TINGKAT PEMAHAMAN KETERAMPILAN KONSELING PADA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING SMA NEGERI SE-KABUPATEN BANTUL
JURNAL SKRIPSI
Oleh Dominika Triastiti NIM 10104241021
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA OKTOBER 2014
PERSETUJUAN Jurnal skripsi yang berjudul “TINGKAT PEMAHAMAN KETERAMPILAN KONSELING PADA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING SMA NEGERI SEKABUPATEN BANTUL” yang disusun oleh Dominika Triastiti, NIM 10104241021 ini telah disetujui oleh pembimbing untuk dipublikasikan.
Yogyakarta, Oktober 2014 Pembimbing
Dr. Muh Farozin, M. Pd. NIP 19541123 198003 1 001
Tingkat Pemahaman Keterampilan .... (Dominika Triastiti) 1
TINGKAT PEMAHAMAN KETERAMPILAN KONSELING PADA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING SMA NEGERI SE-KABUPATEN BANTUL COUNSELING SKILLS UNDERSTANDING LEVEL OF STATE HIGH SCHOOL GUIDANCE AND COUNSELING TEACHERS AT BANTUL REGENCY Oleh: Dominika Triastiti, Universitas Negeri Yogyakarta
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tingkat pemahaman keterampilan konseling pada guru bimbingan dan konseling SMA Negeri se-kabupaten Bantul. Jenis penelitian menggunakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan metode survai. Penelitian ini merupakan penelitian populasi dengan subjek guru bimbingan dan konseling SMA Negeri se-kabupaten Bantul yang berjumlah 63 guru. Metode pengumpulan data menggunakan skala pemahaman keterampilan konseling. Uji coba instrumen pada 30 subjek yang ada dalam populasi. Uji validitas menggunakan analisis faktor dan mengkorelasikan skor faktor dengan skor total. Uji reliabilitas menggunakan Alpha Cronbach, dengan hasil koefisien 0,975 artinya skala tersebut reliabel. Analisis data menggunakan statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari guru bimbingan dan konseling SMA Negeri se-kabupaten Bantul tidak ada guru (0%) dalam kategori sangat rendah maupun kategori rendah, 1 guru (1,67%) dalam kategori sedang, 32 guru (53,33%) dalam kategori tinggi, dan 27 guru (45%) dalam kategori sangat tinggi. Jadi, sebagian besar tingkat pemahaman keterampilan konseling pada guru bimbingan dan konseling SMA Negeri se-kabupaten Bantul berada pada kategori tinggi. Kata kunci: keterampilan konseling, guru bimbingan dan konseling Abstract This research aimed to describe about counseling skills understanding level of state high school guidance and counseling teacher at Bantul regency. This research used quantitative descriptive approach with survey method. This research was a populated research of 63 high school guidance and counseling teachers at Bantul. Data were collected using counseling skills understanding scale. Instrument was tested towards 30 subjects out of 63 high school guidance and counseling teachers. Researchers used factor analysis to test the validity, while Alpha Cronbach was used to test the reliability (coeficient: 0,975). Data were analyzed by descriptive statistic. The result showed that there were 0% of guidance and counseling teachers who very low or low categorized in counseling skills. One teacher (1,67%) have a moderate counseling skills understanding. Thirty two teachers (53,33%) have a high counseling skills understanding. Twenty seven teachers (45%) have a very high counseling skills understanding. So, most of the counseling skills understanding level in state high school guidance and counseling teachers at Bantul are high category. Keywords: counseling skills, guidance and counseling teacher PENDAHULUAN
Salahudin, 2010: 16). Bimbingan dan konseling
Bimbingan dan konseling merupakan suatu
di sekolah tidak dapat terlepas dari tujuan
proses pemberian bantuan kepada individu secara
pendidikan
berkelanjutan dan sistematis, yang dilakukan oleh
melalui
seseorang yang telah mendapat latihan khusus
bersinergis dengan layanan Bimbingan dan
untuk itu, dengan tujuan agar individu dapat
Konseling
memahami dirinya, lingkungannya, serta dapat
terwujudnya
mengarahkan diri dan menyesuaikan diri dengan
nasional dan membantu individu untuk mencapai
lingkungan
potensi
kesejahteraan dalam kehidupannya. Perwujudan
dirinya secara optimal untuk kesejahteraan
pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah
dirinya dan kesejahteraan masyarakat (Anas
yang bermutu dan berkualitas salah satunya
untuk
mengembangkan
nasional
di
penyelenggaraan
di
Indonesia
sehingga
pendidikan
yang
sekolah
akan
membantu
pencapaian
tujuan
pendidikan
2 Jurnal Bimbingan dan Konseling Edisi 2 Tahun ke 4 2015
sangat dipengaruhi oleh kinerja guru bimbingan dan konseling atau konselor.
Proses konseling pada umumnya terdiri dari 3 tahap, yaitu tahap awal konseling, tahap
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
pertengahan atau tahap kerja, dan tahap akhir
Nomor 35 Tahun 2010 tentang Petunjuk Teknis
konseling. Pada setiap tahap konseling ini akan
Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka
terjadi
Kreditnya menyebutkan bahwa “Guru bimbingan
(konselor dan konseli) dan setiap tanggapan-
dan konseling atau konselor adalah guru yang
tanggapan yang diberikan oleh konselor melalui
mempunyai tugas, tanggung jawab, wewenang,
wawancara
dan hak secara penuh dalam kegiatan bimbingan
membawa pengaruh pada diri konseli. Oleh
dan konseling terhadap sejumlah peserta didik”.
karena itu, agar setiap tahap pada proses
Ciri khas dari guru bimbingan dan konseling,
konseling dapat memberikan makna bagi konseli
yaitu adanya layanan konseling bagi konseli atau
dan
peserta didik sehingga membedakannya dari guru
hubungan interpersonal
mata pelajaran pada umumnya. Berbeda dengan
konselor dan konseli, maka konselor atau guru
layanan bimbingan yang bersifat preventif atau
bimbingan
pencegahan, layanan konseling ini lebih bersifat
pengetahuan
kuratif atau penyembuhan sehingga bermanfaat
keterampilan-keterampilan khusus dalam proses
bagi konseli yang mengalami permasalahan yang
konseling. Keterampilan khusus yang dimaksud
lebih berat.
adalah keterampilan konseling.
hubungan
komunikasi
konseling
sekaligus
kepada
membantu
dan
antarpribadi
konseli
untuk
membina
yang efektif antara
konseling
dan
akan
membutuhkan
penerapan
mengenai
Sebagaimana dinyatakan oleh Sofyan S.
Menurut Sofyan S. Willis (2007: 157),
Willis (2007: 18) bahwa “Konseling adalah upaya
teknik atau keterampilan konseling merupakan
bantuan yang diberikan seorang pembimbing
kunci
yang
terhadap
konseling sehingga seorang konselor harus
individu-individu yang membutuhkannya, agar
mampu merespon konseli dengan teknik atau
individu tersebut berkembang potensinya secara
keterampilan yang benar, sesuai keadaan konseli
optimal, mampu mengatasi masalahnya, dan
saat itu. Respon yang baik adalah pernyataan-
mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan
pernyataan verbal dan nonverbal yang dapat
yang selalu berubah”. Proses konseling ini
menyentuh, merangsang, dan mendorong konseli
merupakan tugas profesi seorang guru bimbingan
untuk terbuka sehingga dapat menyatakan dengan
dan konseling yang diharapkan dapat membawa
bebas perasaan, pikiran, dan pengalamannya.
dampak positif bagi konseli terkait dalam
Jadi, dengan adanya keterampilan konseling ini,
optimalisasi
proses konseling tidak akan dirasakan sebagai hal
terlatih
dan
berpengalaman,
perkembangannya,
dari
aspek
keberhasilan
menjemukan
untuk
yang
merupakan tugas yang tidak mudah bagi guru
(konselor-konseli).
bimbingan dan konseling sehingga diperlukan
konseling
profesionalitasnya dalam pelaksanaan konseling.
bimbingan dan konseling memiliki pengetahuan,
Selain akan
peserta
tujuan
pribadi, sosial, belajar maupun karir. Tugas ini
juga
oleh
mencapai
itu,
terjadi
konseling
keberhasilan apabila
guru
pemahaman, dan penguasaan yang mendalam
Tingkat Pemahaman Keterampilan .... (Dominika Triastiti) 3
tentang
keterampilan
dapat
dipahami dengan dengan baik. Padahal sebagian
secara
besar guru bimbingan dan konseling telah bekerja
optimal. Seperti yang dinyatakan oleh Tohirin
lebih dari 10 tahun sebagai guru bimbingan dan
(2013: 287) bahwa “Konselor yang terampil
konseling dan berusia di atas 40 tahun serta
adalah
memahami
berlatar belakang pendidikan Bimbingan dan
sejumlah keterampilan tertentu dan mampu
Konseling. Hal ini menunjukkan bahwa ternyata
mengimplementasikannya
keterampilan konseling yang seharusnya ditekuni
memfasilitasi
konseling
perkembangan
yang
mengetahui
agar
konseli
atau
dalam
proses
konseling”.
selama lebih dari 10 tahun belum dikuasai dengan
Problematika
yang
baik. Selain itu, sebanyak 47% guru bimbingan
dialami oleh guru bimbingan dan konseling
dan konseling melaporkan bahwa keterampilan-
dalam melaksanakan konseling banyak terjadi.
keterampilan konseling telah digunakan secara
Hasil pengamatan di lapangan saat mendampingi
optimal di lapangan, namun sisanya sebanyak
program PLPG dan PPM yang dilakukan oleh
53% belum menggunakan keterampilan konseling
Rosita
secara optimal. Data lain juga mengungkapkan
Endang
atau
permasalahan
Kusmaryani
(2010:
177),
menunjukkan bahwa keterampilan konseling
bahwa
masih belum dapat dikuasai dengan sepenuhnya
keterampilan konseling merupakan salah satu
oleh para guru bimbingan dan konseling.
faktor
Konseling
dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling.
dilakukan
dengan
menggunakan
kurangnya
penghambat
pemahaman
proses
tentang
konseling
yang
keterampilan konseling yang sangat minim,
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan
bahkan tidak menggunakannya sama sekali.
peneliti melalui wawancara terbatas pada siswa di
Selain itu, beberapa keterampilan seringkali
salah satu SMA Negeri di kabupaten Bantul yang
ditafsirkan
pernah
berbeda-beda,
sehingga
dalam
melakukan
proses
konseling,
dapat
prakteknya tidak sesuai antara satu dengan yang
diketahui bahwa pada saat proses konseling guru
lain.
bimbingan dan konseling lebih banyak berbicara Rosita Endang Kusmaryani, dkk (2010: 4)
dan memberikan nasehat, dengan kata lain guru
juga mengungkapkan dalam artikelnya yang
bimbingan dan konseling terlihat aktif berbicara
berjudul “Pendidikan dan Latihan
(Diklat)
sedangkan siswa lebih banyak pasif dan hanya
dengan Modul
bertanya saat ada yang tidak ia mengerti
Terstruktur untuk Meningkatkan Kinerja Guru
(interview pra research, 18 Februari 2014). Hal
Bimbingan Konseling di Yogyakarta” bahwa dari
ini menunjukkan bahwa guru bimbingan dan
hasil penelitian yang dilakukannya menunjukkan
konseling
bahwa rata-rata skor tes pemahaman mengenai
keterampilan dalam memberikan kesempatan
keterampilan
kepada siswa untuk berbicara, berpikir, dan
Keterampilan
52,18%,
Konseling
konseling
adalah
19,36
atau
yang menunjukkan bahwa tingkat
mengambil
yang
semestinya
keputusan
dalam
mempunyai
mengatasi
pemahaman guru bimbingan dan konseling masih
permasalahannya belum dilakukan dengan baik
dalam taraf sedang. Keterampilan konseling
dikarenakan guru bimbingan dan konseling lebih
sebagai keterampilan yang vital belum dapat
aktif dalam berbicara atau banyak memberikan
4 Jurnal Bimbingan dan Konseling Edisi 2 Tahun ke 4 2015
nasehat tetapi siswa terlihat pasif saat proses
yang dari jurusan lain. Pelaksanaan konseling
konseling.
juga belum optimal atau belum mendalam sering
Sementara, melalui wawancara dengan
terjadi beberapa kesulitan, misalnya seperti waktu
salah satu guru bimbingan dan konseling di SMA
yang terbatas dan konseling hanya mengatasi
Negeri yang telah bekerja selama 17 tahun dan
perilaku menyimpang pada anak-anak tertentu
berlatar belakang S1 Bimbingan dan Konseling,
yang bermasalah sehingga perlu ditingkatkan lagi
mengungkapkan bahwa dalam proses layanan
terutama dalam keterampilan konseling melalui
konseling
contoh-contoh atau pelatihan-pelatihan (interview
memang
guru
berusaha
untuk
menggunakan beberapa keterampilan atau hanya
pra research, 10 Maret 2014).
keterampilan dasar konseling saja, akan tetapi
Berdasarkan permasalahan yang terdapat
guru belum sepenuhnya menggunakan seluruh
pada
keterampilan konseling seperti yang didapatkan
pendahuluan di atas, permasalahan mengenai
di bangku kuliah dulu. Hal ini dikarenakan
kurangnya pemahaman tentang keterampilan
terkadang
konseling mendorong peneliti tertarik untuk
apabila
menerapkan
keterampilan
hasil
penelitian
penelitian
terdahulu
survei
dan
dengan
studi
konseling seperti yang didapatkan di bangku
melakukan
judul
kuliah terlihat kaku dan waktu yang tersedia
“Tingkat Pemahaman Keterampilan Konseling
untuk konseling juga terbatas. Selain itu, ada
pada Guru Bimbingan dan Konseling SMA
perbedaan antara guru yang sudah lama bekerja
Negeri se-Kabupaten Bantul”.
menjadi guru bimbingan dan konseling dengan guru yang belum lama bekerja menjadi guru bimbingan dan konseling, yaitu guru yang sudah lama berhadapan dengan siswa yang bermasalah masih dengan sikapnya yang terkenal dengan “galak” sedangkan guru yang belum lama berusaha untuk menghilangkan kesan “galak” dari pandangan siswa dengan bersikap ramah dan berusaha membantu mengatasi permasalahan siswa (interview pra research, 20 Februari 2014). Pendapat lain dari salah satu pengawas
METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif dengan metode survai. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di seluruh SMA Negeri di lingkungan Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Bantul yang berjumlah 19 sekolah. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Juni Agustus 2014.
Bimbingan dan Konseling SMA di kabupaten Bantul
menyatakan
bahwa
kinerja
guru
Subjek Penelitian
bimbingan dan konseling belum optimal dan
Subjek penelitian ini adalah seluruh guru
hanya sekitar 75% sudah terbilang baik. Padahal
bimbingan dan konseling SMA Negeri se-
guru bimbingan dan konseling tersebut tingkat
Kabupaten Bantul yang berjumlah 63 guru.
pendidikannya sekitar 87% S1 dan sisanya S2,
Penelitian ini termasuk penelitian populasi.
sedangkan latar belakang pendidikannya tidak 100% dari jurusan Bimbingan dan Konseling ada
Tingkat Pemahaman Keterampilan .... (Dominika Triastiti) 5
Data, Instrumen, dan Teknik Pengumpulan
dan sangat rendah. Berikut adalah rumus dalam
Data
menentukan kategorisasi. Data yang diambil adalah data mengenai
tingkat pemahaman keterampilan konseling guru
Tabel 1. Batasan Distribusi Frekuensi Kategori Tingkat Pemahaman Keterampilan Konseling
bimbingan dan konseling. Teknik pengumpulan data
menggunakan
skala
Rumus X > + 1,8 (S ) ̅ + 0,6 (S ) < X ̅ + 1,8 (S ) ̅ – 0,6 (S ) < X ̅ + 0,6 (S ) ̅ – 1,8 (S ) < X ̅ - 0,6 (S ) X ̅ – 1,8 (S )
pemahaman
keterampilan konseling. Instrumen penelitian yang
digunakan
adalah
skala
pemahaman
keterampilan konseling guru bimbingan dan
Kategori Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah
Keterangan: : mean atau rerata ideal S
: standar deviasi atau simpangan baku ideal
konseling untuk mengukur tingkat pemahaman keterampilan konseling yang dimiliki oleh guru
HASIL PENELITIAN
Subjek penelitian yang berjumlah 63 guru
bimbingan dan konseling.
hanya dapat diteliti sejumlah 60 guru dikarenakan adanya ketidaksediaan untuk diteliti dari tiga guru
Validitas dan Reliabilitas Validitas dilakukan dengan menggunakan
Bimbingan
dan
Konseling
dengan
alasan
analisis faktor dan mengkorelasikan skor faktor
kesibukan sekolah. Jumlah guru Bimbingan dan
dengan
Konseling yang berlatar belakang pendidikan S1
skor
total.
Perhitungan
rumus
Alpha
reliabilitas dan
Bimbingan dan Konseling 49 guru (81,67%), S1
didapatkan koefisien reliabilitas sebesar 0,975
non-Bimbingan dan Konseling 5 guru (8,33%),
yang artinya skala tersebut reliabel.
dan S2 non-Bimbingan, dan Konseling 6 guru
menggunakan
Cronbach
(10%). Teknik Analisis Data
Data diperoleh dari hasil analisis skala
Teknik analisis data dengan statistik
pemahaman keterampilan konseling dan berikut
deskriptif. Analisis data dengan cara menghitung
adalah distribusi frekuensi yang diperoleh.
rerata atau mean ideal ( ), standar deviasi atau
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Kategorisasi Tingkat Pemahaman Keterampilan Konseling
simpangan baku ideal (S ), nilai minimum, dan nilai
maksimum.
Analisis
data
tersebut
menggunakan bantuan software SPSS 16.0 for Windows. Data yang diperoleh dari instrumen
No. 1. 2. 3. 4. 5.
penelitian kemudian disusun secara sistematis ke dalam bentuk tabel atau distribusi frekuensi dan dilakukan interpretasi pada skor yang diperoleh tiap subjek sehingga dihasilkan kategorisasi untuk subjek. Kategorisasi pada subjek dibagi menjadi lima, yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah,
Kriteria X > 608,6 501,2 < X 608,6 393,8 < X 501,2 286,4 < X 393,8 X 286,4 Total
Frek. 27 32 1 0 0 60
% 45% 53,33% 1,67% 0 0 100%
Kategori Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah
Berdasarkan tabel 2 di atas, dapat diketahui bahwa dari 60 guru Bimbingan dan Konseling SMA Negeri se-kabupaten Bantul tidak ada guru (0%)
yang
memiliki
tingkat
pemahaman
keterampilan konseling dalam kategori sangat rendah maupun kategori rendah, 1 guru (1,67%) dalam kategori sedang, 32 guru (53,33%) dalam kategori tinggi, dan 27 guru (45%) dalam
6 Jurnal Bimbingan dan Konseling Edisi 2 Tahun ke 4 2015
kategori sangat tinggi. Hasil keseluruhan dapat disimpulkan
bahwa
tingkat
pemahaman
keterampilan konseling pada guru Bimbingan dan Konseling SMA Negeri se-Kabupaten Bantul berada dalam kategori tinggi. Tingkat
pemahaman
yang
diteliti,
keterampilan
yaitu
keterampilan
attending, mendengarkan, empati, kejujuran, refleksi, parafrase, bertanya, memberi dorongan, memberi dukungan, interpretasi, mengarahkan, menyimpulkan konfrontasi,
sementara,
klarifikasi,
merencanakan,
memudahkan,
diam,
menyimpulkan
atau
merangkum, mengevaluasi, dan menutup sesi konseling.
Tinggi Sedang Tinggi Sedang Tinggi Sedang Sedang
keterampilan konseling dalam kategori sangat tinggi, 8 keterampilan konseling dalam kategori tinggi, 8 keterampilan konseling dalam kategori sedang, 3 keterampilan konseling dalam kategori rendah, dan 1 keterampilan konseling dalam kategori sangat rendah. Pada penelitian ini, terdapat tiga kualifikasi akademik guru Bimbingan dan Konseling SMA Negeri se-kabupaten Bantul, yaitu S1 Bimbingan dan
Konseling,
Konseling,
dan
S1
non-Bimbingan
dan
S2
non-Bimbingan
dan
Konseling. Berikut adalah distribusi frekuensi
Berdasarkan
distribusi
frekuensi
yang
diperoleh dari perhitungan kategori pada setiap aspek keterampilan konseling diketahui bahwa tingkat pemahaman setiap aspek keterampilan konseling pada guru Bimbingan dan Konseling SMA Negeri se-Kabupaten Bantul berada pada kategori sangat tinggi. Selanjutnya, berdasarkan analisis rerata tingkat
210 200.25 205 200.5 209.3333 199.5833 203.2
Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa
pemusatan,
memberi nasihat, pemecahan masalah, membuka diri,
Memberi nasihat Pemecahan masalah Membuka diri Merencanakan Menyimpulkan/merangkum Mengevaluasi Menutup sesi konseling
dari 24 keterampilan konseling terdapat 4
konseling ini terdiri dari 24 aspek keterampilan konseling
18. 19. 20. 21. 22. 23. 24.
pemahaman
pada
setiap
aspek
kategorisasi tingkat pemahaman keterampilan konseling berdasarkan latar belakang pendidikan. Tabel 4. Distribusi Frekuensi Kategorisasi Tingkat Pemahaman Keterampilan Konseling Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan Latar Belakang Pendidikan 1. S1 BK 2. S1 Non-BK 3. S2 Non-BK Total Kategori
No.
Kategori ST
T
S
R
SR
Σ Kategori
20 2 5 27
29 2 1 32
0 1 0 1
0 0 0 0
0 0 0 0
49 5 6 60
Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui tingkat
keterampilan konseling secara umum adalah:
pemahaman keterampilan konseling berdasarkan
Tabel 3. Sebaran Rerata Tingkat Pemahaman Setiap Aspek Keterampilan Konseling
latar belakang pendidikan guru Bimbingan dan
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.
Keterampilan Konseling Attending Mendengarkan Empati Kejujuran Refleksi Parafrase Bertanya Memberi dorongan Memberi dukungan Interpretasi Mengarahkan Menyimpulkan sementara Pemusatan Konfrontasi Klarifikasi Memudahkan Diam
Rerata 211.24 210 209.5455 206 194.125 203.2857 213 200 217.7143 195.0667 184.6667 201.6667 205.125 192 200.3333 214 205.5714
Kategori Sangat Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Rendah Sedang Sangat Tinggi Sedang Sangat Tinggi Rendah Sangat Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Sangat Tinggi Tinggi
Konseling SMA Negeri se-kabupaten Bantul, yaitu tidak ada guru S1 Bimbingan dan Konseling, S1 non-Bimbingan dan Konseling maupun
S2 non-Bimbingan dan Konseling
memiliki
tingkat
pemahaman
keterampilan
konseling kategori sangat rendah maupun rendah. Pada kategori sedang hanya terdapat 1 guru (20%) S1 non-Bimbingan dan Konseling. Pada kategori tinggi terdapat 29 guru (59,18%) S1
Tingkat Pemahaman Keterampilan .... (Dominika Triastiti) 7
Bimbingan dan Konseling, 2 guru (40%) S1 non-
Berdasarkan tabel 6 diketahui bahwa dari
Bimbingan dan Konseling, dan 1 guru (16,67%)
24 keterampilan konseling untuk latar belakang
S2 non-Bimbingan dan Konseling. Pada kategori
pendidikan S1 Bimbingan dan Konseling, tidak
sangat tinggi terdapat 20 guru (40,82%) S1
ada guru Bimbingan dan Konseling yang
Bimbingan dan Konseling, 2 guru (40%) S1 non-
keterampilan konselingnya dalam kategori sangat
Bimbingan dan Konseling, dan 5 guru (83,33%)
rendah, ada 4 guru Bimbingan dan Konseling
S2
Hasil
dalam kategori rendah, yaitu pada keterampilan
keseluruhan dapat disimpulkan bahwa tingkat
kejujuran sebanyak 1 guru dan keterampilan
pemahaman keterampilan konseling berdasarkan
mengarahkan sebanyak 4 guru, sedangkan untuk
latar belakang pendidikan pada guru Bimbingan
keterampilan
dan Konseling SMA Negeri se-Kabupaten Bantul
frekuensi dalam kategori sedang, tinggi, dan
berada
non-Bimbingan
dalam
rangkuman
dan
kategori
distribusi
Konseling.
memiliki
Selanjutnya,
sangat tinggi.
frekuensi
kategorisasi
Tabel 6. Rangkuman Kategorisasi Tingkat Pemahaman Setiap Aspek Keterampilan Konseling Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan S1 non-Bimbingan dan Konseling
konseling berdasarkan latar belakang pendidikan. Tabel 5. Rangkuman Kategorisasi Tingkat Pemahaman Setiap Aspek Keterampilan Konseling Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan S1 Bimbingan dan Konseling No.
lainnya
tinggi.
tingkat pemahaman setiap aspek keterampilan
Keterampilan Konseling
konseling
Kategori ST
T
S
R
SR
Σ Kategori
No.
Keterampilan Konseling
Kategori ST
T
S
R
SR
Σ Kategori
1.
Attending
2
2
1
0
0
5
2.
Mendengarkan
2
2
1
0
0
5
3.
Empati
3
1
1
0
0
5
4.
Kejujuran
3
2
0
0
0
5
5.
Refleksi
0
4
1
0
0
5
6.
Parafrase
2
0
3
0
0
5
7.
Bertanya
3
0
2
0
0
5
8.
Memberi Dorongan
1
0
4
0
0
5
9.
Memberi Dukungan
3
0
2
0
0
5
10.
Interpretasi
2
2
1
0
0
5
11.
1
2
2
0
0
5
1
2
2
0
0
5
1.
Attending
31
18
0
0
0
49
2.
Mendengarkan
28
19
2
0
0
49
3.
Empati
26
23
0
0
0
49
4.
Kejujuran
19
25
4
1
0
49
5.
Refleksi
13
31
5
0
0
49
6.
Parafrase
26
0
23
0
0
49
7.
Bertanya
32
0
17
0
0
49
8.
Memberi Dorongan
22
0
27
0
0
49
9.
Memberi Dukungan
39
0
10
0
0
49
10.
Interpretasi
16
28
5
0
0
49
13.
Mengarahkan Menyimpulkan Sementara Pemusatan
2
2
1
0
0
5
11.
11
26
9
3
0
49
14.
Konfrontasi
3
0
2
0
0
5
15.
Klarifikasi
3
1
1
0
0
5
16.
Memudahkan
3
0
2
0
0
5
13.
Mengarahkan Menyimpulkan Sementara Pemusatan
17.
Diam
3
0
2
0
0
5
14.
18.
Memberi Nasihat
3
1
0
0
1
5
19.
Pemecahan Masalah
1
3
1
0
0
5
20.
Membuka Diri
2
2
0
1
0
5
21.
3
2
0
0
0
5
2
3
0
0
0
5
1
3
1
0
0
5
1
2
2
0
0
5
50
36
32
1
1
120
12.
12.
19
23
7
0
0
49
20
28
1
0
0
49
Konfrontasi
19
0
30
0
0
49
15.
Klarifikasi
16
29
4
0
0
49
16.
Memudahkan
37
0
12
0
0
49
17.
Diam
27
0
22
0
0
49
18.
Memberi Nasihat
34
14
1
0
0
49
19.
Pemecahan Masalah
16
31
2
0
0
49
20.
Membuka Diri
27
22
0
0
0
49
23.
Merencanakan Menyimpulkan/Mer angkum Mengevaluasi
24.
Menutup
21.
23
22
4
0
0
49
26
23
0
0
0
49
23.
Merencanakan Menyimpulkan/ Merangkum Mengevaluasi
20
29
0
0
0
49
24.
Menutup
21
20
8
0
0
49
568
411
193
4
0
1176
22.
Total Kategori
22.
Total Kategori
Berdasarkan tabel 7 dapat diketahui bahwa dari 24 keterampilan konseling untuk latar belakang pendidikan S1 non-Bimbingan dan
8 Jurnal Bimbingan dan Konseling Edisi 2 Tahun ke 4 2015
Konseling
dari
24
keterampilan
konseling
terdapat satu guru Bimbingan dan Konseling
dan untuk keterampilan lainnya hanya berada dalam kategori sedang, tinggi, dan sangat tinggi.
yang keterampilan konselingnya dalam kategori sangat
rendah,
satu
guru
Bimbingan
dan
Selanjutnya, berdasarkan hasil analisis rerata
tingkat
pemahaman
aspek
Konseling dalam kategori rendah, sedangkan
keterampilan
untuk keterampilan konseling lainnya memiliki
belakang pendidikan sebagai berikut:
frekuensi dalam kategori sedang, tinggi, dan
Tabel 8. Sebaran Rerata Tingkat Pemahaman Setiap Aspek Keterampilan Konseling Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan
sangat tinggi. Tabel 7. Rangkuman Kategorisasi Tingkat Pemahaman Setiap Aspek Keterampilan Konseling Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan S2 non-Bimbingan dan Konseling No.
Keterampilan Konseling
Kategori ST
T
S
R
SR
Σ Kategori
1.
Attending
5
1
0
0
0
6
2.
Mendengarkan
4
1
1
0
0
6
3.
Empati
5
0
1
0
0
6
4.
Kejujuran
4
2
0
0
0
6
5.
Refleksi
3
3
0
0
0
6
6.
Parafrase
5
0
1
0
0
6
7.
Bertanya
5
0
1
0
0
6
8.
Memberi Dorongan
5
0
1
0
0
6
Keterampilan Konseling Attending Mendengarkan Empati Kejujuran Refleksi Parafrase Bertanya Memberi dorongan Memberi dukungan Interpretasi Mengarahkan Menyimpulkan sementara Pemusatan Konfrontasi Klarifikasi Memudahkan Diam Memberi nasihat Pemecahan masalah Membuka diri Merencanakan Menyimpulkan /merangkum Mengevaluasi Menutup sesi konseling
konseling
setiap
S1 BK Rerata Kat. 172.88 ST 172.2 ST 171.18 ST 167 T 157.87 R 165 S 174 ST
berdasarkan
S1 Non-BK Rerata Kat. 16.28 S 16.4 S 16.64 T 17.4 ST 15.125 SR 16.43 S 17.25 ST
latar
S2 Non-BK Rerata Kat. 22.08 T 21.4 S 21.73 T 21.6 S 21.125 S 21.86 T 21.75 T
163.25
S
15.5
R
21.25
S
177.71
ST
16.86
T
23.14
ST
158.47 150
R SR
15.6 15.33
R SR
21 19.33
S SR
164.33
S
15.33
SR
22
T
167.25 155.71 161.67 175 167.71
T R S ST T
16 15.71 17 16.5 16.71
S R ST T T
21.875 20.57 21.67 22.5 21.14
T R T ST S
173
ST
15
SR
22
T
9.
Memberi Dukungan
6
0
0
0
0
6
10.
Interpretasi
3
3
0
0
0
6
11.
2
3
1
0
0
6
4
2
0
0
0
6
13.
Mengarahkan Menyimpulkan Sementara Pemusatan
3
3
0
0
0
6
14.
Konfrontasi
4
0
2
0
0
6
15.
Klarifikasi
4
2
0
0
0
6
16.
Memudahkan
6
0
0
0
0
6
17.
Diam
4
0
2
0
0
6
18.
Memberi Nasihat
5
0
1
0
0
6
19.
Pemecahan Masalah
4
1
1
0
0
6
20.
Membuka Diri
3
2
1
0
0
6
21.
3
3
0
0
0
6
Bimbingan
4
1
1
0
0
6
keterampilan konseling dalam kategori sangat
23.
Merencanakan Menyimpulkan/ Merangkum Mengevaluasi
3
3
0
0
0
6
24.
Menutup
4
2
0
0
6
98
32
0 1 4
0
0
144
12.
22.
Total Kategori
163.6
S
15.55
R
21.1
169.17 162.5
T S
15.83 17
R ST
20 21
S
171.17
T
16.83
T
21.33
S
163.5
S
15.58
R
20.5
R
166.6
S
15.4
SR
21.2
S
SR S
Berdasarkan tabel 9 dapat diketahui bahwa dari
24
keterampilan dan
konseling
Konseling
untuk
S1
terdapat
7
tinggi, 5 keterampilan konseling dalam kategori tinggi, 8 keterampilan konseling dalam kategori
Berdasarkan tabel 8 dapat diketahui
sedang, 3 keterampilan konseling dalam kategori
bahwa dari 24 keterampilan konseling untuk latar
rendah, dan 1 keterampilan konseling dalam
belakang pendidikan S2 non-Bimbingan dan
kategori sangat rendah.
Konseling dapat diketahui bahwa dari 24 keterampilan
konseling
tidak
ada
guru
Pada latar belakang pendidikan S1 nonBimbingan
dan
Konseling
memperlihatkan
keterampilan konseling yang memiliki frekuensi
bahwa dari 24 keterampilan konseling terdapat 4
dalam kategori sangat rendah maupun rendah,
keterampilan konseling dalam kategori sangat
Tingkat Pemahaman Keterampilan .... (Dominika Triastiti) 9
tinggi, 5 keterampilan konseling dalam kategori
terdapat keterampilan konseling yang berada
tinggi, 4 keterampilan konseling dalam kategori
dalam kategori sangat rendah, yaitu keterampilan
sedang, 6 keterampilan konseling dalam kategori
mengarahkan, kecenderungan sangat rendahnya
rendah, dan 5 keterampilan konseling dalam
pemahaman
kategori sangat rendah.
dikaitkan dengan jawaban skala pemahaman
Sedangkan, pada latar belakang pendidikan
keterampilan
konseling
dapat
keterampilan konseling yang diisi. Misalnya pada
Konseling
pernyataan “Guru Bimbingan dan Konseling
memperlihatkan bahwa dari 24 keterampilan
tidak perlu memberikan intruksi pada konseli
konseling terdapat 2 keterampilan konseling
untuk melakukan hal tertentu, seperti bermain
dalam kategori sangat tinggi, 8 keterampilan
peran” terdapat 15 guru (25%) menyatakan
konseling dalam kategori tinggi, 10 keterampilan
memahami dan 1 guru (1,7%) menyatakan sangat
konseling dalam kategori sedang, 2 keterampilan
memahami, pernyataan “Guru Bimbingan dan
konseling
2
Konseling tidak perlu mengajak konseli bermain
keterampilan konseling dalam kategori sangat
peran yang berkaitan dengan permasalahannya”
rendah.
terdapt 9 guru (15%) memahami dan 2 guru
S2
non-Bimbingan
dalam
dan
kategori
rendah,
dan
(3,3%) sangat memahami serta pernyataan “Guru PEMBAHASAN
Bimbingan dan Konseling mengajak konseli
Pada hasil penelitian secara keseluruhan yang diperoleh dari 60 guru Bimbingan dan Konseling SMA Negeri se-kabupaten Bantul dapat disimpulkan bahwa tingkat pemahaman keterampilan konseling pada guru Bimbingan dan Konseling SMA Negeri se-Kabupaten Bantul berada dalam kategori tinggi.
pemahaman keterampilan konseling dapat dilihat dari setiap aspek keterampilan konseling, yang diketahui bahwa dari 24 keterampilan konseling keterampilan
konselingnya
dalam
kategori sangat rendah, sehingga hasil tingkat pemahaman
keterampilan
keseluruhan
berbeda
konseling
dengan
hasil
secara tingkat
pemahaman pada setiap aspek keterampilan konseling.
setiap
yang sesuai dengan permasalahan konseli” terdapat 4 guru (6,7%) kurang memahami dan 1 guru (1,7%) tidak memahami. Hasil ketiga pernyataan tersebut menunjukkan bahwa guru
sepenuhnya tentang keterampilan mengarahkan. Menurut
Sofyan
S.
Willis
(2007:
167),
keterampilan konseling merupakan keterampilan untuk mengatakan pada konseli agar dia berbuat sesuatu dengan kata lain mengarahkannya agar berbuat sesuatu dengan tujuan agar konseli dapat berpartipasi secara penuh di dalam proses konseli, misalnya
dengan
menyuruh
konseli
untuk
bermain peran dengan konselor. Selanjutnya, keterampilan konseling pada
Selanjutnya, rerata
misalnya simulasi peran atau bermain peran
Bimbingan dan Konseling belum memahami
Selain dilihat secara keseluruhan, tingkat
terdapat
untuk melakukan perilaku tertentu saat konseling,
berdasarkan
aspek
hasil
keterampilan
analisis konseling
diketahui bahwa dari 24 keterampilan konseling
kategori rendah, yaitu pertama, keterampilan interpretasi, pemahaman
kecenderungan keterampilan
rendahnya
konseling
dapat
10 Jurnal Bimbingan dan Konseling Edisi 2 Tahun ke 4 2015
dikaitkan dengan jawaban yang diisi. Misalnya
memahami dan 4 guru (6,7 %) menyatakan
pada pernyataan “Guru Bimbingan dan Konseling
sangat
menafsirkan perasaan konseli hanya dengan
Bimbingan
persepsinya sendiri” terdapat 18 guru (30%)
merefleksikan pengalaman konseliI” terdapat 5
menyatakan memahami dan 6 guru (10%)
guru (8,3 %) menyatakan memahami dan 2 guru
menyatakan sangat memahami. Selain itu pada
(3,3%)
pernyataan “Guru Bimbingan dan Konseling
Selanjutnya, pernyataan “Guru Bimbingan dan
menafsirkan pengalaman konseli hanya dengan
Konseling
persepsinya sendiri” terdapat 16 guru (26,7%)
pikiran, dan pendapat konseli sebagai hasil
menyatakan
(5%)
pengamatan verbal maupun nonverbal konseli”
menyatakan sangat memahami. Selanjutnya, pada
terdapat 4 guru (6,7%) menyatakan kurang
pernyataan “Guru Bimbingan dan Konseling
memahami dan 1 guru (1,7%) tidak memahami.
membuat
Ketiga pernyataan tersebut menunjukkan bahwa
memahami
konseli
melakukan
dan
mengerti
pemahaman
dari
3
guru
dan
berubah
rujukan
yang
guru
memahami. dan
Pernyataan Konseling
menyatakan
sangat
lain
“Guru
tidak
perlu
memahami.
memantulkan/merefleksikan
Bimbingan
dan
Konseling
ide,
belum
diberikan” terdapat 12 guru (20%) menyatakan
sepenuhnya memahami keterampilan refleksi
kurang memahami. Pada pernyataan “Guru
dalam
Bimbingan
perlu
Bimbingan dan Konseling menganggap refleksi
memberikan pandangan atau rujukan bagi
pada pengalaman konseli tidak diperlukan dan
konseli untuk mengubah pemikirannya yang
memahami bahwa refleksi dapat dilakukan secara
salah” terdapat 9 guru (15%) menyatakan
implisit. Menurut Sofyan S. Willis (2007: 162),
memahami dan 2 guru (3,3%) menyatakan sangat
keterampilan refleksi adalah keterampilan untuk
memahami. Menurut Sofyan S. Willis (2007:
memantulkan kembali kepada konseli tentang
166), keterampilan interpretasi merupakan upaya
perasaan, pikiran, maupun pengalaman konseli
untuk menafsirkan atau mengulas pemikiran,
sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku
perasaan maupun pengalaman konseli dengan
verbal dan non-verbalnya. Pada keterampilan ini,
merujuk pada teori-teori sehingga sifat-sifat
guru Bimbingan dan Konseling sebaiknya tegas
subjektif konselor tidak termasuk ke dalam
dan jelas dalam memberikan pandangan dari hasil
interpretasi. Tujuan utama dari interpretasi adalah
refleksi perasaan, pikiran maupun pengalaman
untuk memberikan rujukan atau pandangan agar
konseli. Jadi, guru Bimbingan dan Konseling
konseli
yang
dan
mengerti
Konseling
dan
tidak
berubah
melakukan
pemahaman dari hasil rujukan tersebut. Kedua, keterampilan refleksi yang ada
proses
konseling
memahami
dikarenakan
guru
merefleksikan
atau
memantulkan kembali pengalaman konseli secara implisit tersebut kurang tepat dikarenakan dengan
dalam kategori rendah juga memiliki keterkaitan
merefleksikan
dengan jawaban yang diisi. Misalnya pada
bingung atau konseli merasa kurang dihargai.
pernyataan “Guru Bimbingan dan Konseling
secara
implisit
konseli
akan
Ketiga, pada keterampilan konfrontasi,
memantulkan kembali pengalaman konseli secara
kecenderungan
rendahnya
pemahaman
implisit” terdapat 31 guru (51,7%) menyatakan
keterampilan konseling dapat dikaitkan dengan
Tingkat Pemahaman Keterampilan .... (Dominika Triastiti) 11
jawaban yang diisi. Misalnya pada pernyataan
Bimbingan
“Guru Bimbingan dan Konseling memberikan
memperhatikan ketidakkonsistenan konseli pada
komentar mengenai ketidakkonsistenan jawaban
perkataan dan tingkah lakunya. Konfrontasi
konseli
merupakan keterampilan yang penting karena
tanpa
memperhatikan
karakteristik
dan
Konseling
tidak
perlu
konseli” terdapat 12 guru (20%) guru menyatakan
keterampilan
memahami dan 2 (3,3%) guru menyatakan sangat
menyadari dan menghadapi berbagai pikiran,
memahami. Pernyataan lainnya “Guru Bimbingan
perasaan, dan kenyataan yang terjadi pada
dan Konseling memberi respon yang berisikan
dirinya,
tuduhan kepada ketidakkonsistenan perkataan
diingkarinya serta membantu konseli mencapai
dengan tingkah laku konseli” terdapat 8 guru
kesesuaian (congruency), yaitu suatu keadaa
(13,3%) memahami dan 2 guru (3,3%) sangat
dimana kata-kata konseli sesuai dengan tingkah
memahami.
Kedua
lakunya (Suwarjo, 2008: 21).
menunjukkan
bahwa
pernyataan
ingin
membantu
konseli
disembunyikan
atau
Pada hasil penelitian ini, terdapat tiga
Konseling dalam merespon ketidakkonsistenan
kualifikasi akademik pada guru Bimbingan dan
jawaban
memperhatikan
Konseling SMA Negeri se-kabupaten Bantul,
karakteristik yang ada pada konseli. Menurut
yaitu S1 Bimbingan dan Konseling, S1 non-
Suwarjo (2008: 21), keterampilan konfrontasi
Bimbingan
dilakukan tanpa menimbulkan kemarahan dan
Bimbingan
sikap bertahan konseli kepada konselor. Pendapat
perbedaan latar belakang pendidikan tersebut
lain dari Sofyan S. Willis (2007: 169) yang
tidak ada guru S1 Bimbingan dan Konseling, S1
menyatakan bahwa dalam melakukan konfrontasi
non-Bimbingan dan Konseling maupun S2 non-
harus dengan teliti, yaitu
Bimbingan
dan
khusus terhadap konseli yang tidak konsisten
pemahaman
keterampilan
dengan cara tepat waktu, tidak menilai apalagi
kategori sangat rendah maupun rendah dan secara
menyalahkan,
dengan
keseluruhan tingkat pemahaman keterampilan
perilaku attending dan empati. Jadi, apabila guru
konseling berdasarkan latar belakang pendidikan
Bimbingan
pada guru Bimbingan dan Konseling SMA
dan
dan
tanpa
dapat
Konseling
Bimbingan
yang
akan
dan
konseli
guru
tersebut
ini
memberi komentar
dilakukan
merespon
yang
dan dan
berisikan tuduhan maka konseli kemungkinan
Negeri
akan merasa tidak dihargai bahkan konseli akan
kategori tinggi.
tersinggung dan marah pada guru Bimbingan dan Konseling.
Konseling,
dan
Konseling.
Konseling
se-Kabupaten
S2
Berdasarkan
yang
konseling
Bantul
non-
berada
tingkat dalam
dalam
Selain dilihat secara keseluruhan juga dapat dilihat dari setiap aspek keterampilan konseling.
Contoh pernyataan lainnya, yaitu “Guru
Pada latar belakang pendidikan S1 Bimbingan
Bimbingan dan Konseling tidak perlu memikirkan
dan Konseling tidak ada guru Bimbingan dan
antara perkataan dengan tingkah laku konseli
Konseling yang keterampilan konselingnya dalam
yang terlihat bertentangan” terdapat 1 guru
kategori sangat rendah tetapi ada 4 guru
(1,7%) memahami dan 3 guru (5 %) guru sangat
Bimbingan dan Konseling dalam kategori rendah.
memahami. Hal ini menunjukkan bahwa guru
Pada S1 non-Bimbingan dan Konseling dari 24
12 Jurnal Bimbingan dan Konseling Edisi 2 Tahun ke 4 2015
keterampilan
konseling
terdapat
guru
konseling dalam kategori tinggi, 10 keterampilan
Bimbingan dan Konseling yang keterampilan
konseling dalam kategori sedang, 2 keterampilan
konselingnya dalam kategori sangat rendah dan
konseling
satu guru Bimbingan dan Konseling dalam
keterampilan konseling dalam kategori sangat
kategori rendah. Sedangkan, pada S2 non-
rendah. Jadi, dapat disimpulkan bahwa tingkat
Bimbingan dan Konseling dapat diketahui bahwa
pemahaman
dari 24 keterampilan konseling tidak ada guru
Bimbingan dan Konseling lebih baik karena
keterampilan konseling yang memiliki frekuensi
keterampilan
dalam kategori sangat rendah maupun rendah.
kategori tinggi paling banyak daripada S1 non-
Oleh karena itu, hasil tingkat pemahaman
Bimbingan dan Konseling dan S2 non-Bimbingan
keterampilan
dan Konseling.
konseling
satu
berdasarkan
latar
belakang pendidikan secara keseluruhan berbeda
dalam
kategori
rendah,
keterampilan
konseling
Menurut
Tohirin
dan
konseling
yang
berada
(2013:
117),
2
S1
pada
guru
dengan hasil tingkat pemahaman berdasarkan
Bimbingan dan Konseling atau konselor yang
latar belakang pendidikan pada setiap aspek
diangkat berdasarkan pendidikan dan sesuai
keterampilan konseling.
kualifikasi akademik, yaitu berlatar belakang
Berdasarkan
analisis
rerata
tingkat
pendidikan jurusan Bimbingan dan Konseling
pemahaman setiap aspek keterampilan konseling
disebut
pada setiap latar belakang pendidikan diketahui
profesional. Guru Bimbingan dan Konseling yang
bahwa dari 24 keterampilan konseling, pada latar
menunjuk pada petugas profesional di bidang
belakang
konseling
pendidikan
S1
Bimbingan
dan
guru
Bimbingan
memiliki
dan
Konseling
kompetensi
khusus
Konseling terdapat 7 keterampilan konseling
membantu orang (konseli) dalam mencapai
dalam kategori sangat tinggi, 5 keterampilan
perkembangan optimal (Andi Mappiare A. T.,
konseling dalam kategori tinggi, 8 keterampilan
2006:
konseling dalam kategori sedang, 3 keterampilan
(konseli) dalam mencapai perkembangan optimal
konseling
melalui
dalam
kategori
rendah,
dan
1
70).
Keberhasilan
proses
membantu
konseling
orang
memerlukan
keterampilan konseling dalam kategori sangat
keterampilan konseling yang sebelumnya telah
rendah. Pada S1 non-Bimbingan dan Konseling,
dipelajari
dari 24 keterampilan konseling terdapat 4
Bimbingan dan Konseling yang berlatar belakang
keterampilan konseling dalam kategori sangat
Bimbingan dan Konseling lebih unggul dalam
tinggi, 5 keterampilan konseling dalam kategori
memahami keterampilan konseling dikarenakan
tinggi, 4 keterampilan konseling dalam kategori
kualifikasi akademiknya sesuai dengan bidangnya
sedang, 6 keterampilan konseling dalam kategori
dan pasti telah mendapatkan pengetahuan tentang
rendah, dan 5 keterampilan konseling dalam
keterampilan
kategori sangat rendah. Sedangkan, pada S2 non-
memahami keterampilan konseling dalam proses
Bimbingan dan Konseling, dari 24 keterampilan
konseling.
konseling terdapat 2 keterampilan konseling dalam kategori sangat tinggi, 8 keterampilan
di
perguruan
konseling
tinggi.
Jadi,
sehingga
guru
mampu
Tingkat Pemahaman Keterampilan .... (Dominika Triastiti) 13
KESIMPULAN DAN SARAN
Pada kategori sangat tinggi terdapat 20 guru
Kesimpulan
(40,82%) S1 Bimbingan dan Konseling, 2
1. Tingkat pemahaman keterampilan konseling
guru
(40%)
S1
non-Bimbingan
dan
pada guru Bimbingan dan Konseling SMA
Konseling, dan 5 guru (83,33%) S2 non-
Negeri
Bimbingan dan Konseling.
se-kabupaten
Bantul
secara
keseluruhan berada pada kategori tinggi, yaitu
4. Tingkat
pemahaman
pada
setiap
aspek
dengan perolehan tidak ada guru (0%) dalam
keterampilan konseling berdasarkan latar
kategori sangat rendah maupun kategori
belakang pendidikan yang diperoleh dari hasil
rendah, 1 guru (1,67%) dalam kategori
analisis rerata diketahui bahwa dari 24
sedang, 32 guru (53,33%) dalam kategori
keterampilan konseling, untuk S1 Bimbingan
tinggi, dan 27 guru (45%) dalam kategori
dan
sangat tinggi.
konseling dalam kategori sangat tinggi, 5
2. Tingkat
pemahaman
pada
terdapat
7
keterampilan
aspek
keterampilan konseling dalam kategori tinggi,
keterampilan konseling berdasarkan hasil
8 keterampilan konseling dalam kategori
analisis rerata menunjukkan bahwa dari 24
sedang, 3 keterampilan konseling dalam
keterampilan
4
kategori rendah, dan 1 keterampilan konseling
keterampilan konseling dalam kategori sangat
dalam kategori sangat rendah. Pada S1 non-
tinggi, 8 keterampilan konseling dalam
Bimbingan
kategori tinggi, 8 keterampilan konseling
keterampilan konseling dalam kategori sangat
dalam
keterampilan
tinggi, 5 keterampilan konseling dalam
konseling dalam kategori rendah, dan 1
kategori tinggi, 4 keterampilan konseling
keterampilan konseling dalam kategori sangat
dalam
rendah.
konseling dalam kategori rendah, dan 5
konseling
kategori
sedang,
setiap
Konseling
terdapat
3
3. Tingkat pemahaman keterampilan konseling
dan
Konseling
kategori
sedang,
6
terdapat
4
keterampilan
keterampilan konseling dalam kategori sangat
pada guru Bimbingan dan Konseling SMA
rendah.
Negeri se-kabupaten Bantul berdasarkan latar
Konseling terdapat 2 keterampilan konseling
belakang pendidikan, yaitu tidak ada guru S1
dalam kategori sangat tinggi, 8 keterampilan
Bimbingan
konseling
dan
Konseling,
S1
non-
Pada
S2
dalam
non-Bimbingan
kategori
konseling
tinggi,
dalam
dan
10
Bimbingan dan Konseling maupun S2 non-
keterampilan
kategori
Bimbingan dan Konseling dalam kategori
sedang, 2 keterampilan konseling dalam
sangat rendah maupun rendah. Pada kategori
kategori rendah, dan 2 keterampilan konseling
sedang hanya terdapat 1 guru (20%) S1 non-
dalam kategori sangat rendah.
Bimbingan dan Konseling. Pada kategori tinggi
terdapat
29
guru
(59,18%)
S1
Bimbingan dan Konseling, 2 guru (40%) S1 non-Bimbingan dan Konseling, dan 1 guru (16,67%) S2 non-Bimbingan dan Konseling.
Saran 1. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling Guru Bimbingan dan Konseling yang memiliki tingkat pemahaman pada aspek
14 Jurnal Bimbingan dan Konseling Edisi 2 Tahun ke 4 2015
keterampilan konseling dalam kategori rendah
c. Perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang
maupun sangat rendah hendaknya lebih aktif
penguasaan
lagi dalam mengikuti pelatihan, seminar atau
melalui
kegiatan lain dari ABKIN, MGBK atau
keterampilan
lembaga
dengan
Bimbingan dan Konseling dan penelitian
konseling.
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
Selain itu, hal lain yang dapat dilakukan
tingkat pemahaman maupun penguasaan
adalah dengan rajin mencari tahu tentang
keterampilan konseling.
lain
pengembangan
yang
terkait
keterampilan
keterampilan
pengamatan
konseling
secara
konseling
langsung
pada
guru
ilmu-ilmu bimbingan dan konseling dengan cara mem-browsing atau membeli referensi tentang Bimbingan dan Konseling yang
DAFTAR PUSTAKA
Anas
terbaru, khususnya keterampilan konseling. 2. Bagi Sekolah a. Menugasi guru Bimbingan dan Konseling
Salahudin. (2010). Bimbingan Konseling. Bandung: Pustaka Setia.
dan
Andi Mappiare A. T. (2006). Kamus Istilah Konseling dan Terapi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
untuk mengikuti pelatihan, seminar atau kegiatan
lain
pengembangan
yang
berkaitan
keterampilan
dengan konseling
sehingga guru Bimbingan dan Konseling dapat mengembangkan dan meningkatkan kemampuan atau kecakapannya dalam menguasai keterampilan konseling. b. Terjalin kerjasama yang baik antara guru Bimbingan dan Konseling dengan pihak sekolah, seperti kepala sekolah, wali kelas, guru
mata
pelajaran
maupun
siswa
sehingga mampu memaksimalkan layanan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 35 Tahun 2010 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Rosita Endang Kusmaryani. (2010). Penguasaan Keterampilan Konseling Guru Pembimbing di Yogyakarta. Jurnal Kependidikan (Nomor 2 volume 40). Hlm. 175-188. Rosita
Endang Kusmaryani, dkk. (2010). Pendidikan dan Latihan (Diklat) Keterampilan Konseling dengan Modul Terstruktur untuk Meningkatkan Kinerja Guru Bimbingan Konseling di Yogyakarta. Artikel PPM. Hlm. 1-18.
bimbingan dan konseling dan menjadikan guru lebih profesional. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya a. Diharapkan dapat memperluas lingkup
Suwarjo. (2008). Modul Pelatihan Praktik Keterampilan Konseling. Bahan Pelatihan PLPG Bidang Bimbingan dan Konseling. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan UNY.
setting penelitian, yaitu mencakup seluruh sekolah, baik negeri maupun swasta.
Sofyan S. Willis. (2007). Konseling Individual: Teori dan Praktek. Bandung: Alfabeta.
b. Menggunakan instrumen penelitian dengan observasi, wawancara ataupun tes apabila ingin
lebih
mendalam
mengungkap
pemahaman keterampilan konseling guru Bimbingan dan Konseling.
Tohirin. (2013). Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi) (Edisi Revisi). Jakarta: Rajawali Pers.