PERANAN GURU AGAMA ISLAM DALAM PEMBINAAN AKHLAK SISWA DI SMPN 31 KEBAYORAN LAMA - JAKARTA SELATAN
Diajukan Kepada Fakultas IImu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana IImu Pendidikan Islam (S.Pd.J)
Disusun Oleh :
Fitri Pagerwati 203011001528
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1428 HI 2007 M
PERANAN GURU AGAMA ISLAM DALAM PEMBINAAN AKHLAK SISWA DI SMPN 31 KEBAYORAN LAMA-JAKARTA SELATAN
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan keguruan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Smjana Ilmu Pendiclikan Islam (S.Pd.!)
Oleh Fitri Pagerwati
NIM.203011001528
Pembimbing
-
L .
Dra. Eri Rossatria, MA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF UlDAYATULLAH JAKARTA 1428 Hl2007 M
LEMBAR PENGESAHAN Skripsi
berjudul:
"PERANAN
GURU
AGAMA
ISLAM
DALAM
PEMBINAAN AKHLAK SISWA DI SMPN 3 I KEBAYORAN LAMA-JAKARTA SELATAN" diajukan kepada Fakultas IImu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam L!jian munaqasah pada,
06 Oktober 2007 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelas Sarjana SI (S.Pd.I) dalam bidang Pendidikan Agama. Jakarta, 06 Oktober 2007 Panitia Ujian Munaqasyah Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Program Studi)
Tanggal
Drs. Abelul Fattah Wibisono, MA NIP.: 150236009 Sekretaris (Sekretaris Jurusan/Proeli) Drs. Sapiuelin Shieliq, MA NIP.: 150299477 Penguji I Prof. Dr. Abel. Rahman Ghazali, M.Ag NIP.: 150063 509 Penguji II Dra. Djunaidatul M., MA NIP.: 150228871 Mengetahui : Dekan,
,'--J I
R
aela MA
Tanda Tangan
KATA PENGANTAR
\,\~hamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT., karena'qerkat rahmat dan inayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan "
skripsi ini. Shala'Yat dan salam semoga senantiasa disampaikan kepada Nabi Muhammad SA W., bcscrta kcluarga, sahabat-sahabal, dan pengikut-pengikutnya sampai akhir zaman, yang tclah membawa umatnya dari zaman jahiliyah menuju ke zaman yang pcnuh pcngctahuan yang dapat kita rasakan sekarang ini. Penulis mcnyadari sepenuhnya, bahwa dalam penyusunan skripsi ini, penulis mcmperoleh bantuan dari berbagai pihak, baik sccara moril maupun materi!. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada: I. Dekan Fakultas I1mu Tarbiyah Dan Keguruan UrN Syarif Hidayatullah. 2. Ketua dan sekertaris jurusan PAl Fakultas I1mu Tarbiyah Dan Kegurtlan UIN Syarif Hidayatullah. 3. Doscn pembimbing, ibu Ora. Eri Rossatria, MA, yang telah ikhlas mcmberikan bimbingan, bantuan, dorongan, dan motifasi kepada pentllis dalam penytlsunan skripsi ini, sehingga penulisan skripsi ini dapat tcrselesailj;an. 4. Dosen dan karyawan Fakultas I1mu Tarbiyah Dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah yang telah memberikan motifasi dan pelayanan serta bimbingan dalam mengembangkan pemikiran dan intelektualitas selama belajar di bangku perkuliahan. 5. Kepala SMPN 31, bapak Drs. Pachrur, yang telah memberikan bantuan serta izin untuk melakukan pcnelitian pada sekolah yang dipimpinnya. 6. Pimpinan perpustakaan UrN Syarif Hidayatullah beserta staff yang membantu pelayanan fasilitas buku-buku demi kelancaran penulisan skripsi ini. 7. Orang tua penulis, bapak H. Suntoro dan ibu Hj. St Masyrifah yang telah mengajar dan mendidik penulis dari keell hingga saat ini, dan tidak henti-
hentinya memberikan bantuan, dorongan serta motifasi baik berupa moril dan materi sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini 8. Adik-adik, Dewi Wulan Sari dan Putri Indah Permata Sari. Miftahul Huda yang tidak bosan untuk memotifasi penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dan teman-teman PAl angkatan 2003 yang memberikan bantuan serta dorongannya dalam penulisan skripsi ini.
DAFTARISI
KATA PENGANTAR DAFTAR lSI
III
ABSTRAK
v
DAFTAR TABEL
VI
BABIPENDAHULUAN
A. LataI' Belakang Masalah B. ldentilikasi Masalah
6
C. Pembatasan Dan Perumusan Masalah
6
D. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
7
BAB II KAJIAN TEORI
A. Guru Agama
8
1. Pengertian guru agama
8
2. Keduclukan clan peran guru agama
10
3. Kompetensi dan profesionalisme guru agama
13
4. Syarat-syarat mel1jacli guru agama yang baik
16
5. Tugas clan tanggungjawab guru agama
19
B. Pembinaan Akhlak Siswa
21
I. Pengertian pembinaan akhlak siswa
21
2. Sencli-sencli akhlak
24
3. Metocle pembinaan akhlak
26
4. Penclekatan dan proseclur pembinaan
28
5. Ruang lingkup pembinaan
30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Metoclologi Penelitian
32
B. Waktu Dan Tempat Penelitian
33
C. Variabel Penelitian
33
D. Populasi Dan Sam pel
33
E. Tekhnik pengumpulan Data
34
F. Tekhnik Pcngolahan Analisis Data
34
G. lnstrumen Penelitian
35
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek l'enelitian
37
B. l'engolahan dan Analisis Hasil Penelitian
40
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan
58
B. Saran
59
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
ABSTRAK
Fitri Pagenvati Perallan Gnru Agama Islam Dalam Pembinaan Akhlak Siswa Di SMPN 31 Kebayorau Lama-Jakarta Selatau Oalam pcnulisan skripsi ini penulis memilih judul "Peranan Guru Agama Islam Oalam Pembinaan Akhlak Siswa" dikarenakan masih banyaknya siswasiswi yang herakhlak kurang baik. Penulis melakukan penelitian kepada guru agama Islam khususnya mengenai peranannya sebagai pengajar sekaligus pendidik. Sejauh mana, seorang guru agama Islam berperan dalam pembinaan akhlak siswa-siswinya. Seorang guru berperan dalam pengembangan akhlak siswa-siswinya, untuk memenuhi tanggung jawabnya sebagai pendidik seorang guru juga memiliki syarat-syarat menjadi sem'ang guru, kompetensi dan professional pada bidangnya, mengetahui tugas dan tanggung jawabnya sebagai guru. Penyampaian teori tentang akhlak sqja, tidak cukup untuk membuat anak didik paham tentang pendidikan akhlak itu sendiri. Oleh karena itu seorang guru menjalankan perannya sebagai pendidik untuk membina akhlak para peserta c1idiknya agar memiliki kepribadian muslim dan berakhlak mulia. Serta melakukan pengawasan, baik dalam lingkungan sekolah dan diluar lingkungan sekolah. Oalam penelitian ini penulis menggunakan metode diskriptifanalisis, yaitu memaparkan secara mendalam dengan apa adanya seeat'a obyektif sesuai dengan data yang dikumpulkan. Oalam pengolahan data, penulis mengambil pola perhitungan statistie dalam bentuk persentase, artinya setiap data dipersentasekan setelah ditabulasikan dalam bentuk frekwensi jawaban dalam setiap jawaban. Oari penelitian yang dilakukan pada SMPN 31, melalui observasi dan penyebaran angket yang dilakukan dapat diketahui bahwa guru agama Islam berperan dalam pembinaan akhlak siswa-siswinya, hal ini terwujud dalam pelaksanan pengajaran agama Islam, antara lain dalam proses belajar mengajar, guru menyampaikan materi dengan beragam metode. Pemberian motifasi terhadap siswa dan memberikan keteladanan. Akhlak siswa pada sekolah ini bisa di katakanan cukup baik, dengan senantiasa berakhlak mahmudah, antara lain, berkata jujur, menghormati orang tua. Akan tetapi beberapa diantara mereka masih berakhlak madzmumah, beberapa dari mereka yang mengambil barang yang bukan miliknya, berbicara lantang walaupun dengan orang yang lebih tua.
DAFTAR TABEL
1. Tabel I Kisi-kisi Instrumen
35
2. Tabel 2 Sarana SMPN 3 I
38
3. Tabel 3 Prasarana SMPN 31
39
4. Tabel 4 Mengawali Pelajaran Dengan Membaca Basmallah
40
5. Tabel 5 Melakukan Apresepsi
41
6. Tabel 6 Tetap Memulai Pelajaran Meskipun Kelas Masih Ribut
41
7. Tabel 7 Menegur Anak Yang Tidak Memperhatikan Pelajaran
42
8. Tabel8 Siswa Memahami Pelajaran Yang Di Sampaikan Oleh Guru Agama
42
9. Tabel 9 Menyampaikan Materi Dengan Metode Diskusi
43
10. Tabel 10 Menyampaikan Materi Dengan metode Ceramah
43
II. Tabel II Mengoreksi Tugas Rumah Siswa
44
12. Tabel 12 Memberi Hadiah Atas Prestasi Siswa
45
13. Tabel 13 Memberikan Solusi Pada Masalah Yang Di Hadapi Siswa
45
14. Tabel 14 Menghukum Siswa Yang Tidak Mengeljakan Tugas Rumah 46 15. Tabel IS Berpenampilan Menarik Ketika Mengajar
46
16. Tabel 16 Berpakaian Rapih Di Dalam Lingkungan Sekolah
47
17. Tabel 17 Tegas Pada Setiap Anak Didiknya
48
18. Tabel 18 Mencaci-maki Anak Didiknya Yang Melanggar Peraturan
48
19. Tabel 19 Ticlak Pernah Menolak Teman yang Membutuhkan Pertolongan 20. Tabel 20 Merasa Tidak Nyaman Ketika Berbohong
49 49
21. Tabel 2 I Berpamitan kepacla Kedua Orangtua Ketika Berangkat Ke Sekolah 22. Tabel 22 Menyapa Guru Yang Berpapasan Di Luar Sekolah
50 50
23. Tabel 23 Tidak Biasa Mengacuhkan Perkataan Orangtua Ketika Menasehati 24. Tabel24 Mengeljakan Tugas Rumah Yang Di Berikan Guru
51 52
Ketika Pelajaran Sedang Berlangsung
52
26. Tabel 26 Berbicara Langtang Walau Dengan Orang Yang Lebih Tua
53
27. Tabel27 Meninggalkan Tugas Yang Di Berikan Oleh Orangtua
53
28. Tabel28 Biasa Mengambil Sesuatu Yang Bukan Miliknya Tanpa Sepengetahuan Orang Lain
54
29. Tabel 29 Berbicara Yang Bukan Sebenarnya Terjadi kepada Orangtua 55 30. Tabel 30 Biasa Datang Terlambat Ke Sekolah
55
31. Tabel 31 Tidak Pergi Ke Sekolah Ketika Proses Belajar Mengajar Aktif
56
32. Tabel 32 Biasa Mengeluarkan Seragam Atasan Ketika Berada
Di Lingkungan Sekolah 33. Tabel 33 Melanggar Tata Tertib Yang Ada Di Sekolah
56 57
BABI
PENDAHULUAN A. Latar Belalmng Masalah Dalam kajian ;Imu pendidikan, baik ilmu pendidikan Islam maupun ilmu pendidikan pada umumnya selalu dUumpai pembahasan tentang masalah guru. Berbagai penjelasan yang memandang pentingnya kajian terhadap pembahasan tersebut telah banyak ditemukan. Para guru dianggap sebagai faktor yang menentukan berlangsungnya kegiatan pendidikan dan pengajaran, bahkan Nana Saodik Sukma Dinata mengatakan bahwa tanpa adanya kurikulum, ruang kelas dan lainnya,. kegiatan pendidikan akan tetap berjalan, apabila ada guru yang bertugas sebagai pendidik dan pengajar. 1 Akhlak menempati pusisi yang sangat penting dalam Islam. Sesungguhnya Nabi Muhammad s.a.\\'. diutus oleh Allah s.w.!. untuk menyempurnakan akhlak, beliau adalah seseorang yang memiliki akhlak yang baik, hal itu dapat dilihat dari had its :
I
h.95
Abuddin Nata, Pendidikoi7 da/am perspeklif AI-Qur'an, (Jabtrta: UIN Jakarta Press, 2005),
2
"Bersumber dari Anass bin Malik, dia berkata: "Rasulullah s.a. w. adalah orang yang paling baik akhlaknya ". (HR. Muslim) ,,2 Dari had its diatas dapat diketahui, bahwa Nabi Muhammad adalah orang yang paling baik akhlaknya, beliau adalah orang yang sering memberi, selalu membantu orang yang sedang dalam kesusahan, beliau belum pernah mengatakan tidak, setiap kali beliau dimintai pertolongan.
3
Dalam hadits lain juga dikatakan :
"Ketika Aisyah Ra ditanya tel/tang akhlak Rasulullah S.a. w. maka dia mel/jawab, "Akhlaknya adalah Al QUI' 'an". (HR. Abu Dawud dan Muslim) ,,4 Akhlak mcnjadi fokus seluruh agama-agama samawi terutama agama Islam. Akhlak adalah tema yang selahl menjadi perhatian besar para ulama Islam dan akan tcrus demikian scpanjang hidup. Akhlak adalah risalah tcrpcnting yang dicmban oleh Nabi Muhammad s.a.w. firman Allah mcngatakan ", ',C: '" r ."
\y-o! "".'~ .,\ ',' '"-.J ~, ~,. :'1'· . ".'·'1 V" 'J Y-" • Ub"> Y" . ' .~
0!-!A
l-J~
,- 1u1 '.' V"
<s""
:lll
,'1' r.~. I 'cs; . r ~I' wUSJI
"Sullggllh Allah telah memberi karullia kepada orang-orang beriman ketika Allah mellgutus seorang Rasul (Muhammad) ditengah-tengah mereka dari kalangan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayatNya, menyucikan jiwa mereka dan mengajarkan kepada mereka kitab (AI-Qur 'an) dan hikmah (8ullnah), meskipun sebelumnya, mereka sebenarnya dalam kesesatan yang nyata (QS. Ali Imran 164).,,5 2 Imam Abu Husein Muslim bin Hajjaj Al Qury An Naisabury, Buku Tmjamah Shahih Muslim Jilid IV, Terj. Jari Shahih l\1uslim Jilid IV aleh Adib Bisri Musthofa, (Scmarang: Asy
Syifa', 1993), Cel.!, h. 172 3 Imam Abu Huscin Muslim bin Hajjaj Al Qury An Naisabury, Buku Tarjamah Shahih All/slim .fi/id 11~ Tcrj. dari Shal1ih Muslim .filid IV oleh Adib Bisri Musthofa ..., h. 172- ]73 ,I Muhammad Faiz Almath, Buku UOO Hadits Terpilih, Tc~j. dari Qubasun Afin Nuti l\lulwmmad s.a.w. oleh A. Aziz Salim Basyarahil, (Jakarta: Gcma Insani Press, 1995), Cet.9, h.
16-17 5 Dcpartemen Agama Rcpublik Indonesia, AI-Qur 'an dan Teljemah, (Jakarta: CV Kalhoda, 2005), h. 90-91
3
Islam tidak mengajarkan manusia melakukan perbuatan munkar yang tidak mempunyai nilai akhlak yang luhur, tetapi sebaliknya Islam mengajarkan manusia hidup bersahaja dengan akhlak yang mulia dalam keadaan yang bagaimanapun.
6
Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia menurut UU No 20 Th 2003 pasal I ayat (2) disebutkan bahwa suatu Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan UU 1945 yang berakrar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. Tidak bisa dipungkiri bahwa pendidikan Islam, baik sebagai sistem maupun institusinya merupakan warisan budaya bangsa, yang berakar pada masyarakat bangsa Indonesia. Dengan demikian jelas bahwa pendidikan Islam merupakan bagian integral dari system pendidikan nasional.' Kebutuhan akan pendidikan merupakan hal yang tidak bisa dipungkiri. Bahkan semua itu merupakan hak semua warga Negara. Berkenaan dengan ini, di dalam UUD 45 pasal 31 ayat (I) secara tegas disebutkan bahwa "Tiap-tiap warga Negara berhak mendapatkan pengajaran". Tujuan pendidikan nasional dinyatakan dalam UU RI No.20 Th 2003 pasal 3 bertujuan untllk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan· YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi bangsa Negara yang demokratis. 8 Tidak semua tugas mendidik dapat dilaksanakan oleh orang tua dalam keluarga terutama dalam hal ilmu pengetahuan. Oleh karena itu dikirimlah anak ke sekolah. Di sekolah guru bel1anggung jawab terlltama terhadap pengembangan seluruh
potensi siswa, akan tetapi seringkal i menganggap bahwa tugas utamanya hanyalah memenuhi pendidikan otak murid-muridnya. la merasa telah memenuhi kewajibannya dan mendapatkan nama baik, jika murid-muridnya sebagian besar naik kelas atau lulus dalam uijian. Akan tetapi ajaran Islam memerintahkan bahwa
7
Muhammad AI-Ghazali, Akhlak SeorangMuslim, (Sernarang : Wicaksana, 1992), h. 10 Hasbullah, Dasar-dasar I1mu Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Pcrsada, 2005), h.174
8
Hasbullah, Dasar-dasarllmu Pendidikan ..., h. 310
6
4
guru tidaklah hanya mengajar, tetapi juga mendidik. la harus memberi contoh dan menjadi teladan bagi murid-muridnya dan dalam segala mata pelajaran ia dapat menanamkan rasa keimanan dan akhlak sesuai dengan ajaran agama Islam. Malahan diluar sekolahpun ia harus bertindak sebagai seorang pendidik.
9
Sekolah sebagai salah satu lembaga, dimana orang tua mempercayakan anakanak mereka kepada para guru untuk mendapat bimbingan dan pendidikan. Bimbingan yang diberikan seCaI'a sengaja kepada anak didik oleh para guru bertujuan untuk mendewasakan anak ke arah perkembangan jasmani dan rohani. Dalam perkembangan selanjutnya, pendidikan berarti usaha yang dijalankan oleh seseorang atau kelompok agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup dan penghidupan yang lebih tinggi. Maka untuk mendewasakan anak kearah perkembangan jasmani dan rohani, seorang guru harus professional pada bidang yang ditekuninya. Seorang guru dianggap professional bilaman ia telah memiliki beberapa persyaratan yang harus dimiliki oleh seorang pendidik, meliputi persyaralan jasmani dan rohani. Seorang guru haruslah sehat jasmaninya, tidak sakit-sakitan alau mengidap penyakit menular yang akan membahayakan anak didiknya. Guru juga harus berpenampilan menarik yang ditunjang dengan fisik yang baik. Sehingga tujuan yang ingin dicapai dapat terwujud. Meskipun pendidikan akhlak sudah diterapkan, masih banyak anak-anak yang berkelakuan kurang baik!Disinilah dibutuhkan peranan guru agama Islam sebagai pengajar sekaligus pendidik. Bukan sekedar mengajarkan pendidikan akhlak I
semata, tetapi juga mendidik siswa untuk senantiasa berakhlak mulia. (Diharapkan pengajaran yang disampaikan oleh guru agama di sekolah dapat di terapkan, baik dalam Iingkungan sekolah atau di luar lingkungan sekolah. Bukan hanya berhenti dalam pengajarannya saja, sekedar memberikan pengetahuan dan memberikan pengertian tentang akhlak, bagaimana mencontohkannya dan lain sebagainya, tetapi pengetahuan yang sudah diterima, diharapkan dapat diamalkan, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, Iingkungan sekolah, bennasyarakat, berbangsa dan bernegara. 'J
Zakiyah Darajat, dkk, 1I111U Pendidikal1 / slam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), h. 72-73
v
5
Pendidikan tentang akhlak yang diajarkan guru di sekolah, tidak cukup hanya dengan teori-teori yang memenuhi kognitif siswa. Tetapi yang lebih penting pendidikan akhlak diberikan terintegrasi dalam proses belajar mengajar ataupun di luar proses belajar mengajar. Seperti mencontohkan bagaimana cara berlaku yang baik terhadap orang yang lebih tua dan apa yang harus dilakukan ketika berhadapan dengan orang yang lebih muda. Seorang guru sebagai suri tauladan bagi para slswanya, dapat memberikan motifasi bagi anak didiknya untuk senantiasa berakhlak mulia, karena bagaimanapun juga, seorang guru adalah sebagai salah satu subyek yang membawa siswa menuju keberhasilan. Pengaruh negatif dari sekitar bisa jadi akan memperburuk pemahaman siswa tentang akhlak, yang semula sudah diajarkan dan dapat dipahami oleh siswa tersebut bisa saja rusak atau berubah akibat pergaulan buruk yang diterimannya. Walaupun orang tuanyalah yang berperan dalam pembinaan akhlak anak-anak mereka, akan tetapi keberadaan guru dan peran guru yang cenderung dapat memberikan motifasi dan menanamkan pemahaman akhlak pada diri anak, sehingga pemahaman tersebut bukan hanya pemahaman saja, tetapi juga dapat diamalkan. Oleh karena itu, peranan seorang guru, khususnya guru agama Islam, diupayakan untuk dapat membentuk siswa agar memiliki kepribadian muslim serta berakhlak mulia. SMPN 31 yang diteliti oleh penulis selama
± 3 bulan tehitung dari bulan
Maret-Mei, merupakan sekolah yang siswa-siswinya terhitung tidak mempunyai eatatan pelanggaran yang banyak, yang dapat diketahui melalui catatan guru bimbingan dan penyuluhan. Selama
±3
bulan, pelanggaran yang terjadi antara
lain. Maret: terlambat 13 orang, April: bolos 2 orang, Mei: bolos 4 orang, melakukan kegaduhan 2 orang, firsing/tindik: lorang, ngompas: 1 orang. Melihat dari latar belakang masalah yang diuraikan, maka penulis disini berpendapat bahwa, seorang guru bukan hanya seorang pengajar saja. Tetapi seorang guru juga sebagai seorang pendidik yang dapat mengarahkan siswa-siswa yang dididiknya. Oleh karena itu peranan guru agama sangat diperlukan dalam pembentukan kepribadian muslim yang berakhlak mulia. Hal ini mendorong penulis untuk melihat lebih dalam apakah guru agama berperan dalam pembinaan
6
akhlak siswa dengan suatu penelitian yang berjudul "PERANAN GURU AGAMA ISLAM DALAM PEMBINAAN AKHLAK SISWA DI SMPN 31 KEBAYORAN LAMA-JAKARTA SELATAN",
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, penulis mengidentikasi masalah antara lain: I. Bagaimana guru agama berperan dalam mendidik akhlak siswa 2. Cara penyampaian guru dalam memberikan pengajaran 3. Peranan guru agama sebagai suritauladan bagi siswa 4. Contoh prilaku yang baik dalam lingkungan sekolah 5. Pengawasan guru agama terhadap akhlak siswa 6. Peran orang tua siswa 7. Faktor-taktor yang mempengaruhi akhlak siswa 8. Faktor pergaulan siswa 9. Akhlak siswa terhadap diri sendiri, teman, keluarga dan lingkungan sekitarnya
C. Pembatasan Dan Perumusan Masalah Dari beberapa identifikasi masalah di atas, tidak memungkinkan penulis untuk meneliti semua, di karenakan keterbatasan waktu dan kemampuan yang dimiliki oleh penulis. Maka penelitian ini hanya dibatasi pada hal-hal sebagai berikut : I. Pengajaran guru agama Islam dalam pembelajaran akhlak 2. Peranan guru agama sebagai suritauladan 3. Akhlak siswa di tinjau dari akhlak mahmudah dan madzmumah Sesuai dengan pembatasan masalah diatas maka penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : I. "Bagaimana peran guru agama Islam c1alam pembinaan akhlak siswa?" 2. "Bagaimana keadaan akhlak siswa di SMPN 31?"
7
D. Tujuan Dau Manfaat Peuelitian I. Tujuan Penelitian a. Tujuan umum Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran guru agama Islam dalam membina akhlak siswa. b. Tujuan khusus Adapun tujuan dari penelitian ini secm'a khusus adalah : I. Untuk
mengetahui bagaimana cara penyampman guru dalam
memberikan pengajaran
"'
2. Untuk mengetahui bagaimana peran guru dalam membina akhlak siswa 3. Untuk mengetahui peranan guru sebagai suritauladan bagi siswasiswinya. 4. Untuk mengetahui bagaimana pengawasan guru terhadap akhlak siswa. 5. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pembinaan akhlak siswa. 2. Manfaat Penelitian Dengan diadakannya penelitian ini, diharapkan dapat memberi informasi kepada guru dan calon guru agama Islam, tentang peranannya dalam membina akhlak siswa, bukan sekedar pengajaran saja tetapi meliputi pendidikan. Menambah khazanah ilmu pengetahuan, menambah referensi untuk penelitian lebih lanjut.
8
BABII KAJIAN TEORI
A. Guru Agama I. Peugertiau Guru Agama Undang-undang Sisdiknas No.20 tahun 2003, pasal 29 ayat 2 menyebutkan bahwa pendidik
merupakan
melaksanakan
proses
tenaga
profesional
pembelqjaran,
yang
menilai
bertugas
hasil
merencanakan
pembelajaran,
dan
melakukan
pembimbingan dan pelatihan. Guru merupakan faktor penting dalam meningkatkan kualitas out put pendidikan. Dalam konsep lslam guru adalah sumber ilmu dan moraL' Kata guru berasal dari bahasa lndonesia yang berarti orang yang mengajar. Dalam bahasa lnggris, dijumpai kata teacher yang berarti pengajar. Selain itu terdapat kata tutor yang berarti guru pribadi yang mengajar di rumah, mengajar ekstra, memberi les tambahan pelajaran, educator, pendidik, ahli didik, leeturer, pemberi kuliah, peneeramah. Dalam bahasa Arab istilah yang mengaeu kepada pengertian guru lebih banyak lagi seperti al-alim (Jamaknya ulama) atau al-mu 'aUm yang berarti orang yang mengetahui dan banyak digunakan para ulama/ahli pendidikan untuk menunjuk pada hati guru. Selain itu ada sebagian ulama yang menggunakan istilah al-Mudarris untuk arti orang yang mengajar atau orang yang memberi pelajaran.2
J Qowaid, dkk, Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : PuslitbangPendidikan Agama dan keagamaan Badan Litbang Agama Dan Diklat Keagamaan. 2005), Cet.!, h. I
2. Abuddin Nata, Perspektif Islam Tentang Po/a Hubungan Guru dan lv[urid, (Jakarta: PT Raja Gratindo Persada, 2001), Cet. I, h. 41-42
9 Kata berikutnya yang dekat dengan istilah guru atau pendidik adalah istilah murabbi yang dapat c1ipahami dari doa seorang anak kepada kedua orang tuanya yang telah menclidiknya diwaktu keci!. Kata murabbi seeara eksplisit tidak dijumpai dalam al-Qur'an. Yang ada dalam al-Qur'an aclalah kata rabbaya? Terclapat dalam firman Allah:
"Dan rendahkanlah dirimu lerhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapaknlah " Wahai luhanku! Sayangilah keduannya sebagaimana mereka berdua lelah mendidik aku pada waklu kecil ". (Q.S AI-Isra' 24)"4 Berbieara tentang pendiclikan, sebenarnya harus dilihat dari tugas clan fungsi yang c1ilaksanakan. Dapatlah seorang dewasa mengajar seorang anak menjadi peneuri adalah mungkin bisa clan mungkin pula tidak. Pendidik adalah
"Inclividu yang
mampu melaksanakan tindakan mendidik dalam satu situasi pendidikan untuk meneapai tujuan pendidikan. 5 Menurut Zakiyah Darajat, guru adalah pendidik professional, karena secara implisit ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian tanggung jawab yang terpikul c1i pundak para orang tua. Orang tua tatkala menyerahkan anaknya ke sekolah, berarti telah melimpahkan pendiclikan anaknya kepacla guru. Hal ini mengisyaratkan bahwa mereka ticlak mungkin menyerahkan anaknya kepada sembarang guru, karena tidak sembarang orang bisa menjacli guru.
6
Menurut Poerwadarminta, guru adalah orang yang kerjanya mengajar. Dilihat dari pengertian di alas, mengajar merupakan tugas pokok seorang guru dalam mendiclik muridnya. Guru dalam Islam adalah orang yang bertanggung jawab terhaclap perkembangan anak diclik dengan mengupayakan seluruh potensinya, baik potensi afektif, potensi kognitif, maupun potensi psikomotorik. Guru juga beralti orang dewasa yang bertanggung jawab memberikan pertolongan pada anak didik c1alam perkembangan 3
Abuddin Nata, Perspektifislam Temang Pola Hubungan Guru dan Murid... , h.46-47
4
Departcmen Agama Rcpublik Indonesia, AI-Qur'an dan Tetjemah ... , h. 387
5 Jalaluddin dan Abdullah, Filsq[al Penddikan (man/lsiajilsq[al dan pendidikon), (Jakarta: Radar Jaya Pratama, 1997), Cel. I, h. 122 6 Muhamad Nurdin, Kia! Menjadi Guru Projesional, (Jogjakarta : Prisma Sophie Jogjakarta, 2004), h. 155-156
10 jasmani dan rohaninya agar mencapai tingkat kcdewasaan, serta mampu berdiri scndiri dalam memenuhi tugasnya sebagai hamba Allah. Disamping itu,
Ja
mampu
sebagai makhkluk sosial dan makhluk individu yang maneliri.' Guru adalah seorang yang memiliki kemampuan dan pengalaman yang dapat memudahkan dalam melaksanakan peranannya membimbing muridnya. Ia harus sanggup menilai diri sendiri tanpa berlebih-Iebihan, sanggup berkomunikasi dan bekerja bersama orang lain. Selain itu perlu diperhatikan pula dalam hal mana ia memiliki kemampuan dan kelemahan.
8
Dari beberapa pendapat di atas tentang guru, dapat disimpulkan bahwa guru adalah subyek penelidikan, yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak ddiknya, melalui suatu proses bimbingan jasmani dan rohani yang berlandaskan ajaran Islam dan dilakukan dengan kesadaran untuk mengembangkan potensi anak menuju perkembangan yang maksimal, sehingga terbentuk kepribadian yang memiliki nilai-nilai Islami. Selain itu seorang guru juga memiliki peranan dan tanggung jawab yang besar terhadap anak didik, oleh karena itu seorang guru diharapkan mempunyai intelektualitas tinggi serta profesionaIisme kerja.
2. Kedudukan dan Peran Guru Agama Pendidik Islam ialah individu yang melaksanakan tindakan mendidik secara Islami yang sesuai dengan ajaran yang terdapat dalam agama Islam untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Pendidik mempunyai peranan yang penting dalam proses pendidikan. Bahkan, Imam Al Ghazali memandang bahwa pendidik mempunyai kedudukan utama elan sangat penting. Beliau mengumpamakan pendidik sebagai matahari yang menerangi dan memberikan sumber penghidupan. Dan sebagai minyak wangi yang disukai oleh setiap orang.
9
Kedudukan guru dalam Islam memang berbeda dengan kedudukan guru eli dunia barat.
Di dunia barat tidak ada penghormatan, hubungan guru dan murid hanya
sebatas pemberi dan penerima. Tetapi dalam Islam, hubungan guru dan murid tidak
7
Muhamad Nurdin. Kial kfenjadi Guru Profesiol1al... , h.156
&
Zakiah Darajat, Melodologi Pengajaron Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), CeLl, h.
266 'Nur Uhbiyati,
I//IIU
Pendidikanlslam, (Bandung: CV Pustaka Setia, (998), CeL2, h.66-68
II hanya sekedar pemberi dan penenma saja, akan lelapi guru dalam Islam adalah seorang yang dihormati. Kebutuhan masyarakal akan guru belum seimbang, dengan sikap sosial masyarakal lerhadap profesi guru. Berbeda bila dibandingkan dengan penghargaan mereka lerhadap profesi lain, seperli dokter, pengaeara, insinyur dan yang selerusnya. Rendahnya pengakuan masyarakal lerhadap guru, menurul Nana Sudjana, disebabkan oleh beberapa faklor, yailu : I. Adanya pandangan sebagian masyarakal bahwa siapapun dapal menjadi guru, asalkan ia berpengelahuan , walaupun tida mengerli didaklik-melodik. 2. Kekurangan lenaga guru di daerah lerpencil memberikan peluang unluk mengangkal seseorang yang lidak mempunyai kewenangan professional unluk menjadi guru. 3. Banyak lenaga guru sendiri yang lidak menghargai profesinya sendiri, apalagi berusaha mengembangkan profesi tersebul. Perasaan rendah diri menjadi guru masih menggelayut dihati mereka sehingga mereka melakukan penyalah gunaan profesi unwk kepuasan dan kepentingan pribadi, yang hanya akan menambah pudar wibawa guru dimala masyarakat. IO Namun lernyata dalam sejarahnya, kedudukan guru sedikil demi sedikil mulai berubah. Pada saat-saal nilai ekonomi mulai masuk, maka yang terjadi sekarang adalah: I. Kedudukan guru dalam Islam mulai merosot 2. Hubungan guru-murid kurang bernilai kelangilan, sehingga penghargaan (penghormatan) murid terhadap guru semakin menurun 3. "Harga" karya mengajar semakin tinggi. II Guru berlugas sebagai medium agar anak didik dapat meneapai lujuan pendidikan yang lelah dirumuskan. Tanpa guru, tujuan pendidikan manapun yang lelah dirul11uskan tidak akan dapal dieapai oleh anak didik. Guru dapat berfungsi sebagai medium yang baik dalam menjalankan tugas kegiatan pendidikan. Menurul Jalaluddin dan Abdullah dalam bukunya Filsafat Pendidikan, seorang guru harus melaksanakan beberapa peranan sebagai berikul yang diperlukan :
10
Muhammad Nurdin, Kiall\1enjadi Guru Profesiol1al.. 0' h. 192
II
Muhammad Nurdin, Kiat A4erijadi Guru Profesional..., h.195-196
12 a. Ia wajib menemukan pembawaan pada anak didiknya dengan jalan observasi, wawancara, pergaulan, angket dan sebagainya. b. la wajib berusaha menolong anak didik dalam perkembangannya. c. la wajib menyajikanjalan yang terbaik dan menunjukkan perkembangan yang tepa!. d. Ia wajib setiap waktu mengadakan evaluasi. e. la wajib memberikan bimbingan dan penyuluahan pada anak didik pada waktu mereka mengahadapi kesulitan. f.
Dalam menjalankan tugasnya, pendidik wajib selalu ingat bahwa anak sendirilah yang berkembang berdasarkan bakat yang ada padanya.
g. Pendidik senantiasa mengadakan peni laian atas diri sendiri untuk mengetahui apakah hal-hal yang tertentu dalam diri pribadinya yang harus mendapatkan perbaikan. h. Pendidik perlu memilih metode atau tekhnik penyajian yang tidak saja disesuaikan dengan bahan atau isi pendidikan yang akan disampaikan namun disesuaikan dengan kondisi anak didiknya.
12
Anak pada waktu lahir mendapatkan bekaI berupa perbuatan sikap yang disebut insting. Insting tidak banyak berperan dalam kehidupan manusia. Selain itu, juga mendapatkan bekal berupa benih atau potensi yang mempunyai kemungkinan berkembang pada waktunya dan apabila ada kesempatan dan stimulusnya melalui kegiatan pendidikan yang diberikan padanya. Benih atau potensi dinamakan pembawaan. Setiap anak didik mempunyai pembawaan yang berlainan. Karena itu guru wajib senantiasa berusaha untuk mengetahui pembawaan masing-masing anak didiknya, agar layanan pendidikan yang diberikan itu sesuai dengan keadaan pembawaan •
•
masmg-masmg.
13
Walaupun kedudukan guru dalam masyarakat mulai mengalami penurunan, peranannya sebagai seorang pendidik harus tetap dilaksanakan. Karena guru sebagai seorang pendidik dan pengajar mempunyai tanggung jawab, yang tidak hanya pada anak didiknya saja, tapi pada orang tua dari anak didik yang menitipkannya ke sekolah dan masyarakat tempat ia tinggal.
12
IJ
.Ialaluddin dan Abdullah, Filsq[at Pendidikan , h. 123 .Ialaluddin dan Abdullah, FlIsafat Pendidikan
h.124
13
3. Kompetensi dan Profesioualisme Guru Agama Kompetensi berasal dari bahasa Inggris competence, yang berarti person having
ability, power, authority, skill, knowledge to do what is needed. Adapun secaI'a harviah "kompetensi' diartikan kesanggupan, memiliki ketrampilan dan pengetahuan yang cukup untuk meIakukan sesuatu. Kompetensi merupakan pengetahuan, ketrampilan dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Kebiasaan berfikir dan bertindak secara konsistcn dan tenls menerus memungkinkan seseorang menjadi kompeten, dalam arti memiliki pengetahuan, ketrampilan, dan nilai-niIai dasar untuk melakukan sesuatu. 14 Sahertian
dkk,
memberikan
pengertian
kompetensi
berupa
kemampuan
melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pendidikan dan kompetensi. Djamarah mengatakan, kompetensi guru adalah pemilikan pengetahuan keguruan, dan pemilikan ketrampilan serta kemampuan sebagai guru dalam melaksanakan tugasnya. 15 Kompetensi berarti kewenangan atau kecakapan untuk menentukan atau memutuskan suatu hal. Maka kompetensi guru agama adalah kewenangan untuk menentukan pendidikan agama yang akan diajarkan pada jenjang tertentu di sekolah tempat guru mengajar. Kewenangan-kewenangan itu antara lain: a. Kewenangan formal, ditentukan oleh ijazah yang dimiliki guru. b. Pemahaman kurikulum. c. Penguasaan metode pengajaran. d. Pemahaman psikologis anak didik. e. Beberapa hal penting dalam proses belajar mengajar, memperhatikan keadaan peserta didik. 16
14 Kantor Departemcn Agama Propinsi Dacrah Khusus lbukota Jakarta, Kuri!culum Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas, 2002), h. 4
15
Qowaid MA dkk, Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam ..., h.5-6
I"
Zakiah Darajat, Pendidikan Islam Dolam Keluarga Dan Sekolah, (Jakarta: Ruhama, 19930, h.
95-97
14 Oalam sebuah proses pendidikan, guru merupakan salah satu komponen yang sangat penting selain komponen lainnya, seperti tujuan,kurikulum metode, sarana dan prasarana, Iingkungan dan evaluasi. Oianggap sebagai komponen yang paling penting karena komponen ini mampu memahami, mendalami, rnelaksanakan dan akhhirnya mencapai tujuan pendidikan. Guru professional adalah guru yang mampu menerapkan hubungan yang berbentuk multidimensional. Guru yang demikian adalah guru yang secara internal memenuhi criteria administrative, akademis dan kepribadian. Oiantara peryaratan tersebut adalah sehat jasmani dan rohani, bertakwa, berilmu pengetahuan, berlaku
adil,
berwibawa,
ikhlas
mempunyai
tujuan
yang
rabbani,
mampu
merencanakan dan melaksanakan evaluasi pendidikan, serta menguasai bidang yang ditekuni. Kesembilan syarat penting bagi guru professional ini secanl garis besar dapat dikelompokkan kedalam tiga kategori, yaitu : persyaratn administrative, akademis, dan kepribadian. a. Persyaratan administratif adalah persyaratan yang harus dimiliki oleh seorang guru yang ingin menjadi professional dalam kaitannya dengan persyaratan legal formal. b. Persyaratan akademis adalah persyaratan yang harus dimiliki seorang guru yang ingin menjadi profesionalisme dalam kaitannya dengan kapabilitas dan kualitas intelektual. c. Persyaratan kepribadian adalah persyaratan yang harus dimiliki seorang guru yang inginmenjadi profesional dalam kaitannya dengan sikap dan prilaku dalam kehidupan sehari-hari.
17
Guru profesional bukanlah guru yang mampu menghabiskan biaya besar dengan capaian prestasi yang lebih tinggi sedikit di banding dengan yang menghabiskan dana kecil. Guru profesional adalah guru yang mampu mewujudkan prestasi lebih tinggi dengan biaya yang setara dengan biaya sebelumnya. Realitas membuktikan bahwa dengan penambahan biaya pendidikan belum menjadi jaminan tergapainya prestasi yang membagakan. Guru profesional secara sederhana memerlukan beberapa kondisi minimal. Guru yang demikian ini tidak mungkin terwujud hanya dengan memenuhi salah satu dari
17
Muhamad Nurdin, Kia! lvfenjadi Guru Profesional ... , h. 13
15
kebutuhan rohani, jasmani, atau sosialnya saja, akan tetapi semua kebutuhan tersebut harus terpenuhi walau dalam standar minimal.
18
Organisasi keguruan seringkali merumuskan kompetensi profesional para guru yang menjadi anggota organisasi tersebut secara bcrbeda-beda, tetapi pada dasarnya yang dikemukakan adalah hal-hal sebagai berikut :
Guru mempunyai ijazah dengan latar belakang pendidikan keguruan Guru menghormati kode etik yang dirumuskan oleh organisasi tersebut Guru memperlihatkan kemampuan untuk maju dan tidak berhenti belajar Guru berprilaku bersih dan tidak lerlibat hal-hal tereela Guru memiliki integritas keilmuan, moral, dan spiritual. /9 Seorang guru harus mencerminkan lima karakteristik dasar yang dituntut dari padanya, dan yang dijadikan sebagai modal terpenting untuk semakin meningkatkan kompetensinya dari segi teknik profesional : I. Mereka yang amanah, menerima tugas sebagai ibadah 2. mereka yang memiliki sifat interpersonal yang kuat 3. Mereka yang berpandangan hidup moral yang beradap 4. Mereka yang menjadi teladan dalam kehidupan 5. Yang mempunyai hasrat untuk terus berkembang20 Guru sebagai pendidik profesional mempunyai citra yang baik di masyarakat apabila dapat menunjukkan kepada masyarakat bahwa ia layak menjadi panutan atau teladan masyarakat di sekelilingnya. Masyarakat akan melihat bagaimana sikap dan perbuatan guru itu sehari-hari, apakah memang ada yang patut diteladani atau tidak. Bagaimana guru
meningkatkan
pelayanannya,
meningkatkan
pengetahuannya,
memberikan arahan dan dorongan kepada anak didik dan bagaimana cara guru berpakaian dan berbicara serta cara bergaul baik dengan siswa, teman-temannya serta anggota masyarakat. 2l
18
Muhamad Nurdin, Kiallvleryadi Guru ProJesional. .. , h. 20-24
19 Departemen Agama Direktorat Jendcral Kclembagaan Agama Islam, Wawasan Tugas Guru Dan Tenaga Kependidikan, (Jakarta: Departcmcn Agama, 2005), h. 13
20
Dcpartemen Agama Dircktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, WmtlQsan Tugas Guru Dan
Tennga Kependidikan ... , h. 15-18 21
Soetjipto ctan Rams Kosasi, Profes; Kegllrllan, (lakarUl : Rincka Cipta, 1999), h. 42
16 Profesionalisme guru dapat diartikan sebagai kemampuan dan kewenangan guru dalam menjalankan profesinya, artinya guru yang piawai dalam menjalankan tugasnya disebut sebagai guru yang kompeten dan profesional.
4. Syarat-syarat Menjadi Guru Agama Yang Baik Untuk menjadi seorang guru tidaklah mudah seperti yang dibayangkan orang selama ini. Mereka menganggap hanya dengan memegang kapur dan membaca buku pclajaran, maka cukup bagi mereka untuk berprofesi sebagai guru. Ternyata untuk menjadi guru yang profesional tidak mudah, hanls memiliki syarat-syarat khusus dan harus mengetahui seluk beluk teori pendidikan. Supaya tercapai tujuan pendidikan, scorang guru harus memiliki syarat-syarat pokok. Menurut Sulani syarat-syarat pokok tersebut adalah
J. Syarat syakhshiyah (memiJiki kcpribadian yang dapat diandalkan) 2. Syarat ilmiah (memiliki ilmu pengctahuan yang mum pun i) 3. Syarat idhofiyah (mengetahui, menghayati dan menyelami manusia yang di hadapinya, sehinggga dapat menyatukan dirinya untuk membawa anak didik menuju tujuan yang ditetapkan)22 Menurut H. Mubangid bahwa syarat untuk menjadi pendidik atau guru yaitu : a. Dia harus orang yang beragama b. Mampu bertanggung jawab atas kesejahteraan agama c. Dia tidak kalah dengan guru-guru sekolah umum lainnya dalam rnmembentuk warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab atas kesejahteraan bangsa dan tanah air d. Dia harus memiliki perasaan panggilan murni 23 Pendapat lain mengatakan bahwa syarat-syarat yang harus dimiJiki seorang guru agama agar usahanya berhasil dengan baik ialah : dia harus mengerti ilmu mendidik sebaik-baiknya, dia harus memiliki bahasa yang baik dan mengenakannya sebaik mungkin, dia harus mencintai anak didiknya, sebab cinta senantiasa rnengandung arti menghilangkan kepentingan diri sendiri untuk keperluan orang lain?4
22
Muhamad Nurdin, Kia! i\1enjadi guru Profesional. .. , h. 157-158
23
Nur Uhbiyati, Jlmu Pendidikan Islam ... , h. 74
2'1
Nur Uhbiyati, I1mu Pendidikan islam ... , h. 74
17
Team penyusun buku Teks IImu Pendidikan Islam Perguruan Tinggi Agama/IAIN merumuskan bahwa syarat untuk menjadi guru agama ialah bertakwa kepada Allah, berilmu, sehatjasmaniah, berakhlak baik, bertanggungjawab dan berjiwa nasional. 25 Dari hasil anal isis terhadap sejumlah literature, seperti Zakiyah Darajat, Hasan Ibrahim,
Hamalik,
An-nahlawi,
Ahmad
Tafsir,
maka secara umum
syarat
profcsionalisme guru sebagai pendidik dalam Islam adalah : I. Sehat jasmani dan rohani
Kesehatan jasmani kerap menjadi syarat bagi mereka yang akan menjadi guru. Menurut Zakiyah darajat, jika guru mengidap penyakit menular umpamanya, maka akan sangat membahayakan kesehatan anak didiknya. Disamping itu tentu saja guru yang berpenyakitan tidak akan bergairah dalam mengajar. Dengan demikian, kcsehatan
badan
setidaknya
tidak
mempengaruhi
semangat
dalam
bekerja.
(mengajar). 2. Bertakwa Menurut Zakiyah darajat, guru sesuai dengan tujuan Ilmu Pcndidikan Islam, tidak mungkin mendidik anak bertakwa kepada Allah, jika ia sendiri tidak bertakwa kepada-Nya. la adalah teladan bagi muridnya, sebagaimanajuga Rasulullah saw. 3. Berilmu pengetahuan luas Menurut Zakiyah Darajat, ijazah sarjana bukan scmata-mata selembar kertas, akan tetapi merupakan bukti bahwa dirinya telah menyelesaikan pendidikan tingkat tinggi. Itu dapat diperoleh dengan belajar (menuntut ilmu), karena syarat seorang guru secara administratif harus dibuktikan dengan ijazah smjana. Gurupun, kata Zakiyah Darajat lebih lanjut, harus mempunyai ijazah supaya ia dibolehkan mengajar. 4. Berlaku adil Secara harfiah, adil berarti lurus dan tegak, bergerak dari posisi yang salah menuju posisi yang diinginkan. Adil juga berarti seimbang (balance) dan seimbang (eqUilibrium). Atas dasar tersebut, adil dalam Islam memiliki suatu basis ilahiyah, berakal dalam moralitas, sehingga prinsisp peltama adil adalah persamaan manusia dihadapan tuhan serta dalam kehidupan sosial. 5. Berwibawa Menurut Henry Fayol, kewibawaan berarti hak memerintah dan kekuasaan untuk membuat kita dipatuhi dan ditaati. Ada juga orang mengartikan kewibawaan dengan
25
Nur Uhbiyati, Jlmu Pendidikan islam ... , h. 74- 75
18 sikap dan penampilan yang dapat menimbulkan rasa segan dan rasa hormat. Sehingga dengan kewibawaan sepelti itu, anak didik merasa memperoleh pengayoman dan perlindungan. 6. Ikhlas lkhlas artinya bersih, murni dan tidak bercampur dengan yang lain. Sedangkan ikhlas menurut istilah adalah ketulusan hati dalam melaksanakan suatu amal yang baik, yang semata-mata karena Allah. 7. Mempunyai tujuan yang rabbani Hendaknya guru mempunyai tujuan yang rabbani, dimana segal a suatunya bersandar kepada Allah dan selalu menaati-Nya, mengabdi kepada-Nya, mengikuti syariat-Nya, dan mengenal sifat-sifat-Nya. 8. Mampu mereneanakan dan melaksanakan evaluasi pendidikan Pereneanaan adalah suatu pekerjaan mental yang memerlukan pemikiran, imajinasi dan kesanggupan melihat kedepan. Dengan demikian, seorang guru harus mampu merencanakan profesi mengajarnya dengan baik. Guru yang dapat membuat pel'encanaan adalah sarna pentingnya dengan orang yang melaksanakan rencana tel'sebut. Tujuan evaluasi adalah mengetahui kadar pemahaman anak didik terhadap mata pelajaran, untuk melatih keberanian dan mengajak anak didik untuk mengingat kern bali pelajaran yang telah diberikan. Disamping itu, evaluasi yangbertujuan untuk mengetahui siapa diantara anak didik yang cerdas, biasa-biasa saja dan terlambat. Dari sini seorang guru akan mengetahui dan memberikan "penekanan" lebih kepada anak didik yang kurang. 9. Menguasai bidang yang ditekuni Guru harus eakap dalam mengajal'kan ilnllmya, kal'ena seorang guru hidup dengan ilmunya. Guru tanpa ilmu yang dikuasainya bukanlah guru lagi. Oleh karena itu, kewajiban guru adalah selalu menekuni dan menambah ilmu lagi. Menurut Mukti Ali, seorang guru dengan ilmu yang dikuasainya harus berani mengatakan sesuatu sekalipun perkataannya itu berbeda dengan orang lain?6 Seperti syarat-syarat yang telah dikemukakan diatas, dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi seorang guru, seseorang harus memiliki syarat-syarat yang layak untuk
26
I'vluhamad Nurdin, Kial Menjadi Guru Profesional..., h. 159-190
19
menjadi seorang guru. Karna seorang guru tanpa syarat atau kecakapan yang dimilikinya tidak akan mencapai tujuan pendidikannya. Guru adalah seorang pendidik yang dijadikan sebagai panutan serta suritauladan bagi siswa-siswanya. Tanpa syarat-syarat yang telah dikemukakan diatas, guru akan susah menghadapi tugas dan kewajiban yang diembannya sebagai seorang guru.
5. Tugas Dan Tanggung Jawab Gnru Agama Seorang guru juga mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai seOt'ang guru. Menurut Nur Uhbiyati tugas-tugas guru atau pendidik antara lain: a. Membimbing si terdidik b. Menciptakan situasi untuk pendidikan
27
Selain membimbing si terdidik dan menciptakan situasi untuk pendidikan, seorang guru harus pula memiliki pengetahuan-pengetahuan yang diperlukan, pengetahuanpengetahuan keagamaan dan lain-Iainnya. Pengetahuan yang diperoleh bukan hanya diketahui saja, tapi juga diamalkan. Guru bukanlah makhluk yang sempurna, oleh kerena itu, ia harus selalu meninjau dirinya dan memperbaiki jika terdapat kesalahan padanya.-'8 Berdasarkan peranan profesional guru modern maka sudah tentu menimbulkan atau menambah tanggung jawab guru menjadi lebih besar. Menurut para ahli, tanggungjawab guru itu adalah sebagai berikut : I. Guru harus menuntut para peserta didik belajar Guru harus membimbing peserta didik agar mereka memperoleh ketrampilanketrampilan, pemahaman, perkembangan berbagai kemampuan, kebiasaan-kebiasaan yang baik, dan perkembangan sileap yang serasi. 2. Turut serta membina kurikulum sekolah Dalam hubungan ini guru dapat melakukan banyak hal, antara lain: Menyarankan ukuran-ukuran
yang mungkin dapat digunakan dalam memilih bahan-bahan
kurikulum, berusaha menemukan minat, kebutuhan dan kesanggupan peserta didik, berusaha menemukan cara-cara yang tepat agar antara sekolah dan masyarakat terjalin hubungan keljasama yang seimbang, mempelajari isi dan bahan pelajaran pada setiap kelas dan meninjaunya dalam hubungan dengan praktek sehari-hari.
27
Nur Uhbiyali, 1I111U Pendidikan Islam ..., h. 66
28
Nur Uhbiyati, Jlmu Pendidikan Islam ..., h. 66
20 3. MeJakukan pembinaan tehadap diri siswa (kepribadian, watak danjasmaniah) Agar aspek-aspek
kepribadian
ini
dapat berkembang maka
guru
perlu
menyediakan kesempatan kepada siswa untuk mengaJami, menghayati situasi-situasi yang hidup dan nyata. SeJain dari itu kepribadian, watak, dan tingkah Jaku guru sendiri akan menjadi contoh kongkret bagi peserta didik. 4. Memberikan bimbingan pada peserta didik Bimbingan kepada peserta didik agar mereka mampu mengenaJ dirinya sendidri, memecahkan masaJahnya sendiri, mampu
menghadapai kenyataan dan memiliki
stamina emosional yang baik, sangat dipcrlukan. 5. Melakukan diagnosis atas kesuJitan beJajar dan mengadakan peniJaian atas kemauan belajar Guru bertanggung jawab menyesuaikan semua situasi beJajar dengan minat, Jatar beJakang, dan kematangan peserta didik. Juga bertanggung jawab mengadakan evaluasi terhadap hasil belajar dan kemajuan belajar serta meJakukan diagnosis dengan cermat terhadap kesulitan dan kebutuhan siswa. 6. MenyeJenggarakan peneJitian Bagi seorang guru, keahJian dalam pekerjaan penelitian merupakan tanggung jawab profesional sebagaimana haJnya para dokter, insinyur dan sebagainya. 7. Mengenal masyarakat dan ikut serta aktif Guru tak mungkin meJaksanakan pekerjaannya secara efektif, jikalau ia tidak mengenal masyarakat seutuhnya dan secara lengkap. Ini berarti, bahwa dengan mengenaJ masyarakat, guru dapat mengenaJ siswa dan menyesuaikan pelajarannya secara efektif. 8. Menghayati, mengamaJkan, dan mengamankan pancasila Pendidikan bertujuan membentuk manusia pancasiJa sejati, yang beral1i melalui pendidikan diantaranya sekoJah, kita berusaha semaksirnaJ mungkin agar tujuan itu tercapai. 9. Turut serta mernbantu terciptanya kesatuan dan persatuan bangsa dan perdamaian dunia. 'Guru bertanggung jawab mempersiapkan siswa menjadi warga yang baik, Unhlk mencapai tujuan ini, sekolah mempunyai peranan yang penting meJalui bermacam kegiatan pengajaran, seperti membaca, percakapan, bermain dan bekerja.
21 10. Turut menyukseskan pembangunan Selaku pendidik, guru membantu meneiptakan para siswa menjadi manusia seutuhnya. Selain dari itu, kerjasama dengan lembaga-Iembaga atau badan-badan kemasyarakatan
lainnya,
akan
memberikan
sumbangan
lebih
besar
dalam
menyukseskan pembangunan. II. Tanggung jawab meningkatkan peranan profesional guru Tanpa adanya keeakapan yang maksimal yang dimiliki oleh guru maka kiranya sulit bagi guru tersebut mengemban dan melaksanakan tanggung jawabnya dengan eara yang sebaik-baiknya.
29
Setiap pekeciaan yang dilakukan pasti memiliki tugas dan tanggung jawab yang harus dilakukan. Seperti dokter, insinyur dan lain sebagainya. Begitu juga dengan seorang guru yang memiliki tugas serta tanggung jawab terhadap anak didiknya seperti yang telah dikemukakan diatas. Sehingga pendidikan akan meneapai tujuannya, bila mana seorang guru melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya seeara profesional.
B. Pembinaan Akhlak Siswa 1. Pengertian Pembinaan Akhlak Siswa
Pembinaan merupakan langkah keempat dari flmgsi pendidikan luar sekolah setelah langkah-Iangkah pereneanaan pengorganisasiaan dan pergerakan. Pembinaan dapat diartikan sebagai upaya memelihara membawa sesuatu keadaan yang seharusnya terjadi atau menjaga keadaan sebagaimana seharusnya. Dalam man1\iemen pendidikan luar sekolah, pembinaan dilakukan dengan maksud kegiatan atau program yang sedang dilaksanakan selalu sesuai dengan reneana atau tidak menyimpang dari yang telah direneanakan. Apabila pada suatu waktu terjadi penyimpangan maka dilakukan
upaya
untuk
mengembalikan
kegiatan
kepada
yang
seharusnya
dilaksanakan. Seeara
lebih
luas,
pembinaan
dapat diartikan sebagai
rangkaian upaya
pengendalian seeara profesional terhadap semua unsur organisasi agar unsur-unsur tersebut berfungsi sebagaimana mestinya sehingga sehingga reneana untuk mencapai tujuan dapat terlaksana seeara berdaya guna dan berhasil guna. Unsur-unsur organisasi itu meneakup peraturan, kebijakan, tenaga penyelenggara, staf dan 29 Departcmcn Agama Direktoral Jendcral kclcmbagaan Agama Islam, Wawasan rugas Guru Dan Tenaga Kependidikan .. " h,76-83
22 pelaksana, bahan dan alat (material), biaya dan perangkat lainnya. Dengan perkataan lain, pembinaan mempunyai arah untuk mendayagunakan semua sumber sesuai dengan rencana dalam rangkaian kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 30 Pengeliian akhlak dari segi bahasa berasal dari bahasa Arab, yang berarti perangai, tabi'at, watak dasar kebiasaan, sopan dan santun agama.31 Bentuk jamak
kim/uk atau a/-Khu/q, yang secara etimologis (bersangkutan dengan cabang ilmu bahasa yang menyelidiki asal-usul kata selia perubahan-perubahan dalam bentuk dan makna) antara lain berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabi'at. Dalam kepustakaan, akhlak diartikan juga sikap yang melahirkan perbuatana (prilaku, tingkah laku) mungkin baik, mungkin buruk, seperti telah disebut diatas. 32 Dipandang dari terminology, ilmu akhlak (ethics da/am bahasa Inggris) adalah ilmu yang menentukan batas antara baik dan buruk, antara yang terpuji dengan yang tercela tentang perkataan atau perbuatan manusia lahir dan batin. 33 Dalam ensiklopedi pendidikan dikatakan bahwa akhlak ialah budi pekerti, watak, kesusilaan (kesadaran etik dan moral) yaitu kelakuan baik yang merupakan akibat dari sikap jiwa yang benar terhadap khaliknya dan terhadap sesama manusia.34 Akhlak menurut definisi AI Ghazali adalah suatu sikap /ba'iyah) yang mengakar dalam jiwa yang darinya lahir berbagai perbuatan dengan mudah dan gampang, tanpa perlu tanpa pikiran dan perkembangan. Jika sikap itu yang darinya lahir perbuatan yang baik dan terpuji. Baik dari segi akal dan syara', maka ia disebut akhlak yang baik. Dan jika yang lahir darinya perbuatan tercela, maka sikap tersebut disebut akhlak yang buruk. 35 Akhlak adalah institusi yang bersemayam dihati tempat munculnya tindakantindakan sukarela, tindakan yang benar atau salah. Sebaliknya jika institusi tersebut disia-siakan, tidak dibina dengan pembinaan yang proposional, bibit-bibit didalamnya
)0
31
J2
Sudjana. S, Manajemen Program Pendidikan, (Bandung: Falah Production, 2000), h. 223-224 Moh Ardani, Akhlak Tasawuj, (Jakarta: CV Karya Mulia, 2005), ed. 2, h.25 Muhamad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Raja Grafindo pcrsada, 2000), Cet.3,
h.346 33
Muhamad Daud Ali, Pendidikan Agama Istam ... , h. 352
34
Asmaran AS, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: Raja Gral1ndo Persada), h. 1~2
35
Moh Ardani, Akhlak Tasawuf..., h 25-26
23 tidak di kembangkan, dan dibina dengan pembinaan yang buruk hingga keburukan menjadi sesuatll yang dieintainya, kebaikan menjadi sesuatu yang dibeneinya, dan perbuatan serta perkataan buruk keluar daripadanya dengan mudah, maka dikatakan akhlak yang buruk, misalnya berkhianat, bohong, keluh-kesah, rakus, kasar, dengki, jorok dan sebagainya. Oleh karena itu islam memuji akhlak yang baik, menyerukan kaum muslimin membinanya dan mengembangkannya dihati mereka. Islam menegaskan bahwa bukti keimanan ialah jiwa yang baik, dan bukti keislaman adalah akhlak yang baik. 36 Menurut Langeveld anak manusia itu memerlukan pendidikan, karena ia berada dalam keadaan tidak berdaya (hulpe/oosheid). Dalam al-Qur'an dijelaskan :
"Dan AI/ah mengeluarkan kamu dari perut ibumu da/am keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan di memberimu pendengaran, pengelihatan dan hati nurani agar kamu bersyukur. (Q.S AI-Nahl 78),,37 Kata murid berasaI dari bahasa Arab ('arada, yuridu, iradatan, muridan) yang berarti orang yang menginginkan (the willer), dan menjadi salah satu sifat Allah swt, yang berarti maha menghendaki. Pengertian seperti ini dapat dimengerti, karena seorang murid adalah orang yang menghendaki agar mendapatkan ilmu pengetahuan, ketrampilan, pengalaman dan kepribadian yang baik untuk bekal hidupnya agar bahagia didunia dan akhirat dengan jalan belajar yang sungguh-sungguh. Istilah ini digunakan dalam ilmu tasawuf sebagai orang yang belajar mendalami ilmu tasawuf kepada seorang guru yang dinamakan syaikh. Selain kata murid, dijumpai pula kata al-tilmidz yang juga berasal dari bahasa Arab, namun tidak mempunyai akar kata dan berarti pelajar. Kata ini digunakan untuk menunjuk murid yang belajar di madrasah. Istilah ini antara lain digunakan oleh Ahmad Tsalabi. Selanjutnya terdapat pula kata al-mudarris, berasal dari bahasa Arab, darrasa yang berarti orang yang mempelajari sesuatu. Istilah lain yang berkenaan dengan
J'
Abu Bakr Jabir AI-Jazairi, Ensiktopedi Muslim, (Jakarta: Darul Falah, 2000), Cet.!, h. 2 J 7
37
Nur Uhbiyati,lImu Pendidikan Islam ..., h. 112
24 murid (pel ajar) adalah al-/halib kata ini berasal dari bahasa Arab yang berarti /halaba,
ya/hlubu, /halaban, /halibun yang berarti orang yang mencari sesuatu. Pengertian ini dapat dipahami karena seorang pelajar adalah orang yang tengah meneari ilmu pengetahuan, pcngalaman dan kctrampilan, pengalaman dan lain sebagainya, sehingga masih banyak memcrlukan bimbingan,38 Dari beberapa pengertian di atas dapat di ketahui bahwa, murid adalah scm'ang yang mcneari i1mu pengetahuan, pengalaman, ketrampilan serta kepribadian untuk bekal hidupnya di dunia dan di akhirat. Selain itu setiap individu pasti mempunyai perangai, tabiat, watak dan sopan santun agama. Scbagai seorang pendidik, guru harus mengupayakan untuk dapat mcnghasilkan generasi yang berbudi pekcrti luhur dan berakhlak mulia. Oleh karena itu, pembinaan merupakan salah satu eara yang hanls di tempuh untuk meneapai tujuan yang hcndak di eapai. Pembinaan akhlak siswa adalah upaya untuk memelihara selia menjaga akhlak siswa, untuk menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Dengan maksud, pembinaan yang dilakukan selalu sesuai dengan reneana yang telah di rencanakan. Yaitu untuk menjadikan siswa agar memiliki akhlak yang baik dan berbudi pekerti luhur. Yang nantinya akan di amalkannya, baik bagi dirinya sendiri, masyarakal dan lingkungan yang berada di sekitamya.
2. Sendi-sendi Akhlak Akhlak dalam wujud pengamalannya dibedakan menjadi dua : Akhlak terpuji dan akhlak tcrecla. Jika ia sesuai dengan perintah Allah dan Rasull-Nya yangkemudian melahirkan perbuatan yang baik, maka itulah yang dinamakan akhlak terpuji. Sedangkan jika ia sesuai dcngan apa yang dilarang Allah dan Rasull-Nya dan melahirkan perbuatan-perbuatan yang buruk, maka itulah yang dinamakan akhlak tereela?9
I. Akhlak mulia Tentang akhlak yang tcrpuji ada empat sendi yang eukup mendasar dan menjadi induk scluruh akhlak. AI-Ghazali dalam hubungan ini mengatakan : H
Seperli demikian pula pada baliniah itu ada empa/ sendi, lak boleh lidak,
harus bagus semuanya, sehingga sempurnalah kebagusan akhlak. Apabila sel1di yang
38
Abuddin Nata, Perspektifislam Tentang Polo Hubungan Guru Dan Murid... , h. 49-50
J<)
Moh Ardani, Akhlak Tasmvuf... , h. 61
25 empal iw lums, beful dan sesuai, niscaya berhasillah kebagusan akhlak, yairu : kekualan ilmu, kekuafan marah, kekualan nafsu syahwal dan kekuatan keseimbangan dianlara kekuatan yang tiga fer-sebut. " Sendi akhlak yang cukup mendasar dan menjadi induk dari seluruh akhlak, menu rut AI Ghazali adalah sebagai berikllt : a.
Kekuatan ilmll wujudnya adalah hikmah (kebijaksanaan).
b. Kekuatan marah wujlldnya adalah syaja 'ah (berani). e.
Kekuatan nafsu syahwat wujudnya adalah 'ifJah (perwira).
d. Kekuatan keseimbangan diantara kekuatan yang tiga diatas wujudnya ialah adil. 40 Dari empat sendi akhlak yang terpuji itu, akan lahirlah perbuatan-perbuatan yang baik seperti : jujur, suka memberi kepada sesama, tawadhu, tabah, tinggi eita-eita, pemaaf, kasih sayang terhadap sesama, berani dalam kebenaran, menghormati orang lain, sabar, pemalu, pemurah, memelihara rahasia, qanaah (menerima hasil usaha denga senang hati), menjaga diri dari hal-hal yang haram, dan sebagainya 4
\
Dalam menjalani kehidupan di dunia ini, banyak sekali permasalahan yang harus di hadapi. Namun, Sebagai seorang muslim harus senantiasa menuJ\iukkan sifat sabar. Sabar dalam menghadapi musibah. Contoh : "ketika Ali berangkat ke sekolah, tanpa ia sadari liang sakunya terjafuh. Dan baru di ketahui ketika tiba di sekolah. Maka sebagai seorang muslim, Ali harus sabaI' at~s musibah yang di deritanya,\42
2. Akh lak tereela Sendi-sendi akhlak yang tereela tersebut merupakan kebalikan dari sendi-sendi akhlak terpuji, yaitu ;
a. Khuhlsan wajarbazah (keji dan pintar busuk) dan Salham (bodoh). h. Tahawwur (berani tapi sembrono), jabun (penakut) clan khauran (Iemah tidak bertenaga). c.
40
Syarhan (rakus) danjumud (beku).
Moh Ardani, AkhIok Tasawuf. .. , h. 61-62
" Moh Ardani, Akhlak Tasawuf. .., h. 61-62 42
Supomo, LKS Pendidikan Agama Islam, (Surakarta ; lka Jaya Muktj), h. 26
26 d. Zalim, yaitu kekuatan syahwat dan amarah yang tidak terbimbing oleh hikmah, sekaligus kebalikan dari adil. 43 Keadaan akhlak ini adalah pangkal yang menenlukan corak hidup manusia. Dengannya manusia akan mengetahui yang baik dan yang buruk, dapat membedakan yang patut dan tak patut, yang hak dan yang bathil, boleh dan tidak boleh dilakukan, meskipun dia kuasa atau mampu untuk melakukannya. Inilah suatu hal yang khusus untuk manusia, lain halnya bagi hcwan, dalam dunia hewan tidak ada pekerjaan yang baik dan buruk atau patut dan tak patut. Manusia dengan kelebihan akalnya, dapal mengerti dan menginsyafi dirinya sendiri dan segala perbuatan yang baik sebelum maupun sesudah ia lakukan sehingga pekerjaan yang di lakukan, berdampak baik bagi kehidupannya. Berprasangka buruk alau meneurigai secara berlebih-Iebihan kepada orang lain adalah perbuatan lereela dan harus di jauhi karena berburuk sangka itu adalah dosa. Selain itu, bahaya bagi orang yang berburuk sangka salah satunya yaitu dapat menimbulkan permusuhan. Contoh : "Dian sedang menunggu Siska yang berjanji untuk mengembalikan bukunya, namun Siska yang di tunggu-tunggu tidak juga tiba. Dian berprasangka buruk pada Siska, bahwa siska tidak menepati janjinya. Seharusnya Dian lidak berprasangka buruk terlebih dahulu sebelum Siska tiba. Kama bisa jadi, Siska terlambat karena harus mengerjakan sesuatu terlebih dahulu.44
3, Memde Pembinaan Akhlak Perhatian Islam terhadap pembinaan akhlak ini dapat pula dilihat dari perhatian Islam terhadap pembinaan jiwa yang harus didahulukan daripada pembinaan fisik, karena dari jiwa yang baik inilah akan lahir perbuatan-perbuatan yang baik, yang pada tahap selanjutnya akan menghasilkan kebaikan dan kebahagiaan pada seluruh kehidupan manusia, lahir dan batin. Perhatian islam dalam pembinaan akhlak selanjutnya dapat dianalisis pada muatan akhlak yang terdapat pada seluruh akhlak yang terdapat pada seluruh aspek ajaran Islam. Ajaran Islam tentang keimanan misalnya sangat berkaitan erat dengan
43
Moh Ardani, Akhiok Tasawuf .. , h. 64
4,1 SUP0I110,
LKS llmu Pendidikan islam ... , 30
27 mengerjakan serangkaian amal salih dan perbuatan terplUi.43 Dalam AI-Qur'an terdapat ayat yang berbunyi :
"Dan dianlara manusia ada yang berkala "kami beriman kepada Allah dan hari akhir" padahal seslInggllhnya mereka ilu bukanlah orang-orang yang beriman. lvlereka menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanyalah menipu diri sendiri umpa mereka sadari.(QS. AI-Baqarah 2:8_9)".44 Pembinaan akhlak dalam Islam juga terintegrasi dengan pelaksanan rukun iman. Hasil analisis Muhammad al-Ghazali terhadap rukun Islam yang lima telah menunjukkan dengan jelas, bahwa dalam rukun Islam yang lima itu terkandung konsep pembinaan akhlak. Rukun Islam yang pertama mengandung pernyataan bahwa selama hidupnya manusia hanya tunduk kepada aturan dan tuntutan Allah. Selanjutnya rukun Islam yang kedua, membawa pelakunya terhindar dari perbuatan keji dan munkar. Dalam rukun islam yang ketiga, juga mengandung didikan akhlak. Muhammad al-Ghazali mengatakan bahwa hakikat zakat adalah untuk membersihkan j iwa dan mengangkat derazat manusia ke jenjang yang lebih mulia. Rukun Islam yang keempat, mengajarkan ibadah puasa, bukan hanya sekedar menahan diri dari makan dan minum dalam waktu yang terbatas, tetapi lebih dari itu
merupakan latihan
menahan diri dari keinginan melakukan perbuatan keji yang dilarang. Selanjutnya rukun islam yang kelima, yang juga memiliki nilai pembinaan akhlaknya lebih besar lagi dibandingkan dengan pembinaan akhlak yang ada pada ibadah dalam rukun Islam lainnya. Cara lain yang ditempuh untuk pembinaan akhlak ini adalah pembiasaan yang dilakukan sejak keel I dan berlangsung seeara kontinyu. Dalam tahapan-tahapan tertentu, pembinaan akhlak, khususnya akhlak lahiriah dapat pula dilakukan dengan eara paksaan yang lama-kelamaan tidak lagi terasa dipaksa. Cara lain yang tak kalah ampuhnya dari eara-eara di atas dalam hal pembinaan akhlak ini adalah melalui keteladanan. Selain itu pembinaan akhlak dapat pula ditempuh dengan eara senantiasa menganggap diri ini sebagai yang banyak kekurangannya daripada kelebihannya.
4)
Abuddin Nata, Akhlak Tasawlif. .. , h. 158-159
44
Dcpartemcn Agama Republik Indonesia, AI-Qur'an dan Terjemah ... , h. 3
28 Pembinaan secara efektif dapat pula dilakukan dengan memperhatikan faktoL«"·/" kejiwaan sasaran yang akan dibina 45
".. "....' ,0""'"
/'.:"'.;;"\\ _'0
" '\ ::
,,\:,'\"1 0 ""
,0_
Dari penjabaran diatas dapat di simpulkan, metode p~}lJbina:ail~~blah~ilfl~d~p
," r;\';r..:\-A/~" "\1,">"
, __ ~,;,_~"""
Pembiasaan yang dilakukan sejak kecil dan berlangsung s'~Yl\th;kohiinyg,..pefnbinaan akhlak lahiriah yang dapat pula dilakukan dengan cara
pa~saan'Ya~~"lama-kelamaan
tidaklagi akan merasa terpaksa, pembinaan melalui metode keteladanan, senantiasa menganggap dirinya selalu memiliki kekurangan dari pada kelebihannya, serta pembinaan yang memperhatikan faktor kejiwaan sasaran yang akan dibina.
4. Pendekatan dan Prosednr Pembinaan Fungsi pembinaan, baik pengawasan maupun supervisi, dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan langsung (direet contect) atau pendekatan tidak langsung (indireet eontaet). pendekatan yang disebut pel1ama teljadi apabila pihak Pembina (pimpinan, pengelola, pengawas, supervisor, dsb). Melakukan pembinaan melalui tatap muka dengan pihak yang dibina atau dengan pelaksana program. Pendekatan langsung ini dapat dilakukan melalui kegiatan diskusi, rapat-rapat, tanya-jawab, kunjungan lapangan, kunjungan rumah dan lain sebagainya. Pendekatan kedua disebut pendekatan tidak langsung, terjadi apabila pihak yang membina melakukan upaya pembinaan kepada pihak yang dibina melalui media masa melalui petunjuk tertulis, korespondensi, penyebaran bulletin, dan media elektronik, seperti radio dan kase!. Pendekatan langsung sering digunakan dalam kegiatan yang diselenggarakan oleh organisasillembaga yang relative kecil atau sederhana, dan wilayah kegiatannya masih terbatas. Pendekatan langsung bertujuan untuk mengetahui kesesuaian pelaksanaan program
dengan
rencana
yang
telah
ditetapkan,
untuk
mengidentifikasi
penyimpangan, masalah, atau hambatan yang mungkin terjadi, serta untuk menemukan alternative upaya guna memperbaiki kegiatan, memecahkan masalah atau mengatasi hambatan. Dengan demikian pendekatan langsung digunakan apabila kegiatan, wilayah kClja, dan masalah yang di hadapi mempunyai sifat terbatas. Pendekatan
tidak
langsung
dilakukan
apabila
kegiatan
pembinaan
itu
diselenggarakan dalam organisasi yang besar. Wilayah kegiatannya luas dan tugas-
.>5
Abuddin Nata, Akhlak Tasmvlif. .. , h. 158-166
29 tugas pimpinan lebih banyak. Pendekatan tidak langsung biasanya dilaksanakan melalui mekanisme pembinaan berstruktur.46 Pendekatan
langsung dan
pendekatan tidak
langsung memiliki beberapa
kelemahan, kelemahan pendekatan langsung diantaranya : membutuhkan waktu yang relative lama, Pembinaan langsung akan dipengaruhi situasi pada saat melakukan tatap muka. Lingkungan dan tempat kegiatan yang tidak teratur, ketidakhadiran pelaksana kegiatan, dan lain sebagainya akan mempengaruhi keefektifitasan komunikasi antara kedua belah pihak. Kelemahan pembinaan tidak langsung terutama adalah adanya pengaruh situasi. Oleh karena anal isis terhadap laporan dari bawahan dilakukan bukan pada saat dan tempat berlangsunghnya kegiatan, maka pendekatan tidak langsung tidak dapat merekam penampilan pelaksana dan kegiatannya yang sedang terjadi dilapangan. Laporan tertulis dan laporan lisan yang telah diterima oleh pembina mungkin berbeda c1engan kenyataannya yang sebenarnya. Akibat dari situasi demikian, pihak Pembina akan
sulit
untuk
memperoleh
gambaran
obyektif tentang
kegiatan
nyata,
penyimpangan, hambatan dan masalah-masalah serta potensi untuk pemecehannya.47 Untuk dapat melakukan pendekatan pembinaan dengan baik, maka diperlukan pula prosedur pembinaan yang etektif, prosedur pembinaan yang efektif dapat digambarkan melalui lima langkah pokok yang berurutan. Kelima langkah itu adalah sebagai berikut : I. Mengumpulkan informasi, informasi yang dihimpun ini meliputi kenyataan atau peristiwa yang benar-benar terjacli dalam kegiatan berdasarkan rencana yang telah ditetapkan. 2. Mengidentifikasi masalah, masalah ini diangkat c1ari informasi yang telah dikumpulkan dalam langkah pertama. Masalah akan muncul apabila terjadi keticlak sesuaian c1engan atau penyimpangan dari kegiatan yang telah direncanakan. 3. Menganalisis masalah, kegiatan analisis adalah untuk mengetahui jenis-jenis masalah dan faktor-faktor penyebab timbulnya masalah tersebut. Faktor-faktor tersebut mungkin datang dari para pelaksana kegiatan, sasaran kegiatan, fasilitas, biaya, proses, waktu, kondisi Iingkungan, dan lain sebagainya.
46
Sudjana. S, Manajemen Program Pendidikan, (Bandung: Falah Production, 2000), h. 244-246
·17
Sudjana. S, Alanajemen Program Pendidikan... , h. 244-249
30 4. mencari dan menetapkan alternativ pemecahan masalah, kegiatan pertama yang dilakukan adalah mengidentifikasikan alternative upaya yang dapat dipertimbangkan untuk memecahkan masalah. Alternatif ini disusun setelah memperhatikan sumber-sumber pendukung dan kemungkina hambatan yang akan ditemui dalam upaya pemecahan masalah. 5. Melaksanakan upaya pemecahan masalah, pelaksanaan upaya ini dapat dilakukan pembinaan baik secara langsung maupun secara tidak langsung.
48
Dari beberapa penjabaran dan pendekatan-pendekatan yang ada pada ruang lingkup pembinaan di atas, dapat disimpulkan, bahwa upaya pembinaan akan terlihat lebih efektif apabila Pembina melakukan pendekatan gabungan. Pendekatan yang memadukan antara pendekatan langsung dan pendekatan tidak langsung. Pendekatan gabungan yang dilakukan akan dapat mengetahui kenyataan yang benar-benar tejadi pada saat kegiatan itu berlangsung dan dapat menggunakan laporan sebagai informasi dasar dan informasi pembanding terhadap kenyataan kegiatan yang sedang dilakukan. Selain itu, diperlukan prosedur-prosedur pembinaan yang efektif untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
S. Ruang Lingkup Pembinaan Pembinaan meliputi dua sub-fungsi yaitu pengawasan (controlling) dan supervisi (suervising). Pengawas dan supervisi mempunyai kaitan erat antara yang satu dengan yang lainnya, dan keduanya saling isi-mengisi atau saling melengkapi. Kedua sub fungsi ini memiliki persamaan dan perbedaan. Secara umum, persamaan antara pengawasan dan supervisi ialah bahwa keduanya merupakan bagian dari kegiatan pembinaan sebagai fungsi manajemcn. Pengawasan dan supervsi mempunyai lima perbedaan, yaitu : I. Pengawasan lebih menekankan pada pemeriksaan tentang sejauh mana peraturan, kebijakan perintah pedoman dan petunjuk pelaksanaan yang telah ditetapkan oleh pimpinan organisasi tingkat lebih tinggi diikuti dan dilaksanakan oleh penyelenggara, staf dan pelaksana. SedangkaJl supervisi lebih menekankan pada proses yang terjadi dalam pelaksanan kegiatan yang berkaitan dengan program pendidikan luar sekolah berdasarkan rencana dan peraturan yang telah ditetapkan.
48
Sudjana. S, Afanqjemen Program Pendidikan ... , h. 249-251
3] 2. Pada umumnya pengambilan kepuluan dalam pengawasan di lakukan seeara sepihak, yailu oleh pengawas, berdasarkan krileria dilenlukan
sebelumnya.
Dalam
supervisi
alau aturan yang lelah
pengambilan
kepulusan
ilu
didasarkan kesimpulan yang ditarik dari dala alau informasi yang lerdapal dalam kegialan, serla proses pengambilan keputusan ilu di lakukan bersama oleh pihak supervisor dan pihak yang di supervisi. 3. Pengawasan lebih mengarah pada usaha pihak pengawas unluk memperbaiki hal-hal yang lidak sesuai dengan peraluran, kebijakan, dan kelenluankelenluan lainya yang berlaku. Perbaikan ini dilakukan oleh pihak pengawas dengan memberikan pelunjuk, perintah, leguran, dan contoh. Sedangkan supervisi mengarah pada upaya pihak supervisor untuk meningkatakan kemampuan pihak yang di supervisi dengan eara berdialog dan diskusi, sehingga pihak yang di supervisi dapal menemukan permasalahan dan eara pemeeahanya. 4. pihak pengawas pada umumnya berlindak untuk mengarahkan pihak yang diawasi dengan eara menegaskan peraluran-peraluran yang berlaku dan harus diikuli dengan seksama oleh pihak yang diawasi. Adapun pihak supervisor berupaya membanlu pihak yang di supervisi, seperti dengan memberikan informasi, semangat, dorongan, nasihat dan saran agar pihak yang di supervisi mampu memeeahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam melaksanakan program. 5. hubungan anlara pihak pengawas dan pihak yang diawasi lebih bercorak hubungan vertikal, atasan dengan bawahan, alau hubungan satu arah. Sedangkan dalam supervisi, hubungan anlara pihak supervisor dan pihak yang di supervisi bereorak hubungan horizonlal atau sejajar sehingga hubungan ini dapal menumbuhkan suasana akrab, kesejawatan dan komunikasi dua arah. 49 Dalam pembinaan terdapat dua unsur, yaitu : unsur pengawasan dan unsur supervisi. Dimana kedua unsur ini saling memenuhi ant."lra satu dan yang lainnya, lidak berdiri sendiri-sendiri, telapi saling melengkapi anlara satu dan yang iainnya. Sehingga tujuan yang akan dieapai akan lerlaksana sebagaimana mestinya.
49
Sudjana. S, Manajemen Program Pendidikan ... , h. 224-226
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini diuraikan mengenai masalah dan hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan penelitian yang meliputi metodologi penelitian, waktu dan tempat penelitian, variable penelitian, populasi dan sample, tekhnik pengumpulan data, dan tekhnik pengolahan analisa data.
A. Metodologi I)enelitian Segala sesuatu untuk mencapai target yang diinginkan memerlukan metode. Demikian halnya dengan penelitian, juga memerlukan metode agar cara kerja yang ingin dihasilkan terarah dengan baik. Adapun penelitian ini menggunakan metode diskriptif analisis, yaitu memaparkan secara mendalam dengan apa adanya secara obyektif sesuai dengan data yang dikumpulkan. Untuk mendapatkan data-data dalam penulisan ini, tekhnik yang digunakan oleh peneliti antara lain: I. Penelitian kepustakaan (Library Reseach): yakni dengan membaca, menelaah dan mengkaji baik dari buku, Koran, majalah, internet dan sumber lainnya yang memiliki relevansi denganjudul. 2. Penelitian lapangan (Field Reseach): yakni untuk memperkuat data secara teoritis dan untuk memperoleh informasi pada responden yang terkait dengan
judul
sehingga
dipertanggungjawabkan.
diperoleh
data
yang
valid
dan
dapat
33
B. Waktll dan Tempat Penelitian Penelitian ini di laksanakan
±
5 bulan, terhitung sejak Maret-Juli 2007.
Sedangkan lokasi penelitian ini di laksanakan pada SMPN 31 Jln Peninggaran Barat 3, Kebayoran Lama-Jakarta Selatan.
C. Variabel Penelitian Variabel adalah gejala yang bervariasi, yang menjadi objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian dari suatu penelitian.' Variable dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel, variabel bebas (independen variabel) yaitu guru agama dan variabel terikat (dependen variabel) akhlak siswa.
D. Poplliasi dan Sam pel 1. Poplliasi Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Objek pada populasi diteliti, hasilnya dianalisis. disimpulkan, dan kesimpulan itu berlaku untuk seluruh populasi 2 Adapun populasi yang diteliti dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VIII SMPN 31 Jln Peninggaran Barat 3 Kebayoran Lama-Jakarta Selatan.
2. Sampcl Sampel adalah sebagian atau atau wakil populasi yang diteliti.
3
Populasi
penelitian ini beljumlah 280 orang. Menurut Suharsimi Arikunto, apabila subjek yang diteliti kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya besar atau lebih dari 100 orang, dapat diambil antara 10-15%, atau 20-25% atau lebih.
4
1
Suharsimi Arikullto, Suatu Pendekalan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), Cet. 11, h.
2
Suharsimi Arikunto, SnafU Pendekatan Praktek ..., h. 115
3
Suharsimi Arikunto. Suafu Pendekatan Praktek ... , h. 117
-1
Suharsimi Arikunto, Suatu Pendekatan Praktek ... , h. 120
99
34
Oleh karena itu penulis mengambil sampel sebesar 15% (42 orang) dari jumlah subjek yang ada. Adapun tekhnik pengambilan sample yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan tekhnik random sampling, yakni pengambilan secara acak dari jumlah populasi yang ada.
E. Tekhnik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang di perlukan dalam penelitian ini penulis menggunakan tekhnik pengumpulan data sebagai berikut : J. Dokumentasi atau documenter, yaitu mencliti dan mengambil dokumen yang ada yang mempunyai relevansi dengan data yang diperlukan untuk mengetahui gambaran umum sekoJah. 2. Angket, yaitu cara pengumpulan data berbentuk pengajuan pertanyaan tertulis melalui sebuah daftar pertanyaan yang sudah di persiapkan sebelumnya. Angket tersebut di berikan kepada 40 orang siswa-siswi kelas YIIJ yang di jadikan sample dalam penelitian ini dengan 30 item pertanyaan, untuk memperoleh data mengenai peranan guru agama Islam.
F. Tekhnik Pengolahan Analisa Data Data yang telah di kumpulkan dalam penelitian ini seianjutnya di olah dan di anaJisa, sehingga dapat diambil kesimpulan. Tekhnik analisa data yang di gunakan adalah deskriptif anal isis, karena data yang di peroieh penulis dalam penelitian ini lebih banyak bersifat kuantitatif. Kemudian penulis akan memaparkannya dan menganaiisanya untuk mendapatkan kesimpulan. Dalam pengolahan data, penulis mengambil poia perhitungan statistik dalam bentuk persentase, artinya setiap data dipersentasekan setelah di tabulasikan dalam bentuk frekwensi jawaban dalam setiap item. Rumus yang dijadikan pedoman dalam mencari persentase setiap data adalah :
P:FXIOO N
Ket : P = Persentase F = Frekuensi jawaban responden
35
N = Number OfCases (Jumlah responden) Untuk menginterprestasi data, penulis menggunakan skala sebagai berikut : 100 %
: Seluruhnya
90 %-99 %: Sebagian besar 51 %-90% : Lebih dari setengahnya 50 %
: Setengahnya
40 %-49 %: Hampir setengahnya 10 %-39 %: Sebagian keeil I %-9 %: Sedikit sekali 0%
: Tidak sama sekali.
G. Instrumen Penelitian lnstrumen penelitian ini dalam bentuk non-tes yaitu menggunakan angket. Angket ini dalam bentuk quesioner yang diperuntukkan kepada siswa, untuk mendapatkan infonnasi mengenai peranan guru agama dalam pembinaan akhlak siswa, meliputi perannya sebagai pengajar dan pendidik. Juga untuk mendapatkan informasi tentang akhlak siswa di lingkungan sekolah dan di luar sekolah. Tabel! Kisi-kisi Instrumen Peranan Gnru Agama Islam Dalam Pembinaan Akblak Siswa Di SMPN 31 Kebayoran Lama-Jakarta Selatan No
- - _._..
I
Variabel
Indikator
No. Item
__.._ ....__._- -"-----_._--------"-- - -
----------
Peran guru agama Pengajar
-:c-
Jumlah
• Membuka pelajaran
1.2
2
• Mengelola kelas
3,4
2
5
I
6,7
2
8,9
2
• Menguasai
materi
yang di sampaikan • Menguasai
metode
pembelajaran • Bertanggung jawab
36
Keteladanan
• Bijaksana
10
1
• Adil
I
1
12,13
2
• Berwibawa
14
I
• Tutur kata
15
I
• Membantu orang lain
16
I
17
I
18,19,20
3
21
I
22
1
23
1
24
I
25
I
26
I
27,28,29,30
4
• Berpenampilan menarik
2
Akhlak siswa Mahmudah
• Berkata j1liur • Menghormati
orang
tua • Mengel:jakan
tugas
rumah • Mematuhi tata tertib Madzmumah • Berbicara lantang • Meninggalkan
tugas
rumah • Mencuri • Berbohong • MeJanggar tata tertib
BABIV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umllm Ob,jek Penelitian
1. Sejarah berdirinya SMPN 31 yang di dirikan pada tahun 1963, merupakan filial dari SMPN 16 yang beralamat di Jln. Palmerah Raya dengan jadual kegiatan belajar siang hari. Oi dirikan berdasarkan ide dan gagasan guru SMPN 16 dan bapak Sudjalmo, BA Kepala Sekolah SMPN 16. SMP PPS (panitia persiapan sekolah) merupakan sebuah nama yang di sepakati oleh keluarga besar SMPN 16, sebagai lIpaya menampung calon siswa baru yang melampaui batas daya tampung di SMPN 16. Oengan diterbitkannya SK Kepala Kanwil OEPDIKBUO OKI JAKARTA Nomor: SP. 003/101. SOl TI 1986 tanggal 17 Mci 1986 status SMP PI'S (panitia persiapan sekolah) berubah menjadi SMPN 31 Kebayoran Lama-Jakarta Selatan dengan jadual kegiatan belajar dua shift, pagi dan siang hari dan menempati gedung baru berlantai dua yang beralamat di Jln. Peninggaran Barat 3 Kebayoran Lama-Jakarta Selatan. SMPN 31 Kebayoran Lama-Jakarta Selatan mempunyai visi dan misi sekolah, adapun visi dan misinya yaitu, visi sekolah: Sekolah menengah negeri berkwalitas dalam penguasaan ilmu dan tekhnologi berpijak pada iman dan taqwa terhadap Allah Tuhan Yang Maha Esa serta berkecakapan hidup. Misi sekolah: Melaksanakan proses pendidikan, pembel,ajaran, pelatihan dan bimbingan
38
konseling seeal'a efektif dan efisien, mengembangkan keeakapan hidup dan semangat kompetiti f yang sehat seeara intensif
2. Struktur organisasinya Agar pelaksanaan tugas di sekolah berjalan dengan baik dan lanear, maka di butuhkan komponen-komponen yang saling mendukung antara satu dengan yang lainnya. Kegiatan an tar komponen tersebut dapat di pahami dan di jadikan pedoman dalam bekeljasama jika di tuangkan dalam struktur organisasi. Adapun struktur organisasi SMPN 31 terlihat bahwa daJam meJaksanakan tugasnya kepala sekoJah bekelja sama dengan komite sekolah. Selain itu kepala sekolah juga dibantu oleh pembantu kepala sekolah yang terdiri dari PKS bidang kesiswaan, PKS bidang kurikulum. Kepala sekolah juga di bantu oleh kaur tata usaha dan sejumlah seksi-seksinya dan para guru. Struktur organisasi ini di ambil dari program kerja SMPN 31.
3. Sarana dan prasarana sekolah Sekolah SMPN 31 mempunyai sarana dan prasarana yang baik, untuk kelanearan proses belajar mengajar agar murid dapat belajar dengan nyaman begitu pula dengan guru, yang dapat mengajar dengan tenang. Sepelti dalam table
3.1 sarana yang terdapat pada SMPN 31 mempunyai 17 (tujuh bel as) inventaris dalam kondisi baik dan dalam tabel 3.2 prasarana yang ada sebanyak 9 (sembilan) inventaris yang dalam kondisi baik. TABEL2 Saralla SMPN 31
No
IlIvclltaris
Jumlah
KOlldisi
I
Ruang Kelas/ Belajar
12
Baik
2
Ruang Kepala Sekolah
1
Baik
3
Ruang Wa-Ke-Sek
1
Baik
4
Ruang Guru
J
Baik
5
Ruang Tata Usaha
I
Baik
39
6
Ruang Jaga
7
Kamar Mandi / -
8 1---
we ---
Pos Keamanan
I
Baik
5
Baik
]
Baik
9
Lapangan Upacara
I
Baik
10
Lapangan Olahraga
1
Baik
II
Ruang Perpustakaan
I
Baik
12
Ruang BP
I
Baik
13
Musholah
1
Baik
7
Baik
I
Baik
14 15
Kantin --
~------
UKS
16
Ruang OSIS
1
Baik
17
Gudang
I
Baik
--
--
--
Tabel3 Prasarana SMPN 3] No
lnventaris
Jumlah
Kondisi
I
Meja Murid
48
Baik
2
Kursi Murid
48
Baik
3
Meja Guru
12
Baik
4
Kursi Guru
12
Baik
5
Papan Tulis
12
Baik
6
Kursi Tamu
4
Baik
7
Komputer
40
Baik
I
Baik
I
Baik
8
Laboraturium
9
Telefon
--
---
4. Keadaan guru, karyawan dan siswa SMPN 31 Kebayoran Lama memiliki 66 orang tenaga kerja (karyawan) dan guru, 50 orang sebagai guru yang terdiri atas 34 orang sarjana (S1), ]2 orang smjana muda (DlIl) dan 4 orang lulusan akademik. Tenaga kelja atau karyawan
40
sebanyak 14 orang, 2 orang smjana (SI), 4 orang SMA, 1 orang SMU, 1 orang SMK, 2 orang SLTP, 2 orang SD. (data lebih rinci dapat di lihat pada lampiran) Jumlah guru dan karyawan di SMPN 31 sudah memenuhi rasio jumlah siswa yang ada dan mengajar mata pelajaran sesuai dengan bidang yang di tekuni. Jumlah siswa-siswi SMPN 31 tahun i\iaran 2006/2007 berjumlah 303 orang.
5. Kurikulum yang di gunakan Perkembangan yang teljadi sekarang ini turut mempengaruhi kurikulum yang di gunakan oleh sekolah-sekolah. Hal ini dapat dilihat dalam kurikulum di SMPN 31. Menggunakan kurikulum yang disepakati oleh D1KNAS. Dimana untuk kelas VII,VIII dan IX menggunakan kurikulum KBK (berbasis kompetensi). Yang kemudian berganti dengan kurikulum yang baru yaitu KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan).
B. Pengolahan dan Analisa Hasil penelitian 1. Peranan guru agama a. Pengajaran Tabel4 Mengawali pelajaran denglln membaell basmallah Alternatif jawablln
F
P
Selalu
42
100%
Sering
0
0%
Kadang-kadang
0
0%
Tidak pernah
0
0%
Jumlah
42
100 %
Dan data tabel dl atas dapat diketahul bahwa seluruhnya (100%) responden menyatakan, guru agama Islam selalu mengawali pelajaran dengan membaca basmallah. Dari data di atas, dapat di simpulkan bahwa guru agama Islam selalu mengawali pelajaran dengan membaca basmallah.
41
Tabel5 Sebelum memiliai materi mengingatkan kembali mated sebelumllya (apresepsi)
-
Alterllatif jawaban
F
P
Selalu
17
40,4%
Sering
4
9,5%
Kadang-kadang
21
50%
Tidak pernah
0
-~-
-
0% ----~
.Jumlah
100 'Yo
42
Dan data tabel dl atas dapat dl ketahul bahwa hamplr setengah (40,4%) responden menyatakan, guru agama Islam memulai materi baru dengan mengingatkan kembali materi sebelumnya_ Sebagian kecil (9,5%) responden menyatakan, guru agama Islam sering memulai materi baru dengan mengingatkan kembali materi sebelumnya. Setengahnya (50%) responden menyatakan, guru agama Islam kadang-kadang memulai materi baru dengan mengingatkan kern bali materi sebelumnya. Dan tidak sarna sekali (0%) responden menyatakan, guru agama Islam tidak pernah memulai materi baru dengan mengingatkan kembali materi sebelumnya. Dari data di atas, dapat di simpulkan bahwa guru agama Islam tidak selalu melakukan apresepsi. Tabel6 Tetap memulai pelajarau meskipun kelas masih ribut Alternatif jawaban
F
P
Selalu
3
7,1%
Sering
0
0%
Kadang-kadang
II
26,1%
Tidak pernah
28
66,7%
.Jumlah
42
100 %
~-
Dan data tabel dl atas dapat dl ketahul bahwa leblh dan setengah (66.7%) responden menyatakan, guru agama Islam tidak pernah memulai pelajaran meskipun kelas masih ribut. Sebagian kecil (26,1%) responden menyatakan, guru agama Islam kadang-kadang memulai pelajaran meskipun kelas masih ribut.
42
Sedikit sekali (7, I%) responden menyatakan, guru agama Islam selalu memulai pelajaran meskipun kelas masih rebut. Dan tidak sama sekali (0%) responden menyatakan, guru agama Islam sering memulai
pel~aran
meskipun kelas masih
ribut. Dari data di atas, dapat di simpulkan bahwa guru agama Islam selalu mengkondisikan kelas yang ribut sebelum memulai pelajaran. Tabel7 Menegur anak yang tidak memperhatikan pelajaran Alternatif jawaban
F
----------
.
~~~
_
P .
Selalu
17
40,5%
Sering
15
35,7%
Kadang-kadang
_
.
...
23,8%
10 ...
..
_ . _ . _ - ~ ~ - ~
Tidak pernah
0
0%
.Jumlah
42
100 %
Dan data tabel dl atas dapat dl ketahUl bahwa hamplr setengah (40,5%) responden menyatakan, guru agama Islam selalu menegur anak yang tidak memperhatikan pelajaran. Sebagian keeil (35,7%) responden menyatakan, guru agama Islam sering menegur anak yang tidak memperhatikan pelajaran. Sebagian keeil (23,8%) responden menyatakan, guru agama Islam kadang-kadang menegur allak yang tidak memperhatikan pelajaran. Dan tidak sarna sekali (0%) responden menyatakan, guru agama Islam tidak pernah menegur anak yang tidak memperhatikan pelajaran. Dari data di atas, dapat di simpulkan bahwa guru agama Islam selalu menegur anak yang tidak memperhatikan pelajaran. Tabcl8 Siswa mcmahami pclajaran yang disampaikan olch guru agama Islam
.~
Altcrnatif jawaban
F
P
Selalu
31
73,8%
Sering
4
9,5%
Kadang-kadang
7
16,7%
Tidak pernah
0
0%
.Jumlah
42
100 %
..
43
Dari data tabel di atas dapat diketahui bahwa lebih dari setengah (73,8%) responden menyatakan, siswa selalu memahami pelajaran yang disampaikan oleh guru agama Islam. Sebagian keeil (16,7%) responden menyatakan, siswa kadangkadang memahami pelajaran yang disampaikan oleh guru agama Islam. Sedikit sekali (9,5%) responden menyatakan, siswa sering memahami pelajaran yang disampaiakan oleh guru agama Islam. Dan tidak sama sekali (0%) responden menyatakan, siswa tidak pernah memahami pelajaran yang disampaikan oleh guru agama Islam. Dari data di atas, dapat di simpulkan bahwa siswa selalu memahami pelajaran yang disampaikan oleh guru agama Islam. Tabel9 Menyampaikan mated dengan metode diskusi Alleroatif jawaban
F
P
Selalu
3
7,1%
Sering
7
16,7%
Kadang-kadang
23
54,7%
Tidak pernah
9
21,4%
.Jumlah
42
100 %
._.
..
...
Dan data tabel dl atas dapat dJ ketahUl lebJ11 dan setengahnya (54,7%) responden menyatakan, guru agama Islam kadang-kadang mendiskusikan materimateri
tertentu
yang
di
sampaikan.
Sebagian
kecil
(21,4%) responden
menyatakan, guru agama Islam tidak pernah mendiskusikan materi-materi tertentu yang di sampaikan. Sebagian kecillainnya (16,7%) responden menyatakan, guru agama Islam sering mendiskusikan materi-materi tertentu yang di sampaikan. Dan sedikit sekali
(7,1%) responden
menyatakan,
guru
agama Islam
selalu
mendiskusikan materi-materi tertentu yang di sampaikan. Dari data di atas, dapat di simpulkan bahwa guru agama Islam tidak selalu menyampaikan materi dengan metode diskusi. TabellO Menyampaikan mated dengau metode ceramah [
Alternatif jawaban
I
F
L----p------'
44
Selalu
13
Sering
4
Kadang-kadang
21
Tidak pernah
4
42
Jumlah
30,9% 9,5% . -1---
50% 9,5%
---
.
100 %.
Dan data tabel dl atas dapat dl ketahlll setengah (50%) responden menyatakan, guru agama Islam kadang-kadang menyampaikan materi dengan eara eeramah. Sebagian keeil (30,9%) responden menyatakan, guru agama Islam selalu menyampaikan materi dengan eara eeramah. Sedikit sekali (9,5%) responden menyatakan, guru agama Islam sering menyampaikan materi dengan eara ceramah. Dan sedikit sekali (9,5%) responden menyatakan, guru agama Islam tidak pernah menyampaikan materi dengan cara eeramah. Dari data di atas, dapat di simpulkan bahwa guru agama Islam tidak sclalu menyampaikan materi dengan metode ceramah. Tabelll Mcngoreksi tugas rumah siswa Altcrnatif jawaban
F
P
Selalu
24
57,1%
Sering
2
4,7%
Kadang-kadang
13
30,9%
Tidak pernah
3
7,1%
Jumlah
42
100 %
Dan data tabel dmtas dapat dl ketahlll leblh dan setengah (57,1%) responden menyatakan, guru agama Islam selalu mengoreksi tugas rumah dari materi yang di sampaikan. Sebagian keeil (30,9%) responden menyatakan, guru agama Islam kadang-kadang mengoreksi tugas rumah dari materi yang di sampaikan. Sedikit sekali (7, I %) responden menyatakan, guru agama Islam tidak pernah mengoreksi tugas rumah dari materi yang di sampaikan. Dan sedikit sekali (4,7%) responden menyatakan, guru agama Islam sering mengoreksi tugas rumah yang di salllpaikan. Dari data di atas, dapat di simpulkan bahwa guru agama Islam selalu Illcngoreksi tugas rUlllah siswa.
45
Tabel12 Memberikan hadiah atas prestasi siswa
f---
Alternatif jawaban
F
P
Selalu
5
11,9%
Sering
0
0%
Kadang-kadang
23
54,7%
Tidak pernah
14 ..
.Jllmlah
42
33,3% --
.--
100 %
Dan data tabel dl atas dapat dl ketahlll leblh dan setengah (54,7%) responden menyatakan, guru agama Islam kadang-kadang memberikan hadiah atas prestasi yang siswa atau siswi dapat. Hampir setengah (33,3%) responden menyatakan, guru agama Islam tidak pernah memberikan hadiah atas prestasi yang siswa atau siswi dapat. Sebagian kecil (11,9%) responden menyatakan, guru agama Islam selalu memberikan hadiah atas prestasi yang siswa/siswi dapat. Dan tidak sama sekali (0%) responden menyatakan, guru agama Islam sering memberikan hadiah atas prestasi yang siswa atau siswi dapat. Dari data di atas, dapat di simpulkan bahwa guru agama Islam tidak selalu memberikan hadiah atas prestasi siswa. Tabel13 Memberikan solusi terhadap masalah yang dihadapi siswa Alternatif jawaban
F
P
Selalu
14
33,3%
Sering
9
21,4%
Kadang-kadang
13
30,9%
Tidak pernah
6
14,2%
.Jllmlah
42
100 %
Dan data tabel dl atas dapat dl ketahUl sebaglan kecll (33,3%) responden menyatakan, guru agama Islam selalu memberikan solusi pada masalah yang siswa/siswi ceritakan. Sebagian kecil (30,9%) responden menyatakan, guru agama Islam kadang-kadang memberikan solusi pada masalah yang siswa atau siswi ceritakan. Sebagian kecil (21,4%) responden menyatakan, guru agama Islam sering memberikan solusi pada masalah yang siswa atau siswi ceritakan. Sebagian
46
kecil (14,2%) responden menyatakan, guru agama Islam tidak pernah memberikan solusi pada masalah yang siswa atau siswi ceritakan. Dari data di atas, dapat di simpulkan bahwa guru agama Islam selalu memberikan solusi tcrhadap masalah yang dihadapi siswa. Tabcl14 Mcnghllkllm siswa yang tidak mcngcrjakan tllgas rumah
F
Altcrnatif jawaban .... .
Selalu
P ...._ - ~ - -
~--_.
28
66,7%
8
19,1%
6
14,2%
Tidak pernah
0
0%
Jllmlah
42
100%
...
Sering Kadang-kadang ..
_.~'"
'-~
Dan data tabel dl atas dapat dl ketahUl bahwa leblh dan setengah (66,7%) responden menyatakan, guru agama Islam selalu menghukum anak-anak yang tidak mengerjakan tugas rumah yang di berikan. Sebagian keeil (19,1%) responden menyatakan, guru agama Islam sering menghukum anak-anak yang tidak mengerjakan tugas rumah yang di berikan. Sebagian kecil (14,2%) responden menyatakan, guru agama Islam kadang-kadang menghukum anak-anak yang tidak mengel:jakan tugas rumah yang di berikan. Dan tidak sama sekali (0%) responden menyatakan, guru agama Islam tidak pernah menghukum anak-anak yang tidak mengerjakan tugas rumah yang di berikan. Dari data di atas, dapat di simpulkan bahwa guru agama Islam selalu menghukum siswa yang tidak mengerjakan tugas rumah. b. Keteladanan TabcllS Bcrpcllampilan mcnarik kctika mcngajar Altcrnatif jawaban
F
P ._...
..
Selalu
17
40,5%
Sering
5
11,9%
Kadang-kadang
II
26,2%
47
t
Tidak pernah Jllmlah
9 _I
42
_F
21,4% 100%
Dari data tabel di atas dapat di ketahlli bahwa hampir setengah (40,5%)
responden menyatakan, guru agama Islam selalu berpenampilan menarik ketika mengajar- Sebagian keeil (26,2%) responden menyatakan, guru agama Islam kadang-kadang berpenampilan menarik ketika mengajar- Sebagian keeil (21,4%) responden menyatakan, guru agama Islam tidak pernah berpenampilan menarik ketika mengajar. Dan sebagian keeil (11,9%) responden menyatakan, guru agama Islam sering berpenampilan menarik ketika mengajar. Dari data di atas, dapat di simpulkan
bahwa guru agama Islam selalu berpenampilan menarik ketika
mengajar. Tabel16 Berpakaiall rapi di dalam Iingkllngall sekolah -
Alternatif jawaban
F
Selalu
37
88,1%
Sering
0
0%
Kadang-kadang
5
_..-
Tidak pernah
0
Jllmlah
42
P
11,9% -
0% 100 %
Dan data tabel dl atas dapat dl ketahUi bahwa leblh dan setengah (88,1%) responden menyatakan, guru agama Islam selalu berpakaian rapi di dalam lingkungan sekolah. Sebagian keeil (11,9%) responden menyatakan, guru agama Islam kadang-kadang berpakaian rapi di dalam Iingkungan sekolah. Tidak sama sekali (0%) responden menyatakan, guru agama Islam sering berpakaian rapi di dalam lingkungan sekolah. Dan tidak sarna sekali (0%) responden menyatakan, guru agama Islam tidak pernah berpakaian rapi di dalam lingkungan sekolah. Dari data di atas, dapat di simpulkan bahwa guru agama Islam selahl berpakaian rapi di dalam lingkungan sekolah.
48
Tabel17 Tegas pada setiap anak didilmya Alternatif jawaban
F
Selalu
32
P
76,1% f-----
4,7%
Sering
2
Kadang-kadang
8
19,1%
Tidak pernah
0
0%
42
100%
~----
Jllmlab
--
Dan data tabel dl atas dapat dl ketahlll bahwa leblh dan setengah (76,1 %) responden menyatakan, guru agama Islam selalu tegas pada setiap anak didiknya. Sebagian kecil (19,] %) responden menyatakan, guru agama Islam kadang-kadang tegas pada setiap anak didiknya. Sedikit sekali (4,7%) responden sering tegas pada setiap anak didiknya. Dan tidak sama sekali (0%) responden menyatakan, guru agama ]slam tidak pernah tegas pada setiap anak didiknya. Dari data di atas, dapat di simpulkan bahwa guru agama Islam selalu tegas pada setiap anak didiknya Tabel18 Mencaci-maki anak didiknya yang melanggar peratllran
,---
Alternatif jll\vaban
F
P
Selalu
9
2],4%
Sering
2
4,7%
Kadang-kadang
9
21,4%
Tidak pernah
22
52,4%
Jllmlab
42
100 %
--
~
Dan data tabel dl atas dapat dl ketahlll leblh dan setengah (52,4%) responden
menyatakan, guru agama lslam tidak pernah meneaei-maki anak didiknya yang melanggar peraturan_ Sebagian kecil (21,4%) responden menyatakan, guru agama Islam kadang-kadang meneaei-maki anak didiknya yang melanggar peraturan. Sebagian keeil (21,4%) responden menyatakan, guru agama lslam selalu meneacimaki anak didiknya yang melanggar peraturan. Dan sedikit sekali (4,7%) responden menyatakan, guru agama Islam sering meneaei-maki anak didiknya
-
49
yang melanggar peraturan. Dari data di atas, dapat di simpulkan bahwa guru agama Islam tidak pernah mencaci maki anak didiknya yang melanggar peraturan.
2. Akhlak siswa a. Mahmudah Tabel19 Tidak pernah menolak bila ternan membutuhkan pertolongan ~-
.F
P
Selalu
24
57,1%
Sering
4
9,5%
Kadang-kadang
8
19,1%
Tidak pernah
6
14,3%
Jumlah
42
100 %
Alternatif jawaban .._-_.
Dan data tabel dl atas dapal dl ketahlll bawa leblh dan setengah (57, I%) responden menyatakan, selalu tidak pernah menolak ternan yang membutuhkan pcrtolongannya. Sebagian kecil (19,1%) responden menyatakan, kadang-kadang tidak pernah menolak ternan yang membutuhkan pertolongannya. Sebagian kecil (14,3%)
responden
mcnyatakan,
tidak
pernah
membantu
ternan
yang
membutuhkan pertolongannya. Sedikit sekali (9,5%) responden menyatakan, sering tidak pernah menolak ternan yang membutuhkan pertolongannya. Dari data di atas, dapat £Ii simpulkan bahwa siswa temannya membutuhkan pertolongan. Tabel20 Merasa tidak nyaman ketika berkata bohong Alternatif jawaban
F
P
Selalll
25
59,5%
Sering
0
0%
Kadang-kadang
15
35,7%
Tidak pernah
2
4,7%
Jumlah
42
100%
f---
-
50
Dari data tabel di atas dapat di ketahui bahwa lebih dari setengah (59,5%) responden menyatakan, selalu merasa tidak nyaman ketika berkata bohong. Sebagian kecil (35,7%) rcspondcn menyatakan, kadang-kadang mcrasa tidak nyaman ketika berkata bohong. Sedikit sekali (4,7%) responden menyatakan, tidak pernah merasa tidak nyaman ketika berkata bohong. Dan tidak sama sekali (0%) responden yang menyatakan, sering merasa tidak nyaman ketika berkata bohong. Dari data di atas, dapat di simpulkan bahwa siswa selalu merasa tidak nyaman ketika berbohong. Tabel21 Berpamitan kepada kedua orallgtua ketika hClldak berangkat ke sekolah ,_-.,.
-"
__.
,
Alternatif jawaban
F
P
Selalu
34
80,9%
Sering
0
0%
Kadang·kadang
..-
.----
8
------
.._ - ~
.-
19,1%
Tidak pernah
0
0%
Jumlah
42
100 %
Dan data tabel dl atas dapat dl ketahUl bahwa sebaglan besar (80,9%) responden menyatakan, selalu berpamitan kepada kedua orangtua ketika hendak berangkat ke sekolah. Sebagian kecil (19,1%) responden menyatakan, kadangkadang berpamitan kepada kedua orangtua ketika hendak berangkat ke sekolah. Tidak sama Sekali (0%) responden menyatakan, sering berpamitan kepada kedlla orangtua ketika hendak berangkat ke sekolah. Dan tidak sama sekali (0%) responden menyatakan, tidak pernah berpamitan kepada kedua orangtua ketika hendak berangkat ke sekolah. Dari data di atas, dapat di simpulkan bahwa siswa selalu berpamitan kepada kedua orangtlla ketika hendak pergi ke sekolah Tabel22 Menyapa guru yang berpapasan diluar sekolah Alternatif jawaban
F
P
Selalu
15
35,7%
51
Sering
15
35,7%
Kadang-kadang
II
26,2%
Tidak pernah
I
,Jllmlah
42
f-~----
--
---~--
2,3% 100 %
Dan data tabel dl atas dapat dl ketahlll bahwa sebaglan kecJi (35,7%) responden menyatakan, selalu menyapa guru yang berpapasan diluar sekolah_ Sebagian kecil (35,7%) responden menyatakan, sering menyapa guru yang berpapasan di luar sekolah. Sebagian kecil (26,2%) responden menyatakan, kadang-kadang menyapa guru yang berpapasan di luar sekolah. Sedikit sekali (2,3%) responden menyatakan, tidak pernah menyapa guru yang berpapasan di luar sekolah. Dari data di atas, dapat di simpulkan bahwa siswa selalu dan sering mcnyapa guru yang berpapasan di luar sckolah. Tabel23 Tidak biasa mengacllhkan perkataan orangtlla saya ketika menasehati
,--
Altcrllatif jawaball Selalu
F
P
II
26,2%
.. _ - - - -
f------
Sering
8
19,1%
Kadang-kadang
9
21,4%
Tidak pernah
14
33,3%
,Jumlah
42
100%
Dan data tabcl dl atas dapat dl ketahul bahwa sebaglan kecll (33,3%) responden menyatakan, tidak pernah biasa mengacuhkan perkataan orangtua ketika menasehati. Sebagian kecil (26,2%) responden menyatakan, selalu biasa mengacuhkan perkataan orangtua ketika menasehati. Sebagian kecil (2 1,4%) responden menyatakan, kadang-kadang biasa mengacuhkan perkataan orangtua ketika menasehati. Sebagian kecil (19, I %) rcsponden menyatakan, sering biasa mengacuhkan perkataan orangtua ketika menaschati. Dari data di atas, dapat di simpulkan bahwa siswa tidak biasa mengacuhkan perkataan orangtua ketika menasehati.
52
Tabel24 Menger.iakan tugas rumalt yang diberikan guru saya Alternatif jawaban
F
Selalu
24
P 57,1%
~--"--
-""~---"
-~~-"
Sering
II
26,2%
Kadang-kadang
7
16,7%
0
0%
42
100 %
Tidak pernah -
Jnmlalt
--
Dan data tabcl dl atas dapat dJ ketahUi bahwa leblh dan setengah (57,1%) responden menyatakan, selalu mengerjakan tugas yang di berikan oleh guru. Sebagian kecil (26,2%) responden menyatakan, sering mengerjakan tugas yang di berikan oleh guru. Sebagian kecil (16,7%) responden menyatakan, kadang-kadang mengeljakan tugas yang di berikan oleh guru. Tidak sarna sekali (0%) responden rnenyatakan, tidak pernah mengerjakan tugas yang di berikan oleh guru. Dari data di atas, dapat di sirnpulkan bahwa siswa selalu rnengerjakan tugas rumah yang di berikan oleh guru. Tabel25 Tidak biasa meninggalkan kelas dan tidak kembali ketika pelajaran sedang berlangsung Alternatif jawaban
F
P
Selalu
39
92,8%
Sering
0
0%
Kadang-kadang
3
7,1%
Tidak pernah
0
0%
Jnmlalt
42
100 %
f---
Dan data tabel dJ atas dapat dl ketahUi bahwa sebagian besar (92,8%) responden rnenyatakan, selalu tidak biasa meninggalkan kelas dan tidak kembali ketika
pelajaran
sedang
berlangsung.
Sedikit
sekali
(7,1%)
responden
rnenyatakan, kadang-kadang tidak biasa meninggalkan kelas dan tidak kembali ketika pelajaran sedang berlangsung. Tidak sarna Sekali (0%) responden rnenyatakan, sering tidak biasa rneninggalkan kelas dan tidak kern bali ketika
53
pelajaran sedang berlangsung. Tidak sama sekali (0%) responden menyatakan, tidak pernah tidak biasa meninggalkan kelas dan tidak kembali ketika pelajaran sedang berlangsung. Dari data di atas, dapat di simpulkan bahwa siswa selalu tidak biasa meninggalkan kelas dan tidak kembali ketika pelajaran sedang berlangsung. b. Madzmumah Tabel26 Bcrbicara Iantang, walau dcngan orang yang lcbih tua Altcrnatif jawliban
F
P
Selalu
I
2,3%
Sering
0
0%
Kadang-kadang
18
42,9% ._._._-
Tidak pernah
23
54,7%
Jnmlah
42
100 %
Dan data tabel d atas dllpat dl ketahul bahwa leblh dan setengah (54,7%) respondcn menyatakan, tidak pernah berbicara lantllng, walau dengan orang yang lebih tua. Hampir setcngah (42,9%) responden mcnyatakan, kadang-kadang berbicara lantang, walau dengan orang yang lebih tua. Sedikit sekali (2,3%) responden menyatakan, selalu berbicara lantang, walau dengan orang yang lebih tua. Tidak sama sekali (0%) responden menyatakan, selahl berbicara lantang, walau dengan orang yang lebih tua. Dari data di atas, dapat di simpulkan bahwa siswa tidak pernah berbicara lantang walau dengan orang yang lebih tua. Tabcl27 Mcninggalkan tngas yang dibcrikan olch orangtna Alternlltif jawaban
F
P
Selalu
1
2,3%
Sering
0
0%
Kadang-kadang
29
69,1%
Tidak pernah
12
28,6%
Jnmlah
42
100 %
--
-_.,,---
54
Dari data label di atas dapal di ketahui bahwa lebih dari selengah (69,1%) responden menyalakan, kadang-kadang meninggalkan lugas yang di berikan oleh orangluanya. Sebagian kecil (28,6%) responden menyatakan, lidak pernah meninggalkan lugas yang diberikan oleh orangtuanya. Sedikit sekali (2,3%) responden menyatakan, selalu meninggalkan tugas yang di berikan olch orangtuanya. Tidak sama sekali (0%) responden menyatakan, lidak pernah meninggalkan tugas yang di berikan oleh orangluanya. Dari data di alas, dapat di simpulkan bahwa siswa tidak selalu meninggalkan lugas yang di berikan oleh oranglua. Tabel28 Hiasa mengambil sesuatu yang bukan pllnya saya tanpa sepengetahllan
Alternatif jawaban
orang lain _... F
P
Selalu
0
0%
Sering
I
~-~.
"
.~
..--
_.
2,3% ,,_.•.
..
Kadang-kadang
II
26,2%
Tidak pernah
30
71,4%
Jumlah
42
100 %
.
.'---c-
Dan data tabcl dl atas dapat dl ketahul bahwa sebaglan bcsar (71,4%)
rcsponden menyatakan, tidak pernah mengambil sesuatu yang bukan miliknya tanpa sepengetahuan orang lain. Sebagian kecil (26,2%) responden menyatakan, kadang-kadang mengambil sesuatu yang bukan miliknya tanpa sepengetahuan orang lain. Sedikit sekali (2,3%) responden menyatakan, sering mengambil sesuatu yang bukan miliknya lanpa sepengetahuan orang lain. Tidak sama sekali (0%) responden menyatakan, selalu mengambil sesuatu yang bukan miliknya tanpa sepengetahuan orang lain. Dari data di atas, dapat di simpulkan bahwa siswa tidak pernah mengambil sesualu yang bukan punyanya tanpa sepengetahuan orang lain.
55
Tabel29 Berbicara yang bukan sebenarnya terjadi kepada orangtua Alternatif jawaban
F
P
Selalu
2
4,7%
0
0%
Kadang-kadang
17
40,5%
Tidak pernah
23
Sering
----
54,7% _._.
42
Jumlah
-
100 %
Dan data tabel dJ atas dapat dl ketahlll bahwa leblh dan setengah (54,7%) responden menyatakan, tidak pernah berbicara yang bukan sebenarnya tcrjadi kcpada kedua orangtuanya. Hampir setcngah (40,5%) responden menyatakan, kadang-kadang
berbicara yang
bukan
sebenarnya
terjadi
kepada
kedua
orangtuanya. Sedikit sekali (4,7%) responden menyatakan, selalu berbicara yang bukan sebenarnya terjadi kepada kedua orangtuanya. Tidak sama sekali (0%) responden menyatakan, sering berbicara yang bukan sebenarnya teljadi kepada kedua orangtuanya. Dari data di atas dapat di simpulkan bahwa siswa tidak pernah berbicara yang bukan sebenarnya teljadi kepada orangtua. Tabel30 Biasa datang terlambat kesekolab Altcrnatif jawaban
F
P
Selalu
0
0%
Sering
0
0%
Kadang-kadang
14
33,3%
Tidak pernah
28
66,7%
Jnmlah
42
100 %
L __
Dan data tabel dJ atas dapat dJ ketahlll bahwa leblh dan setengah (66,7%) responden menyatakan, tidak pernah biasa datang terlambat ke sekolah. Sebagian kecil (33,3%) responden menyatakan, kadang-kadang biasa datang terlambat ke sekolah. Tidak sama sekali (0%) responden menyatakan, selalu biasa datang terlambat kesekolah. Tidak sama sekali (0%) responden menyatakan, sering biasa
56
datang terlambat ke sekolah. Dari data di atas, dapat di simpulkan bahwa siswa tidak pernah dating terlambat ke sekolah. Tabel31 Tidak pergi kesekolah ketika proses bela.jar mengajar aktif Alternatif jawaban
__
F
P
0
0%
Sering
0
0%
Kadang-kadang
7
16,7%
Tidak pernah
35
83,3%
Jumlah
42
100 %
...
_.
Selalu
-_..- - - - _ . - - - - .
..
---
Dan data tabel dl atas dapat dl ketahlll bahwa leblh dan setengah (83,3%) responden menyatakan, tidak pernah tidak pergi kesekolah ketika proses belajar mengajar aktif. Sebagian kecil (16,7%) responden menyatakan, kadang-kadang tidak pergi kesekolah ketika proses belajar mengajar aktif. Tidak sama sekali (0%) responden menyatakan, selalu tidak pergi kesekolah ketika proses belajar mengajar aktif. Tidak sama sekali (0%) responden menyatakan, sering tidak pergi kesekolah ketika proses belajar mengajar aktif. Dari data di atas, dapat di simpulkan bahwa siswa tidak pernah tidak pergi ke sekolah ketika PBM aktif. Tabel32 Biasa mengeluarkan seragam atasan saya ketilm berada didalam Iingkungan sekolah Alternatif jawaban
F
P
Selalu
0
0%
Sering
0
0%
Kadang-kadang
12
Tidak pernah
30
Jumlah
42
e---
28,6% . 71,4% 100 %
Dan data tabel dl atas dapat dl ketahlll bahwa leblh dan setengah (71,4%) responden menyatakan, tidak pernah mengeluarkan seragam atasan ketika berada di Iingkungan sekolah. Sebagian kecil (28,6%) responden menyatakan, kadangkadang mengeluarkan seragam atasan ketika berada di lingkungan sekolah. Tidak
57
sama sekali (0%) responden menyatakan, selalu mengeluarkan seragam atasan ketika berada di Iingkungan sekolah.
Tidak sama sekali (0%) responden
menyatakan, sering mengeluarkan seragam atasan ketika berada di Iingkungan sekolah. Dari data di atas dapat di simpulkan bahwa siswa tidak pernah mengeluarkan seragam atasan ketika berada di lingkungan sekolah. Tabel33 Melanggar tata tertib yang ada disekolah
_
F
Alternatif jawaban ..
.
P . . f----.-.....
Selalu
0
0%
Sering
I
2,3%
.-
_ o o
Kadang-kadang
13 ..
-"~--
30,9% ..
Tidak pernah
28
66,7%
Jumlah
42
100%
Dan data tabel dl atas dapat dl ketahlll bahwa leblh dan setengah (66,7%) responden menyatakan, tidak pernah melanggar tata tertib yang ada di sekolah. Sebagian kecil (30,9%) responden menyatakan, kadang-kadang melanggar tata tertib yang ada di sekolah. Tidak sama sekali (0%) responden menyatakan, selalu melanggar tata tertib yang ada di sekolah. Tidak sama sekali (0%) responden menyatakan, sering melanggar tata tertib yang ada di sekolah. Dari data di atas dapat di simpulkan bahwa siswa tidak pernah melanggar tata tertib yang ada di sekolah.
BABV
PENUTUP A. Kesimpulan Dari
kesellll'uhan
pembahasan
skripsi
ini,
penulis
c1apat
mengambil
kesimpulan sebagai berikut: I. Peran guru c1alam pembinaan akhlak pacla SMPN 31, melalui penyebaran angket clan observasi yang c1ilakukan menyatakan bahwa, guru agama Islam berperan c1alam pembinaan akhlak siswa yang acla c1i sekolah tersebut. Hal ini terwujucl c1alam bentuk pelaksanan pengajaran agama Islam, antara lain c1alam proses beIajar mengqjar, guru menyampaikan materi c1engan beragam metocle yang cukup baik schingga membuat siswa paham terhaclap materi yang c1i sampaikannya. Pcmberian motifasi kepada siswa-siswi yang di ajarnya dengan cara memberikan hadiah. Dan memberikan ketelaclanan bagi siswa yang di ajarnya dengan cara memberikan hukuman atau sangsi terhadap siswa yang tidak mematuhi tata tertib. Mencontohkan untuk berpakaian rapi, baik ketika mengajar dan c1iclalam lingkungan sekolah. 2. Akhlak siswa yang terdapat pada SMPN 31, bisa di katakanan cukup baik, bahwa siswa senantiasa berakhlak mahmuclah, antara lain, senantiasa berkata jujur, menghormati orang tua. Akan tetapi beberapa siswa masih berakhlak maclzmumah, beberapa dari mereka yang mengambil barang yang bukan miliknya, berbohong, serta berbicara lantang walaupul1 terhaclap orang yang lebih tua.
59
B. Saran
Dengan lidak bermaksud menggurui, penulis mencoba memberikan saran yang penulis harap, bias bersifat membangun yang di dasarkan pada hasil penelitian ini yakni: I. Guru agama Islam meningkalkan pembinaan akhlak pada siswa yang di lakukan baik di sekolah dan di luar sekolah. Dan meningkalkan kembali lugasnya sebagai seorang pengajar dan pendidik yang merupakan tanggung jawabnya. 2. Guru agama Islam lebih meningkalkan unluk melakukan perilaku-perilaku yang terpuji baik dalam Iingkungan sekolah dan lingkungan di luar sekolah, sehingga perilaku terpuji lersebut dapal di jadikan suritauladan oIeh siswa-siswi yang di ajarkannya. Karena tingkah laku guru menjadi perhatian
khusus bagi
para siswa.
Dengan
demikian
para siswa
menclapatkan motifasi untuk c1apat selalu berperilaku lerpuji. 3. Guru agama Islam lebih meningkalkan profesionalitas dalam bekerja, dengan memberikan metode-metode yang bervariasi untuk memudahkan guru dalam mengajar clan siswa elaIam memahami materi yang di sampaikan. 4. Guru agama Islam meningkatkan pengawasan terhadap siswa baik eli sekolah elan eli luar sekolah dengan melibatkan guru-guru, karyawan SMNP 31 dan masyarakat yang berada di sekitar sekolah
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Dan Jalaluddin, Filsafal Pendidikan manusia, filsafal dan pendidikan, Jakarta: Radar Jaya Pratama, Cet.l, 1997 Ali, Mohammad Daud, Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada,2000. AI-Ghazali, Muhammad, Akhlak SeoJ'Qng Muslim. St:marang: Raja Grafindo Pt:rsada,2005. AI-Jazairi, Abu Bakr Jabir, Ensiklopedi Islam. Jakarta: Darttl Falah, Cet. I, 2000 Almath, Muhammad Faiz, Buku 1100 Hadils Terpilih, Terj. dari Qubasun Min
Nuri Muhammad S.a.lV. olt:h A. Aziz Salim Basyarahil, Jakarta: Gt:ma Insani Press, Ct:t. 9, 1995 Ardani, Moh, Akhlak Tasawuf Jakarta: Karya Mulia, 2005. Arikunto, Suharsimi, Sualu Pendekalan praklek, Jakarta: Rineka Cipta, Ct:t. 11, 1998 Asmaran, AS, Penganlar Studi Akhlak. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1993 Darajat, Zakiyah, Dkk, Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 1992
--------------------, Melodologi Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Bumi Aksara, Cet. I, 1996 Darajat, Zakiyah, Pendidikan Islam Dalam Keluarga Dan Sekolah. Jakarta: Ruhama, 1993 Dt:partemen Agama Rt:publik Indont:sia, AI-Qur'an Dan Terjemah. Jakarta: Kathoda, 2005 Departemen Agama Direktorat Jendt:ral Kt:it:mbagaan Agama Islam, Wawasan
Tugas Guru Dan Tenaga Kependidikan. Jakarta: Departemen Agama, 2005 Kantor Departemen Agama Propinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta, Kurikulum
Berbasis Kompetensi. Jakarta, Pusat kurikulum. Balitbang Depdiknas, 2002. Kosasi, Rallis Dan
Soe~ipto,
Profesi Keguruan. Jakarta: Rineka Cipta, J 999
6f Muslim, Imam Abu I-Insein Bin bin I-Iajjaj AI Qury An Naisabury, Buku Tmjamah
Shahih Muslim Jilid IV, Terj. dari Shahih Muslim Jilid IV oleh Adib Bisri Musthofa, Semarang: Asy Syifa', Cet. I, 1993 Nata, Abuddin, Pendidikan Dalam Perspektif Al-Qur 'an. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005
-----------------, Perspektif [,lam Tentang Pola Hubungan Guru Dan Murid. Jakarta: Raja Grafindo Persada, Cet. 1,2001 Nata, Abuddin, Akhlak Tasawuf Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006 Nurdin, Muhammad, Kiat Menjadi GUnt Profesional. Jogjakarta: Prisma Sophie, 2004 Uhbiyati, Nur, Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia, Cet. 2, 1998 Qowaid, Dkk, Kompetensi Guru pendidikan Agama Islam. Jakarta: Puslitbang Pendidikan Agama Dan Keagamaan Badan Litbang Agama Dan Diklat Keagamaan, Cet. I, 2005 Sudjana, S, Manajemen Program Pendidikan. Bandung: Falah Production, 2000
Angket Penelitian Tentang Peranan Guru Agama Islam Dalam Pembinaan Akhlak Siswa Nama Kelas Jenis Kelamin: PfL
Petunjuk: I. Baealah dahulu angket berilmt ini sebelum meujawab 2. Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang anda anggap sesuai dengan keadaan anda 3. Pengisian angket ini tidak mempengaruhi nilai, untuk itu jawablah dengan beuar dan jujur.
I. Guru agama Islam mengawali pelajaran dengan membaca basmaliah a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
2. Sebelum mcmulai mater; baru, guru agama Islam mengingatkan kernbali materi sebelumnya a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
3. Setelah masuk kelas, guru agama Islam tetap memulai pelajaran meskipun kelas masih ribut a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
4. Guru agama Islam menegur anak yang tidak memperhatikan pelajaran a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
5. Saya memahami pelajaran yang di sampaikan oleh guru agama Islam a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
6. Guru agama Islam mendiskusikan materi-materi tertentu yang di sampaikan a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
7. Guru agama Islam menyampaikan materi yang diajarkan dengan metode ceramah a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
8. Guru agama Islam mengoreksi tugas rumah dari materi yang di sampaikan a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
9. Guru agama Islam memberikan hadiah atas prestasi yang anda dapat a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
10. Bila anda mengajukan masalah, guru agama Islam memberikan solusi pada masalah yang anda ceritakan a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
II. Guru agama Islam menghukum anak-anak yang tidak mengerjakan tugas rumah yang di berikan a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Ticlak pernah
12. Guru agama Islam berpenampilan menarik ketika mengajar a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Ticlak pernah
13. Guru agama Islam berpakaian rapi di dalam lingkungan sekolah a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Ticlak pernah
14. Guru agama Islam tegas pada setiap anak didiknya a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
15. Guru agama Islam mencaci-maki anak didiknya yang melanggar peraturan a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
16. Saya tidak pernah menolak teman saya yang mcmbutuhkan pertolongan a. Sclalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
17. Saya merasa tidak nyaman kctika berkata bohong a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tielak pernah
18. Saya berpamitan kepada keelua orangtua ketika hendak berangkat ke sekolah a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tielak pernah
19. Saya menyapa guru yang berpapasan eli luar sekolah a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tielak pernah
20. Saya tidak biasa mengacuhkan perkataan orangtua saya ketika menasehati a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
2 I. Saya mengerjakan tugas rumah yang di berikan oleh guru saya a. Selalu
c. Kaelang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
22. Saya tidak biasa meninggalkan kelas dan tidak kembali ketika pelajaran sedang berlangsung a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
23. Saya berbicara lantang, walau dengan orang yang lebih tua a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
24. Saya meninggalkan tugas yang di berikan oleh orangtua saya a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
25. Saya
biasa
mengambil
sesuatll
yang
bllkan
punya
saya
tanpa
sepengetahllan orang lain a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
26. Saya berbicara yang bukan sebenarnya terjadi kepada orangtua saya a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
27. Saya biasa datang terlambat ke sekolah a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
28. Saya tidak pergi ke sekolah ketika proses belajar mengajar aktif a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
29. Saya biasa mengeluarkan seragam atasan saya ketika berada di dalam Iingkungan sekolah a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
30. Saya melanggar tata tertib yang ada di sekolah a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
Ciputat, 24 Januari 2007
: Istimewa No I,amp : Satu 13erkas Proposal Skripsi II'll : Pengajuan Judul Skripsi
Kepada Ylh : Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakullas Tarbiyah Di Tcmpal Assalamu'alaikum'i WI', Wb, Salam bahagia saya sampaikan semoga bapak senantiasa dalam lindungan Allah Swt, dan selalu sukscs dalammenjalankan aktilitas sehari-hari, amin, Saya yang bcrtandatangan dibawah ini: Nailla : Filri Pagerwali Nim : 20.101100152X J."lkullas : Ilmu 'j'"rbiy'lh n"n Keguruan ,Iurusall : I'endidikan Agalna Islam Ikrnwksud mellgajuKan skripsi dengan judul "I'I:RANAN GURU AGAMA ISI.AM DALAM MEMBINA AKHLAK SISW A (Studi kasus SMPN II Depok)", Ikrsama ini say" I"mpirkan : I, Out linc semenlara 2, Abslrak BM3 I 3. DaCtar puslaka semen tara Demikian pcngajuan judul ini saya buat, scmogadapal diselujui, Atas pcrhatian clan bantuannya saya ueapakan terima kasih, Wassalamu 'alaikum, WI', Wb,
..2f/
6tH!'
fi-, /
alasiswn
PCfllbimbing Proposal Skripsi
~
1J /
1,J1" D'I' ae 1/ y, ro,
NIl' : 1'50202343 t~
('\J) rJ\~
\
<;!\ \\1Ff'
NIM: 20301100152R
K",, ;l1;)J;'~'TK Mengetahui
V \0 J""-
Drs, Abd, Rahman Ghazali, MA
~
(j;fJE'
, 4v-1..o6 ~" F n ~agerwatl
lruro?;l
,
~ r
n
NIP: 150
06~09
DEPARTEMEN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH'DAN KEGURUAN Tclp I
Nomor 95, Ciputat !5412, Indonesia
Nomor Lamp. Hal
: (62-21) 7443328. 7401925, Fax.
(62~21)
Email :
[email protected]
: Ft.I!lTL.02.1 / IX/2007
Jakarta, 14 September 2007
: Absiraksi/Ouiline : BIMBINGAN SKRIPSI Kepada Yth. Ora. Hj. Eri Rosatria, M.Ag Pembimbing Skripsi Fakultas lImu Tarbiyah elan Keguruan UIN SyarifHieiayatullah
Jakarta. Assalamu 'alaikum wr. wh.
Dengan ini cliharapkan kesecliaan Sauclara untuk menjacli Pembimbing !Ill (materi/teknis) penulisan skripsi mahasiswa:
Nama
Fitri Pagerwati
NIM
203011001528
Jurusan
Penelidikan agama islam
Semester
IX
Judul Skripsi
Peranan guru agama islam dalam pembinaan akhlak siswa eli SMPN 31 Kebayoran lama-Jakarta Selatan
Juelul tersebut telah elisetujui oleh Jurusan yang bersangkutan pada tanggal 24 Januari 2007 elengan abstrakloutline sebagaimana terlampir. Meskipun demikian Pembimbing berhak untuk mengubah juelul tcrsebut bila dipandang tidak /kurang sesuai. Bimbingan skripsi ini eliharapkan selesai dalam waktu 6 (enam) bulan, elan dapat eliperpanjang selama 6 bulan berikutnya tanpa surat perpanjangan . Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ueapkan terima kasih. TYassalamu 'alaikum wr.wb.
Tembusan: I. Dekan FITK
2. :rvlahasiswaYbs
7..lfIJ32R
DEPARTEMEN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN H:EGURUAN Tclp
a Nomor 95, Cipulal 15412, Indonesia
Nomor Lamp. I-! a I
{62-21) 7443328, 7401925, Fax. (62-21) 7443)28
Email:
[email protected]
: Ft.lIlTL.02.2/ IX/2007 : Outline/Proposal : Pcrmohonan Izin Pcnclitian
Jakarta, 14 September 2007
Kepada Yth: Kepala SMP Neger; 31 Jakarta Assc.tlamu 'olaikwn
Hor. H'b.
Dengan hormat kami sampaikan bahwa
1
Nama
Fitri Pagerwati
NIM
203011001528
Jurusan
Pendidikan agama islam
Semester
IX
Judul Skripsi
Peranan guru agama islam dalam pembinaan akhlak siswa di SMPN 3 i Kebayoran lama-Jakarta Selatan
adalah benar mahasiswa Fakultas llmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta yang sedang menyusun skripsi, dan akan mengadakan penelitian di instansi/sekolah yang Saudara pimpin. Untuk itu kami mahan Saudara dapat mengizinkan mahasiswa tersebut melaksanakan penelitian dimaksud. Atas perhatian dan bantuan Saudara, kami ucapkan terima kasih. Wassalamu 'alaikum
WI'. wb.
.. Tembusan: 1. Dekan F1TK 2. Pel11bantu Dekan Bidang Akademik 3. .tvlahasiswa yang bersangkutan
·
{1
PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA DINAS PENDIDIKAN DASAR SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 31 JI. Penillggaran Barat III Kebayoran Lama Telp. 7239730 Fax. 7239730
JAKARTA KODE POS 12240
SURAT KETERANGAN NO : 284/35.8 /2007 Yang bertanda tangan di bawah ini. Kepala SMPN 31 Jak<ma Selatan, menerangkan bahwa: Nml1a
: Fi tri Pagerwati
Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta 12 - 06 -1985 Nomor Pokok
: 203011001528
Program Pendidikan
: S1
Fakultas
: Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Jurusan
: Pendidikan Agama Islam
Alamat Rumah
: JL Durian 3 Blok 02 No.1 Cimanggis - Depok 16954
Benar bahwa nama tersebut adalah mahasiswa DIN Syahid Jakarta dan telah melakukan penelitian di sekolah kami pacla bulan Maret - Juli 2007, clalam rangka penulisan skripsi yang berjuclul "PERANAN GURU AGAMA ISLAM DALAM PEMBINAAN
AKHLAK SISWA DI SMPN 31
KEBAYORAN LAMA -
JAKARTA". Demikian surat keterangan ini saya buat agar yang berkepentingan mengetahui dan dapat cligunakan sebagaimana mestinya. Jakarta,
Agustus 2007
Kepala SMPN 31 Jakarta ...
c
'
/---j~~~_