THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
UAD, Yogyakarta
MEDIA DALAM LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING Hardi Prasetiawan Prodi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Ahmad Dahlan
[email protected]
Abstrak Media bimbingan dan konseling merupakan suatu peralatan baik berupa perangkat lunak maupun perangkat keras yang berfungsi sebagai alat bantu dalam kegiatan layanan bimbingan dan konseling. Media bimbingan dan konseling juga dapat diartikan segala sesuatu yang digunakan menyalurkan pesan atau informasi dari pembimbing kepada siswa yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat sehingga siswa akan mengalami perubahan perilaku, sikap dan perbuatan ke arah yang lebih baik. Permendiknas (2008) merumuskan standar kompetensi konselor ke dalam empat kompetensi pendidik, yaitu (1) Kompetensi Pedagogik, (2) Kompetensi Kepribadian, (3) Kompetensi Sosial, serta (4) Kompetensi Profesional. Melalui layanan bimbingan dan konseling, guru bimbingan dan konseling membantu peserta didik mencapai tugas perkembangannya dalam rangka proses kemandirian, hal tersebut akan menjadi lebih optimal jika didukung oleh pelaksana yang memiliki standar profesionalisme di bidangnya serta dukungan sistem manajemen yang berlaku serta pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga kegiatan pendidikan menjadi lebih efektif. Jenis penelitian ini adalah Deskriptif berdasarkan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan teknik Purposive Sampling. Kisi-Kisi Angket dikutip dari Klasifikasi media bimbingan dan konseling yang terdiri dari indicator (1) Media Grafis, Bahan Cetak, & Gambar Diam, (2) Media Proyeksi Diam, (3) Media Audio, (4) Media Film, (5) Multimedia, (6) Media Objek, dan (7) Media Interaktif. Kata Kunci : Media, Layanan, Bimbingan dan Konseling 1. PENDAHULUAN Bimbingan dan konseling merupakan suatu proses komunikasi, artinya di dalamnya terjadi proses penyampaian pesan dari seseorang (sumber pesan) kepada seseorang atau sekelompok orang (penerima pesan). Media merupakan bagian dari proses komunikasi. Baik buruknya sebuah komunikasi ditunjang oleh penggunaan saluran dalam komunikasi tersebut. Saluran/ channel yang dimaksud adalah media. Karena pada dasarnya bimbingan dan konseling merupakan proses komunikasi, maka media yang dimaksud adalah media bimbingan dan konseling. Bentuk komunikasi yang terdapat dalam layanan bimbingan dan konseling yaitu membutuhkan peran media untuk dapat meningkatkan tingkat keefektifan pencapaian tujuannya. Menurut Berlo (dalam Nursalim, 2015)[7] komunikasi tersebut akan efektif jika ditandai dengan
1529
adanya “area of experience” atau daerah pengalaman yang sama antara penyalur pesan dan penerima pesan. Komunikasi dalam konteks bimbingan konseling adalah syarat mutlak, karena proses bimbingan dan konseling itu sendiri merupakan proses komunikasi. Oleh sebab itu, menurut faqih (2004)[3] metode bimbingan konseling dapat diklasifikasikan berdasarkan segi komunikasi tersebut. Ada metode langsung atau komunikasi langsung dan metode tidak langsung atau komunikasi tidak langsung. Metode komunikasi langsung adalah metode yang menuntut proses bimbingan dan konseling itu dilakukan dengan komunikasi langsung (bertatap muka) dengan konselinya, baik secara individual maupun kelompok. Kemudian metode lainnya adalah metode komunikasi tidak langsung, metode ini mensyaratkan adanya bantuan media sebagai sarana
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
berkomunikasi dalam proses bimbingan dan konseling, baik dilakukan secara individual, kelompok, maupun secara massal. Berkaitan dengan konteks komunikasi dalam proses pembelajaran di kelas/bimbingan klasikal, seringkali Guru BK/Konselor mengalami masalah pada saat memberikan pengertian kepada siswa/konseli tentang suatu pokok bahasan. Tidak sedikit Guru BK/Konselor mengeluh karena sudah sering kali mengulang pokok bahasan yang disampaikan, namun siswa/konseli tidak dengan segera dapat memahami pokok bahasan tersebut. Hal semacam ini terjadi dikarenakan sering kali Guru BK/Konselor menyampaikan bahan ajar kepada siswa/konseli hanya menggunakan caracara yang “Lama/Kuno”. Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2008)[5] Guru bimbingan dan konseling wajib menguasai serta menerapkan standar kompetensi konselor yang telah ditentukan sebagai landasan dalam melaksanakan kegiatan layanan. Sebagaimana tercantum pada Permendiknas yang disusun oleh Mendiknas (2008)[5], yang merumuskan standar kompetensi konselor ke dalam empat kompetensi pendidik, yaitu; (1) Kompetensi Pedagogik, (2) Kompetensi Kepribadian, (3) Kompetensi Sosial, serta (4) Kompetensi Profesional. Guru bimbingan dan konseling sebagai sosok utuh konselor sekolah mencakup dua komponen penting, yakni kompetensi akademik dan kompetensi profesional. Termasuk di dalamnya rincian kompetensi akademik konselor untuk mengenal secara mendalam konseli yang hendak dilayani serta menguasai khasanah teoretik dan prosedural termasuk teknologi dalam bimbingan dan konseling Menurut Mursalin (dalam Irawan, [6] 2015) Guru bimbingan dan konseling sebagai salah satu personil pelaksana layanan, memiliki tanggung jawab yang besar terhadap profesinya atas keberhasilan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di sekolah. Guru
1530
UAD, Yogyakarta
bimbingan dan konseling profesional adalah seseorang yang memiliki peran penting untuk merencanakan dan mengaplikasikan program bimbingan dan konseling sekolah yang komprehensif . Penelitian yang dilakukan oleh Hakim (dalam Irawan, 2015)[6] menunjukan hasil sebesar 42,74% guru Bimbingan Konseling dari SMA Negeri Tahun Ajaran 2011-2012 telah mencapai hasil yang baik. Penjelasan hasil secara terperinci yaitu 57 dari 74 orang guru bimbingan dan konseling di kota Bandung termasuk pada kategori baik. Sebanyak sembilan orang lainnya masuk pada kategori cukup dan delapan orang pada kategori kurang. Artinya, kinerja sebagian besar guru bimbingan dan konseling sekolah di Kabupaten Bandung belum optimal dilihat dari kepribadian konselor, pengetahuan serta keterampilan memberikan layanan bimbingan. Sejauh ini diduga belum semua guru bimbingan dan konseling yang berada di sekolah telah mencapai kualifikasi sesuai standar profesinya sebagai guru bimbingan dan konseling. Hasil penelitian Ilfiandra (dalam Irawan, 2015)[6] terhadap guru bimbingan dan konseling, siswa, guru, dan kepala sekolah. Umumnya kinerja guru bimbingan dan konseling belum memuaskan, di Kabupaten Bandung (64,28%) kinerja guru bimbingan dan konseling masuk pada kategori tidak memuaskan, sebagian kecil (35,71%) masuk pada kategori memuaskan, dan tidak ada guru bimbingan dan konseling yang menunjukkan bahwa kinerja yang sangat memuaskan. Urutan aspek kinerja yang tidak memuaskan yang ditampilkan oleh guru bimbingan dan konseling menyangkut pengetahuan tentang keterampilan memberikan layanan bimbingan dan konseling (36,74%), kepribadian guru bimbingan dan konseling (29,85%), dan pengetahuan tentang layanan bimbingan dan konseling (21,28%). Melalui layanan bimbingan dan konseling, guru bimbingan dan konseling membantu peserta didik mencapai tugas
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
perkembangannya dalam rangka proses kemandirian, hal tersebut akan menjadi lebih optimal jika didukung oleh pelaksana yang memiliki standar profesionalisme di bidangnya serta dukungan sistem manajemen yang berlaku serta pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga kegiatan pendidikan menjadi lebih efektif. Berdasarkan Sujiono (dalam Irawan, 2015)[6]. Media bimbingan dan konseling merupakan suatu peralatan baik berupa perangkat lunak maupun perangkat keras yang berfungsi sebagai alat bantu dalam kegiatan layanan bimbingan dan konseling. Media bimbingan dan konseling juga dapat diartikan segala sesuatu yang digunakan menyalurkan pesan atau informasi dari pembimbing kepada siswa yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat sehingga siswa akan mengalami perubahan perilaku, sikap dan perbuatan ke arah yang lebih baik Arsyad (2016)[1] mengemukakan ciri-ciri umum yang terkandung dalam pengertian media adalah bahwa; (1) media memiliki pengertian fisik (hardware), yaitu suatu benda yang dapat dilihat, didengar atau diraba panca indera; (2) media memiliki pengertian non fisik (software), yaitu kandungan pesan yang terdapat dalam perangkat keras yang merupakan isi yang ingin disampaikan kepada siswa; (3) penekanan media terdapat pada visual dan audio; (4) media merupakan alat bantu pada proses belajar baik di dalam kelas maupun di luar kelas; (5) digunakan dalam rangka komunikasi dan interaksi pembimbing dan siswa dalam proses layanan; (6) dapat digunakan secara massal (misalnya: radio, televisi), kelompok besar dan kelompok kecil (misalnya: film, slide, video), atau perorangan (misalnya: komputer, modul, radio tape, video recorder). Berdasarkan pada uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan media dalam layanan bimbingan dan konseling membantu efektifitas penyampaian layanan. Kegunaan
1531
UAD, Yogyakarta
penggunaan media dalam layanan bimbingan dan konseling adalah memperjelas penyajian pesan atau informasi agar tidak verbalistis, mengatasi keterbatasan ruang, merubah perilaku dari yang tidak diinginkan menjadi sesuai yang diinginkan, dan menyamakan persepsi antara pembimbing dengan individu yang dibimbing. Sudjana & Rivai (dalam Arsyad, 2016)[1] mengemukaan manfaat penggunaan media adalah; (1) proses pemberian layanan akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar; (2) materi layanan akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan layanan; (3) metode penyampaian materi atau pemberian layanan akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosandan guru tidak kehabisan tenaga; (4) dalam proses pemberian layanan siswa dapat melakukan kegiatan mengamati, melakukan, mendemostrasikan, memerankan, dll, tidak hanya mendengarkan. Beberapa jenis media yang dapat digunakan sebagai alat bantu dalam penyampaian informasi terkait layanan bimbingan dan konseling adalah media auditif (radio, tape), media visual (gambar, foto) dan media audio-visual (film bersuara). Secara lebih lengkap Leshin, Pollock & Reigeluth (dalam Arsyad, 2016)[1] mengklasifikasikan media ke dalam lima kelompok, yaitu; (1) media berbasis manusia, misalnya: guru, instruktur, tutor, main-peran, kegiatan kelompok, field-trip; (2) media berbasis cetak, misalnya: buku, workbook, penuntun; (3) media berbasis visual, misalnya: bagan, grafik, gambar, slide; (4) media berbasis audio- visual, misalnya: video, film, program slide-tape; (5) media berbasis komputer, misalnya: pengajaran berbantuan komputer, interaktif video.
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
2. KAJIAN LITERATUR a. Media Bimbingan dan Konseling Media berasal dari kata latin, merupakan bentuk jamak “medium” yang secara harfiah mempunyai makna perantara atau pengantar. Menurut Nursalim (2015)[7] Media Bimbingan dan Konseling adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan bimbingan dan konseling yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa/ konseli untuk memahami diri, mengambil keputusan, serta memecahkan masalah yang dihadapi. 1. Kelompok Media Grafis, Bahan Cetak dan Gambar Diam a) Media Grafis Merupakan media visual yang menyajikan fakta, ide atau gagasan melalui penyajian kata-kata, kalimat, angka-angka, dan simbol atau gambar. Adapun yang termasuk ke dalam media grafis antara lain : 1) Grafik, yaitu penyajian data berangka melalui perpaduan antara angka, garis, dan simbol. 2) Diagram, yaitu gambaran yang sederhana yang dirancang untuk memperlihatkan hubungana timbal balik yang biasanya disajikan melalui garis-garis simbol. 3) Bagan, yaitu perpaduan sajian kata-kata, garis, simbol, yang merupakan ringkasan suatu proses, perkembangan, atau hubungan-hubungan penting. 4) Sketsa, yaitu gambar yang sederhana atau draft kasar yang melukiskan bagian-bagian pokok dari suatu bentuk gambar. 5) Poster, yaitu sajian kombinasi visual yang jelas, menyolok, dan menarik, dengan maksud untuk menarik perhatian orang yang lewat. 6) Papan Flanel, yaitu media berupa papan yang dilapisi kain flanel berisi pesan berupa kata-kata
1532
UAD, Yogyakarta
agar mudah ditempel dan dilepas. 7) Buletin board, yaitu media berupa papan biasa berisi gambar atau kata, biasanya langsung ditempel menggunakan alat perekat. b) Media Bahan Cetak Media visual yang pembuatannya melaluin proses pencetakan/printing atau offset. Media bahan cetak ini menyajikan pesannya melalui huruf dan gambar yang diilustrasikan untuk lebih memperjelas pesan atau informasi yang disajikan. Adapun jenisnya adalah sebagai berikut: 1) Buku Teks, yaitu buku yang membahas cara memecahkan masalah atau cara menggambarkan diri, biasanya termasuk dalam bibliokonseling. 2) Modul, yaitu suatu paket program yang disusun dalam bentuk satuan tertentu dan didesain sedemikian rupa guna memperlancar pelaksanaan layanan informasi dan bimbingan klasikal. Dalam bimbingan konseling, modul seperti ini sering digunakan dalam modul bimbingan karir, modul bimbingan belajar dan sebagainya. 3) Bahan pengajaran terprogram, yaitu paket program pengajaran individu, seperti halnya modul tetapi disusun dalam topik-topik kecil untuk setiap halamannya (bingkai), suatu bingkai biasanya berisi materi pelajaran, pertanyaan dan follow up dari bingkai sebelumnya. 2. Kelompok Media Proyeksi Diam Media proyeksi diam adalah media visual yang diproyeksikan atau media yang memproyeksikan pesan, dimana hasil proyeksinya tidak bergerak atau memiliki sedikit unsur gerakan. Adapun jenis media ini diantaranya adalah:
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
a) Media OHP dan OHT OHT (Overhead Transparancy) adalah media visual yang diproyeksikan melalui alat proyeksi yang disebut OHP (Overhead Projector). Ada 3 jenis bahan yang dapat digunakan sebagai OHT, yaitu : 1) Write on film (plastik transparansi), yaitu jenis transparansi yang dapat ditulisi atau digambari secara langsung dengan menggunakan spidol. 2) PPC transparency film (PPC yaitu Plain Paper Copier), yaitu jenis transparansi yang dapat diberi tulisan atu gambar dengan menggunakan mesin photocopy. 3) Infrared transparency film, yaitu jenis transparansi yang dapat diberi tulisan atau gambar dengan menggunakan mesin thermofax. b) Media Opaque Projektor Merupakan media yang digunakan untuk memproyeksikan bahan-bahan yang tak tembus pandang seperti: buku, foto, selain gambar yang berdimensi atau 2 dimensi (2D) juga bisa memproyeksikan gambar tiga dimensi (3D), selain itu media opaque projector juga dapat memproyeksikan film bingkai atau slide tetapi tidak dilengkapi dengan suara. c) Media Slide Merupakan media visual yang dapat diproyeksikan dengan alat yang dikenal dengan proyektor slide. Biasanya film bingkai atau slide terbuat dari film positif yang kemudian diberi bingkai karton atau plastik. Film positif yang biasa digunakan untuk slide berukuran 35 mm dengan ukuran bingkai 2x2 inchi. Sebuah film slide biasanya terdiri dari beberapa bingkai yang banyaknya disesuaikan dengan bahan atau materi yang akan disampaikan.
1533
UAD, Yogyakarta
d) Media Filmstrip Merupakan media visual yang diproyeksikan seperti film slide hanya saja terdiri dari atas beberapa film yang merupakan satu kesatuan (ujung yang satu dan lain berkaitan). Biasanya frame dalam filmstrip terdiri dari 50 buah dan ada juga yang 75 buah dengan panjang 100 sampai dengan 130 cm. 3. Kelompok Media Audio Media audio adalah media yang penyampaian pesanya hanya dapat diterima oleh indera pendengaran. Pesan atau informasi yang akan disampaikan dituangkan kedalam lambang-lambang auditif yang berupa kata-kata, musik, dan sound effect. Adapun jenis media audio ini diantaranya yaitu: a) Media Radio Merupakan media audio yang dipancarkan melalui pancaran gelombang elektromagnetik dari suatu pemancar. Biasanya seorang penyiar menyampaian pesan atau materi melalui microphone yang kemudian diolah dan dipancarkan kesegala penjuru dengan gelombang elektromagnetik dan pedn tersebut diterima oleh alat yang disebut pesawat radio. b) Media Alat Perekam Pita Magnetik Alat perekam pita magnetik atau kaset tape recorder adalah media yang menyajikan pesannya melalui proses perekaman kaset audio. Dalam bimbingan dan konseling, media ini biasanya berupa kaset relaksasi dan meditasi, bisa juga digunakan untuk mendukung pelaksanaan strategi diri sebagai model. 4. Kelompok Media Film (Motion Pictures) Film disebut juga gambar hidup (motion picture), yaitu serangkaian gambar diam (still picture) yang meluncur secara tepat dan diproyeksikan sehingga menimbulkan kesan hidup dan bergerak. Film
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
merupakan media yang menyajikan pesan audio visual dan gerak. Oleh karenanya, film memberikan kesan yang impresif bagi pemirsanya. Ada beberapa jenis film, diantaranya film bisu, film suara, dan film gelang yang ujungnya saling besambungan dan proyeksinya tak memerlukan penggelapan ruangan. 5. Kelompok Multimedia Multimedia merupakan suatu sistem penyampaian dengan menggunakan berbagai jenis bahan belajar yang membentuk suatu unit atau paket. Contohnya suatu modul belajar yang terdiri atas bahan cetak, bahan audio, dan bahan audiovisual. 6. Kelompok Media Objek Media objek merupakan media tiga dimensi yang menyampaikan informasi tidak dalam bentuk penyajian, melainkan melalui ciri fisiknya sendiri, seperti ukurannya, bentuknya, beratnya, susunannya, warnanya, fungsinya, dan sebagainya. Media objek ini dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu media objek sebenarnya dan media objek pengganti. Media objek sebenarnya dibagi dua jenis, yaitu media objek alami dan media objek buatan. Media objek alami dapat dibagi kedalam dua jenis yaitu objek alami yang hidup dan objek alami yang tidak hidup. 7. Kelompok Media Interaktif Merupakan media yang mengharuskan siswa/konseli untuk berinteraksi dengan media secara langsung dan aktif. Interaksi siswa dengan media ini dapat digolongkan menjadi tiga, yakni: pertama, siswa berinteraksi dengan sebuah program, misalnya menjawab soal dari bahan belajar berprogram. Kedua, siswa berinteraksi dengan mesin, misalnya simulator, komputer, laboratorium bahasa. Ketiga, interaksi siswa secara teratur tetapi tidak terprogram, Misalnya permainan pendidikan, simulasi dan sejenisnya.
1534
UAD, Yogyakarta
b. Manfaat Media Bimbingan dan Konseling Secara umum media bimbingan dan konseling mempunyai manfaat atau kegunaan yaitu sebagai berikut : 1. Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis 2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, tenaga, dan daya indra 3. Menimbulkan gairah/ minat siswa, interaksi lebih langsung antara siswa dengan guru bimbingan dan konseling (guru BK) 4. Memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman & menimbulkan persepsi yang sama 5. Proses layanan bimbingan dan konseling dapat lebih menarik dan interaktif 6. Kualitas layanan bimbingan dan konseling dapat ditingkatkan 7. Meningkatkan sikap positif siswa terhadap materi layanan bimbingan dan konseling c. Layanan Bimbingan dan Konseling Terdapat tujuh layanan Bimbingan dan Konseling yang termakhtub dalam BK Pola 17, yaitu sebagai berikut : 1. Layanan Orientasi Layanan orientasi yaitu layanan bimbingan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) memahami lingkungan (sekolah) yang baru dimasukinya, dalam rangka mempermudah dan memperlancar berperannya peserta didik di lingkungan yang baru itu. 2. Layanan Informasi Layanan informasi yaitu layanan bimbingan konseling yang memungkinkan peserta didik dan pihak-pihak lain yang dapat memberikan pengaruh yang besar kepada peserta didik menerima dan memahami informasi (seperti informasi pendidikan dan informasi jabatan) yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan sehari-hari sebagai pelajar, anggota keluarga dan masyarakat. 3. Layanan Penempatan Penyaluran
THE 5TH URECOL PROCEEDING
4.
5.
6.
7.
18 February 2017
Yaitu layanan bimbingan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat (misalnya penempatan dan penyaluran di dalam kelas, kelompok belajar, jurusan atau program studi, program latihan, magang, kegiatan co-ekstra kurikuler) sesuai dengan potensi, bakat dan minat serta kondisi pribadi. Layanan Konseling Perorangan Yaitu layanan bimbingan konseling memungkinkan peserta didik mendapat layanan langsung tatap muka (secara perorangan) dengan guru pembimbing dalam rangka pembahasan pengentasan permasalahan pribadi yang dideritanya. Layanan Bimbingan Kelompok Yaitu layanan bimbingan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat (misalnya penempatan dan penyaluran di dalam kelas, kelompok belajar, jurusan atau program studi, program latihan, magang, kegiatan co-ekstra kurikuler) sesuai dengan potensi, bakat dan minat serta kondisi pribadi. Layanan Konseling Kelompok Yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan dari nara sumber tertentu (terutama dari pembimbing atau konselor) yang berguna untuk menunjang kehidupannya sehari-hari baik individu maupun sebagai pelajar, anggota keluarga dan masyarakat serta untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Layanan Penguasaan Konten Layanan pembelajaran, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien/konseli) mengembangkan diri dan menguasai konten tertentu berkenaan dengan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, materi belajar yang cocok dengan kecepatan dan kesulitan
UAD, Yogyakarta
belajarnya, serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya 3. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah Deskriptif berdasarkan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan teknik Purposive Sampling terhadap Guru BK SMK Muhammadiyah Se Kota Yogyakarta. Adapun Kisi-Kisi Angket dikutip dari Klasifikasi media bimbingan dan konseling yang terdiri dari indikator (1) Media Grafis, Bahan Cetak, & Gambar Diam, (2) Media Proyeksi Diam, (3) Media Audio, (4) Media Film, (5) Multimedia, (6) Media Objek, dan (7) Media Interaktif. Berdasarkan Arikunto (2006)[2] adapun Uji Validitas dan Reliabilitas yang digunakan adalah Validitas Konstruk dengan Rumus Product Moment dan Reliabilitas Alpha. Maka dalam hal ini Penskoran instrumen dibuat dengan menggunakan skala Likert dengan empat alternatif jawaban yaitu Sering, Jarang, Kadang-Kadang, dan Tidak Pernah. 4. KESIMPULAN Media Bimbingan dan Konseling adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan bimbingan dan konseling yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa/ konseli untuk memahami diri, mengambil keputusan, serta memecahkan masalah yang dihadapi. Penggunaan media dalam layanan bimbingan dan konseling membantu efektifitas penyampaian layanan. Kegunaan penggunaan media dalam layanan bimbingan dan konseling adalah memperjelas penyajian pesan atau informasi agar tidak verbalistis, mengatasi keterbatasan ruang, merubah perilaku dari yang tidak diinginkan menjadi sesuai yang diinginkan, dan menyamakan persepsi antara pembimbing dengan individu yang dibimbing. Adapun untuk mendapatkan hasil yang baik dalam penelitian ini yaitu menggunakan Validitas Konstruk dan Reabilitas Alpha dengan Kisi-Kisi Angket yang dikutip dari Klasifikasi media bimbingan dan konseling yang terdiri dari
1535
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
indikator (1) Media Grafis, Bahan Cetak, & Gambar Diam, (2) Media Proyeksi Diam, (3) Media Audio, (4) Media Film, (5) Multimedia, (6) Media Objek, dan (7) Media Interaktif. Maka dalam hal ini terdapat tujuh layanan Bimbingan dan Konseling yang termakhtub dalam BK Pola 17 dan dapat dimanfaatkan dalam Media Bimbingan dan Konseling, yaitu; Layanan Orientasi, Layanan Informasi, Layanan Penempatan Penyaluran, Layanan Konseling Perorangan, Layanan Bimbingan Kelompok, Layanan Konseling Kelompok, dan Layanan Penguasaan Konten 5. DAFTAR PUSTAK [1] Arsyad, A. 2016. Media Pembelajaran. Edisi Revisi. Cetakan Ke 19. Jakarta: Pt Raja Grafindo Persada [2] Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta : Rineka Cipta. [3] Faqih, A, R. 2004. Bimbingan Dan Konseling Dalam Islam. Yogyakarta: LPPAI, UII Press. [4] Basri, S, H. 2010. Peran Media Dalam Layanan Bimbingan Konseling Islam Di Sekolah. Jurnal Dakwah. Vol XI No.1. [5] Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Peraturan Mentri Pendidikan Nasional. Jakarta. [6] Irawan, F. 2015. Layanan Dasar Bimbingan Dan Konseling Melalui Weblog. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia [7] Nursalim, M. 2015. Pengembangan Media Bimbingan Dan Konseling. Cetakan Ke 2. Jakarta: PT. Indeks [8] Sadiman, A, Dkk. 2002. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan Dan Pemanfaatannya. Jakarta: Rajawali Press. [9] Sari, A, K, Dkk. 2012. Klasifikasi Media Bimbingan Dan Konseling. Lampung: Fakultas
1536
UAD, Yogyakarta
Tarbiyah Jurusan Bimbingan Konseling Islam Institut Agama Islam Negeri Raden Intan [10] Yuliani, N, S. 2005. Menu Pembelajaran Anak Usia Dini. Jakarta: Yayasan Citra Pendidikan Indonesia