BAB 4
PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA
4.1 Pengumpulan dan Pengolahan Data Aspek Teknologi Seleksi awal akan di lakukan untuk mencari 2 alternatif yang terbaik dari 5 alternatif yang tersedia. Seleksi akan dilakukan dengan membandingkan aspek teknis, non teknis dan teknologi. Kemudian dari 2 alternatif terbaik akan ditetapkan suatu metode peramalan untuk jumlah permintaan penggunaan mesin dengan menggunakan Metode Trend Linier dan Metode Eksponensial, perhitungan harga jual, serta biaya variabel mesin. Diharapkan dari kedua metode tersebut akan muncul salah satu metode yang terpilih yang dapat digunakan untuk evaluasi peramalan. Dasar pemilihan metode adalah dengan membandingkan nilai standar error dari masing-masing metode. Metode dengan nilai standar error yang terkecil akan menjadi metode yang terpilih. Kemudian akan dilakukan analisa terhadap perhitungan Earning Before Taxes (EBT), Earning After Taxes (EAT), serta perhitungan Kas Masuk Bersih dengan menggunakan data hasil peramalan yang ada.
60
4.2 Pengumpulan Data Mesin Plastik Injeksi Seperti telah diterangkan pada Bab 1, PMA berencana untuk mengganti mesin. Di bawah ini adalah data-data spesifikasi mengenai mesin lama, dan alternatifaltenatif yang akan dipilih sebagai pengganti.
4.2.1 Data Spesifikasi Mesin Plastik Injeksi lama Untuk melakukan produksi pada mesin Plastik Injeksi beberapa hal yang harus diperhatikan dari produk yang akan dicetak adalah : 1. kapasitas clamping dari mesin 2. jarak antara Tie Rod 3. Clamping stroke Ini diperhatikan untuk mengukur dimensi cetakan plastik (Mould) yang bisa dicekam pada mesin plastik injeksi. Berdasarkan hal tersebut PMA bisa menentukan produk-produk plastik yang bisa dikerjakan di mesin yang dimilikinya sekarang. Adapun produk yang secara rutin dikerjakan pada mesin plastik injeksi adalah : 1. Case Head Light KEHR (MEGA PRO II) 2. Case Head Light KEH 3. Cover Handle Lower GN5 4. Poly Box Besar Karena permintaan produk-produk tersebut akan rutin dan jumlahnya akan meningkat namun secara ukuran tidak terlalu berbeda jauh, maka Pemilihan mesin
61
yang baru akan menyamakan data-data dari faktor-faktor tersebut diatas, lalu membandingkan teknologi yang dimilikinya terutama faktor kecepatan proses injeksi yang bisa dilakukan, biaya maintenance, dan juga kemudahan control yang disediakan yang bisa membantu operator melakukan set-up mesin dengan cepat.
Tabel 4.1 Spesifikasi mesin Plastik injeksi lama Mesin Plastik Injeksi Lama Model Serial Number Produsen Tahun Pembuatan
: IS 315 CN II : 206903,207404,208309 : Toshiba Machine Co.Ltd : 1982 Spesifikasi
satuan
nominal
Clamping Unit Clamping Force Clamp Opening Force Distance Between Tie Rod Platen Dimension Clamping Stroke Daylight (max) without spacer Daylight (max) with spacer Closed Daylight (min) without spacer Closed Daylight (min) with spacer Ejecting Force (Hydraulic) Ejector Stroke Closing Speed (Fast) Closing Speed (Slow) Opening Speed (Slow) Opening Speed (Fast)
tons tons mm mm mm mm mm
315 18 670x670 960x960 710 1250 1010
mm mm tons mm m/min m/min m/min m/min
540 300 9.8 125 -36.8(-30.7) 2.0(2.0) -34.5(-29.5) 2.6(2.2)
Screw Diameter Injection Capacity Calculated Injection Capacity (PE) Injection Capacity (PS)
mm cm3 grams grams
60 930 855 680
Injection Unit
62
Injection Pressure Injection Rate Platicizing Capacity (PS) Screw Stroke Screw Speed Range Screw Drive Torque Hopper Capacity nozzle Pressing Force
kg/cm3 cm3/se c kg/h mm
1640
rpm kg-m liters tons
367(306) 175 330 250/192(250/12 7) 198/99 50 8.3
kw kw KVA Liters meters
7.5+4.5 18.3(97) 116(97) 900 7.4x1.6x2.3
Tons
16.5
Common Motor,Pump drive Heating Unit Maximum Load Capacity Required Oil Machine Dimension Machine Weight
Data dari instruction Manual Book
Dari data spesifikasi mesin di atas, terlihat bahwa umur mesin sudah kurang lebih 25 tahun. Kemampuan teknologi dan produksi sudah tertinggal dengan mesin-mesin terbaru yang ada sekarang. Sistem clamping pada mesin ini menggunakan Hidrolik
63
Gambar 4.1 Mesin Plastik injeksi TOSHIBA
4.2.2 Data Spesifikasi Mesin Plastik Injeksi Baru Dalam memilih sebuah mesin, perbedaan yang harus diperhatikan adalah hal-hal mengenai harga mesin, umur ekonomis mesin, kapasitas produksi, kemampuan mesin, peralatan standar, nilai sisa, teknologi, dan terakhir namun tak kalah penting adalah pelayanan purna jual. Dengan demikian pihak perusahaan dapat dengan mudah mengetahui kelemahan maupun keunggulan dari mesin yang dipilih dan akan dibeli. PMA akan melakukan seleksi pada beberapa vendor dan brand. Setelah dikumpulkan maka ada 5 vendor yang mengajukan penawaran, yaitu HUARONG,
64
STEADY STREAM BUSINESS (SSB), Fu Chun Shin , PowerJet, Chuan Lih Fa. Berikut ini adalah type dari masing-masing brand beserta spesifikasi teknis. Tabel 4.2 Spesifikasi Mesin Plastik Injeksi Baru Spesifikasi
satuan
Clamping Unit Clamping Force tons Distance Between Tie Rod mm Platen Dimension mm Clamping Stroke mm Closed Daylight (min) without spacer mm Ejector Stroke mm Injection Unit Screw Diameter mm Injection Capacity Calculated cm3 Injection Pressure kg/cm2 Injection Rate cm3/sec Common Required Oil Liters Machine Dimension meters Machine Weight Tons Price Unit Price US$
Fu Chun Shin HT-600I
HUARONG HMC -500
SSB NS-500T
PowerJet BJ650-V1
Chuan Lih Fa CLF-500TX
500 760x760 1130x1130 800 750 200
500 710x710 1070x1070 736 775 190
600 860x860 1290x1290 900 300 220
650 930x930 1340x1340 900 910 265
500 810x810 1260x1260 800 300 200
80 2090 1613 98
80 2010 1565 392,9
85 2155 1551 539
85 2450 1700 709
85 2410 1736 522
800 8.3x1.7x2.2 24
850 8.6x2.2x3.85 20,5
1190 8.5x2.2x2.6 24
1400 9.7x2.4x2.5 32
1000 8.6X2.5X3 20
123000
121500
77000
89000
76500
Data dari instruction Manual Book
Gambar 4.2 Mesin Palstik Injeksi SSB NS-500T
65
Gambar 4.3 Mesin Plastik Injeksi HUARONG HMC-500
Gambar 4.4 Mesin Plastik Injeksi Fu Chun Shin HT-600I
66
Gambar 4.5 Mesin Platik Injeksi PowerJet BJ650-V1
Gambar 4.6 Mesin Plastik Injeksi Chuan Lih Fa CLF-500TX
67
Dari 5 mesin tersebut akan ditinjau secara teknis dengan pendekatan Analytic Hierarchy Process (AHP) untuk mendapatkan 2 mesin terbaik dengan kriteria-kriteria yang telah ditentukan. Kemudian dari segala pertimbangan diatas akan diambil 2 terbaik untuk analisa aspek ekonomi teknik dengan menggunakan NVP, IRR, dan Payback Periode.
4.3 Pengolahan Data Aspek Teknologi Penentuan kriteria dari tahapan AHP dilakukan lewat wawancara dengan Bapak Eduardus Dimas Aryasadewa ST. Sebagai satu narasumber yang sudah lebih dari 6 tahun menangani , mengoperasikan dan merawat mesin Plastik Injeksi di POLMAN ASTRA. Dan dari hasil wawancara tersebut muncullah beberapa kriteria penting untuk memilih mesin plastik injeksi, yaitu : 4.3.1 Sistem Clamping Tabel 4.3 Perbandingan Clamping Unit mesin-mesin baru Spesifikasi Clamping Unit Clamping Force Distance Between Tie Rod Platen Dimension Clamping Stroke
satuan
tons mm mm mm
Fu Chun Shin HT-600I 500 760x760 1130x1130 800
HUARONG
SSB
HMC -500
NS-500T
500 710x710 1070x1070 736
Chuan Lih Fa BJ650-V1 CLF-500TX PowerJet
600 650 500 860x860 930x930 810x810 1290x1290 1340x1340 1260x1260 900 900 800
Berdasarkan hasil pengumpulan data kami dari narasumber pada Unit ini terdapat beberapa hal penting yang menentukan kualitas dari mesin :
68
1. Clamping Force, yaitu kekuatan yang bisa dihasilkan oleh mesin untuk menutup kedua bagian mold (core dan cavity) sehingga pada saat proses penembakan material plastik cair , material tersebut tidak akan keluar dari cetakannya. Semakin rumit suatu bentukan atau semakin besar dimensi Benda yang akan dicetak maka memerlukan clamping force yang tinggi pula. Mesin yang ada saat ini (Toshiba) memiliki clamping force 315 ton, namun melihat perkembangan dunia molding saat ini dan mengantisipasi pesanan produk yang lebih besar maka diputuskan untuk membeli mesin plastik dengan clamping force berkisar antara 500 – 650 ton. 2. Distance Between Tirod Tirod / Tie Bar adalah bentukan poros silindris yang digunakan untuk menggerakkan moving plate pada mesin plastik injeksi agar gerakannya saling sejajar, maka pada mesin plastik injeksi selalu terdapat 4 buah tirod. Distance between Tirod adalah jarak antara tirod yang satu dengan yang lain , dan umunya letaknya simetris.Hal ini dianggap penting pada mesin plastik
injeksi
karena
untuk
bisa
memasukkan
cetakan
dan
menempatkannya pada plate dan tepat pada center mesin harus melewati Tirod ini, oleh karenanya dimensi dari Cetakan yang bisa dipasang pada plate tergantung dari jarak Tirod yang ada pada mesin. Semakin besar jarak antar porosnya maka semakin besar dimensi cetakan (mold) yang bisa dipasang. Dari kelima produk yang terlihat di tabel terlihat bahwa
69
Power Jet BJ650-V1 memiliki jarak tirod paling luas yaitu 930x930 mm dan Huarong HMC-500 adalah yang terkecil dengan panjang 710x710, namun kesemua mesin baru yang ada masih lebih besar dibandingkan mesin lama Toshiba yakni 670x670 mm. 3. Platen Dimension Adalah besarnya luasan plat dimana nantinya cetakan akan dicekam, semakin besar area plat maka semakin besar pula cetakan yang bisa dipasang pada plat tersebut. Untuk dimensi plat Power Jet BJ650-V1 juga memiliki luasan plat paling besar dan Huarong HMC-500 adalah yang terkecil 4. Clamping Stroke Adalah panjangnya langkah yang bisa dilakukan oleh mesin tersebut guna membuka dan menutup moving plate. Semakin jauh jarak bukaan moving plate berarti memungkinkan kita menggunakan cetakan yang memiliki ketebalan lebih besar. Power Jet BJ650-V1 dan SSB NS-500T memiliki langkah terpanjang hingga 900 mm. 4.3.2 Injection Unit Tabel 4.4 Perbandingan Injection Unit mesin-mesin baru Spesifikasi Injection Unit Injection Pressure Injection Rate
satuan
kg/cm2 cm3/sec
Fu Chun Shin HT-600I 1613 580
HUARONG
SSB
PowerJet
HMC -500
NS-500T
BJ650-V1
Chuan Lih Fa CLF-500TX
1565 392.9
1551 539
1700 709
1736 522
70
Pada unit ini terdapat beberapa output yang dihasilkan : 1.
Injection Rate, adalah luasan yang bisa dibentuk oleh mesin plastik injeksi dalam setiap detiknya, kapasitas ini memudahkan kita bila akan mencetak produk yang memiliki luasan yang besar dengan kecepatan yang lebih baik dan meminimalisasi kegagalan proses injeksi yang membuat produk rusak. Injection Rate terbaik adalah pada mesin dengan merek Power Jet BJ650-V1 dengan kemampuan 709 cm3/sec sedang mesin yang lama hanya mampu hingga 367 cm3/sec.
2.
Injection Pressure, adalah kekuatan tekanan yang muncul diujung nozzle penyemprot, semakin besar tekanan yang bisa dihasilkan maka akan lebih memudahkan bila kita akan mencetak produk yang memiliki profil yang rumit. Saat ini mesin yang dipakai memiliki
injection
pressure
1640
kg/cm2
yang
memang
dikhususkan untuk pekerjaan produk-produk CHL atapun lainnya. Untuk itu akan dipilih mesin pengganti yang memiliki injection pressure yang sama ataupun melebihi kemampuan mesin yang lama. Dari data diatas dapat dilihat hanya mesin Power Jet BJ650V1, Chua Lin Fa CLF-500TX dan SSB NT-500T yang memiliki injection pressure diatas mesin yang lama.
71
4.3.3
Spesifikasi lain Lalu yang lain tentang dimensi dari mesin serta berat dari mesin tersebut juga menjadi pertimbangan dalam pemilihan mesin yang baru, luasan mesin kami coba sandingkan dengan besar dimensi mesin yang lama yaitu 7.4 x1.6 x2.3 (meter) karena dengan perbandingan parameter tersebut akan memudahkan kita menyediakan tempat untuk mesin yang baru tanpa harus melayout ulang kondisi bengkel yang ada baik dari panjang dan lebar luasan lantai hingga tinggi dari bangunan sehingga tidak mengganggu kinerja mesin ataupun instalasi lainnya (listrik, pipa air, pipa emergency dll) .
Tabel 4.5 Perbandingan Common Specification mesin-mesin baru Spesifikasi Common Machine Dimension Data dari instruction Manual Book
satuan
Fu Chun Shin HT-600I
HUARONG HMC -500
SSB NS-500T
meters
8.3x1.7x2.2
8.6x2.2x3.85
8.5x2.2x2.6
PowerJet Chuan Lih Fa BJ650-V1 CLF-500TX 9.7x2.4x2.5
8.6X2.5X3
72
4.5
Analisa Data Teknologi Berikut adalah susunan hirarki permasalahan yang muncul Memilih mesin plastik injeksi
Clamping Force
Distance Between tirod
Platen Dimension
Clamping Stroke
Injection Rate
Injection Pressure
Dimension
SSB NS-500T
SSB NS-500T
SSB NS-500T
SSB NS-500T
SSB NS-500T
SSB NS-500T
SSB NS-500T
HUARONG HMC -500
HUARONG HMC -500
HUARONG HMC -500
HUARONG HMC 500
HUARONG HMC -500
HUARONG HMC -500
HUARONG HMC -500
Fu Chun Shin HT-600I
Fu Chun Shin HT-600I
Fu Chun Shin HT-600I
Fu Chun Shin HT600I
Fu Chun Shin HT-600I
Fu Chun Shin HT-600I
Fu Chun Shin HT-600I
PowerJet BJ650-V1
PowerJet BJ650-V1
PowerJet BJ650-V1
PowerJet BJ650-V1
PowerJet BJ650-V1
PowerJet BJ650-V1
PowerJet BJ650-V1
Chuan Lih Fa CLF-500TX
Chuan Lih Fa CLF-500TX
Chuan Lih Fa CLF-500TX
Chuan Lih Fa CLF500TX
Chuan Lih Fa CLF-500TX
Chuan Lih Fa CLF-500TX
Chuan Lih Fa CLF-500TX
Gambar 4.7 Hirarki Mesin Plastik Injeksi
Dari hasil wawancara dengan narasumber bobot dari dari setiap kriteria berdasarkan skala yang telah ditentukan, tersusun dalam matrik seperti ini :
Tabel 4.6 Matrik Kriteria-kriteria Plastik Injeksi Faktor
Clamping Force
Distance Between tirod
Platen Dimension
Clamping Stroke
Injection Rate
Injection Pressure
Dimension
Clamping Force
1.0000
1.0000
3.0000
3.0000
5.0000
5.0000
3.0000
Distance Between tirod
1.0000
1.0000
3.0000
3.0000
5.0000
5.0000
3.0000
Platen Dimension
0.3333
0.3333
1.0000
1.0000
3.0000
3.0000
1.0000
Clamping Stroke
0.3333
0.3333
1.0000
1.0000
5.0000
3.0000
1.0000
Injection Rate
0.2000
0.2000
0.3333
0.2000
1.0000
1.0000
0.3300
Injection Pressure
0.2000
0.2000
0.3333
0.3333
1.0000
1.0000
0.3300
Dimension
0.3333
0.3333
1.0000
1.0000
3.0303
3.0303
1.0000
KRITERIA
A L T E R N A T I F
73
Sehingga setelah dilakukan pertimbangan-pertimbangan terhadap perbandingan berpasangan disintesis untuk memperoleh keseluruhan prioritas secara bertahap maka didapatkan bobot dari masing-masing kriteria diurutkan menurut bobot terbesar sebagai berikut : Tabel 4.7 Bobot Kriteria-kriteria Plastik Injeksi Rank
Kriteria
konsistensi
Bobot
1
Clamping Force
0,0009
28,51%
2
Distance Between tirod
0,0002
28,51%
3
Clamping Stroke
0,0012
12,22%
4
Dimension
0,0005
11,11%
5
Platen Dimension
0,0001
11,08%
6
Injection Pressure
-0,0015
4,41%
7
Injection Rate
-0,0015
4,18%
Selanjutkan akan dianalisa kembali dari masing-masing kriteria , untuk mendapatkan bobot terbaik dari 5 alternatif yang ada. Untuk perhitungan bobot perhitungan
perbandingan
berpasangan
diputuskan
untuk
menggunakan
perbandingan spesifikasi dari masing-masing kriteria disesuaikan dengan satuan besaran masing-masing kriteria. Hal ini dilakukan karena pada prinsipnya tidak ada perbandingan yang cukup signifikan dari kelima mesin tersebut, sehingga untuk mendapatkan data yang lebih akurat dan menghindari pembobotan ekstrim
74
yang membuat data menjadi tidak riil. Berikut adalah ringkasan hasil analisa perbandingan yang telah dilakukan : a.
Clamping Force Matrik dari 5 alternatif mesin : Tabel 4.8 Matrik Kriteria Clamping Force Jenis mesin
Clamp.force SSB HUARONG Fu Chun Shin PowerJet Chuan Lih Fa
ton 600 500 500 650 500
SSB
HUARONG
600 1,0000 0,5000 0,5000 2,0000 0,5000
500 2,0000 1,0000 1,0000 3,0000 1,0000
Fu Chun Shin 500 2,0000 1,0000 1,0000 3,0000 1,0000
PowerJet 650 0,5000 0,3333 0,3333 1,0000 0,3333
Bobot untuk masing-masing alternatif dari yang terbesar : Tabel 4.9 Bobot Kriteria Clamping Force Rank
Kriteria
Konsistensi
Bobot
1
PowerJet
-0,0267
42,16%
2
SSB
0,0525
18,18%
3
Chuan Lih Fa
-0,0086
13,22%
4
Fu Chun Shin
-0,0086
13,22%
5
HUARONG
-0,0086
13,22%
0,0000
100,00%
TOTAL
Chuan Lih Fa 500 2,0000 1,0000 1,0000 3,0000 1,0000
75
b.
Distance Between Tirod Matrik dari 5 alternatif mesin : Tabel 4.10 Matrik Kriteria Distance Between Tirod Jenis Mesin
Distance BT SSB HUARONG Fu Chun Shin PowerJet Chuan Lih Fa
mm 860 710 760 930 810
SSB
HUARONG
860 1,0000 0,3333 0,3333 2,0000 1,0000
710 3,0000 1,0000 1,0000 3,0000 2,0000
Fu Chun Shin 760 3,0000 1,0000 1,0000 3,0000 2,0000
PowerJet 930 0,5000 0,3333 0,3333 1,0000 0,5000
Chuan Lih Fa 810 1,0000 0,5000 0,5000 2,0000 1,0000
Bobot untuk masing-masing alternatif dari yang terbesar : Tabel 4.11 Bobot Kriteria Distance Between Tirod Rank
Kriteria
Konsistensi
Bobot
1
PowerJet
-0,0161
38,01%
2
Chuan Lih Fa
-0,0092
21,04%
3
SSB
0,0366
20,30%
4
Fu Chun Shin
-0,0056
10,32%
5
HUARONG
-0,0056
10,32%
0,0000
100,00%
TOTAL
76
c.
Platen Dimension Matrik dari 5 alternatif mesin : Tabel 4.12 Matrik Kriteria Platen Dimension Jenis Mesin
Plat.Dim SSB HUARONG Fu Chun Shin PowerJet Chuan Lih Fa
mm 1290 1070 1130 1340 1260
SSB
HUARONG
1290 1,0000 0,3333 0,5000 1,0000 1,0000
1070 3,0000 1,0000 2,0000 3,0000 2,0000
Fu Chun Shin 1130 2,0000 0,5000 1,0000 2,0000 2,0000
PowerJet 1340 1,0000 0,3333 0,5000 1,0000 0,5000
Bobot untuk masing-masing alternatif dari yang terbesar : Tabel 4.13 Bobot Kriteria Platen Dimension Rank
Kriteria
Konsistensi
Bobot
1
PowerJet
-0,0182
31,90%
2
Chuan Lih Fa
-0,0114
22,47%
3
SSB
0,0437
21,55%
4
Fu Chun Shin
-0,0085
14,66%
5
HUARONG
-0,0056
9,41%
0,0000
100,00%
TOTAL
Chuan Lih Fa 1260 1,0000 0,5000 0,5000 2,0000 1,0000
77
d.
Clamping Stroke Matrik dari 5 alternatif mesin : Tabel 4.14 Matrik Kriteria Clamping Stroke Jenis Mesin
Clam.stroke SSB HUARONG Fu Chun Shin PowerJet Chuan Lih Fa
mm 900 736 800 900 800
SSB
HUARONG
900 1,0000 0,3333 0,5000 1,0000 0,5000
736 3,0000 1,0000 2,0000 3,0000 2,0000
Fu Chun Shin 800 2,0000 0,5000 1,0000 2,0000 1,0000
PowerJet 900 1,0000 0,3333 0,5000 1,0000 0,5000
Bobot untuk masing-masing alternatif dari yang terbesar : Tabel 4.15 Bobot Kriteria Clamping Stroke Rank
Kriteria
Konsistensi
Bobot
1
SSB
0,0573
32,21%
2
PowerJet
-0,0240
24,07%
3
Chuan Lih Fa
-0,0129
17,06%
4
Fu Chun Shin
-0,0129
17,06%
5
HUARONG
-0,0075
9,60%
0,0000
100,00%
TOTAL
Chuan Lih Fa 800 2,0000 0,5000 1,0000 2,0000 1,0000
78
e.
Injection Pressure Matrik dari 5 alternatif mesin : Tabel 4.16 Matrik Kriteria Injection Pressure Jenis Mesin Inj.Press SSB HUARONG Fu Chun Shin PowerJet Chuan Lih Fa
kg/cm2 1551 1565 1613 1700 1736
SSB
HUARONG
1551 1,0000 1,0000 2,0000 3,0000 3,0000
1565 1,0000 1,0000 2,0000 3,0000 2,0000
Fu Chun Shin 1613 0,5000 0,5000 1,0000 2,0000 2,0000
PowerJet 1700 0,3333 0,3333 0,5000 1,0000 1,0000
Bobot untuk masing-masing alternatif dari yang terbesar : Tabel 4.17 Bobot Kriteria Injection Pressure Rank
Kriteria
Konsistensi
Bobot
1
PowerJet
-0,0052
32,21%
2
Chuan Lih Fa
-0,0040
30,01%
3
Fu Chun Shin
-0,0033
18,22%
4
HUARONG
-0,0025
11,13%
5
SSB
0,0150
8,44%
0,0000
100,00%
TOTAL
Chuan Lih Fa 1736 0,3333 0,5000 0,5000 1,0000 1,0000
79
f.
Injection Rate Matrik dari 5 alternatif mesin : Tabel 4.18 Matrik Kriteria Injection Rate Jenis Mesin Inj.Rate SSB HUARONG Fu Chun Shin PowerJet Chuan Lih Fa
SSB
cm3/sec 539 393 580 709 522
539 1,0000 0,5000 1,0000 2,0000 1,0000
HUARON G 393 2,0000 1,0000 2,0000 0,3333 0,5000
Fu Chun Shin 580 1,0000 0,5000 1,0000 2,0000 1,0000
PowerJet 709 0,5000 3,0000 0,5000 1,0000 2,0000
Bobot untuk masing-masing alternatif dari yang terbesar : Tabel 4.19 Bobot Kriteria Injection Rate Rank
Kriteria
konsistensi
Bobot
1
HUARONG
-0,0127
25,05%
2
PowerJet
-0,0171
20,80%
3
Fu Chun Shin
-0,0132
20,70%
4
Chuan Lih Fa
-0,0124
19,61%
5
SSB
0,0554
13,84%
0,0000
100,00%
TOTAL
Chuan Lih Fa 522 1,0000 2,0000 1,0000 0,5000 1,0000
80
g.
Dimension Untuk Matrik kriteria dimensi, pemahaman yang harus diambil adalah semakin besar luasan mesin yang digunakan maka akan semakin tidak prioritaslah mesin tersebut, sehingga luas area yang digunakan dibalikkan dengan rumus 1/x , dimana x adalah luasan dari mesin. Matrik dari 5 alternatif mesin : Tabel 4.20 Matrik Kriteria Dimension Jenis Mesin Dimension SSB HUARONG Fu Chun Shin PowerJet Chuan Lih Fa
1/m2 0,05 0,05 0,07 0,04 0,05
SSB
HUARONG
0,05 1,0000 1,0000 2,0000 0,5000 1,0000
0,05 1,0000 1,0000 2,0000 0,5000 1,0000
Fu Chun Shin 0,07 0,5000 0,5000 1,0000 3,0000 2,0000
PowerJet 0,04 2,0000 2,0000 0,3333 1,0000 2,0000
Bobot untuk masing-masing alternatif dari yang terbesar : Tabel 4.21 Bobot Kriteria Dimension Rank
Kriteria
Konsistensi
Bobot
1
Chuan Lih Fa
-0,0145
25,42%
2
Fu Chun Shin
-0,0127
20,82%
3
HUARONG
-0,0121
20,02%
4
PowerJet
-0,0104
19,90%
5
SSB
0,0497
13,84%
0,0000
100,00%
TOTAL
Chuan Lih Fa 0,05 1,0000 1,0000 0,5000 0,5000 1,0000
81
4.5
Hasil Rekomendasi Aspek Teknologi Tabel 4.22 Bobot Kriteria mesin Plastik Injeksi Platen Clamping Dimens Stroke ion 24,07% 21,55%
Dimension
Injection Rate
Injection Pressure
Distance Between tirod
Clamping Force
SSB
13,84%
13,84%
8,44%
20,30%
18,18%
HUARONG
20,02%
25,05%
11,13%
9,60%
9,41%
10,32%
13,22%
Fu Chun Shin
20,82%
20,70%
18,22%
17,06%
14,66%
10,32%
13,22%
PowerJet
19,90%
20,80%
32,21%
32,21%
31,90%
38,01%
42,16%
Chuan Lih Fa
25,42%
19,61%
30,01%
17,06%
22,47%
21,04%
13,22%
Setelah dianalisa dengan mengalikan matrik dari alternatif mesin dengan 7 kriteria diatas maka didapatkan bobot dari masing-masing alternatif mesin sebagai berikut :
Tabel 4.23 Bobot Kriteria mesin Plastik Injeksi Rank
Alternatif
Bobot
1
PowerJet
29,75%
2
SSB
19,21%
3
Fu Chun Shin
18,24%
4
Chuan Lih Fa
16,68%
5
HUARONG
16,13%
TOTAL
100,00%
82
Maka untuk analisa teknologi dengan menggunakan pendekatan AHP , ditentukan 2 mesin yang terbaik yaitu Power Jet BJ650-V1 dan SSB NS-500T. Untuk selanjutnya akan dianalisa secara ekonomi.
4.7 Data jumlah Permintaan Produksi Di PMA terdapat bermacam-macam komponen Plastik yang dikerjakan. Data dibawah ini merupakan total kebutuhan berbagai macam jenis produk Plastik yang dikerjakan di mesin Plastik Injeksi dalam kurun waktu 1 tahun. Tabel berikut ini merupakan tabel jumlah permintaan waktu permesinan dari tahun 2001 sampai dengan akhir tahun 2007. Data dibawah ini merupakan data total dari mesin plastik injeksi lama yang sebelumnya dimiliki oleh PMA.
Tabel 4.24 Jumlah Permintaan Produksi Tahun
Jumlah Permintaan Produksi
2001
148929 unit
2002
160843 unit
2003
170449 unit
2004
180395 unit
2005
216694 unit
2006
229453 unit
2007
251986 unit
83
Dari data di atas, dapat kita lihat adanya peningkatan permintaan Jumlah Produksi untuk setiap tahunnya dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2007. Namun, rata-rata peningkatan permintaan tersebut tidak menentu pada setiap tahunnya.
4.8 Pengumpulan Data Ekonomi 4.8.1 Penetapan Kapasitas Produksi Dalam menjalankan aktivitas produksinya, PMA mempunyai 9 jam kerja per hari yang dikurangi 1 jam untuk istirahat, sehingga total jam kerja yang tersedia adalah 8 jam untuk setiap harinya, dimulai pukul 7.30 hingga 16.30 dan istirahat pukul 12.00-13.00. Dengan berdasar pada jam efektif yang terjadi, maka diputuskan dalam 1 hari ada 8 jam kerja efektif. Hari kerja di PMA adalah 5 hari kerja untuk setiap minggunya. Jadi total hari kerja untuk 1 tahun adalah 5 hari x 4 minggu x 12 bulan = 240 hari kerja. Waktu cuti tidak akan dibahas di sini. Jadi jumlah hari kerja dalam 1 tahun adalah 240 hari kerja, dengan total waktu permesinan per tahun adalah 240 x 8 jam = x jam kerja untuk mesin Plastik Injeksi ini per tahun. Kondisi saat ini, PMA hanya memiliki 1 buah mesin Plastik Injeksi. Dari data yang kami kumpulkan dari Proses permesinan di Mesin Plastik Injeksi didapat data estimasi
untuk menghasilkan 1 pcs produk (cycle time)
dibutuhkan waktu selama 57 detik , dan dapat dijabarkan kegiatan dalam satu hari di proses permesinan Plastik Injeksi adalah sebagai berikut :
84
Tabel 4.25 Waktu Produksi dalam 1 hari Production Time
07:30 - 07:45
07:45 - 09:30
Preparation Production
Activity Qty Time (secon)
900
Qty Part (pcs)
6300 111
09:30 - 09:45
09:45 - 12:00
12:00 - 13:00
Break
Production
Break
900
8100
3600
142
13:15 – 15.55
15.55-16.30
Production Cleaning
9600
2100
168
Sehingga dalam 1 hari bisa dihasilkan produk plastik sejumlah : 111 + 142 + 168 = 421 pcs Bila dihitung dalam waktu setahun dihasilkan produk plastik sejumlah : 421 x 240 = 101040 pcs Bila dilihat kebutuhan permintaan jumlah produk yang diminta per tahunnya sesuai table 3.6 yaitu 148929, hal ini tidak sebanding dengan jumlah produk yang bisa dihasilkan dalam waktu setahun yaitu 101040 pcs. Maka untuk bisa mencukupi permintaan tersebut perlu dilakukan Overtime. Data yang dihimpun dari PPC PMA pada tahun 2003 over time untuk 1 mesin plastik injeksi tercatat sebanyak 1456 jam kerja yang dilakukan pada hari sabtu, minggu, dan tidak jarang terpaksa dilakukan shift 3 yang tidak efisien jika dibandingkan antara hasil kerja dan biaya yang harus dikeluarkan.
4.8.2 Biaya Variabel Biaya variabel didefinisikan sebagai biaya yang jumlahnya meningkat secara proporsional sesuai dengan peningkatan kegiatan dan menurun secara
85
proporsional sesuai dengan penurunan kegiatan. Biaya variabel penggunaan mesin dapat dicari dengan memperhitungkan biaya-biaya sebagai berikut : 1. Biaya Bahan Baku dan Bahan Pembantu 2. Biaya Tenaga Kerja Langsung 3. Biaya Perawatan 4. Biaya Pemakaian Listrik 5. Biaya Tidak Terduga
4.8.2.1 Biaya Bahan Baku dan Bahan Pembantu Mesin Biaya bahan baku berbeda dengan biaya bahan pembantu. Biaya bahan baku mengandung pengertian biaya yang dikeluarkan oleh pihak perusahaaan untuk menghasilkan barang sedangkan biaya bahan pembantu adalah biaya yang dikeluarkan untuk memperlancar jalannya produksi. Misalnya minyak pelumas, cairan pendingin (Coolant), biaya untuk pengadaan angin untuk pneumatik mesin, dan lain-lain.
86
Tabel 4.26 Biaya Bahan Baku Mesin Tahun
Biaya Bahan Baku
2001
Rp
298,006,929.00
2002
Rp
322,008,326.64
2003
Rp
341,409,828.72
2004
Rp
361,511,017.12
2005
Rp
542,932,752.09
2006
Rp
611,598,827.80
2007
Rp
714,530,023.50
Tabel 4.27 Biaya Bahan Pembantu Mesin Tahun
Biaya Bahan Pembantu
2001
Rp
63,747,063.45
2002
Rp
73,241,306.94
2003
Rp
82,569,617.61
2004
Rp
92,965,362.94
2005
Rp
118,799,756.15
2006
Rp
133,824,661.20
2007
Rp
156,347,157.59
87
4.8.2.2 Biaya Tenaga Kerja Langsung Mesin Biaya tenaga kerja langsung menunjukkan biaya yang dikeluarkan oleh pihak PMA untuk membayar tenaga kerja yang langsung berhubungan dengan mesin ini. Tabel 4.28 Biaya Tenaga Kerja Langsung Mesin Biaya Tenaga Kerja Langsung
Tahun 2001
Rp
17,643,641.62
2002
Rp
26,804,046.24
2003
Rp
32,214,104.05
2004
Rp
36,875,303.47
2005
Rp
44,569,465.32
2006
Rp
48,273,208.09
2007
Rp
57,376,531.79
4.8.2.2.1 Biaya Perawatan Mesin Biaya perawatan adalah biaya yang dikeluarkan pihak perusahaan untuk melakukan perawatan mesin-mesin tersebut.
88
Tabel 4.29 Biaya Perawatan Mesin Tahun
Biaya perawatan mesin
2001
Rp
13,631,165.00
2002
Rp
15,599,483.60
2003
Rp
28,437,161.60
2004
Rp
28,762,870.60
2005
Rp
21,787,705.20
2006
Rp
12,366,773.00
2007
Rp
39,699,548.57
Menurut pihak maintenance PMA dan diperkuat oleh sales engineer beberapa reseller mesin Plastik Injeksi, kerusakan fatal tidak akan terjadi pada masa umur ekonomis mesin, selama penggunaan mesin sesuai dengan prosedur yang ditetapkan pembuat. Kecuali bila terjadi salah penggunaan atau kecelakaan kerja. Ini biasanya terjadi diluar batas ekonomis mesin. Selain itu fasilitas garansi untuk spare part vital juga masih berlaku. Biaya perawatan yang dikeluarkan biasanya hanya sebatas alat-alat pelengkap dan pembantu mesin, seperti selang coolant, selang angin, grease dan penggantian oli. Dikarenakan hal tersebut biaya perawatan diasumsikan sama besarnya untuk kedua mesin yang akan di analisa secara ekonomi.
89
4.8.2.3 Biaya Pemakaian Listrik 4.8.2.3.1 Biaya Pemakaian SSB NS-500T & Power Jet BJ650-V1 Biaya pemakaian listrik untuk produksi dengan standar volume pemakaian per tahun berdasarkan keputusan mengenai tarif dasar listrik tahun 2001 dan disesuaikan dengan keputusan perubahan tarif dasar listrik yang dikeluarkan tahun 2002 namun mulai berlaku tahun 2003.
Tabel 4.30 Biaya Pemakaian Listrik mesin Baru Tahun
SSB NS-500T (71 Kw)
Power Jet BJ650-V1 (93 Kw)
2001
Rp 73,958,234.48 Rp
96,874,870.52
2002
Rp 79,874,893.24 Rp
104,624,860.16
2003
Rp 84,645,199.36 Rp
110,873,289.31
2004
Rp 89,584,130.26 Rp
117,342,593.16
2005
Rp 107,610,169.46 Rp
140,954,165.63
4.8.2.4 Biaya Tidak Terduga Mesin Biaya tidak terduga adalah biaya cadangan pihak PMA yang mungkin sewaktuwaktu diperlukan dan di luar perhitungan yang ada.
90
Tabel 4.31 Biaya Tak Terduga Mesin Tahun
Biaya tidak terduga
2001
Rp
49,800,739.89
2002
Rp
57,217,871.36
2003
Rp
64,505,372.12
2004
Rp
72,626,778.53
2005
Rp
92,809,228.14
2006
Rp
104,547,045.51
2007
Rp
122,142,161.64
Dari uraian perhitungan biaya variabel di atas, dapat kita simpulkan bahwa biaya variabel untuk mesin-mesin dari tahun 2001 sampai tahun 2007 adalah :
4.8.2.5 Biaya Variabel Mesin SSB NS-500T & Power Jet BJ650-V1
Tabel 4.32 Biaya Variabel Mesin Baru Tahun
SSB NS-500T
Power Jet BJ650-V1
2001
Rp
516,787,773.44
Rp
539,704,409.48
2002
Rp
574,745,928.03
Rp
599,495,894.95
2003
Rp
633,781,283.46
Rp
660,009,373.40
2004
Rp
682,325,462.92
Rp
710,083,925.81
2005
Rp
928,509,076.36
Rp
961,853,072.53
2006
Rp
1,024,557,220.88
Rp
1,059,864,650.68
2007
Rp
1,215,231,767.38
Rp
1,254,006,409.27
91
4.8.3 Biaya Tetap Biaya tetap didefinisikan sebagai biaya yang tidak berubah jumlahnya walaupun kegiatan bisnis meningkat atau menurun. Biaya tetap proses produksi yang dipergunakan untuk setiap tahunnya adalah: a. Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung b. Biaya Penggunaan Bangunan c. Biaya Depresiasi d. Biaya Asuransi Berikut ini akan dijelaskan biaya tetap pada masing-masing mesin tetapi untuk biaya tenaga kerja tidak langsung dan biaya penggunaan bangunan, kedua mesin menggunakan biaya yang jumlahnya sama. 4.8.3.1 Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung Biaya tenaga kerja dibayarkan kepada tenaga kerja yang tidak langsung ikut dalam kegiatan produksi. Biaya tenaga kerja tidak langsung tahun 1997 sampai tahun 2003 adalah sebagai berikut :
92
Tabel 4.33 Tabel Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung
Tahun
Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung
2001
Rp
2,850,000.00
2002
Rp
3,075,000.00
2003
Rp
3,300,000.00
2004
Rp
3,525,000.00
2005
Rp
3,675,000.00
2006
Rp
3,900,000.00
2007
Rp
4,200,000.00
Jika biaya ini diasumsikan akan meningkat sebesar 10% per tahun, akan terlihat seperti dalam tabel berikut ini. Tabel 4.34 Tabel Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung Tahun
Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung
2008
Rp
4,620,000.00
2009
Rp
5,082,000.00
2010
Rp
5,590,200.00
2011
Rp
6,149,220.00
2012
Rp
6,764,142.00
2013
Rp
7,440,556.20
2014
Rp
8,184,611.82
2015
Rp
9,003,073.00
93
4.8.3.2 Biaya Penggunaan Bangunan Biaya Penggunaan Bangunan untuk bangunan industri standart adalah Rp 674.160,- per meter persegi. Tabel 4.35 Biaya Penggunaan Bangunan
panjang lebar
Total biaya penggunaan Bangunan
jenis mesin
Dimensi
harga/m2
SSB NS-500T
8.3x1.7x2.2
8,30
1,70
Rp
674.160,00
Rp
PowerJet BJ650-V1 9.7x2.4x2.5
9,70
2,40
Rp
674.160,00
Rp 15.694.444,80
9.512.397,60
4.8.3.3 Biaya Depresiasi Besarnya biaya depresiasi untuk peralatan masing-masing mesin dihitung dengan menggunakan metode Garis lurus ( Straight Line Methode) Asumsi yang digunakan adalah Mesin dijual sebagai besi bekas dengan harga per kilogram adalah Rp 7.500,- . Sedangkan kebijakan masa manfaat yang berlaku di Politeknik Manufaktur Astra adalah 8 tahun. Bila dihitung maka Nilai Sisa dari Mesin SSB NS-500T
adalah Rp
180.000.000,- dan mesin Power Jet BJ650-V1 adalah Rp 240.000.000,- didapat dari berat mesin dikalikan harga jual per kilogram. Selanjutnya dapat dihitung :
Biaya Depresiasi : ( Harga Beli – Nilai sisa ) / masa manfaat
94
Didapatkan bahwa biaya depresiasi untuk mesin SSB NS-500T adalah Rp 68.937.500,- sedangkan mesin Power Jet BJ650-V1 adalah Rp 75.687.500,-
4.8.3.4 Biaya Asuransi Biaya asuransi setiap mesin berbeda-beda disesuaikan dengan harga beli masing-masing mesin dan ini dibayarkan oleh perusahaan setiap tahunnya. Biaya asuransi PMA dihitung secara keseluruhan baik mesin, komputer AC, hingga seluruh inventaris yang ada di PMA. Untuk Asuransi Politeknik Manufaktur Astra menggunakan jasa Asuransi Astra Buana, untuk mesin yang baru diperhitungkan biaya premi yang harus dibayarkan mengikuti rumusan 0.153% dikalikan harga beli mesin SSB NS-500T adalah Rp 1.169.195,- sedangkan mesin Power Jet BJ650-V1 adalah Rp 1.343.615,Dari uraian perhitungan biaya tetap di atas, diperoleh biaya tetap masingmasing mesin yang diperoleh dengan cara menjumlahkan masing-masing komponen biaya tetap tersebut yaitu biaya tenaga kerja tidak langsung, biaya penggunaan bangunan, biaya depresiasi, dan biaya asuransi. Berikut ini adalah tabel biaya tetap mesin dari tahun 2001 sampai tahun 2007.
95
Tabel 4.36 Tabel Biaya Tetap Mesin Baru Tahun
SSB NS-500T
Power Jet BJ650-V1
2001
Rp
82.469.092,60
Rp
95.575.559,80
2002
Rp
82.694.092,60
Rp
95.800.559,80
2003
Rp
82.919.092,60
Rp
96.025.559,80
2004
Rp
83.144.092,60
Rp
96.250.559,80
2005
Rp
83.294.092,60
Rp
96.400.559,80
2006
Rp
83.519.092,60
Rp
96.625.559,80
2007
Rp
83.819.092,60
Rp
96.925.559,80
Berikut ini adalah tabel biaya tetap mesin dari tahun 2008 sampai tahun 2015.
96
Tabel 4.37 Tabel Biaya Tetap Mesin Tahun 2008 – 2015 Tahun
SSB NS-500T
Power Jet BJ650-V1
2008
Rp
84,239,092.60
Rp
97,345,559.80
2009
Rp
84,701,092.60
Rp
97,807,559.80
2010
Rp
85,209,292.60
Rp
98,315,759.80
2011
Rp
85,768,312.60
Rp
98,874,779.80
2012
Rp
86,383,234.60
Rp
99,489,701.80
2013
Rp
87,059,648.80
Rp
100,166,116.00
2014
Rp
87,803,704.42
Rp
100,910,171.62
2015
Rp
88,622,165.60
Rp
101,728,632.80
4.9 Pengolahan Data Aspek Ekonomi 4.9.1 Peramalan Permintaan Produksi Metode yang digunakan dalam peramalan permintaan produksi akan dipilih dengan menentukan persamaan dari dua alternatif metode dengan standar error yang lebih kecil.
97
a. Peramalan Permintaan Produksi dengan Metode Trend Linier Tabel 4.38 Perhitungan Peramalan Produksi Tahun 2001 – 2007 Tahun
Y (Pcs)
X
X²
XY
Y'
(Y-Y')²
2001
148,929
(3)
9
(446,787)
141,325
57,825,627
2002
160,843
(2)
4
(321,687)
158,919
3,703,792
2003
170,449
(1)
1
(170,449)
176,513
36,768,072
2004
180,395
194,107
188,027,229
2005
216,694
1
1
216,694
211,701
24,924,564
2006
229,453
2
4
458,907
229,295
25,015
2007
251,986
3
9
755,958
246,889
25,974,504
28
492,635
1,358,749
337,248,802
∑
1,358,749
-
-
-
-
Sumber : Hasil Perhitungan
Sehingga didapatkan : a = ( 1.358.749 / 7 ) = 194.107,02 b = ( 492.635 / 28 ) = 17.594,11 Jadi persamaan perhitungan yang diperoleh adalah : Y’ = 194.107,02 + 17.594,11 (X)
Dari perhitungan tersebut kita peroleh : Tahun 2001 : Y’ = 194.107,02 + 17.594,11 (-3) = 141.324,68
98
Tabel 4.39 Perhitungan Y’ Tahun
Y'
2002
158,919
2003
176,513
2004
194,107
2005
211,701
2006
229,295
2007
246,889
Sumber : hasil perhitungan
(Y - Y’)2 didapat dari perhitungan berikut: Tahun 2001 : (Y - Y’)² = (2.358 – 2.327,71)² = 917.48 Tabel 4.40 Perhitungan (Y-Y’)2 Tahun
(Y-Y')²
2002
3,703,792
2003
36,768,072
2004
188,027,229
2005
24,924,564
2006
25,015
2007
25,974,504
Sumber : hasil perhitungan
Perhitungan standard error dengan menggunakan rumus :
99
SE =
√
337.248.802,84 (7-2)
SE = 5.571,25
b. Peramalan Permintaan Produksi dengan Metode Trend Eksponensial Tabel 4.41 Perhitungan Peramalan Permintaan Produksi Tahun 2001 – 2007 Tahun
Y (Jam Mesin)
X
X²
Log Y
X Log Y
Y'
(Y-Y')²
2001
148,929
(3)
9
5
(16)
145,575
11,251,944
2002
160,843
(2)
4
5
(10)
159,331
2,286,538
2003
170,449
(1)
1
5
(5)
174,388
15,511,837
2004
180,395
190,867
109,671,331
2005
216,694
1
1
5
5
208,904
60,680,997
2006
229,453
2
4
5
11
228,645
653,721
2007
251,986
3
9
5
16
250,251
3,008,157
28 37 1 Sumber : hasil perhitungan
1,357,961
203,064,525
∑
1,358,749
-
-
-
5
-
Sehingga diperoleh : log a = ( 36,97 / 7 ) = 5.28 a = 190.867,13 log b = ( 1.10 / 28 ) = 0,04 b = 1,09
Jadi persamaan perhitungan yang diperoleh adalah : Y’= 190.867,13 x (1,09)x
100
Dari perhitungan tersebut diperoleh : Tahun 2001 : Y’ = 190.867,13 x (1,09)x = 145.574,61
Tabel 4.42 Perhitungan Y’ Tahun
Y'
2002
159,331.19
2003
174,387.75
2004
190,867.13
2005
208,903.78
2006
228,644.88
2007
250,251.47
Sumber : hasil perhitungan
Dari perhitungan tersebut akan diperoleh nilai yaitu : Tahun 2001 : (Y - Y’)2 = (148.929-145.574,61) 2 = 11.251.944,19 Tabel 4.43 Perhitungan (Y-Y’)2 Tahun
(Y-Y')²
2002
2,286,538.05
2003
15,511,836.81
2004
109,671,331.16
2005
60,680,997.07
2006
653,720.84
2007
3,008,156.58
Sumber : hasil perhitungan
Untuk perhitungan standard error digunakan rumus :
101
SE =
√
203.064.524,69 (7-2)
SE = 4.259,36
Karena SE metode trend linier senilai 5.571,25 lebih besar daripada SE metode trend eksponensial senilai 4.259,36 maka hasil peramalan permintaan jam permesinan akan dihitung dengan menggunakan metode Trend Eksponensial. Berikut ini adalah hasil peramalan permintaan jumlah produk 8 tahun mendatang. Tabel 4.44 Peramalan Permintaan Produksi 2008-2015 Tahun
X
Y'
2008
4
273,899.86
2009
5
299,782.99
2010
6
328,112.03
2011
7
359,118.12
2012
8
393,054.24
2013
9
430,197.28
2014
10
470,850.27
2015
11
515,344.92
Sumber : hasil perhitungan
4.9.2 Perhitungan Biaya Variabel dan biaya tetap Perhitungan untuk biaya variabel dan biaya tetap untuk tahun 2007 sebagai dasar acuan perhitungan selanjutnya akan didapat seperti terlihat pada tabel dibawah ini :
102
Tabel 4.45 Biaya variabel dan tetap mesin SSB NS-500T Biaya variabel
Jumlah
Biaya tetap
Jumlah
Biaya Material
714,530,023 Biaya tenaga kerja tidak langsung
Rp
4,200,000
Biaya Bahan Pembantu
156,347,158 Biaya penggunaan bangunan
Rp
15,694,445
Rp
68,937,500
Rp
1,169,195
Tenaga Kerja Langsung
57,376,532 Biaya depresiasi
Biaya pemakaian listrik
125,136,344 Biaya asuransi
Biaya tidak terduga
122,142,162
Biaya perawatan Total biaya variabel
39,699,549 1,215,231,767 Total biaya tetap
90,001,140
Tabel 4.46 Biaya variabel dan tetap mesin Power Jet BJ650-V1 Biaya variabel
Jumlah
Biaya tetap
Jumlah
Biaya Material
714,530,023 Biaya tenaga kerja tidak langsung
Rp
4,200,000
Biaya Bahan Pembantu
156,347,158 Biaya penggunaan bangunan
Rp
15,694,445
Rp
75,687,500
Rp
1,343,615
Tenaga Kerja Langsung
57,376,532 Biaya depresiasi
Biaya pemakaian listrik
195,186,644 Biaya asuransi
Biaya tidak terduga
122,142,162
Biaya perawatan Total biaya variabel
39,699,549 1,285,282,068 Total biaya tetap
4.9.3 Peramalan Penjualan Harga jual produk saat ini yang berlaku untuk PMA dan juga pasar secara umum adalah senilai Rp 5.350,-/pc. Hasil penjualan didapatkan dari hasil perhitungan harga jual dikalikan dengan rata-rata peramalan penjualan selama 8 tahun. Hasil Penjualan
= Rata-rata penjualan x Harga jual
Hasil Penjualan
= (3.070.359/8) x Rp 5.350 ,-
Hasil Penjualan total dalam setahun = Rp 2.053.303.052,43 ,-
96,925,560
103
4.9.4 Perhitungan Earning Before Taxes (EBT) Setelah mengetahui hasil perhitungan dari penjualan, perhitungan biaya variable dan perhitungan biaya tetap maka dapat dicari hasil dari semua penghasilan sebelum pajak, yaitu dengan rumus :
EBT = HP – BV – BT Dimana : EBT = Earning Before Taxes HP = Hasil Penjualan BV = Biaya Variabel BT = Biaya Tetap
Penghasilan sebelum pajak dari mesin SSB NS-500T dan Power Jet BJ650-V1 dapat dicari melalui rumus di atas, tetapi juga harus diperhatikan bahwa perhitungan dilakukan pada masing-masing mesin dengan menggunakan biaya masing-masing mesin.
Perhitungan earning before taxes dapat dilihat tabel di bawah ini: EBT = HP – BV – BT
104
Tabel 4.47 Perhitungan Earning Before Taxes SSB
Powerjet
HP
1,763,901,143
1,763,901,143
BV
1,215,231,767
1,285,282,068
BT
90,001,140
96,925,560
458,668,236
381,693,515
EBT
Sumber : Hasil perhitungan
4.9.5 Perhitungan Earning After Taxes (EAT) Setelah didapatkan hasil perhitungan penghasilan sebelum pajak (earning before taxes), selanjutnya dicari perhitungan penghasilan setelah pajak (earning after taxes) dengan rumus: EAT = EBT – ( EBT x % Pajak ) Dimana : EAT = Earning After Taxes EBT = Earning Before Taxes Pajak = Besarnya Pajak yang ditetapkan Besarnya pajak telah ditetapkan pemerintah sesuai dengan pendapatan dari perusahaan mengikuti Undang-undang Perpajakan No. 28 tahun 2007.
Adapun besarnya pajak yang dikenakan sebagai berikut:
105
Tabel 4.48 Penghasilan kena pajak Tarif Pajak
Penghasilan Kena Pajak
(%) 0 - Rp 50.000.000,-
10
Rp 50.000.001,- - Rp 100.000.000,-
15
> Rp 100.000.000,-
30
Penghitungan penghasilan mesin setelah pajak dapat dicari dengan menghitung selisih antara penghasilan sebelum pajak dengan penghasilan sebelum pajak dikalikan dengan persentase pajak. Rumus : EAT mesin = EBT mesin – (EBT mesin x % Pajak) Penghasilan setelah pajak dari mesin dapat dicari melalui rumus diatas, tetapi juga harus diperhatikan bahwa perhitungan dilakukan pada masing-masing mesin dengan menggunakan EBT masing-masing mesin juga.
Tabel 4.49 Perhitungan Earning After Taxes EBT
10%
15%
30%
Total Pajak
EAT
SSB
Rp 458,668,236
Rp 5,000,000
Rp 7,500,000
Rp 107,600,471
Rp 120,100,471
Rp 338,567,765
Powerjet
Rp 381,693,515
Rp 5,000,000
Rp 7,500,000
Rp
Rp
Rp 284,685,460
84,508,054
97,008,054
4.9.6 Perhitungan Kas Masuk Bersih (Proceeds) Perhitungan kas masuk bersih dapat diketahui setelah didapatkan hasil dari perhitungan Earning After Taxes dan selanjutnya dijumlahkan dengan biaya depresiasi. Rumus yang digunakan adalah : Proceeds = EAT + Depresiasi
106
Dengan menggunakan rumus di atas, proceeds untuk mesin dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.50 Perhitungan Proceeds Mesin S-33 mesin
EAT
depresiasi
Proceeds
SSB
Rp
338,567,765
Rp 68,937,500
Rp
407,505,265
Powerjet
Rp
284,685,460
Rp 75,687,500
Rp
360,372,960
4.9.7 Perhitungan Net Present Value (NPV) Analisa ini digunakan untuk membandingkan penghasilan yang didapat oleh kedua alternatif yaitu mesin SSB NS-500T dan mesin Power Jet BJ650-V1 dengan memperhitungkan penghasilan sepanjang umur ekonomis mesin yang akan dinilai besarnya untuk waktu sekarang dengan tingkat bunga yang berlaku di bank sebesar 6% per tahun. Perhitungan Net Present Value menggunakan rumus :
NPV = PV keuntungan – PV Investasi
4.9.7.1.1 Perhitungan NPV mesin SSB NS-500T P (Investasi) = Rp 731.500.000,NA (Nilai Akhir) = Rp 180.000.000,-
a. PV Keuntungan Dengan menggunakan data-data pada uraian sebelumnya, dapat diperoleh PV keuntungan seperti berikut ini:
107
PV = F (P/F , 6%, 8)
Dengan menggunakan rumus di atas, didapatkan hasil seperti tabel berikut ini: Tabel 4.51 Perhitungan Present Value Keuntungan Mesin SSB NS-500T Tahun
F (Rp)
(P/F, 6%, 8)
PV (Rp)
2008
407,505,265
0.9434
384,438,929
2009
407,505,265
0.8900
362,678,235
2010
407,505,265
0.8396
342,149,279
2011
407,505,265
0.7921
322,782,338
2012
407,505,265
0.7473
304,511,640
2013
407,505,265
0.7050
287,275,132
2014
407,505,265
0.6651
271,014,275
2015
407,505,265 ∑
0.6274
255,673,845 2,530,523,673
b. PV Investasi : P (Investasi)
= Rp 731.500.000,-
NA (P/F, 6%, 8)
= Rp 180.000.000,- x 0,7894 = Rp 142.093.662,-
maka Present Value Investasi : Dengan menggunakan rumus: PV Investasi = P (Investasi) – NA (P/F, i%, n) Maka diperoleh : PV Investasi = Rp 731.500.000 – Rp 142.093.662,= Rp 589.406.338,-
108
Dari perhitungan di atas, diperoleh Net Present Value Mesin SSB NS-500T : = PV keuntungan – PV Investasi = Rp 2.530.523.673,- – Rp 589.406.338,= Rp 1.941.117.335,-
4.9.7.1.2 Perhitungan NPV mesin Power Jet BJ650-V1 P (Investasi) = Rp 845.500.000,NA (Nilai Akhir) = Rp 240.000.000,-
a. PV Keuntungan Dengan menggunakan data-data pada uraian sebelumnya, dapat diperoleh PV keuntungan seperti berikut ini: PV = F ( P/F , 6%, 8 )
Dengan menggunakan rumus di atas, didapatkan hasil seperti tabel berikut ini:
109
Tabel 4.52 Perhitungan Present Value Keuntungan Mesin Power Jet BJ650-V1 Tahun
F (Rp)
(P/F, 6%, 8)
PV (Rp)
2008
360,372,960
0.9434
339,974,491
2009
360,372,960
0.8900
320,730,652
2010
360,372,960
0.8396
302,576,087
2011
360,372,960
0.7921
285,449,138
2012
360,372,960
0.7473
269,291,640
2013
360,372,960
0.7050
254,048,717
2014
360,372,960
0.6651
239,668,601
2015
360,372,960 ∑
0.6274
226,102,454 2,237,841,779
b. PV Investasi P (Investasi)
= Rp 845.500.000,-
NA (P/F, 6%, 8) = Rp 240.000.000,-x (0,7894) = Rp 189.456.000,-
Present Value Investasi : Dengan menggunakan rumus: PV Investasi = P (Investasi) – NA (P/F, i%, n)
Maka diperoleh : PV Investasi = Rp 845.500.000 – Rp 189.456.000 = Rp 656.044.000,-
Dari perhitungan di atas, diperoleh Net Present Value Mesin Power Jet BJ650-V1 :
110
= PV keuntungan – PV Investasi = Rp 2.237.841.779,- – Rp 656.044.000 = Rp 1.581.797.779,Dari perhitungan di atas, kita peroleh data bahwa Net Present Value mesin SSB NS-500T adalah Rp 1.941.117.335,- sedangkan NPV mesin Power Jet BJ650V1 adalah Rp 1.581.797.779,-. NPV Mesin Power Jet BJ650-V1 lebih kecil daripada NPV Mesin SSB NS-500T .
4.9.8 Perhitungan Internal Rate of Return (IRR) Analisa ini digunakan untuk membandingkan aliran kas yang dihasilkan oleh kedua alternatif yaitu mesin SSB NS-500T dan Power Jet BJ650-V1 dengan MARR yang berlaku. Kriteria dari metode ini adalah apabila i% yang diperoleh dari penghitungan IRR lebih besar atau sama dengan MARR perusahaan, maka suatu usulan proyek bisa diterima (layak dilaksanakan). Sebaliknya apabila i% yang diperoleh lebih kecil dari MARR perusahaan, usulan proyek tersebut ditolak (tidak layak dilaksanakan). Perhitungan dilakukan dengan trial and error yang menyamakan cashflows selama umur investasi pada nilai present value, dengan modal awal investasi. Hasil dari perhitungan tersebut diatas, diperoleh untuk mesin powerjet IRR berkisar pada 35%, sedangkan untuk SSB, hasil perhitungan IRR berkisar pada 48%. Dengan demikian, karena kedua-duanya lebih besar nilainya daripada
111
MARR, maka investasi pada kedua mesin ini layak untuk dilakukan. Dan hasil terbaik diperoleh dari mesin SSB dimana IRRnya lebih besar daripada powerjet. 4.9.9 Penghitungan Payback Periode (PP) Metode Payback Periode ini digunakan untuk mengetahui jangka waktu pengembalian investasi. Untuk itu perlu analisa dari masing-masing mesin.
a. Penghitungan Payback Periode Mesin SSB NS-500T Investasi
= Rp 731.500.000,-
Proceeds tahun ke-1 = Rp 407.505.265,Kelebihan
= Rp 83.510.530,-
Maka PP tahun ke-2 = (83.510.530/407.505.265) x 12 bulan = 2,5 bulan = 2 bulan 15 hari
Jadi Payback Periode Mesin SSB NS-500T membutuhkan waktu 1 tahun 2 bulan 15 hari. b. Penghitungan Payback Periode Mesin Power Jet BJ650-V1 Investasi
= Rp. 845.500.000,-
Proceeds tahun ke-1 = Rp 360.372.960,Investasi – Proceeds = Rp 485.127.040,Proceeds tahun ke-2 = Rp 360.372.960,Kelebihan
= Rp 124.754.079,-
112
Maka PP tahun ke-5 = (124.754.079 / 360.372.960) x 12 bulan = 4,2 bulan = 5 bulan 6 hari Jadi Payback Periode Mesin Power Jet BJ650-V1 membutuhkan waktu 2 tahun 5 bulan 6 hari.
Dari penghitungan Payback Periode di atas dapat diketahui bahwa mesin Mesin SSB NS-500T mempunyai tingkat pengembalian investasi 2 tahun, 2 bulan 15 hari, lebih cepat jika dibandingkan dengan mesin Power Jet BJ650-V1 dengan tingkat pengembalian investasi 2 tahun 5 bulan 6 hari.
4.9.8 Perhitungan Profitability Index (PI) Metode Profitability Index ini digunakan untuk mengetahui nilai investasi sekarang dapat dikembalikan dengan nilai penerimaan sekarang. Untuk itu perlu analisa dari masing-masing mesin.
a. Perhitungan PI SSB NS-500T PI
= Rp 2.530.523.673,- / Rp 589.406.338,= 4.29
b. Perhitungan PI Power Jet BJ650-V1 PI
= Rp 2.237.841.779,- / Rp 656.044.000 = 3,41
113
Dari hasil perhitungan PI, diketahui, kedua investasi atas mesin tersebut layak untuk dilakukan, karena nilai PI kedua investasi tersebut lebih besar dari 1.
Tabel 4.53 Ringkasan Hasil Analisa aspek Finansial Metode NPV IRR
SSB Rp
1.941.117.335 48,0%
Powerjet Rp
1.581.797.779 35,0%
Payback 1 tahun 2 bulan 15 hari 2 tahun 5 bulan 6 hari PI
4,29
3,41
Pilihan SSB SSB SSB SSB