i
PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI SNACK DAN PANGAN LAINNYA, PADA MURID SD BINA INSANI BOGOR YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK
DENI
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009
ii
ABSTRACT DENI. Nutrition Knowledge, Physical Activity, Snack Consumption and Other Food in Normal and Overweight of Bina Insani Elementary Students at Bogor. Under Direction of ALI KHOMSAN and CESILIA METI DWIRIANI. Childhood obesity is increases rapidly in developing country. It’s has important short-term and long-term medical consequences also psychosocial consequences. The objective of the research is to analyze nutritional knowledge, physical activity, snack habit, in normal and overweight of Bina Insani elementary students at Bogor. The cross sectional design was used in this study to elaborate nutritional knowledge, snack habit, and physical activity in normal and overweight students. The total number of 80 students sample was chosen randomly. It consists of 40 students sample with normal nutritional status and 40 students sample with overweight nutritional status. Primary data consisted of physical activity recall (1x24 hours), food consumption recall (2x24 hours), anthropometry data (weight and height), social-economy’s sample condition, food habit, and snack habit using Food Frequency Questionnaire (FFQ). Secondary data were included data of Bina Insani Elementary School. The result showed no relation between level education and wage of parent, nutritional knowledge level, nutritional attitude, snack habit and physical activity with nutritional status of sample. The average energy adequacy level according to WNPG (2004) respectively 82,2% in normal sample and 73,6% in overweight sample.
Keywords : nutritional knowledge, physical activity, snack habit, children, overweight
iii
RINGKASAN DENI. Pengetahuan Gizi, Aktivitas Fisik, Konsumsi Snack dan Pangan Lainnya, Pada Murid SD Bina Insani Bogor yang Berstatus Gizi Normal dan Gemuk. Dibimbing Oleh ALI KHOMSAN dan CESILIA METI DWIRIANI. Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan gizi, aktivitas fisik, kebiasaan mengonsumsi snack dan pangan lainnya pada murid SD Bina Insani yang berstatus gizi normal dan gemuk di Kota Bogor. Adapun tujuan khususnya adalah (1) Mengetahui karakteristik sosial ekonomi keluarga contoh yang berstatus gizi normal dan gemuk, (2) Mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap gizi contoh yang berstatus gizi normal dan gemuk, (3) Mengetahui jenis snack yang paling disukai dan frekuensi konsumsi snack contoh yang berstatus gizi normal dan gemuk, (4) Menganalisis hubungan antara pengetahuan dan sikap gizi dengan kebiasaan mengonsumsi snack dan pangan lainnya pada contoh yang berstatus gizi normal dan gemuk, (5) Menganalisis hubungan antara kebiasaan mengonsumsi snack serta pangan lainnya dengan status gizi contoh, (6) Menganalisis hubungan antara aktivitas fisik dengan status gizi contoh. Penelitian ini dilakukan menggunakan desain cross-sectional. Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai Mei 2009 di sekolah dasar Bina Insani Bogor. Kriteria contoh yang diambil adalah : siswa-siswi kelas 4 dan 5 yang berstatus gizi normal dan gemuk. Pengambilan contoh dilakukan secara acak dan terpilih 80 contoh. Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer meliputi identitas/karakteristik contoh, karakteristik sosial ekonomi keluarga, pengetahuan gizi, recall konsumsi snack dan pangan lainnya (2x24 jam) serta aktivitas fisik. Sementara itu, data sekunder yang dikumpulkan meliputi keadaan umum sekolah. Identitas contoh, pengetahuan gizi, recall konsumsi snack dan pangan lainnya dikumpulkan melalui kuesioner dengan metode wawancara. Data mengenai sosial-ekonomi keluarga (berat badan orangtua, tinggi badan orang tua, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan orangtua per bulan) dikumpulkan dengan memberikan kuesioner yang diisi oleh orangtua contoh. Data mengenai keadaan umum sekolah diperoleh melalui informasi baik lisan maupun tulisan dari pihak Tata Usaha sekolah. Data yang diperoleh melalui proses editing, coding, scoring, entry, cleaning, dan analisis data menggunakan program Microsoft Excell dan SPSS 14.0 for Windows. Contoh berusia 9-11 tahun, sebagian besar contoh normal (47,5%) berusia 10 tahun, sedangkan pada contoh gemuk (47,5%) berusia 10 dan 11 tahun. Contoh seluruhnya beragama Islam. Sebagian besar contoh normal maupun gemuk berasal dari etnis/suku Jawa (41,2%). Sebesar 52.5% contoh gemuk mengeluarkan biaya untuk transportasi antara Rp.0-Rp.150.000,00; sedangkan pada contoh normal sebagian besar (57,5%) berkisar antara Rp.150.000,00-Rp.300.000,00. Rata-rata biaya transportasi yang dikeluarkan oleh kedua contoh adalah sebesar Rp. 142.062,50±90.946. Sebagian besar contoh baik normal maupun gemuk memiliki besar uang saku berkisar antara Rp.90.000,00-Rp.180.000,00 per bulannya. Rata-rata uang saku yang dimiliki oleh kedua contoh adalah sebesar Rp. 186.750,00±97.439,00. Sebagian besar contoh normal gemuk (42,5%) berasal dari keluarga sedang (5-6 orang). Sebesar 52,5% ayah contoh normal dan 55% ayah contoh gemuk berstatus gizi normal; begitu juga dengan status gizi ibu kedua contoh,
iv
sebagian besar berstatus gizi normal. Sebagian besar contoh normal dan gemuk menyatakan tidak memiliki saudara kandung yang gemuk. Sebagian besar Ayah dan Ibu contoh berpendidikan terakhir Strata 1 (S1). Besar penghasilan ayah kedua contoh berada pada nilai
0.05). Hasil analisis Korelasi Spearman juga menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dan penghasilan orangtua dengan status gizi contoh (p>0.05). Sebagian besar contoh normal memiliki tingkat pengetahuan gizi yang rendah; sedangkan pada contoh gemuk memiliki tingkat pengetahuan gizi sedang. Sebagian besar contoh normal dan gemuk memiliki sikap gizi sedang. Hasil analisis Korelasi Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan gizi serta pemahaman sikap gizi dengan status gizi contoh (p>0.05). Snack jenis biskuit adalah yang paling sering dikonsumsi oleh kedua contoh dengan frekuensi tersering 1-3x bulan. Pizza adalah jenis fast food yang paling banyak pernah dikonsumsi oleh kedua contoh dengan frekuensi tersering 1-3x/bulan dan minuman ringan berkarbonasi adalah jenis minuman ringan yang paling sering dkonsumsi oleh kedua contoh. Hasil analisis Korelasi Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan antara kebiasaan mengonsumsi snack, soft drink dan fast food dengan status gizi contoh (p>0.05). Hasil analisis Korelasi Spearman juga menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan antara kebiasaan mengonsumsi snack, soft drink dan fast food dengan tingkat pengetahuan gizi dan pemahaman sikap gizi contoh (p>0.05). Sebagian besar contoh normal ataupun gemuk menyatakan biasa melakukan olahraga. Frekuensi olahraga tersering adalah 2-4 kali dengan durasi/lama waktu berolahraga rata-rata 15-30 menit. Kegiatan ekstrakurikuler yang paling banyak diikuti adalah Kelompok Ilmiah Anak (KIA) dan sepak bola. Hasil analisis korelasi Spearman juga menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan antara frekuensi olahraga, lama berolahraga, dan jenis ekstrakurikuler yang diikuti dengan status gizi contoh (p > 0.05). Contoh diharapkan meningkatkan konsumsi buah, sayur serta pangan sumber protein nabati. Pihak orangtua contoh diharapkan dapat mengenalkan dan memberikan bimbingan mengenai praktek pemilihan pangan yang baik. Sementara itu, bagi pihak sekolah diharapkan dapat memberikan pendidikan gizi untuk meningkatkan pengetahuan siswa mengenai bahaya mengonsumsi snack dan fast food.
v
PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI SNACK DAN PANGAN LAINNYA, PADA MURID SD BINA INSANI BOGOR YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK
DENI
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009
vi
Judul Skripsi
Nama NRP
:Pengetahuan Gizi, Aktivitas Fisik, Konsumsi Snack dan Pangan Lainnya Pada Murid SD Bina Insani Bogor yang Berstatus Gizi Normal dan Gemuk : Deni : I14051598
Disetujui:
Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, M.S NIP. 19600202 198403 1 001
Ir. Cesilia Meti Dwiriani, M.Sc NIP. 19660527 199203 2 003
Diketahui, Ketua Departemen Gizi Masyarakat
Dr. Ir. Evy Damayanthi, MS. NIP. 19621204 198903 2 002
Tanggal Lulus:
vii
PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat, hidayah dan keridhaan-Nya penulis mampu menyelesaikan penyusunan tugas akhir ini dengan baik. Penyusunan tugas akhir penulis yang berjudul “Pengetahuan Gizi, Aktifitas Fisik, Konsumsi Snack dan Pangan Lainnya Pada Murid SD Bina Insani Bogor yang Berstatus Gizi Normal dan Gemuk” dilakukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Gizi pada Mayor Ilmu Gizi, Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Penulis pada kesempatan ini ingin mengucapkan terimakasih kepada : 1. Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, M.S dan Ir. Cesilia Meti Dwiriani, M.Sc selaku dosen pembimbing skripsi yang dengan penuh kesabaran telah meluangkan waktu dan pikirannya, memberikan arahan, masukan, kritikan, dan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan tugas akhir ini. 2. dr. Mira Dewi selaku dosen pemandu seminar dan dosen penguji skripsi serta atas saran yang diberikan. 3. Mamah dan Bapa tercinta, adikku tersayang (Sri), Abah, serta seluruh kerabat dan tetangga di Puncak atas doa, nasihat dan semangatnya 5. Kepala Sekolah SD Bina Insani beserta staf guru dan pegawai yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian serta murid-murid dan orangtua murid kelas 4 dan 5 yang telah bersedia untuk diwawancara dan telah membantu kelancaran penelitian. 6. Abang, Mbak Wi, Mbak San, Kak Udin, Savaner’s, dan teman-teman semua, serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu kelancaran penyelesaian penyusunan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran membangun sangat penulis harapkan. Semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat dan informasi bagi semuanya.
Bogor,
September 2009
Deni
viii
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kuningan pada tanggal 12 Oktober 1986. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari keluarga Bapak Samud dan Ibu Eti Rohaeti. Tahun 1999 penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri Puncak I. Penulis melanjutkan studinya di SLTP Negeri 2 Kuningan dan lulus pada tahun 2002. Selanjutnya penulis melanjutkan sekolah di SMA Negeri 2 Kuningan dan lulus pada tahun 2005. Bulan Juli 2005, penulis dinyatakan diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI). Setelah melalui tahap Tingkat Persiapan Bersama (TPB), penulis diterima di Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Selama menempuh masa pendidikan di IPB, penulis cukup aktif di organisasi kemahasiswaan. Penulis pernah menjabat sebagai Koordinator bidang Klub Organoleptik Himagita Periode 2006-2007. Penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Ilmu Gizi Dasar, Gizi Dalam Daur Kehidupan, dan Ilmu Bahan Makanan. Penulis juga tercatat sebagai Peringkat II Mahasiswa Berprestasi Tingkat Departemen.
ix
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL .................................................................................................. x DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xi DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................................xii PENDAHULUAN.................................................................................................. 1 Perumusan Masalah ........................................................................................ 3 Tujuan .............................................................................................................. 3 Hipotesis .......................................................................................................... 4 Kegunaan Penelitian ........................................................................................ 4 TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 5 Snack ............................................................................................................... 5 Kebiasaan Makan ............................................................................................ 6 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan Mengonsumsi Snack dan Pangan Lainnya .......................................................................................... 7 Aktivitas Fisik ................................................................................................... 9 Overweight dan Obesitas ............................................................................... 10 KERANGKA PEMIKIRAN .................................................................................. 13 METODOLOGI PENELITIAN ............................................................................. 15 Desain Tempat dan Waktu ............................................................................. 15 Jumlah dan Cara Penarikan Contoh............................................................... 15 Jenis dan Cara Pengumpulan Data ................................................................ 16 Pengolahan dan Analisis Data ....................................................................... 17 Definisi Operasional ....................................................................................... 19 HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................................. 21 Keadaan Umum Sekolah ............................................................................... 21 Karakteristik Contoh ....................................................................................... 21 Karakteristik Keluarga Contoh ........................................................................ 23 Tingkat Pengetahuan Gizi .............................................................................. 28 Kebiasaan Makan .......................................................................................... 31 Kebiasaan Mengonsumsi Snack .................................................................... 34 Frekuensi Konsumsi Pangan.......................................................................... 36 Intik Konsumsi dan Tingkat Kecukupan Gizi ................................................... 43 Aktivitas Fisik Contoh ..................................................................................... 49 KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................................. 52 Kesimpulan .................................................................................................... 52 Saran ............................................................................................................. 53 DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 54 LAMPIRAN ........................................................................................................ 59
x
DAFTAR TABEL Tabel
Halaman
1
Sebaran contoh berdasarkan karakteristik individu dan status gizi ............... 22
2
Sebaran contoh berdasarkan karakteristik keluarga contoh dan status gizi ............................................................................................................... 24
3
Sebaran contoh berdasarkan kondisi sosial ekonomi keluarga dan status gizi ..................................................................................................... 27
4
Sebaran contoh berdasarkan jawaban pertanyaan yang benar dan status gizi ..................................................................................................... 29
5
Sebaran contoh berdasarkan status gizi dan kecenderungan terhadap pernyataan yang terkait dengan sikap gizi ................................................... 30
6
Sebaran contoh berdasarkan tingkat pengetahuan gizi dan sikap gizi ......... 31
7
Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan makan dan status gizi ................... 33
8
Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan mengonsumsi snack,minuman ringan, fast food, alasan mengonsumsi dan status gizi ................................ 34
9
Sebaran contoh menurut frekuensi snack yang paling banyak dikonsumsi satu bulan lalu dan status gizi.................................................... 38
10 Sebaran contoh menurut frekuensi fast food yang paling banyak dikonsumsi satu bulan lalu dan status gizi.................................................... 39 11 Sebaran contoh menurut frekuensi soft drink yang paling banyak dikonsumsi satu bulan lalu dan status gizi.................................................... 41 12 Sebaran contoh menurut frekuensi pangan hewani dan nabati yang paling banyak dikonsumsi satu bulan lalu dan status gizi ............................. 42 13 Sebaran contoh menurut frekuensi buah, sayur dan susu yang dikonsumsi satu bulan lalu dan status gizi.................................................... 43 14 Intik konsumsi pangan utama berdasarkan hasil recall dan status gizi ......... 44 15 Rata-rata konsumsi, kecukupan dan tingkat kecukupan energi dan zat gizi menurut status gizi................................................................................. 46 16 Sebaran contoh menurut tingkat kecukupan energi dan status gizi .............. 47 17 Sebaran contoh menurut tingkat kecukupan protein dan status gizi ............. 48 18 Sebaran contoh menurut tingkat kecukupan lemak dan status gizi .............. 48 19 Sebaran contoh menurut tingkat kecukupan karbohidrat dan status gizi ...... 49 20 Sebaran contoh berdasarkan aktivitas fisik dan status gizi........................... 50 21 Rata-rata alokasi waktu contoh untuk melakukan aktivitas fisik (jam/hr) ...... 51
xi
DAFTAR GAMBAR Gambar
Halaman
1 Skema Kerangka Pemikiran........................................................................... 14
xii
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1
Halaman
Data referensi persentil IMT menurut umur (IMT/U) remaja putri usia 9-24 tahun.................................................................................................... 60
2
Data referensi persentil IMT menurut umur (IMT/U) remaja putra usia 9-24 tahun.................................................................................................... 61
3
Data status gizi contoh yang diambil ............................................................ 65
4
Intik konsumsi, angka kecukupan dan tingkat kecukupan pada contoh gemuk .......................................................................................................... 67
5
Intik konsumsi, angka kecukupan dan tingkat kecukupan pada contoh normal.......................................................................................................... 69
6
Sebaran contoh menurut frekuensi dan ukuran konsumsi snack, fast food, soft drink, dan pangan lainnya yang paling banyak dikonsumsi satu bulan lalu serta status gizi .................................................................... 71
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan ekonomi dan teknologi, terutama dalam hal pengolahan pangan membuat orang saat ini dengan mudah memperoleh pangan. Perkembangan teknologi transportasi, komunikasi, dan yang lainnya juga semakin memudahkan manusia dalam melakukan dan memenuhi kebutuhannya. Gaya hidup seperti itu dikenal dengan istilah sedentary lifestyle. Pola hidup sedentary merupakan pola hidup yang ditandai dengan aktivitas yang rendah dan konsumsi makanan (cemilan) yang berlebihan. Perkembangan teknologi pengolahan
pangan
menyebabkan
terjadinya
peningkatan
kebiasaan
mengonsumsi snack, termasuk didalamnya junk food dan fast food. Perubahan kebiasaan pola makan ini tidak hanya terjadi pada orang dewasa tetapi juga marak terjadi pada anak-anak. Snack atau makanan ringan adalah sejenis makanan yang biasanya dikonsumsi di luar waktu makan. Snack yang beredar di pasaran biasanya merupakan suatu produk ekstrusi. Snack atau makanan ringan tersebut rata-rata tinggi kalori tapi rendah zat gizi yang lainnya. Konsumsi snack yang berlebih pada anak-anak dikhawatirkan akan menimbulkan obesitas dini. Prevalensi obesitas makin meningkat, hampir setengah milyar penduduk dunia saat ini tergolong overweight atau obes (Rossner 2002). Keadaan ini tidak hanya terjadi di negara maju tapi sudah mulai meningkat di negara berkembang. Mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Padmiari (2004) terhadap 80 anak SD di Denpasar, diketahui bahwa 75% konsumsi energi anak-anak tersebut berasal dari jajanan dan hanya 25% konsumsi energi anak-anak dipasok dari makanan pokok berupa nasi, daging, sayuran dan pelengkapnya. Masih di Denpasar penelitian Padmiari sebelumnya (2003) menunjukkan sekitar 15,8% anak usia SD mengalami obesitas, yaitu 9,7% pada anak laki-laki dan 3,9% pada anak perempuan. Padmiari juga menemukan 50% anak yang obes ternyata pengonsumsi setia fast food. Umumnya, fenomena obesitas lebih banyak terjadi pada orang dewasa, seiring dengan meningkatnya penyakit-penyakit yang berhubungan dengan kegemukan, seperti kardiovaskuler, kanker dan diabetes mellitus. Namun dalam kurun waktu 20 tahun terakhir, obesitas mulai merambah anak-anak dan remaja. Data hasil survai nasional Behavioral Risk factor Survaillance System di Amerika menunjukkan bahwa prevalensi obesitas pada remaja meningkat dari 12% pada tahun 1991 menjadi 17,9% pada tahun 1998 (Mokdad et al. 1999
2
dalam Hidayah et al. 2007). Prevalensi obesitas di Jakarta juga meningkat dengan bertambahnya umur. Pada anak umur 6-12 tahun ditemukan 6,2%, dan pada umur 17-18 tahun sebanyak 11,4%. Kasus obesitas pada remaja lebih banyak ditemukan pada wanita (10,2%) dibanding pada laki-laki (Nasar dalam Hidayah et al. 2007). Prevalensi obesitas pada anak SD tahun 2004-2005 di Yogyakarta mencapai 7,9% pada anak perempuan dan 12,6% pada anak lakilaki (Himmah et al. dalam Hidayah et al. 2007). Data yang diambil dari 58 SD di Surakarta pada tahun 2005 menunjukkan, terdapat prevalensi anak obes sebesar 2,1% dengan prevalensi tertinggi 6,2% (Lestari et al. dalam Hidayah et al. 2007). Damayanti (2004) menunjukkan dalam hasil penelitiannya bahwa pada tahun 2002, dari 2270 sampel murid sekolah dasar, diketahui prevalensi obesitasnya adalah 27,5%. Sebanyak 33,1% murid sekolah dasar menderita hiperkolesterolemia, 28,7% mempunyai nilai LDL-kolesterol yang meningkat, dan 20% murid menderita hipertensi diastolik. Pada tahun 2003, dari 917 sampel diketahui bahwa prevalensi obesitas mencapai 20,9%, sejumlah 10,8% sampel diantaranya menderita sindrom obstructive sleep apnea. Pada tahun 2004, dari 486 sampel, prevalensi obesitasnya mencapai 21%. Obesitas yang terjadi selama masa kanak-kanak memiliki konsekuensi medis jangka pendek, meliputi efek-efek yang merugikan terhadap pertumbuhan, tekanan darah, lipid darah, dan metabolisme glukosa. Komplikasi lainnya meliputi kondisi pernapasan seperti asma (Thorpe et al. 2004). Konsekuensi medis jangka panjang meliputi risiko yang lebih besar untuk terkena hipertensi, diabetes, penyakit kardiovaskuler, dan osteoartitis pada masa dewasa. Obesitas pada masa anak-anak juga menimbulkan konsekuensi psikososial jangka pendek dan panjang seperti image diri yang negatif, penurunan kepercayaan diri, gangguan makan, dan kesehatan yang lebih rendah hubungannya dengan kualitas hidup (Thorpe et al. 2004). Anak usia sekolah dalam hal ini anak SD rentan terpengaruh oleh berbagai jajanan yang dijajakan baik di sekolah maupun di luar sekolah. Kondisi ini diperparah dengan maraknya iklan makanan ringan di televisi. Pada hari libur, anak-anak cenderung menghabiskan waktu dengan menonton televisi atau jalanjalan ke mall dan memilih menghabiskan waktu luangnya dengan mengonsumsi snack dan sejenisnya. Pola aktivitas serta pola makan seperti ini sangat mengkhawatirkan, mengingat rendahnya aktivitas dan tingginya asupan makanan dapat berisiko menyebabkan obesitas dini pada anak.
3
Bahren (2000) dalam penelitiannya juga menemukan hanya sekitar 26% anak sekolah dasar favorit dan non favorit di Bogor yang berolahraga. Fakta lain yang ditemukan oleh Bahren adalah sekitar 63% anak memiliki aktivitas yang ringan sehingga pengeluaran energinya pun dapat dikatakan minimal. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti tentang pengetahuan gizi, aktivitas fisik, dan kebiasaan mengonsumsi snack serta pangan lainnya pada anak sekolah dasar yang berstatus gizi normal dan gemuk. Perumusan Masalah 1) Bagaimanakah karakteristik sosial keluarga yang biasa mengonsumsi snack dan pangan lainnya ? 2) Bagaimanakah tingkat pengetahuan gizi siswa yang biasa mengonsumsi snack dan pangan lainnya? 3) Apakah jenis snack yang paling disukai, dan berapakah ukuran serta frekuensi konsumsi snack serta pangan lainnya? 4) Apakah terdapat hubungan antara pengetahuan dan sikap gizi dengan kebiasaan mengonsumsi snack dan pangan lainnya 5) Apakah terdapat hubungan antara status gizi dengan aktivitas fisik? 6) Apakah terdapat hubungan antara status gizi dengan kebiasaan mengonsumsi snack serta pangan lainnya? Tujuan Tujuan Umum Mengetahui
tingkat
pengetahuan
gizi,
aktivitas
fisik,
kebiasaan
mengonsumsi snack dan pangan lainnya pada murid SD Bina Insani yang berstatus gizi normal dan gemuk di Kota Bogor. Tujuan Khusus 1) Mengetahui karakteristik sosial ekonomi keluarga contoh yang berstatus gizi normal dan gemuk. 2) Mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap gizi contoh yang berstatus gizi normal dan gemuk. 3) Mengetahui jenis snack yang paling disukai dan frekuensi konsumsi snack pada contoh yang berstatus gizi normal dan gemuk. 4) Menganalisis hubungan antara pengetahuan dan sikap gizi dengan kebiasaan mengonsumsi snack dan pangan lainnya pada contoh yang berstatus gizi normal dan gemuk.
4
5) Menganalisis hubungan antara kebiasaan mengonsumsi snack serta pangan lainnya dengan status gizi contoh. 6) Menganalisis hubungan antara aktivitas fisik dengan status gizi contoh. Hipotesis 1) Terdapat hubungan antara pengetahuan dan sikap gizi dengan kebiasaan mengonsumsi snack dan pangan lainnya pada contoh yang berstatus gizi normal dan gemuk. 2) Terdapat hubungan antara kebiasaan mengonsumsi snack dan pangan lainnya dengan status gizi contoh. 3) Terdapat hubungan antara aktivitas fisik status gizi contoh. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat pada umumnya serta pemerintah (Departemen Kesehatan) pada khususnya mengenai gambaran kebiasaan mengonsumsi snack dan pangan lainnya siswa sekolah dasar. Diharapkan hasil penelitian ini juga dapat menjadi rujukan bagi penelitian selanjutnya.
5
TINJAUAN PUSTAKA Snack Makanan ringan atau snack adalah istilah bagi makanan yang bukan merupakan menu utama (makan pagi, makan siang atau makan malam). Makanan yang dianggap makanan ringan adalah sesuatu yang dimaksudkan untuk menghilangkan rasa lapar seseorang sementara waktu, memberi sedikit suplai energi ke tubuh, atau sesuatu yang dimakan untuk dinikmati rasanya. Harper (1981) membagi makanan ringan menjadi dua kelompok makanan ringan. Kelompok pertama meliputi produk konvensional seperti keripik singkong, keripik kentang dan krakers. Kelompok kedua adalah makanan ringan yang diolah melalui proses ekstrusi. Makanan ringan esktrudat adalah makanan ringan yang dibuat melalui proses ekstrusi dari bahan baku tepung dan pati untuk pangan dengan penambahan bahan makanan lain serta bahan tambahan makanan lain yang diijinkan dengan atau tanpa melalui proses penggorengan (Badan Standarisasi Nasional 2000). Ekstrusi adalah suatu proses dimana bahan dipaksakan oleh sistem ulir untuk mengalir dalam suatu ruangan yang sempit sehingga akan mengalami pencampuran dan pemasakan sekaligus (Hariyadi 2000). Konsumsi terhadap produk makanan ringan atau snack food juga menunjukan peningkatan yang terus menerus sejalan dengan kesibukan masyarakat yang terkadang memaksa harus bisa makan, terutama pada remaja. Akibatnya, produk snack saat ini bukan hanya sebagai makanan selingan namun sebagai pelepas rasa lapar. Makanan yang tergolong sebagai snack food diduga telah memberikan sumbangan nyata bagi pemenuhan gizi dan kalori masyarakat Indonesia. Hal tersebut sejalan dengan adanya perubahan gaya hidup dan pola makan masyarakat Indonesia. Masyarakat yang semakin sibuk akan cenderung tidak memiliki waktu untuk makan seperti biasanya, sehingga terpaksa mereka harus mengonsumsi snack untuk memenuhi kebutuhan fisiologisnya (Sulaeman 2003). Hasil evaluasi yang dilakukan oleh Jahns et al. (2001) menunjukkan terjadinya peningkatan snacking di semua kategori (2-5 thn, 6-11 thn, dan 12-18 thn) sebesar 24-32%. Snacking didefinisikan sebagai kegiatan seseorang yang mengonsumsi makanan diluar makanan utama. Perubahan/peningkatan kegiatan snacking ini mengakibatkan peningkatan asupan kalori dari snack sebesar 30%
6
(378, 462 dan 612 Kal/hari pada anak usia 2-5, 6-11 dan 12-18). Hal ini dikarenakan berat dan kandungan snack yang dikonsumsi relatif stabil setiap waktu. Penelitian yang dilakukan Cusatis dan Shannon (1996) juga menunjukkan adanya pengaruh positif dari konsumsi snack dengan nilai gula pada remaja lakilaki dan nilai gula serta lemak pada remaja perempuan. Data-data diatas sejalan dengan observasi yang dilakukan oleh Nielson et al. (2002) yang menunjukkan adanya peningkatan konsumsi snack asin, permen dan soft drink dari tahun 1977-1996. Kebiasaan Makan Kebiasaan makan adalah cara individu atau kelompok individu memilih pangan dan mengonsumsi sebagai reaksi terhadap pengaruh fisiologi, psikologi, dan sosial budaya (Suhardjo 1994). Menurut Wirakusumah (1994) kebiasaan makan kelurga menjadi contoh bagi generasi muda dalam keluarga tersebut. Kebiasaan keluarga makan berlebihan, frekuensi makan yang sering, kebiasaan makan snack, dan makan diluar waktu makan akan ditiru oleh anak. Kebiasaan makan adalah faktor penting yang mempengaruhi status gizi dan kesehatan. Variasi makanan diperkirakan dapat mengurangi risiko terhadap penyakit dan pada
beberapa
kasus
dapat
mencegah
penyakit.
Kebiasaan
makan
mencerminkan terjadinya kelebihan asupan dan penyakit akibat gizi (Atmarita 2005). Kebiasaan makan yang tergesa-gesa, termasuk kurang mengunyah akan membawa
efek
yang
kurang
menguntungkan
bagi
pencernaan
dan
mengakibatkan cepat merasa lapar kembali. Rasa lapar yang sering muncul akan berakibat pada konsumsi makanan yang tidak tepat pada waktunya dan bertambahnya intik makanan. Begitu pula jika frekuensi makan tidak teratur, jarak antara dua waktu makan yang terlalu panjang menyebabkan adanya kecenderungan
untuk
makan
lebih
banyak
dan
melebihi
kebutuhan
(Wirakusumah 1994). Kebiasaan makan yang berubah dapat disebabkan karena pendidikan gizi dan kesehatan serta aktivitas pemasaran atau distribusi pangan. Kebiasaan makan dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan seperti lingkungan budaya (cultural environment), lingkungan alam (natural environment), serta populasi. Nasution dan Khomsan (1995) menyatakan bahwa remaja telah mempunyai pilihan sendiri terhadap makanan yang disenangi. Pada masa remaja kebiasaan makan telah terbentuk. Remaja laki-laki cenderung menyukai makanan yang
7
mengenyangkan sedangkan remaja perempuan cenderung menyukai makanan yang ringan atau tidak mengenyangkan (Dewi 1997). Faktor kebiasaan makan, disamping faktor genetik, lingkungan, perilaku dan sosial budaya adalah faktor utama yang menjadi pemicu ketidakmampuan tersebut (Blackburn 2001). Kebiasaan mengonsumsi pangan yang nutrisinya kurang, seperti snack (termasuk junk food dan fast food) dapat mengganggu status gizi anak, karena dapat menyebabkan terjadinya obesitas, risiko terkena hipertensi dan penyakit degeneratif lain. Hal ini karena snack (termasuk junk food dan fast food) umumnya tinggi kalori, lemak, dan garam tapi miskin zat gizi yang lain. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan Mengonsumsi Snack dan Pangan Lainnya Besar Keluarga Besar keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, anak, dan anggota keluarga lain yang hidup dari pengelolaan sumberdaya
yang
sama.
Besar
keluarga dapat
mempengaruhi
tingkat
pengeluaran rumah tangga. Besar keluarga dapat mempengaruhi jumlah pangan yang dikonsumsi dan pembagian ragam yang dikonsumsi dalam keluarga. Kualitas maupun kuantitas pangan secara langsung akan menentukan status gizi keluarga dan individu. Menurut Suhardjo (1996), semakin banyak anggota keluarga, maka makanan untuk setiap orang akan berkurang. Beberapa penelitian juga menunjukan bahwa pendapatan per kapita dan pengeluaran pangan menurun dengan peningkatan besar keluarga (Sanjur 1982). Pendapatan Pendapatan keluarga adalah jumlah semua hasil perolehan yang didapat oleh anggota keluarga dalam bentuk uang sebagai hasil pekerjaan yang dinyatakan dalam pendapatan per kapita. Pendapatan menentukan daya beli terhadap pangan dan fasilitas lain, seperti pendidikan, perumahan, kesehatan dan lain-lain (Hardinsyah 1997). Tingkat pendidikan orang tua yang baik akan memungkinkan orang tua dapat memantau dan menerima informasi tentang kesehatan anaknya. Tingkat pendidikan akan berpengaruh terhadap pangan yang dipilih untuk dikonsumsi sehari-hari (Soetjiningsih 1994). Hukum Bennet menyatakan bahwa semakin meningkat pendapatan seseorang maka konsumsi pangan akan bergeser ke arah konsumsi pangan dengan hanya kalori yang lebih mahal seperti pangan hewani yang kandungannya lebih tinggi (Holman 1987).
8
Pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang pertumbuhan anak karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan baik primer maupun sekunder (Soetjiningsih 1994). Suhardjo (1989) mengatakan bahwa meningkatnya pendapatan perorangan menyebabkan terjadinya perubahan dalam susunan makanan, akan tetapi pengeluaran uang yang lebih banyak untuk pangan tidak menjamin lebih beragamnya konsumsi pangan. Pendidikan Tingkat pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pola asuh anak, termasuk didalamnya pemberian makan. Suhardjo (1996) mengatakan bahwa orang yang berpendidikan tinggi cenderung memilih makanan yang murah tetapi kandungan gizinya tinggi, sesuai dengan jenis pangan yang tersedia dan kebiasaan makan sejak kecil sehingga kebutuhan zat gizi dapat terpenuhi dengan baik. Tingkat pendidikan orang tua yang lebih tinggi akan lebih memberikan stimulasi lingkungan (fisik, sosial, emosional, dan psikologis) bagi anak-anaknya dibandingkan dengan orang tua yang tingkat pendidikannya rendah. Jenis Pekerjaan Suhardjo (1989) menyatakan bahwa besar pendapatan yang diterima oleh individu akan dipengaruhi oleh jenis pekerjaan yang dilakukan. Tingkat pendidikan akan berhubungan dengan jenis pekerjaan seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan semakin besar. Pengetahuan Gizi Pengetahuan gizi seseorang dapat diperoleh melalui pendidikan formal dan informal. Pendidikan formal ialah melalui kurikulum yang diterapkan di sekolah. Dicirikan dengan adanya tingkatan kronologis yang ketat untuk tingkat usia sasarannya. Sementara pendidikan informal tidak terorganisasi secara struktural dan tidak mengenal tingkatan kronologi menurut usia, keterampilan, dan pengetahuan, tetapi terselenggara setiap saat di lingkungan sekitar manusia (Hayati 2000). Pendidikan gizi menjadi landasan yang menentukan konsumsi pangan. Remaja yang memiliki pendidikan gizi yang baik akan mempunyai kemampuan untuk menerapkan pengetahuan sepenuhnya dalam pemilihan maupun pengolahan pangan (Nasution & Khomsan 1995). Pengetahuan gizi merupakan prasyarat penting untuk terjadinya perubahan sikap dan perilaku gizi. Pengetahuan juga merupakan salah satu
9
pertimbangan seseorang dalam memilih dan mengonsumsi makanan. Semakin baik pengetahuan gizi seseorang maka akan semakin memperhatikan kualitas dan kuantitas pangan yang dikonsumsinya. Orang yang semakin baik pengetahuan gizinya akan lebih banyak mempergunakan pertimbangan rasional dan pengetahuannya dibandingkan panca inderanya sebelum mengonsumsi makanan (Sediaoetama 1996). Sikap Gizi Sikap gizi merupakan kecenderungan seseorang untuk menyetujui atau tidak menyetujui terhadap suatu pernyataan (statement) yang diajukan terkait gizi umum, snack dan obesitas. Sikap gizi seringkali terkait erat dengan pengetahuan gizi. Mereka yang berpengetahuan gizi baik, cenderung akan memiliki sikap gizi yang baik pula. Sikap gizi dikategorikan ke dalam klasifikasi kurang (<60), sedang (60-79), dan baik (≥80). Sikap gizi akan sangat berperan untuk mengubah praktek atau perilaku gizi. Hanya saja perilaku konsumsi pangan seseorang seringkali dipengaruhi oleh faktor yang lebih kompleks (Khomsan et al. 2009). Uang Saku Uang saku merupakan bagian dari pengalokasian pendapatan keluarga yang diberikan pada anak untuk jangka waktu tertentu, seperti harian, mingguan, atau bulanan. Hal tersebut dapat mempengaruhi anak untuk belajar menghemat dan bertanggungjawab atas uang saku yang dimilikinya (Napitu 1994). Hayati (2000) menyatakan bahwa peningkatan uang saku pada anak SMU sebanding dengan peningkatan pendapatan keluarga. Uang saku yang dimiliki seseorang akan mempengaruhi apa yang dimakan. Tersedianya berbagai jajanan khususnya
di
kota-kota
besar
akan
mempengaruhi
pengeluaran
atau
penggunaan uang saku remaja. Makanan jajanan dapat memberi dampak positif dalam menunjang kecukupan gizi mereka jika keamanannya terjamin (Napitu 1994). Aktivitas Fisik Aktivitas fisik didefinisikan sebagai pergerakan tubuh, diproduksi oleh otot-otot skeletal, dan mengakibatkan terjadinya pengeluaran energi (Caspersen et al. 1985). Ada banyak teknik untuk mengukur aktivitas fisik. Secara umum, dibagi menjadi lima kategori yaitu obeservasi tingkah laku, kuisioner (meliputi catatan harian, recall, dan wawancara), penandaan aktivitas fisiologis seperti denyut jantung, kalorimetri, dan sensor gerak (Montoye et al. 1996). Pola
10
aktivitas dan aktivitas akan mempengaruhi pengeluaran energi dan hal ini berkaitan dengan berat badan dan obesitas. Pengeluaran energi harian meningkat seiring dengan peningkatan berat badan. Aktivitas fisik yang kurang atau tidak memadai dan nutrisi yang tidak mencukupi karena hanya konsumsi pangan padat kalori diakui sebagai mekanisme utama yang mendasari peningkatan dalam berat badan berlebih. Aktivitas fisik dan gizi merupakan fokus utama sebagai tindakan awal dalam peningkatan kesehatan untuk mencegah overweight dan obesitas pada anakanak (Nicklaj & Jhonson 2004). Orang obes menghabiskan lebih banyak energi untuk aktivitas fisik, namun bisa menunjukan lebih sedikit aktivitas karena berat badan yang lebih besar, terutama aktivitas yang ditunjang oleh berat badan (Westertrep 2000). Inaktivitas fisik dapat meningkatkan risiko obesitas, meski hubungan antara level / tingkatan aktivitas fisik dengan pengukuran lemak tubuh pada anak-anak secara umum tidak konsisten dilaporkan. Komponen aktivitas fisik dan pola makan merupakan kontributor utama terhadap risiko obesitas. Secara umum, peningkatan obesitas sering ditandai dengan penurunan tingkat aktivitas fisik. Akan tetapi, laporan mengenai hubungan kedua hal tersebut masih kurang. Salah satu penelitian yang memakai metode monitoring heart rate pada 28 anak laki-laki usia 9 tahun, menunjukan adanya hubungan positif antara waktu yang digunakan untuk aktivitas sedentary dengan persentasi lemak tubuh, tapi tidak terdapat hubungan antara aktfitas dengan % lemak tubuh (Rennie et al. 2005). Mengacu pada penelitian Hebestreit (2004), diketahui bahwa pengurangan perilaku inaktif dan peningkatan aktivitas fisik adalah kunci untuk mencegah obesitas. Sementara itu, latihan yang rutin dan perubahan perilaku menjadi gaya hidup aktif adalah bagian dari perawatan terhadap obesitas. Overweight dan Obesitas Pengertian kegemukan sering kali disamakan dengan obesitas, padahal kedua istilah tersebut memiliki arti yang berbeda. Kegemukan adalah kondisi berat tubuh melebihi berat tubuh normal, sedangkan obesitas adalah kondisi kelebihan berat tubuh akibat pertumbuhan lemak, untuk pria dan wanita masingmasing melebihi 20% dan 25% dari berat tubuh (Rimbawan & Siagian 2004). Seseorang disebut mengalami obesitas apabila besar lemak tubuhnya melebihi batas normal. Jumlah lemak yang normal pada wanita adalah sekitar 15 - 28% dari berat badanya dan untuk pria jumlah lemak yang normal adalah 10 - 18%
11
dari berat badannya. Persentase lemak simpanan dibawah kulit pada wanita adalah 9% dan pada pria adalah 4,4%, persentase lemak simpanan dirongga perut dan dada pada wanita adalah 2,3% dan 1,55 pada wanita (Effendy 1995). Faktor risiko utama penyebab obesitas berdasarkan hasil penelitian Gu et al. (1995) diantaranya adalah frekuensi konsumsi snack (OR=2,65), kebiasaan makan yang terlalu cepat (OR=2,51), kebiasaan makan yang tidak seimbang (OR=1,84), memiliki ibu atau ayah yang obes (OR= 1,73), serta berat lahir >3,5 kg (OR=1,52). Faktor risiko lainnya adalah kesukaan terhadap daging atau telur, ketidaksukaan terhadap sayuran dan buah, serta kurang aktif dalam melakukan aktivitas fisik. Lingkungan yang berpengaruh terhadap kebiasaan makan diantaranya termasuk perubahan alami suplai makanan, peningkatan konsumsi di luar rumah, pemasaran, promosi dan juga harga makanan tersebut. Kondisi orangtua yang sama-sama bekerja, serta keterbatasan waktu di rumah juga menjadi faktor penting dalam menentukan tipe makanan yang dikonsumsi. Kondisi ini diperparah dimana industri merespon dengan meningkatkan produksi jumlah pangan yang mudah disiapkan (French et al. 2001). Hasil penelitian Lubis dan Andesta (2004) terhadap 3786 murid sekolah dasar favorit juga menunjukan bahwa ada beberapa faktor yang secara signifikan berpengaruh terhadap terjadinya obesitas. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah waktu pengenalan makanan padat saat balita, pemberian susu formula dini, perilaku makan, intik energi dan protein, aktivitas fisik, berat badan saat lahir serta riwayat obes pada orang tua. Penelitian di Amerika menunjukan bahwa obes pada usia 1-2 tahun dengan orang tua normal, sekitar 8% menjadi dewasa obes, sedangkan obes pada usia 10-14 tahun dengan salah satu orang tuanya obes, 79% akan menjadi dewasa obes (Hidayah et al. 2006). Hal senada diungkapkan Hadi et al. (2004), bahwa kegemukan pada orang tua secara sigifikan berperan sebagai prediktor kegemukan pada anak. Anak dengan orang tua gemuk memiliki risiko lebih besar untuk obes daripada anak yang orang tuanya tidak memiliki riwayat obes. Mengacu pada Riyadi (2003), maka status gizi diukur dengan menggunakan metode antropometri melalui perhitungan indeks IMT/U. Indeks IMT/U yang digunakan adalah untuk yang berumur 9-24 tahun berdasarkan persentil. Untuk menilai kurus bila nilai IMT/U < persentil ke-5, normal persentil ke-5 < Nilai IMT/U < persentil ke-85, berisiko overweight bila persentil ke-85 < nilai IMT/U < persentil ke-95, dan overweight bila nilai IMT/U > persentil ke-95.
12
IMT
Berat badan ( Kg ) Tinggi badan 2 (meter )
Obesitas pada anak-anak sampai saat ini masih merupakan masalah yang kompleks. Obesitas mempunyai dampak terhadap perkembangan anak terutama aspek perkembangan psikososial. Obesitas yang terjadi selama masa kanak-kanak memiliki konsekuensi medis jangka pendek, meliputi efek-efek yang merugikan terhadap pertumbuhan, tekanan darah, lipid darah, dan metabolisme glukosa. Komplikasi lainnya meliputi kondisi pernapasan seperti asma (Thorpe et al. 2004). Konsekuensi medis jangka panjang meliputi risiko yang lebih besar untuk terkena hipertensi, diabetes, penyakit kardiovaskuler, dan osteoartitis pada masa dewasa. Obesitas pada masa anak-anak juga menimbulkan konsekuensi psikososial jangka pendek dan panjang seperti image diri yang negatif, penurunan kepercayaan diri, gangguan makan, dan kesehatan yang lebih rendah hubungannya dengan kualitas hidup (Thorpe et al. 2004). Komplikasi obesitas lainnya pada anak adalah gangguan fungsi saluran nafas yang dikenal dengan obstructure sleep apnea syndrome (OSAS). Apabila obesitas yang dialami pada masa anak-anak berlanjut hingga masa dewasa, maka hal ini dapat menimbulkan penyakit yang dapat mengganggu pertumbuhan bahkan dapat menyebabkan kematian.
13
KERANGKA PEMIKIRAN Dewasa ini ketersediaan dan kemudahan jangkauan untuk mendapatkan suatu jenis pangan/makanan dapat mempengaruhi pola perilaku konsumsi seseorang tak terkecuali anak-anak. Pergeseran pola perilaku tradisional ke pola perilaku sedentary membuat pergeseran pola perilaku makan tersebut tak dapat dihindarkan. Salah satunya adalah kebiasaan mengonsumsi snack (termasuk junk food dan fast food) oleh anak-anak sebagai makanan selingan / jajanan utama. Dalam penelitian ini kebiasaan mengonsumsi snack dan pangan lainnya meliputi jenis snack yang paling disukai, ukuran dan frekuensi konsumsi snack. Faktor risiko utama penyebab obesitas berdasarkan hasil penelitian Gu et al. (1995) diantaranya adalah frekuensi konsumsi snack (OR=2,65), kebiasaan makan yang terlalu cepat (OR=2,51), kebiasaan makan yang tidak seimbang (OR=1,84), memiliki ibu atau ayah yang obes (OR= 1,73), serta berat lahir >3,5 kg (OR=1,52). Faktor risiko lainnya adalah kesukaan terhadap daging atau telur, ketidaksukaan terhadap sayuran dan buah, serta kurang aktif dalam melakukan aktivitas fisik. Kebiasaan
makan
lebih
menekankan
pada
aspek-aspek
yang
mempengaruhinya. Aspek-aspek yang diamati meliputi karakteristik keluarga (meliputi besar keluarga, pendidikan orang tua, dan pendapatan orang tua), karakteristik contoh (meliputi usia, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan dan besar uang saku), serta pengetahuan gizi dan sikap gizi. Kebiasaan mengonsumsi snack dan pangan lainnya akan berpengaruh terhadap status gizi, khususnya kejadian kegemukan pada anak. Selain faktor kebiasaan makan dan tingkat aktivitas fisik (meliputi lama sekolah, lama tidur siang, lama nonton tv, jenis dan frekuensi olahraga), faktor genetik juga dapat mempengaruhi kejadian kegemukan pada anak sekolah dasar.
14
KERANGKA PEMIKIRAN
-
Karakteristik Contoh : usia jenis kelamin berat badan tinggi badan uang saku
Karakteristik Keluarga : - Besar keluarga - Pendapatan orang tua - Pendidikan orang tua
Pengetahuan Gizi
Sikap Gizi
Aktivitas Fisik : - sekolah - nonton tv - tidur siang - jenis olahraga - frekuensi olahraga
Kebiasaan Makan : - Frekuensi konsumsi - Asupan gizi
Kegemukan : - Berat badan - Tinggi badan - IMT/U
Genetik
Gambar 1 Skema Kerangka Pemikiran Keterangan : = Variabel yang diteliti = hubungan antar variable yang diteliti = Variabel yang tidak diteliti = Hubungan antar variabel yang tidak diteliti
15
METODOLOGI PENELITIAN Desain Tempat dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional, dilakukan di SD Bina Insani Bogor. Pemilihan lokasi sekolah dasar dilakukan secara purposive yaitu sekolah dengan tingkat sosial ekonomi orangtua menengah ke atas. Pemilihan tersebut berdasarkan pertimbangan kemudahan dalam melakukan penelitian, serta keterbatasan waktu penelitian karena bertepatan dengan ujian nasional yang dilaksanakan pada bulan Mei dan ujian akhir pada bulan Juni. Penelitian ini berlangsung selama dua bulan, yaitu bulan April s.d Mei 2009. Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Populasi contoh dalam pemilihan ini adalah siswa kelas 4 dan 5 sekolah dasar. Pemilihan populasi contoh dilakukan secara purposive (berdasarkan izin dari pihak sekolah). Teknis penarikan contohnya adalah seluruh siswa diukur berat badan dan tinggi badan terlebih dahulu, yang kemudian dihitung nilai Indeks Massa Tubuh (IMT/U). Setelah itu, diklasifikasikan berdasarkan status gizi (Riyadi 2003). Berdasarkan hasil pengukuran, diketahui dari 279 populasi contoh, diketahui prevalensi contoh yang overweight (nilai IMT/U ≥ persentil ke-95) sebesar 14,7%, berisiko overweight (persentil ke-85 ≤ nilai IMT/U < persentil ke95) sebesar 14,7%, normal (persentil ke-5 < nilai IMT/U < persentil ke-85) adalah 58,4% dan sisanya 12,2% adalah contoh berstatus gizi kurus (nilai IMT/U < persentil ke-5). Contoh overweight dan berisiko overweight dikategorikan sebagai kelompok contoh gemuk, dengan prevalensi total sebesar 29,4%. Selanjutnya, dari kelompok contoh normal dan gemuk diambil secara acak masing-masing sebanyak 40 contoh. Jumlah contoh yang diambil telah memenuhi syarat minimal contoh yang harus diambil menurut Soedigdo dan Sofyan (1995). Selanjutnya, jumlah minimal contoh yang harus diambil diketahui dengan menggunakan rumus : n = (Zα2 x p x q) / d2 ket : n = jumlah minimal contoh yang harus diambil p = prevalensi siswa gemuk dalam populasi (0.29) q = prevalensi siswa tidak gemuk dalam contoh (q = 1-p) α = selang kepercayaan (0.05) d = ketetapan absolut (0.1)
16
Jenis dan Cara Pengumpulan Data Jenis data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer meliputi identitas / karakteristik contoh, karakteristik sosial ekonomi keluarga, pengetahuan gizi, recall konsumsi snack dan pangan lainnya (2x24 jam) serta aktivitas fisik. Frekuensi konsumsi contoh ditampilkan untuk melihat pola kebiasaan makan dan dilakukan dengan metode recall 2x24 jam. Beberapa penelitian menunjukan bahwa minimal 2 kali recall 24 jam tanpa berturut-turut, dapat menghasilkan gambaran asupan gizi lebih optimal dan memberikan variasi yang lebih besar tentang intik harian individu (Sanjur 1997 dalam Supariasa et al. 2001). Data sekunder yang dikumpulkan meliputi keadaan umum sekolah. Data identitas contoh dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang diisi sendiri oleh contoh. Adapun data yang dikumpulkan meliputi jenis kelamin, umur, berat badan, tinggi badan, serta uang saku. Alat yang digunakan untuk mengukur berat badan adalah timbangan injak digital dengan ketelitian 0.1 kg, sedangkan alat yang digunakan untuk mengukur tinggi badan adalah microtoise dengan ketelitian 0.1 cm. Data mengenai sosial-ekonomi keluarga (berat badan orangtua, tinggi badan orang tua, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan orangtua per bulan) dikumpulkan dengan memberikan kuesioner yang diisi oleh orangtua contoh. Data pengetahuan dan sikap gizi contoh diperoleh dengan memberikan kuesioner yang diisi sendiri oleh contoh setelah mendapat penjelasan dari peneliti. Kuesioner pengetahuan gizi berisi 20 buah pertanyaan pilihan berganda dengan memilih jawaban yang paling benar (Correct-Answer Multiple Choice); sedangkan kuesioner sikap gizi terdiri dari 10 pernyataan. Pertanyaan pengetahuan gizi yang diberikan mencakup gizi secara umum (10 soal), snack (5 soal) dan obesitas (5 soal). Pertanyaan yang diberikan mengacu kepada Khomsan (2000). Data kebiasaan mengonsumsi snack meliputi kebiasaan mengonsumsi snack, jenis snack biasa dikonsumsi, kebiasaan mengonsumsi soft drink, jenis soft drink yang biasa dikonsumsi, kebiasaan mengonsumsi fast food, jenis fast food yang biasa dikonsumsi serta alasan suka mengonsumsi snack dan minuman ringan tersebut. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dengan memakai metode wawancara.
17
Data ukuran jenis snack dan frekuensi konsumsi snack selama 1 bulan terakhir dikumpulkan dengan menggunakan Food Frequency Questionnaire (Gibson 1990). Ukuran (kemasan) jenis snack dikelompokan menjadi kecil, sedang
dan
besar
(berdasarkan
berat).
Frekuensi
konsumsi
snack
dikelompokkan menjadi tidak pernah, 1-3 kali / bulan, 1-2 kali / minggu, 3-5 kali / minggu dan 6-7 kali / minggu. Data mengenai aktivitas fisik yang diteliti meliputi lamanya sekolah, lamanya waktu nonton tv, kebiasaan tidur siang, jenis olahraga yang suka dilakukan,
dan
frekuensi
olahraga.
Data
tersebut
diperoleh
dengan
menggunakan kuesioner yang diisi sendiri oleh contoh setelah mendapat penjelasan dari peneliti. Data mengenai keadaan umum sekolah diperoleh melalui informasi baik lisan maupun tulisan dari pihak Tata Usaha sekolah. Pengolahan dan Analisis Data Data yang dikumpulkan diolah dan dianalisis secara deskriptif dan inferensial menggunakan program Microsoft Excell dan SPSS 14.0 for Windows. Pengolahan data yang dilakukan berupa editing, coding, scoring, entry, cleaning, dan analisis data. Hubungan antar variabel dianalisis dengan menggunakan uji korelasi Spearman dan korelasi Pearson, sedangkan perbedaan antar variabel menggunakan uji beda t (Independent Sample t-Test). Data pengetahuan gizi contoh diberi skor 1 jika jawaban pertanyaan benar dan skor 0 jika jawaban contoh salah, sehingga total skor adalah 20. Pengetahuan gizi contoh dikategorikan rendah jika kurang dari 60% jawaban benar, sedang jika antara 60-80% jawaban benar dan tinggi jika lebih dari 80% jawaban benar (Khomsan 2000). Data mengenai sikap gizi contoh diberi skor 1 jika jawaban benar, skor -1 jika jawaban salah dan skor 0 jika menjawab raguragu. Sikap gizi contoh dikategorikan rendah jika kurang dari 60% jawaban benar, sedang jika antara 60-80% jawaban benar dan tinggi jika lebih dari 80% jawaban benar (Khomsan et al. 2009). Data konsumsi pangan individu yang dikumpulkan ditabulasi dan kemudian dirata-ratakan per bahan pangan hingga diperoleh rata-rata per kelompok. Selanjutnya dikonversi kedalam bentuk energi, protein, lemak dan karbohidrat dengan menggunakan Daftar Konversi Bahan Makanan (DKBM 2008). Konversi dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
18
Kgij = {(Bj/100) x Gij x (BDDj/100)} Keterangan : Kgij
= kandungan zat gizi-i dalam bahan makanan-j
Bj
= berat makanan-j yang dikonsumsi (g)
Gij
= Kandungan zat gizi dalam 100 gram BDD bahan makanan-j
BDDj = bagian bahan makanan-j yang dapat dimakan Angka kecukupan energi contoh, dihitung dengan menggunakan rumus menurut sebagai berikut : AKGi = {(88.5 – 61.9x Usia) + (26.7 x BB* x 1.31)+ 903TB + 25 Keterangan : AKGi = angka kebutuhan energi U = usia contoh (tahun) BB = berat badan contoh (kg), untuk contoh overweight digunakan berat badan sehat (WNPG 2004) TB = tinggi badan contoh (cm)
Setelah konsumsi energi dan zat-zat gizi diketahui, serta angka kebutuhan dan kecukupan contoh juga diketahui, selanjutnya dihitung Tingkat Kecukupan Gizi (TKG) terutama energi dan protein bagi setiap individu dengan menggunakan rumus sebagai berikut : TKGi = Ki / AKGi x 100% Keterangan : TKGi = tingkat kecukupan zat gizi i Ki = konsumsi zat gizi i AKGi = angka kebutuhan/kecukupan gizi berdasarkan berat badan
19
Definisi Operasional Contoh adalah siswa-siswi yang duduk di kelas 4 dan kelas 5 SD Bina Insani Bogor yang memiliki status gizi normal (persentil ke-5
yang
disiapkan
dalam
kuesioner.
Pengetahuan
gizi
dikategorikan rendah jika kurang dari 60% jawaban benar, sedang jika antara 60-80% jawaban benar dan tinggi jika lebih dari 80% jawaban benar (Khomsan 2000). Aktivitas Fisik adalah alokasi waktu (24 jam) yang dihabiskan oleh contoh normal dan gemuk untuk melakukan aktivitas fisik yang meliputi tidur, sekolah, menonton tv, les, main game/komputer dan kegiatan lainnya. Konsumsi snack dan pangan lainnya adalah adalah data mengenai frekuensi dan jumlah snack serta pangan lain yang dikonsumsi oleh contoh yang diketahui melalui food recall 2x24 jam. Makanan ringan / snack adalah makanan camilan yang berupa keripik kentang atau produk ekstrusi, biasa dimakan di luar waktu makan utama, terdapat tulisan snack atau makanan ringan pada kemasannya, misalnya Taro, Chitato, Piatos, Lays. Fast Food adalah makanan yang penyajiannya cepat dan singkat, seperti hamburger, pizza atau ayam goreng. Soft Drink adalah minuman olahan baik dalam bentuk bubuk atau cair yang berupa minuman karbonasi, non karbonasi atau air soda dalam kemasan yang siap dikonsumsi. Status Gizi Contoh adalah contoh yang berstatus gizi normal (persentil ke-5
20
Pendidikan orang tua adalah pendidikan formal yang telah diterima / ditempuh oleh ayah dan ibu remaja dan dikategorikan menjadi tidak sekolah, SD, SMP, SMA, akademi dan perguruan tinggi. Pendapatan orang tua adalah jumlah pendapatan orang tua contoh per bulan yang dihasilkan dari pekerjaan utama. Uang saku adalah jumlah pendapatan atau uang yang diperoleh siswa dari orang tua. Frekuensi Makan adalah tingkat keseringan konsumsi pangan contoh yang diukur dengan satuan kali per hari, minggu, dan bulan.
21
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Sekolah Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas 4 dan 5 di Sekolah Dasar Bina Insani. Pemilihan sekolah dilakukan secara purposive, yaitu sekolah dengan tingkat sosial ekonomi orangtua menengah ke atas dimana prevalensi siswa yang gemuk cukup banyak sehingga dapat mewakili jumlah minimal contoh yang diambil. Siswa kelas 4 dan 5 sengaja diambil karena siswa sudah dapat menjawab ataupun mengisi kuesioner yang diberikan. Siswa kelas 6 sengaja tidak diambil karena khawatir akan mengganggu konsentrasi siswa dalam menghadapi ujian akhir; sedangkan siswa kelas 3, 2 dan 1 juga tidak diambil sebagai contoh karena siswa dianggap belum memiliki pemahaman yang cukup untuk mengisi kuesioner yang diberikan. Sekolah Dasar Bina Insani terletak di Jalan KH. Sholeh Iskandar, Tanah Sareal Bogor. Sekolah ini mempunyai akses yang dekat dengan perumahan, rumah sakit dan Plaza. Sekolah ini dapat dilalui oleh beragam alat transportasi, seperti ojek, angkot dan bis kota. Sekolah Dasar Bina Insani dipimpin oleh kepala sekolah yang bergelar Magister. Jumlah guru/staf pengajarnya ada 53 orang, terdiri atas 22 orang guru laki-laki dan 32 orang guru perempuan. Para guru tersebut dibantu oleh 9 pegawai laki-laki dan 1 orang pegawai perempuan. Jumlah siswa kelas 4 dan kelas 5 seluruhnya ada 273 orang, terdiri atas 149 siswa kelas 4 dan 124 siswa kelas 5. Waktu belajarnya dimulai dari pukul 07.15 s.d pukul 14.30 untuk kelas 4,5 dan 6. Fasilitas yang dimiliki oleh sekolah meliputi fasilitas fisik, lahan dan non fisik. Fasilitas fisik yang dimiliki meliputi ruang kelas, ruang guru, perpustakaan, laboratorium, kantin, tempat ibadah, aula, gudang, toilet dan UKS. Fasilitas lahan yang ada terdiri atas lapangan olahraga,
taman,
kebun
sekolah
dan
lapangan
parkir.
Fasilitas
non
fisik/ekstrakurikuler yang ada di sekolah meliputi pramuka, paduan suara, karate, taekwondo, renang, sepak bola, drumband, Kelompok Ilmiah Anak, melukis, drama, tartil Qur’an, marawis, band cilik, jurnalistik, bahasa inggris, dan seni tari. Karakteristik Contoh Tabel 1 menjelaskan karakteristik contoh berdasarkan karakteristik individu dan status gizi contoh. Karakteristik individu yang diamati meliputi jenis kelamin, agama, suku, biaya transportasi/bulan, dan besar uang saku/bulan.
22
Tabel 1 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik individu dan status gizi Karakteristik Contoh Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total Suku Jawa Sunda Padang Betawi Palembang Lainnya Total Biaya transportasi/bulan (Rp/bulan) Rp.60000-Rp.150.000,00 Rp.150.000,00-Rp.300.000,00 ≥ Rp.300.000,00 Total Besar uang saku/bulan (Rp/bulan) < Rp.90.000,00 Rp.90.000,00-Rp.180.000,00 > Rp.180.000,00 Total
Normal n %
Status Gizi Gemuk N %
n
19 21 40
47,5 52,5 100
20 20 40
50 50 100
39 41 80
48,8 51,2 100
15 11 2 1 4 7 40
37,5 27,5 5 2,5 10 17,5 100
18 11 5 2 0 4 40
45 27,5 12,5 5 0 10 100
33 22 7 3 4 11 80
41,2 27,5 8,7 3,8 5 13,8 100
8 23 2 33
24 70 6 100
12 18 1 31
39 58 3 100
20 41 3 64
31 64 5 100
6 21 13 40
15 52,5 32,5 100
1 27 12 40
2,5 67,5 30 100
7 48 25 80
8,8 60 31,2 100
Total %
Jenis Kelamin, Agama, Usia dan Etnis Berdasarkan Tabel 1, diketahui bahwa jumlah contoh laki-laki dan perempuan pada contoh yang berstatus gizi gemuk adalah sama, sedangkan pada contoh berstatus gizi normal jumlah contoh laki-laki sedikit lebih kecil dibandingkan jumlah contoh perempuan. Contoh dalam penelitian ini berusia 911 tahun dan persentase terbesar pada usia 10 tahun pada kelompok normal (47,5%) dan contoh gemuk tersebar pada usia 10 tahun (47,5%) dan 11 tahun (47,5%). Seluruh contoh yang diambil beragama Islam. Sebagian besar contoh baik pada contoh berstatus gizi normal maupun gemuk berasal dari etnis Jawa (41,2%). Sebagian lagi berasal dari etnis Sunda (27,5%) dan sisanya ada yang berasal dari etnis Padang (8,7%), Betawi (3,8%), Palembang (5%) dan etnis lainnya seperti Makasar dan Bugis. Biaya Transportasi Biaya transportasi yang dikeluarkan oleh contoh adalah biaya yang dikeluarkan oleh contoh untuk membayar bus jemputan dari sekolah atau angkutan umum setiap bulannya. Sebesar 17,5% contoh normal dan 22,5% contoh gemuk memilih diantar dengan kendaraan pribadi menuju ke sekolah. Sisanya sebagian besar memilih menggunakan bus jemputan dari sekolah. Sebagian besar contoh normal dan gemuk mengeluarkan biaya transportasi
23
setiap bulan antara Rp.150.000-300.000. Rata-rata biaya transportasi yang dikeluarkan oleh seluruh contoh adalah sebesar Rp. 142.062,50±90.946. Hasil uji statistik (Independent Sample t-Test) menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata antara kedua contoh (p= 0.169). Biaya transportasi yang dikeluarkan oleh contoh tergolong cukup besar. Hal ini diduga karena sebagian besar contoh lebih memilih menggunakan bus jemputan yang disediakan oleh sekolah dimana besar biaya transportasi yang dikeluarkan tergantung jauh-dekatnya rumah contoh ke sekolah. Sebanyak 82,5% contoh berstatus gizi normal memilih menggunakan bus jemputan dan pada contoh berstatus gizi gemuk sebanyak 72,5% contoh yang memilih menggunakan bus jemputan. Hasil analisis Korelasi Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan antara biaya transportasi yang dikeluarkan dengan status gizi contoh (p>0.05). Uang Saku Uang saku merupakan bagian dari pengalokasian pendapatan keluarga yang diberikan pada anak untuk jangka waktu tertentu, seperti harian, mingguan, atau bulanan. Uang saku yang dimiliki seseorang akan mempengaruhi daya beli seseorang terhadap pangan. Sebagian besar contoh baik yang normal (52,5%) maupun yang gemuk (67,5%) memperoleh uang saku yang berkisar antara Rp.90.000,00-180.000,00/bulan. Rata-rata besar uang saku contoh yang normal maupun yang gemuk adalah Rp. 186.750,00±97.439,00. Relatif besarnya uang saku yang diberikan kepada kedua contoh diduga karena sebagian besar contoh berasal dari keluarga yang mempunyai pendapatan tinggi. Hasil uji statistik (Independent Sample t-Test) menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata antara besar uang saku pada kedua contoh (p= 0.276). Hal ini diduga karena contoh relatif homogen. Hasil analisis Korelasi Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan antara besar uang saku dengan status gizi contoh (p>0.05). Karakteristik Keluarga Contoh Tabel 2 menjelaskan tentang karakteristik keluarga contoh yang dilihat berdasarkan jumlah anggota keluarga, status gizi anggota keluarga, keberadaan kakak/adik yang gemuk serta jumlah saudara kandung yang gemuk.
24
Tabel 2 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik keluarga contoh dan status gizi Karakteristik Keluarga Contoh Jumlah Anggota Keluarga 1-4 orang 5-6 orang ≥ 7 orang Total Status Gizi Anggota Keluarga Contoh * Ayah Gemuk * Ibu Gemuk ** Kakak/Adik Gemuk Jumlah Saudara Kandung yang Gemuk 1 orang 2 orang Total Status Gizi Pasangan Orangtua* Keduanya Normal Salah Satu Gemuk Keduanya Gemuk Total * **
Normal n %
Status Gizi Gemuk n %
Total n
%
20 19 1 40
50 47,5 2,5 100
22 17 1 40
55 42,5 2,5 100
42 36 2 80
52,5 45 2,5 100
19 10 15
47,5 25 37,5
18 17 16
45 42,5 40
37 27 31
46,3 33,8 38,8
10 5 15
66,7 33,3 100
10 6 16
62,5 37,5 100
20 11 31
64,5 35,5 100
17 17 6 40
42,5 42,5 15 100
14 17 9 40
35 42,5 22,5 100
31 34 15 80
38,8 42,5 18,8 100
= berdasarkan kuesioner yang diisi oleh orangtua = berdasarkan persepsi contoh
Jumlah Anggota Keluarga Besar keluarga menurut BKKBN (1998) dibagi menjadi keluarga kecil jika jumlah anggota keluarga ≤ 4 orang, sedang jika 5-6 orang, dan besar jika ≥ 7 orang. Besar keluarga kedua kelompok contoh tersebar pada kelompok keluarga kecil dan sedang. Menurut Suhardjo (1996), semakin banyak anggota keluarga, maka makanan untuk setiap orang akan berkurang. Akan tetapi dalam hal ini maka besar keluarga tidak menjadi faktor utama yang berpengaruh besar terhadap konsumsi pangan contoh. Hal ini diduga karena contoh berasal dari keluarga yang tingkat pendapatan orangtuanya tergolong menengah ke atas. Hasil uji statistik menunjukkan tidak adanya perbedaan yang nyata antara besar keluarga contoh normal dan contoh gemuk (p>0.05). Hasil analisis Korelasi Spearman menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jumlah anggota keluarga dengan status gizi contoh (p= 0.688). Persepsi dan Status Gizi Orangtua Contoh Persepsi adalah cara pandang/cara menilai seseorang terhadap sesuatu. Persepsi contoh mengenai status gizi orangtua ditanyakan untuk menilai apakah contoh dapat mempersepsikan dengan baik status gizi orangtua. Persepsi contoh
25
akan dibandingkan dengan status gizi orangtua sebenarnya berdasarkan data berat badan dan tinggi badan yang diperoleh melalui kuesioner yang diisi oleh orangtua contoh. Sebagian besar contoh normal (55%) dan sebagian besar contoh gemuk (57,5%) menilai bahwa ayah mereka memiliki status gizi normal. Begitu pula dengan persepsi mereka terhadap status gizi ibu. Sebagian besar dari contoh gemuk (52,5%) dan contoh normal (50%) menilai bahwa ibu mereka berstatus gizi normal. Berdasarkan data berat badan dan tinggi badan orangtua contoh yang dikumpulkan melalui kuesioner yang diisi langsung oleh orangtua contoh, diketahui bahwa sebesar 52,5% ayah contoh normal dan sebesar 55% ayah contoh gemuk berstatus gizi normal (dilihat dari nilai IMT). Begitu pula dengan status gizi ibu. Sebesar 75% ibu contoh normal dan sebesar 57,5% ibu contoh gemuk berstatus gizi normal. Apabila dilihat berdasarkan pasangan status gizi kedua orangtua contoh, maka pada contoh normal, sebagian besar berasal dari pasangan orangtua dengan status gizi normal (42,5%) dan salah satu dari orangtua berstatus gizi gemuk (42,5%). Sementara itu pada contoh gemuk cukup beragam, dimana sebesar 42,5% contoh berasal dari pasangan orangtua berstatus gizi gemuk, 35% berasal dari pasangan orangtua dengan status gizi normal dan sebesar 22,5% berasal dari pasangan orangtua dengan status gizi keduanya gemuk. Penelitian di Amerika menunjukan bahwa obes pada usia 1-2 tahun dengan orangtua normal, sekitar 8% menjadi dewasa obes, sedangkan obes pada usia 10-14 tahun dengan salah satu orangtuanya obes, 79% akan menjadi dewasa obes (Hidayah et al. 2006). Hal senada diungkapkan Hadi et al. (2004), bahwa kegemukan pada orangtua secara signifikan berperan sebagai prediktor kegemukan pada anak. Anak dengan orangtua gemuk memiliki risiko lebih besar daripada anak yang orangtuanya tidak memiliki riwayat obes. Hasil analisis Korelasi Pearson menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara nilai IMT contoh dengan nilai IMT ibu (p=0.039). Hal ini berarti semakin tinggi nilai IMT ibu, maka nilai IMT contoh juga semakin tinggi. Keberadaan dan Jumlah Saudara Kandung yang Gemuk Sebagian besar contoh normal (62,5%) dan gemuk (60%) menyatakan tidak memiliki saudara kandung yang gemuk (berdasarkan persepsi contoh). Sementara itu, ketika ditanyakan lebih lanjut baik pada contoh normal maupun gemuk yang menyatakan memiliki saudara kandung yang berstatus gizi gemuk, diketahui sebesar 62,5% contoh gemuk dan 66,7% contoh normal memiliki
26
jumlah saudara kandung (adik/kakak) yang gemuk sebanyak satu orang. Sisanya baik pada contoh gemuk ataupun normal memiliki saudara kandung yang gemuk sebanyak dua orang. Hasil analisis Korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara jumlah saudara kandung yang gemuk dengan status gizi contoh (p=0.001). Hal ini berarti semakin banyak saudara kandung yang gemuk, maka status gizi contoh juga semakin mendekati gemuk. Kondisi Sosial Ekonomi Keluarga Menurut Suhardjo (1996), semakin banyak anggota keluarga, maka makanan untuk setiap orang akan berkurang. Tingkat pendidikan orangtua yang baik akan memungkinkan orangtua dapat memantau dan menerima informasi tentang kesehatan anaknya. Tingkat pendidikan akan berpengaruh terhadap pangan yang dipilih untuk dikonsumsi sehari-hari (Soetjiningsih 1994). Tabel 3 menguraikan kondisi sosial ekonomi keluarga contoh yang dilihat berdasarkan tingkat pendidikan ayah dan ibu, pekerjaan ayah dan ibu serta penghasilan ayah dan ibu. Data mengenai pendidikan terakhir orangtua, pekerjaan dan penghasilan orangtua per bulan didapatkan dengan memberikan kuesioner kepada orangtua contoh. Sebagian besar ayah contoh berpendidikan terakhir Strata 1 (S1) dan S2. Begitu juga dengan pendidikan terakhir ibu. Sebesar 42,5% ibu contoh normal dan sebesar 52,5% ibu contoh gemuk berpendidikan terakhir S1. Menurut Engel et al. (1994), tingkat pendidikan akan berhubungan dengan jenis pekerjaan seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan, maka kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan yang layak semakin besar. Sebagian besar ayah contoh (56,2%) bekerja sebagai pegawai swasta; sedangkan sebagian besar ibu contoh (46,2%) bekerja sebagai ibu rumah tangga. Jenis pekerjaan akan mempengaruhi pendapatan seseorang. Tingkat pendapatan keluarga sangat berpengaruh terhadap konsumsi energi keluarganya. Hasil uji statistik menunjukkan tidak adanya perbedaan yang nyata antara tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan orangtua contoh normal dan contoh gemuk (p>0.05). Pendapatan keluarga adalah jumlah semua hasil perolehan yang didapat oleh anggota keluarga dalam bentuk uang sebagai hasil pekerjaan yang dinyatakan dalam pendapatan per kapita. Pendapatan menentukan daya beli terhadap pangan dan fasilitas lain, seperti pendidikan, perumahan, kesehatan dan lain-lain (Hardinsyah 1997). Sebagian besar penghasilan ayah kedua contoh
27
berada pada nilai < Rp. 10.000.000,00 dan penghasilan ibu kedua contoh berada pada nilai < Rp. 3000.000,00. Tabel 3 Sebaran contoh berdasarkan kondisi sosial ekonomi keluarga dan status gizi Kondisi Sosial Ekonomi Keluarga Tingkat pendidikan ayah SMA Diploma S1 S2 S3 Total Tingkat pendidikan ibu SMA Diploma S1 S2 S3 Total Pekerjaan ayah PNS/ABRI/ Pegawai Swasta/BUMN Wiraswasta Lainnya Total Pekerjaan ibu PNS/ABRI/ Pegawai Swasta/BUMN Wiraswasta Ibu rumah tangga Lainnya Total Penghasilan ayah < Rp,10,000,000,00 Rp10,000,000,00-Rp,25,000,000,00 > Rp, 25,000,000,00 Total Penghasilan ibu < Rp,3,000,000,00 Rp,3,000,000,00-10,000,000,00 > Rp,10,000,000,00 Total
Normal n %
Status Gizi Gemuk n %
n
2 4 18 14 2 40
5 10 45 35 5 100
2 5 17 14 2 40
5 12,5 42,5 35 5 100
4 9 35 28 4 80
5 11,2 43,8 35 5 100
6 10 17 7 0 40
15 25 42,5 17,5 0 100
5 9 21 3 2 40
12,5 22,5 52,5 7,5 5 100
11 19 38 10 2 80
13,7 23,7 47,5 12,5 2,5 100
11 20 6 3 40
27,5 50 15 7,5 100
8 25 6 1 40
20 62,5 15 2,5 100
19 45 12 4 80
23,8 56,2 15 5 100
12 5 6 15 2 40
30 12,5 15 37,5 5 100
10 6 0 22 2 40
25 15 0 55 5 100
22 11 6 37 4 80
27,5 13,8 7,5 46,2 5 100
25 12 3 40
62,5 30 7,5 100
21 16 3 40
52,5 40 7,5 100
46 27 7 80
57,5 33,7 8,8 100
27 11 2 40
67,5 27,5 5 100
27 12 1 40
67,5 30 2,5 100
54 23 3 80
67,5 28,8 3,7 100
Total %
Berdasarkan hasil kuesioner yang diberikan kepada orangtua contoh, diketahui bahwa rata-rata besar pendapatan ayah contoh adalah sebesar Rp.9.903.750±9.307.346. sedangkan rata-rata pendapatan ibu contoh adalah sebesar Rp. 2.503.750±3.501.950. Persentase tingkat pendapatan ayah contoh yang gemuk dengan kategori sedang ke atas lebih tinggi dibandingkan dengan contoh normal. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Padmiari dan Hadi (2003)
28
yang menunjukkan bahwa kejadian obesitas terdapat pada keluarga yang mempunyai pendapatan yang tinggi atau golongan menengah ke atas. Hasil uji statistik (Independent Sample t-Test) menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata antara kedua contoh (p>0.05). Hasil analisis Korelasi Spearman juga menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dan penghasilan orangtua dengan status gizi contoh (p>0.05). Tingkat Pengetahuan Gizi Pengetahuan gizi adalah kemampuan kognitif serta pemahaman contoh tentang gizi. Pengetahuan gizi diukur dari kemampuan contoh dalam menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan gizi secara umum, snack, dan obesitas yang disiapkan dalam kuesioner. Terdapat 20 buah pertanyaan pilihan berganda dengan memilih jawaban yang paling benar (Correct-Answer Multiple Choice) serta 10 pernyataan mengenai sikap gizi. Pertanyaan yang diberikan mencakup gizi secara umum (10 soal), snack (5 soal) dan obesitas (5 soal). Tabel 4 menjelaskan mengenai persentase jawaban dari setiap pertanyaan yang dapat dijawab benar oleh contoh. Sebagian pertanyaan tentang gizi umum dapat dijawab benar oleh contoh. Adapun pertanyaan yang relatif tidak dapat dijawab contoh adalah bahan pangan sumber protein hewani (58,8%), zat gizi pengganti sel-sel yang rusak (32,2%), pangan sumber protein (60%), fungsi protein (38,8%), dan kandungan mineral dalam garam (63,8%). Pertanyaan tersebut tidak bisa dijawab oleh sebagian contoh diduga karena contoh belum paham dan belum mendapatkan materi tentang gizi di sekolah. Pertanyaan mengenai snack dari lima pertanyaan hanya dua pertanyaan yang bisa dijawab benar oleh sebagian besar contoh. Pertanyaan tentang snack yang tidak dapat dijawab benar oleh sebagian besar contoh adalah mengenai zat gizi yang dominan terdapat dalam snack (42,5%), mineral yang terdapat dominan pada snack (30%), dan mengenai risiko akibat mengonsumsi snack berlebihan (46,3%). Sebagian besar pertanyaan tentang snack tidak dapat dijawab dengan benar oleh sebagian contoh diduga karena contoh belum memahami/mengenal tentang snack dengan baik. Pertanyaan mengenai obesitas sebagian dapat dijawab benar oleh contoh. Pertanyaan yang tidak dapat dijawab benar oleh sebagian contoh adalah mengenai siapa saja yang berisiko mengalami obesitas (48,8%) dan mengenai bahaya obesitas (48,8%). Contoh masih belum memahami tentang risiko
29
obesitas yang bisa menyerang siapa saja. Contoh lebih mengetahui bahwa obesitas hanya terjadi pada orangtua dan remaja saja. Tabel 4
Sebaran contoh berdasarkan jawaban pertanyaan yang benar dan status gizi
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Kategori Soal
n
Gizi Umum Zat gizi yang diperlukan oleh tubuh Contoh bahan pangan sumber protein nabati Contoh bahan pangan sumber protein hewani Kandungan vitamin dalam sinar matahari Zat gizi yang berperan mengganti sel yang rusak Makanan sumber karbohidrat pangan sumber protein Fungsi utama protein Risiko akibat kelebihan lemak dalam tubuh Mineral yang terkandung dalam garam yang baik Snack Pengertian snack Zat gizi yang dominan ada dalam snack Mineral yang dominan ada dalam snack Risiko akibat konsumsi snack berlebihan Peran snack sebagai makanan selingan Obesitas Kata lain dari kegemukan Siapa saja yang mungkin terkena obesitas Bahaya obesitas Pola konsumsi pangan untuk yang obesitas Salah satu cara mengatasi obesitas
Normal %
n
Gemuk %
n
Total %
32
80
26
65
58
72,5
27
67,5
20
50
47
58,8
35
87,5
31
77,5
66
82,5
27
67,5
29
72,5
56
70
11
27,5
15
37,5
26
32,5
34 27 15
85 67,5 37,5
32 21 16
80 52,5 40
66 48 31
82,5 60 38,8
37
92,5
37
92,5
74
92,5
27
67,5
24
60
51
63,8
40 12 9 12 35
100 30 22,5 30 87,5
40 22 15 25 34
100 55 37,5 62,5 85
80 34 24 37 69
100 42,5 30 46,3 86,3
28
70
32
80
60
75
17
42,5
22
55
39
48,8
13
32,5
26
65
39
48,8
27
67,5
37
92,5
64
80
39
97,5
40
100
79
98,8
Sikap gizi merupakan kecenderungan seseorang untuk menyetujui atau tidak menyetujui terhadap suatu pernyataan (statement) yang diajukan. Terdapat 10 pernyataan yang diajukan yang mencakup tentang manfaat sarapan, aktivitas fisik, konsumsi buah dan sayur, ciri orang sehat dan konsumsi snack. Tabel 5 menguraikan sebaran contoh menurut status gizi dan kecenderungan contoh dalam menilai pernyataan yang terkait dengan gizi, perilaku sehat dan konsumsi snack. Sebagian
besar
contoh
baik
normal
maupun
gemuk
memiliki
kecenderungan memahami pernyataan yang terkait dengan sikap gizi dengan baik. Terlihat dari tingginya persentase contoh normal ataupun gemuk yang memahami akan pentingnya mengonsumsi pangan 3B, manfaat sarapan,
30
manfaat aktivitas fisik serta manfaat mengonsumsi buah dan sayur. Akan tetapi, ternyata pemahaman contoh baik normal ataupun gemuk mengenai ciri orang sehat serta peranan makanan ringan sebagai pengganti nasi dan sarapan masih tergolong sedang. Hal ini terlihat dari cukup besarnya persentase contoh normal (27.5%) dan contoh gemuk (32.5%) yang masih ragu dalam menilai apakah gemuk sebagai satu ciri orang sehat. Hal yang sama juga terlihat terkait dengan pernyataan makanan ringan sebagai pengganti sarapan dan nasi, dimana persentase contoh yang masih ragu apakah hal tersebut baik atau tidak cukup besar. Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan status gizi dan kecenderungan terhadap pernyataan yang terkait dengan sikap gizi No
Kategori Pernyataan
S n
%
Normal TS n %
RG n
S %
Manfaat mengonsumsi 1 pangan 3B (bergizi, 37 92,5 0 0 3 7,5 beragam, berimbang) 2 Manfaat sarapan 35 87,5 2 5 3 7,5 3 Manfaat aktivitas fisik 33 82,5 0 0 7 17,5 Konsumsi makanan 4 2 5 29 72,5 9 22,5 ringan berlebih Menghabiskan waktu terlalu lama untuk 5 3 7,5 30 75 7 17,5 menonton tv/main games Manfaat 6 39 97,5 1 2,5 0 0 mengonsumsi sayur Manfaat 7 mengonsumsi buah34 85 4 10 2 5 buahan Gemuk sebagai ciri 8 2 5 27 67,5 11 27,5 orang yang sehat Peningkatan konsumsi makanan 9 5 12,5 24 60 10 25 ringan sebagai pengganti nasi Makanan ringan 10 sebagai pengganti 7 17,5 26 65 7 17,5 sarapan Keterangan : S = Setuju; TS = Tidak setuju; Rg = Ragu-ragu
n
%
Gemuk TS n %
RG n
%
38
95
0
0
2
5
36 35
90 87,5
1 1
2,5 2,5
3 4
7,5 10
0
0
31
77,5
9
22,5
4
10
29
72,5
7
17,5
39
97,5
0
0
1
2,5
33
82,5
6
15
1
2,5
6
15
21
52,5
13
32,5
3
7,5
30
75
7
17,5
6
15
25
62,5
9
22,5
Setiap jawaban yang benar dari pertanyaan tentang pengetahuan gizi diberikan skor 1 dan jika jawaban contoh salah diberikan skor 0, sehingga total skor adalah 20. Pengetahuan gizi contoh dikategorikan rendah jika kurang dari 60% jawaban benar, sedang jika antara 60-80% jawaban benar dan tinggi jika lebih dari 80% jawaban benar (Khomsan 2000). Mengenai sikap gizi contoh, diberikan skor 1 jika jawaban benar, skor -1 jika jawaban salah dan skor 0 jika menjawab ragu-ragu. Sikap gizi contoh dikategorikan rendah jika kurang dari
31
60% jawaban benar, sedang jika antara 60-80% jawaban benar dan tinggi jika lebih dari 80% jawaban benar (Khomsan et al 2009). Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pengetahuan gizi dan sikap gizi Pengetahuan dan Sikap Gizi Contoh Pengetahuan Gizi Tinggi (> 80%) Sedang (60%-80%) Rendah (≤ 60%) Total Pemahaman Sikap Gizi Tinggi (> 8) Sedang (6-8) Rendah (≤ 6) Total
Normal n %
Status Gizi Gemuk n %
Total n
%
6 15 19 40
15 37,5 47,5 100
7 20 13 40
17,5 50 32,5 100
13 35 32 80
16,2 43,8 40 100
11 22 7 40
27,5 55 17,5 100
9 20 11 40
22,5 50 27,5 100
20 42 18 80
25 52,5 22,5 100
Sebesar 37,5% contoh normal memiliki tingkat pengetahuan gizi sedang dan sebesar 47,5% memiliki tingkat pengetahuan gizi yang rendah. Hanya 15% contoh normal yang memiliki tingkat pengetahuan gizi tinggi. Pada contoh gemuk, sebesar 50% contoh memiliki tingkat pengetahuan gizi sedang, 32,5% memiliki tingkat pengetahuan gizi rendah dan sisanya 17,5% memiliki tingkat pengetahuan gizi tinggi. Secara keseluruhan maka sebesar 40% contoh memiliki tingkat pengetahuan gizi rendah, 43,8% contoh memiliki tingkat pengetahuan gizi sedang dan hanya 16,2% contoh yang memiliki tingkat pengetahuan gizi yang tinggi. Hasil analisis Korelasi Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan gizi dengan status gizi contoh (p>0.05). Sebagian besar contoh normal memiliki sikap gizi sedang (55%). Begitu juga pada contoh gemuk, sebesar 50% contoh memiliki tingkat pemahaman akan sikap gizi sedang. Hasil uji statistik (Independent Sample t-test) menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata pada tingkat pengetahuan gizi (p= 0.184) dan pemahaman sikap gizi kedua contoh (p= 0.957). Hasil analisis Korelasi Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan antara tingkat pemahaman sikap gizi dengan status gizi contoh (p>0.05). Kebiasaan Makan Kebiasaan makan adalah cara individu atau kelompok individu memilih pangan dan mengonsumsi sebagai reaksi terhadap pengaruh fisiologi, psikologi, dan sosial budaya (Suhardjo 1994). Kebiasaan makan adalah faktor penting yang mempengaruhi status gizi dan kesehatan. Kebiasaan makan yang jelek
32
dicerminkan dengan terjadinya kelebihan asupan dan penyakit akibat gizi (Atmarita 2005). Tabel 7 menjelaskan mengenai kebiasaan makan contoh yang dilihat berdasarkan frekuensi makan, kebiasaan sarapan, makanan yang biasa dikonsumsi saat sarapan, kebiasaan minum susu, jumlah susu yang biasa diminum, kebiasaan membawa bekal dan cara makan siang. Sebagian besar contoh normal dan gemuk terbiasa makan tiga kali sehari. Lebih dari 80% contoh baik pada contoh gemuk ataupun normal terbiasa melakukan sarapan sebelum berangkat ke sekolah. Sebesar 63,6% pada contoh normal dan sebesar 65,6% pada contoh gemuk biasa mengonsumsi nasi dan lauk pauk sebagai menu pada saat sarapan (Tabel 7). Hal ini sesuai dengan hasil recall dimana sebesar 65% contoh gemuk dan 50% contoh normal sarapan dengan nasi dan lauk pauk. Hasil uji statistik menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata mengenai frekuensi makan, kebiasaan sarapan, dan jenis makanan yang dikonsumsi saat sarapan antara kedua kelompok contoh (p>0.05). Hasil analisis Korelasi Spearman menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara frekuensi makan, kebiasaan sarapan, dan jenis makanan yang dikonsumsi saat sarapan dengan status gizi (p>0.05). Sebagian besar contoh normal dan gemuk terbiasa minum susu setiap hari. Rata-rata sebagian besar contoh mengonsumsi susu sebanyak satu gelas setiap hari (61,8%). Berdasarkan hasil recall diketahui jenis susu yang paling banyak dikonsumsi baik oleh contoh gemuk (28,6%) maupun contoh normal (30,6%) adalah susu bubuk milo. Mengacu pada DKBM (2008) diketahui bahwa susu Milo merupakan jenis susu yang tinggi kalori, protein dan karbohidrat. Kandungan energi per 100 g susu Milo adalah sebesar 382 Kalori; protein sebesar 12,6 g, lemak 2,7 g dan kandungan karbohidrat sebesar 474,6 g. Berdasarkan hasil uji statistik (Independent Sample t-Test), diketahui terdapat perbedaan yang nyata antara jumlah susu yang biasa diminum setiap hari antara kedua contoh (p=0.046) dimana contoh gemuk lebih banyak yang mengonsumsi susu satu gelas setiap harinya dibandingkan dengan contoh normal. Hasil analisis Korelasi Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan antara kebiasaan meminum susu dengan status gizi (p>0.05). Sebagian besar contoh normal terbiasa membawa bekal ke sekolah setiap hari, sedangkan pada contoh gemuk sebesar 65% contoh tidak terbiasa membawa bekal ke sekolah. Hasil analisis Korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara kebiasaan membawa bekal dengan
33
status gizi contoh. Artinya, semakin sering contoh membawa bekal, maka status gizi contoh semakin mendekati gemuk. Hal ini dikarenakan bekal yang diberikan berupa makanan berat sumber energi dan protein seperti nasi, nugget, dan ayam goreng. Hasil analisis Korelasi Spearman juga menunjukkan terdapat hubungan negatif yang signifikan antara kebiasaan membawa bekal dengan besar uang saku (p= 0.037). Artinya bahwa apabila contoh membawa bekal maka kemungkinan uang saku yang dibawa/diberikan semakin kecil. Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan makan dan status gizi Kebiasaan Makan Frekuensi makan dalam sehari 2 kali 3 kali 4 kali Total Kebiasaan sarapan setiap hari Ya Tidak Total Makanan yang biasa dikonsumsi saat sarapan Nasi dan lauk pauk Bubur ayam Mie rebus/goreng Sereal Lainnya Total Kebiasaan minum susu setiap hari Ya Tidak Total Jumlah susu yang biasa diminum setiap hari 1 gelas 2 gelas 3 gelas Total Kebiasaan membawa bekal ke sekolah Ya Tidak Total Cara makan siang Bekal dari rumah Jajan dari kantin Makanan catering Total
Normal n %
Status Gizi Gemuk n %
Total n
%
4 33 3 40
10 82,5 7,5 100
9 30 1 40
22,5 75 2,5 100
13 63 4 80
16,2 78,8 5 100
33 7 40
82,5 17,5 100
32 8 40
80 20 100
65 15 80
81,2 18,8 100
21 2 0 8 2 33
63,6 6,1 0 24,2 6,1 100
21 0 4 4 3 32
65,6 0 12,5 12,5 9,4 100
42 2 4 12 5 65
64,6 3,1 6,2 18,5 7,7 100
27 13 40
67,5 32,5 100
28 12 40
70 30 100
55 25 80
68,8 31,2 100
14 9 4 27
51,9 33,3 14,8 100
20 8 0 28
71,4 28,6 0 100
34 17 4 55
61,8 30,9 7,3 100
20 20 40
50 50 100
14 26 40
35 65 100
34 46 80
42,5 57,5 100
7 27 6 40
17,5 67,5 15 100
12 19 9 40
30 47,5 22,5 100
19 46 15 80
23,8 57,5 18,7 100
Contoh normal maupun contoh gemuk ternyata terbiasa makan siang di kantin (jajan). Sebesar 67,5% contoh normal memperoleh makanan untuk makan siang dengan jajan ke kantin. Begitu juga dengan contoh gemuk, sebesar 47,5% memperoleh makanan untuk makan siang dengan jajan ke kantin. Hasil uji
34
statistik (Independent Sample t-Test) menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata antara kedua contoh (p>0.05). Kebiasaan Mengonsumsi Snack Makanan ringan atau snack adalah istilah bagi makanan yang bukan merupakan menu utama (makan pagi, makan siang atau makan malam), yang dimaksudkan untuk menghilangkan rasa lapar seseorang untuk sementara waktu. Harper (1981), membagi makanan ringan menjadi dua kelompok makanan ringan. Kelompok pertama meliputi produk konvensional seperti keripik singkong, keripik kentang dan krakers. Kelompok kedua adalah makanan ringan yang diolah melalui proses ekstrusi. Tabel 8 menguraikan sebaran contoh berdasarkan kebiasaan mengonsumsi snack, minuman ringan, fast food, serta alasan mengonsumsinya. Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan mengonsumsi snack,minuman ringan, fast food, alasan mengonsumsi dan status gizi Status Gizi Kebiasaan Mengonsumsi Makanan Ringan, Minuman Ringan, Fast Normal Gemuk Food, dan Alasan Konsumsi n % n % Kebiasaan Mengonsumsi Makanan Ringan Ya 38 95 37 92,5 Tidak 2 5 3 7,5 Total 40 100 40 100 * Makanan Ringan yang Disukai Keripik Kentang 31 36.9 45 50 Produk Ekstrusi 38 45.2 34 37.8 Biskuit 12 14.3 8 8.9 Lainnya 3 3.6 3 3.3 Kebiasaan Mengonsumsi Minuman Ringan Ya 36 90 32 80 Tidak 4 10 8 20 Total 40 100 40 100 * Minuman Ringan yang Disukai Minuman Berkarbonisasi 20 32.8 17 32.1 Minuman Non Berkarbonasi 33 54.1 28 52.8 Susu Bantal 8 13.1 8 15.1 Kebiasaan Mengonsumsi Fast Food 34 85 32 80 Ya Tidak 6 15 8 20 Total 40 100 40 100 * Fast Food yang Disukai Hamburger 14 23,0 8 14,3 Fried Chicken 23 37,7 15 26,8 Pizza 18 29,5 17 30,4 Potato Fries 5 8,2 10 17,9 Alasan Mengonsumsi Makanan dan Minuman Ringan Enak 36 90 29 72,5 Praktis 4 10 8 20 Mudah didapat 0 0 1 2,5 Murah 0 0 2 5 Total 40 100 40 100 * = contoh boleh memilih lebih dari satu jenis snack/soft drink/fast food
Total n
% 75 5 80
93,8 6,2 100
76 72 20 6
43.7 41.4 11.5 3.4
68 12 80
85 15 100
37 61 16
32.5 53.5 14.0
66 14 80
82,5 17,5 100
22 38 35 15
18,8 32,5 29,9 12,8
65 12 1 2 80
81,3 15 1,2 2,5 100
35
Sebesar 95% contoh normal dan 92,5% contoh gemuk menyatakan suka mengonsumsi makanan ringan. Dari beberapa jenis kelompok makanan ringan, maka sebagian besar contoh normal lebih banyak yang menyukai makanan ringan berupa produk ekstrusi (45,2%). Hal ini berbeda dengan contoh gemuk. Sebagian besar dari contoh gemuk lebih banyak yang menyukai makanan ringan berupa keripik kentang (50%0. Pada contoh normal, jenis makanan ringan produk ekstrusi yang paling disukai adalah makanan ringan merek Taro (20,2%), sedangkan makanan ringan yang berupa keripik kentang yang paling banyak disukai oleh contoh gemuk adalah makanan ringan merek Chitato (20,9%). Minuman ringan (soft drink) adalah minuman yang tidak mengandung alkohol, merupakan minuman olahan dalam bentuk bubuk atau cair yang mengandung bahan makanan dan atau bahan tambahan lainnya baik alami maupun sintetik yang dikemas dalam kemasan siap untuk dikonsumsi. Menurut Thonner dan Hezberg (1978), minuman ringan dibagi menjadi tiga kategori yaitu : 1. Minuman bergas (carbonated), yakni jenis minuman yang mengandung gula, asam, flavour dan konsentrat. 2. Minuman tidak bergas (non carbonated), yakni jenis minuman yang meliputi sari buah dan teh. 3. Minuman gas yang tidak mengandung gula, asam atau essence (sparkling water) seperti air soda. Dalam penelitian ini kelompok minuman bergas yang diteliti meliputi Coca Cola/Fanta/Sprite, sedangkan minuman tidak bergas meliputi Teh botol, Frutang, Ale-ale, dan Okky Jelly. Sebagian besar contoh baik contoh normal (90%) maupun contoh gemuk (80%) menyukai mengonsumsi minuman ringan. Dari beberapa jenis kelompok minuman ringan mengacu pada Thonner dan Hezberg (1978), maka kelompok minuman non karbonasi adalah jenis minuman ringan yang disukai oleh sebagian besar contoh (53,5%). Jenis minuman ringan non karbonasi yang paling banyak disukai adalah adalah Teh Botol Sosro (60,7%). Dalam 100 ml Teh Botol mengandung energi sebesar 35 kalori dan karbohidrat sebesar 6,7 g. Hasil analisis Korelasi Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan antara kebiasaan mengonsumsi soft drink dengan status gizi contoh (p>0.05). Akan tetapi, hasil analisis korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara jumlah snack yang dikonsumsi dengan jumlah soft drink
36
yang dikonsumsi (p=0.0001). Hal ini berarti bahwa semakin banyak jenis snack yang dikonsumsi, maka semakin banyak juga jenis soft drink yang dikonsumsi. Fast food adalah makanan yang penyajian cepat dan singkat. Fast food sendiri masih tergolong kedalam junk food. Secara umum, fast food mengandung lemak tinggi seperti hamburger, pizza, ayam goreng (terutama yang digoreng dengan kulitnya). Lebih dari 80% contoh baik pada contoh normal ataupun gemuk menyatakan suka mengonsumsi fast food. Dari beberapa jenis fast food yang dituliskan dalam kuesioner, pada contoh normal, jenis fast food yang paling banyak dikonsumsi adalah Fried Chicken (37,7%), diikuti oleh Pizza (29,5%) dan Hamburger (23,0%); sedangkan pada contoh gemuk jenis fast food yang paling banyak disukai adalah Pizza (30,4%), diikuti oleh Fried Chicken (26,8%), Potato Fries (17,9%), dan Hamburger (14,3%). Hasil analisis korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara jumlah snack dan soft drink yang dikonsumsi dengan jumlah jenis fast food yang dikonsumsi (p=0.002). Hal ini berarti semakin banyak jenis snack yang dikonsumsi, maka jenis fast food yang dikonsumsi juga semakin banyak. Hasil analisis Korelasi Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan antara kebiasaan mengonsumsi fast food dengan status gizi contoh (p>0.05). Secara umum, sebagian besar contoh menyatakan enak sebagai alasan kenapa suka mengonsumsi snack dan minuman ringan (81,2%). Sebagian kecil lainnya menyatakan praktis (15%) sebagai satu alasan kenapa contoh suka mengonsumsi makanan dan minuman ringan tersebut. Hasil uji statistik (Independent Sample t-Test) menunjukkan adanya perbedaan yang nyata mengenai alasan mengonsumsi snack dan soft drink antara contoh normal dan gemuk, dimana contoh gemuk memiliki alasan yang lebih beragam dibandingkan contoh normal. Frekuensi Konsumsi Pangan Faktor-faktor dasar yang mempengaruhi jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi oleh seseorang adalah rasa lapar atau kenyang, selera atau reaksi cita rasa, motivasi, ketersediaan pangan, suku bangsa, agama, status sosial ekonomi dan pendidikan (Riyadi 1996). Frekuensi makan diukur alam satuan kali per hari, kali per minggu maupun kali per bulan. Frekuensi makan pada orang dengan kondisi sosial ekonomi mampu lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang kondisi ekonominya lemah. Hal ini disebabkan karena orang yang memiliki kemampuan ekonomi yang tinggi memiliki daya beli yang tinggi sehingga dapat
37
mengonsumsi makanan dengan frekuensi yang lebih tinggi (Khomsan et al 1998). Data ukuran dan frekuensi yang dikumpulkan meliputi snack, fast food, soft drink dan pangan lainnya seperti pangan hewani (daging ayam, daging sapi, telur, ikan dan hati), pangan nabati (tahu dan tempe) serta buah, sayur dan susu. Data ukuran dan frekuensi konsumsi selama 1 bulan terakhir dikumpulkan dengan menggunakan Food Frequency Questionnaire (Gibson 1990). Ukuran dikelompokan menjadi kecil, sedang, dan besar; sedangkan frekuensi konsumsi dikelompokkan menjadi tidak pernah, 1-3 kali / bulan, 1-2 kali / minggu, 3-5 kali / minggu dan 6-7 kali / minggu. Makanan ringan atau snack adalah istilah bagi makanan yang bukan merupakan menu utama (makan pagi, makan siang atau makan malam). Harper (1981), membagi makanan ringan menjadi dua kelompok makanan ringan. Kelompok pertama meliputi produk konvensional seperti keripik singkong, keripik kentang dan cracker. Kelompok kedua adalah makanan ringan yang diolah melalui proses ekstrusi. Makanan ringan esktrudat adalah makanan ringan yang dibuat melalui proses ekstrusi dari bahan baku tepung dan pati untuk pangan dengan penambahan bahan makanan lain serta bahan tambahan makanan lain yang diijinkan dengan atau tanpa melalui proses penggorengan (Badan Standarisasi Nasional 2000). Ekstrusi adalah suatu proses dimana bahan dipaksakan oleh sistem ulir untuk mengalir dalam suatu ruangan yang sempit sehingga akan mengalami pencampuran dan pemasakan sekaligus (Hariyadi 2000). Dalam penelitian ini jenis snack konvensional /berbentuk keripik kentang yang diteliti meliputi merek Piatoss, Lays, Mr. Potato, Kusuka, dan Chitato; sedangkan kelompok snack berupa produk ekstrusi meliputi merek Chiki, Cheetos, Jet Z, Taro, Tenny, Pilus Garuda. Biskuat dan Gery Chocolatos mewakili kelompok biskuit, sedangkan Mie Remez dan Kacang Garuda termasuk kelompok lainnya. Tabel 9 menunjukkan rata-rata frekuensi dari jenis snack yang paling banyak dikonsumsi dalam waktu satu bulan yang lalu menurut status gizi contoh. Sementara itu, untuk tabel rekapan total frekuensi dan ukuran snack serta pangan lainnya dapat dilihat di Lampiran 6. Secara keseluruhan dapat dilihat bahwa contoh normal relatif lebih sering mengonsumsi berbagai jenis snack di atas. Hal ini dapat dilihat misalnya dari frekuensi konsumsi snack jenis keripik kentang. Sebagian besar contoh normal
38
mengonsumsi snack jenis keripik kentang sebanyak 1-2x/minggu (27,5%), sedangkan contoh gemuk sebagian besar mengonsumsi dengan frekuensi 13x/bulan (27,5%). Begitu juga untuk jenis makanan ringan lainnya seperti produk ekstrusi ataupun biskuit. Sementara itu, bila kita bandingkan antar jenis kelompok snack dengan melihat frekuensi konsumsi tidak pernah yang paling sedikit, maka snack jenis biskuit adalah yang paling sering dikonsumsi oleh kedua contoh dibandingkan ketiga jenis snack lainnya. Tabel 9 Sebaran contoh menurut frekuensi snack yang paling banyak dikonsumsi satu bulan lalu dan status gizi Frekuensi
Keripik Kentang
Produk Ekstrusi
Biskuit
Lainnya
Tidak Pernah 1-3x/bln 1-2x/minggu 3-5x/minggu 6-7x/minggu Total Tidak Pernah 1-3x/bln 1-2x/minggu 3-5x/minggu 6-7x/minggu Total Tidak Pernah 1-3x/bln 1-2x/minggu 3-5x/minggu 6-7x/minggu Total Tidak Pernah 1-3x/bln 1-2x/minggu 3-5x/minggu 6-7x/minggu Total
Status Gizi Normal Gemuk n % n % 17 42,5 21 52,5 10 25 11 27,5 11 27,5 7 17,5 2 5 1 2,5 0 0 0 0 40 100 40 100 15 37,5 16 40 10 25 12 30 12 30 10 25 3 7,5 2 5 0 0 0 0 40 100 40 100 9 22,5 18 45 15 37,5 11 27,5 11 27,5 9 22,5 3 7,5 1 2,5 2 5 1 2,5 40 100 40 100 15 37,5 18 45 14 35 12 30 10 25 8 20 1 2,5 2 5 0 0 0 0 40 100 40 100
Total n 38 21 18 3 0 80 31 22 22 5 0 80 27 26 20 4 3 80 33 26 18 3 0 80
% 47,5 26,3 22,5 3,75 0 100 38,8 27,5 27,5 6,25 0 100 33,8 32,5 25 5 3,8 100 41,3 32,5 22,5 3,8 0 100
Fast food adalah makanan yang penyajian cepat dan singkat. Fast food sendiri masih tergolong kedalam junk food. Secara umum, fast food mengandung lemak tinggi seperti hamburger, pizza, ayam goreng (terutama yang digoreng dengan kulitnya). Tabel 10 menunjukkan rata-rata frekuensi dan ukuran dari tiga jenis fast food yang paling banyak dikonsumsi dalam waktu satu bulan yang lalu menurut status gizi contoh. Pizza adalah jenis fast food yang paling banyak pernah dikonsumsi oleh kedua contoh. Sebesar 45% contoh normal dan 47,5% contoh gemuk pernah mengonsumsi Pizza berukuran sedang (59,4%) dengan frekuensi 1-3x/bulan. Pizza menjadi fast food yang paling sering dikonsumsi diduga karena varian
39
pizza yang sangat banyak sehingga disukai oleh contoh. Disamping itu, bila melihat latar belakang contoh yang berasal dari keluarga dengan status ekonomi menengah ke atas maka wajar bila contoh suka mengonsumsi Pizza. Kandungan energi dan lemak Pizza jenis personal supreme (ukuran small) per porsi (Pizza Hut) masing-masing sebesar 559 Kal dan 27,81 g (Khomsan et al. 1998). Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa kandungan energi dan lemak yang disumbangkan jika mengonsumsi Pizza jenis personal supreme (Pizza Hut) per porsi dengan frekuensi konsumsi 1-3 kali/bulan adalah sebesar 559-1677 Kal dan 27,81-83,43 g. Tabel 10
Sebaran contoh menurut frekuensi fast food yang paling banyak dikonsumsi satu bulan lalu dan status gizi Kategori
Pizza
Fried Chicken
Potato Fries
Tidak Pernah 1-3x/bln 1-2x/minggu 3-5x/minggu 6-7x/minggu Total Tidak Pernah 1-3x/bln 1-2x/minggu 3-5x/minggu 6-7x/minggu Total Tidak Pernah 1-3x/bln 1-2x/minggu 3-5x/minggu 6-7x/minggu Total
Status Gizi Normal Gemuk n % n % 7 17,5 9 22,5 18 45 19 47,5 12 30 10 25 2 5 1 2,5 1 2,5 1 2,5 40 100 40 100 7 17,5 10 25 12 30 14 35 14 35 12 30 7 17,5 3 7,5 0 0 1 2,5 40 100 40 100 8 20 8 20 9 22,5 12 30 16 40 20 50 7 17,5 0 0 0 0 0 0 40 100 40 100
Total n 16 37 22 3 2 80 17 26 26 10 1 80 16 21 36 7 0 80
% 20 46,2 27,5 3,8 2,5 100 21,2 32,5 32,5 12,5 1,3 100 20 26,2 45 8,8 0 100
Potato Fries adalah jenis fast food kedua terbanyak yang pernah dikonsumsi satu bulan yang lalu oleh kedua contoh. Sebesar 40% contoh normal dan 50% contoh gemuk pernah mengonsumsi Potato Fries dengan frekuensi konsumsi 1-2x/minggu. Potato Fries yang dikonsumsi sebagian besar pada contoh normal (50%) dan contoh gemuk (75%) adalah yang berukuran sedang. Sementara itu, Fried Chicken adalah jenis fast food ketiga yang paling banyak dikonsumsi oleh kedua contoh. Sebesar 35% contoh normal mengonsumsi Fried Chicken 1-2x/minggu; sedangkan pada contoh gemuk sebesar 35% contoh mengonsumsi Fried Chicken 1-3x/bulan. Sebagian besar dari kedua contoh mengonsumsi Fried Chicken yang berukuran sedang. Adapun perbedaan
40
frekuensi antara contoh normal dan gemuk diduga karena faktor kesukaan dan kebiasaan makan contoh serta diduga contoh gemuk menyadari bahwa konsumsi Fried Chicken yang terlalu sering akan meningkatkan berat badan mereka. Kandungan energi dan lemak Fried Chicken per porsi pada bagian dada bermerek Kentucky Fried Chicken (KFC), masing-masing sebesar 346 Kal dan 22,97 g. sementara itu, kandungan energi dan lemak Fried Chicken per porsi pada bagian yang sama namun bermerek California Fried Chicken (CFC), maisng-masing sebesar 286 Kal dan 16,20 g (Khomsan et al. 1998). Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa kandungan energi dan lemak yang disumbangkan jika mengonsumsi Fried Chicken (bagian dada) per porsi dengan frekuensi 1-3 kali/bulan masing-masing sebesar 346-1038 Kal dan 22,97-68,91 g (KFC); serta 286-858 Kal dan 16,2-48,6 g (CFC). Minuman ringan (soft drink) adalah minuman yang tidak mengandung alkohol, merupakan minuman olahan dalam bentuk bubuk atau cair yang mengandung bahan makanan dan atau bahan tambahan lainnya baik alami maupun sintetik yang dikemas dalam kemasan siap untuk dikonsumsi. Tabel 11 menunjukkan rata-rata frekuensi dan ukuran dari jenis soft drink yang paling banyak dikonsumsi dalam waktu satu bulan yang lalu menurut status gizi contoh. Apabila
dilihat
berdasarkan
jenis
minuman
ringan
dengan
membandingkan frekuensi tidak pernah mengonsumsi yang paling rendah, maka minuman ringan berkarbonasi adalah jenis minuman ringan yang paling sering dkonsumsi oleh kedua contoh. Sementara itu, apabila dilihat berdasarkan status gizi contoh, maka contoh normal lebih sering mengonsumsi minuman ringan berkarbonasi dibandingkan dengan contoh gemuk. Sebagian besar contoh normal
mengonsumsi
minuman
ringan
berkarbonasi
dengan
frekuensi
1-2x/minggu (47,5%), sedangkan sebagian besar contoh gemuk mengonsumsi minuman ringan berkarbonasi dengan frekuensi 1-3xbulan (40%). Pangan lainnya yang dilihat dalam penelitian ini adalah pangan hewani, pangan nabati, buah, sayur dan susu. Tabel 12 menunjukkan rata-rata frekuensi dan ukuran dari jenis pangan hewani dan nabati yang paling banyak dikonsumsi dalam waktu satu bulan yang lalu menurut status gizi contoh. Daging ayam adalah sumber pangan hewani yang paling banyak pernah dikonsumsi oleh kedua contoh. Sebesar 42,5% contoh normal dan gemuk, pernah mengonsumsi daging ayam dengan frekuensi konsumsi 1-2x/minggu. Sebagian besar contoh
41
normal (70%) dan contoh gemuk (68,4%) mengonsumsi daging ayam dalam ukuran sedang. Daging ayam menjadi sumber pangan hewani yang paling banyak dikonsumsi oleh kedua contoh diduga karena selain faktor harga yang terjangkau
juga
karena
berdasarkan
hasil
recall
juga
menunjukkan
kecenderungan bahwa daging ayam adalah menu wajib yang harus ada dalam sebagian besar menu makan contoh. Tabel 11
Sebaran contoh menurut frekuensi soft drink yang paling banyak dikonsumsi satu bulan lalu dan status gizi Frekuensi
Tidak Pernah 1-3x/bln Minuman 1-2x/minggu Berkarbonasi 3-5x/minggu 6-7x/minggu Total Tidak Pernah 1-3x/bln Minuman Non 1-2x/minggu Berkarbonasi 3-5x/minggu 6-7x/minggu Total
Status Gizi Normal Gemuk n % n % 6 15 12 30 12 30 16 40 19 47.5 10 25 2 5 0 0 1 2.5 2 5 40 100 40 100 16 40 18 45 12 30 10 25 8 20 10 25 3 7.5 2 5 1 2.5 0 0 40 100 40 100
Total n 18 28 29 2 3 80 34 22 18 5 1 80
% 22.5 35 36.3 2.5 3.8 100 42.5 27.5 22.5 6.3 1.3 100
Selain daging ayam, sumber pangan hewani yang juga banyak dikonsumsi oleh kedua contoh adalah telur ayam dan ikan. Sebesar 37,5% contoh normal pernah mengonsumsi telur ayam dengan frekuensi 3-5x/minggu yang sebagain besar berukuran kecil (52,6%); sedangkan pada contoh gemuk, sebesar 50% contoh pernah mengonsumsi telur ayam dengan frekuensi 12x/minggu yang sebagian besar dalam ukuran sedang (74,3%). Perbedaan ukuran dan frekuensi konsumsi telur ayam pada kedua contoh diduga karena faktor kesukaan dan kebiasaan makan contoh. Konsumsi ikan sebagai sumber pangan hewani oleh contoh juga relatif besar. sebanyak 42,5% contoh normal dan 60% contoh gemuk pernah mengonsumsi ikan yang rata-rata sebagian besar berukuran sedang (58,7%) (Lampiran 6). Untuk kelompok pangan nabati, contoh normal maupun contoh gemuk sebagian besar pernah mengonsumsi Tahu dan Tempe dengan frekuensi konsumsi tersering adalah 1-2x/minggu. Sebagian besar contoh baik gemuk maupun normal mengonsumsi Tahu dan Tempe yang berukuran sedang. Frekuensi konsumsi buah-buahan, sayur, dan susu juga diamati dalam penelitian ini. Tabel 13 menunjukkan rata-rata frekuensi dan ukuran dari buah, sayur dan
42
susu yang dikonsumsi dalam waktu satu bulan yang lalu menurut status gizi contoh. Tabel 12 Sebaran contoh menurut frekuensi pangan hewani dan nabati yang paling banyak dikonsumsi satu bulan lalu dan status gizi Status Gizi Normal Gemuk n % n %
n
%
Tidak Pernah 1-3x/bln 1-2x/minggu 3-5x/minggu 6-7x/minggu Total Tidak Pernah 1-3x/bln 1-2x/minggu 3-5x/minggu 6-7x/minggu Total Tidak Pernah 1-3x/bln 1-2x/minggu 3-5x/minggu 6-7x/minggu Total
0 9 17 8 6 40 2 4 14 15 5 40 2 12 17 7 2 40
0 22,5 42,5 20 15 100 5 10 35 37,5 12,5 100 5 30 42,5 17,5 5 100
2 14 17 5 2 40 5 10 20 5 0 40 3 8 24 4 1 40
5 35 42,5 12,5 5 100 12,5 25 50 12,5 0 100 7,5 20 60 10 2,5 100
2 23 34 13 8 80 7 14 34 20 5 80 5 20 41 11 3 80
2,5 28,8 42,5 16,2 10 100 8,8 17,5 42,5 25 6,2 100 6,2 25 51,3 13,8 3,8 100
Tidak Pernah 1-3x/bln 1-2x/minggu 3-5x/minggu 6-7x/minggu Total Tidak Pernah 1-3x/bln 1-2x/minggu 3-5x/minggu 6-7x/minggu Total
6 9 16 6 3 40 8 9 16 5 2 40
15 22,5 40 15 7,5 100 20 22,5 40 12,5 5 100
6 11 20 1 2 40 3 12 21 3 1 40
15 27,5 50 2,5 5 100 7,5 30 52,5 7,5 2,5 100
12 20 36 7 5 80 11 21 37 8 3 80
15 25 45 8,8 6,2 100 13,8 26,2 46,2 10 3,78 100
Kategori
Daging Ayam
Telur Ayam
Ikan
Tahu
Tempe
Total
Sebagian besar contoh normal (27,5%) pernah mengonsumsi buahbuahan dengan ukuran sedang (66,8%) sebanyak 3-5x/minggu dan 6-7x/minggu; sedangkan pada contoh gemuk sebesar 45% contoh mengonsumsi buah-buahan ukuran sedang dengan frekuensi 1-2x/minggu. Berdasarkan hasil recall diketahui bahwa buah-buahan yang paling banyak dikonsumsi oleh contoh normal adalah buah Apel, sedangkan kelompok contoh gemuk lebih banyak mengonsumsi buah Jeruk. Sebesar 42,5% contoh normal dan 35% contoh gemuk pernah mengonsumsi sayur dengan frekuensi 1-2x/minggu. Sayur yang dikonsumsi oleh kedua contoh rata-rata berukuran sedang. Pada contoh gemuk, sebesar 27,5% contoh relatif jarang mengonsumsi sayur; sedangkan pada contoh normal
43
sebesar 22,5% contoh hampir setiap hari mengonsumsi sayur. Berdasarkan hasil recall jenis sayur yang paling banyak dikonsumsi oleh kelompok contoh normal adalah sayur bayam, sedangkan jenis sayur yang paling banyak dikonsumsi oleh kelompok contoh gemuk adalah sayur kangkung. Tabel 13
Sebaran contoh menurut frekuensi buah, sayur dan susu yang dikonsumsi satu bulan lalu dan status gizi Kategori
Buah
Sayur
Susu
Seluruh
Tidak Pernah 1-3x/bln 1-2x/minggu 3-5x/minggu 6-7x/minggu Total Tidak Pernah 1-3x/bln 1-2x/minggu 3-5x/minggu 6-7x/minggu Total Tidak Pernah 1-3x/bln 1-2x/minggu 3-5x/minggu 6-7x/minggu Total
contoh
normal
Status Gizi Normal Gemuk n % n % 1 2,5 0 0 7 17,5 6 15 10 25 18 45 11 27,5 13 32,5 11 27,5 3 7,5 40 100 40 100 4 10 3 7,5 5 12,5 11 27,5 17 42,5 14 35 5 12,5 7 17,5 9 22,5 5 12,5 40 100 40 100 0 0 4 10 3 7,5 4 10 4 10 5 12,5 8 20 6 15 25 62,5 21 52,5 40 100 40 100
menyatakan
pernah
Total n 1 13 28 24 14 80 7 16 31 12 14 80 4 7 9 14 46 80
% 1,25 16,25 35 30 17,5 100 8,75 20 38,75 15 17,5 100 5 8,75 11,25 17,5 57,5 100
mengonsumsi
susu.
Sebagian besar contoh normal (62,5%) dan contoh gemuk (52,5%) hampir setiap hari mengonsumsi susu. Susu yang dikonsumsi sebagian besar berukuran sedang. Berdasarkan hasil recall diketahui jenis susu yang paling banyak dikonsumsi baik oleh contoh gemuk (28,6%) maupun contoh normal (30,6%) adalah susu bubuk Milo, sedangkan berdasarkan kuantitasnya, maka susu yang paling banyak dikonsumsi adalah susu Bendera cair. Mengacu pada DKBM (2008) diketahui bahwa susu Milo merupakan jenis susu yang tinggi kalori, protein dan karbohidrat. Kandungan energi per 100 g susu Milo adalah sebesar 382 Kalori; protein sebesar 12,6 g, lemak 2,7 g dan kandungan karbohidrat sebesar 474,6 g. Intik Konsumsi dan Tingkat Kecukupan Gizi Konsumsi pangan keluarga, individu maupun golongan tertentu dapat diketahui dengan melakukan survai konsumsi pangan secara kualitatif maupun kuantitatif (Suhardjo 1989). Survai kuantitatif yang paling sering digunakan diantaranya adalah metode recall (mengingat) (Riyadi 1996). Konsumsi pangan
44
individu dapat dipengaruhi oleh ketersediaan bahan pangan, tingkat pendapatan keluarga, jumlah anggota keluarga, tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu, serta selera sebagian besar keluarga (Suhardjo 1989). Frekuensi konsumsi contoh ditampilkan untuk melihat pola kebiasaan makan dan dilakukan dengan metode recall 2x24 jam. Apabila pengukuran hanya dilakukan 1 kali (1x24 jam), maka data yang diperoleh kurang representatif untuk menggambarkan kebiasaan makanan individu. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa minimal 2 kali recall 24 jam tanpa berturut-turut, dapat menghasilkan gambaran asupan gizi lebih optimal dan memberikan variasi yang lebih besar tentang intik harian individu (Sanjur 1997 dalam Supariasa et al 2001). Tabel 14 menguraikan mengenai intik konsumsi beberapa pangan utama seperti makanan pokok, pangan hewani utama, pangan nabati utama, buah, sayur, snack, fast food, soft drink, dan susu berdasarkan hasil recall dan status gizi contoh. Tabel 14 Intik konsumsi pangan utama berdasarkan hasil recall dan status gizi Asupan makanan Normal Gemuk Rata-rata Rata-rata Kandungan gizi Kandungan gizi konsumsi konsumsi E P L KH E P L KH (g/anak) (g/anak) Makanan Pokok Nasi 346,5 657 7,8 2,1 135,9 316,9 612 7,3 3,3 121,9 Mie 26,5 126 2,6 4,8 19,2 35,3 172 3,6 6,6 26,3 Roti, 17,9 49 1,4 0,3 10,0 17,4 50 1,5 0,4 10,1 Sereal Pangan Hewani Ayam 47,4 84 5,7 6,7 0,0 50,4 90 6,1 7,1 0,0 Telur 53,4 78 6,2 5,5 0,3 28,9 42 3,3 3,0 0,2 ayam Ikan 13,3 22 2,8 1,2 0,4 8,1 13 1,6 0,7 0,4 Nugget 10,9 34 1,3 2,3 2,0 14,7 46 1,8 3,1 2,6 Pangan Nabati Tahu 2,0 1 0,2 0,1 0,0 5,0 3 0,4 0,2 0,1 Tempe 5,8 9 1,1 0,2 0,7 6,9 10 1,3 0,3 0,9 Sayur 20,9 5,1 0,3 0,1 1,0 23,2 7 0,4 0,2 1,1 Buah 35,6 18 0,3 0,2 4,3 25,5 11 0,2 0,0 2,6 Pangan Lainnya Snack 13,4 60 1,1 4,0 7,4 13,5 66 1,2 3,6 5,1 Fast 4,4 8 0,7 0,2 1,3 12,5 32 1,1 0,4 5,8 Food Soft 42,3 19 0,1 0,1 3,6 56,6 26 0,1 0,0 6,1 drink * Susu 95,9 142 4,4 3,4 23,9 100,3 128 5,0 3,6 42,6 Keterangan : E = energi (kkal); P = protein (g); L = lemak (g); KH = Karbohidrat (g) * = 1 ml susu = ± 1,0512 g Jenis makanan
45
Berdasarkan Tabel 14, diketahui bahwa sebagian besar contoh memenuhi kebutuhan makanan pokoknya dari nasi dan mie instant. Sementara itu, untuk memenuhi kebutuhan akan protein contoh lebih banyak memenuhinya dari pangan sumber protein hewani seperti daging ayam dan telur ayam. Konsumsi sayur dan buah contoh relatif masih kurang, begitu juga dengan konsumsi tahu dan tempe. Sementara itu, konsumsi susu kedua contoh relatif cukup besar, hampir mencapai 100 g/harinya. Terdapat
beberapa
pangan
dimana
contoh
gemuk
cenderung
mengonsumsi lebih tinggi dibandingkan dengan contoh normal. Contoh gemuk lebih banyak mengonsumsi mie instant, daging ayam, nugget, tahu, fast food dan soft drink dibandingkan contoh normal. Disamping itu, dapat dilihat bahwa contoh gemuk cenderung memenuhi kebutuhan protein hewani lebih banyak dari daging ayam dibandingkan telur ayam atau pangan sumber protein hewani lainnya. Contoh normal lebih banyak mengonsumsi nasi, telur ayam, ikan dan buah dibandingkan contoh gemuk. Terdapat perbedaan yang cukup jelas, dimana contoh normal cenderung memenuhi kebutuhan protein hewani dominan dari telur ayam dibandingkan dengan contoh gemuk yang cenderung dominan mengonsumsi daging ayam. Hal ini sesuai dengan hasil pengukuran frekuensi konsumsi pangan yang menunjukan bahwa contoh normal lebih sering mengonsumsi telur ayam selama satu bulan yang lalu dibandingkan contoh gemuk (Tabel 12). Hasil uji statistik (Independent Sample t-Test) menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata dalam mengonsumsi telur ayam antara kedua contoh (p=0.02). Hasil analisis korelasi Spearman juga menunjukan adanya hubungan negatif yang signifikan antara konsumsi telur ayam dengan status gizi contoh (p=0.002). Artinya, konsumsi telur cenderung berkurang pada contoh yang status gizinya mendekati gemuk. Selanjutnya, hasil recall setiap contoh dikonversi kedalam energi dan zat gizi dengan mengacu pada DKBM (2008). Tabel 15 menguraikan rata-rata konsumsi, kecukupan dan tingkat kecukupan energi dan zat gizi menurut status gizi. Rata-rata asupan energi contoh normal adalah 1519 Kalori dan rata-rata asupan protein contoh normal adalah sebesar 41.3 g. Sementara itu, rata-rata asupan lemak dan karbohidrat pada contoh normal adalah sebesar 40.6 g dan 236.5 g. Pada contoh gemuk, rata-rata asupan energi adalah sebesar 1479 Kalori, sedangkan rata-rata asupan proteinnya sebesar 41.0 g. Rata-rata asupan
46
lemak dan karbohidrat pada contoh gemuk adalah sebesar 41.6 g dan 220.8 g. Jika dibandingkan dengan angka kecukupan energi dan zat gizi berdasarkan WNPG (2004), maka diperoleh rata-rata Tingkat Kecukupan Gizi (TKG) energi sebesar 82,2% dan protein sebesar 90,7% pada contoh normal, sedangkan pada contoh gemuk, diperoleh rata-rata TKG energi sebesar 73,6% dan protein sebesar 89,3%. Tabel 15 Rata-rata konsumsi, kecukupan dan tingkat kecukupan energi dan zat gizi menurut status gizi Energi dan Zat Gizi
Rata-rata Normal Gemuk
Energi Konsumsi 1519 1479 Kecukupan 1848 2009 Tingkat Konsumsi berdasarkan Kecukupan (%) 82,2 73,6 Protein Konsumsi 41,3 41 Kecukupan 45,5 45,9 Tingkat Konsumsi berdasarkan Kecukupan (%) 90,7 89,3 Lemak Konsumsi 41,5 41,6 Kecukupan 41,1 44,6 Tingkat Konsumsi berdasarkan Kecukupan (%) 101,0 93,3 Karbohidrat Konsumsi 236,5 220,8 Kecukupan 323,4 351,5 Tingkat Konsumsi berdasarkan Kecukupan (%) 73,1 62,8 Keterangan : E = energi (Kal); P = Protein (g); L = Lemak (g); KH = Karbohidrat (g)
Mengacu kepada Departemen Kesehatan (1996) yang mengklasifikasikan tingkat kecukupan energi dan protein kedalam lima tingkat, yaitu : (1) defisit tingkat berat (< 70% AKG), (2) defisit tingkat sedang (70-79% AKG), (3) defisit tingkat ringan (80-89% AKG), (4) Normal (90-119% AKG) dan (5) Kelebihan (≥120% AKG), maka tingkat kecukupan energi pada contoh normal tergolong defisit tingkat ringan dan pada contoh gemuk tergolong defisit tingkat sedang. Tingkat kecukupan protein contoh normal tergolong normal, sedangkan pada contoh gemuk tergolong defisit tingkat ringan. Tingkat Kecukupan Energi Tingkat kecukupan energi dan protein contoh dibedakan menjadi empat dengan mengacu pada cut of point berdasarkan Departemen Kesehatan (1996). Tabel 16 menunjukkan sebaran contoh menurut tingkat konsumsi energi dan status gizi. Sebagian besar contoh normal (37,5%) dan contoh gemuk (52,5%) tingkat kecukupan energinya tergolong defisit tingkat berat. Hanya 35% contoh normal dan 25% contoh gemuk yang tingkat kecukupan energinya tergolong
47
normal. Banyaknya contoh yang tingkat kecukupan energinya defisit diduga karena contoh, terutama contoh gemuk membatasi asupan makanannya (diet) terutama pangan sumber energi dan karbohidrat. Hal ini terlihat dari hasil recall yang menunjukan bahwa contoh gemuk relatif lebih sedikit dalam mengonsumsi nasi dibandingkan contoh normal (Tabel 14). Tabel 16 Sebaran contoh menurut tingkat kecukupan energi dan status gizi Normal n % 15 37,5 3 7,5 5 12,5 14 35 3 7,5 40 100
Klasifikasi Defisit Tingkat Berat (< 70% AKG) Defisit Tingkat Sedang (70-79% AKG) Defisit Tingkat Ringan (80-89% AKG) Normal (90-119% AKG) Kelebihan (≥120% AKG) Total
Gemuk n % 21 52,5 3 7,5 6 15 10 25 0 0 40 100
Total n % 36 45 6 7,5 11 13,8 24 30 3 3,7 80 100
Konsumsi energi yang masih kurang dari angka kecukupan selain diduga disebabkan karena contoh, terutama contoh gemuk membatasi asupan makanannya (diet) terutama pangan sumber energi dan karbohidrat.juga diduga disebabkan oleh beberapa kesalahan yang terjadi dalam pengkuran konsumsi pangan. Kesalahan-kesalahan tersebut antara lain bisa disebabkan oleh responden dan pewawancara, lupa, kesalahan dalam menduga ukuran porsi dan The
Flat
Slope
Syndrome.
The
Flat
Slope
Syndrome
adalah
suatu
kecenderungan dimana responden akan melaporkan lebih pada konsumsi yang sedikit (overestimate low intakes) atau melaporkan sedikit pada konsumsi yang berlebihan (underestimate high intakes) (Gibson 1990). Menurut Kusharto dan Sa’diyyah (2003), metode recall konsumsi yang digunakan dalam penelitian memiliki kekurangan yaitu data yang dihasilkan kurang akurat karena mengandalkan keterbatasan daya ingat seseorang dan tergantung dari keahlian tenaga pencatat dalam mengkonversi ukuran rumah tangga (urt) kedalam satuan berat, serta adanya variasi interpretasi besarnya ukuran antar responden. Tingkat Kecukupan Protein Tabel 17 menunjukkan sebaran contoh menurut tingkat kecukupan protein dan status gizi. Pada contoh normal, tingkat kecukupan cukup beragam. Sebesar 32,5% contoh termasuk kategori normal, 27,5% termasuk kategori defisit tingkat berat dan 20% termasuk kategori berlebih. Sementara itu, pada contoh gemuk sebesar 30% contoh termasuk kategori defisit tingkat sedang, 20% termasuk kategori defisit tingkat ringan dan hanya 17,5% saja yang
48
tergolong normal. Tingginya angka kecukupan protein yang defisit diduga karena contoh membatasi porsi konsumsi pangan sumber protein baik hewani maupun nabati. Hal ini dapat terlihat dari hasil recall yang menunjukan bahwa konsumsi pangan hewani maupun nabati pada contoh normal dan gemuk relatif rendah (Tabel 14). Tabel 17 Sebaran contoh menurut tingkat kecukupan protein dan status gizi Klasifikasi Defisit Tingkat Berat (< 70% AKG) Defisit Tingkat Sedang (70-79% AKG) Defisit Tingkat Ringan (80-89% AKG) Normal (90-119% AKG) Kelebihan (≥120% AKG) Total
Normal n % 11 27,5 5 12,5 3 7,5 13 32,5 8 20 40 100
Gemuk n % 7 17,5 12 30 8 20 7 17,5 6 15 40 100
Total n 2 2 6 26 44 80
% 2,5 2,5 7,5 32,5 55 100
Tingkat Kecukupan Lemak Tingkat konsumsi lemak dan karbohidrat contoh dibedakan menjadi empat cut of point dengan memakai pendekatan tingkat kecukupan energi dan protein menurut Departemen Kesehatan (1996), yaitu : (1) defisit tingkat berat (< 70% AKG), (2) defisit tingkat sedang (70-79% AKG), (3) defisit tingkat ringan (8089% AKG), (4) Normal (90-119% AKG) dan (5) Kelebihan (≥120% AKG). Tabel 18 menunjukkan sebaran contoh menurut tingkat kecukupan lemak dan status gizi. Pada contoh normal, sebesar 35% contoh memiliki tingkat kecukupan lemak tergolong berlebih, 25% contoh tergolong defisit tingkat berat dan hanya 17,5% contoh yang tergolong normal. Pada contoh gemuk, sebesar 37,5% contoh memiliki tingkat kecukupan lemak tergolong normal, 20% contoh tergolong defisit tingkat berat dan 15% contoh tergolong defisit tingkat ringan dan berlebih. Tabel 18 Sebaran contoh menurut tingkat kecukupan lemak dan status gizi Klasifikasi Defisit Tingkat Berat (< 70% AKG) Defisit Tingkat Sedang (70-79% AKG) Defisit Tingkat Ringan (80-89% AKG) Normal (90-119% AKG) Kelebihan (≥120% AKG) Total
Normal n % 10 25 6 15 3 7,5 7 17,5 14 35 40 100
Gemuk n % 8 20 5 12,5 6 15 15 37,5 6 15 40 100
Total n 18 11 9 22 20 80
% 22,5 13,8 11,2 27,5 25 100
Tingkat Kecukupan Karbohidrat Tabel 19 menunjukkan sebaran contoh menurut tingkat konsumsi karbohidrat dan status gizi. Sebanyak 42,5% contoh normal dan 67,5% contoh
49
gemuk termasuk kedalam kategori defisit tingkat berat. Hanya 22,5% contoh normal dan 7,5% contoh gemuk yang tingkat kecukupan karbohidratnya normal. Tingginya contoh yang kecukupan karbohidratnya tergolong defisit diduga karena contoh membatasi asupan pangan sumber energi dan karbohidrat seperti nasi, kentang, roti dan sebagainya. Tabel 19 Sebaran contoh menurut tingkat kecukupan karbohidrat dan status gizi Klasifikasi Defisit Tingkat Berat (< 70% AKG) Defisit Tingkat Sedang (70-79% AKG) Defisit Tingkat Ringan (80-89% AKG) Normal (90-119% AKG) Kelebihan (≥120% AKG) Total
Normal n % 17 42,5 8 20 5 12,5 9 22,5 1 2,5 40 100
Gemuk n % 27 67,5 5 12,5 5 12,5 3 7,5 0 0 40 100
Total n 44 13 10 12 1 80
% 55 16,3 12,5 15 1,2 100
Aktivitas Fisik Contoh Aktivitas fisik didefinisikan sebagai pergerakan tubuh, diproduksi oleh otot-otot skeletal, dan mengakibatkan terjadinya pengeluaran energi (Caspersen et al. 1985). Aktivitas fisik yang kurang atau tidak memadai dan zat gizi yang tidak mencukupi karena hanya konsumsi pangan padat kalori diakui sebagai mekanisme utama yang mendasari peningkatan dalam berat badan berlebih. Tabel 20 menguraikan sebaran contoh berdasarkan status gizi dan aktivitas contoh. Aktivitas contoh yang diamati adalah kebiasaan berolahraga, jenis olahraga yang dilakukan, frekuensi berolaharaga, lama waktu berolahraga, keikutsertaan dalam ekstrakurikuler serta jenis ekstrakurikuler yang diikuti. Sebanyak lebih dari 80% contoh normal ataupun gemuk menyatakan biasa melakukan olahraga. Jenis olahraga yang dilakukan cukup beragam. Pada contoh normal sebesar 29,4% biasa melakukan olahraga sepakbola, 23,5% biasa melakukan olahraga renang dan 20,6% menyatakan biasa melakukan olahraga jogging. Pada contoh gemuk, sebesar 30.6% menyatakan biasa melakukan olahraga sepakbola dan renang, serta 13,9% menyatakan biasa melakukan olahraga jogging dan bersepeda. Frekuensi olahraga dalam satu minggu rata-rata dilakukan oleh contoh sebanyak 2-4 kali (58,6%) dengan durasi/lama waktu berolahraga rata-rata 15-30 menit (54,3%). Seluruh contoh normal dan hampir seluruh contoh gemuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. Pada contoh normal kegiatan ekstrakurikuler yang paling banyak diikuti adalah Kelompok Ilmiah Anak (KIA) (30%) dan sepak bola (17,5%). Begitu juga pada contoh gemuk, kegiatan
50
ekstrakurikuler yang paling banyak diikuti oleh contoh adalah KIA (25,6%) dan sepak bola (15,4%). Hasil uji statistik (Independent Sample t-Test) menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata antara kedua contoh dalam hal jenis ekstrakurikuler yang diikuti oleh kedua contoh (p >0.05). Hasil analisis korelasi Spearman juga menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan antara frekuensi olahraga, lama berolahraga, dan jenis ekstrakurikuler yang diikuti dengan status gizi contoh (p > 0.05). Tabel 20 Sebaran contoh berdasarkan aktivitas fisik dan status gizi Aktivitas Fisik Contoh Kebiasaan berolahraga Ya Tidak Total Jenis olahraga yang biasa dilakukan Sepak bola Renang Jogging Bersepeda Badminton Lainnya Total Frekuensi olahraga dalam 1 minggu 1 kali 2-4 kali > 4 kali Total Durasi/lama berolahraga < 15 menit 15-30 menit > 30 menit Total Keikutsertaan dalam ekstrakurikuler Ikut Tidak Total Jenis ekstrakurikuler yang diikuti Sepak bola KIA Renang Paduan suara Melukis Drum band Pramuka Lainnya Total
Normal n %
Status Gizi Gemuk n %
n
34 6 40
85 15 100
36 4 40
90 10 100
70 10 80
87,5 12,5 100
10 8 7 2 3 4 34
29,4 23,5 20,6 5,9 8,8 11,8 100
11 11 5 5 2 2 36
30,6 30,6 13,9 13,9 5,6 5,6 100
21 19 13 7 4 6 70
30 27,1 18,6 10 5,7 8,6 100
12 18 4 34
35,3 52,9 11,8 100
8 23 5 36
22,2 63,9 13,9 100
20 41 9 70
28,6 58,6 12,9 100
2 17 15 34
5,9 50 44,1 100
3 21 12 36
8,3 58,3 33,3 100
5 38 27 70
7,1 54,3 38,6 100
40 0 40
100 0 100
39 1 40
97,5 2,5 100
79 1 80
98,8 1,3 100
7 12 5 5 2 5 2 2 40
17,5 30 12,5 12,5 5 12,5 5 5 100
6 10 4 3 4 1 3 8 39
15,4 25,6 10,3 7,7 10,3 2,6 7,7 20,5 100
13 22 9 8 6 6 5 10 79
16,5 27,8 11,4 10,1 7,6 7,6 6,3 12,7 100
Total %
Tabel 21 menjelaskan mengenai rata-rata waktu yang dihabiskan oleh contoh untuk melakukan beberapa jenis aktivitas fisik. Aktivitas fisik yang diamati meliputi tidur malam, tidur siang, sekolah, menonton tv, bermain game/komputer, les, belajar / buat PR, dan aktivitas lainnya. Aktivitas lainnya yang dimaksud
51
disini meliputi waktu contoh untuk istirahat, shalat, makan selepas pulang sekolah, waktu contoh mandi/siap-siap berangkat ke sekolah, main dengan anggota keluarga/ teman ataupun membaca komik. Tabel 21 Rata-rata alokasi waktu contoh untuk melakukan aktivitas fisik (jam/hr) Jenis Aktivitas Tidur Malam Tidur Siang Sekolah Menonton Tv Main Komputer Les Belajar di Rumah Lainnya
Normal (jam/hari) Rata-rata±sd 8.5±0.7 0.2±0.7 8.5±0.7 1.5±0.9 1.1±0.8 0.9±1.0 0.7±0.7 2.6±1.8
Gemuk (jam/hari) Rata-rata±sd 8.4±0.7 0.1±0.5 8.5±0.7 1.8±1.0 1±1.0 1.5±1.0 0.6±0.7 2.1±1.4
Berdasarkan Tabel 21, diketahui bahwa sebagian besar waktu yang dimiliki oleh contoh dihabiskan untuk sekolah dan tidur. Waktu tidur siang, bermain komputer ataupun waktu belajar di rumah / mengerjakan PR tidak jauh berbeda antara kedua contoh. Sementara itu, terdapat perbedaan waktu yang cukup besar dalam hal waktu les dan waktu untuk melakukan aktivitas lainnya antara kedua contoh. Hasil uji statistik menunjukkan adanya perbedaan yang nyata antara waktu les kedua contoh (p=0.016). Hal ini karena jumlah contoh gemuk yang mengikuti les di luar sekolah lebih banyak dibandingkan dengan contoh normal. Hasil analisis korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan signifikan antara waktu les dengan status gizi contoh. Hal ini bermakna bahwa semakin lama waktu les contoh, maka status gizi contoh akan semakin mendekati gemuk. Begitu juga dengan hasil analisis korelasi Pearson. Hasil analisis korelasi Pearson menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara waktu les dengan nilai IMT contoh. Hal ini bermakna bahwa semakin lama waktu les contoh, maka nilai IMT contoh akan semakin mendekati gemuk. Hasil analisis korelasi Spearman juga menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara kebiasaan mengonsumsi snack dengan waktu nonton televisi (p=0.049). Hal ini bermakna bahwa semakin lama waktu yang digunakan oleh contoh untuk menonton tv, maka contoh akan cenderung lebih banyak mengonsumsi snack. Hal ini diduga akan memicu terjadinya kegemukan pada contoh.
52
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Contoh berusia 9-11 tahun, sebagian besar contoh normal (47,5%) berusia 10 tahun, sedangkan pada contoh gemuk (47,5%) berusia 10 dan 11 tahun. Contoh seluruhnya beragama Islam. Sebagian besar contoh normal maupun gemuk berasal dari etnis/suku Jawa (41,2%). Sebagian besar contoh normal dan gemuk, mengeluarkan biaya untuk transportasi setiap bulan berkisar antara Rp.150.000,00-Rp.300.000,00. Rata-rata biaya transportasi yang dikeluarkan oleh kedua contoh adalah sebesar Rp. 142.062,50±90.946. Sebagian besar contoh baik normal maupun gemuk memiliki besar uang saku berkisar antara Rp.90.000,00-Rp.180.000,00 per bulannya. Rata-rata uang
saku
yang
dimiliki
oleh
kedua
contoh
adalah
sebesar
Rp.
186.750,00±97.439,00. 2. Sebagian besar contoh normal gemuk (42,5%) berasal dari keluarga sedang (5-6 orang). Sebesar 52,5% ayah contoh normal dan 55% ayah contoh gemuk berstatus gizi normal; begitu juga dengan status gizi ibu kedua contoh, sebagian besar berstatus gizi normal. Sebagian besar contoh normal dan gemuk menyatakan tidak memiliki saudara kandung yang gemuk. 3. Sebagian besar Ayah dan Ibu contoh berpendidikan terakhir Strata 1 (S1). Besar penghasilan ayah kedua contoh berada pada nilai < Rp.10.000.000,00 sedangkan penghasilan ibu kedua contoh berada pada nilai < Rp. 3000.000,00. Rata-rata besar pendapatan ayah contoh adalah sebesar Rp.9.903.750±9.307.346. sedangkan rata-rata pendapatan ibu contoh adalah sebesar Rp. 2.503.750±3.501.950. Hasil uji statistik (Independent Sample tTest) menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata antara kedua contoh (p> 0.05). Hasil analisis Korelasi Spearman juga menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dan penghasilan orangtua dengan status gizi contoh (p>0.05). 4. Sebagian besar contoh normal memiliki tingkat pengetahuan gizi yang rendah; sedangkan pada contoh gemuk memiliki tingkat pengetahuan gizi sedang. Sebagian besar contoh normal dan gemuk
memiliki sikap gizi
sedang. Hasil analisis Korelasi Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan gizi serta pemahaman sikap gizi dengan status gizi contoh (p>0.05).
53
5. Snack jenis biskuit adalah yang paling sering dikonsumsi oleh kedua contoh dengan frekuensi tersering 1-3x bulan. Pizza adalah jenis fast food yang paling banyak pernah dikonsumsi oleh kedua contoh dengan frekuensi tersering 1-3x/bulan dan minuman ringan berkarbonasi adalah jenis minuman ringan yang paling sering dkonsumsi oleh kedua contoh.
Hasil analisis
Korelasi Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan antara kebiasaan mengonsumsi snack, soft drink dan fast food
dengan
status gizi contoh (p>0.05). Hasil analisis Korelasi Spearman juga menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan antara kebiasaan mengonsumsi snack, soft drink dan fast food dengan tingkat pengetahuan gizi dan pemahaman sikap gizi contoh (p>0.05). 6. Sebagian besar contoh normal ataupun gemuk menyatakan biasa melakukan olahraga. Frekuensi olahraga tersering adalah 2-4 kali dengan durasi/lama waktu berolahraga rata-rata 15-30 menit. Kegiatan ekstrakurikuler yang paling banyak diikuti adalah Kelompok Ilmiah Anak (KIA) dan sepak bola. Hasil analisis korelasi Spearman juga menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan antara frekuensi olahraga, lama berolahraga, dan jenis ekstrakurikuler yang diikuti dengan status gizi contoh (p > 0.05). Saran Contoh diharapkan meningkatkan konsumsi buah, sayur serta pangan sumber protein nabati. Pihak orangtua contoh diharapkan dapat mengenalkan dan memberikan bimbingan mengenai praktek pemilihan pangan yang baik. Sementara itu, bagi pihak sekolah diharapkan dapat memberikan pendidikan gizi untuk meningkatkan pengetahuan siswa mengenai bahaya mengonsumsi snack dan fast food.
54
DAFTAR PUSTAKA Atmarita FTS. 2004. Analisis Studi Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Di dalam: Ketahanan Pangan dan Gizi di Era Otonomi Daerah dan Globalisasi : Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII; Jakarta, 17-19 Mei 2004. Jakarta : LIPI. Hlm 149. Badan Standarisasi Nasional. 2000. SNI 01-2886-2000. Makanan ringan ekstrudat. Jakarta. Bahren I. 2000. Jenis dan Alokasi Waktu Kegiatan Anak Sekolah Dasar Pada Sekolah Favorit dan Non Favorit Di Kota Bogor. [skripsi]. Bogor : Departemen Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Blackburn GL. 2001. Treatment Approaches : Food First for Weight Management and Health. Obes Res. 9:223-227. [20 September 2008] [BKKBN] Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. 1998. Gerakan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera. Jakarta. Caspersen CJ, Powell KE & Christensen GM. 1985. Public Health Report. Vol. 160; 126-131. Cusatis DC, Shannon BM. 1996. Influences on adolescent eating behavior. J Adolesc Health. 18:27-34. [30 Juni 2009] Daftar Komposisi Bahan Makanan. 2008. Persatuan Ahli Gizi Indonesia. Jakarta. Damayanti RS. 2004. Childhood Obesity in Indonesia in Abstract Book of 2nd Asian Congress of Pediatric Nutrition, Said Jaya Hotel, Jakarta : 1-4 Desember 2004; 25-27. [Depkes]. 1996. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Praktis Pemantauan Gizi Orang Dewasa. Jakarta. Dewi FI. 1997. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Remaja Kalangan Menengah ke Atas Dalam Memilih Makanan. [Skripsi]. Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Effendy N. 1995. Perawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : EGC. Engel JF, Backwell RD, Miniard PW. 1994. Perilaku Konsumen. Ed ke-6 Jilid I. Budiyanto FX, penerjemah. Jakarta: Binapura Aksara. French SA, Story M, Neumark-Sztainer D, Fulkerson JA, Hannan P. 2001. Fast food restaurant use among adolescent : association with nutrient intake, food choices and behavioral and psychosocial variables. Int J Obes Relat Metab Disord, 2001;25 : 1823-33. [30 Juni 2009]
55
Gibson RS. 1990. Principles of Nutrition Assessment. Oxford University Press. Oxford. Gu SF, Bai YF, Hao GJ, Zhang SL, Wang B, Shen QT. 1995. The factors related to obesity of children. In : Proceedings of the First Conference of School Health. Beijing: The Chinese Association of Preventive Medicine. 1995. 147-150. Am J Clin Nutr. [30 Juni 2009] Hadi I, A Hendarto, & DR Syarif. 2004. Assessing Risk Factor for Obesity and Associated Problems of Obesity in Elementary School Childern Aged 6-12 years: Breast Feeding, Parental Obesity, Degenrative Disease in Family, Birth Weight, Hypertension and Snoring in Abstract Book of 2nd Asian Congress of Pediatric Nutrition, Said Jaya Hotel, Jakarta : 1-4 Desember 2004;127-128. Hardinsyah & Victor T. 2004. Angka Kecukupan Energi, Protein, Lemak dan Serat Makanan dalam Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII. 2004. Ketahanan Pangan dan Gizi di Era Otonomi Daerah dan Globalisasi. Jakarta : 17-19 Mei 2004;317-330. Hardinsyah. 1997. Ekonomi Gizi. Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Hariyadi P. 2000. Produk Ekstrudat, Flakes, dan Tepung Kedelai. Fakultas Teknologi Pertanian. Bogor : IPB Press. Harper JM. 1981. Extrusion of Foods. Vol I and II. Florida: CRS Pers, Inc. Hayati F. 2000. Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Konsumsi Fast food Waralaba Modern dan Tradisional Pada Remaja Siswa SMUN di Jakarta Selatan. [Skripsi]. Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Hebestreit H. 2004. The Role of Exercise in Shildhood Obesity in Abstract Book of 2nd Asian Congress of Pediatric Nutrition, Said Jaya Hotel, Jakarta: 1-4 Desember 2004;43. Hidayah D, Endang DL, Suci M, Harsono S. 2007. Kematangan Sosial Pada Anak Dengan Obesitas di Sekolah Dasar Bromantakan, Surakarta. Cermin Dunia Kedokteran. Vol 34 No.6; 307-311. Himmah et al. 2004. Perbandingan Gambaran Profil Lemak Antara Anak Sekolah Dasar yang Obesitas dan Non Obesitas di Kotamadya Yogyakarta. Dalam Hidayah Dwi, Endang DL, Suci M, Harsono S. 2007. Kematangan Sosial Pada Anak Dengan Obesitas di Sekolah Dasar Bromantakan, Surakarta. Cermin Dunia Kedokteran. Vol 34 No.6; 307-311. Holman. 1987. Essentials of Nutrition for The Health Professions. J.B Lipinneatt. Philadelphia. Jahns L, Siega-Riz AM, Popkin BM. 2001. The increasing prevalence of snacking among US children from 1977-1996. J pediatr, 2001;138:493-8.
56
Khomsan A et al. 2009. Aspek Sosio-budaya Gizi dan Sistem Pangan Suku Baduy di Indonesia. Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor - Neys-Van Hoogstraten Foundation. Khomsan A. 2000. Teknik Pengukuran Pengetahuan Gizi. Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Khomsan A, Hardinsyah, Sumarwan U dan Faisal A. 1998. Potensi Pengembangan Makanan Tradisional dalam Rangka Mendukung ACMI. Kerjasama Kantor Menteri Negara Urusan Pangan dan Pusat Studi Kebijakan Pangan dan Gizi (PSKPG) Lembaga Penelitian IPB. Kusharto CM, Sa’diyyah NY. 2003. Penilaian Konsumsi Pangan. Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Lubis G & Andesta D. 2004. Prevalence and Factors That Related to Obesity in Favourite Elementary Schools Student in Padang in Abstract Book of 2nd Asian Congress of Pediatric Nutrition, Said Jaya Hotel, Jakarta: 1-4 Desember 2004;135. Mokdad AH et al. 1999. The Spread of The Obesity Epidemic in The United States, 1991-1998. Dalam Hidayah Dwi, Endang DL, Suci M, Harsono S. 2007. Kematangan Sosial Pada Anak Dengan Obesitas di Sekolah Dasar Bromantakan, Surakarta. Cermin Dunia Kedokteran. Vol 34 No.6; 307311. Montoye H, Kemper H, Sofy W & Washburn R. 1996. Human Kinetics Champaign. Napitu N. 1994. Perilaku Jajanan di Kalangan Siswa SMA di Pinggiran Kota DKI Jakarta. Tesis. IPB. Hal 9. Nasution A & Khomsan A. 1995. Aspek Gizi dan Kesehatan dalam Pembangunan Pertanian. Makalah disajikan dalam Lokakarya Eksekutif dalam Rangka Training Integrasi dan Kesehatan dalam Pembangunan Pertanian. Bogor, 9-8 Oktober. Nicklas T, Johnson R. 2004. Position of The American Dietetic Association : Dietary Guidance for Healthy Childern Ages 2 to 11 years. American Journal Dietetic Association. Vol 104; 660-677. Nielson SJ, Siega-Riz AM, Popkin BM. 2002. Trends in food location and sources among adolescent and young adults. Prev Med, 2002;35:107-13. [30 Juni 2009] Novitasari. 2005. Kebiasaan Mengonsumsi Western Fast Food Pada Remaja SMU yang Berstatus Gizi Normal dan Obese di Kota Bogor. [skripsi]. Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
57
Padmiari EIA. 2004. Tingkat Konsumsi Makanan Jajanan Pada Anak SD di Kota Denpasar. [tesis]. Jurusan Gizi dan Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Gajah Mada. Padmiari EIA & Hadi H. 2003. Konsumsi Fast Food Sebagai Faktor Risiko Obesitas pada Anak SD. Dalam. Inne Indraaryani S. 2009. Konsumsi Fast Food dan Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kegemukan Anak Sekolah Di SD Bina Insani. [tesis]. Bogor. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Rennie et al. 2005. Association of Physical Activity With Body Composition Indexes in Childern Aged 6-8 y at Varied Risk of Obesity. The American Journal of Clinical Nutrition. 82: 13-20. [20 September 2008] Rimbawan & Siagian A. 2004. Indeks Glikemik Pangan. Jakarta: Penebar Swadaya Riyadi H. 2003. Metode Penilaian Status Gizi secara Antropometri [diktat]. Bogor: Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor Riyadi H. 1996. Gizi dan Kesehatan dalam Pembangunan Pertanian (Khomsan, A dan A Sulaeman, Editor). Bogor : IPB-Press. Rossner S. 2002. The Disease of Twenty-First Century. Jurnal Obesity & Related Metabolic Disorders. Vol 26;2-4. Sanjur D. 1982. Social and Cultural Perspective in Nutrition. Englowood Cliffs Prentice-Hall, New Jersey. Sediaoetama AD. 1989. Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa dan Profesi Jilid II. Jakarta : Dian Rakyat. Soedigdo S & Sofyan I.1995. Metodologi Penelitian Klinis. FKUI. Soetjiningsih. 1994. Tumbuh Kembang Anak di Indonesia. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Suhardjo. 1996. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Jakarta : Bumi Aksara. Suhardjo. 1989. Sosio Budaya Gizi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direkotrat Jendral Pendidikan Tinggi Pusat antar Universitas Pangan dan Gizi. Bogor: IPB. Sulaeman A. 2003. Snack Food Industry (modul 10). Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dan PT Sucofindo. Supariasa IDN, Bakri B & Fajar I. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
58
Thorpe et al. 2004. Childhood Obesity in New York City Elementary School Students. The American Journal of Public Health. Vol 94;9:1496-1500. [20 September 2008]. Thonner ME & RJ Hurzbeg. 1978. Non Alcoholic Food Service Beverage Handbook (2nd). West Port, Connecticut : Auc. Publ. Co. In. Westerterp KR. 2006. Physical Activity and Obesity. Maastricht University. The Netherland. Wirakusumah ES. 1994. Cara Aman dan Efektif Menurunkan Berat Badan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Wiramihardja KK. 2004. Obesitas dan Penanggulangannya. Bandung: Granada.
59
LAMPIRAN
60
Lampiran 1 Data referensi persentil IMT menurut umur (IMT/U) remaja putri usia 9-24 tahun Usia (tahun) Ke-5 9 13,87 10 14,23 11 14,60 12 14,98 13 15,36 14 15,67 15 16,01 16 16,37 17 16,59 18 16,71 19 16,87 20-24 17,38 Sumber: Riyadi (2003)
Ke-15 14,66 15,09 15,53 15,98 16,43 16,79 17,16 17,54 17,81 17,99 18,20 18,64
Persentil Ke-50 16,33 17,00 17,67 18,35 18,95 19,32 19,69 20,09 10,36 10,57 10,80 21,46
Ke-85 19,19 20,19 21,18 22,17 23,08 23,88 24,29 24,74 25,23 25,56 25,85 26,14
Ke-95 21,78 23,21 24,59 25,95 27,07 27,97 28,51 29,10 29,72 30,22 20,72 31,20
61
Lampiran 2 Data referensi persentil IMT menurut umur (IMT/U) remaja putra usia 9-24 tahun Usia (tahun) Ke-5 9 14.03 10 14.42 11 14.83 12 15.24 13 15.73 14 16.18 15 16.59 16 17.01 17 17.31 18 17.54 19 17.80 20-24 18.60 Sumber: Riyadi (2003)
Ke-15 14.71 15.15 15.59 16.06 16.62 17.20 17.76 18.32 18.68 18.89 19.30 20.21
Persentil Ke-50 16.17 16.72 17.28 17.87 18.53 19.22 19.92 20.63 21.12 21.45 21.86 23.07
Ke-85 18.85 19.60 20.35 21.12 21.93 22.77 23.63 24.45 25.28 25.92 26.36 26.87
Ke-95 21.47 22.60 23.73 24.89 25.93 26.93 27.76 28.53 29.32 30.02 30.66 31.26
65
Lampiran 3 Data status gizi contoh yang diambil Kores
JK
usia
IMT/U
Status Gizi
ER001 ER002 ER003
laki-laki perempuan laki-laki
10 10 10
26.9 23.4 24.3
overweight overweight overweight
ER004
perempuan
10
28.3
overweight
ER006
laki-laki
10
20.7
risiko overweight
ER007
laki-laki
10
28.2
overweight
ER008
perempuan
10
22.3
risiko overweight
ER009
perempuan
11
21.8
risiko overweight
ER010
laki-laki
11
20.5
risiko overweight
ER011
perempuan
10
22.6
risiko overweight
ER012
perempuan
10
22.2
risiko overweight
ER013
perempuan
11
27.5
overweight
ER014
laki-laki
10
24.0
overweight
ER015
laki-laki
10
21.1
risiko overweight
ER016
perempuan
10
27.6
overweight
ER017
perempuan
11
28.3
overweight
ER018
perempuan
11
21.8
risiko overweight
ER019
laki-laki
11
21.9
risiko overweight
ER020
laki-laki
11
20.7
risiko overweight
ER021
perempuan
11
20.7
risiko overweight
ER022
perempuan
11
26.3
overweight
ER025
laki-laki
11
26.5
overweight
ER026
perempuan
11
22.9
risiko overweight
ER027
laki-laki
11
25.7
overweight
ER028
laki-laki
11
21.7
risiko overweight
ER029
laki-laki
11
22.4
risiko overweight
ER030
laki-laki
11
25.1
overweight
ER031
laki-laki
10
27.4
overweight
ER032
laki-laki
9
24.4
overweight
ER033
perempuan
9
27.8
overweight
ER034
perempuan
10
21.0
risiko overweight
ER037
perempuan
11
20.2
risiko overweight
ER038
laki-laki
11
21.9
risiko overweight
ER039
perempuan
11
23.6
risiko overweight
ER040
laki-laki
11
24.1
overweight
ER041
laki-laki
11
25.5
overweight
ER042
laki-laki
10
24.0
overweight
ER043
perempuan
10
22.4
risiko overweight
ER044
perempuan
10
22.0
risiko overweight
ER045
perempuan
11
20.7
risiko overweight
66
Kores
JK
usia
IMT/U
Status Gizi
ER046
laki-laki
10
14.7
normal
ER047
perempuan
10
16.7
normal
ER049
perempuan
10
19.7
normal
ER050
perempuan
10
15.5
normal
ER051
laki-laki
10
16.8
normal
ER052
perempuan
10
19.0
normal
ER053
laki-laki
9
15.8
normal
ER054
perempuan
10
14.4
normal
ER055
laki-laki
10
16.9
normal
ER056
perempuan
10
16.6
normal
ER057
perempuan
10
16.9
normal
ER058
perempuan
10
19.2
normal
ER059
laki-laki
11
17.0
normal
ER060
laki-laki
11
17.0
normal
ER061
perempuan
11
14.3
normal
ER062
laki-laki
11
15.8
normal
ER063
laki-laki
11
16.9
normal
ER064
perempuan
9
14.9
normal
ER065
laki-laki
10
14.4
normal
ER066
laki-laki
10
14.1
normal
ER067
perempuan
9
18.2
normal
ER068
laki-laki
10
16.6
normal
ER069
laki-laki
10
18.7
normal
ER070
perempuan
10
14.4
normal
ER072
perempuan
10
14.7
normal
ER073
laki-laki
11
14.6
normal
ER074
perempuan
11
17.0
normal
ER075
perempuan
11
18.3
normal
ER076
perempuan
11
15.9
normal
ER077
perempuan
11
14.7
normal
ER078
laki-laki
11
16.2
normal
ER079
perempuan
11
15.4
normal
ER080
perempuan
11
14.6
normal
ER081
laki-laki
11
14.9
normal
ER082
laki-laki
11
16.8
normal
ER083
perempuan
9
16.5
normal
ER084
laki-laki
10
17.2
normal
ER085
perempuan
9
17.5
normal
ER086
laki-laki
9
15.0
normal
ER087
laki-laki
10
19.2
normal
67
Lampiran 4 Intik konsumsi, angka kecukupan dan tingkat kecukupan pada contoh gemuk Jenis Kelamin
IMT/U
10
laki-laki
10
perempuan
ER003
10
ER004
Nores
usia
ER001 ER002
Asupan
Angka Kecukupan
Tingkat Kecukupan
E
P
L
KH
E
P
L
KH
E
P
L
KH
26.9
1480
39.6
35.9
227.1
1992
50.7
44.3
348.6
74.3
78.0
81.1
65.1
23.4
1095
35.3
44.5
126.9
2128
46.5
47.3
372.5
51.4
75.9
94.1
34.1
laki-laki
24.3
1854
42.2
58.3
296.6
1887
38.7
41.9
330.3
98.2
109.1
139.0
89.8
10
perempuan
28.3
1882
45.8
42.0
294.3
2074
51.5
46.1
363.0
90.7
88.9
91.1
81.1
ER006
10
laki-laki
20.7
1817
39.9
54.9
306.5
1965
37.4
43.7
343.8
92.5
106.6
125.8
89.1
ER007
10
laki-laki
28.2
1345
32.5
44.8
173.9
1938
48.8
43.1
339.1
69.4
66.6
104.1
51.3
ER008
10
perempuan
22.3
1474
31.0
35.3
185.8
2186
48.2
48.6
382.6
67.4
64.5
72.7
48.6
ER009
11
perempuan
21.8
1865
35.7
38.4
217.9
2078
44.0
46.2
363.7
89.7
81.1
83.1
59.9
ER010
11
laki-laki
20.5
1333
35.7
40.2
203.3
1971
41.2
43.8
344.9
67.6
86.7
91.7
58.9
ER011
10
perempuan
22.6
1388
30.8
35.4
231.9
2063
40.4
45.8
360.9
67.3
76.3
77.2
64.2
ER012
10
perempuan
22.2
1040
27.8
31.8
163.0
2033
37.8
45.2
355.7
51.1
73.5
70.5
45.8
ER013
11
perempuan
27.5
1876
49.6
42.0
317.5
1999
49.0
44.4
349.8
93.8
101.1
94.6
90.8
ER014
10
laki-laki
24.0
784
29.2
22.6
116.7
2021
47.4
44.9
353.6
38.8
61.5
50.3
33.0
ER015
10
laki-laki
21.1
1599
55.1
52.8
236.4
1985
39.3
44.1
347.3
80.6
140.0
119.7
68.1
ER016
10
perempuan
27.6
1175
33.4
42.3
161.5
2017
45.8
44.8
353.0
58.2
72.9
94.3
45.7
ER017
11
perempuan
28.3
1066
22.9
29.4
148.8
2116
60.5
47.0
370.3
50.4
37.8
62.5
40.2
ER018
11
perempuan
21.8
968
34.2
26.1
147.9
2130
47.5
47.3
372.7
45.4
71.9
55.2
39.7
ER019
11
laki-laki
21.9
1541
33.5
43.6
253.6
2029
48.2
45.1
355.1
75.9
69.5
96.6
71.4
ER020
11
laki-laki
20.7
2387
55.6
60.9
392.7
1991
43.0
44.3
348.5
119.9
129.2
137.5
112.7
ER021
11
perempuan
20.7
1328
33.7
55.8
177.5
2105
43.5
46.8
368.4
63.1
77.4
119.4
48.2
ER022
11
perempuan
26.3
752
14.7
27.0
115.8
2071
52.5
46.0
362.4
36.3
27.9
58.7
32.0
ER025
11
laki-laki
26.5
1330
38.0
40.5
202.3
1966
53.0
43.7
344.1
67.6
71.7
92.6
58.8
68
Nores
usia
Jenis Kelamin
IMT/U
ER026
11
perempuan
ER027
11
ER028
11
ER029
Asupan
Angka Kecukupan
Tingkat Kecukupan
E
P
L
KH
E
P
L
KH
E
P
L
KH
22.9
1398
37.7
60.7
176.4
2075
46.0
46.1
363.1
67.4
82.0
131.6
48.6
laki-laki
25.7
1266
31.7
22.7
205.4
1956
50.6
43.5
342.3
64.7
62.7
52.2
60.0
laki-laki
21.7
1395
45.5
23.7
217.3
1956
42.8
43.5
342.3
71.3
106.5
54.5
63.5
11
laki-laki
22.4
1332
33.9
37.7
245.2
1919
41.5
42.6
335.9
69.4
81.6
88.5
73.0
ER030
11
laki-laki
25.1
2014
92.3
80.9
265.0
1975
50.9
43.9
345.7
101.9
181.3
184.4
76.7
ER031
10
laki-laki
27.4
1923
47.1
50.9
317.2
2078
59.0
46.2
363.6
92.5
79.8
110.2
87.2
ER032
9
laki-laki
24.4
1466
33.7
30.5
232.8
1715
47.3
38.1
300.2
85.4
71.2
80.1
77.5
ER033
9
perempuan
27.8
1052
46.9
37.5
129.7
1721
54.3
38.2
301.1
61.1
86.3
98.1
43.1
ER034
10
perempuan
21.0
2070
47.5
50.0
353.4
2137
42.3
47.5
373.9
96.9
112.3
105.2
94.5
ER037
11
perempuan
20.2
2006
61.3
82.0
249.3
1990
35.5
44.2
348.2
100.8
172.6
185.4
71.6
ER038
11
laki-laki
21.9
1307
40.4
33.6
208.7
2029
48.0
45.1
355.1
64.4
84.1
74.4
58.8
ER039
11
perempuan
23.6
1848
87.9
43.2
241.2
2091
48.6
46.5
365.9
88.4
180.6
93.1
65.9
ER040
11
laki-laki
24.1
1673
48.0
35.5
226.7
1956
47.4
43.5
342.3
85.5
101.2
81.6
66.2
ER041
11
laki-laki
25.5
1710
36.8
38.6
271.0
1880
44.6
41.8
329.1
91.0
82.7
92.3
82.4
ER042
10
laki-laki
24.0
1623
52.6
38.0
183.6
1938
41.6
43.1
339.1
83.8
126.3
88.2
54.1
ER043
10
perempuan
22.4
1261
29.2
30.8
212.6
2017
37.1
44.8
353.0
62.5
78.7
68.8
60.2
ER044
10
perempuan
22.0
1330
35.5
29.8
224.8
2002
35.5
44.5
350.4
66.5
99.9
66.9
64.2
ER045
11
perempuan
20.7
1105
35.6
34.2
172.0
2169
47.8
48.2
379.5
51.0
74.4
71.1
45.3
69
Lampiran 5 Intik konsumsi, angka kecukupan dan tingkat kecukupan pada contoh normal Nores
usia
ER046 ER047 ER049 ER050 ER051 ER052 ER053 ER054 ER055 ER056 ER057 ER058 ER059 ER060 ER061 ER062 ER063 ER064 ER065 ER066 ER067 ER068
10 10 10 10 10 10 9 10 10 10 10 10 11 11 11 11 11 9 10 10 9 10
Jenis Kelamin laki-laki perempuan perempuan perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan perempuan perempuan laki-laki laki-laki perempuan laki-laki laki-laki perempuan laki-laki laki-laki perempuan laki-laki
IMT/U 14.7 16.7 19.7 15.5 16.8 19.0 15.8 14.4 16.9 16.6 16.9 19.2 17.0 17.0 14.3 15.8 16.9 14.9 14.4 14.1 18.2 16.6
E 1557 1030 830 1487 841 1422 1795 1227 1509 1705 1300 1352 1338 1048 956 1700 2175 1449 1281 1945 1245 1936
Asupan P L 69.3 30.6 32.7 29.0 27.9 24.9 51.3 41.0 25.0 22.4 31.4 56.5 49.8 47.8 32.0 28.5 46.9 46.7 44.0 65.3 38.3 33.4 37.1 27.5 37.0 53.0 27.7 28.9 26.5 23.7 49.1 55.1 56.4 68.6 39.2 24.8 30.9 17.9 42.5 41.8 28.8 21.8 51.0 51.7
KH 244.4 161.3 122.3 225.4 124.6 240.1 282.9 217.7 205.9 234.6 196.2 204.0 256.9 179.4 154.5 252.4 322.0 264.2 239.5 320.8 202.1 306.8
Angka Kecukupan E P L KH 1846 43.1 41.0 323.0 1792 40.4 39.8 313.6 2092 50.4 46.5 366.1 1664 36.3 37.0 291.3 1820 44.7 40.4 318.5 2372 57.0 52.7 415.0 1703 49.5 37.9 298.1 2159 46.8 48.0 377.9 2013 49.9 44.7 352.2 1748 39.2 38.8 305.9 1893 43.0 42.1 331.2 2090 49.9 46.4 365.7 2137 55.0 47.5 374.0 1941 49.7 43.1 339.7 1625 35.7 36.1 284.3 1870 46.6 41.6 327.3 1887 48.1 41.9 330.3 1503 42.1 33.4 263.0 1581 36.3 35.1 276.7 1430 32.3 31.8 250.2 2075 64.6 46.1 363.1 1933 47.4 43.0 338.4
Tingkat Kecukupan E P L KH 84.4 160.6 74.7 75.7 57.5 80.9 72.7 51.4 39.7 55.3 53.6 33.4 89.3 141.2 110.9 77.4 46.2 55.9 55.4 39.1 59.9 55.1 107.3 57.9 105.3 100.7 126.3 94.9 56.8 68.2 59.4 57.6 75.0 94.0 104.4 58.5 97.5 112.2 168.2 76.7 68.7 89.0 79.4 59.2 64.7 74.3 59.3 55.8 62.6 67.2 111.5 68.7 54.0 55.8 67.1 52.8 58.9 74.4 65.6 54.3 90.9 105.4 132.5 77.1 115.3 117.1 163.6 97.5 96.4 93.2 74.4 100.4 81.0 85.2 50.9 86.5 136.0 131.8 131.5 128.2 60.0 44.6 47.3 55.7 100.1 107.5 120.2 90.7
70
Nores
usia
ER069 ER070 ER072 ER073 ER074 ER075 ER076 ER077 ER078 ER079 ER080 ER081 ER082 ER083 ER084 ER085 ER086 ER087
10 10 10 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 9 10 9 9
10
Jenis Kelamin laki-laki perempuan perempuan laki-laki perempuan perempuan perempuan perempuan laki-laki perempuan perempuan laki-laki laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki laki-laki
IMT/U 18.7 14.4 14.7 14.6 17.0 18.3 15.9 14.7 16.2 15.4 14.6 14.9 16.8 16.5 17.2 17.5 15.0 19.2
E 1204 1775 1931 1592 1689 1374 1449 2063 2060 1448 2235 1721 2145 1495 1833 1442 1322 840
Asupan P L 28.8 15.6 70.6 52.8 49.8 67.9 44.1 72.4 35.2 32.1 47.5 35.8 35.9 47.1 48.1 70.2 51.8 60.3 37.5 44.6 64.6 63.3 41.0 31.9 47.3 40.4 42.4 47.8 47.0 39.2 34.4 25.8 30.4 41.1 20.6 32.5
KH 210.5 248.6 258.0 201.4 287.6 218.5 219.1 251.5 329.0 208.2 344.5 309.8 379.4 209.9 261.0 262.4 188.6 112.3
Angka Kecukupan E P L KH 2152 55.4 47.8 376.6 1855 39.6 41.2 324.6 1730 37.1 38.4 302.7 1347 32.3 29.9 235.8 1989 47.0 44.2 348.0 1843 44.5 41.0 322.5 1975 45.5 43.9 345.6 1589 35.3 35.3 278.1 1896 47.7 42.1 331.8 1521 34.3 33.8 266.2 1699 37.6 37.8 297.3 1761 42.9 39.1 308.3 1821 46.3 40.5 318.7 2148 65.0 47.7 375.9 2037 50.9 45.3 356.5 1812 54.9 40.3 317.1 1485 41.8 33.0 259.9 2075 53.7 46.1 363.1
Tingkat Kecukupan E P L KH 56.0 51.9 32.7 55.9 95.7 178.3 128.2 76.6 111.7 134.3 176.7 85.2 118.1 136.6 241.9 85.4 84.9 74.9 72.6 82.6 74.6 106.8 87.5 67.8 73.4 78.9 107.3 63.4 129.8 136.3 198.8 90.4 108.7 108.5 143.0 99.2 95.2 109.3 131.9 78.2 131.6 171.6 167.7 115.9 97.7 95.7 81.4 100.5 117.8 102.2 99.9 119.1 69.6 65.3 100.2 55.8 90.0 92.3 86.5 73.2 79.6 62.7 64.0 82.8 89.0 72.8 124.7 72.6 40.5 38.4 70.6 30.9
71
Lampiran 6 Sebaran contoh menurut frekuensi dan ukuran konsumsi snack, fast food, soft drink, dan pangan lainnya yang paling banyak dikonsumsi satu bulan lalu serta status gizi Status Gizi Jenis Pangan
Total
Normal n %
Gemuk n %
n
%
Tidak Pernah 1-3x/bln 1-2x/minggu 3-5x/minggu 6-7x/minggu Total
9 10 18 3 0 40
22.5 25 45 7.5 0 100
9 17 13 1 0 40
22.5 42.5 32.5 2.5 0 100
18 27 31 4 0 80
22.5 33.75 38.75 5 0 100
Kecil Sedang Besar Total
17 12 2 31
54.8 38.7 6.5 100
11 20 0 31
35.5 64.5 0 100
28 32 2 62
45.2 51.6 3.2 100
Frekuensi
Tidak Pernah 1-3x/bln 1-2x/minggu 3-5x/minggu 6-7x/minggu
10 11 15 4 0
25 27.5 37.5 10 0
10 15 13 2 0
25 37.5 32.5 5 0
20 26 28 6 0
25 32.5 35 7.5 0
Ukuran
Total Kecil Sedang Besar Total
40 17 11 2 30
100 56.7 36.7 6.7 100
40 16 12 2 30
100 53.3 40 6.7 100
80 33 23 4 60
100 55 38.3 6.7 100
Tidak Pernah 1-3x/bln 1-2x/minggu 3-5x/minggu 6-7x/minggu
8 14 13 4 1
20 35 32.5 10 2.5
10 18 10 2 0
25 45 25 5 0
18 32 23 6 1
22.5 40 28.75 7.5 1.25
Total
40
100
40
100
80
100
Kecil Sedang Besar Total
15 11 6 32
46.9 34.4 18.8 100
10 17 3 30
33.3 56.7 10 100
25 28 9 62
40.3 45.2 14.5 100
Tidak Pernah 1-3x/bln 1-2x/minggu Frekuensi 3-5x/minggu 6-7x/minggu Total Kecil Ukuran Sedang Besar Total Fried Chicken
7 18 12 2 1 40 6 21 6 33
17.5 45 30 5 2.5 100 18.2 63.6 18.2 100
9 19 10 1 1 40 6 17 8 31
22.5 47.5 25 2.5 2.5 100 19.4 54.8 25.8 100
16 37 22 3 2 80 12 38 14 64
20 46.25 27.5 3.75 2.5 100 18.8 59.4 21.9 100
Frekuensi
7
17.5
10
25
17
21.25
Snack Taro
Frekuensi
Ukuran
Cheetos
Lays
Frekuensi
Ukuran
Fast Food Pizza
Tidak Pernah
72
Status Gizi Jenis Pangan
Ukuran
Gemuk n %
n
%
1-3x/bln 1-2x/minggu 3-5x/minggu 6-7x/minggu
12 14 7 0
30 35 17.5 0
14 12 3 1
35 30 7.5 2.5
26 26 10 1
32.5 32.5 12.5 1.25
Total
40
100
40
100
80
100
Kecil Sedang Besar
10 23 0
30.3 69.7 0
7 20 3
23.3 66.7 10
17 43 3
27 68.3 4.8
33
100
30
100
63
100
8 9 16 7 0 40 14 16 2 32
20 22.5 40 17.5 0 100 43.75 50 6.25 100
8 12 20 0 0 40 7 24 1 32
20 30 50 0 0 100 21.9 75 3.1 100
16 21 36 7 0 80 21 40 3 64
20 26.25 45 8.75 0 100 32.8 62.5 4.7 100
3 14 11 10 2 40 14 20 3
7.5 35 27.5 25 5 100 37.8 54.1 8.1
5 14 14 6 1 40 11 22 2
12.5 35 35 15 2.5 100 31.4 62.9 5.7
8 28 25 16 3 80 25 42 5
10 35 31.25 20 3.75 100 34.7 58.3 6.9
37
100
35
100
72
100
0 9 17 8 6 40 8 28 4 40
0 22.5 42.5 20 15 100 20 70 10 100
2 14 17 5 2 40 10 26 2 38
5 35 42.5 12.5 5 100 26.3 68.4 5.3 100
2 23 34 13 8 80 18 54 6 78
2.5 28.75 42.5 16.25 10 100 23.1 69.2 7.7 100
2 4 14 15 5 40
5 10 35 37.5 12.5 100
5 10 20 5 0 40
12.5 25 50 12.5 0 100
7 14 34 20 5 80
8.75 17.5 42.5 25 6.25 100
20
52.6
9
25.7
29
39.7
Total Potato Fries Tidak Pernah 1-3x/bln 1-2x/minggu Frekuensi 3-5x/minggu 6-7x/minggu Total Kecil Ukuran Sedang Besar Total Soft Drink Teh Botol Tidak Pernah 1-3x/bln Frekuensi 1-2x/minggu 3-5x/minggu 6-7x/minggu Total Kecil Sedang Ukuran Besar Total Pangan Hewani dan Nabati Daging Ayam Tidak Pernah 1-3x/bln 1-2x/minggu Frekuensi 3-5x/minggu 6-7x/minggu Total Kecil Ukuran Sedang Besar Total Telur Ayam Tidak Pernah 1-3x/bln 1-2x/minggu Frekuensi 3-5x/minggu 6-7x/minggu Total Ukuran
Total
Normal n %
Kecil
73
Status Gizi Jenis Pangan
Total
Normal n %
Gemuk n %
n
%
Sedang Besar Total
15 3 38
39.4 7.89 100
26 0 35
74.3 0 100
41 3 73
56.2 4.1 100
Tidak Pernah 1-3x/bln 1-2x/minggu 3-5x/minggu 6-7x/minggu Total Kecil Sedang Besar Total
2 12 17 7 2 40 15 20 3 38
5 30 42.5 17.5 5 100 39.5 52.6 7.9 100
3 8 24 4 1 40 8 24 5 37
7.5 20 60 10 2.5 100 21.6 64.9 13.5 100
5 20 41 11 3 80 23 44 8 75
6.25 25 51.3 13.8 3.75 100 30.7 58.7 10.7 100
Tidak Pernah 1-3x/bln 1-2x/minggu 3-5x/minggu 6-7x/minggu Total Kecil Sedang Besar Total
6 9 16 6 3 40 16 17 1 34
15 22.5 40 15 7.5 100 47.1 50 2.9 100
6 11 20 1 2 40 15 17 2 34
15 27.5 50 2.5 5 100 44.1 50 5.9 100
12 20 36 7 5 80 31 34 3 68
15 25 45 8.75 6.25 100 45.6 50 4.4 100
Tidak Pernah 1-3x/bln 1-2x/minggu 3-5x/minggu 6-7x/minggu Total Kecil Sedang Besar
8 9 16 5 2 40 17 13 2
20 22.5 40 12.5 5 100 53.13 40.63 6.25
3 12 21 3 1 40 13 23 1
7.5 30 52.5 7.5 2.5 100 35.14 62.16 2.703
11 21 37 8 3 80 30 36 3
13.75 26.25 46.25 10 3.75 100 43.5 52.2 4.3
Total
32
100
37
100
69
100
1 7 10 11 11 40 11 26 2 39
2.5 17.5 25 27.5 27.5 100 28.1 66.8 5.1 100
0 6 18 13 3 40 7 29 4 40
0 15 45 32.5 7.5 100 17.5 72.5 10 100
1 13 28 24 14 80 18 55 6 79
1.25 16.25 35 30 17.5 100 22.8 69.6 7.6 100
4 5 17 5
10 12.5 42.5 12.5
3 11 14 7
7.5 27.5 35 17.5
7 16 31 12
8.75 20 38.75 15
Ikan
Frekuensi
Ukuran
Tahu
Frekuensi
Ukuran
Tempe
Frekuensi
Ukuran
Pangan Lainnya Buah-Buahan Tidak Pernah 1-3x/bln 1-2x/minggu Frekuensi 3-5x/minggu 6-7x/minggu Total Kecil Sedang Ukuran Besar Total Sayur Tidak Pernah 1-3x/bln Frekuensi 1-2x/minggu 3-5x/minggu
74
Status Gizi Jenis Pangan
Ukuran
Total
Normal n %
Gemuk n %
n
%
6-7x/minggu Total Kecil Sedang Besar Total
9 40 12 22 2 36
22.5 100 33.3 61.1 5.6 100
5 40 8 28 1 37
12.5 100 21.6 75.7 2.7 100
14 80 20 50 3 73
17.5 100 27.4 68.5 4.1 100
Tidak Pernah 1-3x/bln 1-2x/minggu 3-5x/minggu 6-7x/minggu Total Kecil Sedang Besar Total
0 3 4 8 25 40 13 20 7 40
0 7.5 10 20 62.5 100 32.5 50 17.5 100
4 4 5 6 21 40 8 27 1 36
10 10 12.5 15 52.5 100 22.22 75 2.778 100
4 7 9 14 46 80 21 47 8 76
5 8.75 11.25 17.5 57.5 100 27.6 61.8 10.5 100
Susu
Frekuensi
Ukuran