1
KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI
Oleh: FRISKA AMELIA
PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK, DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI Food Consumption, Nutritional Knowledge, Physical Activity, and Nutritional Status of Adolescence in Sungai Penuh, Kerinci District, Jambi Province Friska Amelia1) Hadi Riyadi2) Abstract Nutritional status can be measured by food consumption, physical activity, and food habit. One of the methods to measure food consumption and physical activity is recall method. The objective of this research was to understand food consumption, nutritional knowledge, physical activity, and nutritional status of adolescence in Sungai Penuh, Kerinci District. The method used in this research was cross sectional study method. The sample was 100 sophomores in junior high school with age between 12 and 15 years old. The sample was chosen by descriptive method. The data was analyzed using Pearson Correlation and Multiple Linear Regression. Result shows that there is significant correlation between physical activity and nutritional status of adolescence (p<0.01). The factors that influence the nutritional status of adolescence are gender, physical activity, and Body Mass Index (BMI) of the mother. Keywords: food consumption, physical activity, junior high school student
__________________ 1 2
Alumni Dept. Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, IPB Staf Pengajar Dept. Gizi Masyarakat, FEMA, IPB
RINGKASAN Friska Amelia. Konsumsi Pangan, Pengetahuan Gizi, Aktivitas Fisik, dan Status Gizi Pada Remaja di Kota Sungai Penuh Kabupaten Kerinci Propinsi Jambi. Dibawah Bimbingan Hadi Riyadi. Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui konsumsi pangan, pengetahuan gizi, aktifitas fisik, dan status gizi pada remaja di Kota Sungai Penuh, Kabupaten Kerinci. Adapun tujuan khususnya yaitu : (1) Mengetahui karakteristik individu dan keluarga remaja, (2) Mempelajari keadaan pengetahuan gizi remaja, (3) Mempelajari keadaan konsumsi pangan dan tingkat konsumsi pangan remaja, (4) Mempelajari status gizi contoh, (5) Menganalisis hubungan aktifitas fisik dengan konsumsi pangan remaja, (6) Menganalisis hubungan konsumsi pangan remaja dengan status gizi remaja, (7) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi remaja. Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian cross-sectional study. Penelitian ini dilaksanakan di empat sekolah yaitu di SMPN 1 Sungai Penuh, SMPN 2 Sungai Penuh, SMPN 4 Sungai Penuh, dan SMPN 8 Sungai Penuh. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari – Maret 2008. Kriteria contoh dalam penelitian ini adalah berusia 12-15 tahun. Anak usia tersebut sebagian besar berada pada kelas II SMP. Metode yang digunakan dalam penarikan contoh adalah secara purposive. Jumlah contoh yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 100 orang. Jenis data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer meliputi data antropometri, identitas contoh (nama, tempat/tanggal lahir, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, pendapatan keluarga, uang saku perhari, antropometri orang tua), data konsumsi pangan contoh, data food frequency, data aktifitas fisik contoh. Data sekunder meliputi data jumlah guru dan pegawai, data jumlah siswa, lokasi sekolah, fasilitas sekolah. Data-data yang diperoleh diolah dan dianalisis dengan menggunakan Microsoft excel dan SPSS 13.0 for Windows. Pengolahan data yang dilakukan berupa editing, coding, cleaning, entry, dan analisis. Usia contoh berkisar antara 12 hingga 15 tahun, proporsi terbanyak contoh berusia 14 tahun (45%). Lebih dari separuh contoh (66%) berjenis kelamin perempuan. Separuh contoh (50%) mendapatkan uang saku Rp 5 00110 000 per hari. Proporsi terbanyak pendidikan ayah dan ibu contoh adalah SMA (39% ayah dan 40% ibu). Proporsi terbanyak pekerjaan ayah contoh (38%) adalah pegawai negeri dan lebih dari separuh ibu contoh (53%) tidak bekerja. Proporsi terbanyak orang tua contoh (44%) memiliki pendapatan < Rp 1 000 000. berdasarkan tingkat pengetahuan gizi contoh, proporsi terbesar berada pada tingkat pengetahuan sedang (55%). Pengeluaran energi rata-rata contoh adalah 2104 kkal. Berdasarkan jenis kelamin contoh laki-laki lebih banyak mengeluarkan energi daripada wanita yaitu 2527 kkal pada laki-laki dan 1887 kkal pada perempuan. Aktivitas yang memiliki alokasi waktu terbesar yang dilakukan contoh adalah tidur (8.3 jam) dan belajar (7.93 jam). Rata-rata pengeluaran energi terbesar contoh adalah pengeluaran energi belajar (652.90 kkal) dan tidur (442.48 kkal). Rata-rata konsumsi energi contoh laki-laki dan perempuan adalah 2196.39 kkal dan 2121.33 kkal. Sebanyak 58.82% contoh laki-laki dan 56.06% contoh perempuan termasuk dalam tingkat konsumsi energi cukup. Hampir semua contoh (91.18% contoh laki-laki dan 92.42% contoh perempuan) termasuk dalam tingkat konsumsi protein cukup. Proporsi terbesar contoh perempuan (46.97%) tingkat konsumsi vitamin A dalam kategori cukup, akan
tetapi separuh (50%) contoh laki-laki tingkat konsumsi vitamin A dalam kategori cukup dan separuh (50%) kurang. Sebagian besar (64.71%) tingkat konsumsi vitamin C contoh laki-laki kurang sedangkan lebih dari separuh (59.09%) contoh perempuan tingkat konsumsi vitamin C cukup. Proporsi terbesar tingkat konsumsi kalsium contoh laki-laki dan perempuan masih kurang (70.59 % lakilaki dan 40.91% perempuan). Lebih dari separuh (56.06%) contoh perempuan tingkat konsumsi fosfornya cukup dan lebih dari separuh (52.94%) contoh lakilaki tingkat konsumsi fosfornya cukup. Berdasarkan indeks massa tubuh, hampir semua contoh (92%) termasuk ke dalam kategori normal, 6% contoh pada kategori kurus, dan 2% contoh pada kategori gemuk. Hasil uji T menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata antara konsumsi energi, protein, besi, kalsium, dan fosfor contoh laki-laki dengan tingkat konsumsi energi, protein, besi, kalsium, dan fosfor contoh perempuan. Sedangkan untuk konsumsi vitamin A kedua kelompok contoh memiliki perbedaan yang nyata (p=0.004) dan Vitamin C kedua kelompok contoh memiliki perbedaan yang nyata (p=0.000). Hasil uji T menujukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata antara tingkat konsumsi contoh laki-laki dengan tingkat konsumsi contoh perempuan (p>0.05).
Uji korelasi Pearson menunjukkan bahwa pengetahuan gizi tidak berhubungan nyata (p>0,05) dengan konsumsi pangan dan status gizi. Uji korelasi Pearson menunjukkan tidak adanya hubungan yang nyata antara aktivitas fisik (pengeluaran energi) (p>0.05) dengan konsumsi energi, protein, besi, kalsium, dan fosfor. Akan tetapi terdapat hubungan yang nyata antara aktivitas fisik (pengeluaran energi) (p<0.05) dengan konsumsi vitamin A dan konsumsi vitamin C. Uji korelasi Pearson menunjukkan terdapat hubungan yang nyata antara aktivitas fisik (p<0.01) dengan status gizi remaja. Uji korelasi Pearson tdak terdapat hubungan yang nyata antara konsumsi pangan (p>0.05) dengan status gizi remaja. Uji regresi linear berganda menunjukkan bahwa jenis kelamin (p<0.01) berpengaruh terhadap status gizi remaja, aktivitas fisik (pengeluaran energi) (p<0.05) berpengaruh terhadap status gizi remaja, dan nilai IMT ibu (p<0.05) berpengaruh terhadap status gizi remaja.
2 KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI
Skripsi Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh: FRISKA AMELIA
PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
3
RINGKASAN Friska Amelia. Konsumsi Pangan, Pengetahuan Gizi, Aktivitas Fisik, dan Status Gizi Pada Remaja di Kota Sungai Penuh Kabupaten Kerinci Propinsi Jambi. Dibawah Bimbingan Hadi Riyadi. Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui konsumsi pangan, pengetahuan gizi, aktifitas fisik, dan status gizi pada remaja di Kota Sungai Penuh, Kabupaten Kerinci. Adapun tujuan khususnya yaitu : (1) Mengetahui karakteristik individu dan keluarga remaja, (2) Mengidentifikasi keadaan pengetahuan gizi remaja, (3) Mengidentifikasi keadaan konsumsi pangan dan tingkat konsumsi pangan remaja, (4) Mengidentifikasi status gizi contoh, (5) Menganalisis hubungan aktifitas fisik dengan konsumsi pangan remaja, (6) Menganalisis hubungan konsumsi pangan remaja dengan status gizi remaja, (7) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi remaja. Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian cross-sectional study. Penelitian ini dilaksanakan di empat sekolah yaitu di SMPN 1 Sungai Penuh, SMPN 2 Sungai Penuh, SMPN 4 Sungai Penuh, dan SMPN 8 Sungai Penuh. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari – Maret 2008. Kriteria contoh dalam penelitian ini adalah berusia 12-15 tahun. Anak usia tersebut sebagian besar berada pada kelas II SMP. Metode yang digunakan dalam penarikan contoh adalah secara purposive. Jumlah contoh yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 100 orang. Jenis data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer meliputi data antropometri, identitas contoh (nama, tempat/tanggal lahir, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, pendapatan keluarga, uang saku perhari, antropometri orang tua), data konsumsi pangan contoh, data food frequency, data aktifitas fisik contoh. Data sekunder meliputi data jumlah guru dan pegawai, data jumlah siswa, lokasi sekolah, fasilitas sekolah. Data-data yang diperoleh diolah dan dianalisis dengan menggunakan Microsoft excel dan SPSS 13.0 for Windows. Pengolahan data yang dilakukan berupa editing, coding, cleaning, entry, dan analisis. Usia contoh berkisar antara 12 hingga 15 tahun, proporsi terbanyak contoh berusia 14 tahun (45%). Lebih dari separuh contoh (66%) berjenis kelamin perempuan. Separuh contoh (50%) mendapatkan uang saku Rp 5 00110 000 per hari. Proporsi terbanyak pendidikan ayah dan ibu contoh adalah SMA (39% ayah dan 40% ibu). Proporsi terbanyak pekerjaan ayah contoh (38%) adalah pegawai negeri dan lebih dari separuh ibu contoh (53%) tidak bekerja. Proporsi terbanyak orang tua contoh (44%) memiliki pendapatan < Rp 1 000 000. berdasarkan tingkat pengetahuan gizi contoh, proporsi terbesar berada pada tingkat pengetahuan sedang (55%). Pengeluaran energi rata-rata contoh adalah 2104 kkal. Berdasarkan jenis kelamin contoh laki-laki lebih banyak mengeluarkan energi daripada wanita yaitu 2527 kkal pada laki-laki dan 1887 kkal pada perempuan. Aktivitas yang memiliki alokasi waktu terbesar yang dilakukan contoh adalah tidur (8.3 jam) dan belajar (7.93 jam). Rata-rata pengeluaran energi terbesar contoh adalah pengeluaran energi belajar (652.90 kkal) dan tidur (442.48 kkal). Rata-rata konsumsi energi contoh laki-laki dan perempuan adalah 2196.39 kkal dan 2121.33 kkal. Sebanyak 21% contoh laki-laki dan 37% contoh perempuan termasuk dalam tingkat konsumsi cukup. Hampir semua contoh (31% contoh laki-laki dan 61% contoh perempuan) termasuk dalam tingkat konsumsi cukup. Proporsi terbesar contoh perempuan (46%) tingkat konsumsi vitamin A dalam kategori cukup, akan tetapi separuh (17%) contoh laki-laki tingkat
4 konsumsi vitamin A dalam kategori cukup dan separuh (17%) kurang. Sebagian besar (22%) tingkat konsumsi vitamin C contoh laki-laki kurang sedangkan lebih dari separuh (39%) contoh perempuan tingkat konsumsi vitamin C cukup. Proporsi terbesar tingkat konsumsi kalsium contoh laki-laki dan perempuan masih kurang (24 % laki-laki dan 41% perempuan). Sebagian besar (37%) contoh perempuan tingkat konsumsi fosfornya cukup dan separuh (18%) contoh laki-laki tingkat konsumsi fosfornya cukup. Berdasarkan indeks massa tubuh, hampir semua contoh (92%) termasuk ke dalam kategori normal, 6% contoh pada kategori kurus, dan 2% contoh pada kategori gemuk. Hasil uji T menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata antara konsumsi energi, protein, besi, kalsium, dan fosfor contoh laki-laki dengan tingkat konsumsi energi, protein, besi, kalsium, dan fosfor contoh perempuan. Sedangkan untuk konsumsi vitamin A kedua kelompok contoh memiliki perbedaan yang nyata (p=0.004) dan Vitamin C kedua kelompok contoh memiliki perbedaan yang nyata (p=0.000). Hasil uji T menujukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata antara tingkat konsumsi contoh laki-laki dengan tingkat konsumsi contoh perempuan (p>0.05). Uji korelasi Pearson menunjukkan bahwa pengetahuan gizi tidak berhubungan nyata (p>0,05) dengan konsumsi pangan dan status gizi. Uji korelasi Pearson menunjukkan tidak adanya hubungan yang nyata antara aktivitas fisik (pengeluaran energi) (p>0.05) dengan konsumsi energi, protein, besi, kalsium, dan fosfor. Akan tetapi terdapat hubungan yang nyata antara aktivitas fisik (pengeluaran energi) (p<0.05) dengan konsumsi vitamin A dan konsumsi vitamin C. Uji korelasi Pearson menunjukkan terdapat hubungan yang nyata antara aktivitas fisik (p<0.01) dengan status gizi remaja. Uji korelasi Pearson tdak terdapat hubungan yang nyata antara konsumsi pangan (p>0.05) dengan status gizi remaja. Uji regresi linear berganda menunjukkan bahwa jenis kelamin (p<0.01) berpengaruh terhadap status gizi remaja, aktivitas fisik (pengeluaran energi) (p<0.05) berpengaruh terhadap status gizi remaja, dan nilai IMT ibu (p<0.05) berpengaruh terhadap status gizi remaja.
5 KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK, DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI Food Consumption, Nutritional Knowledge, Physical Activity, and Nutritional Status of Adolescence in Sungai Penuh, Kerinci District, Jambi Province Friska Amelia1) Hadi Riyadi2)
Abstract Nutritional status can be measured by food consumption, physical activity, and food habit. One of the methods to measure food consumption and physical activity is recall method. The objective of this research was to understand food consumption, nutritional knowledge, physical activity, and nutritional status of adolescence in Sungai Penuh, Kerinci District. The method used in this research was cross sectional study method. The sample was 100 sophomores in junior high school with age between 12 and 15 years old. The sample was chosen by descriptive method. The data was analyzed using Pearson Correlation and Multiple Linear Regression. Result shows that there is significant correlation between physical activity and nutritional status of adolescence (p<0.01). The factors that influence the nutritional status of adolescence are gender, physical activity, and Body Mass Index (BMI) of the mother. Keywords: food consumption, physical activity, junior high school student
__________________ 1
Alumni Dept. Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, IPB
2
Staf Pengajar Dept. Gizi Masyarakat, FEMA, IPB
6 Judul
: Konsumsi Pangan, Pengetahuan Gizi, Aktivitas Fisik, dan Status Gizi pada Remaja Di Kota Sungai Penuh Kabupaten Kerinci Propinsi Jambi
Nama Mahasiswa
: Friska Amelia
Nomor pokok
: A54104005
Disetujui, Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Hadi Riyadi MS NIP 131 628 531
Diketahui Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP 131 124 019
Tanggal lulus
7
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kerinci pada tanggal 2 juni 1987. Penulis merupakan putri pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Reflian dan Hasmaizar. Pendidikan Formal pertama yang ditempuh penulis adalah taman kanak-kanak di TK Pertiwi, Hamparan Rawang dari tahun 1991 sampai dengan tahun 1992. Pendidikan SD ditempuh pada tahun 1992 hingga tahun 1998 di SD Negeri 222/III Simpang Tiga Rawang dan pada tahun 1998 hingga tahun 2001 penulis melanjutkan sekolah di SLTP Negeri 4 Sungai Penuh hingga tahun 2001, dan kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SMU Negeri 1 Sungai Penuh mulai tahun 2001 sampai tahun 2004. Penulis diterima sebagai mahasiswa di Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2004 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama menjadi mahasiswa penulis pernah aktif dalam kegiatan organisasi kampus Bina Desa 2006/2007. Penulis juga aktif dalam Ikatan Mahasiswa Kerinci Bogor (IMK-B) 2004 sampai sekarang.
8
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyusun skripsi yang berjudul “Konsumsi pangan, Pengetahuan Gizi, Aktivitas Fisik, dan Status Gizi pada Remaja di Kota Sungai Penuh Kabupaten Kerinci Propinsi Jambi”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk dapat memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Dr. Ir. Hadi Riyadi, MS selaku dosen pembimbing skripsi yang penuh kesabaran telah meluangkan waktu dan pikirannya, memberikan arahan, masukan, kritikan, semangat dan dorongan untuk menyelesaikan tugas akhir ini. 2. Ir. Cesilia Meti Dwiriani, M.Sc selaku dosen pemandu seminar dan dosen penguji skripsi atas saran yang diberikan. 3. Papa, mama dan adik-adikku tersayang (Lia dan Herry) atas do’a, nasehat, dan semangat yang telah diberikan selama ini. 4. Ratna Cahya Ningsih, Fera Oktalina, dan Yesa Sri Utami selaku pembahas seminar. 5. Seluruh pihak sekolah yang telah membantu kelancaran penelitian. 6. Sahabat-sahabatku (mba mei, Yesa, Henny,dan Lola), terima kasih atas nasehat dan dukungan selama ini. 7. Teman-temanku (Ima, Fika Pus, Monika, Kiki, Rena, Dhita, Venny, Ratna, Arina, Norma, Ani, Angel, mba Eka, Ermita, dekus) dan teman-teman GMSK 41 terima kasih atas segala bantuan, dukungan yang diberikan, serta kebersamaan dan cerita-cerita indah selama empat tahun. 8. Teman-teman kosan Radar 36 (Mira, Wenny, Occy, dan Ela) atas kebersamaan dan kebaikannya. 9. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis selama kuliah hingga penyelesaian skripsi. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran membangun sangat penulis harapkan. Penulis berharap penelitian ini dapat memberikan informasi dan bermanfaat bagi semua. Bogor, Juni 2008 Penulis
9
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI ........................................................................................................ i DAFTAR TABEL ................................................................................................. iii DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... v PENDAHULUAN ................................................................................................. 1 Latar Belakang ............................................................................................ 1 Perumusan Masalah.................................................................................... 3 Tujuan.......................................................................................................... 3 Kegunaan Penelitian ................................................................................... 4 TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 5 Remaja ......................................................................................................... 5 Konsumsi Pangan ........................................................................................ 6 Kebiasaan Makan ......................................................................................... 7 Pengetahuan Gizi ......................................................................................... 8 Aktivitas Fisik ................................................................................................ 9 Status Gizi .................................................................................................... 10 Kecukupan Energi dan Zat Gizi .................................................................... 11 Energi .................................................................................................... 13 Protein ................................................................................................... 13 Besi........................................................................................................ 13 Vitamin A ............................................................................................... 14 Vitamin C ............................................................................................... 14 Kalsium .................................................................................................. 15 Fosfor .................................................................................................... 15 METODE PENELITIAN ....................................................................................... 16 Desain, tempat dan waktu ............................................................................ 16 Jumlah dan Cara Penarikan contoh ............................................................. 16 Jenis dan cara pengumpulan data ............................................................... 17 Pengolahan dan analisis data ...................................................................... 17 Defenisi opersional ....................................................................................... 20 KERANGKA PEMIKIRAN................................................................................... 22 HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................................. 23 Gambaran Umum Lokasi Penelitian .............................................................. 23 Karakteristik Keluarga Contoh ....................................................................... 24
10 Karakteristik Contoh ...................................................................................... 27 Pengetahuan Gizi Contoh ............................................................................. 28 Aktivitas Fisik Contoh .................................................................................... 29 Kebiasaan Makan Contoh ............................................................................. 31 Kebiasaan Sarapan ............................................................................... 32 Pengolahan Makanan............................................................................ 33 Makanan Kesukaan ............................................................................... 33 Makanan Pantangan ............................................................................. 33 Frekuensi Makan ................................................................................... 34 Frekuensi Konsumsi Pangan................................................................. 34 Konsumsi Pangan dan Tingkat Konsumsi Gizi............................................. 37 Jumlah dan Jenis Pangan ..................................................................... 37 Konsumsi pangan .................................................................................. 39 Tingkat Konsumsi Gizi ........................................................................... 41 Status Gizi .................................................................................................... 43 Hubungan antara Pengetahuan Gizi dengan Konsumsi Pangan ................. 45 Hubungan Aktivitas Fisik dengan Konsumsi Pangan ................................... 45 Hubungan Pengetahuan Gizi dengan Status Gizi Remaja ........................... 46 Hubungan Aktivitas Fisik dengan Status Gizi Remaja ................................. 46 Hubungan Konsumsi Pangan dengan Status Gizi Remaja .......................... 47 Faktor yang Berpengaruh terhadap Status Gizi ........................................... 47 KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................................. 49 Kesimpulan .................................................................................................... 49 Saran ............................................................................................................. 50 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 51 LAMPIRAN ......................................................................................................... 54
11
DAFTAR TABEL Halaman 1. Klasifikasi IMT menurut WHO.................................................................. 11 2. Kategori Status Gizi untuk Balita dan Anak-Anak.................................... 11 3. Angka Kecukupan Zat Gizi untuk Remaja ............................................... 12 4. Faktor Koreksi terhadap BMR ................................................................. 19 5. Cara Menghitung Angka Kecukupan Energi Individu (AKEI) Remaja (1019 tahun) ................................................................................................. 19 6. Sebaran Contoh menurut Tingkat Pendidikan Orang Tua....................... 25 7. Sebaran Contoh Menurut Jenis Pekerjaan Orang Tua............................ 25 8. Sebaran Contoh Menurut Pendapatan Orang Tua .................................. 26 9. Sebaran Contoh Menurut Status Gizi Orang Tua .................................... 26 10. Sebaran Contoh Menurut Umur............................................................... 27 11. Sebaran Contoh Menurut Jenis Kelamin ................................................. 27 12. Sebaran Contoh Menurut Uang Saku Per Hari ....................................... 28 13. Sebaran Contoh Menurut Tingkat Pengetahuan Gizi .............................. 28 14. Sebaran Contoh Menurut Pertanyaan Pengetahuan Gizi ....................... 29 15. Sebaran Contoh Menurut Jenis Aktivitas, Rata-Rata Alokasi Waktu dan Jenis Kelamin .......................................................................................... 30 16. Sebaran Contoh Menurut Jenis Aktivitas, Rata-Rata Pengeluaran Energi dan Jenis Kelamin ................................................................................... 31 17. Sebaran Contoh Menurut Jenis Menu Sarapan ...................................... 32 18. Sebaran Contoh Menurut Cara Pengolahan Makanan............................ 33 19. Sebaran Contoh Menurut Jenis Makanan Kesukaan .............................. 33 20. Sebaran Contoh Menurut Makanan Pantangan ...................................... 34 21. Sebaran Contoh Menurut Frekuensi Makan ............................................ 34 22. Sebaran Contoh Menurut Frekuensi Konsumsi Pangan ......................... 36 23. Sebaran Contoh Menurut Rata-Rata Konsumsi Pangan, Energi dan Zat Gizi Pangan Pokok .................................................................................. 37 24. Sebaran Contoh Menurut Rata-Rata Konsumsi Pangan, Energi dan Zat Gizi Pangan Nabati .................................................................................. 38 25. Sebaran Contoh Menurut Rata-Rata Konsumsi Pangan, Energi dan Zat Gizi Pangan Hewani ................................................................................ 38 26. Sebaran Contoh Menurut Rata-Rata Konsumsi Pangan, Energi dan Zat Gizi Sayuran ............................................................................................ 38
12 27. Sebaran Contoh Menurut Rata-Rata Konsumsi Pangan, Energi dan Zat Gizi Buah-Buahan.................................................................................... 39 28. Sebaran Contoh Menurut Rata-Rata Konsumsi Zat Gizi dan Jenis Kelamin .................................................................................................... 41 29. Sebaran Contoh Menurut Rata-Rata Tingkat Konsumsi Zat Gizi dan Jenis Kelamin .................................................................................................... 42 30. Sebaran Contoh Menurut Klasifikasi Tingkat Konsumsi Zat Gizi dan Jenis Kelamin .................................................................................................... 43 31. Sebaran Contoh Menurut BB, TB, IMT .................................................... 44 32. Sebaran Contoh Menurut Status Gizi ...................................................... 45 33. Hasil Uji Korelasi Pearson antara Pengetahuan Gizi dengan Konsumsi Pangan .................................................................................................... 45 34. Hasil Uji Korelasi Pearson antara Aktivitas fisik dengan Konsumsi pangan Remaja ................................................................................................... 46 35. Hasil Uji Korelasi Pearson antara Konsumsi Pangan dengan Status Gizi Remaja .................................................................................................... 47 36. Analisis Regresi Linear Berganda ........................................................... 48
13
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Kuesioner ................................................................................................ 55
14
PENDAHULUAN Latar Belakang Salah
satu
tujuan
pembangunan
nasional
adalah
membentuk
sumberdaya manusia yang berkualitas. Remaja merupakan sumberdaya manusia bagi pembangunan di masa datang. Untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, banyak faktor yang harus diperhatikan antara lain faktor pangan (unsur gizi), kesehatan, pendidikan, informasi, teknologi, dan lain-lain. Kelompok remaja dianggap sebagai suatu periode dalam kehidupan yang secara gizi perlu diperhatikan karena tiga sebab, yaitu 1) pada masa remaja terjadi perubahan kebutuhan energi dan zat gizi yang sangat besar akibat pertumbuhan dan perkembangan fisik yang pesat, 2) berubahnya gaya hidup dan kebiasaan makan yang mempengaruhi asupan dan kebutuhan zat gizi, serta 3) adanya kelompok yang mempunyai kebutuhan gizi khusus, misalnya remaja yang aktif berolahraga dan diet berlebih. Peningkatan pendapatan, pendidikan, dan kemajuan teknologi serta pengaruh globalisasi menyebabkan perlunya mewaspadai perilaku konsumsi pangan penduduk terutama di kota besar. Selain itu juga terjadi perubahan yang pesat di dalam kehidupan sosial budaya yang secara kualitatif dicirikan oleh kehidupan yang lebih keras, sarat dengan kompetisi serta penuh dengan ancaman dan stress. Konsumsi pangan yang tidak tetap dapat mengakibatkan masalah gizi yaitu gizi lebih dan gizi kurang. Konsumsi pangan merupakan faktor utama dalam memenuhi kebutuhan zat gizi. Pada gilirannya zat gizi tersebut menyediakan tenaga bagi tubuh, mengatur proses metabolisme dalam tubuh, memperbaiki jaringan tubuh serta pertumbuhan (Harper et al. 1985). Konsumsi pangan individu dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain produksi pangan, daya beli, dan kebiasaan makan (Soedarmo & Chatidjah 1989). Pola makan adalah cara makan baik di rumah maupun di luar rumah, yang meliputi frekuensi dan waktu makan, jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi, termasuk makanan yang disukai dan makanan pantangan (Suhardjo 1989). Elizabeth dan Sanjur (1981) dalam Suhardjo (1989) menyatakan bahwa ada tiga faktor utama yang mempengaruhi konsumsi pangan, yaitu : 1) karakteristik individu seperti umur, jenis kelamin, pendidikan, pendapatan, pengetahuan gizi dan kesehatan; 2) karakteristik makanan atau pangan seperti rasa, rupa, tekstur, harga, tipe makanan, bentuk,
15 dan kombinasi makanan; dan 3) karakter lingkungan seperti musim, pekerjaan, mobilitas dan tingkat sosial masyarakat. Masalah
yang
menyebabkan
gizi
salah
adalah
tidak
cukupnya
pengetahuan gizi dan kurangnya pengertian tentang kebiasaan makan yang baik. Pada usia belasan sering dijumpai pengertian yang kurang tepat mengenai kontribusi gizi dari berbagai makanan. Remaja memiliki pandangan sendiri mengenai tubuhnya. Bagi wanita tubuh ideal adalah impian sehingga mereka berusaha keras untuk menjadikan tubuh mereka ideal. Hal inilah yang dapat memicu praktek diet seperti mengurangi konsumsi makan, mengkonsumsi minuman atau obat pelangsing, minum jamu dan sebagainya. Pola diet ketat dilakukan untuk mengurangi berat badan tanpa memperhatikan kebutuhan tubuh akan zat-zat gizi. Jika hal ini terjadi dalam jangka waktu yang lama tentunya dapat berakibat pada penurunan status gizi. Masalah gizi kurang pada remaja dapat diakibatkan oleh diet yang ketat (yang menyebabkan remaja kurang mendapat makanan yang seimbang dan bergizi), kebiasaan makan yang buruk dan kurangnya pengetahuan gizi. Hal tersebut dapat menimbulkan berbagai dampak antara lain menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah terkena penyakit, menurunnya aktivitas yang berkaitan dengan kemampuan kerja fisik dan prestasi belajar (Soekirman 2000). Remaja memiliki pandangan tersendiri menganai tubuhnya (body image) yang seringkali salah. Menurut Wirakusumah (1994), ukuran tubuh yang ideal adalah ukuran tubuh yang tidak terlalu kurus dan tidak terlalu gemuk serta terlihat serasi antara berat badan dan tinggi badan. Bagi sebagian besar remaja putri tubuh ideal merupakan impian. Untuk mendapatkan impian tersebut, biasanya banyak remaja putri yag melakukan diet ketat, serta mengkonsumsi minuman atau obat pelangsing. Bila tidak dilakukan dengan benar, upaya tersebut dapat membahayakan tubuh. Uraian di atas menunjukkan bahwa aspek yang mempengaruhi kesehatan, status gizi dan produktifitas remaja sebagai sumber daya manusia yang produktif dan pada gilirannya akan mempengaruhi kualitas sumberdaya tersebut. Siswa SMP termasuk ke dalam kelompok remaja awal (Gunarsa & Gunarsa 1990) dan masih jarang dilakukan penelitian tentang remaja. Untuk itu peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang konsumsi pangan, aktivitas fisik, pengetahuan gizi dan status gizi pada remaja di Kota Sungai Penuh Kabupaten Kerinci sebagai bagian dari sasaran pembangunan nasional.
16 Perumusan Masalah Ciri-ciri yang spesifik pada usia remaja adalah pertumbuhan yang cepat, perubahan emosional dan perubahan sosial. Segala sesuatunya berubah secara cepat untuk mengantisipasi perubahan-perubahan tersebut makanan sehari-hari menjadi amat penting. Kebutuhan zat gizi remaja meningkat karena sedang mengalami pertumbuhan cepat. Tetapi masukan zat gizi mereka sering tidak sesuai dengan kebiasaan makan karena kelompok remaja merupakan kelompok yang mudah terpengaruh oleh hal-hal baru termasuk dalam konsumsi makan. Keadaan sosial ekonomi seperti besarnya uang saku, status sosial, dan status ekonomi merupakan faktor yang sangat mempengaruhi hadirnya fenomena perubahan tersebut. Sayang hal tersebut sulit untuk dikontrol remaja dengan kondisi kejiwaan yang masih labil dan senang pada sesuatu yang baru Kondisi tersebut melatarbelakangi pola konsumsi dan aktivitas fisik yang akhirnya akan menentukan status gizi remaja. Pengetahuan gizi yang positif tentu akan mendukung terjadinya perilaku positif pula, hanya saja yang kebanyakan terjadi adalah sebaliknya. Dipilih remaja SLTP pada penelitian ini karena pada hakekatnya masa akhir anak-anak dan masa remaja merupakan masa kehidupan sekolah. Pada masa ini anak mempunyai kemampuan untuk menerima gagasan baru serta kemampuan menalarnya. Tujuan Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui konsumsi pangan, pengetahuan gizi, aktifitas fisik, dan status gizi pada remaja di Kota Sungai Penuh, Kabupaten Kerinci. Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui karakteristik individu dan keluarga remaja 2. Mempelajari keadaan pengetahuan gizi remaja 3. Mempelajari keadaan konsumsi pangan dan tingkat konsumsi pangan remaja. 4. Mempelajari status gizi remaja 5. Menganalisis hubungan aktifitas fisik dengan konsumsi pangan remaja 6. Menganalisis hubungan konsumsi pangan remaja dengan status gizi remaja 7. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi remaja
17 Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pola aktivitas, pengetahuan gizi, pola konsumsi pangan, dan status gizi remaja di Kota Sungai Penuh Kabupaten Kerinci. Bagi orang tua agar lebih memperhatikan anak remajanya terutama dalam hal perilaku makan dan kecukupan gizi. Data hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu referensi untuk membuat suatu program kebijakan di bidang pendidikan dan kesehatan bagi remaja di Kota Sungai Penuh pada khususnya, dan Kabupaten Kerinci pada umumnya, dalam rangka meningkatkan kualitas sumberdaya manusia. Bagi perguruan tinggi diharapkan juga sebagai perwujudan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang meliputi : Pendidikan, pengembangan penelitian dan pengabdian masyarakat.
18
TINJAUAN PUSTAKA Remaja Istilah remaja adolesence berasal dari kata adolescere yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa” (Hurlock 1994). Monks et al. (1982) mengemukakan
suatu
analisis
yang
cermat
mengenai
semua
aspek
perkembangan dalam masa remaja yang secara global berlangsung antara umur 12-21 tahun, dengan pembagiannya : (1) 12-15 tahun termasuk masa remaja awal, (2) 15-18 tahun termasuk masa remaja pertengahan, dan (3) 18-21 tahun termasuk remaja akhir. Masa remaja adalah periode yang penting pada pertumbuhan dan kematangan manusia (Riyadi 2001). Pada periode ini banyak terjadi perubahan unik serta banyak pemantapan pola-pola dewasa. Remaja merupakan fase transisi sebelum anak menjadi dewasa. Selama remaja perubahan-perubahan hormon mempercepat pertumbuhan tinggi badannya. Banyak para ahli mengemukakan berbagai pendapat mengenai batasan usia remaja. Dari berbagai pendapat tersebut disimpulkan bahwa secara teoritis dan empiris, rentang usia remaja berada dalam usia 12-21 tahun bagi wanita dan 13-22 tahun bagi pria. Jika dibedakan atas remaja awal dan akhir, maka remaja awal berada pada usia 12 atau 13 tahun sampai 17 atau 18 tahun dan remaja akhir pada rentang usia 17 atau 18 tahun hingga usia 21 atau 22 tahun (Panuju & Umami 1999). Pada masa ini terjadi keunikan pertumbuhan dan perkembangan yang karakteristiknya adalah sebagai berikut (Husaini & Husaini 1989): 1. Pertumbuhan fisik yang sangat cepat (adolescent growth spurt) 2. Pertumbuhan dan perkembangan pada remaja putri terjadi lebih awal, yaitu pada usia 11-13 tahun, sehingga pada usia 13-14 tahun remaja putri terlihat lebih tinggi dan besar 3. Pertumbuhan remaja putra dan putri berbeda dalam besar dan susunan tubuh sehingga kebutuhan gizinya pun berbeda. 4. Pertumbuhan fisik dan pematangan fungsi-fungsi tubuh adalah proses akhir dari masa remaja. Keadaan ini menentukan pada waktu dewasa seperti bertambah pendek atau tinggi, lamban atau energik, ulet atau pasrah. 5. Terjadi perubahan hormon seks.
19 Remaja sebenarnya tidak memiliki tempat yang jelas. Remaja tidak termasuk golongan anak-anak, tetapi juga tidak termasuk golongan dewasa atau orang tua. Remaja ada diantara anak-anak dan dewasa. Pada umumnya mereka masih belajar di sekolah menengah atau perguruan tinggi (Monks et al. 1994 dalam Novikasari 2003). Pertumbuhan cepat, perubahan emosional dan perubahan sosial merupakan ciri yang spesifik pada usia remaja. Segala sesuatunya cepat berubah, dan untuk mengantisipasi perubahan-perubahan ini, makanan seharihari menjadi amat penting. Badan yang mengalami pertumbuhan perlu mendapat masukan zat-zat gizi dari makanan yang seimbang tetapi kenyataannya tidak selalu sejalan dengan tuntutan. Jajan yang kurang bergizi, makan makanan kaya energi tetapi rendah zat-zat gizi, seperti gula-gula, coklat, fast food, minuman berkarbonat sangat umum dijumpai pada remaja. Pertumbuhan yang cepat ini biasanya diiringi pertambahan aktifitas fisik sehingga kebutuhan zat-zat gizi bertambah pula. Nafsu makan anak laki-laki sangat bertambah hingga tidak akan menemukan kesukaran untuk memenuhi kebutuhannya. Anak perempuan lebih mementingkan penampilannya, hingga akan lebih membatasi diri dalam memilih makanan. Mereka harus diyakinkan bahwa masukan zat gizi yang kurang akan berakibat pada kesehatannya (Pudjiadi 1997). Konsumsi Pangan Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia agar dapat hidup sehat (Harper et al. 1985). Semakin beragam bahan pangan yang dikonsumsi maka akan semakin beragam pula zat gizi yang diperoleh sehingga dapat meningkatkan mutu gizinya. Konsumsi pangan secara garis besar adalah kuantitas pangan yang dikonsumsi oleh seseorang atau sekelompok orang dengan tujuan tertentu dengan jenis tunggal atau beragam. Ada tiga hal yang mempengaruhi konsumsi pangan yaitu kuantitas dan ragam pangan yang tersedia dan diproduksi, pendapatan, dan tingkat pengetahuan gizi (Wulandari 2000). Konsumsi makanan diartikan sebagai jumlah makanan yang dinyatakan dalam bentuk energi dan zat gizi (karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral). Konsumsi makanan yang tidak memadai kebutuhan tubuh baik kuantitas maupun kualitas akan menyebabkan masalah gizi. Konsumsi makanan adalah faktor yang berpengaruh langsung terhadap keadaan gizi seseorang
20 (Sediaoetama 1996 dalam Dasuki 2002). Sanjur (1982) menyatakan bahwa konsumsi pangan seseorang dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap terhadap makanan yang tergantung pada lingkungan baik masyarakat maupun keluarga. Penilaian konsumsi pangan dilakukan sebagai cara untuk mengukur keadaan konsumsi pangan yang kadang-kadang merupakan salah satu cara yang digunakan untuk menilai status gizi. Penilaian konsumsi pangan dilakukan dengan cara survei (Suhardjo et al. 1980). Pada prinsipnya ada empat metode untuk menggali informasi konsumsi pangan secara kuantitatif, yaitu : metode inventaris,
metode
pendaftaran,
metode
mengingat-ingat
dan
metode
penimbangan. Metode mengingat-ingat (Metode recall) dilakukan dengan mencatat jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi pada masa lalu ( biasanya recall 24 jam). Penentuan jumlah hari recall sangat ditentukan oleh keragaman jenis konsumsi antar waktu, antar tipe responden dalam memperoleh pangan. Metode recall membutuhkan biaya yang sangat murah dan tidak memakan waktu yang banyak. Kekurangannya adalah data yang dihasilkan kurang akurat karena mengandalkan keterbatasan daya ingat seseorang dan tergantung dari keahlian tenaga pencatatan dalam mengkonversi URT kedalam satuan berat serta adanya variasi URT antar daerah, dan ada variasi interpretasi besarnya ukuran antar responden (besar, sedang, kecil, dll) (Kusharto & Sa’diyyah 2006). Kebiasaan Makan Kebiasaan makan merupakan cara individu atau kelompok individu memilih pangan dan mengkonsumsinya sebagai reaksi terhadap pengaruh fisiologik, psikologik, dan sosial budaya (Sanjur 1982). Sedangkan menurut Suhardjo (1989) kebiasaan makan merupakan istilah untuk menggambarkan kebiasaan dan perilaku yang berhubungan dengan makanan dan makan seperti tata krama makan, frekuensi makan, pola makanan yang dimakan, kepercayaan tentang makan, distribusi makan antar anggota keluarga. Kebiasaan makan adalah suatu perilaku yang berhubungan dengan makan seseorang, pola makanan atau susunan hidangan yang dimakan, pantangan, distribusi makanan dalam anggota keluarga. Kebiasaan makan anak remaja dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain teman sebaya, keadaan emosional, pelaksanaan diet, penurunan berat badan, lingkungan termasuk snack dan fast food, dan pengetahuan gizi remaja (Burtis et al. 1988). Kebiasaan makan remaja sangat khas dan berbeda jika
21 dibandingkan dengan usia lainnya, kebiasaan makan mereka seperti 1) tidak makan, terutama makan pagi atau sarapan, 2) kegemaran makan snack dan kembang gula, 3) mereka cenderung memilih-milih makanan, ada makanan yang disukai dan ada makanan yang tidak disukai. Kebiasaan makan adalah suatu tingkah laku seseorang atau sekelompok orang dalam memenuhi kebutuhannya akan makan, sikap kepercayaan dan pemilihan makanan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan makan terdiri dari faktor intrinsik dan ekstrinsik. Faktor intrinsik adalah faktor yang berasal dari dalam individu yang meliputi emosi, kesehatan, dan penilaian yang lebih terhadap mutu makanan. Sedangkan faktor ekstrinsik adalah faktor yang berasal dari luar individu antara lain adalah lingkungan alam, sosial budaya, dan ekonomi. Pengetahuan Gizi Makanan merupakan kebutuhan vital yang diperlukan oleh seluruh makhluk
hidup.
Bagi
manusia
makanan
tidak
hanya
berfungsi
untuk
mengenyangkan, tetapi yang lebih penting lagi adalah fungsinya dalam memelihara kesehatan tubuh melalui manfaat zat-zat gizi yang terkandung didalamnya. Untuk memperoleh kesehatan tubuh yang optimal, perlu diketahui kualitas susunan makanan yang baik dan jumlah makanan yang seharusnya dimakan. Pengetahuan gizi mempunyai peranan penting dalam pembentukan kebiasaan makan seseorang, sebab hal ini akan mempengaruhi seseorang dalam memilih jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi (Harper et al. 1985). Pengetahuan merupakan kesan dalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca indera (Soekanto 1981). Pengetahuan diperoleh seseorang melalui pendidikan formal, informal dan non formal. Tingkat pengetahuan gizi berpengaruh terhadap sikap dan perilaku seseorang karena berhubungan dengan daya nalar, pengalaman, dan kejelasan konsep mengenai obyek tertentu. Engel et al. (1994) mendefenisikan pengetahuan adalah informasi yang disimpan di dalam ingatan yang menjadi penentu utama perilaku seseorang. Menurut Harper et al. (1985), suatu hal yang meyakinkan tentang pentingnya pengetahuan gizi didasarkan pada tiga kenyataan: 1. Status gizi yang cukup adalah penting bagi kesehatan dan kesejahteraan
22 2. Setiap orang hanya akan cukup gizi jika makanan yang dimakannya mampu menyediakan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan tubuh yang optimal, pemeliharaan dan energi. 3. Ilmu gizi memberikan fakta-fakta yang perlu sehingga penduduk dapat belajar menggunakan pangan dengan baik bagi kesejahteraan gizi. Pengetahuan gizi menjadi andalan yang menentukan konsumsi pangan. Individu yang memiliki pengetahuan gizi baik akan mempunyai kemampuan untuk menerapkan pengetahuan gizinya dalam pemilihan maupun pengolahan pangan, sehingga konsumsi pangan mencukupi kebutuhan (Nasoetion & Khomsan 1995). Tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam pemilihan makanan yang pada akhirnya akan berpengaruh pada keadaan gizi individu yang bersangkutan. Semakin tinggi tingkat pengetahuan gizi seseorang diharapkan semakin baik pula keadaan gizinya (Irawati et al. 1992). Aktivitas Fisik Hurlock (1994) mengemukakan bahwa bergabungnya remaja dengan teman-teman sebayanya akan mengakibatkan adanya perubahan-perubahan. Perubahan yang penting terjadi adalah dalam hal aktivitas remaja. Menurut Kartono (1992) bersama remaja akan melakukan kegiatan yang menyenangkan. Bila kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan secara rutin oleh remaja, maka akan terbentuk pola aktivitas yang berbeda dengan aktivitas sebelumnya. Pola aktivitas remaja didefenisikan sebagai kegiatan yang biasa dilakukan oleh remaja sehari-hari sehingga akan membentuk suatu pola. Pola aktivitas remaja dapat dilihat dari bagaimana cara remaja mengalokasikan waktunya selama 24 jam dalam kehidupan sehari-hari untuk melakukan suatu jenis kegiatan secara rutin dan berulang-ulang. Aktivitas fisik adalah gerakan yang dilakukan oleh otot-otot tubuh dan sistem penunjangnya. Selama melakukan aktivitas fisik, otot membutuhkan energi di luar metabolisme untuk bergerak, sedangkan jantung dan paru-paru memerlukan tambahan energi untuk menghantarkan zat-zat gizi dan oksigen keseluruh tubuh dan untuk mengeluarkan sisa-sisa dari tubuh. Banyaknya energi yang dibutuhkan tergantung pada berapa banyak otot yang bergerak, berapa lama dan berapa berat pekerjaan yang dilakukan (Almatsier 2002). Riyadi (2006) menyatakan bahwa jika diketahui jumlah energi tubuh yang telah dikeluarkan
23 selama aktivitas sehari maka sebenarnya jumlah tersebut merupakan kebutuhan energi seseorang dengan asumsi aktivitas harian tersebut merupakan aktivitas normal sehari-hari untuk hidup sehat. Kegiatan fisik dan olahraga secara teratur dan cukup takarannya, dapat membantu mempertahankan derajat kesehatan yang optimal bagi yang bersangkutan. Kegiatan fisik dan olahraga, yang tidak seimbang dengan energi yang dikonsumsi, dapat mengakibatkan berat badan tidak normal, upayakan agar kegiatan fisik dan olahraga selalu seimbang dengan masukan energi yang diperoleh dari makanan sehari-hari (Depkes RI 1995). Menurut Katahn (1987) dalam Novikasari (2003), kegiatan fisik cukup besar pengaruhnya terhadap kestabilan berat badan. Semakin aktif seseorang melakukan aktivitas fisik, energi yang diperlukan semakin banyak. Tubuh yang besar memerlukan energi yang lebih banyak dibandingkan tubuh yang kecil untuk melakukan kegiatan fisik. Status Gizi Status gizi merupakan keadaan kesehatan tubuh seseorang atau sekelompok orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan (absorbsi), dan utilisasi (Utilization) zat gizi makanan. Penilaian terhadap status gizi seseorang atau sekelompok orang akan menentukan apakah orang atau sekelompok orang tersebut memiliki status gizi yang baik atau tidak (Riyadi 2001). Status gizi seseorang atau sekelompok orang tidak selalu sama dari masa ke masa karena merupakan interaksi dari berbagai faktor. Menurut Riyadi (2001), faktor yang secara langsung mempengaruhi status gizi adalah konsumsi pangan dan status kesehatan. Konsumsi pangan, salah satunya dipengaruhi oleh akses terhadap pangan. Lebih lanjut, akses terhadap pangan ditentukan oleh tingkat pendapatan seseorang. Status gizi merupakan masukan zat gizi dan pemanfaatannya di dalam tubuh. Untuk mencapai status gizi baik diperlukan pangan yang mengandung cukup zat gizi, aman untuk dikonsumsi dan dapat memenuhi yang ditentukan oleh berbagai faktor, antara lain : umur, jenis kelamin, aktivitas fisik, berat badan dan tinggi badan, keadaan fisiologis dan kedaan kesehatan (Hermina 1993) Status gizi dapat diketahui dengan menghitung indeks massa tubuh (body mass index). Indeks massa tubuh dihitung dengan cara membagi bobot badan (kg) dengan kudrat tinggi badan (m):
24
dengan BB adalah bobot badan (kg) dan TB adalah tinggi badan (m). Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2000 telah mengeluarkan kategori IMT yang cocok untuk masyarakat Asia. Untuk praktisnya, kriteria IMT adalah kurus (IMT <18), normal (IMT = 18-25), gemuk sehat (IMT = 25-30), dan gemuk tidak sehat atau obesitas (IMT >30). Tabel 1. Klasifikasi IMT menurut WHO Kategori Kurus (Underweight) Normal (ideal) Overweihgt At risk Obes I Obes II Sumber : WHO (2000)
IMT (kg/m2) <18.5 18.5-22.9 23 23.0-24.9 25.0-29.9 30
Risiko penyakit Rendah Rata-rata Meningkat Sedang Berbahaya
Tabel 2. Kategori status gizi untuk balita dan anak-anak BB/U Gizi Lebih (>2.0 SD baku WHO NCHS) Gizi baik (-2.0 SD s/d +2.0 SD) Gizi kurang (<-2.0 SD) Gizi buruk (<-3 SD)
PB/U Normal ( -2.0 SD baku WHO NCHS
BB/PB Gemuk (>2.0 SD baku WHO NCHS)
Pendek/Stunted (<-2.0 SD)
Normal (-2.0 SD s/d +2.0 SD) Kurus/Wasted (<-20 SD s/d -3.0 SD) Sangat kurus (<-3.0 SD)
Sumber : WHO (2007)
Pengukuran status gizi dilakukan dengan indeks massa tubuh menurut umur (IMT/U) (WHO 2007) dengan klasifikasi sebagai berikut: 1. Gemuk (>2.0 SD baku WHO NCHS) 2. Normal (-2.0 SD s/d +2.0 SD) 3. Kurus/Wasted (<-20 SD s/d -3.0 SD) Kecukupan energi dan zat gizi Karyadi dan Muhilal (1996) menyatakan bahwa kebutuhan pangan hanya diperlukan secukupnya, bila kurang maupun lebih dari kecukupan yang diperlukan terutama apabila dialami dalam jangka waktu yang lama akan berdampak buruk bagi kesehatan. Adanya interaksi-interaksi antara berbagai zat gizi memberikan gambaran perlunya diupayakan suatu keseimbangan zat-zat gizi yang dikonsumsi. Semakin beraneka ragam bahan pangan yang dikonsumsi semakin tercapai keseimbangan dalam interaksi antara zat gizi. Makanan yang dikonsumsi setiap hari harus tersusun dari unsur-unsur gizi atau nutrien yang diklasifikasikan sebagai makronutrien dan mikronutrien.
25 Makronutrien terdiri dari karbohidrat, protein, dan lemak dan dinamakan demikian karena dibutuhkan dalam jumlah yang besar (jumlah makro) mengingat ketiga nutrien ini umumnya terpakai habis dan tidak dapat didaur ulang. Kebutuhan manusia akan energi dan zat gizi lainnya sangat bervariasi meskipun faktor-faktor seperti tinggi badan, jenis kelamin, macam kegiatan, dan faktor lainnya sudah diperhitungkan. Jumlah zat gizi yang dibutuhkan dapat tergantung
pada
kualitas
makan
karena
efsiensi
penyerapan
dan
pendayagunaan zat gizi oleh tubuh dipengaruhi oleh komposisi dan keadaan makanan secara keseluruhan (Suhardjo & Kusharto 1992). Pada remaja terjadi pertumbuhan fisik dan pematangan organ tubuh yang cepat sehingga untuk memenuhinya diperlukan zat-zat gizi yang cukup, baik jumlah maupun macamnya. Oleh karena itu tidak satu makanan pun yang mengandung lengkap zat gizi yang mampu membuat seseorang hidup sehat dan produktif, maka remaja harus makan makanan yang beraneka ragam agar kekurangan zat gizi pada jenis makanan yang satu akan dilengkapi zat gizi dari makanan yang lainnya (Depkes 1997). Kecukupan zat gizi bagi tiap orang agar badan tetap sehat, tidaklah sama. Hal ini dipengaruhi oleh jenis kelamin, berat dan tinggi badan, kegiatan atau pekerjaan sehari-hari dan keadaan tertentu (hal meneteki, keadaan stres, dan sebagainya). Di Indonesia, kecukupan zat gizi yang dianjurkan merupakan hasil Widyakarya Pangan dan Gizi tahun 1998 (Muhilal et al. 1998) kecukupan gizi yang dianjurkan bagi remaja dapat dilihat padaTabel 3. Tabel 3 Angka kecukupan zat gizi (2004) untuk remaja per orang per hari Zat Gizi Energi (Kal) Protein (g) Kalsium (mg) Phospor (mg) Besi (mg) Seng (mg) Vitamin A (RE) Vitamin C (mg) Vitamin D (µg) Vitamin E (mg)
Angka kecukupan gizi Laki-laki Perempuan 10-12 tahun 13-15 tahun 10-12 tahun 13-15 tahun 2050 2400 2050 2350 50 60 50 57 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 13 19 20 26 14 17,4 12,6 15,4 600 600 600 600 50 75 50 65 5 5 5 5 11 15 11 15
Sumber : Muhilal et al. (1998)
26 Energi Manusia membutuhkan energi untuk mempertahankan hidup, menunjang pertumbuhan dan melakukan aktivitas fisik. Energi diperoleh dari karbohidrat, lemak, dan protein suatu bahan makanan menentukan nilai energinya (Alamtsier 2002). Menurut Budiyanto (2002) energi dalam tubuh manusia dapat timbul karena adanya pembakaran karbohidrat, protein, dan lemak. Sehingga manusia membutuhkan zat-zat makanan yang cukup untuk memenuhi kecukupan energinya. Manusia yang kekurangan makanan akan lemah baik dengan daya kegiatan, pekerjaan fisik, maupun daya ingat karena kekurangan zat-zat makanan yang dapat menghasilkan energi dalam tubuh. Energi dibutuhkan tubuh pertama-tama untuk memelihara fungsi dasar tubuh yang disebut metabolisme basal sebesar 60-70 persen dari kebutuhan energi total. Kebutuhan energi untuk metabolisme basal adalah kebutuhan energi minimum dalam keadaan istirahat total, tetapi tidur di lingkungan suhu yang nyaman dan suasana tenang. Protein Protein merupakan zat gizi penghasil energi yang tidak berperan sebagai sumber energi tetapi berfungsi untuk mengganti jaringan dan sel tubuh yang rusak (Depkes 2002). Protein merupakan suatu zat makanan yang penting bagi tubuh karena zat ini disamping berfungsi sebagai bahan bakar dalam tubuh, juga berfungsi sebagai zat pembangun dan pengatur. Protein adalah sumber asam amino yang mengandung unsur C, H, O, dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat (Winarno 1997). Menurut Almatsier (2002), kekurangan protein dapat menyebabkan gangguan pada asupan dan transportasi zat-zat gizi, dalam keadaan berlebih, protein akan mengalami deaminase, nitrogen akan dikeluarkan dari tubuh dan sisa-sisa ikatan karbon akan diubah menjadi lemak dan disimpan dalam tubuh. Oleh karena itu, protein secara berlebihan dapat menyebabkan kegemukan. Menurut Khumaidi (1989), kecukupan protein akan terpenuhi apabila kecukupan energi telah terpenuhi karena sebanyak apapun protein akan dibakar menjadi panas dan tenaga apabila cadangan energi masih di bawah kebutuhan. Besi (Fe) Zat besi/Fe merupakan mikroelemen yang esensial bagi tubuh. Zat ini terutama diperlukan dalam hemopobesis (pembentukan darah), yaitu dalam
27 sintesa hemoglobin (Hb). Di samping itu berbagai jenis enzim memerlukan Fe sebagai faktor penggiat. Pada
wanita subur, lebih banyak Fe terbuang dari
badan dengan adanya menstruasi sehingga kebutuhan akan Fe pada wanita dewasa lebih tinggi daripada laki-laki (Sediaoetama 1996). Apriadji (1986) mengemukakan bahwa remaja berumur antara 10 sampai 19 tahun membutuhkan kalsium dan zat besi lebih banyak daripada umur sebelum atau sesudahnya. Puncak pertumbuhan paling pesat dicapai pada umur-umur tersebut. Kalsium dan zat besi sangat dibutuhkan untuk menunjang pesatnya perkembangan anggota tubuh. Vitamin A Sumber Vitamin A adalah hati, telur, susu (di dalam lemaknya) dan mentega. Sumber Karoten adalah daun singkong, daun kacang, kangkung, bayam, kacang panjang, buncis, wortel, tomat, jagung manis, pepaya, nangka masak dan jeruk. Vitamin A berpengaruh terhadap sintesis protein. Vitamin A dibutuhkan untuk perkembangan tulang dan sel epitel yang membentuk email dalam pertumbuhan tulang gigi. Pada kekurangan vitamin A, pertumbuhan tulang terhambat dan bentuk tulang tidak normal. Defisiensi vitamin A menyebabkan berkurangnya nafsu makan. Vitamin A juga berperan dalam pembentukan sel darah merah, kemungkinan melalui interaksi dengan besi (Almatsier 2002). Vitamin C Vitamin C merupakan salah satu vitamin larut air yang dapat terserap sangat cepat dari alat pencernaan masuk ke dalam saluran darah dan diedarkan keseluruh tubuh. Pada umumnya tubuh menahan vitamin C sangat sedikit. Kelebihan vitamin C dibuang melalui air kemih. Oleh karena itu bila seseorang mengkonsumsi vitamin C dalam jumlah besar, sebagian besar akan dibuang keluar, terutama bila orang tersebut mengkonsumsi makanan yang bergizi tinggi, sebaliknya bila buruk keadaan gizi seseorang, maka sebagian besar dalam jumlah itu dapat ditahan oleh jaringan tubuh (Winarno 1997). Vitamin C memiliki banyak fungsi di dalam tubuh, sebagai koenzim atau kofaktor. Asam askorbat adalah bahan yang kuat kemampuan reduksinya dan bertindak sebagai antioksidan dalam reaksi-reaksi hidroksilasi. Kekurangan vitamin C dapat menyebabkan luka sukar sembuh, terjadi anemia, kadangkadang jumlah sel darah putih menurun, serta depresi dan timbul gangguan saraf. Vitamin C umumnya hanya terdapat di dalam pangan nabati, yaitu sayur
28 dan buah, terutama yang asam seperti jeruk, nanas, rambutan, dan tomat. Menurut Riyadi (2006), kebutuhan vitamin C dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, dan keadaan fisiologis serta gaya hidup seperti merokok. Kalsium Kalsium terdapat dalam darah, dalam cairan lainnya dan dalam jumlah kecil ditemukan dalam sel tubuh. Kalsium diperlukan untuk membantu mengentalkan darah, penyerapan vitamin B12 dan mengirimkan isyarat syaraf ke seluruh
tubuh.
Unsur
tersebut
diperlukan
untuk
membantu
mengatur
permeabilitas sel agar zat gizi dan substansi lain ke luar masuk sel dan untuk melepaskan bahan yang tidak dibutuhkan di tempat tersebut. Kalsium memegang peranan untuk membantu otot berkontraksi dan relaksasi. Jumlah kalsium yang diserap ke dalam tubuh dari tempat pencernaan sangat berlainan dan tergantung dari beberapa faktor. Penyerapan kalsium bertalian dengan kebutuhan tubuh dan adanya fosfor, vitamin D, Laktose, asam hidroklorat, vitamin C serta asam amino dalam usus kecil. Susu dan hasil olahannya merupakan sumber kalsium yang sangat baik. Fosfor Fosfor merupakan unsur utama tulang dan gigi. Fungsi fosfor sangat banyak diantaranya untuk metabolisme lemak dan karbohidrat, pertukaran energi melalui reaksi oksidatif berhubungan dengan fosforilasi. Defisiensi fosfor akan mengakibatkan mineralisasi tulang terganggu, pertumbuhan tulang terhambat, rakhitis, dan osteomalasia. Sumber fosfor banyak terdapat pada susu, keju, kuning telur, daging, ikan, unggas, dan kacang-kacangan.
29
METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian cross-sectional study yaitu seluruh variabel diamati pada saat yang bersamaan pada waktu penelitian berlangsung. Penelitian ini dilaksanakan di empat sekolah yaitu di SMP Negeri 1 Sungai Penuh, SMP Negeri 2 Sungai Penuh, SMP Negeri 4 Sungai Penuh, dan SMP Negeri 8 Sungai Penuh. Pemilihan lokasi penelitian ini ditentukan secara purposive dengan alasan : (1) sekolah tersebut merupakan sekolah unggulan di Kota Sungai Penuh, (2) tempat yang strategis di ibu kota kabupaten. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari – Maret 2008. Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Populasi contoh penelitian ini adalah remaja SMP. Kriteria contoh dalam penelitian ini adalah berusia 12 hingga 15 tahun. Anak usia tersebut sebagian besar berada pada kelas II SMP. Metode yang digunakan dalam penarikan contoh adalah secara purposive. Penelitian ini diawali dengan pengukuran berat badan dan tinggi badan remaja di empat Sekolah Menegah Pertama (SMP) dengan jumlah populasi sebanyak 160 orang terdiri dari 40 orang dari masingmasing sekolah. Selanjutnya diberi kuesioner penelitian. Jumlah contoh dipilih berdasarkan kelengkapan kuesioner yaitu 25 orang dari tiap-tiap SMP. Secara keseluruhan jumlah contoh dalam penelitian ini adalah 100 orang yaitu 34 orang contoh laki-laki dan 66 orang contoh perempuan. Jumlah contoh ditentukan berdasarkan rumus studi deskriptif (Chandra 1996) adalah sebagai berikut : n = p (1-p) (Z/d)2 = 0.5 (1-0.5) (1.96/0.1 )2 = 96.04 Keterangan: n = jumlah contoh (96 orang
100 0rang 100 orang)
d = toleransi estimasi
= 10% = 0.1
p = proporsi remaja
= 50% = 0.5
Z = Nilai Z pada tes dua ekor
= 1.96
Hasil perhitungan jumlah contoh (n) berdasarkan rumus studi deskriptif tersebut adalah 100 0rang.
30 Jenis dan Cara Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung dan wawancara dengan alat bantu kuesioner (Lampiran 1). Data primer meliputi : a. Data karakteristik individu dan keluarga (nama, tempat dan tanggal lahir, usia, jenis kelamin, agama, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, pendapatan keluarga, uang saku per hari, antropometri orang tua) diperoleh dengan wawancara langsung dengan alat bantu kuesioner. b. Data antropometri remaja meliputi berat badan dan tinggi badan diperoleh melalui pengukuran secara langsung. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur berat badan yaitu dengan menggunakan timbangan injak dengan ketelitian 0.1 Kg dan tinggi badan dengan alat pengukur tinggi badan (microtoise) dengan ketelitian 0.1 cm. c. Data konsumsi pangan contoh diperoleh melalui metode recall 2x24 jam pada hari kerja. d. Data food frequency, diperoleh melalui pengukuran frekuensi konsumsi pangan tinggi energi oleh contoh dalam seminggu dengan menggunakan food frequency questionnaire yang sudah dikembangkan. e. Data aktifitas fisik contoh, diperoleh melalui metode recall 2 x 24 jam pada hari kerja. Data sekunder yang dikumpulkan diperoleh dari buku profil sekolah, meliputi : a. Data jumlah guru dan pegawai b. Data siswa (jumlah siswa kelas 1, 2, dan3) c. Lokasi sekolah (lokasi dekat dengan fasilitas umum dan sekolah dilalui oleh alat transportasi apa saja) d. Fasilitas sekolah (bangunan dan lahan). Pengolahan dan Analisis Data Data-data yang diperoleh dari kuesioner diolah dan dianalisis dengan menggunakan Microsoft excel dan SPSS 13.0 for Windows. Pengolahan data yang dilakukan berupa editing, coding, cleaning, entry, dan analisis. Data konsumsi pangan (recall 2x24 jam) dikonversi dalam bentuk energi (kkal), protein (g), besi (mg), vitamin A (RE), vitamin C (mg), kalsium (mg), dan fosfor (mg) dengan menggunakan Daftar Konversi Bahan Makanan (DKBM 2004). Konversi dihitung dengan rumus sebagai berikut :
31 Kgij = { (Bj/100) x Gij x (BDD/100)} Keterangan :
Kgij Bj Gij BDDj
= Konversi zat gizi-i dalam bahan makanan-j = Berat makan-j yang dikonsumsi (g) = Kandungan zat gizi dalam 100 gram BDD bahan makanan-j = bagian bahan makanan-j yang dapat dimakan
Tingkat konsumsi energi, protein, besi, vitamin A, vitamin C, kalsium, dan fosfor dihitung dengan membandingkan jumlah zat gizi dari makanan yang dikonsumsi dengan kecukupan yang dinyatakan dalam persen. Penilaian untuk tingkat konsumsi energi, protein menurut Muhilal et al. (1993) dibagi dalam dua kategori yaitu: 1. Kurang (<80%) 2. Cukup ( 80%) Penilaian untuk tingkat konsumsi zat besi, vitamin A, vitamin C, Kalsium, dan Fosfor menurut Gibson (2005) dibagi dalam dua kategori yaitu: 1. Kurang (<77%) 2. Cukup ( 77%) Data pengetahuan gizi dihitung dengan cara menjumlahkan skor jawaban yang benar, kemudian diberi skor. Dari total skor yang diperoleh kemudian digolongkan ke dalam tiga kriteria tingkat pengetahuan gizi (Khomsan 2000) sebagai berikut : 1. Baik dengan skor >80% 2. Sedang dengan skor 60-80% 3. Kurang dengan skor <60% Pengukuran status gizi dilakukan dengan indeks massa tubuh menurut umur (IMT/U) (WHO 2007) dengan klasifikasi sebagai berikut: 4. Gemuk (>2.0 SD baku WHO NCHS) 5. Normal (-2.0 SD s/d +2.0 SD) 6. Kurus/Wasted (<-20 SD s/d -3.0 SD) Aktivitas fisik selama 24 jam diperoleh dengan cara pengeluaran energi. Menurut Hardinsyah dan Martianto (1989), pengeluaran energi ini dihitung berdasarkan jenis kegiatan dengan menggunakan faktor kelipatan (Fk) dan EMB untuk tiap jenis kegiatan. Total energi aktifitas dan energi pertumbuhan selama 2 hari sekolah dirata-rata, sehingga didapatkan rata-rata pengeluaran energi contoh pada hari sekolah.
32 Tabel 4 Faktor koreksi terhadap BMR
Jenis Kegiatan
Laki-laki
Perempuan
Tidur Menonton TV Makan dan minum Belajar Menyetrika Memasak Mencuci pakaian dengan tangan Menunggu kendaraan Mandi Shalat Berhias Membersihkan rumah Membersihkan tempat tidur Olahraga basket Lari Sepak bola Renang Jalan-jalan Jalan ke sekolah membawa tas
1 1,6 1,6 1,6 2,5 2,5 2,5 1,6 1,6 1,6 1,6 2,5 2,5 6 6 6 6 2,5 2,5
1 1,5 1,5 1,5 2,2 2,2 2,2 2,2 1,5 1,5 1,5 2,2 2,2 6 6 6 6 2,2 2,2
Hal penting yang harus diperhatikan menghitung angka kecukupan energi individu (AKEI) bagi remaja adalah informasi tentang jenis kelamin, berat badan sehat, persamaan regresi untuk menghitung energi metabolisme basal yang sesuai dengan kelompok umur, tingkat kegiatan, alokasi waktu dan faktor energi kegiatan. Tabel 5 Cara menghitung Angka Kecukupan Energi Individu (AKEI) remaja (10-19 tahun) AKEI Laki-laki (kkal) (17.5B + 651)a)
AKEI Perempuan (kkal) (12.2B + 746)a)
(24) W1
(1.0 W1/24 x EMB)
(1.0 W1/24 x EMB)
b. Sekolahb)
W2
(1.6 W2/24 x EMB)
(1.5 W2/24 x EMB)
c. Kegiatan Ringan (duduk, berdiri, bermain ringan)
W3
(1.6 W3/24 x EMB)
(1.5W3/24 x EMB)
d. Kegiatan sedang (berjalan, pekerjaan rumah tangga, bermain sedang)
W4
(2.5 W4/24 x EMB)
(2.2 W4/24 x EMB)
W5
(6.0 W5/24 x EMB)
(6.0 W5/24 x EMB)
(1.9B untuk 10-15 tahun dan 0.5B untuk 16-19 tahun)
(1.9B untuk 10-15 tahun dan 0.5B untuk 16-19 tahun)
Jenis Penggunaan Energi (1) EMB (2) EK a. Tidur
e. Kegiatan berat (olahraga berat) (3) EP
Waktu (jam)
33 AKEI (kkal/orang/hari) Sumber : Hardinsyah dan Martianto (1992) Keterangan
= (2) + (3)
EMB
: Energi Metabolisme Basal (kkal/org/hari)
EK
: Energi kegiatan (kkal)
EP
: Energi pertumbuhan (kkal/org/hari)
B
: Berat badan (kg)
W
: Alokasi waktu setiap kegiatan (jam)
a)
:Telah temasuk energi khusus pencernaan dan metabolise makanan atau Energy Spesific Dynamic Action (ESDA)
b)
: Bila tidak sekolah, alokasikan waktunya pada kegiatan yang sesuai
Analisis data yang dilakukan adalah secara deskriptif dan inferensia terdiri dari : 1. Deskriptif (persentase dan rata-rata) a.
Karakteristik individu dan keluarga
b.
Konsumsi dan tingkat konsumsi energi dan zat gizi
c.
Tingkat pengetahuan gizi
d.
Status gizi
2. Uji korelasi Pearson untuk melihat hubungan antar variabel, yaitu a. Menganalisis hubungan pengetahuan gizi dengan konsumsi pangan b. Menganalisis hubungan aktivitas fisik dengan konsumsi pangan c. Menganalisis hubungan pengetahuan gizi dengan status gizi d. Menganalisis hubungan aktivitas fisik dengan status gizi e. Menganalisis hubungan konsumsi pangan dengan status gizi 3. Uji
regresi
linear
berganda
untuk
menganalisis
faktor-faktor
yang
berpengaruh terhadap status gizi remaja.
Defenisi Operasional Contoh adalah siswa SMP laki-laki dan perempuan Kelas 2 Remaja adalah anak berusia di atas 12 tahun dan di bawah 20 tahun Status gizi adalah keadaan gizi contoh yang diperhitungkan dengan indeks massa tubuh menurut umur (IMT/U)
34 Pengetahuan gizi adalah kemampuan contoh dalam menjawab hal-hal yang berhubungan dengan gizi, meliputi fungsi zat gizi, pagan sumber zat gizi tertentu, gangguan gizi, obesitas dan makanan sehat yang diukur dengan skor jawaban terhadap pertanyaan. Kebiasaan makan adalah suatu perilaku yang berhubungan dengan makan dan makanan seperti pengolahan makanan, makanan kesukaan, makanan pantangan, frekuensi makan. Konsumsi pangan adalah asupan energi, protein, besi, vitamin A, vitamin C, kalsium, dan fosfor yang diperoleh dari hidangan baik makanan pokok maupun jajanan yang dikonsumsi perhari dengan metode food recall selama 2x24 jam. Aktivitas fisik adalah berbagai kegiatan fisik tubuh yang dilakukan oleh remaja dalam kehidupan sehari-hari yang dibedakan dengan aktivitas ringan, sedang, dan berat.
35
KERANGKA PEMIKIRAN Konsumsi pangan merupakan faktor utama untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan zat gizi yang dipengaruhi oleh karakteristik dan sosial ekonomi yang meliputi jenis kelamin, usia, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, dan pendapatan orang tua.
Kebiasaan yang telah ditanamkan sejak anak-anak berpengaruh juga
pada saat remaja. Masa remaja merupakan masa yang labil kadang-kadang lebih mementingkan teman daripada keluarga. Teman akan mempengaruhi kebiasaan makan. Pengetahuan gizi yang kurang atau kurangnya menerapkan pengetahuan gizi dalam kehidupan sehari-hari dapat menimbulkan masalah gizi. Pengetahuan gizi berpengaruh terhadap pemilihan bahan makanan dan penentuan jumlah makanan yang dikonsumsi. Karakteristik keluarga • Pekerjaan • Pendapatan • Pendidikan
Kebiasaan
Karakteristik individu • Usia • Jenis kelamin • Uang saku
Konsumsi Pangan
Pengetahuan Gizi
makan
Status Gizi
Aktivitas fisik
Gambar 1. Bagan kerangka konsep konsumsi pangan, aktivitas fisik, pengetahuan gizi dan status gizi pada remaja di Kota Sungai Penuh Kabupaten Kerinci
36
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian SMP Negeri 1 Sungai Penuh Lokasi SMP Negeri 1 Sungai Penuh yang diteliti terletak di Jalan Ahmad Yani, Pasar Sungai Penuh, Kabupaten Kerinci, Jambi. Lokasi ini berdekatan dengan RSUD M Thalib dan areal perkantoran. Sementara alat transportasi yang ada dan beroperasi di daerah sekitar sekolah yaitu ojek, angkutan kota (angkot), dan delman. Secara umum, SMP Negeri 1 Sungai Penuh memiliki siswa sebanyak 526 orang, yang terdiri dari 189 orang siswa kelas 1, 164 orang siswa kelas 2, dan 173 orang siswa kelas 3. Sedangkan jumlah guru dan staf pengajar yang dimiliki sekolah tersebut sebanyak 73 orang, yang terdiri dari 58 orang guru tetap PNS, 9 orang guru honor sekolah, dan 6 orang staf tata usaha. Fasilitas yang dimiliki sekolah tersebut meliputi fasilitas fisik yang terdiri dari 23 ruang kelas, 1 ruang guru, 1 ruang perpustakaan, 1 ruang laboratorium IPA, lapangan olahraga, toilet, taman, dan tempat parkir. SMP Negeri 2 Sungai Penuh Lokasi SMP Negeri 2 Sungai Penuh yang diteliti terletak di Jalan Jenderal Sudirman, Pasar Sungai Penuh, Kabupaten Kerinci, Jambi. Lokasi ini berdekatan dengan kampus STIA, STIE, BRI dan Puskesmas Sungai Penuh. Sementara alat transportasi yang ada dan beroperasi di daerah sekitar sekolah yaitu ojek, angkutan kota (angkot), dan delman. Secara umum, SMP Negeri 2 Sungai Penuh memiliki siswa sebanyak 721 orang, yang terdiri dari 257 orang siswa kelas 1, 240 orang siswa kelas 2, dan 224 orang siswa kelas 3. Sedangkan jumlah guru dan staf pengajar yang dimiliki sekolah tersebut sebanyak 68 orang, yang terdiri dari 52 orang guru tetap PNS, 10 orang guru honor sekolah, dan 6 orang staf tata usaha. Fasilitas yang dimiliki sekolah tersebut meliputi fasilitas fisik yang terdiri dari 20 ruang kelas, 1 ruang guru, 1 ruang perpustakaan, 1 ruang laboratorium IPA, lapangan olahraga, toilet, taman, dan tempat parkir. SMP Negeri 4 Sungai Penuh Lokasi SMP Negeri 4 Sungai Penuh yang diteliti terletak di Jalan Muhammad Thamrin Sungai Penuh, Kabupaten Kerinci, Jambi. Alat transportasi
37 yang ada dan beroperasi di daerah sekitar sekolah yaitu ojek, angkutan kota (angkot), dan delman. Secara umum, SMP Negeri 4 Sungai Penuh memiliki siswa sebanyak 338 orang, yang terdiri dari 127 orang siswa kelas 1, 108 orang siswa kelas 2, dan 103 orang siswa kelas 3. Sedangkan jumlah guru dan staf pengajar yang dimiliki sekolah tersebut sebanyak 55 orang, yang terdiri dari 38 orang guru tetap PNS, 1 orang guru kontrak, 10 orang guru honor, 5 orang staf tata usaha dan 1 orang pegawai tidak tetap. Fasilitas yang dimiliki sekolah tersebut meliputi fasilitas fisik yang terdiri dari 15 ruang kelas, 1 ruang guru, 1 ruang perpustakaan, 1 ruang laboratorium IPA, 1 ruang keterampilan, gudang, lapangan olahraga, toilet, taman, dan tempat parkir. SMP Negeri 8 Sungai Penuh Lokasi SMP Negeri 8 Sungai Penuh yang diteliti terletak di Jalan Yos Sudarso, Pasar Sungai Penuh, Kabupaten Kerinci, Jambi. Alat transportasi yang ada dan beroperasi di daerah sekitar sekolah yaitu ojek, angkutan kota (angkot), dan delman. Secara umum, SMP Negeri 8 Sungai Penuh memiliki siswa sebanyak 421 orang, yang terdiri dari 162 orang siswa kelas 1, 132 orang siswa kelas 2, dan 127 orang siswa kelas 3. Sedangkan jumlah guru dan staf pengajar yang dimiliki sekolah tersebut sebanyak 57 orang, yang terdiri dari 40 orang guru tetap PNS, 1 orang guru kontrak, 8 orang guru honor,8 orang staf tata usaha. Fasilitas yang dimiliki sekolah tersebut meliputi fasilitas fisik yang terdiri dari 12 ruang kelas, 1 ruang guru, 1 ruang TU/kepala sekolah, 1 ruang perpustakaan, 1 ruang laboratorium IPA, gudang, lapangan olahraga, toilet, taman, dan tempat parkir. Karakteristik Keluarga Contoh Pendidikan Orang Tua Pendidikan merupakan salah satu sumberdaya yang penting bagi keluarga untuk mendukung pengetahuan seseorang dalam menerima informasi yang pada akhirnya dapat membentuk perilakunya. Dalam penelitian ini pendidikan terakhir ayah adalah tamatan SD sebanyak 16 persen, sedangkan pendidikan terakhir ibu adalah tamatan SD sebanyak 18 persen. Pendidikan
38 tertinggi ayah dalam penelitian ini adalah S2 sebanyak 3 persen, sedangkan pendidikan tertinggi ibu adalah S1 sebanyak 13 persen. Proporsi terbanyak tingkat pendidikan ayah dan ibu adalah SMA dengan persentase masing-masing sebesar 39 persen dan 40 persen. Husaini (1989) menambahkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan orang tua maka semakin tinggi pengetahuannya yang berpengaruh terhadap pemilihan makanan seharihari. Tabel 6 Sebaran contoh menurut tingkat pendidikan orang tua Ayah
Pendidikan SD SMP SMA Diploma S1 S2 Total
Ibu
n 16 13 39 5 24 3
% 16 13 39 5 24 3
n 18 16 40 13 13 0
% 18 16 40 13 13 0
100
100
100
100
Pekerjaan Orang Tua Status pekerjaan orang tua contoh dalam penelitian ini dibagi menjadi lima kategori yaitu pegawai negeri, pegawai swasta, wiraswasta, petani, dan tidak bekerja. Proporsi terbanyak pekerjaan ayah contoh adalah pegawai negeri sebanyak 38 persen, sedangkan diproporsi kedua adalah wiraswasta sebanyak 35 persen serta terdapat 4 persen ayah contoh tidak bekerja. Lebih dari separuh ibu contoh (53%) tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga. Pekerjaan ibu sebagai pegawai negeri merupakan urutan kedua dengan persentase sebesar 25 persen. Proporsi terkecil ibu contoh bekerja di bidang wiraswasta sebesar 9 persen. Tabel 7 Sebaran contoh menurut jenis pekerjaan orang tua Pekerjaan Pegawai Negeri Pegawai Swata Wiraswasta Petani Tidak Bekerja Total
Ayah n 38 3 35 20 4 100
Ibu % 38 3 35 20 4 100
n 25 0 9 13 53 100
% 25 0 9 13 53 100
Pendapatan Orang Tua Tingkat pendapatan orang tua bervariasi mulai kurang dari Rp 1 000 000 hingga lebih dari Rp 3 000 000. Kurang dari separuh orang tua contoh (44%) memiliki pendapatan
Rp 1 000 000. Sebagian kecil (16%) orang tua contoh
39 memiliki pendapatan antara Rp 2 000 001 – Rp 3 000 000. Sebaran contoh menurut pendapatan orang tua dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Sebaran contoh menurut pendapatan orang tua Pendapatan 1 000 000 1 000 000-2 000 000 2 000 001-3 000 000 3 000 001 Total
n 44 17 16 23 100
% 44 17 16 23 100
Status Gizi Orang Tua Status gizi dapat diukur secara langsung dan tidak langsung. Pengukuran secara langsung dilakukan dengan cara klinik, biokimiawi dan antropometrik. Pengukuran antropometrik dengan menggunakan indikator rasio berat badan terhadap tinggi badan. Indikator tersebut dinyatakan dalam indeks massa tubuh (IMT) yaitu rasio berat badan (Kg) terhadap kuadrat tinggi badan (m). Hasil analisis menunjukkan lebih dari separuh status gizi ayah contoh laki-laki (64.7%) dan contoh perempuan (51.5%) dalam kategori normal, 5.9 persen status gizi ayah contoh laki-laki dalam kategori kurus, 17.6 persen status gizi ayah contoh laki-laki dalam kategori overweight dan 11.8 persen dalam kategori obesitas. Sedangkan status gizi ayah contoh perempuan 3 persen dalam kategori kurus, 19.7 persen dalam kategori overweight dan 25.8 persen dalam kategori obesitas. Hasil analisis menunjukkan kurang dari separuh (47.1%) status gizi ibu contoh laki-laki dan separuh (50%) status gizi ibu contoh dalam kategori normal. 8.8 persen status gizi ibu contoh laki-laki dalam kategori kurus, 17.6 persen dalam kategori overweight dan 26.5 persen dalam kategori obesitas. sedangkan status gizi ibu contoh perempuan 3 persen dalam kategori kurus, 21.2 persen dalam kategori overweight dan 25.8 persen dalam keadaan obesitas. Tabel 9 Sebaran contoh menurut status gizi orang tua Status gizi Kurus Normal Over weight Obesitas Total
Laki-laki n % 2 5,9 22 64,7 6 17,6 4 11,8 34 100
Ayah Perempuan n % 2 3 34 51,5 13 19,7 17 25,8 66 100
Ibu Laki-laki n % 3 8,8 16 47,1 6 17,6 9 26,5 34 100
Perempuan n % 2 3,0 33 50,0 14 21,2 17 25,8 66 100
Pada dasarnya status gizi seseorang ditentukan berdasarkan konsumsi gizi dan kemampuan tubuh dalam menggunakan zat-zat gizi tersebut. Status gizi normal menunjukkan bahwa kualitas dan kuantitas makanan yang telah
40 memenuhi kebutuhan tubuh. Seseorang yang berada dia bawak ukuran berat badan normal memiliki risiko terhadap penyakit infeksi, sedangkan seseorang yang berada di atas ukuran normal memiliki risiko tinggi penyakit degeneratif. Karakteristik Contoh Umur Contoh Umur contoh berkisar antara 12 hingga 15 tahun, berdasarkan sebaran rata-rata umur contoh adalah 13.7 tahun. Kurang dari separuh contoh (45%) berumur 14 tahun. Dengan mengacu pada karakter umur menurut Monks et al. (1982), maka contoh termasuk kategori remaja awal (12-15 tahun). Tabel 10 Sebaran contoh menurut umur Umur 12 13 14 15 Total
n 5 35 45 15 100
% 5 35 45 15 100
Jenis Kelamin Jumlah remaja yang dijadikan contoh adalah sebanyak 100 orang dengan persentase terbesar berjenis kelamin perempuan sebesar 66 persen (66 orang). Hal ini sesuai dengan kondisi karena jumlah remaja SMP yang sebagian besar adalah perempuan. Menurut Hurlock (1994) pada usia remaja terjadi perubahan bentuk tubuh dan perkembangan secara psikologis dan reproduksi. Secara psikologis, anak perempuan mulai memperhatikan penampilan dan bentuk tubuhnya sehingga sangat besar kemungkinan munculnya persepsi body image. Tabel 11 Sebaran contoh menurut jenis kelamin Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki Total
n 66 34 100
% 66 34 100
Uang Saku Uang saku adalah jumlah uang yang diterima oleh anak sekolah untuk keperluan harian, mingguan atau bulanan, baik untuk keperluan jajan atau untuk keperluan lainnya. Salah satu faktor yang mempengaruhi besarnya uang saku yang diterima oleh anak adalah besarnya pendapatan orang tua. Uang saku yang makin besar membuat seorang anak lebih leluasa dalam memilih dan mengkonsumsi makanan yang beragam.
41 Uang saku contoh meliputi uang jajan dan uang transport. Besar uang saku contoh berdasarkan sebaran rata-rata berkisar antara Rp1 000 hingga Rp15 000. Lebih dari 40 persen contoh (46%) mendapatkan uang saku
Rp 5
000 per hari, separuh contoh (50%) mendapatkan uang saku Rp5 001- 10 000 per hari, dan sebagian kecil contoh (4%) mendapatkan uang saku
Rp 10 001
per hari. Tabel 12 Sebaran contoh menurut uang saku per hari Uang saku 5 000 5 000-10 000 10 001 Total
n 46 50 4 100
% 46 50 4 100
Pengetahuan Gizi Pengetahuan gizi merupakan landasan penting untuk terjadi perubahan sikap dan perilaku gizi. Perilaku yang didasari pengetahuan akan bertahan lebih lama, oleh sebab itu penting bagi remaja untuk memperoleh bekal pengetahuan gizi dari berbagai sumber seperti sekolah, media cetak, maupun media elektronik. Pengkategorian pengetahuan gizi didasarkan pada Khomsan (2000) yang membagi pengetahuan gizi menjadi 3, yakni baik dengan skor >80 persen, sedang dengan skor 60 hingga 80 persen, dan kurang dengan skor < 60 persen. Lebih dari separuh contoh (55%) memiliki pengetahuan gizi sedang. Sedangkan proporsi terkecil contoh adalah memiliki pengetahuan gizi kurang (5%). Berdasarkan jenis kelamin, terlihat bahwa pengetahuan gizi contoh perempuan lebih baik daripada contoh laki-laki. Hal ini menunjukkan bahwa contoh perempuan telah banyak menerima informasi tentang gizi dan aspek-aspeknya. Hasil tersebut tidak sejalan dengan penelitian Maulani (2001) yang menunjukkan pengetahun gizi rendah pada remaja putri di SMUN mencapai 45.5 persen sedangkan tidak ada satupun yang memiliki pengetahuan gizi baik. Menurut Irawati et al. (1992), tingkat pengetahuan seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam pemilihan makanan. Tabel 13 Sebaran contoh menurut kategori tingkat pengetahuan gizi Pengetahuan gizi Kurang Sedang Baik Total
Laki-laki n
%
4 16 14 34
11.76 47.06 41.18 100
Perempuan n % 1 39 26 66
1.51 59.09 39.39 100
Total n
%
5 55 40 100
5 55 40 100
42 Dari 18 pertanyaan pengetahuan gizi yang diajukan kepada contoh, terlihat bahwa persentase contoh perempuan yang menjawab dengan benar lebih tinggi dengan contoh laki-laki. Terdapat satu pertanyaan yang dijawab benar oleh semua contoh (100%) adalah pertanyaan tentang gizi. Pertanyaan yang paling banyak dijawab oleh contoh adalah pertanayain mengenai menu gizi seimbang, cara megatasi kegemukan, kata yang berarti kegemukan, makanan yang mengandung serat. Sementara itu pertanyaan yang paling banyak dijawab salah oleh contoh adalah pertanyaan mengenai gangguan obesitas (49%), cara menghitung IMT (5%) dan fungsi serat (8%). Ketidakmampuan contoh dalam menjawab pertanyaan diduga karena pilihan jawaban yang tidak umum dan mungkin belum diketahui contoh. Tabel 14 Sebaran contoh menurut pertanyaan pengetahuan gizi No
Pertanyaan
n
Laki-laki %
Perempuan n %
Total n
%
1
Anda pernah mendengar tentang gizi
34
100
66
100
100
100
2
Susunan menu yang bergizi seimbang
32
94,1
61
92,4
93
93
3
Makanan mengandung serat
29
85,3
55
83,3
84
84
4
Contoh pangan banyak karbohidrat
24
70,6
52
78,8
76
76
5
Zat gizi untuk pertumbuhan
21
61,8
48
72,7
69
69
6
Contoh pangan tinggi karbohidrat
23
67,6
46
69,7
69
69
7
Penyebab konstipasi
21
61,8
52
78,8
73
73
8
Kata yang berarti kegemukkan
26
76,5
59
89,4
85
85
9
Konsumsi berlebih disimpan dalam bentuk
27
79,4
55
83,3
82
82
10
Anda pernah mendengar tentang obesitas
24
70,6
57
86,4
81
81
11
Gangguan obesitas dapat terjadi pada
16
47,1
33
50,0
49
49
12
Faktor obesitas
26
76,5
56
84,8
82
82
13
Menu yang paling baik untuk obesitas
26
76,5
56
84,8
82
82
14
Fungsi serat
3
8,8
5
7,6
8
8
15
Kegemukan diatasi dengan
30
88,2
62
93,9
92
92
16
Cara mengatasi obesitas yang efektif
24
70,6
55
83,3
79
79
17
Penyakit degeneratif akibat obesitas
10
29,4
8
12,1
18
18
18
Cara menghitung IMT
1
2,9
4
6,1
5
5
Aktivitas Fisik Menurut Almeida dan Blair (2002), aktivitas fisik merupakan gerakan tubuh dalam mengeluarkan energi. Aktivitas fisik tergantung kepada jenis, frekuensi, intensitas dan curahan waktu. Menurut Katahn (1987) dalam Novikasari (2003), kegiatan fisik cukup besar pengaruhnya terhadap kestabilan berat badan. Semakin aktif seseorang melakukan aktivitas fisik, energi yang
43 diperlukan semakin banyak. Tubuh yang besar memerlukan energi yang lebih banyak dibandingkan tubuh yang kecil untuk melakukan kegiatan fisik. Berdasarkan hasil penelitian, dapat dilihat bahwa contoh lebih banyak menghabiskan waktu untuk tidur 8.3 ± 0.75 jam dan belajar 7.93 ± 0.68 jam. Pada contoh laki-laki alokasi waktu rata-rata untuk tidur sebesar 8.3 ± 0.82 jam dan belajar sebesar 7.7 ± 0.49 jam, sedangkan pada contoh perempuan alokasi waktu rata-rata untuk tidur sebesar 8.2 ± 0.72 jam dan belajar sebesar 8.03 ± 0.75 jam. Jenis kegiatan yang sering dilakukan oleh contoh selain tidur dan belajar adalah kegiatan menonton TV yaitu selama 2.3 ± 0.75 jam. Contoh perempuan lebih banyak menghabiskan waktu untuk kegiatan rumah tangga seperti menyetrika selama 0.17 ± 0.21 jam, memasak selama 0.098 ± 0.15 jam, menyuci piring selama 0.41 ± 0.2 jam dan membersihkan rumah selama 0.54 ± 0.28 jam. Sedangkan contoh laki-laki lebih banyak menghabiskan waktu untuk kegiatan olahraga dan jalan santai. Tabel 15 Sebaran contoh berdasarkan jenis aktivitas, rata-rata alokasi waktu dan jenis kelamin Jenis Aktivitas Tidur Menonton Makan dan minum Belajar Menyetrika Memasak Menyuci piring Berdiri diam Berdandan Bersih-bersih rumah Olahraga Jalan santai Jalan Membawa beban
Alokasi waktu (Jam) (x ± SD) Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 8.3 ± 0.822 8.2 ± 0,72 2.13 ± 0.77 2.4 ± 0,73 0.9 ± 0.27 0.92 ± 0.3 7.7 ±0.49 8.03 ± 0.75 0.04 ± 0.15 0.17 ± 0.21 0.02 ± 0.86 0.098 ± 0.15 0.08 ± 0.15 0.41 ± 0.2 0.38 ± 0.19 0.34 ± 0.18 1.21 ± 0.22 1.24 ± 0.29 0.13 ± 0.18 0.54 ± 0.28 1.46 ± 0.79 0.35 ± 0.42 1.08 ± 0.36 0.83 ± 0.39 0.6 ± 0.35 0.52 ± 0.19
L+P 8.3 ± 0.75 2.3 ± 0.75 0.92 ± 0.29 7.93 ± 0.68 0.12 ± 0.20 0.07 ± 0.14 0.29 ± 0.24 0.35 ± 0.18 1,23 ± 0.27 0.38 ± 0.31 0.72 ± 0.78 0.92 ± 0.41 0.55 ± 0.26
Berdasarkan jenis aktivitas yang telah disebutkan di atas, maka dapat diketahui besarnya pengeluaran energi dari contoh. Besar energi yang dikeluarkan contoh untuk berbagai aktivitas fisik berkisar antara 1813 kkal hingga 3856 kkal pada contoh laki-laki dan 1609 kkal hingga 2350 kkal pada contoh perempuan. Energi rata-rata contoh untuk melakukan aktivitas selama 24 jam sebesar 2104 kkal. Rata-rata pengeluaran energi contoh untuk tidur adalah sebesar 443 kkal per hari. Berdasarkan jenis kelamin contoh laki-laki lebih banyak mengeluarkan energi untuk tidur sebanyak 487 kkal daripada contoh perempuan sebanyak 421
44 kkal. Selain tidur, contoh juga lebih banyak mengeluarkan energi untuk kegiatan belajar, menonton dan olahraga. Pada contoh laki-laki menghabiskan energi sebesar 725 kkal untuk kegiatan belajar dan 524 kkal untuk kegiatan olahraga. Sedangkan contoh perempuan lebih banyak menghabiskan energi untuk belajar sebesar 616 kkal dan menonton sebesar 182 kkal. Contoh laki-laki lebih banyak menghabiskan energi untuk kegiatan di luar rumah seperti olahraga sedangkan contoh perempuan lebih banyak menghabiskan energi untuk melakukan pekerjaan rumah tangga. Tabel 16 Sebaran contoh berdasarkan jenis aktivitas, rata-rata pengeluaran energi dan jenis kelamin Jenis Aktivitas Tidur Menonton Makan dan minum Belajar Menyetrika Memasak Menyuci piring Berdiri diam Berdandan Bersih-bersih rumah Olahraga Jalan santai Jalan Membawa beban Total
Pengeluaran energi (kkal) (x ± SD) Jenis Kelamin L + P Laki-laki Perempuan 486.26 83.80 420.47 44.41 442.48 67.95 200.94 62.40 181.21 51.75 187.92 56.07 83.75 23.96 73.26 17.58 76.83 20.48 724.72 110.25 615.89 68.29 652.90 98.99 5.45 19.84 18.36 23.47 13.97 23.03 1.99 11.59 10.61 16.13 7.68 15.25 10.76 19.81 45.36 22.68 33.59 27.19 35.28 18.13 36.22 19.34 35.90 18.85 112.04 26.46 94.37 22.03 100.37 24.95 18.72 23.28 60.41 30.99 46.24 34.72 523.18 308.98 105.91 132.15 247.31 287.91 156.61 57.58 93.42 45.49 114.90 58.04 83.69 50.39 57.48 20.23 66.39 35.65 2526.28±470.49 1886.80±165.77 2104.23±429.57
Tingkat aktivitas fisik contoh dikategorikan dalam tiga kelompok yaitu aktivitas ringan, sedang, dan berat. Menurut Hardinsyah dan Martianto (1992) yang termasuk aktivitas ringan adalah duduk, berdiri, kegiatan sosial, bermain ringan, dll, aktivitas sedang adalah berjalan, pekerjaan rumah tangga, pekerjaan pertanian, bermain sedang dll, dan aktivitas berat adalah mengangkat air, mencari kayu, pekerjaan pertanian, olahraga berat, dll. Penentuan tingkat pekerjaan ringan, sedang, dan berat dilakukan berdasarkan alokasi waktu untuk duduk atau berdiri. Ringan bila 75 persen alokasi waktu digunakan untuk duduk atau berdiri, sedang bila 40 persen alokasi waktu untuk duduk atau berdiri, dan berat bila 25 persen waktu digunakan untuk duduk atau berdiri. Kebiasaan Makan Kebiasaan makan didefenisikan sebagai cara-cara individu dan kelompok individu memilih, mengkonsumsi dan menggunakan makanan-makanan yang tersedia, yang didasarkan pada faktor-faktor sosial dan budaya dimana manusia
45 hidup (Khumaidi 1989). Menurut Sanjur (1982) kebiasaan makan adalah cara individu atau kelompok individu memilih pangan dan mengkonsumsi sebagai reaksi terhadap pengaruh fisiologis, psikologis, dan sosial budaya. Kebiasaan makan bukanlah bawaan sejak lahir tetapi merupakan hasil belajar. Kebiasaan remaja meliputi pola makanan (sarapan), frekuensi makan, dan makanan pantangan. Kebiasaan Sarapan Sarapan memiliki arti penting dalam hal penyediaan energi untuk menunjang aktivitas pagi hari sampai tiba saatnya waktu makan selanjutnya. Untuk anak sekolah, penyediaan energi sangat penting untuk membantu dalam berkonsentrasi pada saat belajar di sekolah. Menurut Effendi (2003) kebiasaan tidak makan pagi disebabkan karena tidak adanya nafsu makan, terbiasa tidak makan pagi, dan tidak mempunyai waktu cukup untuk melakukannya. Remaja umumnya mempunyai kegiatan fisik yang sangat aktif setiap hari yang sangat banyak membutuhkan energi. Oleh karena itu, untuk dapat melaksanakan kegiatan sehari-hari sangat dianjurkan untuk membiasakan makan pagi di rumah sebelum meninggalkan rumah (Nurhayati 2000). Kontribusi gizi sarapan adalah sekitar 25 persen. Berdasarkan menu sarapan, menu yang biasa dikonsumsi contoh cukup beragam diantarannya nasi dan lauk pauk, lontong, dan roti. Sebagian besar contoh (81%) terbiasa sarapan dengan makan nasi dan lauk pauk, sarapan nasi dan lauk pauk dapat menghasilkan energi yang lebih tinggi. Akan tetapi roti dan lontong juga merupakan makanan yang diminati untuk sarapan (8 % dan 9%) mungkin melihat dari segi kepraktisan waktu. Tabel 17 Sebaran contoh menurut jenis menu sarapan Jenis makanan sarapan Nasi + lauk pauk Bubur Lontong Roti Dll Total
Laki-laki n % 25 73.53 0 0 3 8.82 5 14.71 1 2.94 34 100
Perempuan n % 56 84.85 0 0 6 9.09 3 4.55 1 1.52 66 100
Total n 81 0 9 8 2 100
% 81 0 9 8 2 100
Berdasarkan jenis kelamin, perempuan lebih banyak mengkonsumsi nasi dan lauk pauk (84.85%) dibandingkan laki-laki (73.53%). Semakin beragam jenis makanan yang dimakan maka akan semakin baik. Sarapan yang baik akan
46 menyediakan zat gizi yang penting dan akan meningkatkan penampilan fisik serta menurunkan risiko terkena penyakit. Pengolahan Makanan Berdasarkan cara pengolahan makanan, sebagian besar contoh (85%) menyukai pengolahan makanan dengan cara digoreng. Hal ini diduga karena kebiasaan makan orang Sumatera yang lebih menyukai makanan yang banyak mengandung lemak tinggi dan kondisi geografis Kabupaten Kerinci merupakan daerah dataran tinggi dan membutuhkan lemak yang tinggi. Pengolahan makanan dengan cara dipanggang dan direbus juga disukai oleh contoh (11% dan 4%). Tabel 18 Sebaran contoh menurut cara pengolahan makanan Pengolahan makanan Goreng Panggang Rebus Total
n 85 11 4 100
% 85 11 4 100
Makanan Kesukaan Makanan kesukaan contoh sangat beragam. Proporsi terbesar contoh menyukai daging ayam adalah sebesar 21%. Akan tetapi, hasil penelitian ini nasi goreng, mie goreng, bakso, daging sapi, dan ikan juga digemari oleh contoh. Tabel 19 Sebaran contoh menurut jenis makanan kesukaan Makanan kesukaan Daging ayam Nasi goreng Mie goreng Bakso Daging sapi Ikan Dll Total
n 21 18 16 14 11 11 9 100
% 21 18 16 14 11 11 9 100
Makanan Pantangan Menurut Suhardjo (1989), pantangan atau tabu adalah suatu larangan untuk mengkonsumsi jenis makanan tertentu, karena terdapat ancaman bahaya atau hukumam terhadap barang siapa melanggarnya. Tabu makanan ini ada yang dapat merugikan terhadap pemeliharaan bahan makanan yang dikonsumsi menjadi terbatas. Walaupun tidak bersifat fatal, hanya bersifat merugikan. Lebih dari separuh contoh (52%) memiliki makanan pantangan, sedangkan hampir separuh contoh (47%) tidak memiliki makanan pantangan. Beberapa contoh
47 yang memiliki makanan pantangan memberikan alasan karena bertentangan dengan agama dan kesehatan. Tabel 20 Sebaran contoh menurut makanan pantangan Makanan pantang Ya Tidak Total
n 53 47 100
% 53 47 100
Adanya pandangan pantas atau tidak suatu makanan dikonsumsi melahirkan pola pantangan, tahayul, dan larangan terhadap suatu pangan yang berbeda menurut kebudayaan di berbagai daerah (Suhardjo et al. 1987). Larangan mengkonsumsi pangan tertentu akan disebut sebagai makanan pantangan merupakan masalah yang umum di seluruh belahan dunia. Frekuensi Makan Lebih dari separuh contoh (71%) memiliki frekuensi makan antara 3 sampai 4 kali per hari. Frekuensi makan akan mempengaruhi tingkat konsumsi energi. Semakin sering seseorang makan maka akan semakin banyak jumlah energi yang masuk (Suwandi 1995). Khomsan (2003) menyatakan frekuensi makan sebaik-baiknya adalah 3 kali untuk menghindari kekosongan lambung. Jarak
antara
dua
waktu
makan
yang
panjang
menyebabkan
adanya
kecenderungan untuk makan lebih banyak dan melebihi batas. Tabel 21 Sebaran contoh menurut frekuensi makan Frekuensi makan 3-4 kali 1-2 kali > 4 kali Total
n 71 29 0 100
% 71 29 0 100
Makan 3 kali sehari adalah hal yang umum bagi masyarakat Indonesia. Mereka yang makan 3 kali sehari mempunyai peluang lebih besar mencukupi kebutuhan gizinya dibandingkan hanya makan 1-2 kali sehari. Frekuensi Konsumsi Pangan Selain jumlah konsumsi pangan dengan metode recall dan perhitungan terhadap TKEi, penilaian konsumsi pangan juga dilakukan terhadap frekuensi konsumsi pangan selama seminggu terakhir. Dari tabel frekuensi pangan dapat dilihat pola atau kebiasaan dan variasi makanan para contoh. Menurut Kusharto dan Sutandi (2004) penggunaan metode frekuensi pangan bertujuan untuk memperoleh data konsumsi pangan secara kualitatif dan informasi deskriptif tentang pola konsumsi.
48 Frekuensi kelompok pangan dikelompokkan menjadi empat yaitu setiap hari (> 6 kali/minggu), kadang-kadang (3-6 kali/ minggu), jarang (<3 kali/minggu), dan tidak pernah (0 kali/minggu). Kelompok pangan yang diteliti adalah pangan pokok, pangan hewani, pangan nabati, sayuran,dan buah-buahan. Pada Tabel 22 disajikan konsumsi pangan pokok berdasarkan frekuensi dan persentase tertinggi. Pangan pokok dalam penelitian ini meliputi nasi roti, kentang, biskuit/kue, dan singkong. Tabel tersebut menunjukkan hampir seluruh contoh (99%) mengkonsumsi nasi >6 kali/minggu karena nasi dikonsumsi setiap hari. Makanan sumber pokok yang separuh contoh (51%) mengkonsumsi adalah singkong dengan frekuensi < 3 kali/minggu. Roti memiliki frekuensi yang cukup beragam diantara contoh namun sebagian kecil contoh (41%) mengkonsumsi roti 3-6 kali/minggu. Kentang dan biskuit juga memiliki frekuensi yang cukup beragam akan tetapi sebagian kecil contoh (38)% mengkonsumsi kentang dengan
frekuensi
>6
kali/minggu,
dan
sebagian
kecil
contoh
(38%)
mengkonsumsi biskuit/kue dengan frekuensi >6 kali/minggu. Pangan pokok menyumbangkan energi lebih besar. Tidak jauh berbeda degan frekuensi pangan pokok, konsumsi jenis pangan sumber protein nabati berdasarkan frekuensi dan persentase tertinggi contoh yang disajikan pada Tabel 22 juga menunjukkan hasil konsumsi yang bervariasi. Makanan sumber nabati yang cenderung dikonsumsi contoh dalam waktu seminggu terakhir adalah tahu, tempe, dan kacang tanah. Umumnya semua contoh mengkonsumsi tahu, tempe, dan kacang tanah. Hampir separuh contoh (49%) mengkonsumsi tahu dengan frekuensi 3-6 kali/minggu. Tempe dikonsumsi oleh separuh contoh (51%) dengan frekuensi 3-6 kali/minggu. Sedangkan untuk kacang tanah lebih dari separuh contoh (67%) mengkonsumsi dengan frekuensi <3 kali/minggu. Pangan hewani merupakan pangan sumber protein yang mudah dicerna dan memiliki bioavailabilitas yang tinggi. Pangan hewani dalam penelitian ini meliputi daging ayam,daging sapi, bakso, telor, ikan basah, ikan asin. Lebih dari separuh contoh (55%, 67% , 56%) mengkonsumsi daging ayam, daging sapi dan ikan asin dengan frekuensi < 3 kali/minggu. Sedangkan hampir separuh contoh (45%, 47%, 43%). mengkonsumsi bakso, telor dan ikan basah dengan frekuensi konsumsi pangan 3-6 kali/minggu. Sayuran mengandung vitamin, mineral, serat, dan komponen lainnya yang sangat penting dalam diet. Sayuran yang umum dikonsumsi contoh adalah
49 sayuran yang berdaun hijau. Menurut Almatsier (2001), sayuran berwarna hijau merupakan pangan sumber Fe nabati dan vitamin C. Berdasakan Tabel 21 terlihat bahwa contoh cukup bervariasi dalam mengkonsumsi sayuran. Hampir separuh contoh (45 % dan 48%) mengkonsumsi bayam dan daun singkong dengan frekuensi konsumsi adalah 3-6 kali/minggu Sedangkan frekuensi konsumsi buncis dan kangkung adalah < 3 kali/minggu dengan persentase masing-masing 57% dan 49%. Buah-buahan juga merupakan pangan sumber vitamin dan mineral. Namun, kadang-kadang asam askorbat (vitamin C) dan gula di dalam buahbuahan umumnya lebih tinggi dibandingkan sayuran. Lebih dari separuh contoh (51%, 56%, 53%) mengkonsumsi alpokat, jambu biji, mangga dengan frekuensi konsumsi adalah < 3 kali/minggu. Sedangkan kurang dari separuh contoh (45%) mengkonsumsi jeruk dengan frekuensi 3-6 kali/minggu. Tabel 22 Sebaran contoh menurut frekuensi konsumsi pangan Jenis pangan Pangan Pokok Nasi Roti Kentang Biskuit/kue Singkong Pangan Nabati Tahu Tempe Kacang tanah Pangan Hewani Daging ayam Daging sapi Bakso Telor Ikan basah Ikan asin Sayuran Bayam Buncis Daun singkong Kangkung Buah-buahan Alpokat Jambu biji Jeruk Mangga
0 kali/minggu
<3 kali/minggu
3-6 kali/minggu
>6 kali/minggu
n
%
n
%
n
%
n
%
n
%
0 5 0 3 37
0 5 0 3 37
0 34 32 26 51
0 34 32 26 51
1 41 30 33 10
1 41 30 33 10
99 20 38 38 2
99 20 38 38 2
100 100 100 100 100
100 100 100 100 100
0 3 22
0 3 22
28 32 67
28 32 67
49 51 11
49 51 11
23 14 0
23 14 0
100 100 100
100 100 100
5 14 7 4 1 34
5 14 7 4 1 34
55 67 27 33 13 56
55 67 27 33 13 56
40 19 45 47 43 9
40 19 45 47 43 9
0 0 21 16 43 1
0 0 21 16 43 1
100 100 100 100 100 100
100 100 100 100 100 100
4 12 2 13
4 12 2 13
34 57 29 49
34 57 29 49
45 25 48 26
45 25 48 26
17 6 21 12
17 6 21 12
100 100 100 100
100 100 100 100
39 17 7 26
39 17 7 26
51 56 42 53
51 56 42 53
10 21 45 18
10 21 45 18
0 6 6 3
0 6 6 3
100 100 100 100
100 100 100 100
Total
Konsumsi makanan harus beragam karena tidak ada satu jenis makanan pun yang mengandung komposisi zat gizi yang lengkap. Dalam hal ini kekurangan zat gizi pada jenis makanan yang satu akan dilengkapi oleh
50 keunggulan susunan zat gizi jenis makanan yang lain, sehingga diperoleh asupan zat gizi yang seimbang. Konsumsi Pangan dan Tingkat Konsumi Pangan Jumlah dan Jenis Pangan Konsumsi pangan dalah jumlah pangan (tunggal atau beragam) yang dimakan oleh seseorang atau kelompok orang dengan tujuan tertentu. Tujuan mengkonsumsi pangan dalam aspek gizi adalah memperoleh sejumlah zat gizi yang diperlukan tubuh. Konsumsi pangan meliputi informasi mengenai jenis dan jumlah pangan yang dimakan oleh seseorang atau sekelompok orang (sekeluarga atau rumah tangga) pada waktu tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi pangan dapat ditinjau dari aspek jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi (Hardinsyah & Martianto 1988). Tabel 23 menujukkan rata-rata konsumsi zat gizi pada berbagai jenis bahan pangan. Menurut Alamatsier (2002), energi dibutuhkan oleh tubuh untuk mempertahankan hidup, menunjang pertumbuhan, dan melakukan aktivitas fisik. Energi diperoleh dari karbohirat, protein, dan lemak suatu bahan makanan. Pangan pokok merupakan pangan yang menyumbangkan energi besar. Sumber pangan pokok diperoleh melalui konsumsi nasi yaitu rata-rata 280 g/kap/hari dengan energi sebesar 498.76 kkal dan protein sebesar 5.88 g, sumber besi terbesar dari biskuit/kue sebanyak 1.09 g dan nasi sebanyak 1.4 mg. Sumber vitamin C terbesar dari kentang sebanyak 24.99 mg dan singkong sebanyak 18.75 mg. Sumber kalsium terbesar dari singkong sebanyak 41.25 mg dan biskuit/kue sebanyak 25.05 mg. Sedangkan sumber kalsium terbesar dari roti sebanyak 85.22 mg dan kentang sebanyak 82.3 mg. Tabel 23 Rata-rata kosumsi pangan, energi dan zat gizi pangan pokok per orang per hari Jenis pangan Nasi Roti Kentang Biskuit/kue Singkong
Berat (g) 280 61.29 172.91 40.41 125
Energi (kkal) 498.76 151.99 121.99 185.06 182.5
Protein (g) 5.88 4.9 2.94 2.79 1.5
Besi (mg) 1.4 0.92 1.02 1.09 0.88
Vitamin C (mg) 0 0 24.99 0 18.75
Kalsium (mg) 14.01 6.13 16.17 25.05 41.25
Fosfor (mg) 61.64 85.22 82.3 35.15 50
Pangan nabati dalam penelitian ini terdiri dari tempe, tahu dan kacang tanah.
Rata-rata
konsumsi
kacang
tanah
adalah
105.56
g/kap/hari
menyubangkan energo dan protein tersebar yaitu sebesar 262.47 kkal dan 12.63 g. Sumber besi sebanyak 5.23 mg berasal dari tempe dan 0.87 mg dari tahu.
51 Sumber kalsium terbesar berasal dari tahu sebanyak 166.03 mg. Sedangkan sumber fosfor terbesar berasal dari kacang tanah sebanyak 166.64mg. Tabel 24 Rata-rata kosumsi pangan, energi dan zat gizi pangan nabati per orang per hari Jenis pangan Tahu Tempe Kacang tanah
Berat (g) 133.9 53.33 105.56
Energi (kkal) 91.05 92.67 262.47
Protein (g) 10.44 10.93 12.63
Besi (mg) 0 5.23 0.87
Kalsium (mg) 166.03 73.2 32.38
Fosfor (mg) 84.36 108.13 166.64
Pangan hewani dalam penelitian ini terdiri dari daging ayam, daging sapi, bakso, telor, ikan basah, dan ikan asin. Rata-rata konsumsi daging ayam contoh adalah 102.94 g/kap/hari dengan jumlah energi sebesar 180.31 kkal, protein sebesar 10.87 g, vitamin A sebesar 165.89 RE, fosfor sebesar 119.41 mg. Ratarata konsumsi daging sapi adalah 134.09 g/kap/hari dengan jumlah energi sebesar 277.57 kkal, protein sebesar 25.21 g, fosfor sebesar 227.95 mg. Ratarata konsumsi bakso contoh adalah 219 g/kap/hari dengan jumlah energi sebesar 66.58 kkal, protein sebesar 3.59 g, fosfor sebesar 12.26 mg. Tabel 25 Rata-rata kosumsi pangan, energi dan zat gizi pangan hewani Jenis pangan Daging ayam Daging sapi Bakso Telor Ikan basah Ikan asin
Berat (g) 102.94 134.09 219 35.38 114.71 135.29
Energi (kkal) 180.31 277.57 66.58 55.51 109.41 364.93
Protein (g) 10.87 25.21 3.59 4.16 15.76 42.25
Besi (mg) 0.89 3.75 2.37 0.87 1.91 3.51
Vitamin A (RE) 165.89 12.07 0 100.27 63.99 0
Kalsium (mg) 8.36 14.75 0 17.48 16.25 844.74
Fosfor (mg) 119.41 227.95 12.26 58.27 234.47 1080.88
Sayuran dalam penelitian ini terdiri dari bayam, buncis, daun singkong, dan kangkung. Sumber energi terbesar dari sayuran berasal dari daun singkong sebanyak 134.96 kkal. Bayam, buncis, dan kangkung juga menyumbangkan energi masing-masing sebesar 47.53 kkal, 46.8 kkal, dan 42.77 kkal. Sumber vitamin A dan vitamin C terbesar berasal dari daun singkong yaitu masingmasing sebanyak 3138.75 RE dan 441.55 mg. Bayam juga merupakan sumber vitamin A terbesar yaitu sebanyak 952.34 RE. Kangkung merupakan sumber vitamin A terbesar kedua dalam penelitian ini yaitu sebesar 891.34 RE. Tabel 26 Rata-rata kosumsi pangan, energi dan zat gizi sayuran Jenis pangan Bayam Buncis Daun singkong Kangkung
Berat
Energi
(g) 205 150 253.85 159.09
(kkal) 47.53 46.8 134.96 42.77
Protein (g) 2.65 3.25 13.23 3.34
Besi (mg) 1.36 1.34 5.11 3.04
Vitamin A (RE) 952.34 118.8 3138.75 891.34
Vitamin C (mg) 44.62 22.92 441.55 29.11
Kalsium
Fosfor
(mg) 313.44 39.12 377.68 77.45
(mg) 73.64 18.85 121.69 57.09
52 Buah-buahan menyumbangkan vitamin A, vitamin C, kalsium, dan fosfor yang tinggi. Alpukat menyumbangkan vitamin A sebanyak 17.08 RE, vitamin C sebanyak 7.93 mg, kalsium sebanyak 6.1 mg, dan fosfor sebanyak 12.2 mg. Jambu biji menyumbangkan vitamin A sebanyak 2.02 RE, vitamin C sebanyak 50.13 mg, kalsium sebanyak 16.41 mg,dan fosfor sebanyak 25.34 mg. Jeruk menyumbangkan vitamin A sebanyak 17.84 RE,vitamin C sebanyak 30.15 mg, kalsium sebanyak 20.3 mg, dan fosfor sebanyak 14.15 mg. Mangga menyumbangkan vitamin A sebanyak 119.13 RE, vitamin C sebanyak 3.97 mg, kalsium sebanyak 7.98 mg, dan fosfor sebanyak 4.9 mg. Tabel 27 Rata-rata kosumsi pangan, energi dan zat gizi buah-buahan Jenis pangan Alpokat Jambu biji Jeruk Mangga
Berat
Energi
(g) 100 200 85.45 83.33
(kkal) 51.85 82.05 27.69 26.79
Protein
Besi
(g) 0.55 1.2 0.55 0.25
(mg) 0.55 1.93 0.25 0.23
Vitamin A (RE) 17.08 2.02 17.84 119.13
Vitamin C (mg) 7.93 50.13 30.15 3.97
Kalsium
Fosfor
(mg) 6.1 16.41 20.3 7.98
(mg) 12.2 25.34 14.15 4.95
Konsumsi pangan Seseorang memerlukan sejumlah zat gizi untuk dapat hidup sehat serta dapat mempertahankan kesehatannya. Zat gizi yang diperoleh melalui konsumsi pangan harus sesuai dan cukup bagi kebutuhan tubuh untuk melaksanakan berbagai kegiatan internal maupun eksternal, pemeliharaan tubuh, dan pertumbuhan bagi seseorang yang masih berada dalam tahap pertumbuhan seperti bayi, anak-anak dan remaja atau untuk aktivitas serta pemeliharaan tubuh untuk orang dewasa dan yang telah lanjut usia (Hardinsyah & Briawan 1994). Konsumsi energi dan zat gizi dipengaruhi oleh umur, berat badan, tinggi badan, pola dan kebiasaan makan, serta pendapatan (Kartasapoetra & Marsetyo 2005). Menurut Alamatsier (2002), energi dibutuhkan oleh tubuh untuk mempertahankan hidup, menunjang pertumbuhan, dan melakukan aktivitas fisik. Energi diperoleh dari karbohirat, protein, dan lemak suatu bahan makanan. Konsumsi energi contoh berada pada kisaran 1114 sampai 4729 kkal/hari. Rata-rata total konsumsi energi contoh adalah 2148.83 kkal dimana konsumsi rata-rata konsumsi energi remaja laki-laki lebih tinggi daripada remaja perempuan yaitu 2196.39 kkal pada laki-laki dan 2124.33 kkal pada wanita. Konsumsi protein contoh berkisar antara 32 sampai 127 g dengan ratarata total konsumsi protein adalah 69.37 g. Dilihat dari jenis kelamin ternyata rata-rata konsumsi protein laki-laki lebih tinggi yaitu 71.36 g pada laki-laki dan
53 68.34 g pada perempuan. Muhilal et al (1998) mengemukakan bahwa pada masa remaja terjadi proses pertumbuhan yang pesat sehingga dibutuhkan protein yang cukup untuk menunjang proses pertumbuhan. Konsumsi besi contoh berkisar antara 6.65 sampai 46.32 mg dengan rata-rata total konsumsi besi adalah 21.47 mg. Berdasarkan jenis kelamin ratarata konsumsi besi laki-laki lebih tinggi yaitu 22.27 mg pada laki-laki dan 21.06 mg pada perempuan. Menurut Soediaoetama (1996) pada wanita subur, lebih banyak Fe terbuang dari badan dengan adanya menstruasi sehingga kebutuhan akan Fe pada wanita dewasa lebih tinggi daripada laki-laki. Konsumsi zat besi yang kurang dapat menimbulkan menurunnya simpanan besi dalam tubuh. Hal ini perlu diwaspadai mengingat remaja perempuan termasuk ke dalam kelompok yang berisiko terkena anemia. Menurut Almatsier (2001), banyak bukti menunjukkan bahwa defisiensi besi berpengaruh luas terhadap kualitas sumberdaya manusia, yaitu terhadap kemampuan belajar dan produktivitas kerja. Vitamin A banyak ditemukan di hati, daging, sayuran hijau, dan sayuran atau buah berwarna jingga. Vitamin A dan vitamin larut lemak lainnya dapat disimpan pada jaringan tubuh. Konsumsi vitamin A contoh berkisar antara 37.02 sampai 10356.78 RE dengan rata-rata total konsumsi adalah 1094.91 RE berdasarkan jenis kelamin rata-rata konsumsi vitamin A perempuan lebih tinggi yaitu 1325.12 RE pada perempuan dan 648.04 RE pada laki-laki. Vitamin C merupakan salah satu vitamin larut air yang dapat membantu penyerapan besi. Vitamin C merupakan vitamin larut air yang tidak dapat disimpan di dalam tubuh, sehingga asupan yang cukup setiap hari sangat dianjurkan. Konsumsi vitamin C contoh berkisar antara 0.00 hingga 761.10 mg dengan rata-rata total konsumsi vitamin C adalah 106.05 mg. Berdasarkan jenis kelamin rata-rata konsumsi vitamin C perempuan lebih tinggi yaitu 137.23 mg pada perempuan dan 45.52 mg pada laki-laki. Remaja berumur 10 sampai 19 tahun membutuhkan kalsium dan zat besi lebih banyak daripada umur sebelumnya atau sesudahnya. Puncak pertumbuhan paling pesat dicapai pada umur-umur tersebut (Apriadji 1986). Konsumsi kalsium contoh berkisar antara 98.57 hingga 2320.68 mg dengan rata-rata total konsumsi kalsium adalah 803.54 mg. Berdasarkan jenis kelamin rata-rata konsumsi kalsium perempuan lebih tinggi yaitu 825,04 mg pada perempuan dan 761.79 mg pada laki-laki.
54 Konsumsi fosfor contoh berkisar antara 322.89 hingga 2331.68 mg dengan rata-rata total konsumsi adalah 974.31 mg. Berdasarkan jenis kelamin rata-rata konsumsi fosfor perempuan lebih tinggi yaitu 1004.65 mg pada perempuan dan 915.43 mg pada laki-laki. Hasil uji T menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata antara konsumsi energi, protein, besi, kalsium, dan fosfor contoh laki-laki dengan tingkat konsumsi energi, protein, besi, kalsium, dan fosfor contoh perempuan. Sedangkan untuk konsumsi vitamin A kedua kelompok contoh memiliki perbedaan yang nyata (p=0.004) dan Vitamin C kedua kelompok contoh memiliki perbedaan yang nyata (p=0.000). Tabel 28 Sebaran contoh menurut rata-rata konsumsi zat gizi dan jenis kelamin Zat Gizi Energi Protein Besi Vitamin A Vitamin C Kalsium Fosfor
Konsumsi Zat Gizi (x ± SD) Jenis Kelamin L+P Laki-laki Perempuan 2196.39 ± 713 17 2124.33 ± 660.06 2148.83 ± 675.84 71.36 ± 19.38 68.34 ± 18.25 69.37 ± 18.6 22.27 ± 9.29 21.06 ± 8.07 21.47 ± 8.48 648.04 ± 670.49 1325.12±1605.05 1094.91 ± 1394.71 45.,52 ± 33.74 137.23±192.69 106.05 ± 163.29 761.79 ± 530.06 825.04±405.68 803.54 ± 450.13 915.43 ± 498.79 1004.65±466.92 974.31 ± 477.36
Tingkat Konsumsi Gizi Kebutuhan tubuh akan zat gizi ditentukan oleh banyak faktor, antara lain tingkat metabolisme basal, tingkat pertumbuhan, aktivitas fisik, dan faktor lainnya yang
bersifat
relatif.
Tingkat
konsumsi
energi
diperoleh
berdasarkan
perbandingan antara konsumsi energi dengan kecukupan energi individu yang dinyatakan dalam persen. Persentase, rata-rata tingkat konsumsi energi contoh adalah 91.64 persen dimana 92.53 persen pada remaja laki-laki dan 91.17 persen pada remaja perempuan (Tabel 29). Hal ini dapat sesuai dengan pernyataan Apriadji (1986) yaitu pria lebih banyak membutuhkan zat tenaga dan protein daripada wanita. Sementara itu tingkat konsumsi protein contoh
berkisar antara 58.03
persen hingga 211.97 persen dengan rata-rata 120.63 persen. Dilihat dari jenis kelamin rata-rata tingkat konsumsi protein contoh laki-laki lebih tinggi. Hasil penelitian Asih (2001) terlihat bahwa tingkat konsumsi remaja putra cenderung lebih tinggi daripada remaja putri. Tingkat konsumsi besi contoh berkisar antara 28.10 persen hingga 243.80 persen dengan rata-rata 95.02 persen. Dilihat dari jenis kelamin tingkat konsumsi besi laki-laki lebih tinggi daripada perempuan.
55 Vitamin A dapat mempengaruhi penyimpanan atau metabolisme besi atau dapat mempengaruhi diferensiasi sel darah merah. Vitamin A banyak ditemukan di hati, daging, sayuran hijau, dan sayuran atau buah berwarna jingga. Vitamin A dan vitamin larut lemak lainnya dapat disimpan pada jaringan tubuh. Tingkat konsumsi vitamin A contoh berkisar antara 6.10 persen hingga 1726.13 persen dengan rata-rata 182.46 persen. Menurut Almatsier (2002), defisiensi vitamin A dapat menyebabkan berkurangnya nafsu makan. Vitamin C merupakan salah satu vitamin larut air yang dapat membantu penyerapan besi. Vitamin C merupakan vitamin larut air yang tidak dapat disimpan di dalam tubuh, sehingga asupan yang cukup setiap hari sangat dianjurkan. Tingkat konsumsi vitamin C contoh berkisar antara 0,00 persen hingga 1170.92 persen dengan rata-rata 160.81 persen. Menurut Almatsier (2002), kekurangan vitamin A dapat menyebabkan tubuh mudah lelah, lemah, dan perdarahan gusi. Selain itu kekurangan vitamin C juga dapat menyebabkan anemia. Tingkat konsumsi kalsium contoh berkisar antara 9.86 persen hingga 232.04 persen dengan rata-rata 80.35 persen. Tingkat konsumsi fosfor contoh berkisar antara 32.29 persen hingga 233.17 persen dengan rata-rata 97.43 persen.
Berdasarkan jenis kelamin tingkat konsumsi vitamin A, vitamin C,
kalsium, dan fosfor perempuan lebih tinggi daripada laki-laki. Tabel 29 Sebaran contoh menurut rata-rata tingkat konsumsi zat gizi dan jenis kelamin Zat Gizi Energi Protein Besi Vitamin A Vitamin C Kalsium Fosfor
Tingkat Konsumsi Zat Gizi (%) (x ± SD) Jenis Kelamin L+P Laki-laki Perempuan 92.53 ± 30.37 91.17 ± 30.02 91.64 ± 39.99 120.75 ± 35.19 120.57 ± 32.14 120.63 ± 33.03 120.41±51.78 81.94±31.41 95.02±43.32 108.00±111.75 220.85±267.51 182.49±232.45 61.77±45.72 211.83±296.15 160.81±251.76 76.18±53.00 82.50±40,57 80.35±45.01 91.54±49.88 100.46±46.69 97.43±4774
Berdasarkan Tabel 30 diketahui kategori tingkat konsumsi zat gizi contoh. Hasil penelitian menunjukkan lebih dari separuh contoh (58.82 % laki-laki dan 56.06% perempuan) tingkat konsumsi energinya cukup. Hampir semua contoh (91.18% laki-laki dan 92.42% perempuan)
memiliki tingkat konsumsi protein
yang cukup. Sebagian besar contoh laki-laki (79.41%) tingkat konsumsi besinya cukup sedangkan lebih dari separuh contoh perempuan (53.03%) tingkat
56 konsumsi besi kurang. Hal ini perlu diwaspadai mengingat remaja perempuan termasuk ke dalam kelompok yang berisiko mengalami anemia. Lebih dari separuh (69.70%) contoh perempuan tingkat konsumsi vitamin A dalam kategori cukup, akan tetapi separuh (50%) contoh laki-laki tingkat konsumsi vitamin A dalam kategori cukup dan separuh (50%) kurang. Lebih dari separuh (64.71%) tingkat konsumsi vitamin C contoh laki-laki kurang sedangkan lebih dari separuh (59.09%) contoh perempuan tingkat konsumsi vitamin C cukup. Proporsi terbesar tingkat konsumsi kalsium contoh laki-laki dan perempuan masih kurang (70.59% laki-laki dan 62.12% perempuan). Hal ini disebabkan kurangnya contoh mengkonsumsi pagan sumber kalsium. Selain itu karena adanya zat yang dapat menghambat penyerapan kalsium dalam tubuh, hal lainnya karena pangan sumber kalsium yang dikonsumsi oleh kedua contoh kurang bervariasi sehingga mengakibatkan defisit kalsium. Lebih dari separuh (56.06%) contoh perempuan tingkat konsumsi fosfornya cukup dan lebih dari separuh (52.94%) contoh laki-laki tingkat konsumsi fosfornya cukup. Hasil uji T menujukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata antara tingkat konsumsi contoh laki-laki dengan tingkat konsumsi contoh perempuan (p>0,05). Tabel 30 Sebaran contoh menurut klasifikasi tingkat konsumsi zat gizi dan jenis kelamin Zat gizi Energi Protein Besi Vitamin A Vitamin C Kalsium Fosfor
Klasifikasi Kurang Cukup Kurang Cukup Kurang Cukup Kurang Cukup Kurang Cukup Kurang Cukup Kurang Cukup
n 14 20 3 31 7 27 17 17 22 12 24 10 16 18
Laki-laki % 41,18 58,82 8,82 91,18 20,59 79,41 50,00 50,00 64,71 35,29 70,59 29,41 47,06 52,94
Perempuan n % 29 43,94 37 56,06 5 7,58 61 92,42 35 53,03 31 46,97 20 30,30 46 69,70 27 40,91 39 59,09 41 62,12 25 37,88 29 43,94 37 56,06
Total n 43 57 8 92 42 58 37 63 49 51 65 35 45 55
% 43 57 8 92 42 58 37 63 49 51 65 35 45 55
Status Gizi Masa remaja merupakan periode dari pertumbuhan dan proses kematangan manusia, pada masa ini terjadi perubahan yang sangat unik dan berkelanjutan.
Perubahan
fisik
karena
pertumbuhan
yang
terjadi
akan
mempengaruhi status kesehatan dan gizinya. Ketidakseimbangan antara asupan
57 kebutuhan atau kecukupan akan menimbulkan masalah gizi, baik itu masalah gizi lebih maupun gizi kurang (Riyadi 1995). Status gizi merupakan keadaan kesehatan tubuh seseorang atau sekelompok
orang
yang
diakibatkan
oleh
konsumsi,
penyerapan,
dan
penggunaan zat gizi makanan. Dengan menilai status gizi seseorang atau sekelompok orang, maka dapat diketahui apakah seseorang atau sekelompok orang tersebut status gizinya baik atau tidak baik (Riyadi 1995). Dalam penelitian ini status gizi contoh diukur berdasarkan IMT/U. Untuk itu perlu diketahui umur, jenis kelamin, berat badan, dan tinggi badan contoh. Tabel 30 menyajikan rata-rata berat badan, tinggi badan, dan indeks massa tubuh contoh berdasarkan jenis kelamin. Tabel 31 memperlihatkan bahwa rata-rata berat badan dan tinggi badan contoh laki-laki lebih tinggi daripada wanita. Terdapat hubungan yang sangat nyata antara tinggi badan dengan berat badan pada taraf 0.01 (R=0.647). Semakin tinggi badannya semakin berat massa tubuhnya. Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan bahwa umur berbeda sangat nyata dengan tinggi badan pada taraf 0.01 (R=0.331). Hal ini menunjukkan semakin bertambah umur semakin tinggi badannya. Tabel 31 Sebaran contoh menurut BB,TB, IMT Statistik N Min Max Mean SD
Laki-laki 34 30 80 43.62 11.19
BB Perempuan 66 27 54 39.24 5.88
Laki-laki 34 138 172 153.26 8.44
TB Perempuan 66 120 165 148.74 8.45
Laki-laki 34 13.67 27.04 18.34 3.16
IMT Perempuan 66 13.33 27.08 17.75 239
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada umumnya contoh berstatus gizi normal, yaitu 82.35 persen pada laki-laki dan 96.97 persen pada perempuan. Sebanyak 2.94 persen contoh laki-laki dan 1.52 persen contoh perempuan mengalami kelebihan berat badan. Sedangkan 14.71 persen contoh mempunyai status gizi kurus pada laki-laki dan 1.52 persen pada perempuan. Secara keseluruhan contoh yang mengalami masalah gizi lebih banyak terjadi pada lakilaki. Orang tua hendaknya lebih memperhatikan asupan makanan yang dikonsumsi anak. Pilihlah jenis makanan yang sehat dan bergizi untuk dapat memenuhi kebutuhan gizinya. Tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam pemilihan makanan yang pada akhirnya akan berpengaruh pada keadaan gizi individu yang bersangkutan semakin tinggi tingkat pengetahuan gizi seseorang diharapkan semakin baik pula keadaan gizinya (Irawati et al. 1992).
58 Tabel 32 Sebaran contoh menurut status gizi Status gizi Kurus Normal Gemuk Total
Laki-laki n % 5 14.71 28 82.35 1 2.94 34 100
Perempuan n % 1 1.52 64 96.97 1 1.52 100 66
Total n 6 92 2 100
% 6 92 2 100
Hubungan antara Pengetahuan Gizi dengan Konsumsi Pangan Pengetahuan gizi yang dimiliki contoh diduga berhubungan dengan konsumsi pangan. Menurut Harper et al. (1986) pengetahuan gizi mempunyai peran penting dalam pembentukan kebiasaan makan seseorang, sebab hal ini akan mempengaruhi seseorang dalam memilih jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi. Namun, hasil analisis hubungan antara pengetahuan gizi contoh dengan konsumsi pangan contoh didapatkan tidak berhubungan nyata. Hal ini diduga terjadi karena adanya berbagai faktor lain yang mempengaruhi konsumsi pangan contoh. Tabel 33 Hasil uji korelasi Pearson antara pengetahuan gizi dengan konsumsi pangan No
Variabel 1 2 3 4 5 6 7
Konsumsi energi Konsumsi protein Konsumsi besi Konsumsi Vitamin A Konsumsi Vitamin C Konsumsi kalsium Konsumsi fosfor
Pengetahuan Gizi Rp P -0.154 0.127 -0.121 0.231 -0.030 0.764 0.167 0.096 0.074 0.467 0.092 0.365 0.022 0.827
Keterangan : Rp = koefisien korelasi ; p = signifikasi (nyata jika p < 0.05)
Hubungan Aktivitas Fisik dengan Konsumsi Pangan Hasil analisis korelasi Pearson menunjukkan tidak adanya hubungan yang nyata antara aktivitas fisik (pengeluaran energi) dengan konsumsi energi, protein, besi, kalsium, dan fosfor (p>0.05). Akan tetapi terdapat hubungan yang nyata antara aktivitas fisik (pengeluaran energi) dengan konsumsi vitamin A konsumsi vitamin C. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi aktivitas fisik (pengeluaran energi) maka semakin rendah pula konsumsi vitamin A dan vitaminC. Pada umumnya semakin aktif seseorang secara fisik maka akan semakin baik pula nafsu makannya. Menurut Hardinsyah dan Martiato (1992) menyatakan bahwa aktivitas fisik yang tinggi dapat meningkatkan kebutuhan terhadap energi tubuh. Konsumsi pangan yang mencukupi sangat dibutuhkan oleh tubuh untuk dapat mencukupi dalam melakukan kegiatan, pemeliharaan tubuh serta aktivitas.
59 Untuk mengimbangi energi yang digunakan untuk beraktivitas diperlukan makanan yang cukup, sebab kalau tidak dipenuhi maka protein dan lemak yang disimpan akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Tabel 34 Hasil uji korelasi Pearson antara aktivitas fisik dengan konsumsi pangan No 1 2 3 4 5 6 7
Variabel Konsumsi energi Konsumsi protein Konsumsi besi Konsumsi Vitamin A Konsumsi Vitamin C Konsumsi kalsium Konsumsi fosfor
Aktivitas fisik Rp P -0.112 0.268 -0.103 0.309 -0.074 0.465 -0.197* 0.050 -0.210* 0.036 -0.115 0.255 -0.189 0.060
Keterangan : Rp = koefisien korelasi ; p = signifikasi (nyata jika p < 0.05)
Hubungan Pengetahuan Gizi dengan Status Gizi Remaja Tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam pemilihan makanan yang pada akhirnya akan berpengaruh pada keadaan gizi individu yang bersangkutan. Semakin tinggi pengetahuan gizi seseorang diharapkan semakin baik pula keadaan gizinya (Irawati et al. 1992). Namun berdasarkan uji korelasi pearson tidak terdapat perbedaan yang nyata antara pengetahuan gizi dengan status gizi. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan gizi yang baik belum tentu diikuti dengan pola makan dan konsumsi pangan yang baik.
Hubungan aktivitas Fisik dengan Status Gizi Remaja Hasil analisis korelasi Pearson menunjukkan bahwa ada hubungan yang nyata antara aktivitas fisik (pengeluaran energi) dengan status gizi remaja (p<0.01). Hal ini membuktikan bahwa semakin aktif secara fisik maka kemungkinan semakin baik status gizi. Menurut Harper (1984), aktivitas fisik mempengaruhi lebih banyak pengeluaran energi dibandingkan dengan ukuran tubuh, makin banyak seseorang aktif secara fisik, maka makin banyak energi yang diperlukan. Dengan demikian, untuk melakukan kegiatan fisik yang sama orang yang bertubuh besar menggunakan lebih banyak energi daripada tubuh kecil, karena untuk menggerakkan tubuh tersebut seseorang yang lebih besar memerlukan energi yang lebih banyak.
60 Hubungan Konsumsi Pangan dengan Status Gizi Remaja Hasil korelasi Pearson menunjukkan tidak adanya hubungan yang nyata antara konsumsi pangan dengan status gizi remaja (p>0.05). Hal ini diduga karena status kesehatan remaja yang rendah (mempunyai penyakit infeksi) dan tingginya tingkat konsumsi obat pencahar. Menurut Tjay T.H dan K. Rahardja (1978), penggunaan obat pencahar dapat membahayakan tubuh. Mula-mula absorbsi yang layak dari bahan-bahan gizi dari dalam usus kecil terganggu. Sintesis vitamin-vitamin oleh bakteri di dalam usus besar (vitamin-vitamin K dan B-kompleks). Di samping kerugiankerugian gizi ini, juga mineral-mineral (kalium dan natrium) yang penting bagi tubuh tidak diabsorbsi kembali dalam usus-usus besar, sehingga dapat menyebabkan kelemahan otot-otot. Menurut Muhilal et al. (1993), status gizi yang
buruk dapat menimbulkan hal-hal seperti meningkatnya frekuensi
terserang penyakit infeksi, pertumbuhan fisik dan mental yang terganggu, kegiatan fisik dan konsentrasi menurun. Tabel 35 Hasil uji korelasi Pearson antara variabel konsumsi pangan dengan status gizi remaja No 1 2 3 4 5 6 7
Variabel Konsumsi energi Konsumsi protein Konsumsi besi Konsumsi Vitamin A Konsumsi Vitamin C Konsumsi kalsium Konsumsi fosfor
Status Gizi Remaja Rp p -0.176 0.080 -0.163 0.106 -0.034 0.740 -0.070 0.487 -0.057 0.572 0.102 0.312 -0.013 0.901
Keterangan : Rp = koefisien korelasi ; p = signifikasi
Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Status Gizi Apriadji (1986) mengemukakan bahwa faktor-faktor berperan dalam menentukan status gizi seseorang pada dasarnya terdiri dari 2 bagian yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal yaitu faktor yang berpengaruh di luar seseorang (konsumsi makanan, tingkat pendidikan, pengetahuan gizi, latar belakang sosial budaya, serta kebersihan lingkungan). Faktor internal yang dimaksud adalah faktor yang menjadi dasar pemenuhan tingkat kebutuhan gizi seseorang (status kesehatan, usia, dan jenis kelamin). Untuk mengetahui lebih jauh faktor-faktor yang berpengaruh terhadap status gizi, dilakukan uji regresi berganda (model stepwise). Berdasarkan uji tersebut diperoleh bahwa faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap status
61 gizi adalah jenis kelamin (p<0.01), aktivitas fisik (pengeluaran energi) (p<0.05), dan nilai IMT ibu (p<0.05). Model regresi yang diperoleh adalah sebagai berikut : Y = 6.226 + 0.006 X1 – 3.163 X2 + 0.512 X3 2
R = 0.528 Y = Status Gizi (nilai IMT) X1 = Aktivitas Fisik (pengeluaran energi) X2 = Jenis Kelamin X3 = IMT Ibu
Analisis regresi berganda dengan R regresi (R2) sebesar 0.528 menunjukkan bahwa 52.8% peubah status gizi contoh dapat dijelaskan oleh variabel-variabel aktivitas fisik (pengeluaran energi), jenis kelamin dan IMT ibu. Tabel 36 Analisis regresi linear berganda Variabel Konstanta Aktivitas Fisik Jenis kelamin IMT ibu Nilai R2
Hasil
analisis
statistik
Koefisien regresi B β 6.266 0.006 0.944 -3.163 -0.56 0.512 0.17 0.526
menunjukkan
Sig 0 0 0.023
bahwa
pengeluaran
energi
memberikan pengaruh yang nyata terhadap status gizi (nilai IMT). Hal ini memberikan arti semakin tinggi pengeluaran energi semakin kecil nilai IMT. Aktivitas fisik memerlukan energi di luar kebutuhan untuk metabolisme basal. Selama aktivitas fisik, otot memerlukan energi untuk bergerak sedangkan jantung dan paru-paru memerlukan tambahan energi untuk mengantarkan zat-zat gizi dan oksigen ke seluruh tubuh dan untuk mengeluarkan sisa-sisa dari tubuh. Banyaknya energi yang dibutuhkan bergantung pada banyaknya otot yang bergerak, waktu, dan berat pekerjaan yang dilakukan (Almatsier 2001). Variabel jenis kelamin berpengaruh negatif terhadap nilai IMT artinya bahwa jenis kelamin laki-laki memiliki nilai IMT yang lebih rendah dari jenis kelamin perempuan. Variabel IMT ibu berpengaruh positif terhadap nilai IMT artinya semakin tinggi nilai IMT ibu maka akan semakin tinggi nilai IMT anak.
62
KESIMPULAN dan SARAN Kesimpulan Proporsi terbesar umur contoh adalah 14 tahun dengan persentase 45%. separuh contoh (50%) diberi uang saku Rp 5 001-Rp10 000 per hari. Proporsi terbesar pendidikan ayah dan ibu contoh adalah SMA dengan persentase masing-masing 39 persen dan 40 persen. Proporsi terbanyak pekerjaan ayah contoh adalah pegawai negeri dengan persentase (38%), lebih dari separuh pekerjaan ibu contoh adalah ibu rumah tangga dengan persentase 53 persen. Proporsi terbesar pendapatan keluarga contoh adalah sebesar
Rp1 000 000
dengan persentase 44 persen. Berdasarkan jenis kelamin pengetahuan gizi contoh perempuan lebih baik daripada contoh laki-laki, proporsi terbesar pengetahuan gizi contoh laki-laki dan perempuan dalam kategori sedang. Aktivitas fisik yang paling sering dilakukan oleh contoh laki-laki adalah tidur, belajar dan olah raga dengan alokasi waku masing-masing 8.3 jam, 7.93 jam, dan 1.46 jam sedangkan contoh perempuan lebih banyak mengalokasikan waktu untuk tidur, belajar, dan mengerjakan pekerjaan rumah tangga dengan alokasi waktu masing-masing 8.2 jam, 8.03 jam. Rata-rata pengeluaran energi contoh adalah 2104.23 kkal. Berdasarkan menu sarapan perempuan lebih banyak mengkonsumsi nasi dan lauk pauk dibandingkan laki-laki dengan persentase 73.53 persen laki-laki dan 84.85 persen perempuan. Proporsi terbesar contoh (85%) menyukai cara pengolahan makanan dengan cara digoreng. Berdasarkan makanan kesukaan proporsi terbesar contoh (21%) menyukai daging ayam. Lebih dari separuh contoh (53%) memiliki makanan pantangan. Frekuensi makan contoh dalam sehari adalah 3 hingga 4 kali dengan persentase 71 persen. Rata-rata total konsumsi energi contoh adalah 2148.83 kkal. Rata-rata total konsumsi protein contoh adalah 69.73 g. Rata-rata total konsumsi besi contoh adalah 21.47 mg. Rata-rata total konsumsi vitamin A contoh adalah 1094.91 RE. Rata-rata total konsumsi vitamin C contoh adalah 106.05 mg. Ratarata total konsumsi kalsium contoh adalah 803.54 mg. Rata-rata total konsumsi fosfor contoh adalah 974.31 mg. Lebih dari separuh (57%) tingkat konsumsi energi contoh dalam kategori cukup. Sebagian besar (92%) contoh tingkat konsumsi proteinnya cukup. Lebih dari separuh (58%) tingkat konsumsi besi contoh cukup. Lebih dari separuh
63 (63%) tingkat konsumsi vitamin A contoh cukup. Lebih dari separuh (51%) tingkat konsumsi vitamin C contoh cukup. 65% tingkat konsumsi kalsium contoh kurang. 55% tingkat konsumsi fosfor contoh cukup. Hampir semua (92%) contoh memiliki status gizi normal. Berdasarkan uji statistik tidak terdapat hubungan yang nyata antara pengetahuan gizi dengan konsumsi pangan. Tidak terdapat hubungan yang nyata antara aktivitas fisik dengan konsumsi energi, protein, besi, kalsium, dan fosfor. Akan tetapi terdapat hubungan nyata dengan konsumsi vitamin A dan vitamin C. Tidak terdapat hubungan yang nyata antara pegetahuan gizi dengan status gizi remaja. Terdapat hubungan yang nyata antara aktivitas fisik (pengeluaran energi) dengan status gizi remaja. Tidak terdapat hubungan yang nyata antara konsumsi pangan dengan status gizi remaja. Tidak terdapat hubungan yang nyata antara tingkat konsumsi gizi dengan status gizi remaja. Untuk mengetahui lebih jauh faktor-faktor yang berpengaruh terhadap status gizi, dilakukan uji regresi berganda (model stepwise). Berdasarkan uji tersebut diperoleh bahwa faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap status gizi adalah jenis kelamin (p<0.01), aktivitas fisik (pengeluaran energi) (p<0.05), dan nilai IMT ibu (p<0.05). Saran Konsumsi zat gizi remaja masih perlu ditingkatkan terutama pada remaja laki-laki. Pada hasil penelitian tingkat konsumsi kalsium masih kurang perlu diadakan peningkatan konsumsi kalsium pada remaja mengingat remaja dalam masa pertumbuhan. Hasil penelitian juga menunjukkan remaja tidak biasa mengkonsumsi susu. Untuk itu perlu diupayakan meningkatkan kesadaran dan pengetahuan remaja tentang pentingnya mengkonsumsi susu. Keberagaman konsumsi pangan harus senantiasa diterapkan agar kebutuhan gizi setiap orang dapat terkecukupi baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Pada remaja hal ini dapat dilakukan dengan melakukan variasi konsumsi setiap harinya. Mengingat keterbatasan dalam mengkonversi pangan melalui metode recall 2x24 jam, maka diperlukan adanya penelitian lanjutan yang mengukur konsumsi pangan dengan menggunakan metode recall sekaligus penimbangan pangan yang dikonsumsi remaja pada waktu recall, sehingga diharapkan lebih akurat.
64
DAFTAR PUSTAKA Almaeida MJ, Blair SN. 2002. Hand Book of International and Food : Energy Assessment (Physical Activity) (Edited : C. D. Bardanier). USA : CRC Press. Almatsier S. Utama.
2003.
Prinsip Dasar Ilmu Gizi.
Jakarta : Gramedia Pustaka
Apriadji WH. 1986. Gizi Keluarga. Jakarta: Penebar Swadaya. Asih WF. 2001. Status Gizi Remaja dan Faktor-Faktor yang Berhubungan pada Siswa SMUN 3 Bogor Tahun 2001. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Budiyanto MAK. 2002. Dasar-Dasar Ilmu Gizi. Malang : UMM Press. Chandra B. 1996. Pengantar Prinsip dan Metode Epidemiologi. Jakarta : EGC. Dasuki. 2002. Konsumsi Lemak dan Status Gizi Remaja di Bogor. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Depkes RI. 1994. Pedoman Praktis untuk Mempertahankan Berat Badan Normal Berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Gizi Seimbang. Jakarta: Depkes RI. . 1997. Pedoman Umum Gizi Seimbang untuk Remaja. Jakarta: Direktorat Bina Gizi Masyarakat. Engel JF, Backwell RD, Miniard PW. 1994. Perilaku Konsumen. Budiyato, penerjemah; Jakarta: Binarupa Aksara.
Ed ke-1.
Gibson RS. 2005. Principal of Nutrition Assesment. Oxford : Oxford University Press Gunarsa SA, Gunarsa YSA. 1995. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hardinsyah, Martianto D. 1992. Gizi Terapan. Bogor: Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. . 1988. Menaksir Kecukupan Energi dan Protein serta Penilaian Mutu Gizi Konsumsi Pangan. Bogor: Wirasari. , Briawan D. 1994. Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan. Bogor: Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Harper LJ, Deaton BJ, Driskel JA. 1986. Suhardjo, penerjemah. Jakarta: UI Press.
Pangan, Gizi dan Pertanian.
65 Hermina. 1993. Keamanan dan Gizi. Dalam Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII. Jakarta: LIPI. Hurlock EB. 1994. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga. Husaini MA, Husaini YK. 1989. Tumbuh Kembang dan Gizi Remaja. Buletin Gizi: Jakarta Irawati, Damanhuri, Fachrurrozi. 1992. Pengetahuan Gizi Murid SD dan SLTP di Kotamadya Bogor. Penelitian Gizi dan Makanan. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi. Kartasapoetra G, Marsetyo H. 2005. Ilmu Gizi : Korelasi Gizi, Kesehatan dan Produktivitas Kerja. Jakarta: Rineka Cipta. Kartono D, Soekantri M. 2004. Angka Kecukupan Mineral, Besi, Iodium, Seng, Mangan, Selenium, Dalam Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII. Jakarta : LIPI. Kartono K. 1992. Patologi Sosial 2 : Kenakalan Remaja. Jakarta: Rajawali Pers. Karyadi D, Muhilal. 1995. Kecukupan Gizi yang Dianjurkan. Jakarta: Gramedia. Khomsan A. 2000. Teknik Pengukuran Pengetahuan Gizi. Bogor: Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. . 2003. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Khumaidi. 1989. Gizi Masyarakat. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Bogor: Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor. Monks FJ, Knoers AMP, Haditono SR. 1982. Psikologi Perkembangan, Pengantar dalam Berbagai Bagian-Bagiannya. Jakarta: UGM Press. Muhilal, Idrus J, Husaini, Jalal F, Tarwotjo. 1998. Angka Kecukupan Gizi yag Dianjurkan. Dalam Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi V. Jakarta :LIPI. , Hardinsyah. 2004. Penenetuan Kebutuhan Gizi dan Kesepakatan Harmonisasi di Asia Tenggara. Dalam Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII. Jakarta: LIPI. Nasoetion A, Khomsan A. 1995. Aspek Gizi dan Kesehatan dalam Pembangunan Pertanian. Makalah yang Disajikan dalam Lokakarya Eksekutif dalam Rangka Training Integrasi Gizi dan Kesehatan dalam Pembangunan Pertanian, Bogor. Novikasari M. 2003. Perubahan Berat Badan dan Status Gizi Mahasiswa Putra Jalur USMI Tahun 2002 pada Empat Bulan Pertama di IPB. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
66 Nurhayati. 2000. Gambaran Konsumsi Energi dan Protein, Status Gizi dan Gaya Hidup Remaja SMUN di Kota Bengkulu Tahun 2000. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Panuju P, Ida U. 1999. Psikologi Remaja. Yogyakarta :Tiara Wacana. Pudjiadi S. 1997. Ilmu Gizi Klinis pada Anak. Jakarta: Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia. Riyadi H. 1995. Metode Penelitian dan Pengukuran Status Gizi. Diktat Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. . 2001. Metode Penilaian Status Gizi secara Antropometri. Diktat Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. . 2006. Gizi dan Kesehatan Keluarga. Jakarta: Universitas Terbuka. Sanjur. 1982. Social and Culture Perspective in Nutrition. Englewood Cliffts, Prentice-Hall, New Jersey. Sediaoetama AD. 1991. Ilmu Gizi I. Jakarta: Dian Rakyat. Soekanto.1981. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: UI Press. Soekirman. 1993. Masalah Gizi dalam pembangunan Jangka Panjang Kedua : Agenda Repelita VI. Makalah pada Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi. Jakarta: LIPI. Suhardjo, Hardinsyah, Riyadi H. 1988. Survey Konsumsi Pangan . Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor.
Bogor:
, Kusharto CM. 1989. Prinsip Prinsip Ilmu Gizi. Bogor: Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor. . 1989. Sosio Budaya Gizi. Bogor: Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor. WHO. 2000. Body Mass Index (bmi) = Indeks massa http://www.obesitas.web.id/indonesia/bmi(i).htm [Desember 2007].
tubuh.
WHO. 2007. Growt Reference 5-19 years. [terhubung berkala]. www.who.int. [Desember 2007]
67
68
KUESIONER KONSUMSI PAGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI
No Sampel
: ………………………
Enumerator
: ................................
Tanggal Wawancara
: ………………………
Nama Responden
: .................................
Alamat Kotamadya/kabupaten
: .................................
Kelurahan/desa
: .................................
Kecamatan
: .................................
PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
69 A. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
IDENTITAS CONTOH Nama : Tempat dan tanggal lahir : Berat badan : Tinggi badan : Jenis Kelamin : Agama : Uang saku per hari : Rp
8. Jumlah Anggota keluarga : No
Nama
Hub dg KK
L/P
Umur (tahun)
Kg cm
Untuk transport Untuk jajan orang BB (Kg)
TB (cm)
: Rp : Rp
Lama sekolah
Pekerjaan Utama Tambahan
Pendapatan Utama Tambahan
1 2 3 4 5 6 7 8 Berilah tanda X pada jawaban yang anda anggap benar B. PENGETAHUAN 1. Apakah anda pernah mendengar tentang gizi? a. Ya b. Tidak 2. Berikut ini adalah susunan menu yang bergizi seimbang : a. Nasi, ikan, sayur asem, jeruk c. Nasi, perkedel kentang, ayam goreng b. Burger+susu d. Tidak tahu 3. Makanan yang banyak mengandung serat a. Daging c. Buah dan sayur b. Telur d. Tidak tahu 4. Contoh pangan yang banyak mengandung karbohidrat adalah a. Ubi, kentang, daging c. Nasi, singkong, jagung b. Daging, telur, susu d. Tidak tahu 5. Mana dari zat-zat gizi berikut yang berfungsi untuk pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh a. Lemak c. c. Karbohidrat b. Protein d. Tidak tahu 6. Contoh pangan yang tinggi lemak adalah a. Susu, ikan, putih telur c. Susu, mentega, kuning telur b. Mentega, putih telur, ikan d. Tidak tahu 7. Penyebab konstipasi (sulit buang air besar) adalah : a. Konsumsi makanan yang tidak teratur c. Terlalu banyak konsumsi sayuran b. Kurang konsumsi sayuran dan buah d. Tidak tahu 8. Mana diantara kata-kata berikut yang berarti kegemukan a. Diabetes c. Osteotritis b. Obesitas d. Tidak tahu 9. Konsumsi yang berlebihan akan disimpan dalam tubuh dalam bentuk a. Tenaga c. Lemak b. Energi d. Tidak tahu 10. Apakah anda pernah mendengar tentang obesitas? a. Ya b. Tidak 11. Gangguan obesitas dapat terjadi pada a. Balita, remaja c. Balita, remaja, dewasa b. Remaja, dewasa d. Tidak tahu 12. Sebagian besar obesitas (kegemukan) timbul karena faktor a. Usia semakin bertambah c. Pola konsumsi makan sehari-hari b. Genetik d. Tidak tahu
70 13. Menu yang baik untuk penderita obesitas adalah a. Rendah kalori dan tinggi lemak c. Rendah kalori dan protein b. Rendah kalori dan gizi seimbang d. Tidak tahu 14. Fungsi serat bagi tubuh adalah : 15. Pada dasarnya kegemukan dapat diatasi dengan mengurangi konsumsi energi melalui a. Membatasi konsumsi makanan berlemak b. Membatasi konsumsi protein c. Membatasi konsumsi sayuran d. Tidak tahu 16. Mengatasi obesitas yang efektif adalah dengan cara a. Mengatur pola makan dan olahraga c. Minum jamu b. Mengatur jadwal istirahat d. Tidak tahu 17. Salah satu penyakit degeneratif sebagai akibat obes adalah a. Diabetes Melitus b. Marasmus b. Kwashiorkor d. Tidak tahu 18. Apakah anda mengetahui tentang Indeks Massa Tubuh (IMT) ? a. Ya b. Tidak Jika Ya, bagaimana cara menghitung IMT?.............................................................................. C. KEBIASAAN MAKAN 1. Berapa kali anda makan dalam sehari? 1-2 kali 3-4 kali >4 kali 2. Apakah anda sering makan berlebihan ketika sedang stress? a. Ya b. Tidak 3. Apakah ada makanan yang menjadi pantangan? a. Ya b. Tidak Jika ya, apa jenis makanan itu?.............................................................. 4. Jenis makanan yang sering dimakan ketika sarapan : a. Nasi b. Bubur c. Lontong d. Roti e. Lain-lain:........................................(sebutkan) 5. Cara pengolahan makanan yang paling disukai? a. Digoreng b. Dipanggang c. Direbus 6. Jenis makanan kesukaan anda?.................................... 7. Jenis makanan yang tidak anda sukai?........................... Alasan :......................................... 8. Apakah ada makanan yang menurut anda paling baik bagi anda? Jika ada, sebutkan jenis makanan itu?................................. 9. Apakah ada makanan yang menurut anda berbahaya bagi anda Jika ada, sebutkan jenis makanan itu?................................
71 Jenis pangan yang dikonsumsi oleh remaja selama 1 bulan terakhir berdasarkan FFQ No 1
2
3
4
5
6
7
Bahan Makanan Serealia, umbi-umbian, olahannya nasi Bubur Jagung Mi Roti Biskuit/kue Kentang Krakers Singkong Ubi rambat Kacang-kacangan, biji-bijian, olahannya Tahu Tempe Oncom Kacang tanah Kacang merah Kacang hijau Daging dan olahannya Daging ayam Daging sapi Hati sapi Sosis Bakso Telur dan olahannya Telur ayam Telur bebek Ikan, kerang, udang, dan olahannya Ikan basah Ikan kering Ikan asin Kerang Udang basah sayuran Bayam Buncis Daun singkong Jamur Kangkung Kacang panjang Labu siam Ketimun Taoge Wortel Sayuran lain Buah-buahan Alpokat Apel Jambu biji Jeruk
Frekuensi makan dalam seminggu Tidak Setiap 3-6 kali <3 kali pernah hari
72
8
9
Mangga Pepaya Pisang Semangka Buah segar lain Susu dan olahannya Susu segar Susu kental manis Susu bubuk khusus Keju Dan lain-lain Minyak goreng Kelapa/santan Margarin/mentega Teh Kopi Sirop Minuman botol ringan ................................................... ................................................... ................................................... ...................................................
73 D. DATA KONSUMSI PANGAN (Recall 2x24 jam) Hari I ( / /08) Waktu Pagi
Siang
Sore
Malam
Nama makanan
Jenis bahan makanan
Banyaknya yang dimakan (matang) URT gram
Jumlah kalori
Ket
74 Hari II ( / /08) Waktu
Nama makanan
Jenis bahan makanan
Banyaknya yang dimakan (matang) URT gram
Pagi
Siang
Sore
Malam
Ket : *)
Bh Bks Ck
: buah : bungkus : cangkir
gls sdm sdt
: gelas : sendok makan : sendok teh
Ptg : potong btr : butir Bj : biji
Jumlah kalori
Ket
75 E. AKTIVITAS Hari I ( / /08) Waktu Pagi (bangun tidur – 12.00 WIB)
Siang (12.00 – 16.00 WIB)
Sore (16.00- 19.00 WIB)
Malam (19.00 WIB – tidur )
Jenis Aktivitas
Lama (menit)
76 Hari II ( / /08) Waktu Pagi (bangun tidur – 12.00 WIB)
Jenis Aktivitas
Lama (menit)
Siang (12.00 – 16.00 WIB)
Sore (16.00- 19.00 WIB)
Malam (19.00 WIB – tidur )
Ket 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
Tidur Duduk diam Duduk aktif ringan Duduk aktif sedang Duduk aktif berat Berdiam diri Berdiri aktif ringan Berdiri aktif sedang Berdiri aktif berat Berjalan tanpa beban Berjalan membawa beban
: tidur siang dan tidur malam :santai duduk sambil menonton TV atau mendengarkan radio : makan, minum, main kartu : belajar, sekolah, mengerjakan PR : menyetrika, memasak, mencuci pakaian dengan tangan : menunggu kendaraan : mandi, shalat, berhias : membersihkan rumah, membersihkan tempat tidur : olahraga basket, lari, sepak bola, renang : jalan-jalan atau rekreasi : jalan ke sekolah membawa tas, mendaki gunung