HUBUNGAN POLA KONSUMSI, KETERSEDIAAN PANGAN, PENGETAHUAN GIZI DAN STATUS KESEHATAN DENGAN KEJADIAN KEK PADA IBU HAMIL DI KABUPATEN SIMALUNGUN 2008
TESIS Oleh
MARICE SIMARMATA 067023010/AKK
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008
Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008
HUBUNGAN POLA KONSUMSI, KETERSEDIAAN PANGAN, PENGETAHUAN GIZI DAN STATUS KESEHATAN DENGAN KEJADIAN KEK PADA IBU HAMIL DI KABUPATEN SIMALUNGUN 2008
TESIS Untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Konsentrasi Administrasi Kesehatan Komunitas/Epidemiologi pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
MARICE SIMARMATA 067023010/AKK
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008 Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008
SURAT PERNYATAAN
HUBUNGAN POLA KONSUMSI, KETERSEDIAAN PANGAN, PENGETAHUAN GIZI DAN STATUS KESEHATAN DENGAN KEJADIAN KEK PADA IBU HAMIL DI KABUPATEN SIMALUNGUN 2008
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan,
Agustus 2008
Marice Simarmata 067023010
Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008
Telah diuji pada Tanggal 25 September 2008
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua
: Dr.Ir. Evawany Aritonang, M.Si
Anggota
: 1. Dra. Jumirah, Apt, M.Kes 2. Dr.Dra. Ida Yustina, M.Si 3. Drs Agustrisno, MSP
Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008
Judul Tesis
Nama Mahasiswa Nomor Pokok Program Studi Konsentrasi
: HUBUNGAN POLA KONSUMSI, KETERSEDIAAN PANGAN, PENGETAHUAN GIZI DAN STATUS KESEHATAN DENGAN KEJADIAN KEK PADA IBU HAMIL DI KABUPATEN SIMALUNGUN 2008 : Marice Simarmata : 067023010 : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan : Administrasi dan Kesehatan Komunitas/Epidemiologi
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Dr. Ir. Evawany Aritonang, Msi) Ketua
Ketua Program Studi,
(Dr.Drs. Surya Utama, MS)
(Dra. Jumirah, Apt, M.Kes) Anggota
Direktur,
(Prof. Dr.Ir.T. Chairun Nisa B., M.Sc)
Tanggal lulus : 25 September 2008
Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008
ABSTRAK Masalah gizi kurang masih merupakan masalah kesehatan utama di Indonesia. Salah satu masalah gizi kurang adalah KEK yang ditandai dengan ukuran LILA < 23,5 cm. Di Kabupaten Simalungun masih dijumpai angka Kejadian KEK yang melebihi standar nasional. Kejadian KEK berhubungan dengan pola konsumsi makan, ketersediaan pangan, pengetahuan gizi dan status kesehatan. Kejadian KEK pada ibu hamil mempunyai dampak terhadap kesehatan generasi berikutnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan pola konsumsi makan, ketersediaan pangan, pengetahuan gizi, dan status kesehatan ibu hamil dengan kejadian KEK di Kabupaten Simalungun 2008. Metode yang digunakan adalah Case Control Study dengan sampel sebanyak 140 ibu hamil terdiri dari 70 kasus (ukuran LILA < 23,5 cm) dan 70 kontrol ( LILA ≥ 23,5 cm). Uji statistik yang digunakan adalah Uji Regresi Logistik Ganda. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara pola konsumsi makan berdasarkan jumlah energi dan protein, ketersediaan pangan, pengetahuan gizi dan status kesehatan dengan kejadian KEK dengan OR masing masing (2,230; 4,565; 16,364; 3,852 and 2,364). Hubungan yang paling dominan adalah ketersediaan pangan. Diharapkan adanya kebijakan pemerintah daerah untuk pengembangan pangan lokal, peningkatan pengetahuan ibu hamil mengenai makanan seimbang dan aneka ragam makanan melalui penyuluhan kesehatan, dan penelitian lebih lanjut. Kata kunci:
KEK, makanan dan status kesehatan.
Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008
ABSTRACT The problem of undernutrition is still a major health problem in Indonesia. Once of the problem of undernutrition is energy cronic malnutrition which is recognized by the size of upper arm circumference < 23,5 cm. In Simalungun District, the incident of energy cronic malnutrition still exceeds the national standard. The incident of energy cronic malnutrition is related to the pattern of food consumption, food availability knowledge on nutrion and the health status. The incident of energy cronic malnutrition in pregnant women brings an impact to the health of the next generation. The purpose of study is to analyze the relationship between the pattern of food consumption food availability knowledge on nutrion and the health status of pregnant mother incident of energy cronic malnutrition in Simalungun district in 2008. This case control study was conducted with the samples of 140 pregnant women who were divided into groups consisting 70 per case group (arm < 23,5 cm) and the other 70 for control group ( the size of upper arm circle > 23,5 cm). The data obtained were statistically analized through Multiple Logistic Regression Test. The result of study shows that there is a significant relationship between the pattern of food consumption, food availability, knowledge on nutrition, and health status the incident of energy cronic malnutrition with respective OR of 2,230; 4,565; 16,364; 3,852 and 2,364. The most dominant variable related to the incident of energy cronic malnutrition is food availability. It is expected that the District government of Simalungun make policy on local food development, improve the quality of the health extention on balanced food and various kind of food conducted by health workers, and conduct a further study on this topic. Key words: energy cronic malnutrition, food, health status.
Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008
KATA PENGANTAR Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat Rahmat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Hubungan pola konsumsi, ketersediaan pangan, pengetahuan gizi dan status kesehatan dengan kejadian KEK pada ibu hamil di Kabupaten Simalungun 2008 “ Dalam menyusun tesis, penulis mendapat bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si dan Ibu Dra Jumirah, Apt, M.Kes, selaku komisi pembimbing yang telah membantu dan meluangkan waktu dan pikiran serta dengan penuh keseabaran membimbing penulis dalam penyusunan tesis ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak
Prof.dr.Chairuddin
P.Lubis,
DTM&H,DSAK,
selaku
Rektor
Universitas Sumatera Utara Medan dan Ibu Prof.Dr.Ir.T. Chairun Nisa B, MSc, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana (SPs) Universitas Sumatera Utara. 2. Bapak Dr.Drs. Surya Utama, MS, selaku ketua Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan dan ibu Dr.Dra.Ida Yustina, Msi selaku sekretaris Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara sekaligus pembanding ujian, yang telah memberikan bimbingan dan motivasi serta arahan dalam perkuliahan dan penyelesaian tesis.
Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008
3. Bapak dr Waldy Saragih selaku Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Smalungun yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian, dukungan dan bimbingan selama melakukan penelitian. 4. Pemerintah Kabupaten Simalungun yang telah memberikan tugas belajar untuk melanjutkan perkuliahan. 5. Bapak Drs. Agustrisno, MSP sebagai pembanding yang telah memberikan masukan, saran dan bimbingan dalam penyelesaian tesis ini. Terima kasih penulis ucapkan yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis dan ibu mertua, suami HL Tobing dan ketiga putri Chey, Yaya dan Arga, abang, kakak dan adik
yang telah memberikan motivasi. Selanjutnya penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan tesis ini hingga selesai. Penulis menyadari bahwa tesis ini masih terdapat banyak kekurangan dan kelemahan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini.
Medan, September 2008.
Penulis
Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008
RIWAYAT HIDUP Penulis bernama Marice Simarmata yang dilahirkan di Simarmata Samosir pada tanggal 30 Maret 1973, anak ketiga dari delapan bersaudara, beragama Kristen Protestan dan bertempat tinggal di Jalan Jason Saragih No 20 Pematang Siantar. Penulis menamatkan Sekolah Dasar pada tahun 1986 di SDN Simarmata, tahun 1989 menamatkan SMP, kemudian tahun 1991 menamatkan SPK Depkes Pematang Siantar, kemudian pada tahun 1992 menamatkan Program Pendidikan Bidan Depkes Pematang Siantar, 2001 menamatkan Akademi Kebidanan Depkes Pematang Siantar, 2002 menamatkan AKTA III Fakultas Ilmu Keguruan Universitas Medan, Tahun 2004 menamatkan FKM USU Medan. Penulis bekerja sebagai bidan di desa Pinang Ratus Kecamatan Jorlang Hataran Kabupaten Simalungun 1993-1998 dan pada tahun 1998 sampai sekarang bekerja di Puskesmas Batu Anam Simalungun.
Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008
DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK .......................................................................................................... i ABSTRACT........................................................................................................ ii KATA PENGANTAR ........................................................................................ iii RIWAYAT HIDUP............................................................................................. v DAFTAR ISI....................................................................................................... vi DAFTAR TABEL............................................................................................... viii DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... x DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... xi BAB 1. PENDAHULUAN ................................................................................ 1.1. Latar Belakang ........................................................................................ 1.2. Permasalahan Penelitian ......................................................................... 1.3. Tujuan Penelitian .................................................................................... 1.4. Hipotesis.................................................................................................. 1.5. Manfaat Penelitian ..................................................................................
1 1 5 6 6 6
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... 2.1. Kejadian KEK ......................................................................................... 2.2. Faktor-faktor yang berhubungan dengan KEK ....................................... 2.3. Landasan teori ......................................................................................... 2.4. Kerangka konsep.....................................................................................
8 8 17 31 32
BAB 3. METODE PENELITIAN.................................................................... 3.1. Jenis Penelitian........................................................................................ 3.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian ................................................. 3.3. Populasi dan Sampel ............................................................................... 3.4. Metode Pengumpulan Data ..................................................................... 3.5. Variabel dan Definisi Operasional .......................................................... 3.6. Metode Pengukuran ................................................................................ 3.7. Metode Analisis Data..............................................................................
33 33 33 34 37 38 39 40
BAB 4. HASIL PENELITIAN ........................................................................ 4.1. Gambaran Umum dan Keadaan Wilayah............................................... 4.2. Karakteristik Responden ........................................................................ 4.3. Ukuran LILA......................................................................................... 4.4. Pola Konsumsi Makan ...........................................................................
41 41 43 45 45
Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008
4.5. 4.6. 4.7. 4.8. 4.9.
Ketersediaan Pangan ............................................................................... Pengetahuan Gizi ................................................................................... Status Kesehatan ..................................................................................... Analisis Bivariat...................................................................................... Analisis Multivariat.................................................................................
51 52 53 55 58
BAB 5. PEMBAHASAN ................................................................................... 5.1. Beberapa faktor yang berhubungan dengan Kejadian KEK .................. 5.2. Faktor yang paling dominan berhubungan dengan Kejadian KEK ....... 5.3. Keterbatasan Penelitian..........................................................................
60 60 69 70
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 6.1. Kesimpulan ............................................................................................ 6.2. Saran..........................................................................................................
72 72 72
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................
74
Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008
DAFTAR TABEL Nomor
Judul
Halaman
2.1
Kecukupan Gizi yang Dianjurkan pada Wanita Dewasa ..................
14
2.2.
Ketersediaan dan Konsumsi Energi dan Protein Per Kapita Tahun 2002, 2003 dan 2005 ............................................................................ 22
3.1
Perhitungan Sampel yang Diperlukan Berdasarkan Lokasi Penelitian.............................................................................................. 36
3.2
Variabel Independen Penelitian ........................................................... 39
3.3.
Variabel Dependen Penelitian.............................................................. 40
4.1.
Data Demografi, Geografi, Fasilitas Kesehatan dan Tenaga Kesehatan di Tiga(3) Puskesmas Kabupaten Simalungun Tahun 2008...................................................................................................... 42
4.2.
Distribusi Karakteristik Responden di Kabupaten Simalungun Tahun 2008 .......................................................................................... 44
4.3.
Distribusi Frekuensi Ukuran LILA Ibu hamil di Kabupaten Simalungun Tahun 2008 ...................................................................... 45
4.4.
Distribusi Pola Konsumsi Makan Responden Berdasarkan jumlah Energi di Kabupaten Simalungun Tahun 2008 ................................... 45
4.5.
Distribusi Pola Konsumsi Makan Berdasarkan jumlah Protein yang Dikonsumsi Responden di Kabupaten Simalungun Tahun 2008 ........ 46
4.6.
Distribusi Rata-rata Jumlah Energi dan Protein yang Dikonsumsi Responden di Kabupaten Simalungun 2008 ........................................ 46
4.7.
Distribusi Frekuensi dan Jenis Bahan Makanan Pokok Responden di Kabupaten Simalungun Tahun 2008................................................ 47
4.8.
Distribusi Frekuensi dan Jenis Bahan Makanan Lauk Pauk Pada Responden di Kabupaten Simalungun Tahun 2008 ............................. 48
Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008
4.9.
Distribusi Frekuensi dan Jenis Bahan Makanan Sayuran di Kabupaten Simalungun Tahun 2008.................................................... 49
4.10.
Distribusi Frekuensi dan Jenis Bahan Makanan Buah-buahan Pada Responden di Kabupaten Simalungun Tahun 2008 ............................. 50
4.11.
Distribusi Ketersediaan Pangan Responden di Kabupaten Simalungun Tahun 2008 ...................................................................... 51
4.12.
Distribusi Indikator Pengetahuan Responden di Kabupaten Simalungun Tahun 2008 ...................................................................... 52
4.13.
Distribusi Pengetahuan Responden di Kabupaten Simalungun Tahun 2008 .......................................................................................... 53
4.14.
Distribusi Status Kesehatan Responden di Kabupaten Simalungun Tahun 2008 .......................................................................................... 53
4.15.
Distribusi Indikator Status Kesehatan Responden di Kabupaten Simalungun Tahun 2008 ...................................................................... 54
4.16.
Distribusi Frekuensi Penyakit Infeksi yang Pernah Diderita Responden Berdasarkan Lama Sakit di Kabupaten Simalungun Tahun 2008 .......................................................................................... 54
4.17.
Distribusi Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan dan Status Kesehatan Responden yang berhubungan dengan KEK di Kabupaten Simalungun Tahun 2008.................................................... 55
4.18.
Hasil Analisis Multivariat Hubungan Pola Konsumsi, Pengetahuan Gizi dan Status Kesehatan dengan Kejadian KEK .............................. 59
4.19.
Hasil Analisis Multivariat Hubungan Pola Konsumsi, Pengetahuan Gizi dan Status Kesehatan dengan Kejadian KEK .............................. 59
Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008
DAFTAR GAMBAR Nomor 2.1
Judul
Halaman
Kerangka Konsep ...........................................................................
32
Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Judul
Halaman
1
Kuesioner Penelitian ........................................................................................
79
2
Outprint Penelitian ...........................................................................................
85
3
Uji Validitas dan Reliabilitas ...........................................................................
98
4
Surat Keterangan Penelitian............................................................................. 102
Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Indikator keberhasilan pembangunan suatu bangsa dinilai dengan Indeks
Pembangunan Masyarakat (IPM). IPM terdiri dari tiga aspek yaitu pendidikan, ekonomi dan kesehatan. Indikator kesehatan meliputi angka kematian ibu, angka kematian bayi, status gizi dan usia harapan hidup. Menurut UNDP (2008), IPM Indonesia tahun 2007 berada di peringkat 107 dari 177 negara. Masalah gizi di Indonesia dan negara berkembang pada umumnya masih didominasi oleh masalah gizi kurang. Data Depkes menggambarkan masalah gizi di Indonesia ternyata lebih serius dari perkiraan selama ini. Gizi buruk diderita semua kelompok usia. Bahkan masalah gizi pada kelompok umur tertentu mempengaruhi status gizi pada periode siklus kehidupan berikutnya (intergenerational impact). Wanita dan anak-anak merupakan kelompok yang paling rentan mengalami Kekurangan Energi Kronis (KEK). KEK adalah suatu kondisi kurang gizi disebabkan rendahnya konsumsi energi dalam makanan sehari-hari yang berlangsung menahun sehingga tidak memenuhi angka kecukupan gizi (Supariasa, 2002). KEK dapat terjadi pada Wanita Usia Subur (WUS). WUS adalah wanita periode reproduksi
yaitu usia 15-45 tahun (Supariasa, 2002). Analisis nasional
(1999-2003) menggambarkan proporsi risiko KEK (24,9%) tahun 1999 dan menjadi 16,7% tahun 2003 (Atmarita, 2004). Prevalensi risiko KEK pada WUS di Indonesia sebanyak 19.1%. Wilayah kategori berat: Nusa Tenggara Timur yaitu 40,8%, sedang:
Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008
Nusa Tenggara Barat sebanyak 26,7%, Papua sebanyak 25,7%, Bangka Belitung sebanyak 22,4% dan Jawa Timur sebanyak 21,9% (Harahap, 2002). Data Depkes menyatakan WUS menderita KEK yaitu 17,6% dari populasi 11,7 juta orang (Depkes, 2002) . Sementara penelitian di Nusa Tenggara Timur menunjukkan bahwa 29,3% WUS mengalami KEK (Hermawan, 2003). Kondisi ini sangat memprihatinkan mengingat WUS dengan risiko KEK cenderung melahirkan bayi Berat Badan Lahir Rendah atau BBLR (Paath, 2005). Rata-rata setiap tahun lahir 350.000 bayi dengan BBLR (Atmarita, 2004). Masa kehamilan merupakan periode yang sangat menentukan kualitas SDM di masa depan, karena tumbuh kembang anak sangat ditentukan oleh kondisi saat janin dalam kandungan. Akan tetapi perlu diingat bahwa keadaan kesehatan dan status gizi ibu hamil ditentukan jauh sebelum kehamilan, yaitu saat remaja atau usia sekolah (Azwar, 2004). Status gizi ibu hamil mempunyai dampak langsung pada perjalanan kehamilan dan bayi yang akan dilahirkan. Kekurangan gizi pada awal kehamilan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin (Paath, 2005). Kehamilan menyebabkan peningkatan metabolisme energi. Kebutuhan energi diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin, pertambahan besarnya organ kandungan, perubahan komposisi dan metabolisme tubuh ibu. Sehingga kekurangan zat gizi tertentu menyebabkan janin tumbuh tidak sempurna (Lubis, 2003). Keadaan gizi ibu hamil dipengaruhi oleh ketidakseimbangan asupan zat gizi, pernah tidaknya menderita penyakit infeksi dan keadaan sosial ekonomi (Arisman,2004). Ibu hamil memerlukan tambahan zat gizi untuk pertumbuhan janin,
Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008
placenta dan organ/jaringan lainnya. Ibu hamil memerlukan tambahan energi rata-rata 200 kkal perhari (Khumaidi, 1994). Untuk itu ibu hamil harus menambah asupan makan untuk memenuhi kebutuhan zat gizi. Pelayanan kesehatan ibu hamil atau Ante Natal Care (Manuaba, 2000). Ante Natal Care berguna untuk pemeriksaan kehamilan serta deteksi dini kelainan dan penyakit yang diderita. Status kesehatan ibu hamil dapat dilihat dari riwayat penyakit ibu hamil. Menurut Scrimshaw dalam Supariasa (2002), bahwa ada hubungan antara infeksi dengan malnutrisi seseorang. Menurut Sudirman, (2004) meskipun zat gizi yang dikonsumsi cukup, akan tidak banyak gunanya bagi tubuh jika terjadi gangguan penyerapan, misalnya akibat diare, cacingan, ataupun penyakit infeksi lainnya. Menurut data Susenas 1999, jumlah ibu hamil yang mengalami KEK sebanyak 27,6% (Almasyhuri, 2006). Ibu hamil menderita KEK mempunyai risiko lebih besar untuk mengalami perdarahan, persalinan yang sulit dan melahirkan BBLR. Penelitian BANPO (Bantul Anemia and Pregnancy Outcome) tahun 2001 menunjukkan prevalensi KEK ibu hamil di Bantul sebanyak 26,34%. Angka ini masih di atas prevalensi KEK WUS tingkat nasional (Wijoyo, 2005). Produksi pangan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi masalah kekurangan gizi (Harper, 1986). Persediaan pangan di Indonesia telah berada di atas kecukupan energi dan protein yang dianjurkan diukur dengan Neraca Bahan Makanan (NBM). Gambaran yang tersaji dalam NBM tidak dapat dipergunakan sebagai petunjuk ada tidaknya masalah gizi di masyarakat. NBM hanya memberikan
Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008
gambaran tentang potensi nyata persediaan pangan dan tidak dapat menerangkan distribusi pangan tersebut (Khumaidi, 1994). Sulawesi Selatan merupakan daerah surplus pangan namun masih dijumpai masalah gizi kurang. Produksi yang tinggi tidak menjamin ketersediaan pangan pada tingkat masyarakat karena masih tergantung pada distribusi dan pemasaran hasil produksi pangan, demikian juga ketersediaan pangan di tingkat masyarakat tidak menjamin ketersediaan pangan di tingkat keluarga. Hal ini disebabkan daya beli keluarga dan ketidaktahuan dalam pengelolaan pangan dan gizi akibat pendidikan dan akses informasi rendah. Ketersediaan pangan di tingkat keluarga tidak menjamin setiap anggota keluarga mengonsumsi zat gizi yang cukup disebabkan pola distribusi makanan dalam keluarga, pola asuh dan penyiapan makanan tidak memadai (Sudirman 2004). Kabupaten Simalungun adalah kabupaten di Provinsi Sumatera Utara yang memiliki lahan pertanian yang subur dan luas menjadi modal utama perekonomian Simalungun dan menjadikan daerah ini lumbung padi terbesar kedua Sumatera Utara setelah Kabupaten Deli Serdang (Profil Kabupaten Simalungun, 2007). Persentase kejadian masalah gizi kurang masih tergolong tinggi. Berdasarkan Hasil Survey Kesehatan Daerah tahun 2005, di Kabupaten Simalungun diperoleh
status gizi kurang pada
WUS
sebanyak 30% dengan
perhitungan IMT dan pengukuran LILA. Dari tiga puluh kecamatan terdapat empat kecamatan dengan WUS risiko KEK yang sangat tinggi yaitu kecamatan Tapian
Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008
Dolok (73%), Batu Nanggar (73%), Jorlang Hataran (57%) dan Siantar (45%) (Dinas Kesehatan Kabupaten Simalungun, 2006). Berdasarkan survey pendahuluan pada bulan Maret 2008, di tiga kecamatan Kabupaten Simalungun terhadap 93 ibu hamil didapat data KEK ibu hamil sebagai berikut: di Kecamatan Jorlang Hataran terdapat 7 dari 21 ibu hamil (30,0%) mengalami KEK, di Tapian Dolok 11 dari 35 ibu hamil (31,8%) mengalami KEK dan di kecamatan Siantar (wilayah kerja Puskesmas Batu Anam) dari 37 ibu hamil mengalami KEK (27%). Hal ini melebihi target cakupan pembangunan kesehatan 2010 sebesar 20 %. Gambaran pola penyakit terbanyak di Kabupaten Simalungun masih didominasi oleh penyakit infeksi. Hal ini dapat dilihat dari laporan penyakit bahwa penyakit infeksi masih menempati ke sepuluh penyakit terbanyak di Puskesmas yaitu ISPA, Diare, Bronhitis dan penyakit infeksi lainnya (Dinas Kesehatan Kabupaten Simalungun, 2007). Penyakit infeksi berhubungan erat dengan keadaan gizi Berdasarkan data di atas maka diperlukan suatu penelitian tentang hubungan pola konsumsi makan, ketersediaan pangan, pengetahuan gizi, dan status kesehatan ibu hamil dengan kejadian KEK di Kabupaten Simalungun 2008.
1.2.
Permasalahan Penelitian Bagaimana
hubungan
pola
konsumsi
makan,
ketersediaan
pangan,
pengetahuan gizi, dan status kesehatan dengan kejadian KEK pada ibu hamil di Kabupaten Simalungun 2008.
Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008
1.3.
Tujuan Penelitian Untuk menganalisis hubungan pola konsumsi makan, ketersediaan pangan,
pengetahuan gizi, dan status kesehatan ibu hamil dengan kejadian KEK di Kabupaten Simalungun 2008.
1.4. 1.
Hipotesis Pola konsumsi makan ibu hamil mempunyai hubungan dengan kejadian KEK di Kabupaten Simalungun 2008.
2.
Ketersediaan pangan mempunyai hubungan dengan kejadian KEK di Kabupaten Simalungun 2008.
3.
Pengetahuan gizi ibu hamil mempunyai hubungan dengan kejadian KEK di Kabupaten Simalungun 2008.
4.
Status kesehatan ibu hamil mempunyai hubungan dengan kejadian KEK di Kabupaten Simalungun 2008.
1.5. 1.
Manfaat Penelitian Menyediakan data hubungan pola konsumsi makan ibu hamil, ketersediaan pangan, pengetahuan gizi, status kesehatan ibu hamil dengan kejadian KEK di Kabupaten Simalungun.
Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008
2.
Sebagai bahan masukan bagi perencana Dinas Kesehatan Kabupaten Simalungun untuk menyusun program gizi masyarakat yang berkaitan dengan penanggulangan kejadian KEK.
3.
Sebagai referensi bagi peneliti lain untuk dapat melakukan penelitian lebih lanjut.
Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Kejadian KEK KEK adalah suatu keadaan akibat kekurangan energi atau ketidakseimbangan
asupan energi untuk memenuhi kebutuhan tubuh yang berlangsung dalam waktu yang lama (Supariasa, 2002). Kekurangan gizi kronis merupakan masalah gizi yang sering dijumpai pada usia produktif. Kekurangan energi kronis dijumpai pada WUS usia 15-49 tahun yang ditandai dengan proporsi LILA (Lingkaran Lengan Atas) < 23,5 cm. Kondisi ini memprihatinkan mengingat WUS dengan risiko KEK cenderung melahirkan bayi dengan berat badan rendah (Azwar, 2006). Kebutuhan gizi dari setiap golongan usia dengan jumlah zat gizi yang dikonsumsi, dapat memberikan indikasi ada dan tidaknya masalah kekurangan gizi (Suhardjo, 2005). Kelompok masyarakat yang memiliki risiko tinggi yang membutuhkan perhatian khusus dalam pemenuhan gizi adalah ibu hamil dan menyusui, kelompok bayi dan anak, remaja dan kelompok dewasa dan lanjut usia (Arisman, 2004). Menurut Sandra (2007) menyatakan status gizi wanita, terutama pada masa subur merupakan elemen pokok dari kesehatan reproduksi karena keterkaitan ibu dengan masa pertumbuhan dan perkembangan janin yang dikandung dan dampaknya pada masa dewasa. Dampak kumulatif terhadap status kesehatan dan gizi wanita usia
Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008
reproduksi merupakan akibat dari asupan zat gizi yang tidak optimal pada saat bayi sampai masa pubertas (Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat FKM UI, 2007). Kehamilan merupakan suatu proses fisiologi normal, yaitu terbentuknya janin pada rahim sebagai akibat dari pertemuan antara sel telur dan sel sperma (Manuaba, 2000). Seorang wanita dipastikan hamil jika pemeriksaan terlihat tanda hamil pasti, yaitu mendengar suara detak jantung janin dan meraba bentuk janin. Kesehatan fisik dan mental ibu hamil sebelum dan selama hamil berpengaruh terhadap keadaan janin. Kehamilan merupakan masa yang penting karena masa ini mempengaruhi kualitas anak yang akan dilahirkan. Pemeliharaan kehamilan dimulai dari perencanaan menu yang benar (Paath, 2005). Kehamilan menyebabkan meningkatnya metabolisme energi, karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya meningkat selama kehamilan.
Peningkatan energi dan zat gizi tersebut diperlukan untuk
pertumbuhan dan perkembangan janin, pertambahan besarnya organ kandungan, perubahan komposisi dan metabolisme tubuh ibu. Sehingga kekurangan zat gizi tertentu yang diperlukan saat hamil dapat menyebabkan janin tumbuh tidak sempurna (Lubis, 2003). Status gizi ibu sebelum dan selama hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang dikandung. Bila status gizi ibu normal pada masa sebelum dan selama hamil kemungkinan besar akan melahirkan bayi yang sehat, cukup bulan dengan berat badan normal. Dengan kata lain kualitas bayi yang dilahirkan sangat tergantung pada keadaan gizi ibu sebelum dan selama hamil (Lubis, 2003).
Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008
Kebutuhan fisiologis sewaktu hamil ialah jumlah energi protein dan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin serta pertambahan besarnya organ kandungan, perubahan komposisi dan metabolisme tubuh ibu. Proses kehamilan akan selalu disertai dengan berbagai perobahan baik komposisi maupun metabolisme ibu. Konsumsi makanan yang rendah disebabkan oleh adanya penyakit terutama penyakit infeksi saluran pencernaan. Di samping itu jarak kelahiran anak yang terlalu dekat dan jumlah anak terlalu banyak akan mempengaruhi asupan zat gizi dalam keluarga. Konsumsi zat gizi keluarga yang rendah juga dipengaruhi oleh produksi pangan. Rendahnya produksi pangan disebabkan karena para petani masih menggunakan teknologi yang bersifat tradisional (Supariasa, 2002). Energi dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk melakukan pekerjaan. Tubuh memperoleh energi dari makanan yang dimakan. Energi dalam makanan merupakan energi kimia yang dapat dibuat menjadi energi bentuk lain (Budiyanto, 2002). Energi yang diperlukan tubuh dapat bersumber dari zat karbohidrat, lemak dan protein, sehingga ketiga zat gizi ini disebut dengan makronutrient. Setiap 1 gram lemak menghasilkan energi sebesar 9 kalori (Uripi, 2004). Besaran energi yang dibutuhkan seorang ibu hamil kira-kira 285 kkal tiap hari, di atas kebutuhan wanita yang tidak hamil. Nilai ini dihitung berdasarkan kesetaraan dengan protein dan lemak yang tertimbun untuk pertumbuhan janin dan keperluan ibu. Kebutuhan energi disuplai terutama oleh karbohidrat dan lemak,
Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008
walaupun protein dapat memberikan energi untuk keperluan tersebut, tetapi fungsi utamanya adalah untuk menyediakan asam amino bagi sintesa protein sel, hormon maupun enzim untuk mengatur metabolisme. Suplai energi bagi pemeliharaan sel lebih diutamakan daripada suplai protein bagi pertumbuhan. Bila jumlah energi dalam makanan sehari-hari tidak cukup, maka sebagian protein akan digunakan sebagai sumber energi. Hal ini akan mengurangi bagian protein yang diperlukan untuk pertumbuhan. Jumlah energi dan protein yang diperlukan untuk pertumbuhan normal tergantung pada kualitas zat gizi yang dimakan. Dianjurkan supaya jumlah energi yang diperoleh 50-60%, karbohidrat 2530%, lemak dan protein 10-15%. Energi dalam tubuh manusia dapat timbul akibat pembakaran karbohidrat, protein dan lemak. Karbohidrat banyak terdapat dalam berbagai bahan makanan yang dikonsumsi, terutama pada bahan pangan yang banyak mengandung zat tepung/pati dan gula (Kartasapoetra,2005). Fungsi karbohidrat
adalah menyediakan keperluan energi bagi tubuh,
melangsungkan proses metabolisma lemak, memberi volume pada isi usus dan melancarkan gerak peristaltik usus, simpanan energi dalam hati dan otot dalam bentuk glikogen, melangsungkan aksi penghematan terhadap protein, pemberi rasa manis pada makanan dan memberi aroma serta bentuk khas makanan (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat FKM UI, 2007). Protein merupakan suatu zat makanan yang sangat penting bagi tubuh, karena zat ini disamping berfungsi sebagai bahan bakar dalam tubuh juga berfungsi sebagai
Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008
zat pembangun dan pengatur. Protein merupakan unsur utama dalam otot, darah, matriks tulang, gigi, kulit, kuku dan rambut. Sumber protein dapat berasal dari protein hewan, seperti: protein daging, susu dan sebagainya. Protein nabati, yaitu protein yang berasal dari bahan makanan tumbuhan yaitu protein dari jagung dan sebagainya. Fungsi protein bagi tubuh, adalah: 1. Sebagai enzim Protein memegang peranan dalam mengatur keseimbangan air dan menjaga kenetralan cairan tubuh. 2. Sebagai alat pengangkut dan penyimpan Banyak molekul dengan berat molekul yang lebih kecil serta beberapa ion dapat diangkut atau dipindahkan oleh protein tertentu. 3. Sebagai alat pengatur/pergerakan Merupakan komponen utama daging, gerakan otot terjadi karena adanya dua molekul yang bergeser. 4. Penunjang mekanis Kekuatan dan daya tahan robek kulit dan tulang disebabkan oleh kolagen, suatu protein yang berbentuk bulat dan panjang dan mudah membentuk serabut. 5. Pertahanan tubuh/imunitas Misalnya, protein dalam bentuk antibodi dapat mengenal dan mengikat bendabenda asing yang masuk ke dalam tubuh, seperti: virus, bakteri dan sel-sel asing lain.
Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008
6. Media perambatan impuls saraf Protein ini biasanya berbentuk reseptor, misalnya: redopsin yang bekerja sebagai penerima cahaya pada sel-sel mata. 7. Pengendalian pertumbuhan Protein bekerja sebagai reseptor (dalam bakteri) yang dapat mempengaruhi fungsi-fungsi DNA yang mengatur sifat dan karakter bahan. Energi yang tersembunyi dalam protein ditaksir sebanyak 5180 kkal. Kebutuhan wanita akan protein membubung sampai 68%. Jumlah protein yang harus tersedia sampai akhir kehamilan diperkirakan 925 gr yang tertimbun dalam jaringan ibu, placenta serta bayi. Bahan pangan yang dijadikan sumber sebaiknya 2/3-nya merupakan bahan pangan yang bernilai biologi tinggi, seperti daging tak berlemak, ikan, telur, susu dan hasil olahannya. Protein yang berasal dari tumbuhan (nilai biologinya rendah) sebanyak 1/3 bagian (Arisman, 2004). Untuk menilai tingkat konsumsi makanan (energi dan zat lain) diperlukan suatu standar kecukupan yang dianjurkan atau Recommended Dietary Allowance (RDA) untuk populasi yang diteliti. Angka Kecukupan Gizi (AKG) adalah angka kecukupan gizi rata-rata yang dianjurkan perhari menurut golongan umur, jenis kelamin,ukuran tubuh, kondisi fisiologis dan aktivitas fisik untuk mencapai derajad kesehatan yang optimal. Kecukupan energi zat gizi yang dianjurkan pada wanita seperti tabel berikut:
Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008
Tabel 2.1. Kecukupan Gizi yang Dianjurkan pada Wanita Dewasa Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan Pada Wanita Dewasa Zat Gizi Tidak Hamil, Kehamilan Menyusui Kegiatan Sedang Enam bulan (55 kg) Pertama 2250,0 +285,0 +500,0 Energi (kal) 48,0 +12,0 +17,0 Protein (gr) 750,0 Sama +450,0 Vitamin A (re) 2,5 +7,5 +7,5 Vitamin D (mg) 0,9 +0,1 +0,2 Thiamin (mg) 1,3 +0,2 +0,4 Riboflafin (mg) 14,5 +2,3 +3,7 Niasin (mg) 200,0 +200,0 +100,0 Asam folat (mg) 2,0 +1,0 +0,5 Vitamin B12 (mg) 30,0 +20,0 +20,0 Vitamin C (mg) 400-500,0 +600-700,0 +600-700,0 Kapur (mg) 26,0 +30,0 +40,0 Besi (mg) Besaran energi yang terasup merupakan faktor gizi yang paling penting pada masa hidup. Usia diperlukan untuk menentukan besaran kalori serta zat gizi yang diberikan. Masalah kekurangan dan kelebihan gizi pada orang dewasa (usia 18 tahun ke atas) merupakan masalah penting, karena menimbulkan resiko penyakit dan mempengaruhi produktivitas (Supariasa, 2002). Kesuburan seorang wanita dipengaruhi faktor keturunan, usia dan gizi. Kekurangan nutrisi pada seseorang akan berdampak pada penurunan fungsi reproduksi. Keadaan kekurangan nutrisi khususnya energi dapat dilihat dari LILA (Paath, 2005). Gizi ibu hamil mempengaruhi pertumbuhan janin. Perubahan fisiologis mempunyai dampak besar terhadap diet ibu dan kebutuhan nutrien (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat FKM UI, 2007).
Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008
Tanda-tanda klinis masalah gizi kurang tidak spesifik, karena ada beberapa penyakit yang mempunyai gejala yang sama, tetapi penyebabnya berbeda. Oleh karena itu pemeriksaan klinis harus dipadukan dengan pemeriksaan lain seperti antropometri, laboratorium dan survei konsumsi makanan, sehingga kesimpulan penilaian status gizi dapat lebih tepat dan lebih baik (Supariasa, 2002). Kelainan atau gangguan yang terjadi pada kulit, rambut, mata, membran mukosa mulut, dan bagian tubuh yang lain dapat dipakai sebagai petunjuk ada tidaknya masalah gizi kurang. Meskipun demikian perlu diperhatikan bahwa tandatanda gizi kurang dapat saja tidak spesifik, karena tanda itu mungkin timbul bukan akibat kurang gizi, tetapi mungkin disebabkan oleh faktor higiene dan sanitasi yang jelek, atau terkena panas sinar matahari (Supariasa, 2002). Penggunaan pemeriksaan klinis untuk mendeteksi defisiensi gizi mempunyai kelemahan bila diinterpretasikan hanya atas dasar data klinis saja. Oleh sebab itu, adanya dukungan pemeriksaan konsumsi pangan dan biokimia serta pemeriksaan yang lain sangat membantu dalam menilai keadaan gizi individu atau masyarakat (Arisman, 2004). Penilaian status gizi secara langsung dapat digunakan melalui antropometri, klinis, biokimia dan biofisik. Sedangkan penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi yaitu survey konsumsi makanan dan statistik vital (Supariasa, 2002). Pengukuran antropometri adalah pengukuran terhadap dimensi tubuh dan komposisi tubuh. Antropometri adalah pengukuran yang sering digunakan sebagai metode
Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008
penilaian status gizi secara langsung terutama masalah gizi kurang pada anak-anak dan gizi lebih (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat FKM UI, 2007). Masalah kekurangan dan kelebihan gizi pada orang dewasa (18 tahun ke atas) merupakan masalah penting. Kekurangan gizi mempengaruhi produktifitas kerja dan memiliki resiko mengalami penyakit-penyakit tertentu. Pemantauan keadaan berat badan yang berkesinambungan mengacu pada patokan tertentu. LILA merupakan indikator status gizi yang digunakan terutama untuk deteksi Kurang Energi Protein
pada anak-anak dan merupakan alat yang baik untuk
mendeteksi wanita usia subur dan ibu hamil dengan resiko melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (Waspadji, 2003). Penentuan status gizi pada wanita usia subur dilakukan dengan pengukuran lingkar lengan atas. Pengukuran ini merupakan salah satu cara deteksi dini yang mudah untuk mengetahui kelompok berisiko kekurangan energi kronis. Ambang batas lingkar lengan atas di Indonesia adalah 23,5 cm. Apabila hasil pengukuran kurang dari 23,5 cm, berarti risiko Kekurangan Energi Kronik (KEK) (Kartasaputra, 2005) dan diperkirakan akan melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (Supariasa, 2002). Pengukuran LILA adalah suatu cara untuk mengetahui risiko kekurangan energi protein pada WUS. Pengukuran LILA untuk memantau status gizi dalam jangka panjang. Tujuan pengukuran LILA adalah untuk mengetahui risiko KEK WUS, meningkatkan kesadaran masyarakat dalam penanggulangan KEK dan
Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008
mengarahkan pelayanan kesehatan pada kelompok sasaran WUS yang menderita KEK. Cara pengukuran LILA adalah:
2.2.
1.
Tetapkan posisi bahu dan siku
2.
Letakkan pita antara bahu dan siku
3.
Tentukan titik tengah lengan
4.
Lingkarkan pita pada tengah lengan
5.
Pita jangan terlalu ketat atau longgar
6.
Lakukan pembacaan skala dengan benar (Supariasa, 2002).
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan KEK Konsumsi
makan adalah makanan yang dimakan seseorang (Almatsier,
2006). Konsumsi makan merupakan jumlah makanan (tunggal atau beragam) yang dikonsumsi masyarakat, keluarga dan individu dengan tujuan untuk memperoleh sejumlah zat gizi yang diperlukan oleh tubuh (Supariasa, 2002). Konsumsi pangan merupakan informasi tentang jenis, jumlah pangan yang dikonsumsi (dimakan) oleh seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu (Baliwati, 2004). Pola konsumsi makan merupakan
berbagai informasi yang memberikan
gambaran mengenai jumlah dan jenis bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh setiap orang dan merupakan ciri khas untuk suatu kelompok masyarakat tertentu. Pola makan juga dikatakan sebagai suatu cara seseorang atau kelompok orang (keluarga)
Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008
memilih makanan sebagai tanggapan terhadap pengaruh fisiologis, psikologis, kebudayaan dan sosial (Suhardjo, 2005). Konsumsi makan oleh masyarakat atau keluarga tergantung pada jumlah dan jenis pangan yang dibeli, pemasakan, distribusi dalam keluarga dalam kebiasaan makan secara perorangan. Hal ini tergantung pada pendapatan, agama, adat kebiasaan dan pendidikan (Almatsier, 2006). Di dalam susunan pola menu tersebut ada satu bahan makanan yang dianggap paling penting. Suatu hidangan dianggap tidak lengkap apabila bahan makanan tersebut tidak ada. Bahan makanan tersebut dinamakan bahan makanan pokok. Bahan makanan pokok dalam pola menu di Indonesia adalah beras dan pada beberapa daerah digunakan juga jagung, sagu dan ubi jalar (Suhardjo, 2005). Pola
konsumsi
pangan
merupakan
hasil
budaya
masyarakat
yang
bersangkutan, dan mengalami perubahan terus menerus sesuai dengan kondisi lingkungan dan tingkat kemajuan budaya masyarakat. Pola konsumsi ini diajarkan dan bukan diturunkan secara herediter dari nenek moyang sampai generasi mendatang (Sediaoetama, 1999). Masalah pangan dan gizi di suatu daerah terkait erat dengan tingkat konsumsi per
kapita.
Konsumsi
makanan
masyarakat
dapat
diperkirakan
dengan
mengumpulkan data-data tentang kapasitas produksi seluruh makanan yang kemudian angka tersebut dikurangi jumlah yang digunakan untuk bibit, eksport, kerusakan paska panen dan distribusi serta untuk cadangan (Suhardjo, 1986). Dalam keluarga, jumlah anggota keluarga akan mempengaruhi pola konsumsi pangan anggota
Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008
keluarga yaitu pengetahuan, pendapatan rendah dan jumlah anak yang banyak cenderung pola konsumsi pangan berkurang pula (Harper, 1986). Pengukuran konsumsi makanan sangat penting untuk mengetahui kenyataan makanan yang dimakan oleh masyarakat dan hal ini dapat berguna untuk mengukur status gizi dan menemukan faktor diet yang dapat menyebabkan malnutrisi Pengukuran konsumsi makanan ini dapat mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan zat gizi. Konsumsi makanan dalam bentuk zat gizi diperoleh dari konsumsi bahan pangan yang dikonversi ke dalam bentuk zat gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) (Supariasa, 2002). Survey konsumsi pangan rumah tangga ataupun perorangan merupakan cara pengamatan langsung. Data survey konsumsi pangan dapat menggambarkan pola konsumsi penduduk menurut daerah (kota/desa), golongan sosio-ekonomi dan sosialbudaya dari wilayah yang bersangkutan (Suhardjo, 2005). Komponen anamnesis asupan pangan mencakup: method food recall 24 hours, food frequency quesioner, dietary history dan food records (Arisman, 2004). Metode food recall 24 hours digunakan untuk mengukur konsumsi makan individu. Prinsipnya adalah mencatat jenis dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu. Data yang diperoleh cenderung bersifat kualitatif (Supariasa, 2002). Menurut Sanjur (1997) dalam Supariasa (2002), untuk mendapatkan data kuantitatif, maka jumlah konsumsi makanan individu ditanyakan secara teliti dengan menggunakan alat ukuran rumah tangga (sendok, gelas, piring atau ukuran lain yang
Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008
biasa dipergunakan sehari-hari). Pengukuran minimal dua kali recall 24 jam tanpa berturut-turut agar dapat menghasilkan gambaran asupan zat gizi. Kelebihan metode recall adalah mudah dilaksanakan, biaya relative murah, cepat, dapat digunakan untuk responden yang buta huruf dan dapat memberikan gambaran nyata makanan yang dikonsumsi individu sehingga dapat dihitung intake zat gizi sehari-hari. Kekurangan metode ini adalah ketepatannya sangat tergantung dari daya ingat responden, terjadinya the flat slope syndrome dan membutuhkan petugas yang terlatih (Supariasa, 2002). Metode food frequency questionnery menghasilkan data bahan makanan dan frekuensi makan individu. Penggolongan bahan makanan di Indonesia terdiri dari bahan makanan pokok, bahan makanan lauk-pauk, bahan makanan sayur-mayur dan bahan makanan buah. Bahan makanan pokok ialah bahan makanan yang dianggap memegang peranan paling penting di dalam susunan hidangan. Suatu hidangan tidaklah lengkap bila tidak mengandung bahan makanan pokok. Bahkan sebagian besar menganggap belum makan bila yang dikonsumsi itu belum mengandung bahan makanan pokok, meskipun sudah kenyang mengkonsumsi jenis bahan makanan lain (Sediaoetama, 1999). Bahan makanan lauk-pauk mencakup daging, ikan, unggas, telur yang umumnya merupakan sumber utama protein sebagai zat gizi pembangun. Bahan makanan sayur-mayur dan buah-buahan merupakan kelompok yang berperan sebagai sumber vitamin dan mineral yang tergolong zat-zat gizi pengatur. Beras merupakan bahan makanan pokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Tingkat daya beli,
Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008
pengetahuan mengolah dan menyajikan telah dikuasai oleh masyarakat Indonesia sangat sesuai dengan beras sebagai makanan pokok. Bahan makanan lauk-pauk terdiri dari dua golongan besar menurut sumbernya, yaitu lauk-pauk hewani dan nabati. Lauk-pauk hewani mencakup semua bahan makanan yang berasal dari hewan, terutama hewan piaraan. Sumber protein nabati lebih murah harganya dibandingkan dengan sumber protein hewani (Sediaoetama, 1999). Data sosial yang perlu dipertimbangkan adalah: keadaan penduduk di suatu masyarakat (jumlah, umur, distribusi seks dan geografis), keadaan keluarga (besarnya, hubungan, jarak kelahiran), Pendidikan (tingkat pendidikan ibu/bapak, keberadaan buku-buku, usia anak sekolah), perumahan (tipe, lantai, atap, dinding, ventilasi, listrik, jumlah kamar, perabotan, pemilikan dan lain-lain), dapur (lokasi, bangunan, kompor, alat masak, bahan bakar, pembuangan sampah), penyimpanan makanan (isi, ukuran, penutup serangga) dan air (sumber, jarak dari rumah) serta kakus (tipe jika ada, keadaannya) (Supariasa, 2002). Pada dasarnya pola konsumsi pangan merupakan hasil budaya masyarakat yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan faktor manusia seperti kebiasaan makan, pendapatan keluarga dan pengetahuan gizi. Kebiasaan makan keluarga sangat penting diperhatikan karena sikap terhadap makanan tertentu menunjukkan hubungan antara makanan dan kesehatan (Waspadji, 2003). Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi pangan adalah faktor ekonomi dan harga serta faktor sosial budaya dan religi (Baliwati, 2004).
Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008
Ketersediaan pangan per kapita menurut daerah tersebut, tidak dapat memberikan gambaran tentang distribusi di tingkat rumah tangga ataupun individu atau dengan perkataan lain bahwa tingkat ketersediaan tidak identik dengan kuantitas yang dikonsumsi masyarakat ataupun perseorangan (Suryana, 2003). Untuk melihat gambaran ketersediaan dan konsumsi energi dan protein per kapita per tahun dapat dilihat pada tabel 2.2 berikut ini: Tabel 2.2 Ketersediaan dan Konsumsi Tahun 2002, 2003 dan 2005 Standard kecukupan gizi
Zat gizi
Keter sediaan
1. Energi (Kkal/Kap/Hr) - % terhadap standar 2. Protein (Gr/Kap/Hr) -% terhadap standar 3. Nabati (Gr) -% terhadap standar 4. Hewani (Gr) -% terhadap standar
Energi dan Protein Per Kapita
Thn. 2002
Thn. 2003
Keter sediaan
Kon sumsi
Thn. 2005
Kon sumsi
Keter Sediaan
Kon sumsi
Keter sediaan
2.200
2.000
3.906 (140,7)
2.038 (101,9)
3.989 (181,3)
2.042 5.382 (102,1) (244,6)
2.057 (102,8)
57
52
67,86 (119,1)
54,7 (105,2)
68,18 (119,6)
55,37 53,42 (97,1) (102,7)
57,8 (101,4)
39
36
55,66 (142,7)
39,5 (109,7)
55,59 (142,5)
40,68 39,37 (113,0) (100,9)
39 (108,3)
18
16
12,20 (67,8)
15,2 (95)
12,59 (69,9)
14,69 (91,8)
18,8 (117,5)
14,05 (78,1)
Kon sumsi
Sumber : Badan Bimas Ketahanan Pangan Departemen Pertanian, 2005. Tabel di atas menunjukkan bahwa pada tiga tahun tersebut ketersediaan energi dan protein telah melampaui stándar kecukupan, namun konsumsinya masih di bawah standar. Hal ini menjelaskan bahwa ketersediaan pangan yang cukup di suatu wilayah tidak menjamin tercapainya konsumsi di tingkat rumah tangga yang memenuhi standar (Badan Bimas Ketahanan Pangan Departemen Pertanian, 2004)
Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008
Ketahanan pangan Indonesia selama tiga dekade lalu, berada dalam kondisi yang relatif baik yaitu ditunjukkan dengan ketersediaan pangan perkapita meningkat dari 2000 kkal/hari pada tahun 1960 an menjadi sekitar 2700 kkal/hari awal tahun 1990-an. Tingkat kemiskinan menurun dari 40% pada tahun 1976 menjadi 11% pada tahun 1996. Kombinasi antara peningkatan ketersediaan pangan dan penurunan tingkat kemiskinan tersebut membawa dampak pada peningkatan ketahanan pangan dan perbaikan gizi baik pada tingkat nasional maupun tingkat rumah tangga. Ketahanan pangan merupakan suatu kondisi ketersediaan pangan yang cukup bagi setiap orang pada setiap saat dan setiap individu yang mempunyai akses untuk memperolehnya baik secara fisik maupun ekonomi (Soetrisno, 1998). Ketahanan pangan menunjukkan eksistensinya, jika setiap rumah tangga selalu dapat mengakses, secara fisik maupun ekonomi, memperoleh pangan yang cukup aman dan sehat bagi seluruh anggotanya. Artinya, titik berat kondisi ketahanan pangan terletak pada tingkat rumah tangga. Ketahanan pangan ini harus mencakup aksesibilitas, ketersediaan, keamanan dan kesinambungan. Aksesibilitas di sini artinya setiap rumah tangga mampu memenuhi kecukupan pangan keluarga dengan gizi yang sehat. Ketersediaan pangan adalah rata-rata pangan dalam jumlah yang memenuhi kebutuhan konsumsi di tingkat wilayah dan rumah tangga. Sedangkan keamanan pangan dititikberatkan pada kualitas pangan yang memenuhi kebutuhan gizi (Martaja, 2004). Ketahanan pangan pada rumah tangga, erat hubungannya dengan karakteristik rumah tangga itu sendiri, yakni rendahnya pemilikan sumberdaya lahan dan asset
Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008
lainnya, kualitas sumberdaya manusia (pendidikan formal) di rumah tangga relatif rendah, akses terhadap sumber modal tidak ada, dan akses terhadap sumber informasi terkendala. Ketersediaan pangan di level regional (kabupaten) distribusinya sering tidak merata dan harganya tidak terjangkau sehingga kebutuhan pangan bagi rumah tangga tidak terpenuhi yang akhirnya menurunkan derajat ketahanan pangan. Kemiskinan dan ketahanan pangan merupakan dua fenomena yang saling terkait, bahkan dapat dipandang memiliki hubungan sebab akibat. Dalam hal ini kondisi ketahanan pangan yang rentan menjadi sumber kemiskinan, sebaliknya karena miskin maka ia tidak memiliki ketahanan pangan. Kondisi ketahanan pangan rumah tangga itu menurut Suhardjo (1996) dicerminkan oleh beberapa indikator antara lain: (a) Tingkat kerusakan tanaman, ternak, perikanan; (b) Penurunan produksi pangan; (c) Tingkat ketersediaan pangan di rumah tangga; (d) Proporsi pengeluaran pangan terhadap pengeluaran total; (e) Fluktuasi harga-harga pangan utama yang umum dikonsumsi rumah tangga; (f) Perubahan kehidupan sosial (misalnya migrasi, menjual/menggadaikan harta miliknya, peminjaman); (g) Keadaan konsumsi pangan (kebiasaan makan, kuantitas dan kualitas) dan (h) Status gizi. Krisis ekonomi yang berkepanjangan menyebabkan harga-harga kebutuhan pokok meningkat tajam sehingga banyak keluarga mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan pangan yang bergizi. Kombinasi antara peningkatan ketersediaan pangan dan penurunan tingkat kemiskinan tersebut membawa dampak pada peningkatan ketahanan pangan dan perbaikan gizi baik pada tingkat nasional
Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008
maupun tingkat rumah tangga, akan tetapi krisis ekonomi yang dialami Indonesia pada akhir tahun 1990-an sampai sekarang telah membawa dampak negatif terhadap ketahanan pangan, kemiskinan dan status gizi masyarakat. Depkes merangkum tiga faktor yang saling berinteraksi memengaruhi besarnya masalah gizi dan kesehatan masyarakat: ketersediaan pangan di tingkat rumah tangga, pola asuhan gizi keluarga dan akses terhadap layanan kesehatan berkualitas. Simpul pertama, persediaan makanan di tingkat masyarakat. Produksi yang tinggi tidak menjamin ketersediaan pangan pada tingkat masyarakat karena masih bergantung pada distribusi dan pemasaran hasil produksi pangan tersebut. Simpul kedua, persediaan makanan di tingkat keluarga. Ketersediaan pangan di tingkat masyarakat tidak menjamin ketersediaan pangan di tingkat keluarga. Masih ada sejumlah faktor yang mempengaruhinya. Pertama, daya beli keluarga yang ditentukan oleh tingkat pendapatan dan harga pangan. Setelah krisis ekonomi melanda Indonesia, harga-harga bahan pangan meningkat berkali-kali. Semakin langkanya lapangan kerja dan banyaknya pemutusan hubungan kerja mengakibatkan daya beli keluarga makin melemah. Kedua, ketidaktahuan tentang gizi akibat pendidikan dan akses informasi yang rendah. Simpul ketiga adalah konsumsi gizi oleh anggota keluarga. Ketersediaan pangan di tingkat keluarga tidak menjamin setiap anggota keluarga mengonsumsi zat gizi yang cukup. Ada sejumlah faktor yang berperan di sini. Pertama, pola distribusi
Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008
makanan dalam keluarga yang sering kali timpang. Kedua, pola asuh dan penyiapan makanan yang tidak memadai. Simpul keempat adalah penyerapan dan penggunaan zat-zat gizi yang dikonsumsi. Meskipun zat gizi yang dikonsumsi cukup, akan tidak banyak gunanya bagi tubuh jika terjadi gangguan penyerapan, misalnya akibat diare, cacingan, ataupun penyakit infeksi lainnya. (Sukirman, 2004). Keadaan di atas menunjukkan bahwa di tingkat rumah tangga ketahanan pangan masih lemah. Penyebab utama lemahnya ketahanan pangan tersebut adalah kemiskinan yang menyebabkan bukan hanya keluarga tidak mampu membeli pangan untuk mencukupi kebutuhan minimum mereka, tetapi juga rendahnya pengetahuan mengenai pangan yang ikut menyumbang terhadap status gizi seseorang. Jangan dilupakan pula di sini terabaikannya status sosial-ekonomi perempuan sebagai ibu yang sangat berperan dalam mengolah pangan (Ninuk, 2004). Krisis ekonomi yang melanda Indonesia mengakibatkan terjadi peningkatan jumlah penduduk miskin. Sejak tahun 1996–1998 data BPS menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin meningkat sekitar 60% atau sekitar 4,4 juta jiwa di perkotaan dan 9,6 juta di pedesaan, namun pada akhir tahun 1998 jumlah penduduk miskin mencapai 49,5 juta dan 31,9 juta terdapat di pedesaan. Mayoritas penduduk miskin di Indonesia adalah penduduk desa dan umumnya adalah golongan nelayan, petani lahan sempit, buruh tani dan pengrajin. Keadaan di atas menunjukkan bahwa di tingkat rumah tangga ketahanan pangan masih lemah. Penyebab utama lemahnya ketahanan pangan tersebut adalah
Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008
kemiskinan yang menyebabkan bukan hanya keluarga tidak mampu membeli pangan untuk mencukupi kebutuhan minimum mereka, tetapi juga rendahnya pengetahuan mengenai pangan yang ikut menyumbang terhadap status gizi seseorang. Jangan dilupakan pula di sini terabaikannya status sosial-ekonomi perempuan sebagai ibu yang sangat berperan dalam mengolah pangan (Ninuk,2004). Kemiskinan dan ketahanan pangan merupakan dua fenomena yang saling terkait, bahkan dapat dipandang memiliki hubungan sebab akibat. Dalam hal ini kondisi ketahanan pangan yang rentan menjadi sumber kemiskinan, sebaliknya karena miskin maka ia tidak memiliki ketahanan pangan. Oleh karena itu kemiskinan dan ketahanan pangan merupakan dua hal yang tidak terpisahkan, karena satu sama lain saling berinteraksi. Dalam melangsungkan kehidupannya manusia senantiasa melakukan berbagai kegiatan atau pekerjaan fisik yang memerlukan energi (Kartasaputra, 2005). Menurut Sandra (2007) energi yang berasal dari makanan diperlukan manusia untuk metabolisme basal, aktivitas fisik dan efek makanan. Pada anak-anak dan wanita hamil atau menyusui memerlukan kebutuhan energi yang lebih besar untuk pembentukan jaringan baru (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat FKM UI, 2007). Latar belakang pendidikan seseorang merupakan salah satu unsur penting yang dapat mempengaruhi keadaan gizi karena dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi diharapkan pengetahuan atau informasi tentang gizi yang dimiliki menjadi
Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008
lebih baik. Sering masalah gizi timbul karena ketidaktahuan atau kurang informasi tentang gizi yang memadai (Berg, 1987). Menurut Sandra (2007), seseorang dengan pendidikan rendah belum tentu kurang mampu menyusun makanan yang memenuhi persyaratan gizi dibandingkan dengan orang lain yang pendidikannya lebih tinggi. Karena sekalipun berpendidikan rendah, kalau orang tersebut rajin mendengarkan atau melihat informasi tentang gizi, bukan mustahil pengetahuan gizinya akan lebih baik (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat FKM UI, 2007). Pengetahuan adalah hasil tahu yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoadmojo, 2005). Pengetahuan tentang gizi akan membantu dalam mencari berbagai alternatif pemecahan masalah kondisi gizi keluarga. Untuk menanggulangi kekurangan konsumsi yang disebabkan oleh daya beli yang rendah, perlu diusahakan peningkatan penghasilan keluarga dengan memanfaatkan pekarangan sekitar rumah (Sediaoetomo, 1999). Pentingnya pengetahuan gizi terhadap konsumsi didasari atas tiga kenyataan: 1) Status gizi yang cukup adalah penting bagi kesehatan dan kesejahteraan. 2) Setiap orang hanya akan cukup gizi yang diperlukan jika makanan yang dimakan mampu menyediakan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan tubuh yang optimal, pemeliharaan dan energi. 3) Ilmu gizi memberikan fakta-fakta yang perlu sehingga penduduk dapat belajar menggunakan pangan yang baik bagi perbaikan gizi (Suhardjo, 2005).
Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008
Pengetahuan tentang gizi sangat diperlukan agar dapat mengatasi masalahmasalah yang timbul akibat konsumsi gizi. Wanita khususnya ibu sebagai orang yang bertanggung jawab terhadap konsumsi makanan bagi keluarga. Ibu harus memiliki pengetahuan tentang gizi baik diperoleh melalui pendidikan formal, maupun non formal (Berg, 1986). Dewasa ini, pemberian atau penyajian makanan keluarga di kota masih kurang mencukupi. Kebanyakan keluarga telah merasa lega kalau sudah mengkonsumsi makanan pokok (Kartasapoetra, 2005). Keadaan ini menimbulkan masalah kurang gizi. Status kesehatan adalah kondisi kesehatan individu dilihat dari keadaan fisik dan
kesakitan. Permasalahan utama dalam kesehatan ibu saat ini adalah adalah
tingginya angka kematian ibu. Status kesehatan ibu hamil dapat ditingkatkan dengan melaksanakan pemeliharaan kehamilan yang sering disebut dengan Ante Natal Care (ANC). ANC
merupakan salah satu faktor yang amat perlu diperhatikan untuk
mencegah terjadinya komplikasi. Standar ANC
terdiri dari 7 langkah, yaitu:
pengukuran tinggi badan-berat badan, pengukuran tinggi fundus uteri, pengukuran tekanan darah, pemberian tablet zat besi, pemberian imunisasi tetanus toksoid, tapis penyakit menular seksual dan pelaksanaan temu bicara (Manuaba, 2000). ANC dapat mendeteksi kelainan-kelainan pada ibu, misalnya: penyakit yang diderita yaitu penyakit infeksi (TBC, Diare, Malaria), masalah gizi (anemia, kekurangan energi kronis) dan faktor resiko lain yang berhubungan dengan obstetri. Kaitan infeksi dengan keadaan gizi kurang merupakan hubungan timbal balik. Penyakit infeksi dapat memperburuk keadaan gizi dan keadan gizi yang jelek dapat
Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008
mempermudah terkena infeksi (Supariasa, 2002). Mekanisme patologis infeksi dengan malnutrisi yaitu: a. Penurunan asupan gizi akibat kurangnya nafsu makan, menurunnya absorbsi dan kebiasaan mengurangi makanan pada saat sakit. b. Peningkatan kehilangan cairan/zat gizi akibat penyakit diare, mual/muntah dan perdarahan yang terus-menerus. Meningkatnya kebutuhan, baik dari peningkatan kebutuhan akibat sakit (human host) dan parasit yang terdapat dalam tubuh. Ada lima tahapan patogenesis gizi kurang yang pertama ketidak cukupan gizi. Apabila ketidakcukupan gizi berlangsung lama maka persediaan/cadangan jaringan akan digunakan untuk memenuhi ketidakcukupan. Kedua, apabila berlangsung lama, maka akan terjadi kemerosotan jaringan yang ditandai penurunan berat badan. Ketiga, terjadi perubahan biokimia yang dapat dideteksi dengan pemeriksaan laboratorium. Keempat, terjadi perubahan fungsi yang ditandai dengan tanda yang khas. Kelima, terjadi perubahan anatomi yang dapat dilihat dari munculnya tanda yang klasik (Supariasa, 2002). Riwayat kesehatan ibu hamil dapat dipantau melalui pemeriksaan kehamilan. ANC yang teratur dapat menurunkan kejadian KEK. ANC di pedesaan dapat dilakukan di sarana kesehatan masyarakat yaitu Puskesmas, Polindes dan Posyandu. Mutu dan keterjangkauan pelayanan kesehatan berperan dalam peningkatan status kesehatan ibu hamil. Dipandang dari segi fisik, persebaran sarana pelayanan kesehatan baik Puskesmas, Rumah Sakit maupun sarana kesehatan lain termasuk sarana penunjang kesehatan lain sudah merata ke seluruh pelosok Indonesia. Akan
Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008
tetapi persebaran fisik tersebut tidak diikuti sepenuhnya peningkatan mutu layanan dan keterjangkauan oleh seluruh lapisan masyarakat (Depkes, 1999).
2.3.
Landasan Teori Status gizi ibu ditentukan oleh keadaan kesehatan, sosial ekonomi, tingkat
aktifitas fisik, asupan pangan dan pernah tidaknya terjangkit penyakit infeksi. Dalam Supariasa (2002), Call dan Levinson (1871), faktor-faktor yang menimbulkan masalah gizi adalah konsumsi makanan dan kesehatan. Hal-hal yang mempengaruhi konsumsi makanan adalah zat gizi dalam makanan, ada tidaknya program pemberian makanan diluar keluarga, daya beli keluarga, pengetahuan gizi, kebiasaan makan. Daya beli keluarga, kebiasaan makan, pemeliharaan kesehatan serta lingkungan fisik dan sosial, erat kaitannya dengan kesehatan. Menurut Daly et al (1979), faktor-faktor yang berhubungan dengan keadaan gizi mempunyai dimensi yang sangat komplek. Model faktor yang berhubungan dengan keadaan gizi adalah konsumsi makanan dan tingkat kesehatan. Konsumsi makanan dipengaruhi oleh pendapatan, kemampuan sosial, kemampuan keluarga menggunakan
makanan dan tersedianya bahan pangan. Persediaan makanan di
rumah tangga dipengaruhi kemiskinan dan kurang pengetahuan. Menurut Johnson (1992), model interelasi status gizi adalah kecukupan makanan, ketahanan makanan keluarga dan keadaan kesehatan. (Supariasa, 2002).
Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008
2.4.
Kerangka Konsep Berdasarkan landasan teori, maka peneliti merumuskan kerangka konsep
penelitian sebagai berikut: Variabel Independen
Variabel Dependen
Pola Konsumsi Makan Ketersediaan Pangan Kejadian KEK Pengetahuan Gizi Status Kesehatan
Gambar 2.1. Kerangka Konsep
Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian adalah observasional dengan rancangan Case Control Study bertujuan menilai hubungan paparan penyakit dengan cara menentukan sekelompok kasus dan sekelompok kontrol lalu membandingkan frekuensi paparan. Case Control Study dilakukan dengan memilih kelompok-kelompok penelitian berdasarkan status penyakit, satu kelompok dengan penyakit (kasus) dan kelompok lainnya tanpa penyakit atau kontrol (Murti, 2003). Penelitian Case Control Study dapat digunakan untuk mencari hubungan faktor risiko dengan terjadinya penyakit.
Penelitian ini untuk menjelaskan hubungan
variabel pola konsumsi makan, ketersediaan pangan, pengetahuan gizi, dan status kesehatan dengan kejadian KEK ibu hamil di Kabupaten Simalungun 2008.
3.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di tiga wilayah kerja Puskesmas Kabupaten Simalungun yaitu: Puskesmas Tapian Dolok, Puskesmas Batu Anam/Siantar dan Puskesmas Jorlang Hataran/Tigabalata. Alasan pemilihan tempat adalah tingginya angka risiko Kekurangan Energi Kronis di wilayah kerja Puskesmas tersebut. Penelitian ini mulai Oktober 2007 sampai Juni 2008.
Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008
3.3.
Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang tinggal di tiga
wilayah kerja Puskesmas Kabupaten Simalungun pada periode pengumpulan data diantaranya : 1. Puskesmas Purba Sari (Tapian Dolok) sebanyak 967 jiwa. 2. Puskesmas Batu Anam (Siantar) sebanyak 1029 jiwa. 3. Puskesmas Jorlang Hataran (Tigabalata) sebanyak 565 jiwa. Jumlah populasi keseluruhan adalah 2561 jiwa (Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Simalungun, 2007). Penentuan besar sampel dilakukan dengan menggunakan Rumus Lemeshow sebagai berikut: (Sastroasmoro, 2000) ⎡ ⎤ ⎢ zα / 2 + zβ PQ ⎥ ⎥ n=⎢ 1⎞ ⎛ ⎢ ⎥ ⎜P − ⎟ ⎢ ⎥ 2⎠ ⎝ ⎣ ⎦
2
dan
P=
R 1+ R
Keterangan: n = Jumlah sampel zα = Tingkat kemaknaan (1,96) zβ = Tingkat kekuatan (0,842) P = Proporsi dari populasi
Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008
Q = 1-P R = Odd Ratio diperkirakan 2 Dari rumus di atas, maka dilakukan perhitungan sebagai berikut: P=
2 2 = 1+ 2 3 2
⎡1.96 + 0.842 2 x 1 ⎤ 3 3⎥ 2 = 68.9 n=⎢ ⎥ ⎢ 2 −1 3 3 ⎥⎦ ⎢⎣
(
)
Dari hasil perhitungan diperoleh sampel pada penelitian ini sebanyak 70 orang untuk kasus dan 70 orang untuk kontrol. Jadi jumlah sampel keseluruhan adalah 140 responden. Besar sampel setiap Puskesmas ditentukan dengan menggunakan metode alokasi atau proportional allocation method, yaitu: nh =
Nh n N
Keterangan: nh
= Besar sampel setiap Puskesmas.
Nh
= Besar populasi setiap Puskesmas.
n
= Besar sampel ketiga Puskesmas terpilih.
N
= Besar populasi ketiga Puskesmas terpilih
Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008
Tabel 3.1 Perhitungan Sampel yang Diperlukan Berdasarkan Lokasi Penelitian Kecamatan/ Puskesmas
Populasi
Purba Sari/Tapian Dolok
967
Siantar/Batu Anam
1029
Jorlang Hataran/Tiga Balata
565
Jumlah
Sampel Nh n) ( nh = N 967 nh = 76= 26 2561
nh = nh =
2561
1029 76 = 29 2561
565 76 = 15 2561 70
Dari hasil perhitungan yang dilakukan maka jumlah sampel: 1. Puskesmas Purba Sari Kecamatan Tapian Dolok sebanyak 26 kasus dan 26 kontrol 2. Puskesmas Batu Anam Kecamatan Siantar sebanyak 29 kasus dan 29 kontrol 3. Puskesmas Tiga Balata Kecamatan Jorlang Hataran sebanyak 15 kasus dan 15 kontrol Pengambilan kontrol dilakukan dengan perbandingan satu kasus dan satu kontrol. Untuk memperkecil faktor perancu di antara kasus dan kontrol dilakukan penyesuaian umur responden dan tempat tinggal. Kasus adalah ibu hamil dengan ukuran LILA kurang 23,5 cm (KEK) sedangkan kontrol adalah ibu hamil dengan ukuran LILA ≥ 23,5 cm ( tanpa KEK). Kriteria inklusi kasus dan kontrol adalah usia kehamilan di atas 12 minggu.
Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008
3.4.
Metode Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Pengumpulan data dan pengukuran LILA dan IMT dilakukan oleh peneliti sendiri dibantu Tenaga Petugas Gizi Puskesmas sebanyak tiga orang. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan alat kuesioner meliputi: 1. Pola makan (jenis, frekuensi dan jumlah zat gizi yaitu kalori/protein) 2. Ketersediaan pangan 3. Pengetahuan gizi 4. Status kesehatan 5. Karateristik ibu hamil (usia, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, usia kehamilan, dan paritas ) 6. Data antropometri ibu hamil (LILA) Uji validitas dan reliabilitas kuesioner dilakukan di tiga puskesmas (Puskesmas Bangun, Puskesmas Tiga Dolok dan Puskesmas Simarimbun) Kabupaten Simalungun dengan melibatkan 30 responden. Untuk menguji kehandalan instrumen dilakukan uji ketepatan (validitas) dan uji ketelitian (reliabilitas). Untuk memperoleh hasil uji validitas digunakan koefisien corrected item-total correlation. Sedangkan untuk memperoleh hasil uji reliabilitas dilakukan dengan uji koefisien menggunakan uji Cronbach (Cronbach Alpha). Menurut Ghozali (2005) dan Kuncoro (2003) suatu variabel dikatakan valid jika nilai Corrected Item-Total Correlation > 0,361 dan dikatakan reliabel jika memberikan nilai cronbach alpha > 0,80. Dari uji yang
Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008
dilakukan, koefisien alpha yang diperoleh menunjukkan bahwa pengukuran yang dilakukan dalam penelitian ini cukup valid dan reliabel (data terlampir). Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari catatan atau dokumen di Dinas Kabupaten Simalungun mencakup gambaran umum Puskesmas, data demografi dan geografis wilayah penelitian.
3.5. Variabel dan Definisi Operasional
Variabel independen atau terikat terdiri dari: 1. Pola konsumsi makan adalah jumlah kalori/protein, jenis makanan yang dikonsumsi dan frekuensi makan ibu hamil dalam jangka waktu tertentu. 2. Ketersediaan pangan adalah keadaan pangan keluarga ibu hamil yang tersedia dalam tiga bulan terakhir berdasarkan skor yang ditentukan. 3. Pengetahuan gizi ibu adalah gambaran pemahaman ibu tentang
gizi yang
dihitung berdasarkan skor tertentu dari aspek yang dinilai 4. Status kesehatan adalah kondisi kesehatan ibu hamil berdasarkan jenis penyakit infeksi yang pernah dialami ibu hamil dan lama sakit dalam tiga bulan terakhir berdasarkan skor yang telah ditentukan. Variabel Dependen Kejadian KEK adalah keadaan ibu hamil dengan ukuran LILA kurang dari 23,5 cm.
Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008
3.6. Metode Pengukuran
Metode pengukuran yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: Tabel 3.2 Variabel Independen Penelitian No 1
2
Variabel Independen Pola konsumsi makan
Kategori
1. Baik 2. Cukup 3. Kurang 4. Buruk Ketersediaan 1. Terjamin Pangan
2. Rawan tanpa kelaparan
3. Rawan kelaparan tingkat sedang 4. Rawan kelaparan tingkat berat 3
Pengetahuan
1. Kurang 2. Cukup 3. Baik
4
Status Kesehatan
1. Baik 0. Tidak baik
Range
Cara Ukur
≥ 100 % AKG 80-99 % AKG 70-80 % AKG < 70 % AKG 2 dari 18 pertanyaan dijawab dengan: sering/kadangkadang, ya dan hampir setiap bulan/beberapa bulan tetapi tidak setiap bulan. 3-5 dari 18 pertanyaan dijawab dengan: sering/kadang-kadang, ya dan hampir setiap bulan/beberapa bulan tetapi tidak setiap bulan. 6-8 dari 18 pertanyaan dijawab dengan: sering/kadang-kadang, ya dan hampir setiap bulan/beberapa bulan tetapi tidak setiap bulan. Lebih dari 9 dari 18 pertanyaan dijawab dengan: sering/kadang-kadang, ya dan hampir setiap bulan/beberapa bulan tetapi tidak setiap bulan. < 60 % 60 – 80% > 90% (Baliwati, 2004)
Wawancara Metode Food Recall 3x24 jam. Wawancara dengan pedoman kuesioner (sumber Gary Bickel, dkk USDA,2000) yang telah di persiapkan.
Tidak ada Ada
Wawancara dengan pedoman kuesioner yang telah di persiapkan. Wawancara dengan pedoman kuesioner yang telah di persiapkan.
Skala Ukur Ordinal
Ordinal
Ordinal
Nominal
Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008
Variabel Dependen Kejadian KEK
Tabel 3.3 Variabel Dependen Penelitian Kategori Range Cara Ukur
1. Ada 0. Tidak ada
< 23,5 cm ≥ 23,5 cm
Pengukuran LILA
Skala Ukur
Nominal
3.7. Metode Analisis Data
Uji yang digunakan adalah uji regresi logistik ganda. Uji regresi digunakan untuk meramalkan suatu variabel atau beberapa variabel lain dalam suatu persamaan. Uji regresi logistik ganda digunakan pada data dengan lebih dari satu variabel tergantung berskala kategori dengan variabel tergantung berskala kategori yang dummy (Cornelius, 2004).
Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008
BAB 4 HASIL PENELITIAN
4.1.
Gambaran Umum dan Keadaan Wilayah
Kabupaten Simalungun terletak antara 02° 36' - 03° 18' Lintang Utara dan 98° 32' - 99° 35' Bujur Timur, dan berbatasan dengan lima kabupaten yaitu: kabupaten Serdang Bedagai, kabupaten Karo, kabupaten Tobasa, kabupaten Samosir dan kabupaten Asahan. Luas wilayah adalah 4.386,6 km2 atau 6,12 % dari luas wilayah provinsi Sumatera Utara. Jumlah penduduk sebanyak 831.664 jiwa, laki-laki 416.510 dan perempuan 415.154 jiwa. Jumlah kecamatan sebanyak 33 kecamatan, terdiri dari 302 desa/nagari dan 21 kelurahan, dengan jarak rata-rata ibukota kecamatan ke ibukota kabupaten antara 13 km sampai dengan 97 km. Dari 323 desa/kelurahan di kabupaten Simalungun sebanyak 259 desa/kelurahan merupakan desa swasembada dan 64 desa swakarsa. Sarana kesehatan yang tersedia terdiri dari rumah sakit dan puskesmas. Rumah Sakit berjumlah 7 buah yakni dua RS Pemerintah, tiga RS Swasta, dua)RS Perkebunan. Sarana kesehatan
tingkat kecamatan yakni puskesmas terdapat di
seluruh kecamatan dengan jumlah 33 buah. Sementara tenaga medis yang ada: dokter umum berjumlah 58 orang, dokter spesialis sebanyak 1 orang dan dokter gigi sebanyak 23 orang. Di setiap Puskesmas terdapat satu atau dua orang Tenaga Petugas Gizi (TPG). Jumlah TPG di Kabupaten Simalungun sebanyak 36 orang. Program Gizi Masyarakat
Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008
termasuk dalam Program Wajib Puskesmas yang terdiri dari Promosi Kesehatan, Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Ibu dan Anak, Gizi Masyarakat, Penanggulangan Penyakit dan Pengobatan. Potensi ekonomi kabupaten Simalungun sebagian besar terletak pada produksi pertanian. Lahan pertanian yang subur dan luas menjadi modal utama perekonomian Simalungun dan menjadikan daerah ini lumbung padi terbesar kedua Sumatera Utara setelah Kabupaten Deli Serdang. Selain padi, daerah ini juga penghasil utama palawija. Jagung, ubi jalar, ubi kayu, dan kacang tanah menempati urutan pertama dan kedua produksi terbesar di Sumatera Utara (Profil Kab Simalungun). Sebagian besar masyarakat Simalungun mengkonsumsi bahan makanan yang berasal dari hasil pertanian sendiri seperti beras dan sayuran. Menurut data Susenas 2004, konsumsi masyarakat Simalungun untuk pemenuhan pangan 2,4 kali dibandingkan kebutuhan non pangan. Dari 33 Puskesmas yang ada di Kabupaten Simalungun, 3 Puskesmas menjadi lokasi penelitian ini. Data ketiga Puskesmas tersebut pada tabel 4.1. Tabel 4.1. Data Demografi, Geografi, Fasilitas Kesehatan dan Tenaga Kesehatan di Tiga (3) Puskesmas Kabupaten Simalungun Tahun 2008 Puskesmas Keadaan Batu Anam Purba Sari Tiga Balata
Jumlah Penduduk Luas (km2) Jumlah Desa Jumlah Pustu Jumlah Polindes Jumlah Posyandu Jumlah TPG
46.472 135,30 13 4 13 47 2
34.082 219,90 10 3 10 38 2
18.058 73,72 10 1 10 43 1
Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008
4.2.
Karakteristik Responden
Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa umur responden yang paling banyak pada kelompok umur 20-30 tahun yaitu kelompok kasus dan kelompok kontrol masing-masing 45 orang (64,3%). Suku responden mayoritas Batak sebanyak 75 orang, responden kelompok kasus 33 (47,2%), kontrol 42 (60%), kemudian diikuti suku Jawa sebanyak 56 orang, kasus 36 (51,4%) dan kontrol 20 (28,5%) dan sebagian besar agama responden adalah Islam sebanyak 71 orang, kasus 37 (52,9%) dan kontrol 34 (48,6%), Tingkat pendidikan responden terbanyak adalah SMA, kasus 29 orang (41,4%) dan kontrol 39 orang (55,7%). Pekerjaan responden mayoritas adalah ibu rumah tangga, responden kelompok kasus 41 orang (58,6%) dan kontrol 37 orang (52,9%). Pendapatan keluarga responden yang terbanyak melebihi indikator hidup layak sebanyak 94, kasus 37 (52,9%) dan kontrol 57 (81,4%). Umur kehamilan yang paling banyak pada usia trimester ke tiga (>28 minggu), kasus 39 (55,7%) dan kontrol 46 (65,7%) ibu hamil. Sebagian besar paritas responden adalah 1-2 sebanyak 75 orang yaitu kasus 37 (52,9%) dan kontrol 38 orang (54,3%) dan jarak kehamilan responden yang paling banyak ≥ 2 tahun sebanyak 77, kasus 37 orang (52,9%) dan kasus 40 orang (57,2%). Ada 23 orang responden merupakan kehamilan yang pertama yaitu 8 orang (11,4%) responden kasus dan kontrol 15 orang (21,4%). Secara rinci karakteristik responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008
Tabel 4.2. Distribusi Karakteristik Responden di Kabupaten Simalungun Tahun 2008 No 1
2
3
4
5
6
7
8
9
Karakteristik Responden Umur a. 20-30 tahun b. ≥ 30 tahun Total Suku a. Jawa b. Batak c. Melayu d. Lain-lain Total Agama a. Islam b. Protestan c. Katolik Total Tingkat Pendidikan a. SD b. SMP c. SMA d. PT Total Pekerjaan a. Petani b. Pedagang c. PNS/TNI/POLRI d. Pegawai Swasta e. Ibu Rumah Tangga Total Pendapatan a. ≥ Rp 719834 b. < Rp 719834 Total Umur Kehamilan a. 12-28 minggu b. > 28 minggu Total Paritas a. 1-2 orang b. 3-4 orang c. > 4 orang Total Jarak Kehamilan a. < 2 tahun b. ≥ 2 tahun Total
Kelompok Kasus N %
Kelompok Kontrol n %
45 25 70
64,3 35,7 100,0
45 25 70
64,3 35,7 100,0
36 33 0 1 70
51,4 47,2 0,0 1,4 100,0
20 42 1 7 70
28,6 60,0 1,4 10,0 100,0
37 27 6 70
52,9 38,6 8,6 100,0
34 32 4 70
48,6 45,7 5,7 100,0
10 30 29 1 70
14,3 42,9 41,4 1,4 100,0
7 17 39 7 70
10,0 24,3 55,7 10,0 100,0
22 3 1 3 41 70
31,4 4,3 1,4 4,3 58,6 100,0
9 5 6 13 37 70
12,9 7,1 8,6 18,6 52,9 100,0
37 33 70
52,9 47,1 100,0
57 13 70
81,4 18,6 100,0
31 39 70
44,3 55,7 100,0
24 46 70
34,3 65,7 100,0
37 22 10 70
53,6 31,9 14,5 100,0
38 26 6 70
54,3 37,1 8,6 100,0
15 40 55
21,4 57,2 100,0
25 37 62
35,7 52,9 100,0
Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008
4.3. Ukuran LILA
Data ukuran Lingkar Lengan Atas responden menurut kasus dan kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.3. Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Ukuran LILA Responden di Kabupaten Simalungun Tahun 2008 LILA N Ukuran o Kelompok Kasus Kelompok Kontrol 1 Mean 22,61 25,23 2 SD 0,57 17,99 3 Range 3,20 8,00 4 Minimum 20,00 23,50 5 Maximum 23,20 31,50
Rata-rata ukuran LILA responden kelompok kasus adalah 22,613 cm sedangkan kontrol 25,23 cm. SD kasus adalah 0,5753 dan kontrol adalah 1,7998 . Ukuran LILA minimum dan maksimum kasus 20-23,2 dengan range 3,2 dan kontrol 23,5-31,5 dengan range 8.
4.4. Pola Konsumsi Makan
Pola konsumsi responden di Kabupaten Simalungun berdasarkan jumlah energi dapat dilihat pada Tabel 4.4. Tabel 4.4. Distribusi Pola Konsumsi Makan Responden Berdasarkan jumlah Energi di Kabupaten Simalungun Tahun 2008
a. b. c. d.
Pola Konsumsi Jumlah Energi. Baik (≥ 100 %AKG) Cukup (80-99 %AKG) Kurang (70-79% AKG) Buruk (<70% AKG) Total
Kelompok Kasus n %
5 32 22 11 70
7,1 45,7 31,5 15,7 100,0
Kelompok Kontrol n %
22 28 10 10 70
31,4 40,0 14,3 14,3 100,0
Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008
Berdasarkan Tabel 4.4. dapat dilihat bahwa pola konsumsi menurut jumlah energi yang dikonsumsi responden yang terbanyak adalah kategori cukup kelompok kasus 32 (45,7%) dan kontrol sebanyak 28 orang (40,0%). Pola konsumsi responden di Kabupaten Simalungun berdasarkan jumlah protein dapat dilihat pada Tabel 4.5. Tabel 4.5. Distribusi Pola Konsumsi Makan Berdasarkan Jumlah Protein yang Dikonsumsi Responden di Kabupaten Simalungun Tahun 2008 Kelompok Kasus
Pola Konsumsi
a. b. c. d.
Jumlah Protein Baik (≥ 100% AKG) Cukup (80-99% AKG) Kurang (70-79% AKG) Buruk (<70% AKG) Total
Kelompok Kontrol
n
%
n
%
10 26 15 19 70
14,3 37,2 21,4 27,1 100,0
29 29 3 9 70
41,4 41,4 4,3 12,9 100,0
Responden yang mengkonsumsi protein paling banyak pada kelompok kasus adalah kategori cukup 26 (37,1%). Diikuti kategori buruk, 19 orang (27,1%). Jumlah protein kategori baik dan cukup pada kelompok kontrol masing-masing 29 (41,4%). Tabel 4.6.Distribusi Rata-Rata Jumlah Energi dan Protein yang Dikonsumsi Responden di Kabupaten Simalungun Tahun 2008 Kelompok Kasus Kelompok Kontrol No Ukuran
1 Mean 2 Minimum 3 Maximum
Energi
Protein
Energi
Protein
1801,5 1198,2 2614,3
54,3 27,6 83,1
2089,2 1446,9 4022,0
66,2 39,9 144,8
Berdasarkan Tabel 4.6. bahwa rata-rata jumlah energi yang dikonsumsi responden kasus adalah 1801,5 dan kontrol 2089,2.
Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008
Pola konsumsi responden berdasarkan frekuensi makan dan jenis bahan makanan pokok kabupaten Simalungun dengan menggunakan metode Food Frequency dapat dilihat pada Tabel 4.7. Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi dan Jenis Bahan Makanan Pokok Responden di Kabupaten Simalungun Tahun 2008 Jenis Bahan Makanan
Beras
Frekuensi 1-3 kali/hr 4-5 kali/hr
Total Mie
1-3 kali/mg 1-3 kali/bln
Total Roti
1-3 kali/mg 1-3 kali/bln Tidak pernah
Total Biskuit
1-3 kali/mg 1-3 kali/bln Tidak pernah
Total Ubi
1-3 kali/hr 1-3 kali/mg 1-3 kali/bln
Total
KelompokKasus n %
70 0 70 44 26 70 31 37 2 70 24 33 13 70 20 31 19 70
100,0 0,0 100,0 62,9 37,1 100,0 44,2 52,9 2,9 100,0 34,3 47,1 18,6 100,0 29,0 44,3 27,2 100,0
Kelompok Kontrol n %
67 3 70 49 21 70 42 28 0 70 37 32 1 70 17 22 31 70
95,7 4,3 100,0 70,0 29,9 100,0 60,0 40,0 0,0 100,0 52,9 45,7 1,4 100,0 24,3 31,4 44,3 100,0
Total
137 3 140 93 47 140 73 65 2 140 61 65 14 140 37 53 50 140
Berdasarkan Tabel 4.7. dapat dilihat bahwa hampir seluruh
%
97,9 2,1 100,0 66,6 33,1 100,0 52,3 46,4 1,4 100,0 43,6 46,4 10,0 100,0 26,4 37,9 35,7 100,0 responden
mengkonsumsi beras sebagai makanan pokok dengan frekuensi 1-3 kali sehari, kasus 100% dan kontrol 67 (95,7%). Mie dikonsumsi dengan frekuensi 1-3 kali per minggu kasus 44 (62,9%) dan kontrol 49 (70%). Ubi dengan frekuensi 1-3 kali per minggu sebanyak 31 (44,3%) dan kontrol 22 (31,4%), roti dan biskuit jarang dikonsumsi responden.
Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008
Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi dan Jenis Bahan Makanan Lauk Pauk pada Responden di Kabupaten Simalungun Tahun 2008 Jenis Bahan Makanan
Ayam
Frekuensi
1-3 kali/mg 1-3 kali/bln Tidak pernah Total Daging 1-3 kali/hr 1-3 kali/mg 1-3 kali/bln Tidak pernah Total Telur 1-3 kali/hr 1-3 kali/mg 1-3 kali/bln Total Ikan 1-3 kali/hr 1-3 kali/mg 1-3 kali/bln Total Udang 1-3 kali/mg 1-3 kali/bln Tidak pernah Total Cumi 1-3 kali/mg 1-3 kali/bln tidak pernah Total Tahu tempe 1-3 kali/hr 1-3 kali/mg 1-3 kali/bln Total
Kelompok Kasus n %
Kelompok Kontrol n %
Total
%
30 34 6 70 0 11 44 15 70 12 53 5 70 62 6 2 70 11 38 21 70 4 32 34 70 23 41 6 70
48 16 6 70 1 27 37
78 50 12 140 1 38 81 20 140 36 98 6 140 131 7 2 140 28 76 36 140 11 71 58 140 49 80 11 140
55,7 35,7 8,6 100,0 0,07 27,1 57,9 14,3 100,0 25,7 70,0 4,3 100,0 93,6 5,0 1,4 100,0 20,0 54,3 25,7 100,0 7,9 50,7 41,4 100,0 35 57,1 7,9 100,0
42,9 48.5 8,6 100,0 0,0 15,7 62,8 22,4 100,0 17,1 75,7 7,2 100,0 88,5 8,6 2,9 100,0 15,7 54,3 30,0 100,0 5,7 45,7 48,6 100,0 33,0 58,6 8,0 100,0
70 24 45 1 70 69 1 0 70 17 38 15 70 7 39 24 70 26 39 5 70
68,6 22,8 8,6 100,0 1,4 38,6 52,9 7,1 100,0 34,3 64,3 1,4 100,0 98,6 1,4 0,0 100,0 24,3 54,3 21,4 100,0 10,0 55,7 34,3 100,0 37,1 55,8 7,1 100,0
Berdasarkan Tabel 4.8. mayoritas responden mengkonsumsi ayam dengan frekuensi 1-3 kali perminggu baik kelompok kasus 30 (42,9%) maupun kontrol 48 orang (68,6%). Konsumsi ayam 1-3 kali perbulan sebanyak 34 kasus (48,5%) dan
Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008
kontrol 16 (22,8%). Responden sangat jarang mengkonsumsi daging. Frekuensi makan daging 1-3 kali perbulan kelompok kasus 44 (62,8%) dan kontrol 37 (52,9%). Telur dikonsumsi dengan frekuensi 1-3 kali perminggu kasus 53 (75,7%) kontrol 45 dari 70 (64,3%). Mayoritas responden mengkonsumsi ikan sebagai lauk dengan frekuensi 1-3 kali sehari, kasus 62 dari 70 (88,5%) dan kontrol 69 dari 70 (98,6%) sedangkan udang dan cumi jarang dikonsumsi.
Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi dan Jenis Bahan Makanan Sayuran Kabupaten Simalungun Tahun 2008 Jenis Bahan Makanan
Bayam
Frekuensi
1-3 kali/mg 1-3 kali/bln Total Wortel 1-3 kali/mg 1-3 kali/bln Tidak pernah Total Buncis 1-3 kali/mg 1-3 kali/bln Tidak pernah Total Kentang 1-3 kali/mg 1-3 kali/bln Total Daun Ubi 1-3 kali/hr 1-3 kali/mg 1-3 kali/bln Total Jipang 1-3 kali/mg 1-3 kali/bln Total Kangkung 1-3 kali/mg 1-3 kali/bln Total
KelompokKasus
Kelompok Kontrol
n
%
n
%
61 9 70 34 35 1 70 42 26 2 70 34 36 70 12 52 6 70 41 29 70 61 9 70
87,1 12,9 100,0 58,6 50,0 1,4 100,0 60,0 37,1 2,9 100,0 48,5 51,4 100,0 17,1 74,2 8,7 100,0 58,6 41,4 100,0 87,1 12,9 100,0
69 1 70 56 14 0 70 56 14 0 70 40 30 70 11 56 3 70 49 21 70 67 3 70
98,6 1,4 100,0 80,0 20,0 0,00 100,0 80,0 20,0 0,0 100,0 57,1 42,9 100,0 15,7 80,0 4,3 100,0 70,0 30,0 100,0 95,7 4,3 100,0
di
Total
%
130 10 140 90 49 1 140 98 40 2 140 74 66 140 23 108 9 140 90 50 140 128 12 140
92,9 7,1 100,0 64,3 35,0 0,7 100,0 69,9 28,6 1,43 100,0 52,8 47,9 100,0 32,5 77,1 6,4 100,0 64,3 35,7 100,0 91,4 8,6 100,0
Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008
Berdasarkan Tabel 4.8. responden yang mengkonsumsi bayam dengan frekuensi 1-3 kali seminggu yaitu 61 (87,1%) kasus dan 69 kontrol (98,6%). Sebagian besar responden mengkonsumsi buncis dengan frekuensi 1-3 kali perminggu sebanyak 42 kasus (60%) dan 56 kontrol (80,0%). Daun ubi dikonsumsi dengan frekuensi 1-3 kali seminggu yaitu 52 (74,2%) dan 56 kontrol (80%). Sayur jipang dikonsumsi dengan frekuensi 1-3 kali seminggu pada kelompok kasus 41 (58,6%) dan kontrol 49 (70%). Kangkung dengan frekuensi 1-3 kali perminggu, kasus 61 (87,1%) dan kontrol 67 (95,7%).
Tabel 4.10. Distribusi Frekuensi dan Jenis Bahan Makanan Buah-buahan pada Responden di Kabupaten Simalungun Tahun 2008 Jenis Bahan Makanan
Jeruk
Kelompok Kasus
Frekuensi
1-3 kali/hr 1-3 kali/mg 1-3 kali/bln Total Pisang 1-3 kali/hr 1-3 kali/mg 1-3 kali/bln Tidak pernah Total Pepaya 1-3 kali/hr 1-3 kali/mg 1-3 kali/bln Total Semangka 1-3 kali/mg 1-3 kali/bln Tidak pernah Total
KelompokKontrol
n
%
n
%
Total
%
1 32 37 70 8 46 15 1 70 9 51 10 70 19 39 12 70
1,4 45,7 52,7 100,0 11,4 65,8 21,4 1,4 100,0 12,8 72,9 14,3 100,0 27,1 55,7 17,1 100,0
6 29 35 70 10 54 6 0 70 15 48 7 70 30 31 9 70
8,6 41,4 50 100,0 14,3 77,1 8,6 0,0 100,0 21,5 68,5 10,0 100,0 42,9 44,3 12,9 100,0
7 61 72 140 18 100 21 1 140 24 89 17 40 49 70 21 140
5,0 43,6 51,4 100,0 12,9 71,4 15,0 0,7 100,0 17,1 63,6 11,3 100,0 35,0 50,0 15,0 100,0
Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008
Berdasarkan Tabel 4.10. responden yang mengkonsumsi jeruk dengan frekuensi 1-3 kali perhari, kelompok kasus hanya 1 (1,4 %) dan kontrol 6 (8,6%). Pepaya dikonsumsi dengan frekuensi 1-3 kali perminggu sebanyak 51 (72,9%) dan kontrol 48 (68,5%). Semangka dikonsumsi dengan frekuensi 1-3 kali seminggu yaitu 19, kasus (27,1%) dan 28 kontrol (40%), 1-3 kali perbulan kasus dan kelompok kontrol masing-masing sebanyak 39 responden (50,7%) dan kontrol 31 dari 70 (44,3%).
4.5.
Ketersediaan Pangan
Dalam penelitian ini, dapat dilihat distribusi ketersediaan pangan responden di Kabupaten Simalungun seperti pada Tabel 4.11. Tabel 4.11. Distribusi Ketersediaan Pangan Responden Simalungun Tahun 2008 Variabel independen
Ketersediaan Pangan a. Terjamin b. Rawan tanpa kelaparan c. Rawan kelaparan tingkat sedang Total
Kelompok Kasus n %
di Kabupaten
Kelompok Kontrol n %
8 53 9
11,4 75,7 12,9
48 20 2
68,6 28,6 2,9
70
100,0
70
100,0
Ketersediaan pangan responden kategori terjamin pada
kelompok kasus
sebanyak 8 orang dari 70 kasus (11,4%), kelompok kontrol sebanyak 48 (68,6%), rawan pangan tanpa kelaparan pada kasus 53 (75,7%), kontrol 20 (28,6%) dan ketersediaan pangan kategori rawan kelaparan tingkat sedang, kelompok kasus ada 9 (12,9%) dan kontrol hanya 2 (2,9%).
Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008
4.6. Pengetahuan Gizi
Indikator pengetahuan gizi responden dapat dilihat pada tabel 4.12. Tabel 4.12. Distribusi Indikator Pengetahuan Responden di Kabupaten Simalungun Tahun 2008 No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Indikator Pengetahuan Pola makan ibu hamil yang seimbang a. tahu b. tidak tahu Total Makanan yang mengandung zat besi a. tahu b. tidak tahu Total Manfaat makanan aneka ragam a. tahu b. tidak tahu Total Makanan yang mengandung zat tenaga a. tahu b. tidak tahu Total Porsi makan ibu hamil a. tahu b. tidak tahu Total Manfaat pemenuhan zat gizi a. tahu b. tidak tahu Total Sumber makanan untuk ibu hamil a. tahu b. tidak tahu Total Makanan yang baik dikonsumsi ibu a. tahu b. tidak tahu Total Dampak Kekurangan zat gizi a. tahu b. tidak tahu Total Pengolahan makanan yang baik a. tahu b. tidak tahu Total
Kelompok Kasus n %
Kelompok Kontrol n %
Total n
%
70
12,9 37,1 50,0
26 44 70
18,6 31,4 50,0
44 96 140
31,4 68,6 100,0
7 63
5,0 45,0
13 57
9,3 40,7
20 120
14,3 85,7
70
50,0
70
50,0
140
100,0
13 57
9,3 40,7
17 53
12,1 37,9
30 110
21,4 87,3
70
50,0
70
50,0
140
100,0
23 47
16,4 33,6
34 36
24,3 25,7
57 83
40,7 50,3
70
50,0
70
50,0
140
100,0
33 37
23,6 26,4
42 28
30,0 20,0
75 65
53,6 46,4
70
50,0
70
50,0
140
100,0
5 65
3,6 46,4
8 62
5,7 44,3
12 128
8,6 91,4
70
50,0
70
50,0
140
100,0
26 45
18,6 31,4
34 36
24,3 25,7
59 81
42,1 57,9
70
50,0
70
50,0
140
100,0
21 49
15,0 35,7
14 56
10 40
34 106
24,3 75,7
70
50,0
70
50,0
140
100,0
38 32
27,1 22,9
58 12
41,4 8,6
97 43
69,3 30,7
70
50,0
70
50,0
140
100,0
16 54
11,4 38,6
33 37
23,6 26,4
49 91
35,0 65,0
70
50,0
70
50,0
140
100,0
18 52
Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008
Berdasarkan Tabel 4.12 dapat dilihat, secara keseluruhan persentase pengetahuan responden kasus lebih rendah dibandingkan responden kontrol. Tabel 4.13. Distribusi Pengetahuan Responden di Kabupaten Simalungun Tahun 2008 Kelompok Kasus Kelompok Kontrol Total Indikator n % n % n % Pengetahuan Pengetahuan Gizi a. Baik 5 3,6 16 21 15,0 11,4 b. Cukup 35 25,0 44 79 56,4 31,5 c. Kurang 30 21,4 10 40 28,6 7,1 70 50,0 70 50,0 140 100,0 Total
Sebagian besar pengetahuan responden adalah kategori cukup yaitu kasus 35 (25%) dan kontrol 44 (31,5%). Pengetahuan kategori baik pada kasus 16 (11.4%) dan kontrol 10 (7,1%)
4.7. Status Kesehatan
Status kesehatan responden dapat dilihat pada tabel 4.14 Tabel 4.14. Distribusi Status Kesehatan Responden di Kabupaten Tahun 2008 Status Kesehatan
Penyakit infeksi a. Pernah b. Tidak Pernah Total
Kelompok Kasus n %
26 44 70
18,6 31,4 50,0
Kelompok Kontrol n %
14 56 70
10,0 40,0 50,0
Simalungun
Total n
%
40 100 140
0,29 0,71 100
Status kesehatan dilihat dari riwayat responden yang tidak pernah menderita penyakit infeksi dalam tiga bulan terakhir sebanyak 43 pada kelompok kasus (61,4%) dan 50 pada kelompok kontrol (71,4%).
Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008
Tabel 4.15. No
1
2
3
4
Distribusi Indikator Status Kesehatan Responden di Kabupaten Simalungun Tahun 2008
Jenis Penyakit
Kelompok Kasus
Penyakit Diare Pernah Tidak Pernah Total Penyakit Malaria Pernah Tidak Pernah Total Penyakit Kecacingan Pernah Tidak Pernah Total Penyakit ISPA Pernah Tidak Pernah Total
Kelompok Kontrol
Total
n
%
n
%
n
%
15 55 70
10,7 39,3 50,0
7 63 70
5,0 45,0 50,0
22 118 140
0,16 0,84 100
1 69 70
0,7 49,3 50,0
0 70 70
0,0 100,0 50,0
1 69 140
0,008 0,492 100
1 69 70
0,7 49,3 50,0
0 70 70
0,0 100,0 50,0
1 69 140
0,008 0,492 100
16 54 70
11,4 38,6 50,0
4 66 70
47,1 2,9 50,0
20 120 140
0,14 0,86 100
Jenis penyakit yang diderita responden kasus dan kontrol adalah Diare, Malaria, kecacingan dan ISPA. Responden kasus lebih banyak menderita penyakit infeksi dibandingkan dengan responden kelompok kontrol. Tabel 4.16. Distribusi Frekuensi Penyakit Infeksi yang Pernah Diderita Responden Berdasarkan Lama Sakit di Kabupaten Simalungun Tahun 2008 Lama Sakit No
1 2 3 4
Jenis Penyakit
Penyakit Diare Penyakit Malaria Kecacingan Penyakit ISPA Total
n
15 1 1 16 70
Kelompok Kasus Rata-rata (hari)
2,66 hari (3 hari) 3 hari 2,687 hari (3 hari) 100,0
n
Kelompok kontrol Rata-rata (hari)
7 0 0 4 70
2,75 hari (3 hari) 2,75 hari (3 hari) 100,0
Rata-rata lama sakit responden kasus dan kontrol adalah 3 hari.
Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008
4.8.
Analisis Bivariat
Analisis univariat dilanjutkan dengan analisis bivariat untuk melihat hubungan pola konsumsi makan, ketersediaan pangan, pengetahuan gizi dan status kesehatan responden dengan kejadian KEK di Kabupaten Simalungun seperti pada Tabel 4.17. Tabel 4.17. Distribusi Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan dan Status Kesehatan Responden yang berhubungan dengan KEK di Kabupaten Simalungun Tahun 2008 Variabel Kelompok Kelompok Sig OR CI 95% No
Independen
1
Pola Konsumsi Jumlah Energi a. Tidak Baik b.Baik Pola Konsumsi Jumlah Protein a. Tidak Baik b.Baik Ketersediaan Pangan a.Rawan Pangan b.Terjamin Pengetahuan Gizi a. Tidak Baik b. Baik Status Kesehatan a. Tidak Baik b. Baik
2.
3.
4
5
n
Kasus %
Kontrol n %
37 33
26,4 23,6
20 50
14,3 35,7
0,037
2,230
1,108-4,487
36 34
25,7 24,3
12 58
8,6 41,4
0,000
4,565
2,096-9,943
62 8
44,3 5,7
22 48
15,5 34,3
0,000
16,364
6,69-39,999
65 5
46,4 3,6
54 16
25,7 24,3
0,009
3,852
1,325-11,197
44 26
31,4 18,6
56 14
80,0 20,0
0,040
2,364
1,105-5,056
Berdasarkan Tabel 4.17. terlihat hubungan pola konsumsi menurut jumlah energi yang dikonsumsi dengan kejadian KEK. Jumlah energi yang dikonsumsi kategori baik pada responden kelompok kasus 33 (23,6%), kontrol 50 (35,7%)
Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008
sedangkan jumlah energi yang dikonsumsi kategori tidak baik, kasus 37 (26,4%). kontrol 20 (14,3%). Hubungan pola konsumsi dengan kejadian KEK menurut jumlah energi yang dikonsumsi responden diperoleh nilai sig = 0,037. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara jumlah energi yang dikonsumsi dengan kejadian KEK (sig<0,05). Nilai OR 2,230 artinya responden yang mengkonsumsi energi kategori kurang, memiliki peluang 2,230 kali menderita KEK dibandingkan dengan responden yang mengkonsumsi energi kategori baik. Pola konsumsi menurut jumlah protein yang dikonsumsi kategori baik, kasus 34 (24,3%), kontrol 58 (41,4%) sedangkan jumlah protein yang dikonsumsi kategori tidak baik, kasus 36 (25,7%), kontrol 12 (8,6%). Hubungan pola konsumsi dengan kejadian KEK yaitu jumlah protein yang dikonsumsi responden diperoleh nilai sig = 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara jumlah protein yang dikonsumsi dengan kejadian KEK (sig <0,05). Nilai OR 4,565 artinya responden yang mengkonsumsi protein kategori tidak baik (kurang), memiliki peluang 4,565 kali menderita KEK dibandingkan dengan responden yang mengkonsumsi jumlah protein yang baik. Hubungan ketersediaan pangan dengan KEK dapat dilihat bahwa responden kelompok kasus yang mempunyai ketersediaan pangan terjamin sebanyak 8 (5,7%) dan kontrol 48 (34,3%) sedangkan kasus yang mempunyai ketersediaan pangan tidak terjamin sebanyak 62 (44,3%) dan responden kelompok kontrol 22 (15,7%).
Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008
Hasil uji bivariat menunjukkan bahwa nilai sig=0,000 (p<0,05) Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara ketersediaan pangan dengan kejadian KEK (sig <0,05). Nilai OR 16,364 artinya responden yang memiliki ketersediaan pangan dengan kategori rawan memiliki peluang 16,364 kali menderita KEK dibandingkan responden dengan ketersediaan pangan yang terjamin. Hubungan pengetahuan gizi dengan KEK dapat dilihat bahwa responden kelompok kasus yang mempunyai pengetahuan gizi kategori baik adalah 5 (3,6%) dan kontrol 16 (24,3%) sedangkan kasus yang mempunyai pengetahuan gizi kategori tidak baik adalah 65 (46,4%) dan kontrol 54 (25,7%) . Hasil uji bivariat menunjukkan bahwa nilai sig=0,009 (sig<0,05) Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan gizi dengan kejadian KEK (sig<0,05). Nilai OR 3,852 artinya responden yang memiliki pengetahuan kategori kurang, memiliki peluang 3,852 kali menderita KEK dibandingkan dengan responden yang memiliki pengetahuan kategori baik Hubungan penyakit infeksi dengan KEK adalah responden kelompok kasus yang pernah menderita penyakit infeksi dalam tiga bulan terakhir (status kesehatan yang tidak baik) adalah 44 (31,4%) dan kontrol 56 (35,7%) sedangkan responden kelompok kasus tidak pernah mengalami penyakit infeksi (status kesehatan baik) adalah 26 dari 70 (18,6%) dan kontrol 14 (35,7%). Hasil uji bivariat menunjukkan bahwa nilai sig=0,040 (sig<0,05) Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara penyakit infeksi dengan kejadian KEK (sig <0,05). Nilai OR 2,364 artinya responden yang pernah mengalami
Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008
infeksi dalam tiga bulan terakhir, memiliki peluang 2,364 kali menderita KEK dibandingkan dengan responden yang tidak pernah menderita infeksi dalam tiga bulan terakhir.
4.9.
Analisis Multivariat
Analisis multivariat digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian KEK. Uji regresi logistik ganda untuk mencari faktor yang lebih dominan berhubungan dengan kejadian KEK Tahapan analisis multivariat meliputi: pemilihan variabel kandidat multivariat, pembuatan model dan analisis interaksi. Pemilihan variabel kandidat multivariat dilakukan dengan analisis bivariat logistik sederhana. Dalam penelitian ini ada lima variabel yang diduga berhubungan dengan kejadian KEK yaitu pola konsumsi menurut energi dan protein, ketersediaan pangan, pengetahuan gizi, dan status kesehatan. Menurut Mickey dan Greeland (1989), bahwa nilai sig <0,25 dan mempunyai kemaknaan secara substansi dapat dijadikan sebagai kandidat dimasukkan ke dalam model multivariat. Hasil uji bivariat menunjukkan bahwa seluruh variabel (sig<0,25) masuk ke model multivariat. Kemudian dilakukan pembuatan model faktor penentu kejadian KEK yang lebih dominan. Dalam model ini semua variabel kandidat dicoba bersama-sama. Model terbaik dipertimbangkan dengan dua kriteria nilai signifikansi (sig ≤0,05). Semua variabel merupakan kandidat untuk analisis multivariat. Kemudian dilakukan analisa
Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008
multivariat logistik sederhana dengan mengikutkan seluruh variabel. Semua variabel independen dimasukkan ke dalam model, kemudian variabel yang p tidak signifikan dikeluarkan dari model secara berurutan dimulai dari sig yang terbesar. Hasil analisis model pertama hubungan semua variabel yang meliputi: pola konsumsi menurut energi, pola konsumsi menurut protein, ketersediaan pangan, pengetahuan gizi, dan status kesehatan dapat dilihat seperti pada Tabel 4.18: Tabel 4.18. Hasil Analisis Multivariat Hubungan Pola Konsumsi, Pengetahuan Gizi dan Status Kesehatan dengan Kejadian KEK Sig No. Variabel Independen
1. 2. 3. 4. 5.
Pola konsumsi menurut jumlah energi Pola konsumsi menurut jumlah protein Ketersediaan Pangan Pengetahuan gizi Status Kesehatan
0,978 0,006 0.000 0,076 0,329
Kemudian dilakukan analisis regresi log tanpa variabel pola konsumsi menurut jumlah energi. Hasil analisis tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.19. Tabel 4.19. Hasil Analisis Multivariat Hubungan Pola Konsumsi, Pengetahuan Gizi dan Status Kesehatan dengan Kejadian KEK Sig No. Variabel Independen
1. 2. 3. 4
Pola konsumsi menurut jumlah protein Ketersediaan Pangan Pengetahuan gizi Status Kesehatan
0,002 0,000 0,076 0,328
Dari Tabel 4.19 dapat dilihat bahwa ketersediaan pangan mempunyai hubungan yang paling dominan terhadap kejadian KEK dengan nilai sig 0.000 (sig < 0,05).
Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008
BAB 5 PEMBAHASAN
Kebutuhan gizi sangat perlu sebelum dan selama hamil karena kehamilan menyebabkan peningkatan metabolisme energi dan zat gizi lainnya. Status gizi ibu sebelum dan selama hamil mempunyai peranan kuat dalam usaha penurunan atau menghambat kematian ibu dan anak. Dengan gizi ibu normal sebelum dan selama hamil kemungkinan besar akan melahirkan bayi yang sehat.
5.1.
Beberapa faktor yang berhubungan dengan kejadian KEK
Menurut Supariasa (2002) kejadian KEK adalah keadaan kekurangan asupan energi yang berlangsung lama yang dapat diketahui melalui pengukuran LILA. KEK digunakan untuk menggambarkan keadaan kurang energi yang lebih menonjol daripada kurang protein (Baliwaty, 2004). Menurut Atmarita (2002), faktor yang mempengaruhi memburuknya keadaan gizi, yaitu pelayanan kesehatan yang tidak memadai, penyakit infeksi, pola asuh dan konsumsi makanan yang kurang yang pada akhirnya berdampak pada kematian.
1.
Pola Konsumsi Makan
Menurut Baliwaty (2004), masalah gizi merupakan gangguan pada beberapa segi kesejahteraan perorangan atau masyarakat yang disebabkan oleh tidak terpenuhinya kebutuhan akan zat gizi yang diperoleh dari makanan. Masalah gizi erat dengan masalah pangan. Masalah gizi di masyarakat dapat diketahui melalui
Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008
pengukuran konsumsi pangan. Pengukuran konsumsi makanan sangat penting untuk mengetahui kenyataan makanan yang dimakan oleh masyarakat dan hal ini dapat berguna untuk mengukur status gizi dan menemukan faktor diet yang dapat menyebabkan malnutrisi (Supariasa, 2002). Pengukuran pola konsumsi makanan ibu hamil di kabupaten Simalungun dilakukan dengan metode food recall 24 jam selama tiga hari. Prinsip metode ini mencatat jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu. Wawancara dilakukan oleh petugas yang sudah terlatih dengan menggunakan kuesioner terstruktur. Hasil recall 24 jam ini cenderung bersifat kualitatif oleh karena itu untuk mendapatkan data kuantitatif, jumlah konsumsi makan individu ditanyakan secara teliti dengan menggunakan alat Ukuran Rumah Tangga atau URT (sendok, gelas, piring dan lain-lain). Data yang terkumpul diolah dengan menggunakan bantuan
program
nutrisurvey. Hasilnya menunjukkan bahwa pola konsumsi ibu hamil menurut jumlah energi yang dikonsumsi mayoritas pada kategori cukup, baik pada kelompok kasus maupun kontrol. Demikian halnya dengan jumlah protein yang dikonsumsi masih kategori cukup. Rata-rata energi dan protein yang dikonsumsi responden masih dibawah angka kecukupan gizi yang dianjurkan. Hal ini kemungkinan disebabkan makanan yang dikonsumsi kurang bervariasi. Hal ini dapat dilihat dari hasil Food Frequency Questionnaire Methode. Food Frequency Questionnaire Methode pada penelitian ini berguna untuk memperoleh data tentang frekuensi konsumsi bahan makanan selama 1 bulan
Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008
terakhir. Kuesioner frekuensi makan memuat tentang daftar bahan makanan dan frekuensi penggunaan makanan. Kekurangan metode ini adalah tidak dapat menghitung intake zat gizi per hari. Bahan makanan pokok di Indonesia adalah beras (Sediaoetama, 1999). Demikian
halnya
di
Kabupaten
Simalungun,
hampir
seluruh
ibu
hamil
mengkonsumsi beras dengan frekuensi 1-3 kali sehari. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kurangnya variasi makan karena masyarakat Simalungun cenderung mengkonsumsi bahan makanan yang berasal dari hasil pertaniannya yaitu makanan pokok dan sayuran. Bahan makanan sumber protein yaitu daging, ayam dan telur masih jarang dikonsumsi ibu hamil. Demikian halnya dengan susu sangat jarang sekali dikonsumsi. Hal ini dapat berakibat masalah gizi kurang. Karena tidak ada makanan yang menyediakan zat gizi yang lengkap. Aneka ragam makanan dapat menghindari masalah tersebut. Kemungkinan hal ini disebabkan kondisi wilayah Simalungun yang sebagian besar kecamatan mengadakan pasar yang dibuka sekali seminggu dan jarak antara desa dengan pasar kurang lebih 10 km. Jadi masyarakat mempersiapkan kebutuhan sehari-hari yang diperkirakan cukup untuk keperluan keluarga selama seminggu. Kabupaten Simalungun memiliki pertanian yang luas dan penghasil buah dan sayuran. Sayuran yang paling sering dikonsumsi adalah daun ubi sedangkan bayam, wortel, buncis dan kentang jarang dikonsumsi ibu hamil. Buah-buahan yang paling sering dikonsumsi adalah pisang. Variasi bahan makanan sayuran dan buah-buahan
Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008
masih kurang. Hal ini dikaitkan dengan pengetahuan responden tentang manfaat aneka ragam makanan masih rendah, terlihat dari 70 responden kasus hanya 13 (9,3%) yang tahu manfaat aneka ragam makanan dan 17 (12,1%) dari 70 responden kontrol yang tahu manfaat aneka ragam makanan tersebut. Pada penelitian ini terlihat, pola konsumsi energi yaitu responden kelompok kasus yang mengkonsumsi energi kategori baik hanya 11 (15,7%) sedangkan kontrol sebanyak 22 orang (31,4%). Persentase jumlah energi yang dikonsumsi responden kelompok kasus lebih rendah dibandingkan responden kelompok kontrol. Konsumsi protein yang baik dan cukup pada kelompok kasus 34 orang (48,5%) dan kontrol sebanyak 58 orang (82,8%). Walaupun jumlah energi telah cukup, tetapi bila tidak didukung dengan pengetahuan yang cukup tentang gizi maka dapat mengakibatkan masalah gizi. Pengetahuan ibu hamil di kabupaten Simalungun mayoritas dalam kategori kurang dan cukup pada kelompok kasus. Pengetahuan kategori baik pada kelompok kasus hanya 5 (3,6%) dan kontrol sebanyak 16 (11,6%). Menurut Khumaidi, (1994) tidak ada satu jenis makanan yang lengkap mengandung seluruh jenis zat gizi yang diperlukan tubuh. Menurut Depkes, (1995) apabila konsumsi makanan sehari-hari kurang beraneka ragam, maka akan timbul ketidakseimbangan antara masukan dan kebutuhan zat gizi yang diperlukan untuk hidup sehat dan produktif. Hal ini sejalan dengan penelitian ini yang mengungkapkan bahwa makanan yang dikonsumsi ibu hamil kurang bervariasi dan rata-rata kecukupan gizi (energi dan
Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008
protein) yang masih dibawah angka kecukupan gizi yang dianjurkan merupakan salah satu penyebab kejadian KEK. Ada hubungan antara pola konsumsi makan yakni jumlah energi dan protein dengan kejadian KEK pada ibu hamil di Kabupaten Simalungun. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Adolfina (2003), studi kasus kontrol, hubungan pola asuh dan penyakit infeksi dengan kejadian kekurangan energi protein, yang menyatakan ada hubungan pola konsumsi dengan status gizi.
2.
Ketersediaan Pangan
Menurut Sudirman (2007), Ketahanan pangan merupakan suatu kondisi ketersediaan pangan yang cukup bagi setiap orang pada setiap saat dan setiap individu yang mempunyai akses untuk memperolehnya baik secara fisik maupun ekonomi. Fokus ketahanan pangan tidak hanya pada penyediaan pangan tingkat wilayah tetapi juga penyediaan dan konsumsi pangan tingkat daerah dan rumah tangga bahkan individu dalam memenuhi kebutuhan gizinya. Kinerja ketahanan pangan memang tidak ditentukan oleh melimpahmya jumlah pangan yang tersedia, tapi pada terpenuhinya pangan di tingkat rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik dalam jumlah, mutu, aman, merata dan terjangkau. Dikaitkan dengan perbaikan kualitas SDM, maka akses pada kebutuhan pokok, seperti makanan, pekerjaan, kesehatan, dan pendidikan, lebih menentukan dari pada ketersediaan pangan.
Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008
Sulawesi Selatan yang dikenal luas sebagai lumbung pangan nasional ternyata memiliki angka kejadian gizi kurang yang tinggi (Sudirman, 2007). Hal ini sesuai dengan keadaan di Simalungun, bahwa ketersediaan pangan yang melimpah bukan menjadi ukuran tidak terjadi masalah kekurangan gizi. Kabupaten Simalungun dikenal luas sebagai lumbung pangan ternyata memiliki angka kejadian gizi kurang yang tinggi yaitu kejadian KEK pada ibu hamil. Responden kelompok kasus yang memiliki ketersediaan pangan terjamin hanya 8 (11,4%) sedangkan kelompok kontrol sebanyak 48 (68,6%). Sebagian besar kelompok kasus memiliki kondisi pangan kategori rawan tanpa kelaparan dan kelaparan tingkat sedang. Ada hubungan yang sangat erat antara ketersediaan pangan dengan kejadian KEK.
3.
Pengetahuan Gizi
Pengetahuan
merupakan
faktor
yang
sangat
berpengaruh
terhadap
pengambilan keputusan. Seseorang yang memiliki pengetahuan yang baik tentang sesuatu hal, maka akan lebih cenderung mengambil keputusan yang lebih tepat berkaitan dengan masalah tersebut dibandingkan dengan yang berpengetahuan rendah. Berdasarkan analisis Blum (1978), menunjukkan bahwa status kesehatan termasuk status gizi dipengaruhi oleh faktor lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan faktor keturunan. Faktor lingkungan antara lain lingkungan fisik, biologis dan sosial memegang peranan yang terbesar dalam menentukan status
Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008
kesehatan dan gizi, selanjutnya faktor yang cukup berpengaruh adalah faktor perilaku yang berkaitan dengan pengetahuan dan pendidikan yang menentukan perilaku seseorang atau kelompok untuk berperilaku sehat atau tidak sehat (Timmreck, 2005). Menurut Harper (1986) dan Sallayanti (1977) bahwa pendidikan dapat berhubungan dengan pengetahuan gizi yang akhirnya berpengaruh terhadap konsumsi. Sanjur (1982) dalam teorinya mengatakan bahwa peran pengetahuan gizi sangat penting artinya bagi keluarga, khususnya ibu rumah tangga. Pada penelitian ini tingkat pendidikan ibu hamil atau responden lebih banyak pada tingkat SMA. Tingkat pendidikan berhubungan erat dengan pengetahuan. Ketidaktahuan tentang pemilihan bahan makanan bergizi merupakan hambatan bagi keluarga untuk memenuhi kecukupan gizi. Rendahnya pengetahuan tentang menu seimbang dapat terjadi karena belum disampaikan kepada masyarakat umum secara intensif. Penelitian Mudjianto (1996), mengatakan terjadinya masalah gizi di Wonosobo dan Semarang disebabkan oleh karena responden tidak pernah menerima penyuluhan tentang cara hidup sehat. Menurut Berg (1986), pengetahuan yang tidak memadai adalah karena tidak adanya informasi yang memadai. Masalah gizi akan bisa diatasi bila seseorang tahu bagaimana seharusnya memanfaatkan segala sumber yang dimiliki. Pada penelitian yang ini menjelaskan bahwa ada hubungan antara pengetahuan gizi dengan kejadian KEK. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Yuli (2004), hubungan pendidikan dan pengetahuan gizi ibu dengan Berat Bayi Lahir Rendah menyatakan ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan status
Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008
gizi. Pengetahuan seseorang mempengaruhi individu dalam memilih dan mengolah makanan serta menyusun menu seimbang.
4.
Status Kesehatan
Kesehatan, pendidikan dan pendapatan setiap individu merupakan tiga faktor utama yang sangat mempengaruhi kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu setiap individu berhak dan harus selalu menjaga kesehatan, yang merupakan modal utama agar dapat hidup produktif, bahagia dan sejahtera. Salah satu indikator untuk mengukur derajat kesehatan yang optimal antara lain dengan melihat unsur kualitas hidup serta unsur-unsur kematian yang mempengaruhinya, yaitu kesakitan dan status gizi (Depkes RI, 2002). Status kesehatan ibu hamil dapat diketahui dengan memeriksakan diri dan kehamilannya ke pelayanan kesehatan terdekat, puskesmas, rumah bersalin, atau poliklinik kebidanan. Pemeriksaan kehamilan yang disebut dengan Ante Natal Care (ANC) adalah memantau kemajuan kehamilan. Masalah gizi merupakan masalah yang multi dimensi. Penyebab langsung gizi kurang adalah makan tidak seimbang, baik jumlah dan mutu asupan gizinya, di samping itu asupan zat gizi tidak dapat dimanfaatkan oleh tubuh secara optimal karena adanya gangguan penyerapan akibat adanya penyakit infeksi (Atmarita, 2002). Makanan dan penyakit dapat secara langsung menyebabkan gizi kurang. Timbulnya gizi kurang tidak hanya dikarenakan asupan makanan yang kurang, tetapi juga penyakit. Ibu hamil yang mendapat cukup makanan tetapi sering menderita sakit,
Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008
pada akhirnya dapat menderita gizi kurang. Demikian pula pada ibu hamil yang tidak memperoleh cukup makan, maka daya tahan tubuhnya akan melemah dan akan mudah terserang penyakit. Penyakit atau gizi yang buruk merupakan faktor yang dapat mempengaruhi status kesehatan ibu. Menurut Scrimshaw et.al, (1959) dalam Jellife 1989, ada hubungan yang sangat erat antara infeksi (bakteri, virus, parasit) dengan malnutrisi. Ada interaksi yang sinergis antara malnutrisi dengan penyakit infeksi, dan juga infeksi akan mempengaruhi status gizi dan mempercepat malnutrisi. Menurut Suhardjo (2005), status gizi kurang dan penyakit infeksi terdapat interaksi bolak balik. Infeksi dapat menimbulkan kurang gizi, dan kurang gizi dapat mempermudah terinfeksi dengan penyakit. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ibu hamil kelompok kasus dan kontrol lebih banyak tidak pernah mengalami penyakit infeksi selama tiga bulan terakhir, kelompok kasus 44 (31,4%) dan kontrol 56 (40%). Secara statistik ada hubungan yang bermakna antara kejadian KEK dengan penyakit infeksi.
Jenis
penyakit infeksi yang dialami ibu hamil adalah Diare, Malaria dan ISPA. Ibu hamil mengalami penyakit infeksi rata-rata lama sakit 3 hari. Dari wawancara diketahui bahwa gejala penyakit yang diderita masih dalam tahap ringan. Hal ini didukung dengan penelitian Siregar (2004), pengaruh pengetahuan ibu terhadap kurang kurang kalori protein, menyatakan bahwa penyakit infeksi derajat ringan dapat memperburuk keadaan gizi.
Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008
5.2.
Faktor yang Paling Dominan Berhubungan Dengan Kejadian KEK
Ketahanan pangan menunjukkan eksistensinya, jika setiap rumah tangga selalu dapat mengakses, secara fisik maupun ekonomi, memperoleh pangan yang cukup aman dan sehat bagi seluruh anggotanya. Artinya, titik berat kondisi ketahanan pangan terletak pada tingkat rumah tangga. Ketahanan pangan ini harus mencakup aksesibilitas, ketersediaan, keamanan dan kesinambungan. Ketersediaan pangan adalah rata-rata pangan dalam jumlah yang memenuhi kebutuhan konsumsi di tingkat wilayah dan rumah tangga (Martaja, 2004). Krisis ekonomi yang dialami Indonesia pada akhir tahun 1990-an sampai sekarang telah membawa dampak negatif terhadap ketahanan pangan, kemiskinan dan status gizi masyarakat. Krisis ekonomi yang berkepanjangan menyebabkan harga-harga kebutuhan pokok meningkat tajam sehingga banyak keluarga mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan pangan yang bergizi (Sudirman,2007). Ketersediaan pangan erat kaitannya dengan pendapatan. Pendapatan pada penelitian ini dikategorikan berdasarkan indeks hidup layak. Hal ini menunjukkan bahwa keluarga ibu hamil yang memiliki pendapatan lebih rendah dari indeks hidup layak, mayoritas ketersediaanpangan dalam kategori rawan pangan. Secara statistik ada hubungan yang bermakna antara pendapatan dan ketersediaan pangan. Tersedianya pangan yang cukup dalam keluarga atau masyarakat, belum menjamin bahwa kebutuhan akan gizi setiap anggota keluarga sudah terpenuhi. (Suharjo, dkk, 1986). Menurut Sandra (2007), secara spesifik, penyebab KEK adalah ketidakseimbangan antara asupan untuk pemenuhan kebutuhan gizi dan pengeluaran
Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008
energi. Hal ini diakibatkan ketidaktersediaan pangan secara musiman di tingkat rumah tangga, distribusi di dalam rumah tangga yang tidak proporsional dan beban kerja ibu yang besar (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat FKM UI, 2007). Ketersedian pangan erat kaitannya dengan tingkat pendidikan, pengetahuan dan ketrampilan keluarga. Makin tinggi tingkat pendidikan, pengetahuan dan ketrampilan, makin baik tingkat ketahanan pangan keluarga. Hal ini sejalan dengan penelitian ini, menjelaskan bahwa ibu hamil yang pengetahuan gizi yang tidak baik mayoritas memiliki ketersediaan pangan yang rawan. Menurut Sudirman (2007), tingkat ketersediaan energi dan protein untuk dikonsumsi pada tahun 2000 masing-masing sebesar 3.038 kkal/kapita/hari dan 82,37 gr/kapita/hari. Kondisi ini melebihi tingkat rekomendasi, yaitu 2.550 kkal/kapita/hari dan 55 gr/kapita/hari (DKP, 2002). Namun, kondisi ketahanan pangan makro tersebut bisa menyesatkan karena tidak mencerminkan kondisi ketahanan pangan mikro di tingkat rumah tangga. Hal ini sejalan dengan keadaan Simalungun yang terkenal dengan lumbung padi di Sumatera Utara namun masih ditemukan angka kekurangan gizi pada WUS khususnya pada ibu hamil yang masih tergolong tinggi.
5.3.
Keterbatasan Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian ini, terdapat beberapa keterbatasan yaitu: 1.
Penelitian ini menggunakan desain case control study yakni meneliti suatu penyakit setelah terjadi sakit kemudian menyelidiki faktor penyebab (faktor
Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008
risiko). Pada penelitian ini tidak diketahui apakah paparan atau akibat yang lebih dulu timbul. Penelitian ini hanya mampu menjelaskan hubungan dan penelitian ini tidak mampu mengeksplorasi pengaruh variabel independent dengan variabel dependent. Upaya menghindari bias dilakukan pencocokan pada umur dan tempat tinggal. Salah satu kelemahan desain ini adalah keterbatasan dalam mengingat kembali kejadian yang telah lewat. Upaya mengurangi kelemahan tersebut adalah merancang pertanyaan yang mudah dimengerti responden. 2.
Pengumpulan data konsumsi makan menggunakan metode food recall 24 jam, ketepatan data tergantung daya ingat ibu hamil sebagai responden. Pengukuran frekunsi makan dengan menggunakan metode food frekuensi. Kekuarangan metoda ini mengakibatkan flat slope syndroma.
Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: a. Ada hubungan yang bermakna antara pola konsumsi makan berdasarkan jumlah energi (sig<0,05) dengan kejadian KEK. Nilai OR 2,230. b. Ada hubungan yang bermakna antara pola konsumsi makan berdasarkan jumlah protein (sig<0,05) dengan kejadian KEK. Nilai OR 4,565. c. Ada hubungan yang bermakna antara ketersediaan pangan (sig<0,05) dengan kejadian KEK. Nilai OR 16,364. d. Ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan gizi (sig<0,05) dengan kejadian KEK. Nilai OR 3,852. e. Ada hubungan yang bermakna antara penyakit infeksi (sig<0,05) dengan kejadian KEK. Nilai OR 2,364. f. Faktor yang paling dominan berhubungan dengan kejadian KEK adalah ketersediaan pangan.
6.2. Saran
6.2.1. Untuk Dinas Kesehatan Simalungun a. Pola konsumsi ibu hamil masih kurang baik dilihat dari jumlah energi protein serta variasi makanan, karena itu perlu peningkatan pengetahuan ibu hamil
Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008
tentang menu seimbang dan penganeka ragaman menu makanan melalui penyuluhan kesehatan di wilayah kerja Puskesmas. b. Perlu peningkatan pelayanan kesehatan bagi ibu hamil di sarana kesehatan baik Posyandu, Polindes maupun Puskesmas dalam upaya penanggulangan KEK ibu hamil di Kabupaten Simalungun. 6.2.2. Untuk Pemerintah Daerah Kabupaten Simalungun Kabupaten Simalungun merupakan daerah pertanian yang luas dan subur, karena itu hendaknya dapat membuat kebijakan yang berhubungan dengan pengembangan pangan lokal melalui pemanfaatan pekarangan dan lahan yang belum difungsikan untuk meningkatkan pendapatan keluarga agar tercapai ketersediaan pangan masyarakat sampai tingkat rumah tangga. 6.2.3. Untuk Peneliti Lain Faktor-faktor yang paling berhubungan dengan KEK ibu hamil di Kabupaten Simalungun adalah ketersediaan pangan. Ketersediaan pangan keluarga erat kaitannya dengan pengetahuan, pendapatan dan karakteristik individu. Oleh karena itu perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai faktor yang berhubungan dengan ketersediaan pangan dan faktor risiko KEK di Kabupaten Simalungun.
Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008
DAFTAR PUSTAKA
Adolfina,B., 2006. Hubungan Pola Asuh, dan Penyakit Infeksi dengan Kejadian Kurang Energin Protein Provinsi Maluku. Program Pasca Sarjana Surabaya. Tesis Almasyuri, dkk. 2006. Pengembangan minuman formula ibu hamil dan buteki berbasis lokal non susu. Abstrak penelitian puslitbang gizi Almatsier, S ., 2006. Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Percetakan PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Amiruddin, 2004. Studi Kasus Kontrol Faktor Biomedis Terhadap Kejadian AnemiaIbu Hamil Di Puskesmas Bantimurung Maros Staf Epidemiologi FKM Unhas Arisman., 2004. Gizi dalam Daur Kehidupan, cetakan I, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta Atmarita., 2004. Analisis Situasi Gizi dan Kesehatan Masyarakat, dalam Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi ke VIII: Ketahanan Pangan dan Gizi di era Otonomi Daerah dan Globalisasi, BPS, DepKes, Ristek, Badan POM dan Deptan, LIPI, Jakarta. Azwar, A., 2004. Kecenderungan Masalah Gizi dan Tantangan di Masa Depan. Jakarta. Badan Bimas Ketahanan Pangan Departemen Pertanian, 2004. Ketersediaan Pangan di Daerah. Baliwati, Y, F., Khoisan A ., Dwiriani, C., Swadaya Jakarta.
2004. Pangan dan Gizi. Penebar
Bayu. K., 2003. Penganeka-Ragaman Pangan: Pengalaman 40 Tahun dan Tantangan Ke Depan. Kepala Pusat Studi Pembangunan, Institut Pertanian Bogor (Psp-Ipb). Jurnal Ekonomi Rakyat. Berg, A., 1989. Peranan Gizi Dalam Pembangunan Nasional, Penerbit Rajawali Jakarta Bickel, A., 2000. Guide to Measuring Household Food Security, USDA, Alexandria.
Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008
Cornelius, T., 2004. Memecahkan Kasus Statistik Deskriptif, Parametrik dan non parametrik. Penerbit AndiYokjakarta Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat FKM UI., 2007. Gizi dan Kesehatan Masyarakat. PT Raja Grafindo Persada , Jakarta. Depkes RI., 1990. Buku Pedoman Petugas Gizi Puskesmas, Jakarta ………….., 1994. Pedoman Penggunaan Alat Ukur Lingkar Lengan Atas Pada WUS, Jakarta ………….., 2002. Pedoman Penanggulangan Kekurangan Gizi pada Ibu Hamil. Jakarta. Dinkes Simalungun., 2006 Survey Kesehatan Daerah Kabupaten Simalungun Tahun 2005 ................................, 2007. Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Simalungun Etty, S ., 1995. Kecukupan dan Mutu Konsumsi Pangan Keluarga di Desa Tertinggal dan Desa Tidak Tertinggal Kabupaten Simalungun Sumatera Utara. Tesis , program Pasca Sarjana Program Studi Ilmu Kesehata Masyarakat Universitas Indonesia. Ghozali, I. 2005, Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS, Edisi ketiga, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. Harahap, H., 2002. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Resiko Kekurangan Energi Kronik pada Wanita Usia Subur. Badan Litbang Kesehatan. Jakarta. Harper, L, J., Deaton, B, J., Judi, A, D., 1986 Pangan, Gizi dan Pertanian, Penerbit Universitas Indonesia Jakarta Hermawan, D., 2003. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Resiko Kekurangan Energi Kronik pada Wanita Usia Subur di Provinsi Nusa Tenggara Timur. IGA Putri Mahadewi, 2000. Pola Konsumsi Pangan, Paritas Dan Status Gizi Ibu Post Partum 4 Dan 6 Bulan Di Kabupaten Bantul, Yogyakarta (Consumption Pattern, Paritas and Nutritional Status During 4 and 6 Month Post Partum in Distric Bantul), Tesis UGM.
Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008
Jelliffe, B,D., Jelliffe, E,F . Jerfas, A., Neumann, C,G., 1989 . Community Nutritional Assesment with Special Reference to Less Technically developed Countries . Oxford New York Tokyo. Oxford University Press. Kartasapoetra, 2005. Ilmu Gizi korelasi gizi, kesehatan dan produktivitas Kerja. Rineka Cipta Jakarta. Khumaidi, N, 1997. Gizi Masyarakat , Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi Institut Pertanian Bogor Lubis, Z., 2003. Status Gizi Ibu Hamil Serta Pengaruhnya Terhadap Bayi Yang dilahirkan Program Pascasarjana/S3 Institut Pertanian Bogor Manuaba, I., 2000. Kesehatan Reproduksi, Buku Kedokteran EGC, Jakarta Martaja, 2005, Solidaritas Nasional Ketahanan Pangan Gizi.net - Solidaritas Nasional Ketahanan Pangan http://www.sinarharapan.co.id/berita/0510/26/opi02.html 26 Oktober 2005 Murti, B.,2003. Prinsip dan Metode Riset Epidemiologijilid I. Penerbit Gajah Mada University Press. Notoatmodjo, S., 2005. Promosi Kesehatan Tiori dan Aplikasi. Penerbit Rineka Cipta Jakarta Ninuk, M, P.,. 2004. Menjembatani Kesenjangan Ketersediaan dan Akses Pangan Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII Paath, E,F., Rumdasih., Heriati., 2005. Gizi dalam Kesehatan Reproduksi. Cetakan I. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta . Ridwan A., Wahyuddin, 2004. Studi Kasus Kontrol Faktor Biomedis Terhadap Kejadian Anemia Ibu Hamil Di Puskesmas Bantimurung Maros, Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin. Satroasmoro., 2000. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI Jakarta. Sediaoetama, AD., 2006. Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa dan Profesi. Jilid II. Cetakan VI. Penerbit PT Dian Rakyat. Jakarta.
Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008
Siagian, A., 1998. Perencanaan Pangan Tingkat Wilayah (Studi kasus di kota Medan) Program Pasca Sarjana Institut Petanian Bogor. Simalungun , 2007. Profil Kabupaten Simalungun Siregar., 2004. Pengaruh Pengetahuan Ibu Terhadap Kurang Kurang Kalori Protein . Digitized by USU Digital Library. Soekirman. 2000 . Konsep dan Kebijaksanaan Ketahanan Pangan dalam Repelita VII. Makalah disampaikan pada Seminar Pra WKNPG VI di Bulog. Jakarta 26 – 27 Juni UU. No. 7/1996 Tentang Pangan Sudirman, 2004., Ketersediaan Pangan. HN Peneliti pada Puslit Pangan, Gizi dan Kesehatan (PPPGK), Universitas Hasanuddinhttp://www.bkkbn.go.id) Suhardjo., 1996. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Penerbit Bumi Aksara bekerjasama dengan Pusat Antar Universitas- Pangan dan Gizi Institut Pertanian Bogor ………..., 2005. Perencanaan Pangan dan Gizi. Penerbit Bumi Aksara bekerjasama dengan Pusat Antar Universitas- Pangan dan Gizi Institut Pertanian Bogor. Supariasa, I, D, N., Bakri, B., Fajar., 2002. Penilaian Status Gizi. Cetakan I. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Suryana, A., 2000. Kapita selekta evolusi pemikiran kebijakan ketahanan pangan. BPFE Yokjakarta. ..................., 2001. Tantangan dan Kebijakan Ketahanan Pangan. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Pemberdayaan Masyarakat untuk Mencapai Ketahanan Pangan dan Pemulihan Ekonomi. Departemen Pertanian. Jakarta 29 Maret. 2001 T. Maas . L., 2004. Kesehatan ibu dan anak : persepsi budaya dan dampak kesehatannya. FKM USU digitized by usu digital library UNDP., 2008. Indonesia The Human Development Index - going beyond income. Http://hdr.undp.org/en/reports/, diakses 28 Pebruari 2008 Uripi, V., 2004. Menu Sehat Untuk Balita. Puspa Swara. Jakarta.
Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008
Waspadji., 2003. Pengkajian status gizi. Studi Epidemiologi. Pusat Diabetes dan Lipid RSCM/FKUI dan Instalasi Gizi RSCM. Balai Penerbit FKUI, Jakarta. Wijoyo., 2005. Hubungan Kurang Energi Kronis (KEK) pada Ibu Hamil dengan Berat Badan Lahir Bayi di Kabupaten Bantul. Tesis. Program Pascasarjana UGM. Yokyakarta. Yuli, K., Mutalazimah., 2004. Hubungan Pendidikan dan Pengetahuan Gizi dengan Berat Badan Lahir di RSUD DR Moewardi, Surakarta.
Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008
Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN POLA KONSUMSI, KETERSEDIAAN PANGAN, PENGETAHUAN GIZI DAN STATUS KESEHATAN DENGAN KEJADIAN KEK IBU HAMILDI KABUPATEN SIMALUNGUN 2008
I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama Responden 2. Usia 3. Suku
:____________________ :____________________ tahun : 1. Jawa 2. Batak 3. Minang 4. Melayu 5. Aceh 6. ..... Sebutkan____________ 4. Agama : 1. Islam 2. Protestan 3. Katolik 4. Hindu 5. Budha 5. Pendidikan : 1. SD 2. SMP 3. SMA 4. Perguruan Tinggi 6. Pekerjaan : 1. Petani 2. Pedagang 3. Pegawai Negeri/TNI/POLRI 4. Ibu rumah tangga 7. Pendapatan Keluarga : Rp................................................. 8. Umur kehamilan: 1. 12 sampai 28 minggu 2. Lebih dari 28 minggu 9. Paritas : 1. 1 – 2 orang 2. 3 – 4 orang 3. Lebih dari 4 orang 10. Jarak Kehamilan : 1. ≥ 2 tahun 2. < 2 tahun 3. Anak Pertama 11. Ukuran LILA : cm
II. STATUS KESEHATAN 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Dalam 3 bulan terakhir ini, apakah ibu pernah menderita penyakit infeksi? a. ada b. tidak Dalam 3 bulan terakhir ini, apakah ibu pernah menderita Diare ? a. ada b. tidak Dalam 3 bulan terakhir ini , apakah ibu pernah menderita Penyakit TBC ? a. ada b. tidak Dalam 3 bulan terakhir ini , apakah ibu pernah menderita Malaria ? a. ada b. tidak Dalam 3 bulan terakhir ini , apakah ibu pernah menderita Kecacingan ? a. ada b. tidak Dalam 3 bulan terakhir ini , apakah ibu pernah menderita ISPA ? a. ada b. tidak Berapa lama ibu menderita penyakit tersebut?.....
Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008
III. PENGETAHUAN GIZI IBU HAMIL 1. Pola makan ibu hamil yang seimbang adalah: a. Makanan pokok, lauk pauk, sayuran, buah-buahan dan susu b. Makanan pokok, lauk pauk, sayuran dan buah-buahan c. Makanan pokok, lauk pauk dan sayuran d. Tidak tahu 2. Makanan yang mengandung zat tenaga adalah: a. Jeruk, apel, salak dan pepaya b. Kacang tanah, buncis dan kacang panjang c. Ubi kayu, ubi jalar, jagung, roti dan nasi d. Mie, jeruk, tomat dan sayuran 3. Manfaat dari makan makanan beraneka ragam untuk ibu hamil adalah: a. Melengkapi kekurangan zat gizi dari berbagai makanan, yang menjamin terpenuhinya kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur. b. Melengkapi kekurangan zat tenaga. c. Melengkapi kekurangan zat pembangun. d. Melengkapi kekurangan zat zat pengatur. 4. Makanan di bawah ini adalah makanan yang banyak mengandung zat besi, yaitu: a. Daun singkong, kangkung, dan sayuran berwarna hijau b. Daun singkong dan ubi c. Kacang hijau d. Tomat 5. Porsi makan ibu hamil yang harus dikonsumsi selama kehamilan adalah a. Porsi biasa b. 2 x makanan orang tidak hamil c. 1,5 x makanan orang tidak hamil d. Tergantung selera ibu hamil 6. Pemenuhan zat gizi ibu hamil bermanfaat untuk a. Mendapatkan ibu dan bayi yang sehat b. Meningkatkan berat badan ibu c. Meningkatkan berat badan bayi d. Ibu tetap cantik 7. Pola makanan yang baik bagi ibu hamil harus memenuhi sumber a. Karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral b. Karbohidrat, protein, lemak dan vitamin c. Karbohidrat, protein dan lemak d. Karbohidrat dan protein 8. Makanan yang baik dikonsumsi ibu hamil adalah a. Makanan kaleng b. Margarine yang berlebihan c. Susu berlemak d. Makanan yang segar 9. Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan a. Bayi lahir dengan berat badan lahir rendah b. Bayi cukup bulan c. Bayi tanpa cacat bawaan d. Bayi kelebihan berat badan 10. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengolah makanan bagi ibu hamil, kecuali a. Tidak menggarami daging/ikan sebelum dimasak b. Bila memasak daging, ikan, telur minyak goreng jangan terlalu panas c. Tidak boleh merendam sayur terlalu lama d. Makanan dalam kaleng dapat langsung disajikan
Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008
FORMULIR METODE FOOD RECALL 24 JAM Nama pewawancara : …………………………………… Nomor responden: …………………………………… Nama responden : …………………………………… Bahan Makanan Waktu Makan Menu Makanan Jenis Banyaknya URT Pagi/jam
gr
Siang/jam Malam/jam
FORMULIR FOOD FREQUENCY Nama pewawancara : …………………………………… Nomor responden: …………………………………… Nama responden : …………………………………… Frekuensi konsumsi Nama bahan makanan 1-3x/hr 4-5x/hr 1-3x/mgg 1-3x/bln Makanan pokok: a. Beras b. Mie c. Roti d. Biskuit e. Ubi f..... Lauk pauk: a. Ayam b. Daging c. Telur d. Ikan e. Udang f. Cumi-cumi g. Tempe/tahu h. .... Sayuran: a. Bayam b. Wortel c. Buncis d. Kentang e. Daun ubi f. Kangkung g...... Buah: a. Jeruk b. Pisang c. Pepaya d. Semangka
Tdk pernah
Ket
Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008
e. ...... 1V. KETERSEDIAAN PANGAN
1. Apakah dalam 12 bulan terakhir ini ibu pernah merasa khawatir, pangan untuk keluarga akan habis sementara ibu tidak punya uang untuk membelinya? ( ) Sering ( ) Kadang-kadang ( ) Tidak pernah ( ) Tidak tahu 2. Apakah dalam 12 bulan terakhir ini di keluarga ibu pernah terjadi bahwa pangan yang dibeli telah habis dan ibu tidak punya uang untuk membelinya? ( ) Sering ( ) Kadang-kadang ( ) Tidak pernah ( ) Tidak tahu 3. Apakah dalam 12 bulan terakhir ini keluarga ibu pernah tidak mampu makan yangseimbang ( ) Sering ( ) Kadang-kadang ( ) Tidak pernah ( ) Tidak tahu (Pertanyaan nomor 4-6 untuk keluarga yang mempunyai anak balita) 4. Apakah dalam 12 bulan terakhir ini keluarga ibu pernah hanya mampu menyediakan sedikit anggaran untuk makan anak karena ibu kehabisan uang untuk membeli pangan? ( ) Sering ( ) Kadang-kadang ( ) Tidak pernah ( ) Tidak tahu 5. Apakah dalam 12 bulan terakhir ini keluarga ibu pernah tidak bisa memberi makanan yang seimbang bagi anak ibu karena ibu tidak mampu menyediakannya? ( ) Sering ( ) Kadang-kadang ( ) Tidak pernah ( ) Tidak tahu 6. Apakah dalam 12 bulan terakhir ini anak ibu pernah kurang makan dikarenakan tidak mampu memberikan makanan yang cukup? ( ) Sering ( ) Kadang-kadang ( ) Tidak pernah ( ) Tidak tahu 7. Dalam 12 bulan terakhir ini, dimulai dari bulan ini kebelakang, apakah ada anggota keluarga ini yang pernah dikurangi pangannya dikarenakan ketiadaan uang? ( ) Ia ( ) Tidak, langsung ke pertanyaan nomor 9 ( ) Tidak tahu, langsung ke pertanyaan nomor 9 8. (Jika jawaban di atas, ia) Berapa kali hal seperti ini terjadi? ( ) Hampir setiap bulan ( ) Beberapa bulan, tetapi tidak setiap bulan ( ) Hanya satu atau dua bulan, ( ) Tidak tahu
Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
Dalam 12 bulan terakhir ini, apakah ibu pernah makannya sedikit karena ibu merasa harus begitu disebabkan tidak punya cukup uang untuk membeli pangan? ( ) Ia ( ) Tidak ( ) Tidak tahu Dalam 12 bulan terakhir ini, apakah ibu pernah merasa lapar tetapi tidak bisa makan dikarenakan anda ibu tidak punya uang untuk membeli pangan yang cukup? ( ) Ia ( ) Tidak ( ) Tidak tahu Dalam 12 bulan terakhir ini, apakah ibu mengalami penurunan berat badan dikarenakan tidak cukup biaya untuk pangan? ( ) Ia ( ) Tidak ( ) Tidak tahu Dalam 12 bulan terakhir ini, apakah pernah, ibu atau anggota keluarga lainnya tidak makan dalam sehari dikarenakan ketiadaan uang untuk memperoleh pangan? ( ) Ia ( ) Tidak, langsung ke pertanyaan nomor 14 ( ) Tidak tahu, langsung ke pertanyaan nomor 14 (Jika jawaban pertanyaan diatas, ia) Berapa kali hal seperti ini terjadi? ( ) Hampir setiap bulan ( ) Beberapa bulan, tetapi tidak setiap bulan ( ) Hanya satu atau dua bulan, ( ) Tidak tahu (Pertanyaan nomor 14-18 untuk keluarga yang mempunyai anak balita) Dalam 12 bulan terakhir ini, dimulai bulan ini ke belakang, apakah ibu ada mengurangi jumlah jajan anak dikarenakan tidak punya cukup uang untuk pangan ? ( ) Ia ( ) Tidak ( ) Tidak tahu Dalam 12 bulan terakhir ini, apakah ada anak ibu yang pernah tidak rutin makannya karena tidak punya cukup uang untuk pangan? ( ) Ia ( ) Tidak, langsung ke pertanyaan nomor 17 ( ) Tidak tahu, langsung ke pertanyaan nomor 17 (Jika jawaban pertanyaan diatas, ia) Berapa kali hal seperti ini terjadi? ( ) Hampir setiap bulan ( ) Beberapa bulan, tetapi tidak setiap bulan ( ) Hanya satu atau dua bulan, ( ) Tidak tahu Dalam 12 bulan terakhir ini, pernahkan anak ibu menderita kelaparan tetapi anda tidak mampu membeli pangan lagi? ( ) Ia ( ) Tidak ( ) Tidak tahu Dalam 12 bulan terakhir ini, pernahkah anak anda tidak makan selama sehari dikarenakan ketidakcukupan uang untuk membeli makanan? ( ) Ia ( ) Tidak ( ) Tidak tahu
Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008
Informed consent HUBUNGAN POLA KONSUMSI, KETERSEDIAAN PANGAN, PENGETAHUAN GIZI DAN STATUS KESEHATAN DENGAN KEJADIAN KEK IBU HAMIL DI KABUPATEN SIMALUNGUN 2008
Kepada yang terhormat Bapak/Ibu responden, Dalam rangka mencapai tujuan penelitian, maka saya sangat mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu untuk dapat memberikan informasi dengan menjawab pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner sesuai dengan fakta yang ada. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pola konsumsi, ketersediaan pangan, pengetahuan gizi dan status kesehatan dengan kejadian kek ibu hamil di Kabupaten Simalungun 2008. Jawaban atau informasi yang Bapak/Ibu berikan hanya untuk kepentingan penelitian dan dijamin kerahasiaannya. Demikian hal ini disampaikan, atas bantuan dan kesediaan Bapak/Ibu saya ucapkan terima kasih. Peneliti
Marice Simarmata
UNTUK RESPONDEN
Disetujui oleh
(__________________________) Nama dan tanda tangan
Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008
Lampiran 2 OUT PRINT TESIS
Crosstabs
KATEGORI UMUR RESPONDEN * STATUS KEK Crosstabulation STATUS KEK TIDAK KEK 45 45 32.1% 32.1% 25 25 17.9% 17.9% 70 70 50.0% 50.0%
KEK KATEGORI UMUR RESPONDEN
20-30 TAHUN >30 TAHUN
Total
Count % of Total Count % of Total Count % of Total
Total 90 64.3% 50 35.7% 140 100.0%
SUKU BANGSA RESPONDEN * STATUS KEK Crosstabulation STATUS KEK TIDAK KEK 36 20 25.7% 14.3% 31 31 22.1% 22.1% 2 11 1.4% 7.9% 0 1 .0% .7% 1 7 .7% 5.0% 70 70 50.0% 50.0%
KEK SUKU BANGSA RESPONDEN
JAWA
Count % of Total Count % of Total Count % of Total Count % of Total Count % of Total Count % of Total
BATAK TOBA BATAK SIMALUNGUN MELAYU LAIN-LAIN
Total
Total 56 40.0% 62 44.3% 13 9.3% 1 .7% 8 5.7% 140 100.0%
AGAMA RESPONDEN * STATUS KEK Crosstabulation STATUS KEK TIDAK KEK 37 34 26.4% 24.3% 27 32 19.3% 22.9% 6 4 4.3% 2.9% 70 70 50.0% 50.0%
KEK AGAMA RESPONDEN
ISLAM PROTESTAN KATOLIK
Total
Count % of Total Count % of Total Count % of Total Count % of Total
Total 71 50.7% 59 42.1% 10 7.1% 140 100.0%
PENDIDIKAN RESPONDEN * STATUS KEK Crosstabulation
KEK PENDIDIKAN RESPONDEN
SD SMP SMA PT
Total
Count % of Total Count % of Total Count % of Total Count % of Total Count % of Total
STATUS KEK TIDAK KEK 10 7 7.1% 5.0% 30 17 21.4% 12.1% 29 39 20.7% 27.9% 1 7 .7% 5.0% 70 70 50.0% 50.0%
Total 17 12.1% 47 33.6% 68 48.6% 8 5.7% 140 100.0%
Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008
PEKERJAAN RESPONDEN * STATUS KEK Crosstabulation
KEK PEKERJAAN RESPONDEN
PETANI
Count % of Total Count % of Total Count % of Total Count % of Total Count % of Total Count % of Total
PEDAGANG PNS/TNI/POLRI PEGAWAI SWASTA IBU RT Total
STATUS KEK TIDAK KEK 22 9 15.7% 6.4% 3 5 2.1% 3.6% 1 6 .7% 4.3% 3 13 2.1% 9.3% 41 37 29.3% 26.4% 70 70 50.0% 50.0%
Total 31 22.1% 8 5.7% 7 5.0% 16 11.4% 78 55.7% 140 100.0%
UMUR KEHAMILAN * STATUS KEK Crosstabulation STATUS KEK TIDAK KEK 31 24 22.1% 17.1% 39 46 27.9% 32.9% 70 70 50.0% 50.0%
KEK UMUR KEHAMILAN
12-28 MINGGU
Count % of Total Count % of Total Count % of Total
>28 MINGGU Total
Total 55 39.3% 85 60.7% 140 100.0%
PARITAS * STATUS KEK Crosstabulation STATUS KEK TIDAK KEK 38 38 27.1% 27.1% 22 26 15.7% 18.6% 10 6 7.1% 4.3% 70 70 50.0% 50.0%
KEK PARITAS
1-2 ORANG 3-4 ORANG >4 ORANG
Total
Count % of Total Count % of Total Count % of Total Count % of Total
Total 76 54.3% 48 34.3% 16 11.4% 140 100.0%
JARAK KEHAMILAN * STATUS KEK Crosstabulation
KEK JARAK KEHAMILAN
>=2 TAHUN
Count % of Total Count % of Total Count % of Total Count % of Total
< 2 TAHUN ANAK PERTAMA Total
STATUS KEK TIDAK KEK 37 40 26.4% 28.6% 25 15 17.9% 10.7% 8 15 5.7% 10.7% 70 70 50.0% 50.0%
Total 77 55.0% 40 28.6% 23 16.4% 140 100.0%
Crosstabs
KATEGORI PENDAPATAN * STATUS KEK Crosstabulation STATUS KEK TIDAK KEK 37 57 26.4% 40.7% 33 13 23.6% 9.3% 70 70 50.0% 50.0%
KEK KATEGORI PENDAPATAN
>=719834 <719834
Total
Count % of Total Count % of Total Count % of Total
Total 94 67.1% 46 32.9% 140 100.0%
Crosstabs
Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008
KATEGORI JUMLAH ENERGI * STATUS KEK Crosstabulation STATUS KEK TIDAK KEK 5 22 3.6% 15.7% 32 28 22.9% 20.0% 22 10 15.7% 7.1% 11 10 7.9% 7.1% 70 70 50.0% 50.0%
KEK KATEGORI JUMLAH ENERGI
BAIK (>=100% AKG) CUKUP (80-99.9% AKG) KURANG (70-79.9% AKG) BURUK (<70% AKG)
Total
Count % of Total Count % of Total Count % of Total Count % of Total Count % of Total
Total 27 19.3% 60 42.9% 32 22.9% 21 15.0% 140 100.0%
POLA KONSUMSI BERDASARKAN JUMLAH ENERGI * STATUS KEK Crosstabulation STATUS KEK TIDAK KEK 33 20 23.6% 14.3% 37 50 26.4% 35.7% 70 70 50.0% 50.0%
KEK POLA KONSUMSI BERDASARKAN JUMLAH ENERGI
TIDAK BAIK BAIK (>=100% AKG)
Total
Count % of Total Count % of Total Count % of Total
Total 53 37.9% 87 62.1% 140 100.0%
KATEGORI JUMLAH PROTEIN * STATUS KEK Crosstabulation
KEK KATEGORI JUMLAH PROTEIN
BAIK (>=100% AKG) CUKUP (80-99.9% AKG) KURANG (70-79.9% AKG) BURUK (<70% AKG)
Total
Count % of Total Count % of Total Count % of Total Count % of Total Count % of Total
STATUS KEK TIDAK KEK 10 29 7.1% 20.7% 26 29 18.6% 20.7% 15 3 10.7% 2.1% 19 9 13.6% 6.4% 70 70 50.0% 50.0%
Total 39 27.9% 55 39.3% 18 12.9% 28 20.0% 140 100.0%
POLA KONSUMSI BERDASARKAN JUMLAH PROTEIN * STATUS KEK Crosstabulation
KEK POLA KONSUMSI BERDASARKAN JUMLAH PROTEIN
TIDAK BAIK
Count % of Total Count % of Total Count % of Total
BAIK (>=100% AKG)
Total
STATUS KEK TIDAK KEK 34 12 24.3% 8.6% 36 58 25.7% 41.4% 70 70 50.0% 50.0%
Total 46 32.9% 94 67.1% 140 100.0%
kategori pengetahuan sesuai dengan gizi * STATUS KEK Crosstabulation STATUS KEK TIDAK KEK 65 54 46.4% 38.6% 5 16 3.6% 11.4% 70 70 50.0% 50.0%
KEK kategori pengetahuan sesuai dengan gizi
tidak baik baik
Total
Count % of Total Count % of Total Count % of Total
Total 119 85.0% 21 15.0% 140 100.0%
Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008
kategori pengetahuan sesuai dengan gizi * STATUS KEK Crosstabulation STATUS KEK TIDAK KEK 30 10 21.4% 7.1% 35 44 25.0% 31.4% 5 16 3.6% 11.4% 70 70 50.0% 50.0%
KEK kategori pengetahuan sesuai dengan gizi
kurang 6
Count % of Total Count % of Total Count % of Total Count % of Total
6-8 lebih 8 Total
Total 40 28.6% 79 56.4% 21 15.0% 140 100.0%
penyakit infeksi * STATUS KEK Crosstabulation
KEK penyakit infeksi
0 1
Total
Count % of Total Count % of Total Count % of Total
STATUS KEK TIDAK KEK 56 65 40.0% 46.4% 14 5 10.0% 3.6% 70 70 50.0% 50.0%
Total 121 86.4% 19 13.6% 140 100.0%
KATEGORI KETERSEDIAAN PANGAN * STATUS KEK Crosstabulation STATUS KEK TIDAK KEK 62 22 44.3% 15.7% 8 48 5.7% 34.3% 70 70 50.0% 50.0%
KEK KATEGORI KETERSEDIAAN PANGAN
Rawan
Count % of Total Count % of Total Count % of Total
terjamin
Total
Total 84 60.0% 56 40.0% 140 100.0%
s
KATEGORI KETERSEDIAAN PANGAN * STATUS KEK Crosstabulation
KEK KATEGORI KETERSEDIAAN PANGAN
rawan tanpa kelaparan
Count % of Total Count % of Total Count % of Total Count % of Total
terjamin 3
Total
STATUS KEK TIDAK KEK 9 2 6.4% 1.4% 53 20 37.9% 14.3% 8 48 5.7% 34.3% 70 70 50.0% 50.0%
Total 11 7.9% 73 52.1% 56 40.0% 140 100.0%
POLA KONSUMSI BERDASARKAN JUMLAH ENERGI * STATUS KEK
Crosstab
KEK POLA KONSUMSI BERDASARKAN JUMLAH ENERGI
TIDAK BAIK
Count % of Total Count % of Total Count % of Total
BAIK (>=100% AKG)
Total
STATUS KEK TIDAK KEK 33 20 23.6% 14.3% 37 50 26.4% 35.7% 70 70 50.0% 50.0%
Total 53 37.9% 87 62.1% 140 100.0%
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
a
Asymp. Sig. (2-sided)
df
Exact Sig. (2-sided)
5.131b 4.372 5.171
1 1 1
.023 .037 .023
5.095
1
.024
.036
Exact Sig. (1-sided)
.018
140
a.
Computed only for a 2x2 table
b.
0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 26.50.
Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for POLA KONSUMSI BERDASARKAN JUMLAH ENERGI (TIDAK BAIK / BAIK (>=100% AKG)) For cohort STATUS KEK = KEK For cohort STATUS KEK = TIDAK KEK N of Valid Cases
Lower
Upper
2.230
1.108
4.487
1.464
1.061
2.020
.657
.444
.970
140
POLA KONSUMSI BERDASARKAN JUMLAH PROTEIN * STATUS KEK Crosstab
KEK POLA KONSUMSI BERDASARKAN JUMLAH PROTEIN
TIDAK BAIK
Count % of Total Count % of Total Count % of Total
BAIK (>=100% AKG)
Total
STATUS KEK TIDAK KEK 34 12 24.3% 8.6% 36 58 25.7% 41.4% 70 70 50.0% 50.0%
Total 46 32.9% 94 67.1% 140 100.0%
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value 15.671b 14.278 16.162
a
Asymp. Sig. (2-sided)
df
Exact Sig. (2-sided)
1 1 1
.000 .000 .000
1
.000
Exact Sig. (1-sided)
.000 15.559
.000
140
a.
Computed only for a 2x2 table
b.
0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 23.00. Risk Estimate 95% Confidence Interval Value
Odds Ratio for POLA KONSUMSI BERDASARKAN JUMLAH PROTEIN (TIDAK BAIK / BAIK (>=100% AKG)) For cohort STATUS KEK = KEK For cohort STATUS KEK = TIDAK KEK N of Valid Cases
Lower
Upper
4.565
2.096
9.943
1.930
1.417
2.628
.423
.253
.705
140
kategori pengetahuan sesuai dengan gizi * STATUS KEK
Crosstab STATUS KEK TIDAK KEK 30 10 21.4% 7.1% 35 44 25.0% 31.4% 5 16 3.6% 11.4% 70 70 50.0% 50.0%
KEK kategori pengetahuan sesuai dengan gizi
kurang 6
Count % of Total Count % of Total Count % of Total Count % of Total
6-8 lebih 8 Total
Total 40 28.6% 79 56.4% 21 15.0% 140 100.0%
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases a.
Asymp. Sig. (2-sided)
df 16.787a 17.552
2 2
.000 .000
16.332
1
.000
140
0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.50.
Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008
ATEGORI KETERSEDIAAN PANGAN * STATUS KEK
Crosstab
KEK KATEGORI KETERSEDIAAN PANGAN
Rawan
Count % of Total Count % of Total Count % of Total
terjamin
Total
STATUS KEK TIDAK KEK 62 22 44.3% 15.7% 8 48 5.7% 34.3% 70 70 50.0% 50.0%
Total 84 60.0% 56 40.0% 140 100.0%
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
a
Value 47.619b 45.268 51.541
Asymp. Sig. (2-sided)
df
Exact Sig. (2-sided)
1 1 1
.000 .000 .000
1
.000
Exact Sig. (1-sided)
.000 47.279
.000
140
a.
Computed only for a 2x2 table
b.
0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 28.00.
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for KATEGORI KETERSEDIAAN PANGAN (Rawan / terjamin) For cohort STATUS KEK = KEK For cohort STATUS KEK = TIDAK KEK N of Valid Cases
Lower
Upper
16.909
6.926
41.284
5.167
2.686
9.937
.306
.210
.444
140
Crosstabs Crosstabs
RIWAYAT PENYAKIT INFEKSI * STATUS KEK Crosstabulation
KEK RIWAYAT PENYAKIT INFEKSI
ADA P.INFEKSI
Count % of Total Count % of Total Count % of Total
TIDAK ADA INFEKSI Total
STATUS KEK TIDAK KEK 26 14 18.6% 10.0% 44 56 31.4% 40.0% 70 70 50.0% 50.0%
Total 40 28.6% 100 71.4% 140 100.0%
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
a
Asymp. Sig. (2-sided)
df 5.040b
Exact Sig. (2-sided)
4.235 5.100
1 1 1
.025 .040 .024
5.004
1
.025
.039
Exact Sig. (1-sided)
.019
140
a.
Computed only for a 2x2 table
b.
0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 20.00.
Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for RIWAYAT PENYAKIT INFEKSI (ADA P.INFEKSI / TIDAK ADA INFEKSI) For cohort STATUS KEK = KEK For cohort STATUS KEK = TIDAK KEK N of Valid Cases
Lower
Upper
2.364
1.105
5.056
1.477
1.076
2.029
.625
.396
.987
140
Logistic Regression Block 0: Beginning Block a,b
Classification Table
Predicted POLA KONSUMSI BERDASARKAN JUMLAH ENERGI BAIK (>=100% TIDAK BAIK AKG)
Observed POLA KONSUMSI BERDASARKAN JUMLAH ENERGI
Step 0
Percentage Correct
TIDAK BAIK
0
53
.0
BAIK (>=100% AKG)
0
87
100.0
Overall Percentage
62.1
a. Constant is included in the model. b. The cut value is .500
Variables in the Equation B Step 0
Constant
S.E. .496
Wald 8.090
.174
df
Sig. 1
.004
Exp(B) 1.642
Variables not in the Equation Step 0
Variables Overall Statistics
Score 5.131 5.131
KATLILA
df
Sig. 1 1
.023 .023
Block 1: Method = Enter
Omnibus Tests of Model Coefficients Step 1
Chi-square 5.171 5.171 5.171
Step Block Model
df
Sig. 1 1 1
.023 .023 .023
Model Summary Step 1
-2 Log likelihood 180.570
Cox & Snell R Square .036
Nagelkerke R Square .049 Classification Table
Step 1
Observed POLA KONSUMSI BERDASARKAN JUMLAH ENERGI Overall Percentage
a.
a
Predicted POLA KONSUMSI BERDASARKAN JUMLAH ENERGI BAIK (>=100% TIDAK BAIK AKG)
Percentage Correct
TIDAK BAIK
0
53
.0
BAIK (>=100% AKG)
0
87
100.0 62.1
The cut value is .500
Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008
Variables in the Equation B Step a 1
S.E.
KATLILA Constant a.
Wald
.802 -.687
df
.357 .547
Sig.
5.050 1.579
1 1
Exp(B) .025 .209
2.230 .503
Variable(s) entered on step 1: KATLILA.
Logistic Regression
Case Processing Summary a
Unweighted Cases Selected Cases
N Included in Analysis Missing Cases Total
Percent 100.0 .0 100.0 .0 100.0
140 0 140 0 140
Unselected Cases Total a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases. Block 0: Beginning Block
a,b
Classification Table
Predicted
Observed STATUS KEK
Step 0
KEK KEK TIDAK KEK
STATUS KEK TIDAK KEK 0 0
Percentage Correct 70 70
.0 100.0 50.0
Overall Percentage a.
Constant is included in the model.
b.
The cut value is .500
Variables in the Equation B Step 0
Constant
S.E. .000
Wald .000
.169
df
Sig. 1.000
1
Exp(B) 1.000
Variables not in the Equation Step 0
Variables Overall Statistics
Score 5.131 5.131
POLAE
df
Sig. 1 1
.023 .023
Block 1: Method = Enter
Omnibus Tests of Model Coefficients Step 1
Chi-square 5.171 5.171 5.171
Step Block Model
df
Sig. 1 1 1
.023 .023 .023
Model Summary Step 1
-2 Log likelihood 188.910
Cox & Snell R Square .036
Nagelkerke R Square .048
Classification Table
a
Predicted
Step 1
Observed STATUS KEK
KEK KEK TIDAK KEK
STATUS KEK TIDAK KEK 33 37 20 50
Percentage Correct 47.1 71.4 59.3
Overall Percentage a. The cut value is .500 Variables in the Equation B Step a 1 a.
POLAE Constant
S.E. .802 -1.303
Wald .357 .607
df 5.050 4.608
Sig. 1 1
.025 .032
Exp(B) 2.230 .272
Variable(s) entered on step 1: POLAE.
Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008
Logistic Regression Block 0: Beginning Block a,b
Classification Table
Predicted
Observed STATUS KEK
Step 0
KEK KEK TIDAK KEK
STATUS KEK TIDAK KEK 0 70 0 70
Percentage Correct .0 100.0 50.0
Overall Percentage a.
Constant is included in the model.
b.
The cut value is .500
Variables in the Equation B Step 0
Constant
S.E. .000
Wald .000
.169
df
Sig. 1.000
1
Exp(B) 1.000
Variables not in the Equation Step 0
Variables Overall Statistics
Score 15.671 15.671
POLAP
df
Sig. 1 1
.000 .000
Block 1: Method = Enter
Omnibus Tests of Model Coefficients Step 1
Step Block Model
Chi-square 16.162 16.162 16.162
df
Sig. 1 1 1
.000 .000 .000
Model Summary -2 Log likelihood 177.919
Step 1
Cox & Snell R Square .109
Nagelkerke R Square .145 a
Classification Table
Predicted
Observed STATUS KEK
Step 1
KEK KEK TIDAK KEK
STATUS KEK TIDAK KEK 34 36 12 58
Percentage Correct 48.6 82.9 65.7
Overall Percentage a. The cut value is .500
Variables in the Equation B Step a 1
POLAP Constant
S.E.
1.518 -2.560
.397 .704
Wald 14.613 13.211
df
Sig. 1 1
.000 .000
Exp(B) 4.565 .077
a. Variable(s) entered on step 1: POLAP. Logistic Regression Block 0: Beginning Block
Variables in the Equation B Step 0
Constant
S.E. .000
Wald .169
df
Sig.
.000
1
1.000
Exp(B) 1.000
Variables not in the Equation Step 0
Variables Overall Statistics
KTAHU1
Score 6.779 6.779
df
Sig. 1 1
.009 .009
Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008
Block 1: Method = Enter
Omnibus Tests of Model Coefficients Step 1
Chi-square 7.078 7.078 7.078
Step Block Model
df
Sig. 1 1 1
.008 .008 .008
Model Summary -2 Log likelihood 187.003
Step 1
Cox & Snell R Square .049
Nagelkerke R Square .066 a
Classification Table
Predicted
Observed STATUS KEK
Step 1
KEK KEK TIDAK KEK
STATUS KEK TIDAK KEK 65 5 54 16
Percentage Correct 92.9 22.9 57.9
Overall Percentage a.
The cut value is .500
Variables in the Equation B Step a 1
KTAHU1 Constant a.
S.E.
Wald
1.349 -1.534
.544 .631
df
Sig.
6.136 5.910
1 1
Exp(B) 3.852 .216
.013 .015
Variable(s) entered on step 1: KTAHU1.
Logistic Regression Block 0: Beginning Block
Variables in the Equation B Step 0
Constant
S.E. .000
Wald .169
df
Sig.
.000
1
Exp(B) 1.000
1.000
Variables not in the Equation Score Step 0
Variables Overall Statistics
PINFEK1
df 5.040 5.040
Sig. 1 1
.025 .025
Block 1: Method = Enter
Omnibus Tests of Model Coefficients Step 1
Chi-square 5.100 5.100 5.100
Step Block Model
df
Sig. 1 1 1
.024 .024 .024
Model Summary Step 1
-2 Log likelihood 188.982
Cox & Snell R Square .036
Nagelkerke R Square .048 Classification Table
a
Predicted
Step 1
Observed STATUS KEK
a.
The cut value is .500
Overall Percentage
KEK KEK TIDAK KEK
STATUS KEK TIDAK KEK 26 44 14 56
Percentage Correct 37.1 80.0 58.6
Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008
Variables in the Equation B Step a 1 a.
PINFEK1 Constant
S.E.
Wald
.860 -1.479
.388 .693
df
Sig.
4.917 4.557
1 1
Exp(B) 2.364 .228
.027 .033
Variable(s) entered on step 1: PINFEK1.
Logistic Regression Block 0: Beginning Block
Variables in the Equation B Step 0
Constant
S.E.
Wald
.000
.169
df
Sig.
.000
1
Exp(B) 1.000
1.000
Variables not in the Equation Step 0
Variables Overall Statistics
Score 47.619 47.619
KATSEDIA
df
Sig. 1 1
.000 .000
Block 1: Method = Enter
Omnibus Tests of Model Coefficients Step 1
Chi-square 51.541 51.541 51.541
Step Block Model
df
Sig. 1 1 1
.000 .000 .000
Model Summary -2 Log likelihood 142.540
Step 1
Cox & Snell R Square .308
Nagelkerke R Square .411 a
Classification Table
Predicted
Step 1
Observed STATUS KEK
a.
The cut value is .500
KEK KEK TIDAK KEK
STATUS KEK TIDAK KEK 62 8 22 48
Percentage Correct 88.6 68.6 78.6
Overall Percentage
Variables in the Equation B Step a 1
KATSEDIA Constant
S.E. 2.828 -3.864
.455 .626
Wald 38.554 38.071
df
Sig. 1 1
.000 .000
Exp(B) 16.909 .021
1.000
Exp(B) 1.000
a. Variable(s) entered on step 1: KATSEDIA. Logistic Regression Block 0: Beginning Block
Variables in the Equation B Step 0
Constant
S.E. .000
Wald .169
df .000
Sig. 1
Variables not in the Equation Step 0
Variables
Overall Statistics
POLAE POLAP KTAHU1 PINFEK1 KATSEDIA
Score 5.131 15.671 6.779 5.040 47.619 58.517
df
Sig. 1 1 1 1 1 5
.023 .000 .009 .025 .000 .000
Block 1: Method = Enter
Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008
Omnibus Tests of Model Coefficients Step 1
Chi-square 69.021 69.021 69.021
Step Block Model
df
Sig. 5 5 5
.000 .000 .000
Model Summary -2 Log likelihood 125.060
Step 1
Cox & Snell R Square .389
Nagelkerke R Square .519 a
Classification Table
Predicted
Observed STATUS KEK
Step 1
KEK KEK TIDAK KEK
STATUS KEK TIDAK KEK 60 10 19 51
Percentage Correct 85.7 72.9 79.3
Overall Percentage a.
The cut value is .500
Variables in the Equation B Step a 1
POLAE POLAP KTAHU1 PINFEK1 KATSEDIA Constant
S.E. .016 1.609 1.278 .488 2.906 -8.969
Wald .556 .587 .721 .499 .510 1.757
df
.001 7.517 3.144 .953 32.407 26.067
Sig. .978 .006 .076 .329 .000 .000
Exp(B) 1.016 4.999 3.589 1.628 18.278 .000
1.000
Exp(B) 1.000
1 1 1 1 1 1
a. Variable(s) entered on step 1: POLAE, POLAP, KTAHU1, PINFEK1, KATSEDIA. Logistic Regression Block 0: Beginning Block
Variables in the Equation B Step 0
Constant
S.E. .000
Wald .169
df .000
Sig. 1
Variables not in the Equation Step 0
Variables
Score 15.671 6.779 5.040 47.619 58.494
POLAP KTAHU1 PINFEK1 KATSEDIA
Overall Statistics
df
Sig. 1 1 1 1 4
.000 .009 .025 .000 .000
Block 1: Method = Enter
Omnibus Tests of Model Coefficients Step 1
Step Block Model
Chi-square 69.020 69.020 69.020
df
Sig. 4 4 4
.000 .000 .000
Model Summary Step 1
-2 Log likelihood 125.061
Cox & Snell R Square .389
Nagelkerke R Square .519
Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008
Classification Table
a
Predicted
Step 1
Observed STATUS KEK
KEK KEK TIDAK KEK
STATUS KEK TIDAK KEK 60 10 19 51
Percentage Correct 85.7 72.9 79.3
Overall Percentage a.
The cut value is .500
Variables in the Equation B Step a 1
a.
POLAP KTAHU1 PINFEK1 KATSEDIA Constant
S.E. 1.617 1.277 .488 2.905 -8.956
.511 .720 .499 .510 1.696
Wald 10.037 3.146 .959 32.427 27.875
df
Sig. 1 1 1 1 1
.002 .076 .328 .000 .000
Exp(B) 5.040 3.585 1.630 18.270 .000
Variable(s) entered on step 1: POLAP, KTAHU1, PINFEK1, KATSEDIA.
Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008
Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008