ANALISIS AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI PANGAN, DAN STATUS GIZI DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI KONVEKSI
FARAH AZIIZA
PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
RINGKASAN FARAH AZIIZA. Analisis Aktivitas Fisik, Konsumsi Pangan, dan Status Gizi dengan Produktivitas Kerja Pekerja Wanita di Industri Konveksi. Dibawah bimbingan dr. Vera Uripi dan Dr. Ir. Siti Madanijah, MS. Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menganalisis hubungan aktivitas fisik, konsumsi pangan, dan status gizi dengan produktivitas kerja pekerja wanita di industri konveksi. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah: 1) mengidentifikasi karakteristik contoh (usia, berat badan, tinggi badan, pendapatan, besar keluarga, dan pendidikan) serta masa kerja; 2) menganalisis hubungan aktivitas fisik dengan tingkat kecukupan energi; 3) menganalisis hubungan karakteristik contoh (usia dan pendidikan), masa kerja, status gizi, tingkat kecukupan energi dan zat gizi, serta aktivitas fisik dengan produktivitas kerja. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai bulan Juli 2007 di perusahaan Agustin Collection, Jakarta Selatan. Kriteria contoh adalah: wanita dengan rentang usia 20-40 tahun, dapat berkomunikasi dengan baik, bersedia menjadi contoh penelitian, tidak sedang hamil atau menyusui, bekerja di bagian produksi, tidak menderita penyakit kronis. Pengambilan contoh penelitian dilakukan secara acak sederhana (simple random sampling), sehingga diperoleh 35 orang responden. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung, dan wawancara dengan alat bantu kuesioner yang meliputi: (1) data karakteristik contoh (usia, berat badan, tinggi badan, pendidikan, pendapatan, dan besar keluarga) serta masa kerja, (2) data konsumsi pangan contoh, (3) data aktivitas fisik contoh. Data sekunder meliputi gambaran umum perusahaan, sistem penggajian, insentif, sistem penyediaan makanan. Data sekunder tersebut diperoleh dari perusahaan. Data yang telah diperoleh kemudian diolah dengan proses editing, coding, scoring, entry, cleaning dan analisis data dengan menggunakan program Microsoft excel dan SPSS versi 13,0 for Windows. Hasil analisis menunjukkan bahwa lebih dari separuh contoh (60%) berada pada rentang usia 20-29 tahun. Berat badan contoh berkisar antara 45-57,1 kg. Tinggi badan contoh berada pada kisaran 155-161 cm. Sebesar 40% contoh memiliki pendapatan/bulan antara Rp 750.000,00-Rp 800.000,00. Ratarata pendapatan/bulan contoh sebesar Rp 754.286. Gaji yang diperoleh contoh berada di bawah Upah Minimum Regional (UMR) Jakarta. UMR kota Jakarta tahun 2007 adalah sebesar Rp 905.000,00. Lebih dari separuh contoh (54,3%) termasuk dalam kategori keluarga kecil dan sisanya termasuk dalam kategori keluarga sedang. Pendidikan contoh umumnya SD (45,7%) dan hanya 14,3% contoh yang berpendidikan SMA. Hampir separuh contoh (45,7%) telah bekerja selama 7-10 tahun. Aktivitas contoh di perusahaan Agustin Collection adalah menjahit. Contoh bekerja dari hari Senin hingga Jum’at, mulai pukul 09.00-17.00 WIB. Waktu yang digunakan untuk menjahit selama 7 jam dan 1 jam untuk istirahat. Waktu istirahat digunakan untuk makan siang dan beribadah. Pemenuhan kebutuhan energi dan zat gizi contoh pada hari kerja berasal dari perusahaan dan dari luar perusahaan. Makan siang yang disediakan perusahaan rata-rata memenuhi 41,2% energi dari total konsumsi energi dan 45,6% protein dari total konsumsi protein contoh. Konsumsi pangan contoh di luar perusahaan yaitu pada waktu pagi dan sore hari. Konsumsi pangan contoh pada pagi hari memberikan sumbangan energi rata-rata sebesar 16,8% dari total
konsumsi energi dan 13,8% protein dari total konsumsi protein contoh. Persentase rata-rata makan sore contoh dapat memenuhi 42,8% energi dari total konsumsi energi dan 41,6% protein dari total konsumsi protein. Rata-rata konsumsi energi contoh adalah 1.669 kkal dan protein sebesar 45,2 g. Kebutuhan rata-rata energi contoh sebesar 1.905 kkal dan protein sebesar 47,6 g. Lebih dari separuh contoh (62,9%) memiliki tingkat kecukupan energi dalam kategori normal. Persentase terbesar contoh (48,5%) memiliki tingkat kecukupan protein normal dan hanya 8,6% contoh termasuk dalam kategori kelebihan. Sebesar 88,6% contoh memiliki tingkat kecukupan zat besi kurang. Konsumsi vitamin A contoh berkisar antara 172,9-964,1 RE/hari. Sebagian besar contoh (82,9%) memiliki tingkat kecukupan vitamin A cukup. Konsumsi vitamin B1 contoh berkisar antara 0,4-725,6 mg/hari. Sebagian besar contoh (82,9%) memiliki tingkat kecukupan vitamin B1 cukup. Konsumsi vitamin C contoh berada pada kisaran 22,3-134,1 mg/hari. Lebih dari separuh contoh (60%) memiliki tingkat kecukupan vitamin C cukup. Status gizi yang diukur berdasarkan IMT menunjukkan bahwa sebagian besar contoh (94,3%) berada pada kategori normal. Produktivitas kerja diukur berdasarkan jumlah produksi pakaian yang dihasilkan oleh setiap pekerja setiap minggu. Sebesar 62,9% contoh mampu menyelesaikan <13 pakaian/minggu. Lebih dari separuh contoh (80,0%) dengan faktor aktivitas 1,46-1,49 dapat menghasilkan >13 pakaian/minggu. Hal ini diduga karena contoh telah terbiasa dengan pekerjaan tersebut. Namun terdapat 20,0% contoh dengan faktor aktivitas 1,46-1,49 hanya dapat menghasilkan pakaian <13 setiap minggu. Hal ini diduga contoh mengalami kelelahan akibat aktivitas di rumah tangga sehingga mempengaruhi produktivitas kerja di perusahaan. Berdasarkan hasil uji korelasi Pearson, variabel yang berhubungan dengan produktivitas kerja adalah usia (r=0,661**; p<0,01), masa kerja (r=0,569**; p<0,01), status gizi (r=0,419*; p<0,05), dan faktor aktivitas di luar perusahaan (r=0,429*; p<0,05). Selain itu, terdapat hubungan signifikan positif antara faktor aktivitas dengan tingkat kecukupan energi (r=0,371*; p<0,05). Tingkat kecukupan energi dan zat gizi (protein, zat besi, vitamin A, vitamin B1, dan vitamin C) dalam penelitian ini tidak menunjukkan hubungan signifikan dengan produktivitas kerja. Penelitian selanjutnya sebaiknya dilakukan penelitian produktivitas kerja dengan jenis pekerjaan yang berbeda sehingga dapat membandingkan antara produktivitas kerja pekerja setiap jenis pekerjaan. Selain itu, sebaiknya diteliti juga mengenai produktivitas kerja pekerja pria dan pengaruh aktivitas fisik di luar perusahaan dengan produktivitas kerja.
ANALISIS AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI PANGAN, DAN STATUS GIZI DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI KONVEKSI
Skripsi Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Program Studi S1 Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh: FARAH AZIIZA A54103009
PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
Judul
: Analisis Aktivitas Fisik, Konsumsi Pangan, dan Status Gizi dengan Produktivitas Kerja Pekerja Wanita di Industri Konveksi
Nama Mahasiswa
: Farah Aziiza
Nomor Pokok
: A54103009
Menyetujui: Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
dr. Vera Uripi NIP. 131 760 855
Dr. Ir. Siti Madanijah, MS NIP. 130 541 472
Mengetahui: Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019
Tanggal Lulus :......................
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 4 Januari 1985. Penulis merupakan putri kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Slamet Kuntjoro dan Kulsum (Almh). Pendidikan formal pertama yang ditempuh penulis adalah taman kanak-kanak di TK Pembina, Jakarta Timur dari tahun 1990 sampai dengan tahun 1991. Pendidikan SD ditempuh pada tahun 1991 sampai 1995 di SD Negeri 07 Pagi dan pada tahun 1995 sampai 1997 di SD Negeri Cempaka Baru II. Penulis melanjutkan sekolah di SLTP Negeri 2 Ciputat hingga tahun 2000, dan kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SMU Negeri 2 Ciputat mulai tahun 2000 sampai tahun 2003. Penulis diterima sebagai mahasiswa di Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2003 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama menjadi mahasiswa, penulis tercatat sebagai staf divisi Informasi dan Komunikasi FKMG Periode 2003/2004 dan Ketua Biro Informasi dan Komunikasi HIMAGITA Periode 2004/2005 serta aktif dalam berbagai kepanitiaan, baik yang diselenggarakan oleh HIMAGITA maupun BEM Fakultas Pertanian. Selain itu di IPB, penulis memperoleh beasiswa Bantuan Belajar Mahasiswa (BBM) tahun 2005 sampai tahun 2006 dan Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) tahun 2007. Tahun 2006 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Pasir Jaya, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor. Penulis pernah mengikuti kegiatan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang penelitian tahun 2007 dan menjadi asisten praktikum mata kuliah Dietetika Penyakit Infeksi dan Defisiensi Gizi Tahun Ajaran 2007/2008.
PRAKATA Asalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis mampu menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan baik. Adapun penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Aktivitas Fisik, Konsumsi Pangan, dan Status Gizi dengan Produktivitas Kerja Pekerja Wanita di Industri Konveksi” dilakukan sebagai salah satu syarat guna mencapai gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. dr. Vera Uripi dan Dr. Ir. Siti Madanijah, MS. selaku dosen pembimbing skripsi yang dengan penuh kesabaran telah meluangkan waktu dan pikirannya, memberikan arahan, masukan, kritikan, semangat dan dorongan untuk menyelesaikan tugas akhir ini. 2. Ir. Dodik Briawan, MCN selaku dosen pemandu seminar dan dosen penguji skripsi atas saran yang diberikan. 3. Rizka Riyana, Devi Pratiwi Sulaeman, dan Nadiya Mawaddah selaku pembahas seminar. 4. Seluruh pihak perusahaan Agustin Collection yang telah membantu kelancaran penelitian. 5. Bapak, Almarhumah Ibunda tercinta, Dik Wulan, dan Mbak Niken atas do’a, nasehat dan semangat yang telah diberikan selama ini. 6. Teman-temanku (Ticha, Tirta, Ade, Eni, Eka Aprilianti, Putri, Sanya) dan teman-teman GMSK 40 terima kasih atas segala bantuan dan dukungan yang diberikan. 7. Serta semua pihak yang telah membantu kelancaran penyelesaian penyusunan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran membangun sangat penulis harapkan. Penulis berharap penelitian ini dapat memberikan informasi dan bermanfaat bagi semua. Wasamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Bogor, Januari 2008
Penulis
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ............................................................................................... iii DAFTAR GAMBAR ...........................................................................................
v
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ vi PENDAHULUAN ...............................................................................................
1
Latar Belakang ............................................................................................. Perumusan Masalah .................................................................................... Tujuan Penelitian .......................................................................................... Kegunaan Penelitian ....................................................................................
1 2 3 3
TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................... 4 Produktivitas Kerja ....................................................................................... 4 Konsumsi Pangan ........................................................................................ 5 Kebutuhan Energi dan Zat Gizi .................................................................... 6 Kecukupan Gizi ............................................................................................ 11 Aktivitas Fisik ................................................................................................ 12 Status Gizi .................................................................................................... 13 Hubungan Status Gizi dengan Produktivitas Kerja ...................................... 14 KERANGKA PEMIKIRAN ................................................................................. 16 METODE PENELITIAN ..................................................................................... 18 Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ........................................................ Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh ....................................................... Jenis dan Cara Pengumpulan Data ............................................................. Pengolahan dan Analisis Data ..................................................................... Definisi Operasional .....................................................................................
18 18 18 20 23
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................ 25 Gambaran Umum Perusahaan .................................................................... 25 Karakteristik Contoh ..................................................................................... 26 Masa Kerja ................................................................................................... 28 Aktivitas Fisik ................................................................................................ 28 Kebutuhan Energi dan Zat Gizi .................................................................... 30 Makanan yang Disediakan Perusahaan ...................................................... 31 Konsumsi Energi dan Zat Gizi ..................................................................... 32 Konsumsi, dan Tingkat Kecukupan Energi dan Protein ......................... 34 Konsumsi, dan Tingkat Kecukupan Zat Besi, Vitamin A, Vitamin B1, dan Vitamin C ......................................................................................... 36 Status Gizi .................................................................................................... 39 Produktivitas Kerja ....................................................................................... 39 Hubungan Status Gizi dengan Tingkat Kecukupan Energi dan Protein ....... 40 Hubungan Karakteristik Contoh dengan Produktivitas Kerja ....................... 41 Hubungan Aktivitas Fisik, Tingkat Kecukupan Energi dan Produktivitas Kerja ............................................................................................................. 44 Hubungan Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi dengan Produktivitas Kerja ............................................................................................................. 46
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 50 Kesimpulan ................................................................................................... 50 Saran ............................................................................................................ 51 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 52 LAMPIRAN ........................................................................................................ 57
DAFTAR TABEL Halaman 1
Anjuran jumlah porsi menurut kecukupan energi kelompok umur 19-29 tahun dan 30-49 tahun ....................................................................... 6
2
Kecukupan energi dan zat gizi yang dianjurkan untuk wanita (per orang per hari) ...................................................................................... 12
3
Kategori ambang batas IMT (kg/m2) untuk Indonesia .................................. 14
4
Variabel, kategori, jenis, cara dan alat yang digunakan dalam pengumpulan data ....................................................................................... 19
5
Perkiraan pengeluaran energi untuk berbagai aktivitas ............................... 21
6
Klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat gizi ......................................... 22
7
Kategori ambang batas IMT (kg/m2) untuk Indonesia .................................. 22
8
Sebaran contoh berdasarkan karakteristik individu ..................................... 27
9
Sebaran contoh berdasarkan masa kerja .................................................... 28
10 Sebaran contoh berdasarkan faktor aktivitas total ....................................... 29 11 Sebaran contoh berdasarkan faktor aktivitas di luar perusahaan ................ 29 12 Rata-rata alokasi waktu tidur contoh ........................................................... 30 13 Rata-rata kebutuhan energi dan zat gizi contoh .......................................... 30 14 Hidangan, jenis makanan, rata-rata konsumsi energi serta zat gizi makanan yang disediakan perusahaan ...................................................... 31 15 Rata-rata konsumsi, total konsumsi energi serta protein contoh berdasarkan waktu makan .......................................................................... 33 16 Rata-rata konsumsi, kebutuhan, dan tingkat kecukupan energi dan protein contoh .............................................................................................. 34 17 Sebaran contoh berdasarkan TKE dan TKP ................................................ 35 18 Rata-rata konsumsi, kecukupan, dan tingkat kecukupan zat besi, vitamin A, vitamin B1, dan vitamin C contoh ................................................ 36 19 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan zat besi, vitamin A, vitamin B1, dan vitamin C ............................................................................ 38 20 Sebaran contoh berdasarkan IMT ............................................................... 39 21 Sebaran contoh berdasarkan TKE dan status gizi ....................................... 40 22 Sebaran contoh berdasarkan TKP dan status gizi ....................................... 41 23 Sebaran contoh berdasarkan usia dan produktivitas kerja .......................... 41 24 Sebaran contoh berdasarkan pendidikan dan produktivitas kerja ............... 42 25 Sebaran contoh berdasarkan masa kerja dan produktivitas kerja ............... 42 26 Sebaran contoh berdasarkan status gizi dan produktivitas kerja ................. 43 27 Sebaran contoh berdasarkan TKE dan faktor aktivitas ................................ 44
28 Sebaran contoh berdasarkan faktor aktivitas dan produktivitas kerja .......... 45 29 Sebaran contoh berdasarkan faktor aktivitas di luar perusahaan dan produktivitas kerja ........................................................................................ 46 30 Sebaran contoh berdasarkan TKE dan produktivitas kerja .......................... 47 31 Sebaran contoh berdasarkan TKP dan produktivitas kerja .......................... 47 32 Sebaran contoh berdasarkan TK Fe dan produktivitas kerja ....................... 48 33 Sebaran contoh berdasarkan TK Vit. A dan produktivitas kerja ................... 48 34 Sebaran contoh berdasarkan TK Vit. B1 dan produktivitas kerja ................ 48 35 Sebaran contoh berdasarkan TK Vit. C dan produktivitas kerja .................. 49
DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Pengaruh berbagai faktor terhadap produktivitas kerja (Matulessy & Rachmat 1997) ........................................................................................... 15 2 Bagan kerangka pemikiran hubungan aktivitas fisik, konsumsi pangan dan status gizi pekerja wanita dengan produktivitas kerja ............................. 17 3 Struktur organisasi perusahaan Agustin Collection ....................................... 25 4 Sebaran contoh berdasarkan produktivitas kerja ........................................... 40
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Kuesioner Penelitian ...................................................................................... 57 2 Data karakteristik contoh dan produktivitas kerja .......................................... 61 3 Hasil uji korelasi Pearson hubungan beberapa variabel dengan produktivitas kerja contoh .............................................................................. 62
PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan pembangunan ke arah industrialisasi yang semakin pesat menuntut perusahaan untuk memanfaatkan sumberdaya yang dimilikinya secara optimal. Perusahaan membutuhkan tenaga kerja Indonesia yang produktif, sehat dan berkualitas dalam menghadapi persaingan pasar yang semakin ketat. Oleh karena itu diperlukan manajemen yang baik, khususnya yang berkaitan dengan masalah kesehatan dan keselamatan kerja. Searah dengan hal tersebut kebijakan pembangunan di bidang kesehatan ditujukan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi seluruh masyarakat termasuk masyarakat pekerja. Masyarakat pekerja mempunyai peranan dan kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku dari tujuan pembangunan. Berkembangnya IPTEK dituntut adanya Sumberdaya Manusia (SDM) yang berkualitas dan mempunyai produktivitas tinggi sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan dan daya saing di era globalisasi. Efisiensi dan produktivitas kerja yang optimal hanya bisa dicapai oleh tenaga kerja dengan derajat kesehatan baik, bekerja dengan cara dan lingkungan kerja yang memenuhi syarat kesehatan kerja. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik [BPS] (2005), jumlah angkatan kerja Indonesia mencapai 155.549.736 orang dan jumlah angkatan kerja di Propinsi DKI Jakarta mencapai 1.345.839 orang. Data BPS (2003) menunjukkan bahwa pola perkembangan angkatan kerja perempuan selama periode 20032010 menunjukkan kecenderungan meningkat, namun bila dibandingkan dengan laki-laki, laju peningkatan angkatan kerja perempuan umumnya relatif lebih besar. Laju pertumbuhan terbesar mencapai 4,88% per tahun terjadi di Propinsi DKI Jakarta. Konsumsi pangan dan status gizi pekerja dinilai cukup penting dalam upaya peningkatan produktivitas kerja. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 menyebutkan prevalensi anemia pada Wanita Usia Subur (WUS) sebesar 27,9% (Syarief 2004). Penelitian oleh Kodiyat (1995) melaporkan bahwa di kalangan tenaga kerja wanita 30-40% menderita anemia (Subeno 2007). Penelitian yang dilakukan oleh Kantor Menteri Negara Urusan Peranan Wanita (1985) didapatkan 15% pekerja wanita kekurangan energi dan protein yang menyebabkan pekerja menjadi lambat berpikir, lambat bertindak dan cepat lelah (Pusat Kesehatan Kerja 2007). Berdasarkan data dari National Institute of Health Research and Development, Menteri Kesehatan Republik Indonesia (1995) diacu
dalam Kurniawan (2002) menunjukkan bahwa 30% pekerja wanita menderita anemia dan hal ini menyebabkan produktivitas mereka menurun hingga 20%. Masalah gizi pada pekerja tersebut sebagai akibat langsung kurangnya asupan makanan yang tidak sesuai dengan beban kerja atau jenis pekerjaan. Konsumsi pangan yang mencukupi sangat dibutuhkan oleh tubuh agar tubuh dapat melakukan kegiatan, pemeliharaan tubuh, dan aktivitas. Aktivitas yang tinggi dapat meningkatkan kebutuhan terhadap energi tubuh (Hardinsyah & Martianto 1992). Energi yang digunakan untuk aktivitas fisik bervariasi dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, tinggi badan dan berat badan seseorang (U.S. Department of Health and Human Services 2005). Status gizi yang diukur berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) yang berbeda antara pekerja wanita dapat berpengaruh terhadap produktivitas kerja. Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah produktivitas tenaga kerja yang rendah adalah dengan peningkatan gizi tenaga kerja. Gizi kerja merupakan salah satu faktor penentu produktivitas kerja. Berdasarkan hasil penelitian Untoro et al. (1998) disebutkan bahwa produktivitas secara signifikan berkorelasi dengan pengalaman kerja, Lean Body Mass (LBM), hemoglobin, tinggi badan, dan MidUpper-Arm Muscle Area (MUAM). Industri konveksi merupakan salah satu contoh perusahaan yang mempekerjakan banyak pekerja wanita. Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian analisis aktivitas fisik, konsumsi pangan, dan status gizi terhadap produktivitas kerja pekerja wanita di industri konveksi (Agustin Collection). Perumusan Masalah Industri konveksi merupakan salah satu industri yang banyak menyerap tenaga kerja, terutama tenaga kerja wanita. Pekerja wanita rentan terhadap masalah gizi dan kesehatan. Masalah gizi dan kesehatan tersebut berkaitan dengan konsumsi pangan. Konsumsi pangan bagi tenaga kerja di suatu perusahaan dapat diperoleh baik dari makanan yang disediakan oleh perusahaan tersebut maupun dari luar. Masalah gizi dan kesehatan dapat mempengaruhi produktivitas kerja dari pekerja. Oleh karena itu, perusahaan perlu memperhatikan kesejahteraan pekerja, terutama mengenai penyediaan makanan dari industri tersebut. Banyak penelitian yang telah menganalisis hubungan status gizi dan konsumsi pangan dengan produktivitas kerja pekerja wanita, namun belum
banyak yang menganalisis hubungan tersebut di industri konveksi. Salah satu penelitian yang dilakukan di industri tekstil disebutkan bahwa produktivitas kerja berhubungan signifikan positif dengan motivasi dan tingkat kecukupan energi serta protein, namun tidak menunjukkan hubungan signifikan dengan tingkat kecukupan zat besi. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk menganalisis hubungan antara aktivitas fisik, konsumsi pangan dan status gizi pekerja wanita terhadap produktivitas kerja di industri konveksi (Agustin Collection). Tujuan Penelitian Tujuan umum Tujuan umum penelitian ini adalah menganalisis hubungan aktivitas fisik, konsumsi pangan, dan status gizi dengan produktivitas kerja pekerja wanita di industri konveksi. Tujuan khusus Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk: 1. Mengidentifikasi karakteristik contoh (usia, berat badan, tinggi badan, pendapatan, besar keluarga, dan pendidikan) serta masa kerja. 2. Menganalisis hubungan aktivitas fisik dengan tingkat kecukupan energi. 3. Menganalisis hubungan karakteristik contoh (usia dan pendidikan), masa kerja, status gizi, tingkat kecukupan energi dan zat gizi, serta aktivitas fisik dengan produktivitas kerja. Kegunaan Penelitian Hasil pertimbangan menetapkan
penelitian bagi
ini
diharapkan
perusahaan
kebijakan
yang
dalam
berkaitan
dapat
dijadikan
mengambil dengan
sebagai
keputusan
upaya
bahan ataupun
pengembangan
sumberdaya manusianya di masa yang akan datang, terutama yang berkaitan dengan produktivitas kerja karyawan. Hal tersebut diharapkan dapat membantu dalam pencapaian tujuan bersama baik perusahaan maupun karyawan.
TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas Kerja Menurut Encyclopedia of Professional Management diacu dalam Atmosoeprapto (2001), produktivitas adalah suatu ukuran sejauh mana sumbersumber daya digabungkan dan dipergunakan dengan baik sehingga dapat mewujudkan hasil-hasil tertentu yang diinginkan. Sagir (1990) menyatakan bahwa produktivitas kerja adalah perbandingan antara jumlah pengeluaran dengan nilai tambah terhadap jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam proses produksi untuk menghasilkan produk yang
diinginkan.
Nugraha (1992)
menyatakan bahwa produktivitas kerja sebenarnya hanya sebagian dari seluruh produktivitas suatu usaha, maka produktivitas tenaga kerja adalah efisiensi proses menghasilkan dari sumberdaya yang digunakan. Produktivitas kerja dapat dinyatakan sebagai jumlah hasil kerja/pekerja/satuan waktu. Produktivitas tenaga kerja sebagai suatu konsep menunjukkan adanya kaitan antara hasil kerja seorang tenaga kerja dengan satuan waktu yang dibutuhkannya untuk menghasilkan suatu produk. Menurut Sagir (1990), produktivitas kerja merupakan ukuran keberhasilan pekerja menghasilkan suatu produk dalam satuan waktu tertentu. Seorang tenaga kerja dinilai produktif bila tenaga kerja tersebut mampu menghasilkan keluaran yang lebih banyak dibanding tenaga kerja lainnya dalam suatu waktu yang sama, atau apabila tenaga kerja tersebut menghasilkan keluaran yang sama dengan menggunakan sumberdaya yang sedikit. Pengukuran produktivitas tenaga kerja secara umum dapat dirumuskan sebagai berikut: Produktivitas Tenaga Kerja =
Salah
satu
tolok
ukur
Jumlah Hasil Produksi
keberhasilan
Satuan Waktu
pembangunan
adalah
mutu
sumberdaya manusia yang berproduktivitas tinggi. Bernagai faktor yang mempengaruhi peningkatan sumberdaya manusia bila dikelola dengan baik dan efektif akan dapat meningkatkan produktivitas (Matulessy & Rachmat 1997). Ravianto (1985) menyatakan bahwa produktivitas tenaga kerja dipengaruihi oleh berbagai faktor, yaitu: a. Latar belakang pendidikan dan latihan. b. Alat-alat produksi yang digunakan dan teknologi dalam proses produksi. c. Value system, nilai-nilai atau pranata sosial masyarakat atau juga faktor lingkungan hidup tenaga kerja (moderen atau tradisional, statis atau dinamis),
kuat tidaknya ikatan kekeluargaan, mobilitas tenaga kerja, motivasi dan lainlain. d. Lingkungan pekerjaan atau iklim kerja. e. Derajat kesehatan (kesehatan lingkungan), nilai gizi makanan, sanitasi, tersedianya air bersih. f.
Tingkat upah minimal yang berlaku. Tingkat upah yang terlalu rendah, tidak memungkinkan tenaga kerja untuk dapat memenuhi kebutuhan fisik minimal atau tidak memungkinkan untuk mampu bekerja produktif (malas akibat kekurangan gizi). Ravianto (1986) juga menyatakan bahwa produktivitas tenaga kerja
dipengaruhi oleh berbagai faktor baik yang berhubungan dengan tenaga kerja itu sendiri maupun faktor-faktor lainnya, seperti: pendidikan, keterampilan, disiplin, sikap dan etika kerja, motivasi, gizi dan kesehatan, tingkat penghasilan, jaminan sosial, teknologi, sarana produksi, manajemen, dan kesempatan berprestasi. Konsumsi Pangan Konsumsi pangan adalah jumlah dan jenis pangan yang dimakan oleh seseorang dengan tujuan untuk pemenuhan kebutuhan fisiologis, psikologis, dan sosiologis. Tujuan fisiologis adalah untuk memenuhi rasa lapar atau keinginan memperoleh zat-zat gizi yang diperlukan tubuh. Tujuan psikologis merupakan sesuatu yang berhubungan dengan kebutuhan untuk memenuhi kepuasan emosional ataupun selera individu dan tujuan sosiologis berhubungan dengan upaya pemeliharaan hubungan antar manusia dalam kelompok kecil maupun kelompok besar (Riyadi 1996). Menurut Madanijah (2004) konsumsi pangan merupakan informasi tentang jenis dan jumlah pangan yang di konsumsi oleh seseorang atau sekelompok orang pada waktu tertentu. Pangan dikonsumsi oleh seseorang atau sekelompok orang karena disukai, tersedia dan terjangkau, faktor sosial dan alasan kesehatan. Faktorfaktor dasar yang mempengaruhi jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi adalah rasa lapar atau kenyang, selera atau reaksi cita rasa, motivasi, ketersediaan pangan, suku bangsa, agama, status sosial ekonomi dan pendidikan (Riyadi 1996). Menurut Harper et al. (1985) terdapat empat faktor yang sangat berpengaruh terhadap konsumsi pangan sehari-hari bagi sebagian besar penduduk di negara-negara berkembang, yaitu: a. Produksi pangan untuk keperluan rumah tangga. b. Pengeluaran uang untuk keperluan pangan rumah tangga.
c. Pengetahuan tentang gizi. d. Ketersediaan pangan yang dipengaruhi oleh produksi dan pengeluaran uang untuk keperluan pangan rumah tangga. Anjuran jumlah porsi menurut kecukupan energi kelompok umur 19-29 tahun dan 30-49 tahun disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Anjuran jumlah porsi menurut kecukupan energi kelompok umur 19-29 tahun dan 30-49 tahun Bahan Makanan Nasi Sayuran Buah Tempe Daging Susu Minyak Gula
Dewasa 19-29 Tahun Perempuan (2000 kkal) 4•p 3p 5p 3p 3p 5p 2p
Dewasa 30-49 Tahun Perempuan (2100 kkal) 4•p 3p 5p 3p 3p 6p 2p
Sumber: Depkes (1996)
Kebutuhan Energi dan Zat Gizi Karyadi dan Muhilal (1996) menyatakan bahwa kebutuhan pangan hanya diperlukan secukupnya, bila kurang maupun lebih dari kecukupan yang diperlukan, terutama apabila dialami dalam jangka waktu yang lama, akan berdampak buruk bagi kesehatan. Adanya interaksi antara berbagai zat gizi memberikan gambaran perlunya diupayakan suatu keseimbangan zat-zat gizi yang dikonsumsi. Semakin beranekaragam bahan pangan yang dikonsumsi, maka semakin tercapai keseimbangan dalam interaksi antara zat gizi. Kekurangan dan kelebihan zat gizi yang diterima tubuh seseorang akan mempunyai dampak negatif yang sama. Perbaikan konsumsi pangan dan peningkatan status gizi sesuai atau seimbang dengan yang diperlukan tubuh merupakan unsur penting yang berdampak positif bagi peningkatan kualitas hidup manusia, kesehatan, kreativitas, dan produktivitas (Kartasapoetra & Marsetyo 2005). Makanan yang dikonsumsi setiap hari tersusun dari unsur-unsur gizi atau nutrien
yang
diklasifikasikan
sebagai
makronutrien
dan
mikronutrien.
Makronutrien terdiri atas karbohidrat, lemak serta protein dan dinamakan demikian karena dibutuhkan dalam jumlah yang besar (jumlah makro) mengingat ke tiga nutrien ini umumnya terpakai habis dan tidak didaur ulang. Sebaliknya mikronutrien yang terdiri atas vitamin dan mineral diperlukan tubuh dalam jumlah
sedikit (jumlah mikro) karena didaur ulang. Disamping nutrien yang disebutkan diatas tubuh juga membutuhkan air, oksigen dan serat makanan (Hartono 2000). Kebutuhan manusia akan energi dan zat gizi lainnya sangat bervariasi meskipun faktor-faktor seperti ukuran badan, jenis kelamin, macam kegiatan, dan faktor lainnya sudah diperhitungkan. Jumlah zat gizi yang dibutuhkan dapat tergantung
pada
kualitas
makanan
karena
efisiensi
penyerapan
dan
pendayagunaan zat gizi oleh tubuh dipengaruhi oleh komposisi dan keadaan makanan secara keseluruhan (Suhardjo & Kusharto 1992). Energi Manusia membutuhkan energi untuk mempertahankan hidup, menunjang pertumbuhan dan melakukan aktivitas fisik. Energi diperoleh dari karbohidrat, lemak dan protein suatu bahan makanan menentukan nilai energinya (Almatsier 2002). Menurut Budiyanto (2002), energi dalam tubuh manusia dapat timbul karena adanya pembakaran karbohidrat, protein, dan lemak sehingga manusia membutuhkan zat-zat makanan yang cukup untuk memenuhi kecukupan energinya. Manusia yang kekurangan makan akan lemah, baik daya kegiatan, pekerjaan fisik, maupun daya pemikirannya karena kekurangan zat-zat makanan yang dapat menghasilkan energi dalam tubuh. Energi dibutuhkan tubuh pertama-tama untuk memelihara fungsi dasar tubuh yang disebut metabolisme basal sebesar 60-70% dari kebutuhan energi total. Kebutuhan energi untuk metabolisme basal adalah kebutuhan energi minimum dalam keadaan istirahat total, tetapi tidur di lingkungan suhu yang nyaman dan suasana tenang. Selain itu energi juga diperlukan untuk fungsi tubuh lain seperti mencerna, mengolah dan menyerap makanan dalam alat pencernaan, serta untuk bergerak, berjalan, bekerja dan beraktivitas lainnya (Soekirman 2000). Menurut Suhardjo dan Kusharto (1992), kebutuhan energi pada dasarnya tergantung dari empat faktor yang saling berkaitan, yaitu (1) kegiatan fisik, (2) ukuran dan komposisi tubuh, (3) umur, dan (4) iklim dan faktor ekologi lainnya. Protein Protein merupakan zat gizi penghasil energi yang tidak berperan sebagai sumber energi tetapi berfungsi untuk mengganti jaringan dan sel tubuh yang rusak (Depkes 2002). Protein merupakan suatu zat makanan yang sangat penting bagi tubuh karena zat ini disamping berfungsi sebagai bahan bakar dalam tubuh, juga berfungsi sebagai zat pembangun dan pengatur. Protein
adalah sumber asam amino yang mengandung unsur C, H, O, dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat (Winarno 1997). Winarno (1997) menyatakan bahwa fungsi utama protein bagi tubuh ialah untuk membentuk jaringan baru dan mempertahankan jaringan yang telah ada. Protein dapat digunakan sebagai bahan bakar apabila keperluan energi tubuh tidak terpenuhi oleh karbohidrat dan lemak. Menurut Almatsier (2002), kekurangan protein dapat menyebabkan gangguan pada asupan dan transportasi zat-zat gizi, dalam keadaan berlebih, protein akan mengalami deaminase, nitrogen dikeluarkan dari tubuh dan sisasisa ikatan karbon akan diubah menjadi lemak dan disimpan dalam tubuh. Oleh karena itu konsumsi protein secara berlebihan dapat menyebabkan kegemukan. Menurut Khumaidi (1989), kecukupan protein akan dapat terpenuhi apabila kecukupan energi telah terpenuhi karena sebanyak apapun protein akan dibakar menjadi panas dan tenaga apabila cadangan energi masih di bawah kebutuhan. Zat Besi Salah satu fungsi zat besi adalah berperan dalam langkah-langkah akhir metabolisme energi sehingga dihasilkan Adenin Trifosfat (ATP). Sebagian besar besi terdapat di dalam hemoglobin, yaitu molekul protein yang mengandung besi dari sel darah merah dan mioglobin di dalam otot (Almatsier 2002). Sebagian besar dari zat besi dalam tubuh berada dalam ikatan kompleks dengan bentuk ikatan protein. Ikatan dengan protein ini dapat dalam bentuk porphyrin atau heme terutama dalam bentuk hemoglobin dan myoglobin. Ikatan dengan protein ini dapat pula dalam bentuk nonheme seperti ferritin dan transferrin. Pada manusia dewasa dan sehat, besi yang terikat dalam hemoglobin mencapai 60-70% dari jumlah besi dalam tubuh, sedangkan besi yang terikat dalam bentuk myoglobin hanya sekitar 3% dari seluruh jumlah besi dalam tubuh (Piliang & Djojosoebagio 2006). Menurut Karyadi dan Muhilal (1996), zat yang menghambat penyerapan zat besi antara lain adalah asam fitat, asam oksalat, dan tanin yang terdapat dalam serealia, sayuran, kacang-kacangan dan teh. Protein, terutama protein hewani dan vitamin C membantu penyerapan zat besi dalam tubuh. Almatsier (2002) menyatakan bahwa pangan yang mengandung zat besi dalam jumlah yang cukup tinggi adalah hati, daging, makanan laut, buah kering, kacangkacangan, sayuran hijau dan serealia.
Zat besi kurang baik diserap dari bahan makanan yang berupa sereal dan polong-polongan (legume), sedangkan pangan sumber zat besi (daging dan hewan lain) jarang dikonsumsi. Penyerapan zat besi dapat ditingkatkan dengan mengkonsumsi sumber zat besi (daging) dan makanan yang kaya vitamin C secara bersamaan (IDRC/IAC 1996, diacu dalam Widayani 2004). Defisiensi besi yang ditandai dengan terjadinya anemia gizi besi berpengaruh luas terhadap kualitas sumberdaya manusia, yaitu terhadap kemampuan belajar dan produktivitas kerja. Menurunnya produktivitas kerja pada kekurangan besi disebabkan oleh dua hal, yaitu (1) berkurangnya enzim-enzim yang mengandung besi dan besi sebagai kofaktor enzim-enzim yang terlibat dalam metabolisme energi, dan (2) menurunnya hemoglobin darah. Akibatnya, metabolisme di dalam otot terganggu dan terjadi penumpukan asam laktat yang menyebabkan rasa lelah (Almatsier 2002). Vitamin A Sumber vitamin A adalah hati, telur, susu (di dalam
lemaknya) dan
mentega. Sumber karoten adalah daun singkong, daun kacang, kangkung, bayam, kacang panjang, buncis, wotel, tomat, jagung kuning, pepaya, nangka masak dan jeruk. Vitamin A berpengaruh terhadap sintesis protein. Vitamin A dibutuhkan untuk perkembangan tulang dan sel epitel yang membentuk email dalam pertumbuhan gigi. Pada kekurangan vitamin A, pertumbuhan tulang terhambat dan bentuk tulang tidak normal. Defisiensi vitamin A menyebabkan berkurangnya nafsu makan. Hal ini mungkin karena perubahan pada jonjot rasa pada lidah. Vitamin A juga berperan dalam pembentukan sel darah merah, kemungkinan melalui interaksi dengan besi (Almatsier 2002). Status besi saling berkaitan atau berhubungan dengan vitamin A. Defisiensi vitamin A dalam menyebabkan anemia mikrositik (Groff & Gropper 2000). Anemia mikrositik adalah anemia yang disebabkan kekurangan besi (inti molekul Hb) yang merupakan unsur utama dalam sel darah merah. Kekurangan besi menyebabkan penurunan produksi Hb, akibatnya terjadinya pengecilan (mikrositik) serta berkurangnya jumlah sel darah merah (Widayani 2004). Vitamin A dapat mempengaruhi penyimpanan atau metabolisme besi atau dapat mempengaruhi diferensiasi sel darah merah (Groff & Gropper 2000). Oleh karena itu, kecukupan vitamin A akan mempengaruhi keseimbangan besi di dalam tubuh.
Vitamin B1 Tiamin dikenal juga sebagai vitamin B1. Tiamin tidak dapat disimpan banyak oleh tubuh, tetapi dalam jumlah terbatas dapat disimpan dalam hati, ginjal, jantung, otak, dan otot. Bila tiamin terlalu banyak dikonsumsi, kelebihannya akan dibuang melalui air kemih. Tiamin berperan sebagai koenzim dalam
reaksi-reaksi
yang
menghasilkan
energi
dari
karbohidrat
dan
memindahkan energi membentuk senyawa kaya energi yang disebut ATP (Adenosin trifosfat) (Winarno 1997). Menurut Moehji (2002a), fungsi vitamin B1 yang terpenting antara lain: (1) sebagai Co-enzym Thiamin pyropospat yang diperlukan pada pembentukan Acetyl Coenzym dan dari asam piruvat dalam metabolisme karbohidrat, (2) memelihara sifat permeabilitas dan dinding pembuluh darah sehingga mencegah terjadinya penumpukan cairan dalam jarangan tubuh (odema) seperti pada penderita penyakit beri-beri, (3) memelihara fungsi syaraf periferal sehingga mencegah terjadinya neuritis, dan (4) memperbaiki kontraksi dinding lambung sehingga sekresi getah cerna lebih baik dan memelihara nafsu makan. Kekurangan tiamin akan menyebabkan polyneuritis yang disebabkan terganggunya transmisi syaraf atau jaringan syaraf menderita kekurangan energi. Sumber tiamin yang baik sebenarnya biji-bijian, seperti beras PK (pecah kulit) atau bekatulnya. Karena derajat penyosohan yang tinggi, bagian penting tersebut biasanya juga dan kini dimulai usaha fortifikasi biji-bijian dengan tiamin. Daging, unggas, ikan dan telur juga merupakan sumber vitamin B1. Kadar tiamin pada sayuran dan buah-buahan kecil, namun kebiasaan memakan lalap dalam jumlah besar banyak membantu menyediakan tiamin bagi tubuh (Winarno 1997). Vitamin C Vitamin C merupakan salah satu vitamin larut air. Vitamin C dapat terserap sangat cepat dari alat pencernaan masuk ke dalam saluran darah dan diedarkan ke seluruh jaringan tubuh. Pada umumnya tubuh menahan vitamin C sangat sedikit. Kelebihan vitamin C dibuang melalui air kemih. Oleh karena itu, bila seseorang mengkonsumsi vitamin C dalam jumlah besar, sebagian besar akan dibuang keluar, terutama bila orang tersebut biasa mengkonsumsi makanan yang bergizi tinggi. Sebaliknya, bila buruk keadaan gizi seseorang, maka sebagian besar dari jumlah itu dapat ditahan oleh jaringan tubuh (Winarno 1997).
Vitamin C memiliki banyak fungsi di dalam tubuh, sebagai koenzim atau kofaktor. Asam askorbat adalah bahan yang kuat kemampuan reduksinya dan bertindak sebagai antioksidan dalam reaksi-reaksi hidroksilasi. Kekurangan vitamin C dapat menyebabkan luka sukar sembuh, terjadi anemia, kadangkadang jumlah sel darah putih menurun, serta depresi dan timbul gangguan saraf. Vitamin C umumnya hanya terdapat di dalam pangan nabati, yaitu sayur dan buah terutama yang asam, seperti jeruk, nanas, rambutan, pepaya, gandaria, dan tomat. Vitamin C juga banyak terdapat di dalam sayuran daundaunan dan jenis kol (Almatsier 2002). Menurut Riyadi (2006), kebutuhan vitamin C dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, dan keadaan fisiologis (hamil dan menyusui), serta gaya hidup seperti merokok. Kecukupan Gizi Kecukupan gizi yang dianjurkan (Recommended Dietary Allowances disingkat RDA) adalah banyaknya masing-masing zat gizi yang harus terpenuhi dari makanan untuk mencakup hampir semua orang sehat. Kecukupan gizi dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, aktivitas, berat dan tinggi badan, genetika, serta keadaan hamil dan menyusukan. Kecukupan gizi yang dianjurkan agak berbeda
dengan
kebutuhan
gizi
(requirement).
Kebutuhan
gizi
lebih
menggambarkan banyaknya zat gizi minimal yang diperlukan oleh masingmasing individu, jadi ada yang tinggi dan ada pula yang rendah, yang dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain genetika (Karyadi & Muhilal 1996). Perhitungan kecukupan gizi seseorang dapat mengacu pada Daftar Kecukupan Gizi, yaitu daftar yang memuat angka-angka kecukupan zat gizi ratarata per orang per hari bagi orang sehat Indonesia. Angka Kecukupan Gizi tersebut sudah memperhitungkan variasi kebutuhan rata-rata ditambah jumlah tertentu untuk mencapai tingkat aman (Hardinsyah & Briawan 1994). Menurut Almatsier (2004), penentuan kebutuhan gizi seseorang dalam keadaan sehat dilakukan berdasarkan umur, gender, aktivitas fisik, serta kondisi khusus (ibu hamil dan menyusui). Kebutuhan energi ditentukan oleh komponen utama, yaitu Angka Metabolisme Basal (AMB) atau Basal Metabolisme Rate (BMR) dan aktivitas fisik. AMB dipengaruhi oleh umur, gender, berat badan, dan tinggi badan. Berikut rumus perhitungan AMB untuk wanita menurut Harris Benedict (1919) diacu dalam Almatsier (2004). AMB = 655 + (9,6 x BB) + (1,8 x TB) – (4,7 x U)
Keterangan: AMB : Angka Metabolisme Basal (kkal/hari) BB
: Berat badan (kg)
TB
: Tinggi badan (cm)
U
: Umur (tahun) Keadaan kesehatan gizi tergantung dari tingkat konsumsi. Tingkat
konsumsi ditentukan oleh kualitas dan kuantitas hidangan. Kualitas hidangan menunjukkan adanya semua zat gizi yang diperlukan oleh tubuh di dalam susunan hidangan. Kuantitas hidangan menunjukkan jumlah masing-masing zat gizi terhadap kebutuhan tubuh. Jika hal ini dapat dipenuhi, baik dari sudut kuantitas maupun kualitasnya, maka akan tercapai keadaan gizi yang sebaikbaiknya (Sediaoetama 2006). Tingkat kecukupan zat gizi dapat menggambarkan konsumsi pangan. Hal
tersebut
dikarenakan
tingkat
kecukupan
zat
gizi
dihitung
dengan
membandingkan konsumsi zat gizi dan kecukupan zat gizi. Tingkat kecukupan gizi yang rendah menunjukkan bahwa zat gizi yang dikonsumsi juga rendah. Angka kecukupan energi dan zat gizi yang dianjurkan untuk wanita disajikan pada Tabel 2 berikut: Tabel 2 Kecukupan energi dan zat gizi yang dianjurkan untuk wanita (per orang per hari) Umur (tahun) 10-12 13-15 16-18 19-29 30-49 50-64 65+ Sumber:
Berat Badan (kg) 38 49 50 52 55 55 55 a) b)
Tinggi Badan (cm) 145 152 155 156 156 156 156
Energi a) (kkal)
Protein a) (g)
Zat Besi b) (mg)
Vit. A c) (RE)
Vit. B1 d) (mg)
Vit. C d) (mg)
2.050 2.350 2.200 1.900 1.800 1.750 1.600
50 57 55 50 50 50 45
20 26 26 26 26 12 12
600 600 600 500 500 500 500
1,1 1,2 1,1 1,0 0,9 0,9 0,8
50 65 75 75 75 75 75
Hardinsyah dan Tambunan (2004) Kartono dan Soekatri (2004)
c) d)
Muhilal, Sulaeman (2004) Setiawan dan Rahayuningsih (2004)
Aktivitas Fisik Aktivitas fisik adalah gerakan yang dilakukan oleh otot tubuh dan sistem penunjangnya. Selama melakukan aktivitas fisik, otot membutuhkan energi diluar metabolisme untuk bergerak, sedangkan jantung dan paru-paru memerlukan tambahan energi untuk mengantarkan zat-zat gizi dan oksigen ke seluruh tubuh dan untuk mengeluarkan sisa-sisa dari tubuh. Banyaknya energi yang dibutuhkan bergantung pada berapa banyak otot yang bergerak, berapa lama dan berapa
berat pekerjaan yang dilakukan (Almatsier 2002). Komponen terbesar kedua dari penggunaan energi total setelah metabolisme basal yaitu penggunaan energi pada aktivitas fisik (Subcommitte of the RDAs 1989). Riyadi (2006) menyatakan bahwa jika diketahui jumlah energi tubuh yang telah dikeluarkan selama aktivitas sehari maka sebenarnya jumlah tersebut merupakan kebutuhan energi seseorang, dengan asumsi aktivitas harian tersebut merupakan aktivitas normal sehari-hari untuk hidup sehat. Intensitas aktivitas fisik secara khusus digolongkan menjadi aktivitas ringan, sedang, dan berat yang didasarkan pada jumlah usaha atau energi yang digunakan seseorang untuk melakukan aktivitas (Anonim 2006). Hardinsyah dan Martianto (1988) mengelompokkan pengeluaran energi berdasarkan jenis kegiatan antara lain: tidur, pekerjaan (ringan, sedang, berat), santai, dan kegiatan lainnya (kegiatan rumah tangga, sosial, dan olah raga atau kesegaran jasmani). Kegiatan di rumah tangga meliputi: memperbaiki rumah, membersihkan rumah, dan memelihara pekarangan, menyiapkan makanan dan minuman, mengasuh anak, dan kegiatan lainnya di rumah tangga. Kegiatan sosial meliputi: menghadiri rapat, pertemuan, undangan, bertamu atau berkunjung, pergi ke tempat pelayanan kesehatan, ke tempat ibadah, dan lain-lain. Kegiatan olah raga meliputi: latihan, kesegaran jasmani, dan lain-lain. Status Gizi Status gizi merupakan keadaan kesehatan tubuh seseorang atau sekelompok orang merupakan akibat dari konsumsi, penyerapan (absorpsi), dan utilisasi (utilization) zat gizi makanan (Riyadi 2003). Kekurangan atau kelebihan zat gizi dalam tubuh akan mempengaruhi status gizi yang pada akhirnya menyebabkan masalah gizi. Soekirman (2000) menyatakan bahwa masalah gizi merupakan suatu keadaan tubuh kekurangan zat gizi karena kebutuhannya tidak terpenuhi
sehingga
berdampak
pada
kesejahteraan
perorangan
atau
masyarakat. Arkani (1992) menyatakan bahwa pada dasarnya status gizi seseorang ditentukan berdasarkan konsumsi gizi dan kemampuan tubuh dalam menggunakan zat-zat gizi tersebut. Status gizi yang normal menunjukkan bahwa kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi telah memenuhi kebutuhan tubuh. Masalah kekurangan dan kelebihan gizi pada orang dewasa merupakan masalah penting karena selain mempunyai resiko penyakit-penyakit tertentu, juga dapat mempengaruhi produktivitas kerja. Oleh karena itu pemantauan
keadaan tersebut perlu dilakukan secara berkesinambungan. Salah satu cara adalah dengan mempertahankan berat badan yang ideal atau normal. Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat yaitu antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik, sedangkan secara tidak langsung dibagi menjadi tiga yaitu survei konsumsi pangan, statistik vital dan faktor ekologi (Supariasa et al. 2002). Defisiensi energi kronik (DEK) atau kurang energi kronik (KEK) didefinisikan sebagai suatu keadaan tetap (steady state) dimana intik energi seseorang sama dengan pengeluaran energi walaupun simpanan energinya rendah dan berat badannya rendah (Riyadi 2003). Salah satu cara yang paling sederhana untuk mendiagnosis defisiensi energi kronis adalah dengan menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT). Menurut Supariasa et al. (2002), penggunaan IMT hanya berlaku untuk orang dewasa berumur diatas 18 tahun. IMT tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil dan olahragawan. Disamping itu, IMT tidak bisa diterapkan pada keadaan khusus (penyakit) lainnya seperti adanya edema, asites, dan hepatomegali. Rumus perhitungan IMT adalah sebagai berikut: IMT =
BB (kg) TB 2 (m2 )
Keterangan: IMT = Indeks Massa Tubuh BB
= Berat Badan (kg)
TB
= Tinggi Badan (m) Klasifikasi status gizi dengan menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT)
orang dewasa disajikan pada Tabel 3 berikut: Tabel 3 Kategori ambang batas IMT (kg/m2) untuk Indonesia Kategori IMT Kekurangan berat badan tingkat berat <17,0 Kurus Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0–18,5 Normal >18,5–25,0 Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan >25,0–27,0 Kelebihan berat badan tingkat berat >27,0 Sumber: Departemen Kesehatan (Depkes) (1994) diacu dalam Supariasa et al. (2002)
Hubungan Status Gizi dengan Produktivitas Kerja Menurut Matulessy dan Rachmat (1997), gizi kerja adalah salah satu cabang ilmu gizi yang mempelajari khusus tenaga pekerja sebagai Sumberdaya Manusia (SDM) dan faktor-faktor yang mempengaruhi status gizinya yang dapat mempengaruhi produktivitas kerjanya, serta faktor-faktor ekologi dan lingkungan kerja yang mempengaruhi gizi dan kesehatan tenaga kerja. Tujuan
utama dalam usaha-usaha gizi kerja adalah meningkatkan produktivitas. Gambar 1 menggambarkan pengaruh berbagai faktor terhadap produktivitas tenaga kerja. Keluarga Ekonomi Fisik: - Gizi - Kesehatan Sosial Budaya
SDM TK
Motivasi
• Lingkungan Kerja, • upah, • dan lain-lain
Produktivitas
• Pemberian Makanan Tambahan • keterampilan
Gambar 1 Pengaruh berbagai faktor terhadap produktivitas kerja (Matulessy & Rachmat 1997). Keadaan status gizi dan kesehatan yang baik akan sangat mempengaruhi kesegaran fisik dan daya pikir yang baik dalam melakukan pekerjaan. Tanpa makanan yang cukup, energi sebagai sumber tenaga dalam melakukan pekerjaan akan diambil dari energi cadangan dan protein dalam sel tubuh. Kekurangan dan kelebihan zat gizi yang diterima tubuh seseorang akan sama mempunyai dampak negatif. Perbaikan konsumsi pangan dan peningkatan status gizi sesuai atau seimbang dengan yang diperlukan tubuh merupakan unsur penting bagi peningkatan kualitas hidup manusia, sehat, kreatif dan produktif (Kartasapoetra & Marsetyo 2005). Menurut Moehji (2002b), manusia yang sehat dan mendapatkan makanan yang cukup, baik kualitas maupun kuantitasnya akan memiliki kesanggupan maksimal dalam menjalani hidupnya. Kemampuan maksimal ini disebut kapasitas orang dewasa. Jadi untuk memperoleh kapasitas orang dewasa yang maksimal, manusia harus memperoleh makanan yang cukup sehingga memperoleh semua zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan, perbaikan, dan pemeliharaan jaringan tubuh serta terlaksananya fungsi faal normal dalam tubuh, selain memperoleh energi yang cukup untuk memungkinkan bekerja secara maksimal. Menurut Suhardjo (1989), makanan selain mengandung zat-zat gizi juga menjadi sumber energi bagi tubuh. Energi tersebut dibutuhkan oleh manusia untuk melakukan berbagai pekerjaan fisik dan menggerakan proses-proses dalam tubuh seperti sirkulasi darah, denyut jantung, pernapasan, pencernaan dan proses fisiologis lainnya.
KERANGKA PEMIKIRAN Pola konsumsi pangan yang meliputi jenis pangan dan frekuensi makan dipengaruhi oleh karakteristik individu (pendapatan, pendidikan, dan besar keluarga). Selain itu, pola konsumsi pangan seseorang di suatu perusahaan juga dipengaruhi oleh makanan yang disediakan oleh perusahaan tersebut dan makanan yang dikonsumsi pekerja di luar perusahaan. Pola konsumsi pangan mempengaruhi
konsumsi
pangan
seseorang.
Konsumsi
pangan
dapat
mempengaruhi status kesehatan. Konsumsi pangan dan status kesehatan dapat mempengaruhi status gizi seseorang. Konsumsi zat gizi yang cukup sesuai dengan angka kecukupan gizi yang dianjurkan untuk setiap individu akan mengakibatkan status gizi yang baik pada seseorang. Sebaliknya jika konsumsi zat gizi berlebih atau kekurangan akan menimbulkan status gizi lebih atau kurang pada seseorang. Tingkat kecukupan energi dan zat gizi secara langsung dipengaruhi oleh konsumsi energi dan zat gizi seseorang. Dalam hal bekerja, kebutuhan energi dan zat gizi pekerja dapat terpenuhi dari konsumsi energi dan zat gizi, baik dari dalam maupun luar perusahaan. Selain konsumsi energi dan zat gizi, aktivitas fisik juga dapat mempengaruhi tingkat kecukupan energi seseorang. Keadaan gizi kurang pada pekerja wanita disebabkan oleh pendapatan dan konsumsi pangan yang masih rendah atau tidak seimbang. Jika hal tersebut terus berlanjut akan menyebabkan tenaga kerja tidak mampu melakukan pekerjaan secara optimal dan produktivitas kerja menurun. Selain itu, produktivitas kerja seseorang juga ditentukan oleh masa kerja. Industri konveksi merupakan salah satu industri yang banyak menyerap tenaga kerja terutama tenaga kerja wanita. Oleh karena itu, untuk menghasilkan produktivitas kerja yang optimal diperlukan konsumsi pangan dan status gizi yang baik dari pekerja. Hubungan aktivita fisik, konsumsi pangan dan status gizi pekerja wanita terhadap produktivitas kerja dapat dilihat pada Gambar 2.
KERANGKA PEMIKIRAN Karakteristik Contoh: - Usia - Berat badan - Tinggi badan - Pendidikan - Pendapatan/bulan - Besar keluarga
Makanan dari Luar Perusahaan
Pola konsumsi: - Jenis pangan - Frekuensi makan
Makanan dari Perusahaan
Konsumsi Energi dan Zat Gizi
Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi Status Kesehatan
Angka Kebutuhan
Status Gizi
Produktivitas Kerja
Aktivitas Fisik: - di perusahaan - di luar perusahaan
Masa Kerja Keterangan: = Variabel yang diteliti = Variabel yang tidak diteliti = Hubungan yang dianalisis = Hubungan yang tidak dianalisis Gambar 2 Bagan kerangka pemikiran hubungan aktivitas fisik, konsumsi pangan dan status gizi pekerja wanita dengan produktivitas kerja.
METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional study. Penelitian ini dilaksanakan di industri konveksi Agustin Collection, Jakarta Selatan. Pemilihan lokasi penelitian ini ditentukan secara purposive dengan pertimbangan jenis hasil produksi homogen. Penelitian ini dilakukan selama dua bulan, Juni hingga Juli 2007. Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh
Jumlah pekerja di perusahaan Agustin Collection sebanyak 45 orang, terdiri dari 39 orang wanita dan 6 orang pria. Kriteria contoh adalah: wanita dengan rentang usia 20-40 tahun, dapat berkomunikasi dengan baik, bersedia menjadi contoh penelitian, tidak sedang hamil atau menyusui, bekerja di bagian produksi, tidak menderita penyakit kronis. Jumlah populasi yang memenuhi kriteria sebanyak 39 orang dan dari populasi tersebut dipilih secara acak sederhana (Simple Random Sampling) (Singarimbun & Effendi 1989). Jumlah contoh ditentukan berdasarkan rumus Slovin (1973) diacu dalam Umar (2003) adalah sebagai berikut: n =
N 1 + N(e) 2
Keterangan: n
: jumlah contoh (35 orang)
N : jumlah populasi (39 orang) e
: margin error/standar (0,05)
Hasil perhitungan jumlah contoh (n) berdasarkan rumus Slovin tersebut adalah 35 orang. Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung dan wawancara dengan alat bantu kuesioner. Data primer meliputi: a. Data karakteristik contoh (usia, berat badan, tinggi badan, pendidikan, pendapatan, masa kerja, dan besar keluarga). Data usia, pendidikan, pendapatan, masa kerja, dan besar keluarga contoh diperoleh melalui wawancara langsung dengan alat bantu kuesioner. Berat badan dan tinggi badan contoh diperoleh melalui pengukuran secara langsung. Alat ukur yang
digunakan untuk mengukur berat badan contoh yaitu Bathroom Scale dengan kapasitas 150 kg dan ketelitiannya 0,1 kg. Tinggi badan diukur dengan alat pengukur tinggi badan (microtoise) berkapasitas 200 cm dengan ketelitian 0,1 cm. b. Data konsumsi pangan contoh, diperoleh melalui metode recall 2 x 24 jam pada hari kerja. c. Data aktivitas fisik contoh, diperoleh melalui metode recall 2 x 24 jam pada hari kerja. Data sekunder meliputi gambaran umum perusahaan, sistem penggajian, insentif, dan sistem penyediaan makanan. Data sekunder tersebut diperoleh dari perusahaan. Tabel 4 Variabel, kategori, jenis, cara dan alat yang digunakan dalam pengumpulan data Jenis Data
Cara Pengumpulan Data
Alat yang digunakan
Primer
Wawancara
Kuesioner
Primer
Pengukuran
Kuesioner dan bathroom scale
Primer
Pengukuran
Kuesioner dan microtoise
Primer
Wawancara
Kuesioner
Primer
Wawancara
Kuesioner
Primer
Wawancara
Kuesioner
Primer
Wawancara
Kuesioner
Primer
-
Kuesioner
Primer
-
Kuesioner
-
Primer
-
AKG 2004
-
Primer
Recall 2 x 24 jam
Lembar recall
No.
Variabel
Kategori
1.
Usia (Tahun)
a. 20-29 b. 30-40
2.
Berat badan (kg)
b. ( X − SD) ≤ BB ≤ ( X + SD)
a. BB < ( X − SD) c. BB > ( X + SD) a. BB < ( X − SD)
3.
Tinggi badan (cm)
b. ( X − SD) ≤ BB ≤ ( X + SD) c. BB > ( X + SD) a. BB < ( X − SD)
Pendapatan (Rp/bln)
b. ( X − SD) ≤ BB ≤ ( X + SD)
5.
Pendidikan
a. b. c. d. e. f.
6.
Masa kerja (Tahun)
b. ( X − SD) ≤ BB ≤ ( X + SD)
4.
7. 8. 9. 10. 11.
Besar keluarga (BKKBN 1998) Kebutuhan energi (Harris Benedict) Kebutuhan protein (Almatsier 2004) Kecukupan Fe, Vit. A, Vit. B1, dan Vit. C Konsumsi energi dan zat gizi contoh
c. BB > ( X + SD)
SD SMP SMA Perguruan Tinggi Tidak sekolah Lainnya
a. BB < ( X − SD) c. BB > ( X + SD)
a. ≤4 orang b. 5-7 orang c. >7 orang AMB = 655 + (9,6 x BB) + (1,8 x TB) – (4,7 x U) Kebutuhan Energi Total = AMB x FA 10% dari kebutuhan energi total
Tabel 4 Variabel, kategori, jenis, cara dan alat yang digunakan dalam pengumpulan data (lanjutan) No.
Variabel
Kategori
12.
Tingkat kecukupan energi dan protein terhadap kebutuhan energi dan protein contoh (Depkes 1996)
13.
Tingkat kecukupan Fe, Vit. A, Vit. B1, Vit. C terhadap kecukupan Fe, Vit. A, Vit. B1, Vit. C contoh (Gibson 2005)
14.
Aktivitas fisik
15.
a. Defisit tingkat berat (<70% angka kebutuhan) b. Defisit tingkat sedang (70-79% angka kebutuhan) c. Defisit tingkat ringan (80-89% angka kebutuhan) d. Normal (90-119% angka kebutuhan) e. Di atas angka kebutuhan (≥120% angka kebutuhan) a. Kurang (<77% angka kecukupan) b. Cukup (≥77% angka kecukupan)
-
Produktivitas Kerja
Jenis Data
Cara Pengumpulan Data
Alat yang digunakan
Primer
Recall 2 x 24 jam
Lembar recall
Primer
Recall 2 x 24 jam
Lembar recall
Primer
a. Rendah (Produktivitas kerja < X) b. Tinggi (Produktivitas kerja ≥ X)
Primer
Recall 2 x 24 jam Wawancara dan Pengamatan
Lembar recall -
Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan Data
Data karakteristik contoh yang meliputi usia, berat badan, tinggi badan, pendapatan, pendidikan, besar keluarga, dan masa kerja dianalisis secara statistik deskriptif. Data konsumsi pangan yang disajikan di perusahaan dan dari luar perusahaan dikonversikan ke dalam energi dan zat gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) dan Daftar Kandungan Gizi Makanan Jajanan (DKGJ). Zat gizi yang dimaksud yaitu protein, zat besi, vitamin A, vitamin B1, dan vitamin C. Kebutuhan
energi
contoh
dihitung
dengan
menggunakan
rumus
Kebutuhan Energi Total, yaitu: Kebutuhan Energi Total (kkal/hari) = AMB x FA Keterangan: AMB = Angka Metabolisme Basal (kkal/hari) FA
= Faktor Aktivitas Angka Metabolisme Basal (AMB) dihitung dengan menggunakan
persamaan Harris-Bennedict, yaitu: AMB = 655 + (9,6 x BB) + (1,8 x TB) – (4,7 x U)
Keterangan: BB = berat badan (kg) TB = tinggi badan (cm) U = usia (tahun) Faktor Aktivitas (FA) dihitung berdasarkan aktivitas fisik yang dilakukan contoh selama dua hari kerja dengan menggunakan metode recall 2 x 24 jam. Faktor aktivitas dibedakan menjadi tiga yaitu faktor aktivitas total, faktor aktivitas di dalam perusahaan, dan faktor aktivitas di luar perusahaan. Aktivitas fisik yang dilakukan contoh dikelompokkan berdasarkan jenis kegiatan dan untuk setiap kegiatan dihitung alokasi waktu yang digunakan. Alokasi waktu dari aktivitas fisik selama dua hari kemudian dihitung rata-rata. Rata-rata alokasi waktu tersebut dikalikan dengan pengeluaran energi menurut jenis kegiatan kemudian dibagi 24 jam untuk faktor aktivitas total, sedangkan faktor aktivitas di dalam perusahaan dibagi 8 jam, dan faktor aktivitas di luar perusahaan dibagi 16 jam. Tabel 5 memberikan informasi data pengeluaran energi menurut jenis kegiatan untuk wanita. Tabel 5 Perkiraan pengeluaran energi untuk berbagai aktivitas Kategori Aktivitas Istirahat Tidur, berbaring Sangat ringan Aktivitas duduk dan berdiri, mengecat, menyetir, pekerjaan laboratorium, mengetik, menjahit, menyetrika, memasak, bermain kartu, bermain musik Ringan Berjalan dengan kecepatan 2,5-3,0 mil/jam; membersihkan rumah; mengasuh anak; golf; berlayar; tenis meja; bekerja di restaurant; pekerjaan permesinan Sedang Berjalan 3,5-4 mil/jam; mencangkul; membawa beban; Bersepeda; bermain sky; tenis; menari Berat Berjalan dengan beban yang berat, menebang pohon, menggali, bermain basket, panjat tebing, sepak bola, soccer
Faktor Aktivitas 1,0 1,5
2,5
5,0
7,0
Sumber: Durnin dan Passmore (1967) dan WHO (1985) diacu dalam Subcommitte of the RDAs (1989)
Kebutuhan protein contoh dihitung dari 10% kebutuhan energi total (Almatsier 2004). Perhitungan kecukupan zat besi, vitamin A, vitamin B1, dan vitamin C contoh berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan dalam Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi (WKNPG) tahun 2004 dengan memperhatikan umur, berat badan, dan tinggi badan masing-masing contoh.
Tingkat kecukupan energi dan zat gizi terhadap kebutuhan energi dan zat gizi dihitung dengan membandingkan jumlah energi dan zat gizi yang dikonsumsi dengan kebutuhan energi dan zat gizi contoh. Tingkat kecukupan energi dan zat gizi contoh dinyatakan dalam persen. Klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat gizi disajikan pada Tabel 6. Tabel 6 Klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat gizi Energi dan Zat Gizi Energi dan proteina)
Zat besi, Vitamin A, Vitamin B1, b) dan Vitamin C Sumber:
a)
Klasifikasi Tingkat Kecukupan a. Defisit tingkat berat (<70% angka kebutuhan) b. Defisit tingkat sedang (70-79% angka kebutuhan) c. Defisit tingkat ringan (80-89% angka kebutuhan) d. Normal (90-119% angka kebutuhan) e. Di atas angka kebutuhan (≥120% angka kebutuhan) a. Kurang (<77% angka kecukupan) b. Cukup (≥77% angka kecukupan)
Depkes (1996), b) Gibson (2005)
Status gizi contoh di nilai berdasarkan pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT=BB/TB2). Kategori ambang batas IMT untuk Indonesia disajikan pada Tabel 7. Tabel 7 Kategori ambang batas IMT (kg/m2) untuk Indonesia Kurus Normal Gemuk
Kategori Kekurangan berat badan tingkat berat Kekurangan berat badan tingkat ringan Kelebihan berat badan tingkat ringan Kelebihan berat badan tingkat berat
IMT <17,0 17,0–18,5 >18,5–25,0 >25,0–27,0 >27,0
Sumber: Depkes (1994) diacu dalam Supariasa et al. (2002)
Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 13.0 for Windows.
1. Deskriptif (persentase dan rata-rata) a. Peubah karakteristik contoh (usia, berat badan, tinggi badan, pendidikan, pendapatan, dan besar keluarga), serta masa kerja. b. Konsumsi energi dan zat gizi contoh. c. Kecukupan energi dan zat gizi contoh. d. Tingkat kecukupan energi dan zat gizi contoh. 2. Uji Kolerasi Pearson untuk melihat hubungan antar variabel, yaitu: a. Menganalisis hubungan aktivitas fisik dengan tingkat kecukupan energi.
b. Menganalisis hubungan karakteristik contoh (usia dan pendidikan), masa kerja, status gizi, tingkat kecukupan energi dan zat gizi, serta aktivitas fisik dengan produktivitas kerja. Definisi Operasional Aktivitas fisik contoh adalah seluruh kegiatan contoh yang melibatkan fisik
(tubuh) dan diperoleh melalui metode Recall 2 x 24 jam selama dua hari kerja. Contoh adalah pekerja wanita dengan rentang usia 20-40 tahun yang bekerja di
perusahaan Agustin Collection, dapat berkomunikasi dengan baik, tidak sedang hamil atau menyusui, bekerja di bagian produksi, tidak memiliki penyakit kronis, dan bersedia menjadi responden. Karakteristik contoh adalah identitas diri contoh yang meliputi usia, berat badan
dan tinggi badan, besar keluarga, pendapatan per bulan, dan pendidikan. Kebutuhan energi adalah jumlah energi minimal yang diperlukan seseorang
agar dapat hidup sehat. Kebutuhan protein adalah jumlah protein minimal yang diperlukan seseorang
agar dapat hidup sehat. Konsumsi energi dan zat gizi adalah jumlah energi dan zat gizi (protein, zat
besi, vitamin A, vitamin B1, dan vitamin C) yang dikonsumsi oleh contoh yang dapat menggambarkan keadaan gizi seseorang dan dapat diketahui melalui metode recall 2 x 24 jam. Makanan dari luar perusahaan adalah makanan yang dikonsumsi contoh dan
diperoleh dari luar perusahaan. Makanan dari perusahaan adalah makanan yang dikonsumsi contoh dari
makanan yang disediakan oleh perusahaan. Masa kerja adalah lamanya contoh bekerja pada bagian produksi di perusahaan
Agustin Collection yang dinyatakan dalam tahun. Pendidikan terakhir contoh adalah jenjang pendidikan formal terakhir yang
telah ditempuh contoh. Pola konsumsi pangan contoh adalah frekuensi, jenis dan jumlah pangan yang
dikonsumsi oleh contoh selama dua hari, meliputi makanan yang disediakan oleh perusahaan dan makanan dari luar perusahaan. Produktivitas kerja adalah hasil kerja contoh yang diukur dalam jumlah produksi
pakaian per minggu selama lima hari kerja.
Status gizi adalah keadaan tubuh seseorang sebagai hasil dari konsumsi zat-zat
gizi yang terdapat pada pangan yang dikonsumsi dan dapat ditentukan berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) yaitu BB/TB2 (kg/m2). Tingkat kecukupan energi dan zat gizi adalah perbandingan jumlah energi dan
zat gizi yang dikonsumsi contoh dari makanan yang diperoleh dari dalam dan luar perusahaan dengan kecukupan energi dan zat gizi contoh dan dinyatakan dalam persen.
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Perusahaan
Penelitian ini dilaksanakan di perusahaan Agustin Collection. Perusahaan Agustin Collection merupakan salah satu industri yang bergerak di bidang konveksi (memproduksi pakaian jadi). Industri ini telah berdiri sejak tahun 1974 hingga sekarang. Perusahaan Agustin Collection berlokasi di Jalan Garuda II No. 3, Jakarta Selatan. Jumlah pekerja tetap yang bekerja di bagian produksi sebanyak 45 orang, terdiri dari 39 orang wanita dan 6 orang pria. Selain itu terdapat pekerja borongan sebanyak 5 orang yang akan bekerja apabila terdapat pekerjaan borongan. Perusahaan Agustin Collection tidak membatasi pendidikan terakhir yang harus ditempuh karyawannya yang bekerja di bagian produksi. Hasil produksi utama dari perusahaan Agustin Collection adalah T-shirt. Hasil produksi lainnya yang biasa dibuat saat memperoleh pekerjaan borongan berupa rompi, topi, kemeja, dan pernak-pernik. Pekerjaan borongan tersebut dilakukan tidak berdasarkan target waktu. Fasilitas kesejahteraan yang diberikan perusahaan kepada karyawan antara lain penyediaan makan siang dan Tunjangan Hari Raya (THR). Sistem penyediaan makan siang di perusahaan Agustin Collection dilakukan secara prasmanan. Jenis pekerjaan pada bagian produksi dibedakan menjadi dua kegiatan, yaitu (1) pembuatan pola dan pemotongan bahan, dan (2) menjahit. Kegiatan membuat pola dan memotong bahan dilakukan oleh pekerja pria, sedangkan kegiatan menjahit dilakukan oleh pekerja wanita. Para pekerja bekerja setiap hari Senin sampai Jum’at mulai pukul 09.00-17.00 WIB. Hari Sabtu digunakan apabila perusahaan Agustin Collection memperoleh pekerjaan borongan. Pekerja borongan akan memperoleh upah sebesar Rp 60.000,00 per orang per hari. Struktur organisasi dari perusahaan Agustin Collection dapat dilihat pada Gambar 3. Pemilik Perusahaan
Pegawai Administrasi dan Keuangan
Pegawai Produksi
Pegawai Distribusi
Gambar 3 Struktur organisasi perusahaan Agustin Collection.
Karakteristik Contoh
Sebaran contoh berdasarkan karakteristik individu disajikan pada Tabel 8. Usia contoh berada pada rentang antara 20 sampai 40 tahun. Menurut Hurlock (1980), rentang usia antara 18 sampai 40 tahun termasuk masa dewasa dini. Berdasarkan Tabel 8, lebih dari separuh contoh (60%) berada pada rentang usia 20 sampai 29 tahun dan sisanya (40%) berada pada rentang usia 30 sampai 40 tahun. Rentang usia antara 20 sampai 35 tahun merupakan usia produktif yang berarti usia tersebut memiliki potensi untuk mencari tambahan penghasilan. Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan salah satu cara yang digunakan untuk mengetahui status gizi individu. Berat badan merupakan
pilihan
utama
karena
berbagai
pertimbangan
antara
lain:
1) merupakan parameter yang paling baik, mudah terlihat perubahan dalam waktu
singkat
karena
perubahan
konsumsi
makanan
dan
kesehatan;
2) memberikan gambaran status gizi saat ini dan jika dilakukan secara periodik dapat memberikan gambaran yang baik tentang pertumbuhan (Supariasa et al. 2002). Berat badan contoh dikelompokkan menjadi kurang dari 49 kg, 49 sampai 53 kg, dan lebih dari 53 kg. Hasil analisis menunjukkan bahwa proporsi terbesar contoh (48,6%) memiliki berat badan antara 49 sampai 53 kg (Tabel 8). Berat badan contoh berkisar antara 45 sampai 57,1 kg. Pengukuran tinggi badan orang dewasa tidak dapat membantu memonitor keadaan gizi saat ini meskipun dapat merefleksikan lingkungan kehidupan yang tidak menggantungkan. Defisiensi energi jangka panjang pada masa anak-anak menyebabkan stunting dan hal ini akan mengurangi pencapaian tinggi badan akhir pada saat dewasa. Keadaan ini selanjutnya akan berakibat pada penurunan kapasitas kerja dan produktivitas (Riyadi 2003). Tinggi badan contoh dikelompokkan menjadi kurang dari 157 kg, 157 sampai 159 kg, dan lebih dari 159 kg. Hasil analisis menunjukkan bahwa lebih dari separuh contoh memiliki tinggi badan antara 157 sampai 159 cm (Tabel 8). Tinggi badan contoh berada pada kisaran 155 sampai 161 cm. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas ayah, ibu dan anak (keluarga inti). Besar keluarga ditentukan berdasarkan jumlah anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah. Besar keluarga dibagi menjadi tiga kategori yaitu keluarga kecil, keluarga sedang, dan keluarga besar. Keluarga kecil yaitu keluarga dengan jumlah anggota keluarga kurang dari 4 orang, keluarga sedang memiliki jumlah anggota keluarga antara 5 sampai 7 orang, dan
keluarga besar memiliki jumlah anggota keluarga lebih dari 7 orang (BKKBN 1998). Hasil analisis memperlihatkan bahwa hampir 60% contoh termasuk dalam kategori keluarga kecil dan sebesar 45,7% contoh termasuk dalam kategori keluarga sedang (Tabel 8). Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik individu Variabel Usia (tahun) • 20-29 • 30-40 Berat badan (kg) • <49 • 49-53 • >53 Tinggi badan (cm) • <157 • 157-159 • >159 Besar keluarga (orang) • ≤4 • 5-7 • >7 Pendidikan • SD • SMP • SMA Pendapatan (Rp/bulan) •