PENGETAHUAN GIZI TERKAIT PENYAKIT DEGENERATIF, POLA KONSUMSI, DAN AKTIVITAS FISIK MAHASISWA IPB
KIKY YUNITA SARI
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
ii
iii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengetahuan Gizi terkait Penyakit Degeneratif, Pola Konsumsi, dan Aktivitas Fisik Mahasiswa IPB adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Mei 2015
Kiky Yunita Sari NIM I14110005
* Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama terkait
iv
v
ABSTRAK KIKY YUNITA SARI. Pengetahuan Gizi terkait Penyakit Degeneratif, Pola Konsumsi, dan Aktivitas Fisik Mahasiswa IPB. Dibimbing oleh IKEU TANZIHA. Tujuan umum penelitian adalah menganalisis hubungan antara pengetahuan gizi terkait penyakit degeneratif dengan pola konsumsi dan aktivitas fisik mahasiswa IPB. Desain penelitian adalah cross-sectional study dengan teknik penarikan sampel secara purposive sebanyak 80 contoh mahasiswa GIZ dan MNH IPB. Pengetahuan gizi terkait penyakit degeneratif pada contoh GIZ (79.3±9.5) lebih tinggi dibanding MNH (39.3±17.1). Rata-rata frekuensi konsumsi makanan berlemak dan jeroan, makanan manis, makanan asin dan awetan, fast food, soft drink, dan minuman berkafein lebih tinggi pada contoh MNH (8.8±5.2; 2.1±3.7; 16.5±11.2; 7.9±2.2; 4.6±3.7; 3.6±4.2; 2.6±3.0) kali/minggu dibanding GIZ (7.8±4.0; 0.9±1.3; 13.5±8.7; 5.9±3.2; 4.1±2.8; 2.3±3.3; 1.3±2.6) kali/minggu secara berturut-turut. Namun, frekuensi konsumsi sayur dan buah lebih tinggi pada contoh GIZ (18.6±12.5; 10.3±8.9) kali/minggu dibanding MNH (15.0±11.5; 6.1±5.4) kali/minggu secara berturut-turut. Tingkat aktivitas fisik GIZ (1.56±0.21) relatif sama dengan MNH (1.59±0.19). Berdasarkan uji korelasi Spearman, terdapat hubungan yang signifikan (p<0.05) antara pengetahuan gizi terkait penyakit degeneratif dengan frekuensi konsumsi makanan asin dan awetan, sayur, buah, dan minuman berkafein. Tidak terdapat hubungan yang signifikan (p≥0.05) antara pengetahuan gizi terkait penyakit degeneratif dengan frekuensi konsumsi makanan berlemak, makanan manis, jeroan, fast food, dan soft drink serta aktivitas fisik. Kata kunci: aktivitas fisik, pengetahuan gizi terkait penyakit degeneratif, pola konsumsi.
ABSTRACT KIKY YUNITA SARI. Nutrition Knowledge related Degenerative Disease, Food Consumption Pattern, and Physical Activity of Students in Bogor Agricultural University. Supervised by IKEU TANZIHA. This study aims to analyze the association between nutrition knowledge with food consumption pattern and physical activity of students in Bogor Agricultural University. Design of this study was cross sectional with purposive sampling 80 students in nutrition science and forest management Bogor Agricultural University. Nutrition knowledge related degenerative disease in sample GIZ (79.3±9.5) was higher than MNH (39.3±17.1). The average frequency of consumption dietary fats, sweetened food, salty and preserved food, fast food, soft drink and caffeinated beverages in sample MNH (8.8±5.2; 2.1±3.7; 16.5±11.2; 7.9±2.2; 4.6±3.7; 3.6±4.2; 2.6±3.0) times/week was higher than sample GIZ (7.8±4.0; 0.9±1.3; 13.5±8.7; 4.1±2.8; 2.3±3.3; 1.3±2.6) times/week, respectively. However, the average
vi
frequency of consumption vegetables and fruits in the sample GIZ (18.6±12.5; 10.3±8.9) times/week was higher than sample MNH (15.0±11.5; 6.1±5.4) times/week, respectively. Physical activity levels of sample GIZ (1.56±0.21) was relatively similar to the MNH (1.59±0.19). Based on Spearman correlation, there was a significant correlation (p<0.05) between nutrition knowledge related degenerative disease with frequency of consumption salty and preserved food, vegetables, fruits, and caffeinated beverages. There was no significant correlation (p≥0.05) between nutrition knowledge related degenerative disease with frequency consumption of dietary fats, sweetened food, fast food, soft drink, dan physical activity. Keywords: food pattern, nutrition knowledge related degenerative disease, physical activity.
vii
PENGETAHUAN GIZI TERKAIT PENYAKIT DEGENERATIF, POLA KONSUMSI, DAN AKTIVITAS FISIK MAHASISWA IPB
KIKY YUNITA SARI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi dari Program Studi Ilmu Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
viii
ix
Judul Skripsi : Pengetahuan Gizi terkait Penyakit Degeneratif, Pola Konsumsi, dan Aktivitas Fisik Mahasiswa IPB Nama : Kiky Yunita Sari NIM : I14110005
Disetujui oleh
Prof Dr Ir Ikeu Tanziha, MS Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Rimbawan Ketua Departemen
Tanggal Lulus :
x
xi
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari sampai Maret 2015 ini ialah Pengetahuan Gizi terkait Penyakit Degeneratif, Pola Konsumsi, dan Aktivitas Fisik Mahasiswa IPB. Terima kasih penulis ucapkan kepada: 1. Prof. Dr. Ir. Ikeu Tanziha, MS yang telah membimbing penulis sejak awal perumusan tema hingga selesainya karya tulis ini, juga atas segala bentuk dukungan lain yang telah diberikan, sekaligus dosen pembimbing akademik yang telah membimbing dan memberikan dukungan selama menjalankan studi di Departemen Ilmu Gizi. 2. Prof. Dr. Ir. Siti Madanijah, MS sebagai dosen pemandu seminar dan penguji sidang yang telah memberikan masukan yang teramat berharga bagi penulis. 3. Mahasiswa Ilmu Gizi dan Manajemen Hutan 49 yang telah bersedia menjadi mitra dalam penelitian yang dilakukan oleh penulis. 4. Ayahanda tercinta, Sumanto dan Ibunda tercinta, Wartianah yang selalu memberikan kasih sayang serta teladan atas semangat menuntut ilmu dan juga adik tersayang, Riqqi Wafdan As-Syahid atas segala dukungan yang diberikan. 5. Elma, Aviani, Widya, dan kak Faiza sebagai rekan seperjuangan dalam penelitian, serta teman-teman lain yang telah membantu dalam proses pengambilan data. 6. Saudara seperjuangan Manggolo Putro 48 (Renita, lilis, siti, alfi, dani, lusi, fajar, doni, alfian), Bahriyatul Ma’rifah, dan Mochamad Tholkhah Syamhadi yang telah memberikan banyak inspirasi dan semangat yang telah diberikan selama ini. 7. Teman-teman Gizi 48 yang telah memberikan banyak inspirasi, semangat, ruang untuk diskusi dan berbagi, serta bantuan lainnya. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang belum disebutkan yang juga turut membantu dalam proses penyelesaian karya tulis ilmiah ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Mei 2015
Kiky Yunita Sari
xii
xiii
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian KERANGKA PEMIKIRAN METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data Pengolahan dan Analisis Data Definisi Operasional HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Mayor Karakteristik Contoh Karakteristik Keluarga Pengetahuan Gizi terkait Penyakit Degeneratif Pola Konsumsi Aktivitas Fisik Hipertensi Hubungan antar Variabel SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xiv xv xv 1 1 2 2 3 3 6 6 6 7 8 11 12 12 12 14 17 25 38 40 41 44 44 45 45 51
xiv
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
Variabel, cara, dan alat pengumpulan data Pengkategorian dan analisis variabel penelitian Physical Activity Ratio (PAR) berbagai aktivitas fisik Sebaran contoh berdasarkan usia dan jenis kelamin Sebaran contoh berdasarkan uang saku per bulan Sebaran contoh berdasarkan asal daerah Sebaran contoh berdasarkan tingkat pendidikan orang tua Sebaran contoh berdasarkan jenis pekerjaan orang tua Sebaran contoh berdasarkan pendapatan orang tua Sebaran contoh berdasarkan tingkat kemiskinan dan besar keluarga Sebaran contoh berdasarkan riwayat penyakit orang tua Sebaran contoh berdasarkan riwayat penyakit ayah dan ibu Sebaran contoh berdasarkan jawaban pertanyaan benar Sebaran contoh berdasarkan sumber informasi Sebaran contoh berdasarkan tingkat pengetahuan gizi terkait penyakit degeneratif Sebaran contoh berdasarkan frekuensi konsumsi makanan berlemak Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan mengonsumsi makanan berlemak Sebaran contoh berdasarkan frekuensi konsumsi jeroan Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan mengonsumsi jeroan Sebaran contoh berdasarkan frekuensi konsumsi makanan manis Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan mengonsumsi makanan manis Sebaran contoh berdasarkan frekuensi konsumsi makanan asin dan awetan Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan mengonsumsi makanan asin dan awetan Sebaran contoh berdasarkan frekuensi konsumsi sayur Sebaran contoh berdasarkan kategori konsumsi sayur Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan mengonsumsi sayur Sebaran contoh berdasarkan frekuensi konsumsi buah Sebaran contoh berdasarkan kategori konsumsi buah Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan mengonsumsi buah Sebaran contoh berdasarkan frekuensi konsumsi fast food Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan mengonsumsi fast food Sebaran contoh berdasarkan frekuensi konsumsi soft drink Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan mengonsumsi soft drink Sebaran contoh berdasarkan frekuensi konsumsi minuman berkafein Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan mengonsumsi minuman berkafein Rata-rata alokasi waktu berdasarkan mayor Sebaran contoh berdasarkan tingkat aktivitas fisik Sebaran contoh berdasarkan kategori tekanan darah
7 8 10 12 13 14 14 15 15 16 17 17 18 24 25 26 26 27 28 28 29 30 30 31 32 32 33 33 34 34 35 36 36 37 38 38 40 40
xv
DAFTAR GAMBAR 1
Skema kerangka pemikiran pengetahuan gizi terkait penyakit degeneratif, pola konsumsi, dan aktivitas fisik contoh
5
DAFTAR LAMPIRAN 1
Daftar dosis kafein berdasarkan berat badan
53
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Kemajuan perekonomian sebagai dampak dari pembangunan di negaranegara sedang berkembang sebagaimana di Indonesia menyebabkan perbaikan tingkat hidup. Hal ini menjadikan kesehatan masyarakat meningkat, disamping itu terjadi pula perubahan pola hidup. Perubahan ini yang menyebabkan pola penyakit berubah dari penyakit infeksi atau penyakit menular dan rawan gizi ke penyakitpenyakit tidak menular (Kemenkes 2011). Penyakit tidak menular (PTM) sudah menjadi masalah kesehatan masyarakat secara global, regional, nasional, dan lokal. Global status report on NCD World Health Organization (WHO) (2011) melaporkan bahwa 60% penyebab kematian semua umur di dunia adalah karena PTM. Di negara-negara dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah dari seluruh kematian yang terjadi pada orang-orang berusia kurang dari 60 tahun, 28% disebabkan oleh PTM, sedangkan di negara dengan tingkat ekonomi ke atas menyebabkan 13% kematian. Data WHO menunjukkan bahwa dari 57 juta kematian yang terjadi di dunia pada tahun 2008, sebanyak 36 juta atau hampir dua pertiganya disebabkan oleh penyakit tidak menular. Penyakit degeneratif yaitu suatu penyakit kronis yang merupakan salah satu kategori penyakit tidak menular. Penyakit ini mempunyai durasi yang panjang dan umumnya berkembang secara lambat. Ada empat jenis penyakit degeneratif utama menurut WHO yaitu penyakit kardiovaskular (penyakit jantung koroner dan stroke), kanker, penyakit pernapasan kronis (asma dan penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes (Riskesdas 2013). Saat ini penyakit degeneratif menjadi penyebab kematian terbesar di dunia. Hampir 17 juta orang di dunia meninggal lebih awal setiap tahun akibat epidemi global penyakit degeneratif. Penyebab utama penyakit degeneratif adalah pola hidup yang tidak sehat seperti kebiasaan merokok, minum alkohol, pola makan dan obesitas, aktivitas fisik yang kurang, stres, dan pencemaran lingkungan (Handajani et al. 2010). Data WHO menunjukkan bahwa di seluruh dunia pembunuh paling besar adalah penyakit kardiovaskular. Pada tahun 1995 penyakit kardiovaskular telah menyebabkan kematian sekitar 15 juta jiwa, atau sekitar 30% dari total penyebab kematian. Tahun 2020 diperkirakan penyakit kardiovaskular atau penyakit jantung koroner mencapai 40% dari total penyebab kematian di dunia (Muchtadi 2013). Prevalensi jantung koroner yang terdiagnosis dokter di Indonesia sebesar 0.5% dan berdasarkan terdiagnosis dokter atau gejala sebesar 1.5%. Selain itu, prevalensi penyakit degeneratif lain seperti diabetes mellitus pada tahun 2013 di Indonesia sebesar 2.1%, lebih tinggi dibanding tahun 2007 yang mencapai 1.1%. Prevalensi hipertensi diagnosis oleh nakes pada tahun 2013 mencapai 9.5%, lebih tinggi dibandingkan pada tahun 2007 yang mencapai 7.6%. Selain itu, kecenderungan prevalensi stroke menunjukkan kenaikan dari 8.3 per mil pada tahun 2007 menjadi 12.1 per mil pada tahun 2013 (Riskesdas 2013). The UN High-Level Meeting on Non-communicable Disease tahun 2001 menyebutkan, salah satu intervensi utama untuk mengendalikan PTM adalah memperbaiki pola konsumsi makanan termasuk
2
mengurangi konsumsi gula, garam, lemak, dan alkohol, serta melakukan aktivitas fisik yang cukup dan teratur (Kemenkes 2011). Awosan et al. (2014) menyatakan, kebiasaan makan yang tidak sehat (konsumsi tinggi gula, garam, lemak jenuh, dan lainnya) dan gaya hidup yang tidak sehat (merokok, konsumsi alkohol, dan aktivitas fisik) merupakan faktor risiko utama penyakit jantung dan penyakit tidak menular lainnya. Menurut Hoppu et al. (2010), banyak perhatian di sekitar mengenai remaja yang memiliki kebiasaan dalam memilih makanan, termasuk rendahnya konsumsi buah dan sayur serta tingginya konsumsi makanan dan minuman manis dan Montazerifar et al. (2012) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa remaja memiliki kebiasaan dalam mengonsumsi makanan asin yang tinggi. Peningkatan pengetahuan gizi terkait penyakit degeneratif diharapkan dapat digunakan sebagai langkah dalam mencegah terjadinya penyakit degeneratif sejak dini, mengingat bahwa penyakit degeneratif merupakan penyakit kronis yang kejadiannya dalam kurun waktu yang lama dan merupakan penyakit turunan dimana anak akan berisiko lebih tinggi apabila orang tua memiliki riwayat penyakit ini. Selain pengetahuan, pola makan dan aktivitas fisik yang baik perlu direalisasikan. Terkait dengan perilaku hidup sehat, peran setiap anggota keluarga dan peran ibu atau perempuan dalam rumah tangga sangat penting. Oleh karena itu, sumber informasi baik formal maupun informal sangat diperlukan untuk dapat meningkatkan pengetahuan. Penelitian ini menggunakan contoh mahasiswa Ilmu Gizi semester 6 dan mahasiswa diluar program studi gizi yaitu mahasiswa jurusan Manajemen Hutan semester 6 di Institut Pertanian Bogor. Melihat bahwa mahasiswa Gizi semester 6 sudah mendapatkan pendidikan formal mengenai penyakit degeneratif, diharapkan memiliki pengetahuan gizi, pola makan, dan aktivitas fisik lebih baik dibanding mahasiswa jurusan Manajemen Hutan yang tidak menerima pendidikan formal gizi.
Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan pokok masalah yang dijadikan fokus penelitian adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana karakteristik contoh dan keluarga 2. Bagaimana pengetahuan mahasiswa Ilmu Gizi dan Manajemen Hutan terkait penyakit degeneratif 3. Bagaimana pola konsumsi dan aktifitas fisik mahasiswa Ilmu Gizi dan Manajemen Hutan
Tujuan Penelitian Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara pengetahuan gizi terkait penyakit degeneratif dengan pola konsumsi dan aktivitas fisik mahasiswa IPB.
3
Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian ini adalah: 1. Mengidentifikasi karakteristik contoh (uang saku dan asal daerah) dan keluarga (pendapatan dan riwayat penyakit orang tua). 2. Membandingkan pengetahuan gizi terkait penyakit degeneratif contoh. 3. Membandingkan pola konsumsi (konsumsi sayur dan buah, konsumsi makanan manis, konsumsi makanan berlemak dan jeroan, konsumsi makanan asin dan awetan, konsumsi fast food dan soft drik, serta konsumsi minuman berkafein) contoh. 4. Membandingkan aktivitas fisik contoh. 5. Mengidentifikasi tekanan darah contoh. 6. Menganalisis hubungan karakteristik contoh dan keluarga, pengetahuan gizi terkait penyakit degeneratif, pola konsumsi, dan aktivitas fisik contoh.
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang pola konsumsi dan aktifitas fisik serta pengetahuan gizi terkait penyakit degeneratif pada mahasiswa gizi dan non gizi di Institut Pertanian Bogor. Selain itu, hasil penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan masukan untuk dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap gizi terkait penyakit degeneratif mengingat prevalensi kejadian penyakit degeneratif saat ini semakin meningkat.
KERANGKA PEMIKIRAN Penyakit degeneratif merupakan penyakit yang tidak ditularkan dari orang ke orang, namun dapat diturunkan dari garis keturunan. Riwayat penyakit keluarga dapat mengidentifikasi seseorang dengan risiko yang lebih tinggi untuk mengalami suatu penyakit seperti penyakit jantung, hipertensi, stroke, kanker, dan diabetes. Penyakit kompleks tersebut dipengaruhi oleh kombinasi antara faktor genetik, kondisi lingkungan, dan pilihan gaya hidup. Riwayat penyakit degeneratif keluarga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan kegiatan preventif dalam mengurangi kebiasaan konsumsi makanan berisiko dan gaya hidup yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit tersebut. Pendapatan orang tua berpengaruh terhadap alokasi uang saku yang akan menentukan alokasi dana konsumsi pangan. Selain itu, asal daerah juga menentukan pemilihan jenis dan jumlah pangan karena ini erat kaitannya dengan kebudayaan lingkungan keluarga dan tempat asal seseorang. Hal ini merupakan salah satu faktor yang akan mempengaruhi pola makan seseorang, sehingga akan menentukan kualitas kesehatan dan berperan penting terhadap gaya hidupnya. Pola makan yang buruk merupakan salah satu pembentuk gaya hidup yang tidak sehat sehingga dapat menyebabkan penurunan kualitas kesehatan seseorang. Pendidikan mempunyai pengaruh yang besar terhadap perubahan sikap dan perilaku seseorang, dimana tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan memudahkan seseorang/ masyarakat untuk menyerap informasi dan mengimplikasikannya dalam perilaku dan gaya hidup sehari-hari, khususnya dalam hal kesehatan dan gizi.
4
Mahasiswa Ilmu Gizi semester 6 telah mendapatkan mata kuliah tentang patofisiologi yang didalamnya menjelaskan tentang penyakit degeneratif, sedangkan mahasiswa Manajemen Hutan tidak mendapatkan mata kuliah tersebut. Sumber informasi formal (yang berasal dari institusi pendidikan) lebih sistematis, terstruktur, dan penyampaiannya dilakukan secara berkala dibandingkan sumber informasi non formal. Oleh karena itu, mahasiswa Gizi semester 6 diharapkan memiliki pengetahuan gizi terkait penyakit degeneratif lebih baik dibandingkan dengan mahasiswa Manajemen Hutan semester 6 yang tidak menerima pengetahuan tersebut dari perkuliahan. Pengetahuan tidak hanya dijadikan dasar untuk sekedar tahu atau mengerti, tetapi implementasi dari pengetahuan tersebut juga harus dilakukan secara nyata dalam gaya hidup sehari-hari seperti pola makan dan aktifitas fisik, sehingga mahasiswa Gizi semester 6 seharusnya memiliki pola makan dan aktivitas fisik yang lebih baik dibandingkan dengan mahasiswa Manajemen Hutan semester 6. Secara sistematis kerangka pemikiran tersebut dapat dilihat pada bagan alur sebagai berikut :
5
Mahasiswa GIZ dan MNH semester 6 Karakteristik Keluarga : 1. Pendapatan orang tua 2. Riwayat penyakit orang tua
Karakteristik contoh : 1. Uang saku 2. Asal daerah Sumber Informasi
Pola konsumsi : - Makanan manis - Makanan berlemak dan jeroan - Makanan asin dan awetan - Fast food - Soft drink - Minuman berkafein - Sayur dan buah
Pengetahuan gizi terkait penyakit degeneratif
Aktifitas fisik
Kebiasaan merokok Konsumsi alkohol
Penyakit degeneratif
Hipertensi Diabetes mellitus Jantung koroner Stroke Kanker, dll Keterangan : : Variabel yang diteliti : Variabel yang berhubungan tetapi tidak diteliti : Hubungan yang diteliti : Hubungan yang tidak diteliti Gambar 1 Skema kerangka pemikiran pengetahuan gizi terkait penyakit degeneratif, pola konsumsi, dan aktifitas fisik contoh
6
METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study dimana data di ambil pada waktu tertentu secara bersamaan. Tempat penelitian dipilih secara purposive sesuai dengan kriteria contoh yaitu mahasiswa di Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilakukan di Institut Pertanian Bogor, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai bulan Maret 2015.
Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Contoh yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa jurusan Ilmu Gizi dan Manajemen Hutan semester 6 program sarjana Institut Pertanian Bogor. Jumlah contoh yang digunakan dalam penelitian ini adalah 80 orang, yaitu sebanyak 40 orang mahasiswa Ilmu Gizi dan 40 orang mahasiswa Manajemen Hutan yang dipilih secara purposive. Adapun kriteria contoh dalam penelitian ini adalah 1) Mahasiswa Manajemen Hutan IPB semester 6; 2) Mahasiswa Ilmu Gizi IPB semester 6; 3) Tidak mengambil minor atau supporting course Ilmu Gizi untuk mahasiswa Manajemen Hutan; 4) Tinggal mandiri atau tidak tinggal dengan orang tua, kerabat, kakek atau nenek ; 5) Bersedia mengikuti kegiatan penelitian. Jumlah sampel minimal dari penelitian ini diperoleh menggunakan rumus Slovin sebagai berikut :
n n=
N 1 N d 2
238 1 + 238 (0.01)
n = 70.41 orang, dibulatkan menjadi 71 orang Keterangan : N : besar populasi n : jumlah contoh minimal d : presisi (10% atau 0.1) Pembagian jumlah sampel pada mahasiswa Ilmu Gizi dan Manajemen Hutan dilakukan secara proporsional berdasarkan jumlah contoh minimum yang diperoleh. Penentuan jumlah contoh masing-masing kelompok dihitung menggunakan rumus sebagai berikut: n GIZ = =
𝑁1
xn
𝑁 139
238
x 71
= 41 orang
n MNH = =
99 238
𝑁2
x 71
= 30 orang
𝑁
xn
7
Keterangan : n Gizi n MNH N1 N2 N n
: jumlah contoh GIZ : jumlah contoh MNH : jumlah populasi GIZ : jumlah populasi MNH : total populasi (GIZ + MNH) : jumlah contoh minimal
Jenis dan Cara Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan pada penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer meliputi data karakteristik contoh (uang saku dan asal daerah), data karakteristik keluarga (pendapatan dan riwayat penyakit orang tua). Data pola konsumsi dikelompokkan menggunakan Semi Quantitative Food Frequencies Questionaires (SQFFQ), data pengetahuan gizi terkait penyakit degeneratif, dan data aktivitas fisik meliputi jenis dan durasi aktivitas serta tingkat aktivitas fisik contoh. Selain itu, juga dilakukan pengukuran tekanan darah mahasiswa menggunakan tensi meter digital. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah database mahasiswa Manajemen Hutan dan mahasiswa Ilmu Gizi semester 6 serta gambaran umum mayor. Data primer seluruhnya dikumpulkan melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner. Variabel, cara, dan alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 1.
Jenis data Primer
Sekunder
Tabel 1 Variabel, cara, dan alat pengumpulan data Variabel Cara pengumpulan Karakteristik contoh Uang saku Kuesioner & pengisian Asal daerah langsung oleh contoh Karakteristik keluarga Pendapatan orang tua Kuesioner & pengisian Riwayat penyakit orang tua langsung oleh contoh Pengetahuan gizi Pengetahuan terkait penyakit Kuesioner & Pengisian degeneratif langsung oleh contoh Pola konsumsi Jenis, jumlah, dan frekuensi pangan Kuesioner SQFFQ Aktivitas fisik Jenis dan durasi aktivitas Kuesioner & Pengisian Tingkat aktivitas fisik langsung oleh contoh Pengukuran tekanan darah Tekanan darah dengan tensi meter Gambaran umum mayor Buku panduan sarjana IPB Database mahasiswa Manajemen Hutan dan Ilmu Gizi semester 6 Institut Pertanian Bogor
8
Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program Microsoft Excel 2013 dan Statistical Prog for Social Science (SPSS for windows version 16.0), melalui enam tahapan, yaitu editing, coding, entry, editing/ cleaning, pengolahan, dan analisis data. Proses Editing adalah pemeriksaan seluruh kuesioner setelah data terkumpul. Coding adalah pemberian angka atau kode tertentu yang telah disepakati terhadap jawaban-jawaban pertanyaan dalam kuesioner, sehingga memudahkan pada saat memasukkan data ke komputer. Entry adalah memasukkan data jawaban kuesioner sesuai kode yang telah ditentukan untuk masing-masing variabel sehingga menjadi suatu data dasar. Cleaning yaitu melakukan pengecekan terhadap isian data di luar pilihan jawaban yang disediakan kuesioner atau isian data yang diluar kewajaran. Pengkategorian dan analisis variabel penelitian dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Pengkategorian dan analisis variabel penelitian Jenis Data Variabel Kategori Penelitian Sumber Karakteristik Uang saku < Rp 600 000 Sebaran contoh contoh Rp 600 000-1 199 999 Rp 1 200 000-1 799 999 > Rp 1 800 000 Asal daerah Jawa Sebaran contoh Luar jawa Karakteristik Pendapatan < Rp 3 000 000 Sebaran contoh keluarga orang tua/ Rp 3 000 000-5 999 999 bulan Rp 6 000 000-8 999 999 Rp 9 000 000-11 999 999 > Rp 12 000 000 Riwayat Ada Sebaran contoh penyakit Tidak ada orang tua Pengetahuan Pengetahuan < 60% (kurang) Khomsan 2000 gizi gizi terkait 60-80% (sedang) penyakit > 80% (baik) degeneratif Pola Jenis Sayur dan buah, Makanan konsumsi manis; Makanan berlemak dan jeroan; Makanan asin dan awetan, Fast food; Soft drink; dan Minuman berkafein Frekuensi Tidak pernah Sebaran contoh < 3 kali/minggu 3-6 kali/minggu ≥ 7 kali/minggu Aktivitas Tingkat Ringan (1.40-1.69) FAO/WHO/UNU fisik aktivitas Sedang (1.70-1.90) 2001 Berat (2.00-2.40)
9
Tabel 2 Pengkategorian dan analisis variabel penelitian (lanjutan) Jenis Data Variabel Kategori Penelitian Sumber Hipertensi Tekanan Normal (<120/ <80 mmHg) JNC 7 dalam darah Prahipertensi (120-139/ 80-89 Nelms et al. mmHg) 2010 Hipertensi derajat 1 (140-159/ 90-99 mmHg) Hipertensi derajat 2 (≥ 160/ ≥ 100 mmHg) Tingkat pengetahuan gizi contoh tentang penyakit degeneratif dinilai berdasarkan kemampuan mahasiswa dalam menjawab pertanyaan tertutup melalui wawancara mengenai pengetahuan gizi umum dan pengetahuan gizi terkait penyakit degeneratif. Tes ini dilakukan dengan memberikan 25 butir soal yang berjenis multiple choice dengan nilai 0 jika jawaban salah dan 1 jika jawaban benar. Skor yang diperoleh dibandingkan dengan dengan skor maksimal dan dikali 100%. Kategori rendah apabila skor yang diperoleh < 60% dari skor maksimal, kategori sedang apabila skor yang diperoleh antara 60-80% dari skor maksimal, dan kategori baik apabila skor yang diperoleh > 80% dari skor maksimal (Khomsan 2000). Data pola konsumsi diperoleh berdasarkan Semi Quantitative Food Frequency Questionary (SQFFQ) yang dinilai berdasarkan frekuensinya selama satu bulan terakhir. Konsumsi sayur dan buah pada seseorang dikatakan cukup, apabila telah mengonsumsi sayur dan buah minimal 5 porsi/hari selama 7 hari dalam seminggu. Konsumsi makanan tertentu seperti makanan dan minuman manis, makanan berlemak dan jeroan, makanan asin dan awetan, dan minuman berkafein dikatakan sering apabila seseorang mengonsumsi ≥ 1 kali/hari (Riskesdas 2013). Menurut Verzeletti et al. (2009), konsumsi fast food dikatakan sering apabila dikonsumsi ≥ 1 kali/hari, sedangkan Neeraj et al. (2010) mengatakan, konsumsi soft drink dikatakan sering apabila dikonsumsi ≥ 3 kali/minggu. Pengukuran aktivitas fisik dilakukan pada jenis aktivitas yang dilakukan contoh dan lama waktu dalam melakukan aktivitas fisik dalam sehari. FAO (2001) menyatakan bahwa aktivitas fisik merupakan variabel utama setelah angka metabolisme basal dalam perhitungan pengeluaran energi. PAL merupakan besarnya energi yang dikeluarkan (kkal/kap/hari) per kilogram berat badan dalam 24 jam. PAL ditentukan dengan rumus sebagai berikut : PAL =
𝑃𝐴𝑅 𝑥 𝑎𝑙𝑜𝑘𝑎𝑠𝑖 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 24 𝑗𝑎𝑚
Keterangan : PAL : Physical Activity Level (tingkat aktivitas fisik) PAR : Physical Activity Ratio (jumlah energi yang dikeluarkan untuk jenis aktivitas per satuan waktu tertentu) Tingkat aktivitas fisik dikategorikan sebagai berikut : 1) Ringan dengan nilai PAL 1.40-1.69; 2) Sedang dengan nilai PAL 1.70-1.99; 3) Berat dengan nilai PAL
10
2.00-2.40 (FAO/WHO/UNU 2001). Nilai Physical Activity Ratio (PAR) berbagai aktivitas fisik ditunjukkan pada Tabel 3. Tabel 3 Physical Activity Ratio (PAR) berbagai aktivitas fisik Physical Activity Aktivitas Ratio/ satuan waktu Tidur (siang dan malam) 1 Tidur-tiduran, duduk diam, membaca 1.2 Duduk sambil menonton TV 1.72 Mandi dan berpakaian 2.3 Berdiri diam, beribadah, menunggu (berdiri), berhias 1.5 Berkendaraan di mobil/ bus/ angkutan 1.2 Makan minum 1.6 Jalan santai 2.5 Berbelanja (membawa beban) 5 Mengendarai kendaraan 2.4 Melakukan pekerjaan RT 2.75 Setrika pakaian (duduk) 1.7 Office worker (duduk di depan meja, menulis, mengetik) 1.3 Olahraga (badminton) 4.85 Olahraga (jogging, lari jarak jauh) 6.5 Olahraga (bersepeda) 3.6 Olahraga (aerobik, berenang, sepak bola dll) 7.5 Kegiatan dilakukan dengan duduk 1.5 Kegiatan ringan 1.4 memasak 2.1 Sumber : FAO/WHO/UNU 2001
Data yang dikumpulkan di analisis menggunakan program SPSS version 16.0 for windows. Statistik deskriptif dilakukan pada variabel karakteristik contoh, karakteristik keluarga, pengetahuan gizi terkait penyakit degeneratif, pola konsumsi, aktivitas fisik, dan pengukuran tekanan darah. Uji beda Mann Whitney dilakukan pada variabel uang saku, pendapatan orang tua, pengetahuan gizi terkait penyakit degeneratif, pola konsumsi, dan aktivitas fisik serta tekanan darah sistol. Uji beda Independent Sample t-Test dilakukan untuk variabel tekanan darah diastol, sedangkan uji beda Chi-Square untuk variabel asal daerah dan riwayat penyakit orang tua. Uji korelasi Rank Spearman dilakukan untuk mengetahui hubungan uang saku dan pendapatan orang tua dengan pola konsumsi (sayur dan buah, makanan manis, makanan asin dan awetan, makanan berlemak dan jeroan, fast food, soft drink, serta minuman berkafein); menganalisis hubungan pengetahuan gizi terkait penyakit degeneratif dengan pola konsumsi (sayur dan buah, makanan manis, makanan asin dan awetan, makanan berlemak dan jeroan, fast food, soft drink, serta minuman berkafein) dan aktivitas fisik. Uji korelasi ChiSquare dan Fisher dilakukan untuk mengetahui hubungan asal daerah dan riwayat penyakit orang tua dengan pola konsumsi (sayur dan buah, makanan manis, makanan asin dan awetan, makanan berlemak dan jeroan, fast food, soft drink, serta minuman berkafein).
11
Definisi Operasional Contoh adalah mahasiswa Manajemen Hutan dan Ilmu Gizi semester 6 di Institut Pertanian Bogor yang memenuhi syarat dipilih secara purposive. Riwayat penyakit orang tua adalah penyakit degeneratif yang pernah/ sedang di derita oleh orang tua contoh. Penyakit degeneratif adalah penyakit yang diturunkan atau penyakit yang timbul akibat kebiasaan makan dan gaya hidup yang tidak sehat. Pengetahuan gizi terkait penyakit degeneratif adalah pemahaman contoh mengenai berbagai macam jenis penyakit degeneratif dan upaya pencegahannya serta kejadian pemicu penyakit degeneratif. Pola konsumsi adalah jenis, frekuensi, dan jumlah contoh dalam mengonsumsi makanan manis, makanan berlemak dan jeroan, makanan asin dan awetan, fast food dan soft drink, serta minuman berkafein. Konsumsi sayur dan buah adalah kebiasaan contoh mengonsumsi sayur dan buah, dinilai menggunakan Food Frequency Questionary yang dihitung berdasarkan frekuensinya dalam hari, minggu, dan bulan. Makanan manis adalah makanan yang didominasi rasa manis seperti dodol, kuekue manis, coklat dsb; yang dinilai berdasarkan frekuensinya dalam hari, minggu, dan bulan. Makanan berlemak adalah makanan yang didominasi kandungan lemak seperti gorengan, keju, gajih, kerang-kerangan dsb; yang dinilai berdasarkan frekuensinya dalam hari, minggu, dan bulan. Jeroan adalah makanan berupa hati, usus, ampela, babat dsb; yang dinilai berdasarkan frekuensinya dalam hari, minggu, dan bulan. Makanan asin adalah makanan yang didominasi rasa asin dan tinggi kandungan natrium seperti corned beef, keripik asin, ikan asin, telur asin dsb; yang dinilai berdasarkan frekuensinya dalam hari, minggu, dan bulan. Makanan yang diawetkan adalah makanan yang menggunakan bahan pengawet alami ataupun buatan seperti asinan, ikan kaleng, daging kaleng, dendeng, buah kaleng dsb; yang dinilai berdasarkan frekuensinya dalam hari, minggu, dan bulan. Fast food adalah makanan siap saji yang tinggi kalori seperti fried chicken, fried fries, hamburger, pizza, spagetti dsb; yang dinilai berdasarkan frekuensinya dalam hari, minggu, dan bulan. Soft drink adalah minuman ringan non alkohol baik yang berkarbonasi atau tidak yang dikemas dalam bentuk kemasan siap dikonsumsi seperti teh kemasan, pepsi, fanta, sprite, coca cola dsb; yang dinilai berdasarkan frekuensinya dalam hari, minggu, dan bulan. Minuman berkafein adalah minuman yang mengandung kafein seperti kopi, coklat dsb; yang dinilai berdasarkan frekuensinya dalam hari, minggu, dan bulan. Aktifitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang menyebabkan pengeluaran energi. Diukur dengan menggunakan kuesioner aktivitas fisik meliputi jenis dan lama kegiatan selama 24 jam dan dikategorikan menjadi ringan, sedang, dan berat.
12
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Mayor Mayor Ilmu Gizi Departemen Gizi Masyarakat memiliki kompetensi dalam mengaplikasikan ilmu gizi di keluarga dan masyarakat terkait dengan pertanian, pangan, gizi, dan perencanaannya serta kesehatan dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Mahasiswa belajar tentang pangan dan gizi terkait kesehatan masyarakat dan hubungannya dengan kejadian penyakit menular maupun penyakit tidak menular salah satunya penyakit degeneratif. Mayor Manajemen Hutan memiliki kompetensi dalam konsep-konsep pengelolaan hutan, perencanaan kehutanan, penatagunaan hutan, pembentukan unit dan penetapan tujuan pengelolaan hutan, metode pengaturan hasil, penetapan preskripsi pengelolaan hutan, monitoring dan evaluasi dalam pengelolaan hutan. Selain itu, mayor ini juga mempelajari tentang teknik inventarisasi sumberdaya hutan, dasar-dasar kebijakan hutan, pemanenan hutan, hidrologi hutan, ekonomi perusahaan hutan. Namun, tidak terdapat kurikulum yang membahas tentang pangan dan gizi. Karakteristik Contoh Jenis Kelamin dan Usia Contoh dalam penelitian ini terdiri dari 80 orang, yaitu 40 contoh GIZ dan 40 contoh MNH. Sebanyak 27.5% (GIZ) dan 47.5% (MNH) adalah laki-laki, sedangkan 72.5% (GIZ) dan 52.5% (MNH) adalah perempuan. Mayoritas contoh GIZ (67.5%) dan MNH (55.0%) berusia 20 tahun. Menurut Gunarsa & Gunarsa (1991), tahapan perkembangan pada usia 12-14 tahun termasuk dalam kategori remaja awal, 15-17 tahun termasuk remaja lanut, dan 18-21 termasuk remaja akhir. Contoh pada penelitian ini termasuk dalam kategori remaja akhir. Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan usia dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Sebaran contoh berdasarkan usia dan jenis kelamin Karakteristik contoh Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total Usia 19 tahun 20 tahun 21 tahun Total Rata-rata ± SD
GIZ
MNH
Total
n
%
n
%
n
%
11 29 40
27.5 72.5 100.0
19 21 40
47.5 52.5 100.0
30 50 80
37.5 62.5 100.0
5 27 8 40
12.5 67.5 20.0 100.0 20 ± 1
5 22 13 40
12.5 55.0 32.5 100.0 20 ± 1
10 49 21 80
12.5 61.25 26.25 100.0 20 ± 1
13
Uang Saku Uang saku merupakan jumlah uang yang dikeluarkan oleh mahasiswa untuk memenuhi kebutuhan pangan dan non pangan selama satu bulan. Uang saku dapat berasal dari orang tua, beasiswa, ataupun sumber lain (Fitriana 2011). Uang saku mahasiswa dikelompokkan menjadi empat kategori, yaitu