PENGELOLAAN PEMUPUKAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq. ) DI PANTAI BONATI ESTATE PT SAJANG HEULANG, MINAMAS PLANTATION TANAH BUMBU, KALIMANTAN SELATAN
Oleh : DESRI HARYANTO A34104053
PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
PENGELOLAAN PEMUPUKAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq. ) DI PANTAI BONATI ESTATE PT SAJANG HEULANG, MINAMAS PLANTATION TANAH BUMBU, KALIMANTAN SELATAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh : DESRI HARYANTO A34104053
PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
RINGKASAN
Desri Haryanto. Pengelolaan Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Pantai Bonati Estate PT Sajang Heulang, Minamas Plantation, Tanah Bumbu Kalimantan Selatan (Dibimbing oleh HARIYADI ). Kegiatan magang berlangsung selama empat bulan yaitu mulai tanggal 11 Februari 2008 sampai dengan 6 Juni 2008. Kegiatan magang bertempat di Perkebunan kelapa sawit Pantai Bonati Estate, Minamas Plantation, Tanah Bumbu Kalimantan Selatan. Kegiatan magang secara umum bertujuan untuk memahami dan mendalami seluruh aspek kegiatan kebun baik operasional maupun manajerial, meningkatkan relevansi proses pendidikan dengan lapangan serta meningkatkan kemampuan dalam proses kerja secara nyata, sedangkan tujuan magang secara khusus adalah untuk mempelajari sistem dan cara pengelolaan pemupukan serta mengidentifasi permasalahan pemupukan di lapangan dan mencari upaya penyelesaiannya. Pemberian pupuk agar memiliki nilai efisiensi yang nyata terhadap tanaman harus memenuhi beberapa syarat dasar, yaitu: 1) pemupukan tepat jenis, dosis, waktu dan cara aplikasi; 2) Pemilihan pupuk yang lebih ekonomis; 3) Pemanfaatan bahan organik untuk meningkatkan kondisi kimia/fisik tanah dan meningkatkan efektivitas ketersediaan hara tanah; 4) Pelaksanaaan kultur teknis yang mendukung efektivitas pemupukan. Sistem pemupukan di Pantai Bonati Estate adalah Block Manuring System (BMS), merupakan sistem pemupukan yang secara umum diawasi oleh estate manager, dikoordinir oleh senior asisten dan asisten, namun pelaksanaan pemupukan di lapangan
diawasi oleh seorang mandor. Mandor ini yang
menentukan blok mana yang akan dipupuk berdasarkan program rencana kerja (RKT, RKB), dan juga menentukan berapa jumlah kebutuhan pupuk yang akan diuntil berkaitan dengan jumlah blok yang akan dipupuk pada hari itu. Pengaturan karyawan di lapangan dan pembagian hancak juga dibawah koordinasi mandor tersebut, namun mandor ini juga dibantu oleh mandor lainnya dalam hal pengawasan pelaksanaan penguntilan.
Tujuan akhir dari pemupukan adalah produksi yang tinggi maka pemupukan harus didukung dengan pelaksanaan kultur teknis yang tepat untuk menghindari terjadinya unsur hara yang telah diaplikasikan, seperti : 1) Volatilisasi, yaitu menguap ke udara dalam bentuk gas; 2) Pelindian, yaitu hilangnya unsur hara dalam tanah jika tidak diserap tanaman dan terbawa air perkolasi ke grown water; 3) Pencucian, yaitu hilangnya unsur hara yang telah diaplikasikan terbawa oleh aliran air permukaan (water run off) ketika turun hujan. Oleh karena itu aplikasi pupuk harus disesuaikan waktu aplikasinya berdasarkan sifat fisik dan kimia pupuk. Idealnya dalam pelaksanaan aplikasi pupuk, semua pokok terpupuk dan dosis serta cara aplikasinya sesuai dengan yang direkomendasikan. Namun kemungkinan-kemungkinan yang terjadi di lapangan bisa terjadi kesalahankesalahan seperti : 1) Pemberian dosis pupuk yang tidak merata di setiap pokok, hal ini dimungkinkan disebabkan oleh takaran pupuk yang tidak sesuai dengan dosisnya, karyawan penabur yang kurang disiplin dengan pekerjaannya, sehingga karyawan tersebut menabur pupuk dengan dosis lebih banyak pada pokok-pokok pertama agar lebih ringan menuju pokok-pokok berikutnya, sehingga pupuknya tidak merata; 2). Pokok tidak terpupuk, yang disebabkan oleh kondisi blok yang tidak teratur (blok-blok yang banyak sungainya dan belum terpasang titi panen) sehingga akses menuju pokok-pokok dalam blok tersebut sulit. Prestasi kerja yang ditargetkan kebun adalah 400 kg over all, artinya jumlah pupuk yang diaplikasikan dibagi seluruh tenaga kerja pemupukan (tenaga penguntil, pengecer dan penabur). Out put dari masing-masing tahapan pekerjaan pemupukan (dosis pemupukan rata-rata 1.5 kg/pokok) dengan jenis pekerjaan Until pupuk,
pelangsir (TKBM), pengecer dan penabur berturut-turut adalah
1 250 kg/HK, 5 000 kg/HK, dan 883 kg/HK.
Judul
: PENGELOLAAN PEMUPUKAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq. ) DI PANTAI BONATI ESTATE PT SAJANG HEULANG, MINAMAS PLANTATION TANAH BUMBU, KALIMANTAN SELATAN
Nama
: DESRI HARYANTO
NRP
: A34104053
Program Studi : AGRONOMI
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Hariyadi, MS NIP. 131578811
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, MAgr NIP : 131 124 019
Tanggal Lulus
:
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Rantauprapat, Kabupaten Labuhan Batu, Sumatera Utara pada tanggal 02 Desember 1986. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Sobirin dan Ibu Teti Warni Lubis. Tahun 1998 penulis lulus dari SD PPR (Perguruan Panglima Polem), kemudian pada tahun 2002 penulis menyelesaikan studi di SMPN 1 Rantauprapat, selanjutnya penulis lulus dari SMUN 5 Rantauprapat pada tahun 2004. Tahun 2004 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada program Studi Agronomi, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian. Selama di Institut Pertanian Bogor penulis aktif dalam Organisasi Mahasiswa Daerah Labuhan Batu dan Himpunan Mahasiswa Agronomi.
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke khadirat Allah SWT., Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan hidayat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan kegiatan magang dan skripsi yang berjudul “ Pengelolaan Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq. ) Di Pantai Bonati Estate, Minamas Plantation, Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan “. Skripsi merupakan tugas akhir akademik sebagai salah satu syarat dalam penyelesaian studi
dalam meraih gelar Sarjana Departemen Agronomi dan
Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut pertanian Bogor. Penulis menyadari penyelesaian tugas akhir ini tidak lepas dari bantuan serta dukungan berbagai pihak dan untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Kedua orang tua, adik dan seluruh keluarga atas doa, restu dan kasih sayangnya. 2. Dr. Ir. Hariyadi MS sebagai dosen pembimbing skripsi atas bimbingan, saran dan motivasi yang diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. 3. Dr. Ir. Maya Melati MS dan Dr. Ir. Eko Sulistyono MSi atas kesediaannya sebagai dosen penguji dan masukan yang diberikan. 4. Dr. Ir. Sandra Arifin Aziz MS. selaku pembimbing akademik atas bimbingan dan nasehatnya selama perkuliahan. 5. Dewan Direksi PT Sajang Heulang Estate, Minamas Plantation yang telah memberikan izin kepada penulis untuk magang di perusahaan tersebut. 6. H. Endang Syarifuddin SP. (Manajer), Budi Utomo (Senior Asisten), Andi Mukhtar (Asisten), dan Purmono (Asisten), Abduh (Kasie) atas bimbingan dan saran yang diberikan selama penulis magang. 7. Marzuki selaku Mandor I Divisi I yang telah memberikan banyak masukan kepada penulis.
8. Sunarno, Lutfi, Asyari, Chandra, Kadek, Dadang, Agus, Rasyid, Tartib, Kurnain, Alfisah, Sumarno, Rizal, Syamsul, Putu, mbak Atun, Sarkawi dan semua karyawan serta masyarakat pondok Divisi I yang telah menerima penulis selama magang. 9. Syarifuddin dan keluarga atas perhatian dan nasehatnya selama penulis kuliah. 10. Yuli Fitriyani atas kasih sayang, dukungan dan semangatnya selama penulis magang. 11. Teman-teman seperjuangan magang (Ardilez dan Camelia) atas masukan dan bantuannya. 12. Teman-teman ’ kosan Firdaus ‘ (Ivan, Faiz, Giono, Bama dan Taufan) atas dukungan dan suka-dukanya. 13. Teman-teman ‘ Xjurang Crews’ (Jali, Thatha, Endah, Dian, Mercy, Apud, Alam, Syamsuri, Mas Komar). 14. Semua pihak yang telah membantu. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat dan memberikan sedikit masukan bagi yang memerlukan.
Bogor, Agustus 2008
Penulis
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL .......................................................................................... vi DAFTAR GAMBAR.......................................................................................vii PENDAHULUAN............................................................................................1 Latar Belakang.................................................................................. 1 Tujuan............................................................................................... 3 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 4 Botani dan Varietas............................................................................ 4 Bagian dari Tanaman......................................................................... 5 Syarat Pertumbuhan........................................................................... 7 Peranan Unsur Hara dan Gejalanya................................................... 8 Strategi Pemupukan Kelapa Sawit.....................................................10 METODE PELAKSANAAN..........................................................................14 Tempat dan Waktu ........................................................................... 14 Metode .............................................................................................. 14 KONDISI UMUM KEBUN........................................................................... 16 Letak Geografis ................................................................................ 16 Keadaan tanah dan Iklim .................................................................. 16 Luas Areal Kebun dan Produksi....................................................... 18 Fasilitas Kebun ................................................................................. 19 Struktur Organisasi ........................................................................... 20 Ketenagakerjaan dan Pengupahan .................................................... 20 PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG................................................. 22 Kegiatan Teknis Lapang................................................................... 22 Pemupukan ....................................................................................... 23 Pengendalian Gulma......................................................................... 43 Penunasan (Pruning) ........................................................................ 47 Panen ................................................................................................ 48 PEMBAHASAN ............................................................................................. 55 Analisis Daun ................................................................................... 55 Rekomendasi Pemupukan ................................................................ 58 Realisasi Pemupukan........................................................................ 60 Ketepatan Pemupukan ...................................................................... 61 Prestasi Pemupukan.......................................................................... 65 KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 67 Kesimpulan....................................................................................... 67 Saran................................................................................................. 68
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 69 LAMPIRAN.................................................................................................... 71
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman Teks
1.
Jumlah Hara yang Diserap pada Tiap Komponen Tanaman.......................8
2.
Kisaran Dosis Optimal pada Pemupukan Kelapa Sawit Menghasilkan..... 11
3.
Jenis Pupuk Tunggal yang Umum Digunakan............................................11
4.
Penggolongan Seri Tanah Dari Ordo Tanah Oxisol dan Entisol Kebun PBE..................................................................................................17
5.
Komposisi Areal Tanaman Kelapa Sawit di Kebun PBE........................... 18
6.
Populasi Tanaman per Tahun Tanam......................................................... 18
7.
Perkembangan Produksi TBS periode 2002 - 2008.................................... 19
8.
Jumlah Tenaga Kerja di Kebun Pantai Bonati Estate Tahun 2008............. 21
9.
Penentuan Jumlah Pohon Contoh Berdasarkan Luasan Blok..................... 26
10.
Hasil Pengambilan Contoh Daun dan Gejala Kekurangan Hara 2008.................................................................................................... 30
11.
Hasil Pengambilan Contoh Daun dan Gejala Kekurangan Hara 2008.................................................................................................... 30
12.
Hasil Pengambilan Contoh Daun dan Gejala Kekurangan Hara 2008....................................................................................................31
13.
Rekomendasi Jenis dan Dosis Pupuk pada Tanaman Menghasilkan di Kebun PBE Tahun 2008......................................................................... 31
14
Realisasi Pemupukan di Kebun PBE Tahun 2004 - 2008...........................32
15.
Realisasi Aplikasi Janjang Kosong di Kebun PBE Tahun 2004 - 2005......32
16.
Hasil pengamatan Ketepatan Dosis pada Pemupukan Urea di Kebun PBE............................................................................................. 39
17.
Hasil Pengamatan Ketepatan Dosis pada Pemupukan RP di Kebun PBE..............................................................................................39
18.
Hasil Pengamata Ketepatan Dosis pada Pemupukan MOP di Kebun PBE..............................................................................................40
19.
Hasil Pengamatan Ketepatan Cara Pemupukan Urea di Kebun PBE..........40
20.
Hasil Pengamatan Ketepatan Cara Pemupukan RP di Kebun PBE............ 40
21.
Hasil Pengamatan Ketepatan Cara Pemupukan MOP di Kebun PBE........ 41
22.
Waktu yang Dibutuhkan Untuk Menabur Pupuk Urea...............................41
23.
Waktu yang Dibutuhkan Untuk Menabur Pupuk RP.................................. 42
24.
Waktu yang Dibutuhkan Untuk Menabur Pupuk MOP.............................. 42
25.
Prestasi Kerja Pemupukan Urea di Kebun PBE......................................... 43
26.
Prestasi Kerja Pemupukan RP di Kebun PBE............................................ 43
27.
Prestasi Kerja Pemupukan MOP di Kebun PBE........................................ 43
28.
Derajat Kematangan Buah di Kebun PBE................................................... 50
29.
Perkembangan Status Hara Daun Selama Periode Tahun 2004 - 2007......................................................................................56
30.
Persentase Unsur Hara dalam Janjang Kosong (JJK).................................59
31.
Rencana dan Realisasi Pemupukan (kg/pk/thn) Selama Periode Tahun 2004 - 2006 di Kebun Pantai Bonati Estate..................................... 61
32.
Out Put dari Masing-masing Tahapan Pekerjaan Pemupukan (dosis pemupukan rata-rata 1.5 kg/pokok)................................................. 66
Lampiran 1.
Data Curah Hujan Tahun 1998 - 2008........................................................ 71
2.
Upah Rata-rata per Hari SKU Bulanan.......................................................72
3.
Jurnal Kegiatan Magang Harian di Kebun Pantai Bonati Estate................ 73
4.
Form Data Pendukung Rekomendasi Pemupukan...................................... 75
5.
Form Permintan Barang (Purchase Order)................................................ 76
6.
Form Pemeriksaan Mutu Hancak Pemupukan .......................................... 77
7.
Klasifikasi Basis Borong dan Premi Lebih Borong Sistem BHS DOS-2 Tahun 2008................................................................ 78
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman Teks
1.
Tanda Anak Panah Berwarna Biru............................................................. 28
2.
Pemotongan Helaian Daun......................................................................... 29
3.
Organisasi Pemupukan di Kebun PBE........................................................34
4.
Sistem Kerja Penaburan Pupuk...................................................................36
5.
Sistem Kerja Penyemprotan Tim BSS-1 dan BSS-2...................................44
6.
Alat Semprot Piringan dan Gawangan kimia..............................................45
7.
Aplikasi JJK................................................................................................ 60
8.
Aplikasi Pupuk Urea................................................................................... 64
9.
Aplikasi Pupuk Borat.................................................................................. 65
Lampiran 1.
Peta Kebun Pantai Bonati Estate.................................................................79
2.
Struktur Organisasi Kebun Pantai Bonati Estate Tahun 2008.................... 81
3.
Gambar Panduan Gejala Defisiensi Unsur Hara......................................... 82
4.
Peta Pemupukan Kelapa Sawit Di Kebun Pantai Bonati Estate................ 83
5.
Skema Alur Administrasi Pemupukan di Kebun Pantai Bonati Estate.................................................................... 84
6.
Peta Distribusi Hara di Kebun Pantai Bonati Estate Tahun 2007...............85
PENDAHULUAN Latar Belakang Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu komoditi perkebunan yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi karena sangat berperan penting dalam perekonomian Indonesia. Kelapa sawit dapat menghasilkan bahanbahan dan produk-produk komersial yang dapat dimanfaatkan. Menurut Pahan (2007), selain dapat dimanfaatkan minyaknya sebagai bahan pangan, kosmetika, obat-obatan, pelumas, semir sepatu, sabun, lilin, detergen, limbah kelapa sawit juga dapat digunakan sebagai bahan makanan ternak dan pupuk, serta sebagai bahan bakar alternatif yang sangat menjanjikan. Sebagian besar produksi minyak sawit diekspor guna mengisi pasar sekaligus mempertahankan pasar Internasional dimana produksi minyak sawit Indonesia sekitar 18 juta ton pada tahun 2007 (GAPKI, 2008). Produksi minyak sawit ini jauh melampaui kebutuhan dalam negeri yang diperkirakan hanya sekitar 12.8 juta ton pada tahun 2005. Dengan perkiraan peningkatan laju produksi minyak sawit sekitar 6 % per tahun dan permintaan minyak nabati dunia meningkat dengan laju hanya 3 % per tahun, maka perlu diantisipasi pemanfaatan surplus produksi minyak sawit di Indonesia. Semakin meningkatnya permintaan bahan mentah berupa minyak mentah kelapa sawit telah mendorong pemerintah dan investor-investor asing maupun lokal untuk terus mengusahakan dan mengembangkan tanaman kelapa sawit di bidang perkebunan. Hal ini terlihat dari perkembangan rata-rata luas areal kelapa sawit di Indonesia yang telah mencapai 6 074 926 ha pada tahun 2006 (Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan, 2007). Berbagai cara terus diusahakan dan dikembangkan untuk meningkatkan produktivitas kelapa sawit Indonesia, baik melalui perluasan areal maupun dalam hal perbaikan teknis budidaya. Pemeliharaan merupakan salah satu faktor di dalam budidaya kelapa sawit. Menurut Lubis (1992), pemeliharaan pada perkebunan kelapa sawit meliputi pemeliharaan jalan, pemberantasan gulma, pemangkasan
(penunasan)
pelepah
daun,
penjarangan
dan
pemupukan.
Pemupukan merupakan salah satu bagian pemeliharaan yang sangat menentukan tingkat pertumbuhan dan produktivitas kelapa sawit.
Mengingat bahwa tanah mengandung unsur hara tersedia dalam jumlah terbatas, sebagian besar kebutuhan hara harus dicukupi melalui pemupukan. Pemupukan bertujuan untuk menjaga dan meningkatkan ketersediaan zat yang berisi satu unsur hara atau lebih dalam tanah yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis terhisap dari tanah sehingga tanaman akan tumbuh dengan baik dan akan mampu berpotensi secara maksimal. Novizan (2001) menyatakan bahwa jika satu hamparan luas dipaksa ditanami oleh satu jenis tanaman akan terjadi pengurasan salah satu unsur hara. Pahan (2007) mengemukakan bahwa tanaman yang kekurangan hara dapat diketahui dengan diagnosis secara visual, kimia dan hasil percobaan pemupukan. Dengan mengetahui gejala kekurangan unsur hara pada tanah dan tanaman kita dapat menduga kebutuhan hara apa yang diperlukan. Pemupukan yang efektif dan efisien dipengaruhi oleh penentuan jenis pupuk, dosis yang tepat, metode pemupukan, umur tanaman, waktu dan frekuensi pemupukan serta pengawasan mutu pupuk. Pengetahuan fisiologis tanaman saja tidak cukup dalam mendukung terbinanya pemupukan yang efektif dan efisien, tetapi diperlukan juga manajemen dan koordinasi yang baik dari faktor-faktor yang terlibat didalamnya (Ridawati, 2002). Pemupukan erat hubungannya dengan kesuburan tanah. Pada tanah yang subur, jumlah pupuk yang diberikan akan lebih kecil dibandingkan dengan tanah yang miskin unsur hara. Kesuburan tanah atau terkandungnya unsur hara pada lapisan permukaan tanah (top soil), selain dapat terjamin karena pemupukan, juga karena dalam tanah berlangsung proses-proses dalam pembentukan tanah, yang dalam hal ini sangat berperan faktor-faktor iklim, jasad hidup (hewani), bahanbahan induk lainnya, sehingga segala unsur hara yang terangkut oleh tanaman dapat segera diganti atau dipenuhi oleh sejumlah pupuk yang diberikan dan zat-zat hasil pelapukan bahan induk tanah.
Tujuan 1. Meningkatkan relevansi, keterkaitan, dan kesepadanan antara proses pendidikan dengan dunia kerja. 2. Mendapatkan pengetahuan praktis, pengalaman, dan keterampilan kerja di perkebunan. 3. Mempelajari dan menganalisis sistem pengelolaan pemupukan serta memahami permasalahan
dan teknik-teknik budidaya kelapa sawit untuk
mencari alternatif praktis dalam pemecahannya di PT Sajang Heulang, Pantai Bonati Estate.
TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Varietas Kelapa
sawit
(Elaeis
guineensis
Jacq.)
adalah
tanaman
perkebunan/industri yang berupa pohon batang lurus dari famili Palmae. Tanaman tropis ini dikenal sebagai penghasil minyak sayur yang berasal dari Amerika. Brazil dipercaya sebagai tempat dimana pertama kali kelapa sawit tumbuh. Dari tempat asalnya, tanaman ini menyebar ke Afrika, Amerika Equatorial, Asia Tenggara dan Pasifik Selatan. Benih kelapa sawit pertama yang ditanam di Indonesia pada tahun 1984 berasal dari Mauritius Afrika. Perkebunan kelapa sawit pertama dibangun di Tanahitam, Hulu Sumatera Utara oleh Schadt seorang Jerman pada tahun 1911. Pulau Sumatera terutama Sumatera Utara, Lampung dan Aceh merupakan pusat penanaman kelapa sawit yang pertama kali terbentuk di Indonesia, namun demikian sentra penanaman kelapa sawit berkembang ke Jawa Barat (Garut Selatan, Banten Selatan), Kalimantan Barat dan Timur, Riau, Jambi, Irian Jaya. Menurut Henry (1945), kelapa sawit memiliki 36 kromosom, sedangkan menurut Darlington dan Wylie (1956) dan Arasu, memiliki sebanyak 32 kromosom. Taksonomi kelapa sawit adalah sebagai berikut: Divisi
: Spermatophyta
Sub divisi
: Angiospermae
Kelas
: Monocotyledonae
Famili
: Palmaceae
Sub Famili
: Cocoideae
Genus
: Elaeis
Spesies
: Elaeis guineensis Jacq. Spesies lain dari genus Elaeis adalah E. melanococca yang dikenal sebagai
kelapa sawit Amerika Latin. Beberapa varietas unggul yang ditanam adalah Dura, Pisifera, dan Tenera. Varietasnya cukup banyak dan diklasifikasikan dalam berbagai hal misalnya tipe buah, bentuk luar, tebal cangkang, warna buah dan lain-lain. Menurut Beccari dan Chavalier (1914), ada 18 varietas, Becker dan Fickendy (1919), ada 19 varietas sedangkan menurut Annet (1921), hanya menggolongkannya dalam 7 varietas.
Untuk tujuan komersil, varietas yang banyak ditanam adalah varietas Tenera karena menghasilkan kadar minyak lebih tinggi. Dimana varietas ini masih dibedakan lagi atas beberapa tipe.
Bagian dari Tanaman. Kelapa sawit tumbuh tegak lurus dan dapat mencapai ketinggian 15 - 20 meter. Tanaman ini berumah satu atau monoecious dimana bunga jantan dan betina terdapat pada satu pohon. Bunga jantan dan betina terdapat pada masingmasing tandan bunganya dan terletak terpisah yang keluar dari ketiak pelepah daun. Tanaman ini dapat menyerbuk sendiri dan dapat menyerbuk silang. 1. Akar (Radix) Radikula merupakan akar pertama yang muncul dari biji yang telah berkecambah. Panjangnya sekitar 15 cm yang berfungsi mengambil air dan nutrisi dan mampu bertahan selama 6 bulan. Selanjutnya tumbuh akar utama (primer) yang keluar dari bagian bawah batang (bulb) secara vertikal ke bawah beberapa bulan kemudian dan dapat mencapai kedalaman 1.5 m. Dari akar primer tumbuh akar sekunder yang tumbuh horizontal dan dari akar sekunder akan tumbuh akar tertier dan kuarter yang berada dekat pada permukaan tanah. Akar tertier dan kuarter merupakan akar yang paling aktif dalam menyerap air dan unsur hara dari dalam tanah. Berada 2 - 2.5 m dari pangkal pokok atau diluar piringan dan banyak dijumpai pada kedalaman 0 - 20 cm dari permukaan tanah. 2. Batang (Stem) Ukuran dan tinggi batang kelapa sawit berbeda-beda tergantung varietas dan tipenya. Batang kelapa sawit tumbuh tegak lurus (phototropi) dibungkus oleh pangkal pelepah daun (frond base), jarang bercabang, berbentuk silindris berdiameter 0.5 m pada tanaman dewasa. Bagian bawah umumnya lebih besar yang disebut bongkol batang (bowl). Batang belum terlihat karena masih terbungkus pelepah daun yang belum dipangkas atau ditunas sampai umur tiga tahun. Karena batang terbungkus oleh pangkal pelepah selama bertahun-tahun maka akan terlihat besar namun sebenarnya diameternya hanya 45 - 60 cm saja.
Pangkal pelepah daun ini akan gugur karena membusuk dimulai dari bagian bawah mulai pada umur 10 - 11 tahun. 3. Daun (Folium). Daun kelapa sawit berbentuk Lanceolate. Pangkal pelepah daun (petiole) adalah bagian daun yang mendukung atau tempat duduknya helaian daun (leaf let) dan terdiri atas rachis (basis folii), tangkai daun (petiole), duri (spine), helai anak daun (lamina), ujung daun (apex folii), lidi (nervatio), tepi daun (margo folii), dan daging daun (intervenium). Daun kelapa sawit memiliki rumus 3/8. Lingkaran umumnya berputar ke arah kanan. Perputaran ini penting diketahui agar kita dapat mengetahui letak daun ke-9, ke-17 dan lain-lain yang sering dipakai sebagai standar pengukuran pertumbuhan maupun pengambilan contoh dan dan pengamatan lainnya. Dalam setahun produksi pelepah dapat mencapai 20 - 30 pelepah, berukuran panjang mencapai 9 m pada tanaman dewasa, bergantung kepada umur dan varietasnya. Pelepah diisi oleh anak daun di kiri dan kanan rachis. Luas permukaan daun dapat mencapai 10 - 15 m2 pada tanaman dewasa yang telah berumur 10 tahun lebih. 4. Bunga (Flos). Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman berumah satu (monoecious), menyerbuk silang karena letak bunga jantan dan betina terpisah dan tidak bersamaan waktu anthesisnya. Bunga mulai muncul setelah tanaman berumur 12 14 bulan. Dari setiap ketiak pelepah daun akan keluar satu tandan bunga jantan atau betina. Tandan bunga betina dan jantan sama-sama dibungkus oleh seludang bunga yang akan pecah 15 - 30 hari sebelum anthesis. Setiap pokok tanaman muda
dewasa dapat menghasilkan 15 - 25 tandan/pokok/tahun. Tiap tandan
bunga jantan akan menghasilkan tepung sari dan berbau khas ketika anthesis. 5. Buah (Fructus). Bunga betina akan diserbuki oleh tepung sari. Bunga betina yang telah terbuahi akan berkembang pada spikelet. Buah berbentuk lonjong agak bersegi. Berat satu buah rata-rata 13 gram dengan panjang sekitar 5 cm, dan berbeda pada setiap verietas. Buah yang telah matang secara fisiologis siap untuk dipanen dengan menunjukkan warna buah merah kekuningan. Daging buah terdiri atas minyak, air, dan serat. Serat buah terutama terdiri atas selulosa dan lignin. Dimana
kadar air dan minyak berubah menurut kematangan buah. Minyak pada daging buah akan terus meningkat setelah tiga bulan masa anthesis sampai menjelang panen. Syarat Pertumbuhan 1. Iklim. Secara alami, kelapa sawit tumbuh baik pada daerah tropika basah di tanah berawa (swamps) di sepanjang bantaran sungai dan di tempat sangat basah. Di dalam hutan hujan tropis, tanaman ini tidak dapat tumbuh karena terlalu lembab dan tidak mendapat sinar matahari karena ternaungi kanopi tumbuhan yang lebih tinggi. Sinar matahari harus langsung mengenai daun kelapa sawit. Lama penyinaran matahari rata-rata 5 - 7 jam per hari. Angin tidak mempengaruhi pertumbuhan karena bentuk daun yang sedemikian rupa sehingga tidak mudah dirusak angin. Benih kelapa sawit mengalami dormansi (keadaan tidak aktif sementara) yang cukup panjang. Diperlukan aerasi yang baik dan temperatur yang tinggi (40 0C selama 80 hari) untuk memutuskan masa dormansi agar bibit dapat berkecambah. Pada proses perkecambahan diperlukan kelembaban 60 - 80% dengan temperatur 35 0C. Curah hujan tahunan 1 500 - 4 000 mm, optimal 2 000 3 000 mm/tahun. Ketinggian tempat yang ideal bagi pertumbuhan tanaman kelapa sawit antara 1 - 500 m dpl. 2. Media Tanam. Tanah yang baik untuk budidaya kelapa sawit harus mengandung banyak lempung, beraerasi baik dan subur. Tanah harus berdrainase baik, permukaan air tanah cukup dalam, solum cukup dalam, tidak berbatu. Tanah Latosol, Ultisol dan Aluvial yang meliputi tanah gambut, dataran pantai dan muara sungai dapat dijadikan perkebunan kelapa sawit Tanah memiliki derajat keasaman (pH) antara 4 - 6. Kemampuan lahan dalam penyediaan unsur hara secara terus menerus bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman kelapa sawit yang berumur panjang sangatlah terbatas. Keterbatasan daya dukung lahan dalam penyediaan hara ini harus diimbangi dengan penambahan unsur hara melalui pemupukan. Salah satu efek pemupukan yang sangat bermanfaat yaitu meningkatnya kesuburan tanah
yang menyebabkan tingkat produksi tanaman menjadi relatif stabil serta meningkatkan daya tahan tanaman terhadap hama penyakit dan iklim yang tidak menguntungkan. Pupuk yang menggantikan unsur hara yang hilang karena pencucian dan terangkut melalui produk yang dihasilkan (TBS) serta memperbaiki dan mempertahankan kondisi tanah yang baik untuk kelapa sawit. Tabel 1. Jumlah Hara yang Diserap pada Tiap Komponen Tanaman Komponen tanaman
Bagian vegetatif Pangkasan pelepah Tandan buah segar (25 ton TBS/ha/th) Bunga jantan Jumlah
Jumlah hara N P K Mg Ca --------------------Kg/ha/tahun----------------40.9 3.1 55.7 11.5 13.8 67.2 8.9 86.2 22.4 61.4 73.2 11.6 93.4 20.8 19.5 11.2 192.5
2.4 26.0
16.1 251.4
6.6 61.3
4.4 89.3
Sumber: Ng et al. (1988), diacu dalam Adiwiganda dan Siahaan (1994)
Peranan Unsur Hara dan Gejala Defisiensinya Pupuk anorganik maupun organik yang mengandung unsur-unsur hara makro (N, P, K, S, Ca, Mg) dan mikro (Fe, Zn, Mn, Cu, Mo, Cl, Bor, Na, Si, Al) diperlukan sesuai kebutuhan. Kebutuhan hara tanaman kelapa sawit sangat beragam dan terutama sekali tergantung pada potensi produksi (fungsi genetik dari bahan tanaman) dan faktor iklim. Setiap unsur hara pada tanaman mempunyai fungsi metabolisme tersendiri, sehingga pada keadaan tanaman kehilangan suatu unsur akan menunjukan gejala yang khas pada pertumbuhan vegetatif dan generatif. Gejala yang mudah terlihat pada daun misalnya adalah defisiensi N, K, Mg, dan B. Gejala khas P tidak terlihat pada morfologi tanaman, namun dapat dilihat pada produksinya. Menurut Chan, Suwandi, dan Lubis (1987), fosfor merupakan hara penting bagi tanaman kelapa sawit yang diserap lebih sedikit dari unsur N atau K, namun berpengaruh terhadap produksi dan hara daun.
Nitrogen Nitrogen berperan dalam pembentukan klorofil di daun. Kandungan N yang cukup akan membuat proses fotosintesis berjalan dengan sempurna. Kekurangan N ditunjukkan dengan warna daun menjadi hijau pucat, perubahan hijau pucat ini seperti klorosis dan akan semakin parah (Turner, 1981). Kekurangan N dapat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu curah hujan yang rendah dan penyebaran kurang baik, sehingga fiksasi N rendah, bahan organik yang rendah di tanah, adanya persaingan dengan gulma, penutup tanah legum yang kurang baik, dan kehilangan N akibat pencucian (Adiwiganda & Siahaan, 1994). Fosfor Unsur ini mempunyai peran yang sangat penting bagi pertumbuhan dan produksi tandan, komponennya terdapat aktif pada setiap proses fisiologis baik yang menyangkut perkembangan tumbuh maupun aktivitas generatif. Di dalam tanah P dapat diikat oleh Ca, Mg, Fe, dan Al pada pH tanah masam. Kekurangan unsur hara ini dapat menghambat pertumbuhan, melemahkan jaringan tumbuh, serta memperlambat proses fisiologis tanaman. Unsur ini lebih sedikit ditransfer ke tandan dibandingkan N dan K, tetapi pengaruh kombinasi dengan unsur lainnya sangat besar terhadap produksi (Suwandi & Chan 1982; Chan, Suwandi, & Lubis 1987). Kalium Merupakan unsur hara terpenting bagi tanaman kelapa sawit, unsur ini merupakan unsur yang paling banyak dikirim atau berada di tandan buah (Khalid, Zin, & Anderson, 1999). Tandan buah merupakan bagian tanaman yang diangkut keluar dari lapangan, sehingga untuk memenuhi kebutuhan unsur ini memerlukan pemupukan. Gejala kekurangan unsur ini ditunjukkan oleh daun tua yang menguning mulai dari ujung daun disertai bercak bulat berwarna oranye. Magnesium Unsur ini merupakan penyusun penting dari klorofil, sehingga kekurangan Mg dapat menghambat proses fotosintesis dan tanaman akan berwarna kuning. Gejala kekurangan unsur ini ditunjukkan warna daun yang pucat, lalu kekuningan dan nekrosis.
Boron Boron merupakan unsur mikro yang terpenting untuk mendapatkan perhatian terutama pada tanaman muda (Lubis, 1992). Unsur ini berperan dalam metabolisme karbohidrat dan pembelahan sel. Gejala kekurangan boron meliputi: bentuk daun tidak normal, anak daun pendek dan kecil, daun pucuk tidak membuka, dan ujung daun rapuh dan berbentuk seperti pancing.
Strategi Pemupukan Kelapa Sawit Strategi pemupukan kelapa sawit yang baik harus mengacu pada konsep efektivitas dan efisiensi maksimum. Menurut Pahan (2007), pelaksanaan strategi pemupukan memerlukan peran tiga pihak terkait, yaitu pemerintah, pembuat rekomendasi, dan pengusaha perkebunan. Peranan utama pemerintah yaitu sebagai pembuat kebijakan dalam menetapkan harga pupuk, pengadaan, dan pengaturan tata niaga serta saluran distribusi pupuk dalam berbagai wilayah tertentu akan berpengaruh terhadap ketepatan waktu pengadaan pupuk. Strategi pemupukan kelapa sawit dilakukan dengan penentuan jenis pupuk yang digunakan (kandungan unsur hara, reaksi kimia pupuk dalam tanah), dosis rekomendasi pupuk, sifat tanah, waktu pemupukan, cara penempatan pupuk agar manfaat pemupukan maksimum dan efisien. Peran pembuat rekomendasi pemupukan dilakukan oleh balai penelitian atau departemen yang ada di dalam perusahaan perkebunan untuk menentukan dosis, jenis, frekuensi, cara aplikasi serta kebutuhan pupuk. Rekomendasi pemupukan dilakukan satu tahun sekali, data-data yang digunakan untuk membuat rekomendasi antar lain : jenis tanah, umur tanaman, tingkat produksi yang dicapai, realisasi pemupukan sebelumnya, tenaga kerja yang tersedia, keadaan penutup tanah, analisis kadar hara pada daun (Lubis, 1992). Menurut Adiwiganda dan Siahaan (1994), pada tanaman yang sudah menghasilkan kebutuhan pupuk dibuat berdasarkan hasil analisis daun, tanah, dan data agronomi dari setiap satuan lahan. Kebutuhan pupuk untuk setiap lokasi tentunya berbeda, hal ini tergantung dari kondisi lahan tersebut. Secara umum terdapat dosis optimal untuk pemupukan tanaman kelapa sawit.
Tabel 2. Kisaran Dosis Optimal pada Pemupukan Kelapa Sawit Menghasilkan Umur Tanaman (tahun)
Jenis Pupuk
Sulphate of Rock Phospate Muriate of Kieserite Amonia (ZA) (RP) Potash (MOP) (Kies) ----------------------------------------Dosis kg/pokok/tahun----------------------------3.0-5.0 1.0-2.0 0.5-1.0 0.4-1.0 0.5-1.0 6.0-12.0 2.0-3.0 1.0-2.0 1.5-3.0 1.0-2.0 > 12 1.5-3.0 0.5-1.0 1.5-2.0 0.5-1.5 Sumber: Lubis (1992)
Pemilihan jenis pupuk harus mempertimbangkan baik dari segi teknis maupun ekonomis. Dalam penetapan dosis pupuk, perlu memperhatikan keseimbangan hara. Pupuk memilki beberapa sifat, yaitu kandungan hara utama, kandungan hara tambahan, sifat reaksi kimia yang terjadi dalam tanah, dan kepekaan pupuk terhadap iklim (Adiwiganda & Siahaan, 1994). Penggunaan pupuk tunggal lebih disukai karena dari segi ekonomi lebih menguntungkan dan lebih mudah dalam penggunaannya dibandingkan pupuk majemuk. Tabel 3. Jenis Pupuk Tunggal yang Umum Digunakan Jenis Pupuk Nitrogen
Pupuk Posfat
Jenis Pupuk Sulfat of Ammonia (ZA) Urea Ammonium Klorida (AmCl) Rock Phosphate (RP)
Kandungan ± 21% N ± 45% N ± 26% N ± 36% P2O5
Pupuk Kalium
Triple Super Phosphate (TSP) Muriate of Potash (MOP = KCL)
± 45% P2O5 ± 60% K2O
Pupuk Magnesium Pupuk Borate
Abu Janjang Kieserite Hight Grade Fertilizer Borate
± 35% K2O ± 26% MgO ± 46% B2O3
Sumber: Suwandi dan Chan (1982)
Peranan utama pengusaha perkebunan dalam strategi pemupukan yang baik terletak pada aspek perencanaan dan pelaksanaan pemupukan yang sesuai dengan anjuran rekomendator. Rencana kerja yang terarah (pemupukan diselesaikan blok per blok) dan pelaksanaan pemupukan sesuai dosis anjuran
(semua pokok mendapat pupuk secara marata), serta pengawasan yang baik (terutama di daerah rendahan atau berbukit). Keberhasilan pemupukan juga sangat ditentukan oleh logistik (pengadaan pupuk yang tepat waktu), infrastruktur kebun (jalan, jembatan, titi pasar rintis, kebersiahan pasar piringan, dan sebagainya), sarana transportasi, takaran pupuk,, dan keterampilan tenaga penabur pupuk. Pemupukan di lapangan dilakukan dengan cara disebar merata (broadcast) pada daerah sebaran pupuk yang dikehendaki. Pada TM yang berumur kurang dari 8 tahun, pupuk ditabur merata di sekitar pohon di piringan. Untuk urea atau ZA ditabur merata pada piringan pokok mulai dari jari-jari 50 cm sampai tepi piringan. Pupuk lainnya seperti RP, MOP, dan kieserite disebar pada piringan mulai jari-jari 1 m sampai 2.75 m atau 50 - 75 cm di luar piringan. Pada TM yang berumur lebih dari 8 tahun dapat diperluas sampai 3.0 m. Pada tanaman yang berumur lebih dari 15 tahun, pemberian pupuk yang agak lambat larut (RP, TSP, dolomit) akan lebih efektif diberikan pada gawangan (Adiwiganda & Siahaan, 1994). Waktu dan frekuensi pemupukan ditentukan oleh keadaan iklim terutama curah hujan dan hari hujan, sifat fisik tanah, dan pengadaan pupuk. Pola curah hujan dengan dua musim dapat dilakukan pemupukan pada awal musim hujan, pada daerah dengan curah hujan yang merata dapat melakukan pemupukan pada setiap bulan yang diinginkan. Manfaat pemupukan maksimal diperoleh saat curah hujan antara 100 - 200 mm per bulan. Pencatatan curah hujan dan grafiknya sangat penting untuk menentukan jadwal pemupukan (Adiwiganda & Siahaan, 1994). Pupuk yang mudah larut dan menguap seperti urea serta yang mudah tercuci seperti MOP dapat diaplikasikan dua sampai tiga kali setahun. Jenis pupuk yang lambat larut seperti RP, TSP, kieserite, dan dolomit dapat diaplikasikan dua kali setahun. Untuk menghindari adanya kekeliruan dalam aplikasi pupuk di lapangan maka tiap afdeling pada setiap harinya hanya dibenarkan menabur satu jenis pupuk pada setiap bloknya. Kebutuhan jumlah tenaga kerja harus pasti dan sesuai dengan luas areal yang dipupuk. Norma prestasi penabur adalah 2 - 3.5 ha/HK atau 400 - 500 kg/HK, tergantung dosis pupuk/pokok, topografi areal dan
ketrampilan penabur (Pahan, 2007). Tenaga kerja juga harus terlatih dan terdiri dari satu mandor setiap afdeling. Diusahakan tidak terjadi penggantian tenaga kerja penabur, selain itu jumlah takaran harus sesuai dengan penabur. Realisasi aplikasi pemupukan harus sesuai dengan ketentuan yang ada. Detail pemupukan harus dicatat secara akurat dan diserahkan setiap bulannya ke kantor direksi sebagai pertanggungjawaban. Pupuk yang telah diecer di lapangan harus
terjamin
dari
pencurian,
pembuangan
atau
disembunyikan
di
gawangan/parit. Oleh sebab itu diperlukan petugas yang bertanggungjawab terhadap keamanan pupuk.
METODE
Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kegiatan magang dilaksanakan di perkebunan kelapa sawit Pantai Bonati Estate, Minamas Plantation, PT Sajang Heulang, Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan. Magang dilaksanakan selama empat bulan yaitu mulai tanggal 11 Februari sampai dengan 6 Juni 2008
Metode Pelaksanaan Mahasiswa magang mengikuti segala jenis pekerjaan yang ada di kebun dengan berbagai jenjang jabatan yang ada. Jenis pekerjaan yang dilakukan adalah operasional dan manajerial dengan menyesuaikan rentang waktu magang. Sebagai bahan skripsi, untuk pengumpulan data dan informasi primer penulis melakukan kegiatan kerja di lapang. Kegiatan kerja pada dua bulan pertama adalah sebagai karyawan harian lepas (KHL) yaitu melaksanakan kegiatan di lapangan sesuai dengan kebutuhan kebun seperti pemeliharaan tanaman menghasilkan (TM), panen dan pengolahan panen. Pada bulan ketiga melaksanakan kegiatan seperti pendamping mandor dan melaksanakan tugas-tugas yang menyangkut aspek manajerial seperti menyusun rencana kegiatan kebun, apel pagi, memotivasi dan mengawasi tugas KHL, dan membuat laporan kerja mandor. Kegiatan pada bulan keempat adalah sebagai pendamping asisten divisi dan pendamping senior asisten divisi, yaitu mempelajari kegiatan manajerial tingkat divisi, pembuatan laporan asisten divisi, membantu pembuatan rencana dan anggaran perusahaan, penganalisaan dan pengawasan kegiatan lapang, dan pembuatan jurnal harian. Setiap kegiatan akan dicatat ke dalam jurnal harian. Dari kegiatan yang dilakukan akan diperoleh data prestasi mahasiswa, prestasi rata-rata tenaga kerja dan hambatan serta pendukung dari kegiatan yang dilakukan. Data tersebut akan dibandingkan dengan standar kebun yang berlaku. Pengumpulan data primer dilakukan melalui pengamatan lapangan terhadap semua kegiatan yang berlangsung di perkebunan. Data pengamatan lapangan
dipusatkan pada kegiatan pemupukan yaitu jenis pupuk yang digunakan, jumlah pupuk, luas lahan yang dipupuk, kecepatan kerja dan prestasi pemupukan serta ketepatan cara
dan dosis pemupukan. Pengamatan langsung juga meliputi
manajemen pemupukan, rekomendasi pemupukan, kegiatan pengadaan pupuk, pendistribusian pupuk, organisasi pemupukan, sistem pengupahan pemupukan, angkutan pupuk, gudang pupuk, peta pemupukan, realisasi pemupukan dan administrasi pemupukan Pengamatan ketepatan dosis dilakukan dengan melakukan penimbangan pupuk yang akan diaplikasikan oleh penabur dengan menggunakan timbangan standar. Penimbangan dilakukan terhadap semua penabur dengan dua kali ulangan. Sehingga akan didapat perbandingan atau interval jumlah pupuk yang diaplikasikan oleh penabur terhadap tanaman kelapa sawit dari dosis yang telah direkomendasikan. Pengamatan ketepatan cara aplikasi pemupukan juga dilakukan pada 10 tanaman contoh yang dipilih secara acak pada beberapa blok. Penentuan ketepatan cara didasarkan pada ketentuan jarak tabur dan kondisi penyebaran pupuk yang sesuai dengan standar perusahaan. Ketepatan cara juga dipengaruhi oleh kecepatan penabur dalam pengalikasian pupuk, sehingga perhitungan kecepatan penabur dalam menyelesaikan satu ancak pemupukan juga dilakukan. Dari hasil kerja pemupukan setiap harinya, akan didapatkan prestasi kerja pemupukan yang dilakukan tenaga pemupuk dalam satuan luas dan jumlah pupuk yang teraplikasi. Data sekunder juga diperoleh dengan mengumpulkan dan menganalisis seluruh informasi yang mendukung pelaksanaan teknis lapangan yang meliputi kondisi iklim, kondisi tanaman, organisasi norma baku, anggaran pelaksanaan teknis budidaya, data produksi dan manajemen yang dimiliki kebun serta studi pustaka. Informasi dan data yang akan diambil adalah aspek pengelolaan pemupukan yang ditunjang data cara melakukan pengelolaan serta keefektifan dan keefesienan cara pemupukan.
KONDISI UMUM KEBUN
Letak Geografis Kebun kelapa sawit PT Sajang Heulang Pantai Bonati Estate (PBE) terletak di Desa Bonati, Kecamatan Angsana, Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi Kalimantan Selatan, atau sekitar enam jam perjalanan dari Ibu Kota Provinsi, Banjarmasin. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Angsana, Desa Karang Indah, Desa Sebamban Baru, Desa Sebamban Lama, Desa Dwi Marga. Sebelah Selatan berbatasan dengan desa Bonati, Laut Jawa, Desa Setarap, Desa Penjemputan. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sumber Baru. Secara geografis kebun ini terletak pada koordinat diantara 1140 19' 13'' 1160 33' 28'' Bujur Timur dan 10 21' 49'' - 40 10' 14'' Lintang Selatan dengan ketinggian 0 - 50 meter di atas permukaan laut (m dpl). Peta kebun Pantai Bonati Estate disajikan pada Gambar Lampiran 1.
Keadaan Tanah dan Iklim Kondisi lahan kebun Pantai Bonati Estate mempunyai topografi datar hingga bergelombang dengan tingkat lereng < 10% dan panjang lereng mencapai ± 150 m dan mempunyai lapisan Petroferric. Berdasarkan hasil survey-tinjau di kebun PBE terdapat 2 jenis tanah, yakni ordo Oxisol dan Entisol dengan 4 seri tanah (Tabel 4). Adapun kelas kesesuaian lahannya (actual) tergolong S3 - N1 (kurang sesuai/ moderately suitable-tidak sesuai/currently suitable). Adapun hasil evaluasi kelas kesesuaian lahan terhadap sifat fisik dan kimia tanahnya, maka kebun PBE tergolong dalam kelas S3 (kurang sesuai/moderately suitable), namun secara teknis semua lahan tersebut masih dapat ditingkatkan menjadi kelas S2 (potential) dengan memperbaiki faktor-faktor pembatas utamanya (distribusi hujan, kesuburan dan adanya lapisan Petroferric yang dangkal.
Tabel 4. Penggolongan Seri Tanah Dari Ordo Tanah Oxisol dan Entisol Kebun PBE SPT
Ordo Tanah
Luas
Seri Tanah
Ha
%
SPT 1
Oxisol
MM-18 Petroferric
975
38.7
SPT 2
Oxisol
MM-19 Plinthic
1 185
47.0
SPT 3
Oxisol
MM-21 Lithic Paludos
248
9.8
SPT 4
Entisol
MM-22 Lithic Udhorthents
111
4.4
Sumber data : Hasil Survai Tanah Semi-Detil, Research Dept MGG (2007)
Iklim di lokasi kebun Pantai Bonati Estate adalah iklim basah. Menurut sistem klasifikasi Schmidt Ferguson, areal kebun Pantai Bonati Estate termasuk dalam kelas B (iklim basah dengan bulan basah diatas 100 mm/bulan rata-rata 9 bulan dan bulan kering dibawah 60 mm/bulan rata-rata 3 bulan ). Rata-rata curah hujan tahunan adalah 1 942 mm dengan rata-rata hari hujan 139 mm. Data curah hujan tahun 1998 sampai dengan tahun 2008 dapat dilihat pada Tabel Lampiran 1. Temperatur udara di suatu tempat antara lain ditentukan oleh tinggi rendahnya tempat tersebut terhadap permukaan laut dan jaraknya dari pantai. Selama tahun 2004 temperatur rata-rata berkisar antara 23.30C - 270C. Sedangkan kelembaban udara rata-ratanya berkisar antara 47% - 98% tiap bulan dan rata-rata tekanan udara di daerah ini berkisar antara 1 009.3 mm - 1 013.6 mm. Adapun distribusi hujan bulanan terendah (< 100 mm/bulan) umumnya terjadi pada bulan Juli - Oktober. Pada saat distribusi hujan rendah, umumnya dibarengi dengan terjadinya water defisit yang biasanya terjadi pada bulan Agustus - Oktober. Pada dua tahun terakhir (periode 2006-2007) telah terjadi water defisit tahun 2006 hingga mencapai 333 mm/tahun. Sehingga hal ini akan berdampak negatif terhadap produksi tandan buah segar (TBS) pada tahun 2008 mendatang tepatnya bulan Oktober - November. Curah hujan tertinggi tahun 2007 di daerah ini terjadi pada bulan Januari yaitu 687 mm sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan Desember yaitu 66 mm. Jumlah hari hujan selama tahun 2007 adalah 155 hari dengan hari terbanyak hujan terjadi pada bulan Februari yaitu 22 hari.
Luas Areal Kebun dan Produksi Total areal yang diusahakan di kebun Pantai Bonati Estate (PBE) pada budget 2008 adalah seluas 2 675 Ha, yang terdiri atas tanaman menghasilkan tahun tanam 1996 (254 ha), tahun tanam 1997 (572 ha) dan tahun tanam 1998 (1 693 ha) yang terdiri dari 3 Divisi. Komposisi areal kelapa sawit di kebun PBE dapat dilihat pada Tabel 5. Tanaman kelapa sawit yang diusahakan di kebun PBE adalah varietas Dura Psifera yang diperoleh dari Pusat Penelitian Perkebunan Marihat Bandar Kuala, Pemantang Siantar. Populasi rata-rata tanaman di kebun PBE masih tergolong cukup tinggi yakni 133 pokok/ha (98% dari kerapatan tanaman standar 136 pokok/ha). Meskipun demikian hampir pada semua tahun tanam mempunyai tanaman sisipan yang tinggi sebelumnya, sehingga hal ini akan mempengaruhi potensi produksi TBS pada areal tersebut. Populasi tanaman berdasarkan tahun tanam dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 5. Komposisi Areal Tanaman Kelapa Sawit di Kebun PBE. Divisi I II III Total
Luas areal berdasarkan tahun tanam (ha) 1996 1997 1998 254 510 221 62 757 715 254 572 1693
Total (ha) 985 819 715 2 519
Sumber : Data Kantor PBE 2008
Tabel 6. Populasi Tanaman per Tahun Tanam. Tahun Tanam 1996 1997 1998 Sarana dan prasarana Total
Luas (ha) 254 572 1 693 170
Jumlah Pokok 33 855 75 389 224 733 -
Pokok/ha 133 133 133 -
2 675
333 977
133
Sumber : Data Sensus Kebun per akhir Februari (2008)
Produksi per satuan luas kelapa sawit dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu kelas kesesuaian lahan (jenis tanah, iklim, curah hujan drainase, defisit air
dan topografi), bahan tanam yang dipakai (jenis silangan atau kultur jaringan) dan kualitas atau mutu panen. Secara umum perolehan produksi TBS di kebun PBE untuk setiap tahun tanamnya masih tergolong sedang, meskipun potensial riilnya cukup tinggi. Poduksi TBS kebun Pantai Bonati Estate dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Perkembangan Produksi TBS periode 2002 - 2008. Tahun Tanam 1996 1997 1998 Total
Luas (ha) 254 572 1 693 2 675
Sumber : Data Kantor PBE 2008
2002 14.5 9.9 4.0 6.4
2003 12.2 7.7 5.1 6.4
Produksi TBS (ton/ha) 2004 2005 2006 19.1 24.5 25.5 16.1 18.8 23.0 11.2 15.7 20.0 13.1 17.3 21.2
2007 2008* 24.72 20.7 22.52 22.0 20.66 19.5 21.5 20.2
Note* : Produksi sampai dengan bulan April
Fasilitas Kebun Kebun Pantai Bonati Estate memiliki beberapa fasilitas yang mendukung kegiatan kerja dan kebutuhan hidup karyawannya. Kebun memiliki sebuah kantor besar, kantor divisi di setiap divisi, pos pengamanan, gedung olahraga, puskesmas kantor traksi dan beberapa gudang bahan dan alat yang semuanya terletak di dalam kawasan kantor besar. Kantor besar merupakan pusat administrasi kebun, khususnya dalam hal administrasi, keuangan dan pengarsipan kebun. Tiap kantor divisi diatur oleh setiap asisten, begitu juga kantor traksi diatur oleh seorang senior asisten. Kebun juga menyediakan sarana tempat tinggal yang cukup memadai bagi karyawannya. Untuk karyawan tingkat staf, tempat tinggal berada di dalam kawasan kantor besar sedangkan pondok karyawan terdapat di setiap Divisi beserta tempat penitipan anak (TPA). Sarana ibadah (mesjid) terdapat di luar kawasan kantor besar yang terletak disekitar kawasan pondok karyawan. Pihak kebun juga menyediakan sarana transportasi antar-jemput berupa bis bagi setiap siswa yang bersekolah di luar kawasan kebun.
Struktur Organisasi Kebun Pantai Bonati Estate dipimpin oleh seorang manajer yang memiliki tugas memimpin dan mengelola serta mengembangkan seluruh kebijakan berdasarkan visi dan misi kebun. Manajer dibantu oleh 1 orang senior asisten, 2 orang asisten dan 1 orang kepala administrasi. Struktur organisasi kebun Pantai Bonati Estate secara keseluruhan dapat disajikan pada Gambar Lampiran 2. Asisten bertanggungjawab dalam hal pengawasan dan pelaksanaan teknis tanaman,
merencanakan
kegiatan
dan
mengevaluasi
hasil
kerja
yang
dipertanggungjawabkan secara langsung kepada manajer di setiap divisinya masing-masing. Kepala administrasi bertanggungjawab dalam hal semua kegiatan administrasi, keuangan dan pengarsipan kebun kebun. Setiap asisten kebun dibantu oleh seorang mandor I, beberapa orang mandor panen dan mandor pemeliharaan, mantri buah, krani transport dan krani divisi.
Ketenagakerjaan dan Pengupahan Posisi tenaga kerja di kebun Pantai Bonati Estate terbagi atas pengelola tingkat staf dan non staf. Tingkat staf terdiri dari manajer, asisten dan kepala administrasi, sedangkan tingkat non staf terdiri dari mandor/pegawai, karyawan serikat karyawan utama (SKU) dan karyawan harian lepas (KHL). Mandor/pegawai terdiri atas mandor/pegawai lapangan, kantor besar dan traksi. Untuk karyawan SKU terdiri dari SKU harian potong buah dan pemeliharaan, sedangkan untuk KHL adalah tenaga kerja yang dipekerjakan secara harian lepas yang dipekerjakan bila ada pekerjaan tertentu dan biasanya tenaga ini diambil dari penduduk desa yang tinggal di sekitar kawasan kebun. Data jumlah tenaga kerja di kebun Pantai Bonati Estate berdasarkan budget tahun 2008 dapat dilihat pada Tabel 8. Gaji diberikan dua kali dalam satu bulan, besarnya gaji disesuaikan dengan kebijakan perusahaan sesuai dengan status jabatan dan golongannya. Gaji untuk karyawan SKU diberikan berdasarkan upah minimum regional (UMR) sebesar Rp. 869 000 per bulannya, ditambah dengan premi kehadiran sebesar Rp. 1 750 per hari untuk SKU perawatan tanaman. Upah rata-rata per hari SKU bulanan dapat dilihat pada Tabel Lampiran 2.
Tabel 8. Jumlah Tenaga Kerja di Kebun Pantai Bonati Estate Tahun 2008 2007 No
Perincian
Akt s/d Jun
Staf 1 Manajer 3 Asisten 1 Kasie Jumlah Staf 5 B Non staf 1 Mandor/pegawai Bulanan 1. Lapangan (Mandor 6 I/Krani) Lapangan (Mandor) 16 2. Kantor besar 11 3. Traksi 15 Harian 1. Lapangan 16 2. Kantor Besar 18 3. Traksi 15 2 SKU 110 Potong buah Pemeliharaan 61 1. Laki laki 169 2. Wanita 3 BHL Jumlah non staf 436 Luas TM + TBM 2 505 Rasio Ha/HK SKU 6.37 Rasio Ha SKU + KHL 6.37 Rasio SKU wanita/laki 0.99 Rata-rata umur SKU 33 Laki-laki 29 Wanita Jumlah tanggungan Istri 169 Anak 375 Jumlah 985 Data : Anggaran belanja kebun PBE (2008) A 1 2 3
Exp s/d Des
Budget
Budget 2008
Standar jadi
1 3 1 5
1 3 1 5
1 3 1 5
1 3 1 5
6
6
6
6
16 11 16
16 18 2
20 18 2
14 6 2
16 18 16
10 18 2
10 18 2
8 15 2
110
151
151
154
61 168 436 2 505 6.37 6.37 0.98
38 135 428 2 505 6.92 6.92 0.71
38 75 368 2 505 8.29 8.29 0.40
19 56 301 2 505 9.67 9.67 0.32
33 29
33 29
34 31
34 31
169 375 985
172 361 966
166 199 737
102 217 625
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
Kegiatan Teknis Lapang Kegiatan magang yang dilakukan mahasiswa adalah mengikuti segala jenis pekerjaan yang ada di kebun dengan berbagai jenjang jabatan yang ada. Kegiatan teknis lapang sebagai KHL, pendamping mandor dan pendamping asisten dimulai dari kegiatan apel pagi harian yang dimulai dari pukul 05.30 WITA. Dalam kegiatan apel pagi, setiap asisten di divisinya masing-masing memberikan pengarahan tentang setiap pekerjaan yang akan dilakukan hari itu dan melakukan koordinasi serta mengevaluasi hasil kerja mandor dan karyawan kebun pada hari sebelumnya. Sekitar pukul 06.00 - 06.30 WITA setiap mandor sesuai dengan tugasnya masing-masing juga melakukan apel bersama dengan karyawan. Mandor memberikan penjelasan tentang teknis kerja hari itu, mengevaluasi kembali hasil kerja karyawannya pada hari sebelumnya, membagi hancak pekerjaan sekaligus mengabsen para karyawan. Pelaksanaan pekerjaan di lapangan dimulai sekitar pukul 07.00 - 14.00 dengan diselingi waktu istirahat di pertengahan hari. Pukul 15.30 setiap asisten dan mandor kembali melakukan apel sore yang dilaksanakan di kantor divisinya masing-masing. Pada apel sore setiap mandor melaporkan hasil kegiatan kerja hari ini melalui buku kegiatan mandor (BKM) yang selanjutnya akan diperiksa oleh asisten. Kegiatan teknis lapang yang dilakukan mahasiswa sebagai KHL adalah mengikuti dan melakukan semua kegiatan mulai dari pengambilan sampel daun, penguntilan pupuk, pengeceran pupuk, pemupukan kelapa sawit, pengendalian gulma, aplikasi janjang kosong, pemanenan dan pengangkutan buah dari tempat pengumpulan hasil (TPH) sampai ke pabrik kelapa sawit (PKS). Kegiatan yang dilakukan
sebagai
pendamping
mandor
adalah
mengabsen
karyawan,
mengarahkan, mengatur hancak serta mengawasi kegiatan dan kualitas pekerjaan. Kegiatan yang dilakukan sebagai pendamping asisten adalah memimpin apel pagi jika asisten tidak hadir, mengarahkan dan mengawasi kerja para mandor dan karyawan di lapangan.
Kegiatan pengecekan mutu hancak buah serta penghitungan jumlah TBS dan brondolan juga dilakukan mengikuti pekerjaan yang dilakukan oleh mantri buah dan krani buah. Jurnal kegiatan magang di kebun Pantai Bonati Estate disajikan pada Tabel Lampiran 3. Pemupukan Salah satu tindakan yang sangat penting dalam kultur teknik tanaman kelapa sawit adalah pemupukan. Tujuan pemupukan adalah menjaga dan menambah ketersediaan unsur hara dalam tanah agar tanaman dapat menyerapnya sesuai dengan kebutuhan. Pemupukan harus dilakukan secara teratur menurut bagan pemupukan. Pemupukan kelapa sawit dapat dibagi ke dalam dua bagian berdasarkan umur tanaman yaitu pemupukan pada tanaman belum menghasilkan (TBM) dan tanaman menghasilkan (TM). Perbedaan pemupukan ini didasarkan pada tujuan pemupukan dimana pemupukan pada TBM lebih diarahkan pada pertumbuhan vegetatifnya sedangkan pemupukan pada TM diarahkan untuk mendukung pertumbuhan generatifnya. Tanaman yang mengalami kekurangan hara akan memperlihatkan gejalanya. Dalam menentukan jumlah kebutuhan banyaknya pupuk yang dibutuhkan tanaman perlu dilakukan analisis tanah dan daun (Leaf Sampling Unit). Analisis tanah digunakan untuk mengetahui ketersediaan hara dalam tanah, sedangkan analisis daun dipakai untuk melihat status hara terakhir yang ada pada tanaman, sehingga dapat diduga hara apa yang dibutuhkan tanaman. Leaf Sampling Unit (LSU) Rekomendasi pemupukan dengan analisis daun, yaitu pengambilan contoh daun ke-17 pada tanaman kelapa sawit (keadaan fisiologis paling optimal). Hasil analisis daun merupakan faktor kunci dalam penentuan dosis rekomendasi. Telah diketahui bahwa ketelitian dan ketepatan hasil analisis daun terutama sekali tergantung dari cara pelaksanaan pengambilan contoh daun yang benar di lapangan, bukan hasil analisis kimia di laboratorium. Beberapa persiapan harus dilakukan sebelum pengambilan contoh daun adalah : a. Penentuan unit sampling, umumnya berdasarkan blok.
b. Pengelompokan kebun atas 2 golongan atas dasar waktu pengambilan contoh. c. Penentuan pola pengambilan contoh untuk tiap LSU. d. Persiapan bahan dan alat untuk keperluan pengambilan contoh. e. Pengaturan organisasi pengambilan contoh dan sistem pengawasannya. f. Pelatihan untuk tim pengambil contoh daun. Waktu pengambilan contoh Pengambilan contoh daun dilakukan pertama kali pada tanaman umur 3 tahun dan selanjutnya dilakukan sekali setahun untuk setiap LSU. Atas dasar waktu pengambilan contoh, maka kebun-kebun dibagi menjadi dua kelompok yaitu : a. Kelompok yang dianalisis awal tahun (Februari - Maret). b. Kelompok yang dianalisis pertengahan tahun (Juni - Agustus). Pembagian ini dilakukan untuk mengurangi kemacetan yang terjadi pada saat analisis daun di laboratorium yang mencapai puncak kesibukan di bulan September - Desember. Saat ini pengambilan contoh daun dilakukan pada bulan Januari - Juli. Pengambilan contoh daun dilakukan di blok LSU, dimana pemupukan terakhir (dengan urea. TSP, MOP, Kieserit, abu janjang) selesai dilakukan minimal 2 - 3 bulan sebelumnya. Aplikasi kaptan, dolomite, janjang kosong maupun solid tidak mempengaruhi jadwal pengambilan contoh daun. Bahan dan alat Alat yang dibutuhkan untuk pengambilan contoh adalah : a. Kantong plastik untuk tiap LSU. b. Cat biru dan kuas. c. Bambu egrek (untuk tanaman yang tinggi) dan pengait (untuk tanman yang rendah). d. Pisau. e. Buku notes dan pulpen. Penentuan Blok LSU Semakin kecil luas LSU maka semakin teliti hasil yang diperoleh, tetapi bila kebun dibagi dalam luasan yang terlalu kecil akan menyulitkan pelaksanan pemupukan setelah rekomendasi. Pada kebun Pantai Bonati Estate unit pengambil
contoh menggunakan pembagian berdasarkan blok-blok yang merupakan unit manajemen terkecil. Luas terkecil suatu LSU ditentukan tidak lebih dari 10 ha, sedangkan luas terbesar tidak lebih dari 40 ha. Sebenarnya dengan keseragaman yang harus dipenuhi maka luas ideal suatu LSU adalah antar 20 - 30 ha. Tetapi pendekatan praktis di lapangan merupakan hal yang harus dipertimbangkan dalam menentukan luas dan bentuk/letak LSU. Dapat juga dilakukan penyederhanaan blok-blok LSU dengan menggabungkan kelompok-kelompok LSU yang berbatasan dan mempunyai sifat yang sama (menjadi 1 LSU yang lebih besar). Hal ini dimaksudkan untuk mempertinggi efisiensi kerja. Jadi satu LSU dapat terdiri dari 1 blok, sebagian dari (blok yang terdefenisi dengan baik), ataupun beberapa blok. Penentuan pola dan jumlah pengambilan contoh untuk tiap LSU Dalam setiap LSU harus ditentukan pohon contoh dengan pedoman sebagai berikut : a. Pohon contoh adalah pohon yang dipilih dalam suatu LSU dengan metode tertentu untuk diambil contoh daunnya. b. Untuk setiap LSU, pohon contoh tidak boleh kurang dari 28 pohon. c. Pohon contoh ditentukan dengan pola sistem tertentu, misalnya sistem 12 x 11, berarti untuk setiap 11 baris ditentukan 1 pohon contoh untuk setiap 12 pohon dalam baris tersebut. d. Sistem yang dipakai tidak selalu sama untuk setiap LSU melainkan tergantung pada luas dan bentuk areal LSU. e. Sedapat mungkin untuk pohon contoh, digunakan pohon-pohon yang dipakai kebun untuk sensus hama dan produksi. f. Dalam satu LSU terdapat pohon contoh antara 28 - 40 pohon. g. Pedoman umum untuk penentuan jumlah pohon sampel dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Penentuan Jumlah Pohon Contoh Berdasarkan Luasan Blok Luas (ha)
Sistem
7x6
Jumlah pokok contoh 30
24 - 25
11 x 10
Jumlah pokok contoh 30
12 - 14
8x7
30
26
12 x 9
30
15 - 16
10 x 7
30
27
12 x 10
30
17 - 18
10 x 8
30
28 - 30
12 x 11
30
19
10 x 9
30
31 - 40
12 x 11
30
20 - 21
11 x 8
30
>40
12 x 11
>30
22 - 23
11 x 9
30
Luas (ha)
Sistem
10 - 11
Sumber data : Research Dept M30GG (2007)
1. Pengaturan organisasi pengambilan contoh Menjelang pengambilan contoh, departemen riset mengirim surat kepada manajer kebun untuk memberitahukan mengenai jadwal kegiatan yang akan dilakukan dan permintaan bantuan tenaga kerja pelaksana. Tenaga kerja pelaksana pengambilan contoh adalah karyawan SKU sensus hama dan produksi yang mengetahui persis letak-letak pohon sensus. Hal ini akan mempercepat pelaksanaan, memperkecil kemungkinan kesalahan dan kelalaian. Dalam pelaksanaannya, tenaga yang dipakai adalah sebagian tenaga yang diambil dari tim semprot gawangan manual dan perawatan jalan yang terdiri dari 2 orang, yaitu 1 tenaga inti dan 1 tenaga pembantu. Tenaga inti bertugas untuk menentukan daun yang diambil contohnya (daun ke-17), memotong helai daun serta memasukkannya ke kantong plastik yang berbeda serta melakukan pengamatan gejala defisiensi hara sepanjang baris pohon yang dilalui (disesuaikan dengan gambar pedoman kemudian dicatat ke dalam label yang telah disediakan mandor riset). Tenaga pembantu bertugas mengecat batang pohon (kode pohon sampel) serta memotong pelepah yang telah ditunjuk oleh tenaga inti. Dalam satu hari terdapat 4 - 5 tim LSU, dimana satu tim pengambil contoh dapat menyelesaikan satu LSU. Semua tim diawasi oleh satu pengawas/mandor (dilakukan oleh mandor semprot gawangan) untuk mengontrol pelaksanaan kerja tim pengambil contoh secara sistematis.
2. Pelaksanaan pengambilan contoh daun LSU Label yang telah disiapkan oleh mandor riset harus diisi dan dimasukkan ke dalam kantong LSU yang sesuai dengan di lapangan. Dalam pelaksanaanya, pengambilan contoh daun tidak boleh dilakukan pada waktu hujan atau satu jam setelah hujan sampai titik hujan tidak kelihatan lagi di permukaan daun (36 jam sesudahnya). Pengambilan contoh dilakukan dari pukul 07.00 - 12.00 (dengan alasan apapun tidak boleh pada sore hari) dan interval pemupukan (Urea, TSP, MOP, Kieserit dan abu janjang) dengan pengambilan contoh daun sekurangkurangnya 2 - 3 bulan. Dalam penentuan pohon contoh dimulai dari pohon yang terletak pada baris ke tiga dan pohon ke tiga dalam barisan tersebut dari batas blok (dimulai dari selatan ke utara). Pada salah satu sisi batas blok pohon diberi tanda berupa No. LSU nya. Di barisan ke tiga dari pohon tersebut, pada pohon tepi jalan diberi tanda anak panah ke atas yang berarti dari pohon tersebut, pohon ke tiga dalam barisan merupakan pohon contoh pertama. Tanda anak panah dapat dilihat pada Gambar 1 di bawah ini. Pada pohon terakhir dari barisan ke tiga tersebut diberi tanda anak panah ke samping kiri yang berarti pindah baris yang sesuai dengan sistem pengambilan contoh daun yang ditentukan. Pohon pertama diberi tanda dua garis biru dan diberi tulisan nomor 1 di sisi pohon, begitu juga pohon terakhir (tanda dua garis biru). Pohon contoh selanjutnya diberi tanda satu garis dan diberi tulisan nomor 2 di atasnya sampai seterusnya hingga pohon terakhir. Apabila barisan tanaman dimana terdapat pohon contoh tepat jatuh di pinggir jalan maka pohon contohnya dipindahkan sedangkan tanda tetap pada barisan pohon yang terpilih dengan memberi tanda panah pohon pengganti (begitu juga dengan pohon yang terletak di tepi rendahan).
Gambar 1. Tanda Anak Panah Berwarna Biru Pohon mati atau kosong tetap dihitung. Apabila pohon contoh digeser karena tidak memenuhi syarat, maka penghitungan tetap dimulai dari hitungan semula. Pohon-pohon yang merupakan pohon yang tidak boleh dipakai sebagai pohon contoh adalah : a. Pohon yang terletak di pinggir jalan, sungai, parit, dekat dengan lubang galian. b. Pohon yang bersebelahan dengan pohon mati/kosong. c. Pohon steril atau pohon yang terserang penyakit. d. Pohon yang tumbuh abnormal. Apabila dalam hitungan pohon contoh jatuh pada pohon di atas maka harus digeser ke depan atau ke belakang, kecuali kalau hitungan tepat pada pohon mati maka harus digeser dua pohon. 3. Memilih pelepah untuk diambil contoh daunnya Daun contoh yang diambil adalah dari pelepah nomor 17. Pelepah nomor 17 ditentukan dengan cara : a. Pelepah no. 17 adalah yang terletak di bawah pelepah no. 9. b. Pelepah no. 9 adalah pelepah yang terletak di bawah pelepah no. 1. c. Pelepah no. 1 adalah pelepah pertama setelah pucuk, yang sudah membuka penuh. Pertama-tama kita harus dapat menentukan pelepah no. 1 dan setelahnya bisa ditentukan pelepah nomor 9 dan 17. Contoh daun dalam satu LSU harus diambil dari nomor pelepah yang sama, artinya tidak boleh dari beberapa nomor pelepah yang berbeda. Apabila pada pohon contoh, pelepah nomor 17 rusak
sedangkan pertumbuhannya normal maka daun contoh diambil dari pelepah nomor 17 dari pohon yang ada di depan atau di belakangnya. 4. Prosedur pengambilan contoh daun Pada pohon yang belum tinggi sampel daun dapat langsung diambil tanpa memotong pelepah, tetapi jika pohon sudah tinggi pelepah dipotong dibawah pangkal lidi. Dari pelepah nomor 17 ini diambil 6 helai anak daun, 3 helai di kiri dan 3 helai di kanan tepat pada titik pertemuan ke dua sisi pelepah daun (ditandai adanya sejenis duri). Pemotongan helai daun dimulai agak ketengah bagian helai daun (± 15 cm dari pangkal dan ujung helai daun) setelah itu dimasukkan pada kantong plastik yang berbeda (hitam dan putih), bagian kanan ke plastik hitam dan bagian kiri ke plastik putih. Hasil dari pengeringan pada plastik putih untuk pertinggal di bagian riset pengeringan. Kemudian helai daun tadi dipotong-potong menjadi bagian yang lebih kecil (±1 cm).
Gambar 2. Pemotongan Helaian Daun Kantong plastik di kirim ke kantor divisi, kemudian ada petugas dari departemen riset yang akan mengambil untuk dikeringkan. Hasil dari pengeringan daun akan dikirim lagi ke bagian riset pusat untuk dianalisis kandungan unsur yang ada pada daun. Hasil dari LSU akan disampaikan kembali ke kantor pusat kebun berupa rekomendasi pemupukan untuk satu tahun yang akan datang (tiap semesternya) dan melaporkan kembali realisasi pemupukan yang dilakukannya kepada perusahaan sebagai laporan pertanggungjawaban.
Pengamatan gejala kekurangan unsur hara juga dilakukan terhadap daun kelapa sawit ketika pengambilan contoh daun yang dilakukan sepanjang baris contoh dengan panduan gambar-gambar gejala defisiensi. Contoh form data pendukung rekomendasi dan gambar panduan gejala defisiensi dapat dilihat pada Tabel Lampiran 4 dan Gambar Lampiran 3. Beberapa hasil pengamatan lapang dari gejala visual yang tampak akibat kekurangan salah satu unsur hara pada tanaman kelapa sawit disajikan pada Tabel 10, 11, 12. Tabel 10. Hasil Pengambilan Contoh Daun dan Gejala Kekurangan Hara 2008 Blok P21 1997
No Baris 3 14 25 36 47 58 69 80 91 102 113
Jumlah Pokok Sehat Sakit Ekses nikel 35 36 36 35 34 1 35 35 34 1 35 35 35
N
Pokok Defisiensi K Mg B Cu 1 2 1 2 1
1 1 2
Fe
1 1 1 1
1 2
1 1
1
Sumber : Hasil pengamatan Lapang
Tabel 11. Hasil Pengambilan Contoh Daun dan Gejala Kekurangan Hara 2008 Blok Q24 1998
No Baris 3 14 25 36 47 58 69 80 91 102 113 124
Jumlah Pokok Sehat Sakit Ekses nikel 34 35 33 1 34 33 2 35 35 34 34 1 35 35
Sumber : Hasil pengamatan Lapang
N
Pokok Defisiensi K Mg B Cu 1
Fe
1 1
2 1 1
1 2
1
2 1
1
4
2 1
1 1 1 1
Tabel 12. Hasil Pengambilan Contoh Daun dan Gejala Kekurangan Hara 2008 Blok O20 1996
No Baris 3 14 25 36 47 58 69 80 91 102 113 124
Jumlah Pokok Sehat Sakit Ekses nikel 35 35 35 36 35 35 35 36 35 36 35
N
Pokok Defisiensi K Mg B Cu
Fe
2 1
1
1 1 1
1 1 3 1 3
3 1 2
2
3 4
1
Sumber : Hasil pengamatan Lapang
Rekomendasi pemupukan. Rekomendasi pemupukan di kebun Pantai Bonati Estate (PBE) didasarkan dari hasil analisis hara daun, perolehan produksi serta hasil observasi lapangan. Rekomendasi terdiri atas 2 kali aplikasi dalam waktu yang berbeda. Jenis pupuk yang dipakai di kebun PBE adalah pupuk organik (aplikasi janjang kosong) dan pupuk anorganik seperti Urea, RP, MOP, Kieserit (makro) dan HGFB (mikro). Rekomendasi pemupukan kebun Pantai Bonati Estate disajikan pada Tabel 13. Tabel 13. Rekomendasi Jenis dan Dosis pupuk pada Tanaman Menghasilkan di Kebun PBE Tahun 2008 Tanaman Aplikasi Menghasilkan T. Tanam 1 1996 2 T. Tanam 1 1997 2 T. Tanam 1 1998 2 Estate Total
Urea 1.25 1.00 1.25 1.00 1.25 1.03 2.27
Sumber : Kantor Kebun PBE (2008)
Jenis dan Dosis Pupuk MOP KIES HGFB 1.75 0.27 0.05 1.74 1.73 0.16 0.07 1.64 1.73 0.15 0.09 1.58 3.34 0.17 0.08
RP 0.10 0.13 0.11
Realisasi pemupukan. Realisasi pemupukan di kebun Pantai Bonati Estate dihitung berdasarkan persentase jumlah semua jenis pupuk dalam kilogram yang telah teraplikasi pada masing-masing tahun tanam kelapa sawit dari jumlah rekomendasi yang telah ditetapkan. Realisasi pemupukan di kebun PBE sudah menunjukkan hasil yang tinggi. Realisasi pemupukan di kebun PBE untuk 5 tahun terakhir disajikan pada Tabel 14 dan realisasi pemupukan organik (aplikasi janjang kosong) disajikan pada Tabel 15. Tabel 14. Realisasi Pemupukan di Kebun PBE Tahun 2004 - 2008 Tanaman Menghasilkan T. Tanam 1996 T. Tanam 1997 T. Tanam 1998 Estate Total
2004 99.0 82.2 70.7 83.9
Realisasi Pemupukan (%) 2005 2006 2007 72.8 76 82 71.7 72 81 58.1 67 90 67.5 71.6 84.3
2008 29 29 27 28.3
Keterangan : Realisasi pemupukan untuk tahun 2008 hanya sampai bulan mei (2008)
Tabel 15. Realisasi Aplikasi Janjang Kosong di Kebun PBE Tahun 2004 - 2005 Tanaman Menghasilkan T. Tanam 1996 T. Tanam 1997 T. Tanam 1998 Estate Total
Realisasi Aplikasi Janjang Kosong (%) 2004
2005
2 128 78 69.3
38.6 368.3 78.6 258.3
Sumber : Kantor Kebun PBE (2005)
Manajemen pemupukan. Dalam pelaksanaannya program pemupukan di kebun Pantai Bonati Estate melibatkan banyak pihak/bidang di dalam struktur pengelola kebun. Departemen riset dan tingkat manajemen atas sebagai pembuat rekomendasi pemupukan. Hasil rekomendasi akan turun ke pihak kantor perwakilan perusahaan yang kemudian dilanjutkan ke pihak pembelian. Dalam pengadaan pupuk, bagian pembelian akan melakukan kontrak atau perjanjian terhadap sejumlah pupuk yang diminta dalam bentuk surat permintaan barang (Purchasing Order) kepada supplier barang dengan sistem tender. Form permintan barang disajikan pada Tabel Lampiran 5.
Penyimpanan pupuk. Sejumlah pupuk yang telah disepakati akan dikirim ke kebun dan akan disimpan di gudang pusat. Sebelum masuk ke gudang, pupuk terlebih dahulu ditimbang di jembatan timbang sehingga dapat diketahui berapa jumlah pupuk yang masuk ke gudang dan akan disesuaikan dengan jumlah permintaan. Hitungan hasil timbang berat pupuk akan disesuaikan dengan jumlah pupuk yang diminta kebun kepada supplier. Pupuk secara terpusat disimpan di gudang kantor besar kebun. Organisasi pemupukan. Untuk melaksanakan pemupukan diperlukan koordinasi yang baik sehingga prinsip manajemen dapat diterapkan. Pemupukan di kebun Pantai Bonati Estate melibatkan asisten, mandor, tenaga kerja penabur, pengecer, penguntil, tenaga kerja bongar muat (TKBM)/pelangsir dan juga sopir sebagai operator pengangkutan yang digunakan. Estate manager juga sering melakukan pengontrolan pada saat dilaksanakan pemupukan. Koordinasi diantara tenaga kerja penabur sangat dibutuhkan agar kegiatan pemupukan berjalan lancar. Sesama penabur harus saling mengingatkan dalam menentukan hancak yang harus dimasuki. Untuk TKBM pupuk harus berkoordinasi dengan mandor dalam menentukan peletakan dan penyebaran karung untilan. Peletakan karung untilan pupuk yang salah akan memperlambat kinerja dan penyebaran pupuk. Sistem yang digunakan dalam pengorganisasian pemupukan di kebun Pantai Bonati Estate adalah Block Manuring System (BMS) yang dilakukan dari blok per blok dengan sasaran pemupukan yang efektif dan efisien, serta monitoring yang lebih fokus. Dalam BMS terdapat organisasi-organisasi yang saling mendukung satu sama lain, yaitu : organisasi kerja penguntilan, TKBM (pelangsiran), pengecer dan penabur. Struktur organisasi pemupukan di kebun Pantai Bonati Estete dapat dilihat pada skema Gambar 3.
Asisten Divisi Mandor Pupuk
Mandor Untilan
Mandor Lapangan
Penguntil Pelangsir TKBM
Penabur dan pengecer
Gambar 3. Organisasi Pemupukan di Kebun PBE
Teknis pemupukan Dengan BMS pemupukan diharapkan terlaksana tepat waktu, dilakukan sesuai dengan jenis pupuk, tepat dosis, cara yang benar. Bertujuan agar dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas pemupukan, pupuk dapat terserap oleh tanaman semaksimal mungkin sehingga didapat pertumbuhan kelapa sawit yang optimal dan prestasi kerja pemupukan maksimal. Organisasi kerja penguntilan. Penguntilan dilakukan dengan cara menakar ulang pupuk ke dalam karung-karung untilan (kecil) dengan dasar pertimbangan bahwa pupuk yang nantiya akan diaplikasikan sesuai dengan dosis yang dibutuhkan per pokok tanamannya dan memudahkan penabur serta pelangsir membawa pupuk yang akan diaplikasikan. Tiap karung until berisikan pupuk dengan berat rata-rata (untuk semua jenis pupuk) sebesar 12 - 16 kg. Pupuk yang dimasukkan ke dalam karung until harus diketahui agar tidak menggumpal. Selanjutnya karung-karung untilan disusun dengan rapi dan teratur (5 - 10 susun) agar mudah dihitung. Sehingga pupuk sudah tersedia dan siap ecer ketika akan diaplikasikan, serta jumlah pupuk tidak berlebih dan terbuang percuma. Keluarnya pupuk dari gudang atas prinsip first in first out (FIFO).
Khusus untuk pupuk yang mengandung unsur borat, penguntilan tidak dilakukan, tetapi ketika hendak diaplikasikan di lapang langsung dipindahkan dari karungnya ke ember takaran penabur. Hal ini disebabkan untuk mencegah hilangnya pupuk di lapang akibat tercuri dan hal yang tidak diinginkan. Organisasi kerja pelangsiran. Untuk memindahkan pupuk dari gudang ke lapang dibutuhkan tenaga kerja untuk bongkar muat pupuk. Aktivitas dimulai setelah apel pagi, tim tenaga kerja bongkar muat (TKBM) sudah mulai memindahkan untilan-untilan pupuk dari gudang ke dalam truk angkut yang terlebih dahulu memperhitungkan jumlah pupuk, tenaga yang dibutuhkan serta tempat yang akan diaplikasikan pada hari itu. Kegiatan bongkar muat pupuk ke truk kurang lebih berlangsung selama 1 jam. Setelah itu truk pengangkut akan membawa pupuk ke lokasi dan atas pengawasan mandor pupuk untilan ditempatkan pada setiap pasar rintis dengan jumlah untilan tertentu (sesuai dosis aplikasi/pokok). Dalam penempatan ini diusahakan agar karung untilan tidak terbuang di parit dan sobek karena akan menyebabkan hilangnya pupuk di jalan. Jumlah karung untilan pupuk disesuaikan dengan dosis rekomendasi per pokoknya dan jumlah pokok dalam satu baris sehingga akan diketahui berapa jumlah untilan yang dibutuhkan. Pupuk yang telah dilangsir diusahakan di tabur pada hari itu juga dan mandor pupuk bertanggungjawab terhadap keamanan pupuk. Organisasi kerja pengeceran. Tenaga kerja pengeceran bertugas untuk memindahkan karung-karung untilan dengan menggunakan angkong dari luar ke dalam blok untuk disebar oleh penabur secara bersamaan. Dengan perbandingan 1 orang tenaga pengecer untuk 2 orang tenaga penabur (dalam setiap satu pasar rintis). Pengeceran disesuaikan dengan rencana pemupukan dimulai dari tepi blok dan ke blok lainnya (dari tepi satu Collection Road/CR ke tepi CR yang lainnya). Berat dan jumlah untilan disesuaikan dengan kelipatan dosis per pokok. Dalam prakteknya di lapang, pengecer membawa semua karung untilan ke dalam blok dari luar blok (untuk 1 pasar rintis), ketika pupuk untilan habis maka pengecer akan membawa kembali untilan pupuk yang berada di tepi blok di depannya. Bekas karung untilan pupuk digulung kembali untuk penguntilan pupuk berikutnya.
Organisasi kerja penaburan. Pengaplikasian pupuk dimulai di masingmasing blok mulai dari pokok yang pertama sampai dengan pokok terakhir blok. Secara umum pemupukan di kebun Pantai Bonati Estate dilakukan dengan cara di tabur dengan menggunakan takaran tabur. Untuk pupuk Urea, MOP dan HGFB ditabur merata dan melingkar di permukaan piringan, agar secara cepat dapat meresap ke tanah dan tidak cepat menguap. Pupuk RP ditabur diluar piringan atau di pinggir pelepah dan dalam gawangan mati karena sebagian besar akar-akar aktif tanaman berada pada daerah itu. Setiap penabur berada pada hancaknya masing-masing, menyisir tiap baris secara bersamaan dengan tenaga pengecer yang sistemnya sama seperti tenaga kerja pengecer. Untuk penaburan pupuk Borat, penguntilannya dilakukan di CR blok yang hendak dipupuk, penaburan dilakukan pada blok itu terlebih dahulu mengikuti CR. Setiap penabur membawa untilan-untilan pupuk, kemudian menaburkannya mengelilingi pokok dalam satu baris (satu baris 35 - 36 pokok). Cara pemupukan RP, MOP dan HGFB dilakukan membentuk setengah lingkaran untuk menghindari aplikasi pemupukan di pasar rintis. Diperlukan juga keterampilan dan pengetahuan bagi penabur tentang pemupukan yang baik dan benar sehingga pemupukan berjalan dengan efektif dan efisien. Mandor pupuk juga harus senantiasa mengawasi semua kegiatan pemupukan sampai akhir untuk mengetahui adanya penaburan kurang tepat atau salah. Sistem kerja penaburan pupuk dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Blok
Blok
U B
T S
CR
Pasar tengah
CR
Pasar tengah
Gambar 4. Sistem Kerja Penaburan Pupuk
Tenaga kerja pemupukan. Tenaga kerja pemupukan terdiri dari 18 orang penabur, 9 orang pengecer 4 orang tenaga bongkar muat dan 10 tenaga penguntilan. Untuk tenaga kerja penguntilan dan pelangsir, pengupahan bagi dilakukan dengan sistem borongan. Untuk penguntil dengan basis 1.5 ton per hari dengan upah Rp. 1500. Jika lebih dari 1.5 ton dan mencapai 2 ton mendapat upah Rp. 8000 per harinya dan tenaga pelangsir mendapat upah sebesar Rp. 5500 /tonnya. Tenaga kerja penguntil dan pelangsir merupakan tenaga harian lepas. Akan tetapi jika pada suatu waktu terjadinya kekurangan atau bahkan tidak ada sama sekali tenaga untuk pekerjaan ini maka pekerjaan ini dapat digantikan oleh tenaga penabur atau tenaga lainnya tanpa mengganggu kegiatan perawatan lainnya. Untuk tenaga penabur merupakan pekerja tetap (SKU) dengan UMR per bulannya sebesar Rp. 869 000 dan premi per harinya sebesar Rp. 1 750 dengan prestasi tabur 400 - 500 kg/harinya. Peta pemupukan. Peta pemupukan sangat penting perannya untuk menentukan pengorganisasian pemupukan. Peta pemupukan berisi informasi mengenai jadwal aplikasi semua jenis pupuk, lokasi pemupukan, luas hektaran, selain itu juga berisi catatan keterangan apabila ada bagian blok yang belum semuanya terpupuk. Akan tetapi tidak semua pemupukan sesuai dengan peta pemupukan karena banyak kendala yang timbul, seperti gangguan cuaca, rusak dan kurangnya alat pengangkutan pupuk dan sebagainya. Bila berbagai kendala itu terjadi, maka pemupukan diprioritaskan pada blok yang terdekat dari gudang pusat pupuk. Untuk itu pemupukan dilakukan berdasarkan jadwal perencanaan dan aktual pemupukan yang harus dilakukan tiap tahunnya. Peta pemupukan dapat dilihat pada Gambar Lampiran 4. Administrasi pemupukan. Administrasi pemupukan sangat penting karena digunakan sebagai kontrol jenis dan jumlah pupuk
yang keluar dari
gudang dan jumlah pupuk yang teraplikasi di lapangan. Administrasi pemupukan adalah bentuk pertanggungjawaban secara tertulis tentang jumlah permintaan dan pengeluaran pupuk beserta biaya yang dikeluarkan oleh kebun secara umum dan oleh divisi secara khusus untuk seluruh kegiatan pemupukan yang telah berlangsung. Dari administrasi pemupukan, manajer dapat menilai kinerja para asisten, mandor dan petugas pemupukan. Manajer, asisten dan mandor juga akan
melakukan supervisi pemupukan di lapangan untuk memastikan pelaksanaan pemupukan sesuai dengan ketentuan kebun berupa pemeriksaan mutu hancak pemupukan. Format pemeriksaan mutu hancak pemupukan disajikan pada Tabel Lampiran 6 dan skema alur administrasi pemupukan disajikan pada Gambar Lampiran 5. Administrasi pemupukan secara umum meliputi : 1.
Buku kerja mandor (BKM) yang wajib diisi mandor pupuk setiap hari setelah apliksai pupuk. Buku ini memuat laporan nama mandor, jumlah pekerja yang hadir, jenis dan dosis pupuk, jumlah pupuk yang teraplikasi, lokasi, luas areal aplikasi pupuk dan upah
yang harus
dibayar. 2.
Bon pengambilan pupuk yang digunakan untuk mengambil stok pupuk di gudang dengan mendapat persetujuan oleh manajer, yang biasanya dilakukan oleh mandor pupuk. Bon ini diperlukan untuk menghindari kesalahan pengambilan pupuk lebih dari satu kali dan juga sebagai bukti jumlah pupuk yang telah keluar dari gudang.
3.
Buku realisasi pemupukan di kantor besar yang memuat data kumulatif apliksai pemupukan yang telah dilakukan di kebun. Buku ini merupakan hasil rangkuman dari laporan realisasi dari masing-masing divisi. Pengamatan ketepatan pemupukan. Ketepatan dalam pemupukan
dilihat dari ketepatan dosis, cara atau penempatan pupuk yang diaplikasikan. Hasil pengamatan ketepatan dosis dan ketepatan cara aplikasi pupuk Urea, RP dan MOP dapat dilihat pada Tabel 16, 17, 18, 19, 20, 21.
Tabel 16. Hasil pengamatan Ketepatan Dosis pada Pemupukan Urea di Kebun PBE No Penabur 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Rata-rata Standar Deviasi
Rata-rata Rekomendasi Ulangan I Ulangan II I dan II (b) (a) ..............................(g/pohon).......................... 1470 1520 1420 1500 1425 1390 1460 1500 1225 1280 1170 1500 1450 1460 1440 1500 1325 1300 1350 1500 1205 1000 1410 1500 1480 1620 1340 1500 1380 1500 1260 1500 1520 1740 1300 1500 1440 1220 1680 1500 1640 1880 1400 1500 1270 1400 1440 1500 1155 1140 1170 1500 1270 980 1560 1500 1500 1386 1388 1375.35 -
138.66
∆ (a-b) (-30) (-75) (-272) (-50) (-175) (-295) (-20) (-120) (+20) (-60) (+140) (-230) (-345) (-230) (-124.42)
260.36
Sumber : Hasil pengamatan Lapang
Tabel 17. Hasil Pengamatan Ketepatan Dosis pada Pemupukan RP di Kebun PBE No Penabur 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Rata-rata Standar Deviasi
Rekomendasi Ulangan I Ulangan II Rata-rata (a) I dan II (b) ..............................(g/pohon).......................... 990 1060 920 1250 830 640 1020 1250 1070 1060 1080 1250 770 740 800 1250 1430 1160 1320 1250 1460 1540 1380 1250 1210 1400 1020 1250 995 1090 900 1250 1180 990 1370 1250 1130 900 1360 1250 1223 1305 1140 1250 1340 1380 1300 1250 1230 1200 1260 1250 1160 1360 960 1250 1250 1131 1130 1144.14 -
Sumber : Hasil pengamatan Lapang
199.32
258.54
∆ (a-b) (-260) (-420) (-180) (-480) (+180) (+210) (-40) (-255) (-70) (-120) (-27) (+90) (-20) (-90) (-105.86)
Tabel 18. Hasil Pengamatan Ketepatan Dosis pada Pemupukan MOP di Kebun PBE No Penabur 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Rata-rata Standar Deviasi
Rekomendasi
Rata-rata I dan II (b) ..............................(g/pohon).......................... 1840 1780 1900 1750 1725 1570 1880 1750 2070 2380 1760 1750 1880 1860 1900 1750 1665 1690 1640 1750 1850 1660 2040 1750 2040 2160 1920 1750 2010 2210 1810 1750 2090 2250 1930 1750 1900 1700 2100 1750 1925 2010 1840 1750 1800 1900 1700 1750 1750 1868 1931 1899.58 -
Ulangan I
130.79
Ulangan II
∆ (a-b) (+90) (-25) (+320) (+130) (-85) (+100) (+290) (+260) (+340) (+150) (+175) (+50) (-149.58)
266.95
Sumber : Hasil pengamatan Lapang
Tabel 19. Hasil Pengamatan Ketepatan Cara Pemupukan Urea di Kebun PBE No Blok N27 N28 N29 O27 O28
Jumlah contoh 10 10 10 10 10
Tepat cara 9 8 9 8 8
% Ketepatan cara 90 80 90 80 80
Sumber : Pengamatan Lapang
Tabel 20. Hasil Pengamatan Ketepatan Cara Pemupukan RP di Kebun PBE No Blok M4 M5 M6 O12 O13
Jumlah contoh 10 10 10 10 10
Sumber : Pengamatan Lapang
Tepat cara 7 8 8 8 8
% Ketepatan cara 70 80 80 80 80
Tabel 21. Hasil Pengamatan Ketepatan Cara Pemupukan MOP di Kebun PBE No Blok P28 P29 O34 O35 O36
Jumlah contoh 10 10 10 10 10
Tepat cara 8 9 9 9 10
% Ketepatan cara 80 90 90 90 100
Sumber : Pengamatan Lapang
Pengamatan kecepatan kerja dan prestasi pemupukan. Kecepatan kerja pemupukan adalah waktu yang diperlukan masing-masing penabur dalam menyelesaikan satu baris tanaman (35 - 36 pokok/baris). Kecepatan kerja pada aplikasi pemupukan Urea, RP dan MOP di kebun Pantai Bonati Estate dapat dilihat pada Tabel 22, 23, 24. Prestasi kerja adalah kemampuan tiap penabur menyelesaikan pemupukan dalam satuan luas pemupukan atau dalam satuan jumlah pupuk yang teraplikasi pada waktu satu hari kerja. Prestasi kerja pemupukan Urea, RP dan MOP di kebun Pantai Bonati Estate dapat dilihat pada Tabel 25, 26, 27. Tabel 22. Waktu yang Dibutuhkan Untuk Menabur Pupuk Urea No Penabur
Waktu Penyelesaian Hancak
Rata-rata
Rata-rata menit/ pokok
Ulangan I Ulangan II .............................menit/baris tanaman............................... 0.28 9.76 9.28 10.23 1 0.27 9.42 8.55 10.29 2 0.24 8.40 8.23 8.56 3 0.26 8.97 8.57 9.37 4 0.24 8.62 9.02 8.21 5 0.24 8.46 8.56 8.35 6 0.23 8.18 7.30 9.05 7 0.24 8.26 7.35 9.17 8 0.26 8.99 9.50 8.49 9 0.25 8.81 9.28 8.33 10 0.27 9.49 10.41 8.56 11 0.28 9.78 9.88 9.67 12 0.25 8.87 8.50 9.24 13 0.26 9.24 9.03 9.45 14 Rata-rata 9.06 8.82 8.95 0.252 Sumber Ket
: Pengamatan Lapang : satu hancak adalah satu baris tanaman dalam satu gawangan (tembus)
Tabel 23. Waktu yang Dibutuhkan Untuk Menabur Pupuk RP No Penabur
Waktu Penyelesaian Hancak
Rata-rata
Rata-rata menit/ pokok
Ulangan I Ulangan II .............................menit/baris tanaman............................... 7.47 7.46 7.47 1 7.72 7.62 7.81 2 7.77 8.03 7.51 3 7.16 7.25 7.06 4 7.13 8.08 6.18 5 7.99 8.15 7.82 6 7.33 6.56 8.10 7 8.50 7.87 9.13 8 7.38 7.26 7.50 9 7.88 8.30 7.46 10 7.75 8.01 7.48 11 7.71 7.33 8.09 12 8.10 8.05 8.14 13 7.83 8.30 7.35 14 Rata-rata 7.65 7.73 7.69 Sumber Ket
0.21 0.22 0.22 0.20 0.20 0.23 0.21 0.24 0.21 0.23 0.22 0.22 0.23 0.22 0.22
: Pengamatan Lapang : satu hancak adalah satu baris tanaman dalam satu gawangan (tembus)
Tabel 24. Waktu yang Dibutuhkan Untuk Menabur Pupuk MOP No Penabur
Waktu Penyelesaian Hancak
Rata-rata
Rata-rata menit/ pokok
Ulangan I Ulangan II .............................menit/baris tanaman............................... 8.78 9.18 8.38 1 8.87 9.23 8.50 2 8.14 9.12 7.16 3 7.94 8.49 7.39 4 8.31 8.18 8.44 5 7.22 8.05 6.38 6 8.32 8.08 8.55 7 8.36 8.13 8.59 8 7.73 7.31 8.14 9 7.68 8.18 7.18 10 8.47 9.43 7.51 11 8.90 10.23 7.57 12 Rata-rata 7.82 8.63 8.23 Sumber Ket
: Pengamatan Lapang : satu hancak adalah satu baris tanaman dalam satu gawangan (tembus)
0.25 0.25 0.23 0.23 0.24 0.21 0.24 0.24 0.22 0.22 0.24 0.25 0.24
Tabel 25. Prestasi Kerja Pemupukan Urea di Kebun PBE Blok N27,28,29 O27,28 P20,21,22 Q25,24 P23,24,25,26
Jumlah Pupuk (kg) 13.590 9.902 14.920 10.002 13.769
Luas (ha) 88 50 90 59 79
Jumlah Tenaga Kerja (orang) 25 25 25 25 25
Waktu (jam) 5.30 3.35 5.30 5.30 5.30
Prestasi (kg/HK) 543.6 396.1 596.8 400.1 550.1
Waktu (jam) 5.30 5.30 5.30 3.35 5.30
Prestasi (kg/HK) 362.1 548.6 407.2 420.9 724.4
Waktu (jam) 5.30 5.30 3.35 5.30 5.30
Prestasi (kg/HK) 541.6 610.5 409.8 555.7 568.3
Sumber : Pengamatan Lapang
Tabel 26. Prestasi Kerja Pemupukan RP di Kebun PBE Blok O12,13 O9,10,11 M4,5,6 O17,18 N9,10,11,12
Jumlah Pupuk (kg) 9.053 13.715 10.181 9.681 18.185
Luas (ha) 56 72 63 56 77
Jumlah Tenaga Kerja (orang) 25 25 25 23 25
Sumber : Pengamatan Lapang
Tabel 27. Prestasi Kerja Pemupukan MOP di Kebun PBE Blok P28,29 O34,35,36 P32,36,37 P30,31 O30,31,32
Jumlah Pupuk (kg) 13.541 15.263 10.245 13.893 14.208
Luas (ha) 59 74 75 79 71
Jumlah Tenaga Kerja (orang) 25 25 25 25 25
Sumber : Pengamatan Lapang
Pengendalian gulma Pengendalian gulma antara lain bertujuan untuk meminimalkan parsaingan antara tanaman dengan gulma, sanitasi, memudahkan pemeliharaan (pemupukan) dan menghilangkan pengaruh buruk bagi tanaman. Gulma yang banyak di jumpai di Kebun Pantai Bonati Estate adalah Chromolena odorata (putihan), Stenochloaena
palustris (pakis udang), Dicranopteris linearis (pakis kawat),
Ageratum conyzoides (babadotan), Neprolepis sp, senggani, kentosan , daun lebar, alang-alang (spot) dan beberapa tanaman berkayu lainnya. Kegiatan pengendalian gulma di kebun Pantai Bonati Estate dilakukan secara manual dan kimiawai dengan sasaran gulma di piringan, gawangan mati,
pasar rintis (jalan lorong), kaki lima. Adapun metode yang dilakukan adalah dengan sistem BSS (Block Spraying System), yaitu penyemprotan dilakukan secara blok per blok. Block Spraying System adalah suatu sistem pengendalian gulma secara terencana dan terorganisir dengan maksud semua kegiatan penyemprotan dapat terlaksana dengan baik sehingga diperoleh penyemprotan yang efektif, efisien, aman dan dapat dikontrol dengan mudah sesuai dengan prinsip 6T (Tepat waktu, jenis, sasaran, dosis, alat dan keamanan). Tim semprot dalam sistem BSS di kebun Pantai Bonati Estate dibagi menjadi 2, yaitu tim semprot BSS-1 (piringan) dan tim semprot BSS-2 (gawangan). Tugas tim BSS-1 adalah semprot piringan/pasar rintis, semprot gawangan dan dongkel anak kayu (DAK), sedangkan tugas tim BSS-2 adalah semprot gawangan dan dongkel anak kayu. Tim semprot BSS 1 dapat melakukan semprot gawangan, tetapi tim semprot BSS-2 tidak bisa melakukan semprot piringan. Jadi tim semprot BSS-1 dapat juga melakukan pekerjaan tim semprot BSS-2. Sistem kerja penyemprotan tim BSS-1 dan BSS-2 dapat dilihat pada Gambar 5. BSS-1
BSS-2
Blok
Blok
Pasar tengah
Pasar tengah
Gambar 5. Sistem Kerja Penyemprotan Tim BSS-1 dan BSS-2
Dalam pelaksanaannya, semprot piringan (BSS-1) dilakukan dengan mengunakan alat Micron Herby Spray (MHS) dengan isi tangki alat semprot 6 - 7 liter. Menyemprot piringan pada setiap pohon dalam baris kiri dan kanan pasar secara zig-zag. Pengancakan kerja tiap orang adalah 2 pasar rintis. Bergerak dari sisi Collection Road (CR) dan tembus kesisi CR yang sebelahnya dan kemudian balik dari sisi CR sebelah ke sisi CR yang semula dan kemudian pindah ke pasar rintis berikutnya yang belum disemprot (kosong), sebagai tanda digunakan bendera yang dibawa oleh pekerja kalibrasi bahan untuk ditancapkan sebagai batas pasar rintis yang sudah dan belum disemprot. Semprot gawangan (BSS-2) dilakukan dengan menggunakan alat RB 15 (isi tangki 10 - 11 liter) yang pengancakannya hampir sama dengan tim semprot BSS 1. Hanya saja setiap pemyemprot menyemprot sampai ke pasar tengah saja. Penggunaan alat penyemprotan piringan dan gawangan dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 6. Alat Semprot Piringan dan Gawangan kimia Pemeliharaan piringan secara kimiawi dilakukan dengan menggunakan herbisida yaitu Round up 2 % (150 cc/6 ltr air ), Starane 0.9 % (5 cc/6 ltr) atau 0.25 ltr/ha/rotasi untuk Round up dan 0.06 ltr/ha/rotasi untuk starane. Sebelumnya herbisida Round up telah dikalibrasi dengan perbandingan herbisida dan air adalah 1 : 1. Sasaran kerja semprot piringan adalah semua gulma di piringan pasar rintis, pasar tengah, kaki lima, dan TPH. Sedangkan pemeliharaan gawangan dilakukan dengan menggunakan bahan Garlon 50 ml/12 ltr air (untuk putihan dan senggani), Gramoxon 120 ml/ltr (untuk kentosan) dan 50 ml/12 ltr air (untuk
pakisan), Round up 100 ml/12 ltr air (untuk alang-alang) dan Alley 25 ml/12 ltr air (untuk pakisan) atau 0.35 ltr/ha/rot untuk Garlon, 0.30 ltr/gha/rot untuk Gramoxon dan 0.02 kg/ha/rot untuk Alley dengan sasaran kerja semprot adalah semua gulma di gawangan. Rotasi kerja semprot piringan dan gawangan adalah 3 kali setahun dengan tingkat kematian gulma sasaran diatas 90% dan hasil semprot merata sesuai sasaran. Prestasi kerja semprot piringan adalah 6.3 ha/HK atau 6 - 7 kaps/harinya (isi 12 ltr) Sedangkan prestasi kerja semprot gawangan adakah 1.3 HK (1 HK mendapat 1.3 ha) atau 10 - 11 kaps/harinya. Pada penyemprotan gawangan, 1 HK kadang bisa kurang atau lebih dari 1.3 ha tergantung dari kondisi gulma (apakah intensitas gulma berat atau ringan). Biasanya bila prestasi kerja hari ini berlebih, maka pada penyemprotan esok hari kelebihan prestasi hari sebelumnya dimasukkan ke prestasi kerja esok hari. Apabila pada suatu waktu terjadi hujan ketika penyemprotan berlangsung, maka kegiatan yang dilakukan adalah dongkel anak kayu (DAK) dengan menggunakan cangkul dodos (cados). Hal ini bukan hanya dilakukan untuk tanaman berkayu, tetapi juga untuk gulma lainnya seperti kentosan. Tempat yang telah dilakukan DAK tidak perlu disemprot lagi, penyemprotan dilakukan ke tempat lain yang memerlukan. Khusus untuk pakis pakisan (Neprolepis sp), tanaman tesebut sengaja dibiarkan tumbuh liar di gawangan mati. Hal itu dilakukan untuk mengurangi evaporasi yang terjadi pada tanah sehingga kelembaban tanah dapat tetap terjaga. Walaupun pakis-pakisan juga mengalami transpirasi (penguapkan air) namun keberadaan tanaman ini dinilai cukup berguna untuk menggantikan peran tanaman khusus penutup tanah tanpa harus mengeluarkan biaya lebih. Tapi sisi lain, keberadaan tanaman ini apalagi bila terlalu semak menjadi kendala bagi karyawan yang sedang bekerja terutama dalam kegiatan pemupukan. Pakis-pakisan menghalangi kemudahan pekerja dalam menaburkan pupuk dan menghalangi jatuhnya pupuk ke permukaan tanah. Oleh karena itu pengendalian gulma di piringan, gawangan, jalan rintis dan pasar tengah perlu dilakukan secara rutin agar tidak mengganggu aktivitas pekerja ketika hendak melakukan tindakan
perawatan seperti pemupukan ataupun ketika memanen dan kegiatan-kegiatan rutin lapang lainnya. Untuk dapat merealisasikan rencana kerja BSS dengan tepat di harapkan ketersediaan bahan dan alat yang tepat juga. Pengawasan yang baik dari mandor, asisten, senior asisten, manager sangat menunjang keberhasilan kerja BSS. Diharapkan dengan sistem kerja yang terencana, pusingan dapat tetap normal dengan hasil biaya akhir yang terkendali.
Penunasan (Pruning) Penunasan pelepah merupakan upaya untuk menjamin jumlah pelepah yang optimum di pohon dengan membuang daun-daun yang sudah tua (tidak produktif). Penunasan bertujuan menjaga kebersihan tanaman, memperbaiki peredaran udara, mengurangi kelembaban, memperlancar penyerbukan secara alamiah, untuk pengendalian penyakit, memperlancar proses fotosintesis, memudahkan pemanenan tandan buah yang berada di ketiak daun, mencegah brondolan tersangkut di pelepah dan pembentukan bunga betina. Penunasan harus dilakukan secara teratur sesuai dengan perkembangan atau umur tanaman. Kebun Pantai Bonati Estate menggunakan sistem penunasan progresif, yaitu melakukan penunasan secara bertahap dan terus-menerus disepanjang tahun dimana semua pelepah atau daun sanggah yang tua dan tidak berguna dibuang kecuali tiga pelepah yang menyangga tandan buah (songgo tiga). Jumlah seluruh pelepah yang tetap dipertahankan berkisar 48 - 56 (6 - 7 lingkar) pada tanaman berumur 8 tahun dan 40 - 48 (5 - 6 lingkar) pada tanaman berumur >8 tahun pelepah tiap pokoknya. Pelepah dipotomg mepet ke batang dengan bekas potongan miring ke luar (ke bawah) berbentuk tapak kuda yang membentuk sudut 300 dengan garis horizontal dan merupakan jarak bidang tebasan dengan pangkal harus lebih kecil dari 5 cm. Jumlah pelepah/pohon akan mempengaruhi pertumbuhan akar, bobot tandan dan produksi tandan buah segar (TBS). Pelepah yang telah ditunas diletakkan di gawangan mati dengan posisi duri menghadap ke bawah. Pada areal bergelombang, pelepah disusun searah dengan kontur atau tegak lurus dengan arah lereng yang bertujuan untuk mengurangi erosi. Penunasan dilakukan sekaligus pada saat panen buah, tetapi
pada kondisi tertentu dapat diadakan waktu penunasan khusus yang tidak bersamaan dengan kegiatan panen. Pembayaran tunasan dilakukan 4 bulan sekali, dimana upah tunasan sebesar Rp. 500/pokok. Pada prakteknya, pemenen hanya akan menunas pokok yang ada buahnya ketika memanen buah, sedangkan pokok yang tidak dipanen tidak akan ditunas. Oleh karena itu pembayaran upah tunasan akan dibayarkan ketika semua pokok ditunas seluruhnya pada ancak yang dipanen.
Panen Panen adalah salah satu kegiatan yang penting pada pengelolaan kelapa sawit. Panen merupakan faktor penting dalam pencapaian produktivitas. Panen merupakan kegiatan memotong tandan buah yang sudah matang dari pohon, mengutip brondolan, mengumpulkan dan mengangkut buah ke tempat pengumpulan hasil (TPH) hingga pengangkutan ke PKS. Kegiatan panen merupakan kegiatan inti dari operasional kebun kelapa sawit. Panen bertujuan mendapatkan jumlah TBS yang tinggi, mendapatkan jumlah dan mutu kandungan minyak tinggi, asam lemak bebas (ALB), meminimalkan losses rendah serta memelihara kondisi tanaman. Keberhasilan panen didukung oleh pengetahuan pemanen tentang persiapan panen, kriteria matang panen, rotasi panen, sistem panen dan sarana panen. Persiapan panen Kebutuhan tenaga panen. Kebutuhan tenaga kerja pemanenan ditentukan berdasarkan luas seksi panen untuk setiap hari panen. Standar norma yang dipakai di kebun Pantai Bonati Estate adalah 3 - 4ha/HK. Tim panen divisi II berjumlah 53 orang, terdiri dari 31 orang laki-laki (pemanen) 22 perempuan (kutip brondolan) yang terbagi dalam 10 KKP (kelompok kerja panen) satu KKP terdiri dari 3 orang tenaga panen. KKP ini merupakan kelompok kecil dari tim panen yang saling membantu jika salah satu anggota panen tidak hadir, maka anggota dalam KKP tersebut yang membantu panen di hancak panen yang tidak hadir. Alat panen. Dalam melaksanakan pemanenan TBS kelapa sawit dibutuhkan alat-alat khusus seperti dodos, kampak, ganco, egrek, angkong, tojok
dan juga karung. Alat-alat panen memiliki ukuran dan jenis yang berbeda tergantung dari umur tanaman adalah sebagai berikut : 1)
Dodos ukuran 8 - 10 cm (lebar mata), untuk memotong tandan pada ketinggian tanaman sampai 3 m (umur <4 tahun).
2)
Dodos ukuran 12 - 14 cm,
untuk memotong
tandan pada
ketinggian 4 - 6 m (umur 4 - 8 tahun). 3)
Kampak, digunakan untuk memotong tangkai tandan buah dan pelepah yang jatuh setelah penunasan.
4)
Egrek dengan ujung agak melengkung, digunakan untuk pohon yang memiliki ketinggian lebih dari 9 m(>8 tahun).
5)
Ganco dan tojok, digunakan untuk menarik tandan buah dan juga sebagai alat pengait untuk mengangkut buah ke angkong, menyusun buah di TPH dan juga mengatur TBS di dalam truk pengangkutan.
6)
Angkong, digunakan untuk mengangkut TBS dari dalam ancak ke TPH.
7)
Karung, digunakan sebagai tempat mengumpulkan brondolan ke TPH.
Sarana Jalan. Peningkatan kualitas jalan secara betahap, dimana pada waktu tanaman memasuki masa TM maka kondisi jalan telah diperkeras dengan batu atau kerikil sehingga mampu mendukung angkutan produksi. Pembuatan sarana jalan meliputi : 1)
Pembuatan jalan pikul dengan interval 2 baris tanaman dan lebar 1 meter dengan cara kimia maupun manual. Jalan pikul harus tetap bersih mulai dari piringan sampai ke TPH.
2)
Titi
panen
untuk
menyebrang
parit
perlu
dibuat
untuk
mempermudah pemanenan dalam pengangkutan buah dari piringan ke TPH. 3)
Pada areal yang berlereng dibuat jalan secara zig-zag untuk mencegah erosi tanah yang digunakan untuk mempermudah pengangkutan buah.
4)
Membuat tempat pengumpulan hasil (TPH) setiap 3 jalan pikul. TPH perlu ditambah sesuai dengan peningkatan produksi tanaman.
Kriteria Matang Panen Kriteria matang panen ditentukan pada saat kandungan minyak dalam daging buah maksimal dan kandungan asam lemak bebas terendah. Parameter yang digunakan dalam menentukan kriteria matang panen adalah perubahan warna dan membrondolnya buah dari tandan. Proses perubahan warna yang terjadi pada tandan adalah warna hijau berubah menjadi kehitaman kemudian berubah menjadi merah mengkilat/orange. Kadar minyak tertinggi terdapat pada saat buah membrondol. Namun jika pemanenan ditunggu hingga semua atau hampir semua membrondol, pembusukan buah yang lebih dulu masak akan mulai terjadi yang dapat menyebabkan penurunan kualitas dan kuantitas minyak. Untuk itu sangat diperlukan standar mengenai derajat kematangan buah agar dapat menentukan waktu panen yang tepat. Derajat kematangan buah dapat ditentukan berdasarkan warna buah dan buah yang membrondol. Secara visual di lapangan, kriteria matang panen yang ditetapkan kebun Pantai Bonati Estate adalah 5 brondolan/TBS. Derajat kematangan buah tersebut dikelompokkan seperti dalam Tabel 28. Tabel 28. Derajat Kematangan Buah di Kebun PBE Umur tanaman 3 - 7 tahun 8 - 20 tahun >20 tahun
Jumlah brondolan 0-9 brondolan >10 brondolan Gagang busuk 0-19 brondolan >30 brondolan Gagang busuk 0-39 brondolan >40 brondolan Gagang busuk
Keterangan Mentah (A) Normal (N) Buah Busuk (E) Mentah (A) Normal (N) Buah Busuk (E) Mentah (A) Normal (N) Buah Busuk (E)
Sumber : Kantor Kebun PBE ( 2008)
Rotasi Panen Rotasi panen adalah selang waktu urutan panen pertama dan berikutnya. Dengan kata lain adalah lamanya waktu yang diperlukan antara panen yang satu dengan panen berikutnya pada hancak yang sama.
Rotasi panen idealnya 7 hari, namun tergantung pada kerapatan panen/produksi dan kapasitas pemanen. Jadi rotasi panen bisa rendah atau tinggi. Akan tetapi untuk menekan peningkatan persentase asam lemak bebas, panen diupayakan pada buah yang secara fisiologis matang (7 hari) sehingga kandungan minyak dan ekstraksi dapat tinggi dan dapat meminimalkan asam lemak bebas. Sehingga sangat ideal jika rotasi panen dapat dipertahan kan 7 hari, sebab pada rentang waktu tersebut kematangan buah pada saat matang fisiologis atau lima brondol/TBS di piringan. Pelaksanaan sistem panen Sistem panen di divisi II (kebun Pantai Bonati Estate) adalah dengan menggunakan Block Harvesting System (BHS) DOL-2, yaitu pelaksanaan panen dengan menyelesaikan hancak masing-masing blok per blok yang terhimpun dalam satu seksi panen yang terdiri dari pemanen dan pembrondol. BHS merupakan perbaikan dari sistem hancak giring tetap yaitu pemanen secara besama-sama memanen di suatu seksi panen dan pindah bersama-sama keseksi lainnya. Dimana setiap hari kerja terkonsentrasi pada satu seksi panen tetap berdasarkan interval yang telah ditentukan. Pelaksanaan panen terdiri dari tim potong buah dan tim kutip brodolan, artinya satu orang pemanen tugasnya hanya memotong buah, menyusun pelepah dan mengangkut buah ke TPH, sedangkan brondolan dikutip oleh karyawan pengutip brondolan. Kegiatan potong buah dan kutip brondolan adalah satu kesatuan kerja panen tetapi tanggungjawabnya berbeda, sehingga denda-denda yang dilakukan tergantung pada jenis kerja yang dilakukan oleh masing-masing pekerja (potong buah dan pembrondol). Untuk meminimalisasi kesalahan pencatatan buah atau menjaga agar buah yang telah dipanen tercatat oleh kerani panen dan agar transportasi lebih tertib, maka pelaksanaan panen selalu diupayakan serentak dari blok yang sama. Sehingga teknisnya pencatatan buah dilakukan oleh kerani panen setelah pemanenan selesai disuatu hancak dan begitu juga selanjutnya. Unit yang memuat buah dilakukan setelah kerani panen mencatat buah yang ada di TPH, sehingga unit transport tidak terlalu sering keliling dalam blok yang sama berulang-ulang.
Seksi dan hancak panen Seksi panen adalah merupakan pembagian luasan lahan yang merupakan target panen/hari yang harus diselesaikan. Satu seksi panen terdiri dari beberapa blok. Pengelompokan blok-blok area TM dengan fungsi utama sebagai kerangka kerja. Proses penetapan seksi panen harus mempertimbangkan : •
Jumlah rotasi panen/tahun dan umur pusingan normal yang dikehendaki (36 - 48 rotasi/tahun) dengan interval panen normal 7 - 9 hari, sehingga jumlah seksi menjadi 6 (enam).
•
Luas area TM unit kebun dan divisi.
•
Hasil identifikasi blok (luas area blok, potensi produksi, jumlah dan sebaran poko produktif, kondisi topografi dan posisi blok terhadap blok yang lain).
•
Keselarasan flow seksi harian dalam dan antar divisi
•
Jumlah jam kerja dalam 1 minggu.
Seksi panen divisi II terdiri dari 6 seksi, yaitu seksi A - F. seksi A dimulai dari blok N27 - N32 dengan luas 156,61 Ha, seksi B dimulai dari O27 - O32 dengan luas 161,99 Ha, seksi C dimulai dari blok P27 - P32 dengan luas 155,65 Ha, seksi D dari blok Q27 - Q32 dan R 27 dengan luas 98,15 Ha, seksi E dari blok P33 - P37 ditambah O33 - O34 dengan luas 149,27 Ha, seksi F dari blok M 29 M32, Q33 - Q35, N46 - N47, O46 - O48 dengan luas 97,33 Ha. Dari total tenaga pemanen (potong buah dan pembrondol), untuk luas kebun Pantai Bonati Estate Divisi II (819 ha) dapat diselesaikan satu seksi panen dengan rata-rata satu seksi panen adalah 136 ha/harinya. Keselarasan antara luas area dan estimasi produksi dalam setiap seksi harus direncanakan sebaik mungkin, mengingat dalam pelaksanaan Blok Harvesting System menggunakan metode hancak giring tetap sehingga jumlah tenaga kerja relatif tetap. Hancak panen adalah pembagian jatah luasan areal yang harus dipanen oleh satu orang tenaga potong buah (berdasarkan jumlah baris/gawangan). Jadi tenaga potong buah dalam melakukan panen harus sesuai dengan seksi dan hancaknya masing-masing. Tanda batas hancak pemanen dihitung dari jumlah
baris pokok dan ditandai dengan nama pemanen masing-masing yang tertera dipokok. Cek Mutu Hancak Untuk melakukan kontrol dan memastikan karyawan panen melakukan panen sesuai dengan standard operating prosedure (SOP) panen, dilakukan cek mutu hancak yang dilakukan oleh mandor panen, mandor I dan asisten, yang meliputi: buah tinggal, buah mentah terpanen, brondolan tinggal dipiringan, over pruning dan gondrong. Pengangkutan buah Pengangkutan buah adalah salah satu hal penting diperhatikan demi menjaga kualitas rendemen minyak hasil olahan TBS yang tidak memiliki kadar asam lemak bebas (ALB) yang tinggi. Semakin lama waktu yang dibutuhkan hingga TBS diolah akan semakin meningkat pula kadar ALB dalam buah. Oleh karena itu ketersedian alat angkut yang cukup dan prasarana transportasi yang baik akan sangat mendukung sistem pengangkutan TBS, terutama untuk lebih menjamin TBS tidak menginap di TPH (restan). Sistem pengangkutan buah di kebun Pantai Bonati Estate menggunakan unit-unit truk berkapasitas 7 - 12 ton TBS. Kebun divisi I memiliki truk angkut berjumlah 4 unit (2 Hino dan 2 PS). Buah restan sering terjadi di kebun Pantai Bonati Estate terutama pada saat produksi buah meningkat dengan tidak diimbangi proses pengolahan di pabrik. Biasanya pabrik kewalahan dalam mengolah buah yang datang dari kebun-kebun sekitarnya karena terlalu banyak buah yang masuk. Oleh karena itu, biasanya pihak kebun akan mengirim buah ke pabrik lain di luar kebun. Kurang tersedianya truk untuk mengangkut buah juga mempengaruhi pengangkutan buah. Sebenarnya unit truk untuk mengangkut buah sudah memenuhi, akan tetapi waktu yang dibutuhkan satu unit truk untuk mengantar buah ke pabrik dan kembali lagi mengangkut buah ke kebun terkadang memerlukan waktu akibat antrian di pabrik yang cukup lama. Ditambah lagi terkadang unit truk muat buah sering digunakan untuk menjemput dan mengantar karyawan karena unit truk angkut karyawan rusak. Untuk mengatasi kekurangan unit angkut buah, biasanya pihak kebun membayar dan menyewa truk milik
kontraktor sesuai kesepakatan bersama. Hujan yang lebat dan berkelanjutan sampai banjir juga dapat menyebabkan buah restan (tidak terangkut) karena unit truk tidak dapat melalui jalan yang dilewatinya. Tiap harinya truk akan mengambil buah yang sudah disusun di TPH masingmasing pemanen di sepanjang CR tiap blok. Dalam pelaksanaannya, krani transport akan memeriksa jumlah buah di tiap-tiap TPH dalam suatu blok. Kemudian memperkirakan banyaknya buah yang ada. Biasanya krani transport akan memperkirakan waktu kapan dia memeriksa, kapan kira-kira buah sudah berada dalam TPH (sudah keluar). Tiap truk juga sudah memiliki hancaknya masing-masing yang diatur oleh krani transport. Kegiatan pengangkutan TBS dari TPH ke dalam unit angkut buah dilakukan oleh tim langsir buah yang terdiri dari 3 - 4 orang dengan norma 3 ton/HK. Basis dan premi Sistem upah panen yang berlaku di kebun Pantai Bonati Estate adalah basis borong yaitu batas minimum jumlah TBS yang harus dipanen pekerja agar dapat memperoleh premi. Premi yang bisa didapatkan pekerja apabila telah mendapatkan basis borong disebut premi lebih borong. Premi lebih borong akan diberikan jika jumlah janjang yang telah diperoleh pemanen melebihi jumlah janjang basis borong. Premi lebih borong dihitung dengan perhitungan tertentu yang nilainya berbeda untuk setiap tahun tanamnya tergantung berat janjang rata-rata yang telah ditentukan. Penentuan dan klasifikasi basis borong dan premi lebih borong di kebun Pantai Bonati Estate disajikan pada Tabel Lampiran 7. Jumlah
janjang
basis
borong
dan
premi
diberikan
dengan
memperhitungkan rata-rata kemampuan pemanen (hari jumat 5 jam kerja dan hari biasa 7 jam kerja), kondisi topografi, kondisi tanaman dan koreksi langsung dari general manager estate (GM). Premi juga diberikan dengan tujuan merangsang pekerja agar lebih baik sekaligus meningkatkan pendapatan karyawan sesuai dengan hasil dan mutu yang diperoleh.
PEMBAHASAN Untuk menentukan dosis rekomendasi perlu adanya pengamatan tanaman secara visual dan pengumpulan data yang digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan dosis pupuk untuk setiap unit kesatuan contoh daun. Dasar pertimbangan dalam penyusunan rekomendasi pemupukan pada tahun 2008 di kebun Pantai Bonati Estate adalah (1) data analisis status hara daun tahun 2007; (2) realisasi produksi tahun 2002 sampai dengan 2007; (3) data realisasi pemupukan selama periode tahun 2004 sampai dengan 2006; (4) jenis tanah; (5) populasi tanaman; (6) curah hujan periode tahun 1995 sampai dengan 2007; (7) observasi lapangan dan (8) hasil analisis tanah. Menurut Pahan (2007), manfaat pemupukan baru akan terlihat apabila unsur hara pupuk yang diberikan cukup tersedia bagi tanaman. Kemampuan tanah untuk menyediakan unsur hara sangat beragam dan tergantung pada berbagai faktor pembatas (termasuk unsur hara itu sendiri).
Analisis Daun Kandungan hara di dalam jaringan tanaman memberikan informasi tentang status hara tanaman yang dapat dipercaya pada saat dilakukan pengambilan contoh. Dengan melihat status hara tersebut diperoleh gambaran jumlah pupuk yang harus ditambahkan di masa yang akan datang ( umumnya dalam periode 1 tahun). Secara umum, interprestasi yang dibuat berdasarkan pada kandungan hara di dalam daun dan membandingkannya dengan konsentrasi hara yang kritis (Pahan, 2007). Pengambilan contoh daun di kebun Pantai Bonati Estate dilakukan sekali setiap tahun di awal tahun dengan dua kali interval. Pembagian ini dilakukan untuk mengurangi kemacetan yang terjadi pada saat analisis daun di laboratorium yang mencapai puncak kesibukan di bulan September - Desember. Chapman dan Gray (1949) menyatakan daun ke-17 merupakan daun yang paling peka karena menunjukkan perbedaan yang paling besar dalam tingkat hara N, P dan K. Selain itu, status hara pada daun ke-17 mempunyai korelasi terhadap produksi tanaman yang lebih baik bila dibandingkan dengan daun-daun lain yang lebih muda. Daun ke-17 telah digunakan untuk analisis daun dalam waktu yang
cukup lama sehingga cukup banyak pengalaman dan data yang telah terkumpul. Penggunaan daun ke-17 menjadi baku, terutama karena penggunaan jaringan lain sebagai sampel analisis jaringan hanya menunjukkan sedikit kemajuan. Status hara daun yang digunakan sebagai salah satu pertimbangan dalam penyusunan rekomendasi pemupukan periode tahun 2008 adalah hasil analisis daun (Leaf Sampling Unit/LSU) pada tahun 2007. Peta distribusi hara tercantum pada Gambar Lampiran 6. Tabel 29. Perkembangan Status Hara Daun Selama Periode Tahun 2004 - 2007 Periode LSU 2004 2005 2006 2007
Jumlah Sampel 96 96 96 91
N (%) 2.43 2.46 2.68 2.78
Rata-rata Kandungan Hara Daun P (%) K (%) Mg (%) (Bppm) 0.146 0.962 0.387 16.8 0.159 1.014 0.337 16.4 0.165 1.001 0.289 13.7 0.176 1.105 0.311 12.3
Sumber : Minamas Research Centre (2007)
Dari Tabel 29 dapat dilihat bahwa : 1. Nitrogen (N) Secara umum status hara N di daun menunjukkan kondisi optimum-tinggi yakni mencapai luasan 100% dari total luas areal yang diambil contoh daunnya. Rata-rata kandungan hara N (%) di daun adalah 2.78% ± 0.10 (nilai minimum = 2.43% dan maksimim = 2.99%). Secara umum status hara N di daun selama periode 2004 - 2007 mengalami peningkatan yang signifikan. Saat ini kondisi tanaman di lapangan secara umum menunjukkan perbaikan vigor tanaman yang ditandai dengan kurangnya pokok-pokok yang mengalami defisiensi Nitrogen. Rekomendasi pemupukan pada periode 2008 lebih diarahkan untuk pemeliharaan satatus hara N, agar tidak mengalami penurunan di masa mendatang 2. Fosfor (P) Status umum status hara P di daun menunjukkan kondisi optimum-tinggi yakni mencapai luasan ± 99% dari total luas areal yang diambil contoh daunnya, sedangkan sisinya pada kondisi kekurangan (rendah-defisiensi). Rata-rata kandungan hara P (%) di daun adalah 0.176% ± 0.009 (nilai minimum = 0.142%
dan maksimum = 0.196%). Secara umum status hara P di daun selama periode 2004 - 2007 juga mengalami peningkatan yang signifikan. Gejala kekurangan hara P di lapangan umumnya terdapat pada areal yang memiliki kandunagn Ca di tanah cukup tinggi sehingga mampu mengikat unsur P2O (dan MgO) dalam jumlah yang sangat tinggi. Rekomendasi pemupukannya yaitu perlu diberikan pupuk Rock Phosphate (RP) yang bersifat Slow release. 3. Kalium (K) Secara umum status hara K di daun menunjukkan kondisi optimum-tinggi yakni mencapai luasan ± 99% dari total luas areal yang diambil contoh daunnya, sedangkan sisianya pada kondisi kekurangan (rendah-defisiensi). Rata-rata kandungan hara K (%) di daun adalah 1.106% ± 0.088 (nilai minimum = 0.884% dan maksimum = 1.376%). Status hara K mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Namun kondisi di lapangan, secara umum masih banyak ditemukan gejala defisiensi K secara sporadis dengan intensitas ringan. Gejala ini hampir merata terjadi pada semua blok, terutama sekali pada seri tanah Oxisol. Bila musim hujan dengan intensitas tinggi kondisinya peka terhadap kehilangan pupuk akibat pencucian hara. Sehingga hal ini perlu mendapat perhatian pada penyusunan rekomendasi pemupukan 2008. 4. Magnesium (Mg) Secara umum status hara Mg di daun menunjukkan kondisi optimum yakni mencapai luasan ± 87% dari total luas areal yang diambil contoh daunnya, sedangkan sisanya pada kondisi kekurangan (rendah-defisiensi). Adapun rata-rata kandungan hara K (%) di daun adalah 0.31% ± 0.05 (nilai minimum = 0.21% dan maksimum = 0.46%). Status hara Mg juga mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Meskipun demikian di lapangan, gejala Mg secara sporadis dalam kategori gejala ringan-berat masih banyak dijumpai terutama pada areal tanah dengan kandungan Ca di tanah cukup tinggi sehingga mampu mengikat unsur MgO (dan P2O ) dalam jumlah yang sangat tinggi. Untuk itu diperlukan perbaikan status hara Mg di daun pada penyusunan rekomendasi pemupukan 2008 dengan menggunakan jenis pupuk Kiesserite (bukan Dolomit).
5. Boron (B) Secara umum status hara B di daun menunjukkan kondisi kekurangan (rendah) yakni mencapai luasan ± 80% dari total luas areal yang diambil contoh daunnya, sedangkan sisanya pada kondisi optimum. Adapun rata-rata kandungan hara B (ppm) di daun adalah 12.3 ppm ± 3.6 (nilai minimum = 5.4 ppm dan maksimum = 23.7 ppm). Status hara B mengalami penurunan bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sehingga hal ini perlu mendapat perhatian pada penyusunan rekomendasi pemupukan 2008.
Rekomendasi Pemupukan Selain dipengaruhi
berdasarkan oleh
beberapa
analisis faktor
daun,
rekomendasi
seperti
kebijakan
pemupukan perusahaan
juga dalam
memanajemen jumlah dan jenis pupuk yang akan digunakan serta harga pupuk juga menjadi pertimbangan perusahaan dalam membeli pupuk. Berdasarkan rekomendasi pemupukan
kebun Pantai Bonati Estate
memilih menggunakan pupuk tunggal yaitu Urea, RP, MOP, Kiesserit (makro) dan HGFB (mikro). Pupuk Urea memiliki kandungan unsur N 45-46%, RP memiliki kandungan unsur P2O5 29% - 34% dan CaO 35%, MOP memiliki kandungan unsur K2O 60% dan Cl 50%, Kiesserit mengandung MgO 27 % dan HGFB memiliki kandungan unsur B2O3 sebesar 48%. Beberapa kendala dalam menentukan dosis untuk mencapai keseimbangan unsur hara yang seragam untuk setiap tanaman adalah sulitnya menentukan dosis secara spesifik untuk tiap blok. Keadaan topografi dan kondisi tanah yang beragam mengakibatkan tiap blok memiliki kesuburan yang berbeda. Oleh karena itu seharusnya tiap tanaman mendapatkan perlakuan pemupukan yang berbeda. Pemilihan penggunaan pupuk tunggal sudah merupakan pertimbangan dari pihak manajemen kebun. Menurut Mangoensoekarjo dan Semangun (2000), keunggulan pupuk tunggal paling sering digunakan karena harga pupuk lebih murah dari pupuk majemuk, dapat diatur perbandingannya dengan pupuk-pupuk tunggal yang dipakainya sehingga tepat memenuhi rasio yang dibutuhkan serta memiliki kandungan satu unsur hara yang tinggi.
Penggunaan pupuk organik juga dilakukan di kebun Pantai Bonati Estate berupa pengaplikasian janjang kosong sawit (JJK). Janjang kosong (JJK) merupakan produk limbah hasil pengolahan kelapa sawit. JJK kaya akan kandungan bahan organik dan nutrisi bagi tanaman. Iyung Pahan (2007) menyatakan bahwa rata-rata satu ton janjangan kosong mengandung unsur hara utama sebanding dengan 8.0 Kg Urea; 2.9 Kg RP; 18.3 Kg MOP (Muriate of Potash/KCl); 5.0 Kg Kieserit, dan unsur hara lainnya (B, Cu, Zn, Fe, Mn). Aplikasi JJK dapat meningkatkan proses dekomposisi sehingga kandungan fisik, biologi, dan kimia pada tanah meningkat. JJK juga meningkatkan peremajaan tanah yang penting untuk jangka waktu yang lama dalam rangka mempertahankan produksi TBS agar tetap tinggi. Pengaplikasian JJK sangat sesuai dalam memenuhi atau menggantikan sebagian pupuk anorganik, asalkan jumlah pasokan haranya sebanding dengan pupuk anorganik tersebut. Aplikasinya juga harus dilakukan secepatnya (dari PKS ke lapangan) agar unsur hara yang terkandung di dalamnya dapat dimanfaatkan tanaman secara maksimal. Tabel 30. Persentase Unsur Hara dalam Janjang Kosong (JJK) Hara Utama Nitrogen (N) Posfor (P) Potassium (K) Magnesium (Mg)
% Unsur Hara dalam JJK Kisaran Rata-rata 0.32-0.43 0.37 0.03-0.05 0.04 0.89-0.95 0.91 0.07-0.10 0.08
Sebanding dengan Pupuk per ton JJK 8.00 kg Urea 2.90 kg RP 18.30 kg MOP 5.00 kg Kieserit
Sumber : Iyung Pahan (2007)
Pengaplikasian JJK dilakukan diantara tanaman, tetapi diluar piringan dan tidak boleh di gawangan mati karena digunakan sebagai tempat pelepah yang akan ditunas nantinya. Setiap aplikasi dilakukan sebanyak 200 kg/pokok dengan tebal hanya satu lapis, karena jika aplikasi dilakukan dua lapis atau lebih dapat mempercepat pembiakan kumbang Oryctes pada tumpukan. Kondisi pengaplikasiannya cukup baik pada berbagai blok, begitu juga dengan distribusinya pada setiap pokok cukup merata. Kendala operasional, terutama dalam hal transportasi bahan JJK dari PKS ke lapang dan tenaga kerja yang terbatas. Pengaplikasian JJK dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 7. Aplikasi JJK
Realisasi Pemupukan Realisasi pemupukan di kebun Pantai Bonati Estate secara umum belum terealisasi dengan baik. Tabel dibawah ini menunjukkan perbandingan antara rencana/program (sesuai dosis rekomendasi) dan realisasi pemupukan di kebun Pantai Bonati Estate selama periode 2 tahun terakhir (2005 s/d. 2006). Terlihat bahwa realisasi aplikasi pemupukan kecuali untuk jenis pupuk Dolomite, rata-rata tidak mencapai 100%. Bahkan untuk jenis pupuk Urea dan MOP, masing-masing baru mencapai 87% dan 96%. Rendahnya realisasi aplikasi pemupukan tersebut terutama terjadi pada periode 2005, terutama untuk jenis pupuk Urea. Hal ini selain karena tidak tersedianya stok pupuk akibat terlambatnya penerimaan, juga terjadi akibat adanya kebijakan manajemen untuk menghentikan seluruh aplikasi pemupukan pada bulan Desember 2005. Sedangkan untuk realisasi program pemupukan 2006 kebun secara umum telah menyelesaikan seluruh program pemupukannya kecuali untuk jenis pupuk Urea, RP dan MOP. Secara umum kebun Pantai Bonati Estate juga sudah melaksanakan aplikasi JJK ke lapang selama periode tahun 2006 (s/d. Maret 2006), terutama pada tahun tanam 1997 pengaplikasian dilakukan diatas 100% dari rencana aplikasi karena lahan pada tahun tanam tersebut merupakan areal yang berpasir. Oleh karena itu JJK berfungsi sebagai mulsa yang dapat mempertahankan
kelembaban tanah serta mengurangi pencucian unsur hara pada musim hujan yang tinggi pada areal tersebut. Tabel 31. Rencana dan Realisasi Pemupukan (kg/pk/thn) Selama Periode Tahun 2004 - 2006 di Kebun Pantai Bonati Estate. Periode Tahun
Urea
RP
MOP
Dolomit
Borat
(kg/pk/thn)
(kg/pk/thn)
(kg/pk/thn)
(kg/pk/thn)
(kg/pl/thn)
Budget
Act
Budget
Act
Budget
Act
Budget
Act
Budget
Act
2004
3.01
2.57
2.58
2.25
3.07
2.30
-
-
0.01
0.01
2005
3.22
2.78
2.39
2.39
3.04
3.00
2.13
2.13
0.09
-
2006
2.57
2.28
2.87
2.75
2.87
2.64
0.24
0.54
0.55
0.54
2007
2.49
0.50
0.94
0.28
3.43
1.79
0.82
0.53
0.07
0.00
2.90
2.53
2.63
2.57
2.95
2.82
1.18
1.33
Rata-rata 2 tahun
0.27
terakhir % Realisasi
87
98
96
133
84
Sumber : Minamas Research Centre (2007)
Dari data realisasi Tabel 31 dapat dihitung jumlah hara yang disuplai setiap tahunnya. Realisasi unsur hara di kebun Pantai Bonati yang diberikan kepada tanaman sudah memenuhi unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Menurut Pahan (2007), jumlah hara tertentu yang terserap dan dibutuhkan tanaman menghasilkan kelapa sawit setiap tahun per pokoknya adalah 1.3 kg N, 0.18 kg P, 1.7 kg K, 0.41 kg Mg, dan 0.01 kg B. Ketidakseimbangan unsur hara yang diberikan dengan yang terpanen oleh tanaman akan menimbulkan defisiensi hara bagi tanaman.
Ketepatan pemupukan Prinsip utama dalam penaburan pupuk adalah bahwa pemberian pupuk pada setiap pokok harus sesuai dengan dosis yang telah ditentukan dalam buku rekomendasi pemupukan. Dosis yang tertulis di buku tersebut merupakan hasil analisis daun dan analisis produksi (Pahan, 2007). Oleh karena itu, ketepatan dan ketelitian aplikasi pemupukan sangat penting.
Dalam aplikasinya di lapangan, sangat sulit untuk memastikan bahwa setiap tanaman kelapa sawit mendapatkan pupuk yang sesuai dengan dosisnya tepat sempurna. Pengukuran (penimbangan pupuk) yang dilakukan tidak mungkin dilakukan tepat sekali dengan rekomendasi dosis/pokok yang telah ditentukan. Berdasarkan hasil pengamatan di lapang didapat rata-rata ketepatan dosis dari tiap penabur untuk memupuk setiap tanaman kelapa sawit. Pada penaburan pupuk Urea rata-rata ketepatan dosis untuk tiap penabur sebesar 1 386 gram pada ulangan I dan 1 388 gram pada ulangan ke II. Untuk penaburan pupuk RP Urea rata-rata ketepatan dosis untuk tiap penabur sebesar 1 131 gram pada ulangan I dan 1 130 gram pada ulangan ke II. Sedangkan untuk penaburan pupuk MOP rata-rata ketepatan dosis untuk tiap penabur sebesar 1 868 gram untuk ulangan I dan 1 931 gram untuk ulangan ke II. Hasil pengamatan di lapang juga menunjukkan standar deviasi ketepatan dosis yang berbeda dari tiap penabur untuk memupuk setiap tanaman kelapa sawit. Pada penaburan pupuk Urea, RP dan MOP berturut-turut dosis pupuk yang diberikan pada tiap tanaman adalah barvariasi mulai dari lebih keci1 sampai lebih besar 138.66 g (ulangan 1) dan 260.36 g (ulangan 2), 199.32 g (ulangan 1) dan 258.54 g (ulangan 2) serta 130.79 g (ulangan 1) dan 266.95 g (ulangan 2) dari dosis yang direkomendasikan. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa tidak satu pun tanaman terpupuk tepat sempurna sesuai dengan dosis/pokok dari rekomendasinya. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa tidak satu pun tanaman terpupuk tepat sempurna sesuai dengan dosis/pokok dari rekomendasinya. Upaya dalam ketepatan dosis harus berpegang pada prinsip keseimbangan hara. Pemupukan dilakukan untuk mendapatkan status hara ke tingkat optimum. Sebenarnya sistem Blok Manuring System (BMS) yang dilakukan di kebun Pantai Bonati dengan untilan bertujuan agar semua pokok mendapatkan jumlah pupuk rata- rata mendekati dosis rekomendasi. Asumsinya bahwa setiap pokok terpupuk sesuai dengan dosis rekomendasinya. Kelebihan dan kekurangan rata-rata pupuk yang diaplikasikan bukannya hilang pada saat pengaplikasian, tetapi lebih atau kurang pada pokok yang lainnya sehingga perlu diusahakan merata untuk setiap pokok.
Berat jenis tiap pupuk berbeda sahingga ketika pengambilan pupuk dengan mangkok, berat pupuk berbeda meskipun mangkok penuh. Setiap penabur secara umum sudah bisa mengerti berapa jumlah pupuk yang akan ditabur. Penabur tidak akan mengambil pupuk dalam keadaan mangkok penuh, tetapi penabur bisa menakar berapa kali ia mengambil pupuk dalam mangkok untuk satu pokok. Hal ini juga berpengaruh pada saat penabur menyebar pupuk. Pada saat penabur mengambil pupuk dalam keadaan mangkok penuh, maka penabur agak sulit untuk menaburkan pupuk, sehingga berpengaruh pada penyebaran pupuk. Hasil
pengamatan
pemupukan
di
kebun
Pantai
Bonati
sudah
memperhatikan ketepatan cara saat pengaplikasian pupuk. Rata-rata hasil pengamatan menunjukkan bahwa di atas 80 % pokok contoh yang terpupuk sesuai dengan kriteria yang harapkan. Pengamatan ketepatan dilakukan dengan melihat jarak penyebaran pupuk di piringan maupun di gawangan mati. Kriteria ketepatan juga memperhitungkan penyebaran pupuk yang merata di dalam piringan (1 – 3 meter dari pangkal tanaman) dan gawangan mati, tidak tercecernya pupuk di tempat yang bukan seharusnya pupuk disebar (keluar dari piringan, pupuk tercecer di jalan rintis, menggumpal, dan menumpuk di salah satu bagian piringan atau pada pangkal batang pokok) Menurut Novizan (2001), penebaran pupuk secara merata di atas permukaan tanah menyebabkan distribusi unsur hara dapat merata sehingga perkembangan akar akan lebih seimbang. Pupuk Urea, MOP dan HGFB di tabur dengan jarak 1 - 3 meter dari pangkal tanaman, sedangkan pupuk RP ditabur di gawangan mati, diatas pelepah kering karena pupuk RP merupakan pupuk yang bereaksi sangat lambat (Very Slow Release) sehingga dengan penaburan di gawangan mati, pupuk RP akan tersimpan di pelepah kering dan bisa diserap oleh akar-akar aktif kelapa sawit yang paling banyak tumbuh di bawah pelepah kering gawangan mati. Aplikasi beberapa jenis pupuk di kebun Bonati Estate dapat dilihat pada Gambar 8 dan Gambar 9. Para penabur dan pengecer pupuk yang secara bersama-sama menyisir jalan rintis dengan waktu yang hampir bersamaan membuat pengaplikasian pupuk tidak terburu-buru. Hasil pengamatan terhadap rata-rata waktu yang dibutuhkan dalam penabur dan pengecer menyelesaikan penaburan pelangsiran pupuk untuk
satu jalan rintis adalah 8 - 9 menit (lebar blok normal 300 meter). Hal ini mempengaruhi persentase cara penaburan pupuk yang benar tinggi. Akan tetapi waktu pengaplikasian yang terlalu lama juga tidak dibolehkan mengingat jumlah pokok yang akan dipupuk sangat banyak jumlahnya dan harus menyesuaikan dengan faktor-faktor lain yang mendukung kegiatan pemupukan (iklim, jumlah pekerja, pupuk yang tersedia dan sebagainya) Manfaat pemupukan yang maksimum dapat tercapai bila curah hujan antara 100 - 250 mm per bulan. Pada masa ini, kondisi tanah cukup basah (tetapi belum jenuh) sehingga memudahkan terserapnya unsur hara oleh tanaman. Hal lain yang masih perlu untuk diperhatikan dalam pelaksanaan pemupukan di lapangan adalah waktu aplikasi pupuk. Pihak kebun masih sering melakukan aplikasi pupuk pada musim kemarau (Juli - Oktober). Selain itu pada bulan tersebut iklim di kebun Pantai Bonati tergolong mengalami water defisit. Sehingga akan berakibat terjadinya penurunan efisiensi pemupukan, terutama sekali unsur N akibat terjadinya efek volatilasi (Minamas Research Centre, 2007) Tidak
tersedianya
pupuk
menjadi
penyebab
utama
terjadinya
keterlambatan waktu pemupukan di Kebun Pantai Bonati Estate. Terdapat sisa pupuk untuk semester II tahun sebelumnya baru tiba di gudang pada jadwal semester I tahun berikutnya. Hal ini terjadi karena tidak tersedianya pupuk di kebun pada jadwal semester sebelumnya. Pengadaan persediaan pupuk seharusnya diprogram 1 tahun sebelumnya untuk menjamin ketepatan waktu aplikasi sesuai dengan pola curah hujan areal kebun.
Gambar 8. Aplikasi Pupuk Urea
Gambar 9. Aplikasi Pupuk Borat
Prestasi pemupukan Prestasi pemupukan berhubungan langsung dengan jumlah kilogram pupuk yang diaplikasikan, jumlah tenaga kerja pemupukan, luasan hektar yang dicapai dan ketepatan cara dan dosis penaburan. Hal ini harus tetap diperhatikan karena merupakan indikator bagi perusahaan dalam melaksanakan aplikasi pemupukan yang efisien. Semakin tinggi prestasi tenaga kerja penabur meka semakin besar biaya yang dapat ditekan. Selain dipengaruhi oleh kemampuan masing-masing penabur, prestasi kerja juga dipengaruhi oleh ketersediaan pupuk itu sendiri,
norma kerja
pemupukannya (berbeda tiap jenisnya) serta keadaan topografi yang ada. Dari hasil pengamatan dapat dilihat bahwa pemupukan untuk satu hari menunjukkan prestasi penabur sudah mendekati maksimal. Tenaga penabur yang sudah merupakan satu tim tidak mengurangi jumlah pekerja walaupun jumlah pupuk yang diaplikasikan sedikit. Berdasarkan hasil pengamatan, prestasi dan output pemupukan di kebun Pantai Bonati Estate sudah tergolong baik dan sudah diatas standar kebun (ratarata >450), meskipun ada beberapa contoh kesalahan yang sering terjadi. Rata-rata pada pemupukan setiap harinya dilakukan kurang-lebih 70 - 80 ha dengan jumlah tenaga kerja 25 orang dalam waktu satu hari kerja (7 jam untuk hari biasa dan 5 jam untuk hari jumat) dipotong waktu istirahat selama 1 jam.
Tabel 32. Out Put dari Masing-masing Tahapan Pekerjaan Pemupukan (dosis pemupukan rata-rata 1.5 kg/pokok) No 1 2 3
Jenis Pekerjaan Until Pupuk TKBM Pengecer dan Tabur Pupuk Rata-rata
Out Put (Kg/HK) 1 250 5 000 883 455
Sumber : Vademicum Minamas Plantation (2006)
Dari beberapa contoh kesalahan yang terjadi adalah pupuk sering bertumpuk pada satu sisi saja hampir ke pasar rintis dan dekat pangkal batang. Ketepatan cara aplikasi pemupukan perlu diperhatikan mengingat kelapa sawit memiliki sistem perakaran yang menyebar luas. Oleh karena itu setiap mandor pupuk, mandor I, asisten dan manajer berkewajiban memeriksa mutu hancak pemupukan dalam selang waktu tertentu.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Pemupukan merupakan kegiatan budidaya yang sangat mempengaruhi produktivitas tanaman kelapa sawit. Masih sering terjadi ketidaktepatan dalam pengaplikasian pupuk baik dari cara, waktu dan dosis pemupukan. Faktor-faktor yang mempengaruhi keefektifan pemupukan bukan hanya terkait kepada teknis budidaya tetapi juga terkait dengan manajemen. Manajemen yang baik dalam mengelola masalah pemupukan sangat dibutuhkan agar tercipta pemupukan yang efektif dan efisien. Manajemen pemupukan di kebun Pantai Bonati Estate sudah sangat memperhatikan cara pemupukan yang baik untuk mencapai ketepatan pemupukan terutama dengan sistem pemupukan Blok Manuring System (BMS). Hasil pengamatan ketepatan dosis pada pengaplikasian pupuk memang belum teraplikasi sesuai dengan rekomendasi, akan tetapi ketidaktepatan yang terjadi masih dapat ditolelir karena secara umum tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman. Pengamatan terhadap penabur seharusnya dilakukan pada penabur yang sama untuk setiap jenis pupuk dan dilakukan untuk setiap untilan pupuk. Rekomendasi pemupukan di kebun Pantai Bonati Estate memilih menggunakan pupuk tunggal karena memiliki kandungan unsur hara yang tinggi, terkonsentrasi pada satu jenis unsur, cara aplikasi yang mudah dan sederhana, pupuk berbentuk butiran dan tepung halus sehingga aplikasi dapat lebih seragam serta terkait dengan harga yang relatif lebih murah dibandingkan dengan pupuk majemuk. Disamping itu juga menggunakan pupuk organik janjang kosong untuk meningkatkan kualiatas fisik dan kimia tanah serta organisme lain yang menguntungkan tanah dan tanaman. Kecepatan kerja pemupukan yang tinggi dapat mempengaruhi kinerja para tenaga penabur sehingga menimbulkan kualitas pemupukan yang buruk. Kecepatan kerja pemupukan yang tinggi tidak selamanya menjadi keuntungan bagi perusahaan karena jika terlalu tinggi akan berdampak negatif.
Saran Mengevaluasi kembali potensi-potensi masalah yang ditemui dalam pelaksanaan pemupukan dan pemberian sanksi terhadap karyawan yang tidak menerapkan aturan yang sesuai dengan Standard Operating Prosedure (SOP) yang berlaku di kebun. Pengawasan pengaplikasian pupuk yang sesuai dengan jumlah yang telah direkomendasikan pada setiap blok harus terus dilakukan, perlu diperhatikan juga penyebaran yang merata pada setiap tanaman. Pengetahuan tenaga kerja mengenai teknik pemupukan yang benar perlu ditingkatkan dengan selalu memberikan arahan sebelum melakukan pemupukan Untuk melakukan pemupukan yang efektif dan efisien dibutuhkan manajemen yang baik mulai dari pengadaan pupuk sampai pengaplikasian ke lapang. Pengadaan pupuk perlu diusahakan tepat waktu agar pupuk dapat diperoleh sesuai dengan waktu dari yang telah ditetapkan dalam rekomendasi sehingga saat pengaplikasian pupuk dapat dilakukan pada waktu yang tepat dan kondusif.
DAFTAR PUSTAKA Adiwiganda, R dan M. M. Siahaan. 1994. Tanah dan Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit. Lembaga Pendidikan Perkebunan. Kampus Medan. Medan. 68 hal. Anonim. 2006. Vademicum Kelapa Sawit Minamas Plantation. Pemupukan Kelapa Sawit. Berhad, Malaysia. 41 hal. Bangun, D. 2008. Tingkat Pertumbuhan Industri Minyak Sawit Dunia. GAPKI. Jakarta. Chan, F., Suwandi, dan A. U. Lubis. 1987. Diagnosa Kebutuhan dan Anjuran Pemupukan Fosfor pada Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Indonesia, hal 239-248. Dalam: Lubis, A. U., A. Djamin, S. Wahyuni, dan I. R. Harahap. 1989. Budidaya Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.). Kumpulan Kertas Kerja Pusat Penelitian Marihat. Pematang Siantar. Darmosarkoro, W., E. S. Sutarta, dan Sugiono. 2005. Peningkatan Efektifitas Pemupukan Kelapa Sawit. Ed2. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan. 42 hal. Depdikbud. 1991. Kesuburan Tanah. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Palembang. Ditjenbun. 2006. Statistik Perkebunan Indonesia, Kelapa Sawit. http : //ditjetbun.deptan.go.id/web. Jakarta. Khalid, H., Z. Z. Zin. dan J. M. Anderson. 1999. Quantification of Oil Palm Biomass and Nutrient Value in A Mature Plantation. I, Above-ground Biomass. Journal of Oil Palm Research. II(1): 23-32 Lingga, P. 1998. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta. Lubis, A. U. 1992. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Pusat Penelitian Perkebunana Kelapa Sawit, Marihat-Bandar Kuala. 385 hal. Mangoensoekarjo, S. dan H. Semangun. 2005. Ed 2. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. 605 hal. Mulyani, M. S. 1994. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta. Novizan. 2001. Petunjuk Pemupukan Yang Efektif, Ed 2. Agromedia Pustaka. Jakarta. Pahan, I. 2007. Panduan Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis dari Hulu Sampai Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta. 411 hal.
Ridawati. 2003. Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Di PTPN VII Unit Usaha Betung Krawo, Musi Banyu Asin Sumatera Utara. Srip. Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 346 hal. Sutarta, E. S I., dan W. Darmosarkoro. 1998. Seri Tanaman Kelapa Sawit Tanaman Menghasilkan. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan. 107 hal Turner, P. D. 1981. Oil Palm Diseases and Disorders. Oxford University Press. Kuala Lumpur. 280 p. Winarna. 2003. Lahan dan Pemupukan Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit (Indonesian Oil Palm Research Institut). Medan. 175 hal.
LAMPIRAN
Tabel Lampiran 1. Data Curah Hujan Tahun 1998 - 2008 Periode Tahun 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Curah Hujan (mm) 2 549 2 226 2 631 1 717 2 185 1 872 1 716 2 244 2 252 3 343 866
Hari Hujan (hr) 136 140 162 119 110 248 103 176 124 155 57
Water Defisit (mm) 285 0 0 0 176 409 82 155 333 -
TAHUN BULAN
2004
2005
2006
2006
2008
HH
CH
HH
CH
HH
CH
HH
CH
HH
CH
JANUARI
15
234
9
131
15
179
21
270
13
141
PEBRUARI
15
111
17
276
15
347
22
342
15
171
MARET
8
87
21
277
19
191
16
213
12
234
APRIL
11
69
14
204
12
293
14
424
17
320
MEI
13
116
18
303
14
300
9
397
-
-
JUNI
5
96
9
119
17
440
19
687
-
-
JULI
14
519
7
252
6
47
17
384
-
-
AGUSTUS
-
-
5
158
3
53
5
165
-
-
SEPTEMBER
2
15
3
24
2
33
8
115
-
-
OKTOBER
2
80
10
191
-
-
9
163
-
-
NOVEMBER
10
247
20
357
6
92
6
117
-
-
DESEMBER
8
142
17
247
16
277
9
66
-
-
TOTAL
103
1,716
150
2,539
125
2,252
155
3,343
57
866
RATA-RATA
9
143
13
212
10
188
13
279
57
866
Tabel Lampiran 2. Upah Rata-rata per Hari SKU Bulanan Jumlah Hari Kerja = 300 hari No Kelompok
1 2 3
Lapangan Kantor Besar Traksi Total
Tunjangan Lain-lain Setahun Bonus Rumah
Obat
J.sostek Setahun
Penghasilan/ tahun
(Rp.000) 3,360
(Rp.000) 8,400
(Rp.000) 12,141
(Rp.000) 425,370
Upah /Hari Kerja (Rp) 50,63
9,524
1,680
4,200
6,091
215,258
51,25
11,169 38,961
2,160 7,200
5,400 18,000
7,496 25,728
262,892 903,520
48,68 50,19
Jumlah karyawan
Total Gaji
Lembur
(orang) 28
(Rp 000) 19,478
(Rp.000) 7,791
(Rp.000) 22,285
(Rp.000) 18,268
14
10,087
4,035
11,181
18 60
12,041 41,606
4,817 16,643
13,759 47,225
THR
Sumber : Kantor Besar PBE 2008
72
Tabel Lampiran 3. Jurnal Kegiatan Magang Harian di Kebun Pantai Bonati Estate Tanggal
Blok
Kegiatan
Status
11 Februari 2008 12 Februari 2008 13 Februari 2008 14 Februari 2008 15 Februari 2008 16 Februari 2008 18 Februari 2008 19 Februari 2008 20 Februari 2008 21 Februari 2008 22 Februari 2008 23 Februari 2008 25 Februari 2008 26 Februari 2008 27 Februari 2008 28 Februari 2008 29 Februari 2008 01 Maret 2008 03 Maret 2008 04 Maret 2008 05 Maret 2008 06 Maret 2008 08 Maret 2008 10 Maret 2008 11 Maret 2008 12 Maret 2008 13 Maret 2008 14 Maret 2008 15 Maret 2008 17 Maret 2008 18 Maret 2008 19 Maret 2008 20 Maret 2008 21 Maret 2008 22 Maret 2008 23 Maret 2008 24 Maret 2008 25 Maret 2008 26 Maret 2008 27 Maret 2008 28 Maret 2008 29 Maret 2008 31 Maret 2008 01 April 2008 02 April 2008 03 April 2008 04 April 2008 05 April 2008 07 April 2008
O25 P21 P22 P25 Q31 O21 - 22 L5 O9 - 11 L1-2 O27 - 28 O17 - 19 N29 - 30 N25 28 K4 - 5 K2 - 3 K01 K01,L1-2 O48 O46 - 47 Q27 - 28 Q20 -23 P19 - 20 O18 - 21 N21 - 23 N25 - 26 N25 - 26 O25 - 26 O22 - 24 P21 P21 P21 P24 - 25 O25 O24 N9 - 10 O19,P19 P19 - 21 P21 R23,24,25 O17,18,19 P21,22,23 Q24,25,26 Q20,21,22 N20,21
Leaf Sampling Unit Leaf Sampling Unit Leaf Sampling Unit Leaf Sampling Unit Pembuatan Markah Blok Pembuatan Markah Blok Until Pupuk Ecer Pupuk Until Pupuk Ecer Pupuk Until Pupuk Aplikasi JJK Pemupukan RP Pemupukan RP Pemupukan Urea Pemupukan Urea Pemupukan Urea Pemupukan Urea Penyemprotan Piringan Penyemprotan Piringan Penyemprotan Piringan Penyemprotan Piringan Penyemprotan Gawangan Penyemprotan Gawangan Penyemprotan Gawangan Pencatatan Buah Pencatatan Buah Pencatatan Buah Pencatatan Buah Pencatatan Buah Aplikasi JJK Pencatatan Buah Pencatatan Buah Pengamatan Brondolan Penyemprotan Piringan Dongkel Anak Kayu Dongkel Anak Kayu Dongkel Anak Kayu Dongkel Anak Kayu Penyemprotan Gawangan Pembuatan Nomor TPH Pembuatan Nomor TPH Pengamatan Brondolan Penomoran TPH Monitoring panen Pengecekan mutu hancak buah Pengecekan mutu hancak buah Pengecekan mutu hancak buah Taksasi panen
KHL KHL KHL KHL KHL KHL KHL KHL KHL KHL KHL KHL KHL KHL KHL KHL KHL KHL KHL KHL KHL KHL KHL KHL KHL Pend. Krani Pend. Krani Pend. Krani Pend. Krani Pend. Krani KHL Pend. Krani Pend. Krani Mahasiswa KHL KHL KHL KHL KHL KHL KHL KHL Mahasiswa KHL Pend. Mdr Pend. Mdr Pend. Mdr Pend. Mdr Pend. Mdr
Prestasi Kerja Standar Mahasiswa 15 ha 15 ha 15 ha 15 ha 10 ha 15 ha 10 ha 15 ha 0.4 ton 1.5 ton/HK 0.3 ton 5 ton/HK 0.4 ton 1.5 ton/HK 0.3 ton 5 ton/HK 0.5 ton 1.5 ton/HK 1.2 ton 2.5 ton/HK 200 kg 450 kg/HK 200 kg 450 kg/HK 200 kg 450 kg/HK 200 kg 450 kg/HK 200 kg 450 kg/HK 200 kg 450 kg/HK 5 ha 6.3 ha/Hk 5 ha 6.3 ha/Hk 6 ha 6.3 ha/Hk 6.3 ha 6.3 ha/Hk 1.2 ha 1.2 ha/HK 1.2 ha 1.2 ha/HK 1.2 ha/HK 1.2 ha 98 ha 52 ha 44 ha 90 ha 60 ha 2.5 ton/HK 1.5 ton 60 ha 90 ha 6.3 ha/Hk 6.3 ha/Hk 1 ha/ HK 0.4 ha 1 ha/ HK 0.5 ha 1 ha/ HK 0.4 ha 1.2 ha/HK 0.6 ha 1.2 ha/HK 40 ha 53 ha 43 ha 88 ha 89 ha 73 ha 10 ha
Tabel Lampiran 3. (Lanjutan) Tanggal
Blok
Kegiatan
Status
08 April 2008 09 April 2008 10 April 2008 11 April 2008 12 April 2008 14 April 2008 15 April 2008 16 April 2008 17 April 2008 18 April 2008 19 April 2008 21 April 2008 22 April 2008 23 April 2008 24 April 2008 25 April 2008 26 April 2008 28 April 2008 29 April 2008 30 April 2008 01 Mei 2008 02 Mei 2008 05 Mei 2008 06 Mei 2008 07 Mei 2008 08 Mei 2008 09 Mei 2008 10 Mei 2008 12 Mei 2008 13 Mei 2008 14 Mei 2008 15 Mei 2008 16 Mei 2008 18 Mei 2008 19 Mei 2008 20 Mei 2008 21 Mei 2008 22 Mei 2008 23-31 Mei 2008 02 Juni 2008
N19,20 N20,21 N28,29 Q18,19,20 P21,22,23 P24,25,26 N34,32 N31 N31 N30 N30 N29 N28 N26 N25,26 Q22,23,24 P23,24,Q26 P29,30 P27,28 P25,26 P24,23 P21,22 -
Monitoring panen Pengecekan mutu hancak buah Monitoring panen Pengecekan mutu hancak buah Pengecekan mutu hancak buah Pengecekan mutu hancak buah Monitoring semprot gawangan Monitoring semprot gawangan Monitoring semprot gawangan Monitoring semprot gawangan Monitoring semprot gawangan Monitoring semprot gawangan Kunjungan ke PKS BKB Monitoring semprot gawangan Administrasi Divisi I Administrasi Divisi I Administrasi Divisi I Administrasi Divisi I Monitoring aplikasi JJK Pendampingan mandor TP2B Administrasi Divisi I Pengecekan mutu hancak buah Administrasi Divisi I Monitoring panen Administrasi Divisi I Administrasi Divisi I Administrasi Divisi I Administrasi Divisi I Administrasi Divisi I Pemupukan MOP Pemupukan MOP Pemupukan MOP Pemupukan MOP Pemupukan MOP Administrasi kantor besar Administrasi kantor besar Administrasi kantor besar Administrasi kantor besar Pembuatan laporan
Pend. Mdr Pend. Mdr Pend. Mdr Pend. Mdr Pend. Mdr Pend. Mdr Pend. Mdr Pend. Mdr Pend. Mdr Pend. Mdr Pend. Mdr Pend. Mdr Pend. Mdr Pend. Mdr Pend. Mdr Pend. Mdr Pend. Mdr Pend. Mdr Pend. Mdr Pend. Mdr Pdm. Asisten Pdm. Asisten Pdm. Asisten Pdm. Asisten Pdm. Asisten Pdm. Asisten Pdm. Asisten Pdm. Asisten Pdm. Asisten Pdm. Asisten Pdm. Asisten Pdm. Asisten Pdm. Asisten Pdm. Asisten Pdm. Asisten Pdm. Asisten Pdm. Asisten Pdm. Asisten -
03 Juni 2008
-
04 Juni 2008
-
05 Juni 2008 07 Juni 2008
Prestasi Kerja Standar Mahasiswa 31 ha 10 ha 58 ha 26 ha 88 ha 91 ha 40 ha 29 ha 29 ha 31 ha 31 ha 30 ha 28 ha 30 ha 30 m / HK 86 ha 88 ha 63 ha 57 ha 59 ha 59 ha 61 ha -
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Penyerahan laporan kepada asisten Penyerahan laporan kepada senior asisten Penyerahan laporan kepada Manajer kebun Presentasi hasil magang
-
-
-
-
Persiapan dan izin pulang
-
-
-
-
Tabel Lampiran 4. Form Data Pendukung Rekomendasi Pemupukan DATA PENDUKUNG REKOMENDASI PEMUPUKAN Kebun Divisi Blok TT Luas No Baris 3 14 25 36 47 58 69 80 91 102 113 124
: : : : :
No. LSU Kondisi Pelaksana Tanggal Sistem Sehat
Jumlah Pokok Sakit Ekses Nikel
N
K
: : : : :
Pokok Defisiensi Mg B Cu
Fe
Tabel Lampiran 5. Form Permintan Barang (Purchase Order)
Tabel Lampiran 6. Form Pemeriksaan Mutu Hancak Pemupukan
FORMAT PEMERIKSAN APLIKASI PEMUPUKAN Tanggal/Bulan Divisi Mandor Ha apliksai
: : : :
Pemeriksa :
Asisten Divisi Jenis Pupuk Ton aplikasi
: : :
1. Penabur Nama Karyawan
Blok /TT/ Luas
Tabur No Baris
No Pokok
Semua Pokok Terpupuk
Ecer
Dosis & Takaran Per Pokok
Sebaran Pupuk
Karung Ex Untilan Tertinggal
Pupuk Tercecer
Total
Untilan Tertinggal
Karung Tersusun Rapi
(√)
(x)
Total
2. Pelangsir/Until Nama Karyawan
Blok /TT/ Luas
Langsir Collection Blok
Pupuk Tercecer
Until Karung Ex Untilan Tertinggal
Suplai Langsiran
Karung Tersusun Rapi (gudang)
Pupuk Berbongkah
Total (√)
(x)
Total
Rekap Hasil Cek 1.
Penabur& Pengecer Uraian
C
Semua Pokok Terpupuk Dosis & Takaran per Pokok Sebaran pupuk Untilan Tertinggal Karung Tersusun Rapi di Pinggir Jalan Pupuk Tercecer Total Percentase (%)
NC
2. Langsir/Until Uraian
C
NC
Pupuk Tercecer Suplay Langsiran Karung Ex Untilan Tertinggal Karung Tersussun di Gudang Until Untilan Tidak Berbongkah Total Percentase (%)
Pinalti System Jabatan Mandor Ecer/Tabur Kerani Langsir/Until TK Ecer/Tabur
100 0 0 0
80<x<100 20% 20% 20%
Denda berdasarkan % Conformance 60<X<80 40<x<60 40% 60% 40% 60% 40% 60%
20<x<40 80% 80% 80%
<20 100% 100% 100%
Tabel Lampiran 7. Klasifikasi Basis Borong dan Premi Lebih Borong Sistem BHS DOS-2 Tahun 2008 1. Hari biasa Thn. Div. Tnm. I II III
96 97 98 97 98 98
2. Hari Jumat Thn. Div. Tnm. I II III
96 97 98 97 98 98
Basis Standart 100% (Jjg) 95 100 110 100 110 110
Basis Standart 100% (Jjg) 61 71 79 71 79 79
P-0 140% (Jjg) 119 140 154 140 154 154
Basis Borong P-1 160% (Jjg) 135 160 176 160 176 160
P-0 140% (Jjg) 85 100 110 100 110 110
Basis Borong P-1 160% (Jjg) 97 114 126 114 126 126
P-2 180% (Jjg) 153 180 198 180 198 198
P-2 180% (Jjg) 109 129 141 129 141 141
Premi Siap Borong P-0 P-1 P-2 (Rp) 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000
(Rp) 4.000 4.000 4.000 4.000 4.000 4.000
(Rp) 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500
Premi Siap Borong P-0 P-1 P-2 (Rp) 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000
(Rp) 4.000 4.000 4.000 4.000 4.000 4.000
(Rp) 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500
Premi Lebih Borong 275 250 225 250 225 225
Premi Lebih Borong 275 250 225 250 225 225
DS.SEBAMBAN LAMA LAMA
DS.SEBAMBAN BARU J
DS.DWI M A RGA
DS.KARAN G INDAH
DS.ANGSANA
K
DS.SUMBER BARU L
M
DS.PENYIPUTAN INDAH N
DS.BUNATI
O
LAUT JAWA
P
DS.SETARAP Q
48
46 47
R
44 45
42 43
DS.ANGSANA P 40
41
38 39
36 37
34 35
32 33
30 31
28 29
26 27
24 25
22 23
20 21
18 19
16 17
12
14 15
13
10 11
8 9
Gambar Lampiran 1. Peta Kebun Pantai Bonati Estate
6 7
4 5
2 3
01 1
03 02
05 04
07 06
09 08
010
KETERANGAN 1. TM, Tahun Tanam : - '1996 - '1997 - '1998 Total 2. TBM 3. Areal Belum Ditanam/ Lainnya - Renc. LC - Bibitan - Pabrik - Empl./ Bangunan - Jalan, Jembatan & Parit - Lain - Lain - Cadangan - Okupasi Total Areal Belum Ditanam/ Lainnya Total Areal Statenen
I
Divisi II
Total III
254 511 222 987 -
62 741 803 -
715 715 -
254 573 1.678 2.505 -
40 13 46 99 1.086
7 57 64 867
7 40 47 762
40 27 143 210 2.715
Gambar
Nama Jalan Utama Kebun Batas Kebun Batas Divisi Emp. Utama (Rumah Staf) Pondok Karyawan PKS Waduk Tanah Wakaf Bibitan Parit Dermaga Kebun Bambu Hutan/ Inclave Kota Kabupaten Desa Jalan Desa Jalan Raya Kabupaten Bandar Udara Areal Okupasi
Gambar Lampiaran 1 (lanjutan). Peta kebun Pantai Bonati Estate
Lokasi/Blok
O.21 P.20, P.34, L.4 P.20, L.4 O.21
Q.19 O.20 Tanah Bumbu
O.20, O.21
Ha/Km 6 21 2 2 -
Manajer Kebun
Asisten Divisi II
Asisten Divisi I
Mandor I
Asisten Divisi III
Krani Divisi
Kepala Administrasi
Kepala Gudang
Kepala Poliklinik
Kepala Keamanan
Bidan Perawat
Satpam
Karyawan Administrasi
Pembantu Krani
Mandor Panen
Mantri Buah
Mandor Pemeliharaan
Karyawan Gudang
Mandor Transport
Mandor Program Khusus
Gambar Lampiran 2. Struktur Organisasi Kebun Pantai Bonati Estate Tahun 2008
Mandor Traksi
Gambar Lampiran 3. Panduan Gejala Defisiensi Unsur Hara Tanaman Kelapa Sawit.
PETA SEKSI PEMUPU KAN UR EA
I
.
J
R
T
K
L
D IV IS I - II
S
D IV IS I - I
U
M
N
O O
C
B
D
E
D IV IS I - III
P
A N
Q
F I
P
H
G
J
Q
M L
K
R
48
46 47
44 45
42 43
40 41
38 39
36 37
34 35
32 33
30 31
28 29
26 27
24 25
22 23
20 21
18 19
16 17
14 15
12 13
10 11
8 9
6 7
4 5
2 3
01 1
03 02
05 04
07 06
09 08
011 010
013 012
Gambar Lampiran 4. Peta Pemupukan Kelapa Sawit Di Kebun Pantai Bonati Estate 83
Mandor pupuk
Kerani Divisi
BKM
Buku monitoring untuk mandor
Buku monitoring untuk kerani divisi Buku bon pupuk Buku prestasi kerja
Kartu gudang
Buku laporan bulanan divisi
Asisten
Administrasi kantor besar
MANAJER
Gambar Lampiran 5. Skema Alur Administrasi Pemupukan di Kebun Pantai Bonati Estate.
Peta Status Hara N
Peta Status Hara P
7 6 5 4 3 2 1 01
Peta Status Hara K
I
I
I
J
J
J
K
K
K
L
L
L
7 6 5 4 3 2 1 01
M
O
48 47 46
6 7 8 9 10 11 12 13
O
13 12 11 10 9 8
13 12 11 10 9 8
P
Q
Q
Q 40 39 38 37 36 35 34 33 32 31 30 29 28 27 26 25 24 23 22 21 20 19 18
40 39 38 37 36 35 34 33 32 31 30 29 28 27 26 25 24 23 22 21 20 19 18
40 39 38 37 36 35 34 33 32 31 30 29 28 27 26 25 24 23 22 21 20 19 18
R
R
R
Peta Status Hara Mg
Peta Status Hara B
Pantai Bonati Estate Status Hara "K" Luas %
I
I
J
J
K
K
EKSES
-
-
-
-
-
-
L
TINGGI
-
-
-
-
-
-
M
OPTIMUM
185
7.97
124
5.34
338 14.56
RENDAH
178
7.67
159
6.85
342 14.74
-
-
232 10.00
2,038 87.81
1,641 70.70
-
-
-
-
-
-
-
-
L
7 6 5 4 3 2 1 01
M
6 7 8 9 10 11 12 13
6 7 8 9 10 11 12 13 O
Deskripsi
48 47 46
13 12 11 10 9 8
Hara "Mg" Luas % -
-
1,060 45.67 1,261 54.33
Hara "B" Luas % -
-
-
-
2,089 90.00
O
DEFISIENSI
1,958 84.36
Tidak ada data
-
-
-
-
-
-
Q
Q 40 39 38 37 36 35 34 33 32 31 30 29 28 27 26 25 24 23 22 21 20 19 18
R
Hara "P" Luas %
P
P
40 39 38 37 36 35 34 33 32 31 30 29 28 27 26 25 24 23 22 21 20 19 18
Hara "N" Luas %
N
N
13 12 11 10 9 8
O
48 47 46
P
P
48 47 46
N
6 7 8 9 10 11 12 13
13 12 11 10 9 8
7 6 5 4 3 2 1 01
M
N
6 7 8 9 10 11 12 13 48 47 46
7 6 5 4 3 2 1 01
M
N
R
Total
2,321
100 2,321
100 2,321
100 2,321
100 2,321
100
Gambar Lampiaran 6. Peta Distribusi Hara di Kebun Pantai Bonati Estate Tahun 2007 83