PENGELOLAAN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI BAHAUR ESTATE, PT BUMITAMA GUNAJAYA AGRO, KOTAWARINGIN TIMUR, KALIMANTAN TENGAH
MOLIYA NURMALISA A24070050
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
RINGKASAN MOLIYA NURMALISA. Pengelolaan Panen Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Sungai Bahaur Estate, PT Bumitama Gunajaya Agro, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah (Dibimbing oleh AHMAD JUNAEDI). Magang bertujuan untuk mengetahui dan memahami pengelolaan perkebunan kelapa sawit khususnya aspek pemanenan. Kegiatan magang dilaksanakan di Sungai Bahaur Esate, PT Bumitama Gunajaya Agro, Kalimantan Tengah pada bulan Februari hingga Juni 2011. Kegiatan penulis di lapangan meliputi pemupukan, penyemprotan, perawatan dan pemeliharaan lahan, simulasi kebun, dan pemanenan. Keterampilan manajerial diperoleh dengan menjadi pendamping mandor, kerani, dan asisten divisi. Pengamatan yang dilakukan oleh penulis yaitu mengenai kebutuhan tenaga panen dan kualitas panen. Hasil pengamatan menunjukkan jumlah tenaga panen pada kenyataannya lebih sedikit dari pada kebutuhan tenaga panen, namun hanca panen tetap selesai dipanen. Hal ini dilakukan agar tiap pemanen dapat mencapai basis sehingga mendapatkan premi basis panen serta kondisi estate yang masih kekurangan tenaga panen. Kualitas pekerjaan panen dan pengawasan terhadap tenaga panen menunjukkan bahwa brondolan yang tidak dikutip pemanen masih berada di bawah batas maksimum toleransi brondolan tidak dikutip, yaitu 30 butir/ha. Kualitas pemeriksaan hasil mengenai kapasitas pemanen menunjukkan bahwa semua pemanen telah memenuhi basis dalam kg/HK, dengan rincian 8 orang pemanen memenuhi basis janjang sedangkan 2 orang lagi tidak memenuhi basis janjang. Pengamatan pelanggaran yang terjadi pada semua pemanen yaitu kesalahan dengan tidak mengutip bersih keseluruhan brondolan. Berdasarkan hasil pengamatan kriteria panen di blok D6 dan D5 diketahui bahwa tidak ada buah yang dipanen mentah, 13 % kurang matang, 80.6 % matang, dan 5.4 % lewat matang, 1.1 % janjang kosong/abnormal. Data hasil uji korelasi antara umur dengan prestasi, tingkat pendidikan dengan prestasi, dan lama pengalaman dengan prestasi menunjukkan tidak adanya pengaruh nyata.
PENGELOLAAN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI BAHAUR ESTATE, PT BUMITAMA GUNAJAYA AGRO, KOTAWARINGIN TIMUR, KALIMANTAN TENGAH
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
MOLIYA NURMALISA A24070050
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
Judul : PENGELOLAAN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI BAHAUR ESTATE, PT BUMITAMA GUNAJAYA AGRO, KOTAWARINGIN TIMUR, KALIMANTAN TENGAH Nama : MOLIYA NURMALISA NIM
: A24070050
Menyetujui, Pembimbing
Dr. Ir Ahmad Junaedi, MSi. NIP. 19681101 199302 1001
Mengetahui, Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB
Dr. Ir. Agus Purwito, MSc.Agr. NIP. 19611101 198703 1003
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP Penulis bernama Moliya Nurmalisa, dilahirkan pada tanggal 26 Februari 1989 di Pekalongan, Lampung Tengah. Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Nurman Syafei dan Ibu Erlistina Yazid. Penulis menjalani pendidikan Sekolah Dasar pada tahun 1995 di SDN 2 Banjarsari dan SDN 5 Sukarame. Tahun 2001 penulis lulus dari Sekolah Dasar dan melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama di SMPN 2 Bandar Lampung dan lulus pada tahun 2004. Penulis menempuh pendidikan Sekolah Menengah Umum di SMAN 2 Bandar Lampung dan lulus pada tahun 2007. Tahun 2007 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Ujian Seleksi Masuk IPB). Lalu penulis diterima di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2008. Selain mengikuti kegiatan perkuliahan, penulis juga mengikuti kegiatan kampus. Penulis pernah menjabat sebagai bendahara Koperasi Agrohotplate dan Departemen Kewirausahaan, Himpunan Mahasiswa Agronomi dan Hortikultura (2008/2009-2009/2010) dan anggota organisasi mahasiswa daerah yang bernama Keluarga Mahasiswa Lampung (KEMALA) selama menjadi mahasiswa. Penulis juga aktif dalam kepanitiaan yang diselenggarakan di lingkungan Kampus IPB seperti Asrama Peduli Lingkungan (APEL) 2008 TPB IPB, Journalistic Fair 2008 BEM KM IPB, Sport and Entertainment – BEM A (SERIA) 2009, IPB Social, Health, and Care (IPB-SHARE) 2009 BEM KM IPB, Olimpiade Mahasiswa IPB (OMI) 2009 BEM KM IPB, Masa Perkenalan Departemen Agonomi dan Hortikultura 2009, Temu Keluarga Besar (TEGAR) 2009 Dept. Agronomi dan Hortikultura, Farmer Field Day (FFD) 2010 IPB, dan Festival Tanaman (FESTA) XXXI 2010 HIMAGRON IPB. Selain itu penulis juga pernah menjadi peserta Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang proposalnya didanai DIKTI pada tahun ajaran 20082009, peserta Go Field 2009 sebagai Pendamping Posdaya Pasir Mulya Kab. Bogor, Pendamping Posdaya As Salam Kab. Cianjur 2009, dan praktikum mata kuliah Manajemen Air dan Hara tahun 2010.
Asisten
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke Hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, kemudahan, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terimakasih kepada : 1. Mama (Erlistina Yazid) dan papa (Nurman Syafei) serta kakak (Yunisca Nurmalisa) dan adik-adik (Aulia Nurmalisa dan M. Nur Ilham Syah Putra) dan keluarga besar penulis, atas doa, kasih sayang, perhatian, dukungan, dan kepercayaan kepada penulis. 2. Bapak Dr. Ir. Ahmad Junaedi, MSi. selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama pelaksanaan magang dan penyusunan skripsi. 3. Bapak Dr. Ir. Suwarto MSi. dan Dr. Ir. Eko Sulistyono, MSi. selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak saran untuk perbaikan skripsi saya. 4. Bapak Dr. Ir. Ade Wachjar, MS. selaku pembimbing akademik yang telah membimbing penulis selama menjalani studi. 5. Bapak Adityo Herlambang, SP. (Asisten Divisi I), Bapak Rudi Ismanto, SP. (Estate Manajer), Bapak Amsah Mulyadi, SP. (Estate Manajer PNRE) dan Bapak Darlin Bin Darwis, STP. (Asisten Kepala), serta Bapak Adi Nugroho, SE. (Kasie), selaku pembimbing lapangan dan manajerial yang telah membimbing penulis selama menjalani magang. 6. Keluarga besar Sungai Bahaur Estate dan PT Bumitama Gunajaya Agro. 7. ‘Tentang Seseorang’ yang selalu sabar menemani dan menjadi penyemangat dalam setiap langkah yang mewarnai hidup penulis. 8. Teman seperjuangan magang (Yuyun, Fajar, Turman, dan Manahan), Blobo’ers (Diny, Feni, Galuh, Lilis, Anin, Dyah, Ega, Meyga, Nazima, dan Neneng), dan teman-teman Agronomi dan Hortikultura angkatan 44. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak. Bogor, Juli 2011 Penulis
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL .............................................................................................. vi DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................... vii PENDAHULUAN Latar Belakang.............................................................................................. 1 Tujuan .......................................................................................................... 2 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit ..................................................................................... 3 Panen............................................................................................................ 3 METODE MAGANG Waktu dan Tempat........................................................................................ 7 Metode Pelaksanaan...................................................................................... 7 Pengamatan dan Pengumpulan Data.............................................................. 7 Analisis Data dan Informasi ........................................................................ 10 KEADAAN UMUM Lokasi dan Letak Geografis ........................................................................ 11 Keadaan Iklim dan Tanah ........................................................................... 11 Luas Areal dan Tata Guna Lahan ................................................................ 12 Kondisi Tanaman dan Produksi................................................................... 13 Struktur Organisasi Perusahaan dan Ketenagakerjaan ................................. 14 PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Pelaksanaan Teknis..................................................................................... 20 Aspek Manajerial........................................................................................ 60 PEMBAHASAN Kebutuhan Tenaga Panen............................................................................ 67 Basis Pemanen ............................................................................................ 68 Kualitas Panen ............................................................................................ 69 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan................................................................................................. 83 Saran........................................................................................................... 83 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 84 LAMPIRAN ...................................................................................................... 86
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1. Produksi Tanaman Kelapa Sawit Sungai Bahaur Estate............................... 13 2. Jumlah Staf dan Non Staf di Sungai Bahaur Estate (SBHE), PT Windu Nabatindo Abadi, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah ....................... 18 3. Rekomendasi Pemupukan TM Kelapa Sawit Tahun 2011............................ 23 4. Simulasi Metode Hand picking ................................................................... 43 5. Simulasi Metode Pengutipan dengan Garu .................................................. 43 6. Hasil Taksasi Harian dan Angka Kerapatan................................................ 48 7. Pengamatan Sensus Produksi Semesteran di Divisi I ................................... 51 8. Pembagian Seksi Panen Divisi I .................................................................. 53 9. Ketentuan Premi Basis Borong dan Premi Lebih Borong berdasarkan Jenis Pemanen. .................................................................................................... 55 10. Kualitas Pekerjaan Potong Buah ................................................................. 70 11. Standar Kapasitas Produksi SBHE Divisi I Tahun 2011 .............................. 71 12. Hasil Tandan Pemanen................................................................................ 72 13. Pelanggaran Pemanen dalam Pemenuhan Basis........................................... 74 14. Hubungan antara Fraksi, Rendemen Minyak, dan Kadar ALB..................... 76 15. Kriteria Tingkat Kematangan Tandan.......................................................... 77 16. Standar Kematangan Buah di Sungai Bahaur Estate .................................... 77 17. Hasil Fraksi Buah Pemanen Blok D6 .......................................................... 78 18. Hasil Fraksi Buah Pemanen Blok D5 .......................................................... 78 19. Perbandingan Persentase Hasil Grading blok D6 Penulis dengan PKS ........ 80 20. Profil Pemanen dan Prestasinya................................................................... 81
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1. Jurnal Harian Magang sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL) .................. 87 2. Jurnal Harian Magang sebagai Pendamping Mandor ................................... 88 3. Jurnal Harian Magang sebagai Pendamping Asisten.................................... 89 4. Curah Hujan dan Hari Hujan di Sungai Bahaur Estate................................. 92 5. Peta Jenis Tanah ......................................................................................... 93 6. Peta Areal Statement Kebun Sungai Bahaur Estate...................................... 94 7. Struktur Organisasi Wilayah ....................................................................... 95 8. Struktur Organisasi Kebun .......................................................................... 96 9. Peta Tahun Tanam ...................................................................................... 97 10. Tarif Premi Potong Buah Regional 2........................................................... 98 11. Denda Pemanen .......................................................................................... 99
PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Nigeria, Afrika Barat. Fauzi et al. (2008) menyatakan bahwa kelapa sawit berasal dari Amerika Selatan yaitu Brazil karena lebih banyak ditemukan spesies kelapa sawit di hutan Brazil dibandingkan dengan Afrika. Pada kenyataannya tanaman kelapa sawit hidup subur di luar daerah asalnya, seperti Malaysia, Indonesia, Thailand, dan Papua Nugini, dan mampu memberikan hasil produktivitas yang lebih tinggi. Tanaman kelapa sawit memiliki arti penting bagi pembangunan perkebunan nasional di Indonesia dengan menciptakan kesempatan kerja yang mengarah pada kesejahteraan masyarakat, juga sebagai sumber perolehan devisa negara. Indonesia merupakan salah satu produsen utama minyak sawit (Fauzi et al., 2008). Potensi tinggi yang dimiliki sudah sewajarnya menjadikan kelapa sawit sebagai primadona komoditas perkebunan dan memegang peranan strategis pada perekonomian Indonesia. Minyak sawit mengandung beberapa keunggulan dibandingkan minyak nabati yang dihasilkan tanaman lainnya. Keunggulan tersebut diantaranya memiliki kadar kolesterol yang rendah, bahkan tanpa kolesterol (Sastrosayono, 2003). Pada tahun 2004, luas areal perkebunan kelapa sawit 5 284 723 ha dengan produksi 10 830 389 ton. Pada tahun 2008, luas meningkat menjadi 7 363 847 ha dengan produksi 17 539 788 ton. Tahun 2010 diestimasikan luas areal kembali meningkat menjadi 7 824 623 ha (Ditjenbun, 2010). Luas areal pengusahaan kelapa sawit yang bertambah berpengaruh pada peningkatan volume ekspor minyak sawit Indonesia. Usaha peningkatan produksi, selain melalui perluasan areal, dilakukan juga melalui perbaikan teknik budidaya, peremajaan tanaman, peningkatan efisiensi pemanenan, pengolahan hasil, dan kebijakan tata niaga. Salah satu kegiatan yang penting dalam teknik budidaya tanaman adalah pemanenan. Pemanenan pada tanaman kelapa sawit meliputi pemotongan tandan buah masak, memungut berondolan, dan pengangkutan ke tempat pengumpulan hasil (TPH), serta pengangkutan ke pabrik. Pelaksanaan pemanenan yang tepat meliputi usaha : penentuan kriteria panen, kerapatan panen, rotasi panen,
2
peramalan produksi, penyediaan tenaga pemanen terampil, organisasi panen, pengumpulan hasil, pengangkutan panen, serta pengawasan panen sehingga memperoleh hasil yang optimal. Panen dan pengolahan hasil merupakan rangkaian terakhir dari kegiatan budidaya kelapa sawit. Kegiatan ini memerlukan teknik tersendiri untuk mendapatkan hasil yang berkualitas. Hasil panen utama dari tanaman kelapa sawit adalah buah kelapa sawit, sedangkan hasil pengolahan buah adalah minyak sawit (Fauzi et al., 2008). Pekerjaan potong buah merupakan pekerjaan utama di perkebunan kelapa sawit karena langsung menjadi sumber pemasukan uang bagi perusahaan melalui penjualan minyak kelapa sawit (MKS) dan inti kelapa sawit (IKS) (Pahan, 2010). Menurut Lubis (2008) keberhasilan panen dan produksi tergantung pada bahan tanaman yang dipergunakan, manusia (pemanen) dengan kapasitas kerjanya, peralatan yang digunakan untuk panen, kelancaran transportasi serta alat pendukung lainnya seperti organisasi panen yang baik, keadaan areal, insentif yang disediakan dan lain-lain. Setyamidjaja (2006) menyatakan bahwa pemanenan kelapa sawit perlu memperhatikan beberapa ketentuan umum agar TBS yang dipanen sudah matang, sehingga minyak kelapa sawit yang dihasilkan bermutu. Hasil penelitian Naibaho et al. (1992) menunjukkan kriteria matang panen didasarkan pada persyaratan tandan sebagai bahan olah pabrik kelapa sawit dan teknik pelaksanaan panen yang praktis. Tujuan Tujuan umum kegiatan magang adalah meningkatkan keterampilan kerja mahasiswa melalui praktik kerja di lapangan serta menambah wawasan dan pengalaman mahasiswa di lapangan. Tujuan khusus dari kegiatan magang penulis adalah mengetahui dan memahami pengelolaan perkebunan kelapa sawit khususnya aspek pemanenan.
TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit menurut Pahan (2010) diklasifikasikan sebagai berikut : Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermae Ordo : Monocotyledonae Famili : Arecaceae Subfamili : Cocoideae Genus : Elaeis Spesies : 1. E. guineensis Jacq. 2. E. oleifera (H. B. K.) Cortes 3. E. odora Tanaman kelapa sawit berasal dari Afrika dan Amerika Selatan, tepatnya Brasilia. Kelapa sawit yang termasuk dalam subfamili Cocoideae merupakan tanaman asli Amerika Selatan, termasuk spesies E. oleifera dan E. odora. Zeven (1965) dalam Pahan (2010) menyatakan asal E. guineensis berdasarkan hasil deskripsi para ahli botani sebelumnya dan para penjelajah di Benua afrika. Nama-nama kelapa sawit di dalam bahasa daerah di kedua sisi lautan Atlantik mengacu pada nama Afrika. Panen Panen merupakan suatu kegiatan memotong tandan buah yang sudah matang kemudian mengutip tandan dan brondolan yang tercecer di dalam dan di luar piringan, selanjutnya menyusun tandan buah di tempat pengumpulan hasil (TPH) (Risza, 1994). Menurut Lubis (2008) keberhasilan panen dan produksi tergantung pada bahan tanaman yang dipergunakan, manusia (pemanen) dengan kapasitas kerjanya, peralatan yang digunakan untuk panen, kelancaran transportasi serta alat pendukung lainnya seperti organisasi panen yang baik, keadaan areal, insentif yang disediakan dan lain-lain. Setyamidjaja (2006) menyatakan bahwa pemanenan kelapa sawit perlu memperhatikan beberapa ketentuan umum agar TBS yang dipanen sudah matang, sehingga minyak kelapa sawit yang dihasilkan bermutu. Hasil penelitian Naibaho et al. (1992) menunjukkan kriteria matang panen didasarkan pada persyaratan tandan sebagai bahan olah pabrik kelapa sawit dan teknik pelaksanaan panen yang praktis.
4
Persiapan Panen Persiapan panen merupakan pekerjaan yang mutlak dilakukan sebelum TBM dimutasikan menjadi TM. Persiapan panen yang baik akan menjamin tercapainya target produksi dengan biaya panen seminimal mungkin. Hal-hal yang perlu dilakukan di dalam mempersiapkan pelaksanaan pekerjaan potong buah yaitu: 1. Persiapan kondisi areal, 2. Penyediaan tenaga potong buah, 3. Pembagian seksi potong buah, 4. Penyediaan alat- alat kerja (Pahan, 2010). Kriteria Matang Panen Suatu areal tanaman belum menghasilkan (TBM) dapat berubah menjadi tanaman menghasilkan (TM) dan mulai dapat dilakukan panen apabila 60% buah atau lebih telah matang panen (Setyamidjaja, 2006). Kriteria matang panen didasarkan pada persyaratan tandan sebagai bahan olah pabrik kelapa sawit dan teknik pelaksanaan panen yang praktis (Naibaho et al., 1992). Kriteria yang dipakai Kebun Teluk Siak adalah apabila telah jatuh berondolan sebanyak 2 berondolan tiap kilogram berat janjang rata-rata (BJR) (Kartika, 2007). Sedangkan ketentuan buah yang dapat dipanen di Pantai Bunati Estate dihitung berdasarkan pada jumlah brondolan lepas (buah yang terlepas secara alami dari janjang) sebanyak 5 butir brondolan yang jatuh di piringan. Kriteria umum untuk tandan buah dapat dipanen adalah berdasarkan jumlah brondolan yang terlepas dari tandannya dan jatuh ke tanah (piringan) secara alami (Tyas 2008). Rotasi Panen Rotasi panen adalah waktu yang diperlukan antara panen terakhir sampai panen berikutnya pada tempat yang sama. Perkebunan kelapa sawit di Indonesia pada umumnya menggunakan rotasi panen 7 hari, artinya satu areal panen dimasuki (diancak) oleh pemetik tiap 7 hari (Fauzi et al., 2008). Rotasi panen yang berlaku di Kebun PBSN PT Agrowiyana berbeda-beda untuk tiap divisi. Namun pada umumnya rotasi panen yang digunakan adalah rotasi 6, artinya untuk panen selanjutnya dalam areal yang sama dibutuhkan waktu selama 7 hari (Purba, 2006). Menurut Lubis (2008) panen kelapa sawit juga dipengaruhi oleh iklim sehingga dikenal panen puncak dan panen kecil.
5
Hanca Panen Pemilihan sistem potong buah yang sesuai dengan kondisi perkebunan setempat merupakan hal yang mutlak dilakukan dengan mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan masing-masing sistem buah yang ada (Pahan, 2010). Menurut Fauzi et al. (2008) menyatakan bahwa dikenal dua sistem ancak panen, yaitu sistem giring dan sistem tetap. Sistem giring. Pada sistem ini, apabila suatu ancak telah selesai dipanen, pemanen pindah ke ancak berikutnya yang telah ditunjuk oleh mandor, begitu seterusnya. Sistem tetap. Sistem ini sangat baik diterapkan pada areal perkebunan yang sempit, topografi berbukit atau curam, dan dengan tahun tanam yang berbeda. Pada sistem ini pemanen diberi ancak dengan luas tertentu tidak berpindah-pindah. Sistem Premi Panen Pembuatan dan penetapan sistem premi potong buah harus didasarkan pada biaya potong buah per kg TBS sesuai anggaran tahun berjalan dan sistem premi sebelumnya. Besarnya premi potong buah diusahakan tetap dengan anggaran, tetapi tetap menarik bagi pemanen. Penetapan jumlah basis borong untuk setiap pemanen umumnya didasarkan pada pertimbangan kondisi berikut ini. a. Rata-rata kemampuan seorang karyawan memanen TBS selama 7 jam per hari biasa dan 5 jam pada hari jumat. b. Keadaan tanaman dalam blok-blok bersangkutan, misalnya pada tanaman tua yang sudah tinggi, tanaman muda yang masih rendah, kondisi setempat, dan sebagainya. c. Kondisi spesifik tempat (Pahan, 2010). Basis borong atau disebut juga basis premi adalah batasan jumlah tandan yang dipanen dalam basis tugas yang tidak mendapat premi (Lubis, 2008).
6
Sarana Panen Alat-alat kerja untuk potong buah yang akan digunakan berbeda berdasarkan tinggi tanaman. Penggolongan alat kerja tersebut dibagi menjadi tiga bagian, yaitu alat untuk memotong TBS, alat untuk bongkar muat TBS, dan alat untuk membawa TBS ke TPH (Pahan, 2010). TBS harus segera diangkut ke pabrik untuk diolah. Buah yang tidak segera diolah, akan mengalami kerusakan. Pemilihan alat angkut yang tepat dapat membantu mengatasi kerusakan buah selama pengangkutan. Alat angkut yang dapat digunakan dari kebunan ke pabrik, diantaranya lori, traktor, gandengan, atau truk. Pengangkutan dengan lori dianggap lebih baik dibanding dengan alat angkutan lain (Fauzi et al., 2008). .
METODE MAGANG Waktu dan Tempat Kegiatan magang dilaksanakan pada tanggal 14 Februari hingga 14 Juni 2011. Magang berlokasi di Sungai Bahaur Esate (SBHE), PT Bumitama Gunajaya Agro, Wilayah VI Metro Cempaga, Desa Pundu, Kecamatan Cempaga Hulu, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah.
Metode Pelaksanaan Metode yang dilakukan adalah kerja praktik langsung di kebun. Kegiatan yang dilakukan adalah seluruh jenis pekerjaan di lapangan dan di kantor pada seluruh level manajerial yang diizinkan mulai dari karyawan harian lepas (KHL), pendamping mandor, dan pendamping asisten. Kegiatan yang dilakukan bergantung pada kondisi di lapangan. Kegiatan penulis selama magang dapat dilihat dalam jurnal kegiatan harian (Lampiran 1, 2, dan 3). Pengamatan dan Pengumpulan Data Pengumpulan data dan informasi dilakukan dengan mengumpulkan data primer dan data sekunder. Data sekunder yang diperoleh dari kebun meliputi lokasi dan letak geografis kebun, organisasi dan manajemen perusahaan, keadaan tanah dan iklim, luas areal dan tata guna lahan, kondisi pertanaman, produksi kebun, dan norma kerja di lapangan. Data primer pengamatan lapangan dipusatkan pada kegiatan panen yaitu persiapan panen, taksasi panen, sensus buah, angka kerapatan panen, tenaga panen, rotasi panen, pekerjaan potong buah, kapasitas pemanen, pelanggaran dan denda pemanen, sistem premi panen, mutu buah dan mutu hanca, kriteria matang panen, produktivitas pemanen, dan produksi TBS. Praktik kerja di lapangan yang diikuti penulis meliputi kegiatan pemupukan, pengendalian gulma, perawatan lahan dan tanaman, kegiatan simulasi kebun, dan pemanenan. Kegiatan tersebut disertai pencatatan prestasi kerja, alat dan bahan, dan data-data lain yang terkait dalam kegiatan yang dilakukan setiap
8
hari pada jurnal harian. Pengetahuan manajerial diperoleh dengan menjadi pendamping mandor, kerani dan, asisten, serta melalui studi pustaka dokumentasi kebun (arsip kebun, laporan bulanan, dan laporan tahunan). Pengamatan yang dilakukan oleh penulis yaitu mengenai kebutuhan tenaga panen dan kualitas panen. Kebutuhan Tenaga Panen Kebutuhan Tenaga Panen Harian. Penulis melakukan pengamatan terhadap kebutuhan tenaga panen harian berdasarkan taksasi harian. Kebutuhan tenaga kerja panen harian diketahui dengan rumus sebagai berikut : Kebutuhan tenaga panen = Keterangan :
A = Populasi pokok produktif B = Kerapatan panen E = Basis janjang dalam blok Pengambilan sampel dilakukan terhadap hasil pengamatan taksasi pada kadvel panen F yang terdiri dari 4 blok yaitu B3, B4, B5, dan B6. Kebutuhan Tenaga Panen Setahun. Kebutuhan tenaga pemanen dalam setahun untuk tiap divisi dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut : Kebutuhan tenaga panen : Keterangan :
∶
A : Rata-rata hasil (kg/ha/tahun) B : Total areal tanaman keseluruhan (ha) C : Kapasitas panen maksimal/HK D : Jumlah hari kerja/tahun Pengamatan dilakukan dengan pengambilan sampel terhadap kebutuhan tenaga panen di Divisi I dengan luas 696.16 ha. Kebutuhan tenaga pemanen dalam setahun untuk tingkat kebun dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut : Kebutuhan tenaga panen =
9
Keterangan : A = Luas ancak (kadvel) yang dipanen pada semua seksi (ha) E = Kapasitas panen/HK F = Jumlah seksi panen Kualitas Panen Kualitas Pekerjaan Potong Buah. Pengambilan sampel terhadap 10 pemanen pada luasan panen 1 ha/org. Kriteria pekerjaan panen yang diamati yaitu panen semua TBS masak, peletakkan TBS yang dipanen dalam piringan, potong rapat gagang TBS, buah mentah tidak ditinggal/ diperam, TBS disusun teratur di TPH, pengutipan semua brondolan, pengumpulan brondolan dalam tumpukan tersendiri, dan penumpukan pelepah di gawangan. Kapasitas Pemanen. Pengamatan dilakukan terhadap hasil tandan yang dipanen oleh 10 pemanen, selama tiga minggu pada kadvel atau seksi panen yang sama dengan rincian sebagai berikut : Blok panen
: A3, A4, A5, A6
Tahun tanam : 1998 dan 2007 Berat janjang rata-rata (BJR) blok : 18 kg dan 7.6 kg Basis janjang : 100 jjg dan 120 jjg Hasil tandan tersebut kemudian dirata-ratakan hingga diperoleh hasil kapasitas pemanen per hari. Pelanggaran Pemanen. Penulis memeriksa pekerjaan potong buah 10 pemanen dengan luas hanca panen 1 ha. Kriteria kesalahan pekerjaan potong buah yang diamati ada 14 kriteria yaitu potong buah mentah, < 6 berondolan/jjg di TPH, buah masak tidak dipotong, buah masak dipotong tinggal di hanca, brondolan tidak dikutip, memotong buah tidak sempurna, buah tidak diantrikan/ tidak ditulis, berondolan banyak sampah/ alas karung, berondolan dalam karung utuh/ alas berondolan tidak terangkut, gagang panjang lebih dari 3 cm, pelepah tidak disusun pada bagian masing-masing, pelepah sengkleh (bukan sengkleh alami), buah busuk/ tidak diketek, dan lewat matang.
10
Kriteria Panen. Pengamatan dilakukan pada Blok D6 dan D5 dengan mengambil sampel 10 pemanen dalam satu kemandoran. Masing-masing blok diamati mutu buah di 10 TPH dengan jumlah total janjang 276, yaitu 11.50 % dari estimasi janjang hari itu 2 399 janjang. Produktivitas Pemanen. Penulis melakukan pengamatan terhadap 10 pemanen untuk mengetahui prestasi pemanen berdasarkan umur, tingkat pendidikan, dan lama pengalaman dalam melakukan pekerjaan potong buah, dengan sampel jumlah janjang untuk seluruh kadvel dalam seminggu pada tiap blok di Divisi I.
Analisis Data dan Informasi Data primer dan data sekunder yang dihasilkan dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif dengan mencari rata-rata, persentase hasil pengamatan, dan perhitungan statistik sederhana lainnya lalu diuraikan secara deskriptif dengan membandingkan terhadap norma baku yang berlaku pada perkebunan kelapa sawit dan standar yang telah ditetapkan perusahaan.
KEADAAN UMUM Lokasi dan Letak Geografis Lokasi dari Sungai Bahaur Estate (SBHE) secara geografis terletak di antara 113.010-113.070 Bujur Timur dan antara 1.800-1.860 Lintang Selatan yang terletak di Desa Pundu, Kecamatan Cempaga Hulu, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah. Keadaan Iklim dan Tanah Sungai Bahaur Estate (SBHE) mempunyai dua musim, yaitu musim kemarau dan musim hujan. Puncak musim kemarau terjadi pada bulan Agustus dan September sedangkan puncak musim hujan terjadi pada bulan April dan Desember berdasarkan data curah hujan dari tahun 2002-2010. Rata-rata curah hujan selama 9 tahun terakhir (2002-2010) adalah 3 027 mm/tahun dengan ratarata hari hujan adalah 134 hari/tahun. Rata-rata bulan kering 1.1 bulan/tahun, bulan lembab 0.7 bulan/tahun, dan bulan basah 10.1 bulan/tahun. Menurut klasifikasi Schmidth-Ferguson, iklim di SBHE termasuk tipe iklim A (sangat basah). Keadaan curah hujan bulanan di SBHE dapat dilihat pada Lampiran 4. Keadaan topografi di Sungai Bahaur Estate (SBHE) mayoritas relatif datar dengan tingkat kemiringan 0-8% dan sedikit daerah bergelombang dengan tingkat kemiringan 9-15%. Jenis tanah SBHE berdasarkan yield gap analysis block by block terdiri dari atas tanah inceptisol sebesar 60.3 %, kaolin sebesar 19.9 %, ultisol sebesar 17.7 %, dan tanah entisol sebesar 0.7 %. Peta keadaan tanah SBHE dapat dilihat pada Lampiran 5. Hasil analisis ini menujukkan bahwa mayoritas SBHE memiliki jenis tanah inceptisol. Menurut Resman et al. (2006) tanah inceptisol adalah tanah yang belum matang (immature) dengan perkembangan profil yang lebih lemah dibanding dengan tanah yang matang dan masih banyak menyerupai sifat bahan induk. Warna tanah inceptisol beraneka ragam tergantung dari jenis bahan induknya. Warna kelabu menunjukkan bahan induknya berasal dari endapan sungai, warna coklat kemerahan terbentuk karena mengalami proses reduksi, warna hitam mengandung bahan organik yang tinggi. Menurut Jalaluddin dan Toni (2005) kaolin adalah salah satu jenis tanah lempung yang tersusun dari
12
mineral-mineral. Tanah lempung jenis ini berwarna putih keabu-abuan. Menurut Prasetyo dan Suriadikarta (2006) ultisol berkembang dari berbagai bahan induk, dari yang bersifat masam hingga basa. Ultisol dicirikan oleh adanya akumulasi liat pada horizon bawah permukaan sehingga mengurangi daya resap air dan meningkatkan aliran permukaan dan erosi tanah. Umumnya tanah ini mempunyai potensi keracunan Al dan miskin kandungan bahan organik. Menurut Utami dan Handayani (2003) tanah entisol merupakan tanah yang relatif kurang menguntungkan untuk pertumbuhan tanaman. Tanah ini mempunyai konsistensi lepas-lepas, tingkat agregasi rendah, peka terhadap erosi dan kandungan hara yang tersedia rendah. Kesesuaian lahan aktual untuk tanaman kelapa sawit di SBHE termasuk dalam kelas S3 (sesuai marjinal) dengan faktor pembatas utama adalah tekstur tanah pasir berlempung. Pemanfaatan tanah berdasarkan kelas lahan ini untuk pengembangan kelapa sawit, khususnya di SBHE harus diikuti dengan upaya untuk memperbaiki tingkat kesuburan tanah. Upaya tersebut diantaranya adalah penanaman tanaman kacangan penutup tanah, pemupukan, dan aplikasi bahan organik. Perbaikan yang dilakukan memberikan dampak positif terhadap produktivitas tanaman kelapa sawit sehingga dapat mencapai produksi yang diharapkan sesuai dengan potensi dan siklus tanaman kelapa sawit. Luas Areal dan Tata Guna Lahan Luas hak guna usaha PT Windu Nabatindo abadi adalah 12 000 ha dengan areal tanam seluas 9 589 ha yang terbagi atas tiga kebun, yaitu Sungai Bahaur Estate (SBHE) 3 987 ha, Bangun Koling Estate (BKLE) 2 505 ha, dan Sungai Cempaga Estate (SCME) 3 097 ha. PT WNA memiliki pabrik pengolahan crude palm oil (CPO) dan palm kernel oil (PKO), yaitu Selucing Mill dengan kapasitas 45 ton TBS/jam. Sungai Bahaur Estate terdiri dari kebun inti dan kebun plasma. Luas kebun inti 1 987 ha dan luas kebun plasma 2 000 ha. Sungai Bahaur Estate tediri atas lima divisi, yaitu Divisi I (696 ha) yang terbagi atas 24 blok, Divisi II (671.4 ha) terbagi atas 25 blok, Divisi III (632 ha) terbagi atas 23 blok, Divisi IV (1 142 ha) terbagi atas 38 blok, dan Divisi V (845 ha) terbagi atas 31 blok. Peta areal SBHE dapat dilihat pada lampiran 6.
13
Kondisi Tanaman dan Produksi Tanaman kelapa sawit yang diusahakan di Sungai Bahaur Estate adalah varietas Marihat yang dihasilkan oleh Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS). Jarak tanam yang digunakan 9.2 m x 9.2 m x 9.2 m dengan jarak antar barisan 7.97 m dan jarak dalam barisan 9.2 m sehingga populasi tanaman per hektarnya 136 pokok. Keadaan nyata di lapangan menunjukkan bahwa dalam satu blok terdapat jarak tanam yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena saat awal penanaman oleh PT Surya Barokah lahan tanaman kelapa sawit memiliki kerapatan tanam rendah dengan jarak tanam tinggi di atas 10 m. Kemudian setelah dilakukan take over oleh PT Windu Nabatindo Abadi kerapatan tanaman ditingkatkan dengan menambah tanaman sisipan. Selain itu populasi tanaman yang tidak seperti seharusnya disebabkan oleh serangan hama dan penyakit, lahan rawa, dan kondisi lahan lain yang tidak mungkin ditanami. Sungai Bahaur Estate memiliki tanaman kelapa sawit TM dan TBM. Luas areal TBM adalah 502 ha dan areal TM seluas 3485 ha. Terdapat delapan tahun tanam kelapa sawit di Sungai Bahaur Estate, yaitu 1998, 2000, 2002, 2003, 2005, 2006, 2007, dan 2008. Produksi tandan buah segar (TBS) Sungai Bahaur Estate (SBHE) setiap tahunnya bervariasi, dengan produksi tertinggi selama lima tahun terakhir (2006-2010) dicapai pada tahun 2010 yaitu sebesar 54 781.8 ton. Data produksi TBS di Sungai Bahaur Estate dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Produksi Tanaman Kelapa Sawit Sungai Bahaur Estate (SBHE) No.
Tahun
1 2 3 4 5
2006 2007 2008 2009 2010
BJR 8.0 8.2 9.5 10.6 11.3
Produksi TBS Janjang 1 294 791 2 397 493 3 355 822 4 372 208 4 830 847
Ton 11 579.0 21 595.8 32 828.7 45 781.8 54 781.8
Data produksi menunjukkan SBHE terus mengalami peningkatan sejak tahun 2006 yaitu sebesar 11 579.0 ton TBS hingga tahun 2010 yaitu 54 781.8 ton TBS. Hal ini disebabkan oleh adanya penambahan luas areal tanaman kelapa sawit menghasilkan, perawatan yang intensif, curah hujan yang cukup, pemupukan yang teratur, dan adanya tahun tanam kelapa sawit yang telah
14
memasuki TM. TBS yang dihasilkan oleh SBHE kemudian dibawa ke PKS yang terletak di wilayah II, Pundu Nabatindo Mill (PNBM) dan wilayah IV, Selucing Agro Mill (SAGM) untuk selanjutnya diproses sehingga menghasilkan CPO (Crude Palm Oil). Struktur Organisasi Perusahaan dan Ketenagakerjaan Perkebunan kelapa sawit PT Windu Nabatindo Abadi merupakan salah satu unit usaha dari PT Bumitama Gunajaya Agro (BGA Group). Struktur organisasi PT BGA berdasarkan susunan garis dan staf dengan kekuasaan tertinggi dipegang oleh Chief Executive Officer (CEO), sedangkan operasional perusahaan dipegang oleh manajemen yang terdiri dari Engineering Director, Plantation Director, dan Finance Director yang membawahi langsung General Manager Plantation (GMP). GMP memiliki tanggung jawab terhadap dua wilayah kebun yang masingmasing wilayah dikepalai oleh seorang Kepala Wilayah. PT Windu Nabatindo Abadi dipimpin oleh seorang kepala wilayah yang bertanggung jawab kepada GMP. Kepala Wilayah dibantu oleh seorang Admin Wilayah, Departemen Support, yang terdiri dari staf PAD (Public Affair Department), staf GIS (Geographic Information System), dan chief keamanan, Estate Manager, Mill Manager, Kepala Tata Usaha (KTU), dan Kepala Traksi Wilayah yang membawahi asisten Workshop dan Traksi, serta Asisten Teknik Sipil (Civil Engineering). Struktur organisasi PT Windu Nabatindo Abadi (wilayah VI) dapat dilihat pada Lampiran 7. Kepala Wilayah bertanggung jawab terhadap beberapa hal, yaitu 1. Mencapai seluruh target secara kuantitas maupun kualitas secara efektif dan efisien; 2. Menjamin penerapan kaidah kultur teknis sesuai dengan pedoman teknis
agronomi;
3.
Mengamankan
seluruh
kebijakan
perusahaan;
4.
Mengamankan seluruh aktiva perusahaan; 5. Menjamin terlaksananya tertib administrasi dan keuangan; 6. Mengembangkan kompetensi sumber daya manusia agar mampu mencapai standar produktifitas; 7. Mengembangkan komunitas perkebunan di wilayahnya yang mencerminkan kehidupan masyarakat yang sehat dan sejahtera dalam rangka menunjang semangat kerja karyawan; 8. Mengelola
15
pembangunan dan pengembangan kebun serta pabrik secara berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Sungai Bahaur Estate dipimpin oleh seorang Estate Manager (EM) dan dibantu oleh seorang kepala asisten, asisten divisi, dan kasie (kepala administrasi). Asisten divisi dibantu oleh mandor I, kerani divisi, kerani transport, kerani panen, mandor panen, mandor perawatan, mandor pupuk, dan mandor chemist. Administrasi dipegang oleh seorang kepala administrasi (kasie). Kasie dibantu oleh seorang accounting, admin, kasir dan di bawahnya terdapat kerani divisi. Estate Manager (EM) berperan dalam menjalankan tugas umum : 1. Menjabarkan
dan
menyelenggarakan
pengelolaan
pembangunan
dan
pengembangan kebun yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan sesuai dengan kebijakan yang sudah ditetapkan oleh Manajemen dan atau Kepala Wilayah; 2. Meningkatkan produktivitas melalui pengembangan kompetensi dan karir sumber daya manusia di lingkungan Kebun; 3. Melakukan koordinasi lintas departemen dan atau rekan sekerja dalam upaya pencapaian target yang telah ditetapkan oleh Manajemen dan atau Kepala Wilayah; 4. Melakukan monitoring pelaksanaan pekerjaan operasional berdasarkan laporan dari divisi/bagian dari unit kebun, serta melaporkannya secara komprehensif kepada Atasan langsung; 5. Mengembangkan komunitas perkebunan di unit usahanya yang mencerminkan kehidupan masyarakat yang sehat dan sejahtera dalam rangka menunjang semangat kerja karyawan. Estate Manager memiliki tugas pokok yang harus dijalankan, yaitu menyusun anggaran tahunan dan bulanan meliputi aspek Area Statement, Produksi, Kapital, Sumber Daya Manusia dan Totalitas Biaya, merencanakan strategi pencapaian target tanam dalam rangka pengembangan kebun berdasarkan perizinan yang sudah diperoleh, bersama-sama dengan kepala wilayah, mengadakan rapat kerja intern dengan Asisten Divisi dan Kepala Seksi (Kasi) beserta jajaran di bawahnya secara periodik (minimal seminggu sekali) dalam upaya percepatan/peningkatan kinerja, melaksanakan koordinasi dengan pihak intern maupun ekstern untuk mencapai target pekerjaan, menyampaikan laporan Manager secara akurat dan tepat waktu kepada Kepala Wilayah dengan tembusan kepada Kepala Departemen Agronomi. Estate Manager bertanggung
16
jawab langsung kepada Kepala Wilayah dan dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh Asisten Kepala, Asisten Divisi, dan Kepala Seksi Administrasi. Asisten Kepala berperan dalam menjalankan tugas umum, yaitu membantu Estate Manager dalam pengelolaan seluruh aspek pekerjaan agronomi, antara lain : 1) menjabarkan dan menyelenggarakan pengelolaan pembangunan dan pengembangan kebun yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan sesuai dengan kebijakan yang sudah ditetapkan oleh Manajemen dan atau Kepala Wilayah. 2) Membantu
Manajer
Kebun
meningkatkan
produktivitas
melalui
pengembangan kompetensi dan karir sumber daya manusia di lingkungan Kebun. 3) Membantu Manajer Kebun melakukan koordinasi lintas departemen dan atau rekan sekerja dalam upaya pencapaian target yang telah ditetapkan oleh Manajemen dan atau Kepala Wilayah. 4) Membantu Manajer Kebun melakukan monitoring pelaksanaan pekerjaan operasional berdasarkan laporan dari divisi/bagian dari unit kebun, serta melaporkannya secara komprehensif kepada Atasan langsung. 5) Membantu Manajer Kebun mengembangkan komunitas perkebunan di unit usahanya yang mencerminkan kehidupan masyarakat yang sehat dan sejahtera dalam rangka menunjang semangat kerja karyawan. Selain itu seorang asisten kepala juga bertanggung jawab kepada Estate Manager dalam mengelola seluruh aspek pekerjaan non agronomi untuk mendukung operasional kebun dan berperan aktif dalam pekerjaan-pekerjaan administrasi dan keuangan di tingkat kebun. Asisten Kepala dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh Asisten Divisi. Asisten Kepala Memiliki tanggung jawab sebagai berikut: 1. Mencapai seluruh target secara kuantitas maupun kualitas secara efektif dan efisien; 2. Menjamin penerapan kaidah kultur teknis sesuai dengan pedoman teknis agronomi; 3. Mengamankan seluruh kebijakan perusahaan; 4. Menjamin terlaksananya tertib administrasi dan keuangan; 5. Mengembangkan kompetensi sumber daya manusia agar mampu mencapai standar produktifitas; 6.
17
Mengembangkan komunitas perkebunan di unit usahanya yang mencerminkan kehidupan masyarakat yang sehat dan sejahtera dalam rangka menunjang semangat kerja karyawan; 7. Mengelola pembangunan dan pengembangan kebun secara berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Asisten Divisi memiliki tugas umum, yaitu : 1. Menjabarkan dan menyelenggarakan pengelolaan pembangunan dan pengembangan Divisi yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan sesuai dengan kebijakan yang sudah ditetapkan oleh Manajemen (Kepala Wilayah; Manager); 2. Meningkatkan produktivitas melalui pengembangan kompetensi dan karir sumber daya manusia di lingkungan Divisi; 3. Melakukan koordinasi lintas bagian dan atau rekan sekerja dalam upaya pencapaian target yang telah ditetapkan oleh Manager; 4. Melakukan monitoring pelaksanaan pekerjaan operasional di divisi serta melaporkannya secara komprehensif kepada Manajer Kebun; 5. Mengembangkan komunitas perkebunan di dalam divisinya yang mencerminkan kehidupan masyarakat yang sehat dan sejahtera dalam rangka menunjang semangat kerja karyawan. Asisten Divisi memiliki tanggung jawab antara lain : 1. Mencapai seluruh target secara kuantitas maupun kualitas secara efektif dan efisien; 2. Menjamin penerapan kaidah kultur teknis sesuai dengan pedoman teknis agronomi; 3. Mengamankan seluruh kebijakan perusahaan; 4. Menjamin terlaksananya tertib administrasi dan keuangan; 5. Mengembangkan kompetensi sumber daya manusia agar mampu mencapai standar produktifitas; 6. Mengembangkan komunitas perkebunan di unit usahanya yang mencerminkan kehidupan masyarakat yang sehat dan sejahtera dalam rangka menunjang semangat kerja karyawan; 7. Mengelola pembangunan dan pengembangan kebun secara berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Asisten Divisi bertanggung jawab langsung Asisten Kepala atau Estate Manager dan dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh Mandor I, mandor, dan kerani. Struktur organisasi SBHE dapat dilihat pada Lampiran 8. Jumlah staf dan non staf di Sungai Bahaur Estate dapat dilihat pada Tabel 2.
18
Tabel 2. Jumlah Staf dan Non Staf di Sungai Bahaur Estate (SBHE), PT Windu Nabatindo Abadi, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah. No
Status Pegawai
Jumlah Orang
1. 2. 3. 4.
Staf 8 Karyawan Bulanan 40 Karyawan Harian Tetap (KHT) 424 Karyawan Harian Lepas (KHL) 244 ITK 0.18 Sumber : Data Tenaga Kerja Sungai Bahaur Estate (SBHE) tahun 2011. Hari kerja karyawan dalam seminggu adalah 6 hari dengan lama jam kerja 7 jam/hari kecuali hari jumat 5 jam/hari. Perbedaan antara KHT dan KHL terletak pada tunjangan-tunjangan yang diberikan oleh perusahaan. Adapun ketentuan yang berlaku bagi karyawan bulanan, karyawan harian tetap (KHT), dan karyawan harian lepas (KHL) sebagai berikut: Karyawan Bulanan : 1. Mendapat tunjangan beras (pekerja = 0.5 kg/hari, istri = 0.3 kg/hari, anak = 0.25 kg/hari) 2. Mendapat fasilitas rumah dan tidak perlu membayar listrik 3. Mendapat tunjangan kesehatan apabila sakit bebas biaya untuk berobat 4. Jika masuk kerja penuh dari hari senin-sabtu maka pada hari minggu dihitung upah satu hari 5. Jika tidak masuk tanpa izin tidak mendapat jatah beras dan cuti terpotong. 6. Upah per bulan sesuai golongan dan struktur upah bulanan. Karyawan Harian Tetap (KHT) : 1. Mendapat tunjangan beras (pekerja = 0.5 kg/HK, istri = 0.3 kg/HK, anak = 0.25 kg/HK) 2. Mendapat tunjangan kesehatan apabila sakit bebas biaya untuk berobat 3. Mendapat rumah dan tidak perlu membayar listrik 4. Jika masuk kerja penuh dari hari senin-sabtu maka pada hari minggu dihitung upah satu hari 5. Jika tidak masuk tanpa izin tidak mendapat upah harian (Rp 41 471,-)
19
Karyawan Harian Lepas (KHL) : 1. Tidak mendapat tunjangan beras dan pelayanan kesehatan 2. Mendapat rumah dan tidak perlu membayar listrik 3. Jika tidak masuk tanpa izin tidak mendapat upah harian (Rp 49 765,-) 4. KHL dapat diangkat menjadi KHT setelah 3 bulan masa kerja. PT Windu Nabatindo Abadi dalam menunjang kesejahteraan karyawannya menyediakan perumahan yang dilengkapi sarana air bersih dan listrik, tempat peribadatan, klinik kesehatan, lapangan olahraga, dan sarana pendidikan. Sarana pendidikan yang berada dalam lingkungan perusahaan adalah sekolah menengah pertama dan sekolah dasar. Perusahaan juga menyediakan kendaraan antar jemput bagi anak-anak karyawan yang berada pada jenjang sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP) tersebut. Sarana kesehatan yang disediakan pihak perusahaan untuk tiap estate berupa poliklinik yang ditangani oleh seorang mantri atau perawat. Bila terjadi kecelakaan kerja yang tidak dapat ditangan oleh poliklinik, maka poliklinik akan merujuk ke Rumah Sakit rekomendasi terdekat dengan seluruh biaya pengobatan ditanggung oleh pihak perusahaan.
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Pelaksanaan Teknis Kegiatan teknis selama magang dilakukan di kebun dengan tiga tingkatan pekerjaan diantaranya sebagai karyawan harian lepas (KHL), pendamping mandor, dan pendamping asisten. Pekerjaan di lapangan diawali dengan mengikuti apel pagi setiap hari kerja pukul 05.15 WIB. Pada apel pagi inilah dilakukan absensi kehadiran dan pembagian kerja masing-masing kelompok kerja dari kemandoran pemupukan, chemist, perawatan, pemanenan, dan kerani buah. Pekerjaan usai hingga pukul 13.00 WIB di sela pekerjaan diberikan waktu istirahat ‘wolon’ pada pukul 10.00-10.30 WIB. Pemupukan Pemupukan adalah kegiatan memberi nutrisi atau hara tambahan pada tanaman agar produksi tanaman menjadi optimal. Pemupukan bertujuan memenuhi kebutuhan unsur hara tanaman sehingga tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan normal (pertumbuhan vegetatif), dapat berproduksi secara maksimal (pertumbuhan generatif), serta kesuburan tanah dapat dipertahankan (Petunjuk Teknis Program Pemupukan Tahun 2011 BGA).
Pemupukan juga
bertujuan untuk menyediakan kebutuhan hara bagi tanaman sehingga tanaman dapat tumbuh baik dan mampu berproduksi maksimal dan menghasilkan minyak berkualitas baik (Adiwiganda dan Siahaan, 1994). Pemupukan dilakukan pada tanah kering atau lembab, tidak pada tanah tergenang air agar pupuk dapat terurai pada tanah dan mampu diserap akar tanaman. Pemberian pupuk pada tanaman harus memperhatikan beberapa hal yang menjadi kunci keefektifan pemberian pupuk, diantaranya daya serap akar tanaman, cara pemberian dan penempatan pupuk, waktu pemberian, serta jenis dan dosis pupuk (Fauzi et al., 2008). Biaya pemeliharaan tidak kurang dari 50% adalah biaya pemupukan mulai dari biaya pengadaan, transportasi, dan pengawasan (Adiwiganda, 2002). Menurut Sugiono et al. (2005) pemupukan pada tanaman kelapa sawit membutuhkan biaya yang sangat besar sekitar 30% terhadap biaya produksi atau sekitar 60% terhadap
21
biaya pemeliharaan. Kebutuhan pupuk untuk tanaman menghasilkan (TM) dan tanaman belum menghasilkan (TBM) juga berbeda. Jenis Pupuk Pupuk yang umum digunakan dalam perkebunan kelapa sawit adalah pupuk anorganik dan pupuk organik. Pupuk anorganik yang digunakan adalah pupuk buatan yang mengandung garam mineral, kecuali beberapa pupuk seperti urea. Pupuk yang digunakan tergantung pada umur tanaman kelapa sawit (tanaman menghasilkan dan tanaman belum menghasilkan). Pupuk yang digunakan terdiri dari pupuk mikro dan makro untuk memenuhi kebutuhan hara tanaman. Pupuk mikro merupakan pupuk yang dibutuhkan tanaman dalam dosis sedikit, sedangkan pupuk makro dibutuhkan dalam dosis banyak. Pada TBM digunakan jenis pupuk mikro HGFB (high grade fertilizer borate) yang mengandung boron , NPK 16-10-18-1-6-2-1, NPK 14-8-21-2-4-2-1, dan Cu (pada areal pasir dan gambut). Jenis pupuk makro yang digunakan pada TBM diantaranya Urea, MOP (muriate of potash), NPK 15-15-15-6-4, dan NPK 12-12-17-2, serta RP (rock phospate) / Giano. Pada TM digunakan jenis pupuk mikro Zn, Borate, CuSO4, FeSo4, dan menggunakan pupuk makro diantaranya, NPK 16 dan 14 (Palmo), Urea dan MOP, serta RP / Guano. Adapun pupuk organik yang digunakan dalam perkebunan kelapa sawit pada umumnya berasal dari produk limbah perkebunan, limbah dari proses pengolahan kelapa sawit, dan inokulan tanah (Pahan, 2010). Produk limbah perkebunan yaitu, sisa-sisa tanaman seperti pelepah dan daun kacangan yang ditumpuk di gawangan mati. Pelepah juga diletakkan di sekitar pokok tanaman membentuk U-shape yang berfungsi untuk menjaga iklim mikro di sekitar pokok tanaman, mencegah erosi, dan mengurangi penguapan sehingga kebutuhan air tanaman tetap terjaga. Limbah dari proses pengolahan kelapa sawit yang digunakan adalah janjang kosong kelapa sawit. Janjang kosong tersebut dari PKS dikembalikan lagi ke kebun untuk dimanfaatkan sebagai pupuk organik. Janjang kosong diaplikasikan di antara pokok tanaman di sela-sela pelepah mati berbentuk U-shape antar pokok tanaman. Janjang kosong tersebut diberikan sebanyak 200 kg/pokok pada TM, sedangkan untuk TBM 150 kg/pokok.
22
Inokulan tanah yaitu, bakteri legume pengikat N yang berasal dari tanaman penutup tanah (LCC/ Legume Cover Crops). Tanaman penutup tanah yang digunakan Sungai Bahaur Estate (SBHE) adalah Mucuna bracteata. LCC ini digunakan karena memiliki keunggulan pada pertumbuhan rambatnya yang cepat (14 cm/minggu), memberi nutrisi tambahan tanaman sebagai tempat hidup bakteri legume pengikat N, mampu melapukan kayu, sekaligus menjadi tanaman penutup tanah yang dapat menjaga iklim mikro di sekitar tanaman. Namun pemeliharaan tanaman
ini
membutuhkan
biaya
cukup
tinggi
untuk
pengendalian
pertumbuhannya yang cepat. Hasil yang efektif dan efisien dalam pemupukan dapat dicapai dengan menerapkan disiplin aplikasi pupuk (4T) yang diberlakukan SBHE yaitu 1. Tepat dosis (takaran yang standard dan telah dikalibrasikan), 2. Tepat cara (tabur sebar atau tabur larik- u shape), 3. Tepat tempat (permukaan piringan atau sisi luar piringan), 4. Tepat waktu (tidak musim hujan besar dan tidak musim kemarau keras). Dosis Pupuk Menurut Siahaan et al. (1990), pendekatan untuk mengetahui dosis pupuk yang harus ditambahkan guna mengimbangi kekurangan hara dalam tanah yaitu dengan mempertimbangkan : a. Jumlah hara yang diserap tanaman b. Hara yang kembali ke tanah melalui dekomposisi bagian-bagian tanaman yang telah mati/lapuk c. Hara yang hilang dari zona perakaran (rhizosfir) karena proses pencucian dan penguapan d. Hara yang terangkut bersama hasil panen e. Kemampuan tanah dalam menyediakan unsur hara f. Status hara dalam daun g. Data agronomi yang mencakup pertumbuhan, produksi, dan gangguan hama/ penyakit h. Data hasil percobaan pemupukan (kalau ada), serta
23
i. Pelaksanaan
pemupukan
sebelumnya,
terutama
jika
program
pemupukan tahun sebelumnya tidak terlaksana seluruhnya. Berikut merupakan dosis pupuk yang diterapkan SBHE berdasarkan umur tanaman agar sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan tanaman kelapa sawit. Pada TBM 1 dibutuhkan pupuk urea sebanyak 250 gr/pokok, HGFB 25 gr/pokok, NPK 16-10-18-2-6 1200 gr/pokok, kieserite 300 gr/pokok, dan Chelated Zincopper 100 gr/pokok. TBM 2 membutuhkan pupuk urea sebanyak 500 gr/pokok, HGFB 50 gr/pokok, NPK 16-10-18-2-6 700 gr/pokok, NPK 14-8-21-24-2 1 400 gr/pokok, RP 1 000 gr/pokok, MOP 1 000 gr/pokok, kieserite 800 gr/pokok, dan Chelated Zincopper 90 gr/pokok. TBM 3 dibutuhkan pupuk urea sebanyak 500 gr/pokok, HGFB 50 gr/pokok, NPK 14-8-21-2-4-2 2 250 gr/pokok, RP 1 500 gr/pokok, MOP 1 200 gr/pokok, kieserite 1 000 gr/pokok, dan Chelated Zincopper 50 gr/pokok. Pupuk tersebut diberikan secara bertahap sesuai rotasi dan ketentuan waktu pemupukan. Dosis yang berbeda juga diaplikasikan pada TM sesuai dengan tahun tanam. Data rekomendasi pemupukan TM kelapa sawit tahun 2011 dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Rekomendasi Pemupukan TM Kelapa Sawit Tahun 2011 Tahun Tanam 1998 2002 2003 2005 2007 2008
Urea (kg/ Tahap pokok) I II I II I II I II I II I II
1.27 1.12 1.14 1.04 1.06 1.00 1.25 1.25 0.72 0.61 1.00 0.75
RP Egypt (kg/ pokok) 2.27 2.06 2.12 2.25 1.89 2.00 -
MOP Kanada (kg/ pokok) 1.53 1.46 1.55 1.45 1.81 1.62 1.50 1.25 1.39 1.25 1.50 1.25
Kieserit Jerman (kg/ pokok) 1.48 1.44 1.44 1.50 1.50 1.50 -
Chelated Zincopper (kg/ pokok) 0.01 0.01 0.06 0.06 0.05 0.05 -
HGFB (kg/ pokok) 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1
Waktu Pemupukan Waktu dan frekuensi pemupukan ditentukan oleh iklim (terutama curah hujan), sifat fisik tanah, logistik (pengadaan) pupuk, serta adanya sifat sinergis
24
dan antagonis antar unsur hara (Pahan, 2010). Waktu pemupukan sangat menentukan efektivitas dari penyerapan hara pada tanaman. Pemupukan yang optimum dilakukan pada saat curah hujan 100-200 mm/bulan dan minimum pada curah hujan 60 mm/bulan dan maksimum 300 mm/bulan. Jika terjadi kemarau dengan curah hujan kurang dari 60 mm/bulan maka pemupukan dihentikan dan dapat dilaksanakan pemupukan kembali jika sudah turun hujan 50 mm/10hari (IOM Urutan Aplikasi Pupuk Tahun 2011, BGA). Hal-hal yang mempengaruhi ketidaksesuaian waktu pemupukan diantaranya waktu musim panen puncak (peak crop) menghasilkan buah yang tinggi hingga membrondol menyebabkan pemupukan ditunda sampai pemanenan selesai dilakukan, gulma yang mencapai titik kritis, dan keadaan iklim yang tidak memungkinkan seperti hujan. Cara Pemupukan Cara pemupukan menentukan jumlah pupuk yang dapat diserap secara efektif oleh tanaman. Peningkatan efisiensi pemupukan ini mencakup aspek upaya bagaimana pupuk itu lebih cepat sampai zona perakaran dan seminimum mungkin hilang karena adanya aliran permukaan air dan penguapan (Pahan, 2010). Pada TBM digunakan jenis pupuk mikro HGFB, NPK 16-10-18-1-6-2-1, dan NPK 14-8-21-2-4-2-1 (diaplikasikan dekat dengan pangkal batang ± 20 cm dari pangkal batang dengan sistem tabur), serta Cu (pada areal pasir dan gambut diaplikasikan sistem tugal dekat dengan pangkal batang) , sedangkan jenis pupuk makro yang digunakan Urea, MOP, dan NPK 15-15-15-6-4 dan NPK 12-12-17-2 (diaplikasikan di piringan di bawah tajuk terluar mengarah ke dalam dengan sistem tabur), serta RP/Giano (di bawah tajuk mengarah keluar dengan sistem tabur). Pada TM digunakan jenis pupuk mikro Zn, Borate, CuSO4, dan FeSo4 (diaplikasikan di sekeliling pokok dengan radius 0.5-1 meter dari pangkal pokok dengan sistem tabur), jenis pupuk makro NPK 16 dan 14 (Palmo diaplikasikan pada areal pasir dilakukan dengan sistem pocket dekat dengan pangkal batang), Urea dan MOP (berbentuk u-shape dengan radius 1.5-2 meter dari pangkal pokok (arah dalam piringan) dengan sistem tabur), serta Rock Phosphate/Guano
25
(berbentuk u-shape dengan radius >2 meter dari pangkal pokok (arah luar piringan) dengan sistem tabur). Lokasi Penempatan Cara aplikasi pupuk yang diterapkan oleh Sungai Bahaur Estate (SBHE) berdasarkan Departemen Riset Bumitama Gunajaya Agro Group diantaranya sebagai berikut : 1. Pupuk RP-Guano diaplikasikan disusunan pelepah untuk memacu pertumbuhan akar tersier dan kuarter. 2. Pupuk Urea dan MOP diaplikasikan di pinggir rumpukan pelepah pada piringan terluar dengan jarak 1.5 - 2 m dari pokok. 3. Pasar pikul tidak boleh diaplikasikan pupuk. 4. Pupuk mikro diaplikasikan dekat pangkal batang dengan jarak 0.5-1 m dari pokok (Aplikasi Cu ditugal). 5. Pupuk Kieserit diaplikasikan di pinggir rumpukan pelepah pada piringan terluar dengan jarak 1.5 - 2 m dari pokok. Rotasi/Frekuensi Penentuan frekuensi pemupukan sangat penting karena berkaitan dengan sifat sinergis dan antagonis dari hara yang terkandung dalam pupuk. Secara umum, sifat sinergis unsur hara antara N dan K, sedangkan sifat antagonis antar unsur hara yaitu, N-P, N-Mg, dan K-Mg (Pahan, 2010). Interval rotasi pada jenis pupuk yang sama, tidak boleh kurang dari dua bulan. Interval pemupukan ditentukan oleh jenis pupuk yang akan diaplikasikan. Pupuk Guano diaplikasikan satu kali pada bulan Januari dan Februari, HGFB, Chelated zincopper, dan NPK diaplikasikan rotasi pertama pada bulan Februari selanjutnya rotasi kedua pada bulan Juli, MOP diaplikasikan rotasi pertama pada bulan April dan rotasi kedua bulan September, Urea diaplikasikan rotasi pertama pada bulan Mei dan rotasi kedua bulan Oktober, dan pupuk kieserit diaplikasikan satu kali pada bulan Maret.
26
Pelaksanaan Pemupukan Pada divisi I Sungai Bahaur Estate, seorang mandor pupuk membawahi 20 KHL pemupuk dengan pembagian tugas 3 orang sebagai penguntil, 2 orang sebagai BMP (bongkar muat pupuk), dan 15 orang sebagai penabur pupuk di lahan. Kegiatan pemupukan dimulai dengan penguntilan yang dilakukan oleh 3 orang KHL wanita. Penguntilan dilakukan seseuai kebutuhan pupuk tiap pokok. Contoh perhitungan kebutuhan pupuk : Pemupukan pada blok A1 (tahun tanam 1998, seluas 34,38 ha, dan jumlah pokok 3 946). Pupuk diuntil menjadi 18 kg/karung. Tiap until untuk 8 pokok TM dengan dosis 2.25 kg/pokok. Pupuk yang diapliksikan RP (Rock phospate) dengan kebutuhan 2.25 kg/pokok, maka membutuhkan pupuk sebanyak = 3 946 x 2.25 kg = 8 878.5 kg. Jumlah pupuk yang dibutukan 8 878.5 kg : 50 kg = 178 karung. Jumlah until pupuk yang dibutuhkan 8 878.5 kg : 18 kg = 494 untilan. Penguntilan
disesuaikan
dengan
dosis
jenis
pupuk
yang
akan
diaplikasikan. Norma kerja basis penguntil 2 ton/HK. Jika penguntil mencapai lebih basis maka berhak mendapatkan premi lebih basis. Premi basis yang berlaku Rp 2 500 dan premi lebih basis Rp 24 000/ton. Ada pun teknik penguntilan yang berlaku di SBHE. Teknik Penguntilan efektif dan efisien pasti terjamin 4 orang per grup : 1. Karung pupuk disusun dengan jumlah sesuai yang dikehendaki, posisi cat benang jahitan yang tebal berada di atas. Cara membukanya dari sebelah kanan kita dengan dipotong mepet dengan bantuan pisau atau gunting. 2. Setelah benang ditarik tuang karung pupuk dari arah belakang. 3. Satu orang menakar dengan di cetak menggunakan sebatang kayu atau sejenisnya. 4. Orang kedua memasukkan pupuk ke dalam karung until. 5. Orang ketiga mengikat untilan. 6. Orang keempat menyusun untilan pada tempat yang telah ditentukan. Penguntilan sebaiknya dilakukan oleh 4 orang namun dalam kenyataan di lapangan 3 orang sudah cukup untuk melakukan penguntilan.
27
Bongkar muat pupuk (BMP) dilakukan oleh dua orang dengan menggunakan truk. Pemupukan yang dilakukan di divisi I bergabung dengan tim pupuk dari divisi III, maka ada 4 orang tenaga bongkar muat (BM) masing-masing dua orang dari tiap divisi. Pupuk yang telah dimuat dalam truk akan dilangsir oleh tenaga BM 8 until tiap pasar pikul sesuai dengan kebutuhan pupuk/pokok tanaman. Norma kerja yang berlaku bagi tenaga BM 4 ton/HK. Premi basis yang didapat Rp 2 500 dan premi lebih basis Rp 12/kg. Pemupukan dilakukan dengan membagi KHL menjadi beberapa KKP (kelompok Kerja Pupuk), 1 KKP terdiri dari 3 orang yaitu, 1 orang pelangsir dan 2 orang penabur. Pelangsir meletakkan 1 untilan untuk 8 delapan pokok hingga pasar tengah atau sesuai kemauan penabur. Tiap until biasanya diletakkan tiap 8 pokok di baris terdepan dalam pasar pikul untuk memupuk 4 pokok di baris kiri dan 4 pokok di baris kanan. Kelebihan KKP ini yaitu pokok dapat terpupuk semua, pemupukan dapat selesai dengan cepat dan terorganisasi, namun kesalahan yang terkadang terjadi pupuk yang disebar tidak merata. SBHE memiliki 5 disiplin pemupukan yang harus dilakukan oleh pemupuk yaitu : 1. Pemupukan dimulai dari pasar tengah 2. Pemupukan sesuai dengan takaran 3. Pupuk harus di tabur merata 4. Setiap pokok wajib terpupuk 5. Karung dikumpulkan disusun rapi dibawa pulang Setiap KKP memiliki hanca tugas 5 pasar pikul atau setara 2.5 ha dengan norma kerja 500 kg/HK. Alat yang digunakan diantaranya angkong untuk melangsir atau membawa pupuk ke dalam gawangan, gendongan, ember, timbangan cantelan, karung, sarung tangan, masker, dan seragam pemupukan. Pada kegiatan pemupukan juga digunakan bendera penanda yaitu, bendera merah sebagai pertanda hanca luar dan bendera kuning sebagai pertanda hanca tengah. SBHE menerapkan BMS dalam pelaksanaan pemupukannya. Adapun yang dimaksud dengan Block Manuring System adalah sistem pemupukan yang diatur sedemikian rupa sehingga : Blok-blok pemupukan terkonsentrasi dalam 1 hancak pemupukan bagi seluruh divisi per kebun.
28
Dikerjakan block by block dengan orientasi mutu pemupukan yang lebih baik, supervisi lebih fokus dan untuk mendapatkan output yang tinggi. Hanca mandoran/ tukang pupuk di Divisi tetap tiap blok dan seksi (setiap pokok
diketahui
tenaga
pupuknya
dan
setiap
baris
diketahui
mandorannya). Pergeseran ancak diatur sedemikian rupa sehingga berlangsung cepat dan efisien. Tim pemupukan diorganisasi yang meliputi tenaga until, tukang angkut pupuk, tukang langsir/ecer pupuk, dan tenaga tabur pupuk dengan tujuan untuk meningkatkan produktivitas pemupukan. BMS memiliki keuntungan dalam menghemat penggunaan unit sehingga satu unit sudah cukup untuk melangsir pupuk. Adapun permasalahan terkait dengan aplikasi pemupukan yang sering ditemukan dilapangan adalah : Dosis tidak sama per pokok. Ukuran takaran pupuk yang tidak seragam. Waktu yang tidak tepat. Supervisi
yang
kurang
menghayati
dan
memahami
pentingnya
pemupukan. Cara penaburan yang tidak sesuai / tidak benar. Organisasi kerja yang tidak baik. Administrasi yang tidak up to date. Premi Pemupukan Premi yang ditetapkan Sungai Bahaur Estate yaitu Rp 20 000,-/HK untuk mandor pupuk. Premi basis bagi KHL/KHT Rp 2 500,-/hari dan mendapat extra fooding berupa susu satu kaleng untuk 6 hari. Jika melebihi basis KHL mendapat premi lebih basis Rp 100,-/kg. Contoh perhitungan premi pemupukan : Seorang pekerja memupuk sebanyak 30 until, tiap until berbobot 18 kg, maka pupuk yang telah ditabur sebanyak 30 until x 18 kg = 540 kg dengan basis pupuk 500 kg/HK. Jadi basis lebih borong yang didapat = 540 kg – 500 kg = 40 kg. Premi yang didapat sebesar Rp 2 500 + (Rp 100,-/kg x 40 kg) = Rp 6 500,-
29
Pengendalian Hama dan Gulma Pengendalian Hama Pengendalian hama dilakukan dengan menggunakan pestisida nabati khususnya untuk mengendalikan keberadaan ulat api. SBHE menggunakan tanaman Turnera ulmifolia dan Nephrolepis bisserata untuk mengendalikan ulat api. Tanaman ini merupakan tanaman inang bagi predator hama ulat api. Tanaman Turnera ulmifolia ditanam di sepanjang jalan utama, jalan antar blok, dan sebagian di pinggiran pasar pikul. Nephrolepis bisserata ditanam di antara pelepah pokok tanaman dan pada pokok tanaman. Nephrolepis bisserata ditanam pada pokok tanaman kelapa sawit karena memiliki kelebihan, selain sebagai inang predator hama ulat api juga untuk menjaga iklim mikro pada batang pokok kelapa sawit. Pengendalian Gulma Manual Pembabatan
manual
merupakan
kegiatan
yang
dilakukan
untuk
membersihkan gulma secara manual yang menghalangi piringan, gawangan, pasar pikul, dan pokok tanaman kelapa sawit itu sendiri. Pembabatan dilakukan pada lahan kering dan lahan tergenang air atau banjir. Pada lahan tergenang air atau banjir begitu juga lahan kering menggunakan alat parang dan arit. Pembabatan manual di lahan ini lebih diutamakan pada tanaman berkayu selain dari tanaman semak yang ada, setelah tanaman berkayu ditebas dilakukan pengolesan herbisida. Pembabatan manual dilakukan dengan cara menebas batang pohon dengan ketinggian ± 20 cm dari permukaan tanah atau pada lahan tergenang air atau banjir dengan ketinggian ± 20 cm dari permukaan air. Tanaman perdu yang telah tinggi, penebasan dilaksanakan cukup dengan mematahkan batang pohon dan kemudian tajuk dirubuhkan ke tanah atau ke genangan air. Setelah ditebas dilakukan pengolesan herbisida pada batang kayu tersebut. Pembabatan dilakukan oleh 2 orang dalam satu gawangan dengan sistem hanca giring yaitu, pembabat akan berpindah ke gawangan lainnya yang belum dikerjakan pembabat lain apabila telah menyelesaikan satu gawangan. Pembabatan manual memiliki standar 0.5 ha/HK dengan jumlah KHL 16 orang
30
maka saat kegiatan ini dilakukan pada blok C1 dengan luas lahan 30.64 ha pembabatan gulma masih belum dilakukan maksimal pada seluruh lahan selain kurangnya karyawan, lahan yang sebagian besar tergenang air pun menjadi kendala dalam pembabatan karena sulitnya mobilisasi dari satu gawangan ke gawangan lain. Lahan yang tergenang air ini disebabkan meluapnya air sungai yang berada di dalam kebun kelapa sawit. Pada areal yang sering tergenang air dan banjir tiap kali hujan menyebabkan kondisi tanaman kelapa sawit meskipun tahun tanam sudah lama, tidak dapat tumbuh optimal dan tidak menghasilkan buah dengan baik serta buah sering membusuk. Pengolesan Anak Kayu Pengolesan anak kayu dilakukan saat pengendalian gulma secara manual di lahan kelapa sawit. Pengolesan herbisida pada anak kayu dilakukan agar anak kayu yang telah ditebas tidak tumbuh kembali. Cara aplikasi herbisida dilaksanakan dengan mengoleskan pada permukaan batang atau anak kayu yang telah ditebas tersebut, pengolesan dilakukan sebanyak dua kali. Pengolesan pertama untuk melapisi permukaan kayu sedangkan pengolesan kedua sebagai koreksi pengolesan pertama agar herbisida yang diberikan merata. Herbisida yang digunakan adalah starlone dicampur dengan solar dengan perbandingan 1 : 20. Komposisi ini dianggap paling tepat untuk mematikan anak kayu yang telah ditebas. Sebelumnya pernah digunakan campuran starlone dengan glifosat namun hasil yang didapat tidak optimal anak kayu masih tetap hidup. Starlone merupakan herbisida purna tumbuh yang bersifat sitemik, berbentuk pekatan yang dapat diemulsikan untuk mengendalikan gulma semak belukar dan berdaun lebar pada tanaman kelapa sawit. Starlone memiliki kandungan bahan aktif : Triklopir Butoksi etil ester 665 g/l (setara Triklopir 480 g/l). Gulma yang dapat diatasi oleh starlone
antara
lain
Cromolaena
malabathricum, dan Mikania micrantha.
odorata,
Clidemia
hirta,
Melastoma
31
Pengendalian Gulma Kimiawi Pengendalian gulma kimiawi merupakan pengendalian gulma dengan menggunakan herbisida yang umumnya diaplikasikan dengan cara penyemprotan langsung pada gulma. Penyemprotan merupakan kegiatan pengendalian gulma yang dilakukan di lahan tanaman menghasilkan (TM) dan tanaman belum menghasilkan (TBM) yang dapat mengganggu produktivitas tanaman kelapa sawit. Metode Pengendalian. Pengendalian gulma pada lahan kelapa sawit dilakukan di daerah gawangan dan piringan. Bahan herbisida yang digunakan untuk menyemprot daerah gawangan berbeda dengan piringan. Pada gawangan herbisida yang biasa digunakan primaxon/paraquat dan metaprima, sedangkan pada piringan digunakan kleen up (Glifosat). Penyemprotan diaplikasikan pada rumpun gulma secara merata hingga keseluruhan. Penyemprotan yang menggunakan bahan pestisida kontak harus lebih teliti dibanding sistemik agar gulma benar-benar mati dan tidak tumbuh kembali. Jenis Pestisida. Pestisida yang digunakan merupakan jenis pestisida kontak dan sistemik. Adapun bahan herbisida dalam pengendalian gulma kimiawi untuk daerah gawangan dan piringan dilakukan dengan menggunakan primaxon/ paraquat, metaprima, dan glifosat. Primaxon merupakan herbisida purna tumbuh bersifat kontak berbentuk larutan dalam air berwarna hijau tua dan mengandung bahan aktif paraquat diklorida 276 g/l dalam kemasaan isi 20 liter. Gulma yang dapat di atasi diantaranya pada lahan tanpa tanaman yaitu gulma berdaun lebar seperti Ageratum conyzoides, Calopogonium mucunoides (penyemprotan volume tinggi 1.5-3 l/ha), dan Comelina spp (2-3 l/ha). Gulma berdaun sempit, Paspalum conjugatum dan Digitaria ciliaris (penyemprotan volume tinggi 2-3 l/ha). Jika penggunaan pada pertanaman padi sawah pasang surut (TOT), gulma berdaun lebar Ludwigia octovalvia (penyemprotan volume tinggi 2-3 l/ha dengan waktu aplikasi 2 minggu sebelum tanam), gulma berdaun sempit Leersia hexandra (penyemprotan volume tinggi 2-3 l/ha) dan Echinochloa crus-galli (1.5-3 l/ha). Gulma golongan teki Eleocharis dulcis dan Cyperus spp (penyemprotan volume
32
tinggi 1-2 l/ha dengan waktu aplikasi 2 minggu sebelum tanam). Penggunaan herbisida ini menyebabkan gulma dapat cepat rusak dan mati. Namun gulma yang diaplikasikan dapat tumbuh kembali dengan cepat dan subur jika penyemprotan tidak dilakukan dengan merata mengenai seluruh bagian gulma. Metaprima adalah herbisida pra dan purna tumbuh yang bersifat selektif, berbentuk butiran berwarna putih keabuan yang dapat bercampur dalam air dan mengandung
metil
metsulfuron
20%.
Herbisida
ini
digunakan
untuk
mengendalikan gulma berdaun lebar seperti Melastoma malabatricum, lantana camara, Chromolaena odorata (penyemprotan volume tinggi 112.5-225 g/ha), Tetracera indica, Mikania micrantha (penyemprotan volume tinggi 150-225 g/ha), dan Clidemia hirta (75-150 g/ha) pada lahan tanpa tanaman. Kleen UP (Glifosat) adalah herbisida purna tumbuh yang bersifat sistemik berbentuk larutan dalam air, berwarna coklat muda, digunakan untuk mengendalikan alang-alang (Imperata cylindrica) pada tanaman karet, kelapa sawit, dan lahan tanpa tanaman (dosis 3-6 l/ha dan volume air 200-400 l/ha) serta gulma berdaun sempit Paspalum conjugatum dan Rhichardia braziliensis pada pertanaman teh (dosis 1.5-3 l/ha dan volume air 200-400 l/ha), dan mengandung bahan aktif isopropil amina glifosat 480 g/l (setara glifosat 356 g/l). Penggunaan glifosat baru akan tampak hasilnya setelah 14 hari aplikasi, minimal dalam jangka waktu seminggu baru mulai terlihat efeknya berupa daun yang menguning. Hal ini dikarenakan glifosat bekerja secara sistemik sehingga gulma yang telah diaplikasikan berangsur-angsur akan mati hingga ke akar. Dosis Semprot. Penyemprotan gawangan dilakukan dengan menggunakan primaxon /paraquat dan metaprima dengan dosis yang digunakan untuk primaxon 60 cc/kap dan metaprima 3 g/kap kemudian diencerkan dengan perbandingan primaxon/paraquat : air yaitu 1:1 sedangkan metaprima : air adalah 1:10, penyemprotan biasanya dilakukan dengan mencampur dua bahan tersebut menjadi 150 cc/kap. Bahan terkomposisi dari 120 cc paraquat ditambah 30 cc metaprima lalu diencerkan kembali sesuai volume knapsack yang digunakan 13 l. Herbisida
yang
digunakan
untuk
penyemprotan
piringan
adalah
glifosat/kleen up dengan dosis 0.35 cc/ha untuk 6 knapsack volume 13 l atau setara 0.06 cc/kap lalu diencerkan dengan perbandingan 1:1 setelah itu diencerkan
33
kembali dengan air langsung di dalam knapsack hingga volume 13 l. Seharusnya pencampuran dilakukan dalam larutan induk terlebih dahulu di dalam tangki penyemprotan, namun karena air dalam jumlah banyak sulit didapat maka alterrnatif lain pencampuran dilakukan dalam knapsack sprayer. Kalibrasi Alat Semprot. Ada beberapa jenis nozel yang digunakan dalam penyemprotan tergantung jenis gulma dan lokasi (gawangan atau piringan) semprot. Nozel yang digunakan diantaranya VLV 200, VLV 100, dan VLV 50 dengan jarak lebar semprot 1.2 meter. VLV 200 memiliki flow rate 900-915 ml/menit untuk spot gawangan dan kebasahan semprot merata, VLV 100 dengan flow rate 400-430 ml/menit untuk spot piringan dan diperuntukan juga untuk penyemprotan semak, pengendalian semak juga dapat menggunakan micron herbi, dan VLV 50 memiliki flow rate 200 ml/menit. Nozel polijet berwarna merah, kuning, hijau dan biru juga digunakan dalam penyemprotan. Nozel memiliki lebar yang berbeda-beda sesuai dengan warna nozelnya. Nozel berwarna merah memiliki lebar semprot 2 meter dengan flow rate 2 475 ml/menit, nozel biru memiliki lebar semprot 1.5 meter dengan flow rate 1 630 ml/menit, nozel hijau memiliki lebar semprot 1 meter dengan flow rate 900 ml/menit, dan nozel kuning memiliki lebar semprot 0.5 meter dengan flow rate 680 ml/menit. Nozel merah, biru, dan hijau digunakan untuk mengendalikan gulma di piringan, pasar pikul, dan gawangan, sedangkan nozel berwarna kuning untuk pengendalian ilalang. Nozel cone digunakan untuk pengendalian gulma ilalang namun jarang digunakan. Volume semprot dari masing-masing nozel yang digunakan dapat /
diketahui dengan cara : volume semprot =
(
/
Contoh penyemprotan menggunakan nozel merah : Diketahui : flow rate nozel merah = 2 475 ml/menit, kecepatan jalan normal semprot = 48 m/menit, lebar semprot = 2 m Maka, volume semprot =
= 258 l/ha
/
/
= 257 812.5 ml/ha
(
)
)
34
Pelaksanaan Semprot. Tenaga penyemprot yang digunakan terdiri dari 16 KHT yang terdiri dari 15 orang wanita sebagai penyemprot dan 1 orang lakilaki sebagai pembawa bahan herbisida dan alat-alat yang dibutuhkan dalam penyemprotan. Penyemprotan menggunakan standar 7 jam kerja atau 7 jam/HK tidak menggunakan standard 15 kap/HK namun target ha/HK harus bisa dicapai, pada kondisi standard karyawan dapat menggunakan 11-12 kap/HK. Target ha/HK dapat dicapai dengan menghitung berapa lama seorang karyawan yang paling lambat dalam menyemprot untuk menyelesaikan 1 kap dimulai dari waktu pengisian herbisida semprot sampai seluruh herbisida semprot habis terpakai dalam 1 kap. Waktu yang dibutuhkan karyawan terlambat adalah 25 menit dimulai dari pengisian hingga herbisida semprot habis dalam 1 kap. Sehingga jika disesuaikan dengan 7 jam/HK target ha/HK dapat dicapai. Perlengkapan yang dibutuhkan dalam penyemprotan diantaranya bendera sebagai tanda pengancakan, bendera merah untuk menandakan daerah awal penyemprotan yang ditancapkan di pasar pinggir sedangkan bendera kuning untuk menandakan sejauh mana daerah yang telah disemprot, topi, sarung tangan, masker, baju semprot, rompi, kacamata, sepatu bot, dan parang. Pada keadaan nyata kelengkapan tersebut masih belum tersedia sepenuhnya bagi karyawan sehingga cukup menghambat pekerjaan dan menimbulkan keluhan kesehatan seperti sesak nafas, batuk, dan gangguan pernafasan lain. Hal lain yang dapat menghambat penyemprotan diantaranya lahan semak yang terlalu tinggi, ketersediaan air terbatas pada musim kemarau, pasar pikul yang belum standard, dan anak kayu. Sungai Bahaur Estate (SBHE) memiliki tim semprot yang menggunakan TUS (truk untuk semprot), dimana mobil tersebut dilengkapi tangki berkapasitas 2000 liter sebagai tempat pencampuran herbisida dan air. Herbisida yang digunakan merupakan herbisida sistemik seperti glifosat dan metaprima. Dosis yang digunakan glifosat 100 cc dan metaprima 30 cc yang diencerkan sesuai dengan volume kap 15 l. Tangki diisi hingga 1 900 l sehingga dalam satu tangki semprot dapat mengisi ulang hingga 126 kali kap bervolume 15 l. Tim ini terdiri dari 25 pekerja semprot dan satu orang pelangsir, yang bertugas untuk menyemprot gulma di piringan dan pasar pikul. Tim semprot ini beroperasi untuk
35
seluruh Divisi namun dalam kenyataan di lapangan banyak beroperasi di Divisi II. Norma kerja untuk semprot piringan 3 ha/HK dan 2 ha/HK untuk semprot pasar pikul. Premi Semprot. Premi basis yang diterapkan bagi mandor semprot Rp 20 000,- dengan batas minimal 15 HK dan maksimal 20 HK. Cara perhitungan premi dalam penyemprotan : a. < 15 HK; jumlah hari x Rp 20 000,b. 15-20 HK; mendapat premi Rp 400 000,c. > 20 HK; Rp 400 000 + (jumlah lebih hari x Rp 10 000,-) Premi basis bagi KHL/KHT Rp 2 500,-/hari dan mendapat extra fooding berupa susu satu kaleng untuk 6 hari. Perawatan Lahan dan Tanaman Pasar Pikul Pasar pikul merupakan jalan yang dibuat untuk mempermudah pengangkutan tandan buah kelapa sawit (TBS) yang telah dipanen ke TPH. Cara pembuatan pasar pikul ada 2 yaitu, pada lahan yang sering tergenang air atau gambut dibuat tapak timbun atau bentuk seperti guludan yang dipadatkan dan pada lahan kering cukup dengan membuka areal dari rumpun gulma sehingga jalan untuk angkut panen terlihat. Tidak ada premi yang diterapkan, pekerja hanya mendapat upah HK. Tiap orang bekerja dengan target 7 jam/HK yang dikerjakan sebanyak 8 orang pekerja. Alat yang digunakan cangkul dan parang. Rawat Jalan Rawat jalan merupakan kegiatan perawatan jalan dalam upaya untuk memperbaiki dan menjaga infrastrukstur yang ada. Lahan yang terdapat di Divisi I SBHE merupakan lahan S3 dengan jenis tanah inceptisol tekstur berpasir dan kaolin. Pekerjaan yang dilakukan diantaranya pembuatan parit kecil di sisi kiri dan kanan jalan dan perbaikan badan jalan. Perbaikan badan jalan yang tergenang air dilakukan dengan membuang air yang tergenang tersebut lalu tanah dikeringkan setelah kering tanah ditimbun dengan pasir, kayu atau pelepah, dan
36
tanah laterit agar jalan menjadi padat. Pekerjaan rawat jalan dilakukan dengan standar 7 jam/ HK, apabila pekerjaan telah selesai dilakukan pada satu titik maka pekerja pindah ke titik rusak lainnya. Ada 6 orang pekerja rawat jalan yang dibagi menjadi 2 kelompok, masing-masing memperbaiki titik berbeda yang telah diinstruksikan oleh mandor. Rawat jalan dilakukan secara manual dan mekanis dengan alat berat, namun lebih sering dilakukan secara manual menggunakan alat cangkul, dodos, ember, dan gergaji. Ada pun perbedaan nyata melakukan rawat jalan manual dengan menggunakan alat berat. Rawat manual berdampak pada biaya tenaga kerja yang lebih murah, jalan rusak dapat langsung diperbaiki, tenaga kerja lebih mandiri, namun melakukan perataan jalan dibutuhkan tenaga lebih besar. Rawat mekanis dengan alat berat membutuhkan biaya lebih mahal, jalan baru diperbaiki jika telah mengalami rusak berat, tenaga kerja mengandalkan alat berat tersebut, namun jalan dapat diratakan lebih cepat dengan menggunakan alat berat. Perawatan jalan dilakukan berbeda tahapan saat musim hujan dan panas. Saat musim hujan jalan yang rusak diperbaiki dengan menambahkan bahan organik seperti kayu untuk memadatkan jalan sedangkan pada musim panas kayu yang digunakan sebagai bahan tambahan dalam memadatkan jalan, diangkat kembali dan disingkirkan. Bahan organik atau kayu harus dikeluarkan karena bahan tersebut berangsur-angsur akan rapuh sehingga akan membuat jalan rusak kembali. Masalah utama dalam perawatan jalan adalah genangan air, jika badan jalan tergenang air maka air tersebut harus segera dikeringkan agar tidak terserap jauh ke dalam tanah. Piringan Manual Kegiatan dilaksanakan pada TBM dan TM. Pada TBM dilakukan dengan membersihkan gulma dan pelepah pada piringan kemudian membuangnya ke gawangan mati. Pada TM pembersihan piringan dilakukan dengan membuang cangkang dan brondolan hitam. Ada 8 orang pekerja dalam perawatan piringan manual yang terdiri dari 7 pekerja wanita dan 1 laki-laki. Tiap orang berkewajiban membersihkan 3-4 pasar pikul atau 0.5 ha/HK dan memenuhi 7 jam/HK. Pada
37
perawatan piringan tidak ada premi yang diterapkan, pekerja hanya mendapatkan upah harian. Dongkel Kentosan Dongkel kentosan merupakan salah satu kegiatan pemeliharaan tanaman kelapa sawit dengan cara membuang tanaman sawit liar yang tumbuh di sekitar tanaman kelapa sawit utama seperti piringan, gawangan, dan pasar pikul. Pembuangan sawit liar ini dilakukan agar tidak mengganggu penyerapan hara dan produktivitas tanaman kelapa sawit. Kegiatan ini dikerjakan oleh 2 orang pekerja dengan norma kerja 1-2 ha/HK
untuk satu blok dan 17 ha/HK untuk satu
Collection Road (CR). Pruning Pruning merupakan kegiatan membuang pelepah yang telah tua, mati, dan sengkleh pada tanaman belum menghasilkan dan tanaman menghasilkan kelapa sawit. Penunasan dilakukan untuk membuang pelepah yang telah tua dan menyentuh tanah agar memudahkan dalam mengutip brondolan, membersihkan piringan, dan merangsang pertumbuhan. Penunasan dimulai Pk 06.00, tiap pekerja berkewajiban menunas 2 pasar pikul sekitar 4 baris tanaman antara 30-40 pokok atau semampu penunas hingga Pk 13.00 WIB. Alat yang digunakan dodos dan parang. Ada 2 jenis pruning yang dilakukan yaitu, pruning yang dihitung per HK (pruning harian) dan pruning borongan. Pruning harian bertugas membuang pelepah sekaligus membersihkan piringan, 1 pekerja menunas 30 pokok, upah yang dibayarkan hanya berupa upah HK tidak ada premi, dan jumlah pekerja pruning harian ada 2 orang. Pruning borongan dilakukan setelah pruning harian di hari kerja atau pada hari libur, upah dibayarkan per pokok yang dikerjakan untuk TM diberi premi Rp 700,- dan TBM Rp 1 500,-. Pruning borongan bertugas hanya membuang pelepah, tidak membersihkan piringan.
38
Penanaman Mucuna bracteata (MB) Perbanyakan mucuna dapat dilakukann dengan vegetatif (stek) dan generatif (biji). Namun, kebanyakan kebun memperbanyak tanaman ini dengan cara stek. Mucuna merupakan tanaman menjalar diatas tanah. Dari ruas-ruas inilah tanaman mucuna diperbanyak. Penanaman mucuna ini dilakukan disela-sela tanaman kelapa sawit tepatnya di gawangan mati dengan menghadap timur-barat. Penanaman terbaik dilakukan pada saat musim hujan karena pada kondisi ini tanaman akan mendapatkan cukup air untuk membantu pertumbuhannya. Tngkat pertumbuhan mucuna sangat cepat. Dalam satu minggu mucuna akan bertambah panjang mencapai 14 cm sehingga membutuhkan pemeliharaan khusus agar pertumbuhannya tidak merambat ke jalan dan menutupi tanaman kelapa sawit yang dibudidayakan. Penanaman mucuna ini dilakukan oleh 4 orang tenaga kerja dengan norma 2 HK/ha. Teknik perbanyakan mucuna dapat dilakukan dengan beberapa cara, meliputi: 1) teknik penanaman 5 ruas batang, 2) teknik penanaman 3 ruas batang, dan 3) teknik penanam 1 ruas batang. Teknik perbanyakkan mucuna dengan penanaman 5 ruas batang adalah yang umum dipakai pada kebun SBHE. Teknik penanaman ini memiliki persentase hidup yang tinggi dibandingkan dengan teknik lain. Adapun tahapan penyetekannya meliputi: 1) Tanah dibuat guludan sepanjang ruas batang yang akan ditanam. 2) Bagian tengah guludan dibuat larikan, 3) Persiapkan stek yang siap ditanam. Adapun kriteria stek siap tanam adalak kondisi stek yang tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua. Penampakan fisik stek siap tanam dapat dilihat dari batang stek dengan ukuran sedang dan berwarna hijau. Stek yang akan ditanam adalah stek yang memiliki lima ruas. Pada ruas pertama dan ruas kelima sebelum dipotong harus dilebihkan sedikit. Stek mucuna diperoleh dari mucuna yang telah tumbuh sebelumnya. 4) Setiap satu guludan ditanam 5 batang mucuna. Ruas kedua sampai ruas keempat ditimbun ke dalam tanah, sedangkan ruas pertama dan kelima dibengkokkan kedalam tanah dengan mata tunas menghadap keluar dan usahakan berhati-hati saat membengkokkan agar batang MB tidak patah. Daun pada batang yang diambil dipotong setengah yakni untuk mengurangi evaporasi. 5) Mucuna yang telah ditanam ditutup dengan dedaunan untuk
39
mengurangi penguapan. Dari teknik penanaman ini diharapkan ruas yang ditimbun didalam tanah akan menjadi calon-calon akar baru dan ruas yang dibengkokkan menghadap keluar akan menghasilkan calon-calon tunas baru. Teknik perbanyakan mucuna dengan penanaman 3 ruas batang dilakukan dengan cara dibengkokkan. Ruas pertama dan ketiga ditimbun kedalam tanah dan ruas kedua menghadap keluar tanah. Dari teknik ini diharapkan pada ruas kedua akan mundul calon daun baru dan ruas pertama dan ketiga diharapkan akan menjadi calon akar baru. Teknik ini juga memiliki tingkat persentase hidup yang tinggi. Perbanyakan mucuna dengan menggunakan teknik satu ruas umumnya dilakukan untuk tujuan pembibitan. Penanaman mucuna ini umumnya ditanam didalam polibag yang berisi tanah yang gembur. Adapun cara penanaman dengan teknik ini adalah ujung ruas ditancapkan ke dalam tanah dan ujung satunya lagi mengarah keluar. Teknik penanaman ini memiliki beberapa kekurangan, diantaranya memiliki tingkat persentase hidup yang rendah dan kurang efisien dalam hal waktu dan biaya. Pertumbuhan mucuna akan terlihat setelah 1 BST (Bulan Setelah Tanam). Selanjutnya dilakukan pemupukan RP atau Guano dengan dosis 100 gram per tanaman atau setara dengan 100 kg/ha yang diaplikasikan dengan cara disebar diatas kacangan. Pada 3 BST dilakukan pemupukan kedua dengan dosis 200 kg/ha yang disebar diatas kacangan. Penanaman Nephrolepis biserrata Tanaman Nephrolepis merupakan jenis paku-pakuan yang tumbuh secara liar, memiliki daya adaptasi yang tinggi. Pada pertanaman kelapa sawit jenis tanaman ini sangat berguna karena dapat menjaga kelembaban di sekitar tanaman kelapa sawit dan sebagai tanaman inang untuk predator ulat api. Penanaman Nephrolepis dikhususkan untuk tanaman TM yang telah ternaung. Umumnya Nephrolepis ditanam di sekitar gawangan mati tepatnya di rumpukan pelepah yang berbentuk U-Shape. Bibit yang ditanam berasal dari tanaman yang tumbuh disekitar tanaman kelapa sawit sebelumnya, baik yang tumbuh di batang kelapa sawit maupun yang berada di sekitarnya. Teknik
40
penanamannya tergolong mudah, yaitu membuat lubang tanam di dekat rumpukan pelepah tersebut dan menananam Nephrolepis tersebut. Pada satu pokok kelapa sawit, rata-rata Nephrolepis yang ditanam sebanyak lima lubang tanam. Nephrolepis ini tidak memerlukan pemeliharaan khusus karena sifatnya yang mudah tumbuh. Kebutuhan tenaga kerja yang diperlukan dalam sehari untuk menyelesaikan penanaman nepro adalah 1 HK untuk 1.5 ha. Kegiatan Simulasi Kebun Field Visit Field visit merupakan kegiatan pemeriksaan hancak dan mutu buah di TPH yang dilakukan secara bersama oleh estate manager (EM), asisten kepala, asisten divisi, mandor transportasi, mandor I, mandor panen, dan kerani buah. Kegiatan ini dilakukan pada setiap divisi yang ada dengan bergiliran, pemeriksaan dilakukan pada blok yang dipanen pada saat dilakukan field visit. SBHE memiliki 5 divisi sehingga field visit dilakukan 5 kali dalam sebulan. Pelaksanaan dimulai dengan berkumpulnya estate manager, asisten kepala, mandor transportasi, seluruh asisten aivisi, mandor I, mandor panen, dan kerani buah pada blok yang akan dilakukan pemeriksaan, kemudian EM memberikan pengarahan pada asisten divisi, mandor I, mandor panen, dan kerani buah mengenai pentingnya mutu buah dimana yang bertanggung jawab memeriksa mutu buah adalah kerani buah, mandor panen, mandor I, asisten divisi, dan asisten kepala. Pemeriksaan mutu buah dilakukan dengan menggunakan gancu untuk mempermudah membolak-balik buah yang dilakukan oleh kerani buah. Kerani buah harus jeli dan teliti dalam melakukan grading mutu buah jika masih ada buah mentah ikut terangkut berarti kerani buah belum bekerja dengan baik. Setelah pemeriksaan oleh kerani buah, mandor panen bertugas untuk melakukan pengecekan silang (cross check) terhadap mutu buah. EM menerangkan bahwa yang dituju SBHE bukan lagi kapasitas dalam ton/ha namun minyak/ha (CPO/ha) dengan begitu diperlukan kerja keras untuk mencapai tujuan tersebut. EM juga menyampaikan deklarasi transportasi buah yaitu harus adanya pengecekan yang dilakukan oleh mandor transportasi dan pengecekan ulang di
41
lapangan yang dilakukan oleh mandor I dan asisten divisi. Jalan yang dilalui alat angkut buah harus dapat ditembus atau dilalui, tidak boleh putus, setidaknya kendaraan EM dan asisten kepala dapat masuk melalui jalan tersebut. Asisten kepala menyampaikan mengenai pelaksanaan panen dimana semua seksi panen harus selesai dalam satu hari, jika masih ada brondolan tertinggal pada siang hari keesokan harinya harus sudah selesai terangkut. Kemudian seluruh asisten divisi, mandor I, mandor panen, dan kerani buah dibagi dalam 3 kelompok masing-masing kelompok memeriksa buah dalam dua hanca, satu hanca terdiri dari 4 pasar pikul setara dengan 2 ha. EM dan asisten kepala mengikuti salah satu kelompok. Hanca diperiksa berdasarkan janjang panen, pokok panen, berondolan (segar dan busuk), buah tinggal, over pruning, pelepah sengkleh, dan pelepah “U” shape. Sedangkan mutu buah ditinjau dari janjang diperiksa, mentah, kurang matang, matang, lewat matang, janjang kosong, abnormal, gagang panjang, brondolan segar dan busuk, kontaminasi (bagus dan kotor), alas brondolan (layak dan tidak layak). Setelah dilakukan pemeriksaan akan diketahui total janjang dipanen, total pokok dipanen, jumlah pokok sampel, total buah tinggal, buah tinggal per ha, brondolan buah tinggal per ha, brondolan busuk (piringan), pokok over pruning, pelepah sengkleh, susunan pelepah tidak standar, persentase over pruning, persentase pelepah sengkleh, persentase susunan pelepah, dan persentase brondolan busuk sehingga dapat ditarik kesimpulan mengenai kualitas dan mutu buah di TPH pada divisi tersebut. Field visit dilakukan untuk meninjau langsung mutu buah di lapangan dari setiap divisi karena terkadang masih muncul buah kurang matang (under ripe) yang ikut terangkut ke pabrik kelapa sawit (PKS). Keuntungan dilakukan field visit diantaranya membangun kompetisi yang sehat bagi setiap divisi, menumbuhkan budaya malu jika kesalahan diketahui banyak pihak maka diharapkan ada tindakan perubahan untuk perbaikan, menerapkan denda dan sanksi secara konsisten, meminimalkan losses buah, kualitas buah maksimal, dan kuantitas di PKS baik.
42
Metode Pengutipan Brondolan Pengutipan brondolan hingga bersih sangat penting untuk menghindari terjadinya losses. Brondolan yang sering tertinggal di pasar rintis, TPH, pelepah, bahkan piringan menjadi penyebab utama losses di lapangan. Ada 2 metode pengutipan brondolan yang berlaku di Sungai Bahaur Estate (SBHE) pada setiap divisi : 1. Metode hand picking 2. Metode pengutipan dengan garu Metode Hand Picking. Metode hand picking merupakan metode pengutipan brondolan dengan cara mengutip brondolan satu per satu, manual menggunakan tangan tanpa alat bantu garu. Brondolan yang terkutip menjadi bersih karena kotoran tidak terbawa saat dikutip. Metode ini bisa digunakan untuk menangani lahan yang memiliki piringan sempit karena terhalang gulma dan piringan tidak rata. Hand picking dapat diterapkan dengan ketentuan pusingan normal 7 hari atau pusingan pokok dengan pusingan blok (rotasi) sama dan kondisi prasarana piringan dan pasar pikul baik. Metode Pengutipan dengan Garu. Metode ini menggunakan alat garu untuk mengutip brondolan. Pemanen dapat mengumpulkan brondolan yang jatuh di piringan lebih cepat dengan sekali raup menggunakan garu. Hasil brondolan yang terkutip masih kotor karena tanah, daun kering, ranting, dan batu kerikil ikut terbawa saat dikutip. Metode ini lebih mudah diterapkan dengan lahan piringan datar dan bersih. Simulasi Pengutipan Brondolan. Simulasi dilakukan dengan mengambil sampel pada satu pasar pikul dengan luasan 0.5 ha dan jumlah pokok panen 27. Pelaksanaan dilakukan dengan menerapkan masing-masing metode pengutipan hanya sampai pasar tengah sesuai dengan pelaksanaan pemanenan yang dilakukan di lapangan. Metode handpicking dilakukan pekerja dengan memanen TBS hingga pasar tengah kemudian membawa hasilnya ke TPH yang berada di depan pasar pikul, lalu dilanjutkan dengan metode pengutipan menggunakan garu. Metode ini dilakukan pekerja dengan memanen kembali TBS dimulai dari pasar
43
tengah hingga akhir pasar pikul dan mengumpulkan hasilnya di TPH bagian akhir pasar pikul. Simulasi metode ini dilakukan oleh pemanen yang memiliki kemampuan kerja sedang, tidak cepat dan tidak lambat. Lama waktu pengutipan brondolan dengan metode hand picking dan pengutipan menggunakan garu dapat dilihat pada Tabel 4 dan Tabel 5. Tabel 4. Simulasi Metode Hand picking No. Pokok 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Mulai 08.22 08.26 08.28 08.32 08.36 08.47 08.50 08.56 09.01 09.03 09.06 Total
Waktu Akhir 08.25 08.28 08.33 08.36 08.38 08.50 08.54 08.58 09.03 09.06 09.08
Lama (menit) 3 2 5 4 2 3 4 2 2 3 2 32
Jumlah Janjang yang Dipanen 1 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 15
Tabel 5. Simulasi Metode Pengutipan dengan Garu No. Pokok 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Mulai 09.14 09.15 09.19 09.23 09.23 09.28 09.34 09.38 09.39 09.43 09.46 Total pokok 1-11 09.46 09.51 09.52 09.57 10.00 Total pokok 1-16
Waktu Akhir 09.15 09.19 09.23 09.23 09.28 09.34 09.38 09.39 09.43 09.46 09.46 09.51 09.52 09.57 10.00 10.08
Lama (menit) 1 4 4 5 6 4 1 4 3 32 5 1 5 3 8 54
Jumlah Janjang yang Dipanen 1 2 1 1 2 1 2 1 1 1 2 15 1 1 1 1 3 22
44
Simulasi metode ini dilakukan di blok G 16 Divisi IV dengan luas 30 ha, diambil sampel 1 pasar pikul berjumlah 27 pokok panen yang dibagi menurut pasar tengah. Metode handpicking dilakukan pada 11 pokok panen dan metode pengutipan dengan garu dilakukan terhadap 16 pokok panen. Berdasarkan data pada Tabel 4 dan Tabel 5 simulasi metode handpicking dan pengutipan dengan garu, waktu yang dibutuhkan untuk mengutip brondolan dengan masing-masing metode tersebut ternyata tidak menunjukkan perbedaan nyata jika dilakukan pada jumlah pokok yang sama. Namun
perbedaan nyata tampak
pada kualitas brondolan yang
dikumpulkan di TPH. Brondolan dengan metode handpicking hasilnya lebih bersih dan lebih sedikit tercampur dengan kotoran, pemanen pun tidak perlu membersihkan ulang brondolan saat di TPH. Hasil brondolan dengan metode pengutipan menggunakan garu menunjukkan brondolan kotor yang tercampur dengan tanah, daun kering, ranting, dan kerikil, sehingga pemanen harus membersihkan ulang brondolan saat di TPH. LSU (Leaf Sampling Unit) Kegiatan LSU adalah kegiatan pengambilan sampel daun dari 1 unit sampel daun yang dilakukan setiap tahun sebagai bahan pembuatan rekomendasi pemupukan di tahun yang akan datang. Kegiatan LSU dilakukan setiap setahun sekali oleh kebun yang dikordinasikan oleh Dept. Riset. Saat kondisi normal waktu pelaksanaan LSU sekitar 2-3 bulan setelah pemupukan semester I dilakukan. Kegiatan simulasi LSU dilakukan pada Blok B 11 dan B12 yang beranggotakan 4 orang dari utusan departemen Riset, asisten kepala, dan perwakilan dari masing-masing divisi (asisten divisi, mandor I, dan 3 karyawan sebagai pelaksana kegiatan LSU). Pengambilan sampel daun harus dilakukan secara berhati-hati sesuai dengan prosedur untuk menghindari adanya kontaminasi. Adapun standar dalam pengambilan LSU meliputi: 1) Pengambilan sample daun dilakukan antara pukul 06.00-12.00 WIB. 2) Kelompok pengambilan sample terdiri dari 3 orang; ketua kelompok bertugas dalam mencatat hasil dan gejala defisiensi tanaman, anggota I
45
bertugas mengukur dan mengambil sample daun, dan anggota II bertugas mencari pohon sample, menentukan pelepah ke 17 dan memotongnya. 3) Pohon yang tidak boleh dijadikan pohon sample antara lain: pohon yang terletak di tepi rawa, di tepi jalan, di dalam rawa, di lereng yang curam dan pohon yang sakit atau abnormal. 4) Pohon sample yang berada di pinggir jalan posisinya minimal harus selang tiga pokok kearah dalam blok. 5) Sampel daun tidak boleh diambil apabila terjadi hujan atau pada malam harinya terjadi hujan dengan curah hujan lebih dari 25 mm. 6) Sample daun yang telah diambil jangan sampai terjatuh ke tanah. 7) Tenaga kerja dilarang merokok saat mengambil sample daun. Peralatan yang dibutuhkan selama kegiatan LSU diantaranya: parang atau gergaji, egrek, pisau yang tajam dan bersih, kantong plasik untuk tempat sample daun, cat dan kuas cat, Form pengukuran pohon sample, pulpen dan pensil. Kegiatan simulasi LSU diikuti penulis dilakukan pada Blok yang telah memasuki masa TM. Jumlah tanaman yang diambil sebagai sample dalam satu blok/LSU adalah 1 % dari total pokok blok. Adapun prosedur pelaksanaan kegiatan LSU yang meliputi kegiatan : 1. Menentukan blok yang akan diambil sample daun. 2. Menentukan sistem penyebaran pokok sample. Saat dilakukan simulasi LSU, sistem penyebaran pokok sample dihitung di baris ke 3 pokok dari paling pinggir blok dan dari baris pokok ke 3 tersebut, pokok yang dijadikan sample adalah baris ke 3 mengarah ke dalam blok (untuk pokok sample pertama). Pokok sampel kedua terhitung dari selang 10 pokok dari pokok sample pertama pada baris pokok yang sama (baris ke 13). 3. Memberikan tanda panah (arah ke atas) setiap memasuki jalur pokok sample pada pokok pertama jalur masuk dan tanda panah ke arah samping (sesuai arah perpindahan). 4. Memberikan tanda (berupa nomor) pada setiap pokok sample pada bekas tunasan pelepah dengan terlebih dahulu dibersihkan menggunakan pisau. 5. Menentukan pelepah ke 17 dengan cara menghitungnya berdasarkan daun pertama (pucuk tajuk) yang telah membuka sempurna (100%). Kemudian potong pelepah ke 17 tersebut pada pangkal pelepah dengan egrek.
46
6. Sample daun yang diambil adalah 1/3 bagian pelepah sebelah atas dari ujung petiol (bagian yang “menonjol” pada permukaan pelepah). 7. Menentukan 6 lembar anak daun pada bagian kiri dan kanan (mengambil 3 lembar untuk bagian atas dan 3 lembar untuk bagian bawah. 8. Sampel daun pada point 6 kemudian dipotong dengan jarak 20 cm dari pangkal. Anak daun yang akan di bawa ke laboratorium adalah anak daun yang dipotong selebar 1 jengkal dari bekas yang dipotong tadi. 9. Anak daun yang telah dipotong dengan panjang satu jengkal tersebut kemudian dipisahkan dari lidinya, kemudian dimasukkan kedalam plastik yang telah disiapkan dan diberi tanda yang selanjutnya dibawa ke laboratorium untuk dianalisis (Pedoman Teknis Agronomi Kelapa Sawit, BGA Group). Pemanenan Persiapan Panen Hal-hal yang perlu dilakukan di dalam mempersiapkan pelaksanaan pekerjaan potong buah yaitu : 1. Persiapan kondisi areal, 2. Penyediaan tenaga potong buah, 3. Pembagian seksi potong buah, 4. Penyediaan alat-alat kerja (Pahan, 2010). Persiapan panen yang dilakukan oleh SBHE dimulai dengan pengerasan jalan dan perbaikan infrastruktur lainnya, pembukaan pasar panen ulang dengan penyemprotan pada blok yang tertutupi tanaman penutup tanah (Mucuna bracteata) yang telah melewati ambang batas, perbaikan TPH yang ada sesuai standar ketentuan 4 m x 7 m, pemasangan panen, perencanaan pengadaan pemanen, pengangkutan dan kesiapan pabrik menerima tandan. Persiapan panen tidak dimulai dari persiapan kondisi areal seperti pembukaan lahan, pembibitan, dan penanaman karena lahan SBHE merupakan lahan take over dari perusahaan lain yang telah ditanami tanaman kelapa sawit dengan tahun tanam bervariasi dari tahun 1998, 2002, dan 2003. Kemudian setelah take over tahun 2005, dilakukan penanaman tanaman kelapa sawit di beberapa lahan pada tahun 2005, 2007, 2008 sebagai tanaman sisipan. Peta areal tanaman kelapa sawit berdasarkan tahun tanam di SBHE dapat dilihat pada Lampiran 9.
47
Kriteria Panen Kriteria matang panen yang diterapkan SBHE dilihat dari berapa banyak jumlah brondolan yang jatuh di piringan, umumnya digunakan ketentuan 5 brondolan yang jatuh di piringan sudah dipanen. Sebelum pemanenan dilakukan, dilihat juga kondisi buah apabila sudah ada beberapa brondolan tersangkut di atas pokok maka buah sudah layak panen. Brondolan yang lepas akan bertambah saat buah yang dipanen jatuh ke tanah. Ketentuan untuk kriteria matang di TPH adalah 6 brondolan. Kenyataan di lapangan saat pemanenan tandan buah segar kelapa sawit terkadang ditemukan buah batu. Buah batu merupakan buah abnormal yang terjadi karena kelainan genetis. Ciri buah batu diantaranya buah sulit untuk membrondol jika buah membrondol biasanya kondisi buah telah lewat matang. Buah batu yang telah masak ditandai dengan merekahnya ujung buah atau pecah. Maka dibutuhkan pengalaman bagi pemanen agar dapat mengindentifikasi buah normal atau batu sehingga dapat menentukan kematangan buah tersebut. Kehilangan Hasil Kehilangan hasil dapat menurunkan produksi tandan buah kelapa sawit. Losses fruit banyak ditemukan tersangkut di pokok tanaman, brondolan tidak dikutip bersih di piringan, brondolan terjatuh di pasar pikul, brondolan di TPH tidak diangkut bersih oleh tenaga BM (Bongkar Muat), brondolan terjatuh di jalan utama. Selain brondolan yang menyebabkan kehilangan hasil, buah mentah, TBS yang dengan sengaja tidak dipanen oleh pemanen atau buah tinggal, buah yang sudah dipanen tidak diangktu ke TPH, buah di TPH tidak diangkut/terlambat ke PKS, dan seluruh buah, brondolan, janjang masak yang tidak sampai di loading ramp menjadi persoalan dalam menurunkan jumlah produksi. Pencegahan agar hal tersebut tidak berulang terjadi, mandor panen harus teliti dalam melakukan pengecekan mutu hancak dan mutu buah keseluruhan pemanen. Mandor panen dan kerani buah tidak ragu-ragu dalam menerapkan disiplin pemberian denda jika terjadi pelanggaran.
48
Kerapatan Panen Angka kerapatan panen didapat dengan menghitung jumlah janjang matang pada pokok yang dijadikan sampel kemudian dibagi jumlah total pokok yang diamati dan dikalikan persentase 100, maka akan didapat angka kerapatan panen pada blok tersebut. Kegiatan ini dilakukan sehari sebelum dilakukan pemanenan pada blok tersebut. Angka kerapatan panen ini berfungsi untuk menentukan sensus buah keesokan harinya di blok tersebut. Pengamatan kerapatan panen umumnya dilakukan dengan mengambil sampel 1 ha/blok. Berikut cara perhitungan untuk mengetahui angka kerapatan panen. Angka Kerapatan Panen (AKP) =
100 %
Penulis melakukan pengamatan terhadap jumlah janjang pada dua pasar
pikul di blok B6, B5, B4, dan B3 sehari sebelum blok tersebut dipanen. Pada blok B6 diketahui terdapat 121 pokok yang diperiksa dengan 42 janjang yang siap dipanen, maka dapat diketahui AKP blok tersebut sebagai berikut : Angka Kerapatan Panen (AKP) =
x 100 % = 34.7 %
Hasil perhitungan angka kerapatan panen pada blok B5, B4, dan B3 dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Hasil Taksasi Harian dan Angka Kerapatan Panen Blok
Jumlah Janjang Matang
B6 B5 B4 B3
42 37 35 31
Jumlah Pokok Diperiksa
Jumlah Pokok Produktif
121 3 628 119 2 969 122 2 594 120 2 357 Total Estimasi Janjang
Angka Kerapatan Panen 34.7 % 31.1 % 25.8 % 28.7 %
Estimasi Janjang Dipanen 1 270 920 669 684 3 543
Hasil Aktual Janjang Dipanen 3 578
Sensus Buah Harian Sensus buah atau taksasi panen merupakan perencanaan panen mengenai jumlah janjang yang akan dipanen dengan melakukan pengecekan sehari sebelum dilakukan panen. Pohon yang dijadikan sampel perhitungan yaitu pohon yang terdapat minimal 3 brondolan jatuh di piringan karena dalam semalam brondolan
49
tersebut akan bertambah menjadi 5 brondolan sesuai kriteria panen keesokan harinya. Taksasi panen dapat diketahui dengan mencari terlebih dahulu AKP (angkatan kerapatan panen), kemudian dikalikan jumlah pokok dan luas lahan dalam blok tersebut. Selanjutnya hasil taksasi produksi untuk wilayah satu blok tersebut akan diketahui. Pelaksanaan taksasi dilakukan sesuai instruksi kerja, yaitu 1. Menentukan areal yang akan dipanen esok hari. Areal ini adalah areal seksi potong buah yang jatuh pada esok hari dan areal sisa panen hari ini (jika belum selesai). 2. Melakukan sensus/taksasi sebesar 15% dari pokok produktif pada areal yang akan dipanen esok hari. Namun biasanya di lapangan sensus dilakukan 1 ha dalam tiap blok karena dianggap telah mewakili. 3. Menetukan nomor baris sampel setiap blok yang akan disensus. 4. Mulai pokok terluar searah pasar rintis menuju pokok terakhir bertemu dengan jalan koleksi. 5. Amati, hitung, dan mencatat janjang masak yang akan dipanen besok pada baris kanan dan kiri dari pasar rintis. Pengamatan dilakukan sampai seluruh sampel baris telah disensus. 6. Taksasi jumlah janjang yang dipanen diperoleh dari presentase kematangan buah dikalikan dengan pokok produktif pada areal yang akan dipanen besok. Taksasi panen yaitu 100%
:
x(jumlah pokok/ ha x luas lahan blok)
Contoh perhitungan dalam melakukan taksasi panen, diketahui jumlah janjang matang 60 janjang, jumlah pokok yang diperiksa 191 pokok, jumlah pokok dalam satu hektar 136 pokok, luas lahan dalam blok 30 ha maka estimasi janjang panen pada blok tersebut adalah : Taksasi panen =
x 100% x (136 pokok x 30 ha)
= 1 281.7 janjang
Jika BJR (berat janjang rata-rata dalam blok) 8 kg maka taksasi panen pada blok tersebut senilai = 1 281.7 janjang x 8 kg = 10 253.4 kg = 10. 3 ton.
50
Penulis melakukan taksasi panen pada satu seksi panen sebanyak 4 blok. Taksasi dilakukan pada blok B6 (27.9 ha), B5 (26.5 ha), B4 (20 ha), B3 (16.5 ha) dengan mengambil sampel 1 ha untuk tiap blok seperti yang biasa dilakukan oleh mandor panen dalam melakukan taksasi harian. Hasil taksasi janjang sehari sebelum panen dengan hasil aktual pemanenan TBS yang dapat dilihat pada Tabel 6, tidak berbeda jauh hanya terpaut selisih 0.01 %. Toleransi selisih antara aktual dengan taksasi harian yang berlaku di SBHE adalah ± 5 % dengan begitu taksasi yang dilakukan penulis dapat dikatakan sangat baik dengan akurasi 99 %. Manfaat dilakukan taksasi buah diantaranya mengetahui jumlah ride (unit angkutan) yang dibutuhkan esok hari, mengetahui estimasi jumlah janjang yang akan dipanen, jumlah pemanen yang dibutuhkan agar pemanen mendapatkan basis. Sensus Produksi Semester Pengendalian dan pengolahan kebun secara keseluruhan terkait erat dengan hasil sensus produksi. Hasil sensus produksi akan sangat menentukan kebijakan-kebijakan yang akan diambil oleh manajemen kebun dalam pengendalian biaya dan penekanan losses produksi. Sensus produksi dilakukan dua kali dalam setahun. Waktu pelaksanaan sensus produksi yaitu setiap semester dengan ketentuan semester I dilaksanakan pada tanggal 20-31 Desember dan semester II dilaksanakan pada tanggal 20-30 Juni. Janjang yang dihitung adalah semua janjang yang ada, mulai dari bunga betina yang sudah dibuahi (bunga cengkeh yang diperkirakan siap dipanen 5-6 bulan berikutnya) hingga buah masak panen pada blok tersebut. Semua janjang yang dipanen pada waktu pelaksanaan sensus bulan Desember (semester I) dan Juni (semester II) menjadi pengurangan hasil sensus pada blok tersebut. Kebutuhan tenaga dalam pelaksanaan sensus ditentukan oleh luas areal dan target waktu yang telah ditentukan (prestasi 10-15 ha/HK). Satu tim beranggotakan 3 petugas sebagai anggota tetap, yang terdiri dari petugas penghitung, petugas pengecet di pokok, dan petugas pencatat administrasi. Penentuan baris sensus (BS) berdasarkan urutan penomoran blok terkecil hingga blok terbesar dan nomor barisan terkecil. BS ditentukan pada 10 baris tanaman
51
pertama dan selanjutnya setiap selang 10 baris dari satu barisan ke barisan selanjutnya. Pengamatan terhadap cara-cara melakukan peramalan produksi untuk jangka waktu tertentu dan membandingkan hasil ramalan dengan produksi aktual yang diperoleh. Produksi per hektar untuk semester pertama atau jangka waktu enam bulan dapat diperkirakan dengan perhitungan taksasi buah menggunakan rumus P= Keterangan : P = Produksi a = Jumlah tandan bunga betina yang diamati b = Rata-rata berat tandan d = Jumlah pokok yang diamati e = Jumlah pokok seluruhnya dalam blok Penulis melakukan simulasi sensus semesteran terhadap 4 blok yang berada di Divisi I. Pengamatan dilakukan terhadap banyak jumlah bunga betina dan janjang yang tidak terselubung seludang dalam dua pasar pikul atau 1 ha. Data simulasi sensus semesteran di Divisi I dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Pengamatan Sensus Produksi Semesteran di Divisi I
Blok
Tahun Jumlah Tanam Pokok
Berat Jumlah Janjang Pokok RataDiperiksa rata (kg)
B6 B5 B4 B3
2005 2002 1998 1998
15.2 13.5 17.0 17.0
3 628 2 969 2 594 2 357
121 119 120 122
Jumlah Bunga Betina 29 24 2 10
Jumlah Janjang Produksi seludang (kg/ha) terbuka 889 641 436 483
465.1 359.3 344.5 439.1
Berdasarkan pengamatan, tahun tanam mempengaruhi jumlah janjang dan berat janjang. Semakin lama tahun tanam, berat janjang akan semakin berat dan jumlah janjang akan semakin sedikit hingga batas umur produktif yang optimal. Produksi tiap blok berbeda sesuai dengan jumlah pokok produktif yang ada. Produksi akan meningkat sesuai dengan umur tanaman. Menurut Risza (2009) produktivitas tanaman kelapa sawit juga bergantung pada komposisi umur tanaman. Tanaman yang berusia produktif akan menghasilkan buah dengan
52
produktivitas tinggi dengan meningkatnya berat janjang. Berikut adalah manfaat dilakukannya sensus produksi, yaitu : 1. Mengestimasikan produksi TBS, CPO dan PKO enam bulan ke depan. 2. Mengestimasikan
jumlah
uang
yang
dihasilkan
dan
dikeluarkan
perusahaan. 3. Mengestimasikan penjualan (marketing). 4. Perencanaan potong buah, transport dan pengolahan di PKS 5. Mengetahui losses di lapangan Sistem Panen Hanca panen yang digunakan SBHE adalah sistem hanca giring tetap per mandoran artinya, dalam satu mandoran hanca karyawan dapat digiring/dipindah oleh mandor dalam satu wilayah kemandoran. Keuntungan sistem hanca ini, jika ada pemanen yang tidak hadir dalam satu kemandoran mandor panen dapat menghancakan pemanen lain dalam mandorannya untuk menyelesaikan hanca karyawan yang tidak hadir, karyawan panen pun memiliki rasa tanggungjawab terhadap hanca di mandorannya sendiri. Menurut Pahan (2010) keuntungan hanca giring tetap per mandoran, yaitu 1. Manajemen pelaksanaan panen berdasarkan AKP dapat sempurna dilaksanakan. 2. Tenaga kerja dapat diatur sesuai kondisi AKP. 3. Persaingan sehat antar mandor. 4. Mandor aktif dalam melakukan pengawasan. 5. Sistem ini cocok untuk dilakukan pada areal yang baru panen dan sudah lama. 6. Output mandoran dan karyawan dapat dipacu penghancaan sesuai kekuatan masing-masing karyawan. 7. Menghindari kecemburuan di antara karyawan karena hanca dapat ditukar dari pusingan satu ke selanjutnya. Kekurangannya : 1. Tanggung jawab karyawan terhadap hanca masih relatif kecil. 2. Kegiatan pengawasan harus dilakukan lebih ketat. Rotasi Panen Rotasi panen merupakan selang waktu yang ditetapkan untuk menentukan waktu panen dalam seminggu antara panen terakhir sampai panen berikutnya di tempat yang sama. Rotasi panen yang diterapkan di SBHE pada masing-masing divisinya terdiri dari 6 seksi panen artinya, dalam satu minggu terdapat 6 hari panen dan masing-masing hanca panen diulangi (dipanen) 7 hari berikutnya.
53
Ada 6 seksi pembagian wilayah yang telah ditetapkan di Divisi I terhadap 24 blok lahan kelapa sawit wilayahnya. Seksi tersebut disesuaikan dengan rotasi panen yang ada. Rotasi pokok seharusnya sesuai dengan rotasi blok, namun karena dalam satu blok ada pokok yang tidak dipanen pada hari panennya maka pokok tersebut dipanen pada minggu berikutnya. Hal ini menyebabkan buah lewat matang sehingga produktivitas dapat menurun. Seksi potong buah disusun sedemikian rupa sehingga 1. Satu seksi harus selesai dipanen satu hari; 2. Mempermudah pindah hanca dari satu blok ke blok lain; 3. Mempermudah kontrol asisten, mandor I, dan mandor panen; 4. Transpor TBS lebih efisien; serta 5. Output pemanen lebih tinggi (Pahan, 2010). Pembagian seksi panen Divisi I dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Pembagian Seksi Panen Divisi I Seksi
Blok
Luas (ha)
Tahun Tanam
A
B2 B1 A1 A2
26.5 27.9 31.5 15.9 101.8 16.8 9.3 26.6 23.9 76.6 25.8 31.5 19.0 11.5 87.8 10.4 18.5 16.7 10.5 56.1 24.5 24.7 10.5 19.3 79.0 31.1 21.8 16.5 20.0 89.4
1998 1998 2005 1998
Total Luas B
Total Luas C
Total Luas D
Total Luas E
Total Luas F
Total Luas
A3 A4 A5 A6 D6 D5 D4 D3 D2 D1 C1 C2 C3 C4 C5 C6 B6 B5 B4 B3
1998 2007 1998 1998 2003 2003 2002 2008 2007 2003 2002 2002 1998 1998 2002 2003 2005 2002 1998 1998
54
Basis dan Premi Panen Basis adalah syarat dasar yang harus dipenuhi karyawan dalam pemanenan. Basis yang diterapkan pada pemanen ada 3 jenis yaitu, basis janjang, basis hanca, dan basis waktu. Basis janjang inilah yang akan menentukan premi panen yang didapat oleh seorang pemanen. Basis janjang ditetapkan berdasarkan produktivitas tiap blok dilihat dari tahun tanamnya. Divisi I untuk tahun tanam 1998 ditetapkan basis janjang 110 janjang sedangkan tahun 2000, 2002, 2003, 2005, 2007 sebanyak 120 janjang. Premi panen ketentuannya telah diatur dalam Intern Office Memo (IOM) General Manager Plantation (GMP) BGA yang disampaikan pada setiap wilayah dan estate. Penetapan premi panen disesuaikan dengan basis panen yang ditentukan berdasarkan produktivitas TBS estate ton/ha dalam setahun, kelas BJR, kelas lereng, dan tinggi pokok. Tarif premi potong buah regional 2 dapat dilihat pada Lampiran 10. Ketentuan penetapan premi terkait dengan jenis pemanen NonDOL, BHS-DOL 2, dan BHS-DOL 3. Penetapan basis premi bagi BHS-DOL 2 dan BHS-DOL 3 terkait dengan basis premi Non-DOL. Ketentuan premi basis borong dan lebih borong dapat dilihat pada Tabel 9.
55
Tabel 9. Ketentuan Premi Basis Borong dan Premi Lebih Borong berdasarkan jenis pemanen. Jenis Pemanen Non-DOL
Jenis Pekerjaan
BHS-DOL 2 Cutter dan Carrier
Premi Basis Borong
Rp 8 500 Rp 1 500 (jika berhasil memanen 150 % dari basis borong Non-DOL) Rp 3 000 (jika berhasil memanen 165 % dari basis Rp 235,-/janjang borong Non-DOL) Rp 6 000 (jika berhasil memanen 180 % dari basis borong Non-DOL)
Loose Fruit Picker (LF Picker) BHS-DOL 3 Cutter + Frond stacking dan Carrier
Premi Lebih Borong Rp 470,-/janjang
Rp 90,-/kg Rp 1 000 (jika berhasil memanen 220 % dari basis borong Non-DOL) Rp 1 500 (jika berhasil memanen 240 % dari basis Rp 165,-/janjang borong Non-DOL) Rp 5 000 (jika berhasil memanen 260 % dari basis borong Non-DOL)
Loose Fruit Picker Contoh Cara Perhitungan Premi Pemanen : A. Non-DOL Basis borong Realisasi panen pemanen A Premi yang diterima : 1. Premi siap borong 2. Premi lebih borong (95-85 janjang) x Rp 470/janjang Total premi yang diterima pemanen A pada hari itu B. BHS-DOL 2 Cutter + Carrier Basis borong a. Bila realisasi panen cutter + carrier A Premi yang diterima : 1. Premi siap borong 2. Premi lebih borong (130 – 128) x Rp 235/janjang 3. Total premi (Rp 1 500,- + Rp 470,-) b. Bila realisasi panen cutter + carrier A
Rp 90,-/kg
= 85 janjang = 95 janjang = Rp 8 500,= Rp 4 700,= Rp 13 200,-
= 128 janjang = 130 janjang = Rp 1 500,= Rp 470,= Rp 1 970 = 145 janjang
56
Premi yangditerima : 1. Premi siap borong (Rp 1 500,- + Rp 3 000,-) 2. Premi lebih borong (145 – 128) x Rp 235/janjang 3. Total premi (Rp 4 500,- + Rp 3 995) c. Bila realisasi panen cutter + carrier A Premi yang diterima : 1. Premi siap borong (Rp 1 500+Rp 3 000+Rp 6 000,-) 2. Premi lebih borong (168-128) x Rp 235/janjang 3. Total premi (Rp 10 500,- + Rp 9 400,-) LF Picker Bila realisasi LF picker Premi yang diterima (285 kg – 275 kg) x Rp 90,C. BHS-DOL 3 Cutter + Frond Stacking Basis borong a. Bila realisasi panen cutter + frond stacking Premi yang diterima : 1. Premi siap borong 2. Premi lebih borong (197 – 187) x Rp 165,3. Total premi (Rp 1 000,- + Rp 1 650,-) b. Bila realisasi panen cutter + frond stacking Premi yangditerima : 1. Premi siap borong (Rp 1 000,- + Rp 1 500,-) 2. Premi lebih borong (206 – 187) x Rp 165,3. Total premi (Rp 4 500,- + Rp 3 995) c. Bila realisasi panen cutter + frond stacking Premi yang diterima : 1. Premi siap borong (Rp 1 000+Rp 1 500+Rp 5 000,-) 2. Premi lebih borong (223 – 187) x Rp 165,3. Total premi (Rp 4 500,- + Rp 3 995,-) Carrier Basis borong a. Bila realisasi panen cutter + frond stacking Premi yang diterima : 1. Premi siap borong 2. Premi lebih borong (197 – 187) x Rp 165,3. Total premi (Rp 1 000,- + Rp 1 650,-) b. Bila realisasi panen cutter + frond stacking Premi yangditerima : 1. Premi siap borong (Rp 1 000,- + Rp 1 500,-) 2. Premi lebih borong (206 – 187) x Rp 165,3. Total premi (Rp 4 500,- + Rp 3 995) c. Bila realisasi panen cutter + frond stacking Premi yang diterima : 1. Premi siap borong (Rp 1 000+Rp 1 500+Rp 5 000,-) 2. Premi lebih borong (223 – 187) x Rp 165,3. Total premi (Rp 4 500,- + Rp 3 995,-)
= Rp 4 500,= Rp 3 995,= Rp 8 495,= 168 janjang = Rp 10 500,= Rp 9 400,= Rp 19 900,= 285 kg = Rp 900,-
= 187 janjang = 197 janjang = Rp 1 000,= Rp 1 650,= Rp 2 650 = 206 janjang = Rp 2 500,= Rp 3 135,= Rp 5 635,= 223 janjang = Rp 7 500,= Rp 5 940,= Rp 13 440,= 187 janjang = 197 janjang = Rp 1 000,= Rp 1 650,= Rp 2 650 = 206 janjang = Rp 2 500,= Rp 3 135,= Rp 5 635,= 223 janjang = Rp 7 500,= Rp 5 940,= Rp 13 440,-
57
LF Picker Bila realisasi LF picker Premi yang diterima (285 kg – 275 kg) x Rp 90,-
= 285 kg = Rp 900,-
Tenaga Panen Tenaga panen adalah karyawan harian lepas (KHL) atau karyawan harian tetap (KHT) yang bertugas memanen sesuai hanca yang telah ditetapkan per mandoran. Kebutuhan tenaga panen harian diperoleh dari penetapan taksasi produksi atau sensus buah harian. Sensus buah harian diketahui dengan adanya perhitungan angka kerapatan panen dari setiap blok yang akan dipanen sehari sebelum dilakukannya pemanenan. Kebutuhan tenaga kerja harian dapat diketahui dengan rumus : Kebutuhan tenaga panen = Keterangan :
A = Luas ancak (kadvel) yang akan dipanen dalam satu seksi (ha) B = Kerapatan panen C = Rata-rata berat buah (camidal) (kg) D = Populasi tanaman/ha E = Kapasitas panen/HK Kebutuhan tenaga panen setahun dapat diperoleh dengan menghitung berdasarkan keterangan luas lahan, kemampuan kerja harian pemanen, dan rotasi panen yang ditetapkan perusahaan. Kebutuhan tenaga panen dapat menggunakan rumus : Kebutuhan tenaga panen = Keterangan :
A = Luas ancak (kappel) yang dipanen pada semua seksi (ha) E = Kapasitas panen/HK F = Jumlah seksi panen Penggunaan pemanen ditentukan dari jumlah produktivitas TBS yang akan dipanen sehingga akan diketahui kebutuhan pemanen harian yang menentukan jenis pemanen yang digunakan. Ada tiga jenis pemanen yang biasa diterapkan di Sungai Bahaur Estate (SBHE) sesuai ketentuan perusahaan.
58
Jenis Pemanen yang berlaku di SBHE : 1. Non-DOL (Division of Labour) Pemanen terdiri dari satu orang yang bertugas untuk memotong buah sekaligus mengutip brondoolan. Non-DOL efisien digunakan dalam kondisi normal 2. DOL 2 Pemanen terdiri dari 2 orang, satu orang bertugas memotong buah kemudian membawanya ke TPH dan satu orang bertugas mengutip brondolan dan mengumpulkannya ke TPH. Jenis pemanen ini digunakan saat peak crop tahun tanam > 8 th. 3. DOL 3 Pemanen terdiri dari 3 orang, satu orang bertugas memotong buah dan rumpuk pelepah, satu orang mengangkut TBS ke TPH, dan satu orang bertugas mengutip brondolan. Jenis pemanen ini digunakan jika pusingan di blok setelah menggunakan DOL 2 masih tinggi. Kriteria Pemanen Kriteria tenaga panen yang dapat diterapkan di SBHE terbagi menjadi 3 kriteria, yaitu pemanen sangat baik, pemanen baik, dan pemanen buruk. Berikut adalah ketentuan dari kriteria tenaga panen tersebut : 1. Pemanen Sangat Baik a. Memenuhi kriteria pemanen baik b. Mampu melebihi output standar 1200 kg/HK dan output rata-rata pemanen lain. 2. Pemanen Baik a. Tidak memanen buah mentah b. Brondol dikutip bersih (< 30 brondol/ha) c. Tidak ada buah tinggal d. Tidak ada pelepah sengkleh e. Memenuhi output standar min. 1 200 kg/HK f. Presentasi HK efektif tinggi (jarang mangkir, izin, dan sakit atau kehadiran min 78 % /th)
59
3. Pemanen Buruk a. Memanen buah mentah b. Brondol tidak dikutip bersih c. Ada buah tinggal d. Ada pelepah sengkleh e. Tidak memenuhi output satndar (< 1 200 kg/HK) f. Presentasi HK efektif rendah Transportasi Buah Kelancaran transportasi buah sangat penting agar buah yang telah dipanen dapat segera tiba di PKS untuk diolah. Keterlambatan transportasi buah dapat menyebabkan buah tertinggal di TPH atau buah restan sehingga pada akhirnya buah tertunda tiba di PKS. Semakin lama buah tiba di PKS maka semakin lama juga buah diproses menjadi minyak kelapa sawit. Buah yang lama diproses akan mengalami peningkatan ALB (Asam Lemak Bebas) sehingga kualitas minyak dapat menurun. ALB meningkat dimulai dari pemanenan yang diawali pelukaan buah hingga buah tiba di PKS. Pelukaan akan mempercepat peningkatan ALB dimana sebelum dipotong sebesar 0.2-0.7 % dan ketika jatuh di tanah akan dapat meningkat sebesar 0.9-1.0 % setiap 2 jam sehingga makin cepat diangkut ke pabrik makin baik (Lubis, 2008). Buah yang sudah diberi tanda (cap) oleh pemanen harus segera dihitung oleh kerani buah dan dimasukkan ke dalam bak transport untuk diangkut ke PKS pada hari yang sama, guna mendapatkan mutu minyak yang baik. Kerani transport dan kenek/ tenaga bongkar muat harus memastikan semua buah dan brondolan terangkut ke dalam bak transport. Karcis timbang dari PKS dan surat pengantar buah untuk pengangkutan pada hari tersebut, dikumpulkan semuanya oleh kerani transport kemudian diserahkan kepada kerani divisi untuk dihitung jumlah janjang yang dikirim ke pabrik dan total tonase produksinya. Adapun faktor teknis yang menyebabkan keterlambatan transportasi buah : 1. Rusaknya infrastruktur 2. Antrian di PKS (pabrik kelapa sawit) 3. Kerusakan lahan
60
4. Unit/kendaraan angkut (truk) rusak Aspek Manajerial Selama mengikuti aspek manajerial, penulis berstatus sebagai pendamping mandor dan pendamping asisten divisi. Penulis berkesempatan menjadi pendamping mandor selama 1 bulan dan menjadi pendamping asisten divisi selama 2 bulan. Selama menjadi pendamping mandor dan asisten divisi, penulis mengikuti kegiatan yang meliputi pengawasan di lapangan maupun administrasi di kantor. Pendamping Mandor Selama menjadi pendamping mandor, penulis mengikuti kegiatan pengawasan di lapangan diantaranya kegiatan mandor panen, kerani buah, mandor pupuk, mandor chemist, dan mandor perawatan. Penulis juga mengikuti kegiatan manajerial terkait administrasi divisi dengan mendampingi kerani divisi. Mandor I Setiap Divisi memiliki seorang Mandor I. Mandor I bertugas membantu Asisten Divisi dalam menangani masalah di lapangan. Mandor I bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan antar mandor, bersama asisten menyusun program kerja, membuat RKH (rencana kerja harian), membuat rekapitulasi taksasi potong buah yang dibuat Mandor Panen, memeriksa pusingan potong buah yang dibuat Mandor Panen, memeriksa dan merekapitulasi buku saku mandor, memeriksa hasil potong buah para pemanen, memeriksa buah hasil laporan Kerani Panen, memeriksa absensi karyawan lapangan dan kantor divisi, mengatur angkutan buah untuk pengangkutan buah ke PKS, koordinasi dengan bagian transportasi untuk pengangkutan buah di TPH dan buah restan, memonitor taksasi produksi dan realisasi dari PKS, mengecek brondolan di TPH dan mutu hanca, membantu Asisten Divisi dalam membuat LHA, mengevaluasi hasil produksi sensus semester I dan II, membuat laporan sensus produksi (BJR), membuat seksi panen jika terjadi perubahan permandoran, memeriksa goni bekas pelaksanaan pemupukan, melayani karyawan yang berobat, cuti, dan sebagainya pada pagi
61
hari, membuat bon permintaan barang (BPB), menerima tugas-tugas lain yang diberikan atasan, memonitor pekerjaan di Divisi, mengawasi ketepatan program dan prestasi kerja, melakukan absensi aktual dan umum, menjaga mutu pekerjaan, menjaga keamanan, dan kenyamanan pondok. Adapun administrasi dan laporan yang menjadi kewajiban Mandor I. Laporan tersebut diantaranya harus mengisi buku laporan harian mandor, melakukan rekapitulasi taksasi potong buah, mengisi format pemeriksaan hanca dan mutu buah, format quality check mutu transportasi, format pemeriksaan mutu semprot, dan format pemeriksaan aplikasi pupuk. Kerani Divisi Kerani divisi adalah bagian dari areal kebun yang bertugas untuk mengurus bagian administrasi tingkat divisi. Kerani divisi berkewajiban mengisi papan rencana kerja harian/mingguan/bulanan untuk monitoring pengiriman TBS ke PKS, realisasi pemupukan, monitoring stock gudang, memeriksa BKM dan mencatat ke buku prestasi kerja, mengisi buku prestasi kerja, membuat absensi tahap I, II, dan III, merekapitulasi daftar absensi pertahapan, merekap pengangkutan janjang kosong, melalui komunikasi HT menyampaikan laporan pagi, meliputi : laporan produksi, pemupukan, penyisipan dan lainnya, setiap tengah bulan membantu memberikan catu beras, membantu pembayaran gajian kecil dan besar, membuat permintaan dana operasional per tanggal 11 bulan berjalan, membuat BPB (bon permintaan barang), melayani pengeluaran bahan yang diperlukan para mandor, mengisi pengeluaran bahan ke dalam kartu gudang, mengisi data curah hujan, mengisi dan merekap formulir per manajemen blok, mengerjakan buku evaluasi karyawan, mengisi buku penduduk, mengarsipkan surat-surat, mencatat karyawan berobat, dan menerima tugas-tugas lain yang diberikan atasan. Selama penulis mengikuti kegiatan Kerani Divisi penulis berperan dalam mengisi papan rencana kerja harian/mingguan/bulanan untuk monitoring pengiriman TBS ke PKS, realisasi pemupukan, monitoring stock gudang, melakukan input data ke website perusahaan yaitu Bumitama Plantation System
62
(BPS), membuat Laporan Harian Asisten (LHA), dan membantu pembayaran gaji karyawan. Mandor Perawatan Mandor perawatan memiliki tanggung jawab pekerjaan yaitu mengikuti lingkaran pagi dan sore, membagi hanca karyawan sesuai lokasi yang akan dikerjakan, mengisi BKM (buku kerja mandor), mengontrol dan mengawasi pekerjaan karyawan, melaporkan hasil kerja dan HK yang digunakan ke dalam BKM, mengikuti pertemuan supervisi secara berkala, dan menerima tugas-tugas lain yang diberikan atasan, administrasi diisi dengan data terkini, memastikan semua alat yang akan digunakan dalam kondisi baik/siap pakai, mengarahkan penghancaan kerja kepada karyawan, dan mengawasi karyawan secara optimal. Administrasi dan laporan yang menjadi kewajiban Mandor Perawatan yaitu, mengisi LHM (laporan harian mandor) yang dilaporkan setiap hari/sore hari, Melakukan absensi, dan mengisi realisasi kerja setiap hari. Penulis ikut mendampingi kegiatan Mandor Perawatan saat melaksanakan kegiatan aspek manajerial. Saat menjadi pendamping Mandor Perawatan, penulis berperan dalam ikut mengawasi karyawan yang bekerja dalam melakukan rawat jalan sebanyak 3 orang selama 2 hari kerja, pembuatan pasar pikul sebanyak 8 orang selama 1 hari kerja, pembersihan piringan manual sebanyak 8 orang selama 1 hari kerja dengan luasan 4 ha, dan pruning sebanyak 2 orang selama 1 hari dengan luasan 4 ha. Mandor Chemist Mandor Chemist memiliki tanggung jawab pekerjaan yaitu, mengikuti lingkaran pagi dan sore dan memimpin apel pagi sekaligus mengabsensi karyawan yang bekerja pada hari tersebut, membagi hanca karyawan sesuai lokasi yang akan digunakan pada hari tersebut, bertanggung jawab terhadap alat-alat yang digunakan karyawan bila terjadi kerusakan, membersihkan/merawat peralatan semprot setelah digunakan pada hari tersebut, mengisi BKM, mengatur menu makanan untuk karyawan semprot, koordinasi dengan bagian poliklinik untuk pemeriksaan seluruh karyawan semprot secara periodik, melapor kepada atasan tentang penggantian pakaian semprot, membantu pengawasan pada pekerjaan
63
sensus, melakukan pengawasan langsir air untuk semprot, menerima tugas-tugas lain yang diberikan atasan, administrasi diisi dengan data terkini, melaksanakan program BSS, menjaga kualitas kerja, memberikan pengarahan dan penghancaan karyawan, melakukan cek mutu kerja, menjaga keselamatan diri, bawahan dan lingkungan, dan melakukan pemeriksaan quality check mutu semprot. Administrasi dan laporan yang menjadi kewajiban Mandor Chemist yaitu, mengisi LHM (laporan harian mandor) yang dilaporkan setiap hari/sore hari, melakukan absensi, mengisi rencana kerja harian (RKH) semprot dan realisasi kerja setiap hari, dan mengisi format pemeriksaan mutu semprot. Penulis selama mendampingi kegiatan Mandor Chemist berperan dalam mengawasi dan menyiapkan kebutuhan bahan sebelum dibawa ke lapangan. Penulis juga ikut mengawasi karyawan dalam melakukan penyemprotan. Karyawan yang diawasi ada sebanyak 16 karyawan secara bergantian dengan luasan 3 ha/HK. Mandor Panen Mandor Panen bertanggung jawab membagi hanca pemanen, mengontrol (mengecek) hanca pemanen, mengumpulkan dan mengecek notes potong buah, mengisi BKM (buku kegiatan mandor), memonitor taksasi potong buah, mengisi pusingan potong buah, koordinasi dengan kerani panen untuk pengecekan buah, melaporkan hasil pemeriksaan mutu buah dan mutu hanca kepada Asisten Divisi, mengecek peralatan panen, menerima tugas-tugas lain yang diberikan atasan, memberikan pengarahan dan pembinaan karyawan, merencanakan panen tepat waktu, mengontrol pekerjaan, mengorganisasikan karyawan, dan zero accident. Administrasi dan laporan yang menjadi kewajiban Mandor Panen yaitu, mengisi LHM (laporan harian mandor) yang dilaporkan setiap hari/sore hari, melakukan taksasi potong buah, mengawasi pusingan panen, dan mengisi format pemeriksaan hanca dan mutu buah. Saat mengikuti kegiatan pendamping Mandor Panen, penulis ikut berperan dalam mengontrol hanca pemanen, melakukan taksasi panen harian, melakukan penilaian terhadap mutu hanca dan mutu buah pemanen, melakukan koordinasi dengan kerani panen untuk pengecekan mutu buah, dan mengawasi pekerjaan
64
pemanen. Ada 12 orang yang diawasi penulis secara bergantian dengan masingmasing luasan hanca pemanen 2 pasar pikul pada tiap blok. Penulis mengawasi pekerjaan pemanen di dua blok/hari selama seminggu. Mandor Pupuk Mandor Pupuk berkewajiban mengikuti lingkaran pagi dan sore, menjaga absensi laporan, membagi hanca karyawan sesuai lokasi yang akan dikerjakan, membuat bon permintaan barang (pupuk), menyiapkan alat/bahan untuk pemupukan (takaran, pikulan, pupuk, dan lain-lainl), mengawasi penguntilan pupuk, mengawasi ecer pupuk di lokasi (blok) yang telah ditentukan, mengawasi pelaksanaan pemupukan sesuai rencana yang telah ditentukan, koordinasi dengan traksi untuk pengangkutan pupuk, mengecek pekerjaan yang telah dilaksanakan, membuat rencana esok hari (HK, bahan, dan lokasi), menerima tugas-tugas lain yang diberikan atasan, melaksanakan program BMS yang telah dibuat, menyediakan jumlah tenaga, mengarahkan dan penghancaan karyawan, menjaga kualitas kerja, melakukan control dan cek mutu kerja, serta keamanan dan keselamatan diri, bawahan, dan lingkungan. Rencana kerja pemupukan dibuat setiap hari oleh mandor pupuk yang berisikan jumlah blok yang akan dipupuk, kebutuhan pupuk/blok, dan kebutuhan HK. Kemudian rencana ini akan disampaikan mandor secara langsung pada karyawan saat apel sore. Rencana kerja pemupukan akan diperiksa ulang oleh Mandor I dan Asisten Divisi agar tidak terjadi kesalahan dalam pemupukan. Administrasi dan laporan yang menjadi kewajiban Mandor Pupuk yaitu, mengisi BKM (buku kerja mandor) yang dilaporkan setiap hari, mengontrol absensi, mengontrol dan isi alat kerja, mengisi laporan pemeriksaan alat pupuk, dan format pemeriksaan aplikasi pemupukan. Penyediaan pupuk akan ditangani langsung mandor pupuk, mandor akan menghitung kebutuhan pupuk untuk persediaan di gudang kemudian disampaikan pada kerani divisi dan Asisten Divisi. Bila terjadi kekurangan pupuk, mandor akan langsung menyampaikan pada Asisten divisi. Pengawasan pemupukan dilakukan oleh mandor pupuk berkoordinasi dengan Mandor I dan Asisten Divisi. Mekanisme pengawasan di lapangan oleh mandor di awali dengan memasuki pasar pikul pertama dalam blok hingga pasar
65
tengah kemudian mandor akan mengawasi lewat jalan utama blok, lalu mandor akan mengawasi lagi masuk di pasar pikul di bagian tengah blok, setelah itu bagian akhir blok. Pengawasan diutamakan pada pekerja yang sering melakukan kesalahan dalam bekerja. Saat melakukan pengawasan pada pekerja pupuk, penulis mengawasi mulai dari penguntilan, bongkar muat, pelangsiran, hingga proses penaburan pupuk. Jumlah karyawan yang diawasi penulis saat menjadi pendamping mandor pupuk sebanyak 20 orang selama satu minggu. Realisasi pemupukan setiap hari akan dilaporkan oleh Mandor Pupuk yang dimasukan dalam BKM (buku kerja mandor). Kerani Buah Kerani buah berkewajiban untuk melakukan grading buah di setiap TPH setiap hari dan memeriksa stempel pemanen sebelum diangkut ke PKS. Kerani juga mencatat hasil pemeriksaan buah di TPH ke dalam BPBh (buku penerimaan buah), mengisi buku notes potong buah, mengisi laporan potong buah SKU, mengisi daftar premi potong buah, mengisi daftar buah mentah, mengecek buah sisa (restan), koordinasi dnegan traksi untuk transport buah, mengisi buku pemeriksaan hanca dan mutu buah di TPH, merekapitulasi laporan potong buah dan output janjang, mencatat kesalahan dan denda pemanen, koordinasi dengan mandor panen jika dalam pemeriksaan ditemukan buah mentah, dan membuat laporan produksi. Adapun beberapa kegiatan yang dilakukan penulis selama mendampingi kerani buah. Penulis melakukan grading buah di setiap TPH selama 2 hari dan memeriksa stempel pemanen sebelum diangkut ke PKS, serta mencatat hasil pemeriksaan buah di TPH Kerani Transportasi Kerani transport berkewajiban melakukan dan mengisi format check quality mutu transport, mengisi BPB (bon penerimaan barang), memeriksa realisasi permintaan barang dengan BPB, membuat PP-lokal, membuat PDO, melayani administrasi kebutuhan spare part, pelumas, BBM, dan lainnya, mengarsipkan surat-surat masuk, membuat absensi karyawan tahap I, II, III,
66
membuat rekapitulasi lembur karyawan, merekapitulasi absensi SKU, membuat laporan premi SKU dan PHL, membuat laporan premi transport, membuat laporan status peralatan, merekapitulasi laporan produksi TBS, mencatat produksi TBS yang diangkut ke PKS, mengisi buku registrasi permintaan kendaraan, membantu menyiapkan data penggunaan kendaraan/mesin/alat berat untuk pembuatan budget traksi, membuat laporan peralatan, BBM/pelumas, jam kerja alat berat (BU) dan kendaraan (km), membantu merekapitulasi pembagian kerja unit, merekapitulasi karttu kerja kendaraan/alat berat, mengisi formulir surat tugas/surat jalan, mengisi formulir surat pengantar berobat, mengurus perobatan karyawan, menerima tugastugas lain yang diberikan atasan. Pendamping Asisten Divisi Manajemen tingkat staf terdiri dari manajer, kasie, asisten kepala, dan asisten divisi yang dibantu unsur pendukungnya. Asisten divisi bertanggung jawab langsung asisten kepala atau estate manager dan dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh mandor I, mandor, dan kerani. Selama menjadi pendamping asisten divisi penulis mengikuti beberapa kegiatan dan tugas dari asisten. Penulis berperan dalam beberapa hal diantaranya, belajar membuat RKB (rencana kerja bulanan) untuk bulan Mei di bawah bimbingan Asisten, mengawasi pembuatan parit oleh pekerja alat berat (exavator) bersama asisten, mengawasi mutu hanca dan mutu buah dalam tiap kemandoran panen, mengawasi kegiatan pemupukan, mengikuti simulasi pemupukan BMS (block manuring system), mengikuti simulasi kebun Field Visit bersama estate manajer (EM), para asisten divisi, mandor I, dan mandor panen, membenahi administrasi kantor divisi I, dan membantu program kegiatan asisten divisi dalam pembenahan emplasmen diantaranya membuat denah emplasmen dan membuat mural (lukisan dinding) di TPA (tempat penitipan anak). Penulis juga ikut membantu kegiatan di Divisi lain. Kegiatan yang dilakukan penulis diantaranya membantu mengabsen karyawan pada apel pagi, melalui komunikasi HT (handy talk) menyampaikan laporan pagi, meliputi : laporan harian kerja, laporan produksi, taksasi produksi, SAP (standar administrasi prosedur), dan absen karyawan.
PEMBAHASAN Kebutuhan Tenaga Panen Kebutuhan tenaga panen untuk satu seksi (kadvel) panen dapat direncanakan tiap harinya berdasarkan pengamatan taksasi buah sehari sebelum blok tersebut akan dipanen. Pengamatan mengenai taksasi harian yang dilakukan penulis dapat dilihat pada Tabel 6, dari hasil pengamatan tersebut dapat diketahui kebutuhan tenaga panen pada kadvel F di blok B6, B5, B4, dan B3 yang akan dipanen keesokan harinya. Berikut adalah perhitungan kebutuhan tenaga panen pada kadvel F. Kebutuhan pemanen blok B6 = Kebutuhan pemanen blok B5 = Kebutuhan pemanen blok B4 = Kebutuhan pemanen blok B3 =
/ / / /
.
/
= 12 orang
.
= 8 orang
/
.
= 7 orang
.
= 7 orang
/
/
Kebutuhan untuk kadvel F adalah 34 orang, namun pada kenyataan lapangan hanya 31 orang tenaga panen yang digunakan. Hal ini dilakukan agar tiap pemanen dapat mencapai basis sehingga mendapatkan premi basis panen. Premi basis panen yang didapat bermanfaat untuk meningkatkan kesejahteraan hidup tenaga panen sehingga tenaga panen memiliki loyalitas terhadap perusahaan. Tenaga panen yang digunakan juga tergantung kategori musim panen. Pada saat low crop kondisi panen normal tenaga kerja yang digunakan di Divisi I adalah 31 orang, sedangkan saat peak crop digunakan tenaga panen yang lebih banyak. Jumlah tenaga kerja panen di lapangan juga perlu mempertimbangkan penyebaran kebutuhan dalam setahun. Berdasarkan data produksi tiap tahun yang ada, kebutuhan tenaga panen dalam setahun juga dapat ditentukan. Tenaga panen yang dibutuhkan Divisi I dalam setahun berdasarkan dengan keterangan data luas lahan 696.2 ha, produksi 16 900 kg/ha (data aktual tahun 2010), output standar tenaga panen 1 200 kg/HK, dan jumlah hari kerja 294 dapat diketahui sebagai berikut :
68
Kebutuhan tenaga panen =
∶
.
= 33 orang
Kenyataan di lapangan tenaga panen yang digunakan adalah 31 orang. Meskipun menggunakan pemanen yang lebih sedikit dari kebutuhan tenaga panen setahun namun hanca panen tetap selesai. Kebutuhan jumlah tenaga panen akan berubah lebih banyak pada saat peak crop. Perusahaan akan menggunakan DOL2 atau DOL3 jika produksi buah dan brondolan tinggi. DOL2 adalah pemanen yang terdiri dari 2 orang, satu orang bertugas memotong buah kemudian membawanya ke TPH dan satu orang bertugas mengutip brondolan dan mengumpulkannya ke TPH. DOL3 yaitu pemanen yang terdiri dari 3 orang, satu orang bertugas memotong buah dan rumpuk pelepah, satu orang mengangkut TBS ke TPH, dan satu orang bertugas mengutip brondolan. Tenaga panen dalam setahun untuk kebun juga dapat diketahui kebutuhannya. Kebutuhan ditentukan berdasarkan luas lahan, norma kerja standar ha/HK, dan rotasi panen yang diterapkan. Sungai Bahaur Estate memiliki luas lahan 3 987.47 ha dengan norma kerja standar 3 ha/HK dan rotasi panen 6/7. Kebutuhan pemanen estate dapat diketahui sebagai berikut : Tenaga panen yang dibutuhkan adalah =
3 987.47 ha 3
ha x6 HK
= 222 orang
Kondisi di lapangan tenaga kerja panen yang digunakan adalah 200 orang. Perbedaan perhitungan kebutuhan pemanen dengan kondisi di lapangan terkait dengan estate yang masih dalam kondisi kekurangan tenaga panen, khususnya di Divisi 4 dan 5.
Basis Pemanen Ada 3 basis yang harus dipenuhi pemanen yang berlaku di SBHE yaitu, basis janjang, basis waktu, dan basis hanca. Basis-basis tersebut saling terkait dalam pencapaiannya, tiap harinya seorang pemanen harus memenuhi ketiga basis tersebut.
69
Basis Janjang Basis janjang ditentukan berdasarkan produktivitas ton/ha, kelas BJR, kelas lereng, dan tinggi pokok pada tiap blok. Basis janjang harus dipenuhi oleh tiap pemanen untuk mendapat premi basis. Jika basis janjang tidak terpenuhi pemanen tidak akan mendapatkan premi basis maupun premi lebih basis. Tarif premi potong buah berdasarkan basis janjang dapat dilihat pada Lampiran 10. Basis Hanca Basis hanca disesuaikan dengan AKP (angka kerapatan panen) umumnya untuk keadaan normal 3-4 ha/HK pada saat peak crop 2-3 ha/HK. Divisi I memiliki 24 blok dengan rotasi 6/7 sehingga tiap harinya ada 4 blok yang dipanen. Jumlah pemanen 31 orang yang dibagi dalam dua kemandoran dengan sistem panen hanca giring tetap per mandoran. Tiap tenaga panen memiliki basis hanca 2 pasar pikul atau ± 1 ha dalam kondisi panen normal atau low crop untuk tiap blok. Basis Waktu Basis waktu sesuai dengan ketetapan waktu hari kerja umumnya 7 jam/HK, dimulai pukul 06.30 hingga 13.30 WIB. Ketetapan waktu ini disamakan dengan kegiatan pekerja perawatan. Tenaga panen selesai bekerja jika hanca yang dipanen telah selesai dan basis janjang telah terpenuhi sehingga sering melebihi pukul 13.30 WIB. Namun apabila basis janjang dan basis hanca telah terpenuhi sebelum pukul 13.30 WIB, pemanen tetap tidak boleh pulang sebelum waktunya. Pemanen dapat terus memanen pada hanca mereka di blok yang akan dipanen keesokan harinya.
Kualitas Panen Kualitas Pekerjaan Panen Penulis telah melakukan pengamatan kualitatif terhadap sepuluh orang pemanen pada satu kemandoran di Divisi I. Pelaksanaan pengamatan dilakukan dengan mengamati cara pemanenan yang dilakukan kesepuluh tenaga panen
70
terhadap 9 pokok panen dalam 2 pasar pikul atau setara 1 ha. Hasil pengamatan kualitas pekerjaan panen dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Kualitas Pekerjaan Potong Buah No. 1 2 3 4 5 6 7 8
Kriteria Pengamatan Panen Semua TBS Masak Peletakkan TBS di Piringan Potong Rapat Gagang TBS Buah mentah tidak ditinggal/diperam Antrian TBS teratur di TPH Pengutipan Semua Brondolan Tumpukan Brondolan Sendiri Tumpukan Pelepah bukan di Pasar Rintis
1
2
3
Pemanen 4 5 6 7
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
3
6
5
5
3
3
8
4
0
7
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
8
9
10
Keterangan : Angka menunjukkan jumlah pokok panen Hasil yang diperoleh berdasarkan kriteria tersebut menunjukkan bahwa semua pemanen memenuhi kriteria pengamatan kecuali kriteria pengutipan semua brondolan. Kesepuluh pemanen yang diamati, membuktikan hanya ada satu pemanen yang melakukan pengutipan bersih semua brondolan. Para pemanen yang tidak mengutip bersih semua brondolan umumnya hanya meninggalkan 1-3 brondolan dari tiap pokok panen, yang tersangkut di ketiak pelepah, tercecer di piringan, atau pasar pikul. Pemanen menganggap kehilangan 1-3 brondolan tidak akan menjadi masalah. Berdasarkan standar perusahaan toleransi bagi brondolan tidak dikutip adalah 30 butir/ha. Hasil kualitas pekerjaan terhadap tenaga panen menunjukkan bahwa, brondolan yang tidak dikutip pemanen masih berada di bawah batas maksimum toleransi brondolan tidak dikutip.
71
Kapasitas Pemanen Kapasitas pemanen setiap harinya tergantung pada produksi/ha yang dipengaruhi oleh umur tanaman, topografi areal, kerapatan pohon, insentif yang disediakan dan musim yang dikenal sebagai musim panen puncak dan musim panen rendah (Lubis, 2008). Kapasitas pemanen adalah basis borong hasil kerja potong buah yang erat kaitannya dengan kapasitas produksi. Berdasarkan umur tanaman dan produksi, maka dapat dilihat Tabel 11 merupakan standar kapasitas produksi Sungai Bahaur Estate (SBHE) Divisi 1 tahun 2011. Tabel 11. Standar Kapasitas Produksi SBHE Divisi I Tahun 2011 Tahun Tanam 1998 2002 2003 2005 2007 2008
BJR (kg) 18.0 13.5 13.5 10.2 7.6 7.6
Basis Pemanen (Jjg) 100 100 100 100 120 100
Basis Borong (kg) 1 800 1 350 1 350 1 020 912 760
Produksi/ha /tahun (ton TBS) 23.2 17.9 18.2 18.4 8.8 9.2
Kapasitas /hari (kg/ha) 5 74 440.3 447.3 452.2 214.9 225.4
Penulis melakukan pengamatan hasil tandan pemanen terhadap 10 orang tenaga panen selama 3 minggu pada kadvel atau seksi panen yang sama untuk mengetahui output pemanen tersebut. Hasil tandan pemanen selama 3 minggu tersebut kemudian dibagi ratakan sehingga didapat kapasitas per harinya. Hasil tandan pemanen yang diamati penulis dapat dilihat pada Tabel 12.
72
Tabel 12. Hasil Tandan Pemanen Pemanen Asr
Mud
Ahm
Mah
Jum
Mus
Kar
Nas
Sen
Rof
Minggu I II III Total I II III Total I II III Total I II III Total I II III Total I II III Total I II III Total I II III Total I II III Total I II III Total
Jumlah TBS (jjg) A3 16 75 29 120 8 40 29 77 32 14 15 61 18 30 39 87 17 25 23 65 21 25 19 65 33 40 22 95 19 39 20 78 10 12 10 32 37 13 13 63
A4 21 8 15 44 46 35 15 96 31 0 8 39 16 11 12 39 26 80 3 109 19 19 6 44 110 61 8 179 76 20 27 123 17 31 12 60 37 37 19 93
A5 43 10 15 68 23 67 15 105 31 33 17 81 5 27 78 110 30 58 13 101 26 45 48 119 77 50 22 149 41 44 44 129 36 20 23 79 13 45 18 76
A6 51 17 10 78 44 80 10 134 35 13 21 69 5 0 78 83 40 16 21 77 44 38 37 119 13 38 0 51 24 48 19 91 47 6 26 79 13 61 20 94
Total (jjg) 131 110 69 310 121 222 69 412 129 60 61 250 44 68 207 319 113 179 60 352 110 127 110 347 233 189 52 474 160 151 110 421 110 69 71 250 100 156 70 348
Berat TBS (kg) 1956.9 1357.9 921.2 4236 1598.5 3248.7 921.2 5768.4 1774.5 1023.5 879.6 3677.6 530.7 1016.5 3218.1 4765.3 1599.9 2498.3 836.6 4934.8 1544.1 1912.2 1767.3 5223.6 3244.6 2598.8 791.2 6634.6 2136.6 2189.1 1666 5991.7 1650.2 939.4 1053.9 3643.5 1224 2252 972.9 4448.9
Basis Lebih Borong (janjang) 31 10 -31 21 122 -31 29 -40 -39 -56 -32 107 13 79 -40 10 27 10 133 89 -48 60 51 10 10 -31 -29 0 56 -30
73
Kadvel ini memiliki tahun tanam 1998 untuk blok A3, A5, dan A6 dengan basis 100 janjang, serta 2007 untuk blok A4 dengan basis 120 janjang, sehingga untuk kadvel ini basis yang digunakan di lapangan adalah basis blok terkecil sebagai basis janjang. Berat janjang rata-rata (BJR) blok untuk A3, A5, dan A6 adalah 18 kg sedangkan blok A4 memiliki BJR 7.6 kg. Basis pemanen dalam kg/HK tidak tergantung pada BJR dan basis janjangnya, tetapi berdasarkan standar ketentuan output tenaga panen yang berlaku di Estate yaitu 1 250 kg/HK bagi pemanen untuk semua kadvel. Namun kondisi di lapangan untuk penentuan basis hanya menggunakan basis janjang tidak menggunakan basis dalam kg/HK, sehingga ketentuan basis borong dalam kg/HK berdasarkan BJR dalam kondisi aktual juga tidak diberlakukan. Pengamatan
terhadap 10 tenaga
panen yang dilakukan
penulis
menunjukkan bahwa semua pemanen telah memenuhi basis dalam kg/HK, dengan rincian 8 orang pemanen memenuhi basis janjang sedangkan 2 orang lagi tidak memenuhi basis janjang. Pencapaian basis tugas tertinggi yang dicapai pemanen adalah 159 janjang buah normal (2 238 kg/HK) dengan basis lebih borong 59 dan basis tugas terendah yang dicapai pemanen adalah 83 janjang buah normal (1 286 kg/HK). Pemanen yang berhasil mencapai basis janjang berhak mendapatkan premi basis, sedangkan bagi basis lebih borong yang didapat pemanen berhak mendapatkan premi lebih basis. Tenaga panen yang tidak dapat memenuhi basis janjang disebabkan jumlah pokok panen/ha yang berbeda, sehingga banyaknya TBS yang dapat dipanen juga berbeda. Jumlah pokok panen yang berbeda terkait dengan jumlah pokok produktif dan tanaman sisip yang ada dalam tiap ha luas lahan. Kapasitas produksi dapat diketahui dengan menjumlahkan keseluruhan output sepuluh pemanen, lalu dibagi dengan luasan panen yang dipanen sepuluh orang pemanen dalam keempat blok tersebut. Kapasitas produksi untuk Blok A3, A4, A5, dan A6 dapat diketahui sebagai berikut: Kapasitas/hari =
18 227 kg 40 ha
= 455.68 kg/ha
Kapasitas produksi untuk kadvel F pada blok A3, A4, A5, dan A6 adalah 455.68 kg/ha sehingga dapat diestimasikan produksi/ha/tahun kadvel tersebut adalah 18.4 ton/tahun.
74
Pelanggaran Pemanen Tindakan yang tidak mematuhi ketentuan atau melanggar peraturan potong buah akan dikenakan sangsi atau denda dan mendapat pengurangan premi yang diperoleh pemanen, kerani buah, mandor panen, dan mandor I. Penulis melakukan pengamatan terhadap sepuluh orang pemanen saat melakukan pekerjaan potong buah dalam luasan 1 ha untuk setiap hanca masing-masing pemanen dengan ulangan pada 4 blok panen. Kriteria kesalahan pekerjaan potong buah yang diamati ada 14 kriteria yaitu potong buah mentah, < 6 berondolan/jjg di TPH, buah masak tidak dipotong, buah masak dipotong tinggal di hanca, brondolan tidak dikutip (pokok, piringan, pasar rintis, dan TPH), memotong buah tidak sempurna, buah tidak diantrikan/ tidak ditulis, berondolan banyak sampah/ alas karung, berondolan dalam karung utuh/ alas berondolan tidak terangkut, gagang panjang lebih dari 3 cm rata-rata, pelepah tidak disusun pada bagian masingmasing, pelepah sengkleh (bukan sengkleh alami), buah busuk/ tidak diketek, dan over pruning. Hasil pengamatan kesalahan yang dilakukan pemanen dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Pelanggaran Pemanen dalam Pemenuhan Basis No 1 2 3 4 5 6 7
Kesalahan Potong buah mentah Brondolan tidak dikutip Brondolan banyak sampah/alas karung Ganggang panjang lebih dari 3 cm Pelepah sengkleh Buah busuk/tidak di ketek Over pruning
Pemanen 5 6 7 0 0 0
1 1
2 0
3 0
4 0
8 0
9 0
10 0
6
3
4
4
6
6
1
5
9
2
4
0
0
0
0
0
0
0
1
0
2
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
2
0
0
1
0
0
0
0
0
0
Hasil pengamatan menunjukkan ada satu orang pemanen yang melakukan potong buah mentah dan buah busuk tidak dibuang pada satu pokok panen, kemudian dapat dilihat bahwa semua pemanen melakukan kesalahan dengan tidak mengutip keseluruhan brondolan sehingga terdapat brondolan di pokok, piringan, pasar pikul, atau TPH. Terdapat satu orang pemanen yang tidak mengutip bersih
75
pada 9 pokok panen dan sedikitnya terdapat 1 pokok panen yang tidak dikutip bersih. Kesalahan pekerjaan potong buah mengenai berondolan/ alas karung banyak sampah, ganggang panjang lebih dari 3 cm rata-rata, pelepah sengkleh (bukan sengkleh alami), dan over pruning dilakukan oleh dua orang pemanen pada setiap kriteria kesalahan tersebut dan setidaknya terdapat minimal 1 pokok panen pada setiap pelanggaran pemanenan. Setiap pelanggaran pekerjaan potong buah yang dilakukan oleh tenaga panen akan mendapatkan denda untuk setiap kesalahan yang dilakukan. Ketentuan denda telah diatur oleh perusahaan yang ditetapkan dalam IOM (Intern Office Memo) premi dan sangsi panen yang dapat dilihat pada Lampiran 11. Denda akan langsung diberikan oleh mandor panen. Setiap kesalahan yang dilakukan tenaga panen juga akan berdampak pada mandor panen dan Mandor I. Tenaga panen melakukan kesalahan dalam pekerjaan potong buah karena kurangnya kesadaran atau tanggung jawab dalam pekerjaan. Pencegahan terhadap kesalahan berulang yang dilakukan tenaga panen, dapat dilakukan dengan mengingatkan kewajiban mereka dan kesalahan-kesalahan pekerjaan potong buah yang tidak boleh dilakukan. Peringatan disampaikan oleh mandor panen pada setiap apel pagi saat tenaga panen akan memulai pekerjaan potong buah. Kriteria Panen Standar kematangan buah adalah ketentuan TBS yang dipanen berdasarkan pada jumlah brondolan lepas. Kriteria matang panen ditentukan pada saat kandungan asam lemak bebas atau free fatty acid (ALB atau FFA) minimal (Fauzi et al. 2002). Kriteria matang panen ditetapkan berdasarkan kebijakan perusahaan yang diterapkan pada pekerjaan potong buah di lapangan dan proses grading di pabrik kelapa sawit. Secara umum untuk lingkup perusahaan menggunakan 2 kriteria panen yaitu kriteria layak potong dan kriteria matang panen. Kriteria layak potong untuk kondisi potong buah di lapangan sedangkan kriteria matang panen untuk kondisi grading buah di PKS. Pemotongan buah yang dilakukan di lapangan pada saat 5 berondolan jatuh alami di piringan, saat di PKS menunjukkan hasil mutu buah mentah 0%, kurang matang < 8%, matang 85%, lewat matang <7%, dan janjang
76
kososng 0% sesuai dengan kriteria matang PKS yang menggunakan 2 brondolan/kg. Hal ini terjadi karena diestimasikan dalam pengangkutan buah, mulai dari saat buah dipotong di lapangan hingga buah tiba di PKS jumlah brondolan akan bertambah sehingga buah akan memenuhi kriteria matang panen yang berlaku di PKS. Kriteria panen di lapangan tidak sama dengan kriteria panen di PKS karena jika disamakan yang terjadi adalah jumlah brondolan menjadi lebih banyak begitu juga buah over ripe. Kriteria di lapangan diberlakukan untuk lebih memudahkan pelaksanaan dan pemahaman pekerjaan potong buah oleh pemanen. Penentuan saat panen sangat mempengaruhi kandungan asam lemak bebas (ALB) minyak sawit yang dihasilkan. Hubungan rendeman minyak dan kadar asam lemak bebas pada tandan disajikan pada Tabel 14. Tabel 14. Hubungan antara Fraksi, Rendemen Minyak, dan Kadar ALB Fraksi 0 1 2 3 4 5
Rendemen Minyak (%) 16.0 21.4 22.1 22.2 22.2 21.9
Kadar Asam Lemak Bebas (%) 1.6 1.7 1.8 2.1 2.6 3.8
Jika pemanenan dilakukan dalam keadaan buah belum matang, selain kadar ALB rendah, rendemen minyak yang diperoleh juga rendah. Apabila pemanenan buah dilakukan dalam keadaan lewat matang, maka minyak yang dihasilkan mengandung ALB dalam persentase tinggi yaitu lebih dari 5% (Fauzi et al., 2008). Berdasarkan hal tersebut di atas, ada beberapa tingkatan atau fraksi dari TBS yang dipanen. Fraksi-fraksi TBS tersebut sangat mempengaruhi mutu panen, termasuk kualitas minyak sawit yang dihasilkan (Fauzi et al., 2008). Tingkat kematangan tandan atau dikenal sebagai fraksi itu ditentukan berdasarkan kriteria jumlah buah lepas yang dapat dilihat pada Tabel 15.
77
Tabel 15. Kriteria Tingkat Kematangan Tandan Fraksi 00 0 1 2 3 4 5
Jumlah Brondolan Tingkat Kematangan Tidak ada, buah berwarna hitam Sangat Mentah 0-12% buah luar membrondolan Mentah 12,5-25% buah luar membrondolan Kurang Matang 25-50% buah luar membrondolan Matang I 50-75% buah luar membrondolan Matang II 75-100% buah luar membrondolan Lewat Matang I Buah dalam juga membrondol, ada buah yang Lewat Matang II busuk Tingkat kematangan dan kriteria panen di Sungai Bahaur Estate dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Standar Kematangan Buah di Sungai Bahaur Estate Kriteria TPH dan PKS Mentah 0 brondolan Kurang Matang < 2 brondolan/ kg Matang 2 brondolan/ kg hingga 75% brondol permukaan telah lepas Terlalu Matang > 75% - 90% brondolan telah lepas Empty Bunch / > 90% brondolan telah lepas Abnormal Grading buah adalah kegiatan menggolongkan buah berdasarkan tingkat kematangan sesuai dengan standar yang telah ditentukan perusahaan, hasil grading akan dijadikan salah satu acuan untuk perbaikan mutu panen. Grading Buah (TBS) dilakukan minimal 10% dari total estimasi taksasi produksi pada hari pelaksanaan panen (Pedoman Teknis BGA). Penulis melakukan pengamatan di lapangan terhadap kualitas pemeriksaan hasil mengenai tingkat kematangan buah di Divisi I. Pengamatan dilakukan pada Blok D6 dan D5 dengan mengambil sampel 10 pemanen dalam satu kemandoran. Masing-masing blok diamati mutu buah di 10 TPH dengan jumlah total janjang 276, yaitu 11.50 % dari estimasi janjang hari itu 2399 janjang. Acuan yang digunakan penulis dalam menetapkan jumlah brondolan dalam melakukan grading mutu buah adalah BJR blok. Blok D6 memiliki BJR 16 kg dan D5 memiliki BJR 17 kg sehingga untuk jumlah brondolan yang masuk kriteria matang untuk Blok D6 adalah 32 brondolan dan 34 brondolan untuk Blok D5. Hasil pengamatan pada Blok D6 dapat dilihat pada Tabel 17 dan Blok D5 pada Tabel 18.
78
Tabel 17. Hasil Fraksi Buah Pemanen Blok D6 No TPH Tingkat Total % Kematangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 Mentah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Kurang 6 2 1 2 5 0 1 2 5 2 2 26 17.1 Matang 3 Matang 11 6 21 11 9 10 12 15 17 6 118 77.6 Lewat 4 8 5.3 0 1 2 0 2 0 0 1 2 0 Matang Abnormal/ 5 Janjang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Kosong Jumlah Janjang 17 9 24 13 16 10 13 18 24 8 152
No
Tabel 18. Hasil Fraksi Buah Pemanen Blok D5 Tingkat Kematangan 1 Mentah Kurang 2 Matang 3 Matang Lewat 4 Matang Abnormal/ 5 Janjang Kosong Jumlah Janjang
No
1 0
2 0
3 0
No TPH 4 5 6 7 0 0 0 0
4
1
1
0 1 0
1
9
8 0
9 10 0 0
1
Total
%
0
0
0
10
7.9
8 17 11 8 8 10 11 15
9
106
84.1
3
1
0
1 0 0
2
0
0
0
7
5.6
0
0
0
2 0 0
1
0
0
0
3
2.4
16 10 18 12 9 8 14 12 16
9
126
1
Persentase hasil pengamatan dapat diketahui dengan acuan BJR blok yang digunakan untuk menghitung jumlah brondolan dalam menentukan kriteria kematangan. Kriteria mentah ditunjukkan dengan tidak adanya brondolan yang terlepas pada TBS, kriteria kurang matang ditandai dengan adanya brondolan kurang dari 32 brondol untuk blok D6 dan 34 brondol untuk blok D5, kriteria matang ditunjukkan dengan adanya 32 brondolan untuk blok D6 dan 34 brondolan untuk blok D5 hingga 75% brondol permukaan lepas, lebih dari itu buah masuk kriteria lewat matang dan janjang kosong. Persentase total hasil pengamatan mutu buah di blok D6 dan D5 menunjukkan 0% mentah, 13 % kurang matang, 80.6 % matang, 5.4 % lewat matang, 1.1 % janjang kosong. Hasil pengamatan di lapangan diketahui bahwa tidak ada buah yang dipanen mentah sedangkan ada 13 % yang dipanen dengan kondisi kurang
79
matang. Pemanen memotong buah kurang matang karena memotong buah < 5 brondolan yang jatuh alami di piringan. Jika di lapangan menyesuaikan dengan ketentuan di PKS maka brondolan akan menjadi banyak, karena pemanen akan menunda memotong buah yang layak potong hingga jumlah brondolan sesuai dengan banyaknya brondol yang harus lepas/kg TBS. Pendapatan pemanen yang dihitung berdasarkan banyak janjang yang dipanen dan pemenuhan basis janjang, juga menjadi penyebab pemanen cenderung memotong buah kurang matang untuk mencapai basis. Pemanen yang kurang paham tentang kriteria potong buah dengan ketentuan 5 brondolan jatuh alami di piringan, sering memanen buah kurang dari 5 brondolan yang jatuh di piringan. Kecenderungan pemanen memotong buah kurang matang dapat dicegah dengan memberi peringatan tiap hari mengenai ketentuan kriteria layak potong buah yaitu 5 brondolan yang jatuh alami di piringan. Peringatan disampaikan oleh mandor panen pada saat apel pagi dan apel sore dan penerapan denda dan sangsi secara konsisten. Persentase tandan yang masuk kriteria matang 80.6 %. Nilai persentase tandan yang matang belum memenuhi standar kriteria panen tandan yang ideal yaitu 85 % (kriteria grading di PKS). Hal ini disebabkan karena masih tingginya pemanen yang memotong buah kurang matang. Kriteria lewat matang mencapai 5.4 %, nilai presentase ini masih di bawah batas maksimal kelonggaran lewat matang < 7% di PKS. Lewat matang dapat juga terjadi karena pusingan yang tinggi akibat seksi panen yang tidak selesai pada hari tersebut. Seksi panen bisa tidak selesai disebabkan angka kerapatan panen (AKP) tinggi dan tenaga kerja panen yang kurang. Selain itu, adanya pemanen yang kurang bertanggung jawab meninggalkan buah saat memanen buah, karena mereka telah memperkirakan buah yang dapat dipanen jumlahnya tidak akan mencapai basis janjang. Lewat matang yang disebabkan kurang bertanggung jawabnya pemanen pada hancanya, dapat diantisipasi dengan pemeriksaan hanca yang teliti oleh mandor panen terhadap pemanen yang outputnya tidak maksimal, dan menerapkan denda bagi pemanen yang mengeluarkan buah lewat matang yang terlalu banyak yaitu lebih dari 7% jumlah janjang yang dipanen di TPH kecuali janjang kosong karena
80
terserang penyakit. Pemberlakuan denda ini dapat meningkatkan rasa tanggung jawab dari pemanen terhadap hancanya. Penulis melakukan grading di TPH dengan ketentuan yang sama yang dilakukan oleh PKS yaitu kriteria matang panen dengan jumlah brondolan yang lepas, 2 brondolan/ kg dari berat tandan. Pada hari tersebut PKS hanya mengambil sampel grading untuk Divisi I terhadap buah yang dipanen di Blok D6, sehingga analisa perbandingan hanya dapat dilakukan terhadap Blok D6. Persentase perbandingan hasil grading penulis dengan PKS dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Perbandingan Persentase Hasil Grading blok D6 Penulis dengan PKS Kriteria Kematangan Unripe Under Ripe Ripe Over Ripe Empty Bunch
Penulis (%) 0 17.1 77.6 5.3 0
PKS (%) 0 5 87 8 0
Hasil pengamatan yang didapat menunjukkan nilai persentase kurang matang yang dilakukan penulis saat grading di TPH lebih tinggi dari PKS. Hal ini terjadi karena pada saat pengangkutan buah dari TPH hingga pabrik, jumlah brondolan yang lepas dari tandan buah meningkat. Saat pengangkutan buah didump dari TPH masuk ke dalam truk kemudian setelah sampai di PKS, buah didump lagi dari truk masuk ke loading ramp. Sehingga buah yang masuk kriteria kurang matang saat di grading di TPH akan masuk kriteria matang dengan jumlah brondolan yang sesuai ketentuan di PKS. Jumlah tandan matang pada saat grading di TPH lebih rendah dari hasil grading di PKS. Ini disebabkan karena saat melakukan pengamatan grading di TPH penulis menggunakan BJR blok sedangkan PKS melakukan grading buah berdasarkan berat real per janjang yang dijadikan sampel. Buah yang saat diamati mutunya masuk kriteria matang saat di TPH dapat berubah menjadi lewat matang selama proses pengangkutan. Alat transportasi yang banyak menggunakan Dump Truck (DT) dalam pengangkutan buah juga menambah jumlah brondolan yang terlepas dari tandan buah, karena saat melakukan bongkar muat di PKS buah akan langsung dilempar atau di-dump secara otomatis dari bak truk. Pembongkaran
81
tersebut yang menyebabkan buah kurang matang menjadi matang dan matang dapat menjadi lewat matang saat dilakukan grading oleh PKS. Produktivitas Pemanen Produktivitas pemanen merupakan kemampuan seorang pemanen dalam melakukan pekerjaan potong buah yang dilihat dari output yang dihasilkan. Output pemanen diperoleh dengan membagi jumlah janjang yang dipanen yang telah dikalikan BJR blok, dibagi dengan HK efektif. Output dari tiap pemanen penting untuk diketahui karena berkaitan erat dengan produktivitas yang akan dicapai oleh kebun. Penulis melakukan pengamatan terhadap sepuluh orang tenaga panen untuk mengetahui hasil output pemanen berdasarkan umur, tingkat pendidikan, dan lama pengalaman dalam melakukan pekerjaan panen. Data pengamatan berasal dari data sekunder jumlah janjang yang dipanen tenaga panen, untuk seluruh kadvel (tiap blok) dalam seminggu di Divisi I yang dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20. Profil Pemanen dan Prestasinya Nama Pemanen Mud Mah Kar Sen Nas Rof Jum Ahm Asr Mus
Umur (tahun) 28 32 25 26 30 19 27 43 38 35
Tk Pendidikan SD SD STM SMA MTS SMA SD STM SMP SD
Lama Pengalaman 3 tahun 3 tahun 2 tahun 2 tahun 2 tahun 3 bulan 10 bulan 6 bulan 5 bulan 1 bulan
Prestasi (kg/HK) 2376.2 781.8 2009.2 1114.3 1713.4 1681.1 1313.3 1075.8 2170.1 2019.6
ST Dev 276.7 320.8 159.1 434.1 258.1 305.7 360.5 274.5 323.1 381.0
Data kemudian diuji dengan uji korelasi antara umur dengan prestasi, tingkat pendidikan dengan prestasi, lama pengalaman dengan prestasi. Hasil pengujian menunjukkan tidak terdapat korelasi yang nyata antara pengaruh umur, tingkat pendidikan, dan lama pengalaman tenaga panen terhadap prestasi yang
82
dicapai. Hal ini menunjukkan bahwa kualifikasi tenaga kerja panen relatif sudah merata. Selain faktor-faktor tersebut, produktivitas tiap pemanen yang berbeda disebabkan jumlah pokok panen/ha yang berbeda, sehingga banyaknya TBS yang dapat dipanen juga berbeda. Kesadaran pemanen akan tanggung jawabnya dalam menyelesaikan hancanya dan tidak meninggalkan buah sehingga tidak terangkut ke PKS juga mempengaruhi produktivitas pemanen.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Pelaksanaan magang sesuai dengan tujuan magang khususnya dalam aspek pemanenan. Penulis dapat melakukan pengamatan yang meliputi persiapan panen, kriteria panen, kehilangan hasil, kerapatan panen, sensus buah harian, simulasi sensus semesteran, sistem panen, rotasi panen, basis dan premi panen, tenaga panen, dan transportasi buah. Hasil pengamatan menunjukkan jumlah tenaga kerja di lapangan lebih rendah dari kebutuhan tenaga kerja panen. Kualitas pekerjaan panen yang telah dilakukan sepuluh pemanen sudah baik karena keseluruhan pemanen telah memenuhi 6 kriteria dari 7 kriteria pengamatan. Kualitas pengawasan terhadap tenaga panen menunjukkan bahwa brondolan yang tidak dikutip pemanen masih berada di bawah batas maksimum toleransi brondolan tidak dikutip, 30 butir/ha. Kualitas pemeriksaan hasil mengenai kapasitas pemanen menunjukkan bahwa semua pemanen telah memenuhi basis dalam kg/HK, dengan rincian 8 orang pemanen memenuhi basis janjang sedangkan 2 orang lagi tidak memenuhi basis janjang. Pelanggaran pemanen masih terjadi untuk kebersihan pengutipan brondolan tetapi hal ini masih di bawah toleransi standar. Hasil pengamatan kriteria panen di lapangan diketahui bahwa tidak ada buah yang dipanen mentah, 13 % kurang matang, 80.6 % matang, dan 5.4 % lewat matang, dan 1.1 % janjang kosong. Hasil uji korelasi menunjukkan pengaruh umur, tingkat pendidikan, dan lama pengalaman tenaga panen sangat lemah pengaruhnya terhadap prestasi yang dicapai. Saran Pencegahan terhadap kesalahan berulang yang dilakukan tenaga panen, dapat dilakukan dengan mengingatkan kewajiban mereka dan kesalahankesalahan pekerjaan potong buah yang tidak boleh dilakukan setiap apel pagi dan sore.
DAFTAR PUSTAKA Adiwiganda, R. 2002. Field management on fertilizer application at oil palm plantation. Seminar on Fertilizer Management for Oil Palm, Organized by PT Sentana Adidaya Pratama, Canadian Potash Exporter (Canpotex), Potash and Phosphate Institut (PPI) and Indonesian Oil Palm Research Institut (IOPC). Bali. p. 40. dan M.M. Siahaan. 1994. Kursus Manajemen Perkebunan Dasar Bidang Tanaman. Lembaga Pendidikan dan Perkebunan Kampus Medan. Medan. 68 hal. Direktorat Jenderal Perkebunan. 2010. Luas Areal dan Produksi Perkebunan Kelapa Sawit Seluruh Indonesia menurut Pengusahaan. http://ditjenbun.deptan.go.id. [19 November 2010]. Fauzi, Y., Y.E. Widyastuti, I. Satyawibawa, dan R. Hartono. 2008. Kelapa Sawit: Budidaya Pemanfaatan Hasil dan Limbah Analisis Usaha dan Pemasaran Edisi Revisi. Penebar Swadaya. Jakarta. 168 hal. Hadi, M. 2004. Teknik Berkebun Kelapa Sawit. Adicita Karya Nusa. Yogyakarta. 175 hal. Jalaluddin dan J. Toni. 2005. Pemanfaatan kaolin sebagai bahan baku pembuatan aluminium sulfat dengan metode adsorps. Jurnal Sistem Teknik Industri. Vol. 5 (6):71–73. Kartika, N.D. 2007. Pengelolaan Tenaga Kerja Panen dan Pengangkutan Tandan Buah Segar Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Teluk Siak Estate, PT Aneka Inti Persada, Minamas Plantation, Riau. Skripsi. Program Studi Agronomi, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 70 hal. Lubis, A.U. 2008. Kelapa Sawit (Elaeis gueneensis Jacq.) di Indonesia. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan. 362 hal. Naibaho, P.M., H.S. Arifin, dan Djiman. 1992. Peranan Premi dan Kriteria Matang Panen terhadap Peningkatan Efisiensi Pemanenan Tandan Buah Segar. Bul. Perkebunan. 23(3):177-188. Pahan, I. 2010. Panduan Lengkap Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis dari Hulu Hingga Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta. 411 hal. Prasetyo, B.H. dan D.A. Suriadikarta, 2006. Karakteristik, potensi, dan teknologi pengelolaan tanah ultisol untuk pengembangan pertanian lahan kering di Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian. Vol. 25 (2):39-47.
85
Purba, H.A. 2006. Pengelolaan Panen di Kebun Kelapa Sawit (Elaeis guineensis) PT Agrowiyana Sei Tungkal Ulu Jambi. Skripsi. Program Studi Agronomi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 85 hal. Resman, A.S. Syamsul, dan H.S. Bambang. 2006. Kajian beberapa sifat kimia dan fisika inceptisol pada toposekuen lereng selatan gunung merapi kabupaten sleman. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan. Vol. 6 (2):101-108. Risza, S. 1994. Kelapa Sawit, Upaya Peningkatan Produktivitas. Kanisius. Yogyakarta. 129 hal. 2009. Kelapa Sawit Upaya Peningkatan Produktivitas. Kanisius. Yogyakarta. 189 hal. Sastrosayono, S. 2003. Budidaya Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka. Jakarta. 63 hal. Setyamidjaja, D. 2006. Kelapa Sawit, Teknik Budi Daya, Panen, dan Pengolahan. Kanisius. Yogyakarta. 257 hal. Siahaan, M.M., Suwandi, A. Panjaitan. 1990. Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit. Pertemuan Teknis Kelapa Sawit. Pekanbaru. Sugiyono, E., S. Sutarta, W. Darmosarko, dan H. Santoso. 2005. Peranan perimbang K, Ca, dan Mg tanah dalam penyusunan rekomendasi pemupukan kelapa sawit. Prosiding Pertemuan Teknis Kelapa Sawit 2005, Peningkatan Produktivitas Kelapa Sawit melalui Pemupukan dan Pemanfaatan Limbah PKS. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan. Vol. 1:44-56. Tyas, C.K. 2008. Pengelolaan Resiko Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Perkebunan Pantai Bunati Estate PT Sajang Heulang Minamas Plantation Kalimantan Selatan. Skripsi. Program Studi Agronomi. Bogor. 78 hal. Utami, S.N.H dan S. Handayani. 2003. Sifat kimia entisol pada sistem pertanian organik. Ilmu Pertanian. Vol. 10 (2): 63-69.
LAMPIRAN
87
Lampiran 1. Jurnal Harian Magang sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL) Prestasi Kerja Tanggal
Uraian Kegiatan
Penulis
Karyawan
Standar
Lokasi
…..(satuan/HK)….. 14-02-2011 15-02-2011 16-02-2011 17-02-2011 18-02-2011 19-02-2011 20-02-2011 21-02-2011 22-02-2011 23-02-2011 24-02-2011 25-02-2011 26-02-2011 27-02-2011 28-02-2011 01-03-2011 02-03-2011 03-03-2011 04-03-2011 05-03-2011 06-03-2011 07-03-2011 08-03-2011 09-03-2011 10-03-2011 11-03-2011 12-03-2011 13-03-2011
Orientasi Kebun Libur Babat Manual dan DAK Pemupukan Kunjungan Lapangan Cek Brondolan Jatuh Libur Penyemprotan (Mandor Semprot) Rawat Jalan (Mandor Perawatan) Simulasi Pengutipan Brondolan Grading Buah Kunjungan Lapangan Cek Brondolan Jatuh Libur Penunasan Piringan Manual Pembuatan Pasar Pikul Pengolahan Data Panen (Mandor Panen) Libur Libur Pengolahan Premi Panen Pengamatan Panen Grading mutu buah Grading mutu buah (Kerani Buah) Sensus Harian Sensus Harian Libur
Divisi I
150 kg
0.5 ha
0.5 ha
C1
500 kg
500 kg
A5-6 G15-16 B5-6
7 jam
7 jam
C1
7 jam
7 jam
A 3/4 – A 4/5 G16-17 E11-F11 E11-F11 B5-6
7 jam 7 jam 7 jam
3 ha
7 jam 7 jam 7 jam
3 ha
C6 A4 A3 Kantor SBHE C6, B6, B5,B4, B3 Kantor Divisi I A1, A2 D6, D5 C2, D2
1 ha 1 ha
1ha 1ha
1ha 1ha
B6, B5 B4, B3
88
Lampiran 2. Jurnal Harian Magang sebagai Pendamping Mandor
Tanggal
Uraian Kegiatan
14-03-2011 15-03-2011 16-03-2011 17-03-2011 18-03-2011 19-03-2011 20-03-2011 21-03-2011 22-03-2011 23-03-2011 24-03-2011 25-03-2011 26-03-2011 27-03-2011 28-03-2011 29-03-2011 30-03-2011 31-03-2011 01-04-2011 02-04-2011 03-04-2011 04-04-2011 05-04-2011 06-04-2011 07-04-2011
Mandor Pupuk Mandor Pupuk Mandor Pupuk Mandor Pupuk Mandor Pupuk Mandor Pupuk Libur Krani Divisi Krani Divisi Krani Divisi Krani Divisi Krani Divisi Krani Divisi Libur Admin Admin Admin Admin Admin Admin Libur Krani Divisi Krani Divisi Krani Divisi Membantu administrasi (Tutup Buku Bulanan) Membantu administrasi (Tutup Buku Bulanan) Membantu pembayaran gaji karyawan Libur
08-04-2011 09-04-2011 10-04-2011
Prestasi Kerja Penulis Jumlah Luas areal Lama KHL yang yang Kegiatan diawasi diawasi (Orang) (ha) (Jam) 6 10 ha 5 9 15 ha 5 9 15 ha 5 9 15 ha 5 9 15 ha 5 9 15 ha 5 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7
89
Lampiran 3. Jurnal Harian Magang sebagai Pendamping Asisten
Tanggal
11-04-2011 12-04-2011 13-04-2011 14-04-2011 15-04-2011 16-04-2011 17-04-2011 18-04-2011
Uraian Kegiatan
Pembuatan RKB Kuliah Pemupukan Kunjungan Lapangan
Kantor induk Simulasi Tabur Pupuk Urea Supervisi Dosen Libur Pengawasan Alat Berat (Excavator) 19-04-2011 Melengkapi administrasi kantor kebun Div. I 20-04-2011 Kunjungan Lapangan 21-04-2011 Melengkapi administrasi kantor kebun Div. I 22-04-2011 Libur 23-04-2011 Penilaian mutu hanca dan mutu buah 24-04-2011 Libur 25-04-2011 Pembenahan administrasi Divisi I 26-04-2011 Melengkapi administrasi kantor kebun Div. I 27-04-2011 Membantu administrasi di kantor Induk 28-04-2011 Melengkapi administrasi kantor kebun Div. I 29-04-2011 Menggambar TPA mural 30-04-2011 Menggambar TPA mural 01-05-2011 Libur 02-05-2011 Membantu administrasi di kantor Induk (Tutup Buku) 03-05-2011 Simulasi LSU (Leaf Sampling Unit) 04-05-2011 Menganalisa pemanen terbaik berdasarkan mutu hanca dan mutu buah
Prestasi Kerja Penulis Jumlah Luas areal KHL Lama yang yang Kegiatan diawasi diawasi (Orang) (ha) (Jam) 5 6 4 4 4 1 3 2 2
4
2 7
4
2 7
2
4 4
7 3 3 7 30.43
4 2
90
Lampiran 3. (Lanjutan)
Tanggal
Uraian Kegiatan
05-05-2011 Riview kantor besar Melengkapi administrasi 06-05-2011 kantor kebun Div. I 07-05-2011 Membantu pembayaran gaji karyawan 08-05-2011 Libur 09-05-2011 Melengkapi administrasi kantor kebun Div. I Melengkapi administrasi 10-05-2011 gudang pupuk 11-05-2011 Melengkapi administrasi gudang pupuk Melengkapi administrasi 12-05-2011 gudang pupuk 13-05-2011 Melengkapi administrasi kantor kebun Div. I Melengkapi administrasi 14-05-2011 kantor kebun Div. I 15-05-2011 Libur 16-05-2011 Melengkapi administrasi kantor kebun Div. I 17-05-2011 Melengkapi administrasi BMS 18-05-2011 Melengkapi administrasi BMS 19-05-2011 Melengkapi administrasi BMS 20-05-2011 Melengkapi administrasi BMS 21-05-2011 Melengkapi administrasi BMS 22-05-2011 LIBUR 23-05-2011 Riview pelaksanaan teknis BMS kantor besar 24-05-2011 Riview pelaksanaan teknis BMS kantor besar
Prestasi Kerja Penulis Jumlah Luas areal KHL Lama yang yang Kegiatan diawasi diawasi (Orang) (ha) (Jam) 5
4 4 4 4 4 4
5 3 3 3 3 3
5 5
91
Lampiran 3. (Lanjutan) Prestasi Kerja Penulis Tanggal
Uraian Kegiatan
25-05-2011 Riview pelaksanaan teknis BMS kantor besar 26-05-2011 Riview pelaksanaan teknis perawatan manual di kantor besar 27-05-2011 Riview pelaksanaan teknis perawatan manual di kantor besar 28-05-2011 Riview pelaksanaan teknis perawatan manual di kantor besar 29-05-2011 Libur 30-05-2011 Riview pelaksanaan teknis BSS di kantor besar 31-05-2011 Riview pelaksanaan teknis BSS di kantor besar 01-06-2011 Riview pelaksanaan teknis BSS di kantor besar 02-06-2011 Riview pelaksanaan teknis BHS di kantor besar 03-06-2011 Riview pelaksanaan teknis BHS di kantor besar 04-06-2011 Membantu pembayaran gaji karyawan 05-06-2011 Libur 06-06-2011 Riview BHS di kantor besar 07-06-2011 Riview BHS di kantor besar 08-06-2011 Riview BHS di kantor besar 09-06-2011 Riview Pengamatan Magang 10-06-2011 Riview Pengamatan Magang 11-06-2011 Riview Pengamatan Magang 12-06-2011 Libur 13-06-2011 Riview kantor besar 14-06-2011 Riview kantor besar
Jumlah KHL yang diawasi (Orang)
Luas areal yang diawasi (ha)
Lama Kegiatan (Jam) 5 5 5 5
6 5 5 6 5
7 7 7 7 7 7
92
Lampiran 4. Curah Hujan dan Hari Hujan di Kebun Sungai Bahaur Estate, PT Bumitama Gunajaya Agro, Kalimantan Tengah 2002 HH MM Januari 12 331 Februari 10 177 Maret 16 468 April 15 0 Mei 12 286 Juni 12 191 Juli 3 55 Agustus 2 14 17 September 2 Oktober 8 117 November 9 352 Desember 17 759 Jumlah 118 2,765 BB 9 BK 3 BL 0 Bulan
Keterangan:
2003 HH MM 14 150 13 202 13 219 20 447 10 99 5 157 6 92 7 126 5 245 5 135 14 190 15 387 127 2,447 10 0 2
2006 HH MM 5 143 9 307 12 271 12 282 3 114 5 87 13 134 0 0 6 104 5 76 16 192 25 427 111 2,136 9 1 2
2007 HH MM 11 320 13 165 16 501 16 690 8 336 17 353 12 215 4 49 8 377 14 318 15 493 15 496 149 4,313 11 1 0
HH = Hari Hujan MM = Curah hujan (mm) BK = Bulan Kering BB = Bulan Basah Q = Nilai untuk menentukan batas-batas tipe iklim Klasifikasi Iklim menurut Schmidth-Ferguson A = Daerah sangat basah D B = Daerah basah E C = Daerah agak basah F
2008 HH MM 13 236 1 1 10 209 14 397 7 73 8 180 9 106 7 165 10 278 9 217 11 269 18 304 117 2,434 10 1 1 =
2009 HH MM 20 348 9 203 9 203 9 292 7 213 6 270 5 280 1 22 2 32 12 405 15 235 19 297 114 2,799 10 2 0
2010 HH MM 19 357 14 326 17 268 18 312 16 291 13 431 16 473 15 293 16 531 11 337 14 521 9 209 178 4,348 12 0 0
Rata − rata BK Rata − rata BB 1.14 = 10.14 = 0.11 (Tipe iklim A )
= Daerah sedang = Daerah agak kering = Daerah kering
G H
Rataan HH MM 13.43 269.29 12.43 189.00 14.00 305.57 14.86 345.71 9.00 201.71 9.43 238.43 9.14 193.57 5.14 95.57 7.00 226.29 9.14 229.29 13.48 321.71 16.86 411.29 134 3,027 10.14 1.14 0.71
= Daerah sangat kering = Daerah ekstrim kering
93
Lampiran 5. Peta Jenis Tanah di Sungai Bahaur Estate
94
Lampiran 6. Peta Areal Statement Kebun Sungai Bahaur Estate
95
Lampiran 7. Struktur Organisasi Wilayah IV, PT Bumitama Gunajaya Agro
96
Lampiran 8. Struktur Organisasi Kebun
97
Lampiran 9. Peta Tahun Tanam di Sungai Bahaur Estate
98
Lampiran 10. Tarif Premi Potong Buah Regional 2
99
Lampiran 11. Denda Pemanen Jenis Kesalahan Potong Buah Mentah <6 berondol/jjg di TPH Buah masak tidak dipotong Buah masak dipotong ditinggal di hancak Loose Fruit tidak dikutib Pokok Piringan Pasar rintis TPH Memotong buah tidak sempurna Buah tidak diantrikan/ tidak ditulis Berondolan banyak sampah/alas karung Berondolan dalam karung utuh/alas berondolan tidak terangkut Gagang panjang lebar dari 3 cm rata-rata Pelepah tidak disusun pada bagian masing-masing Pelepah sengkleh (bukan sengkleh alami) Buah busuk/ tidak diketek Over Pruning
Harvester
Cutter-Carier
Cutter
Rp 5 000/jjg Rp 500/jjg Rp 5 000/jjg Rp 5 000/jjg
Rp 5 000/jjg Rp 500/jjg Rp 5 000/jjg Rp 5 000/jjg
Rp 5 000/jjg Rp 500/jjg Rp 5 000/jjg
Rp 500/pkk Rp 500/pkk Rp 250/pkk
Rp 500/pkk
Rp 500/pkk
Rp 750/pkk Rp 250/TPH
Rp 750/pkk Rp 250/TPH
Carier
LF Picker
Rp 5 000/jjg
Rp 500/pkk Rp 500/pkk
Rp 250/pkk Rp 750/pkk Rp 250/TPH
Rp 1 000/krg
Rp 250 Rp 1 000 Rp 1 000
Rp 250 Rp 1 000 Rp 1 000
Rp 500 Rp 500/plph
Rp 500 Rp 500/plph
Rp 250 Rp 1 000 Rp 1 000 Rp 500 Rp 500/plph