MANAJEMEN PANEN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) PADA LAHAN GAMBUT DI KEBUN MANDAH, PT. BHUMIREKSA NUSA SEJATI, MINAMAS PLANTATION, KABUPATEN INDRAGIRI HILIR, PROVINSI RIAU
KAMDANI SETIAWAN A24080188
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012
MANAJEMEN PANEN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) PADA LAHAN GAMBUT DI KEBUN MANDAH, PT. BHUMIREKSA NUSA SEJATI, MINAMAS PLANTATION, KABUPATEN INDRAGIRI HILIR, PROVINSI RIAU The Harvest Management of Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) in Peatland at Mandah Estate, PT. Bhumireksa Nusa Sejati, Minamas Plantation, Indragiri Hilir, Riau Kamdani Setiawan1, Ahmad Junaedi2 1
Mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB 2
Staf Pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB
Abstract The harvest management at peatland oil palm plantation is one of the most important factors to reach high fresh fruit bunch (ffb) production. The purpose of this apprenticeship activity was to improve knowledge, ability and work skill of student in order to comprehend in harvest management at oil palm plantation. This apprenticeship took place in Mandah Estate, PT. Bhumireksa Nusasejati, Minamas Plantation, Indragiri Hilir, Riau, from February 2012 to May 2012. Data and information were collected with direct methode and indirect methode. Direct methode was collected by observation and discussion with harvester, foreman, and field assistant. Indirect methode was collected from company data and company record. The harvest activity in Mandah Estate divition 5, uses Block Harvesting System non-Division Of Labour (BHS non-DOL). This system was implementation programs of harvest activity that focus to finished harvest in one section a day. The result of harvest activity in Mandah Estate divition 5 runs well, a shown by good field quality with 0.2 lost fruit per plant, 95.3 % of ripe fruits and 0% unripe fruit. The most obstacle of harvest aspec in Mandah Estate was the transport unit of ffb very slow and caused the uncarry of ffb.
Key Word: palm oil, losses production, harvest mangement, peatland
RINGKASAN
KAMDANI SETIAWAN. Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada Lahan Gambut di Kebun Mandah, PT. Bhumireksa Nusa Sejati, Minamas Plantation, Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau. (Di bawah bimbingan AHMAD JUNAEDI) Manajemen pekerjaan panen di perkebunan kelapa sawit lahan gambut merupakan salah satu pekerjaan yang terpenting dalam pencapaian produksi. Kegiatan magang bertujuan untuk meningkatkan wawasan, kemampuan, dan keterampilan mahasiswa dalam memahami proses kerja secara nyata pada aspek pengetahuan manajerial perkebunan, teknik budidaya, pemanenan, serta pengolahan kelapa sawit, khususnya keterampilan dan pengetahuan di bidang manajemen panen kelapa sawit di perusahaan perkebunan. Pelaksanaan kegiatan magang ini di Kebun Mandah, PT. Bhumireksa Nusa Sejati, Minamas Plantation, Kabupaten Indragiri Hilir, Riau, dari bulan Februari 2012 sampai Mei 2012. Kegiatan penulis di lapangan meliputi semprot piringan dan gawangan kimia, tebas gawangan manual, mounding, penanaman tanaman beneficial plant, pemupukan, dan panen. Keterampilan manajerial diperoleh dengan menjadi pendamping mandor, kerani, dan asisten divisi. Pengamatan yang dilakukan oleh penulis yaitu mengenai kebutuhan tenaga panen dan kualitas panen. Kegiatan panen di Divisi V Kebun Mandah menggunakan sistem Block Harvesting System non-Division Of Labour (BHS non-DOL) yaitu program implementasi pengerjaan kegiatan panen yang terkonsentrasi pada satu seksi yang harus diselesaikan dalam satu hari dimana penyelesaian hancak dari potong buah dan kutip brondolan dilakukan sepenuhnya oleh satu pemanen. Hasil kegiatan panen di Divisi V Kebun Mandah sudah berjalan baik yang tercermin dari mutu hancak berupa brondolan yang tidak terkutip sebesar 0.2 brondolan/pokok, 95.3 % buah masak, dan 0 % buah mentah. Aspek panen yang menjadi kendala yaitu unit angkut buah yang sangat lambat dalam pengangkutan ke pabrik kelapa sawit menyebabkan banyaknya buah menginap di lapangan.
MANAJEMEN PANEN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) PADA LAHAN GAMBUT DI KEBUN MANDAH, PT. BHUMIREKSA NUSA SEJATI, MINAMAS PLANTATION, KABUPATEN INDRAGIRI HILIR, PROVINSI RIAU
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
Kamdani Setiawan A24080188
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012
Judul
: MANAJEMEN PANEN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) PADA LAHAN GAMBUT DI KEBUN MANDAH, PT. BHUMIREKSA NUSA SEJATI, MINAMAS PLANTATION, KABUPATEN INDRAGIRI HILIR, PROVINSI RIAU
Nama
: KAMDANI SETIAWAN
NIM
: A24080188
Menyetujui, Pembimbing
Dr. Ir. Ahmad Junaedi, MSi. NIP. 19681101 199302 1 001
Mengetahui, Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB
Dr. Ir. Agus Purwito, MSc. Agr. NIP. 19611101 198703 1 003
Tanggal Lulus : .....................................
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Lampung, pada tanggal 16 September 1989. Penulis merupakan anak ke enam dari enam bersaudara dengan bapak bernama Basuki dan ibu bernama Sumartini. Penulis lulus dari SDN INPRES Muting, Merauke pada tahun 2001. Kemudian melanjutkan studi ke SLTPN 1 Merauke dan lulus pada tahun 2004, kemudian melanjutkan ke SMAN 3 Merauke dan lulus pada tahun 2007. Pada tahun 2008 penulis diterima di Departemen Agronomi
dan
Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD) Kabupaten Merauke. Selama
kuliah penulis
pernah
mengikuti kepanitiaan di Fakultas Pertanian serta Departemen Agronomi dan Hortikultura.
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha Kuasa yang telah memberikan rahmat dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada Lahan Gambut di Kebun Mandah, PT. Bhumireksa Nusa Sejati, Minamas Plantation, Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau sebagai syarat untuk menyelesaikan studi program sarjana di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1.
Dr. Ir. Ahmad Junaedi, MSi selaku dosen pembimbing skripsi, dan Dr. Ir. Diny Dinarti, MSi selaku dosen pembimbing akademik atas bimbingan, saran, serta nasehat yang diberikan kepada penulis.
2.
Bapak (Basuki) dan Mama (Sumartini), dan semua saudara saya yang selalu mendukung dalam menempuh studi.
3.
Pengelola Kebun Mandah, PT. Bhumireksa Nusa Sejati, Minamas Plantation yang telah memberikan kesempatan, fasilitas, dan bantuan moril yang dapat menunjang penulis untuk melakukan kegiatan magang.
4.
Bapak Hendarjat, Mbak Martha, yang terus membantu dalam Schoolarship di Minamas. Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan informasi serta manfaat
bagi yang memerlukan.
Bogor, Agustus 2012
Penulis
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ..................................................................................
vi
DAFTAR GAMBAR ..............................................................................
vii
DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................
viii
PENDAHULUAN .................................................................................. Latar Belakang ............................................................................ Tujuan .........................................................................................
1 1 2
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... Botani Kelapa Sawit ................................................................... Syarat Tumbuh ........................................................................... Panen ...........................................................................................
3 3 3 4
METODE MAGANG ............................................................................. Tempat dan Waktu ..................................................................... Metode Pelaksanaan ................................................................... Pengamatan dan Pengumpulan Data .......................................... Analisis Data dan Informasi .......................................................
9 9 9 10 11
KEADAAN UMUM ............................................................................... Letak Geografi ........................................................................... Keadaan Iklim dan Tanah .......................................................... Keadaan Tanaman dan Produksi ................................................ Luas Areal dan Tata Guna Lahan ............................................... Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan .................................. Fasilitas Sosial ............................................................................
12 12 12 13 14 15 18
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG .......................................... Aspek Teknis .............................................................................. Aspek Manajerial .......................................................................
19 19 39
PEMBAHASAN .................................................................................... Produktivitas .............................................................................. Persiapan Panen ......................................................................... Sistem dan Rotasi Panen ............................................................ Tenaga Panen .............................................................................. Angka Kerapatan Panen ............................................................. Taksasi Panen Harian ................................................................. Organisasi Panen ........................................................................ Transportasi Panen ..................................................................... Basis dan Premi Panen ............................................................... Sistem Pengawasan dan Sanksi Panen ........................................ Kualitas Panen ............................................................................
45 45 46 47 48 49 50 52 53 56 57 60
KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. Kesimpulan ................................................................................ Saran ...................................................................................
62 62 62
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................
63
LAMPIRAN ............................................................................................
65
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1. Produksi Kebun Mandah Tahun 2006 - 2010 .............................
13
2. Tata Guna Lahan Kebun Mandah ..............................................
14
3. Pedoman Umum Penentuan Jumlah Sampel LSU .....................
25
4. Hasil Sensus Ganoderma Divisi II Kebun Mandah ....................
28
5. Kriteria Panen Kelapa Sawit Kebun Mandah Berdasarkan Jumlah Brondolan yang Lepas dari Janjang................................
35
6. Basis Janjang, Premi Siap Borong, Premi Lebih Borong, dan Premi Kutip Brondolan di Kebun Mandah .................................
37
7. Perbandingan Rata-rata Produksi TBS Kelapa Sawit pada Tanah Gambut di Kebun Mandah Menurut Kelas Lahan ..........
46
8. Hasil Pengamatan Kerapatan Panen di Divisi V Kebun Mandah .......................................................................................
49
9. Perbandingan AKP Estimasi dengan AKP Aktual ....................
50
10. Hasil Pengamatan Taksasi Panen di Divisi V Kebun Mandah ..
51
11. Hasil Pengamatan Kualitas Angkut Buah Tim Transport di Divisi V Kebun Mandah.. ......................................................
55
12. Sistem Denda Harian Panen Untuk Pemanen di Kebun Mandah ........................................................................................
59
13. Sistem Denda Harian Panen Untuk Mandor Panen di Kebun Mandah ........................................................................................
59
14. Hasil Pengamatan Mutu TBS di Divisi V Kebun Mandah .........
60
15. Hasil Pengamatan Mutu Hancak di Divisi V Kebun Mandah ...
61
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1. Model Pergerakan Tim Pupuk dalam Aplikasi ..........................
24
2. Pohon Sampel yang Diambil Pelepah 17 ....................................
25
3. Kegiatan Pembumbunan (Mounding) .........................................
26
4. Serangan Hama dan Penyakit pada Tanaman Kelapa Sawit .......
28
5. Tanaman Beneficial Plant ...........................................................
30
6. Pembersihan Kanal Cabang (KCB) ...........................................
31
7. Grafik Level Air Bulan Februari 2012 ........................................
32
8. Kondisi Gawangan Saat Terjadi Genangan Air Kanal ..............
32
9. Pemetaan Seksi Panen Divisi V Kebun Mandah ........................
34
10. Proses Transportasi Buah dari TPH sampai ke PKS...................
38
11. Kegiatan Field Day (a) dan Apel K3 (b).....................................
44
12. Pengorganisasian Kerja Hancak Mandor ...................................
52
13. Alur Pengangkutan TBS di Kebun Mandah................................
53
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian Lepas di Kebun Mandah .............................................................
66
2. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Mandor di Kebun Mandah .......................................................................................
67
3. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Penanggung Jawab Sementara Asisten di Kebun Mandah .........................................
69
4. Peta Kebun Mandah ....................................................................
72
5. Data Curah Hujan di Kebun Mandah Tahun 2006-2011 ............
73
6. Struktur Organisasi Kebun Mandah ...........................................
74
7. Peta Water Management dan Zoning Kebun Mandah ................
75
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tumbuhan tropis golongan plasma yang termasuk tanaman tahunan. Hasil utama yang dapat diperoleh dari tandan buah sawit ialah minyak sawit yang terdapat pada daging buah (mesokarp) dan minyak inti sawit yang terdapat pada kernel (Naibaho, 1998). Industri minyak sawit merupakan kontributor penting dalam produksi di Indonesia. Industri ini juga berkontribusi dalam pembangunan daerah, sebagai sumber daya penting untuk pengentasan kemiskinan melalui budidaya pertanian dan pemprosesan selanjutnya. Pada tahun 2010 Indonesia memproduksi 19 844 901 ton minyak sawit (Ditjenbun, 2010). Kelapa sawit merupakan salah satu komoditi ekspor non migas yang penting di samping kelapa, kacang-kacangan, dan jagung. Pertambahan lahan perkebunan kelapa sawit dan perkembangan teknologi mendukung produksi minyak kelapa sawit kasar atau Crucle Palm Oil (CPO) dan Palm Kernel Oil (PKO) yang meningkat pesat. Produk kelapa sawit selain digunakan sebagai minyak goreng, dapat juga digunakan sebagai bahan kosmetika dan farmasi serta bahan non makanan (sabun, deterjen, tinta cetak) (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003). Peningkatan perkembangan kelapa sawit yang begitu pesat banyak berhubungan dengan masalah teknis agronomis. Manajemen yang baik yang dimulai dari pembukaan lahan hingga pemanenan dan pengolahan hasil, akan memberikan keuntungan yang maksimal bagi perusahaan (Leonard, 2007). Keberhasilan panen didukung oleh pengetahuan pemanen tentang persiapan panen, kriteria matang panen, rotasi panen, sistem panen, dan sarana panen. Keseluruhan faktor ini merupakan kombinasi yang tidak terpisahkan satu sama lain. Untuk meningkatkan ketrampilan tentang keberhasilan panen ini perlu dilakukan pelatihan bagi pemanen (Koedadiri et al., 2003). Manajemen dalam pemanenan berkaitan erat dengan penentuan waktu panen. Waktu panen buah kelapa sawit sangat mempengaruhi jumlah dan mutu minyak yang dihasilkan. Pada umumnya kelapa sawit telah menunjukkan
2 kesiapan untuk dipanen bila ukuran tandan buahnya telah mencapai berat 3 kg atau lebih. Tandan buah telah masak atau siap panen sekitar 5.5 bulan sejak terjadinya penyerbukan (Setyamidjaja, 2006). Menurut Satyawibawa dan Widyastuti (1999), panen yang tepat mempunyai sasaran untuk kandungan minyak yang paling maksimal. Pemanenan pada saat buah dalam keadaan lewat matang akan meningkatkan asam lemak bebas (ALB) atau free fatty acid (FFA). Apabila pemanenan yang dilakukan lewat matang maka akan sangat merugikan karena buah yang terlalu masak akan meningkatkan kandungan ALB sehingga akan menurunkan mutu minyak.
Tujuan Kegiatan magang ini secara umum memiliki tujuan untuk meningkatkan wawasan, kemampuan professional dan keterampilan mahasiswa dalam memahami proses kerja secara nyata pada aspek pengetahuan manajerial perkebunan, teknik budidaya, pemanenan, serta pengolahan kelapa sawit. Tujuan khusus dari kegiatan magang ini lebih menekankan pada kegiatan panen kelapa sawit.
3
TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit diklasifikasikan sebagai berikut : Divisi
: Embryophyta Siphonagama
Kelas
: Angiospermae
Ordo
: Monocotyledonae
Famili
: Arecaceae
Sub Famili
: Cocoideae
Genus
: Elaeis
Spesies
: 1. E. gueneensis Jacq. 2. E. Oliefera (H.B.K) Cortes 3. E. Odora Kelapa sawit merupakan spesies Cocoideae yang paling besar habitusnya.
Titik tumbuh aktif secara terus menerus menghasilkan primordial (bakal) daun setiap sekitar 2 minggu (pada tanaman dewasa) (Pahan, 2010).
Syarat Tumbuh Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada suhu udara 27 0C dengan suhu maksimum 33 0C dan suhu minimum 22 0C sepanjang tahun. Curah hujan rata-rata tahunan yang memungkinkan untuk pertumbuhan kelapa sawit adalah 1250 - 3000 mm yang merata sepanjang tahun (dengan jumlah bulan kering kurang dari 3 bulan), curah hujan optimal berkisar 1750 - 2500 mm. Lama penyinaran matahari yang optimal adalah 6 jam per hari dan kelembaban nisbi untuk kelapa sawit pada kissaran 50 – 90 % (optimalnya pada 80 %). Secara umum, kelapa sawit dapat tumbuh dan berproduksi baik pada tanah-tanah Ultisol, Entisol, Inceptisol, Andisol, dan Histosol. Tekstur tanah yang paling ideal untuk kelapa sawit adalah lempung berdebu, lempung liat berdebu, lempung berliat dan lempung liat berpasir. Kedalaman efektif tanah yang baik adalah > 100 cm. kemasaman (pH) tanah yang optimal adalah pH 5.0 – 6.0 namun kalapa sawit
4 masih toleran terhadap pH < 5.0 misalnya pada pH 3.5 - 4.0 (pada tanah gambut) (Sugiyono et al., 2003).
Panen Kelapa sawit umumnya mulai berbuah pada umur 3 - 4 tahun dan masak pada 5 - 6 bulan setelah penyerbukan. Proses pemasakan buah kelapa sawit dapat dilihat dari warna kulit buahnya, dari hijau pada buah muda menjadi merah jingga waktu buah telah masak. Pada saat itu, kandungan minyak pada daging buahnya telah maksimal. Jika terlalu matang, buah kelapa sawit akan terlepas dari tangkai tandannya, hal ini disebut dengan istilah membrondol (Satyawibawa dan Widyastuti, 1999). Suatu areal sudah dapat dipanen jika tanaman telah berumur 31 bulan, sedikitnya 60% buah telah matang panen, dari 5 pohon terdapat 1 tandan buah matang panen. Ciri tandan matang panen yang biasa digunakan adalah apabila sedikitnya ada 5 brondolan yang lepas/jatuh dari tandan yang beratnya kurang dari 10 kg atau sedikitnya ada 10 buah yang lepas dari tandan yang beratnya 10 kg atau lebih. Ciri-ciri lain yang bisa digunakan adalah apabila bobot rata-rata tandan sudah mencapai 3 kg (Untung, 2009). Panen pada tanaman kelapa sawit meliputi pekerjaan memotong tandan buah masak, memungut brondolan dan sistem pengangkutannya dari pohon ke tempat pengumpulan hasil (TPH) serta ke pabrik. Pelaksanaan proses pemanenan perlu memperhatikan beberapa kriteria tertentu untuk mencapai tujuan dari pemanenan yaitu di antaranya kriteria matang panen, cara panen, rotasi dan sistem panen, serta mutu panen harus diikuti. Kriteria tersebut bertujuan untuk menciptakan produksi hasil yang maksimum dan baik serta rendemen minyak yang tinggi (Satyawibawa dan Widyastuti, 1999).
Persiapan Panen Dalam mengahadapi masa panen, segala sesuatunya harus disiapkan dengan baik. Tempat pengumpulan hasil (TPH) harus disiapkan dan jalan angkutan hasil (pasar pikul) perlu diperbaiki untuk memudahkan pengangkutan
5 hasil panen dari kebun ke pabrik, sehingga pemanenan berjalan lancar. Pada areal kebun yang topografinya miring perlu dibuat tangga untuk memudahkan pengangkutan. Selain itu, para pemanen harus mempersiapkan peralatan yang akan digunakan seperti dodos atau egrek (arit bergagang bambu yang panjang) dan peralatan-peralatan lainnya yang diperlukan (Setyamidjaja, 2006).
Kriteria Panen Panen yang tepat bertujuan untuk mendapatkan kandungan minyak yang paling maksimal. Pemanenan pada saat buah dalam keadaan lewat matang akan meningkatkan asam lemak bebas (ALB) atau free fatty acid (FFA). Apabila pemanenan yang dilakukan lewat matang maka akan sangat merugikan karena buah yang terlalu masak sebagian kandungan minyaknya berubah menjadi ALB sehingga akan menurunkan mutu minyak (Satyawibawa dan Widyastuti, 1999). Tanaman kelapa sawit dianggap sudah menghasilkan pada tahun ketiga hingga keempat setelah tanam. Sementara itu, buah kelapa sawit biasanya sudah dianggap matang sekitar 6 bulan setelah penyerbukan. Proses pemasakan tandan sawit dapat dilihat dari perubahan warna buahnya. Buah kelapa sawit yang masih mentah berwarna hijau karena pengaruh zat klorofil. Selanjutnya akan berubah menjadi merah atau oranye akibat pengaruh zat warna beta karoten. Setelah warna merah atau oranye tercapai berarti minyak sawit yang terkandug dalam daging buah telah mencapai maksimal dan buah sawit akan lepas dari tangkai tandannya. Sudah lazim bahwa kriteria kematangan tandan dinyatakan dalam jumlah buat sawit yang sudah jatuh. Sebagai patokan, jumlah minimum buah sawit yang jatuh sebanyak 10 buah untuk tanaman muda menghasilkan dan 15 buah untuk tanaman tua menghasilkan (Sunarko, 2007).
Rotasi Panen Rotasi panen merupakan jarak waktu antara suatu panen dengan panen berikutnya. Rotasi panen mempengaruhi transportasi dan pengolahan di PMKS. Rotasi panen yang terlalu cepat dapat merangsang pemanen untuk memanen buah
6 mentah (demi mengejar siap borong). Fenomena tersebut dikarenakan pada saat itu kerapatan buah matang telah menurun. Upaya untuk menjaga rotasi panen tetap normal sangat penting sekali untuk terus menerus memantau daftar rotasi panen yang ada di kantor afdelling, disamping
informasi
mengenai
umur
tanaman
dan
kerapatan
buah
masak/persentasi panen di setiap blok, jumlah tenaga potong buah, jumlah borongan dan persentasi borong, serta curah hujan (Pahan, 2010).
Sistem Hancak Panen Sistem hancak panen bergantung pada keadaan topografi lahan dan ketersediaan tenaga kerja. Sistem panen terdiri dua yaitu hancak tetap dan giring. Hancak tetap adalah setiap pemanen diberikan hancak panen yang sama dengan luasan tertentu dan harus selesai pada hari tertentu. Hancak giring adalah setiap pemanen diberikan hancak per baris tanamn dan digiring bersama-sama. Kelebihan sistem hancak tetap adalah setiap pemanen bertanggung jawab terhadap hancak panen dan mudah dikontrol kualitasnya, sedangkan sistem hancak giring adalah pelaksanaan panen lebih cepat dan buah buah cepat sampai di TPH. Kelemahan sistem ancak tetap adalah buah terlambat sampai di TPH sedangkan sistem hancak giring adalah setiap pemanen selalu mencari buah yang mudah dipanen dan pengontrolan kualitasnya lebih sulit (Koedadiri et al., 2003).
Kerapatan Panen Menurut Koedadiri et al. (2003) kerapatan panen adalah jumlah pohon yang dapat dipanen (jumlah tandan matang panen) dari suatu luasan tertentu. Angka kerapatan panen (AKP) dipakai untuk meramalkan produksi, kebutuhan pemanen, kebutuhan truk, pengolahan TBS pada esok harinya. Kegunaan perhitungan kerapatan panen adalah untuk meramalkan produksi tanaman, menetapkan angka kerapatan panen (AKP) dan jumlah pemanen. Perhitungan ramalan produksi (P) adalah hasil perkalian antara jumlah pohon (JP), AKP (tandan) dan rerata berat tandan (RBT) atau P = AKP x RBT x JP, AKP = jumlah
7 tandan matang/jumlah pohon yang diamati, sedangkan jumlah pemanen = ramalan produksi/prestasi pemanen. Sistem perhitungan kerapatan panen terdiri dari 2 yaitu: a. Sistem terpusat yakni pohon contoh ditetapkan pada 2 baris tanaman di tengah blok, baris tanaman di pinggir jalan atau batas blok tidak ikut. b. Sistem menyebar yakni pohon contoh ditetapkan secara sistematis dengan selang baris dan pohon contoh tergantung jumlah pohon yang akan diamati.
Cara Panen Cara pemanenan buah sangat mempengaruhi jumlah dan mutu minyak yang dihasilkan. Menurut Setyamidjaja (2006) panen dan pengumpulan buah kelapa sawit yang dianjurkan adalah sebagai berikut : -
Semua tandan yang telah matang panen harus dipanen, jangan ada yang tertinggal di pohon atau di piringan.
-
Untuk tanaman yang masih rendah, gagang tandan di potong dengan dodos, sedangkan untuk tanaman yang sudah tinggi gagang tandan di potong dengan egrek yang bertangkai panjang. Sebelum tandan dipotong, pelepah daun yang menyangga buah sebaiknya dipotong terlebih dahulu. Pelepah daun dipotong sependek mungkin.
-
Pelepah daun yang jatuh dipotong tiga dan ditaruh digawangan dengan posisi terlungkup.
-
Tandan buah hasil panen diletakkan di piringan menghadap ke jalan pikul. Buah yang lepas dikumpulkan dan diletakkan terpisah dari tandannya.
-
Gagang tandan yang masih panjang dipotong sependek mungkin.
-
Tandan buah dikumpulkan pada tempat pengumpulan hasil (TPH), disusun 5 – 10 tandan per baris, gagangnya menghadap ke atas. Brondolan disatukan dan dimasukkan ke dalam karung.
-
TPH sebaiknya dilapisi karun goni/plastik agar TBS tidak kotor.
8 Mutu Panen Sasaran utama pekerjaan potong buah yaitu mencapai produksi/ton TBS per hektar yang tinggi, rendemen minyak yang maksimal, dan mutu produksi yang baik berupa kandungan asam lemak bebas (ALB) yang rendah dan bebas dari kotoran. Asam lemak bebas pada minyak kelapa sawit mentah merupakan hasil kegiatan enzim lipase yang biasanya terjadi sebelum pemrosesan buah dilaksanakan. Buah kelapa sawit yang sudah matang dan masih segar hanya mengandung 0.1 % asam lemak bebas, tetapi buah-buah yang sudah memar atau pecah dapat mengandung asam lemak bebas sampai 50 % hanya dalam waktu beberapa jam saja, bahkan apabila buah dibiarkan begitu saja tanpa perlakuan khusus, dalam waktu 24 jam kandungan asam lemak bebas dapat mencapai 67 %. Untuk membatasi terbentuknya
asam lemak bebas, buah kelapa sawit harus
segera dipanasi dengan suhu antara 90 – 100 oC (Setyamidjaja, 2006).
9
METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan di Kebun Mandah PT. Bhumireksa Nusa Sejati, Minamas Plantation, Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau mulai tanggal 13 Februari 2012 sampai 13 Mei 2012.
Metode Pelaksanaan Kegiatan magang dilaksanakan selama tiga bulan. Adapun kegiatan magang meliputi seluruh kegiatan yang menyangkut aspek teknis di lapangan dan aspek manajerial. Selama magang kegiatan harian dicatat pada jurnal harian seperti disajikan pada Lampiran 1, 2, dan 3. Kegiatan yang dilakukan pada waktu magang adalah : 1. Melakukan praktek kerja langsung di kebun. Kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan seluruh rangkaian pekerjaan di lapangan dan di kantor pada berbagai tingkat jabatan mulai dari Karyawan Harian Lepas (KHL) selama 3 minggu, mandor selama 4 minggu, dan penanggung jawab sementara asisten selama 6 minggu. 2. Pengumpulan data primer. Pengumpulan data primer diperoleh melalui pengamatan langsung pada kegiatan di kebun khususnya pada aspek pemanenan dan pasca panen pada saat menjadi pendamping mandor atau pendamping asisten. 3. Pengumpulan data sekunder. Data sekunder berupa lokasi kebun, luas areal, kondisi iklim, kondisi lahan,
produktivitas,
stuktur
organisasi
perusahaan,
rekomendasi
pelaksanaan teknis budidaya dan informasi-informasi penting lainnya yang dibutuhkan. Data ini diperoleh melalui arsip, informasi dari kantor dan studi literatur.
10 Pengamatan dan Pengumpulan Data Pengamatan aspek khusus yang dilakukan pada kegiatan magang di perkebunan kelapa sawit antara lain: 1) Pembentukkan organisasi panen Data mengenai pembentukan organisasi panen dalam kebun diperoleh dengan melakukan wawancara kepada asisten divisi. 2) Penentuan kriteria panen Pengamatan terhadap penentuan kriteria panen dilakukan dengan cara mengikuti tiga pemanen serta melakukan wawancara dengan mandor panen. Pengamatan yang dilakukan adalah tingkat kematangan buah meliputi jumlah brondolan yang jatuh. 3) Angka kerapatan panen Pengamatan angka kerapatan panen menggunakan Sistem menyebar yakni pohon contoh ditetapkan secara sistematis dengan selang baris dan pohon contoh tergantung jumlah pohon yang akan diamati. Pohon contoh yang diamati sebanyak 6 % tanaman contoh/blok sebanyak 5 blok dalam 1 afdelling. 4) Taksasi Panen Harian Perhitungan taksasi panen diperoleh dari presentase AKP dikalikan dengan pokok produktif pada areal yang akan dipanen dan berat tandan rata-rata (BTR) blok tersebut. Penulis melaksanakan pengamatan kegiatan taksasi panen pada lima seksi panen. Taksasi panen dilakukan di seksi A blok H022 (132 ha), seksi B blok H021 (113 ha), seksi C blok H020 (118 ha), seksi D blok H019 (145 ha), dan seksi E blok H018 (140 ha). 5) Tenaga panen Pengamatan terhadap jumlah pemanen dilakukan dengan melakukan wawancara terhadap asisten kebun dan pengamatan langsung dengan menghitung pemanen yang ada, serta melakukan perbandingan apakah sesuai dengan kebutuhan yang ditetapkan perusahaan. 6) Mutu Panen Pengamatan terhadap mutu panen terdiri dua bagian, yaitu mutu buah dan mutu hancak. Pengamatan yang dilakukan oleh penulis di lapangan
11 terhadap kualitas mutu buah adalah tingkat kematangan buah dan gagang panjang pada TBS sebanyak 200 TBS. Pengamatan mutu hancak meliputi kebersihan hancak panen. Pengamatan dilakukan dengan mengambil sampele tiga pemanen dalam satu kemandoran dalam tiga hari sebagai ulangan pada dua kemandoran. 7) Pelaksanaan Panen Pengamatan pelaksanaan panen dengan cara mengikuti kegiatan panen dari apel pagi hingga buah diangkut ke TPH dan melakukan wawancara kepada mandor/Asisten kebun mengenai standar operation procedur (SOP) panen. 8) Transportasi Panen (TBS) Pengamatan dilakukan dengan cara mengikuti salah satu tim transport panen dari proses pengangkutan di TPH hingga proses pengangkutan TBS hingga ke pabrik. 9) Penetapan sistem dan rotasi panen Data mengenai penetapan sistem dan rotasi panen diperoleh dengan cara wawancara langsung kepada asisten kebun atau mandor kebun. 10) Basis dan Premi Panen Data mengenai basis dan premi pemanen didapat dengan cara wawancara kepada pekerja, mandor, atau asisten kebun.
Analisis Data dan Informasi Data yang diperoleh dari pengamatan secara langsung dilakukan analisis secara deskriptif dan kuantitaif menggunakan norma kerja yang berlaku. Analisis deskriptif merupakan perbandingan hasil pengamatan di lapangan dengan norma kerja yang berlaku di perusahaan.
12
KEADAAN UMUM Letak Geografi Lokasi Kebun Mandah, PT. Bhumireksa Nusa Sejati, Minamas Plantation secara administratif terletak di Kecamatan Mandah, Kabupaten Indragiri Hilir, Propinsi Riau. Lokasi Kebun Mandah berada pada Bujur Timur 1030 28' 28" – 1030 34' 34" dan Lintang 00 05' 41" – 00 09' 40". Kebun Mandah dari Batam dapat ditempuh melalui darat menuju Pelabuhan Sekupang selama 30 menit, kemudian melalui laut menuju Pelabuhan Guntung menggunakan kapal fery selama 2 - 4 jam, dan kemudian menggunakan speed boat menuju Kebun Mandah kurang lebih selama 1 jam. Kebun Mandah juga dapat ditempuh dari Pekanbaru melalui Tembilahan, Ibu Kota Kabupaten Indragiri Hilir melalui sungai menggunakan speed boat selama 4 - 6 jam. Peta Kebun Mandah terdapat pada Lampiran 4.
Keadaan Iklim dan Tanah Kondisi iklim di Kebun Mandah berdasarkan data curah hujan enam tahun terakhir termasuk tipe iklim A yaitu daerah sangat basah dengan rata-rata curah hujan tahunan kebun Mandah adalah 2 525 mm/tahun. Data curah hujan disajikan pada Lampiran 5. Jenis tanah di areal Kebun Mandah, PT. Bhumireksa Nusa Sejati tergolong tanah organik atau tanah gambut dengan kandungan tanah ultisol 0 %, insepsol 0 %, dan histosol 100 %. Jenis tanah gambut memiliki struktur fisik yang remah dan mudah terjadi erosi atau abrasi pada tepi kanal di jalur transportasi yang terkena ombak. Kedalaman tanah gambut di kebun Mandah berkisar lebih dari 3 m. Derajat kemasaman (pH) tanah di Kebun Mandah rata-rata 2.93 yang menunjukkan bahwa tanah gambut di kebun Mandah merupakan tanah dengan kemasaman yang tinggi dengan kesesuaian lahan kelas S3. Topografi di Kebun Mandah memiliki areal yang datar dengan kemiringan 0 – 8 %.
13 Keadaan Tanaman dan Produksi Tanaman kelapa sawit di Kebun Mandah secara umum adalah tanaman menghasilkan (TM) dengan tahun tanam 1996 - 2005. Bibit kelapa sawit yang ditanam di Kebun Mandah berasal dari Socfindo, Guthrie Research, dan Marihat. Pola tanam kelapa sawit yang digunakan dalam penanaman adalah segitiga samasisi dengan jarak tanam 9 m x 9 m x 9 m (populasi efektif 142 pokok/ha). Produksi Kebun Mandah berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan dari tahun 2005 sampai 2010. Peningkatan produksi dipengaruhi oleh bahan tanaman, pemeliharaan tanaman, luas areal, pokok produktif per hektar, berat tandan rata-rata (BTR) yang meningkat setiap tahun pada tanaman kelapa sawit juga menyebabkan terjadinya peningkatan produksi. Produksi Kebun Mandah juga terjadi fluktuasi produksi tiap bulannya. Hal ini disebabkan oleh kerapatan buah, tenaga kerja, dan curah hujan. Tabel 1. Produksi Kebun Mandah Tahun 2006-2010 Bulan
Aktual Produksi 2005 / 2006
2006 / 2007
2007 / 2008
2008 / 2009
2009 / 2010
2010 / 2011
Juli
....................................................kg................................................ 1 153 383 1 545 570 2 131 763 3 388 165 4 218 604 4 584 521
Agustus
1 553 474
1 065 613
2 316 297
3 589 413
4 080 639
4 628 030
September
1 210 811
1 509 226
3 194 202
3 027 697
2 637 484
3 343 706
Oktober
1 821 865
704 336
2 226 815
3 227 360
4 509 978
3 589 514
November
1 298 178
1 392 693
3 589 885
3 759 997
4 358 348
4 194 717
Desember
1 827 606
2 012 516
3 223 586
3 548 491
4 542 321
4 412 094
Januari
892 956
1 991 357
2 694 366
3 472 842
3 905 422
3 805 585
Februari
865 542
1 729 238
2 187 959
2 473 315
3 532 416
3 445 992
Maret
505 710
1 860 695
2 092 463
2 724 307
3 810 199
4 578 807
April
1 009 300
1 878 720
2 473 359
2 309 690
3 917 870
4 479 539
Mei
1 904 124
1 909 393
2 608 613
2 168 075
3 755 146
5 295 816
Juni
1 300 788
1 673 611
2 715 338
3 454 912
4 214 390
5 743 446
Total
15 343 737
19 272 968
31 454 646
37 144 264
47 482 817
52 101 767
3 207
3 207
3 589
3 589
4 116
4 111
4.8
6.0
8.7
10.4
11.5
12.7
Luas (ha) Produktivitas (ton / ha)
Sumber : Data Kantor Besar Kebun Mandah 2012
14 Luas Areal dan Tata Guna Lahan Luas areal Kebun Mandah sampai tahun 2012 adalah 5 040 ha yang terdiri dari tanaman menghasilkan (TM) seluas 4 111 ha, dan luas areal yang tidak ditanami 929 ha. Kebun Mandah dibagi menjadi lima divisi areal pertanaman dan tiap divisi terbagi beberapa blok tanam. Luas areal masing-masing yaitu Divisi I seluas 832 ha dibagi dalam enam blok, Divisi II seluas 822 ha dibagi dalam enam blok, Divisi III seluas 784 ha dibagi dalam enam blok, Divisi IV seluas 819 ha dibagi dalam tujuh blok, dan Divisi V seluas 854 ha dibagi dalam tujuh blok. Areal yang tidak ditanami merupakan areal prasarana seperti emplasment, kanal, dan areal konservasi yang keseluruhan sebesar 8.47 % dari total areal Kebun Mandah. Luas areal dan tata guna lahan di Kebun Mandah dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Tata Guna Lahan Kebun Mandah No
Uraian
Tanaman Menghasilkan TT. 1996 TT. 1997 TT. 1998 TT. 1999 TT. 2000 TT. 2004 TT. 2005 Total Areal TM Areal TBM Total Areal Ditanam 2 Areal Belum Ditanam / Lainnya - Emplasment/Pabrik - Kanal/kolektor - Sungai/rawa - Okupasi - Konservasi Total Areal Tidak Ditanam Total Areal Kebun Mandah
Divisi Total Luas I II III IV V ........................... ha ...............................
1
141 691 832 832
151 671 822 822
139 645 784 784
229 376 249 854 854
141 842 810 645 642 521 510 4 111 4 111
30 41 71 903
14 38 52 874
11 14 36 18 17 235 267 208 47 475 284 831 1 294 1 138
69 150 502 208 929 5 040
Sumber : Data Kantor Besar Kebun Mandah 2012
413 145 261 819 819
15 Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan Struktur organisasi Kebun Mandah terdiri dari seorang estate manager yang memimpin dan bertanggung jawab terhadap semua kegiatan di unit kebun. Estate Manager membawahi seorang senior asisten, lima asisten divisi, seorang asisten traksi, satu asisten Quality Asurance (QA), dan seorang kepala seksi (Kasie). Senior asisten memimpin sebuah divisi dan memiliki wilayah kerja seluruh divisi. Asisten divisi bertanggung jawab atas pekerjaan di setiap divisi. Kepala seksi bertugas memimpin kegiatan administratif di kantor besar. Struktur organisasi Kebun Mandah dapat dilihat pada Lampiran 6. Ketenagakerjaan di Kebun Mandah, PT. Bhumireksa Nusa Sejati terdiri atas karyawan staf dan non staf. Perbedaan ini berdasarkan jenis pekerjaan dan sistem pengupahan. Karyawan staf terdiri dari estate manager, asisten kepala, asisten divisi, dan kepala seksi. Pemberian gaji berdasarkan golongan dan kebijakan yang dibuat oleh perusahaan. Karyawan non staf terdiri atas syarat kerja umum (SKU) yang terbagi menjadi SKU bulanan dan SKU harian seperti mandor, SKU kontrak, dan karyawan harian lepas (KHL).
Pengelolaan Kebun Tingkat Staf Pengelolaan kebun dilakukan oleh estate manager dibantu oleh asisten kepala, asisten divisi dan kepala seksi. Estate manager mengelola kebun mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi dalam pelaksanaan manajemen teknis, manajemen tenaga kerja, serta manajemen keuangan kebun. Asisten kepala mempunyai tugas untuk menggantikan tugas manajer jika tidak berada di lokasi, serta memimpin sebuah divisi, bagian traksi, klinik, gudang, dan keamanan. Asisten kepala langsung bertanggung jawab kepada estate manager. Asisten kepala bertugas untuk memimpin, mengarahkan dan menegur para asisten dalam melaksanakan kegiatan di lapangan. Asisten divisi mempunyai tugas untuk membuat program kerja divisi, mengkoordinasikan pekerjaan mandor-mandor tanaman dalam menjalankan peraturan perusahaan, mengevalusi hasil kerja mandor I, kerani divisi, mandor perawatan, mandor panen, kerani panen serta membantu estate manager dalam
16 pengawasan dan pelaksanaan teknis di lapangan. Asisten dibantu oleh seorang mandor I dalam pelaksanaan kegiatan lapangan. Pelaksanaan administrasi asisten dibantu oleh kerani divisi. Kepala seksi bertugas memimpin kegiatan yang dilaksanakan di kantor besar, menyusun, dan melaporkan secara tertulis kegiatan administratif yang bersifat umum, teknik budidaya, produksi, tenaga kerja, maupun hal-hal pendukung yang berasal dari luar kebun.
Pengelolaan Kebun Tingkat Non Staf Karyawan kebun tingkat non staf adalah kepala gudang, mandor I, mandor panen, kerani divisi, mandor perawatan dan kerani panen. Kepala gudang bertugas untuk mengatur keluar masuk barang, bahan, dan alat yang dibutuhkan kebun serta mencatat jumlah barang yang tersedia. Kepala gudang dalam melakukan aktivitasnya dibantu oleh beberapa karyawan gudang. Mandor I bertugas membantu asisten divisi dalam mengawasi kegiatan sehari-hari di lapangan. Setiap divisi mempunyai seorang mandor I yang membawahi beberapa mandor seperti mandor perawatan, mandor panen, dan kerani buah. Kegiatan yang dilakukan mandor I adalah mengawasi kegiatan yang dilakukan mandor dan karyawan agar rencana yang telah ditetapkan berjalan dengan baik. Selain itu, mandor I juga dapat menegur dan memberikan sanksi kepada mandor dan karyawan yang tidak melaksanakan pekerjaan sesuai rencana. Kerani divisi bertugas melakukan kegiatan administratif seperti laporan produksi, laporan penggunaan HK, laporan penggunaan bahan, laporan hancak dan laporan-laporan lainnya serta setiap hari melaporkan pasca panen ke kantor besar. Kerani divisi dalam melakukan tugasnya berkoordinasi dengan mandor dan kerani buah. Kerani divisi juga membantu asisten untuk membagikan gaji dan jatah beras pada karyawan. Mandor panen bertugas untuk mengabsensi karyawan, memberikan instruksi pekerjaan, mengatur hanca karyawan, mengawasi pekerjaan, memberikan petunjuk teknis, mengawasi pekerjaan dan melaporkan hasilnya dalam buku kerja mandor. Seorang mandor harus dapat meningkatkan hasil kerja karyawan agar dapat mencapai target yang diinginkan.
17 Kerani buah bertugas untuk mencatat, menghitung jumlah TBS, brondolan yang dipanen, menyeleksi TBS di TPH, membuat premi potong buah setiap hari panennya dan mengatur transportasi buah dari TPH ke colection point (CP). Laporan dimasukkan dalam buku laporan panen harian setiap divisi yang selanjutkan dilaporkan ke kantor besar.
Pengelolaan Tenaga Kerja Harian Kegiatan setiap hari dimulai pukul 05.30 WIB, yang diawali dengan apel pagi di setiap divisi. Asisten divisi memimpin kegiatan apel pagi dengan mengarahkan para mandor tentang kegiatan yang akan dilakukan pada hari itu serta mengevaluasi kegiatan yang telah dilakukan pada hari sebelumnya, tetapi sebelum asisten, Mandor I yang membuka dan memulai apel pagi tersebut. Mandor I juga bertugas menggantikan asisten memimpin apel pagi jika asisten berhalangan karena tugas keluar ataupun sakit. Seluruh kegiatan di lapangan dimulai pukul 07.00 WIB dan berakhir pukul 14.00 WIB, terkecuali hari Jum’at kegiatan diakhiri pukul 12.00 WIB. Setiap asisten divisi membawahi seorang mandor I, satu orang kerani divisi, dan 6 supervisior (mandor dan kerani buah). Pengawasan dilakukan setiap hari oleh asisten divisi dan mandor I. Selain melakukan pengawasan di lapangan asisten juga mengevaluasi buku kerja mandor setiap hari. Mandor bertugas mengabsen karyawan, memberikan instruksi pekerjaan, mengatur hancak karyawan, mengawasi pekerjaan dan memberikan laporan dalam buku kerja mandor setiap hari kerja. Laporan hasil kerja mandor dikumpulkan menjadi satu oleh kerani divisi yang kemudian dilaporkan kepada pihak manajemen kebun pada kantor besar.
Fasilitas Sosial Kebun Mandah menyediakan fasilitas sosial dan pendidikan yang memadai. Fasilitas sosial yang dimiliki adalah satu unit klinik yang terletak di pusat lokasi kebun, empat unit tempat penitipan anak yang terletak di tiap divisi, tiga unit musola yang terletak di Divisi I, Divisi III, dan Divisi IV. Fasilitas
18 pendidikan yang dimiliki adalah satu unit sekolah dasar swasta (SDS) bangunan permanen dan taman kanak-kanan (TK) yang berada di pusat lokasi kebun. Fasilitas transportasi air yang disediakan berupa bargas, pompong, dan pocay. Bargas digunakan untuk menjemput dan mengantar siswa sekolah yang digunakan oleh Divisi III, Divisi IV, dan Divisi V. Pompong digunakan untuk mengantar siswa SLTP ke luar Kebun Mandah yang berada di Nusa Perkasa Estate. Pocay merupakan transportasi yang digunakan oleh divisi yang jauh dari pusat kebun seperti Divisi IV dan V untuk antar jemput staf dalam kebun, mengantar karyawan atau keluarga karyawan yang sakit untuk berobat ke poliklinik, dan keperluan umum yang lain. Selain itu juga terdapat kelompok kesenian kuda lumping dan koperasi karyawan.
19
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Lahan gambut adalah tanah yang terbentuk dari bahan organik dalam waktu yang lama dan umumnya tersebar di sepanjang pantai. Tanah gambut umumnya juga disebut sebagai tanah daun. Untuk mencapai produktivitas yang optimal di lahan gambut, maka pengelolaannya memerlukan standarisasi teknologi dan kultur-teknis khusus yang berbeda dengan tanah mineral. Dalam peningkatan efektifitas operasional di lahan gambut diperlukan paket teknologi yang terintegrasi mulai dari sistem pembukaan lahan, penanaman, pemeliharaan tanaman, transportasi dan pengelolaan produksi.
Aspek Teknis Kegiatan teknis yang dilakukan penulis di Divisi V Kebun Mandah adalah sebagai KHL selama 3 minggu, yang dalam pelaksanaannya penulis bekerja sebagai KHL yang sebenarnya di lapangan. Pelaksanaan kegiatan teknis sebagai KHL dilakukan dengan mengikuti kegiatan pemeliharaan tanaman mulai dari rawat piringan kimia, rawat gawangan kimia, rawat gawangan manual, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, mounding, water mangement, dan panen. Kegiatan dimulai dengan mengikuti apel karyawan lapangan, dimulai pukul 06.00 - 06.30 WIB yang dipimpin masing-masing mandor. Pada saat apel karyawan, para mandor bertugas mengabsen karyawan, memberikan pengarahan jika ada pengalihan kegiatan, membagi hancak, dan volume pekerjaan. Pelaksanaan di lapangan dimulai pukul 07.00 WIB sampai dengan pukul 14.00 WIB. Jurnal kegiatan di lapangan sebagai KHL, pendamping mandor dan penanggung jawab sementara asisten divisi terlampir pada Lampiran 1, 2 dan 3.
Pemeliharaan Tanaman Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit di Kebun Mandah merupakan tanaman yang telah menghasilkan
sehingga
pemeliharaan
tanaman
berpusat
pada
tanaman
menghasilkan (TM). Pemeliharaan tanaman merupakan salah satu tindakan yang
20 sangat penting dalam menentukan produktivitas tanaman kelapa sawit, disamping kondisi lingkungan dan potensi genetik. Kegiatan pemeliharaan tanaman kelapa sawit menghasilkan bertujuan untuk meningkatkan produktifitas tanaman, mempermudah pekerjaan pemanenan, mempermudah kontrol di lahan serta pemupukan akan lebih efektif dan efisien. Rawat Gawangan Manual. Rawat gawangan manual adalah kegiatan menanggulangi pertumbuhan gulma di gawangan kelapa sawit dengan cara membabat. Kegiatan ini bertujuan untuk mengendalikan gulma di gawangan mati yang dapat menghalangi kegiatan pemupukan, pemanenan, dan menghindari persaingan hara dengan kelapa sawit, serta mempermudah pengawasan. Norma pekerjaan rawat gawangan manual adalah ± 1 ha/HK. Jenis gulma yang dominan di perkebunan kelapa sawit pada lahan gambut adalah Nephrolepis biserata, Paspalum conjugatum, Melastoma malabathricum, Borreria alata, dan Mikania micrantha. Pendongkelan Kentosan. Pendongkelan kentosan merupakan salah satu kegiatan pemeliharaan tanaman dengan membuang tanaman sawit liar yang tumbuh di sekitar tanaman kelapa sawit utama yang terdapat di piringan dan gawangan. Sawit liar dicabut bertujuan agar penyerapan hara oleh tanaman kelapa sawit utama tidak terganggu dan juga mencegah terbentuknya pokok ganda. Biaya pemeliharaan kegiatan dongkel kentosan tidak dimasukkan dalam budget anggaran bulanan pemeliharaan sehingga kegiatan ini dilakukan pada saat kegiatan chemist (penyemprotan secara kimia) terhalang oleh hujan.
Pengendalian Gulma Secara Kimia Pengendalian gulma secara kimiawi di Kebun Mandah
menerapkan
sistem kerja Block Spraying System (BSS). Sistem kerja BSS merupakan program penyemprotan yang dilakukan secara terintegrasi dan terorganisir dari awal hingga akhir kegiatan penyemprotan. Tujuan dibentuknya sistem BSS adalah untuk meningkatkan output pekerja semprot, baik dari segi luasan (hancak semprot) maupun dari kualitas hasil semprotan. Secara umum Standar Operation Procedur pelaksanaan pengendalian secara kimia (tim Chemist) sebagai berikut:
21 1. Mengikuti antrian pagi dengan Mandor Semprot pada jam 06.00 WIB 2. Menerima instruksi/pengarahan kerja dari Mandor Semprot tentang teknis kerja dilapangan. 3. Mengambil dan mengecek alat semprot masing-masing ke gudang divisi. 4. Mengambil bahan semprot (racun herbisida) sesuai dengan rencana kerja, yang sudah dilakukan percampuran 1:1 atau Bahan herbisidi 50 %. Sebelum di bawa kelapangan. 5. Mengenakan alat pelindung diri (APD) secara lengkap (baju lengan panjang, celana panjang, clemek, kaca mata, masker, topi dan satung tangan karet). 6. Mengenakan sepatu harus berada di dalam celana panjang demikian juga dengan mengenakan sarung tangan didalam lengan baju panjang. 7. Pada saat kerja, penyemprotan harus searah dengan arah angin. 8. Pada saat jam istirahat makan, alat APD dan racun dijauhkan minimal 10 m dari tempat istirahat dan membersihkan tangan dengan menggunakan sabun cuci yang telah disiapkan. 9. Melaksanakan penyemprotan dengan radius > 2 m. 10. Mencabut kentosan langsung sebanyak minimal 50 kentosan untuk digunakan sebagai absensi. 11. Selesai menyemprot,seluruh alat semprot dicuci dan
di simpan dalam
kondisi yang bersih di gudang divisi dan diatur rapi. 12. Ganti baju seragam kerja dengan pakaian yang bersih sebelum kembali kerumah masing-masing.
Semprot Gawangan, Piringan dan Tempat pengumpulan Hasil (TPH) Gawangan merupakan lorong baris diantara jalur kelapa sawit yang terdiri dari gawangan hidup dan gawangan mati. Gawangan hidup berfungsi sebagai pasar pikul atau jalan pengangkutan buah dari pohon ke TPH. Pengendalian gulma pada gawangan yang dilakukan secara kimia menggunakan alat semprot knapsack sprayer RB15 dengan kapsitas 15 l/tangki dalam pengaplikasiannya. Tujuannya adalah untuk mengurangi kompetisi hara, air dan sinar matahari, menekan populasi hama, mempermudah kontrol pekerjaan dari satu gawangan ke gawangan lainnya dan mempermudah pengangkutan buah ke TPH.
22 Semprot gawangan ini menggunakan herbisida Audit dengan bahan aktif Glyphosate isopropylamine, Meta Prima berbahan aktif metil metsulfuron 20 %, dan Starane berbahan aktif metil heptil ester atau fluroksipir. Audit dan Starane merupakan herbisida yang bersifat sistemik, berbentuk larutan dalam air yang berfungsi untuk mengendalikan jenis gulma berdaun lebar, sempit dan teki. Konsentrasi yang digunakan untuk Audit adalah 4 cc/ l air atau sekitar 60 cc/tangki sedangkan Starane adalah 0.68 cc/ l air. Alat yang digunakan adalah RB 15 dengan kapasitas 15 liter. Meta prima merupakan herbisida pra dan purna tumbuh yang bersifat selektif, berbentuk butiran berwarna putih keabuan, dan berbahan aktif metil metsulfuron 20 % yang berfungsi untuk mengendalikan gulma berdaun lebar dan gulma berdaun sempit. Cara pengaplikasian meta prima terlebih dahulu melarutkan bahan dan air. Aplikasi di lapangan Kebun Mandah dengan cara mencampur Audit dengan Starane atau Audit dengan Meta prima. Pengendalian gulma berlilin digunakan herbisida dengan merk dagang “Kenlon” yang merupakan herbisida purna tumbuh sistemik berbentuk pekatan, berwarna coklat terang, dan berbahan aktif triklopir butoksi etil ester 480 g/l. Cara aplikasi bisa dengan cara penyemprotan dengan konsentrasi 4 cc/l atau dengan cara gulma ditebas hingga kulitnya mengelupas sampai terlihat kambium dilanjutkan dengan mengoleskan herbisida pada anak kayu tersebut. Semprot piringan dan TPH merupakan pengendalian gulma menggunakan bahan kimia dan dosis yang sama dengan kegiatan semprot gawangan akan tetapi pengendalian dilakukan di sekitar piringan pokok kelapa sawit dan tempat pengumpulan hasil. Tujuannya adalah mempermudah pemanenan, mengurangi kompetisi unsur hara dan air, sanitasi terhadap hama dan penyakit, mempermudah pengontrolan pekerjaan, dan membersihkan tempat pengumpulan buah. Pelaksanaan penyemprotan diatur oleh mandor dengan sistem ancak giring. Penyemprot masuk dari jalur tanaman pada pasar rintis dan menyemprot piringan setiap pokok dengan radius > 2 m sampai parit tersier. Gulma disemprot sampai basah agar racun bereaksi dengan cepat. Kegiatan penyemprotan sering terhalang dengan hujan sehingga penyemprotan dilakukan pada saat cuaca cerah agar herbisida yang digunakan tidak sia-sia.
23 Rotasi yang digunakan dalam pengendalian gulma secara kimia adalah 4 bulan. Norma pekerjaan semprot gawangan adalah ± 3 ha/HK. Kegiatan ini memiliki mobilisasi yang cepat sehingga dalam pelaksanaannya diperlukan pengorganisasian kerja dan transportasi sendiri. Hal ini dilakukan agar semua pekerjaan dapat terlaksana secara efektif dan efisien.
Pemupukan Tanah gambut di Kebun Mandah termasuk gambut ombrogen karena terbentuk dari curah hujan yang airnya tergenang. Hara yang ada di tanah gambut menjadi tidak tersedia bagi tanaman karena dipengaruhi pH yang rendah dan kelat. Pemupukan merupakan suatu usaha untuk mempertahankan, mengendalikan, dan meningkatkan kesuburan tanah. Efektifitas dan efisiensi pemupukan ditentukan enam faktor sebagai berikut jenis pupuk, dosis aplikasi, penyimpanan pupuk, waktu aplikasi, cara aplikasi, dan tempat diaplikasikan. Beberapa hal yang harus dipersiapkan sebelum pemupukan, yaitu persiapan piringan, material pupuk, tenaga kerja, sarana transportasi serta alatalat aplikasi pupuk yang sudah dikalibrasi. Kebun Mandah dalam pelaksanaan pemupukan berdasarkan anjuran rekomendasi pemupukan yang dibuat oleh Minamas Reserch Center (MRC) yang berdasarkan hasil analisis sampel daun/ leaf sample unit (LSU). Jenis pupuk yang digunakan di Kebun Mandah adalah pupuk makro dan pupuk mikro. Pupuk makro yang digunakan NPK Peat Kay, sedangkan pupuk mikro yang digunakan
CuSO4, ZnSO4, dan FeSO4. Dosis
pemupukan untuk pupuk makro (Peat Kay) adalah 3 - 3.5 kg/pokok sedangkan untuk dosis pupuk mikro adalah 250 g/pokok. Program pemupukan makro di Kebun Mandah dilakukan dua kali dalam setahun yaitu pada semester satu dimulai pada bulan Juli – Desember dan semester dua pada bulan Januari-Juni, sedangkan pada pupuk mikro dilakukan satu kali dalam satu tahun. Penerapan kegiatan pemupukan di Kebun Mandah dengan cara Block Manuring System (BMS) yaitu program implementasi pemupukan yang dilakukan secara simultan dari pokok ke pokok dan dari blok ke blok dengan tenaga aplikator yang terdiferensiasi jelas antara penabur dan pengecer (Gambar 1).
24 Tujuannya adalah mutu pemupukan yang lebih baik, supervisi lebih fokus, dan produktifitas yang lebih tinggi. Sistem operasi BMS di Kebun Mandah meliputi : 1. Pembagian Hancak kelompok kerja pupuk (KKP) yang diatur berurutan dan tidak saling overlapping sehingga waktu mobilisasi lebih singkat, 2. Sistem pengeceran material pupuk yang dilakukan oleh tenaga pengecer secara khusus 3. Sistem operasi penaburan pupuk dilakukan secara sambung menyambung (simultan) dan tanpa terputus, sehingga aplikasi dapat lebih merata, 4. Model pengawasan yang dilakukan oleh mandor pupuk lebih fokus dan mudah 5. Teknis pembagian hancak KKP yang dilakukan oleh mandor sesuai dengan norma kerja pemupukan Jenis pekerjaan pemupukan terbagi menajadi penguntilan, pengecer pupuk ke lapangan, pelangsir, dan penabur. Kebutuhan jumlah tenaga harus pasti dan sesuai dengan luas areal yang akan dipupuk. Norma prestasi pemupukan untuk penabur adalah 2 – 3.5 ha/HK atau 350 - 500 kg/HK untuk pemupukan mikro dan 1.5 – 2 ton/HK pada pemupukan makro.
S
U
Gambar 1. Model Pergerakan Tim Pupuk dalam Aplikasi Leaf Sample Unit (LSU). LSU merupakan pengambilan contoh daun kelapa sawit yang akan dianalisa untuk penentuan dosis rekomendasi pemupukan. Hasil analisa daun merupakan faktor kunci dalam penentuan dosis rekomendasi. Telah diketahui bahwa ketelitian dan ketepatan hasil analisa daun terutama sekali
25 tergantung dari cara pelaksanaan pengambilan sampel daun yang benar di lapangan. Metode yang dipakai tidak selalu sama untuk setiap LSU tergantung pada luas dan bentuk areal LSU. Pada prinsipnya dalam satu LSU terdapat pohon sample antara 28 – 50 pohon. Daun contoh diambil dari dari pelepah nomor 17 (Gambar 2). Pedoman umum untuk penentuan jumlah pohon sampel LSU disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Pedoman Umum Penentuan Jumlah Pohon Sampel LSU Sistem Luas (ha) Jumlah Pohon Sampel (pokok x baris) 10 - 11 7 x 6 30 12 - 14 8 x 7 30 15 - 16 10 x 7 30 17 - 18 10 x 8 30 19 10 x 9 30 20 - 21 11 x 8 30 22 - 23 11 x 9 30 24 - 25 11 x10 30 26 12 x 9 30 27 12 x10 30 28 - 30 12 x11 30 31 - 40 12 x11 31-40 >40 >40 12 x11 Sumber : Kantor Besar Kebun Mandah 2012
Gambar 2. Pohon Sampel yang Diambil Pelepah ke-17
26 Pembumbunan (mounding) Pemeliharaan tanaman kelapa sawit dengan melakukan pembumbunan pokok dengan tanah di sekitarnya disebut mounding. Penurunan permukaan tanah pada lahan gambut menyebabkan terjadinya akar gantung pada pokok tanaman sehingga tidak kuat untuk menahan tanaman. Tujuan dari pembumbunan ini untuk menumbuhkan akar pada batang kelapa sawit untuk memperkuat pokok tanaman dan mengoptimalkan penyerapan hara pada tanaman sehingga berpengaruh pada produksi buah kelapa sawit. Norma kerja yang ditetapkan perusahaan adalah 7 pokok/HK. Gambar kegiatan mounding dapat dilhat pada Gambar 3.
Gambar 3. Pembumbunan (mounding)
Pengendalian Hama dan Penyakit Hama dan penyakit yang sering menyerang di Kebun Mandah seperti hama ulat api dan kantong, tirathaba, rayap, ganoderma, dan tikus. Tujuan utama tindakan pengendalian hama adalah bukan untuk membasmi hama, tetapi untuk menurunkan populasi hama sampai pada tingkat yang tidak merugikan. Pengendalian secara kimia adalah merupakan pilihan terakhir, apabila diperkirakan kerusakan akibat serangan akan menyebabkan kerugian penurunan produksi. Namun apabila kerusakan akibat serangan diperkirakan belum akan menurunkan produksi, maka tindakan pengendalian secara biologis lebih diprioritaskan.
Departemen
Riset
akan
memberikan
rekomendasi
untuk
menentukan skala prioritas pengendalian berdasarkan jenis hama, tingkat
27 serangan, ketersediaan alat dan bahan (insektisida atau agen biologis), serta batas waktu yang tersedia untuk pengendalian. Hama tikus selain menyerang bunga betina dan bunga jantan, juga memakan mesokarp buah (daging buah) baik pada tandan muda maupun yang sudah matang sehingga dapat menurunkan produksi. Serangan tikus di Kebun Mandah belum berdampak pada hasil produksi akan tetapi pengendalian menggunakan musuh alami dilakukan di Kebun Mandah dengan pembuatan rumah burung hantu (Tyto alba). Ulat Tirathaba sp. merupakan hama yang menyerang pada buah muda kelapa sawit. Gejala serangan ditunjukkan oleh adanya gumpalan kotoran ulat dan remah-remah sisa makanannya yang terikat menjadi satu oleh air liurnya di sekitar buah. pengendalian dilakukan dengan dua cara, yaitu cara sanitasi dan secara kimia apabila sudah termasuk kategori serangan berat. Hama rayap (Captotermes sp.) selain menyerang bibit di pembibitan, juga menyerang tanaman kelapa sawit TBM maupun TM terutama di areal gambut serangan hama rayap merupakan masalah yang serius dan perlu penanggulangan secara rutin. Tanaman yang terserang rayap ditandai oleh adanya lorong rayap yang terbuat dari tanah yang berada di permukaan batang yang mengarah ke bagian atas. Daun terlihat pupus layu dan kering. Hal ini menandakan serangan sudah mengarah ke titik tumbuhnya. Upaya pengendalian saat ini lebih ditekankan untuk membunuh rayap yang menyerang pohon kelapa sawit dengan pengendalian secara kimia, serta mengisolasi pohon yang terserang agar hubungan antara pohon dengan sarang rayap dapat diputus. Penyakit busuk pangkal batang pada tanaman kelapa sawit disebabkan oleh jamur Ganoderma boninense. Pencegahan sebaran penyakit dalam kebun yaitu dengan sensus pokok dan pembongkaran pokok. Metode sensus penyakit Ganoderma, yaitu dengan melakukan pengecekan setiap pokok pada blok. Pekerjaan sensus dilakukan oleh tim sensus yang sudah mendapatkan pelatihan. Hasil sensus Ganoderma kegiatan penulis tersaji pada Tabel 4.
28
Tabel 4. Hasil Sensus Ganoderma Divisi II Kebun Mandah Blok Jumlah Pokok
Pokok Sensus Terserang Pokok %
Serangan Ringan
Serangan Berat
Mati
Pokok
%
Pokok
%
Pokok
%
G020
6074
196
3.2
114
1.9
51
0.8
31
0.5
G020
6074
112
1.8
54
0.9
46
0.8
12
0.2
G020 Total
6074 18 222
267 575
4.4 3.2
149 317
2.5 1.7
75 172
1.2 0.9
43 86
0.7 0.5
Sumber : Pengamatan lapangan 2012
a
b
c Gambar 4. Serangan Hama dan Penyakit pada Tanaman Kelapa Sawit (a) Ganoderma boninense, (b) Rayap (Captotermes sp.), (c) Tirathaba sp.
Serangan hama ulat api dan ulat kantong atau disebut ulat pemakan daun kelapa sawit telah banyak menimbulkan masalah yang berkepanjangan dengan terjadinya eksplosi dari waktu ke waktu. Akibat serangan tersebut menyebabkan
29 kehilangan daun (defoliasi) tanaman yang berdampak langsung terhadap penurunan produksi. Pelaksanaan early warning system untuk deteksi hama dan penyakit secara dini, merupakan tindakan yang mendukung pelaksanaan pengendalian hama secara terpadu atau disebut Intergrated Pest Management (IPM). Sensus hama ulat api dan ulat kantong. Kegiatan pengendalian hama ulat api dan ulat kantong didasarkan pada hasil sensus. Kegiatan sensus ulat api dilakukan untuk mengetahui populasi hama atau jumlah larva per pelepah. Hal ini mengetahui apakah serangan hama sudah mencapai batas ambang ekonomi. Kegiatan sensus ulat api dan ulat kantong dilakukan dalam satu waktu untuk menghemat biaya dengan prosedur kegiatan sebagi berikut : 1. Metode dimulai dari arah barat selatan baris ke 3 dan bergerak dari arah barat ke timur 2. TS pertama dimulai pada pokok ke-3 dan seterusnya 11 pokok dari pokok pertama 3. Dan berpindah 11 baris dari baris pertama 4. Titik sampel harus membentuk mata 5 pada pokok di sekitarnya. 5. Pelepah yang diambil adalah pelepah ke 17. 6. Pelepah diangkut ke pasar pikul untuk diamati jumlah hama ulat dan di catat dalam formulir sensus HPT Pengendalian secara biologi. Pengendalian secara biologi yang dilakukan di Kebun Mandah dengan cara menanam tanaman bermanfaat/beneficial Plant yang dapat dapat menekan populasi hama dengan memotong siklus hidup hama ulat api. Tanaman benficial plant
yang digunakan adalah Turnera subulata,
Cassia cobanensis, dan Antigonon leptopus. Tanaman beneficial plant dibudidayakan dalam bentuk bedengan berukuran 4 m x 5 m di pinggiran kanal. Kegiatan ini dilakukan oleh tim perawatan. Norma kerja yang ditetapkan 12 bedeng/HK. Gambar tanaman beneficial plant dapat dilihat pada Gambar 5.
30
a
b
c
d
Gambar 5. Tanaman Beneficial Plant (a) Turnera subulata, (b) Bedengan, (c) Antigonon leptopus, (d) Cassia cobanensis.
Water Management Water management adalah kegiatan pengaturan air agar tanaman tidak mengalami kekurangan air (defisit) maupun kelebihan air (over balance) sehingga tanaman tumbuh dan berkembang dengan baik. Kegiatan yang dilakukan adalah mempertahankan tinggi permukaan
air/water level 50 cm – 70 cm dibawah
permukaan tanah (dpt). Dengan water management yang baik maka memberikan kondisi yang optimal bagi pertumbuhan dan produksi tanaman, mencegah terjadinya irreversible drying (kerusakan gambut karena kekeringan yang tidak dapat mengikat air kembali / gambut mati), memperlancar transportasi TBS dan logistik, meningkatkan efektifitas pemupukan, menekan perkembangan hama dan penyakit, mencegah bahaya kebakaran, dan ketersediaan air untuk karyawan dan PKS. Peta water management dan zoning di Kebun Mandah dapat dilihat pada Lampiran 7.
31 Perawatan kanal. Perawatan kanal merupakan kegiatan pemeliharaan agar kanal dapat selalu berfungsi secara optimal, baik untuk tanaman maupun transport, memperlancar sirkulasi air untuk menekan pertumbuhan gulma air, mencegah
terganggunya
kipas
baling-baling
kendaraan
air.
Kegiatan
pemeliharaan yang dilakukan di jalur transportasi seperti gulma air, karung pupuk, tandan buah yang jatuh ke kanal tak terangkut, dan pendalaman kanal menggunakan alat berat. Kegiatan pembersihan dilakukan oleh karyawan dengan biaya yang dianggarkan 16 HK/bulan. Perawatan kanal dengan pendalaman kanal dilakukan dengan alat berat berupa exavator yang rencana pelaksanaan sebanyak 30 % total kanal per tahun.
Gambar 6. Pembersihan Kanal Cabang (KCB) Water Level Control. Water level control adalah pengaturan tata air sehingga sasaran elevasi 50 cm – 70 cm dpt dapat dicapai. Pengaturan tata air tersebut perlu dibangun water gate, emergency gate, dan over flow bund. Untuk mengetahui ketinggian muka air tanah, pengukuran dilakukan dengan alat berupa meteran pipa yang sudah terpasang pada setiap titik kanal per divisi. Penulis melakukan pengamatan setiap hari dengan cara pengecekan pada pipa yang memiliki ukuran pada setiap kanal dan melaporkan ke kantor besar untuk dicatat pada laporan kondisi ketinggian air kanal.
32 0
Ketinggian Air dari permukaan tanah (cm)
-10
-20
-30
MAX ACTUAL MIN
-40
-50
-60
-70
12.5 13.5 14.5 12 13 14 15 16 17 18 10.5 11.5 12.5 13.5 14.5 15.5 16.5 15 16
KCB
Gambar 7. Grafik Level Air Bulan Februari 2012 Berdasarkan Gambar 7 menunjukkan bahwa kondisi tinggi permukaan air di kanal Kebun Mandah masih terkontrol dengan tinggi permukaan air 50 – 80 dpt. Hal ini menunjukkan bahwa pengelolaan air dalam kebun sangat baik. Tinggi permukaan air pada kanal yang tinggi akan menyebabkan air meluap ke permukaan sehingga terjadi kebanjiran. Kondisi tersebut menghambat pemanen dalam pengangkutan TBS ke TPH. Kondisi lahan saat terjadi luapan air dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Kondisi Gawangan Saat Terjadi Genangan Air Kanal
33 Panen Pemanenan merupakan kegiatan yang menentukan dalam pencapaian produktivitas suatu unit kebun. Panen adalah memotong semua tandan masak panen dengan rotasi panen kurang dari sembilan hari, mutu panen yang sesuai standar, mengutip seluruh brondolan (loose fruit), serta mengirimkan seluruh TBS dan brondolan yang dipanen ke PKS selambat-lambatnya dalam waktu 24 jam.
Persiapan Panen Hal-hal yang perlu dilakukan di dalam mempersiapkan pelaksanaan pekerjaan potong buah yaitu : 1. Persiapan kondisi areal, 2. Penyediaan tenaga potong buah, 3. Pembagian seksi potong buah, 4. Penyediaan alat-alat kerja (Pahan, 2010). Proses panen akan berjalan dengan baik apabila pemeliharan prasarana panen terlaksana dengan baik seperti perawatan Tempat Pengumpulan Hasil (TPH), pembuatan dan perawatan pasar rintis, pembersihan pokok piringan, pembersihan kanal, dan menjaga lever air pada kebun sehingga pada musim kemarau tidak terjadi kekeringan yang mengganggu transportasi buah.
Pelaksanaan Panen Kegiatan panen dimulai dari apel pagi pukul 06.00 WIB oleh pemanen dengan mandor panen. Mandor memeriksa kehadiran pemanen dengan absesensi kehadiran dan memberikan pengarahan pekerjaan mengenai kegiatan yang akan dilakukan atau evaluasi hasil kegiatan panen kemarin. Pelaksanaan panen di Kebun Mandah mengikuti kaidah Sapta Displin Potong buah yang berisi : 1. Buah matang dipanen semua 2. Tidak memanen buah mentah 3. Seluruh brondolan dikutip bersih 4. Pelepah disusun rapi dan dirumpukkan di gawangan berbentuk “U” 5. Buah diantrikan dan disusun rapi di TPH dan diberi tanda 6. Pelepah sengkleh tidak ada 7. Administrasi dikerjakan secara benar dan segera.
34 Sistem Panen dan Rotasi Panen Sistem panen yang digunakan di Divisi V Kebun Mandah adalah Block Harvesting System non Division Of Labour (BHS non-DOL). Sistem BHS nonDOL merupakan program implementasi pengerjaan kegiatan panen yang terkonsentrasi pada satu seksi yang harus diselesaikan dalam satu hari dimana penyelesaian hancak dari potong buah dan kutip brondolan dilakukan sepenuhnya oleh pemanen. Rotasi panen adalah jumlah hari yang diperlukan pemanen untuk kembali ke seksi panen awal pada kegiatan panen. Rotasi panen yang berlaku di Kebun Mandah yaitu dalam satu minggu terdapat enam hari kerja, sehingga dalam satu bulan setiap seksi di panen sebanyak empat kali. Seksi panen yang diterapkan di Kebun Mandah yaitu 6 seksi setiap divisi. Penetapan seksi panen berdasarkan perhitungan jam kerja dan jumlah hari panen dalam seminggu, areal yang siap dipanen, dan jarak blok ke perumahan (Gambar 9).
Gambar 9. Pemetaan Seksi Panen Divisi V Kebun Mandah
35 Kriteria Matang Panen Panen yang tepat mempunyai sasaran untuk kandungan minyak yang paling maksimal. Pemanenan pada saat buah dalam keadaan lewat matang akan meningkatkan asam lemak bebas (ALB) atau free fatty acid (FFA). Apabila pemanenan yang dilakukan lewat matang maka akan sangat merugikan karena buah yang terlalu masak sebagian kandungan minyaknya berubah menjadi ALB sehingga akan menurunkan mutu minyak (Satyawibawa dan Widyastuti, 1999). Kriteria matang panen merupakan indikasi yang dapat membantu pemanen agar memotong TBS pada saat yang tepat yaitu pada saat kandungan minyak dalam daging buah maksimum dan kandungan
asam lemak bebas minimum
(Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003). Kriteria matang panen yang digunakan di Kebun Mandah adalah lima brondolan yang telah jatuh membrondol secara alami dari tandan di piringan. Pengamatan yang dilakukan adalah tingkat kematangan buah meliputi jumlah brondolan yang jatuh (Tabel 5). Tabel 5. Kriteria Panen pada Tanaman Kelapa Sawit di Kebun Mandah Berdasarkan Jumlah Brondolan yang Lepas dari Tandan Jumlah brondolan lepas dari tandan
Tingkat kematangan
0–5
Buah Mentah ( Un Ripe )
6–9
Buah Mengkal (Under Ripe )
> 10
Buah Masak ( Ripe )
> 70%
Buah terlalu Masak ( Empty Bunch )
Sumber : Kantor Divisi V Kebun Mandah 2012
Angka Kerapatan Panen Angka Kerapatan Panen (AKP) adalah perkiraan jumlah tandan matang di suatu areal/blok yang dapat dipanen dalam satuan persen. Tujuannya adalah untuk memperkirakan produksi harian yang akan dipanen pada areal tersebut esok. Persentase AKP diperoleh dengan menggunakan rumus : AKP =
x 100%
36 Taksasi Panen Harian Taksasi panen atau sensus buah harian merupakan kegiatan perkiraan panen untuk menentukan jumlah tandan yang akan dipanen. Taksasi panen dilakukan dengan mencari nilai AKP terlebih dahulu dan dilakukan sehari sebelum panen pada blok tersebut. Perhitungan taksasi panen diperoleh menggunakan rumus sebagai berikut : Taksasi panen = A x B x C x D Keterangan : A : Angka Kerapatan Panen (AKP) B : Jumlah pokok / ha C : Luas blok yang akan dipanen D : Berat tandan rata-rata (BTR) blok yang akan dipanen
Tenaga Panen Tenaga panen di Kebun Mandah memiliki pekerjaan sebagai pemotong buah sekaligus pengutip brondolan kecuali, saat kerapatan panen tinggi pemanen dilengkapi dengan tenaga pengutip yang dibantu oleh keluarga pemanen untuk menambah premi panen. Kebutuhan tenaga panen di Kebun Mandah menggunakan perbandingan 1:16 yaitu satu orang pemanen memiliki hektar cover seluas 16 ha dalam satu rotasi panen. Luas hancak kerja pemanen yang ditetapkan di Kebun Mandah ± 3.5 ha.
Basis dan Premi Panen Basis adalah kewajiban dalam kegiatan pemanenan yang harus dipenuhi oleh pemanen setiap hari kerja. Ada dua basis yang digunakan di Kebun Mandah, yaitu : basis tandan buah segar (TBS) dan basis hancak panen yang harus diselesaikan dalam pelaksanaan di lapangan. Ketetapan basis, premi siap borong, premi lebih borong, dan premi kutip brondolan pemanen disajikan pada Tabel 6.
37 Tabel 6. Basis Tandan, Premi Siap Borong, Premi Lebih Borong, dan Premi Kutip Brondolaan di Kebun Mandah Selang BTR
Basis Hari
Basis Hari
Siap
Lebih
Premi
(kg)
Biasa
Jumat
Borong
Borong
Brondolan
Tandan
ha
Tandan
ha
Rp
Rp/Tandan
Rp/kg
5.0 - 5.9
190
4
136
3
12000
160
100
6.0 - 6.9
175
4
125
3
12000
170
100
7.0 - 7.9
160
4
114
3
12000
180
100
8.0 - 8.9
150
4
107
3
12000
190
100
9.0 - 9.9
140
3
100
2
12000
200
100
10.0 - 10.9
130
3
93
2
12000
220
100
11.0 - 11.9
125
3
89
2
12000
240
100
12.0 - 12.9
120
3
86
2
12000
260
100
13.0 - 13.9
115
3
82
2
12000
280
100
14.0 - 14.9
110
3
79
2
12000
300
100
Sumber : Kantor Besar Kebun Mandah 2012
Perhitungan premi yang didapatkan oleh mandor mengguanakan rumus sebgai berikut : Mandor panen :
x 150 %
Kerani buah
:
x 100 %
Mandor I
:
x 150 %
Angkutan Panen Areal Kebun Mandah merupakan jenis lahan gambut sehingga sarana pengangkutan TBS yang digunakan di Kebun Mandah menggunakan transportasi air berupa pompong (kapal) dan bargas yang berisi keranjang dengan kecepatan angkut buah rata-rata 5 km/jam (Gambar 10). Proses pengangkutan di Kebun Mandah terbagi menjadi dua pekerjaan, yaitu pengangkutan buah dari TPH ke colection point (CP) dengan menggunakan bargas berkapasitas ± 6.3 ton dan pengangkutan buah dari CP menuju PKS menggunakan pompong berkapasitas ± 14
38 ton. Kegiatan pengangkutan buah di TPH dilakukan oleh tiga karyawan yang terdiri dari satu operator bargas (OB) dan dua helper dengan norma kerja 2.5 ton/HK. Pengangkutan TBS dari kebun menuju PKS banyak mengalami bongkar muat (over skip) (Gambar 10). Kendala yang sering dialami pada saat pengangkutan TBS adalah turunnya ketinggian permukaan air pada saat musim kemarau sehingga kipas mesin bargas kandas di dasar kanal. Selain itu, kondisi kanal yang mudah sekali ditumbuhi oleh gulma eceng gondok dan lumut menyulitkan operator bargas (OB) dalam menjalankan mesin karena kipas mesin sering tersangkut oleh gulma sehingga waktu tempuh lebih lama dan bahan bakar minyak yang digunakan lebih banyak.
a
b
c Gambar 10. Proses Transportasi Buah dari TPH sampai ke PKS. (a) Pengangkutan TBS menggunakan bargas, (b) Proses bongkar muat, (c) Pengangkutan TBS menggunakan pompong
39 Aspek Manajerial Selain aspek teknis di lapangan, penulis juga melakukan kegiatan pada aspek manajerial. Kegiatan yang dilakukan penulis pada aspek manajerial adalah secara nyata sebagai mandor chemist, mandor pupuk, mandor panen, mandor I, kerani buah, kerani divisi, dan asisten divisi. Penulis mendapatkan mandat sebagai mandor selama empat minggu dan mandat sebagai penanggung jawab sementara asisten selama enam minggu. Kegaiatan yang dilakukan meliputi kegiatan di kantor, memimpin apel keselamatan dan kesehatan kerja (K3), dan pengawasan di lapangan.
Mandor Profesi mandor yang dilakukan penulis di lapangan adalah mandor chemist, mandor pupuk, mandor panen, dan mandor I. Kegiatan administrasi di lapangan yang ada di kebun juga penulis lakukan yaitu sebagai kerani buah dan kerani divisi. Kegiatan yang dilakukan sebagai mandor yaitu mengikuti antrian pagi dengan asisten pada jam 05.30 WIB dan menerima instruksi atau pengarahan kerja dari asisten tentang teknis kerja dilapangan serta melaporkan hasil kerja kemarin kepada asisten.
Mandor Semprot (Chemist) Mandor chemist memimpin lingkaran pagi dengan karyawan semprot pada jam 06.00 WIB, memberi pengarahan serta mengabsensi tenaga semprot, mengatur dan mengecek alat semprot untuk masing-masing penyemprot, mengecek Alat Pelindung Diri (APD) kerja setiap karyawan semprot. Pada saat di lapangan penulis mengawasi pencampuran bahan dan memastikan racun sesuai dosis di gudang divisi, mengarahkan dan mengawasi penuh pekerjaan semprot di lapangan dengan memastikan lebar semprot dengan radius > 2 m, dan membawa sabun untuk cuci tangan. Dalam mempermudah pekerjaan agar tidak terjadi kesalahan perhitungan target setiap karyawan, mandor chemist mencatat nomor baris yang disemprot oleh setiap karyawan dan mengevaluasi hasil semprot tersebut setelah beberapa minggu. Selesai menyemprot, seluruh alat semprot dan
40 bahan sisa dicuci bersih dan disimpan di gudang divisi. Limbah bahan beracun berbahaya (B3) seperti botol, galon tempat racun dikumpulkan ke gudang Limbah B3. Hasil kerja dilaporkan dalam buku kegiatan mandor (BKM) dan buku prestasi kerja dan membuat buku monitoring pemakaian bahan dan peta ealisasi kerja. Prestasi penulis saat menjadi mandor chemist mengawasi 16 karyawan di lapangan.
Mandor Pupuk Mandor membuat lingkaran pagi dengan karyawan pupuk pada jam 06.00 WIB untuk memberi pengarahan serta mengabsensi tenaga pemupukan kemudian melaporkannya kepada asisten. Mandor pupuk bertanggung jawab dalam mengatur dan membagikan takaran pupuk yang standar dan sesuai dosis pupuk yang akan ditabur pada masing-masing pemupuk. Pekerjaan yang dilakukan di kebun merupakan tanggung jawab semua pihak sehingga mandor wajib mengecek Alat Pelindung Diri (APD) seperti: Sepatu, sarung tangan, dan topi pada setiap karyawan pemupukan. Pelaksanaan di lapangan mandor melakukan pengawasan penuh pada pekerjaan pupuk dengan memastikan penaburan pupuk pada batas piringan paling luar pada kedua sisi batang kelapa sawit berbentuk angka 11 pada tanaman dewasa yaitu > 5 tahun dan secara melingkar dan merata pada tanaman baru atau sisipan yang berumur < 5 tahun. Mandor membawa sabun untuk cuci tangan tim pupuk. Mencatat nomor baris yang dipupuk oleh setiap karyawan dan mengevaluasi hasil pemupukan pada hari itu juga. Selesai pemupukan, seluruh alat kerja ( ember dan takaran ) dicuci bersih dan disimpan di gudang divisi. Limbah bahan B3, seperti karung kemasan pupuk serta plastik dikumpulkan ke gudang limbah B3 dan dilaporkan pada kerani gudang untuk dicatat. Mandor pupuk melaporkan hasil kerja dalam buku kegiatan mandor (BKM) dan buku prestasi kerja dan membuat buku monitoring pemakaian bahan dan peta realisasi kerja. Prestasi penulis saat menjadi mandor pupuk mengawasi 11 karyawan di lapangan yang terdiri dari 4 pelangsir dan 7 penabur.
41
Mandor Panen Mandor membuat lingkaran pagi dengan pemanen pada jam 06.00 WIB untuk memberi pengarahan serta mengabsensi tenaga panen. Setiap mandor mengecek alat kerja yang digunakan apakah dalam kondisi baik dan dilengkapi dengan alat pelindung serta mengecek Alat Pelindung Diri (APD) setiap karyawan panen. Tanggung jawab mandor mengarahkan dan mengawasi penuh pekerjaan karyawan panen di lapangan dengan memastikan buah matang seluruhnya dipanen dengan menjaga jumlah pelepah yang harus dipertahankan yaitu umur tanaman lebih dari 10 tahun 48 pelepah dan umur tanaman kurang dari 10 tahun 56 pelepah. Selain itu, memastikan TBS yang dipanen minimal 5 (Lima) brondol yang lepas dipiringan. Seluruh TBS dan Brondolan yang dihasilkan dari blok seluruhnya diantrikan di TPH tanpa ada yang tertinggal dengan disusun rapi dan diberi nomor pemanen yang jelas. Administrasi panen oleh mandor panen dengan mencatat nomor hancak yang dikerjakan oleh setiap karyawan dan mengevaluasi hancak panen pada hari itu juga merupakan bukti hasil kegiatan yang akan dilaporkan. Jika dalam pemeriksaan terdapat kesalahan yang terjadi pada hancak panen yang diperiksa, maka karyawan panen yang bersangkutan harus segera di panggil dan ditegur untuk memperbaiki kesalahan yang telah dilakukan. Jika sudah diperingatkan berkali-kali namun tidak ada perubahan pada karyawan tersebut maka dilakukan teguran secara tertulis berupa surat peringatan ( SP ) I, II dan III yang ditanda tangani oleh asisten dan di ketahui Estate Manager dan SPSI. Mandor memberikan instruksi dan memastikan seluruh alat yang dipakai oleh karyawan dibersihkan dan ditutup kembali apabila pekerjaan panen telah selesai. Kegiatan lain yaang merupakan tanggung jawab mandor panen yaitu wajib mendampingi tim Quality Asurance (QA) internal atau external dalam pemeriksaan mutu hancak atau mutu buah yang dilakukan dilokasi kerjanya. Mandor panen melaporkan hasil kerja dalam buku kegiatan mandor (BKM) dan buku prestasi kerja dan mengaksir luasan (ha) yang dipenen hari ini pada blanko pusingan potong buah serta jumlah tenaga kerja yang digunakan. Mandor panen juga membuat rencana produksi bulanan sesuai dengan kerapatan matang panen yang ada di divisi dan membuat taksasi produksi
42 harian. Selain itu, untuk memperlancar kegiatan pemanenan dalam timnya mandor panen membuat daftar rencana perawatan, penggantian alat–alat kerja, APD pada tim panen dan melatih tenaga kerja baru baik teknis maupun nonteknis. Prestasi kerja penulis selama menjadi mandor panen mengawasi 25 pemanen dan meembantu mendampingi tim Quality Asurance (QA) internal dan external dalam pemeriksaan mutu hancak atau mutu buah di Divisi V.
Mandor I Mandor I memiliki tugas dan tanggung jawab melaporkan hasil seluruh kegiatan di lapangan kepada asisten. Kegiatan penulis saat menjadi mandor I mengikuti atau memimpin apel pagi dengan para mandor apabila asisten tidak dapat hadir serta memimpin apel K3 setiap hari sabtu di divisi. Selain itu, membantu asisten dalam membuat Rencana Kerja Harian untuk esok hari dari pekerjaan pemeliharan maupun pemanenan. Penulis melakukan pengawasan kegiatan mandor dan karyawan agar rencana kerja harian (RKH) yang telah ditetapkan berjalan dengan baik. Penulis saat mendapatkan tugas sebagai mandor I juga dapat menegur dan memberikan sanksi kepada mandor dan karyawan yang tidak melaksanakan pekerjaan sesuai rencana. Pengawasan dengan melakukan pengecekan mutu hancak pada kegiatan panen juga dilakukan oleh penulis saat menjadi mandor I dengan mengambil lima pemanen setiap hari panen. Untuk membangun kerja sama, komunikasi, menularkan improvment dan menyelesaikan masalah maka penulis mengikuti field day. Field day merupakan aktivitas yang dilakukan
dilapangan/blok
untuk
sharing
pendapat
dan
menyelesaikan
permasalahan.
Kerani Buah Kerani buah bertugas untuk mencatat, menghitung jumlah TBS, brondolan yang dipanen, menyeleksi TBS di TPH, membuat premi potong buah setiap hari panennya dan mengatur transportasi buah dari TPH ke colection point (CP). Kerani buah bertanggung jawab untuk membagikan notes potong buah yang telah diisi dengan lengkap, baik premi maupun dendanya dan memeriksa mutu buah.
43 Kerani buah membuat surat pengantar (SP) buah yang dikirim ke CP/PKS dan mencatat nomor SP dan kendaraan yang mengangkutnya. Melaporkan hasil kerja dalam buku Penerimaan Buah (PB) dan Notes potong buah secara rutin. Merekap produksi per blok dan membuat laporan premi harian panen. Membuat dan melaporkan Pasca panen pada hari sersebut ke Pos Satpam paling lambat jam 18.00 Wib setiap harinya.
Kerani Divisi Kegiatan yang dilakukan penulis saat menjadi kerani divisi adalah membuat laporan perawatan tanaman ke dalam buku prestasi dan melaporkan ke kantor besar. Kerani divisi membuat bon permintaan barang, mencatat bahanbahan herbisida dan pupuk ke kartu gudang, membuat rekapitulasi pemakaian bahan untuk dilaporkan ke kantor besar. Selain itu membuat rekapitulasi prestasi dan hasil kerja untuk dimasukkan kedalam laporan bulanan, membuat rekapitulasi hasil pemeriksaan hancak di lapangan oleh mandor, membuat rekapitulasi premi bulanan supervisi dan tenaga perawatan, mengikuti rapat mingguan dengan asisten, melakukan kegiatan administratif seperti laporan produksi harian (taksasi dan pasca). Hasil rekapitulasi diinput dari BKM ke SAP (absensi dan hasil kerja), memonitoring penggunaan bahan (pupuk dan agrochemical). Kerani divisi juga membantu asisten untuk membagikan gaji dan jatah beras pada karyawan dan membuat laporan bulanan asisten.
Asisten Kegiatan penulis saat menjadi PJS Asisiten Divisi bersifat teknis di lapangan dan administrasi di kantor. Kegiatan yang dilakukan sebagai PJS Asisten adalah memimpin apel pagi, mengarahkan serta mengawasi kerja karyawan dan para mandor di lapangan. Penulis juga membantu membuat RKH (Rencana Kerja Harian) dan bersama dengan asisten melakukan pemeriksaaan ke lapangan meliputi kegiatan penggunaan alat berat (excavator), pemupukan sesuai dengan pedoman BMS, penanaman beneficial plant, pemantauan hasil chemist, sensus Ganoderma, pengontrolan hama dan penyakit
44 dan kegiatan pemanenan, serta mengikuti kegiatan “Field day”. Setiap hari sabtu penulis memimpin pelaksanaan apel kesehatan dan keselamatan kerja (K3) yang merupakan kegiatan rutin mingguan dalam memperingatkan pekerja tentang penggunaan alat pelengkap diri (APD).
a
b Gambar 11. Kegiatan Field day (a) dan Apel K3 (b)
45
PEMBAHASAN Produktivitas Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor seperti jenis atau varietas kelapa sawit, umur tanaman, pemeliharaan tanaman, keadaan iklim, serangan hama dan penyakit serta jenis tanah atau kelas kesesuaian lahan. Produktivitas tanaman kelapa sawit yang ditanam di tanah subur memiliki produktivitas yang lebih tinggi dengan yang ditanam di tanah yang miskin hara (Sunarko, 2007). Pemanenan merupakan kegiatan yang menentukan pencapaian produktivitas suatu unit kebun. Menurut PPKS (2003), keberhasilan pemanenan akan menunjang pencapaian produktivitas tanaman. Sebaliknya kegagalan pemanenan akan menghambat pencapaian produktivitas tanaman kelapa sawit. Pengelolaan tanaman yang sudah baku dan potensi produksi tanaman yang tinggi, tidak ada artinya jika pemanenan tidak dilaksanakan secara optimal. Produksi Kebun Mandah berdasarkan data pada Tabel 1. menunjukkan terjadi peningkatan setiap tahunnya dari tahun 2005 sampai 2010. Peningkatan produksi dipengaruhi oleh bahan tanaman, pemeliharaan tanaman, luas areal, pokok produktif per hektar yang meningkat, dan berat tandan rata-rata (BTR) yang meningkat setiap tahun. Pada Tabel 7. disajikan perbandingan produktivitas kelapa sawit di Kebun Mandah pada lahan gambut berdasarkan kesesuaian kelas lahan maka peningkatan produksi kelapa sawit lahan gambut di Kebun Mandah di bawah kelas lahan S3. Hal ini diakibatkan tebalnya tanah gambut yang diusahakan lebih dari 2 meter. Semakin tebal gambut dan semakin tinggi bahan kasar memberikan produksi yang lebih rendah terhadap produktivitas kelapa sawit (Koedadiri et al., 1997). Rendahnya produksi kelapa sawit di Kebun Mandah juga disebabkan oleh struktur tanah gambut yang tidak mampu menahan tanaman kelapa sawit yang sudah tinggi mengakibatkan tanaman menjadi doyong dan mudah tumbang. Hal ini menyebabkan banyaknya tanaman sisipan pada satu areal sehingga pokok produktif dalam areal berkurang.
46 Tabel 7. Perbandingan Rata-rata Produktivitas TBS Kelapa Sawit pada Tanah Gambut di Kebun Mandah Menurut Kelas Lahan Tahun
Umur (tahun 2012)
1996 1997 1998 1999 2000 2004 2005
16 15 14 13 12 8 7
Produktivitas Kebun Mandah (ton/ha/tahun) 13.7 14.8 10.9 11.0 13.7 16.1 9.06
Produktivitas berdasarkan kelas lahan (ton/ha/tahun) S1 S2 S3 27.1 24.5 23.5 27.9 25.5 24.5 30.0 26.0 25.0 31.0 27.0 26.0 31.0 28.0 26.0 30.0 25.5 24.5 26.0 23.0 22.0
Sumber : PPKS Medan (2003)
Persiapan Panen Pemeliharan prasarana panen yang dilakukan di Kebun Mandah seperti perawatan tempat pengumpulan hasil (TPH), pembuatan dan perawatan pasar rintis untuk mempermudah pengangkutan buah menggunakan angkong, pembersihan pokok piringan agar brondolan dapat terkutip, pembersihan kanal agar mempermudah transportasi pengangkutan TBS dari TPH ke Colection Point (CP) dan menjaga tinggi permukaan air pada kebun sehingga pada musim kemarau tidak terjadi kekeringan yang mengganggu transportasi buah. Persiapan perlengkapan alat pemanen yang tepat saat panen juga menunjang suksesnya kegiatan panen untuk meminimalkan buah tertinggal. Selain itu, persiapan panen yang harus dilakukan di Kebun Mandah antara lain: penetapan seksi panen, penetapan luas hancak kerja pemanen, penetapan luas hancak kerja per mandoran, penentuan kriteria matang panen, penyediaan tenaga kerja panen, dan melakukan taksasi/peramalan produksi. Seksi panen yang diterapkan di Kebun Mandah yaitu 6 seksi setiap divisi (Gambar 7). Penetapan seksi panen berdasarkan perhitungan jam kerja dan jumlah hari panen dalam seminggu, areal yang siap dipanen, dan jarak blok ke perumahan. Luas hancak kerja pemanen yang ditetapkan di Kebun Mandah ± 3.5 ha.
47 Sistem dan Rotasi Panen Sistem panen yang digunakan di Divisi V Kebun Mandah adalah Block Harvesting System non Division Of Labour (BHS non-DOL). Sistem BHS nonDOL merupakan program implementasi pengerjaan kegiatan panen yang terkonsentrasi pada satu seksi yang harus diselesaikan dalam satu hari dimana penyelesaian hancak dari potong buah dan kutip brondolan dilakukan sepenuhnya oleh satu pemanen. Hal ini bertujuan untuk mengurangi buah tinggal atau buah yang tidak dipanen dan brondolan tidak terkutip yang merupakan salah satu penyebab kehilangan produksi, serta meningkatkan kesejahteraan pemanen. Penerapan BHS non-DOL di Kebun Mandah sangat sesuai dengan topografi lahan yang datar, seksi panen yang dipisahkan oleh kanal, dan sarana pengangkutan TBS yang melalui air. Hal ini mempermudah supervisi dalam pengawasan, kegiatan unit transportasi dalam pengangkutan TBS di TPH, pencatatan administrasi lebih mudah, setiap seksi dapat dipanen dalam satu hari, buah terkonsentrasi dalam satu seksi panen, dan lamanya buah menginap di TPH dapat dipersingkat, serta meningkatkan pendapatan pemanen sehingga pemanen lebih giat untuk menyelesaikan hancaknya. Rotasi panen merupakan faktor pembatas dalam menentukan produksi TBS, kualitas/mutu buah, mutu transport, pengolahan TBS di PKS, serta biaya eksploitasi. Rotasi panen yang lama yaitu lebih dari sembilan hari akan menyebabkan buah terlalu masak, bahkan bisa menjadi tandan kosong. Apabila hal ini terjadi, maka akan mengakibatkan jumlah brondolan meningkat sehingga akan memperlambat penyelesaian hancak panen. Penyelesaian hancak panen yang lama menyebabkan basis borong sulit tercapai sehingga biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan panen meningkat. Peluang kehilangan produksi seperti tandan masak tinggal di pohon dan brondolan tidak terkutip menjadi sangat tinggi. Kualitas minyak yang dihasilkan akan menjadi rendah apabila buah terlalu masak yang dipanen yaitu lebih dari 3 %. Rotasi panen yang terlalu cepat yaitu kurang dari tujuh hari dapat mengakibatkan pemanen cenderung memotong buah mentah untuk memenuhi basis kerja. Hal ini dapat menurunkan Oil Extraktion Rate (OER). Buah mentah yang dipanen menurunkan kapasitas olah pabrik karena memerlukan proses perebusan yang lebih lama.
48 Rotasi panen yang berlaku di Kebun Mandah yaitu dalam satu minggu terdapat enam hari
kerja, sehingga dalam satu bulan setiap seksi dipanen
sebanyak empat kali. Rotasi panen yang tinggi di Divisi V hingga 13 hari juga sering terjadi. Kerapatan buah yang tinggi, hari libur, pemanen mangkir dari kerja, jumlah tenaga kerja tidak tercukupi, dan kondisi cuaca pada musim hujan merupakan beberapa penyebab yang meningkatkan rotasi panen di Kebun Mandah. Kondisi gawangan yang tergenang oleh air pada musim hujan mempersulit pemanen dalam mengambil dan mengangkut buah ke TPH sehingga proses pengangkutan buah menjadi lebih lama yang menyebabkan rotasi panen menjadi meningkat.
Tenaga Panen Keberhasilan usaha perkebunan kelapa sawit bukan ditentukan oleh besar kecilnya modal yang tersedia, tetapi pemilihan tenaga kerja yang sesuai dan menduduki posisi yang tepat akan memudahkan pelaksanaan pekerjaan. Tenaga panen yang terampil merupakan penentu perusahaan dalam mengambil hasil produksi TBS kelapa sawit yang dimiliki. Tenaga panen di Kebun Mandah memiliki pekerjaan sebagai pemotong buah sekaligus pengutip brondolan. Kebutuhan tenaga panen di Kebun Mandah menggunakan perbandingan 1:16 yaitu satu orang pemanen memiliki hektar cover seluas 16 ha dalam satu rotasi panen. Berdasarkan ketetapan perhitungan kebutuhan tenaga panen di kantor besar Kebun Mandah, keperluan tenaga panen Divisi V adalah : TK
= = = 53 orang
Perhitungan jumlah tenaga panen berdasarkan norma kerja pemanen yaitu ± 3.5 ha di Divisi V Kebun Mandah adalah : TK
= = = 41 orang
49 Jumlah tenaga kerja panen di Divisi V Kebun Mandah adalah 52 orang. Hasil perhitungan tenaga panen berdasarkan aplikasi norma kerja di lapangan berbeda dengan perhitungan ketetapan perbandingan yang telah ditentukan. Hal ini bertujuan untuk mengantisipasi pemanen yang tidak hadir dan saat kerapatan buah tinggi. Pada saat kerapatan buah tinggi basis panen tercapai dengan luasan hektar sedikit akan tetapi target luasan hektar panen berdasarkan norma kerja tidak tercapai sehingga hancak pemanen sering tidak selesai dalam satu hari dan rotasi panen tinggi.
Angka Kerapatan Panen Perkiraan jumlah janjang matang di suatu areal yang dapat dipanen pada keesokan harinya dilakukan setiap hari. Hal ini dilakukan untuk mengetahui angka kerapatan panen (AKP). Pengamatan angka kerapatan panen bertujuan untuk memperkirakan produksi harian yang akan dipanen pada areal tersebut esok hari. Hasil perhitungan pengamatan angka kerapatan panen yang dilakukan penulis tersaji pada Tabel 8. Tabel 8. Hasil Pengamatan Kerapatan Panen di Divisi V Kebun Mandah Blok H018 H019 H020 H021 H022
Jumlah Pokok 19 600 20 300 16 520 15 707 18 349
Pokok Sampel 1120 1120 1008 896 1120
Tandan Matang 670 416 375 265 344
Kerapatan Panen (%) 59.8 37.1 37.2 29.6 30.7
Sumber : Pengamatan lapangan (2012)
Penulis melakukan pengamatan perkiraan jumlah tandan matang pada lima seksi panen yaitu di blok H022, H021, H020, H019, dan H018 yang akan dipanen esok hari. Jumlah pokok sampel yang diamati oleh penulis sebesar 6 % dari total pokok kelapa sawit dalam tiap blok yang akan dipanen besok. Contoh perhitungan nilai AKP sebagai berikut : Pada seksi panen A blok H022 jumlah pokok sampel 1120 dengan jumlah tandan matang 344. Maka nilai AKP seksi panen blok tersebut adalah :
50 AKP =
x 100% = 30.7 %
Nilai AKP pada setiap blok terlihat berbeda-beda. Nilai AKP hasil pengamatan yang diperoleh antara 29 – 59 %. Menurut Tobing dalam Akbar (2008) perbedaan AKP suatu areal yang terjadi dipengaruhi oleh iklim, umur tanaman, dan tempat. Umur tanaman yang semakin tua berpengaruh terhadap produksi buah yang dihasilkan menjadi lebih sedikit, akan tetapi berat tandan ratarata TBS semakin meningkat. Pada perbandingan hasil estimasi AKP dengan AKP aktual yang didapat dari data kebun ada yang terjadi perbedaan lebih dari 5 % (Tabel 9). Hal ini disebabkan oleh perubahan pemetakan blok baru dengan menggabungkan tiga atau lebih blok lama menjadi satu hamparan blok baru yang mengakibatkan adanya perbedaan tahun tanam dalam satu blok. Penggabungan blok tersebut menjadikan unit kebun melakukan pemutihan terhadap tahun tanam. Pengambilan tahun tanam pada satu hamparan berdasarkan persentase paling besar tahun tanam pada hamparan kelapa sawit. Selain itu, perbedaan dapat disebabkan sedikitnya sampel contoh yang diambil. Tabel 9. Perbandingan AKP Estimasi dengan AKP Aktual Blok
Jumlah Pokok
H018 H019 H020 H021 H022
19 600 20 300 16 520 15 707 18 349
AKP Estimasi (%) 59.8 37.1 37.2 29.6 30.7
AKP Aktual (%) 59.9 37.2 45.8 36.0 38.2
Sumber : Pengamatan dan data kebun (2012)
Taksasi Panen Harian Taksasi panen atau sensus buah harian merupakan kegiatan perkiraan panen dengan melakukan pengecekan sampel pohon kelapa sawit untuk menentukan jumlah tandan yang akan dipanen. Taksasi panen dilakukan dengan mencari nilai AKP terlebih dahulu dan dilakukan sehari sebelum panen pada blok tersebut. Perhitungan taksasi panen diperoleh dari presentase AKP dikalikan dengan pokok produktif pada areal yang akan dipanen dan berat tandan rata-rata
51 (BTR) blok tersebut. Penulis melaksanakan pengamatan kegiatan taksasi panen pada lima seksi panen. Taksasi panen dilakukan di seksi A blok H022 (132 ha), seksi B blok H021 (113 ha), seksi C blok H020 (118 ha), seksi D blok H019 (145 ha),dan seksi E blok H018 (140 ha). Data hasil pengamatan taksasi panen yang dilakukan penulis tersaji pada Tabel 10. Contoh perhitungan dalam melakukan taksasi panen pada blok H022 sebagai berikut: Nilai persentase AKP yang sudah diketahui dengan melakukan pengambilan sampel pokok sebesar 30.7 %, luas areal blok yang akan dipanen 132 ha, jumlah pokok per ha 139, berat tandan rata-rata blok tersebut 8.3 kg maka taksasi produksi seksi panen pada blok tersebut adalah : Taksasi panen
= 30.7 % x (139 pokok/ha x 132 ha) x 8.3 kg = 46767.76 kg = 46.8 ton
Tabel 10. Hasil Pengamatan Taksasi Panen di Divisi V Kebun Mandah Blok
Jumlah Pokok
Luas Seksi (ha)
BTR (kg)
AKP (%)
H018 H019 H020 H021 H022
19 600 20 300 16 520 15 707 18 349
140 145 118 113 132
5.9 7.9 7.3 7.3 8.3
59.8 37.1 37.2 29.6 30.7
Estimasi Produksi (ton) 69.4 59.4 45.0 33.8 46.8
Sumber : Pengamatan lapangan (2012)
Tobing dalam Akbar (2008) menyatakan bahwa nilai AKP 25 – 100 % menunjukkan produksi tinggi, sedangkan nilai AKP 15 - 20 % menunjukkan produksi sedang. Secara keseluruhan Divisi V Kebun Mandah memiliki produksi kelapa sawit yang tinggi berdasarkan pernyataan tersebut. Perkiraan atau taksasi panen harian ini untuk merencanakan berapa unit transport yang dibutuhkan untuk mengangkut TBS hasil panen dan untuk mengetahui jumlah tenaga pemanen yang dibutuhkan untuk menyelesaikan panen pada luasan tertentu.
52 Organisasi Panen Organisasi panen yang tepat sangat mempengaruhi kegiatan pemanenan yang akan dilakukan. Hal ini agar tandan buah yang siap panen dapat dipanen tepat waktu dan dapat diselesaikan sesuai dengan jadwal pemanenan sehingga berjalan baik dalam pencapaian produksi. Organisasi panen pada Divisi V Kebun Mandah terdiri dari dua kemandoran panen, yaitu kemandoran A dan kemandoran B. Mandor panen di Divisi V membawahi sekitar 25 - 27 pemanen per mandoran. Pengorganisasian kerja hancak mandor berdasarkan nomor kanal cabang (KCB) sehingga penyelesaian hancak panen lebih fokus, pengangkutan buah lebih efektif karena panen terpusat pada satu tempat, dan supervisi lebih mudah untuk evaluasi pekerjaan. Selain itu, dengan pembagian hancak mandor berdasarkan nomor KCB maka pemeliharaan kanal sebagai jalur transportasi dapat terawat (Gambar 12).
Gambar 12. Pengorganisasian Kerja Hancak Mandor Mandor panen bersama kerani buah melakukan koordinasi untuk pengangkutan TBS, sehingga tidak ada TBS yang tertinggal di TPH pada hari panen tersebut. Pasangan kerja antara mandor panen dengan kerani buah selalu tetap sehingga administrasi penen tercatat secara teratur dan memudahkan kerani divisi. Administrasi penen di lapangan dilakukan oleh kerani buah sedangkan administrasi panen di kantor divisi dilakukan oleh kerani divisi. Setiap hari panen dilakukan pencatatan produksi di TPH yang diangkut ke Colection Point (CP)
53 yang akan diangkut ke pabrik oleh kerani buah dalam buku penerimaan buah kelapa sawit, pembuatan laporan potong buah (LPB) untuk mengetahui prestasi pemanen.
Transportasi Panen Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman penghasil tandan buah segar (TBS) yang sangat tinggi setiap tahunnya. Organisasi atau pekerjaan transportasi di perkebunan kelapa sawit adalah salah satu pekerjaan yang terpenting dalam pencapaian produksi tersebut. Ada empat hal yang menjadi sasaran kelancaran transport TBS yaitu meningkatkan kualitas TBS, meningkatkan produktivitas kendaraan, menjaga agar Asam Lemak Bebas (ALB) produksi harian 2 – 3 %, kapasitas atau kelancaran pengolahan di pabrik, keamanan TBS di lapangan, dan biaya transport yang minimal. Areal Kebun Mandah merupakan jenis lahan gambut sehingga sarana pengangkutan TBS yang digunakan di Kebun Mandah menggunakan transportasi air berupa pompong (kapal) dan bargas yang berisi keranjang dengan kecepatan angkut buah rata-rata 5 km/jam. Setiap bargas terdiri dari satu operator bargas (OB) dan dua helper yaitu karyawan yang memasukkan buah ke keranjang bargas. Unit transport pompong dikemudikan oleh satu operator dan satu karyawan pembantu. Proses pengangkutan di Kebun Mandah terbagi menjadi dua pekerjaan, yaitu pengangkutan buah dari TPH ke CP dan pengangkutan buah dari CP menuju PKS (Gambar 13).
Gambar 13. Alur Pengangkutan TBS di Kebun Mandah Pengangkutan TBS dari dalam kebun menuju PKS mengalami proses bongkar muat (over skip)
hingga tiga kali. Proses bongkar muat TBS ini
54 berdampak terhadap penurunan bobot buah, mutu buah, jumlah HK, waktu, biaya, dan jenis angkutan buah. Kendala yang sering dialami pada saat pengangkutan TBS adalah turunnya ketinggian permukaan air pada saat musim kemarau sehingga kipas mesin bargas kandas di dasar kanal. Selain itu, kondisi kanal yang mudah sekali ditumbuhi oleh gulma eceng gondok dan lumut menyulitkan OB dalam menjalankan mesin karena kipas mesin sering tersangkut oleh gulma sehingga waktu tempuh lebih lama dan bahan bakar minyak yang digunakan lebih banyak. Beberapa usaha yang telah dilakukan adalah membersihkan gulma air dengan menggunakan jaring dan melakukan pemeliharaan kanal menggunakan excavator, dan melakukan water management dengan memakai bendungan buka tutup atas dan bawah. Jumlah bargas di Kebun Mandah untuk pengangkutan buah dari TPH ke CP sebanyak 21 bargas dengan kapasitas 3 keranjang setiap bargas dengan berat muatan buah 2.1 ton/keranjang. Setiap bargas terdiri dari satu operator bargas (OB) dan dua karyawan yang memasukkan buah ke keranjang bargas. Waktu yang diperlukan dalam pengangkutan buah hingga angkut menuju CP setiap seksi berbeda-beda. Berdasarkan pengamatan penulis waktu yang diperlukan untuk seksi panen terjauh yaitu seksi panen F di divisi V Kebun Mandah selama 3 jam. Pengangkutan TBS dari CP menuju PKS menggunakan ponton dengan kapasitas tujuh keranjang atau ± 15 ton yang ditarik menggunakan pompong. Waktu yang diperlukan untuk mengangkut buah dari CP menuju PKS ± 7 jam perjalanan dengan jarak tempuh ± 24 km. Waktu tempuh yang terlalu lama menyebabkan TBS lama dalam perjalanan sehingga dilakukan pengangkutan buah langsung sebanyak 2 - 4 ponton. Selain itu, waktu tempuh yang terlalu lama tersebut menyebabkan terjadinya buah restan di dalam kebun. Hal ini disebabkan oleh persediaan keranjang untuk angkut buah dalam bargas belum tersedia. Buah restan di Kebun Mandah terdapat tiga jenis berdasarkan tempatnya, yaitu : buah restan di TPH, buah restan di CP, dan buah restan di PKS. Pengawasan dan pengorganisasian dalam pengangkutan TBS di TPH merupakan salah satu pencegahan dalam kehilangan produksi dan kualitas buah di pabrik saat pengangkutan. Adanya pekerja transport yang kurang disiplin dalam mengangkut buah dan brondolan di lapangan sering terjadi buah mentah terangkut
55 dan brondolan tidak dikutip di TPH. Penulis melakukan pengamatan terhadap kualitas angkut buah di Divisi V dengan mengambil satu tim transport selama tiga hari dalam kegiatan panen. Penulis mengamati TPH dalam pengangkutan TBS yang diangkut untuk memenuhi satu bargas sebanyak tiga keranjang. Kualitas angkut buah di Divisi V dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Hasil Pengamatan Kualitas Angkut Buah Tim Transport Divisi V Kebun Mandah Tim Total Brondolan Buah Mentah Transport TPH di TPH brondolan brondolan/TPH tandan tandan/TPH 24 6 0.3 0 0 Samsudin 20 12 0.6 0 0 28 27 1.0 0 0 Rata-rata 24 15 0,6 0 0 Sumber : Pengamatan lapangan (2012)
Berdasarkan hasil pengamatan pada Tabel 11. menunjukkan bahwa masih terdapat brondolan yang tidak terkutip saat pengangkutan buah di TPH. Jumlah tersebut masih dalam kondisi wajar berdasarkan standar yang ditetapkan perusahaan. Faktor penyebab masih adanya brondolan di TPH karena faktor manusia ataupun faktor lahan. Pemanen saat mengutip brondolan wajib memasukkan brondolan ke jaring menjadi satu, tetapi banyak pemanen yang tidak memasukkan dalam jaring dan meletakkan brondolan di tanah. Hal ini menyebabkan karyawan angkut buah yang kurang disiplin pada saat mengangkut brondolan sering tidak dikutip untuk dibersihkan. Perkebunan kelapa sawit di lahan gambut yang menggunakan transportasi air menyebabkan banyaknya brondolan jatuh di kanal saat brondolan dimasukkan ke bargas akibat kurang telitinya karyawan. Pemberiaan alat tanggok untuk menjaring brondolan yang jatuh ke kanal merupakan solusi untuk mengurangi kehilangan produksi. Kondisi TPH yang tidak beralas dan bertanah gambut sering menyebabkan brondolan mudah masuk ke tanah saat terinjak kaki sehingga banyak brondolan yang tidak diketahui karyawan.
56 Basis dan Premi Panen Basis adalah kewajiban dalam kegiatan pemanenan yang harus dipenuhi oleh pemanen setiap hari kerja. Penetapan besarnya basis kerja di Kebun Mandah sama halnya dengan pekerja perawatan dan pemupukan yaitu berdasarkan tujuh jam kerja dan lima jam kerja pada hari Jumat. Waktu kerja untuk pemanen ditentukan berdasarkan penyelesaian basis hektar hancak yang telah ditetapkan unit kebun. Ada dua basis yang digunakan di Kebun Mandah, yaitu: basis tandan buah segar (TBS) dan basis hancak panen yang harus diselesaikan dalam pelaksanaan di lapangan. Basis TBS merupakan penentu premi panen yang diperoleh seorang pemanen. Penentuan besar basis TBS berdasarkan berat tandan rata-rata (BTR) pada suatu blok. Premi di Kebun Mandah terbagi menjadi dua yaitu premi siap borong dan premi lebih borong. Premi siap borong diberikan kepada pemanen yang dapat menyelesaikan basis dan nilainya tetap. Premi lebih borong akan didapat oleh pemanen apabila jumlah tandan yang diperoleh pemanen melebihi basis jumlah tandan. Perhitungan premi lebih borong dengan mengalikan jumlah tandan lebih borong yang didapat oleh pemanen dengan rupiah per tandan lebih borong berdasarkan BTR pada blok panen. Premi kutip brondolan untuk pemanen dengan mengalikan berat brondolan yang terkutip dengan seratus rupiah. Hal ini dikarenakan sistem panen yang digunakan di Kebun Mandah pemanen sekaligus sebagai pengutip kecuali pada saat kerapatan buah tinggi dilakukan oleh pekerja khusus untuk pengutip brondolan. Ketetapan basis, premi siap borong, premi lebih borong, dan premi kutip brondolan disajikan pada tabel 6. Contoh perhitungan premi panen divisi V : Nama pemanen
: Udi
Nomor pemanen
: 13
Output pemanen
: 185 tandan
Brondolan (LF)
: 120 kg
Basis borong
: 150 tandan
Lebih borong
: (185 – 150)= 35 tandan
Premi siap borong
: Rp 12 000,-
Premi lebih borong
: Rp 180,- x 35 = Rp 6 300,-
57 Premi kutip brondolan : 120 kg x Rp 100,- = Rp 12 000,Jumlah premi
: Rp 12 000 + Rp 6 300 + Rp 12 000 = Rp 30 300,-
Sistem premi panen yang diterapkan bertujuan meningkatkan produktivitas karyawan dengan biaya yang efisien dan terkontrol serta kualitas hancak yang baik dengan meningkatnya pendapatan pemanen. Rotasi panen yang terlambat sering terjadi di Kebun Mandah sehingga kegiatan panen tetap dilaksanakan dengan kegiatan “kontanan”, yaitu panen pada hari libur atau hari minggu dan pembayaran dilakukan secara langsung. Pemanen tidak dikenakan basis borong tetapi buah yang dipanen langsung dikali dengan tandan lebih borong. Kontanan ini bertujuan untuk menormalkan pusingan di atas 9 hari menjadi pusingan di bawah 9 hari. Usaha dalam meningkatkan produktifitas panen pada saat kontanan maka diberikan uang produktifitas sebesar Rp 10 000,apabila bekerja melebihi basis minimal 25 % dari basis yang ditentukan dan mendapatkan uang makan apabila ikut dalam kegiatan kontanan.
Sistem Pengawasan dan Sanksi Panen Sistem pengawasan panen yang diterapkan oleh kebun bertujuan untuk memperoleh kualitas buah yang baik, dan menjaga mutu hancak yang tetap bersih. Hal ini disebabkan adanya ketidakdisiplinan pemanen dalam memotong TBS dan mengutip brondolan yang menyebabkan adanya buah mentah yang dipanen serta brondolan tinggal tidak terkutip dan gagang panjang (long stalk). Pengawasan dan pemeriksaan panen dilakukan setiap hari kerja oleh asisten, mandor I, mandor panen, dan kerani buah. Pengawasan oleh Asisten. Asisten sebagai kepala divisi dalam kegiatan panen memberikan arahan dan pengawasan kepada para supervisi untuk melakukan kegiatan panen yang baik dan memberikan pengarahan tentang penggunaan alat pelindung diri (APD) para karyawan pada saat bekerja. Pada setiap hari kerja juga asisten memeriksa TBS sebagai hasil panen karyawan potong buah di lapangan. Pemeriksaan mencakup kematangan buah menurut kriteria yang berlaku, susunan
TBS dan tumpukan
brondolan
di
TPH,
kebersihan brondolan, susunan pelepah berbentuk U-shape, pelepah sengkleh, dan
58 buah masak tidak dipanen. Pemeriksaan hancak dan mutu buah oleh asisten dilakukan sebanyak lima pemanen dalam setiap hari kerja yang dicatat dalam buku pemeriksaan asisten. Hasil pemeriksaan asisten kemudian direkap oleh kerani divisi dan dilaporkan ke kantor besar. Di perkebunan kelapa sawit yang paling berperan penting serta bertanggung jawab terhadap besar kecilnya losses produksi adalah asisten kebun. Penghayatan yang mendalam akan losses produksi oleh seorang asisten sangat dibutuhkan. Pengawasan oleh Kerani Buah. Pengawasan yang dilakukan kerani buah setiap hari kerja dalam kegiatan panen adalah menghitung tandan di TPH dan memeriksa mutu buah berdasarkan kriteria panen. Semua TBS yang telah diperiksa dan diterima di TPH diberikan tanda pada gagang TBS. Setiap buah mentah yang ditemukan diberi tanda A dan nomor pemanen pada gagangnya. Pemanen yang memotong buah mentah akan mendapatkan denda tetapi tandan tersebut tetap dihitung sebagai pendapatan. Kerani buah hanya boleh menerima TBS yang diantrikan di TPH yang resmi dan mencatat pada buku penerimaan buah. Pengawasan oleh Mandor Panen. Mandor
panen
bertemu
secara
langsung oleh karyawan setiap harinya dalam kegiatan panen. Pengontrolan panen dimulai dari awal kegiatan pada saat apel pagi dengan melakukan absensi untuk mengetahui pemanen yang terlambat ataupun tidak hadir. Mandor panen mengatur dan mengecek alat kerja yang digunakan apakah dalam kondisi baik dan dilengkapi dengan alat pelindung serta mengecek alat pelindung diri (APD) setiap karyawan panen untuk mencegah terjadinya kecelakaan. Pemberian pengarahan juga diberikan oleh mandor panen dalam memotong buah untuk menjaga pelepah yang harus dipertahankan, yaitu tanaman yang berumur lebih dari sepuluh tahun menjaga 48 pelepah dan tanaman yang berumur kurang dari sepuluh tahun pelepah yang harus dipertahankan adalah 56 pelepah. Mandor panen melakukan pemeriksaan hancak pemanen setiap hari kerja dan mengevaluasi hasil kerja karyawan. Pengawasan oleh Mantri Buah atau staf Quality Asurance (QA). Kebun Mandah memiliki satu mantri buah yang langsung bertanggung jawab kepada estate manager akan kualitas buah dan mutu hancak panen dalam kebun.
59 Mantri buah akan melalukan pemeriksaan mutu buah, persentase brondolan di TPH, brondolan di piringan, brondolan di pasar rintis, dan gagang panjang pada TBS. Pemeriksaan oleh QA dilakukan setiap minggu per divisi dan didampingi oleh mandor saat melakukan pemeriksaan. Hasil pengecekan dilaporkan kepada estate manager. Rekapitulasi pemeriksaan mantri buah terhadap mutu dan pusingan panen merupakan bahan laporan manajer setiap akhir bulan dan akan menjadi evaluasi hasil kerja asisten divisi. Apabila terdapat kesalahan yang terjadi pada hancak panen yang diperiksa maka karyawan panen yang bersangkutan harus segera dipanggil dan ditegur untuk memperbaiki kesalahan yang telah dilakukan pada kegiatan panen berikutnya. Kesalahan yang dilakukan pemanen juga dapat memberikan sanksi bagi mandor dengan berkurangnya premi. Hal ini dilakukan agar mandor lebih tegas dan lebih disiplin dalam mengawasi karyawan. Sanksi diberikan untuk memberikan efek jera bagi karyawan. Sanksi yang diberikan kepada karyawan dapat berupa denda harian atau surat teguran. Teguran yang dilakukan yaitu secara lisan dan secara tertulis. Karyawan yang masih tetap melakukan pekerjaan yang buruk dan sudah diperingatkan oleh mandor, maka dilakukan teguran secara tulisan, yaitu berupa surat peringatan (SP) I, II, dan III yang diketahui oleh asisten. Sistem denda harian yang diterapkan di Kebun Mandah dapat dilihat pada Tabel 12 dan Tabel 13. Tabel 12. Sistem Denda Harian Panen untuk Pemanen di Kebun Mandah Pelanggaran Buah mentah Gagang panjang Brondolan di piringan Buah tinggal di pokok
Satuan Rp/tandan Rp/tandan Rp/pkk Rp/pkk
Denda 5 000 1 000 2 000 15 000
Sumber : Kantor Besar Kebun Mandah (2012)
Tabel 13. Sistem Denda Harian Panen untuk Mandor Panen di Kebun Mandah Pelanggaran Satuan Denda Brondolan tidak dimasukkan ke dalam Rp/TPH 5 000 keranjang di TPH Brondolan di piringan > 2/pokok Rp/pkk 2 000 Buah tinggal di pokok Rp/pkk 15 000 Gagang tidak bernomor panen Rp/tandan 1 000 Sumber : Kantor Besar Kebun Mandah 2012
60 Kualitas Panen Kualitas yang harus dicapai oleh kebun dalam pemanenan terdiri dari mutu buah dan mutu hancak. Mutu buah yang dihasilkan dalam kegiatan pemotongan TBS akan berpengaruh terhadap kualitas minyak yang dihasilkan. Kehilangan produksi tercermin pada mutu hancak dalam pengecekan setelah pemanenan. Mutu Buah. Menurut Mangoensoekarjo dan Semangun (2003), buah yang dipanen seminggu sebelum tepat matang memiliki kandungan minyak dalam mesokarp baru mencapai 73 % dari potensinya. Pengamatan dilakukan dengan mengambil sample 200 buah dalam satu kemandoran dalam tiga hari sebagai ulangan pada dua kemandoran. Pada Tabel 14. terlihat bahwa pada pengamatan kematangan buah di Divisi V menunjukkan bahwa persentase buah matang sebesar 95.3 %, buah kurang matang 3.4 %, buah mentah 0 %, dan janjang kosong 1.3 %, dan gagang panjang 0.1 %. Berdasarkan norma kualitas buah yang ditetapkan oleh perusahaan maka buah mentah, buah kurang matang, buah matang, dan tandan kosong hasil panen dalam kegiatan panen pada Divisi V sudah sesuai target yang harus dicapai, akan tetapi persentase gagang panjang masih di bawah persentase standar norma yang ditetapkan. Adanya buah kurang matang yang dipanen dan gagang panjang karena pemanen bekerja agar dapat mencapai
basis panen yang ditentukan
sehingga kualitas buah kurang diperhatikan serta kurang ketelitian pemanen dalam melakukan panen. Tabel 14. Hasil Pengamatan Mutu TBS di Divisi V Kebun Mandah Kemandoran
Ripe (%)
Unripe (%)
Underipe (%)
Empty bunch (%)
Standard A B rata-rata
>95 95.5 95.2 95.3
0 0 0 0
<5 3.3 3.5 3.4
0 1.2 1.3 1.3
Long stalk (%) 0 0.1 0 0.1
Sumber : Data pengamatan lapangan (2012)
Mutu Hancak. Kualitas hancak panen menunjukkan kehilangan produksi dalam kegiatan pemanenan. Menurut Miranda (2009) penyebab terjadinya
61 kehilangan produksi dapat dibagi dalam tiga kelompok, yakni faktor kondisi tanaman, faktor manusia, serta faktor lahan. Kegiatan pengecekan mutu hancak pemanen dilakukan oleh mandor panen ataupun mandor I setiap harinya dengan melakukan pemeriksaan terhadap lima pemanen. Sistem pemeriksaan hancak yang dilakukan oleh mandor adalah mengambil 100 pokok sampel setiap pemanen dengan cara zigzag. Data pengamatan mutu hancak dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Hasil Pengamatan Mutu Hancak di Divisi V Kebun Mandah Pemanen 1 2 3 4 5 Rata-rata Nilai (brondolan/pkk) Total (brondolan/pkk)
Brondolan tinggal (LF) Piringan Pelepah Gawangan 15 4 2 22 3 1 7 5 0 25 0 2 13 0 2 16.4 2.4 1.4 0.2
0.02 0.2
0.01
Tandan matang tidak dipanen (%) 0 0 0 0 0 0 -
Sumber : Data pengamatan lapangan, April 2012
Berdasarkan Tabel 15. nilai brondolan tinggal yang tidak terkutip sebesar 0.2 brondolan/pokok dan tandan matang tidak dipanen sebesar 0 %. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kualitas hancak panen pada Divisi V Kebun Mandah untuk tandan matang tidak dipanen sudah tercapai sedangkan brondolan tinggal belum mencapai target maksimum, akan tetapi nilai brondolan tinggal tidak terkutip masih di bawah ketetapan pemanen untuk mendapatkan sanksi yaitu lebih dari 2 brondolan/pokok. Target yang belum mencapai maksimum disebabkan oleh angka kerapatan panen yang tinggi sehingga pemanen lebih fokus pada penyelesaian hancak panen dan kurang ketelitian pemanen.
62
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kegiatan magang dapat menambah wawasan pada aspek teknis maupun aspek manajerial pada perkebunan kelapa sawit khususnya dalam aspek pemanenan. Manajemen panen di Kebun Mandah dari persiapan panen hingga pegangkutan buah ke PKS dilaksanakan dengan baik sehingga menghasilkan produksi yang meningkat setiap tahunnya. Penerapan sistem panen Block Harvesting System sangat sesuai di Kebun Mandah pada lahan gambut yang kondisi blok dibatasi dengan kanal. Selain itu, kebutuhan tenaga panen di Divisi V Kebun Mandah sesuai dengan kebutuhan. Kualitas panen di Kebun Mandah sudah baik dilihat dari mutu hancak berupa brondolan yang tidak terkutip sebesar 0.2 brondolan/pokok yang masih jauh di bawah batas norma sanksi yang ditetapkan yaitu 2 brondolan/pokok dan mutu buah 95.3%. Pengorganisasian transportasi buah sudah baik akan tetapi terkendala dengan alat tranportasi yang memiliki kecepatan sangat lambat (5 km/jam) sehingga banyak buah yang menginap di lapangan lebih lama akibat jarak waktu tempuh tansport yang lama menuju PKS.
Saran Pembinaan supervisi dalam adminitrasi panen perlu diperbaiki sehingga tidak ada kesalahan dalam pencatatan hasil dan premi panen karyawan. Perlu ditingkatkan kedisiplinan mandor panen dalam penyampaian administrasi panen mengenai hasil pendapatan dan premi pemanen pada pagi hari. Produksi buah yang tinggi di Kebun Mandah perlu dimaksimalkan dengan keberadaan PKS yang dekat sehingga mutu buah yang dihasilkan dapat lebih baik.
63
DAFTAR PUSTAKA Akbar, A. 2008. Manajemen Panen di Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis gineensis Jacq.) Pantai Bunai Estate, PT.Sajanag Heulang, Minamas Plantation,Tanah Tumbu, Kalimantan Selatan. Skrispsi. Program Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 63 hal Ditjenbun. 2010. Luas areal dan produksi perkebunan seluruh indonesia menurut pengusahaan.www.ditjenbun.deptan.go.id/ [ 04 September 2012]. Koedadiri, A.D, E. S Sutarta, W. Darmosarkoro, P. Purba, L. Fadli, dan S. Rahutomo. 2003. Panen, p.111. Dalam L. Buana, D. Siahaan, dan S. Adiputra (Eds). Budidaya Kelapa Sawit. Pusat Peneltian Kelapa Sawit. Medan. Leonard, P. 2007. Pengelolaan Panen Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Teluk Siak PT.Aneka Inti Persada, Minamas Plantation, Riau. Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura, IPB. Bogor. 47 hal. Mangoensoekarjo, S. dan H. Semangun. 2003. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 605 hal. Miranda, R.R. 2009. Manajemen Panen Tanaman Kelapa Sawit ( Elaeis gineensis Jacq.) Di PT. Gunung Kemasan Estate, Minamas Plantation, Pulau Laut, Kalimantan Selatan. Skrispsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor. 79 hal Naibaho, P.M. 1998. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan. 306 hal. Pahan, I. 2010. Kelapa Sawit, Manajemen Agibisnis dari Hulu hingga Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta. 411 hal. Pusat Penelitian Kelapa Sawit .2003. Budidaya Kelapa Sawit. PPKS. Medan. 184 hal. Satyawibawa, I., dan Y. E. Widyastuti. 1999. Kelapa Sawit: Usaha Budidaya, Pemanfaatan Hasil, dan Aspek Pemasaran. Penebar Swadaya. Jakarta. 218 hal. Setyamidjaja, D. 2006. Kelapa Sawit. Kanisius. Yogyakarta. 127 hal. Sugiyono, I.Y Harahap, Winarna, A.D. Koedadiri, A. Purba, dan P. Purba. 2003. Penilaian kesesuaian lahan, p.1-4. Dalam L. Buana, D. Siahaan, dan S. Adiputra (Eds). Budidaya Kelapa Sawit. Pusat Peneltian Kelapa Sawit. Medan.
64
Sunarko. 2007. Petunjuk Praktis Budi Daya dan Pengolahan Kelapa Sawait. Agromedia Pustaka. Jakarta. 70 hal. Untung, R. 2009. Evaluasi Pengaruh Teknik Konservasi Tanah dan Air dalam Usaha Mengurangi Defisit Air Tanah pada Perkebunan Kelapa Sawit. Skripsi. Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, IPB. Bogor. 81 hal.
65
LAMPIRAN
Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian Lepas di Kebun Mandah Tanggal
Uraian Kegiatan
13-2-2012 14-2-2012 15-2-2012 16-2-2012 17-2-2012 18-2-2012
Penabur Pemupukan Makro Pelangsir Pemupukan Makro Pemupukan Cu Pengendalian Gulma secara Kimia Pengendalian Gulma secara Kimia Upacara Peringatan K3
Penulis 6 lorong 8 lorong 14 lorong 1 ha 1 ha -
20-2-2012 21-2-2012 22-2-2012 23-2-2012 24-2-2012 25-2-2012 27-2-2012 28-2-2012 29-2-2012 01-3-2012 02-3-2012 03-3-2012
Penghancuran Pupuk Cu Pengendalian Gulma secara Kimia Pengendalian Gulma secara Kimia Panen Transportasi Panen (CP ke PKS) Transportasi Panen (PKS ke CP) Angkut Buah (TPH ke CP) Panen Mounding Penyuluhan HPT Penanaman Beneficial Plant Water Management
30 karung 1 ha 1 ha 15 jjg 2 100 kg 30 jjg 3 tan 4 bedeng -
Prestasi Kerja Penulis Karyawan Standar 12 lorong 12 lorong 18 lorong 18 lorong 14 lorong 14 lorong 2.5 ha 2.5 ha 2.5 ha 2.5 ha 128 karung 2.5 ha 2.5 ha 118 jjg 6 300 kg 170 jjg 7 tan 12 bedeng -
128 karung 2.5 ha 2.5 ha 150 jjg 2 500 kg 180 jjg 7 tan 12 bedeng -
Lokasi H022A dan H022B H022A dan H022B G018A dan G018B H017 H018 Lapangan Kantor Besar G021 G023 G021 G024 Kebun Mandah Kebun Mandah H019 H017 G021 Nusa Perkasa Estate Divisi IV Divisi V 66
Lampiran 2. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Mandor di Kebun Mandah
Uraian Kegiatan
05-3-2012 06-3-2012 07-3-2012 08-3-2012 09-3-2012 10-3-2012 12-3-2012 13-3-2012 14-3-2012 15-3-2012 16-3-2012 17-3-2012 19-3-2012 20-3-2012 21-3-2012 22-3-2012 23-3-2012 24-3-2012 26-3-2012
Pengawasan Panen Pengawasan Panen Pengawasan Panen Pengawasan Panen Pengamatan Kerani Panen Kerani Panen Mandor Chemist Mandor Chemist Mandor Panen Sensus HPT Apel K3 dan Mandor Chemist Mandor Pupuk Mandor Pupuk Mandor 1 Mandor 1 Libur Apel K3 dan Mandor 1 Kerani Divisi
Lokasi H020 dan H021 H019 H018 H016 dan H017 Divisi III H019 H017 F022 G021 H020 G024 F023 H019A H019B Divisi V Divisi V Divivsi V Divisi III
67
Tanggal
Prestasi Kerja Penulis Jumlah KHL Luas Lahan Lama Kegiatan yang Diawasi yang Diawasi (jam) (orang) (ha) 21 74 9 21 66 8 21 66 9 22 62 7 7 7 16 7 16 7 22 8 7 16 7 12 7 12 5 7 7 7 7
Lampiran 2. (Lanjutan)
Tanggal
Uraian Kegiatan
27-3-2012 28-3-2012 29-3-2012 30-3-2012 31-3-2012
Kerani Divisi Kerani Divisi Kerani Divisi Kerani Divisi Apel K3 dan Kerani Divisi
Prestasi Kerja Penulis Jumlah KHL Luas Lahan Lama Kegiatan yang Diawasi yang Diawasi (jam) (orang) (ha) 7 7 7 7 7
Lokasi Divisi III Divisi III Divisi III Divisi III Divisi III
68
Lampiran 3. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Penanggung Jawab Sementara Asisten di Kebun Mandah
Tanggal
02-4-2012 03-4-2012 04-4-2012 05-4-2012 06-4-2012 07-4-2012 09-4-2012 10-4-2012 11-4-2012 12-4-2012 13-4-2012 14-4-2012 16-4-2012 17-4-2012 18-4-2012
Uraian Kegiatan Pengawasan Panen dan Pengecekan Mutu Hancak Pengawasan Panen dan Pengecekan Mutu Hancak Sensus Ganoderma Field Day Pengawasan Transportasi di CP Apel K3 dan Sensus Ganoderma Pengawasan Tim Chemist Pengawasan Tim Chemist Piket di PKS Field Day Penyuluhan Sensus HPT Pengawasan di Lapangan dan Apel K3 Pengawasan Pemupukan Pengawasan Pemupukan Supervisi Dosen dan Pengecekan kebun bersama tim audit
Prestasi Kerja Penulis Jumlah Mandor Luas Lahan Lama Kegiatan yang Diawasi yang Diawasi (jam) (orang) (ha)
Lokasi
2
-
7
Divisi V
2
-
9
Divisi V
1 1 1 -
-
7 5 5 7 5 7 7 6 -
Divisi II Divisi V Divisi I Divisi II Divisi I Divisi I TBE Divisi III Nusa Perkasa Estate
8
-
7
Divisi II
1 1
-
7 7
-
-
7
Divisi II Divisi II Kebun Mandah 69
Lampiran 3. (Lanjutan)
Tanggal
Uraian Kegiatan
19-4-2012 20-4-2012 21-4-2012
Field Day Ke TBE bertemu dosen Rapat asisten Pengawasan Panen dan Pengecekan Mutu Hancak Pengawasan Panen dan Pengecekan Mutu Hancak Pengawasan Panen dan Pengecekan Mutu Hancak Field Day Administrasi Kantor dan Olahraga Administrasi Kantor Pengecekan pembuatan Mandah Mill Membantu membuat laporan bulanan asisten Membantu Membuat Laporan Bulanan Asisten Field Day
23-4-2012 24-4-2012 25-4-2012 26-4-2012 27-4-2012 28-4-2012 30-4-2012 01-5-2012 02-5-2012 03-5-2012
Prestasi Kerja Penulis Jumlah Mandor Luas Lahan Lama Kegiatan yang Diawasi yang Diawasi (jam) (orang) (ha) 7 7
Lokasi
Divisi V Kantor Besar
2
118
9
Divisi V
2
145
8
Divisi V
2
156
9
Divisi V
-
-
7 7 7
Divisi II Kantor Besar Kantor Besar
-
-
5
Kebun Mandah
-
-
7
Kantor Besar
-
-
7
Kantor Besar
-
-
7
Divisi III 70
Lampiran 3. (Lanjutan)
Tanggal
Uraian Kegiatan
04-5-2012 05-5-2012
Olahraga Pembagian Upah Karyawan Review seluruh kegiatan oleh Asisten Pembimbing Review seluruh kegiatan oleh Asisten Pembimbing Field Day Pembuatan Laporan Apel K3 dan Pembuatan Laporan Mengikuti penyuluhan LSU Pengawasan LSU Pembuatan Laporan Pembuatan Laporan Presentase Magang dan Penilaian Sayonara
07-5-2012 08-5-2012 09-5-2012 10-5-2012 11-5-2012 12-5-2012 14-5-2012 15-5-2012 16-5-2012 17-5-2012 18-5-2012
Prestasi Kerja Penulis Jumlah Mandor Luas Lahan Lama Kegiatan yang Diawasi yang Diawasi (jam) (orang) (ha) 5
Lokasi
TBE Kantor Divisi III
-
-
6
Kantor Besar
-
-
5
Kantor Besar
-
-
8 2 7 8 5 -
Divisi V Kantor Besar Divisi I Divisi I Divisi V Kantor Besar Kantor Besar Kantor Besar Rumah Asisten
71
72 Lampiran 4. Peta Kebun Mandah
Lampiran 5. Data Curah Hujan di Kebun Mandah Tahun 2006-2011 2006/2007 Bulan Juli Agustus September Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Total BK BB
HH 11 11 4 4 13 10 5 8 4 12 7 8 97
CH (mm) 500 297 132 88 994 670 310 449 239 1.030 779 795 6 283 0 11
Kriteria Curah Hujan Scmidth-Ferguson
2007/2008 HH 7 4 3 14 8 8 5 4 15 11 8 6 93
CH (mm) 497 293 152 522 220 224 126 69 697 217 171 72 3 260 0 10
2008/2009 HH 6 8 11 8 12 14 4 6 12 12 8 4 105
CH (mm) 202 112 207 148 142 91 35 69 185 137 121 67 1 516 1 8
2009/2010 HH 10 8 7 8 15 7 7 4 9 14 12 9 110
CH (mm) 83 107 104 80 126 65 50 61 141 145 129 173 1 264 1 7
2010/2011 HH 9 9 8 6 11 7 12 1 9 9 9 90
CH (mm) 252 368 149 138 205 84 565 2 70 104 88 2 025 1 7
2011/2012 HH 8 6 7 8 12 9 2 7 59
CH (mm) 88 83 68 115 178 164 19 87 802 1 3
Cara Perhitungan Tipe Iklim di Kebun Mandah =
x 100 % = x 100% =8.69 % Tipe A (sangat basah)
100 300 < Q < 700 = Tipe G ( sangat kering) Q > 700
= Tipe H (ekstrim kering)
73
Bulan Kering (BK) : Bulan dengan CH < 60 mm Q= Bulan Lembab (BL) : Bulan dengan CH antara 60-100 mm Bulan Basah (BB) : Bulan dengan CH > 100 mm 0 < Q > 14.3 = Tipe A (sangat basah) 60 < Q < 100 = Tipe D (sedang) 14.3 < Q > 33.3 = Tipe B (basah) 100 < Q< 167 = Tipe E (agak kering) 33.3 < Q < 60 = Tipe C (agak basah) 167 < Q < 300 = Tipe F (kering)
Lampiran 6. Struktur Organisasi Kebun Mandah
74
Lampiran 7. Peta Water management dan Zoning Kebun Mandah
75 1