MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jaqc.) DI GUNUNG SARI ESTATE, PT. LADANGRUMPUN SUBURABADI, MINAMAS PLANTATION, KABUPATEN TANAH BUMBU, KALIMANTAN SELATAN
RANO KARNO LIMBONG A24070024
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
RINGKASAN
RANO KARNO LIMBONG. Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Gunung Sari Estate, PT Ladangrumpun Suburabadi, Minamas Plantation, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan (Dibimbing oleh HARIYADI).
Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jaqc.) adalah salah satu tanaman perkebunan yang berperan penting dalam pembangunan nasional terutama penghasil devisa negara. Tanaman kelapa sawit merupakan salah satu tanaman tahunan yang sangat membutuhkan unsur hara dalam jumlah besar untuk pertumbuhan vegetatif dan generatifnya. Dalam memenuhi unsur hara tersebut dibutuhkan pemupukan. Pemupukan merupakan suatu upaya untuk menyediakan unsur hara yang cukup guna mendorong pertumbuhan vegetatif dan generatif yang normal sehingga dapat memberikan produksi tandan buah segar (TBS) yang optimal serta menghasilkan minyak sawit mentah (CPO) yang tinggi baik kuantitas maupun kualitasnya. Kegiatan magang dilaksanakan mulai bulan Februari-Juni 2011 di Gunung Sari Estate, PT. Ladangrumpun Suburabadi, Minamas Plantation, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan. Kegiatan magang ini secara umum bertujuan meningkatkan pengetahuan, memperoleh keterampilan kerja dan pengalaman lapang dalam pengelolaan perkebunan kelapa sawit baik secara teknis maupun manajerial. Sedangkan, tujuan khusus kegiatan magang ini adalah mempelajari dan menganalisis sistem dan cara pengelolaan pemupukan tanaman kelapa sawit di Gunung Sari Estate dan menganalisis permasalahan sistem dan cara pengelolaan pemupukan di Gunung Sari Estate yang mempengaruhi efektivitas pemupukan serta mencari upaya penyelesaiannya. Data yang diperoleh penulis dalam kegiatan magang ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah informasi yang diperoleh penulis ketika mengikuti kegiatan di lapangan, diskusi maupun wawancara dengan mandor dan asisten divisi serta melalui pengamatan langsung di kebun dalam efektivitas
pemupukan yaitu prinsip 6T meliputi tepat waktu, dosis, jenis, cara, tempat dan aman, efesiensi tenaga kerja dan defesiensi hara. Hasil pengamatan pengelolaan pemupukan di Gunung Sari Estate (GSE) menunjukkan bahwa prinsip tepat waktu belum terlaksana dengan baik dilihat dari realisasi pemupukan 2010/2011 di Gunung Sari Estate (GSE) belum sesuai dengan rekomendasi pemupukan 2010/2011 dari Departemen Riset dikarenakan terjadi keterlambatan dalam aplikasi pemupukan. Selain itu, kondisi iklim yaitu pada bulan-bulan CH >300 mm/bulan (Oktober) dan CH <60 mm/bulan (Februari dan Juni) pihak kebun tetap melaksanakan pemupukan yang seharusnya pemupukan tidak perlu dilakukan karena tidak akan efektif. Pelaksanaan tepat dosis di GSE sudah sesuai dengan dosis rekomendasi pemupukan 2010/2011 dari Minamas Research Center (MRC), tepat jenis sudah terlaksana dengan baik dilihat dari jenis pupuk yang digunakan berdasarkan rekomendasi Minamas Research Center (MRC) dan biaya pembelian pupuk NK Blend sebagai pengganti Urea dan MOP sudah lebih ekonomis. Pelaksanaan prinsip tepat cara dan tepat tempat sudah sesuai dengan standar perusahaan yaitu pemupukan dengan cara sebar (brodcasting) secara merata dan tipis pada rumpukan pelepah atau JJK dengan jarak 250 ± 50 meter dari tanaman kelapa sawit. Gunung Sari Estate sudah menerapkan prinsip tepat aman dengan baik yaitu dengan menyediakan APD yang cukup bagi penabur, aman bagi lingkungan dengan adanya buffer zone dan sudah memperoleh sertifikat dari dinas lingkungan. Namun, tepat aman dalam pengangkutannya belum terlaksana dengan baik. Gejala defisiensi hara N, K, Mg, B dan Fe yang terjadi diduga karena kondisi jenis tanah di divisi II GSE tergolong dalam ordo Oxisol dengan seri tanah MM-18 Pertoferric Halludox dimana bila musim hujan dengan intensitas tinggi kondisinya peka terhadap kehilangan pupuk akibat terjadinya pencucian hara yang tinggi akibat adanya lapisan Pertoferric Halludox yang dangkal, tekstur tanah berpasir, dan realisasi pemupukan yang terlambat. Keterlambatan pemupukan akan mengakibatkan menurunnya produktivitas tanaman kelapa sawit. Penggunaan tenaga kerja di Gunung Sari Estate sudah tepat dan seimbang, serta adanya
kebijakan
perusahaan untuk
meningkatkan motivasi
kerja dan
kesejahteraan karyawan dengan berlakunya sistem premi bagi penabur pupuk.
MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jaqc.) DI GUNUNG SARI ESTATE, PT. LADANGRUMPUN SUBURABADI, MINAMAS PLANTATION, KABUPATEN TANAH BUMBU, KALIMANTAN SELATAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
RANO KARNO LIMBONG A24070024
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
Judul
: MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jaqc.) DI GUNUNG SARI ESTATE, PT. LADANGRUMPUN SUBURABADI, MINAMAS PLANTATION, KABUPATEN TANAH BUMBU, KALIMANTAN SELATAN
Nama
: RANO KARNO LIMBONG
NIM
: A24070024
Menyetujui, Pembimbing
Dr. Ir. Hariyadi, MS NIP. 19611008 198601 1 001
Mengetahui: Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB
Dr. Ir. Agus Purwito, M.Sc.Agr NIP. 19611101 198703 1 003
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Singkam, Kecamatan Sianjur Mula-Mula, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara pada tanggal 1 Agustus 1989. Penulis merupakan anak keempat dari enam bersaudara dari pasangan Bapak J. Limbong dan Ibu St. E. br Sitanggang. Tahun 2001 penulis lulus dari SD N 173783 Singkam, kemudian pada tahun 2004 penulis menyelesaikan pendidikan di SLTP Negeri 1 Sianjur MulaMula, selanjutnya tahun 2007 penulis lulus dari SMA Swasta Kartika I-2 Medan. Pada tahun 2007 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Program Studi Agronomi dan Hortikultura, Departemen Agronomi dan Holtikultura, Fakultas Pertanian. Selama di Institut Pertanian Bogor penulis aktif dalam Organisasi Kemahasiswaan yaitu Unit Kegiatan Mahasiswa Persekutuan Mahasiswa Kristen IPB (UKM PMK) sebagai Sekretaris di Komisi Persekutuan UKM PMK periode 2009-2010. Anggota Himpunan Mahasiswa Agronomi, Kepanitian penyambutan Mahasiswa AGH tahun 2009-2010 dan Panitia Malam Keakraban Mahasiswa AGH 44 tahun 2010.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat dan kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini yang berjudul “Manajemen Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jaqc.) di Gunung Sari Estate, PT. Ladangrumpun Suburabadi, Minamas Plantation, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan”. Skripsi ini memberikan gambaran mengenai kegiatan magang yang dilaksanakan dalam menyelesaikan tugas akhir sebagai salah satu syarat kelulusan di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Bapak, Mama, Abang, Kakak, Adek, dan seluruh Keluarga Besar Op. Sahat Limbong yang selalu memberikan dukungan semangat, doa dan kasih sayang, serta materi selama perkuliahan dan penyelesaian tugas akhir. 2. Dr. Ir. Hariyadi, MS sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, saran selama kegiatan magang dan penulisan tugas akhir. 3. Dr. Ir. Suwarto, MSi. dan Dr. Ir Darda Efendi, MSi. sebagai dosen penguji yang sudah memberikan masukan untuk perbaikan skripsi. 4. Prof. Dr. Ir. Roedhy Poerwanto, M.Sc. sebagai dosen pembimbing akademik yang telah membimbing penulis selama menjalani perkuliahan di AGH. 5. Seluruh staf pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura FAPERTA IPB. 6. Bapak Mulyo Joko selaku Estate Manager, Bapak Syafrizal Taher selaku Senior Asisten, Bapak Helder Nadeak selaku Kepala Administrasi, Bapak Andriyanto, Bapak Ginandar selaku Asisten Divisi I dan III, dan Bapak A. Isa Almasih (Asisten kebun ASE) yang telah membimbing dan mengarahkan penulis selama kegiatan magang serta dalam penyusunan dan pembuatan skripsi ini. 7. Seluruh staf kantor besar, mandor, krani panen, krani divisi serta semua karyawan Gunung Sari Estate yang telah membantu penulis dalam pengambilan data dan seluruh penghuni emplasmen Angsana Estate yang telah menyediakan tempat tinggal selama penulis melaksanakan magang.
8. Teman-teman magang MINAMAS 2011 (Midian Siregar, Brury Silalahi, Azanel Walad, Winda N, Ega, dan Febi) atas kekompakan dan bantuannya selama melaksanakan magang. 9. Teman-teman BATAK’S AGH 44, Tim Futsal AGH 44 Bersatu dan seluruh teman-teman AGH 44 atas semangat dan motivasinya selama menjalani perkuliahan di AGH. 10. Yanti Juliana Naibaho atas doa, dukungan semangat dan kasih sayangnya. 11. Teman-teman Kost “Pondok Malea Putra” (Juan Bintang, Rio Tampubolon, Rudi Sitepu, Juliando Saragih, Dwico Saragih, Rizky Tampubolon, dan Paulus Marbun) atas kebersamaan dan bantuannya dalam penulisan skripsi ini. 12. Teman-teman KKP Brebes 2010 Desa Rajawetan (Dani, Ika Puspita, Santi dan Febi), teman-teman SMA KARTIKA I-2 Medan dan Keluarga Besar KOMISI PERSEKUTUAN PMK IPB yang sudah memberikan dukungan semangat dan doa.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan dapat digunakan sebagaimana mestinya. Tuhan Memberkati
Bogor, November 2011
Penulis
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ..................................................................................
viii
DAFTAR GAMBAR ..............................................................................
ix
DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................
x
PENDAHULUAN .................................................................................. Latar Belakang .......................................................................... Tujuan .......................................................................................
1 1 3
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... Botani Kelapa Sawit ................................................................. Syarat Tumbuh Kelapa Sawit ................................................... Pemupukan ............................................................................... Kehilangan Hara Pupuk ............................................................
4 4 5 6 11
METODE MAGANG ............................................................................. Tempat dan Waktu .................................................................... Metode Pelaksanaan ................................................................. Pengumpulan Data dan Informasi ............................................ Analisis Data dan Informasi .....................................................
13 13 13 14 15
KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG ............................................ Letak Geografis ........................................................................ Keadaan Tanah dan Iklim ......................................................... Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan ........................................ Keadaan Tanaman dan Produksi .............................................. Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan ................................ Fasilitas dan Kesejahteraan Karyawan .....................................
16 16 16 18 19 20 20
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis ............................................................................ Perawatan Jalan ............................................................... Tunas Jalan ...................................................................... Pemupukan Organik ........................................................ Leaf Sampling Unit (LSU) .............................................. Pengendalian Gulma ....................................................... Penunasan (Prunning) ..................................................... Panen ............................................................................... Pengendalian Hama dan Penyakit ................................... Pemupukan Anorganik .................................................... Pembuatan Penanda Buffer Zone .................................... Aspek Manajerial ...................................................................... Manajemen Kebun Tingkat Non Staf ............................. Manajemen Kebun Tingkat Staf .....................................
22 22 22 23 24 27 30 35 36 43 46 53 55 55 58
HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. Efektivitas Pemupukan ............................................................. Tepat Waktu .................................................................... Tepat Dosis ...................................................................... Tepat Jenis ....................................................................... Tepat Cara dan Tempat ................................................... Tepat Aman ..................................................................... Efisiensi Tenaga Kerja .............................................................. Defisiensi Hara ......................................................................... Produktivitas .............................................................................
59 59 59 63 64 65 66 67 67 71
KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. Kesimpulan ............................................................................... Saran .........................................................................................
73 73 74
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................
75
LAMPIRAN............................................................................................
77
DAFTAR TABEL Halaman
Nomor 1.
Daftar Jenis Tanah di Gunung Sari Estate ...........................
17
2.
Daftar Satuan Peta Lahan di Gunung Sari Estate .................
17
3.
Populasi Tanaman Kelapa Sawit Berdasarkan Tahun Tanam di Gunung Sari Estate ...............................................
19
Produksi dan Produktivitas Tandan Buah Segar di Gunung Sari Estate ...............................................................
19
Perubahan Ketetapan Harga Tunas Progressive di Gunung Sari Estate .............................................................................
36
Standar dan Premi Aplikasi Pupuk di Gunung Sari Estate ……………………………………………….....
52
Realisasi Pemupukan di Gunung Sari Estate Periode Juli 2010- Juni 2011 ....................................................................
62
8.
Jenis Pupuk yang digunakan di Gunung Sari Estate ............
65
9.
Hasil Pengambilan Contoh Daun dan Gejala Kekurangan Hara di Blok F19 ..................................................................
69
Hasil Pengambilan Contoh Daun dan Gejala Kekurangan Hara di Blok E24 ..................................................................
69
Produksi dan Produkitivitas TBS di Gunung Sari Estate Periode Februari-Mei 2011 ...................................................
72
4. 5. 6. 7.
10. 11.
DAFTAR GAMBAR Halaman
Nomor 1.
Kegiatan Perawatan Jalan ………….....................................
23
2.
Kegiatan Tunas Jalan ............................................................
24
3.
Pengaplikasian Janjang Kosong ...........................................
25
4.
Pengaplikasian Palm Oil Mill Effluent .................................
27
5.
Tanda Arah dalam Pengambilan Leaf Sampling Unit ……..
29
6.
Cara Kerja Tim Semprot Piringan dengan Alat Micron Herby Spray ....……..............................................................
33
Cara Kerja Tim Semprot Gawangan dengan Alat Semprot Punggung Semi-Otomatis RB-18 ..........................
34
Jenis-Jenis Beneficial Plants yang dikembangbiakkan di Gunung Sari Estate ...........................................................
44
9.
Burung Hantu (Tyto alba) dan Kandang (Nest Box) ............
45
10.
Pengendalian Hama Orycetes rhinoceros dengan Perangkap Pheromone...........................................................
45
Diagram Proses Permintaan Pupuk di Gunung Sari Estate (Fertilizer Order Process Flow) ...............................................
47
12.
Susunan Pupuk NK Blend di Gudang Sentral ......................
48
13.
Proses Pengangkutan dan Pelangsiran Pupuk ......................
51
14.
Penaburan Pupuk Dolomit ....................................................
51
15.
Cara Kerja Penaburan Pupuk dengan Block Manuring Sistem (BMS) ........................................................................
52
16.
Kegiatan Pengumpulan Karung Bekas Pupuk ……………..
53
17.
Penanda Daerah Penerapan Buffer Zone ..............................
54
18.
Grafik Curah Hujan Rata-rata Gunung Sari Estate Periode Juli 2011-Mei 2011 .................................................
60
Gejala Defisiensi Unsur Hara B, Unsur Hara K dan Unsur Hara Mg ................................................................................
70
7. 8.
11.
19
DAFTAR LAMPIRAN Halaman
Nomor 1.
Jurnal Harian Magang sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL) .....................................................................................
77
2.
Jurnal Harian Magang sebagai Pendamping Mandor .............
78
3.
Jurnal Harian Magang sebagai Pendamping Asisten .............
80
4.
Peta Kebun Gunung Sari Estate ............................................
84
5.
Peta Luas dan Jenis Areal di Gunung Sari Estate ..................
85
6.
Curah Hujan di Gunung Sari Estate Tahun 2002-2010 ……..
86
7.
Struktur Organisasi di Gunung Sari Estate .............................
87
8
Data Karyawan di Gunung Sari Estate ...................................
88
9.
Rekapitulasi Program Pemupukan Tahun 2005-2011 di Gunung Sari Estate .................................................................
89
10.
Data Pengamatan Ketepatan Dosis Pemupukan .....................
90
11.
Data Pengamatan Ketepatan Tempat Pemupukan NK Blend di Gunung Sari Estate .............................................................
92
Data Pengamatan Ketepatan Tempat Pemupukan Dolomit di Gunung Sari Estate .................................................................
94
13.
Prestasi Kerja Penabur Pupuk di Gunung Sari Estate ............
95
14.
Contoh Berita Acara Serah Terima Barang ............................
96
15.
Contoh Bon Permintaan Barang .............................................
97
12.
PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jaqc.) adalah salah satu komoditi tanaman perkebunan yang berperan penting dalam pembangunan nasional terutama penghasil devisa negara. Pada saat ini penyebaran perkebunan kelapa sawit di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup besar. Luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia tahun 2008 yaitu sebesar 7 363 847 ha dengan produksi 17 539 788 ton dan tahun 2009 luasnya mencapai 7 508 023 ha dengan produksi sebesar 18 640 881 ton (Ditjenbun, 2010). Dalam mencapai produksi tandan buah segar (TBS) yang tinggi diperlukan kondisi tanah yang subur. Kesuburan tanah erat hubunganya dengan kemampuan tanah dalam menyediakan unsur hara secara terus menerus bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman kelapa sawit yang sangat terbatas. Keterbatasan daya dukung lahan dalam menyediakan unsur hara haruslah diimbangi dengan penambahan unsur hara melalui pemupukan. Dalam upaya pemberian pupuk harus memperhatikan sifat-sifat kimia dan fisika tanah, antara lain: kesetimbangan hara di dalam tanah, kemasaman tanah, tekstur dan kapasitas tukar kation (KTK). Selain itu, penambahan pupuk ke tanaman juga perlu memperhatikan output/keluaran hara melalui panen, penguapan, pencucian, aliran permukaan dan erosi. Kesetimbangan jumlah unsur hara di dalam tanah sangat mempengaruhi ketersediaan dan serapan unsur hara oleh tanaman. Tanaman kelapa sawit merupakan salah satu tanaman tahunan yang sangat membutuhkan unsur hara dalam jumlah besar untuk pertumbuhan vegetatif dan generatifnya. Pada saat tanaman menghasilkan (TM), unsur hara yang diserap oleh tanaman selain untuk pertumbuhan vegetatif juga untuk pertumbuhan generatif (TBS). Pemupukan
pada
budidaya
kelapa
sawit
merupakan
pekerjaan
penambahan unsur hara secara efektif dan berimbang yang diberikan secara langsung ke tanaman maupun tidak langsung ke dalam tanah untuk mempertahankan kesuburan dengan tujuan untuk mencapai produksi tandan buah
2 segar (TBS) dan kualitas minyak yang optimal sesuai potensi tanaman. Kekurangan salah satu unsur hara akan menyebabkan terhambatnya pertumbuhan vegetatif, penurunan produktivitas tanaman, serta ketidaktahanan terhadap hama dan penyakit. Menurut Sutarta dan Winarna (2002) pemupukan merupakan suatu upaya untuk menyediakan unsur hara yang cukup guna mendorong pertumbuhan vegetatif yang sehat dan produksi TBS hingga mencapai produktivitas maksimum. Namun, pengelolaan pemupukan pada kelapa sawit sampai saat ini masih dihadapkan kepada berbagai hambatan, antara lain saat pengadaan pupuk yang tidak tepat waktu yang berakibat langsung terhadap keterlambatan aplikasi pupuk di lapangan. Adiwiganda (2005) menyatakan bahwa hambatan aplikasi pupuk akibat proses pengadaan misalnya hambatan transportasi pupuk dapat meningkatkan biaya pengadaan sebesar 20-40 %. Selain itu, kehilangan pupuk saat proses pengangkutan dan pengeceran di lapangan, pupuk tidak diaplikasi sesuai dengan dosis per pokok, serta alat yang digunakan tidak tepat dapat menyebabkan produktivitas kelapa sawit menurun. Dalam meningkatkan produktivitas tanaman kelapa sawit, diperlukan penggunakan pupuk secara efektif dan efisien dalam manajemen pemupukan. Manajemen pemupukan harus dibuat sebaik mungkin karena berkaitan dengan biaya, material pupuk dan tenaga kerja yang jumlahnya relatif besar. Biaya pemupukan di perkebunan kelapa sawit tergolong tinggi, yaitu sekitar 30 % dari total biaya produksi atau sekitar 40-60 % dari total biaya pemeliharaan (Rahutomo et al., 2006). Manajemen pemupukan yang baik meliputi prinsip 6T yaitu penentuan tepat jenis pupuk, tepat dosis pupuk, tepat cara pemupukan, tepat waktu pemupukan, tepat tempat pemupukan, dan tepat aman (Manual Referensi Agronomi, 2008).
3 Tujuan Magang Tujuan umum kegiatan magang ini adalah meningkatkan pengetahuan, memperoleh keterampilan kerja dan pengalaman lapang dalam pengelolaaan perkebunan kelapa sawit baik secara teknis maupun manajerial. Sedangkan, tujuan khusus kegiatan magang ini adalah mempelajari dan menganalisis permasalahan cara pengelolaan pemupukan di Gunung Sari Estate yang mempengaruhi efektivitas pemupukan serta mencari upaya penyelesaiannya.
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Kelapa Sawit Dalam dunia botani, semua tumbuhan diklasifikasikan untuk memudahkan dalam identifikasi secara ilmiah. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah salah satu jenis tanaman paku yang menghasilkan salah satu jenis minyak nabati yang berasal dari benua Afrika. Menurut Pahan (2010) klasifikasi tanaman kelapa sawit adalah: Divisi
: Embrophyta Siphonagama
Sub divisi
: Pteropsida
Kelas
: Angiospermae
Ordo
: Monocotyledonae
Famili
: Arecaceae
Sub family
: Cocoidae
Genus
: Elaeis
Spesies
: 1. E. guineensis Jacq. 2. E. oleifera (H.B.K) Cortes 3. E. odora Menurut Pahan (2010) kelapa sawit merupakan tumbuhan monokotil
dengan sistem akar serabut. Sistem akar serabut terdiri dari akar primer, sekunder, tersier, dan kuarterner. Akar primer umumnya berdiameter 6-10 mm, keluar dari pangkal batang dan menyebar secara horizontal. Akar primer bercabang membentuk akar sekunder yang diameternya 2-4 mm. Akar sekunder bercabang membentuk akar tersier yang berdiameter 0.7-1.2 mm dan umumnya bercabang lagi membentuk akar kuarterner dengan diameter 0.1-0.3 mm dan panjang hanya 1-4 mm serta tidak mengandung lignin. Kedalaman perakaran tanaman kelapa sawit bisa mencapai 8 meter dan 16 meter secara horizontal (Sunarko, 2008). Tanaman kelapa sawit memiliki batang yang tumbuh lurus, tidak bercabang, dan tidak mempunyai kambium. Batang diselimuti oleh pangkal pelepah daun tua sampai kira-kira umur 11-15 tahun. Setelah itu, bekas pelepah
5 daun mulai rontok, biasanya mulai dari bagian tengah batang kemudian meluas ke atas dan ke bawah. Daun kelapa sawit terdiri dari beberapa bagian yaitu kumpulan anak daun (leaflets) yang mempunyai helaian (lamina) dan tulang anak daun (midrib), ranchis yang merupakan tempat anak daun melekat, tangkai daun (petiole) yang merupakan bagian antara daun dan batang, dan seludang daun (sheath) yang berfungsi sebagai pelindungan dari kuncup dan memberi kekuatan pada batang. Kelapa sawit merupakan tanaman monoecious (berumah satu) yaitu bunga jantan dan bunga betina terdapat pada satu pohon, tetapi tidak pada tandan yang sama. Walaupun demikian, kadang-kadang dijumpai juga bunga jantan dan betina pada satu tandan (hermafrodit). Bunga muncul dari tiap ketiak daun. Setiap ketiap daun hanya menghasilkan satu infloresen (bunga majemuk). Perkembangan infloresen dari proses inisiasi awal sampai membentuk infloresen lengkap pada ketiak daun memerlukan waktu 2.5-3 tahun. Bunga jantan berbentuk lonjong memanjang, sedangkan bunga betina agak bulat. Tanaman kelapa sawit dapat dibagi menjadi bagian vegetatif dan generatif. Bagian vegetatif terdiri akar, batang, dan daun, sedangkan yang bagian generatif berfungsi sebagai alat pembiakan terdiri dari bunga dan buah (Mangoensoekarjo, 2007).
Syarat Tumbuh Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik di daerah tropika basah kawasan khatulistiwa 120 LU-120 LS. Kelapa sawit dapat tumbuh dan berbuah hingga pada lahan dengan elavasi 1 000 meter di atas permukaan laut. Namun demikian pertumbuhan dan produktivitas optimal akan lebih baik jika ditanam pada lahan dengan elavasi antara 0-500 meter di atas permukaan laut (m dpl). Pada ketinggian tempat lebih dari 500 meter di atas permukaan laut (m dpl), kelapa sawit dapat tumbuh dan berproduksi namun produksinya relatif rendah (Mangoensoekarjo, 2007). Bentuk wilayah sangat erat kaitannya dengan kedalaman efektif tanah. Di lahan datar dengan kemiringan lereng 0-3 % dan umumnya memiliki kedalaman efektif yang tebal (ketebalan tanah yang optimal untuk perkembangan perakaran
6 lebih dari 120 cm) adalah yang terbaik untuk kelapa sawit. Menurut Sunarko (2008) kelapa sawit juga dapat ditanam di lahan yang memiliki kemiringan lereng 0-120 atau 21 % dan pada lahan yang kemiringan lerengnya 13-250 masih bisa ditanam tetapi pertumbuhanya kurang baik. Jumlah curah hujan dan lamanya penyinaran matahari memiliki korelasi dengan fluktuasi produksi kelapa sawit. Curah hujan yang baik untuk tanaman kelapa sawit adalah 2 000-2 500 mm per tahun dan tersebar merata sepanjang tahun. Jumlah penyinaran rata-rata sebaiknya tidak kurang dari 6 jam per hari. Tanaman kelapa sawit memerlukan suhu yang optimum sekitar 24-280C, miminum 180C dan maksimum 320C untuk tumbuh dengan baik. Sifat fisik tanah, seperti kedalaman tanah, tekstur, dan struktur tanah merupakan faktor penting dalam pertumbuhan kelapa sawit. Tanaman kelapa sawit bisa tumbuh baik pada tanah gembur, subur, berdrainase baik, permeabilitas sedang, dan mempunyai solum yang tebal sekitar <75 cm. Tekstur tanah ringan dengan kandungan pasir 20-60 %, debu 10-40 %, dan liat 20-50 %, serta pH tanah kisaran 5-5.5 (Lubis, 2008). Pemeliharaan Tanaman Pemeliharaan tanaman dilakukan pada saat tanaman belum menghasilkan (TBM) dan tanaman menghasilkan (TM). Beberapa kegiatan yang termasuk dalam pemeliharaan tanaman baik TBM dan TM adalah pemeliharaan jalan, parit, penyisipan tanaman, pengendalian gulma, pengendalian hama dan penyakit, pemupukan, kastrasi dan penunasan (pruning) pelepah. Pemupukan Pemupukan merupakan suatu upaya untuk menyediakan unsur hara yang cukup guna mendorong pertumbuhan vegetatif dan generatif yang normal sehingga dapat memberikan produksi tandan buah segar (TBS) yang optimal serta menghasilkan minyak sawit mentah (CPO) yang tinggi baik kuantitas maupun kualitasnya. Menurut Mangoensoekarjo (2007) pemupukan akan dapat mencapai sasaranya jika pelaksanaan aplikasi di lapangan telah mempertimbangkan:
7 1)
Jumlah unsur hara yang harus diberikan kepada tanaman yang cukup dan berimbang.
2)
Setiap jenis pupuk yang harus memiliki kualitas baik dan ramah lingkungan.
3)
Penentuan jenis dan dosis pupuk yang dilakukan sesuai dengan arahan para rekomendator pupuk.
4)
Aplikasinya senantiasa menuruti kaidah lama tepat secara integratif yaitu tepat jenis, tepat dosis, tepat cara aplikasinya, tepat waktu, tepat tempat pemupukan.
5)
Pengawasan yang ketat dalam aplikasi di lapangan. Manajemen pemupukan yang tepat dengan karakter tanah dan lahannya.
Efektifitas pemupukan berhubungan dengan tingkat atau persentase hara pupuk yang diserap tanaman. Pemupukan dikatakan efektif jika sebagian besar hara pupuk diserap tanaman. Sedangkan efisiensi pemupukan berkaitan dengan hubungan antara biaya (bahan pupuk, alat kerja, dan upah tenaga kerja) dengan tingkat produksi yang dihasilkan. Efisiensi pemupukan terkait dengan tindakan rekomendasi pemupukan dan manajemen operasional. Jadi peningkatan efektifitas dan efisiensi pemupukan dapat dicapai melalui perbaikan manajemen operasional dan rekomendasi pemupukan. Pemupukan sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Tanaman menyerap unsur hara dari tanah dan udara. Hara yang diserap dari tanah berasal dari tanah itu sendiri dan dari pupuk yang diaplikasikan. Beberapa hal yang menjadi alasan dilakukan pemupukan adalah: (1) tanah tidak mampu menyediakan unsur hara yang cukup bagi tanaman, (2) tanaman kelapa sawit memerlukan hara yang besar untuk tumbuh dan produksi tinggi, (3) penggunaan varietas unggul yang membutuhkan hara lebih besar, (4) unsur hara yang terangkut berupa produksi tidak seluruhnya dikembalikan ke tanah. Karena itu pemupukan mempunyai tujuan agar tanaman mampu tumbuh normal dan produksi sesuai dengan potensinya, serta untuk mempertahankan atau meningkatkan kesuburan tanah.
8 Pemupukan yang baik mampu meningkatkan produksi hingga mencapai produktivitas standar sesuai dengan kelas kesesuaian lahannya. Poeloengan et al. (2003) menyatakan bahwa pemupukan dalam suatu usaha perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu usaha perawatan tanaman untuk meningkatkan pertumbuhan dan potensi produksi. Ditinjau dari segi biaya, pemupukan di perkebunan kelapa sawit tergolong tinggi, yaitu sekitar 30 % dari total biaya produksi atau sekitar 40-60 % dari total biaya pemeliharaan. Aplikasi pupuk anorganik di lapangan dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu: (a) cara sebar, (b) cara tugal, (c) cara mud ball, (d) cara infus akar, dan (e) cara injeksi batang (trunk injection). Namun pemupukan pada beberapa perkebunan kelapa sawit biasanya dilakukan dengan tiga cara antara lain pemupukan secara manual, pemupukan secara mekanis dengan fertilizer spreader, serta pemupukan dengan pesawat. Menurut Firmansyah (2008) salah satu alternatif untuk pemupukan secara sebar yang efektif dan efisien dalam pengunaan pupuk yaitu menggunakan pemupukan secara mekanis dengan fertilizer spreader. Penentuan konsep 6T dalam perkebunan kelapa sawit yaitu tepat waktu pemupukan, tepat dosis pupuk, tepat jenis pupuk, tepat cara/aplikasi pemupukan, tepat tempat pemupukan, tepat aman dan pengawasan mutu pupuk dalam aplikasi pupuk berpengaruh sangat besar dalam menentukan efektifitas pemupukan. 1. Waktu Waktu pemupukan ialah saat dimana pemupukan dilakukan. Pemupukan akan efektif dilaksanakan pada saat kondisi tanah lembab atau kadar air pada saat kapasitas lapang, yaitu saat awal dan akhir musim hujan. Pada saat musim hujan tidak dianjurkan dilakukan pemupukan karena zat hara akan mengalir (run off) ke tempat yang lebih rendah dan sungai. Pada musim kemaraunya di bawah 3 bulan, pemupukan harus disesuaikan dengan kondisi perakaran kelapa sawit (Hakim, 2007). 2. Dosis Dosis pemupukan adalah jumlah satuan pupuk (gram) yang diberikan pada pohon kelapa sawit pada tiap aplikasi. Aplikasi pupuk yang dimaksud disini adalah bahwa tanaman menerima pupuk sesuai dengan dosis rekomendasi.
9 Ketepatan dosis pupuk ditentukan berdasarkan berbagai faktor, antara lain hasil analisis daun, kesuburan tanah, produksi tanaman, percobaan lapangan, dan pengamatan visual (Purwito, 2007). Selain itu, ketepatan dosis juga dipengaruhi oleh sistem pengeceran pupuk, alat aplikasi, kondisi fisik lahan (topografi, akses jalan), dan sistem pengupahan tenaga kerja. Dosis atau kuantitas aplikasi pupuk harus mempertimbangkan kapasitas tanah menyerap hara. Jika jumlahnya melebihi kapasitas tanah, maka mendorong terjadinya kehilangan hara pupuk. Oleh karena itu, pada tanah pasir dosis aplikasi cenderung lebih kecil tetapi frekuensi lebih tinggi. Peningkatan frekuensi akan menurunkan resiko kehilangan hara pupuk. 3. Jenis Pemilihan jenis pupuk yang diaplikasi harus sesuai dengan yang direkomendasikan dan harus dipertimbangkan baik dari segi teknis maupun ekonomis. Dalam penetapan jenis pupuk, perlu diperhatikan keseimbangan hara. Pupuk memiliki beberapa sifat, yaitu kandungan hara utama, dan kandungan hara tambahan, sifat reaksi kimia yang terjadi dalam tanah, dan kepekaan pupuk terhadap iklim (Adiwiganda dan Siahaan, 1994). 4. Cara Cara yang dimaksudkan adalah dimana pupuk ditempatkan/diaplikasikan di lapangan dan cara menabur pupuk. Pertimbangannya adalah agar tanaman dapat menyerap secara maksimal, meminimalkan kehilangan hara pupuk, meminimalkan kompetisi dengan gulma. Menurut Hakim (2007) ada beberapa cara pemupukan pada kelapa sawit yang biasa digunakan yaitu: a) Surface application (top dressing, broadcast atau disebar di atas tanah langsung) b) Furrow application (di dalam rorak-rorak/ di pinggir guludan) c) Sub soil placement (pocket/ dibenam) d) Soil injection (dimasukkan ke dalam tanah, biasanya dalam bentuk cairan) e) Stem injection (langsung dimasukkan ke dalam batang) f) Nutritional spray (follar spray/melalui daun) 5. Tempat
10 Menurut Hakim (2007), tempat penyebaran pupuk adalah tempat dimana pupuk dapat ditaburkan yaitu di dalam bokoran yang bersih dari gulma. Tempat penaburan pupuk pada tanaman menghasilkan dibedakan berdasarkan sifat masing-masing pupuk yaitu: (a) N sebaiknya ditaburkan antara batang tanaman sampai ujung bokoran, (b) P2O5 dan MgO ditaburkan sekitar 25 cm dari tanaman sampai ujung bokoran. Namun, pupuk rock phosphate ditaburkan di gawangan di pinggir rumpukan pelepah. 6. Aman Aman yang dimaksud adalah aman bagi penaburnya, aman bagi lingkungan dan aman dalam pengangkutannya. Aman bagi penabur yaitu karyawan/penabur pupuk harus memakai alat pelindung diri (APD) meliputi masker, apron, sarung tangan, sepatu boot dan topi. Aman bagi lingkungan yaitu tidak melakukan perlakuan pemupukan atau aplikasi bahan-bahan yang berbahan kimia di sekitar sumber air sehingga tidak mencemari lingkungan. Seperti sekarang, perkebunan kelapa sawit Gunung Sari Estate sudah menerapkan buffer zone yaitu untuk menjaga sumber-sumber air (sungai, rawa dan parit) yang ada di perkebunan dari aplikasi bahan kimia. Aman dalam pengangkutan atau pengeceran pupuk yaitu kegiatan memindahkan pupuk dari gudang ke lapangan dan diecer pada areal/blok yang akan dipupuk. Standar pengangkutan dan ecer pupuk meliputi pupuk harus diangkut dan diecer ke lapangan pada pagi hari sebelum pemupukan dilakukan. Pengeceran pupuk harus tepat pada tempat pengumpulan pupuk (TPP) yang terdapat pada collection road yaitu pada sisi timur dan barat blok. Pembukaan goni pupuk harus dilakukan dengan baik di dekat piringan pokok terdekat tempat pengumpulan pupuk (TPP) supanya pupuk tidak tercecer di jalan dan karung bekas pupuk dapat digunakan kembali untuk alas penimbunan tanah pada areal yang dipinggir sungai yang mudah terjadi longsor.
Kehilangan Hara Pupuk Selain kehilangan akibat penguapan (volatilisasi), pencucian (leaching), aliran permukaan (run off) dan erosi. Kehilangan pupuk (hara pupuk) dapat terjadi
11 pada setiap tahap kegiatan baik saat di gudang, pengangkutan, pengeceran, dan saat aplikasi pupuk. 1. Kehilangan di Gudang Di gudang terjadi tiga kegiatan yaitu penerimaan, penyimpanan, dan pengeluaran pupuk. Pada saat penerimaan dilakukan pengecekan tentang jenis, jumlah, dan kondisi pupuk. Setelah itu, pengambilan sampel pupuk dilakukan sesuai dengan SOP dan selanjutnya dikirim ke laboratorium atau regional laboratorium yang telah beroperasi di beberapa PKS untuk menentukan kadar hara pupuk. Pada saat pengambilan sampel yang terpenting dilakukan yaitu pengamatan fisik pupuk apakah sesuai dengan spesifikasi pupuk, kondisi kemasan. Penyimpanan di gudang dipastikan bahwa pupuk tidak terkena air (basah) dan tidak terekspos sinar matahari langsung (panas). Penempatannya juga diatur sehingga pada saat pengeluaran pupuk dapat dilakukan secara first in first out (FIFO) setiap jenis pupuk. Hal ini akan menjamin bahwa penerapan aplikasi pemupukan berimbang dapat dilaksanakan dengan baik. Beberapa permasalahan yang masih dijumpai di lapangan adalah: a) Kapasitas gudang kurang. Sebagian pupuk disimpan di luar gudang diberi penutup lembar plastik. b) Penempatan pupuk yang kurang tepat sehingga tidak mendukung pelaksanaan FIFO dan pemupukan berimbang. Seluruh jenis pupuk ditempatkan pada batch yang sama dengan cara penumpukan. Jenis pupuk yang datang pertama akan berada pada posisi terbawah. Akibatnya pergantian jenis pupuk dapat dilakukan setelah habis satu jenis, tidak bisa secara bersamaan beberapa jenis pupuk. c) Pengambilan sample pupuk masih kurang sesuai dengan SOP. d) Hasil analisa laboratorium yang terlalu lama. 2. Kehilangan Saat Pengangkutan dan Pengeceran Pengangkutan dipastikan pupuk aman sampai di blok aplikasi, tidak terjadi kebocoran di jalan. Pengeceran dilakukan sesuai dengan jumlah pohon setiap baris, serta dosis. Peta titik tanam sangat vital dalam melakukan pengeceran
12 pupuk yang tepat. Pengeceran yang tepat akan sangat menentukan kemudahan pelaksanaan aplikasi dan ketepatan dosis. Pada lokasi tertentu yang masih rawan, diberikan tenaga pengawas khusus terhadap pupuk yang telah diecer di lapangan, karena sangat rawan pencurian. Bahkan jika dipandang perlu, pengangkutan pupuk dari gudang ke blok diberi tenaga pengawal.
3. Kehilangan Saat Aplikasi Pupuk Prinsip utama dalam aplikasi/penaburan pupuk di perkebunan kelapa sawit adalah bahwa setiap pokok harus menerima tiap jenis pupuk sesuai dosis yang telah direkomendasikan oleh Departemen Riset untuk mencapai produktivitas tanaman yang menjadi tujuan akhir dari bisnis perkebunan. Kehilangan pupuk saat aplikasi yaitu penabur pupuk tidak menabur dosis pupuk per pokok sesuai dengan rekomendasi. Selain itu, penabur menabur pupuk pada areal yang tergenang dan tidak mengamplikasikan pada tempat yang sudah ditentukan.
METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang ini dilaksanakan di Gunung Sari Estate, PT. Ladangrumpun Suburabadi, Minamas Plantation, Desa Bayansari, Kecamatan Angsana, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan selama empat bulan dimulai pada tanggal 14 Februari sampai 13 Juni 2011. Metode Pelaksanaan Kegiatan magang yang dilaksanakan adalah melaksanakan seluruh kegiatan yang telah ditetapkan oleh pihak perkebunan/perusahaan, baik di lapangan dan kantor mulai dari aspek teknis dan aspek manajerial pada berbagai tingkatan pekerjaan mulai dari karyawan harian lepas (KHL), pendamping mandor sampai pendamping asisten divisi. Kegiatan sebagai KHL selama satu bulan, sebagai pendamping mandor selama satu bulan, dan dua bulan berikutnya sebagai pendamping asisten divisi. Pada satu bulan pertama menjadi KHL, penulis bekerja bersama karyawan lainnya. Kegiatan yang dilakukan adalah bekerja langsung sebagai karyawan dan melakukan semua tugas kebun seperti pemeliharaan tanaman (pemupukan organik dan pemupukan anorganik, pengendalian gulma, dan pengendalian hama), pemanenan (potong buah dan pengutip brondolan), dan kegiatan infrastruktur seperti perawatan jalan dan tunas jalan. Data yang diambil ketika KHL adalah mengamati teknis budidaya dan perbandingan prestasi kerja antara karyawan, penulis dengan standar perusahaan. Jurnal kegiatan terlampir pada Lampiran 1. Kegiatan sebagai pendamping mandor selama satu bulan yaitu bulan kedua magang. Kegiatan yang dilakukan adalah pengawasan kegiatan dari karyawan SKU, mencatat daftar hadir/mengabsen karyawan SKU, melaporkan prestasi kerja SKU, serta mengisi buku kerja mandor (BKM). Jurnal kegiatan terlampir pada Lampiran 2. Kegiatan sebagai pendamping asisten divisi dilakukan pada dua bulan terakhir magang. Kegiatan yang dilakukan adalah mengikuti lingkaran pagi dan memimpin lingkaran pagi apabila asisten tidak hadir, mengarahkan dan mengawasi kerja para mandor maupun karyawan, pengaturan
14 unit keberangkatan karyawan ke lahan, mengawasi jalannya kegiatan di divisi, lahan dan di traksi serta melakukan kontrol dan evaluasi divisi. Jurnal kegiatan terlampir pada Lampiran 3. Aspek khusus yang dilaksanakan dalam kegiatan magang adalah mengamati pengelolaan pemupukan kelapa sawit pada salah satu divisi yaitu di divisi II Gunung Sari Estate, PT. Ladangrumpun Suburabadi, Minamas Plantation, Desa Bayansari, Kecamatan Angsana, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan. Pengumpulan Data dan Informasi Pengumpulan data yang dilakukan penulis yaitu pengumpulan data primer dan data sekunder. Data primer adalah informasi yang diperoleh penulis ketika mengikuti kegiatan di lapangan, diskusi maupun wawancara dengan mandor dan asisten divisi serta melalui pengamatan langsung di kebun. Pengamatan yang dilakukan penulis terutama terhadap aspek-aspek yang berhubungan dengan pemupukan yaitu : 1. Ketepatan tempat pemupukan. Data ini diperoleh dengan mengukur jarak penaburan pupuk dari batang tanaman kelapa sawit kemudian dibandingkan dengan standar perusahaan yaitu 250 ± 50 cm dari batang tanaman kelapa sawit. Ada 6 blok pengamatan, tiap blok pengamatan ada 5 baris tanaman yaitu baris tanam 20, 40, 60, 80 dan 100 kemudian diambil sampel 10 pokok tanaman/baris. 2. Ketepatan dosis pupuk. Data ini diperoleh dengan mengamati jumlah pokok yang teraplikasi atau terpupuk oleh penabur dalam setiap karung/zak pupuk kemudian dibandingkan dengan dosis rekomendasi pupuk dari Depatemen Riset. Penabur yang diamati sebanyak delapan orang. 3. Ketepatan jenis pupuk. Data ini diperoleh penulis dengan pengamatan langsung di lapangan kemudian membandingkan dengan standar kebun. 4. Ketepatan waktu pemupukan. Data primer ini diperoleh dengan membandingkan waktu rekomendasi dengan waktu realisasinya dan menganalisisnya berdasarkan curah hujan selama Juli 2010-Juni 2011.
15 5. Efisiensi tenaga kerja dan Prestasi kerja penabur. Data ini penulis peroleh melalui pengamatan berapa jumlah pupuk yang di ecer ke lahan dan diaplikasi, berapa jumlah penabur, berapa luas lahan yang teraplikasi, serta berapa waktu menyelesaikannya kemudian dibandingkan dengan standar perusahaan. 6. Defisiensi unsur hara. Pengamatan gejala defisiensi hara dilakukan pada 2 blok pengamatan yaitu blok F19 dan E24 dengan mengambil 10 baris tiap bloknya. Penulis melakukan pengamatan secara visual dari gejalagejala defisiensi hara yang muncul pada tanaman.
Data sekunder diperoleh dari data kebun atau arsip perusahaan yang diberikan oleh kepala seksi administrasi kebun dan stusi pustaka. Data sekunder meliputi peta lokasi kebun, luas areal, jenis tanah dan iklim, topografi lahan, kondisi populasi tanaman, data curah hujan, realisasi pemupukan 2010-2011, historis produksi dan organisasi serta data yang terkait dengan pemupukan seperti sistem upah dan premi pemupuk.
Analisis Data dan Informasi Data primer dan data sekunder yang dihasilkan dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif dengan mencari rata-rata, persentase lalu diuraikan secara deskriptif dengan membandingkan terhadap norma baku dalam budidaya tanaman kelapa
sawit
dan
standar
yang
telah
ditetapkan
perusahaan.
KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG Letak Geografis Perkebunan kelapa sawit Gunung Sari Estate (GSE) PT. Ladangrumpun Suburabadi (LSI) berada di wilayah Desa Bayansari, Kecamatan Angsana, Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi Kalimantan Selatan. Transportasi masuk ke wilayah kebun dari Ibukota Kabupaten Tanah Bumbu-Batulicin ke PT. Ladangrumpun Suburabadi (LSI) berjarak ± 75 km, dari Ibukota Propinsi Kalimantan Tengah-Banjarmasin ke PT. Ladangrumpun Suburabadi (LSI) berjarak ± 200 km. Batas lokasi Gunung Sari Estate PT. Ladangrumpun Suburabadi adalah sebelah Utara berbatasan dengan Angsana Estate, sebelah Timur berbatasan KKPA 1 Blok C Desa Persiapan Makmur dan KKPA Sebamban Kampung, sebelah Selatan berbatasan dengan kebun KKPA 1 Desa Purwodani dan KKPA 1 Desa Bayansari dan sebelah Barat berbatasan dengan kebun PT. Buana Karya Bakti (BKB). Secara geografis Gunung Sari Estate terletak pada koordinat diantara 115033'34" BT-115039'46" LS dengan ketinggian ± 15 meter di atas permukaan laut (m dpl). Peta kebun GSE dapat dilihat pada Lampiran 4.
Keadaan Tanah dan Iklim Berdasarkan hasil analisis tanah yang dilakukan oleh Minamas Research Center (MRC) menunjukkan bahwa tanah di Gunung Sari Estate tergolong ke dalam ordo Oxisol dengan seri tanah MM-18 Petroferric Hapludox dan MM-19 Plinthic Hapludox. Ciri-ciri seri tanah MM-18 Petroferric Hapludox yaitu memiliki regim kelembaban Udik (tidak pernah kering selama 90 hari kumulatif setiap tahun pada kedalaman 10-90 cm dari permukaan tanah). Pada kedalaman 125 cm terdapat kontak petroferik (lapisan hasil akumulasi sesquioksida atau Fe-oksida yang mengeras seperti batu). Sedangkan ciri-ciri seri tanah MM-19 Plinthic Hapludox yaitu memiliki regim kelembaban Udik (tidak pernah kering selama 90 hari kumulatif setiap tahun pada kedalaman 10-90 cm dari permukaan tanah). Pada
17 kedalaman 125 cm mempunyai 1 horison yang mengandung plintit (karatankaratan besi yang telah mengeras seperti kerikil) sebesar 0.5 volumenya atau kontinyu. Kelompok seri tanah dan luas masing-masing seri tanah disajikan pada Tabel 1 dibawah ini. Tabel 1. Daftar Jenis Tanah di Gunung Sari Estate Luas Jenis Seri Tanah Tanah Ha % 1 Oxisol MM-18 Petroferric Hapludox 1 496 57 2 Oxisol MM-19 Plinthic Hapludox 1 121 43 Sumber Data : Hasil Survai Tanah Semi-Detil, Minamas Research Center (2006) SPT
Gunung Sari Estate memiliki satuan peta lahan (SPL). Satuan peta lahan (SPL) merupakan hasil overlaping antara jenis tanah dengan topografi lahan. Satuan peta lahan merupakan satuan unit terkecil dari lahan yang memiliki jenis tanah dan topografi/kemiringan lereng sama. Satuan peta lahan di Gunung Sari Estate terdiri dari 3 SPL dengan deskripsi seperti yang tercantum pada Tabel 2. Tabel 2. Daftar Satuan Peta Lahan di Gunung Sari Estate Keterangan
SPL
Luas
Seri Tanah Lereng (%) Ha % 1 MM-18 3-8 912 35 2 MM-18 8-15 584 22 3 MM-19 3-8 1 121 43 Sumber Data: Hasil Survai Tanah Semi-Detil, Minamas Research Center (2006)
Hasil evaluasi kelas kesesuaian lahan pada masing-masing satuan peta lahan (SPL) di Gunung Sari Estate menunjukkan bahwa kelas lahan pada SPL 1 dan SPL 2 tergolong ke dalam kelas S3 (kurang sesuai/moderately suitable). Sedangkan kelas lahan pada SPL 3 tergolong ke dalam kelas S2 (sesuai/suitable). Kelas kesesuaian lahan untuk kelapa sawit di Gunung Sari Estate tergolong ke dalam
kelas
S2
(sesuai/suitable)
sampai
dengan
kelas
S3
(kurang
sesuai/moderatly suitable). Peta luas dan jenis areal di Gunung Sari Estate dilihat pada Lampiran 5.
18 Rata-rata curah hujan tahunan di Gunung Sari Estate dalam kurung waktu periode 2002-2010 adalah 2 528 mm/tahun dengan jumlah hari hujan rata-rata 159 mm. Curah hujan tertinggi umumnya terjadi pada bulan Juni dengan rata-rata 346 mm, sedangkan curah hujan terendah pada bulan September dengan rata-rata 110 mm. Menurut kelas iklim Schmidth-Ferguson, keadaan iklim di Gunung Sari Estate termasuk dalam tipe iklim B, yaitu daerah basah dengan vegetasi hutan hujan tropika. Dengan rata-rata bulan basah (BB) 9 dan rata-rata bulan kering (BK) 2 sehingga mencapai 22,22 %. Ketentuan tipa iklim A = 0.5-14.3 % dan tipe iklim B= 14.3-33.3 %. Data curah hujan tahun 2002-2010 dapat dilihat pada Lampiran 6. . Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan Gunung Sari Estate (GSE) bernaung dibawah PT. Ladangrumpun Suburabadi merupakan pemekaran dari Angsana Estate (ASE) yang dimulai pada tahun 2005, total luas HGU adalah 2 832 ha dengan planted seluas kebun 2 571 ha dan areal yang tidak diusahakan seluas 261 ha. Gunung Sari Estate (GSE) terdiri atas 93 blok lama, pada bulan juli 2010 dipersempit menjadi 39 blok yang terbagi menjadi tiga divisi yaitu Divisi I, Divisi II, dan Divisi III. Divisi I dengan luas areal yang ditanam seluas 764.287 ha yang terdiri dari 26 blok lama yaitu E29-E40 dan F29-F41 sedangkan blok baru ada 11 blok yaitu E015-E019 dan F016-F021. Divisi II merupakan divisi yang paling luas yaitu dengan luas areal yang ditanam seluas 990.321 ha yang terdiri dari 34 blok lama E19-E28, F19-F28, G18-G23, H18-H22, dan I20-I22 sedangkan blok baru ada 15 blok yaitu E011-E014, F011-F015, dan G005-G010. Divisi III dengan luas areal yang ditanam seluas 816.740 ha yang terdiri dari 33 blok lama yaitu C09C13, D08-D20, E06-E10, F05-F09, dan G04-G08 sedangkan blok baru ada 13 blok terdiri dari C006, D006-D011, E005-E006, F005-F006, dan G003-G004.
Keadaan Tanaman dan Produksi Varietas tanaman kelapa sawit yang dibudidayakan di kebun Gunung Sari Estate (GSE) adalah varietas Tenera, hasil persilangan Dura dan Pisifera yang
19 berasal dari Tenera Marihat (PPKS) dan Tenera Socfindo. Pola tanam yang digunakan untuk penanaman kelapa sawit di kebun Gunung Sari Estate (GSE) adalah pola tanam segitiga sama sisi dengan ukuran 9.2 m x 9.2 m x 9.2 m dengan standar populasi 136 tanaman/ha. Perubahan jumlah populasi tanaman dipengaruhi oleh serangan penyakit, roboh, terkena petir dan terkena longsor. Populasi tanaman pertahun tanam di GSE dapat terlihat pada Tabel 3. Tabel 3. Populasi Tanaman Kelapa Sawit Berdasarkan Tahun Tanam di Gunung Sari Estate (GSE) Divisi I Divisi II Divisi III Tahun Luas Jumlah Luas Jumlah Luas Jumlah Tanam (Ha) Tanaman (Ha) Tanaman (Ha) Tanaman 1995 551.245 76 601 1996 85.996 11 445 439.076 51 345 385 45 191 1998 678.291 90 221 431.74 59 210 Total 764.287 101 666 990.321 127 946 816.74 104 401 Sumber Data: Kantor Besar Gunung Sari Estate (Mei, 2011) Tanaman kelapa sawit di Gunung Sari Estate (GSE) merupakan tanaman menghasilkan (TM) yang ditanam pada beberapa tahun tanam yaitu 1995 (551.245 ha), tahun tanam 1996 (910.072 ha) dan tahun tanam 1998 (1 110.031 ha). Produksi dan Produktivitas TBS di Gunung Sari Estate (GSE) tahun 20062010 disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Produksi dan Produkitivitas Tandan Buah Segar di Gunung Sari Estate Produksi Produktivitas (ton) (ton/ha/tahun) 2006 58 541 22.77 2 571 2007 53 175 20.68 2 571 2008 52 809 20.54 2 571 2009 43 680 16.99 2 571 2010 59 697 23.22 2 571 Mei-11 59 696 23.22 2 571 Sumber Data: Kantor Besar Gunung Sari Estate (Juni, 2011) Tahun
Luas (Ha)
Berat Janjang Rata-rata (kg) 14.55 15.13 16.18 21.17 19.15 16.95
20 Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan Gunung Sari Estate (GSE) dipimpin oleh seorang Estate Manager yang bertanggungjawab dalam pengelolaan dan pengembangan seluruh kebijakan berdasarkan visi dan misi kebun. Estate Manager dibantu oleh 1 orang Senior Asisten, 2 orang Asisten dan 1 orang Kepala Administrasi (Kasie). Kasie bertanggungjawab terhadap semua urusan administrasi kebun dan bersama dengan senior asisten bertugas mengelola gudang dan traksi. Kepala administrasi membawahi para karyawan kantor besar. Struktur organisasi Gunung Sari Estate (GSE) dapat dilihat pada Lampiran 7. Senior asisten bertugas untuk mengelola emplasemen, traksi dan gudang (bersama dengan kasie) serta mengorganisasikan para asisten divisi. Selain itu senior asisten juga menjadi penanggungjawab sementara (PJS) kebun apabila Estate Manager sedang tidak berada di kebun. Asisten divisi bertanggungjawab terhadap semua kegiatan, baik kegiatan administrasi maupun kegiatan operasional yang ada di divisi yang dipimpinnya. Dalam melaksanakan pekerjaan, asisten divisi dibantu oleh mandor dan kerani divisi. Mandor bertugas mengorganisir dan mengawasi kinerja karyawan kebun, sedangkan kerani divisi bertugas mengurus seluruh kegiatan administrasi di lapangan. Status karyawan di kebun Gunung Sari Estate (GSE) terdiri atas karyawan staf dan karyawan non staf. Karyawan staf meliputi Estate Manager, senior asisten, asisten divisi dan kepala administrasi. Sedangkan karyawan non staf meliputi karyawan kantor besar, karyawan traksi, karyawan divisi dan karyawan harian.
Fasilitas Kesejahteraan Karyawan Gunung
Sari
Estate
(GSE)
memberikan
fasilitas-fasilitas
untuk
kesejahteraan para karyawan. Kebun memiliki sebuah kantor besar, kantor divisi di setiap divisi, poliklinik di setiap divisi, pos pengamanan, sarana pendidikan, rumah karyawan, air, listrik, sarana ibadah (mesjid dan gereja), penitipan anak (TPA), sarana olahraga. Fasilitas rumah diberikan adalah perumahan staf terletak di emplasemen Angsana Estate, sedangkan perumahan karyawan terletak di
21 sekitar kantor divisi masing-masing. Rumah staf merupakan bangunan permanen, sedangkan rumah karyawan adalah bangunan semi permanen. Rumah karyawan terdiri dari dua tipe yaitu: tipe satu rumah (G1) untuk mandor 1, kerani divisi dan mantri, sedangkan tipe dua rumah (G2) untuk karyawan pada umumnya. Fasilitas air dan listrik dikelola oleh masing-masing divisi. Perumahan staf dikelola oleh emplasemen aliran listrik selama 24 jam, sedangkan perumahan karyawan di tiap divisi mendapat aliran listrik selama 7 jam untuk hari biasa dan 8 jam untuk hari libur. Fasilitas sarana ibadah yang diberikan berupa mesjid di tiap divisi dan gereja hanya ada di divisi II saja. Sarana olahraga berupa lapangan voli, tenis, bulutangkis dan lapangan bola. Sarana pendidikan yang difasilitasi oleh kebun adalah Play Group, Sekolah Dasar (SD) yang berada di divisi III Angsana Estate, Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan memberikan fasilitas penitipan anak yang ada pada masingmasing divisi. Selain itu, kebun juga menyediakan fasilitas bus sekolah, pelajaran tambahan atau bimbingan belajar gratis, tunjangan pendidikan dengan membebaskan biaya sekolah, tunjangan kesehatan gratis berupa poliklinik pada masing-masing divisi, tunjangan beras bagi karyawan tetap (SKU), tunjangan hari raya (THR) dan bonus akhir tahun. Upah pokok untuk karyawan SKU sesuai dengan upah minimum regional (UMR) yaitu Rp 1 126 000/bulan atau sekitar 45 040,-/hari kerja. Selain itu, karyawan staf dan karyawan SKU juga mendapatkan asuransi jaminan sosial tenaga kerja (Jamsostek). Data karyawan yang ada di Gunung Sari Estate terlihat pada Lampiran 8.
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Aspek teknis yang dilakukan penulis adalah sebagai karyawan harian lepas (KHL), yaitu penulis bekerja aktif dalam kegiatan teknis harian di lapangan yang sama seperti karyawan kebun biasa yang bekerja dalam tiap bagiannya yang menuntut aktivitas fisik. Kegiatan ini dimulai pukul 05.25-06.30 WITA yaitu lingkaran pagi atau lebih dikenal apel pagi. Kegiatan ini dilakukan selama penulis magang, dilaksanakan di salah satu kantor divisi yaitu di depan kantor divisi II. Apel pagi dipimpin oleh setiap asisten divisi yang diikuti mandor I, mandor panen, mandor perawatan, krani panen dan krani transport. Asisten divisi akan memberi evaluasi hasil dari tiap pekerjaan hari sebelumnya, memberi solusi atas permasalahan yang terjadi baik dalam kegiatan dilapangan maupun di kantor divisi, memberi arahan kepada tiap kemandoran mengenai pekerjaan hari ini, mengecek kelengkapan dari tiap kegiatan berupa alat yang digunakan, kelengkapan alat pelindung diri karyawan (APD) dan transportasi karyawan ke lahan serta transportasi pengangkut buah/TBS. Selama penulis magang apel pagi juga terkadang dipimpin oleh Estate Manager dengan memberi
evaluasi
dari
semua
kegiatan
dan
produksi
perbulannya,
memberitahukan target produksi bulan depannya dan memastikan penerapan kesehatan dan keselamatan kerja (K3) terlaksana dengan baik. Selama menjadi sebagai KHL, penulis mengikuti beberapa kegiatan yang sudah ditetapkan pihak kebun antara lain aspek perawatan jalan meliputi perawatan jalan dan tunas pasar, pemupukan organik yaitu aplikasi janjang kosong (JJK) dan palm oil mill effluent (POME), leaf sampling unit (LSU) atau pengambilan sampel daun, pengendalian gulma, penunasan, pemanenan, pengendalian hama dan penyakit, pembuatan penanda buffer zone dan aplikasi pupuk anorganik.
Perawatan jalan. Perawatan jalan merupakan salah satu kegiatan pemeliharaan yang harus dilakukan terkait dengan peranan dan fungsi jalan yang sangat vital di dalam perkebunan kelapa sawit. Selain itu, perawatan jalan yang rutin dapat menekan biaya pemeliharaan itu sendiri dan biaya transport.
23 Kegiatan rawat jalan di Gunung Sari Estate dilakukan dengan dua cara yaitu secara manual dan mekanis. Rawat jalan secara manual menggunakan alat seperti cangkul, angkong, dan hammer. Sedangkan rawat jalan yang secara mekanis yaitu menggunakan alat berat berupa gleder dan bomek. Pada saat magang, penulis hanya melakukan rawat jalan secara manual saja. Prestasi kerja penulis adalah 60 m/HK. Kegiatan meliputi membuang genangan air hujan dari badan jalan baik di Access Road (AR), Main Road (MR), dan Collection Road (CR), menyusun material atau batu pondasi di spot-spot jalan yang rusak. Hal ini dilakukan untuk mempermudah unit (truk pengangkut buah) dalam pengakutan tandan buah segar (TBS) dari TPH tiap blok ke pabrik kelapa sawit (PKS), mempercepat dalam pelangsiran pupuk ke lahan dan mempermudah dalam pengawasan kegiatan panen dan pemupukan.
Gambar 1. Kegiatan Perawatan Jalan Tunas Jalan. Kegiatan ini dilakukan bertujuan untuk menjaga badan jalan (AR, MR, dan CR) tetap dalam keadaaan baik tidak tergenang air hujan sehingga tidak cepat rusak. Memotong pelepah pada tanaman pinggir di tiap badan jalan yang menutupi badan jalan dari sinar matahari dengan menyisihkan anak daun ± 60 cm. Hal ini dilakukan agar sisa pelepah yang terpotong masih tetap bisa melakukan proses fotosintesis sehingga tanaman tidak mengalami stres akibat dari berkurangnya jumlah pelepah, badan jalan tetap keras, tidak lembab walaupun hujan sehingga tidak mengganggu unit dalam pengangkutan buah. Prestasi kerja penulis pada saat kegiatan tunas jalan adalah 300 m/HK.
24
Gambar 2. Kegiatan Tunas Jalan
Pemupukan Organik Di dalam pengolahan tandan buah segar (TBS) di PKS, selain CPO dan PKO juga dihasilkan bahan sampingan berupa limbah dalam bentuk padatan yaitu janjang kosong (JJK) dan solid basah/wet decanter solid (WDS) serta limbah dalam bentuk cair yaitu palm oil mill effluent (POME). Ketiga jenis limbah ini diproduksi setiap hari di PKS dalam jumlah yang cukup besar (JJK WDS
4% TBS dan POME
23% TBS,
50% TBS).
Aplikasi janjang kosong (JJK). Gunung Sari Estate melakukan pemupukan organik yaitu menggunakan janjang kosong kelapa sawit. Janjang kosong (JJK) merupakan limbah organik padat/sisa dari proses pengolahan tandan buah kelapa sawit oleh pabrik kelapa sawit (PKS). Produksi JJK adalah sekitar 23% dari TBS. Janjang kosong (JJK) yang diaplikasi adalah JJK segar yang langsung diangkut dari PKS dan segera diaplikasikan. JJK yang sudah lama menumpuk dilahan aplikasi (>1 minggu) akan kehilangan banyak hara terutama unsur hara kalium karena sifatnya mudah tercuci akibat terkena air hujan sehingga manfaatnya sebagai bahan pupuk akan menjadi berkurang. Namun manfaat lainnya masih tetap bisa sebagai mulching. Pahan (2010) menyatakan 1 ton JJK sebanding dengan 8 kg Urea, 2.90 kg RP, 18.30 kg MOP dan 5 kg Kieserit. Aplikasi JJK dapat meningkatkan proses dekomposisi sehingga kandungan fisik,
25 biologi dan kimia pada tanah meningkat. JJK juga meningkatkan peremajaan tanah yang penting untuk jangka waktu lama dalam rangka mempertahankan produksi TBS agar tetap tinggi. Metode pengaplikasian JJK di Gunung Sari Estate yaitu secara manual dengan menggunakan angkong dan ganju. Distribusi JJK dari PKS ke lahan menggunakan unit kontraktor berkapasitas ± 6-7 dan unit kebun berkapasitas ± 45 ton kemudian ditumpuk di collection road yang telah diberi pancang oleh mandor dengan menggunakan pelepah kering. Masing-masing pancang digunakan untuk satu tumpuk JJK yang telah dibawa oleh truk. Menurut Manual Referensi Agronomi (2008) aplikasi JJK dilakukan satu kali pertahun, untuk tanaman belum menghasilkan
(TBM)
diaplikasi
dipiringan
sedangkan
untuk
tanaman
menghasilkan (TM) diaplikasikan di titik-titik pada gawangan mati (antara pokok). Tanaman kelapa sawit di Gunung Sari Estate adalah tanaman menghasilkan (TM) sehingga JJK diaplikasikan di gawangan mati (antara pokok). Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Pengaplikasian Janjang Kosong Rekomendasi dosis JJK/pokok dari Minamas Research Center (MRC) adalah 75 ton/ha/tahun atau 550 kg/pokok aplikasi yang setara dengan 10 kali angkong. Penyusunan JJK dilakukan satu lapis saja. Hal ini dilakukan untuk mencegah perkembangan hama Oryctes rhinoceros (kumbang tanduk) dan mempercepat pelapukan JJK itu sendiri. Standar prestasi kerja di Gunung Sari Estate untuk aplikasi JJK adalah 5 ton/HK atau ± 9 titik/HK. Dalam pengaplikasiannya Gunung Sari Estate menggunakan tenaga karyawan borongan.
26 Pada saat magang penulis hanya dapat mengaplikasikan 3 titik JJK karena keterbatasan alat angkut yaitu angkong dan ganju, kemudian penulis membantu karyawan dalam penyusunan JJK di dalam blok. Harga borong untuk aplikasi JJK adalah Rp 7 000/ton. Aplikasi palm oil mill effluent (POME). Gunung Sari Estate juga memanfaatkan POME sebagai salah satu pupuk organik untuk membantu memberi tambahan unsur hara bagi tanaman, memperbaiki sifat-sifat tanah, dan menyediakan tambahan air. POME yang diaplikasikan di Gunung Sari Estate mempunyai BOD 288 ppm apabila BOD ≥ 3 000 ppm belum bisa untuk diaplikasi. Kadar ini sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan oleh komisi penilai AMDAL dari Banjarmasin. BOD (Biological Oxygen Demand) adalah kebutuhan oksigen hayati yang diperlukan untuk merombak bahan organik. Semakin tinggi nilai BOD air limbah, maka daya saingnya dengan mikroorganisme atau biota yang terdapat pada kolam penampung limbah akan semakin tinggi. Pengujian terhadap BOD di Gunung Sari Estate tergantung dari curah hujan dan volume limbah yang ada di pabrik biasanya pihak AMDAL akan melakukan pengujian BOD setiap 1-2 kali dalam sebulan. Hal ini dilakukan agar effluent yang diaplikasi tidak menjadi limbah yang sangat berbahaya bagi lingkungan. Sistem aplikasi POME di lahan dengan membuat flatbed pada gawangan mati berbentuk persegi panjang dengan ukuran panjang 3.2 m, lebar 2.4 m, dan kedalaman 0.4 m, dan volume per flatbed adalah 3.072 m3, setara dengan 3 072 ton effluent/flatbed. Julmah flatbed sesuai rekomendasi Departemen Riset adalah ± 150-160 flatbed/ha dan dosis effluent adalah 750 ton/ha/tahun dengan tiga kali rotasi setahun. Jumlah total flatbed di Gunung Sari Estate adalah 9 265 flatbed dengan rata-rata jumlah flatbed 103 flatbed/ha dan volume effluent aktual per flatbed 3 072 ton. Pengaplikasian POME dari kolam limbah pabrik ke flatbed dalam blok aplikasi dilakukan selama 10 jam. Standar prestasi kerja karyawan POME adalah 7 jam/HK, sedangkan pengawasan yang dilakukan di luar jam kerja dihitung sebagai lembur dengan upah Rp 7 116/jam. Pada saat magang, prestasi penulis adalah 7 jam/HK. Aplikasi POME dikerjakan oleh satu orang karyawan SKU dan
27 dibantu oleh karyawan dari pabrik. Tugasnya adalah untuk mengontrol pipa aliran POME (membuka dan menutup) yang ada di lahan aplikasi, membersihkan flatbed dari tumpukan pelepah yang masuk ke dalam flatbed, membersihkan gulma, pendalaman akibat pendangkalan. Hal ini dilakukan untuk menjaga kelancaran aliran effluent antar kolam. Untuk lebih jelas pengaplikasian POME di Gunung Sari Estate dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Pengaplikasian Palm Oil Mill Effluent Dalam pengamplikasian POME, Gunung Sari Estate juga menerapkan sistem RSPO dengan membuat tiga sumur pantau sebagai pemantauan terhadap pencemaran air dari limbah cair yang diaplikasi di lahan percontohan. Sumur pantau pertama berada di lahan aplikasi, kedua berada di sumber-sumber mata air seperti sungai sekitar kebun aplikasi, dan ketiga di pemukiman masyarakat pada radius 1 km dari lahan aplikasi. Selain sumur pantau, dalam pengaplikasian POME petugas juga harus mengontrol pipa limbah dengan mengosongkan 3 kolam flatbed paling ujung agar effluent tidak sampai keluar dari kolam aplikasi. Leaf Sampling Unit (LSU) Leaf Sampling Unit (LSU) atau pengambilan contoh daun adalah salah satu
komponen
penting
dalam
menentukan
rekomendasi
pemupukan.
Pengambilan contoh daun tahun 2011 ini bertujuan untuk menentukan rekomendasi pemupukan tahun 2011-2012. Rekomendasi pemupukan dengan analisis daun yaitu pengambilan contoh daun ke-17 pada tanaman kelapa sawit karena daun ke-17 merupakan pelepah daun yang paling peka terhadap unsur
28 hara, pelepah dalam keadaan fisiologis paling optimal (kondisi hara optimum), dan mewakili daun muda dan tua. Hasil daun merupakan faktor kunci dalam penentuan rekomendasi dosis dan jenis pupuk untuk suatu kebun. Pengambilan contoh daun dilakukan pertama kali pada tanaman umur 3 tahun dan selanjutnya dilakukan sekali setahun untuk LSU. Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam pelaksanaan LSU adalah kantong plastik hitam dan putih, gunting, cat, kuas, pensil, kertas/form LSU, pisau, egrek, meteran serta gambar visual defisiensi unsur hara. Pengambilan contoh daun di Gunung Sari Estate tahun 2011 dilakukan pada tanggal 15-20 April 2011. Tiap divisi memiliki dua tim LSU yang terdiri dari 3 orang di masing-masing tim. Pengambilan contoh daun dilakukan pada pagi hari mulai pukul 07.00-12.00 dalam kondisi cuaca cerah, bila terjadi hujan pengambilan daun harus dihentikan serta interval pemupukan (Urea, TSP, MOP, Kieserit dan abu janjang) dengan pengambilan contoh daun sekurang-kurangnya 2-3 bulan. Penentuan blok LSU, semakin kecil luas LSU maka semakin teliti hasil yang diperoleh, tetapi bila kebun dibagi dalam luasan yang terlalu kecil akan menyulitkan pelaksanaan pemupukan setelah rekomendasi. Dalam penentuan pohon contoh dimulai dari pohon yang terletak pada baris ke tiga dan pohon ke tiga dalam barisan tersebut dari batas blok dimulai dari selatan ke utara. Pada salah satu sisi batas blok pohon diberi tanda berupa No. LSU nya. Di barisan ke tiga dari pohon tersebut, pada pohon tepi jalan diberi tanda anak panah ke atas (masuk) yang berarti dari pohon tersebut, pohon ke tiga dalam barisan merupakan pohon contoh pertama. Pada pohon terakhir dari barisan ke tiga tersebut diberi tanda anak panah ke samping kiri yang berarti pindah baris yang sesuai dengan sistem pengambilan sampel daun yang ditentukan. Tanda anak panah dapat di lihat pada Gambar 5. Pohon pertama diberi tulisan nomor 1 di sisi pohon dan tanda dua garis biru dibawah nomor, begitu juga pada pohon terakhir. Pohon contoh selanjutnya diberi tulisan nomor 2 dan tanda satu garis dibawah nomor sampai seterusnya hingga pohon terakhir. Apabila barisan tanaman dimana terdapat pohon contoh tepat jatuh di pinggir jalan atau di tepi rendahan maka pohon contohnya dipindahkan
29 sedangkan tanda tetap pada barisan pohon yang terpilih dengan memberi tanda panah pengganti.
(a) Tanda Masuk dalam Barisan
(b) Tanda Pindah Baris
Gambar 5. Tanda Arah dalam Pengambilan Leaf Sampling Unit Pohon mati atau kosong tetap dihitung. Apabila pohon contoh digeser tidak memenuhi syarat, maka perhitungan tetap dimulai dari hitungan semula. Pohonpohon yang merupakan pohon yang tidak boleh dipakai sebagai contoh adalah: a. Pohon yang terletak di pinggir jalan, sungai, parit, dekat dengan lubang galian. b. Pohon yang bersebelahan dengan pohon mati/kosong. c. Pohon steril atau pohon yang terserang penyakit. d. Pohon yang tumbuh abnormal. Apabila dalam hitungan pohon contoh jatuh pada pohon di atas maka harus digeser ke depan atau ke belakang, kecuali kalau hitungan tepat pada pohon mati maka harus digeser dua pohon. Daun contoh yang diambil adalah daun pelepah daun ke-17. Pelepah daun ke-17 ditentukan dengan cara: a. Pelepah daun ke-17 adalah yang terletak di bawah pelepah daun ke-9 b. Pelepah daun ke-9 adalah pelepah daun yang terletak di bawah peleapah daun ke-1 c. Pelepah daun ke-1 adalah pelepah daun pertama setelah pucuk dalam kondisi membuka penuh ± 90 % .
30 Pelepah daun ke-17 di egrek dan diturunkan, kemudian 3-4 helai anak daun sebelah kanan dan kiri pada peralihan anak daun muda dan tua dalam satu pelepah dipotong daunnya sepanjang 20 cm. Anak daun sebelah kanan diletakkan pada plastik putih sedangkan anak daun sebelah kiri diletakkan pada plastik hitam, kemudian daun dipotong kecil-kecil dengan ukuran 2-3 cm. Setelah itu, daun diserahkan ke kantor
divisi
kemudian pihak Departemen
Riset
akan
mengambilnya untuk dioven selama 24 jam dengan suhu 80-100 0C. Daun yang telah dioven kemudian dikirim ke Minamas Research Center (MRC) untuk dianalisis sebagai bahan penentuan rekomendasi pemupukan. Pengambilan contoh daun diikuti dengan pengamatan vegetatif mengenai tinggi tanaman, panjang pelepah, lebar pelepah dan tebal pelepah. Selain itu juga dilakukan pengamatan visual terhadap defisiensi hara. Tiap tim diberi gambar tentang defisiensi hara untuk mempermudah pengamatan. Kendala-kendala yang dihadapi dalam pengambilan contoh daun adalah belum terampilnya tim sensus dalam menentukan pelepah ke-17, faktor ketelitian dalam pengukuran dan pengamatan tanaman yang tinggi sesuai dengan umur tanaman sehingga menyulitkan pengambilan pelepah dan kurang teliti dalam pengamatan secara visual. Pengendalian Gulma Gulma adalah tumbuhan yang tumbuh pada waktu, tempat dan kondisi yang tidak diinginkan oleh manusia. Gulma biasa tumbuh di sekitar tanaman yang sedang dibudidayakan dan berasosiasi dengan tanaman budidaya tersebut secara khas. Gulma bukan hanya tumbuh pada tempat yang kaya akan unsur hara tetapi juga dapat di tempat miskin hara. Dalam pertumbuhannya gulma akan berkompetisi dengan tanaman budidaya dalam memperebutkan sarana tumbuh yaitu ruang, air, cahaya, dan unsur hara. Pengendalian gulma antara lain bertujuan untuk meminimalkan persaingan antara tanaman dengan gulma, sanitasi, memudahkan pemeliharaan (pemupukan) dan menghilangkan pengaruh buruk bagi tanaman. Kerugian akibat keberadaan gulma di perkebunan kelapa sawit yaitu: (a) menurunkan produksi karena persaingan sarana tumbuh, (b) menurunkan mutu produksi karena terkontaminasi
31 oleh bagian-bagian gulma, (c) mengeluarkan senyawa alelopati yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman, (d) menjadi inang bagi hama, (e) mengganggu tata guna air, (f) meningkatkan biaya usaha perkebunan karena ada kegiatan pengendalian gulma (Pahan, 2010). Oleh karena itu, keberadaan gulma yang berlebihan harus dikendalikan. Jenis gulma dominan yang ditemukan di Gunung Sari Estate adalah Melastoma malabatricum, Ageratum conyzoides, Mikania micrantha, Borreria alata dan Ottochloa nodosa. Namun, tidak semua gulma yang harus dibarantas seperti pakis (Nephrolepis bisserata), Casssia cobanensis, Euphorbia sp., Tunera subulata. Gulma-gulma tersebut dapat berfungsi sebagai inang musuh alami hama-hama kelapa sawit (beneficial plant). Selain itu, gulma tersebut berfungsi menjaga kelembaban tanah dan dapat mengurangi erosi tanah pada lahan-lahan yang gundul (bebas dari vegetasi) yang sangat merugikan pertumbuhan tanaman kelapa sawit (Manual Referensi Agronomi, 2008). Kegiatan pengendalian gulma merupakan kegiatan rutin dilakukan sehingga membutuhkan sistem rotasi dalam pelaksanaanya. Penetapan rotasi diarahkan pada pendekatan konsep ambang ekonomis, artinya selama kerugian yang ditimbulkan oleh kehadiran gulma tersebut masih lebih kecil dari biaya yang harus dikeluarkan untuk pengendaliannya, maka pengendalian tidak perlu dilakukan. Rotasi yang teratur bertujuan untuk menjaga pertumbuhan atau penyebaran gulma agar tetap pada ambang ekonomis. Menurut Manual Referensi Agronomi (2008), jumlah rotasi semprot per tahun dipengaruhi oleh umur tanaman, jenis gulma yang dominan, jenis dan herbisida yang digunakan, jenis tanah dan kerapatan gulma serta keadaan iklim. Teknik pengendalian gulma yang dilaksanakan bergantung pada jenis dan kerapatan gulma, cuaca, topografi lahan, ketersediaan tenaga kerja serta alat dan bahan. Kegiatan pengendalian gulma di Gunung Sari Estate dilakukan secara manual dan kimia dengan sasaran gulma di piringan, tempat pengumpulan hasil (TPH), pasar rintis dan di gawangan mati. Metode yang dilakukan adalah dengan sistem BBS (Block Spraying Sistem), yaitu penyemprotan dilakukan secara blok per blok. Block Spraying Sistem adalah suatu sistem pengendalian gulma secara terencana dan terorganisir dengan maksud semua kegiatan penyemprotan dapat
32 terlaksana dengan baik sehingga diperoleh penyemprotan yang efektif, efisien, aman dan dapat dikontrol mudah sesuai dengan prinsip 6T (tepat dosis, jenis, sasaran, waktu, alat dan keamanan), supervisi lebih fokus dan produktivitas yang lebih tinggi. Tim semprot dalam sistem BSS di Gunung Sari Estate dibagi menjadi 2, yaitu tim semprot BSS-1 (piringan) dan tim semprot BSS-2 (gawangan). Tugas tim semprot BSS-1 yaitu semprot priringan, pasar rintis, TPH dan dongkel anak kayu (DAK), sedangkan tim semprot BSS-2 adalah semprot gawangan dan dongkel anak kayu (DAK). Penyemprotan gulma piringan, pasar rintis, kaki lima dan TPH Piringan adalah daerah sekitar tanaman kelapa sawit yang berguna untuk tempat penyebaran pupuk, tempat jatuhnya brondolan dan tandan buah segar (TBS). Pasar rintis adalah jalan di antara dua jalur kelapa sawit yang berfungsi sebagai jalan untuk mengangkut buah ke TPH dan sebagai jalan operasional lainnya. Kaki lima blok adalah jalan operasional untuk menghubungkan antar pasar rintis ke satu TPH. Tempat pengumpulan hasil (TPH) adalah tempat pengumpulan hasil panen sebelum buah dikirim ke PKS. Ketiga sarana tersebut merupakan sarana yang paling penting dalam kegiatan perawatan dan produksi. Piringan, pasar rintis dan TPH harus bebas dari gulma. Jenis gulma yang dominan di piringan, pasar rintis, kaki lima dan TPH adalah Ageratum conyzoides, Axonopus compressus, Borreria latifolia, Cyrtococcum acrescens, Paspalum conjugatum, dan Eleusine indica. Tim semprot BSS-1 yaitu semprot piringan, pasar rintis, kaki lima dan TPH menggunakan alat semprot CDA (Controlled droplet application). Di pasaran dikenal dengan Micron Herby Spray (MHS). Alat semprot ini mempunyai kapasitas 10 liter/knapsack dan 5 liter/knapsack. Alat ini digunakan untuk sistem aplikasi dengan gaya gravitasi dan memiliki nozel warna kuning, biru, orange dan merah. Namun, di Gunung Sari Estate menggunakan nozel warna kuning. Bahan kimia (herbisida) yang digunakan adalah campuran Prima Up dan Starane dengan perbandingan konsentrasi 2.5 % : 0.625 %. Konsentrasi campuran yang digunakan adalah 31.25 cc/ltr artinya ada 31.25 ml herbisida dalam 1 l air. Sistem kerja tim
33 semprot BSS-1 adalah
menyemprot piringan pada setiap pokok dalam baris
sebelah kiri dan kanan pasar secara simpul tali. Dapat dilihat pada Gambar 6.
Blok
Pasar tengah Gambar 6. Cara Kerja Tim Semprot Piringan dengan Alat Micron Herby Spray Tim semprot BSS-1 terdiri dari sembilan orang karyawan perempuan. Dalam pelaksanaannya, penyemprotan herbisida pada awalnya menggunakan air hujan yang tertampung di pari-parit dalam blok (road site pit) dan side drain sebagai pelarutnya. Namun, pada bulan Mei 2011 tim semprot MHS sudah mendapat satu unit semprot (truk) yang berfungsi mempermudah tim semprot MHS dalam pencampuran racun dan menyediakan kualitas air yang lebih baik dari pada air yang di road site pit dan side drain. Penyemprotan piringan, pasar rintis, kaki lima dan TPH dilakukan secara selektif, artinya bila saat penyemprotan dijumpai piringan, pasar rintis dan TPH dalam kondisi bersih sesuai standar maka piringan, pasar rintis, kaki lima dan TPH dapat ditinggalkan (tidak perlu di semprot). Standar prestasi karyawan MHS adalah 5 ha/HK. Pada saat magang prestasi penulis adalah 1 ha/HK karena keterbatasan alat. Kendala-kendala yang sering dihadapi oleh tim semprot MHS adalah kerusakan alat semprot, kesulitan dalam menyediakan air, kualitas larutan herbisida karena menggunakan air yang keruh dan kondisi cuaca yang tidak menentu yang dapat mengurangi efektivitas penyemprotan.
34 Penyemprotan gulma gawangan Gawangan adalah areal yang berada di luar piringan tanaman dan pasar rintis. Areal ini harus bebas dari gulma karena akan menjadi tempat inang hama, menghambat pertumbuhan tanaman, serta dapat memberi peluang cahaya matahari sampai ke permukaan tanah. Gawangan harus bersih dari gulma anak kayu, kentosan, keladi liar dan kerisan. Jenis gulma yang sering dijumpai di gawangan adalah Melastoma malabatricum, Chromolaena odorata, Mikania micrantha dan gulma berkayu lainnya. Penyemprotan gulma gawangan menggunakan alat semprot punggung semi-otomatis RB-18 dengan kapasitas 15 liter/knapsack, dengan tipe nozel cons (warna putih). Herbisida yang digunakan adalah Kenlon dan Meta Prima dengan perbandingan konsentrasi 0.33 % : 0.02 %. Sistem kerja semprot gawangan (BSS2) hampir sama dengan semprot MHS (BSS-1). Hanya saja setiap penyemprotan, menyemprotnya sampai pasar tengah saja. Agar lebih jelas dapat dapat dilihat pada Gambar 7. Blok
Pasar Tengah Gambar 7. Cara Kerja Tim Semprot Gawangan dengan Alat Semprot Punggung Semi-Otomatis RB-18
Tim semprot gawangan (BSS-2) di Gunung Sari Estate dikenal dengan TSK (tim semprot kebun). Tim semprot gawangan memiliki 12 orang karyawan perempuan. Pada awalnya, dalam pelaksanaan penyemprotan herbisida. Air yang
35 digunakan adalah air hujan yang tertampung di road site pit yang ada pada blok. Hal ini dikarenakan unit (truk) angkut air tidak berfungsi dengan baik, bak penampung airnya bocor. Namun pada awal bulan Mei, kebun menyediakan unit (truk) yang baru untuk tim semprot gawangan. Unit lama diperbaiki dan sekarang digunakan oleh tim semprot MHS. Dengan adanya pembeliaan dan perbaikan unit ini diharapkan tim semprot MHS dan TSK mampu memberi output berupa peningkatan prestasi kerja dan kualitas semprot yang lebih baik lagi. Prestasi kerja tim semprot gawangan adalah 3 ha/HK, pada saat magang prestasi kerja penulis 1 ha/HK. Hal ini terjadi karena adanya keterbatasan alat semprot. Hal-hal yang menjadi kendala dalam pelaksanaan penyemprotan adalah kualitas air yang digunakan sehingga akan mempengaruhi kualitas dari herbisida, keterbatasan stok alat, dan kerusakan alat. Penunasan (Pruning) Penunasan pelepah merupakan upaya untuk menjamin jumlah pelepah yang optimum di pohon dan membuang pelepah/daun-daun yang sudah tua (tidak produktif). Dalam Manual Referensi Agronomi (2008) penunasan ini dikenal dengan Canopy Management (manajemen kanopi) yaitu mempertahankan jumlah pelepah sawit produktif yang maksimal untuk menghasilkan produksi yang optimal. Idealnya pembuangan pelepah sawit harus dilakukan secara minimal sepanjang masa produktif kelapa sawit untuk memaksimalkan proses fotosintesis dan nilai indeks luas daun (leaf area index). Penunasan bertujuan menjaga kebersihan tanaman, memperbaiki peredaran udara, mengurangi kelembaban, memperlancar penyerbukan secara alamiah, untuk pengendalian hama dan penyakit, memperlancar proses fotosintesis, dan pada prakteknya untuk mempermudah pekerjaan potong buah, menghindari tersangkutnya brondolan di pelepah dan mempermudah pengamatan buah pada saat sensus produksi. Gunung Sari Estate menggunakan sistem penunasan progresif yaitu melakukan penunasan secara bertahap dan terus-menerus dilakukan sepanjang tahun dimana pelepah atau daun yang tua dibuang kecuali dua pelepah yang menyangga tandan buah (songgo dua). Dengan mempertahankan jumlah pelepah
36 berkisar 48-56 (6-7 lingkar) tiap pokoknya. Pelepah dipotong mepet ke batang dengan bekas potongan miring ke luar (ke bawah) berbentuk tapak kuda yang membentuk sudut 300 dengan garis horizontal dan merupakan jarak bidang tebas dengan pangkal harus lebih kecil dari 5 cm. Penunasan di Gunung Sari Estate dilakukan bersamaan pada saat panen, tetapi pada kondisi tertentu dapat diadakan waktu penunasan khusus yang tidak bersamaan dengan kegiatan panen. Manual Referensi Agronomi (2008), penunasan pelepah tidak seharusnya dilakukan semasa panen karena sering terjadi penunasan pelepah yang berlebihan. Tunasan yang berlebihan (over pruning) akan mengakibatkan terjadinya peningkatan bunga jantan dan diikuti dengan penurunan produksi, jumlah janjang dan BJR (berat janjang rata-rata). Rotasi pembayaran tunasan adalah setahun sekali. Namun, di Gunung Sari Estate dilakukan 6 bulan sekali dengan pembayaran per seksinya, dimana upah tunasan sebesar Rp. 225/pokok untuk pemanen, 7 % untuk supervisi dan 3 % untuk mandor I. Pada prakteknya, pemanen hanya akan menunas pokok yang ada buahnya ketika memanen buah, sedangkan pokok yang tidak dipanen tidak akan ditunas. Ketetapan harga tunas progressive dapat dilihat pada Tabel 5 dibawah ini. Tabel 5. Perubahan Ketetapan Harga Tunas Progressive di Gunung Sari Estate Lama Harga/Pokok Divisi I/1996 2 Rp 200 Divisi I/1998 2 Rp 178 Divisi II/1995 2 Rp 200 Divisi II/1996 2 Rp 200 Divisi III/1996 2 Rp 200 Divisi III/1998 2 Rp 178 Sumber Data: Kantor Besar Gunung Sari Estate (Mei, 2011) Divisi/Tahun Tanam
Rotasi/Tahun
Baru Harga/Pokok Rp 225 Rp 200 Rp 225 Rp 225 Rp 225 Rp 200
Panen Panen adalah salah satu kegiatan yang penting pada pengelolaan kelapa sawit. Panen merupakan kegiatan memotong tandan buah yang sudah matang dari pokok, mengutip brondolan, mengumpulkan dan mengangkut buah ke TPH hingga pengangkutan ke PKS. Kegiatan panen merupakan kegiatan inti dari operasional suatu kebun. Manual Referensi Agronomi (2008) mengatakan tujuan
37 utama panen adalah memotong semua janjang yang matang panen dengan mutu panen sesuai standar umtuk memaksimalkan perolehan minyak kelapa sawit dengan kualitas tinggi. Selain itu, tujuan lainnya adalah meminimalkan losses serta memelihara kondisi tanaman. Keberhasilan panen didukung oleh pengetahuan pemanen tentang persiapan panen, kriteria matang panen, rotasi panen, sistem panen dan sarana panen. Kebutuhan tenaga panen. Kebutuhan tenaga kerja pemanen ditentukan berdasarkan luas seksi panen untuk setiap hari panen. Standar norma yang di pakai di Gunung Sari Estate adalah 4 ha/HK. Tim panen divisi II GSE berjumlah 77 orang, terdiri dari 41 orang laki-laki (pemanen/cutter) 42 orang perempuan (kutip brondolan/ picker) yang terbagi dalam 14 KKP dimana tiap 1 KKP terdiri dari 3 orang pemanen. Alat panen. Dalam melaksanakan pemanenan TBS kelapa sawit dibutuhkan alat-alat khusus seperti dodos, kampak, ganco, egrek, angkong, tojok, jibek dan juga karung. Alat-alat panen memiliki ukuran dan jenis yang berbeda tergantung dari umur tanaman sebagai berikut: 1) Dodos dengan ukuran 8-10 cm (lebar mata), untuk memotong tandan pada ketinggian tanaman sampai 3 m (umur < 4 tahun). Dodos ukuran 12-14 cm, untuk memotong tandan pada ketinggian 4-6 m (umur 4-8 tahun). 2) Kampak digunakan untuk memotong tangkai tandan buah dan pelepah yang jatuh setelah penunasan. 3) Egrek digunakan untuk memotong tandan buah yang memiliki ketinggian lebih dari 9 m (umur >8 tahun). 4) Ganjo dan tojong digunakan untuk menarik/mengangkat tandan buah ke angkong, menyusun tandan buah di TPH dan mengatur tandan buah di dalam truk pengangkutan. 5) Angkong digunakan untuk mengangkut TBS dari dalam blok ke TPH. 6) Jibek dan Karung digunakan sebagai tempat pengumpulan brondolan ke TPH dan sebagai alas brondolan di TPH. Di Gunung Sari Estate hanya menggunakan alat panen seperti egrek, ganjo, angkong, tojong, ember, jibek dan karung.
38 Sarana jalan. Jalan merupakan sarana paling utama dalam panen. Peningkatan kualitas jalan dilakukan secara bertahap, dimana tanaman memasuki masa TM maka kondisi jalan harus diperkeras dengan batu atau kerikil sehingga mampu mendukung dalam pengangkutan TBS dari dalam blok ke TPH, TPH ke PKS. Pembuatan sarana jalan meliputi: a) Pembuatan pasar rintis/jalan pikul dengan interval 2 baris tanaman dan lebar 1.2-1.5 m dengan cara kimia dan manual dimana harus bersih mulai dari piringan sampai ke TPH. b) Titi panen adalah jembatan kecil di dalam blok untuk menghubungkan areal yang satu dengan areal lain dalam satu blok yang berfungsi untuk mempermudah pemanen dalam proses pengangkutan TBS dari piringan ke TPH. c) Pada daerah yang berlereng/miring dibuat jalan secara zig-zag untuk mengurangi erosi dan mempermudah pemanen dalam pengangkutan buah. d) Membuat tempat pengumpulan hasil (TPH). TPH resmi harus ada dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan. Di Gunung Sari Estate, satu TPH mewakili 6 baris pokok atau 3 pasar rintis dengan ukuran 4 m x 7 m. Permukaan TPH harus rata dan bersih dari gulma, janjang busuk, tangkai tandan buah serta diberi tanda (no TPH dan blok) e) Memperbaiki main road dan collection road. Jalan utama (main road) adalah jalan penghubung antar collection road dengan jalan akses, biasanya arah Timur-Barat. Jalan pengumpul (collection road) adalah jalan pengumpul hasil, pengangkutan dan pengawasan, biasanya arah Utara-Selatan. Kriteria matang panen. Minimum Ripeness Standard (MRS) atau Kriteria matang panen berdasarkan atas jumlah brondolan yang lepas secara alami dari tandan buah yang matang yaitu sekurang-kurangnya terdapat 5 brondolan per janjang di piringan sebelum panen. Selain itu, dapat ditentukan pada saat kandungan minyak dalam daging buah maksimal dan kandungan asam lemak bebas terendah. Parameter yang digunakan dalam menentukan kriteria matang panen adalah perubahan warna dan membrondolnya buah dari tandan. Proses
39 perubahan warna yang terjadi pada tandan adalah warna hijau berubah menjadi kehitaman kemudian berubah menjadi merah mengkilat/orange. Kadar minyak tertinggi terdapat pada saat buah membrondol. Namun jika pemanenan ditunggu hingga semua atau hampir semua membrondol, pembusukan buah yang lebih dulu masak akan mulai terjadi yang dapat menyebabkan penurunan kualitas dan kuantitas minyak. Untuk itu sangat diperlukan standar mengenai derajat kematangan buah agar dapat menentukan waktu panen yang tepat. Derajat kematangan buah dapat ditentukan berdasarkan warna buah dan buah yang membrondol. Secara visual di lapangan, kriteria matang panen yang diterapkan oleh Gunung Sari Estate adalah 5 brondolan/TBS. Untuk tujuan menjaga kualitas buah, minimum 5 brondolan per janjang dapat diterima di PKS. TBS yang dipanen akan dikelompokkan seperti berikut: Batas toleransi
Unripe (mentah)
0%
(0-4 brondolan yang lepas per janjang)
Under ripe (kurang matang)
<5%
(5-9 brondolan yang lepas per janjang)
Ripe (matang)
< 95 %
(10 atau lebih brondolan yang lepas per janjang)
Empty bunch (janjang kosong)
0%
(brondolan yang lepas per janjang > 95 %)
Longstalk (gagang panjang)
0%
(panjang gagang lebih dari 5 cm)
Old bunch (buah restan)
0%
(lebih dari 48 jam) Rotasi panen atau pusingan potong buah. Rotasi panen atau pusingan adalah interval waktu antara satu perlakuan panen dengan perlakuan panen berikutnya. Rotasi panen atau pusingan potong buah yang digunakan di Gunung Sari Estate adalah 6/7, artinya areal di tiap-tiap divisi dibagi menjadi 6 seksi dan dipanen selama 6 hari dalam 7 hari. Rotasi panen yang normal adalah ± 7 hari. Namun, dalam kenyataannya pusingan buah sering mengalami perubahan karena tergantung dari banyaknya karyawan yang absen, kerapatan buah yang tinggi,
40 cuaca, dan adanya hari libur nasional sehingga menyebabkan rotasi buah lebih dari normal. Agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan karena pusingan buah yang kurang tepat, maka rotasi panen harus dijaga agar tetap normal yaitu dengan memantau terus melalui daftar rotasi panen yang ada di tiap kantor divisi. Pemantuan rotasi panen juga dapat dipermudah dengan adanya laporan dari tiap divisi mengenai kerapatan buah matang dan persentase panen di blok, tenaga potong buah, umur tanaman, basis borong, curah hujan dan lain-lain. Untuk menjaga rotasi panen tetap normal maka sebelum kegiatan panen dilakukan taksasi produksi harian yang dilakukan sehari sebelumnya. Taksasi dilakukan oleh mandor panen untuk mengetahui kerapatan buah, kebutuhan tenaga kerja (cutter dan picker), dan kebutuhan unit untuk pengangkutan buah ke PKS. Taksasi produksi ini dilakukan dengan menghitung jumlah janjang/TBS matang yang akan dipanen besok dibagi dengan jumlah tanaman contoh selanjutnya dikali 100 %. Jumlah tanaman contoh adalah 10 % dari total populasi tanaman yang ada di tiap blok. Sistem hancak panen. Gunung Sari Estate menggunakan sistem hancak giring tetap. Sistem hancak giring tetap adalah pemanen mendapat hancak tetap, jika hancaknya selesai maka pemanen pindah ke hancak blok yang berikutnya sesuai dengan nomor hancak yang telah ditentukan. Kelebihan dari sistem hancak giring tetap yaitu: (a) manajemen pelaksanaan panen berdasarkan sasaran/persentase kerapatan panen dapat dilaksanakan secara sempurna, (b) jumlah tenaga kerja dapat diatur sesuai dengan kebutuhan/kerapatan panen, (c) distribusi buah mudah karena biasanya panen dimulai dari CR yang sama, (d) mandor lebih mudah melakukan pengawasan, (e) output dari tiap mandoran dan karyawan bisa dipacu dengan pengacakan karyawan yang memperhatikan kekuatan masing-masing karyawan, (f) dapat menghindari kecemburuan di antara karyawan karena hancak dapat ditukar/digilir dari pusingan yang satu ke selanjutnya. Sementara kesulitan dalam sistem ini adalah tanggung jawab karyawan terhadap hancaknya masih relatif kecil dan pengawasan dari supervisi yang kurang ketat.
41 Organisasi panen. Organisasi panen di Gunung Sari Estate terdiri dari pemanen, mandor panen, krani panen, krani transport dan mandor I. Umumnya masing-masing divisi memiliki tiga orang mandor panen dengan jumlah krani panen mengikuti jumlah mandor panen. Tiap mandor panen membawahi ± 14 pemanen. Tiap divisi memiliki krani transport satu orang. Krani panen bertugas mencatat jumlah janjang TBS dan brondolan yang telah dipanen di buku penerimaan buah (BPB) dan pengisian chec kroll. Mandor panen, krani panen dan krani transport bertanggungjawab kepada mandor I, seterusnya mandor I bertanggungjawab kepada asisiten divisi. Sistem organisasi panen yang digunakan di Gunung Sari Estate adalah Block Harvesting Sistem by Division of Labour-2 (BHS by DOL-2). Sistem BHS by DOL-2 adalah sistem panen dimana penyelesaian kegiatan panennya setiap hari kerja dan terkonsentrasi pada satu seksi tetap per kebun atau per divisi berdasarkan interval yang telah ditentukan. Sistem panen BHS by DOL-2 ini menjelaskan bahwa potong buah dikerjakan oleh seorang pemanen (cutter) sedangkan pengutipan brondolan dilakukan oleh seorang pembrondol (picker). Penggunaan cutter dan picker adalah 1:1, ini dilakukan agar pasangan cutter dan picker dapat lebih sinkron dan fokus dalam penyelesaian hancak panennya. Adapun tujuan utama dari sistem BHS by DOL-2 adalah meningkatkan spesialisasi pekerjaan panen, menunjukkan tanggungjawab serta wewenang dengan jelas, meningkatkan sistem pembayaran untuk kegiatan panen, dan memungkinkan terbukanya introduksi mekanisasi pengangkutan TBS ke TPH. Pelaksaan panen. Setelah mandor selesai melakukan apel pagi dengan asisten dan mandor I, selanjutnya tiap mandor panen melakukan antrian pagi dengan pemanen masing-masing mandoran, pemanen memasuki hancak masingmasing. Kegiatan panen dilakukan dari arah yang sama untuk memudahkan pengawasan dan pengangkutan buah. Memotong pelepah yang menyangga buah, kemudian pelepah disusun pada gawangan mati. Penyusunan pelepah berbentuk huruf “U” atau dikenal dengan U shape frontstacking. Hal ini bermanfaat untuk menghindari kecelakaan terhadap pemanen, mencegah ban angkong bocor, menjaga kelembaban tanah, mencegah erosi tanah dan sebagai tempat aplikasi pupuk.
42 Buah yang matang dipotong dan gagang panjang dipotong minimal 3 cm dari permukaan buah, potongan gagang dilakukan di piringan dan gagang dibuang pada gawangan mati dengan cakkam kodok. Setelah pemotongan buah sampai di pasar tengah buah harus sudah di angkut ke TPH, agar buah segera diangkut ke PKS. Namun, pada prateknya pemanen menyelesaikan sampai pasar rintis terakhir baru mengangkut buah ke TPH. Pemanen menyusun buah secara teratur di TPH dengan 5 buah/janjang tiap baris dan menulis nomor pemanen agar memudahkan krani panen dalam pencatatan dan pengecekan buah di TPH. Pembrondol mengikuti pemanen dari belakang dengan jarak 2 pokok. Hal ini dilakukan agar tidak mengganggu kegiatan potong buah dan semua brondolan terkutip bersih. Setelah itu, brondolan dimasukkan ke dalam jibek, ember atau angkong dan meletakkannya di TPH disamping buah yang dipanen dengan menggunakan alas karung dibawahnya. Sebelumnya jibek sudah dikalibrasi dengan 1 karung jibek setara dengan ± 20 kg brondolan. Setelah itu, pembrondol menulis nomor pembrondolnya agar memudahkan krani panen dalam pencatatan jumlah brondol yang terkutip. Krani panen melakukan kegiatan grading yaitu memeriksa kualitas buah yang dipanen di TPH yaitu tandan buah segar, buah mentah, buah busuk dan gagang panjang. Selain grading dilakukan di TPH, buah juga di grading di pabrik. Hal ini dilakukan untuk mengetahui persentase buah matang yang dipanen, buah mentah, buah busuk dan gagang panjang. Hasil grading dari pabrik akan dicocokkan dengan grading yang dilakukan krani panen, hasilnya akan dilaporkan kepada asisten divisi dan diteruskan kepada Estate Manager. Sistem upah dan premi. Sistem upah yang berlaku di Gunung Sari Estate adalah basis borong yaitu batas minimum jumlah TBS yang harus dipanen oleh pemanen agar memperoleh premi. Premi panen akan diperoleh pemanen apabila telah mendapatkan basis borong disebut premi lebih borong. Premi lebih borong akan diberikan jika jumlah janjang yang telah diperoleh pemanen melebihi jumlah janjang basis borong. Premi lebih borong dihitung dengan perhitungan tertentu yang nilainya berbeda untuk setiap tahun tanamnya dan berat janjang ratarata yang telah ditentukan.
43 Pengawasan panen. Supervisi atau pengawasan yang telah ditetapkan oleh kebun bertujuan untuk menjaga kegiatan panen agar dapat berlangsung dengan baik dan terarah sesuai dengan ketetapan kebun. Pengawasan yang dilakukan lebih mengutamakan kualitas hasil penen. Pengawasan atau pemeriksaan kegiatan panen biasanya dilakukan oleh mandor dan asisten divisi meliputi pemeriksaan buah matang yang tidak dipanen (buah tinggal), buah mentah yang dipanen, pelepah sengkleh yang tidak dipotong, penyusunan pelepah yang tidak pada tempatnya, brondolan yang tidak terkutip dan gagang yang tidak dipotong. Pengendalian hama dan penyakit. Hama adalah pengganggu pada tanaman kelapa sawit yang disebabkan oleh serangga atau mamalia yang dapat menurunkan hasil secara ekonomis merugikan manusia. Penyakit adalah faktor pengganggu tanaman kelapa sawit yang disebabkan oleh jamur, bakteri, atau virus yang secara ekonomis dapat menurunkan hasil. Hama dan penyakit menyerang tanaman kelapa sawit dapat menimbulkan kerusakan berat hingga kematian pada tanaman sehingga perlu dilakukan pemberantasan dan pengendalian hama dan penyakit tersebut. Pemberantasan adalah pemusnahan semua populasi hama dan penyakit yang ada di areal tanaman, sedangkan pengendalian adalah mengurangi, menekan hama dan penyakit sampai ambang batas ekonomi yang tidak merungikan. Gunung Sari Estate hanya melakukan pengendalian hama saja karena penyakit yang menyerang kelapa sawit berada jauh dibawah ambang batas ekonomi. Pegendalian hama tanaman di Gunung Sari Estate dilakukan dengan menggunakan pendekatan konsep pengendalian hama terpadu yaitu penggunaan beneficial plants dan burung hantu (Tyto alba). Beneficial plants. Manual Referensi Agronomi (2008) menyatakan tanaman berguna (beneficial plants) adalah tanaman yang mempunyai unsur peransang alamiah untuk menarik populasi musuh-musuh alami dari ulat api dan ulat kantong pada tanaman kelapa sawit. Tanaman ini dapat menyediakan madu/makanan bagi beberapa parasitoid dan predator dari hama yang merupakan makanan tambahan penting untuk bertahan hidup dan berkembangbiak. Selain itu,
44 mampu menyediakan tempat berteduh yang mampu meningkatkan masa hidup predator ini lebih lama selama kondisi lingkungan yang buruk, yang memastikan kehadirannya sepanjang waktu pada areal tanaman kelapa sawit. Penggunaan
beneficial
plants
ini
diharapkan
dapat
mengurangi
penggunaan bahan kimia sebagai pengendalian hama. Terdapat empat spesies tanaman yang efektif dalam menekan serangan hama perusak daun pada tanaman kelapa sawit secara alami. Tanaman tersebut adalah Euphorbia heterophylla, Cassia cobanensis, Antigonon leptopus dan Turnera subulata. Euphorbia heterophylla adalah jenis tanaman yang paling efektif dalam mengendalikan serangan hama dibandingkan dengan ketiga jenis tanaman lainnya. Namun jenis tanaman ini sulit dikembangbiakkan karena sulit untuk mendapatkan bibit yang cukup. Jenis tanaman yang banyak dikembangbiakkan di Gunung Sari Estate adalah Cassia cobanensis, Antigonon leptopus dan Turnera subulata.
Gambar 8. Jenis-Jenis Beneficial Plants yang dikembangbiakkan di Gunung Sari Estate
Pengendalian hama tikus dengan burung hantu (Tyto alba). Ada tiga jenis tikus yang biasanya menyerang perkebunan kelapa sawit, yaitu Rattus tiomanicus, Rattus rattus diardii dan Rattus argentiventer (Manual Referensi Agronomi, 2008). Salah satu tindakan pengendalian hama tikus secara biologis adalah dengan penggunaan burung hantu (Tyto alba). Burung hantu (Tyto alba) merupakan hewan karnivora yang memakan mangsanya dalam kondisi hidup.
45 Aktivitas berburunya dimulai dari lepas senja hingga fajar pagi hari. Tingkat predasi burung hantu (Tyto alba) terhadap tikus mencapai 99.4% yaitu terhadap Rattus tiomanicus mencapai 88%, sedangkan sisanya 6% adalah Rattus rattus diardii dan 6% Rattus argentiventer. Hasil pengamatan Departemen Riset bahwa burung hantu (Tyto alba) mampu mengkonsumsi jenis tikus Rattus tiomanicus rata-rata 3 000-3 650 ekor tikus per tahun. Upaya pemeliharaan burung hantu (Tyto alba) sebagai predator alami tikus di Gunung Sari Estate dimulai dengan pembuatan kandang di dalam blok. Kandang (nest box) dipasang pada radius 500-2 000 m dari kandang pemikat. Hal ini dilakukan untuk memikat burung hantu yang ada disekitar kebun. Tiap nest box yang dipasang di blok dapat mewakili luasan ± 10 hektar. Saat ini Gunung Sari Estate memiliki 40 nest box yang tersebar divisi II saja. Burung hantu (Tyto alba) berkembangbiak setelah berumur 8 bulan dengan menghasilkan telur sebanyak 6-10 butir/tahun yang menetas setelah ± 28 hari dengan tingkat penetasan telur hingga 90 %. Anak burung hantu akan menjadi dewasa dan bisa terbang saat berusia 2-2.5 bulan. Masa hidup burung hantu (Tyto alba) di lapangan dapat mencapai ± 4.5 tahun.
Gambar 9. Burung Hantu (Tyto alba) dan Kandang (Nest Box)
Selain pengendalian tikus Gunung Sari Estate juga mengendalikan hama kumbang tanduk (Oryctes rhinoceros) dengan menggunakan bahan kimia yaitu pheromone. Salah satu formulasi agregasi pheromone adalah dalam kemasan
46 saket slow release dengan merek dagang SIME RB PHEROMONE. Bahan ini mengeluarkan aroma yang sangat disukai oleh hama kumbang tanduk sehingga memudahkan kumbang tanduk masuk dalam perangkap. Perangkap yang digunakan adalah kayu sebagai tiang penyangga dengan ukuran ± 2-3 m, seng/palang air berbentuk baling-baling sebagai alat untuk memantulkan cahaya yang berfungsi untuk menarik perhatian hama, dan sebagai wadah penampungnya menggunakan jirengen bekas dari wadah herbisida Prima Up yang telah dilubangi agar air hujan tidak tergenang. Satu saket pheromone dikait/digantung dibawah penutup pada persimpangan baling-baling dan perangkap itu kemudian digantung pada tiang kayu.
Gambar 10. Pengendalian Hama Oryctes rhinoceros dengan Perangkap Pheromone Penggunaan perangkap dengan pheromone di Gunung Sari Estate hanya dibeberapa blok saja. Pada saat magang penulis memasang di blok E20 sebanyak 3 buah perangkap yaitu pada baris pokok 103, 109 dan 117, di blok E21 sebanyak 2 buah perangkap yaitu di baris pokok 108 dan 112, di blok F20 sebanyak 3 buah saja yaitu di baris pokok 71, 76, dan 82, serta di blok G20 sebanyak 2 buah perangkap yaitu di baris pokok 53 dan 58. Blok-blok tersebut merupakan blok yang serangan hama Oryctes dengan tingkat kerusakan tinggi sehingga penggunaan pheromonenya lebih banyak.
47 Pemupukan Anorganik Pemupukan merupakan suatu upaya untuk menyediakan unsur hara yang cukup secara berkala dan berimbang baik secara langsung pada tanaman maupun tidak langsung ke dalam tanah. Pemupukan pada tanaman kelapa sawit bertujuan mendorong pertumbuhan vegetatif dan generatif yang normal sehingga dapat memberikan produksi tandan buah segar (TBS) yang optimal serta menghasilkan minyak sawit mentah (CPO) yang tinggi baik kuantitas maupun kualitasnya. Manajemen pemupukan. Dalam pelaksanaan program pemupukan di Gunung Sari Estate melibatkan banyak pihak di dalam struktur pengelolaan kebun. Departemen riset sebagai pembuat rekomendasi pemupukan. Hasil rekomendasi akan diserahkan ke pihak kantor perwakilan perusahaan yang kemudian dilanjutkan ke pihak pembeliaan. Dalam pengadaan pupuk, bagian pembelian akan melakukan kontrak atau perjanjian terhadap sejumlah pupuk yang diminta dalam bentuk surat permintaan barang (purchasing order) kepada supplier barang dengan sistem tender. Rekomendasi Pemupukan
Kebutuhan Pupuk
Pembayaran
Pengiriman Pupuk
Persiapan dan Pelaksanaan Tender
Ketetapan Pemenang Tender
Pelaksanaan Pemupukan
Gambar 11. Diagram Proses Permintaan Pupuk di Gunung Sari Estate (Fertilizer Order Process Flow)
Dalam
manajemen
pemupukan
juga
ada
kegiatan
perencanaan
pemupukan. Perencanaan pemupukan harus dilakukan dengan sebaik mungkin karena berhubungan dengan penyediaan biaya, material pupuk dan tenaga kerja
48 yang digunakan. Perencanaan pupuk tersebut meliputi jenis dan dosis pupuk yang akan diaplikasi, waktu pelaksanaan pemupukan, peralatan dan perlengkapan kerja yang digunakan, tenaga kerja yang dibutuhkan, kesiapan blok-blok yang akan dipupuk dan hal-hal administrasi dalam pemupukan. Seksi pemupukan dibuat terlebih dahulu oleh mandor pupuk sebagai rencana pergiliran waktu pelaksanaan pemupukan pada tiap blok untuk setiap jenis pupuk berdasarkan interval waktu aplikasi masing-masing pupuk. Perencanaan pemupukan yang telah dijelaskan diatas dibagi kedalam 3 tahap perencanaan yaitu rencana kegiatan tahunan (RKT) meliputi besarnya biaya operasional yaitu jenis dan dosis pupuk yang digunakan, jumlah tenaga kerja, peralatan dan perlengkapan serta ekstra fooding. Rencana kegiatan bulanan (RKB) digunakan untuk menentukan jenis dan dosis pupuk yang diaplikasi, persiapan lapangan, peralatan dan perlengkapan alat pemupukan serta ekstra fooding pada bulan tersebut. Rencana kerja harian (RKH) digunakan dalam menentukan kesiapan jumlah tenaga kerja, kesiapan unit transport untuk karyawan dan pengeceran pupuk dan pembuatan bon permintaan pupuk untuk blok yang akan diaplikasi. Penyimpanan pupuk. Sejumlah pupuk yang telah disepakati akan dikirim ke kebun dan akan disimpang di gudang sentral. Sebelum masuk ke gudang, pupuk terlebih dahulu ditimbang di jembatan timbang sehingga dapat diketahui berapa jumlah pupuk yang masuk ke gudang dan akan disesuaikan dengan jumlah permintaan. Jembatan timbang yang digunakan adalah jembatan timbang yang ada di PKS kebun. Hitungan hasil timbang berat pupuk akan disesuaikan dengan jumlah pupuk yang diminta kebun kepada supplier. Pupuk secara terpusat disimpan di gudang kantor besar kebun. Penempatan pupuk juga diatur sehingga pada saat pengeluaran pupuk dapat dilakukan secara first in first out (FIFO) setiap jenis pupuk. Selain itu, penempatan tiap jenis pupuk juga harus dipisah misalnya pupuk NK Blend dengan RP karena bersifat antagonis. Di dalam gudang pupuk juga diatur sedemikian teratur agar perhitungan jumlah pupuk teliti. Selain itu, pada saat pengeluaran pupuk dari gudang, kepala gudang mudah mengaturnya sehingga permintaan bon sesuai dengan pupuk yang keluar.
49
Gambar 12. Susunan Pupuk NK Blend di Gudang Sentral Organisasi pemupukan. Untuk melaksanakan pemupukan diperlukan koordinasi yang baik sehingga prinsip manajemen dapat diterapkan. Pemupukan di Gunung Sari Estate melibatkan Estate Manager, senior asisten, asisten divisi, kepala gudang, mandor pupuk, mandor traksi, tenaga kerja bongkar muat (TKBM), pengecer dan tenaga kerja penabur serta supir sebagai operator pengangkutan. Koordinasi diantara pihak-pihak yang terlibat diatas sangat dibutuhkan agar kegiatan pemupukan dapat berjalan dengan lancar. Sistem yang digunakan dalam penorganisasian pemupukan di Gunung Sari Estate adalah Block Manuring Sistem (BMS) yaitu sistem pemupukan yang terkonsentrasi dalam hancak pemupukan per kebun, dikerjakan blok per blok dengan sasaran mutu pemupukan yang lebih baik, monitoring yang lebih fokus. Mekanisme pelaksanaan BMS ini adalah hancak pemupuk tetap tiap blok dan setiap tanaman diketahui pemupuknya dan pergeseran ancak diatur sedemikian rupa sehingga berlangsung dengan cepat dan efisien. Teknis pemupukan dengan BMS diharapkan terlaksana prinsip 6T yaitu tepat waktu, dosis, jenis, cara, tempat, alat, dan aman. Hal ini bertujuan agar dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas pemupukan, pupuk dapat diserap tanaman semaksimal mungkin sehingga didapat pertumbuhan vegetatif dan generatif yang optimal, prestasi kerja pemupukan maksimal dan produksi TBS yang tinggi. Kegiatan pemupukan dimulai dengan persiapan blok yang akan dipupuk. Persiapan tersebut meliputi persiapan piringan yang harus dalam keadaan bersih dan persiapan sarana lain seperti jalan dan jembatan pada main road dan collection road, pasar rintis dan titi panen untuk menunjang kelancaran
50 transportasi dan pelaksanaan aplikasi pupuk di lapangan. Blok-blok yang akan dipupuk diusahakan berada dalam satu hamparan sehingga mempermudah pelaksanaan pengawasan, mobilisasi pengecer dan penabur. Pengeceran pupuk. Kendaraan pengangkut/unit pupuk dari gudang sentral ke lapangan sehari sebelum pemupukan harus sudah dipastikan kesiapannya. Pada pukul 06.30 WITA mandor pupuk melakukan lingkaran pagi dengan pemuat/pengecer mengenai jenis pupuk, kebutuhan jumlah pupuk (tonase) dan blok-blok yang akan diaplikasi. Setelah selesai antrian pemuat/pengecer mulai memuat pupuk kedalam truk. Pada saat magang pengangkutan pupuk dibantu oleh alat berat TLB. Hal ini digunakan karena pupuk yang akan diaplikasi pada semester ini dalam jumlah yang besar dan waktu aplikasi sudah terbatas. Penggunaan TLB hanya bersifat sementara mengingat jumlah pupuk dan waktu yang tersedia terbatas. Namun, sebaiknya penggunaan TLB dapat dihindari. Pada pukul 07.00-07.30 WITA truk pupuk pertama sudah berangkat dan sudah mulai mengecerkan pupuk pada tempat pengeceran yang sudah ditetapkan selanjutnya akan diikuti oleh truk kedua. Pelangsiran pupuk harus diletakkan di tempat pengumpulan pupuk (TPP) yang terdapat pada collection road yaitu pada sisi Timur dan Barat blok. Tiap TPP mewakili enam baris tanaman atau tiga pasar rintis, jumlah pupuk tiap TPP ditentukan berdasarkan dosis/pokok. Tenaga yang digunakan sebagai pemuat pupuk dari gudang ke unit pupuk adalah karyawan SKU dari perawatan divisi II sebanyak empat orang laki-laki. Hal ini dilakukan untuk mempercepat proses pengeceran pupuk di lahan dan untuk mencapai target 100 % realisasi pemupukan semester II di Gunung Sari Estate. Standar kerja pemuat 3 ton/HK, apabila dibantu dengan alat berat TLB adalah 7 ton/HK dengan premi Rp 1 500/ton dan untuk pengecer dilahan dihitung sebagai lebih borong dengan upah Rp 3 500/ton. Menurut Pahan (2010) pupuk yang diecer di lapangan harus terjamin dari pencucian, pembuangan atau disembunyikan di gawangan/parit. Oleh karena itu, ada seorang centeng yang bertanggungjawab terhadap keamanan pupuk ini, sekaligus merangkap sebagai tenaga pengumpul karung. Pupuk yang telah diecer di lapangan harus diusahakan selesai ditabur seluruhnya pada hari tersebut.
51 Apabila tidak selesai ditabur karena hujan atau keadaan lainnya, maka sisa pupuk dibawa kembali ke gudang sentral.
Gambar 13. Proses Pengangkutan dan Pelangsiran Pupuk Penabur pupuk. Setelah menempati hancak pemupukan, masing-masing penabur di tiap kelompok kecil pemupukan (KKP) mulai membuka karung pupuk kemudian memasukkan pupuk ke dalam bin pupuk. Tiap penabur biasanya memupuk dua baris tanaman ( satu pasar rintis) yaitu mulai dari pokok pertama sampai pokok terakhir. Umumnya dalam satu baris tanaman terdapat 32-34 tanaman. Penaburan pupuk pada tanaman menghasilkan dilakukan pada bibir piringan atau di atas rumpukan pelepah, berbentuk “U”. Penaburan harus dilakukan secara merata, apabila ditemukan pupuk yang menggumpal maka pupuk harus dihancurkan.
Gambar 14. Penaburan Pupuk Dolomit
52 Dalam mengejar realisasi pemupukan tahun 2011 Estate Manager Gunung Sari Estate mengeluarkan memorandum penetapan premi aplikasi pemupukan. Penetapan premi tersebut berdasarkan jenis pupuk dan diharapkan dapat meningkatkan output setiap karyawan dan tetap memperhatikan kualitas. Tabel 6. Standar dan Premi Aplikasi Pupuk di Gunung Sari Estate No
Jenis Pupuk
Kg Basis (kg)
Premi Basis Borong (Rp)
1 Dolomite 650 2 500 2 Kieserite 650 2 500 3 Rock Phosfat (RP) 650 2 500 4 NK Bland 750 2 500 5 HGFB 7 Ha 2 500 Sumber Data: Kantor Besar Gunung Sari Estate (Mei, 2011)
Premi Lebih Borong (Rp/kg) 60 60 60 60 7000/Ha
Sistem penaburan pemupukan di Gunung Sari Estate dengan sistem BMS adalah sistem pemupukan yang terkonsentrasi dalam hancak pemupukan per kebun, dikerjakan blok per blok dengan sasaran mutu pemupukan yang lebih baik, monitoring yang lebih fokus. Untuk lebih jelas lagi dapat dilihat pada Gambar 15. Blok
CR
Pasar tengah
Blok
CR
Pasar tengah
Gambar 15. Cara Kerja Penaburan Pupuk dengan Block Manuring Sistem (BMS)
Alat pemupukan. Alat-alat yang digunakan dalam pemupukan adalah bin pupuk dan takaran pupuk. Bin pupuk digunakan sebagai tempat pupuk yang akan ditabur, sedangkan takaran pupuk alat untuk menabur pupuk. Takaran
53 tersebut berupa mangkok yang telah dikalibrasi, satu mangkok pupuk setara dengan 500 gram. Selain alat, Gunung Sari Estate juga melengkapi alat pelindung diri (APD) berupa baju lengan panjang, apron, sarung tangan, sepatu boot, topi dan masker serta mendapat ekstra fooding. Pengumpulan karung bekas pupuk. Karung bekas pupuk dikumpulkan oleh penabur pupuk di collection road kemudian petugas pengumpul karung akan menggulung setiap 10 lembar karung. Hal ini dilakukan agar memudahkan pengawasan kembali jumlah pupuk yang dibawa ke lapangan, selain itu juga untuk memeriksa apakah seluruh pupuk tersebut sudah ditabur dan tidak ada pupuk yang hilang. Gulungan karung dikumpulkan ke sudut blok untuk memudahkan dalam pengambilan/pengangkutan karung ke unit pupuk. Kemudian dibawa kembali ke gudang dan ditata rapi. Karung bekas pupuk ini dapat digunakan kembali untuk membuat tapak kuda pada areal-areal miring dan dapat digunakan sebagai alas brondolan. Selain itu, potongan jerigen dan sapu lidi digunakan untuk membersihkan pupuk yang tercecer di TPP sehingga kehilangan pupuk dapat diminimalisir dan pupuk tersebut segera di tabur ke tanaman terdekat dari TPP.
Gambar 16. Kegiatan Pengumpulan Karung Bekas Pupuk
Pada saat magang, Gunung Sari Estate sudah menerapkan sistem Rountable and Sustainable of Palm Oil (RSPO) yaitu suatu pengelolaan perkebunan kelapa sawit yang berkelanjutan berdasarkan kelayakan ekonomi, sosial, dan lingkungan. Oleh karena itu, dalam setiap kegiatan operasionalnya Gunung Sari Estate sangat memperhatikan kelestarian dan keramahan lingkungan
54 serta kesehatan dan keselamatan kerja (K3) karyawan. Hal ini dapat ditunjukkan dengan adanya peraturan bahwa aplikasi pupuk anorganik dan kegiatan pengendalian gulma secara kimia tidak boleh melewati area buffer zone, yaitu meliputi area rawa, sungai dan parit yang terdapat dipinggir blok. Batas area buffer zone ini adalah 50 m dari samping kanan dan kiri rawa, sungai dan parit. Hal ini bertujuan untuk menghindari tercemarnya sumber air akibat larutnya pupuk anorganik dan larutan herbisida. Area buffer zone di divisi II ada di blok E23,E24 dan E25 dan dapat dilihat pada Gambar 17.
Gambar 17. Penanda Daerah Penerapan Buffer Zone
Aspek Manajerial Manajemen Kebun Tingkat Non Staf Kegiatan non staf meliputi kegiatan teknis di lapangan dan administrasi kebun. Kegiatan teknis di lapangan dilakukan oleh mandor dan krani divisi bertugas mengurus administrasi kebun di tiap divisi. Dalam mempelajari aspek manajerial tingkat non staf, penulis bertugas sebagai pendamping mandor dan pendamping krani divisi di bawah bimbingan senior asisten. (a) Pendamping Mandor Pada saat magang, penulis berstatus sebagai pendamping mandor mulai dari mandor I, mandor panen, mandor perawatan, mandor Micron Herby Spray (MHS), mandor Tim Semprot Kebun (TSK), dan mandor pupuk. Selama pendamping mandor, penulis bekerja membantu mandor dalam pengawasan dan menjadi supervisi dari setiap kemandoran. (1) Pendamping Mandor I Pada dasarnya mandor I adalah mandor yang membawahi seluruh mandor. Di Gunung Sari Estate mandor I memiliki tugas utama dan sekunder yaitu menjaga rotasi potong buah normal, menjaga mutu hancak, buah dan tunasan, memonitor absensi mandor dan karyawan, memonitor pusingan perawatan tanaman, menjaga lingkungan sosial pondok, mengikuti check roll pagi tiap harinya, melakukan pemeriksaan terhadap kemungkinan buah restan, melakukan evaluasi atas laporan harian mandor panen dan perawatan, serta membuat rencana kerja harian untuk esok harinya didampingi oleh asisten divisi. (2) Pendamping Mandor Panen Panen merupakan kegiatan yang penting dalam perkebunan. Peran aktif mandor panen sangat diperlukan untuk mendapatkan produksi maksimal. Mandor panen dan mandor I memiliki tugas dan tanggungjawab yang hampir sama yaitu harus mengetahui rotasi panen, angka kerapatan panen, blok yang akan dipanen, membagi hancak sekaligus mengabsen karyawan, melakukan cek hancak, menghitung tenaga pemanen, mengisi buku kerja mandor (BKM), dan mendenda karyawan apabila melakukan kesalahan. Pada saat magang, penulis ikut mengawasi proses panen mulai dari pemotongan buah, pengutipan brondolan, dan
56 penyusunan pelepah. Selain itu, penulis juga ikut dalam pengecekan hancak dan mutu buah. (3) Pendamping Mandor Perawatan Selama menjadi pendamping mandor perawatan, penulis ikut mengawasi kegiatan perawatan jalan. Kegiatan rawat jalan merupakan hal yang paling penting karena segala kegiatan di lapangan memerlukan trasportasi sehingga tidak menghambat proses pengangkutan TBS ke PKS. Pengawasan kegiatan rawat jalan yang dilakukan penulis di divisi II Gunung Sari Estate yaitu tunas jalan/penunasan pelepah pada tanaman pinggir di setiap CR, MR dan AR serta pemasangan material/batu pondasi pada jalan yang rusak. Selain itu, penulis juga ikut dalam pengawasan pemindahan dan pemasangan tanda buffer zone. (4) Pendamping Mandor Semprot Mandor semprot memiliki tugas bertangungjawab pada kegiatan pemeliharaan tanaman. Kondisi kebun bersih dari gulma baik di TPH, piringan, pasar rintis, gawangan mati dan kaki lima merupakan tugas utama dari mandor semprot. Oleh karena itu, mandor semprot harus mengetahui dosis dan konsentrasi herbisida, menghitung luasan aplikasi per hari sehingga kuantitas dan kualitas penyemprotan baik. Selama menjadi pendamping mandor semprot, penulis ikut dalam pengawasan pencampuran herbisida, pengamplikasian herbisida, dan mengisi buku kerja mandor. (5) Pendamping Mandor Pupuk Mandor pupuk dan mandor semprot adalah bagian dari mandor perawatan dimana tugas dan tanggungjawabnya pada kegiatan pemeliharaan tanaman. Tugas mandor pupuk adalah membuat rencana pemupukan dengan asisten, mengawasi jalannya pemupukan mulai dari membuat bon pengambilan pupuk dan pengeceren pupuk di lahan. Mandor pupuk juga harus mengetahui konsep 6T yaitu tepat dosis, jenis, tempat, cara, waktu dan alat. Menghitung kebutuhan tenaga kerja dan menghitung luasan yang akan diaplikasi per hari, sehingga realisasi pemupukan dapat tercapai. Selama penulis pendamping mandor pupuk, penulis ikut menghitung kebutuhan pupuk yang akan diaplikasi dan mengawasi penabur pupuk pada saat aplikasi.
57 (6) Pendamping Krani Panen dan Krani Transport Dalam struktur organisasi di divisi II GSE krani panen di bawah oleh krani divisi tetapi dalam tugasnya krani panen membantu mandor panen dalam mencatat jumlah tandan buah dan brondolan yang telah terkumpul di tempat pengumpulan hasil (TPH) dari masing-masing blok, mengisi buku penerimaan buah dan menghitung premi dan basis borong dari tiap pemanen, melakukan pengecekan buah di TPH dari buah mentah, buah busuk, dan gagang panjang. Sehingga buah mentah, buah busuk dan gagang panjang tidak diangkut dan masuk ke PKS. Krani transport memiliki tugas membuat surat pengantar buah (SPB) kemudian diserahkan kepada supir truk pengangkut buah. Surat ini sangat penting, karena jika tidak ada SPB pihak pabrik tidak akan menerima buah untuk di olah. Pada saat magang penulis membantu krani panen dalam pengecekan mutu buah, pelaporan basis borong dan menghitung premi dari pemanen. Sedangkan pada saat menjadi pendamping krani transport, penulis menggantikan krani transport menulis SPB. (7) Pendamping Krani Divisi dan Krani Produksi Krani divisi memiliki tugas mengerjakan administrasi divisi, membuat surat bon pengambilan barang ke gudang, merekap absensi karyawan dari semua kemandoran, membuat rencana kegiatan bulanan (RKB) dengan asisten dan mandor I, mengisi administrasi dinding meliputi kinerja potong buah, produksi bulanan, rekapitulasi pusingan potong buah, melayani karyawan dalam pengambilan gaji dan beras, merekap data divisi ke kantor. Krani produksi memiliki tugas membantu krani divisi dalam pembuatan laporan produksi harian, monitoring administrasi data produksi dan perawatan, membuat kelengkapan peta dan pendukung. Selama penulis menjadi pendamping krani divisi, penulis membantu dalam pengerekapan data ke kantor besar, mengisi buku prestasi kerja karyawan dari tiap kemandoran, membantu krani produksi dalam pelaporan hasil panen.
58 Manajemen Kebun Tingkat Staf Kegiatan staf meliputi Estate Manager, senior asisten, asisten divisi dan kepala administrasi dimana melakukan kegitan pengelolaan kebun. Estate Manager bertanggungjawab baik secara teknis dan administrasi. Estate Manager juga mengkoordinasi manajemen tenaga kerja dan mengevaluasi seluruh kegiatan kebun. Dalam pelaksanaan kegiatan di lapangan Estate Manager dibantu oleh asisten divisi yang bertanggungjawab mengelola divisi masing-masing. Namun selama magang, penulis hanya menjadi pendamping asisten selama dua bulan. Setiap harinya penulis mengikuti lingkaran pagi pukul 05.30 WITA yang dipimpin oleh senior asisten. Asisten divisi memiliki tugas dan tanggungjawab mengelola kegiatan di divisi dengan baik mulai dari perencanaan kegiatan harian, perencanaan kegiatan bulanan, mengawasi dan bertanggungjawab terhadap seluruh kegiatan struktural dan fungsional. Pada saat penulis menjadi pendamping asisten, penulis membantu senior asisten dalam hal pengawasan pemupukan, pengecekan data jembatan, pemasangan hancak panen dari tiap kemandoran, penulisan batas-batas dari tiap blok. Selain itu, membantu asisten dalam dokumentasi kegiatan percobaan pengendalian gulma kentosan.
HASIL DAN PEMBAHASAN Pemupukan merupakan suatu upaya untuk menyediakan unsur hara yang cukup guna mendorong pertumbuhan vegetatif dan generatif yang normal sehingga dapat memberikan produksi tandan buah segar (TBS) yang optimal serta menghasilkan minyak sawit mentah (CPO) yang tinggi baik kuantitas maupun kualitasnya. Dalam meningkatkan produktivitas tanaman kelapa sawit diperlukan penggunakan pupuk secara efektif dan efisien dalam manajemen pemupukan. Manajemen pemupukan harus dibuat sebaik mungkin karena berkaitan dengan biaya, material pupuk, dan tenaga kerja yang jumlahnya relatif besar. Dalam pelaksanaannya, pemupukan di Gunung Sari Estate adalah kegiatan perawatan yang membutuhkan biaya yang paling besar diantara kegiatan yang lainnya yaitu ± 60 % dari seluruh biaya produksi. Oleh karena itu, strategi pemupukan kelapa sawit yang baik harus mengacu pada prinsip efektivitas dan efesiensi yang maksimum. Menurut Pahan (2010) manfaat pemupukan baru akan terlihat apabila unsur hara pupuk yang diberikan cukup tersedia bagi tanaman. Kemampuan tanah untuk menyediakan unsur hara sangat beragam dan tergantung pada berbagai faktor pembatas.
Efektivitas Pemupukan Pupuk adalah bahan yang diberikan ke dalam tanah baik yang organik maupun yang anorganik dengan maksud untuk menganti kehilangan unsur hara dari dalam tanah dan bertujuan untuk meningkatkan produksi tanaman dalam lingkungan yang baik sehingga aplikasi pupuk berpengaruh sangat besar dalam menentukan efektivitas pemupukan. Pemupukan dikatakan efektif jika sebagian besar hara pupuk diserap oleh tanaman. Efektivitas pemupukan yang dilaksanakan di Gunung Sari Estate meliputi prinsip 6T yaitu tepat waktu, tepat dosis, tepat jenis, tepat cara/aplikasi, tepat tempat, dan tepat aman. Tepat waktu. Pemupukan yang dilakukan di Gunung Sari Estate di mulai pagi hari pukul 07.30 WITA pada kondisi cuaca yang cerah dan dilakukan dalam dua periode tiap tahunnya yaitu pada semester I bulan Juli-Desember dan
60 semester II pada bulan Januari-Juni. Pahan (2010) menyatakan bahwa waktu dan frekuensi pemupukan ditentukan oleh iklim (terutama curah hujan), sifat fisik tanah, logistik (pengadaan pemupukan) serta adanya sifat sinergis dan antagonis antar unsur-unsur hara. Waktu pemupukan sangat menentukan besarnya jumlah hara yang diserap oleh tanaman maupun tingkat kehilangan hara pupuk. Pemupukan yang baik adalah dilakukan pada saat tanah dalam kondisi lembab atau tanah dalam berada pada kadar air kapasitas lapang yaitu saat awal dan akhir musim hujan. Salah satu faktor yang mempengaruhi efektivitas pemupukan adalah curah hujan. Hal ini sangat berkaitan dengan tingkat penyerapan hara pupuk oleh tanaman dan kemungkinan kehilangan hara pupuk akibat penguapan (volatilisasi), pencucian (leaching), aliran permukaan (run off) dan erosi. PPKS (2005) menyatakan bahwa manfaat pemupukan yang optimum dilakukan pada saat curah hujan 100-250 mm/bulan. Sedangkan curah hujan minimum adalah 60 mm/bulan dan maksimum 300 mm/bulan. Pada saat curah hujan 100-250 mm/bulan tanah dalam konsidi lembab (kapasitas lapang) sehingga memudahkan terserapnya unsur hara oleh tanaman. Curah hujan di Gunung Sari Estate periode Juli 2010Juni 2011 dapat dilihat pada Gambar 18.
Gambar 18. Grafik Curah Hujan Rata-rata Gunung Sari Estate Periode Juli 2010Juni 2011
61 Rata-rata curah hujan tiap bulan di Gunung Sari Estate periode Juli 2010Juni 2011 tergolong tinggi yaitu 222 mm/bulan. Gambar 18 menunjukkan terjadinya penurunan curah hujan dari 379 mm/bulan menjadi 123 mm/bulan (Oktober ke November 2010) dimana penurunan curah hujan tersebut masih dapat ditolerin dalam pelaksanaan pemupukan karena penurunan masih dalam kondisi curah hujan optimum. Sedangkan penurunan curah hujan yang cukup signifikan dari 203 mm/bulan menjadi 53 mm/bulan (Januari ke Februari 2011) dan penurunan curah hujan dari 165 mm/bulan menjadi 29 mm/bulan (Mei ke Juni 2011) penurunan hujan ini tidak disarankan melakukan aplikasi pemupukan karena berada dibawah curah hujan minimum (<60 mm/bulan) dan kemungkinan kehilangan hara pupuk akibat penguapan (volatilisasi) akan terjadi. Peningkatan curah hujan tertinggi sepanjang periode Juli 2010-Juni 2011 yaitu pada bulan Juli sebanyak 473 mm/bulan. Untuk mendapat manfaat pemupukan yang optimum seharusnya pemupukan dilakukan pada curah hujan 100-250 mm/bulan atau >60 mm/bulan dan <300 mm/bulan yaitu pada bulan November 2010 sampai Januari 2011 serta bulan Maret sampai bulan Mei 2011. Namun, ketidaktersediaan pupuk di gudang dan kondisi cuaca yang kurang menentu dan tidak bisa diperkirakan sehingga pemupukan di Gunung Sari Estate dilakukan sepanjang bulan September 2010 hingga Juni 2011. Selain itu, terjadi keterlambatan dalam pengadaan pupuk dari pusat sehingga pemupukan disesuaikan dengan ketersediaan pupuk di gudang pupuk. Hal ini dilakukan untuk mengejar keterlambatan aplikasi pemupukan dari bulan rekomendasi Departemen Riset dan untuk mencapai realisasi pemupukan 100 % dari program pemupukan tahun 2010/2011. Realisasi aplikasi pemupukan di Gunung Sari Estate berdasarkan rekomendasi pemupukan Departemen Riset tahun 2010/2011 dilakukan dua kali aplikasi yaitu semester I (Juli-Desember) dan semester II (Januari-Juni). Jenis pupuk yang digunakan yaitu untuk jenis pupuk yang mudah larut dan menguap seperti NK Blend (pengganti Urea dan MOP) diaplikasi sebanyak 2 kali setahun (2 rotasi), sedangkan frekuensi untuk pupuk yang lambat larut seperti Dolomit, RP dan HGFB diaplikasi sekali setahun. Untuk realisasi aplikasi pemupukan
62 dapat dilihat pada Tabel 7 dan realisasi pemupukan tahun 2005-2011 di Gunung Sari Estate pada Lampiran 9 . Tabel 7. Realisasi Pemupukan Gunung Sari Estate Periode Juli 2010- Juni 2011. Jenis Pupuk
Rotasi Aplikasi
Bulan Rekomendasi Oktober
NK Blend
1 Nopember 2
RP
1
April Mei Februari Maret
Realisasi CH Rata-Rata Bulan (mm) Oktober 379 November 123 Desember 165 Januari 203 Maret 221 Mei 165 Juni 29 Juni
29
April 238 Mei 165 September 298 HGFB September 1 Januari 203 Februari 53 Keterangan: Aplikasi pupuk NK Blend pada bulan Maret merupakan pupuk ekstra karena jumlah total program/rekomendasi pemupukan semester I (Juli-Desember) sudah terealisasi semua pada bulan Januari dan sebagian jumlah program pupuk bulan Oktober diaplikasi bulan Desember Dolomit
1
Januari
Keterlambatan dalam realisasi pupuk yang terjadi di Gunung Sari Estate umumnya disebabkan tidak adanya ketersediaan pupuk di gudang dan sulitnya mendapat pasokan pupuk dari pusat/pabrik pupuk dan keterbatasan alat transportasi pengantar pupuk dan faktor cuaca yang kurang menentu sehingga menyulitkan pengiriman pupuk melalui laut. Adanya keterlambatan pengadaan pupuk ini dapat menghambat waktu aplikasi pemupukan, misalnya aplikasi pupuk NK Blend yang seharusnya diaplikasi pada semester I akibat dari keterlambatan pengadaan pupuk dan ketersediaan pupuk di gudang waktu aplikasinya bergeser ke semester II. Pergeseran ini menyebabkan aplikasi pupuk di semester II akan lebih banyak dan apabila tidak selesai diaplikasi semua pada aplikasi semester II, sisa pupuk akan masuk dalam rencana pemupukan tahun berikutnya sehingga akan meningkatkan
63 biaya operasional kebun. Pupuk RP, Dolomit dan HGFB juga mengalami keterlambatan dalam aplikasi. Hal ini disebabkan ketersediaan pupuk di gudang dan keterlambatan pengadaan pupuk sehingga bulan rekomendasi pemupukan dari Departemen Riset tidak tercapai dengan baik. Pemupukan RP pada bulan Juni (29 mm/bulan) dan HGFB pada bulan Februari (53 mm/bulan) seharusnya pihak kebun tidak melakukan aplikasi pemupukan karena akan menyebabkan pupuk tidak efektif diserap oleh tanaman dan kehilangan hara pupuk akibat penguapan (volatilisasi) akan terjadi. Tepat dosis. PPKS (2005) menyatakan bahwa setiap ton TBS yang dihasilkan mengandung hara yang setara dengan 6.3 kg Urea, 2.1 kg TSP, 7.3 kg KCL dan 4.9 Kieserit. Hara tersebut harus dikembalikan dalam bentuk pupuk. Jumlah pupuk yang diberikan biasanya lebih besar dari hara yang terbawa panen karena mempertimbangkan adanya kehilangan hara melalui penguapan, pencucian, aliran air dan erosi. Pemupukan merupakan salah satu upaya untuk mengembalikan hara tanaman yang terbawa oleh panen. Manual Referensi Agronomi (2008) menyatakan prinsip dasar pemupukan adalah setiap tanaman harus mendapat pupuk dengan dosis yang sama sesuai dengan rekomendasi pemupukan dari Minamas Research Center (MRC). Ketepatan dosis pupuk dipengaruhi oleh sistem pengeceran pupuk, alat penaburan, cara penaburan dan kondisi fisik lahan meliputi topografi, jembatan, titi pasar rintis dan sebagainya. Pengamatan tepat dosis dilakukan penulis pada saat menjadi pendamping mandor dan asisten. Penulis hanya mengamati tepat dosis pupuk Dolomit dan NK Blend terhadap delapan orang penabur dengan mengamati ketepatan dosis dari masing-masing penabur. Data pengamatan mengenai ketepatan dosis dapat dilihat pada Lampiran 10. Berdasarkan data pengamatan tepat dosis, diketahui bahwa rata-rata dosis pupuk yang diberikan ke setiap tanaman sudah cukup tepat. Dosis rekomendasi MRC untuk pupuk Dolomit yaitu 1.25 kg/pokok sedangkan rata-rata dosis/pokok yang diaplikasikan penabur adalah 1.18 kg/pokok dengan rata-rata persentase ketepatan dosis 94.4 %. Dosis rekomendasi MRC untuk pupuk NK Blend yaitu 2.50 kg/pokok sedangkan rata-rata dosis/pokok yang diaplikasikan penabur adalah 2.80 kg/pokok dengan rata-rata persentase ketepatan dosis 112 %.
64 Penyebab terjadinya perbedaaan persentase aplikasi tepat dosis pupuk adalah beberapa penabur masih kurang disiplin dalam menjalankan instruksi atasan dam mungkin terjadi karena jumlah pupuk yang diterima perusahaan bukan berupa pupuk per karung melainkan berat bersih pupuk, sehingga berat aktual pupuk per karung belum tentu sesuai dengan berat pupuk yang tercantum dalam kemasan. Hal ini dapat menyebabkan tanaman tidak mendapat asupan hara sesuai rekomendasi pemupukan yang telah ditetapkan. Berdasarkan hasil penimbangan yang telah dilakukan oleh Gunung Sari Estate pada saat pupuk masuk ke gudang pupuk, diketahui bahwa rata-rata pupuk perkarung berkisar antara 49.8 kg hingga 49.9 kg per karung. Hal ini disebabkan oleh kemungkinan adanya kerusakan karung pupuk pada saat pengangkutan dari pabrik ke pelabuhan, pelabuhan ke kebun, Selain itu, sistem pengangkutan tanpa untilan juga menyulitkan pengeceran sehingga kemungkinan kehilangan pupuk karena pengeceran semakin banyak. Karena sistem pemupukan tanpa untilan (per karung) tersebut maka jumlah pupuk yang diaplikasikan ke dalam blok belum dapat tepat dosis karena adanya kehilangan pupuk di tiap karungnya. Kehilangan pupuk yang mungkin terjadi adalah berat awal pupuk yang tidak sesuai dengan berat kemasan, pupuk tercecer di dalam gudang, kendaraan pengangkut pupuk dan karung pupuk rusak pada saat proses pengangkutan dan pengeceran dari kendaraan ke TPP. Tepat jenis. Pahan (2010) menyatakan strategi dalam menentukan jenis pupuk diwarnai oleh pertimbangan teknis dan pertimbangan ekonomis. Pertimbangan teknis meliputi sifat pupuk dan sifat tanah, dimana pupuk yang diaplikasikan akan sangat menentukan efisiensi pemupukan. Pertimbangan ekonomis meliputi penggunaan suatu jenis pupuk dikaji dari sisi harga pupuk, nilai harga per satuan, nilai harga per satuan unsur yang tersedia bagi tanaman serta kebutuhan pupuk per satuan luas. Gunung Sari Estate mengalami perubahan penggunaan jenis pupuk. Pada periode Juli 2008-Juni 2009 jenis pupuk yang digunakan adalah pupuk tunggal Urea, MOP, rock phosphate (RP), Dolomit, Kieserit dan HGFB. Namun, pada periode Juli 2009-Juni 2010 terjadi perubahan penggunaan jenis pupuk yaitu Urea dan MOP diganti dengan pupuk majemuk NK Blend. Perubahan penggunaan jenis
65 pupuk ini atas rekomendasi dari Minamas Research Center (MRC). Salah satu hal yang juga menjadi pertimbangan perubahan penggunaan jenis pupuk tersebut adalah tingkat kehilangan hara N pada pupuk Urea yang sangat tinggi. Hal ini didukung oleh kurang menentunya cuaca di Gunung Sari Estate, bila cuaca cerah dan panas maka kemungkinan kehilangan hara karena akibat penguapan (volatilisasi) akan terjadi. Dalam kondisi curah hujan tinggi juga kemungkinan kehilangan hara karena akibat pencucian, dan erosi. Selain itu, manfaat penggunaan pupuk majemuk adalah mampu mengurangi biaya operasional pemupukan. Jenis pupuk yang digunakan pada tanaman menghasilkan di Gunung Sari Estate disajikan pada Tabel 8. Tabel 8. Jenis Pupuk yang digunakan di Gunung Sari Estate Unsur Hara
Pupuk yang digunakan
Nitrogen (N) Kalium (K)
NK Blend
Magnesium (Mg)
Magnesium carbonat (Dolomit) Magnesium sulphate (Kieserite)
Fosfor (P)
Kandungan Unsur % N 13 K2O 36 MgO 18-22 CaO 30
Rock Phosphate (RP)
High Grade Fertilizer Borate (HGFB) Sumber Data: Kemasan Pupuk Boron (B)
MgO
27
P2O5 CaO
28 35
B2O3
48
Tepat cara dan tempat. Cara penaburan pupuk di Gunung Sari Estate adalah cara sebar (brodcasting) secara merata dan tipis pada rumpukan pelepah atau JJK. Penyebaran pupuk berbentuk huruf “U” menyesuaikan penyusunan pelepah, dan pupuk tidak menggumpal. Cara penaburan dan tempat penaburan pupuk yang diaplikasikan sangat mempengaruhi jumlah pupuk yang dapat diserap akar tanaman. Dengan penempatan dan aplikasi yang tepat maka diharapkan tanaman dapat menyerap secara maksimal, meminimalkan kehilangan (losses) hara pupuk dan meminimalkan kompetisi dengan gulma. Penulis melakukan pengamatan ketepatan tempat dengan mengambil 3 blok contoh sebagai pengamatan, yaitu untuk pupuk Dolomit di blok E19, E28 dan I22 dan untuk pupuk NK Blend di blok E21, E23 dan F27. Masing-masing
66 blok dipilih lima baris tanaman (baris 20, 40, 60, 80 dan 100) kemudian dari tiap baris diambil 10 pokok contoh, sehingga totalnya ada 50 pokok/blok pengamatan. Penulis menghitung jarak terdekat dari aplikasi pupuk ke batang tanaman kelapa sawit, kemudian dibandingkan dengan standar perusahaan yaitu 250 ± 50 cm dari batang tanaman kelapa sawit. Penulis hanya melakukan pengamatan ketepatan tempat pada pemupukan NK Blend dan Dolomit. Hasil pengamatan ketepatan tempat dapat dilihat pada Lampiran 11 dan 12. Manual Referensi Agronomi (2008) menyatakan pemupukan pada TM harus dilakukan secara merata pada antrian batang antara 2-3 m dari batang tanaman. Radius tersebut diperhitungkan dari morfologi tanaman bahwa sebaran akar yang optimal mendominasi lingkar batang dengan radius 2-3 m dari tanaman. Selain itu, pada radius tersebut akar kuarterner banyak ditemukan dibawah rumpukan pelepah. Pahan (2010) menyatakan akar kuarterner merupakan salah satu akar absorpsi, dimana akar kuarterner memiliki 54.8% dari 83.7% akar absorpsi. Berdasarkan data hasil pengamatan tepat tempat yang terdapat pada Lampiran 11 dan 12, diketahui bahwa rata-rata radius pupuk NK Blend adalah 248 cm dengan rata-rata persen ketepatan tempat adalah 99.15 % dan rata-rata radius penaburan pupuk Dolomit adalah 255 cm dengan rata-rata persen ketepatan tempat adalah 101.9 %. Hal ini membuktikan bahwa pemupukan di Gunung Sari Estate telah memenuhi prinsip tepat cara dan tempat. Tepat aman. Gunung Sari Estate juga melaksanakan prinsip tepat aman dengan baik. Tepat aman adalah aman bagi penaburnya, aman bagi lingkungan, dan aman pengangkutannya. Aman bagi penaburnya yaitu pihak kebun memberikan alat pelindung diri (APD) yang cukup dan memberikan ekstra fooding yang tiap bulannya. Aman bagi lingkungan, pihak kebun menerapkan konsep buffer zone yaitu dengan membiarkan lahan hijau sepanjang 50 meter pinggir kiri-kanan aliran sungai, sumber mata air disekitar kebun, dan dilarang melakukan kegiatan yang berbahan kimia. Aman pengangkutannya adalah pupuk yang diangkut dari gudang ke lahan tidak tercecer dijalan, kondisi karung pupuk yang diecerkan di tempat pengumpulan pupuk (TPP) tidak sobek sehingga pupuk tidak tercecer di TPP dan di dalam truk. Namun dalam kenyataanya, aman dalam
67 pengangkutan pupuk belum berjalan dengan baik karena masih ada pupuk yang tercecer pada saat pelangsiran pupuk di TPP. Efisiensi Tenaga Kerja Efisiensi Tenaga Kerja. Penentuan jumlah tenaga kerja juga berpengaruh penting terhadap kegiatan pemupukan. Bila tenaga kerja yang digunakan melebihi target maka dapat terjadi inefisiensi tenaga kerja atau pemborosan penggunaan tenaga kerja. Tenaga kerja yang digunakan di Gunung Sari Estate adalah karyawan SKU berjumlah 41 orang yang terdiri dari 21 orang karyawan SKU lama dan 20 orang karyawan SKU yang baru diterima oleh pihak kebun dan empat orang pengecer dari karyawan perawatan. Penerimaan karyawan baru tersebut bersifat sementara. Hal ini dilakukan pihak kebun untuk mengejar target realisasi pemupukan tahun 2010-2011. Namun, ketika aplikasi pemupukan anorganik tidak ada, karyawan SKU baru tersebut akan dipindah ke pekerjaan aplikasi JJK karena selama aplikasi JJK dikerjakan oleh karyawan borongan dan pihak perusahaan tidak memperbolehkan adanya karyawan borongan bekerja di kebun Minamas. Pengawasan kegiatan pemupukan di Gunung Sari Estate dilakukan oleh dua mandor, yaitu satu mandor untuk menghancakkan penabur dan mandor satu lagi untuk mengkawal pengeceran pupuk dari gudang ke lahan aplikasi serta pengeceran pupuk ditiap-tiap TPP. Setelah pengeceran pupuk dan penghancakkan penabur selesai kedua mandor melakukan pengawasan. Pengawasan dilakukan di luar dan di dalam blok. Diluar blok maksudnya mandor mengawasi penabur di sepanjang collection road dan mengecek serta memastikan penabur selesai menabur pupuk pada hancaknya masing-masing. Didalam blok yaitu mandor mengawasi dan memastikan penabur menabur pupuk sampai ke pasar tengah, dan semua pokok mendapat pupuk sehingga dosis pupuk per pokok antara tanaman pinggir dan tengah sama. Prestasi kerja penabur selama penulis magang disajikan dalam Lampiran 13 dan Standar pemupukan untuk berbagai jenis pupuk di Gunung Sari Estate dapat dilihat pada Tabel 6.
68 Defisiensi Hara Mangoensoekarjo dan Semangun (2000) mengemukakan bahwa salah satu penyebab tanaman mengalami defesiensi hara adalah sebagai akibat dari pemupukan yang kurang tepat. Selain itu, disebabkan oleh dosis pemupukan yang dilakukan sebelumnya tidak sesuai dengan kebutuhan hara tanaman, kurang efektifnya pemupukan sebelumnya karena pupuk menguap, tercuci air dan piringan pada saat pemupukan yang belum bersih dari gulma sehingga pemupukan kurang tepat sasaran. Defisiensi hara terjadi bila ada hara yang kurang dalam tubuh tanaman maka akan terjadi hambatan pertumbuhan yang bila berlanjut gejala kekurangan unsur hara tersebut dapat terlihat jelas pada kondisi fisik yang ada dan akan menimbulkan gejala-gejala khas yang umumnya dapat dilihat pada daun. Kadar hara daun ke-17 yang menunjukkan defisiensi, optimal, dan berlebihan pada tanaman kelapa sawit. Menurut Pahan (2010) ciri-ciri tanaman kelapa sawit yang mengalami defisiensi unsur N adalah daun menguning (klorosis) mulai dari ujung anak daun. Defisiensi unsur P anak daun dan pelepah menjadi kemerah-merahan. Defisiensi unsur K bagian tepi anak daun mengering (nekrosis). Defisiensi unsur Mg terjadi klorosis pada daerah sekitar tulang daun sedangkan sebahagian helaian daunnya masih hijau. Defisiensi unsur Ca adalah anak daun muda pada titik tumbuh melengkung yang kemudian mengering pada bagian ujungnya. Sedangkan defisiensi unsur B daun termuda menjadi kecokelatan, membengkok (hook leaf), tumbuh pendek sehingga ujung pelepah melingkar (rounde frond tip), anak daun pada ujung pelepah muda berubah bentuk menjadi kecil seperti rumput (bristle tip) atau tumbuh rapat, pendek, seolah-olah bersatu dan padat (little leaf). Gambar defisiensi hara K, Mg dan B dapat dilihat pada Gambar 16. Penulis melakukan pengamatan secara visual terhadap gejala defisiensi hara yang tampak pada tanaman kelapa sawit di divisi II Gunung Sari Estate. Pengamatan tersebut diambil dengan membandingkan daun kelapa sawit dengan contoh gambar daun yang mengalami defisiensi. Setiap pohon sampel yang teridentifikasi mengalami satu atau lebih defisiensi hara diasumsikan hanya mengalami satu defisiensi hara dengan gejala yang terlihat paling dominan.
69 Contoh gambar tersebut diperoleh penulis dari pihak MRC pada saat pengambilan sampel analisis daun (LSU) untuk rekomendasi pemupukan 2011/2012. Data yang diperoleh penulis hanya dari dua blok kebun dari total 15 blok yang ada di Gunung Sari Estate untuk menjadi areal pengamatan, yaitu pada blok F19 dan E24. Masing-masing blok dipilih 10 baris tanam (3, 15, 27, 39, 51, 63, 75, 87, 99 dan 101). Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 9 dan Tabel 10. Tabel 9. Hasil Pengambilan Contoh Daun dan Gejala Kekurangan Hara Jumlah Pokok Pokok Defisiensi Sehat Sakit N K Mg B 3 30 1 2 2 1 15 32 1 1 2 1 27 31 2 1 1 39 29 2 2 1 51 33 3 2 2 63 33 1 3 2 75 33 2 3 3 87 33 2 3 99 32 2 3 1 1 101 33 3 1 4 Total 319 7 1 24 17 12 Sumber Data : Hasil Pengamatan Penulis (Mei, 2011) Blok F19 1995
No Baris
Fe
1 1
Tabel 10. Hasil Pengambilan Contoh Daun dan Gejala Kekurangan Hara Blok E24 No Baris 1995
Jumlah Pokok Sehat Sakit
N
Pokok Defisiensi K Mg B
3 32 1 1 2 15 31 2 27 33 1 3 39 33 2 51 33 3 63 33 3 75 32 3 87 34 4 99 33 2 101 33 1 1 Total 327 2 2 25 Sumber Data : Hasil Pengamatan Penulis (Mei, 2011)
1 1 2 3 1 2 5 4 5 2 26
Fe
1 2 4 1 1 1 2 3 15
1
1 2
70 Berdasarkan pengamatan visual defisiensi unsur hara yang diamati penulis pada blok F19 dan E24 seperti pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa jumlah tanaman contoh yang tumbuh normal adalah 79.26 % dari total tanaman contoh sebanyak 646 pokok sampel, sedangkan defisiensi hara terbanyak adalah hara K (7.59 %), diikuti defisiensi Mg (7 %), defisiensi B (4.18 %), defisiensi N dan Fe (0.46 %). Penulis tidak menemukan tanaman yang mengalami defisiensi P dan Cu. Penyebab terjadinya defisiensi hara diduga karena jenis tanah di divisi II Gunung Sari Estate tergolong pada ordo Oxisol, tekstur tanah berpasir dan rendahnya KTK pada sebagian areal. Hal ini bisa mengakibatkan unsur hara yang diperlukan tanaman tidak bisa diserap secara optimal dari tanah atau unsur hara pada tanah tidak tersedia bagi tanaman. Defisiensi hara K merupakan defisiensi hara terbesar, defisiensi ini lebih disebabkan oleh tekstur tanah di divisi II GSE adalah berpasir dengan KTK yang rendah sehingga ion K+ yang dapat ditukar dalam tanah tergolong rendah. Gejala defisiensi hara Mg muncul diduga karena kondisi jenis tanah di divisi II GSE tergolong dalam ordo Oxisol dengan seri tanah MM-18 Pertoferric Halludox dimana bila musim hujan dengan intensitas tinggi kondisinya peka terhadap kehilangan pupuk akibat terjadinya pencucian hara yang tinggi akibat adanya lapisan Pertoferric Halludox yang dangkal. Defisiensi B diduga terjadi karena adanya keterlambatan dalam aplikasi sehingga kandungan B dalam tanah rendah (tidak cukup) atau tidak tersedia bagi tanaman. Gejala defisiensi di Gunung Sari Estate dapat dilihat pada Gambar 19.
Gambar 19. Gejala Defisiensi Unsur Hara (a) Defisiensi B, (b) Defisiensi K, (c) Defisiensi Mg
71 Produktivitas Produktivitas merupakan hasil dari kegiatan pemeliharaan tanaman. Salah satu kegiatan pemeliharaan tanaman yang sangat mempengaruhi produktivitas adalah pemupukan. Pemupukan merupakan suatu upaya untuk menyediakan unsur hara yang cukup guna mendorong pertumbuhan vegetatif dan generatif yang normal sehingga dapat memberikan produksi tandan buah segar (TBS) yang optimal serta menghasilkan minyak sawit mentah (CPO) yang tinggi baik kuantitas maupun kualitasnya. Berdasarkan Tabel 4 produktivitas di Gunung Sari Estate pada tahun 2006-2009 mengalami penurunan. Hal ini bisa disebabkan oleh distribusi curah hujan dua tahun sebelumnya, persentase realisasi pemupukan dua tahun sebelumnya. Rata-rata curah hujan tahun 2004-2010 sudah tergolong baik. Namun, rata-rata bulan kering (BK) juga cukup tinggi pada tahun 2004 dan 2007 yaitu dalam setahun ada 3 kali bulan keringnya dengan CH <60 mm/bulan. Pahan (2010) menyatakan peningkatan bulan kering dapat menyebabkan fungsi stomata dan asimilasi karbon di daun tidak berjalan dengan baik. Penutupan stomata dipengaruhi oleh status air dalam sistem atmosfer tanaman serta mekanisme asimilasi karbon, sehingga terjadi penurunan jumlah tandan. Realisasi rata-rata pemupukan tahun 2004 (83 %) dan 2005 (24 %), 2006 (83 %), 2008 (77 %) dan 2009 (52 %) ini tergolong sangat rendah terlebih pada tahun 2005 realisasinya sangat rendah sekali, sehingga kebutuhan hara bagi tanaman tidak tercukupi dan menyebabkan penurunan jumlah tandan dan ukuran tandan. Sedangkan tahun 2007 (119 %), 2010 (100 %), dan 2011 (100 %) merupakan realisasi pemupukan yang tergolong baik. Penurunan produksi tahun 2008-2009 juga dipengaruhi dengan adanya pergantian hitungan awal dan akhir tahun yang dilakukan pihak perusahaan untuk semester I yaitu Juli-Desember dan semester II yaitu bulan Januari-Juni. Selain itu, tanaman kelapa sawit di Gunung Sari Estate juga mengalami defisiensi unsur hara. Salah satunya defisiensi unsur hara Mg dan K, ciri-ciri kekurangan Mg adalah daunnya menguning yang bermula dari tepi daun. Daun menguning dikarenakan tanaman kekurangan klorofil sehingga tanaman tidak dapat
72 melakukan proses fotosintesis. Hal ini akan berpengaruh terdapat produksi TBS sehingga akan memungkinkan terjadi penurunan produktivitas TBS. Sedangkan defisiensi K berpengaruh terhadap jumlah dan ukuran tandan. Data produksi yang diperoleh penulis selama magang yaitu data produksi bulan Februari-Mei 2011 menujukkan peningkatan produktivitas yang sangat baik. Data produksi dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11.
Produksi dan Produkitivitas TBS di Gunung Sari Estate Periode Februari-Mei 2011 Produktivitas Berat Janjang Bulan Luas (ha) Produksi (ton) (ton/ha) Rata-Rata (kg) Februari 2 571 34 933 13.585 16.64 Maret 2 571 40 096 15.593 16.65 April 2 571 54 268 21.110 16.80 Mei 2 571 51 211 19.916 16.95 Sumber Data : Kantor Besar Gunung Sari Estate Peningkatan produksi ini dipengaruhi oleh sistem BHS yang berjalan
dengan baik, mulai dari pusingan potong buah yang baik, tidak adanya buah restan dan buah tinggal di pokok, pengawasan mandor yang baik, dan perawatan infrastuktur jalan yang baik. Pihak kebun juga memprediksi akan mendapat produksi melebihi budget sebesar 1.03 persen dari budget awal sehingga rata-rata produktivitas Gunung Sari Estate pada tahun ini mencapai ± 23 ton/ha.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Secara umum dalam mencapai efektivitas pemupukan, pemupukan di Gunung Sari Estate dengan sistem BMS mengaju pada prinsip 6T yaitu, tepat waktu, jenis, dosis, cara, tempat dan aman. Ketersediaan stok pupuk digudang menjadi faktor utama Gunung Sari Estate belum memenuhi prinsip tepat waktu dalam aplikasi pemupukan sehingga pemupukan tetap dilakukan tiap bulannya walaupun CH <60 mm/bulan dan >300 mm/bulan. Keterlambatan dalam pengadaan pupuk yang terjadi di Gunung Sari Estate umumnya disebabkan oleh sulitnya mendapat pasokan pupuk dari pusat/pabrik pupuk dan keterbatasan alat transportasi pengantar pupuk dan faktor cuaca yang kurang menentu sehingga menyulitkan pengiriman pupuk melalui laut Gunung Sari Estate sudah cukup memenuhi prinsip tepat dosis. Perbedaan persentase ketepatan dosis dikarenakan ketidaksamaan berat kemasan pupuk dengan berat aktualnya dan adanya penabur yang kurang memahami instruksi atasan (asisten dan mandor). Prinsip tepat jenis di Gunung Sari Estate sudah memenuhi karena jenis pupuk yang digunakan sesuai dengan rekomendasi pemupukan dari MRC. Prinsip tepat tempat di Gunung Sari Estate sudah memenuhi syarat bahwa rata-rata radius pupuk NK Blend adalah 248 cm dengan rata-rata persen ketepatan tempat adalah 99.15 % dan rata-rata radius penaburan pupuk Dolomit adalah 255 cm dengan rata-rata persen ketepatan tempat adalah 101.9 % dengan standar kebun 250 ± 50 cm dari batang kelapa sawit. Selain itu, prinsip tepat aman di Gunung Sari Estate juga sudah sesuai, terlihat dari kelengkapan APD penabur, adanya buffer zone yaitu areal yang tidak mendapat aplikasi herbisida dan pemupukan. Namun, aman dalam pengangkutannya belum terlaksana dengan baik. Gejala defisiensi hara N, K, Mg, B dan Fe yang terjadi diduga karena kondisi jenis tanah di divisi II GSE tergolong dalam ordo Oxisol dengan seri tanah MM-18 Pertoferric Halludox dimana bila musim hujan dengan intensitas tinggi kondisinya peka terhadap kehilangan pupuk akibat terjadinya pencucian hara yang tinggi akibat adanya lapisan Pertoferric Halludox yang dangkal,
74 tekstur tanah berpasir, dan realisasi pemupukan yang terlambat. Keterlambatan pemupukan akan mengakibatkan menurunnya produktivitas tanaman kelapa sawit. Penggunaan tenaga kerja di Gunung Sari Estate sudah tepat dan seimbang, dan memiliki prestasi kerja lebih tinggi dari norma yang ada serta adanya kebijakan perusahaan untuk meningkatkan motivasi kerja dan kesejahteraan karyawan dengan berlakunya sistem premi bagi penabur pupuk.
Saran Perlu adanya kalibrasi alat seperti alat takaran yang digunakan agar dalam penaburan dosis pupuk per pokok dapat sesuai dengan dosis rekomendasi pemupukan. Pendataan kembali jumlah karung pupuk yang sudah digunakan untuk diangkut dari lahan dan dikembalikan ke tempat pengumpulan di kantor divisi masing-masing. Adanya perbaikan terhadap infrastruktur jalan agar tidak menghambat transportasi pupuk saat pelangsiran dan perbaikan titi panen sebagai jembatan dalam blok sehingga tidak menghambat proses penaburan pupuk di areal berpalung. Peningkatan pengawasan pemupukan saat pengeceran dan penaburan. Pengendalian gulma dipiringan yang tepat waktu. Ketersediaan pupuk di gudang diharapkan tepat waktu.
DAFTAR PUSTAKA Adiwiganda, R dan M. M. Siahaan. 1994. Tanah dan Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit. Lembaga Pendidikan Perkebunan Kampus Medan. Medan Adiwiganda, R. 2005. Pertimbangan Penggunaan Pupuk Majemuk pada Berbagai Kelas Kesesuain Lahan di Perkebunan Kelapa Sawit. Prosiding Pertemuan Teknis Kelapa Sawit 2005. PPKS Medan. 9-25 hal. Andayani, D. 2008. Pengelolaan Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis, Jacq.) Tanaman Menghasilkan di PT. Era Mitra Agro Lestari (BSP Group), Sarolangun, Jambi. Skripsi. Program Studi Agronomi, Fakultas Pertanian IPB. Bogor. Brachia, M.F. 2007. Serapan N, P, K dan Berat Tandan Buah Segar Sawit pada Tanah Mineral Masam Bengkulu. Jurnal Ilmu–ilmu Pertanian Indonesia 3:295-299. Departemen Pertanian. 2009. Manajemen Pemeliharaan Tanaman Kelapa Sawit. http://www.pemupukan.info/2009/09/memupuk-kebun-sawit-di-riau.html. [ 7 januari 2011]. Direktorat Jenderal Perkebunan. 2010. Pendataan Lengkap Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia Tahun 2010. Direktorat Jenderal Perkebunan, Departemen Pertanian. Jakarta. Firmansyah, N. 2008. Pemupukan Secara Mekanis dengan Fertilizer Spreader pada Tanaman Kelapa Sawit di Perkebunan PT. Sawit Mas Sejaterah (Sinar Mas Group), Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan. Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hakim, M. 2007. Kelapa Sawit. Teknis Agronomi dan Manajemennya (Tinjauan Teoritis dan Praktis). Lembaga Pupuk Indonesia. Jakarta. 296 hal. Mangoensoekarjo, S. 2007. Manajemen Tanah dan Pemupukan Budidaya Perkebunan. Yogyakarta: Gadjah Mada Unversity Press. Manual Referensi Agronomi. 2008. Buku Pedoman Teknis Kelapa Sawit. Minamas Plantation. Jakarta. 738 hal. Lubis, A. U. 1992. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) Di Indonesia. Pusat Penelitian Kelapa Sawit Marihat. Pematang Siantar. Pahan, I. 2010. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta. 411 hal. Poeloengan, Z, M. L. Fadli, Winarna, S. Rahutomo, dan E. S. Sutarta. 2003. Permasalahan pemupukan pada perkebunan kelapa sawit, hal. 67-80. Dalam W. Darmosarkoro, E. S. Sutarta dan Winarna (Eds). Lahan dan Pemupukan Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan. PPKS. 2005. Pemupukan Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan. 42 hal.
76 Purwito, T. 2007. Pengelolaan Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit Menghasilkan di PT Agrowiyana, Jambi. Skripsi. Program Studi Agronomi Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor: Bogor, 30-35. Rahutomo, S., M. L. Fadili, dan E. S. Sutarta. 2006. Prediksi kebutuhann pupuk untuk perkebunan kelapa sawit di Indonesia hingga 2010. Buletin WARTA Pusat Penelitian Kelapa Sawit 2006 Vol.(3):23-24. Sunarko. 2008. Petunjuk Praktis Budidaya dan Pengolahan Kelapa Sawit. Jakarta: Agromedia Pustaka. Sutarta, E. S., dan Winarna. 2002. Upaya Peningkatan Efisiensi dan Langkah Alternatif Pemupukan pada Tanaman Kelapa Sawit. Bulletin WARTA Pusat Penelitian Kelapa Sawit 10 (2-3) : 23-32.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Jurnal Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian Lepas di Gunung Sari Estate, PT. Ladangrumpun Suburabadi, Minamas Plantation. Kec. Angsana, Kab. Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan. Lampiran 2. Jurnal Kegiatan Magang sebagai Pendamping Mandor di Gunung Sari Estate, PT. Ladangrumpun Suburabadi, Minamas Plantation. Prestasi Kerja (satuan/HK) Tanggal Uraian Kegiatan Lokasi Keterangan Penulis Karyawan Standar 14-Feb-11 Tiba di GSE PT. LSI Kantor Besar 15-Feb-11 Libur Maulid Nabi 16-Feb-11 Orientasi di GSE Divisi II Kantor Divisi 17-Feb-11 Pemanenan 13 Janjang 128 Janjang 126 Janjang Blok E14;F13 18-Feb-11 Pemanenan 16 Janjang 132 Janjang 126 Janjang Blok E11;F12 19-Feb-11 Pemanenan 13 Janjang 129 Janjang 126 Janjang Blok G21 20-Feb-11 Libur 21-Feb-11 Semprot Gawangan (TSK) 1 Ha 3 Ha 3 Ha Blok F25 22-Feb-11 Kutip Brondolan 200 Kg 260 Kg 225 Kg Blok H20.H21 23-Feb-11 Kutip Brondolan 250 Kg 400 kg 225 Kg Blok H19.H20 24-Feb-11 Leaf Sampling Unit (LSU) 30 Ha 30 Ha 30 Ha Blok E24.E25 25-Feb-11 Aplikasi Janjang Kosong (JJK) 1 Ton 7 Ton 5 Ton Blok E19 26-Feb-11 Rawat Jalan 300 m 500 m Blok E18.E19 27-Feb-11 Libur 28-Feb-11 Dongkel Anak Kayu (DAK) 26 Ha 26 Ha Blok I22 01-Mar-11 Rawat Jalan 350 m 550 m Blok G19 02-Mar-11 Semprot Piringan (MHS) 1 Ha 5 Ha 5 Ha Blok E32.E33 Divisi I 03-Mar-11 Tunas pasar 300 m 500 m Blok F25.F26 05-Mar-11 Libur Nyepi 06-Mar-11 Libur 07-Mar-11 Pemanenan 16 Janjang 132 Janjang 126 Janjang Blok F13.F14 08-Mar-11 Dongkel Anak Kayu (DAK) 28 Ha 28 Ha Blok H22 09-Mar-11 Tunas Jalan 300 m 300 m Blok F27 10-Mar-11 Kerani Panen Blok G18.G19 11-Mar-11 Dongkel Anak Kayu (DAK) 31 Ha 31 Ha Blok G22 12-Mar-11 Semprot Piringan (MHS) 1 Ha 5 Ha 5 Ha Blok F38 Divisi I 13-Mar-11 Libur 14-Mar-11 Pemindahan tanda Buffer Zone H20.G23.F22
78
Tanggal
15-Mar-11 16-Mar-11 17-Mar-11 18-Mar-11 19-Mar-11 20-Mar-11 21-Mar-11 22-Mar-11 23-Mar-11 24-Mar-11 25-Mar-11 26-Mar-11 27-Mar-11 28-Mar-11 29-Mar-11 30-Mar-11 31-Mar-11 01-Apr-11 02-Apr-11 03-Apr-11 04-Apr-11 05-Apr-11 06-Apr-11 07-Apr-11
Kec. Angsana, Kab. Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan. Prestasi Kerja Penulis Jumlah Luas Areal Lama Uraian Kegiatan HK yang yang Kegiatan Diawasi Diawasi (Jam) (Orang) (Ha) Pemasangan Tanda Buffer Zone 7 Pengawasan Panen 12 42 7 Pengawasan Efluen 1 28.811 7 Pengawasan Panen 13 47 5 Krani Panen 8 Libur Pengawasan Perawatan 4 7 Pengawasan Panen 6 25 7 Krani Panen 8 Penanaman Mahoni 7 Pemasangan Pheremone 5 Pengawasan Panen 10 43 7 Libur Pemupukan Dolomit 9 58 7 Krani Transport 7 Pengawasan Panen 13 46 7 Pengawasan Aplikasi JJK 6 6 7 Pengawasan Pemupukan Dolomit 16 59 5 Pengawasan Pemupukan Dolomit 16 99 7 Libur Pengawasan Pemupukan 21 73 7 Sensus Jembatan 7 Sensus Jembatan 7 Pengawasan Pemupukan Dolomit 21 58 3
Lokasi
Blok E23.E24.E25 Blok F25.26.27.28 Blok H19 Blok E21.22.23.24 Blok E24.25.26.27.28 Blok F25. G22 Blok G18.19 Blok H18.19.20 Div III Blok E20-E21.F20.G20 Blok F23.24.25.26 Blok E27.28 Blok F19.20.21.22 Blok E21 Blok E19.E20 Blok E20-E24 Blok E24-E26 I20-I22; H18-H22;G23 G18-G22;F19-F22 Blok E27.E28
Keterangan
Pak Agus Hariadi Pak Suradi Pak Yunsensius Pak Sunardi Pak Yugo Pak Adam Pak Agus Hariadi Pak Agus Hariadi Pak Agus Hariadi Pak Sunardi Pak Sugeng Pak Untung Pak Sunardi Pak Tarno Pak Sugeng Pak Sugeng Pak Sugeng Pak Surani Pak Surani Pak Sugeng
79 Lampiran 2. (Lanjutan)
Tanggal
Uraian Kegiatan
08-Apr-11 09-Apr-11 10-Apr-11 11-Apr-11 12-Apr-11
Pengawasan Pemupukan Dolomit Kerani Transport Libur Pembuatan Baris Hancak Panen Pembuatan Baris Hancak Panen
Prestasi Kerja Penulis Jumlah Luas Areal Lama HK yang yang Kegiatan Diawasi Diawasi (Jam) (Orang) (Ha) 18 62 5 7 7
Lokasi
Blok F28.E27 K. Divisi K. Divisi
Keterangan
Pak Sugeng Pak Welem -
80 Lampiran 3. Jurnal Kegiatan Magang sebagai Pendamping Asisten di Gunung Sari Estate, PT. Ladangrumpun Suburabadi, Minamas Plantation. Kec. Angsana, Kab. Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan. Prestasi Kerja Penulis Jumlah Luas Areal Lama Mandor yang Kegiatan Tanggal Uraian Kegiatan Lokasi Keterangan yang Diawasi (Jam) Diawasi (Ha) (Orang) 15-Apr-11 16-Apr-11 17-Apr-11 18-Apr-11 19-Apr-11 20-Apr-11 21-Apr-11 22-Apr-11 23-Apr-11 24-Apr-11 25-Apr-11 26-Apr-11 27-Apr-11 28-Apr-11 29-Apr-11 30-Apr-11 01-Mei-11
Pengawasan Pengambilan LSU Administrasi Divisi Libur Pengawasan Pemupukan Dolomit Administrasi Divisi Administrasi Divisi Administrasi Divisi Libur Paskah Pemasangan Tanda K3 Libur Pengawasan Pemupukan Dolomit Pemasangan Baris Hancak Panen Pembuatan Baris Hancak Panen Supervisi Dosen Supervisi Dosen Meeting Asisten dan Mandor Libur
2 2 -
62 111 59 -
7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 3 -
Blok E24.E25 Kantor Divisi Blok H18.I20.21.22 K. Divisi K. Divisi K. Divisi Jembatan Divisi II Blok E40.E41 Blok F24.F28 Kantor Divisi Kantor Besar Mess Angsana Kantor Divisi -
Pak Topan Pak Sugeng Ibu Munawarah Pak Topan Pak Topan Pak Surani Pak Sugeng Bapak Ade Wachjar Bapak Ade Wachjar Pak Syafrizal Taher -
81 Lampiran 3. (Lanjutan)
Tanggal
Uraian Kegiatan
02-Mei-11 03-Mei-11 04-Mei-11 05-Mei-11 06-Mei-11 07-Mei-11 08-Mei-11 09-Mei-11 10-Mei-11 11-Mei-11 12-Mei-11 13-Mei-11 14-Mei-11 15-Mei-11 16-Mei-11 17-Mei-11 18-Mei-11 19-Mei-11
Administrasi Divisi Pengamatan Defisiensi Hara Pengamatan Defisiensi Hara Pemasangan Baris Hancak Panen Pembuatan Tanda K3 Pemasangan Tanda K3 Libur Pengawasan Pemupukan NK Blend Pengawasan Pemupukan NK Blend Pengawasan Pemupukan NK Blend Pengawasan Pemupukan NK Blend Pengawasan Pemupukan NK Blend Pengawasan Pemupukan NK Blend Pengawasan Pemupukan NK Blend Libur Libur Pengawasan Pemupukan NK Blend Percobaan Pengendalian Kentosan
Jumlah Mandor yang Diawasi (Orang) 2 2 2 2 2 2 2 2 -
Prestasi Kerja Penulis Luas Areal Lama yang Kegiatan Diawasi (Jam) (Ha) 94 85 89 114 70 112 71 111 4
7 2 2 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 5
Lokasi
Kantor Divisi Blok F19 Blok E24 Blok E27.E28 Traksi GSE Jembatan Divisi II Blok D17.18.19 Blok D14.15.16 Blok D11.12.13 Blok E07.08.09.10 Blok C09.10.11.12.13 Blok G05.06.07.08 G04.E06.D08.09.10 Blok I20.21.22.H22 Blok F21.F22
Keterangan
Pak Topan Pak I Putu Eka Pakk Surani Divisi III (Pak Sugeng) Divisi III (Pak Sugeng) Divisi III (Pak Sugeng) Divisi III (Pak Sugeng) Divisi III (Pak Sugeng) Divisi III (Pak Sugeng) Divisi III (Pak Sugeng) Divisi II (Pak Sugeng) Divisi II (Pak Sugeng)
82 Lampiran 3. (Lanjutan)
Tanggal
Uraian Kegiatan
20-Mei-11 21-Mei-11 22-Mei-11 23-Mei-11 24-Mei-11 25-Mei-11 26-Mei-11 27-Mei-11 28-Mei-11 29-Mei-11 30-Mei-11 31-Mei-11 01-Juni-11 02-Juni-11 03-Juni-11 04-Juni-11 05-Juni-11 06-Juni-11 07-Juni-11
Administrasi Kantor Besar Pengawasan Pemupukan Libur Pengawasan dan Pengamatan Pupuk Pengawasan Pemupukan Pengawasan Pemupukan Pengawasan dan Pengamatan Pupuk Pengawasan Pemupukan Administrasi Kantor Besar Libur Administrasi Divisi Administrasi Divisi Pembuatan Laporan Pemeriksaan Laporan Draft I Pengecetan Batas Blok Pengecetan Batas Blok Libur Pengambilan Data Pengeceran Beneficial Plant
Prestasi Kerja Penulis Jumlah Luas Lama Mandor Areal Kegiatan yang yang (Jam) Diawasi Diawasi (Orang) (Ha) 7 2 90 7 2 126 7 2 90 7 2 119 7 2 99 7 2 118 7 7 7 7 7 7 -
Lokasi
Kantor besar Blok G18.19.20 Blok F28.27.26.25 Blok F21.22.23 Blok E25.26.27.28 Blok E20.21.22.23 Blok E19.F19.20.21 Kantor Besar Kantor Divisi Kantor Divisi Kantor Besar Kantor Divisi Traksi Lama Traksi Lama Kantor Besar Disivi III
Keterangan
Pak Tugianto Divisi II (Pak Sugeng) Divisi II (Pak Sugeng) Divisi II (Pak Sugeng) Divisi II (Pak Sugeng) Divisi II (Pak Sugeng) Divisi II (Pak Sugeng) Pak Tugianto Pak Topan Pak Topan Pak Tugianto Pak Syafrizal Taher Pak Syafrizal Taher Pak Syafrizal Taher Pak Tugianto Pak Syafrizal Taher
83
Lampiran 3. (Lanjutan)
Tanggal
Uraian Kegiatan
09-Juni-11 10-Juni-11 11-Juni-11 12-Juni-11 13-Juni-11 14-Juni-11
Pengambilan Data Pemberian Laporan Draft II Perbaikan Laporan Draft II Libur Penyerahan Laporan Pulang ke Bogor
Prestasi Kerja Penulis Jumlah Luas Lama Mandor Areal Kegiatan yang yang (Jam) Diawasi Diawasi (Orang) (Ha) -
Lokasi
Kantor Divisi Kantor Divisi Kantor Divisi Kantor Besar
Keterangan
Ibu Munawarah Pak Syafrizal Taher Pak Syafrizal Taher Pak Syafrizal Taher
84 Lampiran 4. Peta Kebun Gunung Sari Estate
N W
E S
85
Lampiran 5. Peta Luas dan Jenis Areal di Gunung Sari Estate
TAHUN DIVISI
LUAS TANAM
I
II
III TOTAL
LUAS
% TERHADAP
AREAL MARGINAL
LUAS DIVISI
1996
86
86
11
1998
679
92
12
1995
551
194
20
1996
440
152
15
1996
384
131
16
1998
431
147
18
1995
551
194
8
1996
910
369
14
1998
1.110
239
9
2.571
802
31
GRAND TOTAL AREAL SANGAT BERPASIR
540 Ha
AREAL BERBATU
59 Ha
AREAL PALUNG
257 Ha
86 Lampiran 6. Curah Hujan di Gunung Sari Estate Tahun 2002-2010 Bulan
Tahun 2002 CH 164 384 121
2003
Juli Agustus September
HH 11 19 11
HH 13 13 15
CH 367 343 222
Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Total Rata-rata BB BK
13 282 12 193 8 242 4 45 14 521 7 75 2 22 4 48 2 32 2 47 0 0 3 212 2 22 11 360 8 88 9 223 14 269 16 443 104 2.147 109 2.578 9 179 9 215 8 7 3 4
2004 HH 16 12 10 10 4 6 12 0 3 3 6 11 93 8
CH 389 299 178
2005 HH 12 0 3
2006
CH 379 0 56
HH 8 12 7
CH 178 243 27
Rata-rata 2007 HH 6 4 2
CH 76 31 25
2008 HH 17 7 7
CH 568 306 95
2009 HH 15 18 10
CH 435 397 261
HH 8 3 2
CH 127 18 6
HH 12 10 7
CH 298 225 110
242 3 94 12 197 0 0 8 92 15 220 10 253 9 175 165 6 119 12 111 6 73 10 168 17 222 18 316 9 162 57 11 200 12 146 15 230 7 31 14 104 19 414 12 198 379 9 157 13 109 14 167 10 181 17 201 19 414 11 186 0 18 379 13 149 18 311 12 108 15 207 15 328 11 173 56 20 475 16 215 15 241 11 130 13 266 21 452 11 227 94 18 310 12 234 15 283 16 278 8 114 16 312 11 223 119 15 363 7 61 8 378 11 325 12 225 16 239 10 225 200 6 76 19 772 17 655 9 291 2 16 21 396 13 346 2.178 121 2.662 439 2.424 120 2.470 125 2.573 156 2.668 168 3.056 159 2.528 182 10 222 12 204 10 206 10 214 13 222 14 255 11 211 8 8 10 7 9 11 10 12 3 2 1 3 1 1 2 0
Sumber Data: Kantor Besar GSE (Mei, 2011) Q = Total BB/Total BK × 100% = 22.22 % Keterangan: CH : curah hujan HH : hari hujan BB : bulan basah (>100 mm) BK : bulan kering (<60 mm)
2010
Berdasarkan klasifikasi Schmidth-Ferguson termasuk tipe iklim B (basah) Tipe iklim A = 0.5% - 14.3 %. iklim B = 14.3% - 33.3%
87 Lampiran 7. Struktur Organisasi di Gunung Sari Estate
Estate Manager
Senior asisten
Asisten Divisi
Mandor I
KTU/ Kasie
Kerani Divisi
Kepala Poliklinik
Kantor Besar
Kepala Mekanik Mandor Panen Mandor Traksi
Kerani Traksi
Mandor Semprot dan Pupuk
Mandor Perawatan
Kerani Panen
Kepala Gudang
Kepala Keamanan
88 Lampiran 8. Data Karyawan di Gunung Sari Estate No
Keterangan
Divisi I L
Staf 1 Estate Manager 2 Kasie 3 Senior Asisten 4 Asisten Divisi Non Staf 1 a. Mandor I b. Mandor c. Pekerja Langsung Panen Perawatan d. Pekerja Tidak Langsung SKU Bulanan SKU Harian Total
P
II L
Traksi III L
P
P
L
Kantor Besar P
L
P
1 1
1 6
1 9
Jumlah
1 1 6
3 21
3 21
2 20
41 21
42 71
49 25
11 15
2 9 84
3 25
2 9 83
4 117
3 7 91
4 30
II.B.
P
1 1 1 2
46 20
KARYAWAN Jumlah STAF 1. Est.Manager 1 2. Sr. Asisten 1 3. Asisten 2 4. Staf QA 5. Kasi 1 Total 5 Sumber Data: Kantor Besar Gunung Sari Estate (Mei, 2011)
L 1 1 1 2
1 1
Total
11 15 26
KARYAWAN NON STAF 1. SKU-B Kantor 2. SKU-B Traksi 3. SKU-B DIVISI 4. SKU-B Bibitan 5. SKU-Harian Total
5 14 21
3 15 18
136 66
55 106
191 172
23 54 307
3 26 190
26 80 498
Jumlah
Ratio/ Ha
8 11 27 447 493
0.003 0.004 0.010 0.158 0.174
89 Lampiran 9. Rekapitulasi Program Pemupukan Tahun 2005-2011 di Gunung Sari Estate Tahun
Uraian
Satuan
Urea MOP Adjusment Kg 1 066 476 1 038 420 Realisasi Kg 249 896 0 Pencapaian % 23 0 2006 Adjusment Kg 767 159 991 376 Realisasi Kg 653 076 667 757 Pencapaian % 85 67 2007 Adjusment Kg 839 436 1 101 946 Realisasi Kg 953 519 1 499 062 Pencapaian % 88 74 2008 Adjusment Kg 759 678 1 074 476 Realisasi Kg 419 288 1 008 272 Pencapaian % 55 94 2009 Adjusment Kg 745 858 1 060 374 Realisasi Kg 512 032 758 063 Pencapaian % 69 71 2010 Adjusment Kg Realisasi Kg Pencapaian % 2011 Adjusment Kg Realisasi Kg Pencapaian % Sumber Data: Kantor Besar Gunung Sari Estate (Juni, 2011) 2005
HGFB 7 359 0 0 19 487 19 487 100 27 658 27 658 100 24 956 19 618 79 11 479 0 0 13 363 13 365 100 22 562 22 562 100
Jenis Pupuk RP 811 125 480 247 59 336 178 383 137 114 272 843 272 843 100 32 731 32 732 100 378 516 29 556 8 271 096 271 110 100 387 574 387 574 100
Total (Kg) Kieserit
41 644 0 0 350 574 19 618 6 2 201 2 201 100
Dolomit 168 366 0 0 106 907 109 979 103 436 272 436 272 100 57 884 57 884 100
354 510 354 510 100
NK Blend
1 336 408 1 336 423 100 1 636 566 1 636 566 100
3 091 746 730 143 24 2221107 1833436 83 2 678 155 3 189 354 119 1 991 369 1 537 794 77 2 546 803 1 319 269 52 1 623 068 1 623 099 100 2 401 219 2 401 219 100
90 Lampiran 10. Data Pengamatan Ketepatan Dosis Pemupukan Blok
Tahun Tanam
Jenis Pupuk
Dosis (Kg/Pkk)
Berat Bersih Pupuk/Karung (Kg)
Penabur Ke-
Pokok Terpupuk
Dosis Pupuk/Pokok Penabur (Kg/Pkk)
E19
1996
Dolomit
1.25
49.8
E20
1996
Dolomit
1.25
49.8
I II III IV V VI VII VIII
44 37 38 45 41 50 47 40
I II III IV V VI VII VIII
20 18 22 16 19 25 15 14
1.13 1.35 1.31 1.11 1.21 1 1.06 1.25 1.18 2.5 2.8 2.3 3.1 2.6 2 3.3 3.6 2.8
Rata-rata F21
1995
NK Blend
2.5
49.8
F22
1995
NK Blend
2.5
49.8
Rata-rata Sumber Data: Hasil Pengamatan Penulis (April dan Mei, 2011)
Persen Ketepatan Dosis (%) 90.4 108 104.8 88.8 96.8 80 84.8 100 94.4 100 112 92 124 104 80 132 144 112
91 Lampiran 11. Data Pengamatan Ketepatan Tempat Pemupukan NK Blend di Gunung Sari Estate Blok
E21
TahunTanam
1995
Jenis Pupuk
Dosis (kg/pokok)
Standar Radius (cm)
Rata-rata Jarak Penaburan (cm)
Persentase Ketepatan (%)
2.50
250 ± 50 250 ± 50 250 ± 50 250 ± 50 250 ± 50 250 ± 50 250 ± 50 250 ± 50 250 ± 50 250 ± 50
78 240 236 223 312 236 230 210 287 241
31.20 96.00 94.40 89.20 124.80 94.40 92.00 84.00 114.80 96.40
250 ± 50 250 ± 50 250 ± 50 250 ± 50 250 ± 50 250 ± 50 250 ± 50 250 ± 50 250 ± 50 250 ± 50
229 187 232 273 254 272 267 257 293 239 255 253
91.72 74.80 92.80 109.20 101.60 108.80 106.80 102.80 117.20 95.60 102.00 101.16
NK Blend
Rata-rata
E23
1995
NK Blend
Rata-rata
2.50
92 Lampiran 11. (Lanjutan) Blok
F27
TahunTanam
1996
Jenis Pupuk
NK Blend
Dosis (kg/pokok)
Standar Radius (cm)
2.50
250 ± 50 250 ± 50 250 ± 50 250 ± 50 250 ± 50 250 ± 50 250 ± 50 250 ± 50 250 ± 50 250 ± 50
Rata-rata Total rata-rata Sumber Data: Hasil Pengamatan Penulis (April dan Mei, 2011)
Rata-rata Jarak Penaburan (cm) 242 243 291 302 310 236 281 290 227 192 261 248
Persentase Ketepatan (%) 96.80 97.20 116.40 120.80 124.00 94.40 112.40 116.00 90.80 76.80 104.56 99.15
93 Lampiran 12. Data Pengamatan Ketepatan Tempat Pemupukan Dolomit di Gunung Sari Estate Blok
E19
Tahun Tanam
1995
Jenis Pupuk
Dosis (kg/pkk)
Standar Radius (cm)
1.25
250 ± 50 250 ± 50 250 ± 50 250 ± 50 250 ± 50 250 ± 50 250 ± 50 250 ± 50 250 ± 50 250 ± 50
1.25
250 ± 50 250 ± 50 250 ± 50 250 ± 50 250 ± 50 250 ± 50 250 ± 50 250 ± 50 250 ± 50 250 ± 50
Dolomit
Rata-rata
I22
1995
Dolomit
Rata-rata
Rata-rata Jarak Penaburan (cm)
Persentase Ketepatan (%)
149 243 245 205 286 259 259 276 267 231 242 198 219 274 276 274 257 279 263 279 234 255
59.6 97.2 98 82 114.4 103.6 103.6 110.4 106.8 92.4 96.8 79.2 87.6 109.6 110.4 109.6 102.8 111.6 105.2 111.6 93.6 102.1
94
Lampiran 12. (Lanjutan) Blok
E28
Tahun Tanam
1996
Jenis Pupuk
Dolomit
Dosis (kg/pkk)
Standar Radius (cm)
1.25
250 ± 50 250 ± 50 250 ± 50 250 ± 50 250 ± 50 250 ± 50 250 ± 50 250 ± 50 250 ± 50 250 ± 50
Rata-rata Total rata-rata Sumber Data: Hasil Pengamatan Penulis (April dan Mei, 2011)
Rata-rata Jarak Penaburan (cm) 241 223 286 300 307 237 295 293 268 219 267 255
Persentase Ketepatan (%) 96.4 89.2 114.4 120 122.8 94.8 118 117.2 107.2 87.6 106.8 101.9
95 Lampiran 13. Prestasi Kerja Penabur Pupuk di Gunung Sari Estate Tanggal
Jenis pupuk
02/04/2011
Dolomit
11/04/2011
Dolomit
13/04/2001
Dolomit
15/04/2011
Dolomit
18/04/2011
Dolomit
Blok E011(E20) E012 (E 21. E22. E23) F012 (F22) F011 (F19. F20) G006 (G21) G007 (G22. G23) G009 (H21) G008 (H20) G008 (H20) G010 (I20. I21. I22)
Dosis/pokok (Kg)
Jumlah pupuk (Kg)
HK
Waktu (Jam)
Prestasi (Kg/HK)
1.25
13 130
16
5.30
821
1.25
12 000
17
5.00
706
1.25
11 000
15
4.00
733
1.25
5 023
10
3.00
502
1.25
11 914
16
4.30
745
Total 18/05/2011
NK Blend
21/05/2011
NK Blend
23/05/2011
NK Blend
24/05/2011
NK Blend
25/05/2011
NK Blend
G010 (I20. I21. I22) G009 (H21) G006 (G21) G005 (G18. G19) F014 (F25. F26) F015 (F27. F28) F013 (F23. F24) F012 (F22. F21) E013 (E24. E25) E012 (E 21. E22. E23) E011 (E20)
Total Sumber Data : Hasil Pengamatan Penulis (April-Mei, 2011)
Standar Perusahaan (Kg)
650
701.4 2.50
32 034
36
5.00
890
2.50
33 977
36
5.00
944
2.50
38 327
35
5.30
1 095
2.50
36 000
36
5.00
1 000
2.50
40 000
36
5.30
1 111
1 008
750
96 Lampiran 14. Contoh Berita Acara Serah Terima Barang MINAMAS PLANTATION PT. Unit Usaha : BERITA ACARA SERAH TERIMA BARANG Pada hari ini ..........................tanggal......................../.........................../......................telah dilakukan serah terima bahan / barang yang diangkut dengan (Jenis Kendaraan – No. Polisi) .......................... yaitu : No.
Keterangan (Nama / Spesifikasi Barang)
Yang menyerahkan (.............................) Transporti Keterangan : Cc : - Ke 1 Penerima Barang - Ke 2 Pengirim Barang
Yang menerima (.................................) Kepala Gudang
Satuan
Jumlah (Unit)
Mengetahui (..............................) Estate Manager
97 Lampiran 15. Contoh Bon Permintaan Barang MINAMAS PLANTATION PT. Unit Usaha : BON PERMINTAAN BARANG No. : Tanggal :
/
No. Kode Barang
Diminta
(.................................)
/
Nama / Spesifikasi Barang
Satuan
Disetujui
(..................................) Manager/Askep/KTU
Keterangan : Cc : - Ke 1 Petugas Gudang - Ke 2 Permintaan Bahan / Barang (User) - Ke 3 Lampiran Bukti Pengeluaran Barang (BPKB)
Jumlah (Unit)
Beban Nomor Akun
Dicatat
(...................................) Kepala Gudang
Keterangan/Digunakan Untuk
Diterima
(..................................)