STUDI PENGELOLAAN PEMUPUKAN TANAMAN MENGHASILKAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI BUKIT PINANG ESTATE, PT BINA SAINS CEMERLANG, MUSI RAWAS, SUMATERA SELATAN
ANTON SUWAIFI A.24050195
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
STUDI PENGELOLAAN PEMUPUKAN TANAMAN MENGHASILKAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN BUKIT PINANG ESTATE, PT BINA SAINS CEMERLANG MUSI RAWAS, SUMATERA SELATAN Anton Suwaifi1, Surjono Hadi Sutjahjo2, dan Hariyadi3 Mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Faperta IPB 2 Staff Pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura, Faperta IPB 3 Staff Pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura, Faperta IPB 1
Abstract The objective of this internship is to increase technical and managerial skill. The internship has done from January12th until June 12th in Bukit Pinang Estate (BPE) Palm Oil Plantation, PT Bina Sains Cemerlang, Musi Rawas, South Sumatera.The methods of this internship are direct and indirect methods. Direct method was conducted by work practice as a field worker and foreman assistant, while the indirect methods was conducted by collecting information from estate archives and literature review. Fertilization applied to keep the amount of soil nutrient in order to ensure plant nutrient fufillment. On yielding crops, fertilization becomes a vital importance because it counts up to 60% of maintenance cost. Therefore it is urgently a correct management of fertilization to optimum efficiency and effectiveness. Condition of rainfall and oblique land topography results fertilization in Bukit Pinang Estate hardly influenced by run off. Fertilization in Bukit Pinang Estate is done by applying concept (4T) that is type precise, dose precise, time precise, and way precise of fertilization. Monitoring done to control quality of fertilizer application in the field . Based on result of observation of quality of fertilization seen 5.2% oil palm which is not fertilized by dredger and 94.8% is fertilized, 41.8% fertilizer is sowed with number of propers while 29.1% too a few, and 29.5% too excessive, 80.2% fertilizer have been disperse in frond, 0.8% in saucer, 5.1% in gate, 3.8% in frond and gate, and 10.1% in frond and saucer. Result of observation of condition of saucer and gate seen 64.4% saucer in condition of dirty, 35.6% clean saucer and 40.4% gate in condition of dirty and 59.6% in condition of clean. Improvement of fertilizer efficiency in BPE is done with making of siel pits, road siel pits, compiles frond " U" Shape, and the application of organic material (JKS). Keyword : Management, Fertilization, Oil Palm
RINGKASAN
ANTON SUWAIFI. Studi Pengelolaan Pemupukan Tanaman Menghasilkan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis jacq.) di Bukit Pinang Estate, PT Bina Sains Cemerlang, Musi Rawas, Sumatera Selatan. ( Dibimbing oleh SURJONO H. SUTJAHJO dan HARIYADI).
Studi ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan teknis lapang penulis
khususnya
mengenai
pengelolaan
pemupukan
dan
mempelajari
permasalahan pengelolaan pemupukan serta usaha yang dilakukan untuk meningkatkan efisiensi pemupukan tanaman menghasilkan kelapa sawit di Bukit Pinang Estate, PT Bina Sais Cemerlang, Musi Rawas, Sumatera Selatan pada bulan Februari-Juni 2009. Metode yang digunakan dalam studi ini adalah metode langsung dan metode tidak langsung. Metode langsung dilakukan untuk mendapatkan data primer dengan bekerja aktif di lapangan secara langsung sesuai dengan jenjang jabatan yang ada di kebun dan wawancara kepada para pekerja lepas dan staf kebun. Sedangkan metode tidak langsung dilakukan untuk mendapatkan data-data sekunder berupa arsip kebun, laporan harian, laporan bulanan, dan tahunan. Pada aspek khusus pemupukan diamati teknik pemupukan yang dilaksanakan, jenis
pupuk yang dipakai, waktu dan frekuensi, rekomendasi
pemupukan, organisasi, pergudangan, dan upaya-upaya yang dilakukan untuk meningkatkan efisiensi pemupukan. Selain itu, diamati pula kualitas pemupukan yang dilaksanakan dengan didampingi oleh asisten kebun. Pengamatan dilakukan pada 50 pokok kelapa sawit sebanyak lima ulangan dengan metode sampling secara acak (Simple Random Sampling). Berdasarkan hasil studi diketahui bahwa di Bukit Pinang Estate digunakan dua jenis pupuk yaitu, pupuk anorganik dan organik. Pupuk anorganik yang digunakan berupa pupuk tunggal diantaranya Urea (CO(NH2)2), RP (Ca(PO4) 2), Kalium (KCl), Magnesium (Kieserit atau MgSO4.H2O dan Dolomit atau CaMg(CO3)2), serta Boron (B2O3), sedangkan pupuk organik yang digunakan berupa janjang kosong kelapa sawit (JKS). Ketepatan dosis pupuk tercapai pada
tiap blok, tetapi tidak tercapai tepat dosis pada tiap pokok. Kegiatan pemupukan dilakukan dua kali dalam setahun di awal musim hujan dan biasanya pada pagi hari. Pupuk ditebar di tumpukan pelepah di gawangan mati. Pengamatan terhadap kualitas pemupupukan menunjukkan 5.2% pokok pengamatan yang tidak dipupuk dan 94.8% pokok pengamatan dipupuk. Pada 41.6% pokok pupuk yang ditebar terlihat wajar, 29.4% pupuk terlihat banyak, dan 29.0% pupuk terlihat sedikit. Pada lokasi penebaran terlihat 5.1% pupuk ditebar di gawangan, 0.8% ditebar di piringan, 3.8% ditebar di pelepah dan gawangan, 10.1% pupuk ditebar pada pelepah dan piringan, serta 80.2% pupuk telah ditebar tepat di pelepah. Selain itu, diamati pula kondisi piringan dan gawangan yang menunjukkan bahwa bahwa 64.4% piringan pada pokok pengamatan dalam kondisi kotor dan 35.6% piringan terlihat bersih, serta 59.6% kondisi gawangan bersih dan 40.4% kondisi gawangan kotor. Usaha-usaha yang dilakukan untuk meningkatkan efisiensi pemupukan di Bukit Pinang Estate dilakukan dengan beberapa cara yaitu, dengan menyusun tumpukan pelepah di gawangan mati membentuk huruf “U” mengelilingi pokok untuk mengurangi aliran permukaan, membuat shield pits sebagai penangkap air aliran permukaan, dan aplikasi bahan organik untuk memperbaiki struktur, sifat fisik dan kimia tanah. Berdasarkan studi ini dapat disimpulkan bahwa aplikasi konsep 4T belum terlaksana dengan baik dan kualitas aplikasi pupuk masih harus ditingkatkan.
STUDI PENGELOLAAN PEMUPUKAN TANAMAN MENGHASILKAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI BUKIT PINANG ESTATE, PT BINA SAINS CEMERLANG, MUSI RAWAS, SUMATERA SELATAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
ANTON SUWAIFI A.24040195
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
Judul
:
STUDI
PENGELOLAAN
PEMUPUKAN
TANAMAN
MENGHASILKAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI BUKIT PINANG ESTATE, PT BINA SAINS CEMERLANG, MUSI RAWAS, SUMATERA SELATAN Nama
:
ANTON SUWAIFI
NRP
:
A.24050195
Menyetujui,
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. Dr. Ir. Surjono Hadi Sutjahjo, MS
Dr. Ir. Hariyadi, MS
NIP. 196002041958501003
NIP.
196110081986011001
Mengetahui, Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Agus Purwito, M.Sc. Agr. NIP 196111 198703 1 003
Tanggal Lulus : ............................................
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Manna, Provinsi Bengkulu pada tanggal 2 Agustus 1986. Penulis merupakan anak keempat dari enam bersaudara anak dari Bapak Jawalludin dan Ibu Yurimah. Tahun 1999 penulis lulus dari SDN 41 Kotamadya Bengkulu, kemudian pada tahun 2002 menyelesaikan studi di SMPN 4 Kotamadya Bengkulu. Selanjutnya penulis lulus dari SMAN 2 Kotamadya Bengkulu pada tahun 2005. Tahun 2005 penulis diterima di IPB melalui ujian nasional. Selanjutnya penulis diterima di sebagai mahasiswa Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian pada tahun 2006. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di berbagai organisasi kemahasiswaan. Tahun 2006/2007 sebagai Ketua Komisi Pengawas BEM DPM Fakultas Pertanian, dan Ketua Bidang Olahraga dan Seni Organisasi Mahasiswa Daerah Bengkulu sekaligus sebagai salah satu pendirinya, tahun 2007/2008 sebagai Ketua Asrama Mahasiswa Sylvalestari IPB sekaligus sebagai Ketua Komisi Eksternal DPM Fakultas Pertanian. Tahun 2008/2009 penulis sebagai Ketua Kineklub Sylvalestari IPB dan sebagai Ketua Komisi Internal DPM KM IPB.
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan petunjuk dan kemudahan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan proposal magang ini. Shalawat beriring salam kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia kepada ilmu dan kebaikan. Studi
yang
berjudul
“Studi
Pengelolaan
Pemupukan
Tanaman
Menghasilkan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Bukit Pinang Estate, PT Bina Sains Cemerlang, Musi Rawas, Sumatera Selatan” ini merupakan salah satu syarat bagi penulis untuk dapat menyelesaikan program studi stara satu di Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Studi ini dilaksanakan melalui kegiatan magang yang bertujuan untuk mengetahui kondisi aktual kebun dan pengambilan data baik primer maupun sekunnder. Selain itu, magang juga memberikan pengalaman kerja, kemampuan manajemen, teknis, dan analisis mahasiswa di kebun sehingga diharapkan mahasiswa akan lebih siap untuk terjun ke dunia kerja yang sesuai dengan bidangnya. Penulis mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah banyak membantu terselesaikannya skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Prof. Dr. Ir. Surjono Hadi Sutjahjo, MS dan Dr. Ir. Hariyadi, MS sebagai dosen pembimbing skripsi serta para dosen mata kuliah Teknik Penulisan Ilmiah yang telah dengan sabar membimbing penulis.
Bogor, Januari 2011 Penulis
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR LAMPIRAN
v
PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan
1 1 2
TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Morfologi Kelapa Sawit Ekologi Kelapa Sawit Pembibitan Pengelolaan Tajuk Tanaman Menghasilkan Perlindungan Tanaman Produksi dan Panen Distribusi dan Pengangkutan Pemupukan Konservasi Air dan Tanah Lahan Miring
3 3 4 5 6 6 7 8 9 10 12
METODE MAGANG Tempat dan Waktu Metode Pelaksanaan Pengamatan Pengolahan Data
14 14 14 15 15
KEADAAN UMUM Letak Geografis atau Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah Luas Areal dan Tata Guna Lahan Keadaan Tanaman dan Produksi Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan
16 16 17 19 20 21
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Pengendalian Gulma Thining Out (TO) Pengelolaan Tajuk Sensus Ulat Api Penanaman Beneficial Plant Konservasi Air dan Tanah Persiapan Pemupukan Pelaksanaan Aplikasi Pupuk Teknik Pemupukan Organisasi Pemupukan
23 23 23 29 30 31 32 33 33 38 40 40
Pengawasan dan Pemeriksaan Kualitas Pemupukan Aplikasi Janjang Kosong Kelapa Sawit Perawatan Jalan Pemasangan Gorong-gorong Tunas Pasar Panen Kegiatan di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Aspek Manajerial Penendamping Mandor Krani Buah Mandor Panen Mandor Perawatan Mandor Pupuk Mandor Rawat Jalan Mandor I Pendamping Asisten
41 41 42 44 45 45 55 57 57 57 58 58 59 60 60 61
PEMBAHASAN Konsep Pemupukan 4T Jenis Pupuk Dosis Pupuk Waktu dan Frekuensi Pemupukan Cara Pemupukan Kualitas Pemupukan dan Kondisi Lahan Upaya Peningkatan Efisiensi Pupuk
62 62 62 64 66 67 68 72
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran
73 73 73
DAFTAR PUSTAKA
74
LAMPIRAN
75
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1. Tipe Iklim Bukit Pinang Estate Menurut Klasifikasi Schmidt Ferguson ...............................................................................................
18
2. Luas Areal dan Tata Guna Lahan di Bukit Pinang Estate....................
19
3. Populasi Kelapa Sawit Per Tahun Tanam di Bukit Pinang Estate ......
20
4. Rencana dan Realisasi Produksi TBS di Bukit Pinang Estate (Januari – Juni 2009) ............................................................................
20
5. Rincian dan Fungsi Alat Pupuk yang digunakan di Bukit Pinang Estate ...................................................................................................
38
6. Ukuran Lebar Badan Jalan di Bukit Pinang Estate .... .........................
43
7. Rincian Alat-alat Panen di Bukit Pinang Estate...................................
47
8. Perbedaan Output Pemanen Berdasarkan Umur Tanaman.. ................
48
9. Kriteria Matang Buah di Bukit Pinang Estate .....................................
49
10. Ketentuan Frekuensi Pelaksanaan Pemeriksaan Kualitas Buah dan Ancak... ................................................................................................
51
11. Ketentuan Basis Borong dan Premi Lebih Borong Tahun 2009 di Bukit Pinang Estate ..............................................................................
53
12. Parameter Penentuan Denda Pemanenan .............................................
55
13. Realisasi Pemupukan pada Periode 2008/2009 di Bukit Pinang Estate ...................................................................................................
63
14. Dosis Rekomendasi Pemupukan Berdasarkan Umur Tanaman di Bukit Pinang Estate ..... ........................................................................
64
15. Jenis dan Volume Mangkuk Tebar Tim Pupuk di Bukit Pinang Estate ...................................................................................................
65
16. Rekap Hasil Pemeriksaan Kualitas Pemupukan di Bukit Pinang Estate ...................................................................................................
68
17. Rekap Hasil Pengamatan Kebersihan Kondisi Piringan dan Gawangan di Bukit Pinang Estate ....... ................................................
70
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1. Varietas Kelapa Sawit .........................................................................
3
2. Peta Lokasi Magang PT Bina Sains Cemerlang .................................
17
3. Struktur Organisasi di Bukit Pinang Estate ........................................
21
4. Kegiatan Dongkel Anak Kayu (DAK) ................................................
25
5. Kegiatan Thining Out ...........................................................................
30
6. Pokok Yang Telah Ditunas .................................................................
31
7. Tanaman Beneficial Plant ...................................................................
32
8. Jenis Shield Pits di Bukit Pinang Estate .............................................
33
9. Titik Acuan Untuk Mengambil Anak Daun ........................................
35
10. Kegiatan Until Pupuk ..........................................................................
36
11. Pengambilan Pupuk di Gudang dan Pengeceran Pupuk di Collection Road ...................................................................................................
37
12. Teknik Penebaran Pupuk di Bukit Pinang Estate ................................
39
13. Aplikasi Janjang Kosong di Bukit Pinang Estate ...............................
42
14. Panen Dengan Menggunakan Egrek ...................................................
46
15. Peralatan Panen Yang Digunakan di Bukit Pinang Estate ..................
47
16. Tingkat Kematangan Buah Panen di Bukit Pinang Estate ..................
50
17. Pengangkutan Sistem Pok dan Pengangkutan Brondolan .................
52
18. Kegiatan Timbang Buah Manual di PKS.............................................
56
19. Variasi Ukuran Mangkuk Tebar .........................................................
66
20. Grafik Pola Curah Hujan di Bukit Pinang Estate Lima Tahun Terakhir ................................................................................................
66
21. Persentase Hasil Monitoring Distribusi Pupuk ..................................
69
22. Persentase Hasil Monitoring Homogenesis Dosis Pupuk ...................
69
23. Persentase Hasil Monitoring Lokasi Penebaran Pupuk ......................
70
24. Persentase Hasil Monitoring Kondisi Piringan ...................................
71
25. Persentase Hasil Monitoring Kondisi Gawangan ...............................
71
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman 1. Asal Bibit Tanaman Kelapa Sawit Bukit Pinang Estate .....................
76
2. Rekomendasi Dosis Pupuk BPE pada Tiap Pokok Dalam Blok ..........
77
PENDAHULUAN Latar Belakang Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas pertanian andalan Indonesia saat ini. Komoditas ini memiliki peluang bisnis yang besar dan dapat menciptakan lapangan kerja yang mengarah kepada kesejahteraan masyarakat dan sebagai sumber devisa negara. Kondisi iklim dan lahan yang sangat sesuai untuk pertumbuhan tanaman menjadikan komoditas ini sangat kompetitif untuk dikembangkan di Indonesia. Posisi Indonesia yang terletak di garis khatulistiwa menjadi keunggulan kompetitif tersendiri dalam konsumsi energi matahari untuk fotosintesis. Indonesia merupakan produsen kelapa sawit terbesar di dunia. Perkebunan kelapa sawit saat ini telah berkembang tidak hanya diusahakan oleh perusahaan negara, tetapi juga oleh perkebunan rakyat dan swasta. Menurut Ditjenbun pada tahun 1967 luas lahan tanaman perkebunan kelapa sawit di Indonesia mencapai 105 808 ha dengan produksi CPO sebesar 167 669 ton dan meningkat menjadi 8 036 431 ha dengan produksi CPO sebesar 19 760 011 ton serta produktivitas kelapa sawit nasional sebesar 3.487 ton per hektar pada tahun 2010. Hal ini merupakan potensi yang sangat besar bagi pemasukan devisa negara dan peningkatan pendapatan petani Indonesia. Menurut Pahan (2008) kelapa sawit merupakan tanaman penghasil minyak nabati yang dapat diandalkan karena kadar kolesterolnya rendah. Minyak kelapa sawit dapat diolah menjadi berbagai produk bahan makanan seperti minyak goreng, mentega, minyak kering/padat, shortening, vanaspati (minyak samin), non-dairy creamer, es krim, pengganti mentega coklat, dan lain-lain. Selain sebagai bahan pangan, kelapa sawit dapat pula diolah menjadi asam lemak dan gliserin yang merupakan bahan pembuat deterjen ramah lingkungan. Tanaman kelapa sawit akan memasuki masa menghasilkan (TM) setelah 2-4 tahun setelah tanam. Pengelolaan perkebunan yang baik sangat penting untuk bisa mendapatkan dan menjaga produksi tandan buah segar (TBS) tetap maksimal. Kegiatan-kegiatan pengelolaan ini meliputi kegiatan pengelolaan tajuk, pemupukan, perlindungan tanaman, produksi dan panen, serta traksi dan
transportasi. Pegelolaan kebun yang salah dapat mengakibatkan turunnya produksi TBS. Pada tanaman menghasilkan, pemupukan menjadi sangat penting karena menghabiskan sampai 60% biaya pemeliharaan. Oleh karena itu, sangat diperlukan pengelolaan pemupukan yang tepat untuk mencapai efisiensi dan efektivitas pemupukan. Pemupukan penting dilakukan untuk menjaga jumlah unsur hara dalam tanah untuk memastikan kebutuhan hara tanaman bisa terpenuhi. Kegiatan-kegiatan ini tidak terlepas dari organisasi kebun yang menjadi kunci kegiatan agar bisa efektif dan efisien. Magang sebagai salah satu pilihan penyelesaian tugas akhir bertujuan untuk menghasilkan tenaga kerja yang bermutu sehingga saat memasuki dunia kerja dapat lebih mudah beradaptasi dengan pekerjaannya. Keterlibatan secara langsung sebagai pekerja di perkebunan kelapa sawit akan menambah pengalaman dan keterampilan kerja serta wawasan dalam segala aspek yang berhubungan dengan perkebunan, khususnya pengelolaan tanaman menghasilkan kelapa sawit, baik dari segi teknik budidaya maupun kehidupan sosialnya.
Tujuan Tujuan umum 1.
Meningkatkan keterampilan teknis lapangan dengan melakukan kegiatan nyata sesuai tahapan yang ada di lokasi magang.
2.
Meningkatkan
pengetahuan di lapang dan kemampuan manajerial
mahasiswa pada berbagai level pekerjaan. Tujuan khusus 1.
Meningkatkan keterampilan teknis lapang pengelolaan tanaman kelapa sawit khususnya mengenai pemupukan.
2.
Mempelajari permasalahan pengelolaan pemupukan serta usaha untuk meningkatkan efisiensi pemupukan kelapa sawit.
TINJAUAN PUSTAKA Botani kelapa sawit Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tanaman tropis yang berasal dari Afrika Barat. Tanaman kelapa sawit termasuk divisi Embryophyta siponagama, kelas Angiospermae, ordo Monocotyledoneae, famili Arecaceae, genus Elaeis dan memiliki beberapa spesies seperti Elaeis guineensis, E. Oleifera, dan E. Odora. Berdasarkan tebal dan tipisnya tempurung dan kandungan minyak dalam buah maka kelapa sawit dapat dibedakan menjadi tiga tipe , yaitu Dura, Psifera, dan Tenera (Pahan, 2008).
Gambar 1. Varietas Kelapa Sawit Menurut Hakim (2007) tipe dura mempunyai daging buah atau mesocarp yang tipis sekitar 35-65%, inti atau kernel yang besar dan batok yang tebal (3-8 mm) sekitar 7-20%. Tenera, mempunyai daging buah (mesocarp) yang lebih tebal sekitar (60-95%), inti yang lebih kecil dengan batok yang lebih tipis (2-4 mm) sekitar 3-15%. Sifat genetiknya heterozigot (ShSh). Psifera mempunyai daging buah yang tebal, tidak mempunyai inti, dan batok. Sifat genetiknya homozigot resesif (shsh) dan bunga betinanya steril. Berdasarkan warna buahnya kelapa sawit dapat dibedakan menjadi tiga bentuk, yaitu Nigrescens, Virescens, dan Albescens. Bentuk nigrescens memiliki warna buah lembayung sampai hitam waktu muda dan berubah menjadi merah kuning (oranye) sesudah matang. Bentuk Virescens memiliki warna buah hijau sewaktu muda dan menjadi merah kuning ketika matang. Bentuk Albescens,
memiliki warna buah kuning waktu muda dan pucat tembus cahaya ketika matang (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005).
Morfologi Kelapa Sawit Menurut Pahan (2008) tanaman kelapa sawit secara morfologi terdiri atas bagian vegetatif (akar, batang, dan daun) dan bagian generatif (bunga dan buah). Akar tanaman berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam tanah, respirasi, serta menyangga tegaknya pohon. Sistem perakaran pada tanaman kelapa sawit berupa akar serabut, yang terdiri atas akar primer, sekunder, tersier, dan kuartier. Akar primer dapat tumbuh vertikal (radicle) maupun mendatar (adventitious roots) dan berdiameter antara 6-10 mm. Akar sekunder, yaitu akar yang tumbuh dari akar primer, arah tumbuhnya mendatar maupun ke bawah, berdiameter 2-4 mm. Akar tertier, yaitu akar yang tumbuh dari akar sekunder, arah tumbuhnya mendatar, panjangnya mencapai 0.7-1.2 mm. Akar kuartier, yaitu akar-akar cabang dari akar tertier, berdiameter 0.2-0.8 mm dan panjangnya ratarata 2 cm. Lubis (2008) menyatakan bahwa akar tertier dan kuartier berada 2-2.5 m dari pangkal pokok atau di luar piringan dan berada di dekat permukaan tanah. Batang pada kelapa sawit tidak memiliki kambium dan umumnya tidak bercabang. Batang berfungsi sebagai struktur pendukung tajuk (daun, bunga, dan buah), sebagai sistem pembuluh yang mengangkut unsur hara dan makanan bagi tanaman. Tinggi tanaman bertambah 35-75 cm/tahun sesuai dengan keadaan lingkungan (Pahan, 2007). Daun tanaman kelapa sawit membentuk susunan daun majemuk, bersirip genap, dan bertulang sejajar. Daun-daun disanggah oleh pelepah yang panjangnya bisa mencapai 9 meter. Jumlah anak daun di setiap pelepah sekitar 250-300 helai. Daun muda yang masih kuncup berwarna kuning pucat. Duduk pelepah daun pada batang tersusun dalam satu susunan yang melingkari batang dan membentuk spiral. Pohon kelapa sawit normal dan sehat yang dibudidayakan biasanya memiliki 40-50 pelepah daun. Pertumbuhan pelepah daun pada tanaman muda yang berumur 5-6 tahun mencapai 30-40 helai, sedangkan pada tanaman yang lebih tua antara 20-25 helai (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005).
Mangoensoekarjo dan Semangun (2005) menyatakan tanaman kelapa sawit akan mulai berbunga pada
umur 12-14 bulan. Bunganya termasuk
monocious yang berarti bunga jantan dan betina terdapat pada satu pohon tetapi tidak pada tandan yang sama. Tanaman ini dapat menyerbuk silang ataupun menyerbuk sendiri. Buah kelapa sawit termasuk buah batu yang terdiri atas tiga bagian, yaitu bagian luar (epicarpium) disebut kulit luar, lapisan tengah (mesocarpium) atau disebut daging buah, mengandung minyak kelapa sawit yang disebut Crude Palm Oil (CPO), dan lapisan dalam (endocarpium) disebut inti, mengandung minyak inti yang disebut PKO atau Palm Kernel Oil (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005).
Ekologi tanaman kelapa sawit Syarat tumbuh kelapa sawit merupakan aspek penting yang harus diperhatikan karena merupakan aspek penentu dan sulit untuk dilakukan modifikasi. Hal ini dapat diatasi dengan melakukan beberapa pendekatan agar faktor pembatas yang ada dapat dicegah atau dapat ditekan sedemikian rupa sehingga berubah menjadi faktor pendukung. Mangoensoekarjo dan Semangun (2005) menyatakan bahwa kelapa sawit dapat tumbuh di daerah antara 100 LU-120 LS. Ketinggian tempat yang optimum untuk pertumbuhan kelapa sawit berkisar 0-400 meter di atas permukaan laut. Curah hujan optimal yang dikehendaki sekitar 2000-2400 mm per tahun dengan penyebaran merata sepanjang tahun. Intensitas penyinaran matahari optimum antara 5-12 jam per hari dan suhu optimum berkisar antara 240 – 280 C. Kelapa sawit dapat tumbuh di berbagai jenis tanah seperti tanah podsolik coklat, podsolik kuning, hidromorfik kelabu, alluvial, regosol, dan organosol (tanah gambut). Keasaman tanah (pH) sangat menentukan ketersediaan dan keseimbangan unsur hara dalam tanah. Kelapa sawit dapat tumbuh pada tanah dengan pH 5-7, dengan pH optimum antara 5-6 (Pahan, 2008).
Pembibitan Kelapa Sawit Bahan tanaman unggul dapat berasal dari persilangan berbagai sumber (inter dan intra specific crossing) dengan metode resiprocal recurrent selection (RSS). Di samping itu, bahan tanaman kelapa sawit unggul dapat dihasilkan dari pemuliaan pada tingkat molekuler yang diperbanyak secara vegetatif dengan teknik kultur jaringan. Bahan tanam yang biasa ditanam di perkebunan komersial merupakan persilangan dura x psifera (D X P) yang disebut tenera. Tanaman induk dura berasal dari empat pohon kelapa sawit yang ditanam di Kebun Raya Bogor dan dikenal sebagai deli dura (Pahan, 2008) Selanjutnya, Pahan (2008) juga menyatakan bahwa pertumbuhan awal bibit merupakan periode kritis yang sangat menentukan keberhasilan tanaman dalam mencapai pertumbuhan yang baik di pembibitan. Pertumbuhan dan vigor bibit tersebut sangat ditentukan oleh kecambah yang ditanam, morfologi kecambah, dan cara penanamannya. Persiapan pembibitan akan menentukan sistem pembibitan yang akan dipakai dalam melihat keuntungan dan kerugian secara komprehensif. Keputusan untuk menggunakan sistem pembibitan dua tahap misalnya akan berdampak pada vigor bibit dan biaya yang akan dikeluarkan. Pemeliharaan pembibitan merupakan faktor utama yang menentukan keberhasilan program pembibitan. Tanpa pemeliharaan yang baik, bibit yang unggul sekalipun tidak akan bisa mengekspresikan keunggulan. Kegiatan pemeliharaan ini meliputi pemeliharaan pre-nursery dan main-nursery (Pahan, 2008).
Pengelolaan Tajuk Tanaman Menghasilkan Kegiatan pengelolaan tajuk pada tanaman menghasilkan biasa disebut dengan istilah tunas pokok. Tunas pokok merupakan cara yang paling tepat untuk menyesuaikan tajuk kelapa sawit dan nilai indeks luas daun optimum serta berfungsi untuk menjaga produksi agar maksimum dan memperkecil kehilangan hasil produksi. Untuk menjaga produksi maksimum diperlukan pelepah produktif sebanyak-banyaknya, tapi untuk mempermudah pekerjaan potong buah dan memperkeci kehilangan produksi maka beberapa pelepah harus dipotong. Untuk
mendapatkan produksi yang maksimum diperlukan jumlah pelepah optimum, yaitu 48-56 pada tanaman muda dan 40-48 pada tanaman tua (Pahan, 2008).
Menurut Hakim (2007) penunasan pada tanaman menghasilkan bertujuan untuk membantu memudahkan kegiatan panen, memudahkan penyerbukan, membantu penilaian kematangan buah, menghilangkan hambatan pembesaran tandan, mengurangi kemungkinan tersangkutnya brondolan di pelepah, dan sebagai tindakan sanitasi. Untuk tanaman kelapa sawit yang telah beumur lebih dari 4 tahun dilakukan penunasan periodik yang dilaksanakan dengan rotasi setiap sembilan bulan sekali tergantung umur dan pertumbuhan tanaman. Penunasan periodik dilakukan dengan memotong pelepah rapat ke batang dengan bidang tebasan berbentuk tapak kuda dan semua epifit pada batang dibersihkan (Pahan, 2008).
Perlindungan Tanaman Perlindungan tanaman dilakukan untuk melindungi tanaman utama dari serangan hama dan penyakit serta menghindarkan persaingan antara tanaman utama dengan guma. Tujuan perlindungan tanaman adalah untuk memastikan tanaman kelapa sawit dapat berproduksi maksimal (Hakim, 2007) Menurut Pahan (2008) kehadiran gulma di perkebunan kelapa sawit dapat menurunkan produksi akibat bersaing dalam pengambilan air, hara, sinar matahari, dan ruang hidup. Gulma juga dapat menurunkan mutu produksi akibat terkontaminasi oleh bagian gulma, menganggu pertumbuhan tanaman, menjadi inang bagi hama, mengganggu tata guna air, dan meningkatkan biaya pemeliharaan. Pahan (2008) menyatakan terdapat tiga jenis gulma yang harus dikendalikan yaitu, di piringan dan gawaangan, rumput di piringan, dan anak kayu di gawangan. Alang-alang di gawangan dan piringan efektif dikendalikan secara kimia dengan teknik sesuai dengan populasi alang-alang yang ada. Lahan perkebunan kelapa sawit harus bersih total dari gulma ini. Gulma rumput di piringan dapat dikendalikan baik secara manual maupun kimia. Gulma berkayu dapat dikendalikan dengan metode dongkel anak kayu. Beberapa jenis gulma lain
seperti pakis, keladi, dan pisang liar dapat dikendalikan secara manual atau kimia. Selain gulma, terdapat pula hama dan penyakit yang dapat menyerang dan menurunkan produksi kelapa sawit. Mangoensoekarjo dan Semangun (2005) menyebutkan beberapa hama yang sering menyerang tanaman menghasilkan kelapa sawit, yaitu ulat api dan ulat kantong, tikus, rayap, monyet, serta tupai. Selanjutnya Mangoensoekarjo dan Semangun (2005) juga menyatakan jenis penyakit yang menyerang tanaman menghasilkan kelapa sawit, yaitu busuk pangkal batang, busuk batang atas, busuk tandan, dan busuk tunas. Keberadaan hama dan gulma dapat menurunkan produksi tanaman sedangkan serangan beberapa penyakit tanaman dapat menyebabkan kematian.
Produksi dan Panen Buah merupakan biomassa kelapa sawit yang terbentuk melalui proses fotosintesis. Hasil utama fotosintesis adalah karbohidrat yang digunakan untuk produksi bahan kering vegetatif (akar, batang, daun) dan
generatif (buah).
2
Kecepatan asimilasi CO dalam fotosintesis sangat dipengaruhi oleh jumlah radiasi matahari yang tersedia dan luas permukaan daun dalam menangkap sinar matahari (Pahan, 2008). Mangoensoekarjo dan Semangun (2005) menyatakan bahwa produksi persatuan luas tergantung pada beberapa faktor, yaitu kelas kesesuaian lahan, bahan tanam yang dipakai, dan kualitas atau mutu panen. Seleksi bibit yang ketat sangat diperlukam untuk menjamin produksi tanaman menghasilkan. Topografi yang kurang baik dapat menyebabkan panen tertunda dan buah tidak terangkut dari lapangan. Selanjutnya Mangoensoekarjo dan Semangun (2005) juga menyatakan bahwa produksi tahunan kelapa sawit harus direncanakan, dibuat, dan disusun dari setiap blok, afdeling, dan kebun menurut kelompok umur tanaman. Evaluasi dan pengawasan produksi perlu dilakukan untuk mencapai target produksi tahunan. Produksi dan panen merupakan dua unit kegiatan yang saling berkaitan dan berpengaruh terhadap jumlah produksi TBS kelapa sawit. Tanaman kelapa sawit biasanya mulai menghasilkan pada tahun ketiga atau keempat setelah tanam. Buah kelapa sawit umumnya matang 6 bulan setelah proses penyerbukan. Proses
pemasakan tandan sawit dapat dilihat dari perubahan warna buahnya. Buah yang masih mentah akan berwarna hijau dan menjadi merah atau oranye setelah matang (Sunarko, 2008). Sunarko (2008) menyatakan bahwa panen buah matang dapat dilakukan dengan menggunakan sistem panen jongkok dengan menggunakan dodos, sistem panen berdiri dengan kampak siam, dan sistem panen eggrek untuk pohon yang tingginya melebihi 10 meter. Menurut Pahan (2008) cara pemanenan buah yang telah memenuhi kriteria adalah panen dilakukan dengan alat yang tepat, cabang yang telah dipotong disusun rapi di gawangan mati, brondolan yang jatuh di pelepah dan piringan harus dikutip, potong mepet cabang tandan, angkut tandan dan brondolan ke tempat pengumpulan hasil (TPH), tandan disusun rapih di TPH sedangkan brondolan ditumpuk terpisah di pinggir TPH.
Distribusi dan Pengangkutan Dalam pengelolaan perkebunan kelapa sawit, distribusi dan pengangkutan mendapat perhatian khusus. Keterlambatan pengangkutan tandan buah segar ke tempat pegolahan kelapa sawit akan mempengaruhi proses pengolahan, kapasitas pengolahan, dan mutu akhir produk. Distribusi yang lancar akan membantu program perawatan tanaman (khususnya pemupukan) berjalan sesuai recana dan kegiatan distribusi TBS di bulan produksi puncak dapat ditangani (Pahan, 2008).
Pemupukan Salah satu tindakan paling penting dalam tindakan budidaya kelapa sawit adalah pemupukan. Menurut Mangoensoekarjo dan Semangun (2005) pemupukan secara umum bertujuan untuk menambah ketersediaan unsur hara di dalam tanah agar kebutuhan tanaman dapat tercukupi. Kelapa sawit merupakan jenis tanaman yang menyerap usur hara dalam jumlah yang sangat banyak sedangkan tanah mengandung unsur hara yang terbatas sehingga perlu dilakukan pemupukan. Sukarji, R., Sugiyono, dan W. Darmosarkoro (2000) menyatakan bahwa pada tingkat produksi 25 ton TBS/ha/tahun, unsur hara yang terangkut bersama TBS sebesar 73.2 kg N, 11.6 kg P, 93.4 kg K, 20.8 kg Mg, dan 19.5 kg Ca. Sehingga sangat diperlukan penambahan unsur hara yang terdapat di dalam tanah mengingat jumlah hara tanah yang terbatas. Pemupukan tanaman menghasilkan kelapa sawit dilakukan secara teratur sesuai dengan pedoman rekomendasi pemupukan tanaman menghasilkan. Rekomendasi pemupukan dibuat berdasarkan hasil analisis tanah, analisis daun, analisis hara tanaman, analisis kandungan bahan organik, produksi yang diinginkan dalam 3-5 tahun kedepan, percobaan pemupukan, dan hasil inspeksi lapangan. Peningkatan efisiensi pemupukan dapat dilakukan dengan peningkatan ketepatan pemupukan dan perbaikan kondisi lahan. Ketepatan pemupukan mencakup tepat jenis, tepat dosis, tepat waktu dan cara pemupukan, sedangkan perbaikan kondisi lahan dapat dilakukan dengan aplikasi bahan organik dan pengendalian gulma (E.S. Sutarta dan Winarna, 2002). Menurut Pahan (2008) pemupukan kelapa sawit menghasilkan dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu penyebaran secara merata pada lingkar luar dan dalam batang, penempatan pupuk pada jalur lingkaran, penempatan pupuk pada larikan yang mengelilingi pokok, dan melalui infus akar. Pahan (2008) juga menyatakan bahwa rata-rata produksi/ha tanaman yang dipupuk sepanjang gawangan mati lebih tinggi dibanding produksi tanaman yang penempatan pupuknya di piringan. Akan tatapi, pemupukan dilarikan tetap bisa dilakukan karena mudah dilaksanakan dan mudah dalam mengontrol dosis pupuk yang diaplikasikan. Pupuk yang diberikan dapat berupa pupuk organik dan anorganik.
Pada lahan miring pemupukan sebaiknya dilakukan pada musim hujan kecil, diaplikasikan pada bagian piringan yang terletak antara pangkal pohon dan bukit dan dilakukan dengan sistem benam atau poket (Purba, 1998).
Pupuk Anorganik Pupuk anorganik adalah pupuk yang berasal dari bahan mineral atau senyawa kimia yang telah diubah melalui proses produksi sehingga menjadi bentuk senyawa kimia yang dapat diserap tanaman. Pupuk ini dapat diambil dari alam, misalnya KCl dan fosfat atau dibentuk di pabrik, misalnya NPK dan urea (Marsono dan Sigit, 2001). Lubis (2008) menyatakan beberapa jenis pupuk yang sering digunakan sebagai sumber tambahan hara pada perkebunan kelapa sawit adalah (NH4)2SO4 (Sulphate of Amonia) dan CO(NH2)2 (Urea) sebagai sumber N, Ca(PO4)2 (Rock Phospate) dan CaH4(PO4)2.2H2O (Triple Super Phospate) sebagai sumber utama P dan Ca, KCl (Muriate of Potash) sebagai sumber K, MgSO4.H2O (Kieserite) dan CaMg(CO3)2 (Dolomit) sebagai sumber Mg.
Pupuk Organik E.S. Sutarta dan Winarna (2002) menyatakan peningkatan efektivitas dan efisiensi pemupukan dapat dengan melakukan perbaikan kondisi lahan. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan aplikasi bahan organik. Sumber bahan organik yang dapat digunakan pada perkebunan kelapa sawit, diantaranya janjang kosong sawit (JKS), limbah cair pabrik kelapa sawit (LCPKS), dan pelepah bekas tunasan. E.S. Sutarta (2002) menyatakan bahwa 1 ton JKS mengandung hara setara 3.0 kg urea, 0.6 kg Rock Phospate, 12 kg Muriate of Potash, dan 12 kg Kieserite. Sementara 1 m3 LCPKS mengandung hara setara dengan 2.0 kg urea, 0.9 kg SP36, 3.9 kg Muriate of Potash, dan 2.2 kg Kieserite. Peranan bahan organik sangat besar dalam meningkatkan kesuburan tanah, dan akan menentukan produktivitas tanah. Peranan bahan organik tidak hanya berperan dalam penyediaan hara tanaman saja, namun yang jauh lebih penting terhadap perbaikan sifat fisik, biologi dan sifat kimia tanah lainnya seperti
terhadap pH tanah, kapasiatas pertukaran kation dan anion tanah, daya sangga tanah dan netralisasi unsur meracun seperti Fe, Al, Mn dan logam berat lainnya termasuk netralisasi terhadap insektisida. Berkaitan dengan kesuburan fisika tanah, bahan organik berperan dalam memperbaiki struktur tanah melaui agregasi dan aerasi tanah, memperbaiki kapasitas menahan air, mempermudah pengolahan tanah dan meningkatkan ketahanan tanah terhadap erosi. Pengaruh terhadap biologi tanah, bahan organik berperan meningkatkan aktivitas mikrobia dalam tanah dan dari hasil aktivitas mikrobia pula akan terlepas berbagai zat pengatur tumbuh (auxin), dan vitamin yang akan berdampak positif bagi pertumbuhan tanaman (Suntoro, 2003).
Konservasi Air dan Tanah Lahan Miring Menurut Purba (1998) lahan bertopografi miring adalah areal berlereng curam dengan kemiringan lereng antara 16-30% (90-170) dan lahan berbukit adalah areal dengan kemiringan lereng > 30% (170). Penanaman pada areal curam dan berbukit memungkinkan terjadinya erosi serius yang dapat menyebabkan terjadinya penipisan lapisan atas tanah. Oleh karena itu, diperlukan tindakan pengawetan tanah secara terpadu. Arsyad (2000) menyatakan bahwa masalah konservasi tanah adalah masalah menjaga agar struktur tanah tidak terdispersi, dan mengatur kekuatan gerak dan jumlah aliran permukaan serta mengatur hubungan antara intensitas hujan dan kapasitas infiltrasi. Berdasarkan asas ini ada tiga cara pendekatan dalam konservasi tanah, yaitu: 1)
Menutup tanah dengan tumbuh-tumbuhan dan tanaman atau sisa-sisa tanaman/tetumbuhan agar terlindung dari daya perusak buitr-butir hujan yang jatuh.
2)
Memperbaiki dan menjaga keadaan tanah agar resisten terhadap penghancuran agregat dan terhadap pengangkutan, dan lebih besar dayanya untuk menyerap air di permukaan tanah.
3)
Mengatur air aliran permukaan agar mengalir dengan kecepatan yang tidak merusak dan memperbesar jumlah air yang terinfiltrasi kedalam tanah.
Air hujan sebagai sumber air utama pada pertanian perlu dimanfaatkan seefisien mungkin dengan meningkatkan daya resap (infiltrasi) tanah. Salah satu teknik peningkatan daya resap tersebut adalah dengan pembuatan lubang resapan. Secara garis besar, lubang resapan dapat memperlambat dan menahan laju aliran permukaan yang terlalu deras sebelum aliran permukaan tersebut menggerus tanah pada lahan pertanaman yang menyebabkan degradasi tanah dan lahan. Penerapan lubang resapan yang dilengkapi dengan mulsa vertikal dapat memperbesar laju infiltrasi karena dinding permukaan yang dilindungi oleh sisa tanaman, sehingga penyumbatan pori makro pada dinding saluran dapat terhambat. Semakin banyak air hujan, maka dapat dimanfaatkan untuk mengimbangi kebutuhan air tanaman dan pengisian air bawah tanah (Brata, Sudarmo, dan Djojoprawiro, 1992). Menurut Arsyad (2000) rorak atau shield pits dibuat untuk menangkap air dan tanah tererosi, sehingga memungkinkan air masuk ke dalam tanah dan mengurangi erosi. Rorak merupakan lubang yang digali dengan ukuran dalam 60 cm, lebar 50 cm dengan panjang sekitar empat sampai lima meter. Panjang rorak dibuat sejajar kontur atau memotong lereng. Jarak antar rorak tergantung kemiringan lahan, semakin curam suatu hamparan lahan, semakin banyak rorak yang diperlukan. Perbaikan air dengan cara pembuatan rorak yang diberi mulsa vertikal pada areal suatu usaha tani lahan kering berlereng dapat memperbaiki beberapa sifat fisik, kimia, dan biologi tanah, serta menurunkan aliran permukaan dan meningkatkan kadar air tanah. Pemberian mulsa pada rorak dapat menampung aliran permukaan dan mulsa menahan partikel tanah pada dinding rorak.
METODE MAGANG Waktu dan Tempat Kegiatan magang ini dilaksanakan selama empat bulan mulai tanggal 12 Februari 2009 sampai dengan 12 Juni 2009 di Bukit Pinang Estate, PT Bina Sains Cemerlang, Musi Rawas, Sumatera Selatan.
Metode Pelaksanaan Metode yang digunakan pada kegiatan magang ini adalah metode langsung dan metode tidak langsung. Metode langsung dilakukan untuk mendapatkan data primer dengan bekerja aktif di lapangan secara langsung sesuai dengan jenjang jabatan yang ada di kebun dan wawancara kepada para pekerja lepas dan staf kebun. Sedangkan metode tidak langsung dilakukan untuk mendapatkan data-data sekunder berupa arsip kebun, laporan harian, laporan bulanan, dan tahunan. Pada dua bulan pertama penulis berstatus sebagai serikat karyawan utama harian (SKUH), pendamping mandor selama satu bulan, dan pendamping asisten kebun selama satu bulan. Selama menjadi SKUH, penulis mengerjakan berbagai jenis pekerjaan yang ada di kebun, yaitu kegiatan perawatan kebun, pemupukan, pemanenan, dan evakuasi buah ke pabrik. Selama menjadi pendamping mandor, penulis bertanggung jawab mengatur dan mengawasi pekerjaan karyawan serta mempelajari administrasinya. Sebagai pendamping asisten, penulis membantu asisten dalam menjalankan tugasnya melakukan kontrol dan evaluasi kerja di lapangan, mengawasi kerja mandor dan seluruh kegiatan yang ada di divisi, memimpin checkroll pagi serta mempelajari kegiatannya.
Pengamatan Selama magang penulis mengamati berbagai macam teknik pengelolaan perkebunan kelapa sawit secara umum. Penulis mengamati mulai dari teknik budidaya yang ada seperti pengelolaan tajuk, pemupukan, perlindungan tanaman, produksi dan pemanenan, serta distribusinya sampai ke pabrik kelapa sawit (PKS). Penulis juga mengamati aspek-aspek yang berhubungan dengan pengelolaan perkebunan seperti aspek manajerial, sosial, budaya, dan keamanan kebun. Semua aspek yang diamati dan dipelajari dilihat langsung saat bekerja dan dikuatkan oleh hasil wawancara kepada asisten dan staf kebun terkait. Pada aspek khusus pemupukan diamati teknik pemupukan yang dilaksanakan, jenis
pupuk yang dipakai, waktu dan frekuensi, rekomendasi
pemupukan, organisasi, pergudangan, dan upaya-upaya yang dilakukan untuk meningkatkan efisiensi pemupukan. Selain itu, diamati pula kualitas pemupukan yang dilaksanakan dengan didampingi oleh asisten kebun. Pengamatan dilakukan pada 50 pokok kelapa sawit sebanyak lima ulangan dengan metode sampling secara acak (Simple Random Sampling). Dalam kegiatan ini diamati jumlah pokok yang dipupuk dan tidak dipupuk, kemerataan penyebaran aplikasi pupuk, serta lokasi pupuk ditebar. Pengolahan Data Hasil pengamatan yang berupa realitas di lapangan dikomparasi dengan data arsip dan standar operasional prosedur (SOP) yang dimiliki oleh kebun. Hasil pengamatan kualitatif dikomparasi secara deskriptif dengan dengan arsip kebun dan literatur yang didapat. Selain itu, dilakukan pula olah data sekunder untuk membantu analisis kebun.
KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG PT Bina Sains Cemerlang merupakan perusahaan yang mengelola tiga unit usaha, yaitu Bukit Pinang Estate (BPE), Sungai Pinang Estate (SPE), dan Sungai Pinang Factory (SPF). Masing-masing unit melaksanakan
kegiatan
operasional dengan manajemen yang terpisah. Ketiga unit usaha tersebut masih berada dalam satu induk perusahaan ,yaitu PT Minamas Plantation. Pada awalnya PT Bina Sains Cemerlang memiliki nama PT Bina Sains Corporation yang merupakan anak cabang dari perusahaan Salim Group. Pada tanggal 1 April 2001 berganti nama menjadi PT Bina Sains Cemerlang seiring dengan perpindahan aset perusahaan dari Salim Group ke pihak PT Minamas Gemilang yang merupakan anggota dari kumpulan Gutrie Berhard (KGB) yang merupakan perusahaan perkebunan swasta di Malaysia. Pada saat perpindahan manajemen PT Bina Sains Cemerlang masih terdiri atas dua unit usaha, kebun dan pabrik. Pada tahun 2003, Manajemen PT Minamas Plantation membagi dua unit usaha kebun menjadi Sungai Pinang Estate (SPE) dan Bukit Pinang Estate (BPE). Selanjutnya KGB menjadi anggota kumpulan pengusaha Malaysia yang bernama Sime Darby pada tahun 2007 hingga kini.
Letak Geografis dan Administratif BPE merupakan salah satu kebun dari salah satu unit usaha yang dimiliki oleh PT Bina Sains Cemerlang. PT Bina Sains Cemerlang merupakan anak perusahaan PT Minamas Plantation di daerah Sumatera Selatan. Secara administratif, BPE terletak di Desa Sungai Pinang, Kecamatan Muara Lakitan, Kabupaten Musi Rawas, Propinsi Sumatera Selatan. Kabupaten Musi Rawas Terletak pada posisi 2020’00”-3038’00” LS dan 102007’00”-103040’10” BT. Batas-batas areal BPE adalah sebelah utara berbatasan dengan Desa Air Baluy, sebelah selatan berbatasan dengan Transmigrasi SP V, sebelah barat berbatasan dengan SPE, dan sebelah timur berbatasan dengan PT Pinago Utama. Aksesibilitas PT Bina Sains Cemerlang BPE bisa dicapai melalui jalur darat dan udara. Pemberhentian terminal bus terdekat terdapat di Lubuk Linggau dengan lama perjalanan kurang lebih 25 jam dari Bogor. Dilanjutkan 2 jam
perjalanan darat dengan menggunakan “colt” atau sering disebut masyarakat setempat “taksi”. Perjalanan melalui udara dilakukan dengan pesawat penerbangan dari Bandara Sukarno-Hatta (Jakarta) menuju Bandara Sultan Mahmud Badarudin (Palembang) selama 55 menit, dilanjutkan dengan transportasi darat (travel) selama 6-7 jam. Untuk memasuki kebun menuju perumahan karyawan kendaraan angkutan harus melalui ponton (sejenis rakit besi bertenaga solar) penyebrangan. Lama waktu yang diperlukan untuk sampai ke perumahan karyawan kurang lebih satu jam. Peta lokasi tempat magang dapat dilihat pada peta posisi kebun di peta Propinsi Sumatera Selatan yang dapat dilihat pada Gambar 2. Peta Sumatera Selatan Lokasi
Gambar 2. Peta Lokasi Magang PT. Bina Sains Cemerlang
Keadaan Iklim dan Tanah Areal BPE memiliki iklim tropis basah dengan kelembaban udara 87% dan rata-rata penyinaran matahari sebesar 61,9%. Suhu tertinggi adalah 32,9oC dan suhu terendah adalah 19,6 oC. Curah hujan cukup tinggi, yaitu 2 615, 3 mm per tahun dengan jumlah hari hujan 150,9 per tahun. Menurut klasifikasi Scmidht dan Ferguson, tipe iklim untuk BPE adalah A. Secara rinci hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Tipe Iklim Bukit Pinang Estate menurut Kalsifikasi Schmidt Ferguson BULAN
Thn 1999
Thn 2000
Thn 2001
Thn 2002
Thn 2003
Thn 2004
Thn 2005
Thn 2006
Thn 2007
Thn 2008
HH
HH
MM
HH
MM
HH
MM
HH MM
HH
MM
HH MM
HH MM
HH MM
HH MM
MM
Rata-rata HH
MM
JANUARI
23
357
21
440
15
319
20
378
18
348
18
76
12
221
14
261
21
267
20
681
18.2 299.1
PEBRUARI
17
185
12
160
13
265
9
126
17
387
20
361
9
178
17
185
16
160
11
230
14.1 205.2
MARET
11
132
9
171
16
170
20
301
11
214
14
275
22
506
18
159
14
168
17
399
15.2 236.3
5
99
13
249
15
287
17
267
18
277
14
179
10
155
10
74
16
238
16
241
13.4 196.7
MEI
12
268
8
233
9
113
10
140
9
126
10
111
8
110
9
124
10
165
8
221
9.3 134.3
JUNI
6
97
15
191
15
174
9
147
3
20
3
59
8
60
9
56
10
123
7
148
8.5
97.8
JULI
5
136
13
141
4
33
11
139
6
168
10
81
9
144
6
81
6
61
7
93
7.7
94.1
AGUSTUS
6
141
8
164
4
111
4
72
8
245
2
32
11
196
3
106
5
168
11
168
6.2 126.2
SEPTEMBER
5
68
11
128
13
148
5
73
10
127
11
169
14
159
5
54
9
227
11
240
9.4 132.5
OKTOBER
18
341
16
250
20
251
5
111
16
260
12
314
26
384
5
44
15
362
15
381
14.8 235.7
NOVEMBER
20
321
17
240
19
390
18
299
22
225
16
280
12
584
20
231
14
311
13
467
17.1 302.7
DESEMBER
18
352
10
123
26
471
15
263
22
587
20
472
12
192
8
54
20
504
19
384
17.0 305.2
APRIL
BK
0
0
1
0
1
2
0
4
0
0
0.8
BL
3
0
0
2
0
2
1
2
1
1
1.2
BB
9
12
11
10
11
8
11
6
11
11
10.0
Keterangan : BK : MM < 60 mm, BL : MM 60-100 mm, BB : MM > 100 𝑄=
𝑅𝐴𝑇𝐴 − 𝑅𝐴𝑇𝐴 𝐵𝐾 0,8 𝑥 100% 𝑄 = 𝑥 100% = 8% 𝑅𝐴𝑇𝐴 − 𝑅𝐴𝑇𝐴 𝐵𝐵 10
Menurut klasifikasi Schmidt Ferguson tipe iklim BPE termasuk kelas A
19
Secara umum topografi BPE adalah tanah miring sampai dengan tanah sangat miring dengan perincian sebagai berikut : datar 304 ha (7%), agak miring 581 ha (18%), tanah miring 1 486 ha (47%), dan tanah sangat miring 889 ha (28%). Jenis tanahnya adalah tanah mineral Podsolik.
Luas Areal dan Tata Guna Lahan BPE memiliki luas HGU (Hak Guna Usaha) total 3 354 ha. Rincian areal yang telah ditanami kelapa sawit TM (Tanaman Menghasilkan) seluas 3 176 ha, tanpa tanaman belum menghasilkan (TBM), areal yang belum dikerjakan 95 ha untuk TB (Tanaman Baru), dan areal prasarana pendukung seluas 83 ha. Tanaman menghasilkan terdapat di tiga divisi, yaitu Divisi I seluas 1 017 ha, Divisi II seluas 1 086 ha, dan Divisi III seluas 1 073 ha. Luas areal dan tata guna lahan dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Luas Areal dan Tata Guna Lahan di Bukit Pinang Estate Uraian
Luas (ha)
1. Areal yang diusahakan A. Areal yang ditanam 1. Tanaman Menghasilkan (TM) - Tahun Tanam 1992 - Tahun Tanam 1993 - Tahun Tanam 1996 - Tahun Tanam 1997 - Tahun Tanam 1998 - Tahun Tanam 2000 Sub Total TM 2. Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) Sub Total TBM 3. Tanaman Baru (TB) B.
Total areal yang ditanam
3 176
Total LC + LB
95 95
Pembukaan Lahan (LC) - Sedang dikerjakan - Belum dikerjakan Total areal yang ditanam + LC
C.
Pembibitan
D.
Pabrik
E.
Areal prasarana 1. Emplasment 2. Jalan-jalan dan jembatan 3. Lain-lain
3 271 12 71
Total areal prasarana F.
244 1 214 487 276 686 269 3 176 0 0 -
Lembah/sungai/parit (kuburan)
83 -
II. Areal mungkin bisa ditanam/ perluasan G. H.
Cadangan Okupasi Total areal II
Grand Total Sumber : Kantor Besar BPE (Juni, 2009)
0 3 354
20
Keadaan Tanaman dan Produksi Sumber tanaman kelapa sawit yang digunakan oleh BPE berasal dari produsen benih berkualitas, seperti : Pusat Penelitian Kelapa Sawit (Marihat) pada tanaman dengan tahun tanam (TT 1999 dan 2000), Socfindo (pada TT 1992, 1996, 1997, dan 1998), Lonsum (pada TT 1993 dan 1998), GPI (pada TT 2000). Asal bibit tanaman kelapa sawit BPE dapat dilihat pada Tabel Lampiran 1. Tabel 3. Populasi Kelapa Sawit per Tahun Tanam di Bukit Pinang Estate Tahun Tanam 1992 1993 1996 1997 1998 2000 Total
Divisi I Luas Jmlh (ha) pkk/ha 64 134 203 119 337 123 0 0 269 133 144 137 1 017
Divisi II Luas Jmlh (ha) pkk/ha 180 130 601 133 0 0 0 0 196 136 109 137 1 086
Divisi III Luas Jmlh (ha) pkk/ha 0 0 410 133 150 133 276 128 221 129 16 121 1 073
Total Luas (ha) 244 1 214 487 276 686 269 3 176
Sumber : Kantor Besar BPE (Juni, 2009)
Produksi tandan buah segar (TBS) dari bulan Januari-Maret 2009 lebih tinggi dari pada target yang harus dihasilkan sesuai dengan hasil sensus pada semester sebelumnya. Pada bulan April dan Mei terjadi penurunan produksi TBS akibat persentase buah matang yang rendah. Rencana dan realisasi produksi TBS dari bulan Januari-Juni 2009 dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Rencana dan Realisasi Produksi TBS di Bukit Pinang Estate (Januari-Juni 2009) Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni
Rencana Realisasi ……….(kg)……… 6 193 317 3 455 240 4 335 322 2 535 540 4 335 322 2 988 460 4 335 322 3 668 490 4 335 322 4 752 490 4 335 322 5 620 100
Sumber : Kantor Besar BPE (Juni, 2009)
Pencapaian Realisasi ……..(%)……. 55.8 58.5 68.9 84.6 109.6 129.6
21
Produksi TBS lima tahun terakhir di BPE menunjukkan kecenderungan yang meningkat. Pada tahun 2003/2004 produksi TBS mencapai 46 650 ton/tahun, 51 775 ton/ha pada tahun 2004/2005, 50 028 ton/tahun pada 2005/2006, 49 602 ton/tahun pada 2006/2007, dan 61 929 ton/tahun pada tahun 2007/2008. Produksi menurun pada tahun 2006/2007 akibat bulan terik dan diikuti oleh ledakan produksi di tahun berikutnya.
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan Bukit Pinang Estate (BPE) dibawahi langsung oleh seorang Estate Manager (EM). Dalam melaksanakan tugas EM dibantu oleh seorang senior asisten atau asisten kepala (Askep), tiga orang asisten divisi, dan seorang Kepala Administrasi (Kasie). Saat ini BPE tidak memiliki senior asisten. Senior asisten bertugas mengelola traksi (bersama Asisten Divisi I), klinik (bersama Asisten Divisi II dan III), pamswakarsa dan gudang (bersama Kasie), dan mengkoordinir asisten divisi. Untuk sementara pengelolaan traksi dikoordonir oleh Asisten Divisi I, klinik oleh Asisten Divisi II, alat berat oleh Asisten Divisi III, pamswakarsa dan gudang oleh Kasie langsung dibawah EM. Asisten divisi adalah orang yang bertanggung jawab atas semua kegiatan di divisi yang dipimpinnya. Asisten divisi bertanggung jawab langsung kepada EM dan dalam tugasnya dibantu oleh mandor I dan kerani divisi. Kepala administrasi atau kasie adalah orang yang bertanggung jawab mengelola segala kegiatan administrasi di kebun dan mengelola gudang. Kasie membawahi kepala gudang dan para karyawan di kantor besar. Tenaga kerja di BPE dibagi menjadi dua, yaitu karyawan staf dan karyawan non staf. Karyawan staf terdiri atas estate manager, senior asisten, asisten divisi, dan kepala administrasi. Karyawan non staf terdiri atas Serikat Karyawan Utama (SKU) yang dibagi berdasarkan sistem pengupahannya, yaitu bulanan (SKUB) dan harian (SKUH). Selain karyawan, BPE juga menggunakan Buruh Harian Lepas (BHL) sebagai tenaga kerja dalam kegiatan operasionalnya.
22
Gambar 3. Struktur Organisasi di Bukit Pinang Estate Sistem pembayaran upah karyawan di BPE tergantung pada status dan golongannya. Karyawan tetap (SKU) mendapatkan gaji dua kali dalam sebulan, yaitu gajian kecil pada pertengahan bulan sebesar Rp 50 000 sebagai pinjaman ditambah dengan premi selama setengah bulan gajian dan gaji besar atau pembagian gaji pokok karyawan dipotong pinjaman. Buruh harian lepas (BHL) menerima gaji satu kali pada akhir bulan sesuai dengan prestasi kerjanya.
23
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Pelaksanaan kegiatan magang yang dilakukan oleh penulis terdiri atas aspek teknis dan aspek manajerial. Aspek teknis adalah kegiatan penulis selama menjadi karyawan harian yang mengerjakan hal teknis di lapangan. Aspek manajerial adalah kegiatan penulis sebagai supervisor untuk mempelajari manajerial dan administrasi kebun. Dalam melakukan kegiatan, penulis dibimbing oleh asisten divisi, mandor I, kerani divisi, mandor perawatan, serta mandor dan kerani panen.
Aspek Teknis Selama aktif menjadi karyawan harian penulis memulai kegiatan harian dengan mengikuti roll pagi pada pukul 06.00 WIB untuk menerima arahan kerja dari asisten dan mandor berdasarkan jenis pekerjaan karyawan harian yang bersangkutan. Asisten divisi memulai roll pagi pukul 05.45-06.00 WIB dan memberikan arahan kepada para mandor dan kerani untuk disampaikan kepada karyawan. Arahan kerja berupa evaluasi terhadap pekerjaan kemarin dan solusi terhadap permasalahan yang terjadi kemarin serta rencana pekerjaan hari ini. Pada pukul 06.15-06.45 WIB, mandor-mandor melakukan roll pagi dengan anggotanya sesuai dengan instruksi yang diberikan oleh asisten divisi. Mobilisi karyawan ke blok-blok kerja dengan menggunakan dump truck dan tractor pada pukul 06.30-07.00 WIB dilakukan. Jenis pekerjaan teknis yang dilakukan oleh penulis meliputi pekerjaan pengendalian gulma, pemupukan, thinning out, sensus, dan transportasi TBS.
Pengendalian Gulma Kegiatan pemeliharaan merupakan salah satu aspek yang paling penting dalam kegiatan operasional kebun. Kegiatan produksi akan menjadi lebih lancar jika sistem perawatan berjalan baik. Pengendalian gulma merupakan kegiatan pemeliharaan utama di BPE. Kegiatan pengendalian gulma dapat memperlancar kegiatan operasional kebun yang lain.
24
Kegiatan
pengendalian
gulma
harus
memperhatikan
teknik
pelaksanaannya di lapangan (faktor teknis), biaya yang diperlukan (faktor ekonomis), dan kemungkinan dampak negatifnya. Pengendalian gulma di BPE umumnya dilakukan pada piringan dan gawangan. Teknik pengendaliannya dilakukan secara manual (piringan dan gawangan manual) dan secara kimia (piringan dan gawangan kimia serta pengendalian gulma alang-alang).
Pengendalian Gulma Gawangan Gawangan adalah jalur di antara dua baris tanaman kelapa sawit. Gawangan terdiri atas gawangan pasar hidup atau pasar pikul dan gawangan mati. Tujuan pengendalian gulma di gawangan adalah untuk mengurangi kompetisi unsur hara dan air antara tanaman utama dengan gulma, memudahkan kegiatan kontrol dari satu gawangan ke gawangan lainnya, dan menekan pertumbuhan tanaman inang hama. Pemeliharaan gawangan dilakukan secara manual dan kimia. Rotasi pemeliharaan tanaman (TM) dalam satu tahun adalah satu kali gawangan manual dan tiga kali gawangan kimia. Gawangan manual merupakan kegiatan pemeliharaan gawangan terhadap gulma berkayu. Gawangan manual meliputi dongkel anak kayu (DAK), dan babat tanaman pengganggu (BTP). Dongkel Anak Kayu (DAK). Dongkel adalah menyiang gawangan tanaman dengan membongkar atau membuang hingga akar-akarnya semua jenis gulma berkayu yang tidak diharapkan untuk tumbuh. Jenis gulma yang harus dikendalikan dalam kegiatan ini adalah kayu-kayuan, Chromolaena odorata (krinyuh), Clidemia hirta (harendong), Lantana camara (tahi ayam), Melastoma malabathricum (senduduk), dan kentosan. Pengendalian gulma anak kayu dilakukan dengan menggunakan cangkul, parang dan cados. Tujuan dari dongkel anak kayu adalah mengangkat gulma anak kayu sampai ke akarnya. Kegiatan ini dilakukan oleh karyawan harian wanita. Umumnya karyawan mendapat ancak 1 gawangan/orang. Hal yang paling penting untuk diperhatikan
pada kegiatan
dongkel adalah hindari pembabatan karena akan membuat tertinggalnya akar gulma.
25
Babat Tanaman Pengganggu (BTP). Pada kegiatan (BTP), seluruh karyawan diarahkan untuk membabat atau menebas tanaman penganggu pada blok yang akan dimasuki dan blok-blok jalan utama yang dilalui oleh tamu kebun yaitu General Manager. Seluruh karyawan menebas pokok-pokok kayu yang berukuran kecil dan tanaman merambat. Selain itu, karyawan juga diinstruksikan untuk menyusun pelepah dengan rapi di gawangan mati. Prestasi kerja pada kegiatan ini tidak nyata karena karyawan ditugaskan untuk membersihkan beberapa blok yang dianggap semak. Norma kegiatan ini adalah 0.5 ha/HK. Prestasi penulis 0.5 ha/HK. Kegiatan dongkel anak kayu (DAK) dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Kegiatan dongkel anak kayu (DAK) Gawangan Kimia. Kegiatan penyemprotan pasar rintis dan pasar mati bertujuan untuk mempermudah kegiatan operasional kebun karena areal pasar rintis merupakan akses utama ke pokok sawit, pengumpulan buah, pengutipan brondolan, penunasan dan pemeriksaan. Jenis gulma yang umumnya dikendalikan adalah Clidemia hirta (senduduk). Beberapa jenis gulma yang cukup dominan di Bukit Pinang Estate khususnya Divisi II adalah Clidemia hirta (senduduk), Mikania
micrantha
(Sembung
kawat),
Lantana
camara,
Assystachia
coromandeliana (putihan). Tidak semua jenis gulma dikendalikan dalam kegiatan ini, rumput-rumputan dan tanaman setahun lainnya yang berakar dangkal dan tidak tumbuh tinggi tetap dibiarkan untuk mengurangi erosi tanah. Bahan yang digunakan untuk kegiatan ini adalah Metafuron 20 WP dengan bahan aktif Metil Metsulfuron dengan konsentrasi 0.016 % dicampur
26
dengan Gramoxone dengan bahan aktif Diklorida Paraquat dengan konsentrasi 0.2 %. Alat semprot yang digunakan adalah Knapsack RB 15 “SOLO” dengan kapasitas 15 liter. Setiap gawangan hidup dimasuki oleh dua orang karyawan. Setiap karyawan menyemprot setengah bagian gawangan hidup dan setengah bagian gawangan mati. Teknis pelaksanaan menerapkan pembuatan larutan induk dengan tujuan mempercepat pencampuran dan tepat dosis. Pembuatan larutan induk dilakukan dengan melarutkan 250 gram Metafuron kedalam 6.2 liter air, kemudian ditambahkan Gramoxone 3 liter, lalu encerkan hingga volum menjadi 20 liter. Larutan herbisida gawangan kimia dibuat dengan mengencerkan 200 ml larutan induk menjadi 15 liter larutan herbisida. Kendala yang dihadapi adalah ketika penyemprot berada di tengah blok dan kehabisan bahan yang dibawa di tangki. Kondisi demikian memaksa penyemprot harus berteriak keras untuk memanggil tukang air atau pelangsir larutan herbisida yang sudah menunggu di ujung jalan rintis. Selain itu, tidak tersedianya air yang bersih memaksa penyemprot menggunakan air keruh yang mempengaruhi
kualitas
penyemprotan.
Air
yang
keruh
mengakibatkan
menurunnnya daya bunuh dari herbisida yang diakibatkan oleh menetralnya konsentrasi racun yang terkandung. Prestasi kerja yang ditetapkan untuk kegiatan ini adalah 5 ha/HK. Prestasi karyawan bergantung pada kondisi lahan. Bila kondisi lahan bersemak, prestasi karyawan akan menurun dan sebaliknya. Prestasi karyawan rata-rata 2.5 ha/HK dan prestasi kerja penulis sama dengan prestasi karyawan.
Pengendalian Gulma Piringan Piringan merupakan salah satu sarana yang terpenting dari produksi dan perawatan di Bukit Pinang Estate karena piringan adalah akses utama yang mempermudah pekerjaan potong buah (melihat jumlah brondolan yang jatuh), penunasan, dan pemeriksaan. Piringan Manual. Kegiatan piringan manual menjadi salah satu komponen yang penting dalam pemeliharaan tanaman kelapa sawit. Kegiatn piringan manual diawali dengan membuang pakisan yang banyak menempel di
27
batang, kemudian mendongkel kentosan yang tumbuh disekitar batang, dan menggaruk piringan dengan lebar 2 meter. Alat yang digunakan untuk kegiatan ini adalah garuk, parit, dan parang. Prestasi kerja untuk kegiatan ini belum ditetapkan. Prestasi karyawan untuk kegiatan ini adalah 20-27 piringan/HK. Semprot piringan, Pasar Rintis, dan TPH. Pengendalian gulma-gulma lunak di piringan, pasar rintis, dan TPH dilakukan secara kimia. Peralatan yang digunakan untuk penyemprotan piringan secara kimia adalah alat semprot MHS (Micron Herby Sprayer) dengan sistem aplikasi cairan volume sangat rendah (ULV). Tipe nozel yang digunakan adalah micron nozel warna orange. Piringan kimia menggunakan herbisida Prima Up 480 AS dengan bahan aktif Isopropilamina glifosat dengan konsentrasi 4 % dan dicampur dengan herbisida Starane 200 EC dengan bahan aktif Floriksipir dengan konsentrasi 1 %. Standar kerja untuk kegiatan piringan kimia di BPE adalah 5 ha/HK. Prestasi kerja penulis rata-rata 3.35 ha/HK dengan prestasi karyawan rata-rata 3.35 ha/HK. Pengendalian Alang-alang (Wipping dan Spot Spraying). Alang-alang (Imperata cylindrica) merupakan jenis gulma golongan satu yang tidak boleh ada di perkebunan kelapa sawit. Gulma ini dapat berkembang biak dengan sangat cepat, dan memiliki akar rimpang sehingga sulit untuk dikendalikan. Beberapa alasan mengapa alang-alang harus dikendalikan yaitu : 1. Alang-alang dapat menghasilkan zat allelopati yang berbahaya bagi tanaman kelapa sawit. 2. Pada musim kemarau panjang,
populasi alang-alang yang rapat dapat
menyulut terjadinya kebakaran kebun. 3. Terjadinya persaingan konsumsi unsur hara dengan kelapa sawit. Menurut Pahan (2008) pengendalian alang-alang efektif dilakukan dengan cara kimia dan dilakukan dengan beberapa teknik tergantung kerapatan dan bentukannya. Alang-alang dengan bentuk sheet efektif dikendalikan dengan penyemprotan herbisida secara menyeluruh (blanked spraying). Alang-alang yang tumbuh secara sporadis (terpencar-pencar) dikendalikan dengan metode spot spraying. Pada kondisi alang-alang yang sudah normal, pengendalian alang-alang dilakukan dengan wipping. Dalam kegiatan magang ini penulis mengikuti kegiatan pengendalian alang-alang dengan metode wipping dan spot spraying.
28
Wipping atau mengusap dilakukan untuk mengendalikan alang-alang yang kerapatannya rendah (rumpun-rumpun kecil yang terpisah). Alat yang digunakan, yaitu parang, kain katun yang dililitkan pada tiga jari, rompi semprot, dan ember. Bahan yang digunakan adalah herbisida Prima Up 480 AS. Prima Up merupakan herbisida purna tumbuh sistemik yang berbentuk larutan berwarna kuning keemasan.dengan bahan aktif isopropilamina glifosat 480 gram. Konsentrasi Prima Up dalam larutan wipping yang digunakan adalah 1 %. Larutan wipping dibuat dengan mencampurkan 60 ml Prima Up dengan 6 liter air. Teknik wipping yang dilakukan dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Bersihkan sekitar batang alang-alang dari tanaman lain atau kotoran dengan parang atau arit. 2. Celupkan jari yang dililit kain katun ke dalam herbisida, kemudian usapkan kain tersebut ke alang-alang. 3. Pengusapan dimulai dari batang bawah sampai ke ujung daun secara merata dan basah dilakukan per helai daun alang-alang. Hindarkan batang atau daun alang-alang putus, pecah atau tercabut saat mengusap dan membersihkan kotoran. 4. Alang-alang yang telah diusap ujung daunnya dipotong kira-kira 5-10 cm. 5. Apabila ditemukan alang-alang yang penyebarannya relatif banyak maka alang-alang tersebut diberi tanda dengan cara diberi pancang daun kelapa sawit untuk menunjukkan bahwa alang-alang tersebut harus disemprot oleh tim spot spraying. Spot spraying dilakukan untuk mengendalikan alang-alang yang tumbuh dengan bentuk spot atau titik-titik populasi kecil. Alat yang digunakan, yaitu alat pelindung diri (sarung tangan karet, masker, kaca mata semprot, topi, rompi semprot), knapsack solo kapasitas 15 liter, gelas ukur, dirigen, nozzel hitam dengan lebar semprot 1.25-1.5 m dan angkong. Bahan yang digunakan, yaitu Prima Up 480 AS. Konsentrasi Prima Up dalam larutan semprot adalah 0.8 %. Larutan semprot dibuat dengan mencampurkan 120 ml Prima Up ke dalam 15 liter air. Rumpun alang-alang disemprot merata dengan jarak 20 cm dari nozel.
29
Tim spot spraying menyemprot semua alang-alang yang diberi tanda oleh tim wipping. Organisasi wipping dan spot spraying dilakukan sebagai berikut : 1. Tim Wipping masuk ke dalam jalur tanaman kelapa sawit, satu orang tiap jalur. 2. Tim spot spraying masuk ke dalam jalur mengikuti tim wipping. Dalam kegiatan spot spraying
ini penulis mengamati terdapat cukup
banyak alang-alang yang tumbuh sporadis tetapi tidak diusap sehingga memaksa para tenaga spot spraying untuk juga menyemprot alang-alang yang tumbuh sporadis. Hal ini merupakan pemborosan herbisida yang dilakukan oleh tim wipping. Dalam organisasi wipping dan spot spraying penulis menganjurkan agar tim spot spraying tidak mengikuti di belakang tim wipping tetapi masuk dari arah berlawanan dengan tim wipping dan masuk ke dalam jalur setelah tim wipping keluar dari jalur sehingga dapat diketahui lebih dulu dari tim wipping mana jalur yang harus disemprot dan mana yang tidak. Hal ini dapat meningkatkan efisiensi kerja tim spot spraying. Tenaga kerja yang digunakan setiap hari berjumlah 13 orang, yang terdiri 6 orang tim wipping, 6 orang tim spot spraying, dan 1 orang tukang air. Adapun standar kerjanya adalah 5 ha/HK.
Thining Out (TO) Thining out merupakan kegiatan untuk menghilangkan pokok kelapa sawit yang tidak produktif. Kegiatan ini dilakukan dengan dua cara, yaitu kegiatan tebang pokok dan suntik racun. Kegiatan ini dilakukan oleh tim yang terdiri atas dua orang karyawan wanita. Pelaksanaan dilakukan pada tanaman yang telah ditandai silang merah dalam kegiatan sensus, yaitu pokok-pokok yang tidak produktif seperti pokok ganda, pokok gajah, pokok rapat dan sawit muda yang tumbuh liar. Pada kegiatan suntik mati, sisa pelepah dikelupas dengan menggunakan kapak untuk membuat tapak pada batang, tapak kemudian dilubangi dengan menggunakan mesin bor, dan disuntikkan racun dengan menggunakan injector. Setelah satu bulan, kegiatan thining out dievaluasi dan dilakukan penyuntikan ulang jika terdapat pokok yang tidak mati pada suntikan pertama.
30
a
b
c
d
Gambar 5. Kegiatan Thining Out (a) Mesin bor (b) Pokok ganda (c) Pokok gajah (d) Mengebor
Pengelolaan Tajuk Tunas Pokok. Tunas pokok merupakan suatu kegiatan perawatan tanaman. Tujuan dari tunas pokok adalah untuk mempermudah pekerjaan potong buah (melihat dan memotong buah masak), menghindari tersangkutnya brondolan di ketiak pelepah, dan memperlancar proses penyerbukan alami. Selain itu, penunasan dilakukan untuk sanitasi atau kebersihan tanaman sehingga menciptakan lingkungan yang tidak sesuai bagi perkembangan hama dan penyakit. Untuk mencapai tujuan penunasan dan tetap mempertahankan produksi yang maksimum, maka harus dihindari terjadinya over prunning. Over prunning adalah terbuangnya sejumlah pelepah yang produktif secara berlebihan yang akan mengakibatkan penurunan produksi. Untuk menghindari terjadinya over prunning, perlu dilakukan pelatihan dan simulasi pekerjaan, pengawasan yang ketat dan penggunaan alat yang tepat. Prestasi kerja yang ditetapkan untuk kegiatan ini adalah 0.05 Ha/HK. Prestasi kerja yang diperoleh karyawan adalah 0.05 Ha/HK sedangkan prestasi kerja yang diperoleh penulis tidak ada karena hanya mengawasi pekerjaan karyawan. Pokok yang telah ditunas dapat dilihat pada Gambar 6.
31
Gambar 6. Pokok Telah Ditunas (prunning)
Sensus Ulat Api Sensus hama merupakan salah satu kegiatan kebun yang dilakukan untuk memantau kondisi populasi hama khususnya ulat api dan ulat kantong yang berguna untuk membantu menentukan periode yang tepat dalam pengendalian yang akhirnya akan mencegah terjadinya ledakan serangan hama. Semakin cepat diketahui gejala kenaikan populasi hama maka pengendalian akan dapat dilakukan dengan mudah pada lokasi yang terbatas. Teknis pelaksanaan sensus ulat api, yaitu: (a) Tentukan blok pengamatan. (b) Tiap tim sensus yang terdiri 2 orang karyawan (wanita) memasuki blok lahan. (c) Tim sensus mengambil satu pelepah dari pokok sensus (PS) pada masingmasing titik sensus (TS) yang ditaksir paling banyak ulatnya. (d) Tentukan jenis hama dan hitung jumlah ulat atau larva tiap jenis ulat serta catat pada formulir sensus. (e) Bunuh ulat atau larva yang telah dihitung dengan gunting. (f) Hasil sensus dianalisis dan dibandingkan dengan batas kritis masing-masing jenis hama, kemudian dilakukan tindakan berdasarkan hasil tersebut. Hama Setora nitens, Thosea asigna, dan Susica sp biasanya ditemui pada pelepah ke-9 sampai dengan pelepah ke-24. Sedangkan hama Darma trima. Thosea bisura, Thosea vitusta, Ploneta diducta, dan golongan ulat kantung dapat ditemukan pada pelepah ke-25 sampai dengan pelepah ke-40 pada tanaman kelapa sawit. Prestasi kerja untuk kegiatan sensus ulat api adalah 1 blok/HK. Prestasi penulis sama dengan prestasi karyawan.
32
Penanaman Beneficial Plant. Beneficial Plant adalah tanaman berguna yang berfungsi untuk konservasi karena dapat berguna sebagai penyedia madu, sebagai tempat predator dan parasitoid pengendali hama ulat api dan ulat kantong. Beberapa jenis beneficial plant yang ada di PT. Bina Sains Cemerlang khususnya dan yang dikembangkan oleh Minamas pada umumnya antara lain: akar wangi (Vetiveria zizanioides), Euphorbia heterophylla, kacang-kacangan (Casia cobanensis), dan bunga pukul delapan (Turnera subulata). Namun, yang paling banyak ditanam di BPE umumnya adalah Turnera subulata dan Casia cobanensis. Turnera subulata dan Casia cobanensis dapat diperbanyak dengan stek, mudah bertunas berbunga putih dan kuning dan mekar pada pukul 08.00 WIB, sehingga dijuluki bunga pukul delapan. Lokasi penanaman Turnera subulata dan Casia cobanensis umumnya dilakukan berselang-seling di Main Road dan sebagian pada Collection Road. Bibit diangkut dari tempat pembibitan dengan menggunakan mobil angkut brondolan. Setelah sampai dilapangan, bibit stek kemudian ditanam dalam lubang yang telah digali dengan kedalaman ± 15 cm menggunakan cangkul dengan jarak 30 cm. Jarak tanam ini dipakai bila tapak yang dibuat adalah sepanjang Main Road. Bila tapak yang dibuat berbentuk segi empat dengan ukuran 4x2m dimana 1 tapak dibuat mewakili 5 gawangan, maka beneficial plant ditanam dengan jarak 25 cm. Alat yang digunakan untuk kegiatan ini adalah cangkul, karung, parang, dan ember. Prestasi yang diperoleh oleh karyawan dan penulis pada kegiatan ini tidak pasti karena belum terdapat standar yang baku. Pekerjaan penanaman dapat dikatakan selesai bila seluruh bibit yang dibawa telah selesai ditanam. Jenis beneficial plant yang ditanam di BPE dapat dilihat pada Gambar 7.
a
b
Gambar 7. Tanaman Beneficial Plant (a) Casia cobanensis (b) Turnera subulata (c) Euphorbia heterophylla
c
33
Konservasi Air dan Tanah Kegiatan konservasi air dan tanah di BPE perlu dilakukan mengingat bentuk lahan yang miring dan berbukit. Kegiatan konservasi air dan tanah dilakukan dengan menerapkan pembuatan shield pits dan susun pelepah U-Shape. Shield pits merupakan lubang memanjang yang berguna mencegah run off pada musim penghujan dan menjadi penampung air pada musim kemarau. Shield pits dan susun pelepah juga berguna meminimalisir jumlah pupuk yang terhanyut oleh hujan. Shield pits berbentuk limas segi empat terbalik dengan panjang 4 m, kedalaman 0.8 m, lebar dasar 0.5 m, dan lebar permukaan 1 m. Shield pits dibuat diantara dua pokok tanaman. Jarak antar shield pits dalam satu baris adalah 4 tanaman dan jarak antar shield pits antar baris adalah 2-3 tanaman. Konsep ini diterapkan pula sebagai pengering pada jalan sekaligus sebagai penampung air bagi tanaman yang disebut Road Side Pits.
a
b
c
Gambar 8. Jenis Shield Pits di Bukit Pinang Estate (a) Road Side Pits (b) Shield Pits Baru (c) Shield Pits Lama
Persiapan Pemupukan. Pengambilan contoh daun (LSU). Leaf Sampling Unit (LSU) atau kesatuan contoh daun adalah satu unit areal yang digunakan sebagai pengambilan contoh daun dari tanaman yang telah ditetapkan sebagai pokok titik sensus (TS) dan dapat mewakili kesuburan, umur tanaman, dan perlakuan yang diberikan dalam suatu luasan blok. Kegiatan pengambilan contoh daun (LSU) ini dilakukan dengan tujuan untuk pembuatan Rekomendasi Pemupukan untuk setiap semesternya yang dilakukan oleh Departemen Riset Minamas Plantation.
34
Kegiatan pengambilan contoh daun yang dilakukan di Bukit Pinang Estate dimulai dengan pengarahan terlebih dahulu dari pihak Departemen Riset Minamas. Setelah mendapatkan pengarahan, untuk selanjutnya tim LSU yang masing-masing beranggotakan 3 orang menuju ke divisi masing-masing dan blok masing-masing untuk selanjutnya melakukan kegiatan LSU. Kegiatan LSU dimulai dari pemberian nomor LSU pada pokok I barisan I dari sebelah ujung barat selatan blok. Setiap blok memiliki nomor LSU yang berbeda-beda. Pada tanaman ketiga baris ketiga adalah titik sensus (TS) 1 yang akan diambil contoh daunnya. Penentuan titik sensus (TS) berikutnya berjarak selang 12 tanaman dalam barisan dan 11 tanaman untuk pindah barisan. Untuk aturan pindah tanaman ini berbeda-beda untuk setiap bloknya sesuai dengan sistem LSU yang diarahkan oleh pihak Riset Minamas. Untuk sistem LSU diatas adalah 12x11 yang artinya pindah pokok sebanyak selang 12 tanaman dan pindah baris sebanyak 11 baris ke arah utara. Beberapa ketentuan mengenai pokok TS yang tidak boleh dijadikan sebagai pokok TS antara lain: 1. Pokok yang terletak di pinggir jalan. 2. Bila pokok TS bersebelahan dengan pokok yang mati, maka pokok yang dijadikan TS adalah pokok yang ada 1 didepan atau dibelakangnya. 3. Bila TS adalah pokok gajah, pokok jantan atau pokok yang abnormal, maka pokok TS adalah 1 pokok diatasnya. 4. Bila pokok TS bersebelahan dengan sungai atau bangunan, maka pokok TS digeser 1 kesebelahnya. 5. Bila pokok TS adalah pokok yang mati, maka geser 1 pokok kedepannya. Contoh daun diambil dari daun ke-17 pada pokok TS karena daun ke-17 dianggap sangat sensitif terhadap perubahan yang terjadi dalam status hara tanaman. Daun ke-17 adalah daun yang posisinya tepat berada dibawah daun ke-9 pada susunan filotaksis daun kelapa sawit. Daun yang ke-9 adalah daun yang letaknya dibawah daun pertama yaitu daun yang sudah membuka 100 %. Dari daun ke-17 diambil 2 pasang anak daun pada bagian kanan dan kiri dari tulang pelepah. Kemudian, dipotong pada bagian tengahnya kira-kira 15-20 cm dan dibelah 2 sama rata. Untuk anak daun bagian kiri masuk ke dalam plastik putih dan bagian sebelah kanan masuk kedalam plastik hitam.
35
Gambar 9. Titik Acuan Untuk Mengambil Anak Daun Daun yang ada pada plastik putih inilah yang nantinya akan dioven untuk kemudian dianalisis di Departemen Riset Minamas dan anak daun yang ada di plastik hitam ini digunakan sebagai daun cadangan yang sewaktu-waktu dapat dipergunakan apabila contoh daun ada yang rusak. Daun yang sudah terkumpul untuk 1 blok kemudian dipotong menjadi bagian yang kecil dan digabungkan kedalam satu wadah dengan data pendukung rekomendasi pemupukan dan diserahkan ke bagian Riset Minamas. Contoh daun kemudian akan dioven dengan suhu ± 150oC selama 24 jam oleh Departemen Riset Minamas. Selain mengambil contoh daun, kegiatan LSU juga mengambil data pendukung berupa lembaran yang harus berisi tentang kondisi blok, jumlah barisan, kondisi pokok, unsur yang paling banyak kekurangan. Alat yang digunakan untuk kegiatan LSU ini antara lain: egrek, cat, kuas, kertas label, gunting dan pisau. Norma yang berlaku pada kegiatan ini adalah 1 blok/tim/HK. Rata-rata prestasi yang diperoleh karyawan adalah 1 blok/tim/HK dan rata-rata penulis 1 blok/tim/HK. Kendala yang dihadapi dalam kegiatan LSU ini adalah adanya beberapa pokok TS yang tinggi dan tidak dapat dijangkau oleh egrek, sehingga pokok TS selang 1 pokok ke depan. Karena waktu pengumpulan contoh daun yang mendesak, jumlah tim LSU ditambah dari dua tim menjadi empat tim dan norma kerja karyawan menjadi 2 blok/tim/HK. Penguntilan Pupuk. Penguntilan pupuk merupakan salah satu persiapan kegiatan pemupukan di BPE. Pengiuntilan pupuk bertujuan untuk menjamin setiap pokok mendapatkan dosis pupuk yang tepat, mencegah terjadinya
36
penggumpalan pupuk, memudahkan pemuatan dan pengangkutan pupuk, memudahkan pembukaan karung dan pelangsiran ke dalam blok. Kegiatan penguntilan dimulai pada pukul 08.00 WIB dengan diawasi oleh seorang mandor until. Pupuk dalam karung besar dibuka dan dikeluarkan ke atas terpal. Lalu pupuk yang menggumpal dipecah dan dimasukkan ke dalam karungkarung lain dengan jumlah yang lebih kecil. Karung until kemudian diikat dan disusun kembali per 25 until untuk memudahkan penghitungan tonase pupuk yang akan dimuat. Bobot untilan tergantung jenis pupuk dan dosis yang digunakan. Contoh, Pupuk urea dengan dosis 1.5 kg/pokok, tiap satu until 12 kg digunakan untuk 8 tanaman. Pupuk dolomite dengan dosis 2.5 kg/pokok, tiap untilan 10 kg digunakan untuk 4 tanaman. Alat yang digunakan dalam kegiatan until pupuk adalah terpal, takaran until, karung until, gancu untuk membantu menurunkan pupuk, palu kayu, plastik untuk mengikat untilan, dan pisau untuk membuka karung besar pupuk. Penggunaan gancu harus hati-hati agar karung besar pupuk tidak sampai bocor sehingga dapat digunakan kembali sebagai karung until nantinya. Prestasi kerja yang ditetapkan BPE untuk pekerjaan until adalah 1 500 kg/HK, 3 ton/HK untuk kegiatan pengeceran ke blok, dan 500 kg/HK untuk kegiatan langsir pupuk ke pasar tengah dan penabur pupuk. Pekerja yang digunakan untuk kegiatan until adalah buruh harian lepas (BHL). Kegiatan until pupuk dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10. Kegiatan Until Pupuk Pengambilan pupuk di gudang dan Pengeceran. Pengambilan pupuk dan pengeceran dilakukan mulai pukul 07.00 pagi. Pupuk diambil dari gudang pupuk setelah mendapat persetujuan dari asisten yang bersangkutan. Jumlah
37
pupuk yang diambil sesuai dengan jumlah rekomendasi pupuk/blok yang akan dipupuk pada hari tersebut. Pupuk yang akan dibawa dimuat ke dalam alat angkut oleh dua orang kenek langsung dibawa ke blok yang akan dipupuk dan langsung diecer pada tiap gawangan hidup sesuai dengan jumlah pokok dan dosis yang telah ditentukan. Sebagai contoh pada tanggal 11 Maret 2009, Divisi II BPE akan melakukan pemupukan urea di blok C27 (tahun tanam 1992) dengan luas 16 ha, jumlah pokok 2 030 pokok, dosis pemupukan 1.5 kg/pokok.
Gambar 11. Pengambilan Pupuk di Gudang dan Pengeceran Pupuk di Collection Road Contoh Perhitungan : Kebutuhan pupuk urea untuk Blok C27 = 2030 x 1.5 kg = 3045 kg Untuk per sak karung pupuk 50 kg = 3045 kg : 50 kg/sak = 60.9 sak ≈ 61 sak Jumlah pokok dalam baris = 32 pokok Jadi 32 pokok x ½ pasar rintis = 16 pokok (karena pemupukan hanya sampai pasar rintis) 16 pokok x 1.5 kg = 24 kg Maka dalam pengeceran tiap gawangan di beri 2 until @ 12 kg/until pupuk urea Sehingga kebutuhan untilan untuk blok C27 = 3045 kg : 12 kg/until = 253.75 until ≈ 254 until Alat yang digunakan dalam kegiatan ini adalah sarung tangan, masker, dan kendaraan angkut berupa wheel tractor dan dump truck.. Norma kerja untuk kegiatan ini adalah 2 ton/HK. Prestasi karyawan dan penulis rata-rata 2 ton/HK. Pelangsiran. Pupuk yang telah diecer di CR gawangan hidup dibawa masuk ke dalam gawangan oleh karyawan tenaga pupuk. Pupuk diletakkan di sebelah pokok dimana diperkirakan until pupuk sebelumnya telah habis
38
ditaburkan dan sampai ke pasar tengah. Misalnya pada contoh diatas untilan pupuk diletakkan di luar gawangan dan pada pokok ke-delapan. Setiap pelangsir harus melangsir untuk dua orang penabur. Alat yang digunakan, yaitu ember, kain semban, sarung tangan, penutup kepala, masker, dan sepatu bot. Norma kerja untuk pekerjaan langsir pupuk adalah 1 ton/HK. Prestasi karyawan dan penulis dalam kegiatan ini rata-rata 1 ton/HK.
Pelaksanaan Aplikasi Pupuk Pemupukan merupakan salah satu sumber hara yang diperlukan untuk mendukung hara yang tersedia di dalam tanah. Hara-hara yang tersedia di tanah dan pupuk digunakan oleh tanaman untuk pertumbuhan dan produksi. Setiap hara mempunyai peran masing-masing dan tanaman akan menunjukkan gejala jika ketersediaan hara tidak mencukupi. Keseimbangan ketersediaan hara dan kebutuhan hara tanaman pada kelapa kelapa sawit dijaga dengan melakukan pemupukan sebagai tambahan hara. Pentingnya hara bagi tanaman mendorong perlunya peningkatan efisisensi dan efektifitas pemupukan. Efisiensi
dan efektifitas pemupukan dapat
ditingkatkan melalui tepat jenis, tepat dosis, tepat waktu, dan tepat cara (4T). Pemupukan pada tanaman kelapa sawit bertujuan untuk menghasilkan produksi optimal yang berkelanjutan. Rincian alat yang digunakan dalam kegiatan pemupukan dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Rincian dan Fungsi Alat Pupuk yang Digunakan di Bukit Pinang Estate No 1 2 3 4 5 6
Nama Alat Ember Semban Gendong Mangkuk Tabur Masker Sarung Tangan Pisau
Fungsi Tempat pupuk yang akan ditebar atau dilangsir Kain bantu untuk memudahkan pengangkutan pupuk Mangkuk yang digunakan untuk menaburkan pupuk Sebagai pelindung dari bau dan bubuk pupuk Pelindung tangan dari pupuk Alat untuk membuka karung pupuk yang telah diecer
Sumber : Pengamatan lapang (2009)
39
Pupuk yang telah dilangsir kemudian ditaburkan di gawangan mati sebelah kanan pemupuk secara merata dengan menggunakan mangkuk tabur (tidak berbentuk gumpalan) sampai ke pasar tengah atau jalur kontrol. Setiap gawangan mati dipupuk oleh seorang pemupuk. Untuk menghindari kekeliruan, tidak dilakukan aplikasi dua atau lebih jenis pupuk dalam satu blok pada waktu yang sama. Kebutuhan jumlah tenaga kerja harus sesuai dengan luas areal yang akan dipupuk. Mangkuk tabur yang dibawa oleh penabur pupuk harus sesuai dengan dosis yang akan digunakan. Penaburan pupuk harus dimulai dari jalan pemupuk (CR) menuju pasar tengah blok
sesuai
dengan
arah
barisan
tanaman.
Prestasi
kerjanya
adalah
400-500 kg/HK tergantung dosis/pokok, topografi, dan keterampilan penabur. Kendala yang dihadapi pada pemupukan adalah kurangnya alat yang memadai. Ketiadaaan mangkuk yang telah dikalibrasi berpengaruh pada dosis pupuk/pokok. Sarung tangan yang rusak mengakibatkan rasa sakit pada pemupuk sehingga tidak dapat memupuk dengan baik. Adanya karyawan nakal yang mencuri untilan-untilan pupuk. Kondisi lahan yang berbukit menyulitkan pelangsiran dan pemupukan. Selain itu, ketidakjujuran beberapa penabur dalam aplikasi pupuk menyebabkan dosis per pokok tidak merata dan ada beberapa pokok yang berada di daerah kontrol atau pasar tengah yang tidak mendapat pupuk atau hanya sedikit. Oleh karena itu, tenaga pupuk dipilih dari tenaga kerja wanita yang kuat, sehat, cekatan dan jujur.
a
b
Gambar 12. Teknik Penebaran Pupuk di BPE (a) Penebaran Pupuk di Gawangan Mati (b) Pupuk di Pelepah
40
Teknik Pemupukan Sejak tahun 1996 (tahun pertama produksi), sistem pemupukan yang dilakukan di BPE adalah pupuk ditebar secara merata di piringan. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan pupuk ditebar disekitar daerah perakaran. Namun seiring perkembangan penelitian yang dilakukan oleh tim riset perusahaan maka sistem tebar di piringan kemudian diganti dengan sistem pemupukan baru yang dilakukan dengan menebarkan pupuk secara merata di gawangan mati dan pelepah yang disusun bentuk U-Shape. Teknik baru ini mulai diaplikasikan secara total mulai tahun 2002. Beberapa dasar dilakukannya teknik ini adalah : 1. Pupuk dapat mempercepat pelapukan pelepah yang disusun di gawangan mati. 2. Akar aktif tanaman banyak ditemui di bawah pelepah lapuk. 3. Tanah di piringan biasanya keras dan menyulitkan perkembangan akar. 4. Tidak adanya buah yang terkena pupuk jika hari pemupukan sama dengan hari panen.
Organisasi Pupuk. Pemupukan merupakan salah satu unit kegiatan rayon yang terdapat di Bukit Pinang Estate. Unit pekerjaan rayon berarti unit pekerjaan dibawahi oleh seorang mandor rayon yang menangani unit kegiatan tidak hanya pada satu divisi tetapi berkordinasi dengan divisi dan menangani seluruh kegiatan pemupukan yang terdapat di Bukit Pinang Estate. Sistem rayon pupuk belum lama diterapkan di BPE. Sistem ini diterapkan sehubungan dengan diterapkannya pula sistem gudang pupuk yang terpusat. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya kehilangan pupuk akibat pencurian yang sering terjadi di divisi.
Unit kegiatan ini seharusnya berada di bawah tanggung
jawab seorang senior manajer. Akan tetapi pada saat penulis berada di BPE unit pupuk berada di bawah tanggung jawab seorang asisten akibat terjadinya kekosongan posisi senior asisten di BPE. Seorang mandor pupuk dalam melaksanakan tugasnya mengawasi kegiatan pemupukan dibantu oleh dua orang pembantu mandor dan centeng serta
41
petugas keamanan kebun. Centeng dan petugas keamanan bertugas menjaga pupuk yang telah diecer untuk mencegah terjadinya pencurian. Tenaga pemupuk merupakan gabungan karyawan dari tiga divisi dan umumnya merupakan tenaga kerja perempuan. Tenaga pupuk terdiri atas seorang tukang karung yang bertugas untuk memungut karung-karung until untuk dikembalikan ke gudang pupuk dan digunakan kembali, tenaga pelangsir yang tugasnya membawa masuk pupuk yang telah diecer di CR ke dalam gawangan, serta tenaga penabur pupuk yang bekerja menaburkan pupuk yang telah dilangsir ke gawangan mati. Perbandingan antara jumlah tenaga penebar dan tenaga pelangsir adalah 2:1. Misalnya pada hari sabtu akan memupuk Urea 20 ton di Blok C25, C27, C28, C29. Norma kerja 500 kg/HK sehingga jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan adalah 40 orang dengan rincian 1 orang tukang karung, 26 orang sebagai penabur, dan 13 orang sebagi pelangsir.
Pengawasan dan Pemeriksaan Kualitas Pemupukan Pengawasan kegiatan pemupukan di lapangan dilakukan pada saat kegiatan pemupukan sedang berlangsung. Kegiatan yang dilakukan oleh mandor pupuk ini bertujuan untuk memastikan kegiatan pemupukan berjalan sesuai SOP pemupukan kebun. Kegiatan pemeriksaan kualitas pemupukan merupakan tanggung jawab asisten yang membawahi mandor pupuk. Kegiatan ini dilaksanakan oleh asisten bersama dengan mandor pupuk untuk melihat kualitas pekerjaan dan mengoreksi bagian-bagian pekerjaan yang belum sesuai dengan prosedur standar kebun. Kegiatan ini dilakukan setelah pemupukan selesai dan diketahui oleh manajer kebun. Hasil pengawasan ini akan digunakan sebagai bahan untuk evaluasi dan memperbaiki kualitas pekerjaan pemupukan di kebun.
Aplikasi Janjang Kosong Kelapa Sawit (JKS) Janjangan kosong merupakan salah satu produk dari pabrik kelapa sawit (PKS) yang berasal dari stasiun rebusan dan stasiun pemipilan. Janjangan kosong (JKS) kaya akan kandungan materi organik yang berguna bagi tanaman. Aplikasi JKS dapat meningkatkan proses dekomposisi sehingga kandungan fisik, biologis
42
dan kimia meningkat. Janjang kelapa sawit (JKS) juga meningkatkan peremajaan tanah yang penting untuk jangka waktu yang lama dalam rangka mempertahankan produksi TBS agar tetap tinggi. Rata- rata
satu ton janjangan kosong
mengandung unsur hara utama sebanding dengan 8.0 kg urea, 2.9 kg RP, 18.3 kg MOP, 5.0 kg Kieserit, dan unsur lainnya (B,Cu,Zn,Fe,dan Mn). Dari keempat unsur diatas, unsur yang paling banyak terkandung dalam JKS adalah Kalium. (Pahan, 2007) Di Bukit Pinang Estate, aplikasi janjang kosong (JKS) tidak dilakukan dengan menggunakan kendaraan khusus. Aplikasi JKS belum dilakukan pada pokok sawit tetapi hanya pada pinggir luar blok sebagai pupuk bagi beneficial plant. Bobot JKS rata-rata yang diangkut adalah 4-5 ton dan diaplikasikan secara manual di sekitar beneficial plant. Janjangan Kosong yang diaplikasikan sebaiknya cukup satu lapis. Bila lebih dari 1 lapis, akan merangsang perkembangbiakan dari kumbang badak (Oryctes rhinoceros) di dalam tumpukan.
Gambar 13. Aplikasi Janjang Kosong di Bukit Pinang Estate
Perawatan Jalan Kelapa sawit merupakan salah satu tanaman pertanian yang mempunyai produktivitas tinggi (22-35 ton/ha/tahun) dan ditanam dalam luasan yang besar. Oleh karena itu, diperlukan sistem pendukung transportasi yang memadai. Jalan dan jembatan merupakan sarana terpenting dalam transportasi dan evakuasi buah pada perkebunan kelapa sawit. Jalan yang terdapat di BPE umumnya belum permanen dan terdiri atas jalan yang dibentuk dan diberi timbunan pasir dan batu. Jalan yang tidak baik akan menghambat proses evakuasi buah serta meningkatkan biaya angkut dan perawatan jalan. Perawatan jalan harus mengacu pada
43
faktor-faktor pemicu terjadinya kerusakan jalan diantaranya air, kurangnya pemanasan matahari, bahan organik, sifat tanah, dan bahan induk tanah serta jenis dan beban angkutan. Berdasarkan fungsinya jenis jalan yang terdapat di Bukit Pinang Estate adalah : 1. Jalan Akses (Access Road). Jalan penghubung keluar masuk kebun, antara kebun (emplasemen, Pabrik, dan Kantor Besar Kebun). 2. Jalan Utama (Main Road). Jalan penghubung antara collection road dan jalan akses dengan arah Timur-Barat. 3. Jalan Pengumpul (Collection Road). Jalan pengumpulan hasil, pengangkutan hasil dari TPH, dan pengawasan dengan arah Utara-Selatan. 4. Jalan Buntu (Tertiary Road). Jalan tambahan yang dibuat pada areal yang sulit (berbukit) untuk memudahkan pengumpulan hasil. 5. Jalan Pringgan (Boundary Round). Jalan yang dibuat di sepanjang pinggiran kebun sebagai batas areal, memudahkan pengumpulan hasil dan memudahkan pengawasan. Tabel 6. Ukuran Lebar Badan Jalan di Bukit Pinang Estate Jenis Jalan Jalan Akses (Access Road) Jalan Utama (Main Road) Jalan Pengumpul (Collection Road)
Lebar Jalan (m) 12 9 7
Sumber : SOP Minamas (2004)
Kegiatan perawatan jalan meliputi kegiatan cuci parit, penimbunan, pembentukan ulang jalan, penambahan material batu, susun ulang kayu jembatan, dan tunas pasar. Cuci parit merupakan kegiatan pengaliran air dengan memperdalam parit dengan memperhatikan lapisan permukaan dan kemiringan jalan. Untuk mempercepat aliran air ke samping pada jalan utama atau Main Road (MR) dibuat pula road side pits di sepanjang sisi jalan. Selain itu, dapat pula dibuat aliran langsung dari parit jalan ke anak-anak sungai yang terdapat di BPE. Untuk mempertinggi jalan dapat dilakukan penimbunan dengan memperhatikan jenis tanah yang cocok. Kegiatan timbun jalan ini biasanya diikuti dengan pembentukan jalan kembali dengan road grader dan compactor. Untuk memperbaiki struktur tanah dilakukan penambahan material batu sungai yang disusun dengan road grader dan dipadatkan dengan compactor.
44
Pada jalan koleksi atau Collection Road (CR) yang kerusakannya tidak parah penimbunan biasanya dilakukan dengan TLB (tractor loader backhoe). Untuk menghilangkan
genangan dilakukan
pembuatan
tali
air
dengan
menggunakan cangkul. Pada musim kemarau, kegiatan evakuasi buah tidak mengalami hambatan karena kondisi jalan di BPE yang kering dan mengeras akibat panas matahari. Akan tetapi sebaliknya pada musim penghujan, transportasi dan evakuasi buah terhambat akibat kondisi jalan yang licin dan lembut akibat basah. Kondisi jalan yang belum permanen berpengaruh terhadap kegiatan operasional kebun karena pekerja tidak dapat dikirim ke blok kerja jika hujan terjadi pada pagi hari karena jalan yang licin. Pemasangan Gorong – gorong Gorong-gorong adalah salah satu sarana prasarana unit jembatan yang berfungsi untuk mengalirkan air agar jalan tidak tergenang sehingga transportasi yang berkaitan dengan kegiatan operasional dapat berjalan dengan baik terutama untuk pengangkutan TBS. Gorong-gorong yang digunakan di Bukit Pinang Estate khususnya Divisi II adalah diameter 40, 60, dan 80 cm. Setelah gorong-gorong selesai dipasang, selanjutnya adalah menimbun tanah yang ada disekitar goronggorong agar gorong-gorong tahan dan tidak mudah terlepas. Tahapan pemasangan karung tanah penahan gorong-gorong adalah sebagai berikut: 1.
Membawa karung (±60 karung) ke tempat yang sudah dipancang dan dipasang gorong-gorong.
2.
Karung diisi dengan tanah kemudian disusun disekitar gorong-gorong agar tanah tidak jebol atau ambles.
3.
Setelah seluruh karung tanah selesai dipasang, selanjutnya alat berat compactor atau grader akan meratakan jalan. Tujuan dari penggunaan karung adalah sebagai penahan agar tanah yang
berfungsi untuk menimbun gorong-gorong tidak mudah terdispersi atau hanyut. Karung akan melapuk setelah beberapa bulan dan tanah di dalam karung akan menyatu kembali dengan tanah asalnya.
45
Prestasi kerja yang diperoleh untuk kegiatan ini adalah 1 unit/3HK atau 0.3 unit/HK. Prestasi karyawan adalah 1 unit/3 HK dan prestasi penulis sama dengan prestasi karyawan.
Tunas Pasar Kegiatan tunas pasar merupakan salah satu kegiatan rawat jalan yang penting. Kegiatan ini bertujuan untuk membuang pelepah yang tidak produktif yang ada pada pokok disepanjang badan jalan Collection Road. Selain itu, tunas pasar juga bertujuan agar sinar matahari dapat masuk memanaskan badan jalan sehingga jalan-jalan yang basah dan tergenang air lebih cepat mengering. Dengan demikian proses transportasi dan proses evakuasi TBS ke PKS dapat berjalan dengan baik dan lancar. Tahapan tunas pasar antara lain: (1) Memotong pelepah yang menutupi jalan, sisakan daun pada pelepah sekitar 1 m. (2) Pelepah yang berserakan disepanjang jalan diptong menjadi tiga bagian dan disusun dengan rapi di gawangan mati. Prestasi kerja yang berlaku untuk kegiatan ini adalah 40 pokok/HK atau 350 m/HK. Prestasi kerja yang dicapai oleh karyawan adalah 40 pokok/HK atau 350 m/HK sedangkan prestasi yang dicapai oleh penulis tidak nyata karena pada kegiatan ini penulis hanya bertugas untuk menyusun pelepah ke gawangan mati.
Panen Potong Buah. Pekerjaan panen adalah pekerjaan memotong tandan buah matang dan pengutipan brondolan yang kemudian dikumpulkan di tempat pengumpulan hasil (TPH) untuk kemudian diangkut ke pabrik untuk diolah. Cara dan waktu panen dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas yang akan diperoleh. Oleh karena itu, pemanenan kelapa sawit harus dikelola dengan baik. Tugas seorang
pemanen
adalah
mengambil
buah
matang
dari
pokok
dan
mengantrikannya ke TPH sebanyak mungkin dengan tetap memelihara dan menjaga keadaan tanaman yang dipanen. Tahapan pemanenan yang sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP) Minamas adalah sebagai berikut:
46
1. Pemanen memasuki ancak yang telah ditentukan oleh mandor panen sebelumnya pada saat check roll pagi. 2. Pemanen memperhatikan jumlah brondolan yang ada di piringan sebagai acuan untuk memotong buah yang matang. 3. Pemanen memotong pelepah yang menyanggah buah (umumnya songgo 1-2) menggunakan dodos untuk tanaman yang rendah dan egrek untuk tanaman yang tinggi. 4. Memotong buah yang matang dan menyusun pelepah di gawangan mati dengan rapi dengan bentuk U-Shape. 5. Memotong gagang panjang mepet sampai ke buah dengan menggunakan kapak dan mengantrikan buah di tempat pengumpulan hasil (TPH).
Gambar 14. Panen Dengan Menggunakan Egrek Rotasi Panen. Rotasi panen atau pusingan panen adalah lamanya waktu yang diperlukan antara panen terakhir dengan dengan panen berikutnya pada ancak yang sama. Rotasi atau pusingan potong buah mempengaruhi transportasi, pengolahan, biaya potong buah, umur tanaman, persentase buah mentah, kesempurnaan pengutipan brondolan, jangka waktu pengutipan brondolan dan kadar FFA. Sistem rotasi panen yang berlaku di Bukit Pinang Estate adalah 6/7 yang artinya terdapat enam seksi panen dan dipanen setelah 7 hari untuk pusingan atau rotasi normalnya. Namun, ada beberapa blok yang rotasinya sampai >9 hari.
47
Rotasi yang lambat disebabkan oleh tidak selesainya ancak yang dipanen pada hari itu juga sehingga harus mengulang besoknya. Sedangkan pusingan atau rotasi potong buah yang terlalu cepat dapat merangsang pemanen untuk memotong buah mentah demi mengejar siap borong. Peralatan Panen. Alat-alat yang digunakan untuk memanen terbagi menjadi tiga fungsi yaitu alat untuk memotong tandan, mengangkut TBS ke TPH, dan alat untuk memuat TBS. Rincian alat-alat panen dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Rincian Alat-alat Panen di Bukit Pinang Estate No 1 2 3 4 5
Nama Alat Dodos Harvesting pole Pisau egrek Angkong Karung goni
6 7 8
Gancu Kapak Ember
9
Tojok
Kegunaan Untuk memotong TBS umur 3-8 tahun Gagang untuk pisau egrek Alat untuk memotong TBS Alat untuk mengangkut TBS dari pokok ke TPH Wadah untuk mengumpulkan brondolan sebelum diangkut ke PKS Alat untuk mengantrikan TBS dari pokok ke pasar rintis Alatuntuk memotong gagang panjang dari TBS Alat untuk menampung brondolan sebelum dikumpulkan menjadi satu di dalam karung Untuk memuat TBS dari TPH ke PKS
Sumber : Pengamatan lapang (2009)
a
b
c
d
Gambar 15. Peralatan Panen yang Digunakan di BPE (a)Tojok dan Garuk (b) Egrek (c) Kampak dan Gancu (d) Angkong
48
Organisasi Panen. Organisasi panen memegang peranan penting agar tandan buah yang dipanen untuk hari yang direncanakan dapat diselesaikan dengan baik. Pengorganisasian dan pengawasan terhadap mandoran panen yang baik dapat menjamin keberhasilan pelaksanaan panen. Organisasi panen terdiri atas pemanen, mandor panen, kerani buah dan mandor I. Umumnya seorang mandor panen membawahi 15-20 tenaga pemanen dan bertugas menentukan dan mengontrol ancak setiap pemanen. Kerani buah bertugas untuk mencatat jumlah tandan yang dihasilkan oleh setiap pemanen, mengontrol kualitas buah serta menghitung jumlah buah yang diangkut ke PKS. Setiap mandor panen bertanggung jawab kepada mandor 1 dan selanjutnya mandor 1 bertanggungjawab kepada asisten divisi. Sistem organisasi panen yang diterapkan di Bukit Pinang Estate adalah sistem Block Harvesting System by Division Of Labour-2 (BHS by DOL-2). BHS By DOL-2 adalah sistem organisasi panen dimana kegiatan panennya setiap hari kerja terkonsentrasi pada satu seksi panen tetap dan berdasarkan interval yang telah ditentukan. Sistem ini menjelaskan bahwa proses potong buah sepenuhnya dikerjakan oleh seorang pemanen (cutter) sedangkan proses pengutipan brondolan dikerjakan sepenuhnya oleh pengutip brondolan (picker). Setiap harinya, pemanen harus sudah berkumpul di check roll pagi karyawan pada pukul 06.30 WIB, peralatan panen harus sudah lengkap beserta dengan APD (Alat Pelindung Diri) dan dipastikan semuanya dalam keadaan baik. Sebelum bekerja, seluruh pemanen diabsen kehadirannya terlebih dahulu oleh mandor panen dan
kemudian diberikan pengarahan mengenai sistem
pengancakan, peraturan panen,dan kesiapan peralatan untuk mencapai hasil atau output yang maksimal baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Output pemanen berbeda-beda tergantung pada umur tanamannya. Berikut ini adalah tabel tentang perbedaan output pemanen berdasarkan umur tanaman. Tabel 8. Perbedaan Output Pemanen Berdasarkan Umur Tanaman Ton/ha 20-25
BJR > 25 18-24
Output (kg/ha) > 1400 > 1200-1400
16-20
15-18
> 1000-1200
< 15
< 15
Minimum 1000
Sumber : SOP Minamas (2008)
49
Sistem Ancak Panen. Pengaturan ancak panen bertujuan untuk efektivitas yang optimum. Sistem panen yang dipakai pada Bukit Pinang Estate khususnya divisi II adalah sistem panen giring tetap
per mandoran yaitu dengan
menyelesaikan lapangan panen atau kapveld dengan menggiring pemanen ancak demi ancak secara bersambung. Perpindahan ancak diatur oleh mandor panen. Kelebihan dari ancak giring tetap per mandoran adalah: 1) Manajemen pelaksanaan panen berdasarkan persentase kerapatan panen dapat dilaksanakan dengan sempurna. 2) Jumlah tenaga kerja dapat diatur. 3) Antara mandor yang satu dengan yang lain dapat bersaing dengan sehat. 4) Output mandoran dan karyawan bisa dipacu dengan pengancakan karyawan yang memperhatikan kekuatan masaing-masing. 5) Mandor aktif melakukan pengawasan. Kelemahan dari ancak giring tetap per mandoran adalah: 1) Tanggung jawab karyawan terhadap ancaknya masih relatif kecil. 2) Adanya pelanggaran yang masih sulit untuk diindentifikasi, namun dapat diatasi dengan membuat sistem pancang ancak. 3) Kontrol harus ketat. Kriteria panen dan Kualitas Buah. Derajat kematangan buah menjadi salah satu faktor yang paling menentukan dalam kegiatan potong buah. Metode yang dapat digunakan untuk menentukan derajat kematangan buah adalah jatuhnya brondolan di piringan sebelum tandan dipotong. Di Bukit Pinang Estate, ciri tandan yang sudah siap untuk dipanen ditandai dari jatuhnya brondolan minimal 10 buah di piringan. Kriteria matang buah dapat dilihat dari Tabel 9. Tabel 9. Kriteria Matang Buah di Bukit Pinang Estate Jumlah brondolan per janjang 0-4 5-9 >10 Sumber : SOP Minamas, 2008
Keterangan Mentah Kurang matang Matang
50
a
b
c
d
Gambar 16. Tingkat Kematangan Buah Panen BPE (a) Buah Mentah (b) Buah Kurang Matang (c) Buah Matang (d) Buah Terlalu Matang
Selain mutu buah yang ada diatas, yang termasuk kedalam kualitas buah antara lain buah lewat matang, buah busuk dan buah bergagang panjang. Buah bergagang panjang (long stalk) atau gagang (cut stalk) yang terikut sampai ke PKS merupakan beberapa faktor yang merugikan pabrik. Buah yang bergagang panjang akan menambah jumlah tonase untuk setiap penimbangan. Selain itu, gagang panjang yang terikut akan masuk kedalam pengolahan. Gagang panjang ini akan menyerap minyak ± 0,25 % CPO dan akan menurunkan estraksi minyak di PKS. Toleransi yang diberikan kepada kebun dan PKS untuk potongan gagang panjang adalah 5 %. Pada saat buah membrondol, kandungan minyak dalam daging buah mencapai titik maksimum. Apabila tandan telah dipotong, pembentukan minyak dalam daging buah segera terhenti. Minyak yang terkandung dalam daging buah mulai terurai menjadi asam lemak bebas (FFA/ALB). Terjadinya proses hidrolisis minyak merupakan kebalikan dari proses pertumbuhan (composition) dari jaringan tumbuhan. Proses penguraian minyak menjadi asam lemak bebas dikatalisator oleh enzim lipase. Hal inilah yang mendasari terjadinya kehilangan hasil panen. Untuk meminimalisir hal tersebut maka harus dihindari buah restan
51
atau brondolan restan dan sesegra mungkin untuk mengirimkan buah yang segar ke PKS. Buah dikatakan sisa atau restan apabila buah dari lapangan dikirim dan diterima oleh PKS lebih dari 24 jam dari hari panen. Buah yang segar adalah buah yang berasal dari lapangan pada saat hari panen langsung dikirim ke PKS pada hari itu juga. Kesegaran tandan yang diharapkan 95% dari jumlah produksi. Buah restan dapat dilihat dari kondisi gagang tandan buah yang sudah mengering dan telah berubah warna. Hal ini disebabkan karena terjadinya penurunan kadar air dalam buah. Pengawasan dan Pemeriksaan Kualitas Panen. Pengawasan panen dilakukan setiap hari oleh mandor panen sedangkan pemeriksaan kualitas hasil panen secara langsung dilakukan oleh manajer, asisten, mandor 1, mandor panen dan krani buah. Selain itu, terdapat pula pengawas dari luar kebun yang bertugas untuk mengawasi mutu panen, mutu buah yang dikirim ke PKS. Pemeriksaan kualitas hasil panen terdiri atas kualitas buah dan kualitas ancak panen. Pemeriksaan dilakukan pada beberapa ancak dan TPH. Metode yang dilakukan sama hanya berbeda pada frekuensi pelaksanaan sesuai level pemeriksa. Ketentuan frekuensi pelaksanaan pemeriksaan mutu ancak dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Ketentuan Frekuensi Pelaksanaan Pemeriksaan Kualitas Buah dan Ancak No
1 2 3 4 5 6
Pemeriksa
Satuan
Manajer Asisten Mandor I Mandor Panen Krani Buah Departemen Jaminan Kualitas Buah
Check/minggu Check/minggu Check/hari Check/hari Check/hari Check/10 hari
Cek Kualitas Ancak Buah Jumlah Ancak Jumlah TPH 3 6 3 2 Semua Ancak 2
3 6 1 2 SemuaTPH 2
Keterangan: - 1 kali cek mutu ancak = 200 pokok minimum 3 pemanen pada 3 blok yang berbeda - 1 kali cek mutu buah = 10 TPH minimum 3 pemanen pada 3 blok yang berbeda. Sumber: SOP Minamas (2009)
Hasil pemeriksaan manajer, asisten, mandor 1, dan mandor panen bertujuan untuk mengetahui kualitas panen sesungguhnya yang ada di lapangan serta sebagai bahan evaluasi untuk meningkatan produksi. Hasil yang dilaporkan
52
sebagai unit laporan kebun berasal dari data hasil pemeriksaan Departemen Jaminan Mutu Buah (TQEM) yang nantinya digunakan sebagai salah satu pedoman perbaikan kinerja kebun. Pengangkutan Tandan Buah Segar (TBS). Keberhasilan pencapaian produksi oleh suatu kebun dapat tercapai dengan baik bila pelaksanaan panen, proses pengangkutan TBS dari TPH ke PKS dan pengolahan TBS di PKS berjalan dengan baik. Di Bukit Pinang Estate pengangkutan TBS ke TPH dilakukan dengan menggunakan angkong dan dengan cara dipikul. Pengangkutan TBS dari TPH ke PKS menggunakan dump truck atau wheel tractor. Penggunaan whell tractor lebih banyak digunakan untuk pengangkutan TBS dari Collection Road dan jalan kontur yang tidak dapat dilalui oleh dump truck karena kondisi jalan yang rusak. Buah yang telah diangkut oleh wheel tractor akan dipindahkan ke dump truck untuk segera dikirim ke PKS. Sistem ini disebut dengan sistem pok. Sedangkan brondolan diangkut dengan menggunakan mobil pick up jenis HILINE. Pengangkutan TBS dengan sistem pok dan pengangkutan brodnolan dapat dilihat pada Gambar 17.
Gambar 17. Pengangkutan TBS Sistem Pok dan Pengangkutan Brondolan Sistem Basis dan Premi. Sistem basis yang digunakan di Bukit Pinang Estate adalah basis borong. Basis borong panen tandan buah segar ditetapkan berdasarkan kemampuan karyawan rata-rata (tandan/HK) selama jam kerja (7 jam untuk hari biasa dan 5 jam untuk hari jumat), bobot janjang rata-rata, potensi tanaman, umur tanaman, kerapatan tanaman dan topografi. Perhitungan upah pengutip brondolan adalah dengan mengalikan langsung antara jumlah kilogram brondolan/orang dengan tarif yang telah ditentukan yaitu Rp 185/kg.
53
Selain menetapkan sistem basis borong, Bukit Pinang Estate juga menetapkan sistem pemberian premi untuk meningkatkan kinerja para pemanen. Basis borong adalah premi yang diberikan kepada pemanen pada saat jumlah tandan panen sama dengan atau lebih dari jumlah tandan basis borong yang telah ditentukan. Premi lebih borong diberikan jika jumlah tandan yang dipanen melebihi jumlah basis borong. Besarnya premi basis borong dinyatakan dalam Rp/tandan yang nilainya berbeda-beda untuk setiap tahun tanam dan tergantung pada bobot tandan rata-rata. Ketentuan basis dan premi panen dapat dilihat dari Tabel 11. Tabel 11. Ketentuan Basis Borong dan Premi Lebih Borong Tahun 2009 di Bukit Pinang Estate Tahun Tanam 1991 1992 1993 1994 1997 1998
Basis 1 x Basis Siap Lebih Borong Borong Borong (Rp) (Rp) 82 10 000 550 85 10 000 500 90 10 000 500 95 10 000 450 130 10 000 350 135 10 000 350
Basis 1,5 x Basis Siap Lebih Borong Borong Borong (Rp) (Rp) 123 17 500 550 128 17 500 500 135 17 500 500 143 17 500 450 195 17 500 350 203 17 500 350
Basis 2 x Basis Siap Lebih Borong Borong Borong (Rp) (Rp) 164 21 750 550 170 21 750 500 180 21 750 500 190 21 750 450 260 21 750 350 270 21 750 350
Sumber: Kantor Divisi II Bukit Pinang Estate, 2009
Selain kepada tenaga potong buah, premi juga diberikan kepada mandor panen, krani buah, dan mandor 1. Berikut ini disajikan cara perhitungan premi potong buah satu hari. Seorang pemanen Divisi II panen di Blok D1 dengan tahun tanam 1991 dan mendapat 100 TBS. Dalam perhitungan premi, pemanen tersebut telah memperoleh upah basis borong dan premi lebih borong untuk blok dengan tahun tanam 1991 adalah Rp 550/janjang. Maka perhitungan upah tenaga panen dapat dilihat dibawah ini:
54
Upah tenaga potong buah yang diperoleh adalah: Premi Basis Borong Premi Lebih Borong
= Rp 10 000 = (Jumlah janjang yang dipanen - janjang basis borong) x Rp janjang lebih borong = (100 - 82) janjang x 550 rupiah/janjang = 9 900 rupiah
Total upah yang didapatkan = Rp 10 000 + Rp 9 900 = Rp 19 900 150 % 𝑥 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑟𝑒𝑚𝑖 𝑆𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢 ℎ 𝑇𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 𝑃𝑎𝑛𝑒𝑛
Premi mandor panen
: 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑇𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎
Premi mandor I
:
Premi Krani Buah
: 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑇𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎
𝑃𝑎𝑛𝑒𝑛 𝐴𝑐𝑡𝑢𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑟 𝑀𝑎𝑛𝑑𝑜𝑟𝑎𝑛
150 % 𝑥 𝑃𝑟𝑒𝑚𝑖 𝑀𝑎𝑛𝑑𝑜𝑟 𝑃𝑎𝑛𝑒𝑛 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝐾𝑒𝑚𝑎𝑛𝑑𝑜𝑟𝑎𝑛 𝑑𝑖𝑣𝑖𝑠𝑖 100 % 𝑥 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑟𝑒𝑚𝑖 𝑆𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢 ℎ 𝑇𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 𝑃𝑎𝑛𝑒𝑛 𝑃𝑎𝑛𝑒𝑛 𝐴𝑐𝑡𝑢𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑟 𝑀𝑎𝑛𝑑𝑜𝑟𝑎𝑛
Sanksi atau Denda. Pemberian sanksi atau denda di Bukit Pinang Estate diberikan kepada tenaga kerja pemanen berdasarkan pada data pemeriksaan yang ada di Buku Penerimaan Buah (BPB) yang dicatat oleh krani buah yang diperiksa ulang oleh mandor panen, mandor I dan asisten, sedangkan sanksi yang diberikan kepada pengawas didasarkan pada data hasil grading PKS. Sanksi tersebut diberikan oleh asisten divisi. Setiap pemanen mendapat denda Rp 5000/janjang jika terdapat tandan buah yang mentah dan tertinggal. Sanksi dan denda terhadap pengutip brondolan di Bukit Pinang Estate khususnya divisi II tidak diberlakukan. Sanksi juga diberikan kepada supervisi dalam bentuk pengurangan premi pada hari itu juga kecuali untuk kesalahan pencatatan. Parameter pemberian denda disajikan dalam Tabel 12.
55
Tabel 12. Parameter Penentuan Denda Pemanenan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Jenis Kesalahan Potong buah Mentah (A) Buah masak tidak dipanen atau tinggal di pokok Buah dipotong dan tidak diangkut ke TPH Buah tidak diantrikan di TPH yang telah ditentukan Buah peraman di TP diakui sebagai pendapatan Tangkai buah tidak dipotong rapat (long stalk) Cabang tidak disusun di gawangan mati Pelepah atau cabang dibuang ke parit Brondolan di ketiak pelepah tidak disogrok Buah busuk eks restan diantrikan di TPH Buah matahari
Denda (Rp/janjang) 5000/janjang 5000/janjang 5000/janjang 1000/janjang 3000/janjang 500/janjang 2000/cabang 2000/cabang 2000/cabang 3000/janjang 3000/janjang
Sumber : Kantor Divisi II Bukit Pinang Estate, 2009
Kegiatan di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Grading TBS di PKS. Grading TBS merupakan kegiatan pemeriksaan mutu buah di pabrik kelapa sawit (PKS) dengan tujuan sebagai kontrol terhadap mutu panen TBS di kebun. Kualitas CPO yang dihasilkan dipengaruhi mutu buah yang dikirim kebun ke pabrik. Tandan mentah akan menurunkan kadar ekstraksi sebab kandungan minyak yang dimiliki belum terbentuk secara maksimum. Sedangkan tandan yang terlalu matang akan meningkatkan kadar asam lemak bebas karena mengandung asam lemak bebas yang tinggi. Pemeriksaan TBS di PKS dilakukan dengan mengambil sampel 100 tandan secara acak mewakili seluruh tandan untuk setiap truk atau angkutan. Staf Quality Ansurance (QA) akan mencatat asal kebun, divisi, blok, tahun tanam, jumlah janjang, tanggal panen, pusingan, tanggal pemeriksaan, nomor pemeriksaan dan nomor kendaraan. Buah yang telah dipilih secara acak diletakkan di lantai Loading Ramp, kemudian dibuat dalam kelompok kecil. Dari setiap kelompok kecil dilakukan pemeriksaan mengenai jumlah brondolan yang terlepas per janjang. Prestasi kerja untuk kegiatan ini tidak ditetapkan, karyawan wajib menyelesaikan grading sampai semua buah masuk pabrik atau jika hari telah larut. Hasil pemeriksaan grading dicatat dalam laporan pemeriksaan mutu TBS.
56
a
b
c
Gambar 18. Kegiatan Timbang Buah Manual di PKS (a) Grading TBS (b) Hitung Buah Manual (c) Counter atau Teli
Timbang dan Hitung Buah Manual di PKS. Timbang buah manual dilakukan pada saat stasiun penimbangan mengalami kerusakan. Kerusakan yang terjadi di stasiun penimbangan disebabkan karena nozel atau plat besi di bagian alat penimbangan rusak. Hal lain yang juga menyebabkan timbangan rusak adalah desikator atau alat pembaca muatan tersambar petir saat hujan. Untuk mengantisipasi hal ini, PKS melakukan penimbangan dan perhitungan buah secara manual. Alat yang digunakan untuk kegiatan ini counter atau teli. Setiap angkutan yang berupa dump truck tidak dilakukan penghitungan buah secara manual, hanya yang truck bak mati saja. Pada saat timbang manual perkiraan tonase untuk setiap angkutan dilakukan dengan cara negosiasi antara pihak kebun dan pabrik. Proses hitung buah manual dapat dilihat pada Gambar 18.
57
Aspek Manajerial Pendamping Mandor Status karyawan yang ada di Bukit Pinang Estate terdiri atas 2 yaitu: karyawan staff dan non-staff. Karyawan non-staff terdiri atas mandor yang dibantu oleh krani divisi. Mandor adalah karyawan yang bertugas untuk membantu jalannya kegiatan kebun baik itu kegiatan teknis maupun administratif. Mandor wajib memberikan pengarahan terhadap karyawan mengenai rencana kerja pada hari tersebut dalam check roll pagi. Karyawan berangkat ke ancaknya masing-masing dengan kendaraan yang sudah ditentukan setelah diabsen oleh mandor. Pekerjaan dimulai pukul 07.00 WIB dengan waktu istirahat antara pukul 11.30-12.00 WIB. Waktu kerja diakhiri pada pukul 14.00 WIB pada hari normal dan pukul 12.00 WIB pada hari jumat.
Krani Buah Tugas dari krani buah adalah mencatat jumlah tandan buah dan brondolan yang telah terkumpul di TPH dari masing-masing pemanen dan masing-masing blok per tahun tanam dan mengisikannnya dalam buku penerimaan buah (BPB), memeriksa kualitas TBS (fraksi mentah, gagang panjang, dan tandan busuk) agar tidak terikut masuk pabrik, menghitung jumlah tandan dan brondolan yang diangkut ke Dump Truck atau Whell Tractor, serta membuat Surat Pengantar Buah (SPB) yang ditandatangani oleh asisten dan krani buah untuk kemudian diserahkan kepada supir agkut buah. Penulis menjadi krani divisi II Bukit Pinang Estate di tiga kemandoran selama seminggu dengan jumlah tenaga panen rata-rata 16 orang/mandoran.
58
Mandor Panen Tugas dan tanggung jawab mandor panen adalah mengikuti check roll pagi dengan asisten dan mandor I, melaksankan check roll pagi bersama karyawan untuk membagi ancak sekaligus mengabsen, melakukan pengecekan mutu buah dan ancak, mengecek apakah setiap pemanen telah mendapatkan basis borong dan ancaknya telah selesai. Bila basis borong belum tercapai sedangkan waktu kerja masih ada, maka oleh mandor panen dipindahkan ancaknya untuk memenuhi basis borongnya. Selain mengawasi di lapangan, kegiatan administratif panen dilakukan setiap hari dan data-data yang disajikan haruslah akurat sebagai bahan untuk evaluasi kerja panen, dan sebagai referensi atau bahan pertimbangan untuk membantu dalam proses pengambilan keputusan akan masalah-masalah yang terkait dengan masalah potong buah, alat bantu supervisi, dan data pendukung dalam pembuatan daftar pembayaran upah karyawan panen.
Mandor Perawatan Mandor perawatan bertugas terhadap seluruh kegiatan perawatan di Divisi II BPE. Mandor perawatan Divisi II BPE merupakan salah satu kemandoran yang menangani tiga jenis kegiatan perawatan. Kegiatan perawatan yang dilakukan adalah piringan manual, tanam beneficial plant, dan pengendalian alang-alang. Tugas mandor perawatan adalah mengikuti check roll divisi untuk mendapatkan pengarahan mengenai pekerjaan perawatan tergantung keperluan. Setelah itu, memberikan penjelasan mengenai kegiatan pada hari tersebut kepada karyawan mandorannya. Kegiatan piringan manual biasanya dilakukan untuk membersihkan piringan pada blok-blok yang kondisi piringan dan gawangannya sudah kotor dan tidak sesuai dengan U-Shape. Mandor bertugas mengawasi perkerjaan karyawan dalam kegiatan ini. Dalam kegiatan tanam beneficial plant mandor bertanggung jawab untuk membagi tim tanam, menentukan lokasi penanaman, pelangsiran bibit, dan mengawasi kegiatan penanaman. Tanggung jawab mandor dalam kegiatan pengendalian alang-alang adalah
59
membagi jumlah karyawan untuk tenaga spot spraying, wipping, tukang air, dan pembuat larutan. Mandor juga bertanggung jawab mengawasi kegiatan pengendalian alang-alang dan mengarahkan karyawan sesuai dengan hasil sensus alang-alang. Kegiatan administrasi mandor perawatan adalah membuat rekapitulasi hasil ketiga jenis pekerjaanya dan mengisi buku harian mandor (BKM).
Mandor Pupuk Mandor pupuk merupakan salah satu mandor rayon yang terdapat di BPE. Mandor pupuk bertanggung jawab mengawasi seluruh kegiatan pemupukan di ketiga divisi di BPE. Tugas harian mandor pupuk adalah mengikuti check roll untuk mendapatkan pengarahan dari asisten dan mengetahui apakah pada hari tersebut akan ada kegiatan pemupukan atau tidak serta mendapatkan masukan atas kegiatan pemupukan sebelumnya. Mandor meminta persetujuan asisten untuk mengeluarkan pupuk dari gudang dan meminta krani untuk melakukan pengeceran. Sedangkan mandor pupuk sendiri setelah mengarahkan krani kemudian membawa karyawan ke lokasi blok yang akan dipupuk. Mandor pupuk kemudian membagi komposisi karyawan untuk tenaga pemupuk, pelangsir, dan pemungut karung. Mandor mengawasi kegiatan pelangsiran, memastikan pemupukan dilakukan sampai ke pasar tengah, dan memastikan tidak ada pupuk yang hilang atau dibuang karyawan. Dalam melaksanakan tanggung jawabnya mandor pupuk dibantu oleh pembantu mandor dan centeng sampai kegiatan selesai. Adapun kegiatan administrasif harian, mingguan, dan bulanan mandor pupuk meliputi :
Buku Kegiatan Mandor (BKM), yang berisi daftar pemupuk, jenis pekerjaan yang dilakukan, pemakaian HK, dan luas yang dipupuk.
Laporan rekapitulasi kegiatan harian dan bulanan mandor.
Buku Perkembangan Realisasi Pemupukan.
60
Mandor Rawat Jalan Mandor rawat jalang bertugas memastikan jalan dapat dilalui oleh kendaraan angkut dalam evakuasi buah dan transportasi karyawan. Dalam kesehariannya mandor rawat jalan melihat kondisi jalan yang dalam waktu dekat akan dilalui alat transportasi dan melaporkan kepada asisten apabila terdapat jalan yang tidak layak untuk dilalui untuk kemudian dipersiapkan. Tugas dan tanggung jawab mandor rawat jalan adalah mengikuti check roll bersama asisten dan melaporkan kondisi terakhir jalan di BPE, membantu asisten dalam menentukan jalan yang sebaiknya digunakan pada hari tersebut untuk evakuasi buah dan transportasi karyawan, mengecek kesiapan kendaraan angkut, alat berat, serta supir dan kenek, menyiapkan tim untuk merawat jalanjalan yang tidak dapat dilalui serta memperbaharui peta kondisi jalan. Selain tugas harian, mandor jalan juga bertanggung jawab dalam kegiatan pembuatan dan penimbunan batu jalan dibawah pengawasan asisten. Kondisi jalan di BPE pada musim kemarau jarang menjadi kendala, tetapi pada musim hujan mandor rawat jalan harus selalu siap karena setiap hari kondisi jalan dapat berubah. Selain itu, mandor rawat jalan juga bertugas mengawasi pekerjaan karyawan rawat jalan.
Mandor I Pada dasarnya mandor I adalah mandor yang membawahi seluruh mandormandor kegiatan. Di Bukit Pinang Estate mandor I lebih fokus dalam pengawasan kegiatan potong buah per mandorannya, menjaga kualitas buah serta melakukan pengawasan untuk kegiatan administratif divisi. Setiap hari mandor I mendampingi asisten memimpin check roll pagi pkl 05.30 WIB dengan mandor kegiatan. Mandor I menyusun rencana kerja harian sesuai arahan asisten divisi. Tugas dan tanggung jawab seorang mandor I adalah wajib melakukan check roll pagi setiap harinya, melakukan pemeriksaan terhadap kemungkinan adanya buah restan pada blok-blok panen pada hari panen sebelumnya, memeriksa kebersihan pengutipan brondolan di TPH, mengawasi proses evakuasi TBS ke PKS sampai dengan pengangkutan TBS yang terakhir, melakukan evaluasi atas laporan harian mandor panen, melakukan taksasi produksi, serta membuat rencana kerja harian.
61
Pendamping Asisten Asisten bertugas mengelola divisi baik secara teknis maupun administrasif mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengontrolan, dan evaluasi. Dalam kesehariannya asisten dibantu oleh mandor dalam teknis kegiatan di lapangan dan kerani divisi dalam hal administrasi. Tujuan utama yang menjadi fokus asisten divisi adalah produksi selain juga pemupukan, perawatan jalan, dan pengendalian gulma secara kimia dalam kegiatan perawatan. Asisten bertanggung jawab dalam seluruh kegiatan di divisi baik teknis di kebun maupun keseharian karyawan. Asisten bertanggungjawab penuh terhadap kegiatan operasional kebun selama 24 jam yang meliputi kegiatan di kebun maupun lingkungan masyarakat. Penulis menjalankan kegiatan sebagai pendamping asisten lebih dari satu bulan dengan fokus lebih pada pengawasan dan koreksi terhadap kegiatan pemupukan. Dalam keseharian, penulis mendampingi hampir seluruh kegiatan asisten di lapangan. Penulis juga mendapatkan tanggung jawab untuk memimpin lingkar pagi dan memberikan koreksi pekerjaan bagi para mandor pada saat asisten berhalangan atau sedang tidak di tempat. Pendamping asisten turut melakukan pengawasan kegiatan harian secara langsung dan memberikan koreksi langsung terhadap kualitas pekerjaan sesuai dengan pedoman kerja BPE. Dalam kegiatan administrasi penulis tidak banyak diberi tanggung jawab. Penulis hanya membantu asisten dalam membuat rencana kerja harian dan bulanan serta membantu pembagian uang pada saat gajian.
62
HASIL DAN PEMBAHASAN
Konsep Pemupukan (4T) BPE Pemupukan bertujuan untuk meningkatkan kandungan dan menjaga keseimbangan hara di dalam tanah. Upaya peningkatan efisiensi pemupukan dapat dilakukan dengan peningkatan ketepatan pemupukan dan perbaikan kondisi lahan. Ketepatan pemupukan harus memperhatikan jenis, dosis, waktu, dan cara, sedangkan perbaikan kondisi lahan dilakukan melalui aplikasi bahan organik dan pengendalian gulma (E. S. Sutarta dan Winarna, 2002). Pemilihan jenis pupuk dilakukan dengan mempertimbangkan aspek ekonomi, kualitas, dan kondisi lahan. Aplikasi dosis pupuk harus dilakukan sesuai dengan rekomendasi pemupukan karena akan mempengaruhi keseimbangan hara tanah dan produksi sawit. Waktu pemupukan dilakukan umumnya dua kali setahun pada awal musim hujan. Cara aplikasi pupuk berkaitan erat dengan penyerapan hara oleh akar aktif.
Jenis Pupuk Pemilihan jenis pupuk sebaiknya mempertimbangkan aspek teknis dan ekonomis. Pengetahuan teknis tentang sifat pupuk dan sifat tanah, dimana pupuk diaplikasikan akan menentukan tingkat efisiensi pemupukan (Pahan, 2008). Sifat penting pupuk yang harus diketahui adalah kandungan hara utama, kandungan hara tambahan, reaksi kimia pupuk di dalam tanah serta kepekaan pupuk terhadap perubahan iklim dan cuaca. Jenis pupuk yang digunakan di Bukit Pinang Estate dapat dibedakan menjadi pupuk organik dan anorganik. Pupuk anorganik yang digunakan berupa pupuk tunggal diantaranya Urea (CO(NH2)2), RP (Ca(PO4) 2), Kalium (KCl), Magnesium (Kieserit atau MgSO4.H2O dan Dolomit atau CaMg(CO3)2), serta Boron (B2O3), sedangkan pupuk organik yang digunakan berupa janjang kosong kelapa sawit (JKS). Pupuk anorganik jika digunakan secara terus-menerus dapat merusak struktur fisik dan kimia tanah. Oleh karena itu, di Bukit Pinang Estate digunakan pula pupuk organik yang kaya materi organik dan nutrisi bagi tanaman sehingga
63
dapat meningkatkan proses dekomposisi sehingga kandungan fisik, kimia, dan biologi tanah meningkat. Aplikasi janjang kosong (JKS) dapat pula mengurangi kehilangan hara melalui pencucian dan aliran permukaan (run off). Kelemahan pupuk tunggal adalah biaya pengaplikasiannya yang tinggi karena hanya satu jenis pupuk yang diaplikasikan pada tiap aplikasi pemupukan, tidak efisien dalam penggunaan tenaga kerja dan waktu, meningkatkan biaya transportasi pemupukan, dan memerlukan gudang penyimpanan yang relatif besar. Sedangkan keuntungan penggunaan pupuk tunggal adalah pada harga yang lebih murah dan cepat larut sehingga dapat mengurangi pencucian hara serta cocok sebagai tambahan hara pada tanaman menghasilkan. Realisasi pemupukan pada periode tahun 2008/2009 di Bukit Pinang Estate dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Realisasi Pemupukan pada Periode Tahun 2008/2009 di Bukit Pinang Estate. Jenis Pupuk Urea KCl RP Dolomit HGF-B Kieserit Total
Rencana Realisasi -------------------------------kg-----------------------------1 155 352 1 155 352 1 393 808 1 393 808 457 678 438 959 311 201 310 152 33 665 33 665 19 571 19 571 3 371 275 3 351 507
Sumber : Olah data sekunder BPE (Juni, 2009)
Dari data di atas terlihat 99.41% rencana pemupukan kebun terealisasi dan hanya 0.59% yang tidak terealisasi, yaitu pada realisasi pupuk RP sebesar 18 719 kg dan pada Dolomit sebesar 1 049 kg. Hal ini diakibatkan curah hujan yang tinggi pada periode tersebut, yaitu 76 hh dan 1 733 mm pada periode Juli-Desember tahun 2008 serta 69 hh dan 1 413 mm pada periode pemupukan Januari-Juni tahun 2009 dengan rata-rata 12 hh dan 262 mm per bulan sepanjang periode pemupukan 2008/2009.
64
Dosis Pupuk Jenis dan rekomendasi pupuk dibuat oleh Departemen Riset Minamas di Riau berdasarkan hasil analisis kimia daun, status hara, kondisi tanah, tingkat produksi yang dicapai, dan analisis tanah pada tiap blok serta ketercapaian target pemupukan tahun lalu. Rekomendasi pupuk Departemen Riset Minamas dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Dosis Rekomendasi Pemupukan Berdasarkan Umur Tanaman di Bukit Pinang Estate Umur (Tahun) 17 16 13 12 11 10
Jenis Pupuk Urea RP KCl Dolomit HGFB Kieserit …………………..kg/pkk/th……………………. 2.52 0.00 3.12 1.67 0.00 0.00 2.67 0.28 3.07 0.36 0.00 0.00 2.55 0.00 3.01 1.75 0.00 0.00 2.52 0.00 3.00 0.31 0.00 0.00 2.26 0.21 2.74 0.79 0.04 0.07 2.26 0.54 2.70 1.14 0.04 0.00
Total 7.31 6.37 7.31 5.83 6.10 6.68
Sumber : Kantor Besar BPE (Juni, 2009)
Berdasarkan pengamatan sederhana yang dilakukan penulis terdapat 16 jenis tipe mangkuk tebar dengan volume tebar pada mangkuk terkecil sebesar 280 gram, volume tebar pada mangkuk terbesar sebesar 940 gram, serta rata-rata volume tebar sebesar 592.5 gram. Jenis dan volume mangkuk tebar dapat dilihat pada Tabel 15.
65
Tabel 15. Jenis dan Volume Mangkuk Tebar Tim Pupuk di Bukit Pinang Estate Jenis Mangkuk 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Rata-rata
Volume Mangkuk (gram) 280 600 680 570 540 440 640 460 780 400 460 940 490 760 780 660 592.5± 171.37
Sumber : Pengamatan Lapang (2009)
Dalam aplikasi pemupukan terlihat dosis pupuk yang didapatkan oleh tiap pokok kelapa sawit tidak sesuai dengan rekomendasi pemupukan yang dibuat oleh Departemen Riset Minamas. Hal ini disebabkan beberapa faktor, yaitu : 1. Penabur pupuk tidak mengetahui dosis pupuk yang harus diaplikasikan pada tiap pokok berbeda sesuai tahun tanam dan jenis pupuk. 2. Penabur pupuk hanya menggunakan alat tabur yang sama pada tiap aplikasi pemupukan 3. Tidak digunakannya alat tabur yang dikalibrasi.
66
Variasi mangkuk tebar yang digunakan penabur pupuk di Bukit Pinang Estate dapat dilihat pada Gambar 19.
Gambar 19. Variasi Ukuran Mangkuk Tebar
Waktu dan Frekuensi Pemupukan Waktu pemupukan sangat ditentukan oleh pengaruh iklim dan cuaca terutama curah hujan dan hari hujan, sifat fisik tanah, logistik pupuk serta sifat sinergis dan antagonis antar unsur hara (Pahan, 2008). Waktu aplikasi pupuk harus disesuaikan dengan kondisi pola hujan setempat. 681
700 600
384 381 362 314 311 280 240 231 227
400 300
100
506
504 467 472
500
200
615
584
196 169 168 169 144 93 106 159 8181 61 54 32
44
399
384
267 228 241 261 230 224 238 221 221 192 185 168 165 178160 159 155 154 160 148 124 123 110 56 74 60 54
0 Jul
Aug
Sep
Oct
Nov
04/05
05/06
Dec 06/07
Jan 07/08
Feb
Mar
Apr
May
Jun
08/09
Gambar 20. Grafik Pola Curah Hujan Bukit Pinang Estate Lima Tahun Pada periode pemupukan Juli 2008-Juni 2009 hanya terdapat satu bulan sangat kering, yaitu pada bulan Juli 2008 dengan curah hujan 93 mm per bulan
67
sedangkan bulan sangat basah (curah hujan lebih dari 250 mm per bulan) terjadi pada bulan Oktober dengan curah hujan 381 mm, November dengan curah hujan 467 mm, Desember dengan curah hujan 384 mm dan, Januari dengan curah hujan 615 mm per bulan. Pemupukan optimal dapat tercapai pada curah hujan antara 100-250 mm per bulan. Pada kondisi ini tanah cukup basah tetapi tidak jenuh sehingga memudahkan penyerapan unsur hara oleh tanaman. Aplikasi jenis pupuk mudah larut seperti Urea, Kieserit, MOP, dan HGFB pada kondisi curah hujan melebihi 250 mm per bulan dapat meningkatkan kehilangan pupuk melalui pencucian oleh run off. Aplikasi pupuk pada bulan dengan curah hujan di bawah 100 mm per bulan meningkatkan potensi kehilangan hara melalui penguapan. Aplikasi pemupukan dilakukan pada pagi hari pukul 08.00-12.00 WIB. Waktu pemupukan dipilih pada pagi hari mengingat efektivitas tenaga kerja, efektivitas penyerapan hara oleh tanaman yang lebih baik pada pagi hari, dan juga untuk mengurangi penguapan pupuk akibat panas. Pada TBM pemupukan dilakukan setelah hari hujan karena kanopi belum menutupi seluruh permukaan tanah, sedangkan pada TM pemupukan dilakukan pada tiap semester. Di PT Bina Sains Cemerlang pemupukan dilakukan dua kali setahun yaitu pada semester 1 (Januari-Juni) dan pada semester 2 (Juli-Desember). Waktu pemupukan kaptan, dolomite, dan abu janjang harus mempunyai selang minimal 2 bulan untuk menghindari reaksi negatif antar pupuk tersebut.
Cara Pemupukan Menurut Pahan (2008) cara penempatan pupuk dalam aplikasi sangat mempengaruhi jumlah pupuk yang dapat diserap akar tanaman. Pemupukan tanaman kelapa sawit dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu: 1. Penyebaran secara merata pada lingkar luar dan dalam batang kelapa sawit. 2. Penempatan pupuk pada jalur lingkaran. 3. Penempatan pupuk pada larikan (lubang memanjang) mengelilingi pokok dan pupuk dibenamkan di dalam larikan yang ditimbun dengan tanah.
68
4. Pemupukan melalui daun. 5. Pemupukan melalui infus akar. Pemupukan kelapa sawit di Bukit Pinang Estate dilakukan dengan ditebar merata di luar piringan tepatnya pada pelepah yang disusun membentuk huruf “U” atau sering disebut U-Shape. Penebaran di pelepah dilakukan karena akar tertier dan kwarter yang aktif menyerap hara lebih banyak terdapat di bawah pelepah di gawangan mati dibanding pada piringan (Lubis, 2008). Selain itu, cara ini juga bertujuan untuk mempercepat pelapukan pelepah sehingga dapat lebih cepat tersedia sebagai bahan organik.
Kualitas Pemupukan dan Kondisi Lahan Salah satu metode yang diterapkan Bukit Pinang Estate untuk menjaga kualitas aplikasi pupuk di lapangan adalah dengan melakukan pemeriksaan rutin atau checklist pekerjaan pupuk. Pemeriksaan kualitas merupakan tanggung jawab asisten yang membawahi divisi rayon pupuk. Pengamatan dalam pemeriksaan yang dilakukan mencakup distribusi pupuk pada pokok kelapa sawit, kemerataan penyebaran pupuk, tempat pupuk ditebar, serta kondisi piringan dan gawangan. Tabel 16. Rekap Hasil Pemeriksaan Kualitas Pemupukan di Bukit Pinang Estate Distribusi Pupuk Ulangan
Lokasi Penebaran Pelepah Pelepah Pelepah Piringan Gawangan dan dan Gawangan Piringan
Dipupuk
Tidak dipupuk
1
48
2
24
16
8
34
1
6
3
4
2
49
1
20
22
8
36
1
1
1
10
3
48
2
4
19
25
43
0
0
1
4
4
48
2
9
21
18
36
0
4
2
6
5
44
6
13
21
10
41
0
1
2
0
237
13
70
99
69
190
2
12
9
24
29.5
41.8
29.1
3.8
10.1
Total %
Homogenesis Dosis Pupuk
94.8
5.2
Banyak Wajar
Sedikit
80.2
0.8
5.1
Sumber : Olah Data Primer (2009)
Monitoring kegiatan aplikasi pupuk di lapang dilakukan untuk mengetahui bagaimana kualitas aplikasi pupuk yang sebenarnya terjadi di lapang. Monitoring berguna untuk menjaga kualitas pemupukan. Selain itu, kegiatan ini juga berguna untuk mengetahui kondisi kebersihan piringan dan gawangan mati.
69
5.2%
Pokok di pupuk Pokok Tidak dipupuk
94.8%
Gambar 21. Persentase Hasil Monitoring Distribusi Pupuk Berdasarkan pengamatan penulis dengan didampingi oleh asisten terlihat pada distribusi pupuk terdapat 5.2% pokok pengamatan yang tidak dipupuk dan 94.8% pokok pengamatan dipupuk. Pokok yang tidak dipupuk tersebar di sekitar pasar tengah. Hal ini dikarenakan tidak ada standar berapa mangkuk pupuk yang harus ditebarkan pada tiap pokok. Tidak adanya mangkuk tebar pupuk yang dikalibrasi menjadi salah satu penyebab utama pemupuk dalam melaksanakan pekerjaannya hanya mengandalkan perkiraan saja. Hal ini berpengaruh terhadap jumlah dosis pupuk yang diaplikasikan pada tiap pokok menjadi tidak rata dan tidak cukup sampai ke pasar tengah.
29.0%
29.4%
Pupuk Nampak Banyak Pupuk Nampak Wajar
41.6%
Pupuk Nampak Sedikit
Gambar 22. Persentase Hasil Monitoring Homogenesis Dosis Pupuk Berdasarkan
pengamatan
terhadap
homogenesis
atau
kemerataan
penyebaran pupuk terlihat hanya 41.6% pokok pengamatan jumlah pupuk yang ditebar terlihat wajar, 29.4% pupuk terlihat banyak, dan 29.0% pupuk terlihat
70
sedikit. Penyebaran pupuk yang tidak merata ini disebabkan tidak adanya mangkuk tebar yang dikalibrasi, perkiraan pemupuk yang tidak tepat, serta kesalahan karyawan pemupuk.
3.8%
10.1%
Penebaran di Pelepah
5.1% Penebaran di Piringan
0.8% 80.2%
Penebaran di Gawangan Penebaran di Pelepah dan Gawangan Penebaran di Pelepah dan Piringan
Gambar 23. Persentase Hasil Monitoring Lokasi Penebaran Pupuk Pada pengamatan lokasi penebaran pupuk terlihat 5.1% pupuk ditebar di gawangan, 0.8% di piringan, 3.8% ditebar di pelepah dan gawangan, 10.1% pupuk ditebar pada pelepah dan piringan, serta 80.2% pupuk telah ditebar tepat di pelepah. Kesalahan pada lokasi penebaran ini diakibatkan kurangnya arahan dari asisten dan mandor pupuk serta tidak hati-hatinya pemupuk dalam melakukan penebaran. Tabel 17. Rekap Hasil Pengamatan Kebersihan Kondisi Piringan dan Gawangan di Bukit Pinang Estate Ulangan 1 2 3 4 5 Total % Total
Kondisi Piringan Kondisi Gawangan Bersih Kotor Bersih Kotor ------------------------pokok--------------------------2 48 15 35 34 16 31 19 12 38 49 1 28 22 36 14 13 37 18 32 89 161 149 101 35.6 64.4 59.6 40.4
Sumber : Olah Data Primer (2009)
Sebagai tambahan, dilakukan pula pengamatan terhadap kondisi gawangan dan piringan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui kondisi kebersihan lapangan
71
yang sebenarnya. Kebersihan piringan berkaitan erat dengan kegiatan panen. Sedangkan kebersihan gawangan berkaitan erat dengan kehilangan hara pupuk yang dapat diserap tanaman akibat persaingan dengan gulma.
35.6% 64.4%
Kondisi Piringan Bersih Kondisi Piringan Kotor
Gambar 24. Persentase Hasil Monitoring Kondisi Piringan Dari pengamatan kondisi piringan terlihat bahwa 64.4% piringan pada pokok pengamatan dalam kondisi kotor dan 35.6% piringan terlihat bersih. Piringan dikatakan bersih apabila tidak terdapat gulma atau sisa kotoran panen. Piringan wajib bersih karena sangat membantu kegiatan potong buah atau pungut brondolan.
40.4%
Kondisi Gawangan Bersih 59.6% Kondisi Gawangan Kotor
Gambar 25. Persentase Hasil Monitoring Kondisi Gawangan Kondisi gawangan saat pengamatan terlihat 59.6% kondisi gawangan bersih dan 40.4% kondisi gawangan kotor. Kondisi lapangan dikatakan terlihat kotor apabila terdapat gulma yang tidak dapat ditoleransi dan kondisi lapangan bersemak. Kondisi lapangan yang kotor atau bersemak akan mengganggu kegiatan kebun seperti evakuasi buah, pungut brondolan, dan kegiatan perawatan lain.
72
Upaya Peningkatan Efisiensi Pupuk Bukit Pinang Estate merupakan perkebunan dengan area yang didominasi oleh tanah miring (47%) sangat miring (28%) serta curah hujan yang cukup tinggi (2 615.3 mm) dan jumlah hari hujan yang cukup banyak (150.9 hari hujan per tahun). Oleh karena itu, pencucian tanah dan pupuk akibat run off sangat tinggi. Untuk mengurangi dampak run off terhadap pencucian pupuk dilakukan pembuatan shield pits, penyusunan pelepah dengan bentuk U-Shape, serta pengaplikasian bahan organik. Shield pits dibuat dengan dua bentuk utama yaitu, shield pits dan road shield pits. Shield pits dibuat pada areal miring diantara dua pokok sawit. Sedangkan road shield pits dibuat tepat pada sisi jalan-jalan yang miring. Shield pits dibuat dengan tujuan untuk menjebak run off yang membawa kandungan pupuk serta menangkap cadangan air. Susun pelepah dilakukan dengan disusun membentuk huruf “U” atau UShape mengelilingi pokok sawit dan tidak ada pelepah di gawangan hidup. Susun pelepah dengan bentuk U-Shape ini bertujuan untuk meminimalisir aliran hara pupuk yang terbawa oleh run off. Aplikasi bahan organik bertujuan untuk memperbaiki kondisi tanah, dan meningkatkan kandungan hara yang berasal dari bahan organik yang diharapkan mampu menggantikan hara yang tidak dapat dicegah terbawa aliran air serta menghambat aliran air. Aplikasi bahan organik berupa JKS dan LCPKS belum dilaksanakan secara menyeluruh di BPE mengingat sarana transportasi yang tidak memadai dan curah hujan yang tinggi. Realisasi aplikasi JKS pada tahun 2009 sampai dengan bulan Juni adalah 18.65%, sedangkan aplikasi LCPKS tidak dilakukan di BPE. Menurut E.S. Sutarta (2002) aplikasi JKS dengan dosis 40-60 ton/ha dapat menurunkan kebutuhan terhadap penggunaan pupuk anorganik sebesar 20-25%. Sementara aplikasi LCPKS dengan dosis 127 m3/ha/bulan dapat menurunkan kebutuhan pupuk anorganik sebesar 50%, selain dapat pula menurunkan biaya pengolahan limbah cair hingga 50-60%.
73
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Pupuk yang digunakan di Bukit Pinang Estate berupa pupuk tunggal anorganik dan pupuk organik. Realisasi pemupukan 99.41% tercapai, sedangkan 0.59% tidak tercapai akibat curah hujan. Ketepatan dosis pemupukan dapat tercapai tepat pada blok tapi tidak pada tiap pokok sawit. Aplikasi pupuk disesuaikan dengan pola curah hujan dan tidak baik dilaksanakan pada bulan Juli, Oktober, November, Desember 2008, dan Januari 2009. Aplikasi pupuk dilakukan pada pelepah gawangan mati. Berdasarkan hasil pengamatan kualitas pemupukan terlihat 5.2% pokok sawit yang tidak dipupuk oleh penabur dan 94.8% dipupuk, 41.6% pupuk ditabur dengan jumlah wajar sedangkan 29.0% terlalu sedikit, dan 29.4% terlalu berlebih, 80.2% pupuk sudah ditebarkan di pelepah, 0.8% di piringan, 5.1% di gawangan, 3.8% di pelepah dan gawangan, serta 10.1% pupuk ditebar di pelepah dan piringan. Hasil pengamatan kondisi piringan dan gawangan terlihat 64.4% piringan dalam kondisi kotor, 35.6% piringan bersih serta 59.6% gawangan dalam kondisi kotor dan 40.4% dalam kondisi bersih. Peningkatan efisiensi pupuk di BPE dilakukan dengan pembuatan shield pits, road shield pits, susun pelepah “U” Shape, dan aplikasi bahan organik seperti janjang kosong kelapa sawit (JKS).
Saran Perlu disusun strategi untuk meningkatkan efisiensi pemupukan di BPE yang meliputi peningkatan realisasi dan kualitas pemupukan, mengoptimalkan aplikasi konsep 4T. Perlu sosialisasi lebih lanjut mengenai teknik aplikasi pupuk yang benar kepada para karyawan pupuk. Perlu diadakan pengendalian gulma dan pembersihan piringan dan gawangan. Aplikasi shield pits sebaiknya diterapkan secara menyeluruh pada areal berbukit mengingat kondisi lahan dan iklim.
74
DAFTAR PUSTAKA Arsyad, S. 2000. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. Bogor. Brata, K. R., Sudarmo, dan D. Waluyo. 1992. Pemanfatan Sisa Tanaman sebagai Mulsa Vertikal dalam Usaha Konservasi Tanah dan Air pada Pertanian Lahan Kering di Tanah Latosol Dramaga. Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian IPB. Bogor. Hakim, M. 2007. Kelapa Sawit Teknis Agronomis dan Manajemennya. Lembaga Pupuk Indonesia. Jakarta. Lubis, A.U. 2008. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Di Indonesia. Edisi 2. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan. 362. Mangoensoekarjo, S. dan. H. Semangun 2005. Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit. Gajah Mada University press. Yogyakarta. Marsono dan P. Sigit. 2001. Pupuk Akar, Jenis dan Aplikasinya. Penebar Swadaya. Jakarta. 96 hal. Pahan, I. 2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta. 411. Purba, P. 1998. Optimalisasi Produksi Kelapa Sawit pada Lahan Berlereng Curam. Warta Pusat Penelitian Kelapa Sawit. 6(3): 109 - 113. Pusat Data Informasi Pertanian Departemen Pertanian Republik Indonesia. 2010. Luas Areal, Produksi, dan Produktivitas Kelapa Sawit Nasional tahun 2010-2019. http:database.deptan.go.id. (23 Februari 2011). Sukarji, R., Sugiyono, dan W. Darmosarkoro. (2000). Pemupukan N, P, K, Ca, dan Mg pada Tanaman Kelapa Sawit pada Tanah Typic Distropept di Sumatera Utara. Indonesian Journal of Oil Palm Research. 8(1): 23 - 37 Sunarko. 2008. Petunjuk Praktis Budidaya dan Pengolahan Kelapa Sawit. PT Agromedia Pustaka. Jakarta. Suntoro. 2003. Peranan Bahan Organik Terhadap Kesuburan Tanah dan Upaya Pengelolaannya. Sebelas Maret University Press. Surakarta. 30. Sutarta, E. S. 2002. Pemupukan Kelapa Sawit Secara Rasional. Warta Pusat Penelitian Kelapa Sawit. 10(2-3): 23-28. Sutarta, E. S. dan Winarna. 2002. Upaya Peningkatan Efisiensi dan Langkah Alternatif Pemupukan pada Tanaman Kelapa Sawit. Warta Pusat Penelitian Kelapa Sawit. 10: 23-32.
75
LAMPIRAN
76
Lampiran 1. Asal Bibit Tanaman Kelapa Sawit Bukit Pinang Estate Tahun Luas Tanam (HA) Divisi I 24 1992 30 25 1992 34 25 1993 35 15 1993 21 16 1993 10 17 1993 45 18 1993 34 19 1993 31 22 1993 31 13 1996 9 14 1996 39 15 1996 41 16 1996 14 17 1996 52 18 1996 45 22 1996 36 23 1996 37 24 1996 37 23 1996 32 12 1998 3 19 1998 42 20 1998 45 21 1998 18 20 1998 35 21 1998 24 12 1998 4 13 1998 7 14 1998 8 15 1998 8 16 1998 9 17 1998 12 18 1998 7 19 1998 6 20 1998 8 21 1998 4 22 1998 8 23 1998 8 24 1998 7 25 1,998 10 12 2,000 5 13 2,000 10 14 2,000 18 15 2,000 15 16 2,000 11 17 2,000 40 19 2,000 21 20 2,000 26 GrandTotal 1,032
Blok B A B
A
B A
B I
I I
Asal Bibit Socf Socf Mrs Mrs Lons Lons Lons Socf Socf Socf Socf Socf Socf Socf Socf Mrs Mrs Mrs Socf Socf Lons Lons Lons Socf Socf Mrs Mrs Mrs Mrs Mrs Mrs Mrs Mrs Mrs Mrs Mrs Mrs Mrs Mrs Lons Lons Lons Lons Mrs GPI GPI GPI
Tahun Luas Tanam (HA) Divisi II 26 1992 38 27 1992 25 24 1992 20 25 1992 23 26 1992 27 27 1992 16 28 1992 26 26 1993 26 27 1993 34 29 1993 6 29 1993 19 30 1993 10 31 1993 10 32 1993 10 22 1993 43 23 1993 42 24 1993 41 25 1993 31 26 1993 48 27 1993 42 28 1993 36 29 1993 36 30 1993 34 31 1993 36 32 1993 41 33 1993 53 27 1,998 18 28 1,998 32 29 1,998 12 26 1,998 6 28 1,998 11 29 1,998 6 26 1,998 3 30 1,998 11 31 1,998 19 32 1,998 11 33 1,998 20 34 1,998 12 35 1,998 8 26 1,998 6 27 1,998 9 28 1,998 11 29 1,998 9 28 2,000 7 29 2,000 11 30 2,000 19 33 2,000 2 34 2,000 8 35 2,000 3 34 2,000 49 35 2,000 7 GrandTotal 1,083
Blok B C
A B C
D
A
B
C
I
B
C
D
Asal Bibit Socf Socf Socf Socf Socf Socf Socf Mrs Mrs Socf Socf Socf Socf Socf Mrs Mrs Mrs Mrs Mrs Mrs Mrs Mrs Mrs Mrs Mrs Mrs Lons Lons Mrs Mrs Mrs Mrs Mrs Lons Lons Lons GPI GPI GPI GPI GPI Mrs Lons Socf Socf Socf Socf Socf GPI GPI Socf
Tahun Luas Tanam (HA) Divisi III 27 1993 31 28 1993 31 29 1993 31 30 1993 29 31 1993 37 32 1993 23 33 1993 40 27 1993 40 28 1993 25 29 1993 27 30 1993 30 31 1993 36 32 1993 29 26 1996 10 27 1996 27 28 1996 32 26 1996 26 27 1996 30 28 1996 17 33 1997 34 29 1997 34 30 1997 28 31 1997 34 32 1997 25 33 1997 20 29 1997 29 30 1997 38 31 1997 30 32 1997 10 34 1,998 29 34 1,998 20 35 1,998 33 26 1,998 7 34 1,998 28 35 1,998 21 31 1,998 3 32 1,998 18 33 1,998 26 34 1,998 36 34 2,000 16 34 2,000 9 GrandTotal 1,079
Blok E
F
G
H
F G
H
E F G
H
E F
Asal Bibit Mrs Mrs Mrs Mrs Mrs Mrs Mrs Mrs Mrs Mrs Mrs Mrs Mrs Socf Socf Socf Socf Socf Socf Socf Socf Socf Socf Socf Socf Socf Socf Socf Socf Lons Lons Lons GPI GPI Mrs Mrs Mrs Mrs GPI Lons Lons
77
Lampiran 2. Rekomendasi Dosis Pupuk Urea, RP, dan MOP Pada Tiap Blok di Bukit Pinang Estate Rekomendasi Urea Blok
I
Tahun Tanam
1992
KG
0.00
0
1993
0.00
1996
Total Div.3
Total
KG
Kg/ PK
1.63
13,763
0
1.50
0.00
0
1998
0.00
2000
Aplikasi I
Rekomendasi MOP
Aplikasi II
KG
Kg/ PK
Kg/ PK
KG
1.63
13,763
0.00
-
1.30
10,967
37,250
1.50
37,250
0.00
-
1.13
1.54
64,960
1.54
64,960
0.00
-
0
1.51
55,241
1.51
55,241
0.00
0.00
0
1.50
30,088
1.50
30,088
0.00
0
1.53
201,302
1.53
201,302
1992
0.00
0
1.64
37,296
1.64
1993
0.00
0
1.65
130,787
1998
0.00
0
1.55
2,000
0.00
0
0.00
0
1993
0.00
1996
Total KG
2.75
10,967
27,937
1.13
1.34
56,252
-
0.62
0.00
-
0.00
-
37,296
0.00
1.65
130,787
43,593
1.55
1.51
22,089
1.61
233,765
0
1.56
0.00
0
1997
0.00
1998 2,000
Aplikasi II
KG
Kg/ PK
0.00
0
27,937
0.00
1.34
56,252
22,482
0.62
1.91
38,220
1.18
155,858
-
0.92
0.00
-
43,593
0.00
1.51
22,089
1.61
233,765
84,431
1.56
1.56
29,119
0
1.66
0.00
0
0.00
0
0.00
0
Total
KG
Kg/ PK
KG
2.00
16,868
2.00
16,868
0
1.97
48,949
1.97
48,949
0.00
0
1.99
83,718
1.99
83,718
22,482
0.00
0
1.93
70,558
1.93
70,558
1.91
38,220
0.00
0
1.75
35,101
1.75
35,101
1.18
155,858
0.00
0
1.93
255,194
1.93
255,194
20,879
0.92
20,879
0.00
0
2.00
45,358
2.00
45,358
0.86
68,058
0.86
68,058
0.00
0
1.95
154,602
1.95
154,602
-
1.44
40,469
1.44
40,469
0.00
0
1.88
52,995
1.88
52,995
0.00
-
0.54
7,893
0.54
7,893
0.00
0
1.73
25,448
1.73
25,448
0.00
-
0.95
137,299
0.95
137,299
0.00
0
1.92
278,403
1.92
278,403
84,431
0.00
-
1.24
67,214
1.24
67,214
0.00
0
1.95
105,415
1.95
105,415
1.56
29,119
0.00
-
1.01
18,934
1.01
18,934
0.00
0
1.87
35,000
1.87
35,000
60,271
1.66
60,271
0.00
-
0.62
22,346
0.62
22,346
0.00
0
1.74
63,206
1.74
63,206
1.55
45,845
1.55
45,845
0.00
-
0.45
13,226
0.45
13,226
0.00
0
1.92
56,827
1.92
56,827
1.50
4,534
1.50
4,534
0.00
-
1.68
5,074
1.68
5,074
0.00
0
1.75
5,289
1.75
5,289
1.58
224,200
1.58
224,200
0.00
-
0.89
126,794
0.89
126,794
0.00
0
1.87
265,737
1.87
265,737
KG
Kg/ PK
Aplikasi I Kg/ PK
Total Div.2
III
Aplikasi II Kg/ PK
Total Div.1
II
Aplikasi I Kg/ PK
Rekomendasi RP
78
Lampiran 2 Lanjutan. Rekomendasi Dosis Pupuk Dolomit, HGFB, dan Kieserit Pada Tiap Blok di Bukit Pinang Estate
Blok
Tahun Tanam
I
1992 1993 1996 1998 2000
Total Div.1
II
1992 1993 1998 2,000
Total Div.2
III
Total Div.3
1993 1996 1997 1998 2,000
Aplikasi I Kg/ KG PK -
-
Rekomendasi Dolomit Aplikasi II Total Kg/ Kg/ KG KG PK PK 0.47 0.49 0.59 0.37 0.73 0.33 0.29 0.50 0.27 1.64 0.64 0.12 0.51
19,597 17,982 11,803 49,382 58,125 9,411 4,191 71,727 14,663 30,622 23,229 3,686 72,200
0.47 0.49 0.59 0.37 0.73 0.33 0.29 0.50 0.27 1.64 0.64 0.12 0.51
19,597 17,982 11,803 49,382 58,125 9,411 4,191 71,727 14,663 30,622 23,229 3,686 72,200
Aplikasi I Kg/ KG PK -
-
Rekomendasi HGFB Aplikasi II Total Kg/ Kg/ KG KG PK PK 0.06 0.08 0.07 0.08 0.05 0.07 0.06 0.08 0.08 0.04 0.07 0.07 0.11 0.08 0.07 0.11 0.08
489 1,903 2,871 3,007 1,050 9,320 1,330 6,396 2,131 623 10,480 3,571 2,058 2,956 2,018 332 10,935
0.06 0.08 0.07 0.08 0.05 0.07 0.06 0.08 0.08 0.04 0.07 0.07 0.11 0.08 0.07 0.11 0.08
489 1,903 2,871 3,007 1,050 9,320 1,330 6,396 2,131 623 10,480 3,571 2,058 2,956 2,018 332 10,935
Aplikasi I Kg/ KG PK -
-
Rekomendasi Kieserit Aplikasi II Total Kg/ Kg/ KG KG PK PK 0.140 0.034 0.43 0.06
1,682 2,810 4,492 8,028 8,028
0.05 0.14 0.03 0.43 0.06
1,682 2,810 4,492 8,028 8,028