PENGELOLAAN PEMUPUKAN PADA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis, Jacq) DI PERKEBUNAN PT CIPTA FUTURA PLANTATION, KABUPATEN MUARA ENIM, SUMATERA SELATAN
OLEH HARYO PURWANTO A24051955
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
PENGELOLAAN PEMUPUKAN PADA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis, Jacq) DI PERKEBUNAN PT CIPTA FUTURA PLANTATION, KABUPATEN MUARA ENIM, SUMATERA SELATAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
OLEH HARYO PURWANTO A24051955
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
RINGKASAN
HARYO PURWANTO. Pengelolaan Pemupukan Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis, Jacq) di Perkebunan PT Cipta Futura Plantation, Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan. (Dibimbing oleh HARIYADI). Kelapa sawit (Elaeis guineensis, Jacq) adalah salah satu komoditi perkebunan yang berperan penting dalam perekonomian Indonesia terutama dalam penghasil devisa bagi negara. Luasan dan produksi tanaman kelapa sawit mengalami peningkatan setiap tahunnya. Kegiatan pemupukan memberikan kontribusi yang sangat luas dalam meningkatkan produksi dan kualitas produk yang dihasilkan. Salah satu efek pemupukan yang sangat bermanfaat yaitu meningkatnya kesuburan tanah yang menyebabkan tingkat produksi tanaman menjadi relatif stabil serta meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan penyakit dan pengaruh iklim yang tidak menguntungkan. Kegiatan magang ini secara umum bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan tentang budidaya tanaman kelapa sawit sekaligus pengolahannya, memperoleh pengalaman dan keterampilan kerja dalam pengelolaan kebun kelapa sawit baik teknis maupun manajerial. Selain itu, tujuan khusus dari kegiatan magang ini adalah untuk mempelajari pengelolaan pemupukan tanaman kelapa sawit serta pengaruhnya terhadap produksi kelapa sawit, untuk kemudian dibandingkan dengan studi pustaka. Data yang diperoleh dalam kegiatan magang ini adalah data primer (metode langsung) dan data sekunder (metode tidak langsung). Data primer merupakan informasi yang diperoleh secara langsung melalui pengamatan yang dilakukan penulis di lapangan meliputi ketepatan jenis, ketepatan waktu, ketepatan dosis, ketepatan cara pemupukan, jumlah HK yang dipakai pada pemupukan, gejala kekurangan hara tanaman, diskusi langsung dengan BHL dan staf. Hasil pengamatan pengelolaan pemupukan di PT Cipta Futura Plantation menunjukkan bahwa jenis pupuk yang digunakan di perusahaan ini sudah sesuai dengan kebutuhan, ketepatan waktu pemupukan yang dilaksanakan sudah sesuai dengan kondisi iklim (curah hujan dan hari hujan), dosis pupuk yang digunakan di
lapangan belum sesuai dengan standar perusahaan. Perlakuan cara pemupukan belum sesuai dengan standar perusahaan dikarenakan aplikasi pupuk di samping pelepah baru diterapkan di perusahaan ini. Gejala defisiensi unsur hara yang dialami tanaman kelapa sawit disebabkan oleh kondisi tanaman rimbun dengan gulma yang terletak pada jurangan, jarak tanaman yang terlalu rapat, kondisi tanah di piringan yang keras, dan tanaman tergenang. Pemupukan yang kurang efektif akan mengakibatkan menurunnya produktivitas tanaman kelapa sawit.
Judul
: PENGELOLAAN PEMUPUKAN PADA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis, Jacq) DI PERKEBUNAN PT CIPTA FUTURA PLANTATION, KABUPATEN MUARA ENIM, SUMATERA SELATAN
Nama
: Haryo Purwanto
NRP
: A24051955
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Hariyadi, MS NIP 19611008 198601 1 001
Mengetahui, Plh. Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultra Fakultas Pertanian IPB
Prof. Dr. Ir. Slamet Susanto, M.Sc. NIP. 19610202 198601 1 001
Tanggal Lulus : ……………………………….
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Pekalongan, 8 Februari 1987, adalah anak pertama dari empat bersaudara dari Ayah bernama Sudaryo dan Ibu Endang Herawati. Pada 1999 penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN Sragi 2 Pekalongan. Pada tahun 2002 penulis berhasil menyelesaikan pendidikan di SLTPN 1 Sragi Pekalongan. Setelah menyelesaikan pendidikan di SMUN 1 Comal Pemalang pada tahun 2005, penulis mendapat kesempatan untuk melanjutkan pendidikan tinggi ke Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI. Pada semester 3 penulis masuk ke Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian. Selama kuliah penulis pernah aktif dalam organisasi Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) Tingkat Persiapan Bersama sebagai Ketua Komisi Informasi dan Komunikasi 2005/2006. Pada tahun 2006/2007
penulis aktif di DPM
Fakultas Pertanian sebagai anggota Komisi Pengawas BEM dan pada tahun yang sama aktif di Majelis Permusyawaratan Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (MPM KM) sebagai anggota BP MWA IPB. Pada tahun 2007/2008 penulis aktif di DPM Fakultas Pertanian sebagai Ketua Komisi Advokasi dan Kesejahteraan Mahasiswa. Pada tahun Selanjutnya pada tahun 2008/2009 penulis aktif di DPM KM IPB sebagai anggota Komisi Advokasi dan Kesejahteraan Mahasiswa. Selain aktif di organisasi penulis juga aktif menjadi panitia kegiatan-kegiatan kemahasiswaan. Untuk menambah wawasan penulis juga pernah menjalani magang di Balai Penelitian Tanaman Hias (Balithi) di Cipanas. Tugas akhir di perguruan tinggi penulis selesaikan dengan menulis Skripsi yang berjudul “Pengelolaan Pemupukan Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis, Jacq) di Perkebunan PT Cipta Futura Plantation, Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan”.
KATA PENGANTAR Alhamdulillaahirabbil’aalamin, puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat, hidayah, dan karunia-Nya Skripsi yang berjudul “Pengelolaan Pemupukan Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis, Jacq) di Perkebunan PT Cipta Futura Plantation, Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan” ini dapat diselesaikan. Penulisan Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana di Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Dalam kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada : 1. Bapak Dr. Ir. Hariyadi, MS selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan masukan dalam menyelesaikan skripsi ini. 2. Bapak Sutan Hutasoit, SP selaku kepala Afdeling VII PT Cipta Futura Plantation yang telah memberikan bimbingan selama di kebun. 3. Para Karyawan PT Cipta Futura Plantation yang telah memberikan banyak informasi. 4. Bapak Sudaryo, Ibu Endang Herawati, dan Adik-adikku Aji Dwiyulianto, Sefti Hermawati, Faiq Dani Romadhon atas kasih sayang, doa, dukungan semangat baik moril dan materi. 5. Teman-teman magang Wenny Widyawati, Armita Rayendra, Robby Panggabean, dan Muhammad Nu’man atas dukungan semangat. 6. Teman-teman Agronomi dan Hortikultura Angkatan 42 7. Para staf pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura. Akhir kata semoga Skripsi ini bermanfaat khususnya bagi Penulis dan juga bagi pihak yang memerlukan informasi yang berhubungan dengan tulisan ini. Amin.
Bogor, September 2009
Haryo Purwanto
DAFTAR ISI Halaman PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan
1 2
TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Syarat Tumbuh Pemupukan Kelapa Sawit
3 4 5
METODOLOGI Tempat dan Waktu Metode Pelaksanaan Pengumpulan Data
7 7 8
KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG Letak Geografis Keadaan Iklim, Tanah, dan Topografi Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan Keadaan Tanaman dan Produksi Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan
10 10 10 11 11
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Rawat Parit dan Pembuatan Parit Pembuatan Tapak Timbun Pemanenan Prunning (penunasan) Pengendalian Hama Deteksi Hama Pengendalian Gulma Pemupukan Pemupukan Organik Pemupukan Anorganik Aspek Manajerial Pengelolaan Karyawan Non Staf Pengelolaan Karyawan Staf
14 14 15 15 20 21 23 24 26 26 28 38 38 40
PEMBAHASAN Distribusi Pupuk Realisasi Pemupukan Jumlah Curahan Tenaga Kerja Pengawasan Pemupukan Ketepatan Jenis Pemupukan Ketepatan Waktu Pemupukan Ketepatan Dosis Pemupukan Ketepatan Cara Pemupukan
41 41 42 42 43 43 44 44 45
Gejala Defisiensi Hara Produktivitas
46 48
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran
50 50 51
DAFTAR PUSTAKA
52
LAMPIRAN
53
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1.
Jumlah dan Posisi Tenaga Kerja Perkebunan PT Cipta Futura Plantation Afdeling VII Bulan Mei 2009
2.
13 Inspeksi
Panen PT Cipta Futura per 17 April 2009 3.
20 Pengama
tan Deteksi Hama di Blok 109 C Afdeling VII 4.
24 Persentas
e Unsur Hara Dalam Janjangan Kosong 5.
27 Persentas
e Unsur Hara Dalam Decanter Solid 6.
28 Realisasi
Pemupukan MOP di Afdeling VII Berdasarkan Bobot Pupuk /HK Periode 19-28 Maret 2009 7.
31 Realisasi
Pemupukan MOP di Afdeling VII Berdasarkan Luasan Hasil /HK Periode 19-28 Maret 2009 8.
32 Inspeksi
Harian Pupuk di PT Cipta Futura Plantation per 17 April 2009 9.
32 Jenis
Pupuk Yang Digunakan di PT Cipta Futura 10.
33 Pengama
tan Waktu Pemupukan di Afdeling VII 11.
33 Hasil
Pengamatan Ketepatan Dosis Pupuk Rock Phospate (RP) Pada Beberapa Blok Afdeling VII 12.
34 Hasil
Pengamatan Ketepatan Cara Pupuk Rock Phospate (RP) Pada Beberapa Blok Afdeling VII
35
13.
Pengama tan Gejala Defisiensi Hara Pada Beberapa Blok Afdeling VII
36
14.
Produkti vitas TBS Afdeling VII Tahun 2004-2008
37
15.
Produkti vitas TBS Afdeling VII Pada Bulan Januari-Mei 2009
37
DAFTAR GAMBAR Nomor
1.
Halaman
Rawat Parit di Blok 83 P dan Penampang Melintang Parit
2.
14 Pembuat
an Tapak Timbun di Areal Pasang Surut Blok 95 P 3.
15 Pemanen
an di Blok 69 4.
19 Hama
yang Menyerang
21
5.
Engine Power Spraying
6.
23 Susunan
Janjangan Kosong di Blok 107 C 7.
27 Pemupuk
an MOP di Blok 109 C 8.
30 Hasil
Pemupukan Rock Phospate di Samping Pelepah
35
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1.
Jurnal Harian Magang Sebagai Buruh Harian Lepas (BHL) di PT Cipta Futura Plantation Muara Enim Sumatera Selatan
2.
53 Jurnal
Harian Magang Sebagai Pendamping Mandor di PT Cipta Futura Plantation Muara Enim Sumatera Selatan 3.
56 Jurnal
Harian Magang Sebagai Pendamping Asisten Afdeling di PT Cipta Futura Plantation Muara Enim Sumatera Selatan 4.
60 Curah
Hujan di PT Cipta Futura Plantation Muara Enim Sumatera Selatan 5.
63 Hektar
Tanam Afdeling VII PT Cipta Futura Plantation 6. Peta Areal Kerja Afdeling VII Kebun Ujan Mas PT Cipta Futura Plantation 7.
64 69 Struktur
Organisasi Tingkat Afdeling PT Cipta Futura Plantation Kebun Ujan Mas 8. Blanko Data Muat Buah 9.
70 71 Data
Sensus Buah Masak Bulan Mei 2009 di Afdeling VII
72
10.
Blanko Surat Pengantar Buah
73
11.
Jalur Deteksi Hama
74
12.
Blanko Deteksi Hama
75
13.
Rekome ndasi Pemupukan TM dan TBM Tahun 2009 Kebun Ujan Mas PT Cipta Futura Afdeling VII
76
14.
Hasil Analisis Daun di Afdeling VII PT Cipta Futura Plantation
15.
78 Blanko
Bon Gudang
80
PENDAHULUAN
Latar Belakang Pengembangan sektor pertanian masih merupakan prioritas utama dalam seluruh
kegiatan
pembangunan
yang
kini
sedang
berkembang
dan
berkesinambungan di Indonesia. Subsektor perkebunan merupakan salah satu bagian yang berperan dalam perekonomian Indonesia. Menurut Pahan (2008) sebanyak 85 % lebih pasar dunia kelapa sawit dikuasai oleh Indonesia dan Malaysia.
Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tanaman penghasil minyak nabati yang dapat diandalkan. Hal ini karena minyak yang dihasilkan kelapa sawit memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan minyak nabati tanaman lainnya, yaitu tahan lebih lama, tahan terhadap tekanan dan suhu yang relatif tinggi, dan tidak cepat bau. Minyak nabati tersebut telah lama dikenal dikalangan industri dan penggunaannya telah berkembang pesat sejak abad 19 (Bank Bumi Daya, 1988). Data luas areal perkebunan kelapa sawit Indonesia 2003-2007 pada umumnya menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan. Untuk perkebunan rakyat pada tahun 2003 seluas 1 854 400 ha dan pada tahun 2007 meningkat menjadi 2 571 200 ha, Perkebunan Besar Negara pada tahun 2003 seluas 662 800 ha, tahun 2007 meningkat menjadi 694 300 ha dan Perkebunan Besar Swasta tahun 2003 seluas 2 766 400 ha pada tahun 2007 meningkat menjadi 3 058 800 ha. Sementara produksinya Perkebunan rakyat pada tahun 2003 sebanyak 3 517 300 ton di tahun 2007 meningkat menjadi 5 811 000 ton, Perkebunan Besar Negara pada tahun 2003 sebanyak 1 750 600 ton, pada tahun 2007 meningkat menjadi 2 388 200 ton dan Perkebunan Besar Swasta pada tahun 2003 sebanyak 5 172 900 ton dan tahun 2007 meningkat menjadi 8 691 400 ton (Ditjenbun, 2008). Kelapa sawit adalah salah satu komoditi perkebunan yang berperan penting dalam perekonomian Indonesia terutama dalam penghasil devisa bagi negara. Volume ekspor minyak sawit menunjukkan peningkatan yang cukup besar 2 setiap tahunnya. CPO pada tahun 2003 dengan volume 2 892 100 ton senilai US$ 1 062 215 dan pada tahun 2007 meningkat dengan volume 5 701 300 ton senilai US$ 3.738.652. Untuk other palm oil pada tahun 2003 dengan volume 3 494 300 ton senilai US$ 1 392 411 dan pada tahun 2007 meningkat dengan volume 6 174 100 ton senilai US$ 4 129 988 (Ditjenbun, 2008). Kegiatan pemupukan memberikan kontribusi yang sangat luas dalam meningkatkan produksi dan kualitas produk yang dihasilkan. Salah satu efek pemupukan yang sangat bermanfaat yaitu meningkatnya kesuburan tanah yang menyebabkan tingkat produksi tanaman menjadi relatif stabil serta meningkatkan
daya tahan tanaman terhadap serangan penyakit dan pengaruh iklim yang tidak menguntungkan. Menurut Lubis (1992), ada beberapa faktor yang sangat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi kelapa sawit yang berkaitan dengan peningkatan produksi, yaitu kesesuaian lahan, pembangunan kebun, dan komponen produksi. Berkaitan dengan hal tersebut, Pahan (2008) menyatakan bahwa pertumbuhan dan perkembangan tanaman kelapa sawit sangat dipengaruhi oleh pemberian pupuk dan keteersediaan hara di dalam tanah. Kemampuan lahan dalam penyediaan unsur hara secara terus menerus bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman kelapa sawit yang berumur panjang sangatlah terbatas. Keterbatasan daya dukung lahan dalam penyediaan unsur hara ini harus diimbangi dengan penambahan unsur hara melalui pemupukan.
Tujuan Kegiatan magang ini secara umum bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan tentang budidaya tanaman kelapa sawit sekaligus pengolahannya, memperoleh pengalaman dan keterampilan kerja dalam pengelolaan kebun kelapa sawit baik teknis maupun manajerial. Selain itu, tujuan khusus dari kegiatan magang ini adalah untuk mempelajari pengelolaan pemupukan tanaman kelapa sawit serta pengaruhnya terhadap produksi kelapa sawit, untuk kemudian dibandingkan dengan studi pustaka.
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) termasuk tumbuhan kelas Angiospermae, ordo Palmales, family Palmae, dan genus Elaeis (Hartley, 1967). Sastrosayono (2003) menambahkan ada beberapa spesies dalam genus ini antara lain Elaeis guineensis, Elaeis melanococca (Elaeis oleivera) dan Elaeis odora (tidak ditanam di Indonesia).
Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh pemerintah colonial Belanda pada tahun 1848. Ketika itu ada empat batang bibit kelapa sawit yang dibawa dari Mauritius dan Amsterdam dan ditanam di Kebun Raya Bogor. Tanaman kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersial pada tahun 1911 (Fauzi et al., 2008). Tanaman kelapa sawit dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu bagian vegetatif dan bagian generatif. Bagian vegetatif kelapa sawit meliputi akar, batang,
dan
daun,
sedangkan
bagian
generatif
yang
merupakan
alat
perkembangbiakan terdiri dari bunga dan buah. Batang kelapa sawit tidak mempunyai cabang dan tidak mempunyai kambium. Jenis pertumbuhannya adalah jenis pertumbuhan primer. Titik tumbuh berada pada ujung batang dan terus berkembang membentuk daun serta tinggi batang. Batang mencapai 90 cm dengan ketinggian kurang dari 12 meter. Menurut Hartley (1967) pertumbuhan batang kelapa sawit sebesar 0.3-0.6 m/tahun. Batang kelapa sawit dapat dilihat setelah berumur 4 tahun. Fauzi et al. (2008) menambahkan kelapa sawit merupakan tanaman monokotil yaitu batangnya tidak mempunyai kambium dan umumnya tidak bercabang. Batang berfungsi sebagai penyangga tajuk serta menyimpan dan mengangkut bahan makanan. Batang kelapa sawit berbentuk silinder dengan diameter 20-75 cm. Tanaman yang masih muda batangnya tidak terlihat karena tertutup oleh pelepah daun. Pertambahan tinggi batang terlihat jelas setelah tanaman berumur 4 tahun. Tinggi batang bertambah 25-45 cm/tahun. Jika kondisi lingkungan sesuai. Pertambahan tinggi batang dapat mencapai 100 cm/tahun. Tinggi maksimum yang ditanam diperkebunan antara 15-18 m, sedangkan yang di alam mencapai 30 m.4 pertumbuhan batang tergantung pada jenis tanaman, kesuburan lahan, dan iklim setempat. Akar tanaman kelapa sawit berdungsi sebagai penyerap unsur hara dalam tanah dan respirasi tanaman. Selain itu sebagai penyangga berdirinya tanaman sehingga mampu menyokong tegaknya tanaman pada ketinggian yang mencapai puluhan meter hingga tanaman berumur 25 tahun. Akar tanaman kelapa sawit tidak berbuku, ujungnya runcing, dan berwarna putih atau kekuningan. Tanaman kelapa sawit berakar serabut. Perakarannya sangat kuat karena tumbuh ke bawah
dan ke samping membentuk akar primer, sekunder, tertier, dan kuarter. Akar primer tumbuh ke bawah di dalam tanah sampai batas permukaan air tanah. Akar sekunder, tertier, dan kuarter tumbuh sejajar dengan permukaan air tanah bahkan akar tertier dan kuarter menuju ke lapisan atas atau ke tempat yang paling banyak mengandung zat hara (Fauzi et al., 2008). Daun kelapa sawit mirip daun kelapa yaitu membentuk susunan daun majemuk, bersirip genap dan bertulang daun sejajar. Daun-daun membentuk satu pelepah yang panjangnya mencapai lebih dari 7.5-9 m. jumlah anak daun disetiap pelepah berkisar antara 250-400 helai. Daun muda yang masih kuncup berwarna kuning pucat. Pada tanah yang subur daun cepat membuka sehingga makin efektif untuk melakukan fungsinya sebagai tempat berlangsungnya fotosintesis dan sebagai alat respirasi. Semakin lama proses fotosintesis berlangsung, semakin banyak bahan makanan yang dibentuk sehingga produksi akan meningkat (Fauzi et al., 2008). Syarat Tumbuh Faktor iklim sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tandan kelapa sawit. Kelapa sawit dapat tumbuh pada daerah tropika basah disekitar 120 LU dan 120 LS pada ketinggian 0-500 m di atas permukaan laut (m dpl). Jumlah curah hujan yang baik adalah 2000-2500 mm/tahun, tidak memiliki defisit air, hujan agak merata sepanjang tahun. Umumnya pada daerah dengan jumlah hujan yang tinggi masalah jalan (transport), pembakaran, pemeliharaan, pemupukan, dan pencegahan erosi menjadi lebih penting. Di Indonesia pada umumnya daerah seperti ini kebanyakan sudah berada lebih dari 5 500 m dpl kecuali di beberapa lokasi Pantai Barat Sumatera (Lubis, 1992). Tanaman kelapa sawit memerlukan suhu yang optimum sekitar 24-280C untuk tumbuh dengan baik. Meskipun demikian, tanaman masih bisa tumbuh pada suhu terendah 180C dan tertinggi 320C. Tanaman kelapa sawit tumbuh baik pada tanah gembur, subur, berdrainase baik, permeabilitas sedang, dan mempunyai solum yang tebal sekitar 80 cm tanpa lapisan padas. Tekstur tanah ringan dengan kandungan pasir 20-60%, debu 10-40%, dan liat 20-50%. Tanah yang kurang cocok adalah tanah berpasir dan tanah gambut tebal. Topografi yang dianggap
cukup baik untuk tanaman kelapa sawit adalah areal dengan kemiringan 0-150 (Fauzi et al., 2008). Kemasaman tanah sangat terkait pada ketersediaan hara yang dapat diserap oleh akar. Kelapa sawit dapat tumbuh pada pH 4.0-6.0 namun yang terbaik adalah pada pH 5.0-5.6, tanah yang mempunyai pH rendah dapat ditingkatkan dengan pengapuran namun membutuhkan biaya yang tinggi. Tanah dengan pH rendah ini biasanya dijumpai pada daerah pasang surut terutama tanah gambut (Lubis, 1992). Pemupukan Kelapa Sawit Kegiatan pemeliharaan tanaman kelapa sawit meliputi penyulaman, pemberantasan gulma, pemupukan, dan pemangkasan. Fauzi et al. (2008) menyatakan salah satu tindakan perawatan tanaman yang berpengaruh besar terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman adalah pemupukan. Pemupukan bertujuan untuk menambah ketersediaan unsur hara di dalam tanah terutama agar tanman dapat menyerapnya sesuai dengan kebutuhan. Dengan pemupukan dapat meningkatkan produktivitas tanaman. Menurut Pahan (2008) pemupukan bermanfaat untuk melengkapi persediaan unsur hara di dalam tanah sehingga kebutuhan tanaman dapat terpenuhi dan akhirnya tercapai daya hasil atau produksi yang maksimal. Pupuk juga menggantikan unsur hara yang hilang karena pencucian dan terangkut atau dikonversi melalui produk yang dihasilkan serta memperbaiki kondisi yang tidak menguntungkan
atau
mempertahankan
kondisi
tanah
yang baik
untuk
pertumbuhan dan perkembangan kelapa sawit. Fauzi et al. (2008) menyatakan bahwa pemberiaan pupuk pada tanaman harus memperhatikan beberapa hal yang menjadi kunci keefektifan pemberian6 pupuk, diantaranya daya serap akar tanaman, cara pemberian dan penempatan pupuk, waktu pemberian serta jenis dan dosis pupuk. Kekurangan atau defisiensi unsur hara tanaman dapat diketahui dari gejala-gejala yang tampak pada tanaman. Lakitan (2004) menyatakan bahwa gejala kekurangan unsur hara dapat berupa pertumbuhan akar, batang, atau daun yang terhambat dan klorosis atau nekrosis pada berbagai organ tanaman. Gejala yang ditampakkan tanaman karena kekurangan suatu unsur hara dapat menjadi petunjuk kasar dari fungsi unsur hara yang bersangkutan. Pengetahuan tentang
gejala kekurangan unsur hara masing-masing dapat digunakan oleh petani dalam menentukan jenis pupuk yang harus digunakan dan merupakan peringatan bagi petani untuk segera melakukan pemupukan agar tanaman tumbuh normal kembali. Pupuk
harus
tersedia
pada
waktu
yang
ditentukan,
sehingga
keberadaannya tidak menjadi suatu hambatan bagi tanaman yang akan dipupuk. Adapun waktu yang terbaik untuk melakukan pemupukan adalah pada saat musim penghujan, yaitu pada saat tanah berada dalam kondisi yang sangat lembab, tetapi tidak sampai tergenang oleh air. Dengan demikian pupuk yang ditaburkan pada masing-masing tanaman dapat segera larut dalam air, sehingga lebih cepat diserap oleh akar tanaman. Adakalanya berdasarkan hasil rekomendasi pemupukan yang ada pada masa Tanaman Belum Menghasilkan, pupuk diaplikasikan sebanyak tiga kali dalam setahun, dimana untuk pupuk N, P, K, Mg dan Bo dapat diberikan menjelang dan akhir musim penghujan (Fauzi et al., 2008). Penentuan
jenis
pupuk
sangat
diperlukan
untuk
meningkatkan
produktivitas. Pahan (2008) menyatakan strategi dalam menentukan jenis pupuk diwarnai oleh pertimbangan ekonomis. Pengetahuan teknis tentang sifat pupuk dan sifat tanah dimana pupuk akan diaplikasikan, akan sangat menentukan efisiensi pemupukan. Sifat pupuk yang penting diketahui adalah kandungan unsur hara utama pupuk tersebut, kandungan unsur hara tambahan, reaksi kimia pupuk didalam tanah, serta kepekaan pupuk terhadap pengaruh iklim.
METODOLOGI
Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan di PT Cipta Futura Plantation, Afdeling VII, Kebun Ujan Mas, Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan, dimulai pada tanggal 12 Februari 2009 sampai 12 Juni 2009.
Metode Pelaksanaan
Kegiatan magang yang dilakukan adalah melaksanakan pekerjaan di lapangan dan kantor pada berbagai tingkat pekerjaan yang diijinkan sesuai tahapannya mulai dari Buruh Harian Lepas (BHL) sampai pendamping asisten afdeling. Dua bulan pertama penulis bekerja sebagai BHL, setelah selesai kemudian satu bulan berikutnya menjadi pendamping mandor dan satu bulan berikutnya menjadi pendamping asisten afdeling. Pada dua bulan pertama menjadi BHL, penulis bekerja bersama BHL lainnya. Kegiatan yang dilakukan adalah bekerja langsung sebagai buruh dan melakukan semua tugas lapangan yang diperintahkan sesuai dengan kebutuhan kebun seperti pemeliharaan tanaman (pemupukan, pengendalian gulma, dan pengendalian hama), pemanenan, prunning, dan kegiatan infrastruktur seperti rawat parit, pembuatan parit, dan pembuatan tapak timbun. Kegiatan lainnya yang dilakukan penulis adalah mengisi jurnal harian yang diketahui pembimbing lapang (Lampiran 1). Satu bulan berikutnya penulis sebagai pendamping mandor yang bertugas membuat perencanaan kebutuhan fisik dan biaya untuk pekerjaan yang akan dilakukan, melakukan apel pagi dan sore, mengisi jurnal harian magang sebagai pendamping mandor (Lampiran 2), mengawasi karyawan (pupuk, panen, semprot, janjangan kosong, dan prunning), mengisi buku mandor, menentukan kebutuhan bahan, dan mengamati kegiatan teknis di lapangan seperti pemupukan (dosis, jenis pupuk, cara pemupukan, dan jumlah tenaga kerja), pengendalian gulma (jenis gulma, jenis herbisida, konsentrasi, dan dosis), pengendalian hama (jenis hama, jenis insektisida, konsentrasi, dan dosis), pemanenan (sensus buah, rotasi panen, kriteria panen, alat dan tenaga kerja panen, pelaksanaan panen, dan premi panen),8 dan susun janjangan kosong (jumlah tenaga kerja, dan jumlah tumpukan janjangan). Satu bulan berikutnya penulis sebagai pendamping asisten afdeling (Lampiran 3). Kegiatan yang dilakukan penulis tidak jauh berbeda dengan posisi penulis sebagai pendamping mandor. Namun penulis diberi kebebasan dalam menentukan sanksi (penalty) yang akan dikenakan oleh karyawan tanpa melalui mandor terlebih dahulu. Pengumpulan Data
Data yang diperoleh dalam kegiatan magang ini adalah data primer (metode langsung) dan data sekunder (metode tidak langsung). Data primer merupakan informasi yang diperoleh secara langsung melalui pengamatan yang dilakukan penulis di lapangan meliputi ketepatan jenis, ketepatan waktu, ketepatan dosis, ketepatan cara pemupukan, jumlah HK yang dipakai pada pemupukan, gejala kekurangan hara tanaman, diskusi langsung dengan BHL dan staf. Berikut perincian pengumpulan data primer oleh penulis. 1. Ketepatan Jenis Pupuk Data primer yang diperoleh penulis untuk ketepatan jenis pupuk berasal dari pengamatan di lapangan dengan membandingkan defisiensi unsur hara yang tampak dengan penggunaan pupuk oleh perusahaan. 2. Ketepatan Waktu Pelaksanaan Pemupukan Data primer pada parameter ini diperoleh dengan mengamati realisasi waktu pemupukan kemudian dibandingkan dengan standar perusahaan. Waktu yang diamati penulis adalah waktu pemupukan saat dilakukan magang. 3. Ketepatan Dosis Pupuk Data diperoleh dengan menghitung jumlah pokok yang dipupuk oleh penabur dalam 10 sak pupuk pada beberapa blok. Data yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan rekomendasi dosis perusahaan. 4. Ketepatan Cara pemupukan Data diperoleh dengan mengambil 10 sampel pokok yang dipupuk oleh seorang penabur. Penulis mengambil tiga penabur. 5. Jumlah Curahan Tenaga Kerja Data diambil dengan mengamati realisasi di lapangan saat pelaksanaan magang. 9 6. Defisiensi Unsur Hara Pengamatan gejala defisiensi hara dilakukan secara acak pada 10 blok dengan mengambil 250 tanaman/blok. Penulis melakukan pengamatan secara visual dari gejala-gejala yang muncul di tanaman. Data sekunder diperoleh dari arsip kantor kebun, kantor pusat (Oscar), dan studi pustaka (buku teks, jurnal, dan lain-lain). Data sekunder yang diperoleh berupa data iklim, produktivitas, rekomendasi pemupukan, struktur organisasi,
dan ketenagakerjaan. Dari data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan metode deskriptif.
KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG Letak Geografis Perkebunan PT Cipta Futura Plantation berada di wilayah Kecamatan Ujan Mas dan Kecamatan Benakat, kabupaten Muara Enim, Propinsi Sumatera Selatan. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Muara Enim. Transportasi masuk ke wilayah kebun dari Muara Enim dapat ditempuh dengan kendaraan dalam waktu
dua jam. Jarak antara kota Muara Enim dengan lokasi kebun ± 35 km. Jarak dari kota Palembang ke lokasi kebun ± 218 km. Batas-batas lokasi kebun Ujan Mas PT. Cipta Futura Plantation adalah sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Benakat dan Solar, sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Ujan Mas tepatnya Desa Ulak Badung. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kota Muara Enim dan sebelah Barat berbatasan dengan PT. Musi Hutan Persada yang terletak di Kabupaten Lahat.
Keadaan Iklim, Tanah, dan Toporafi Menurut Schmidth dan Ferguson keadaan iklim di daerah Ujan Mas, PT Cipta Futura termasuk ke dalam tipe B (basah). Curah hujan rata-rata tahunan selama 10 tahun terakhir (1999-2008) adalah 242.42 mm/bulan atau 2 909.10 mm/tahun dengan hari hujan rata-rata 12.44 hari/bulan atau 149.30 hari/tahun (Lampiran 4). Suhu rata-rata berkisar antara 280 C. PT Cipta Futura memiliki Jenis tanah Podsolik Merah Kuning (PMK) dengan fraksi liat yang tinggi (90%). Tekstur tanah didominasi oleh liat berdebu dan berwarna merah kecoklatan, kedalaman efektif tanah lebih dari 20 cm. kemasaman tanah (pH) berkisar antara 6.0 – 6.5. tingkat kesuburan tanah adalah rendah sampai sedang. Keadaan topografi areal perkebunan sebagian besar merupakan hamparan tanah yang berbukit dengan derajat kemiringan antara 7 – 9 %. Ketinggian tempat berkisar antara 50 – 100 m dpl (di atas permukaan laut).
Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Negara Agraria/Kepala BPN No. 7/HGU/BPN/1996 tentang pemberian Hak Guna Usaha (HGU), luas areal di PT Perkebunan Cipta Futura adalah 8 381 ha, yang terdiri dari tanaman kelapa sawit seluas 6 846.24 ha (81.69% dari luas total), untuk pembibitan seluas 12.29 ha (0.15% dari luas total), tanaman karet seluas 360.78 ha (4.30% dari luas total). Sehingga total areal yang ditanami adalah seluas 7 219.31 ha (86.14% dari luas total). Bangunan dan jalan seluas 334.97 ha (4% dari luas total), tanah kosong
seluas 80.52 ha (0.96% dari luas total), sedangkan enclave seluas 746.20 ha (8.90% dari luas total). PT Cipta Futura memiliki empat afdeling (afdeling I, VI, VII, VIII). Berdasarkan data luasan masing-masing afdeling (pengukuran Desember 2008), Afdeling I memilliki luas 809.80 ha, Afdeling VI memiliki luas 2 249.77 ha, Afdeling VII memiliki luas 1 885.17 ha (Lampiran 5), sedangkan Afdeling VIII memiliki luas
1 948.28 ha. Semua Afdeling masih memiliki areal perluasan
kecuali Afdeling I. sebelum ditanami kelapa sawit, areal perkebunan ini merupakan areal hutan rakyat. Peta afdeling VII dapat dilihat pada Lampiran 6.
Keadaan Tanaman dan Produksi Berdasarkan sumber bibit asalnya, tanaman kelapa sawit yang diusahakan oleh PT Cipta Futura Plantation Kebun Ujan Mas diperoleh dari hasil persilangan antara Dura dan Pisifera yang berasal dari Lembaga Pusat Penelitian Marihat (LPPM), Bahlias Research Station (BLRS) PT London Sumatera (Lonsum), Dami, dan yang berasal dari PT Socfindo. Pola tanam yang digunakan adalah berbentuk segitiga sama sisi dengan jarak tanam 9.25 m x 9.25 m x 9.25 m. Produksi tandan buah segar (TBS) di Afdeling VII pada tahun 2007-2008 mengalami penurunan. Produksi TBS pada tahun 2007 sebesar 41 852 ton, dan pada tahun 2008 produksi TBS menurun menjadi 37 108 ton.
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan PT Cipta Futura Plantation merupakan perusahaan keluarga yang bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit. Kegiatan administrasi dan hubungan eksternal dilaksanakan oleh kantor pusat yang terletak di Jakarta dan Palembang. PT Cipta Futura Plantation pada tingkat kebun dipimpin oleh seorang General Manager yang diangkat berdasarkan keputusan Direktur utama yang bertanggung jawab kepada direksi. General Manager memiliki tugas utama yaitu mengawasi
segala
kegiatan
dibidang
pertanaman,
administrasi
kebun,
pengusahaan material, finansial, personalia, dan pengawasan wilayah kebun termasuk seluruh harta kekayaan perusahaan.
Pelaksanaan tugas General Manager dibantu oleh seorang Manajer kebun yang bertanggung jawab atas pengelolaan dan pengembangan kebun secara efektif dan efisien sesuai prosedur kerja yang ditetapkan. Manajer kebun dibantu oleh Asisten afdeling, Asisten pabrik, dan Asisten tata usaha. Struktur organisasi di tingkat kebun dapat di lihat pada Lampiran 7. Asisten afdeling bertugas membuat program kerja tahunan yang meliputi RUKB (Rencana Uang Kerja Bulanan) dan RKH (Rencana Kerja Harian) serta mengatur pekerjaan operasional setiap hari dan melakukan evaluasi dalam apel pagi penentuan kerja, pemakaian alat dan bahan, blok yang akan dikerjakan, dan jenis pekerjaan pada blok tersebut, serta mengawasi setiap pekerjaan yang ada di lapang. Pada sore hari asisten memeriksa laporan hasil dari tiap mandor, pemakaian HK, penggunaan bahan, serta memotivasi karyawan. Laporan hasil semua pekerjaan dilaporkan ke kantor pusat kebun. Asisten
afdeling dalam
melaksanakan
tugasnya
dibantu
seorang
Supervisor (Senior Supervisor) yang bertanggung jawab mengawasi setiap pekerjaan di lapangan memeriksa data produksi dan realisasi kerja, inventarisasi alat, bahan, dan karyawan, membuat program kerja, menentukan target realisasi per hari, dan memberikan penilaian hasil kerja terhadap bawahan. Supervisor afdeling dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh tiga supervisor (first supervisor) yang terdiri dari Supervisor administrasi, Supervisor panen, dan Supervisor perawatan/pemeliharaan. Supervisor dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh Mandor. Mandor memiliki tugas antara lain memeriksa kehadiran karyawan, memberikan pengarahan kepada karyawan sebelum bekerja, apel pagi dengan asisten mengenai rencana kerja hari itu, mengevaluasi dan memberikan peringatan mengenai hasil kerja kepada karyawan, serta mengawasi pelaksanaan kerja agar cara dan hasil kerja sesuai dengan standar dan target yang ditentukan. Mandor terbagi dalam enam bidang, yaitu Mandor panen, Mandor pupuk, Mandor hama dan penyakit, Mandor herbisida, Mandor dongkel, serta Mandor infrastruktur (rawat jalan, rawat parit, dan tapak timbun). Mandor panen membawahi krani buah yang bertugas mencatat total TBS yang diperoleh pemanen, mencatat jumlah TBS per blok pada
13
kertas data muat buah (Lampiran 8) sesuai nomor pemanen dan membuat surat pengantar buah (SPB) yang akan diolah ke pabrik. Sistem penerimaan tenaga kerja dan pembagian upah baik karyawan staf dan non staf diatur berdasarkan keputusan direksi. Jumlah karyawan baik staf, non staf, dan borongan, yang terdapat di afdeling VII disajikan dalam Tabel 1. Tabel 1. Jumlah dan Posisi Tenaga Kerja Perkebunan PT Cipta Futura Plantation Afdeling VII Bulan Mei 2009 No Bagian Jumlah 1
2
Karyawan Staf Asisten Afdeling
1 orang
Supervisor Afdeling
1 orang
Supervisor Panen
1 orang
Supervisor Pemeliharaan
1 orang
Jumlah
4 orang
Karyawan Non Staf Krani Afdeling
1 orang
Mandor Panen
4 orang
Mandor Pemeliharaan
4 orang
Krani Buah
4 orang
Administrasi Afdeling
2 orang
Jumlah 3
15 orang
Buruh Harian Lepas (borongan) Tenaga Kerja Pemanenan
75 orang
Tenaga Kerja Pemeliharaan Pemuat Buah
140 orang 19 orang
Jumlah
234 orang Total Karyawan
Sumber : Kantor Kebun Afdeling VII
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis
253 orang
Rawat Parit dan Pembuatan Parit Kegiatan rawat parit di PT Cipta Futura dilakukan dengan cara manual yaitu menggunakan cangkul dan parang. Norma kerja kegiatan rawat parit adalah 20 m/HK. Merawat parit meliputi kegiatan pembersihan bibir parit, melebarkan bibir parit, dan melancarkan aliran air parit. Pembersihan dilakukan selebar 1 m dari bibir parit, bibir parit harus bersih dari gulma dan pelepah yang jatuh, kemudian pelepah tersebut ditumpuk bersama pelepah lainnya di gawangan mati. Melebarkan bibir parit dilakukan apabila lebar bibir parit yang ada kurang dari 1.5 m, tanah dicangkul untuk kemudian diletakkan disekitar bibir parit. Pelepah dan krokos yang ada di parit harus dinaikkan sampai parit tersebut bersih hingga kedalaman 1 m. Kegiatan pembuatan parit juga dilakukan penulis di PT Cipta Futura. Norma kerja pembuatan parit adalah 10 m/HK. Parit yang berada di dalam areal blok atau petak kebun memiliki standar ukuran lebar 1.5 m dengan kedalaman 1 m, sedangkan parit yang berada di samping jalan memiliki ukuran 60 cm x 50 cm x 50 cm. Lebar permukaan atas 60 cm, kedalaman parit 50 cm, dan lebar permukaan bawah 50 cm, sehingga membentuk trapesium. Rawat parit dan penampang melintang parit di dalam areal disajikan dalam Gambar 1.
1.5 m
1m a
1.5 m b
Gambar 1. (a). Rawat Parit di Blok 83 P dan (b) Penampang Melintang Parit 15 Pembuatan Tapak Timbun
Tapak timbun berfungsi untuk melindungi tanaman dari genangan air saat curah hujan tinggi pada daerah rendah dan areal pasang surut atau dekat dengan aliran air sungai, menghindari pencucian unsur hara atau hilangnya pupuk akibat aliran air, dan menghindari pengikisan tanah oleh air sehingga akan memperkokoh akar tanaman. Tapak timbun dibuat melingkar tanaman sawit. Standar ukuran dalam pembuatan tapak timbun yaitu jari-jari 2 m dengan tinggi timbunan mencapai 0.5 m. Pada 0.5 m dari tanaman sawit dibuat cekung ke dalam atau pangkal tanaman tidak boleh tertimbun, hal ini untuk mempermudah penyerapan air. Alat yang digunakan dalam pembuatan tapak timbun adalah cangkul. Tanah yang digunakan untuk menimbun merupakan tanah galian disekitar tanaman sawit. Permukaan tapak timbun diratakan dan dipadatkan agar tetap tahan dari hujan dan aliran air bawah. Pembuatan tapak timbun disajikan dalam Gambar 2 di bawah ini.
Gambar 2. Pembuatan Tapak Timbun di Areal Pasang Surut Blok 95 P Pemanenan Pemanenan merupakan kegiatan pengambilan tandan buah segar (TBS) yang sangat berkaitan dengan kegiatan budidaya. Pemanenan kelapa sawit perlu memperhatikan beberapa ketentuan umum agar TBS yang dipanen sudah matang, sehingga minyak kelapa sawit yang dihasilkan bermutu baik. Kriteria Panen. Kriteria panen buah matang pada PT Cipta Futura adalah berdasarkan pada brondolan yang sudah jatuh di piringan atau di pelepah pokok dan warna buahnya yang kuning kemerahan. Buah yang sudah terlihat kuning kemerahan namun belum terdapat brondolan maka buah tersebut tidak dipanen.
16
Apabila buah tidak memenuhi kriteria tersebut dapat disebut tandan mentah dan tidak layak panen. Tandan mentah tersebut tidak boleh diangkut ke pabrik karena akan menyebabkan gangguan dalam pengolahan. Panen harus dilaksanakan pada saat yang tepat karena pemanenan akan menentukan tercapainya kuantitas dan kualitas minyak sawit yang dihasilkan. Sistem Panen. Sistem panen yang digunakan merupakan sistem panen hanca tetap. Pembagian hanca dilakukan oleh mandor panen. Pemanen diberi luasan panen yang telah ditentukan dan bersifat tetap. Luasan hanca panen ratarata 2.5 ha/HK dengan batas jalan atau parit. Luasan hanca panen tergantung pada umur tanaman. Pada tanaman yang masih muda hanca lebih besar daripada tanaman yang lebih tua. Hal ini dikarenakan tanaman kelapa sawit yang masih muda lebih mudah dipanen dan lebih mudah dalam pengangkutan. Sensus Buah Masak/Taksasi Produksi. Sensus buah di PT Cipta Futura dilaksanakan satu bulan sekali tiap tanggal 15 oleh mandor panen. Sensus buah bertujuan untuk mengetahui taksasi produksi yang akan dihasilkan per bulannya, hasil panen untuk rotasi berikutnya serta untuk mengetahui kerapatan buah. Pelaksanaan sensus buah terdapat enam kategori, yaitu bulan ke-1, bulan ke-2, bulan ke-3, bulan ke-4, bulan ke-5, dan bulan ke-6. Buah bulan ke-1 merupakan buah yang dapat dipanen bulan depan, bulan ke-2 merupakan buah yang dapat dipanen 2 bulan yang akan datang, dan seterusnya hingga bulan ke-6. Ciri buah bulan ke-1 berwarna merah dan terdapat brondolan di piringan. Buah bulan ke-2 berwarna hitam agak kemerahan dan kusam. Buah bulan ke-3 berwarna kehitaman dan masih mengkilat, dan duri pada buah sudah layu. Ciri buah bulan ke-4 mirip dengan buah bulan ke-3, tetapi buah lebih kecil. Ciri bulan ke-5 bunga betina sudah mekar, bunganya berwarna jingga, agak
kehijauan.
Ciri
bulan
ke-6
bunga
betina
baru
mulai
pecah
seludang/mayangnya. Blok sampel sensus buah dipilih secara acak, akan tetapi setiap kegiatan sensus buah ini blok sampel yang disensus selalu sama. Lampiran 9 merupakan hasil sensus buah di afdeling VII pada bulan Mei 2009. Dari Lampiran 9 tersebut dapat diketahui bahwa jumlah tandan paling banyak yang akan dipanen terdapat pada blok 95 AP.
17
Rotasi Panen. Rotasi panen merupakan waktu yang diperlukan antara panen terakhir sampai panen berikutnya pada tempat yang sama. PT Cipta Futura membagi rotasi panen menjadi tiga bagian, yaitu 2 rotasi (10/15), 3 rotasi (7/10), dan 4 rotasi (5/7). Rotasi panen 10/15 artinya 10 hari memanen dalam waktu 15 hari kerja atau 5 hari untuk hari cadangan. Rotasi 7/10 artinya 7 hari memanen dalam waktu 10 hari kerja atau 3 hari untuk hari cadangan. Rotasi 5/7 artinya 5 hari memanen dalam waktu 7 hari kerja atau 2 hari untuk hari cadangan. Rotasi 10/15 dilakukan apabila terjadi kondisi buah sedikit dan luasan yang yang dipanen besar. Rotasi panen 7/10 dilakukan pada saat buah dengan jumlah sedang dan luasan yang dipanen sedang. Rotasi 5/7 dilakukan pada saat buah banyak dan luasan yang dipanen kecil. Rotasi panen dapat menentukan jumlah HK yang diperlukan dalam satu hari panen. Rotasi optimum yang dapat dicapai oleh afdeling 7 PT. Cipta Futura ini adalah 2 rotasi (10/15). Berdasarkan ha statement afdeling 7, luasan panen adalah 1860.72 ha sehingga apabila kita menggunakan rumus 10/15 dengan hari kerja efektif dalam satu bulan adalah 25 hari kerja maka luas areal yang dipanen per hari adalah ± 186.07 ha. Apabila setiap HK mendapat luasan panen per hari rata-rata 2.5 ha atau satu hanca maka jumlah tenaga kerja yang diperlukan afdeling VII untuk panen satu hari adalah 75 orang. Namun pada kenyataannya jumlah pemanen tiap hari di afdeling 7 tidak mencapai 75 orang, sehingga untuk mencapai target rotasi panen maka ada pemanen yang mendapatkan dua hanca (± 5 ha). Alat Panen. Kegiatan pemanenan di PT Cipta Futura menggunakan alat yang sudah disediakan oleh kebun. Sebelum memanen biasanya pemanen melalui tahap magang prunning. Setelah melalui tahap ini pemanen baru akan diberi kesempatan untuk memanen tandan kelapa sawit. Alat yang disediakan oleh perusahaan nantinya harus mereka bayar/beli dengan cara mencicil dari potongan gaji mereka atau dibayar langsung. Alat yang digunakan untuk memotong tangkai TBS pada tanaman yang sudah tinggi yaitu egrek. Sedangkan pada tanaman yang tidak terlalu tinggi menggunakan dodos. Pengangkutan tandan yang sudah dipanen biasanya menggunakan angkong. Sedangkan alat yang digunakan untuk mengangkut tandan ke dalam angkong atau dump truck dapat menggunakan tojok
18
atau gancu. Tangkai tandan yang masih panjang harus dipotong dengan menggunakan kapak atau parang. Apabila tangkai tandan tidak dipotong maka akan menyebabkan kehilangan produksi minyak pada saat pengolahan. Alat-alat tajam yang digunakan untuk memanen seperti egrek dan dodos harus dibungkus. Hal ini untuk menghindari bahaya dari alat tersebut. Apabila alat tersebut tidak dibungkus, maka akan mendapatkan sanksi berupa penalty sesuai dengan kebijakan Mandor panen. Pelaksanaan Panen. Pelaksanaan panen dilakukan sesuai dengan hanca yang sudah ditentukan. Satu orang pemanen dapat juga memanen lebih dari satu hanca dalam satu hari sesuai dengan pembagian hanca. Pemanen dalam mengerjakan hanca seringkali dibantu oleh satu atau dua orang dan biasa disebut kenek. Kenek tersebut membantu pemanen dalam mengutip brondolan yang jatuh dipiringan, mengangkut tandan ke TPH (Tempat Pengumpulan Hasil), dan sebagai pemanen cadangan. Pemanen dalam memotong buah matang terlebih dahulu memotong pelepah yang menyangga buah tersebut atau yang mengganggu pelaksanaan panen. Hal ini dilakukan untuk mempermudah pemotongan tandan buah yang akan dipanen. Pelepah yang sudah dipotong kemudian disusun membentuk huruf “U” mengelilingi pokok atau membentuk huruf “I” sebagai gawangan mati dengan ujung pelepah mengarah utara-selatan. Pemotongan tandan pada TM (Tanaman Menghasilkan) yang tinggi dilakukan dengan alat egrek, sedangkan pada tanaman yang pendek dengan menggunakan alat dodos. TBS yang sudah dipanen kemudian diangkut ke TPH dengan menggunakan angkong atau tojok dan dipotong tangkainya apabila tangkai terlalu panjang. Panjang tangkai dari pangkal buah ± 2 cm. Pada tangkai buah diberi nomor sesuai pemanenan di hanca tersebut. Buah yang sudah di TPH disusun rapi dengan tangkai buah menghadap ke jalan untuk mempermudah pengangkut melihat nomor panen serta mempermudah krani buah dan mandor panen dalam melakukan pengecekan buah mentah. Jumlah TBS kemudian dicatat dalam surat pengantar buah (Lampiran 10). Kegiatan 19 pemanenan dapat dilihat dalam Gambar 3.
Gambar 3. Pemanenan di Blok 69 Sistem Upah dan Premi Panen. PT Cipta Futura menerapkan sistem upah borongan sehingga pemanen tidak mendapatkan upah secara khusus tiap bulan. Upah pemanen berdasarkan kegiatan panen pada hari itu dan tergantung pada jumlah TBS yang dipanen atau tidak berdasarkan bobot TBS yang diperoleh. Premi panen berlaku apabila pemanen sudah melewati jumlah basis. Basis panen TBS yaitu 75 tandan, harga 1 (satu) TBS Rp 400,- sedangkan harga 1 (satu) TBS premi Rp 1500,-. Rata-rata pemanen dalam satu hari sudah mampu mendapatkan premi panen. Upah brondolan juga diterapkan di perusahaan ini, untuk 1 (satu) Kg brondolan sebesar Rp 65,-, asumsi satu karung 27 kg, sehingga untuk satu karung brondolan pemanen dapat menerima upah sebesar Rp 1755,-. Upah brondolan dihitung berdasarkan jumlah per karung yang didapat pemanen. Pengawasan Panen. Pengawasan panen yang diterapkan di perusahaan ini bertujuan untuk menjaga agar kegiatan panen berlangsung dengan baik. Pengawasan yang dilakukan lebih mengutamakan kualitas hasil panen. Sanksi yang dikenakan kepada pemanen apabila tidak memenuhi aturan adalah penalty. Di perusahaan ini ada sistem pengawasan yang disebut inspeksi. Kegiatan ini dilakukan setiap hari oleh personil afdeling dan setiap tiga bulan sekali (Triwulan) oleh personil kantor pusat. Hal-hal yang menjadi ketentuan dalam inspeksi tersebut yaitu 1) tandan mentah tidak dipanen karena pemotongan tandan mentah akan menyebabkan hilangnya minyak dan inti karena tersingkir saat sortasi dan apabila tandan ini diolah akan menyebabkan gangguan saat pengolahan, 2) tandan matang yang tidak dipanen/tertinggal akan menyebabkan buah tersebut busuk, 3)
20
brondolan tertinggal di piringan, gawangan atau di sekitar areal panen, 4) pemotongan pelepah yang tidak tuntas/sengkleh, 5) tandan buah di potong membentuk mulut kodok/ menyudut dengan ukuran ± 2 cm dari pangkal buah, 6) gonjes, artinya tidak boleh ada bagian buah dan brondolan yang tertinggal di batang dan di piringan, dan 7) penempatan pelepah yang di potong di gawangan mati dengan letter “I” atau “U” dan disusun rapi. Hasil inspeksi harian di PT Cipta Futura per 17 April 2009 disajikan dalam Tabel 2. Tabel 2. Inspeksi Panen PT Cipta Futura per 17 April 2009
Afd
Pokok
Gonjes
7 354 0 6 342 0 8 301 0 1 259 0 Jumlah 1256 0 Sumber : Kantor Afdeling VII
Sub Standard Tanpa Sengkleh Brondol songgo 0 0 8 0 1 9 1 0 7 2 3 5 3 4 29
Mentah 0 0 0 0 0
Buah Tinggal 0 0 2 0 2
Prunning (penunasan) Prunning (penunasan) merupakan kegiatan membuang pelepah yang tidak memenuhi standar songgo dua atau yang sudah kering. Tujuan prunning adalah untuk memudahkan pemanenan, mengurangi penghalang perkembangan buah, mengurangi kelembaban, dan memudahkan melakukan penilaian kriteria matang buah. Sistem prunning yang dilakukan harus memenuhi songgo dua yaitu pada setiap satu tandan buah terdapat dua pelepah di bawahnya yang berfungsi sebagai penyangga. Pelepah dipotong mepet ke batang dengan bekas potongan miring ke luar (ke bawah) berbentuk tapak kuda yang membentuk 30o – 450 . Jumlah pelepah/pohon akan mempengaruhi pertumbuhan akar, bobot tandan dan produksi tandan buah segar (TBS). Pelepah yang sudah dipotong kemudian ditumpuk di gawangan mati. Sedangkan untuk tempat dengan kemiringan yang curam, pelepah diletakkan pada posisi melintang gawangan mati. Hal ini untuk menghindari kemungkinan buah jatuh menggelinding sehingga menyulitkan pemanen untuk membawa buah tersebut ke TPH. Norma kerja prunning adalah 2 ha/HK, upah
21
prunning sebesar Rp. 600/pokok. Pada prakteknya, pemanen hanya akan melakukan penunasan pada pokok yang ada buahnya ketika memanen buah, sedangkan pokok yang tidak dipanen tidak akan ditunas. Oleh karena itu pembayaran upah prunning akan dibayarkan ketika semua pokok ditunas seluruhnya pada hanca yang dipanen, biasanya pada akhir bulan. Pengendalian Hama Hama tanaman kelapa sawit di PT Cipta Futura Afdeling VII yang menjadi fokus pengendalian adalah ulat api, ulat kantung, dan tikus. Jenis hama ulat api yang menyerang yaitu Setora nitens, Thosea asigna (Gambar 4), dan Darna trima. Hama ulat api dapat menyebabkan tanaman kahilangan daun (defoliasi) sehingga dapat menurunkan produksi. Serangan ulat kantung belum sampai pada kondisi merugikan perusahaan karena populasinya cukup rendah. Sedangkan hama tikus banyak menyerang buah matang pada tanaman kelapa sawit.
a
b
Gambar 4. Hama yang Menyerang: (a). Setora nitens dan (b). Thosea asigna Pengendalian Mekanis. Pengendalian hama ulat api secara mekanis atau manual dilakukan dengan mengutip ulat (hand packing) yang berada di pelepah dan yang jatuh di tanah kemudian dimasukkan ke dalam botol. Kutip ulat dilakukan dengan menggunakan galah, dan dilakukan pada TBM sampai TM 2, lebih dari TM 2 sulit dilakukan karena tidak terjangkau oleh pengutip ulat. Sedangkan hama tikus di perusahaan ini secara manual dikendalikan dengan
22
menangkap tikus. Tikus yang hidup atau telah mati dihargai Rp 1 000,-/ekor bagi orang yang mendapatkannya. Pengendalian Biologi. Pengendalian biologi hama ulat api dilakukan dengan menggunakan musuh alami ulat api yaitu kepik. Kepik dapat muncul apabila daerah tersebut banyak terdapat bunga pukul delapan, sehingga kegiatan penanaman bunga pukul delapan menjadi metode dalam mengendalikan ulat api di perusahaan ini. Penanaman bunga pukul delapan dilakukan di bedengan samping jalan yang tidak ternaungi dengan jarak tanam 30 cm x 30 cm. Setiap lubang tanam diisi dua sampai tiga tanaman. Norma kerja penanaman bunga pukul delapan adalah 400 tanaman/HK. Pengendalian hama tikus secara biologi dilakukan dengan musuh alami yaitu burung hantu (Tito alba). Jumlah Tito alba untuk Afdeling VII adalah 21 ekor. Pengendalian Kimiawi. Pengendalian hama ulat api secara kimiawi dilakukan dengan menggunakan insektisida kimia. Insektisida yang digunakan adalah Decis dan Agristic. Konsentrasi masing-masing yang digunakan adalah 0.4 cc/l air. Penyemprotan harus mengenai bagian daun sampai terlihat basah, karena insektisida kimia tersebut tergolong dalam racun kontak. Pada TBM sampai TM 1 penyemprotan hama ulat api menggunakan knapsack sprayer dengan kapasitas 15 l, sedangkan lebih dari TM 1 penyemprotan dilakukan dengan menggunakan EPS (Engine Power Spraying) (Gambar 5). Hal tersebut karena jangkauan pada alat EPS lebih tinggi dari pada menggunakan knapsack. Satu knapsack rata-rata untuk 20 tanaman apabila tergolong TBM, sehingga untuk 1 ha akan membutuhkan 7 knapsack atau 42 cc masing-masing insektisida. EPS merupakan mesin penyemprot berbahan bakar bensin yang penggunaannya lebih membutuhkan banyak insektisida Decis dan Agristic. Konsentrasi masing-masing 0.4 cc/l hanya dapat menjangkau 4 tanaman yang tergolong TM, sehingga untuk 1 ha dapat menghabiskan insektisida masingmasing 204 cc. Dalam pengoperasian EPS membutuhkan 4-8 HK, sedangkan menggunakan knapsack hanya 1 HK. 23
Gambar 5. Engine Power Spraying Deteksi Hama Deteksi hama di PT Cipta Futura Plantation merupakan kegiatan untuk mengetahui tingkat serangan hama pada kelapa sawit. Kegiatan ini dilakukan sebelum dan sesudah pengendalian hama. Pada areal yang tidak ada serangan dilakukan aksi 1/10, serangan sedang 1/5 (Lampiran 11), dan serangan sedang sampai berat dilakukan aksi 1/2. Tingkat serangan ulat api digolongkan menjadi tiga serangan. Pada serangan ringan terdapat ulat 1-5 per pohon, pada serangan sedang terdapat ulat 6-10 per pohon, sedangkan serangan berat terdapat ulat lebih dari 10 per pohon. Waktu dilaksanakannya deteksi adalah satu bulan sekali untuk tiap blok. Pada TBM di afdeling VII dilakukan deteksi dengan menggunakan aksi 1/5, artinya deteksi dilakukan setiap selang 5 baris tanaman kelapa sawit. Kegiatan ini membutuhkan 4 HK yang dibagi menjadi 2 kelompok detektor. Masing-masing kelompok bertugas membawa galah pengait pelepah dan mencatat hasil ulat yang ditemukan kemudian dimasukkan ke dalam botol. Detektor ke-1 menelusuri jalur ke-1 sedangkan detektor ke-2 menelusuri jalur ke-6. Dilakukan deteksi aksi 1/5 karena pada TBM di afdeling VII memiliki intensitas serangan sedang. Sedangkan pada TM sering menggunakan aksi 1/10. Setelah melakukan deteksi, total hasil ulat dicatat sesuai dengan jenis ulatnya (Lampiran 12), sehingga dapat diketahui persen serangan pada areal tersebut. Hasil pengamatan deteksi hama di blok 109 C afdeling VII dengan jumlah sampel 60 tanaman 24 disajikan dalam Tabel 3.
Tabel 3. Pengamatan Deteksi Hama di Blok 109 C Afdeling VII Jenis Hama
Jumlah
Mahasena corbetti (MC) Setora nitens (SN) Thosea asigna (TA) Darna trima (DT) Tirathaba (TB)
6 3 5 2 1
Jumlah Pokok Terserang 3 2 2 2 1 Rata-rata
Intensitas Serangan (%) 5.00 3.33 3.33 3.33 1.67 3.33
Pengendalian Gulma Gulma yang sering di jumpai di PT Cipta Futura Plantation diantaranya Clidemia hirta (senggani betina), Scleria sumatrensis (kerisan), Mimosa pudica (puteri malu), Melastoma malabatrichum (senduduk), Mimosa vigra (kalandra), Mimosa invisa (kucingan), Asystasia intrusa (akar ruas-ruas), Axonopus compressus (antalobang), Setaria plicata (bambuan), Eleusine indica (lulangan), Cyperus digitarius (teki), Clibadium surinamense (putihan), Chromolaena odorata (putihan), Mikania micrantha, Boreria alata, Imperata cylindrica, Boreria laevis, Cyperus rotundus, dan Rumput Blidang. Pengendalian gulma yang dilakukan di perusahaan ini diantaranya meliputi pengendalian gulma secara manual dengan dongkel anak kayu (DAK), pengendalian secara biologi dengan susun janjangan kosong, dan pengendalian gulma secara kimia. Pengendalian Gulma Manual (Dongkel Anak Kayu dan Babat Dempes). Dongkel anak kayu (DAK) merupakan kegiatan mendongkel gulma yang berada di piringan maupun di gawangan tanaman kelapa sawit dengan menggunakan cangkul. Gulma atau anak kayu yang didongkel diantaranya adalah rumput blidang, teki, putihan, kucingan, senggani, anak sawit, dan semua jenis tanaman berkayu lainnya yang tumbuh di piringan dan gawangan tanaman kelapa sawit. Babat dempes adalah pembabatan gulma dengan membabat gulma hingga permukaan tanah bersih dari gulma tersebut. Penulis melakukan DAK dan babat dempes pada TBM. Kegiatan tersebut untuk menghasilkan piringan yang bersih dari gulma sehingga mempermudah pemupukan dan menghindari persaingan
25
antara tanaman kelapa sawit dengan gulma. Ukuran piringan adalah 2 m dari batang sawit. Gulma yang melilit batang sawit seperti Mikania micrantha dipotong dari bawah agar gulma tersebut mati. Selain gulma pelepah kering, rumput kering, dan sebagainya yang berada di piringan harus dibersihkan. Rotasi pengendalian gulma manual di PT. Cipta Futura dibagi menjadi beberapa rotasi. Untuk TBM 1 (1 x 1) pengendalian gulma dilakukan satu bulan sekali selama tiga bulan. TBM 2 (1 x 3), yaitu pengendalian gulma dilkukan tiga bulan sekali selama satu tahun. Sedangkan untuk TM 1 pengendalian gulma dilakukan dengan rotasi (1 x 6), yaitu pengendalian gulma dilakukan enam bulan sekali. Kegiatan dongkel anak kayu dilakukan oleh penulis pada TBM 1 di Blok 70 P. Prestasi kerja yang diperoleh penulis adalah 5 pokok/orang atau 0.03 ha, sedangkan prestasi kerja karyawan adalah 37 pokok/orang atau 0.28 ha. Dari perolehan prestasi kerja, hasil kerja penulis masih dibawah prestasi kerja BHL. Hal ini disebabkan oleh alat yang digunakan kurang lengkap (tidak ada parang), cuaca yang sangat terik, dan kemampuan serta kondisi fisik penulis. Pengendalian Gulma Kimia (Semprot Pasar 2:1 dan Semprot piringan). Semprot pasar 2:1 merupakan kegiatan pengendalian gulma yang berada diantara dua barisan tanaman kelapa sawit. Norma kerja semprot pasar 2:1 adalah 5 ha/HK. Penyemprotan dilakukan mulai dari TPH (tempat pengumpulan hasil) sampai sepanjang jalan pikul. Hal ini dilakukan untuk memperlancar kerja pengangkutan buah yang dipanen sampai ke TPH, untuk pengendalian gulma dan kegiatan lainnya, seperti pemupukan. Bahan kimia yang digunakan untuk penyemprotan pasar 2:1 adalah Glyphosate. Konsentrasi yang digunakan adalah 7 cc/l air dengan dosis 0.25 l/ha yang dimasukkan ke dalam knapsack. Semprotan yang dilakukan harus lurus dan merata sepanjang pasar 2:1. Lebar semprotan minimal 2.5 m dari batang sawit dan semprotan tidak boleh mengenai batang sawit. Satu knapsack dapat menjangkau dua pasar 2:1, sehingga dalam penyemprotan harus diatur kecepatan jalan agar bahan tidak kurang dan tidak lebih (pas). Semprot piringan (Circle spraying) merupakan kegiatan pengendalian gulma dengan cara menyemprot gulma yang mengganggu tanaman utama yang berada disekitar tanaman kelapa sawit (piringan) dengan bahan kimia. Piringan
26
yang bersih dari gulma akan memudahkan kegiatan pemupukan pada TBM di PT Cipta Futura. Norma kerja semprot piringan adalah 1.25 ha/HK. Bahan kimia yang digunakan adalah Glyphosate dengan konsentrasi 7 cc/liter air (dosis 0.45 liter/ha) yang dimasukkan ke dalam knapsack. Penyemprotan yang dilakukan harus merata disekeliling tanaman dengan jarak 2.5 m dari batang sawit dan semprotan tidak boleh mengenai batang sawit. Kecepatan jalan penyemprotan harus diatur agar bahan yang digunakan tidak kurang dan tidak berlebih. Pemupukan PT Cipta Futura Plantation melakukan pemupukan dengan dua jenis, yaitu pupuk organik dan anorganik. Pemupukan secara organik dengan menggunakan limbah padat berupa janjangan kosong dan Decanter Solid (DS). Sedangkan pemupukan anorganik menggunakan pupuk kimia/buatan seperti pupuk tunggal (Za, MOP, RP, Kieserit, dan Borat) dan pupuk majemuk (NPK 15:15:15 dan NPK 12:12:17). Pemupukan Organik (Janjangan Kosong dan Decanter Solid) Susun janjangan kosong merupakan kegiatan untuk mengendalikan gulma sekaligus untuk pemupukan organik tanaman kelapa sawit (Gambar 6). Menurut Pahan (2008) janjangan kosong (JJK) juga efektif sebagai mulsa. Cara ini dapat menurunkan temperatur tanah, mempertahankan kelembaban tanah, dan membantu mengurangi dampak yang kurang baik terhadap pertumbuhan tanaman serta produksi pada saat kemarau. Alat yang digunakan untuk menyusun janjangan kosong adalah gancu/tojok dan angkong untuk melangsir janjangan kosong. Janjangan disusun rapi dengan lebar 10 janjangan kosong dan panjang 12 janjangan kosong. Tandan buah menghadap ke atas dan disusun di gawangan mati. Susunan janjangan akan membentuk persegi panjang dengan jarak 2 m dari batang sawit. Penulis melakukan susun janjangan kosong pada TM. Janjangan kosong akan kembali disusun di tempat yang sama dalam jangka waktu sekitar 12 bulan.
27
Gambar 6. Susunan Janjangan Kosong di Blok 107 C Janjangan kosong adalah limbah organik dari pabrik kelapa sawit (PKS) yang kandungan unsur hara N, P, K, dan Mg cukup besar. Persentase unsur hara dalam janjangan kosong disajikan dalam Tabel 4. Tabel 4. Persentase Unsur Hara Dalam Janjangan Kosong Persentase Unsur Hara Dalam Janjangan Kosong
Hara Utama Nitrogen (N) Fosfor (P) Potassium (K) Magnesium (Mg) Sumber : Pahan (2008)
Kisaran 0.32-0.43 0.03-0.05 0.89-0.95 0.07-0.10
Per ton Janjangan Kosong Sebanding Dengan Pupuk
Rata-rata 0.37 0.04 0.91 0.08
8.00 kg Urea 2.90 kg RP 18.30 kg MOP 5.00 kg Kieserit
Menurut Pahan (2008) Janjangan kosong (JJK) kaya kandungan materi organik dan nutrisi bagi tanaman. Aplikasi JJK dapat meningkatkan proses dekomposisi sehingga kandungan fisik, biologi, dan kimia pada tanah meningkat. JJK juga meningkatkan peremajaan tanah yang penting untuk jangka waktu lama dalam rangka mempertahankan produksi TBS agar tetap tinggi. Distribusi janjangan dari PKS untuk diaplikasikan sebagai pupuk harus segera dilakukan agar unsur hara yang terkandung di dalamnya dapat dimanfaatkan
tanaman
secara
maksimal.
Aplikasi
pemupukan
dengan
menggunakan janjangan kosong sama seperti pengendalian gulma secara biologi yaitu disusun persegi panjang di antara dua pokok. Di perusahaan ini janjangan kosong hanya diaplikasikan pada tanaman menghasilkan (TM) dengan dosis
28 pemberian janjangan adalah 250-360 kg/pokok atau 35-50 ton/ha. Janjangan kosong bagi perusahaan diharapkan akan dapat mengurangi kebutuhan pupuk anorganik sehingga dapat mengurangi biaya. Selain janjangan kosong, yang digunakan sebagai pupuk dari PKS PT Cipta Futura adalah Decanter Solid (DS). Produk ini merupakan produk akhir dari pengolahan TBS dengan memakai sistem decanter yang akan menghasilkan padatan lumpur dan bersifat asam. DS memiliki kandungan hara hampir sama dengan janjangan kosong, akan tetapi kandungan Kalium (K) pada DS lebih rendah. Berikut persentase unsur hara dalam Decanter Solid (DS). Persentase unsur hara dalam Decanter Solid dapat dilihat dalam Tabel 5. Tabel 5. Persentase Unsur Hara Dalam Decanter Solid Hara Utama Nitrogen (N) Fosfor (P) Potassium (K) Magnesium (Mg) Sumber : Pahan (2008)
Persentase Unsur Hara Dalam Decanter Solid 0.472 0.046 0.304 0.07
Per ton Decanter Solid Sebanding Dengan Pupuk 10.3 kg Urea 3.3 kg RP 6.1 kg MOP 4.5 kg Kieserit
Aplikasi DS di perusahaan ini sama dengan janjangan kosong yaitu pada TM dengan dosis 70 kg per pokok, namun hanya diaplikasikan di lokasi terdekat PKS yaitu di afdeling 6. Sedangkan di afdeling 1, 7, dan 8 pupuk organik yang digunakan hanya janjangan kosong. Pemupukan Anorganik Rekomendasi pemupukan anorganik di PT Cipta Futura Plantation diperoleh dari PT Asian Agri (Lampiran 13). Rekomendasi diperoleh melalui hasil analisis tanah dan analisis daun (Lampiran 14) yang dikirim ke PT Asian Agri. Pengadaan dan Distribusi Pupuk. PT Cipta Futura Plantation dalam penyediaan pupuk bekerjasama dengan beberapa perusahaan pupuk seperti PT Pupuk Sriwijaya (PUSRI). Pupuk tersebut disimpan di gudang kantor pusat kebun yaitu gudang G2. Gudang ini berfungsi sebagai penyedia peralatan kebun dan bahan-bahan keperluan kebun (bahan kimia dan pupuk). Gudang G2 akan memberikan kebutuhan pupuk sesuai dengan banyaknya permintaan pupuk yang
29 ada di afdeling. Permintaan tersebut sesuai dengan yang tercantum dalam buku ekspedisi permintaan bahan dan bon gudang atas persetujuan manajer kebun dan kepala afdeling (Lampiran 15). Pengambilan pupuk harus disertai mandor dan pengelola gudang untuk mengecek ketepatan jumlah pupuk yang diminta. Pupuk yang dibutuhkan kemudian dimasukkan di dump truck oleh pengerit. Di atas dump truck pupuk ditata dengan baik dengan diawasi oleh mandor dan pengelola gudang G2. Pengerit selain bertugas untuk menaikkan pupuk ke dalam dump truck juga bertugas untuk mengecer pupuk sampai di areal. Hal yang perlu diperhatikan dalam mengecer pupuk adalah kondisi areal dan panjang jalur/pasar. Jika kondisi akses jalan rusak dan mengganggu kegiatan mengecer pupuk, maka pengerit berkewajiban merawat jalan tersebut. Panjang jalur/pasar akan mempengaruhi banyaknya sak pupuk yang dibutuhkan di areal tersebut. Di perusahaan ini memiliki tiga macam cara mengecer pupuk, yaitu 1:2 untuk jalur panjang, artinya 1 sak pupuk untuk dua jalur/satu pasar, 1:3 dan 1:4 untuk jalur pendek artinya 1 sak pupuk untuk tiga jalur/dua pasar dan empat jalur/tiga pasar. Pelaksanaan Pemupukan. Pemupukan di PT Cipta Futura Plantation memiliki standar tertentu dan metode atau cara yang berbeda dengan kegiatan pemupukan sebelumnya. Kegiatan pemupukan di perusahaan ini menggunakan dua metode yaitu pemupukan di samping pelepah (gawangan mati) untuk TM dan metode pemupukan di piringan untuk TBM. Pemupukan di samping pelepah pada TM mulai diterapkan bulan Maret 2009 karena sebelumnya perusahaan ini hanya menggunakan teknik pemupukan di piringan baik TM dan TBM. Pada TM pupuk disebar merata di samping pelepah sepanjang gawangan mati dengan huruf “I” atau huruf “U”. Pupuk tidak boleh mengenai piringan (jarak 2 m dari batang sawit) dan tidak boleh sampai di tengah pelepah. Untuk lahan berbentuk tapak kuda atau lahan miring di pinggir jalan pupuk ditabur pada bagian dalam. Sedangkan pada TBM pemupukan dilakukan di piringan secara merata dengan jarak 0.5 – 1 m dari batang sawit. Sebelum dilakukan pemupukan di TBM piringan harus bersih dari gulma dan sampah. Kegiatan pemupukan yang dilakukan penulis selama menjadi BHL adalah pemupukan MOP (Muriate of Potash) di blok 109 C, sedangkan saat menjadi
30 mandor penulis mengawasi jalannya pemupukan RP (Rock Phosphate) dan ZA (Ammonium sulphate). Pemupukan MOP di blok 109 C yang dilakukan oleh penulis dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Pemupukan MOP di Blok 109 C Pemupukan dilakukan dengan menggunakan ember dan mangkok pupuk yang sudah dikalibrasi. Pemupuk/penabur harus menyesuaikan mangkok tersebut terhadap dosis yang digunakan. Bobot satu mangkok tergantung dari berat jenis pupuk yang digunakan. Untuk 1 mangkok pupuk MOP setara dengan 0.6 kg MOP. Penulis melaksanakan pemupukan MOP pada TM di blok 109 C dengan dosis 1.5 kg/pokok atau setara dengan 2.5 mangkok pupuk. Jumlah Curahan Tenaga Kerja Pemupuk. Tenaga kerja pemupukan di PT Cipta Futura berstatus sebagai buruh harian lepas (BHL) dengan sistem borongan. Gaji dibayar pada akhir bulan sesuai dengan prestasi kerja BHL. Tenaga kerja pemupukan berasal dari desa yang letaknya berbatasan dengan kebun PT Cipta Futura. Tenaga kerja pemupukan setiap hari memiliki jumlah yang berbeda-beda. Hal tersebut akan mempengaruhi standar perusahaan dan realisasinya. Pencapaian target pemupukan di perusahaan ini sangat tergantung dari jumlah tenaga kerja pemupuk. Jumlah kecukupan HK dalam kg/HK/hari pemupukan MOP selama periode bulan Maret tercantum pada Tabel 6.
31 Tabel 6. Realisasi Pemupukan MOP di Afdeling VII Berdasarkan Bobot Pupuk/HK Periode 19-28 Maret 2009 Tanggal Blok Dosis Jumlah Jumlah Standar Realisasi (kg/pk) Pupuk (kg) HK kg/HK kg/HK 19 66,67,68 1.50 21 095 54 390.64 400.00 20 68,69 1.50 29 021 74 392.17 400.00 21 69 A,70 1.50 16 974 41 414.00 425.00 23 70,80,81 1.50 25 257 64 394.64 400.00 24 81,82 1.50 12 594 32 393.56 400.00 25 82,83 1.50 19 992 51 392.00 400.00 27 83 1.50 22 991 58 396.39 400.00 28 83 B,93 1.50 23 034 59 390.40 400.00 Rata-rata 395.47 403.12 Sumber : Kantor Kebun Afdeling VII Berdasarkan Tabel 6 di atas selama periode bulan Maret pemupukan MOP pada semua blok pemupukan memiliki dosis yang sama yaitu 1.50 kg/pokok. Rata-rata kg/HK BHL pupuk di lapangan melebihi standar kg/HK yang berlaku. Rata-rata standar kg/HK adalah 395.47 kg/HK sedangkan rata-rata realisasi kg/HK adalah 403.12 kg/HK. Rata-rata kg/HK yang harus dikerjakan BHL pupuk adalah 1.93 % lebih besar dari standar. Besarnya realisasi kg/HK tersebut untuk mempermudah Mandor pupuk dalam pembagian jumlah sak/HK dan untuk menghindari tidak tepatnya dosis yang digunakan akibat dari pupuk yang tercecer atau kondisi sub standar. Jumlah
kecukupan
HK
dalam
ha/HK
untuk
pemupukan
MOP
menunjukkan bahwa rata-rata ha/HK yang harus dikerjakan BHL pupuk adalah 2.02 ha/HK/hari atau lebih besar 0.02 ha/HK/hari dari standar. Penentuan jumlah ha/HK akan mempengaruhi jumlah gaji/hari yang diterima oleh BHL. Penghasilan BHL tersebut dalam 1 ha dihargai dengan Rp 25.000,-, sehingga untuk mendapatkan gaji maksimum sebesar Rp 50.000,-/HK/hari maka BHL harus memupuk 2 ha. Realisasi luasan hektar yang lebih besar 0.02 ha/HK tetap dihitung 2 ha/HK dalam penentuan gaji BHL. Data di bawah ini merupakan hasil perhitungan rata-rata ha/HK/hari. Realisasi pemupukan MOP berdasarkan luasan hasil/HK dapat dilihat pada Tabel 7.
32 Tabel 7. Realisasi Pemupukan MOP di Afdeling VII Berdasarkan Luasan Hasil/HK Periode 19-28 Maret 2009 Tanggal Blok Dosis Jumlah ha Standar Realisasi (kg/pk) HK ha/HK ha/HK 19 66,67,68 1.50 54 108.15 2.00 2.00 20 68,69 1.50 74 148.82 2.00 2.01 21 69A, 70 1.50 41 87.07 2.00 2.12 23 70,80, 81 1.50 64 129.52 2.00 2.02 24 81, 82 1.50 32 64.59 2.00 2.01 25 82, 83 1.50 51 102.52 2.00 2.01 27 83 1.50 58 117.90 2.00 2.03 28 83B,93 1.50 59 118.15 2.00 2.00 Rata-rata 2.00 2.02 Sumber : Kantor Kebun Afdeling VII Pengawasan Pemupukan. Pengawasan pupuk dilakukan mandor pupuk di tingkat afdeling dan tim inspeksi dari kantor pusat. Pengawasan mandor dilakukan agar tidak terjadi kondisi sub standard (pupuk tercecer di piringan dan di tengah pelepah) dan pupuk tertinggal atau tidak habis. Pengawasan oleh tim inspeksi dari kantor pusat dilakukan untuk memeriksa kondisi sub standart dan pupuk tertinggal untuk kemudian di bandingkan dengan afdeling lain. Inspeksi ini dilakukan setiap hari (inspeksi harian) dan per tiga bulan sekali (inspeksi triwulan). Hasil inspeksi harian PT Cipta Futura per 17 April 2009 dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Inspeksi Harian Pupuk di PT Cipta Futura Plantation per 17 April 2009 Blok Pokok Sub Inspeksi Inspeksi Standard 7 70 238 4 1 38 215 5 6 54 209 7 8 26 204 7 Rata-rata 216.50 5.75 Sumber : Kantor Kebun Afdeling VII Afdeling
Pupuk Tinggal 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Kualitas (%) 98.32 97.67 96.65 96.57 97.34
Kuantitas (%) 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
Ketepatan Jenis Pupuk. Penentuan jenis pupuk didasarkan pada pertimbangan teknis dan pertimbangan ekonomis. Pertimbangan teknis tersebut meliputi sifat pupuk, sifat tanah, dan aplikasi pupuk (samping pelepah atau piringan). Sedangkan pertimbangan ekonomis meliputi nilai harga pupuk dan
33 kebutuhan pupuk per satuan luas. Di PT Cipta Futura aplikasi pupuk berdasarkan rekomendasi jenis pupuk yang sudah tersedia (hasil analisis daun dan analisis tanah). Jenis pupuk berdasarkan keadaan defisiensi unsur hara pada tanaman menghasilkan disajikan pada Tabel 9. Tabel 9. Jenis Pupuk yang Digunakan di PT Cipta Futura Defisiensi
Kandungan Unsur % N 21 S 24
Pupuk Yang Digunakan
Nitrogen (N)
Ammonium sulphate (ZA)
Fosfor (P)
Rock phospate (RP)
P2O5
28
Kalium (K) Magnesium (Mg) Boron (B)
Muriate of potash (MOP) Magnesium sulphate (Kieserite) High Grade Fertilizer Borate (HGFB)
K2O MgO B 2 O3
60 27 48
Ketepatan Waktu Pemupukan. Pelaksanaan pemupukan di PT Cipta Futura berdasarkan atas rekomendasi pemupukan yang telah ada. Rekomendasi tersebut berpedoman pada curah hujan dan hari hujan di perusahaan ini. Di PT Cipta Futura curah hujan berkisar antara 40-400 mm. Menurut pahan (2008) manfaat pemupukan yang maksimum dapat tercapai bila curah hujan antara 100250 mm per bulan. Hasil pengamatan penulis selama magang di perusahaan ini, pelaksanaan pemupukan cukup sesuai dengan rekomendasi pemupukan. Waktu pelaksanaan tersebut juga dipengaruhi luasan areal pemupukan dan jumlah tenaga kerja yang ada. Pengamatan waktu pemupukan Amonium Sulphate (ZA), Muriate of Potash (MOP), dan Rock Posphate (RP) di Afdeling VII dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Kesesuaian Waktu Pemupukan di Afdeling VII Jenis Pupuk Amonium Sulphate (ZA) Muriate of Potash (MOP)
Rock Posphate (RP)
Bulan Rekomendasi Februari/Maret Juni Februari/Maret Juni April
Realisasi Bulan Maret Mei Maret/April Mei April/Mei
CH(mm) HH 149 15 106 9 149 15 106 9 202 15
34 Ketepatan Dosis Pemupukan. Pengamatan ketepatan dosis dilakukan penulis pada saat menjadi pendamping mandor. Penulis hanya mengamati ketepatan dosis pupuk Rock phosphate (RP) pada tanaman menghasilkan. Hasil pengamatan ketepatan dosis pemupukan RP disajikan dalam Tabel 11. Tabel 11. Ketepatan Dosis Pupuk Rock Phospate (RP) Pada Beberapa Blok Afdeling VII Rekomendasi Rata-rata Ketepatan Blok Kebun Pengamatan Dosis ….. (kg/tanaman) ….. (%) 66, 67 2.25 2.17 96.44 68 BC 2.00 1.93 96.50 69 AB 2.00 1.98 99.00 70 CD 2.25 2.08 92.44 80 AP 2.25 2.00 88.89 81 A 2.25 2.12 94.22 82 AB 2.00 1.93 96.50 83 DC 2.25 1.86 82.66 83 B 2.00 1.83 91.50 83 P 2.00 1.87 93.50 1.90 2.00 95.40 Rata-rata 2.25 2.04 90.93 Berdasarkan data pengamatan di atas terlihat bahwa rata-rata persen ketepatan dosis pemupukan secara umum adalah 93.16 %. Hasil tersebut dapat dikatakan bahwa penggunaan dosis pemupukan RP mendekati ketepatan dosis 100%. Ketepatan Cara Pemupukan. Pengamatan ketepatan cara dilakukan oleh penulis dengan mengambil 30 sampel tanaman dari tiga orang pemupuk (masingmasing 10 tanaman). Pengamatan tersebut dilakukan pada beberapa blok di tanaman menghasilkan dengan aplikasi pemupukan di samping pelepah. Penulis menghitung rata-rata jarak pupuk yang ditabur dari pokok kemudian dibandingkan dengan standar perusahaan (200 cm). Penulis hanya mengamati ketepatan cara pada pemupukan Rock Phospate (RP). Hasil pengamatan ketepatan cara pemupukan RP disajikan dalam Tabel 12.
35 Tabel 12. Ketepatan Cara Pupuk Rock Phospate (RP) Pada Beberapa Blok Afdeling VII Standar Rata-rata Jarak Ketepatan Blok Kebun (cm) dari Pokok (cm) Cara (%) 66, 67 200 231.13 86.53 69 AB 200 222.33 89.95 70 CD 200 210.83 94.86 68 BC 200 214.76 93.12 80 AP 200 211.03 94.77 81 A 200 222.23 89.99 82 AB 200 206.73 96.74 83 DC 200 214.60 93.19 83 B 200 235.70 84.85 83 P 200 213.63 93.61 Rata-rata 218.29 91.76 Berdasarkan tabel hasil pengamatan di atas terlihat bahwa rata-rata pengamatan ketepatan cara pemupukan Rock phospate (RP) adalah 91.76%. Hasil tersebut dapat dikatakan bahwa pemupukan RP mendekati ketepatan cara 100%. Hasil pemupukan RP di samping pelepah disajikan dalam Gambar 8.
Gambar 8. Hasil Pemupukan Rock Phospate di Samping Pelepah
Gejala Defisiensi Unsur Hara. Pengamatan gejala defisiensi hara dilakukan secara acak pada 10 blok di Afdeling VII dengan mengambil 250 tanaman/blok. Penulis melakukan pengamatan secara visual dari gejala-gejala yang muncul di tanaman. Gejala-gejala yang diamati oleh penulis adalah gejala defisiensi unsur N, P, K, Mg, Ca, dan B. Penulis mengetahui gejala-gejala tersebut
36 berdasarkan studi literatur yang ada. Pengamatan gejala defisiensi ini akan dapat menentukan ketepatan jenis pupuk yang digunakan di perusahaan ini. Hasil pengamatan gejala defisiensi hara tercantum pada Tabel 13. Tabel 13. Pengamatan Gejala Defisiensi Hara Pada Beberapa Blok Afdeling VII Jumlah Tanaman Blok 66 A 67 B 68 D 69 A 70 C 80 A 81 A 82 D 94 C 95 D
N 9 3 4 7 7 8 8 5 9 7
P 5 1 3 5 4 2 3 4 4 3
Defisiensi Hara K Mg Ca 2 1 4 1 2 1 3 5 1 4 2 2 5 1 2 5 3 7 3 1 1 1 Jumlah Rata-rata
B 1 2 3 1 6 1 2 1 2
Jumlah Tanaman Defisiensi
% Tanaman Defisiensi
18 11 13 21 18 24 19 21 18 14 177 17.7
7.20 4.40 5.20 8.40 7.20 9.60 7.60 8.40 7.20 5.60 7.08
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa dari 2 500 tanaman sampel yang diamati terdapat 177 tanaman yang mengalami gejala defisiensi unsur hara atau rata-rata 7.08 % tanaman . Produktivitas. Produktivitas merupakan hasil dari kegiatan pemeliharaan tanaman. Salah satu kegiatan pemeliharaan tanaman yang sangat mempengaruhi produktivitas yaitu pemupukan. Pemupukan tanaman kelapa sawit bertujuan untuk menyediakan unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan vegetatif dan generatif, sehingga diperoleh hasil yang optimal. Pengambilan data produktivitas yang dilakukan penulis bertujuan untuk mengetahui pengaruh kegiatan pemupukan yang dilakukan PT Cipta Futura. Penulis mengambil data produktivitas kelapa sawit sebelum dilakukan pemupukan di samping pelepah dan pada saat dilakukan pemupukan di samping pelepah. Berikut ini merupakan Tabel 14 yang menunjukkan produktivitas kelapa sawit selama 5 tahun terakhir sebelum aplikasi pemupukan di samping pelepah.
37 Tabel 14. Produktivitas TBS Afdeling VII Tahun 2004-2008 Tahun
Produksi (ton)
2004 32 034 2005 43 550 2006 32 709 2007 41 852 2008 37 108 Sumber : Kantor Kebun Afdeling VII
Luas (ha)
Produktivitas (ton)
1 619.78 1 619.78 1 619.78 1 857.93 1 857.93
19.78 26.89 20.19 22.52 19.97
Tabel 14 menunjukkan bahwa luasan panen meningkat dari tahun 20062007. Produktivitas yang terjadi dari tahun 2004-2008 berfluktuasi. Pada tahun 2004-2005 dan 2006-2007 produktivitasnya meningkat. Namun pada tahun 20052006 dan 2007-2008 produktivitasnya menurun. Berikut merupakan Tabel 15 yang menunjukkan produktivitas kelapa sawit pada bulan Januari-Mei 2009. Pada periode tersebut terdapat pemupukan dengan metode di samping pelepah. Tabel 15. Produktivitas TBS Afdeling VII Pada Bulan Januari-Mei 2009 Bulan
Produksi (ton)
Januari 2 371.49 Februari 2 125.39 Maret 2 815.53 April 4 288.76 Mei 4 258.18 Sumber : Kantor Kebun Afdeling VII
Luas (ha)
Produktivitas (ton)
1 857.93 1 857.93 1 857.93 1 857.93 1 857.93
1.27 1.14 1.51 2.30 2.29
Pada periode pemupukan di samping pelepah (Maret-Mei) dari tabel di atas menunjukkan bahwa produktivitas TBS cenderung meningkat di bandingkan dengan periode pemupukan sebelum aplikasi di samping pelepah. Namun dari data tersebut belum cukup dapat diketahui pengaruh dari aplikasi pemupukan di samping pelepah.
38 Aspek Manajerial Pengelolaan Karyawan Non Staf Karyawan non staf terdiri dari karyawan yang memiliki pangkat di bawah Supervisor yaitu Mandor (Senior, 1, dan 2) dan Operator (Senior, 1, dan 2). Sesuai pangkatnya, karyawan non staf memiliki tugas, wewenang, dan tanggung jawab yang tertuang dalam buku pedoman perusahaan (booklet). Tugas, wewenang, dan tanggung jawab pangkat Mandor (Senior, 1, dan 2) antara lain memiliki disiplin dan loyalitas kerja yang tinggi, melaksanakan perintah atasan, menguasai pekerjaan Operator, hasil kerja sesuai standar, yang menjadi tanggung jawabnya (memakai dan merawat alat, pemakaian bahan, tenaga kerja, dapat menghitung pemakaian biaya, dan laporan hasil kerja harus akurat), memimpin bawahan dengan baik, memiliki data program dan realisasi kerja. Tugas, wewenang, dan tanggung jawab pangkat Operator (Senior, 1, dan 2) antara lain memiliki disiplin dan loyalitas kerja yang tinggi, melaksanakan perintah atasan, menguasai teknis/operasional pekerjaan BHL, hasil kerja sesuai standar, merawat alat yang menjadi tanggung jawabnya, menguasai pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya, dan memberi laporan hasil kerja per hari. Pembayaran gaji karyawan non staf diberikan pada awal bulan melalui bank yang ditunjuk perusahaan sesuai dengan pangkat yang dimiliki dan hari kerja. Karyawan non staf mendapatkan tunjangan dari perusahaan berupa Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek). Selama menjadi pendamping Mandor penulis menempati posisi sebagai pendamping Mandor pupuk, pendamping Mandor panen, dan pendamping Mandor semprot, serta menempati posisi sebagai Mandor susun janjangan kosong (SJJK). Mandor Pupuk. Tugas dari Mandor pupuk adalah membuat perencanaan blok/petak yang akan dipupuk atas persetujuan asisten afdeling, membuat permintaan bahan/bon gudang yang disetujui asisten afdeling, manager kebun, dan manager kepala, meminta kendaraan pengangkutan pupuk ke krani afdeling, menghitung banyaknya tenaga kerja yang hadir untuk menentukan luasan yang akan dipupuk, apel pagi dan memberikan pengarahan kepada karyawan,
39 mengawasi pengambilan pupuk di gudang, mengikuti dan mengawasi distribusi pupuk dari gudang ke lapangan, mengontrol dan mengawasi pelaksanaan pemupukan. Setelah selesai kegiatan di lapangan, mandor pupuk menghitung gaji yang diperoleh karyawan, mengisi absen karyawan, mengisi buku laporan tenaga, laporan hasil, dan mengisi buku kerja mandor (BKM). Mandor Panen. Tugas Mandor panen adalah membuat perencanaan blok/petak yang harus dipanen atas persetujuan asisten afdeling, kemudian melakukan apel pagi kepada karyawan dengan memberikan pengarahan tentang standar pelaksanaan panen dan keselamatan kerja. Pada saat itu dilakukan juga pengabsenan karyawan untuk mengetahui jumlah tenaga kerja panen. Kemudian mandor panen memberi hanca kepada masing-masing pemanen dan melaksanakan pengawasan panen. Setelah pelaksanaan pemanenan, mandor panen menerima laporan hasil panen dari pemanen, menghitung jumlah TBS yang dipanen pada hari tersebut, mengisi absen karyawan, mengisi buku krani buah, dan mengisi buku kerja mandor (BKM). Norma kerja ditentukan oleh berapa banyak TBS yang dihasilkan pada hari itu. Bagi pemanen yang melebihi basis maka pemanen tersebut berhak mendapatkan premi. Mandor Semprot. Penyemprotan merupakan salah satu pengendalian gulma dengan menggunakan herbisida. Selama berstatus mandor semprot kegiatan yang dilakukan penulis adalah melakukan pengawasan pengambilan herbisida di gudang dan pelaksanaan kegiatan penyemprotan di lapangan Tugas Mandor semprot adalah menentukan areal yang akan disemprot atas persetujuan asisten afdeling, melakukan apel pagi untuk memberikan pengarahan dan pengabsenan karyawan, mengawasi pekerjaan di lapangan dan mengawasi penggunaan herbisida. Setelah selesai kegiatan di lapangan, mandor semprot menghitung gaji yang diperoleh karyawan, mengisi absen karyawan, dan menghitung penggunaan bahan yang dipakai, mengisi buku laporan tenaga, laporan hasil, serta mengisi buku kerja mandor (BKM). Mandor Susun Janjangan Kosong. Janjangan kosong dari PKS yang dikirim ke afdeling harus segera diaplikasikan sebagai mulsa dan pupuk organik. Tugas dari Mandor susun janjangan kosong adalah mengatur karyawan dalam mengerjakan penyusunan janjangan, mengecek jumlah janjangan yang masuk ke
40 afdeling, dan mengatur letak tumpukan janjangan agar mudah dalam penyusunannya. Pengelolaan Karyawan Staf Karyawan staf adalah karyawan yang memiliki pangkat Supervisor ke atas. Karyawan staf ditingkat afdeling terdiri atas Asisten afdeling, Supervisor afdeling, Supervisor pemeliharaan, dan Supervisor panen. Selama menjadi pendamping Asisten afdeling penulis memiliki kewenangan secara langsung dalam memberi sanksi kepada karyawan dan instruksi langsung dari asisten afdeling. Karyawan staf Asisten afdeling memiliki tugas, wewenang, dan tanggung jawab antara lain memiliki disiplin dan loyalitas kerja yang tinggi dalam memimpin kebun/afdeling, menguasai pekerjaan supervisor, menguasai pekerjaan mandor, memiliki inisiatif yang menjadi tanggung jawabnya (memberikan penilaian hasil kerja terhadap bawahan, membimbing bawahan, membuat program prioritas kerja, memberikan solusi dan pemecahan masalah). Karyawan staf Supervisor memiliki tugas, wewenang, dan
tanggung
jawab antara lain memiliki disiplin dan loyalitas kerja yang tinggi, melaksanakan perintah atasan, menguasai pekerjaan mandor, hasil kerja sesuai standar, memiliki inisiatif yang menjadi tanggung jawabnya (pengawasan, data produksi dan realisasi kerja, inventaris alat, bahan, dan karyawan, membuat program kerja, target realisasi per hari, pemakaian tenaga kerja per hari, memberikan penilaian hasil kerja terhadap bawahan, membimbing bawahan, membuat laporan keuangan, membuat laporan kemajuan kerja, membuat program prioritas kerja, memberikan solusi dan pemecahan masalah), serta membina hubungan kerja sama dalam tim kerja dan lingkungan tempat tinggal.
PEMBAHASAN Praktek pemupukan memberikan kontribusi yang sangat luas dalam meningkatkan produksi dan kualitas produk yang dihasilkan. Aplikasi pupuk di lapangan harus dijamin tepat dosis. Semua pupuk harus diaplikasi dengan menggunakan takaran yang telah dibakukan. Setiap pokok harus mendapatkan pupuk sesuai dosis yang direkomendasikan agar pertumbuhan kelapa sawit baik dan seragam (Pahan, 2008). Distribusi Pupuk Distribusi pupuk organik yang dilakukan di tiap afdeling PT Cipta Futura dilaksanakan langsung menggunakan dump truk dari PKS atau dari masingmasing afdeling yang mengambil ke PKS. Pupuk tersebut (JJK dan Decanter Solid) diletakkan di samping jalan kebun (depan TPH) untuk kemudian diaplikasikan sesuai dengan cara yang sudah ditentukan perusahaan. Distribusi pupuk anorganik dilaksanakan dengan pengeceran langsung tanpa diuntil. Distribusi ini terbilang cukup efisien jika dilihat dari waktu. Pengeceran tanpa adanya untilan membutuhkan waktu lebih sedikit. Pupuk dapat diecer langsung ke blok yang akan dipupuk. Tenaga kerja yang dibutuhkan hanya untuk tenaga pengerit/pengecer saja. Rata-rata tenaga kerja yang dibutuhkan 8 HK/hari. Dari kondisi tersebut maka biaya yang dikeluarkan untuk upah lebih kecil karena jumlah HK sedikit. Meskipun ada keuntungan dalam segi waktu untuk pemupukan tanpa untilan, ada kelemahan dalam sistem ini. Pupuk yang didistribusikan secara langsung atau tanpa diuntil hanya berdasarkan jumlah sak memungkinkan adanya tidak tepat dosis pada banyak pokok karena penabur pupuk hanya memperkirakan banyaknya jumlah pupuk yang disebar untuk tiap tanaman. Penabur hanya mengacu pada pupuk yang sudah tersedia pada jalur mereka dan tidak ada pemikiran pada ketepatan dosis tanaman walaupun mangkuk yang digunakan sudah dikalibrasi. Pupuk yang terdapat pada jalur harus habis sehingga memungkinkan adanya pokok yang kekurangan pupuk dan ada pokok yang kelebihan pupuk. Pahan (2008) menyatakan bahwa untuk menjamin ketepatan dosis pemupukan dan kemudahan operasional di lapangan, perlu dilakukan sistem untilan.
42 Pupuk yang dijatuhkan dari atas dump truk pada saat distribusi memungkinkan adanya sak pupuk terkoyak sehingga pupuk akan tercecer di jalan. Kondisi ini dapat mengurangi dosis pupuk yang digunakan. Oleh karena itu pupuk yang tercecer tersebut harus dikeruk habis agar mengurangi faktor kehilangan pupuk. Realisasi Pemupukan Pelaksanaan pemupukan berpedoman pada rekomendasi pemupukan dan luasan hektar yang akan dipupuk. Dari luasan hektar dapat diketahui jumlah pokok yang kemudian dapat ditentukan kebutuhan pupuk. Setelah dilakukan pemupukan pada hari kerja mandor pupuk harus mengisi laporan hasil kerja selanjutnya digunakan untuk dapat mengetahui areal yang belum dipupuk dan kebutuhan pupuk pada hari berikutnya. Mandor dibantu oleh supervisor dan asisten afdeling harus mempunyai target realisasi hektar yang harus dikerjakan setiap hari dengan memperhatikan kondisi seperti jumlah tenaga kerja dan jumlah pupuk. Realisasi pemupukan di PT Cipta Futura cenderung fluktuasi dikarenakan faktor tenaga kerja. Realisasi luasan hektar yang akan dipupuk semakin besar apabila jumlah tenaga kerja yang ada pada hari itu banyak. Hal tersebut dapat memungkinkan adanya periode pemupukan berjalan cepat dan juga lambat. Jumlah Curahan Tenaga Kerja Tenaga kerja merupakan komponen utama dalam keberlangsungan suatu perusahaan. Jumlah tenaga kerja sangat menentukan kualitas kerjadari setiap aspek pekerjaan di perusahaan termasuk dalam pemupukan. Selain jumlah tenaga kerja diperlukan pula manajemen tenaga kerja sehingga akan dihasilkan pemupukan yang sesuai dengan standar perusahaan. Banyaknya tenaga kerja yang dipakai pada saat pemupukan akan dapat membantu meningkatkan hektar target yang dicapai untuk program kerja. Hal-hal yang mempengaruhi efisiensi dan efektivitas pemupukan selain sumberdaya tenaga kerja juga dipengaruhi oleh logistik, infrastruktur kebun, dan keterampilan tenaga pemupuk. Berdasarkan data pada Tabel 6 dan Tabel 7 realisasi bobot pupuk/HK dan luasan hasil/HK melebihi standar perusahaan. Prestasi kerja BHL pupuk sangat baik. Realisasi bobot pupuk/HK selalu melebihi standar yang ditentukan, artinya
43 jumlah pupuk pada saat pemupukan melebihi kebutuhan. Hal tersebut untuk mengatasi masalah pupuk tercecer yang akan mengakibatkan kekurangan dosis pada tanaman dan untuk menyesuaikan jumlah sak yang harus dikerjakan oleh setiap karyawan. Luasan hasil/HK juga melebihi standar perusahaan. Hal tersebut mengacu pada luasan blok yang dipupuk, jumlah tenaga kerja, dan upah tenaga kerja. Meningkatnya prestasi kerja karyawan belum tentu kualitas kerjanya meningkat. Kualitas kerja pupuk dapat dilihat apabila sudah memenuhi ketepatan jenis, waktu, dosis, dan cara. Pengawasan Pemupukan Pengawasan pemupukan yang dilakukan di perusahaan ini sudah dilaksanakan dengan baik. Pengawasan ini berupa inspeksi harian dan inspeksi triwulan. Pengawasan dilakukan meliputi penggunaan pupuk dan cara pemupukan. Pengawasan penggunaan pupuk dilakukan untuk mengetahui jumlah pupuk yang tersisa pada hari dilakukan pemupukan. Apabila pupuk tidak tersisa maka sudah memenuhi standar perusahaan. Pengecekan juga dilakukan pada sak/karung yang digunakan. Karung yang sudah digunakan selanjutnya di cek kembali jumlahnya oleh petugas di G2. Pengawasan cara atau aplikasi pemupukan dilakukan untuk mengetahui ketepatan cara yang dilakukan oleh pemupuk. Pada hasil inspeksi harian tanggal 17 April 2009 dapat diketahui bahwa masih ada aplikasi pemupukan yang tidak sesuai dengan standar perusahaan. Ketepatan Jenis Pemupukan Pahan (2008) menyatakan bahwa strategi dalam menentukan jenis pupuk diwarnai oleh pertimbangan teknis dan pertimbangan ekonomis. Pengetahuan teknis tentang sifat pupuk dan sifat tanah, dimana pupuk akan diaplikasikan, akan sangat menentukan efisiensi pemupukan. Penggunaan satu jenis pupuk perlu dikaji dari sisi harga pupuk tersebut, nilai harga per satuan unsur, nilai harga per satuan unsur yang tersedia bagi tanaman, serta kebutuhan pupuk per satuan luas. Berdasarkan Tabel 9 jenis pupuk yang digunakan di perusahaan ini sudah sesuai dengan kebutuhan. Jenis pupuk yang digunakan mengacu pada defisiensi unsur yang ada pada tanah atau unsur yang dibutuhkan oleh tanaman. Penggunaan pupuk tunggal oleh perusahaan sudah sesuai dengan pertimbangan ekonomis.
44 Pertimbangan ekonomis tersebut disesuaikan dengan luas kebun yang ada. Pertimbangan penggunaan pupuk tunggal karena harganya lebih murah. Ketepatan Waktu Pemupukan Penentuan waktu pemupukan didasarkan pada kondisi iklim seperti curah hujan dan hari hujan. Kondisi curah hujan yang mempunyai manfaat pemupukan maksimum adalah antara 100-250 mm per bulan. Pada kondisi curah hujan lebih dari 250 mm per bulan penggunaan pupuk ZA dan MOP tidak disarankan karena mudah larut. Oleh karena itu pada perusahaan ini dalam satu tahun hanya dilaksanakan pemupukan ZA dan MOP dua kali. Sebaliknya untuk pemupukan Rock Phospate (RP) dilaksanakan satu kali dalam satu tahun karena sifat pupuk tersebut lambat larut. Ketepatan waktu pemupukan yang dilaksanakan PT Cipta Futura sudah sesuai dengan kondisi iklim (curah hujan dan hari hujan). Pemupukan dilaksanakan sesuai dengan rekomendasi pemupukan yang ada dan dilaksanakan sesuai jadwal pemupukan. Ketepatan Dosis Pemupukan Ketepatan dosis pemupukan sangat menentukan efisiensi pemupukan. Penggunaan pupuk yang sesuai dengan kebutuhan dan diaplikasikan secara tepat akan memberikan manfaat pemupukan yang maksimum. Menurut Pahan (2008) dosis pupuk yang diberikan diperhitungkan dengan kebutuhan hara tanaman dan kemampuan lingkungan untuk menyediakan hara. Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan ketepatan dosis pemupukan hampir mendekati 100%. Perlakuan di lapangan hampir mendekati standar yang ditentukan perusahaan. Dari pengamatan yang dilakukan terdapat dua dosis yang diterapkan pada penggunaan pupuk RP, hal ini karena perbedaan kebutuhan tanaman akan unsur hara dan perbedaan umur tanaman. Perbedaan dosis ini juga terjadi pada penggunaan pupuk anorganik lainnya yang diterapkan di perusahaan ini. Menurut Buana dan Siahaan (1992), respon tanaman terhadap pemupukan berbeda menurut umur tanaman. Tanaman muda umumnya sangat responsive terhadap pemupukan pada umur antara 3 dan 12 tahun. Namun, perbedaan dosis tersebut tidak hanya disebabkan oleh faktor umur tanaman.
45 Menurut Lubis (1992) pemupukan pada TM merupakan hal penting ditinjau dari kegunaannya ataupun biaya yang dipakai. Teknik aplikasi, dosis, jumlah pupuk, dan lain-lain tergantung beberapa hal seperti : Jenis tanah (podsolik, alluvial, andosol, dan lain-lain), umur tanaman, tingkat produksi yang dicapai, realisasi pemupukan sebelumnya, jenis pupuk yang akan dipakai, tenaga kerja yang tersedia, keadaan penutup tanah, analisis kadar hara pada daun, dan sebagainya. Selain itu, pemberian pupuk pada umur 6-12 tahun diperhitungkan lebih tinggi karena produksi pada usia tersebut sedang dalam puncaknya. Ketepatan Cara Pemupukan Penempatan pupuk yang akan diaplikasikan sangat mempengaruhi jumlah pupuk yang dapat diserap akar tanaman. Menurut Hardjowigeno (2003) pentingnya cara penempatan pupuk adalah agar hara dapat diambil akar tanaman lebih efisien, agar tidak merusak biji tanaman dan akar tanaman. Sehingga perlu dicari cara termudah dilakukan dalam penempatan pupuk tetapi memenuhi kedua syarat tersebut dengan tidak lupa mempertimbangkan ketersediaan tenaga kerja dan perhitungan ekonomis. Standar cara pemupukan di PT Cipta Futura pada TM adalah dengan cara disebar merata sepanjang pinggiran gawangan mati (samping pelepah) dengan jarak 2 m dari tanaman kelapa sawit. Aplikasi ini merupakan metode yang baru diterapkan di perusahaan ini mulai bulan Maret 2009. Metode ini diterapkan karena pada piringan TM kelapa sawit kondisi tanahnya sudah terlalu keras dan bakteri sebagai inokulan tanah sudah tidak aktif lagi sehingga memungkinkan unsur hara yang berada dipiringan tidak mampu dimanfaatkan oleh akar tanaman. Cara yang efektif agar akar tanaman kelapa sawit mampu mengambil unsur hara yang diperlukan adalah dengan menyediakan unsur hara di tanah yang kondisinya lembab (samping pelepah/samping gawangan mati). Pupuk yang disebar di samping pelepah akan mampu dimanfaatkan akar tanaman kelapa sawit karena panjang akar kelapa sawit sangat menjangkau letak dari unsur hara yang berada di samping pelepah tersebut. Selain itu kerapatan akar yang tinggi terjadi pada daerah gawangan, dimana daun-daun (pelepah hasil tunasan) ditumpuk dan mengalami dekomposisi.
46 Berdasarkan pengamatan ketepatan cara pemupukan di samping pelepah besarnya persentase ketepatan cara mendekati 100% dengan jarak rata-rata 218.29 cm. Hal ini tidak sesuai dengan standar kebun yang memberikan standar 200 cm, artinya pupuk yang diaplikasikan banyak yang berada mendekati tengah-tengah gawangan mati atau selalu di atas pelepah. Kondisi tersebut akan membuat unsur hara akan sangat lambat masuk ke dalam tanah dan memungkinkan terjadinya kehilangan unsur hara sebelum unsur hara tersebut dapat dimanfaatkan oleh akar tanaman. Standar pemupukan pada TBM adalah pupuk ditebar merata di piringan pada jarak 0.5-1 m dari tanaman sawit hingga ke batas piringan. Hal ini berhubungan dengan lebar tajuk tanaman sawit dan keefektifan penyerapan hara oleh akar tanaman kelapa sawit. Piringan dapat diperbesar sesuai dengan perkembangan tajuk. Kondisi piringan harus bersih dari gulma. Semakin bertambahnya umur tanaman tajuknya akan semakin lebar, sehingga radius piringan pun semakin lebar dan harus bebas dari gulma. Serapan akar terhadap hara akan lebih efektif pada piringan tersebut sehingga pupuk yang disebar tidak diserap oleh gulma. Pemupukan pada TBM di perusahaan ini menggunakan pupuk majemuk yaitu NPK. Ketepatan cara pemupukan pada aplikasi pupuk yang mudah menguap seperti pupuk ZA dan MOP pada perusahaan ini tidak berbeda dengan aplikasi pupuk anorganik lainnya. Pupuk tidak dibenamkan ke dalam tanah atau langsung ditebar. Hal ini berkaitan dengan efisiensi kerja, efisiensi biaya, dan efisiensi tenaga kerja. Pemupukan yang dibenam membutuhkan waktu yang lebih banyak untuk membuat lubang pupuk terlebih dahulu dan terdapat kesulitan karena adanya pelepah atau gawangan mati. Selain itu butuh tenaga kerja yang bertugas membuat lubang pupuk. Pada akhirnya biaya produksi yang dikeluarkan akan meningkat. Gejala Defisiensi Hara Gejala kekurangan unsur hara pada tanaman dapat terlihat jelas dari kondisi fisik yang ada. Selain itu dilakukan juga analisis tanah dan analisis daun untuk mengetahui status terakhir hara tanaman sehingga kebutuhan hara tanaman dapat diketahui. Menurut Lubis (1992) sebelum gejala tersebut muncul, maka
47 terlebih dahulu harus dicegah agar tidak berdampak lebih lanjut pada tanaman. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis tanah untuk mengetahui ketersediaan hara dalam tanah. Gejala kekurangan hara yang diamati secara visual oleh penulis pada sepuluh blok di atas adalah gejala kekurangan N, P, K, Mg, Ca, dan B. Gejala yang dialami tanaman tersebut disebabkan oleh kondisi tanaman yang rimbun dengan gulma atau terletak pada jurangan, jarak tanaman yang terlalu rapat, kondisi tanah di piringan yang keras, dan tanaman tergenang. Pertumbuhan gulma yang lebat dan tidak dikendalikan pada kontur jurangan, maka sebagian dari hasil bahan organik pada lahan itu berupa gulma. Hal ini berarti bahwa pemupukan akan menaikkan daya dukung lahan, tetapi tidak akan mengurangi komposisi hasil tumbuhan atau gangguan gulma tetap ada dan merugikan walaupun tanah dipupuk. Menurut Sukman dan Yakup (2002) nitrogen merupakan unsur yang paling banyak diperebutkan antara tanaman dan gulma. Gulma menyerap unsur hara lebih banyak daripada tanaman. Sitompul (2002) menambahkan bahwa defisiensi N terjadi pada tanaman yang berumur lebih dari 10 tahun. Hal ini karena pada areal kelapa sawit yang telah berumur di atas 10 tahun cenderung kurang terawat pengendalian gulmanya. Akibatnya tanaman mengalami kompetisi yang berat dengan gulma. Jarak tanam yang terlalu rapat pada sebagian tanaman kelapa sawit akan memberikan dampak persaingan atau perebutan hara. Aplikasi pemupukan di samping pelepah memungkinkan persaingan menjadi besar dan akar tanaman yang baik akan mampu memanfaatkan unsur hara tersebut. Dari persaingan tersebut maka akan terdapat tanaman yang mengalami defisiensi unsur hara. Faktor lain yang menyebabkan adanya defisiensi hara pada tanaman adalah aplikasi pupuk di piringan, sedangkan kondisi tanah di piringan terlalu keras, dan bakteri tanah yang tidak aktif lagi, sehingga hanya akan terjadi kehilangan pupuk. Akar tidak mampu mengabsorpsi unsur hara tersebut. Selain kondisi piringan defisiensi juga terjadi karena kondisi tanaman pada lahan yang sering tergenang terutama pada TBM dan tanaman sisipan. TBM yang tergenang terletak pada lahan yang rendah dan tidak adanya tapak timbun begitu juga dengan tanaman sisipan yang biasanya terdapat pada jurangan yang tergenang.
48 Pupuk yang diaplikasikan pada kondisi tersebut akan hilang karena tercuci (leaching) sehingga tanaman akan mengalami defisiensi. Defisiensi yang banyak terjadi pada TBM tergenang adalah defisiensi N, namun pada TM juga dapat terjadi. Menurut Pahan (2008) Ciri-ciri tanaman kelapa sawit yang mengalami defisiensi unsur N adalah daun menguning (klorosis) mulai dari ujung anak daun. Defisiensi K bagian tepi anak daun mengering (nekrosis). Defisiensi P anak daun dan pelepah menjadi kemerah-merahan. Defisiensi Mg terjadi klorosis pada daerah sekitar tulang daun sedangkan sebagian helaian daunnya masih hijau. Defisiensi B daun termuda menjadi kecokelatan, membengkok (hook leaf), tumbuh pendek sehingga ujung pelepah melingkar (rounde frond tip), anak daun pada ujung pelepah muda berubah bentuk menjadi kecil seperti rumput (bristle tip) atau tumbuh rapat, pendek, seolah-olah bersatu, dan padat (little leaf). Sedangkan defisiensi Ca adalah daun muda pada titik tumbuh melengkung yang kemudian mengering pada bagian ujungnya. Produktivitas Produksi dan produktivitas merupakan hasil dari kegiatan pemeliharaan tanaman, salah satunya pemupukan. Pemupukan dilakukan salah satunya untuk memenuhi kebutuhan tanaman agar dicapai produktivitas yang optimal. Berdasarkan Tabel 14 produktivitas pada tahun 2004-2005 dan 2006-2007 produktivitasnya meningkat. Namun pada tahun 2005-2006 dan 2007-2008 produktivitasnya menurun. Dilihat dari segi pemupukan penurunan produktivitas tanaman dapat disebabkan oleh adanya pertumbuhan gulma yang lebat pada tanaman yang dipupuk sehingga penyerapan hara oleh tanaman tidak optimal (bersaing dengan gulma), jarak tanam yang terlalu rapat, aplikasi pupuk di piringan yang keras/padat, dan tanaman tergenang. Kondisi seperti ini mengakibatkan tanaman mengalami gejala kekurangan hara. Jika dari hasil pengamatan yang dilakukan pada 250 tanaman/blok terdapat 17 tanaman yang mengalami gejala kekurangan hara maka akan banyak tanaman yang mengalami gejala kekurangan hara. Hal ini berakibat pada menurunnya produksi TBS. Menurut Hardjowigeno (2003), jika terdapat tanaman yang kekurangan Mg daunnya menguning yang bermula dari tepi daun. Namun, daun yang tidak
49 terkena cahaya matahari tetap berwarna hijau. Hal ini karena tanaman kekurangan klorofil sehingga tidak dapat melakukan fotosintesis. Produktivitas tanaman kelapa sawit sebagai penghasil minyak dapat menurun apabila rata-rata tanamannya mengalami gejala kekurangan Mg, karena pembentukan minyak terhambat. Penurunan produktivitas pada tahun 2007-2008 dapat disebabkan juga oleh peningkatan bulan kering (dari 0 bulan menjadi 1 bulan). Hal ini dapat terjadi penurunan produksi walaupun curah hujan meningkat dari 2815 mm/tahun menjadi 3029 mm/tahun. Sedangkan penurunan produktivitas pada tahun 20052006 disebabkan oleh menurunnya curah hujan dari 2 806 mm/tahun menjadi 2 172 mm/tahun dan terdapat bulan kering lebih dari dua bulan per tahun. Menurut Adiwiganda (1995), adanya bulan kering lebih dari dua bulan berturutturut akan memberikan pengaruh terhadap penurunan produksi pada tahun-tahun berikutnya. Data produktivitas pada bulan Maret-Mei 2009 selama periode pemupukan di samping pelepah menunjukkan adanya peningkatan dari bulan sebelumnya, namun data tersebut belum cukup dapat diketahui pengaruh dari aplikasi pemupukan di samping pelepah, karena pengaruh dari pemupukan dapat dilihat minimal setelah enam bulan aplikasi. Penurunan produktivitas juga dapat disebabkan oleh kurangnya tenaga pemanen di afdeling VII dan luasan hektar panen yang meningkat. Kurangnya tenaga pemanen dapat menurunkan tonase dari target yang ditentukan. Luasan panen yang meningkat dapat disebabkan oleh adanya peralihan dari TBM ke TM sehingga luas hektar panen TM meningkat. Banyaknya jumlah TM 1 atau TM 2 yang menghasilkan TBS dengan bobot ringan menyebabkan tonase yang dihasilkan menurun.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Pemupukan di PT Cipta Futura secara umum sudah memenuhi ketepatan jenis dan waktu, namun untuk ketepatan dosis dan cara pemupukan masih belum sesuai dengan standar perusahaan. Ketidak tepatan tersebut dikarenakan teknik aplikasi pemupukan di samping pelepah yang baru dilaksanakan di perusahaan. Peningkatan standar bobot pupuk/HK dan luasan hasil/HK merupakan peningkatan prestasi kerja yang baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengamatan ketepatan pemupukan. Namun, jumlah curahan tenaga kerja tersebut perlu mendapat perhatian untuk kualitas kerja pada pemupukan. Pengendalian gulma yang kurang optimal menyebabkan tanaman bersaing dengan gulma dan akhirnya mengalami gejala kekurangan hara. Selain itu juga masih adanya kondisi tanaman dengan jarak tanam yang rapat, tergenang dan aplikasi pemupukan sebelumnya (di piringan) yang kurang tepat akan sangat berpengaruh terhadap produksi TBS yang dihasilkan. Pengaruh iklim (curah hujan) juga merupakan faktor yang perlu diperhatikan guna menentukan jadwal yang efektif untuk pemupukan dan target-target pencapaian kerja. Kegiatan pemeliharaan seperti pemupukan, pengendalian gulma, dan pengendalian HPT sangat mempengaruhi produksi dan produktivitas tanaman. Jika salah satunya tidak terpenuhi dengan baik maka dapat menurunkan hasil. Salah satu pemeliharaan tanaman yang berpengaruh besar terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman adalah pemupukan. Pemupukan bertujuan untuk menambah ketersediaan unsur hara di dalam tanah terutama agar tanaman dapat menyerapnya sesuai dengan kebutuhan. Pelaksanaan pemupukan yang baik dapat meningkatkan produktivitas tanaman. Pelaksanaan kegiatan magang mampu memberikan pengetahuan kepada penulis dalam teknik budidaya tanaman kelapa sawit dan pengetahuan tentang pengelolaan pemupukan tanaman kelapa sawit. Penulis juga memperoleh pengalaman kerja dari berbagai posisi kerja, yaitu sebagai buruh harian lepas (BHL), pendamping mandor, dan pendamping asisten.
51 Saran Perlu adanya peningkatan kegiatan infrasruktur, mengingat pentingnya kegiatan tersebut untuk melancarkan kegiatan kebun seperti pemupukan. Peningkatan pengawasan pemupukan dan sistem pemupukan juga diperlukan untuk memperlancar aplikasi pemupukan yang baru diterapkan (di samping pelepah). Sistem pemupukan dengan penguntilan dapat membantu meningkatkan ketepatan dosis pemupukan dan mempermudah operasional di lapangan. Selain itu jumlah curahan tenaga kerja harus seimbang dengan memperhatikan kecukupan tenaga kerja dan kapasitas kerjanya. Peningkatan kondisi kerja yang baik dengan melaksanakan prinsip-prinsip manajemen dan sosial. Peningkatan motivasi karyawan guna mencapai kualitas kerja yang diharapkan dan menguntungkan perusahaan. Perlu adanya peningkatan kebijakan perusahaan untuk kesejahteraan karyawan.
DAFTAR PUSTAKA Bank Bumi Daya. 1988. Minyak Kelapa Sawit, Suatu Tinjauan Produksi, Pemasaran, dan Prospek. Divisi Penelitian dan Pengembangan. Jakarta. 50 hal. Buana, L dan M.M Siahaan. 1992. Pengaruh perubahan harga pupuk terhadap dosis pupuk kelapa sawit. Bul. Perkeb. 23 (2): 189-197. Direktorat Jenderal Perkebunan. 2008. Statistik Perkebunan Indonesia 2003-2007. Direktorat jenderal perkebunan. Jakarta. Fauzi, Y., Y. E. Widyastuti, I. Satyawibawa, dan R. Hartono. 2008. Kelapa Sawit: Budidaya, Pemanfaatan Hasil dan Limbah, Analisis Usaha dan Pemasaran. Edisi revisi. Penebar Swadaya. Jakarta. 168 hal. Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Edisi Baru. Akademika Pressindo. Jakarta. 283 hal. Hartley, C. W. S. 1967. The Oil Palm. Longman Group Limited. London. 704 p. Lakitan. B. 2004. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 203 hal. Lubis, A. U. 1992. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Indonesia. Pusat Penelitian Kelapa Sawit Marihat. Bandar Kuala. Pahan, I. 2008. Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis dari Hulu Hingga Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta. 412 hal. Sastrosayono, S. 2003. Budidaya Kelapa Sawit. Agro Media Pustaka. Jakarta. 65 hal. Sitompul, A. 2002. Pemeliharaan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis, Jacq) Menghasilkan Dengan Aspek Khusus Pemupukan di Unit Usaha Sungai Lengi Inti, PTPN VII, Sumatera Selatan. Sukman, Y. Dan Yakup. 2002. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. Revisi ke-3. PT Raja Grasindo Persada. Jakarta. 125 hal.
Lampiran 1. Jurnal Harian Magang Sebagai Buruh Harian Lepas (BHL) di PT Cipta Futura Plantation Muara Enim Sumatera Selatan Uraian Kegiatan
12 Februari 2009 13 Februari 2009 14 Februari 2009 15 Februari 2009 16 Februari 2009 17 Februari 2009 18 Februari 2009 19 Februari 2009 20 Februari 2009 21 Februari 2009 22 Februari 2009 23 Februari 2009 24 Februari 2009 25 Februari 2009 26 Februari 2009 27 Februari 2009 28 Februari 2009 01 Maret 2009 02 Maret 2009 03 Maret 2009 04 Maret 2009 05 Maret 2009 06 Maret 2009
Rawat Parit Rawat Parit Rawat Parit Libur Rawat Parit Rawat Parit Rawat Parit Pembuatan Parit Susun Janjang Kosong Pembuatan Parit Libur Pembuatan Parit Susun Janjang Kosong Tanam Bunga Pukul 8 Susun Janjang Kosong Susun Janjang Kosong Tapak Timbun Libur Pembuatan Bedengan Stek Bunga Pukul 8 Pembuatan Bedengan Susun Janjang Kosong Deteksi Hama
Prestasi Kerja Penulis Buruh Standar ....(satuan/HK)…. 20 m 20 m 20 m 20 m 20 m 20 m 20 m 20 m 20 m 20 m 20 m 20 m 20 m 20 m 20 m 20 m 20 m 20 m 10 m 10 m 10 m 0,6 ton 5 ton 3 ton 5m 10 m 10 m 8m 10 m 10 m 3 ton 5 ton 3 ton 160 tan 200 tan 200 tan 1 ton 3 ton 3 ton 1.2 ton 5 ton 3 ton 0.4 pk 2 pk 2 pk 15 m 200 tan 50 m 3 ton 3 ton 3 ton 26.63 ha -
Lokasi 83 P 83 P 83 P 83 P 83 P 93 C 70 P 107 D 70 P 82 B 107 D 81 107 D 104 A,107 D 95 P 69 B 103 A 68 A 106 A 70
Keterangan Lebar parit 1 m Bersih bibir parit 1.5 m Kendala : peralatan kerja, dan lokasi Kendala : peralatan dan lokasi Kendala : cuaca, dan peralatan Kendala : peralatan dan lokasi P=10 m, l= 1.5 m, d=1 m Panjang 12 janjang, lebar 10 janjang P=10 m, l= 1.5 m, d=1 m P=10 m, l= 1.5 m, d=1 m Pupuk organik dan pengendalian gulma Pengendalian biologi ulat api Pupuk organik dan pengendalian gulma Pupuk organik dan pengendalian gulma Timbunan dengan diameter 4 m Bedengan bunga pukul delapan Bahan untuk pengendalian ulat api Bedengan bunga pukul delapan Pupuk organik dan pengendalian gulma Mendeteksi serangan hama
53
Tanggal
Lampiran 1. (Lanjutan) Tanggal
Uraian Kegiatan
07 Maret 2009 08 Maret 2009 09 Maret 2009 10 Maret 2009 11 Maret 2009 12 Maret 2009 13 Maret 2009 14 Maret 2009 15 Maret 2009 16 Maret 2009 17 Maret 2009 18 Maret 2009 19 Maret 2009 20 Maret 2009 21 Maret 2009 22 Maret 2009 23 Maret 2009 24 Maret 2009 25 Maret 2009 26 Maret 2009 27 Maret 2009 28 Maret 2009 29 Maret 2009
Bagi Upah Buruh Libur Libur Susun Janjang Kosong Deteksi Hama Susun Janjang Kosong Deteksi Hama Deteksi Hama Libur Tanam Bunga Pukul 8 Pemanenan Pemanenan Prunning Pemanenan Pemanenan dan Prunning Libur Pemanenan Pemanenan Susun Janjang Kosong Libur Susun Janjang Kosong Penyemprotan Hama Libur
Prestasi Kerja Penulis Buruh Standar ....(satuan/HK)…. 1 ton 3 ton 2 ton 3 ton 340 tan 400 tan 16 TBS 75 TBS 26 TBS 75 TBS 0.4 ha 2 ha 20 TBS 75 TBS 29 TBS 75 TBS 49 TBS 75 TBS 17 TBS 75 TBS 1.5 ton 3 ton 1.5 ton 3 ton 5 knap -
Lokasi Keterangan Kantor 106 A 82 106 93 94,95 D 69 A 69 81 A 81 A 93 93 A 94 A 94 A 107 D 107 68 A,D,P -
Pembagian upah sesuai prestasi kerja Pupuk organik dan pengendalian gulma Mendeteksi serangan hama Pupuk organik dan pengendalian gulma Mendeteksi serangan hama Mendeteksi serangan hama Pengendalian biologi ulat api Memanen TBS dengan basis 75 buah Memanen TBS dengan basis 75 buah Kegiatan memudahkan pemanenan Memanen TBS dengan basis 75 buah Memotong pelepah dan memanen TBS Memanen TBS dengan basis 75 buah Memanen TBS dengan basis 75 buah Pupuk organik dan pengendalian gulma Pupuk organik dan pengendalian gulma Pengendalian hama secara kimiawi -
54
Lampiran 1. (Lanjutan) Prestasi Kerja Tanggal
Uraian Kegiatan
Penulis
30 Maret 2009 31 Maret 2009 01 April 2009 02 April 2009 03 April 2009 04 April 2009 05 April 2009 06 April 2009 07 April 2009 08 April 2009 09 April 2009 10 April 2009 11 April 2009 12 April 2009 13 April 2009 14 April 2009
Penyemprotan Hama Penyemprotan Hama Penyemprotan Hama Penyemprotan Hama Penyemprotan Hama Bagi Upah Buruh Libur Penyemprotan Hama Penyemprotan Hama Penyemprotan Hama Libur Libur Pemupukan Libur Semprot Pasar 2:1 Dongkel Anak Kayu
74 pk 204 pk 239 pk 262 pk 247 pk 227 pk 269 pk 277 pk 5 sak 5 knap 25 pk
Buruh Standar ....(satuan/HK)…. 10.5 sak -
10.5 sak -
Lokasi 94 C 94 C 94 B 69 B 69 B Kantor 69 B 66 69 109 C 70 P
Keterangan Pengendalian hama menggunakan EPS Pengendalian hama menggunakan EPS Pengendalian hama menggunakan EPS Pengendalian hama menggunakan EPS Pengendalian hama menggunakan EPS Pembagian upah sesuai prestasi kerja Pengendalian hama menggunakan EPS Pengendalian hama menggunakan EPS Pengendalian hama menggunakan EPS Pupuk yang digunakan MOP Sanitasi TPH dan pasar 2:1 Sanitasi bokoran/piringan
55
Lampiran 2. Jurnal Harian Magang Sebagai Pendamping Mandor di PT Cipta Futura Plantation Muara Enim Sumatera Selatan Tanggal 15 April 2009
16 April 2009
17 April 2009
18 April 2009
19 April 2009 20 April 2009
21 April 2009
22 April 2009
Uraian Kegiatan Apel Pagi Pemupukan Laporan Kerja Apel Pagi Pemupukan Laporan Kerja Apel Pagi Pemupukan Laporan Kerja Apel Pagi Pemupukan Laporan Kerja Libur Apel Pagi Pemanenan Laporan Kerja Apel Pagi Pemanenan Laporan Kerja Apel Pagi Pemanenan Laporan Kerja
Prestasi Kerja Penulis Jmlh BHL Luas Areal Yang Diawasi Yang Diawasi (orang) (ha) 25 57.5
Lama Kegiatan (jam) 12
66 ABC,67BCD
Pupuk Rock Phospate
Lokasi
Keterangan
25
50.36
12
69 AB
Pupuk Rock Phospate
22
36.51
14
70 CD
Pupuk Rock Phospate
17
49.24
12
66 AP, 68 D
Pupuk Rock Phospate
3
5
12
68 B
Mengawasi 2 hanca
2
5
12
80 P
Mengawasi 2 hanca
8
12.5
12
82 D
Mengawasi 5 hanca
56
Lampiran 2. (Lanjutan) Tanggal 23 April 2009
24 April 2009
25 April 2009
26 April 2009 27 April 2009
28 April 2009
29 April 2009
30 April 2009
Uraian Kegiatan Apel Pagi Pemanenan Laporan Kerja Apel Pagi Pemanenan Laporan Kerja Apel Pagi Pemanenan Laporan Kerja Libur Apel Pagi Pemupukan Laporan Kerja Apel Pagi Pemupukan Laporan Kerja Apel Pagi Pemupukan Laporan Kerja Apel Pagi Pemupukan Laporan Kerja
Prestasi Kerja Penulis Jmlh BHL Luas Areal Yang Diawasi Yang Diawasi (orang) (ha) 5 7.5
Lama Kegiatan (jam) 12
Lokasi
Keterangan
81 A
Mengawasi 3 hanca
17
32.5
14
94 CD
Mengawasi 13 hanca
41
47.5
12
95 CD
Mengawasi 19 hanca
13
49.78
12
81 A, 82 CD
Pupuk Rock Phospate
27
54.47
12
82 AB
Pupuk Rock Phospate
39
65.80
12
83 BCD
Pupuk Rock Phospate
37
89.28
12
83 P
Pupuk Rock Phospate
57
Lampiran 2. (Lanjutan) Tanggal 1 Mei 2009
2 Mei 2009
3 Mei 2009 4 Mei 2009
5 Mei 2009
6 Mei 2009
7 Mei 2009
8 Mei 2009 9 Mei 2009
Uraian Kegiatan Apel Pagi SJJK Laporan Kerja Apel Pagi SJJK Laporan Kerja Libur Apel Pagi Pemupukan Laporan Kerja Apel Pagi Supervisi 4 C laporan Kerja Apel Pagi Pemupukan Laporan Kerja Apel Pagi Pemupukan Laporan Kerja Bagi upah Libur
Prestasi Kerja Penulis Jmlh BHL Luas Areal Yang Diawasi Yang Diawasi (orang) (ha) 7 -
Lama Kegiatan (jam) 12
Lokasi
Keterangan
107 C
Pupuk Organik
Pupuk Organik
17
-
12
107 C
33
66.73
12
93 ABC
-
-
12
PKS
Kunjungan ke pabrik kelapa Sawit (PKS)
34
49.41
12
95 P
Pupuk Rock Phospate
35
75.97
95 ABC
Pupuk Rock Phospate
-
-
Kantor -
Bagi upah sesuai prestasi -
-
Pupuk Rock Phospate
58
Lampiran 2. (Lanjutan) Tanggal
10 Mei 2009 11 Mei 2009
12 Mei 2009
13 Mei 2009
14 Mei 2009
15 Mei 2009
Uraian Kegiatan
Libur Apel Pagi Prunning Laporan Kerja Apel Pagi Pemanenan Laporan Kerja Apel Pagi Cek TBS Laporan Kerja Apel Pagi Cek TBS Laporan Kerja Apel Pagi Cek TBS Laporan Kerja
Prestasi Kerja Penulis Jmlh BHL Luas Areal Yang Diawasi Yang Diawasi (orang) (ha) 13 2.5
Lama Kegiatan (jam) 12
Lokasi
Keterangan
80 A
Pengawasan prunning magang panen Mengawasi 2 hanca
5
5
12
104 D
-
65.73
12
108 BC
Mengecek jumlah TBS yang dipanen
-
69.43
12
109 BC
Mengecek jumlah TBS yang dipanen
-
187.99
12
68,69
Mengecek jumlah TBS yang dipanen
59
Lampiran 3. Jurnal Harian Magang Sebagai Pendamping Asisten Afdeling di PT Cipta Futura Plantation Muara Enim Sumatera Selatan Tanggal 16 Mei 2009
17 Mei 2009 18 Mei 2009
19 Mei 2009
20 Mei 2009
21 Mei 2009 22 Mei 2009
23 Mei 2009
Apel Pagi Cek TBS Laporan Kerja Libur Apel Pagi Cek TBS Laporan Kerja Apel Pagi Pengawasan Pupuk Laporan Kerja Apel Pagi Pengawasan Pupuk Laporan Kerja Libur Apel Pagi Pengawasan Pupuk Laporan Kerja Apel Pagi Pengawasan Pupuk Laporan Kerja Libur
Lama Kegiatan (jam) 12
Lokasi 70
Keterangan Mengecek jumlah TBS yang dipanen
-
200
12
52,53
Mengecek jumlah TBS yang dipanen di afdeling VI
45
70.63
12
109 DP
Pupuk Rock Phospate
48
93.57
12
109 ABC
Pupuk Rock Phospate
53
108.16
12
66,67,68 D
Pupuk ZA
54
117.8
12
68 , 69 CD
Pupuk ZA
-
-
-
-
-
-
60
24 Mei 2009
Uraian Kegiatan
Prestasi Kerja Penulis Karyawan Luas Areal Yang Diawasi Yang Diawasi (orang) (ha) 126.08
Lampiran 3. (Lanjutan) Tanggal 25 Mei 2009
26 Mei 2009
27 Mei 2009
28 Mei 2009
29 Mei 2009
30 Mei 2009
31 Mei 2009 1 Juni 2009
Uraian Kegiatan Apel Pagi Pengawasan Pupuk Laporan Kerja Apel Pagi Pengawasan Pupuk Laporan Kerja Apel Pagi Pengawasan Pupuk Laporan Kerja Apel Pagi Pengawasan semprot Laporan Kerja Apel Pagi Pengawasan Pupuk Laporan Kerja Apel Pagi Pengawasan Pupuk Laporan Kerja Libur Apel Pagi Pengawasan semprot Laporan Kerja
Prestasi Kerja Penulis Karyawan Luas Areal Lama Yang Diawasi Yang Diawasi Kegiatan (orang) (ha) (jam) 78 160.26 12
Lokasi
Keterangan
69 AB, 70
Pupuk ZA
74
113.59
12
70 D,80 A,81
Pupuk ZA
89
266.62
12
82, 83
Pupuk ZA
27
13.5
12
83 P
88
148.6
12
93, 94 DC
Pupuk ZA
75
151.86
12
94 AB,95
Pupuk ZA
27
13.5
12
83 P,83 AB
Penyemprotan gulma lain-lain
Penyemprotan gulma lain-lain
61
Lampiran 3. (Lanjutan) Uraian Kegiatan
2 Juni 2009
Apel Pagi Pengawasan semprot Laporan Kerja Apel Pagi Jembatan 2:1 laporan Kerja Apel Pagi Jembatan 2:1 laporan Kerja Apel Pagi Jembatan 2:1 laporan Kerja Bagi upah Libur Apel Pagi Prunning Laporan Kerja Apel Pagi Prunning Laporan Kerja Apel Pagi Prunning
3 Juni 2009
4 Juni 2009
5 Juni 2009
6 Juni 2009 7 Juni 2009 8 Juni 2009
9 Juni 2009
10 Juni 2009
Lokasi 83 CD
Keterangan Penyemprotan gulma lain-lain
-
-
12
82 B
Memudahkan langsir TBS
-
-
12
82 B
Memudahkan langsir TBS
-
-
12
82 B
Memudahkan langsir TBS
7
0.85
12
Kantor 83 P
Bagi upah karyawan Prunning di pokok sawit kecil
8
1.33
12
83 P
Prunning di pokok sawit kecil
8
1.48
12
83 P
Prunning di pokok sawit kecil
62
Tanggal
Prestasi Kerja Penulis Karyawan Luas Areal Lama Yang Diawasi Yang Diawasi Kegiatan (orang) (ha) (jam) 28 14 12
Lampiran 4. Curah Hujan di PT Cipta Futura Plantation Muara Enim Sumatera Selatan 1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
Rata-rata
Bulan CH
HH
CH
HH
CH
HH
CH
HH
CH
HH
CH
HH
CH
HH
CH
HH
CH
HH
CH
HH
CH
HH
Januari
396
14
311
16
221
14
362
17
362
18
733
23
507
21
251
20
277
17
444
20
386.4
18
Februari
189
15
188
6
262
14
333
17
397
21
640
25
238
20
324
22
321
19
161
13
305.3
17.2
Maret
306
14
400
10
157
14
522
22
331
17
246
16
511
20
251
17
218
15
434
15
337.6
16
April
3
1
275
6
219
15
255
16
312
20
582
22
215
13
169
11
473
21
348
15
285.1
14
Mei
183
10
99
6
242
11
171
9
139
10
260
12
195
10
185
8
171
10
229
8
187.4
9.4
Juni
228
4
102
6
214
10
118
9
13
14
140
5
43
7
89
9
117
8
155
7
121.9
7.9
Juli
53
2
162
6
27
4
162
12
152
7
207
11
96
7
119
7
77
7
19
5
107.4
6.8
Agustus
56
4
155
4
91
9
44
2
219
6
35
4
140
10
5
0.67
94
7
116
11
95.5
5.7
September
51
5
148
6
229
11
85
9
147
9
131
8
220
9
66
5
208
9
160
13
144.5
8.4
Oktober
472
18
128
10
244
16
87
8
522
17
166
14
169
12
139
4
161
12
273
16
236.1
12.7
November
260
12
287
12
496
22
346
22
422
14
282
12
429
19
247
16
250
16
284
18
330.3
16.3
Desember
448
17
104
8
525
13
382
18
635
19
397
24
43
8
327
18
448
17
406
20
371.5
16.2
Total
2645
116
2359
96
2928
153
2868
161
3651
172
3823
176
2805
157
2172
142
2813
158
3027
162
2909
148.6
BB
8
11
10
9
11
11
9
9
12
11
10.1
BK
4
1
2
3
1
1
3
3
-
1
1.9
Sumber : Kantor Kebun Oscar Keterangan : CH : Curah Hujan HH : Hari Hujan BB : Bulan Basah (> 60 mm) BK : Bulan Kering (< 60 mm)
Q=
Rataan BK (1.9) Rataan BB (10.1)
x 100 % = 18.81 %
63
Berdasarkan klasifikasi Schdmidth-Ferguson Termasuk tipe iklim B (basah) Tipe iklim A : 0.5%-14.3% , B : 14.3%-33.3%
Lampiran 5. Hektar Tanam Afdeling VII PT Cipta Futura Plantation TM Blok
66
Petak
Pokok
Ha
Ha. Ukur
A
792
6.09
5.81
B
1 655
12.73
14.93
C
1 153
8.87
8.63
3 600
27.69
29.37
A
2 330
17.92
B
2 718
20.91
C
330
D
TBM 3
TBM 2
TBM 1
TBM 1
Tanaman Jul s/d Jun 07
Tanaman Jul s/d Des 07
Tanaman Jan s/d Juni 08
Tanaman Jul s/d Des 08
Pokok
Ha
Ha. Ukur
185
1.42
1.42
Pokok
Ha
Ha. Ukur
Pokok
Ha
Ha. Ukur
Pokok
Ha
Ha
Ha
Tanam
Stment
Ha. Ukur 7.51
7.23
12.73
14.93
8.87
8.63
29.11
30.79
18.75
17.92
18.75
19.79
20.91
19.79
2.53
2.04
2.53
2.04
828
6.37
7.12
6.37
7.12
1 495
11.49
11.49
11.49
11.49
7 701
59.22
59.19
59.22
59.19
A
2 270
17.45
16.03
17.45
16.03
B
2 856
21.97
21.59
21.97
21.59
C
3 201
24.63
24.31
24.63
24.31
D
2 577
19.83
22.98
19.83
22.98
445
3.42
6.04
3.42
6.04
11 349
87.30
90.95
87.30
90.95
A
2 514
19.34
21.18
19.34
21.18
B
4 032
31.02
32.74
31.02
32.74
C
2 668
20.52
23.84
20.52
23.84
D Sub Total
3 875
29.81
30.04
29.81
30.04 107.80
Sub Total 67
P Sub Total 68
AP Sub Total 69
70
185
1.42
1.42
100.69
107.80
100.69
1 408
10.83
8.47
10.83
8.47
B
2 647
20.36
23.00
20.36
23.00
C
2 643
20.33
22.50
20.33
22.50
64
13 089
A
Lampiran 5. (Lanjutan) TM Blok
Petak
Pokok
Ha
Ha. Ukur
TBM 3
TBM 2
TBM 1
TBM 1
Tanaman Jul s/d Jun 07
Tanaman Jul s/d Des 07
Tanaman Jan s/d Juni 08
Tanaman Jul s/d Des 08
Pokok
Ha. Ukur
Pokok
Ha
Ha. Ukur
Pokok
Ha
Ha. Ukur
Pokok
Ha
Ha
Tanam
Stment
16.18
13.00
Ha. Ukur
D
2 104
P Sub Total
7 589
58.38
57.49
660
5.08
5.08
1 220
9.38
10.05
72.84
72.62
16 391
126.08
124.46
660
5.08
5.08
1 220
9.38
10.05
140.54
139.59
3 401
26.17
27.27
26.17
27.27
660
5.08
5.08
546
4.20
4.20
9.28
9.28
546
4.20
4.20
80
A
AP Sub Total
16.18
Ha
Ha
13.00
31.25
32.35
35.45
36.55
2 773
21.33
14.31
21.33
14.31
B
1 925
14.81
20.39
14.81
20.39
C
1 165
8.97
14.92
8.97
14.92
D
3 397
26.13
28.73
26.13
28.73
80
0.62
0.62
0.52
0.62
9 340
71.86
78.97
71.86
78.97
A
2 847
21.90
21.46
21.90
21.46
B
4 234
32.57
29.99
32.57
29.99
C
2 076
15.97
18.98
15.97
18.98
D Sub Total
1 622
12.48
17.07
12.48
17.07
10 779
82.92
87.50
82.92
87.50
A
3 720
28.62
19.75
28.62
19.75
B
2 307
17.75
20.28
17.75
20.28
C
3 019
23.22
21.85
23.22
21.85
D
3 228
24.83
24.82
24.83
24.82
AP Sub Total
11 607
89.28
94.76
530
4.08
4.08
93.36
23 881
183.70
181.46
530
4.08
4.08
187.78
98.84 185.54
DP Sub Total 82
83
65
4 061
A
81
Lampiran 5. (Lanjutan) TM Blok
Petak
Pokok
Ha
Ha. Ukur
TBM 3
TBM 2
TBM 1
TBM 1
Tanaman Jul s/d Jun 07
Tanaman Jul s/d Des 07
Tanaman Jan s/d Juni 08
Tanaman Jul s/d Des 08
Pokok 93
Ha
Ha. Ukur
Pokok
Ha
Ha. Ukur
Pokok
Ha
Ha. Ukur
Pokok
Ha
Ha
Ha
Tanam
Stment
Ha. Ukur
2 092
16.09
21.28
16.09
21.28
B
4 201
32.32
28.63
32.32
28.63
C
2 382
18.32
20.71
18.32
20.71
D
2 923
22.48
25.58
22.48
25.58
DP Sub Total
1 451
11.16
11.16
11.16
11.16
13 049
100.37
107.36
100.37
107.36
A
3 401
26.16
28.54
26.16
28.54
B
3 028
23.29
25.80
23.29
25.80
C
3 377
25.98
25.74
25.98
25.74
D Sub Total
2 893
22.25
23.79
22.25
23.79
12 699
97.68
103.87
97.68
103.87
A
3 473
26.72
29.74
26.72
29.74
B
3 191
24.55
25.93
24.55
25.93
C
3 211
24.70
24.96
24.70
24.96
D
3 437
26.44
26.26
26.44
26.26
AP Sub Total
6 423
49.41
53.49
240
1.85
1.85
51.26
55.34
19 735
151.82
160.38
240
1.85
1.85
153.67
162.23
102 A Sub Total
3 108
23.91
23.91
23.91
23.91
3 108
23.91
23.91
23.91
23.91
103
A
2 964
22.80
25.67
22.80
25.67
B
3 367
25.90
25.01
25.90
25.01
C
3 368
25.91
26.21
25.91
26.21
D Sub Total
1 058
8.14
7.88
8.14
10 757
82.75
84.77
82.75
7.88 84.77
94
95
66
A
Lampiran 5. (Lanjutan) TM Blok
Petak
Pokok
Ha
Ha. Ukur
TBM 3
TBM 2
TBM 1
TBM 1
Tanaman Jul s/d Jun 07
Tanaman Jul s/d Des 07
Tanaman Jan s/d Juni 08
Tanaman Jul s/d Des 08
Pokok 104
Ha
Ha. Ukur
Pokok
Ha
Ha. Ukur
Pokok
Ha
Ha. Ukur
Pokok
Ha
Ha
Ha
Tanam
Stment
Ha. Ukur
3 744
28.80
31.53
28.80
31.53
B
3 247
24.98
27.65
24.98
27.65
C
3 089
23.76
21.05
23.76
21.05
D
3 239
24.92
26.19
24.92
26.19
870
6.69
6.69
160
1.23
1.23
7.92
7.92
14 189
109.15
113.11
160
1.23
1.23
110.38
114.34
400
3.08
3.08
3.08
3.08
400
3.08
3.08
3.08
3.08
A
3 099
23.84
22.32
23.84
22.32
B
2 913
22.41
23.66
22.41
23.66
C
2 451
18.85
19.67
18.85
19.67
D Sub Total
1 402
10.78
13.01
10.78
13.01
9 865
75.88
78.66
75.88
78.66
A
5 795
44.58
38.60
44.58
38.60
B
3 025
23.27
20.19
23.27
20.19
C
3 063
23.56
23.24
23.56
23.24
D Sub Total
3 072
23.63
24.00
23.63
24.00
14 955
115.04
106.03
115.04
106.03
A
4 195
32.27
26.61
32.27
26.61
B
5 177
39.82
33.32
39.82
33.32
C
3 368
25.91
22.75
25.91
22.75
D
4 165
32.03
31.86
32.03
31.86
P1 A
678
5.22
8.34
5.22
P1 C
237
1.82
1.82
1.82
8.34 1.82
AP Sub Total 105 A Sub Total 106
107
108
67
A
Lampiran 5. (Lanjutan) TM Blok
Petak
Pokok
Ha
Ha. Ukur
TBM 3
TBM 2
TBM 1
TBM 1
Tanaman Jul s/d Jun 07
Tanaman Jul s/d Des 07
Tanaman Jan s/d Juni 08
Tanaman Jul s/d Des 08
Pokok 108
Ha
Ha. Ukur
Pokok
Ha
Ha. Ukur
Pokok
Ha
Ha. Ukur
Pokok
Ha
Ha
Ha
Tanam
Stment
Ha. Ukur
P2 A
594
4.57
4.57
4.57
4.57
P2 B
320
2.46
2.46
2.46
2.46
P2 C Sub Total
80
0.62
0.62
0.62
0.62
109
18 814
144.72
132.35
144.72
132.35
A
5 558
42.76
33.00
42.76
33.00
B
4 525
34.80
26.90
34.80
26.90
C
4 502
34.63
33.67
34.63
33.67
D
4 143
31.87
31.21
31.87
31.21
P2 A
2 424
18.64
21.60
18.64
21.60
P2 B
1 646
12.66
13.38
12.66
13.38
P2 C
226
1.74
1.74
1.74
1.74
P2 D Sub Total Grand Total
744
5.72
8.45
5.72
8.45
23 768
182.82
169.95
182.82
169.95
241530
1857.93
1 875.52
1885.17
1903.43
1 131
8.70
8.70
530
4.08
4.08
660
5.08
5.08
1 220
9.38
10.05
Pada bulan Sept s/d Nov ada penumbangan Sawit untuk pelebaran jalan, untuk TM 438 pk <3.37 ha> (Blok 80,81,82,83,93,94,95,103,104,106,107, 108, dan 109) dan TBM II 18 pk <0.14 ha> diblok 108 P1 A dan 109 P2 A. Blok 66 C ditambah 0.73 Blok 103 B penumbangan 93 pokok untuk lapangan sekolah (0.72 Ha).
68
Sumber : Kantor Kebun Afdeling VII Ha Pengukuran : 1 903.43 Ha TM : 1 857.93 Ha TBM 3 : 8.70 Ha TBM 2 : 4.08 Ha TBM 1 : 5.08 Ha TBM 1 : 9.38 Total ha Tanama : 1 885.17
Lampiran 6. Peta Areal Kerja Afdeling VII Kebun Ujan Mas PT Cipta Futura Plantation
69
Lampiran 7. Struktur Organisasi Tingkat Kebun PT Cipta Futura Plantation Kebun Ujan Mas Manager Kebun
Asst. Afdeling
Supv. Afdeling Supv. Perawatan
Supv. Panen
Krani Afdeling Krani Buah I
Mdr. Panen II
Krani Buah II
Mdr. Panen III
Krani Buah III
Mdr. Panen IV
Krani Buah IV
Mdr. Panen V
Krani Buah V
Mdr. Dongkel
Mdr. Hama dan Penyakit
Mdr. Herbicide
Mdr. Infrastuktur
Mdr. Pupuk
70
Mdr. Panen I
Lampiran 8. Blanko Data Muat Buah Blok
No.
Jumlah TBS
Brondolan
TBS Mentah
TBS Afkir
Total Sumber : Kantor Kebun Afdeling VII
71
Lampiran 9. Data Sensus Buah Masak Bulan Mei 2009 di Afdeling VII Petak
Bulan Ke1 5 14 9 3 6 6 6 3 3 6 6 0 5 4 3 4 0 21 5 109
2 20 24 15 6 19 7 10 16 21 20 11 7 13 9 12 6 9 41 14 280
3 51 31 58 47 78 51 45 29 53 42 51 33 39 32 31 30 35 35 33 804
4 39 25 32 17 44 24 26 37 23 34 39 25 31 27 20 29 22 21 19 534
5 17 8 19 3 29 16 10 20 5 28 26 15 19 8 4 8 3 11 4 253
6 21 10 44 17 23 16 8 18 14 22 24 16 12 2 5 6 5 26 7 296
Total 153 112 177 93 199 120 105 123 119 152 157 96 119 82 75 83 74 155 82 2276
72
Jumlah Pokok 66 A 32 68 D 26 83 P 25 83 C 19 95 AP 23 95 C 24 103 A 23 104 B 27 104 D 27 106 A 25 106 B 28 107 B 21 107 C 25 108 A 27 108 B 24 108 C 27 109 C 23 109 CP 29 109 D 27 Total 482 Sumber : Kantor Kebun Afdeling VII Blok
Lampiran 10. Blanko Surat Pengantar Buah
PT. Cipta Futura Plantation
SURAT PENGANTAR BUAH
Divisi :
Diangkut dengan truk No. Pol. .............
Tanggal
Blok
HK
Ha
TBS
Rata2 Per TBS
Kg TBS
Brondolan
Supir :
Total Kg
Tanda Afkir
Dibuat oleh
Diperiksa oleh
Krani Buah
Asisten Divisi
Kg
73
Lampiran 11. Jalur Deteksi Hama
1
16
x
x
x
X
x
x
x
x
X
x
x
x
x
X
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
X
x
x
x
x
X
x
x
x
x
X
x
x
x
x
X
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
X
x
x
x
x
X
x
x
x
x
X
x
x
x
x
X
I Keterangan : -
X
-
I - IV
: tanaman sampel yang dideteksi : detektor ke-
II
III
-
1, 6, 11, …, 26
IV
: nomor tanaman sampel yang dideteksi baik dalam kolom maupun dalam baris
74
1
11
x
11
6
6
75 Lampiran 12. Blanko Deteksi Hama
PT. CIPTA FUTURA DETEKSI HAMA BLOK
:
BULAN
:
DIVISI
:
AKSI
:
TANAM
:
DETEKTOR
:
TANGGAL
:
TOTAL HA
:
NB
NP
MC
UK MP
CP
UB TA
SN
L DT
TB
RAT
JP SB
DETEKSI : RINGAN. Ulat 1-5 per pohon ; SEDANG, Ulat 6-10 per pohon ; BERAT > 10 per pohon. DETEKSI Row 1/10 pada areal tidak ada serangan : DETEKSI Row 1/5 serangan ringan : DETEKSI Row ½ serangan sedang-berat. Serangan Ringan > 5% deteksi 1x sebulan. Serangan tahun lalu, deteksi 1x 2 bulan. Serangan tidak ada lebih dari 2 tahun, deteksi @ 3 bulan. NB : Nomor Baris
NP : Nomor Pokok
UK
: Ulat Kantong
JPSB : Jumlah Pokok Sebaris
MC : Mahasena corbetti MP : Metisa plana
SN : Setora nitens
TA : Thosea asigna
TB : Tirathaba
RAT : Tikus
DT
UB : Ulat Biasa
L : Lainnya
CP : Cremastopsyche pendula
: Darna trima
NM : Nama
Diperiksa oleh Asisten Divisi Manager
ST : Status
: Sutan Hutasoit, SP : Lim My Janto
Lampiran 13. Rekomendasi Pemupukan TM dan TBM 3 Tahun 2009, Kebun Ujan Mas PT Cipta Futura Afdeling VII KG PUPUK PER POHON Blok 66 67 68 68 69 69 70 70 70 80 81 81 82 82 83 83 83 93 93 94 94 95 95
Petak ABC ABCDP ABP CD AB CD AB CD P AP AB CD AB CD AB CD AP AB CDP AB CD AB CD
Ha 29.11 59.22 42.84 44.46 50.36 50.33 31.19 36.51 58.38 35.45 36.14 35.72 54.47 28.45 46.37 48.05 89.28 48.41 51.96 49.45 48.23 51.27 51.14
Jumlah Pohon 3785 7701 5571 5778 6546 6543 4055 4747 7589 4607 4698 4642 7081 3698 6027 6247 11607 6293 6756 6429 6270 6664 6648
ZA Feb/Mart 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5
Juni 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5
Sept/Okt 1 1 1 1 1 1 1.25 1.25 1.25 1 1 1 1.25 1.25 1 1 1 1 1 1 1.25 1 1
Total 4 4 4 4 4 4 4.25 4.25 4.25 4 4 4 4.25 4.25 4 4 4 4 4 4 4.25 4 4
Feb/Mart 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5
MOP Juni Sept/Okt 1.5 1 1.5 1 1.5 1 1.25 1 1.5 1 1.5 1 1.25 1 1.25 1 1.5 1 1.25 1 1.25 1 1.25 1 1.5 1 1.5 1 1.25 1 1.25 1 1.25 1 1.25 1 1.25 1 1.25 1 1.5 1 1.25 1 1.25 1
Total 4 4 4 3.75 4 4 3.75 3.75 4 3.75 3.75 3.75 4 4 3.75 3.75 3.75 3.75 3.75 3.75 4 3.75 3.75
EgypRP April 2.25 2.25 2.25 2 2 2 2.25 2.25 2 2.25 2.25 2.25 2 2 2 2.25 2 2.25 2 2 2 2 2
KIES Juni/Juli 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1.5 1 1.5 1.5 1 1 0.5 1 1 1 0.5 1 1
HGFB Agust 0.08 0.08 0.08 0.08 0.08 0.08 0.08 0.08 0.08 0.08 0.08 0.08 0.08 0.08 0.08 0.08 0.08 0.08 0.08 0.08 0.08 0.08 0.08
Total 11.33 11.33 11.33 10.83 11.08 11.08 11.33 11.33 11.33 11.08 11.58 11.08 11.83 11.83 10.83 11.08 10.33 11.08 10.83 10.83 10.83 10.83 10.83
76
Lampiran 13. (Lanjutan)
Blok
95
Petak
Ha
KG PUPUK PER POHON
Jumlah Pohon
ZA
MOP
Egyp-RP
KIES
HGFB
Feb/Mart
Juni
Sept/Okt
Total
Feb/Mart
Juni
Sept/Okt
Total
April
Juni/Juli
Agust
Total
AP
51.26
6663
1.5
1.5
1
4
1.5
1.25
1
3.75
2
0.5
0.08
10.33
102
AP
23.91
3108
1.5
1.5
1.25
4.25
1.5
1.25
1
3.75
2
1
0.08
11.08
103
AB
48.7
6331
1.5
1.5
1.25
4.25
1.5
1.25
1
3.75
2
1
0.08
11.08
103
CD
34.05
4426
1.5
1.5
1.25
4.25
1.5
1.25
1
3.75
2
1
0.08
11.08
104
ABP
61.7
8021
1.5
1.5
1
4
1.5
1.25
1
3.75
2
1
0.08
10.83
104
CD
48.68
6328
1.5
1.5
1
4
1.5
1.25
1
3.75
2.25
1
0.08
11.08
105
A
3.08
400
1.5
1.5
1.25
4.25
1.5
1.25
1
3.75
2
1
0.08
11.08
106
A
23.84
3099
1.5
1.5
1
4
1.5
1.25
1
3.75
2
1
0.08
10.83
106
BCD
52.04
6766
1.5
1.5
1
4
1.5
1.25
1
3.75
2
1
0.08
10.83
107
A
44.58
5795
1.5
1.5
1
4
1.5
1.25
1
3.75
2
1
0.08
10.83
107
BC
46.83
6088
1.5
1.5
1
4
1.5
1.25
1
3.75
2
1
0.08
10.83
107
D
23.63
3072
1.5
1.5
1
4
1.5
1.25
1
3.75
2
1
0.08
10.83
108
ABP
84.34
10964
1.5
1.5
1
4
1.5
1.25
1
3.75
2
1
0.08
10.83
108
CDP
60.38
7850
1.5
1.5
1
4
1.5
1.25
1
3.75
2
1
0.08
10.83
109
AP
61.4
7982
1.5
1.5
1
4
1.5
1.25
1
3.75
2.25
1
0.08
11.08
109
BP
47.46
6171
1.5
1.5
1
4
1.5
1.25
1
3.75
2
1
0.08
10.83
109
CDP
73.96
9615
1.5
1.5
1
4
1.5
1.25
1
3.75
2
1
0.08
10.83
1.5
1.5
1.0625
4.06
1.5
1.31
1
3.81
2.075
1
0.08
11.0238
Total 1866.63 242661 Sumber : Kantor Kebun Afdeling VII
77
Lampiran 14. Hasil Analisis Daun di Afdeling VII PT Cipta Futura Plantation No. No.
Blok
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
66/67 68 68 69 69 70 70 70 80/81 81 82 82 83 83 83 93 93 94 94 95 95 95 102/105/103 103
Contoh 7.1 7.2 7.3 7.4 7.5 7.6 7.7 7.8 7.9 7.10 7.11 7.12 7.13 7.14 7.15 7.16 7.17 7.18 7.19 7.20 7.21 7.22 7.23 7.24
MAJOR ELEMENT (% on DM)
Petak ABC/ABCDP ABP CD AB CD AB CD P AP/CD AB AB CD AB CD P AB CDP AB CD AB P CD A/A/CD AB
N 2.49 2.39 2.49 2.48 2.45 2.47 2.35 2.3 2.34 2.33 2.4 2.34 2.56 2.38 2.6 2.42 2.55 2.61 2.31 2.46 2.59 2.4 2.48 2.25
P 0.152 0.149 0.142 0.151 0.142 0.146 0.149 0.142 0.144 0.151 0.146 0.142 0.156 0.144 0.14 0.157 0.146 0.154 0.147 0.15 0.152 0.158 0.153 0.148
K 0.91 0.87 0.99 0.99 0.91 0.99 0.97 0.94 1.01 0.91 1.01 1.02 1.04 0.95 1.13 0.94 0.96 0.98 0.91 0.99 1.1 1.03 1.09 0.99
Mg 0.27 0.25 0.26 0.24 0.27 0.24 0.23 0.25 0.22 0.22 0.22 0.23 0.25 0.22 0.31 0.25 0.27 0.24 0.28 0.25 0.28 0.26 0.29 0.21
Ca 0.71 0.73 0.75 0.66 0.71 0.73 0.72 0.68 0.7 0.76 0.78 0.71 0.67 0.67 0.7 0.66 0.63 0.68 0.68 0.66 0.63 0.79 0.51 0.54
MINOR ELEMENT ppm on DM B 15 14 13 14 13 13 16 15 13 17 16 14 14 16 14 15 13 15 15 16 19 16 17 14
78
Lampiran 14. (Lanjutan) No. No.
Blok
25
104
7.25
26
104
27
106
28
Contoh
MINOR ELEMENT
MAJOR ELEMENT (% on DM)
Petak
ppm on DM N
P
K
Mg
Ca
B
ABP
2.29
0.147
0.91
0.22
0.55
16
7.26
CD
2.49
0.157
1.02
0.22
0.55
16
7.27
BCD
2.66
0.156
1.06
0.22
0.55
18
106/107
7.28
A/D
2.51
0.156
1.03
0.22
0.52
16
29
107
7.29
BC
2.5
0.158
1.03
0.26
0.68
16
30
107
7.30
A
2.59
0.155
1.02
0.24
0.57
14
31
108
7.31
ABP
2.34
0.155
1.15
0.23
0.55
17
32
108
7.32
CDP
2.5
0.154
1.11
0.24
0.54
14
33
109
7.33
AP
2.37
0.148
1.13
0.25
0.57
14
34
109
7.34
BP
2.44
0.152
1.05
0.26
0.58
15
35
109
7.35
CDP
2.48
0.15
1.03
0.24
0.62
14
Kjeldahl
Spectro
Flame
photometry
photometry
Test Method
AAS
Spectro photometry
Sumber : Kantor Kebun Afdeling VII
79
Lampiran 15. Blanko Bon Gudang Tanggal ……………… No. :………………………….
BON GUDANG Minta : 001 A Banyaknya
Model PB. Satuan
N a m a B a r a n g
Untuk : No. Rek
Yang Menerima
P e r i n c i a n
Asisten
Manager
Manager Kepala
80