PENGELOLAAN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PERKEBUNAN PANTAI BONATI ESTATE, PT. SAJANG HEULANG MINAMAS PLANTATION, TANAH BUMBU, KALIMANTAN SELATAN
OLEH AZANEL WALAD A24070156
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
RINGKASAN
AZANEL WALAD. Pengelolaan Panen Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Perkebunan Pantai Bonati Estate, PT Sajang Heulang Minamas Plantation, Tanah Bumbu, Kalimanatan Selatan. (Dibimbing oleh ADOLF PIETER LONTOH). Kegiatan magang ini secara khusus mempelajari pemanenan baik dari aspek teknis maupun pengelolaan, menganalisis dan mengatasi permasalahan yang dihadapi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab yang diberikan dalam kegiatan magang. Secara umum untuk menambah pengetahuan, melatih keterampilan dan memperoleh pengalaman kerja secara langsung di lapangan produksi perkebunan kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) serta Menambah kemampuan mahasiswa dalam manajerial khususnya dalam pengelolaan sebuah perkebunan. Kegiatan magang ini dilaksanakan di Perkebunan Pantai Bonati Estate, PT. Sajang Heulang – Minamas Plantation, Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan pada tanggal 14 Februari – 14 Juni 2011. Kegiatan yang dilakukan selama pelaksanaan magang yaitu kegiatan yang menyangkut aspek teknis dan aspek manajerial. Pada pelaksanaan kegiatan magang mahasiswa memposisikan diri sebagai karyawan harian lepas (KHL) selama satu bulan, pendamping mandor selama satu bulan dan pendamping asisten selama dua bulan. Perincian kegiatan magang ini dicatat dalam jurnal harian. Pengamatan dilakukan terhadap aspek khusus meliputi perbandingan hasil panen yang dihasilkan antara sistem panen Division of Labour-2 (DOL-2) dengan Division of Labour-3 (DOL-3), serta pengaruhnya terhadap rotasi panen. Perbandingan angka kerapatan panen pada tiap tahun tanam berbeda, perbandingan hasil panen yang dihasilkan antara pemberondol SKU dan BHL dan perbandingan hasil panen antara karyawan panen penuh dengan karyawan panen yang memilki pekerjaan sampingan data dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan uji t - student pada taraf 5%. Hasil pengamatan yang dilakukan dari setiap perbandingan tersebut menunjukkan hasil tidak berbeda nyata. Selain itu juga dilakukan pengamatan terhadap kriteria matang panen, mutu hanca, dan
iii
kehilangan hasil (losses), rotasi panen, tenaga kerja panen dan angkutan panen. Data ini dianalisis secara deskriptif dengan mencari rata-rata dan persentase hasil pengamatan lalu diuraikan secara deskriptif dengan membandingkan terhadap norma baku yang berlaku pada perkebunan kelapa sawit dan standar yang ditetapkan oleh perusahaan. Kegiatan panen di Perekebunan Pantai Bonati menerapkan sistem Block Harvesting System (BHS) adalah sistem panen yang kegiatan panennya setiap hari kerja terkonsentrasi pada satu seksi panen dan tetap berdasarkan interval yang telah ditentukan. Sistem panen ini menggunakan sisitem hanca giring tetap yang merupakan pengembangan dari sistem hanca giring murni dan giring tetap. Produktivitas TBS di Perkebunan Pantai Bonati sudah baik, hal tersebut ditandai dengan peningkatan produksi dari tahun ke tahun ditambah lagi dengan baiknya kondisi kebun dengan populasi tanaman yang optimum dan sistem pengelolaan teknik budidaya tanaman mulai dari kegiatan pemeliharaan sampai dengan pengangkutan TBS ke pabrik kelapa sawit. Permasalahan utama yang terjadi pada pengelolaan pemanenan di Perkebunan Pantai Bonati adalah tingginya tingkat absensi karyawan sehingga mengakibatkan tingginya rotasi panen dan panen tidak serentak, tingginya rotasi panen akan mengakibatkan kualitas buah menurun, buah restan, tingginya rasio brondolan tinggal akibat dari banyaknya buah yang lewat matang. sehingga perlu dibuat aturan tegas bagi karyawan yang sering absen serta supervisi yang lebih fokus. Kontaminasi juga menjadi permasalahan di Perkebunan Pantai Bonati terutama oleh kotoran (pasir) dan brondolan hitam. Sumber kehilangan di Perkebunan Pantai Bonati adalah brondolan tertinggal.
PENGELOLAAN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PERKEBUNAN PANTAI BONATI ESTATE, PT. SAJANG HEULANG MINAMAS PLANTATION, TANAH BUMBU, KALIMANTAN SELATAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh AZANEL WALAD A24070156
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
LEMBAR PENGESAHAN
Judul
: PENGELOLAAN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PERKEBUNAN PANTAI BONATI ESTATE, PT SAJANG HEULANG MINAMAS PLANTATION,
TANAH
BUMBU,
SELATAN Nama
: AZANEL WALAD
NRP
: A24070156
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Ir. Adolf Pieter Lontoh, MS NIP. 19570711 198111 1 001
Mengetahui, Ketua Departemen
Dr. Ir. Agus Purwito, MSc.Agr NIP. 19611101 198703 1 003
Tanggal Lulus: ……………………….
KALIMANTAN
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Dumai, Propinsi Riau pada tanggal 19 Januari 1989. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara dari Bapak Syahyuti dan Ibu Dewi Martini. Pada tahun 2001 penulis lulus dari SDN I Bangko, Bagansiapiapi, Riau, kemudian pada tahun 2004 penulis menyelesaikan studi di SMPN I Bangko, Bagansiapiapi, Riau. Selanjutnya penulis lulus dari SMAN I Bangko, Bagansiapiapi, Riau pada tahun 2007. Tahun 2007 penulis diterima di IPB melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD) Pemerintah Kabupaten Rokan Hilir sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian. Saat menjadi mahasiswa penulis aktif dalam organisasi Himpunan Mahasiswa Agronomi (Himagron) masa jabatan 2010/2011 sebagai pengurus divisi eksternal, organisasi mahasiswa daerah Himpunan Pelajar Mahasiswa Rokan Hilir (Hipermarohil) Bogor sebagai pengurus, organisasi mahasiswa daerah Ikatan Keluarga Pelajar Mahasiswa Riau (IKPMR) Bogor dan Aktif di organisasi Pelajar Islam Indonesia. Selain itu penulis juga aktif dalam kepanitiaan kegiatan mahasiswa antara lain Festival Tanaman XXXI, Saung Tani 2009 pada masa orientasi Fakultas Fertanian dan Semai 45 pada masa orientasi Departemen Agronomi dan Hortikultura 2009. Pada tahun 2010 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Sirnagalih, Kabupaten Bogor, Propinsi jawa Barat.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang karena atas rahmat, hidayah serta kekuatanNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan kegiatan magang dan penyusunan skripsi ini dengan baik. Skripsi yang disusun berjudul “ Pengelolaan Panen Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Perkebunan Pantai Bonati Estate, PT. Sajang Heulang, Minamas Plantation, Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan”. Skripsi ini memberikan gambaran mengenai kegiatan magang yang dilaksanakan dalam menyelesaikan tugas akhir sebagai salah satu syarat kelulusan di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini ingin menyampaikan terimakasih dan penghargaan yang tulus kepada semua pihak yang telah turut membantu sehingga skripsi ini dapat terselesaikan, secara khusus penulis sampaikan kepada:
Ayahanda Syahyuti, Ibunda Dewi Martini, dan seluruh keluarga yang selalu memberi dukungan semangat, doa dan motivasi, serta kasih sayang yang tidak terbatas.
Pemerintah Kabupaten Rokan Hilir yang telah memberikan beasiswa dan dukungan selama perkuliahan kepada penulis.
Ir. Adolf Pieter Lontoh, MS selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama kegiatan magang dan penulisan skripsi ini.
Dr. Ir. M. Rahmad Suhartanto, MSi selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing penulis selama menempuh perkuliahaan.
Dr. Ir. Hariyadi, MS dan Ir. Supijatno, MSi selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan perbaikan dalam penulisan skripsi ini
Bapak Jimmy Sahata Sihombing selaku Estate Manager Pantai Bonati Estate, PT. Sajang Heulang – Minamas Plantation, Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan.
Bapak Syahnan selaku Senior Asisten, Bapak Abduh Selaku KTU, Bapak Purmono dan Yudi Sutopo selaku Asisten Divisi yang telah memberikan arahan dan masukan selama pelaksanaan magang.
viii
Seluruh Direksi dan Karyawan Pantai Bonati Estate, PT. Sajang Heulang Minamas Plantation, Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan.
Seluruh teman-teman Agronomi dan Hortkultura angkatan 44. Kepada semua pihak yang tak dapat penulis sampaikan satu persatu, yang
telah membantu penulis selama perkuliahan dan penyelesaian tugas akhir. Semoga skripsi ini dapat memberikan informasi dan manfaat yang berharga bagi pembaca.
Bogor, September 2011
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR TABEL .................................................................................
XI xi
DAFTAR GAMBAR .............................................................................
XIII xiii
DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................
XIIIV xiv
PENDAHULUAN ................................................................................. Latar Belakang.............................................................................. Tujuan ..........................................................................................
1 1 2
TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... Botani Kelapa Sawit ..................................................................... Syarat Tumbuh Kelapa Sawit ........................................................ Pemanenan Kelapa Sawit ..............................................................
3 3 4 5
METODE MAGANG ............................................................................ Tempat dan Waktu ........................................................................ Metode Pelaksanaan ..................................................................... Pengamatan dan Pengumpulan Data.............................................. Analisis Data dan Informasi ..........................................................
7 7 7 8 10
KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG............................................. Letak Geografi .............................................................................. Keadaan Iklim dan Tanah ............................................................. Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan ............................................. Keadaan Tanaman dan Produksi ................................................... Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan ......................................
11 11 11 12 12 13
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG ........................................... Aspek Teknis ................................................................................ Pengendalian Gulma ............................................................ Leaf Sampling Unit (LSU) ................................................... Pemupukan .......................................................................... Pengendalian Hama dan Penyakit ........................................ Perawatan Jalan dan Titi Panen............................................ Konservasi Tanah dan Air .................................................... Pemanenan .......................................................................... Aspek Manejerial .......................................................................... Pendamping Mandor ............................................................ Pendamping Asisten ............................................................
15 15 15 18 20 25 28 29 30 37 37 40
PEMBAHASAN .................................................................................... Persiapan Panen ............................................................................
41 41
x
Halaman Sistem Panen ................................................................................ Penetapan Seksi Panen .................................................................. Penetapan Luas Hanca Pemanen ................................................... Penetapan Luas Hanca Kemandoran ............................................. Rotasi Panen ................................................................................. Taksasi Produksi (Angka Kerapatan Panen) .................................. Kriteria Matang Panen .................................................................. Mutu Hanca dan Kehilangan Produksi .......................................... Brondolan Tertinggal ........................................................... Kondisi Tanaman ................................................................. Sistem Pengawasan Panen dan Denda Panen ................................ Pengelolaan Pengangkutan ............................................................
41 45 46 48 50 51 54 57 58 60 61 63
KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. Kesimpulan................................................................................... Saran ............................................................................................
66 66 66
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................
67
LAMPIRAN ..........................................................................................
68
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1.
Data Produksi Tandan Buah Segar (TBS) Tahun 2006 - 2010.....
13
2.
Tingkatan dan Jumlah Karyawan di Perkebunan Pantai Bonati ...
14
3.
Rekomendasi Pemupukan oleh Badan Riset dan Prestasi Kerja yang Diinginkan .........................................................................
23
Perbandingan Peningkatan Produksi Areal yang Diaplikasi JJK dengan yang Tidak Diaplikasikan ...............................................
25
5.
Basis dan Premi Panen di PBE ...................................................
33
6.
Peralatan Panen yang Digunakan di Kebun Pantai Bonati ...........
36
7.
Perbandingan Hasil Panen dan Rotasi Panen yang Dihasilkan dari Sistem Panen DOL-2 dan DOL-3 ........................................
43
8.
Luas Seksi Panen Divisi I Kebun Pantai Bonati ..........................
45
9.
Perbandingan Luas Areal Perhitungan dengan Luas Areal Aktual ........................................................................................
46
10.
Penetapan Tenaga Kerja Panen Divisi I ......................................
47
11.
Perbandingan Hasil Panen yang Dihasilkan Pemberondol SKU dan BHL ............................................................................
48
Perbandingan Hasil Panen yang Dihasilkan Pemanen Penuh dengan Pemanen yang Memiliki Pekerjaan Sampingan ...............
49
13.
Persentase Absensi Karyawan Panen Bulan Januari-Mei 2011 ....
51
14.
Perbandingan Angka Kerapatan Panen Pada 3 Tahun Tanam Berbeda ......................................................................................
52
Perbandingan Angka Kerapatan Panen Pengamatan dengan Aktual ........................................................................................
53
16.
Rekapitulasi Pengamatan Angka Kerapatan Panen .....................
54
17.
Penggolongan Kematangan Tandan Buah Segar .........................
55
18.
Kriteria Pengamatan Kematangan Tambahan .............................
56
4.
12.
15.
xii
Nomor
Halaman
19.
Pengamatan Mutu Buah (Kriteria Matang Panen) .......................
57
20.
Persentase Posisi Brondolan Tertinggal ......................................
58
21.
Pengamatan Kehilangan Produksi Akibat Resiko Pemanenan (Pemeriksaan Mutu Hanca).........................................................
59
Pengamatan Kondisi Tanaman ...................................................
61
22.
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1.
Pengendalian Gulma Secara Kimiawi ......................................
16
2.
Kegiatan Leaf Sampling Unit (LSU) ........................................
20
3.
Organisasi Kegiatan Pemupukan .............................................
21
4.
Hasil Penyusunan Janjang Kosong...........................................
24
5.
Pengendalian Hama Secara Biologi .........................................
26
6.
Sarana Titi Panen ....................................................................
29
7.
Teknis Konservasi di Perkebunan Pantai Bonati ......................
29
8.
Peralatan Panen di Perkebunan Pantai Bonati ..........................
35
9.
Pelaksanaan Panen Perkebunan Pantai Bonati..........................
42
10. Tenaga Kerja Panen.................................................................
47
11. Kegiatan Pemuatan TBS dari TPH kedalam Truk ....................
64
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor 1.
Halaman Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian di Perkebunan Pantai Bonati ...........................................................
69
Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Mandor/Mandor Besar di Perkebunan Pantai Bonati ...................
70
Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Asisten di Perkebunan Pantai Bonati .......................................................
71
Data Curah Hujan dan Hari Hujan di Perkebunan Pantai Bonati, PT. Sajang Heulang-Minamas Plantation, ...................................
73
5.
Peta Lokasi Perkebunan Pantai Bonati ........................................
74
6.
Struktur Organisasi Perkebunan Pantai Bonati ............................
75
7.
Denda Karyawan Panen di Perkebunan Pantai Bonati .................
76
8.
Denda Mandor di Perkebunan Pantai Bonati ...............................
77
9.
Ulasan Kinerja Produksi Sampai Dengan Bulan Mei 2011 .........
78
10. Rekapitulasi Produksi Per Tahun Tanam Sampai dengan Bulan April 2011 ..................................................................................
78
11. Historis Produksi Tahun 2006 – 2011 di Perkebunan Pantai Bonati Estate ..............................................................................
79
2. 3. 4.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang menyumbangkan devisa negara dalam jumlah cukup besar. Produksi CPO tahun 2010 mengalami peningkatan menjadi 19 760 011 ton dari 17 350 848 ton pada tahun 2006 (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2010). Prospek pengusahaan kelapa sawit di Indonesia sangat baik karena Indonesia memiliki berbagai keunggulan yang dapat menjadikan industri kelapa sawit Indonesia kompetitif di perdagangan dunia (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2007). Luas areal pengusahaan tanaman kelapa sawit di Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat. Pada tahun 2005 luas areal pengusahaan kelapa sawit di Indonesia mencapai 5 597 158 ha dan meningkat pada tahun 2010 menjadi 8 430 206 ha (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2010). Teknik budidaya yang diterapkan di kebun terdiri atas kegiatan pembukaan lahan sampai dengan kegiatan panen dan penanganan pasca panen. Semua aspek teknik budidaya dalam pengusahaan tanaman kelapa sawit harus dilaksanakan dengan baik. Salah satu teknik budidaya yang sangat penting dalam pengusahaan kelapa sawit adalah kegiatan pemanenan. Pemanenan adalah pemotongan tandan buah segar dari pohon hingga pengangkutan ke pabrik (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2007). Pemanenan yang menghasilkan produksi merupakan hasil dari aktivitas kerja di bidang pemeliharaan tanaman. Baik dan buruknya pemeliharaan tanaman kelapa sawit akan tercermin dari pemanenan dan produksi (Lubis, 1992). Kegiatan pemanenan memerlukan teknik tersendiri untuk mendapatkan hasil yang berkualitas (Fauzi et al, 2008). Keberhasilan pemanenan akan menunjang pencapaian produktivitas tanaman. Sebaliknya, kegagalan pemanenan akan menghambat pencapaian produktivitas tanaman kelapa sawit. Pemeliharaan tanaman yang sudah baku dan potensi produksi di tanaman yang tinggi, tidak ada artinya jika pemanenan tidak dilaksanakan secara optimal (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2007). Lubis (1992) menyatakan bahwa keberhasilan pemanenan dan produksi kelapa sawit sangat bergantung pada bahan tanam, tenaga pemanen, peralatan
2
panen, kelancaran transportasi, organisasi pemanenan, keadaan areal dan insentif yang disediakan. Pusat Penelitian kelapa Sawit (2007) menambahkan bahwa keberhasilan panen didukung oleh pengetahuan pemanen tentang persiapan panen, kriteria matang panen, rotasi panen, sistem panen dan sarana panen. keseluruhan faktor tersebut merupakan kombinasi yang tak terpisahkan satu sama lain. Ketepatan waktu pengangkutan dan pengolahan kelapa sawit berkaitan dengan kadar asam lemak bebas (ALB) yang terkandung dalam buah kelapa sawit. Meskipun tandan yang dipanen bermutu baik, tetapi apabila transportasi kurang baik, terlalu lama di perjalanan dan lama tertumpuk di pabrik otomatis akan menaikkan ALB, sedangkan ALB yang tinggi akan membutuhkan biaya yang lebih tinggi dalam proses pemucatan (Lubis, 1992). Oleh karena itu kegiatan pemanenan harus terorganisir dengan baik karena merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting, baik untuk keberlanjutan pertumbuhan dan perkembangan tanaman kelapa sawit maupun untuk peningkatan produksi minyak sawit yang berkualitas.
Tujuan Tujuan diadakannya kegiatan magang : 1.
Secara umum untuk menambah pengetahuan, melatih keterampilan dan memperoleh pengalaman kerja secara langsung di lapangan produksi perkebunan kelapa sawit. Menambah kemampuan mahasiswa dalam manajerial khususnya dalam pengelolaan sebuah perkebunan. Serta Mempelajari teknik budidaya dan pengelolaan perkebunan kelapa sawit pada keadaan lapangan yang sesungguhnya.
2. Secara khusus mempelajari pemanenan baik dari aspek teknis maupun pengelolaan, menganalisis dan mengatasi permasalahan yang dihadapi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab yang diberikan dalam kegiatan magang.
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Kelapa Sawit Hartley (1967) menyatakan bahwa kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) termasuk tumbuhan kelas Angiospermae, ordo Palmales, famili Palmae dan genus Elaeis. Pahan (2008) menambahkan ada beberapa species dalam genus ini antara lain Elaeis guineensis, Elaeis melanococca (Elaeis oleivera), dan Elaeis odora (tidak ditanam di Indonesia). Klasifikasi tanaman Kelapa Sawit adalah : Divisi
: Tracheophyta
Sub divisi
: Pteropsida
Kelas
: Angiospermae
Sub kelas
: Monocotyledonae
Ordo
: Cocoidae
Famili
: Palmae (Aracaceae)
Sub family
: Cocoidae
Genus
: Elaeis
Spesies
: Elaeis guineensis Jacq. Tanaman kelapa sawit dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu bagian
vegetatif dan bagian generatif. Bagian vegetatif kelapa sawit meliputi akar, batang dan daun, sedangkan bagian generatif yang merupakan alat perkembangan terdiri dari bunga dan buah (Purwanto, 2009). Sistem perakaran kelapa sawit merupakan sistem akar serabut yang terdiri atas akar primer, akar sekunder, akar tersier dan akar kuartener (Pahan, 2008). Kelapa sawit tumbuh tegak lurus dapat mencapai ketinggian 15 – 20 m dan tidak bercabang. Batang kelapa sawit tumbuh tegak dibungkus oleh pangkal pelepah daun (frond base). Batang mempunyai tiga fungsi utama yaitu: (1) sebagai struktur yang mendukung daun, bunga dan buah; (2) sebagai sistem pembuluh yang mengangkut air dan hara mineral dari akar ke atas serta hasil fotosintesis (fotosintat) dari daun ke bawah; (3) kemungkinan juga berfungsi sebagai organ penimbunan zat makanan (Pahan, 2008).
4
Daun kelapa sawit menyerupai daun kelapa. Daun kelapa sawit terdiri atas beberapa bagian yaitu: (1) kumpulan anak daun (leaflets) yang memiliki helaian (lamina) dan tulang daun (midrid); (2) rachis yang merupakan tempat anak daun melekat; (3) tangkai daun atau petiole yang merupakan bagian antara daun dan batang; serta (4) seludang daun atau sheath. Daun membentuk susunan satu pelepah yang panjangnya mencapai lebih dari 7.5 – 9 m. Jumlah anak daun di sekitar pelepah berkisar 200 – 400 helai. Produksi pelepah daun bergantung pada umur tanaman. Daun kelapa sawit biasanya muncul setiap 2 minggu, sehingga dalam keadaan optimum tanaman dewasa kelapa sawit memiliki 40 – 50 daun (Fauzi et al., 2008). Tanaman kelapa sawit berumah satu atau monoecious di mana bunga jantan dan betina berada dalam satu pohon. Tandan bunga terletak terpisah dan keluar dari ketiak pelepah daun. Bunga jantan berbentuk lonjong memanjang, sedangkan bunga betina agak bulat terbungkus oleh seludang bunga. Pada umumnya tanaman kelapa sawit merupakan tanaman yang menyerbuk silang (Lubis, 1992). Buah sawit disebut juga fructus. Waktu yang diperlukan mulai dari penyerbukan sampai dengan buah matang siap dipanen kurang lebih 5 - 6 bulan. Buah kelapa sawit terdiri atas tiga lapisan, yaitu eksokarp yang merupakan bagian kulit buah berwarna kemerahan dan licin, mesokarp atau serabut buah yang mengandung minyak dengan rendemen yang tinggi serta endokarp atau cangkang pelindung inti (Fauzi et al., 2008).
Syarat Tumbuh Kelapa Sawit Kelapa sawit dapat tumbuh pada daerah tropika basah disekitar 12 0 LU dan 120 LS, pada ketinggian 0 - 500 m di atas permukaan laut (m dpl). Jumlah curah hujan yang baik adalah 2 000 – 2 500 mm/tahun, tidak memiliki defisit air, hujan agak merata sepanjang tahun. Tanaman kelapa sawit memerlukan suhu yang optimum sekitar 24 - 280C untuk tumbuh dengan baik. Meskipun demikian, tanaman masih bisa tumbuh pada suhu terendah 180C dan tertinggi 320C. Kelapa sawit dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah seperti podsolik, latosol, hidromorfik kelabu, regosol, andosol, organosol dan alluvial. Kelapa sawit dapat
5
tumbuh pada pH 4.0 – 6.0 namun yang terbaik adalah pada pH 5.0 – 5.6, tanah yang mempunyai pH rendah dapat ditingkatkan dengan pengapuran namun membutuhkan biaya yang tinggi. Tanah dengan pH rendah ini biasanya dijumpai pada daerah pasang surut terutama tanah gambut (Lubis, 1992). Bentuk wilayah dan kondisi tanah sangat berpengaruh pada produktivitas kelapa sawit. Tanaman kelapa sawit tumbuh baik pada tanah gembur, subur, berdrainase baik, permeabilitas sedang dan mempunyai solum yang tebal sekitar 80 cm tanpa lapisan padas. Tekstur tanah yang ringan dengan kandungan pasir sekitar 20 - 60 %, debu 10 - 40 % dan liat 20 - 50 %. Tanah yang kurang cocok adalah tanah berpasir dan tanah gambut tebal. Topografi yang dianggap cukup baik untuk tanaman kelapa sawit adalah areal dengan kemiringan 0 - 150 (Fauzi et. al, 2008).
Pemanenan Kelapa Sawit Pemanenan kelapa sawit adalah pemotongan tandan buah segar (TBS) dari pohon hingga pengangkutan ke pabrik. Urutan kegiatan pemanenan adalah pemotongan buah matang panen, pengutipan brondolan, pemotongan pelepah, pengangkutan hasil ketempat pengumpulan hasil (TPH) dan pengangkutan hasil ke pabrik (Pusat Penelitian Kelapa sawit, 2007). Tanaman kelapa sawit secara umum sudah mulai dialihkan dari tanaman belum menghasilkan menjadi tanaman menghasilkan setelah berumur 30 bulan. Parameter lain yang sering digunakan dalam menentukan kategori tanaman menghasilkan adalah persentase jumlah pohon yang sudah berbuah matang panen mencapai lebih dari 60 % . Pada keadaan tersebut berat tandan sudah mencapai tiga kilogram dan pelepasan brondolan dari tanaman lebih mudah. Pemanenan harus berorientasi terhadap kematangan buah yang optimum, buah mengandung minyak dengan kernel optimum dengan kualitas baik, brondolan bersih, buah tidak menginap dan angkutan ke pabrik lancar (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2007). Sebelum pemanenan harus dilakukan persiapan terlebih dahulu. Persiapan tersebut meliputi penyediaan tenaga kerja sesuai kebutuhan, peralatan, pengangkutan, data kerapatan panen dan sarana panen. Peralatan panen terdiri atas
6
dodos, kampak, egrek, ganco dan angkong. Sarana panen meliputi pengerasan jalan, pembuatan jembatan panen, jalan panen (pasar pikul) dan pembuatan tempat pengumpulan hasil (TPH). Persiapan pemanenan perlu dilakukan dengan baik dan tepat waktu agar pada saat panen dimulai, produksi dapat dikumpulkan (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2007). Taksasi produksi atau angka kerapatan panen adalah kegiatan menghitung jumlah tandan buah segar yang akan diperoleh pada waktu panen berdasarkan jumlah dan keadaan tandan bunga betina yang memungkinkan menjadi tandan buah. Berat rata-rata tandan buah sesuai dengan umur tanaman dan jenisnya (Sunarko, 2009). Tujuan kegiatan ini adalah untuk memudahkan pengaturan dan pelaksanaan pengerjaan panen di kebun dan pengolahan di pabrik, mengetahui jumlah tenaga pemanen yang dibutuhkan untuk menyelesaikan panen pada luasan tertentu, memudahkan penyediaan dan pengaturan transportasi. Tandan yang telah dipanen dikumpulkan di TPH dan brondolan dikumpulkan serta dimasukkan ke dalam karung. Tandan di TPH disusun 5 - 10 tandan per baris, gagang tandan menghadap ke atas, brondolan telah dimasukkan kedalam karung. Pada pangkal gagang tandan ditulis nomor pemanenan. Pelukaan buah diusahakan seminimal mungkin, baik waktu pemotongan TBS, pengangkutan ke TPH maupun pengangkutan ke truk serta menjaga buah tidak kotor karena tanah atau debu. Pelukaan akan mempercepat peningkatan asam lemak bebas dari 0.2 – 0.7 % sebelum dipotong, kemudian akan naik sebesar 0.9 – 1 % setiap 24 jam ketika sudah datanah, sehingga makin cepat diangkut ke pabrik akan semakin baik (Lubis, 1992). Pengangkutan dalam industri perkebunan kelapa sawit menempati posisi yang sangat menentukan dalam pencapaian mutu produksi. Oleh karena itu pengangkutan juga menempati urutan yang penting dalam sistem pemanenan kelapa sawit (Sutrisno dan Winahyu, 1991). Kebutuhan truk dapat diketahui berdasarkan pencatatan dan pelaporan yang meliputi data jumlah TBS per TPH, jumlah dan nomor TPH serta nomor blok. Setelah itu buah diangkut ke pabrik kemudian diperiksa dan disortasi lalu ditimbang. Hasil sortasi dan Penimbangan dilaporkan kepada kepala afdeling yang bersangkutan (PPKS, 2007).
METODE MAGANG
Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan di Perkebunan Pantai Bonati Estate PT. Sajang Heulang – Minamas Plantation, Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan yang dilaksanakanpadsa tanggal 14 Februari 2011 sampai 13 Juni 2011.
Metode Pelaksanaan Kegiatan yang dilakukan selama pelaksanaan magang yaitu kegiatan yang menyangkut aspek teknis dan aspek manajerial. Pada pelaksanaan kegiatan magang mahasiswa memposisikan diri sebagai karyawan harian lepas (KHL) selama satu bulan, pendamping Mandor selama satu bulan dan pendamping Asisten selama dua bulan. Perincian kegiatan magang ini dicatat dalam jurnal harian seperti yang tercantum pada Lampiran 1 untuk status KHL, Lampiran 2 untuk status sebagai Pendamping Mandor dan Lampiran 3 untuk status sebagai pendamping Asisten. Kegiatan magang sebagai KHL dilaksanakan selama satu bulan meliputi : (1) melakukan tugas lapangan sesuai kebutuhan kebun, antara lain mengikuti kegiatan apel pagi, pemeliharaan tanaman (pemupukan, leaf sampling unit, penunasan, pengendalian gulma, pengendalian hama dan penyakit, aplikasi janjang kosong, pemancangan silt pit), pemanenan dan pengangkutan. (2) mengisi jurnal harian yang diketahui pembimbing lapangan. (3) mencatat prestasi kerja mahasiswa dan karyawan yang diperoleh pada setiap kegiatan, kemudian dibandingkan dengan norma kerja di perusahaan tempat magang. Tugas magang sebagai pendamping Mandor dilaksanakan selama satu bulan yaitu : (1) mengawasi dan mengkoordinir para tenaga kerja, (2) pembuatan laporan, (3) pendamping Kerani (Kerani Divisi, Kerani Panen, Kerani Transport), (4) membuat jurnal kegiatan harian berisi waktu kegiatan, jenis pekerjaan dan jumlah karyawan yang diawasi. Tugas magang sebagai pendamping Asisten dilaksanakan selama dua bulan yaitu: (1) mempelajari kegiatan manajerial di tingkat afdeling/divisi,
8
(2) membantu pengelolaan dan pengawasan tenaga kerja, (3) melakukan kunjungan ke Pabrik Kelapa Sawit dan pengamatan terhadap aspek khusus, (4) membuat jurnal kegiatan harian tingkat afdeling. Kegiatan sosial yang dilakukan adalah ikut berpartisipasi dalam kegiatan sosial, seperti : olahraga, keagamaan, dan bakti sosial.
Pengamatan dan Pengumpulan Data Pengumpulan data dan informasi dilakukan dengan mengumpulkan data primer dan data sekunder. Data sekunder yang diperoleh dari kebun meliputi lokasi dan letak geografis kebun, keadaan tanah dan iklim, luas areal dan tata guna lahan, kondisi pertanaman dan produksi, basis dan premi panen, sistem pengawasan dan denda, pengelolaan angkutan, norma kerja di lapangan serta organisasi dan manajemen. Data primer merupakan informasi yang diperoleh secara langsung melalui observasi lapangan maupun berupa hasil diskusi atau wawancara dengan Asisten Kebun, Mandor dan karyawan. Pengumpulan data primer dilakukan melalui pengamatan/kegiatan lapang terhadap kegiatan yang berlangsung di perkebunan. Data pengamatan lapangan dipusatkan pada kegiatan panen yaitu : 1. Sistem Panen Pengamatan dilakukan dengan cara membandingkan Sistem Panen Division of Labour-2 (DOL-2) dan Division of Labour-3 (DOL-3). Sistem panen DOL-2 menggunakan 2 pemanen dan DOL-3 menggunakan 3 pemanen. Pengamatan dilakukan dengan cara membandingkan hasil panen potong buah (janjang/HK) dan kutip brondolan (kg/HK) yang dihasilkan dari dua sistem panen selama tiga hari dari semua pemanen (46 orang pemanen) serta mengetahui pengaruhnya terhadap rotasi panen. 2. Tenaga Kerja Panen Pengamatan dilakukan dengan cara membandingkan hasil panen (janjang/HK) yang dihasilkan karyawan panen penuh dengan karyawan panen yang memiliki pekerjaan sampingan selama tiga hari dari tiga kemandoran, yang mana setiap kemandoran diambil contoh tiga orang pemanen penuh dan tiga orang pemanen yang memiliki pekerjaan sampingan. Pengambilan data dilakukan
9
selama empat hari. Tujuan dari pengamatan ini adalah untuk mengetahui pengaruh pekerjaan sampingan karyawan panen terhadap produktivitas pemanen. Pengamatan selanjutnya membandingkan hasil panen (kg/HK) yang dihasilkan karyawan pemberondol SKU dan karyawan pemberondol BHL. Pengamatan dilakukan dengan cara menghitung jumlah hasil panen yang dihasilkan dari tujuh orang karyawan pemberondol SKU dan tujuh orang karyawan pemberondol BHL dari tiga kemandoran yang ada. Pengamatan dilakukan selama tiga hari. Tujuan dari pengamatan ini adalah untuk mengetahui pengaruh status karyawan serta sistem upah terhadap produktivitas karyawan. 3. Angka Kerapatan Panen Pengamatan dilakukan dengan cara mengamati jumlah buah matang dari total tanaman yang diamati. Pengamatan angka kerapatan panen dilakukan pada enam blok dengan tahun tanam berbeda, tahun tanam 1996 (blok O 25 dan O 26), tahun tanam 1997 (blok P 21 dan P 25), tahun tanam 1998 (blok O 19 dan N 20). Jumlah tanaman contoh yang diamati sebesar 15% dari jumlah populasi tanaman pada setiap blok. Pengamatan ini membandingkan angka kerapatan panen dari tiga tahun tanam berbeda dengan uji t-student pada taraf 5 % serta membandingkan angka kerapatan panen pengamatan dengan angka kerapatan panen aktual. 4. Rotasi Panen Pengamatan dilakukan dengan cara melakukan wawancara dengan Mandor dan Asisten Kebun serta mencari penyebab utama terjadinya rotasi panen terlambat dengan mengamati tingkat absensi karyawan panen dalam lima bulan terakhir. 5. Kriteria Matang Panen Pengamatan dilakukan dengan cara mengikuti 6 orang pemanen dari tiga kemandoran. Kriteria matang panen didasarkan pada tingkat kematangan buah antara lain buah mentah, kurang matang, matang, lewat matang dan janjang kosong. 6. Mutu Hanca dan Kehilangan Produksi Pengamatan dilakukan dengan cara mengamati brondolan tertinggal, buah matang tertinggal dan kondisi tanaman. Pengamatan dilakukan dengan mengikuti
10
dua orang pemanen dari tiga kemandoran, yang mana total keseluruhan pemanen yang diikuti menjadi enam orang pemanen. Selain itu juga diamati sistem pengawasan dan denda panen, pelaksanaan panen, pengangkutan TBS hasil panen.
Analisis Data dan Informasi Data primer dan data sekunder yang dihasilkan dianalisis secara deskriptif dan kuantitatif. Analisis deskriptif dengan mencari rata-rata dan persentase hasil pengamatan lalu diuraikan secara deskriptif dengan membandingkan terhadap norma baku yang berlaku pada perkebunan kelapa sawit dan standar yang ditetapkan oleh perusahaan. Analisis ini digunakan pada pengamatan kriteria matang panen, mutu hanca dan kehilangan produksi, rotasi panen dan angka kerapatan panen. Analisis kuantitatif dilakuan dengan menggunakan uji t-student pada taraf 5 %. Analisis kuantitatif digunakan untuk pengamatan angka kerapatan panen, yaitu dengan cara membandingkan angka kerapatan panen pada tiga tahun tanam berbeda (1996, 1997 dan 1998). Dilakukan perbandingan hasil panen dari sistem panen DOL-2 dan DOL-3, perbandingan hasil panen pembrondol SKU dan BHL dan perbandingan hasil panen antara karyawan panen penuh dengan karyawan panen yang memiliki pekerjaan sampingan. Rumus yang digunakan yaitu :
𝑡 − student =
dengan Sp =
x1 + x2 1 1 sp n + n 1 2
n1 − 1 S1 2 + n2 − 1 S2 2 n1 + n2 − 2
Keterangan ; x1 , x2 = rata − rata pengamatan 1 dan 2 S1 2 , S2 2 = ragam contoh 1 dan 2 n1 , n2 = jumlah pengamatan 1 dan 2 Sp = simpangan baku gabungan
Nilai berbeda nyata apabila t hitung > ttabel dan tidak berbeda nyata apabila thitung < ttabel, ttabel diperoleh dari nilai sebaran t pada taraf 5% dan derajad bebas (n1 + n2 - 2) (Walpole, 1990).
KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG
Letak Geografi Secara geografis Perkebunan Pantai Bonati Estate PT. Sajang Heulang, Minamas Plantation terletak di Desa Bonati, Kecamatan Angsana, Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi Kalimantan Selatan. Lokasi Perkebunan Pantai Bonati Estate sebelah Utara berbatasan dengan Desa Sebamban dan Desa Karang Indah, sebelah Barat berbatasan dengan Desa Angsana dengan Desa Setarap, sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Angsana, dan sebelah Timur berbatasan dengan Desa Penyiputan dan Desa Dwi Marga. Lokasi Perkebunan Pantai Bonati PT. Sajang Heulang secara geografis terletak pada koordinat 114º 19’13” BT - 116º 33’28” BT dan 1º 21’49” LS - 4º 10’ 14” LS dengan ketinggian 0 - 50 m di atas permukaan laut (dpl).
Keadaan Iklim dan Tanah Iklim di lokasi Perkebunan Pantai Bonati adalah iklim basah. Menurut sistem klasifikasi Schmidt Ferguson, areal Perkebunan Pantai Bonati termasuk dalam kelas B. Rata-rata curah hujan tahunan adalah 2 428 mm dengan rata-rata hari hujan 138 hari. Curah hujan tertinggi antara tahun 2006 – 2011 terjadi pada tahun 2007, dengan rata-rata curah hujan 236 mm/tahun. Curah hujan terendah pada tahun 2009 dengan rata-rata curah hujan 178 mm/tahun. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Juni sebesar 687 mm, sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan September 2009 sebesar 11 mm. Data curah hujan tahun 2006 sampai tahun 2010 dapat dilihat pada Lampiran 4. Suhu udara di suatu tempat antara lain ditentukan oleh tinggi rendahnya tempat tersebut terhadap permukaan laut dan jaraknya dari pantai. Temperatur rata-rata berkisar antara 23.3 – 32.7 ºC dengan kelembaban udara rata-rata antara 47% - 98% tiap bulan, dan rata-rata tekanan udara di PT. Sajang Heulang berkisar antara 1 009.3 – 1 013 mm Hg. Kondisi lahan Perkebunan Pantai Bonati mempunyai topografi datar hingga bergelombang dengan tingkat lereng < 10% dengan panjang lereng
12
mencapai ± 150 m dan mempunyai lapisan Petroferric. Berdasarkan hasil survey tinjau di Kebun Pantai Bonati terdapat dua jenis tanah, yakni ordo Oxisol dan Entisol. Adapun hasil evaluasi kelas kesesuaian lahan terhadap sifat fisik dan kimia tanahnya, maka Perkebunan Pantai Bonati tergolong dalam S3 (kurang sesuai/moderately suitable), namun secara teknis semua lahan tersebut masih dapat ditingkatkan menjadi kelas S2 (potensial) dengan memperbaiki faktor-faktor pembatas utamanya (kesuburan dan adanya lapisan Petroferric yang dangkal).
Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan Perkebunan Pantai Bonati dibangun diareal konsesi seluas 2 715 ha, areal konsesi terbagi menjadi areal tanaman menghasilkan (TM) seluas 2 505 ha, areal okupasi atau areal pembukaan baru seluas 40 ha, areal prasarana (emplasement, jalan, jembatan dan parit) seluas 170 ha. Perkebunan Pantai Bonati terbagi menjadi 3 divisi, yaitu Divisi I seluas 1 086 ha, Divisi II seluas 867 ha dan Divisi III seluas 762 ha. Areal statement Perkebunan Pantai Bonati dapat dilihat pada Lampiran 5.
Keadaan Tanaman dan Produksi Varietas yang digunakan di Perkebunan Pantai Bonati adalah Varietas Marihat dan Socfindo. Adapun jenis buah dari Varietas Marihat dan Socfindo yang digunakan adalah Tenera, yaitu hasil persilangan Dura x Pisifera. Populasi rata-rata dari total area yang ditanam adalah 133 tanaman/ha. Jarak tanam kelapa sawit yang digunakan 9.2 m x 9.2 m x 9.2 m dengan tata tanam segitiga sama sisi. Penanaman kelapa sawit dimulai sejak tahun 1996. Perusahaan memiliki target produksi yang ditetapkan untuk dicapai oleh masing-masing divisi. Produktivitas panen di Perkebunan Pantai Bonati dapat dilihat pada Tabel 1. Dari Tabel 1 tersebut dapat diketahui bahwa produksi Perkebunan Pantai Bonati pada tahun 2010 mengalami peningkatan. hal ini dipengaruhi kondisi iklim, curah hujan, umur tanaman. Selain itu juga dapat diketahui produktivitas tanaman kelapa sawit di Perkebunan Pantai Bonati selalu fluktuatif dari tahun ke tahun, hal ini dapat dipengaruhi oleh kondisi tanah di Perkebunan Pantai Bonati yang dominan adalah tanah berpasir karena lokasi kebun yang berada disekitar
13
pantai. Berdasarkan hasil evaluasi kelas kesesuaian lahan terhadap sifat fisik dan kimia tanahnya, Perkebunan Pantai Bonati tergolong dalam S3 (kurang sesuai/moderately suitable). Tabel 1. Data Produksi Tandan Buah Segar (TBS) Tahun 2006 - 2010 Tahun Produksi (ton/ha) Tanam 2006 2007 2008 1996 30.40 20.67 25.00 1997 25.19 18.22 26.14 1998 21.85 17.61 23.74 Rata - rata 23.30 18.02 24.41 Sumber : Kantor Besar Perkebunan Pantai Bonati 2011
2009 18.55 17.92 17.46 17.65
2010 28.21 25.52 23.17 24.22
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan Perkebunan kelapa sawit Pantai Bonati, PT. Sajang Heulang merupakan salah satu unit usaha dari Minamas Plantation. Struktur organisasinya berdasarkan susunan garis dan staf dengan kekuasaan tertinggi adalah Dewan Direksi dan General Manager (GM) yang membawahi beberapa Manajer Kebun. Manajer Kebun (Estate Manager) dibantu oleh seorang Asisten Kepala (Senior Assistant), dua orang Asisten Divisi dan seorang Kepala Tata Usaha (KTU). Struktur organisasi Perkebunan Pantai Bonati dapat dilihat dalam Lampiran 6. Manajer
Kebun
bertugas
mengelola,
mengorganisasikan
dan
mengendalikan kebun dalam rangka membangun dan merawat tanaman kelapa sawit. Untuk mencapai target produksi tandan buah segar yang merupakan kebutuhan bahan mentah Crude Palm Oil (CPO) yang telah ditetapkan dengan rencana dan standar teknis kerja yang berlaku. Asisten Divisi bertugas dan bertanggung jawab kepada Manajer Kebun untuk mengelola kegiatan divisi dan transportasi unit (traksi) dengan tujuan mencapai target produksi seluruh divisi dan mengelola kelancaran pengangkutan seluruh kebun. Pada Perkebunan Pantai Bonati Asisten Kepala merangkap sebagai Asisten Divisi I, Asisten Divisi bertugas dan bertanggung jawab terhadap kebun dengan melaksanakan administrasi divisi dengan tertib, pembinaan sumberdaya manusia yang dipimpinnya, pengendalian biaya yang telah disetujui dan menjadi tanggung jawab divisi.
14
Pengelolaan administrasi yang dilakukan oleh Asisten Divisi meliputi pembuatan rencana kerja (harian, bulanan, tahunan) memeriksa dan mengevaluasi laporan kerja mandor, laporan manajemen dan laporan lainnya serta membuat bon permintaan dan pengeluaran barang (BPPB). Dalam melaksanakan tugasnya Asisten Divisi dibantu oleh Mandor I untuk mengkoordinasikan seluruh kegiatan yang ada di lapangan. Kepala Administrasi atau KTU bertugas menangani seluruh kegiatan administrasi dan keuangan di tingkat kebun. Tenaga kerja di Perkebunan Pantai Bonati terdiri dari karyawan staf dan non staf. Tenaga kerja staf terdiri dari Manajer Kebun, Asisten Kepala, Asisten Divisi dan Kepala Tata Usaha (KTU). Karyawan non staf terdiri dari Serikat Karyawan Utama Bulanan dan Harian serta Karyawan Harian Lepas. Jumlah karyawan di Perkebunan Pantai Bonati sampai dengan bulan Juni 2011 396 orang yang terdiri dari 5 orang staf dan 391 orang karyawan non staf. Sistem pengupahan yang diberlakukan didasarkan pada Upah Minimum Regional (UMR) sebesar Rp 45 000/HK. Indeks tenaga kerja di Perkebunan Pantai Bonati 0.15. Adapun standar ITK untuk perkebunan kelapa sawit adalah 0.2 – 0.4. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah tenaga kerja di Perkebunan Pantai Bonati belum ideal. Tingkatan dan Jumlah Karyawan di PBE dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Tingkatan dan Jumlah Karyawan di Perkebunan Pantai Bonati Tingkatan Karyawan Karyawan Staf Estate Manager Senior Asisten Asisten Divisi KTU Kasie Karyawan Non Staf SKU-B Kantor SKU-B Traksi SKU-B Afdeling SKU-B Harian BHL Honorer Jumlah Total Indeks Tenaga Kerja Standar ITK Sumber : Kantor Besar Perkebunan Pantai Bonati 2011
Jumlah ....orang... 1 1 2 1 12 18 23 338 396 0.15 0.2 – 0.3
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
Aspek Teknis Pengendalian Gulma Kegiatan pengendalian gulma pada Perkebunan Pantai Bonati dibagi menjadi dua metode yaitu pengendalian gulma secara kimiawi dan pengendalian gulma secara manual. Kegiatan pengendalian gulma secara kimiawi pada Kebun Pantai Bonati dinamakan Block Spraying System (BSS). BSS merupakan sistem penyemprotan/pengendalian gulma kimiawi terkonsentrasi yang dikerjakan blok per blok dengan sasaran mutu penyemprotan yang lebih baik, supervisi lebih fokus dan produktivitas yang lebih tinggi. Block Spraying System terdiri dari kegiatan semprot piringan kimiawi dan semprot gawangan kimiawi. Setiap kegiatan memiliki cara, alat, bahan dan target penyemprotan yang berbeda. Setiap bahan yang digunakan tergantung kondisi areal, yaitu kondisi areal berat, sedang dan ringan. Kegiatan BSS ini membagi tim kerja semprot menjadi dua tim yaitu tim BSS 1 yang mengerjakan semprot piringan kimiawi (Divisi I, II, III) dan BSS II yang mengerjakan semprot gawangan kimiawi (Divisi I, II, III). Semprot piringan memiliki 3 kali rotasi/tahun dan semprot gawangan 2 kali rotasi/tahun. Jumlah rotasi di suatu kebun tergantung pada : umur tanaman, jenis gulma yang dominan, jenis dan dosis herbisida yang digunakan, jenis tanah, kerapatan gulma dan keadaan iklim. Semprot piringan. Tujuan pemberantasan gulma umum di piringan mengurangi kompetisi unsur hara dan air, karena akar halus tanaman masih berada di sekitar piringan/tanaman, meningkatkan efisiensi pemupukan, mempermudah kontrol pelaksanaan panen dan aplikasi pemupukan, memudahkan pengutipan brondolan (menekan kehilangan hasil brondolan). Kegiatan semprot piringan dimulai dengan mandor menyebar karyawan pada hancanya masing-masing dimana setiap pekerja memiliki hanca dua pasar pikul untuk volume tanki 6 l, penyemprot bergerak dari sisi collection road kemudian pindah ke pasar pikul sebelahnya yang kosong atau tidak ada benderanya. Kegiatan semprot piringan menggunakan alat Micron Herbiside
16
Sprayer (MHS). Sasaran kerja dari semprot piringan adalah semua piringan, pasar pikul, pasar tengah, kaki lima, kaki lima blok dan TPH. Hasil yang diharapkan dari kegiatan semprot piringan adalah tingkat kematian gulma sasaran di atas 90% dan hasil semprotan merata sesuai sasaran. Bahan herbisida yang digunakan untuk semprot piringan adalah Prima Up (150 ml/ha/rotasi) dan starane (10 ml/ha/rotasi). Starane 0.9 – 1 % berfungsi sebagai herbisida gulma berdaun lebar seperti Ageratum conyzoides, Borreria latifolia, Mikania micrantha, Pueraria javanica dan gulma berkayu (semak) seperti Chromolaena odorata, Melastoma malabathricum. Prima Up dengan bahan aktif Glyphosate isopropylamine salt (480 g/l) berfungsi sebagai herbisida gulma berdaun sempit seperti kentosan dan pakis-pakisan. Untuk prestasi kerja standar karyawan semprot piringan 6 ha/HK/rotasi. Upah minimum regional utuk kegiatan semprot Rp. 45 000/HK. Teknis pengendalian gulma secara kimiawi dapat dilihat pada Gambar 1.
(a) Kegiatan Semprot Piringan
(b) Kegiatan Semprot Gawangan
Gambar 1. Pengendalian Gulma Secara Kimiawi Semprot gawangan. Tujuan pengendalian gulma di gawangan : mengurangi kompetisi hara, air dan sinar matahari, mempermudah kontrol pekerjaan dari satu gawangan ke gawangan lain dan menekan populasi hama (terutama pada TBM). Kegiatan semprot gawangan dimulai dengan mandor menyebar karyawan pada hancanya masing-masing dimana setiap pekerja bergerak dari sisi collection road sampai dengan pasar tengah blok, yang kemudian pindah ke pasar pikul sebelahnya yang kosong atau tidak ada benderanya. Kegiatan semprot gawangan menggunakan alat RB - 15 yang besar volume semprot berdasarkan ukuran nozzle. Sasaran kerja dari semprot gawangan
17
adalah semua tumbuhan (gulma berdaun lebar) di gawangan yang berpotensi menjadi kompetitor dalam penyerapan hara dan menganggu aktivitas pekerja (panen, pemupukan dan aktivitas lainnya) kecuali Nephrolephis biserrata, Turnera subulata dan Casia cubanensis. Hasil yang diharapkan dari kegiatan semprot gawangan ini adalah tingkat kematian gulma di atas 90 % dan hasil semprotan merata sesuai sasaran. Bahan yang digunakan untuk kegiatan semprot gawangan adalah Garlon dan Kenlon berbahan aktif triklopir butoksi etil ester 480 g/l untuk gulma Chromolaena odorata, Ally 20 WDG (Water Disperable Granule) dengan bahan aktif metil metsulfuron untuk gulma alang-alang dan pakis-pakisan. Namun untuk saat ini Perkebunan Pantai Bonati tidak lagi menggunakan Ally 20 WDG dan diganti dengan Metafuron yang berbahan aktif sama dengan harga yang lebih murah dan lebih efektif. Prestasi kerja standar karyawan 2.5 ha/HK. Kendala yang terjadi selama semprot gawangan adalah keteraturan dalam dosis herbisida, prestasi kerja karyawan yang sebenarnya masih bisa ditingkatkan, tertundanya kegiatan akibat turunnya hujan, rusaknya alat semprot dan rusaknya unit angkut tanki semprot ditambah berkurangnya anggota tim semprot gawangan akibat dialihkan untuk kegiatan lain seperti sensus daun dan sensus produksi, serta kondisi lapangan yang bergelombang. Apabila terdapat kendala seperti hujan, maka mandor semprot gawangan akan mengganti kegiatan semprot gawangan kimiawi menjadi kegiatan pengendalian gulma manual. Pengendalian gulma secara manual. Pada Perkebunan Pantai Bonati pengendalian gulma secara manual terdiri dari rawat piringan manual, gawangan manual, dan dongkel anak kayu. Mekanisme pekerjaan ini adalah membersihkan gulma penganggu yang tumbuh disekitar tanaman, piringan dan gawangan. Kegiatan pengendalian gulma secara manual dimulai dari pencabutan gulma di sekitar tanaman yaitu gulma epifit dan kentosan yang tumbuh di batang, kemudian dilanjutkan dengan mencabut gulma di sekitar piringan, hal ini bertujuan untuk memudahkan kegiatan pemupukan, pemanenan dan menghindari adanya gulma yang berpotensi sebagai tanaman inang hama dan penyakit. Setelah selesai di piringan dilanjutkan dengan membersihkan pasar pikul dan gawangan mati dengan cara memotong dan mendongkel jika ditemukan anak kayu dan
18
kentosan dengan menggunakan alat cados untuk mengangkat anak kayu dan kentosan sampai ke akarnya. Jika telah sampai collection road berikutnya, pekerja memulai dari depan pasar pikul berikutmya. Gulma yang tumbuh dominan adalah Clidemia hirta, kentosan, Melastoma malabatrichum dan Chromolaena odorata. Prestasi kerja standar karyawan adalah 1 ha/HK.
Leaf Sampling Unit (LSU) Kegiatan pengambilan contoh daun ini dilakukan setiap tahunnya dengan membagi kebun menjadi dua kelompok yaitu kelompok yang diambil sampel awal tahun (Februari - Maret) dan kelompok yang diambil sampel pada pertengahan tahun (Juni - Agustus). Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi kemacetan yang terjadi pada saat analisis daun di laboratorium yang mencapai puncak kesibukan di bulan September - Desember. Pengambilan contoh dilakukan di blok LSU, dimana pemupukan terakhir selesai dilakukan minimal 2 - 3 bulan sebelumnya. Pengambilan contoh daun tidak boleh dilakukan secara sembarangan karena akan mempengaruhi hasil analisis yang akan dilakukan. Adapun keadaan yang tidak boleh dilakukan pengambilan contoh adalah pada waktu hujan, harus ditunggu sampai satu jam setelah hujan sampai titik hujan tidak kelihatan di permukaan daun dan curah hujan mencapai 20 mm. Hal ini menyebabkan pengambilan contoh harus ditunda sampai 36 jam sesudahnya. Pengambilan contoh daun dilaksanakan pada pukul 07.00 - 12.00, sehingga dengan alasan apapun pengambilan contoh tidak boleh dilakukan pada sore hari. Hal tersebut disebabkan morfologi daun itu sendiri, yang mengalami keadaan paling segar pada pagi - siang hari, sehingga contoh yang kita ambil benar-benar mewakili keadaan sebenarnya dari tanaman. Pohon contoh pertama dalam LSU adalah pohon yang terletak pada baris ketiga dan pohon ketiga dalam barisan tersebut dari batas blok. Pada salah satu sisi batas blok, pohon diberi tanda berupa nomor LSU. Barisan ketiga dari pohon tersebut, yaitu pada pohon di pinggir jalan (pohon pertama) diberi tanda anak panah ke atas yang berarti dari pohon tanda masuk dalam barisan. Pada pohon terakhir dari barisan ketiga tersebut diberi tanda anak panah kesamping kiri yang berarti pindah baris yang sesuai dengan sistem pengambilan contoh daun yang
19
ditentukan. Daun contoh diambil pada pelepah ke 17, sehingga apabila pelepah ke 17 dari pohon contoh rusak, maka daun contoh harus diambil dari pelepah ke 17 dari pohon yang ada di sekitarnya. Pengambilan contoh daun memiliki prosedur tertentu, yaitu: 1. Jika mungkin contoh daun diambil langsung dari pelepah ke 17 tanpa memotong pelepah tersebut. Jika pohon sudah tinggi maka pelepah ke 17 dipotong di bawah pangkal lidi. 2. Dari pelepah ke 17 diambil delapan helai daun, empat helai di kiri dan empat helai di kanan tepat pada titik pertemuan ke dua sisi pelepah daun. Dari delapan helai daun tersebut potong bagian ujung dan pangkal sehingga didapat bagian tengah daun. 3. Setelah itu daun tersebut dipisah menjadi dua, yaitu daun sebelah kiri dan daun sebelah kanan, untuk kemudian dipotong 25 cm dengan menggunakan parang atau gunting. Helai daun sebelah kanan untuk plastik putih sedangkan helai daun sebelah kiri untuk plastik hitam. 4. Kantong plastik diikat dan dikirim ke kantor divisi 5. Selama di lapangan harus dihindari tercampurnya helai daun dari satu LSU dengan yang lain. Selama itu contoh daun harus dicegah dari terkena sinar matahari langsung. Kegiatan LSU tidak hanya melakukan pengambilan contoh daun melainkan juga sambil melakukan pengamatan visual dengan bantuan foto gejala defisiensi yang bisa menyerang tanaman kelapa sawit. Oleh karena sifat pekerjaan ini yang membutuhkan ketelitian dan pemahaman maka tenaga kerja sensus daun jangan berganti-ganti dari tahun ke tahun. Analisis secara visual dilakukan dengan pengamatan langsung dengan memperhatikan kriteria sebagai berikut : (1) perbandingan warna hijau daun dengan dengan warna hijau yang baku (hijaugelap); (2) adanya tanda dan gejala defisiensi hara; (3) membandingkan pertumbuhan tanaman dengan tanaman yang tidak mendapat pemupukan. Tenaga kerja sensus daun juga wajib menulis catatan di formulir yang telah disediakan mengenai gejala-gejala defisiensi hara yang khas yang nampak secara dominan di blok LSU yang diamatinya. Gambaran tentang kegiatan LSU dapat dilihat pada Gambar 2.
20
(a)
Penentuan Pelepah ke 17
(b) Pemotongan 8 Helai Daun
(b) Helai Daun Dipotong 25 cm dengan Pisau Gambar 2. Kegiatan Leaf Sampling Unit (LSU)
Pemupukan Tujuan pemupukan adalah menjaga dan meningkatkan kesuburan tanah. Pemupukan mampu menyuplai kebutuhan unsur hara yang tidak diperoleh dari tanah berdasarkan hasil analisis tanah dan analisis daun. Biaya pupuk mencapai 60% dari total biaya pemeliharaan. Karena itu, untuk mengupayakan efisiensi pemupukan perlu diterapkan empat tepat, yaitu tepat jenis, tepat waktu, tepat cara dan tepat jumlah (dosis). Pemupukan merupakan hal penting bagi perkebunan kelapa sawit. Hal ini antara lain karena tanaman kelapa sawit memiliki kebutuhan akan unsur hara makro dan unsur hara mikro yang jumlah ketersediaan dalam tanah bersifat terbatas. Pada saat tanaman memasuki fase menghasilkan pada saat itulah tanaman memiliki kebutuhan tertinggi dan apabila pengaplikasian yang dilakukan sudah tepat (waktu, cara, bahan, dosis dan jenis), maka hal tersebut akan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman. Pupuk juga menggantikan unsur hara yang hilang karena pencucian dan terangkut melalui produk yang dihasilkan serta memperbaiki kondisi yang tidak menguntungkan.
21
Pemupukan juga mempertahankan kondisi tanah yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman kelapa sawit. Pemupukan anorganik. Perkebunan Pantai Bonati dilakukan pemupukan anorganik, kegiatan pemupukan ini memiliki sistem yang dinamakan Block Manuring System (BMS). BMS merupakan sistem pemupukan terkonsentrasi yang dikerjakan blok per blok dengan sasaran mutu pemupukan yang lebih baik, supervisi lebih fokus dan produktivitas yang lebih tinggi. Organisasi pemupukan meliputi pengangkut pupuk, pelangsir/pengecer pupuk dan penabur pupuk Kegiatan organisasi pemupukan dapat dilihat pada Gambar 3.
(a) Pelangsiran Pupuk
(b) Pengeceran Pupuk
(c) Penaburan Pupuk Gambar 3. Organisasi Kegiatan Pemupukan Pelangsiran dan penyusunan karung. Pelangsiran adalah kegiatan memuat pupuk yang ada di gudang untuk selanjutnya dikirim ke lapang. Kegiatan pelangsiran harus diawasi oleh Mandor Pupuk sebagai pemberi petunjuk berapa jumlah pupuk (karung) yang harus ditempatkan pada setiap tempat peletakan pupuk (TPP). TPP terletak pada setiap kaki lima pada tiap-tiap gawang yang ada pasar pikulnya, hal ini disebabkan metode dari BMS itu sendiri yang mengharuskan setiap pemupuk memasuki gawangan secara bersamaan. Setiap pupuk (karung) yang dilangsir harus
22
diletakkan di kaki lima hal ini berkaitan dengan kemudahan pemupuk untuk mengambil pupuk (karung) dan untuk meminimalisir terjadinya kemungkinan losses disebabkan pupuk tercecer dijalan dan pupuk (karung) rusak akibat tergilas kendaraan bermotor yang melintasi jalan. Tenaga kerja pelangsiran semuanya laki-laki berjumlah lima orang, selain bertugas melakukan langsir pupuk mereka juga bertugas mengumpulkan sak bekas pupuk. Jumlah karung yang dibawa harus sesuai dengan yang terkumpul, karung tersebut dikumpul dan selanjutnya dipindahkan ke truk untuk dibawa ke gudang. Basis untuk langsir pupuk adalah 3 ton/HK dengan premi Rp. 8 000/ton. Pengeceran. Kegiatan pengeceran pupuk dalam barisan tanaman dilakukan dengan menggunakan angkong dengan perbandingan satu pengecer dan dua penabur. Berdasarkan sistem BMS, pupuk (karung) diletakkan oleh pengecer pada tanaman nomor 1, 8, 17 dan 25 (disesuaikan dengan dosis dan kebutuhannya). Karung bekas pupuk (karung) dibawa dan ditaruh rapi di pinggir kaki lima hancanya. Kendala pada kegiatan ini adalah lahan yang berombak dan kurang tersedianya titi panen yang dibutuhkan untuk melewati parit sehingga hal tersebut akan menyulitkan pengecer untuk membawa angkong yang berisi pupuk (karung) tersebut. Penaburan. Kegiatan penaburan disesuaikan dengan jenis pupuk yang akan disebar (tergantung kecepatan pupuk untuk menguap) jika pupuk yang akan ditebar bersifat lambat menguap seperti Rock Phospat dan Dolomite maka pupuk akan ditebar diluar lingkaran piringan atau di pinggir pelepah/janjang kosong dengan membentuk huruf “U” (dimaksudkan untuk menghindari terjadinya aplikasi pada pasar pikul). Pemupukan dengan bentuk “U” dapat dilakukan karena akar sudah menyebar di luar piringan. Hal ini dimaksudkan agar losses yang terjadi akibat pupuk terhanyut air dan tertiup angin dapat diminimalisasikan. Kendala dari kegiatan penaburan adalah lahan akan dipupuk termasuk bergelombang sehingga akan menyebabkan kesulitan bagi penabur. Rekomendasi pemupukan dan prestasi yang diinginkan perusahaan dapat dilihat pada Tabel 3.
23
Tabel 3. Rekomendasi Pemupukan oleh Badan Riset dan Prestasi yang Diinginkan Jenis Pupuk
Dosis Pupuk Prestasi (kg/pokok) (kg/HK) NK Blend 2.50 600 2.25 600 2.00 500 1.50 450 Rock Phospat 1.25 450 (RP) 1.00 450 Dolomite 1.25 450 1.00 450 HgB - Borate 0.04 Sumber : Kantor Besar Perkebunan Pantai Bonati 2011
Kandungan Pupuk N = 13 % K2O = 36 %
Phospat alam MgO = 18 – 22 % CaO = 30 % B2O3 = 48 %
Pemupukan yang optimum dilakukan pada bulan-bulan dengan curah hujan 100 - 200 mm/bulan, sedangkan curah hujan minimum 60 mm/bulan dan maksimum 300 mm/bulan. Bila curah hujan per bulan < 60 mm/bulan, pemupukan sebaiknya ditunda. Begitu pula jika curah hujan
di perkebunan
mencapai > 300 mm/bulan maka pemupukan juga akan ditunda terlebih dahulu. Pada TM frekuensi aplikasi adalah 1 - 2 kali aplikasi/tahun, pemupukan N dan K agar selalu diusahakan untuk memupuk menjelang akhir dan awal musim hujan, hal ini disebabkan sifat pupuk tersebut yang mudah larut dan menguap. Pemupukan organik. Bahan organik dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki struktur tanah dan memberikan hara bagi tanaman. Umumnya bahan organik ini merupakan produk limbah sehingga tersedia secara murah, terutama jika diaplikasikan dekat dengan tempat pembuangannya. Daur ulang sampah dari pengolahan di pabrik akan sangat bermanfaat bagi tanaman karena secara komparatif memberikan unsur hara yang murah tanpa adanya resiko keracunan bagi tanaman. Pada Perkebunan Pantai Bonati pemupukan organik dilakukan dengan menggunakan mulsa janjang kosong (JJK) yang merupakan limbah padat dari proses pengolahan kelapa sawit. Janjang kosong (JJK) adalah sisa buah tandan sawit yang diolah di Pabrik Kelapa Sawit. Produksi JJK adalah sekitar 23 % tandan buah segar (TBS). JJK adalah bahan organik yang mengandung sejumlah hara terutama Kalium (K). Satu ton JJK segar mengandung jumlah hara yang setara dengan sekitar 5 kg Urea, 1 kg TSP, 16 kg MOP dan 4 kg Kieserit.
24
JJK melapuk relatif lambat (8 bulan), hara N dan P yang terkandung didalamnya bersifat slow-release. Pada tanah berpasir JJK bermanfaat sebagai bahan mulsa. Aplikasi JJK secara rutin dapat menaikkan produksi TBS, terutama di daerah dengan iklim yang mempunyai beberapa bulan kering. Efek kenaikan produksi terutama disebabkan bertambahnya
daya
menyimpan
air dari tanah yang
dimulsa dengan JJK. Pada lereng, JJK bermanfaat untuk mencegah dan mengurangi erosi. Pengangkutan dan aplikasi janjang kosong di Perkebunan Pantai Bonati dilakukan oleh kendaraan yang mengangkut TBS sekembalinya dari PKS. Bobot janjang rata-rata yang diangkut adalah 5 - 6 ton. Pemberian janjang kosong dilakukan dengan dosis 300 kg/tanaman dimana janjang kosong ditempatkan pada gawangan mati. Janjang kosong yang diberikan sebaiknya yang segar yang diangkut langsung dari PKS dan segera diaplikasikan ke lapangan, dan diratakan satu lapis hal ini dimaksudkan agar tidak terlalu panas, penyebaran hara lebih merata dan tidak merangsang perkembangan kumbang Oryctes rhinoceros. Penyusunan JJK tidak boleh menutupi pasar pikul. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Hasil Penyusunan Janjang Kosong Janjang kosong disusun mendatar bukan dalam posisi tegak, hal ini dimaksudkan untuk mempercepat dekomposisi dan pelapukan. Basis standar untuk tenaga SKU adalah 20 tanaman/HK. Pengupahan untuk kegiatan mulsa janjang kosong adalah sebesar Rp 2 000/titik mulai dari tanaman 1 - 8 sedangkan mulai dari tanaman 9 - 16 upah yang diberikan Rp. 2 500. Peningkatan produksi areal yang diaplikasi JJK dengan areal yang tidak diaplikasikan dapat dilihat pada Tabel 4.
25
Tabel 4. Perbandingan Peningkatan Produksi Areal yang Diaplikasi JJK dengan yang Tidak Diaplikasikan JJK Rata – Rata Produksi 10 tahun Terakhir (ton/ha) ............(ton)........... .....................(ton/ha)...................... O021 0 15.31 P014 3 295 18.77 Sumber : Kantor Besar Perkebunan Pantai Bonati 2011 Blok
Total Aplikasi JJK
Tabel 4 diatas menunjukkan bahwa aplikasi janjang kosong berpengaruh terhadap peningkatan produksi. Perbandingan antara dua blok menunjukkan bahwa blok yang diaplikasikan dengan JJK memiliki rata-rata produksi lebih tinggi dari blok yang tidak diaplikasikan. Biaya aplikasi janjang kosong/ha sekitar Rp. 144 000/ha.
Pengendalian Hama dan Penyakit Pengendalian hama pada hakikatnya merupakan upaya dari perusahaan untuk menghindari turunnya produktivitas akibat serangan hama yang menyerang perkebunan kelapa sawit. Pemilihan jenis, metode (biologi, mekanik, kimia dan terpadu), serta waktu pengendalian yang dianggap paling cocok akan dilatarbelakangi oleh pemahaman atas siklus hidup hama tersebut. Pengetahuan terhadap bagian paling lemah dari siklus hama tersebut merupakan titik kritis karena akan menjadi dasar acuan untuk pengambilan keputusan pengendaliannya. Pada Perkebunan Pantai Bonati dimana areal pertanamannya sudah memasuki fase tanaman menghasilkan (TM) semua, maka hama yang menyerang sudah tidak terlalu banyak dan beragam. Berdasarkan pengamatan dan pengalaman penulis selama melakukan kegiatan magang di Perkebunan Pantai Bonati, hama yang ditemui adalah sedikit hama ulat api dan tikus. Untuk pengendalian hama ulat api dan tikus perusahaan menggunakan metode biologi (hayati) dan kimia. Untuk pengendalian hama ulat api pengendalian dilakukan dengan menanam tanaman Turnera subulata, Antigonon leptotus dan Casia cubanensis sebagai inang dari musuh alami ulat api seperti serangga Sycanus sp. Sedangkan untuk hama tikus pengendalian yang dilakukan adalah pengendalian terpadu dimana pengendalian dilakukan dengan menggunakan metode biologi dan
26
kimiawi. Tindakan pengendalian hama tikus akan berhasil dengan baik, apabila populasinya dapat ditekan dengan semaksimal mungkin sampai ke sumbernya. Pengendalian secara kimia dilakukan sebanyak dua kali setahun tanpa memperhatikan ada atau tidaknya serangan. Untuk pengendalian secara biologi, Perkebunan Pantai bonati melakukan pengembangbiakan burung hantu Tyto alba dengan memasang rumah burung hantu yang disebut Nest Box. Lokasi penempatan kandang ini harus strategis (berdekatan dengan pohon besar atau pada areal di sekitar pemukiman) dan diusahakan agar jauh atau membelakangi lampu penerangan serta aman dari manusia. Hal ini dimaksudkan agar burung hantu tidak mudah mengalami stress. Tingkat predasi burung hantu terhadap Rattus tiomaticus di perkebunan kelapa sawit mencapai 88% sedangkan sisanya 6% adalah Rattus argentiventer dan 6% Rattus ratus diardii. Rumah burung hantu dan Turnera subulata dapat dilihat pada Gambar 5.
(a) Rumah Burung Hantu
(b) Tanaman Turnera subulata
Gambar 5. Pengendalian Hama Secara Biologi
Penunasan (Prunning) Penunasan atau Prunning adalah salah satu kegiatan dari manajemen kanopi yaitu mempertahankan jumlah pelepah sawit produktif yang maksimal untuk menghasilkan produksi yang optimal. Idealnya pembuangan pelepah sawit harus dilakukan secara minimal sepanjang masa produktif kelapa sawit untuk maksimalisasi proses fotosintesis. Namun dalam prakteknya untuk mempermudah pekerjaan potong buah, maka beberapa pelepah harus dibuang atau ditunas apabila tanaman sawit semakin tinggi.
27
Tunasan yang berlebihan (over pruning) akan mengakibatkan terjadinya peningkatan bunga jantan dan diikuti dengan penurunan produksi, jumlah janjang dan BJR (berat janjang rata-rata). Tujuan penunasan adalah untuk mempermudah pekerjaan potong buah (melihat dan memotong buah masak), menghindari tersangkutnya brondolan pada ketiak pelepah dan memperlancar proses penyerbukan alami. Selain itu, penunasan dilakukan untuk sanitasi (kebersihan) tanaman sehingga menciptakan lingkungan yang tidak sesuai bagi perkembangan penyakit. Untuk mencapai tujuan penunasan dan tetap mempertahankan produksi maksimum maka harus dihindari terjadinya penunasan yang berlebihan (over prunning). Over prunning adalah terbuangnya pelepah produktif secara berlebihan yang akan mengakibatkan penurunan produksi. Penurunan produksi ini terjadi karena berkurangnya areal fotosintesis dan mengakibatkan tanaman mengalami stress yang terlihat melalui peningkatan gugurnya bunga betina, penurunan seks rasio (peningkatan bunga jantan) dan penurunan bobot janjang rata-rata (BJR). Untuk menghindari terjadinya over prunning, perlu dilakukan pelatihan, pengawasan yang ketat dan penggunaan alat yang tepat. Kegiatan penunasan pada perkebunan Pantai Bonati dinamakan penunasan progresif. Tunasan progresif adalah kegiatan penunasan dimana penunasan dilakukan oleh pemanen sendiri pada saat pemanen melakukan kegiatan pemanenan. Salah satu tujuan diterapkan BHS pada sistem panen adalah terintegrasinya panen dan pemeliharaan tunas oleh pemanen sendiri. Hal tersebut diatas dapat mengurangi kebutuhan tenaga khusus tunas dan menambah pendapatan karyawan panen. Pola penghancakan BHS (Hanca Tetap) dapat sekaligus menjadi hanca tetap tunas, sehingga pemeliharaan pelepah produktif dapat dilakukan secara besamaan dengan kegiatan panen. Penambahan tugas dan tanggung jawab pemeliharaan pelepah (tunas progresif) kepada pemanen diberikan kompensasi imbalan berupa Premi Tunas yang besarnya sesuai anggaran dan dibayarkan secara berkala. Tunas progressif memiliki kelebihan dan kekurangan, adapun kelebihan tunas progressif dibandingkan dengan tunas periodik adalah tunas menjadi lebih
28
terkontrol dan tidak gondrong. Apabila melakukan tunas periodik pada saat panen puncak maka penunasan akan ditunda terlebih dahulu, hal itu akan menyebabkan penunasan tidak berjalan dengan baik. Pada Perkebunan Pantai Bonati agar tidak terjadi over prunning maka ditetapkan standar jumlah pelepah yang tetap dipertahankan, yaitu dipertahankan 48 - 56 pelepah (songgo 3) atau minimal 40 - 48 pelepah (songgo 2). Hal ini masih memungkinkan karena umur tanaman kelapa sawit pada Kebun Pantai Bonati berdasarkan tahun tanamnya masih berkisar 13 - 15 tahun. Prestasi kerja karyawan untuk kegiatan penunasan adalah 4.5 ha/HK/rotasi dan rotasi untuk kegiatan penunasan adalah 3 rotasi/tahun.
Perawatan Jalan dan Titi Panen Urutan kerja pemeliharaan jalan secara manual adalah mengalirkan terlebih dahulu air yang menggenang pada jalan ke arah parit dengan menggunakan cangkul. Apabila air sudah mengering maka pada lubang jalan diletakkan batu-batu besar sebagai pondasi awal yang kemudian akan ditimbun oleh batu-batu berukuran lebih kecil. Pemeliharaan jalan secara mekanis dengan menggunakan grader, selain itu juga dilakukan tunas jalan, yaitu dengan memotong pelepah disetiap bagian pinggir dari jalan agar tidak menghalangi sinar matahari secara langsung ke bagian jalan yang tergenang. Secara umum kondisi jalan di Perkebunan Pantai Bonati cukup baik, hanya beberapa bagian badan jalan yang tergenang dan itu semua tidak terlepas dari kondisi tanah di Perkebunan Pantai Bonati. Pemeliharaan titi panen juga menjadi hal yang sangat penting dalam kegiatan pemeliharaan kebun. Hal ini disebabkan fungsi titi panen itu sendiri yang langsung bersentuhan dengan pekerja karena sifatnya yang berada di dalam blok kebun. Pada Perkebunan Pantai Bonati dilihat dari jenis material penyusunnya konstruksi titi panen dapat dibedakan menjadi titi panen kayu ulin dan titi panen beton bertulang. Gambaran dari titi panen dapat dilihat pada Gambar 6.
29
Gambar 6. Sarana Titi Panen Untuk titi panen kegiatan kebijakan yang dikeluarkan oleh perusahaan mengenai ketersediannya adalah 3 : 1 dimana pengertiannya adalah satu titi panen untuk tiga pasar pikul. titi panen beton lebih mudah untuk dilewati karena tidak licin dan memiliki permukaan yang lebih lebar dibandingkan titi panen ulin. Untuk kegiatan pemeliharaan titi panen, kegiatan yang dilakukan adalah penambahan titi panen dan penggantian titi panen yang mengalami kerusakan.
Konservasi Tanah dan Air Konservasi air Perkebuan Pantai Bonati membuat silt pit/conservation pit yang kegunaanya adalah sebagai tempat penampungan/konservasi air. Ukuran silt pit adalah 4 m x 0.6 m x 0.6 cm. Satu silt pit mewakili delapan tanaman sawit dengan memperhatikan arah aliran air permukaan. Selain itu juga ada pembuatan silt drain/collection drain yaitu parit yang menampung air dari permukaan lapangan terutama bagian-bagian yang rendah. Konservasi tanah dilakukan dengan penanaman Nephrolephis sp. dan LCC. Pada kegiatan konservasi ini penulis melakukan kegiatan pemancangan silt pit/conservation pit. Gambar silt pit dan Nephrolephis sp. dapat dilihat pada Gambar 7.
(a) Silt Pit
(b) Nephrolephis
Gambar 7. Teknis Konservasi di Perkebunan Pantai Bonati
30
Pemanenan Pemanenan adalah pemotongan tandan buah segar dari pohon hingga pengangkutan ke pabrik (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2007). Baik dan buruknya pemeliharaan tanaman kelapa sawit akan tercermin dari pemanenan dan produksi (Lubis, 1992). Kegiatan pemanenan memerlukan teknik tersendiri untuk mendapatkan hasil yang berkualitas (Fauzi et al, 2008). Lubis (1992) menyatakan bahwa keberhasilan pemanenan dan produksi kelapa sawit sangat bergantung pada bahan tanam, tenaga pemanen, peralatan panen, kelancaran transportasi, organisasi pemanenan, keadaan areal dan insentif yang disediakan. Pusat Penelitian kelapa Sawit (2007) menambahkan bahwa keberhasilan panen didukung oleh pengetahuan pemanen tentang persiapan panen, kriteria matang panen, rotasi panen, sistem panen dan sarana panen. keseluruhan faktor tersebut merupakan kombinasi yang tak terpisahkan satu sama lain. Sistem panen. Perkebunan Pantai Bonati menggunakan sistem Block Harvesting System (BHS). Block Harvesting System adalah sistem panen yang kegiatan panennya setiap hari kerja terkonsentrasi pada satu seksi panen dan tetap berdasarkan interval yang telah ditentukan. Sistem panen ini menggunakan sisitem hanca giring tetap yang merupakan pengembangan dari sistem hanca giring murni dan giring tetap. Hanca panen adalah pembagian jatah luasan areal yang harus dipanen oleh satu orang tenaga potong buah (berdasarkan jumlah baris atau gawangan). Kebutuhan tenaga kerja panen per divisi. Pada Kebun Pantai Bonati yang menggunakan sistem panen Block Harvesting System (BHS) dimana pada sistem ini tenaga kerja yang digunakan bersifat tetap. Oleh karena itu, kebutuhan tenaga kerja pada Perkebunan Pantai Bonati tidak membutuhkan angka kerapatan panen sebagai dasar penentuan kebutuhan tenaga kerja dan ditetapkan pada masa peralihan TBM ke TM sebagai salah satu syarat penentuan luas hanca pemanen. Tenaga Kerja Panen =
luas rata-rata panen per seksi x produktivitas (ton/ha) x 1000 hasil panen yang diinginkan (kg/HK)
Perkebunan Pantai Bonati menggunakan sistem BHS Division of labour (DOL-2) yang berarti memisahkan tugas antara pemanen potong buah (Cutter) dengan pengutip brondolan (Picker), maka total tenaga kerja pemanen yang
31
dibutuhkan dibagi dua karena perbandingan antara tenaga kerja panen dan pengutip brondolan adalah 1 : 1. Penetapan seksi panen. Pada Perkebunan Pantai Bonati terdapat enam seksi panen. Seksi panen atau potong buah tersebut disusun dengan tujuan : satu seksi panen untuk satu hari, mempermudah pindah hanca dari satu blok ke blok lain, mempermudah kontrol Asisten, Mandor I dan Mandor Panen, pengangkutan tandan buah segar lebih efisien dan hasil panen pemanen lebih tinggi. Selain itu penetapan seksi panen juga harus mempertimbangkan: 1. Jumlah rotasi panen/tahun dan umur rotasi normal yang dikehendaki, saat ini yang lazim dipakai di Perkebunan Pantai Bonati adalah 36 - 48 rotasi/tahun dengan interval panen normal 7 - 9 hari, sehingga jumlah seksi panen menjadi enam. 2. Luas area tanaman menghasilkan unit kebun dan divisi. 3. Jumlah jam kerja dalam satu minggu sesuai ketentuan pemerintah 4. Hasil identifikasi blok, dalam hal : luas area blok TM, potensi produksi per blok (ton/ha), jumlah dan sebaran tanaman produktif, kondisi topografi dan posisi blok terhadap blok lain. Basis dan premi panen. Pada Perkebunan Pantai Bonati terdapat tiga jenis basis yang harus dipenuhi oleh tenaga kerja panen, yaitu basis luas, basis waktu, dan basis borong. Basis luas adalah hanca panen yang harus diselesaikan oleh pemanen dalam satu hari kerja walaupun basis borong telah didapatkan, hal ini dilakukan hanca panen tidak terpotong-potong sehingga tujuan dari sistem BHS dapat tercapai. Basis waktu adalah jumlah jam yang harus ditepati pemanen dalam melakukan pekerjaannya, yaitu 7 jam pada hari normal dan 5 jam pada hari jumat. Untuk basis luas, karyawan tidak dikenakan sanksi apabila basis luas/hanca yang ditetapkan tidak dapat dipenuhi pada saat panen puncak (kerapatan panen tinggi). Basis borong adalah jumlah tandan yang harus dipanen sebagai dasar untuk menghitung kelebihan tandan sebagai premi. Jumlah basis borong ditetapkan dengan pertimbangan rata-rata kemampuan/output (janjang/HK) selama jam dinas (7 jam/hari kerja biasa dan 5 jam/hari untuk hari jumat), umur tanaman, berat janjang rata-rata (BJR), homogenitas tanaman, persentasi populasi pokok produktif dan distribusinya di lapangan.
32
Pada pekerjaan panen terdapat pula premi panen, tujuan pemberian premi panen adalah memberikan penghargaan kepada pekerja apabila hasil kerja di atas standar yang ditentukan (basis borong), selain itu mendorong pekerja untuk berupaya mencapai output/target yang telah ditetapkan, tetapi tidak dengan biaya yang lebih tinggi dari biaya standar jam dinas, serta memupuk rasa tanggung jawab pekerja terhadap tugasnya. Perhitungan premi panen yang diterima oleh Mandor Panen, Kerani Panen dan Mandor 1 adalah sebagai berikut : 1. Mandor Panen : 2. Kerani Panen
:
3. Mandor I
:
jumlah premi pemanen jumlah pemanen jumlah premi pemanen jumlah pemanen
x 150 % x 125 %
jumlah premi Mandor Panen jumlah Mandor Panen
x 150 %
Penetapan jumlah janjang basis borong didasarkan pada : 1. Jumlah janjang standar (basis borong), ditentukan dengan pertimbangan:
Rata-rata kemampuan pemanen/output (janjang/HK) selama jam dinas (7 jam/hari kerja biasa dan 5 jam/hari untuk hari jumat)
Kondisi topografi areal yang akan dipanen (datar, bergelombang atau berbukit)
Kondisi tanaman meliputi umur tanaman (pada tanaman tinggi atau rendah), berat janjang rata-rata (BJR), homogenitas tanaman, persentase populasi tanaman produktif dan distribusinya dilapangan.
Total output (kg/HK) dan biaya panen (Rp/kg upah dan premi) dalam anggaran/budget pada tahun berjalan.
2. Penetapan jumlah janjang standar (basis borong), premi basis borong, premi lebih borong dibuat dan diusulkan oleh unit kebun kepada GM estate masing-masing untuk dilakukan koreksi dan persetujuannya. Untuk mengetahui basis dan premi panen di Perkebunan Pantai Bonati dalam rangka meningkatkan hasil panen dapat dilihat pada Tabel 5.
33
Tabel 5. Basis dan Premi Panen di PBE Div
I
II III
Tahun Tanam
1996 1997 1998 N013 1998 1998
Basis Borong
Premi Siap Borong
P-0 140% (jjg)
P-1 160% (jjg)
P-2 180% (jjg)
P-3 200% (jjg)
P-4 220% (jjg)
P-0 (Rp)
P-1 (Rp)
P-2 (Rp)
P-3 (Rp)
P-4 (Rp)
105 119 133 119 133 133
120 136 152 136 152 152
135 153 171 153 171 171
150 170 190 170 190 190
165 187 210 187 210 210
2 000 2 000 2 000 2 000 2 000 2 000
4 000 4 000 4 000 4 000 4 000 4 000
7 500 7 500 7 500 7 500 7 500 7 500
6 000 6 000 6 000 6 000 6 000 6 000
6 000 6 000 6 000 6 000 6 000 6 000
Premi Lebih Borong
325 300 275 300 275 275
Sumber : Kantor Besar Perkebunan Pantai Bonati 2011 Keterangan : Untuk Basis Brondolan 225 kg/HK dan lebih borong Rp.100/kg. P-0 = basis standar, P-1 = premi pertama, P-2 = premi kedua, P-3 = premi ketiga, P-4 = premi keempat (dalam rangka meningkatkan output berakhir apabila rotasi sudah kembali normal < 9 hari)
Persiapan panen. Persiapan panen merupakan penyiapan areal yang akan dipanen. Persiapan yang baik akan memperlancar pelaksanaan panen, kegiatan persiapan panen yang dilakukan pada perkebunan Pantai Bonati meliputi : penentuan kebutuhan tenaga kerja, penetapan seksi potong buah, penetapan luas hanca kerja pemanen, penetapan luas hanca permandoran, peralatan panen (egrek, angkong, ganco, alas brondolan, kampak), transportasi untuk pengangkutan TBS dari TPH ke pabrik, sarana panen (pasar pikul, piringan, dan gawangan tanaman, pemasangan titi panen, pemeliharaan jalan, pemeliharaan TPH dan pembuatan markah blok). Pelaksanaan panen. Pelaksanaan panen dengan Block Harvesting System dilaksanakan menggunakan sistem panen DOL-2, yaitu menggunakan pemanen dan pemberondol. Pelaksanaan panen terdiri dari tim panen dan kutip brondolan, artinya satu orang pemanen tugasnya hanya memotong buah, menyusun pelepah dan mengangkut buah ke TPH. Brondolan dikutip oleh karyawan kutip brondolan. Potong buah dan kutip brondolan adalah satu kesatuan kerja panen tetapi tanggung jawabnya berbeda, sehingga denda-denda yang dilakukan tergantung pada jenis kerja mana yang melakukan pelanggaran. Untuk meminimalkan kesalahan pencatatan buah atau menjaga agar buah yang telah dipanen tercatat oleh Kerani Panen dan agar kegiatan transportasi lebih tertib, maka pelaksanaan panen selalu diupayakan serentak dari blok yang sama. Sehingga teknisnya pencatatan buah oleh Kerani Panen setelah pemanen
34
menyusun buah di TPH dan begitu juga selanjutnya unit yang memuat buah bekerja setelah Kerani Panen mencatat jumlah buah. Kriteria matang panen. Kriteria matang panen adalah parameter yang digunakan oleh perusahaan dalam menentukan buah sudah layak panen atau belum. Tujuan utamanya adalah memotong semua janjang yang matang panen dengan mutu panen sesuai standar untuk memaksimalisasi perolehan minyak dengan Oil Extraction Rate (OER) dan kualitas minyak yang diolah. Ketentuan yang digunakan oleh Perkebunan Pantai Bonati untuk menentukan apakah buah sudah layak panen adalah sekurang-kurangnya terdapat lima brondolan/janjang di piringan sebelum panen. Brondolan di piringan tersebut adalah brondolan yang lepas secara normal, bukan brondolan yang lepas karena serangan tikus atau serangan penyakit. Selain itu perubahan warna juga menjadi ketentuan, yaitu perubahan warna dari buah yang berwarna hijau berubah menjadi kehitaman kemudian menjadi merah mengkilat atau orange. Rotasi panen. Rotasi panen merupakan waktu yang diperlukan antara panen terakhir dan panen berikutnya ditempat yang sama. Rotasi Panen di Perkebunan Pantai Bonati ditetapkan berdasarkan seksi panen yang ada di Perkebunan Pantai Bonati, yaitu 6/7 (rotasi normal < 9 hari), artinya dalam satu minggu terdapat enam hari panen sehingga terdapat enam seksi panen. Penetapan rotasi panen dapat dipertimbangkan sesuai pengaruhnya terhadap kadar ekstraksi minyak atau Oil Extraction Rate (OER) dan kualitas minyak yang dihasilkan. Rotasi panen erat kaitannya dengan kerapatan panen, kapasitas pemanen (tenaga kerja), kondisi cuaca dan keadaan pabrik. Oleh karena itu, rotasi panen dalam realitanya berubah-ubah tergantung kondisi di lapangan. Rotasi panen merupakan faktor pembatas bagi Perkebunan Pantai Bonati dalam menentukan produksi TBS, kualitas/mutu buah, mutu transport, pengolahan TBS di PKS dan biaya eksploitasi. Pada Perkebunan Pantai Bonati panen rendah akan menyebabkan rotasi berubah menjadi 7 - 9 hari (100%) dan pada panen puncak bisa mencapai 9 - 12 hari bahkan melebihi 12 hari. Angka kerapatan panen (taksasi). Kerapatan panen adalah jumlah pokok yang akan dipanen dalam satu blok tertentu dalam satu hari. Tujuan kegiatan ini adalah untuk memudahkan pengaturan dan pelaksanaan pengerjaan
35
panen di kebun dan pengolahan di pabrik, mengetahui jumlah tenaga pemanen yang dibutuhkan untuk menyelesaikan panen pada luasan tertentu, memudahkan penyediaan dan pengaturan transportasi. Alat dan perlengkapan panen. Alat yang digunakan dalam kegiatan panen di Perkebunan Pantai Bonati adalah alat panen yang digunakan untuk tanaman kelapa sawit yang berumur > 10 tahun, yaitu egrek, galah panen, kampak, ganco, karung (goni) dan angkong. Galah panen adalah gagang pisau egrek yang dibuat dari aluminium sedangkan ganco digunakan untuk meletakkan buah yang telah dipanen kedalam angkong yang selanjutnya akan dibawa ke TPH menggunakan angkong. Kampak digunakan untuk memotong gagang panjang TBS sebelum dibawa ke TPH. Karung (goni) digunakan oleh pengutip brondolan untuk menampung brondolan yang telah dikutip, untuk kemudian dikumpul di TPH nya masing-masing. Peralatan panen yang digunakan di Perkebunan Pantai Bonati dapat dilihat pada Gambar 8.
(a) Egrek
(c) Kampak
(b) Ganco
(d) Angkong
Gambar 8. Peralatan Panen di Perkebunan Pantai Bonati Untuk lebih mengetahui Alat dan perlengkapan panen, spesifikasi alat beserta penggunaannya dapat dilihat pada Tabel 6.
36
Tabel 6. Peralatan Panen yang Digunakan di Kebun Pantai Bonati No
Nama Alat
Spesifikasi
1
Pisau Egrek
Berat 0,5 kg, panjang pangkal 20 cm, panjang pisau 45 cm, sudut lengkung dihitung pada sumbu 135
2
Goni (karung)
3
Angkong
4
Ganco
Besi beton 3/8”, panjang sesuai kebiasaan setempat
5
Galah panen
Aluminium ukuran 6 cm dan 12 m
6
Batu asah
7
Kampak
8
Dodos besar
9
Tali nilon
10
Clame 32 (penjepit egrek)
Lebar mata 14 cm, lebar tengah 12 cm, tebal tengah 0,5 cm, tebal pangkal 0,7 cm, diameter gagang 4,5 cm, panjang total 18 cm 5 cm, pilin 3, 1 kg=43 m=5 egrek
Penggunaan Potong Buah Tanaman umur > 9 tahun Memuat brondolan ke TPH Wadah transport TBS ke TPH Memuat/membongk ar TBS ke/dari alat transport Galah pisau egrek Pengasah egrek, dodos, dan kampak Memotong gagang panjang Potong buah tanaman umur 5 - 8 tahun
Penjepit egrek dengan galah panen
Sumber : Komite Pedoman Teknis Kelapa Sawit Minamas Plantation, 2004 Pengangkutan TBS (tandan buah segar). Tandan buah segar yang telah dikumpulkan di TPH harus segera diangkut ke Pabrik Kelapa Sawit (PKS), hal ini dilakukan untuk mencegah peningkatan Asam Lemak Bebas (ALB). Buah dimuat kedalam truk pengangkut oleh pemuat. Di Perkebunan Pantai Bonati pemuat terbagi atas kelompok kecil dengan anggota 3 orang/kelompok. Satu kelompok bertugas memuat untuk satu armada angkut TBS dan masingmasing kelompok memiliki hanca sendiri-sendiri yang ditentukan oleh Kerani Transport. Basis untuk pemuat 3 ton/HK sedangkan hari Jumat basis pemuat menjadi 2141 kg/HK. Kendala yang dialami pemuat antara lain sulitnya areal (sulitnya armada menjangkau TPH), kondisi TPH yang berpasir dan tidak bersih, memuat pada waktu malam hari dan cuaca.
Aspek Manajerial
Pendamping Mandor Karyawan pada Perkebunan Pantai Bonati terbagi menjadi dua, yaitu karyawan staf dan karyawan non staf. Staf terdiri dari Estate Manager, Senior Asisten (Asisten Kepala), Asisten Divisi dan Kepala Administrasi. Karyawan tingkat non staf adalah tim supervisi yang terdiri dari Mandor I dan MandorMandor lain, serta Kerani Kebun yang terdiri dari Kerani Divisi dan Kerani Buah atau Kerani Panen. Tugas dan tanggung jawab staf beserta Mandor dimulai dari lingkaran pagi pukul 05.30 yang dilakukan setiap hari kerja dimana Asisten Divisi memberikan pengarahan kepada seluruh Mandor di divisinya mengenai pekerjaan yang akan dilakukan serta evaluasi dari kegiatan sebelumnya. Setelah lingkaran pagi masingmasing Mandor memberikan pengarahan mengenai pekerjaan dan penetapan hanca yang akan dikerjakan pada hari itu ke masing-masing karyawan bawahan. Mandor juga bertugas mengawasi dan menempatkan karyawan sesuai dengan hancanya masing-masing kemudian mencatat hasil pekerjaan pada BKM (Buku Kegiatan Mandor), serta melakukan pengabsenan kepada para karyawan. Kerani Panen bertugas mencatat hasil penghitungan atau pemeriksaan buah di Tempat Pengumpulan Hasil (TPH) ke dalam Buku Penerimaan Buah. Lingkaran pagi dilakukan oleh Asisten Divisi, Mandor, Kerani Transport, Kerani Panen. Pekerjaan dimulai pukul 06.30 – 14.00 WITA dengan istirahat selama 45 menit antara pukul 11.45 – 12.30 WITA. Pekerjaan yang telah dilakukan penulis selama satu bulan menjadi pendamping Mandor di Perkebunan Pantai Bonati adalah mengawasi panen, pengendalian gulma (semprot gawangan kimiawi, semprot piringan kimiawi, pengendalian gulma manual), pemupukan, menghitung buah dan mengawasi kualitas buah sebagai Kerani Panen, serta Kerani Divisi. Target yang dibebankan kepada setiap Mandor oleh perusahaan adalah absensi karyawan > 90 %, jam kerja efektif 7 jam dan memberi laporan pertanggungjawaban yang lengkap pada Mandor I dan Asisten Divisi.
38
Pengendalian gulma. Kegiatan pengendalian gulma yang diawasi penulis terdiri dari pengendalian gulma gawangan kimiawi, piringan kimiawi dan pengendalian gulma manual yang terdiri dari dongkel anak kayu (DAK) dan piringan manual (Racking). Mandor semprot memberikan pengarahan kepada karyawan mengenai pelaksanaan teknis penyemprotan, blok mana yang harus disemprot, konsentrasi atau dosis herbisida yang digunakan sesuai dengan kerapatan gulma, hanca tiap karyawan, serta kekurangan yang terjadi pada hari sebelumnya. Mandor semprot mempunyai tanggung jawab untuk mencapai target yang telah diberikan, yaitu pemeliharaan alat, rotasi tepat jadwal, gulma sasaran mati > 85%, bahan herbisida yang digunakan harus tepat (efektif dan efisien) dan selektivitas penyemprotan terjaga. Pemupukan. Mandor Pupuk memberikan pengarahan kepada karyawan mengenai pelaksanaan teknis pemupukan, blok mana yang harus dipupuk, jumlah pupuk yang akan digunakan beserta dosisnya, membuat surat pengantar permintaan barang (bon pupuk). Mandor Pupuk mempunyai tanggung jawab untuk mencapai target yang telah diberikan, yaitu pupuk teraplikasi semua sesuai dengan rekomendasi pemupukan yang telah diberikan, meminimalisir losses pupuk, karung pupuk tersusun rapi dan mengawasi kegiatan pemupukan dari awal. Aplikasi janjang kosong (JJK). Aplikasi janjang kosong biasanya dilakukan oleh karyawan BHL (Buruh Harian Lepas), Mandor aplikasi janjang kosong memberikan arahan kepada karyawan mengenai pelaksanaan teknis pengaplikasian, blok mana yang akan diaplikasikan, kekurangan-kekurangan yang terjadi pada hari sebelumnya, serta pengawasan terhadap kinerja karyawan. Mandor Janjang Kosong mempunyai tanggung jawab untuk mencapai target yang telah diberikan, program aplikasi janjang kosong yang direncanakan selesai akhir tahun. Perawatan jalan dan titi panen. Memberikan pengarahan kepada karyawan mengenai jalan mana yang harus diperbaiki dan kekurangan yang terjadi pada hari sebelumnya, melakukan survei lokasi dimana saja yang membutuhkan titi panen dan titi panen yang harus diganti, mandor perawatan
39
jalan dan titi panen memilki target utama yaitu memelihara jalan dan titi panen agar dapat dilalui oleh angkutan panen dan pemanen. Panen. Pengawasan kegiatan panen adalah bagian yang sangat penting untuk dilakukan karena panen merupakan sumber pemasukan uang untuk membiayai seluruh kegiatan operasional kebun. Pengawasan panen dilakukan dari tingkat Mandor sampai Manajer yang bersifat kontrol, baik kualitas pekerjaan panen maupun kualitas hasil panen. Adapun target yang diberikan perusahaan kepada Mandor Panen adalah persentase rotasi < 9 hari mencapai 100%, artinya satu seksi selesai 100%. Brondolan tinggal < 2 brondolan/janjang, buah lewat matang < 5%, kematangan > 95%, over prunning 0%, dan susunan pelepah disusun di gawangan mati dan berbentuk huruf “U”. Tugas utama Mandor Panen antara lain : mengikuti lingkaran pagi dengan Asisten dan Mandor I, melaksanakan antrian pagi dengan seluruh karyawan panen di lapangan, memeriksa seluruh perlengkapan kerja pemanen dan pembrondol, memastikan seluruh karyawan telah masuk pada hanca masing-masing, mengawasi seluruh kegiatan potong buah dan pengutipan brondolan, melakukan pengecekan mutu buah dan hanca, memastikan hanca kerja selesai. Kerani panen. Tugas dan tanggung jawab Kerani Panen adalah mengikuti lingkaran pagi dengan Asisten Divisi dan Mandor I, memeriksa mutu buah dan brondolan, menghitung jumlah janjang dan brondolan yang telah dikumpulkan di TPH dan mencatatnya sebelum diangkut oleh angkutan buah. Selanjutnya membuat atau mengisi notes potong buah, laporan kutip brondolan dan laporan penerimaan buah yang diserahkan kepada kantor divisi dan kantor besar kebun. Kerani divisi. Tugas dan tanggung jawab Kerani Divisi adalah membuat laporan harian, mingguan dan bulanan dalam divisinya, membuat permintaan bahan/material yang dibutuhkan di lapangan setiap hari dalam divisinya, membuat daftar hadir karyawan, mencatat seluruh kegiatan harian perawatan dan produksi, membuat dan merekap data produksi harian serta bertanggung jawab kepada Asisten dan Mandor I, Kerani Divisi dibantu oleh Pembantu Kerani. Kerani transport. Tugas utama Kerani Transport adalah mengikuti lingkaran pagi bersama Asiten dan Mandor I, mengatur operasional unit transport TBS dan kenek muat, menghitung jumlah janjang dan kg brondolan yang
40
terangkut dalam setiap truk, membuat surat pengantar buah (SPB), bertanggung jawab terhadap kelancaran transport buah sampai ke PKS selama 24 jam, serta membuat laporan harian janjang yang diangkut per TPH per blok.
Pendamping Asisten Manajemen tingkat staf terdiri dari dari Manajer Kebun dan Asisten yang dibantu oleh unsur pendukung lainnya. Tugas dan tanggung jawab Asisten Divisi adalah mengawasi seluruh kegiatan kebun dan bertanggung jawab langsung kepada Manajer Kebun, mengelola kegiatan divisi untuk mencapai target produksi, pembinaan sumber daya manusia yang ada di divisi, pengaturan biaya yang telah disetujui Manajer Kebun dan berwenang untuk memberi persetujuan atas buku Mandor. Asisten Kebun juga bertanggung jawab secara penuh terhadap kondisi kebun selama 24 jam, yang meliputi semua pekerjaan yang ada di divisi maupun dalam lingkungan kemasyarakatan. Selama menjadi pendamping Asisten kegiatan yang dilakukan yaitu pengawasan terhadap semua pekerjaan yang ada di Divisi I secara keseluruhan baik terhadap pekerja maupun Mandor. Mengikuti kegiatan administrasi di Kantor Besar, mengontrol pekerjaan bersamaan dengan Asisten Divisi ke setiap blok yang ada pekerjaan dan pengecekan mutu hanca karyawan panen. Untuk kegiatan panen, Asisten akan menyediakan waktu yang lama dalam pengontrolan agar pekerjaan tersebut dilakukan dengan baik.
PEMBAHASAN
Persiapan Panen Secara sistematis sebelum melangkah pada tahap pelaksanaan, proses perencanaan harus dilakukan secara detil. Kegiatan mencakup penetapan seksi panen, penetapan luas hanca kerja pemanen dan penetapan luas hanca kerja per mandoran. Persiapan panen merupakan penyiapan areal yang akan di panen. Persiapan panen berkaitan dengan penyediaan tenaga kerja dan alat-alat panen yang diperlukan. Kegiatan awal lainnya dalam persiapan panen adalah pembuatan atau peningkatan mutu jalan, karena jalan merupakan faktor penunjang yang penting dalam pengangkutan hasil dari kebun ke PKS. Akses jalan yang perlu disiapkan untuk proses panen antara lain jalan penghubung (jalan utama), jalan produksi, pasar pikul, piringan, gawangan tanaman, pemasangan titi panen, pemeliharaan jalan dan pemeliharaan tempat penampungan hasil (Sunarko, 2009).
Sistem Panen Sistem panen yang digunakan di Perkebunan Pantai Bonati adalah sistem Block Harvesting System, yaitu sistem panen yang penyelesaian kegiatan panennya setiap hari kerja terkonsentrasi pada satu seksi tetap per kebun atau per divisi berdasarkan interval yang telah ditentukan. Sistem BHS ini diperkuat dengan sistem pelaksanaan panen dengan hanca giring tetap. Hanca giring tetap adalah pemanen diberikan hanca per baris tanaman dan digiring bersama-sama pada hanca yang sama pada rotasi berikutnya. Perkebunan Pantai Bonati menggunakan sistem panen hanca giring tetap. Pada sistem ini diharapkan buah cepat keluar sehingga mempercepat proses pengangkutan dan dapat meminimalkan kehilangan hasil produksi akibat buah tinggal. Adapun kelebihan hanca giring tetap ini adalah : mudah dalam pembagian hanca harian, mudah dalam pengawasan pekerjaan, pencatatan hasil pekerjaan dan pencatatan pekerja yang melakukan kesalahan dapat dengan mudah dilakukan, Mandor aktif melakukan pengawasan dan distribusi buah cukup teratur karena umumnya dimulai pada seksi yang sama. Kekurangan dari sistem hanca
42
ini adalah sulit mengganti pemanen yang tidak masuk kerja. Denah pelaksanaan panen di Perkebunan Pantai Bonati dapat dilihat pada Gambar 9.
M.1+TK
A.
A.
M.2+TK M.3+TK M.4+TK
A.
- Kemandoran 1,2,3,4 memasuki satu blok bersamaansecara serentak dengan start awal yang searah. Tidak di benarkan setiap - kemandoran bergerak dengan arah yang berbedabeda.
Gambar 9. Denah Pelaksanaan Panen Perkebunan Pantai Bonati Untuk mengatasi kekurangan pada sistem hanca giring tetap, maka Perkebunan Pantai Bonati membentuk Kelompok Kecil Pemanen (KKP) dengan anggota 3 – 4 orang. KKP ini bertujuan apabila terdapat salah satu pemanen yang tidak masuk dalam kelompok tersebut, maka anggota kelompok tersebut yang mempunyai kewajiban untuk menyelesaikan hanca anggota yang tidak masuk. Dalam satu kemandoran di Divisi I Perkebunan Pantai Bonati terdapat 3 – 4 KKP, tetapi seiring dengan berjalannya waktu KKP ini sudah jarang digunakan. Untuk mengatasi ketinggalan hanca perusahaan mewajibkan kemandoran panen lain yang berada didepan untuk melakukan penyisiran (membantu) hanca panen yang ketinggalan, maka sistem panen hanca giring tetap akan diubah menjadi hanca giring atas komando dari Mandor Panen dengan tujuan untuk mengatasi rotasi terlambat. Dalam operasionalnya pelaksanaan BHS dapat dikelompokkan menjadi : BHS non DOL (non division of labour) dan BHS by DOL (division of labour), BHS by DOL terdiri dari : BHS DOL-2, yaitu BHS yang menggunakan dua orang pemanen yang terdiri dari tenaga potong buah dan pengutip brondolan serta BHS DOL-3, yaitu BHS yang menggunakan tiga orang pemanen yang terdiri dari tenaga potong buah, pengutip brondolan dan pengangkut buah ke TPH. Block harvesting System yang diterapkan di Perkebunan Pantai Bonati adalah BHS DOL-2. Berdasarkan pembagian sistem panen tersebut maka dilakukan pengamatan untuk mengetahui pengaruh dari sistem panen DOL-3 terhadap hasil
43
panen dari kegiatan potong buah (janjang) dan kegiatan kutip brondolan (kg) serta pengaruhnya terhadap rotasi panen. Perbandingan hasil panen dan rotasi panen yang dihasilkan dari sistem panen DOL-2 dan DOL-3 dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Perbandingan Hasil Panen dan Rotasi Panen yang Dihasilkan dari Sistem Panen DOL-2 dan DOL-3 Parameter Hasil Panen
Sistem Panen DOL-2 DOL-3 9914 9064
Rekapitulasi data kutip brondolan dari 46 orang tenaga pemberondol (kg) Rekapitulasi data potong buah dari 46 4519 3999 tenaga potong buah (janjang) Rotasi panen normal (%) 94 96 Sumber : Kantor Divisi I Pekebunan Pantai Bonati 2011 Keterangan : tn) uji t - student tidak berbeda nyata pada taraf 5%. n ulangan dalam hari. Rotasi panen normal 6/7 (rotasi < 9 hari)
n (hari)
Uji t
3
tn)
3
tn)
Pada Tabel 7 dapat diketahui bahwa hasil panen yang dihasilkan dari kutip brondolan dan potong buah pada perbandingan dua sistem panen DOL-2 dan DOL-3 tidak berbeda nyata hasil uji t-student pada taraf 5 %, walaupun dari hasil rata-rata ada perbedaan hasil dari kedua sistem panen. Begitu juga untuk rotasi panen tidak terjadi perubahan yang berarti dimana rotasi panen normal (< 9 hari) yang diharapkan tidak tercapai. Artinya sistem panen BHS DOL-3 tidak memberikan perubahan atau pengaruh terhadap hasil panen dan rotasi panen. Perubahan sistem panen BHS DOL-2 menjadi BHS DOL-3 dilakukan selama satu bulan. Perubahan sistem panen ini juga diikuti dengan perubahan basis panen, komposisi pemanen dan luas hanca panen tetapi tanpa merubah budget panen dan premi panen yang ditetapkan perusahaan. Rata-rata jumlah tenaga potong buah dan pengutip brondolan disetiap kemandoran di Perkebunan Pantai Bonati adalah 14 orang. Pada sistem panen BHS DOL-2 pada setiap kemandoran tim pemanen terdiri dari 2 orang pemanen, berarti setiap kemandoran terdiri dari 14 tim panen. Pada sistem panen BHS DOL-3 pada setiap kemandoran tim pemanen terdiri dari 3 orang pemanen, berarti setiap kemandoran terdiri dari 7 tim panen. Perubahan komposisi tim pemanen juga diikuti dengan perubahan luas hanca panen. Pada
44
sistem panen DOL-2 luas hanca setiap tim panen rata-rata 4.5 ha/HK, sedangkan pada sistem panen BHS DOL-3 luas rata-rata hanca pemanen menjadi 9 ha/HK. Perubahan juga terjadi pada basis borong pemanen, dengan cara penggabungan dua basis borong dari sistem panen BHS DOL-2, sedangkan untuk budget dan premi panen tidak ada perubahan, karena jumlah pemanen yang digunakan sama dan premi panen tetap. Komposisi premi panen untuk tim panen adalah 50 % : 50 %, yaitu 50 % untuk tenaga potong buah dan 50 % untuk pengangkut buah ke TPH. Premi panen untuk pengutip brondolan tetap. Masalah utama pada sistem panen BHS DOL-3 ini adalah belum ditetapkannya premi panen baru, komposisi panen dan tenaga pengutip brondolan yang sering ketinggalan. Premi panen baru perlu ditetapkan karena setiap pekerjaan memiliki tingkat kesulitan tersendiri. Berdasarkan pengamatan di lapangan pekerjaan mengangkut buah ke TPH lebih sulit dibandingkan dengan pekerjaan potong buah. Komposisi tim panen juga perlu diperbaiki agar setiap tim panen terjadi kekompakan. Permasalahan lainnya adalah pengutip brondolan yang sering ketinggalan karena luas hanca dan basis borong yang bertambah dan pekerjaan kutip brondolan membutuhkan waktu yang lebih lama jika dibandingkan dengan potong buah dan mengangkut buah ke TPH. Untuk itu perlu adanya perumusan untuk pembagian premi yang lebih baik yang didasarkan pada spesialisasi (tingkat kesulitan) pekerjaan, setiap tim pemanen terdiri dari orangorang yang kompak dan perlu penambahan tenaga pengutip brondolan. Berikut beberapa hal yang selalu menjadi perhatian dalam pelaksanaan Block Harvesting System. 1. Penyelesaian hanca panen harus blok per blok secara menyambung kearah Collection Road atau searah dengan Main Road ( timur – barat atau sebaliknya ). 2. Seluruh mandoran panen dalam divisi harus melakukan potong buah pada seksi yang sama pada setiap harinya ( 3 mandoran menjadi satu “ geng “ ). 3. Dalam satu harinya diupayakan 1 seksi selesai pada hari itu juga. 4. Tata batas hanca pemanen dan mandoran harus jelas. 5. Kegiatan panen dan pengutipan brondolan harus dimulai dan diakhiri dengan arah yang sama. 6. Hanca pemanen dan mandor bersifat tetap.
45
Penetapan Seksi Panen Luas areal yang akan di panen atau seksi panen merupakan pengelompokan blok-blok areal tanaman menghasilkan dengan fungsi utama sebagai kerangka kerja yang harus diselesaikan dalam satu hari panen, sehingga aspek kemampuan penyelesaian menjadi hal terpenting dalam penetapan seksi panen Contoh perhitungan : Divisi I Perkebunan Pantai Bonati dengan luas areal TM 987 ha, dengan estimasi produksi 25 ton/ha/tahun, maka untuk pembagian areal tersebut dalam enam seksi dapat dihitung sebagai berikut : 1. Penetapan luas area produksi per seksi per rotasi panen (ha/seksi/rotasi) 987 ha
luas rata-rata per seksi :
luas rata-rata per 5 jam kerja :
koefisien penambah luas area :
luas rata-rata seksi panen hari biasa : 164.5 ha + 7.83 ha = 172.33 ha luas rata-rata seksi panen hari jumat : 117.5 ha + 7.83 ha = 125.33 ha
= 164.5 ha/seksi
6 seksi 5 jam
x 164.5 ha = 117.5 ha
7 jam 164.5 ha −117.5 ha 6 seksi
= 7.83 ha
2. Penetapan rencana produksi per seksi per rotasi panen (ton/ha/seksi/rotasi) 25 ton /ha
produksi rata-rata per rotasi panen :
estimasi produksi rata-rata per seksi panen: hari biasa (7 jam kerja) : 0.52 ton/ha x 172.33 ha = 89.61 ton hari jumat (5 jam kerja): 0.52 ton/ha x 125.33 ha = 65.17 ton
48 rotasi /tahun
= 0.52 ton/ha/rotasi
Untuk mengetahui luas seksi panen Divisi I Kebun Pantai Bonati dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Luas Seksi Panen Divisi I Perkebunan Pantai Bonati Seksi Panen A B C D E F
Luas ..............(ha)................ 184 164 180 179 140 142
Sumber : Kantor Divisi I Perkebunan Pantai Bonati 2011
46
Berdasarkan data pada Tabel 8, dilakukan perbandingan dengan luas areal aktual dengan tujuan untuk mengetahui perbedaan antara luas areal yang ditetapkan tanpa mempertimbangkan faktor lain dengan luas areal aktual yang mempertimbangkan faktor lain. Perbandingan antara luas areal perhitungan dengan luas areal aktual dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Perbandingan Luas Areal Perhitungan dengan Luas Areal Aktual Seksi X Y
A B C D E F Total .......................................................(ha)................................................................ 172.33 172.33 172.33 172.33 172.33 172.33 987 184 162 180 179 140 142 987
Keterangan : X = luas area yang ditetapkan tanpa mempertimbangkan faktor lain (ha) Y = luas area aktual (dengan mempertimbangkan faktor lain) (ha) Dari Tabel 9 dapat diketahui bahwa luas areal seksi panen aktual dengan luas areal seksi panen berdasarkan perhitungan bebeda, hal ini menunjukkan bahwa dalam penentuan luas areal seksi panen perlu mempertimbangkan faktorfaktor lain. Faktor-faktor tersebut antara lain kondisi topografi dan posisi blok terhadap blok yang lain. Oleh karena itu, keselarasan dan estimasi produksi dalam setiap seksi harus direncanakan sebaik mungkin. Pada pelaksanaannya BHS menggunakan metode hanca giring tetap sehingga jumlah tenaga kerja relatif tetap.
Penetapan Luas Hanca Pemanen Penetapan luas hanca pemanen terlebih dahulu ditentukan jumlag tenaga kerja panen dengan pertimbangan : Estimasi produksi (ton/ha) per seksi panen per rotasi Hasil panen pemanen (kg/HK) yang diinginkan Hectar coverage (ha/HK) optimum yang dapat diselesaikan oleh pemanen Homogenitas tanaman Kondisi topografi Cara Penetapan tenaga kerja panen di Perkebunan Pantai Bonati dapat dilihat berdasarkan data pada Tabel 10.
47
Tabel 10. Penetapan Tenaga Kerja Panen Divisi I Divisi
Tahun Tanam
Luas
Produktivitas
...(ha)... ...(ton/ha/rotasi)... I
Total
Kapasitas Pemanen ...(kg/HK)...
Jumlah TK Panen ...(orang)...
Hanca ....(ha)....
1996
254
0.58
2700
35
4.7
1997
511
0.51
2600
32
5
1998
222
0.47
2500
31
5
987
0.52
2 600
33
4.9
Sumber : Kantor Besar Perkebunan Pantai Bonati Perhitungan penetapan tenaga kerja panen dengan rumus : TK panen = Luas rata-rata per seksi x produktivitas (ton/ha/rotasi) x 1000 Kapasitas pemanen Luas rata-rata per seksi = 987 ha : 6 seksi = 164.5 ha/seksi TK Panen = 164.5 ha x 0.52 ton/ha/rotasi x 1000 = 33 orang 2 600 kg/HK Penetapan tenaga kerja panen di Perkebunan Pantai Bonati yang menggunakan sistem BHS by DOL-2 adalah dengan menggunakan perbandingan 1 : 1 untuk jumlah tenaga pengutip brondolan (picker) dan jumlah tenaga kerja potong buah (cutter). Hasil panen final pemanen dibagi dua, Hal ini dimaksudkan agar pasangan antara cutter dan picker dapat lebih sinergi dalam menyelesaikan hanca kerja. Berdasarkan contoh perhitungan pada Tabel 10, maka output final setiap pemanen adalah 2 600 : 2 = 1 300 kg/HK. Pengutip brondolan bertugas mengutip brondolan sampai bersih. Tenaga potong buah bertugas melakukan kegiatan potong buah, menyusun pelepah dengan rapi membentuk huruf “ U ” dan mengangkut buah ke TPH. Tenaga kerja panen di Perkebunan Pantai Bonati dapat dilihat pada Gambar 10.
(a) Karyawan Potong Buah (Cutter)
(b) Karyawan Kutip Brondolan (Picker)
Gambar 10. Tenaga Kerja Panen
48
Penetapan Luas Hanca Kemandoran Penetapan luas hanca kemandoran, berfungsi sebagai kerangka kerja tetap untuk mempertajam (fokus) proses supervisi sehingga diharapkan timbul tanggungjawab atas mutu hanca dan siklus buah jangka panjang, membangun budaya kompetisi yang sehat antar Mandor, rasio tenaga Mandor dan pekerja lebih efisien. Perhitungan kebutuhan Mandor Panen di Perkebunan Pantai Bonati dilakukan dengan membagi total tenaga panen (cutter dan picker) dengan jumlah ideal tenaga panen (20 orang). Rasio ideal pekerja dan Mandor adalah 1 : 20 tenaga kerja sedangkan untuk kebutuhan Kerani Panen adalah sesuai dengan Mandor Panen yaitu 1 : 1. Berdasarkan contoh perhitungan tenaga kerja panen padal Tabel 10, maka kebutuhan Mandor Panen adalah : Tenaga kerja pemanen = 33 Tenaga kerja pemberondol = 33 Total 66 Jumlah kemandoran panen yang diperlukan adalah : 66 = 3 kemandoran. 20 Perkebunan Pantai Bonati juga menggunakan rumus standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan yaitu hectare cover (ha/HK/rotasi) 1/16 ± 10%, yang artinya setiap tenaga kerja panen mendapat 16 ± 10% ha/HK/rotasi. Penetapan ini berdasarkan luas areal panen, hasil panen yang diinginkan, hectare cover (ha/HK) dan estimasi produksi. Pengamatan
terhadap
tenaga
kerja
panen
dilakukan
dengan
membandingkan hasil panen (kg/HK) yang dihasilkan pemberondol BHL dan SKU. Hasil pengamatan dicari rata-rata hasil panen (kg/HK) yang selanjutnya dianalisis dengan uji t-student pada taraf 5%. Perbandingan hasil panen yang dihasilkan karyawan pembrondol SKU dan BHL dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Perbandingan Hasil Panen yang Dihasilkan Pemberondol SKU dan BHL Karyawan
n
Kemandoran
I II III .......(hari)....... ............................(kg)......................... SKU (kg) 3 273.8 tn) 269.92 tn) 244.29 tn) BHL (kg) 3 297.41 tn) 353.68 tn) 232.76 tn) Sumber : Hasil pengamatan penulis 2011 Keterangan : tn) = hasil uji t - student tidak berbeda nyata pada taraf 5%.
49
Hasil pada Tabel 11 menunjukkan bahwa hasil panen (kg/HK) yang dihasilkan karyawan pemberondol SKU dan pemberondol BHL tidak berbeda nyata dari tiga kemandoran yang diamati. Pengamatan ini sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti kondisi areal yang berbeda, yaitu dalam satu seksi panen ada areal yang bergelombang dan datar dan hectare coverage (ha/HK) dari karyawan pemberondol. Dapat disimpulkan hasil panen (kg/HK) yang dihasilkan antara karyawan SKU dan BHL tidak berbeda nyata, artinya status karyawan dan sistem upah yang berbeda tidak mempengaruhi hasil panen (kg/HK) karyawan kutip brondolan. Pengamatan juga dilakukan dengan membandingkan hasil panen (jumlah janjang) yang dihasilkan oleh pemanen penuh dengan pemanen yang memiliki pekerjaan sampingan. Tujuan pengamatan ini untuk mengetahui pengaruh pekerjaan sampingan yang dimiliki pemanen terhadap hasil panen (janjang/HK) yang dihasilkan. Hal ini dilatar belakangi oleh banyaknya pekerja yang memiliki pekerjaan sampingan. Pada pengamatan ini langkah awal yang dilakukan dengan mewawancarai pemanen dari setiap kemandoran untuk mengetahui pekerjaannya. Perbandingan hasil panen antara karyawan panen penuh dengan karyawan yang memilki pekerjaan sampingan dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Perbandingan Hasil Panen yang Dihasilkan Pemanen Penuh dengan Pemanen yang Memiliki Pekerjaan Sampingan Pemanen
n
Kemandoran I II III .....(hari)..... .....................(janjang/HK)...................... Bekerja penuh 4 587 a 468 a 461 a Bekerja sampingan 4 452 b 462 a 425 a Sumber : Hasil pengamatan penulis 2011 Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji t – student pada taraf 5 %. Hasil panen (janjang/HK) pada Tabel 12 menujukkan bahwa kemandoran I menunjukkan perbedaan nyata hasil uji t-student pada taraf 5%, pemanen penuh menghasilkan janjang/HK lebih besar dibandingkan pemanen yang memiliki pekerjaan
sampingan.
Dapat
disimpulkan
bahwa
pekerjaan
sampingan
mempengaruhi hasil panen (janjang/HK) yang dihasilkan oleh pemanen pada
50
kemandoran I. Hal ini berbeda dengan kemandoran II dan III, pada kemandoran II dan III tidak menunjukkan perbedaan nyata hasil uji t-student pada taraf 5 %. Artinya pekerjaan sampingan tidak mempengaruhi hasil panen (janjang/HK) yang dihasilkan oleh pemanen. Perbedaan hasil pada pengamatan ini dapat dipengaruhi oleh faktor keterampilan pemanen, yaitu keterampilan/kerajinan pemanen dan lama bekerja (pengalaman kerja).
Rotasi Panen Rotasi panen merupakan waktu yang diperlukan antara panen terakhir dan panen berikutnya di tempat yang sama, rotasi panen tergantung dari kecepatan buah matang dan penentuan rotasi panen terkait dengan kerapatan panen (Sunarko,2009). Rotasi panen atau interval panen adalah faktor penentu yang mempengaruhi produksi, kualitas buah, pengolahan di PKS serta biaya. Dapat dijelaskan dengan rotasi panen terlambat (rotasi > 9 hari) akan menyebabkan buah cenderung over ripe (terlalu masak) bahkan dapat menjadi empty bunch (janjang kosong). Hal ini akan mengakibatkan jumlah brondolan sangat tinggi, sehingga akan memperlambat penyelesaian hanca kerja, basis borong sulit terpenuhi (output kg/HK turun dan biaya panen meningkat), peluang kehilangan hasil (janjang masak tinggal di tanaman dan brondolan tidak dikutip) sangat tinggi, kualitas minyak yang dihasilkan rendah karena Asam Lemak Bebas (ALB) yang dihasilkan dapat melebihi 3 % dan pada akhirnya akan menurunkan nilai jual CPO. Rotasi panen terlalu cepat (umur rotasi < 7 hari) akan mengakibatkan pemanen cenderung memotong buah under-ripe (agak mentah) dan unripe (mentah) untuk memenuhi basis kerja. Akibat meningkatnya buah under-ripe (agak mentah) dan unripe (mentah) dapat menurunkan persentase OER (Oil Extraction Rate), meningkatnya biaya pengolahan karena menurunnya kapasitas oleh PKS akibat tingginya persentase buah mogol (unripe bunch) sehingga proses perebusannya memerlukan waktu yang lebih lama. Rotasi panen di Perkebunan Pantai Bonati yang mengalami keterlambatan umumnya disebabkan oleh tingginya absensi karyawan panen, adanya hari libur, kerapatan panen tinggi dan kondisi cuaca yang tidak memungkinkan. Namun dari
51
beberapa faktor tersebut, tingginya absensi karyawan menjadi faktor utama. Hal ini dibuktikan pada Tabel 13. Tabel 13. Persentase Absensi Karyawan Panen Bulan Januari – Mei 2011 Kemandoran
I II III
Bulan Rata -rata Januari Februari Maret April Mei ...........................................(%)............................................... 13.00 12.66 12.21 13.38 12.08 12.66 12.25 15.65 7.69 9.80 7.32 10.54 17.92 15.38 13.24 9.60 12.92 13.81
Rata - rata 14.39 14.56 11.04 11.06 10.7 Sumber: Kantor Divisi I Perkebunan Pantai Bonati 2011
12.24
Pada Tabel 13 dapat diketahui rata-rata persentase absensi karyawan panen bulan Januari - Mei 2011 pada tiga kemandoran di Perkebunan Pantai Bonati adalah 12.24 %. Persentase ini melebihi standar yang ditetapkan oleh perusahaan yaitu < 10%. Akibat rotasi terlambat pada satu seksi cenderung menyebabkan penyelesaian hanca seksi panen pada hari itu menjadi tertunda selanjutnya mengakibatkan tertundanya pengerjaan seksi hari berikutnya dengan umur rotasi yang semakin terlambat. Kejadian tersebut selanjutnya dapat mengakibatkan pengerjaan panen tersebar sehingga hal ini akan mengakibatkan proses supervisi tidak
fokus,
dan
angkutan
TBS
tersebar
sehingga
menyulitkan
pengorganisasiannya serta kapasitas angkut (ton/unit/hari rendah) mengakibatkan biaya transport (Rp/km/ton TBS) lebih mahal. Untuk mengatasi masalah tersebut perlu aturan yang lebih tegas baik berupa sanksi atau denda, bahkan perusahaan bisa memberikan insentif bagi karyawan dengan tingkat absensi rendah untuk memotivasi kinerja karyawan.
Taksasi Produksi (Angka Kerapatan Panen) Taksasi produksi adalah kegiatan menghitung jumlah tandan buah segar yang akan diperoleh pada waktu panen berdasarkan jumlah dan keadaan tandan bunga betina yang memungkinkan menjadi tandan buah. Berat rata-rata tandan buah sesuai dengan umur tanaman dan jenisnya (Sunarko, 2009). Untuk memperkirakan besarnya produksi yang akan dicapai pada masa tertentu diwaktu
52
yang akan datang, Perkebunan Pantai Bonati menggunakan menggunakan peramalan budget produksi, taksasi produksi semesteran (sensus buah), taksasi produksi bulanan (forecast), taksasi produksi harian. Taksasi
panen
harian
adalah
kegiatan
yang
dilakukan
untuk
memperkirakan produksi pada esok hari. Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengetahui jumlah tenaga pemanen dan untuk memperkirakan jumlah alat transport yang dibutuhkan untuk mengangkut hasil panen. Hasil taksasi ini juga digunakan oleh kebun sebagai laporan sebagai laporan kepada Pabrik Kelapa Sawit (PKS) untuk acuan Mandor grading di PKS. Taksasi panen tercermin dalam perolehan Angka Kerapatan Panen (AKP) pada hari itu. AKP didapat dengan mengambil contoh 15 % dari areal yang akan dipanen esok hari dengan rumus : % AKP = jumlah tandan matang x 100% jumlah pohon sampel Taksasi produksi yang perlu diperhatikan antara lain penetapan jumlah pohon untuk pengamatan, waktu dan cara pengamatan, serta penghitungan produksi. Pengamatan angka kerapatan panen dilakukan terhadap enam blok dengan tiga tahun tanam berbeda dan pengambilan tanaman contoh sebesar 15% dari jumlah populasi tiap blok. Tahun tanam yang diamati adalah tahun tanam 1996, 1997 dan 1998. Pengamatan pertama membandingkan angka kerapatan panen pada tiga tahun tanam berbeda dengan uji t-student pada taraf 5 %, selanjutnya membandingkan angka kerapatan panen pengamatan dengan aktual dilapangan. Hasil perbandingan angka kerapatan panen pada 3 tahun tanam berbeda dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Perbandingan Angka Kerapatan Panen Pada 3 Tahun Tanam Berbeda Tahun Tanam
n
Angka Kerapatan Panen
....(blok).... ..................................(%)............................... 1996 2 25.32 tn) 1997 2 32.25 tn) 1998 2 21.99 tn) Sumber : Hasil pengamatan penulis 2011 Keterangan : tn) = Hasi uji t - student tidak berbeda nyata pada taraf 5%. Menurut Tobing (1992) perbedaan angka kerapatan panen suatu areal tanaman dipengaruhi oleh umur tanaman, lokasi dan iklim. Berdasarkan data pada
53
Tabel 14 dapat diketahui bahwa angka kerapatan panen antara tahun tanam 1996, 1997 dan 1998 tidak berbeda nyata berdasarkan uji t-student pada taraf 5 %. Artinya perbedaan tahun tanam dengan selisih satu tahun tidak berpengaruh terhadap angka kerapatan panen, walaupun berdasarkan hasil rata-rata perhitungan menunjukkan perbedaan hasil. Tobing (1992) menyatakan bahwa kisaran angka kerapatan panen 25 - 100 % menunjukkan produksi tinggi, sedangkan nilai AKP 15 – 20 % menunjukkan produksi sedang. Pengamatan
selanjutnya
membandingkan
angka
kerapatan
panen
pengamatan dan aktual dilapangan. Perbandingan angka kerapatan panen pengamatan dengan aktual dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Perbandingan Angka Kerapatan Panen Pengamatan dengan Aktual Blok (Tahun Tanam) O 19 (1998) N 20 (1998) O 25 (1996) O 26 (1996) P 25 (1997) P 21 (1997)
Angka Kerapatan Panen Pengamatan Aktual ...................................(%).................................. 16.63 20.00 27.36 24.00 23.72 25.00 26.92 23.42 33.06 33.00 31.45 30.02
Sumber : Hasil pengamatan penulis 2011 Dari perbandingan pada Tabel 15 didapatkan selisih antara angka kerapatan panen pengamatan dan aktual 0 – 3.50 %. Perbedaan selisih sebesar 3.50 % masih dapat diterima karena masih dibawah standar maksimum selisih yang tidak diperbolehkan yaitu sebesar 5 %. Selisih tersebut dapat disebabkan tingkat ketelitian saat pengamatan masih rendah atau adanya kesalahan dari pemanen itu sendiri baik dengan adanya pemanenan tandan yang belum memenuhi kriteria matang panen atau adanya buah matang tinggal di tanaman. Apabila kesalahan berasal dari ketidaktelitian pemanen maka dibutuhkan pengawasan yang lebih ketat terhadap kinerja karyawan. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya kerugian yang lebih besar di masa yang akan datang akibat kelalaian pekerja. Hasil rekapitulasi pengamatan angka kerapatan panen dapat dilihat pada Tabel 16.
54
Tabel 16. Rekapitulasi Pengamatan Angka Kerapatan Panen Blok (Tahun Tanam)
Total Tanaman
Tanaman Contoh
Tandan Matang di Tanaman contoh
Angka Kerapatan Panen
................(tanaman)............... .......(tandan)....... .......(%)...... O 19 (1998) 3 775 529 88 16.63 N 20 (1998) 4 034 581 159 27.36 Rata – rata 21.99 O 25 (1996) 4 267 586 139 23.72 O 26 (1996) 4 094 572 154 26.92 Rata – rata 25.32 P 25 (1997) 4 097 611 202 33.06 P 21 (1997) 4 132 569 179 31.45 Rata – rata 32.25 Sumber : Hasil pengamatan penulis 2011 Berdasarkan Tabel 16 angka kerapatan panen dapat digunakan untuk menghitung estimasi produksi pada blok yang diamati, sehingga dapat diketahui berapa jumlah truk unit pengangkut yang dibutuhkan untuk mengangkut hasil panen keesokan hari. Contoh perhitungan estimasi produksi : Estimasi = AKP x jumlah pokok dalam blok x BJR P 25 (1997) = 33.06 % x 4 097 x 15.08 kg = 20 425.38 kg Kebutuhan truk unit pengangkut = 20 425.38 kg : 9 000 kg/unit = 2 unit truk Dibutuhkan 2 unit truk untuk mengangkut tandan buah segar di blok P 25.
Kriteria Matang Panen Tingkat kematangan buah kelapa sawit dapat dilihat dari perubahan warna. Buah kelapa sawit yang masih mentah berwarna hijau, karena pengaruh pigmen klorofil. Selanjutnya buah akan berubah menjadi merah atau orange akibat pengaruh pigmen beta karoten (Sunarko, 2009). Kondisi tersebut menandakan minyak sawit yang terkandung dalam daging buah maksimal dan buah sawit akan lepas dari tangkai tandannya (membrondol). Kriteria matang panen merupakan indikasi yang dapat membantu pemanen untuk memotong tandan buah segar (TBS) pada saat yang tepat. Mutu minyak hasil pengolahan pabrik yang diinginkan adalah memiliki ekstraksi minyak Oil Extraction Rate (OER) > 25 %, dengan kadar asam lemak bebas (ALB) < 3 %.
55
Kriteria panen sendiri meliputi kriteria pemeriksaan buah dan kriteria pemeriksaan mutu hanca. Penggolongan kematangan buah segar di Perkebunan Pantai Bonati dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Penggolongan Kematangan Tandan Buah Segar Kondisi buah
Keterangan
Buah mentah (unripe)
Target Minimum % Tandan 0
Jika tidak ada brondolan yang lepas dari tandan buah janjang atau 0 brondolan Buah kurang matang Jika brondolan yang lepas 0 (under ripe) jumlahnya < 5 brondol/janjang atau 12.5 – 25 % buah luar membrondol, berwarna kemerahan Buah matang (ripe) Jika brondolan yang lepas > 95 jumlahnya 5 brondol/janjang atau buah bagian luar telah membrondol 26 – 50 % Buah lewat matang Jika 51 – 100 % buah luar 5 (over ripe) membrondol atau bagian dalam ikut membrondol Janjang kosong (empty Jika brondolan keseluruhan 0 bunch) yang lepas jumlahnya lebih dari 95 % dan belum ada tanda – tanda busuk pada permukaan potongan gagangnya Sumber : Komite Pedoman Teknis Kelapa Sawit Minamas Plantation 2008
Kriteria matang panen juga berdasarkan jumlah buah sawit yang sudah jatuh (brondolan), yakni 1 - 2 brondolan/kg berat tandan (Sunarko, 2009). Pada Perkebunan Pantai Bonati kriteria matang panen yang digunakan adalah jika 5 brondolan jatuh per janjang atau bagian luar buah yang membrondol telah mencapai 26 - 50 %. Target minimum persen tandan untuk buah matang yang ditetapkan di Perkebunan Pantai Bonati adalah > 95 %. Pada kegiatan di lapangan kriteria panen lima brondolan jatuh di piringan sangat dijadikan pedoman oleh pemanen untuk menentukan kematangan buah, pengamatan visual baru dilakukan apabila pemanen melihat ada brondolan yang tersangkut atau ada kemungkinan buah tersebut merupakan buah abnormal. Kebiasaan pemanen yang menganggap kriteria panen lima brondolan di piringan sebagai pedoman utama jauh lebih baik daripada pemanen menganggap
56
pengamatan visual lebih utama, karena hal ini dapat mengakibatkan tingkat kesalahan panen yang tinggi karena perubahan warna kulit dapat dipengaruhi oleh intensitas cahaya matahari dan musim. Selain pada Tabel 17 juga disertakan kriteria tambahan yang terdiri dari kriteria gagang panjang (long stalk) dan potong gagang (cut stalk), kriteria kesegaran (freshness), kriteria kotoran (contamination), dan kriteria brondolan (losse fruit) dengan kriteria pengamatan tambahan dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Kriteria Pengamatan Kematangan Tambahan Kondisi buah
- Gagang panjang (longstalk) Gagang buah
Keterangan
Target Hasil minimum Grading .................(%)............
Gagang buah yang panjangnya ± 3 cm diukur dari permukaan buah sampai sisi potongan yang miring (pada bagian terpendek)
0
Potongan gagang
Potongan gagang buah yang ikut termuat atau terkirim ke PKS
5
- Kesegaran (freshness) Buah segar
Jika buah dari lapangan yang dikirim dan diterima PKS selambat – lambatnya ≤ 2 hari dari hari panen
100
Buah restan (old crop)
Buah dari lapangan dikirim dan diterima PKS ≥ 2 hari
0
- Kotoran (contamination)
Buah/brondolan tercampur dengan kotoran (tanah, pasir, batu, unsur organik)
0
- Brondolan (losse fruit)
Pemeriksaan meliputi brondolan segar, brondolan busuk, sampah brondolan
0
2.15
6.15
Sumber: Komite Pedoman Teknis Kelapa Sawit Minamas Plantation 2004 dan Kantor Besar Perkebunan Pantai Bonati 2011 Kegiatan pengamatan terhadap kualitas mutu buah dengan unsur yang diamati adalah tingkat kematangan buah. Pengamatan dilakukan dengan mengikuti enam orang pemanen dari tiga kemandoran. Hasil pengamatan kematangan buah Divisi 1 kebun Pantai Bonati dapat dilihat pada Tabel 19.
57
Tabel 19. Pengamatan Mutu Buah (Kriteria Matang Panen) Kemandoran
No. Pemanen
Mentah
Kurang Matang
Matang
Lewat Matang
Busuk
..................................(%)............................... I
42 44 52 54 56 59
0 1.4 92.6 0 2 91.9 II 0 1.9 93.2 0 2.7 90.9 III 0 1.4 94.3 0 0.8 93.9 Rata-rata 0 1.7 92.8 Standar 0 0 > 95 Sumber : Hasil pengamatan penulis 2011 Keterangan : pengamatan dilakukan pada saat rotasi > 9 hari.
4.4 4.6 3.8 4.5 4.9 3.4 4.2 <5
1.4 1.3 0.9 1.8 0.7 1.7 1.3 0
Dari hasil pengamatan mutu buah pada Tabel 19 dapat disimpulkan bahwa tenaga panen pada Divisi 1 Perkebunan Pantai Bonati sudah memiliki pemahaman yang cukup baik atas kriteria matang buah. Hal ini dapat dilihat dari persentase data tandan mentah yang mencapai 0 % dan persentase data tandan matang yang mencapai 92.8 %. Hal ini masih harus ditingkatkan sekaligus dipertahankan dengan cara melakukan supervisi yang lebih fokus dan intensif ke dalam blok. Adapun yang menjadi masalah adalah masih tingginya persentase tandan over ripe yang mencapai 4.2 %. Hal ini menunjukkan rotasi panen yang tinggi (Rotasi > 9 hari) sehingga banyak menyebabkan buah lewat matang bahkan hingga mencapai busuk. Disamping itu masih terdapat buah kurang matang 1.7 % diatas standar kebun yang 0 % dan busuk (JJK) 1.3 %, hal ini ini juga akibat dari rotasi terlambat.
Mutu Hanca dan Kehilangan Produksi Pemeriksaan mutu hanca dilakukan oleh Manajer Kebun, Asisten Kebun, Mandor I, Mandor Panen, Mantri Buah, dan Depertemen Quality Assurance (QA). Pemeriksaan meliputi brondolan tertinggal (piringan, tanaman, pasar pikul dan gawangan mati), buah matang tinggal di tanaman dan kondisi tanaman (pelepah sengkleh, lebih tunas dan pelepah gondrong). Kegiatan pengamatan kualitas mutu
58
hanca dilakukan dengan mengamati brondolan tertinggal, buah matang tertinggal dan kondisi tanaman. Kegiatan pengamatan dilakukan dengan mengikuti enam orang pemanen dari tiga kemandoran.
Brondolan Tertinggal Kehilangan produksi dapat terjadi akibat brondolan tidak dipanen. Menurut Rankine dan Fairhurst (1998), pengutipan brondolan sangat penting karena brondolan mengandung minyak sekitar 48 % sedangkan TBS hanya mengandung sekitar 22 % minyak, Dalam satu tandan terdapat 1 000 – 3 000 brondolan, dengan berat berkisar 10 – 20 g. Dapat disimpulkan bahwa brondolan menyumbangkan keuntungan yang sangat besar dan jika tidak dilakukan pengutipan brondolan maka perusahaan akan kehilangan sejumlah keuntungan. Hasil pengamatan brondolan tinggal pada Tabel 20. Tabel 20. Persentase Posisi Brondolan Tertinggal Presentase Brondolan Mandor
Pemanen Piringan
I II III Rata-rata
1 2 1 2 1 2
Tanaman
Pasar Gawangan Pikul Mati ......................................(%)...................................... 53.38 7.62 32.20 6.77 39.6 13.79 31.03 15.51 60.00 3.33 26.66 10.00 43.47 15.21 39.13 2.17 44.44 11.11 25.92 18.51 32.14 21.42 39.28 7.14 45.51 12.08 32.37 10.01
Sumber : Hasil pengamatan penulis 2011 Dari data pada Tabel 20 dapat disimpulkan bahwa brondolan tertinggal lebih banyak di daerah piringan dan pasar pikul. Faktor utama yang menyebabkan brondolan tertinggal adalah kelalaian dari pengutip brondolan, yang dapat disebabkan karena kurang berpengalaman maupun karena ketidakjujuran pengutip brondolan tersebut. Brondolan yang tidak dikutip selain menyebabkan penurunan produksi juga mengakibatkan munculnya kentosan (anakan sawit) yang dapat menyebabkan biaya pemeliharaan yang membesar dan brondolan hitam akibat tinggal dapat mengurangi kualitas minyak.
59
Pemotongan tandan yang kurang baik juga akan mengakibatkan bunga matahari sehingga brondolan yang tertinggal di bunga matahari tersebut tidak dapat diambil oleh pemberondol. Brondolan tertinggal yang tidak terkutip pada bunga matahari akan mengakibatkan dampak buruk dikemudian hari antara lain akan menimbulkan gulma kentosan dan brondolan busuk akan mengundang berbagai macam penyakit. Selain mengamati posisi brondolan tertinggal, juga dilakukan pengamatan kehilangan hasil atau pemeriksaan mutu hanca. Pengamatan ini dilakukan dengan cara mengikuti enam orang pemanen dari tiga kemandoran. Hasil pengamatan kehilangan hasil atau pemeriksaan mutu hanca dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21. Pengamatan Kehilangan Produksi Akibat Resiko Pemanenan (Pemeriksaan Mutu Hanca) Uraian
Brondolan di piringan Brondolan di pasar pikul Brondolan di gawangan Brondolan di tanaman Brondolan di bunga matahari Buah matang tidak dipanen Buah dipanen tidak terangkut di TPH Janjang panen Rasio brondolan tinggal janjang Janjang tertinggal
Pemanen 1 2 3 4 5 6 ...........................(brondolan).................... 9 0 0 3 0 0 0 18 0.6
19 0 0 1 0 0 0 8 2.5
9 0 0 0 0 0 0 18 0.5
6 0 0 2 0 0 0 10 0.8
9 0 0 5 0 0 0 16 0.87
8 1 2 2 0 0 0 9 1.4
0
0
0
0
0
0
Sumber : Hasil pengamatan penulis 2011 Dari data pada Tabel 21 dapat diketahui bahwa rasio brondolan tertinggal/janjang panen di Divisi 1 Perkebunan Pantai Bonati cukup baik. Rata rata jumlah rasio brondolan tertinggal/janjang panen adalah < 1. Standar perusahaan menetapkan rasio brondolan tinggal per janjang < 1. Pengamatan ini dilakukan pada rotasi normal sehingga rasio brondolan tertinggal cukup rendah. Kehilangan hasil terbesar untuk rasio brondolan tertinggal terdapat pada piringan dan tanaman. Hal ini dikarenakan pembrondol masih kurang teliti dalam mengutip brondolan sehingga banyak yang tertinggal. Perkebunan pantai Bonati memberi toleransi brondolan tertinggal sebesar 2 brondolan/tanaman.
60
Faktor penyebab buah tinggal adalah kondisi tanaman yang mulai tinggi sehingga pemanen kesulitan dalam memanen, selain itu karena ada beberapa areal topografi yang naik turun sehingga pemanen memiliki kecenderungan untuk malas membawa buah keluar. Rotasi panen yang panjang juga berpengaruh terhadap banyaknya buah tinggal, hal ini dikarenakan pemanen memiliki kecenderungan tidak memanen tandan yang sudah masak untuk menyelesaikan hancanya. Kerugian yang dialami perusahaan untuk brondolan tinggal pada batas toleransi yang di berikan kebun dapat dilihat pada perhitungan : Jika diketahui : Luas areal 987 ha, kerapatan panen 25 %, rotasi panen 1 tahun 48 kali, ekstraksi 25%, populasi/ha 136 tanaman, bobot/brondolan 13 g. Brondolan tertinggal/tanaman : 2 brondolan, dan harga = Rp 7 000/kg CPO. Kerugian : Jumlah tanaman 987 ha : luas x populasi = 987 ha x 136 tanaman = 134 232 tanaman Jumlah yang dipanen : kerapatan x jumlah tanaman = 25 % x 134 232 tanaman = 33 558 tanaman Brondolan tertinggal : 2 brondolan x tanaman panen = 2 brondolan x 33 558 tanaman = 67 116 brondolan Brondolan tertinggal/tahun : rotasi x jumlah brondolan = 48 rotasi x 67 116 brondolan = 3 221 568 brondolan Bobot brondolan tertinggal = brondolan/tahun x 13 g = 41 880 384 g Setelah di ekstraksi 25 % = 41 880 384 g x 25 % = 10 470 kg minyak CPO Maka kehilangan = 10 470 kg x Rp 7 000/kg = Rp 73 290 672
Kondisi Tanaman Kondisi tanaman kelapa sawit juga sangat mempengaruhi produktivitas kelapa sawit. Oleh karena itu, pelepah sengkleh, over pruning, maupun pelepah gondrong harus dihindari karena menyebabkan kondisi yang tidak optimal bagi tanaman kelapa sawit dalam berfotosintesis. Apabila terjadi kondisi yang buruk pada pelepah kelapa sawit akan menyebabkan pengecilan buah sawit yang
61
berpengaruh langsung terhadap produksi sawit. Hasil pengamatan kondisi tanaman dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22. Pengamatan Kondisi Tanaman Mandoran
Pemanen
I
Jumlah Tanaman
1 2 1 2 1 2
II III
61 60 64 66 62 60
Kondisi Tanaman Pelepah Over Pelepah Sengkleh prunning Gondrong ..........................(tanaman).......................... 2 0 2 1 0 1 1 1 1 3 0 0 0 0 1 1 0 0
Sumber : Hasil pengamatan penulis 2011 Dari data pada Tabel 22 dapat dilihat bahwa masih terdapat pelepah sengkleh, over pruning, dan pelepah gondrong. Diantara ketiga kondisi tanaman bermasalah tersebut yang paling banyak adalah pelepah sengkleh dan paling sedikit yaitu over pruning. Namun demikian dapat disimpulkan pemanen Perkebunan Pantai Bonati sudah melakukan kegiatan penunasan dengan baik, karena dari data pengamatan kondisi pokok yang bermasalah < 4 %. Hal ini dapat disebabkan penggunaan sistem tunas progresif, yaitu kegiatan penunasan dilakukan bersamaan dengan kegiatan panen sehingga penunasan dapat dilakukan secara berkelanjutan. Pelepah sengkleh dan over prunning di Perkebunan Pantai Bonati juga disebabkan oleh kondisi tanah yang berpasir dan kondisi tanaman yang beragam. Hal ini dapat menyebabkan tanaman tidak tumbuh dengan baik, terutama pada pelepah tanaman.
Sistem Pengawasan Panen dan Denda Panen Sistem pengawasan panen merupakan salah satu faktor penting yang dapat menekan kehilangan hasil produksi dalam pemanenan. Menurut Lubis (1992) panen yang baik adalah : tidak ada buah mentah tidak ada buah matang yang tinggal di piringan tanaman
62
tidak ada buah yang tinggal di pasar pikul tandan dan brondolan harus bersih janjang kosong tidak ada yang dibawa ke pabrik gagang tandan dipotong mepet berbentuk “V” pelepah cabang dipotong tiga dan diletakkan di gawangan mati dan ditelungkupkan potong cabang daun mepet ke batang berupa tapak kuda membuat sudut 15 – 30 derajat kearah dalam Untuk mengetahui besar kehilangan hasil dalam kegiatan panen, Perkebunan Pantai Bonati melakukan pemeriksaan mutu buah yang dilakukan oleh Depertemen Quality Assurance (QA), Asisten Divisi, Mandor I, Mandor Panen dan Kerani panen. Pemeriksaan ini bertujuan sebagai kontrol terhadap mutu panen (FFB Quality) dari setiap kebun pemasok tandan buah segar ke PKS, sebagai dasar pemotongan atas pembayaran terhadap pihak luar yang mengirim TBS ke PKS. Objek pemeriksaan meliputi mutu buah di PKS/grading, mutu buah di lapang, mutu hanca/losses lapangan. Tim pemeriksa dibedakan menjadi 2, yaitu : 1. Mutu buah di PKS, dilakukan oleh : - staf QA (1 orang) - Mandor
(1 orang)
- karyawan
(8-10 orang)
2. Mutu buah dan hanca (losses) di lapangan, dilakukan oleh - staf QA yang ditunjuk - Mandor 1 atau asisten sebagai pendamping Denda Panen akan diberikan kepada pemanen yang melakukan kesalahan. Denda merupakan potongan terhadap buah yang diperoleh pemanen disebabkan pelanggaran pemanen atas tata tertib panen. Tujuan pemberian denda adalah agar pemanen dapat melaksanakan ketentuan panen yang telah ditetapkan oleh perusahaan dan tidak mengulangi kesalahan pada jenis pekerjaan yang sama. Denda pada pemanen dapat berupa surat peringatan atau langsung pemotongan buah yang diperoleh pemanen. Denda yang akan diberikan kepada pemanen dan supervisi panen dapat dilihat pada Lampiran 7 dan 8.
63
Pengelolaan Pengangkutan Transportasi tandan buah segar (TBS) ke Pabrik Kelapa Sawit (PKS) merupakan kegiatan penting dalam usaha perkebunan kelapa sawit, keterlambatan pengangkutan (restan) TBS ke PKS akan mempengaruhi proses pengolahan, kapasitas olah dan mutu produk akhir. Kadar asam lemak bebas akan semakin meningkat seiring lamanya buah menginap, sedangkan kadar minyak akan semakin turun (Lubis,1992). Oleh sebab itu sebaiknya buah segera dikirim ke PKS pada hari itu juga. Pengangkutan TBS ke tempat penampungan hasil (TPH) harus dilakukan secara hati-hati karena pengangkutan TBS ke TPH dapat meningkatkan asam lemak bebas akibat guncangan dan penggoresan saat menaikkan dan menurunkan buah. Pengangkutan dilakukan dengan mendatangi TPH yang menjadi hanca pemuat. Pada Perkebunan Pantai Bonati divisi I terdapat empat tim pemuat dimana tiap tim terdiri dari tiga orang. TBS yang telah tersusun rapi harus dicatat terlebih dahulu oleh kerani panen sebelum dimuat ke truk, tanda bahwa buah tersebut telah di periksa oleh Kerani Panen adalah adanya satu buah yang ditaruh di atas susunan TBS. TBS dimuat oleh pemuat dengan menggunakan tojok sedangkan ganco digunakan untuk menyusun buah diatas truk. Rata-rata produksi tiap divisi di Perkebunan Pantai Bonati 80 ton/hari. Jumlah unit pengangkutan milik kebun di Perkebunan Pantai Bonati sekitar 3 unit/hari/divisi. Jumlah tersebut belum dapat memenuhi dari jumlah produksi yang ada. Angkutan unit kebun hanya mampu mengangkut sekitar 10 ton/unit dengan rata-rata maksimal hanya mampu mengangkut 40 ton/hari/divisi. Untuk itu perlu unit tambahan dari luar, yaitu dari kontraktor. Unit truk kontraktor ratarata mampu mengangkut 9 ton/unit. Tambahan unit dari kontraktor dapat mengatasi kekurangan unit dari kebun. Pada Perkebunan Pantai Bonati pengangkutan TBS ke PKS menggunakan truk milik perusahaan sendiri dan truk milik kontraktor. Pengangkutan TBS dengan truk milik perusahaan sendiri dan truk sistem kontrak memiliki kerugian dan keuntungan masing-masing. Kegiatan pemuatan TBS dari TPH ke dalam truk oleh pemuat dapat dilihat pada Gambar 11..
64
Gambar 11. Kegiatan Pemuatan TBS dari TPH ke dalam Truk Selain menggunakan truk, Perkebunan Pantai Bonati juga menggunakan traktor Landini (traktor ford) sebagai sarana memuat TBS dari TPH. Buah yang diangkut oleh traktor nantinya akan ditumpahkan terlebih dahulu sebelum nantinya akan dimuat oleh truk. Pengangkutan dengan menggunakan traktor ini dilakukan apabila lahan tempat penampungan hasil tersebut dapat menyebabkan kesulitan yang tinggi pada truk sehingga hal tersebut akan menimbulkan resiko yang besar terhadap unit pengangkut. Jumlah kapasitas standar muatan yang biasa diangkut oleh traktor Landini adalah 5 ton, truk PS 7.5 ton dan Hino sebesar 12 ton. Faktor penyebab losses pengangkutan antara lain karena sulitnya areal (jalan yang rusak/licin), terdapat parit yang dalam sehingga untuk memuat buah ke truk harus melewati titi panen, buah tidak dijaring sehingga dalam perjalanan terdapat buah yang rontok, waktu muat pada malam hari sehingga menyebabkan banyak brondolan tertinggal, TPH yang tidak bersih (masih terdapat gulma), pada saat hari hujan TPH tergenangi air hujan. Untuk mengantisipasi banyaknya buah yang tertinggal pada saat pengangkutan, sebaiknya kebun melakukan penyisiran yang dilakukan oleh satu orang pembrondol untuk menyisir brondolan tertinggal akibat pengangkutan baik di TPH maupun di jalan kebun. Lamanya proses pengangkutan buah disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain rotasi panen sangat menentukan lamanya proses pengangkutan buah. Hal ini dikarenakan banyaknya brondolan sehingga waktu muatnya menjadi lebih lama juga terdapat kecenderungan pemuat untuk membersihkan brondolan yang tercecer. Apabila terdapat buah restan maka waktu penyusunan buah dalam truk
65
juga menjadi lebih lama, karena buah harus disusun hati-hati agar tidak gampang jatuh di perjalanan (buah sangat rentan rontok). Selain itu permasalahan lain di pengangkutan adalah sering terbawanya pasir dan kotoran serta gagang panjang (yang telah dipotong) oleh pemuat kedalam truk. Hal ini terjadi karena ketidaktelitian pemuat dalam melaksanakan pekerjaannya. Pemuat cenderung untuk terburu-buru dalam bekerja. Kontaminasi yang disebabkan oleh pasir dan kotoran sampai dengan bulan Mei 2011 mencapai 6.15 %, sedangkan gagang panjang yang terbawa ke PKS mencapai 2.15 %. Untuk itu perlu pengawasan yang lebih fokus oleh Mandor Panen dan Kerani Panen serta memberikan sanksi atau denda bagi setiap pelanggaran. Pada Perkebunan Pantai Bonati juga terdapat buah restan, dengan rata-rata buah restan/hari sampai dengan bulan Mei 2011 mencapai 33.84 ton/hari. Di Perkebunan Pantai Bonati buah restan disebabkan oleh kondisi areal yang sulit dijangkau dengan truk dan pada saat kerapatan panen tinggi unit angkutan tidak mampu memenuhi kapasitas produksi.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Berdasarkan hasil pengamatan selama kegiatan magang di Perkebunan Pantai Bonati dapat disimpulkan bahwa permasalahan utama adalah rotasi panen yang terlambat, yang disebabkan oleh tingkat absensi karyawan yang tinggi, kerapatan panen yang tinggi serta kondisi cuaca dengan curah hujan dan hari hujan yang cukup tinggi. Sumber kehilangan di Perkebunan Pantai Bonati adalah brondolan tidak dikutip. Secara umum untuk mutu buah dan mutu hanca di Perkebunan Pantai Bonati cukup baik dengan rata-rata buah matang > 90 % dan kondisi hanca yang bersih. Sistem panen DOL-3 belum memberikan pengaruh yang berarti karena masih dalam tahap penyesuaian dan belum adanya aturan premi yang jelas kepada setiap spesialisasi pekerjaan. Secara umum tenaga kerja panen di Perkebunan Pantai Bonati sudah memilki pemahaman yang baik terhadap kriteria matang buah dan tunasan progresif. Hasil panen atau prestasi kerja yang dihasilkan antara karyawan panen penuh dan karyawan panen yang memiliki pekerjaan sampingan tidak terlalu berbeda atau berpengaruh, begitu juga antara karyawan pembrondol SKU dan BHL. Selisih tahun tanam satu tahun juga tidak memberikan perbedaan yang nyata terhadap tingginya angka kerapatan panen.
Saran Penulis menyarankan perlu peningkatan pengelolaan panen terkait kehilangan hasil di lapang dengan cara pengawasan yang lebih intensif. Perlunya sanksi yang lebih tegas bagi karyawan yang sering absen dan membuat aturan premi untuk sistem panen DOL-3. Selain itu perlu komunikasi yang lebih baik antara Kerani Panen, pemanen, pemuat buah sehingga masalah kesalahan administrasi tidak terjadi dan pemeriksaan buah dapat terlaksana dengan baik
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jenderal Perkebunan. 2010. Statistik Perkebunan Indonesia 2007-2010. Direktorat Jenderal Perkebunan, Depertemen Pertanian. Jakarta. Fauzi, Y., Y. E. Widyastuti, I. Setyawibawa, dan R. Hartono. 2008. Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta. 168 hal. Hartley, C. W. S. 1967. The Oil Palm. Longmans Grup Limited. London. 704p. Lubis, A. U. 1992. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Indonesia. Pusat Penelitian Perkebunan Marihat-Bandar Kuala. Marihat Ulu. 435 hal. Komite Pedoman Teknis Kelapa Sawit Minamas Plantation. 2008. Buku Pedoman Teknis Kelapa Sawit (Oil Palm Technical Policy) Minamas Plantation. Jakarta. 738 hal. Komite Pedoman Teknis Kelapa Sawit Minamas Plantaion. 2004. Buku Pedoman Teknis Kelapa Sawit (Oil Palm Technical Policy) Minamas Plantation. Jakarta. 600 hal. Purwanto, H. 2009. Pengelolaan Pemupukan pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Perkebunan PT Cipta Futura Plantation Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan. Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 80 hal. Pahan, I. 2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Jakarta : Penebar Swadaya. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. 2007. Budidaya Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan. 157 hal. Rankine, I. dan T. Fairhurst. 1998. Buku Lapangan : Seri Tanaman Kelapa Sawit : Tanaman Menghasilkan. Oxford Graphic Printers Pte. Ltd. Singapore. Sunarko. 2009. Budi Daya dan Pengelolaan Kebun Kelapa Sawit dengan Sistem Kemitraan. Jakarta : Agromedia. 177 hal. Sutrisno, L. dan R. Winahyu. 1991. Kelapa Sawit : Kajian Sosial – Ekonomi. Aditya Media. Yogyakarta. 136 hal. Walpole, R.E. 1993. Pengantar Statistika. Edisi ke-3. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 515 hal.
LAMPIRAN
69
Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian di Perkebunan Pantai Bonati Tanggal
Uraian Kegiatan Penulis
Prestasi Kerja Standar
Lokasi Karyawan
...........................(satuan/HK)........................... 15-02-2011 16-02-2011 17-02-2011 18-02-2011 19-02-2011 21-02-2011 22-02-2011 23-02-2011 24-02-2011 25-02-2011 26-02-2011 28-02-2011 01-02-2011 02-02-2011 03-02-2011 04-02-2011 07-02-2011 08-02-2011 09-02-2011 10-02-2011 11-02-2011 12-02-2011 14-02-2011 15-02-2011 16-02-2011
Libur Orientasi lapang Panen Panen Panen Panen Panen Panen Panen Gawangan Manual Gawangan Manual Gawangan Manual Pemupukan RP Pemupukan RP Pemupukan RP Pemupukan RP Pemancangan Siltpit Aplikasi JJK Aplikasi JJK Piringan Chemist Piringan Chemist Piringan Chemist Gawangan Chemist Gawangan Chemist Gawangan Chemist
0.5 ha 0.5 ha 0.5 ha 0.5 ha 0.75 ha 0.75 ha 1 ha 0.5 ha 0.5 ha 0.5 ha 250 kg 250 kg 250 kg 250 kg
4.5 ha 4.5 ha 4.5 ha 4.5 ha 4.5 ha 4.5 ha 4.5 ha 1 ha 1 ha 1 ha 450 kg 450 kg 450 kg 450 kg
4.5 ha 4.5 ha 4.5 ha 4.5 ha 4.5 ha 4.5 ha 4.5 ha 1 ha 1 ha 1 ha 450 kg 450 kg 450 kg 450 kg
900 kg 1.5 ton 1 ha 5 ha 5 ha 1.25 ha 1.5 ha 2 ha
6 ton 6 ton 6 ha 6 ha 6 ha 2.5 ha 2.5 ha 2.5 ha
3 ton 3 ton 6 ha 5 ha 6 ha 2 ha 2.5 ha 2.5 ha
P013 Q011, Q010 Q011, Q010 O010, N010 N010, N011 N011, N012 N012 R012 R012 Q012 N011 N011, N012 N012 N012 N011 P012 P012 N011 N011 N012 L005 L005 L005
70
Lampiran 2. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Mandor/Mandor Besar di Perkebunan Pantai Bonati Prestasi Kerja
Tanggal
Uraian Kegiatan
Jumlah KHL yang Diawasi
Luas Areal yang Diawasi
Lama Kegiatan Lokasi
.....(orang).... .........(ha)......... ...(jam)... 17-03-2011 18-03-2011 19-03-2011 21-03-2011 22-03-2011 23-03-2011 24-03-2011 25-03-2011 26-03-2011 28-03-2011 29-03-2011 30-03-2011 31-03-2011 01-04-2011
Monitoring gawangan Chemist Monitoring gawangan Chemist Monitoring piringan Chemist Monitoring piringan Chemist Monitoring gawangan Chemist Monitoring gawangan Chemist Kerani Panen Kerani Panen Pemeriksaan mutu hanca Monitoring panen Monitoring panen Monitoring pemupukan Monitoring janjang kosong Kerani Panen
20 20 6 8 10 7 28 28 26 28 24 4 26
20 12 33 48.50 14 10.7 61.3 54 1 61.3 60 51.8 1 47
02-04-2011 04-04-2011
Monitoring janjang kosong Monitoring panen
05-04-2011 06-04-2011
Pengamatan Pengamatan
07-04-2011 08-04-2011
Monitoring panen Monitoring panen
7 7 7 7 5
L006 L006 O011 O011 L006 L006 N011 N012 N011 P011 P012 Div 2 P013 P012
7 28
1.75 57
7 7
P013 O011, P011
6 6
N011 O012
7 5
Q011, P010 N010, N012
09-04-2011 11-04-2011
Monitoring perawatan Pengamatan
12-04-2011 13-04-2011
Monitoring panen Monitoring panen
14-04-2011 15-04-2011
Leaf Sampling Unit Leaf Sampling Unit
34 32
39.13 39.98
7 5 7 7 7 7 7 5
O011 32 34
34.26 44.66
7 7
O012 O012, P013
29.09 29.09
6 5
P011 P011
71
Lampiran 3. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Asisten di Perkebunan Pantai Bonati
Tanggal
Uraian Kegiatan
Jumlah Mandor yang Diawasi
Prestasi Kerja Luas Areal yang Diawasi
......(orang)..... .....(jam).... 16-04-2011 18-04-2011 19-04-2011 20-04-2011 21-04-2011
Administrasi kantor besar Kerani Transport Kerani Transport Kerani Transport Kerani Transport
23-04-2011 25-04-2011 26-04-2011 27-04-2011 28-04-2011 29-04-2011
Pengamatan AKP Pengamatan Losses Pengamatan Losses Monitoring pemupukan Supervisi Monitoring perawatan
30-04-2011 02-05-2011 03-05-2011 04-05-2011 05-05-11 06-05-11 07-05-11 09-05-11 10-05-11 11-05-11 12-05-11 13-05-11 14-05-11 15-05-11
Monitoring gawangan chemist Monitoring gawangan chemist Monitoring gawangan chemist Pengamatan AKP Pengamatan AKP Mandor I Mandor I Mandor I Mandor I Mandor I Pemeriksaan mutu hanca Pemeriksaan mutu hanca Monitoring gawangan manual Supervisi
5 6 5 6 6
23
7
4
11 11 10 11 11 3 3 1
Lokasi
........(ha).......
12 12 11 12
9 9 8
Lama Kegiatan
Kantor Besar Kantor Divisi I Kantor Divisi I Kantor Divisi I Kantor Divisi I O012 N011 O011 P017
5 12.9 18 20,25
6 7 7
3 3 11
5 7 7 7 7 3 3 5
P012 P012 O013 O010 O011
O012 O011 Q013
72
Lampiran 3. (Lanjutan) Tanggal
Uraian Kegiatan
Prestasi Kerja Jumlah Mandor Luas Areal yang Diawasi yang Diawasi
Lokasi Lama Kegiatan
........(orang)........ ........(ha)........ ....(jam).... 18-05-2011 19-05-2011 20-05-2011 21-05-2011 23-05-2011 24-05-2011 25-05-2011 26-05-2011 27-05-2011 28-05-2011 30-05-2011 31-05-2011 01-06-2011 03-06-2011
Forecast TBS Mandor I Administrasi Divisi I Mandor I Mandor I Administrasi Divisi I Administrasi Divisi I Kunjungan ke PKS Kunjungan ke PKS Kunjungan ke PKS Administrasi Divisi I Administrasi kantor besar Administrasi kantor besar Administrasi kantor besar
04-06-2011 06-06-2011
Administrasi kantor besar Pembuatan laporan
07-06-2011 08-06-2011
Pembuatan laporan Pembuatan laporan
09-06-2011 10-06-2011 11-06-2011 13-06-2011 14-06-2011
Presentasi Pembuatan laporan Pembuatan laporan Perpisahan Pulang
3 12 1 11 12 1 1
1
3
4 6 4 7 6 4 4 7 5 7 4 5 5 4 4
N011 Kantor Divisi I
Kantor Divisi I Kantor Divisi I PKS ASF PKS ASF PKS ASF Kantor Divisi I Kantor Besar Kantor Besar Kantor Besar Kantor Besar
73
Lampiran 4. Data Curah Hujan dan Hari Hujan di Perkebunan Pantai Bonati Estate, PT. Sajang Heulang-Minamas Plantation, Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan. Bulan
Tahun 2002*
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total Rata-rata BK BB
HH 2 2 2 8 14 13 15 15 12 4 7 94 8
CH 22 32 22 88 269 367 343 222 193 45 75 1678 152 4 5
2003* HH 4 2 3 11 9 16 16 12 10 10 4 6 103 8
CH 48 47 212 360 223 443 389 299 178 242 165 57 2 663 222 3 9
2004 HH 15 15 8 11 13 5 14 2 2 10 8 103 9
CH 234 111 87 69 116 96 519 15 80 247 142 1 716 143 1 6
2005 HH 9 17 21 14 18 9 7 5 3 10 20 17 150 13
CH 131 276 277 204 303 119 252 158 24 191 357 247 2 539 212 1 11
2006 HH 15 15 19 12 14 17 6 3 2 6 16 125 11
CH 179 347 191 293 300 440 47 53 33 92 277 2 525 204 3 7
2007 HH 21 22 16 14 9 19 17 5 8 9 6 9 155 13
CH 270 342 213 424 397 687 384 165 115 163 117 66 3 343 279 0 11
2008 HH 13 15 12 17 15 15 16 18 13 15 12 15 176 15
CH 141 171 234 320 485 286 360 417 334 178 143 139 3 208 267 0 12
2009 HH 14 15 16 8 13 2 4 2 1 2 9 17 103 9
CH 148 173 264 98 205 37 128 20 11 202 129 189 1 604 134 3 8
2010 HH 22 15 22 15 16 15 19 21 15 20 14 15 209 17
CH 188 244 394 188 167 272 557 363 220 367 132 198 3 290 274 0 12
Sumber : Kantor Besar Perkebunan Pantai Bonati 2011;*) Data Kebun Gunung Sari Terdekat dengan Kebun Pantai Bonati Keterangan : CH : Curah hujan HH : Hari Hujan BK : Bulan Kering (< 60 mm) BB : Bulan Basah (> 100 mm) Q = rata-rata bulan kering x 100% = 1.6 x 100% = 17.7 % rata-rata bulan basah 9 73
74
74
Lampiran 5. Peta Lokasi Perkebunan Pantai Bonati
75
ESTATE MANAGER
SENIOR ASISTEN (ASISTEN DIVISI I) ASISTEN DIVISI KEPALA BANGUNAN
MANTRI HAMA
KEPALA BENGKEL
MANDOR I
MANDOR I
MANDOR TRAKSI
KERANI AFDELING
KERANI AFDELING
MANDOR SEMPROT
MANTRI HAMA
KTU MANTRI SENSUS
MANTRI BUAH
KANTOR BESAR
KEPALA POLIKLINIK
KEPALA KEAMANAN
KEPALA GUDANG
KERANI TRAKSI
Sumber : Kantor Besar Perkebunan Pantai Bonati 2011 Lampiran 6. Struktur Organisasi Perkebunan Pantai Bonati
75
76
Lampiran 7. Denda Karyawan Panen di Perkebunan Pantai Bonati Jenis Kesalahan
Kode
Potong buah mentah Buah masak tinggal Buah masak tinggal di hanca Losses Fruit tidak dikutip - Tanaman - Piringan - Pasar pikul - Gawangan - TPH Buah matahari Buah tidak di antrikan diTPH Brondolan Kontaminasi Brondolan tidak diangkut Gagang panjang Pelepah tidak disusun Pelepah sengkleh Buah busuk tidak diketek Alas karung tidak terkumpul Janjang tinggal di TPH janjang kosong terangkut ke PKS Over pruning Songgo >3
A S1 S2
Rp. 5 000/jjg Rp. 5 000/jjg Rp. 5 000/jjg
Fr Fc Fp Fg Fh M
Rp. 100/btr
Fs Fk G Lt Ls E1 K1 S3 E2 Op
Pengangkut
Cutter
Picker
Rp. 100/btr Rp. 100/btr Rp. 100/btr Rp. 1 000/TPH Rp. 750/jjg Rp. 250/TPH Rp. 1 000/alas Rp. 15 000/alas Rp. 250/jjg Rp. 1 000/plph Rp. 1 000/plph Rp. 500/jjg Rp. 9 000/alas Rp. 5 000/janjang Rp. 500/janjang Rp. 500/plph Rp. 750/tan
Sumber : Kantor Besar Perkebunan Pantai Bonati 2011
77
Lampiran 8. Denda Mandor di Perkebunan Pantai Bonati Jenis Mandor I Mandor Panen Kesalahan Buah mentah terkirim ke Premi hari itu hilang Premi hari itu hilang PKS Under ripe > 10 % Premi hari itu hilang Premi hari itu hilang Kesalahan mutu buah dan hanca tidak didenda Premi hari itu hilang Tidak mencatat sesuai dengan mutu buah hari itu Premi hari itu hilang Empty bunch > 5 % di PKS Restan karena kesalahan Pengangkutan tidak FIFO Brondolan tinggal > 3 Premi hari itu hilang Premi hari itu hilang butir/janjang Sumber : Kantor Besar Perkebunan Pantai Bonati 2011
Kerani Panen
Kerani Transport
Premi hari itu hilang
Premi hari itu hilang Premi hari itu hilang Premi hari itu hilang Premi hari itu hilang Premi hari itu hilang
77
78
Lampiran 9. Ulasan Kinerja Produksi Sampai Dengan Bulan Mei 2011 Tahun Tanam/ Divisi
Sensus
Aktual
Bulan Ini
S/D
Semester I’2011 II’ 2011
Budget Total
Setahun
Pencapaian S/D
Bulan Ini
....................................................................(kg).......................................................................
Aktual S/D vs Sensus Smtr I + II
Aktual S/D vs Budget Setahun
..................(%)..................
ton/ha Aktual S/D
Pengiriman TBS
Budget Setahun
..........(ton/ha).........
Pabrik
Bulan Ini
S/D Bulan Ini
.........................(kg).............................
1996
480 570
6 572 690
2 398 456
2 391 974
4 790 430
5 593 380
*
137
118
26
22.02
*
*
1997
875 940
11 570 390
4 716 007
4 077 809
8 793 816
9 778 991
*
132
118
20
17.07
ASF
3 076 590
20 947 570
1998
3 639 400
42 909 480
21 046 112 17 822 362 38 868 475
37 148 429
*
110
116
26
22.14
AMF
1 919 320
13 677 730
Total I
4 995 910 1 947 270
61 052 560 24 907 690
28 160 575 24 292 146 52 452 721 10 450 447 9 100 752 19 551 199
52 520 800 21 737 755
4 602 200 1 874 000
116 127
116 115
24.37 25
20.97 22
II
1 849 970
19 530 950
9 233 171
8 623 720 17 856 891
17 046 716
1 444 000
109
115
24
21
III
1 198 670
16 613 920
8 476 956
6 567 674 15 044 630
13 736 328
1 284 200
110
121
23
19
Total
4 995 910
61 052 560
28 160 575 24 292 146 13 736 328
52 520 800
4 602 200
116
116
24
21
*
BKB
*
*
GMK
*
24 427 260
4 995 910
61 052 560
Sumber : Kantor Besar Perkebunan Pantai Bonati 2011; *) tidak ada data Keterangan : S/D = sampai dengan Pencapaian produksi pada bulan ini (Mei) 8.55 % diatas budget
78
79
Lampiran 10. Rekapitulasi Produksi Per Tahun Tanam Sampai dengan Bulan April 2011 Tahun Tanam
Luas Panen
Jumlah Pokok Panen
Aktual
..tanaman..
Budget
............(ha)...........
Produksi Bulan Ini Aktual Budget
Produksi
S/D Bulan Ini Aktual Budget
Annual Budget
Bulan Ini Aktual Budget
Produksi tahun Lalu
S/D Bulan Ini Aktual Budget
Jumlah Janjang S/D Bulan Ini Aktual
...........................................(kg)...............................................
.......................(kg/ha)..............................
.....(kg).......
Budget
.........janjang............
BJR S/D Bulan Ini Aktual
Budget
...........(kg)...........
1996
33 839
254
254
650 760
428 335 6 092 120
4 551 828
5 593 381
2 562
1 686
23 985
17 921
6 349 780
395 120
252 879
15.42
18.00
1997
58 347
440
440
818 270
748 864 10 694 450
7 958 028
9 778 992
1 860
1 702
24 306
18 086
14 975 680
696 217
468 119
15.36
17.00
1998
241 991
1 811
1 811
3 433 100 2 844 785 39 270 080 30 230 948 37 148 434
1 896
1 571
21 684
16 693
39 829 310
2 542 564 1 887 756
15.45
16.01
Total
334 204
2 505
2 505
4 902 130 4 021 984 56 056 650 42 740 804 52 520 807
1 957
1 606
22 378
17 062
61 154 770
3 633 901 2 608 755
15.43
16.38
Sumber : Kantor Besar Perkebunan Pantai Bonati 2011 Lampiran 11. Historis Produksi Tahun 2006 – 2011 di Perkebunan Pantai Bonati Tahun Tanam 2006 2007 1996 30.40 20.67 1997 25.19 18.22 1998 21.85 17.61 rata - rata 23.30 18.02 Sumber : Kantor Besar Perkebunan Pantai Bonati 2011
Produksi (ton/ha) 2008 25.00 26.14 23.74 24.41
2009 18.55 17.92 17.46 17.65
2010 28.21 25.52 23.17 24.22 79