PENGELOLAAN RESIKO PANEN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PERKEBUNAN PANTAI BUNATI ESTATE PT. SAJANG HEULANG MINAMAS PLANTATION KALIMANTAN SELATAN
Oleh Camellia Kusumaning Tyas A34104031
PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
RINGKASAN
CAMELLIA KUSUMANING TYAS. Pengelolaan Resiko Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Perkebunan Pantai Bunati Estate PT. Sajang Heulang Minamas Plantation Kalimantan Selatan. (Dibawah bimbingan ADOLF PIETER LONTOH). Kegiatan magang dilaksanakan pada tanggal 11 Februari 2008 hingga 11 Juni 2008 di perkebunan kelapa sawit Pantai Bunati Estate, PT. Sajang Heulang Minamas Plantation Kalimantan Selatan. Kegiatan magang ini secara umum bertujuan untuk memperoleh pengalaman dan ketrampilan kerja dalam pengelolaan perkebunan kelapa sawit; meningkatkan relevansi, keterkaitan dan kesepadanan antara proses pendidikan dengan lapangan kerja; dan meningkatkan kemampuan mahasiswa serta menghayati proses kerja nyata baik secara teknis maupun secara managerial. Selama magang, penulis melaksanakan seluruh jenis pekerjaan di lapangan dan di kantor pada seluruh level manajerial mulai dari Pekerja Harian Lepas (PHL), pendamping Mandor dan pendamping Asisten. Dalam pelaksanaan magang penulis melakukan berbagai macam kegiatan yang meliputi kegiatan pemupukan, pengendalian gulma, perawatan, serta pemanenan. Kegiatan panen di Pantai Bunati Estate menerapkan sistem panen Block Harvesting System (BHS), yaitu sistem panen yang terkonsentrasi pada satu seksi panen setiap harinya sehingga rotasi panen, kualitas panen dan kualitas buah dapat terjaga. Sistem penghancaan yang digunakan adalah hanca giring tetap sehingga terdapat penghancaan yang tetap baik pemanen maupun mandoran. Sistem upah dan premi panen diberikan jika pemanen telah mencapai atau melebihi basis yang ditentukan. Denda atau sangsi diberikan kepada pemanen dan supervisi yang tidak dapat menjaga kualitas pekerjaan panennya. Data pengamatan di lapang difokuskan pada kegiatan pemanenan meliputi pengamatan kriteria matang panen, pengamatan hanca mutu buah, pengamatan angka kerapatan panen, dan losses pengangkutan. Data lokasi dan letak geografis kebun, keadaan tanah dan iklim, curah hujan, luas areal dan tata guna lahan, Bobot Janjang Rata - Rata (BJR), tenaga kerja panen, basis dan premi panen, dan data restan buah diperoleh dengan melihat arsip kebun. Hasil pengamatan di lapang menunjukkan bahwa penyebab utama kehilangan produksi karena rotasi panen yang tinggi/terlambat. Rotasi panen yang terlambat menyebabkan tingginya persentase buah lewat matang dan janjang kosong. Selain itu rotasi panen terlambat juga berpengaruh terhadap tingginya rasio brondolan tinggal, dan rasio brondolan tinggal tertinggi berdasarkan pengamatan terdapat pada piringan dan ketiak pelepah. Kehilangan hasil pada proses pengangkutan antara lain buah restan atau buah yang tidak terangkut dan diolah pada hari setelah pemanenan. Nilai angka kerapatan panen di Pantai Bunati Estate menurut data pengamatan sebesar 20 - 25 %. Dari data pengamatan disimpulkan bahwa sumber - sumber kehilangan produksi di Pantai Bunati Estate antara lain buah mentah, buah masak tinggal di pokok, brondolan tidak dikutip, buah atau brondolan di curi dan administrasi yang tidak akurat. Sumber utama penyebab angka losses atau kehilangan hasil tinggi di Pantai Bunati Estate adalah terlambatnya rotasi panen.
Oleh karena itu pengelolaan panen perlu lebih ditingkatkan terutama terkait dengan penekanan losses produksi di lapang dengan cara pengawasan panen yang lebih ditingkatkan untuk mengantisipasi pelanggaran yang terjadi. Perlu adanya tindakan yang lebih tegas terhadap pelanggaran dengan pemberian sangsi denda baik kepada pemanen itu sendiri maupun kepada Mandor Panen dan Mandor 1. Penerapan sistem panen dengan menggunakan sistem BHS by DoL-2 perlu lebih cermat, karena sistem ini sangat baik dan lebih dapat meminimalkan jumlah brondolan tinggal di lapangan, selain itu pemanen juga lebih terkonsentrasi dalam menjalankan kegiatan pemanenan dan mempercepat keluarnya buah.
PENGELOLAAN RESIKO PANEN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PERKEBUNAN PANTAI BUNATI ESTATE PT. SAJANG HEULANG MINAMAS PLANTATION KALIMANTAN SELATAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh Camellia Kusumaning Tyas A34104031
PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
Judul
:
PENGELOLAAN RESIKO PANEN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PERKEBUNAN PANTAI BUNATI
ESTATE
PT.
SAJANG
HEULANG
MINAMAS PLANTATION, KALIMANTAN SELATAN Nama
:
CAMELLIA KUSUMANING TYAS
NPR
:
A34104031
Menyetujui Pembimbing
Ir. Adolf Pieter Lontoh, MS. NIP : 131 096 975
Mengetahui Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr NIP : 131 124 019
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Banjarnegara, Jawa Tengah pada tanggal 5 Juni 1986. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari Bapak Purwanto B.Sc dan Ibu Sumiyati. Jenjang pendidikan formal yang telah dilalui penulis di mulai pada tahun 1992 di SD Negeri Bebengan 01 Boja - Kendal dan lulus pada tahun 1998. Pada tahun 2001 penulis menyelesaikan pendidikan SLTP di SLTP Negeri 01 Boja Kendal, dan pada tahun 2004 penulis lulus dari SMU Negeri 01 Boja - Kendal. Pada tahun 2004 penulis diterima menjadi mahasiswa Program Studi Agronomi, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah dan rahmat - Nya, hingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir yang berjudul
Pengelolaan Resiko Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Di
Perkebunan Pantai Bunati Estate, PT. Sajang Heulang Minamas Plantation, Kalimantan Selatan . Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih dan penghargaan yang tulus kepada semua pihak yang telah turut membantu sehingga laporan tugas akhir ini dapat tersesaikan, dan secara khusus penulis sampaikan kepada: •
Ayahanda Purwanto, B.Sc, Ibunda Sumiyati, Indigofera Kusuma Wardani dan seluruh keluarga yang selalu memberi dukungan semangat, doa dan motivasi, serta kasih sayang yang tak terbatas kepada penulis.
•
Ir. Adolf Pieter Lontoh, MS. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan saran, bimbingan, serta pengarahan selama penulisan skripsi.
•
Ir. Supijatno, MSi dan Ani Kurniawati, SP. MSi selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan perbaikan dalam penilisan skripsi ini.
•
Dr. Ir. Munif Ghulamahdi, MS. selaku dosen pembimbing akademik selama penulis menjalani masa perkuliahan.
•
Bapak Endang Syarifuddin selaku Estate Manager Pantai Bunati Estate, Bapak Budi Utomo, Andi Muhtar, Purmono selaku Asisten Divisi dan Bapak Abduh (Kepala Administrasi) yang telah memberikan arahan dan masukan selama pelaksanaan magang.
•
Seluruh Direksi Pantai Bunati Estate, PT. Sajang Heulang Minamas Plantation Kalimantan Selatan.
•
Seluruh Teman - Teman Agronomi angkatan 41.
•
Bagas Waskitho yang selalu memberi dukungannya pada penulis.
Kepada semua pihak yang tak dapat penulis sampaikan satu persatu, yang telah membantu penulis selama perkuliahan dan penyelesaian tugas akhir ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan informasi dan manfaat yang berharga bagi para pembaca.
Bogor, Juli 2008
Penulis
DAFTAR ISI Halaman PENDAHULUAN .....................................................................................
1
Latar Belakang ..................................................................................... Tujuan .................................................................................................
1 3
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................
4
Botani .................................................................................................. Syarat Tumbuh..................................................................................... Iklim................................................................................................ Tanah .............................................................................................. Pemeliharaan Tanaman ........................................................................ Panen ................................................................................................... Persiapan Panen............................................................................... Kriteria Matang Panen ..................................................................... Rotasi Panen .................................................................................... Sistem Panen ................................................................................... Sarana Panen ...................................................................................
4 5 5 5 6 6 6 7 7 7 7
METODOLOGI. .......................................................................................
9
Waktu dan Tempat ............................................................................... Metode Pelaksanaan .............................................................................
9 9
KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG ............................................... 12 Letak Geografis.................................................................................... Keadaan Iklim dan Tanah..................................................................... Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan .................................................... Fasilitas Kebun ....................................................................................
12 12 13 13
ORGANISASI DAN MANAJEMEN KEBUN......................................... 15 Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan ............................................. Pelaksanaan Pengelolaan Kebun Tingkat Staf ...................................... Pelaksanaan Pengelolaan Kebun Tingkat Non Staf ............................... Pengelolaan Tenaga Kerja Harian ........................................................
15 16 16 17
PELAKSANAAN KEGIATAN TEKNIS DI LAPANGAN..................... 19 Pemeliharaan Tanaman menghasilkan .................................................. Pemupukan ...................................................................................... Pengendalian Gulma ........................................................................ Pengendalian Hama dan Penyakit .................................................... Pemeliharaan Lainnya ..................................................................... Pemanenan ........................................................................................... Peramalan Produksi .........................................................................
19 19 22 25 27 28 29
Persiapan Panen............................................................................... Kriteria Matang Panen ..................................................................... Rotasi Panen .................................................................................... Sistem Panen ................................................................................... Tenaga Kerja ................................................................................... Alat dan Perlengkapan Panen .......................................................... Pelaksanaan Panen .......................................................................... Sistem Supervisi dan Denda ............................................................ Premi Panen .................................................................................... Pengangkutan TBS .......................................................................... Pengelolaan TBS di Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit .......................... Stasiun Peneriman Buah .................................................................. Stasiun Perebusan ............................................................................ Stasiun Perontokan .......................................................................... Stasiun Pencacah(digester) dan Pengempaan (presser) .................... Stasiun Pemurnian ........................................................................... Stasiun Pemisahan Biji dan Kernel ..................................................
31 31 31 32 32 33 34 35 36 38 39 39 39 40 41 41 41
PEMBAHASAN ........................................................................................ 43 Produksi............................................................................................... Pengelolaan Resiko Panen.................................................................... Rotasi Panen .................................................................................... Peramalan Produksi ......................................................................... Kriteria Panen.................................................................................. Kebutuhan Tenaga Kerja Panen ....................................................... Sistem Panen ................................................................................... Sistem Pengawasan Panen ............................................................... Pengelolaan Pengangkutan ..............................................................
43 44 45 46 47 55 57 59 60
KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................. 64 Kesimpulan .......................................................................................... 64 Saran.................................................................................................... 64 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 65 LAMPIRAN .............................................................................................. 67
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman Teks
1.
Peningkatan Luas Areal dan Produksi Kelapa Sawit di Indonesia pada Tahun 2003 2007
..
1
2.
Komposisi Areal Tanaman Kelapa Sawit di Pantai Bunati Estate .
13
3.
Jumlah Karyawan Staf dan Karyawan Non Staf di Pantai Bunati Estate. PT Sajang Heulang ...........................................................
15
4.
Penurunan Produksi Tanaman Kelapa Sawit Akibat Serangan Hama Ulat Api (Setothosea asigna) ........................................................ 26
5.
Macam Alat
6.
Ketentuan Basis Borong dan Premi Panen Tahun 2008 Hari Normal Pantai Bunati Estate......................................................................... 37
7.
Ketentuan Basis Borong dan Premi Panen Tahun 2008 Hari Jumat Pantai Bunati Estate.........................................................................
37
Data Produksi Tandan Buah Segar (TBS) Kelapa Sawit Pantai Bunati Estate .....................................................................
43
Perkembangan Buah Kelapa Sawit Matang Berdasarkan Fraksi ....
45
8. 9.
Alat Panen, Spesifikasi dan Pemakaiannya ............
33
10. Pengamatan Angka Kerapatan Panen Divisi I Pantai Bunati Estate .................................................................................................. 46 11. Penggolongan Kematangan Grading TBS .....................................
47
12. Kriteria Pengamatan Kematangan Tambahan ...............................
48
13. Hasil PengamatanTingkat Kematangan Buah di Divisi 1 Pantai Bunati Estate, PT. Sajang Heulang .....................................
49
14. Fraksi Kematangan Buah..............................................................
50
15. Hubungan Fraksi, Rendemen dan Mutu Minyak ...........................
51
16. Pengamatan Losses Produksi Akiabat Resiko Pemanenan Divisi 1 Kemandoran I Pantai Bunati Estate ..............................................
52
17. Pengamatan Losses Produksi Akiabat Resiko Pemanenan Divisi 1 Kemandoran II Pantai Bunati Estate .
53
18. Pengamatan Losses Produksi Akiabat Resiko Pemanenan Divisi 1 Kemandoran III Pantai Bunati Estate ............................................
53
19. Luas Seksi Panen Divisi 1 Pantai Bunati Estate ............................
56
20. Denda yang Ditetapkan di Pantai Bunati Estate, PT Sajang Heulang .......................................................................
60
21. Pengamatan Losses Pengangkutan di Pantai Bunati Estate PT Sajang Heulang .......................................................................
61
Lampiran 1.
Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pekerja Harian Lepas (PHL) ...........................................................................................
68
2.
Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Mandor ......
70
3.
Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Asisten Divisi 72
4.
Data Curah Hujan dan Hari Hujan di Pantai Bunati Estate, PT. Sajang Heulang Kalimantan Selatan (2004 - 2007) .................
73
Rekomendasi Pemupukan di Pantai Bunati Estate ........................
75
5.
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman Teks
1. Aplikasi Janjang Kosong dan Penaburan Pupuk............................
22
2.
Kandang Burung Hantu ..................................................................
26
3.
Tanaman Turnera subulata (bunga pukul delapan)..........................
27
4.
Titi Panen dari Kayu .......................................................................
28
5.
Buah Cengkih .................................................................................
30
6.
Alat Panen Dodos (atas), Egrek (bawah) .........................................
34
7.
Kegiatan Pengangkutan TBS...........................................................
38
8.
Bejana Rebusan ..............................................................................
40
9.
Drum Thresser ................................................................................
40
10. Stasiun Pemurnian ..........................................................................
41
11. Produksi Tandan Buah segar (TBS) Kelapa Sawit Pantai Bunati Estate ........................................................................
42
12. Buah Janjang Kosong dan Buah Lewat Matang...............................
50
13. Bunga Matahari ..............................................................................
54
14. Antrian Kendaraan di PKS ..............................................................
62
Lampiran 1.
Peta Lokasi Pantai Bunati Estate .....................................................
76
2.
Struktur Organisasi Pantai Bunati Estate .........................................
77
3.
Struktur Organisasi Divisi I Pantai Bunati Estate ............................
78
PENDAHULUAN Latar Belakang Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) selain merupakan salah satu palma yang menyumbang minyak nabati terbesar di dunia yaitu sebesar 2 000 3 000 kg/ha juga merupakan komoditi perkebunan andalan penghasil devisa negara. Laju perkembangan industri kelapa sawit semakin meningkat sejalan dengan semakin meningkatnya ilmu pengetahuan terutama di bidang teknologi. Minyak yang berasal dari kelapa sawit ada dua macam yaitu dari daging buah (mesocarp) yang dihasilkan melalui proses perebusan dan pemerasan dikenal sebagai minyak sawit kasar atau Crude Palm Oil (CPO) dan minyak yang berasal dari inti sawit (endocarp) dikenal sebagai minyak inti sawit atau Palm Kernel Oil (PKO). Dari segi nutrisi, minyak sawit mengandung tokoferol (vitamin E), beta karoten sebagai pro vitamin A dan tidak meningkatkan kadar kolesterol darah. Produk kelapa sawit selain digunakan sebagai bahan baku minyak goreng, juga dapat digunakan sebagai bahan kosmetika dan farmasi serta bahan non makanan seperti biodisel, lilin, detergen (Lubis, 1992). Luas areal dan produksi perkebunan kelapa sawit Indonesia pada tahun 2003 - 2007 pada umumnya menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan. Peningkatan ini dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Peningkatan Luas Areal dan Produksi Kelapa Sawit di Indonesia pada Tahun 2003 2007 Luas (ha) 2003 2007 P. Rakyat 1 854 400 2 571 200 P. Besar Negara 662 800 694 300 P. Besar Swasta 2 766 400 3 058 800 Sumber : Direktorat Jendral Bina Produksi Perkebunan, 2008 Keterangan
Produksi (ton) 2003 2007 3 517 300 5 811 000 1 750 600 2 388 200 5 172 900 8 691 400
Perkembangan volume dan nilai ekspor kelapa sawit Indonesia juga mengalami peningkatan, hal ini dapat dilihat dari peningkatan CPO pada tahun 2003 dengan volume 2 892 100 ton senilai US$ 1 062 215 meningkat pada tahun 2007 dengan volume 5 701 300 ton senilai US$ 3 738 652. Untuk other palm oil
pada tahun 2003 dengan volume 3 494 300 ton senilai US$ 1 392 411 dan pada tahun 2007 dengan volume 6 174 100 ton senilai US$ 4 129 988. Saat ini ada lima besar negara produsen CPO dunia yaitu Malaysia menguasai 44 % pasar minyak sawit dunia, Indonesia 41 %, Thailand 3 % sedangkan Colombia dan Nigeria masing - masing 2 % dan lainnya 8 %. Tujuan ekspor CPO Indonesia pada tahun 2007 adalah India sebanyak 47 %, Belanda 10 %, Singapura 9 %, Malaysia dan Jerman masing - masing 5 % dan lainnya 24 % (Direktorat Jendral Bina Produksi Perkebunan, 2008). Dalam upaya mempertahankan dan meningkatkan produksi tersebut, maka diperlukan berbagai usaha diantaranya perbaikan baik dalam bidang budidaya maupun dalam bidang manajerial, dimulai dari pembukaan lahan hingga pemanenan dan pengolahan hasil. Selain itu Indonesia memiliki potensi berupa sumberdaya
alam,
sumberdaya
manusia,
dan
teknologi
untuk
terus
mengembangkan perkebunan dan industri kelapa sawit (Naibaho, Arifin, dan Djamin, 1992). Panen merupakan salah satu kegiatan yang penting pada pengelolaan tanaman kelapa sawit. Selain bahan tanaman dan pemeliharaan tanaman, panen juga merupakan salah satu faktor yang penting dalam peningkatan produksi. Keberhasilan panen akan menunjang pencapaian produktivitas tanaman kelapa sawit. Panen meliputi pemotongan tandan buah matang panen, pengutipan brondolan, pemotongan pelepah, pengangkutan hasil ke Tempat Pengumpulan Hasil (TPH) dan pengangkutan hasil ke pabrik. Keberhasilan panen didukung oleh pengetahuan tentang persiapan panen, kriteria matang panen, rotasi panen, sistem panen, sarana panen, pengawasan panen dan pengangkutan tandan buah, yang semuanya berpengaruh nyata baik terhadap kuantitas maupun kualitas minyak yang akan diperoleh. Setiap aspek merupakan kombinasi yang tidak terpisahkan satu sama lain (Mangoensoekarjo, 2005). Kualitas buah sawit ditentukan oleh rendemen minyak dan tinggi rendahnya kandungan Asam Lemak Bebas (ALB). Pemanenan pada buah mentah akan menghasilkan rendemen minyak yang kecil karena kadar minyak dan ALB pada buah mentah rendah. Apabila pemanenan dilakukan pada saat buah dalam keadaan lewat matang, kandungan asam lemak bebasnya tinggi. Untuk itu
diperlukan kriteria panen yang tepat sehingga dapat menghasilkan kadar minyak dan asam lemak bebas yang terkandung dalam buah dalam keadaan yang tepat. Buah yang diharapkan adalah buah yang mempunyai rendemen minyak tinggi dan memiliki kandungan ALB rendah. Adapun kriteria panen yang biasa dipakai adalah pada saat dua brondolan (sudah ada dua buah yang lepas dari tandannya atau jatuh ke piringan pohon) tiap kg tandan. Untuk tandan lebih dari 10 kg dipakai satu brondolan jatuh. Namun kriteria tersebut harus pula disesuaikan dengan keadaan lingkungan (Lubis, 1992).
Tujuan Tujuan umum pelaksanaan magang adalah : 1.
Memperoleh pengalaman dan keterampilan kerja dalam pengelolaan perkebunan kelapa sawit.
2.
Meningkatkan relevansi, keterkaitan dan kesepadanan antara proses pendidikan dengan lapangan kerja.
3.
Meningkatkan kemampuan mahasiswa dan menghayati proses kerja nyata baik secara teknis maupun secara manajerial. Tujuan khusus pelaksanaan magang adalah : Mempelajari dan menganalisis aspek pengelolaan resiko panen pada
perkebunan kelapa sawit.
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman kelapa sawit berasal dari Afrika dan Amerika Selatan tepatnya Brasilia. Di Brasilia, tanaman ini dapat ditemukan tumbuh secara liar atau setengah liar di sepanjang tepi sungai (Pahan, 2006). Ada tiga jenis kelapa sawit yaitu Elaeis guineensis Jacq (ditanam di Indonesia), Elaeis oleifera (Elaeis melanocca), dan Elaeis odora (Barcella odora). Ada beberapa varietas tanaman kelapa sawit yang telah dikenal seperti Dura, Pisifera, Tenera, Marco carya, dan Diwikka - wakka (Fauzi, dkk., 2006). Elaeis berasal dari Elaion berarti minyak dalam bahasa Yunani, Guineensis berasal dari Guinea (pantai barat Afrika). Jacq berasal dari nama Botanist Amerika bernama Jacquin (Lubis, 1992). Taksonomi dari tanaman kelapa sawit adalah: Divisi
: Tracheophyta
Subdivisi
: Pteropsida
Kelas
: Angiospermeae
Subkelas
: Monocotyledoneae
Ordo
: Cocoideae
Famili
: Palmae
Subfamili
: Cocoideae
Genus
: Elaeis
Spesies
: Elaeis guineensis Jacq.
Kelapa sawit merupakan tumbuhan monokotil. Batangnya tumbuh lurus, umumnya tidak bercabang, pada pangkal biasanya terjadi pembesaran batang, dan tidak memiliki kambium. Tanaman ini merupakan tanaman monoecious, dimana bunga jantan dan bunga betina tumbuh secara terpisah pada satu pokok tanaman. Masa masak atau anthesis dari kedua jenis bunga tersebut sangat jarang atau tidak pernah bersamaan. Ini berarti bahwa proses pembuahan bunga betina terjadi dengan diperolehnya tepung sari dari pokok bunga lain (Hardon, 1976). Akar merupakan bagian tanaman yang berfungsi untuk menunjang struktur batang di atas tanah, menyerap air dan unsur - unsur hara dalam tanah, serta sebagai salah satu alat respirasi. Sistem perakaran kelapa sawit merupakan sistem
akar serabut, terdiri dari akar primer, sekunder, tersier, dan kuartener. Akar primer umumnya berdiameter 6 - 10 mm keluar dari pangkal batang dan menyebar secara horizontal dan menghujam ke dalam tanah dengan sudut yang beragam. Akar primer bercabang membentuk akar sekunder yang diameternya 2 - 4 mm. Akar sekunder bercabang membentuk akar tersier yang berdiameter 0.7 - 1.2 mm dan umumnya bercabang lagi membentuk akar kuartener (Pahan, 2006). Daun kelapa sawit merupakan daun majemuk dan mempunyai filotaksis 1/8 yang memutar ke kiri maupun ke kanan, tetapi kebanyakan memutar ke kanan. Stomata umumnya terletak pada permukaan anak daun saja (Lubis, 1992).
Syarat Tumbuh Kelapa sawit adalah tanaman hutan yang dibudidayakan. Tanaman ini memiliki respon yang baik sekali terhadap kondisi lingkungan hidup dan perlakuan yang diberikan. Seperti tanaman budidaya yang lainnya maka kelapa sawit membutuhkan kondisi tumbuh yang baik agar potensi produksinya dapat dikeluarkan secara maksimal. Kondisi iklim dan tanah merupakan faktor utama di samping faktor lainnya seperti genetis, perlakuan yang diberikan dll.
Iklim Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah tropika basah disekitar lintang Utara - Selatan 12o pada ketinggian 0 - 500 m diatas permukaan laut. Jumlah curah hujan yang baik adalah 2 000 - 2 500 mm/tahun. Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh optimal pada kisaran suhu 24o - 28o C, dengan kelembaban 80 % dan penyinaran matahari 5 - 7 jam/hari. Kecepatan angin 5 - 6 km/jam sangat baik untuk membantu proses penyerbukan (Lubis, 1992).
Tanah Tanah atau lahan merupakan matriks tampat tanaman berada. Tanpa lahan, tanaman kelapa sawit tidak akan ekonomis untuk diusahakan secara komersial. Lahan yang optimal untuk kelapa sawit harus mengacu pada 3 faktor, yaitu lingkungan, sifat fisik lahan, dan sifat kimia tanah atau kesuburan tanah (Pahan, 2006).
Kelapa sawit dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah seperti podsolik, latosol, hidromorfik kelabu, regosol, andosol, organosol dan alluvial. Sifat fisik tanah yang baik untuk kelapa sawit adalah solum tebal (80 cm), solum tebal merupakan media yang baik bagi perkembangan akar sehingga efisiensi penyerapan hara tanaman akan lebih baik; tekstur ringan dengan komposisi pasir 20 - 60 %, debu 10 - 40 %, liat 20 - 50 %; perkembangan struktur baik, konsistensi gembur sampai agak teguh dan permeabilitas sedang; kelapa sawit dapat tumbuh pada pH 4.0
6.0, tetapi pH terbaik adalah 5.0 - 5.5. pH tanah
sangat terkait dengan ketersediaan hara yang dapat diserap oleh akar. Tanah yang memiliki pH rendah dapat dinaikkan dengan pengapuran dan biasanya terdapat pada tanah gambut; kandungan unsur hara tinggi yaitu C/N mendekati 10 dimana C 1 % dan N 0.1 %, daya tukar Mg 0.4 - 1.0 me/100 g dan daya tukar K 0.15 0.20 me/100 g (Lubis, 1992).
Pemeliharaan Tanaman Kegiatan pemeliharaan tanaman sangat penting untuk menentukan hasil produksi dan produktivitas suatu tanaman. Pemeliharaan kelapa sawit meliputi kegiatan penyulaman, penanaman tanaman penutup tanah, pengendalian gulma, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, penunasan, dan kastrasi atau penyerbukan buatan.
Panen Panen merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting pada pengelolaan tanaman kelapa sawit menghasilkan. Keberhasilan panen akan menunjang pencapaian produktivitas kelapa sawit. Keberhasilan panen didukung oleh pengetahuan panen tentang persiapan panen, kriteria matang panen, rotasi panen, sistem panen dan sarana panen.
Persiapan Panen Persiapan panen yang akurat akan memperlancar pelaksanaan panen. Persiapan ini meliputi kebutuhan tenaga kerja, peralatan, pengangkutan, dan pengetahuan kerapatan panen, serta sarana panen. Persiapan tenaga meliputi
jumlah tenaga kerja dan pengetahuan/ketrampilannya. Kebutuhan tenaga kerja bergantung pada keadaan topografi, kerapatan panen, dan umur tanaman.
Kriteria Matang Panen Kelapa sawit berbuah setelah berumur 2.5 tahun dan buahnya masak 5.5 bulan setelah penyerbukan. Suatu areal sudah dapat dipanen jika tanaman telah berumur 31 bulan, sedikitnya 60 % buah telah matang panen, dari 5 pohon terdapat satu tandan buah matang panen. Ciri tandan matang panen adalah sedikitnya ada dua buah yang lepas/jatuh dari tandan yang beratnya kurang dari 10 kg atau sedikitnya ada satu buah yang lepas dari tandan yang beratnya 10 kg atau lebih (Lubis, 1992)
Rotasi Panen Rotasi panen adalah selang waktu antara panen satu dengan panen berikutnya pada satu hanca panen (Fauzi et al., 2006). Rotasi panen tergantung pada kerapatan panen, kapasitas pemanen dan keadaan pabrik, namun yang ideal adalah 7 hari.
Sistem Panen Sistem hanca panen tergantung pada keadaan topografi lahan dan ketersediaan tenaga kerja. Sistem panen terdiri dari sistem hanca tetap dan sistem hanca giring. Pada hanca tetap setiap pemanen diberikan hanca panen yang sama dengan luasan tertentu dan harus selesai pada hari tertentu, sedangkan pada hanca giring, setiap pemanen diberikan hanca per baris tanaman dan digiring bersama.
Sarana Panen Sarana yang diperlukan untuk pemanenan antara lain jalan panen, tangga panen, titi panen dan TPH. Peralatan yang digunakan adalah dodos, kampak, egrek, dan galah. Persiapan sarana panen seperti pengerasan jalan, pembuatan titi/tangga panen, jalan panen (pikul), dan Tempat Pengumpulan Hasil (TPH).
Kebutuhan tenaga kerja pemanenan dapat dihitung dengan rumus : Kebutuhan tenaga pemanen = Keterangan : A = luas hanca (kappel) yang akan dipanen (ha) B = kerapatan panen C = rata - rata berat buah (kg) D = populasi tanaman/ha E = kapasitas panen/hk Kebutuhan alat pengangkutan disesuaikan dengan produksi dan jalan ke pabrik kelapa sawit. Pengangkutan buah dari kebun ke pabrik kelapa sawit harus dilakukan secepat mungkin agar menjaga kualitas buah kelapa sawit pada kadar asam lemak bebas normal (< 3 %). Jenis alat transportasi tergantung pada skala usaha, saran dan prasarana jalan yang tersedia.
METODE MAGANG Waktu dan Tempat Kegiatan magang ini dilaksankan selama 4 bulan, dimulai tanggal 11 Februari 2008 sampai dengan tanggal 11 Juni 2008 di Pantai Bunati Estate, PT. Sajang Heulang, Kecamatan Angsana, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan.
Metode Pelaksanaan Kegiatan magang secara keseluruhan dilakukan selama 4 bulan. Penulis bekerja langsung di lapang sebagai Pekerja Harian Lepas (PHL) selama dua bulan, sebagai pendamping Mandor selama satu bulan dan sebagai pendamping Asisten Divisi selama satu bulan. Setiap kegiatan dicatat kedalam jurnal harian seperti yang tercantum pada Tabel Lampiran 1 untuk status PHL, Tabel Lampiran 2 untuk status sebagai pendamping Mandor dan Tabel Lampiran 3 untuk status sebagai pendamping Asisten. Kegiatan harian yang dilaksanakan oleh penulis selama menjadi PHL antara lain mengikuti kegiatan LSU, until pupuk, aplikasi pemupukan, aplikasi janjang kosong, pengendalian gulma (semprot gawangan chemist, semprot piringan chemist dan perawatan manual), perawatan dan pembuatan markah blok, dan panen. Dalam melaksanakan kegiatan penulis mengamati dan mencatat beberapa hal seperti mengisi jurnal harian, mencatat prestasi kerja penulis dan karyawan, alat dan bahan yang digunakan, jumlah luasan yang dicapai secara teknis pelaksanaan dilapang. Kegiatan saat menjadi pendamping Mandor antara lain mengawasi dan mengkoordinir para tenaga kerja, membuat jurnal harian kerja, pembuatan laporan. Disamping kegiatan sebagai pendamping Mandor penulis juga mengikuti kegiatan sebagai pendamping Kerani (Kerani Divisi, Kerani Panen, Kerani Transport dan Kerani Kantor Besar). Pada saat menjadi pendamping Asisten Divisi, penulis mempelajari teknik pembuatan laporan, membuat jurnal harian, mempelajari rencana kerja bulanan atau tahunan.
Selama magang kegiatan rutin yang dilakukan penulis diantaranya adalah mengikuti apel pagi dan apel sore yang dipimpin Asisten Divisi, serta mengikuti kegiatan antrian pagi yang dipimpin Mandor. Kegiatan pengambilan data dilakukan dengan pengumpulan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan metode langsung, yaitu melalui pengamatan atau mengikuti kegiatan langsung di lapang. Data sekunder di peroleh dengan melihat arsip kebun. Data pengamatan di lapang difokuskan pada kegiatan pemanenan meliputi: a) Kriteria Matang Panen Kriteria matang panen ini didasarkan pada tingkat kematangan buah antara lain buah mentah, kurang matang, matang, lewat matang, janjang kosong dan kriteria tambahan berupa gagang panjang. Pengamatan ini dilakukan dengan mengamati 4 seksi panen, pada masing - masing seksi panen di ambil 40 TPH (Tempat Pengumpulan Hasil) untuk diamati dan dimana dua seksi panen berada pada rotasi panen normal (7 - 9 hari) sedang dua seksi panen yang lain berada pada rotasi panen panjang/terlambat (> 9 hari). b) Pengamatan Hanca Mutu Buah Pengamatan hanca mutu buah dilakukan dengan menghitung jumlah buah masak tidak dipotong, buah dipanen tidak terangkut ke TPH, dan jumlah brondolan yang tidak terkutip baik yang terdapat di piringan, pokok, pasar rintis, gawangan, potongan tangkai maupun di bunga matahari. Pengamatan ini dilakukan pada tiap Kemandoran panen, dimana tiap kemandoran tersebut diambil 6 orang pemanen dan masing - masing pemanen diambil 20 sampel janjang yang dipanen. c) Angka Kerapatan Panen Angka kerapatan panen diambil pada dua blok panen yang akan dipanen esok hari (15 % dari areal yang akan dipanen esok hari) dengan penghitungan pokok sawit di pasar rintis ke 5 - 6, 17 - 18, 29 - 30, 41 - 42,dst. d) Losses Pengangkutan Pada pengamatan losses pengangkutan dilakukan pencatatan lama waktu pengangkutan buah dari tempat pengumpulan hasil ke dalam truk dan banyaknya
brondolan tinggal pada tiap - tiap tempat pengumpulan hasil. Pengamatan ini didasarkan pada buah dalam keadaan normal dan buah dalam keadaan restan. Data sekunder diperoleh dengan melihat arsip kebun meliputi lokasi dan letak geografis kebun, keadaan tanah dan iklim, curah hujan, luas areal dan tata guna lahan, Bobot Janjang Rata - Rata (BJR), tenaga kerja panen, basis dan premi panen, data restan buah.
KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG Letak Geografis Secara administratif Pantai Bunati Estate PT. Sajang Heulang, Minamas Plantation terletak di Desa Bunati, Kecamatan Angsana, Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi Kalimantan Selatan. Lokasi Pantai Bunati Estate sebelah Utara berbatasan dengan Desa Sebamban dan Desa Karang Indah, sebelah Barat berbatasan dengan Desa Angsana dan Desa Setarap, sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Angsana, dan disebelah Timur berbatasan dengan Desa Penyiputan dan Desa Dwi Marga. Lokasi perkebunan PT. Sajang Heulang secara geografis terletak pada koordinat 1140 19 13 BT - 1160 33 28 BT dan 10 21 49 LS
40 10 14 LS
dengan ketinggian 0 - 50 meter di atas permukaan laut (dpl). Peta lokasi kebun dapat dilihat pada Gambar Lampiran 1.
Keadaan Iklim dan Tanah Iklim di Pantai Bunati Estate termasuk ke dalam iklim basah. Menurut sistem klasifikasi Schmidt Ferguson, areal kebun Pantai Bunati Estate termasuk dalam kelas B (iklim basah dengan bulan basah diatas 100 mm/bulan rata - rata 9 bulan dan bulan kering dibawah 60 mm/bulan rata - rata 3 bulan). Rata - rata curah hujan tahunan adalah 1 942 mm dengan rata - rata hari hujan 139 mm. Curah hujan tertinggi antara tahun 2004 - 2008 terjadi pada tahun 2007, dengan curah hujan tertinggi bulan Juni sebesar 687 mm sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan Desember yaitu 66 mm. Jumlah hari hujan selama tahun 2007 adalah 155 hari dengan hari terbanyak hujan terjadi pada bulan Februari yaitu 22 hari. Data curah hujan tahun 1998 sampai dengan tahun 2008 dapat dilihat pada Tabel Lampiran 4. Temperatur rata-rata berkisar antara 23.30C - 32.70C dengan kelembaban udara rata - rata antara 55 % - 98 % tiap bulan, sedang rata - rata tekanan udara di PT. Sajang Heulang berkisar antara 1 009.3 mm Hg - 1 013.6 mm Hg. Kondisi topografi lahan di Pantai Bunati Estate datar hingga bergelombang dengan tingkat ketinggian lereng < 10 % dan panjang lereng
mencapai ± 150 meter. Jenis tanah di lokasi perkebunan yaitu Ultisol, Alfisol, Oxisol, Inceptisol.
Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan Luas areal PT Sajang Heulang sampai dengan November 2007 mencapai ± 23 794 ha dengan 7 794 ha merupakan kebun inti dan 16 000 ha merupakan kebun plasma. Perkebunan kelapa sawit Pantai Bunati Estate dibangun diareal konsesi seluas 2 715 ha, areal konsesi terbagi menjadi areal tanaman menghasilkan (TM) seluas 2 505 ha, areal pembukaan baru (LC) yang Belum dikerjakan seluas 40 ha, areal prasarana (emplasement, jalan, jembatan, dan parit) seluas 170 ha. Pantai Bunati Estate terbagi menjadi 3 divisi, yaitu Divisi I seluas 1 086 ha, Divisi II seluas 867 ha, dan Divisi III seluas 762 ha dengan pembagian luas berdasarkan tahun tanam seperti pada Tabel 2. Tabel 2. Komposisi Areal Tanaman Kelapa Sawit di Pantai Bunati Estate Luas areal berdasarkan tahun tanam (ha) 1996 1997 1998 I 254 511 222 II 62 741 III 715 Total 254 573 1 678 Sumber : Kantor Besar Pantai Bunati Estate Divisi
Total (ha) 987 803 715 2 505
Fasilitas Kebun Kebun Pantai Bunati Estate memiliki beberapa fasilitas yang mendukung kegiatan kerja dan kebutuhan hidup karyawannya. Fasilitas gedung antara lain kantor besar, kantor Divisi di setiap Divisi, pos pengamanan, gedung olahraga, puskesmas, kantor traksi dan beberapa gudang bahan dan alat. Kebun juga menyediakan sarana tempat tinggal bagi karyawan. Untuk karyawan tingkat staf, tempat tinggal berada di dalam kawasan kantor besar sedangkan pondok karyawan terdapat di setiap Divisi dan terdapat Tempat Penitipan Anak (TPA). Terdapat pula sarana ibadah berupa masjid yang dibangun untuk tiap Divisi (sarana ibadah disesuaikan dengan mayoritas agama karyawan yang berada di sekitar pondok).
Pihak kebun juga menyediakan sarana transportasi antar - jemput bagi karyawan dengan menggunakan truk jemputan dan bus bagi setiap siswa yang bersekolah di luar kawasan kebun.
ORGANISASI DAN MANAJEMEN KEBUN Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan Stuktur organisasi Pantai Bunati Estate dipimpin oleh seorang Estate Manager yang membawahi seorang Asisten Kepala, dua orang Asisten Divisi, dan seorang Kepala Administrasi (kasie). Asisten Kepala memimpin satu Divisi dan bagian traksi sedangkan dua orang Asisten Divisi masing - masing memimpin satu Divisi. Kepala Administrasi mimimpin kegiatan administratif di Kantor Besar dan gudang sentral. Hubungan Estate Manager, Asisten Kepala, Asisten Divisi, dan Kepala Administrasi terjalin pada satu garis instruksi atau perintah. Struktur organisasi Pantai Bunati Estate dapat dilihat pada Gambar Lampiran 2 Jumlah karyawan di Pantai Bunati Estate sampai dengan bulan Mei 2008 adalah 416 orang yang terdiri dari 5 orang staf dan 411 orang karyawan non staf. Tenaga kerja non staf terdiri dari Serikat Karyawan Utama Bulanan (SKU-B) dan Serikat Karyawan Utama Harian (SKU-H). Tenaga kerja di Pantai Bunati Estate ini tidak diberlakukan karyawan Buruh Harian Lepas (BHL) ataupun karyawan Honorer. Sistem pengupahan yang diberlakukan didasarkan pada Upah Minimum Regional (UMR) sebesar Rp 29 800 per hari kerja (HK) dengan mekanisme pemberian gaji pada karyawan non staf dilakukan dua kali dalam sebulan. Adapun jumlah karyawan staf dan karyawan non staf yang ada di Pantai Bunati Estate, PT Sajang Heulang periode Mei 2008 dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Jumlah Karyawan Staf dan Karyawan Non Staf di Pantai Bunati Estate. PT. Sajang Heulang. No
Status
1
Staf
2
Non Staf
Jabatan Estate Manager Asisten Kepala Asisten Divisi Kepala Administrasi SKU-B Kantor SKU-B Traksi SKU-B Afdeling SKU-Harian
Jumlah
Sumber : Kantor Besar Pantai Bunati Estate
Jumlah orang 1 1 2 1 12 15 24 360 416
Pelaksanaan Pengelolaan Kebun Tingkat Staf Pengelolaan kebun tingkat staf dilaksanakan oleh Estate Manager, kepala administrasi, Asisten Kepala, dan Asisten Divisi. Estate Manager bertugas mengelola kebun mulai dari kegiatan perencanaan, mengorganisir, mengelola, dan mengontrol kebun untuk pencapaian
target produksi.
Estate
Manager
bertanggungjawab atas seluruh kegiatan operasional dan administrasi kebun. Kepala administrasi bertugas menangani seluruh kegiatan administrasi, keuangan kebun seperti kegiatan pengupahan karyawan, pencatatan seluruh produksi TBS kebun, administrasi keluar masuknya bahan dan material dari gudang yang setiap akhir bulan akan dilaporkan kepada Estate Manager yang diteruskan ke General Manager dalam laporan pertanggungjawaban. Asisten Kepala bertugas mengawasi seluruh kegiatan kebun dan bertanggungjawab langsung kepada Estate Manager. Asisten Kepala di Pantai Bunati Estate merangkap sebagai Asisten Divisi dan membawahi dua orang Asisten Divisi dan traksi. Asisten Divisi bertugas dan bertanggungjawab mengelola kebun secara teknis maupun administrasi Divisi. Asisten Divisi melakukan berbagai perencanaan diantaranya rencana kerja dan anggaran tahunan, rencana kerja uang bulanan, rencana kerja harian, perencanaan kebutuhan tenaga kerja, dan juga perencanaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam pelaksanaan rencana. Dalam pelaksanaan tugasnya, Asisten Divisi dibantu oleh Mandor I dan membawahi beberapa Mandor serta Kerani.
Pelaksanaan Pengelolaan Kebun Tingkat Non Staf Pengelolaan kebun tingkat non staf dilaksanakan oleh Mandor I, Mandor, Kerani Panen, Kerani Transport, Kerani Divisi, dan Kepala Gudang. Mandor I bertugas untuk melakukan koordinasi secara langsung terhadap Mandor ataupun karyawan di lapangan. Mandor bertugas mengawasi dan menempatkan karyawan sesuai dengan bagiannya masing - masing kemudian mencatat hasil pekerjaan pada hari itu di BKM (Buku Kegiatan Mandor). Selain itu juga melakukan pengabsenan kepada para pekerja. Kerani Panen bertugas mencatat hasil pemeriksaan buah di TPH (Tempat Pengumpulan Hasil) ke dalam Buku Penerimaan Buah. Kerani Transport bertugas mencatat jumlah buah di tiap blok,
mengatur jumlah armada yang diperlukan untuk mengangkut TBS ke PKS (Pabrik Kelapa Sawit), membuat surat pengantar buah untuk angkutan yang mengangkut TBS ke PKS dan melaporkan jika terdapat buah restan. Kerani Divisi bertugas merekap hasil laporan Mandor dan setiap harinya dilaporkan ke kantor besar. Kepala Gudang bertugas mencatat segala keperluan baik pemasukan maupun pengeluaran persediaan barang digudang untuk kegiatan di lapang serta membuat administrasi distribusi barang untuk setiap divisi.
Pengelolaan Tenaga Kerja Harian Kegiatan harian lapang dimulai pada pukul 05.30 WITA berupa lingkaran (apel) pagi di setiap Divisi. Kegiatan ini dipimpin oleh Asisten Divisi dengan melakukan evaluasi terhadap pekerjaan yang telah dilakukan pada hari sebelumnya dan memberikan instruksi pekerjaan yang akan dilakukan pada hari ini kepada Mandor. Setelah itu dilanjutkan dengan kegiatan antrian pagi yang diikuti oleh para pekerja dan Mandor. Kegiatan ini dilakukan untuk memberikan instruksi kepada pekerja oleh Mandor sesuai dengan instruksi dari Asisten Divisi dan melakukan absen pada para pekerja. Seluruh pekerjaan di lapang dimulai pada pukul 07.00 WITA dan berakhir pada pukul 14.00 WITA untuk hari senin, selasa, rabu, kamis, dan sabtu sedangkan untuk hari jumat pekerjaan di lapang berakhir pada pukul 11.30 WITA. Seorang Asisten Divisi membawahi seorang Mandor I, Mandor, Kerani dan Mantri Buah. Pengawasan langsung di lapang dilakukan oleh Asisten Divisi atas seluruh kegiatan yang dilaksanakan baik yang dilakukan oleh para Mandor maupun oleh karyawan. Selain melakukan pengawasan secara langsung di lapang, Asisten Divisi juga melakukan pengawasan dan evaluasi pada Buku Kerja Mandor (BKM). Mandor I bertugas sebagai koordinator bagi para Mandor agar pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana kerja yang telah ditetapkan, memonitoring proses evakuasi TBS ke PKS, melakukan evaluasi atas pekerjaan para Mandor dan Kerani, dan bersama - sama Asisten Divisi membuat rencana kerja panen untuk esok hari. Mandor I membawahi Mandor, Kerani Divisi, Kerani Panen, dan Mantri Buah.
Mandor bertugas mengabsen karyawan, memberikan instruksi pekerjaan, mengatur hanca karyawan, mengawasi pekerjaan dan melaporkan hasil pekerjaan dalam sebuah Buku Kerja Mandor pada kegiatan apel sore yang dilakukan pada pukul 15.30 WITA. Struktur organisasi tingkat Divisi dapat dilihat pada Gambar Lampiran 3.
PELAKSANAAN KEGIATAN TEKNIS DI LAPANG Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan Pemupukan Pemupukan merupakan suatu kegiatan untuk menambahkan unsur hara yang diperlukan pada tanaman karena ketersediaan hara di lahan kurang memenuhi kebutuhan tanaman. Pelaksanaan pemupukan di Pantai Bunati Estate ditentukan oleh Departemen Riset berdasarkan pertimbangan hasil analisa daun, analisa tanah, umur dan kondisi tanaman, iklim, keseimbangan hara, biaya, produksi yang telah diperoleh, dan target produksi yang akan dicapai. Analisis tanah menunjukkan potensi ketersediaan hara dalam tanah yang dapat diserap akar, sedangkan analisis tanaman merefleksikan status nutrisi aktual dalam jaringan tanaman. Di Pantai Bunati Estate analisis daun dilakukan dengan LSU (Leaf Sample Unit) atau merupakan suatu bentuk kegiatan analisis status hara yang dilakukan menggunakan sampel daun. Kegiatan ini dilakukan setiap tahun pada setiap blok. Pelaksanaan LSU atau analisis daun selain digunakan untuk mengetahui kekurangan unsur hara pada tanaman, juga dapat digunakan sebagai penentu dosis yang akan di aplikasikan untuk masing - masing blok. Pengambilan contoh daun dari tanaman harus dapat mewakili satu luasan tertentu yang seragam dalam hal jenis dan kesuburannya, umur tanaman, perlakuan yang diberikan dan memiliki variasi yang kecil dalam hal - hal lainnya. Pelaksanaan pengambilan contoh daun pada analisis daun dilakukan sekali dalam setahun dan rekomendasi pemupukan harus diterima kebun selambat - lambatnya bulan Oktober untuk program berikutnya. Sehingga pelaksanaan pemupukan dapat berjalan tepat waktu. Tanaman yang dipakai sebagai tanaman contoh haruslah memenuhi beberapa ketentuan, antara lain : Ø Tanaman harus dalam kondisi normal, sehat dan tidak terserang HPT (Hama Penyakit Tanaman) Ø Tidak berada di dekat jalan, parit atau bangunan Ø Tidak bersebelahan dengan tanaman mati atau sisipan
Untuk kegiatan LSU menggunakan sistem 12 x 11, artinya pergeseran tanaman tanaman dari arah Barat ke Timur adalah adalah 12 tanaman dan pergeseran dari Selatan ke Utara adalah 11 tanaman. Tanaman contoh pertama (TS1) diambil dari arah Barat ke Selatan blok pada baris ke tiga dan tanaman ke tiga dalam baris. Selanjutnya bergeser sebanyak 12 tanaman, sehingga merupakan contoh ke dua (TS2). Jika rintis telah ditembus maka perhitungan tanaman tetap diteruskan dan dilanjutkan setelah bergeser sebanyak 11 baris tanaman. Contoh daun yang diambil dari tanaman contoh adalah daun ke-17. Daun ke-17 ini terpilih sebagai daun indikator yang sensitif atas perubahan yang terjadi dalam status hara. Jika dalam suatu sebab daun ke-17 rusak, dapat digantikan dengan daun dari pelepah ke-9 dari tanaman yang sama dan jika mati atau sakit dapat digantikan oleh tanaman sebelahnya dengan syarat tanaman tersebut akan dipakai seterusnya sebagai ganti tanaman yang telah mati. Contoh daun diambil mulai jam 07.00 12.00 dan tidak hujan. Dari pelepah ke-17 diambil daun yang berada antara 1/3 bagian dari ujung pelepah. Selanjutnya daun dipotong kecil dan dibawa ke laboratorium untuk dianalisis. Dalam kegiatan analisis daun ini juga dilakukan pengamatan visual terhadap gejala defisiensi yang nampak secara fisik. Pengamatan dilakukan disemua tanaman pada daun jalur yang diambil sampel. Kendala yang dialami di lapang saat kegiatan LSU antara lain : Ø Iklim Ø Gejala visual defisiensi unsur hara tanaman yang hampir sama antara hara satu dengan hara yang lain Ø Tanaman
terlalu
tinggi
sehingga
sulit
diambil
walaupun
telah
menggunakan egrek Ø Kesalahan pekerja dalam menentukan tanaman sampel (tanaman sampel dari tahun ke tahun tidak sama) Ø Pengambilan daun oleh pihak riset mengalami keterlambatan. Kegiatan pemupukan Pantai Bunati Estate dilaksanakan dengan sistem BMS (Blok Manuring System) yaitu sistem pemupukan yang terkonsentrasi dalam 1 - 2 hanca pemupukan per kebun, dikerjakan blok per blok dengan sasaran mutu pemupukan yang baik. Sistem pemupukaan BMS ini dilaksanakan dengan organisasi penguntilan, pelangsiran, pengeceran dan penaburan.
Jenis pupuk anorganik yang diaplikasikan di Pantai Bunati Estate antara lain Urea, MOP (KCl), RP (Rock Phosphate) dan Borat, selain pupuk anorganik juga dilakukan pemupukan organik berupa pupuk janjang kosong. Waktu pemupukan dilakukan 2 kali dalam setahun, yaitu pada semester I bulan Februari dan semester II pada bilan Juli. Aplikasi pemupukan pada TM di Pantai Bunati Estate dilakukan secara manual dengan dipermudah oleh kegiatan until dan langsir pupuk. Kegiatan penguntilan adalah membagi - bagi pupuk dengan berat dan dosis tertentu kedalam sak/karung agar mudah dibawa oleh penabur pupuk. Penguntilan dilakukan di gudang pupuk. Dalam kegiatan pemupukan terutama penguntilan diberlakukan sistem FIFO (First In First Out) yaitu apabila pupuk pertama datang, maka pupuk tersebut yang akan diuntil dan akan diaplikasikan dilahan terlebih dahulu. Dalam penaburan pupuk haruslah merata sehingga tidak boleh terdapat pupuk yang menggumpal. Sehingga para penguntil pupuk diwajibkan untuk memecah pupuk apabila terdapat pupuk yang menggumpal. Berat untilan untuk pupuk Urea, RP, dan MOP disesuaikan dengan dosis, pelaksanaan until di kebun yaitu 12.5 kg/until, sedang untuk Borat penguntilan dilaksanakan langsung di lapang. Pelangsiran pupuk adalah kegiatan memuat pupuk yang telah diuntil dari gudang untuk selanjutnya dikirim ke lapang. Jumlah pupuk yang keluar atau yang akan diaplikasikan pada hari itu harus sesuai dengan jumlah tenaga dan dosis pada blok yang akan dipupuk sehingga pupuk tidak ada yang menginap. Sistem transportasi untilan pupuk ke blok pupuk dengan menggunakan truk angkut. Untilan pupuk yang telah dibawa akan diletakkan di tempat pengumpulan pupuk yaitu disetiap pasar rintis di collection road. Banyak untilan pupuk yang diletakkan sesuai dengan dosis yang diperlukan untuk tiap blok dan tiap tanaman. Cara pengaplikasian pupuk MOP dan RP dilakukan dengan cara menabur pupuk tersebut di sekitar pelepah dengan membentuk huruf
. Pengaplikasian
yang berada di sekitar pelepah dikarenakan pupuk MOP dan RP tidak mudah larut ataupun menguap, sehingga akan dapat mengurangi losses akibat air hujan karena tertahan diantara pelepah. Aplikasi dengan membentuk huruf
agar dapat
meminimalisasi losses di pasar rintis yang sering terlewati oleh pekerja.
Pupuk Urea dilaksanakan dengan menaburkan secara melingkar di piringan tanaman, hal ini dikarenakan sifat Urea yang mudah larut dan menguap, sehingga apabila terjadi hujan diharapkan Urea dapat langsung masuk kedalam tanah tanpa halangan, selain itu sifat Urea yang dapat berfungsi sebagai herbisida sehingga dapat lebih membantu pengendalian gulma piringan. Pupuk Borat pengaplikasiannya dengan meletakkan disekitar pelepah yang masih muda, tetapi dikarenakan tanaman sudah terlalu tinggi maka pengaplikasian dapat dilakukan melingkar disekitar piringan (berhimpit dengan tanaman). Untuk pupuk organik yang diaplikasikan di Pantai Bunati Estate adalah aplikasi janjang kosong. Janjang kosong ini diaplikasikan dengan dosis 200 kg/antar tanaman. Janjang kosong diletakkan diantara tanaman dalam barisan tanaman dan satu lapis. Selain itu dapat pula berbentuk abu janjang kosong. Abu janjang kosong merupakan sumber terpenting kedua bagi pupuk K. Rekomendasi pemupukan di Pantai Bunati Estate dapat dilihat dapat Tabel Lampiran 5 dan pengeplikasian pupuk janjang kosong dan peneburan pupuk dapat di lihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Aplikasi Janjang Kosong dan Penaburan Pupuk
Pengendalian Gulma Gulma merupakan vegetasi yang tumbuh secara alami dan menjadi pesaing tanaman utama dalam penyerapan unsur hara, air, dan cahaya matahari. Pengendalian gulma yang baik akan memperlancar kegiatan lain seperti pemanenan, pemupukan, pengawasan, pengendalian hama dan penyakit. Kegiatan
pengendalian gulma yang diterapkan di Pantai Bunati Estate secara manual dan secara kimiawi. Pengendalian secara manual meliputi kegiatan membersihkan gulma yang merambat dan memberantas anak kayu atau disebut dongkel anak kayu. Anak kayu tidak boleh dibiarkan tumbuh pada areal kelapa sawit. Pengendaliannya dilakukan dengan mencabut menggunakan tangan, cados (cangkul dodos), ataupun dengan menggunakan parang. Apabila anak kayu sudah tumbuh besar dapat dilakukan kegiatan oles, yaitu dengan memotong batang anak kayu dan kemudian dilakukan pengolesan dengan menggunakan bahan Garlon yang dicampur dengan Solar (perbandingan 1:2), tindakan ini bertujuan untuk segera membunuh atau mematikan anak kayu yang telah tumbuh besar. Selain pengendalian anak kayu, dilakukan pula pencabutan gulma sejenis putihan (Cromolaena odorata), senggani (Melastoma malabathricum), pandan pandanan, kentosan (tunas kelapa sawit disekitar piringan yang tidak diharapkan) serta jenis pakisan seperti pakis kawat dan paku udang (Stenochlaena palustris). Pengendalian gulma secara manual ini memiliki rotasi 1 x (dari 3 x rotasi, 2 rotasi pengendalian gulma kimia gawangan dan 1 x manual). Secara teknis dilapangan, setiap rintis blok dilalui oleh dua orang pekerja di sisi yang berbeda bila gulma dalam pasar rintis tersebut berat (banyak gulma), apabila gulma ringan maka dalam pasar rintis akan dikerjakan oleh seorang pekerja. Pengendalian secara kimiawi dilakukan dengan semprot piringan dan semprot gawangan. Sistem pengendalian secara kimiawi ini memiliki beberapa keuntungan, antara lain dapat mengurangi pemakaian tenaga kerja, menghemat waktu dan dapat menurunkan biaya operasional. Pengendalian kimiawi dengan semprot piringan dilakukaan dengan penyemprotan TPH, pasar rintis, jalan kaki lima, pasar 8, pasar tengah, piringan dan wiping lalang. Wiping lalang adalah kegiatan untuk mengendalikan gulma Alang - alang (Imperata cylindrica) menggunakan bahan Round-up yang bersifat sistemik dengan konsentrasi 0.9
1 % dan menggunakan alat semprot RB nozel
100. Wiping digabungkan dengan kegiatan semprot piringan karena tanaman yang sudah rimbun dan teduh sehingga alang - alang yang ada hanya tinggal sedikit. Penyemptotan piringan dilakukan dengan menggunakan alat MHS (Micron Herby
Spraying), satu sprayer barisi 5 liter larutan dan diaplikasikan untuk 1 ha. Prestasi pekarja 5 ha/hk. Aplikasi dosis dilakukan di lapang dengan konsentrasi Sterine 0.9 1 % dan Round-up 2 - 2.5 %. Sterine berfungsi sebagai herbisida tanaman berdaun lebar seperti Ageratum conyzoides, Borreria latifolia, Mikania micranta, Puereria javanica dan gulma semak seperti Chromolaena odorata, Melastoma malabathricum, Clibadium surinamense. Piringan yang disemprot sesuai jangkauan semprot yaitu 1 - 1.5 m secara melingkar. Semprot piringan ini bertujuan untuk memudahkan dalam kegiatan pemanenan seperti pemungutan brondolan yang jatuh, agar buah yang telah dipanen tidak tercampur gulma, pada kegiatan pemupukan dapat mengurangi losses pupuk Urea yang mudah menguap dan mudah larut apabila terkena air, selain itu juga mengurangi kompetisi perebutan hara. Rotasi semprot piringan sendiri dilakukan 3 kali dalam satu tahun. Pengendalian kimiawi dengan semprot gawangan dilakukan dengan menggunakan alat semprot RB dengan prestasi karyawan 1.3 ha/hk. Bahan yang diperlukan dalam kegiatan penyemprotan gawangan antara lain Garlon dengan konsentrasi 0.4 % untuk gulma putihan, Gramoxone dengan konsentrasi 0.4 % untuk gulma pakisan dan kentosan, Round-up dan Ally untuk gulma alang - alang dan pakisan. Pelaksanaan semprot dilakukan dengan kegiatan aplikasi dosis di lapang dan masing - masing bahan tidak boleh dicampur. Setiap bahan digunakan untuk menyemprot gulma tertentu saja sehingga penyemprotan dilakukan dengan spot - spot dan dilakukan hingga pasar tengah. Gulma yang disemprot antara lain Euphatoriun odoratum, Borreria latifolia, Colopogonium mucunoides, Pureraria javanica, Cromolaena odorata, Melastoma malabathricum. Teknis pengendalian gulma di Pantai Bunati Estate sudah sangat baik, hal ini dilihat dari sistem yang digunakan, yaitu dengan aplikasi dosis secara langsung dilapang. Hal ini dapat secara efektif mengurangi losses bahan herbisida karena apabila dilakukan pencampuran secara langsung dalam tangki unit maka jika terjadi hujan, obat yang telah dicampur tersebut akan berkurang khasiat dalam pemakaian berikutnya (pemakaian esok hari). Dalam pelaksanaan pengendalian gulma ini terdapat berbagai macam kendala antara lain iklim (hujan, apabila dalam pengaplikasian dan dalam waktu ± 3 jam turun hujan maka herbisida tersebut tidak berfungsi), transportasi/mobil
unit, bahan, dan tenaga kerja. Sehingga dalam pengerjaannya rotasi cenderung lebih lambat. Apabila turun hujan, para pekerja dialihkan pekerjaannya menjadi pengendalian gulma secara manual (dongkel anak kayu dan pengolesan).
Pengendalian Hama dan Penyakit Salah satu faktor yang mempengaruhi produksi kelapa sawit, adalah adanya serangan hama dan penyakit. Pengendalian hama dan penyakit tanaman pada hakikatnya merupakan upaya untuk mengendalikan suatu kehidupan. Oleh karena itu konsep pengendaliannya dimulai dari pengenalan dan pemahaman terhadap siklus hidup hama atau penyakit itu sendiri. Pemilihan jenis, metode (biologi, mekanik, kimia dan terpadu), serta waktu pengendalian yang dianggap paling cocok akan dilatarbelakangi oleh pemahaman atas siklus hama atau penyakit tersebut. Beberapa jenis hama yang menyerang tanaman kelapa sawit di Pantai Bunati Estate antara lain tikus (Rattus sp.), babi hutan, tupai, rayap (Coptotermes curfignatus), ulat api (Setotra nitens) dan ulat kantong (Mahasena corbeti). Hama utama adalah hama tikus, sedang hama yang lain kurang berbahaya. Penyakit yang masih dijumpai adalah penyakit busuk pangkal batang (Ganoderma bonisense). Jenis tikus yang paling sering dijumpai di perkebunan kelapa sawit adalah tikus belukar (Rattus rattus tiomanicus). Jenis lain yang sering dijumpai adalah tikus sawah, tikus rumah dan tikus wirok. Kerugian yang disebabkan oleh serangan tikus yaitu kematian tanaman muda dapat mencapai 20 %, kerugian produksi sebesar 20 %, penurunan kualitas buah dan penurunan populasi serangga penyerbuk Elaeidobius kamerunicus (PPKS, 2006). Pada umumnya serangan tikus pada tanaman menghasilkan dengan mengerat bunga atau mengerat mesokarp (daging buah) sehingga dapat berpengaruh pada losses produksi. Kondisi pelukaan terhadap daging buah menurunkan potensi rendemen minyak pada buah dan peningkatan Asam Lemak Bebas (ALB). Pengendalian hama tikus yang dilakukan di Pantai Bunati Estate dengan pengendalian secara kimia dan dengan pengendalian biologis. Secara kimia pengendalian hama dilakukan dengan cara pemberian umpan racun yaitu Klerat
RM-B dan pengendalian secara biologis dengan memelihara musuh alaminya yaitu burung hantu (Tyto alba) dengan memasang rumah burung yang disebut Nest Box. Lokasi penempatan kandang harus strategis (berdekatan dengan pohon besar atau pada areal di sekitar pemukiman) dan diusahakan agar jauh atau membelakangi lampu penerangan serta aman dari manusia. Hal ini dimaksudkan agar burung hantu tidak mudah mengalam stress. Tingkat predasi burung hantu terhadap R. tiomaticus di perkebunan kelapa sawit mencapai 88 % sedangkan sisanya 6 % adalah R. argentiventer dan 6 % R. ratus radii (Vademicum, 2004). Gambar kandang burung hantu (Nest Box) dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Kandang Burung Hantu
Tupai merusak kelapa sawit dengan mengerat buah yang masih muda dan memakan inti yang masih lunak, sedangkan untuk penurunan produksi akibat serangan hama ulat api dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Penurunan Produksi Tanaman Kelapa Sawit Akibat Serangan Hama Ulat Api (Setothosea asigna) % Penurunan Poduksi Tahun I Tahun II Hampir 100 70 93 50 40 78 25 8 29 12 5 11 Sumber : Vademicum Minamas Plantation, 2005 % Defiolasi
Serangan hama ulat api dan ulat kantung menyebabkan kehilangan daun (difoliasi) tanaman yang berdampak langsung pada penurunan produksi. Untuk pengendalian hama ulat api di Pantai Bunati Estate dilakukan dengan menanam tanaman Tunera subulata, Cassia cabanensis dan Antigonon leptotus sebagai inang dari musuh alami ulat api seperti serangga Sycanus leucomicus. Tanaman Turnera subulata dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Tanaman Turnera subulata (bunga pukul delapan)
Pemeliharaan Lainnya Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan di Pantai Bunati Estate antara lain pemeliharaan jalan, pembuatan dan perbaikan TPH (Tempat Pengumpulan Hasil), penomoran TPH, pembuatan jembatan, penambahan titi panen. Jaringan jalan di kebun merupakan salah satu faktor penting dalam menunjang kelancaran transportasi dari dan keluar kebun, jalur transportasi TBS serta kegiatan pengangkutan lainnya. Jenis jalan yang terdapat di Pantai Bunati Estate antara lain jalan utama (main road), jalan pengumpul (collection road), jalan utama, jalan bantu. Perawatan jalan di utamakan untuk areal - areal yang bermasalah misalnya tanah lunak, tanah tergenang air sehingga dapat menyebabkan unit transport mengalami hambatan. Perawatan jalan secara teknis dilakukan menggunakan Motor Grader dan rawat manual dilaksanakan oleh pekerja. Rawat jalan juga dilakukan tunas pelepah jalan yaitu pembuangan pelepah agar tidak mengganggu kendaraan yang melintas juga agar cahaya matahari tidak terhalang sehingga jalan akan lebih mudah kering pada saat terjadi hujan.
Perawatan atau pembuatan TPH dilaksanakan dengan cara manual dan kimia. Perawatan kimia dilakukan bersamaan dengan kegiatan pengendalian gulma piringan, sedang secara manual dilakukan dengan melakukan perataan TPH, meninggikan TPH yang memiliki kecenderungan tergenang saat terjadi hujan, memadatkan tanah agar pada saat pemuatan brondolan tanah tidak terangkut. Ukuran TPH adalah 4 m x 7 m dan jumlah TPH adalah 1.4 TPH per hektar (setiap 6 baris tanaman terdapat 1 TPH) sehingga dalam satu blok standar (30 ha) akan terdapat 42 TPH. Selain itu juga dilakukan penomeran TPH yang dituliskan di tanaman paling dekat TPH berupa lingkaran dengan warna dasar biru, tulisan berwarna putih, lingkaran berwarna putih. Prestasi kerja yang didapat penulis adalah 30 ha/hk. Jembatan di kebun sangat berpengaruh terhadap kelancaran pengangkutan tandan buah segar kelapa sawit baik dalam kegiatan pemanenan maupun transportasi. Jembatan dalam kebun memiliki bahan yang sama dengan titi panen yaitu permanen menggunakan beton dan menggunakan bahan kayu. Titi panen dari kayu dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Titi Panen dari Kayu
Pemanenan Panen merupakan pekerjaan utama di perkebunan kelapa sawit karena merupakan sumber pendapatan perusahaan, oleh karena itu perlu adanya pengelolaan yang baik dalam pelaksanaannya. Kegiatan panen mencakup pekerjaan memotong semua janjang yang masak, mengutip semua brondolan dan dilanjutkan pada pengangkutan ke pabrik kelapa sawit (PKS), kegiatan tersebut
diantaranya meliputi potong pelepah, potong buah masak, susun pelepah, potong gagang panjang, kutip brondolan, angkut janjang ke TPH dan angkut brondolan ke TPH.
Peramalan Produksi Peramalan produksi digunakan untuk memperkirakan besarnya produksi yang akan dicapai pada masa tertentu di masa yang akan datang. Peramalan produksi sangat penting untuk dapat menentukan penyusunan target produksi, perencanaan pembiayaan dan pemakaian tenaga. Peramalan produksi di Pantai Bunati Estate di bagi menjadi tiga bagian, yaitu peramalan budget produksi (target produksi), peramalan produksi semesteran (sensus produksi) dan peramalan produksi harian (taksasi panen). Budget produksi adalah target produksi yang ingin dicapai perusahaan dalam satu tahun yang dapat dijabarkan sebarannya dalam bulan dan semester. Sensus produksi adalah pencacahan atau penghitungan atau pendataan terhadap tanaman kelapa sawit yang bertujuan untuk mengetahui atau memperkirakan produksi semester berdasarkan jumlah dan keadaan bunga betina yang kemungkinan menjadi tandan buah. Peramalan produksi semesteran dilakukan untuk menentukan jumlah buah yang dipanen pada enam bulan berikutnya. Penyusunan sensus produksi harus disertai pengetahuan tentang perkembangan bunga betina dan tandan kelapa sawit sampai dengan matang panen. Pekerjaan sensus di Pantai Bunati Estate dilakukan untuk menghitung produksi kebun enam bulan berikutnya, yaitu dengan menghitung jumlah buah cengkih atau buah betina yang sudah dibuahi sampai dengan buah yang kira - kira akan dipanen pada semester dimana sensus dilaksanakan. Waktu selama enam bulan didasarkan pada kurun waktu yang diperlukan kelapa sawit untuk membentuk buah dari penyerbukan sampai dengan buah siap panen. Semester I adalah bulan Januari - Juni dan sensus produksi dilaksanakan pada 20 Desember tahun lalu sampai dengan 10 Januari tahun ini, sedangkan Semester II adalah bulan Juli - Desember dan sensus produksi dilaksanakan pada 20 Juni sampai dengan 10 Juli tahun ini. Sensus buah dilakukan dengan rumus 5 x 6 (artinya
pergeseran tanaman dari arah Barat ke Timur adalah adalah 5 tanaman dan pergeseran dari Selatan ke Utara adalah 6 tanaman), penanda awal titik sensus adalah tanda tapak jalak. Alat yang dipakai adalah kait yang berfungsi untuk tanda awal penghitungan janjang dan crayon yang berfungsi untuk menandai jumlah janjang pada tiap batang tanaman yang disensus, formulir pencatatan. Dalam sensus produksi parameter yang dipakai adalah jumlah janjang yang ada di tanaman dan Berat Janjang Rata - Rata (BJR). Jumlah buah yang dihitung kemudian dicatat dalam form yang telah disediakan termasuk buah cengkih seperti pada Gambar 5. Rumus perhitungan produksi yang digunakan adalah: Produksi/bulan =
luas areal (ha)/luas disensus (ha) x jumlah janjang sensus x BJR 6 bulan
Gambar 5. Buah Cengkih
Taksasi panen adalah penghitungan terhadap kemungkinan tiap tanaman yang di panen menghasilkan sejumlah tandan masak dari tiap rotasi. Taksasi panen tercermin dalam perolehan Angka Kerapatan Panen (AKP) pada hari itu. AKP dapat digunakan untuk mengetahui jumlah taksasi produksi esok hari, sehingga dipakai sebagai acuan untuk memperkirakan tenaga panen yang diperlukan untuk menyelesaikan satu seksi panen dalam satu hari dan unit mobil angkut buah ke PKS. Taksasi panen di Pantai Bunati Estate dilaksanakan setiap harinya oleh Mandor Panen dan Mandor I.
Persiapan Panen Persiapan panen di Pantai Bunati Estate meliputi penetapan seksi panen, penetapan luas hanca kerja pemanen dan penetapan luas hanca kerja per mandoran. Selain itu juga diperlukan persiapan penetapan kriteria panen, rotasi panen, sistem panen, penentuan jumlah tenaga panen, pengetahuan kerapatan panen, sistem pengawasan panen, perlengkapan panen, TPH, pembuatan jalan pikul , titi panen, dan angkutan panen.
Kriteria Matang Panen Kriteria matang panen adalah pedoman yang digunakan untuk menentukan apakah buah itu di nyatakan matang, mentah atau busuk atau merupakan indikasi suatu tandan buah di panen pada saat yang tepat yaitu pada saat kandungan minyak sawit dalam daging buah maksimal. Kriteria umum untuk tandan buah dapat dipanen adalah berdasarkan jumlah brondolan yang terlepas dari tandannya dan jatuh ke tanah (piringan) secara alami. Ketentuan buah yang dapat dipanen di Pantau Bunati Estate dihitung berdasarkan pada jumlah brondolan lepas (buah yang terlepas secara alami dari janjang) sebanyak 5 butir brondolan yang jatuh di piringan.
Rotasi Panen Rotasi panen adalah selang waktu yang diperlukan antara panen terakhir sampai panen berikutnya di tempat yang sama. Rotasi panen yang ditetapkan di Pantai Bunati Estate yaitu 6/7 hari, artinya dalam satu minggu terdapat enam hari panen sehingga terdapat enam seksi panen. Seksi panen adalah pembagian luasan lahan yang merupakan target panen/hari yang harus diselesaikan. Satu seksi panen terdiri dari beberapa blok. Seksi panen di Pantai Bunati Estate Divisi I disimbolkan dengan A, B, C, D, E, F. Rotasi atau pusingan normal antara 7 - 9 hari. Faktor yang menentukan bertambahnya rotasi panen antara lain adalah cuaca, tenaga kerja yang banyak tidak masuk. Sistem Panen Sistem panen disusun dengan baik sehingga blok yang di panen setiap hari menjadi lebih terkonsentrasi, hal ini bertujuan untuk memudahkan kontrol
pekerjaan. Sistem panen yang digunakan di Pantai Bunati Estate menggunakan sistem hanca giring tetap yang merupakan pengembangan dari sistem hanca giring murni dan giring tetap. Hanca panen adalah pembagian jatah luasan areal yang harus dipanen oleh satu orang tenaga potong buah (berdasarkan jumlah baris atau gawangan). Pantai Bunati Estate menggunakan sistem Block Harvesting System (BHS). Block Harvesting System adalah sistem panen yang kegiatan panennya setiap hari kerja terkonsentrasi pada satu seksi panen dan tetap berdasarkan interval yang telah ditentukan. Dalam pelaksanaan Block Harvesting System ini mampunyai ciri-ciri : -
Divisi atau kebun mempunyai enam seksi panen
-
Terdapat satu kelompok atau gang panen per divisi atau per kebun dalam setiap hari kerja
-
Setiap hari kerja harus menyelesaikan satu seksi panen
-
Pemanen mendapatkan hanca panen tetap
-
Kegiatan panen terkonsentrasi untuk memudahkan transport TBS
-
Kegiatan panen dimulai dan diakhiri dengan arah yang sama
-
Dapat ditetapkan dengan sistem DoL (Division of Labour) dengan efektif
Tenaga Kerja Kebutuhan tenaga kerja harus mempertimbangkan luas areal dan kemampuan pekerja agar pekerjaan panen dapat berjalan dengan baik. Jumlah tenaga kerja pemanen yang dibutuhkan dihitung dengan rumus : Jumlah pemanen =
(
(
)
)
Dengan perbandingan antara pemanen dengan pembrondol adalah 1:1 atau dikenal dengan sistem by DoL-2.
Alat dan Perlengkapan Panen Alat - alat panen yang digunakan tergantung dari tinggi dan umur tanaman. Alat - alat yang digunakan untuk kegiatan panen buah dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Macam Alat No
Nama Alat
1
Dodos kecil
2
Dodos besar
3
Pisau egrek
4
Goni bekas pupuk
5
Angkong
6
Tali nilon
7 8
Batu asah Bambu egrek
9
Harvesting pole
10 11
Arit kecil Gancu
12
Tojok/tombak
Alat Panen, Spesifikasi dan Pemakaiannya Spesifikasi
Penggunaan/pemakaian
Lebar mata 8 cm, lebar tengah 7 cm, tebal tengah 0.5 cm, tebal pangkal 0.7 cm, diameter gagang 4.5 cm, panjang total 18 cm Lebar mata 14 cm, lebar tengah 12 cm, tebal tengah 0.5 cm, tebal pangkal 0.7 cm, diameter gagang 4.5 cm, panjang total 18 cm Berat 0.5 kg, panjang pangkal 20 cm, panjang pisau 45 cm, sudut lengkung dihitung pada sumbu 135
Potong buah tanaman umur 3-4 tahun
5 cm, pilin 3, 1 kg=43 m=5 egrek Panjang 10-11 m, tebal 1-1.5m, berat 2.5-3 kg/meter, diameter ujung 4-5 cm, diameter 5-7 cm Aluminium ukuran 6 m dan 12 m Besi beton 3/8 , panjang sesuai kebiasaan setempat Sesuai kebiasaan setempat
Potong buah tanaman umur 5-8 tahun
Potong buah tanaman umur > 9 tahun
Wadah transport TBS ke TPH, memuat brondolan ke alat transport Wadah transport TBS ke TPH Pengikat pisau egrek Pengasah dodos dan egrek Gagang pisau egrek
Galah pisau egrek Tunas pasir Memuat/membongkar TBS ke/dari alat transport Memuat/membongkar TBS ke/dari alat transport
Sumber : Vademicum Minamas Plantation, 2005
Di Pantai Bunati Estate pelaksanaan potong buah menggunakan dodos dan egrek. Dodos digunakan untuk potong buah pada tanaman yang masih rendah sedangkan egrek digunakan untuk kegiatan potong buah pada tanaman yang sudah tinggi. Perbedaan ketinggian tanaman ini dipengaruhi oleh perbedan tahun tanam, jumlah unsur hara dan terdapatnya tanaman sisip. Contoh alat panen dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Alat Panen Dodos (atas), Egrek (bawah)
Pelaksanaan Panen Pelaksanaan panen dengan Block Harvesting System dilaksanakan menggunakan sistem by DoL-2 (menggunakan pemanen dan pembrondol) yaitu pelaksanaan panen terdiri dari tim panen dan tim kutip brodolan, artinya satu orang pemanen tugasnya hanya memotong buah, menyusun pelepah dan mengangkut buah ke TPH. Sedangkan brondolannya dikutip oleh karyawan pengutip brondolan. Jadi potong buah dan kutip brondolan adalah satu kesatuan kerja panen tetapi tanggung jawabnya berbeda, sehingga denda - denda yang dilakukan tergantung pada jenis kerja mana yang melakukan pelanggaran serata DoL-3 (menggunakan pemanen, pengangkut dan pembrondol). Untuk meminimalkan kesalahan pencatatan buah atau menjaga agar buah yang telah dipanen tercatat oleh Kerani Panen dan agar kegiatan transportasi lebih tertib, maka pelaksanaan panen selalu di upayakan serentak dari blok yang sama. Sehingga teknisnya pencatatan buah oleh Kerani Panen dibelakang pemanen dan begitu juga selanjutnya unit yang memuat buah dibelakang Kerani Panen. Sehingga unit transport tidak terlalu sering keliling dalam blok yang sama berulang - ulang.
Sistem Supervisi dan Denda Pengawasan atau supervisi panen bertujuan untuk memastikan buah yang terkirim ke PKS memenuhi standar kualitas, mengukur besar kecilnya losses, alat evaluasi atas pelaksanaan kerja untuk follow up perbaikan kedepan, pemberian
sangsi kepada pemanen yang melakukan kesalahan. Pengawasan/supervisi panen dilakukan oleh dept. Quality Assurance (QA), Mantri Kebun, Asisten Divisi, Mandor I, Mandor Panen, Kerani Panen. Parameter pemeriksaan/pengawasan panen meliputi : 1. Kualitas buah yang dipanen sesuai dengan tingkat kematangan, terdiri dari : buah mentah (unripe), kurang matang (under - ripe), matang (ripe), janjang kosong (empty bunch). 2. Pengamatan tambahan, terdiri dari kesegaran (freshness), buah gagang panjang (long stalk) atau potongan gagang (cut stalk) dan kotoran (contamination). 3. Mutu hanca/losses 4. Brondolan tinggal 5. % janjang masak tinggal Pengawasan dilaksanakan setiap hari panen. Asisten Divisi, Mandor I dan terutama Mandor Panen harus melakukan pengawasan setiap hari dan minimal satu orang pemanen. Sedangkan Kerani Panen bertugas memeriksa mutu buah dan brondolan, menghitung jumlah janjang panen dan brondolan yang telah diantrikan dimasing - masing TPH, membuat dan mengisi notes potong buah, laporan kutip brondolan dan laporan penerimaan buah setiap hari. Denda dilakukan apabila terdapat kesalahan dalam pelaksanaan panen yang tidak sesuai dengan prosedur yang ditetapkan, besar denda yang dikenakan sesuai dengan janis dan banyaknya kesalahan yang dilakukan pemanen. Tujuan pemberlakuan sangsi atau denda atas kesalahan yang dilakukan diharapkan dapat memberi manfaat yang konstruktif; untuk menegakkan disiplin panen dan pengawasannya yang diharapkan akan muncul budaya tertib kerja; menerapkan asas keadilan dari hasil evaluasi prestasi dan kesalahan.
Premi Panen Basis panen adalah jumlah minimum TBS yang harus dipanen oleh pemanen dalam satu hari ditentukan berdasarkan tinggi tanaman dan topografi serta Bobot Janjang Rata - Rata dan dikelompokkan berdasarkan tahun tanamnya.
Sedangkan premi adalah upah yang diberikan kepada pemanen yang melebihi basis. Premi terbagi menjadi tiga jenis yaitu premi siap borong yang diberikan kepada pemanen pada saat jumlah janjang panen sama dengan atau lebih dari jumlah janjang basis borong yang telah ditentukan, premi lebih borong yang diberikan kepada pemanen pada saat pemanen memperoleh jumlah janjang panen lebih dari jumlah janjang basis borong yang telah ditentukan, dan premi pengutipan brondolan (dalam sistem by DoL) yaitu premi yang diberikan kepada tenaga pengutip brondolan pada saat jumlah (kg) brondolan lebih besar dari (kg) basis brondolan. Besar premi brondolan di Pantai Bunati Estate diusulkan oleh unit kebun ke GM dengan berdasarkan umur tanaman, kelas BJR, estimasi % brondolan pada masing - masing tahun tanam, topografi atau kondisi areal, dan totalitas biaya panen. Tujuan dari pemberian premi panen adalah untuk memberi penghargaan kepada pekerja apabila hasil kerjanya diatas standar yang ditentukan (basis borong); mendorong kenaikan output (janjang/hk), tetapi tidak dengan biaya yang lebih tinggi dari biaya standar jam dinas; memupuk rasa tanggungjawab pekerja terhadap tugasnya. Penetapan jumlah janjang basis borong didasarkan pada: 1. Jumlah janjang standar (basis borong), ditentukan dengan pertimbangan: -
Rata - rata kemampuan pemanen/output (janjang/hk) selama jam dinas (7 jam/hari kerja biasa dan 5 jam/hari untuk hari jumat)
-
Kondisi topografi areal yang akan dipanen (datar, bergelombang atau berbukit)
-
Kondisi tanaman meliputi umur tanaman (pada tanaman tinggi atau rendah), Berat Janjang Rata - Rata (BJR), homogenitas tanaman, persentase populasi tanaman produktif dan distribusinya dilapangan.
-
Total output (kg/hk) dan biaya panen (Rp/kg upah dan premi) dalam anggaran/budget pada tahun berjalan.
2. Penetapan jumlah janjang standar (basis borong), premi basis borong, premi lebih borong dibuat dan diusulkan oleh unit kebun kepada GM Estate masing - masing untuk dilakukan koreksi dan persetujuannya. Untuk ketentuan basis borong dan premi panen pada hari normal di Pantai Bunati Estate dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Ketentuan Basis Borong dan Premi Panen Tahun 2008 Hari Normal Pantai Bunati Estate
Div.
Thn. Tnm.
I
96 97 98 97 98 98
II III
Sumber
Basis Standart 100% (Jjg) 95 100 110 100 110 110
Basis Borong P-0 P-1 P-2 140% 160% 180% (Jjg) (Jjg) (Jjg) 119 135 153 140 160 180 154 176 198 140 160 180 154 176 198 154 160 198
Premi Siap Borong P-0 P-1 P-2 (Rp) 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000
(Rp) 4.000 4.000 4.000 4.000 4.000 4.000
(Rp) 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500
Premi Lebih Borong 275 250 225 250 225 225
: Kantor Besar Pantai Bunati Estate
Keterangan : a. Siap Borong brondolan = 225 kg/Hk (SKU) b. Lebih Borong Brondolan = Rp 80,- (SKU)
Hari Jum at Pantai Bunati Estate memberlakukan ketentuan basis borong berbeda dengan hari biasa. Ketentuan basis borong dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Ketentuan Basis Borong dan Premi Panen Tahun 2008 Hari Jumat Pantai Bunati Estate Thn.
Basis
Div.
Tnm.
I
96 97 98 97 98 98
Standart 100% (Jjg) 61 71 79 71 79 79
II III
Sumber
Basis Borong P-0 140% (Jjg) 85 100 110 100 110 110
P-1 160% (Jjg) 97 114 126 114 126 126
P-2 180% (Jjg) 109 129 141 129 141 141
Premi Siap Borong P-0
P-1
P-2
(Rp) 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000
(Rp) 4.000 4.000 4.000 4.000 4.000 4.000
(Rp) 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500
Premi Lebih Borong
275 250 225 250 225 225
: Kantor Besar Pantai Bunati Estate
Keterangan : a. Siap Borong brondolan = 225 kg/Hk (SKU) b. Lebih Borong Brondolan = Rp 80,- (SKU)
Perhitungan premi yang diterima oleh Mandor Panen, Kerani Panen dan Mandor 1 adalah sebagai berikut : Mandor panen : Kerani panen :
jumlah premi pemanen x 150% jumlah pemanen jumlah premi pemanen x 125% jumlah pemanen
Mandor 1
:
jumlah premi mandor panen x 150% jumlah mandor panen
Pengangkutan TBS (Tandan Buah Segar) Tandan buah yang telah dipanen dikumpulkan di TPH harus segera diangkut ke Pabrik Kelapa Sawit (PKS), hal ini dilakukan untuk mencegah peningkatan Asam Lemak Bebas (ALB). Buah dimuat ke dalam truk pengangkut oleh pemuat. Di Pantai Bunati Estate pemuat terbagi atas kelompok kecil dengan anggota 3 orang/kelompok. Satu kelompok bertugas memuat untuk satu armada angkut TBS dan masingmasing kelompok memiliki hanca sendiri - sendiri. Basis untuk pemuat 3 ton/hk. Kendala yang dialami pemuat antara lain sulitnya areal (sulitnya armada menjangkau TPH), tidak terdapatnya titi panen antara TPH dengan jalan, memuat pada waktu malam hari, cuaca dll. Kegiatan pengangkutan yang dilakukan di Pantai Bunati Estate dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Kegiatan Pengangkutan TBS Pengangkutan
TBS
di
Pantai
Bunati
Estate
dilakukan
dengan
menggunakan truk PS dengan kapasitas angkut 7.5 ton, Hino dengan kapasitas angkut 12 ton, Traktor Landini dengan kapasitas 5 ton. Jumlah alat pengangkutan yang dimiliki Pantai Bunati Estate untuk Divisi I adalah dua truk Hino dan satu truk PS. Apabila alat pengangkut TBS ini kurang atau pada saat panen raya diperlukan armada tambahan dari kontraktor sesuai dengan kebutuhan. Kendala
pengangkutan TBS di Pantai Bunati Estate antara lain areal jalan yang rusak yang ditambah dengan cuaca (hujan), unit mengalami kerusakan.
Pengelolaan TBS di Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Pabrik Kelapa Sawit (PKS) didirikan dalam rangka memberikan nilai tambah pada hasil perkebunan. Di PT. Sajang Heulang terdapat dua PKS dengan kapasitas 60 ton/jam dan 15 ton/jam (minimill). PKS mengolah minyak yang terkandung dalam TBS untuk dijadikan minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO) dan kernel. CPO yang dihasilkan merupakan bahan setengah jadi, sedang kernel diproduksi hingga menjadi kering saja (kandungan air < 7 %) dan selanjutnya dikirim ke pabrik pengolahan kernel. Proses pengolahan kelapa sawit meliputi :
Stasiun Penerimaan Buah Pemerimaan buah dimulai dengan proses penimbangan di jembatan penimbangan (weight bridge). Kemudian TBS di tuang ke Loading Ramp yang memiliki kisi - kisi lantai dan memungkinkan kotoran (terutama pasir) dapat jatuh (tidak terikut proses pengolahan). Kemudian dimasukkan dalam lori.
Stasiun Perebusan TBS yang telah dimasukkan dalam lori kemudian di rebus dalam Sterilizer. Perebusan dengan menggunakan uap kering dengan tekanan 2.8 kg/cm2 selama 90 menit disertai dengan 3 kali hentakan. Tujuan perebusan ini adalah untuk menghentikan aktifitas enzim (lipase) sehingga pembentukan ALB tidak berlanjut, memudahkan lepasnya brondolan dari tangkai, memudahkan lepasnya mesocarp dari biji, memudahkan pemecahan biji dan pemisahan inti dengan cangkang, dan memudahkan pelepasan minyak dari serabut mesocarp. Bejana rebusan dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Bejana Rebusan
Stasiun Perontokan Setelah perebusan, maka proses selanjutnya adalah perontokan dengan menggunakan Drum Thresser. Di dalam Drum Thresser TBS diputar dengan putaran 23 - 25 rpm dan dibanting sehingga brondolan terlepas dari janjangnya. Setelah selesai proses ini, dihasilkan brondolan dan janjang kosong. Janjang kosong selanjutnya diaplikasikan sebagai pupuk organik ke lapangan. Drum Thresser dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9. Drum Thresser
Stasiun Pencacah (digester) dan Pengempaan (presser) Brondolan yang sudah lepas selanjutnya dimasukkan ke Digester untuk mengalami proses pengadukan selama 30 menit. Tujuan dari proses ini adalah untuk melepaskan dam melumatkan mesocarp dari biji. Setelah menjadi bubur,
dimasukkan ke dalam Screw Press untuk mengalami proses pengempaan atau pemerasan. Tujuan dari proses ini adalah melepaskan minyak dari serabut. Minyak yang dihasilkan, kemudian disaring dalam ayakan getar untuk dipisahkan dari kotoran (pasir dan fiber). Biji dan serabut mengalami proses selanjutnya, yaitu pemisahan serabut dan biji dengan sistem pengisapan.
Stasiun Pemurnian Minyak kasar yang dihasilkan, selanjutnya mengalami proses penjernihan minyak, dalam stasiun klarifikasi meliputi penyaringan kotoran sehingga kadar kotoran < 0.02 %, pengeringan air sehingga di dapat kadar air < 0.2 %, penyaringan dari lumpur sampai dengan < 0.45 %. Gambar 10 merupakan gambar dari stasiun pemurnian.
Gambar 10. Stasiun Pemurnian
Stasiun Pemisahan Biji dan Kernel Pada proses pemisahan serat dan biji setelah serat terpisah dan masuk Boiler, kemudian biji akan mengalami proses pembersihan biji, untuk membersihkan sisa - sisa kotoran, batu, dsb. Biji yang sudah bersih kemusdian masuk ke proses pemecahan biji dengan menggunakan alat Ripple Mill. Proses pemisahan cangkang dan kernel melalui proses pengisapan, dimana cangkang yang lebih ringan akan terhisap. Sedang kernel akan masuk ke Kernel Silo untuk mengalami proses pengeringan yang menghasilkan kernel dengan kadar < 7 % dan akan disimpan sementara di Bisley yang selanjutnya akan di pasarkan.
PEMBAHASAN Produksi Produksi per satuan luas sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan teknis budidaya yang diterapkan dikebun. Tabel 8 berikut adalah data hasil produksi Pantai Bunati Estate tahun 2001 - April 2008. Tabel 8. Data Produksi Tandan Buah Segar (TBS) Kelapa Sawit Pantai Bunati Estate Tahun Tanam 1996 1997 1998
2001 7.95 4.08 1.00
2002 11.41 7.95 3.70
Produksi (ton/ha) 2004 2005 19.11 24.53 16.08 18.76 11.28 15.89
2003 12.19 7.73 5.10
Rata 4.34 7.69 8.34 15.49 Sumber : Kantor Besar Pantai Bunati Estate
19.73
2006 25.47 22.96 20.16
2007 24.72 22.52 20.66
Apr-08 20.69 22.00 19.47
22.86
22.63
20.72
Berdasarkan Tabel 8, maka dapat di lihat perkembangan produksi di Pantai Bunati Estate pada grafik produksi tandan buah segar pada Gambar 11.
Produksi (ton/ha)
30 25 1996
20
1997
15
1998
10
Rata-Rata
5 0 2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007 Apr-08
Periode Tahun
Gambar 11. Produksi Tandan Buah Segar (TBS) Kelapa Sawit Pantai Bunati Estate
Dari data Tabel 8 dapat dilihat bahwa produksi TBS di Pantai Bunati Estate mengalami peningkatan. Hasil produksi tertinggi dicapai pada tahun 2006 dengan rata - rata produksi sebesar 22.86 ton/ha. Produksi kelapa sawit dipengaruhi oleh bahan tanaman, kondisi iklim, curah hujan dan topografi, kultur teknis, kebijakan perusahaan. Bahan tanaman yang di gunakan di Pantai Bunati Estate ada dua yaitu Marihat dan Socfindo, sedangkan kebijakan yang diambil antara lain penggunaan pupuk janjang kosong yang diprioritaskan, penggunaan sistem BHS (Block Harvesting System) pada kegiatan panen, BSS (Block Spraying System) pada kegiatan pengendalian gulma secara kimia dan BMS (Block Manuring System) pada kegiatan pemupukan.
Pengelolaan Resiko Panen Kegiatan panen sangatlah penting karena langsung menjadi sumber pemasukan uang ke perusahaan melalui penjualan Minyak Kelapa Sawit (MKS) dan Inti Kelapa Sawit (IKS). Panen dan produksi merupakan hasil dari aktivitas kerja dibidang pemeliharaan tanaman. Baik dan buruknya pemeliharaan tanaman selama ini akan tercermin dari kegiatan panen dan produksi. Cara pemanenan yang tepat akan mempengaruhi kuantitas produksi, sedangkan waktu pemanenan yang tepat akan mempengaruhi kualitas produksi. Produksi akan dapat mencapai maksimal apabila kehilangan (losses) produksi minimal (Pahan, 2006). Resiko merupakan suatu kemungkinan (possibility) terjadinya sesuatu yang tidak terduga sebelumnya, yang bersifat merugikan dan dapat mempengaruhi penyelesaian pekerjaan secara keseluruhan yang berkaitan dengan produktifitas kualitas dan biaya (Wideman, 1992). Sumber utama dari resiko panen adalah karena pusingan atau rotasi yang terlambat. Pelukaan akan mempercepat peningkatan Asam Lemak Bebas (ALB) dimana sebelum dipotong sebesar 0.2 0.7 % dan ketika jatuh akan dapat meningkat sebesar 0.9 - 1.0 % setiap 24 jam. Manajemen yang baik dalam pelaksanaan panen dapat secara efektif meminimalkan kehilangan hasil. Pengelolaan panen yang perlu di perhatikan dalam meminimalkan kehilangan hasil produksi, antara lain penentuan kriteria panen, rotasi panen, penentuan tenaga kerja panen, sistem dan teknik panen, serta sistem pengawasan panen. Penyebab kehilangan produksi diantaranya pemanenan
terhadap buah mentah, buah masak tinggal di tanaman, buah dipanen tidak dibawa ke TPH, brondolan tidak di kutip, buah atau berondolan dicuri dan memalsukan administrasi.
Rotasi Panen Menurut Lubis (1992) perkembangan buah kelapa sawit matang dari satu fraksi ke fraksi berikutnya sangat cepat. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Perkembangan Buah Kelapa Sawit Matang Berdasarkan Fraksi Fraksi 0 1 2 3 4
Hari 2.80 2.97 1.64 1.22 1.00
Sumber : Lubis, 1992 Menurut Lubis (1992) rotasi panen yang baik adalah 2.97 + 1.64 + 1.22 + 1.00 = 6.83 hari atau dibulatkan menjadi 7 hari, hal ini sesuai dengan rotasi panen yang digunakan di Pantai Bunati Estate Estate yaitu 6/7 (6 hari panen dalam satu minggu),
berdasarkan ketentuan rotasi tersebut
seluruh areal tanaman
menghasilkan dibagi menjadi 6 seksi panen, sehingga dalam satu bulan setiap seksi dipanen sebanyak empat kali. Rotasi panen terlambat (umur rotasi > 9 hari) akan menyebabkan buah cenderung over-ripe bahkan bisa menjadi empty bunch (janjang kosong), apabila ini terjadi maka akan mengakibatkan jumlah brondolan meningkat sehingga akan memperlambat penyelesaian hanca bahkan basis borongnya sulit tercapai (output kg/hk rendah dan biaya panen meningkat), peluang losses yakni janjang tinggal di tanaman dan brondolan tidak dikutip sangat tinggi, kualitas minyak rendah (FFA > 3 %) Rotasi panen terlalu cepat (umur rotasi < 7 hari) akan mengakibatkan pemanen cenderung memotong buah under-ripe (agak mentah) dan unripe (mentah) untuk memenuhi basis kerja, akibat meningkatnya buah under-ripe (agak mentah) dan unripe (mentah) dapat menurukan % OER (Oil Extraction Rate), meningkatnya biaya pengolahan karena menurunnya kapasitas olah PKS
akibat tingginya % buah mogul (unsripe bunch) sehingga proses perebusannya memerlukan waktu yang lebih lama. Pelaksanaan rotasi panen di Pantai Bunati Estate banyak mengalami keterlambatan ini disebabkan adanya hari libur, kondisi cuaca yang tidak memungkinkan, pekerja sakit/izin untuk keperluan pribadi. Pada musim hujan terdapat beberapa bagian yang tergenang sehingga menyulitkan pemanen dalam mengambil buah.
Peramalan Produksi Untuk memperkirakan besarnya produksi yang akan dicapai pada masa tertentu dimasa yang akan datang, Pantai Bunati Estate menggunakan peramalan budget produksi, peramalam produksi semesteran dan peramalan produksi harian. Peramalan produksi harian atau taksasi panen adalah kegiatan yang dilakukan untuk memperkirakan produksi pada esok hari. Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengetahui jumlah tenaga pemanen dan untuk memperkirakan jumlah alat transport yang dibutuhkan untuk mengangkut hasil panen. Hasil taksasi ini juga digunakan oleh kebun sebagai laporan kepada Pabrik Kelapa Sawit (PKS) sebagai acuan Mandor Grading di PKS untuk menentukan berapa unit angkutan yang harus di grading oleh PKS. Taksasi panen tercermin dalam perolehan Angka Kerapatan Panen (AKP) pada hari itu. AKP didapat dengan mengambil data 15 % dari areal yang akan dipanen esok hari dan dengan rumus : % AKP =
x 100%
Dari pengamatan di lapang dengan mengambil sampel 2 blok yang akan dipanen esok hari dapat dilihat hasilnya pada Tabel 10.
Tabel 10. Pengamatan Angka Kerapatan Panen Divisi I, Pantai Bunati Estate Tanaman sampel N 20 582 N 21 603 Sumber : Pengamatan Lapang 2008 Blok
Tanaman siap dipanen
Kerapatan panen
115 142
19.75 23.56
Dari data Tabel 10 dapat dilihat bahwa, Angka Kerapatan Panen (AKP) di Divisi I Pantai Bunati Estate sebesar 20
25 % hal ini berarti bahwa dalam 100
tanaman terdapat 20 25 janjang yang siap di panen pada esok hari. Penghitungan ini harus di usahakan seakurat mungkin sehingga pelaksanaan persiapan panen akan lebih efektif. Kriteria Panen Kriteria matang panen merupakan indikasi yang dapat membantu pemanen untuk memotong tandan buah segar (TBS) pada saat yang tepat. Parameter yang digunakan dalam menentukan kriteria matang panen adalah perubahan warna dan membrondolnya buah dari tandan. Proses perubahan warna yang terjadi pada tandan dari buah yang berwarna hijau berubah kehitaman kemudian menjadi merah mengkilat atau orange. Mutu minyak hasil pengolahan pabrik yang diinginkan adalah memiliki ektraksi minyak (OER) > 25 %, dengan kadar asam lemak bebas (FFA) < 3 %. Kriteria panen sendiri meliputi kriteria pemeriksaan buah dan kriteria pemeriksaan mutu hanca. Kriteria matang panen yang ditetapkan oleh Minamas Plantation dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Penggolongan Kematangan Grading TBS Kondisi buah
Keterangan
Buah mentah (unripe)
Jika tidak ada brondolan yang lepas dari tandan buah janjang atau 0 brondolan Jika brondolan yang lepas jumlahnya < 5 brondol/janjang atau 12.5 % - 25 % buah luar membrondol, berwarna kemerahan Jika brondolan yang lepas jumlahnya 5 brondol/janjang atau buah bagian luar telah membrondol 26 -50 % Jika 51 % - 100 % buah luar membrondol atau bagian dalam ikut membrondol Jika brondolan keseluruhan yang lepas jumlahnya lebih dari 95% dan belum ada tanda - tanda busuk pada permukaan potongan gagangnya
Buah kurang matang (under-ripe) Buah matang (ripe)
Buah lewat matang Janjang kosong (empty bunch)
TOTAL Sumber : Vademicum Minamas Plantation
Target minimum % tandan 0 8
85
5 2
100
Selain pada Tabel 11 juga disertakan kriteria tambahan yang terdiri dari kriteria gagang panjang (long stalk) dan potong gagang (cut stalk), kriteria kesegaran (freshness), kriteria kotoran (contamination), dan kriteria brondolan (losse fruit) dengan kriteria pengamatan tambahan dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Kriteria Pengamatan Kematangan Tambahan Kondisi buah - Gagang panjang (long stalk) Gagang buah
Potongan gagang
Keterangan
Gagang buah yang panjangnya ± 3 cm diukur dari permukaan buah sampai sisi potongan yang miring (pada bag.terpendek) Potongan gagang buah yang ikut termuat atau terkirim ke PKS
- Kesegaran (freshness) Buah segar
Jika buah dari lapangan yang dikirim dan diterima PKS selambat - lambatnya 2 hari dari hari panen Buah restan (old Buah dari lapangan dikirim dan diterima crop) PKS 2 hari - Kotoran Buah/brondolan tercampur dengan kotoran (contamination) (tanah, pasir, batu, unsur organik dll) - Brondolan (losse Pemeriksaan meliputi brondolan segar, fruit) brondolan busuk, sampah brondolan Sumber : Vademicum Minamas Plantation
Target minimum (%)
0
5
100
0 0 0
Data hasil pengamatan tingkat kematangan buah yang dipanen dengan pengambilan sampel pada empat seksi panen dan masing - masing seksi terdiri dari 40 TPH dapat dilihat pada Tabel 13. Data dari Tabel 13 diambil dengan seksi panen A dan B berada dalam rotasi normal yaitu 7 - 9 hari, sedangkan seksi panen C dan D berada pada rotasi panjang atau terlambat (> 9 hari). Dari data pengamatan masih didapatkan buah mentah pada seksi A sebesar 0.11 % hal ini masih kurang baik dikarenakan melebihi standar toleransi kebun sebesar 0 %. Pada buah lewat matang di seksi panen dengan rotasi terlambat (seksi panen C dan D) masih kurang baik hal ini dikarenakan dari hasil pengamatan,jumlah buah lewat matang masih melebihi kriteria toleransi kebun yang diberikan kebun yaitu sebesar 5 %, dan untuk janjang kosong pada seksi panen C dan D sebesar 2.27 dan 3.55 (standar 2 %).
Tingkat kematangan yang lain sudah baik karena berada di bawah standar toleransi yang telah ditentukan kebun. Tabel 13. Hasil Pengamatan Tingkat Kematangan Buah di Divisi 1 Pantai Bunati Estate, PT Sajang Heulang Tingkat Kematangan
Jumlah Janjang/Seksi panen
Persentase %
A B C D A B Mentah 1 0.11 0 Kurang matang 6 3 2 4 0.67 0.20 Matang 854 1428 2343 1757 95.60 94.69 Lewat matang 16 43 175 116 1.79 2.85 Janjang kosong 6 17 59 70 0.67 1.13 Gagang panjang 10 17 20 23 1.12 1.13 Jumlah tandan 893 1508 2599 1970 100 100 Sumber : Pengamatan Lapang, 2008 Keterangan : Seksi panen A dan B pada rotasi normal 7 - 9 hari Seksi panen C dan D pada rotasi > 9 hari
C
D
0 0.08 90.15 6.73 2.27 0.77 100
0 0.20 89.19 5.89 3.55 1.17 100
Kriteria Kebun (%) 0 8 85 5 2 5
Faktor penyebab masih ditemukannya buah mentah adalah pemanen ingin mendapatkan premi di saat produksi buah sedang rendah, sedangkan persentase janjang kosong yang tinggi dikarenakan pada seksi panen C dan D berada pada rotasi lambat yang mengakibatkan tinggi pula jumlah buah lewat matang. Pusingan tinggi atau rotasi panen terlambat akan menyebabkan banyak buah telalu masak sehingga dapat
menyebabkan pemanen kewalahan dalam
menyelesaikan seksi panen yang telah ditentukan, banyak buah tinggal di lapang karena pemanen terdorong cepat menyelesaikan seksi panennya sehingga pada rotasi berikutnya akan menjadi buah terlampau masak (over ripe), persentase brondolan meningkat. Rotasi panen yang terlambat dapat disebabkan oleh : (1) Cuaca/keadaan hujan yang menyebabkan banyaknya berondolan jatuh dan pemanen yang tidak dapat melakukan pekerjaan panen sesuai saksi panen, (2) Tenaga panen yang kurang memenuhi standar kebutuhan tenaga panen dikarenakan banyak yang tidak masuk, (3) Kurangnya unit angkut saat panen raya dan unit yang mengalami kerusakan, dan (4) Tidak mampunya pabrik kelapa sawit (PKS) dalam menampung/mengolah hasil panen dari kebun sehingga menyebabkan kebun mengeluarkan kebijakan agar pemanenan pada seksi hari itu tidak dilakukan dengan selesai dengan tujuan mengurangi losses akibat naiknya ALB.
Jika rotasi terlalu cepat akan mengakibatkan banyaknya buah mentah yang dipanen untuk memenuhi basis borong pemanen, seksi panen akan semakin luas oleh pemanen sehingga cadangan buah masak di tanaman akan menurun. Gambar 12 menunjukan buah lawat matang dan buah janjang kosong.
Gambar 12. Buah Janjang Kosong (kiri), Buah Lewat matang (kanan)
Kualitas pemeriksaan mutu hanca atau losses meliputi kualitas TBS, brondolan, dan pelepah. Kriteria pemeriksaan buah di Pantai Bunati Estate didasarkan pada jumlah brondolan yang lepas secara alami dari tandan buah dan bukan brondolan parthenokarpi atau brondolan muda karena serangan Tikus atau penyakit sebanyak lima brondolan/tandan yang jatuh di piringan. Menurut Pusat Penelitian Kelapa Sawit, fraksi kematangan buah dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Fraksi Kematangan Buah Fraksi 00 0 1 2 3 4 5
Berondolan lepas dari tandan buah Belum ada < 12.5% buah luar 12.5-25.5% buah luar 25-50% buah luar 50-75% buah luar 75-100% buah luar Buah bagian dalam ikut membrondol
Kematangan Sangat mentah Mentah Kurang matang Kurang matang Matang 1 Matang 2 Lewat matang
Sumber : Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), 2006
Sedang hubungan fraksi, rendemen dan mutu minyak menurut Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Hubungan Fraksi, Rendemen dan Mutu Minyak
Fraksi Rendemen minyak (%) 00 16.0 0 16.0 1 21.4 2 22.1 3 22.2 4 22.2 5 22.9 Sumber : Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS)
Kadar asam lemak bebas (%) 1.6 1.6 1.7 1.8 2.1 2.6 3.8
Dari Tabel 14 dan 15 dapat dilihat bahwa kadar asam lemak bebas yang terkandung dalam kelapa sawit akan semakin meningkat sejalan dengan tingkat kematangan buah. Kadar asam lemak bebas yang memiliki mutu baik adalah < 3 %, sehingga untuk mendapatkan produksi minyak yang baik, buah tidak boleh terlalu matang. Sedang buah mentah yang terpanen akan manghambat proses di dalam pabrik karena perebusan buah mentah memerlukan waktu yang lebih lama. Pemeriksaan yang dilakukan dalam pemeriksaan mutu hanca/losses antara lain kualitas pengutipan brondolan di tanaman, piringan, pasar rintis, dan tempat pengumpulan hasil (TPH); kualitas janjang dipanen dan janjang matang tidak dipanen (janjang normal dan janjang busuk). Untuk kriteria pemeriksaan mutu hanca/losses antara lain pemeriksaan brondolan tinggal yang dinyatakan dalam bentuk total rasio brondolan tinggal terhadap jumlah janjang pengamatan (brondol/janjang), brondolan dikatakan tinggal jika masih ditemuinya brondolan yang tidak atau belum dikutip selama masa pemeriksaan pada tanaman yang telah dipanen dan berada pada piringan, luar piringan, dibatang tanaman, di pasar rintis, dan pemeriksaan janjang tinggal jika pada masa pemeriksaan ditemui adanya janjang dengan jumlah brondolan lepas alami sama atau lebih dari standart buah ripe dan belum/tidak dipotong, hasil pemeriksaan janjang ini dinyatakan dalam % dengan rumus :
Jml. Janjang Matang Tinggal x 100% Jml. Janjang Matang Tinggal + Jml. janjang Matang dipanen Berdasarkan pengamatan lapang dengan pengambilan sampel pada tiap kemandoran 6 orang pemanen dan masing - masing pemanen diambil 20 sampel janjang yang dipanen kehilangan hasil produksi akibat resiko pemanenan Divisi 1, Pantai Bunati Estate dapat dilihat dilihat pada Tabel 16, 17 dan 18.
Pengamatan pada Mandoran I dan Mandoran III dilakukan pada rotasi atau pusingan panen normal (7
9 hari), sedang pada mandoran II dilaksanakan pada
rotasi atau pusingan panen terlambat ( > 9 hari). Dari data dapat dilihat bahwa rasio brondolan tinggal pada rotasi tinggi lebih besar dari rasio brondolan tinggal pada rotasi normal. Penyebab banyaknya brondolan tinggal karena rotasi yang terlambat menyebabkan jumlah brondolan juga tinggi sehingga pengutipan tidak dapat terselesaikan dalam satu seksi tersebut. Rata - rata rasio brondolan tinggal pada Kemandoran I sebesar 1.95, Kemandoran II sebesar 3.68 dan pada Kemandoran II sebesar 2.12. Kehilangan hasil terbesar untuk rasio brondolan tinggal terdapat pada piringan dan di ketiak pelepah. Hal ini dikarenakan pembrondol masih kurang teliti dalam mengutip brondolan sehingga banyak yang tertinggal dan kondisi tanaman yang ditumbuhi tanaman Neprolephis sehingga pembrondol juga mengalami kesulitan dalam mengambil brondolan yang terdapat di tanaman tanaman. Pantai Bunati Estate memberi toleransi brondolan tinggal sebesar 2 brondolan/tanaman. Tabel 16. Pengamatan Losses Produksi Akibat Resiko Pemanenan Divisi 1 Kemandoran I Pantai Bunati Estate Uraian 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
1
Buah masak tidak dipotong 0 Buah dipenen tidak terangkut ke TPH 0 Brondolan di bunga matahari 0 Brondolan di piringan 13 Brondolan di ketiak pelepah 18 Brondolan di pasar rintis 0 Brondolan di gawangan 0 Brondolan di potongan tangkai 0 Rasio brondolan tinggal/tanaman 1.55 Janjang tinggal 0.00 Sumber : Pengamatan Lapang, 2008 Keterangan : Pada Rotasi Panen Normal
2 0 0 0 20 4 9 4 0 1.85 0.00
Pemanen 3 4 6 0 0 0 3 11 20 14 14 11 2 2 0 0 3 6 2.10 2.20 30.00 0.00
5
6
0 0 22 4 4 7 5 20 3.10 0.00
0 0 0 4 4 6 0 5 0.95 0.00
Tabel 17. Pengamatan Losses Produksi Akibat Resiko Pemanenan Divisi 1 Kemandoran II, Pantai Bunati Estate Uraian
Pemanen
1 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Buah masak tidak dipotong 0 Buah dipenen tidak terangkut ke TPH 1 Brondolan di bunga matahari 18 Brondolan di piringan 19 Brondolan di ketiak pelepah 21 Brondolan di pasar rintis 3 Brondolan di gawangan 0 Brondolan di potongan tangkai 5 Rasio brondolan tinggal/tanaman 3.05 Janjang tinggal 5.00 Sumber : Pengamatan Lapang, 2008 Keterangan : Pada Rotasi Panen Terlambat
2 0 0 0 22 17 6 0 0 2.25 0.00
3
4
0 2 0 0 13 7 38 14 31 37 4 5 18 0 0 13 5.20 3.15 0.00 10.00
5
6
1 0 0 8 18 2 11 0 1.95 5.00
0 0 43 29 53 5 0 7 6.50 0.00
Tabel 18. Pengamatan Losses Produksi Akibat Resiko Pemanenan Divisi 1 Kemandoran III, Pantai Bunati Estate Uraian 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
1
Buah masak tidak dipotong 0 Buah dipenen tidak terangkut ke TPH 0 Brondolan di bunga matahari 0 Brondolan di piringan 6 Brondolan di ketiak pelepah 3 Brondolan di pasar rintis 1 Brondolan di gawangan 1 Brondolan di potongan tangkai 0 Rasio brondolan tinggal/tanaman 0.55 Janjang tinggal 0.00 Sumber : Pengamatan Lapang, 2008 Keterangan : Pada Rotasi Panen Normal
2 0 0 4 21 5 0 0 0 1.50 0.00
Pemanen 3 4 0 0 0 0 10 26 32 4 9 3 0 0 7 0 0 0 2.90 1.65 0.00 0.00
5
6
1 0 48 9 22 0 0 0 3.95 5.00
0 0 19 16 9 1 0 0 2.20 0.00
Pemotongan tandan yang kurang baik juga akan mengakibatkan bunga matahari sehingga brondolan yang tertinggal di bunga matahari tersebut tidak dapat diambil oleh pembrondol. Brondolan tinggal yang tidak terkutip pada bunga matahari akan mengakibatkan dampak buruk dikemudian hari antara lain akan menimbulkan gulma kentosan dan brondolan busuk akan mengundang berbagai macam penyakit. Brondolan tinggal pada bunga matahari dapat dilihat pada Gambar 13.
Gambar 13. Bunga Matahari Faktor penyebab banyaknya buah tinggal adalah kondisi tanaman yang mulai tinggi sehingga pemanen kesulitan dalam memanen, selain itu kerena areal topografi yang naik turun sehingga pemanen memiliki kecenderungan untuk malas membawa buah keluar. Rotasi panen yang panjang juga berpengaruh terhadap banyaknya buah tinggal, hal ini dikarenakan pemanen memiliki kecanderungan tidak memanen buah yang sudah masak untuk menyelesaikan hancanya. Brondolan tinggal akan tumbuh menjadi tunas/kentosan yang pada akhirnya akan menjadi gulma pada tanaman kelapa sawit. Kerugian yang dialami perusahaan untuk brondolan tinggal pada batas toleransi yang di berikan kebun dapat dilihat pada contoh perhitungan :
Jika diketahui : Luas 987 ha
Rotasi 1 thn 48 kali
Kerapatan panen 50 %
Ekstraksi 25 %
Populasi/ha 136 tanaman
Bobot/brondolan = 13 g
Brondolan tinggal/tanaman : 2
Harga = Rp. 3 000/kg minyak
Kerugian
v Jumlah tanaman 1 ha = luas x populasi/ha
=
133 960 tanaman
v Jumlah yang di panen = kerapatan x jml tanaman
=
66 980 tanaman
v Brondolan tinggal
= 2 x pk panen
=
133 960 brondol
v Brondol tinggal/thn
= jml brondol x rotasi
= 6 430 080 brd/th
v Bobot brondol tinggal = brondol/thn x 13 g
= 83 591 040 g
v Setelah di ekstraksi
= 20 897 760 kg/thn
Maka losses = 20 897.760 x Rp. 3 000
= Rp 62 693 280 /tahun
Kebutuhan Tenaga Kerja Panen Kebutuhan tenaga kerja pemanen kebun dihitung berdasarkan luas areal yang akan dipanen dan kapasitas rata-rata karyawan. Oleh karena itu sebelumnya harus di ketahui tetapkan seksi panen, luas hanca pemanen dan luas hanca mandoran. Penetapan seksi panen. Luas areal yang akan di panen atau seksi panen merupakan pengelompokan blok - blok areal TM dengan fungsi utama sebagai kerangka kerja yang harus diselesaikan dalam satu hari panen. Seksi panen disusun dengan tujuan (1) agar satu seksi dapat dipanen/dikerjakan dalam satu hari, (2) mempermudah pindah hanca dari satu blok ke blok lain, (3) mempermudah kontrol Asisten, Mandor 1, dan Mandor Panen, (4) transport TBS lebih efisien, dan (5) output pemanen lebih tinggi. Jumlah rotasi panen/tahun dan rotasi panen normal di Pantai Bunati Estate adalah 36 - 48 rotasi/tahun dengan interval panen normal 7 - 9 hari, sehingga jumlah seksi perdivisinya ada 6. Proses penetapan seksi panen dengan mempertimbangkan luas areal TM unit kebun dan Divisi, luas areal blok TM, potensi produksi (ton/ha) per blok. Jumlah dan sebaran tanaman produktif, kondisi topografi, posisi blok terhadap blok lain, keselarasan flow seksi harian dalam dan antar divisi, jam kerja dalam satu minggu sesuai ketentuan pemerintah, luas areal per seksi dan potensi produksi (ton/ha) per seksi.
Contoh perhitungan :
Divisi I Pantai Bunati Estate dengan luas area TM 987 ha, dengan estimasi produksi 20.0 ton/ha/thn, maka untuk pembagian areal tersebut dalam enam seksi dapat dihitung sebagai berikut : Penetapan luas area produksi per seksi per rotasi panen (ha/seksi/rotasi) v Luas rata-rata per seksi
:
v Luas rata-rata per 5 jam kerja
:
v Koefisien penambah luas area
:
v Luas rata-rata seksi panen hari biasa
: 164.5+7.83
=172.33 ha
v Luas rata-rata seksi panen hari jumat
: 117.5+ 7.83
=125.33 ha
= 164.5 ha x 164.5 164.5 117.5 6
= 117.5 ha = 7.83 ha
Penetapan rencana produksi per seksi per rotasi panen (Ton/ha/seksi/rotasi) 20.0 ton/ha v Produksi rata-rata per rotasi panen : 48 Rotasi/thn
= 0.42 TonTBS/ha/rotasi
v Estimasi produksi rata-rata per seksi panen :
Hari biasa (7 jam kerja) :0.42 tonTBS/ha x 172.33 ha = 72.39 Ton Hari biasa (5 jam kerja) :0.42 tonTBS/ha x 125.33ha = 52.64 Ton (atau 72 % dari hari biasa). Luas seksi panen Divisi 1 Pantai Bunati Estate dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Luas Seksi Panen Divisi 1 Pantai Bunati Estate Seksi panen A B C D E F
Luas (ha) 184 164 180 179 140 142
Luas seksi panen di Divisi 1 Pantai Bunati Estate sudah sesuai dengan perencanaan yang dilakukan dengan rata - rata luas seksi panen pada hari biasa adalah 172.33 ha dan pada hari jumat 125.33 ha. Penetapan luas hanca pemanen dengan terlebih dahulu menentukan jumlah tenaga kerja pemanen (cutter) dengan pertimbangan :
ü Estimasi produksi (ton/ha) per seksi panen, per rotasi ü Out-put pemanen (kg/hk) yang diinginkan ü Hectar coverage (ha/hk) optimum yang dapat diselesaikan oleh pemanen ü Homogenitas tanaman ü Kondisi topografi Penetapan tenaga kerja panen di Pantai Bunati Estate yang menggunakan sistem BHS by DoL-2 adalah dengan menggunakan perbandingan 1:1 untuk jumlah tenaga kerja pengutip brondol (picker) dan jumlah tenaga kerja pemanen (cutter). Hal ini dimaksudkan agar pasangan antara cutter dan picker dapat lebih sinergi dalam menyelesaikan hanca kerja, namun hal ini tidak berlaku mutlak. Penetapan luas hanca mandoran, berfungsi sebagai kerangka kerja tetap untuk mempertajam (fokus) proses supervisi sehingga diharapkan timbulnya tanggungjawab atas mutu hanca dan siklus buah jangka panjang, membangun budaya kompetisi yang sehat antar Mandor, rasio tenaga Mandor dan pekerja lebih efisien. Perhitungan kebutuhan Mandor Panen di Pantai Bunati Estate dilakukan dengan membagi total tenaga panen. Rasio ideal pekerja dan Mandor adalah 1:20 tenaga kerja sedang untuk kebutuhan kerani panen adalah sesuai dengan Mandor Panen yaitu 1:1.
Sistem Panen Dalam pengelolaan panen menekan losses seminimal mungkin adalah mutlak harus dilakukan tanpa harus melihat faktor topografi lahan, kondisi areal tanaman, ketersediaan tenaga kerja dan infrastruktur yang ada. Untuk mencapai sasaran kegiatan panen yang optimum dan mengantisipasi kendala yang sering terjadi, maka diperlukan sebuah sistem organisasi yang efektif dan efisien. Sistem yang digunakan dalam Pantai Bunati Estate adalah sistem Block Harvesting Sistem atau BHS. Sistem ini kegiatan panen setiap hari kerjanya terkonsentrasi pada satu seksi panen tetap berdasarkan interval yang telah ditentukan. Sistem BHS ini diperkuat dengan sistem pelaksanaan panen dengan hanca giring tetap. Sistem pelaksanaan panen sendiri terdiri dari tiga macam yaitu hanca tetap, hanca giring dan hanca giring tetap. Hanca tetap adalah setiap pemanen diberikan hanca panen sama dengan luasan tertentu. Hanca ini memiliki
kelebihan yaitu areal mudah dikontrol dan lebih bersih, kerugiannya buah terhambat keluar ke TPH. Hanca giring adalah setiap pemanen diberikan hanca perbaris tanaman dan digiring bersama - sama. Kelebihan hanca ini adalah tandan akan cepat sampai di TPH tetapi akan lebih sulit dikontrol dan kemungkinan tandan/brondolan tertinggal dan pelepah tidak ditunas lebih banyak. Hanca giring tetap adalah pemanen diberikan hanca per baris tanaman dan digiring bersama sama pada hanca yang sama pada rotasi berikutnya. Pantai Bunati Estate menggunakan sistem panen hanca giring tetap, dengan sistem ini diharapkan buah cepat keluar sehingga mempercepat proses pengangkutan, dan dapat meminimalkan kehilangan hasil produksi akibat buah tinggal. Adapun kelebihan hanca giring tetap ini adalah : -
Mudah dalam pembagian hanca harian
-
Mudah dalam pengawasan pekerjaan
-
Pencatatan hasil pekerjaan dan pencatatan pekerja yang melakukan kesalahan dapat dengan mudah dilakukan
-
Mandor aktif melakukan pengawasan dan senantiasa terdidik untuk berpikir
-
Distribusi buah cukup teratur karena umumnya dimulai pada seksi yang sama
Sedangkan kekurangan dari sistem hanca ini adalah : -
Sulit mengganti pemanen yang tidak masuk kerja
-
Tanggung jawab pemanen terhadap hanca masih relatif kecil
-
Kontrol harus ketat
-
Dalam transportasi, mobilitas kendaraan tinggi Untuk mengatasi kekurangan tersebut Pantai Bunati Estate membentuk
Kelompok Kecil Pemanen (KKP) dengan anggota 3 - 4 orang. KKP ini bertujuan apabila terdapat salah satu pemanen yang tidak masuk dalam kelompok tersebut, maka
anggota
kelompok
tersebut
yang
mempunyai
kewajiban
untuk
menyelesaikan hanca anggota yang tidak masuk. Dalam satu kemandoran di Divisi 1 Pantai Bunati Estate terdapat 3 - 4 KKP. Apabila dalam satu kemandoran tersebut banyak pemanen yang tidak masuk maka sistem panen hanca giring tetap
akan diubah menjadi hanca giring karena penambahan dan pergeseran hanca pada pemanen dengan komando dari Mandor Panen.
Sistem Pengawasan Panen Sistem pengawasan panen merupakan salah satu faktor penting yang dapat menekan kehilangan hasil produksi dalam pemanenan. Menurut Lubis (1992) panen yang baik adalah : -
Tidak ada buah mentah
-
Tidak ada buah matang yang tinggal di piringan tanaman
-
Tidak ada buah yang tertinggal di pasar panen
-
Tandan dan brondolan harus bersih
-
Janjang kosong tidak ada yang dibawa ke pabrik
-
Gagang tandan dipotong mepet berbentuk
-
Pelepah cabang dipotong tiga dan diletakkan di gawangan mati dan ditelungkupkan
-
Potong cabang daun mepet ke batang berupa tapak kuda membuat sudut 15 - 30 derajat ke arah dalam Untuk mengetahui besar kehilangan hasil dalam kegiatan panen, Pantai
Bunati Estate melakukan pemeriksaan mutu buah yang dilakukan oleh Dept. Quality Assurance (QA), Asisten Divisi, Mandor 1, Mandor Panen dan Kerani Panen. Pemeriksaan ini bertujuan sebagai kontrol terhadap mutu panen (FFB Quality) dari setiap kebun pemasok Tandan Buah Segar ke PKS, sebagai dasar pemotongan atas pembayaran terhadap pihak luar yang mengirim TBS ke PKS. Objek pemeriksaan meliputi mutu buah di PKS/grading, mutu buah di lapang, mutu hanca/losses lapangan. Tim pemeriksa dibedakan menjadi 2, yaitu : 1. Mutu buah di PKS, dilakukan oleh -
Staf QA
(1 orang)
-
Mandor
(1 orang)
-
Karyawan
(8-10 orang)
2. Mutu buah dan hanca (losses) di lapangan, dilakukan oleh
-
Staf QA yang ditunjuk
-
Mandor 1 dan atau Asisten sebagai pendamping
Sistem pengawasan yang ada di Pantai Bunati Estate sudah cukup baik yaitu Mandor wajib memeriksa hasil kerja pemanen minimal satu orang per hari dan mencatatnya dalam seksi panen. Denda yang ditetapkan dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20. Denda yang Ditetapkan di Pantai Bunati Estate Kesalahan Panen Besar Denda (Rp) 1 000/piringan • Brondolan tidak dikutip 2 500/janjang • Buah tinggal di tanaman (tidak dipanen) 3 000/janjang • Buah tinggal di piringan (tidak diangkut ke TPH) • Buah peram di gawangan 3 000/janjang 250/pelepah • Pelepah sengkleh 250/pelepah • Pelepah tidak disusun rapi 250/janjang • Buah matahari 500/janjang • Buah mentah 500/janjang • Gagang panjang 3 000/TPH • Brondolan di TPH Sumber : Kantor Besar Pantai Bunati Estate
Keterangan 1. Mandor panen tidak melakukan pemeriksaan, premi harian di potong 50 % 2. Mandor 1 tidak melakukan pemeriksaan, premi harian di potong 50 % 3. Kerani buah hasil grading di PKS (bulanan), premi dipotong 50 % 4. Mandor transport restan diatas dua hari, premi di potong Rp 500/ton
Pengelolaan Pengangkutan Transportasi TBS ke PKS merupakan kegiatan penting dalam usaha perkebunan kelapa sawit, keterlambatan (restan) pengangkutan TBS ke PKS akan mempengaruhi proses pengolahan, kapasitas olah, dan mutu produk akhir. Kadar ALB akan semakin meningkat seiring lamanya buah menginap, sedangkan kadar minyak akan semakin turun (Lubis, 1992) oleh sebab itu sebaiknya buah segera dikirim ke PKS pada hari itu juga. Pengangkutan TBS ke TPH harus dilakukan secara hati - hati karena pengangkutan TBS ke TPH dapat meningkatkan ALB akibat guncangan dan penggoresan saat menaikkan dan menurunkan buah.
Pelaksanaan transportasi TBS dapat dilakukan oleh : 1. Pihak kebun sendiri yang dikoordinir oleh traksi
Kebun menyediakan alat transportasi sendiri untuk pengangkutan TBS. Biasanya ditangani traksi dalam penyediaan kendaran dan perawatannya. 2. Pihak kontraktor dengan sistem sewa kendaraan atau pembayaran berdasarkan tonase Pihak kebun bekerjasama dengan kontraktor untuk mengangkut TBS, sehingga pengangkutan TBS menjadi tugas kontraktor sedangkan pihak kebun tetap mengawasi kedisiplinannya. 3. Pihak kebun dan kontraktor (gabungan) Dengan menambah alat angkut dari luar saat produksi TBS tinggi sedang alat angkut kebun tidak mencukupi. Alat angkut dari luar ini berasal dari kontraktor yaitu dengan menyewa kendaraan (biasanya sistem pembayaran didasarkan pada tonase). Di Pantai Bunati Estate armada yang digunakan untuk pengangkutan TBS ke PKS Divisi 1 menggunakan 2 buah Hino dan 1 buah PS dan apabila produksi sedang mengalami peningkatan maka ditambah dengan menggunakan armada dari kontraktor (menyewa). Traktor jenis Landini juga digunakan sebagai pengangkut TBS apabila areal TPH sulit dijangkau oleh truk. Kapasitas muatan TBS yang dapat diangkut oleh traktor Landini adalah 5 ton, truk PS 7.5 ton, dan Hino 12 ton. Losses pengangkutan di Pantai Bunati Estate dapat dilihat pada Tabel 21 Tabel 21. Pengamatan Losses Pengangkutan di Pantai Bunati Estate, PT Sajang Heulang Jenis truk
PS PS Hino Hino
Waktu memuat (menit) 130 122 148 157 139 145 172 169
Jml TPH
Jml janjang
30 30 18 21 34 32 28 42
549 557 551 558 701 752 658 767
Jml brondolan di TPH (kg) 877 916 1 702 1 593 1 323 1 264 1 739 1 407
Brondolan tidak terangkut (butir) 216 397 751 694 348 324 480 663
Brondol tinggal/TPH (butir)
Keterangan
7.20 13.22 41.70 33.04 10.23 10.12 17.14 15.78
Buah Normal Buah Normal Buah Restan Buah Restan Buah Normal Buah Normal Buah Restan Buah Restan
Sumber : Pengamatan Lapang, 2008
Dari data pada Tabel 21 dapat dilihat bahwa pengangkutan buah restan memiliki angka kehilangan hasil/losses brondolan yang lebih besar dari
pengangkutan buah normal. Hal ini dikarenakan buah restan mudah mengalami kerontokan sehingga brondolan tinggal pun semakin besar. Faktor penyebab losses pengangkutan antara lain karena sulitnya areal (jalan yang rusak/licin), terdapat parit yang dalam sehingga untuk memuat buah ke truk haris melewati titi panen, buah tidak dijaring sehingga dalam perjalanan terdapat buah yang rontok, waktu muat pada malam hari sehingga menyebabkan banyak brondolan tinggal, TPH yang tidak bersih (masih terdapat gulma), pada saat hari hujan TPH tergenangi air hujan. Untuk mengantisipasi banyaknya buah yang tertinggal pada saat pengangkutan, kebun melakukan penyisiran yang dilakukan oleh satu orang pembrondol untuk menyisir brondolan tinggal akibat pengangkutan baik di TPH maupun di jalan kebun. Lamanya proses pengangkutan buah disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain rotasi panen sangat menentukan lamanya proses pengangkutan buah, hal ini dikarenakan banyaknya brondolan sehingga waktu muatnya menjadi lebih lama juga terdapat kecenderungan pemuat untuk membersihkan brondolan yang tercecer. Selain itu apabila terdapat buah restan maka waktu penyusunan buah dalam truk juga menjadi lebih lama, karena buah harus disusun hati-hati agar tidak gampang jatuh di perjalanan (buah sangat rentan rontok). Gambar antrian kendaraan di PKS dapat di lihat pada Gambar 14.
Gambar 14. Antrian Kendaraan di PKS Restan merupakan salah satu faktor dari losses produksi. Hal ini dikarenakan kadar ALB dari TBS yang telah di panen akan mengalami
peningkatan sehingga kualitas hasil produksi minyak sawit juga akan menurun. Terdapat tiga macam restan, (1) Restan gantung, yaitu apabila TBS telah di panen dan telah diangkut ke unit kebun tetapi belum dikirim ke pabrik. Hal ini dikarenakan pengangkutan malam hari sehingga unit angkut tidak mengirim langsung ke pabrik, (2) Restan kebun yaitu apabila TBS yang telah dipanen pada hari itu belum terangkut dan di bawa ke pabrik pada hari itu juga tetapi masih di TPH/buah menginap, hal ini biasanya terjadi pada saat produksi TBS tinggi dikarenakan oleh unit angkut tidak mencukupi untuk melakukan kegiatan pengangkutan seluruh TBS dan PKS mengalami antrian panjang, (3) Restan Pabrik yaitu apabila TBS telah terangkut dari kebun tetapi pada saat di PKS mengalami antrian panjang sehingga tidak dapat langsung diproduksi pada hari itu juga.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Panen merupakan pekerjaan utama di perkebunan kelapa sawit karena merupakan sumber pendapatan perusahaan, oleh karena itu perlu adanya pengelolaan yang baik dalam pelaksanaannya. Pemaksimalan produksi dapat dicapai dengan menekan kehilangan produksi atau losses sampai sekecilkecilnya. Sumber - sumber kehilangan produksi di Pantai Bunati Estate antara lain buah mentah, buah masak tinggal di tanaman, brondolan tidak di kutip, buah atau brondolan dicuri dan administrasi yang tidak akurat. Sumber utama penyebab angka losses/kehilangan hasil tinggi di Pantai Bunati Estate adalah terlambatnya rotasi panen. Rasio brondolan tinggal tertinggi terdapat pada ketiak pelepah dan piringan, sedangkan losses terbesar juga disebabkan oleh buah mentah yang di panen, buah/tandan tinggal, dan buah restan. Ada tiga komponen utama yang sangat menentukan keberhasilan pencapaian produksi di perkebunan kelapa sawit, yaitu pihak afdeling atau divisi/kebun, pihak pengangkutan TBS/transport TBS, dan Pabrik Kelapa Sawit (PKS)
Saran Pengelolaan panen perlu lebih ditingkatkan terutama terkait dengan penekanan losses produksi di lapang dengan cara pengawasan panen yang lebih ditingkatkan untuk mengantisipasi pelanggaran yang terjadi. Perlu adanya tindakan yang lebih tegas terhadap pelanggaran dengan pemberian sangsi denda baik kepada pemanen itu sendiri maupun kepada Mandor Panen dan Mandor 1. Penerapan sistem panen dengan menggunakan sistem by DoL-2 perlu lebih cermat, karena sistem ini sangat baik dan lebih dapat meminimalkan jumlah brondolan tinggal di lapangan, selain itu pemanen juga lebih terkonsentrasi dalam menjalankan kegiatan pemanenan dan mempercepat keluarnya buah.
DAFTAR PUSTAKA Direktorat Jendral Bina Produksi Perkebunan. 2006. Statistik Perkebunan Indonesia Kelapa Sawit. Direktorat Jendral Bina Produksi Perkebunan. Departemen Pertanian. Jakarta. 57 Hal. Fauzi, Y, Y.E. Widyastuti, Iman S., dan R. Hartono. 2006. Kelapa sawit: Budidaya, Pemanfaatan Hasil dan Limbah, Analisis Usaha dan Pemasaran. Penebar Swadaya, Jakarta. Hardon, J.J. 1976. Oil Palm Breeding Introduction. In Oil Palm Research Edited R H V. Corley; J.J Hardon and B.J.Wood. Elsivier scientific Publishing Company: 89-108. Kountur, R. 2004. Manajemen Resiko Operasional: Memahami Cara Mengelola Resiko Operasional Perusahaan. RPM. Jakarta. 123 hal. Lubis, A. 1992. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Indonesia. Pusat Penelitian Perkebunan Marihat. Sumatera Utara. 453 hal. Mangoensoekarjo, S dan H. Semangun. 2007. Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit. Gajdah Mada University Press. Yokyakarta. 605 hal. Mulyana, M. 2005. Manajemen Panen Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) dan Aspek Peramalan Produksi di Kebun Kawan Batu PT. Teguh Sempurna Minamas Plantation Kalimantan Tengah. Skripsi. Progran Studi Agronomi, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Naibaho, P.M., H.S. Arifin, dan Djamin. 1992. Peranan Premi dan Kriteria Matang Panen terhadap Peningkatan Efisiensi Pemanenan Tandan Buah Segar. Buletin Perkebunan 23(3):135-152. Pahan, I. 2006. Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis dari Hulu Hingga Hilir. Penebar Swadaya, Jakarta. 411 hal. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. 2006. Budidaya Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. 153 Hal. Rahman, D. 2007. Pengelolaan resiko Panen dan Pengangkutan Tandan Buah Segar Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Muara Tawas Estate PT. Djuanda Sawit Lestari, Sinarmas Group Musi Rawas Sumatra Selatan. Skripsi. Progran Studi Agronomi, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Setyamidjaja, S. 1991. Budidaya Kelapa Sawit. Kanisius. Yokyakarta. 62 hal. Yahya, S. 1990. Budidaya Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 52 hal.
LAMPIRAN
Tabel Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pekerja Harian Lepas (PHL) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Tanggal 11-Feb-08 12-Feb-08 13-Feb-08 14-Feb-08 15-Feb-08 16-Feb-08 18-Feb-08 19-Feb-08 20-Feb-08 21-Feb-08 22-Feb-08 23-Feb-08 25-Feb-08 26-Feb-08 27-Feb-08 28-Feb-08 29-Feb-08 01-Mar-08 03-Mar-08 04-Mar-08 05-Mar-08 06-Mar-08
Uraian Kegiatan Leaf Sampling Unit Leaf Sampling Unit Leaf Sampling Unit Leaf Sampling Unit Pembuatan Markah Blok Pembuatan Markah Blok Until Pupuk Ecer Pupuk Until Pupuk Ecer Pupuk Until Pupuk Aplikasi JJK Pemupukan RP Pemupukan RP Pemupukan Urea Pemupukan Urea Pemupukan Urea Pemupukan Urea Penyemprotan Piringan Penyemprotan Piringan Penyemprotan Piringan Penyemprotan Piringan
Status PHL PHL PHL PHL PHL PHL PHL PHL PHL PHL PHL PHL PHL PHL PHL PHL PHL PHL PHL PHL PHL PHL
Penulis 15 ha 15 ha 10 ha 10 ha 1 ton 0.6 ton 1 ton 0.7 ton 1 ton 1.2 ton 250 kg 250 kg 250 kg 250 kg 250 kg 250 kg 5 ha 5 ha 6 ha 6.3 ha
Prestasi Karyawan 15 ha 15 ha 15 ha 15 ha 1.5 ton/hk 5 ton/hk 1.5 ton/hk 5 ton/hk 1.5 ton/hk 2.5 ton/hk 450 kg/hk 450 kg/hk 450 kg/hk 450 kg/hk 450 kg/hk 450 kg/hk 6.3 ha/hk 6.3 ha/hk 6.3 ha/hk 6.3 ha/hk
Standar 15 ha 15 ha 15 ha 15 ha 1.5 ton/hk 5 ton/hk 1.5 ton/hk 5 ton/hk 1.5 ton/hk 2.5 ton/hk 450 kg/hk 450 kg/hk 450 kg/hk 450 kg/hk 450 kg/hk 450 kg/hk 6.3 ha/hk 6.3 ha/hk 6.3 ha/hk 6.3 ha/hk
Lokasi O25 P21 P22 P25 Q31 O21 - 22 L5 O9 - 11 L1-2 O27 - 28 O17 - 19 N29 - 30 N25 28 K4 - 5 K2 - 3 K01 K01,L1-2
Tabel Lampiran 1. (Lanjutan) No 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44
Tanggal 08-Mar-08 10-Mar-08 11-Mar-08 12-Mar-08 13-Mar-08 14-Mar-08 15-Mar-08 17-Mar-08 18-Mar-08 19-Mar-08 20-Mar-08 21-Mar-08 22-Mar-08 23-Mar-08 24-Mar-08 25-Mar-08 26-Mar-08 27-Mar-08 28-Mar-08 29-Mar-08 31-Mar-08 01-Apr-08
Uraian Kegiatan Penyemprotan Gawangan Penyemprotan Gawangan Penyemprotan Gawangan Pencatatan Buah Pencatatan Buah Pencatatan Buah Pencatatan Buah Pencatatan Buah Aplikasi JJK Pencatatan Buah Pencatatan Buah Pengamatan Brondolan Penyemprotan Piringan Dongkel Anak Kayu Dongkel Anak Kayu Dongkel Anak Kayu Dongkel Anak Kayu Penyemprotan Gawangan Pembuatan Nomor TPH Pembuatan Nomor TPH Pengamatan Brondolan Penomoran TPH
Status PHL PHL PHL Pend. Krani Pend. Krani Pend. Krani Pend. Krani Pend. Krani PHL Pend. Krani Pend. Krani Mahasiswa PHL PHL PHL PHL PHL PHL PHL PHL Mahasiswa PHL
Penulis 1.2 ha 1.2 ha 1.2 ha 98 ha 52 ha 44 ha 90 ha 60 ha 1.5 ton 60 ha 90 ha 6.3 ha/Hk 0.4 ha 0.5 ha 0.4 ha 0.6 ha 1.2 ha/HK 40 ha 53 ha -
Prestasi Karyawan 1.2 ha/hk 1.2 ha/hk 1.2 ha/hk 2.5 ton/hk 6.3 ha/hk 1 ha/ hk 1 ha/ hk 1 ha/ hk 1.2 ha/hk -
Standar 1.2 ha/hk 1.2 ha/hk 1.2 ha/hk 2.5 ton/hk 6.3 ha/hk 1 ha/ hk 1 ha/ hk 1 ha/ hk 1.2 ha/hk -
Lokasi O48 O46 - 47 Q27 - 28 Q20 -23 P19 - 20 O18 - 21 N21 - 23 N25 - 26 N25 - 26 O25 - 26 O22 - 24 P21 P21 P21 P24 - 25 O25 O24 N9 - 10 O19,P19 P19 - 21 P21 R23,24,25
Tabel Lampiran 2. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Mandor
No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Tanggal
02-Apr-08 03-Apr-08 04-Apr-08 05-Apr-08 07-Apr-08 08-Apr-08 09-Apr-08 10-Apr-08 11-Apr-08 12-Apr-08 14-Apr-08 15-Apr-08 16-Apr-08 17-Apr-08 18-Apr-08 19-Apr-08 21-Apr-08 22-Apr-08 23-Apr-08 24-Apr-08
Uraian
Monitoring panen Pengecekan mutu hancak buah Pengecekan mutu hancak buah Pengecekan mutu hancak buah Taksasi panen Monitoring panen Pengecekan mutu hancak buah Monitoring panen Pengecekan mutu hancak buah Pengecekan mutu hancak buah Pengecekan mutu hancak buah Monitoring semprot gawangan Monitoring semprot gawangan Monitoring semprot gawangan Monitoring semprot gawangan Monitoring semprot gawangan Monitoring semprot gawangan Kunjungan ke PKS BKB Monitoring semprot gawangan Administrasi Divisi I
Jumlah PHL yang diawasi (orang) 12 34 30 31 14 33 13 36 32 34 14 13 14 14 15 15 14 -
Prestasi kerja penulis Luas areal yang diawasi (ha) 43 ha 88 ha 89 ha 73 ha 10 ha 31 ha 56 ha 58 ha 26 ha 88 ha 91 ha 40 ha 29 ha 29 ha 31 ha 31 ha 30 ha 28 ha -
Lama kegiatan (jam) 7 7 5 7 4 7 7 3 4 7 6 6 5 6 5 6 6 6 5
Keterangan
O17,18,19 P21,22,23 Q24,25,26 Q20,21,22 N20,21 N19,20 N20,21 N28,29 Q18,19,20 P21,22,23 P24,25,26 N34,32 N31 N31 N30 N30 N29 N28 -
Tabel Lampiran 2. (Lanjutan)
No
21 22 23 24 25 26 27 28 29 31 32 33 34
Tanggal
25-Apr-08 26-Apr-08 28-Apr-08 29-Apr-08 30-Apr-08 01-Mei-08 02-Mei-08 05-Mei-08 06-Mei-08 07-Mei-08 08-Mei-08 09-Mei-08 10-Mei-08
Uraian
Administrasi Divisi I Administrasi Divisi I Administrasi Divisi I Monitoring aplikasi JJK Pendampingan mandor TP2B Administrasi Divisi I Pendampingan mandor panen Pengamatan lapang Pendampingan mandor panen Pendampingan mandor panen Pendampingan mandor panen Administrasi Divisi I Administrasi Divisi I
Jumlah PHL yang diawasi (orang) 3 7 13 12 13 13 -
Prestasi kerja penulis Luas areal yang diawasi (ha) 30 ha 30 m / hk 30 ha 31 ha 30 ha 31 ha -
Lama kegiatan (jam) 4 6 5 4 4 5 6 6 6 -
Keterangan
N26 N25,26 P 21, 22 P 24,25 P 26, Q26,25 Q24, 23, 22 -
Tabel Lampiran 3. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Asisten Divisi
No
Tanggal
1 12-Mei-08 2 13-Mei-08 3 14-Mei-08 4 15-Mei-08 5 16-Mei-08 6 18-Mei-08 7 19-Mei-08 8 20-Mei-08 9 21-Mei-08 10 22-Mei-08 11 23-31 Mei 2008 12 02-Jun-08 13 03-Jun-08 14 04-Jun-08 15 05-Jun-08 16 07 Juni 200
Uraian
Administrasi Divisi I Pengecekan mutu hancak buah Pengecekan mutu hancak buah Pemupukan MOP Pemupukan MOP Pemupukan MOP Administrasi kantor besar Administrasi kantor besar Administrasi kantor besar Administrasi kantor besar Pembuatan laporan Penyerahan laporan kepada asisten Penyerahan laporan kepada senior asisten Penyerahan laporan kepada Manager kebun Presentasi hasil magang Persiapan dan izin pulang
Prestasi kerja penulis Jumlah Mandor Luas areal yang Lama kegiatan yang diawasi diawasi (orang) (ha) (jam) 4 1 32 ha 6 1 34 ha 5 1 58 6 1 43 4 1 50 ha 6 4 3 4 4 -
Keterangan
Q 20, 21, N 20 N 21,22,23 P25,26 P24,23 P21,22 -
Tabel Lampiran 4. Data Curah Hujan dan Hari Hujan di Kebun Pantai Bunati Estate, PT. Sajang Heulang Kalimantan Selatan (2004-2007)
Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total Rata - Rata BK BB
2004 HH 15 15 8 11 13 5 14 2 2 10 8 103 9
2005 HH 9 17 21 14 18 9 7 5 3 10 20 17 150 13
CH 234 111 87 69 116 96 519 15 80 247 142 1,716 143 1 10
CH 131 276 277 204 303 119 252 158 24 191 357 247 2,539 212 1 11
Tahun 2006 HH 15 15 19 12 14 17 6 3 2 6 16 125 10
CH 179 347 191 293 300 440 47 53 33 92 277 2,252 188 2 10
2007 HH 21 22 16 14 9 19 17 5 8 9 6 9 155 13
CH 270 342 213 424 397 687 384 165 115 163 117 66 3,343 279 0 12
2008 HH 13 15 12 17 57 57
CH 141 171 234 320 866 866
Sumber : Kantor Besar Kebun, 2008
Keterangan : CH : Curah Hujan Q=
HH : Hari Hujan
x 100 % =
BK : Bulan Kering (<60 mm) .
= 9.30
BB : Bulan Basah (>100 mm)
Tabel Lampiran 4. Data Curah Hujan Tahun 1998 – 2008 (lanjutan) Periode Tahun 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Curah Hujan (mm) 2 549 2 226 2 631 1 717 2 185 1 872 1 716 2 244 2 252 3 343 866
Hari Hujan (hr) 136 140 162 119 110 248 103 176 124 155 57
Water Defisit (mm) 285 0 0 0 176 409 82 155 333 -
Tabel Lampiran 5. Rekomendasi Pemupukan di Pantai Bunati Estate 2008 Jumlah Apli Pohon / kasi Div. Luas Ke (Ha) 1 130 753 1 987 2 Total Setahun 2 108 654 1 803 2 Total Setahun 3 95 231 1 715 2 Total Setahun 1 Pantai Bunati 334 638 2 2 505 Total Setahun
Urea Jumlah Dosis Kg/Blok Kg/Phn /Apl. 1.25 163 441 1.01 132 380 2.26 295 822 1.25 135 818 1.02 110 922 2.27 246 740 1.25 119 039 1.02 97 213 2.27 216 252 1.25 418 289 1.02 340 516 2.27 758 813
RP Dosis Kg/Phn 0.13
Jumlah Kg/Blok /Apl. 16 490
0.13 0.10
16 490 11 037
0.10 0.11
11 037 10 181
0.11 0.11
10 181 37 707
0.11
37 707
MOP Jumlah Dosis Kg/Blok Kg/Phn /Apl. 1.72 225 389 1.63 212 970 3.35 438 359 1.73 188 512 1.58 172 185 3.32 360 697 1.73 165 005 1.61 153 476 3.34 318 481 1.73 578 906 1.61 538 631 3.34 1 117 538
Kieserite Jumlah Dosis Kg/Blok Kg/Phn /Apl. 0.18 24 175
Hgf-B Jumlah Dosis Kg/Blok Kg/Phn /Apl. 0.060 7 895
0.18 0.23
24 175 24 502
0.060 0.9
7 895 9 825
0.23 0.07
24 502 6 833
0.9 0.09
9 825 8 289
0.07 0.17
6 833 55 510
0.09 0.08
8 289 26 010
0.17
55 510
0.08
26 010