PENGELOLAAN LIMBAH KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI PINANG ESTATE, PT. BINA SAINS CEMERLANG, MINAMAS PLANTATION, SIME DARBY GROUP, MUSI RAWAS, SUMATERA SELATAN
oleh HULMAN IRVAN A24052646
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
RINGKASAN
HULMAN IRVAN. Pengelolaan Limbah Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Sungai Pinang Estate, PT. Bina Sains Cemerlang Minamas Plantation, Sime Darby Group, Musi Rawas, Sumatera Selatan. (dibimbing oleh HERDHATA AGUSTA dan SUDIRMAN YAHYA). Pengembangan industri kelapa sawit yang diikuti dengan pembangunan pabrik dapat menimbulkan dampak negatif pada lingkungan, baik terhadap kualitas sumber daya alam (berupa pencemaran), kuantitas sumber daya alam (berupa pengurasan) maupun lingkungan hidup (aspek sosial). Hal tersebut disebabkan oleh bobot limbah pabrik kelapa sawit (PKS) yang harus dibuang semakin bertambah. Pencemaran yang ditimbulkan dari industri kelapa sawit dan mempertimbangkan potensi bahan organik yang terkandung dalam limbah kelapa sawit, menuntut suatu perkebunan kelapa sawit untuk mengelola limbahnya. Langkah tersebut merupakan merupakan upaya untuk mengurangi dampak negatif demi mewujudkan industri yang berwawasan lingkungan. Salah satu pemanfaatan limbah dari PKS adalah pemanfaatan limbah sebagai pupuk. Ada dua jenis limbah yaitu limbah cair yang dikenal dengan istilah POME (Palm Oil Mill Effluent) dan limbah padat berupa janjangan kosong dan solid basah (wet decanter solid). Kegiatan magang dilakukan di Kebun Sungai Pinang Estate, PT. Bina Sains Cemerlang, Minamas Plantation, Sime Darby Group, Sumatera Selatan bertujuan untuk menambah pengalaman serta meningkatkan kemampuan teknis dan manajerial perkebunan kelapa sawit, meningkatkan keterampilan mahasiswa dengan melakukan
proses kerja nyata, mengidentifikasi setiap permasalahan
dalam pengelolaan perkebunan kelapa sawit khususnya pengelolaan limbah kelapa sawit yang berhubungan dengan aspek budidaya. Metode yang digunakan pada kegiatan magang adalah metode langsung dan tidak langsung. Metode langsung yang dilakukan adalah dengan melakukan praktik kerja langsung di lapangan, penulis turut kerja aktif dalam pelaksanaan kegiatan perusahaan atas izin perusahaan, pengamatan langsung di lapangan menyangkut efektifitas pemanfaatan limbah, dan diskusi dengan pihak kebun. Pendekatan tidak langsung dilakukan melalui pengumpulan laporan bulanan, laporan tahunan, dan arsip kebun dengan meminta izin kepada manajer kebun.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa penggunaan hasil sampingan (by product) berupa janjangan kosong dapat meningkatkan proporsi akar tersier kelapa sawit, yang merupakan akar absorbsi. Selain itu penggunaan JJK sebagai mulsa dapat
menurunkan/menekan penutupan
gulma di areal aplikasi.
Pemanfaatan hasil sampingan dari industri kelapa sawit masih memerlukan kontrol/pengawasan yang lebih intensif untuk mencapai efektifitas pemanfaatan hasil sampingan yang lebih optimal. Tindakan perawatan untuk tempat land application limbah cair (flat bed) perlu diintensifkan lagi. Saran penulis untuk PT Bina Sains Cemerlang menyangkut pengelolaan hasil sampingan dari industri ini adalah penerapan teknologi kompos dengan memanfaatkan JJK dan limbah cair sebagai bahan dasar.
PENGELOLAAN LIMBAH KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI PINANG ESTATE, PT BINA SAINS CEMERLANG, MINAMAS PLANTATION, SIME DARBY GROUP, MUSI RAWAS, SUMATERA SELATAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
OLEH HULMAN IRVAN A24052646
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
Judul
: PENGELOLAAN LIMBAH KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI PINANG ESTATE PT. BINA SAINS CEMERLANG
MINAMAS PLANTATION, SIME DARBY
GROUP, MUSI RAWAS, SUMATERA SELATAN Nama
: Hulman Irvan
NRP
: A24052646
Menyetujui,
Dosen Pembimbing 1
Dosen Pembimbing 2
Dr. Ir. Herdhata Agusta 1959 0813 198303 1 003
Prof. Dr. Ir. Sudirman Yahya. M. Sc 1949 0119 197412 1 001
Mengetahui, Plh Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura
Prof. Dr. Ir. Slamet Susanto, M.Sc 1961 0202 198601 1 001
Tanggal Lulus : ………………….
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 29 November 1986 dari pasangan Bapak Janike Sitorus dan Ibu Dortina Hasibuan. Penulis merupakan anak keempat dari empat bersaudara.. Jenjang pendidikan yang ditempuh penulis diantaranya TK Kemuning Bogor pada tahun 1992. Pada tahun 1993 menempuh pendidikan di SD Budi Mulia Bogor lulus pada tahun 1999. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 6 Bogor dan lulus pada tahun 2002. Pada tahun 2002 tersebut, penulis melanjutkan pendidikan SMU Negeri 4 Bogor dan lulus pada tahun 2005. Tahun 2005 penulis diterima menjadi mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada Program S-1 Mayor-Minor, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB dengan minor Ekonomi Pertanian.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kasih, atas segala berkat-Nya sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimah kasih kepada semua pihak yang membantu dalam penyusunan skripsi ini, dan secara khusus kepada: 1. Kedua orang tua (Janike Sitorus dan Dortina Hasibuan), Ima, Bang Us, Inacon yang telah memberikan dukungan doa, saran, dan biaya selama menjalani pendidikan. 2. Dr. Ir. Herdhata Agusta dan Prof. Dr. Ir Sudirman Yahya, M.Sc selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran dalam proses magang sampai dengan penyusunan skripsi ini. 3. Direksi PT. Minamas Plantation Sime Darby Group yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan kegiatan magang. 4. Bapak Bustanuddin, Oscar Tamba, dan Wahyu Setyanto selaku manager di PT. BSC yang banyak memberikan masukan, dukungan, dan fasilitas. 5. Bapak Arief Rusdinata, Suparman, Irwansyah, Prianto Simanjuntak, Army Andika, T.A. Purba, Amhardi, Suyatno, dan Robert Hasibuan selaku staf PT. BSC sekaligus pembimbing lapangan yang telah banyak membantu penulis selama kegiatan magang berlangsung. 6. Teman-teman magang: Esther, Gerry, Iza, Eky, dan Anton atas kebersamaan selama magang. “Ini baru awal perjuangan panjang kita kawan.” 7. Teman-teman Agronomi dan Hortikultura angkatan 42 yang telah memberikan semangat dan persahabatan yang tak terlupakan. Penulis
berharap
semoga
skripsi
ini
dapat
bermanfaat
untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan, orang lain, khususnya bagi penulis sendiri.
Bogor, September 2009
Penulis
DAFTAR ISI Halaman PENDAHULUAN
1
Latar Belakang Tujuan
1 2
METODE MAGANG
3
Tempat dan Waktu Pelaksanaan Metode Pelaksanaan TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Limbah Padat Janjangan kosong (JJK) kelapa sawit Solid basah Limbah Cair KONDISI UMUM KEBUN Sejarah dan Perkembangan Letak Kebun Keadaan Iklim dan Tanah Luas Areal dan Tata Guna Lahan Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan Keadaan Tanaman dan Produksi Fasilitas Kesejahteraan dan Karyawan PELAKSANAAN MAGANG Aspek Teknis Land Clearing Pengendalian Gulma Pengendalian Hama dan Penyakit Pemupukan Perawatan Jalan Pemanenan Pengolahan CPO Stasiun penerimaan buah Stasiun perebusan (sterilizer) Stasiun bantingan (thresher) Stasiun pencacahan dan pengempaan Stasiun pemurnian (clarifier) Sistem decanter Stasiun pemisahan inti dan kernel Pengelolaan Limbah Limbah padat (JJK dan solid basah) Limbah cair (Effluent)
3 3 5 5 6 6 7 8 9 9 9 9 10 10 11 13 15 15 15 18 21 22 23 24 25 25 26 26 27 27 28 28 29 29 31
Aspek Manajerial Pendamping Mandor I Kerani Divisi Pendamping Mandor Pendamping Asisten HASIL DAN PEMBAHASAN Pemanfaatan Limbah Padat Pemanfaatan Limbah Cair (POME) Pengaplikasian Limbah dengan Metode Focal Feeding KESIMPULAN dan SARAN Kesimpulan Saran
32 32 33 33 33 35 37 42 44 46 46 46
DAFTAR PUSTAKA
47
LAMPIRAN
48
DAFTAR TABEL Nomor
Teks
Halaman
1.
Persentase unsur hara dalam janjangan kosong (JJK)
7
2.
Potensi dan pemanfaatan JJK dari PKS sebagai hara
7
3.
Luas areal dan tata guna lahan
11
4.
Status dan jumlah karyawan SPE
12
5.
Populasi tanaman kelapa sawit tiap tahun tanam di SPE
12
6.
Data produksi Sungai Pinang Estate pada Januari-Mei 2009
13
7.
Dosis pemupukan di SPE
29
8.
Biaya transportasi aplikasi JJK di SPE
31
9.
Jenis, potensi, dan pemanfaatan limbah pabrik kelapa sawit
35
10.
Pengamatan bobot dan volume akar kelapa sawit pada areal aplikasi JJK
38
Pengamatan bobot dan volume akar kelapa sawit pada areal tanpa aplikasi JJK
38
12.
Rata-rata bobot dan volume akar kelapa sawit
39
13.
Produksi bulanan dan BJR Sungai Pinang Estate divisi III blok B dan C April 2009
40
Produksi bulanan dan BJR Sungai Pinang Estate divisi III blok B dan C Juli 2008-April 2009
40
15.
Pengamatan vegetasi gulma pada areal tanpa aplikasi JJK
41
16.
Pengamatan vegetasi gulma pada areal aplikasi JJK
41
17.
Komposisi hara limbah cair
44
11.
14.
Nomor 1.
2.
3.
Lampiran
Halaman
Jurnal harian kegiatan magang sebagai karyawan harian di kebun SPE divisi III PT Bina Sains Cemerlang, Minamas, Sime Darby Group, Sumsel
48
Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping mandor di kebun SPE divisi III, PT Bina Sains Cemerlang, Minamas, Sime Darby Group, Sumsel.
51
Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping asisten di kebun SPE divisi III, PT Bina Sains Cemerlang, Minamas, Sime Darby Group, Sumsel.
53
4.
Data curah hujan dan hari hujan tahun 1999-2008 di SPE
55
5.
Data produksi dan produktifitas tanaman kelapa sawit di SPE
56
6.
Pengamatan tandan/pokok di blok B2, TT 1991, 30 ha
57
7.
Pengamatan tandan/pokok di blok B3, TT 1991, 29 ha
58
8.
Pengamatan tandan/pokok di blok C2, TT 1991, 27 ha
59
9.
Pengamatan tandan/pokok di blok C3, TT 1991, 27 ha
60
10.
Rekomendasi pemupukan blok B dan blok C SPE divisi III
61
11.
Produksi bulanan dan BJR Sungai Pinang Estate divisi III
62
DAFTAR GAMBAR Nomor
Teks
Halaman
1.
Proses stacking menggunakan excavator
16
2.
Pemancangan
17
3.
Skema penanaman LCC (campuran) di gawangan kelapa sawit
18
4.
Peralatan semprot (RB 15 dan MHS)
19
5.
Pertanaman Antigonon leptopus dan Turnera subulata
21
6.
Stasiun rebusan (sterilizer)
26
7.
Stasiun bantingan (thresher)
27
8.
Sistem decanter
28
9.
Penampungan JJK sementara melalui hopper
29
10.
Penyusunan JJK di gawangan mati
30
11.
Sumur pantau di blok aplikasi limbah cair
32
12.
Kesetimbangan bahan pabrik kelapa sawit
37
13.
Penampang akar kelapa sawit
39
14.
Akar kelapa sawit
40
15.
Kondisi gulma di daerah aplikasi JJK dan tanpa aplikasi JJK
42
16.
Skema ponding system POME untuk land application
43
17.
Silt pit
45
PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tanaman industri andalan bagi perekonomian Indonesia yang masih mampu bertahan pada saat terjadinya krisis ekonomi berkepanjangan dan merupakan salah satu komoditas perkebunan yang menyumbang devisa besar bagi negara. Usaha kelapa sawit berkembang seiring dengan peningkatan areal dan produktivitas yang cukup tinggi dengan lokasi penyebaran yang semakin meluas. Luas areal perkebunan kelapa sawit Indonesia pada tahun 2008 mencapai 7 008 000 ha dengan produksi CPO mencapai 18 089 500 ton/tahun (Ditjenbun, 2008). Menurut Pahan (2008), kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah salah satu palmae yang menghasilkan minyak nabati, yang lebih dikenal dengan sebutan palm oil. Kelapa sawit adalah penyumbang minyak nabati terbesar di dunia yaitu 2 000 - 3 000 kg/ha, manakala kelapa hanya mencapai angka 700 - 1 000 kg/ha. Pengembangan industri kelapa sawit yang diikuti dengan pembangunan pabrik dapat menimbulkan dampak negatif pada lingkungan, baik terhadap kualitas sumber daya alam (berupa pencemaran), kuantitas sumber daya alam (berupa pengurasan) maupun lingkungan hidup (aspek sosial). Hal tersebut disebabkan oleh bobot limbah pabrik kelapa sawit (PKS) yang harus dibuang semakin bertambah. Produksi JJK per tahun berkisar antara 31 200 - 62 400 ton (Buana et al. 1993). Limbah pada dasarnya adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari suatu sistem yang belum atau tidak memiliki nilai ekonomi, bahkan dapat mempunyai nilai ekonomi yang negatif. Pencemaran
yang
ditimbulkan
dari
industri
kelapa
sawit
dan
mempertimbangkan potensi bahan organik yang terkandung dalam limbah kelapa sawit, menuntut suatu perkebunan kelapa sawit untuk mengelola limbahnya. Langkah tersebut merupakan upaya untuk mengurangi dampak negatif demi mewujudkan industri yang berwawasan lingkungan. Salah satu pemanfaatan limbah dari PKS adalah pemanfaatan limbah sebagai pupuk. Ada dua jenis limbah yaitu limbah cair yang dikenal dengan istilah POME (Palm Oil Mill Effluent) dan limbah padat berupa janjangan kosong (JJK) dan solid basah (wet decanter solid).
Limbah industri pertanian khusunya industri kelapa sawit mempunyai ciri khas berupa kandungan bahan organik yang tinggi. Kandungan bahan organik tersebut merupakan bahan baku potensial bagi produksi bahan-bahan yang menguntungkan atau mempunyai nilai ekonomi yang tinggi.
Tujuan Tujuan dari kegiatan magang adalah untuk mengidentifikasi permasalahan dalam pengelolaan perkebunan kelapa sawit khususnya pengelolaan limbah kelapa sawit yang berhubungan dengan aspek budidaya.
METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan selama empat bulan dari 12 Februari sampai 12 Juni 2009 bertempat di kebun Sungai Pinang Estate, milik PT Bina Sains Cemerlang, Minamas Plantation, Sime Darby Group yang berada di desa Sungai Pinang, Kecamatan Muara Lakitan, Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan Metode Pelaksanaan Metode yang digunakan pada kegiatan magang adalah metode langsung dan tidak langsung. Metode langsung yang dilakukan adalah dengan melakukan praktik kerja langsung di lapangan, penulis turut kerja aktif dalam pelaksanaan kegiatan perusahaan atas izin perusahaan, pengamatan langsung di lapangan menyangkut efektifitas pemanfaatan limbah, dan diskusi dengan pihak kebun. Pendekatan tidak langsung dilakukan melalui pengumpulan laporan bulanan, laporan tahunan, dan arsip kebun dengan meminta izin kepada manajer kebun. Kegiatan yang dilakukan selama pelaksanaan magang, yaitu kegiatan yang mencakup aspek teknis dan aspek manajerial. Pada pelaksanaan kegiatan magang penulis akan diposisikan sebagai karyawan harian lepas (KHL) selama dua bulan yaitu bekerja di lapangan bersama-sama dengan tenaga kerja sesuai dengan jenis dan volume pekerjaan yang ada, sebagai pendamping mandor selama satu bulan yaitu mengawasi seluruh karyawan dan mengecek buku laporan mandor, dan sebagai pendamping asisten selama satu bulan yaitu memberikan pengarahan kepada seluruh mandor dan mandor I mengenai pekerjaan yang akan dilakukan setiap harinya. Perincian kegiatan magang dicatat dalam jurnal harian magang pada Tabel Lampiran 1, 2, dan 3. Aspek khusus pada pelaksanaan magang adalah mencakup pengelolaan hasil sampingan (by product) dari PKS serta pemanfaatan, untuk menganalisis efektifitas pemanfaatan limbah organik penulis melakukan pengamatan di lapang, meliputi: 1. Data primer (pengamatan langsung) jumlah tandan/pohon, vegetasi penutupan gulma (metode kuadran 30 cm x 30 cm)
bobot dan volume akar kelapa sawit, dilakukan dengan menggali akar dengan ukuran 25 cm x 25 cm sedalam 25 cm. 2. Data sekunder (dari kebun): kebutuhan transport dan tenaga kerja untuk land application. data BJR (bobot janjang rata-rata) dan produksi TBS /blok. Variabel pengamatan tesebut diamati pada blok yang telah mendapat land application JJK (B2 dan B3) dan blok yang tidak mendapat land application JJK (C2 dan C3) data yang diperoleh dianalisis dengan metode statistika deskriptif.
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) memiliki tinggi yang dapat mencapai 24 meter. Pertumbuhan batang kelapa sawit tidak terbatas selama masa hidupnya, tetapi menurut pertimbangan ekonomisnya hanya sampai berumur 2535 tahun atau mencapai ketinggian 10-11 m (Lubis, 1992). Menurut Pahan (2008), sistem perakaran kelapa sawit merupakan sistem perakaran serabut yang terdiri dari akar primer, sekunder, tersier, dan kuartener. Akar primer umumnya berdiameter 6-10 mm, keluar dari pangkal batang dan menyebar secara horizontal. Akar primer bercabang membentuk akar sekunder yang berdiameter 2-4 mm. Akar sekunder bercabang membentuk akar tersier yang berdiameter 0.7-1.2 mm dan umumnya bercabang lagi membentuk akar kuartener yang tidak memiliki lignin dengan panjang 1-4 mm berdiameter 0.1-0.3 mm. Sebagian besar perakaran kelapa sawit berada dekat permukaan tanah. Sistem perakaran yang aktif berada pada kedalaman 5-35 cm. Seperti jenis palmae lainnya, daunnya tersusun majemuk menyirip. Daun berwarna hijau tua dan pelepah berwarna sedikit lebih muda. Penampilannya agak mirip dengan tanaman salak, hanya saja dengan duri yang tidak terlalu keras dan tajam. Batang tanaman diselimuti bekas pelepah hingga umur 12 tahun. Setelah umur 12 tahun pelepah yang mengering akan terlepas sehingga penampilan menjadi mirip dengan kelapa. Bunga jantan dan betina terpisah namun berada pada satu pohon
(monoecious diclin) dan memiliki waktu pematangan berbeda sehingga sangat jarang terjadi penyerbukan sendiri. Bunga jantan memiliki bentuk lancip dan panjang sementara bunga betina terlihat lebih besar dan mekar. Tanaman sawit dengan tipe cangkang pisifera bersifat female steril sehingga sangat jarang menghasilkan tandan buah dan dalam produksi benih unggul digunakan sebagai tetua jantan. Menurut Lubis (1992), kelapa sawit mulai berbunga pada umur 12-24 bulan. Pembungaan termasuk monocious artinya bunga jantan dan betina terdapat pada satu pohon, namun tidak pada tandan yang sama.
Penyerbukan kelapa sawit dapat dilakukan oleh angin, serangga dan bantuan manusia (Risza, 2006). Hasil penyerbukan kemudian akan menjadi buah yang nantinya akan dipanen untuk diolah atau sebagai bahan perbanyakan tanaman. Proses pembentukan buah matang memakan waktu sekitar 6 bulan. Buah sawit mempunyai warna bervariasi dari hitam, ungu, hingga merah tergantung bibit yang digunakan. Buah bergerombol dalam tandan yang muncul dari tiap pelepah. Minyak dihasilkan oleh buah, kandungan minyak bertambah sesuai kematangan buah. Setelah melewati fase matang, kandungan asam lemak bebas (ALB) akan meningkat dan buah akan rontok dengan sendirinya.
Limbah Padat Janjangan Kosong (JJK) Kelapa Sawit JJK merupakan produk dari pabrik kelapa sawit setelah TBS diproses di sterilizer dan stripper. JJK kaya akan materi organik dan nutrisi bagi tanaman. Manfaat janjangan kosong kelapa sawit: 1. meningkatkan KTK (Kapasitas Tukar Kation) dan pH tanah. 2. mengandung unsur hara N, P, K, dan Mg. 3. dapat berperan sebagai mulsa, karena dapat menurukan temperatur tanah, mempertahankan kelembaban tanah, mengurangi erosi, dan menekan pertumbuhan gulma. 4. meningkatkan aktivitas mikroba tanah, karena JJK memiliki ratio C/N yang cukup tinggi. Aplikasi JJK sangat sesuai untuk menggantikan sebagian kebutuhan pupuk anorganik, asalkan pasokan haranya sebanding dengan pupuk anorganik tersebut. Informasi mengenai status hara daun diperlukan sebagai salah satu pertimbangan dalam menentukan kebutuhan pupuk tanaman menghasilkan kelapa sawit. Meskipun demikian, hasil analisis daun dan juga tanah bukan menyatakan besaran pupuk yang harus diberikan tetapi hanya menggambarkan status hara pada tanaman (Lubis, 1992). Persentasi kandungan unsur hara dalam janjangan kosong disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Persentase unsur hara dalam janjangan kosong (JJK) Hara Utama
% Unsur Hara JJK
per ton JJK
Kisaran
Rata-rata
Nitrogen (N)
0.32-0.43
0.37
8.00 kg Urea
Fosfor (P)
0.03-0.05
0.04
2.90 kg RP
Potassium (K)
0.89-0.95
0.91
18.30 kg MOP
Magnesium (Mg)
0.07-0.10
0.08
5.00 kg Kieserit
Sumber: Pahan (2008)
JJK yang diproduksi oleh PKS per tahunnya sangat besar sehingga memerlukan penangan yang tepat. Produksi JJK berkisar antara 31 200 - 62 400 ton/tahun. Potensi dan pemanfaatan JJK dari PKS disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Potensi dan pemanfaatan JJK dari PKS sebagai hara Kapasitas Pabrik (ton/jam)* 30 45 60
JJK (ton/tahun)** 31 200 46 800 62 400
Luasan yang dapat diaplikasi (ha/tahun)*** 780 1 170 1 560
Keterangan: * jam kerja pabrik 2 jam/hari; hari kerja dalam setahun= 260 hari ** 20% TBS merupakan JJK *** dosis aplikasi JJK 40 ton/ha
Sumber: Buana et al, 2003
Solid Basah Solid basah merupakan limbah padat yang dihasilkan dari pengolahan tandan buah segar (TBS) di PKS yang mengalami sistem decanter. Pemanfaatannya sama seperti JJK yaitu sebagai bahan pengganti pupuk anorganik. Pemanfaatan solid basah sebagai bahan pengganti pupuk anorganik di lapangan akan menekan penggunaan dan biaya pupuk anorganik. Menurut Pahan (2008) sumber utama dihasilkannya solid basah adalah pada saat proses pemurnian minyak (sterilisasi). Pada proses ini minyak akan dipisahkan dari lumpur (sludge) melalui proses pengendapan. Sludge terdiri dari padatan, cairan, dan sedikit minyak. Dosis pemberian solid basah di lapangan disesuaikan dengan dosis pemupukan anorganik melalui hasil analisis contoh daun.
Limbah Cair Pengolahan TBS di PKS menghasilkan dua bentuk limbah cair, yaitu: air kondensat dan efluen. Air kondensat biasa digunakan sebagai umpan boiler untuk mengoperasikan
mesin pengolahan kelapa
sawit.
Efluen
yang
banyak
mengandung unsur hara dimanfaatkan sebagai bahan pengganti pupuk anorganik. Pencemaran lingkungan akibat
limbah cair dapat diatasi dengan cara
mengendalikan limbah cair tersebut secara biologis. Pengendalian secara biologis tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan bakteri anaerob (Tobing et al, 1992). Penanganan dan perlakuan limbah cair dilakukan dengan metode kolam pendingin. Pemberian limbah cair dilakukan berdasarkan keadaan limbah cair tersebut yang dinyatakan dengan BOD. Parameter lain yang digunakan antara lain: pH, COD (Chemichal Oxygen Demand), TS (Total Solid), dan SS (Suspended Solid). BOD merupakan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh organisme untuk menguraikan bahan organik secara biologis di dalam limbah cair pada waktu dan suhu tertentu. COD merupakan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh organisme untuk menguraikan bahan organik secara kimiawi. Hubungan antara BOD dan COD tidak dapat digariskan secara tepat, tetapi besar nilai COD akan lebih tinggi dibanding nilai BOD.
KONDISI UMUM KEBUN Sejarah dan Perkembangan PT Bina Sains Cemerlang merupakan perusahaan yang mengelola tiga unit usaha yaitu: Sungai Pinang Esatate (SPE), Bukit Pinang Estate (BPE), dan Sungai Pinang Factory (SPF). Masing-masing melaksanakan operasional dengan manajemen terpisah. Ketiga unit usaha tersebut masih berada dalam satu induk perusahaan yaitu PT Minamas Gemilang. Awalnya PT Bina Sains Cemerlang (BSC) memiliki nama PT Bina Sains Corporation, yang merupakan anak cabang dari perusahaan Salim Group. Pada tanggal 1 April 2001 berganti nama menjadi PT Bina Sains Cemerlang seiring dengan perpindahan asset perusahaan dari Salim Group ke pihak PT Minamas Gemilang yang merupakan anggota dari Kumpulan Guthrie Berhard (KGB), perkebunan swasta Malaysia. Pada tahun 2008, Minamas Group dan anggota KGB bergabung dengan perusahaan Sime Darby Group. PT Bina Sains Cemerlang mulai melakukan pembukaan lahan pada tahun 1990, saat itu merupakan hutan sekunder. Pada tahun 1991 dilakukan penanaman kelapa sawit seluas ± 1 104 ha, secara terus-menerus penanaman berlanjut mencapai luasan ± 6 892 ha. Untuk kebun Sungai Pinang Estate mempunyai luas lahan ± 3 698ha dan selebihnya ditangani oleh Bukit Pinang Estate.
Letak Kebun SPE merupakan salah satu dari dua unit kebun yang dikelola oleh PT BSC yaitu SPE dan BPE. Lokasi kebun ini berada di Desa Sungai Pinang, Kecamatan Muara Lakitan, Kabupaten Musi Rawas, Propinsi Sumatera Selatan. Batas areal SPE adalah: sebelah Utara berbatasan dengan Bukit Pinang Estate, sebelah Selatan berbatasan dengan Transmigrasi SP XI, sebelah Barat berbatasan dengan PT Lonsum, dan sebelah Timur berbatasan dengan BPE.
Keadaan Iklim dan Tanah Tanah di PT BSC termasuk jenis Ultisol (Podsolik Merah Kuning), pH tanah berkisar 4.5-6, tingkat kesuburan sedang dan tekstur tanah umumnya liat berpasir. Struktur tanah remah sampai gumpal dan konsistensi tanah gembur
sampai agak teguh. Topografi lahan di PT BSC adalah landai hingga bergelombang dengan kemiringan 3-32 %, ketinggian tempat 90 m di atas permukaan laut, namun areal SPE topografinya relatif datar. SPE mempunyai iklim dengan curah hujan rata-rata
2 675 mm/tahun dan hari hujan 148.1
hari/tahun, bulan kering (< 60 mm) rata-rata 0.9 bulan/tahun dan bulan lembab (60-100 mm) rata-rata 0.9 bulan/tahun. Berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Ferguson SPE beriklim tipe A (sangat basah). Data curah hujan dapat dilihat dari Tabel Lampiran 4.
Luas Areal dan Tata Guna Lahan SPE mempunyai luas hak guna usaha (HGU) 3 384 ha, namun memiliki luas areal yang dikuasai mencapai 3 698 ha. Hal ini disebabkan karena adanya areal okupasi seluas 344 ha dan land clearing pada tahun 2006 seluas 194 ha. Komposisi luas areal terdiri dari tanaman menghasilkan (TM) 3 163 ha, tanaman belum menghasilkan (TBM) 194 ha, luas land clearing dalam proses 28 ha, prasarana 101 ha, okupasi 283 ha. Luas areal dan tata guna lahan disajikan pada Tabel 2.
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan SPE dipimpin oleh estate manager yang bertanggung jawab atas seluruh kegiatan perkebunan yaitu pengelolaan dan perkembangan kebun secara efektif dan profesional sesuai ketentuan Sime Darby Group. Dalam menjalankan tugasnya estate manager dibantu oleh seorang asisten senior yang membawahi dua orang asisten. Dalam bidang administrasi estate menager dibantu oleh seorang kepala seksi (Kasie) dan beberapa karyawan bulanan. Setiap asisten mengelola satu divisi dan bertanggung jawab mengelola seluruh asset perusahaan di tingkat divisi. Kegiatan pengawasan terhadap tenaga kerja, asisten dibantu oleh mandor I, sedangkan untuk bidang administrasi asisiten dibantu oleh krani divisi. Status karyawan di SPE terdiri dari karyawan staff dan karyawan non staff. Karyawan staff terdiri dari karyawan bulanan, mandor I, krani divisi, krani buah, krani brondolan, dan karyawan harian tetap. SPE memiliki tenaga kerja sebanyak 501 orang dengan komposisi seperti disajikan pada Tabel 4. Jika dilihat
dari Tabel 3 maka akan didapat indeks tenaga kerja (ITK) 0.15 HK/ha. Hal ini sudah baik, karena norma ITK kelapa sawit 0.25 HK/ha.
Tabel 3. Luas areal dan tata guna lahan SPE Uraian Areal yang ditanam 1. Tanaman Menghasilkan -tahun tanam 1991 -tahun tanam 1992 -tahun tanam 1993 -tahun tanam 1994 -tahun tanam 1995 -tahun tanam 1996 -tahun tanam 1997 -tahun tanam 1998 -tahun tanam 2000 2. Tanaman Belum Menghasilkan -tahun tanam 2005 -tanaman baru (2009) Total areal tanaman B Land Clearing (LC) -LC dalam proses Total areal tanaman + LC C. Prasarana -Emplasemen -Pabrik -Jalan dan Jembatan Total Prasarana Total areal yang diusahakan D. Areal yang bisa tanam -Cadangan -Okupasi E. Bukit, sungai, dll. Total areal keseluruhan
Luas (ha)
A.
1 104 669 102 450 51 137 126 335 8 194 49 3 225 28 3 253 27 14 60 101 3 354
344 3 698
Sumber: Kantor Besar SPE (2009)
Keadaan Tanaman dan Produksi Tanaman kelapa sawit yang dibudidayakan di SPE merupakan varietas Tenera (Dura x Pisifera ) yang berasal dari Marihat, Sofcindo, dan Guthrie. Pada tanaman yang menghasilkan yang mendominasi adalah varietas Tenera dari Marihat dan Socfindo, sedangkan pada TBM (2005) dan tanaman baru (2009) yang mendominasi adalah varietas Tenera dari Guthrie.
Tabel 4. Status dan jumlah karyawan SPE Staf
Jumlah
Non-Staf
Jumlah
Estate Manager
1
SKU Bulanan Kantor
32
Sr. Asisten
1
SKU Bulanan Traksi
20
Asisten Div/Qa
2
SKU Bulanan Divisi
26
KTU/kasie
1
SKU harian
422
Total
5
501
Sumber: Kantor Besar Sungai Pinang Estate (2009)
Tanaman kelapa sawit yang ada di kebun SPE terdiri dari TM seluas 2 982 ha dan TBM seluas 181 ha. Tahun tanam kelapa sawit sangat beragam mulai dari tahun 1999-2000 merupakan TM dan tahun 2006 merupakan TBM. Data populasi tanaman kelapa sawit tiap tahun di SPE disajikan dalam Tabel 5. Tabel 5. Populasi tanaman kelapa sawit tiap tahun tanam di SPE Divisi I Tahun tanam 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 2000 2005 Tanaman Baru Total
Divisi II
Divisi III
Luas (ha) 451 350 51 137 11 -
Jumlah pokok (pokok) 58 630 45 850 6 630 18 084 1 474 -
Luas (ha) 575 218 25 100 126 41 -
Jumlah pokok (pokok) 75 325 28 340 3 275 12 700 16 506 5 371 -
1000
130 668
1085
141 517
Luas (ha) 529 77 283 8 181 58 1 136
Jumlah pokok (pokok) 68 770 9 856 37 639 800 28 906 9 512 155 483
Sumber: Kantor Besar Sungai Pinang Estate (2009)
Dari Tabel 5 dapat dihitung rata-rata jumlah pokok/ha untuk SPE yaitu 138 pokok/ha, padahal jika dianalisis dari pola segi tanam segitiga sama sisi dengan jarak tanam 9.2 m x 9.2 m x 9.2 m akan didapatkan jumlah pokok sebanyak 136 pokok/ha untuk tanaman baru jarak tanam yang digunakan adalah 9 m x 9 m x 9 m. Pada bulan Januari, Februari, Maret, April, dan Mei tahun 2009 produksinya selalu kurang dari budget yang ditetapkan. Data produksi di SPE dari bulan Januari sampai bulan Mei 2009 dapat dilihat dari Tabel 6.
Tabel 6 Data produksi Sungai Pinang Estate pada Januari- Mei 2009 Bulan
Budget
Aktual
Varians (Aktual-Budget) (%)
(kg) Januari
2 405 457
1 660 590
- 0.309
Februari
1 978 385
1 685 900
-14.7
Maret
1 625 183
1 078 780
-33.6
April
1 805 247
1 389 890
-23.0
Mei
1 775 237
1 767 060
-0.46
Keterangan : (-) Kurang Dari budget dan (+) lebih dari budget Sumber : Kantor Besar SPE (Mei, 2009)
Produksi tidak tercapai pada beberapa bulan yaitu produksi di bawah budget. Hal ini disebabkan oleh persen kematangan buah rendah (masa trek). Data produksi 5 tahun sebelumnya dapat dilihat pada Tabel Lampiran 5.
Fasilitas Kesejahteraan dan Karyawan Fasilitas kesejahteraan karyawan merupakan salah satu faktor pendukung untuk karyawan. Fasilitas tersebut berupa rumah, air, listrik, sarana ibadah, sarana pendidikan, dan sarana olahraga. Fasilitas rumah yang diberikan terdiri dari perumahan staff, mess, dan perumahan karyawan. Rumah staff dan mess terletak di emplasmen, sedangkan rumah karyawan berada di sekitar kantor divisi masingmasing, di Divisi I dan II perumahan karyawan berada pada satu lokasi, sedangkan Divisi III berada terpisah dari Divisi I dan Divisi II. Perumahan untuk staff dan mess merupakan jenis rumah permanen, sedangkan untuk perumahan karyawan adalah semi permanen dengan tipe dua rumah (G2), kecuali untuk mandor I dan krani divisi sebagian memiliki perumahan tipe satu rumah (G1). Fasilitas listrik dan air dikelola di masing-masing divisi. Di emplasmen fasilitas listrik 24 jam, sedangkan tiap-tiap divisi fasilitas listrik hanya 7 jam, kecuali untuk hari minggu selama 8 jam. Sarana olahraga terdapat di emplasmen berupa lapangan volly, bulu tangkis, sepak takraw, tenis dan tenis meja. Di masing-masing Divisi juga terdapat fasilitas olahraga berupa lapangan bulu tangkis, lapangan volly, dan lapangan bola kaki. Sarana pendidikan di PT. BSC terdapat sekolah yang terdapat di pondok I (Divisi I dan II) yang terdiri dari
sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP), sedangkan untuk taman kanak-kanak (TK) dan penitipan bayi terdapat di emplasmen dan di divisi masing-masing. Sarana ibadah di perkebunan sungai pinang terdapat masjid di setiap divisi sedangkan gereja hanya ada di perkebunan Bukit Pinang Divisi I (pondok Sungai Durian). Karyawan SKU baik harian maupun bulanan mendapat tunjangan berupa beras, tunjangan hari raya (THR), bonus, pengobatan, dan bantuan di bidang pendidikan dengan adanya bis sekolah. Rencana jangka panjang, Sime Darby Group telah memberikan beasiswa bagi anak karyawan yang ingin melanjutkan ke jenjang kuliah Selain mendapatkan upah, khusus untuk karyawan SKU juga mendapatkan jaminan sosial tenaga kerja (Jamsostek) dan dana pensiun.
PELAKSANAAN MAGANG
Aspek Teknis Land Clearing Areal tanaman baru umumnya dibangun dari hutan primer atau hutan sekunder, dengan kondisi fisik yang tidak selalu sama dari satu tempat ke tempat lain, sehingga pengelolaan yang baik adalah syarat terpenting untuk menjamin suksesnya pembukaan lahan baru. Persiapan pembukaan lahan sebaiknya dimulai 4 bulan sebelum tahun program (16 bulan untuk menyelesaikan program), persiapan meliputi: perizinan pembukaan lahan dari pemerintah setempat dan melakukan survey lahan. Pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan dalam operasional pembukaan lahan sampai penanaman antara lain: persiapan dan pemilihan lokasi pembibitan, pembukaan saluran drainase utama. imas dan tumbang, pembuatan jalan dan saluran air, pemancangan. penanaman legume cover crop (LCC), dan penananam kelapa sawit. Berikut ini rincian kegiatan land clearing yang dilakukan oleh penulis: Membuka saluran drainase utama. Pada lahan yang datar atau sepanjang aliran sungai umumnya mempunyai masalah drainase yang cukup berat sehingga sering dijumpai areal rendahan (low land area) dan rawa-rawa yang dipengaruhi oleh pasang-surut permukaan air sungai. Pembukaan lahan yang mempunyai masalah drainase akan menghadapi hambatan yang serius, sehingga perlu dilakukan pembukaan saluran drainase untuk mengeluarkan air dari areal yang akan dibuka. Pembukaan saluran drainase utama dapat dilakukan dengan alat berat excavator, sebaiknya selesai bersamaan dengan pekerjaan tumbang sehingga areal yang dibuka cepat kering dan memudahkan proses pematangan tanah. Imas dan tumbang. Konsep imas ditujukan untuk mempermudah proses tumbang, mutu pekerjaan imas dan tumbang yang baik akan sangat mempengaruhi proses pembukaan lahan. Pekerjaan menumbang dilakukan segera setelah
areal
diimas.
Pekerjaan
menumbang
menggunakan gergaji rantai (chain saw) dan kapak.
pohon
dilakukan
dengan
Gambar 1. Proses stacking menggunakan excavator Seiring dengan isu lingkungan yang berkembang saat ini, pembukaan lahan yang dilakukan di SPE menerapkan konsep zero burning (tanpa proses pembakaran). Dalam sistem pembukaan lahan tanpa proses pembakaran, setelah penumbangan langsung dilakukan proses stacking (rumpukan) secara mekanis menggunakan bulldozer atau excavator. Kerugian sistem zero burning yaitu efisiensi lahan yang bisa ditanami kelapa sawit akan lebih rendah karena sebagian lahan harus dikorbankan untuk menjadi tempat stacking (rumpukan). Beberapa keuntungan
pembukaan
lahan
tanpa
proses
pembakaran
adalah:
tidak
menimbulkan polusi udara, kesuburan tanah tetap terjaga, biologi tanah (mikroba) tetap berkembang dengan baik, dan secara ekonomi hasil kayu tebangan dapat dimanfaatkan. Memancang. Pemancangan dimaksudkan untuk memberi tanda-tanda guna pembuatan lubang tanam sesuai dengan jarak tanam yang telah ditentukan. Selain itu pekerjaan memancang juga digunakan sebagai pedoman untuk pembuatan jalan, parit, teras/tapak kuda, dan penanaman Legume Cover Crop (LCC). Bahan dan alat yang diperlukan dalam melakukan pemancangan antara lein berupa: kompas, kayu pancang (pancang induk dan anak pancang), bendera, sling besi untuk jarak tanam antar pokok dalam barisan utara-selatan 9 m, serta jarak tanam antar barisan timur-barat 7.8 m. Pancang kepala setinggi 2 m dan anak pancang setinggi 1m yang bagian atasnya diberi cat putih atau bendera digunakan sebagai titik patokan, titik tersebut merupakan pertemuan collection road dan main road dari titik tersebut ditarik garis tegak lurus arah utara-selatan. Tali dengan tanda berjarak 9 m ditarik dari titik patokan tersebut, kemudian dilakukan pemasangan pancang kepala
dengan jarak antar pancang 100 m. tali tersebut dipakai secara bersamaan untuk memasang anak pancang pada setiap tanda yang akan dijadikan titik tanam.
Gambar 2. Pemancangan Pada titik patokan tadi juga ditarik garis lurus arah timur-barat dengan menggunakan tali yang bertanda jarak 7.8 m. Pemasangan pancang kepala dilakukan sesuai dengan tanda tersebut sampai batas areal blok yang akan dipancang. Pada barisan tanaman kedua digunakan tanda berjarak setengah panjang sisi segitiga (4.5 m), setiap tali bertanda dipasang anak pancang. Pemancangan dilakukan secara bergantian dengan barisan tanaman selanjutnya, prestasi memancang 0.15-0.20 ha/HK. Setiap tim pancang terdiri atas 5 personel (1 personel bertugas untuk meneropong, 2 personel bertugas untuk memancang, 2 personel bertugas untuk menarik tali). Pada areal lahan baru, kegiatan pemancangan dilakukan setelah penetapan batas blok dan seluruh kayu dirumpuk (stacking) di gawangan mati, tetapi sebelum dilakukan penanaman LCC. Menanam legume cover crop (LCC). Penanaman tanaman kacangan penutup tanah (LCC) sangat penting di perkebunan kelapa sawit. Beberapa manfaat dari pembangunan LCC adalah: dapat menekan pertumbuhan gulma sehingga dapat menghemat biaya pengendalian gulma, meningkatkan kandungan bahan organic tanah, memperbaiki kondisi fisik tanah (aerasi dan kelembaban tanah), mencegah terjadinya erosi, mengikat (fiksasi) unsur hara Nitrogen dari udara, dan menekan pertumbuhan hama dan penyakit tertentu. Tumbuhan penutup tanah yang umumnya ditanam di perkebunan kelapa sawit
yaitu:
Calopogonium
caerulium
(CC),
Pueraria
javanica
(PJ),
Calopogonium mucunoides (CM), Centrosema pubescens (CP), Mucuna cochichinensis (MC), dan Mucuna bracteata (MB). Teknik penanaman LCC
dapat dilakukan cara menugal di antara pokok dan gawangan kelapa sawit. Penanaman LCC dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu cara campuran dan murni. Penanaman dengan cara campuran merupakan kombinasi penanaman benih PJ, CM, dan CC dalam larikan dengan MC. LCC ditanam sejajar dengan barisan tanaman. Larikan campuran PJ, CM, dan CC sebanyak dua baris dan satu baris antarpokok dalam barisan tanaman. Prestasi kerja untuk kegiatan penanaman LCC adalah 5 gawangan/HK, sedangkan prestasi kerja penulis 3 gawangan/HK. Pola penanaman LCC campuran disajikan pada Gambar 3.
Gambar 3. Skema penanaman LCC (campuran) di gawangan kelapa sawit Menanam kelapa sawit. Kegiatan penanaman kelapa sawit meliputi penggalian lubang tanam, pelangsiran bibit ke lapangan, pengeceran bibit ke dalam blok, dan penanaman kelapa sawit. Kegiatan penanaman di SPE dilakukan oleh tenaga borongan/BHL, penggalian lubang tanam disertai oleh pemberian pupuk RP dengan dosis 0.5 kg/lubang tanam. Prestasi kerja untuk kegiatan penggalian lubang tanam adalah 20 lubang/HK, sedangkan prestasi kerja penulis 5 lubang/HK.
Pengendalian Gulma Pengendalian lalang (Imperata cylindrica). Pertumbuhan lalang di Kebun Sungai Pinang Estate (SPE) terjadi secara sporadis (terpencar) sehingga tindakan pengendalian yang efektif adalah dengan menggunakan metode spot spraying. Peralatan yang digunakan adalah alat semprot knapsack sprayer gendong RB 15 dengan tipe cone nozzle, VLV 200 (volume semprot 100 L/ha). Herbisida yang digunakan adalah Audit 480 AS dengan bahan aktif iso propil
amino glifosat berwarna kuning yang bersifat sistemik. Konsentrasi yang digunakan adalah 0.8% dengan dosis 0.1 L/ha. Beberapa kendala yang harus dihadapi tim semprot di SPE adalah ketersediaan air untuk melarutkan herbisida sehingga dibutuhkan tim pengangkut air yang lebih banyak, untuk saat ini hanya ada 1 orang yang bertugas sebagai tukang air. Selain itu ketersediaan stok herbisida di gudang juga menjadi kendala yang mempengaruhi rencana kerja bulanan untuk kegiatan pengendalian gulma. Rotasi kegiatan pengendalian lalang adalah 3 kali dalam setahun dengan prestasi kerja 2-3 ha/HK, sedangkan prestasi kerja penulis 1 ha/HK. Peralatan semprot yang digunakan di SPE dapat dilihat pada Gambar 4. Pengendalian
kentosan/VOPS
(voluntary
oil
palm
seedlings).
Pengendalian VOPS/kentosan dilakukan dengan alat knapsack sprayer RB 15 kapasitas 15 L, menggunakan Gramoxone herbisida kontak berbahan aktif paraquat dengan konsentrasi bahan 20 % dengan dosis 0,8 liter/ha. Prestasi kerja untuk kegiatan ini adalah 2-3 ha/HK, sedangkan prestasi kerja penulis adalah 1 ha/HK. Sebenarnya tindakan pengendalian VOPS tidak akan terjadi jika pengawasan terhadap kegiatan pemanenan dilakukan secara efektif. VOPS muncul karena berondolan tidak terkutip dan terdapat buah tinggal, maka diperlukan komitmen antara supervisi dan tenaga pemanen untuk mencegah permasalahan ini.
Gambar 4. Peralatan semprot (RB 15 dan MHS) Semprot piringan, pasar rintis, dan TPH. Piringan, pasar rintis, dan TPH merupakan sarana yang terpenting dalam kegiatan produksi dan perawatan di SPE karena merupakan akses utama di dalam blok yang sangat mempengaruhi
kegiatan panen, pengumpulan TBS, pemupukan, penunasan, dan pengawasan. Kegiatan perawatan piringan, pasar rintis, dan TPH dapat dilakukan secara manual maupun secara kimia, untuk perawatan secara chemis dilakukan pengendalian menggunakan alat semprot MHS (Micron Herbi Sprayer) dengan prestasi kerja 5 ha/HK. Alat semprot ini digunakan untuk sistem aplikasi cairan dengan volume rendah (ULV). Bahan/herbisida yang digunakan adalah campuran dari Audit 480 AS dengan Starane 200 EC. Bahan aktif Audit 480 AS adalah iso propil amino glifosat berwarna kuning, bersifat sistemik yang berfungsi untuk mengendalikan gulma berjenis rumput. Sedangkan Starane 200 EC adalah herbisida sistemik purna tumbuh berbahan aktif fluroksipir 200 g/L, berbentuk cairan pekat berwarna putih yang dapat diemulsikan dengan air berfungsi untuk mengendalikan gulma berjenis daun lebar. Jenis gulma yang dikendalikan adalah Ageratum conyzoides (babandotan), Ottochloa nodosa, Nephrolepis biserrata, Mikania micrantha, Clidemia hirta, dan Melastoma malabathricum. Kegiatan ini dilakukan dengan rotasi 3 kali per tahun atau 4 bulan sekali. Dongkel anak kayu (DAK) dan babat tanaman pengganggu (BTP). Metode ini merupakan tindakan pengendalian gulma secara manual, umumnya alat yang digunakan dalam kegiatan ini adalah cados (cangkul dodos), dodos yang dibengkokan, digunakan untuk mengangkat anak kayu sampai ke akarnya. Gulma yang tumbuh dominan adalah Clidemia hirta, VOPS, dan Melastoma malabatrichum. Rotasi pekerjaan ini adalah 1-2 kali setahun dengan prestasi kerja 2-4 ha/HK, sedangkan prestasi kerja penulis 1 ha/HK. Pembabatan merupakan kegiatan yang khusus dilakukan di daerah rendahan, yang tergenang disaat musim penghujan. Peralatan yang digunakan berupa parang dan batu asah, pembabatan dilakukan sampai batang anak kayu mepet ke tanah. Prestasi kerja untuk kegiatan ini adalah 1 ha/HK sedangkan prestasi kerja penulis 0.5 ha/HK
Pengendalian Hama dan Penyakit Sensus. Baik sensus pokok, buah, maupun hama dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui data yang
lengkap tentang keadaan sebenarnya di
lapangan/blok sehingga dengan adanya kelengkapan data dapat mempermudah pengambilan keputusan untuk penanganan jika timbul masalah. Dalam mengatasi permasalahan hama dan penyakit, perkebunan SPE melakukan kegiatan sensus hama sebelum memutuskan untuk melakukan pengendalian hama secara kimia. Penanaman beneficial plant. Beneficial plant memiliki peranan yang sangat besar dalam rangka pengendalian hama terpadu (PHT) mengingat pengembangan jenis tanaman ini merupakan cara yang paling mudah dan murah dibanding tindakan-tindakan lainnya seperti introduksi dan perbanyakan musuh alami dan lain-lain. Beneficial plant adalah jenis-jenis tanaman penghasil nectar yang dikembangkan sebagai sumber makanan (food source) bagi serangga parasitoid yang merupakan musuh alami bagi serangga hama kelapa sawit. Pengembangan jenis tanaman ini dimaksudkan untuk memperbaiki keseimbangan alami antara jenis serangga hama dengan musuh alaminya yaitu jenis serangga parasitoid maupun predator (meningkatkan keragaman hayati). Oleh karena itu tanaman itu harus memiliki karakteristik mampu menghasilkan nectar, terbukti memiliki daya tarik (attractiveness) terhadap serangga parasitoid maupun predator, mudah diperbanyak, serta mudah perawatannya. Penanaman beneficial plant harus dilakukan dengan mendahulukan areal yang dianggap paling rawan serangan ulat api maupun ulat kantong. Jenis-jenis beneficial plant dikembangkan di SPE adalah Cassia cobanensis, Antigonon leptopus, dan Turnera subulata.
Gambar 5. Pertanaman Antigonon leptopus dan Turnera subulata
Penanaman beneficial plant di SPE terbukti efektif dalam menekan populasi hama ulat di perkebunan Sungai Pinang. Hal tersebut terlihat dari menurunnya intensitas serangan hama yang memberi kontribusi penghematan biaya pengendalian hama secara kimia.
Pemupukan Kegiatan pemupukan merupakan kegiatan yang menjadi perhatian di SPE, karena biaya (budget) untuk kegiatan pemupukan mencapai 60-70% dari total biaya pemeliharaan. Prinsip utama kegiatan pemupukan di SPE adalah tepat jenis tepat dosis, tepat cara, tepat waktu. Pengambilan LSU (Leaf Sampling Unit). Kegiatan pengambilan sampel daun dilakukan untuk mengetahui status hara tanaman melalui jaringan daun sehingga didapat rekomendasi pemupukan pada tiap blok yang dilakukan ole departemen riset Minamas. Identifikasi gejala defisiensi hara secara visual dilakukan bersamaan dengan pengambilan sampel daun. Peralatan dan bahan yang digunakan dalam kegiatan pengambilan sampel daun ini adalah dodos/egrek, gunting, pisau, kantung sampel yang telah diberi label, serta ballpoint. Setiap tim terdiri dari 3 karyawan (2 perempuan bertugas untuk mengambil sampel daun dan memberi tanda pada pokok sensus dan satu orang pria untuk memotong pelepah menggunakan dodos atau egrek). Banyak sampel daun yang diambil berbeda-beda sesuai dengan luasan blok, sampel daun diambil dari pelepah ke-17. Penguntilan. Kegiatan penguntilan pupuk dilakukan untuk menjamin ketepatan dosis pemupukan di lapangan. Sistem untilan merupakan metode aplikasi pupuk dengan membuat untilan (repacking) pupuk dari goni 50 kg (untuk urea dan MOP) dan HGFB berukuran (25 kg) menjadi goni yang diisi sesuai dengan kebutuhan dan kemudahan operasional pemupukan di lapangan (biasanya 12-16 kg per untilan) (Pahan, 2007). Pengutilan dilakukan dengan menggunakan takaran yang terbuat dari eks wadah herbisida, hasil untilan disusun (ditumpuk) rapi antara 10-15 until per tumpuk untuk memudahkan penghitungan. Pupuk yang telah diuntil harus segera ditabur esok harinya agar tidak terjadi proses penggumpalan. Prestasi kerja untuk kegiatan penguntilan adalah 1.5 ton/HK, sedangkan prestasi kerja penulis 0.9 ton/HK.
Pelaksanaan pemupukan. Pengeceran pupuk adalah kegiatan mengambil pupuk yang telah diuntil di gudang pupuk untuk dibawa ke lapangan. Kendaraan pengangkutan pupuk dari gudang ke lapangan adalah wheel tracktor atau dump truck disesuaikan dengan kondisi jalan. Kapasitas unit pengangkut tersebut berkisar 5 ton untuk urea dan 6-7 ton untuk MOP. Aplikasi pemupukan di SPE untuk TBM dilakukan di piringan, sedangkan untuk TM dilakukan di gawangan mati. Khusus untuk blok yang diaplikasikan janjangan kosong, pemupukan dilakukan di atas permukaan JJK. Prestasi kerja kegiatan pemupukan adalah 500kg/HK, sedangkan prestasi kerja penulis 180 kg/HK.
Perawatan Jalan. Kondisi jaringan jalan di perkebunan harus dibuat dengan sasaran dapat dilalui dalam segala kondisi cuaca. Dengan perencanaan dan pengendalian mutu yang baik diharapkan konstruksi jalan akan kuat, awet, dan perawatan jalan yang murah sehingga dapat memudahkan dalam transportasi pupuk, panen, dan aktifitas kebun lainnya. Mengacu pada fungsi jalan tersebut maka perawatan jalan secara rutin dengan teknis yang tepat perlu dilakukan, karena dapat mengurangi biaya transport dan pemeliharaan jalan itu sendiri. Faktor yang menyebabkan kerusakan jalan: air, bahan organik tanah, kurangnya sinar matahari, sifat tanah (tekstur dan struktur), beban (tonase) kendaraan, kurangnya perawatan. Beberapa kegiatan perawatan jalan secara manual
yang
umum
dilaksanakan
di
SPE
adalah
memotong
cabang
pelepah/cabang pokok sawit yang menghalangi sinar matahari dan menggangu lalu lintas kendaraan (tunas pasar) dengan rotasi 1 x 2 bulan (prestasi 100 m/HK), reparasi dan konsolidasi jalan pada musim hujan dengan pembuatan tali air untuk membuang genangan air, dan dan penyusunan batu padas berdiameter > 10 cm untuk menimbun lubang pada badan jalan. Perawatan jalan secara mekanis dapat memanfaatkan alat berat Road Grader untuk meratakan/membentuk permukaan jalan dan Road Compactor untuk memadatkan jalan.
Pemanenan Potong buah. Persiapan panen merupakan pekerjaan yang mutlak dilakukan untuk menjamin tercapainya target produksi dengan biaya panen seminimal mungkin. Hal-hal yng perlu dilakukan dalam mempersiapkan pelaksanaan pekerjaan potong buah adalah: persiapan kondisi areal, penyediaan tenaga potong buah, pembagian seksi potong buah, dan penyediaan alat-alat kerja. Pembersihan piringan dapat dilakukan secara manual maupun chemis, kegiatan ini dilakukan untuk memudahkan pengutipan berondolan. Selain itu kondisi piringan W0 (tanpa gulma) dapat memudahkan pengawasan terhadap prestasi kerja tenaga panen dan pengutip berondolan. Sarana lain yang perlu dipersiapkan untuk mendukung kegiatan potong buah adalah pembuatan pasar rintis dan rintis tengah, pemasangan titian panen pada parit, dan pembuatan TPH dengan ukuran 6 m x 4 m di tiap 2-3 pasar rintis. Alat-alat kerja potong buah yang perlu disiapkan berbeda berdasarkan tinggi tanaman. Penggolongan alat kerja tersebut dibagi menjadi tiga bagian, yaitu alat untuk memotong TBS (dodos dan egrek), alat untuk bongkar muat TBS (gancu dan tojok/tombak), alat untuk membawa TBS ke TPH (angkong/kereta sorong dan goni eks pupuk). Rotasi panen adalah lamanya waktu yang diperlukan antara panen terakhir sampai panen berikutnya dalam areal panen/hanca yang sama. Sistem rotasi panen di SPE adalah rotasi 6/7 yaitu terdapat 6 seksi panen dengan interval waktu panen dalam satu seksi 7 hari, namun dalam pelaksanaan di lapangan sering terkendala kondisi blok yang sulit (khusunya daerah rendahan) dan ketersediaan tenaga potong buah. Jumlah seksi potong buah disusun menjadi 6 seksi (A, B, C, D, E, dan F). Kualitas buah di SPE didasarkan mempertimbangkan beberapa criteria, yaitu: potongan gagang yang dipotong mepet maksimal 5 cm dari permukaan buah sampai sisi potongan yang miring, kesegaran buah dan berondolan yang dikirim ke PKS minimal 24 jam setelah dipanen, kematangan buah dengan ripeness > 95%. Administrasi potong buah. Sistem basis yang digunakan di SPE adalah basis borong, yaitu jumlah janjang yang harus dipanen sebagai dasar untuk menghitung kelebihan janjang sebagai premi lebih borong. Basis borong
ditetapkan berdasarkan tahun tanam dan waktu/jam dinas (7 jam/hari kerja biasa dan 5 jam/hari untuk hari Jumat). Premi basis borong adalah premi yang diterima pemanen saat jumlah janjang panen sama dengan jumlah basis borong, sedangkan premi lebih borong adalah premi yang diterima pemanen jika jumlah janjang telah melebihi basis (tiap janjang dikalikan rupiah yang telah ditetapkan). Prestasi kerja untuk kegiatan pemanenan ditentukan berdasarkan basis janjang yang berbedabeda tiap tahun tanam (tahun tanam 1991: 82 janjang, tahun tanam 1993: 85 janjang, tahun tanam 1998: 90 janjang, tahun tanam 2000: 165 janjang). Pemberian sanksi di SPE III diberikan kepada tenaga potong buah berdasarkan data pemeriksaan mandor panen dan krani buah yang telah diperiksa oleh asisten. Setiap pemanen mendapat denda Rp. 5000/janjang jika terdapat tandan buah yang mentah dan tinggal (di pokok maupun di TPH). Sanksi dan denda telah ditentukan terlebih dahulu oleh perusahaan, tetapi kendala dalam penerapan di lapangan adalah tenaga supervisi yang kurang tegas terhadap pelanggaran-pelanggaran panen.
Pengolahan CPO Pengolahan hasil TBS dan pemasaran CPO di PT Bina Sains Cemerlang menjadi tanggung jawab sebuah unit pabrik pengolahan kelapa sawit yang di sebut Sungai Pinang Factory berkapasitas produksi sebesar 30 ton/jam. Hasil pengolahannya berupa Crude Palm Oil (CPO) dan Kernel Palm Oil (KPO). Pada umumnya pabrik pengolahan kelapa sawit memiliki dua stasiun yaitu stasiun utama [stasiun penerimaan buah, rebusan, pemipilan (stripper), pencacahan (digester), pemurnian (clarifier), dan stasiun pemisahan biji dan kernel] dan stasiun pendukung (stasiun pembangkit tenaga, laboratorium, pengolahan air, penimbunan produk dan bengkel). Stasiun penerimaan buah. Tandan buah segar (TBS) yang telah dipanen di kebun diangkut ke lokasi pabrik menggunakan unit pengangkut (dump truck, truck, atau tracktor). Sebelum masuk ke loading ramp, TBS harus ditimbang di jembatan penimbangan (wheighing bridge). Setelah berada di loding ramp berkapasitas 350 ton., TBS diangkut ke dalam Stasiun Rebusan menggunakan lori (kapasitas lori kecil 2,7 ton dan kapasitas lori besar 4,5 ton TBS).
Stasiun perebusan (sterilizer). TBS dipindahkan dari loading ramp dengan menggunakan lori yang terbuat dari plat baja berlubang-lubang ke dalam bejana rebusan (sterilizer) yang berkapasitas 10 lori dalam satu bejana rebusan. Dalam proses perebusan, TBS dipanaskan dengan uap pada temperatur 140ºC dan tekanan 2-2,8 kg/cm2 selama 80-90 menit. Tujuan perebusan adalah mematikan enzim yang dapat memacu kenaikan asam lemak bebas (ALB), memudahkan pemipilan, dan penyempurnaan dalam pengolahan dengan mengurangi kadar air. Hasil sampingan (by product) dari proses ini adalah air kondensat yang mengandung 0.5 % minyak ikutan, yang kemudian dimasukkan ke dalam Fat Pit (Effluent Treatment). Stasiun rebusan dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Stasiun rebusan (sterilizer) Stasiun bantingan (thresher). Buah yang telah direbus dimasukkan ke dalam thresher dengan menggunakan hoisting crane. Pada tahapan ini, berondolan yang masih melekat di tandannya akan dipisahkan dengan menggunakan prinsip bantingan. Alat yang digunakan adalah rotary drum thresher (drum berputar) dengan kecepatan putaran 12 rpm. Brondolan yang keluar dari bagian bawah thresher ditampung oleh screw conveyor untuk dikirim ke digester sedangkan janjang kosong yang keluar dari belakang tresher ditampung oleh empty bunch conveyor. By Product dari proses ini adalah janjangan kosong, yang dikirim ke hopper. Janjangan kosong dari proses ini dikembalikan lagi ke kebun (land application). JJK yang berada di hopper dimuat ke kendaraan pengangkut menggunakan alat berat. Stasiun bantingan dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Stasiun bantingan (thresher) Stasiun pencacahan (digester) dan pengempaan (presser). Berondolan yang dibawa oleh screw conveyor dimasukkan ke dalam digester, untuk memisahkan biji dengan serabut. Dalam proses pencacahan ini digunakan uap air yang temperaturnya selalu dijaga antara 800-900C. Setelah mengalami pencacahan massa buah dimasukkan ke dalam alat pengempaan (presser) agar minyak keluar dari biji dan fibre. Pada proses pengempaan akan diperoleh minyak kasar, ampas, dan biji. By product yang dihasilkan dari proses ini adalah serat/fiber yang akan dimanfaatkan sebagai sumber energy pada boiler. Sebelum minyak kasar ditampung ke dalam Crude Oil Tank, dilakukan pemisahan kandungan pasir yang dilakukan di dalam vibrating screen, sedangkan ampas dan biji yang masih mengandung minyak di kirim ke Depericarper (pemisahan ampas dan biji). Dalam proses penyaringan kasar, minyak kasar dipompakan ke dalam Decanter untuk memisahkan solid dan liquid. Pada fase cair yang berupa minyak dan air ditampung pada Continuous Settling Tank lalu dikirim ke oil tank, sedangkan pada fase padatan (sludge) yang terdiri dari air dan padatan terlarut ditampung ke dalam Sludge Tank lalu dikirim ke Sludge Separator untuk memisahkan minyaknya. Stasiun pemurnian (clarifier). Minyak dari Crude Oil Tank (COT) yang bertemperatur 95-100 oC dialirkan ke Stasiun Pemurnian untuk pemurnian minyak dari memisahkan kotoran/solid yang mengandung kadar air. Minyak Kelapa Sawit yang sudah dipisahkan dari kotoran dengan prinsip pengendapan akan masuk ke bagian hot whell tank untuk dikirim ke vacuum dryer dengan tujuan mengurangi kadar air sebelum ditransfer ke storage tank. Endapan kotoran akan masuk ke sludge pit.
Sistem decanter. Pengolahan sludge umumnya menggunakan alat yang disebut decanter yang menghasilkan 3 fase yaitu: light phase, heavy phase, dan solid. Light phase merupakan fase cairan dengan kandungan minyak yang cukup tinggi akan dikembalikan ke bagian COT untuk diolah kembali. Heavy phase merupakan fase cairan dengan sedikit kandungan minyak sehingga fase ini diteruskan ke bagian fat pit untuk dialirkan ke kolam limbah. Solid merupakan by product yang dihasilkan dari sistem ini, dapat dimanfaatkan untuk land application.
Gambar 8. Sistem decanter Stasiun pemisahan inti dan kernel. Pemisahan biji dan serabut dengan menggunakan prinsip tarikan atau hisapan udara pada sebuah kolom pemisah. Sedangkan pemisahan inti kelapa sawit dilakukan dengan pengeringan biji, pemisahan biji, pemecahan biji dan pemisahan kernel dan cangkang. Biji yang sudah kering akan dibawa dengan elevator ke nut grading untuk dipisahkan sesuai dengan fraksi ukuran. Tujuan dari pemisahan biji ini adalah untuk mendapatkan efisiensi pemecahan biji secara optimal. Alat pemecah biji umumnya terdiri dari nut cracker rotor vertikal dan horizontal. Hasil dari pemecahan dari nut cracker berupa campuan kernel, cangkang dan kotoran halus selanjutnya dibawa dengan conveyor ke bagian pemisahan. Pemisahan kering dilakukan dalam kolom vertikal Light Tenera Dust Separator (LTDS 1 dan LTDS2). Pengeringan dilakukan dengan suhu 60-70 oC selama 14-15 jam. Kernel yang sudah kering akan disimpan dalan tank sebelum dipasarkan. By product yang dihasilkan proses ini adalah cangkang digunakan sebagai sumber energi boiler.
Pengelolaan Limbah Limbah padat (JJK dan solid basah). Janjangan kosong kelapa sawit (JJK) merupakan produk sampingan (by product) hasil pengolahan minyak kelapa sawit yang berasal dari sistem pembantingan (thresher). Setiap ton TBS diolah dihasilkan JJK antar 190 – 240 kg atau 19 – 24 % dari TBS diolah. JJK yang dihasilkan dikumpulkan di tempat penampungan sementara melalui hopper dan akan diaplikasikan ke areal pertanaman. Penampungan sementara JJK di PKS terdapat pada Gambar 9.
Gambar 9. Penampungan JJK sementara melalui hopper Aplikasi JJK dilakukan dengan rotasi 1 kali per tahun, JJK diaplikasi secara manual, untuk TBM di piringan sedangkan TM di gawangan mati masingmasing satu lapis. Dosis aplikasi janjangan kosong di SPE disajikan pada Tabel 7. Tabel 7 Dosis pemupukan di SPE
TBM I
JJK 200
kg/pohon/tahun Urea RP 0.25 + 0.50 0.30 + 0.20
TBM II
225
0.50 + 0.50
0.75
TBM III
250
0.75 + 0.75
1
TM
250
0.75 + 0.75
1
Umur
Aplikasi JJK Tempat Piringan
Periode segera setelah tanam 1 thn setelah aplikasi Piringan pertama piringan/gawangan 1 thn setelah aplikasi mati kedua gawangan mati setiap tahun
Sumber: Kantor Besar SPE (2009) JJK diangkut dari PKS ke blok aplikasi dengan dump truck, lalu ditumpuk di barisan gawangan mati, setiap tumpukan jumlahnya 4 ton. Setiap tumpukan JJK diecer ke setiap gawangan mati dengan menggunakan kereta sorong (angkong), setiap titik aplikasi terdapat 1 ton JJK di setiap 4 pokok kelapa sawit. Tata letak penyusunan JJK di areal pertanaman dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10. Penyusunan JJK di gawangan mati JJK dari penampungan sementara dimuat ke kendaraan pengangkut menggunakan loader kontraktor yang disewa oleh perusahaan (rental). Kendaraan pengangkut yang dibutuhkan adalah dump truck atau traktor dengan kapasitas angkut 4 ton. Jumlah unit pengangkut harus diteliti secara seksama agar semua JJK produksi hari ini dapat di aplikasi ke lapangan. Jumlah unit aplikasi JJK dapat juga menggunakan kontraktor, jika unit yang ada digunakan untuk transport TBS ke PKS. Solid basah adalah by product yang dihasilkan dari pengolahan TBS di PKS yang menggunakan sistem decanter. Sistem decanter ini berfungsi untuk memisahkan sludge dengan minyak. Solid basah dimanfaatkan sebagai pupuk organik, produksi solid basah adalah 4 % dari TBS yang diolah. Solid basah merupakan bahan organic yang mengandung sejumlah hara terutama Nitrogen. Kandungan hara dapat bervariasi, namun secara rata-rata 1 ton WDS mengandung 17 kg Urea, 3 kg TSP, 8 kg MOP, dan 5 kg Kieserite. Aplikasi solid basah diberikan sekaligus pada gawangan mati sebagai lapisan tipis di atas JJK. Dosis aplikasi solid basah adalah sebanyak 200 kg/pokok/tahun. Pengangkutan solid basah ke blok aplikasi dilakukan dengan cara dimuat langsung ke unit pengangkut (truck/dump truck) atau dapat pula di angkut bersamaan dengan JJK. Kebutuhan tenaga kerja untuk aplikasi JJK ke areal kelapa sawit sekitar 5 HK/ha/rotasi dengan kisaran upah/HK Rp. 73 760,00 maka biaya penyediaan tenaga kerja adalah Rp. 368 800,00/ha/rotasi. JJK dimuat oleh alat berat dan akan ditransportasikan ke kebun menggunakan kendaraan sewaan/rental, Biaya transportasi JJK dari hopper JJK ke areal tanaman disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8. Biaya transportasi aplikasi JJK di SPE Divisi I
II
III
Harga (Rp/kg)
Harga Muat Alat Berat (Rp/kg)
D20, D21
28.72
15.22
F25, F24
34.22
15.22
E10, E9
31.22
15.22
D5, D6
34.22
15.22
B1, B2
34.22
15.22
B3, B4
34.22
15.22
Blok
Sumber: Kantor Besar SPE (2009)
Limbah cair (effluent). Limbah cair/effluent merupakan produk sampingan dari proses pengolahan CPO yang berasal dari proses rebusan (strerilizer) dan proses pemurnian minyak (clarifier) yang seluruhnya di tampung sementara di fat pit (kolam effluent treatment) dan akan melalui beberapa perlakuan sebelum diaplikasikan ke areal pertanaman. Perlakuan
tersebut
dilakukan
dengan
tujuan
untuk
mengurangi/menurunkan kandungan BOD (Biologycal Oxygen Demand) dengan menggunakan metode kolam pendingin dengan memanfaatkan bakteri pengurai yang bekerja secara anaerob maupun aerob. Kandungan BOD menggambarkan oksigen yang diperlukan bakteri untuk merombak bahan organik pada limbah cair. Limbah cair yang diaplikasikan ke areal pertanaman harus dikontrol secara teliti dan berkesinambungan, karena kesalahan dalam aplikasi berdampak langsung
terhadap lingkungan sekitar. Land application limbah cair di SPE
menerapkan sistem flat bed, sistem ini cocok digunakan di areal yang bergelombang dengan membuat konstruksi di areal gawangan mati, ukuran rorak 3 m x 2 m x 0.5 m. Dosis aplikasi 750 ton effluent/ha/tahun, diaplikasikan sebanyak 3 rotasi (250 ton/ha/rotasi). Kapasitas flat bed 1.5 ton POME, flat bed yang dibutuhkan untuk 1 ha adalah 170 rorak dengan dosis 250 ton POME/ha. Limbah cair dialirkan dari kolam limbah dengan menggunakan pipa PVC, di SPE terdapat lima blok yang mendapat aplikasi effluent. Pelaksanaan aplikasi dan supervisi limbah cair merupakan kerja sama antara pihak kebun dan pabrik. Pihak kebun menginformasikan keadaan rorak di
blok sebagai bahan pertimbangan pembukaan keran aliran limbah ke blok aplikasi. Selain itu pihak kebun juga melakukan perawatan rorak secara berkala dengan melakukan pembersihan rorak satu tahun sekali. Petugas PKS melakukan pengukuran parameter limbah, seperti BOD, COD, pH, dll. secara rutin di kolam pendingin dan juga memantau kondisi sumur pantau yang berfungsi untuk memantau kemungkinan terjadinya pencemaran air tanah. Sumur pantau di buat di sekitar blok aplikasi dan perumahan karyawan yang terdekat dengan lokasi land application. Sumur pantau di blok aplikasi disajikan pada Gambar 11.
Gambar 11. Sumur pantau di blok aplikasi limbah cair
Aspek Manajerial Pendamping Mandor I Karyawan supervisi tingkat non-staff terdiri dari mandor I, mandor, kerani buah, dan kerani divisi. Mandor I merupakan jabatan yang membawahi semua kemandoran, yang bertugas untuk menyusun segala kegiatan menyangkut aspek teknis di tingkat divisi. Pada lingkaran pagi mandor I memaparkan segala rencana kegiatan harian yang telah disusun pada hari sebelumnya kepada tiap mandor. Rencana kerja harian tersebut telah dikonsultasikan kepada asisten dan akan dikirim ke kantor besar SPE. Mandor I bertanggung jawab atas kelancaran seluruh sistem kerja di tingkat divisi, meliputi kegiatan perawatan dan produksi. Dalam satu hari, pekerjaan mandor I dikatakan selesai jika semua TBS yang dipanen telah dikirim ke PKS.
Kerani Divisi Kerani divisi merupakan karyawan non staff setingkat dengan mandor I, yang bertugas mengatur administrasi di tingkat divisi. Pengaturan administrasi mencakup pherol gaji karyawan, absensi karyawan dan mandor, pemakaian bahan (pupuk, pestisida, herbisida, dll), dan pencatatan laporan produksi harian yang seluruhnya akan dikirim ke kantor besar kebun. Selama menjadi pendamping kerani divisi, penulis melakukan pencatatan laporan produksi harian. Laporan produksi harian mencakup jumlah janjang panen, tonase kebun, tonase PKS, jumlah HK, jumlah bahan (pupuk, herbisida, dan pestisida) yang digunakan, dan laporan curah hujan. Laporan produksi harian harus segera dilaporkan ke kantor besar pada pagi harinya melalui radio. Pendamping Mandor Mandor adalah karyawan yang bertugas membantu kelancaran kegiatan kebun secara teknis maupun administratif. Roll pagi dilakukan secara rutin setiap pagi, pada kesempatan ini asisten dibantu oleh Mandor I memberikan pengarahan kepada seluruh mandor mengenai aspek pekerjaan yang akan dilaksanakan oleh tiap mandor. Setelah itu setiap mandor memberikan pengarahan pada karyawan dan mengawasi segala jenis pekerjaan sesuai dengan standar yang telah disampaikan asisten dan mandor I pada saat roll pagi. Pekerjaam dimulai pukul 06.30 WIB dengan waktu jeda karyawan yang dikenal dengan istilah wolon pada pukul 09.30-10.00 WIB dan diakhiri pada pukul 14.00 pada hari biasa, 12.00 pada hari Jumat. Setiap mandor wajib mengisi BKM (buku kegiatan mandor) setiap harinya yang berisi kegiatan, jumlah HK, jumlah bahan yang digunakan, dan daftar karyawan yang tidak bekerja. Pendamping Asisten Tugas dan tanggung jawab asisten divisi adalah mengelola kegiatan divisi menyangkut persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, panen, dan pengangkutan hasil panen. Asisten divisi juga bertugas mengelola administrasi di tingkat divisi, pengendalian biaya/budget divisi, serta melakukan pembinaan terhadap seluruh sumber daya manusia (supervisi, karyawan, dan lingkungan divisi). Asisten bertanggung jawab penuh terhadap kebun selama 24 jam, meliputi semua pekerjaan yang menyangkut divisi maupun dalam lingkungan kemasyarakatan.
Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, seorang asisten dibantu oleh beberapa supervisi, seperti: mandor I, kerani divisi, mandor, dan kerani buah. Mandor I membantu asisten menyangkut keperluan teknis divisi, kerani divisi membantu asisten dalam administrasi divisi, sedangkan mandor membantu asisten untuk mengatur dan memonitor pekerjaan karyawan. Asisten bersama Senior Asisten, Kasie, dan Manager merancang budget kebun baik di sektor perawatan maupun produksi setiap semesternya. Budget tersebut akan menjadi acuan dalam penggunaan bahan, pemakaian HK, dan target produksi TBS selama 6 bulan. Budget produksi setiap divisi berbeda tergantung kondisi pertanaman divisi tersebut, untuk pencapaian budget produksi dan peningkatan kualitas produk setiap asisten dan manager Sungai Pinang Estate, Bukit Pinang Estate, dan Sungai Pinang Factory mengadakan rapat/konsolidasi secara rutin setiap seminggu sekali yang dikenal dengan istilah SOU (Standard Operation Unit) Sungai Pinang.
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengolahan minyak kelapa sawit menghasilkan hasil sampingan berupa janjangan kosong, solid basah, cangkang, serabut, dan effluent/limbah cair yang dikenal dengan istilah POME (Palm Oil Mill Effluent). By product dari kegiatan pengolahan PKS masing-masing memiliki potensi untuk dimanfaatkan sehingga mempunyai nilai ekonomi yang tidak sedikit. Potensi dan pemanfaatan limbah pengolahan PKS disajikan pada Tabel 9. Tabel 9. Jenis, potensi, dan pemanfaatan limbah pabrik kelapa sawit Jenis Janjang kosong Wet Decanter Solid Cangkang Serabut (fiber) Limbah cair Air kondensat
Potensi/ton TBS (%) 23.0 4.0 6.5 13.0 50.0
Pemanfaatan Pupuk kompos, pulp, papan partikel, energy Pupuk, kompos, pakan ternak Arang, karbon aktif, papan partikel Energi, pulp, papan partikel Pupuk, air irigasi Air umpan boiler
Sumber: PT. SIP (2000)
Pemanfaatan hasil sampingan dilakukan berdasarkan kesadaran akan kelestarian
lingkungan
sekitar.
Cangkang,
serabut,
dan
air
kondensat
dimanfaatkan sebagai bahan bakar pada boiler untuk mengolah TBS menjadi minyak kelapa sawit, sedangkan cara pemanfaatan untuk JJK, solid basah, dan effluent adalah dengan mengembalikannya lagi ke pertanaman dengan metode dan dosis aplikasi yang tepat. Pemanfaatan limbah dengan mengkombinasikan JJK, WDS, dan POME mampu mensubstitusi kebutuhan pupuk. Berikut ini perhitungan potensi besaran hara (N) yang dapat disediakan melalui pemanfaatan ketiga limbah tersebut. JJK
dosis 250 kg JJK/pokok (35 ton/ha) setara dengan 280 kg Urea
WDS
dosis 200 kg WDS/pokok (28 ton/ha) setara dengan 476 kg Urea
POME
dosis 1512 m3 POME/ha, N: 114.813 mg/L; setara dengan 173 kg Urea
*Asumsi: 1 ha: 140 pokok 1 ton JJK: 8 kg Urea (Pahan, 2008) 1 ton WDS: 10.3 kg Urea (Pahan, 2008) 30-70 mg N/Liter POME (Darnoko et al., 2005) 50 mg N/Liter POME (Bapedal, 1995)
Total N yang tersedia melalui kombinasi aplikasi limbah setara dengan pupuk urea (45% N) adalah sebesar 741 kg urea/ha/tahun. Bila dibandingkan dengan kebutuhan N melalui aplikasi pemupukan anorganik urea sebesar 420 kg/ha/tahun (dosis 3 kg urea/pokok/tahun), kebutuhan pupuk anorganik dapat terpenuhi oleh pemanfaatan limbah kelapa sawit bahkan berlebih. Tetapi aplikasi pemupukan anorganik tetap perlu dilakukan karena ketersediaan limbah belum dapat memenuhi kebutuhan pemupukan perkebunan kelapa sawit dalam luasan yang sangat besar. Berikut ini perhitungan output bahan organik yang dihasilkan oleh PKS per tahunnya, besaran unsur hara N (setara urea), dan kisaran luas areal yang dapat terpenuhi melalui pemupukan memanfaatkan limbah organik, dengan total TBS olah di PKS sebesar 111 822 ton/tahun: - JJK
: Perkiraan produksi (23% total TBS olah): 25 719.06 ton JJK/tahun Unsur hara N (setara urea): 205.75 ton urea/tahun Luas areal yang dapat diaplikasi: 734.38 ha/tahun
- Solid basah
: Perkiraan produksi (4% total TBS olah): 4 772 ton WDS/tahun Unsur hara N (setara urea): 49.15 ton urea/tahun Luas areal yang dapat diaplikasi: 159.75 ha/tahun
- POME
: Perkiraan produksi (50% total TBS olah): 55 911 ton POME/tahun Unsur hara N (setara urea): 87.21 ton urea/tahun Luas areal yang dapat diaplikasi: 74.55 ha/tahun
keterangan: *35 ton JJK/ha/thn *28 ton WDS/ha/thn
*1 ton JJK setara 8 kg urea (Pahan, 2008) *1 ton WDS setara 10.3 kg urea (Pahan, 2008)
*750 ton POME/ha/thn *1ton POME setara 1.56 kg urea (Lubis et al, 1989)
Perkiraan produksi limbah organik yang dihasilkan oleh PKS tiap tahunnya adalah sebesar 86 402.06 ton/tahun. Total keseluruhan areal pertanaman kelapa sawit yang bisa dipenuhi oleh aplikasi pemupukan limbah organik berdasarkan rekomendasi pupuk organik/ha/tahun yang ditetapkan oleh PT. BSC adalah sebesar 968.68 ha/tahun. Besar luasan tersebut hanya ± 1/6 dari luasan total kebun (6 000 ha). Kebutuhan pemupukan urea (luasan 6 000 ha) yang dapat disubstitusi oleh aplikasi pupuk organik PKS mengacu pada perkiraan unsur hara N setara
urea pada limbah organik PKS hanya sekitar 342.11 ton/tahun sehingga dapat menutupi kebutuhan pemupukan urea (420 kg/ha/tahun) seluas 814.55 ha, hanya sekitar 1/7 luasan kebun keseluruhan. Jadi pemupukan anorganik masih sangat dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan hara secara keseluruhan. Berikut ini material balance pada pabrik pengolahan kelapa sawit dapat dilihat pada Gambar 12.
Gambar 12. Kesetimbangan bahan pabrik kelapa sawit Sumber: Sungai Pinang Factory (2009) Pemanfaatan Limbah Padat Limbah padat (janjangan kosong dan solid basah) merupakan limbah padat yang jumlahnya cukup besar. JJK berasal dari proses pembantingan/thresher yang memiliki persentase sekitar 23%/ton TBS. Departemen Riset Sime Darby merekomendasikan dosis pemupukan JJK untuk TM adalah 250 kg/pokok yang diaplikasikan pada gawangan mati, satu titik aplikasi JJK diperuntukkan 4 pokok kelapa sawit. Jadi setiap titik diaplikasikan JJK sebanyak 1 ton. Masalah yang sering timbul dari model aplikasi manual adalah seringnya restan JJK di PKS maupun di lapangan dalam jumlah banyak. Pemanfaatan JJK dilapangan ditujukan sebagai pupuk dan mulsa. Pada kegiatan magang ini, dilakukan pengamatan meliputi efektifitas pemanfaatan JJK tersebut.
Tabel 10. Pengamatan bobot dan volume akar kelapa sawit pada areal aplikasi JJK Ulangan
I
II
III
Primer Sekunder Tersier Total
BB 19.4 17.5 11.2 48.1
Bobot akar (g) %BB BK 40.33 3.7 36.38 3.3 23.29 2.0 100 9.0
%BK 41.11 36.67 22.22 100
Volume akar (mL) Vol % Vol 27.50 41.35 27.25 40.98 11.75 17.67 66.50 100
Primer Sekunder Tersier Total
20.2 16.8 12.2 49.2
41.05 34.15 24.80 100
3.9 3.1 2.2 9.2
42.39 33.70 23.91 100
28.75 26.00 13.00 67.75
42.43 38.38 19.19 100
Primer Sekunder Tersier Total
19.7 16.5 11.4 47.6
41.38 34.67 23.95 100
3.8 3.1 2.1 9.0
42.22 34.44 23.34 100
28.00 25.50 12.00 65.50
42.75 38.93 18.32 100
Akar
Keterangan: ukuran petak sampel 25 cm x 25 cm x 25 cm
Penempatan lapisan JJK akan berperan dalam menyerap dan menahan serta menyimpan air sehingga kelembaban tanah di sekitarnya relatif terjaga. Kelembaban tanah yang dipertahankan terutama di sekitar daerah sistem perakaran akan sangat membantu proses pertumbuhan akar. Tabel 11. Pengamatan bobot dan volume akar kelapa sawit pada areal tanpa aplikasi JJK Ulangan
I
II
III
Primer Sekunder Tersier Total
BB 20.2 17.7 10.4 48.3
Bobot akar (g) %BB BK 41.82 3.9 36.65 3.3 21.53 1.9 100 9.1
Primer Sekunder Tersier Total
20.5 17.8 11.2 49.5
41.41 35.96 22.63 100
4.0 3.3 2.0 9.3
43.01 35.38 21.51 100
28.75 29.00 10.00 67.75
42.44 42.80 14.76 100
Primer Sekunder Tersier Total
19.9 17.2 11.3 48.4
41.11 35.54 23.35 100
3.8 3.2 2.0 9.0
42.22 35.56 22.22 100
28.00 28.25 10.25 66.5
42.11 42.48 15.41 100
Akar
Keterangan: ukuran petak sampel 25 cm x 25 cm x 25 cm
%BK 42.86 36.26 20.88 100
Volume akar (mL) Vol % Vol 28.50 42.70 28.75 43.07 9.50 14.23 66.75 100
Data pengamatan lapang, menunjukkan rata-rata persentase bobot basah akar tersier pada daerah yang mendapat aplikasi JJK sebesar 24.01% dari total akar dalam petak sample lebih besar sedangkan rata-rata persentase bobot basah akar tersier pada daerah yang tidak mendapat aplikasi JJK yaitu sebesar 22.38 % dari total akar dalam petak sampel menunjukkan bahwa pertumbuhan akar tersier di daerah yang mendapat aplikasi JJK lebih besar. Tabel 12. Rata-rata bobot dan volume akar kelapa sawit
Primer Sekunder Tersier
BB 19.8 16.9 11.6
Bobot akar (g) %BB BK 40.99 3.8 34.98 3.2 24.01 2.1
%BK 41.76 35.16 23.08
Volume akar (mL) Vol % Vol 28.00 42.11 26.25 39.47 12.25 18.42
Total
48.3
100
100
66.50
100
Primer Sekunder Tersier
20.2 17.6 10.9
41.48 3.9 36.14 3.3 22.38 1.9
42.86 36.26 20.88
28.40 28.67 9.92
42.39 42.79 14.82
Total
48.7
100
100
66.99
100
Akar
Aplikasi JJK
Tanpa Aplikasi JJK
9.1
9.1
Keterangan: ukuran petak sampel 25cm x 25cm x 25 cm
Menurut Pahan (2008), pertumbuhan dan percabangan akar dapat terangsang bila konsentrasi hara dalam tanah, terutama N dan P cukup besar. Sebagian dari akar absorbsi (83.7 %) tersebut terdiri dari akar tersier (28.9 %) dan akar kuartener (54.8 %), zona absorbsi akar yang terdiri dari akar primer dan sekunder kurang dari 10 %.
Gambar 13. Penampang akar kelapa sawit Sumber: Pahan (2008)
Pertumbuhan sistem perakaran terutama akar sekunder horizontal (RIIH) dan juga akar tersier vertikal (RIIIV) akan meningkatkan sistem dan daya dukung tanaman sehingga kemampuan tanaman dalam menyerap hara yang berada dalam larutan tanah akan meningkat. Dari kondisi ini akan diperoleh manfaat mutualis, yaitu perbaikan kondisi tanah melalui konservasi air dan tanah serta perbaikan terhadap sistem perakaran tanaman yang akan menunjang produktivitas tanaman. Akar primer, sekunder, dan tersier kelapa sawit disajikan pada Gambar 14.
a
b
c
Gambar 14. Akar kelapa sawit (a) akar primer, (b) akar sekunder, (c) akar tersier Tabel 13. Produksi bulanan dan BJR Sungai Pinang Estate divisi III blok B dan C April 2009 Blok B2* B3* C2** C3**
Luas (ha) 30 29 27 27
Pk Produktif 3996 3860 3599 3595
Thn Tanam 1991 1991 1991 1991
Sumber: Kantor Divisi III SPE
JJG Panen 2084 2154 1948 1931
JJG Kirim 2084 2154 1948 1931
Keterangan:
Tonase PKS 45670 50810 43320 43660
BJR
kg/ha
21.91 23.59 22.24 22.61
1691 1882 1444 1506
* blok aplikasi JJK * blok tanpa aplikasi JJK
Data produksi pada bulan April 2009 menunjukkan perbedaan antara blok aplikasi JJK dengan blok tanpa aplikasi JJK, jumlah kg/ha pada blok aplikasi (B2= 1 691 kg/ha, B3= 1 882 kg/ha) lebih besar dibanding blok tanpa aplikasi JJK (C2=1 444 kg/ha, C3= 1 506 kg/ha). Tabel 14. Produksi bulanan dan BJR Sungai Pinang Estate divisi III blok B dan C Juli 2008-April 2009 Blok B2* B3* C2** C3**
Luas (ha) 30 29 27 27
Pk Produktif 3996 3860 3599 3595
Sumber: Kantor Divisi III SPE
Thn Tanam 1991 1991 1991 1991
JJG Panen 16345 17325 15074 16063 Keterangan:
JJG Kirim 16345 17325 15074 16063
Tonase PKS 403040 435020 385240 401980
BJR
kg/ha
24.66 25.11 25.56 25.03
13435 15001 14268 14888
* blok aplikasi JJK * blok tanpa aplikasi JJK
Sedangkan untuk produksi tandan/pokok, hasil pengamatan langsung pada blok yang mendapat aplikasi JJK menunjukkan rata-rata 2.35 tandan/pokok (U1= blok B2) dan 2.65 tandan/pokok (U2= blok B3) sedangkan untuk blok tanpa aplikasi JJK rata-rata 2.53 tandan/pokok (U1= blok C2) dan 1.27 tandan/pokok (U2= blok C3). Data hasil pengamatan jumlah tandan/pokok disajikan pada Tabel lampiran 6, 7, 8, dan 9. Fungsi JJK sebagai mulsa/penutup tanah, penempatan lapisan JJK di permukaan tanah dapat menekan perkembangan gulma dilihat dari penutupan gulma pada daerah yang mendapat aplikasi JJK dengan daerah tanpa aplikasi JJK pada Tabel 14 dan 15. Tabel 15. Pengamatan vegetasi gulma pada areal tanpa aplikasi JJK Ulangan I Spesies
Ulangan II
Bobot
Jumlah
Bobot
Jumlah
BB
BK
Ulangan III Bobot
Jumlah
BB
BK
BB
BK
Amaranthus spinosus
10
30.1
2.65
5
16.2
1.43
7
20.6
1.81
Ageratum conyzoides
0
0
0
5
9.6
1.06
4
7.8
0.86
Brachiaria mutica
10
62.9
2.14
7
43.3
1.47
6
35.7
1.21
Clidemia hirta
2
15.1
3.68
2
6.7
1.63
4
16.5
4.03
Cyclosorus aridus
4
13.5
2.89
0
0
0
2
5.7
1.22
Pasphalum conjugatum
1
3.3
0.85
0
0
0
2
5.8
1.47
Nephrolepis bisserata
2
3.2
0.81
3
3.8
0.96
0
0
0
Ottochloa nodosa
8
72.7
9.96
6
58.2
7.97
7
69.2
9.48
VOPS
0
0
0
2
5.2
1.58
0
0
0
Total
37
200.8
22.98
30
143
16.1
32
161.3
20.08
Keterangan: ukuran kuadran 30 cm x 30 cm
Tabel 16. Pengamatan vegetasi gulma pada areal aplikasi JJK Ulangan I Spesies
Ulangan II
Bobot
Jumlah
Bobot
Jumlah
4BB
BK
Ulangan III Bobot
Jumlah
BB
BK
BB
BK
Ageratum conyzoides
2
6.2
0.68
0
0
0
4
9.4
1.03
Brachiaria mutica
4
24.1
0.82
5
28.6
0.97
3
19.8
0.67
Pasphalum conjugatum
2
4.7
1.18
0
0
0
1
3.8
0.95
Cyclosorus aridus
5
14.1
3.02
3
12.1
2.59
0
0
0
Mikhania micrantha
2
5.4
1.13
3
6.2
1.30
2
5.5
1.16
Nephrolepis bisserata
0
0
0
2
2.8
0.71
3
3.8
0.96
Ottochloa nodosa
3
20.2
2.77
4
29.1
3.99
2
14.4
1.97
18
74.7
9.6
17
78.8
9.56
15
56.7
6.74
Total
Keterangan: ukuran kuadran 30 cm x 30 cm
Gulma yang dominan pada daerah yang mendapat aplikasi JJK adalah Brachiaria mutica, dengan frekuensi rata-rata 4 gulma/ulangan kuadran. Pada daerah yang tidak mendapat aplikasi JJK gulma yang dominan adalah Brachiaria mutica dengan frekuensi rata-rata 7 gulma/ulangan kuadran. Data hasil pengamatan vegetasi gulma menunjukkan penutupan gulma pada daerah apikasi JJK lebih sedikit dengan jumlah gulma rata-rata 16.6, bobot basah 70.06 g, dan bobot kering 8.63 g dibanding dengan jumlah gulma rata-rata 33, bobot basah 50.51g, dan bobot kering 19.27 g. Perbedaan penutupan gulma pada daerah aplikasi JJK dengan daerah tanpa aplikasi JJK disajikan pada Gambar. 15
Gambar 15. Kondisi gulma di daerah aplikasi JJK dan tanpa aplikasi JJK Komponen utama limbah pada kelapa sawit ialah selulosa dan lignin, sehingga limbah ini disebut sebagai limbah lignoselulosa (Darnoko, 1993). Berdasarkan struktur JJK yang terdiri dari berbagai macam serat (selulosa, hemiselulolsa, dan lignin) menunjukkan JJK merupakan kumpulan jutaan serat organik yang memiliki kemampuan dalam menahan air yang ada di sekitarnya. Kondisi
ini
dapat
menciptakan
lingkungan
yang
dapat
menghambat
perkembangan gulma. Pemanfaatan Limbah Cair (POME). POME (Palm Oil Mill Effluent) hasil sampingan (by product) dari pengolahan TBS di PKS berasal dari proses rebusan (sterilizer), pemurnian (clarifier), dan sistem decanter (heavy phase). Seluruh hasil sampingan tersebut ditampung di fat pit yang merupakan tahapan awal dari pengelolaan limbah cair di PKS. Limbah cair yang masih memiliki kandungan minyak diendapakan di fat pit, minyak yang masih tersisa di fat pit dipompakan kembali ke stasiun pemurnian.
Limbah mengalami proses pendinginan awal dengan cara mengalirkan limbah ke menara pendingin kemudian ditampung di kolam limbah, sistem ini dikenal dengan istilah ponding system. Gambar skema ponding sytem dalam pengelolaan limbah untuk land application dapat dilihat pada Gambar 16.
Gambar 16. Skema ponding system POME untuk land application Sumber: Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian (2006) Limbah PKS mengandung bahan organik dan anorganik yang sangat tinggi,
untuk
merombak
memanfaatkan bakteri
bahan
organik
dilakukan
fermentasi
dengan
secara aerobik ataupun anaerobik. Bakteri fermentasi
merombak senyawa organik kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana. Dengan proses biologis dalam suasana anaerobik dan aerobik terjadi biodegradasi bahan organik menjadi senyawa asam dan gas, sedangkan mineral sedikit berkurang dalam proses ini. Selain itu dilakukan pula perombakan asam organik menjadi gas metan oleh bakteri metanogenik. Proses biologis dan aplikasi POME merupakan salah satu sistem yang memberikan keuntungan dalam penanganan limbah. Limbah yang diolah dengan cara ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan pupuk. Air limbah yang langsung keluar dari fat pit tidak sesuai diaplikasikan ke areal kelapa sawit karena menimbulkan masalah terhadap lingkungan. Beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan aplikasi POME adalah: areal aplikasi beradius 1000 m dari PKS
tanah mineral dengan kemiringan searah (teratur) tanah berdrainase baik, kedalaman air tanah < 2 m areal aplikasi harus jauh dari sumber air alami, minimal 2 km dari pemukiman penduduk maksimal 5 km dari PKS. Tabel 17. Komposisi hara limbah cair. BOD
N
P
K
Mg
(mg/L)
(mg/L)
(mg/L)
(mg/L)
(mg/L)
25000
500-900
90-140
1000-1975
250-340
Kolam Anaerob Primer
3500-5000
500-675
90-110
1000-1850
250-320
Kolam Anaerob Sekunder
2000-3500
325-450
62-85
875-1250
160-215
Kolam Aerob Permukaan
100-200
55-80
5-15
420-670
25-55
Kolam Aerob Dasar
150-300
1495
461
2378
1000
75-125
30-70
3-15
330-450
17-40
Lokasi Fat Pit
Kolam Pengendapan Sumber: Darnoko et al (2005)
Pengaplikasian Limbah dengan Metode Focal Feeding Pemanfaatan hasil sampingan dari pengolahan CPO dapat diaplikasikan ke areal pertanaman kelapa sawit sebagai pupuk, berdasarkan riset yang dilakukan oleh Sime Darby Group, terdapat kenaikan produksi pada areal yang mengalami aplikasi limbah baik JJK maupun effluent. Hal tersebut mendorong perusahaan untuk mengembangkan sistem baru dalam meningkatkan efisiensi pemanfaatan limbah kelapa sawit dengan mengkombinasikan limbah kelapa sawit menggunakan metode focal feeding. Metode ini merupakan suatu pendekatan inovatif untuk meminimalkan kehilangan unsur hara dan memaksimalkan penyerapan hara. Teknik ini mengadopsi konsep slow release fertilizer dan mampu memperkecil kelemahan atau kekurangan yang terdapat pada cara konvensional. Dengan menggunakan teknik ini akar diarahkan untuk menyerap unsur hara dari sumber di lokasi yang permanen. Tempat permanen dibuat dengan menggali lubang kecil dengan ukuran yang telah ditentukan dan dilengkapi dengan media serta lingkungan yang memungkinkan untuk akar sawit berkembang. Konsentrasi akar banyak pada tempat dimana terdapat bahan organik. Residu kelapa sawit seperti pelepah, JJK, dan POME adalah sumber bahan organik yang sempurna untuk perkembangan
akar pada tempat focal feeding. Pits/lubang (2.00 m x 1.00 m x 0.75 m) yang dibuat diantara dua pokok sawit, dapat memberi manfaat tambahan untuk menangkap air dan berfungsi sebagai konservasi air hujan. Penyerapan air ke dalam tanah akan lebih baik dan dapat mengurangi dampak musim kering.
Gambar 17. Silt pit Pembuatan
pits
dapat
dilakukan
dengan
memanfaatkan
mini
excavator/TLB (Tracktor Loader Backhoe) atau secara manual, tegak lurus sejajar dengan barisan tanaman guna mengurangi aliran permukaan tanah. Pits tersebut diisi bahan organik (JJK 500 kg/pits, POME 500 L/pits, dan Kompos 75 kg/pits) untuk menciptakan lingkungan yang dapat memacu pertumbuhan akar tersier baru pada tempat focal feeding tersebut. Aplikasi pupuk anorganik dapat dilakukan setelah 12 bulan aplikasi bahan organik, pada saat akar tersier baru telah berkembang. Residu organik yang telah membusuk akan menyerap pupuk yang diaplikasikan dan selanjutnya dilepaskan secara perlahan ke dalam tanah.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Hasil sampingan dari industri pengolahan kelapa sawit berupa janjangan kosong, solid basah, dan POME dapat dimanfaatkan sebagai bahan penambah unsur hara ke pertanaman kelapa sawit. Pemanfaatan hasil sampingan tersebut selain dapat mengurangi pembuangan juga dapat mengurangi biaya pengelolaan tanpa mencemari lingkungan. Aplikasi JJK dapat meningkatkan kandungan bahan organik tanah yang sangat diperlukan bagi perbaikan sifat fisik tanah karena terdiri dari berbagai macam serat (selulosa, hemiselulolsa, dan lignin). Peningkatan bahan organik tanah berimbas pada kemampuan tanah menahan air, hal tersebut berpengaruh terhadap pertumbuhan akar dan penyerapan unsur hara. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa penggunaan hasil sampingan (by product) berupa janjangan kosong dapat meningkatkan proporsi akar tersier kelapa sawit, yang merupakan akar absorbsi. Aplikasi janjangan kosong sebagai sumber hara bagi tanaman kelapa sawit yang menggantikan sebagian peranan pupuk anorganik dapat dikategorikan sebagai fungsi secara kimia. Proses biologis melalui sistem kolam pendingin dan aplikasi POME merupakan salah satu sistem yang memberikan keuntungan dalam penanganan limbah. Limbah yang diolah dengan cara ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan pupuk. Air limbah yang langsung keluar dari fat pit tidak sesuai diaplikasikan ke areal kelapa sawit karena menimbulkan masalah terhadap lingkungan. Saran Pemanfaatan hasil
sampingan dari industri kelapa sawit
masih
memerlukan kontrol/pengawasan yang lebih intensif agar pemanfaatan hasil sampingan dapat lebih optimal. Tindakan perawatan untuk tempat land application limbah cair (flat bed) perlu di intensifkan lagi. Saran penulis untuk PT Bina Sains Cemerlang menyangkut pengelolaan hasil sampingan dari industri ini adalah penerapan teknologi kompos dengan memanfaatkan JJK dan limbah cair sebagai bahan dasar.
DAFTAR PUSTAKA
Darnoko, Z. Poeloengan dan I. Anas 1993. Pembuatan pupuk organik dari tandan kosong kelapa sawit. Buletin Penelitian Kelapa Sawit, 2 , 89-99. Darnoko dan L. Erningpraja. 2005. Pengelolaan Limbah Pabrik Kelapa Sawit: Ramah Lingkungan. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan. 46 hal. Direktorat Jenderal Perkebunan. 2008. Pendataan Kelapa Sawit Tahun 2008 secara Komprehensif dan Objektif. www.ditjenbun.go.id.[30 Desember 2008] Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian. 2006. Pedoman Pengelolaan Limbah Industri Kelapa Sawit. Deptan. Jakarta. 81 hal. Lubis, A. U. 1992. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Indonesia. Pusat Penelitian Perkebunan Marihat, Pematang Siantar. 435 hal. Pahan, I. 2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit: Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta. 412 hal. Pemda Musi Rawas. 2005. Kondisi Eksisting Kabupaten Musi Rawas. www.musi-rawas.go.id/. [30 Desember 2008] Risza, S. 2006. Upaya peningkatan produktivitas Kelapa sawit. Kanisius. Yogyakarta. 186 hal. Tobing, P.L dan Darnoko. 1992. Penetapan kualitas limbah cair pabrik minyak sawit dengan metode pengujian sederhana. Berita Penelitian Perkebunan 2 (3): 145-150.
LAMPIRAN
Tabel Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian di Kebun SPE Divisi III, PT Bina Sains Cemerlang, Minamas, Sime Darby Group, Sumsel. Prestasi Kerja Tanggal 12 Februari 2009 13 Februari 2009 14 Februari 2009 15 Februari 2009 16 Februari 2009 17 Februari 2009 18 Februari 2009 19 Februari 2009 20 Februari 2009 21 Februari 2009
Uraian Kegiatan Pemupukan MOP Penguntilan Pupuk MOP Pemupukan MOP Libur Penguntilan Pupuk MOP Penguntilan Pupuk MOP Penguntilan Pupuk MOP Pemupukan MOP Semprot VOPS (Voluntary Oil Palm Seedlings) Semprot Alang-alang
Penulis Buruh Standar ….………….(satuan/HK)……………. 780kg/HK 500kg/HK 20 sak/HK 25 sak/HK 25 sak/HK 180 kg/HK 500kg/HK 500kg/HK 18 sak/HK 30 sak/HK 30 sak/HK 18 sak/HK 30 sak/HK 30 sak/HK 18 sak/HK 30 sak/HK 30 sak/HK 180 kg/HK 583kg/HK 500kg/HK 1 ha/HK 3 ha/HK 3ha/HK
Lokasi
Keterangan
Blok B1&B2 Gudang pupuk B2 103A Gudang pupuk Gudang pupuk Gudang pupuk B8&B9 I37&J37
Diaplikasikan pada gawangan mati 1 untilan 12 kg 1 untilan 12 kg 1 untilan 12 kg 1 untilan 12 kg Menggunakan Knapsack RB 15 dengan larutan Gramoxone Menggunakan Knapsack RB 15 dengan laruan Audit -
1 ha/HK
3 ha/HK
3ha/HK
L43&L44
1 ha/HK 0.5 ha
3 ha/HK 1 ha/HK
3ha/HK 1 ha/HK
A2 L43&L44 K39
0.5 ha
1 ha/HK
1 ha/HK
I3
-
26 Februari 2009
Libur Semprot Alang-alang BTP (Bongkar Tanaman Penggangu) BTP (Bongkar Tanaman Penggangu) DAK (Dongkel Anak Kayu)
1 ha/HK
3 ha/HK
3ha/HK
B10
-
27 Februari 2009
Tunas Pasar
5 pokok
20 pokok
20 pokok
-
28 Februari 2009 1 Maret 2009 2 Maret 2009
Tunas Pasar Libur Prunning
5 pokok -
10 pokok 50 pokok
20 pokok 45pokok
CR (B3/4 dan C3/4) CR (C5/6) A2 B8
22 Februari 2009 23 Februari 2009 24 Februari 2009 25 Februari 2009
-
Dikerjakan dengan sistem borongan oleh BHL
3 Maret 2009
5 Maret 2009 6 Maret 2009
Semprot VOPS (Voluntary Oil Palm Seedlings) BTP (Bongkar Tanaman Penggangu) Cuci Parit Tanam Beneficial Plant
7 Maret 2009 8 Maret 2009 9 Maret 2009 10 Maret 2009
Rawat Jalan Libur Libur (Maulid Nabi SAW) Membuat Rumpukan/Stacking
11 Maret 2009
Membersihkan pokok dekat rumpukan Rawat jalan
10 pokok
20 pokok
20 pokok
-
-
-
LC (tahun tanam 2009) J38
13 Maret 2009
Pembuatan bedengan Beneficial Plant
1 bed/HK
5 bed/HK
5 bed/HK
CR C7/8
14 Maret 2009 15 Maret 2009 16 Maret 2009 17 Maret 2009
6 bed/HK 6 bed/HK -
18 Maret 2009
Penanaman Beneficial Plant Libur Penanaman Beneficial Plant Pemancangan Pembuatan parit (alat berat) Aplikasi JJK
5 titik/HK
20 titik/HK
20 titik/HK
B1
19 Maret 2009
Aplikasi JJK
5 titik/HK
10 titik/HK
20 titik/HK
B2
-
20 Maret 2009
Aplikasi JJK
5 titik/HK
10 titik/HK
20 titik/HK
B3
-
21 Maret 2009
Penanaman Kelapa Sawit
5 lubang tanam
20 lubang tanam
20 lubang tanam
L45
-
22 Maret 2009
Libur
-
-
-
A2
-
4 Maret 2009
12 Maret 2009
1 ha/HK
3 ha/HK
3ha/HK
J36&J37
0.5 ha/HK
1 ha/HK
1 ha/HK
B11
50 m 6 bed/HK
200 m 6 bed/HK
200 m 6 bed/HK
B11 MR VI
250 m -
250 m -
250 m -
A3&A4 A2 A2 LC (tahun tanam 2009)
6 bed/HK 6 bed/HK 0.15 ha/HK
6 bed/HK 6 bed/HK 0.15 ha/HK
CR C7/8 A2 MR VII L45
Menggunakan Knapsack RB 15 dengan larutan Gramoxone Tanam Turnera subulata dan Casia cobanensis, pengendalian hama terpadu. Menggunakan excavator dengan sistem 1 rumpukan tiap 2 gawangan ( system 4-1) Ukuran bedengan 2 m x 1m. Jarak tanam 20 cm x 20 cm Jarak tanam 20 cm x 20 cm Pemancangan dilakukan oleh BHL (borongan/ha) -
23 Maret 2009 24 Maret 2009 25 Maret 2009 26 Maret 2009 27 Maret 2009 28 Maret 2009 29 Maret 2009 30 Maret 2009 31 Maret 2009 1 April 09 2 April 09 3 April 09 4 April 09 5 April 09 6 April 09 7April 09 8April 09 9 April 09 10 April 09 11 April 09 12 April 09
Penanaman LCC (Legume Cover Crop) Pengambilan LSU (Leaf Sampling Unit) Pengambilan LSU (Leaf Sampling Unit) Libur (Nyepi) Pengambilan LSU (Leaf Sampling Unit) Pengambilan LSU (Leaf Sampling Unit) Libur Pemanenan Pemanenan Pemanenan Pemanenan Pemanenan Pemanenan Libur Pemanenan Pemanenan Pemanenan Libur (PEMILU) Libur (Paskah) Rawat Jalan Probase Libur
3 gawangan
5 gawangan
5 gawangan
L44
-
-
-
-
B5
-
-
-
-
B8
-
-
-
-
C11
-
-
-
-
C8
-
50 jjg 49 jjg 39 jjg 47 jjg 90 jjg 93 jjg 40 jjg 45 jjg 39 jjg 100 m -
90 jjg 85 jjg 82 jjg 90 jjg 100 jjg 129 jjg 89 jjg 85 jjg 83 jg 250 m -
82 jjg 82 jjg 82 jjg 82 jjg 135 jjg 135 jjg 82 jjg 82 jjg 82 jjg 250 m -
A2 B9/8/7 B4/5/6 B1/2/3 I4/3/2 J38/37/36 K40/39/38 A2 B11/10/9 B7/8/9 B4/5/6 A2 A2 MR VI A2
Mengangkut janjangan Mengangkut janjangan Mengangkut janjangan Mengangkut janjangan Mengangkut janjangan Mengangkut janjangan Mengangkut janjangan Mengangkut janjangan Mengangkut janjangan -
Tabel Lampiran 2. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Mandor di Kebun SPE Divisi III, PT Bina Sains Cemerlang, Minamas, Sime Darby Group, Sumsel.
Tanggal 13 April 2009
14 April 2009
15 April 2009
16 April 2009 17 April 2009
18 April 2009
19 April 2009 20 April 2009 21 April 2009 22 April 2009
23 April 2009
Uraian Kegiatan Pendamping Mandor I: Pemanenan Pemupukan Perawatan Pendamping Mandor I Pengawas Alat Berat Bulldozer Pendamping Mandor I Pengawas Alat Berat Buldozer & Excavator Pendamping Mandor I Pemanenan Kerani Divisi (laporan produksi harian dan pembagian beras) Kerani Berondolan
Libur Pemupukan Pengawas Alat Berat (Road Grader) Pendamping Mandor I Alat Berat (TLB) Pemanenan Kerani Berondolan
Jumlah Karyawan yang diawasi (orang)
Prestasi Kerja Luas Areal yang diawasi (ha)
Lama Kegiatan (jam)
Lokasi
Keterangan
Pemupukan Urea
20 18 10
60 27 2
5 2 2
Blok B4/5/6 Blok B2 Blok A2
3
0
7
D4-J37
6
-
8 J37
Rolling Alat Berat dari D4 ke J37 Pembuatan rintis tengah (bulldozer) dan pemasangan gorong-gorong (excavator)
20 -
60 -
10 8
I1/2/3 Kantor Divisi
14
60
9
B9/10/11
18 3
45 -
6 7
A2 A3/4 B6/7
Pengangkutan berondolan dilakukan oleh mobil PickUp Pemupukan Urea Perataan jalan CR
2 20 14
30 60
3 5 9
Pringgan B7 B1/2/3 C7/8/9
Perbaikan Jalan Pringgan -
24 April 2009
25 April 2009 26 April 2009 27 April 2009
Pendamping Mandor I Pengawas Alat Berat (TLB) DAK Kerani Berondolan Libur Pengawas Alat Berat (bulldozer)
28 April 2009
Kerani Buah Kerani Berondolan
29 April 2009
Kunjungan ke PKS Prosessing Kunjungan ke PKS (Pengelolaan Limbah) Kunjungan ke PKS Administrasi & TQEM Supervisi Dosen Libur Kerani Berondolan Kerani Berondolan Kerani Berondolan Pengawas Alat Berat (TLB) Kerani Berondolan Aplikasi JJK Libur Aplikasi JJK Aplikasi JJK
30 April 2009 1 Mei 2009 2 Mei 2009 3 Mei 2009 4 Mei 2009 5 Mei 2009 6 Mei 2009 7 Mei 2009 8 Mei 2009 9 Mei 2009 10 Mei 2009 11 Mei 2009 12 Mei 2009
3 8 14
27 60
4 3 9
3
27
7
C1 A1 C1/2/3 A2 K40
20 14
60 -
9 -
B1/2/3 B1/2/3
-
-
-
PKS
-
-
-
PKS
-
-
-
PKS Emplasment Kantor Divisi J36/37 K37/38 B9/10/11 A4 C1/2/3 B1 A2 B2 B3
Pemasangan gorong-gorong Pembuatan jalan bantu dan rintis tengah -
14 14 14 3 14 6 6 6
60 60 60 60 19 30 27
9 9 9 7 9 7 7 7
-
Pembuatan parit -
Tabel Lampiran 3. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Asisten di Kebun SPE Divisi III, PT Bina Sains Cemerlang, Minamas, Sime Darby Group, Sumsel.
Tanggal
Uraian Kegiatan
Prestasi Kerja Jumlah Mandoran Luas yang diawasi yang diawasi (orang) (ha) -
Lama Kegiatan (jam) 11 10 11 7 -
Lokasi
Keterangan
Loading ramp Loading ramp Loading ramp Loading ramp A2
Jembatan timbang rusak Jembatan timbang rusak Jembatan timbang rusak Jembatan timbang rusak -
13 Mei 2009 14 Mei 2009 15 Mei 2009 16 Mei 2009 17 Mei 2009
Timbang Buah Manual Timbang Buah Manual Timbang Buah Manual Timbang Buah Manual Libur
18 Mei 2009
Timbang Buah Manual
-
-
9
Loading ramp
Jembatan timbang rusak
19 Mei 2009
Timbang Buah Manual
-
-
10
Loading ramp
Jembatan timbang rusak
20 Mei 2009 21 Mei 2009 22 Mei 2009
Timbang Buah Manual Libur Pembuatan Jalan Probase
2
1
9 11
Loading ramp emplasmen CR (B3/4)
23 Mei 2009
Pembuatan Jalan Probase
2
1
12
CR (B3/4)
24 Mei 2009
Libur
-
-
-
emplasmen
Jembatan timbang rusak Pengaspalan jalan menggunakan probase Pengaspalan jalan menggunakan probase -
25 Mei 2009
Pembuatan Jalan Probase
2
1
12
CR (B3/4)
26 Mei 2009 27 Mei 2009
Pendamping Asisten Pendamping Asisten
3 4
180 180
14 12
SPE divisi III SPE divisi III
28 Mei 2009
Pendamping Asisten
2
100
14
Jalan Pringgan (K40)
Pengaspalan jalan menggunakan probase Pemanenan, cek buah Kunjungan Estate Manager (Field Day) Perbaikan jalan pringgan, pemanenan, cek buah
29 Mei 2009
Pendamping Asisten
-
-
14
30 Mei 2009
Pendamping Asisten
3
140
9
Jalan pringgan (K40) SPE divisi III
31 Mei 2009 1 Juni 2009 2 Juni 2009 3 Juni 2009 4 Juni 2009 5 Juni 2009 6 Juni 2009 7 Juni 2009 8 Juni 2009 9 Juni 2009 10 Juni 2009 11 Juni 2009 12 Juni 2009
Libur Pengamatan Jumlah Tandan Pengamatan Jumlah Tandan Pengamatan Jumlah Tandan Pengamatan Jumlah Tandan Pengambilan Sample Akar Pengambilan Sample Akar Libur Pengambilan Sampel Akar Pengambilan Sample Gulma Pengambilan Sample Gulma Pengambilan Sample Gulma Pencarian data sekunder
-
-
-
C2 C3 B2 B3 B2 B3
-
-
-
13 Juni 2009
Pencarian data sekunder
-
-
-
14 Juni 2009 15 Juni 2009
Libur Pencarian data sekunder
-
-
-
16 Juni 2009
Pencarian data sekunder
-
-
-
17 Juni 2009 18 Juni 2009
Perpisahan Menuju ke Bogor
-
-
-
B3 B2 B3 B3 Kantor Besar SPE Kantor Besar SPE emplasmen Kantor Divisi III SPE Kantor Divisi III SPE Pondok III SPE
Kunjungan GM (perbaikan jalan akses menuju kebun) Pemupukan, Aplikasi JJK, DAK -
Tabel Lampiran 4. Data Curah Hujan dan Hari Hujan Tahun 1999-2008 di SPE Bulan
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jumlah BB BL BK
Tahun
Rata-rata 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH 357 23 440 21 319 15 378 20 406 16 76 18 242 13 335 13 297 18 297 14 316.7 17.4 185 17 160 12 265 13 126 9 430 15 361 20 130 7 195 13 226 14 189 9 230.9 14.1 132 11 171 9 170 16 301 20 193 10 275 14 373 17 256 13 251 11 202 11 235.8 15.4 99 5 249 13 287 15 267 17 375 15 179 14 153 9 83 9 223 14 185 13 212.8 14.4 268 12 233 8 113 9 140 10 159 10 111 10 135 7 93 8 168 9 113 7 157.8 9.5 97 6 191 15 174 15 147 9 23 2 59 3 56 6 73 7 113 5 213 7 103.7 7.8 130 5 141 13 33 4 139 11 169 7 46 9 150 9 50 2 135 4 132 7 110.3 7.9 141 6 164 8 111 4 72 4 285 7 11 9 177 10 30 2 109 4 113 6 122.2 7.6 68 5 128 11 148 13 73 5 163 5 123 13 119 8 74 2 150 3 75 3 116.2 8.2 341 18 250 16 251 20 111 5 288 16 134 11 344 12 0 0 260 11 152 12 219.9 13.3 321 20 240 17 390 19 299 18 298 20 190 13 237 11 105 14 140 7 290 13 246.7 15.8 352 18 123 10 471 26 263 15 591 22 411 24 172 9 191 5 343 15 391 15 324.1 16.7 2 491 146 2 490 153 2 732 169 2 316 143 3 380 140 2 276 158 2 288 118 1485 88 2415 115 2352 117 2397 135.2 9 12 11 10 11 9 11 5 12 12 10.2 3 0 0 2 0 0 0 4 0 0 0.9 0 0 1 0 1 3 1 3 0 0 0.9 Sumber: Kantor Besar Sungai Pinang Estate (2009) Ket: BB: Bulan Basah (>100 mm) BL: Bulan Lembab (60-100 mm) BK: Bulan Kering (< 60 mm) CH: Curah Hujan (mm) HH: Hari Hujan (hari)
Q= rata-rata BK x 100% rata-rata BB = 0. 9 x 100% = 8.8% 10.2 jadi menurut Schmidth dan Ferguson, tipe iklim di SPE adalah A
Tabel Lampiran 5. Data Produksi dan Produktivitas Tahunan SPE Tahun Luas tanam (ha)
2001 Produksi Produktifitas (ton) (ton/ha) 1991 1104 26785.06 24.262 1992 669 12869.05 19.236 1993 102 1636.22 16.041 1994 450 9013.49 20.030 1995 51 781.98 15.333 1996 137 1473.75 10.757 1997 126 753.41 5.979 1998 335 384.73 1.148 2000 8 0 0 Total 2982 53697.69 18.007
Tahun 2002 2003 Produksi Produktifitas Produksi Produktifitas (ton) (ton/ha) (ton) (ton/ha) 26765.69 24.244 22633.33 20.501 13855.18 20.755 12201.56 18.239 759.71 17.252 1758.09 17.236 10214.24 22.698 8500.99 18.891 1083.96 21.254 966.55 18.952 2126.61 15.523 2268.53 16.559 1 296.67 10.291 1168.05 9.270 1858.83 5.549 2540.90 7.585 0 0 15.43 1.929 58990.89 19.782 52053.4 17.456
Sumber: Kantor Besar Sungai Pinang Estate (2009)
2004 Produksi Produktifitas (ton) (ton/ha) 26208.61 23.740 15077.73 22.538 1791.79 17.567 10215.17 22.700 1006.95 19.744 2326.23 16.980 1719.78 13.649 3655.13 10.911 51.33 6.416 62052.72 20.809
2005 Produksi Produktifitas (ton) (ton/ha) 27187.95 24.627 15758.97 23.556 1850.89 18.146 10327.39 22.950 1212.81 23.781 3113.21 22.724 2067.45 16.408 4424.22 13.207 76.92 9.615 66019.81 22.139
Tabel Lampiran 6. Pengamatan Tandan/Pokok di Blok B2, TT 1991, 30 ha No. Pokok 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 Total Janjang Total Pokok Rata-rata
3 0 2 0 5 7 3 3 2 5 3 1 0 0 3 2 3 3 6 0 0 2 2 1 5 1 0 9 0 2 0 4 74 31
15 4 1 3 6 4 3 2 2 4 4 1 0 4 1 3 1 0 2 0 1 1 1 1 1 2 1 0 1 2 3 59 30
27 3 1 1 4 2 2 2 4 5 3 3 4 3 3 0 0 0 4 5 3 2 1 4 3 3 2 3 2 1 1 2 76 31
39 2 5 6 6 7 2 3 4 5 4 0 3 2 2 3 4 5 2 3 3 2 1 1 0 0 2 3 2 1 1 2 86 31
Sumber: Pengamatan Lapang (3 Juni 2009)
No. Baris 51 63 0 5 7 5 6 0 5 0 3 0 5 6 0 2 1 2 6 2 0 2 2 2 1 2 1 2 3 0 0 3 0 0 2 5 1 0 0 0 1 1 2 0 2 2 0 3 2 4 3 6 4 4 6 2 1 1 7 0 4 1 3 1 78 63 31 31
75 3 0 0 0 5 8 3 4 3 3 2 2 3 5 0 1 1 2 3 4 6 3 2 1 2 0 1 3 4 2 0 76 31
87 2 3 2 0 2 4 4 6 2 5 3 4 3 2 1 1 0 2 0 4 6 5 4 2 1 0 0 1 2 3 0 74 31
99 8 4 5 2 0 2 2 1 5 7 0 0 4 4 3 2 0 1 0 1 2 0 4 0 0 8 3 0 1 0 0 69 31
111 0 4 1 0 7 3 6 0 1 6 2 0 0 3 0 0 0 3 8 5 0 0 0 3 5 0 0 4 1 3 1 66 31
123 4 6 0 0 3 4 5 5 3 3 1 5 1 3 6 0 0 0 0 2 2 0 0 0 4 2 7 4 5 4 0 79 31
800 340 2.35
Tabel Lampiran 7. Pengamatan Tandan/Pokok di Blok B3, TT 1991, 29 ha No. Pokok 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 Total Janjang Total Pokok Rata-rata
3 1 3 3 3 0 4 0 3 3 1 3 2 1 1 2 3 5 2 0 5 3 0 1 2 3 0 3 7 4 3 2 2 3 78 33
15 5 4 4 0 1 3 5 4 2 0 1 0 2 2 0 3 3 6 1 2 3 2 0 0 4 3 4 2 6 0 4 5 81 32
27 7 0 6 6 3 3 3 0 6 0 5 2 5 1 1 0 0 9 3 9 5 5 1 0 3 2 5 2 1 1 4 98 31
39 1 1 2 3 4 2 9 4 7 4 2 4 4 3 4 7 2 1 5 2 4 4 0 2 1 1 4 2 0 4 1 94 31
Sumber: Pengamatan Lapang (4 Juni 2009)
No. Baris 51 63 2 7 4 2 2 0 2 0 1 4 3 2 4 4 4 5 0 7 1 0 1 2 5 4 2 2 0 1 4 1 6 0 2 3 0 1 1 4 4 6 2 2 2 2 1 0 3 4 2 2 1 0 4 6 4 3 2 2 0 4 4 3 2 1 75 84 32 32
75 3 5 1 5 2 0 2 4 0 3 2 2 1 0 4 7 2 1 3 2 2 4 4 1 1 2 0 1 4 6 2 3 79 32
87 4 2 1 0 6 2 0 0 2 4 2 4 4 1 3 4 1 0 0 2 3 3 0 5 6 2 4 0 1 2 3 5 76 32
99 6 3 1 2 2 1 4 1 0 3 4 2 2 1 6 2 3 3 6 3 5 2 6 4 3 0 1 1 2 3 5 87 31
111 7 3 4 2 4 2 0 0 3 2 4 5 2 2 1 4 1 1 3 6 4 2 0 2 3 2 4 5 3 3 4 88 31
840 317 2.65
Tabel Lampiran 8. Pengamatan Tandan/Pokok di Blok C2, TT 1991, 27 ha No. Pokok 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 Total Janjang Total Pokok Rata-rata
3 4 2 2 1 4 2 1 1 1 4 3 1 1 3 6 2 1 1 3 1 2 2 1 1 4 2 1 1 4 2 2 3 69 32
15 2 1 1 4 4 1 1 6 2 4 1 3 4 7 1 1 2 2 3 1 10 1 1 3 4 2 1 3 2 1 1 6 86 32
27 2 1 4 1 1 7 5 1 8 4 2 4 1 6 2 3 1 4 1 7 2 7 1 1 2 1 1 1 2 1 1 7 92 32
39 1 2 7 5 2 1 5 2 7 2 5 5 1 3 1 1 1 1 3 4 1 1 1 1 4 1 4 2 3 5 2 6 90 32
Sumber: Pengamatan Lapang (1 Juni 2009)
No. Baris 51 63 7 1 1 5 1 1 2 1 1 2 1 2 1 1 4 1 3 1 1 7 5 4 1 4 1 5 1 4 5 5 1 6 3 1 1 3 1 1 2 1 5 2 3 2 3 1 3 1 2 4 1 2 1 3 2 5 3 1 1 1 1 3 5 2 73 83 32 32
75 6 2 1 1 4 2 2 1 6 3 6 2 6 4 2 1 3 5 6 1 1 1 1 2 2 1 6 1 1 8 1 7 96 32
87 3 5 2 1 2 4 1 2 1 1 2 2 3 1 1 1 2 1 1 1 2 1 2 1 1 2 1 1 1 4 1 54 31
99 1 1 5 1 5 2 1 3 1 3 2 1 4 1 1 4 2 1 1 4 3 1 4 1 6 1 4 3 2 1 6 2 78 32
111 1 1 2 1 1 1 5 2 4 2 4 2 5 1 2 3 5 2 1 1 1 6 3 3 5 5 7 3 2 1 5 1 88 32
809 319 2.53
Tabel Lampiran 9. Pengamatan Tandan/Pokok di Blok C3, TT 1991, 27 ha No. Pokok 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 Total Janjang Total Pokok
No. Baris 3
15
27
39
51
63
75
87
99
111
0 6 2 0 1 0 4 2 5 5 2 0 2 0 0 0 3 2 0 4 0 0 0 1 0 0 0 39 27
0 6 0 0 2 0 5 4 0 3 1 0 2 0 0 5 0 0 0 1 0 0 0 1 2 3 0 1 0 0 6 42 31
6 2 4 0 0 1 2 0 0 4 3 2 0 0 1 7 0 0 0 4 0 2 0 3 1 2 0 2 0 1 1 0 48 32
4 1 3 2 0 0 5 0 2 4 1 0 0 5 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 3 0 3 2 7 0 46 32
2 0 1 2 0 1 0 0 1 2 1 1 0 0 4 0 4 1 1 2 0 1 0 1 0 2 1 1 0 5 0 0 0 0 34 34
0 0 0 3 1 0 0 5 2 0 1 0 3 1 0 0 5 5 0 1 2 0 2 1 1 0 4 4 3 3 5 52 31
0 0 4 0 0 1 4 4 0 2 0 0 5 1 3 3 0 0 0 1 0 0 0 0 2 1 0 0 1 0 0 0 1 33 33
0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 2 0 0 0 0 1 0 3 0 0 0 0 0 12 33
0 2 5 1 0 3 1 3 2 0 4 0 0 0 0 3 1 2 0 0 4 0 2 4 1 2 4 0 0 0 1 2 2 49 33
4 3 0 0 5 0 0 0 1 3 0 0 2 0 1 1 0 0 2 2 2 5 0 1 5 3 1 1 4 0 0 2 3 51 33
Rata-rata Sumber: Pengamatan Lapang (2 Juni 2009)
406 319 1.27
Tabel Lampiran 10. Rekomendasi Pemupukan Blok B dan Blok C SPE Divisi III Blok Luas (ha)
Tahun Tanam
Jumlah Pokok
Urea
Rock Posphate
MOP/KCl
Dolomite
Dosis/pokok
kg
Dosis/pokok
kg
Dosis/pokok
kg
Dosis/pokok
total
HGFB
kg/pokok
kg
Dosis/pokok
kg
Dosis/pokok
kg
6190
-
-
-
-
5.25
B1/19
1991
2476
1.00
2476
-
-
1.75
4333
B2/30
1991
3976
1.00
3976
-
-
1.75
6958
-
-
1.75
6958
0.11
437
4.61
B3/29
1991
3841
1.00
3841
-
-
1.25
4801
-
-
1.75
6722
-
-
4.00
B4/29
1991
3841
1.00
3841
2.50
9603
1.75
6772
-
-
-
-
0.11
423
5.36
B5/28
1991
3592
1.00
3592
-
-
1.75
6286
2.50
8980
-
-
0.11
395
5.36
B6/25
1991
3323
1.00
3323
2.50
8304
1.50
4985
2.50
8308
-
-
0.11
366
7.61
B7/24
1991
3159
1.00
3159
-
-
1.75
5528
-
-
-
-
0.11
347
2.86
B8/21
1991
2784
1.00
2784
-
-
1.75
4872
2.50
6960
-
-
0.11
306
5.36
B9/21
1991
2574
1.00
2574
2.50
6435
1.50
3861
2.50
6435
-
-
0.11
283
7.61
B10/22
1991
2810
1.00
2810
-
-
1.75
4918
-
-
-
-
-
-
5.25
B11/23
1991
2838
1.00
2838
-
-
1.75
4967
2.50
7095
-
-
0.11
312
5.36
C1/17
1991
2258
1.00
2258
-
-
1.75
3952
-
-
-
-
0.11
248
5.36
C2/27
1991
3583
1.00
3583
-
-
1.75
9270
2.50
8958
-
-
-
-
5.25
C3/27
1991
3582
1.00
3582
-
-
1.75
6296
-
-
-
-
0.11
394
3.36
C4/28
1991
3707
1.00
3707
-
-
1.75
6487
2.50
9268
-
-
0.11
408
5.36
C5/25
1991
3299
1.50
4949
-
-
1.75
5773
-
-
-
-
0.11
395
3.36
C6/26
1991
3242
1.25
4053
-
-
1.50
5674
2.50
8105
-
-
-
-
5.50
C7/24
1991
3186
1.00
3186
2.50
7965
1.75
5576
2.50
7965
-
-
0.11
350
7.86
C8/22
1991
2997
1.00
2997
-
-
1.75
5245
-
-
-
-
0.11
330
2.86
C9/18
1991
2129
1.00
2129
2.50
6435
1.50
3726
2.50
5323
-
-
0.11
234
5.36
C10/22
1991
2671
1.75
4674
-
-
1.75
4674
-
-
-
-
-
-
3.50
C11/22
1991
2732
1.50
4098
-
-
1.75
4781
2.50
7095
-
-
0.11
301
5.86
Sumber: Kantor Besar SPE (2009)
2.50
Kieserite
Tabel Lampiran 11 Produksi Bulanan dan BJR Sungai Pinang Estate Divisi III Blok
Luas (ha)
Pk Produktif
Thn Tanam
B1 B2 B3 B4 B5 B6 B7 B8 B9 B10 B11 C1 C2 C3 C4 C5 C6 C7 C8 C9 C10 C11
19 30 29 29 28 25 24 21 21 22 23 17 27 27 28 25 26 24 22 18 22 22
2494 3996 3860 3869 3606 3350 3163 2786 2574 2814 2842 2270 3599 3595 3721 3306 3250 3200 3002 2134 2682 2739
1991 1991 1991 1991 1991 1991 1991 1991 1991 1991 1991 1991 1991 1991 1991 1991 1991 1991 1991 1991 1991 1991
JJG Panen 1369 2084 2154 2091 2037 1824 1729 1510 1566 1528 2295 1269 1948 1931 2014 1768 1898 1733 1634 1400 1631 1494
Sumber: Kantor Divisi III SPE (2009)
JJG Kirim 1369 2084 2154 2091 2037 1824 1729 1510 1566 1528 2295 1269 1948 1931 2014 1768 1898 1733 1634 1400 1631 1494
April 2009 kg BJR PKS 32140 23.47699 45670 21.91459 50810 23.58867 45570 21.7934 46510 22.8326 41850 22.94408 39780 23.00752 35280 23.36424 37340 23.84419 35990 23.55366 49250 21.45969 29580 23.30969 43320 22.23819 43660 22.61005 44570 22.13009 39480 22.33032 43210 22.76607 39400 22.73514 38600 23.62301 32470 23.19286 37390 22.92459 35220 23.5743
Juli 2008-April 2009 kg/ha 1890.588 1691.481 1881.852 1627.5 1860.4 1609.615 1657.5 1603.636 2074.444 1635.909 2238.636 1556.842 1444 1505.517 1536.897 1410 1728.4 1641.667 1838.095 1546.19 1699.545 1531.304
JJG Panen 11225 16345 17325 17633 18115 16686 16017 13370 11927 14217 14491 11674 15074 16063 16597 15706 15667 13760 13557 12444 12766 12740
JJG Kirim 11225 16345 17325 17633 18115 16686 16017 13370 11927 14217 14491 11674 15074 16063 16597 15706 15667 13760 13557 12444 12766 12740
kg PKS 287370 403040 435020 431180 443150 410680 399200 348130 308380 357620 374120 296490 385240 401980 415020 389910 396130 348220 343090 317830 329960 330560
BJR
kg/ha
25.60089 24.65831 25.10938 24.45301 24.46315 24.61225 24.92352 26.03815 25.85562 25.15439 25.8174 25.39746 25.55659 25.02521 25.00572 24.82554 25.28436 25.30669 25.30722 25.54082 25.84678 25.94662
15124.74 13434.67 15000.69 14868.28 15826.79 16427.2 16633.33 16577.62 14684.76 16255.45 16266.09 17440.59 14268.15 14888.15 14822.14 15596.4 15235.77 14509.17 15595 17657.22 14998.18 15025.45