i
PENGELOLAAN AIR KEBUN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) PADA LAHAN GAMBUT, TELUK BAKAU ESTATE, PT BHUMIREKSA NUSA SEJATI, MINAMAS PLANTATION, RIAU
AKBAR FAUZY A24110123
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
i
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengelolaan Air Kebun Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) pada Lahan Gambut, Teluk Bakau Estate, PT Bhumireksa Nusa Sejati, Minamas Plantation, Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, September 2015 Akbar Fauzy NIM A24110123
i
ABSTRAK AKBAR FAUZY. Pengelolaan Air Kebun Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) pada Lahan Gambut, Teluk Bakau Estate, PT Bhumireksa Nusa Sejati, Minamas Plantation, Riau. Dibimbing oleh HARIYADI. Kegiatan magang dilaksanakan di kebun Teluk Bakau Estate, PT Bhumireksa Nusa Sejati (BNS), Riau dengan tujuan umum yakni untuk mempelajari kegiatan on farm di perkebunan kelapa sawit lahan gambut serta dapat bekerja nyata untuk perusahaan dan tujuan khusus mempelajari pengelolaan air kebun kelapa sawit lahan gambut. Kegiatan dilakukan selama empat bulan mulai Februari – Juni 2015. Pengelolaan air (Water management) di TBE berupaya mempertahankan level air pada kisaran -30 sampai -50 cm di bawah permukaan tanah (dpt) yang dimaksudkan untuk konservasi tanah gambut, kelancaran transportasi kebun dan produksi yang berkelanjutan. Sistem drainase kebun terdiri atas kanal utama, kanal cabang, kanal cabang baru, kanal kolektor, parit tengah dan field drain. Analisis regresi linier sederhana digunakan untuk melihat pengaruh curah hujan terhadap level air dan pengaruh level air terhadap produksi TBS. Kajian menunjukan bahwa curah hujan berpengaruh nyata (P value = 0.021) terhadap level air, kenaikan 1 mm curah hujan akan menaikan level air sebesar 0.0982 cm dpt. Begitu juga dengan level air yang berpengaruh nyata terhadap produksi TBS. Secara keseluruhan kegiatan pengelolaan air di TBE sudah dilaksanakan dengan baik, level air terjaga, saluran drainase cukup baik dan dapat dilewati transportasi air. Kata kunci: level air, produksi, transportasi, pengelolaan air
ABSTRACT Internship was conducted at Teluk Bakau Estate (TBE), PT Bhumireksa Nusa Sejati (BNS), Riau in order to learn peat land oil palm on farm activities and to practice real working for the company as well as to study water management aspect in peat land oil palm plantation. Internship was conducted for four months, from February to June 2015. Water management in TBE purposed to maintain water level for about -30 to -50 cm below the ground surface which related to peat soil conservation, water transportation and sustainable FFB production. Drainage system consists of main canals, branch canals new branch canals, collector canals, center drains and field drains. Simple linear regression analysis was used to estimate rainfall’s affection to water level and water level’s affection to FFB production. Results showed that rainfall did affect (p value = 0.021) water lever, Increasing 1 mm of the rainfall would increase the water level by 0.0982 cm below the ground surface. As well as water level did affect FFB production. Over all, water management activities in TBE was conducted well, water level was controlled well, and can be passed by water transportation. Keywords: production, transportation, water level, water management
i
PENGELOLAAN AIR KEBUN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) PADA LAHAN GAMBUT, TELUK BAKAU ESTATE, PT BHUMIREKSA NUSA SEJATI, MINAMAS PLANTATION, RIAU
AKBAR FAUZY A24110123 Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian Pada Departemen Agronomi dan Hortikultura
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
i
Judul
Nama
: Pengelolaan Air Kebun Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) pada Lahan Gambut, Teluk Bakau Estate, PT Bhumireksa Nusa Sejati, Minamas Plantation, Riau : Akbar Fauzy
NIM
: A24110123
Disetujui oleh,
Dr Ir Hariyadi, MS Pembimbing
Diketahui oleh,
Dr Ir Agus Purwito, MSc Agr Ketua Departemen
Tanggal Lulus :
i
PRAKATA Assalamualaikum, wr. wb. Puji syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Skripsi merupakan syarat kelulusan S1 di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini merupakan hasil dari kerja nyata di lapangan dan analisis selama kegiatan magang yang dilaksanakan selama empat bulan (Februari – Juni 2015) di perkebunan kelapa sawit Teluk Bakau Estate (TBE), PT Bhumireksa Nusa Sejati (BNS), Minamas Plantation, Riau. Terima kasih penulis sampaikan kepada kedua orang tua, Abi Dudi Supiandi dan Umi Siti Solihat, dan kepada abang, teteh, adik dan semua keluarga yang telah mendukung penulis baik saat pelaksanaan magang maupun dalam proses penyelesaian skripsi. Bapak Dr Ir Hariyadi, MS selaku dosen pembibing skripsi yang telah memberi bimbingan sehingga penyelesaian tugas akhir skripsi dapat dilakukan dengan baik. Bapak Dr Ir Eko Sulistyono, MSi selaku dosen penguji dan Bapak Dr Ir Sudradjat, MS selaku wakil urusan Komdik AGH yang telah memberikan saran dan masukan dalam penyusunan skripsi. Bapak Prof Dr Ir Slamet Susanto, MSc selaku dosen pembimbing akademik yang telah mengarahkan penulis dan memantau rekam hasil akademik penulis sehingga penulis mendapatkan banyak masukan dan pelajaran selama menjalankan studi. Bapak Moh. Faozi Toan selaku Manajer TBE, Bapak Bistha Borong selaku Asisten Kepala TBE, dan seluruh asisten divisi di TBE serta Mandor divisi I dan II TBE yang telah menerima dan membimbing serta mengarahkan penulis saat kegiatan magang berlangsung sehingga penulis mendapatkan banyak pelajaran, pengalaman dan masukan demi lancarnya proses magang dan penulisan skirpsi. Terima kasih untuk teman-teman Dandelion AGH 48, teman-teman satu PS, rekan BEM Faperta Kabinet Kavaleri, tim pendamping Demfarm IPB 3S Karawang 2015, beserta semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Wassalamualaikum, wr. wb. Bogor, September 2015
Akbar Fauzy
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Ekologi Tanaman Kelapa Sawit Perkebunan Kelapa Sawit di Lahan Gambut Tata Kelola Air Kelapa Sawit di Lahan Gambut METODE MAGANG Tempat dan Waktu Metode Pelaksanaan Pengumpulan Data dan Informasi Analisis Data dan Informasi KEADAAN UMUM Letak Geografi Keadaan Iklim dan Tanah Luas Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan Keadaan Tanaman dan Produksi Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Aspek Manajerial HASIL DAN PEMBAHASAN Sistem Drainase Pengaturan Tinggi Muka Air KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
vii vii v3 1 1 2 2 2 4 5 6 6 6 7 7 8 8 9 9 9 10 12 12 27 32 32 37 43 43 43 44 46 61
DAFTAR TABEL 1. 2. 3. 4.
Data Ketenagakerjaan Teluk Bakau Estate, PT BNS Rata-rata hasil pengukuran kedalaman, lebar dan ketinggian air dalam field drain Hasil pengukuran peat subsidence TBE tahun 2013-2015 Pengamatan water table D005 divisi
10 36 40 42
DAFTAR GAMBAR 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31.
Signboard Pembibitan TBE dan pre nursery TBE Penanaman kecambah : pemupukan, kecambah, perendaman kecambah, dan penanaman kecambah Kriteria seleksi bibit umur 3 bulan di pre nursery Transplanting di main nursery Pemeliharaan : penyemprotan pupuk daun dan weeding Proses culling dan kriteria seleksi bibit umur 6 dan 9 bulan Field drain dan CECT Cambering dan compacting Pembuatan lubang tanam (holing) Pengendalian gulma secara spot-spraying Penanaman LCC Pemupukan pada lubang tanam dan penanaman Pemupukan NPK dan Cu Gulma di gawangan mempersulit evakuasi TBS Pengendalian gulma secara kimiawi Pengendalian HPT secara biologis : Beneficial plants dan penerapan BOB (Barn Owl Box) Penggunaan SIME RB Pheromone dan pherotrap Panen Transport TBS dan overskip mekanis Kanal utama (KUT) dan konservasi KUT Layout blok lama dan blok baru Kanal cabang (KCB), KCB Baru dan perawatannya Parit tengah dan field drain Layout pengamatan dimensi ukuran field drain Parit air spillway Pintu Water zoning dan overflow bund Water gate Water level marker Peat subsidence Water table dan pizzometer Layout percobaan pengukuran water table di blok D005 divisi II
12 13 14 15 15 16 17 18 19 19 20 20 21 22 23 24 25 26 27 33 34 34 35 36 38 38 39 39 40 41 42
DAFTAR LAMPIRAN 1. 2. 3. 4. 5.
Peta areal statement PT Bhumireksa Nusa Sejati, Riau Peta areal statement Teluk Bakau Estate, PT BNS, Riau Struktur organisasi Teluk Bakau Estate, PT BNS, Riau Struktur manajemen pengelolaan air Teluk Bakau Estate, PT BNS, Riau Hasil pengukuran kedalaman, lebar dan ketinggian air dalam field drain blok D002, D003 dan E003 TBE 6. Data Curah Hujan, Level Air, dan Produksi TBS TBE Lima Tahun Terakhir (2010-2014) 7. Water zoning PT BNS, Riau 8. Layout lokasi water gate TBE, PT BNS 9. Jurnal harian kegiatan magang sebagai karyawan harian di Teluk Bakau Estate, PT Bhumireksa Nusa Sejati, Minamas Plantation, Riau 10. Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping mandor/mandor besar di Teluk Bakau Estate, PT Bhumireksa Nusa Sejati, Minamas Plantation, Riau 11. Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping asisten di Teluk Bakau Estate, PT Bhumireksa Nusa Sejati, Minamas Plantation, Riau
46 47 48 49 50 51 52 53 54 56
58
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu komoditas pertanian andalan Indonesia dalam menghasilkan devisa bagi negara. Saat ini Indonesia menjadi penghasil minyak kelapa sawit utama di dunia. Alam Indonesia yang beriklim tropis dan wilayah yang mendukung merupakan potensi besar negara Indonesia sebagai produsen kelapa, sawit dunia. Indonesia adalah negara dengan luas areal kelapa sawit terbesar di dunia, yaitu sebesar 34.18% dari luas areal kelapa sawit dunia. Pencapaian produksi rata-rata kelapa sawit Indonesia tahun 2004-2008 tercatat sebesar 75.54 juta ton tandan buah segar (TBS) atau 40.26% dari total produksi kelapa sawit dunia (Fauzi et al. 2012). Produksi ratarata CPO lima tahun terakhir (2010-2014) mencapai 25.64 juta ton/tahun dengan produktivitas 3 589.4 kg CPO/ha/tahun (Ditjen Perkebunan 2015). Sejak tahun 2006, Indonesia telah tercatat sebagai negara produsen sawit terbesar di dunia. Total produksi sawit Indonesia menyumbang sekitar 45% dari produksi sawit dunia (Badrun 2010). Meningkatnya permintaan minyak sawit dunia mendorong peningkatan produksi terutama dalam bentuk minyak sawit mentah (Crude Palm Oil-CPO). Indonesia saat ini memiliki perkebunan kelapa sawit seluas 10.96 juta ha dan 1.25 juta ha berada di lahan gambut (Ditjen Perkebunan 2015 dan ICCTF 2012). Saat ini, tanaman kelapa sawit 41.4% dimiliki oleh perkebunan rakyat (PR), 48.6% dimiliki oleh perkebunan besar swasta (PBS), dan 10% dimiliki oleh perkebunan besar milik Negara (PTPN). Kementerian Pertanian mencatat 19.3 juta ton CPO diekspor, yang menghasilkan devisa 17.4 miliar dolar AS. Pengembangan kelapa sawit melibatkan 3.2 juta kepala keluarga yang bekerja di sektor on farm (Herman et al. 2009). Disamping itu pengembangan kelapa sawit terbukti telah mampu meningkatkan pendapatan masyarakat dan mengurangi kemiskinan serta telah mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah di sentra-sentra pengembangan kelapa sawit. Sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk dan permintaan terhadap produk pertanian maka kebutuhan akan perluasan lahan pertanian juga meningkat. Lahan yang dulunya dianggap sebagai lahan marjinal seperti lahan gambut menjadi salah satu sasaran perluasan lahan pertanian, seperti penanaman kelapa sawit di lahan gambut. Indonesia memiliki lahan gambut terluas diantara negara tropis, yaitu sekitar 21 juta ha, yang tersebar terutama di Sumatera, Kalimantan, dan Papua (BB Litbang SDLP 2008). Tidak semua lahan gambut layak untuk dijadikan areal pertanian karena variabilitas lahan ini sangat tinggi, baik dari segi ketebalan gambut, kematangan maupun kesuburannya. Kegiatan agribisnis kelapa sawit perlu didukung dengan baik dari sub sistem hulu hingga sub sistem hilir terutama di tatanan sub sistem produksi on farm. Kegiatan produksi on farm yang baik dapat meningkatkan produksi dan menjaga kestabilan produktivitas kelapa sawit. Peningkatan tersebut merupakan hasil dari teknologi budidaya yang baik, salah satunya dari pengelolaan air (water management) yang baik terutama untuk produksi TBS kelapa sawit di lahan gambut.
2
Pengelolaan air di lahan gambut bertujuan untuk mengatur pemanfaaatan sumber daya air secara optimal sehingga produksi TBS maksimal, serta dapat mempertahankan kelestarian gambut itu sendiri. Salah satu teknik pengelolaan air di lahan gambut dilakukan dengan membuat parit/kanal sebagai saluran drainase, agar tidak terjadi kelebihan atau kekurangan air. Drainase yang buruk pada tanah gambut menyebabkan terjadi penyusutan massa, sehingga terjadi penurunan permukaan tanah gambut (peat subsidence) yang mengakibatkan tanaman yang tumbuh menjadi miring dan tumbang, mudah terbakar, dan bentuk permukaan tanah tidak rata. Ketersediaan air bagi tanaman kelapa sawit di lapangan diperoleh dari hujan yang terjadi di areal tersebut. Besarnya curah hujan mempengaruhi produktivitas tanaman kelapa sawit (Rajagukguk 2010). Pengelolaan tata air merupakan faktor paling kritis terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman. Pengelolaan tata air yang buruk akan berpengaruh secara signifikan terhadap penurunan produksi. Level air yang terlalu rendah akan meningkatkan laju subsiden dan risiko kecelakaan kebakaran gambut serta tidak terjaminnya ketersediaan air untuk tanaman. Drainase yang buruk akan menyebabkan tidak terjaganya air di lahan sehingga dapat terjadi kondisi kering tak balik (irreversible). Menurut Hatano et al. (2010) level air merupakan faktor penting dalam menentukan regulasi emisi gas rumah kaca pada tanah gambut. Level air yang semakin rendah akan meningkatkan emisi CO2 dan N2O, sedangkan kondisi banjir akan menghasilkan emisi CH4. level air diusahakan pada kisaran 50-75 cm di bawah permukaan tanah. Pengaturan tinggi muka air dalam yang baik mampu menekan emisi gas rumah kaca, memberi harapan dapat dilakukannya pengelolaan gambut yang lebih berwawasan lingkungan (Dariah et al.). Tujuan Tujuan umum magang yaitu untuk mempelajari proses produksi on farm di perkebunan kelapa sawit lahan gambut serta dapat bekerja nyata untuk perusahaan kelapa sawit tempat kegiatan magang berlangsung. Tujuan khusus magang yaitu untuk mempelajari pengelolaan air kelapa sawit di lahan gambut yang baik dalam rangka kelestarian produktivitas dan lahan gambut itu sendiri. Kemudian menganalisis pengaruh curah hujan terhadap level air dan pengaruh level air terhadap produksi.
TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Ekologi Tanaman Kelapa Sawit Klasifikasi Menurut Pahan (2006), semua tumbuhan diklasifikasikan untuk memudahkan dalam identifikasi secara ilmiah. Metode pemberian nama ilmiah (Latin) ini dikembangkan oleh Carolus Linnaeus. Tanaman kelapa sawit diklasifikasikan sebagai berikut.
3
Divisi Kelas Ordo Famili Subfamili Genus Spesies
: Embryophyta Siphonagama : Angiospremae : Monocotyledonae : Arecaceae (dahulu disebut palmae) : Cocoidae : Elaeis : 1. E. guineensis Jacq. 2. E. oleifera (H.B.K.) Cortes 3. E. odora
Morfologi Kelapa sawit merupakan spesies Cocoideae yang paling besar habitusnya. Titik tumbuh aktif secara terus menerus menghasilkan primordia daun setiap dua minggu (pada tanaman dewasa). Daun memerlukan waktu dua tahun untuk berkembang dari proses inisiasi sampai menjadi daun dewasa pada pusat tajuk (pupus daun/spear leaf) dan dapat berfotosintesis secara aktif sampai dua tahun lagi. Proses inisiasi daun sampai layu (senescense) kira-kira empat tahun (Pahan 2006). Daun merupakan para-pinnate dengan pinnae (anak daun) tersusun dalam dua atau lebih bidang yang ada pada setiap sisi rachis. Pada setiap ketiak daun terdapat satu primordium bunga. Tidak semua primordia bunga pada ketiak daun akan berkembang. Secara proporsional, beberapa bakal bunga akan rontok sebelum penyerbukan (anthesis). Bunga jantan dan betina yang dihasilkan mempunyai siklus dimana jumlahnya beragam dari waktu ke waktu. Setelah terjadi penyerbukan, bunga betina berkembang menjadi tandan buah. Dari daging buah (mesocarp) serta intinya, dihasilkan minyak nabati (Pahan 2006) Ekologi Menurut Fauzi et al. (2012), pertumbuhan dan produksi kelapa sawit dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor dari luar maupun dari tanaman kelapa sawit itu sendiri. Faktor-faktor tersebut pada dasarnya dapat dibedakan menjadi faktor lingkungan, genetis dan faktor teknis-agronomis. Faktor tersebut saling terkait dan mempengaruhi satu sama lain dalam menunjang pertumbuhan dan proses produksi kelapa sawit. Ketiga faktor tersebut diharapkan selalu dalam keadaan optimal untuk mencapai produksi kelapa sawit yang maksimal. Faktor iklim sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tandan kelapa sawit. Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah tropika basah di antara 12oLU - 12oLS pada ketinggian 0 - 500 m dpl. Curah hujan optimum rata-rata yang diperlukan tanaman kelapa sawit adalah 2 000 - 2 500 mm/tahun dengan distribusi merata sepanjang tahun tanpa bulan kering (defisit). Lama penyinaran optimum yang diperlukan tanaman kelapa sawit antara 5 – 12 jam/hari dengan suhu optimum yang dibutuhkan agar tanaman tumbuh dengan baik adalah 24 – 28oC. Sedangkan suhu optimum untuk memproduksi TBS yang tinggi adalah berkisar antara 25 – 27oC. Kelembapan optimum bagi pertumbuhan kelapa sawit adalah 80% (Fauzi et al. 2012). Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh di berbagai jenis tanah, diantaranya podsolik, latosol, hidromorfik kelabu, alluvial dan regosol. Tanaman kelapa sawit tumbuh baik pada tanah gembur, subur, berdrainase baik, permeabilitas sedang
4
dan mempunyai solum yang tebal sekitar 80 cm tanpa lapisan tanah yang keras (padas). Tekstur tanah ringan dengan kandungan pasir 20 – 60%, debu 10 – 40% dan liat 20 – 50%. Kelapa sawit dapat tumbuh pada pH tanah 4 – 6.5 dan dapat tumbuh secara optimum pada pH 5 – 5.5. kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang memiliki C/N mendekati 10 (C 1% dan N 0.1%) (Fauzi et al. 2012). Perkebunan Kelapa Sawit di Lahan Gambut Indonesia saat ini memiliki perkebunan kelapa sawit seluas 10.96 juta ha dan 1.25 juta ha berada di lahan gambut (Ditjen Perkebunan 2015 dan ICCTF 2012). Pertanaman kelapa sawit pada lahan gambut mampu menghasilkan tandan buah segar (TBS) 20.25 – 23.74 ton/ha/tahun (Barchia 2006). Lebih spesifik lagi, menurut Wiratmoko et al. (2008), kelapa sawit yang ditanam di lahan gambut topogen dapat menghasilkan tandan buah segar (TBS) 19.64 - 25.53 ton/ha/tahun. Sebagai pembanding, menurut Lubis dan Wahyono (2008), pengusahaan kelapa sawit pada lahan mineral dapat menghasilkan TBS rata-rata 22.26 ton/ha/tahun dengan puncak produksi sekitar 27.32 ton/ha/tahun. Lahan gambut adalah lahan yang memiliki lapisan tanah kaya bahan organik (C-organik > 18%) dengan ketebalan 50 cm atau lebih. Bahan organik penyusun tanah gambut terbentuk dari sisa-sisa tanaman yang belum melapuk sempurna karena kondisi lingkungan jenuh air dan miskin hara. Oleh karenanya lahan gambut banyak dijumpai di daerah rawa belakang (back swamp) atau daerah cekungan yang drainasenya buruk (Agus dan Subiksa 2008). Lahan gambut dengan ketebalan antara 1.4 - 2 m tergolong sesuai marjinal (kelas kesesuaian S3) untuk tanaman tahunan seperti kelapa sawit, sedangkan gambut yang tipis termasuk agak sesuai (kelas kesesuaian S2). Gambut dengan ketebalan 2-3 m tidak sesuai untuk tanaman tahunan kecuali jika ada sisipan/pengkayaan lapisan tanah atau lumpur mineral (Djainudin et al. 2003). Gambut dengan ketebalan lebih dari 3 m diperuntukkan sebagai kawasan konservasi sesuai dengan Keputusan Presiden No. 32/1990. Hal ini disebabkan kondisi lingkungan lahan gambut dalam yang rapuh (fragile) apabila dikonversi menjadi lahan pertanian (Agus dan Subiksa 2008). Berdasarkan Keputusan Presiden (Keppres) No.32 Tahun 1990, tidak semua lahan gambut dapat diarahkan untuk lahan pertanian dan perkebunan. Lahan gambut dengan ketebalan lebih dari 3 meter diarahkan untuk dikonservasi demi menjaga kelestarian lingkungan (Pasal 10 Keppres No.10/1990). Artinya, dengan Keppres No. 32/1990 tersebut, lahan gambut yang dapat digunakan untuk perkebunan kelapa sawit hanya gambut dengan ketebalan kurang dari 3 m. Kementerian Pertanian kemudian mengembangkan kriteria, lahan gambut dengan ketebalan gambut 0.5 - 1 m diprioritaskan untuk tanaman pangan/semusim, sedangkan lahan gambut dengan ketebalan 1.0 - 3 m diarahkan untuk tanaman tahunan (perkebunan dan hortikultura). Namun demikian, kriteria tersebut perlu dipertimbangkan kembali karena tidak hanya ketebalan gambut yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman, tetapi juga faktor lain seperti tingkat kematangan gambut, bahan mineral di bawah lapisan gambut/substratum, dan status kesuburan lahan gambut (Wahyunto et al. 2013).
5
Tata Kelola Air Kelapa Sawit di Lahan Gambut Menurut Agus dan Subiksa (2008) reklamasi gambut untuk tanaman kelapa sawit memerlukan jaringan drainase makro yang dapat mengendalikan tata air dalam satu wilayah dan drainase mikro untuk mengendalikan tata air di tingkat lahan. Sistem drainase yang tepat dan benar sangat diperlukan pada lahan gambut perkebunan. Sistem drainase yang tidak tepat akan mempercepat kerusakan lahan gambut. Tanaman kelapa sawit memerlukan saluran drainase sedalam 50-80 cm. Semakin dalam saluran drainase semakin cepat terjadi penurunan permukaan (subsiden) dan dekomposisi gambut sehingga ketebalan gambut akan cepat berkurang dan daya sangganya terhadap air menjadi menurun. Salah satu komponen penting dalam pengaturan tata air lahan gambut adalah bangunan pengendali berupa pintu air di setiap saluran. Pintu air berfungsi untuk mengatur muka air tanah supaya tidak terlalu dangkal dan tidak terlalu dalam (Agus dan Subiksa 2008). Beberapa faktor yang perlu diperhatikan mengenai pengaturan tata kelola air kelapa sawit di lahan gambut diantaranya adalah curah hujan, tinggi muka air (water level), peat subsidence dan produksi tandan buah segar (TBS). Curah hujan Kelapa sawit umumnya dikembangkan pada daerah yang memiliki curah hujan lebih dari 2000 mm/tahun atau berkisar 1700 - 3000 mm/tahun atau paling sedikit 150 mm/bulan atau sebesar 5 - 6 mm/hari serta bulan kering kurang dari satu bulan dalam satu tahun (Murtilaksono et al. 2007). Menurut PPKS (2006), kelapa sawit masih dapat dibudidayakan pada lokasi dengan curah hujan kurang dari 2000 mm/tahun dengan syarat tidak boleh ada defisit air lebih dari 250 mm. Lokasi dengan jumlah curah hujan lebih dari 2500 mm/tahun juga masih berpotensi untuk budidaya kelapa sawit asalkan jumlah hari hujan setahun tidak lebih dari 180 hari. Menurut hasil magang kelapa sawit Saragih (2014), curah hujan merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam pengaturan tinggi muka air di lahan gambut. Pendugaan tinggi muka air dengan pengukuran curah hujan dapat menjadi antisipasi mengenai upaya-upaya untuk mencegah banjir dan kekeringan. Curah hujan sangat berpengaruh terhadap kenaikan tinggi muka air dari permukaan tanah yang menjadi landasan sistem pengaturan air (drainase) di lahan gambut. Sistem drainase dan tinggi muka air (water level) Pengembangan kawasan lahan gambut dalam skala luas memerlukan jaringan saluran drainase yang dilengkapi dengan pintu air untuk mengendalikan muka air tanah di seluruh kawasan. Dimensi saluran primer, sekunder, dan tersier disesuaikan dengan luas kawasan dan jenis komoditas yang dikembangkan. Tanaman kelapa sawit dan kelapa memerlukan saluran drainase sehingga kedalaman air tanah menjadi sekitar 50 - 70 cm (Agus et al. 2010a). Pengaturan tinggi muka air tanah diusahakan supaya tidak terlalu dangkal dan tidak terlalu dalam, sehingga kelestarian gambut dapat terjaga. Pengaturan tinggi muka air tanah berkisar 60 - 70 cm diperlukan untuk mendukung
6
pertumbuhan optimal tanaman kelapa sawit, dalam kondisi demikian permukaan tanah tetap lembab, sehingga tidak mudah terjadi kebakaran dan penurunan tanah gambut secara cepat sehingga emisi gas rumah kaca terutama emisi karbon dapat dikurangi (Wahyunto et al. 2013). Drainase yang baik untuk lahan gambut adalah drainase yang tetap mempertahankan batas air kritis gambut. Usaha perbaikan drainase dilakukan dengan pembuatan saluran primer, sekunder dan tersier. Saluran primer memiliki lebar atas 4.8 m, lebar bawah 2.4 m dan kedalaman 1.8 m. Saluran sekunder memiliki lebar atas sebesar 2.4 m, lebar bawah 1.8 dan kedalaman 1.2 m. Sedangkan saluran tersier memiliki lebar atas sebesar 1.2 m, lebar bawah 0.9 m dan kedalaman 0.6 m (Fadli et al. 2006). Peat subsidence Pembuatan saluran drainase di lahan gambut akan diikuti oleh peristiwa penurunan permukaan lahan (subsiden). Proses ini terjadi karena pemadatan, dekomposisi, dan erosi gambut di permukaan yang kering. Semakin dalam saluran drainase, maka penurunan permukaan lahan semakin besar dan semakin cepat. Penurunan permukaan gambut dengan mudah dapat diamati dengan munculnya akar tanaman tahunan di permukaan tanah. Untuk mengurangi dampak penurunan tanah terhadap perkembangan tanaman, sebaiknya penanaman tanaman tahunan ditunda sampai satu tahun setelah pembukaan saluran. Hal ini dilakukan untuk menghindari tanaman roboh karena daya sangga gambut yang rendah (Wahyunto et al. 2013). Produksi TBS di lahan gambut Lahan gambut memiliki potensi produksi yang cukup tinggi apabila dikelola dengan baik. Produktivitas puncak tanaman kelapa sawit pada lahan gambut dapat mencapai 26 ton TBS/ha/tahun dengan pengelolaan tata air atau sistem drainase yang baik (Fadli et al. 2006).
METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang telah dilaksanakan di Teluk Bakau Estate, PT Bhumireksa Nusa Sejati, Minamas Plantation, Riau. Kegiatan ini telah dilaksanakan mulai dari tanggal 9 Februari 2015 hingga tanggal 8 Juni 2015. Metode Pelaksanaan Metode pelaksanaan magang di kebun kelapa sawit yang digunakan adalah praktek kerja langsung di kebun untuk mempelajari aspek teknis di lapangan dan di kantor kebun untuk mempelajari aspek manajerial kebun. Kegiatan yang telah dilakukan saat magang meliputi kerja langsung di lapangan sebagai karyawan harian lepas (KHL), pendamping mandor dan pendamping asisten divisi.
7
Pekerjaan yang dilakukan saat menjadi KHL adalah ikut serta menjalankan pekerjaan kebun seperti penanaman LCC lahan replanting, penanaman baru, pemupukan, pengendalian HPT, pengendalian gulma dan pemanenan. Tugas sebagai pendamping mandor antara lain mengawasi pekerjaan KHL, melakukan kordinasi yang baik baik antar tenaga kerja maupun antar mandor. Dilakukan pula diskusi dengan mandor mengenai tanggung jawab dan hal-hal yang dilakukan mandor di lapangan serta mempelajari manajerial tingkat mandor seperti menulis buku kegiatan mandor. Kegiatan yang dilakukan sebagai pendamping asisten divisi yaitu membantu memastikan semua kegiatan operasional dan pengaturan biaya di areal yang dibawahinya agar dapat terlaksana sesuai rencana serta membina bawahan agar dapat mencapai target yang telah ditetapkan. Selain bekerja langsung layaknya karyawan perusahaan, penulis juga melakukan pengambilan data sebagai bahan penelitian terhadap aspek khusus yang diamati. Data yang diperoleh berupa data primer maupun data sekunder. Data primer diperoleh dengan pengamatan dan wawancara secara langsung di lapangan, sedangkan data sekunder diperoleh dari arsip perusahaan. Pengumpulan Data dan Informasi Pengumpulan data dan informasi diperoleh melalui metode langsung untuk data primer dan metode tidak langsung untuk data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung di lapangan, wawancara dan diskusi dengan karyawan kebun, mandor dan asisten divisi. Pengamatan utama pengumpulan data primer dan informasi meliputi kegiatan pengelolaan air seperti pengamatan pada sistem drainase meliputi jaringan drainase kebun, ukuran dan dimensi saluran drainase, fungsi masingmasing saluran, dan kondisi serta perawatannya. Pengamatan juga dilakukan pada pengaturan tinggi muka air meliputi sasaran ketinggian air, penanda level air (water level marker), water table, operasional pintu air spillway, water zoning dan kondisi serta perawatan pintu air. Pengumpulan data sekunder dan informasi dilakukan dengan mengumpulkan data dari arsip kantor kebun dan studi pustaka mengenai data produksi dan produktivitas tandan buah segar (TBS) kelapa sawit, data subsiden gambut, data curah hujan, dan data tinggi muka air di TBE. Analisis Data dan Informasi Kegiatan peremajaan, pemeliharaan, pengendalian hama penyakit tanaman, pemanenan dan pengaturan tata kelola air di lahan gambut dijelaskan dan dianalisis secara narasi (deskriptif). Kemudian hasil pengamatan data primer berupa tata kelola air di TBE dianalisis juga secara deskriptif dan kemudian dibandingkan dengan pengelolaan air pada umumnya. Pengaruh curah hujan terhadap tinggi muka air dianalisis dengan uji regresi linier sederhana menggunakan software Minitab 14. Uji ini dilakukan untuk menduga nilai tinggi muka air berdasarkan curah hujan. Nilai tinggi muka air merupakan peubah tak bebas (Y) yang nilainya dipengaruhi oleh curah hujan (X) yang bertindak sebagai peubah bebas. Model
8
yang digunakan adalah model Gomez dan Gomez (1995). Model persamaan yang digunakan dalam analisis tinggi muka air sebagai berikut: Y = a + bX Y : Tinggi muka air a : Konstant titik potong Y, merupakan nilai perkiraan bagi Y ketika Y = 0 (garis Y memotong sumbu X) b : Koefisien regresi linier atau peubah rata-rata Y untuk setiap satu unit peubahan (naik atau turun) pada variabel X, dengan menganggap variabel independen lainnya konstan X : Curah hujan Kemudian pengaruh tinggi muka air (water level) di lahan gambut terhadap produksi TBS kelapa sawit juga dianalisis dengan menggunakan uji regresi linier sederhana menggunakan software Minitab 14. Pengujian ini dilakukan untuk menduga nilai produksi berdasarkan level air. Nilai produksi merupakan peubah tak bebas (Y) yang nilainya dipengaruhi oleh level air (X) yang bertindak sebagai peubah bebas. Model yang digunakan adalah model Gomez dan Gomez (1995). Model persamaan yang digunakan dalam analisis produksi sebagai berikut: Y = a + bX Y : Produksi TBS a : Konstant titik potong Y, merupakan nilai perkiraan bagi Y ketika Y = 0 (garis Y memotong sumbu X) b : Koefisien regresi atau peubah rata-rata Y untuk setiap satu unit peubahan (naik atau turun) pada variabel X X : Level air
KEADAAN UMUM Letak Geografi Lokasi kebun Teluk Bakau Estate, PT Bhumireksa Nusa Sejati secara administratif terletak di Desa Rotan Semelur, Kecamatan Pelangiran, Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau. Secara koordinat PT BNS terletak pada 00°015” – 00°000” Lintang Utara dan 103°20” – 103°40” Bujur Timur Perjalanan ke PT BNS dapat ditempuh dari Batam ataupun dari Tembilahan, Ibu Kota Kabupaten Indragiri Hilir. Perjalanan dari bandara Hang Nadim Batam kemudian melalui jalur darat menuju pelabuhan Sekupang selama 30 menit. Setelah itu melalui jalur laut dengan menggunakan Boat Tenggiri menuju pelabuhan Guntung selama 2-3 Jam. Dari pelabuhan Guntung, kemudian menggunakan Boat Pancung atau Speed Boat menuju PT BNS KM 00 kurang lebih selama 15 menit. Perjalanan ke PT BNS juga dapat ditempuh dari Pekanbaru melalui Tembilahan, menggunakan jalur laut dengan speed boat menuju pelabuhan Guntung selama 4-5 jam. Peta areal statement PT BNS terdapat pada lampiran 1, dan peta areal statement Teluk Bakau Estate terdapat pada lampiran 2.
9
Keadaan Iklim dan Tanah Keadaan iklim di Teluk Bakau Estate berdasarkan data curah hujan lima tahun terakhir menurut Schmidt-Ferguson termasuk tipe iklim A yaitu daerah basah dengan nilai Q = 8.51% (0%
18%) yang tebalnya >50 cm, Tanah gambut mengandung bahan organik tinggi dengan sifat fisik remah, ringan, mudah terbakar, porositas tinggi dan irreversible drying serta mudah longsor akibat gelombang yang disebabkan transportasi air. Tingkat kematangan gambut di TBE 89% adalah tanah saprik atau gambut matang yang artinya bahan organik dalam tanah gambut sudah semua terdekomposisi dengan baik serta berwarna gelap dengan humus tinggi. Sisanya 11% adalah tanah hemik atau gambut setengah matang dengan bahan organik yang belum terdekomposisi dengan sempurna. Sedangkan kedalaman gambut di TBE 92% areal lahan dengan kondisi kedalaman gambut < 3 m dan sisanya 8% merupakan lahan gambut sangat dalam dengan ketebalan > 3 m . Luas Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan Luas areal statement Teluk Bakau Estate sampai Mei 2015 adalah 4 025 ha yang terdiri atas areal tanaman menghasilkan (TM) sebesar 2 352 ha, areal tanaman belum menghasilkan (TBM) sebesar 867 ha, areal replanting 234 ha, pembibitan 40 ha, pabrik kelapa sawit (PKS) 9 ha, okupasi 197 ha dan areal yang belum ditanam lainnya sebesar 326 ha. Teluk Bakau Estate terbagi menjadi empat divisi, yaitu divisi I dengan luas areal 970 ha (8 field), divisi II seluas 993 ha (8 field) dan pembibitan 40 ha, divisi III seluas 1 114 ha (6 field) dan divisi IV seluas 908 ha (6 field). Peta dan data mengenai luas areal konsesi (HGU) dan tata guna lahan terdapat pada lampiran 1. Keadaan Tanaman dan Produksi Tanaman kelapa sawit di Teluk Bakau Estate terdiri atas tanaman belum menghasilkan (TBM) tahun tanam 2013 dan 2014 yang berada di areal divisi I, dan tanaman menghasilkan (TM) tahun tanam 1994, 1995 dan 1996 yang berada di areal divisi II, III dan IV. Sedangkan areal replanting 2014-2015 divisi II field E005 dan E006 sampai dengan Mei 2015 masih melakukan kegiatan penanaman tanaman baru (tahun tanam 2015). Sumber bibit yang ditanam di areal Teluk Bakau Estate (TBE) berasal dari Socfindo dan Pusat Penelitian Kelapa Sawit (Marihat). Jarak tanam kelapa sawit yang diberlakukan pada areal lahan TM adalah jarak tanam segitiga sama sisi 9 m x 9 m x 9 m, sedangkan pada areal TBM jarak tanam yang diberlakukan adalah jarak tanam segitiga sama sisi 7.9 m x 7.9 m x 7.9 m . Produksi TBS Teluk Bakau Estate selama lima tahun terakhir mengalami fluktuasi dengan rata-rata produksi sebesar 4 340 ton TBS /tahun. Data mengenai produksi bulanan (5 tahun terakhir) terdapat pada lampiran 6.
10
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan Struktur organisasi Teluk Bakau Estate (TBE) terdiri dari seorang manjer kebun (Estate Manager) yang memimpin dan bertanggung jawab pada seluruh kegiatan operasional unit kebun. Seorang manajer kebun membawahi seorang senior asisten. Senior asisten bertugas dan bertanggung jawab pada satu divisi dan memiliki ruang kerja keseluruhan divisi. Seorang manejer kebun juga membawahi asisten yang bertugas dan bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan pada divisi. Kepala Tata Usaha (KTU) yang bertanggung jawab dan memimpin seluruh kegiatan administrasi kebun di kantor besar TBE. Struktur organisasi TBE dapat dilihat pada lampiran 3. Ketenagakerjaan di TBE terdiri atas karyawan staff/pimpinan dan karyawan non staff. Seorang Estate Manager adalah pimpinan tingkat kebun, senior asisten, KTU dan asisten merupakan karyawan staff yang memimpin ruang kerjanya masing-masing. Sedangkan karyawan non staff terdiri dari SKU-H dan SKU-B dimana keduanya merupakan tingkat kepegawaian pada sistem ketenagakerjaan di TBE. SKU-H dan SKU-B terdiri atas mandor, krani divisi, tenaga kerja kebun, karyawan kantor, traksi, kemamanan, perawat, mudim dan pembantu rumah tangga. Tabel 1 Data Ketenagakerjaan Teluk Bakau Estate, PT BNS Uraian Karyawan Staf Esate Manager Senior Asisten -Asisten Divisi -Asisten Pembibitan Kepala Tata Usaha (KTU) Kepala Seksi (Kasie) Dokter -Staf EMS dan ITS -Staf GM -Staf PSD Karyawan Non Staf Mandor Pekerja perawatan Pekerja panen Kantor dan Umum Traksi Total Luas TM dan TBM Indeks Tenaga Kerja (ITK)
Jumlah 1 1 3 1 1 0 1 2 1 1 43 253 130 96 41 575 3219 ha 0.18
11
Pengelolaan Kebun Tingkat Staf Pengelolaan kebun TBE dilakukan oleh seorang estate manager TBE, dibantu oleh asisten kepala/senior asisten, asisten divisi, asisten pembibitan dan kepala tata usaha (KTU). Estate manager bertugas mengelola seluruh kegiatan, asset dan sumberdaya yang berada dibawah pengawasannya. Mempersiapkan rencana jangka pendek, menengah dan jangka panjang. Merencanakan, mempersiapkan, melaksanakan, mengawasi dan mengevaluasi pengembangan areal baru sesuai dengan jadwal pemeliharaan tanaman dan non-tanaman serta panen sehingga dicapai biaya yang ekonomis. Asisten kepala/senior asisten membantu estate manager dengan menggantikan peran manajer jika tidak sedang berada di tempat. Asisten kepala juga mengelola satu divisi, di TBE asisten manager mengelola divisi I. Asisten kepala juga bertanggung jawab dalam pengawasan dan pengelolaan pada bagian traksi, gudang klinik sentral dan emplasemen. Asisten divisi mengelola masing-masing satu divisi, di TBE terdapat tiga asisten divisi yakni pada divisi II, III dan IV. TBE juga memiliki satu asisten pembibitan yang bertugas mengelola Pembibitan TBE. Asisten divisi dan pembibitan bertanggung jawab mengelola seluruh kegiatan operasional di divisi dan pembibitan sesuai dengan program, biaya yang telah disetujui dan kultur teknis dalam buku Agriculture Reference Manual (ARM) Minamas Plantation. Asisten divisi melakukan pelatihan terhadap karyawan baru, membina kesejahteraan karyawan dan memelihara administrasi divisi dan pembibitan. Pelaksanaan kegiatan di lapangan, asisten dibantu oleh mandor 1 untuk berkoordinasi dengan seluruh supervisi. Asisten dibantu oleh kerani divisi dalam hal pengelolaan administrasi kebun. Kepala tata usaha (KTU) memiliki wewenang dan tanggung jawab dalam mengelola administrasi di kantor besar dengan membawahi seluruh pegawai kantor besar TBE, pegawai gudang central, pegawai traksi dan pegawai mess tamu. KTU bertugas memimpin kegiatan yang dilaksanakan di kantor besar TBE, menyusun dan melaporkan secara tertulis kegiatan administratif yang bersifat umum, teknik budidaya, produksi, tenaga kerja ataupun hal-hal pendukung lainnya. Pengelolaan Kebun Tingkat Non Staf Karyawan non staf TBE adalah mandor 1, seluruh mandor, kerani divisi, kerani panen, kepala gudang, krani gudang, mandor traksi, krani traksi dan karyawan kebun serta kantor. Kepala gudang bertugas melakukan pencatatan seluruh kegiatan penerimaan, pengeluaran dan penyimpanan bahan/barang di gudang sentral dan gudang pembantu. Menjaga keutuhan barang yang tersimpan di gudang sentral dan gudang pembantu. Mandor 1 bertugas mengatur, mengawasi, membagi tugas dan memberi petunjuk teknis kepada para mandor dalam melaksanakan pekerjaan, serta mengawasi seluruh pekerjaan sesuai dengan rencana kerja harian (RKH). Mandor bertugas dalam mengatur, mengawasi dan memberi tugas serta memberi petunjuk teknis yang aman dalam hal pekerjaan operasional kebun kepada anggota karyawan nya.
12
Kerani divisi bertugas mengelola persediaan bahan dan alat kerja yang berada di divisi, memeriksa seluruh data dan laporan yang diterima sehubungan dengan kegiatan administrasi di divisi. Kerani divisi juga melakukan pencatatan untuk seluruh hasil pekerjaan kedalam sarana administrasi di divisi secara sistematis benar dan tepat waktu. Kerani divisi juga bertugas untuk melakukan check roll atau input data kedalam sistem pendataan kantor besar TBE setiap hari secara up to date. Mandor traksi memiliki tanggung jawab mengatur dan menentukan jumlah karyawan yang dibutuhkan untuk pemeliharaan atau perbaikan kendaraan, alat berat, instalasi listrik, dan mempersiapkan kebutuhan bahan dan alat. Selain itu mandor traksi juga bertugas dalam membagi tugas dan memberi petunjuk teknis pada anggotanya dalam melaksanakan pekerjaan sebagai karyawan traksi. Mandor traksi melakukan pencatatan untuk seluruh hasil pekerjaan dan membuat laporan hasil kegiatan seluruh anggota karyawan traksi.
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Pembibitan Pre nursery Pembibitan merupakan fase penting untuk menghasilkan bibit sehat dan bermutu untuk areal kebun kelapa sawit. TBE memiliki luas areal pembibtian seluas 40 ha. Pengelolaan pre nursery yang baik menjadi hal penting dalam menunjang bibit sehat untuk transplanting di main nursery. Kecambah yang ditanam di pre nursery adalah kecambah yang berasal dari Socfindo dan Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS). Kegiatan penanaman kecambah dilakukan setiap 1-2 bulan sekali, tergantung rencana replanting dan stock bibit di main nursery.
Gambar 1 Signboard Pembibitan TBE (kiri) dan pre nursery TBE (kanan) Penanaman kecambah dilakukan setelah pemupukan pertama dilaksanakan, yaitu dengan pupuk CRF Simplot (NPK 18-7-9) dosis 5 gram/babybag dan mycogold (mikoriza) dosis 5 gram/babybag. Prestasi kerja karyawan adalah 5000 babybag/HK. Sebelum pemupukan, dilakukan pembuatan lubang tanam pada babybag yang sudah berisi media tanam abu janjang dan tanah (1 : 5) dengan menggunakan tugal. Prestasi kerja karyawan pembuatan lubang
13
tanam adalah 5000 babybag/HK. Setelah pembuatan lubang tanam, kemudian diikuti pemupukan pertama, barulah penanaman kecambah dapat dilakukan. Penanaman kecambah diawali dengan perendaman kecambah dalam fungisida (checkpoint) berbahan aktif klorotalonil konsentrasi 0.2% selama 60 detik. Setelah perendaman, kecambah ditiriskan pada wadah dan siap dilangsir pada setiap babybag. Kecambah yang ditanam diposisikan agar posisi plumula berada diatas dan radikula berada dibawah, hal ini dilakukan agar pertumbuhan bibit tidak terganggu dan tidak menyebabkan twisted shoot (pucuk memutar). Kecambah yang datang tidak boleh ditanam jauh hari dari hari datangnya kecambah, maksimal penanaman dilakukan 2-3 hari sejak kecambah datang. Hal ini diakarenakan untuk menjamin kualitas viabilitas dan pertumbuhan kecambah. Penanaman kecambah pada 20 Maret 2015, kecambah Socfindo yang datang sebanyak 25 750 kecambah, total kecambah afkir yaitu kecambah yang radikula/plumula nya patah atau tidak normal sebanyak 422 kecambah (1.6%) dam total kecambah yang ditanam sebany ak 25 328 kecambah.
(a)
(b)
(c) (d) Gambar 2 Pemupukan (a), kecambah (b), Perendaman kecambah (c), dan penanaman kecambah (d) Setelah penanaman dilakukan kegiatan-kegiatan pemeliharaan bibit pre nursery. Pemberian naungan 70% pada bibit pre nursery dari 0-2 BST penting dilakukan agar kecambah yang baru ditanam tidak kekeringan karena panas matahari langsung. Pengendalian gulma secara manual dilakukan secara berkala untuk meminimalisir kompetisi antara bibit dan gulma. Konsolidasi merupakan kegiatan penambahan tanah pada babybag agar tanah pada babybag tidak kurang akibat pemadatan tanah yang terjadi setelah hujan. Bibit pre nursery memerlukan waktu hingga 3 bulan untuk siap transplanting ke main nursery, namun sebelum itu perlu dilakukan proses seleksi terlebih dahulu (culling) untuk membuang bibit afkir yang pertumbuhannya tidak normal dan memastikan kualitas bibit sebelum ditransplanting ke main nursery.
14
Kriteria seleksi bibit umur 3 bulan antara lain chimera, twisted shoot, rolled leaf (daun menggulung), double tone (bibit kembar), collante (daun tidak membuka), crinkle leaf (daun mengkerut) dan leaf spot disease (Curvulria sp.). Bibit afkir hasil seleksi segera dimusnahkan dan bibit sehat hasil seleksi siap untuk segera transplant ke main nursery.
(a)
(b)
(c)
(d)
(e) Gambar 3 double tone (a), rolled leaf (b), collante (c), crinkle leaf (d), leaf spot disease (Curvularia sp.) (e) Main nursery Main nursery merupakan pembibitan pada saat fase pertumbuhan bibit umut 3 - 12 bulan sebelum kemudian siap ditanam ke areal replanting. Teluk Bakau Estate memiliki luas main nursery seluas 35 ha dengan kapasistas 437 500 bibit. Bibit hasil seleksi di pre nursery siap untuk transplanting ke main nursery. Kegiatan transplanting meliputi pembuatan lubang tanam pada polybag, pemupukan dan penanaman (transplant). Polybag yang sudah berisi media tanam tanah dilubangi dengan alat pelubang (tugal), kemudian diberi pupuk CRF Simplot (NPK 18-7-9) dosis 50 gram/polybag dan mycogold (mikoriza) dosis 50 gram/polybag. Setelah pembuatan lubang tanam dan pemupukan, dilakukan penanaman bibit hasil pre nursery pada polybag yang sudah siap. Pelepasan babybag dilakukan secara hati-hati agar tidak merusak agregat tanah dan
15
mengganggu perakaran bibit. Transplanting dilakukan mulai pukul 07.00 hingga 11.00 agar tanaman tidak stress saat penanaman. Prestasi kerja karyawan pembuatan lubang tanam 500 polybag/HK, prestasi kerja pemupuk adalah 500 polybag/HK dan prestasi kerja penanaman adalah 800 bibit/HK.
(a) (b) (c) (d) Gambar 4 Pembuatan lubang tanam (a), pemupukan (b), transplanting (c), bibit selesai transplant (d) Pemeliharaan bibit main nursery meliputi pengendalian gulma secara manual, biasanya diiringi dengan tunasan atau pemotongan pelepah kering pada bibit. Weeding pada bibit main nursery dilakukan oleh karyawan dengan prestasi kerja 1000 bibit/HK. Hal ini dilakukan untuk mengurangi kompetsi antara bibit dan gulma. Selain itu pemupukan dilakukan pada umur bibit 6 bulan dengan pupuk ZincCop dosis 50 gram/bibit dan pada umur 9 bulan dengan pupuk NPK 44 dosis 50 gram/bibit. Prestasi kerja karyawan adalah 1000 bibit/HK. Pemupukan juga dilakukan secara foliar application yaitu dengan cara penyemprotan. Pupuk yang diaplikasikan adalah pupuk daun bayfolan dengan konsentrasi 0.3%. Pupuk daun diaplikasikan untuk meningkatkan efisiensi penyerapan hara karena aplikasinya langsung pada daun bibit kelapa sawit. Namun cara ini beresiko membuat hasil semprotan tercuci jika hujan turun setelah aplikasi. Pengendalian hama dan penyakit tanaman juga perlu dilakukan mengingat perlunya menjaga kualitas bibit untuk penanaman baru di areal replanting. Aplikasi insektisida decis (bahan aktif deltametrin) konsentrasi 0.3% untuk mengantisipasi dan mengendalikan serangan hama Oryctes rhinoceros. Pengendalian penyakit Purcularia sp. penyebab penyakit leaf spot disease dikendalikan dengan aplikasi fungisida dithane (mankozeb) konsetrasi 0.3% dan diaplikasikan dengan cara penyemprotan.
Gambar 5 Penyemprotan pupuk daun (kiri), weeding dalam polybag (kanan)
16
Culling/seleksi juga dilakukan pada saat umur bibit 6 bulan dan 9 bulan untuk membuang bibit abnormal yang pertumbuhannya tidak bagus sehingga bibit hasil seleksi diharapkan merupakan bibit yang sehat dan baik. Kriteria seleksi bibit umur 6 dan 9 bulan antara lain kerdil, juvenil (bentuk muda), narrow pinnae (anak daun sempit), chimera, short internode (jarak anak daun sempit), wide internode (jarak anak daun lebar), crown disease (penyakit tajuk) dan terkena hama atau penyakit parah.
(a)
(b)
(c)
(d) (e) (f) Gambar 6 culling bibit (a), juvenile (b), narrow pinaae (c), short internode (d), chimera (e), dan crown disease (f) Setelah bibit berumur 12 bulan, bibit sudah siap ditanam di areal replanting. Bibit yang sehat dan baik yang kemudian siap dilangsir ke tempat/lokasi penanaman baru menggunakan bargas berkapasitas 500 bibit/trip. Transportasi bibit dilakukan oleh karyawan dengan prestasi kerja 12 ton/HK.
Persiapan lahan (Replanting) Persiapan lahan peremajaan untuk penanaman baru dilakukan untuk menciptakan kondisi yang optimal untuk tanaman kelapa sawit yang akan ditanam. Pekerjaan persiapan lahan replanting dikerjakan oleh kontraktor dengan arahan dan pantauan dari pihak kebun. Adapun tahapan-tahapan persiapan lahan diantaranya adalah sensus pokok yang hendak ditumbang, penetapan raja lining, pre lining, pembongkaran pokok, pembuatan parit, compacting dan cambering serta penataan areal konservasi. Pembuatan field drain dan CECT Field drain adalah saluran kebun yang berfungsi sebagai saluran drainase dalam blok sehingga level air dalam blok terjaga dengan baik. Field drain mengantisipasi terjadinya kekeringan tanah gambut dan mencegah terjadinya banjir dalam blok sehingga kegiatan operasional kebun dapat berlangsung dengan
17
baik. Pembuatan field drain dikerjakan oleh kontraktor menggunakan alat berat excavator PC 136 dengan prestasi kerja 848 m/10 BU atau 2.64 ha/10 BU, juga dengan alat berat excavator BobCat dengan prestasi kerja 424 m/10 BU atau 1.32 ha/10 BU. Dimensi ukuran field drain yang dibuat yaitu 1 m x 1 m x 0.8 m (Lebar atas 1 m, kedalaman 1 m dan lebar bawah 0.8 m). Sedangkan panjang saluran field drain dari collection road sampai ke parit tengah adalah 116 m. Rasio field drain pada field replanting adalah 339 m per ha, yang artinya dalam satu hektar terdapat 339 m saluran field drain. Pembuatan field drain perlu dilakukan dengan baik dan cermat agar sampah kayu hasil kerukan tidak tertinggal dalam saluran field drain. CECT (Close Ended Conservation Trenches) merupakan parit berukuran 2 m x 2.5 m x 2 m yang berfungsi sebagai parit untuk menyimpan dan menggenangkan sampah hasil land clearing berupa hasil chipping dan pembongkaran pokok. Tujuan pembuatan CECT yaitu selain untuk konservasi tanah agar bahan organik dapat kembali kedalam tanah untuk pengayaan hara juga untuk menekan perkembangan hama kumbang tanduk (Oryctes rhinoceros) dan hama rayap (Captotermes curvignathus) yang tersisa pada sampah land clearing. Penggenangan sisa-sisa tanaman dalam CECT akan menghambat dan menekan perkembangan hama kumbang agar tidak dapat bertelur pada sisa tanaman tersebut dan juga menahan agar sisa tanaman tidak dimakan rayap. Pekerjaan CECT dilakukan dengan menggunakan alat berat excavator PC200 dengan prestasi kerja 840 m/10 BU atau 2.64 ha. Panjang CECT dalam 0.16 ha adalah 105 m dengan rasio 321 m per ha atau terdapat 1 CECT setiap 4 baris tanaman. Letak CECT berselang dengan field drain dan jarak antar CECT adalah 28 m. Pekerjaan CECT dilakukan dengan memposisikan sisa tanaman sepanjang pancang pengerukan CECT terlebih dahulu dan kemudian dilakukan pengerukan pada rumpukan tersebut sehingga terbentuk saluran CECT dengan sisa tanaman didalamnya.
(c) (a) (b) Gambar 7 Pembuatan field drain (a), dan field drain (b), dan CECT (c) Cambering dan compacting Proses selanjutnya setelah pembuatan field drain dan CECT adalah proses cambering dan compacting. Cambering merupakan pekerjaan pembumbunan tanah pada gawangan sehingga tanah pada gawang terbentuk cembung dengan tinggi cembungan 30 cm. Cambering dilakukan agar air hasil dari proses presipitasi tidak tergenang pada tengah gawangan dan air tersalur menuju field drain serta CECT sehingga kegiatan operasional kebun seperti evakuasi TBS tidak terhambat. Pekerjaan cambering dilakukan dengan menggunakan PC 138
18
dengan prestasi kerja 880 m/10 BU atau 2.64 ha/10 BU. Setelah cambering dilakukan proses compacting atau pemadatan tanah gawangan agar kepadatan lindak tanah meningkat sehingga meminimalisir doyongnya pokok sawit akibat daya sanggah tanah gambut yang rendah dan meningkatkan pasokan unsur hara (hara per volume gambut meningkat) serta mengurangi kemungkinan pencucian pupuk. Compacting dilakukan sebanyak 5 kali (3 kali bersamaan dengan cambering, 2 kali saat pembuatan lubang tanam) pada gawangan yang sama. Pekerjaan compacting dilakukan dengan menggunakan PC 138 dengan prestasi kerja 880 m/10 BU atau 2.64 ha/10 BU. Kegiatan cambering dan compacting dilakukan secara bersamaan (cambering terlebih dahulu kemudian compacting).
(a)
(b)
(c) (d) Gambar 8 cambering (a), camber terbentuk (b), compacting (c), dan hasil compacting (d) Pembuatan lubang tanam Sebelum kegiatan pembuatan lubang tanam terlebih dahulu dilakukan pemancangan lubang tanam. Jarak tanam yang digunakan adalah jarak tanam segitiga sama sisi 7.9 m x 7.9 m x 7.9 m dengan jarak antar baris 6.8 m. Titik tanam berjarak 3 m dari field drain dan CECT. Pemancangan dilakukan untuk mempermudah pekerjaan pembuatan lubang tanam sehingga lubang tanam yang dibuat sesuai jarak tanam yang diberlakukan.Pembuatan lubang tanam dilakukan secara mekanis dengan menggunakan alat berat excavator PC 130 dengan jenis bucket tumbi. Jenis lubang yang dibuat adalah hole in hole yang berarti terdapat lubang dalam lubang. Lubang yang teratas adalah lubang berbentuk trapesium dan lubang bawah berbentuk tabung dengan ujung tumbi runcing. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi kemungkinan doyongnya pokok sawit yang baru ditanam sehingga pokok sawit menjadi lebih kuat dan tersanggah dengan baik. Prestasi kerja pembuatan lubang tanam adalah 752 lubang tanam/10 BU atau 4.45 ha/10 BU. Pada pekerjaan pembuatan lubang tanam juga diiringi pekerjaan compacting sebanyak 2 kali pada gawangan/path yang sama.
19
Gambar 9 Pembuatan lubang tanam (kiri), dan lubang tanam hole in hole (kanan) Pengendalian gulma pra-tanam Sebelum penanaman LCC dan penanaman baru pokok sawit, terlebih dahulu dilakukan pengendalian gulma pada gawangan, jalan dan bibir field drain serta CECT secara kimiawi untuk mengendalikan dan menekan pertumbuhan gulma sehingga mengurangi adanya kompetisi antara gulma dengan LCC. Pengendalian gulma dilakukan dengan aplikasi penyemprotan spot yaitu penyemprotan pada titik-titik yang bergulma saja. Penyemprotan dilakukan dengan herbisida campuran audit (bahan aktif glyphosate) dan kennly (bahan aktif metil metsulfuron) dengan perbandingan 1 : 1 dan konsentrasi yang digunakan 6.67 ml/L. Aplikasi herbisida tersebut dilakukan untuk mengendalikan gulma rumput seperti Paspalum conjugatum dan daun lebar seperti Asistasia intrusa serta anak kayu seperti Melastoma malabratichum. Volume semprot adalah 45 L/ha dengan prestasi kerja karyawan 3.33 ha/HK.
Gambar 10 Pengendalian gulma secara spot-spraying Penanaman LCC (Legume Cover Crop) Setelah aplikasi penyemprotan gulma pada gawangan, kemudian penanaman LCC bisa dikerjakan. Penanaman LCC bertujuan untuk menjaga kelembaban tanah sehingga tanah gambut tidak mudah kering dan menekan pertumbuhan gulma lain. LCC yang digunakan adalah CM (Callopogonium mucunoides) dan PJ (Pueraria javanica). Dalam 1 ha dibutuhkan 3 kg CM, 3 kg PJ, 50 g rhizobium untuk merangsang pertumbuhan akar, 6 kg pupuk rock pshosphate, 3 kg pupuk CRF Simplot/sumicoat dan 300 ml air. Alat yang diperlukan yaitu kembes, angkong, timbangan, garu dan mangkuk. Pertama-tama semua bahan yang diperlukan dicampur rata, dimulai dari CM+PJ (takaran 1 hektar) kemudian dicampur dengan air+rhizobium, dan mencampur pupuk rockphosphate+CRF Simplot. Setiap gawangan dibuat 4 larikan (2 larikan berjarak 30 cm, dan berjarak 2 m dari lubang tanam). Campuran bahan tanam
20
disebar secara merata sepanjang larikan. Penanaman LCC dilakukan oleh BHL (Buruh Harian Lepas) dengan harga Rp 105 000/ha.
Gambar 11 Pengadukan campuran bahan tanam LCC (kiri), pembuatan larikan tanam (tengah), dan penaburan bahan tanam LCC (kanan) Penanaman baru Setelah semua proses persiapan lahan replanting, barulah bisa dilakukan penanaman baru. Pokok sawit yang hendak ditanam adalah pokok berumur 12 tahun, merupakan pokok yang sehat dan tidak abnormal. Penanaman dilakukan pada lubang tanam yang sudah dibuat sebelumnya, pokok yang sudah dilangsir dari bargas kemudian dilangsir pada setiap lubang tanam dan kemudian bisa ditanam. Penanaman dilakukan oleh karyawan dengan prestasi 40 pokok/HK dan premi Rp 2 000/pokok.
(a)
(b)
(c) (d) Gambar 12 Pupuk pada lubang tanam (a), langsir bibit (b), pembukaan polybag (c), dan penanaman pokok kelapa sawit (d) Pemeliharaan Pemeliharaan tanaman belum menghasilkan (TBM) mencakup pemupukan, pengendalian gulma secara kimiawi (chemist), pengendalian gulma secara manual, konsolidasi dan sanitasi. Pemeliharaan TBM perlu dilakukan sebaik mungkin untuk menunjang pertumbuhan tanaman dan menjaga agar tanaman dapat berproduksi maksimal saat hendak dan sedang menjadi tanaman menghasilkan (TM).
21
Pemupukan Sistem pemupukan yang dipakai di PT BNS adalah Block Manuring System (BMS), yaitu sistem pemupukan yang terkonsentrasi dalam 1-2 hancak pemupukan per kebun, dikerjakan blok per blok dengan sasaran mutu pemupukan yang lebih baik, supervisi lebih fokus dan produktifitas lebih tinggi. Pemupukan mengacu pada rekomendasi hasil riset dari Minamas Research Centre yang menunjukan jenis dan dosis pupuk yang akan diaplikasikan. Rekomendasi pemupukan ini disusun atas dasar hasil analisa kimia daun, status hara tanah, kondisi tanah dan LCC, serta proyeksi produksi (balance sheet). Pupuk makro yang digunakan diantaranya adalah NPK 44, NPK 65, MOP sedangkan pupuk mikro yang digunakan diantaranya adalah Zn2SO4, CuSO4, ZinCop, HGFB. Pupuk mikro diaplikasikan karena lahan gambut merupakan lahan marjinal yang bukan hanya miskin hara makro namun miskin juga hara mikronya. Pupuk makro NPK 44 adalah pupuk majemuk dengan kandungan hara 12.12% N, 6.54% P2O5, 22.29% K2O dan 3.33% MgO serta 0.07% TE (Cu+B+Zn) yang diaplikasikan pada pokok TBM dengan dosis 2 kg/pokok, prestasi kerja karyawan untuk pupuk NPK 44 adalah 700 kg/HK atau 2 ha/HK. Pupuk NPK 65 adalah pupuk makro majemuk dengan kandungan hara 15.19% N, 15.35% P2O5 dan 15.03% K2O yang diaplikasikan dengan dosis 1 kg/pokok, dengan prestasi kerja karyawan 500 kg/HK atau 2.8 ha/HK. Pupuk MOP (60% K2O) diaplikasikan dengan dosis 0.5 kg/pokok, dengan prestasi kerja karyawan 75 kg/HK atau 3.5 ha/HK. Aplikasi pupuk makro dilakukan dengan menabur pada piringan pokok berjarak 2 m dari pokok. Sedangkan pupuk mikro seperti Zn2SO4, CuSO4 dan pupuk zincop, diaplikasikan pada pokok dengan dosis 200 gr/pokok, dengan prestasi kerja karyawan 75 kg/HK atau 2.16 ha/HK. Pupuk HGBF diaplikasikan dengan dosis 70 g/pokok dan prestasi kerja karyawan 50 kg/HK atau 4 ha/HK. Aplikasi pupuk mikro dilakukan dengan penaburan pupuk pada tiga titik berjarak 2 m dari pokok.
(a)
(b)
(c) (d) Gambar 13 Pupuk NPK 44 (a), aplikasi pupuk pada piringan (b), pupuk Cu (c), dan penempatan pupuk Cu (d)
22
Pengendalian gulma Pengendalian gulma di lahan kelapa sawit umumnya dilakukan dengan cara kimiawi (chemist) dan dengan cara manual. Gulma di lahan yang dikendalikan adalah gulma yang berada di dalam piringan dan di dalam gawangan. Pengendalian gulma secara kimiawi dikerjakan dengan sistem Block Spraying System (BSS), yaitu sistem penyemprotan gulma baik yang ada di piringan maupun yang berada di gawangan yang pengerjaannya dilakukan blok per blok sehingga supervisi lebih fokus dan mutu perawatan terjaga.
Gambar 14 Gulma di gawangan mempersulit evakuasi TBS Pekerjaan pengendalian gulma secara kimawi dibagi menjadi dua pekerjaan, yakni piringan chemist dan gawangan chemist. Piringan chemist merupakan pengendalian gulma pada piringan pokok kelapa sawit yang berjarak 2 m dari pokok secara kimiawi dengan aplikasi penyemprotan herbisida. Aplikasi herbisida dilakukan dengan menggunakan knapsack sprayer dengan kapasitas 12 L. Untuk gulma rumput seperti Paspalum conjugatum, dll dikendalikan dengan herbisida bermerk dagang Audit berbahan aktif glyphosate dengan konsentrasi 1% (10 cc/L) dan volume semprot 36 L/ha. Herbisida berbahan aktif glyphosate merupakan racun yang bersifat sistemik sehingga hasil penyemprotan baru terlihat satu minggu setelahnya namun pengendalian gulma dirasa lebih efektif dan tahan lama. Sedangkan gulma daun lebar seperti Asistasia intrusa, paku-pakuan, Nephrolepis sp., LCC yang menjalar ke dalam piringan, dikendalikan dengan herbisida merk dagang Basta, Metsulindo dan Kennly. Basta dengan bahan aktif glufosinat diaplikasikan dengan konsentrasi 1% (10 cc/L) dan volume semprot 36 L/ha. Bisasanya aplikasi basta dicampur dengan metsulindo berbahan aktif metil metsulfuron dengan konsentrasi 0.5 mg/L dan volume semprot 36 L/ha. Selain itu juga untuk mengendalikan gulma daun lebar dapat digunakan herbisida kennly dengan metil metsulfuron, dengan konsentrasi 2.67 g/L dan volume semprot 36 L/ha. Herbisida dengan bahan aktif glufosinat dan metil metsulfuron merupakan herbisida purna tumbuh yang bersifat kontak, efek racun dapat terlihat mulai 2-3 hari sejak aplikasi dilakukan. Prestasi kerja karyawan piringan chemist adalah 2 ha/HK. Rotasi pengerjaan piringan chemist adalah 2 bulan atau 6 kali dalam setahun pada blok yang sama. Pekerjaan gawangan chemist adalah pengendalian gulma yang tumbuh pada gawangan hidup atau pasar rintis yang merupakan jalan evakuasi TBS ke TPH dengan tujuan agar gulma tidak mengganggu proses evakuasi TBS. Pekerjaan dilakukan dengan aplikasi herbisida dengan bantuan knapsack sprayer kapasitas 12-15 L. Herbisida yang digunakan adalah herbisida merk dagang kenlon 480 EC yang berbahan aktif triklopir butoksi etil ester dengan konsentrasi
23
0.67 % (6.67 ml/L) dan volume semprot 45 L/ha. Herbisida tersebut merupakan herbisida purna tumbuh yang bersifat sistemik berbentuk pekatan yang dapat diemulsikan dan biasa untuk mengendalikan gulma umum di lahan kelapa sawit TBM. Gulma yang dikendalikan antara lain seperti Melastoma malabratichum, Mikania micrantha, Scleria sumatrensis, dll. Prestasi kerja karyawan gawangan chemist adalah 1 ha/HK.
Gambar 15 Tim chemist (kiri), penentuan konsentrasi herbisida (tengah), dan aplikasi herbisida (piringan chemist) (kanan) Pengendalian gulma secara manual dilakukan pada piringan pokok kelapa sawit dan gawangan. Piringan manual (raking) dikerjakan dengan membabat semua gulma yang berada pada piringan disertai penggarukan piringan agar akar gulma tidak tertinggal. Alat yang digunakan adalah parang dan garuk, prestasi kerja karyawan adalah 0.3 ha/HK. Sedangkan pekerjaan gawangan manual dikerjakan dengan membabat gulma pada gawangan dengan tujuan memperlebar pasar rintis yang menjadi jalan evakuasi TBS. Prestasi kerja karyawan adalah 0.2 ha/HK.
Pengendalian hama dan penyakit tanaman Hama dan penyakit tanaman perlu di deteksi keberadaannya lebih dini dengan Early Warning System yang merupakan tindakan pendukung pelaksanaan pengendalian hama secara terpadu atau disebut Integrated Pest Management. Pengendalian hama dan penyakit kelapa sawit dilakukan secara terintegrasi dengan cara biologi, manual dan kimiawi untuk infestasi berat. Biologi Pengendalian hama dan penyakit secara biologi yakni dengan memanfaatkan tanaman dan hewan yang bermanfaat untuk menekan populasi hama dan penyakit sasaran. Tanaman yang bermanfaat (beneficial plants) untuk menekan populasi hama ulat kantung dan ulat api diantaranya adalah Euphorbia heterophylla, Casia cabanensis, Turnera subulata dan Turnera omnifolia, serta Antigonon leptopus. Beneficial plants berperan dalam mengundang musuh alami hama dan penyakit terutama ulat kantung dan ulat api yaitu berupa predator dan parasitoid sehingga secara perlahan dengan terciptanya lingkungan biologis demikian, populasi hama dan penyakit berangsur-angsur akan dibawah ambang ekonomi. Penanaman beneficial plants dilakukan pada collection road atau pinggir kanal cabang (KCB) dan sepanjang KUT dengan rasio penanaman 10 m setiap 1 ha dan perbandingan pertanaman Casia cabanensis : Turnera sp :
24
Antigonon leptopus (6 : 2 : 2). Tanaman Euphorbia heterophylla tidak ditanam pada lahan gambut karena sulit dikembangkan karena peka terhadap tanah kurus dan pH rendah walaupun cukup efektif dalam menekan populasi hama ulat kantung dan ulat api. Selain itu pengendalian secara biologi dilakukan juga untuk menekan populasi hama tikus dengan menggunakan burung hantu (Tyto alba). Kunci dalam hal pengendalian tikus dengan burung hantu adalah pendirian/pembuatan nest box atau barn owl box (BOB) sebagai hunian Tyto alba. Nest box dibuat dan didirikan pada areal kelapa sawit dengan rasio 1 nest box setiap 40 ha pertanaman (1 : 40). Setiap nest box dibuat penanda pada pokok pertama pada jalur dimana nest box ditempatkan yang menunjukan bahwa di lokasi tersebut terdapat nest box beserta identitas berupa nomor nest box.
(a)
(b)
(c) (d) Gambar 16 Turnera subulata (a), Antigonon leptopus (b), signboard BOB (c), barn owl box (d) Manual Pengendalian hama secara manual salah satunya adalah dengan adanya penerapan pherotrap untuk mengendalikan hama kumbang tanduk (Oryctes rhinoceros). Pherotrap adalah perangkap yang terdiri dari sex pheromone untuk menarik kumbang tanduk, seng, ember sebagai wadah perangkap dan kayu sebagai penyangga. Setelah kumbang terperangkap dalam wadah, maka selanjutnya dapat dilakukan pengutipan kumbang yang dilakukan secara manual. Kumbang dikumpulkan dan kemudian dimusnahkan dengan cara dibakar pada tempat yang sudah disediakan. Rasio pemasangan pherotrap adalah 1 : 1 ha yang artinya setiap hektar pertanaman terdapat 1 buah pheromone. Jenis pheromone yang digunakan adalah Sime RB Pheromone 1000SL dengan bahan aktif etil-4metiloktanoat 999,9 g/l. Harga satu pheromone tersebut adalah Rp.130.000,dengan harga yang cukup mahal tersebut diperlukan adanya manajemen dan pengawasan yang ketat terhadap penggantian pheromone sehingga biaya pengendalian dapat digunakan dengan bijaksana dan dapat ditekan.
25
Gambar 17 Sime RB Pheromone (kiri), pherotrap (tengah), kumbang dalam pherotrap (kanan) Kimia Selain dengan pengendalian secara biologis dan manual, jika serangan hama dan atau penyakit sudah pada tingkat heavy infestation maka selanjutnya dapat diatasi dengan cara pengendalian kimiawi yakni dengan aplikasi penyemprotan menggunakan pestisida. Untuk mengendalikan hama kumbang tanduk, pestisida yang digunakan adalah insektisida dengan merk dagang capture 50 EC dan 100 EC, diaplikasikan dengan konsentrasi 1.67% (16.67 cc/L) dan volume semprot 24 L/ha. Penyemprotan dilakukan pada daun termuda, batang sebelah kanan dan batang sebelah kiri dengan total waktu 9 detik per pokok. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah serangan hama kumbang pada pokok kelapa sawit TBM sedini mungkin. Prestasi kerja karyawan adalah 4.5 ha/HK dengan pemakaian bahan 1.8 L/HK. Untuk mengendalikan hama ulat kantung dan ulat api serta rayap, dilakukan sensus serangan hama secara berkelanjutan untuk memonitor dan mengontrol serangan hama tersebut sehingga dapat ditindak dan dicegah penyebarannya sebelum terjadi serangan berat. Pada saat sensus hama langsung dilakukan penyemprotan dengan insektisida pada pokok yang terserang. Insektisida yang digunakan adalah capture 50 EC atau 100 EC dengan bahan aktif cypermethrin 50-100g/L, diaplikasikan dengan konsentrasi 0.67% (6.67 cc/L) dan volume semprot sesuai dengan tingkat serangan. Untuk serangan hama ulat kantung dan ulat api, aplikasi dilakukan pada daun yang terserang hama. Panen Pelaksanaan panen di PT BNS diterapkan dengan sistem Block Harvesting System (BHS), yakni sistem panen yang kegiatan panennya setiap hari kerja terkonsentrasi pada satu seksi panen tetap berdasarkan interval yang telah ditentukan. Kegiatan panen dilakukan oleh tenaga panen dari dua kemandoran, yang terdiri dari mandor panen, kerani panen dan tenaga panen. Kegiatan panen menganut sistem ancak tetap yang berarti setiap tenaga panen memiliki ancak masing-masing yang harus dipanen dan dirawat tunasannya. Fokus kegiatan panen adalah memotong semua janjang masak panen dengan rotasi panen < 9 hari dan mutu panen sesuai standar, mengutip seluruh brondolan (loose fruit), serta mengirimkan seluruh TBS yang dipanen ke PKS selambat-lambatnya dalam waktu 24 jam. Panen menganut sistem Non DOL (Division of Labour) artinya setiap pemanen sekaligus melakukan pekerjaan potong buah, tunas pelepah, evakuasi buah dan kutip brondolan secara progressif. Target pemanen bisa berdasarkan ancak ataupun basis panen, target berdasarkan ancak yang artinya
26
pemanen wajib potong semua buah yang masak di ancaknya, hal ini dilakukan saat kerapatan panen rendah. Saat kerapatan panen tinggi, pemanen melakukan potong buah sampai basis tercapai (premi dapat basis) dan dapat menambah jumlah TBS lebihnya untuk dijadikan premi lebih basis. Premi dapat basis (basis borong) dibayar secara kumulatif saat pembagian upah dengan harga Rp 13.000,/basis borong sedangkan premi lebih basis (lebih borong) dibayar dengan harga Rp.400-500,-/Janjang (TBS).
(a)
(b)
(c)
(d) Gambar 18 Potong buah (a), potong long stalk (b), evakuasi TBS (c), antrian buah di TPH (d)
Transport TBS Transportasi di PT BNS umumnya menggunakan transportasi air terutama untuk transportasi TBS menuju PKS, transportasi logistik seperti pupuk, bahan bangunan, dsb. Transportasi air yang digunakan untuk evakuasi TBS dari lahan ke overskip adalah berupa bargas container dengan kapasitas 6 ton (2 ton/keranjang). Overskip merupakan perpindahan TBS dari bargas ke poonton container yang selanjutnya akan ditransportasikan menuju PKS. Overskip di TBE menggunakan bantuan alat berat RB Crane untuk mengangkat keranjang dari bargas menuju pontoon, lokasi overskip mekanis ini bertempat di divisi II. Selain itu juga dilakukan overskip manual yang dilakukan oleh helper bargas untuk memindahkan TBS dari bargas ke dalam pontoon, lokasi overskip ini berada di divisi III dan IV. Kapasitas pontoon bisa mencapai 14 ton (total dapat termuat 7 keranjang, 2 ton/keranjang). Setelah semua keranjang dalam pontoon dimuat TBS, kemudian pontoon dapat ditransportasikan menuju PKS dengan menggunakan tug boat. Jumlah pontoon yang dapat ditarik tug boat bisa mencapai 4 pontoon dengan total maksimal 56 ton TBS/trip dengan kecepatan 3.43 km/jam. Kebutuhan minyak bensin tug boat adalah 1.3 L/km jika tug boat menarik 4 pontoon.
27
Gambar 19 Transport TBS dari TPH dengan bargas (kiri), overskip dengan RB Crane (tengah), dan transport TBS ke pabrik dengan pontoon Adapun kegiatan harian (jurnal) penulis sebagai karyawan harian lepas (KHL) dapat dilihat pada lampiran 9. Aspek Manajerial Top manajemen di TBE terdiri atas seorang Estate Manager, seorang Kepala Tata Usaha (KTU), seorang senior asisten atau Asisten Kepala (Askep) dan 3 asisten divisi serta seorang asisten pembibitan. Sedangkan manajemen tingkat divisi terdiri atas seorang asisten yang membawahi supervisi dan krani divisi. Kegiatan harian penulis sebagai pendamping mandor/mandor 1 dapat dilihat pada lampiran 10. Tujuan dan fungsi sistem manajemen yang digunakan adalah sebagai acuan dan pola kewenangan, tanggung jawab serta sikap yang harus dilakukan di setiap tingkat jabatan. Pendamping Mandor Perawatan (Piringan Manual) Mandor perawatan mengikuti antrian pagi yang dihadiri oleh seluruh supervisi dan asisten divisi, melaporkan kendala yang ada dalam pekerjaan kemarin dan menerima instruksi baik dari asisten divisi maupun dari mandor 1. Melaporkan hasil kerja kemarin secara verbal kepada asisten dan mandor 1. Mandor memimpin antrian pagi dengan karyawan perawatan dan membagi tugas serta mengarahkan petunjuk kerja yang aman (safety). Mandor menentukan jumlah karyawan yang dibutuhkan dan menentukan ancak perawatan untuk karyawan, mengecek kelengkapan alat kerja seperti parang dan kelengkapan APD seperti sepatu boot, sarung tangan dan sarung parang, serta mengawasi seluruh pekerjaan piringan manual. Mandor memastikan hasil pekerjaan piringan manual dengan baik, yakni tidak terdapat gulma merambat pada pokok kelapa sawit, dan piringan bersih dari gulma. Setelah pekerjaan selesai dikerjakan, mandor mencatat dan menuliskan hasil kerja harian berupa absensi harian, keterangan absen, dan luasan (ha) yang dikerjakan per HK dalam buku kegiatan mandor (BKM). Pendamping Mandor Pupuk Mandor pupuk mengikuti antrian pagi yang dihadiri oleh seluruh supervisi dan asisten divisi. Mandor melaporkan jumlah ton pupuk yang sudah dipupuk kemarin disertai luasan areal yang sudah dipupuk, dilaporkan juga kendala yang dialami serta menerima instruksi kerja hari ini. Mandor memimpin antrian pagi dengan karyawan pupuk dan menentukan jumlah karyawan dengan tugas
28
memupuk serta jumlah transfer gang karyawan sesuai rencana kerja harian (RKH) yang dibuat mandor 1. Mandor memastikan alat yang dibawa karyawan sudah sesuai dengan tugas pupuk hari ini, missal ember besar (kapasitas 25 kg) untuk pekerjaan pupuk NPK 44 (dosis 2 kg/pokok) sedangkan ember kecil (kapasitas 5 kg) untuk pekerjaan pupuk mikro ZnSO4 (dosis 200 g/pokok). Mandor memastikan karyawan menggunakan sarung tangan dan apron sebagai alat pelindung diri (APD). Sebelum berangkat ke lahan, mandor menghitung jumlah pupuk yang dilangsir dari gudang pupuk menuju bargas agar jumlah pupuk sesuai dengan target pemupukan hari ini dan juga sesuai dengan jumlah karyawan pemupuk. Di lahan, mandor menginstruksikan metode dan petunjuk teknis kepada helper bargas untuk melangsir pupuk dengan benar agar mempermudah pemupuk dalam pekerjaan. Mandor memastikan seluruh kegiatan pemupukan terawasi dengan baik, tidak ada pupuk yang tidak tertinggal dan belum diberikan kepada tanaman, memastikan seluruh pokok tanaman dipupuk sesuai dosis rekomendasinya. Setelah pekerjaan, mandor pupuk memastikan jumlah karung pupuk kosong sesuai dengan jumlah awal sehingga tidak lebih dan tidak kurang (target tercapai), mencatat absensi harian, hasil pekerjaan berupa luasan (ha) yang didapat setiap HK nya pada hari tersebut dalam BKM. Pendamping Mandor Chemist Gulma Mandor semprot gulma (chemist) mengikuti antrian pagi dan melaporkan pekerjaan kemarin kepada asisten dan mandor 1. Kemudian mandor memimpin antrian pagi dengan karyawan dan mengecek semua peralatan seperti knapsack sprayer sudah dibawa dan dalam kondisi yang baik (tidak rusak) serta memastikan semua karyawan menggunakan APD seperti apron, sepatu boot dan masker. Mandor mempersiapkan jumlah bahan berupa herbisida yang diperlukan untuk program piringan chemist hari ini dan menentukan jenis herbisida yang sesuai untuk mengendalikan gulma dominan di lahan tempat penyemprotan hari tersebut dilakukan. Mandor membagi tugas penyemprotan kepada karyawan dan memberikan insturksi serta petunjuk teknis yang baik dan aman untuk diaplikasikan oleh karyawan. Di lahan, mandor bertugas untuk mengawasi pekerjaan karyawan, memastikan gulma di setiap piringan disemprot dengan baik dan memastikan agar pelepah pokok kelapa sawit TBM tidak ikut terkena larutan herbisida. Mandor memutuskan pekerjaan alternatif apabila terjadi hujan yang menyebabkan pekerjaan chemist tidak efektif jika terus dilakukan untuk efisiensi penggunaan hari kerja (HK). Setelah pekerjaan mandor memastikan semua sprayer yang digunakan dibawa dengan keadaan baik dan apabila terjadi kerusakan segera melapor dan meminta sprayer baru atau sprayer yang masih baik. Hasil pekerjaan berupa absensi harian dan luasan (ha) yang didapat setiap HK nya dituliskan dalam BKM untuk kemudian direkap oleh krani divisi. Mandor juga bertugas membuat bon permintaan barang (BPB) untuk kebutuhan baik herbisida maupun knapsack sprayer yang dibutuhkan pada suatu periode program piringan chemist. Pendamping Mandor Chemist Hama Mandor semprot hama (chemist) mengikuti antrian pagi dan melaporkan hasil pekerjaan kemarin kepada asisten dan mandor 1. Kemudian mandor memimpin antrian dengan karyawan dan memastikan sprayer dan APD lengkap
29
digunakan oleh karyawan. Mandor mempersiapkan kebutuhan insektisida untuk program pengendalian hama dengan jenis insektisida yang tepat untuk mengendalikan hama kumbang badak (Oryctes rhinoceros). Mandor memberikan instruksi dan arahan yang tepat mengenai bagaimana kerja teknis penyemprotan agar pekerjaan dapat berlangsung lancar dan aman sampai berakhir. Di lapangan, mandor bertugas mengawasi keryawan agar menjaga kualitas penyemprotan, tidak terburu-buru dalam menyelesaikan pekerjaan agar dosis insektisida yang diaplikasikan pada setiap pokok sesuai dengan arahan dan rekomendasi asisten sehingga pokok terjaga dari serangan hama kumbang badak. Setelah pekerjaan mandor bertugas mencatat hasil pekerjaan hari tersebut dalam BKM dan membuat BPB untuk kebutuhan insektisida dan sprayer yang diperlukan pada suatu periode program penyemprotan hama. Pendamping Mandor Replanting Mandor replanting mengikuti antrian pagi yang diikuti oleh seluruh supervisi dan asisten divisi. Mandor melaporkan kendala yang ada dan terjadi saat pekerjaan land preparation di lahan replanting. Mandor bertugas untuk mengawasi seluruh pekerjaan yang dilakukan kontraktor mulai dari penumbangan, hingga pembuatan lubang tanam oleh alat berat sehingga hasil pekerjaan sesuai dengan keinginan dan tepat berakhir sesuai kontraknya. Pengawasan oleh mandor sangat diperlukan mengingat persiapan lahan replanting merupakan pekerjaan yang paling penting dalam mendukung optimalnya kondisi lingkungan untuk pertanaman kelapa sawit sehingga tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dan berkembang dengan baik di lahan replanting. Seluruh hasil kegiatan setiap hari dicatat dalam buku kegiatan mandor dan hasil pekerjaan alat berat (kontraktor) dilaporkan setiap hari ke kantor besar TBE oleh krani divisi berdasarkan BKM replanting tersebut. Selain itu setelah pekerjaan pembuatan lubang tanam oleh kontraktor, mandor juga terus memberikan instruksi dan pengawasan kepada karyawan pada kegiatan penanaman LCC, penanaman baru pokok kelapa sawit sehingga pekerjaan dapat terlaksana dengan baik dan sesuai dengan target program replanting. Pendamping Mandor Transport Mandor transport mengikuti antrian pagi dengan seluruh supervisi dan asiaten divisi. Mandor melaporkan permasalahan yang ada saat pekerjaan kemarin baik dari pekerjaan pengendalian gulma air (sanitasi KCB/KCB baru dan KUT), pekerjaan muat buah maupun transport pupuk kepada asisten divisi dan mandor 1. Setelah itu mandor memimpin antrian pagi dan mengecek kehadiran karyawan serta memberikan instruksi dan arahan pembagian tugas pada hari tersebut. Mandor mengecek kondisi bargas dan mesin out boat, jika terdapat kerusakan segera melapor kepada asisten dan secara bersamaan memutuskan langkah alternatif agar pekerjaan dapat berlangsung tanpa ada hambatan dan operasional kebun tidak terhambat. Mandor mengawasi pekerjaan sanitasi KCB/KCB baru, kanal kolektor dan KUT sehingga prestasi kerja karyawan dapat terjaga dan perkembangan gulma air dapat ditekan. Mandor transport juga berkoordinasi dengan mandor panen dan mandor pupuk untuk pekerjaan muat buah dan transport pupuk agar tidak terjadi kesalahan kerja, TBS dapat dimuat dan ditransportasikan menuju overskip tepat pada waktunya dan tidak ada buah
30
tinggal, pekerjaan melangsir pupuk berlangsung lancar tanpa ada pupuk tertinggal di bargas. Seluruh pekerjaan pada hari tersebut dicatat dan ditulis dalam BKM . Pendamping Mandor Panen Mandor panen bertugas dalam memastikan karyawan pemanen menjalankan sapta disiplin panen yakni ; 1) seluruh buah matang dipanen, 2) tidak memanen buah mentah, 3) seluruh brondolan dikutip bersih, 4) pelepah disusun rapih dan dirumpukan (letter “U”), 5) pelepah sengkleh tidak ada, 6) seluruh buah disusun rapi di TPH, 7) seluruh administrasi panen dikerjakan secara benar dan up to date. Pagi hari mandor mengikuti antrian pagi bersama asisten divisi dan seluruh supervisi, melaporkan hasil tonase panen kemarin dan rencana panen hari ini berdasarkan seksi panen divisi. Mandor bertugas untuk melakukan taksasi produksi, yakni melihat prakiraan produksi pada lahan yang hendak dipanen besoknya. Taksasi produksi dilakukan pada beberapa gawangan contoh dengan melihat jumlah buah matang panen di pokok, kemudian dari hasil taksasi dapat diperoleh prakiraan produksi yang menjadi acuan jumlah karyawan pemanen yang diperlukan untuk panen besok hari. Hasil taksasi juga menentukan jumlah bargas yang diperlukan untuk muat buah esok hari dan hasil taksasi dapat diperoleh kerapatan panen sebagai landasan tindakan adanya pelebaran ancak panen. Hasil taksasi dicatat dengan rapi di buku taksasi produksi. Selain itu mandor panen bertugas untuk mengecek kualitas ancak pemanen, hal ini dilihat dari jumlah brondolan (loose fruit) yang tidak dikutip di piringan atau gawangan, jumlah buah tinggal atau buah matang panen yang tidak dipanen, kualitas rumpukan pelepah (frond stacking) dan tunasan. Hasil pengecekan kualitas ancak dicatat pada form SBS (Stuctured Block System) dan dilaporkan ke kantor divisi. Saat antrian pagi dengan karyawan pemanen, mandor memberikan arahan dan petunjuk teknis panen yang baik dan safety bagi pemanen. Mandor memastikan karyawan menggunakan APD yang lengkap meliputi helm, sarung egrek, sepatu boot dan perlengkapan alat dibawa lengkap seperti angkong, egrek gancu dan kapak. Mandor menginstruksikan agar jangan sampai ada buah tinggal ataupun buah mentah (brondol <5) dipanen oleh pemanen. Pendamping Krani Panen Krani panen mengikuti antrian pagi bersama asisten, mandor 1 dan mandor lainnya setiap pagi dan melaporkan jika ada kendala yang terjadi pada pekerjaan panen kemarin. Krani panen bertugas mengecek kualitas buah yang dipanen oleh pemanen, pengecekan dilakukan di TPH untuk melihat ada tidaknya buah mentah/unripe (brondol < 5), buah under ripe (brondol 6-9), jumlah buah matang panen (brondol > 10) dan buah empty bunch, yakni buah yang sudah brondol lebih dari 70% (over ripe). Selain kualitas buah, krani panen juga memastikan tidak ada TBS dengan tangkai janjang yang masih panjang lebih dari 2 cm (long stalk) karena buah long stalk tidak akan diterima PKS karena kesulitan dalam pengolahannya. Hasil pengecekan kualitas buah dicatat dan kemudian dilaporkan kepada asisten divisi, hasil tersebut juga dapat menjadi landasan tindakan pemberian sanksi kepada pemanen. Hasil panen berupa jumlah janjang yang diperoleh setiap pemanen dicatat pada BKM dan mencatat total premi yang didapatkan pemanen.
31
Pendamping Krani Divisi Krani divisi bertugas membantu asisten divisi mencatat dan merekap semua administrasi tingkat divisi mulai dari kehadiran karyawan harian, laporan produksi harian hasil pekerjaan, pemakaian bahan, BPB, jatah beras semua karyawan dan tanggungan, data tunjangan kesehatan, dsb. Setiap hari krani divisi merekap data absensi harian hasil produksi harian dan hasil pekerjaan hari kemarin untuk kemudian melakukan checkroll siang hari di kantor besar TBE. Checkroll merupakan kegiatan input absensi, hasil pekerjaan dan pemakaian bahan setiap harinya di semua pekerjaan di divisi. Setiap bulan krani divisi mencetak cost price yang merupakan hasil checkroll harian disesuaikan dengan budget divisi per tahun pada bulan yang bersangkutan dan kemudian diserahkan kepada asisten divisi untuk melihat perkembangan penggunaan budget di bulan tersebut. Selain itu krani divisi juga bertugas membuat monitoring produksi dan biaya, membuat PDO (permintaan dana operasional) divisi bulanan, melakukan PPI untuk barang-barang urgent dan laporan bulanan produksi. Kemudian krani divisi juga bertugas membuat laporan bulanan opname janjang dan LF kontraktor, memeriksa administrasi calon karyawan baru serta menghitung pembagian gaji untuk karyawan. Pendamping Mandor 1 Mandor 1 atau mandor besar bertanggung jawab terhadap seluruh pekerjaan lapangan di divisi dengan membantu asisten divisi berkoordinasi dengan seluruh supervisi dan krani divisi. Mandor 1 memimpin antrian pagi sebelum penyampaian dari asisten, mengecek kehadiran mandor, mengevaluasi pekerjaan dan meminta laporan setiap mandor untuk pekerjaan tiap harinya. Mandor 1 membuat rencana kerja harian (RKH) untuk prakiraan pekerjaan esok harinya meliputi jenis pekerjaan dan jumlah karyawan yang diperlukan. Mandor 1 bertugas mengecek pekerjaan karyawan dan menilai pengawasan mandor terhadap karyawan di lapangan. Penulis bersama mandor 1 dan asisten mengikuti kegiatan mingguan field day yaitu kegiatan dalam rangka sharing dan evaluasi dari suatu divisi, biasanya bertempat pada ancak yang baru dipanen dengan melakukan cek ancak di divisi tersebut. Pendamping Asisten Penulis sebagai pendamping asisten melakukan kegiatan teknis dan pengawasan di lapangan serta kegiatan administrasi di kantor divisi dan kantor besar TBE. Kegiatan teknis di lapangan yang dilakukan salah satunya dengan melakukan pengawasan terhadap kinerja mandor pupuk, mandor perawatan. Kemudian penulis juga ikut aktif dalam sosialisasi dan training karyawan mengenai pekerjaan penanaman LCC di lahan replanting divisi II. Penulis juga mengikuti agenda mingguan bersama asisten seperti field day di suatu divisi dalam rangka sharing dan evaluasi khususnya bagi divisi tersebut umumnya bagi semua divisi. Adapun kegiatan harian penulis sebagai pendamping asisten dapat dilihat pada lampiran 11.
32
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengelolaan air di lahan gambut kelapa sawit TBE bertujuan dalam mempertahankan water level atau ketinggian air dengan sasaran ketinggian air -30 cm dibawah permukaan tanah (dpt). Hal tersebut dimaksudkan agar air dapat selalu tersedia untuk tanaman, lahan gambut dapat terus dilestarikan dan air tersedia untuk sistem transportasi air baik untuk transport TBS ataupun transport lainnya. Karena sumber air di TBE, PT BNS satu-satunya adalah berasal dari air hujan maka perlu dilakukannya pengelolaan air yang baik untuk mempertahankan air. Lahan gambut memiliki sifat fisik porous yang berarti lahan gambut tidak dapat memegang air dalam jangka waktu yang lama. Kemudian lahan gambut juga bersifat irreversible drying yang artinya dapat menyebabkan kering tak balik (gambut mati) jika gambut kekeringan dan dapat mudah terjadi kebakaran. Pada lahan gambut juga dapat terjadi peat subsidence atau yang dimaksud penurunan permukaan gambut, hal tersebut dapat terjadi secara alami melalui proses dekomposisi bahan organik gambut yang belum sepenuhnya terdekomposisi, juga dapat dikarenakan level air yang tidak terjaga (level air rendah). Maka dari itu diperlukan adanya penanganan air di lahan gambut untuk mempertahankan kelestarian lahan gambut itu sendiri. Sistem Drainase Pengaturan air di lahan gambut perlu memperhatikan sistem drainase untuk mempertahankan air agar tersedia untuk tanaman dan untuk menjaga agar tidak terjadi banjir di lahan yang dapat mempersulit pekerjaan kebun. Sistem drainase yang dibuat di TBE terdiri dari kanal utama (KUT), kanal cabang (KCB) dan kanal cabang baru (KCB Baru), kanal kolektor, parit tengah dan field drain. Perawatan sistem drainase berupa kanal dan parit dilakukan 33% dari jumlah panjang kanal/parit setiap tahun dengan tujuan agar kanal/parit dapat selalu berfungsi secara optimal, baik untuk tanaman maupun untuk transport. Kanal utama Kanal utama (KUT) merupakan sistem drainase sekaligus berperan sebagai kanal transportasi kebun. Sarana transportasi kebun dari dan ke PKS, emplasemen dan akses keluar masuk antar estate, juga berfungsi sebagai kanal kolektor. Transport TBS TBE melalui KUT dari overskip km 07 dan km 10 menuju Teluk Bakau Factory (TBF) dilakukan dengan menggunakan pontoon ditarik dengan tugboat. Dimensi ukuran KUT adalah 12 m x 4 m x 8 m yang artinya dengan kedalaman kanal 4 m, lebar dasar kanal 8 m dan lebar atas kanal 12 m. Rasio KUT di TBE adalah 3 m KUT setiap ha lahan (3 : 1) dengan total panjang KUT di TBE adalah 11.5 km. Pemeliharaan KUT dilakukan diantaranya dengan melakukan sanitasi KUT, yakni dengan mengangkat sedimentasi di dasar kanal KUT dengan bantuan alat berat PC 200 dan kemudian meratakan sedimentasi tersebut untuk membuat collection road pada bibir KUT. Selain itu juga dilakukan pengendalian secara manual jika ada gulma air pada KUT dan memelihara sarang buaya sebagai tanaman air penahan gelombang dalam upaya konservasi KUT agar menekan terjadinya erosi pada bibir KUT. Pada bibir KUT juga ditanami Alstonia
33
angustiloba (pulai) dengan penanaman 1.5 m dari pinggir kanal dan jarak 4 m antar tanaman pulai. Penanaman pulai dimaksudkan untuk memiminalisir terjadinya longsor akibat gelombang transportasi air dengan mengikat agregat tanah disekitar tanaman pulai.
(a)
(b)
(c) (d) Gambar 20 Kanal utama (a), konservasi pinggir KUT dengan sarang buaya (b), Alstonia angustiloba (c), perawatan KUT dengan excavator (d)
Kanal cabang dan kanal cabang baru Kanal cabang (KCB) dan kanal cabang baru (KCB Baru) merupakan sistem drainase kebun sekaligus sebagai saluran transportasi TBS dan logistik dari dan ke tempat pengumpulan hasil (TPH). Dimensi ukuran KCB dan KCB Baru adalah 4 m lebar atas kanal, 3 m lebar dasar kanal dan 3 m kedalaman kanal (4 m x 3 m x 3 m). Rasio KCB dan KCB Baru adalah 20 m kanal setiap 1 hektar lahan (20 :1) dengan total panjang KCB dan KCB Baru di TBE adalah 74 km. Kanal cabang baru dibuat pada lahan replanting baru tahun 2013 sampai sekarang dengan maksud memperpendek jarak evakuasi buah dan pekerjaan perawatan. Pekerjaan evakuasi TBS dari pasar rintis menuju TPH menjadi lebih mudah dikarenakan jarak evakuasi buah diperpendek dari 250 m menjadi 125 m karena TPH dapat dibuat pada bibir KCB Baru. Berikut adalah layout blok lama dan blok baru
34
KCB
KCB U Parit tengah
Parit tengah
KCB Baru 125 m
250 m Field drain KCB
KCB
Layout blok lamaB
Layout blok baruB
Gambar 21 Layout blok lama dan blok baru Keterangan : KUT KCB KCB Baru
: Kanal Utama : Kanal Cabang : Kanal Cabang Baru
Perawatan KCB dan KCB Baru dilakukan dengan cara manual dan mekanis dengan bantuan alat berat. Perawatan kanal secara mekanis dengan bantuan alat berat PC 200 long arm dengan tujuan sanitasi KCB/KCB Baru untuk mengangkat sedimentasi tanah didasar kanal. Selain itu sanitasi juga berguna untuk memperlancar sirkulasi air kanal dan menambah kedalaman kanal dengan mengangkat sedimentasi tanah tersebut. Perawatan KCB/KCB Baru juga dilakukan dengan mengendalikan gulma air yang ada seperti kiambang (Salvinia molesta) dan eceng gondok (Eichorrnia crasipess) yang dapat mengambat beroperasinya transportasi kebun seperti bargas. Pengendalian gulma air dilakukan dengan cara manual yakni dengan metode penggunaan jaring untuk gulma air dengan populasi yang cukup banyak atau dengan menggunakan serokan untuk mengendalikan gulma yang kondisi populasinya tidak banyak (spost control).
Gambar 22 KCB/KCB Baru (kiri), perawatan KCB (tengah), perawatan KCB spot-upkeep (kanan)
35
Kanal kolektor Kanal kolektor merupakan saluran drainase yang juga berfungsi sebagai kanal pengumpul air dari KCB dan KCB Baru. Kanal ini juga berfungsi sebagai sarana transportasi bargas pada sisi paling timur dan barat dari suatu blok, yang merupakan jalur masuk bargas ke KCB Baru jika KCB Baru tidak tembus ke KUT karena adanya jalan utama. Dimensi ukuran kanal kolektor adalah 4 m x 3 m x 3 m dengan panjang total kanal kolektor di TBE adalah 6.7 km. Parit tengah Parit tengah merupakan saluran drainase dalam blok yang berfungsi sebagai penyalur air dari field drain jika terjadi kelebihan air pada field drain. Parit tengah dibuat untuk menjaga ketinggian air di dalam blok sehingga air dapat dipastikan tersedia untuk tanaman. Dimensi ukuran parit tengah adalah 1 m x 1m x 1 m dengan rasio 40 m parit setiap 1 hektar lahan (40 : 1). Pada perbatasan parit tengah dengan kanal kolektor, terdapat sistem overflow yang bertujuan jika ketinggian air pada parit tengah melebihi batasnya maka secara otomatis air akan keluar menuju kanal kolektor sehingga ketinggian air dalam parit tengah dapat terjaga dengan baik (tidak terjadi banjir atau kelebihan air). Field drain Field drain atau parit lapangan, merupakan sistem drainase dalam blok yang berfungsi menjaga ketersediaan air untuk tanaman dan mencegah terjadinya banjir pada pasar rintis agar evakuasi buah tidak terhambat karena banjir. Aliran air permukaan dalam gawangan atau pasar rintis bergerak menuju field drain karena adanya pembumbunan (camber) pada gawangan sehingga mempermudah drainase aliran permukaan. Dimensi ukuran field drain adalah 1 m x 1m x 0.8 m dengan rasio 339 m field drain setiap 1 hektar lahan (339 : 1) atau 1 : 4 dimana terdapat 1 saluran field drain setiap 4 baris tanaman. Perawatan field drain dilakukan baik dengan cara mekanis yakni dengan bantuan alat berat maupun dengan cara manual. Perawatan field drain secara mekanis dibantu oleh alat berat PC 45 (BobCat) dengan tujuan mengangkat sedimentasi tanah di dasar field drain dan sekaligus mengendalikan gulma yang tumbuh di dalam saluran field drain. Perawatan manual pada field drain dilakukan salah satunya dengan cara pembabatan secara manual pada gulma yang tumbuh di bibir field drain, dengan tujuan agar gulma tidak menghambat aliran permukaan air menuju field drain.
Gambar 23 Parit tengah (kiri) dan field drain (kanan)
36
Penulis melakukan pengamatan mengenai dimensi ukuran field drain yang sesungguhnya di lahan TBM-1 dan TBM-2, tepatnya di blok D002, E002 dan E003 yang berada di divisi I TBE. Tujuan pengamatan adalah untuk melihat perbedaan dimensi ukuran field drain pada TBM-1 dan TBM-2 dengan ukuran standar. Pengamatan dilakukan pada total 12 saluran field drain, dengan masingmasing 4 saluran field drain setiap bloknya. Parameter yang diukur adalah kedalaman saluran, lebar saluran dan ketinggian air dalam field drain sebagai data pendukung. Pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali pada masing-masing field drain, yakni pada pangkal, tengah dan ujung sehingga diperoleh total pengukuran sebanyak 36 kali pada 3 blok yang diamati. Berikut adalah layout pengamatan dimensi ukuran field drain
KCB
x x
10 Pokok
5 pokok x
x
K U T
x 5 pokok x
KCB Baru x x 5 pokok x
x x x
KCB Gambar 24 Layout pengamatan dimensi ukuran field drain Keterangan : Field Drain KUT KCB KCB Baru
x Titik pengamatan
Rute pengamatan
: Kanal Utama : Kanal Cabang : Kanal Cabang Baru
Tabel 2 Rata-rata hasil pengukuran kedalaman, lebar dan ketinggian air dalam field drain* Tahun Kedalaman Ketinggian air Blok contoh Lebar (cm) tanam (cm) (cm dpt) D002 2013 96.67 122.92 -41.67 E002 2014 121.67 124.58 -41.25 E003 2014 122.08 120.83 -42.50 Keterangan : cm dpt : cm dibawah permukaan tanah Rata-rata hasil pengukuran tersebut diperoleh dari data lengkap yang terlampir pada lampiran 5.
37
Dari hasil pengamatan dimensi ukuran field drain pada lahan TBM-1, yakni pada blok E002 dan E003 (tahun tanam 2014) dapat diketahui bahwa kedalaman field drain masih berada diatas 1 m, hal ini dikarenakan penggalian pada saat pembuatan field drain saat replanting melebihi ukuran standar kedalaman yaitu 1 m. Namun hal ini tidak mempengaruhi fungsi field drain sebagai sistem drainase dalam blok selama kedalaman saluran tidak jauh berbeda dari 1 m. Sedangkan pada lahan TBM-2, yakni pada blok D002 (tahun tanam 2013) dapat diketahui bahwa kedalaman field drain rata-rata adalah 96.67 cm, walaupun tidak jauh berbeda dari ukuran standar nya namun terdapat pengurangan kedalaman saluran. Hal ini dapat diakibatkan karena sudah terbentuk nya sedimentasi di dasar field drain sehingga saluran menjadi semakin dangkal sehingga perlu dilakukannya pengangkatan sedimentasi dalam rangka perawatan field drain. Lebar rata-rata field drain pada ketiga blok yang diamati terlihat lebih lebar didanding ukuran standarnya yakni 1 m, hal tersebut dikarenakan terjadinya longsor yang terjadi pada bibir field drain sehingga terjadi pelebaran field drain setelah field drain berumur 1 hingga 2 tahun sejak replanting. Ketinggian air dalam field drain sudah terjaga pada rentang optimalnya yakni -30 cm dpt sampai -50 cm dpt. Data tersebut diambil pada tanggal 6 april 2015, dengan curah hujan mulai dari tanggal 1 hingga 5 april berturut-turut adalah 2.5 mm, 16.7 mm, 18.4 mm, 43.4 mm dan 1.3 mm. Pengaturan Tinggi Muka Air Pengelolaan air di TBE merupakan upaya mempertahankan level air sehingga level air di kanal maupun water table di kebun bisa tetap terjaga terus pada rentang optimalnya. Untuk mendukung hal tersebut, TBE membangun dan menerapkan infrastruktur dan pengelolaan yang baik untuk mempertahankan level air pada rentang optimalnya sehingga air dapat selalu tersedia untuk tanaman dan juga dapat menjaga kelestarian lahan gambut. Pintu air spillway Spillway merupakan pintu air utama di km 00 yang merupakan pintu air dari KUT ke Sungai Kateman. Spillway berfungsi menjaga stabilitas level air terutama di kanal utama agar transportasi TBS, logistik, penyediaan air untuk tanaman dapat berlangsung dengan baik. Spillway juga berfungsi untuk mencegah penetrasi air laut sehingga kadar garam di KUT km 00 dapat dipertahankan serendah mungkin, karena air di KUT km 00 dipakai untuk pengolahan TBS di PKS. Sasaran water level di KUT dekat spillway adalah +25 cm dpt. Pintu air pada spillway berjumlah delapan pintu, hal tersebut diterapkan untuk menjaga level air di KUT sebaik mungkin sehingga water level dapat terjaga dengan baik pada rentang optimalnya. Acuan tindakan buka tutup spillway adalah berdasarkan water level di KUT km 05. Jika level air di km 05 < -30 cm dpt maka pintu air ditutup, hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya kekeringan di kanal kebun. Namun jika level air di km 05 > -30 cm dpt maka pintu air dibuka, hal tersebut dilakukan untuk mengurangi volume air di kanal kebun agar tidak terjadi banjir di lahan. Perawatan spillway dilakukan dengan cara monitoring setiap harinya untuk melihat dan membersihkan jika terdapat sampah, kayu, brondolan dan janjang serta mengatasi kebocoran pintu. Kemudian hasil
38
monitoring tersebut dilaporkan jika ada kerusakan seperti spillway pecah, tiang pintu air patah, ke kantor besar TBE.
Gambar 25 Spillway
Water zoning Water zoning merupakan pengelompokan wilayah pengaturan ketinggian air berdasarkan topografi dan elevasi yang relatif sama. Water zoning PT BNS dapat dilihat pada lampiran 7. Water zoning dibuat karena terdapat perbedaan elevasi yang cukup nyata pada beberapa lokasi di PT BNS, sehingga air pada zona atas yang elevasinya lebih tinggi dibanding zona bawah dapat selalu tersedia agar terhindar dari bahaya kekeringan di musim kemarau dan banjir di musim hujan. Selain itu juga berfungsi untuk mempertahankan debit air di masing-masing zona agar tetap mencukupi bagi pertumbuhan tanaman dan menjamin lancarnya proses transportasi TBS karena air cukup tersedia. Pada proses pembuatan zoning system, kecepatan dan arah aliran air serta debit air perlu diperhatikan untuk menentukan letak bendungan. Setelah informasi zona sudah ditetapkan, pembuatan bendungan dan over flow dapat dilakukan, over flow berfungsi untuk menyalurkan air pada zona atas menuju zona bawah jika air pada zona atas berlebih.
Gambar 26 Perbedaan tinggi air zona atas dan zona bawah (kiri), pipa overflow (kanan) Pintu air (water gate) Pintu air (water gate) merupakan fasilitas pengelolaan air yang berperan dalam mengatur keluar masuknya aliran air dari dan ke parit perbatasan dengan masyarakat dalam upaya mempertahankan level air kebun. Penulis melakukan patroli pintu air yang dipasang di parit perbatasan dengan masyarakat di TBE, adapun layout dan lokasi water gate di TBE dapat dilihat pada lampiran 8. Berikut merupakan ilustrasi salah satu bentuk water gate di salah satu parit perbatasan dengan masyarakat.
39
Gambar 27 Mekanisme salah satu water gate (kiri), water gate (kanan) Penanda level air (water level marker) Sasaran ketinggian air di TBE adalah -30 cm dpt sampai -50 cm dpt karena air tidak hanya untuk tanaman kelapa sawit namun diperuntukan juga untuk transportasi terutama transportasi TBS melalui kanal kebun. Pada prakteknya jika water level di TBE (km 05) lebih dari -30 cm dpt maka pintu air spill way dibuka sampai ketinggian air normal kembali. Namun juka water level di km 05 kurang dari -30 cm dpt maka pintu air spill way ditutup sampai ketinggian air normal kembali. Untuk memantau ketinggian air di TBE, dilakukan pemasangan water level marker sebagai alat untuk mengukur ketinggian air di kanal, seperti di KUT, KCB/KCB Baru, dan kanal kolektor. Water level marker ditempatkan di beberapa titik di TBE, seperti di km 05 KUT dan km 06 KCB divisi I dan di km 11 divisi IV. Water level marker di km 05 menjadi acuan mengenai tindakan buka tutup pintu air spillway di km 00.
Positive value
(bibir kanal)
Titik nol Water level (cm dpt)
negative value
(muka air)
Gambar 28 Ilustrasi dan penggambaran water level marker (kiri), water level marker (kanan) Fluktuasi ketinggian air di TBE secara alamiah disebabkan oleh curah hujan yang turun karena curah hujan sebagai satu-satunya sumber air untuk tanaman dan untuk transportasi di TBE. Maka dari itu penulis melakukan analisa mengenai pengaruh curah hujan terhadap ketinggian air di TBE dengan menggunakan data curah hujan di TBE 5 tahun terakhir dan data water level 5 tahun terakhir yang dapat dilihat pada lampiran 6. Hasil analisis regresi linier sederhana menunjukan bahwa curah hujan berpengaruh nyata dengan nilai signifikan 0.021 (< 0.05) terhadap level air. Hal ini dapat dilihat dilihat pada model berikut Y = -54.46+ 0.0982X Y X
: Level air di kanal (cm dpt) : Curah hujan (mm)
40
Model tersebut menunjukan bahwa kenaikan 1 mm curah hujan maka akan meningkatkan level air sebesar 0.0964 cm dpt. Nilai R2 sebesar 28% yang menunjukan bahwa pada analisa kali ini curah hujan hanya berpengaruh 28% terhadap water level di kanal, sedangkan 72% sisanya dipengaruhi oleh faktor lain seperti pengaturan water gate spillway, water gate perbatasan dengan masyarakat dan kondisi bendungan. Water gate yang berada di perbatasan dengan parit masyarakat sekitar kebun dilihat juga mempengaruhi kondisi water level TBE, diperlukan adanya pengawasan terhadap pintu air agar air kanal kebun tidak dapat dengan bebas disalurkan ke parit masyarakat tanpa diketahui oleh asisten di divisi terkait. Pintu air tersebut harus dipastikan dalam kondisi tertutup terutama saat kondisi water level kebun dibawah rentang optimalnya sehingga air dalam kebun dapat terjaga dan tidak terjadi water loss di kebun. Water level yang tidak terkontrol akan menyebabkan penurunan permukaan tanah gambut (peat subsidence) dengan cepat, dalam hal ini peat subsidence akan lebih cepat terjadi jika water level rendah dan dibawah rentang optimalnya. Data peat subsidence di TBE disajikan pada tabel berikut. Tabel 3 Hasil pengukuran peat subsidence TBE tahun 2013-2015 Penurunan No. Bulan cek Peat subsidence (cm) 1 Agustus 2013 I (Blok E001) 2.00 II (Emplasemen utama) 2.00 2 Februari 2014 I (Blok E001) 2.00 II (Emplasemen utama) 2.00 3 Agustus 2014 I (Blok E001) 2.00 II (Emplasemen utama) 0.50 4 Februari 2015 I (Blok E001) 0.50 II (Emplasemen utama) 1.50
Rata-rata (cm) 2.00 2.00 1.25 1.00
Patok peat subsidence terletak pada blok E001 divisi I TBE dan di emplasemen utama TBE km 05. Pengecekan peat subsidence dilakukan setiap 6 bulan sekali yakni pada bulan Februari dan Agustus. Peat subsidence dapat menyebabkan pokok kelapa sawit menjadi doyong bahkan roboh, hal ini dapat mengurangi produksi TBS.
Gambar 29 Patok peat subsidence (kiri), pokok doyong akibat peat subsidence (kanan) Level air penting diketahui karena water level sangat perlu dijaga pada rentang optimalnya melalui upaya pengelolaan air sehingga kelestarian lahan gambut dapat terjaga dan produksi TBS maksimal. Untuk melihat pengaruh water
41
level terhadap produksi, penulis kembali melakukan analisis regresi linier sederhana dengan menggunakan data water level dan produksi 5 tahun terakhir yang terlampir pada lampiran 6. Berdasarkan hasil analisis diperoleh model linier sederhana sebagai berikut. Y = 5087 + 19.26X Y X
: Produksi TBS (ton) : Level air di kanal (cm dpt)
Model tersebut menggambarkan bahwa kenaikan level air sebesar 1 cm dpt maka akan meningkatkan produksi sebesar 19.26 ton yang berarti bahwa level air berpengaruh nyata terhadap peningkatan produksi (0.007 < 0.05). Water table Kebutuhan air tanaman kelapa sawit berasal dari air hujan dan kandungan air dalam tanah gambut yang biasa dipantau melalui kedalaman air tanah atau permukaan air tanah (water table). Water table optimal untuk ketersediaan air tanaman adalah pada kisaran -50 cm dpt sampai -70 cm dpt karena kedalaman perakaran kelapa sawit rata-rata memiliki kedalaman -40 cm dpt. Water table juga memastikan bahwa air di dalam blok tidak kurang sehingga kekeringan gambut dapat dicegah. Water table diukur dari permukaan tanah menggunakan pizzometer yang terbuat dari pipa paralon PVC dengan diameter 8 cm dan panjang 130 cm. Pizzometer ditempatkan dengan cara dimasukan pada tanah dengan kedalaman 1 m, kemudian pada titik tersebut dapat diamati water table dengan menggunakan pengukur berskala 0-90 cm.
Water Table (cm dpt)
Permukaan Tanah
Titik nol cm dpt
Gambar 30 Mekanisme pengukuran water table (kiri), pizzometer (kanan) Rasio penempatan pizzometer di TBE adalah 1 pizzometer setiap 50 ha lahan kelapa sawit (1 : 50) dengan total pizzometer yang dipasang oleh penulis di TBE adalah sebanyak 67 buah. Adapun penulis melakukan percobaan terkait pengukuran water table di beberapa titik di blok D005 divisi II untuk melihat tingkat penetrasi air kanal ke dalam blok pada jarak 10 m, 125 m dan 250 m dari bibir KCB. Berikut adalah layout percobaan pengukuran water table di blok D005 divisi II.
42
KCB 6.5
3
2
2
1
11
10 m 0m
3
Jalur 225
125 m
Jalur 135
3
Jalur 45
250 m
K U T
2
1
KCB 7 Gambar 31 Layout percobaan pengukuran water table di blok D005 divisi II Keterangan : Letak piezzometer Jarak dari bibir KCB 1 = 10 m 2 = 125 m 3 = 250 m KUT : Kanal Utama KCB 6.5 pengamatan : Kanaldan Cabang di KM 6.5 Berdasarkan pengukuran water table pada blok te KCB 7 : Kanal Cabang di KM 07
Tabel 4 Pengamatan water table D005 divisi II (cm dpt) Pizzometer Apri Mei l Jarak dari Minggu keNo KCB (m) Jalur 4 1 2 3 cm dpt 45 10 -54.00 -47.00 -40.00 -38.00 125 -82.00 -72.00 -45.00 -41.00 250 -80.00 -75.00 -49.00 -42.00 Rata-rata -72.00 -64.67 -47.00 -41.50 135 10 -61.00 -53.00 -44.00 -36.00 125 -67.00 -59.00 -45.00 -37.00 250 -69.00 -65.00 -47.00 -40.00 Rata-rata -65.67 -59.00 -45.00 -38.00 225 10 -53.00 -46.00 -25.00 -23.00 125 -59.00 -55.00 -31.00 -21.00 250 -66.00 -64.00 -40.00 -25.00 Rata-rata -59.33 -55.00 -32.00 -23.00 Rata-rata 10 -56.00 -48.67 -34.50 -29.50 125 -69.33 -62.00 -40.33 -33.00 250 -71.67 -68.00 -45.33 -35.67
-33.00 -43.00 -45.00 -40.33 -39.00 -40.00 -45.00 -41.00 -23.00 -22.00 -29.00 -25.00 -31.67 -35.00 -39.67
-44.67 -56.60 -58.20 -53.10 -46.60 -49.60 -53.20 -49.80 -34.00 -37.60 -44.80 -38.80 -40.07 -47.93 -52.07
RATA-RATA
-35.44
-47.23
-65.67
-59.56
-41.44
-34.06
Rata-rata 4
43
Terlihat pada Tabel 4 bahwa semakin kedalam, tren penetrasi air KCB semakin berkurang, hal ini ditunjukan dengan water table pada titik-titik 250 m dari bibir KCB lebih rendah dibandingkan titik 10 m dan 125 m. begitu pula pada titik 125 m dari bibir KCB memiliki water table lebih rendah dibandingkan pada titik 10 m. Perbedaan tinggi rendahnya water table pada beberapa titik tersebut dapat mempengaruhi produktivitas pokok kelapa sawit disekitarnya, pokok kelapa sawit yang berada disekitar titik dengan water table relatif tinggi akan memiliki produksi TBS yang lebih baik dibandingkan yang berada di sekitar titik dengan water table lebih rendah.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Sistem produksi on farm kelapa sawit di TBE untuk menghasilkan TBS meliputi kegiatan-kegiatan mulai dari pembibitan dua tahap (double stage nursery), perawatan seperti pengendalian gulma, pengendalian HPT baik secara biologis, manual maupun kimiawi, pemupukan, hingga pemanenan. Kegiatan magang memberikan manfaat kepada penulis dalam hal peningkatan baik dalam keterampilan maupun pengetahuan mengenai aspek-aspek teknis tersebut, serta penulis dapat bekerja secara nyata dengan mengikuti kegiatan-kegiatan harian yang ada di TBE, PT BNS. Pengelolaan air di lahan gambut PT BNS dapat dikelola dengan baik, hal ini dibuktikan dengan adanya infrastruktur yang memadai untuk mendukung pengaturan air yang sesuai, seperti pintu air spillway, pintu air perbatasan, water zoning, bendungan dan overflow bund, penanda level air dan pizzometer. Infrastruktur tersebut diperlukan untuk mempertahankan level air pada rentang 30 hingga -50 cm dpt (untuk TBE), yang bertujuan untuk mempertahankan air karena digunakan transportasi TBS dan logistik serta menunjang kelestarian gambut agar tidak mudah terjadi peat subsidence dan kering tak balik (irreversible drying). Sistem drainase di TBE, PT BNS terdiri atas kanal utama, kanal cabang, kanal cabang baru, kanal kolektor, parit tengah dan field drain. Hasil analisis regresi linier sederhana menunjukan bahwa curah hujan berpengaruh nyata (P value = 0.021) terhadap level air, kenaikan 1% curah hujan akan menaikan level air 0.0982% dpt. Begitu juga kenaikan 1% level air akan meningkatkan produksi sebesar 19.26% yang berarti bahwa level air berpengaruh nyata terhadap peningkatan produksi (0.007 < 0.05). Pengelolaan air juga digunakan untuk mempertahankan air dalam kebun sehingga dapat selalu tersedia untuk suplai air tanaman kelapa sawit sehingga produksi TBS bisa maksimal. Produksi TBS di TBE selama lima tahun terakhir memiliki rata-rata 16.41 ton/ha/tahun yang diperoleh dari tanaman kelapa sawit TM 19-21. Saran Perlu dilakukan monitoring mengenai tinggi muka air (level air) bukan hanya pada satu titik saja namun pada beberapa titik yang memiliki penanda level
44
air (water level marker). Hal tersebut dimaksudkan untuk memberikan pertimbangan yang lebih akurat dalam hal tindakan pengaturan air di TBE. Water gate di parit perbatasan dengan masyarakat perlu diawasi secara berkala untuk menghindari kehilangan air di kanal kebun yang dapat menyebabkan rendahnya level air atau bahkan menjadi kering. Patok peat subsidence perlu ditambah dan diaplikasikan pada beberapa titik di TBE serta dilakukan monitoring setiap 6 bulan sekali untuk melihat penurunan permukaan gambut yang representatif dari keseluruhan lahan di TBE. Peat subsidence yang representatif selanjutnya dapat dianalisis pengaruhnya terhadap produktivitas kelapa sawit di lahan gambut.
DAFTAR PUSTAKA Agus F, Subiksa IGM. 2008. Lahan Gambut: Potensi untuk Pertanian dan Aspek Lingkungan. Bogor (ID): Balai Penelitian Tanah dan World Agroforestry Center (ICRAF). Agus F, Dariah A, Susanti E, Jubaedah. 2010a. Penggunaan lahan gambut: Trade offs antara emisi CO2 dan keuntungan ekonomi. Kerjasama antara Asisten Deputy Iptek Pemerintahan dengan Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian, Badan Litbang Pertanian. Badrun, M. 2010. Lintasan 30 tahun pengembangan kelapa sawit. Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian dan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (The 30 year oil palm development. Directorate General of Plantations, Ministry of Agriculture, Indonesia and the Indonesian Company Society for Oil Palm Plantation). Barchia M.F. 2006. Gambut. Agroekosistem dan Transformasi Karbon. Yogyakarta (ID): Gadjahmada University Press. [BBSDLP] Balai Besar Litbang Sumber Daya Lahan Pertanian. 2008. Laporan Tahunan 2008, Konsorsium Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim pada Sektor Pertanian. Bogor (ID). Dariah A, Jubaedah, Wahyunto, Pitono J. 2013. Pengaruh tinggi muka air saluran drainase, pupuk dan amelioran terhadap emisi CO2 pada perkebunan kelapa sawit. J Littri 19 (2) : 66-71 (2013). [DITJENBUN] Direktorat Jenderal Perkebunan. 2014. Perkembangan Luas Areal Perkebunan Tahun 2010-2015. Indonesia [Internet]. DITJENBUN [diunduh 2015 Jul 15]. Tersedia pada : http://www.ditjenbun.pertanian.go.id. [DITJENBUN] Direktorat Jenderal Perkebunan. 2014. Perkembangan Produksi Komoditas Perkebunan Tahun 2010-2015. Indonesia [Internet]. DITJENBUN [diunduh 2015 Jul 15]. Tersedia pada : http://www.ditjenbun.pertanian.go.id. [DITJENBUN] Direktorat Jenderal Perkebunan. 2014. Perkembangan Produktivitas Komoditas Perkebunan Tahun 2010-2015. Indonesia [Internet]. DITJENBUN [diunduh 2015 Jul 15]. Tersedia pada : http://www.ditjenbun.pertanian.go.id. Djainudin D, Marwan H, Subagjo H, Hidayat A. 2003. Petunjuk Teknis Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Pertanian. Bogor (ID): Balai Penelitian Tanah.
45
Fadli ML, Sutarta ES, Purba P, Sugiyono, Darmosarkoro W, Ginting EN. 2006. Kelapa Sawit Pada Lahan Gambut. Medan (ID): Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Fauzi Y, Widyastuti YE, Satyawibawa I, Paeru RH. 2012. Kelapa Sawit. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Gomez KA, Gomez AA. 1995. Prosedur Statistik untuk Penelitian Pertanian Edisi Kedua. Sjamsuddin E, Baharsjah JS, penerjemah. Jakarta (ID): UI press. Terjemahan dari: Statistical Procedures for Agricultural Research. Hatano R, Inoue T, Yamada H, Sato S, Darung U, Limin S, Limin A, June T, Suwardi, Sumawinata B et al. 2010. Soil greenhouse gases emissions from various land uses in tropical peatlands in Indonesia. In: Suwardi, Hatano R, Sumawinata B, Darmawan, Limin S, Nion YA, editor. Proceeding of Palangkaraya International Symposium & Workshop On Tropical Peatland; 2010 Jun 10-11; Palangkaraya, Indonesia. Bogor (ID): Integrated Field Environmental Science - Global Center of Excellent (IFES-GCOE) Indonesian Liaision Office Bogor Agricultural University Palangkarya University Hokkaido University. p. 47-54. Herman, Agus F, Las I. 2009. Analisis finansial dan keuntungan yang hilang dari pengurangan Emisi Karbon Dioksida pada Perkebunan Kelapa Sawit. Jurnal Litbang Pertanian, Volume 28 No.4 tahun 2009 halaman: 127-133. Badan Litbang Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta (ID). [ICCTF]. Indonesian Climate Change Trust Fund. 2012. Sustainable Management of Degraded Peatland to mitigate GHG Emissionand Optimzed Crop production. Laporan kerjasama Penelitian ICCTF Bapennas – BBSDLP. Bogor (ID). Lubis dan Wahyono T. 2008. Keragaan Konflik pengusahaan lahan pada perkebunan kelapa sawit di Sumatra. Jurnal Penelitian Kelapa sawit 16(1): 47-59. Murtilaksono K, Siregar H H, Darmosarkoro W. 2007. Model Neraca Air di Perkebunan Kelapa Sawit (Water Balance Model in Oil Palm Plantation). Jurnal Penelitian Kelapa Sawit. 15 (1): 21-35. Pahan I. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. [PPKS]. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. 2006. Potensi dan Peluang Investasi Industri Kelapa Sawit di Indonesia. Pusat Penelitian Kelapa Sawit: Medan (ID). Rajagukguk JA. 2010. Pengelolaan air untuk budidaya tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di PT Sari Aditya Loka 1, Merangin, Jambi [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Saragih, JM. 2014. Pengelolaan lahan gambut di perkebunan kelapa sawit di Kebun Teluk Bakau, PT Bhumireksa Nusa Sejati, Minamas Plantation, Riau [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Wahyunto, Dariah A, Pitono D, Sarwani M. 2013. Prospek pemanfaatan lahan gambut untuk perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Jurnal Perspektif 12(1): 11-22. Wiratmoko D, Winarno S, Rahutomo, Santoso H. 2008. Karakteristik gambut topogen dan ombrogen di Kabupaten Labuhan batu Sumatera Utara untuk Budidaya tanaman kelapa sawit. Jurnal Penelitian Kelapa sawit 16 (3):119
46
LAMPIRAN Lampiran 1 Peta Areal Statement PT Bhumireksa Nusa Sejati, Riau Km. 00
PKS Teluk Bakau
TBF
Km.4 1
Km.4,5
2
Km.5
3
Km.5,5
4
Km.6
F005
5
Km.6,5
F006
E004
6
Km.7
G007
F007
E005
7
Km.7,5
G008
8
Km.8
G009
F009
9
Km.8,5
Div I
Div I
F008 Div II
E001
D001
E002
D002
E003
D003 D004 D005
E006
D006
E007
D007
G010
F010
E008
D008
10 Km.9
G011
F011
E009
D009
11 Km.9,5
G012
F012
E010
F013
E011
D011
E012
D012
F015
E013
D013
F016
E014
D014
F017
E001
D001
12 Km.10
Div III
13
G013
Div II
G014
14 Km.11
Okupasi MDE
15 Km.11,5 16 Km.12
Div V
H016
G015
H016
Div IV G016
H017
G017
17
H018
18 Km.13
H019
19
H20
20 Km.14
23
Div IV
Div IV
F018
G019 G020
Div I
G021
H022
22 Km.15
PKS Mandah
G018 Div II
H021
21
F014
Div I
D010
E002
D002
F019
E003
D003
F0120
E004
D004
E005
D005
F021
E006
D006
H023
G023
F023
E007
D007
H024
G024
F024
E008
D008
E009
D009
24 Km.16
H025
25
H026
G022
F022
G025 Div III
F025 Div IV
G026
F026
E010
D010
26 Km.17
G027
F027
E011
D011
27
G028
F028
E012
D012
28 Km.18
G029
F029
29
Batas kebun = Okupasi TBE
E029
Div III Okupasi NPE 1
C002
7 8
E032
D032
32 Km.20
F033
E033
D033
33 Km.20,5
F034
E034
D034
34 Km.21
F035
E035
D035
Pringgan / Tata batas 21 22
17
D031
Div I & II
C032
TBE
1,784
1995
326
1996
1997
1998
13 14
C035
11 12
846
MDE
141
842
1,527
420
411
838
261
280
708
375
2,691
2,433
2,379
1,518
1,502
143
NLE Total
9 10
C031
1,927
2000
810
( perkebunan Masyarakat )
7
5
8
3
6
Bibitan 2004
2005
2007
2009
2012
12/13
400
1,369
NPE
Okupasi RSE
1
4
2
Replanting
242
RSE
Simbar Kec. Kateman
Pringgan / Tata batas
15
18
1999
Desa
C033 C034
Tahun Tanam 1994
15
C031
Div V
Uraian Kebun
14
D030 Div III
( perkebunan Masyarakat )
19 20
13
12
11
10
D029
E030 E031
F032
23
9
Div III
F031
24
Sungai Alam (Sungai Dendan)
5
Div V C003
Div IV F030
25
C001
6
31
26
4
Div II
30 Km.19
27
3
2
482
205
645
642
568 521
108
521
1,078
108
429
54 54
Empl
14/15
Jalan/
Pabrik
Okupasi
467
234
40
52
334
390
139
21
35
237
9 9
77
166
5
25
271
35
252
224
1,260
419
424
424
285
1,700
1,082
HCV
Total
Jbtn
510 429
847
13/14
12 73
197 2,904 502 1,702
4,085 7,313
208
5,069 5,836 3,457
23
5,304
208
25,759
47
Lampiran 2 Peta Areal Statement Teluk Bakau Estate, PT BNS, Riau
Km. 0.0
Km. 4.0 1
Km. 4.5
2
Km. 5.0
3
Km. 5.5
4
Km. 6.0
5
Km. 6.5
6
Km. 7.0
7
Km. 7.5
8
Km. 8.0
9
Km. 8.5
: : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : :
10 Km. 9.0 11 Km. 9.5 12 Km.10.0 13 Km.10.5 14 Km.11.0 15 Km.11.5
IV
15
: E001 : : : : E002 :I : E003 : : E004 : : E005 : E006 : II : : E007 : : E008 : : E009 : : E010 : : E011 : : E012 : : E013 : : E014
D001 : : : : : D002 : D003 D004 D005 D006 D007 D008 D009 D010 D011 D012 D013 D014
13
16
14
: : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : :
b: : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : :
III
11
09
12
07
10
08
06
DIVISI
KETERANGAN
TOTAL Warna
I
II
III
IV
-
-
-
1994
-
385
556
844
1,784
1995
-
184
141
-
326
1996
-
99
143
-
242
668
840
844
2,352
TM
Sub total TM
-
-
TBM 2013
400
-
-
400
2014
467
-
-
-
467
Sub total TBM
867
-
-
-
867
Total Areal sudah Ditanam
867
668
840
844
3,219
2 62
-
Areal Belum Ditanam / Lainnya - Pabrik - Replanting - Bibitan - Emplasment / Bangunan - Jalan & Jembatan - Areal Tidak Diusahakan - Okupasi Total Areal Belum ditanam / lainnya Total Areal Statement ( didalam HGU )
9
234 40 19 72
21 73 -
-
-
-
-
-
64
9 234 40 52 274 197 806
908
4,025
10 67
-
-
103
365
197 274
970
1,033
1,114
48
Lampiran 3 Struktur Organisasi Teluk Bakau Estate, PT BNS, Riau
MANAGER EST. MOH. FAOZI TOAN
Dokter PT BNS
Sr. Assisten
K T U -TBE
dr Faulim . A
Bistha
AMHARDI
Staf EMS
Staf GM RS
Staf ITS
ASISTEN
Rahmat Budiarta
Edi Sugianto
Feri Yusdian
Divisi
Yudi Rahmat Taufiq Heriansyah Zulfikar Wardana
Gilang Ramadhan
Staf PSD M. Hanafie
Kepala Bangunan
- Tukang - Pandai Besi - Tukang Titi - Beton
Kepala Bengkel Sayuti
- Mekanik - Tk Las/Ban - Instalasi - Listrik/Air
Mandor Traksi
- Opt.SB - OP. TB - Opr.KM - Kennek - Opr.Al.Berat - Opr.List./Air
Ka Traksi R. Jalaludin
Mdr. Semprot
Mantri Hama Mandor I Krani Div. Mdr.Bibit Krani Bibit
Krani Traksi Yusilawati
Mantri Sensus
Mantri Buah
Man. Tanaman
Kantor Besar Ka. Poliklinik - Pembukuan - Perawat - Kasir/Payroll - Kerani - Personalia - Pembelian - Adm. Tanaman/Opt.Komputer - Guru - Mudim - Office Boy - Petugas Mess Ka. Gudang - Krani Gudang - Pembt. Gudang
Ka. Satpam
Lampiran 4 Struktur Manajemen Pengelolaan Air, Teluk Bakau Estate, PT BNS, Riau GM ESTATES (Penanggung Jawab)
MANAGER (Koordinator)
Senior Asisten (Pelaksana)
Asisten Div II (Pelaksana)
Mandor 1
Petugas
Asisten Div III (Pelaksana)
Mandor 1
Petugas
Asisten Div IV (Pelaksana)
Mandor 1
Petugas
49
50
Lampiran 5 Hasil Pengukuran Kedalaman, Lebar dan Ketinggian Air Dalam Field Drain Blok D002, D003 dan E003 TBE Tanggal Blok
Contoh
Jalur Pokok (dari pangkal) 11 16 21 26
6/4/2015 E002 FD.E002.D FD.E002.C FD.E002.B FD.E002.A Rata-rata E003 FD.E003.D FD.E003.C FD.E003.B FD.E003.A Rata-rata D002 FD.D002.D FD.D002.C FD.D002.B FD.D002.A Rata-rata RATA-RATA
11 16 21 26 11 16 21 26
Lebar (cm) 1
2
3
110.00 125.00 120.00 130.00 121.25 125.00 125.00 130.00 120.00 125.00 110.00 120.00 130.00 135.00 123.75
120.00 120.00 120.00 130.00 122.50 110.00 120.00 125.00 115.00 117.50 120.00 110.00 115.00 130.00 118.75
125.00 120.00 125.00 150.00 130.00 125.00 110.00 125.00 120.00 120.00 125.00 120.00 135.00 125.00 126.25
Tinggi (cm) Ratarata 118.33 121.67 121.67 136.67 124.58 120.00 118.33 126.67 118.33 120.83 118.33 116.67 126.67 130.00 122.92 122.78
1 110.00 140.00 125.00 120.00 123.75 110.00 110.00 125.00 125.00 117.50 110.00 105.00 70.00 90.00 93.75
2
3
110.00 120.00 130.00 90.00 130.00 120.00 125.00 140.00 123.75 117.50 125.00 115.00 135.00 120.00 125.00 110.00 130.00 135.00 128.75 120.00 105.00 85.00 80.00 80.00 120.00 110.00 100.00 105.00 101.25 95.00
Ratarata 113.33 120.00 125.00 128.33 121.67 116.67 121.67 120.00 130.00 122.08 100.00 88.33 100.00 98.33 96.67 113.47
Tinggi air (cm dpt) Rata1 2 3 rata -40.00 -45.00 -45.00 -43.33 -25.00 -40.00 -50.00 -38.33 -45.00 -40.00 -50.00 -45.00 -40.00 -55.00 -20.00 -38.33 -37.50 -45.00 -41.25 -41.25 -80.00 -40.00 -40.00 -53.33 -35.00 -45.00 -40.00 -40.00 -40.00 -50.00 -55.00 -48.33 -30.00 -40.00 -15.00 -28.33 -46.25 -43.75 -37.50 -42.50 -25.00 -30.00 -40.00 -31.67 -30.00 -45.00 -30.00 -35.00 -50.00 -65.00 -65.00 -60.00 -40.00 -40.00 -40.00 -40.00 -36.25 -45.00 -43.75 -41.67 -41.81
Lampiran 6 Data Curah Hujan, Level Air, dan Produksi TBS TBE Lima Tahun Terakhir (2010-2014) Bulan CH Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jumlah Rata-rata BB BK
127.0 149.5 110.0 156.0 147.5 167.5 114.7 411.6 145.9 121.7 248.9 142.8 2 043 170.3
2010 2011 Level Level Produksi CH Produksi CH air air -34 4 890 398.8 -29 3 824 71.0 -37 4 178 71.7 -15 3 386 136.0 -31 4 740 173.0 -39 4 753 125.4 -26 5 120 218.2 -32 4 445 168.7 -28 5 761 133.9 -33 5 051 195.0 -22 6 113 114.9 -33 4 672 120.9 -22 5 475 90.1 -37 5 465 186.0 -12 4 268 159.0 -40 5 472 99.4 -31 3 846 101.8 -44 5 932 135.0 -37 4 574 222.9 -35 6 263 227.1 -28 4 125 252.9 -31 4 756 275.4 -36 4 684 316.5 -15 3 730 203.7 57 774 2 254 57 749 1 944 -29 4 815 187.8 -32 4 812 162.0 12 0
Keterangan : CH : Curah hujan (mm) Level air : Tinggi muka air (cm dpt) Produksi : Produksi TBS (ton) BB : Bulan basah (CH>100 mm)
BK
10 0 Q=
rata − rata BK x100% rata − rata BB
Q = 0.8/9.4 x 100 % = 8.51% (Tipe Iklim A : sangat basah)
Tahun 2012 Level Produksi air -30 4 920 -41 4 027 -32 4 243 -32 4 455 -34 4 744 -41 5 163 -39 5 719 -46 4 295 -41 5 630 -33 4 823 -27 5 244 -24 4 693 57 957 -35 4 830 10 0
CH 40.9 159.6 138.7 146.9 260.4 69.9 65.4 53.15 238.8 218.3 288.8 150.8 1 832 152.6
2013 2014 Level Level Produksi CH Produksi air air -46 5 156 34.2 -49 3 974 -42 3 977 -82 3 195 -42 3 387 90.7 -91 3 389 -30 3 969 222.5 -67 3 527 -30 3 562 123.9 -48 3 298 -49 3 957 69.3 -65 3 531 -62 3 854 51.9 -70 3 235 -50 3 205 146.0 -51 4 366 -42 3 406 89.4 -52 3 442 -42 3 722 151.0 -62 3 003 -28 3 896 243.2 -46 2 918 -21 4 469 297.2 -12 2 472 46 560 1 519 40 349 -40 3 880 126.6 -58 3 362 9 1
6 3
Klasifikasi tipe iklim menurut Schmidt-Ferguson : 0%700% = Tipe H (ekstrim)
: Bulan kering (CH<60 mm) 51
52
Lampiran 7 Water Zoning PT BNS, Riau
53
Lampiran 8 Layout Lokasi Water Gate TBE, PT BNS
KM 00
U ↑
KM 04.0 10 11
KM 04.5
KM 05.0 12
KM 05.5
KM 06.0
KM 06.5
KM 07.0
AREAL REPLANTING
PEMBIBITAN KM 07.5
KM 08.0
KM 08.5
KM 09.0
KM 09.5
KM 10.0
KM 10.5
KM 11.0
KM 11.5
1
E001
D001
E001
D001
E002
D002
E003
D003
E004
D004
E005
D005
E006
D006
E007
D007
E008
D008
E009
D009
E010
D010
E011
D011
E012
D012
E013
D013
E014
D014
LEGENDA Perlengakapan buka tutup water gate Parit masyarakat Bendungan Overflow gate Karung/kembes penahan air Pipa air Spill Way
2
3
4
5
6
7 8
9
54 Lampiran 9 Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian di Teluk Bakau Estate, PT Bhumireksa Nusa Sejati, Minamas Plantation, Riau Tanggal 09/02/15 10/02/15 11/02/15 12/02/15 13/02/15 14/02/15 16/02/15 17/02/15 18/02/15 20/02/15 21/02/15 23/02/15 24/02/15 25/02/15 26/02/15 27/02/15 28/02/15 02/02/15 03/02/15 04/02/15
Uraian Kegiatan Piringan manual - tarik goloran Pemupukan NPK 44 Piringan manual - tarik goloran Piringan manual - tarik goloran Piringan manual - tarik goloran Piringan chemist Piringan chemist Piringan manual Piringan manual Cek pembuatan field drain Cek pembuatan field drain Field Day Culling bibit 9 bulan Cek pembuatan field drain Pemupukan NPK 65 Sanitasi (kastrasi) Pemeliharaan KCB Culling bibit 3 bulan Transplanting Penyemprotan hama kumbang
Prestasi Kerja Penulis Karyawan Standar ……..…….(ha/HK) …………… 0.3 1.0 1.0 1.0 2.1 2.0 0.3 1.0 1.0 0.3 1.0 1.0 0.3 1.0 1.0 0.3 2.3 2.3 0.3 2.3 2.3 0.5 1.3 1.3 0.5 1.3 1.3 1.3 0.5 0.5 0.5 1.0 2.0 2.8 0.2 0.5 0.5 20 meter 20 meter 2500 bibit 12500 bibit 12500 bibit 182 bibit 500 bibit 500 bibit 1.2 4.5 4.5
Lokasi E001 E003 E001 D004 D004 D004 D004 D003 D003 E005 E005 D014 Nursery E005 D001 E001 KM 6.5 Nursery Nursery E004
Keterangan
Replanting Replanting Cek hancak panen Main nursery Replanting Pupuk ekstra Ada pelatihan KCB 6.5 timur Pre nursery Main nursery
Lampiran 9 (Lanjutan) Tanggal
Uraian Kegiatan
05/02/15 06/03/15
Scout harvesting Sensus hama
07/03/15
Cek buah
Prestasi Kerja Penulis Karyawan Standar …………….(ha/HK) …………… 1 2.3 2.3 5 24 24 21
64
64
Lokasi D001 D001 E007
Keterangan
Ulat kantung, ulat api dan rayap Krani panen
55
56 Lampiran 10 Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Mandor/Mandor Besar di Teluk Bakau Estate, PT Bhumireksa Nusa Sejati, Minamas Plantation, Riau Prestasi Kerja Penulis Lama Tanggal Uraian Kegiatan Lokasi Keterangan Jumlah KH yang Luas Areal yang Kegiatan Diawasi (Orang) Diawasi (ha) (jam) 09/03/15 Pemupukan MOP 6 16.0 7 D001 10/03/15 Sanitasi (kastrasi) 8 4.0 7 E001 11/03/15 Transplanting bibit 9 0.7 7 Nursery Main nursery 12/03/15 Field Day 5 D011 13/03/15 Cek %FFA 1 7 Lab. TBF 14/03/15 Cek buah 42 7 E008 Krani panen 16/03/15 Konsolidasi pre nursery 2 20 000 bibit 5 Nursery Pre nursery 17/03/15 Cek pembuatan CECT 7 E005 Replanting 18/03/15 Cek tonase TBS 10 TBF 19/03/15 Panen 4 9.3 7 D005 20/03/15 Penanaman kecambah 10 25 328 bibit 5 Nursery Nursery 23/03/15 Transport TBS 3 7.5 km 4 TBE DIV I - Overskip 24/03/15 Gawangan manual 9 6.0 7 D002 Dongkel kentosan 25/03/15 Scout harvesting 4 9.3 7 D001 26/03/15 Piringan manual – Raking 6 2.0 7 D005 27/03/15 Panen 4 9.3 7 D007 28/03/15 Panen 5 11.6 7 D008 30/03/15 Pengisian tanah polybag 10 5 Nursery Nursery 31/03/15 Pemasangan pizzometer 1 7 DIV IV 12 piezzometer 01/04/15 Pemasangan piezzometer 1 7 DIV IV 6 piezzometer
Lampiran 10 (Lanjutan) Prestasi Kerja Tanggal 02/04/15 03/04/15 04/04/15 06/04/15 07/04/15 08/04/15 09/04/15 10/04/15 11/04/15
Uraian Kegiatan Pemasangan piezzometer Libur nasional (hari paskah) Gawangan manual Pengukuran field drain Pengukuran field drain Aplikasi pupuk daun Lining main nursery Gawangan manual Pengendalian Gulma MN
-
Lama Kegiatan (jam) 7
DIV III
6 piezzometer
4.0 5.0 2.5 1.0 0.1 5.0 4 000 bibit
7 7 7 7 7 5 7
E001 DIV I DIV I Nursery Nursery D003 Nursery
Dongkel kentosan E002 dan E003 D002 Main nursery Main nursery Dongkel kentosan Main nursery
Jumlah KH yang Diawasi (Orang)
Luas Areal yang Diawasi (ha)
1 6 2 2 10 4
Lokasi
Keterangan
57
58 Lampiran 11 Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Asisten di Teluk Bakau Estate, PT Bhumireksa Nusa Sejati, Minamas Plantation, Riau
Tanggal
Uraian Kegiatan
13/04/15 14/04/15 15/04/15 16/04/15 17/04/15 18/04/15 20/04/15 21/04/15 22/04/15 23/04/15 24/04/15 25/04/15 27/04/15 28/04/15
Gawangan chemist Cambering & compacting Pemupukan NPK 65 Pemupukan abu janjang Pemupukan Cu Pemupukan abu janjang Pemupukan NPK 65 Pemasangan Pizzometer Pemasangan Pizzometer Penanaman LCC Pemupukan Cu Chemist replanting Transport TBS Pemasangan pizzometer
29/04/15 30/04/15 01/05/15 02/05/15 04/05/15
Pemasangan pizzometer Cek koordinat pizzometer Hari buruh Pemasangan pizzometer Patroli pintu air
Prestasi Kerja Penulis Jumlah Mandor Luas Areal Lama yang Diawasi yang Diawasi Kegiatan (Orang) (ha) (jam) 1 8.0 7 1 3.0 7 1 34.5 7 1 6.7 7 1 9.0 7 1 9.8 7 1 19.8 7 5 5 1 3.3 7 1 5.0 5 1 6.7 7 1 14 km (pp) 6 7
Lokasi E001 E005 E001 E001 E001 E001 E004 D005 & D006 DIV II E005 E001 E005 KM 7-TBF DIV I
-
-
5 5
DIV I DIV IV, II
-
-
5 7
DIV III TBE
Keterangan
D007, D008, E007, E008 Foliar application Persiapan lahan 4 pontoon D002, D003, D004, E002, E003, E004 E001 & D001
D011, D012, D013, D014 6 pintu air
Lampiran 11 (Lanjutan)
Tanggal
Uraian Kegiatan
05/05/15 06/05/15 07/05/15 08/05/15 09/05/15 11/05/15
Patroli pintu air Penanaman baru Cek koordinat pizzometer Cek water table Cek buah Cek Koordinat Administrasi kebun Administrasi kebun Penanaman baru Kenaikan isa almasih Chemist replanting Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW Cek koordinat pizzometer Cek koordinat pizzometer Cek water table Penanaman LCC Pemupukan HGFB Pemasangan pizzometer Cek water table Panen Piringan manual
12/05/15 13/05/15 14/05/15 15/05/15 16/05/15 18/05/15 19/05/15 20/05/15 21/05/15 22/05/15 23/05/15 25/05/15 26/05/15 27/05/15
Prestasi Kerja Penulis Jumlah Mandor Luas Areal Lama yang Diawasi yang Diawasi Kegiatan (Orang) (ha) (jam) 7 1 1.6 7 7 7 1 75.0 7 4 1 3 1 7 1 1.4 7
Lokasi DIV I E005 DIV I D005 DIV II D002 Kantor Div I TBE E005
Keterangan 6 pintu air Replanting E002, D004, D003 E007 dan E008 TBE DIV I, TBE Replanting
1
26.6
7
E006
Persiapan lahan
1 1 1 1
3.3 47.2 4.7 2.0
7 7 5 7 5 5 5 7 7
TBE TBE D005 E005 D005 DIV II D005 D005 D003
DIV III DIV I Replanting E005, E006
59
60
Lampiran 11 (Lanjutan)
Tanggal
Uraian Kegiatan
28/05/15
Sensus hama
29/05/15 30/05/15 01/06/15 02/06/15 03/06/15 04/06/15 05/06/15 06/06/15 07/06/15 08/06/15
Field drain upkeep Pengisian tanah polybag Pemasangan pheromone Hari waisak Presentasi magang Administrasi kantor Administrasi kantor Administrasi kantor Administrasi kantor Persiapan dan pulang
Prestasi Kerja Penulis Jumlah Mandor Luas Areal Lama yang Diawasi yang Diawasi Kegiatan (Orang) (ha) (jam) 1 12.5 7
Lokasi
Keterangan
E001
Ulat kantung, ulat api dan rayap Mekanis
1 1 1
6.6 38.5
7 5 7
D003 Nursery DIV I
-
-
3 5 5 5 5 -
TBE TBE TBE TBE TBE Riau - Jakarta
E001, D001
Kantor GM, TBE Kantor besar TBE Kantor divisi I Kantor besar TBE
61
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat pada tanggal 12 Juli 1994. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara dari Abi Dudi Supiandi dan Umi Siti Solihat. Pada tahun 2006 penulis lulus dari SD Insan Kamil Bogor, kemudian pada tahun 2009 penulis menyelesaikan studi di SMP Insan Kamil Bogor. Pada tahun 2010 penulis beserta rekan sejawat berhasil menginisiasi terbentuknya dan menjadi wakil ketua keanggotaan remaja masjid Riyadhus Solihin di Desa Mekarjaya, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor. Kemudian pada tahun 2011 penulis berhasil menyelesaikan studi di SMA Insan Kamil Bogor dengan jenjang waktu pendidikan dua tahun melalui program akselerasi. Pada tahun 2011 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui seleksi nasional SNMPTN Tulis sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian. Selama di IPB, penulis mengikuti beberapa organisasi dan kepanitiaan kegiatan kemahasiswaan di lingkup fakultas dan departemen. Tahun 2012 penulis diterima di BEM Fakultas Pertanian Kabinet Beraksi sebagai staf Departemen Budaya Olahraga dan Kesenian, kemudian pada tahun 2013 penulis menjadi ketua divisi acara dalam kegiatan kejuaraan olahraga fakultas pertanian yaitu SERI-A (Sport and Entertainment Event in Region - A). Pada tahun yang sama penulis di amanahkan menjadi ketua pelaksana ajang apresiasi dan pentas seni mahasiswa fakultas pertanian dalam Mahakarya 2013 yang bekerja sama dengan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Kemudian penulis terlibat aktif dalam ajang kejuaraan olahraga tingkat departemen yakni Agrosportment 2013 sebagai anggota divisi acara, penulis juga aktif sebagai anggota Pasukan Disiplin (PADI) dalam kegiatan Masa Perkenalan Departemen (MPD) Agronomi dan Hortikultura 2013 untuk angkatan 49. Pada tahun ini penulis menjadi volunteer pada kegiatan IPB Goes to Field (IGTF) 2013 untuk mengabdikan diri dengan melakukan identifikasi penyakit tanaman cengkeh di Desa Paninggaran, Kecamatan Paninggaran, Kabupaten Pekalongan selama tiga minggu. Kemudian penulis juga mengikuti kegiatan magang di Agribusiness Development Centre (ADC) Taiwan ICDF. Pada akhir tahun 2013 penulis kembali aktif dalam kegiatan organisasi BEM Fakultas Pertanian Kabinet Kavaleri sebagai ketua Departemen Budaya Olahraga dan Kesenian (BOS). Tahun 2014 penulis menjadi steering comitee kegiatan departemen BOS seperti SERI-A, Action (Agriculture Creation and Expression), Faperta Goes to OMI (Olimpiade Mahasiswa IPB) & IAC (IPB Art Contest) dan Agriphoria 2014. Penulis juga aktif dalam kegiatan akademik Kuliah Lapang Fiesta angkatan 48 sebagai anggota divisi medis. Tahun 2015 penulis kembali mengabdikan diri sebagai anggota tim pendamping dalam program nasional Optimasi Produksi IPB 3S di Kabupaten Karawang yang diselenggarakan oleh Kementrian Pertanian RI bekerjasama dengan IPB.