PENGELOLAAN KEBUN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN BATANG GADING PT. SATYA KISMA USAHA, JAMBI DENGAN ASPEK KHUSUS PEMANENAN
Oleh Johan Chandra Saragih A34101046
PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005
PENGELOLAAN KEBUN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN BATANG GADING PT. SATYA KISMA USAHA, JAMBI DENGAN ASPEK KHUSUS PEMANENAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
oleh Johan Chandra Saragih A34101046
PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005
LEMBAR PENGESAHAN Judul
: PENGELOLAAN KEBUN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) DI KEBUN BATANG GADING PT. SATYA KISMA USAHA, JAMBI DENGAN ASPEK KHUSUS PEMANENAN
Nama
: Johan Chandra Saragih
NRP
: A34101046
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Slamet Susanto, M.Sc NIP : 131578794
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, M.Agr NIP : 130422698
Tanggal Lulus :
RINGKASAN JOHAN CHANDRA SARAGIH. Pengelolaan Kebun Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) di Kebun Batang Gading, PT. Satya Kisma Usaha, Jambi dengan Aspek Khusus Pemanenan (Di bawah bimbingan SLAMET SUSANTO) Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang menjadi populer beberapa tahun belakangan ini. Hal ini dapat dilihat dari pertambahan luas areal pertanaman kelapa sawit yang meningkat dari tahun ke tahun yang diikuti dengan peningkatan produksi minyak sawit (CPO) dan minyak inti sawit (PKO) di Indonesia. Selain itu CPO dan PKO merupakan andalan ekspor non migas untuk menghasilkan devisa bagi negara.Hal ini ditandai dengan meningkatnya nilai ekspor CPO dan PKO dari tahun ke tahun. Kegiatan magang dilaksanakan mulai tanggal 07 Februari 2005 sampai tanggal 07 Juni 2005 di Kebun Batang Gading, PT. Satya Kisma Usaha, Jambi. Kegiatan magang ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kerja terutama yang berkaitan dengan proses kerja nyata yang ada di lapang, serta mampu menerapkan ilmu yang telah diperoleh dari kampus di lapang. Pemeliharaan tanaman kelapa sawit merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan untuk menghasilkan tanaman kelapa sawit yang sehat dan mampu berproduksi dengan baik. Kondisi lingkungan yang sesuai dapat mendukung pencapaian produksi yang maksimal. Kegiatan pemeliharaan kelapa sawit meliputi kegiatan: pengendalian gulma baik secara kimia maupun mekanis, pemupukan, pemeliharaan jalan, jembatan dan saluran air, penunasan, dan pengendalian hama dan penyakit. Kegiatan pemanenan merupakan kegiatan yang mendapat perhatian yang besar, merupakan hasil dari semua kegiatan pemeliharaan yang telah dilakukan. Hasil panen yang diperoleh merupakan sumber pemasukan langsung bagi perusahaan lewat penjualan Tandan Buah Segar (TBS), CPO dan PKO. Pengorganisasian dan pengelolaan panen yang baik akan mencapai produktifitas dan efisiensi panen yang diinginkan. Faktor iklim terutama curah hujan akan mempengaruhi potensi produksi dan kegiatan panen secara langsung. Faktor ketersediaan tenaga kerja, alat panen,
angkutan panen, topografi areal, keadaan tanaman lingkungan sekitarnya, sistem pengawasan akan berdampak pada pelaksanaan pemanenan di lapang.
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Pematang Siantar, Sumatera Utara pada tanggal 6 September 1982. Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara dari Bapak Janaman Saragih dan Mamak Sitiwati Purba. Tahun 1995 penulis lulus dari SD. ST. Petrus Medan, kemudian pada tahun 1998 penulis menyelesaikan studi di SLTPN 10 Medan. Selanjutnya Penulis lulus dari SMU PKMI 1 Medan pada tahun 2001. Tahun 2001 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur UMPTN pada Program Studi Agronomi, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian.
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yesus yang memberi kekuatan dan hikmat yang besar kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terimakasih yang tulus dan sebesar-besarnya kepada; 1. Dr. Ir. Slamet Susanto, M.Sc sebagai dosen pembimbing skripsi atas segala bimbingan dan arahan kepada penulis selama penulisan skripsi. 2. Dr. Ir. Haryadi, M.S dan Ir. Adolf Pieter Lontoh, M.S selaku dosen penguji yang telah memberi saran dan masukan terhadap penulisan skripsi. 3. Dr. Ir. Suwarto, M.S selaku dosen pembimbing akademik atas semua bimbingan dan arahanya selama perkulihaan penulis. 4. Ayahanda Ir. Janaman Saragih dan Ibunda Sitywati Br. Purba tercinta, Abang dan Adikku tercinta (Jan Fiterson Saragih, SP dan Juliana Theresia Br. Saragih) serta semua keluarga besar Saragih dan Purba atas doa dukungan dan pengorbanannya selama perkulihaan penulis dan atas cinta kasih yang diberikan kepada penulis. 5. Ir. Agung IYU estate manager Kebun Batang Gading yang telah memberikan tempat, arahan dan bimbingan selam proses magang 6. Ir. Alamsyah Sitorus asisten kepala Kebun Batang Gading yang telah memberikan arahan dan bimbingan selama magang 7.
Keluarga Ir. Bambang
asisten divisi V pembimbing lapang yang telah
membimbing dan mengarahkan penulis selama magang. 8. Ir. Alduin Napitupulu, Ir. Irfansyah, Ir. Komang, Ir. Darumoyo, Syahbandi atas arahan dan bimbingan dan berbagi ilmu serta pengalaman dalam pengelolaan kebun dan teknik budidaya. 9. Seluruh karyawan Kebun Batang Gading atas kebersamaan selama magang 10. Kepada PKK (Samuel Ebenezer Tamba) dan teman satu KK (Rossy, Derma, Konrado) atas perhatiannya kepada penulis selama perkulihan “God Bless You All”
11. Kepada Derma Ginting, Konrado Panjaitan, Ronald Fristiwa Sianturi atas persahabatan yang tak terlupakan selama perkuliahan. 12. Kepada teman-teman se kost atas kebersamaan selama ini and semoga kalian sukses semua. 13. Teman-teman ku semua yang tidak dapat tersebut GBU all
Bogor, Oktober 2005 Penulis
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ...................................................................................... v DAFTAR GAMBAR .................................................................................. vi PENDAHULUAN........................................................................................
1
Latar Belakang .................................................................................. Tujuan ..............................................................................................
1 2
METODOLOGI MAGANG ......................................................................
3
Waktu dan Tempat ............................................................................ Pelaksanaan Magang ........................................................................
3 3
KONDISI UMUM ......................................................................................
4
Lokasi Kebun .................................................................................... Kondisi Tanah dan Iklim .................................................................. Keadaan Pertanaman dan Produksi ...................................................
4 4 5
ORGANISASI DAN MANAJEMEN ........................................................
7
Struktur Organisasi dan Personalia .................................................... 7 Pelaksanaan Tingkat Staf................................................................... 8 Pelaksanaan Tingkat Non Staf ........................................................... 9 Pengelolaan Tenaga Kerja Di Lapangan ........................................... 10 PELAKSANAAN TEKNIS MAGANG ..................................................... 11 Peyisipan Tanaman Kelapa Sawit ...................................................... Pemeliharaan Tanaman Kelapa Sawit ................................................ Pengendalian Gulma ................................................................. Penunasan................................................................................. Pemupukan ............................................................................... Pengendalian Hama Penyakit ................................................... Perbaikan Jalan ......................................................................... Pemanenan Kelapa Sawit................................................................... Kriteria Panen ........................................................................... Hancak Panen dan Rotasi Panen................................................ Tenaga Pemanen....................................................................... Pelaksanan Panen...................................................................... Basis Panen............................................................................... Sistem Pengawasan................................................................... Angkutan Panen........................................................................ Administrasi Potong Buah ........................................................
11 12 13 16 18 19 20 22 22 23 23 24 24 25 26 27
PEMBAHASAN ......................................................................................... 29 Pencapaian Target Produksi............................................................... 29 Akses Panen ...................................................................................... 30 Alat Panen ......................................................................................... 31
Pengangkutan Tandan Buah Segar..................................................... 32 Pelaksanaan Panen............................................................................. 33 Topografi Kebun .............................................................................. 35 KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 36 Kesimpulan ...................................................................................... 36 Saran ............................................................................................... 36 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 37 LAMPIRAN ............................................................................................... 38
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman Teks
1.
Bentuk Wilayah Areal Kebun Batang Gading ................................ 4
2.
Komposisi Tanaman di Kebun Batang Gading ............................... 5
3.
Jumlah Karyawan Staf dan Non Staf di Kebun Batang Gading ...... 7
4.
Dosis Rekomendasi Herbisida ........................................................ 16
5.
Jumlah Pelepah yang Direkomendasikan ....................................... 17
6.
Jenis Pupuk dan Dosis yang Direkomendasikan Pada Setiap Divisi di Kebun Batang Gading ...................................................... 19
7.
Kriteria Matang Panen dan Greding di Kebun Batang Gading ........ 22
8.
Produksi Tandan Buah Segar (TBS) Kebun Batang Gading, Perkebunan Rakyat, Perkebunan Negara dan Perkebunan Swasta ... 29
9.
Hasil Rendemen Minyak dan ALB akibat Lamanya Penginapan Tandan Buah Segar yang Di Panen ................................................ 31
10.
Hasil Pengamatan Pelanggaran Panen Bulan Maret......................... 34 Lampiran
1.
Jurnal Kegiatan Magang .................................................................... 38
2.
Data Curah Hujan Tahun 2000-2005.................................................. 49
3.
Produksi Tandan Buah Segar Kebun Batang Gading ......................... 50
4.
Target Produksi Kebun Batang Gading Bulan Januari-Mei 2005........ 51
5.
Kelas Produksi Tandan Buah Segar (TBS) Kebun Batang Gading. .... 52
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman Teks
1.
Bibit yang Telah Ditanam dan Telah Diproteksi Dengan Bambu ........................................................................................... 12
2.
Hasil Semprot Sheet Alang-Alang Setelah 21 hari ............................. 15
3.
Penunasan Kelapa Sawit ................................................................... 18
4.
Tandan Buah Kelapa Sawit yang Terserang Hama Tikus .................. 20
5.
Alokasi Greder untuk Perbaikan Jalan .............................................. 21
6.
Pemanenan TBS dengan Cara Tanpa Menurunkan Pelepah................ 24
7.
Pengangkutan TBS Menggunakan Truk ............................................ 27 Lampiran
1.
Peta Kebun Inti.................................................................................. 53
2.
Peta Kebun Plasma ............................................................................ 54
3.
Struktur Organisasi Kebun Batang Gading, PT. Satya Kisma Usaha .. 55
4.
Form Buku Kegiatan Mandor ........................................................... 56
5.
From Surat Pengiriman Buah ............................................................ 57
6.
From Buku Potong Buah .................................................................. 58
PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis Jacq.) berasal dari Nigeria, Afrika Barat. Meskipun demikan ada yang menyatakan bahwa kelapa sawit berasal dari Amerika Selatan yaitu Brazil, karena lebih banyak ditemukan spesies kelapa sawit di hutan Brazil dibandingkan dengan Nigeria. Pada kenyataannya tanaman kelapa sawit tumbuh subur di luar Negara asalnya seperti Malaysia, Indonesia, Thailand dan Papua Nugini (Lubis, 1992). Kelapa sawit merupakan salah satu komoditi perkebunan yang berperan penting dalam perekonomian Indonesia terutama dalam menghasilkan devisa bagi Negara. Pengembangan perkebunan kelapa sawit serta berbagai industri hilir dan agribisnis akan membantu meningkatkan pendapatan petani dan penduduk yang terlibat. Minyak sawit selain digunakan untuk bahan pembuatan minyak goreng juga digunakan oleh industri sebagai bahan utama atau bahan campuran untuk menghasilkan bahan makanan, kosmetik, obat-obatan, industri berat dan industri ringan. Kelapa sawit adalah salah satu komoditi perkebunan yang berperan penting dalam perekonomian Indonesia terutama dalam menghasilkan devisa bagi Negara. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan areal pertanaman kelapa sawit yang pada tahun 2000 luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia mencapai 1 190 154 ha dengan total produksi 1 997 814 ton, pada tahun 2002 luas areal pertanaman kelapa sawit mencapai 2 212 787 ha dengan produksi 3 505 394 ton. Perkebunan sawit memberi sumbangan devisa kepada negara sebesar US $ 1.36 juta dengan volume ekspor mencapai 5 511 260 ton (Direktorat Bina Produksi, 2002) Peningkatan produksi membutuhkan beberapa usaha diantaranya kegiatan kultur teknis yang baik. Mutu produk erat kaitannya dengan perlakuan mulai panen sampai pengolahan. Pemanenan merupakan salah satu aspek yang menentukan dalam budidaya kelapa sawit karena akan menentukan mutu crude palm oil (minyak sawit) dan kernel palm oil (minyak inti sawit).
Pemanenan bertujuan untuk mendapatkan kualitas minyak yang baik dan kuantitas minyak yang maksimal. Hal ini dapat dicapai jika pemanenan tandan buah segar dilakukan pada saat tandan buah mencapai kriteria matang panen yang optimum. Menurut Lubis (1992) semakin matang buah kelapa sawit maka semakin meningkat juga rendemen minyak sawit yang dihasilkan dan terjadi juga peningkatan kandungan ALB didalam buah. Tandan buah yang ideal untuk di panen adalah tandan buah yang mengandung rendemen minyak yang tinggi dan kadar ALB yang rendah. Penentuan saat panen sangat menentukan kandungan ALB dan rendemen minyak sawit yang akan dihasilkan. Bila pemanenan dilakukan pada saat kondisi buah over ripe (lewat matang) maka akan menghasilkan minyak sawit yang mengandung ALB yang tinggi dan jika pemanenan dilakukan pada saat buah kurang matang maka akan dihasilkan sedikit minyak sawit karena buah yang dipanen mengandung rendemen minyak yang rendah sehingga dapat merugikan perusahaan (Mangoensoekarjo, 2003). Selain itu kerusakan fisik akibat pengangkutan, penundaan panen, penundaan pengangkutan (buah restan) akan meningkatkan kandungan ALB, karena dapat merangsang bekerjanya enzim lipase yang dapat menguraikan minyak sawit menjadi ALB. Agar tujuan panen dapat dicapai yaitu rendemen minyak tinggi dan kandungan ALB yang rendah serta biaya panen seminimal mungkin maka ketentuan panen yang ditetapkan harus diikuti seperti kriteria matang panen, rotasi panen, pengumpulan brondolan, sistem panen, cara dan alat panen yang digunakan, dan pengangkutan harus dilakukan secara keseluruhan. Tujuan Magang Kegiatan magang bertujuan untuk meningkatkan dan memperluas wawasan mahasiswa dalam menganalisa masalah yang dijumpai di lapang, memperoleh pengalaman dan ketrampilan bekerja di perkebunan, serta merupakan studi pembanding antara teori dan praktek di lapang khususnya didalam pemanenan kelapa sawit.
METODOLOGI MAGANG Waktu dan Tempat Pelaksanaan magang mahasiswa program studi agronomi dilaksanakan selama 4 bulan mulai tanggal 07 Februari 2005 sampai tanggal 07 Juni 2005 atau selama 16 minggu efektif dalam periode magang. Kegiatan magang dilaksanakan di Kebun Batang Gading, salah satu Perkebunan PT. Satya Kisma Usaha, Kecamatan Tanah Tumbuh, Kabupaten Bungao Tebo, Provinsi Jambi. Pelaksanaan Magang Metode yang digunakan dalam pelaksanaan magang adalah bekerja langsung di lapang dan merupakan bagian integral dari sistem kerja di perkebunan yang dilaksanakan sesuai dengan level yang ada di perkebunan tersebut mulai dari buruh harian lepas (BHL), pendamping mandor, pendamping mandor I, pendamping asisten divisi, pendamping asisten kepala, pendamping manajer. Dalam pelaksanaan magang ini mahasiswa belajar mengenai ketrampilan teknis dan manajemen di berbagai tingkat yang ada di kebun. Kegitan yang dilaksanakan selama magang adalah orientasi lapang, bekerja bersama-sama dengan para tenaga kerja sesuai dengan volume yang ada, sebagai pendamping mandor mengawasi seluruh kegiatan tenaga kerja secara langsung, menegur dan memberi sanksi jika tenaga kerja tersebut melakukan kesalahan, dan melakukan kegiatan administrasi pada tingkat mandor, sebagai pendamping mandor I mengawasi kerja mandor dan seluruh kegiatan yang ada di divisi dan melakukan kegiatan administrasi pada tingkat mandor I dan memimpin apel pagi (lingkaran pagi), sebagai pendamping asisten yang melakukan control di lapang dan melakukan administrasi pada tingkat asisten dan mengevaluasi kerja di lapang setiap harinya, sebagai pendamping asisten kepala, dan pendamping manajer. Aspek-aspek yang diamati adalah kriteria matang panen di Kebun Batang Gading, sistem dan rotasi panen, kebutuhan tenaga kerja dan angkutan panen yang digunakan sistem pengawasan dan denda, kehilangan hasil, organisasi panen, basis dan premi yang digunakan, administrasi panen, dan pelaksanaan panen di Kebun Batang Gading. Jurnal kegiatan magang terlampir (Tabel Lampiran 1).
KONDISI UMUM Lokasi Kebun Perkebunan PT. Satya Kisma Usaha, Kebun Batang Gading secara geografis terletak pada 10 271-10 281 LS dan 1010 511-1010 521 BT dengan ketinggian 300-700 meter diatas permukaan laut. Secara administratif Kebun Batang Gading terletak di Desa Telentam, Kecamatan Tanah Tumbuh, Kabupaten Bungao Tebo, Provinsi Jambi. Secara administratif Kebun Batang Gading di sebelah Utara berbatasan dengan Desa Kutojayo dan Desa Pedukun, sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Rantau Pandan, sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Tanah Sepenggal dan di sebelah Barat berbatasan dengan Desa Pelayang dan Desa Telentam. Kondisi Tanah dan Iklim Sebagian besar tanah di Kebun Batang Gading adalah tanah Podzolik Merah Kuning yang memiliki tingkat kesuburan kimia dan mineralogi yang sedang serta kesuburan fisik tanah yang tergolong baik. Jenis tekstur tanah yang terdapat di Kebun Batang Gading adalah liat berpasir dengan kelas drainase yang baik dengan struktur yang remah. Keadaan topografi Kebun Batang Gading sangat bervariasi mulai dari datar sampai berbukit curam. Bentuk wilayah kebun Batang Gading dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Bentuk Wilayah Areal Kebun Batang Gading Lereng
Bentuk Wilayah
Luas
(%)
Ha
%
0-8%
864,37
34,74
Bergelombang
>8-15%
661,08
26,57
Berbukit
>15-25%
613,961
24,67
>25%
393,87
14,02
2488,281
100
Datar- Berombak
Berbukit Curam Total Sumber : Kantor Besar Kebun Batang Gading, 2005
Rata-rata curah hujan dan hari hujan di Kebun Batang Gading pada tahun 2000 sampai dengan tahun 2005 masing masing sebesar 2094,53 mm dan 129,133
hari hujan. Berdasarkan Schmidth dan Ferguson Kebun Batang Gading termasuk tipe iklim B yaitu daerah basah (Tabel Lampiran 2). Keadaan Pertanaman dan Produksi Kebun Batang Gading terdiri dari Kebun Inti dan Kebun kredit kecil primer pada anggota (KKPA). Kebun Inti terdiri dari 3 divisi yaitu Divisi I dengan Luas 558,021 Ha, Divisi II dengan Luas 359,72 Ha, Divisi III dengan luas 424,540 ha. Kebun Plasma terdiri dari Divisi I Kopsa dengan luas 146 Ha, Divisi V dengan luas 500 ha, Divisi VI dengan luas 500 ha. Secara keseluruhan kebun Batang Gading memiliki luas 2488,281 Ha. Jenis varietas tanaman kelapa sawit yang ditanam di kebun Batang Gading adalah Tenera dengan Varietas Marihat. Tanaman pada Kebun Batang Gading sudah memasuki TM 7 (tahun tanam 1995), TM 6 (tahun tanam 1996), TM 5 (tahun tanam 1997), TM 4 (tahun tanam 1998) dan TM 1 (tahun tanam 2001). Komposisi tanaman di Kebun Batang Gading dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Komposisi Tanaman di Kebun Batang Gading Divisi
Tahun Tanam
Status
Jumlah Tanaman
I
1995
TM 7
9 980
69,783
1996
TM 6
66 193
463,202
2001
TM 1
23 883
169,036
1997
TM 5
40 972
281,21
2001
TM 1
10 078
71,51
1997
TM 5
35 821
252,328
1998
TM 4
24 332
172,212
1997
TM 5
36 363
235.50
1998
TM 4
23 617
204.67
1997
TM 5
5 491
53,65
1998
TM 4
51 852
416,350
328 582
2430.551
II III V VI Total
Luas (Ha)
Sumber : Kantor Besar Kebun Batang Gading, 2005 Keterangan : Jumlah tanaman belum termasuk sisip tahun 2005
Produktivitas tanaman mengalami peningkatan secara terus-menerus. Pada
tahun 2000 produktivitas tanaman mencapai 1.78 ton TBS/Ha. Kemudian
meningkat pada tahun 2001 yang mencapai 1.80 ton TBS/Ha, pada tahun 2002 produksi TBS mengalami peningkatan mencapai 1.98 ton TBS/Ha. Produktivitas terus meningkat hal ini dapat dilihat pada tahun 2003 produktivitas TBS mencapai 2.53 ton TBS/ha dan pada tahun 2004 produktivitas TBS meningkat mencapai 4.55 ton TBS/ Ha. Data produksi kelapa sawit Kebun Batang Gading, PT. Satya Kisma Usaha dapat dilihat pada Tabel Lampiran 3.
ORGANISASI DAN MANAJEMEN Struktur Organisasi dan Personalia Kebun Batang Gading, PT. Satya Kisma Usaha dipimpin oleh seorang Estate Manager yang dalam pelaksanaan tugasnya dibantu oleh 1 asisten kepala, 5 asisten divisi, 1 asisten kemitraan, dan 1 kepala administrasi yang semuanya merupakan karyawan staf. Struktur organisasi Kebun Batang Gading PT. satya Kisma Usaha Disajikan Pada Gambar Lampiran 1. Status karyawan pada Kebun Batang Gading terdiri dari dua kelompok yaitu tingkat staf dan non staf. Tingkat staf terdiri dari estate manager, asisten kepala, asisten divisi, asisten kemitraan, kasi administrasi. Tingkat non staf terdiri dari hubungan serikat kerja utama bulanan (SKU-B), serikat kerja utama harian (SKU-H) serikat kerja utama kontrak (SKU-kontrak) dan pekerja harian lepas (PHL). Pemberian upah untuk tingkat staf, dan SKU berdasarkan kebijakan perusahaan sedangkan pemberiaan upah untuk PHL berdasarkan upah minimum provinsi (UMP) yang berlaku di daerah tersebut. Pemberian upah dilakukan dua minggu sekali yang terdiri dari gajian kecil dan gajian besar. Jumlah karyawan staf dan non staf disajikan pada Tabel 3 . Table 3. Jumlah Karyawan Staf dan Non Staf di Kebun Batang Gading Uraian 1.
Jumlah
Karyawan Staf o
Estate Manager
1
o
Asisten Kepala
1
o
Kepala Administrasi
1
o
Asisten Divisi
5
o
Asiten Kemitraan
1
2.
Karyawan Non Staf o
SKU-Bulanan
13
o
SKU-Harian
112
o
SKU-kontrak
171
Total Sumber : Manajer Report Kebun Batang Gading
Pelaksanaan Pengelolaan Tingkat Staf
305
Estate Manager, estate manager sebagai pucuk pimpinan bertanggung jawab penuh atas seluruh kegiatan yang ada di kebun. Secara administratif estate manager melakukan pemeriksaan terhadap laporan pemeliharaan tanaman harian (LPT-H), laporan pemeliharaan tanaman bulanan (LPT-B), permintaan dana operasional (PDO) yang diterima dari masing-masing divisi dan telah dikoreksi oleh asisten kepala yang kemudian akan dibuat menjadi manager report setiap bulannya. Hasil manager report tersebut akan dilaporkan dan dipresentasikan di depan area manajer agronomi se Jambi yang dipimpin oleh region coordinator (RC). Asisten Kepala, Asisten kepala merupakan wakil langsung dari pimpinan kebun yang bertugas secara administratif, operasional di lapang dan kepala teknis. Asisten kepala bertugas memeriksa laporan dari setiap divisi. Semua jenis permintaan dan pengeluaran barang dari setiap divisi harus mendapat persetujuan dari asisten kepala sebelum mendapat persetujuan dari pimpinan kebun. Selain itu asisten kepala merupakan atasan langsung dari asisten divisi sehingga asisten kelapa berhak menegur atau memberi peringatan kepada asisten divisi Kepala Tata usaha (KTU), KTU mengatur arus masuk keluarnya barang, terutama menyangkut masalah biaya dan administratif secara keseluruhan. Dalam melaksanakan tugasnya seorang KTU dibantu oleh kepala gudang, kasir, administrasi pembukuan plasma, administrasi pembukuan inti, personalia dan pengupahan dan administratif tanaman. Asisten Divisi, asisten divisi mempunyai tugas untuk mengkoordinasi seluruh kegiatan yang ada di lapang, baik yang berhubungan dengan pemeliharaan tanaman maupun produksi. Dalam kegiatan perencanaan asisten divisi bertugas membuat program kerja tahunan yang meliputi pembuatan budget semesteran, pembuatan laporan pemeliharaan tanaman harian dan bulanan, dan pembuatan permintaan dana operasional. Asisten divisi juga mengatur pekerjaan dan mengevaluasinya melalui brefing pagi (lingkaran pagi) dalam penentuan tenaga kerja, pemakaian alat dan bahan, blok yang akan dikerjakan dan jenis pekerjaan serta mengontrol setiap pekerjaan yang ada dilapang. Asisten juga memeriksa buku kegiatan mandor (BKM), rencana kerja harian (RKH), penentuan pemakaian
bahan herbisida dan pupuk serta memotivasi karyawan. Hasil pekerjaan setiap hari dilaporkan dan dievaluasi. Asisten Kemitraan, asisten kemitraan bertanggung jawab atas kerjasama kebun dengan pihak masyarakat sekitar kebun dan Koperasi Tuah Sepakat Batang Oeleh (TSBU) dan Koperasi Kopsa. Seorang asisten kemitraan bertanggung jawab atas pembagian hasil yang didapat oleh kebun KKPA kepada pihak koperasi. Asisten kemitraan bertanggung jawab terhadap hubungan kebun dengan pihak-pihak yang terkait. Pelaksanan Pengelolaan Tingkat Non Staf Mandor I, mandor I merupakan orang langsung yang berada dibawah asisten divisi untuk mengatur semua kegitan yang ada di divisi. Tugas mandor I adalah untuk mengontrol semua jenis pekerjaan yang dilakukan serta menberikan penilaian langsung terhadap pekerjaan tersebut. Selain itu mandor I juga berwenang untuk memeriksa seluruh kegiatan yang ada baik kegiatan di lapang maupun kegiatan administratif permintaan dan penerimaan Barang (BPPB) sebelum disetujui oleh asisten. Mandor I juga berkewajiban membuat rencana kerja harian (RKH) setiap harinya. Mandor I berhak menegur dan memberi peringatan kepada Mandor dan karyawan yang melakukan kesalahan dalam bekerja. Krani Divisi, krani divisi lebih banyak bertugas secara administrasi. Tugas seorang krani divisi adalah memeriksa laporan, baik yang masuk maupun yang keluar seperti absensi mandor, pembuatan bon permintaan bahan, laporan premi, laporan lembur mandor, laporan potong buah, laporan pengiriman buah, laporan pemeliharaan tanaman harian dan bulanan, pembuatan perol gaji karyawan,
pembagian gaji karyawan kepada mandor. Krani divisi bertugas
merekap semua laporan yang dilakukan di divisi kemudian melaporkannya ke kantor besar setelah diperiksa oleh asisten divisi. Seorang krani divisi dibantu oleh seoarang pembantu krani divisi. Mandor, mandor merupakan pembantu asisten di lapang. Dalam melaksanakan tugasnya seorang mandor secara langsung mengawasi kerja karyawan di lapang sesuai dengan tugas yang diberikan. Mandor yang ada
meliputi: Mandor panen yang dibantu oleh krani panen dan krani transport yang dijabat oleh seorang krani produksi, mandor brondol, mandor pupuk yang dibantu oleh krani pupuk, mandor semprot, mandor sisip. Pelaksanaan Pengelolaan Tenaga Kerja di Lapangan Kegiatan lapang di mulai dengan melakukan apel pagi (breafing pagi) pada pukul 06.00-06.30 Wib yang di laksanakan dihalaman kantor divisi yang dihadiri oleh asisten divisi, mandor I, dan mandor. Lingkaran Pagi di buka oleh mandor I yang memberikan pengarahan teknis di lapang kemudian dilanjutkan oleh asisten divisi yang memberikan evaluasi mengenai kerja yang telah dilaksanakan dan memberikan motivasi kerja kepada mandor. Pekerjaan dilapang dimulai pukul 07.00-14.00 WIB. Sistem pekerjaan yang digunakan umumnya adalah borongan dan harian dengan norma kerja yang telah ditargetkan. Untuk kegiatan pemanenan tenaga kerjanya umumnya SKU, pada saat buah jarang (trek) dan pemanen tidak dapat mencapai basis borong maka dilakukan pekerjaan penunasan untuk mencapai basis. Tenaga kerja SKU mendapatkan tunjangan kesehatan, fasilitas tempat tinggal, penerangan listrik, asuransi tenaga kerja, cuti tahunan dan mendapatkan jatah beras setiap bulan. Untuk kegiatan perawatan tenaga kerja yang digunakan adalah pekerja harian lepas yang hanya mendapatkan UMP Jumlah tenaga harian lepas yang diperlukan tergantung pada ada tidaknya pekerjaan yang dikerjakan. Apabila tidak ada pekerjaan maka PHL akan dialihkan ke pekerjaan lain. Asisten divisi berperan dalam pengawasan dan pembinaan terhadap karyawan dan mandor dilapang secara langsung yang dibantu oleh mandor I sehingga prestasi kerja dapat meningkat dan melebihi target. Hasil pekerjaan dilaporkan setiap hari, minggu dan bulan kepada estate manager yang selanjutnya dibuat dalam laporan manajemen (LM) kebun.
PELAKSANAAN TEKNIS MAGANG Penyisipan Tanaman Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit yang mati, sakit, dan abnormal perlu disisip segera. Makin cepat bibit yang mati, sakit, dan abnormal disisip, maka makin baik agar pertumbuhannya tidak terhambat oleh tanaman yang telah tumbuh. Penyisipan tanaman kelapa sawit sebaiknya menggunakan bibit yang berumur tidak begitu jauh dengan tanaman aslinya. Menurut Lubis (1992) penyisipan tanaman kelapa sawit masih dapat dilakukan sampai tanaman berumur 5 tahun, setelah itu tanaman akan terganggu pertumbuhannya karena ternaungi oleh tanaman aslinya. Pada Kebun Batang Gading penyisipan masih dilakukan walaupun tanaman telah berumur lebih dari 5 tahun. Hal ini dilakukan karena areal yang disisip masih luas yang diakibatkan tingginya serangan hama babi (Sus scrofa L) dan landak (Hystrix brachyura) pada saat penanaman bibit di lapang terutama pada areal yang dekat dengan hutan, dan penyisipan dilakukan untuk mencapai potensi produktifitas tanaman yang tinggi. Untuk kebutuhan bibit untuk penyisipan di Kebun Batang Gading menggunakan bibit yang berasal dari PT. Kresna Duta Agrindo, Kebun Sei Plakar yang juga merupakan salah satu anak perusahaan SMART. Bibit yang ditanam adalah bibit yang telah berumur >2 tahun. Bibit yang berasal dari PT. Kresna Duta Agrindo, Kebun Sei Plakar diangkut dengan menggunakan truk dengan kapasitas 250 bibit/truk. Pemancangan. Pemancangan dilakukan dengan menggunakan bambu dengan panjang 125 cm. Karena kondisi areal yang akan disisip memiliki topografi berbukit maka pemancangan dilakukan dengan mengikuti garis kontur. Jarak tanam yang di gunakan adalah 9.25 m sedang jarak antara tanaman dengan tepi kontur adalah 1 m. Pemanccangan dilakukan dengan sistem borong sebesar Rp. 250/anak pancang. Kemampuan mahasiswa adalah 50 anak pancang Pengangkutan Bibit. Bibit yang ditanam di lapang adalah bibit yang berumur lebih dari 2 tahun. Bibit di langsir dari tempat pengumpulan bibit sehari sebelum di tanam di lapang. Biaya langsir bibit di hitung secara borong dengan sebesar Rp. 500/ bibit. Alat yang digunakan untuk melangsir bibit adalah traktor
ford yang di lengkapi dengan trailer. Kapasitas trailer adalah 100 bibit. Bibit yang telah di angkut di sebar tepi jalan blok secara berkelompok. Tanam Bibit. Penanaman bibit dilakukan dengan sistem borong dan sistem harian. Sistem harian yang memiliki norma 40 pohon/HK sedangkan untuk sistem borong adalah Rp. 550/pohon. Pekerjaan penanaman dilakukan sekalian dengan pembuatan teras individu dengan ukuran 1 m x 1 m dan lubang tanam dengan ukuran 50 cm x 50 cm x 50 cm. Penanaman dilakukan dengan menyobek sisi polibag kemudian bibit di tanam. Dalam penanaman di usahakan seluruh bagian perakaran sampai kebagian leher polibag tertanam dan kemudian dipadatkan. Polibag kemudian di gantung di pancang tanaman yang dipancang di sebelah kanan bibit yang ditanam. Proteksi Hama. Proteksi hama dibuat dari bambu betung yang dibelah dengan ukuran 1 m. Bambu kemudian di pancang di sekeliling bibit dengan jarak antar bambu 5 cm. Kemudian bambu di ikat dengan kawat bendrat untuk memperkokoh bambu.
Gambar 1. Bibit yang Telah Ditanam dan Telah Diproteksi dengan Menggunakan Bambu.
Pemeliharaan Tanaman Kelapa Sawit Pemeliharaan tanaman merupakan suatu usaha untuk meningkatkan atau menjaga kesuburan tanah dan lingkungan pertumbuhan tanaman guna mendapatkan yang sehat dan produksi yang diharapkan. Produksi tanaman berkorelasi positif dengan pemeliharaan tanaman pada batas-batas tertentu, artinya apabila pemeliharaan tanaman baik, maka diharapkan akan meningkatkan produksinya. Namun pada batas-batas tertentu tanaman tidak akan meningkatkan produksinya apabila sudah mencapai produksi yang maksimal. Dalam pemeliharaan kelapa sawit dapat dibedakan menjadi 2 bagian yaitu pemeliharaan tanaman belum menghasilkan (TBM) dan pemeliharaan tanaman menghasilkan (TM). Sasaran khusus pemeliharaan TBM adalah: 1) Mendorong pertumbuhan vegetatif, 2) Menjamin tanaman tumbuh secara homogen, 3) Mempercepat fase TM. Sedangkan sasaran khusus pemeliharaan tanaman TM adalah : 1) Mendorong produktifitas tanaman, 2) Mempermudah pekerjaan pemenen dan meningkatkan produktifitas kerja pemanen, 3) Pemupukan akan lebih efisien. Kegiatan pemeliharaan di Kebun Batang Gading dilakukan untuk tanaman TM dan juga untuk tanaman TBM. Kegiatan pemeliharaan di Kebun Batang Gading pada umumnya dilakukan untuk tanaman menghasilkan karena pada umumnya tanaman di Kebun Batang Gading sudah memasuki fase TM dan tanaman yang masih dalam fase TBM adalah tanaman sisipan yang secara administratif masuk ke dalam pemeliharaan fase TM karena hanya sebagian kecil (+ 20 % dari luas blok yang telah di tanam). Pemeliharaan yang biasa dilakukan adalah: pengendalian gulma, pemupukan, penunasan, rawat jalan, pengendalian hama dan penyakit tanaman. Pengendalian Gulma Pekerjaan pengendalian gulma dilakukan secara rutin di kebun kelapa sawit sehingga dilakukan dengan sistem rotasi. Mengingat kerugian yang disebabkan oleh gulma di kebun kelapa sawit cukup besar maka pengendalian gulma di kebun kelapa sawit perlu dirumuskan dalam suatu manajemen yang baik dan dapat mengatur pelaksanaan dan pengawasan pengendalian gulma sehingga diperoleh hasil yang memuaskan.
Tujuan utama pengendalian gulma di kebun kelapa sawit adalah mengurangi persaingan antara tanaman kelapa sawit dengan tanaman lainnya dalam pengambilan
unsur hara dan memudahkan dalam pengamatan panen.
Pengendalian gulma yang kurang baik akan menghambat pertumbuhan tanaman dan akhirnya akan mengurangi produksi. Semprot Piringan dan Pasar Pikul. Pemeliharaan piringan ditujukan untuk mengendalikan gulma yang ada disekitar pohon tanaman kelapa sawit dan pengendalian gulma di pasar pikul dilakukan untuk mempermudah pengangkutan TBS dari dalam ancak ke TPH. Gulma yang dominan yang ada di piringan dan pasar pikul adalah Mikania micranta, Eulisine indica, Chromolaema odorata, Melastoma malabathrichum dan anakan sawit (kentosan). Untuk kebun Batang gading piringan merupakan zona W0 yang berarti bahwa piringan harus benarbenar bersih dari semua gulma dan pasar pikul merupakan daerah W1 dimana daerah tersebut hanya dapat ditumbuhi oleh jenis gulma tertentu. Hal ini bertujuan untuk mempermudah pekerjaan pemupukan dan pengutipan berondolan dan pengangkutan TBS dari dalam ancak ke TPH. Pengendalian gulma di piringan dan pasar pikul dilakukan secara kimia dengan menggunakan campuran herbisida Gramoxone Ally dan Round Up Starene dengan dosis 250 cc/Ha Gramoxone + 12.5 gram/Ha Ally 20 WDB dan 250 cc/Ha Round up + 62.5 gram/Ha Starene dengan volume semprot 50 l/ha. Alat yang digunakan adalah knapsak solo dengan polizet biru. Rotasi pengendalian gulma dipiringan dilakukan 3 kali setahun. Perlakuan yang dilakukan adalah 2 kali secara kimia dan 1 kali secara manual (garuk
piringan
dan
babat
gawangan).
Norma
kerjanya
adalah
1.6
ha/HK.kemampuan mahasiswa adalah 1.6 ha/HK. Gawangan Mati. Jenis gulma yang dominan di gawangan mati adalah pakis-pakisan, Melastoma malabatrichum,Cromolaema odorata. Pengendalian gulma di gawangan mati dilakukan secara manual dengan cara mendongkel anak kayu yang ada di gawangan mati. Pengendalian gulma di gawangan mati tidak dilakukan seintensif pasar pikul dan piringan mengingat gawangan mati merupakan tempat penumpukan pelepah hasil penunasan dan panen. Rotasi pengendalian gulma di gawangan mati dilakukan 2 kali setahun. Norma kerjanya adalah 2 HK/Ha
Tebas Rendahan. Tebas rendahan merupakan pekerjaan menebas semak belukar yang tumbuh diareal pertanaman kelapa sawit karena areal tersebut belum ditanam atau lahan yang hendak disisip. Gulma yang dominan tumbuh adalah Chromolaema odorata, Melastoma sp, Ageratum conyzoides, Mikania micrantha. Rotasi tebas rendahan adalah 2 kali setahun dengan norma kerja 2 HK/ha. Pemberantasan Alang-Alang (Imperata cylindrica). Pemberantasan alang-alang di Kebun Batang Gading dilakukan secara kimia dengan herbisida Round Up. Pengendalian alang-alang di Kebun Batang Gading dilakukan dengan 3 tahap yaitu sheet, semprot koreksi dan wiping penyemprotan koreksi dilakukan 21 hari
setelah penyemprotan sheet, dan jika lalang masih tumbuh maka
dilakukan Wiping.
Gambar 2. Hasil Semprot Sheet Alang-Alang Setelah 21 hari Semprot sheet lalang dilakukan pada areal dengan penutupan gulma alangalang yang lebat dan merata. Penyemprotan dilakukan secara merata di seluruh areal yang tertutup alang-alang. Alat yang digunakan adalah knapsak solo dengan VLV 100. ketinggian semprot adalah 50 cm dari atas tajuk tanaman. Herbisida yang digunakan adalah herbisida sistemik dengan merek dagang Round Up 480 AS yang mengandung bahan aktif glifosat 480 g/l. Dosis yang digunakan adalah
3l/ha dengan konsentrasi 2.13%. norma kerja adalah 1.6 ha/HK. Kemampuan mahasiswa adalah 1.6 ha Semprot spot alang-alang dilakukan untuk mengendalikan alang-alang yang masih hidup secara berkelompok. Penyemprotan spot dilakukan setelah 21 hari penyemprotan sheet. Alat yang digunakan adalah knapsak solo dengan VLV 100. herbisida yang digunakan adalah herbisida kontak dengan merek dagang Round Up 480 AS yang mengandung bahan aktif glifosat 480 g/l. Dosis yang digunakan adalah 2 l/ha. Norma kerja adalah 5 ha/Hk. Wiping bertujuan untuk membunuh alang-alang yang tersisa dan tumbuh terpencar. Wiping dilakukan dengan mengusapkan kain yang telah di celupkan kedalam larutan Round up dari pangkal batang sampai ke ujung daun. Alangalang yang telah diusap larutan Round up di tandai dengan mengikat rumpun alang-alang . Tabel 4. Dosis Rekomendasi Herbisida. Herbisida
Bahan Aktif
Dosis
Cara
Gulma sasaran
Kerja Gramoxone
Paraquat diklorida
0.25 cc/Ha
Kontak
Semua gulma
Ally 20 WDB
Methyl metsulforon
12.5 gram/Ha
Sistemik
Pakis, daun lebar, daun sempit.
Round Up
Glyphosat, Isopropil amine
3 l/ha* dan Sistemik Alang-alang, 0.25 cc/Ha rumput.
Starane
Fluroxypir
62.5 gram/Ha
Sistemik Daun Lebar
Sumber : Kantor besar PT. Satya Kisma Usaha, Kebun Batang Gading, 2005 Keterangan : * Untuk Pengendalian Gulma Alang-alang Sheet
Pengendalian alang-alang sering kurang berhasil disebabkan karena kurangnya penguasaan terhadap medan yang disemprot dan aspek teknis pengendalian alang-alang, tidak konsisten dalam melaksanakan kegiatan rotasi dalam pengendalian alang-alang dan ketersediaan herbisida yang kurang kontiniu.
Penunasan (Prunning) Penunasan pada tanaman kelapa sawit merupakan pekerjaan memotong pelepah yang dianggap kurang produktif. Tujuan dari penunasan adalah: memperlancar penyerbukan, memberi ruang gerak kepada tandan buah untuk berkembang, mempermudah pemanenan dan pengawasan buah matang, mengurangi kemungkianan terperangkapnya brondolan di pangkal pelapah, dan mempertahankan luas daun optimum sehingga dapat memaksimumkan konversi sinar matahari, hara dan air. Penunasan di Kebun Batang Gading disertai juga dengan pembersihan tanaman epipit pada batang kelapa sawit (kecuali Nephrolepis biserata), penurunan buah yang terserang penyakit busuk buah dan pemotongan pelepah sengkleh. Norma kerjanya adalah 3 HK/ha. Berikut merupakan standart jumlah pelepah yang diharapkan pada tanaman kelapa sawit. Kemampuan mahasiswa adalah 35 pohon. Tabel 5. Jumlah Pelepah yang Direkomendasikan Umur tanaman
Rotasi
Lingkaran pelepah
Jumlah pelepah/pohon
3-4
7
56
1,0
5-8
6
48-52
1,0
9-12
5
40-44
1,3
>12
4
32-36
1,3
(tahun)
(tahun)
Sumber : Pedoman Teknis Lapang Budidaya Kelapa Sawit SMART, 2005
Saat pelaksanaan penunasan perlu diperhatikan metode yang digunakan yaitu songgo 3 untuk tanaman muda sampai panen tahun kelima dan songgo 2 untuk tanaman yang berumur <10 tahun dan songgo satu untuk tanaman yang berumur >10 tahun. Saat pelaksanaan dilapangan di Batang Gading sering dilakukan over Prunning dimana pelepah tinggal 1 dibawah tandan. Penunasan yang berat akan mengakibatkan turunnya produksi akibat kurangnya pembentukan asimilat yang dihasilkan di daun.
Gambar 3. Penunasan Kelapa Sawit. Pemupukan Penetapan jenis pupuk dan dosis rekomendasi di Kebun Batang Gading ditetapkan berdasarkan hasil analisis daun, hasil penelitian, umur dan kondisi tanaman, tanah, iklim, keseimbangan hara, efisiensi biaya produksi yang telah diperoleh dan target produksi. Dosis rekomendasi di Kebun Batang Gading ditetapkan oleh SMARTRI yang ada di Pekan Baru. Norma kerja pemupukan adalah 1,6 ha/HK. Kemampuan mahasiswa adalah 150 Kg. Pemupukan yang dilakukan di perkebunan Batang Gading adalah pupuk Urea, TSP, RP, MOP, Dolomit, Kieserit, HGFB. Aplikasi pemupukan pada tanaman menghasilkan dilakukan 2 kali setahun. Waktu aplikasi pemupukan dilakukan di akhir musim hujan dan di awal musim hujan. Pupuk disebar merata di sekitar pohon tanaman dengan jarak 20 cm dari batang sampai proyeksi tajuk tanaman. Kendala yang sering dihadapi pada saat pemupukan adalah masih banyaknya piringan yang belum bersih, hal ini mengakibatkan pupuk tidak dapat mencapai sasaran yang diharapkan selain itu mengakibatkan piringan semakin semak akibat pemberian hara tambahan sehingga membantu pertumbuhan gulma. Pemberian pupuk dengan cara disebar kurang efisien, hal ini disebabkan topografi kebun yang berbukit sehingga jika hujan pupuk akan banyak tercuci dan tidak dapat diserap dengan baik. Dan penguntilan pupuk belum dapat dilaksanakan karena topografi yang berbukit.
Tabel 6. Jenis Pupuk dan Dosis yang Direkomendasikan Pada Setiap Divisi di Kebun Batang Gading Dosis Rekomendasi No
Jenis Pupuk
Divisi I
Divisi II
Divisi
Divisi III
KOPSA
Divisi V
Divisi VI
...................................................................Kg/Pohon....................................................................... 1
Urea
1,25
1
1
1,25
1
1,25
2
TSP
-
1,25
1,25
1,25
1,25
1,25
3
Rock
1,25
-
-
-
1,25
Pospat 4
MOP
1,75
1
0,5
1,25
2
1,25
5
Dolomit
1
1
-
-
-
-
6
Kieserit
1
0,5
1
1
1,25
1
7
HGFB
0,05
0,05
0,05
0,075
0,05
0,075
Sumber: Kantor Besar PT. Satya Kisma Usaha, Kebun Batang Gading, 2005 Keterangan: Dosis dalam satu semester
Pengendalian Hama dan Penyakit Hama tikus. Tikus merupakan hama yang paling penting secara ekonomis pada tanaman kelapa sawit , karena menyerang tanaman kelapa sawit pada fase TM dan TBM. Pada fase TBM tikus menyerang umbut tanaman kelapa sawit dengan cara mengerat batang dan apabila keratan tersebut mencapai titik tumbuh maka akan mematikan tanaman sedangkan pada fase TM tikus menyerang bagian bunga jantan dan tandan buah segar baik yang muda maupun yang sudah matang. Bunga dan buah kelapa sawit yang mengandung karbohidrat dan lemak yang merupakan bahan makanan yang dibutuhkan tikus untuk melangsungkan kehidupannya. Pengendalian hama tikus di Kebun Batang Gading dilakukan secara biologis yaitu menggunakan musuh alami yaitu burung hantu (Tyto alba). Jumlah burung hantu di Kebun Batang Gading ada 10 ekor yang terdisi dari 3 ekor induk jantan dan 2 ekor induk betina dan 5 ekor anak. Burung hantu ini didatangkan dari salah satu kebun milik Sinar Mas Group yaitu Kebun Padang Halaban. Menurut Astra Agro Niaga (1996) seekor burung hantu dewasa dapat mengkonsumsi 5 ekor tikus setiap harinya sehingga sepasang burung hantu
membutuhkan + 3.000 ekor tikus dalam setahun. Pengendalian hayati ini lebih efektif dan tidak merusak lingkungan, dan dari segi biaya lebih murah dibandingkan dengan pengendalian hama tikus lainnya.
Gambar 4. Tandan Buah Kelapa Sawit yang Terserang Hama Tikus. Babi hutan. Babi hutan merupakan hama tanaman kelapa sawit yang menyerang tanaman kelapa sawit pada fase TBM dan fase TM yaitu sampai tanaman mencapai TM 3. Pada fase TBM babi memakan umbut tanaman muda atau bibit yang baru di tanam dilapangan. Hama babi terutama banyak pada areal dekat hutan atau areal pengembangan bekas hutan. Babi mampu mencabut bibit kelapa sawit yang baru ditanam sehingga menimbulkan kerugian yang sangat besar. Pada fase TM babi memakan tandan buah kelapa sawit terutama pada areal yang semak dan areal yang berbatasan dengan hutan. Pencegahan dan pengendalian yang biasa dilakukan oleh Kebun Batang Gading terhadap serangan hama babi terutama pada areal yang baru ditanam adalah dengan menggunakan pagar individu yang dibuat di sekeliling pohan dengan menggunakan bambu yang di tanam sedalam 30 cm dan di ikat dengan menggunakan kawat bendrat untuk memperkokoh pagar individu. Perbaikan Jalan Jalan merupakan sarana utama yang harus dimiliki prkebunan kelapa sawit. Peran dan fungsi utama jalan di perkebunan sawit adalah sebagai sarana
transportasi
untuk
mempertinggi
intensitas
kontrol,
pengangkutan
dan
komunikasi. Kurang baiknya kondisi jalan dan jembatan akan menurunkan mutu produksi dan peningkatan biaya perawatan alat-alat angkut, oleh karena itu perawatan jalan dan jembatan perlu dilakukan secara rutin. Ada 5 faktor penyebab kerusakan jalan yaitu: air, bahan organik, kurangnya cahaya matahari, sifat tanah (tekstur dan struktur) serta tonage (bahan angkutan) yang berlebihan. Tekstur tanah di kebun batang gading adalah liat berpasir. Tekstur ini jika terkena hujan akan licin dan cepat mengering jika terkena sinar matahari sehingga membutuhkan waktu yang cepat untuk pengeringan. Tekstur tanah yang labil sehingga jika dilalui oleh kendaraan akan merusak jalan. Pemeliharaan jalan di kebun kelapa sawit dilakukan secara manual dan mekanis. Perbaikan secara manual dilakukan oleh tenaga kerja pria dengan membuang air dari lubang dan menimbunya kembali setelah lubang kering dan menunas daun kelapa sawit yang telah menutupi jalan. Kerusakan dalam skala besar akan diperbaiki dengan Greder Catepillar seri 120 G dengan sistem Chamberlain agar air hujan tersebut mengalir ke parit.
Gambar 5. Alokasi Greder untuk Memperbaiki Jalan
Pemanenan Kelapa Sawit Kriteria Panen Buah kelapa sawit menjadi matang sekitar 6 bulan setelah polinasi dan fertilisasi, kematangan buah adalah aspek yang paling menonjol terhadap kualitas dan kuantitas minyak yang akan dihasilkan. Buah yang ‘matang memuaskan’ diartikan sebagai buah yang kondisinya memberikan kualiatas dan kuantitas minyak maksimal. Adapun kriteria panen yang dipakai adalah 2 bondol/Kg TBS (Inti) dan 1 Brondol/Kg TBS (Plasma). Namun kriteria ini perlu disesuaikan dengan kondisi setempat misalnya jarak dari kebun ke pengelolaan kelapa sawit (PKS), topografi kebun. Tingkat kematangan buah dikenal dengan fraksi yang ditentukan berdasarkan Tabel 7. Tabel 7. Kriteria Matang Penen dan Greding di Kebun Batang Gading Fraksi
Jlh Buah
Drajat
Rendemen
Lepas
Kematangan
Minyak (%)
Kadar
Greding
ALB (%)
00
Tidak ada
Sangat mentah
-
-
0
0
1-12.5%
Mentah
16
1.6
0
1
12.5-25%
Kurang matang
21.4
1.7
5
2
25-50%
Matang 1
22.1
1.8
3
50-75%
Matang 2
22.2
2.1
4
75-100%
Lewat matang
22.2
2.6
85%
5
Parthenocarpy
1
Janjang kosong
1
Hard bunch
3
Sumber : Pedoman Teknis Lapang Budidaya Kelapa Sawit SMART, 2005
Adapun kriteria panen yang dipakai di Kebun Batang Gading adalah brondol 5 yang jatuh dipiringan. Hal ini untuk mempermudah proses panen, memperkecil kehilangan brondolan akibat topografi yang bergelombang sampau berbukit curam dengan kelerengan yang curam, dan disebabkan jauhnya lokasi kebun dari pabrik.
Hancak Panen dan Rotasi Panen Pembagian ancak dalam pemanenan perlu dilakukan untuk mempermudah pengawasan. Sistem ancak yang ada di Kebun Batang Gading adalah ancak giring tetap, dimana pemanen bertanggung jawab memanen areal yang telah ditentukan oleh mandor dan pada rotasi berikutnya pemanen tersebut masuk kembali ke ancak yang telah ditentukan oleh mandor panen. Pemilihan ancak giring tetap yang digunakan adalah kerapian dan kebersihan ancak lebih terjamin karena pemenen akan lebih merawat ancaknya tersebut, kualitas buah yang dikeluarkan oleh pemanen lebih terjamin, pengawasan mudah dilakukan karena pemenen yang melakukan pengawasan dapat diketahui, pencatatan jumlah TBS mudah dilakukan tetapi memiliki kelemahan seringnya buah tertinggal di lapang. Ancak giring jarang digunakan karena pemanen kurang bertanggung jawab terhadap kebersihan lahan dan kualitas buah yang keluar kurang terjamin, tetapi keunggulan sistem ancak giring adalah buah jarang ditinggal. Pemanenan dilaksanakan setiap hari pada ancak yang berbeda agar pabrik dapat berjalan tiap hari atau minimal 6 hari kerja. Luas areal panen harus disesuaikan dengan kemapuan pemanen, efisiensi pengangkutan dan kapasitas pabrik. Hari panen perlu diatur sehingga ada hari istirahat bagi pabrik pada keadaan normal Rotasi panen dilakukan adalah 6/7 yang artinya adalah pemanenan dilakukan selama 6 hari dalam seminggu. Tenaga Pemanen Kebutuhan tenaga pemanen pada sistem ancak tetap giring didasarkan pada luas kapveld yang dipanen, dengan rata-rata luas ancak panen 3,5 ha untuk setiap pemanen untuk setiap divisi, tetapi pembagian ancak juga tergantung kepada topografi areal yang akan dipanen dan populasi dari blok yang akan di panen. Luas areal yang akan dipanen seorang pemanen yang diberikan oleh seorang mandor panen kepada seorang pemanen yang harus dapat diselesaikan pada hari itu dan dapat memenuhi basis dan juga pemanen dapat mendapatkan premi, dan biasanya luasnya sekitar 2-5 ha. Kemampuan pemanen tergantung kepada kerapatan panen dan kondisi lahan sehingga rumus kebutuhan tenaga pemanen adalah sebagai berikut: Tenaga Pemanen =
Luas Kapveld Panen × SPH × AKP × BJR Standart Panen
Pelaksanaan Panen Peralatan panen harus tersedia lengkap. Alat-alat panen yang berfungsi untuk memotong tandan buah segar seperti dodos harus tajam, karung goni sebagai alas brondol harus terpelihara, dan ember sebagai patokan tumpukan brondol (10 kg). Pemanen memeriksa ancak yang akan dipanen dengan menggunakan kriteria panen 5 brondol jatuh dipiringan, kemudian pemanen memotong tandan yang sesuai dengan kriteria panen dan pembrondol harus memungut brondolan yang ada di piringan, pelepah dan jalan rintis. Pemanen harus berusaha mempertahankan pelepah supaya tetap songgo dua (dua buah pelepah yang menyangga tandan buah). Tandan yang telah dipotong di kumpulkan di TPH dengan tangkai tandan menghadap ke jalan. Kemampuan mahasiswa adalah 35 janjang
Gambar 6. Pemanenan TBS dengan Cara Tanpa Menurunkan Pelepah Pelaksanaan pemanenan mengalami kesulitan dalam hal pengeluaran buah terutama pada areal rawa yang tanamannya ditanam pada tahun 1997. hal ini disebabkan karena bobot buah yang sudah melebihi 20 kg sehingga pemanen kesulitan dalam hal pengeluaran buah. Basis Panen Pada pengupahan tenaga kerja di Kebun Batang Gading menerapakan dua jenis borong yaitu basis borong dan basis tugas. Basis borong ialah jumlah buah minimum yang harus dipanen oleh karyawan pemotong buah untuk mendapatkan
1 HK sedangkan basis tugas ialah jumlah kg yang harus diselesaikan dalam satu hari oleh pemanen. Basis panen ini berbeda-beda menurut tahun tanam (umur tanaman), berat janjang rata-rata (BJR), dan jumlah jam kerja. Untuk tanaman yang berumur lebih tua jumlah basis panen lebih rendah jika dibandingkan dengan tanaman yang berumur lebih muda karena faktor kesulitan pemanenan, tanaman kelapa sawit yang berumur lebih tua memiliki tinggi tanaman yang lebih tinggi jika dibadingkan dengan tanaman yang lebih muda. Tanaman kelapa sawit dewasa memiliki tinggi lebih dari 15 m sehingga memerlukan egrek untuk memanen kelapa sawit dan membutuhkan tenaga kerja yang lebih ahli dalam memanen kelapa sawit. Berat janjang rata-rata juga mempengaruhi basis panen yang harus dicapai oleh setiap pemanen. Basis panen potong buah dengan norma potong buah bagi karyawan adalah 1000-1400 kg. Semakin tinggi BJR tanaman kelapa sawit maka makin sedikit jumlah buah yang di panen oleh seorang pemanen. Tahun tanam 1997 dan 1998 memiliki berat janjang rata-rata 15 kg, maka panen/HK adalah 1350/15 = 90 TBS Jika terjadi buah kurang dan apabila pemanenan kehabisan ancak untuk menjaga kualitas panen maka pemanen diberi tugas tambah basis untuk mencapai norma kerja. Contohnya pemanen hannya mendapat buah sebanyak 43 TBS maka untuk mencapai norma kerja maka pemanen biasanya di beri tugas prunning untuk menambah basis. Basis panen yang digunakan adalah basis premi dimana pemanen harus mencapai basis tugas dan jika jumlah tandan yang dicapai berlebih maka akan mendapatkan insentif dari perusahaan. Basis panen pemanen adalah 90 janjang. Apabila pemanen dapat melebihi basis panen maka pemanen akan mendapatkan premi sebesar Rp.125/jjg. Sedangkan brondol adalah dengan menghitung kg berat brondol dengan harga Rp.119/kg. Sistem Pengawasan Untuk mencapai prestasi panen yang maksimal maka perlu dilakukan pengawasan terhadap pemanen dilakukan oleh mandor panen yang dibantu oleh mandor brondol dan krani Produksi. Mandor panen harus memastikan bahwa setiap pemanen telah menyelesaikan ancak masing-masing dan meminimalkan
buah tinggal diancak. Untuk mencapai hal tersebut maka mandor panen, mandor I beserta asisten divisi melakukan inspeksi panen detail dengan mengambil contoh 15% dari total areal yang dipanen hari tersebut. Hal-hal yang perlu diamati adalah: -
Pohon inspeksi adalah pohon yang diamati didalam satu ancak contoh
-
Pohon dipanen adalah pohon yang dipanen di dalam ancak yang diamati
-
Janjang dipanen adalah jumlah janjang yang dipanen dalam ancak contoh
-
Janjang masak tidak dipanen adalah jumlah janjang yang tidak dipanen dalam ancak contoh
-
Brondolan di pasar pikul adalah brondolan yang tidak dikutip di pasar pikul yang terdapat di dalam ancak contoh
-
Brondolan di piringan adalah brondolan yang tidak dikutip di piringan yang terdapat didalam ancak contoh
-
Brondolan dipelepah adalah brondolan yang tersangkut di pelepah dan tidak terkutip didalam ancak contoh
-
Pelepah salah susun adalah pelepah yang tidak tersusun di pasar mati
-
Pelepah sengkleh adalah pelepah yang tidak terpotong sempurna pada waktu panen sehingga menggantung di pohon
-
Buah mentah terpanen adalah buah mentah yang terpanen pada ancak contoh
-
Buah busuk adalah buah yang busuk akibat tidak terpanen dan terserang cendawan Marasmius
Jika pelanggaran diatas di ketahui oleh mandor panen maka akan dilakukan pemanenan ulang dan pemanen akan mendapat sanksi berupa tegoran dan skrosing dari mandor panen. Angkutan Panen Sarana transport yang digunakan di Kebun Batang Gading untuk mengangkut buah adalah truk dan traktor yang dilengkapi dengan trailer “jonder”. Truk mengangkut buah di jalan poros dan jalan collectoin yang dapat dilalui oleh truk dan jonder bertugas mengangkut buah dimana truk tidak dapat melalui jalan tersebut.
Kendala yang dihadapi Kebun batang gading adalah ketika musim hujan dimana jalan licin dan topografi yang berbukit sehinga truk susah melalui jalan tersebut. Karena jarak antara kebun ke PKS jauh maka pengangkutan TBS dari Kebun ke PKS di gunakan truk. Karena pengangkutan TBS dari kebun ke PKS melalui jalan besar maka truk pengangkut TBS harus dilengkapi dengan jaring dan rantai untuk mencegah terjadinya buah jatuh di jalan. Kebutuhan truk untuk pengangkutan TBS ke pabrik dilakukan dengan sistem kontrak. Jumlah truk yang dibutuhkan tergantung pada luas areal yang dipanen, kerapatan panen, BJR, dan kapasitas truk yang dapat dihitung berdasarkan: Jumlah truk =
luas areal panen (ha) × jumlah tanaman/ha × BJR (kg) × AKP (%) kapasitas truk (kg)
Jumlah alat angkut disesuaikan dengan kondisi buah, pada produksi tinggi jumlah truk harus ditambah agar tidak terjadi buah tinggal di lapang.
Gambar 7. Pengangkutan TBS Menggunakan Truk Administrasi Potong Buah Administrasi panen di divisi setiap hari di isi oleh Krani Produksi dan Krani Divisi. Administrasi panen yang dilakukan adalah pengisian buku potong buah yang berisi catatan jumlah TBS dn mutu TBS yang dipanen oleh setiap
pemanen. Buku potong buah ini di isi oleh krani produksi dan hanya satu buku per mandor panen. Bentuk buku potong buah dapat dilihat pada Gambar Lampiran 7. Selain mengisi buku potong buah krani produksi juga mengisi surat pengiriman buah. Surat pengiriman buah berisi jumlah janjang yang dimuat kedalam truk, berat brondolan, dan taksasi berat TBS yang dikirim ke PKS. Bentuk form surat pengiriman buah dapat dilihat pada Gambar Lampiran 6. Crop book merupakan hasil rekapitulasi dari seluruh laporan surat potong buah, surat pengiriman buah, dan laporan buah restan yang diisi oleh krani divisi. Krani divisi juga mengisi buku premi. Buku permi mencatat jumlah premi karayawan potong buah setiap harinya dan jumlah permi yang didapat oleh setiap karyawan potong buah. Laporan buah restan merupakan buku produksi yang berisi produksi aktual panen hari kemarin, jumlah janjang TBS dan tonase hasil taksasi pagi hari, jumlah janjang yang di kirim ke PKS dan taksasi tonase yang di kirim, jumlah janjang yang tinggal dilapangan, blok panen, rotasi panen, dan kebutuhan angkutan pengangkut TBS. Laporan buah restan dilaporkan oleh asisten divisi ke kantor besar setiap harinya. kemudian dilanjutkan ke Region Jambi. Seluruh administrasi panen yang telah dikerjakan harus di ketahui oleh asisten divisi dengan cara memeriksa kebenaran dari administrasi tersebut, kemudian jika benar maka akan di paraf oleh asisten divisi. Pemeriksaan administrasi oleh asisten divisi dilakukan setiap hari.
PEMBAHASAN Pencapaian Target Produksi Panen dan produksi merupakan hasil dari aktifitas kerja di bidang pemeliharaan tanaman kelapa sawit. Selain dipengaruhi oleh pemeliharaan produksi kelapa sawit juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain antara lain seperti komposisi tanaman, umur tanaman, kondisi iklim. Kuantitas dan kualitas produksi kelapa sawit merupakan hal yang ingin dicapai oleh setiap perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit, hal ini adalah tonase TBS yang dihasilkan ataupun CPO dan PKO yang merupakan hasil dari ekstraksi TBS. Produksi aktual TBS yang dihasilkan Kebun Batang Gading termasuk dalam kelas produksi rendah dan sangat rendah jika dibandingkan dengan potensi produksi TBS Kebun Batang Gading. Pada tahun 2000, produksi TBS (1.78 ton TBS/ha) dikatagorikan dalam kelas produksi sangat rendah. Produksi tahun 2001 (1.8 ton TBS/ha), 2002 (1.98 ton TBS/ha), 2003 (2.53 ton TBS/ha) dan pada tahun 2004 (4.55 ton TBS/ha) masuk ke dalam katagori kelas produksi rendah. Mangoensoekarjo (2003) menyatakan tidak tercapainya potensi produksi dapat dipengaruhi oleh pembuahan yang tidak sempurna. Kelas produksi TBS Kebun Batang Gading berdasarkan umur tanaman dapat dilihat pada Tabel Lampiran 5. Tabel 8. Produksi Tandan Buah Segar (TBS) Kebun Batang Gading, Perkebunan Rakyat, Perkebunan Negara dan Perkebunan Swasta Perkebunan
Produktifitas (ton/ha)
Perkebunan Rakyat Perkebunan Negara Perkebunan Swasta Kebun Batang Gading
Luas (ha) Produksi (ton) Luas (ha)
1 808 424 14 277 507 631 566
Produksi (ton)
6 699 021
Luas (ha)
2 627 068
Produksi (ton) Luas (ha) Produksi (ton)
19 117 174 2430.551 12 074.940
7.895 10.607 7.277 4.97
Sumber: Ditjen
Bina Produksi Perkebunan (2004) dan Kantor Besar Kebun
Batang Gading (2005). Berdasarkan tabel 8 produktifitas Kebun Batang Gading masih lebih rendah jika dibandingkan dengan perkebunan rakyat, perkebunan swasta dan perkebunan negara. Rendahnya produktifitas di Kebun Batang Gading karena arealnya termasuk kedalam kelas lahan S3 dan N1, dan faktor pembatas yang dapat menekan produksi seperti topografi lahan dengan kemiringan lereng yang curam sehingga masih adanya areal yang masih belum dapat dipanen dan populasi tanaman yang hannya 135 tanaman/ha yang belum sesuai dengan standart perusahaan yaitu 142 tanaman/ha Target produksi setiap perusahaan perkebunan di susun setiap tahunnya di dalam Budget anggaran biaya. Penyususunan target produksi TBS didasarkan pada sensus bunga dan buah yang dilakukan setiap semester. Data produksi TBS di Kebun Batang Gading dari bulan Januari sampai dengan Mei 2005 dapat dilihat pada Tabel Lampiran 4. Tidak sesuainya antara target dan realisasi produksi di Kabun Batang Gading disebabkan oleh akses panen yang kurang memadai, pelaksanaan panen, sistem pengangkutan tandan buah segar, dan topografi kebun Batang Gading. Akses Panen Curah hujan yang tinggi berpengaruh langsung terhadap kegiatan panen di lapang. Curah hujan yang tinggi dapat mengakibatkan tidak tercapainya target produksi, curah hujan yang tinggi dapat mengakibatkan tanah menjadi licin dan lunak sehingga susah dilewati oleh kendaraan pengangkut TBS. Kebun Batang Gading memiliki tekstur tanah liat berpasir dimana jika curah hujan tinggi dapat mengakibatkan jalan menjadi lunak dan jika dilewati oleh kedaraan maka tanah akan membentuk parit, Kebun Batang Gading juga memiliki topografi bergelombang sampai berbukit dengan kemiringan lereng > 25% sehingga curah hujan yang tinggi dapat mengakibatkan jalanan menjadi licin dan tidak dapat dilalui oleh kendaraan pengangkut TBS sehingga TBS yang terdapat di TPH tidak dapat diangkut pada hari itu juga dan mengakibatkan buah menjadi tidak terangkut ke PKS pada hari tersebut (restan).
Tabel 9. Hasil Rendemen Minyak dan ALB akibat Lamanya Penginapan Tandan Buah yang Di Panen Lama Menginap
Rendemen Minyak terhadap Buah
ALB
(Hari)
(%)
(%)
0
50.44
3.90
1
50.60
5.01
2
50.73
6.09
3
48.66
6.90
Sumber : Pedoman Teknis Lapang Budidaya Kelapa Sawit SMART, 2005.
Upaya yang dilakukan oleh pihak kebun untuk mengatasi akses panen yang susah ketika curah hujan tinggi adalah pembuatan jalan yang berbentuk chamberlain, pengerasan jalan, pemberian pasir dan batu (sertu), pembuatan parit pembuangan air, perbaikan jalan dengan manual maupun mekanis, optimalisasi penggunaan jonder untuk mengangkut TBS yang tidak dapat dilalui oleh Truk pengangkut TBS, dan penggunaan rantai pada ban truk pengangkut TBS. Dan penunasan pelepah sawit yang telah menaungi jalan sehingga jalan cepat kering. Alat Panen Alat dan perlengkapan panen yang dibawa pada saat panen disesuaikan dengan umur tanaman dan kondisi areal. Alat-alat panen disediakan oleh pihak perusahaan dan pemanen bertanggung jawab dalam memelihara alat panen tersebut. Alat panen yang digunakan dalam pemanenan TBS di Kebun Batang Gading adalah dodos, egrek, gancu, tojok, ember, karung, dan batu asah. Dodos dan egrek adalah alat yang digunakan untuk memotong TBS. Dodos digunakan untuk memotong TBS pada tanaman kelapa sawit pada saat tanaman berumur 3-7 tahun sedangkan egrek digunakan untuk memotong TBS pada tanaman kelapa sawit pada saat tanaman berumur lebih dari 8 tahun (PTP X, 1993). Pemanen dan pemberondol membawa peralatan panen dengan lengkap kecuali karung alas berondolan di TPH. Hal ini disebabkan karena pengangkutan TBS dan pengumpulan berondolan terjadi pada saat yang berbeda. Berdasarkan pengamatan pemanenan kelapa sawit masih banyak menggunakan Dodos kecuali pada tanaman kelapa sawit Tahun Tanam 1995 dan 1996. Di lapang komposisi tanaman kelapa sawit di Kebun Batang Gading rata-
rata tanaman sudah berumur 7-8 tahun yang merupakan masa peralihan penggunaan dodos dan egrek, dimana sebagian besar tanaman kelapa sawit sulit dijangkau jika dipanen dengan menggunakan dodos. Pemanenan dengan menggunakan dodos pada saat tanaman berumur seperti ini dapat menyebabkan panen buah matahari (masih ada bagian TBS/berondolan yang masih tertinggal di pokok akibat pemotongan TBS yang tidak sempurna) dan ini dapat dikategorikan dalam kehilangan hasil saat dilapang. Selain itu sering tidak terdapatnya karung sebagai alas berondolan di TPH mengakibatkan pengangkutan brondolan oleh buruh pengangkut TBS menjadi tidak baik sehingga banyak brondolan yang tidak dapat terangkut ke truk pengangkutan TBS dan menghambat produktifitas dan kecepatan buruh pengangkut TBS dalam memuat TBS dan berondolan. Pengangkutan Tandan Buah Segar Pengangkutan TBS di Kebun Batang Gading dilakukan dengan menggunakan truk pengangkut TBS dan jonder. Pengangkutan TBS ke truk dan Jonder dilakukan oleh 2 orang buruh angkut TBS dengan menggunakan tojok. Pengangkutan TBS dengan menggunakan truk dilakukan pada jalan-jalan yang dapat dilalui oleh truk sedangkan jalan yang tidak dapat dilalui oleh truk diangkut dengan menggunakan jonder. Pada saat pengangkutan TBS dengan menggunakan truk dan jonder diawasi oleh seorang Krani produksi dimana krani produksi bertanggung jawab dalam hal menghitung buah yang terpanen pada hari tersebut, pengangkutan buah yang dipanen dan menghitung buah yang diangkut pada hari tersebut. Hal ini dilaksanakan untuk menghindari terjadinya tertinggalnya buah di lapangan (TPH) akibat tidak terangkut (Buah restan) dan terangkutnya seluruh brondolan ke Truk. Berdasarkan hasil pengamatan di lapang masih sering terjadi tertinggalnya buah dilapangan akibat tidak terangkut, pengangkutan brondolan masih kurang bersih, masih banyak brondolan yang berserakan dijalan dan TPH akibat pengangkutan yang kurang baik. Dengan kurang bersihnya pengangkutan brondolan di TPH dan di jalan. Dan kurang bersihnya truk mengeluarkan brondolan dari dalam Bak Truk ketika bongkar di pabrik. Hal ini dapat mengurangi pencapaian target produksi.
Untuk mengatasi hal tersebut perlu dilakukanya komunikasi yang baik antara mandor panen, mandor brondol kepada krani produksi dan operator jonder untuk mengetahui posisi buah dan
menyediakan karung sebagai alas untuk
mengangkut brondolan sehingga memudahkan pengangkutan brondol ke truk. Untuk mengatasi brondolan yang berserakan dijalan maka mandor panen dapat menberikan pekerjaan kutip brondol jalan dan TPH untuk mengutip ulang seluruh brondolan yang tertinggal di jalan dan TPH dan mengumpulkanya di TPH dimana panen berikutnya dilaksanakan sehingga brondolan dapat terangkut seluruhnya. Pelaksanaan Panen Pelaksanaan panen yang baik dapat tercapai jika ada kerjasama yang baik antara pemanen, mandor panen, mandor I serta asisten divisi. Hal ini sangat diperlukan dalam menyelesaikan satu kapveld panen, seluruh tenaga kerja panen bersama-sama dalam tiap perpindahan blok sampai selesai satu kapveld panen. Pelaksanana panen perlu memperhatikan sistem ancak dan rotasi panen yang dipergunakan agar kegiatan panen terlaksana dengan baik. Di Kebun Batang Gading menggunakan sistem ancak giring tetap. pembagian ancak yang dilakukan oleh seorang mandor panen didasarkan pada kemampuan pemanen, ketrampilan dan tingkah laku tenaga kerja pemanen untuk memperkecil terjadinya pelanggaran panen. Rotasi panen yang dipakai di Kebun Batang Gading adalah 6/7 yang berarti dalam satu minggu terdapat 6 kapveld panen dengan 6 hari kerja. Rincian jumlah jam kerja adalah: 1. Senin-Sabtu (5õ7jam)+(1õ5jam) = 40 jam 2. Senin, Selasa, Rabu, K amis, Sabtu = 7/40 õ 100% = 17.5% 3. Jumat = 5/40 õ 100% = 12.5% Jadi luas panen tiap hari Jumat harus lebih sedikit yaitu 12.5/17.5 kali luas areal panen Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Sabtu. Luas areal divisi V adalh 500 ha yang menggunakan rotasi panen 6/7 maka luas panen hari Jumat adalah: = (12.5/17.5 õ 500 ha) : (6 õ 1) = 59.52 ha/hari luas panen tiap hari Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Sabtu adalah
=
500 − 59.52ha 5
= 88.098 ha Di Kebun Batang Gading pemanenan belum terlaksana dengan baik karena masih banyaknya TBS matang tidak terpanen hal ini dapat di lihat pada Tabel 10. Tabel 10. Hasil Pengamatan Pelanggaran Panen Bulan Maret. Hasil Temuan Uraian III TBS matang dipanen
Norma
Divisi tidak 3 JJG
TBS tidak terangkut ke TPH
V
VI
Rata-rata
5 JJG
2 JJG
1.23 %
Seluruhnya di panen
1 JJG
-
0.3 %
Seluruhnya di angkut
TBS tidak terangkut 21 JJG 35 JJG 27 JJG 12.31 % ke PKS Brondolan di piringan Brondolan
di
10 btr 25 btr
jalan 5 btr
Seluruhnya di angkut
35 btr
23,33 btr
< 2 butir/pkk
12 btr
9 btr
8.67btr
< 5 butir
45 btr
52 btr
40 btr
Seluruhnya terkutip
rintis Brondolan di TPH
23 btr
Dari hasil pengamatan di lapang seringnya terjadi peninggalan buah dilapangan adalah karena pemanen dan pembrondol merupakan suami istri dan penggunaan ancak giring tetap dimana pemanen dalam memanen akan digiring dan pada putaran berikutnya akan memanen kembali pada memanen pada ancak tersebut. Hal ini mengakibatkan seringnya pemanen meninggalkan buah untuk diambil brondolnya supaya pemberondol dapat penghasilan yang tinggi. Untuk memperkecil hal tersebut perlu dilakukan pemberian pekerjaan untuk menambah basis jika pemanen dan pemberondol tidak mendapat basis tugas dan pemberian premi kepada pemberondol jika ancak yang dipanen bersih, karena pengutipan brondolan secara sempurna membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan pemotongan TBS. Dengan pemberian premi kepada
pemberondol diharapkan dapat meningkatkan produksi brondolan per hektar dan meningkatkan pendapatan karyawan. Selain itu juga diperlunya ditingkatkan pengawasan terhadap panen oleh mandor panen sehingga kualitas dan kuantitas buah yang dipanen sesuai dengan yang diinginkan serta dapat meminimalkan terjadinya kehilangan hasil. Topografi Kebun. Berdasarkan hasil peninjauan dan pengamatan yang dilakukan di Kebun Batang Gading terlihat bahwa topografi didalam satu unit kebun sangat bervariasi mulai dari datar sampai berbukit dan berlereng curam sampai dengan kemiringan > 25%. Hal ini terjadi karena luas areal yang baik tidak cukup meskipun disadari bahwa fator pembatas lahan tersebut sangat berat. Untuk mengoptimalisasikan produksi lahan maka perlu dilakukan perbaikan terhadap faktor pembatasnya. Perbaikan tersebut dilakukan dengan membangun teras dan mempertahankan vegetasi penutup tanah alami untuk mengurangi erosi. Teras juga mempunyai peranan penting lainnya seperti pemeliharaan tanaman dan panen. Disamping itu juga perlu dibangun jaringan jalan yang tepat untuk menjamin kelancaran transportasi. Menurut Purba (2001) bahwa topografi lahan pada perkebunan kelapa sawit berpengaruh pada produk dan kapasitas pemanen. Daerah yang bertopografi datar akan mempermudah pemanen dalam melaksanalan pemotongan TBS dan pengutipan
brondolan
dibandingkan
dengan
areal
yang
bertopografi
bergelombang atau berbukit dengan kelerengan yang curam. Pada daerah dengan kemiringan lereng yang lebih curam pemanen mengalami kesulitan dalam hal panen karena perpindahan pemanen dari satu pohon ke pohon yang lain harus berhati-hati, demikian juga pengutipan tandan dan brondolan akan memerlukan waktu yang lebih lama. Oleh karena itu di Kebun batang gading pemanen memakai tenaga pembantu daam mengutip brondol sehingga kehilangan hasil akibat pengutipan brondolan dapat di perkecil dan pemberian upah langsir manual jika pemanen mendapatkan ancak panen di areal yang berawa. Pemberian upah lansir manual sebesar Rp 250/JJG di harapkan mampu memotivasi pemanen untuk memanen pada areal berawa.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Pencapaian produksi sampai Mei 2005 adalah sebesar 90.19%. Hal ini disebabkan kurangnya perawatan terhadap akses panen. Faktor iklim terutama curah hujan berpengaruh langsung terhadap pelaksanaan panen dan akses panen. Curah hujan yang tinggi berpengaruh terhadap kondisi jalan dan kelancaran pengangkutan tandan buah segar. Pemeliharaan tanaman kelapa sawit yang baik berpengaruh terhadap produksi kelapa sawit dan pelaksanaan pemanenan secara langsung. Kegiatan pemeliharaan tanaman seperti: pengendalian gulma, pemupukan dan penunasan sebaiknya dilaksanakan secara tepat. Faktor yang menyebabkan terjadinya kehilangan produksi seperti keadaan jalan yang rusak, piringan yang kotor, penggunaan alat yang kurang tepat, penunasan yang terlambat serta ketidak telitian pemanen dalam memanen TBS perlu mendapat perhatian khusus sehingga kehilangan hasil dapat ditekan seminimal mungkin. Saran Masalah yang timbul dalam kegiatan panen perlu mendapatkan perhatian khusus dan perlu ditindak lanjuti untuk memperoleh produksi yang diharapkan serta memperkecil kehilangan hasil yang dapat ditimbulkan dalam pelaksanaan pemanenan. Perbaikan akses panen terutama di daerah yang memiliki topografi yang curam agar mendapat perhatian sesegera mungkin. Hal ini penyangkut dalam hal pengangkutan TBS sehingga dapat memperkecil terjadinya buah tinggal dilapangan. Perlu pertimbangan agar pelaksanaan penunasan pokok dilakukan oleh tenaga kerja khusus sehingga tidak terjadi keterlambatan dalam penunasan yang akhirnya akan berpengaruh pada proses pemanenan.
DAFTAR PUSTAKA Astra Agro Niaga. 1995. Brevet Dasar I. Tanaman Kelapa Sawit. PT. Astra Agroniaga. 120 hal Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan. 2002. Statistik Perkebunan Indonesia 2000-2002 Kelapa Sawit. Direktorat Jendral Bina Produksi Perkebunan, Departemen Pertanian. Jakarta. Dja’far, Syamsul, Anwar, P. Purba. 2001. Pengaruh Topografi Lahan Terhadap Produksi dan Kapasitas Tenaga Pemanen Kelapa Sawit, Warta PPKS. 9 (3) : 125-130. Lubis, A.U. 1992. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Indonesia. Pusat Perkebunan Marihat. Bandar Kuala. Pematang Siantar. 435 hal. Lubis, A.U. 1996. Sebaran Produksi Bulanan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.). Warta PPKS. 4 (1): 1-7 hal Mangoensoekarjo dan Semangun, H. 2000. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 605 hal. Purba, P. 1998. Optimalisasi Produksi Kelapa Sawit Pada Lahan Berlereng Curam. Warta PPKS. 6 (3) : 109-113. PTP X (Persero). 1993. Vandemecum. Bidang Tanaman PTP X. Bandar Lampung. 280 hal Sinar Mas Group. 2005. Pedoman Teknis Lapang Budidaya Kelapa Sawit. SMART. 325 hal