PENGELOLAAN PEMANENAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI TELUK BAKAU ESTATE, PT. BHUMIREKSA NUSA SEJATI MINAMAS PLANTATION, RIAU
CHAIRUL ZANUAR RASYID A24100158
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengelolaan Pemanenan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Teluk Bakau, PT Bhumireksa Nusa Sejati Minamas Plantation, Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, November 2014 Chairul Zanuar Rasyid NIM A24100158
ABSTRAK CHAIRUL ZANUAR RASYID. Pengelolaan Pemanenan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Teluk Bakau, PT Bhumireksa Nusa Sejati Minamas Plantation, Riau. Dibimbing oleh ADOLF PIETER LONTOH. Kegiatan magang dilaksanakan di Kebun Teluk Bakau, PT Bhumireksa Nusa Sejati Minamas Plantation, Riau dari 10 Februari hingga 10 Juni 2014. Pelaksanaan kegiatan magang bertujuan untuk memperoleh pengalaman kerja, keterampilan dan pengetahuan khususnya pengetahuan kultur teknis tanaman kelapa sawit. Secara khusus kegiatan magang bertujuan untuk mempelajari pengelolaan panen melalui proses kegiatan panen, menganalisis permasalahan dan memecahkan masalah. Secara keseluruhan proses kegiatan panen untuk menghasilkan produksi TBS (Tandan Buah Segar) di Kebun Teluk Bakau berjalan dengan baik. Pelaksanaan panen yang efisien dipengaruhi oleh taksasi produksi, cuaca pada saat pelaksanaan panen, tingkat kematangan buah, rotasi panen, sistem pengangkutan hasil panen dan karyawan panen. Proses kegiatan angkut tandan buah segar di Kebun Teluk Bakau menggunakan jalur air. Saat proses pengangkutan masih terdapat kehilangan hasil pada buah dan brondolan. Pengawasan intensif terhadap karyawan merupakan salah satu langkah untuk menekan kehilangan hasil panen. Kata kunci : panen, kehilangan hasil panen, produksi
ABSTRACT CHAIRUL ZANUAR RASYID. Harvest management of Palm Oil (Elaeis guineensis Jacq.) in Teluk Bakau Estate, PT Bhumireksa Nusa Sejati Minamas Plantation, Riau. Supervised by ADOLF PIETER LONTOH. The internship was conducted in Teluk Bakau Estate, PT Bhumireksa Nusa Sejati Minamas Plantation, Riau from February 10th to June 10th 2014. The purpose of internship is to get experience of work, skill and knowledge especially the technical culture of palm oil. In specifically, the purpose of internship is to learn management of harvesting by processing of harvesting activity, analyze of problem and solve problem. Process of harvesting activity that produced the fresh fruit bunch in the Teluk Bakau Estate had been good. There are some factors which influenced palm oil harvesting, they were prediction of production, weather in harvesting, fruit ripeness, harvested rotation, transportation and the labor. The harvesting activity in Teluk Bakau Estate used water transportation. There was still the losses during process of transportation. The intensive control to the labor was one of the measures to depress the losses. Keywords : harvest, losses of harvest, production,
PENGELOLAAN PEMANENAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI TELUK BAKAU ESTATE, PT. BHUMIREKSA NUSA SEJATI MINAMAS PLANTATION, RIAU
CHAIRUL ZANUAR RASYID A24100158
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Agronomi dan Hortikultura
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Judul Skripsi : Pengelolaan Pemanenan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Teluk Bakau Estate, PT Bhumireksa Nusa Sejati Minamas Plantation, Riau Nama : Chairul Zanuar Rasyid NIM : A24100158
Disetujui oleh
Ir Adolf Pieter Lontoh, MS Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Agus Purwito, MSc Agr Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberi kesehatan, hidayah dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan dengan baik kegiatan magang yang berjudul Pengelolaan Pemanenan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Teluk Bakau Estate, PT Bhumireksa Nusa Sejati Minamas Plantation, Riau. Kegiatan magang merupakan kegiatan untuk memenuhi tugas akhir dan kegiatan ini dituangkan dalam bentuk tulisan karya ilmiah. Penulisan karya ilmiah merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Penulis menyampaikan terimakasih kepada ayah dan ibu serta saudara kandung penulis yang telah memberikan kasih sayangnya, doa, semangat dan dukungan serta seluruh perhatiannya. Penulis juga menyampaikan terimakasih kepada Ir Adolf Pieter Lontoh, MS selaku pembimbing skripsi sekaligus sebagai pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama penulis menimba ilmu di IPB. Penghargaan juga disampaikan kepada PT Bhumireksa Nusa Sejati Minamas Plantation Teluk Bakau Estate (TBE), kepada bapak Moh. Faozi Toan selaku manajer Teluk Bakau Estate, bapak Bistha selaku asisten kepala TBE, bapak Suryadi selaku asisten divisi II, kepada seluruh staf TBE, kepada seluruh supervisor TBE dan seluruh karyawan TBE. Penulis juga ingin mengucapkan terimakasih kepada mbak Martha dan Mas Surya selaku pengurus beasiswa Minamas Plantation, kepada teman satu perjuangan beasiswa Minamas Plantation 2010. Terimakasih juga kepada teman seperjuangan magang Putra Minansyah dan Zulfikar atas kebersamaannya selama kegiatan magang. Ungkapan rasa bangga dan cinta kepada Edellweis AGH 47 atas kebersamaannya dan kekeluargaannya selama ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi seluruh pihak yang membutuhkan dan semoga Allah terus memberikan rasa kasih sayang, bimbingan dan hidayah – Nya dalam menambah dunia ilmu pengetahuan.
Bogor, November 2014 Chairul Zanuar Rasyid
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Syarat Tumbuh Pemanenan METODE MAGANG Tempat dan Waktu Metode Pelaksanaan Pengumpulan Data Analisis Data dan Informasi KEADAAN UMUM Letak Geografis dan Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan Keadaan Tanaman dan Produksi Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Aspek Manajerial HASIL DAN PEMBAHASAN Angka Kerapatan Panen (AKP) dan Taksasi Produksi Tenaga Kerja Panen Pelaksanaan Panen Losses (Kehilangan Hasil) Produksi dan Produktivitas Sistem Premi KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
vi vi vii 1 1 2 2 2 3 3 5 5 5 5 6 7 7 7 8 8 9 10 10 30 33 33 35 36 39 41 43 44 44 44 44 46 57
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5
Rincian penggunaan lahan Kebun Teluk Bakau Rincian jumlah tenaga kerja Kebun Teluk Bakau Pembagian seksi panen di Kebun Teluk Bakau Divisi II Kriteria mutu buah Kebun Teluk Bakau Hasil pengamatan AKP rencana, AKP realisasi panen dan produksi rencana, produksi realisasi panen di Kebun Teluk Bakau Divisi II 6 Hasil pengamatan mutu hanca pemanen di Kebun Teluk Bakau Divisi II 7 Hasil pengamatan tingkat kematangan buah di TPH hasil potong buah pemanen di Divisi II Kebun Teluk Bakau 8 Hasil pengamatan kehilangan hasil saat pengangkutan dari TPH ke bargas 9 Hasil pengamatan kehilangan hasil saat over skip dari bargas ke PC di Divisi II Kebun Teluk Bakau 10 Perbandingan antara target produksi dan realisasi produksi bulanan di Divisi II Kebun Teluk Bakau 11 Hasil analisis uji-t perbandingan antara produktivitas perusahaan (TBE) terhadap potensi produktivitas kelapa sawit di lahan gambut (PPKS)
8 9 25 25 35 37 38 40 40 42 42
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Pekerjaan pengendalian gulma manual Pelaksanaan penyemprotan Pelaksanaan pemupukan Hasil sensus pokok Pancang perdana raja lining Pemancangan field drain dan CECT Pembongkaran pokok Pembuatan parit Parit field drain Pembuatan parit Penataan blok replanting Hasil compacting dan cambering Compacting, cambering dan planting point Teknis proses pemancangan Pembuatan lubang tanam menggunakan puncher Penanaman pokok sawit Kendala penanaman pokok sawit Peralatan panen Proses pelaksanaan pemanenan Kanal Utama (KUT) Kanal Cabang (KCB) Kondisi kanal collector Transportasi air TBS jenis Bargas
11 12 13 14 14 15 15 16 17 17 17 18 19 20 20 21 21 23 26 27 27 28 28
24 Transportasi air TBS jenis PC 25 Transportasi air TBS jenis tugboat 26 Proses pengangkutan TBS
29 29 30
DAFTAR LAMPIRAN 1 Jurnal harian kegiatan magang sebagai KHL di Kebun Teluk Bakau 2 Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping mandor di Kebun Teluk Bakau 3 Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping asisten di Kebun Teluk Bakau 4 Data curah hujan 5 tahun terakhir di Kebun Teluk Bakau 5 Peta Kebun Teluk Bakau 6 Data produksi 5 tahun terakhir Kebun Teluk Bakau 7 Strutktur organisasi Kebun Teluk Bakau
47 48 50 53 54 55 56
PENDAHULUAN Latar Belakang Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tanaman perkebunan yang mampu menghasilkan minyak nabati yang lebih besar dari tanaman lain (Setyamidjaja 2006). Selain itu, perkebunan kelapa sawit juga merupakan salah satu pondasi bagi tumbuh dan berkembangnya sistem agribisnis kelapa sawit (Pahan 2006). Oleh karena itu, tanaman kelapa sawit masih sangat menjanjikan untuk diusahakan baik secara perorangan, swasta maupun pemerintah khususnya di Indonesia. Hal ini wajar karena kelapa sawit berorientasi ekspor dan hal inilah yang membuat Indonesia akan selalu mengembangkan tanaman kelapa sawit. Menurut Setyamidjaja (2006) peningkatan luas areal dan produksi kelapa sawit masih terus dilakukan, sehingga Indonesia diharapkan akan mampu menjadi salah satu penghasil minyak sawit terbesar di dunia. Luas areal dan produksi kelapa sawit pada tahun 2010 di Indonesia adalah seluas 8.38 juta ha dengan produksi 21.95 juta ton (produktivitas 2.6 ton ha-1), sementara pada tahun 2011 dan 2012 luas areal dan produksi kelapa sawit adalah 8.99 juta ha dengan produksi 23.09 juta ton (produktivitas 2.5 ton ha-1) dan 9.07 juta ha dengan produksi 23.52 juta ton (produktivitas 2.6 ton ha-1). Produksi kelapa sawit diprediksi akan terus meningkat pada tahun – tahun yang akan datang (Direktorat Jenderal Perkebunan 2012). Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa kebutuhan CPO (Crude Palm Oil) setiap tahunnya akan terus meningkat. Hal ini dibuktikan dengan terus meningkatnya produksi kelapa sawit di Indonesia. Oleh karena itu, pada aspek agronomi salah satu cara untuk meningkatkan hasil produksi kelapa sawit adalah dengan pengelolaan panen yang optimum. Kegiatan dalam memanen (pengelolaan panen) merupakan salah satu aspek penting dalam budidaya kelapa sawit dan kegiatan tersebut dapat mempengaruhi hasil produksi. Secara umum kegiatan budidaya kelapa sawit dimulai dari penentuan lahan yang sesuai, pembukaan lahan, konservasi air dan tanah, pembibitan, penanaman, pemeliharaan dan panen. Sumber daya manusia dalam hal ini adalah tenaga kerja juga merupakan bagian penting dalam melaksanakan setiap proses kegiatan budidaya kelapa sawit terutama kegiatan pemanenan. Menurut Trismiaty et al. (2008) keberhasilan dari pengelolaan tenaga kerja untuk mendukung kegiatan pengelolaan pemanenan kelapa sawit dipengaruhi oleh keterampilan dari karyawan, baik karyawan kantor, pabrik, maupun karyawan yang sifatnya bekerja dilapangan. Melalui manajemen budidaya kelapa sawit khususnya manajemen panen yang optimal diharapkan mampu menghasilkan produktivitas dan produksi yang maksimal. Kegiatan panen merupakan kegiatan pengambilan hasil dari suatu tanaman kelapa sawit. Hasil panen kelapa sawit berupa Tandan Buah Segar (TBS). Menurut Pahan (2006) pekerjaan panen merupakan pekerjaan yang utama di perkebunan kelapa sawit karena langsung menjadi sumber pemasukan uang bagi perusahaan melalui penjualan minyak kelapa sawit dan inti kelapa sawit. Panen harus dilakukan pada saat yang tepat. Ketidaktepatan dalam pemanenan akan mempengaruhi kuantitas dan kualitas TBS. Permasalahan di
2 lapangan pada saat panen yang sering menjadi perhatian adalah ketersediaan alat panen yang kurang memadai, alat transportasi, jalan transportasi, kurangnya organisasi panen yang baik, permasalahan tenaga kerja dan kurang mengertinya pekerja dalam memanen. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengelolaan panen dan ketentuan – ketentuan umum dalam pemanenan, agar TBS yang dipanen benarbenar sudah matang secara fisiologis, sehingga minyak kelapa sawit yang dihasilkan baik CPO (Crude Palm Oil) maupun PKO (Palm Kernel Oil) bermutu dan berkualitas baik.
Tujuan Secara umum kegiatan magang bertujuan untuk memperoleh pengalaman kerja, keterampilan dan pengetahuan. Selain itu, kegiatan magang juga bertujuan untuk menerapkan secara langsung ilmu yang sudah didapatkan selama menjalani perkuliahan melalui fungsi manajemen perkebunan kelapa sawit. Secara khusus kegiatan magang bertujuan untuk mempelajari pengelolaan panen melalui analisis-analisis aspek pemanenan (meliputi data primer dan data skunder) yang dilakukan selama dalam kegiatan magang.
TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika, yaitu daerah kawasan Nigeria di Afrika Barat. Setelah Columbus menemukan benua Amerika dan terbukanya perjalanan ke kawasan Asia, tanaman kelapa sawit menyebar ke berbagai kawasan baru mulai dari Eropa sampai keberbagai negara beriklim tropis, terutama di kawasan yang terletak antara 10 °Lintang Utara dan 10 °Lintang Selatan. Secara umum kawasan Asia tersebut terdapat beberapa negara penghasil utama tanaman kelapa sawit seperti Malaysia, Indonesia dan Thailand (Setyamidjaja 2006). Menurut (Setyamidjaja 2006) taksonomi tanaman Kelapa Sawit adalah sebagai berikut : Ordo : Palmales Famili : Palmae Sub-famili : Cocoidae Genus : Elaeis Spesies : 1. Elaeis guineensis Jacq (kelapa sawit Afrika) 2. Elaeis melanococca atau Corozo oleifera (kelapa sawit Amerika Latin) Tanaman kelapa sawit menurut pertumbuhannya dibagi atas pertumbuhan vegetatif dan pertumbuhan generatif. Bagian vegetatif kelapa sawit meliputi akar (radix) batang (caulis) dan daun (folium). Bagian akar kelapa sawit terdapat akar primer (akar yang tumbuh secara vertikal), akar sekunder (akar yang tumbuh dari akar primer dan tumbuh mendatar ataupun ke bawah), akar tertier (tumbuh dari
3 akar skunder) dan akar kuarter (akar-akar cabang dari akar tertier dengan diam 0.2-0.5 mm). Bagian batang kelapa sawit tumbuh tegak lurus ke atas dengan berbentuk silindris. Batang ujung pada kelapa sawit terdapat titik tumbuh yang membentuk daun-daun. Bagian daun kelapa sawit bersirip genap dan bertulang sejajar. Pangkal pelepah daun terdapat duri-duri atau bulu-bulu halus sampai kasar dan panjang pangkal tersebut mencapai 9 m (Setyamidjaja 2006). Bagian generatif kelapa sawit meliputi bunga (flos) dan buah (fructus). Bunga kelapa sawit termasuk berumah satu (pada satu batang terdapat bunga betina dan bunga jantan yang letaknya terpisah). Namun, terkadang pada kondisi alam tertentu terdapat bunga betina dan bunga jantan yang letaknya tidak terpisah (hermaprodit). Tandan bunga jantan dibungkus oleh seludang bunga dan pecah ketika bunga tersebut menjelang matang. Bunga betina terletak dalam tandan bunga yang muncul pada ketiak daun dan bunga betina setelah dibuahi nantinya akan menjadi buah atau biasa disebut Tandan Buah Segar (TBS). Buah kelapa sawit tersusun atas kulit buah (exocarp), daging buah (mesocarp), cangkang (endocarp) dan inti sawit atau kernel, endosperm (Setyamidjaja 2006).
Syarat Tumbuh Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik dengan lama penyinaran matahari berkisar antara 5 sampai 7 jam perhari dengan suhu 24 sampai 28 °C dan kelembaban optimum sekitar 80 % sampai 90 %. Selain itu, kelapa sawit juga membutuhkan air yang cukup. Kekurangan air pada kelapa sawit akan menghambat penyerapan unsur hara. Sumber air untuk kelapa sawit yang paling banyak digunakan adalah air hujan, air permukaan dan air tanah. Air yang ada didalam tanah terdapat dua macam yaitu lengas tanah dan air tanah (ground water). Curah hujan yang efektif untuk tanaman kelapa sawit berkisar antara 1300 sampai 1500 mm tahun-1 atau rata–rata 108 sampai 125 mm bulan-1 atau 3.6 sampai 4 mm hari-1. Keadaan tanah yang ideal dan mendukung bagi pertumbuhan kelapa sawit adalah apabila jumlah udara dan air yang tersedia langsung di dalam tanah dalam keadaan seimbang. Kelapa sawit tumbuh baik pada ketinggian 0 sampai 500 mdpl (Risza 2010). Tanaman kelapa sawit apabila kekurangan atau kelebihan unsur hara dapat merugikan pertumbuhan tanaman. Gejala tersebut dapat terlihat pada tanah-tanah dengan pH yang ekstrem. Gejala tersebut dapat ditiadakan dengan mengubah pH ke arah optimum. Tanaman kelapa sawit untuk tumbuh dengan baik memiliki pH yang optimum berkisar antara 5-6. Kekurangan pH dapat dimanipulasi dengan pemberian kapur, belerang dan perbaikan sistem drainase (Risza 2010).
Pemanenan Panen pada dasarnya adalah hasil dari pemeliharaan pada tanaman yang sudah ditanam. Baik dan buruknya hasil panen TBS kelapa sawit tercermin pada pemeliharaannya. Selain pemeliharaan, mengelola proses pemanenan juga sangat penting karena dengan adanya pengelolaan panen diharapkan produktivitas kelapa sawit mencapai batas maksimum. Secara umum, kegiatan pengelolaan panen
4 kelapa sawit meliputi persiapan panen pada tanaman muda, persiapan untuk proses kegiatan pemanenan, mengetahui kriteria panen, rotasi panen, cara panen, angkutan panen, pembiayaan panen, ramalan produksi, penyebaran produksi dan kendala keproduksian (Lubis 1992). Persiapan Panen pada Tanaman Muda Kelapa sawit dengan varietas tenera akan mulai dapat dipanen pada umur 30 bulan (dalam keadaan normal 90-100 % dari seluruh pokok sudah matang panen). Pengertiannya adalah pokok kelapa sawit muda telah memiliki tandan – tandan yang siap untuk dipanen. Tandan yang di panen disebut sebagai tandan buah segar (TBS). Persiapan panen harus sudah dilaksanakan yaitu peningkatan atau pengerasan jalan, pembukaan pasar panen dan TPH (Tempat Pengumpulan Hasil), perencanaan pengadaan pemanen, pengangkutan dan persiapan pabrik menerima tandan (Lubis 1992). Persiapan Kegiatan Pemanenan Persiapan panen yang akurat akan memperlancar pelaksanaan panen. Persiapan ini meliputi kebutuhan tenaga kerja, peralatan panen, pengangkutan panen, dan pengetahuan kerapatan panen, serta sarana panen. Persiapan tenaga kerja meliputi jumlah tenaga kerja yang efesien dalam setiap pelaksanaan panen dan pengetahuan atau ketrampilannya. Kebutuhan tenaga kerja bergantung pada keadaan topografi, kerapatan panen,dan umur tanaman (Tyas 2008). Kriteria Panen Secara umum buah kelapa sawit sudah bisa dipanen jika dua buah atau brondolan kelapa sawit lepas dari tandannya (jatuh disekitar lingkaran piringan). Pemanenan yang baik harus melihat beberapa faktor dalam pengelolaan panen yaitu tidak ada buah mentah yang dipanen, tidak ada buah yang matang tertinggal dipiringan pokok, tidak ada TBS yang tertinggal di Tempat Pengumpulan Hasil (TPH), janjang kosong tidak ada terbawa ke pabrik, pelepah tandan diletakkan secara telungkup digawangan mati (Lubis 1992). Rotasi Panen Seorang pemanen dan didampingi para pengelola kebun kelapa sawit didalam memanen yang baik ada targetan-targetan khusus yang harus dicapai setiap harinya. Maka dari itu, didalam pengelolaan panen diperlukan pergiliran atau rotasi panen. Rotasi panen yang diatur dengan baik dapat memaksimalkan hasil panen dan bertujuan untuk melakukan perbaikan alat-alat yang digunakan serta memiliki waktu untuk istirahat bagi para pemanen (Setyamidjaja 2006). Angkutan Panen dan Ramalan Produksi Angkutan panen. Angkutan panen merupakan salah satu peran yang sangat penting dalam proses pemanenan. Oleh karena itu, hasil panen yang sudah terkumpul di TPH harus sesegera mungkin diangkut oleh angkutan yang fasilitasnya memadai pada hari panen tersebut (Lubis 1992). Ramalan Produksi. Ramalan produksi adalah kegiatan dalam hal memprediksi produksi kelapa sawit pada tingkat waktu tertentu. Waktu ramalan produksi tersebut dapat dilakukan pada satu bulan, seminggu dan semesteran.
5 Ramalan produksi bertujuan untuk mengetahui kebutuhan tenaga pemanen secara efisien (Lubis 1992). Salah satu metode dalam mengukur tingkat keefisienan tenaga pemanen dapat dilakukan dengan pengamatan kehilangan hasil produksi di lapangan dan pengamatan kehilangan hasil produksi dalam proses pengangkutan hasil panen. Menurut Sarwoto dan Tampubolon (2001) kehilangan hasil produksi sangat dipengaruhi oleh faktor cuaca dan tenaga kerja.
METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan di Teluk Bakau Estate, PT Bhumireksa Nusa Sejati Minamas Plantation, Desa Rotan Semelur Kecamatan Pelangiran Kabupaten Indragiri Hilir, Riau. Waktu pelaksanaannya adalah mulai tanggal 10 Februari 2014 sampai tanggal 10 Juni 2014.
Metode Pelaksanaan Metode yang digunakan pada kegiatan magang adalah metode langsung dan tidak langsung. Metode langsung yang digunakan selama kegiatan magang meliputi praktek kerja langsung di lapangan dan administrasi di kantor. Praktek kerja langsung di lapangan meliputi karyawan harian lepas (KHL) selama satu bulan, pendamping mandor (satu bulan) dan pendamping asisten divisi selama dua bulan. Kegiatan wawancara dan diskusi dilakukan dengan karyawan yang ada di kebun. Metode tidak langsung dilakukan melalui pengumpulan data dari laporan harian, laporan bulanan, laporan tahunan dan arsip kebun. Kegiatan magang secara teknis dilakukan dengan menjadi KHL. Seluruh kegiatan teknis yang ada di kebun diikuti selama menjadi KHL. Jenis kegiatannya antara lain adalah pemeliharaan tanaman belum menghasilkan (TBM), sensus pokok pada TBM, replanting, pembibitan, pemanenan, pengendalian gulma, pengendalian hama dan penyakit, pemupukan dan perawatan infrakstruktur kebun. Kegiatan magang dengan aspek manajerial dilakukan dengan mendampingi mandor (mandor panen, krani divisi dan krani panen, mandor perawatan, mandor replanting dan mandor I) dan asisten divisi. Aspek manajerial dilakukan selama tiga bulan dengan satu bulan sebagai pendamping mandor secara keseluruhan dan dua bulan sebagai pendamping asisten divisi. Rincian kegiatan selama magang terlampir pada Lampiran 1, 2 dan 3.
Pengumpulan Data Pengumpulan data pada kegiatan magang dibagi atas dua data yaitu data primer dan data skunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan dari seluruh kegiatan magang mulai dari menjadi karyawan harian lepas (KHL), pendamping mandor dan pendamping asisten divisi. Data primer dipusatkan pada kegiatan panen yaitu dengan pencatatan produksi, persiapan panen, kriteria panen, angka
6 kerapatan panen (AKP), tenaga kerja panen, pelaksanaan panen, sistem premi kehilangan hasil dan pengangkutan panen. Data skunder diperoleh dari data-data yang ada di kebun meliputi lokasi dan letak geografis kebun, keadaan iklim, luas areal dan tata guna lahan, data produksi, norma kerja di lapangan dan struktur organisasi kebun. Pengumpulan data primer dilakukan dengan menggunakan metode sampling acak sederhana (Simple Random Sampling). Berikut adalah komponen – komponen aspek pemanenan yang diamati sebagai data primer : 1. Angka Kerapatan Panen (AKP). Pengamatan AKP diaplikasikan pada 3 seksi panen yang akan di panen keesokan harinya (siang hari). Jumlah pokok yang diamati pada setiap seksi panen sebanyak 300 pokok. Angka kerapatan panen didapatkan dengan menggunakan rumus: Kerapatan panen x 100 % 2.
3.
4.
Kriteria Panen. Pengamatan kriteria panen didasarkan pada tingkat kematangan buah yaitu buah mentah (unripe), kurang matang (under ripe), matang (ripe) dan empty bunch. Pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui persentase tingkat kematangan buah. Pengamatan dilakukan dengan memilih 5 tenaga kerja contoh pada hari pertama dan hari kedua. Pengamatan kriteria panen diamati di tempat pengumpulan hasil (TPH) masing – masing tenaga kerja contoh. Pelaksanaan Panen. Pelaksanaan panen dilakukan dengan mengikuti kegiatan pemanenan. Pengamatan yang dilakukan adalah mengetahui kualitas hanca pemanen. Total pemanen contoh sebanyak 5 karyawan. Tenaga Kerja. Pengamatan yang dilakukan adalah menganalisis kebutuhan tenaga kerja panen yang diperlukan dalam setiap hari kerja (HK) berdasarkan standar perusahaan dengan tenaga kerja aktual. Analisis kebutuhan tenaga kerja menggunakan rumus: Tenaga pemanen (orang HK-1) =
5.
Kehilangan Hasil Panen (Losses). Losses adalah besarnya kehilangan panen baik TBS ataupun brondolan dengan dipengaruhi oleh adanya faktor-faktor tertentu. Pengamatan kehilangan hasil panen dilakukan di 2 lokasi yaitu saat melakukan pengangkutan di TPH, masing – masing di blok E007 dan E008 dan saat melakukan over skip dari bargas ke ponton container (PC). Jumlah TPH contoh sebanyak 20 TPH pada masing - masing blok dan 14 container (7 container hari pertama dan 7 container hari kedua).
Analisis Data dan Informasi Hasil kegiatan pengamatan berupa data primer dan data sekunder. Analisis data dipusatkan pada data primer dan data skunder. Data tersebut dianalisis secara deskriptif kuantitatif. Analisis secara deskriptif digunakan untuk mencari nilai rata-rata dan persentase yang kemudian dihubungkan dan dideskripsikan dengan membandingkan terhadap norma perusahaan, standar yang berlaku dan literatur yang berhubungan dengan analisis pengamatan. Analisis kuantitatif berdasarkan
7 uji t- student. Uji t-student digunakan untuk membandingkan variabel data yang sudah diperoleh. Data - data yang dianalisis diolah dengan menggunakan bantuan MS. Excel dan software Minitab 14.
KEADAAN UMUM Letak Geografis dan Letak Wilayah Administratif PT Bhumireksa Nusa Sejati (BNS) merupakan perusahaan yang bergerak disektor perkebunan kelapa sawit dan merupakan anak perusahaan dari Minamas Plantation Group. PT Bhumireksa Nusa Sejati terbagi atas lima kebun dan salah satunya adalah Teluk Bakau Estate (TBE). Secara administratif Kebun Teluk Bakau terletak di Kecamatan Pelangiran, Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau. Perjalanan menuju kebun dapat ditempuh melalui dua wilayah yaitu dari wilayah batam (Kepulauan Riau) dan Tembilahan (Riau). Secara geografis PT Bhumireksa Nusa Sejati terletak dipesisir Pantai Timur Sumatera dengan koordinat 00°15”00°00” Lintang Utara dan 103°20”-103°40” Bujur Timur. Perjalanan menuju kebun dari batam berawal dari bandara Hang Nadim. Selanjutnya, dari bandara Hang Nadim menuju ke Pelabuhan Sekupang (Pelabuhan Domestik) dengan menggunakan transportasi darat. Perjalanan dari bandara Hang Nadim menuju Pelabuhan Sekupang menghabiskan waktu ± 45 menit. Kemudian dari Pelabuhan Sekupang menuju Pelabuhan Sungai Guntung dengan menggunakan transportasi air (kapal fery jenis tenggiri atau marina selama 2-4 jam). Selanjutnya, dari Sungai Guntung menuju Kebun Teluk Bakau dengan menggunakan transportasi air (speed boat) selama ± 30 menit. Perjalanan ke Kebun Teluk Bakau dari Tembilahan (Ibu Kota Kabupaten Indragiri Hilir, Riau) ditempuh dengan menggunakan transportasi air (speed boat) selama 4-6 jam.
Keadaan Iklim dan Tanah Kondisi iklim di Kebun Teluk Bakau berdasarkan data curah hujan lima tahun terakhir menurut Schmidt-Ferguson termasuk tipe iklim A yaitu daerah sangat basah dengan rata-rata curah hujan tahunan 2 001. 91 mm tahun-1, rata-rata bulan kering 0.6 dan rata-rata bulan basah 10.2. Data curah hujan disajikan pada Lampiran 4. Jenis tanah di Kebun Teluk Bakau, PT BNS tergolong tanah organik atau tanah gambut (peat soil) dengan kedalaman 2- 5 m dengan rincian kandungan histosol 100 %. Kelebihan tanah gambut secara umum yaitu memiliki areal topografi yang datar. Teluk Bakau Estate (TBE) memiliki topografi yang relatif datar. Tingkat kematangan tanah gambut di Kebun Teluk Bakau umumnya berada pada tingkat kematangan gambut sapris. Artinya, tanah gambut telah mengalami dekomposisi sempurna (pada keadaan jenuh memiliki kandungan serat yang rendah). Kondisi areal tanah gambut di Kebun Teluk Bakau memiliki derajat kemasaman (pH) tanah <4. Hal ini menunjukkan bahwa tanah gambut di Kebun Teluk Bakau merupakan tanah dengan kemasaman yang tinggi. Berdasarkan tingkat kesesuaian
8 lahan Kebun Teluk Bakau dikategorikan pada tingkat kesesuaian lahan kelas S3 dengan faktor pembatas pH yang rendah (masam tinggi) dan tingkat kedalaman gambut.
Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan Luas areal Kebun Teluk Bakau sampai Mei tahun 2014 adalah 4 085 ha (rincian penggunaan lahan Kebun Teluk Bakau disajikan pada Tabel 1). Kebun Teluk Bakau dibagi menjadi 4 divisi, yaitu Divisi I (1 030 ha) yang terbagi atas 8 blok, Divisi II (1 033 ha) terbagi atas 8 blok, Divisi III (1 114 ha) terdiri atas 6 blok dan Divisi IV (908 ha) terdiri atas 6 blok (Lampiran 5). Tabel 1 Rincian penggunaan lahan Kebun Teluk Bakau Keterangan Tanaman Menghasilkan (TM) Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) Pembibitan Replanting Pabrik Areal yang tidak ditanami (prasarana) Total
Luas (ha) 2 586 400 40 467 9 583 4 085
Areal prasarana merupakan areal yang sengaja tidak ditanami tanaman kelapa sawit. Areal prasarana tersebut dialokasikan untuk perumahan karyawan baik karyawan staf maupun non staf, jembatan dan rumah ibadah. Selain itu, areal prasarana juga dialokasikan untuk bangunan – bangunan yang bersifat untuk memperlancar aktivitas kebun seperti rumah genset, jembatan, gudang, gedung olahraga, gedung sekolah dan dermaga transportasi air.
Keadaan Tanaman dan Produksi Tanaman kelapa sawit di Kebun Teluk Bakau sampai bulan Mei 2014 secara umum adalah tanaman menghasilkan (TM) dengan tahun tanam 1994-1996 dan tanaman belum menghasilkan dengan tahun tanam 2013 dan 2014 (peremajaan). Bibit kelapa sawit yang ditanam di Kebun Teluk Bakau berasal dari Socfindo, Guthrie Research, dan Marihat. Pola tanam kelapa sawit yang digunakan dalam penanaman (tanaman menghasilkan) adalah segitiga sama sisi dengan jarak tanam 9 m x 9 m x 9 m dengan estimasi populasi 142 pokok ha-1). Pola tanam kelapa sawit tanaman belum menghasilkan (peremajaan) dalam penanaman adalah segitiga sama sisi berjarak tanam 7.93 m x 7.93 m x 7.93 m dengan bibit berasal dari Socfindo dan Marihat bervarietas tenera. Data produksi TBS lima tahun terakhir dapat dilihat pada Lampiran 6.
9 Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan Struktur organisasi tertinggi di PT BNS dipimpin oleh seorang General Manager (GM). Kebun Teluk Bakau dipimpin oleh seorang manager. Manager merupakan jabatan tertinggi di Kebun Teluk Bakau dan bertanggung jawab langsung terhadap seluruh kegiatan operasional kebun. Seorang manager di Kebun Teluk Bakau membawahi seorang senior asisten, seorang Kepala Tata Usaha (KTU) dan tiga asisten divisi. Secara umum senior asisten bertanggung jawab langsung dalam memimpin seluruh divisi di Kebun Teluk Bakau. Senior asisten dibantu oleh asisten divisi dalam menjalankan tugasnya. Asisten divisi bertanggung jawab langsung dalam memimpin divisi. Kepala Tata Usaha bertanggung jawab dalam memimpin administratif kebun dan bertanggung jawab langsung kepada manager kebun. Struktur organisasi Kebun Teluk Bakau dapat dilihat pada Lampiran 7. Ketenagakerjaan di Kebun Teluk Bakau, PT Bhumireksa Nusa Sejati terdiri atas karyawan staf dan non staf. Karyawan staf terdiri dari estate manager, senior asisten (asisten kepala), asisten divisi, KTU, Dokter, EMS (Engineering Management Support), IT (Information and Technology), Staf GM dan PSD (Plantation Support Department). Pemberian gaji berdasarkan golongan dan kebijakan yang dibuat oleh perusahaan. Karyawan non staf terdiri atas syarat kerja umum (SKU) yang terbagi menjadi SKU bulanan dan SKU harian. Jumlah karyawan di Kebun Teluk Bakau sampai dengan bulan Desember 2013 sebanyak 591 orang yang terdiri dari karyawan staf sebanyak 11 orang dan karyawan non staf sebanyak 580 orang (Tabel 2). Berdasarkan Tabel 2, indeks tenaga kerja (ITK) di Kebun Teluk Bakau sebesar 0.14. Tabel 2 Rincian jumlah tenaga kerja Kebun Teluk Bakau Jenis tenaga kerja Karyawan Staf
Jabatan karyawan Manager Asisten Kepala KTU Asisten Divisi Dokter EMS IT Staf GM PSD SKU Bulanan SKU Harian
Karyawan Non Staf Jumlah ITK
Jumlah (orang) 1 1 1 3 1 1 1 1 1 125 455 591 0.14
10
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Pengendalian Gulma Gulma adalah tanaman yang mengganggu tanaman utama. Adanya gulma akan menyebabkan persaingan dalam hal pengambilan unsur hara baik dari tanah maupun dari udara. Gulma akan menyebabkan kerugian ekonomi bagi tanaman utama. Oleh karena itu, keberadaan gulma di areal tanaman utama harus dikendalikan agar tidak merugikan secara ekonomi dan tidak mengganggu perkembangan serta pertumbuhan tanaman utama. Contoh gulma yang ada di Kebun Teluk Bakau adalah Nephrolepis biserata, Clidemia hirta, Paspalum conjugatum, Melastoma malabathricum, Mikania micrantha, Borreria alata, Saccharum spontanium. Pengendalian gulma di Kebun Teluk Bakau Divisi I dilakukan dengan cara pengendalian manual dan pengendalian kimia. Sasaran pengendalian gulma dilakukan pada tanaman yang belum menghasilkan. Adapun organisasi (proses kegiatan) pengendalian gulma pada tanaman belum menghasilkan (TBM) di Kebun Teluk Bakau Divisi I baik secara manual maupun kimia adalah sebagai berikut : 1) Mandor perawatan mengikuti apel pagi 05.45 setiap harinya bersama para mandor dan asisten. Apel pagi berguna untuk mengevaluasi pekerjaan yang sudah dilakukan dan menjelaskan pekerjaan yang akan dilakukan (langsung dipimpin mandor I dan asisten). 2) Mandor perawatan TBM terbagi dua yaitu mandor pengendalian gulma kimia dan pengendalian gulma manual. 3) Setelah selesai mengikuti apel pagi, mandor mengumpulkan karyawan yang menjadi anggota masing – masing mandor. Pengumpulan karyawan bertujuan untuk meneruskan informasi yang sudah didapatkan pada saat apel pagi bersama asisten dan memberikan hanca masing – masing karyawan. 4) Karyawan melaksanakan pekerjaannya sesuai hanca masing – masing dan pengawasan dilakukan oleh mandor. 5) Mandor perawatan diwajibkan memonitoring setiap kali pekerjaan dilakukan, (mencatat prestasi kerja karyawan, mencatat pemakaian bahan yang digunakan dan menegur langsung karyawan yang tidak taat aturan). Pengendalian gulma manual. Pengendalian gulma yang dilakukan secara manual biasanya di babat menggunakan alat tajam. Alat yang digunakan untuk pengendalian gulma manual adalah cados (Gambar 1a). Pengendalian gulma secara manual dilakukan digawangan hidup (Gambar 1b). Pengendalian di lokasi tersebut bertujuan untuk memudahkan perawatan pada tanaman yang belum menghasilkan (TBM). Gulma sasaran yang dikendalikan adalah gulma berjenis daun lebar dan kentosan (tanaman liar kelapa sawit). Cara pelaksanaan pengendalian gulma manual dilakukan dengan cara DAK (Dongkel Anak Kayu). Gulma didongkel sampai seluruh akar ke dongkel. Cara ini dilakukan agar gulma baik daun lebar maupun kentosan tidak tumbuh kembali. Prestasi karyawan untuk pekerjaan ini adalah ± 0.25 ha HK-1.
11
a
b
Gambar 1 Pekerjaan pengendalian gulma manual : (a) cados, (b) pekerjaan pengendalian gulma manual Pengendalian gulma secara kimia. Pengendalian gulma secara kimia adalah pengendalian dengan menggunakan bahan kimia (racun). Cara pengendaliannya adalah dengan menyemprotkan bahan pada gulma sasaran dengan konsentrasi yang sudah ditetapkan sesuai dengan rekomendasi perusahaan. Pengendalian gulma secara kimia di Kebun Teluk Bakau Divisi I menerapkan sistem kerja Block Spraying System (BSS). Artinya penyemprotan terkonsentrasi pada areal tertentu (blok demi blok). Tujuan umum penggunaan BSS adalah meningkatkan output pekerja baik kualitas maupun kuantitas kerja dan memudahkan pengawasan pada saat penyemprotan dilakukan. Pengendalian gulma secara kimia dilakukan di dua tempat yaitu pada gawangan dan piringan tanaman kelapa sawit yang belum menghasilkan (TBM). Secara umum organisasi pelaksanaan pengendalian gulma secara kimia adalah 1) mandor mengikuti antrian pagi bersama asisten. 2) Mandor I dan asisten memberikan intruksi dan pengarahan ke mandor chemist (mandor pengendalian gulma kimia). 3) Mandor chemist meneruskan hasil pengarahan dari asisten dan mandor besar ke karyawan anggotanya. 4) Karyawan mengambil alat semprot dan bahan yang digunakan di kantor divisi. 5) Sebelum berangkat ke lokasi penyemprotan, mandor menjelaskan hanca masing – masing karyawan yang harus dikerjakan setiap hari kerjanya, mengabsen dan mengecek peralatan yang dibawa oleh karyawan. 6) Karyawan berangkat ke lokasi. 7) Pelaksanaan penyemprotan (mandor memastikan karyawan sudah menjalankan intruksi dengan baik). 8) Pengawasan oleh mandor. 9) Mandor memonitoring seluruh pekerjaan pada hari tersebut. 10) 1 HK standar perusahaan adalah 7 jam kerja (07.00 – 14.00) dengan jam istirahat 10.30 – 11.00, hari jumat 5 jam kerja tanpa ada jam istirahat (07.00 – 12.00). Alat semprot yang digunakan untuk pengendalian gulma secara kimia baik di gawangan hidup maupun piringan TBM adalah alat semprot knapsack sprayer RB 15 dengan nozle yang bersifat VLV (Very Low Volume). Alat semprot ini berkapasitas 15 liter tangki-1. Alat semprot tersebut sudah disediakan oleh perusahaan. Selain alat semprot, perusahaan juga menyediakan dan memberikan Alat Pelindung Diri (APD) untuk setiap karyawan. Alat pelindung diri yang diberikan adalah sarung tangan, masker, baju pelindung dan kacamata. Total tenaga kerja pekerjaan pengendalian gulma secara kimia sebanyak 4 orang (2 orang wanita dan 2 orang laki – laki). Adapun gulma yang dikendalikan secara kimia adalah gulma berdaun lebar (dikerjakan oleh 2 orang wanita) dan kentosan (dikerjakan oleh 2 orang laki – laki). Bahan yang digunakan untuk pengendalian gulma berdaun lebar bermerek dagang Kenlon. Kenlon adalah
12 herbisida purna tumbuh sistemik berbentuk pekatan berwarna coklat berbahan aktif triklopil butoksi etil ester 480 g l-1. Konsentrasi yang digunakan sebesar 1%. Artinya untuk 15 liter air tangki-1 dicampur bahan sebanyak 150 ml. Bahan yang digunakan untuk pengendalian gulma berjenis kentosan bermerek dagang basta. Basta adalah herbisida purna tumbuh non selektif berbentuk pekatan berwarna biru kehijauan yang dapat larut dalam air. Basta berbahan aktif amonium glufosinat 150 g l-1. Konsentrasi yang digunakan sebesar 1.33%. Artinya untuk 15 l air tangki-1 dicampur bahan sebanyak 200 ml. Pengendalian gulma secara kimia diaplikasikan di gawangan hidup. Hal ini bertujuan untuk memudahkan perawatan. Cara pengendaliannya adalah dengan menyemprotkan bahan yang sudah dilarutkan dengan air secara langsung ke gulma sasaran (Gambar 2). Satu tangki (15 liter) secara rata – rata mampu menghasilkan output sebanyak 2 gawangan (1 gawangan terdapat 30 pokok dengan jarak tanam 7.93 m x 7.93 m x 7.93 dan jarak antar barisan 7 m). Prestasi kerja untuk pengendalian gulma daun lebar dan kentosan secara kimia secara rata – rata 1.33 ha HK-1. Prestasi tersebut dilakukan pada hari jumat (1 HK hari jumat 5 jam). Kendala umum pekerjaan pengendalian gulma secara kimia adalah susahnya mencari air sebagai campuran bahan. Hal ini disebabkan karena pada saat jadwal magang (Februari – Maret) kondisi cuaca mengalami kemarau panjang sehingga air ditanah gambut susah didapatkan. Akibatnya air sebagai campuran bahan (pelarut bahan) tidak berfungsi dengan baik (terdapat banyak kotoran pada air tersebut). Hal ini akan berdampak langsung pada kualitas hasil kerjaan penyemprotan (Nozle dapat tersumbat). Karyawan harus berjalan ± 400 m untuk mendapatkan air bersih.
Gambar 2 Pelaksanaan penyemprotan Pemupukan Pemupukan adalah pemberian unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman apabila tanaman tersebut kekurangan unsur hara. Menurut (Sutarta et al 2003) pemupukan merupakan salah satu investasi penting dalam pengusahaan tanaman kelapa sawit guna untuk mencapai produksi yang setinggi – tingginya. Pupuk merupakan salah satu sumber unsur hara utama yang sangat menentukan tingkat pertumbuhan dan produksi kelapa sawit. Setiap unsur hara memiliki peranan masing – masing dan dapat menunjukkan gejala tertentu pada tanaman apabila ketersediannya dalam tanah sangat kurang. Pengaplikasian pemupukan di Kebun Teluk Bakau Divisi II menggunakan pupuk majemuk NPK granular (12-6-22-3+ TE). Pupuk majemuk jenis ini memiliki kandungan Nitrogen sebesar 12.12%, P2O5 sebesar 6.54%, K2O sebesar 22.29%, 3.33% MgO, TE (Terrace Element) 0.07% (Cu + B + Zn), berkadar air
13 1.90%, berbentuk butiran dan berwarna coklat. Dosis pupuk yang digunakan adalah 3.5 kg pokok-1. Sistem pemupukan di Kebun teluk Bakau Divisi II adalah Block Manuring System (BMS). Artinya pemupukan dilakukan per blok (terkonsentrasi pada satu blok tertentu setiap satu kali pelaksanaan pemupukan). Tujuannya adalah agar mandor mudah dalam melakukan pengawasan. Adapun proses pemupukan yang dilakukan di Kebun Teluk Bakau Divisi II adalah memastikan pupuk sudah tersedia di gudang pupuk, persiapan tenaga kerja, pendistribusian dari gudang ke blok lokasi pemupukan (pendistribusian pupuk menggunakan sarana air), dan pengaplikasian pupuk dilapangan. Pendistribusian pupuk dari gudang ke blok lokasi untuk pengaplikasian pupuk menggunakan bargas (transport air). Pendistribusian dikerjakan oleh 3 tenaga kerja dan 1 operator bargas (mandor sudah melakukan pengawasan selama proses pendistribusian). Perjalanan pendistribusian pupuk menggunakan bargas dimulai dari KCB (tempat pengangkutan pupuk dari gudang ke bargas), kemudain ke KUT dan ke KCB lokasi pemupukan. Waktu yang dibutuhkan selama pendistribusian pupuk dari gudang sampai ke lokasi kurang lebih selama 2 jam yaitu mulai pukul 07.00 - 09.00. Pupuk diletakkan disetiap TPH (memudahkan tenaga kerja untuk pengambilan pupuk). Pendistribusian pupuk dari gudang ke lokasi pemupukan hanya dilakukan satu kali selama 1 HK. Kegiatan pemupukan dilakukan oleh karyawan perempuan (berjumlah 7 orang). Kegiatan aplikasi pemupukan dimulai pada pukul 09.00 (setelah pupuk sudah di TPH). Sebelum pelaksanaan, seluruh karyawan mendapatkan pengarahan dari mandor (mandor menjelaskan teknis pelaksanaan pemupukan dan hanca masing – masing karyawan). Setelah selesai pengarahan, karyawan mengambil pupuk langsung dari TPH menggunakan angkong masing – masing. Setelah selesai, selanjutnya karyawan melakukan pengaplikasian pupuk. Organisasi pengaplikasian pupuk adalah menggunakan sistem hanca giring dengan metode satu pasar rintis ditempati 2 karyawan (pembagian hanca berdasarkan parit tengah blok). Pupuk ditabur mengelilingi setiap pokok yang akan dipupuk dengan menggunakan pola U - shape (berbentuk U menghadap pasar rintis). Penaburan pupuk tersebut dilakukan dengan menggunakan ember dan piring. Metode pemupukan U - shape tidak mengaplikasikan pupuk di sekitar gawangan hidup pada setiap pokok sehingga metode ini tepat untuk memaksimalkan penyerapan unsur hara yang terkandung pada pupuk oleh tanaman. Prestasi karyawan melaksanakan pemupukan adalah 1 ton HK-1. Pengaplikasian pupuk oleh karyawan disajikan pada Gambar 3.
Gambar 3 Pelaksanaan pemupukan
14 Replanting Replanting adalah kegiatan menanam kembali (tanaman yang sama) dengan tujuan untuk mengembalikan dan memaksimalkan produksi serta memaksimalkan keuntungan secara ekonomi. Lokasi kegiatan replanting (peremajaan) selama pelaksanaan magang berada di Kebun Teluk Bakau Divisi I. Proses kegiatan replanting di Kebun Teluk Bakau Divisi I yaitu persiapan lahan, penanaman dan pemeliharaan tanaman. Tahapan kegiatan persiapan lahan adalah sensus pokok pada blok yang akan dilakukan replanting, penetapan raja lining, pre lining, pembongkaran pokok, pembuatan parit dan compacting serta cambering. Tahapan kegiatan penanaman adalah pemancangan pancang tanam, pembuatan lubang tanam, pemberian pupuk RP (Rhock Phospate) dan penanaman pokok sawit. Kegiatan pemeliharaan yaitu menanam LCC (Legum Cover Crop) dan pengendalian gulma serta hama penyakit tanaman. Persiapan Lahan Sensus pokok. Kegiatan sensus pokok bertujuan untuk mengetahui keadaan tanaman di blok yang akan di remajakan. Kegiatan yang dilakukan adalah menghitung jumlah pokok hidup (H) dan pokok mati (M) (pada setiap baris tanaman yang akan diremajakan). Setiap hasil sensus di tulis (H dan M) menggunakan cat merah (Gambar 4) pada pelepah pokok pertama dan terakhir menghadap ke arah Kanal Cabang (KCB).
Gambar 4 Hasil sensus pokok Penetapan Raja Lining. Raja lining adalah titik awal untuk menentukan jarak barisan tanaman, jarak titik tanam, jarak CECT (Close Ended Conservation Trenches) dan jarak field drain. Penetapan raja lining sudah dilakukan sebelum pelaksanaan magang. Pancang perdana raja lining dilakukan oleh bapak GM (General Manager) Estate (Gambar 5 ).
Gambar 5 Pancang perdana raja lining
15 Pre lining. Pre lining adalah kegiatan pemancangan untuk menentukan letak field drain dan letak CECT sekaligus panduan operator excavator untuk merumpuk hasil chipping batang dan bonggol perakaran agar tidak jauh dari CECT. Ujung pancang field drain diberi warna biru, sedangkan ujung pancang CECT diberi warna merah (Gambar 6).
b
a Gambar 6 Pemancangan field drain dan CECT : (a) field drain, (b) CECT
Pembongkaran pokok. Pekerjaan pembongkaran pokok dilakukan dengan menggunakan alat berat excavator. Pekerjaan pembongkaran pokok secara berturut – turut adalah penumbangan pokok, chipping dan gali bonggol dan perakaran (Gambar 7). Penumbangan dilakukan dengan memperhatikan arah barisan tanaman dan operator excavator wajib memastikan arah tumbang pokok didekatkan pada titik pancang CECT. Setelah penumbangan selanjutnya adalah melakukan pencincangan (chipping). Chipping adalah pencacahan batang kelapa sawit dengan maksimal tebal hasil chipping 10 cm, hal ini bertujuan untuk mempercepat terurainya batang oleh mikroorganisme (mencegah perkembangan hama larva oryctes). Selanjutnya adalah menggali bonggol dan perakaran dengan panjang, lebar dan dalam berturut – turut 2 m, 2 m dan 2 m. Hasil pekerjaan pembongkaran pokok dibiarkan minimal 2 minggu dengan tujuan untuk meminimalkan perkembangan ganoderma. Pekerjaan pembongkaran pokok dikerjakan dengan menggunakan alat berat excavator 130 F. Prestasi kerja pekerjaan pembongkaran pokok (penumbangan pokok, chipping dan gali bonggol dan perakaran) dengan alat berat excavator 130 F adalah 12 pokok jam-1.
a Gambar 7 Pembongkaran pokok : (a) tumbang pokok, (b) hasil chipping
b
16 Pembuatan parit. Parit yang dibuat pada kegiatan replanting Kebun Teluk Bakau adalah CECT (Close Ended Conservation Trenches), field drain, parit tengah dan New KCB. KCB (Kanal Cabang) baru adalah inovasi terbaru pada kegiatan peremajaan. Awalnya sebelum peremajaan KCB baru merupakan parit tengah yang membelah blok menjadi dua bagian sama. Pembuatan KCB baru nantinya berfungsi untuk memudahkan proses pengangkutan TBS dari Tempat Pengumpulan Hasil (TPH) ke colection point (CP). CECT (Close Ended Conservation Trenches) adalah parit yang berfungsi untuk menampung hasil pembongkaran pokok, sisa – sisa sampah pelepah dan pencegah perkembangan oryctes. Pekerjaan pembuatan CECT dikerjakan dengan alat berat excavator dengan prestasi kerja 44 m jam-1 dan 1 ha panjang CECT 334 m. Ukuran CECT yang dikerjakan adalah 2 m (lebar atas), 1.8 m (lebar bawah), 1.2 m (dalam). Pekerjaan pembuatan CECT tidak ditembuskan ke parit tengah (6 m dari pinggir parit tengah). Setiap pembuatan CECT operator excavator wajib memastikan bahwa seluruh sampah - sampah dalam posisi tergenang (meminimalkan perkembangan Oryctes rhinoceros). Pembuatan CECT disajikan pada Gambar 8.
a
b
Gambar 8 Pembuatan parit : (a) pembuatan CECT, (b) hasil CECT Field drain adalah parit yang berfungsi untuk konservasi air dan tanah. Pembuatan field drain dikerjakan dengan alat berat excavator. Ukuran field drain 1 m (lebar atas), 0.8 m (lebar bawah) dan 0.8 m (dalam). Pembuatan field drain ditembuskan ke parit tengah. Rasio pembuatan parit field drain dan CECT adalah 1 : 4. Artinya bahwa setiap 4 baris tanaman terdapat 1 parit field drain dan 1 parit CECT. Jarak parit CECT ke field drain 14 m, CECT ke CECT 28 m begitupun field drain ke field drain 28 m. Prestasi kerja pembuatan parit field drain menggunakan alat berat excavator PC 200 72 m BU-1 (selama satu jam kerja alat berat). Kendala umum saat pembuatan field drain adalah areal pembuatan field drain yang terdapat akar atau tunggul akan mempersulit alat berat excavator untuk menyelesaikannya pekerjaan tersebut. Kendala ini akan mempengaruhi prestasi kerja alat berat. Namun, berdasarka SOP (Standart Operasional Procedure) excavator harus tetap membersihkan baik akar maupun tunggul tersebut agar memperlancar aliran air pada field drain tersebut. Hasil pekerjaan pembuatan parit field drain disajikan pada Gambar 9.
17
Gambar 9 Parit field drain Parit tengah adalah parit penghubung field drain. Pembuatan parit tengah dikerjakan dengan menggunakan alat berat excavator. Ukuran parit tengah 1 m (lebar atas), 0.8 (lebar bawah) dan 1 m (dalam). New KCB (Gambar 10) merupakan kanal baru yang sengaja dibuat dengan tujuan sebagai sarana transportasi (langsir bibit, langsir pupuk dan evakuasi TBS). Pembuatan New KCB juga dilakukan dengan menggunakan alat berat excavator. KCB baru dikerjakan pada jarak 250 m dari pinggir KCB lama dengan ukuran 4 m x 3 m x 3 m. Lay out blok sebelum dan sesudah replanting disajikan pada Gambar 11.
a Gambar 10 Pembuatan parit : (a) parit tengah, (b) new KCB
(a) (b) Gambar 11 Penataan blok replanting : (a) blok sebelum replanting, (b) blok setelah replanting Sumber : Kantor besar Kebun Teluk Bakau
b
18 Compacting dan cambering. Compacting adalah bagian dari pekerjaan replanting yang pekerjaan utamanya adalah memadatkan tanah yang digunakan untuk tanam kelapa sawit. Pemadatan bertujuan agar tanah padat dan kokoh (pada saat penanaman daya akar memegang tanah kuat sehingga tidak mudah tumbang), sehingga diharapkan adanya compacting pada proses replanting di lahan gambut tanaman tidak doyong dikemudian hari. Pekerjaan compacting dilakukan pada gawangan hidup yang nantinya akan menjadi pasar rintis ketika tanaman sudah mencapai tahap tanaman menghasilkan (TM). Setiap pasar rintis diapit oleh dua parit yaitu parit CECT dan field drain. Pekerjaan compacting dikerjakan menggunakan alat berat excavator PC 130. Cambering adalah proses membumbun gawangan (pasar rintis) sehingga berbentuk cembung (tinggi hasil cambering dari permukaan tanah sebelum cambering ± 25 – 30 cm). Tujuan pekerjaan cambering yaitu untuk mencegah gawangan agar tidak tergenang terutama pada saat hujan (adanya cambering pergerakan air akan mengalir langsung ke parit CECT dan field drain). Pekerjaan cambering dikerjakan menggunakan alat berat excavator PC 130. Hasil pekerjaan Compacting dan cambering disajikan pada Gambar 12. Compacting dan cambering dikerjakan secara bersamaan. Awalnya excavator melakukan compacting dengan cara operator menggerakkan excavator pada jalur tanam setiap gawangan (pasar rintis). Panjang satu gawangan pendek arah utara ke selatan ± 119 m. Saat pekerjaan compacting pertama dilakukan maka terjadi penurunan permukaan tanah ± 30 – 35 cm. Pekerjaan compacting dilakukan sebanyak 2 kali (pertama hanya compacting dan ke dua berbarengan dengan cambering). Prestasi kerja pekerjaan compacting dengan menggunakan excavator PC 130 649 m BU-1. Artinya per jam excavator PC 130 dalam keadaan normal mampu melakukan pekerjaan compacting sepanjang 649 m. Cambering dikerjakan setelah compacting awal selesai. Cara pekerjaan yaitu excavator berjalan mundur dan menarik tanah dipinggir gawangan sampai berbentuk seperti cembungan. Setelah selesai excavator kembali ke posisi awal untuk melanjutkan pekerjaan compacting dan cambering pada gawangan berikutnya (pada saat kembali excavator melakukan compacting kembali dengan posisi ditengah gawangan). Prestasi kerja pekerjaan cambering dengan menggunakan excavator PC 130 108 m BU-1. Sketsa compacting, cambering dan planting point disajikan pada Gambar 13.
Gambar 12 Hasil compacting dan cambering
19
Gambar 13 Compacting, cambering dan planting point Sumber : Kantor besar Kebun Teluk Bakau
Penanaman Pancam tanam (pemancangan). Pemancangan dilakukan setelah seluruh proses persiapan lahan selesai dan merupakan proses awal untuk melakukan penanaman. Pekerjaan pemancangan dikerjakan oleh buruh kontraktor. Pemancangan terdiri dari dua pancang yaitu pancang kepala dan anak pancang. Pancang kepala merupakan tahap awal dalam melakukan pemancangan dan merupakan panduan untuk penentuan titik anak pancang. Pekerjaan pemancangan kepala dilakukan pada setiap gawangan (hidup) yang nantinya untuk areal tanam sepanjang sisi utara dan selatan blok. Jarak antar pancang kepala 7 m dan nantinya jarak pancang kepala akan menjadi jarak antar baris tanaman. Setelah selesai pekerjaan pancang kepala selanjutnya yaitu penentuan titik letak anak pancang. Titik anak pancang nantinya akan menjadi panduan untuk pembuatan lubang tanam dan penanaman pokok sawit. Proses penentuan anak pancang menggunakan bantuan tali. Tali tersebut diberi tanda simpul biru dan merah. Tali tersebut direntangkan dari mulai arah utara (pancang kepala sampai arah selatan pancang kepala) pada setiap baris jalur tanam. Pemancangan anak pancang dipancang pada simpul tersebut secara selang – seling. Jarak dari pancang kepala ke anak pancang dan setiap anak pancang 7.93 m (titik anak pancang nantinya akan menjadi jarak dalam barisan tanaman. Sehingga populasi tanaman sawit berdasarkan jarak tersebut 180 ha-1. Karena ada CECT, parit field drain, parit tengah dan KCB baru realisasi dilapangan populasi tanaman sawit 174 ha-1. Sketsa pemancangan pancang tanam disajikan pada Gambar 14. Berdasarkan Gambar 14 menunjukkan bahwa jarak tanam penanaman kelapa sawit di areal replanting adalah segitiga sama sisi dengan jarak 7.93 m x 7.93 m x 7.93 m. Jarak tanam tersebut lebih rapat dari jarak tanam yang biasa digunakan secara umum pada tanaman kelapa sawit yaitu 9 m x 9 m x 9 m. Secara umum populasi per ha pada tanaman kelapa sawit yang di tanam pada jarak tanam baru (7.93 m x 7.93 m x 7.93 m) lebih rapat dari jarak tanam biasanya (9 m x 9 m x 9 m). Umumnya populasi kelapa sawit pada jarak tanam biasanya (9 m x 9 m x 9 m) ± 142 pokok ha-1. Tujuan umum penggunaan jarak tanam yang baru (7.93 m x 7.93 m x 7.93 m) dengan populasi realisasi ± 174 ha-1 yang di tanam pada areal replanting secara umum bertujuan untuk memaksimalkan produksi dan produktivitas kelapa sawit pada lahan gambut.
20
Gambar 14 Teknis proses pemancangan Sumber : Kantor besar Kebun Teluk Bakau Keterangan : x x x Tali dengan simpul merah dan biru Pancang kepala Anak pancang
Pembuatan lubang tanam. Pembuatan lubang tanam dilakukan secara mekanisasi (menggunakan alat berat excavator). Sistem lubang tanam yang dibuat hole in hole. Artinya didalam satu lubang tanam terdapat lubang yang bertingkat (lubang bawah dan lubang atas). Lubang bawah berbentuk lingkaran dan lubang atas berbentuk persegi. Tanaman menghasilkan di Kebun Teluk Bakau umumnya doyong (akibat rendahnya daya sanggah tanah gambut). Oleh karena itu, sistem hole in hole diterapkan pada areal replanting dengan harapan agar tidak terjadi subsiden (penurunan permukaan tanah) dan mencegah pokok agar tidak doyong dikemudian hari. Alat berat pembuat lubang adalah excavator PC 130 dengan alat pembuat lubang disebut Puncher (Gambar 15). Ukuran hole luar puncher secara berturut turut 100 cm x 55 cm x 60 cm (lebar atas x lebar bawah x dalam). Ukuran hole dalam puncher diam 40 cm dan tinggi 40 cm. Prestasi kerja alat berat excavator dalam pembuatan lubang tanam 300 lubang jam-1.
Gambar 15 Pembuatan lubang tanam menggunakan puncher Tanam pokok sawit. Setelah lubang tanam selesai dibuat yang dilakukan selanjutnya adalah menanam sawit. Penanaman sawit diawali dengan pemberian pupuk RP (Rhock Phospate) satu hari sebelum tanam dengan dosis 0.5 kg pada setiap lubang tanam. Pemberian pupuk RP bertujuan untuk merangsang pertumbuhan akar. Pekerjaan pupuk RP dilakukan oleh karyawan harian (SKU harian). Prestasi karyawan dalam memupuk RP pada lahan peremajaan 2 ha HK-1.
21 Bibit sawit yang akan ditanam berasal dari Divisi II Kebun Teluk Bakau (varietas D x P marihat dan sofindo). Pelangsiran bibit dari Divisi II Kebun Teluk Bakau disesuaikan dengan kebutuhan bibit yang akan ditanam. Pelangsiran meggunakan transportasi air (bargas). Langsiran bibit diletakkan dipinggir KCB sisi utara dan sisi selatan blok yang akan di replanting. Penanaman dilakukan oleh SKU harian, ada yang melangsir bibit ke dekat lubang tanam dan ada yang menanam (Gambar 16). Sawit ditanam pada lubang bawah. Hal – hal yang perlu diperhatikan pada saat proses penanaman adalah pada saat memasukkan sawit ke dalam lubang bawah sawit tidak tercekik. Artinya kedalaman pada saat memasukkan sawit sesuai dengan ukuran polybag (leher sawit tepat berada pada permukaan lubang bawah. Selain itu, polybag tidak dibenarkan terikut ke tanam karena akan menghambat pertumbuhan akar dan memastikan sawit tidak miring. Basis pekerjaan menanam sawit 40 pokok HK-1. Premi yang diberikan apabila lebih basis Rp 2000 pokok-1.
a
b
Gambar 16 Penanaman pokok sawit : (a) bibit siap tanam, (b) penanaman bibit Kendala – kendala yang dihadapi dari hasil penanaman pokok sawit selama penulis mengikuti kegiatan replanting yaitu masih terdapat beberapa pokok yang miring (Gambar 17a). Kondisi yang miring akan menyebabkan tanaman tumbang dikemudian hari. Selain itu, kondisi pokok tergenang (Gambar 17b). Tergenangnya tanaman akan mengganggu pertumbuhan vegetatif tanaman dan perkembangan akar. Pencegahan kendala – kendala tersebut dilakukan dengan cara konsolidasi tanaman (memperbaiki tanaman yang mengalami kendala).
a
b
Gambar 17 Kendala penanaman pokok sawit : (a) pokok sawit tidak tegak, (b) pokok sawit tergenang
22 Pemeliharaan. Pemeliharaan lahan perejamaan terdiri dari dua yaitu konservasi air dan tanah dan pemeliharaan terhadap pokok sawit. Pemeliharaan konservasi air dan tanah awal setelah penanaman dilakukan dengan menanam LCC jenis Pueraria javanica (PJ) dan Calopogonium mucunoides (CM). Alat yang digunakan untuk menanam LCC berupa kembes ukuran 3 x 3 m, cangkul, timbangan, ember, angkong dan alat yang sifatnya untuk membuat alur tanam. Bahan yang digunakan untuk menanam LCC dalam 1 ha adalah PJ 3 kg, CM 3 kg, pupuk sumicoat 6 kg, pupuk RP 6 kg, rhizobium 50 g dan air mineral 250 ml. Awalnya rhizobium dilarutkan menggunakan air mineral agar dapat melekat pada biji kacangan, selanjutnya diaduk dengan campuran PJ dan CM selama ± 10 menit. Setelah selesai, selanjutnya hasil campuran tersebut dicampur dengan pupuk sumicoat dan RP, diaduk sampai rata. Setelah pencampuran seluruh bahan selesai maka LCC jenis PJ dan CM siap untuk ditanam. LCC jenis PJ dan CM ditanam di areal yang nantinya menjadi pasar rintis (ketika sudah tanaman menghasilkan) dengan menggunakan sistem alur atau larikan. Pembuatan alur menggunakan alat garuk dengan kedalaman 3 cm. Setiap pasar rintis terdapat 2 pasang barisan alur dengan masing – masing 1 pasang terdapat 2 alur. Artinya dalam satu pasar rintis terdapat 4 baris alur. Satu pasang alur yang paling terdekat dengan barisan tanaman berjarak 2 m dan jarak antar alur atau larikan pada satu pasang 50 cm. Jarak antar pasang alur 3 m. Penanaman LCC dikerjakan oleh buruh harian lepas dengan prestasi 1 ha HK-1. Pemeliharaan terhadap tanaman merupakan faktor penting untuk menghasilkan kualitas dan kuantitas tanaman yang tinggi. Pemeliharaan tanaman ditujukan pada pengendalian gulma, pengendalian hama dan penyakit serta perkembangan pertumbuhan tanaman. Pemeliharaan terhadap tanaman dilakukan dengan cara konsolidasi. Konsolidasi merupakan perbaikan terhadap tanaman yang dalam pertumbuhannya mengalami kelainan seperti tidak tegak dan tergenang. Selain itu, dilakukan juga pengendalian terhadap pengganggu tanaman (gulma) dengan cara manual berbarengan pada saat penanaman LCC. Pengendalian terhadap hama pengganggu tanaman dilakukan secara kimia. Pemanenan Secara umum kegiatan panen pada tanaman kelapa sawit adalah kegiatan mengumpulkan tandan buah segar. Kegiatan panen merupakan sumber keuntungan bagi suatu perusahaan. Besar kecilnya produksi suatu Kebun ditentukan oleh kegiatan pemanenan. Menurut (Lubis dan Widanarko 2011) panen merupakan titik awal dari produksi dan terkait erat dengan budidaya. Produksi merupakan hasil yang diperoleh dari panen setelah melalui proses pascapanen atau pengolahan. Keberhasilan panen dan produksi tergantung pada kegiatan budidaya serta ketersediaan sarana untuk kegiatan transportasi, pengolahan, organisasi dan faktor penunjang lainnya. Secara umum pekerjaan memanen meliputi persiapan alat dan sarana panen, taksasi produksi meliputi penentuan persentase kerapatan buah yang akan dipanen, menentukan kebutuhan tenaga kerja, pelaksanaan panen dan pengangkutan panen. Persiapan panen. Persiapan panen umumnya penting dilakukan untuk mendukung lancarnya kegiatan pemanenan. Persiapan tersebut erat hubungannya dengan persiapan sarana dan prasarana dalam memanen. Menurut (Lubis dan Widanarko 2011) persiapan panen berkaitan dengan penyediaan tenaga kerja, dan
23 alat panen yang dibutuhkan. Selain itu, persiapan panen sarana jalan untuk transportasi juga sangat perlu dipersiapkan. Persiapan panen yang baik akan berpengaruh langsung terhadap kegiatan panen. Semakin baik persiapan panen yang dilakukan di kebun maka semakin baik pula kualitas dan kuantitas hasil panen. Persiapan panen yang dilakukan Kebun Teluk Bakau adalah perawatan jalan (pasar rintis), perawatan jembatan, perawatan Tempat Pengumpulan Hasil (TPH), water management (sarana transportasi panen PT BNS adalah air) dan perawatan alat. Persiapan memanen di Kebun Teluk Bakau Divisi II dilakukan dengan memastikan bahwa setiap pemanen sudah mendapatkan peralatan panen (Gambar 18) dan Alat Pelindung Diri (APD). Kemudian persiapan berikutnya adalah mandor panen melakukan taksasi produksi melalui besarnya angka kerapatan yang akan dipanen keesokan harinya. Selanjutnya, mandor panen memberikan penjelasan untuk penetapan hanca masing – masing pemanen pada setiap kali akan memanen (setelah mengikuti apel pagi bersama asisten dan supervisor).
a
b
c
d
Gambar 18 Peralatan panen : (a) angkong (b) gancu (c) kampak (d) egrek Angka kerapatan panen (AKP). Angka kerapatan panen adalah persentase rasio antara jumlah buah yang masak terhadap jumlah pokok yang diamati (panen untuk keesokan harinya). Umumnya pengamatan angka kerapatan panen dilakukan oleh mandor panen. Pelaksanaan AKP dilakukan dengan cara menentukan pokok sampel yang mewakili (pada blok yang akan dipanen keesokan harinya). Angka kerapatan panen digunakan untuk menentukan taksasi produksi). Taksasi produksi adalah perkiraan produksi yang akan dihasilkan pada setiap pelaksanaan panen. Berikut adalah rumus untuk mencari persentase kerapatan panen dan taksasi produksi. AKP
x 100 %
24 Taksasi produksi = A x B x C x D Keterangan : A : Persentase AKP B : Jumlah pokok ha-1 C : Total luas yang akan dipanen (ha) D : BJR (Bobot Janjang Rata – rata) blok yang akan di panen Pelaksanaan panen. Kebun Teluk Bakau dalam melaksanakan kegiatan panen memiliki sapta disiplin yang harus diikuti oleh setiap karyawan pemanen. Sapta disiplin yang ditetapkan perusahaan berjumlah tujuh yaitu (1) Seluruh buah matang dipanen, (2) tidak memanen buah mentah, (3) Seluruh brondolan dikutip bersih, (4) Pelepah disusun rapi, (5) Cabang sengkleh tidak ada, (6) Seluruh buah diantrikan di TPH, (7) Seluruh administrasi panen dikerjakan dengan benar. Hal yang perlu dilakukan untuk pelaksanaan panen adalah menetapkan sistem panen, rotasi panen dan kriteria panen. Sistem panen. Kebun Teluk Bakau Divisi II dalam memanen menggunakan sistem BHS (Block Harvesting System), artinya bahwa kegiatan memanen fokus pada satu seksi panen per HK. Ciri – ciri BHS adalah memiliki enam seksi panen, pengerjaan setiap seksi panen selesai pada hari tersebut dan hanca panen menggunakan hanca tetap. Tujuan menggunakan (Block Harvesting System) yaitu memudahkan mandor panen dalam pengawasan dan transportasi lebih efisien. Menurut (Fauzi et al. 2012) terdapat 2 sistem hanca dalam memanen, 2 sistem tersebut adalah hanca sistem giring dan hanca sistem tetap. Sistem giring memiliki pengertian apabila suatu hanca telah selesai dipanen maka pemanen pemanen pindah ke hanca berikutnya yang telah ditunjuk oleh mandor. Keuntungannya adalah hasil panen lebih cepat sampai di TPH. Sementara, hanca sistem tetap yaitu pemanen memiliki hanca yang tetap pada setiap kali memanen (hanca pemanen tidak berpindah – pindah). Keuntungannya adalah mandor mudah melakukan pengontrolan dan hanca dapat terkontrol dan lebih bersih. Divisi II Kebun Teluk Bakau menggunakan hanca panen sistem hanca tetap. Setiap pemanen sudah mendapatkan hancanya masing – masing pada setiap seksi panen. Hanca masing – masing pemanen diberi penomoran untuk mudah mengingatkan pemanen. Umumnya mandor panen sudah tahu nomor hanca masing – masing anggotanya. Divisi II Kebun Teluk Bakau menetapkan setiap hancanya terdapat 8 gawangan hidup (diselesaikan 1 HK). Umumnya terdapat 2 3 TPH pada setiap hanca. Pengaturan dalam setiap kegiatan memanen langsung diintruksikan oleh mandor panen. Divisi II Kebun Teluk Bakau memiliki dua mandor panen. Setiap mandor memiliki karyawan panen masing – masing. Satu seksi panen setiap memanen berisikan dua kemandoran. Artinya, luas satu seksi panen tersebut dibagi sama rata untuk setiap kemandoran. Kebun Teluk Bakau Divisi I menggunakan sistem hanca giring. Penggunaan sistem ini dikarenakan tanaman menghasilkan (TM) di Divisi I sudah mengalami penyusutan akibat adanya kegiatan replanting. Kegiatan replanting di Divisi I terus dilakukan sehingga semakin hari semakin berkurang areal yang harus dipanen. Pengurangan areal panen harus diikuti pengurangan tenaga kerja (mengetahui kebutuhan tenaga kerja yang digunakan). Tenaga kerja yang tidak melaksanakan pekerjaan panen dialihkan ke pekerjaan lain seperti melakukan kastrasi dan pengendalian gulma manual di gawangan hidup tanaman belum
25 menghasilkan. Penetapan kebutuhan tenaga kerja panen dan penetapan hanca pada sistem ini di tetapkan oleh mandor panen pada saat briefing pagi bersama karyawan panen sebelum berangkat ke lokasi hanca. Kelemahan dari sistem hanca giring adalah kondisi baik pokok maupun gawangan dan piringan kelapa sawit kurang terawat terutama karena adanya replanting (areal TM sudah tidak dirawat). Rotasi panen. Rotasi panen adalah selang waktu yang dibutuhkan antara panen satu dengan panen berikutnya pada satu seksi panen. Seksi panen adalah total luasan yang harus dipanen oleh pemanen dalam sekali memanen. Kebun Teluk Bakau Divisi II memiliki 6 seksi panen. Artinya total luas tanaman menghasilkan di Divisi II dibagi menjadi 6 bagian (seksi A, B, C, D, E dan F). Pembagian seksi panen di Divisi II disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 Pembagian seksi panen di Kebun Teluk Bakau Divisi II Seksi Panen A B C D E F
Blok D005 D006 D007 D008 E008 E007 E006 E005
Tahun Tanam 96 95 94 95 94 94 94 94 Total
Luas (ha) 98.63 85.41 99.04 99.02 142.27 143.37 92.76 141.42
Total (ha) 184.04 198.06 142.27 143.37 92.76 141.42 901.92
Sumber : Kantor Divisi II Kebun Teluk Bakau
Kriteria panen. Kriteria panen adalah pedoman yang dibuat untuk kegiatan pemanenan. Pedoman tersebut berisikan tentang tingkat kematangan buah. Tingkat kematangan buah pada Kebun Teluk Bakau adalah unripe, under ripe, ripe, empty bunch. Standar buah matang yang harus dipanen di Kebun Teluk Bakau adalah minimal 5 sudah membrondol disekitar piringan. Standar buah matang ini dibuat berdasarkan standar perusahaan. Ketentuan tingkat kematangan dan mutu buah di Kebun Teluk Bakau disajikan pada Tabel 4. Tabel 4 Kriteria mutu buah Kebun Teluk Bakau N Tingkat kematangan Unripe (Mentah) 1 Under ripe (Kurang 2matang) Ripe (Matang) 3 Empty bunch (janjang 4 kosong)
Standar mutu (%) 0 5 95 0
Keterangan 0-4 brondolan tandan 5-9 brondolan tandan ≥10 brondolan tandan >95% brondolan tandan
Sumber : Agricultural Reference Manual (Minamas Plantation)
lepas dari lepas
dari
lepas dari lepas dari
26 Pekerjaan panen. Pekerjaan pelaksanaan panen yaitu memotong buah langsung dari setiap pokok dan mengutip seluruh brondolan. Pekerjaan panen harus sesuai dengan standar perusahaan. Hasil pekerjaan tersebut harus segera diantrikan di TPH untuk proses pengangkutan. Semakin lama pekerjaan panen akan memperlama proses pengangkutan panen. Lamanya proses pengangkutan akan memperlama proses pengiriman buah ke PKS. Menurut (Fauzi et al. 2012) proses tanaman pada kelapa sawit yang sudah menghasilkan meliputi pekerjaan memotong tandan buah masak, memungut brondolan hasil panen dan mengangkut TBS ke tempat pengumpulan hasil (TPH). Proses kegiatan panen di Kebun Teluk Bakau disajikan pada Gambar 19.
a
b
c
d
e
f
Gambar 19 Proses pelaksanaan pemanenan : (a) potong buah menggunakan egrek, (b) penyusunan pelepah, (c) pemotongan long stalk, (d) pengutipan loose fruit, (e) pengangkutan TBS ke TPH, (f) TBS tersusun rapi di TPH Pengangkutan TBS. Pengangkutan TBS hingga sampai ke Pabrik Kelapa Sawit (PKS) merupakan salah satu hal yang penting dilakukan. Apabila sarana dan prasarana pengangkutan di kebun kurang memadai maka akan dapat mempengaruhi kualitas hasil TBS. Oleh karena itu, pengelolaan pengangkutan baik transportasi maupun jalur pengangkutan perlu di persiapkan dengan baik. Pengangkutan TBS ke Pabrik Kelapa Sawit di PT BNS khususnya Kebun Teluk Bakau menggunakan jalur air. Jalur air yang digunakan adalah Kanal Utama (KUT), Kanal Cabang (KCB) dan kanal collector. Transportasi air yang digunakan untuk proses pengangkutan TBS hingga sampai ke PKS adalah bargas, Ponton Container (PC) dan tug boat. Kanal Utama (KUT). Kanal utama merupakan salah satu sistem drainase dan pusat jalan transportasi air yang ada di PT BNS, artinya selain berfungsi untuk transportasi TBS ke PKS kanal utama juga berfungsi sebagai penghubung antara kebun dengan daerah lain (akses keluar masuk kebun). Kanal utama memiliki lebar ± 12 m dan dalam ± 4 m dengan panjang dari pangkal Pabrik
27 Kelapa Sawit (arah utara) hingga sampai ujung kebun (arah selatan). Kanal utama (KUT) disajikan pada Gambar 20.
Gambar 20 Kanal Utama (KUT) Kanal Cabang. Kanal cabang merupakan salah satu jenis water managament (drainase) yang ada di PT BNS. Selain berfungsi untuk drainase kanal cabang juga berfungsi untuk pengangkutan Tandan Buah Segar dari TPH menuju ke KUT, akses transport TBS dari kebun ke PKS dan akses keluar masuk kebun. Kanal cabang pada kondisi awal memiliki lebar ± 4 m dengan kedalaman ± 2 m dan panjangnya bervariasi antara ± 1 km - 3 km. Kanal cabang pada saat ini mengalami perbedaan nyata baik kedalaman maupun lebarnya. Lebar kanal cabang pada saat ini berukuran lebih dari 4 m dan kedalamannya semakin dangkal (± 1 m). Hal ini terjadi karena adanya erosi dengan seiring berjalannya waktu. Kelemahan penampakan fisik kanal cabang saat ini adalah masih terdapat kanal cabang yang tidak bersih, masih banyak terdapat eceng gondok (Eichornia cracipess) dan lumut di tengah – tengah kanal cabang. Kondisi yang kurang bersih sangat merugikan kebun dalam hal proses pengangkutan. Transport TBS menjadi sangat lambat dan losses pada saat pengangkutan sulit untuk diketahui sehingga karyawan yang bertugas untuk mengangkut cenderung membiarkan losses yang ada di kanal cabang. Kanal cabang disajikan pada Gambar 21.
Gambar 21 Kanal Cabang (KCB) Kanal Collector. Kanal collector (kanal pengumpul) merupakan kanal yang menghubungkan antara kanal cabang. Kanal collector berfungsi untuk transportasi TBS ke PKS. Lebar kanal collector mencapai 6 m dan kedalamannya mencapai 3 m. Akibat adanya erosi kanal collector menjadi lebih lebar. Kelemahan penampakan fisik pada kanal collector umumnya saat ini adalah banyaknya eceng gondok (Eichornia crasipess) dan lumut sehingga menghambat akses transportasi. Namun ada beberapa kanal collector yang mengalami pelebaran secara signifikan dan bebas dari eceng gondok dan lumut. Perbedaan ini karena beberapa kanal
28 collector berfungsi sebagai salah satu akses utama untuk memasuki areal perumahan karyawan dan akses keluar masuk kebun. Kanal collector disajikan pada Gambar 22.
a
b
Gambar 22 Kondisi kanal collector : (a) bersih, (b) penuh Eichornia crasipess Bargas. Bargas merupakan salah satu jenis transportasi air di PT BNS. Transportasi jenis bargas secara umum bertujuan untuk mengangkut Tandan Buah Segar dari Kanal Cabang (KCB) ke Kanal Utama (KUT), mengantar karyawan ke lokasi bekerja dan mengangkut yang lainnya (tergantung kebutuhan kebun). Transportasi bargas memiliki ukuran panjang berkisar antara 1192 cm – 1200 cm dengan lebar berkisar antara 150 cm – 180 cm dan tinggi berkisar antara 78 cm – 93 cm. Secara rata – rata bargas berkapasitas 5 – 8 ton (tergantung ukuran bargas). Transport jenis bargas disajikan pada Gambar 23.
Gambar 23 Transportasi air TBS jenis Bargas Ponton Container (PC). Ponton container merupakan salah satu jenis transportasi air di PT BNS. Jenis transportasi ini memiliki fungsi yang berbeda – beda. Container (keranjang besi) berfungsi sebagai wadah untuk mengumpulkan buah dan loose fruit (LF). Container memiliki panjang 290 cm dengan lebar 150 cm dan tinggi 120 cm. Ponton dengan ukuran panjang ± 1173 cm dan lebar sebesar 330 cm umumnya berfungsi sebagai wadah container (satu ponton umumnya terdapat tujuh container), sehingga antara ponton dan container merupakan satu kesatuan. Oleh karena itu jenis transportasi ini disebut Ponton Container (PC). Secara umum transportasi jenis PC bertujuan untuk mengangkut Tandan Buah Segar dari kebun ke Pabrik Kelapa Sawit melalui Kanal Utama (KUT), Kanal Cabang (KCB) dan Kanal Collector. Ponton container (PC) berkapasitas ± 15 – 16 ton. Transport jenis PC disajikan pada Gambar 24.
29
Gambar 24 Transportasi air TBS jenis PC Tugboat. Tugboat merupakan transportasi jenis air yang ada di PT BNS berupa kapal kecil atau biasa disebut pompong (bahasa lokal). Tugboat berfungsi untuk membawa PC ke Pabrik Kelapa Sawit dengan cara ditarik. Secara rata – rata tugboat mampu menarik PC sebanyak 3 – 5 PC (tergantung banyaknya Tandan Buah Segar yang dihasilkan). Transportasi air jenis Tugboat berkecepatan ± 5 km jam-1 (lambat). Setiap divisi di Kebun Teluk Bakau memiliki 1 unit tugboat. Transport air jenis tugboat di PT BNS disajikan pada Gambar 25.
Gambar 25 Transportasi air TBS jenis tugboat Angkut Tandan Buah Segar. Pengangkutan TBS merupakan salah satu proses penting dalam kegiatan panen. Oleh karena itu, sarana dan prasarana harus mendukung untuk melancarkan proses pengangkutan TBS. Pengangkutan TBS di PT BNS khususnya Kebun Teluk Bakau melalui jalur air. Tandan buah segar yang sudah di TPH (krani buah sudah menghitung) maka proses angkut buah sudah bisa dilakukan. Angkut TBS di TPH menggunakan bargas (dilakukan di KCB) dan dibawa ke collection point (CP) untuk proses over skip (bongkar muat) ke PC. Proses over skip dilakukan di collection point (CP). Setelah selesai over skip ke PC maka selanjutnya membawa hasil TBS yang dipanen setiap harinya ke Pabrik Kelapa Sawit dengan menggunakan tugboat. Jarak rata – rata dari CP ke TPH yang terakhir (ujung KCB) pada setiap blok di Divisi II Kebun Teluk Bakau berkisar ± 4 km. Sekali angkut TBS disetiap TPH ke CP (menggunakan bargas) membutuhkan waktu ± 3 jam (keadaan air normal). Umumnya pengangkutan dari TPH ke CP lebih dari satu kali (tergantung banyaknya TBS). Over skip di CP divisi II Kebun Teluk Bakau membutuhkan waktu ± 1 jam. Jarak rata – rata dari divisi II Kebun Teluk Bakau ke PKS berkisar ± 10 km. Perjalanan dari CP divisi II Kebun Teluk Bakau (lokasi over skip) ke PKS membutuhkan waktu ± 2.5 jam. Jadi, waktu yang dibutuhkan selama proses pengangkutan dari TPH sampai PKS ± 8 jam.
30 Kelemahan umum proses pengangkutan di PT BNS melalui jalur air adalah apabila terjadi musim kemarau panjang maka akan memperlambat sampainya TBS ke PKS karena baik KUT, KCB dan collector mengalami pendangkalan. Selain itu, proses pengangkutan melalui jalur air akan menambah losses karena pengangkutan mengalami bongkar muat. Oleh karena itu, dibutuhkan pengawasan yang intensif dari asisten divisi dan supervisor agar losses dapat berkurang. Proses pengangkutan TBS sampai ke PKS disajikan pada Gambar 26.
a
b
c
d
e
f
Gambar 26 Proses pengangkutan TBS : (a) buah di TPH, (b) pemuatan TBS ke bargas, (c) loading TBS dari bargas ke PC (Ponton container), (d) TBS sudah tersusun rapi di PC, (e) Pengangkutan TBS ke PKS, (f) TBS di PKS
Aspek Manajerial Aspek manajerial selama pelaksanaan magang di Kebun Teluk Bakau mulai didapatkan ketika sudah mencapai jenjang pendamping mandor, krani dan pendamping asisten divisi. Setiap jabatan yang tergolong pada aspek manajerial mempunyai peran dan fungsi masing – masing. Asisten divisi bertanggung jawab langsung pada kegiatan seluruh operasional satu divisi karena asisten merupakan pimpinan dari satu divisi yang dipimpinnya. Krani Panen Tugas umum seorang krani panen adalah mengecek buah yang sudah diantrikan di TPH. Pengecekan yang dilakukan adalah memeriksa kualitas dan kuantitas TBS. Selain itu, krani panen juga bertugas untuk menghitung jumlah buah yang di panen oleh tenaga kerja panen setelah tenaga kerja panen mengantrikan TBS ke TPH. Cara penghitungan yang dilakukan krani panen Divisi II Kebun Teluk Bakau adalah menghitung jumlah buah berdasarkan hanca masing – masing pemanen dengan total TPH setiap hancanya adalah 2 – 3 TPH. Pengawasan dan pengecekan buah di TPH berdasarkan tingkat kematangannya dan menghitung buah masing – masing hanca tenaga kerja panen di TPH dilakukan saat menjabat sebagai krani panen . Semua pengecekan dan
31 penghitungan buah di TPH dicatat dibuku catatan mandor (pencatatan meliputi nama pemanen pada hanca tetapnya, jumlah buah hasil panen pada hancanya dan tingkat kematangan buah. Selain itu, krani panen juga bertugas untuk memastikan bahwa buah di TPH sesuai dengan SOP (Standart Operational Procedure) panen dan sapta panen. Pelanggaran yang dilakukan oleh setiap tenaga kerja panen akan dikenakan sanksi sesuai ketentuan perusahaan. Selama menjabat krani panen kendala umum yang didapatkan adalah petugas pengangkutan dalam hal ini adalah tansport buah dari TPH ke bargas terkadang sudah memuat terlebih dahulu sebelum krani panen mengecek TBS di TPH. Pemuatan sebelum pengecekan yang dilakukan krani panen akan menyebabkan susahnya mengetahui tingkat kematangan buah pada setiap buah tersebut karena apabila sudah terangkut krani panen kesulitan dalam menentukan kualitas buah di TPH. Pendamping Mandor Panen Mandor panen bertugas untuk menngontrol atau mengawasi jalannya kegiatan pemanenan. Membantu langsung tugas seorang mandor dilakukan selama mendampingi mandor panen. Proses kegiatan mandor panen dimulai dengan mengikuti apel pagi (05.30 – 06.15) setiap harinya. Tujuan apel pagi adalah melakukan evaluasi setiap kegiatan yang sudah dikerjakan sebelumnya dan membahas kegiatan yang akan dipanen pada hari ini. Apel pagi dipimpin langsung oleh mandor besar dan asisten. Selanjutnya, mandor panen melakukan briefing bersama anggota mandor panen. Pengarahan yang dilkukan mandor panen ke tenaga kerja panen adalah intruksi dari mandor besar atau asisten pada saat apel pagi. Sebelum berangkat ke lahan masing – masing sesuai hancanya mandor panen mengabsen seluruh anggotanya yang hadir (setiap kali akan memanen). Mandor panen juga menetapkan hanca masing – masing pemanen. Pengecekan pengawasan hanca pada saat kegiatan panen dilakukan selama menjabat sebagai pendamping mandor panen. Pengecekan hanca berfungsi untuk mengecek hasil kerjaan tenaga kerja panen selama kegiatan panen berlangsung per HK nya. Pengecekan meliputi pengecekan TBS yang belum terpanen dan Loose Fruit (LF) yang tidak terkutip. Apabila kedapatan tenaga panen meninggalkan buah (tidak terangkut), brondolan masih banyak yang belum terangkut maka tenaga pemanen dikenakan sanksi sesuai ketentuan perusahaan. Seluruh kegiatan mandor panen setiap harinya dilaporkan ke Buku Kegiatan Mandor (BKM). Pendamping Mandor Perawatan (Replanting) Mandor perawatan replanting bertugas untuk mengawasi dan mengevaluasi semua proses pekerjaan replanting. Jam kerja mandor perawatan replanting per HK nya lebih lama dibandingkan dengan HK standar perusahaan (7 jam). Mandor perawatan bekerja dari pagi sampai sore (07.00 – 17.00). Apabila hari jumat jam kerja per Hknya berkurang (pelaksanaan ibadah jumat dan istirahat selama jam kerja bersifat fleksibel). Mandor perawatan replanting juga melaksanakan apel pagi bersama para asisten dan para mandor – mandor. Tenaga kerja yang diawasi oleh mandor perawatan replanting adalah kontraktor. Setiap proses pekerjaan
32 yang dilakukan oleh kontrakor sudah ada SPK (Surat Perjanjian Kontrak) sebagai pedoman antara pihak kontraktor dan perusahaan. Pengawasan proses pekerjaan replanting dilakukan selama menjabat sebagai pendamping mandor perawatan (replanting). Adapun yang diawasi adalah menilai seluruh kerjaan kontraktor pada setiap jenis pekerjaan replanting. Hasil pengawasan akan dibandingkan dengan standar pekerjaan replanting yang diberlakukan oleh perusahaan. Apabila ada pekerjaan yang dikerjakan oleh tim kontraktor tidak sesuai dengan standar perusahaan maka mandor berhak memperingati operator untuk tidak melakukan kesalahan yang sama dan operator harus mengulang kembali (untuk memenuhi standar perusahaan). Semua pekerjaan di replanting secara administrasi dilaporkan kedalam BKM. Pendamping Kerani Divisi Secara umum tugas kerani divisi adalah mengelola administrasi divisi baik pekerjaan dilapangan maupun administrasi lainnya. Contoh pengelolaan administrasi dilapangan adalah merekap seluruh hasil pekerjaan pada setiap kemandoran baik output atau prestasi hasil pekerjaan, premi dan bahan – bahan yang dipakai, memeriksa BKM (Buku Kegiatan Mandor), mengisi kehadiran seluruh supervisor pada setiap jam kerja dan membuat bon permintaan barang. Contoh pengelolaan administrasi yang lainnya adalah membuat surat permohonan karyawan untuk berobat dan membagikan gaji bersama asisten dan mandor I. Mencatat kehadiran karyawan, pengisian laporan buah terkirim dan menyatat seluruh output karyawan pada setiap HK nya dilakukan selama menjabat sebagai pendamping kerani divisi. Selain itu, membantu kerani divisi untuk penginputan data – data dari kantor divisi juga dilakukan selama menjabat sebagai pendamping kerani divisi. Penginputan dilakukan dengan menggunakan komputerasasi SAP (System Aplication Product). Pendamping Mandor Besar (Mandor I). Secara umum tugas seorang mandor I adalah membantu asisten divisi untuk mengelola satu divisi baik secara teknis dilapangan maupun administrasi kantor. Mandor besar membawahi seluruh mandor yang ada di divisi. Secara teknis dilapangan mandor besar memimpin apel pagi untuk pengarahan pekerjaan yang akan dilakukan setiap harinya. Selain itu, mandor besar juga mengecek jalannya seluruh pekerjaan setiap harinya dan mengevaluasi pekerjaan yang telah selesai dikerjakan. Mandor besar berhak menegur dan memberi sanksi seluruh mandor ataupun karyawan apabila didalam bekerja tidak sesuai intruksi pimpinan. Secara administrasi mandor besar bertugas untuk menyusun Rencana Kerja Harian (RKH) dan memeriksa seluruh administrasi baik laporan – laporan maupun arsip – arsip dokumen di kantor divisi. Mandor besar juga berkewajiban untuk mengikuti kegiatan field day. Field day adalah kegiatan yang dilaksanakan setiap hari kamis dengan tujuan untuk saling berdiskusi masalah – masalah yang di hadapi di setiap divisi (bergantian setiap minggunya) selama bekerja dan menemukan solusi yang terbaik untuk memecahkan masalah tersebut. Field day dilaksanakan di blok divisi yang telah ditentukan dan diikuti para pengurus kebun (manajer, asisten divisi, mandor besar dan mandor panen). Kegiatan yang dilakukan selama menjadi pendamping mandor besar yaitu melakukan cek mutu hanca, membantu tugas – tugas dan tanggung jawab mandor
33 besar serta mengikuti kegiatan field day. Selain itu, peneguran langsung terhadap mandor maupun karyawan juga dilakukan apabila terjadi kesalahan (tidak sesuai intruksi) dalam setiap bekerja. Pendamping asisten. Asisten divisi bertugas memimpin satu divisi baik secara teknis, administrasi maupun secara sosial. Secara teknis asisten bertugas untuk memimpin apel pagi dan mengarahkan seluruh pekerjaan yang akan dilakukan setiap harinya serta mengevaluasi hasil pekerjaan yang telah dikerjakan. Secara administrasi asisten bertugas untuk membuat laporan harian, mingguan dan bulanan. Selain itu, asisten juga bertugas untuk membuat budget setiap harinya (sebagai pedoman pekerjaan). Secara sosial asisten merupakan pimpinan utama di satu divisi oleh karena itu asisten bertugas untuk mengontrol seluruh karyawan baik perumahan karyawan maupun masalaah – masalah yang berhubungan dengan seluruh karyawan. Jam kerja asisten bersifat kondisional (umumnya sampai buah terkirim ke PKS. Kegiatan yang dilakukan selama menjadi pendamping asisten adalah membantu asisten dalam memonitoring produksi hasil pekerjaan. Selain itu, juga melakukan pengecekan mutu hanca panen, sensus pokok, sensus kumbang, mengecek dan mengevaluasi pekerjaan pengendalian gulma secara kimia (chemist). Kegiatan fiel day juga dilakukan selama menjadi pendamping asisten.
HASIL DAN PEMBAHASAN Angka Kerapatan Panen (AKP) dan Taksasi Produksi Angka kerapatan panen merupakan angka yang menginformasikan banyaknya buah yang dipanen pada pokok, umumnya dinyatakan dalam %. Angka kerapatan panen bermanfaat untuk peramalan (taksasi) produksi pada seksi panen yang akan dipanen esok hari (PPKS 2006). Oleh karena itu, keakuratan pengamatan AKP (penentuan sampel pokok, kriteria matang, waktu pelaksanaan pengamatan dan ketelitian pengamat) merupakan modal penting untuk mendapatkan informasi perkiraan produksi. Kegiatan pengamatan AKP dilakukan di Divisi II Kebun Teluk Bakau dengan waktu pagi sampai siang hari pada blok yang akan dipanen esok hari. Total seksi panen yang diamati sebanyak 3 seksi panen (5 blok panen). Seksi panen pertama terdapat 1 blok (blok D005), seksi panen kedua terdapat 2 blok (blok D006 dan D007) dan seksi panen ketiga terdapat 2 blok (blok D007 dan D008). Pengamatan dilakukan dengan menghitung buah matang pada setiap pokok yang diamati. Angka kerapatan panen didapatkan dari rasio antara buah matang terhadap jumlah pokok yang diamati. Kriteria buah matang berdasarkan standar perusahaan (minimal 5 brondolan membrondol alami disekitar piringan pokok). Luas areal yang diamati pada seksi panen ke 1 adalah 9.8 ha (10 % dari luas total seksi panen ke 1). Jumlah pokok sampel diambil dari luas areal yang diamati sebesar 21 % dari total pokok pada luas areal yang diamati. Luas areal yang
34 diamati pada seksi panen ke 2 blok D006 adalah 8.5 ha (10 % dari total blok D006 yang akan dipanen). Jumlah pokok sampel yang diamati sebesar 12 % dari total pokok pada luas areal yang diamati. Luas areal yang diamati pada seksi panen ke 2 blok D007 adalah 4 ha (10 % dari total luas blok D007 yang akan dipanen). Jumlah pokok sampel yang diamati sebesar 26 % dari total pokok pada luas areal yang diamati. Luas areal yang diamati pada seksi panen ke 3 blok D007 adalah 5.9 ha (10% dari total luas blok D007 yang akan dipanen). Jumlah pokok sampel yang diamati sebesar 18 % dari total pokok pada luas areal yang diamati. Luas areal yang diamati pada seksi panen ke 3 blok D008 adalah 9.9 ha (10% dari total luas blok D008 yang akan dipanen). Jumlah pokok sampel yang diamati sebesar 10 % dari total pokok pada luas areal yang diamati. Berdasarkan hasil pengamatan (Tabel 5) menunjukkan bahwa baik hasil AKP rencana dan realisasi maupun produksi rencana dan realisasi tidak sama pada setiap seksi panen. Perbedaan ini dipengaruhi oleh kondisi buah pada setiap seksi panen, keadaan pasar rintis, umur tanaman dan ketelitian dalam melakukan pengamatan. Buah yang sedikit akan menurunkan nilai AKP dan taksasi produksi. Hal ini berbanding lurus dengan kondisi umur tanaman. Produksi dan produktivitas kelapa sawit akan terus meningkat pada tahun pertama memasuki tanaman menghasilkan dan peningkatan produksi dan produktivitas akan terus meningkat sampai batas umur tertentu dan mulai menurun sampai batas umur ekonomis kelapa sawit. Oleh karena itu, umur tanaman yang sudah mencapai batas maksimum peningkatan produksi akan menurun sehingga tanaman mengalami trek buah (buah sedikit). Umumnya keadaan pasar rintis yang tidak bersih akan menyulitkan petugas dalam melakukan pengamatan. Hal ini berhubungan dengan tingkat ketelitian petugas dalam melakukan pengamatan AKP dan taksasi produksi. Walaupun demikian, Berdasarkan uji – t pada taraf nyata 5% menunjukkan bahwa baik nilai AKP rencana dan realisasi maupun produksi perkiraan dan realisasi tidak berbeda nyata. Artinya bahwa walaupun nilai AKP dan produksi yang dihasilkan berbeda namun tidak berpengaruh secara signifikan. Secara keseluruhan bahwa kegiatan pengamatan AKP perlu dilakukan setiap hari sebelum seksi panen di panen (berguna untuk perkiraan produksi yang akan dihasilkan). Waktu yang tepat untuk melakukan pengamatan AKP adalah sehari sebelum seksi panen tersebut dipanen dengan rentang siang sampai sore hari. Secara umum, topografi di PT Bhumireksa Nusa Sejati khususnya Kebun Teluk Bakau juga sangat mendukung untuk melakukan pengamatan karena memiliki topografi yang datar. Keadaan topografi yang datar harus didukung dengan keadaan tanaman dan pasar rintis yang bersih sehingga pengamatan AKP efektif dan berjalan dengan lancar. Proses pemeliharaan yang baik sangat perlu dilakukan untuk mendapatkan kondisi tanaman dan pasar rintis tetap dalam keadaan bersih. Hasil pengamatan angka kerapatan panen dan taksasi produksi rencana dan realisasi disajikan pada Tabel 5.
35 Tabel 5 Hasil pengamatan AKP rencana, AKP realisasi panen dan produksi rencana, produksi realisasi panen di Kebun Teluk Bakau Divisi II
Blok panen
Luas areal contoh (ha)
D005 D006 D007 D007 D008
9.8 8.5 4 5.9 9.9
Rata - rata
Jumlah pokok contoh
Jumlah buah matang
AKP taksasi (%)
AKP Taksasi Produksi realisasi produksi realisasi (%) (kg) (kg)
300
49
16.33
16.5
29 313
29 492
300
34
11.33
14.99
25 859
28 904
300
53
17.66
16
50 801
38 506
300
45
15.1a
15.83a
35 324a
32300a
Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % (uji t-student)
Contoh perhitungan Angka Kerapatan Panen (AKP) pada blok D005 x 100 % AKP x 100% = 16.33% AKP = Contoh perhitungan taksasi produksi pada blok D005 Taksasi produksi = % AKP x Jumlah pokok ha-1 x Total luas (ha) x BJR (kg) Taksasi produksi = 16.33 % x 140 x 98.63 x 13 kg Taksasi produksi = 29 313 kg Keterangan : BJR = Bobot Janjang Rata – rata
Tenaga Kerja Panen Tenaga kerja merupakan salah satu aset yang dimiliki perusahaan. Adanya tenaga kerja akan memperlancar seluruh kegiatan operasional kebun. Begitu hal nya terhadap tenaga kerja panen. Adanya tenaga kerja panen sangat mempengaruhi produksi yang dihasilkan. Besarnya kecilnya produksi yang dihasilkan berhubungan erat dengan besarnya kebutuhan tenaga kerja dengan memperhatikan kondisi buah pada setiap pokok. Oleh karena itu, menentukan kebutuhan tenaga kerja merupakan modal dasar dalam melaksanakan kegiatan panen. Kekurangan tenaga kerja akan mengakibatkan adanya hanca panen yang tidak tercover sehingga buah tidak semuanya terpanen. Sebaliknya, tenaga kerja panen yang berlebih akan merugikan perusahaan dalam hal pembiayaan. Kebun Teluk Bakau Divisi II menggunakan rumus 1 : 16 dalam menentukan tenaga kerja panen. Artinya, 1 tenaga kerja bertanggung jawab menyelesaikan 16 ha pada 1 rotasi panen (1 rotasi panen terdapat 6 seksi panen). Berdasarkan rumus tersebut maka tenaga kerja (TK) yang harus tersedia di Divisi II adalah : TK =
=
= 56 orang hari-1
36 Perhitungan kebutuhan tenaga kerja berdasarkan norma panen buah adalah : TK : =
=
= 50 orang hari-1
Berdasarkan hasil perhitungan kebutuhan tenaga kerja menggunakan rumus 1 : 16, tenaga kerja yang harus tersedia setiap harinya adalah 56 orang. Norma panen dengan luasan ± 3 ha HK-1 umumnya diperuntukkan saat buah dalam kondisi sedikit (trek buah). Berdasarkan perhitungan kebutuhan tenaga kerja dengan menggunakan norma panen tenaga kerja yang harus tersedia setiap harinya adalah 50 orang hari-1. Total tenaga kerja yang ada di Divisi II Kebun Teluk Bakau adalah 54 orang. Artinya, pada saat trek buah total tenaga kerja mengalami kelebihan dan pada saat panen normal (kondisi buah normal dan memuncak) total tenaga kerja mengalami kekurangan. Adanya kekurangan tersebut dibantu dengan KKP (Kelompok Kecil Pemanen). Setiap KKP terdiri dari 3 – 5 orang. Kelompok kecil pemanen berfungsi untuk menyelesaikan hanca pemanen yang tidak masuk kerja. Selain itu, terkadang mandor panen mengintruksikan kepada beberapa karyawan untuk menambah hanca panen sehingga luasan seksi panen terselesaikan semua. Tenaga kerja yang berlebih dialihkan ke pekerjaan lain sehingga seluruh karyawan tetap bekerja setiap harinya.
Pelaksanaan Panen Secara umum,Teluk Bakau Estate (TBE) Divisi II dalam melaksanakan panen mempertimbangkan beberapa hal yaitu pusingan panen, kriteria matang panen, sistem panen dan jumlah tenaga kerja yang hadir. Pusingan panen adalah waktu yang dibutuhkan untuk kembali pada seksi panen yang sama. Perusahaan memiliki standar waktu dalam mengontrol pusingan panen yaitu < 9 hari. Artinya, waktu yang baik dan ideal kembali pada seksi panen yang sama adalah dibawah 9 hari dan tidak kurang dari 6 hari. Kelebihan waktu akan mengakibatkan kondisi buah busuk sehingga pemanen memanen buah yang busuk, sebaliknya, pusingan yang terlalu cepat akan menyebabkan pemanen cenderung memanen buah yang unripe. Pelaksanaan panen di Divisi II Kebun Teluk Bakau terdiri dari taksasi produksi, persiapan alat panen dan tenaga kerja, apel pagi, potong buah dan pengangkutan. Secara umum pemanen sudah mendapatkan alat untuk memanen dengan lengkap langsung diberikan oleh perusahaan. Apel pagi yang dilakukan adalah apel bersama asisten dan seluruh mandor (05.30) dan dilanjutkan briefing mandor panen terhadap anggota pemanennya. Selanjutnya, dilanjutkan dengan pemanen menuju hanca masing – masing untuk melakukan potong buah. Hasil potong buah di antrikan di TPH untuk proses pengangkutan. Saat pelaksanaan panen, karyawan panen bertanggung jawab secara langsung pada 4 kegiatan panen yaitu potong buah, mengantrikan buah di TPH, menjaga kebersihan hanca dengan memotong pelepah yang tidak produktif dan mengutip brondolan (LF). Pekerjaan ini disebut dengan sistem Non – Dol (Non Division of Labour) yaitu sistem pekerjaan panen (potong buah) dan mengutip LF dilakukan pada karyawan panen yang sama. Secara umum kendala pada sistem ini
37 yaitu masih terdapat karyawan yang hancanya tidak selesai pada hari itu dikarenakan harus mengutip seluruh LF pada hancanya dan buah terlambat diantrikan di TPH sehingga akan memperlama proses pengangkutan. Kendala ini akan mengakibatkan seksi panen yang dipanen tidak selesai pada hari tersebut. Hal ini bertentangan dengan ciri – ciri panen BHS (seksi panen yang dipanen harus selesai pada hari tersebut). Umumnya pemanen yang memiliki istri ikut membantu pemanen dalam mengutip LF dan pemanen belum beristri bekerja sampai melebihi jam kerja sehingga seluruh hanca tetap selesai. Keuntungan sistem Non – Dol adalah pemanen mempunyai peluang besar untuk mendapatkan premi lebih. Fungsi pengawasan dalam memanen dilakukan oleh mandor panen, kerani panen, mandor besar dan asisten. Pengawasan pelaksanaan panen terdiri dari 2 kriteria yaitu kualitas hanca pemanen dan tingkat kematangan buah. Kualitas hanca merupakan cerminan dari keadaan hanca masing – masing pemanen. Tingkat kualitas hanca dapat diketahui melalui pemeriksaan yang biasa disebut mutu hanca. Kegiatan pemeriksaan mutu hanca dapat dilakukan pada saat pelaksanaan panen ataupun setelah kegiatan panen. Pemeriksaan mutu hanca bertujuan untuk mengetahui besarnya losses (kehilangan hasil) baik pada LF ataupun buah, % buah masak dan keadaan pokok. Oleh karena itu, pemeriksaan mutu hanca perlu dilakukan secara rutin sebagai kontrol pelaksanaan panen. Hasil pengamatan mutu hanca di Divisi II disajikan pada Tabel 6. Tabel 6 Hasil pengamatan mutu hanca pemanen di Kebun Teluk Bakau Divisi II Tandan Brondolan tinggal (butir) Tandan matang matang Total pokok Piringan Pelepah Gawangan dipanen tidak dipanen 1 5 0 0 6 0 50 0 88 22 2 12 0 0 0 67 14 3 0 0 0 4 20 0 0 6 0 73 5 10 0 0 12 0 79 0 71.4 Rata - rata 9.4 0 0 12 Pemanen
Berdasarkan Tabel 6 hasil pengamatan mutu hanca terhadap 5 pemanen contoh (total karyawan panen 54 orang) menunjukkan bahwa masih ada kehilangan hasil panen berupa LF (Loose Fruit). Brondolan masih tertinggal di sekitar piringan. Sementara di pelepah dan gawangan tidak ada satu pun brondolan yang tertinggal. Masih adanya LF yang tertinggal disekitar piringan disebabkan oleh tingkat ketelitian pemanen dalam mengutip dan kondisi piringan. Saat melakukan pengutipan LF yang dilakukan oleh pemanen, LF menyebar disekitar piringan sehingga sulit untuk pemanen mengutip seluruh LF. Di dukung dengan beberapa kondisi piringan yang semak, piringan yang semak ini akan menyebabkan pemanen tidak mengetahui letak LF sehingga pada saat pengutipan LF disekitar piringan semak terabaikan. Waktu panen yang semakin lama juga berpengaruh terhadap pengutipan LF. Kondisi siang hari (saat pemanen sudah lelah) akan membuat pemanen cenderung meninggalkan LF.
38 Pahan (2006) mengemukakan bahwa tugas karyawan panen adalah memanen semua TBS masak dan diantrikan seluruhnya di TPH. Berdasarkan pernyataan tersebut dan berdasarkan Tabel 6, mutu hanca beberapa pemanen di Divisi II Kebun Teluk Bakau sudah cukup baik. Secara keseluruhan tidak ada buah matang yang tidak dipanen. Hal ini menunjukkan bahwa pemanen benar – benar melihat dan mengelilingi pokok yang akan dipanen. Karena dengan melihat dan mengelilingi pokok yang akan dipanen akan mempermudah pemanen dalam menentukan tingkat kematangan buah sehingga apabila terdapat buah masak sesuai standar perusahaan benar – benar terlihat. Fungsi pengawasan sangat penting untuk ditingkatkan. Adanya pengawasan yang efisien akan memperlancar proses pelaksanaan panen dan meminimumkan losses pada hanca panen. Selain pengecekan mutu hanca, pengawasan juga dilakukan terhadap tingkat kematangan buah pada saat pemanen memotong buah. Tingkat kematangan buah yang diamati berdasarkan standar perusahaan. Umumnya pengecekan tingkat kematangan buah dilakukan oleh kerani panen. Kerani panen melakukan pengecekan tingkat kematangan buah pada saat buah di TPH dan umumnya dilakukan berbarengan dengan proses perhitungan buah di TPH. Hasil pengecekan tingkat kematangan buah langsung dilaporkan ke mandor besar dan asisten divisi sebagai bahan evaluasi untuk memanen pada hari berikutnya. Pengamatan tingkat kematangan buah dilakukan di TPH terhadap 5 pemanen. Hasil pengamatan tingkat kematangan buah disajikan pada Tabel 7. Tabel 7 Hasil pengamatan tingkat kematangan buah di TPH hasil potong buah pemanen di Divisi II Kebun Teluk Bakau
Hari ke-
Pemanen
1
1 2 3 4 5 Jumlah (%) 1 2 3 4 5
2
Jumlah (%)
Kriteria matang panen Under Empty Unripe Ripe ripe bunch (TBS) (TBS) (TBS) (TBS) 1 0 0 27 0 0 2 37 0 0 0 25 0 0 3 34 3 0 2 34 4 0 7 157 2 0 4 94 0 0 2 28 0 0 2 24 2 0 0 32 2 0 0 33 2 0 0 41 6 0 4 158 4 0 2 94
Total TBS
168
168
39 Berdasarkan hasil pengamatan pada Tabel 7 menunjukkan bahwa pelaksanaan panen yang dilakukan pemanen menurut tingkat kematangan panen sudah dikatakan baik. Terlihat bahwa seluruh pemanen tidak satupun yang memanen buah mentah (unripe). Artinya secara umum pemanen mengerti buah yang tergolong unripe tidak dibenarkan untuk dipanen. Begitupun terhadap buah yang tergolong under ripe, di hari ke – 1 didapat persentase under ripe 4% dan di hari ke – 2 didapat 2%. Hasil % buah under ripe dibawah standar yang telah ditetapkan perusahaan (maksimal 5%). Adanya buah under ripe yang dipanen dikarenakan pemanen terpicu untuk mendapatkan basis borong sehingga apabila buah yang tergolong matang sedikit, pemanen cenderung untuk menurunkan buah under ripe. Hasil potongan buah ripe berdasarkan persentase hari ke -1 dan ke -2 yaitu 94% umumnya sudah tergolong baik, hanya selisih 1% dari standar yang ditetapkan perusahaan (95%). Adanya selisih tersebut dipengaruhi oleh tingkat ketelitian pemanen dalam melihat buah, kondisi pokok dan kondisi hanca pemanen. Pokok yang tidak dirawat dengan baik (pelepah tidak produktif tidak di tunas) akan menyebabkan susahnya pemanen melihat buah yang tergolong matang. Selain itu, LF yang membrondol alami tidak jatuh di sekitar piringan (tersangkut diketiak pelepah) juga menghambat pemanen dalam menentukan buah tergolong buah matang. Kondisi hanca yang kurang bersih menyebabkan pemanen kurang mengetahui LF yang membrondol alami sehingga pokok yang memiliki buah matang tidak diketahui pemanen. Hal serupa terjadi pada hasil potongan buah yang tergolong buah busuk (empty bunch). Hasil menunjukkan bahwa persentase buah yang tergolong busuk pada hari ke – 1 dan ke -2 berturut – turut sebesar 2% dan 4%. Sementara perusahaan menetapkan buah yang tergolong empty bunch sebesar 0%. Faktor penyebab adanya buah busuk saat melakukan pemanenan adalah terlambatnya pusingan panen (> 9 hari) sehingga buah yang seharusnya matang pada pusingan normal dipanen pada pusingan yang terlambat. Menurut Rayendra (2009) penyebab terlambatnya pusingan panen disebabkan oleh banyaknya hari libur sehingga jam kerja efektif berkurang dan kondisi cuaca yang buruk (adanya hujan). Adanya buah matang yang tertinggal (tidak dipanen) juga berpengaruh terhadap tingkat kemasakan buah. Apabila pada hari pelaksanaan panen terdapat buah matang yang tertinggal maka secara otomatis pada saat kembali pada seksi panen tersebut buah sudah busuk. Namun pemanen tetap disarankan untuk menurunkan buah busuk tersebut agar kondisi pokok tetap dalam keadaan normal.
Losses (Kehilangan Hasil) Kehilangan hasil saat pelaksanaan panen merupakan hal yang sangat tidak diinginkan oleh perusahaan. Adanya kehilangan hasil saat melaksanakan panen (pemotongan buah, diantrikan di TPH, pengangkutan dan di PKS) akan mempengaruhi kuantitas hasil TBS dan LF. Semakin besar kehilangan hasil maka semakin kecil kuantitas hasil TBS dan LF. Sebaliknya, semakin kecil kehilangan hasil maka akan memaksimalkan kuantitas hasil TBS dan LF.
40 Kegiatan seluruh operasional Kebun Teluk Bakau terpusat pada transportasi air dan saat pelaksanaan panen TBS dan LF mengalami over skip (bongkar muat). Hal ini akan memberikan peluang terhadap besarnya kehilangan hasil panen. Sumber kehilangan hasil di Divisi II Kebun Teluk Bakau secara umum berasal dari buah matang tidak dipanen, TBS dan LF tertinggal saat mengeluarkan dari hanca ke TPH, TBS dan LF tertinggal di TPH saat pengangkutan, TBS dan LF jatuh di KCB dan KUT, LF tersangkut di pelepah dan LF di cela – cela ponton. Pengamatan kehilangan hasil dilakukan saat pengangkutan TBS dan LF dari TPH ke bargas dan kehilangan hasil saat over skip dari bargas ke PC. Kehilangan hasil saat pengangkutan dari TPH ke bargas disajikan pada Tabel 8 dan kehilangan hasil saat melakukan over skip dari bargas ke PC disajikan pada Tabel 9. Tabel 8 Hasil pengamatan kehilangan hasil saat pengangkutan dari TPH ke bargas Kriteria matang panen Blok panen
∑ TPH
Unripe (TBS)
E008 E007
20 20
1 10
Under ripe (TBS) 15 62
Ripe (TBS) 576 477
Empty bunch (TBS) 11 8
∑ Losses LF (butir)
Bobot Losses LF (kg)
378 231
3.4 2.1
Keterangan : 1 kg LF = 110 butir LF
Tabel 9 Hasil pengamatan kehilangan hasil saat over skip dari bargas ke PC di Divisi II Kebun Teluk Bakau No container 1 2 3 4 5 6 7 Total 1 2 3 4 5 6 7 Total
Losses A 6 18 33 24 19 42 18 160 9 67 32 14 16 29 70 237
B 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 2
C 3 11 15 11 7 6 11 64 13 61 29 8 14 16 31 172
D 20 7 37 28 28 34 25 179 37 102 47 14 31 56 69 356
Bobot Losses (kg) 0.08 0.26 0.43 0.31 0.23 0.43 0.26 2 0.2 12.16 0.55 0.2 0.27 11.4 0.9 25.7
Keterangan : A = LF jatuh di KCB (butir), B = TBS jatuh di KCB, C = LF di cela – cela ponton (butir), D = TBS di over skip, 1 kg LF = 110 butir LF, BJR = 11 kg
41 Berdasarkan hasil pengamatan pada Tabel 8 terdapat kehilangan hasil yang nyata pada 2 blok panen. Kehilangan hasil tersebut didapatkan saat petugas melakukan pengangkutan terdapat LF yang tertinggal di TPH dan LF jatuh di KCB. Kehilangan hasil tersebut dipengaruhi oleh faktor cuaca, kondisi TPH dan pelaksanaan pengangkutan. Cuaca yang panas cenderung memiliki potensi adanya kehilangan hasil yang lebih besar. Hal ini berkaitan dengan kondisi TPH, kondisi TPH yang kurang bersih (masih terdapat gulma) akan menyusahkan petugas untuk membersihkan seluruh LF. Selain itu, kehilangan hasil LF pada Tabel 8 juga dikarenakan benturan antara TBS dengan body bargas saat TBS diangkut ke bargas. Adanya benturan tersebut akan menyebabkan LF lepas dari tandannya dan jatuh ke KCB. Adanya kehilangan hasil juga sangat berpeluang saat melakukan over skip dari bargas ke PC. Hal ini dibuktikan dengan pengamatan berdasarkan Tabel 9 menunjukkan bahwa terdapat kehilangan hasil pada setiap nomor container. Kehilangan hasil tertinggi sebesar 12.16 kg dan 11.4 kg disebabkan karena adanya TBS yang jatuh ke KCB. Jatuhnya TBS ke KCB sangat tidak diharapkan karena akan memperbesar kehilangan hasil panen. Faktor utama adanya kehilangan hasil saat over skip adalah karyawan yang melakukan over skip. Karyawan over skip bertanggung jawab langsung dalam pemindahan hasil panen ke PC. Oleh karena itu, antara supervisor dan karyawan over skip diharapkan terus menjaga hubungan baik dan tetap menjaga keefisienan dalam melakukan pengawasan sehingga proses over skip berjalan dengan lancar. Proses pengangkutan di Divisi II TBE secara umum sudah berjalan baik. Oleh karena itu, perlu dipertahankan dan ditingkatkan agar kehilangan hasil panen dapat berkurang seminimal mungkin. Cara yang dilakukan perusahaan untuk menekan kehilangan hasil panen adalah dengan menambah container di dalam bargas (bargas container) sehingga pada saat pemindahan ke PC dapat diangkat menggunakan RB-Crane. Cara ini merupakan metode yang dikembangkan oleh perusahaan dan diharapkan ke depan perusahaan dapat menggunakan metode ini.
Produksi dan Produktivitas Produksi adalah kuantitas hasil panen TBS yang langsung dihasilkan dari setiap kebun perusahaan. Tujuan utama seluruh kegiatan operasional kebun baik teknis maupun administrasi adalah untuk menghasilkan produksi yang maksimal dengan biaya yang rendah. Perusahaan dengan kebijakannya telah menetapkan target produksi untuk mencapai hasil yang maksimal. Adanya target yang perlu dicapai pada setiap tahun, bulan dan setiap hari kerja (HK) merupakan kontrol kebun untuk monitoring produksi realisasi dilapangan. Oleh karena itu, untuk mencapai produksi yang maksimal peramalan produksi (taksasi produksi) pada setiap HK, target produksi dan realisasi produksi harus berjalan searah. Analisis budget (target) produksi dan realisasi produksi bulanan tahun 2014 pada saat pelaksanaan magang disajikan pada Tabel 10.
42 Tabel 10 Perbandingan antara target produksi dan realisasi produksi bulanan di Divisi II Kebun Teluk Bakau Bulan Januari Februari Maret April Mei Rata - rata
Target produksi (kg) 1 750 598 1 556 087 1 361 576 1 556 087 1 556 087 1 556 087a
Realisasi produksi (kg) 1 430 232 1 199 266 1 291 458 1 419 029 1 249 653 1 317 927.6b
Pencapaian (%) 81.69 77.06 94.85 91.19 80.30 85.01
Sumber : Kantor Divisi II Kebun Teluk Bakau 2014. Data diolah penulis Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang berbeda berbeda nyata pada taraf 5 % (uji t-student)
Besar kecilnya produksi juga dipengaruhi oleh produktivitas. Produktivitas kelapa sawit adalah hasil TBS per satuan luas. Umumnya produktivitas kelapa sawit akan terus bertambah pada batas umur tertentu dan akan menurun sampai batas umur ekonomi. Pahan (2006) mengungkapkan bahwa produktivitas kelapa sawit akan meningkat secara tajam pada umur 3-7 tahun, mencapai produktivitas maksimal pada umur sekitar 15 tahun dan mulai menurun pada periode tanaman sampai menjelang tanaman kelapa sawit di remajakan (replanting). Hasil perbandingan antara produktivitas TBE terhadap potensi produktivitas kelapa sawit di lahan gambut menurut PPKS (2006) disajikan pada Tabel 11. Tabel 11 Hasil analisis uji-t perbandingan antara produktivitas perusahaan (TBE) terhadap potensi produktivitas kelapa sawit di lahan gambut (PPKS) Tahun produksi
Umur (Tahun)
2011 16 2012 17 2013 18 Rata - rata Sumber Keterangan
Tahun tanam 1995 Perusahaan (TBE) PPKS -1 -1 ..............ton ha tahun ............ 14.55 23.5 17.37 22 17.21 21 16.37a 22.16b
Selisih (%)
38.08 21.04 18.04 26.12
: Kantor besar Kebun Teluk Bakau 2014 dan PPKS 2006. Data diolah penulis : Angka yang diikuti huruf yang berbeda berbeda nyata pada taraf 5 % (uji t-student)
Berdasarkan analisis uji – t pada Tabel 10 dan Tabel 11 baik produksi maupun produktivitas menunjukkan hasil berbeda nyata pada taraf 5%. Hasil realisasi produksi dan produktivitas kebun masih dibawah target kebun dan potensi produktivitas kelapa sawit di lahan gambut menurut PPKS (Pusat Penelitian Kelapa Sawit). Kuantitas hasil TBS kelapa sawit baik produksi maupun produktivitas secara umum dipengaruhi oleh faktor genetik (keadaan bahan tanaman) lingkungan dan kultur teknis (perlakuan budidaya kelapa sawit) dilapangan. Hermantoro (2009) mengemukakan bahwa tingkat produktivitas kelapa sawit dipengaruhi oleh kualitas lahan, tinggi tempat, pH tanah, kelembaban udara dan radiasi matahari.
43 Menurut Yohansyah (2014) umur tanaman berpengaruh nyata terhadap produktivitas kelapa sawit. Umur tanaman kelapa sawit yang menghasilkan di Kebun Teluk Bakau secara rata – rata sudah berumur tua (± 20 tahun). Umur yang tua berpengaruh terhadap produksi (produksi dan produktivitas menurun). Oleh karena itu, perusahaan khususnya Kebun Teluk Bakau saat ini sedang melakukan program replanting jangka panjang sehingga nantinya seluruh tanaman kelapa sawit yang ada di perusahaan khususnya Kebun Teluk Bakau adalah tanaman muda yang memiliki potensi produksi yang tinggi. Secara umum program jangka panjang tersebut dilakukan untuk memaksimalkan keuntungan perusahaan.
Sistem Premi Premi panen adalah upah tambahan yang diberikan perusahaan sebagai bentuk apresiasi terhadap karyawan yang mampu mencapai atau melebihi standar perusahaan. Sistem premi panen di Kebun Teluk Bakau terbagi menjadi 2 yaitu premi untuk siap borong dan premi lebih borong. Premi siap borong adalah upah yang diberikan perusahaan terhadap karyawan yang mampu menghasilkan basis borong pada setiap HK. Premi lebih borong adalah upah yang diberikan perusahaan terhadap karyawan yang mampu melebihi basis borong. Upah lebih borong berdasarkan Rp tandan-1. Selain itu, perusahaan (TBE) juga memberikan premi LF. Pemberian upah mengutip LF berdasarkan RP kg-1 (Rp 200 kg-1.) Basis borong adalah standar jumlah tandan yang ditetapkan perusahaan pada setiap kegiatan panen. Basis tersebut dipengaruhi oleh besarnya bobot janjang rata – rata (BJR). Perusahaan dengan kebijakannya telah menetapkan besarnya basis borong berdasarkan nilai BJR untuk semua tahun tanam. Semakin besar BJR maka semakin kecil nilai basis borong, sebaliknya semakin kecil nilai BJR maka semakin besar nilai basis borong yang dicapai oleh karyawan panen. Contoh pemberian premi panen (premi siap borong dan lebih borong) dan premi mengutip LF di Divisi II Kebun Teluk Bakau sebagai berikut : Bobot janjang rata – rata Basis borong Output pemanen (1 orang) Lebih borong Premi siap borong Premi lebih borong Output mengutif LF Premi LF Total premi LF Total premi panen Total premi 1 HK
: 14 kg : 110 tandan (mengacu pada BJR) : 112 tandan : 112 – 110 = 2 tandan : Rp 13 000 : Rp 260 tandan-1 (2 x 260 = Rp 520) : 250 kg : Rp 200 kg-1 : 200 x 250 = Rp 50 000 : 13 000 + 520 = Rp 13 520 + : Rp 63 520
44
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kebun Teluk Bakau PT BNS melaksanakan kegiatan replanting. Adanya kegiatan replanting dengan pengembangan inovasi kultur teknis di lahan gambut diharapkan akan menghasilkan produksi yang maksimal. Kegiatan magang di Kebun Teluk Bakau menambah pengalaman kerja dan akan menjadi bekal saat memasuki dunia kerja khususnya pekerjaan di bidang perkebunan. Kegiatan panen di Kebun Teluk Bakau menggunakan Block Harvesting System (BHS). Secara keseluruhan proses kegiatan panen untuk menghasilkan produksi TBS (Tandan Buah Segar) di Kebun Teluk Bakau berjalan dengan baik. Pelaksanaan panen yang efisien dipengaruhi oleh taksasi produksi, tenaga kerja panen, tingkat kehadiran karyawan panen, cuaca pada saat pelaksanaan panen, tingkat kematangan buah, rotasi panen dan sistem pengangkutan hasil panen.
Saran Fungsi manajemen perlu ditingkatkan untuk mengurangi kehilangan hasil panen (meningkatkan produksi kebun) baik saat pengangkutan dari TPH ke bargas maupun over skip dari bargas ke PC. Pengelolaan sistem drainase yang baik di Kebun Teluk Bakau perlu ditingkatkan untuk mendukung produksi yang maksimal mengingat lahan di Kebun Teluk Bakau 100% gambut dengan tingkat kematangan gambut sapris. Pengelolaan air (water management) yang baik akan memperlancar pelaksanaan panen di lahan gambut. Oleh karena itu, kegiatan magang selanjutnya di Kebun Teluk Bakau masih sangat diperlukan dengan aspek khusus water management.
DAFTAR PUSTAKA Direktorat Jenderal Perkebunan. 2012. Produksi Kelapa Sawit Menurut Provinsi di Indonesia, 2008-2012. [internet]. [diunduh 29 November 2013]. Tersedia pada : ditjenbun.deptan.go.id. Fauzi Y, Widyastuti YE, Satyawibawa I, Paeru RH. 2012. Kelapa Sawit. Bogor (ID): Penebar Swadaya. Hermantoro. 2009. Pemodelan dan Simulasi Produktivitas Perkebunan Kelapa Sawit Berdasarkan Kualitas Lahan dan Iklim Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan. Agromet Indonesia. 23(1): 42-47. Lubis AU. 1992. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Indonesia. Medan (ID): Pusat Penelitian Perkebunan Marihat. Lubis RE, Widanarko A. 2011. Buku Pintar Kelapa Sawit. Jakarta (ID): Agromedia Pustaka.
45 Pahan I. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit: Manajemen Agribisnis dari Hulu Hingga Hilir. Jakarta (ID): Penebar Swadaya, anggota Ikapi. [PPKS] Pusat Penelitian Kelapa Sawit. 2006. Panen pada Tanaman Kelapa Sawit. Medan (ID): Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Rayendra A. 2009. Penanganan Tandan Buah Segar Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Pra Pengolahan di Kebun Ujan Mas, PT Cipta Futura, Sumatera Selatan [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Risza S. 2010. Masa Depan Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia. Yogyakarta (ID): Kanisius (Anggota IKAPI). Sarwoto, Tampubolon BH. 2001. Kehilangan Produksi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada Tiga Kelas Topografi dan Dua Sistem Panen di Kebun Plasma KKPA I PT. Pinago Utama Kabupaten Musi Banyuasin Sumatera Selatan. Di dalam: Sobir, Suwarto, Wirnas D, editor. Tanaman Perkebunan. Seminar Akademik; 2002; Bogor, Indonesia. Bogor (ID): Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian IPB. hlm 248 - 255. Setyamidjaja D. 2006. Kelapa Sawit Teknik Budidaya, Panen dan Pengolahan. Yogyakarta (ID): Kanisius (Anggota IKAPI). Sutarta ES, Darmosarkoro W, Winarna. 2003. Teknologi Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit. Medan (ID): Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Trismiaty, Listiyani, Mubaraq TZ. 2008. Manajemen Tenaga Kerja Panen Kelapa Sawit di PT Perkebunan III (Persero) Kebun Aek Nabara Selatan Labuhan Batu Sumatera Utara. Buletin Ilmiah Instiper. 15(1):15-23. Tyas CK. 2008. Pengelolaan resiko panen kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di perkebunan pantai Bunati Estate PT. Sajang Heulang Minamas Plantation, Kalimantan Selatan [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Yohansyah WM. 2014. Analisis Produktivitas Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di PT. Perdana Inti Sawit Perkasa I, Riau. Buletin Agrohorti. 2(1): 125-131.
46
LAMPIRAN
47 Lampiran 1 Jurnal harian kegiatan magang sebagai KHL di Kebun Teluk Bakau
Tanggal
Prestasi Kerja HK-1
Uraian kegiatan
Lokasi
Penulis
Karyawan
Standar
-
-
-
-
-
-
Keterangan
09/02/2014
Tiba di lokasi Kebun orientasi Kebun Libur
10/02/2014
Replanting
-
-
-
Blok D004
Kontraktor
11/02/2014
Replanting
-
-
-
Blok D004
Kontraktor
12/02/2014
Replanting
-
-
-
Blok D004
Kontraktor
13/02/2014
Replanting
-
-
Blok D004
14/02/2014
Sensus hama
0.16 ha
1.33 ha
15/02/2014
Sensus hama
0.16 ha
1.5 ha
Kontraktor Divisi I TBE Divisi I TBE
16/02/2014
Libur Pengendalian gulma manual Pengendalian gulma manual Pengendalian gulma manual Pengendalian hama kimia Pengendalian gulma kimia Pengendalian gulma kimia
07/02/2014 08/02/2014
17/02/2014 18/02/2014 19/02/2014 20/02/2014 21/02/2014 22/02/2014
Mess TBE
Selesai HK Selesai HK
Blok E001 Blok E001 Mess TBE
0.08 ha
0.16 ha
0.08 ha
0.16 ha
0.08 ha
0.16 ha
0.5 ha
5 ha
0.16 ha
0.7 ha
0.16 ha
2.16 ha
Selesai HK Selesai HK Selesai HK Selesai HK Selesai HK Selesai HK
Blok D003 Blok E001 Blok E001 Blok D003 Blok D003 Blok D003 Mess TBE
Divisi I TBE Divisi I TBE Divisi I TBE Divisi I TBE Divisi I TBE Divisi I TBE Divisi I TBE Divisi I TBE TPH ke Collection point
23/02/2014
Libur
24/02/2014
Pemanenan
5 TBS
2.6 ha
2.6 ha
Blok E002
25/02/2014
Pengangkutan buah
4 jam
7 jam
Pengangk utan selesai
Blok E004
26/02/2014
Pengangkutan buah
4 jam
7 jam
Pengangk utan selesai
Blok E003
TPH ke Collection point
27/02/2014
Pengangkutan buah
4 jam
7 jam
Pengangk utan selesai
Blok E003
TPH ke Collection point
28/02/2014
Pembibitan
500 kecambah
3000 kecambah
3000 kecambah
Div II TBE
Pre Nursary
01/03/2014
Replanting
Blok E004
Kontraktor
l
48 Lampiran 1 (lanjutan) 02/03/2014
Libur
03/03/2014
Pemanenan
8 TBS
2.6 ha
04/03/2014
Pengamatan mutu hanca
-
-
-
05/03/2014
Pengamatan Kerapatan Panen
-
-
-
Blok D005
Div. II TBE
06/03/2014
Pengamatan Kerapatan Panen
-
-
-
Blok D006
Div. II TBE
07/03/2014
Pengangkutan
4 jam
7 jam
Pengangkutan selesai
Div II TBE
-
08/03/2014
pengangkutan
4 jam
7 jam
Pengangkutan selesai
09/03/2014
Libur
-
-
Div II TBE Mess TBE
Blok E007 Blok E007
2.6 ha
-
Div. II TBE Div. II TBE
Div. I TBE
Lampiran 2 Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping mandor di Kebun Teluk Bakau
Tanggal
Uraian kegiatan
Prestasi Kerja HK-1 Jumlah Luas karyawan areal Lama yang yang di kegiatan diawasi awasi (jam) (orang) (ha)
10/03/2014
Kerani panen
-
-
7
11/03/2014
Kerani panen
-
-
7
12/03/2014
Kerani panen
-
-
7
13/03/2014
Mandor Panen
21
63
7
14/03/2014
Replanting
-
-
-
15/03/2014
Replanting
-
-
-
16/03/2014
Libur Mandor perawatan Mandor perawatan Mandor perawatan Mandor pupuk
11
2.75
7
16
4
7
8
40
7
7
15
7
17/03/2014 18/03/2014 19/03/2014 20/03/2014
Lokasi
Blok E008 Blok E007 Blok E006 Blok E005 Blok D004 Blok D004 Blok E001 Blok E001 Blok D003 Blok D008
Keterangan
Divisi II TBE Divisi II TBE Divisi II TBE Divisi II TBE Divisi I TBE Kontraktor
Divisi I TBE Divisi I TBE Divisi I TBE Divisi II TBE
49 Lampiran 2 (lanjutan)
22/03/2014
Belajar pembibitan Kerani divisi
-
-
7
Kantor Divisi II Kantor
23/03/2014
Libur
-
-
-
Mess TBE
Divisi I TBE
24/03/2014
Kerani divisi
-
-
7
Kantor
Divisi I TBE
25/03/2014
Kerani divisi
-
-
7
Kantor
Divisi I TBE
26/03/2014
Kerani divisi
-
-
7
Kantor
Divisi I TBE
27/03/2014
Kerani divisi
-
-
7
Kantor
Divisi I TBE
28/03/2014
Replanting
-
-
-
Blok E002
Kontraktor
29/03/2014
Pembibitan
12
20
7
Blok E006
Divisi II TBE
30/03/2014
Libur
-
-
-
Mess TBE
Divisi I TBE
31/03/2014
Libur Pengawasan kastrasi Pengawasan kastrasi Pengawasan kastrasi Pengawasan kastrasi Pengawasan kastrasi Libur Pengawasan kastrasi Penanaman beneficial plant Libur
-
-
-
Mess TBE
Divisi I TBE
2
1.16
7
Blok D003
Divisi I TBE
2
0.6
7
Blok D003
Divisi I TBE
6
1.6
7
Blok D003
Divisi I TBE
6
2
7
Blok D003
Divisi I TBE
4
1.6
7
Blok D003
Divisi I TBE
-
-
-
Mess TBE
Divisi I TBE
5
2
7
Blok D003
Divisi I TBE
3
-
7
Blok D001
Divisi I TBE
-
-
-
Mess TBE
Divisi I TBE
21/03/2014
01/04/2014 02/04/2014 03/04/2014 04/04/2014 05/04/2014 06/04/2014 07/04/2014 08/04/2014 09/04/2014
-
-
-
Divisi II TBE Divisi I TBE
50 Lampiran 3 Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping asisten di Kebun Teluk Bakau
Tanggal
10/04/2014 11/04/2014 12/04/2014 13/04/2014 14/04/2014
15/04/2014 16/04/2014 17/04/2014
Uraian kegiatan
Pengawasan panen Pengawasan kerja divisi Pengawasan pengiriman bibit Libur Pengawasan panen dan pengamatan mutu hanca Pengawasan panen Pengawasan panen Replanting dan field day
Prestasi Kerja HK-1 Jumlah Luas mandor areal Lama yang yang di kegiatan diawasi awasi (jam) (orang) (ha)
Divisi II TBE
7
Divisi II
Areal pembibitan
198.06
7
Blok D007, D008
Divisi II TBE
4
142.27
7
4
143.37
7
1
98.52
7
141.42
7
9
901.92
7
1
40
4
Replanting
1
98.52
7
19/04/2014
Kastrasi
1
95.80
7
20/04/2014
Libur
21/04/2014
Replanting
1
98.80
7
1
98.52
7
1
98.52
7
23/04/2014
Penanaman kacangan Tanam sawit perdana bersama Pak GM
24/04/2014
Penanaman sawit
-
98.52
7
25/04/2014
Sensus pokok
-
-
4
26/04/2014
Sensus pokok
-
-
4
27/04/2014
Libur
28/04/2014
Sensus kumbang Pengamatan replanting
-
-
5
-
-
7
Sensus pokok
-
-
4
29/04/2014 30/04/2014
Keterangan
Blok E005 Divisi II
2
18/04/2014
22/04/2014
Lokasi
Blok E008 Blok E007 Blok D004 Blok D004 Blok D003 Blok D004 Blok D004 Blok D004 Blok D004 Blok D003 Blok D003 Blok D004 Blok D003
monitoring
Divisi II TBE Divisi II TBE Divisi I TBE Divisi I TBE Divisi I TBE
Divisi I TBE Divisi I TBE Divisi I TBE Divisi I TBE Divisi I TBE Divisi I TBE
Divisi I TBE Divisi I TBE Divisi I TBE
51 Lampiran 3 (lanjutan) 01/05/2014
Libur
02/05/2014
Sensus pokok
-
-
4
Blok D003
Divisi I TBE
03/05/2014
Replanting
1
98.52
7
Blok D004
Divisi I TBE
04/05/2014
Libur Persiapan kunjungan HPO persiapan kunjunganm HPO Kunjunganm HPO Belajar pembibitan Belajar pembibitan Belajar pembibitan Libur
-
-
-
Divisi II
-
-
-
-
Divisi II
-
-
-
-
Divisi II
-
-
-
Divisi II
-
-
-
Divisi II
-
-
-
Divisi II
-
-
4
Blok D002
Divisi I TBE
2
92.76
7
Blok E006
Divisi II TBE
-
-
4
Blok D001
Divisi I TBE
-
-
4
Blok D001
Divisi I TBE
2
13
7
Blok E001
Divisi I TBE
2
18
7
Blok E001
Divisi I TBE
2
18
7
Blok E001
Divisi I TBE
2
17
7
Blok E001
Divisi I TBE
-
-
7
Divisi II
Pre nersery ke main nersery
2
141.42
7
Blok E005
Divisi II TBE
-
141.42
7
Blok E005
Divisi II TBE
-
-
7
Blok D004
Divisi I TBE
1
3
7
Blok D004
Divisi I TBE
05/05/2014 06/05/2014 07/05/2014 08/05/2014 09/05/2014 10/05/2014 11/05/2014 12/05/2014
14/05/2014
Sensus pokok Pengawasan panen Sensus pokok
15/05/2014
Libur
16/05/2014
Sensus pokok Pengawasan pemupukan Libur Pengawasan pemupukan Pengawasan pemupukan Pengawasan pemupukan Transplanting pembibitan Pengawasan panen Pengamatan panen Libur Pengamatan replanting Libur Pengawasan pemupukan LCC Libur
13/05/2014
17/05/2014 18/05/2014 19/05/2014 20/05/2014 21/05/2014 22/05/2014 23/05/2014 24/05/2014 25/05/2014 26/05/2014 27/05/2014 28/05/2014 29/05/2014
Areal pembibitan Areal pembibitan Areal pembibitan Areal pembibitan
52 Lampiran 3 (lanjutan) 30/05/2014 31/05/2014 01/06/2014
Pengumpulan data sekunder Pengumpulan data sekunder Libur Pengawasan pemupukan
-
-
-
Divisi I
-
-
1
4
7
Blok D003
Divisi I
Kantor besar TBE Kantor besar TBE
03/06/2014
Pengamatan panen
-
-
-
Divisi II
04/06/2014
Sensus pokok Pengamatan replanting Persiapan presentasi Persiapan presentasi Libur Presentasi hasil magang Perpisahan dan pulang ke bogor
-
-
4
Blok E001
Divisi I TBE Collection point Divisi I TBE
-
-
7
Blok D004
Divisi I TBE
-
-
-
Mess TBE
Divisi I TBE
-
-
-
Mess TBE
Divisi I TBE
-
-
-
Divisi I
Kantor manager
-
-
-
02/06/2014
05/06/2014 06/06/2014 07/06/2014 08/06/2014 09/06/2014 10/06/2014
-
-
Lampiran
4 Data curah hujan 5 tahun terakhir di Kebun Teluk Bakau Tahun
Bulan
2009
2010
Rata-rata 5 tahun
2011
2012
2013
HH
MM
HH
MM
HH
MM
HH
MM
HH
MM
HH
MM
Januari
4.00
108.50
12.00
127.00
15.00
398.80
5.00
71.00
7.00
40.90
8.6
149.24
Februari
7.00
58.00
7.00
149.50
5.00
71.70
10.00
136.00
7.00
159.60
7.2
114.96
Maret
14.00
310.40
11.00
110.00
19.00
173.00
11.00
125.40
9.00
138.70
12.8
171.5
April
15.00
153.50
12.00
156.00
18.00
218.20
19.00
168.70
14.00
146.90
15.6
168.66
Mei
18.00
224.50
14.00
147.50
14.00
133.90
16.00
195.00
16.00
260.40
15.6
192.26
Juni
11.00
111.00
19.00
167.50
16.00
114.90
11.00
120.90
2.00
69.90
11.8
116.84
Juli
12.00
107.50
14.00
114.70
9.00
90.10
10.00
186.00
7.00
65.40
10.4
112.74
Agustus
10.00
139.50
14.00
411.60
10.00
159.00
9.00
99.40
5.00
53.15
9.6
172.53
September
11.00
114.00
9.00
145.90
11.00
101.80
10.00
135.00
15.00
238.80
11.2
147.1
Oktober
16.00
233.50
10.00
121.74
14.00
222.90
19.00
227.10
14.00
218.30
14.6
204.708
November
20.00
175.50
16.00
248.90
19.00
252.90
15.00
275.40
20.00
288.83
18
248.306
Desember
12.00
201.50
15.00
142.80
15.00
316.50
13.00
203.70
10.00
150.83
13
203.066
Total
150.00
1 937. 40
153.00
2 043.14
165.00
2 253.70
148.00
1 943.60
126.00
1 831.71
148.4
2001.91
BB
11
12
10
10
8
10.2
BK
1
0
0
0
2
0.6
Sumber : Kantor besar Kebun Teluk Bakau 2014
Keterangan :MM = milim, satuan volume curah hujan, HH = Hari Hujan BK : Bulan Kering (<60 mm) BB : Bulan Basah (>100 mm) Q= x 100% Q = 0.6/10.2 x 100% = 5.88% (Tipe iklim A : sangat basah)
Klasifikasi tipe iklim Schmidt-Fergusson : 0< Q< 14.3 = Tipe A (sangat basah), 14.3< Q < 33.3 = Tipe B (basah) 33.3 < Q < 60 = Tipe C (agak basah), 60 < Q < 100 = Tipe D (sedang) 100 < Q < 167 = Tipe E (agak kering), 167 < Q < 300 = Tipe F (kering) 300 < Q < 700 = Tipe G (sangat kering), Q > 700 = Tipe H (ekstrim)
53
54
2 Lampiran 5 Peta Kebun Teluk Bakau
Divisi I Divisi II Divisi III Divisi IV
: 1 030 ha (8 blok) : 1 033 ha (8 blok) : 1 114 ha (6 blok) : 908 ha (6 blok)
3
Lampiran 6 Data produksi 5 tahun terakhir Kebun Teluk Bakau Produksi (tahun) Bulan
2010
2011
2012
2013
2014
TBS (kg)
P
TBS (kg)
P
TBS (kg)
P
TBS (kg)
P
TBS (kg)
P
Januari
4 890 076
1 396
3 824 437
1 092
4 920 169
1 409
5 156 406
1 678
3 974 273
1 537
Februari
4 176 982
1 192
3 384 776
966
4 026 921
1 153
3 976 845
1 294
3 194 565
1 235
Maret
4 739 770
1 353
4 753 441
1 357
4 243 433
1 222
3 387 253
1 102
3 389 448
1 311
April
5 119 795
1 461
4 445 088
1 269
4 454 866
1 283
3 968 958
1 291
3 526 918
1 364
Mei
5 761 118
1 645
5 050 664
1 442
4 743 750
1 366
3 562 339
1 159
3 297 943
1 275
Juni
6 113 203
1 745
4 671 593
1 334
5 163 168
1 487
3 957 168
1 288
Juli
5 475 359
1 563
5 465 368
1 565
5 719 342
1 861
3 853 732
1 490
Agustus
4 268 331
1 218
5 471 163
1 566
4 294 642
1 397
3 204 504
1 239
September
3 845 344
1 098
5 931394
1 698
5 630 433
1 832
3 406 070
1 317
Oktober
4 574 435
1 306
6 263 304
1 793
4 823 032
1 569
3 722 415
1 439
Nopember
4 124 741
1 177
4 756 421
1 362
5 244 316
1 706
3 896 017
1 506
Desember
4 684 015
1 337
3 729 966
1 068
4 693 469
1 527
4 468 783
1 728
Total
57 773 169
16 49
57 747 615
16 512
57 957 541
17 812
46 509 522
16 531
17 383 147
6 722
-1
Sumber : Kantor besar Kebun Teluk Bakau 2014, P = Produktivitas rata –rata (kg ha )
55
56
Lampiran 7 Strutktur organisasi Kebun Teluk Bakau
Estate Manager
Asisten Kepala
KTU
Traksi
Asisten Divisi
Mantri Tanaman
Kerani Traksi
Kerani Divisi
Mandor Perawatan
Mandor Pembibitan
Kepala Klinik
Kantor Besar
Mandor I
Mandor Panen
Dokter
Mandor Replanting
Kepala Gudang
57
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Aceh Timur pada tanggal 27 Januari 1992 dari Bapak Sumarno dan Ibu Sulasmi. Penulis adalah putra pertama dari empat bersaudara. Tahun 2010 penulis lulus dari SMA Tamansiswa Binjai, Sumatra Utara dan pada tahun yang sama penulis masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD) dan diterima di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian. Selama mengikuti perkuliahan di IPB, penulis aktif dalam kegiatan organisasi dan kepanitiaan, antara lain: UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) bulutangkis tingkat TPB IPB, staf PSDM (Pengembangan Sumber Daya Manusia) Himpunan Mahasiswa Agronomi 2011/2012, ketua Masa Perkenalan Departemen Agronomi dan Hortikultura (MPD) dan ketua Lintas Desa (LD) tahun 2012, anggota divisi logistik dan transportasi (logstran) Agrosportment tahun 2012, penanggung jawab divisi logstran Open House Departemen AGH tahun 2012 dan anggota divisi seni budaya kepanitiaan Festival Bunga dan Buah Nusantara (FBBN) dalam rangka Dies Natalis IPB ke-50 tahun 2013. Prestasi penulis selama menjalani perkuliahan antara lain: juara I bulutangkis ganda putra tingkat departemen, juara I akustik musik tingkat departemen, juara II vocal group tingkat fakultas, juara bola voly tingkat departemen dan perwakilan fakultas ajang Olimpiade Mahasiswa IPB cabang bulutangkis.