MANAJEMEN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT. GUNUNG KEMASAN ESTATE, MINAMAS PLANTATION, PULAU LAUT, KALIMANTAN SELATAN
RIO RAGIS MIRANDA A34104047
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
RINGKASAN
RIO RAGIS MIRANDA. Manajemen Panen Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di PT. Gunung Kemasan Estate, Minamas Plantation, Pulau Laut, Kalimantan Selatan. (Di Bawah Bimbingan Dr. Ir. HARIYADI, MS.) Kegiatan magang dilaksanakan sejak tanggal 14 Februari hingga 17 juni 2008 di perkebunan kelapa sawit Gunung Kemasan Estate, Minamas Plantation, Pulau Laut, Kalimantan Selatan. Tujuan dari kegiatan magang ini adalah membandingkan antara pengetahuan yang diterima selama perkuliahan dan keadaan nyata di lapangan, memperoleh pengetahuan pengelolaan teknis dan manajerial di lapangan pada berbagai level pekerjaan, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas panen, menganalisis pengelolaan pemanenan dengan harapan memberikan masukkan yang efektif dan efisien dalam kegiatan pemanenan. Selama melakukan kegiatan magang penulis melaksanakan seluruh jenis pekerjaan di lapangan dan di kantor pada seluruh level manajerial yang diizinkan manajemen kebun mulai dari pekerja harian lepas (PHL), pendamping mandor, dan pendamping asisten dengan metode yang digunakan yaitu metode langsung dan metode tidak langsung. Dalam pelaksanaan magang penulis melakukan berbagai macam kegiatan yang meliputi kegiatan di pemupukan organik dan anorganik, sensus pokok, perawatan jalan dan jembatan, pengendalian gulma chemist dan manual, penunasan, sensus buah, dan panen. Secara umum Kebun Gunung Kemasan Estate (GKE) memiliki tipe tanah mineral dengan kategori kelas III. Sedangkan untuk tingkat kemiringan lahan mencapai > 150. Curah hujan bulanan rata-rata sebesar 164.85 mm dan rata-rata curah hujan tahunan sebesar 1 921.8 mm. Menurut Schmidt dan Ferguson, iklim di Kebun GKE termasuk tipe iklim B (basah), dengan suhu tahunan berkisar ratarata 28ºC – 32ºC dan kelembaban udara 47 % per bulan. Kehilangan produksi merupakan salah satu hal yang harus dihindarkan dalam mencapai kuantitas produksi yang optimal. Produksi yang optimal hanya dapat dicapai apabila losses (kehilangan) produksi minimal. Sumber losses
produksi di lapangan ialah : 1) Buah mentah yang terpanen sebanyak 5 janjang, 2) Buah matang tidak terangkut ke TPH sebanyak 5 janjang, 3) Buah tinggal sebanyak 17 janjang, 4) Brondolan di bunga matahari sebanyak 110 butir, 5) Brondolan di piringan sebanyak 315 butir, 6) Brondolan di ketiak pelepah sebanyak 192 butir, dan 7) Brondolan di potongan tangkai sebanyak 33 butir. Oleh karena itu untuk mengatasi tingkat kehilangan produksi yang tinggi yaitu dengan pemberlakuan sistem pengawasan yang ketat dan pemberian insentif yang sesuai kepada pemanen sehingga kegiatan panen dapat berjalan dengan baik. Antara rentang tahun 2004 ke tahun 2005 luas areal pertanaman di kebun GKE mengalami peningkatan, hal ini disebabkan oleh adanya kerjasama antara kebun GKE dengan kebun tetangga dengan adanya penambahan blok. Sehingga produksi TBS ikut meningkat.
MANAJEMEN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis . Jacq) di PT. GUNUNG KEMASAN ESTATE, MINAMAS PLANTATION, PULAU LAUT, KALIMANTAN SELATAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh : RIO RAGIS MIRANDA A 34104047
PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
Judul
: MANAJEMEN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT. GUNUNG KEMASAN ESTATE, MINAMAS PLANTATION, PULAU LAUT, KALIMANTAN SELATAN
Nama
: Rio Ragis Miranda
NRP
: A34104047
Program Studi
: Agronomi
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Hariyadi, MS NIP : 19611008 198601 1 001
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, MAgr NIP : 19571222 198203 1 002
Tanggal Disetujui :
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Lebak, Rangkasbitung, Banten pada tanggal 16 Mei 1986. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari Bapak Ami Herman dan Ibu Suminarsih. Tahun 1998 penulis menyelesaikan pendidikan SD di SDN Aweh I Rangkasbitung, Banten. Pada tahun 2001 penulis lulus dari
SLTP Negeri 4
Rangkasbitung, Banten. Penulis lulus dari SMU Negeri 1 Rangkasbitung, Banten pada tahun 2004. Tahun 2004 penulis diterima menjadi mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur USMI pada Program Studi Agronomi, Jurusan Budidaya Pertanian, Faklultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa penulis pernah bergabung dengan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Karya ilmiah yang dihasilkan penulis untuk meraih gelar Sarjana Pertanian diperoleh melalui pengalaman magang selama empat bulan di Kalimantan Selatan yang berjudul “Manajemen Panen Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di PT. Gunung Kemasan Estate, Minamas Plantation, Pulau Laut, Kalimantan Selatan” di bawah bimbingan Dr. Ir. Hariyadi, MS.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Manajemen Panen Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di PT. Gunung Kemasan Estate, Minamas Plantation, Pulau Laut, Kalimantan Selatan ”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut membantu sehingga laporan tugas akhir ini dapat penulis selesaikan, dan secara khusus penulis sampaikan kepada
Ayahanda Ami Herman dan Ibunda Suminarsih tercinta, yang selalu ada untuk menguatkan dan memberikan motivasi, serta kasih sayang yang tak terbatas kepada penulis.
Kakak dan adikku tercinta Sigit dan Nadine, beserta seluruh keluarga besar yang selalu mendukung dan memberikan kebersamaan.
Seluruh keluarga besar penulis di Rangkasbitung dan di Bekasi atas seluruh bimbingan, saran, pelajaran, dan kebersamaan yang telah diberikan selama ini kepada penulis.
Dr. Ir. Hariyadi, MS. selaku dosen pembimbing skripsi dan dosen pembimbing akademik yang telah memberikan saran, bimbingan, serta pengarahan selama penulisan skripsi dan selama penulis menjalani masa perkuliahan.
Bapak Tatang selaku Estate Manager Mustika serta keluarga, yang telah memberikan dukungan moral, nasihat, ilmu, serta fasilitas yang sangat mencukupi selama penulis melakukan magang.
Bapak Syafrizal Taher (Kepala Asisten Divisi), Bapak D. Tampubolon (Asisten Divisi) dan Bapak Agus (Kepala Kantor) selaku Pembimbing Lapangan penulis yang telah memberikan arahan dan masukan selama pelaksanaan magang.
Teman-teman magang : Agus, Ardi, Cindy, Camellia, Desri, Diles, dan Sari. Serta seluruh mahasiswa yang mengikuti magang. Percayalah kita hebat karena berani mengambil tantangan ini.
Teman-teman satu perjuangan , Agronomer’s angkatan 41 yang selalu terikat dengan kebersamaan kita selama perkuliahan, khususnya untuk teman-teman yang telah menemani penulis selama empat tahun kuliah di IPB (kamar 99 TPB, kostan arjuna, dan kostan galih).
Kepada semua pihak yang tak dapat penulis sampaikan satu persatu, yang telah membantu penulis selama perkuliahan dan magang, semoga skripsi ini dapat memberikan informasi dan manfaat yang berharga bagi para pembaca dan semoga Allah SWT selalu memberikan kekuatan dan kedamaian bagi kita semua.
Bogor, 2009
Penulis
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ....................................................................................
v
DAFTAR GAMBAR ................................................................................
vi
KATA PENGANTAR ..............................................................................
vii
PENDAHULUAN ....................................................................................
1
Latar Belakang .................................................................................
1
Tujuan .............................................................................................
2
METODOLOGI .......................................................................................
3
Waktu dan Tempat ...........................................................................
3
Metode Pelaksanaan.........................................................................
3
KONDISI UMUM KEBUN ......................................................................
6
Letak Geografis dan Administratif ...................................................
6
Keadaan Iklim, Topografi, Tanah .....................................................
6
Luas Areal dan Tata Guna Lahan .....................................................
7
Keadaan Tanaman dan Produksi ......................................................
7
Organisasi dan Ketenagakerjaan ......................................................
7
Pengelolaan Kebun Tingkat Staf ......................................................
8
Pengelolaan Kebun Tingkat Non Staf...............................................
9
Pengelolaan Tenaga Kerja Harian ....................................................
10
PELAKSANAAN TEKNIS MAGANG ....................................................
11
Aspek Teknis ...................................................................................
11
Tebas (Slash) ...........................................................................
11
Pemupukan pada Tanaman Menghasilkan (TM) ......................
12
Penunasan Progresif (Proressive Prunning) .............................
19
Konsolidasi Sisip .....................................................................
20
Pengendalian Gulma pada Tanaman Menghasilkan (TM) ........
21
Penyisipan ...............................................................................
25
Sensus Pokok ..........................................................................
26
Sensus Buah ............................................................................
26
Pelaksanaan Teknis Panen ...............................................................
28
Panen ......................................................................................
28
Persiapan Panen ......................................................................
29
Kriteria Matang Panen .............................................................
29
Angka Kerapatan Panen ..........................................................
29
Sistem Panen dan Rotasi Panen ...............................................
30
Tenaga Pemanen .....................................................................
30
Peralatan Panen .......................................................................
31
Basis dan Premi Panen ............................................................
32
Sistem Pengawasan .................................................................
35
Pengangkutan Tandan Buah Segar ...........................................
36
Organisasi Panen .....................................................................
39
Aspek Manajerial .............................................................................
39
Pendamping Mandor ...............................................................
39
Krani Buah ..............................................................................
40
Krani Transportasi ...................................................................
40
Mandor Pupuk .........................................................................
41
Mandor Penyemprotan ............................................................
41
Mandor Panen .........................................................................
42
Krani Divisi.............................................................................
43
Pendamping Asisten ................................................................
43
HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................
44
Pencapaian Produksi ........................................................................
44
Kriteria Matang Panen .....................................................................
45
Block Harversting System (BHS) .....................................................
49
Rotasi Panen ....................................................................................
53
Angka Kerapatan Panen (AKP) ........................................................
54
Penetapan Luas Ancak Panen...........................................................
56
Kehilangan Produksi (Losses) .........................................................
57
KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................
61
Kesimpulan......................................................................................
61
Saran
.......................................................................................
62
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................
63
LAMPIRAN .............................................................................................
64
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman Teks
1. Jumlah Staf dan Non Staf di Kebun GKE ......................................
10
2. Premi Siap Borong, Basis Borong, dan Lebih Borong Berdasarkan Divisi, Tahun Tanam dan BJR di Gunung Kemasan Estate ............
34
3. Output TBS Kebun GKE ..........................................................................
44
4. Tingkat Kematangan Buah pada Tanaman Kelapa Sawit Untuk Kriteria Panen........................................................................................
46
5. Hubungan Rendeman Minyak dan Kadar ALB Berdasarkan Fraksi .......... 47 6. Hasil Pengamatan Tingkat Kematangan Buah di Divisi I ..........................
48
7. Pengamatan Kerapatan Panen...............................................................
55
8. Luas Seksi Panen Divisi I.........................................................................
57
9. Losses Produksi Akibat Resiko Pemanenan di Divisi I, Gunung Kemasan Estate, PT Bersama Sejahtera Sakti .........................................
59
Lampiran 1. Jurnal Harian sebagai Pekerja Harian Lepas (PHL) di Gunung Kemasan Estate (GKE) ................................................................
65
2. Data Curah Hujan dan Hari Hujan di Gunung Kemasan Estate Tahun 2003 - 2008 .................................................................................
73
3. Luas Areal dan Tata Guna Lahan GKE dan Kebun Sepupu .......................
75
4. Pemberian Premi Kepada Mandor pada Sistem Organisasi BHS Dol 2 ..............................................................................................
76
5. Denda yang Ditetapkan di Gunung Kemasan Estate ...............................
77
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman Teks
1. Penaburan Pupuk Urea pada Tanaman Menghasilkan ...........................
16
2. Penguntilan Pupuk RP di Gudang Penguntilan .......................................
17
3. Pengendalian Gulma dengan MHS pada Tanaman Menghasilkan...........
22
4. Faktor-Faktor yang Berpengaruh dalam Kegiatan Pengangkutan
TBS ..............................................................................................
36
5. Krani Panen Melakukan Sortasi TBS .......................................................
48
6. Pelepah Gondrong Meningkatkan Losses ...............................................
58
Lampiran 1. Struktur Organisasi Tingkat Divisi Kebun GKE .........................................
78
2. Penempatan Pokok Sampel Angka Kerapatan Panen (AKP) ....................
79
PENDAHULUAN
Latar Belakang Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu komoditi perkebunan yang sangat berperan dalam pembangunan nasional karena merupakan komoditi ekspor sehingga menjadi salah satu sumber devisa bagi negara. Menurut Pahan (2006) kelapa sawit merupakan tanaman yang paling produktif dengan produksi minyak per ha yang paling tinggi dari seluruh tanaman penghasil minyak nabati lainnya. Tandan buah segar (TBS) diolah di pabrik kelapa sawit untuk diambil minyak dan intinya. Minyak dan inti yang dihasilkan dari pabrik kelapa sawit (PKS) merupakan produk setengah jadi. Minyak mentah atau crude palm oil (CPO) dan minyak yang berasal dari inti sawit atau palm kernel oil (PKO) harus diolah lebih lanjut untuk dijadikan produk jadi lainnya (Pahan, 2006). Penggunaan minyak sawit untuk produk pangan bersaing dengan minyak kedelai yang merupakan produk sampingan dari pembuatan tepung kedelai untuk pakan ternak. Sementara, penggunaan untuk produk nonpangan, kelapa sawit juga bersaing dengan asam lemak yang dihasilkan dari lemak sapi (tallow) yang merupakan hasil sampingan dari produk daging. Berdasarkan data dari Oil World (2005), persentase konsumsi minyak sawit dan minyak inti sawit dunia mengalami peningkatan dari 19.13 % pada tahun 2000 menjadi 23.53 % pada tahun 2005. Kondisi sebaliknya justru terjadi pada rata-rata konsumsi minyak dan lemak hewani yang mengalami penurunan (Pahan, 2006). Produksi minyak sawit (CPO) Indonesia tahun 2004 sebesar 12 juta ton yaitu 39,1 % dari total produksi dunia, sedangkan ekspor CPO sebesar 35,1 % dengan volume 8,6 juta ton. Begitu juga dengan luas areal pertanaman kelapa sawit yang mengalami peningkatan selama periode 2000-2005. Pada tahun 2000 luas areal sebesar 4 158 077 ha meningkat menjadi 5 597 158 ha pada tahun 2005. Tahun 2006 terjadi kenaikan yang signifikan pada peningkatan produksi minyak sawit menjadi 17,75 juta ton, ekspor CPO sebesar 39,18 % dengan volume 12,1
juta ton, dan luas areal pertanaman kelapa sawit menjadi 6 074 926 ha (Direktorat Jendral Bina Produksi Perkebunan, 2007). Pemanenan merupakan hal yang sangat penting dalam kegiatan produksi tanaman. Pelaksanaan kegiatan pemanenan berpengaruh langsung terhadap kualitas minyak yang dihasilkan. Kualitas minyak yang dihasilkan tergantung dari kriteria panen buah yang layak dipanen. Oleh karena itu, kegiatan panen harus dilakukan dengan sebaik-baiknya agar diperoleh target produksi dengan kualitas yang memenuhi permintaan pasar. Keberhasilan panen sangat bergantung pada sarana penunjang dalam pemanenan seperti peralatan yang digunakan untuk panen, kelancaran transportasi dan penyediaan bahan tanaman yang tepat waktu serta didukung oleh faktor pendukung lainnya yang meliputi organisasi panen yang baik, keadaan areal dan insentif yang diberikan. Pelaksanaan pemanenan yang tepat meliputi penentuan kriteria panen, penyebaran dan rotasi panen, penyediaan tenaga kerja yang terampil, teknis panen, pengumpulan hasil dan pengawasan serta pengangkutan panen.
Tujuan Kegiatan magang ini secara umum bertujuan untuk membandingkan antara pengetahuan yang diterima selama perkuliahan dan keadaan nyata di lapangan, memperoleh pengetahuan pengelolaan teknis dan manajerial di lapangan pada berbagai level pekerjaan. Sementara tujuan khusus dari kegiatan magang ini adalah menganalisis pengelolaan pemanenan dengan harapan memberikan masukkan yang efektif dan efisien dalam kegiatan pemanenan, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas panen, dan meningkatkan keterampilan di bidang pemanenan dan melatih mengembangkan kemampuan dalam melaksanakan tanggung jawab.
METODOLOGI Waktu dan Tempat Kegiatan magang ini dilaksanakan pada tanggal 14 Februari 2008 sampai dengan 17 Juni 2008, di Perkebunan Kelapa Sawit Gunung Kemasan Estate (GKE), PT. Bersama Sejahtera Sakti, Minamas Plantation, Desa Sejakah, Kecamatan Pulau Laut Timur, Kabupaten Kota Baru, Provinsi Kalimantan Selatan.
Metode Pelaksanaan Pada saat melakukan magang metode yang dilakukan adalah metode kerja praktek langsung di kebun. Kegiatan tersebut melakukan seluruh jenis pekerjaan di lapangan dan di kantor pada seluruh level manajerial yang diizinkan mulai dari pekerja harian lepas (PHL), pendamping mandor, dan pendamping asisten. Pengumpulan data dan informasi dengan mengumpulkan data primer dan data sekunder. Data sekunder yang diperoleh dari kebun meliputi lokasi dan letak geografis kebun, keadaan tanah dan iklim, luas areal dan tata guna lahan, kondisi pertanaman dan produksi, norma kerja di lapangan serta struktur organisasi dan manajemen. Pengumpulan data primer dilakukan melalui pengamatan langsung di lapangan terhadap semua kegiatan yang berlangsung di perkebunan. Data pengamatan lapangan dipusatkan pada kegiatan panen yaitu kriteria panen, angka kerapatan panen, sistem dan rotasi panen, tenaga kerja panen, peralatan panen, basis dan premi panen, sistem pengawasan, ancak panen, sensus produksi, pelaksanaan panen, mutu buah, buah matang tertinggal, brondolan tertinggal tidak dikutip, kondisi pokok, dan transportasi panen. Metode yang digunakan pada kegiatan magang adalah metode langsung dan tidak langsung. Metode langsung yang dilakukan adalah praktek kerja langsung di lapangan dengan turut aktif dalam pelaksanaan kegiatan kebun, wawancara, dan diskusi dengan mandor maupun dengan para staf. Kegiatan di lapangan meliputi pencatatan prestasi kerja, alat dan bahan yang terkait dalam kegiatan yang dilakukan setiap hari. Kegiatan yang dilakukan penulis selama
pelaksanaan magang baik sebagai PHL maupun sebagai pendamping mandor dan pendamping asisten dilampirkan pada jurnal harian terlampir dalam Tabel lampiran 1. Pendekatan tidak langsung dilakukan melalui studi dokumentasi kebun (arsip kebun, laporan bulanan, dan laporan tahunan). Pengamatan yang dilakukan oleh penulis di lapangan yaitu kriteria matang panen berdasarkan fraksi panen; angka kerapatan panen; dan kehilangan produksi (losses) dengan rincian sebagai berikut :
Kriteria matang panen (berdasarkan fraksi panen) Pengambilan sampel buah
Tempat
Jumlah kemandoran : 1 orang mandor panen
Jumlah tim pemanen : 7 tim pemanen
Jumlah 1 tim
: 2 orang pemanen
1 tim pemanen
: Diambil 4 TPH
Total TPH
: 28 TPH
No. Pemanen
: No. 12, 13, 14, 15, 17, 18, 20
: Divisi I (Blok T3, T2, T1, T0, S0, S1, S2, S3)
Cara pelaksanaan pengamatan kriteria matang panen : Pencatatan kriteria tandan matang panen dilakukan dengan menghitung semua TBS setelah selesai dipanen dan dikumpulkan di TPH
Perhitungan Angka Kerapatan Panen (AKP) Pengambilan sampel buah
Tempat
: Divisi I Blok (T0, T1, T2, T3, T4, T5, T6)
Tahun tanam
: 1989, 1990, 1991
Total pokok produktif
: (2533 Blok T0); (2089 Blok T1); (3174 Blok T2); (3776 Blok T3); (3743 Blok T4); (3823 Blok T5); (3118 Blok T6)
Pokok sampel dipanen
: (53 Blok T0); (43 Blok T1); (73 Blok T2); (56 Blok T3); (46 Blok T4); (61 Blok T5); (57 Blok T6)
Pokok sampel
: (127 Blok T0); (105 Blok T1); (159 Blok T2); (189 Blok T3); (187 Blok T4); (191 Blok T5); (156 Blok T6)
Cara pelaksanaan pengamatan AKP: Mengambil pokok sampel sebanyak 120 – 200 pokok (5 % dari total pokok produktif). Dalam penempatan pokok sampel yaitu sebanyak 5 pokok secara horizontal dan 5 pokok secara vertikal, sehingga akan membentuk suatu rangkaian zig-zag dan dapat mewakili semua pokok dalam satu blok. Penempatan pokok sampel dapat dilihat pada gambar lampiran 1.
Kehilangan Produksi (losses) Pengambilan sampel buah
Tempat
: Divisi I Blok (R2, R1, R0, Q0, Q1, Q2, Q3)
Luas areal sampel
: 15 ha
Tahun tanam
: 1989, 1990, 1991
Jumlah pemanen
: 3 orang pemanen
Jumlah kemandoran : 1 orang mandor panen
Jumlah pengulangan : 3 kali ulangan
Sumber losses
: Buah mentah, buah panen tertinggal di lapangan, buah tertinggal di pokok, brondolan di bunga matahari, brondolan di piringan, brondolan di ketiak pelepah, brondolan di potongan tangkai
Cara pelaksanaan pengamatan kehilangan produksi : Mengamati semua tempat yang menjadi sumber kehilangan produksi (losses) dari masing-masing pemanen, menghitung semua janjang yang dipanen setiap pemanen dan mengkonversikan jumlah brondolan yang diperoleh tiap pengutip brondolan
KONDISI UMUM PERKEBUNAN Letak Geografis dan Administratif Kebun kelapa sawit Gunung Kemasan Estate (GKE), PT Bersama Sejahtera Sakti, Minamas Plantation secara administratif terletak di Desa Sejakah, Kecamatan Pulau Laut Timur, Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan. Lokasi kebun berjarak sekitar 50 km dari Ibukota Kabupaten Kotabaru atau 1,5 jam jika ditempuh dengan menggunakan kendaraan bermotor. Sedangkan dari Ibukota Provinsi Kalimantan Selatan lokasi kebun dapat ditempuh menggunakan kendaraaan bermotor selama sembilan jam dengan 8,5 jam perjalanan darat dan 0,5 jam perjalanan laut (ferry). Secara geografis, lokasi kebun berbatasan dengan pemukiman dan hutan lindung PT Perhutani. Kebun Gunung Kemasan Estate (GKE) sebelah selatan berbatasan dengan Kebun Laut Timur Estate, sebelah utara dengan Kebun Gunung Aru Estate (GAE), sebelah timur dengan Desa Sejakah, dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Bekambit.
Keadaan Iklim, Topografi, Tanah Secara umum Kebun GKE memiliki tipe tanah mineral dengan kategori kelas III dan sebagian lagi merupakan areal yang berada di daerah rendahan. Disamping itu Kebun GKE terdapat dua sungai besar yaitu Sungai Bekambit dan Sungai Sejakah yang memberi pengaruh ketinggian air pada daerah rendahan ketika curah hujan tinggi. Sedangkan untuk tingkat kemiringan lahan, sebagian besar areal merupakan daerah yang bergelombang dengan tingkat kemiringan mencapai > 150. Berdasarkan data curah hujan tahun 2003 - 2008 (Tabel lampiran 2), menurut Schmidt dan Ferguson menunjukan bahwa Kebun GKE memiliki bulan kering (curah hujan < 60 mm) sebanyak 3 bulan yang umumnya terjadi pada bulan Agustus - Oktober. Sedangkan bulan basah (curah hujan > 100 mm) umumnya terjadi pada bulan November – Juli, dengan rata-rata curah hujan bulanan sebesar 164.85 mm dan rata-rata curah hujan tahunan sebesar 1 921.8 mm. Curah hujan pada tahun 2008 sampai dengan bulan Mei adalah 126.2
mm/bulan dengan jumlah hari hujan perbulan adalah 10 hari. Menurut Schmidt dan Ferguson, iklim di Perkebunan GKE termasuk tipe iklim B (basah), dengan suhu tahunan berkisar rata-rata 28ºC – 32ºC dan kelembaban udara 47 % per bulan.
Luas Areal dan Tata Guna Lahan Kebun Gunung Kemasan Estate mempunyai luas lahan HGU (Hak Guna Usaha) 3 726 ha. Kebun ini merupakan kebun terluas dibandingkan kebun-kebun sepupu yang tergabung dalam PT Bersama Sejahtera Sakti. Dari luasan tersebut, 3 394 ha merupakan areal yang sudah ditanami dan terdiri dari 3 286 ha areal TM (Tanaman Menghasilkan) dan 108 ha tanaman TBM (Tanaman Belum Menghasilkan). Luas areal dan tata guna lahan Kebun Gunung Kemasan Estate dan kebun-kebun sepupu lainnya dapat dilihat pada Tabel Lampiran 3.
Keadaan Tanaman dan Produksi Penanaman kelapa sawit di Kebun GKE pertama kali dilakukan pada tahun 1989 dan penanaman terakhir dilakukan pada tahun 2008. Areal penanaman berdasarkan tahun tanam dapat dilihat pada Tabel Lampiran 3. Bibit tanaman jenis tenera didatangkan dari Kebun Pembibitan Mustika Estate, PT Sajang Heulang, Sebamban IV, Kecamatan Kali Hulu, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan. Benih yang digunakan merupakan benih berkecambah yang dikeluarkan oleh produsen benih Guthrie Grup, Malaysia. Jarak tanam yang digunakan adalah 9.2 m x 9.2 m x 9.2 m sehingga populasinya adalah 136 pokok/ha. Sumber bibit dan teknik penanaman dapat mempengaruhi produksi dan produktivitas tanaman.
Organisasi dan Ketenagakerjaan Gunung Kemasan Estate (GKE) dipimpin oleh seorang manajer yang membawahi seorang asisten kepala, dua orang asisten, seorang pjs asisten, dan seorang kepala seksi. Asisten kepala memimpin sebuah divisi, bagian traksi, dan gudang, sementara asisten memimpin divisinya, sedangkan kepala seksi memimpin kegiatan administrasi di kantor besar.
Ketenagakerjaan di GKE, PT Minamas Plantation terdiri atas karyawan staf dan non staf. Perbedaan ini berdasarkan jenis pekerjaan dan sistem pengupahan. Karyawan staf terdiri atas estate manager, asisten kepala, asisten divisi, dan kepala seksi. Pemberian gaji berdasarkan golongan dan kebijakan yang dibuat oleh perusahaan. Karyawan non staf terdiri dari syarat kerja umum (SKU) yang terbagi menjadi SKU bulanan dan SKU harian seperti mandor, SKU kontrak, dan buruh harian lepas (BHL).
Pengelolaan Kebun Tingkat Staf Pengelolaan kebun dilakukan oleh estate manager di bantu oleh asisten kepala, asisten divisi, dan kepala seksi. Estate manager mengelola kebun mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi dalam pelaksanaan manajemen teknis, manajemen tenaga kerja, serta manajemen keuangan kebun. Asisten kepala mempunyai tugas untuk menggantikan tugas manajer bila tidak berada di unit usaha, serta memimpin sebuah divisi, bagian traksi, klinik, gudang, dan keamanan. Asisten kepala langsung bertanggung jawab kepada estate manager. Asisten kepala bertugas untuk memimpin, mengarahkan, dan menegur para asisten dalam melaksanakan kegiatan di lapangan. Asisten divisi mempunyai tugas untuk membuat program kerja divisi, mengkoordinasikan pekerjaan mandor dalam menjalankan peraturan perusahaan, mengevaluasi hasil kerja mandor I, mandor perawatan tanaman, mandor panen, mandor perawatan jalan, krani panen serta membantu estate manager dalam pengawasan dan pelaksanaan teknis di lapangan. Dalam kegiatan lapangan asisten dibantu oleh seorang mandor I. Pelaksanaan administrasi asisten dibantu oleh krani divisi yang di bawahinya. Kepala seksi bertugas memimpin kegiatan yang dilaksanakan di kantor besar. Di kantor besar, kepala seksi menyusun dan melaporkan secara tertulis kegiatan administrasi yang bersifat umum, teknis budidaya, produksi, tenaga kerja, maupun hal-hal pendukung yang berasal dari luar kebun.
Pengelolaan Kebun Tingkat Non Staf Karyawan kebun tingkat non staf adalah kepala gudang, mandor I, mandor transport, krani divisi, mandor panen dan krani panen. Kepala gudang bertugas untuk mengatur keluar masuk barang, bahan, dan alat yang dibutuhkan kebun serta mencatat jumlah barang yang tersedia. Kepala gudang dalam melakukan aktivitasnya dibantu oleh seorang krani gudang. Mandor I bertugas membantu asisten divisi dalam mengawasi kegiatan sehari-hari di lapangan. Setiap divisi mempunyai seorang mandor I yang membawahi beberapa mandor seperti : mandor perawatan tanaman, mandor pupuk, mandor panen, dan mandor perawatan jalan. Kegiatan yang dilakukan oleh mandor I adalah mengawasi kegiatan yang dilakukan oleh mandor dan karyawan agar rencana yang telah ditetapkan berjalan dengan baik. Selain mengawasi, mandor I juga dapat menegur dan memberikan sangsi kepada mandor dan karyawan yang tidak melaksanakan pekerjaan yang tidak sesuai rencana. Krani transport bertugas mengatur karyawan dan transportasi yang dibutuhkan untuk keperluan angkut karyawan, angkut batu, angkut kayu, angkut aplikasi janjang kosong, dan angkut pupuk. Selain itu krani transport juga mengatur kegiatan pengoprasian alat-alat berat yang digunakan kebun seperti dozer, grader excavator, dan TLB. Krani divisi bertugas melakukan kegiatan administrasi seperti laporan produksi, laporan penggunaan harian kerja (HK), laporan penggunaan bahan, dan laporan-laporan lainnya. Krani divisi dalam melakukan tugasnya berkoordinasi dengan mandor dan krani panen. Krani divisi juga membantu asisten untuk membagikan gaji dan jatah beras kepada karyawan. Mandor lapangan bertugas untuk mengabsensi karyawan, memberikan instruksi
pekerjaan,
mengatur
ancak
karyawan,
mengawasi
pekerjaan,
memberikan petunjuk teknis, dan melaporkan hasilnya dalam buku kerja mandor (BKM). Seorang mandor harus dapat meningkatkan hasil kerja karyawan agar dapat mencapai target yang diinginkan. Krani panen bertugas dalam mencatat, menghitung jumlah TBS, brondolan yang dipanen, menyeleksi TBS di TPH, membuat premi potong buah setiap hari panennya. Laporan dimasukkan dalam buku laporan penerimaan buah setiap
divisi yang selanjutnya dilaporkan ke krani divisi. Struktur organisasi tingkat divisi dapat di lihat pada Gambar Lampiran 2. Sistem pengupahan staf dan karyawan berdasarkan ketentuan perusahaan, sedangkan BHL ditentukan berdasarkan upah minimum regional (UMR) yang berlaku di daerah tersebut. Pemberian gaji untuk karyawan staf maupun non staf dihitung untuk 7 jam kerja, kecuali hari Jumat yaitu hanya 5 jam kerja. Jumlah karyawan staf dan non staf di Kebun GKE dapat dilihat pada Tabel 1 berikut. Tabel 1. Jumlah Staf dan Non Staf di Kebun GKE Karyawan Staff
Jumlah
1. Estate Manager
1
2. Senior Asisten
1
3. Asisten
1
4. Kasie
1
Total
4
Karyawan Non Staff
Jumlah
1. SKU-B Kantor
23
2. SKU-B Traksi
23
3. SKU-B Divisi
25
4. SKU Harian
351
Total
422
Sumber : Kantor Besar GKE (2008) Kebun GKE menyediakan beberapa sarana dan prasarana untuk memenuhi kebutuhan para karyawan kebun. Sarana dan prasarana yang tersedia bagi karyawan antara lain perumahan, listrik, air bersih, jatah beras per kepala keluarga, pelayanan kesehatan, koperasi , mesjid, sekolah, mess, tempat penitipan anak, lapangan olah raga, dan balai posyandu.
Pengelolaan Tenaga Kerja Harian Kegiatan harian di lapangan dimulai pukul 05.30 WITA yang diawali dengan lingkaran pagi pada setiap divisi dan dipimpin oleh asisten. Sementara seluruh kegiatan di lapangan dimulai pukul 06.30 WITA dan berakhir pukul 13.30 WITA, terkecuali hari Jumat kegiatan hanya diakhiri pukul 12.00 WITA.
PELAKSANAAN TEKNIS MAGANG
Aspek Teknis Kegiatan teknis selama magang yang dilakukan di kebun mulai dari buruh harian lepas (BHL), pendamping mandor, dan pendamping asisten yang dimulai pukul 05.30 WITA untuk mengikuti apel pagi. Pekerjaan di lapangan dimulai pukul 06.30 WITA sampai dengan 13.30 WITA. Waktu istirahat pada pukul 10.30 WITA sampai dengan pukul 11.00 WITA namun sebagian besar pekerjaan di lapangan
dilakukan
dengan
sistem
borongan
sehingga
tidak
menutup
kemungkinan ada beberapa pekerjaan yang selesai dari waktu yang ditentukan. Pengelolaan tanaman kelapa sawit memiliki dua hal penting yang harus diperhatikan demi tercapainya produktivitas yang tinggi yaitu pemeliharaan dan pemungutan
hasil
(panen).
Kegiatan
pemeliharaan
bertujuan
untuk
mengkoordinasikan areal pertanaman kelapa sawit secara optimal agar didapat pertumbuhan dan perkembangan tanaman terbaik. Kegiatan pemeliharaan yang baik juga memudahkan kegiatan pemanenan. Kegiatan panen tanaman kelapa sawit bertujuan untuk menjaga kelestarian pertanaman dengan memungut hasil berupa tandan buah segar (TBS) dan brondolan yang bernilai ekonomi tinggi. Pengelolaan perkebunan kelapa sawit meliputi pengelolaan kegiatan teknis di lapangan dan kegiatan administrasi. Pelaksanaan teknis yang dilakukan selama penulis melakukan magang antara lain pengendalian gulma manual yakni slashing (tebas), pengendalian gulma chemist yang dikenal dengan block spraying system (BSS), penunasan progresif (pruning), konsolidasi sisip, penyisipan, sensus pokok, dan pemupukan pada tanaman menghasilkan (TM). Sementara kegiatan yang berkaitan dengan produksi yaitu panen (potong buah), transportasi panen, peralatan panen, angka kerapatan panen, dan sensus buah.
Tebas (Slashing) Tebas gawangan (Slashing) adalah kegiatan menanggulangi pertumbuhan gulma di gawangan kelapa sawit dengan cara membabat. Jenis gulma yang tumbuh dominan di gawangan mati dan pasar rintis di Kebun GKE antara lain:
Nephrolepis biserata (paku harupat), Cromolaena odorata (putihan), Melastroma malabatricum (senduduk), Lantara camara (tembelekan) dan Kentosan. Kegiatan Slashing bertujuan untuk mengendalikan gulma-gulma di gawangan mati yang dapat menghalangi kelancaran kegiatan pemeliharaan tanaman dan pemanenan. Selain itu juga bertujuan untuk memudahkan pengawasan pemanenan dan mengurangi persaingan hara. Alat yang digunakan adalah parang babat. Teknis pelaksanaan pembabatan dilakukan sampai setinggi 20 cm dari permukaan tanah. Gulma-gulma yang menempel pada batang kelapa sawit seperti kentosan dan jenis gulma berkayu juga harus dibabat. Pembabatan dilakukan oleh 1 orang setiap gawangan dengan sistem ancak giring yaitu, apabila seorang pembabat telah selesai mengerjakan satu gawangan, maka pembabat tersebut pindah ke gawangan berikutnya yang belum dikerjakan oleh pembabat lainnya. Tenaga kerja yang digunakan sebagian besar adalah perempuan dan berstatus karyawan tetap (SKU). Rotasi babat adalah 2 kali dalam setahun dengan norma kerja 0.3 ha/HK. Prestasi kerja mahasiswa untuk kegiatan ini adalah 0.3 ha/HK.
Pemupukan pada Tanaman Menghasilkan (TM) Kegiatan pemupukan dimulai dari penguntilan pupuk kemudian dari gudang sampai diecer di depan pasar rintis sebanyak 3-4 karung until di setiap gawangan hidup, untuk kebutuhan sampai pasar tengah, setengah pasar berikutnya dilakukan dari jalan koleksi pada blok sebelahnya. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan pengontrolan oleh mandor, mempercepat dan memudahkan pekerjaan pemupukan. Kegiatan pemupukan kelapa sawit pada tanaman menghasilkan (TM) di PT Bersama Sejahtera Sakti dikenal dengan istilah BMS (Block Manuring System) artinya, sistem pemupukan yang terkonsentrasi dan dikerjakan pada blok per blok dengan sasaran mutu pemupukan yang lebih baik, mandor lebih fokus dan produktivitas yang lebih tinggi. BMS ini memiliki beberapa kelebihan yaitu pekerjaan pemupukan lebih terpola, tenaga pengawas untuk penguntil dan penabur lebih sedikit sehingga dapat menekan biaya operasional, output pupuk lebih tinggi dan mutu pemupukan lebih baik. Akan tetapi dengan berkurangnya
tenaga pengawas menyebabkan pengawasan tenaga kerja pupuk menjadi berkurang. Secara teknis pelaksanaannya kegiatan pemupukan dengan sistem BMS memiliki prinsip kerja 4T (tepat waktu, tepat dosis, tepat tempat, dan tepat jenis). Tepat waktu artinya pemupukan dilakukan pada waktu yang tepat. Tujuannya penerapan BMS diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas pemupukan. Tepat jenis artinya pemupukan dilakukan dengan jenis pupuk yang sesuai (sifat material dasar pupuk). Tujuannya pupuk dapat diserap oleh tanaman semaksimal mungkin. Tepat dosis artinya pemupukan dilakukan dengan dosis yang sesuai takaran (setiap pokok mendapatkan dosis pupuk yang sama) sesuai rekomendasi. Tujuannya mendapatkan pertumbuhan dan produktivitas kelapa sawit seoptimal mungkin. Tepat tempat artinya pemupukan dilakukan pada tempat yang tepat dan dengan cara yang benar. Tujuanya agar didapatkan prestasi kerja pemupukan seoptimal mungkin. Jenis pupuk anorganik yang diaplikasikan di Kebun GKE yaitu Urea, MOP (KCl), RP (Rock Phosphate) dan HGFB, selain pupuk anorganik juga dilakukan pemupukan organik berupa pupuk janjang kosong. Aplikasi pemupukan pada tanaman menghasilkan (TM) dilakukan secara manual yaitu menggunakan tenaga kerja yang terdiri dari tenaga kerja perempuan yang telah terlatih. BMS sangat mengedepankan organisasi, dan masing-masing organisasi saling mendukung satu sama lain sehingga tujuan diterapkannya BMS dapat tercapai. Organisasi tersebut adalah: 1. Organisasi kerja penguntilan 2. Organisasi kerja pelangsiran 3. Organisasi kerja pengeceran 4. Organisasi kerja penaburan 5. Organisasi kerja penggulungan karung untilan Untuk menjamin ketepatan dosis pemupukan di lapangan, pemupukan perlu dilakukan dengan sistem penguntilan. Sistem untilan merupakan metode
aplikasi pupuk dari karung goni berukuran 50 kg menjadi karung goni yang diisi sesuai dengan kebutuhan dan memudahkan operasional pemupukan di lapangan (biasanya antara 12-14 kg per untilan). Persiapan until pupuk yaitu takaran (sesuai kelipatan dosis pupuk/pokok), alas tempat untilan, karung untilan, papan administrasi rencana pemupukan, tenaga penguntil pupuk. Tenaga kerja penguntil merupakan tenaga kerja borongan, sehingga jam kerja tidak mengikuti peraturan perusahaan. Mekanisme kegiatan penguntilan yakni keluarkan pupuk dari gudang sesuai BPB (dahulukan stok lama dan atau yang karung goninya rusak, atas prinsip FIFO). Kemudian mempersiapkan alas pupuk, karung until, dan takaran untilan. Buka karung dengan cara menarik benang jahitannya. Hancurkan atau haluskan pupuk yang telah menggumpal dan membatu. Menguntil pupuk sesuai kg/until dengan takaran yang telah dipersiapkan (berat tiap untilan berkisar antara 12,5-13,5 kg). Susun untilan dengan rapi dan teratur (10 susun) agar mudah dalam perhitungan. Terakhir yaitu membersihkan dan merapikan gudang until setelah selesai. Karung goni untuk untilan menggunakan bekas karung pupuk sebelumnya tidak boleh menggunakan karung goni yang baru dibuka. Hal ini perlu karena jumlah karung goni bukaan baru merupakan kontrol jumlah dalam kg atau zak. Pupuk yang sudah diuntil harus segera ditabur esok harinya agar tidak terjadi proses penggumpalan. Tenaga kerja penguntil merupakan tenaga kerja borongan sehingga tidak dituntut jam kerjanya, tetapi lebih diutamakan output pupuknya.
Persiapan dan Organisasi Kerja Pengeceran Persiapan dalam kegiatan pengeceran sebelum pupuk dilangsir yaitu membuat rencana aplikasi pemupukan (hari dan tanggal pelaksanaan) yang dibuat oleh asisten divisi. Mempersiapkan tenaga kerja yang diperlukan dalam kegiatan pengeceran dan biasanya menggunakan tenaga kerja berjumlah 2-3 orang kenek buah. Mempersiapkan kendaraan untuk membawa pupuk, dan faktor cuaca merupakan hal yang paling penting, sehingga harus memperkirakan dengan tepat. Membawa parang sebagai antisipasi apabila hujan turun.
Mekanisme kerjanya yaitu kendaraan pengangkut pupuk dari gudang ke lapangan menggunakan dua unit transportasi angkut buah. Pada pukul 06.00 WITA kendaraan pertama harus sudah mulai memuat untilan pupuk dan selesai diecer di lapangan pukul 07.00 WITA. Tidak diperbolehkan memuat untilan dengan gancu karena akan merusak karung until. Pengeceran pupuk per karungnya dilakukan dari atas kendaraan kemudian diletakan di depan pasar rintis. Peletakan karung untilan harus tepat tempat dan jumlahnya sehingga memudahkan pekerjaan pelangsiran pupuk dan setiap pokok mendapatkan dosis pupuk yang sama. Mandor pupuk bertanggung jawab terhadap keamanan pupuk dari pencurian atau disembunyikan di gawangan, parit atau tempat lain. Pupuk yang telah di langsir diusahakan ditabur pada hari itu juga.
Persiapan dan Organisasi Kerja Pelangsiran Persiapan pelangsiran yaitu mempersiapkan tenaga kerja ecer (dengan perbandingan 1 : 2 dengan tenaga kerja penabur). Memperkirakan kondisi cuaca pada saat pelangsiran. Membawa parang yang digunakan untuk kegiatan tebas apabila turun hujan. Mekanisme kerja pelangsiran pupuk yaitu pelangsiran pupuk ke dalam barisan tanaman menggunakan tenaga kerja perempuan. Pelangsiran disesuaikan dengan rencana kerja pemupukan yang dibuat oleh asisten divisi yang dimulai dari tepi blok ke blok berikutnya. Berat dan jumlah untilan disesuaikan dengan kelipatan dosis per pokok dan untilan diletakan pada pokok no 1, 8, 17, dan 25 (atau disesuaikan dengan dosis dan kebutuhannya). Pastikan semua untilan yang ada di tempat peletakan pupuk terangkut semua ke dalam barisan tanaman pada setiap blok yang akan dipupuk.
Persiapan dan Organisasi Kerja Penabur Pupuk Persiapan penaburan yaitu mempersiapkan tenaga kerja tabur (berjumlah 14 orang penabur yang terdiri atas tenaga kerja perempuan). Dan peralatan pupuk diantaranya takaran tabur (sesuai dengan dosis per pokok), gendongan until, sarung tangan dan rompi. Mekanisme kerjanya yaitu pertama pastikan jumlah
takaran sesuai dengan jumlah tenaga kerja tabur pupuk. Penaburan pupuk di masing-masing blok dimulai dari pokok pertama sampai dengan blok terakhir. Untuk pupuk urea, ditabur secara melingkar dan merata di permukaan piringan, agar secara cepat dapat meresap ke tanah dan dapat segera direspon oleh tanaman, dikarenakan sifat pupuk Urea yang mudah larut dan manguap. Sementara untuk pupuk RP dan MOP ditabur di luar lingkaran piringan atau di pinggir tumpukan pelepah dan aplikasi janjang kosong dengan berbentuk “U” (termasuk di tanah kering), dikarenakan pupuk MOP dan RP bersifat tidak mudah larut ataupun menguap. Sehingga terjadinya kehilangan pupuk (losses) akibat air hujan karena tertahan oleh rumpukan pelepah. Sementara tujuan dari penaburan pemupukan dengan berbentuk seperti huruf “U” yaitu agar dapat mengurangi losses di pasar rintis yang sering terlewati oleh pekerja.
Gambar 1. Penaburan Pupuk Urea pada Tanaman Menghasilkan
Pengaplikasian pupuk organik di Kebun GKE yaitu menggunakan pupuk janjang kosong. Janjang kosong ini diaplikasikan dengan dosis 200 kg/antar tanaman. Janjang kosong diletakkan diantara tanaman dalam barisan tanaman dan harus satu lapisan. Pemupukan dilakukan membentuk setengah lingkaran atau seperti huruf “U” dimaksudkan agar pertimbangan untuk menghindari aplikasi pupuk di pasar rintis. Mandor pupuk, mandor I, dan asisten harus mengerti penaburan yang tepat di masing-masing dosis sehingga secara visual dapat mengetahui adanya penaburan pupuk di luar piringan. Sisa untilan yang ditabur tidak boleh ditaburkan pada pokok terakhir, melainkan harus dipindahkan ke
barisan berikutnya yang jumlah pupuknya kurang. Karung bekas untilan dibawa dan disimpan dengan rapi di pinggir kaki lima ancaknya. Asisten dan mandor pupuk harus memastikan bahwa semua pokok sudah dipupuk sesuai dengan tempat dan dosisnya.
Persiapan dan Organisasi Kerja Gulung Karung Untilan Persiapan penggulungan karung yaitu mempersiapkan tenaga kerja penggulung karung (tenaga kerja perempuan berjumlah tiga orang) dan memperkirakan kondisi cuaca pada saat penggulungan karung. Membawa parang yang digunakan untuk kegiatan tebas apabila hujan turun. Mekanisme kerjanya yaitu tenaga kerja penggulung karung mengikuti arah kerja penabur pupuk, tetapi sebatas pada collection road saja, sehingga memudahkan kerja penggulung karung dan karung yang telah dibuka tidak tercecer ke mana-mana. Karung yang telah dibuka tersebut dirapikan dan digulung sebanyak sepuluh karung until, dengan tujuan agar memudahkan dalam penghitungan karung di gudang untilan. Selanjutnya karung dibawa dan ditumpuk di tepi collection road untuk dibawa oleh truk.
Gambar 2. Penguntilan Pupuk RP di Gudang Penguntilan
Pelaksanaan dan pengawasan pemupukan sangat diperlukan karena biaya yang dikeluarkan untuk pemupukan lebih besar dibandingkan dengan biaya perawatan lainnya. Dengan demikian diharapkan pemupukan dilaksanakan
dengan lebih efektif lagi guna memperoleh produksi yang tinggi. Pada saat pelaksanaan pemupukan diperlukan mandor yang dapat mengawasi dan mengatur pekerjaan pemupukan. Untuk mengontrol karyawan, mandor melakukan pengecekan dimulai dari pasar rintis sampai pasar tengah setelah pemberian pupuk. Realisasi pemupukan akan dilaporkan dan digambarkan pada peta blok pemupukan guna mengetahui blok mana yang sudah terpupuk dan perencanaan program berikutnya. Sistem kerja pemupukan adalah sistem ancak giring tetap, dimana penabur pupuk memasuki barisannya secara berurutan, kemudian pindah ke ancak berikutnya sesuai nomer urut. Norma untuk pemupukan telah diatur oleh perusahaan berdasarkan dosis pupuk, apabila lebih dari basis pemupukan maka tenaga kerja berhak mendapat premi dengan nilai yang telah ditentukan. Prestasi kerja penulis untuk kegiatan ini adalah 604 kg sementara norma kerja karyawan adalah 741 kg. Contoh perhitungan premi karyawan: 1. Pemupukan dilakukan di blok T4, dengan tahun tanam 1989 seluas 31 ha dan jumlah pokok 3 743. Blok T5 dengan tahun tanam 1990 seluas 31 ha dan jumlah pokok 3 823. Blok T6 dengan tahun tanam 1990 seluas 31 ha dan jumlah pokok 3 118. Pupuk yang digunakan MOP dengan dosis 1.5 kg/pokok, basis borong pupuk MOP sebesar 600 kg. 2. Dalam sehari seorang penabur mendapatkan total pupuk MOP sebesar 736 kg. Premi karyawan pemupuk sebesar Rp. 75/kg. maka perhitungannya kebutuhan pupuk :
Blok T4 (tahun tanam 1989 seluas 31 ha, jumlah pokok 3 743).
Dosis 1.5 kg/pokok maka akan membutuhkan pupuk sebanyak = (5 614 kg ÷ 50 kg) = 112 karung, dan (5 614 kg ÷ 12.5 kg until) = 449 untilan.
Blok T5 (tahun tanam 1990 seluas 31 ha dan jumlah pokok 3 823).
dosis 1.5 kg/pokok maka membutuhkan pupuk sebanyak = (3 823 pokok x 1.5 kg) = 5 734 kg. (5 734 kg ÷ 50 kg) = 115 karung, dan (5 734 kg ÷ 12.5 kg until) = 459 untilan.
Blok T6 (tahun tanam 1990 seluas 31 ha dan jumlah pokok 3 118).
dosis 1.5 kg/pokok maka membutuhkan pupuk sebanyak = (3 118 pokok x 1.5 kg) = 4 677 kg. (4 677 kg ÷ 50 kg) = 93 karung, dan (4 677 kg ÷ 12.5 kg until) = 374 untilan.
Premi karyawan = (736 kg – 600 kg) = 136 kg dan (136 kg x Rp. 75/kg) = Rp. 10 200 maka lebih borongnya adalah Rp. 1 500 sehingga premi yang didapatkan seorang penabur adalah Rp. 10 200 + Rp. 1 500 = Rp. 11 700
Penunasan Progresif (Progressive Prunning) Penunasan adalah pekerjaan membuang pelepah daun yang tidak produktif agar menjaga standar jumlah pelepah tiap tanaman kelapa sawit berdasarkan umur tanaman, keadaan tanaman, dan keadaan lapang. Tujuan penunasan adalah memudahkan
kegiatan
panen,
menghindari
tersangkutnya
brondolan,
memudahkan penyerbukan oleh angin dan serangga, mengurangi pertumbuhan pakis-pakisan, mencegah hama dan penyakit, mempermudah dalam melihat buah yang matang dan memudahkan kegiatan sensus produksi dan hama penyakit. Dalam pelaksanaan penunasan dan sanitasi pada umur 8 – 15 tahun diusahakan untuk mempertahankan jumlah pelepah optimal pada kisaran 48 – 56 pelepah per pokok atau 5 – 6 pelepah per spiral. Apabila penunasan terlalu berat (over pruning) mengakibatkan pembentukan bunga betina akan menurun dan bunga jantan akan meningkat yang berakibat jumlah tandan buah yang terbentuk juga akan menurun. Penunasan yang kurang dari standar mengakibatkan produksi berkurang. Sistem penunasan yang dilakukan di GKE adalah sistem progressif prunning. Sistem progressif prunning adalah penunasan dilakukan secara bertahap dan terus-menerus sepanjang tahun bersamaan dengan pelaksanaan panen. Pelepah yang ditunas yaitu menggunakan sistem songgo dua, yaitu meninggalkan dua pelepah di bawah tandan buah terbawah. Pelepah ditunas secara melingkar dan serapat mungkin membentuk tapal kuda dengan tujuan agar brondolan tidak tersangkut di ketiak pelepah. Pelepah yang sudah ditunas ditata dengan rapi di gawangan mati agar pelepah yang sudah kering dapat menjadi mulsa bagi tanaman kelapa sawit. Premi penunasan didasarkan pada jumlah
pokok yang ditunas yaitu Rp 400/pokok. Prestasi kerja penulis untuk kegiatan penunasan adalah 5 ha/HK, sementara norma kerja karyawan adalah 8.5 ha/HK.
Konsolidasi Sisip Konsolidasi sisip adalah merupakan salah satu kegiatan perawatan yang sangat penting bagi tanaman sisip karena pokok sisip harus terjamin pertumbuhannya sampai pokok tersebut siap untuk berproduksi. Perawatan yang perlu dilakukan di lapangan yaitu menegakan pokok doyong yang terjadi akibat angin kencang dan hujan lebat setelah penanaman di lapangan, pembentukan piringan pokok, penunasan, sanitasi dan lain-lain. Akan tetapi selama pelaksanaannya, penulis tidak menemukan pokok sisip yang doyong ataupun roboh sehingga pekerjaan konsolidasi sisip hanya berupa penunasan dan pembersihan piringan dari brondolan yang telah busuk dan kentosan pada pokok sisipan. Tujuan dari penunasan sisip (tunas selektif) yaitu sanitasi pelepah sesuai standar penunasan agar jumlah pelepah tetap optimal dan mempersiapkan pokok untuk dipanen. Tunas selektif dilakukan pada tanaman berumur 3 – 4 tahun. Suatu blok sudah siap ditunas selektif jika sekurang-kurangnya 40 % telah mempunyai tandan buah yang pada ketinggian ± 90 cm dari tanah (diukur dari permukaan tanah ke pangkal tandan tertua). Mekanisme pekerjaan ini adalah jumlah pelepah dan yang harus dipertahankan pada setiap pokok adalah 56 pelepah. Dalam prakteknya di lapangan, batas tunas sering digunakan istilah 3 pelepah di bawah buah terendah atau lazim disebut songgo 3. Alat untuk tunas selektif adalah dodos besar yang dipakai juga untuk potong buah pada tanaman muda. Pelepah dipotong rapat ke pangkal dari arah samping dan membentuk tapak kuda untuk menghindari pelukaan pokok. Pelepah dirumpuk di gawangan mati dan dibentuk seperti huruf “U”. Pembersihan piringan dari brondolan bertujuan untuk mencegah tumbuhnya kentosan dan timbulnya penyakit busuk buah akibat buah terlambat dikastrasi, sehingga buah menjadi busuk. Buah yang sudah busuk tersebut harus
dipotong dan dijauhkan dari pokok. Prestasi kerja penulis untuk kegiatan ini adalah 60 pokok, sementara norma karyawan adalah 60 pokok.
Pengendalian Gulma Pada Tanaman Menghasilkan (TM)
Kegiatan pengendalian gulma secara kimia pada tanaman menghasilkan di GKE antara lain pemberantasan alang-alang, gawangan chemist, piringan dan pasar rintis chemist, dan oles anak kayu.
Pemberantasan Lalang Pemberantasan alang-alang harus dilakukan secara rutin dan terpola untuk mengupayakan agar areal bebas dari alang-alang. Pemberantasan alang-alang di kebun GKE dilaksanakan dengan menggunakan teknik semprot lalang dan metode spot spraying. Metode spot spraying akan lebih efektif dibandingkan dengan metode blangket spraying karena tipe pertumbuhan alang-alang yang sporadik (terpencar-pencar). Tujuan
pengendalian
alang-alang
yaitu
untuk
menghentikan
perkembangan biakannya karena alasan sebagai berikut:
Pertumbuhan populasi alang-alang sangat cepat karena bereproduksi dengan cara vegetatif (rhizome) dan generatif (bunga).
Ditinjau dari segi penyediaan bahan organik, alang-alang tidak atau kurang memberikan kontribusi.
Pada kondisi populasi yang sangat tinggi, alang-alang sangat berperan sebagai penyulut terjadinya kebakaran.
Alang-alang menyerap unsur hara yang disimpan dalam rhizome.
Kunci sukses pengendalian lalang yaitu rotasi yang konsisten, segmentasi areal (prioritas pengendalian dimulai dari kondisi lalang yang paling ringan menuju kondisi berat, ketepatan jenis herbisida dan dosis atau konsentrasi, penyemprotan dilakukan pada masa vegetatif aktif, monitoring dan evaluasi secara ketat untuk langkah selanjutnya. Jenis pekerjaan pengendalian alang-alang secara kimia dilakukan dengan rotasi 3 kali dalam setahun. Herbisida yang digunakan adalah Round Up atau Touchdown dengan konsentrasi 1.7 %. Alat
yang digunakan adalah knapsack sprayer jenis solo 15 liter, sementara jenis nozel yang digunakan adalah nozzle full cone (kerucut penuh) volume rendah vlv 200.
Gambar 3. Pengendalian Gulma dengan MHS pada Tanaman Menghasilkan
Mekanisme pekerjaan ini adalah tim semprot alang-alang berangkat ke lapangan bersamaan dengan MHS (micron herbi sprayer) akan tetapi semprot lalang dilakukan khusus unuk lokasi sisipan dan daerah rendahan karena lalang akan tumbuh cepat di tempat terbuka yang tidak terjangkau oleh alat MHS. Prestasi kerja penulis untuk kegiatan ini adalah 1,2 ha/HK sementara norma kerja karyawan adalah 1.5 ha/HK. Tenaga kerja yang digunakan adalah tenaga kerja perempuan yang telah menjadi SKU.
Gawangan Chemist Pengendalian gulma pada gawangan kelapa sawit bertujuan untuk mengurangi kompetisi hara, air, dan sinar matahari; mempermudah kontrol pekerjaan dari satu gawangan ke gawangan lainnya; menekan populasi hama, terutama pada TBM; dan untuk mempertahankan kondisi agar areal tetap murni legume cover crop (LCC). Tidak semua gulma harus diberantas, terutama jenis tanaman beneficial plant, misalnya rumput-rumput lunak, lumut, pakis Nephrolepis sp.,Tunera subulata, Casia cobanensis, dan kacangan. Tanaman tersebut dianggap
menguntungkan karena kemampuan tanaman untuk menyediakan unsur hara, menekan populasi gulma dan hama, serta dapat melembabkan tanah. Tanah yang gundul (bebas dari vegetasi) tidak diinginkan karena mendorong terjadinya erosi yang sangat merugikan. Pemunculan gulma harus ditangani sedini mungkin, karena dengan cara ini pengendalian gulma lebih mudah, lebih murah, dan gulma tidak berkesempatan menimbulkan persaingan yang merugikan produksi buah. Menurut Semangun (2000) gulma jenis Mikania micrantha pada tanaman menghasilkan (TM) akan menurunkan produksi sebanyak 20 – 25 % karena gulma ini tumbuh secara merambat dan menyebar dengan biji dan potongan batang. Jenis gulma berkayu yang tumbuh dominan di Divisi I yaitu Chromolaena odorata, nama daerah putihan; Melastoma malabatricum, nama daerah senduduk; dan Lantara camara, nama daerah tembelekan. Pengendalian gulma pada gawangan memiliki 6 sasaran gulma yang harus diberantas yaitu : anak kayu, pakis kawat, kentosan, gelagah, krisan dan gulma menjalar. Sementara 6 sasaran yang tidak boleh disemprot adalah : tanah, rumput lunak, Nephrolepis, kacangan, lumut dan Beneficial Plant. Alat yang digunakan dalam pekerjaan ini adalah knapsack sprayer jenis inter pump volume 16 liter, dengan nozzel kuning, masker, baju rompi, bendera dan kendaraan pengangkut bahan herbisida. Bahan herbisida yang dipakai terdiri atas 2 campuran bahan herbisida yaitu gramoxon bersifat kontak artinya, membunuh gulma berdaun lebar dengan cara kontak langsung ke daun atau batang dan merusak lapisan epidermis pada daun dan batang, dengan dosis 0.2 l/ha dan konsentrasi 0.2 %. Metaprima yang bersifat sistemik artinya membunuh gulma dengan cara merusak jaringan yang berklorofil, dengan dosis 0.02 l/ha dan konsentrasi 0.02 %. Khusus untuk divisi I dan II kegiatan penyemprotan gawangan chemist dilakukan oleh satu tim penyemprotan. Mekanisme pekerjaan ini adalah air yang telah diisi dalam tangki dicampur dengan bahan herbisida pada pagi harinya sebelum penyemprotan dimulai dilakukan di traksi. Jumlah konsentrasi yang akan digunakan tergantung pada jumlah air yang digunakan. Sementara konsentrasi yang dipakai yaitu 0.02 % dan 0.2 % sebagai contoh, untuk kebutuhan volume semprot sebanyak 3 000 liter air, akan membutuhkan 6 liter Gramoxon dan 0.6
gram Metaprima. Seanjutnya mandor semprot akan membagi ancak kepada masing-masing tenaga kerja dengan sistem ancak tetap. Tenaga kerja yang digunakan terdiri atas perempuan yang berjumlah 18 orang dan terbagi dalam 2 kelompok yaitu kelompok kecil dan kelompok besar.
Penyemprotan Piringan dan Pasar Rintis Chemist Kegiatan
penyemprotan
piringan
merupakan
salah
satu
teknik
pemeliharaan tanaman di sekeliling pokok atau piringan tanaman kelapa sawit. Penyemprotan piringan dilakukan setelah kegiatan oles anak kayu selesai dikerjakan, sehingga hasil pekerjaan dapat lebih optimal. Piringan, pasar rintis, dan TPH merupakan beberapa sarana yang terpenting dari produksi dan perawatan. Supaya berfungsi sebagaimana mestinya, maka sarana tersebut mutlak memerlukan pemeliharaan yang berkesinambungan. Secara umum semakin bertambahnya umur tanaman, pertumbuhan gulma semakin berkurang karena ternaungi oleh pelepah kelapa sawit yang tinggi. Oleh karena itu untuk efisiensi pengendalian biaya, maka rotasi semprot dan dosis per hektar semprot bukan merupakan harga mati namun rotasi dan dosis semprot dapat dikurangi sesuai dengan kondisi gulma di lapangan. Herbisida yang digunakan di Kebun GKE adalah Round Up, bekerja secara sistemik, berbentuk cairan dosis Round Up adalah 0.18 l/ha dengan konsentrasi 1.7 %. Penyemprotan dilakukan dengan menggunakan knapsack sprayer volume 10 liter, nozzle atomizer dengan ketinggian semprot 30 – 40 cm di atas permukaan tanah. Mekanisme pekerjaan ini adalah pengacakan kerja pada prinsipnya sama dengan pengacakan pada penyemprotan di gawangan yaitu, menggunakan ancak tetap dan terdiri atas 2 kelompok semprot. Adapun areal yang harus disemprot adalah piringan, pasar rintis, jalan angkong, pasar tengah, TPH, dan kaki lima blok. Penyemprotan dimulai dari collection road sampai pasar tengah. Penyemprotan masuk ke dalam blok melalui pasar rintis dengan menyemprot gulma sampai basah di sepanjang pasar rintis tersebut. Dengan arah semprotan searah jarum jam dan lebar semprotan 2 meter (sesuai dengan jari-jari piringan pokok). Penyemprotan pada TPH harus disesuaikan dengan luas TPH yaitu 52
m2. Rotasi kegiatan ini adalah 3 kali setahun. Prestasi kerja penulis untuk kegiatan ini adalah 3.7 ha/HK sementara norma kerja karyawan adalah 4.2 ha/HK.
Penyisipan Penyisipan adalah penanaman kelapa sawit pada tempat yang kosong dalam satu areal pertanaman yang sebelumnya sudah ditanami. Tanaman yang harus disisip adalah tanaman mati, rusak berat, sakit, serta abnormal. Semakin cepat dilakukan penyisipan maka pertumbuhannya akan semakin baik dan menjadi tidak ketinggalan. Penyisipan sangat penting untuk menjaga agar populasi tanaman tetap dalam keadaan penuh (full stand), karena populasi tanaman yang penuh akan memberikan hasil yang maksimal dari blok tersebut. Aturan ideal dalam menyisip adalah setiap ada 2 pohon yang mati, dilakukan penyisipan satu pokok di tengah-tengah pohon tersebut. Teknis penyisipan sama dengan penanaman awal kelapa sawit, akan tetapi perencanaan, persiapan, dan penguasaan teknisnya perlu lebih mendetail, karena pekerjaan tersebut memiliki resiko kegagalan yang fatal. Penyisiapan yang dilakukan harus menjamin kelangsungan hidup tanaman untuk berproduksi. Kegiatan pertama tanam sisip adalah pemancangan, arah pergeseran dari pancang harus ke bagian barat atau bagian timur berdasarkan pokok yang telah ada. Hal ini dimaksudkan agar penempatan dari pokok sisip tepat. Tahap kedua yaitu pembuatan lubang tanam dengan ukuran 60 cm x 60 cm x 60 cm, dengan ketentuan top soil bagian sisi barat dan sub soil bagian sisi timur. Kemudian pemberian pupuk agroblem dengan dosis 300 gram per pokok sebanyak 2 kali aplikasi. Pertama sebeluk pokok ditanam, kedua setelah pokok ditanam dengan tanah sekitar setengah dari tinggi lubang tanam. Pembukaan plastik polybag harus dilakukan hati-hati agar bola tanah tidak hancur. Pokok yang ditanam harus berdiri tegak, tanah timbunan harus dipadatkan, dan bola tanah sama dengan permukaan tanah. Hal tersebut harus dilakukan dengan tepat agar pertumbuhan dari bibit sawit optimal. Tahap terakhir yaitu pemberian klerat dengan dosis sebanyak 2 butir kemudian plastik dari polybag dipasang pada pancang dengan maksud sebagai tanda bahwa bibit sawit telah selesai disisip. Kegiatan penyisipan ini dilakukan oleh tenaga kerja borongan
sehingga tidak dituntut jam kerjanya. Bibit sisipan berasal dari kebun tetangga yaitu berasal dari Mustika Estate. Untuk kegiatan penyisipan ini prestasi kerja penulis yaitu 5 bibit tanaman, sementara untuk norma kerja karyawan ialah 10 bibit tanaman.
Sensus Pokok Sensus pokok merupakan kegiatan mendata seluruh pokok yang terdapat di suatu blok. Sensus pokok yang dilakukan secara teliti dan teratur dapat memberikan gambaran mengenai keadaan blok yang sebenarnya. Sensus pokok dilakukan secara berkala menurut ketentuan dan secara umum bertujuan untuk mendapatkan data yang lengkap tentang keadaan yang sebenarnya di lapangan yang berkaitan dengan produktivitas tanaman agar diperoleh hasil yang maksimal. Manfaat hasil sensus adalah kemudahan mengelola kebun yaitu : mengetahui jumlah pokok, termasuk keperluan menyisip tanaman, pokok sakit atau abnormal, pokok mati atau kosong, data parit, pengendalian hama dan penyakit, dan kegiatan pemupukan. Data pokok normal dan abnormal yang didapatkan lebih awal akan sangat bermanfaat untuk menyusun program penyisipan, sehingga didapatkan produksi per hektar yang maksimal. Kegiatan sensus pokok ini dilakukan hanya satu kali dalam setahun dan biasanya dilakukan pada akhir tahun. Data-data tanaman ditulis pada blanko sensus pokok, yang terdapat di dalamnya yaitu pokok normal, pokok mati, pokok sisipan, pokok kosong, pokok gajah atau non valuer, pokok tergenang, pokok ganda, parit, batas rendahan dan sungai. Prestasi kerja penulis untuk kegiatan ini adalah 7.5 ha/HK, sementara norma kerja karyawan adalah 7.5 ha/HK.
Sensus Buah Persiapan panen dimulai dari kegiatan taksasi produksi yang dapat dilakukan secara semesteran maupun harian. Tujuan utama dilakukannya sensus buah yaitu untuk mengetahui potensi produksi suatu blok untuk satu semester. Taksasi produksi secara semesteran dilakukan dengan melakukan penghitungan bunga betina yang sudah mengalami penyerbukan sehingga seludang buah telah membuka sampai buah yang siap dipanen.
Penghitungan ini dilaksanakan setiap blok tanaman. Mekanisme pelaksanaan sensus buah yaitu penentuan pokok sampel yang dimulai dari titik sensus (TS) no.1. Penentuan pokok sampel adalah dengan mengambil selang 5 barisan dan dalam tiap baris berselang 5 pokok. Pemberian nomer awal barisan sensus sampel dimulai dari arah Barat Daya (BD) blok tanaman. Pada barisan sensus sampel terdapat tapak jala yang menandakan bahwa dalam barisan tersebut terdapat titik sensus dan pokok sensus. Pokok sensus adalah pokok yang mengelilingi titik sensus sehingga total berjumlah 6 pokok untuk satu titik sensus. Kemudian kayu disangkutkan pada salah satu janjang (sebagai tanda awal penghitungan) selanjutnya penulis menghitung semua janjang yang ada pada pokok tersebut. Janjang yang dihitung adalah mulai dari bunga betina yang sudah dibuahi atau anthesis (bunga cengkih) yang diperkirakan siap dipanen 5 – 6 bulan berikutnya. Janjang yang diperkirakan akan dipanen pada bulan Desember (untuk sensus produksi semester I) dan atau bulan Juni (untuk sensus produksi semester II) tidak dihitung. Setelah penghitungan semua buah, penulis langsung menuliskannya pada batang pokok sawit dari tiap-tiap pokok sensus. Penulisan menggunakan paku atau cat minyak berwarna putih. Sebelum pelaksanaan sensus buah dimulai biasanya asisten divisi akan melakukan
simulasi
terlebih
dahulu
kepada
pekerja,
tujuannya
untuk
mengingatkan kembali tata cara sensus buah yang baik dan benar. Untuk luasan satu blok terdiri dari dua tim sensus, dalam satu tim berjumlah 2 – 3 orang. Pekerjaan ini biasanya menggunakan tenaga kerja perawatan yang semuanya terdiri dari tenaga kerja perempuan. Pekerjaan ini harus dilakukan oleh tenaga kerja tetap dan terspesialisasi sehingga faktor kelalaian dalam menghitung buah sedikit. Pengamatan dilakukan dengan cara mengelilingi pokok sampel sambil melihat ke bagian buah. Pekerjaan ini pada prinsipnya terdapat 3 tempat yang tidak boleh terjadi dalam penghitungan buah yaitu pokok (batang), blanko sensus buah dan jumlah buah itu sendiri. Banyak faktor yang menyebabkan hasil sensus ini menyimpang dari hasil produksi aktual diantaranya kesalahan pekerja dalam menghitung buah, pelepah yang tidak ditunas menyebabkan buah terjepit sehingga tidak terlihat oleh mata
dan kesalahan pekerja itu sendiri dalam merekap hasil sensus buah tersebut secara keseluruhan. Kesalahan sedikit saja maka akan berakibat fatal bagi suatu kebun kaitannya dengan produksi dan budget baik dalam semesteran maupun tahunan. Asisten divisi akan membuat target kepada pekerja sensus buah untuk menyelesaikan semua blok selesai dalam waktu 15 hari. Pada kegiatan ini penulis tidak berkesempatan melakukan sensus produksi secara keseluruhan disebabkan penulis hanya mengikuti sensus produksi hanya sehari. Prestasi kerja penulis untuk kegiatan ini adalah 49 titik sensus. Sementara norma kerja karyawan adalah 49 titik sensus.
Pelaksanaan Teknis Panen Pemanen tiba di lapangan pada pukul 06.45 WITA. Mandor panen akan melakukan absensi dan pengarahan kepada pemanen sebelum pemanen memasuki ancaknya masing-masing. Pukul 07.00 WITA kegiatan panen sudah dimulai. Pemanen memotong semua tandan buah yang telah memenuhi kriteria panen. Pelepah yang menyangga dan menghalangi pemanenan TBS dipotong sependek mungkin dan berbentk seperti tapal kuda, dengan tujuan agar brondolan tidak tersangkut pada ketiak pelepah. Pelepah yang dipotong dirumpuk di gawangan mati. Tandan buah yang telah dipotong kemudian diangkut ke TPH dengan angkong, brondolan yang tersangkut di ketiak pohon, piringan dan pasar rintis diambil dan dimasukan ke dalam karung goni kemudian diletakan di TPH. Tandan dan brondolan harus bersih dari kotoran atau sampah (batu, pasir, tanah, atau kotoran lainnya), karena hal ini dapat membahayakan pada saat proses pengolahan di Pabrik Kelapa Sawit (PKS). Tangkai tandan buah yang panjang dipotong sependek mungkin (< 3 cm) dengan menggunakan kapak sehingga menyerupai “cangkem kodok” kemudian diberi nomer sesuai dengan nomer pemanen.
Panen Tanaman kelapa sawit dianggap sudah menghasilkan pada tahun ketiga hingga keempat setelah ditanam. Sementara itu, buah kelapa sawit biasanya sudah dianggap matang sekitar 6 bulan setelah penyerbukan (Sunarko, 2007). Panen
adalah kegiatan memotong tandan matang, mengutip brondolan, mengumpulkan serta mengangkut hasil ke TPH dan pabrik. Tujuan kegiatan panen adalah untuk mendapatkan rendeman minyak yang tinggi dan kadar ALB yang rendah dan memelihara tanaman agar tetap dalam kondisi baik. Hal ini dapat dicapai dengan menerapkan kriteria, sistem rotasi, premi, dan denda, pengawasan, administrasi panen dengan cara dan waktu yang tepat. Cara yang tepat akan mempengaruhi kuantitas produksi minyak (rendeman). Waktu yang tepat akan mempengaruhi mutu minyak (ALB).
Persiapan Panen Persiapan panen perlu dilakukan agar pelaksanaan panen dapat berjalan dengan baik. Kegiatan persiapan panen ini adalah perbaikan dan pengerasan jalan, perawatan TPH, pembuatan dan perawatan pasar rintis (pasar panen), pembersihan pokok piringan, pemasangan jembatan dan titi panen, dan lain-lain. Persiapan panen ini dilakukan secara bertahap sampai kegiatan panen berlangsung.
Kriteria Matang Panen Suatu areal pertanaman kelapa sawit dinyatakan dapat dipanen jika (1) 60 % dari seluruh pohon yang hidup dalam areal tersebut sudah mencapai matang panen, (2) sebagian buah sudah membrondol secara alamiah, dan (3) bobot ratarata tandan sudah mencapai 3 kg (Yahya, 1990). Kriteria matang panen merupakan indikasi yang dapat membantu pemanen agar memotong TBS pada saat yang tepat yaitu pada saat kandungan minyak dalam daging buah maksimum dan kandungan asam lemak bebas minimum. Di GKE menetapkan aturan untuk tandan buah yang layak dipanen adalah minimum terdapat 5 brondolan lepas yang bukan brondolan parthenokarpi atau brondolan muda karena serangan tikus, atau penyakit.
Angka Keraparan Panen Angka kerapatan panen adalah angka yang menunjukan persentase jumlah buah yang matang pada suatu seksi yang akan dipanen. Angka kerapatan panen
digunakan untuk mengetahui taksasi prosuksi, cara mencarinya adalah dengan menghitung jumlah pohon yang diperiksa dibagi dengan jumlah pohon yang akan dipanen (terdapat buah matang) maka rumusnya adalah :
Angka Kerapatan Panen (AKP) =
jumlah pokok sampel dipanen x 100 % total pokok sampel
Pohon yang akan diamati yaitu diambil pokok sampel sebanyak 120 – 200 pokok dalam penempatan pokok sampel tersebut harus dapat mewakili dari semua pokok dalam satu blok yaitu sebanyak 5 pokok secara horizontal dan 5 pokok secara vertikal dalam setiap barisnya, sehingga akan menyerupai bentuk zig-zag, yang disajikan dalam Gambar Lampiran 1. Sementara jumlah blok yang akan diamati adalah 7 blok. Nilai AKP pada umumnya berbeda tiap bloknya hal ini dipengaruhi oleh iklim, umur tanaman, dan lokasi tanaman. Untuk tanaman yang baru dikonversi dari status TBM menjadi TM, masih berproduksi maksimal.
Sistem Panen dan Rotasi Panen Sistem panen yang digunakan di Kebun GKE adalah Block Harvesting System (BHS). BHS adalah sistem panen yang kegiatannya setiap hari kerja terkonsentrasi pada satu seksi panen tetap berdasarkan interval yang telah ditentukan dan pindah bersama-sama ke seksi lainnya. Setiap pemanenan memiliki ancaknya masing-masing dengan luasan tertentu pada setiap seksi panen. Seksi panen merupakan luasan areal yang dipanen oleh beberapa pemanen dalam satu hari panen. Rotasi panen yang dilaksanakan di GKE adalah 6/7 hari. Rotasi panen 6/7 artinya areal dibagi menjadi 6 seksi panen sehingga terdapat 6 hari panen dengan rotasi ulang 7 hari.
Tenaga Pemanen Tenaga pemanen merupakan ujung tombak perusahaan sebagai elemen yang paling fital bagi perusahaan dibanding dengan tenaga kerja perawatan, tenaga panen sebaiknya merupakan karyawan yang terspesialisasi dengan pekerjaan panen dan merupakan karyawan yang tetap, sehingga nantinya kualitas produksi yang akan dicapai semakin baik. Kebutuhan tenaga pemanen disesuaikan
dengan luas seksi untuk setiap hari panen. Sementara untuk kebutuhan tenaga kerja panen di Divisi I masih kurang dari standar sehingga untuk mencapai umur pusingan normal dengan tingkat kematangan buah tinggi, biasanya panen akan dilaksanakan pada hari libur (kontanan). Luas ancak panen masing-masing pemanen sekitar 3 – 4 ha yang tergantung dari luas blok dan jumlah pemanen yang hadir pada setiap mandoran. Pada saat tertentu, apabila pemanen tidak dapat hadir maka ancak panennya akan dikerjakan oleh pemanen lain yang tergabung dalam satu kelompok kecil pemanen (KKP) dan diatur oleh mandor panen. Pengaturan tenaga pemanen juga disesuaikan dengan keadaan produksi di lapangan. Pada saat musim prosuksi tinggi, mandor panen akan menambah jumlah tenaga kerja pemanen dengan cara menyuruh tenaga kerja perawatan untuk membantu mengutip brondolan dengan persetujuan asisten divisi atau dengan menambah jam kerja pemanen, sedangkan pada saat musim produksi rendah, mandor panen dapat mengalihkan tenaga pemanen untuk melakukan kegiatan tunas progresif. Untuk menghitung penggunaan tenaga kerja pemanenan buah berdasarkan sensus buah maka dapat digunakan rumus sebagai berikut : Kebutuhan Tenaga Kerja Panen =
Taksasi Bulanan ÷ 25 Hari Output Panen
Contoh perhitungan : produksi pada bulan Mei sebanyak 1 635 630 kg, dan output panen dalam satu hari yaitu 1 250 kg/HK maka kebutuhan tenaga panen untuk bulan Mei adalah : Kebutuhan Tenaga Kerja Panen =
1 635 630 kg ÷ 25 Hari = 52 orang 1 250 kg/HK
Peralatan Panen Untuk memotong tandan buah dan mengangkutnya ke TPH diperlukan sarana pendukung yaitu peralatan panen. Alat yang paling fital dalam kegiatan panen adalah egrek dan dodos. Egrek yang digunakan dalam panen pun memiliki spesifikasi khusus TM yang tinggi pohonnya masih rendah dan TM yang tinggi pohonnya sudah tinggi. Alat dan perlengkapan panen yang digunakan harus sesuai dengan kondisi dan umur tanaman. Alat dan perlengkapan panen tersebut harus sudah tersedia
pada saat panen. Alat panen yang digunakan di Kebun GKE adalah angkong, egrek dan sambungannya, kampak, batu asah, karung goni, dodos, dan gancu. Alat dodos kecil dengan lebar mata 8 cm, panjang 18 cm digunakan untuk potong buah pada tanaman umur 3 – 4 tahun. Alat dodos besar dengan lebar mata 14 cm, panjang 18 cm digunakan untuk potong buah pada tanaman umur 5 – 8 tahun, potong buah harus membuang cabang yang menyangga buah tersebut. Egrek digunakan pada tanaman berumur > 8 tahun atau sejak tanaman mencapai tinggi 3 m. Karung goni digunakan untuk mengumpulkan brondolan, batu asah digunakan untuk mengasah dodos atau egrek, gancu dipergunakan untuk mengangkat janjang ke tempat lain, kampak digunakan untuk memotong pelepah atau cabang kelapa sawit dan memotong tangkai tandan, angkong digunakan untuk mengangkut buah ke TPH. Sementara untuk memberi nomer pemanen di TPH yaitu menggunakan tanah yang ada di sekitar blok. Alat-alat kerja untuk panen yang akan digunakan berbeda berdasarkan tinggi tanaman. Penggolongan alat kerja tersebut dibagi menjadi tiga bagian, yaitu alat untuk memotong TBS, alat untuk membongkar muat TBS, dan alat untuk memuat TBS ke TPH. Kualitas dari alat dan perlengkapan panen yang ada kurang diperhatikan oleh pemanen. Dodos yang kurang diasah menyebabkan lamanya buah turun. Pengecekan ban angin angkong juga perlu diperhatikan karena ketika angkong penuh dengan TBS dapat menyebabkan ban kempes sehingga menghambat pengangkutan TBS ke TPH.
Basis dan Premi Panen Pada Kebun GKE ada dua jenis basis panen yang diterapkan yaitu siap borong dan basis borong. Siap borong adalah jumlah tandan yang harus diselesaikan dalam satu hari kerja (7 jam) oleh setiap pemanen. Basis borong adalah batas minimal TBS yang harus diperoleh seorang pemanen dalam satu hari kerjanya. Basis borong ini berbeda-beda menurut tahun tanam (umur tanaman), berat janjang rata-rata (BJR), dan jumlah jam kerja. Selisih antara siap borong dan basis borong adalah premi bagi pemanen. Apabila pemanen mampu mencapai basis tugas pada hari itu, maka selain mendapat premi TBS pemanen juga mendapat premi kerajinan. Premi panen
adalah suatu insentif atau penghargaan yang diberikan perusahaan bagi pemanen yang telah melakukan tugas dengan baik sesuai ketentuan perusahaan. premi yang diberikan kepada pemanen adalah premi siap borong dan premi lebih borong. Premi siap borong adalah premi yang diberikan kepada pemanen pada saat jumlah janjang panen sama dengan atau lebih dari jumlah janjang basis borong yang telah ditentukan. Besarnya premi basis borong (dinyatakan dalam Rp/HK), nilai adalah sama untuk seluruh tahun tanam. Premi lebih borong adalah premi yang diberikan kepada pemanen pada saat pemanen mendapat jumlah janjang panen lebih dari jumlah janjang basis borong yang telah ditentukan. Besarnya premi lebih borong (dinyatakan dalam Rp/janjang), nilainya berbeda untuk setiap tahun tanamnya tergantung berat janjang rata-rata. Pemberian premi panen bertujuan memotivasi pemanen untuk memperoleh hasil yang tinggi sesuai dengan tata tertib panen. Untuk pokok tua jumlah basis borongnya lebih rendah dari pokok dewasa karena faktor kesulitan dalam panen kelapa sawit tua lebih besar dibanding dengan tanaman dewasa, karena pada umumnya pokok sawit akan berproduksi lebih sedikit sejalan dengan bertambahnya umur tanaman. Selain itu pada pokok tua lebih tinggi dari pokok dewasa dan bisa mencapai ketinggian 15 m, sehingga memerlukan egrek yang lebih panjang. Berat janjang rata-rata suatu blok juga menentukan basis borong potong buah dengan norma standar potong buah bagi seorang pemanen ialah sebesar 1 250 – 1 308 kg/HK, sehingga untuk BJR yang tinggi maka basis borongnya lebih rendah dibanding dengan BJR yang rendah. Untuk pemanen premi basis borongnya bila mencapai P 0 adalah sebesar Rp 2 000, mencapai P 1 sebesar Rp 4 000, dan mencapai P 2 sebesar RP 6 500 sehingga total bila ia mencapai basis P 2 adalah sebesar Rp 12 500. Pada sistem BHS Dol 2 tenaga pembrondol tidak diberikan premi basis borong melainkan hanya premi lebih borong. Contoh perhitungan premi : Seorang pemanen mendapatkan TBS sebanyak 170 janjang, panen dilaksanakan di blok T1 dengan tahun tanam 1990 pada hari Senin, premi lebih borong Rp. 325/janjang, premi basis borong untuk P2 sebesar Rp. 12 500, sehingga pemanen tersebut mendapatkan premi sebesar = (Total janjang – P 2);
(170 janjang – 120 janjang) = 50 janjang; pemanen mendapatkan premi basis borong 50 janjang x Rp. 325 / janjang = Rp. 16 250. Total pemanen tersebut mendapatkan premi yaitu Rp. 16 250 + Rp. 12 500 = Rp. 28 750. Ketentuan basis borong dan lebih borong yang berlaku di kebun GKE dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Premi Siap Borong, Basis Borong, dan Lebih Borong Berdasarkan Divisi, Tahun Tanam dan BJR di Gunung Kemasan Estate.
I
II
III
Basis Jum’at
Lebih Borong
6500
P2 Rp
P1 Rp
Rp
P0
4000
Basis Jum’at
2000
Basis Borong Picker
6500
P2 Rp
P1 Rp
2000
P0
4000
Tahun Tanam Rp
Divisi
Basis Borong Cutter
Cutter
Picker
1989
80
95
110
175
71%
57
67
78
350
50
1990
90
105
120
175
71%
64
75
85
325
50
1991
105
120
135
175
71%
75
85
96
300
50
1992
125
140
155
175
71%
89
99
110
300
50
1993
125
140
155
175
71%
89
99
110
300
50
1998
175
200
225
175
71%
124
142
160
200
50
2000
165
190
215
175
71%
117
135
153
200
50
1991
100
115
129
175
71%
71
82
92
325
50
1992
120
137
154
175
71%
85
97
109
300
50
1993
165
189
212
175
71%
117
134
151
300
50
1998
175
200
225
175
71%
124
142
106
200
50
2000
165
189
212
175
71%
117
134
151
200
50
1990
90
105
120
175
71%
64
75
85
325
50
1991
105
120
135
175
71%
75
85
98
300
50
1992
110
125
140
175
71%
78
89
99
300
50
1993
105
120
135
175
71%
75
85
96
300
50
1996
120
137
154
175
71%
85
97
109
250
50
1998
130
149
167
175
71%
92
106
119
200
50
2000
120
137
154
175
71%
85
97
109
250
50
Sumber : Kantor Besar GKE (2008)
Premi mandor panen diberikan apabila terdapat pemanen yang dibawahinya dapat mencapai basis borong. Secara umum pemberian premi kepada mandor pada sistem organisasi BHS Dol 2 disajikan pada Tabel Lampiran 4.
Sistem Pengawasan Pengawasan panen di Kebun GKE dilakukan oleh krani panen, mantri buah, mandor panen, mandor I, asisten divisi, dan staf Quality Assurance (QA) yang ditunjuk dari perwakilan PKS. Pengawasan dilakukan dengan memeriksa ancak panen buah di TPH. Pengawasan bertujuan agar mutu ancak dan buah dapat terjaga. Pemerikasaan ancak dilakukan setiap hari oleh mandor panen, sedangkan mantri buah memeriksa ancak dua kali pada setiap rotasi. Ancak panen yang diperiksa meliputi buah matang tidak dipanen, brondolan tidak dikutip, tandan matang tidak diangkut ke TPH, pelepah sengkleh dan rumpuk, brondolan hitam atau busuk, dan kondisi pokok. Buah yang berada di TPH diperiksa oleh krani panen yang meliputi jumlah buah yang dipanen, buah mentah, buah kurang matang, buah matang, buah busuk atau buah lewat matang, dan gagang panjang. Mantri buah bertanggung jawab langsung kepada estate maneger. Pemeriksaan yang dilakukan mantri buah meliputi pemeriksaan mutu ancak, mutu buah, dan persentase brondolan secara bergilir pada setiap divisi. Pemanenan yang melakukan kesalahan akan memperoleh hukuman berupa denda dan sanksi dengan tujuan agar pemanen dapat melaksanakan ketentuan panen secara benar dan tidak mengulangi kesalahan yang telah diperbuat. Apabila pemanen tetap melakukan kesalahan yang sama, maka pemanen tersebut akan mendapatkan surat peringatan yang diberikan oleh mendor dengan persetujuan asisten divisi. Denda yang ditetapkan dapat dilihat pada Tabel Lampiran 5. Pemeriksaan yang dilakukan dapat meningkatkan mutu buah, mutu ancak, produksi dan dapat diketahui pemanen yang berprestasi dan malas. Pemanen yang berprestasi dapat terlihat dari mutu ancak dan besarnya premi potong buah yang diterimanya, sedangkan pemanen yang malas terlihat dari ancak yang tidak terjaga, dan kecilnya premi potong buah yang diterimanya.
Pengangkutan Tandan Buah Segar Pengangkutan TBS dan brondolan adalah kegiatan pengangkutan dari TPH ke PKS pada setiap hari panen. TBS dan brondolan harus diangkut secepatnya ke PKS untuk diolah pada hari itu juga (maksimal 24 jam), tidak boleh ada restan di TPH dan brondolan harus bersih dari kotoran. Hal ini dilakukan supaya minyak yang dihasilkan tetap bermutu baik. Pengelolaan pengangkutan TBS pada prinsipnya memiliki sasaran yaitu, meningkatkan produktivitas kendaraan, menjaga agar FFA atau ALB produksi harian berkisar antara 2 – 3 %, kapasitas atau kelancaran pengolahan di pabrik, keamanan TBS di lapangan, dan biaya (Rp/kg TBS) unit transport yang murah. Dalam kegiatan pengangkutan TBS terdapat tiga mata rantai atau faktor terpenting dan saling mempengaruhi, seperti tercantum pada Gambar 4 di bawah ini. Panen
Pengolahan
Pengangkutan
Gambar 4. Faktor-faktor yang berpengaruh dalam kegiatan pengangkutan TBS Sumber : Vademicum Minamas Plantation (2008)
Pengangkutan pada kegiatan panen meliputi pengangkutan TBS ke TPH dan dari TPH ke PKS. Pengangkutan TBS ke TPH menggunakan alat bantu angkong. Dalam satu angkong berisi 7 – 9 janjang tergantung BJR. Pengangkutan TBS ke TPH harus hati-hati karena pengangkutan TBS ke TPH dapat meningkatkan ALB (asam lemak bebas) akibat guncangan dan penggoresan pada saat menaikan dan menurunkan buah. Faktor-faktor yang mempengaruhi kelancaran pengangkutan TBS dari TPH ke PKS yaitu sebagai berikut : 1. Organisasi potong buah
Potong buah untuk setiap harinya diusahakan terkonsentrasi dan jangan terpencar-pencar antara mandoran yang satu dengan mandoran yang lain.
Hindari adanya potongan-potongan ancak panen setiap mandoran, artinya kegiatan panen diusahakan satu seksi tersebut harus selesai dalam satu hari panen.
Setiap selesai panen pada satu pasar rintis, maka TBS yang dipanen harus langsung dikeluarkan ke TPH. Hal ini perlu dilakukan agar kegiatan pengangkutan TBS dapat segera dimulai paling lambat pukul 09.00 WITA setiap harinya.
Oleh karena itu, krani buah harus secepatnya memeriksa dan menerima buah di TPH.
Taksasi panen dan realisasi panen harus diusahakan seakurat mungkin. Hal ini dimaksudkan untuk menentukan jumlah kendaraan yang harus disediakan untuk mengangkut TBS pada hari itu.
2. Bentuk atau pola jalan
Desain jalan diusahakan agar lurus dan jarak antara jalan pengumpul buah (collection road) maksimum ± 300 m (33 – 34 pokok).
Jalan-jalan buntu (tidak tembus) agar diminimalkan dan sebaiknya tidak ada.
Desain jalan pada areal berbukit diusahakan bentuknya tidak terlalu terjal atau curam, bila diperlukan jalan pengumpul dibangun di kaki bukit.
3. Kondisi atau perawatan jalan
Faktor utama kelancaran TBS adalah kondisi dan perawatan jalan yang sesuai. Hal ini dimaksudkan agar kondisi jalan senantiasa baik dan bisa dilalui termasuk pada kondisi musim hujan.
Untuk menjaga kondisi jalan agar tetap baik, maka penggunaan road greader harus lebih efektik.
Perawatan jalan dengan menggunakan batu padas terutama pada permukaan jalan sebaiknya diminimalkan, karena hal ini dapat mengganggu kegiatan perawatan jalan dengan menggunakan road greader yakni menimbulkan kerusakan pada mata pisau (blits).
Selain itu batu padas juga dapat menyebabkan kerusakan garden pada kendaraan lain yang melewatinnya.
Banyaknya unit pengangkutan TBS di Divisi I adalah tiga unit, yang terdiri dari satu unit jenis dump truck kapasitas 5 – 6 ton, satu unit jenis dump truck kapasitas 7 – 8 ton milik perusahaan, dan satu jenis dump truck kapasitas 5 – 6 ton milik kontraktor. Setiap unit pengangkut TBS memiliki ancaknya masing-masing yang terbagi dalam setiap mandoran. Pengangkutan TBS dengan truk milik perusahaan sendiri dan truk sistem kontrak memiliki keuntungan dan kerugian. Keuntungan truk milik perusahaan sendiri :
Sebelum mengangkut buah dapat digunakan untuk mengangkut aplikasi janjang kosong dan tenaga kerja.
Dalam pengisian TBS ke dalam truk tidak akan melebihi kapasitas truk sehingga jalan tidak cepat hancur dan truk terawat dengan baik.
Kerugian truk milik perusahaan sendiri :
Biaya pemeliharaan truk cukup tinggi sehingga perusahaan terpaksa menambah biaya pemeliharaan.
Pada saat panen rendah hanya sebagian truk yang terpakai sehingga keuntungan perusahaan berkurang.
Pengangkutan TBS dengan sistem kontrak memiliki keuntungan :
Perusahaan dapat menyewanya sesuai dengan kebutuhan.
Tidak perlu mengeluarkan biaya pemeliharaan.
Kerugian pengangkutan TBS dengan sistem kontrak :
Pengisian TBS yang melebihi kapasitas mengakibatkan jalan cepat hancur.
Jika digunakan untuk pengangkutan pupuk dan tenaga kerja perusahaan harus mengeluarkan biaya lembur atas pekerjaan tersebut.
Mekanisme pengangkutan TBS yaitu truk berangkat pertama kali sekitar pukul 09.00 WITA, saat sebagian ancak panen telah selesai. Pengangkutan dilakukan paling lambat 12 jam setelah buah dipotong. Tujuannya adalah untuk
menghindari peningkatan kadar asam lemak bebas. Pada umumnya untuk satu unit transport TBS kapasitas 5 – 6 ton selesai mengangkut TBS dari TPH menghabiskan waktu sekitar 2.5 jam untuk pemberangkatan pertama. Sementara unit dengan kapasitas 7 – 8 ton menghabiskan waktu sekitar 3 jam untuk pemberangkatan pertama. Pengangkutan dilakukan dengan mendatangi semua TPH dalam blok yang dipanen. TBS yang telah tersusun rapi dicatat terlebih dahulu oleh krani buah kemudian dimuat ke truk oleh tenaga kerja pemuat buah dengan menggunakan tojok besi sebagai gancu yang berguna untuk menyusun buah di atas truk. Apabila truk sudah memenuhi kapasitas muat, maka TBS diangkut ke PKS untuk diolah selanjutnya.
Organisasi Panen Pengorganisasian panen sangat penting agar tandan buah yang matang panen dapat dipanen berdasarkan penyebaran panen dan dapat diselesaikan sesuai dengan jadwal pemanenan. Pada Kebun GKE, mandor panen memberi ancak kepada masing-masing pemanen. Mandor panen membawahi sekitar 16 – 18 orang pemanen per mandoran, sementara di Divisi I memakai 3 mandor panen. Pemeriksaan ancak dilakukan pada saat kegiatan panen berlangsung dan pencatatan jumlah TBS pemanen dilakukan oleh krani buah setelah setengah ancak terselesaikan. Mandor panen bertanggung jawab langsung kepada mandor I dan asisten divisi. Krani buah melakukan koordinasi dengan mandor panen untuk pengangkutan TBS, sehingga tidak ada TBS yang tertinggal di TPH pada hari panen tersebut. Selain itu juga krani buah bertugas untuk menyeleksi tandan di TPH sebelum kernet buah mengangkutnya ke unit transport. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan mutu buah dan sistem pengawasan yang ketat.
Aspek Manajerial
Pendamping Mandor Manajemen tingkat karyawan non staf meliputi karyawan yang bertugas membantu jalannya kegiatan, baik di kebun maupun pada administrasi kantor.
Karyawan non staf terdiri atas mandor, krani estate yang dibantu oleh krani divisi dan krani buah. Mamajemen tingkat karyawan non staf meliputi pengelolaan di bidang administrasi dan menyangkut
kegiatan yang direncanakan dan
dilaksanakan mandor, petugas administrasi kebun maupun krani lainnya. Mandor bertanggung jawab atas semua kegiatan yang dilaksanakan anggotanya, di bawah pengawasan mandor I dan asisten kebun. Kegiatan yang dilaksanakan selama menjadi pendamping mandor adalah mengetahui tahapan pekerjaan, mengabsensi semua tenaga kerja yang digunakan, mengawasi pekerja, mengawasi penggunaan bahan serta mengisi laporan harian mandor, hal-hal yang perlu dicatat dalam laporan mandor antara lain : jumlah tenaga kerja dan bahan yang digunakan, prestasi yang dicapai oleh pekerja dan luas areal yang dikerjakan. Selama penulis menjadi pendamping mandor, kegiatan yang diawasi adalah panen, penyemprotan, pemupukan, krani divisi dan krani buah.
Krani Buah Tugas dari krani buah adalah menghitung jumlah buah yang diangkut ke pabrik serta menyortasi buah yang telah disusun di TPH. Apabila pada TPH ditemukan buah yang mentah, kurang matang maka krani buah akan mencatatnya ke dalam buku laporan penerimaan buah sawit sebagai denda atau sangsi kepada pemanen. Khusus untuk buah mentah di TPH krani panen akan menyuruh pemanen untuk membelah buah tersebut sebagai tanda, bahwa buah tersebut tidak masuk ke dalam sampel grading di PKS. Tugas yang dilakukan penulis saat menjadi krani buah adalah mencatat jumlah buah yang diperoleh oleh pemanen pada setiap bloknya, serta memastikan TPH bersih dari brondolan. Pencatatan jumlah buah yang dilakukan krani buah harus lebih dahulu dari pada pengangkutan buah yang dilakukan oleh kenek buah. Sehingga masalah pencatatan jumlah buah yang tidak valid dapat dihindari. Oleh karena itu, harus ada kerjasama antara krani buah dengan kenek buah.
Krani Transportasi Tugas dari krani transportasi adalah memastikan buah dari kebun sampai ke PKS, menghitung kebutuhan truk, mengabsensi tenaga kerja kenek buah,
memeriksa dan melaporkan buah restan, melaporkan truk yang terjebak di jalan rusak dan menginformasikan kondisi keadaan jalan yang akan dilalui. Mandor transportasi mengawasi 3 unit transportasi pengangkut buah, truk pemupukan, truk pengangkut tenaga kerja dan unit berat lainnya seperti greder, TLB, ford, dan lain-lain. Tugas yang dilakukan penulis saat menjadi pendamping mandor transportasi adalah mengabsensi tenaga kerja kenek buah, memeriksa dan melaporkan buah restan dan melaporkan truk yang terjebak di jalan rusak. Pengangkutan buah dimulai jam 9 pagi sampai semua buah terkirim ke PKS.
Mandor Pupuk Rencana kerja pemupukan dibuat oleh asisten yang diajukan kepada manejer kebun. Rencana kerja terdiri atas tahun tanam, luas areal dan blok, jumlah tanaman, jenis pupuk, dosis serta waktu pemupukan. Krani divisi membuat bon permintaan dan pengeluaran barang yang telah direncanakan asisten untuk satu kali aplikasi yang ditujukan kepada kepala gudang. Pembuatan bon ini dilakukan sehari sebelum hari aplikasi. Pada kegiatan pemupukan, asisten, mandor I serta mandor pupuk saling berkoordinasi untuk mengawasi kegiatan pemupukan sehingga permasalahan losses pupuk dapat dikurangi. Pada saat melakukan pengawasan pekerjaan pemupukan penulis melakukan pengawasan mulai dari pengangkutan dari gudang, pengeceran dari truk ke lapangan, pelangsiran pupuk di lokasi pemupukan sampai kegiatan penaburan pupuk pada pokok kelapa sawit. Jumlah karyawan yang diawasi penulis pada saat melakukan pemupukan selama dua hari adalah 21 orang yang merupakan tenaga kerja perempuan dengan luas areal 124 ha, sedangkan pupuk yang digunakan adalah pupuk dolomit sebanyak 16 125 kg. Realisasi pemupukan dilaporkan setelah kegiatan pemupukan berlangsung oleh mandor pupuk yang dimasukan ke dalam buku kegiatan mandor.
Mandor Penyemprotan Sebagai pendamping mandor penyemprotan, penulis ikut membantu dalam pengawasan tenaga kerja dan bahan yang digunakan. Untuk permintaan herbisida, divisi terlebih dahulu membuat bon permintaan dan pengeluaran barang (BPPB)
yang dibuat oleh krani divisi. Selanjutnya bon tersebut diperiksa oleh asisten divisi untuk kemudian disetujui, kemudian diajukan kepada kepala gudang untuk mengambil bahan kimia tersebut. Sebelumnya air untuk mencampur bahan kimia telah diisi pada hari sebelumnya setelah penyemprotan selesai. Air yang digunakan tersebut harus bersih dari kotoran, dengan tujuan agar menghindari kerusakan pada alat semprot, kran tersumbat pada tangki mobil, serta daya kerja herbisida yang optimal. Tugas mandor penyemprotan di lapangan yaitu : mengabsensi tenaga kerja, menentukan areal yang disemprot, mengawasi kegiatan kerja, mengawasi kegiatan kerja, mengawasi penggunaan herbisida di lapangan serta mengisi buku kegiatan mandor. Selama menjadi pendamping mandor penyemprotan hal yang harus diperhatikan adalah pengawasan penggunaan herbisida. Pengawasan penggunaan herbisida sangat penting karena kebutuhan herbisida sudah ditentukan, sehingga apabila ada kekurangan, pengendalian gulma menjadi kurang efektif.
Mandor Panen Panen merupakan bagian yang berkaitan dengan produksi. Pengawasan produksi adalah salah satu kegiatan manajemen yang harus dilakukan untuk melihat kemajuan usaha yang telah dicapai, rencana ke depan maupun tingkat efesiensi yang telah dilakukan. Pencatatan produksi dilakukan menurut aturan atau format tertentu yang sudah dibakukan dan up to date. Pengawasan dilakukan dari tingkat mandor sampai asisten divisi yang bersifat kontrol setiap hari. Tugas dan tanggung jawab mandor panen adalah mengancakan tenaga kerja pemanen untuk pemanenan setiap hari. Mengawasi dan mencatat seluruh kegiatan panen dan lokasi panen dalam ancaknya setiap hari dalam pekerjaan di lapangan berkoordinasi dengan krani buah dan melapor kepada mandor I. Bertanggung jawab atas hasil panen atau produksi kualitas maupun kuantitas dalam ancak divisi dan bertanggung jawab langsung kepada mandor I dan asisten divisi.
Krani Divisi Krani divisi merupakan manajemen tingkat divisi dalam suatu divisi, dan seorang krani harus bertanggung jawab terhadap administrasi dalam divisinya. Krani divisi bertugas membuat bon permintaan bahan, mengisi laporan rencana dan realisasi pekerjaan bulanan, mengisi daftar hadir karyawan, mengisi buku prestasi kerja karyawan, mencatat seluruh kegiatan harian, mengarsir dan membuat peta pekerjaan, membuat dan merangkum data produksi panen. Kegiatan yang dilakukan penulis saat menjadi krani divisi adalah mengisi laporan rencana dan realisasi pekerjaan bulanan, mengisi daftar hadir karyawan, mengisi buku prestasi kerja karyawan, mencatat seluruh kegiatan harian.
Pendamping Asisten Manajemen tingkat staf terdiri dari manajer kebun dan asisten yang dibantu oleh unsur pendukung lainnya. Tugas dan tanggung jawab asisten divisi adalah mengelola kegiatan divisi untuk mencapai target produksi divisi dan mengelola seluruh kegiatan divisi. Asisten divisi juga bertugas melaksanakan adminsitrasi divisi dengan tertib, pembinaan sumber daya manusia yang ada di divisi, pengendalian biaya yang telah disetujui manajer, dan berwenang untuk memberi persetujuan atas buku mandor serta bertanggung jawab terhadap manajer kebun secara langsung. Asisten kebun juga bertanggung jawab secara penuh terhadap kondisi kebun selama 24 jam, yang meliputi semua pekerjaan yang ada di divisi maupun dalam lingkungan kemasyarakatan. Selama menjadi pendamping asisten, penulis melakukan pengawasan terhadap semua pekerjaan yang ada di divisi I, secara keseluruhan baik terhadap pekerja maupun mandor. Penulis ikut mengontrol semua pekerjaan bersamaan dengan asisten divisi ke setiap blok yang ada pekerjaan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pencapaian Produksi Kuantitas produksi merupakan jumlah nyata produksi yang ingin dicapai oleh suatu perusahaan, yang dalam hal ini berarti tonase TBS yang dihasilkan ataupun jumlah minyak kelapa sawit yang berhasil diekstraksi dari TBS yang dihasilkan. Selain itu juga inti kelapa sawit dapat juga memberikan pendapatan kepada perusahaan yaitu dengan menjualnya kepada perusahaan lain. Perencanaan produksi di Kebun GKE ditetapkan berdasarkan hasil sensus buah. Sensus buah dilakukan untuk memperkirakan produksi tanaman pada semester atau enam bulan berikutnya. Sensus buah untuk semester I dilakukan pada bulan Januari, sementara untuk semester II dilakukan pada bulan Juni. Data produksi harian, bulanan, dan semesteran dipantau secara intensif oleh perusahaan untuk mengetahui persentase pencapaian target bulanan, semesteran, dan tahunan yang ditargetkan dengan batas toleransi penyimpangan sebesar 3 %. Data produksi TBS disajikan dalam Tabel 3.
Tabel 3. Output TBS Kebun GKE Tahun
Luas
Produksi
Produktivitas
Areal (ha)
(ton)
(ton/ha/thn)
2003
3167
34 909
11.02
2004
3167
39 110
12.34
2005
3286
39 192
11.92
2006
3286
48 630
14.79
2007
3286
48 913
14.88
Sumber : Kantor Besar GKE (2008)
Tingkat produksi kelapa sawit juga di Kebun Gunung Kemasan Estate mengalami peningkatan produksi yaitu pada tahun 2003 – 2007. Sementara antara rentang tahun 2004 ke tahun 2005 luas areal pertanaman di kebun GKE mengalami peningkatan, hal ini disebabkan oleh adanya kerjasama antara kebun
GKE dengan kebun tetangga dengan adanya penambahan blok. Sehingga produksi meningkat. Produksi kelapa sawit dipengaruhi oleh jumlah pokok produktif, bahan tanaman, kondisi iklim, curah hujan, topografi, kultur teknis, kebijakan perusahaan, dan faktor sosial seperti pencurian TBS. Menurut Rankine dan Fairhurst (1998), terjadinya fluktuasi produksi pada setiap bulan dipengaruhi oleh lima faktor yaitu produksi daun, nisbah kelamin, keguguran bunga, bobot janjang dan iklim. Curah hujan yang tinggi juga akan mendorong pembentukan bunga, sedangkan curah hujan yang rendah akan menghambat produksi bunga (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2000).
Kriteria Matang Panen Kriteria matang panen merupakan indikasi yang dapat membantu pemanen agar memotong buah pada saat yang tepat. Kriteria matang panen ditentukan pada saat kandungan minyak maksimal dan kandungan asam lemak bebas atau free fatty acid (ALB atau FFA) minimal (Fauzi et al. 2002). Kriteria matang panen yang ideal dipanen adalah 2 brondolan per kg TBS yang jatuh secara alami di piringan (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003). Kriteria matang panen di Kebun GKE adalah 5 brondolan yang jatuh secara alami di piringan. Tingkat kematangan dan Kriteria panen di Kebun GKE dapat dilihat pada Tabel 4. Hubungan rendeman minyak dan kadar asam lemak bebas pada tandan disajikan pada Tabel 5.
Tabel 4. Tingkat Kematangan Buah Pada Tanaman Kelapa Sawit Untuk Kriteria Panen Jumlah Brondolan
Tingkat
Batas
Kematangan
Toleransi
Buah tidak membrondol sama sekali, jumlah
Mentah
brondolan lepas 0 %
(Unripe)
Brondolan lepas kurang dari 5 brondol/kg berat Kurang matang janjang atau 12.5 % - 25 % buah luar
0%
8%
(Under ripe)
membrondol Brondolan lepas 5 brondol/kg berat TBS atau
Matang (Ripe)
85 %
Buah sudah membrondol 51 % - 100 % buah
Lewat matang
5%
luar membrondol atau bagian dalam ikut
(Over ripe)
buah bagian luar telah membrondol 26 % - 50 %
membrondol Buah sudah membrondol keseluruhan yang
Janjang kosong
lepas lebih dari 95 %
(Empty bunch)
Total
2%
100 %
Sumber : Vademicum Minamas Plantation (2008)
Menurut Mangoensoekarjo (2000) panen buah mentah akan merugikan perusahaan karena produktivitas minyak kelapa sawit menurun. Selain itu pengolahan inti kelapa sawit menjadi sulit karena tempurung buah yang belum matang cukup keras. Kandungan minyak sawit meningkat dari tahap mentah ke matang, kemudian menurun pada tahap lewat matang, sedangkan kandungan ALB meningkat dari buah matang sampai lewat matang. Hubungan antara tingkat kematangan buah dengan rendeman minyak dan kadar ALB disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Hubungan Rendeman Minyak dan Kadar ALB Berdasarkan Fraksi Kadar Asam Lemak Fraksi
Rendeman Minyak (%)
0
16.0
1.6
1
21.4
1.7
2
22.1
1.8
3
22.2
2.1
4
22.2
2.6
5
21.9
3.8
Bebas (%)
Sumber : Lubis (1992)
Pengamatan yang dilakukan oleh penulis di lapangan terhadap kualitas mutu buah dengan unsur yang diamati adalah tingkat kematangan buah. Pengamatan dilakukan dengan mengambil sample tujuh tim pemanen dalam satu kemandoran pada satu hari seksi panen. Hasil pengamatan di lapangan dapat diketahui bahwa jumlah tandan mentah fraksi 00 dan 0 sebanyak 3.28 %. Hal yang menyebabkan besarnya persentase buah mentah yang dipanen adalah pemanen ingin memperoleh premi yang tinggi. Pemanen pada buah mentah akan merugikan perusahaan dikarenakan tandan mentah memiliki rendeman yang rendah. Selain itu, tandan mentah akan disortasi oleh pabrik, sehingga mengurangi pemasukan dari hasil penjualan TBS. Tandan fraksi I sebanyak 8.63 %. Tandan matang fraksi 2 dan 3 sebanyak 82.53 %. Nilai persentase pada tandan fraksi 2 dan 3 ini belum memenuhi standar kriteria panen tandan yang ideal yaitu minimal sebesar 85 % (Pedoman Teknis Budidaya Tanaman Kelapa Sawit Minamas Plantation). Faktor penyebabnya adalah pada umumnya pemanen ingin memperoleh lebih borong lebih cepat dan apabila target basis borong belum tercapai biasanya pemanen enggan berjalan lebih jauh, sehingga pemanen akan memotong buah yang seharusnya belum dapat dipanen. Pada tandan fraksi 4 dan 5 sebanyak 3.17 % dan 2.40 %. Hal ini terjadi karena kekurangtelitian pemanen pada rotasi sebelumnya ketika memanen di ancaknya.
Tabel 6. Hasil Pengamatan Tingkat Kematangan Buah di Divisi I Tingkat
Fraksi No Pemanen
Kematangan
Jumlah
Persentase
TBS
(%)
12
13
14
15
17
18
20
00
0
0
1
0
1
2
0
4
0.44
0
5
3
4
3
6
2
3
26
2.84
1
9
9
8
10
15
11
17
79
8.63
2
57
63
69
43
58
69
55
414
45.26
3
45
49
56
45
53
55
38
341
37.27
Lewat
4
6
5
3
2
5
4
4
29
3.17
Matang
5
5
4
2
2
4
4
1
22
2.40
127
133
143
105
142
147
118
915
100
Mentah
Kurang Matang Matang
Jumlah
Sumber : Hasil Pengamatan di lapangan (2008)
Gambar 5. Krani Panen Melakukan Sortasi TBS
Kriteria panen dengan melihat brondolan yang jatuh di piringan kurang diperhatikan oleh pemanen di lapangan. Hal ini disebabkan terkadang brondolan tersangkut di pelepah dan tidak terlihat di piringan. Pemanen lebih melihat pada perubahan warna kulit buah dan mesokarp buah sehingga acuan pengamatan warna kulit dan warna mesokarp ini mengakibatkan tingkat kesalahan panen yang
tinggi yaitu masih ditemukannya buah mentah yang dipanen. Pengamatan warna kulit ini tidak dianjurkan karena perubahan warna kulit dapat dipengaruhi oleh musim dan intensitas cahaya matahari. Pengamatan warna mesokarp dengan cara melukai buah juga tidak dianjurkan karena akan meningkatkan kadar ALB pada buah.
Block Harvesting System (BHS) Tanaman kelapa sawit pada umur 3 sampai 4 tahun akan memasuki masa tanaman menghasilkan (TM) dimana pada masa tersebut buah kelapa sawit sudah mulai dapat dipanen. Pemanenan dapat terus dilakukan sampai tanaman mencapai umur kurang lebih 25 tahun. Perencanaan yang baik dalam pemanenan mutlak sangat diperlukan. Hal ini perlu dilakukan mengingat panen buah kelapa sawit dilakukan pada areal yang luas dan intensitas panen dapat berlangsung setiap hari jika semua areal pertanaman sudah memasuki masa tanaman menghasilkan. Penentuan sistem panen yang digunakan merupakan salah satu bagian dari perencanaan pemanenan. Penentuan sistem panen yang digunakan pada dasarnya bertujuan untuk memperoleh produktivitas dan efisiensi kerja yang optimal. Menurut Tobing (1992) bahwa beberapa faktor yang menjadi pertimbangan dalam penentuan sistem panen, antara lain potensi produksi menurut umur tanaman, keadaan topografi areal, dan kondisi tenaga kerja panen baik jumlah maupun kualitasnya. Sistem panen yang umumnya diterapkan di perkebunan-perkebunan kelapa sawit di Indonesia, yaitu sistem ancak tetap dan sistem ancak giring. Kedua sistem ini mempunyai kelebihan dan kelemahan dalam penerapannya di lapangan. Penerapan sistem ancak tetap dimaksudkan agar para pemanen dari setiap kemandoran panen diberikan ancak panen dengan luas tertentu untuk dapat diselesaikan pada hari itu tanpa ada perpindahan ancak. Kelebihan dari sistem ini, diantaranya pemanen tidak perlu melakukan perpindahan ancak yang berarti dapat menghindari kemungkinan terlalu banyak jalan, mandor panen mempunyai cukup waktu untuk mengawasi atau mengontrol pelaksanaan pemanenan, mempermudah mandor panen untuk langsung menegur atau mendenda kesalahan pemanen, dan mencatat hasil yang dilakukan oleh krani panen relatif lebih sederhana karena
tidak ada perpindahan. Kelemahan dari sistem ini, diantaranya mandor panen kurang kreatif dalam usaha pengaturan atau penyusunan kerja yang lebih efektif, pengangkutan TBS dan brondolan yang cepat kurang dapat diharapkan terutama bila tidak dibarengi dengan adanya keharusan segera mengangkat dan mengumpulkan TBS dan brondolan ke TPH, dan sistem ini hanya berorientasi penyelesaian ancak panen bukan peningkatan hasil output panen, namun kualitas ancak juga seringkali kurang diperhatikan. Penerapan sistem ancak giring dimaksudkan agar pemanen dari setiap kemandoran panen diberikan ancak panen tertentu dalam waktu tertentu, dimana apabila pemanen telah menyelesaikan ancak panen tahapan pertama, maka harus pindah ke ancak panen berikutnya yang telah ditetapkan atau dutunjuk oleh mandor panen sehingga perpindahan dapat terjadi lebih dari dua kali tergantung pada kerapatan buah yang masak. Kelebihan dari sistem ini adalah, TBS dan brondolan dapat sampai di TPH pada waktu yang diinginkan, pengawasan oleh mandor panen lebih intensif karena rentang pengawasan ancak diperkecil, dan pengangkutan tandan buah segar dan brondolan lebih mudah diatur, kelemahan dari sistem ini, diantaranya perpindahan ancak panen akan menimbulkan terjadinya penambahan waktu dan jarak tempuh akan lebih panjang, mandor panen tekadang salah dalam menegur atau mendenda kesalahan pemanenan dikarenakan mandor panen terkadang lupa dengan pemanen yang menyelesaikan ancak tersebut, dan sistem ini hanya berorientasi pada peningkatan output sehingga seringkali pemanen kurang memperhatikan kualitas ancak panen. Kedua sistem panen tersebut diatas pada dasarnya menghendaki hasil output TBS dan brondolan yang tinggi baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Beberapa tahun belakangan ini, sistem panen yang biasa digunakan mengalami perkembangan. Perkebunan kelapa sawit yang termasuk dalam lingkup Group Guthrie yang ada di Indonesia mengembangkan suatu konsep sistem panen terbaru yang dinamakan dengan Block Harvesting System (BHS). Sistem panen ini sudah mulai diterapkan sejak tahun 2002 walaupun pada awal penerapannya mengalami banyak kendala dan kesulitan. BHS merupakan penggabungan dari sistem ancak panen tetap dan sistem ancak panen giring yang
berorientasi pada peningkatan hasil output dari masing-masing pemanen dan penyelesaian ancak sehingga dapat mengurangi kehilangan produksi. Dalam mencapai tujuan pelaksanaan
BHS yang berorientasi pada
peningkatan output pemanen dan penyelesaian ancak panen, perlu disusun langkah-langkah yang sistematis dalam pelaksanaannya di lapangan. Tujuannya agar setiap komponen yang terlibat dalam pelaksanaan BHS mengerti tugas dan tanggung jawabnya sehingga problem produksi yang ada sebelumnya sedikit banyak dapat diatasi. Langkah-langkah pelaksanaan BHS adalah sebagai berikut : 1. Setiap divisi dibagi menjadi enam seksi panen pada peta kebun, dimana setiap seksi panen diberi nama dengan huruf dan dibedakan warnanya dalam peta kebun. Arah perputaran seksi panen ditentukan dan arahnya harus teratur dengan memberikan tanda panah pada peta kebun. Setiap pemanen atau kelompok kecil pemanen (KKP) atau kemandoran panen harus mempunyai ancak panen yang tetap disetiap blok dalam satu seksi panen dimana batas antar pemanen atau antar KKP atau antar kemandoran panen diberi tanda. 2. Penjelasan dan pengertian mengenai Standard Operating Procedure (SOP) panen harus diberikan kepada seluruh pemanen. Tugas mandor dan krani panen adalah memonitor produktivitas, kualitas panen, dan pencatatan administrasi panen. 3. Mandor panen memastikan bahwa seluruh ancak panen sudah dipanen seluruhnya pada hari tersebut dan apabila ada ancak panen yang kosong harus diselesaikan oleh pemanen lain dalam satu KKP. 4. Asisten divisi wajib mengawasi pengangkutan buah dan memastikan hasil panen pada hari tersebut terangkut seluruhnya serta melakukan penilaian terhadap kemajuan pelaksanaan panen, produktivitas, dan efisiensi dengan menganalisa data dari administrasi panen agar dapat dilakukan perbaikanperbaikan. Beberapa ketentuan yang dapat dijadikan acuan untuk mendukung langkah-langkah pelaksanaan BHS, antara lain : 1. Setiap divisi hanya mempunyai satu seksi panen per hari sehingga dalam seminggu setiap divisi mempunyai enam seksi panen.
2. Seluruh kemandoran panen dalam satu divisi melakukan panen pada seksi panen yang sama per hari. 3. Ancak panen tiap kemandoran panen atau KKP atau pemanen di dalam blok tiap seksi panen harus jelas dan bersifat tetap. 4. Pemanen dimulai dan diakhiri dengan arah yang sama dan arah perputaran seksi panen harus selaras antar divisi. 5. Panen diselesaikan blok per blok secara berkelanjutan ke arah jalan koleksi. 6. Mobilisasi pemanen antar blok dalam satu seksi panen harus efisien dan efektif. 7. Kebutuhan tenaga kerja panen tiap seksi panen harus sama. Apabila kerapatan panen rendah, maka tenaga kerja panen dapat diperbantukan ke dalam pekerjaan pemeliharaan yang lain.
Pelaksanaan Block Harvesting System (BHS) Pada dasarnya, sistem BHS memerlukan kerjasama yang baik antar sesama tenaga kerja panen maupun tenaga kerja panen dengan supervisi (asisten, mandor I, dan mandor panen). Hal ini mutlak diperlukan, karena dalam menyelesaikan satu seksi panen baik seluruh tenaga kerja panen dalam satu kemandoran panen maupun antar kemandoran panen harus salalu bersama-sama dalam setiap perpindahan blok sampai selesai satu seksi panen pada hari tersebut. Keuntungan yang diperoleh apabila hal ini berjalan dengan baik adalah buah yang sudah dipanen dapat terangkut semua karena posisi buah berada pada jalur yang sama dan mengurangi kehilangan produksi akibat buah tertinggal di dalam blok maupun di TPH. Komunikasi dan koordinasi antar tenaga kerja panen maupun tenaga kerja panen dengan mandor panen harus dapat berjalan dengan baik. Pembentukan KKP sangat membantu mandor panen dalam mengarahkan tenaga kerja panen untuk dapat menyelesaikan satu seksi panen dalam sistem BHS ini. Secara keseluruhan, pelaksanaan BHS di Kebun GKE dari segi pelaksanaan prosedur kerja sudah berjalan cukup baik. Kelebihan lain dari sistem BHS ini adalah jumlah mandor dapat dikurangi sehingga dapat menekan biaya upah tenaga kerja, mandor tidak terlalu banyak
menyediakan waktu untuk membagi ancak pemanen, pemanen tidak perlu berpindah-pindah sehingga kegiatan panen terkonsentrasi, administrasi pencatatan lebih mudah dan sederhana, pengawasan panen lebih efektif, dan pemanen menjadi lebih giat untuk menyelesaikan ancaknya.
Rotasi Panen Rotasi atau pusingan panen merupakan faktor pembatas dalam menentukan produksi TBS, kualitas mutu buah, mutu transport, pengolahan TBS di PKS, serta biaya eksploitasi. Sementara rotasi panen yang berlaku di Kebun GKE yaitu 6/7. Artinya dalam satu minggu terdapat 6 hari kerja dengan interval 7 hari, sehingga dalam satu bulan setiap seksi dipanen sebanyak 4 kali. Hari kerja setiap pemanen dari hari Senin sampai Sabtu dan jumlah jam kerja setiap hari adalah 7 jam kerja kecuali hari Jumat yaitu hanya 5 jam, maka rincian jam kerjanya ialah sebagai berikut : -
Senin sampai Sabtu (5 x 7) jam + (1 x 5) jam = 40 jam.
-
Persentase jumlah seksi yang dipanen setiap hari adalah :
Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Sabtu
(7 / 40) x 100 % = 17.5 %
Jumat
(5 / 40) x 100 % = 12.5 %
Rotasi Panen Terlambat (Umur Pusingan > 9 hari) Rotasi / pusingan panen terlambat akan menyebabkan buah cenderung over ripe (terlalu masak), bahkan bisa menjadi empty bunch (janjang kosong). apabila ini terjadi maka akan mengakibatkan : Jumlah brondolan meningkat sehingga akan memperlambat penyelesaian ancak panen bahkan basis borongnya sulit tercapai (output kg/HK rendah dan biaya panen meningkat). Peluang losses yaitu janjang masak tertinggal di pokok dan brondolan tidak terkutip menjadi sangat tinggi. Kualitas minyak rendah (FFA > 3 %).
Rotasi Panen Terlalu Cepat (Umur Pusingan < 7 hari) Rotasi / pusingan panen yang terlalu cepat akan mengakibatkan : Pemanen cenderung memotong buah under ripe (agak matang) dan unripe (mentah) untuk memenuhi basis kerjanya. Akibat meningkatnya buah under ripe (agak matang) dan unripe (mentah) dapat menurunkan % OER (Oil Extraction Rate). Meningkatnya biaya pengolahan karena menurunnya kapasitas olah PKS akibat tingginya % buah mogul (unstripe bunch) sehingga proses perebusannya memerlukan waktu yang lebih lama. Pada saat panen rendah biasanya asisten divisi menyuruh mandor panen untuk melaksanakan kegiatan tunas progresif, sebagai langkah untuk mengatasi rotasi panen yang terlalu cepat. Sedangkan pada saat panen puncak umur pusingan bisa mencapai > 9 hari, hal ini disebabkan oleh tingkat kematangan buah yang tinggi, serta dalam sebulannya banyak hari libur sehingga seksi panen yang biasanya dapat selesai dalam satu hari panen menjadi tidak selesai. Untuk mengatasi hal ini biasanya asisten divisi menyuruh mandor panen untuk melakukan kegiatan kontanan. Yang dimaksud dengan kontanan yaitu kegiatan panen yang dilaksanakan pada hari libur serta sistem pembayaran upah dilakukan pada hari itu juga berdasarkan ketentuan yang dibuat oleh perusahaan tersebut. Selain itu jumlah tenaga kerja pengutip brondolan ditambah dengan cara mengalokasikan tenaga kerja perawatan pada kegiatan panen. Rata-rata pusingan potong buah di Divisi I pada bulan Mei 2008 adalah 3.4 dan umur pusingannya 8 – 9 hari.
Angka Kerapatan Panen (AKP) Angka kerapatan panen adalah perkiraan jumlah tandan matang yang dapat dipanen pada suatu areal atau blok. Tujuan dilakukannya taksasi harian ini adalah untuk memperkirakan berapa unit angkutan yang dibutuhkan untuk mengangkut hasil panen dan untuk mengetahui jumlah tenaga pemanen yang dibutuhkan untuk menyelesaikan panen pada luasan tertentu. Hasil taksasi ini juga digunakan oleh kebun sebagai laporan kepada pabrik pengolah kelapa sawit (PKS) sebagai acuan mandor grading di PKS untuk menentukan berapa unit
angkutan yang harus di grading oleh PKS persentase. Angka kerapatan panen diperoleh dengan membagi jumlah pokok produktif yang dipanen dengan total pokok yang diperiksa dikalikan 100 %. Pokok sampel yang diamati sebesar 5 %. Angka kerapatan panen berguna untuk menentukan berapa perkiraan produksi esok hari yang berhubungan dengan penyediaan tenaga kerja dan angkutan panen. Hasil pengamatan angka kerapatan panen disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7. Pengamatan Kerapatan Panen Blok
Tahun
Total
Pokok
Pokok
Persentase
Tanam
Pokok
Sampel
Sampel
Kerapatan
dipanen
Panen (%)
Produktif T0
1991
2533
127
53
42
T1
1990
2089
105
43
41
T2
1990
3174
159
73
45
T3
1989
3776
189
56
30
T4
1989
3743
187
46
25
T5
1990
3823
191
61
32
T6
1990
3118
156
57
37
Sumber : Hasil Pengamatan di Lapangan (2008)
Pada Tabel 7. Dapat diketahui bahwa AKP dari blok yang diamati berbeda. Nilai AKP yang diperoleh berkisar antara 25 – 46 %. Menurut Tobing (1992) perbedaan AKP suatu areal dipengaruhi oleh iklim, umur tanaman, dan tempat. Perbedaan AKP dari blok yang diamati diduga karena perbedaan umur tanaman. Umur tanaman berpengaruh terhadap potensi pokok untuk berproduksi yaitu semakin tua umur tanaman maka semakin sedikit pokok untuk berproduksi atau sebaliknya, semakin muda umur tanaman maka samakin banyak pokok berproduksi. Tobing (1992) menyatakan bahwa kisaran nilai AKP 100 % - 25 % menunjukkan produksi tinggi, sedangkan nilai AKP 20 % - 15 % menunjukkan produksi sedang. Hasil perkiraan produksi melalui perhitungan angka kerapatan panen dapat berbeda dengan produksi aktual di lapangan. Hal ini disebabkan oleh tingkat
ketelitian saat pengamatan masih rendah atau adanya kesalahan dari pemanen itu sendiri baik adanya pemanenan tandan yang belum memenuhi kriteria matang panen atau adanya buah matang tertinggal di pokok. Dari nilai AKP 45 % dengan berat janjang rata-rata (BJR) sebesar 21.87 kg dan total pokok produktif sebanyak 3 174 pokok, maka perkiraan produksi untuk keesokan hari sebesar 31 237 kg. Dengan contoh perhitungan sebagai berikut :
Estimasi Produksi Harian = Jumlah Pokok Produktif x AKP x BJR = 3 174 pokok x 45 % x 21.87 kg = 31 237 kg
Hasil perkiraan produksi melalui perhitungan angka kerapatan panen dapat berbeda dengan produksi aktual di lapangan. Hal ini disebabkan oleh tingkat ketelitian saat pengamatan, jumlah sampel yang sedikit dan adanya pemanenan terhadap tandan yang belum memenuhi kriteria matang panen. Batas toleransi untuk penyimpangan terhadap produksi yaitu sebesar 3 %.
Penetapan Luas Ancak Panen Dalam menetukan luasan ancak panen baik luas ancak setiap pemanen, KKP, dan kemandoran panen, maupun luas seksi panen dan jumlahnya mempunyai beberapa pertimbangan yang mempengaruhinya. Dalam menentukan luas ancak panen setiap pemanen dipengaruhi oleh topografi, target output, daya jelajah rata-rata pemanen, jumlah rata-rata output (TBS dan brondolan) setiap rotasi panen, dan waktu penyelesaian ancak setiap pemanen. Penentuan luas ancak panen setiap KKP dipengaruhi oleh fluktuasi kemasakan buah, daya jelajah maksimum pemanen, absensi setiap tenaga kerja panen, hubungan sosial dan kerjasama antar anggota KKP, dan waktu penyelesaian ancak setiap KKP. Pertimbangan dalam menentukan luas ancak panen setiap kemandoran panen antara lain jumlah tenaga kerja panen tiap kemandoran, waktu penyelesaian ancak setiap kemandoran panen, dan rentang pengawasan dan pembinaan setiap mandor panen yang optimal. Luas dan jumlah seksi panen untuk setiap divisi sangat dipengaruhi oleh luas tanaman menghasilkan, jumlah hari panen dalam seminggu, dan jam kerja harian.
Seksi panen adalah luasan areal panen yang dibagi menjadi 6 bagian, seksi panen itu diperoleh dengan membagi seluruh luas areal divisi I ke dalam 6 hari sesuai dengan proporsi jam kerjanya. Contoh : Luas tanaman menghasilkan divisi I : 1086 Ha Luas seksi hari Jumat
: (12.5/17.5) x (1086/5) = 155.08 Ha
Luas seksi hari biasa
: (1086 – 155.08)/5 = 186.18 Ha
Tabel 8. Luas Seksi Panen Divisi I Seksi Panen
Blok
Luas (ha)
Senin (A)
T9, T8, T7, T6, T5, T4
188
Selasa (B)
T3, T2, T1, T0, S0, S1, 185 S2, S3
Rabu (C)
S4, S5, S6, S7, S8, S9
186
Kamis (D)
R9, R8, R7, R6, R5, R4, 195 R3
Jumat (E)
R2, R1, R0, Q0, Q1, Q2, 150 Q3
Sabtu (F)
Q4, Q5, Q6, Q7, Q8, Q9
182
Sumber : Kantor Divisi I (2008)
Seksi panen rata-rata untuk hari Senin – Sabtu adalah 187.2. Sementara untuk seksi panen hari Jumat atau seksi E memiliki luas yang lebih sedikit dari seksi panen hari biasa karena pada hari Jumat panen dilakukan pada blok-blok yang memiliki luasan panen yang kecil dan disesuaikan dengan jam kerja pada hari Jumat yaitu hanya 5 jam. Seksi panen dianjurkan dapat selesai dalam satu hari panen, hal ini bertujuan untuk menjaga agar rotasi dan umur pusingan tetap normal.
Kehilangan Produksi (Losses) Kehilangan produksi adalah salah satu hal yang harus dihindari dalam mencapai kuantitas dan kualitas produksi yang optimal. Produksi yang optimal
hanya dapat dicapai apabila losses (kehilangan) produksi minimal. Dengan demikian pengertian menaikkan produksi adalah memperkecil losses produksi. Sumber losses produksi di lapangan yaitu : 1) Buah mentah yang terpanen, 2) Buah masak tinggal di pohon (tidak dipanen), 3) Brondolan tidak dikutip, 4) Brondolan di tangkai janjang.
Gambar 6. Pelepah Gondrong Meningkatkan Losses
Resiko merupakan suatu kemungkinan (possibility) terjadinya sesuatu yang tidak terduga sebelumnya, yang bersifat merugikan dan dapat mempengaruhi penyelesaian pekerjaan secara keseluruhan yang berkaitan dengan produktivitas kualitas dan biaya (Wideman, 1992). Kehilangan hasil produksi akibat resiko panen per tahun tanam di Divisi I, Gunung Kemasan Estate dengan luas areal contoh 15 ha yaitu 10% dari seksi panen (R2, R1, R0, Q0, Q1, Q2, Q3) dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Losses Produksi Akibat Resiko Pemanenan di Divisi I, Gunung Kemasan Estate, PT Bersama Sejahtera Sakti. Uraian
Tahun Tanam 1989
1. Buah mentah
1990
1991
-
5
-
1
4
-
3. Buah tinggal (janjang/pemanen) 5
11
1
4. Brondolan di bunga matahari
30
68
12
76
204
35
45
136
11
8
25
-
8. Rata-rata losses janjang setiap 5
18
3
74
56
(janjang/pemanen) 2. Buah panen tidak terangkut ke TPH (janjang/pemanen)
(butir/pemanen) 5. Brondolan di piringan (butir/pemanen) 6. Brondolan di ketiak pelepah (butir/pemanen) 7. Brondolan di potongan tangkai (butir/pemanen)
pemotong TBS (janjang) 9. Rata-rata jumlah brondolan
61
yang losses setiap pengutip brondolan (kg) Sumber : Pengamatan di lapangan (2008)
Berdasarkan pengamatan di lapangan, faktor penyebab terjadinya kehilangan produksi di Divisi I dapat dibagi dalam tiga kelompok, yakni faktor kondisi tanaman, faktor manusia serta faktor lahan. Faktor kondisi tanaman yang mengakibatkan losses misalnya, adalah adanya tanaman-tanaman yang steril (tidak berbuah), tanaman yang over pruning, serta tanaman yang gondrong (pelepahnya belum diprunning). Faktor manusia menyangkut kedisiplinan dan ketelitian pemanen dan supervisi (mandor). Pada saat panen tidak semua pemanen bekerja sesuai dengan instruksi kerja, masih juga ditemui pemanen yang tidak
disiplin yaitu memanen buah yang tidak tepat fraksi, brondol yang tidak dikutip dengan bersih, tangkai tandan buah kelapa sawit tidak sesuai ukuran standar. Selain itu, masih kurangnya ketegasan dari mandor panen untuk menegur dan memberikan sangsi kepada pemanen yang melakukan pelanggaran, karena umumnya mandor panen masih memberikan batas toleransi kepada pemanen. Faktor lahan juga dapat menyebabkan terjadinya kehilangan produksi. Yang termasuk ke dalam faktor ini adalah kebersihan lahan dan gawangan mati, kondisi lahan yang semak pada daerah piringan, pasar pikul maupun TPH akan membuat pemanen malas untuk masuk ke lahan dan mempersulit dalam mengutip brondolan. Gawangan mati pun harus diusahakan bersih, karena gawangan mati yang tidak bersih dapat dijadikan tempat untuk menyembunyikan tandan mentah yang tidak sengaja terpotong. Buah tinggal banyak terdapat pada tahun 1990, hal ini disebabkan karena kondisi tanaman yang tinggi sehingga pemanen kesulitan dalam memanen, selain itu pemanen malas membawa egrek. Hal ini menyebabkan buah pada tanaman yang tinggi tidak dapat dijangkau. Kehilangan hasil tertinggi melalui tidak dikutipnya brondolan di piringan ada pada tahun 1990, hal ini disebabkan masih banyaknya gulma yang tumbuh sehingga menghalangi pembrondol untuk mengutip brondolan. Manajemen panen yang baik dalam pelaksanaan pemanenan akan dapat meminimalkan kehilangan hasil produksi yang terjadi.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Pelaksanaan kegiatan magang di Perkebunan Gunung Kemasan Estate secara umum memberikan manfaat yang cukup banyak. Selama menjadi pekerja harian lepas (PHL) dapat terlibat langsung melaksanakan pekerjaan yang ada di kebun. Manfaat yang dapat langsung dirasakan selama magang adalah menambah keterampilan dan pengetahuan secara teknis ataupun manajerial. Pengendalian gulma merupakan salah satu pekerjaan yang penting, karena kegiatan pengendalian gulma menunjang pekerjaan panen. Piringan dan jalan pasar rintis harus dalam keadaan bersih, karena piringan yang bersih memudahkan dalam pemungutan brondolan dan jalan pasar rintis yang bersih memudahkan dalam pengangkutan TBS ke TPH. Kehilangan produksi merupakan salah satu hal yang harus dihindarkan dalam mencapai kuantitas produksi yang optimal. Produksi yang optimal hanya dapat dicapai apabila losses (kehilangan) produksi minimal. Sumber losses produksi di lapangan ialah : 1) Buah mentah yang terpanen sebanyak 5 janjang, 2) Buah matang tidak terangkut ke TPH sebanyak 5 janjang, 3) Buah tinggal sebanyak 17 janjang, 4) Brondolan di bunga matahari sebanyak 110 butir, 5) Brondolan di piringan sebanyak 315 butir, 6) Brondolan di ketiak pelepah sebanyak 192 butir, dan 7) Brondolan di potongan tangkai sebanyak 33 butir. Tingkat produksi kelapa sawit juga di Kebun Gunung Kemasan Estate mengalami peningkatan produksi yaitu pada tahun 2003 – 2007. Sementara antara rentang tahun 2004 ke tahun 2005 luas areal pertanaman di kebun GKE mengalami peningkatan, hal ini disebabkan oleh adanya kerjasama antara kebun GKE dengan kebun tetangga dengan adanya penambahan blok. Sehingga produksi TBS ikut meningkat.
Saran
Sumber-sumber losses di lapangan perlu diperhatikan lagi serta dibutuhkan pengawasan yang lebih ketat dari mandor panen. Pemberian penalty panen yang lebih tegas wajib diberikan kepada pemanen yang melakukan pelanggaran panen serta pemberian insentif yang sesuai kepada pemanen sebagai motivasi sehingga kegiatan panen dapat berjalan dengan baik. Selain itu, penulis menyarankan untuk melakukan penambahan tenaga kerja pemanen sehingga didapatkan kualitas panen yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jendral Perkebunan. 2007. Volume dan nilai ekspor, impor Indonesia. http://ditjenbun.deptan.go.id/web/images/stories/fruit/komoditi%20sawit.p df. Diakses tanggal 10 Desember 2007. Fauzi, Y., Y. E. Widyastuti, I. Satyawibawa dan R. Hartono. 2002. Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta. 168 hal. Lubis, A.U. 1992. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Indonesia. Pusat Perkebunan Marihat. Bandar Kuala. Pematang Siantar. 435 Hal. Mangoensoekarjo,S. dan H. Semangun. 2000. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 605 Hal. Pahan, I. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit : Manajemen Agribisnis Dari Hulu Hingga Hilir. Penebar swadaya. Jakarta. 411 Hal. Rankine, I., T. Fairhurst. 1998. Buku Lapangan : Seri Tanaman Kelapa Sawit :Tanaman Menghasilkan. Oxford Graphic Printers Pte. Ltd. Singapore. 120 Hal. Sunarko, 2007. Petunjuk Praktis Budi Daya dan Pengolahan Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka. Jakarta. 70 Hal. Tobing, M. O. S. L. 1992. Pemanenan dan Pengangkutan Hasil Panen Kelapa Sawit. Lembaga Penelitian Perkebunan Kampus Medan. Medan. 38 hal. Yahya, S. 1990. Budidaya Kelapa Sawit. Jurusan Budidaya Pertanian. IPB: Bogor. 51 hal. Vademicum. 2006. Pedoman Teknik Kultura Tanaman Kelapa Sawit. Minamas Plantation. Jakarta.
LAMPIRAN
Tabel Lampiran 1. Jurnal Harian Sebagai Pekerja Harian Lepas (PHL) di Gunung Kemasan Estate (GKE) Tanggal
Uraian Kegiatan
Prestasi Kerja (Satuan/HK) Penulis
Karyawan
Lokasi
Standar
14-02-2008
Orientasi Kebun
Kebun
15-02-2008
Panen (pengutip brondolan)
152 Kg
336 Kg
175 Kg
Blok T9-T4 (Divisi I)
16-02-2008
Panen (pengutip brondolan)
30 Kg
47 Kg
175 Kg
Blok T4-S4 (Divisi I)
17-02-2008
Libur
18-02-2008
Panen (pengutip brondolan)
150 Kg
267 Kg
175 Kg
Blok S3-R4 (Divisi I)
19-02-2008
Panen (pengutip brondolan)
170 Kg
480 Kg
175 Kg
Blok Q9-Q0 (Divisi I)
20-02-2008
Panen (pengutip brondolan)
224 Kg
432 Kg
175 Kg
Blok R9-R5 (Divisi I)
21-02-2008
Tunas Progresif
5 Ha
8.5 Ha
12.8 Ha
Blok R4-R6 (Divisi I)
22-02-2008
Tunas Progresif
7 Ha
12.8 Ha
12.8 Ha
Blok R6-R9 (Divisi I)
23-02-2008
Panen (potong TBS)
232 Kg
840 Kg
1250 Kg
Blok T9-T2 (Divisi I)
24-02-2008
Libur
25-02-2008
Panen (potong TBS)
337 Kg
1250 Kg
1250 Kg
Blok T4-T0 (Divisi I)
26-02-2008
Panen (potong TBS)
345 Kg
1068 Kg
1250 Kg
Blok S0-S5 (Divisi I)
27-02-2008
Panen (potong TBS)
447 Kg
1380 Kg
1250 Kg
Blok S6-R9 (Divisi I)
28-02-2008
Panen (potong TBS)
473 Kg
1430 Kg
1250 Kg
Blok R9-R2 (Divisi I)
29-02-2008
Panen (potong TBS)
352 Kg
1152 Kg
1250 Kg
Blok Q4-Q9 (Divisi I)
01-03-2008
Panen (potong TBS)
237 Kg
978 Kg
1250 Kg
Blok Q0-R0 (Divisi I)
Tanggal
Uraian Kegiatan
Prestasi Kerja (Satuan/HK) Penulis
Karyawan
Lokasi
Standar
02-03-2008
Libur
03-03-2008
Gawangan Chemist
2 Kap
12 Kap
12 Kap
Blok T8-T9 (Divisi I)
04-03-2008
Gawangan Chemist
4 Kap
11 Kap
12 Kap
Blok T8-T9 (Divisi I)
05-03-2008
Tabas
0.28 Ha
0.28 Ha
0.28 Ha
Blok T6-T5 (Divisi I)
06-03-2008
Gawangan Chemist
6 Kap
12 Kap
12 Kap
Blok T7-T6 (Divisi I)
07-03-2008
Libur
08-03-2008
Gawangan Chemist
8 Kap
12 Kap
12 Kap
Blok T6-T5 (Divisi I)
09-03-2008
Libur
10-03-2008
Gawangan Chemist
10 Kap
10 Kap
12 Kap
Blok T5-T4 (Divisi I)
11-03-2008
Panen (kutip brondolan)
122 Kg
448 Kg
175 Kg
Blok T9-T4 (Divisi I)
12-03-2008
Panen (kutip brondolan)
158 Kg
322 Kg
175 Kg
Blok T3-S3 (Divisi I)
13-03-2008
Oles Anak Kayu
0.125 Ha
0.14 Ha
1 Ha
Blok W18 (Divisi III)
14-03-2008
Konsolidasi Sisip
9 Pokok
30 Pokok
40 pokok
Blok W8-W9 (Divisi III)
15-03-2008
Aplikasi Janjang Kosong
10 Titik
20 Titik
34 Titik
Blok S13 (Divisi II)
16-03-2008
Libur
17-03-2008
Konsolidasi Sisip
60 Pokok
60 Pokok
60 Pokok
Blok W9 (Divisi III)
18-03-2008
Rawat Jembatan
100 Meter
100 Meter
100 Meter
Blok V2 (Divisi III)
19-03-2008
Oles Anak Kayu
0.2 Ha
0.25 Ha
1 Ha
Blok W18 (Divisi III)
Tanggal
Uraian Kegiatan
Prestasi Kerja (Satuan/HK) Penulis
Karyawan
Lokasi
Standar
20-03-2008
Libur
21-03-2008
Libur
22-03-2008
Libur
23-03-2008
Oles Anak Kayu
0.25 Ha
0.29 Ha
1 Ha
Blok W18 (Divisi III)
24-03-2008
Oles Anak Kayu
0.19 Ha
0.21 Ha
1 Ha
Blok W18 (Divisi III)
25-03-2008
Oles Anak Kayu
0.125 Ha
0.14 Ha
1 Ha
Blok W18 (Divisi III)
26-03-2008
Konsolidasi Sisip
0.14 Ha
0.16 Ha
1 Ha
Blok W9 (Divisi III)
27-03-2008
Konsolidasi Sisip
0.16 Ha
0.2 Ha
1 Ha
Blok W9 (Divisi III)
28-03-2008
Until Pupuk RP
1 Ton
1 Ton
1 Ton
Gudang Divisi III
29-03-2008
Until Pupuk RP & MOP
1 Ton
2 Ton
1 Ton
Gudang Divisi III
30-03-2008
Libur
31-03-2008
Langsir Buah
480 Kg
700 Kg
700 Kg
Blok V10-V11 (Divisi III)
01-04-2008
Gulung Karung Pupuk RP
522 Kg
579 Kg
550 Kg
Blok R0-R3 (Divisi I)
02-04-2008
Tabur Pupuk MOP
697 Kg
741 Kg
600 Kg
Blok Q0-Q3 (Divisi I)
03-04-2008
Gulung Karung Pupuk MOP
731 Kg
808 Kg
600 Kg
BlokQ4-Q6 (Divisi I)
04-04-2008
Until Pupuk MOP
2 Ton
2 Ton
1 Ton
Gudang Divisi III
05-04-2008
Gulung Karung Pupuk MOP
646 Kg
714 Kg
600 Kg
Blok R0-R3 (Divisi I)
06-04-2008
Libur
Tanggal
Uraian Kegiatan
Prestasi Kerja (Satuan/HK) Penulis
Karyawan
Lokasi
Standar
07-04-2008
Piringan & Pasar Rintis Chemist
3 Ha
3.3 Ha
4 Ha
Blok T15-T16
08-04-2008
Piringan & Pasar Rintis Chemist
3.2 Ha
3.5 Ha
4 Ha
Blok T14-T15
09-04-2008
Piringan & Pasar Rintis Chemist
3.4 Ha
3.8 Ha
4 Ha
Blok T13-T14
10-04-2008
Piringan & Pasar Rintis Chemist
3.7 Ha
4.2 Ha
4 Ha
Blok T18, Blok S18
11-04-2008
Pengendalian Lalang
1.2 Ha
1.5 Ha
4 Ha
Blok S18 (Divisi III)
12-04-2008
Piringan & Pasar Rintis Chemist
3 Ha
3.3 Ha
4 Ha
Blok S16-S17 (Divisi III)
13-04-2008
Libur
14-04-2008
Kunjungan Ke PTE
15-04-2008
Rawat Titi Panen
2 Titi Panen
2 Titi Panen
2 Titi Panen
Blok V9 (Divisi III)
16-04-2008
Tanam Sisip
5 Pokok
9 Pokok
9 Pokok
Blok U12 (Divisi III)
Tabel 1 (Lanjutan). Jurnal Harian Sebagai Pendamping Mandor & Pendamping Asisten di Gunung Kemasan Estate (GKE) Tanggal
Uraian Kegiatan
Prestasi Kerja Penulis Jumlah Karyawan yang
Prestasi Kerja
Lama Kegiatan
Diawasi (Orang)
Karyawan (Satuan/HK)
(Jam)
17-04-2008
Pendamping Krani Divisi
-
7 Jam
7 Jam
18-04-2008
Pendamping Krani Divisi
-
5 Jam
5 Jam
19-04-2008
Pendamping Krani Divisi
-
7 Jam
7 Jam
20-04-2008
Libur
21-04-2008
Pendamping Krani Divisi
-
7 Jam
7 Jam
22-04-2008
Pendamping Krani Divisi
-
7 Jam
7 Jam
23-04-2008
Pendamping Krani Divisi
-
7 Jam
7 Jam
24-04-2008
Pendamping Krani Transportasi
13 Orang
1250 Kg
7 Jam
25-04-2008
Pendamping Krani Divisi
-
5 Jam
5 Jam
26-04-2008
Pendamping Mandor MHS
18 Orang
4 Ha
7 Jam
27-04-2008
Libur
28-04-2008
Pendamping Mandor MHS
17 Orang
3.4 Ha
7 Jam
29-04-2008
Pendamping Mandor MHS
17 Orang
3.2 Ha
7 Jam
30-04-2008
Pendamping Mandor MHS
16 Orang
3 Ha
7 Jam
01-05-2008
Libur
02-05-2008
Pendamping Mandor MHS
18 Orang
4 Ha
5 Jam
Tanggal
Uraian Kegiatan
03-05-2008
Pendamping Mandor MHS
04-05-2008
Libur
05-05-2008
Prestasi Kerja Penulis Jumlah Karyawan yang
Prestasi Kerja
Lama Kegiatan
Diawasi (Orang)
Karyawan (Satuan/HK)
(Jam)
18 Orang
3.8 Ha
7 Jam
Pendamping Krani Transportasi
13 Orang
1345 Kg
7 Jam
06-05-2008
Pendamping Mandor MHS
16 Orang
3.2 Ha
7 Jam
07-05-2008
Pendamping Mandor MHS
15 Orang
2.9 Ha
7 Jam
08-05-2008
Pendamping Mandor MHS
17 Orang
3.7 Ha
7 Jam
09-05-2008
Pendamping Krani Buah
17 Orang
1250 Kg
5 Jam
10-05-2008
Pendamping Krani Transportasi
10 Orang
1003 Kg
7 Jam
11-05-2008
Libur
12-05-2008
Pendamping Mandor Inter Pump
16 Orang
12 Kap
7 Jam
13-05-2008
Pendamping Mandor Inter Pump
16 Orang
12 Kap
7 Jam
14-05-2008
Pendamping Mandor Inter Pump
15 Orang
12 Kap
7 Jam
15-05-2008
Pendamping Mandor Inter Pump
15 Orang
12 Kap
7 Jam
16-05-2008
Pendamping Mandor Inter Pump
14 Orang
12 Kap
5 Jam
17-05-2008
Pendamping Mandor Pupuk
21 Orang
600 Kg
7 Jam
18-05-2008
Libur
19-05-2008
Pendamping Mandor Pupuk
21 Orang
600 Kg
7 Jam
Tanggal
Uraian Kegiatan
Prestasi Kerja Penulis Jumlah Karyawan yang
Prestasi Kerja
Lama Kegiatan
Diawasi (Orang)
Karyawan (Satuan/HK)
(Jam)
20-05-2008
Libur
21-05-2008
Pendamping Mandor Panen
17 Orang
1378 Kg
7 Jam
22-05-2008
Pendamping Mandor Panen
17 Orang
1270 Kg
7 Jam
23-05-2008
Pendamping Mandor Panen
14 Orang
996 Kg
5 Jam
24-05-2008
Pendamping Mandor Panen
16 Orang
1149 Kg
7 Jam
25-05-2008
Libur
26-05-2008
Pendamping Mandor Panen
17 Orang
1250 Kg
5 Jam
27-05-2008
Pendamping Mandor Panen
18 Orang
1433 Kg
7 Jam
28-05-2008
Pendamping Mandor Panen
18 Orang
1310 Kg
7 Jam
29-05-2008
Pendamping Mandor Panen
17 Orang
1232 Kg
7 Jam
30-05-2008
Pengumpulan Data Sekunder
5 Jam
31-05-2008
Pengumpulan Data Sekunder
7 Jam
01-06-2008
Libur
02-06-2008
Pengumpulan Data Sekunder
03-06-2008
Pendamping Mandor I
7 Orang
7 Jam
04-06-2008
Pendamping Mandor I
7 Orang
7 Jam
7 Jam
Tanggal
Uraian Kegiatan
Prestasi Kerja Penulis Jumlah Karyawan yang
Prestasi Kerja
Lama Kegiatan
Diawasi (Orang)
Karyawan (Satuan/HK)
(Jam)
05-06-2008
Sensus Pokok
7.5 Ha
7 Jam
06-06-2008
Sensus Pokok
7.5 Ha
5 Jam
07-06-2008
Pendamping Mandor I
08-06-2008
Libur
09-06-2008
Pendamping Asisten
7 Jam
10-06-2008
Pendamping Asisten
7 Jam
11-06-2008
Pendamping Asisten
7 Jam
12-06-2008
Sensus Buah
13-06-2008
Pengumpulan Data Sekunder
5 Jam
14-06-2008
Kunjungan Ke PKS
7 Jam
15-06-2008
Libur
16-06-2008
Presentasi
17-06-2008
Pulang Ke Bogor
7 Orang
7 Jam
49 Titik Sensus
7 Jam
7 Jam
Tabel Lampiran 2. Data Curah Hujan dan Hari Hujan di Gunung Kemasan Estate Tahun 2003--2008 Tahun Bulan 2003 2004 2005 2006 2007 CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH
Ratarata CH
2008 CH
HH
Ratarata HH
Januari
251
15
314
18
223
11
222
17
40
6
55
8
199
13
Februari
392
19
292
17
227
12
310
23
157
10
163
14
222
14
Maret
321
16
209
16
324
17
162
11
111
8
192
10
238
14
April
239
14
128
9
289
17
177
13
125
10
138
12
181
12
Mei
364
20
180
9
252
12
117
12
351
13
83
7
230
13
Juni
147
8
92
4
112
7
319
17
303
14
283
13
Juli
87
4
221
12
180
10
26
3
228
11
171
10
Agustus
14
2
25
2
66
5
0
0
71
3
162
6
September
99
3
7
1
41
3
33
2
103
7
122
6
Oktober
127
7
0
0
132
11
0
0
106
6
161
9
Nopember
284
15
148
9
262
18
26
5
97
7
194
13
Desember Jumlah Rata-rata
344 2667.4 222.3
16
293 1909 159.1
14 111 9.3
207 2315 192.9
19 142 11.8
111 1503 125.3
6 109 9.1
268 1960 163.3
14 109 9.1
273
14
139 11.6
631 126.2
51 10.2
Keterangan: HH = Hari Hujan (hari) CH = Curah Hujan (mm) Catatan: Klasifikasi iklim berdasarkan SchmidthFergusson A (sangat basah): Q ≤ 14,3% B (basah): 14,3% ≤ Q ≤ 33,3% C (agak basah): 33,3% ≤ Q ≤ 60% D (sedang): 60% ≤ Q ≤ 100% E (agak kering): 100% ≤ Q ≤ 167% F (kering): 167% ≤ Q ≤ 300% G (sangat kering): 300% ≤ Q ≤ 700% H (ekstrim kering): Q ≥ 700%
Penentuan Ratarata Q Q: nilai
BK 1101313151 17 100 % 100 % 100 %18,28 % Ratarata BB 81112118981079 93
Dengan demikian tipe iklim di Gunung Kemasan Estate adalah B (basah) Keterangan: BK= Jumlah Bulan Kering (CH < 60 mm/bulan) BB = Jumlah Bulan Basah (CH > 100 mm/bulan)
Sumber : Kantor Besar GKE (2008)
Tabel Lampiran 3. Luas Areal dan Tata Guna Lahan GKE dan Kebun Sepupu KELOMPOK AREAL I AREAL YANG DITANAM 1. Tanaman Menghasilkan ( TM ) Tahun Tanam 1981 Tahun Tanam 1986 Tahun Tanam 1987 Tahun Tanam 1988 Tahun Tanam 1989 Tahun Tanam 1990 Tahun Tanam 1991 Tahun Tanam 1992 Tahun Tanam 1993 Tahun Tanam 1994 Tahun Tanam 1995 Tahun Tanam 1996 Tahun Tanam 1997 Tahun Tanam 1998 Tahun Tanam 2000 Sub Total TM 2. Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) Tahun Tanam 2003 Tahun Tanam 2005 Sub Total TBM Tanaman Baru (TB) Total Areal Ditanam (TM + TBM + TB) Land Clearing (LC) Total Areal Ditanam + LC 4. Areal Belum Ditanam/Lainnya : Bibitan Pabrik Emplasmen/Bangunan Jalan & Jembatan Okupasi Cadangan Areal tidak diusahakan Total Areal Belum Ditanam/Lainnya TOTAL AREA STATEMENT
LUAS AREAL (HA) GKE
LTE
PTE
299 336 847 247 468 417 386 27 7 3.034
281 698 962 245 201 242 205 452 3.286
448 120 816 218 1.132 399 3.133
460 1.164 354 1.978
299 336 847 247 749 1.115 1.348 693 321 843 678 2.538 354 611 452 11.431
-
108 108
73 51 124
110 393 503
183 552 735
-
-
-
100
100
3.034
3.394
3.257
2.581
12.266
-
-
-
592
592
3.034
3.394
3.257
3.172
12.857
33 25 113 23 194
24 125 183 332
32 118 71 221
20 38 84 150 24 316
20 33 119 440 23 150 278 1.063
3.228
3.726
3.478
3.488
13.920
Jalan Acces Kebun
Bibitan
Batas Kebun
Emplasmen
Batas Divisi
Pabrik
Sumber: Kantor Besar GKE (2008)
TOTAL
GAE
Tabel Lampiran 4. Pemberian Premi Kepada Mandor Pada Sistem Organisasi BHS Dol2 Jenis premi supervisi volume Perhitungan premi 2 mandoran Mandor I > = 3 mandoran
< 15 Tenaga Kerja Mandor panen > 15 Tenaga Kerja Panen < 15 Tenaga Kerja Krani panen > 15 Tenaga Kerja
< 6 kernet Krani transport > 6 kernet Sumber : Kantor Besar GKE (2008)
125 % x Rupiah rata-rata premi mandor panen 150 % x Rupiah rata-rata premi mandor panen 125 % x Rupiah rata-rata premi tenaga panen 150 % x Rupiah rata-rata premi tenaga panen 110 % x Rupiah rata-rata premi tenaga panen 125 % x Rupiah rata-rata premi tenaga panen 100 % x rata-rata premi krani panen 110 % x rata-rata premi krani panen
Tabel Lampiran 5. Denda yang Ditetapkan di Gunung Kemasan Estate Jenis Kesalahan
Kernet
Harvester
Cutter-
Cutter
Carier
(Rp)
(Rp)
Carier
(RP)
(RP)
(RP) buah mentah
-
5 000/jjg
5 000/jjg
5 000/jjg
-
Buah masak tidak
-
5 000/jjg
5 000/jjg
5 000/jjg
-
-
5 000/jjg
5 000/jjg
-
5 000/jjg
-
500/pkk
500/pkk
500/pkk
-
-
500/pkk
-
-
-
-
250
250
-
-
-
-
-
-
dipotong Buah tinggal di piringan Brondolan tidak dikutip di pokok Brondolan tidak dikutip di piringan Brondolan tidak dikutip di pasar rintis Brondolan tidak
1 000 /
dikutip di TPH
TPH
Memotong buah
-
750/pkk
750/pkk
750/pkk
-
-
250/TPH
250/TPH
-
250/TPH
-
-
-
-
-
1 000
1 000
1 000
-
-
500
500
-
500
tidak sempurna Buah tidak diantrikan Brondolan dalam karung tidak
15 000 / krg
diangkut Pelepah tidak disusun Buah busuk
Sumber : Kantor Besar GKE (2008)
Gambar Lampiran 1. Penempatan Pokok Sampel Angka Kerapatan Panen (AKP) Jalan utama
Jalan pengumpul
Utara
Jalur rumpukan
Rintis Tengah
300 m
1 000 m
Gambar Lampiran 2. Struktur Organisasi Tingkat Divisi Kebun GKE
2 . 1. STRUKTUR ORGANISASI ESTATE MANAGER Staff = 1
SENIOR ASISTEN Staff = 1
ASISTEN DIVISI Staff = 1
TRAKSI
KEPALA - Anggota CE : TUKANG SKU-B = KEPALA - Mekanik : 5B / 1H BENGKEL - Tk. Las/Ban : 1B - Operator SKU-B = 1 Genset : 1B / 2H MANDOR - Supir : 11B TRANS. - Opr.A.Berat : 3 B - Umum : 1 B SKU-B = KRANI TRAKSI SKU-B = 1
MANTRI HAMA SKU -B =
MANDOR SEMPROT SKU-B = 3 - Team Semprot = 75 H KRANI DIVISI SKU-B = 3 - K. Klg. = B - K. Pnn. = 10 H
KEPALA SEKSI (KASIE) Staf = 1
MANTRI SENSUS SKU-B =
MANTRI MANTRI BUAH TANAMAN SKU-B = 1 SKU-B = 1
MANDOR I SKU = 3 B
MANDOR MANDOR PANEN PERAWATAN - Perawatan SKU-B = 7 SKU-B = 11 - Pekerja tak langsung SKU-H = 12 SKU-H = - Tenaga Panen = 144 H - Krani Panen = 8 H
Sumber : Kantor Besar GKE (2008)
: :
63 H 55 H
KANTOR MANTRI BESAR POLIKLINIK SKU-B = 13 SKU-B = 3 SKU-H = 5 - Pembukuan : 1 B - Kasir : 1B - Personalia : 1 B - Pjs Asst divisi : 1 B - Adm.Tnmn : - Opr.Komp. : 2 B - Opr. Ratel : 1 H - Tng. Guru : 6 B/ 3 H - Tk. Kebun : 1 H - Humas KKPA.: 1 B
GUDANG
- Kepala Gudang - Krani Gudang
KEAMANAN SKU-B = 3 SKU-H = 6
: 1B : 1B