i
PENGELOLAAN PANEN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN PINANG SEBATANG ESTATE, PT ANEKA INTIPERSADA, MINAMAS PLANTATION GROUP, SIAK, RIAU
TOPAN PRAHARA A24080066
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013 i
ii
RINGKASAN
TOPAN PRAHARA. Pengelolaan Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Pinang Sebatang Estate, PT Aneka Intipersada, Minamas Plantation Group, Siak, Riau (Dibimbing oleh ADE WACHJAR). Kegiatan magang secara umum bertujuan untuk meningkatkan kemampuan profesional mahasiswa dalam memahami proses kerja secara nyata, menambah pengetahuan tentang aspek teknis dan manajerial perkebunan kelapa sawit serta penerapan ilmu yang didapat dari perkuliahan. Secara khusus bertujuan untuk mempelajari pengelolaan panen kelapa sawit pada keadaan lapangan yang sesungguhnya dengan memperhatikan faktor-faktor yang terkait dengan pemanenan kelapa sawit tersebut. Kegiatan magang telah dilaksanakan di Kebun Pinang Sebatang Estate (PSE), PT Aneka Intipersada (PT AIP), Minamas Plantation Group, Siak, Riau. Kegiatan magang berlangsung selama tiga bulan yang dimulai dari bulan Februari sampai dengan bulan Mei 2012. Metode yang dilaksanakan dalam kegiatan magang adalah metode langsung dan tidak langsung. Metode langsung dilakukan dengan praktik kerja langsung di lapangan berdasarkan jenjang jabatan sesuai dengan jadwal kegiatan yang telah berjalan di perusahaan. Jenjang jabatan yang dilakukan meliputi sebagai karyawan harian lepas (KHL) selama tiga minggu, pendamping mandor selama tiga minggu, dan sebagai pendamping asisten kebun selama enam minggu. Metode tidak langsung yang dilakukan berupa studi pustaka, mempelajari dokumen yang dimiliki oleh Kebun PSE seperti laporan manajemen kebun dan dokumen lainnya. Aspek khusus pengelolaan panen yang diamati selama kegiatan magang meliputi persiapan panen, organisasi panen, sarana prasarana panen, kerapatan panen, tenaga kerja, interval panen, mutu hancak dan buah serta premi dan denda panen. Hasil pengamatan di lapangan ditambah dengan data hasil studi pustaka kebun sebagai bahan pendukung yang akan dibandingkan dengan norma-norma baku yang ditetapkan perusahaan. Pelaksanaan panen di Kebun Pinang Sebatang dengan
block harvesting
system (BHS) belum dapat dilaksanakan dengan baik. Pelaksanaan BHS yang ii
iii kerangka kerjanya sesuai dengan luasan seksi panen belum bisa dicapai sesuai ketentuan yang telah ditetapkan perusahaan. Hal tersebut menyebabkan interval panen di Kebun Pinang Sebatang menjadi tinggi, tetapi pencapaian nilai persentase mutu buah sudah dapat mencapai standar yang telah ditentukan perusahaan yaitu sebesar 97.65%. Interval panen di Kebun Pinang Sebatang seharusnya kurang dari 9 hari sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan perusahaan, tetapi pada kenyataannya interval panen di Divisi III Kebun Pinang Sebatang pernah mencapai 12 hari. Hal tersebut disebabkan oleh produksi kelapa sawit dalam keadaan tinggi, kapasitas panen pemanen yang rendah dan tingginya tingkat ketidakhadiran pemanen. Penambahan jumlah basis borong panen dan peningkatan pengawasan terhadap pemanen dalam kegiatan pemanenan diharapkan bisa mengurangi interval panen yang menjadi masalah tersebut.
iii
i PENGELOLAAN PANEN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN PINANG SEBATANG ESTATE, PT ANEKA INTIPERSADA, MINAMAS PLANTATION GROUP, SIAK, RIAU
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
Topan Prahara A24080066
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013
i
ii
Judul
Nama
: PENGELOLAAN PANEN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN PINANG SEBATANG ESTATE, PT ANEKA INTIPERSADA, MINAMAS PLANTATION GROUP, SIAK, RIAU : TOPAN PRAHARA
NIM
: A24080066
Menyetujui, Pembimbing
Dr Ir Ade Wachjar, MS NIP: 19550109 198003 1 008
Mengetahui, Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB
Dr Ir Agus Purwito, M.Sc. Agr NIP: 19611101 198703 1 003
Tanggal Lulus:
ii
iii
RIWAYAT HIDUP Penulis lahir di Kabupaten Solok, Propinsi Sumatera Barat pada tanggal 29 Juni 1990. Penulis merupakan anak pertama dari Bapak Salman, SP dan ibu Zenhayani serta saudara dari Suci Salmanningsih R, Intan Cahyani dan Anggun Miftahurrahmi. Tahun 2002 penulis lulus dari SDN 09 Koto VII, kemudian pada tahun 2005 penulis menyelesaikan studi di Pondok Pesantren Subulussalam, Kabupaten Pariaman. Selanjutnya penulis lulus dari SMAN 1 Kabupaten Sijunjung pada tahun 2008. Tahun 2008 penulis diterima di IPB melalui jalur undangan seleksi masuk IPB (USMI). Selanjutnya tahun 2010 penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB. Penulis aktif di beberapa organisasi mahasiswa dan kepanitian kegiatan kampus. Tahun 2010-2011 penulis aktif sebagai anggota Seksi Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM) Himpunan Mahasiswa Agronomi (Himagron) IPB dan anggota Seksi Olahraga di Ikatan Pelajar Mahasiswa Minang (IPMM) Bogor. Pada tahun 2011/2012 penulis menjadi asisten praktikum mata kuliah Manajemen Air dan Hara Tanaman (AGH322) yang diampu oleh Departemen Agronomi dan Hortikultura.
iii
iv
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberi kekuatan dan hidayah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengelolaan Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Pinang Sebatang Estate, PT Aneka Intipersada, Mianamas Plantation Group, Siak, Riau” dengan baik. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penulis menyampaikan terima kasih kepada : 1. Bapak, Ibu dan adik-adik beserta seluruh keluarga besar yang selalu mendukung, mendoakan penulis dalam segala aktivitas penulis. 2. Bapak Dr Ir Ade Wachjar, MS. selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan masukan dan saran selama kegiatan magang dan penulisan skripsi ini. 3. Bapak Dr Ir Supijatno, MSi dan Dr Dwi Guntoro, SP, MSi sebagai dosen penguji yang telah memberikan tambahan ilmu bagi penulis. 4. Bapak Egianta S Sembiring selaku Senior Manager Unit Perkebunan Pinang Sebatang atas segala dukungan, motivasi, ilmu yang telah diberikan kepada penulis. 5. Bapak Waldy JE Saragih selaku pembimbing lapangan yang telah memberikan pengarahan selama melakukan kegiatan magang berlangsung. 6. Semua pihak yang telah mendukung dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan informasi dan manfaat yang berharga bagi para pembaca dan digunakan untuk hal kebaikan sebagaimana mestinya.
Bogor, Februari 2013
Penulis
iv
v
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL .....................................................................................
vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................
viii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................
ix
PENDAHULUAN .................................................................................. Latar Belakang ............................................................................ Tujuan .........................................................................................
1 1 2
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... Botani Kelapa Sawit...................................................................... Syarat Tumbuh Kelapa Sawit ....................................................... Buah Kelapa Sawit ........................................................................ Pemanenan Kelapa Sawit .............................................................. Pengolahan Hasil Panen Kelapa Sawit .........................................
3 3 3 4 5 7
METODE MAGANG ............................................................................. Waktu dan Tempat ...................................................................... Metode Pelaksanaan ..................................................................... Pengumpulan Data dan Informasi ................................................. Pengamatan Panen ........................................................................ Analisis Data .................................................................................
9 9 9 9 10 11
KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG ............................................ Letak Geografi dan Administratif ................................................ Keadaan Iklim dan Tanah ............................................................. Luas Areal dan Tata Guna Lahan.................................................. Keadaan Tanaman dan Produksi ................................................... Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan .....................................
12 12 12 13 14 15
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG............................................. Aspek Teknis ............................................................................... Pembibitan ............................................................................... Pengendalian Gulma ................................................................ Pemupukan Tanaman Menghasilkan (TM) .............................. Pengendalian Ulat Api .............................................................. Pemanenan ................................................................................ Rawat Jalan ............................................................................... Aspek Manajerial ......................................................................... Mandor Panen ........................................................................... Mandor Perawatan .................................................................... Mandor Pupuk dan Semprot ..................................................... Krani Buah dan Divisi .............................................................. Mandor I ................................................................................... Asisten Divisi ...........................................................................
17 17 17 20 22 25 27 37 37 37 38 39 40 41 41
PEMBAHASAN .......................................................................................
43
v
vi KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. Kesimpulan ................................................................................... Saran..............................................................................................
49 49 49
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................
50
LAMPIRAN ..............................................................................................
51
vi
vii
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1. Kriteria Matang Panen Buah Kelapa Sawit..................................
6
2. Jenis Tanah dan Topografi di Kebun Pinang Sebatang Tahun 2009/2010 .........................................................................
13
3. Produksi dan Produktivitas TBS Kebun Pinang Sebatang Tahun 2006/2007-2010/2011. .......................................................
14
4. Jumlah Tenaga Kerja Kebun Pinang Sebatang Tahun 2011/2012 ..........................................................................
15
5. Hasil Pengamatan pada Penanaman Kecambah di Pre-Nursery Kebun Pinang Sebatang Maret 2012 .............................................
19
6. Rekomendasi Pupuk An-organik untuk Tanaman Kelapa sawit Menghasilkan di Kebun Pinang Sebatang Tahun 2011/2012........
23
7. Realisasi Luas Seksi Panen di Divisi III Kebun Pinang Sebatang Tahun 2011/2012 ..........................................................................
28
8. Hasil Pengamatan Kriteria Matang Panen di Divisi III Kebun Pinang Sebatang pada Maret-April 2012 ..........................
29
9. Hasil Pengamatan Angka Kerapatan Panen dan Taksasi Produksi TBS di Divisi III Kebun Pinang Sebatang pada April 2012 .........
30
10. Hasil Pengamatan Jumlah Pemanen yang Masuk Kerja di Divisi III Kebun Pinang Sebatang pada Februari-April 2012 .......
30
11. Rata-rata Interval Panen di Divisi III Kebun Pinang Sebatang Pada Februari-April 2012 .............................................................
31
12. Hasil Pengamatan Mutu Hancak Panen di Divisi III Kebun Pinang Sebatang pada Maret-Mei 2012 .......................................
32
13. Hasil Pengamatan Mutu Buah di Divisi III Kebun Pinang Sebatang pada Maret-Mei 2012 ...................................................
32
14. Hasil Pengamatan Waktu Pengangkutan TBS ke PKS di Divisi III Kebun Pinang Sebatang pada April 2012 .....................
33
15. Jenis Alat-alat Panen TBS Kelapa Sawit di Divisi III Kebun Pinang Sebatang ................................................................ ...........
34
16. Ketentuan Pengawasan Panen di Kebun Pinang Sebatang Tahun 2011/2012 ............... ..........................................................
35
17. Ketentuan Denda Panen di Kebun Pinang Sebatang Tahun 2011/2012 ............... ..........................................................
36
vii
viii
DAFTAR GAMBAR
Nomor 1.
Halaman Kegiatan Penanaman Kecambah Pre-nursery di Kebun Pinang Sebatang ............................................................
19
2. Kegiatan Sensus Ulat Api .............................................................
25
3. Beneficial Plant di Kebun Pinang Sebatang .................................
26
4. Produksi TBS di Tiga Blok Divisi III Kebun Pinang Sebatang dari Bulan Februari-April 2012 ....................................................
31
5. Kegiatan Pengangkutan Hasil Panen Kelapa Sawit di Divisi III Kebun Pinang Sebatang.................................................
33
6. Alat-alat dan Sarana Panen di Divisi III Kebun Pinang Sebatang .........
34
viii
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1. Peta Kebun Pinang Sebatang PT Aneka Intipersada Tahun 2011/2012 .........................................................................
52
2. Data Curah Hujan Kebun Pinang Sebatng Tahun 2002-2011.......
53
3. Tata Guna Lahan Kebun Pinang Sebatng PT Aneka Intipersada Tahun 2011/2012 .........................................................................
54
4. Jurnal Kegiatan Magang Sebagai Karyawan Harian Lepas ..........
55
5. Jurnal Kegiatan Magang Sebagai Pendamping Mandor ...............
57
6. Jurnal Kegiatan Magang Sebagai Pendamping Asisten ................
60
ix
1
PENDAHULUAN Latar belakang Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu tanaman perkebunan andalan sebagai peningkatan perekonomian di Indonesia. Tanaman kelapa sawit sangat diminati oleh pihak BUMN, swasta dan petani pekebun untuk diusahakan. Indonesia merupakan produsen kelapa sawit terbesar kedua di dunia setelah Malaysia. Sebanyak 85% lebih pasar dunia kelapa sawit dikuasai oleh Indonesia dan Malaysia. Luas areal perkebunan kelapa sawit Indonesia pada tahun 2010 mencapai 7.8 juta ha dengan produksi total 19.8 juta ton (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2009). Menurut Sunarko (2010) tanaman kelapa sawit merupakan tanaman penghasil minyak nabati yang paling efisien di antara beberapa tanaman penghasil minyak nabati yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Pardamean (2011) menambahkan bahwa prospek pasar minyak kelapa sawit diprediksikan sangat cerah, karena masih tingginya permintaan dunia. Konsumsi minyak sawit dunia dalam beberapa tahun terakhir rata-rata tumbuh 8% per tahun. Hal tersebut jauh di
atas
kemampuan produksi sehingga harga minyak kelapa sawit terus meningkat. Menurut Naibaho (1998) peningkatan produksi berupa minyak mentah kelapa sawit telah membuka peluang pula untuk pengembangan industri hilir yang berarti bahwa, selain diperoleh nilai tambah sekaligus menambah lapangan kerja baru. Mangoensoekarjo (2007) mengemukakan bahwa dalam rangka meningkatkan produksi, baik untuk mencukupi kebutuhan nasional maupun ekspor, perlu segera dilakukan rehabilitasi tanaman termasuk perluasan areal penanaman. Produksi kelapa sawit di Indonesia terus meningkat dengan adanya perluasan areal tanam, walaupun pada kenyataannya produktivitas kelapa sawit di Indonesia masih di bawah Malaysia. Rata-rata produktivitas kelapa sawit nasional hanya mencapai 15 ton tandan buah segar (TBS) per hektar per tahun, sedangkan produktivitas tanaman kelapa sawit di Malaysia telah mencapai angka 25 ton TBS per hektar per tahun (Sukamto, 2011). Upaya untuk meningkatkan produktivitas dapat dilakukan dengan memperhatikan kegiatan di lapangan seperti persiapan lahan, pemilihan bibit unggul, usaha pemeliharaan dan pemanenan.
2
Pemanenan adalah kegiatan untuk mengambil hasil kebun atau produksi kelapa sawit dalam bentuk tandan buah segar (Sukamto, 2011). Dalam praktiknya, kegiatan tersebut harus diperhatikan dengan cermat mulai dari persiapan, pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi panen, karena usaha peningkatan produktivitas tidak akan tercapai secara optimal apabila terdapat banyak kehilangan hasil TBS pada waktu pemanenan. Tujuan panen untuk mendapatkan hasil yang maksimal akan tercapai apabila mengikuti ketentuan-ketentuan panen yang telah ditetapkan mulai dari persiapan panen, kriteria matang panen, sistem hancak panen, kerapatan panen, peramalan (taksasi) produksi, tenaga pemanen, alat dan perlengkapan panen, interval panen, aturan teknis panen, sistem pengawasan dan denda, premi panen, organisasi hingga administrasi panen dan angkutan panen. Waktu panen buah kelapa sawit sangat mempengaruhi jumlah dan mutu minyak yang dihasilkan. Pada umumnya kelapa sawit telah menunjukkan kesiapan untuk dipanen bila bobot tandan buahnya telah mencapai berat 3 kg atau lebih. Tandan buah telah masak atau siap panen sekitar 5.5 bulan sejak terjadinya penyerbukan (Setyamidjaja, 2006). Panen yang dilakukan pada waktu yang tepat akan diperoleh kandungan minyak maksimal, sedangkan apabila pemanenan buah terlalu matang kandungan asam lemak bebas (ALB) akan meningkat. Sebaliknya pemanenan buah yang masih mentah akan menurunkan kandungan minyak. Untuk memudahkan pemanenan, sebaiknya pelepah daun yang menyangga buah dipotong terlebih dahulu. Buah yang telah dipanen dan tidak segera diolah, maka kandungan ALB nya akan terus meningkat.
Tujuan Kegiatan magang secara umun bertujuan untuk meningkatkan kemampuan profesional mahasiswa dalam memahami proses kerja secara nyata, menambah pengetahuan tentang aspek teknis dan manajerial perkebunan kelapa sawit serta penerapan ilmu yang didapat dari perkuliahan. Tujuan khusus dari kegiatan magang adalah mempelajari pengelolaan panen kelapa sawit pada keadaan lapangan yang sesungguhnya dengan memperhatikan faktor-faktor yang terkait dengan pemanenan kelapa sawit tersebut.
3
TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit termasuk famili Arecaceae (dahulu palmae) subfamili Cocoidae, genus Elaeis, dan spesies Elaeis guineensis Jacq (Lubis, 1992). Sistem perakaran kelapa sawit merupakan sistem akar serabut yang terdiri atas akar primer, akar sekunder, akar tersier, dan akar kuarterner (Pahan, 2010). Akar primer keluar dari pangkal batang dan menyebar secara vertikal ke bawah tanah. Dari akar primer muncul akar sekunder yang tumbuh horizontal ke samping dan akar dari akar sekunder tersebut tumbuh akar tersier dan akar kuartener yang berada di dekat permukaan tanah (Lubis, 1992). Menurut Pahan (2010), Batang kelapa sawit tumbuh tegak lurus dapat mencapai ketinggian 15 – 20 m dan tidak bercabang. Batang tersebut tumbuh tegak dan dibungkus oleh pangkal pelepah daun (frond base). Daun kelapa sawit menyerupai daun kelapa. Daun membentuk susunan satu pelepah yang panjangnya dapat mencapai 7.5 – 9 m. Jumlah anak daun di sekitar pelepah berkisar lebih dari 200 helai. Produksi pelepah daun bergantung pada umur tanaman (Fauzi et al., 2005) Kelapa sawit termasuk tumbuhan monokotil. Kelapa sawit merupakan tanaman monoecious yang bunga jantan dan betinanya terdapat pada satu pohon (Mangoensoekarjo, 2005). Penyerbukan kelapa sawit berlangsung dengan bantuan angin, serangga dan bantuan manusia. Hasil penyerbukan kemudian akan menjadi buah yang akan dipanen untuk diolah atau sebagai bahan perbanyakan tanaman. Proses pembentukan buah matang memerlukan waktu sekitar 6 bulan (Risza, 2006).
Syarat Tumbuh Kelapa Sawit Kelapa sawit merupakan tanaman yang dapat tumbuh dan berbuah baik pada ketinggian 0 – 500 m di atas permukaan laut (dpl). Curah hujan yang baik berkisar 2 000 – 2 500 mm/tahun dengan penyebaran merata sepanjang tahun. Suhu harian optimal antara 24 – 28 0C, kelembaban 80% dan penyinaran matahari 5 – 7
4
jam/hari. Kecepatan angin yang baik adalah 5 – 6 km/jam untuk membantu proses penyerbukan (Lubis, 1992). Kelapa sawit dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah seperti Podzolik, Latosol, Hidromorfik Kelabu, Regosol, Andosol, Organosol, dan Alluvial (Lubis,1992). Tekstur tanah yang paling ideal untuk kelapa sawit adalah lempung berdebu dan lempung liat berpasir dengan kedalaman efektif tanah yang baik lebih dari 100 cm (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2003). Buah Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berdasarkan karakter ketebalan cangkang buahnya terbagi atas tiga, yaitu Dura (D), Psifera (P) dan Tenera (DxP). Kelapa sawit Dura memiliki cangkang yang tebalnya 2-5 mm, Psifera memiliki ketebalan cangkang 1-2.5 mm. Tenera adalah hibrida dari persilangan Dura dan Pisifera sehingga memiliki cangkang intermediate (0.5-4 mm) dan merupakan tipe umum
tanaman kelapa sawit yang digunakan di
perkebunan. Ketebalan cangkang sangat berkaitan erat dengan persentase mesokarp buah (berasosiasi dengan kandungan minyak) dan persentase inti/buah (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2003). Buah merupakan bagian tanaman kelapa sawit yang bernilai ekonomi dibandingkan dengan bagian yang lain. Tanaman kelapa sawit mulai menghasilkan buah pada umur 30 bulan setelah tanam. Buah pertama yang keluar (buah pasir) belum dapat diolah di pabrik kelapa sawit (PKS) karena kandungan minyaknya yang rendah. Buah kelapa sawit normal berukuran 12-18 g/butir. Butir-butir tersebut menyusun tandan buah yang kisaran bobotnya 20-39 kg/tandan. Setiap TBS berisi sekitar 2 000 buah sawit, TBS inilah yang dipanen dan diolah di PKS (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2003). Tandan buah kelapa sawit tumbuh di ketiak daun. Daun kelapa sawit setiap tahun tumbuh sekitar 20-24 helai. Semakin tua umur kelapa sawit, pertumbuhan daunnya semakin sedikit, sehingga buah yang terbentuk semakin menurun. Meskipun demikian, tidak berarti hasil produksi minyaknya menurun. hal ini disebabkan oleh semakin tua umur tanaman, ukuran buah kelapa sawit akan
5
semakin besar dan kadar minyak yang dihasilkannya pun akan semakin tinggi. Berat tandan buah kelapa sawit bisa mencapai 30 kg. Pada saat matang, mesokarp mengandung sekitar 49% minyak sawit kasar, 35% air dan 16% padatan non minyak atau dengan kata lain mengandung sekitar 70-75% (basis kering) minyak sawit (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2003).
Pemanenan Kelapa Sawit Kriteria matang panen merupakan indikasi yang dapat membantu pemanen agar memotong buah pada saat yang tepat. Kriteria matang panen ditentukan pada saat kandungan minyak maksimal dan kandungan asam lemak bebas atau free fatty acid (ALB atau FFA) minimal. Pada saat tersebut, kriteria umum yang banyak dipakai adalah berdasarkan jumlah brondolan. Tanaman dengan umur kurang dari 10 tahun, jumlah brondolan kurang lebih 10 butir dan tanaman dengan umur lebih dari 10 tahun, jumlah brondolan sekitar 15 – 20 butir. Akan tetapi, secara praktis digunakan kriteria umum yaitu TBS dipanen saat kematangan buah tercapai dengan ditandai oleh sedikitnya 1 brondolan telah lepas/kg TBS. Dengan kriteria panen tersebut, diharapkan kandungan minyak dalam TBS optimal dengan kandungan asam lemak bebas yang sangat rendah dan biaya panen yang relatif lebih ekonomis (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2003). Naibaho (1998) menyatakan bahwa suatu areal tanaman belum menghasilkan (TBM) dapat dialihkan menjadi tanaman menghasilkan (TM) apabila tanaman 60% atau lebih telah matang panen serta berat janjangan rata-rata 4 kg atau lebih. Buah yang telah matang akan lepas dari tandan yang disebut dengan membrondol. Keadaan tersebut digunakan sebagai tolak ukur kematangan buah, semakin banyak buah yang membrondol maka buah dinyatakan semakin matang. Tandan buah yang masak ditentukan oleh angka kematangan, yaitu jumlah buah yang membrondol dari tandannya, tidak ditentukan oleh warna buahnya. Kriteria matang panen dapat dilihat pada Tabel 1.
6
Tabel 1. Kriteria Matang Panen Buah Kelapa Sawit Fraksi buah 00 (F-00) 0 (F-0) 1 (F-1) 2 (F-2) 3 (F-3) 4 (F-4) 5 (F-5)
Sifat fraksi Sangat mentah (Afkir) Mentah Kurang matang Matang Matang Lewat matang Terlalu matang
Jumlah brondolan Tidak ada brondolan < 12.5 % buah luar 12. 5 % - 25 % buah luar 25 % - 50 % buah luar 50 % - 75 % buah luar 75 - 100 % buah luar Buah dalam ikut membrondol
Sumber : Lubis (1992)
Cara pemanenan buah sangat mempengaruhi jumlah dan mutu minyak yang dihasilkan. Menurut Setyamidjaja (2006) panen dan pengumpulan buah kelapa sawit yang dianjurkan adalah sebagai berikut : -
Semua tandan yang telah matang panen harus dipanen, jangan ada yang tertinggal di pohon atau di piringan.
-
Untuk tanaman yang masih rendah, tangkai tandan dipotong dengan dodos, sedangkan untuk tanaman yang sudah tinggi, tangkai tandan dipotong dengan egrek yang bertangkai panjang. Sebelum tandan buah dipotong, pelepah daun yang menyangga buah sebaiknya dipotong terlebih dahulu. Pelepah daun dipotong sependek mungkin.
-
Pelepah daun yang telah jatuh, dipotong tiga dan ditaruh di gawangan mati dengan posisi terlungkup.
-
Tandan buah hasil panen diletakkan di piringan menghadap ke jalan pikul. Buah yang lepas dikumpulkan dan diletakkan terpisah dari tandannya.
-
Tangkai tandan yang masih panjang dipotong sependek mungkin.
-
Tandan buah dikumpulkan di tempat pengumpulan hasil (TPH), disusun 5 – 10 tandan per baris, tangkainya menghadap ke atas. Brondolan disatukan dan dimasukkan ke dalam karung.
-
TPH sebaiknya dilapisi karung goni/plastik agar TBS tidak kotor.
-
Pelukaan buah diusahakan seminimal mungkin.
Menurut Sukamto (2011) interval pemanenan bertujuan untuk menjaga kontinuitas produksi, disamping untuk memperkecil kemungkinan brondolan yang masih tertinggal di tandan. Kriteria interval panen yang umum dipakai di
7
Indonesia ialah dengan cara membagi afdeling kebun menjadi 5 seksi panen dengan pengulangan setiap 7 hari sekali yang biasa dikenal dengan sistem 5/7. Sasaran utama pekerjaan potong buah yaitu mencapai produksi TBS per hektar yang tinggi, rendemen minyak yang maksimal dan mutu produksi yang baik berupa kandungan asam lemak bebas (ALB) yang rendah dan bebas dari kotoran. Asam lemak bebas pada minyak kelapa sawit mentah merupakan hasil kegiatan enzim lipase
yang biasanya terjadi sebelum pemrosesan buah
dilaksanakan. Buah kelapa sawit yang sudah matang dan masih segar hanya mengandung 0.1 % asam lemak bebas, tetapi buah-buah yang sudah memar atau pecah dapat mengandung asam lemak bebas sampai 50 %. Buah yang dibiarkan begitu saja tanpa perlakuan khusus, dalam waktu 24 jam kandungan asam lemak bebas dapat mencapai 67 %. Untuk membatasi terbentuknya asam lemak bebas, buah kelapa sawit harus segera dipanasi dengan suhu antara 90 – 100 oC (Setyamidjaja, 2006).
Pengolahan Hasil Panen Kelapa Sawit Menurut Fauzi et al. (2005) ada dua macam hasil olahan utama TBS di pabrik, yaitu minyak sawit yang merupakan hasil pengolahan daging buah dan minyak inti sawit yang dihasilkan dari ekstraksi inti sawit. Sunarko (2010) menambahkan bahwa pengolahan hasil panen berupa pengolahan daging buah kelapa sawit di pabrik meliputi proses penimbangan, sortasi, perebusan (sterilisasi), penebahan (threshing), pengadukkan (digesting), pengempaan (pressing), dan pemurnian. Pengolahan inti kelapa sawit meliputi proses pemecahan gumpalan, pemisahan serabut, penghilangan serabut, pengeringan biji, pemecahan biji, pemisahan inti dan pengeringan inti. Setyamidjaja (2006) menyatakan bahwa pengolahan hasil panen kelapa sawit harus memperhatikan kapasitas olah olah pabrik yang sesuai dengan produksi maksimumTBS. Secara umum, kapasitas pabrik maksimum diperhitungkan sebesar 12.5% dari produksi tahunan dengan asumsi dalam satu bulan pabrik beroperasi selama 25 hari dengan 20 jam kerja per hari. Menurut Supriyanto (2008) untuk menghasilkan 3 150 kg minyak CPO dibutuhkan bahan baku sejumlah 15 ton TBS. Perencanaan yang tepat dalam menentukan kebutuhan
8
mesin, kebutuhan tenaga kerja serta infrastruktur lainnya akan meningkatkan efisiensi pengolahan. Menurut Djohar (2004) indikator dominan nilai (value) pada minyak kelapa sawit berupa CPO adalah kualitas/mutu. Minyak CPO berupa gold CPO dan super CPO merupakan minyak CPO yang memiliki nilai mutu yang unggul. syarat mutu minyak kelapa sawit dapat diukur berdasarkan spesifikasi standar mutu internasional yang meliputi kadar ALB, air, kotoran, logam besi, logam tembaga, peroksida, dan ukuran pemucatan (Fauzi et al. 2005).
9
METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang telah dilaksanakan di Kebun Pinang Sebatang, PT Aneka Intipersada, Minamas Plantation Group, Siak, Riau. Kegiatan magang berlangsung selama tiga bulan yang dimulai dari bulan Februari sampai dengan bulan Mei 2012.
Metode Pelaksanaan Metode magang yang digunakan adalah melaksanakan seluruh kegiatan yang sedang berlangsung di perusahaan, baik aspek teknis di lapangan maupun aspek manajerial pada berbagai tingkatan pekerjaan mulai dari karyawan harian lepas (KHL), pendamping mandor dan pendamping asisten divisi. Kegiatan sebagai KHL dilaksanakan pada 3 minggu pertama pada saat magang. Kegiatan yang dilakukan pada saat menjadi KHL adalah bekerja langsung pada berbagai kegiatan produksi kelapa sawit mulai dari pemeliharaan sampai panen, yaitu pengendalian gulma, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit hingga pemanenan. Kegiatan sebagai pendamping mandor berlangsung selama 3 minggu selanjutnya. Kegiatan yang dilakukan adalah menyusun rencana kegiatan harian, menentukan jumlah tenaga kerja, apel pagi, mengawasi kegiatan yang dilakukan oleh karyawan harian lepas (KHL), mengarahkan karyawan, membuat laporan harian mandor dan mengisi administrasi pada tingkat mandor. Kegiatan magang sebagai pendamping asisten divisi dilakukan pada enam minggu terakhir pelaksanaan magang. Kegiatan yang dilakukan meliputi memimpin karyawan apel pagi, membuat rencana kerja harian, mengarahkan kerja mandor, membuat laporan harian asisten (LHA), mengisi administrasi tingkat divisi, memeriksa mutu buah dan hancak.
Pengumpulan Data dan Informasi Pengumpulan data dan informasi yang dilakukan meliputi pengambilan data primer dan sekunder. Data primer diperoleh langsung dari praktik kerja di
10
lapangan, mulai dari kegiatan teknis sampai kegiatan manajemen budidaya kelapa sawit, disamping itu data ini juga diperoleh dari diskusi langsung dan pencatatan semua informasi dari pegawai, staf dan teknisi yang ada di lapangan. Data sekunder yang diperlukan untuk melengkapi informasi di lapangan diperoleh dari laporan bulanan, semesteran dan tahunan yang dimiliki oleh perusahaan. Data tersebut meliputi letak administrasi dan geografi kebun, keadaan iklim dan tanah, luas areal dan tata guna lahan, produksi dan produktivitas serta struktur organisasi kebun dan ketenagakerjaan.
Pengamatan Panen Aspek khusus yang diamati dalam kegiatan magang adalah pengelolaan panen kelapa sawit di Divisi III Kebun Pinang Sebatang, PT Aneka Intipersada, Siak, Riau. Kegiatan yang dilakukan adalah mengamati kriteria panen, tenaga kerja panen, pelaksanaan panen, kerapatan panen, kualitas panen, sarana dan prasarana panen serta pengangkutan hasil panen. (1) Kriteria panen Data diperoleh dengan mengamati jumlah brondolan yang jatuh ke piringan sebelum TBS dipanen oleh pemanen sesuai dengan ketentuan perusahaan. (2) Tenaga kerja pemanen Data jumlah tenaga kerja pemanen diperoleh dengan melakukan wawancara dengan mandor dan asisten kebun serta mengamati secara langsung jumlah pekerja saat apel pagi dilaksanakan. (3) Kerapatan panen Pengamatan dilakukan dengan cara memilih tiga blok secara acak. Jumlah tanaman yang diamati disesuaikan dengan kemampuan penulis pada blok yang akan dipanen pada hari berikutnya. Data diperoleh dengan cara mengamati jumlah buah matang dari total pohon yang diamati dan dihitung dengan rumus berikut: Kerapatan panen =
x 100%
11
(4) Kualitas panen Kualitas panen dibagi menjadi dua yaitu mutu hancak dan mutu buah. Mutu hancak adalah brondolan di piringan tidak dikutip, pelepah sengkleh, susunan pelepah dan jumlah buah matang tidak dipanen. Data yang diamati di tempat pengumpulan hasil (TPH) yaitu mutu buah hasil panen yang meliputi jumlah buah matang panen, buah mentah, buah lewat matang, buah busuk dan gagang panjang. Pengamatan dilakukan pada setiap kemandoran dengan tiga kali ulangan. Data setiap parameter pengamatan berupa nilai persentase dari hasil jumlah pengamtan sesuai dengan kemampuan penulis dan dibandingkan dengan standar toleransi yang ditetapkan oleh perusahaan. (5) Sarana dan prasarana panen Pengamatan dilakukan terhadap sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan panen, seperti ketersediaan alat-alat panen, titian panen dan sarana lainnya. (6) Pengangkutan TBS hasil panen Pengamatan dilakukan dengan mengikuti secara utuh proses pengangkutan TBS hingga ke pabrik. Parameter yang diamati adalah lama pengangkutan dari kebun sampai ke pabrik, jumlah pekerja, dan jumlah kendaraan (unit) yang digunakan.
Analisis Data Hasil kegiatan pengamatan berupa data primer dan data sekunder dengan berbagai peubah dianalisis dengan menggunakan metode perhitungan matematis sederhana, persentase (%), nilai rata-rata dan anlisis deskriptif yang digunakan sebagai bahan perbandingan dengan studi pustaka dan norma-norma baku tentang budidaya kelapa sawit.
12
KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG Letak Geografi dan Administratif Kebun Pinang Sebatang merupakan salah satu unit usaha perkebunan kelapa sawit dari PT Aneka Intipersada yang tergabung dalam Minamas Plantation Group, Sime Darby. Secara administrasi pemerintahan, lokasi Kebun Pinang Sebatang terletak di Desa Meredan, Kecamatan Tualang, Kabupaten Siak, Provinsi Riau. Kebun Pinang Sebatang dapat ditempuh dengan 1.5 jam perjalanan dari ibu kota provinsi dan 0.5 jam dari Kecamatan Perawang yang merupakan pusat keramaian terdekat. Secara geografis, lokasi Kebun Pinang Sebatang terletak pada koordinat 00 32' 35" - 00 35' 24" LS dan 1010 34' 30" - 1010 39' 21" BT dengan ketinggian 4 - 60 m di atas permukaan laut. Lokasi wilayah PT Aneka Intipersada sebelah utara berbatasan dengan Desa Gasip dan Desa Pinang Sebatang, sebelah selatan berbatasan dengan PT Shorea Timber, Desa Tualang dan PTP II Sei. Buatan dan Lubuk Dalam, Desa Buatan I, sebelah timur berbatasan dengan PTPN V, Desa Lubuk Dalam dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Meredan dan Sei. Siak. Peta lokasi disajikan pada Lampiran 1.
Keadaan Iklim dan Tanah Berdasarkan hasil pengukuran dan pemantauan hujan yang dilaksanakan oleh Kebun Pinang Sebatang antara tahun 2002-2011, rata-rata curah hujan tahunan tercatat sebesar 2 128 mm/tahun dengan hari hujan sebanyak 124 hari dalam satu tahun. Berdasarkan data curah hujan dari tahun 2002-2011, rata-rata bulan basah (BB) sebanyak 10 bulan dan bulan kering (BK) sebanyak 1 bulan. Menurut klasifikasi Schmidth Ferguson, tipe iklim di areal Kebun Pinang Sebatang mempunyai nilai Q = 0.10, sehingga termasuk dalam tipe Iklim A dengan kisaran suhu rata-rata per hari 28-32 0C. Data curah hujan tersaji pada Lampiran 2. Perubahan iklim di Kebun Pinang Sebatang tidak terlalu ekstrim antara musim hujan dan musim kemarau, tetapi pada saat curah hujan tinggi sebagian kecil areal (blok) ada yang tergenang air sehingga menghambat kelancaran aktivitas kebun khususnya panen dan pengangkutan.
13
Keadaan topografi di Kebun Pinang Sebatang terdiri atas tiga keadaan kemiringan yaitu datar, bergelombang dan berbukit. Jenis tanah di Kebun Pinang Sebatang terdiri atas tanah mineral dan gambut. Keadaan topografi dan jenis tanah berdasarkan survey yang dilakukan oleh Minamas Research Centre di Kebun Pinang Sebatang tahun 2009/2010 dicantumkan pada Tabel 2. Tabel 2. Jenis Tanah dan Topografi di Kebun Pinang Sebatang Tahun 2009/2010 No.
Uraian
1.
Topografi
2.
Jenis Tanah
Datar Bergelombang Berbukit Jumlah Mineral Gambut Jumlah
Luas (ha) 126 51 3 068 3 245 3 092 153 3 245
(%) 3.88 1.57 94.55 100.00 95.29 4.71 100.00
Sumber : Dokumen Kebun Pinang Sebatang, 2012
Berdasarkan Tabel 2 di atas, topografi di Kebun Pinang Sebatang didominasi oleh areal berbukit dengan proporsi 94.55%, sedangkan untuk jenis tanah didominasi oleh jenis tanah mineral dengan proporsi 95.29 persen.
Luas Areal dan Tata Guna Lahan Menurut areal statement, Kebun Pinang Sebatang dibangun pada lahan seluas 3 856.23 ha dengan luas areal yang diusahakan 3 246.80 ha. Areal yang diusahakan tanaman kelapa sawit tersebut terdiri atas 8 tahun tanam, mulai dari tahun tanam 1994 sampai dengan 2001, kecuali pada tahun 2000 tidak ada kegiatan penanaman. Kebun Pinang Sebatang terbagi atas 4 divisi berdasarkan areal yang diusahakan, yaitu Divisi I seluas 758.33 ha, Divisi II seluas 741.62 ha, Divisi III seluas 882.89 ha dan Divisi IV seluas 863.96 ha. Areal yang tidak ditanami digunakan untuk sarana dan prasarana pendukung manajemen kebun serta areal okupasi permanen. Kondisi tata guna lahan Kebun Pinang Sebatang disajikan pada Lampiran 3.
14
Keadaan Tanaman dan Produksi Kebun Pinang Sebatang menggunakan bahan tanam varietas Tenera Marihat, Lonsum dan Socfindo. Berdasarkan rekapitulasi populasi pohon tanaman kelapa sawit tahun 2011, tercatat bahwa jumlah pohon kelapa sawit di Kebun Pinang Sebatang sebanyak 459 451 pohon. Jarak tanam kelapa sawit yang digunakan di Kebun Pinang Sebatang adalah 9.2 m x 9.2 m x 9.2 m. Dari jarak tanam tersebut, rata-rata populasi tanaman kelapa sawit per hektar di Kebun Pinang Sebatang adalah 136 pohon dan lebar gawangan (interrow) atau jarak antar baris berkisar 7.96 m. Produksi dan produktivitas Kebun Pinang Sebatang selama lima tahun dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Produksi dan Produktivitas TBS Kebun Pinang Sebatang Tahun 2006/2007-2010/2011 Tahun 2006/2007 2007/2008 2008/2009 2009/2010 2010/2011 Rata-rata
Luas Areal TM (ha)
3 216.80
Produksi (ton) 59 742.131 65 824.670 64 257.370 58 868.580 66 790.790
Produktivitas (ton/ha) 18.57 20.46 19.98 18.30 20.76
60 942.034
18.94
Sumber : Dokumen Kebun Pinang Sebatang, 2012
Produksi TBS mengalami penurunan dua tahun berturut-turut, yaitu dari 65 824.670 ton pada tahun 2007/2008 menjadi 64 257.370 ton pada tahun 2008/2009 dan 58 868.580 ton pada tahun 2009/2010. Produksi TBS kembali naik pada tahun 2010/2011 yaitu sebesar 66 790.790 ton. Produktivitas kelapa sawit Kebun Pinang Sebatang didapatkan dengan membandingkan jumlah produksi dalam ton dibagi dengan luas tanaman menghasilkan (TM) dalam ha dan didapatkan rata-rata produktivitas kelapa sawit Kebun Pinang Sebatang selama periode tahun 2006/2007-2010/2011 adalah 18.94 ton/ha.
15
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan Kebun Pinang Sebatang merupakan salah satu unit usaha perkebunan kelapa sawit dari PT Aneka Intipersada yang tergabung dalam Minamas Plantation Group. Berdasarkan struktur organisasinya, Kebun Pinang Sebatang dipimpin oleh seorang senior manager yang mempunyai tanggung jawab terhadap pengelolaan dan kondisi kebun. Senior manager dalam menjalankan tugasnya membawahi empat asisten divisi, kepala administrasi (kasie) dan dibantu oleh asisten kepala (askep). Asisten kepala ditunjuk salah seorang dari empat asisten divisi yang mempunyai tanggung jawab terhadap satu divisi dan unit transportasi kebun (traksi). Asisten divisi bertanggung jawab terhadap satu divisi dan langsung membawahi mandor I dan krani divisi. Dalam menjalankan tugas di divisi, mandor I langsung membawahi tiga mandor panen, tiga mandor perawatan dan empat krani panen. Kepala administrasi merupakan salah satu jabatan yang setara asisten kebun yang bertugas mengurus seluruh kegiatan administrasi dan keuangan di tingkat kebun. Kepala administrasi langsung membawahi kesatuan keamanan kebun (sekuriti), guru sekolah, karyawan kantor dan kepala gudang. Tenaga kerja di Kebun Pinang Sebatang terdiri atas karyawan staf dan non staf. Karyawan staf terdiri dari atas manager, asisten dan kepala adminitrasi sedangkan karyawan non staf terdiri dari serikat karyawan utama bulanan (SKUB) dan serikat kayawan harian (SKU-H). Jumlah tenaga kerja Kebun Pinang Sebatang disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Jumlah Tenaga Kerja Kebun Pinang Sebatang Tahun 2011/2012 No. 1. 2. 3.
Uraian Karyawan Staf Karyawan non Staf (SKU-B) Karyawan non Staf (SKU-H) Total
Jumlah (orang) 6 97 472 575
Sumber : Dokumen Kebun Pinang Sebatang, 2012
Sistem pengupahan/gaji karyawan staf berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan, sedangkan untuk karyawan non staf bedasarkan upah minimum regional (UMR) yang berlaku di perusahaan yaitu sebesar
16
Rp 1 300 000,00 per bulan di samping upah lembur dan premi. Gaji diberikan setiap awal bulan dengan mengunakan sistem transfer ke rekening setiap karyawan yang telah dibuatkan oleh perusahaan. Fasilitas yang tersedia di Kebun Pinang Sebatang bagi karyawan adalah perumahan, mess, mesjid, gereja, sekolah, poliklinik, penitipan bayi, listrik, air dan juga angkutan untuk anak sekolah.
17
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Pelaksanaan kegiatan magang yang dilakukan meliputi kegiatan teknis dan manajerial. Kegiatan tersebut disesuaikan dengan tingkatan norma kerja dan kebutuhan yang ada di Kebun Pinang Sebatang. Jurnal kegiatan magang selama menjadi KHL, pendamping mandor dan pendamping asisten masing-masing terlampir pada Lampiran 4, Lampiran 5 dan Lampiran 6.
Aspek Teknis Pembibitan Kebun Pinang Sebatang mulai melakukan pembibitan sendiri pada tahun 2012, sejalan dengan akan dilakukannya program replanting secara bertahap di tiga kebun
PT Aneka Intipersada, yaitu kebun Pinang Sebatang, Kebun Teluk
Siak dan Kebun Aneka Persada. Lokasi pembibitan terletak di Divisi II Kebun Pinang Sebatang seluas 13.8 ha. Pemilihan lokasi tersebut berdasarkan pada topografi datar, dekat dengan sumber air, drainase baik dan akses menuju lokasi mudah. Pembibitan yang dilakukan adalah pembibitan dua tahap yaitu prenursery yang dilanjutkan dengan main-nursery, tetapi pelaksanaan pembibitan yang dilakukan selama magang baru sampai tahap pre-nursery. Persiapan polybag. Polybag untuk pre-nursery adalah baby-bag dengan ukuran lebar 14 cm, panjang 23 cm dan tebal 0.1 mm, warna hitam, dan terdapat lubang-lubang drainase. Kebutuhan baby-bag untuk per hektar tanaman di lapangan adalah 200 lembar ditambah 2%, hal ini merupakan ketentuan umum pembibitan yang dipakai di Kebun Pinang Sebatang. Persiapan media tanam. Media tanam yang digunakan pada pre-nursery adalah tanah lapisan atas (top-soil). Tanah diayak dengan ayakan yang mempunyai ukuran jaring saringan 1 cm untuk memisahkan bongkah-bongkah tanah dan sisa-sisa akar/kerikil. Tumpukan tanah yang telah diayak ditutup dengan terpal plastik sehingga tidak kehujanan dan pengisian tanah dapat berjalan lancar. Tanah yang telah diayak dicampur dengan pupuk TSP sebanyak 5 g/babybag.
18
Pembuatan plot. Baby-bag yang telah diisi media tanam disusun rapat dan rapi di plot yang berbentuk bedengan dengan lebar 140 cm (14 baby-bag) dan panjangnya disesuaikan dengan jumlah bibit per nomor plot. Tepi plot diberi palang kayu agar baby-bag tidak roboh. Antara plot satu dengan plot lainnya dibuat jalan kontrol dengan lebar 50 cm dengan panjang sesuai dengan panjang persemaian. Penanaman kecambah. Kecambah yang ditanam di pre-nursery Kebun Pinang Sebatang adalah DxP Socfindo dan DxP Marihat. Penanaman kecambah DxP Socfindo dilakukan 3 minggu lebih awal dibandingkan dengan kecambah DxP Marihat, hal ini disebabkan pemesanan dan penerimaan kecambah DxP Socfindo lebih awal daripada kecambah DxP Marihat. Kecambah yang dipesan sama-sama dikirim dalam sebuah peti yang rata-rata berisi 50 pack (bungkus) dengan jumlah kecambah kurang lebih 103 kecambah per pack. Kegiatan penanaman kecambah dibagi atas dua tahap yaitu sortir kecambah dan penanaman kecambah di baby-bag pada plot yang telah ditentukan. Kegiatan tersebut dilakukan oleh 10 orang karyawan yang tergabung dalam satu tim dengan pembagian tugas 4 orang melakukan sortir dan 6 orang melakukan penanaman kecambah. Kecambah dibedakan menjadi kecambah normal, afkir dan double tun. Kecambah dari hasil sortir yang ditanam adalah kecambah normal dan double tun, sedangkan kecambah yang afkir dimasukkan lagi ke dalam bungkusan. Kecambah afkir dibawa ke Kantor Besar Pinang Sebatang untuk dilakukan pengecekan kembali oleh asisten dan dilaporkan sebagai laporan kegiatan pembibitan. Kendala yang dihadapi pada proses penanaman kecambah adalah kurang terampilnya karyawan dalam membedakan antara kecambah normal dan afkir berdasarkan kriteria yang telah ditentukan, sehingga banyak ditemukan kecambah afkir digabungkan dengan kecambah normal. Hasil pengamatan penanaman kecambah yang dilakukan di pembibitan Kebun Pinang Sebatang dicantumkan pada Tabel 5.
19
Tabel 5. Hasil Pengamatan pada Penanaman Kecambah di Pre-Nursery Kebun Pinang Sebatang Maret 2012 No Box 1754 1760 1767 1769 Total Rata-rata
Kecambah Ditanam
Kecambah Afkir
Kecambah Aktual (butir)
(butir)
(%)
(butir)
(%)
5 149 5 126 5 151 4 344 19 770 4 943
5 056 5 028 5 059 4 270 19 413 4 853
98.19 98.08 98.21 98.29 98.19
93 98 92 74 357 89
1.81 1.92 1.79 1.71 1.81
Sumber : Hasil Pengamatan, 2012
Berdasarkan Tabel 5, jumlah kecambah afkir hanya 1.81 % dan jumlah kecambah yang dapat ditanam adalah 98.12 persen. Kegiatan penanaman kecambah dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Kegiatan Penanaman Kecambah di Pre-nursery Kebun Pinang Sebatang
Pemeliharaan pre-nursery. Pemeliharaan kecambah di pre-nursery perlu dilakukan supaya kecambah tumbuh dengan baik. Pemeliharaan meliputi pemberian naungan buatan, penyiraman dan pengendalian gulma. Naungan yang dipakai untuk pre-nursery adalah plastik net yang dipasang di atas kerangka naungan dari balok kayu dengan ketinggian 2 m dan jarak antar tiang sekitar 1.5 m. Kegiatan penyiraman dilakukan 2 kali sehari yaitu pada pagi hari dan sore hari ketika tidak ada hujan pada hari itu. Apabila terjadi hujan pada malam hari, maka besok paginya tidak dilakukan penyiraman. Penyiraman dilakukan dengan
20
menggunakan selang air dan gembor. Kebutuhan air pada pembibitan pre-nursery di Kebun Pinang Sebatang adalah 0.2-0.3 liter per baby-bag per hari. Pengendalian gulma pada pre-nursery dilakukan dengan cara manual. Pemeriksaan terhadap tumbuhan pengganggu dilakukan setiap hari, gulma yang tumbuh langsung dicabuti dari baby-bag dengan cara hati-hati agar kecambah yang ditanam tidak ikut tercabuti.
Pengendalian Gulma Pengendalian gulma di Kebun Pinang Sebatang dilakukan dengan cara manual dan kimia. Cara manual dilakukan dengan membabad dan membongkar gulma yang disebut bongkar tanaman pengganggu (BTP). Cara kimia dilaksanakan dengan penyemprotan herbisida. Sistem penyemprotan menerapkan Block Spraying System (BSS) yang dilaksanakan dengan cara rayonisasi. Penyemprotan dengan cara rayonisasi artinya bahwa kegiatan penyemprotan yang dilakukan untuk seluruh divisi di Kebun Pinang Sebatang menjadi tanggung jawab dari satu divisi tertentu. Divisi yang menjadi penanggung jawab kegiatan tersebut adalah Divisi II. Salah satu inovasi yang diterapkan oleh Kebun Pinang Sebatang dalam kegiatan ini adalah pendirian rumah BSS. Rumah BSS merupakan rumah yang berisi perlengkapan bagi karyawan dalam pelaksanaan penyemprotan yaitu sprayer, herbisida dan perlengkapan safety seperti pakaian khusus semprot, sarung tangan, masker, sepatu bot, cilemek, dan lain-lain. Selain itu, di rumah BSS terdapat beberapa kamar mandi, mesin cuci dan lemari. Rumah BSS didirikan dengan tujuan menjaga keselamatan kerja dan kesehatan karyawan, karena pekerjaan penyemprotan berhubungan dengan racun kimia yang dapat membahayakan keselamatan dan kesehatan karyawan. Selain itu, rumah BSS juga diharapkan bisa menambah motivasi kerja bagi karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya. Keadaan penyebaran gulma di Kebun Pinang Sebatang termasuk sporadis (terpencar-pencar), tetapi gulma yang sering dijumpai di lapangan adalah Dicranopteris linearis, Clidemia hirta, Imperata cylindrica, Asystasia sp Melastoma malabathricum dan kentosan. Pembongkaran tanaman pengganggu. Pengendalian gulma secara manual dilakukan dengan menggunakan cados (cangkul kecil lebar mata pisau 14 cm).
21
Gulma dan kentosan yang terdapat di pasar pikul (gawangan) dan piringan dibongkar sampai ke akar-akarnya. Alat lain yang digunakan dalam kegiatan ini adalah parang. Parang digunakan untuk membabad gulma yang rapat sebelum dibongkar pakai cados. Kegiatan BTP dimulai pada pukul 07.00 – 14.00 WIB di bawah pengawasan seorang mandor perawatan. Mandor bertugas mengawasi berlangsungnya BTP dengan mengecek hasil kerja karyawan. Apabila hasil pekerjaan karyawan tidak sesuai dengan ketentuan mandor, karyawan tersebut harus mengulang pekerjaannya. Pengendalian gulma dengan cara BTP dilakukan oleh karyawan wanita yang berjumlah 14 orang. interval pekerjaan BTP 1 – 2 kali dalam setahun. Penyemprotan piringan. Pengendalian gulma di piringan bertujuan untuk mengurangi kompetisi hara dan air, meningkatkan efisiensi pemupukan, mempermudah kontrol pelaksanaan panen dan aplikasi pemupukan serta memudahkan pemanen dalam pengutipan brondol. Kegiatan penyemprotan diawali dengan pembagian hancak kepada karyawan oleh mandor semprot. Setiap karyawan memiliki hancak dua pasar rintis. Penyemprotan dimulai dari sisi colectioan road menuju pasar rintis sampai ke
colectioan road berikutnya.
Setelah itu, kegiatan penyemprotan pindah ke sisi colectioan road sebelahnya dan menuju ke pasar rintis sampai ke colectioan road awal penyemprotan. Penyemprotan dilakukan oleh karyawan wanita yang berjumlah 12 orang dengan standar prestasi kerja 4 ha/HK dan akan mendapatkan premi Rp 4 000,00/hari apabila lebih dari 4.5 ha. Kegiatan penyemprotan piringan dilakukan dengan menggunakan
alat
semprot micron harby sprayer (MHS) yang berkapasitas 5 liter/kap. Herbisida yang digunakan adalah Prima Up berbahan aktif gliphosate dengan konsentrasi 4% (200 ml/kep 5 liter air) dan dicampur Dejavu yang berbahan aktif fluroksipir dengan konsentrasi 1% (50 ml/kep 5 liter air). Penyemprotan gawangan. Pengendalian gulma di gawangan bertujuan untuk mengurangi kompetisi hara dan air, mempermudah kontrol pekerjaan dari satu gawangan ke gawangan yang lain dan menekan populasi hama. Kegiatan penyemprotan diawali dengan pembagian hancak kepada karyawan oleh mandor semprot. Penyemprotan dimulai dari sisi colectioan road menuju pasar rintis.
22
Setiap karyawan mendapatkan hancak satu pasar rintis dan setengah sisi kanan dan kiri dari gawangan mati. Kegiatan penyemprotan gawangan menggunakan alat semprot RB – 15 yang berkapasitas 15 liter air (1 kep). Untuk daerah rendahan digunakan herbisida campuran yang bermerk Prima Up dan Meta Prima. Prima Up berbahan aktif gliphosate dengan konsentrasi 0.8 persen. Meta Prima berbahan aktif metil metsulfuron dengan konsentrasi 0.03 persen. Sedangkan untuk daerah selain rendahan, seperti daerah yang berbukit penyemprotan gawangan menggunakan Kenlon yang berbahan aktif tryclophir dengan konsentrasi 0.8 persen. Standar kerja karyawan yaitu 1.5 ha/HK dan akan mendapatkan premi RP 4 000,00/hari apabila lebih dari 2.75 ha.
Pemupukan Tanaman Menghasilkan (TM) Dalam kegiatan pemupukan, Kebun Pinang Sebatang mempunyai prinsip bahwa setiap pohon harus menerima semua jenis pupuk sesuai dosis rekomendasi yang telah ditetapkan oleh Minamas Research Center. Biaya untuk pemupukan merupakan biaya tertinggi yang dikeluarkan perusahaan, yaitu sebesar 60% dari total biaya pemeliharaan seluruh tanaman kelapa sawit. Pengambilan sampel daun. Kegiatan pengambilan sampel daun bertujuan untuk menentukan dosis rekomendasi pemupukan atau penambahan pupuk anorganik yang diperlukan untuk satu tahun ke depan. Daun yang dijadikan sampel adalah daun ke-17 dari filotaksis daun kelapa sawit. Ketentuan dosis berdasarkan hasil analisis daun yang dilakukan oleh Minamas Research Center terhadap sampel daun dan faktor terkait yang hasilnya disebarkan ke setiap kebun untuk dilaksanakan. Rekomendasi pupuk untuk Kebun Pinang Sebatang tahun 2011/2012 dapat dilihat pada Tabel 6. Sebelum dilaksanakan pengambilan sampel daun oleh karyawan, terlebih dahulu dilakukan pelatihan teknis cara pengambilan sampel daun ke-17 serta identifikasi gejala defisiensi hara yang terjadi pada tanaman kelapa sawit. Pelatihan dipandu oleh salah seorang staf dari Minamas Research Center dan dibantu oleh dua orang pendamping.
23
Tabel 6. Rekomendasi Pupuk An-Organik untuk Tanaman Kelapa Sawit Menghasilkan di Kebun Pinang Sebatang Tahun 2011/2012 Jenis Pupuk Urea RP MOP Kiserite HGFB Dolomit
Jumlah Aplikasi 2 1 2 1 1 1
Dosis Rekomendasi Aplikasi ke-1 Aplikasi ke-2 ...............(kg/pohon).................. 1.00 1.00 1.00 – 2.00 1.50 1.25 1.75 0.10 1.25 -
Sumber : Dokumen Kebun Pinang Sebatang, 2012
Kegiatan pengambilan sampel daun di Divisi III dilakukan oleh 2 tim, masing-masing tim teridiri atas satu orang karyawan laki-laki dan dua orang karyawan perempuan. Karyawan laki-laki bertugas memotong daun ke-17, sedangkan karyawan perempuan bertugas memberi nomor pohon sensus, memisahkan daun dengan lidinya, mengamati secara visual kondisi tanaman untuk identifikasi gejala defisiensi hara, lalu mencatat data pada blanko yang telah disediakan. Hasil identifikasi gejala defisiensi hara yang dilakukan dengan karyawan, pada umumnya ditemukan gejala defisiensi unsur Boron dan Magnesium. Gejala defisiensi unsur Boron ditemukan pada daun muda yang menjadi kecoklatan, membengkok, tumbuh pendek sehingga ujung pelepah melingkar. Defisiensi unsur Magnesium ditemukan pada daun tua atau pelepah bawah yang apabila terkena cahaya matahari langsung berwarna kuning merata. Ketentuan kerja tim pengambilan sampel daun adalah satu blok untuk satu hari pengambilan sampel daun. Alat dan bahan yang digunakan untuk pengambilan sampel daun adalah egrek, gunting, kantong plastik, cat, kuas blanko dan alat tulis. Penguntilan pupuk. Sebelum dilakukan aplikasi pupuk di lapangan terlebih dahulu dilaksanakan penguntilan pupuk di gudang penyimpanan pupuk. Kegiatan penguntilan pupuk yang dilakukan selama kegiatan magang adalah penguntilan pupuk MOP. Setiap untilan pupuk berisi 14 kg berdasarkan alat takar yang telah ditentukan. Untilan pupuk disusun 10 tumpuk agar mempermudah perhitungan jumlah pupuk yang telah diuntil. Ketentuan kerja karyawan untuk penguntilan pupuk adalah 1.5 ton per HK dan apabila karyawan menguntil pupuk melebihi
24
1.5 ton akan diberikan premi sebesar Rp 40,00/kg kelebihannya. Alat yang digunakan untuk penguntilan pupuk adalah alat takar, karung dan plastik ikat. Pengangkutan pupuk. Pengangkutan pupuk dimulai dari gudang sampai pengeceran di lapangan. Kegiatan yang dilakukan meliputi pemuatan untilan pupuk ke dalam truk oleh tim pemuat di bawah pengawasan mandor dan kepala gudang. Pengangkutan untilan pupuk ke blok yang akan dipupuk dan pengeceran untilan pupuk sesuai hancak pemupuk yang telah dibagi oleh mandor pupuk. Kendala dalam pengangkutan pupuk dari gudang ke lapangan adalah keadaan alat angkutan dan ketepatan waktu pengangkutan. Keterlambatan pengangkutan akan mengakibatkan keterlambatan aplikasi pupuk di lapangan. Pemupukan di lapangan. Pemupukan di Kebun Pinang Sebatang dilakukan pada tanaman menghasilkan (TM). Kegiatan pemupukan menerapkan Block Manuring System (BMS) yang dilaksanakan dengan cara rayonisasi. Kegiatan pemupukan dengan cara rayonisasi dilakukan untuk seluruh divisi di Kebun Pinang Sebatang dengan penanggung jawab satu divisi. Divisi yang mempunyai tanggung jawab dalam pemupukan di Kebun Pinang Sebatang adalah Divisi IV. Pelaksanaan pemupukan dengan cara rayonisasi ini menggunakan prinsip kerja blok per blok, sehingga pelaksanaannya dapat terkonsentrasi dengan sasaran mutu pemupukan yang lebih baik, supervisi lebih fokus dalam pengawasan dan produktivitas kelapa sawit yang diharapkan dapat dicapai. Kegiatan pemupukan dimulai pukul 07.00-12.00 WIB, sehingga pupuk yang ditabur masih terhindar dari penguapan yang disebabkan suhu udara yang terlalu panas. Karyawan
menabur pupuk pada hancak yang telah ditentukan oleh
mandor, pupuk ditabur secara merata di gawangan mati dan piringan yang membentuk U-shape. Kegiatan pemupukan yang dilakukan adalah pemupukan MOP dengan dosis pupuk 1.5 kg per pohon sehingga untuk satu untilan pupuk sebesar 14 kg harus diberikan pada 9 pohon sawit. Setiap karyawan mendapatkan premi sebesar Rp 15 500,00 per hari apabila dapat mencapai basis ouput pemupukan lebih dari 600 kg/hari.
25
Pengendalian Ulat Api Sensus ulat api. Sensus ulat api (Setora nitens) dilakukan untuk memonitor serangan
ulat api terhadap kelapa sawit. Serangan ulat api menyebabkan
kerusakan daun (defoliasi) tanaman yang akan berdampak pada penurunan produksi tanaman. Sensus ulat api dilakukan dengan cara mengamati pelepah ke-9 yang dipilih dari pohon kelapa sawit ke-1 pada baris pertama dalam blok pengamatan. Pengamatan berikutnya dilanjutkan pada pohon ke-10, ke-20 dan seterusnya (kelipatan 10) yang masih berada pada baris pertama. Setelah pengamatan pada baris pertama selesai, pengamatan dilanjutkan pada baris ke-10 ke-20 dan seterusnya (kelipatan 10). Cara pemilihan dan pengamatan tanaman kelapa sawit sampel sama dengan yang dilakukan pada baris pertama untuk setiap barisnya. Kegiatan sensus ulat api dilakukan bersama dua orang karyawan wanita. Seorang
karyawan bertugas memotong pelepah dan karyawan yang lainnya
bertugas mengamati, mencatat jumlah ulat api yang diamati pada pelepah serta mengambil ulat api untuk dimasukkan ke wadah yang telah tersedia. Alat yang digunakan adalah egrek untuk memotong pelepah dan tabung sebagai wadah pengumpulan ulat api. Norma kerja untuk sensus ulat api adalah satu blok per HK, prestasi penulis sama dengan prestasi karyawan yaitu satu blok per HK. Serangan ulat api masih ditolerir apabila jumlah ulat api < 5 ekor/pelepah, sedangkan hasil sensus yang dilakukan bersama dua orang karyawan di Blok B009 Divisi III adalah > 5 ekor/pelepah, sehingga perlu dilakukan pengendalian. Kegiatan sensus ulat api dan ulat api Setora nitens dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Kegiatan Sensus Ulat Api : (a) Penghitungan Jumlah Ulat Api pada Sampel Pelepah, (b) Ulat Api Setora nitens
26
Pengendalian
secara
kimia.
Pengendalian
ulat
api
secara
kimia
menggunakan pulsfog dengan insektisida Matador. Dalam aplikasi fogging, insektisida dicampur dengan solar. Komposisi insektisida dan solar yang diberikan adalah 200 ml insektisida ditambah satu liter solar. Pelaksanaan fogging dilakukan pada malam hari, karena apabila dilakukan pada siang hari dikhawatirkan mengganggu kegiatan lain di perkebunan serta menghindari penguapan insektisida yang berlebihan akibat panas. Kegiatan fogging dilaksanakan oleh seorang karyawan dibawah pengawasan seorang mandor perawatan. Fogging dilaksanakan di blok yang telah melampaui batas toleransi jumlah ulat api per pelepah, yaitu terdapat 5 ekor ulat api atau lebih per pelepah pada pohon kelapa sawit. Pengendalian secara biologi. Pengendalian ulat api juga dilakukan dengan cara biologi, yaitu dengan penanaman beneficial plant. Beneficial plant adalah tanaman yang berfungsi untuk konservasi karena dapat berguna sebagai penyedia madu dan tempat inang predator ulat api. Predator ulat api yang umum di perkebunan kelapa sawit adalah Sycanus sp. Jenis beneficial plant yang ditanam di Kebun Pinang Sebatang adalah Casia cobanensis, Turnera subulata
dan
Antigonon leptopus yang dapat dilihat pada Gambar 3. Standar penanaman beneficial plant di Kebun Pinang Sebatang adalah 20 m/ha dengan komposisi penanaman Casia cobanensis : Turnera subulata : Antigonon leptopus adalah 2 : 6 : 2 . Beneficial plant ditanam di areal terbuka, seperti bahu jalan utama (main road).
Gambar 3. Beneficial Plant di Kebun Pinang Sebatang : (a) Casia cobanensis, (b) Turnera subulata, (c) Antigonon leptopus
27
Pemanenan Pemanenan merupakan kegiatan paling kritis dalam budidaya kelapa sawit, karena kehilangan hasil akibat pelaksanaan panen akan sangat merugikan, walaupun kegiatan budidaya yang lain seperti pemupukan, pemeliharaan telah dilaksanakan dengan baik. Fokus utama kegiatan panen adalah memotong semua TBS masak panen dengan interval panen kurang dari 9 hari dan dengan mutu panen sesuai standar, mengutip seluruh brondolan (loose fruit), serta mengirimkan seluruh TBS yang dipanen ke pabrik kelapa sawit (PKS) selambat-lambatnya dalam waktu 24 jam. Kegiatan panen diawali dengan apel pagi karyawan pada pukul 06.00 WIB di kantor divisi yang dipimpin oleh mandor panen. Tujuan apel pagi adalah memeriksa kehadiran karyawan pemanen, memeriksa perlengkapan alat panen dan safety karyawan serta menjelaskan pembagian hancak masing-masing pemanen. Persiapan panen. Panen merupakan kegiatan yang sangat penting dalam usaha budidaya kelapa sawit, oleh karena itu persiapan panen harus diperhatikan sebelum kegiatan tersebut dilakukan. Persiapan panen di Kebun Pinang Sebatang meliputi penetapan seksi panen, penetapan luas hancak kerja per kemandoran, penetapan luas hancak kerja pemanen, penetapan jumlah tenaga kerja serta penyediaan alat-alat panen. Pemeliharaan hancak panen juga dilakukan agar pelaksanaan panen dapat berjalan lancar, kegiatan tersebut meliputi pemeliharaan pasar pikul, tempat pengumpulan hasil (TPH), collection road dan main road serta penyediaan titian panen. Persiapan panen di atas sangat perlu diperhatikan untuk menunjang kelancaran kegiatan panen, sehingga tujuan panen dan mutu produk kelapa sawit berdasarkanoil extraction rate (OER) >
23.5%, kernel
extraction rate (KER) > 4.8% dan free faty acid (FFA) < 2.5% yang telah ditetapkan perusahaan dapat tercapai. Sistem organisasi panen. Dalam pengelolaan panen, losses harus ditekan seminimal mungkin agar produksi yang optimum dapat dicapai. Salah satu tujuan penetapan sistem organisasi block harvesting system (BHS) di Kebun Pinang Sebatang adalah untuk menekan losses.
28
Sistem hancak panen yang diterapkan di Kebun Pinang Sebatang adalah sistem hancak giring tetap, artinya dalam penyelesaian seksi panen, pemanen dan mandor mendapatkan hancak panen tetap. Jika hancak panennya telah selesai dipanen, pemanen digiring oleh mandor untuk pindah ke hancak berikutnya sesuai dengan nomor hancak yang telah ditentukan. Pelaksanaan panen di Kebun Pinang Sebatang menggunakan sistem non-DOL (Division of Labour), artinya pemanen melakukan pekerjaan potong buah sekaligus mengutip brondolan. Standar basis panen yang berlaku di Kebun Pinang Sebatang sebesar 1 300 kg per hari dalam waktu 7 jam kerja dan untuk hari Jum`at basis yang ditetapkan adalah 950 kg per hari dalam waktu 5 jam kerja. Seksi panen. Seksi panen adalah areal kerja yang harus diselesaikan dalam satu hari panen. Areal panen di Divisi III Kebun Pinang Sebatang dibagi ke dalam 6 seksi panen pada luasan 882.89 ha dengan estimasi potensi produksi sebesar 19.71 ton/ha/tahun. Perhitungan luas seksi panen di Divisi III Kebun Pinang Sebatang adalah sebagai berikut : Luas areal rata-rata per seksi (A): Luas areal rata-rata per 5 jam kerja (B): Koefesien penambah luas areal (C) : Luas rata-rata seksi panen hari biasa (7 jam kerja): 147.14 ha + 7.01 ha = 154.15 ha Luas rata-rata seksi panen hari jumat (5 jam kerja): 105.1 ha + 7.01 ha = 112.11 ha Realisasi luas seksi panen di Kebun Pinang Sebatang dicantumkan pada Tabel 7. Tabel 7. Realisasi Luas Seksi Panen di Divisi III Kebun Pinang Sebatang Tahun 2011/2012 Seksi Panen A B C D E F Rata-rata Sumber : Dokumen Kebun Pinang Sebatang, 2012
Luas Seksi Panen (ha) 162.72 128.65 131.14 133.15 139.66 187.57 147.14
29
Kriteria panen. Derajat kematangan buah menjadi salah satu faktor yang paling menentukan dalam kegiatan potong buah karena
akan mempengaruhi
kadar ekstraksi minyak dan kualitas minyak yang diolah. Metode yang digunakan untuk menentukan derajat kematangan buah di Kebun Pinang Sebatang adalah minimum ripeness standard (MRS), yaitu berdasarkan jumlah brondolan yang lepas secara alami dari tandan buah yang matang. Jumlah brondolan yang lepas sekurang-kurangnya 5 brondolan per TBS di piringan sebelum panen. Hasil pengamatan kriteria matang panen dicantumkan pada Tabel 8. Tabel 8. Hasil Pengamatan Kriteria Matang Panen di Divisi III Kebun Pinang Sebatang pada Maret-April 2012 Nomor Sampel Pemanen
Jumlah Brondolan Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3
Rata-rata
........................(butir/TBS).......................... 1 2 3 4 5 Rata-rata
13 17 14 20 24 17
20 11 22 17 13 16
23 16 18 15 23 19
19 15 18 17 20 17
Sumber : Hasil Pengamatan, 2012
Kerapatan panen. Pada pelaksanaan di lapangan, perhitungan angka kerapatan panen (AKP) dilakukan di blok yang akan dipanen besok harinya. Angka kerapatan panen dihitung berdasarkan pengamatan TBS matang pada sampel pohon kelapa sawit yang diamati dengan menggunakan rumus : AKP =
x 100%
Angka kerapatan panen digunakan untuk mengetahui perkiraan (taksasi) hasil produksi TBS yang akan dipanen dikalikan dengan berat janjang rata-rata (BJR) dan jumlah pohon kelapa sawit di blok yang akan dipanen tersebut. Berat janjang rata-rata di Divisi III Kebun Pinang Sebatang adalah 16.5 kg. Hasil pengamatan kerapatan dan taksasi panen dicantumkan pada Tabel 9.
30
Tabel 9. Hasil Pengamatan Angka Kerapatan Panen dan Taksasi Produksi TBS di Divisi III Kebun Pinang Sebatang pada April 2012
Blok A011 A008 B009 Rata-rata
Luas (ha) 88.87 85.80 52.30 75.65
Total Populasi (pohon)
Jumlah Tandan Matang (tandan) 100 115 83 99
Total Pohon Contoh (pohon)
11 690 12 044 7 135 10 129
334 369 281 328
Taksasi Produksi (kg)
AKP (%) 29.94 31.16 29.53 30.21
57 749.77 61 923.02 34 764.93 51 479.24
Sumber : Hasil Pengamatan, 2012
Tenaga kerja panen. Pengamatan terhadap jumlah tenaga kerja pemanen yang masuk setiap hari dilakukan dengan pengacakan waktu sebanyak 6 hari selama kegiatan magang berlangsung. Hasil pengamatan tenaga kerja panen dicantumkan pada Tabel 10. Tabel 10. Hasil Pengamatan Jumlah Pemanen yang Masuk Kerja di Divisi III Kebun Pinang Sebatang pada Februari-April 2012 Jumlah Tenaga Kerja aktual (orang) 50 50 48 48 48 48 Rata-rata
Absensi Masuk
Sakit
Cuti
Izin
Mangkir
Transfer
..........................................(orang)........................................... 43 1 1 0 3 2 40 1 1 0 6 2 40 2 2 2 0 2 38 2 3 0 1 4 41 2 2 0 1 2 42 3 1 0 0 2 40 2 1 0.3 2 2
Sumber : Hasil Pengamatan, 2012
Interval panen. Interval panen atau pusingan panen adalah lamanya waktu yang diperlukan antara panen terakhir dengan panen berikutnya pada hancak panen yang sama. Interval panen yang ditetapkan di Kebun Pinang Sebatang dipertahankan < 9 hari sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh perusahaan. hasil pengamatan rata-rata interval panen pada tiga blok yang dipilih secara acak di Divisi III Kebun Pinang Sebatang selama tiga bulan berturut-turut (FebruariApril 2012) tercantum pada Tabel 11.
31
Tabel 11. Rata-rata Interval Panen di Divisi III Kebun Pinang Sebatang pada Februari-April 2012 Blok Standar A012 B009 B010 Rata-rata
Februari (hari) 12 11 11 11
Bulan Maret (hari) (< 9 hari) 10 9 10 10
April (hari) 13 12 13 13
Sumber : Hasil Pengamatan, 2012
Produksi kelapa sawit di tiga blok yang diamati interval panennya dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Produksi TBS di Tiga Blok Divisi III Kebun Pinang Sebatang dari Bulan Februari-April 2012
Mutu hancak panen. Mutu hancak panen merupakan parameter penilaian terhadap tenaga kerja pemanen dalam pelaksanaan pemanenan TBS kelapa sawit. Pengamatan mutu hancak panen dilakukan di tiga kemandoran dengan mengamati tiga orang pemanen pada setiap kemandoran. Parameter yang diamati adalah brondolan tinggal di piringan, pelepah sengkleh, susunan pelepah dan buah matang yang tinggal di pohon kelapa sawit. Hasil pengamatan mutu hancak panen di Divisi III Kebun Pinang Sebatang dicantumkan pada Tabel 12.
32
Tabel 12. Hasil Pengamatan Mutu Hancak Panen di Divisi III Kebun Pinang Sebatang pada Maret-Mei 2012
Kemandoran Standar 1 2 3 Rata-rata
Brondolan Tinggal di Piringan (butir) <2 3.13 3.82 2.24 3.06
Pelepah Sengkleh (%)
Susunan Pelepah (%)
Buah Tinggal (%)
<1 0.93 0.64 0.40 0.65
<1 0 0 0 0
< 0.1 0 0.52 0 0.17
Sumber : Hasil Pengamatan, 2012
Mutu buah. Mutu buah merupakan persentase penilaian terhadap kualitas TBS hasil panen. Pengamatan mutu buah yang dipanen oleh pemanen dilakukan pada semua kemandoran. Pengamatan dilakukan pada buah yang telah diangkut (langsir) dari hancak panen ke TPH oleh pemanen. Kriteria kualitas buah yang diamati adalah persentase buah matang, mentah, kurang matang dan busuk serta panjang tangkai TBS (gagang panjang). Hasil pengamatan mutu buah di Divisi III Kebun Pinang Sebatang dicantumkan pada Tabel 13. Tabel 13. Hasil Pengamatan Mutu Buah di Divisi III Kebun Pinang Sebatang pada Maret-Mei 2012
Kemandoran
Matang (%)
Mentah (%)
Standar 1 2 3 Rata-rata
> 95 97.53 97.90 97.54 97.65
0 0 0.35 0 0.11
Kurang Matang (%)
Busuk (%)
Gagang Panjang > 3cm (%)
<5 0.70 0.35 0.70 0.58
0 1.07 1.05 1.06 1.06
0 0.70 0.35 0.70 0.58
Sumber : Hasil Pengamatan, 2012
Pengangkutan hasil panen. Pengangkutan TBS ke tempat pengumpulan hasil (TPH) di Divisi III Kebun Pinang Sebatang umumnya menggunakan angkong. Pengangkutan TBS dengan cara dipikul dilakukan pada hancak dengan kondisi topografi yang berbukit. Pengangkutan TBS dari TPH ke PKS dengan jarak ±5 km menggunakan dumptruck (PS 120) berkapasitas 5-6 ton dan dumptruck berkapasitas 7-8 ton yang biasa disebut dumptruck Hino. Beberapa
33
dumptruck (PS 120) untuk pengangkutan hasil panen kelapa sawit di Kebun Pinang Sebatang diberi sekat pemisah antara brondolan dengan TBS. Pengangkutan TBS dari TPH yang terletak di sepanjang jalan koleksi (collection road) dan jalan kontur yang tidak dapat dilalui dumptruck dilakukan dengan menggunakan wheel tractor atau pick up. Pengamatan dilakukan terhadap waktu dan jumlah tenaga muat (kernet) TBS yang diperlukan untuk memuat TBS ke dalam unit dumptruck (PS 120) dan dumptruck Hino dalam pengangkutan TBS dari TPH sampai ke PKS, hasilnya tercantum pada Tabel 14. Tabel 14. Hasil Pengamatan Waktu Pengangkutan TBS ke PKS di Divisi III Kebun Pinang Sebatang pada April 2012 Unit Dumptruck(PS120) Dumptruck Hino
Standar Waktu < 6 km (menit) 120 150
Waktu yang dibutuhkan (menit) 113 148
Jumlah kernet (orang) 2 3
Sumber : Hasil Pengamatan, 2012
Pengangkutan buah dilaksanakan pada pukul 09.00 WIB setelah TBS disusun oleh pemanen di TPH. Kegiatan pengangkutan dilaksanakan oleh karyawan muat buah dengan pengawasan krani buah. Alat yang digunakan adalah tojok yang berbentuk seperti tombak. Karyawan muat buah akan mendapatkan premi sebesar Rp 5 000,00 apabila dapat mencapai standar lebih borong 0-3 ton. Kegiatan muat buah dan sekat pemisah antara brondolan dengan TBS dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Kegiatan Pengangkutan Hasil Panen Kelapa Sawit di Divisi III Kebun Pinang Sebatang : (a) Pemuatan TBS ke Dumptruck, (b) Sekat Pemisah Brondolan dengan TBS
34
Sarana panen. Kelancaran kegiatan panen sangat ditentukan oleh sarana panen yang digunakan. Sarana panen tersebut berupa alat-alat dan fasilitas yang menunjang dalam kegiatan pemanenan. Jenis alat-alat panen yang digunakan di Divisi III Kebun Pinang Sebatang dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Jenis Alat-alat Panen TBS Kelapa Sawit di Divisi III Kebun Pinang Sebatang No. Nama Alat 1. Egrek dengan tangkai 2. Ganco 3. 4. 5. 6. 7.
Kampak Batu asahan Karung goni Stempel Angkong
Kegunaan Memotong TBS dari pohon kelapa sawit. Memuat dan membongkar TBS untuk disusun di TPH. Memotong gagang panjang TBS. Mengasah alat-alat potong TBS. Wadah brondolan. Memberi nomor pemanen pada TBS. Mengangkut TBS dari hancak panen ke TPH.
Sumber : Hasil Pengamatan, 2012
Sarana panen untuk daerah yang berawa atau yang dilalui parit juga dilengkapi dengan titian panen, karena akses pengangkutan TBS dari hancak panen ke TPH akan terhambat apabila titian panen tdak tersedia. Titian panen yang digunakan di Divisi III Kebun Pinang Sebatang terbuat dari coran beton berbentuk balok yang ukurannya disesuaikan dengan keadaan area. Alat-alat dan sarana panen dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Alat-alat dan Sarana Panen di Divisi III Kebun Pinang Sebatang : (a) Stempel, (b) Ganco dan Kampak, (c) Egrek (d) Karung Goni, (e) Angkong dan Titian Panen
35
Pengawasan panen. Sistem pengawasan panen yang diterapkan di Kebun Pinang Sebatang adalah sistem structured block supervision (SBS). SBS merupakan sistem pengawasan terhadap blok yang dilakukan secara terpola atau terstruktur. Penerapan sistem tersebut bertujuan untuk standarisasi sistem pengawasan, meningkatkan mutu pekerjaan dan usaha perbaikan kinerja lebih fokus. Ketentuan pelaksanaan sistem SBS panen dapat dilihat pada Tabel 16. Tebel 16. Ketentuan Pengawasan Panen di Kebun Pinang Sebatang Tahun 2011/2012 Pemeriksa Mandor panen Mandor I Mantri buah Asisten kebun Manajer
Satuan Cek/hari Cek/hari Cek/minggu Cek/hari Cek/minggu
Jumlah Cek 3 2 2/mandoran 1 3
Keterangan : 1 cek = 2 rintis/140 pokok dan 2 TPH
Sumber : Dokumen Kebun Pinang Sebatang, 2012
Pemeriksaan mutu hancak panen dan buah juga dilakukan oleh departemen plantation suistanable quality management (PSQM). Departemen tersebut bertugas mengawasi mutu buah yang dikirim ke PKS. Hasil pemeriksaan departemen PSQM dilaporkan sebagai unit laporan kebun, sedangkan pemeriksaan mandor sampai manajer digunakan sebagai pedoman dan bahan evaluasi kebun untuk perbaikan ke depan. Premi dan denda panen. Premi panen diberikan kepada tenaga kerja pemanen apabila mampu mencapai basis panen (siap borong) yaitu sebesar 1 300 kg/hari dan 900 kg/hari untuk hari Jumat. Besarnya premi untuk basis siap borong adalah Rp 13 500,00. hasil panen yang melebihi basis siap borong (lebih borong) mendapatkan tambahan premi sebesar Rp 45,00/kg dan apabila basis siap borong yang didapatkan pemanen 2 kali lipat, maka premi lebih borong yang diberikan Rp 50,00/kg. Premi kutip brondolan diberikan sebesar Rp 125,00/kg untuk setiap pemanen, Rp 8,00/kg untuk krani panen, Rp 5,00/kg untuk mandor panen dan Rp 2,00/kg untuk mandor I. Berikut contoh perhitungan premi yang didapatkan pemanen dalam satu hari di Divisi III Kebun Pinang Sebatang.
36
No. pemanen
: 01
Hasil panen
: 105 janjang x 16.5 kg = 1 732.5 kg
Brondolan (LF)
: 96 kg
Basis borong
: 1 300 kg
Lebih borong
: 1 732.5 kg – 1 300 kg = 432.5 kg
Premi basis borong
: Rp 13 500,00
Premi lebih borong
: 432.5 kg x Rp 45,00 = Rp 19 500,00
Premi brondolan (LF) : 96 kg x Rp 125,00 = Rp 12 000,00 Total premi pemanen = Rp 13 500,00 + Rp 19 500,00 + Rp 12 000,00 = Rp 45 000,00 Pendapatan premi untuk mandor panen, krani dan mandor I dihitung dengan menggunakan rumus yang telah ditentukan oleh perusahaan sebagai berikut.
Pemanen yang melanggar ketentuan panen yang telah ditetapkan oleh perusahaan akan dikenakan denda. Denda yang diberikan berdasarkan ketentuan yang ditetapkan oleh perusahaan. Denda yang dibebankan atas pelanggaran dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Ketentuan Denda Panen di Kebun Pinang Sebatang Tahun 2011/2012 Jenis Pelanggaran Brondolan tinggal Pelepah sengkleh Susun pelepah Buah tinggal Potong buah mentah Buah busuk Gagang panjang
Satuan Rp/butir Rp/pelepah Rp/pelepah Rp/janjang Rp/janjang Rp/janjang Rp/janjang
Sumber : Dokumen Kebun Pinang Sebatang, 2012
Denda 50 1 000 1 000 10 000 10 000 500 500
37
Selain denda yang diberikan pada pemanen, denda juga diberikan pada supervisi dalam bentuk pengurangan premi atau tidak dibayarkannya premi pada hari itu.
Rawat Jalan Dalam pelaksanaan magang, penulis juga melakukan perawatan jalan. Kegiatan perawatan jalan yang dilakukan adalah kegiatan tunas pasar di collection road. Tunas pasar merupakan kegiatan pemotongan pelepah-pelepah sawit yang mengarah ke jalan. Tunas pasar di collection road bertujuan supaya jalan tersinari sinar matahari sehingga jalan dalam kondisi kering pada saat unit angkutan melewati jalan tersebut. Selain itu, tunas pasar juga memudahkan unit angkutan untuk masuk ke dalam blok yang sedang dipanen. Kegiatan tersebut dilaksanakan oleh dua orang karyawan dengan norma 7 jam kerja per hari, sedangkan prestasi penulis hanya mencapai 3 jam kerja. Perawatan jalan dilakukan dengan menggunakan alat-alat berat untuk main road dan collection road yang rusak. Kondisi jalan yang rusak tersebut biasanya disebabkan oleh hujan, sehingga mengakibatkan transportasi TBS ke PKS terganggu. Perbaikan jalan dilakukan dengan penebaran material batu pada spotspot main road atau collection road yang rusak. Material batu yang telah ditebar diratakan dengan menggunakan alat berat road grader. Setelah diratakan material batu dipadatkan dengan menggunakan alat berat road compactor. Pengoperasian alat berat tersebut masing-masing dilakukan oleh satu orang operator yang telah terlatih.
Aspek Manajerial Mandor Panen Mandor panen mempunyai kewajiban mengikuti apel pagi bersama mandor I dan asisten kebun. Apel pagi dilakukan pada pukul 05.30 WIB di kantor divisi. Selain itu, mandor panen juga bertugas memimpin apel pagi bagi karyawan panen, melakukan absensi karyawan panen, memeriksa kelengkapan alat dan
38
safety pemanen serta menjelaskan hancak panen pada blok yang akan dipanen hari itu. Pada saat menjadi pendamping mandor panen, penulis diberi kesempatan untuk memimpin apel pagi karyawan panen. Kegiatan yang penulis lakukan meliputi mencatat kehadiran karyawan panen di buku absensi karyawan panen dan memeriksa kelengkapan alat dan safety pemanen. Setiap mandor panen mempunyai tanggung jawab mengawasi kegiatan panen mulai dari pemanen memasuki hancaknya masing-masing sampai terkumpulnya buah di TPH. Hasil pengawasan terhadap tiga orang pemanen dicatat pada buku pemeriksaan mutu hancak dan buah sebagai bahan evaluasi kerja dan penentuan prestasi kerja pemanen. Penulis juga diberi kesempatan oleh mandor panen untuk mengisi buku pemeriksaan hancak dan buah tersebut, di samping ikut mengawasi karyawan panen dalam kegiatan pemanenan. Selain mengawasi jalannya kegiatan panen setiap hari, mandor panen juga harus melakukan kegiatan administratif kebun. Kegiatan tersebut adalah mengisi laporan panen harian (LPH), absensi karyawan panen, buku kegiatan mandor (BKM) dan buku taksasi panen yang akan dilaksanakan besok harinya. Setiap divisi di Kebun Pinang Sebatang memiliki tiga orang mandor panen.
Mandor Perawatan Mandor perawatan mempunyai tugas dan kewajiban terhadap semua kegiatan perawatan di Divisi III Kebun Pinang Sebatang. Divisi III Kebun Pinang Sebatang memiliki tiga orang mandor perawatan. Sama halnya dengan mandor panen, setiap mandor perawatan juga harus mengikuti apel pagi bersama mandor I dan asisten kebun. Mandor perawatan I mempunyai tanggung jawab terhadap pemeliharaan jalan, tunas pasar, bangunan dan aplikasi janjang kosong. Mandor perawatan II bertugas dalam pengawasan kegiatan sensus ulat api, fogging dan penanaman beneficial plant. Mandor perawatan III bertugas mengawasi jalannya kegiaatan BTP. Dalam pelaksanaan kegiatan perawatan, setiap pekerjaan tetap menjadi tanggung jawab semua mandor perawatan. Kegiatan administratif yang harus dilakuakan mandor perawatan adalah membuat rekapitulasi hasil kerja, mengisi buku kegiatan mandor (BKM), absensi karyawan dan membuat draft kebutuhan bahan yang diperlukan untuk kegiatan
39
perawatan. Kegiatan yang dilakukan penulis ketika mendampingi mandor perawatan meliputi pengawasan terhadap karyawan tunas pasar dan karyawan BTP serta mengisi BKM mandor perawatan. Mandor perawatan I dan mandor perawatan II Divisi III mendapat tugas tambahan untuk pelaksanaan pembibitan pre-nursery. Kedua mandor tersebut bertugas memimpin dan mengawasi karyawan dalam pelaksanaan penanaman kecambah. Penulis juga membantu mandor dalam mengawasi kegiatan penanaman kecambah dan mengisi dokumen laporan hasil seleksi kecambah.
Mandor Pupuk dan Semprot Mandor pupuk dan semprot merupakan mandor rayon yang terdapat di Kebun Pinang Sebatang. Mandor pupuk termasuk mandor dari Divisi IV dan mandor semprot termasuk mandor dari Divisi II. Mandor pupuk mempunyai tanggung jawab terhadap kegiatan pemupukan di Kebun Pinang Sebatang, mulai dari penguntilan pupuk, pengangkutan pupuk, pengeceran pupuk sampai pelaksanaan pemupukan di lapangan. Sebelum kegiatan pemupukan dilakukan, mandor pupuk harus memeriksa kelengkapan alat dan safety karyawan pupuk serta sudah harus membagi hancak karyawan pupuk pada pagi hari, karena kegiatan pemupukan sudah harus dimulai pada pukul 07.00 WIB. Pemeriksaan hancak pada blok yang dipupuk dicatat pada buku pemeriksaan hancak dengan kriteria yang telah ditentukan. Kebun Pinang Sebatang mempunyai dua orang mandor pupuk dalam pelaksanaan pemupukan. Kegiatan yang penulis lakukan ketika mendampingi mandor pupuk meliputi pengawasan terhadap karyawan penguntilan pupuk di gudang pupuk, mengawasi jalannya kegiatan pemupukan di lapangan serta memberi penjelasan hancak pemupukan pada karyawan pemupukan. Sama halnya dengan mandor pupuk, mandor semprot juga mempunyai tanggung jawab terhadap jalannya kegiatan semprot di Kebun Pinang Sebatang. Hal yang penting dilakukan oleh mandor semprot adalah memeriksa kelengkapan pelaksanaan penyemprotan dan alat safety karyawan semprot saat apel pagi di rumah BSS. Kebun Pinang Sebatang mempunyai dua orang mandor semprot, yaitu mandor semprot piringan dan mandor semprot gawangan.
40
Mandor pupuk dan semprot harus melaporkan hasil kerja ke divisi yang menjadi penanggung jawab kegiatan tersebut sebagai bahan laporan divisi. Mandor pupuk dan semprot juga harus melakukan pengisian BKM, absensi karyawan dan membuat rencana kerja untuk kegiatan besok harinya. Dalam kegiatan penyemprotan, penulis tidak diperbolehkan melaksanakan kegiatan tersebut di lapangan. Hal tersebut disebabkan oleh kekhawatiran mandor dan asisten terhadap kesehatan dan keselamatan kerja penulis. Setiap penulis mengikuti kegiatan penyemprotan penulis hanya melakukan pengawasan terhadap karyawan penyemprotan di lapangan bersama mandor semprot.
Krani Buah dan Divisi Krani buah dan divisi setiap hari harus ikut dalam apel pagi bersama mandormandor divisi, mandor I dan asisten kebun. Krani buah bertugas untuk mengecek buah mentah dan matang sebelum diangkut ke truk, menghitung jumlah TBS/janjang dan brondolan hasil panen masing-masing karyawan pemanen. Krani buah harus mengisi laporan potong buah dan kutip brondol yang kemudian diserahkan ke divisi. Ketika mendampingi krani buah, kegiatan yang penulis lakukan meliputi pengecekan buah sebelum buah diangkut ke PKS dan menghitung jumlah TBS/janjang hasil panen karyawan pemanen. Disamping itu, penulis melakukan perhitungan premi karyawan berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan perusahaan. Krani divisi bertanggung jawab dalam pencatatan, perekapan dan pembukuan seluruh laporan kegiatan yang berlangsung di divisi yang terdiri atas buku kegiatan mandor (BKM), laporan potong buah, absensi karyawan dan lainnya. Penulis juga membantu krani divisi dalam pengisian data ke dokumen yang telah ditentukan dari hasil laporan mandor-mandor dalam melaksanakan kegiatan teknis di lapangan setiap hari. Disamping itu, penulis juga membantu krani divisi dalam penghitungan pretasi kerja karyawan pemanen selama satu bulan.
41
Mandor I Mandor I merupakan mandor yang membawahi seluruh mandor di setiap divisi. Setiap hari mandor I harus mendampingi asisten dalam apel pagi pada pukul 05.30 WIB. Mandor I bertugas membuat rencana kerja divisi sesuai arahan asisten dan mengawasi seluruh pekerjaan di divisi, baik kegiatan panen maupun perawatan serta memastikan kegiatan yang dilakukan telah sesuai dengan norma kerja yang ditetapkan. Di Divisi III Kebun Pinang Sebatang, mandor I harus berkoordinasi dengan mandor rayon (pupuk dan semprot) apabila kegiatan pemupukan atau penyemprotan dilakukan di Divisi III serta mempunyai tugas mengawasi jalannya kegiatan tersebut. Mandor I juga harus mendampingi petugas dari kantor besar Kebun Pinang Sebatang dan petugas dari departemen plantation suistanable quality management PSQM dalam pemeriksaan mutu hancak dan buah divisi. Selama pelaksanaan magang, penulis hanya sekali mendampingi mandor I dalam pemeriksaan mutu hancak dan buah, karena mandor I Divisi III sakit dan harus dirawat di rumah sakit. Tugas mandor I dilimpahkan kepada salah seorang mandor panen untuk sementara, selama mandor I Divisi III dalam masa penyembuhan. Setiap divisi di Kebun Pinang Sebatang memiliki satu orang mandor I.
Asisten Divisi Asisten divisi bertugas mengelola kebun secara teknis dan administrasi mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengontrolan dan evaluasi. Asisten divisi juga harus membina karyawan dalam hal pengembangan sumber daya manusia serta menyusun budget divisi yang dipimpinnya. Kegiatan lainnya adalah memimpin kegiatan apel pagi dan mengawasi seluruh kegiatan perkebunan yang dilaksanakan di divisi. Pada saat kegiatan magang berlangsung penulis berkesempatan mendampingi asisten kepala dalam kegiatan memimpin apel pagi karyawan setiap hari di divisi. Selain mempunyai kewajiban memimpin divisi, asisten kepala di Kebun Pinang Sebatang juga bertugas mengelola traksi. Traksi merupakan suatu unit organisasi yang mengelola alat tranportasi dan alat berat untuk mendukung kegiatan yang dilaksanakan di perkebunan. Penulis juga sempat mendampingi
42
asisten dalam keggiatan apel pagi karyawan traksi yang selalu dilaksanakan pada hari Jumat. Penulis juga membantu asisten dalam pembuatan laporan tanam kecambah pembibitan pre-nursery di Kebun Pinang Sebatang. Pada strategy of unit (SOU-16) PT Aneka Intipersada, asisten kepala Kebun Pinang Sebatang mempunyai posisi sebagai sekretaris. Disamping itu, penulis juga diikutsertakan sebagai panitia dalam kegiatan pelatihan Auditor Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO). Sebagai persiapan kegiatan ini, penulis membantu asisten dalam persiapan dokumen yang diperlukan yang terbagi atas empat kategori yaitu, legal, best practice, environment dan social.
43
PEMBAHASAN Produksi dan produktivitas di Kebun Pinang Sebatang dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu iklim setempat, pemupukan, ketersediaan tenaga kerja dan topografi. Faktor-faktor tersebut mengakibatkan produksi dan produktivitas kelapa sawit Kebun Pinang Sebatang berfluktuatif. Faktor iklim yang sangat berpengaruh terhadap produksi dan produktivitas kelapa sawit di Kebun Pinang Sebatang adalah curah hujan. Curah hujan yang tinggi menyebabkan sebagian kecil areal di Kebun Pinang Sebatang tergenang air, kondisi main road dan collection road menjadi rusak sehingga menyebabkan aktivitas-aktivitas kegiatan teknis di Kebun Pinang Sebatang terganggu dan tidak berjalan lancar sebagaimana mestinya. Selain itu, hujan yang terjadi pada pagi hari dapat mengakibatkan berkurangnya jam kerja karyawan dari norma 7 jam kerja yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Kegiatan
pemupukan
dan
ketersediaan
tenaga
kerja
juga
menjadi
permasalahan yang biasanya dihadapi oleh perkebunan kelapa sawit dalam peningkatan produksi dan produktivitas. Pelaksanaan pemupukan yang tidak tepat meliputi dosis pupuk dan pelaksanaan pemupukan di lapangan mengakibatkan kelapa sawit tidak mendapatkan unsur hara yang dibutuhkan untuk memproduksi buah secara optimal. Untuk mengantisipasi permasalahan tersebut, Kebun Pinang Sebatang menetapkan cara penguntilan pupuk sebelum pelaksanaan pemupukan di lapangan. Penguntilan pupuk bertujuan agar setiap tanaman kelapa sawit mendapatkan pupuk sesuai dengan dosis yang telah ditetapkan dan mempermudah karyawan dalam pelaksanaan pemupukan di lapangan. Kebun Pinang Sebatang masih menghadapi permasalahan dengan jumlah tenaga kerja, berdasarkan Tabel 4 diketahui bahwa, nilai indeks tenaga kerja (ITK) di Kebun Pinang Sebatang adalah 0.17. Nilai tersebut masih dibawah kriteria ideal ITK suatu perkebunan kelapa sawit. Menurut Pahan (2010), besarnya nilai ITK yang ideal untuk suatu perkebunan kelapa sawit adalah 0.2. Untuk mengatasi permasalahan kekurangan tenaga kerja tersebut, Kebun Pinang Sebatang masih melakukan penerimaan karyawan dengan status training pada bulan pertama kerja.
44
Topografi Kebun Pinang Sebatang yang didominasi oleh areal perbukitan juga mengakibatkan rendahnya prestasi kerja karyawan lapangan, sehingga secara tidak langsung juga mempengaruhi produksi dan produktivitas kelapa sawit. Kegiatan di lapangan yang sangat erat hubungannya dengan produksi dan produktivitas kelapa sawit adalah pemanenan tandan buah segar (TBS) atau janjang kelapa sawit. Pemanenan merupakan kegiatan yang sangat menentukan besarnya hasil produksi dan produktivitas kelapa sawit di suatu perkebunan kelapa sawit, karena peluang kehilangan hasil (losses) yang besar dapat terjadi pada kegiatan tersebut. Kebun Pinang Sebatang menerapkan organisasi panen block harvesting system (BHS) untuk menekan losses sekecil mungkin pada kegiatan tersebut. Luas seksi panen berdasarkan perhitungan tidak sama persis dengan yang sebenarnya. Luas seksi panen berdasarkan perhitungan adalah 147.14 ha/seksi untuk hari dengan 7 jam kerja dan 105.10 ha/seksi untuk hari dengan 5 jam kerja, sedangkan realisasi luas seksi panen di Divisi III Kebun Pinang Sebatang berbeda-beda setiap harinya (Tabel 7). Perbedaan tersebut disebabkan oleh kondisi topografi, perbedaan luas setiap blok dan posisi blok terhadap blok yang lain. Kebun Pinang Sebatang menetapkan kriteria matang panen berdasarkan minimum ripeness standard (MRS) atas jumlah brondolan yang lepas secara alami dari tandan buah yang matang. Ketetapan tersebut bertujuan untuk mencapai kadar oil extraction rate (OER) yang telah ditargetkan. Menurut Setyamidjaja (2006), panen yang dilakukan pada saat yang tepat akan menentukan tercapainya kuantitas dan kualitas minyak sawit yang dihasilkan. Berdasarkan hasil pengamatan penulis (Tabel 8) menunjukkan bahwa kriteria matang panen umumnya sudah dilaksanakan oleh tenaga kerja pemanen di Divisi III Kebun Pinang Sebatang. Kerapatan panen merupakan angka yang menunjukkan tingkat kerapatan pohon yang tandan buahnya dapat dipanen di dalam suatu areal (Fauzi, et al., 2005). Angka kerapatan panen (AKP) di Kebun Pinang Sebatang digunakan dalam perhitungan taksasi panen sehari-hari dan jumlah tenaga kerja panen yang dibutuhkan untuk menyelesaikan panen pada luas areal panen tertentu. Dari hasil pengamatan penulis (Tabel 9) dapat diketahui bahwa kerapatan panen pada setiap
45
blok tidak jauh berbeda karena tahun tanam kelapa sawit yang sama yaitu tahun tanam 1994/1995. Menurut Tobing dalam Akbar (2008) menyatakan bahwa nilai AKP 25%-100% menunjukkan produksi tinggi, sedangkan nilai AKP 15%-20% menunjukkan produksi sedang. Rata-rata AKP dari hasil pengamatan penulis adalah 30.21% yang berarti bahwa keadaan produksi buah kelapa sawit di Divisi III Kebun Pinang Sebatang tinggi. Berdasarkan peta seksi panen dan jumlah tenaga kerja pemanen yang ada, Kebun Pinang Sebatang menerapkan sistem tenaga kerja non-DOL (division of labour) dengan pelaksanaan hancak giring tetap. Menurut Sarimanah (2008), komponen kebutuhan tenaga kerja dihitung berdasarkan rata-rata luas areal per seksi, AKP, bobot janjang rata-rata (BJR), populasi per hektar, dan kapasistas pemanen per hari. Berikut ini contoh perhitungan kebutuhan tenaga kerja pemanen : Rata-rata luas per seksi Divisi III Kebun Pinang Sebatang = 147.14 ha Rata-rata AKP Divisi III Pinang Sebatang = 30.21% Bobot janjang rata-rata = 16.5 kg/pohon Rata-rata luas hancak satu hari per pemanen = 3 ha/orang Rata-rata populasi per hektar (ha) = 136 pokok Kapasistas tenaga potong buah per orang (pemanen) = 3 ha/orang x 136 pohon/ha x 30.21% x 16.5 kg/pohon = 2 033. 73 kg/orang Jumlah tenaga potong buah = 147.14 ha x 30.21 % x 16.5 kg/pohon x 136 pohon/ha 2 033.73 kg/orang = 49 orang Selanjutnya Pahan (2010) menambahkan bahwa jumlah tenaga potong buah atau pemanen juga dapat dihitung dengan menggunakan rumus : Jumlah tenaga potong buah = 882.89 ha [6x3] ha = 49 orang Dari perhitungan di atas, kebutuhan tenaga kerja pemanen adalah 49 orang. Berdasarkan Tabel 10, pada saat magang jumlah tenaga kerja pemanen yang tersedia adalah 48 orang walaupun sebelumnya pernah 50 orang, tetapi pada waktu pelaksanaan panen tidak semua tenaga kerja masuk atau dialokasikan untuk
46
kegiatan panen, hal ini disebabkan oleh adanya tenaga kerja yang sakit, cuti, izin, mangkir dan transfer. Permasalahan yang dihadapi oleh Divisi III Kebun Pinang Sebatang adalah interval panen. Dari hasil pengamatan pada Tabel 11 menunjukkan bahwa secara umum interval panen di Divisi III Kebun Pinang Sebatang lebih dari 9 hari. Hal tersebut tidak sesuai dengan standar interval panen yang ditetapkan oleh perusahaan yaitu kurang dari 9 hari. Interval panen yang panjang mengakibatkan block harvesting system (BHS) yang kerangka kerjanya sesuai dengan luas seksi panen yang telah ditetapkan belum bisa dilaksanakan dengan baik di Divisi III Kebun Pinang Sebatag. Interval panen lebih dari 9 hari di Divisi III Kebun Pinang Sebatang disebabkan oleh produksi buah yang tinggi, kondisi cuaca yang tidak mendukung pada waktu pelaksanaan pemanenan, kapasitas panen pemanen rendah dan tingkat ketidakhadiran pemanen pada hari kerja tinggi disebabkan sakit, cuti, izin dan mangkir. Pada bulan Maret interval panen dapat diturunkan menjadi 9 hari di blok B009, karena pada bulan tersebut terdapat penambahan tenaga kerja pemanen yang baru masuk dengan status training serta kondisi cuaca pada siang hari tidak hujan. Menurut
Sarimanah
(2008),
interval
panen
yang
panjang
akan
mengakibatkan banyaknya jumlah brondolan yang disebabkan banyaknya tandan matang dan lewat matang di pohon. Hal tersebut mengakibatkan peluang kehilangan hasil berupa tandan matang tertinggal di pohon dan brondolan tidak dikutip menjadi sangat tinggi, sehingga dapat menurunkan produksi dan produktivitas. Dari Gambar 4 dapat dilihat bahwa fluktuasi produksi pada tiga blok yang penulis amati sangat dipengaruhi oleh keadaan pusingan panen. Ratarata produksi naik pada bulan Maret karena interval panen turun menjadi 9 hari dibandingkan bulan sebelum dengan interval panen 12 hari. Peningkatan produksi yang sangat tinggi terjadi pada Blok B009 dengan peningkatan 72.19% dari produksi bulan sebelumnya, yaitu 79 560 kg pada bulan Februari menjadi 137 000 kg pada bulan Maret. Produksi kembali turun pada bulan April dan penurunan yang paling besar juga terjadi pada Blok B009, yaitu sebesar 27.91% dari produksi bulan Maret dengan angka produksi 98 750 kg.
47
Dalam mengatasi permasalahan interval panen, dilakukan pemanenan kontanan pada hari libur dan peminjaman tenaga kerja ke divisi yang pusingan panennya normal, dengan tujuan menormalkan pusingan yang terlalu lama yang terjadi di Divisi III Kebun Pinang Sebatang. Pencapaian mutu hancak dan mutu buah di Divisi III Kebun Pinang Sebatang secara umum sudah dapat dicapai, tetapi masih ada beberapa parameter mutu yang belum bisa dicapai sesuai dengan standar yang telah ditetapkan perusahaan. Ratarata brondolan tertinggal sebesar 3.06 butir, artinya terdapat ± 3.06 brondolan/TBS tertinggal di hancak panen (Tabel 12). Hal tersebut belum memenuhi standar toleransi yang ditetapkan perusahaan yaitu < 2 brondolan/TBS. Banyaknya brondolan tinggal di hancak panen disebabkan oleh interval panen yang tinggi, sistem non-DOL serta kondisi piringan dan hancak yang ditumbuhi gulma sehingga pemanen malas untuk mengutip brondolan secara bersih. Persentase rata-rata mutu buah di Divisi III Kebun Pinang Sebatang adalah buah matang normal 97.65%, buah mentah 0.11%, buah kurang matang 0.58%, buah busuk 1.06% dan buah bergagang panjang 0.58% (Tabel 13). Hasil dari pengamatan penulis tersebut belum memenuhi standar toleransi yang ditetapkan oleh perusahaan untuk buah mentah, buah busuk, dan buah bergagang panjang. Menurut Mangoensoekarjo (2005), panen buah mentah akan merugikan perusahaan karena tanaman akan menjadi stres akibat pelukaan saat panen, menurunkan ekstraksi minyak dan mengakibatkan produktivitas minyak kelapa sawit pun akan menurun. Buah busuk atau janjang kosong merupakan buah yang telah lewat matang. Menurut Lubis (1992), buah tersebut termasuk fraksi 4 dengan 75–100% buah diluar atau telah membrondol. Buah busuk disebabkan oleh keadaan interval panen yang tinggi sehingga buah yang telah matang terlambat pemanenannya. Mutu buah untuk gagang panjang juga sangat merugikan. Menurut Rankine dan Fairhurst dalam Sarimanah (2008), gagang panjang dapat menyerap 0.25% kg CPO, yang akan menurunkan ekstraksi minyak di PKS. Menurut Sastrosayono (2008), buah kelapa sawit yang dipotong hari ini harus diolah langsung agar asam lemak bebas (FFA) tidak tinggi. Pahan (2010) menambahkan, keterlambatan pengangkutan TBS ke PKS akan mempengaruhi
48
proses pengolahan, kapasitas olah dan mutu produk akhir. Hal tersebut sangat berhubungan dengan lamanya waktu yang dibutuhkan dalam proses pengangkutan TBS hasil panen sampai ke PKS. Standar waktu yang dibutuhkan untuk setiap unit angkutan telah memenuhi standar yang ditetapkan perusahaan, tetapi buah terlambat pengirimannya ke PKS diakibatkan oleh hujan yang turun pada waktu siang hari sehingga jalan basah dan tidak bisa dilalui oleh unit angkutan (Tabel 14). Walaupun demikian, buah tersebut tetap diusahakan diangkut secepat mungkin ke PKS. Penggunaan sekat brondol pada dumptruck (PS 120) merupakan salah satu inovasi Kebun Pinang Sebatang untuk efisiensi pengangkutan brondolan secara bersamaan dengan TBS, walaupun baru dipasang pada beberapa unit dumptruck (PS 120). Inovasi ini dapat menghemat biaya operasional dengan mengurangi penggunaan pick up untuk pengangkutan brondolan di Kebun Pinang Sebatang.
49
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kegiatan magang yang dilaksanakan dapat menambah pengetahuan tentang budidaya kelapa sawit dalam skala perusahaan secara umum dan mengenai pelaksanaan panen secara khusus, sehingga berguna bagi penulis dalam dunia kerja di bidang perkebuanan nantinya. Pelaksanaan pengelolaan panen secara teknis dengan organisasi
block harvesting system (BHS) belum dapat
dilaksanakan dengan baik. hal tersebut disebabkan oleh pelaksanaan BHS yang kerangka kerjanya sesuai dengan luasan seksi panen belum bisa dicapai sesuai ketentuan yang telah ditetapkan perusahaan, tetapi pencapaian nilai persentase mutu buah sudah dapat mencapai standar yang telah ditentukan perusahaan yaitu sebesar 97.65 persen. Inovasi dalam pengangkutan buah ke PKS dengan memberi sekat pemisah antara brondolan dan TBS pada unit angkutan dapat mengefisienkan penggunaan unit angkutan di Kebun Pinang Sebatang. Permasalahan yang dihadapi oleh Divisi III Kebun Pinang Sebatang adalah kondisi interval panen yang belum sesuai dengan standar yang ditetapkan perusahaan. interval panen harus < 9 hari, tetapi pada kenyataannya interval panen di Divisi III Kebun Pinang Sebatang pernah mencapai 12 hari. Hal tersebut disebabkan oleh produksi kelapa sawit dalam keadaan tinggi, kapasitas panen pemanen yang rendah dan tingginya tingkat ketidakhadiran pemanen.
Saran Interval panen yang panjang dapat dikurangi dengan penambahan basis borong panen dari yang sudah ditetapkan biasanya yaitu sebesar 1 300 kg, karena produksi buah kelapa sawit di Divisi III Kebun Pinang Sebatang dalam kondisi tinggi. Pengawasan dalam kegiatan panen harus ditingkatkan agar pemanen tidak ada yang pulang lebih awal dari norma 7 jam kerja, walaupun pemanen tersebut sudah mencapai basis borong panen serta pemberian sanksi yang tegas kepada pemanen yang mangkir.
50
DAFTAR PUSTAKA Akbar, A. 2008. Manajemen Panen di Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Pantai Bunai Estate, PT. Sajang Heulang, Minamas Plantation, Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan. Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian. IPB. Bogor. 63 hal. Direktorat Jenderal Perkebunan. 2009. Statistik Perkebunan 2008-2010: Kelapa Sawit Direktorat Jenderal Perkebunan, Departemen Pertanian. Jakarta. Djohar, S. 2004. Membangun Keunggulan Kompetitif CPO Melalui Supply Chain Management. Jurnal Manajemen & Agribisnis. 1(1): 20 – 32. Fauzi, Y., Y. E. Widyastuti., I. Satyawibawa., R. hartono. 2005. Kelapa Sawit : Seri Agribisnis. Penebar Swadaya. Jakarta. 168 hal. Lubis, A. U. 1992. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Indonesia. Pusat Penelitian Perkebunan Marihat. Pematang Siantar. 435 hal. Mangoensoekarjo, S. 2005. Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. 605 hal. Mangoensoekarjo, S. 2007. Manajemen Tanah dan Pemupukan Budidaya Perkebunan.Gadjah Mada University press.Yogyakarta.408 hal. Naibaho, P. M. 1998. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. PPKS Medan.Medan. 306 hal. Pahan, I. 2010. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Penebar swadaya. Jakarta. 412 hal. Pardamean, M. 2011. Cara Cerdas Mengelola Perkebunan Kelapa sawit. Lily Publisher. Yogyakarta. 336 hal. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. 2003. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan. Medan. 125 hal. Risza, S. 2006. Upaya Peningkatan Produktivitas Kelapa Sawit. Kanisius. Yogyakarta. 186 hal. Sarimanah. 2008. Manajemen Panen di Perkebunan Kelapa Sawit (elaeis guineensis jacq.) Mustika Estate, PT. Sajang Heulang, Minamas, Kalimantan Selatan. Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian. IPB. Bogor. 62 hal. Sastrosayono, S. 2008. Budidaya Kelapa Sawit. Agromedia. Jakarta. 65 hal. Setyamidjaja, D. 2006. Kelapa Sawit. Kanisius.Yogyakarta. 127 hal. Sukamto. 2011. 58 Kiat Meningkatkan Produktivitas dan Mutu Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Depok. 83 hal. Sunarko. 2010. Budi Daya dan Pengelolaan Kebun Kelapa Sawit dengan Sistem Kemitraan. Agromedia. Jakarta. 178 hal. Supriyanto, G. 2008. Analisa Minyak Hilang Selama Proses Pengolahan CPO Akibat Lama Perebusan Tandan Buah Segar. Buletin Ilmiah Instiper. 15(1): 46 – 63.
51
LAMPIRAN
52
Lampiran 1. Peta Kebun Pinang Sebatang PT Aneka Intipersada Tahun 2011/2012
53
Lampiran 2. Data Curah Hujan Kebun Pinang Sebatang Tahun 2002-2011 Tahun Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jumlah Rata-rata BB BK
2 002 HH CH
2 003 HH CH
2 004 HH CH
2 005 HH CH
2 006 HH CH
2 007 HH CH
2 008 HH CH
2 009 HH CH
2 010 HH CH
Rata-rata
2 011 HH CH
HH
CH
7 3 9 13 9 6 3 9 11 8 18 17
133 31 184 199 155 96 96 171 113 104 314 201
16 13 12 6 3 7 3 12 13 9 11 11
288 157 320 63 23 85 46 130 206 149 210 172
6 6 15 9 4 5 9 6 10 15 10 12
147 157 136 100 30 60 191 296 130 189 250 289
2 4 8 8 10 4 10 9 5 11 13 12
31 41 139 162 150 144 267 141 117 207 170 154
10 5 6 8 9 8 6 5 6 7 8 13
235 55 63 167 173 171 193 207 169 157 140 317
24 15 13 17 12 14 12 13 13 19 17 12
185 227 182 407 237 137 213 131 270 351 120 130
16 6 18 19 10 9 9 7 11 12 11 13
151 151 417 340 50 117 175 94 315 285 269 164
8 10 18 12 8 6 4 14 13 15 15 18
164 160 271 369 115 101 53 187 283 137 224 460
15 6 13 8 7 7 12 13 10 8 14 8
174 86 290 183 193 53 187 286 252 136 124 192
16 8 11 13 6 9 6 5 7 19 16 16
244 153 128 189 87 67 102 145 216 290 232 242
12 8 12 11 8 8 7 9 10 12 13 13
175 122 213 218 121 103 152 179 207 201 205 232
113 9
1 797 150
116 10
1 849 154
107 9
1 975 165
96 8
1 723 144
91 8
2 047 171
181 15
2 590 216
141 12
2 528 211
141 12
2 524 210
121 10
2 155 180
132 11
2 094 175
124 -
2 128 -
9
8
10
10
10
1
2
1
2
1
12
10
11
10
10
10
1
1
1
0
1
Keterangan : HH = hari hujan, CH = curah hujan (mm) Sumber : Dokumen Kebun Pinang Sebatang, 2012 Q = Total BK/BB x 100% = 10/100 x 100% = 10% BB = Bulan Basah (> 100 mm) BL = Bulan Lembab (60-100 mm) BK = Bulan Kering (< 60 mm) Tipe iklim A, Q = 0.5% - 14.3
Berdasarkan Klasifikasi iklim Schmidth-Ferguson, tipe iklim di Kebun Pinang Sebatang termasuk tipe iklim A (sangat basah) dengan nilai Q = 10%
54
Lampiran 3. Tata Guna Lahan Kebun Pinang Sebatang PT Aneka Intipersada 2011/2012 Uraian I. Areal yang diusahakan 1. Tanaman menghasilkan (TM) TT. 1993 TT. 1994 TT. 1995 TT. 1996 TT. 1997 TT. 1998 TT. 1999 TT. 2001 Sub total TM 2. Tanaman belum menghasilkan (TBM) TT. 2011 Total areal ditanam 3. Prasarana Jalan dan jembatan Bangunan 4. Bukit, sungai dan plot mother Total areal I II. Areal yang mungkin bisa ditanami Cadangan Okupasi permanen Total areal II Total luas seluruh areal
Divisi I
Luas Areal (ha) Divisi II Divisi III Divisi IV
Total
135.13 89.46 183.93 154.21 69.38 126.22 758.33
67.73 179.42 94.26 62.65 268.04 69.52 741.62
492.38 390.51 882.89
833.96 833.96
67.73 1 640.89 484.77 152.11 451.97 154.21 138.90 126.22 3 216.80
758.33
741.62
882.89
30.00 863.96
30.00 3 246.80
19.63 16.85 794.81
17.12 758.74
22.56 13.69 919.14
24.96 18.62 46.00 953.54
84.27 35.47 59.69 3 426.23
237.00 237.00 1 031.81
193.00 193.00 951.74
919.14
953.54
430.00 430.00 3 856.23
55
Lampiran 4. Jurnal Kegiatan Magang Sebagai Karyawan Harian Lepas Tanggal
Kegiatan
Prestasi Kerja Penulis Karyawan Standar ............Satuan/HK...........
Lokasi
11/02/2012
Orientasi kebun
-
-
-
PT Aneka Intipersada
12/02/2012
Orientasi kebun
-
-
-
Divisi III Pinang Sebatang
13/02/2012
Panen (kutip brondolan)
0.8 ha
3 ha
3 ha
1 ha
3.5 ha
3 ha
15/02/2012 Field day
2 Blok
2 Blok
2 Blok
16/02/2012 Pengecekan PSQM
2 Blok
2 Blok
2 Blok
-
-
-
5 Jam
7 Jam
7 Jam
1 ha
3 ha
3 ha
2 blok
2 blok
2 blok
-
-
-
0.7 ha
3 ha
3 ha
Traksi
-
-
-
Lanjutan kegiatan ISPO (pengumpulan dokumen)
-
-
-
14/02/2012 Panen (susun pelepah)
17/02/2012 Kegiatan kantor divisi 18/02/2012
Bongkar tanaman pengganggu (BTP)
Blok A010 Divisi III Pinang Sebatang Blok A011 Divisi III Pinang Sebatang Blok A010 dan A011 Divisi III Pinang Sebatang Blok B009 dan B010 Divisi III Pinang Sebatang Kantor Divisi III Pinang Sebatang Blok A013 Divisi III Pinang Sebatang
19/02/2012 Libur 20/02/2012 Panen
21/02/2012 Field day Kegiatan Indonesian 22/02/2012 Suistanable Palm Oil (ISPO) 23/02/2012 Panen
24/02/2012
Blok B007 Divisi III Pinang Sebatang Blok A007 dan B007, Divisi III Pinang Sebatang Ruang meeting Teluk Siak Estate (TSE) Blok A013 Divisi III Pinang Sebatang Kantor Traksi Pinang Sebatang Ruang meeting Teluk Siak Estate (TSE)
56
Lampiran 4. (Lanjutan) Tanggal
Kegiatan
Prestasi Kerja Penulis Karyawan Standar ............Satuan/HK...........
Lokasi
-
3.4 ha
3.4 ha
Blok C010 Divisi IV Pinang Sebatang
27/02/2012 Sensus ulat api
1 blok
1 Blok
1 Blok
Blok B009 Divisi III Pinang Sebatang
28/02/2012 Tunas pasar
3 Jam
7 Jam
7 Jam
5 Jam
7 Jam
25/02/2012 Semprot piringan 26/02/2012 Libur
29/02/2012
Aplikasi janjang kosong (JJK)
01/03/2012
Kegiatan ISPO (evaluasi dokumen 1)
-
-
-
02/03/2012 Kegiatan kantor besar
-
-
-
1 unit
1 unit
1 unit
140 Kg
616 Kg
616 Kg
Audiensi presentasi SBS
-
-
-
Pembukaan MTQ tingkat PT AIP
-
-
-
Kegiatan ISPO (evaluasi dokumen 2)
-
-
-
Membantu krani divisi pada kegiatan 03/03/2012 pembagian jatah sembako karyawan 04/03/2012 Libur Pemupukan 05/03/2012
06/03/2012
7 Jam
Blok A013 Divisi III Pinang Sebatang Divisi IV Pinang Sebatang Ruang meeting Teluk Siak Estate (TSE) Kantor Besar Pinang Sebatang Kantor Divisi III Pinang Sebatang
Blok B009 Divisi III Pinang Sebatang Kantor Besar Pinang Sebatang Mesjid Aneka Persada Estate (APE) Ruang meeting Teluk Siak Estate (TSE)
57
Lampiran 5. Jurnal Kegiatan Magang Sebagai Pendamping Mandor
Tanggal
Kegiatan
Pendamping 07/03/2012 mandor pupuk (untilan)
08/03/2012
KH yang Diawasi (orang)
Prestasi Kerja Luas Areal Lama yang Kegiatan Diawasi (jam) (ha)
9
1 gudang pupuk
7
Gladiresik kegiatan ISPO
-
-
7
Panitia kunjungan peserta ISPO ke PT AIP
-
-
9
09/03/2012 Penutupan MTQ tingkat PT AIP 10/03/2012 Kegiatan sosial posyandu 11/03/2012 Libur Pendamping krani 12/03/2012 Divisi III
-
-
4
-
-
4
-
-
5
13/03/2012
Pendamping mandor panen
12
31.7
7
14/03/2012
Pendamping mandor panen
12
24.8
7
-
-
1
30
177
7
Pemeriksaan buah mogol 15/03/2012 Pendamping mandor pupuk
Lokasi
Gudang pupuk Pinang Sebatang Ruang Meeting Teluk Siak Estate (TSE) Teluk Siak Estate Mesjid Aneka Persade (APE) Joglo Pinang Sebatang Kantor Divisi III Pinang Sebatang Blok A013 Divisi III Pinang Sebatang Blok A012 Divisi III Pinang Sebatang Blok C011 Divisi IV Pinang Sebatang Blok A009 & A010 Divisi III Pinang Sebatang
58
Lampiran 5. (Lanjutan) Prestasi Kerja Tanggal
Kegiatan
Pendamping 16/03/2012 mandor pupuk
17/03/2012
18/03/2012
Pendamping mandor pembibitan
HK yang Diawasi (orang)
Luas Areal yang Diawasi (ha)
Lama Kegiatan (jam)
32
18.5
7
20
13.8
7
Lokasi
Blok A008 & A009 Divisi III Pinang Sebatang Lokasi Pembibitan Divisi II Pinang Sebatang
Libur
20/03/2012
Pendamping mandor pembibitan
21/03/2012
Pengecekan dan penghitungan bibit afkir Persiapan acara porsenibun Pinang Sebatang
10
13.8
10
-
-
3
-
-
5
5
-
9
-
-
1
10
18.8
7
22/03/2012
Pendamping mandor perawatan
23/03/2012
Libur MC pembukaan acara porsenibun
24/03/2012
Pendamping mandor panen
25/03/2012
Libur
26/03/2012
Pendamping mandor panen
18
43
8
27/03/2012
Pendamping mandor panen
13
28.59
5
Pembibitan Divisi II Pinang Sebatang Kantor Besar Pinang Sebatang Kantor Besar Pinang Sebatang Joglo Pinang Sebatang Joglo Pinang Sebatang Blok A009 Divisi III Pinang Sebatang Blok A008 & A009 Divisi III Pinang Sebatang Blok A010 Divisi III Pinang Sebatang
59
Lampiran 5. (Lanjutan)
Tanggal
Kegiatan
HK yang Diawasi (orang)
Prestasi Kerja Luas Areal yang Diawasi (ha)
Lama Kegiatan (jam)
28/03/2012
Training LSU karyawan
6
-
6
29/03/2012
Pendamping karyawan sensus LSU
3
30
6
30/03/2012
Pendamping mandor panen
18
42
7
31/03/2012
Pendamping krani Divisi III
-
-
-
01/04/2012
Libur
02/04/2012
Pendamping krani Divisi III
-
-
-
Lokasi
Blok C13 (blok lama) Divisi IV Blok B007 Divisi III Pinang Sebatang Blok B007 Divisi III Pinang Sebatang Kantor Divisi III Pinang Sebatang Kantor Divisi III Pinang Sebatang
60
Lampiran 6. Jurnal Kegiatan Magang Sebagai Pendamping Asisten
Tanggal
Kegiatan
Prestasi Kerja Luas Jumlah Areal Mandor yang yang Diawasi Diawasi (orang) (ha)
Lama Kegiatan (jam)
Lokasi
03/04/2012
Muat Buah
1
3
5
Blok A013 Divisi III Pinang Sebatang
04/04/2012
Seminar fertillizer management & rainfall probability clinic R & D Field day MRC
-
-
8
Ruang Meeting Teluk Siak Estate (TSE)
05/04/2012
Kantor divisi
-
-
5
Kantor Divisi III Pinag Sebatang
06/04/2012
Libur
07/04/2012
Kantor Besar
-
-
5
Kantor besar Pinang Sebatang
08/04/2012
Libur Perekapan jurnal harian Menyusun bahan presentasi Membantu asisten pembibitan dalam sortir kecambah afkir Kantor divisi &persiapan bahan presentasi
-
-
5
-
-
5
-
-
5
Kantor besar Pinang Sebatang
-
-
5
Kantor Divisi III Pinang Sebatang
09/04/2012 10/04/2012
11/04/2012
12/04/2012
Kantor besar Pinang Sebatang Kantor besar Pinang Sebatang
13/04/2012
Meeting SOU 16 & presentasi
-
-
8
Pabrik TSF & ruang Meeting TSE
14/04/2012
Muat buah
1
26
6
B008 Divisi III Pinang Sebatang
15/04/2012
Libur
16/04/2012
Panen
1
33
5
Blok B009 Divisi III
17/04/2012
Supervisi Dosen
18/04/2012
Panen
2
29
5
19/04/2012
Kantor Divisi
-
-
5
Blok A013 Divisi III Kantor Divisi III Pinang Sebatang
61
Lampiran 6. (Lanjutan)
Tanggal
Kegiatan
Prestasi Kerja Luas Jumlah Areal Mandor yang yang Diawasi Diawasi (orang) (ha)
Lama Kegiatan (jam)
Lokasi
Areal pembibitan Pinang Sebatang Areal pembibitan Pinang Sebatang
20/04/2012
Krani pembibitan
1
13.8
6
21/04/2012
Krani pembibitan
1
13.8
6
22/04/2012
Libur
23/04/2012
Kantor divisi
-
-
2
Kantor Divisi III Pinang Sebatang
24/04/2012
Izin
25/04/2012 26/04/2012
-
-
3
Mess Pinang Sebatang
-
-
6
Kantor besar Pinang Sebatang
29/04/2012
Izin Izin Membantu asisten dalam Input data pembibitan Rekapitulsai data Pembibitan tanaman kecambah bulan April Libur
30/04/2012
Kantor divisi
-
-
6
01/05/2012
Kunjungan e MRC
-
-
4
02/05/2012
Krani pembibitan
1
13.8
6
03/05/2012
Pembersihan TPH induk dan jalan dari brondolan
1
-
3
04/05/2012
Kantor besar
-
-
5
05/05/2012
Kantor divisi
-
-
7
06/05/2012 07/05/2012
Libur Kantor divisi Meeting SOU 16 & Presentasi
-
-
6
-
-
10
27/04/2012
28/04/2012
08/05/2012 09/05/2012
Kantor divisi
-
-
7
10/05/2012
Kantor divisi
-
-
5
Kantor Divisi III Pinang Sebatang MRC Teluk Siak Areal pembibitan Pinang Sebatang TPH induk Blok B010 Divisi III Pinang Sebatang Kantor besar Pinang Sebatang Kantor Divisi III Pinang Sebatang Kantor Divisi III Ruang meeting Pinang Sebatang Kantor Divisi III Pinang Sebatang Kantor Divisi III Pinang Sebatang