MANAJEMEN PANEN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN SEI AIR HITAM, ROKAN HULU, RIAU
YAN PRATAMA NUGRAHA A24090135
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
ii
iii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Sei Air Hitam, Rokan Hulu, Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Desember 2013
Yan Pratama Nugraha NIM A24090135
ii
ABSTRAK YAN PRATAMA NUGRAHA. Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Sei Kebun Air Hitam, Rokan Hulu, Riau. Dibimbing oleh ADOLF PIETER LONTOH. Pelaksanaan kegiatan magang bertujuan untuk meningkatkan wawasan dan pengalaman, membentuk sikap dan keterampilan kerja serta mampu menyelaraskan antara ilmu teori dan ilmu praktek di lapang pada proses budi daya kelapa sawit. Tujuan khusus dilaksanakan magang ini adalah untuk mempelajari panen tandan buah segar baik secara teknis, analisis, pengelolaan sumber daya dan mampu mengatasi permasalahannya. Kegiatan magang dilaksanakan di Kebun Sei Air Hitam, PT Perdana Inti Sawit Perkasa I, Rokan Hulu, Riau dari bulan Februari hingga Juni 2013. Pengaruh jumlah hari kerja panen, curah hujan dan hari hujan terhadap produktivitas kelapa sawit menunjukkan korelasi yang positif. Produktivitas kelapa sawit yang baik juga dipengaruhi oleh tingginya persentase efisiensi panen dan penentuan rotasi panen yang sesuai. Permasalahan yang terdapat dalam kegiatan panen di Kebun Sei Air Hitam adalah penentuan kriteria matang panen oleh pemanen, persentase mutu buah yang dipanen dan ketidaksesuaian perhitungan taksasi produksi dengan standar perusahaan. Kinerja dan pengawasan harus ditingkatkan sehingga kegiatan panen berjalan sesuai standar perusahaan dan menghasilkan produktivitas tinggi dengan pemanfaatan biaya secara efisien. Kata kunci: efisiensi panen, mutu buah, produktivitas, taksasi produksi
ABSTRACT YAN PRATAMA NUGRAHA. Harvesting Management of Palm Oil (Elaeis guineensis Jacq.) in Sei Air Hitam Estate, Rokan Hulu, Riau. Supervised by ADOLF PIETER LONTOH. Internship activity realization purposes are to increase knowledge and experience, to built attitude and skill of work, also able to appropiate between theory and practices in field on palm oil cultivation process. The other purpose in this activity are to learn fresh fruit bunch right harvesting according to technique, analysis, resources management and ability in problem solving. The internship was conducted at Sei Air Hitam Estate, PT Perdana Inti Sawit Perkasa I, Rokan Hulu, Riau from February to June 2013. The effect of harvest work day quantity, rainfall and rainy day to palm oil productivity shows positive correlation. A good palm oil productivity also effected by the increase of harvest efficiency rate and compatibility of harvest rotation determining. Harvesting activity problems in Sei Air Hitam Estate are determining of ripe harvest criteria by harvester, harvested fruit quality rate and prediction of production counting uncompatible with company standard. Skill of work and supervision must get increase so the harvesting activity compatible with company standard and to produce high productivity with efficiently in cost using. Key words: fruit quality, harvesting efficiency, prediction of production, productivity
iii
MANAJEMEN PANEN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN SEI AIR HITAM, ROKAN HULU, RIAU
YAN PRATAMA NUGRAHA A24090135
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Agronomi dan Hortikultura
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
iv
Judul Skripsi : Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Sei Air Hitam, Rokan Hulu, Riau Nama : Yan Pratama Nugraha : A24090135 NIM
Disetujui oleh
olf Pieter Lontoh MS Pembimbing
r
Tanggal Lulus:
1 2 0EC 2013
v
Judul Skripsi : Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Sei Air Hitam, Rokan Hulu, Riau Nama : Yan Pratama Nugraha NIM : A24090135
Disetujui oleh
Ir. Adolf Pieter Lontoh, MS Pembimbing
Diketahui oleh
Dr. Ir. Agus Purwito, MScAgr Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
vi
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga kegiatan magang dan karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema kegiatan magang yang dilaksanakan sejak bulan Februari hingga Juni 2013 ini ialah panen kelapa sawit, dengan judul Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Sei Air Hitam, Rokan Hulu, Riau. Penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada: 1. Ibunda Ir Putirah (Alm), Ayahanda Ir Agung Nugroho dan adik-adik penulis, Ramadhan Dwi Nugraha dan Bagas Tri Cahya Nugraha, beserta seluruh keluarga besar penulis yang memberikan doa dan dukungan selama pendidikan penulis. 2. Dr Ir Eny Widajati MS, selaku pembimbing akademik yang selalu memberikan do’a, dukungan dan nasehat. 3. Ir Adolf Pieter Lontoh MS, selaku dosen pembimbing skripsi yang selalu memberikan do’a, dukungan, nasehat dan arahan. 4. Atmojo Sri Winahyu SP (General Manager), Syaiful Azmi, SP (Field Manager Rayon A), Adi Kusuma Purba Amd dan Aidil Harahap SP (Field assistant afdeling I) serta seluruh staf dan karyawan PT PISP I yang telah memberikan motivasi, fasilitas, dan arahan selama kegiatan magang. 5. Seluruh Direksi First Resources Ltd. yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan kegiatan magang. 6. Om M. Agusriana, Tante Detti Kustari dan M. Ilmam Haiban di Purwakarta yang selalu mendo’akan dan memberikan semangat. 7. Dirayati Nur Irsalina yang terus memberikan semangat, dukungan dan kasih sayangnya di setiap perjuangan penulis demi meraih masa depan. 8. Teman-teman Iyoeh House atas kebersamaannya. 9. Sahabat-sahabat Socrates AGH 46, Warkop, Agrolina, dan Bala Kurawa di Madiun yang selalu memberikan do’a, dukungan, semangat dan nasehat selama ini. 10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Desember 2013 Yan Pratama Nugraha
vii
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Syarat Tumbuh Panen Kelapa Sawit METODE Tempat dan Waktu Metode Pelaksanaan Pengamatan dan Pengumpulan Data Analisis Data dan Informasi KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan Keadaan Tanaman dan Produksi Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Aspek Manajerial HASIL DAN PEMBAHASAN Kriteria Matang Panen Taksasi dan Angka Kerapatan Panen Rotasi Panen Tenaga Kerja Panen Kualitas Panen Produksi dan Produktivitas KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
vii vii vii 1 1 2 2 2 4 4 5 5 5 6 7 7 7 7 8 8 9 10 10 21 24 24 25 26 27 29 31 32 32 33 33 35 45
viii
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Produksi dan produktivitas Kebun SAH tahun 2007−2012 Jumlah karyawan staf dan non staf Kebun SAH tahun 2013 Kriteria matang panen Kebun SAH Persentase kesesuaian kriteria matang panen Akurasi taksasi terhadap realisasi produksi bulan April 2013 di Afdeling I Kebun SAH Perbandingan rotasi panen standar dengan realisasi terhadap pencapaian target produksi Afdeling I Hasil uji korelasi antara faktor umur, tingkat pendidikan dan lama kerja terhadap jumlah TBS Perbandingan antara umur pemanen terhadap jumlah TBS rata-rata Hasil pengamatan mutu buah di Afdeling I Kebun SAH Efisiensi panen Afdeling I Kebun SAH Hasil uji korelasi antara faktor jumlah HK panen, curah hujan dan hari hujan terhadap produktivitas Kebun SAH
8 9 17 24 26 26 28 29 30 31 32
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6 7
Kegiatan pengendalian gulma menggunakan micron herby sprayer Bagian “ekor kadal” pelepah pokok kelapa sawit Kegiatan penguntilan di gudang pupuk Pokok sawit dengan gejala defisiensi Fe tingkat berat Kegiatan infus akar Kegiatan panen TBS kelapa sawit Pengangkutan TBS dari TPH
10 12 14 15 15 19 20
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6
Jurnal harian kegiatan magang sebagai KHL Kebun SAH Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping mandor Kebun SAH Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping field assistant Kebun SAH Peta inti Kebun SAH Data curah hujan Kebun SAH tahun 2005-2012 Struktur organisasi Kebun SAH
36 37 39 42 43 44
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan komoditas perkebunan utama di Indonesia yang sangat unggul. Ditjenbun (2013) menyatakan rata-rata laju pertumbuhan luas areal kelapa sawit selama 2007˗2012 sebesar 6.96%, sedangkan produksi kelapa sawit meningkat rata-rata 6.02% per tahun. Pertumbuhan tersebut menunjukkan hingga tahun 2012 luas areal perkebunan kelapa sawit Indonesia telah mencapai angka 9 074 621 ha dan telah memproduksi crude palm oil (CPO) sebesar 23 521 071 ton pada tahun 2012. Realisasi ekspor Indonesia tahun 2012 untuk CPO dan minyak sawit lainnya mencapai volume 20.57 juta ton serta telah menghasilkan devisa negara lebih dari US$ 17.6 milyar. Pertumbuhan perkebunan kelapa sawit telah menjadikan Indonesia sebagai negara produsen kelapa sawit terbesar di dunia dan telah meningkatkan kesejahteraan masyarakat pedesaan. GAPKI (2009) menyatakan bahwa minyak sawit dapat dimanfaatkan di berbagai industri karena memiliki susunan dan kandungan gizi yang cukup lengkap. Minyak sawit dapat diolah menjadi minyak goreng, shortening, margarine, oleokimia, kosmetik, farmasi dan biodiesel. Keistimewaan minyak sawit selain ketersediaannya yang melimpah yaitu: tingkat efisiensi minyak sawit cukup tinggi dibandingkan minyak nabati lain, sehingga mampu menempatkan minyak sawit menjadi sumber minyak nabati termurah serta dari segi produktivitas minyak sawit lebih tinggi dari pada minyak nabati lain, yakni dapat mencapai 4.26 ton ha-1, sedangkan minyak kedelai hanya sebesar 0.41 ton ha-1, kanola 0.66 ton ha-1 dan bunga matahari 0.43 ton ha-1. Salah satu usaha dalam pengembangan produksi tanaman kelapa sawit adalah teknik budi daya yang baik, mulai dari pembukaan lahan sampai panen dan penanganan pasca panen. Panen dan pasca panen tandan buah segar (TBS) merupakan hal yang penting pada teknik budi daya kelapa sawit. Lubis (1992) menyatakan bahwa baik dan buruknya pemeliharaan tanaman selama ini akan tercermin dari panen dan produksi. Pekerjaan panen adalah memotong tandan matang, mengumpulkan dan mengangkutnya ke pabrik untuk seterusnya diolah mendapatkan rendemen minyak yang tinggi, asam lemak bebas (ALB) rendah serta memelihara kondisi tanaman tetap baik. Rawi et al. (2004) menambahkan bahwa masalah utama di lapangan yang sering dialami oleh industri kelapa sawit adalah tingginya ALB di dalam TBS kelapa sawit pada saat proses pemanenan. Proses pemanenan TBS merupakan kegiatan yang sangat penting maka sistem manajemen pemanenan yang baik harus dilaksanakan. Manajemen dapat didefinisikan sebagai suatu rangkaian aktivitas termasuk perencanaan dan pengambilan keputusan (planning and decision making), pengorganisasian (organizing), kepemimpinan (leading) dan pengawasan (controlling) yang diarahkan pada sumber-sumber daya organisasi (manusia, finansial, fisik dan informasi) dengan maksud untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien (Griffin 2002). Proses panen kelapa sawit yang baik harus menggunakan prinsip-prinsip manajemen tersebut. Aktivitas perencanaan panen kelapa sawit mencakup penghitungan taksasi panen sebagai acuan untuk mengambil keputusan tentang sumber daya yang digunakan. Aktivitas pengorganisasian dilakukan dengan
2 cara membentuk struktur organisasi panen seperti pembagian kemandoran dan hanca panen. Aktivitas kepemimpinan merupakan kegiatan yang menjadi tanggung jawab pimpinan kebun agar pelaksanaan teknis dan administrasi panen berjalan lancar serta permasalahan pada kegiatan panen terselesaikan. Aktivitas pengawasan panen dilakukan untuk memastikan semua proses dari kegiatan panen dan kualitas panen sesuai dengan standar kerja perusahaan. Kegiatan magang ini dilatarbelakangi oleh pentingnya sistem manajemen pemanenan TBS yang baik tersebut.
Tujuan Tujuan pelaksanaan kegiatan magang ini yaitu meningkatkan wawasan dan pengetahuan, menambah pengalaman, membentuk sikap dan keterampilan kerja serta mampu menyelaraskan antara ilmu teori dan ilmu praktek di lapang pada proses budi daya kelapa sawit. Tujuan khusus dilaksanakan magang ini adalah untuk mempelajari panen tandan buah segar (TBS) baik secara teknis, analisis dan pengelolaan sumber daya yang ada serta mampu mengatasi permasalahannya.
TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tanaman asli Afrika. Famili dari tanaman ini adalah Aracaceae, yang dahulu disebut Palmaceae. Tanaman kelapa sawit adalah tanaman monokotil yang memiliki akar serabut, batang silindris yang tegak dan tidak bercabang, tulang daun yang sejajar, tergolong tanaman monoecious, serta buah memiliki bentuk lonjong (Buana 2000). Tipe atau varietas kelapa sawit dibedakan berdasarkan tebal tipisnya cangkang (endocarp) dan warna buah. Berdasarkan tebal tipisnya cangkang dikenal tipe Dura, Pisifera dan Tenera. Berdasarkan warna buah dikenal tipe Nigrescens, Virescens dan Abescens (Setyamidjaja 2006). Tipe Dura memiliki daging buah (mesocarp) yang tebalnya 2-6 mm, sedangkan cangkangnya tebal (2-5 mm). Pisifera memiliki daging buah yang tebal (5-10 mm) namun tidak memiliki cangkang. Hasil persilangan Dura dan Pisifera disebut Tenera yang memiliki daging buah yang tebal (3-10 mm) dan cangkang yang tipis dengan ketebalan 1-2.5 mm (Adiwiganda 2007). Kelapa sawit memiliki empat jenis akar serabut yang biasa disebut feeder roots. Akar primer, akar dengan diameter 4-10 mm yang tumbuh dari pangkal batang pada kedalaman 20-60 cm di bawah permukaan tanah. Akar sekunder, akar yang muncul dari akar-akar primer berdiameter 2-4 mm dan tumbuh vertikal menuju permukaan tanah. Akar tersier, akar ini tumbuh pada akar sekunder yang dekat permukaan tanah dengan diameter 1-2 mm dan panjang 10-15 cm dan tumbuh secara horizontal. Akar kuarter, akar yang terletak paling dekat dengan permukaan tanah berdiameter 0.5 mm dan panjang 2 cm yang berfungsi sebagai penyerap unsur hara dan air dari tanah, keempat akar tersebut bersama-sama dengan akar lain membentuk semacam anyaman (Sunarko 2009).
3 Batang kelapa sawit berbentuk silindris dan memiliki diameter batang yang bervariasi, yaitu antara 35-75 cm. Tinggi kelapa sawit dapat mencapai panjang maksimum 30 m. Awal pertumbuhan kelapa sawit, bagian batang tidak menunjukan pertambahan panjang (internodia). Batang kelapa sawit menunjukan pertambahan panjang setelah berumur empat tahun (Sastrosayono 2003). Batang kelapa sawit memiliki tiga fungsi utama, yaitu sebagai struktur pendukung daun, bunga, dan buah; sebagai sistem pembuluh yang mengangkut air dan hara mineral dari akar serta hasil fotosintesis (fotosintat) dari daun ke bawah; serta berfungsi juga sebagai organ penimbun zat makanan (Pahan 2006). Kelapa sawit memiliki daun yang menyerupai bulu burung. Terdapat tiga tahap perkembangan daun kelapa sawit, yaitu: Lanceolate, daun awal berupa helaian utuh yang keluar pada masa pembibitan; Bifurcate, bentuk daun dengan helaian yang sudah pecah tetapi bagian ujung daun belum terbuka; dan Pinnate, bentuk daun dengan helaian yang sudah membuka sempurna (Tim Pengembangan Materi LPP 2010). Bagian pelepah daun terbentuk dua baris duri yang sangat tajam dan keras di kedua sisinya. Anakan daun (foliage leaflet) tersusun berbaris dua hingga ujung daun. Terdapat lidi pada setiap bagian tengah anakan daun. Tanaman kelapa sawit mengeluarkan dua daun setiap bulan. Pertumbuhan daun awal dan daun berikutnya akan membentuk sudut 135o. Anakan daun pada daun normal berjumlah 80˗120 helai. Kelapa sawit memiliki kedudukan daun (phytotaxis) tiga per delapan yang artinya dalam tiga putaran terdapat delapan helai daun. Letak daun kesembilan tepat berada pada satu garis dengan daun pertama. Setiap tahun, tanaman kelapa sawit mampu mengeluarkan 20-24 helai daun (Sastrosayono 2003). Susunan bunga kelapa sawit terdiri dari bunga jantan dan bunga betina pada satu tanaman, tetapi letaknya berada pada ketiak daun (satu ketiak daun terdapat satu bunga jantan atau bunga betina). Bunga muncul setelah kelapa sawit berumur lebih dari tiga tahun. Tipe penyerbukan pada kelapa sawit adalah penyerbukan silang (cross polination). Masa reseptif bunga betina adalah 72 jam sedangkan pada bunga jantan masa untuk membuahi bunga betina adalah 24 jam. Perbandingan bunga jantan dan bunga betina atau sex ratio tanaman kelapa sawit tergantung pada pupuk dan ketersediaan air (bulan basah dan bulan kering), jika bulan basah lebih banyak dari bulan kering dan ketersediaan pupuk banyak maka akan mengakibatkan lebih banyak terbentuk bunga betina (Sunarko 2009). Buah kelapa sawit menempel pada tandan dengan bentuk oval dan memiliki empat lapisan, yaitu eksokarp, mesokarp (crude), endokarp (batok), dan endosperma/inti (kernel). Buah yang baru terbentuk mesokarpnya berwarna hijau pucat, semakin tua umur buah maka warnanya akan berubah menjadi kuning. Sedangkan warna eksokarpnya berubah dari warna ungu tua hingga hitam (karena didominasi antosianin) menjadi jingga kemerah (didominasi oleh karoten) setelah berumur enam bulan (Sastrosayono 2003). Kematangan buah dibedakan menjadi dua, yaitu matang morfologis (buah telah sempurna bentuknya serta kandungan minyaknya optimal) dan matang fisiologis (kematangan buah sudah lebih lanjut dan telah siap untuk tumbuh dan berkembang, biasanya satu bulan setelah matang fisiologis). Pahan (2006) menyatakan bahwa kriteria kematangan buah yang sangat penting dalam proses pemanenan ditentukan berdasarkan jumlah brondolan yang jatuh ke piringan, yaitu satu sampai dua brondolan per kilogram tandan buah.
4 Syarat Tumbuh Produksi minyak kelapa sawit sangat bergantung kepada faktor genetiknya, selain itu agar kelapa sawit menghasilkan minyak yang berkualitas baik dan memiliki produktivitas tinggi maka tanaman kelapa sawit mempunyai lingkungan tumbuh yang tersendiri atau biasa disebut sebagai syarat tumbuh. Syarat tumbuh optimal bagi kelapa sawit antara lain lahan dengan topografi datar hingga bergelombang, ketebalan solum 60−80 cm, ketinggian maksimumnya adalah 400 m di atas permukaan laut, memiliki curah hujan minimum 2 000−2 500 mm/tahun dan terbagi merata sepanjang tahun, suhu optimal 26 °C, lama penyinaran 5−7 jam/hari, kelembaban rata-ratanya 75%, dapat tumbuh pada bermacam-macam jenis tanah yang gembur, aerasi dan drainasenya baik, kaya akan humus dan tidak mempunyai lapisan padas, serta pH tanah antara 5.5−7.0 (Pusat Penelitian Kelapa Sawit 2007).
Panen Kelapa Sawit Produksi minyak kelapa sawit sangat erat hubungannya dengan proses pemanenan. Teknik budi daya ini sangat mempengaruhi kualitas minyak kelapa sawit yang dihasilkan. PPKS (2007) menyatakan bahwa pengertian panen adalah pemotongan tandan buah segar dari pohon hingga pengangkutan ke pabrik. Pahan (2006) menambahkan bahwa pekerjaan panen merupakan pekerjaan utama di perkebunan kelapa sawit karena langsung menjadi sumber pemasukan bagi perusahaan melalui penjualan minyak kelapa sawit (CPO) dan inti kelapa sawit (PKO). Tugas utama dalam panen kelapa sawit adalah mengambil buah pada tingkat kematangan yang sesuai dan mengantarkannya ke pabrik dengan cara dan waktu yang tepat. Cara yang tepat akan mempengaruhi kuantitas produksi (ekstraksi), sedangkan waktu yang tepat akan mempengaruhi kualitas produksi (kandungan ALB). Lubis (1992) mengungkapkan bahwa kegiatan panen juga harus memperhatikan kelestarian tanaman agar tetap terjaga dengan baik. Saat buah mulai masak, kandungan minyak dalam daging buah (mesokarp) meningkat cepat. Penyebabnya adalah proses konversi karbohidrat menjadi lemak dalam buah. Setelah kadar minyak maksimal, buah akan lepas (brondol) dari tandannya. Asam lemak bebas (ALB) dalam buah akan terus meningkat sehingga dalam transportasinya pun harus cepat agar kandungan ALB tidak terlalu tinggi (Sastrosayono 2003). Tanaman kelapa sawit mulai berbuah setelah 2.5 tahun dan masak 5.5 bulan setelah penyerbukan. Panen dapat dilaksanakan jika tanaman telah berumur 31 bulan, sedikitnya 60% buah telah matang panen, dari 5 pohon terdapat 1 tandan buah matang panen. Ciri tandan matang panen adalah sedikitnya ada 5 buah yang lepas/jatuh (brondolan) dari tandan yang beratnya kurang dari 10 kg atau sedikitnya ada 10 buah yang lepas dari tandan yang beratnya 10 kg atau lebih. Disamping itu ada kriteria lain tandan buah yang dapat dipanen apabila tanaman berumur kurang dari 10 tahun, jumlah brondolan yang jatuh kurang lebih 10 butir, jika tanaman berumur lebih dari 10 tahun, jumlah brondolan yang jatuh sekitar 15−20 butir. Produktivitas kelapa sawit dapat mencapai 20-25 ton ha-1 tahun-1 TBS atau sekitar 4-5 ton minyak sawit pada kondisi optimal (Kiswanto et al. 2008).
5 Cara memanen tandan buah kelapa sawit adalah dengan memotong tangkai tandan buah menggunakan dodos jika tanaman masih pendek dan menggunakan egrek jika tanaman sudah tinggi. Pemanenan dilakukan satu kali seminggu dengan rotasi antar blok yang rutin (Sunarko 2009). Sistem panen kelapa sawit dapat menghasilkan minyak sawit bermutu baik jika sistem panen memenuhi standar tertentu. Standar sistem panen yang ditentukan adalah tidak ada buah mentah yang dipanen, tidak meninggalkan buah matang, semua brondolan dikumpulkan dan dibawa ke tempat pengumpulan hasil (TPH) dalam kondisi bersih, membrondolkan buah yang terlalu matang, memotong tangkai tandan yang terlalu panjang dan membentuknya seperti cangkem kodok (mulut kodok), serta cabang harus dipotong dengan baik (Sastrosayono 2003). Pengangkutan TBS dalam industri perkebunan kelapa sawit merupakan hal yang sangat menentukan dalam pencapaian mutu produksi, sehingga pengangkutan juga menjadi yang terpenting dalam sistem pemanenan kelapa sawit (Sutrisno dan Winahyu 1991). Pengangkutan tandan dibagi atas dua bagian yaitu pengangkutan dari pohon yang dipanen ke TPH dan pengangkutan dari TPH ke pabrik kelapa sawit (PKS). Pengangkutan dari pohon ke TPH merupakan tugas pemanen dan masih termasuk dalam kegiatan panen sedangkan pengangkutan dari TPH ke PKS dilakukan oleh petugas transportasi. Pengangkutan ke TPH dapat dilakukan secara sederhana yaitu tandan dipikul dan brondolan diangkut menggunakan karung plastik (Soepadiyo dan Haryono 2005). Pengangkutan buah dari TPH ke PKS harus dilakukan secepat mungkin. Buah kelapa sawit yang dipotong hari ini harus diolah langsung agar ALB tidak tinggi. Panen puncak terjadi ketika hujan turun setiap hari, sarana dan prasarana transportasi harus diperhatikan karena biasanya pengangkutan buah hasil panen akan berlangsung selama 24 jam (Sastrosayono 2003).
METODE Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan di Kebun Sei Air Hitam (SAH), PT Perdana Inti Sawit Perkasa I, First Resources Ltd., Desa Kepenuhan Barat, Kecamatan Kepenuhan, Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi Riau. Kegiatan magang ini dilaksanakan pada tanggal 11 Februari 2013 sampai tanggal 10 Juni 2013.
Metode Pelaksanaan Metode pelaksanaan magang yang telah dilaksanakan adalah melakukan pekerjaan secara langsung di lapang produksi dengan berbagai tingkat jabatan atau level manajerial. Pelaksanaan magang pada bulan pertama difokuskan pada kegiatan karyawan harian lepas (KHL). Kegiatan yang dilakukan selama magang sebagai KHL adalah pengendalian gulma, pemupukan, penunasan (pruning), leaf sampling unit (LSU) dan panen (Lampiran 1). Kegiatan pada bulan kedua adalah magang sebagai pendamping mandor, baik mandor perawatan, mandor panen, kerani produksi maupun kerani afdeling (Lampiran 2). Kegiatan magang sebagai pendamping mandor mulai dari perencanaan setiap kegiatan budi daya yang akan
6 dilaksanakan sampai pengawasan kinerja KHL di lapang produksi. Kegiatan lainnya adalah dilaksanakannya kegiatan administrasi seperti pembuatan laporan berkala mandor atau kerani. Pelaksanaan kegiatan magang pada dua bulan terakhir adalah sebagai pendamping field assistant (Lampiran 3). Kegiatan magang di Kebun SAH lebih diarahkan kepada aspek khusus yaitu manajemen panen kelapa sawit.
Pengamatan dan Pengumpulan Data Pengumpulan data dan informasi diperoleh dengan menggunakan dua metode, yaitu metode langsung untuk data primer dan metode tidak langsung untuk data sekunder. Pengamatan dan pengumpulan data primer diperoleh melalui pengamatan, diskusi dan wawancara secara langsung di lapang. Fokus utama pengumpulan data primer adalah kegiatan panen yaitu pengamatan tentang kualitas panen. Pengumpulan data sekunder diperoleh dari rekapitulasi laporan manajemen berupa kondisi umum dan data manajerial perusahaan. Data kondisi umum perusahaan yang dikumpulkan meliputi letak geografis, topografi, iklim, curah hujan, luas areal, tata guna lahan, produksi dan produktivitas selama 6 tahun terakhir. Data manajerial perusahaan yang dikumpulkan meliputi data struktur organisasi dan manajemen kebun serta peraturan atau norma baku kebun. Pengamatan yang dilakukan adalah: (1) Kriteria matang panen, menghitung jumlah brondolan setelah pelepah penyangga TBS diturunkan dan sebelum TBS diturunkan. Pengamatan dilakukan pada 14 pemanen contoh dengan mengambil 10 pokok contoh untuk masing-masing pemanen. (2) Taksasi dan angka kerapatan panen, dilakukan pada areal yang akan dipanen hari berikutnya dengan menghitung angka kerapatan panen pada areal contoh seluas ± 12 ha dan didukung oleh data dari mandor panen. (3) Rotasi panen, pengambilan data diperoleh dari buku mandor panen. (4) Tenaga kerja panen, dilakukan pengamatan terhadap jumlah TBS yang dipanen oleh 15 pemanen contoh selama bulan Maret 2013 dan dilakukan wawancara terhadap pemanen tersebut untuk mendapatkan data umur, tingkat pendidikan dan lama kerja. (5) Kualitas panen, pengamatan mutu buah dilakukan pada 15 pemanen contoh dengan mengambil 10 buah contoh pada setiap pemanen contoh serta dilakukan sebanyak 3 ulangan pada masing-masing pemanen. Pengamatan mutu buah dilakukan dengan cara menghitung jumlah buah mentah, kurang matang, matang, lewat matang, janjangan kosong dan tandan busuk. Pengamatan mutu hanca panen dilakukan dengan cara menghitung sumber kehilangan hasil oleh 15 pemanen contoh dengan mengambil 10 pokok contoh pada setiap pemanen serta dilakukan sebanyak 3 ulangan pada masing-masing pemanen. (6) Produksi dan produktivitas, dilakukan pengamatan pada data produksi, produktivitas, jumlah hari kerja, curah hujan dan hari hujan dari rekapitulasi laporan manajemen kebun.
7 Analisis Data dan Informasi Pengamatan dan pengumpulan data yang diperoleh dari hasil kegiatan magang dianalisis secara deskriptif dan kuantitatif menggunakan peraturan atau norma yang berlaku di Kebun SAH. Analisis secara deskriptif dilakukan untuk mencari nilai rata-rata dan persentase yang diperoleh di lapangan kemudian dideskripsikan dengan pembanding norma baku dan standar yang ditentukan oleh perusahaan serta literatur atau pustaka yang mendukung. Uji korelasi dan uji tstudent digunakan untuk menganalisis data-data yang bersifat kuantitatif. Uji korelasi digunakan untuk menganalisis keeratan dan arah hubungan terhadap tolok ukur yaitu jumlah tandan yang dipanen dan produktivitas. Uji t-student digunakan untuk mengetahui perbedaan antara data realisasi dan standar yang ditetapkan perusahaan pada aspek rotasi panen serta digunakan untuk membandingkan antar umur pemanen terhadap jumlah tandan yang dipanennya.
KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Kebun Sei Air Hitam (SAH) merupakan nama perkebunan kelapa sawit milik PT Perdana Inti Sawit Perkasa I. Perusahaan ini dahulu tergabung dalam Ciliandra Perkasa Group, kemudian pada tahun 2010 diakuisisi oleh First Resources Ltd., sebuah perusahaan perkebunan swasta asing yang berasal dari Singapura. Kebun SAH terletak di Desa Kepenuhan Barat, Kecamatan Kepenuhan, Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi Riau. Lokasi perkebunan dapat dicapai dengan perjalanan darat selama 5−6 jam dari Kota Pekanbaru. Peta wilayah administratif Kebun SAH dapat dilihat pada Lampiran 4. Batasbatas wilayah geografis Kebun SAH yakni, sebelah utara dan barat berbatasan dengan PT Panca Surya Agrindo, sebelah selatan berbatasan dengan kebun plasma dan KKPA, sebelah timur berbatasan dengan kebun plasma PIR-TRANS.
Keadaan Iklim dan Tanah Curah hujan rata-rata tahunan Kebun SAH dalam kurun waktu 8 tahun terakhir (2005-2012) yaitu 2 616.79 mm per tahun dan memiliki pola penyebaran yang merata dengan jumlah hari hujan rata-rata 119.13 hari per tahun. Rata-rata bulan basah (BB) selama 8 tahun terakhir menunjukkan angka 10.25 bulan sedangkan rata-rata bulan kering (BK) yaitu 0.37 bulan. Menurut klasifikasi iklim oleh Schmit-Ferguson, kondisi iklim di Kebun SAH termasuk dalam tipe iklim A yaitu sangat basah. Data mengenai curah hujan, hari hujan, BB dan BK selama 8 tahun terkahir dapat dilihat pada Lampiran 5. Lahan Kebun SAH memiliki jenis tanah yang tergolong ke dalam ordo entisol, hasil dari endapan sungai dan diklasifikasikan menjadi dua sub grup yaitu Humic Dystrudepts (1 062 ha) dan Typic Dystrudepts (1 414 ha). Jenis tanah didominasi oleh tanah mineral (aluvial) yang miskin unsur hara, terutama kation– kation basa seperti Ca, Mg, K dan Na.
8 Topografi lahan Kebun SAH berkisar antara 1−3% dan memiliki derajat kemasaman tanah (pH) 4.37−5.12 dengan suhu rata-rata tahunan berkisar antara 28−31 oC. Areal SAH memilki faktor pembatas utama yaitu rawan terjadi banjir pada beberapa titik lahan. Areal Kebun SAH tergolong dalam kelas kesesuaian lahan tingkat S2 (sesuai/suitable). Berdasarkan klasifikasi kelas kesesuaian lahan tersebut, maka areal Kebun SAH sesuai untuk digunakan sebagai lahan perkebunan kelapa sawit, namun harus ada tindakan atau penanganan khusus untuk mengurangi faktor-faktor pembatasnya sehingga peroses budi daya berjalan dengan lancar dan menghasilkan produktivitas yang tinggi.
Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan Hak guna usaha (HGU) Kebun SAH memilki total luas lahan 2 476 ha. Luas lahan yang digunakan untuk areal penanaman adalah 2 384.26 ha dengan kondisi pertanaman kelapa sawit yang telah menghasilkan (TM). Berdasarkan UndangUndang Nomor 18 Tahun 2004, kemitraan yang digunakan oleh Kebun SAH dengan masyarakat sekitar adalah pola perkebunan inti rakyat (PIR-Trans) dan plasma kredit koperasi primer kepada anggota (KKPA). Luas kebun PIR-Trans mencapai 8 694.27 ha, sedangkan kebun plasma KKPA mencapai 1 758.73 ha. Kebun SAH memiliki pabrik kelapa sawit (PKS) yang mampu mengolah TBS hingga 60 ton per jam. Kebun SAH sebagai perkebunan inti dibagi menjadi 3 afdeling, yaitu afdeling I (755.06 ha) yang terbagi atas 25 blok, afdeling II (770.86 ha) terbagi atas 26 blok, dan afdeling III (858.34 ha) terdiri dari 28 blok.
Keadaan Tanaman dan Produksi Tanaman kelapa sawit yang diusahakan di Kebun Sei Air Hitam adalah varietas D × P Marihat (Tenera). Jarak tanam yang digunakan 9.35 m × 9.35 m × 9.35 m dengan jarak antar barisan 8.09 m dan jarak dalam barisan 9.35 m sehingga populasi tanaman per hektar yaitu 132 pokok. Kenyataan di lapangan menunjukkan adanya perbedaan jumlah pokok per hektar yang disebabkan oleh jarak tanam yang berbeda-beda, serangan hama dan penyakit, serta lahan berawa sehingga terdapat pokok kelapa sawit yang tumbang. Pembukaan lahan dimulai dari tahun 1992 dengan tahun tanam 1993, 1994, 1995, 1998, 2002 dan 2004, serta tanaman sisipan dengan tahun tanam 2008 dan 2010. Pokok kelapa sawit Kebun SAH merupakan TM yang telah berproduksi (Tabel 1).
Tabel 1 Produksi dan produktivitas Kebun SAH tahun 2007−2012 Tahun
Produksi (ton)
Produktivitas (ton ha-1 tahun-1)
2007 2008 2009 2010 2011 2012
68599.58 64163.88 65237.31 60512.29 70383.59 76784.60
28.77 26.91 27.36 25.38 29.52 32.20
Sumber: Laporan tahunan Kantor Kebun SAH (2013)
9 Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan Kebun SAH dipimpin oleh seorang general manager dan dibantu oleh kepala administrasi, asisten HR, humas regional (HUMREG), asisten teknik, field manager, mill manager dan kepala satpam. Areal perkebunan inti SAH dipimpin oleh seorang field manager, dalam melaksanakan pekerjaannya field manager dibantu oleh tiga field assitant yang mengelola jalannya sistem budi daya kelapa sawit pada tiga afdeling. Struktur organisasi Kebun SAH dapat dilihat pada Lampiran 6. Seorang field assistant dibantu oleh dua orang mandor panen, dua orang mandor perawatan, dua orang kerani produksi dan seorang kerani afdeling. Mandor bertugas mengawasi kegiatan pemeliharaan dan perawatan agar sesuai dengan standar mutu dan norma yang telah ditentukan perusahaan. Kerani produksi bertanggungjawab untuk memastikan hasil produksi sesuai standar dan mengirimnya ke PKS. Kerani afdeling bertugas membantu field assistant dalam menyusun dan melaporkan hasil pekerjaan di lapangan serta administrasi afdeling. Status karyawan di Kebun SAH terdiri atas staf dan non staf. Karyawan staf meliputi general manager, mill manager, field manager, field assistant, mill assistant, asisten HR, humas regional, asisten teknik, kepala administrasi dan kepala satpam. Karyawan non staf meliputi pegawai bulanan tetap (PBT), karyawan harian tetap (KHT) dan karyawan harian lepas (KHL) atau karyawan dengan surat perintah kerja lokal (SPKL). Jumlah staf dan non-staf dapat dilihat pada Tabel 2. Keseluruhan jumlah karyawan yang dibutuhkan oleh suatu perkebunan harus berdasarkan indeks tenaga kerja (ITK) standar. ITK Kebun SAH adalah 0.16 orang per ha (Tabel 2), hal tersebut kurang sesuai dengan pernyataan Pahan (2006) bahwa ITK standar yang dibutuhkan oleh perkebunan kelapa sawit yaitu 0.2 orang per ha. Tabel 2 Jumlah karyawan staf dan non staf Kebun SAH tahun 2013 Status karyawan Jumlah (orang) Karyawan staf 29 Karyawan non staf Pegawai bulanan tetap 85 Karyawan harian tetap 269 Karyawan harian lepas 12 Total 395 Indeks tenaga kerja (orang per ha) 0.16 Sumber: Laporan tahunan Kantor Kebun SAH (2013)
10
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Pengendalian Gulma Gulma merupakan tumbuhan yang tumbuh pada waktu, tempat dan kondisi yang tidak diinginkan. Gulma dapat menjadi pesaing bagi tanaman sehingga keberadaannya dapat menyebabkan kerugian. Kerugian tersebut terjadi karena dalam pertumbuhannya, gulma bersaing dengan tanaman kelapa sawit dalam memperebutkan unsur hara, ruang, air dan cahaya. Keberadaan gulma harus dikendalikan sehingga tetap berada di bawah batas ambang ekonomi. Pahan (2006) menyatakan bahwa pengendalian gulma harus memperhatikan konsep ambang ekonomi yaitu ketika kerugian yang ditimbulkan oleh gulma lebih besar dari biaya yang dikeluarkan untuk pengendaliannya. Kebun SAH memiliki beberapa jenis gulma dominan yang tergolong dalam jenis rumput-rumputan, jenis paku-pakuan dan jenis daun lebar. Jenis rumputrumputan yang dominan seperti Centotheca lappacea, Cynodon dactylon, Axonopus sp. dan Eleusine indica. Jenis paku-pakuan yang dominan seperti Neprolephis biserata, Stenochlaena palustris, Diterus arida, dan Gleichenia linearis, namun gulma Neprolephis biserata juga menjadi inang alternatif untuk mengendalikan hama ulat api (Setora nitens). Jenis daun lebar yang dominan seperti Asystasia intrusa, Ageratum conyzoides, Borreria latifolia, Clidemia hirta, dan Melastoma malabathricum. Pengendalian gulma di Kebun SAH dilakukan dengan dua cara yaitu secara manual dan kimia. Pengendalian gulma secara manual dibagi atas beberapa jenis pekerjaan yaitu garuk piringan, babat gawangan, babat bahu jalan dan dongkel anak kayu. Pengendalian gulma secara kimia dilakukan dengan menggunakan alat semprot controlled droplet application atau di pasaran lebih dikenal dengan nama micron herby sprayer (MHS) dengan sistem aplikasi cairan volume rendah (ultra low volume) (Gambar 1).
Gambar 1 Kegiatan pengendalian gulma menggunakan micron herby sprayer Herbisida yang digunakan untuk penyemprotan gulma di piringan dan pasar pikul adalah herbisida purna tumbuh sistemik dengan bahan aktif Isopropil Amina Glyfosat. Dosis yang digunakan untuk aplikasi semprot herbisida menggunakan alat
11 MHS adalah 400 ml ha-1. Sebelum diaplikasikan, dilakukan pencampuran dengan perbandingan 1:1. Pencampuran larutan herbisida dengan air bertujuan untuk menghindari agar larutan tersebut tidak dapat dijual lagi. Selain itu, ditambahkan juga metafuron (Methil Metsulfuron) dengan dosis 20 g ha-1. Campuran tersebut kemudian dilarutkan lagi pada 6 200 ml air dan menghasilkan 7 liter larutan untuk luasan semprot 1 ha serta waktu yang dibutuhkan untuk melakukan aplikasi yaitu 40 menit ha-1. Dosis glifosat dan metafuron dalam satu tangki MHS mempunyai rincian untuk masing-masing penggunaan di piringan dan pasar pikul. Piringan disemprot menggunakan dosis 250 ml ha-1 glifosat dan 12.5 g ha-1 metafuron sedangkan pada pasar pikul disemprot menggunakan dosis 150 ml ha-1 glifosat dan 7.5 g ha-1. Penyemprotan gulma di piringan dan pasar pikul dengan menggunakan MHS dilakukan oleh tenaga kerja borongan atau SPKL yang terdiri dari 7 orang tenaga kerja dan 1 orang mandor. Penyemprotan dilakukan blok per blok untuk semua afdeling di Kebun SAH dengan standar kerja yang ditetapkan kebun sebesar 5 ha HK-1 dengan upah Rp 12 500 ha-1 atau Rp 8 000 ha-1 untuk semprot piringan dan Rp 4 500 ha-1 untuk semprot pasar pikul. Rotasi penyemprotan adalah tiga kali dalam satu tahun. Kendala-kendala yang dihadapi pada alat MHS adalah tetesan air sering menyebabkan rusaknya sistem kelistrikan MHS dan metafuron sering menggumpal dan menghambat nozel sehingga larutan herbisida sulit keluar. Leaf Sampling Unit (LSU) Leaf sampling unit (LSU) merupakan sistem pengambilan daun di lapangan untuk mendukung kegiatan analisis unsur hara daun yang dilakukan di laboratorium. Analisis daun tersebut merupakan salah satu alat untuk mengetahui kebutuhan tanaman terhadap status unsur hara. Analisis daun yang akurat harus ditunjang dengan sistem LSU yang tepat, jujur, benar dan teliti. Hasil LSU dan analisis daun yang akurat akan memberikan rekomendasi pemupukan yang baik sesuai kebutuhan tanaman kelapa sawit untuk tahun yang akan datang. Pemupukan yang tepat dan sesuai akan memberikan unsur hara yang mampu memaksimalkan produksi tanaman kelapa sawit. Hal tersebut menjadikan pengetahuan tenaga pengamat dan sistem pengawasan yang benar mutlak diperlukan dalam LSU. Kegiatan LSU harus dilaksanakan pada areal yang mempunyai kondisi yang relatif seragam dalam umur tanaman (tahun tanam), tipe tanah, tindakan agronomis, drainase, topografi dan bahan tanamnya. Pokok yang diambil daunnya sebagai sample harus memenuhi persyaratan. Ciri-ciri pokok yang tidak memenuhi syarat sebagai pokok contoh adalah: a) Pokok yang terletak di pinggir jalan, rel kereta api, sungai, parit ataupun perumahan. b) Pokok sisipan. c) Pokok kerdil. d) Pokok steril. e) Pokok yang terserang hama dan penyakit. f) Pokok yang tumbuh miring ditanah datar. g) Pokok yang pelepah ke 17 tidak ada atau rusak. h) Pokok abnormal.
12 Jika pokok contoh terpilih tidak memenuhi syarat sebagai pokok contoh LSU maka dilakukan pemindahan pokok di depannya. Perhitungan untuk pokok selanjutnya tetap dihitung dari pokok yang asli tersebut. Masing-masing blok diambil ± 30 pokok contoh. Pelaksanaan pengambilan contoh daun dilakukan dengan sistem “perhitungan tertentu” tergantung luasan blok, misalnya sistem 12 × 11, 12 × 10, 8 × 7 (baca: 12 (baris) × 11 (pokok) artinya barisan yang dipilih setiap 12 baris, dan sebagai pokok contoh diambil setiap 11 pokok). Titik awal pelaksanaan LSU dimulai dari arah Barat-Utara. Pokok pertama (permulaan hitungan) adalah pokok pada baris ke-3 dari arah Barat blok dan masuk pada pokok ke-5 dari pinggir blok atau dari arah Utara blok. Pohon kedua mengikuti baris ketiga tersebut setiap beberapa pokok tergantung sistem yang telah ditentukan. Misalnya sistem 12 × 11, pokok kedua adalah 11 pokok setelah pokok contoh pertama atau pohon ke-16 dari pinggir awal masuk. Pokok ketiga dan seterusnya mengikuti cara seperti perhitungan pokok kedua hingga menembus jalan atau batas blok. Perhitungan pokok masuk baris pengamatan kedua dan seterusnya dilanjutkan hitungannya dari pokok sample pada baris sebelumnya. Pengambilan contoh daun dilakukan oleh dua orang tenaga kerja. Seorang pekerja memotong pelepah yang akan dijadikan contoh, sedangkan seorang lagi mengambil contoh daun dan mengidentifikasi pokok sehat, gejala defisiensi unsur hara (N, K, NK, Mg, Fe, B dan Cu), pokok sakit dan pokok dengan pelepah patah. Kegiatan pengambilan contoh daun dilakukan mulai pukul 07.00 hingga pukul 11.00 WIB dan apabila tidak memungkinkan maka dapat dilaksanakan hingga pukul 12.00 WIB. Pokok contoh harus diberi tanda yang jelas dan nomor urut untuk masing-masing LSU karena pokok yang sama akan dipakai untuk tahun berikutnya. Tanda pohon yang biasa digunakan adalah tanda panah ke atas ( ) sebagai tanda masuk. Tanda panah ke samping ( ) sebagai tanda perpindahan baris. Nomor pohon contoh ditulis angka, misal (15). Pelaksanaan LSU tidak boleh dilaksanakan pada hari hujan > 20 mm, jika CH < 20 mm maka pengambilan contoh daun dapat dilaksanakan setelah 1 jam hujan berhenti dengan syarat setelah titik hujan tidak terlihat dipermukaan daun yang diambil. Prosedur pengambilan contoh daun yaitu dengan memotong pelepah ke-17 (pelepah sampel yang mewakili penentuan kandungan unsur hara tanaman), kemudian sampel daun diambil dari bagian tengah pelepah yaitu daun yang berada pada posisi peralihan dari sisi tebal pelepah ke sisi runcing pelepah yang ditandai dengan “ekor kadal” (Gambar 2).
Gambar 2 Bagian “ekor kadal” pelepah pokok kelapa sawit
13 Contoh daun yang diambil sebanyak 4 helai (2 helai sebelah kiri, 2 helai sebelah kanan) ke arah pangkal pelepah di dekat “ekor kadal”. Daun dibagi menjadi 3 bagian yaitu pangkal, tengah, dan ujung. Bagian tengah ± 15 cm diambil sebagai sampel. Helaian daun yang telah dipisahkan dengan lidinya dimasukkan ke dalam kantong plastik bersih dan diberi label. Sebelum daun diserahkan kepada petugas pengeringan daun, daun harus dibersihkan atau dilap dan dimasukkan kedalam plastik lagi beserta label dan form pendukung LSU. Pemupukan Anorganik Winarna et al. (2007) menyakatan bahwa perbaikan sifat fisik tanah dan tingkat kesuburan tanah dapat dilakukan antara lain dengan aplikasi bahan organik (janjang kosong dan limbah cair), penanaman tanaman kacangan penutup tanah, dan pemupukan yang berimbang. Pemupukan yang berimbang merupakan prinsip penggunaan pupuk anorganik. Pupuk anorganik digunakan secara berimbang agar tidak menimbulkan residu yang berbahaya untuk kelestarian lingkungan namun tetap dapat digunakan oleh tanaman secara optimal. Prinsip pemupukan yang berimbang untuk aplikasi pupuk anorganik membuat kegiatan pemupukan tidak dapat dilaksanakan secara sembarangan. Pengelolaan sumber daya yang ada harus diatur sebaik mungkin. Kegiatan pemupukan diawali dengan perancanaan seperti menentukan jenis dan dosis pupuk yang akan diaplikasikan, waktu aplikasi pupuk, peralatan dan perlengkapan kerja yang digunakan, kebutuhan tenaga kerja, kesiapan lahan yang akan dipupuk, serta kelengkapan administrasi. Prinsip ini sering disebut prinsip 4 tepat (tepat jenis, tepat dosis, tepat waktu, dan tepat cara). Jenis dan dosis pupuk yang akan diaplikasikan merupakan hasil rekomendasi dari First Resources Research and Development. Rekomendasi tersebut berdasarkan hasil analisia kimia daun, status hara tanah, curah hujan dan evaluasi produksi. Kegiatan pemupukan yang dipelajari dan dilaksanakan adalah kegiatan pemupukan Urea, Kiesrite dan Rock phosphat (RPH) untuk pemupukan dengan unsur hara makro serta infus akar (FeSO4) untuk pemupukan dengan unsur hara mikro. Pemupukan RPH dan Kiesrite dilakukan dalam jangka waktu satu tahun sekali aplikasi, sedangkan pupuk Urea dilakukan dua kali selama satu tahun. RPH memiliki kandungan P2O5 sebesar 29-30% dan CaO sebesar 45%. Urea memiliki kandungan N sebesar 46%, sedangkan Kiesrite memiliki kandungan MgO sebesar 28% dan S sebesar 21%. Dosis pupuk yang digunakan di Kebun SAH adalah 1.75 kg RPH per pokok, 1.5 kg Urea per pokok dan 1.5 kg Kiesrite per pokok serta dikemas dalam sebuah karung. Pengemasan ini disebut penguntilan sedangkan karung yang berisi pupuk disebut untilan. Penguntilan bertujuan untuk memudahkan tenaga pemupuk untuk melakukan tugasnya, pupuk yang diberikan agar tepat dosis dan menghindari pencurian dalam pembagian pupuk. Penguntilan dilaksanakan satu hari sebelum aplikasi pupuk dilaksanakan (Gambar 3). Sebelum pemupukan dilaksanakan untilan diambil dari gudang pupuk dan diecer di pasar koleksi blok tersebut. Tempat pengeceran tersebut dinamakan supply point. Setelah berada di supply point pupuk dilangsir ke dalam blok tersebut. Setiap untilan pupuk diatur untuk enam pokok sehingga dalam satu untilan berisi 10.5 kg RPH, 9 kg Urea dan 9 kg Kiesrite.
14
Gambar 3 Kegiatan penguntilan di gudang pupuk. Pupuk yang telah berada di dalam blok tersebut akan ditabur oleh tenaga pemupuk dengan cara menaburkan di areal piringan sejauh 1−2 meter dari pokok tersebut. Penaburan pupuk harus menggunakan prinsip 3M (merata, melebar dan menipis) serta harus membentuk huruf U membelakangi gawangan mati (U-shape). Kegiatan pelangsiran, pengeceran dan penaburan pupuk terdiri dari 6−9 pekerja dengan standar kerja mencapai 8 ha per HK. Aplikasi pupuk Urea, Kiesrite, dan Rock phosphat (RPH) ditabur berbentuk U-shape dengan tujuan untuk mendapatkan akar yang paling berpotensial untuk menyerang pupuk tersebut. Akar potensial atau akar aktif ini berada pada daerah yang jarang terdapat aktivitas manusia diatasnya. Penaburan berbentuk U-shape dimaksudkan untuk menghindari penaburan di pasar pikul. Pasar pikul merupakan daerah yang sangat sering terdapat aktivitas manusia diatasnya sehingga menyebabkan tanah sering terinjak dan akar tidak dapat berkembang dengan baik menjadi akar aktif. Kendala-kendala yang dihadapi dalam pemupukan adalah cuaca hujan sehingga tidak dapat melakukan pemupukan, alat pelindung diri (APD) yang kurang lengkap seperti masker dan kacamata dan penguntilan pupuk yang kurang pas serta alat penabur pupuk (mangkok) yang tidak ada takarannya sehingga dosisnya menjadi tidak sesuai. Infus akar adalah metode pemupukan anorganik yang bertujuan untuk mengurangi dan menghilangkan defisiensi unsur hara Fe pada tanaman kelapa sawit. Prinsip kerja yang digunakan dalam infus akar adalah mencari akar aktif tanaman kelapa sawit kemudian menambahkan bahan FeSO4 yang sudah dilarutkan dengan asam sitrat dan air sesuai dengan dosisnya pada akar tersebut. Pedoman pada pencampuran pupuk ini adalah 1 kg FeSO4 ditambahkan 0.066 kg asam sitrat dan 2.5 liter air akan menghasilkan 3 liter larutan pupuk. Tanaman kelapa sawit yang mengalami defisiensi unsur hara Fe (Gambar 4) ditandai dengan ciri-ciri daun muda berwarna hijau kekuningan untuk defisiensi ringan dan akan terus menguning apabila tingkat defisinensi semakin berat kemudian patah dari pangkal pelepah daun muda tersebut. Tindakan dalam mengurangi defisiensi Fe diberikan larutan FeSO4 yang sudah dicampur dengan asam sitrat dan air dengan dosis 60 ml per pohon (20 g FeSO4) untuk defisiensi ringan, 120 ml per pokok (40 g FeSO4) untuk defisiensi sedang dan 180 ml per pohon (60 g FeSO4) untuk defisiensi berat. Alat dan bahan dalam yang digunakan dalam infus akar adalah dodos kecil, plastik, karet, dan larutan FeSO4.
15
Gambar 4 Pokok sawit dengan gejala defisiensi Fe tingkat berat Sebelum aplikasi infus akar, seorang pemupuk menuliskan terlebih dahulu kode status defisiensi di pokok tersebut. 1. Defisiensi kelas ringan = Fe R tanggal-bulan-tahun 2. Defisiensi kelas sedang = Fe S tanggal-bulan-tahun 3. Defisiensi kelas berat = Fe B tanggal-bulan-tahun Akar aktif dicari menggunakan dodos kecil lalu akar aktif tersebut dibungkus dengan plastik dan ditambahkan larutan FeSO4 (Gambar 5). Plastik yang digunakan untuk aplikasi infus akar adalah plastik es lilin. Plastik tersebut mampu memudahkan kegiatan ini karena dalam satu plastik dapat menampung larutan sebanyak 60 ml. Jadi, dalam aplikasinya, tenaga pemupuk tidak perlu mengukur ulang volume larutan. Cara kerja yang digunakan yaitu apabila defisiensi Fe pokok dalam status ringan maka hanya perlu satu plastik es lilin, defisiensi sedang membutuhkan dua plastik dan defisiensi berat membutuhkan tiga plastik. Tenaga kerja infus akar berstatus SPKL dan dipimpin oleh seorang mandor. Tenaga kerja ini menggunakan sistem upah sesuai status defisiensi pokok tersebut. 1. Defisiensi ringan = Rp. 700 per pokok 2. Defisiensi sedang = Rp. 800 per pokok 3. Defisiensi berat = Rp. 900 per pokok Kendala dalam infus akar diantaranya adalah menemukan akar aktif, terutama tanaman kelapa sawit yang terletak di sebelah parit atau jalan yang tidak rata sehingga akar aktif sulit dicari. Kegiatan pemupukan merupakan kegiatan yang sangat berpengaruh terhadap kelestarian tanaman hingga administrasi perusahaan. Kegiatan ini hampir menyerap 40-60% biaya pengeluaran selama tanaman tersebut dibudidayakan.
Gambar 5 Kegiatan infus akar
16 Penunasan (Pruning) Pekerjaan penunasan adalah pengelolaan jumlah pelepah (canopy management) di perkebunan kelapa sawit. Prinsip penunasan adalah satu sistem pengelolaan pelepah tanaman kelapa sawit sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan kerugian terutama dalam memenuhi kebutuhan sinar matahari untuk tanaman dalam pelaksanaan panen dengan tetap mengacu pada prinsip dasar jumlah pelepah produktif yang masih harus dipertahankan sesuai ketentuan. Pelepah yang terdapat buah disebut juga dengan pelepah penyangga dan yang tidak terdapat buah disebut dengan pelepah kosong. Pelepah penyangga biasanya dipotong pada saat pelaksanaan panen (penunasan progresif) sedangkan pelepah kosong dilaksanakan pada saat penunasan (penunasan periodik). Penunasan juga dapat diartikan sebagai pekerjaan pemotongan dan pembuangan pelepah yang tidak bermanfaat terutama pelepah kosong. Tujuan penunasan adalah untuk mempermudah pengamatan buah sehingga dapat memperlancar kegiatan panen, mengurangi kehilangan hasil karena tersangkutnya brondolan pada ketiak pelepah dan memperlancar proses penyerbukan alami. Pekerjaan penunasan juga sangat penting dilakukan dengan tujuan sanitasi (kebersihan) tanaman sehingga menciptakan lingkungan yang tidak sesuai bagi perkembangan organisme pengganggu tanaman (OPT). Daun merupakan organ tanaman yang berfungsi sebagai tempat menguapnya air dari dalam tubuh tanaman ke udara bebas. Pekerjaan penunasan pada musim kemarau juga dapat berfungsi untuk menghindari penguapan yang berlebihan. Jumlah pelepah yang dipertahankan di bawah buah terakhir yang belum dipanen disebut songgo. Sistem pengelolaan pelepah atau penunasan dibagi berdasarkan umur tanaman yaitu sistem songgo satu dan songgo dua. Songgo satu adalah sistem pengelolaan pelepah pada tanaman berumur > 8 tahun dengan cara mempertahankan satu pelepah dibawah tandan matang panen terbawah. Sistem ini akan mempertahankan jumlah pelepah diatas tanaman sebanyak 40−48 pelepah. Songgo dua adalah sistem pengelolaan pelepah pada tanaman berumur < 8 tahun dengan cara mempertahankan dua pelepah dibawah tandan. Pelepah yang diturunkan harus dipotong menjadi 2−3 bagian kemudian diletakkan di gawangan mati dan membentuk U-shape. Pekerjaan penunasan menggunakan dua golongan tenaga kerja yaitu tenaga kerja harian dan tenaga kerja SPKL. Tenaga kerja harian adalah KHT yang pada hari itu mendapatkan intruksi kerja lain selain tugas pokok KHT. Tenaga kerja harian mendapatkan upah kerja penunasan tersebut sesuai upah basis dia sebagai KHT, sedangkan tenaga kerja SPKL mendapatkan upah sebesar Rp 1 000 per pokok. Pemanenan Inti pekerjaan panen adalah mengambil seluruh buah yang layak panen, mengumpulkannya ke TPH dan mengirimkan seluruhnya ke PKS pada hari yang sama dalam kondisi sesegar-segarnya dan sebersih-bersihnya secara efektif dan efisien. Manajemen First Resources Ltd. membuat sebuah pedoman untuk mengoptimalkan kinerja personil panen yang disebut “7 Disiplin Panen”. Isi dari “7 Disiplin Panen” adalah: 1. Buah matang dipotong semua, 2. Buah mentah 0%,
17 3. 4. 5. 6. 7.
Brondolan dikutip semua, Buah disusun rapi di TPH, Pelepah disusun rapi di gawangan mati, Tidak ada pelepah sengkleh dan Administrasi diisi dengan teliti dan tepat waktu.
Persiapan panen. Persiapan panen yang baik akan menjamin tercapainya target produksi dengan biaya panen seminimal mungkin. Hal-hal yang perlu dilakukan dalam mempersiapkan pelaksanaan panen TBS kelapa sawit yaitu persiapan kondisi areal, penyediaan tenaga potong buah, pembagian seksi potong buah dan penyediaan alat-alat kerja (Pahan 2006). Persiapan panen di Afdeling I kebun SAH juga dilaksanakan setiap pagi pukul 06.00 WIB dalam acara apel pagi. Kegiatan apel pagi dipimpin langsung oleh seorang field assitant dan 2 orang mandor panen. Field assistant bertugas menyampaikan peraturan panen sesuai norma baku perusahaan, mengevaluasi kegiatan panen pada hari sebelumnya dan selalu mengingatkan mutu TBS yang akan dipanen. Mandor panen bertugas membagi hanca panen, mengisi daftar hadir pemanen dan mengatur hanca panen apabila ada karyawan yang tidak masuk kerja. Field assistant dan mandor senantiasa mengingatkan kepada anggota panen untuk memperhatikan “7 Disiplin Panen”. Apel pagi dimanfaatkan juga untuk memastikan karyawan menggunakan peralatan panen dalam kondisi baik dan menggunakan alat pelindung diri (APD) dengan lengkap. Kriteria matang panen. Kriteria matang panen berpengaruh terhadap kadar ekstrasi minyak dan kualitas minyak yang diolah serta merupakan syarat utama untuk menentukan TBS yang akan dipanen. Kriteria matang panen yang diterapkan di Kebun SAH dapat dilihat dari jumlah brondolan yang jatuh pada piringan (Tabel 3). Brondolan yang jatuh adalah brondolan yang jatuh secara alami, bukan karena hama penyakit. Tabel 3 Kriteria matang panen Kebun SAH Kriteria Jumlah brondolan Mentah (Unripe) < 2 brondolan kg-1 2 brondolan kg-1 hingga 75% brondolan Matang (Ripe) permukaan telah lepas Terlalu matang (Over ripe) > 75˗90% brondolan telah lepas Busuk atau janjangan kosong (Empty > 90% brondolan telah lepas bunch) Sumber: SOP Kebun SAH (2013)
Sistem panen. Sistem panen di SAH ada dua yaitu hanca giring tetap per mandoran dan hanca tetap. Hanca giring tetap per mandoran adalah setiap pemanen mempunyai hanca panen yang tetap, apabila hanca panen dalam satu blok telah selesai dikerjakan maka pemanen pindah ke hanca panen pada blok berikutnya sesuai dengan nomor hanca yang telah ditentukan. Keuntungan sistem hanca ini adalah jika ada pemanen yang tidak masuk kerja dalam satu kemandoran maka pemanen lain dapat memasuki hanca pemanen yang tidak masuk kerja tersebut dengan perintah dari mandor sebelumnya.
18 Hanca tetap adalah hanca yang diberikan kepada pemanen untuk diselesaikan pada hari tersebut tanpa ada perpindahan dan akan dikerjakan terus menerus oleh pemanen yang sama pada setiap rotasi. Keuntungan menerapkan hanca tetap yaitu, hanca terjaga kondisi pohonnya, hanca terjaga kebersihannya, buah memungkinkan terpanen tuntas, bila terdapat kesalahan maka pelacakan akan mudah serta pemanen memiliki rasa tanggung jawab karena merasa memiliki hanca tersebut. Kekurangannya bila musim panen rendah, pemanen sulit mendapatkan basis panen sehingga tidak mendapatkan premi panen, buah akan terlambat diangkut ke pabrik karena pemanen mengumpulkan hasil ke TPH bila panen sudah selesai, serta kemungkinan buah muda dipanen tinggi. Kebun SAH menerapkan sistem hanca tetap untuk blok yang mempunyai tahun tanam muda yaitu 2002 dan 2004. Rotasi panen. Rotasi panen merupakan jarak waktu antara panen terakhir dengan panen berikutnya dalam satu seksi panen. Rotasi panen yang ditetapkan di Kebun SAH adalah rotasi 6/7 artinya dalam 7 hari ada 6 hari panen. Di Afdeling I Kebun SAH terdapat 25 blok yang dibagi menjadi 6 seksi panen atau disebut kaveld. Kaveld panen adalah luasan areal yang terdiri atas beberapa blok dan terbagi menjadi beberapa hanca dan harus dipanen dalam jangka waktu satu hari. Penggunaan rotasi 6/7 dimaksudkan untuk menjaga mutu buah agar sesuai dengan kriteria matang buah. Angka Kerapatan Panen. Perhitungan angka kerapatan panen digunakan untuk mengetahui taksasi produksi harian yang dihasilkan pada suatu blok kebun pada hari selanjutnya. Angka kerapatan panen persentase perbandingan antara jumlah tandan matang pada pokok yang dijadikan sampel dengan jumlah pokok sampel yang diamati. AKP
= Jumlah tandan matang sampel × 100% Jumlah pokok sampel
Perhitungan kemudian dilanjutkan dengan menghitung taksasi produksi harian dalam satuan ton dengan rumus: Taksasi = AKP × Jumlah pokok yang dipanen × BJR Hasil dari perhitungan tersebut digunakan oleh para mandor untuk menghitung jumlah HK yang diperlukan, membagi hanca dan menentukan jumlah trip yang akan digunakan untuk pengangkutan TBS ke PKS. Hasil taksasi tersebut juga digunakan untuk mengontrol dan mengetahui tenaga pemanen yang melakukan kesalahan ataupun kecurangan. Apabila hasil panen kurang dari hasil perhitungan taksasi dapat diduga bahwa ada buah tertinggal didalam hanca, sedangkan apabila hasil panen melebihi dari hasil taksasi dapat diduga bahwa ada buah mentah yang dipanen. Cara dan pelaksanaan panen. Cara panen untuk tanaman yang masih rendah menggunakan alat dodos, sedangkan untuk tanaman yang sudah tinggi menggunakan alat egrek yang bertangkai panjang. Cara panen di Afdeling I menggunakan egrek. Sebelum tandan dipotong, pelepah daun yang menyangga buah dipotong lebih dahulu. Bekas potongan pada pelepah lengkung menyerupai tapak kuda. Tandan buah dipotong pada tangkainya sependek mungkin (mepet).
19 Tandan buah diletakkan di piringan dekat pasar pikul agar terlihat dan tidak tertinggal pada saat pengankongan oleh helper. Buah yang lepas (brondolan) dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam karung. Tandan buah dikumpulkan di TPH, disusun 5 tandan per baris, dan tangkainya menghadap ke bawah kecuali buah yang tangkainya digunakan untuk penulisan nomor kaper pemanen. Brondolan disatukan dan dimasukkan ke dalam karung. Setelah brondolan terkutip semua, brondolan diletakkan ke angkong dan diangkut ke TPH bersama buah (Gambar 6). Brondolan ditakar dengan karung goni pupuk yang telah dikalibrasi. Karung pupuk Urea penuh setara dengan 40 kg brondolan, karung pupuk MOP atau KCl penuh setara dengan 30 kg brondolan, dan karung pupuk kieserit penuh setara dengan 25 kg brondolan. Pemanenan dilakukan setengah jalan panen terlebih dahulu dan pengangkutan TBS ke TPH juga diangkut setengah pasar ke TPH kiri dan setengah pasar ke TPH kanan.
Gambar 6 Kegiatan panen TBS kelapa sawit Basis dan premi panen. Basis panen adalah jumlah kg TBS yang wajib dipanen oleh pemanen. Basis panen ditentukan berdasarkan berat janjang rata-rata, topografi dan prestasi pemanen rata-rata. Pemanen yang berhasil melebihi basis panen maka mendapatkan premi panen. Tujuan sistem premi panen yaitu untuk memberikan penghargaan pada pekerja pada saat hasil kerja di atas standar atau basis, memotivasi pekerja untuk berupaya mencapai standar, mendorong kenaikan output (kg HK-1) dan memupuk rasa tanggung jawab pekerja pada tugasnya. Pemanen memperoleh upah berdasarkan prestasi kerjanya, berikut rincian dari sistem basis dan premi panen Kebun SAH. Basis Premi insetif Brondolan
= 1 000 kg = Rp 3 000 = Rp 120 kg-1
20 Lebih basis pertama Lebih basis kedua Lebih basis ketiga
= 500 kg × Rp 25 = 500 kg × Rp 30 = dikalikan Rp 35 kg-1
Premi insentif diberikan kepada pemanen yang berhasil melebihi basis panen pada blok dengan pokok kelapa sawit tinggi (panen menggunakan egrek). Jika pemanen bekerja di hari libur maka upah dibayar dengan cara total hasil pemanen dikalikan Rp 40 kg-1. Mandor panen memperoleh premi dari total hasil semua anggota pemanennya dikurangi total basis pemanen dikalikan Rp 2.75 kg-1. Jika mandor panen bekerja pada hari libur, maka perhitungan premi mandor tetap sama namun tanpa pengurangan basis panen. Pengangkutan TBS ke PKS. Tujuan pengelolaan transportasi TBS yaitu meningkatkan kualitas TBS dengan tidak adanya buah restan lebih dari 24 jam sehingga menjaga ALB produksi harian hanya berkisar pada 2˗4%. Buah yang telah dipanen segera disusun rapi di TPH dan diangkut menggunakan dump truck.
Gambar 7 Pengangkutan TBS dari TPH Pengangkutan TBS kedalam dump truck dilakukan oleh tenaga pemuat dan diawasi oleh seorang kerani produksi. Selain mengawasi jalannya pengangkutan, kerani produksi bertugas untuk mencatat nomor pemanen, jumlah TBS dan berat brondolan yang dimasukkan dalam dump truck tersebut serta mensortasi buah di TPH. Sistem premi pemuat di Kebun SAH diatur dengan rincian sebagai berikut. Basis Lebih basis pertama Lebih basis kedua Lebih basis ketiga
= 4 000 kg = 1 667 kg x Rp 3.5 = 1 667 kg x Rp 5 = dikalikan Rp 6 kg-1.
Jika pemuat bekerja dihari libur maka upah dibayar dengan cara total hasil pemuat dikalikan Rp 6.5 kg-1. Kerani produksi mendapatkan premi dari jumlah hasil produksi dikalikan Rp 1.2 kg-1. Pengelolaan transportasi yang baik dapat meningkatkan produktivitas kendaraan karena kapasitas angkut TBS kendaraan dapat dimanfaatkan semaksimal
21 mungkin. Penyediaan jumlah alat transportasi antara lain dipengaruhi oleh taksasi produksi harian, antrian buah di PKS dan kerusakan jalan dikebun. Efisiensi panen. Efisiensi panen merupakan persentase keefisienan panen setelah dikurang oleh persentase kehilangan hasil (losses) selama kegiatan pemanenan berlangsung. Sumber utama losses adalah brondolan yang tidak dikutip dan buah matang yang tidak dipanen. Tujuan kegiatan efisiensi panen adalah mengetahui kerugian perusahaan yang disebabkan oleh kegiatan panen, mencegah tumbuhnya tukulan (anak sawit) dan sebagai bahan evaluasi untuk panen berikutnya. Semakin kecil persentase efisiensi panen berarti semakin rendah kualitas panen tersebut. Efisiensi panen dapat dihitung dengan menggunkan rumus sebagai berikut. Losses panen (%) = (Brondolan Tinggal ÷ 100*) + (TBS Tinggal × BJR) × 100% (Brondolan Tinggal ÷ 100*) + (TBS Tinggal × BJR) + (TBS Potong × BJR) Efisiensi panen (%) = 100% ˗ Losses panen.
Aspek Manajerial Pendamping Mandor Panen Tugas inti seorang mandor panen adalah melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pekerjaan panen sehingga tercapai mutu buah dan mutu hanca sesuai standar perusahaan. Mandor panen bertugas memberi pengarahan, mengisi daftar hadir dan membagi hanca panen karyawan saat kegiatan apel pagi. Mandor panen memastikan semua karyawan telah masuk pada hanca masing-masing saat kegiatan panen dimulai. Tugas mandor berikutnya adalah mengisi semua kelengkapan administrasi panen untuk diserahkan kepada kerani afdeling. Pengawasan terhadap mutu buah dan mutu hanca pada saat kegiatan panen dilaksanakan selama menjabat sebagai pendamping mandor panen. Kegiatan pengawasan tersebut dilakukan dengan cara mengingatkan pemanen untuk memanen TBS sesuai kriteria matang panen, tidak meninggalkan TBS matang di dalam hanca, mengutip semua brondolan, menurunkan pelepah penyangga dan menyusunnya di gawangan mati. Kegiatan dilanjutkan pada sore hari dengan melakukan penghitungan AKP dan efisiensi panen yang kemudian dilaporkan kepada field assistant. Pendamping Mandor Perawatan Kebun SAH memiliki dua mandor perawatan di setiap afdelingnya. Afdeling I Kebun SAH memiliki mandor pemupukan dan mandor penyemprotan herbisida (chemist). Mandor pemupukan bertugas untuk mengatur dan mengawasi jalannya pemupukan hanya di Afdeling I, sedangkan mandor chemist bertugas untuk mengatur dan mengawasi jalannya penyemprotan di seluruh areal kebun inti. Tugas mandor pemupukan adalah melakukan pengawasan terhadap aplikasi pemupukan mulai dari penguntilan, pengeceran, pelangsiran dan penaburan. Mandor pemupukan didampingi field assistant memberikan evaluasi pekerjaan yang telah dilakukan sebelumnya dan pengarahan terhadap jenis pupuk yang akan diaplikasikan serta pembagian hanca masing-masing karyawan pada saat apel pagi.
22 Mandor pemupukan juga melakukan pengecekan terhadap APD dan alat-alat yang digunakan. Tugas mandor pemupukan berikutnya adalah mengisi buku kegiatan mandor. Buku tersebut digunakan untuk melaporkan daftar hadir karyawan, lokasi pemupukan, luasan areal pemupukan, volume dan jenis pupuk yang digunakan kepada kerani afdeling. Mandor pemupukan dan kerani afdeling membuat bon permintaan herbisida yang akan digunakan besok. Bon permintaan pupuk berisi jenis pupuk yang digunakan, volume pupuk dan blok aplikasi pemupukan. Bon pupuk dibuat sesuai dengan rencana kerja yang direncanakan oleh field assistant sebelumnya dan disetujui oleh general manager. Bon yang telah disetujui oleh general manajer, kemudian diserahkan kepada kepala gudang untuk dilakukan penguntilan dan pengambilan pupuk ke gudang. Pengawasan aplikasi pupuk dan pemeriksaan jumlah karung pupuk dilaksanakan selama menjabat sebagai pendamping mandor pemumpukkan. Pengawasan dilakukan agar pupuk diaplikasikan secara tepat. Pemeriksaan jumlah karung untilan dilakukan untuk memastikan kesesuaian jumlah antara karung yang diambil dari gudang dengan karung setelah aplikasi pemupukan. Kendala yang dihadapi pada saat pemupukan adalah tingkat kesadaran karyawan untuk menggunakan APD yang sesuai standar dan alat penabur pupuk kurang nyaman digunakan sehingga karyawan menggunakan alat penabur yang tidak sesuai standar perusahaan. Tugas mandor chemist adalah melakukan pengawasan terhadap kegiatan pengendalian gulma secara kimia pada piringan, tempat pengumpulan hasil (TPH) dan pasar pikul. Mandor chemist didampingi field assistant melakukan evaluasi pekerjaan yang telah dilakukan sebelumnya dan memberikan pengarahan serta pembagian hanca masing-masing karyawan. Mandor chemist juga melakukan pengecekan terhadap APD, herbisida dan alat-alat yang digunakan. Tugas mandor chemist berikutnya adalah mengisi buku kegiatan mandor. Buku tersebut digunakan untuk melaporkan daftar hadir karyawan, lokasi penyemprotan, luasan areal penyemprotan, volume dan jenis herbisida yang digunakan kepada kerani afdeling. Proses pengambilan herbisida dari gudang memiliki prosedur yang sama dengan pengambilan pemupukan. Pengawasan kegiatan pengendalian gulma dilaksanakan selama menjabat sebagai pendamping mandor chemist. Pengawasan tersebut dilakukan untuk memastikan ketepatan konsentrasi herbisida yang digunakan dan memastikan gulma sasaran tersemprot seluruhnya. Pemeriksaan terhadap peralatan kerja yang telah digunakan untuk mengetahui adanya kerusakan alat dan kebersihan alat juga harus dilakukan ketika kegiatan penyemprotan selesai. Penggunaan APD pada kegiatan penyemprotan dan aplikasi herbisida oleh karyawan Kebun SAH telah terlaksana dengan baik. Pendamping Kerani Produksi Kerani produksi bertanggungjawab untuk melaporkan jumlah dan mutu TBS kepada kerani afdeling dan mandor panen. Mandor panen membutuhkan laporan kerani produksi untuk dijadikan evaluasi proses pemanenan selanjutnya. Kerani produksi dibantu oleh tenaga pemuat untuk memindahkan buah dan brondolan kedalam drump truck sehingga sampai PKS masih dalam kondisi segar dan tidak terjadi restan. Sortasi dilakukan oleh kerani produksi pada saat TBS masih berada
23 di TPH. TBS yang terindetifikasi sebagai buah mentah akan dikembalikan kepada pemanen dan pemanen tersebut akan mendapatkan sanksi. Penghitungan jumlah TBS pada setiap pemanen dan pemeriksaan mutu buah yang akan dikirim ke PKS dilaksanakan selama menjadi pendamping kerani produksi. Keberadaan TBS dan brondolan di TPH harus dipastikan terangkut semua untuk mengurangi kehilangan hasil dalam proses pengangkutan. Pendamping Kerani Afdeling Kelengkapan dan kerapihan semua pekerjaan administrasi afdeling merupakan tanggung jawab dari seorang kerani afdeling. Kerani afdeling membantu field assistant untuk membuat laporan semua jenis pekerjaan yang dilaksanakan di afdeling. Administrasi afdeling yang menjadi tanggung jawab kerani afdeling terbagi menjadi dua tipe yaitu administrasi swakelola dan administrasi pekerjaan borongan. Administrasi swakelola mencakup semua catatan tentang pekerjaan rutin yang akan dan telah dikerjakan oleh KHT, sedangkan administrasi pekerjaan borongan berisi semua catatan tentang pekerjaan dengan sistem borongan. Administrasi swakelola terdiri atas verifikasi buku mandor, buku asisten, kumpulan laporan kerja harian (KLKH), laporan premi dan lembur serta rekapitulasi perhitungan upah. Administrasi pekerjaan borongan terdiri atas penyusunan rincian usulan pekerjaan (RUP), usulan pekerjaan dan harga (UPH), surat perintah kerja lokal (SPKL), rincian hasil pekerjaan (RHP), laporan pemeriksaan penyelesaian pekerjaan (LP3) dan berita acara serah terima pekerjaan (BASTP). Penyusunan administrasi lain yang menjadi tugas kerani afdeling adalah administrasi pembagian catu beras, upah pengasuh anak karyawan, upah tenaga pengangkut sampah ke tempat pembuangan akhir, upah pengurus tempat ibadah dan upah operator mesin pembangkit listrik. Pendamping Field Assistant Field assistant betugas dan bertanggung jawab atas seluruh pengelolaan kegiatan afdeling dengan baik. Selain bertugas melaksanakan fungsi pengelolaan dan pengawasan di lapangan, field assistant juga bertugas untuk mengelola administrasi afdeling, membuat rencana kerja tahunan (RKT) bersama field manager, membuat rencana kerja bulanan (RKB), rencana kerja harian (RKH) dan berkordinasi langsung dengan pihak-pihak yang terlibat dalam pengelolaan afdeling. Pengaturan biaya afdeling juga menjadi tanggung jawab field assistant. Biaya yang digunakan harus sesuai dengan RKT, RKB dan RKH agar efektif dan efisien dalam penggunaannya sehingga tidak terjadi over budget. Field assitant mempunyai tanggung jawab lain selain di bidang operasional kebun, yaitu tanggung jawab sosial dengan melakukan pembinaan terhadap seluruh sumber daya manusia yang ada untuk meningkatkan produktivitas karyawan dan bertanggung jawab terhadap kesejahteraan karyawan. Pengawasan terhadap kegiatan panen dan perawatan serta penyusunan administrasi afdeling juga dilakukan selama menjadi pendamping field assistant. Kegiatan sosial di kebun baik pada acara keagamaan, perayaan maupun pertandingan olahraga juga menjadi rangkaian kegiatan selama menjabat sebagai pendamping field assistant.
24
HASIL DAN PEMBAHASAN Kriteria Matang Panen Kriteria matang panen adalah parameter yang digunakan oleh perusahaan dalam menentukan buah telah dapat dipanen atau belum. Kriteria matang panen yang diterapkan di Kebun SAH dapat dilihat dari jumlah brondolan jatuh pada piringan, yaitu 2 brondolan kg-1 TBS hingga 75% brondolan permukaan telah lepas. Brondolan jatuh adalah brondolan yang lepas secara alami dari TBS, bukan karena hama penyakit. Satrosayono (2003) menyatakan bahwa kriteria matang panen merupakan kematangan tandan secara fisiologi, yaitu tandan telah sempurna bentuknya dan kandungan minyaknya optimal. Kriteria matang panen dapat dilihat dari buah kelapa sawit yang telah membrondol di piringan karena kandungan minyak yang telah maksimal. Pahan (2006) menambahkan bahwa terdapat 2 brondolan kg-1 tandan pada TBS yang telah matang. Pengarahan dan pengawasan yang rutin sangat diperlukan untuk menjaga kinerja tenaga panen dalam mematuhi standar kriteria matang panen yang telah ditetapkan. Penghitungan standar kriteria matang panen mengacu pada bobot janjang rata-rata (BJR) pada suatu areal panen. Standar tersebut digunakan untuk mengetahui persentase kesesuaian yang telah dilakukan oleh setiap tenaga panen (Tabel 4). Tabel 4 Persentase kesesuaian kriteria matang panen Pemanen 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Tahun tanam 1993 1993 1993 1993 1993 1993 1993 1995 1995 1995 1995 1995 1995 1995
Kriteria matang panen TBS Standar* Realisasi Selisih (brondolan per TBS) 46.88 45.4 -1.48 46.88 33.9 -12.98 46.88 52.7 5.82 46.88 16.1 -30.78 46.88 32.4 -14.48 46.88 54.8 7.92 46.88 26.2 -20.68 43.28 47.9 4.62 43.28 71.3 28.02 43.28 42.2 -1.08 43.28 28.4 -14.88 43.28 39.9 -3.38 43.28 32.2 -11.08 43.28 65.6 22.32
Persentase kesesuaian (%) 96.84 72.31 112.41 34.34 69.11 116.89 55.89 110.67 164.74 97.50 65.62 92.19 74.40 151.57
*mengacu pada BJR bulan April 2013 yaitu 23.44 kg untuk tahun tanam 1993 dan 21.64 kg untuk tahun tanam 1995. Sumber: Hasil pengamatan penulis. Data diolah penulis
Persentase kesesuaian kriteria matang panen menunjukkan kisaran angka pada 34.34–164.74%, namun tidak ada satupun yang menunjukkan angka 100% (Tabel 4). Persentase kesesuaian tersebut menunjukkan bahwa kegiatan panen yang dilakukan tenaga panen masih belum sesuai dengan standar. Hasil pengamatan (Tabel 4) menunjukkan ada 9 pemanen (67%) yang memanen tandan kurang matang bahkan mentah, hal ini terlihat dari jumlah brondolan yang kurang dari
25 kriteria matang panen. Lima pemanen (33%) lain memiliki persentase kesesuaian melebihi 100%, hal ini menunjukkan bahwa pemanen tersebut memanen tandan yang lewat matang. Pemanen 4 memiliki angka persentase kesesuaian yang paling rendah dan pada pemanen 9 memiliki angka persentase kesesuaian yang melebihi standar paling tinggi. Ketidaksesuaian tersebut terjadi karena pemanen lebih mengandalkan pengamatan visual dari pada pengamatan jumlah brondolan sesuai standar perusahaan. Hal tersebut dianggap lebih mudah, lebih cepat dan tidak memerlukan tenaga untuk menghitung brondolan. Kondisi ini juga disebabkan oleh keinginan pemanen untuk mengejar basis panen dan mendapatkan premi yang besar. Penyebab lain adalah terdapatnya pokok abnormal seperti yang diungkapkan Hetharie et al. (2007) yaitu pada beberapa pokok abnormal, buah terbentuk namun sebelum sampai pada fase buah panen, buah menjadi busuk dan tetap berada pada tandan buah atau tidak membrondol. Pengarahan dan pengawasan oleh mandor panen dan field assistant harus lebih ditingkatkan untuk memastikan tandan yang dipanen merupakan tandan yang benar-benar matang atau sesuai standar kriteria matang panen perusahaan.
Taksasi dan Angka Kerapatan Panen Taksasi produksi adalah kegiatan menghitung jumlah tandan buah segar yang akan diperoleh pada waktu panen berdasarkan jumlah dan keadaan bunga betina yang kemungkinan menjadi tandan buah (Sunarko 2009). Taksasi harian adalah menghitung jumlah tandan yang siap dipanen besok hari berdasarkan angka kerapatan panen (AKP). AKP adalah persentase jumlah tandan matang terhadap jumlah tanaman yang diamati pada areal yang akan dipanen besok. Perkiraan produksi dari perhitungan taksasi harian digunakan untuk mengetahui kebutuhan tenaga kerja, unit transportasi pengangkut TBS dan mempermudah pengaturan pelaksanaan panen serta menghindari kecurangan. Santosa et al. (2011) mengungkapkan taksasi produksi mempengaruhi kegiatan operasional dan penjadwalan produksi perusahaan, seperti jumlah tenaga kerja panen, penyediaan peralatan panen dan kebutuhan kendaraan untuk pengangkutan hasil. Taksasi produksi yang akurat penting dilakukan. Akurasi perhitungan taksasi terhadap realisasi produksi telah ditetapkan oleh perusahaan dengan selisih nilai harus berada pada batas toleransi 5%. Perhitungan selisih taksasi harian dengan realisasi produksi pada bulan April 2013 di Afdeling I Kebun SAH menunjukkan hasil yang beragam (Tabel 5). Hasil perhitungan selisih taksasi dengan realisasi produksi (Tabel 5) menunjukkan bahwa persentase nilai selisih hari Selasa dan Sabtu berada pada batas toleransi yaitu 5% atau memenuhi standar akurasi taksasi perusahaan. Selisih taksasi dengan realisasi produksi pada hari Senin, Rabu, Kamis dan Jum’at berada pada angka 10.8−17.0% yang berarti belum memenuhi standar akurasi taksasi perusahaan. Selisih tersebut berpengaruh terhadap pelaksanaan panen seperti kurang tepatnya penyediaan tenaga kerja dan unit transportasi TBS serta memungkinkan terjadinya kecurangan pada pelaksanaan panen. Pengaruh selisih tersebut juga berdampak secara langsung terhadap biaya panen per kg TBS yang menjadi kurang efisien.
26
Tabel 5 Akurasi taksasi terhadap realisasi produksi bulan April 2013 di Afdeling I Kebun SAH Jumlah produksi (kg) Selisih Hari Panen (%) Taksasi Realisasi Senin 58 402.6 65 442.5 10.8 Selasa 52 569.4 53 612.5 1.9 Rabu 51 287.4 61 760.0 17.0 Kamis 52 267.6 59 710.0 12.5 Jum'at 50 905.2 60 172.5 15.4 Sabtu 49 950.2 52 605.0 5.0 Sumber: Kantor Afdeling I Kebun SAH (2013). Data diolah penulis
Faktor yang mempengaruhi besarnya selisih antara taksasi dengan realisasi produksi yaitu tingkat ketelitian petugas AKP (mandor panen) yang rendah dan atau tingkat kehilangan hasil yang tinggi. Santosa et al (2011) menambahkan bahwa kehilangan hasil akibat brondolan tertinggal, TBS tertinggal dan panen buah mentah diduga menjadi faktor adanya perbedaan taksasi dengan hasil realisasi. Mandor panen harus lebih teliti dan turun langsung ke lapangan setiap hari untuk mengetahui taksasi harian yang sebenarnya. Mandor panen dan field assistant juga harus meningkatkan pengawasan terhadap pelaksanaan panen agar kehilangan hasil dan tindak kecurangan dapat ditekan.
Rotasi Panen Rotasi panen adalah waktu yang diperlukan antara panen terakhir dan panen berikutnya pada areal panen yang sama. Rotasi panen yang ditetapkan oleh Kebun SAH adalah 6/7 yang berarti dalam 7 hari terdapat 6 hari panen. Pengaturan tersebut menjadi dasar untuk membentuk kaveld panen pada satu afdeling menjadi 6 kaveld. Tahun tanam merupakan aspek yang harus diperhitungkan untuk menentukan rotasi panen yang ideal. Sunarko (2007) mengemukakan bahwa rotasi panen tergantung pada cepatnya buah matang, pada panen permulaan biasanya rotasi panen mencapai 15 hari, selanjutnya 10 hari dan terakhir 7 hari. Tabel 6 menunjukkan hasil perbandingan antara rotasi panen standar dengan realisasi dan hubungannya terhadap persentase pencapaian target produksi pada bulan Februari hingga April 2013 di Afdeling I Kebun SAH. Tabel 6 Perbandingan rotasi panen standar dengan realisasi terhadap pencapaian target produksi Afdeling I Rotasi panen Produksi (kg) Bulan Standar Realisasi Target Realisasi Februari 6/7 6/7 1 551 188 1 104 510 Maret 6/7 6/7 1 693 609 1 235 450 April 6/7 6/7 1 618 804 1 568 900 1 621 200 1 302 953tn Rata-rata tn tidak berbeda nyata pada α = 5%. Sumber: Kantor Afdeling I Kebun SAH
27 Hasil uji-t (Tabel 6) menunjukkan bahwa kesesuaian pelaksanaan rotasi panen merupakan salah satu faktor yang menyebabkan realisasi produksi tidak berbeda nyata dengan target produksi yang telah ditentukan. Pahan (2006) mengungkapkan bahwa rotasi panen merupakan faktor yang paling menentukan dalam kegiatan panen guna mendapatkan hasil yang tinggi (kuantitas dan kualitas). Rotasi panen erat hubungannya dengan kualitas buah atau saling mempengaruhi. Rotasi panen yang terlambat akan mengakibatkan banyaknya jumlah brondolan yang disebabkan banyaknya buah matang dan buah lewat matang di suatu areal panen. Kondisi tersebut akan berakibat pada banyaknya kehilangan hasil karena brondolan tidak dikutip dan buah matang tidak dipanen sehingga dapat menurunkan hasil produksi. Sebaliknya, rotasi panen yang terlampau cepat akibat sedikitnya buah matang di lapangan (buah trek) akan mendorong tenaga panen untuk mengambil buah mentah demi mengejar basis panen. Kondisi tersebut sangat merugikan perusahaan karena buah yang dipanen memiliki kualitas rendemen hasil yang rendah. Dampak terburuk yang dapat terjadi adalah rusaknya kelestarian pokok kelapa sawit tersebut. Pahan (2006) menambahkan bahwa demi menjaga rotasi panen tetap normal penting sekali untuk terus menerus memantau daftar rotasi panen yang ada di kantor afdeling. Informasi penting yang harus dipantau untuk menjaga rotasi panen adalah umur tanaman, angka kerapatan panen, jumlah tenaga kerja panen, basis panen dan curah hujan.
Tenaga Kerja Panen Sumber daya manusia masih sangat dibutuhkan untuk kelancaran proses budi daya tanaman kelapa sawit. Kebun SAH telah membentuk spesialisasi pekerjaan budi daya menjadi beberapa bagian. Tenaga kerja panen atau pemanen merupakan spesialisasi pekerjaan dalam proses panen TBS. Pemanen bertugas untuk menurunkan TBS, memotong pelepah penyangga TBS, menyusun pelepah pada gawangan mati, memotong tangkai tandan, menyusun TBS di tempat pengumpulan hasil (TPH) dan memberi nomor identitas pemanen pada TBS. Pulungan dan Mangoensoekarjo (2003) mengungkapkan bahwa dengan spesialisasi tenaga kerja untuk mengerjakan satu jenis pekerjaan khusus yang merupakan bagian dari keseluruhan pekerjaan, hasilnya akan bertambah besar. Norma baku pada Kebun SAH menetapkan bahwa penentuan jumlah tenaga panen dihitung menggunakan rumus sebagai berikut: Kebutuhan tenaga panen =
luas areal total (ha) jumlah 𝑘𝑎𝑣𝑒𝑙𝑑 panen × norma panen (ha HK−1 )
Kebutuhan tenaga panen Afdeling I SAH =
755.06 ha 6 𝑘𝑎𝑣𝑒𝑙𝑑 × 3 ha HK−1
= 41.95 ≈ 42 tenaga panen
28 Afdeling I Kebun SAH hanya memiliki tenaga panen sebanyak 39 orang yang terbagi dalam dua kemandoran. Ketersediaan tenaga panen yang tidak sesuai dengan kebutuhan menyebabkan luasan panen setiap tenaga panen menjadi lebih besar. Hal ini tidak berarti bahwa manajemen Kebun SAH harus menambah jumlah tenaga kerja panen. Luasan panen bukan menjadi faktor utama untuk menentukan jumlah tenaga panen yang harus disediakan. Penyediaan tenaga panen juga harus mengacu kepada taksasi produksi. Kelancaran kegiatan panen tidak hanya dipengaruhi oleh ketersediaan jumlah tenaga panen. Keterampilan setiap tenaga panen juga berpengaruh terhadap produksi sebuah perusahaan kelapa sawit. Wigena et al. (2009) mengemukakan bahwa tenaga kerja yang memiliki keterampilan semakin memadai berpengaruh positif terhadap manajemen dan pengoptimalisasian sarana produksi. Keterampilan tenaga kerja yang kurang memadai akan sangat menghambat proses panen sehingga mengakibatkan tidak tercapainya target produksi. Target produksi dapat diketahui dari jumlah TBS yang diturunkan oleh tenaga panen. Jumlah TBS yang dipanen dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya umur, tingkat pendidikan dan lama kerja setiap pemanen (Tabel 7). Tabel 7 Hasil uji korelasi antara faktor umur, tingkat pendidikan dan lama kerja terhadap jumlah TBS Faktor peubah Tolok ukur Umur Tingkat pendidikan Lama kerja Koefisien korelasi (r) Jumlah TBS
0.276tn
0.085tn
0.053tn
tn tidak berbeda nyata pada α = 5%. Sumber: Hasil pengamatan penulis (2013). Data diolah penulis
Faktor umur, tingkat pendidikan dan lama kerja menunjukkan hasil korelasi yang bersifat tidak nyata, lemah dan searah terhadap jumlah tandan yang diturunkan oleh tenaga panen (Tabel 7). Pernyataan tersebut berbeda dengan penelitian Trismiaty et al. (2008) yang mengungkapkan bahwa faktor lama kerja berpengaruh nyata terhadap produktivitas tenaga panen. Faktor lama kerja tidak berpengaruh nyata dan tidak memiliki hubungan yang erat dengan tolok ukur (Tabel 7). Hal tersebut disebabkan oleh sebagian tenaga panen baru di Afdeling I Kebun SAH adalah tenaga panen yang sebelumnya berprofesi juga sebagai tenaga panen di perusahaan kelapa sawit lain. Tenaga panen baru tersebut merupakan tenaga panen yang terlebih dahulu memiliki pengalaman kerja di kebun kelapa sawit dengan topografi berbukit. Faktor tersebut yang menyebabkan pengalaman kerja dari tenaga panen baru sama bahkan lebih dibandingkan tenaga panen lama yang hanya memiliki pengalaman memanen TBS di kebun dengan topografi datar. Kegiatan panen TBS membutuhkan faktor ketelitian dan kemampuan fisik yang lebih (Gustiawan et al. 2012) serta produktivitas tenaga panen tidak begitu menuntut tingginya tingkat pendidikan (Trismiaty et al. 2008). Kemampuan fisik dapat dipengaruhi oleh faktor pertambahan umur. Jumlah TBS yang diturunkan oleh tenaga panen yang berumur kurang dari 35 tahun dan tenaga panen yang berumur 35 tahun keatas dianalisis dengan uji t-student untuk melihat perbedaannya (Tabel 8).
29
Tabel 8 Perbandingan antara umur pemanen terhadap jumlah TBS rata-rata Umur tenaga panen Tolok ukur < 35 tahun ≥ 35 tahun Rata-rata jumlah TBS
85.71
89.25tn
tn tidak berbeda nyata pada α = 5%. Sumber: Hasil pengamatan penulis (2013). Data diolah penulis
Hasil uji-t (Tabel 8) menunjukkan bahwa jumlah TBS yang diturunkan oleh tenaga panen berumur kurang dari 35 tahun dan tenaga panen berumur 35 tahun ke atas tidak berbeda nyata. Gustiawan et al. (2012) menambahkan bahwa kisaran umur produktif adalah antara 21 sampai 43 tahun dan untuk memanen buah sawit tenaganya masih cukup kuat serta tidak ada pengaruhnya dengan tingkat produktivitas.
Kualitas Panen Mutu buah dan mutu hanca panen merupakan aspek yang mempengaruhi kualitas panen. Kegiatan pemeriksaan dan evaluasi oleh mandor panen, kerani produksi dan field assistant terhadap kualitas panen selalu mengacu kepada dua aspek tersebut. Kegiatan tersebut bertujuan untuk menjaga proses panen berjalan dengan baik, memperkecil kehilangan hasil, mencegah tindak kecurangan dan menjaga kelestarian pokok kelapa sawit. Pardamean (2011) menyatakan bahwa kehilangan minyak dan penurunan kualitas sebagian besar terjadi di kebun saat pemanenan. Kegiatan pemeriksaan kualitas panen dilaksanakan pada saat kegiatan panen masih berlangsung. Pemeriksaan mutu buah dilakukan dengan cara menghitung buah mentah, kurang matang, matang, lewat matang, janjangan kosong dan tandan busuk. Data mutu buah hasil pengamatan kemudian dibandingkan dengan norma baku atau standar perusahaan (Tabel 9). Koedadiri et al. (2007) mengungkapkan bahwa mutu buah sangat berpengaruh terhadap rendemen minyak dan kadar asam lemak bebas (ALB). Mutu buah pada pelaksanaan panen di Afdeling I Kebun SAH menunjukkan hasil yang secara umum tidak memenuhi standar perusahaan (Tabel 9). Hasil pengamatan menunjukkan bahwa parameter buah mentah dan janjangan kosong sesuai dengan standar perusahaan. Persentase buah kurang matang, lewat matang dan tandan busuk melebihi standar yang telah ditetapkan perusahaan yaitu buah kurang matang 25.33%, buah lewat matang 14.89% dan tandan busuk 1.11%. Persentase yang tinggi pada buah bermutu rendah menyebabkan rendahnya persentase buah matang yaitu hanya 58.22%. Persentase buah kurang matang yang tinggi disebabkan oleh ketelitian pemanen dalam memperhatikan kriteria matang panen masih rendah dan lebih mengandalkan pengamatan secara visual serta keinginan untuk mengejar basis panen. Buah lewat matang dan buah busuk juga menjadi permasalahan di Kebun SAH. Faktor penyebabnya adalah terdapat buah matang yang tertinggal atau tidak dipanen pada saat rotasi panen sebelumnya. Setyamidjaja (2006) mengutarakan bahwa panenan yang dilakukan sebelum
30 waktunya mengakibatkan rendemen yang kurang, sedangkan panenan yang dilakukan melewati waktunya mengakibatkan sebagian kandungan minyak berubah menjadi ALB yang mengakibatkan mutu minyak kelapa sawit menurun. Tabel 9 Hasil pengamatan mutu buah di Afdeling I Kebun SAH Nomor pemanen 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Rata-rata Standar
Sampel buah (buah) 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Mentah
Kurang matang
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
26.67 20.00 10.00 23.33 30.00 36.67 33.33 20.00 16.67 30.00 23.33 36.67 23.33 33.33 16.67 25.33 <5.00
Mutu buah Lewat Matang matang % 50.00 20.00 60.00 16.67 76.67 13.33 53.33 23.33 56.67 10.00 50.00 13.33 46.67 16.67 63.33 13.33 66.67 16.67 53.33 16.67 66.67 10.00 43.33 16.67 60.00 16.67 60.00 6.67 66.67 13.33 58.22 14.89 >89.00 <5.00
Janjangan kosong
Tandan busuk
0.00 3.33 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 3.33 0.00 0.00 0.00 0.44 <1.00
3.33 0.00 0.00 0.00 3.33 0.00 3.33 3.33 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 3.33 1.11 0.00
Sumber: Hasil pengamatan penulis (2013). Data diolah penulis
Kegiatan pemeriksaan kualitas panen juga dilaksanakan untuk mengetahui mutu hanca panen. Mutu hanca panen dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan pada hanca yang dipanen. Pahan (2006) mengungkapkan bahwa pekerjaan panen itu dibedakan menjadi tiga yaitu pemotongan TBS, pengutipan brondolan dan pemotongan pelepah. Buah matang tidak dipanen, buah sudah dipanen tertinggal di hanca, brondolan di pokok, brondolan di piringan dan brondolan di gawangan merupakan sumber kehilangan hasil yang harus diperhatikan dalam memeriksa mutu hanca panen. Pemeriksaan mutu hanca panen menghasilkan angka persentase efisiensi panen yang telah diatur oleh standar perusahaan (Tabel 10). Pemeriksaan mutu hanca panen bertujuan untuk menekan sumber kehilangan hasil sehingga efisiensi panen menjadi tinggi. Perusahaan telah menetapkan standar efisiensi panen harus melebihi 95%. Secara umum efisiensi panen di Afdeling I mencapai angka 99.45% (Tabel 10) yang berarti telah memenuhi standar efisiensi perusahaan. Efisiensi panen yang tinggi menyebabkan mutu hanca panen yang tinggi pula, namun hasil pengamatan mutu buah menunjukkan nilai persentase buah matang yang rendah (Tabel 9). Perbedaan tersebut tetap akan menyebabkan kualitas panen TBS menjadi rendah. Pahan (2006) menyatakan bahwa cara untuk meningkatkan kualitas mutu buah dan menghilangkan sumber kehilangan hasil adalah dengan memperhatikan kualitas pekerjaan panen, kualitas pengawasan dan kualitas pemeriksaan hasil potong buah.
31
Tabel 10 Efisiensi panen Afdeling I Kebun SAH Nomor pemanen 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Rata-rata Standar
Sampel buah (buah) 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Sumber kehilangan hasil Total kehilangan hasil B C D E % 0 0 0 0.56 0 0.56 0 0 0 0.72 0 0.72 0 0 0 0.49 0 0.49 0 0 0 0.48 0 0.48 0 0 0 0.62 0 0.62 0 0 0 0.40 0 0.40 0 0 0 0.56 0 0.56 0 0 0 0.32 0 0.32 0 0 0 0.53 0 0.53 0 0 0 0.58 0 0.58 0 0 0 0.56 0 0.56 0 0 0 0.64 0 0.64 0 0 0 0.61 0 0.61 0 0 0 0.55 0 0.55 0 0 0 0.63 0 0.63 0 0 0 0.55 0 0.55
A
Efisiensi panen 99.44 99.28 99.51 99.52 99.38 99.60 99.44 99.68 99.47 99.42 99.44 99.36 99.39 99.45 99.37 99.45 >95.00
A = Buah matang tidak dipanen, B = Buah tertinggal di hanca, C = Brondolan di pokok, D = brondolan di piringan, E = brondolan di gawangan. Sumber: Hasil pengamatan penulis (2013). Data diolah penulis
Produksi dan Produktivitas Kegiatan panen yang baik merupakan cara untuk mendapatkan produksi dan produktivitas yang tinggi. Produksi dan produktivitas yang tinggi direncanakan oleh manajemen kebun dalam target produksi. Pencapaian target produksi merupakan salah satu tujuan perusahaan perkebunan kelapa sawit. Risza (2009) menyatakan bahwa upaya untuk meningkatkan produktivitas adalah melihat faktorfaktor yang mempengaruhinya. Mangoensoekarjo dan Tojib (2003) menambahkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kelapa sawit yaitu faktor lingkungan, faktor genetik dan teknik budi daya. Faktor lingkungan diantaranya adalah curah hujan dan hari hujan, sedangkan faktor teknik budi daya diantaranya jumlah hari kerja (HK) panen yang digunakan. Faktor-faktor tersebut diujikorelasikan dengan tolok ukur berupa produktivitas untuk mengetahui keeratan hubungannya (Tabel 11). Faktor-faktor peubah menunjukkan hasil korelasi yang bersifat tidak nyata, lemah dan searah terhadap produktivitas Kebun SAH (Tabel 11), kecuali jumlah HK panen yang bersifat sangat berbeda nyata terhadap produktivitas. HK panen Kebun SAH meningkat seiring dengan pertumbuhan tanaman kelapa sawit, hal ini diatur oleh manajemen untuk mengantisipasi musim panen puncak. Latif (2006) mengungkapkan bahwa jumlah sumber daya manusia merupakan faktor penting penentu keberhasilan usaha perkebunan kelapa sawit.
32 Tabel 11 Hasil uji korelasi antara faktor jumlah HK panen, curah hujan dan hari hujan terhadap produktivitas Kebun SAH Faktor peubah Tolok ukur Jumlah HK panen Curah hujan Hari hujan Koefisien korelasi (r) Produktivitas
0.840**
0.060tn
0.139tn
** sangat berbeda nyata pada α = 1%, tn tidak berbeda nyata pada α = 5%. Sumber: Kantor Kebun SAH (2013). Data diolah penulis
Curah hujan rata-rata tahunan selama enam tahun terakhir (2007-2012) di Kebun SAH menunjukkan pola penyebaran yang merata sepanjang tahun dengan jumlah hari hujan rata-rata per tahun adalah 127 hari dan rata-rata curah hujan adalah 240 mm per bulan. Rata-rata bulan basah (BB) menunjukkan angka 11.67 bulan sedangkan rata-rata bulan kering (BK) yaitu 0.33 bulan. Menurut klasifikasi iklim oleh Schmit-Ferguson, kondisi iklim di Kebun SAH termasuk dalam tipe iklim A yaitu sangat basah dengan curah hujan rata-rata 2 882 mm per tahun dan sesuai untuk usaha perkebunan kelapa sawit. Latif (2006) menyatakan bahwa kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik apabila tersedia cukup air. Gambaran umum yang digunakan untuk ketersediaan air adalah berdasarkan curah hujan setempat. Curah hujan yang paling sesuai adalah antara 1 250 – 3 000 mm per tahun dan distribusinya merata sepanjang tahun. Tidak ada bulan kering, jika di suatu kawasan terjadi bulan kering selama 3 bulan atau lebih maka pertumbuhan kelapa sawit akan terganggu sehingga dapat terjadi penurunan produksi dan produktivitas. Kesesuaian dengan faktor-faktor pendukung tersebut menyebabkan Kebun SAH memiliki nilai produktivitas kelapa sawit yang baik. Ditjenbun (2013) menyatakan produktivitas nasional mencapai 15 ton ha-1 tahun-1. Kebun SAH memiliki nilai produktivitas kelapa sawit yang lebih besar dibandingkan dengan nilai produktivitas nasional (Tabel 1).
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kebun Sei Air Hitam (SAH) PT Perdana Inti Sawit Perkasa I telah berhasil dalam mengelola perkebunan kelapa sawit yang ditunjukkan oleh hasil produksi dan produktivitas yang tinggi serta mampu melebihi produktivitas nasional. Jumlah hari kerja panen, curah hujan dan hari hujan merupakan faktor yang berpengaruh baik terhadap produktivitas kelapa sawit Kebun SAH. Produktivitas kelapa sawit yang baik juga dipengaruhi oleh tingginya persentase efisiensi panen dan penentuan rotasi panen yang sesuai. Permasalahan yang terdapat dalam kegiatan panen di Kebun Sei Air Hitam adalah penentuan kriteria matang panen oleh pemanen, persentase mutu buah yang dipanen dan ketidaksesuaian perhitungan taksasi produksi dengan norma baku perusahaan.
33 Saran Kinerja dan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan panen harus lebih ditingkatkan. Pengawasan terhadap penentuan kriteria matang panen oleh pemanen harus lebih ditingkatkan untuk menghasilkan TBS dengan mutu sesuai norma baku perusahaan. Kinerja mandor panen dan field assistant juga harus ditingkatkan terutama dalam menghitung serta menentukan taksasi produksi agar tidak terjadi pemanfaatan biaya produksi yang kurang efisien.
DAFTAR PUSTAKA Adiwiganda R. 2007. Manajemen tanah dan pemupukan perkebunan kelapa sawit. Di dalam: Mangoensoekarjo S, editor. Manajemen Tanah dan Pemupukan Budi Daya Perkebunan. Yogyakarta (ID): Fajah Mada Univ Pr. hlm 19-118. Buana, L. 2000. Potensi pengembangan industri hilir kelapa sawit di Indonesia. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. 8(3):145-157. [Ditjenbun] Direktorat Jenderal Perkebunan. 2013. Kelapa sawit sumbang ekspor terbesar untuk komoditas perkebunan [Internet]. (diperbaharui 16 Januari 2013, [diunduh 2013 Agustus 25]). Tersedia pada: http://ditjenbun.deptan.go.id/ [GAPKI] Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia. 2009. Membangun Indonesia dengan Kelapa Sawit. Jakarta (ID): PT Mitra Media Nusantara. Gustiawan I, Efrita E, Yawahar J. 2012. Faktor-faktor penentu tingkat produktivitas tenaga kerja pemanen sawit (studi kasus pada PT Agro Muko Sei Kiang Estate Lalang Luas Kecamatan V Koto Kabupaten Mukomuko). Jurnal Agribis. 4(1):1-10. Hetharie H, Wattimena GA, Thenawidjaya M, Aswidinnoor H, Toruan-Mathius N, Ginting G. 2007. Karakterisasi morfologi bunga dan buah abnormal kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) hasil kultur jaringan. Bul Agron. 35(1):50-57. Koedadiri AD, Sutarta ES, Darmosarkoro W, Purba P, Fadli L, Rahutomo S. 2007. Panen. Di dalam: Buana L, Siahaan D, Adiputra S, editor. Budi Daya Kelapa Sawit. Bab 8. Medan (ID): Pusat Penelitian Kelapa Sawit. hlm 1-8. Kiswanto JH, Purwanta, Wijayanto B. 2008. Teknologi Budi Daya Kelapa Sawit. Edisi Pertama. Lampung (ID): Balai Besar Pengkajian Dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Latif S. 2006. Kunci keberhasilan investasi industri kelapa sawit. Di dalam: Latif S, editor. Potensi dan Peluang Investasi Industri Kelapa Sawit di Indonesia. Bab 1. Medan (ID): Pusat Penelitian Kelapa Sawit. hlm 1-8. Lubis AU. 1992. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Indonesia. Pematang Siantar (ID): Pusat Penelitian Perkebunan Marihat – Bandar Kuala. Mangoensoekarjo S, Tojib AT. 2003. Manajemen budi daya kelapa sawit. Di dalam: Mangoensoekarjo S, Semangun H, editor. Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit. Bab 1. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada Univ Pr. hlm 1-318. Pahan I. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit (Manajemen Agribisnis Hulu hingga Hilir). Prayugo S, Armando R, editor. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
34 Pardamean M. 2011. Sukses Membuka Kebun dan Pabrik Kelapa Sawit. Prayugo S, editor. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. [PPKS] Pusat Penelitian Kelapa Sawit. 2007. Budi Daya Kelapa Sawit. Medan (ID): PPKS. Pulungan HS, Mangoensoekarjo S. 2003. Manajemen sumber daya manusia, keuangan, dan pemasaran. Di dalam: Mangoensoekarjo S, Semangun H, editor. Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit. Bab 3. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada Univ Pr. hlm 487-579. Rawi DFA, Hariyadi P, Budijanto S. 2004. Kajian hidrolisis enzimatis minyak sawit secara in situ. Forum Pascasarjana. 27(2):135-143. Risza S. 2009. Kelapa Sawit (Upaya Peningkatan Produktivitas). Yogyakarta (ID): Kanisius. Santosa E, Sulistyo H, Dharmawan I. 2011. Peramalan produksi kelapa sawit menggunakan peubah agroekologi di kalimantan selatan. J Agron Indonesia. 39(3):193-199. Sastrosayono S. 2003. Budi Daya Kelapa Sawit. Jakarta (ID): Agromedia Pustaka. Setyamidjaja D. 2006. Kelapa Sawit (Tehnik Budi Daya, Panen, Pengolahan). Yogyakarta (ID): Kanisius. Soepadiyo M, Haryono S. 2005. Managemen Agronomi Kelapa Sawit. Cetakan ke2. Yoyakarta (ID): Gadjah Mada University Press. Sunarko. 2007. Petunjuk Praktis Budi Daya dan Pengolahan Kelapa Sawit. Yulia T, editor. Jakarta (ID): Agromedia Pustaka. Sunarko. 2009. Budi Daya dan Pengelolaan Kebun Kelapa Sawit dengan Sistem Kemitraan. Jakarta (ID): Agromedia Pustaka. Sutrisno L, Winahyu R. 1991. Kelapa Sawit: Kajian Sosial Ekonomi. Yogyakarta (ID): Aditya Media. Tim Pengembangan Materi LPP. 2010. Budi Daya Tanaman Kelapa Sawit. Edisi Revisi Kedua. Yogyakarta(ID): LPP Press. Trismiaty, Listyani, Mubaraq TZ. 2008. Manajemen tenaga kerja panen kelapa sawit di PT Perkebunan III (Persero) Kebun Aek Nabara Selatan Labuhan Batu Sumatera Utara. Buletin Ilmiah Instiper. 15(1):15-23. Wigena IGP, Siregar H, Sudradjat, Sitorus SRP. 2009. Desain model pengelolaan kebun kelapa sawit plasma berkelanjutan berbasis pendekatan sistem dinamis (studi kasus kebun kelapa sawit plasma PTP Nusantara V Sei Pagar, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau). Jurnal Agro Ekonomi. 27(1):81-108. Winarna, Fadli ML, Wiratmoko D, Sutarta ES. 2007. Karakteristik tanah dari bahan aluvial ash dan kesesuaiannya untuk tanaman kelapa sawit. Jurnal Penelitian Kelapa Sawit. 14(2):69-82.
35
LAMPIRAN
Uraian kegiatan
Tiba di Learning Center First Resources Pembekalan oleh Senior Manager Tiba di lokasi magang Kebun SAH Pemanenan Pemanenan Pemupukan Pengangkutan TBS Pemanenan Libur Pemanenan Pemanenan Sensus pokok Diskusi bersama Kepala Administrasi Sensus BJR Sensus BJR Libur Pemanenan Sensus BJR Sensus burung hantu Sensus burung hantu Pengankutan TBS Olahraga Libur
Tanggal
09/02/2013 10/02/2013 11/02/2013 12/02/2013 13/02/2013 14/02/2013 15/02/2013 16/02/2013 17/02/2013 18/02/2013 19/02/2013 20/02/2013 21/02/2013 22/02/2013 23/02/2013 24/02/2013 25/02/2013 26/02/2013 27/02/2013 28/02/2013 01/03/2013 02/03/2013 03/03/2013 6 ha 6 ha 8 ha 10 ton 6 ha 6 ha 6 ha 10 ha
6 ha
11 ton
4 ha 4 ha 5 ha 10 ha
5 ha
40 kg
3 ha 3 ha 8 ha
4 ton
3 ha
3 ha 3 ha 10 ha
3 ha 3 ha 8 ha 4 ton 3 ha
Prestasi Kerja Penulis Karyawan Standar
Lampiran 1 Jurnal harian kegiatan magang sebagai KHL Kebun SAH
LC First Resources Ltd. LC First Resources Ltd. Kebun SAH Blok C37-C40 Blok D35-D38 Blok A34 Blok A37-A40 Blok B37-B40 Mess Kebun SAH Blok D39-D40 Blok D35-D38 KKPA Harapan Mulya Kantor Kebun SAH Blok B37, B38, C39 dan C40 Blok C37, C38, D39 dan D40 Mess Kebun SAH Blok D35-D38 Blok A34, A35, B35 dan B36 Blok C dan D Blok A dan B Blok C37-C40 Lapangan bola Kebun SAH Mess Kebun SAH
Lokasi
Bpk. Ujung Bpk. Adi K Bpk. Adi K Bpk. Adi K Bpk. Mawardi
Bpk. Ujung Bpk. Sujal Bpk. Aidil Bpk. Ilham Khalid Bpk. Adi K Bpk. Adi K
Bpk. Ujang Bpk. Benjamin Basuki Bpk. Atmojo Bpk. Ujung Bpk. Sujal Bpk. Hendrik Bpk. Sitohang Bpk. Ujung
Keterangan
42
36
Adminitrasi Infus akar Infus akar Adminitrasi Pengangkutan TBS Olahraga Libur
04/03/2013 05/03/2013 06/03/2013 07/03/2013 08/03/2013 09/03/2013 10/03/2013 1 ha 1 ha 10 ton
1 ha 1 ha 40 kg
4 ton
1 ha 1 ha
Prestasi kerja Penulis Karyawan Standar
Uraian kegiatan
Pengawasan panen Libur hari raya nyepi Pengawasan panen Efisiensi panen Efisiensi panen Efisiensi panen Libur Pengawasan pemupukan Pengawasan pemupukan Pengawasan panen
Tanggal
11/03/2013 12/03/2013 13/03/2013 14/03/2013 15/03/2013 16/03/2013 17/03/2013 18/03/2013 19/03/2013 20/03/2013 7 8 14
16
30.27 31.54 90.61
181.5
7 7 7
7 7 7 7
Mess Kebun SAH Blok C37 Blok A36 Blok C37-C39
Bpk. Hendrik Bpk. Hendrik Bpk. Sujal
Bpk. Sujal Bpk. Atmojo Bpk. Atmojo Bpk. Atmojo
Bpk. Sujal
Keterangan
Bpk. Adi K Bpk. Sitohang Bpk. Sitohang Bpk. Adi K Bpk. Mawardi
Keterangan
Blok A39-A40 dan B37-B40
Blok A36-A40
Lokasi
Kantor Afdeling I Blok D40 Blok D39 Kantor Afdeling I Blok D35-D38 Lapangan bola Kebun SAH Mess Kebun SAH
Lokasi
Prestasi kerja penulis Jumlah HK Luas areal Lama yang diawasi yang diawasi kegiatan (orang) (ha) (jam) 11 78.85 7
Lampiran 2 Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping mandor Kebun SAH
Uraian kegiatan
Tanggal
Lampiran 1 Jurnal harian kegiatan magang sebagai KHL Kebun SAH (Lanjutan)
43
37
Uraian kegiatan
Pengawasan chemist Perawatan Musholla Afdeling Kegiatan mencari jejak Libur Administrasi Pengawasan penunasan Pengawasan panen Pengawasan panen Libur hari Wafat Isa Al-Masih Olahraga Libur Supervisi Pengawasan pengangkutan TBS Pengawasan panen Mengajar siswa SMKN 2 Kepenuhan Pengawasan panen Olahraga Libur Pengecekan mutu buah di TPH Pengecekan mutu buah di TPH Pengawasan panen
Tanggal
21/03/2013 22/03/2013 23/03/2013 24/03/2013 25/03/2013 26/03/2013 27/03/2013 28/03/2013 29/03/2013 30/03/2013 31/03/2013 01/04/2013 02/04/2013 03/04/2013 04/04/2013 05/04/2013 06/04/2013 07/04/2013 08/04/2013 09/04/2013 10/04/2013 29.7 119.7 152.67
150.05 119.7 126.16
120.31 149.06 115.09
8 12 14
4 14 13
4 4 18
7 7 7
7 7 7 7
7 7 7
Prestasi kerja penulis Jumlah HK Luas areal Lama yang diawasi yang diawasi kegiatan (orang) (ha) (jam) 7 32.42 7
Lapangan bola Kebun SAH Mess Kebun SAH Kantor Kebun SAH Blok C37-C38 dan D38-40 Blok D35-D38 SMKN 2 Kepenuhan Blok A36-A39 Lapangan bola Kebun SAH Mess Kebun SAH Blok C37-C40 Blok D36-D40 Blok B35, B36, C35 dan C36
Blok A34 Pondok karyawan Afdeling I Lapangan bola Kebun SAH Mess Kebun SAH Kantor Afdeling I Blok C40 Blok D35-D38 Blok A34-A36 dan B35-B36
Lokasi
Lampiran 2 Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping mandor Kebun SAH (Lanjutan)
44
Bpk. Mawardi Bpk. Sitohang Bpk. Sujal
Bpk. Sudirman Bpk. Sitohang Bpk. Sujal Bpk. Aidil Bpk. Ujung
Bpk. Adi K Bpk. Ujung Bpk. Ujung Bpk. Sujal
Bpk. Santo Bpk. Adi K Bpk. Atmojo
Keterangan
38
Uraian kegiatan
Pengawasan panen Pengawasan panen Olahraga Libur Belajar mengenai pembibitan Belajar mengenai TBM Istirahat Belajar mengenai lubang tanam Belajar mengenai penanaman dan LC Pengawasan panen Libur Pengawasan panen LSU Pengukuran kapling Plasma Pengukuran kapling Plasma Pengukuran kapling Plasma Pengawasan penguntilan dan panen Libur Pengukuran kapling Plasma Pengawasan panen dan penunasan
Tanggal
11/04/2013 12/04/2013 13/04/2013 14/04/2013 15/04/2013 16/04/2013 17/04/2013 18/04/2013 19/04/2013 20/04/2013 21/04/2013 22/04/2013 23/04/2013 24/04/2013 25/04/2013 26/04/2013 27/04/2013 28/04/2013 29/04/2013 30/04/2013 157.7
188.42
2 2
146.79 28.83
2 2 2 2 3
119.27
2
7 7
7 7 7 7 7 7
7 7 7
7 7
Prestasi kerja penulis Jumlah Luas areal Lama mandor yang yang kegiatan diawasi diawasi (jam) (orang) (ha) 2 158.56 7 2 153.46 7
Lampiran 3 Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping field assistant Kebun SAH
Blok A34-A38 Blok A38-A40 dan B39-B40 Lapangan bola Kebun SAH Mess Kebun SAH PT PISP II PT PISP II PT GSI PT GSI PT GSI Blok C37 dan D38-D40 Mess Kebun SAH Blok C35-C36 dan D35-D37 Blok D35 KUD Mulya Mandiri KUD Mulya Mandiri KUD Mulya Mandiri Gudang pupuk dan Blok panen Mess Kebun SAH KUD Mulya Mandiri Blok panen dan blok penunasan
Lokasi
Bpk. Adi K Bpk. Adi K
Bpk. Adi K Bpk. Adi K Bpk. Adi K Bpk. Adi K Bpk. Adi K Bpk. Adi K
Bpk. Sis Bagio Bpk. Sis Bagio Bpk. Adi K
Bpk. Sunni Bpk. Harahap
Bpk. Adi K Bpk. Adi K
Keterangan
45
39
Uraian kegiatan
Pengawasan panen dan penunasan Pengawasan panen dan penunasan Pengawasan panen dan penunasan LSU Libur LSU Pengawasan panen LSU dan pengawasan panen Libur hari kenaikan Isa Al-Masih LSU dan pengawasan panen LSU dan pengawasan panen Libur LSU dan pengawasan panen LSU dan pengawasan panen LSU dan pengawasan panen LSU dan pengawasan panen LSU dan pengawasan panen LSU dan pengawasan panen Libur Administrasi
Tanggal
01/05/2013 02/05/2013 03/05/2013 04/05/2013 05/05/2013 06/05/2013 07/05/2013 08/05/2013 09/05/2013 10/05/2013 11/05/2013 12/05/2013 13/05/2013 14/05/2013 15/05/2013 16/05/2013 17/05/2013 18/05/2013 19/05/2013 20/05/2013 234.70 233.79 213.66 212.65 212.7 212.9 238.06 155.13
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1
60.34 187 208.53
7
7 7 7 7 7 7
7 7
7 7 7
Prestasi kerja penulis Jumlah Luas areal Lama mandor yang yang kegiatan diawasi diawasi (jam) (orang) (ha) 2 185.41 7 2 179.92 7 2 177.57 7 58.10 7
Kantor Afdeling I
Blok LSU dan blok panen Blok LSU dan blok panen Blok LSU dan blok panen Blok LSU dan blok panen Blok LSU dan blok panen Blok LSU dan blok panen
Blok LSU dan blok panen Blok LSU dan blok panen
Blok panen dan blok penunasan Blok panen dan blok penunasan Blok panen dan blok penunasan Blok D40 dan C40 Mess Kebun SAH Blok C38 dan C39 Blok A37-A40 dan B40 Blok LSU dan blok panen
Lokasi
Lampiran 3 Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping field assistant Kebun SAH (Lanjutan)
46
Bpk. Aidil
Bpk. Aidil Bpk. Aidil Bpk. Aidil Bpk. Aidil Bpk. Aidil Bpk. Aidil
Bpk. Aidil Bpk. Aidil
Bpk. Aidil Bpk. Aidil Bpk. Aidil
Bpk. Aidil Bpk. Aidil Bpk. Aidil Bpk. Aidil
Keterangan
40
Uraian kegiatan
Administrasi Belajar mengenai stasiun timbangan Belajar mengenai Laboratorium PKS Belajar mengenai proses di PKS Libur hari raya Waisak Pembuatan laporan magang Pembuatan laporan magang Presentasi laporan magang Perbaikan laporan Perbaikan laporan Olahraga Libur ACC laporan magang Kembali ke Learning Center Presentasi dari Senior Manger Isra Miraj Nabi Muhammad SAW Presentasi laporan magang Diskusi bersama Asisten Training Libur Perjalanan pulang
Tanggal
21/05/2013 22/05/2013 23/05/2013 24/05/2013 25/05/2013 27/05/2013 28/05/2013 29/05/2013 30/05/2013 31/05/2013 01/06/2013 02/06/2013 03/06/2013 04/06/2013 05/06/2013 06/06/2013 07/06/2013 08/06/2013 09/06/2013 10/06/2013
Prestasi kerja penulis Jumlah Luas areal Lama mandor yang yang kegiatan diawasi diawasi (jam) (orang) (ha) 1 7
Kantor Afdeling I Kantor Afdeling I Kantor Kebun SAH Kantor Kebun SAH Kantor Kebun SAH Lapangan bola Kebun SAH Mess Kebun SAH Kantor Kebun SAH LC First Resources Ltd. LC First Resources Ltd. LC First Resources Ltd. LC First Resources Ltd. LC First Resources Ltd. LC First Resources Ltd.
Kantor Afdeling I PKS Kebun SAH PKS Kebun SAH PKS Kebun SAH
Lokasi
Lampiran 3 Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping field assistant Kebun SAH (Lanjutan)
Bpk. Luki Bpk. Ujang
Bpk. Atmojo Bpk. Ujang Bpk. Benjamin
Bpk. Atmojo Bpk. Ujang
Bpk. Aidil Bpk. Ridwan Bpk. Ridwan Bpk. Ridwan
Keterangan
47
41
42 Lampiran 4 Peta inti Kebun SAH
Sumber: Kantor Kebun SAH (2013)
42
HH 9 5 9 7 8 5 7 6 4 10 15 12 97
2005 CH 113.9 82.0 204.5 100.5 199.5 62.0 134.0 145.0 49.5 184.0 256.5 192.0 1 723.4 9 1
2006 HH CH 8 127.0 14 349.0 8 190.0 9 178.0 7 173.0 6 87.0 3 81.0 3 101.0 9 201.0 7 117.0 11 130.0 7 184.0 92 1 918.0 10 0
2007 2008 HH CH HH CH 6 199.0 10 165.0 7 190.0 9 190.0 7 228.0 15 522.0 9 307.0 10 250.0 10 218.0 7 180.0 5 83.0 10 299.0 9 156.0 8 485.0 5 90.0 8 305.0 12 156.0 8 325.0 10 226.0 10 370.0 5 95.0 4 190.0 11 200.0 16 187.5 96 2 148.0 115 3 468.5 9 12 0 0
2009 HH CH 13 203.5 8 218.0 14 356.0 10 246.0 6 151.0 3 60.0 3 80.0 12 264.0 7 183.0 8 237.0 10 257.0 19 330.0 113 2 585.5 10 0
2010 2011 HH CH HH CH 13 303.0 17 321.00 7 180.0 8 173.67 10 209.0 11 251.42 8 143.0 15 222.58 9 96.0 11 178.99 10 209.0 8 152.17 7 133.0 6 58.63 4 86.0 12 229.96 11 188.0 9 135.25 9 128.0 11 166.08 12 123.0 19 429.67 11 156.0 20 492.67 111 1 954.0 147 2 812.09 10 11 0 1
= 3.658 (Tipe iklim A: daerah sangat basah)
HH = Hari hujan, CH = Curah hujan, BB = Bulan basah (>100 mm), BK = Bulan kering (<60 mm) Rata-rata BB: 10.25 bulan Q = Rata-rata BK × 100% Rata-rata BK: 0.375 bulan Rata-rata BB Rata-rata CH: 2 616.79 mm per tahun = 0.375 × 100% Rata-rata HH: 119.13 hari per tahun 10.25
Sumber: Kantor Kebun SAH (2013)
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total BB BK
Bulan
Lampiran 5 Data curah hujan Kebun SAH tahun 2005-2012 HH 10 12 12 13 7 4 15 8 15 50 21 15 182
2012 CH 213.83 300.15 259.03 391.67 551.23 41.80 332.00 477.00 234.98 533.99 457.31 531.84 4 324.83 11 1
43
Field Asst Plasma
Sumber: Kantor Kebun SAH (2013)
Field Asst Plasma
Asst LA
Field Manager
HUMREG
Field Asst Plasma
Field Assistant
Field Asst Plasma
Ka. Timbangan
Field Asst Plasma
Asst Lab
Asst Teknik/Civil
Field Asst Plasma
Asst Maintenance
Field Assistant
Asst HR
General Manager
Ka. Administrasi Field Assistant
Field Manager
Lampiran 6 Struktur organisasi Kebun SAH
46
Asst process
Asst process
Ka. Satpam
Asst Sortasi
ASKEP PKS
Mill Manager
44
42
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Madiun, Jawa timur pada tanggal 10 Desember 1990 dari keluarga Ayahanda Ir Agung Nugroho dan Ibunda Ir Putirah. Penulis adalah putra pertama dari tiga bersaudara. Penulis menyelesaikan sekolah menengah pertama di SMP Negeri 1 Madiun pada tahun 2006 dan menyelesaikan sekolah menengah atas di SMA Negeri 2 Madiun pada tahun 2009. Penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor melalui Ujian Talenta Mandiri IPB (UTMI) pada tahun 2009. Selama masa perkuliahan penulis pernah mengikuti kegiatan IPB Goes to Field 2011 dengan tema “Pengembangan Wilayah Agropolitan di Kabupaten Pekalongan, Provinsi Jawa Tengah”. Penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Ilmu Tanaman Pangan pada tahun ajaran 2012/2013. Penulis juga aktif di beberapa organisasi dan kegiatan kepanitiaan seperti Organisasi Mahasiswa Daerah (PASMAD) Madiun tahun 2010-2012, Himpunan Mahasiswa Agronomi dan Hortikultura (HIMAGRON) tahun 2010-2012 dan kepanitiaan Festival Bunga dan Buah Nusantara (FBBN) 2013.