MANAJEMEN PEMUPUKAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN BANGUN BANDAR PT. SOCFIN INDONESIA SUMATERA UTARA
PRAWINATA DESIAN GULTOM A24120132
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Bangun Bandar PT. Socfin Indonesia, Sumatera Utara adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Desember 2016
Prawinata Desian Gultom NIM A24120132
ABSTRAK PRAWINATA DESIAN GULTOM. Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Bangun Bandar PT.Socfin Indonesia, Sumatera Utara. Dibimbing oleh HARIYADI. Kegiatan magang ini dilaksanakan di Kebun Bangun Bandar PT. Socfin Indonesia, Sumatera Utara sejak Februari sampai Juni 2016. Tujuan kegiatan ini adalah meningkatkan kemampuan mahasiswa agar dapat memahami dan melaksanakan proses kerja secara nyata, meningkatkan pengetahuan tentang budidaya kelapa sawit dan kemampuan teknis lapangan serta manajerial dalam melaksanakan kegiatan pengelolaan kebun kelapa sawit. Budidaya yang tepat mempengaruhi hasil TBS dan salah satu budidaya yang penting adalah pemupukan. Aspek khusus pengamatan manajemen pemupukan konsep 5 tepat pemupukan (5T) yaitu tepat jenis, dosis, waktu, cara dan tempat. Pemupukan di Kebun Bangun Bandar sudah memenuhi kriteria tepat jenis. Ketepatan dosis untilan di Kebun Bangun Bandar sudah sesuai dengan standar kebun, tetapi ketepatan dosis aplikasi di lapangan masih belum sesuai dengan rekomendasi. Prinsip ketepatan waktu, cara dan tempat masih belum berlangsung dengan baik. Kata kunci: budidaya, kelapa sawit, manajemen pemupukan
ABSTRACT PRAWINATA DESIAN GULTOM. Fertilization Management of Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) Mature Plant at Bangun Bandar Estate, PT Socfin Indonesia, North Sumatera. Supervised by HARIYADI. This internship took place at Bangun Bandar Estate, PT. Socfin Indonesia, North Sumatera from February until June 2016. The aim of this activity was to improve the student ability trough understanding and carrying out a process of a work as real, increase knowledge of palm oil cultivation and technical abilities in the field and managerial aspect of palm oil plantation. A method of the implementation of the apprentice consisting of both the technical aspects and management. Apropriate cultivation will imply on fresh fruit bunch production, including fertilizer application. In Bangun Bandar Estate, fertilizer application must be implemented recording to standard operating procedure as exactly on fertilizer kind, dossage, time, method, and place of application. Key words: cultivation, palm oil, fertilizing management
MANAJEMEN PEMUPUKAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN BANGUN BANDAR PT. SOCFIN INDONESIA SUMATERA UTARA
PRAWINATA DESIAN GULTOM A24120132
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Agronomi dan Hortikultura
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
Judul Skripsi : Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit ( Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Bangun Bandar PT. Socfin Indonesia, Sumatera Utara Nama : Prawinata Desian Gultom NIM : A24120132
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Karya ilmiah yang berjudul Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit ( Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Bangun Bandar PT. Socfin Indonesia, Sumatera Utara merupakan bagian dari skripsi untuk meraih gelar Sarjana Pertanian di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Terima kasih diucapkan kepada semua pihak yang membantu dalam pelaksanaan magang, yaitu : 1. Bapak Dr. Ir. Hariyadi, MS. selaku pembimbing atas bimbingan, arahan, dan petunjuk selama pelaksanaan magang dan penyusunan skripsi. 2. Bapak Pdt. Biden Gultom dan Ibu Sinta Uli Sinaga sebagai orang tua yang selalu memberi semangat dan kasih sayang sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dengan baik. 3. Bapak Toga selaku Manajer, Bapak Ricky selaku Asisten Kepala, serta Bapak Sigit selaku Asisten Afdeling I yang memberikan pengarahan dan bimbingan selama magang. 4. Dr. Ir. Abdul Qadir, MSi. selaku pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan selama melaksanakan studi. 5. Saudara Dharmika, Buldani, Sormin, Raka, Habib, Wanul, Puput, dan lain-lain yang telah memberi dukungan dan bantuan untuk penulis dapat menyelesaikan skripsi dan meraih gelar sarjana. Bogor, Desember 2016
Prawinata Desian Gultom
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN
xiii xiii xiii
PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Magang
1 1 1
TINJAUAN PUSTAKA
2
METODE MAGANG Waktu dan Tempat Metode Pelaksanaan Pengamatan dan Pengumpulan Data Analisis Data dan Informasi
4 4 4 4 6
KEADAAN UMUM Profil Perusahaan Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah Luas Areal dan Tata Guna Lahan Keadaan Tanaman dan Produksi Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan
6 6 6 7 7 7 7
HASIL DAN PEMBAHASAN Aspek Teknis Aspek Manajerial Pembahasan
8 8 22 23
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran
29 29 30
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
31 33 47
DAFTAR TABEL 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Jumlah Tenaga Kerja di Kebun Bangun Bandar April 2016 Standar tunas pelepah berdasarkan umur tanaman Ketepatan dosis untilan di Kebun Bangun Bandar Ketepatan dosis aplikasi pemupukan di Kebun Bangun Bandar Ketepatan aplikasi waktu pemupukan Kebun Bangun Bandar 2016 Jenis pupuk yang digunakan di Kebun Bangun Bandar Divisi I tahun 2016 7. Pengamatan ketepatan cara penebaran pupuk di Kebun Bangun Bandar Divisi I 8. Pengamatan ketepatan tempat penebaran pupuk 9. Hasil pengamatan difisiensi unsur hara 10. Pengamatan kehilangan pupuk di Kebun Bangun Bandar
8 10 17 17 18 18 19 19 20 29
DAFTAR GAMBAR 1 Pembibitan di Kebun Bangun Bandar 2 Proses panen dengan egrek
9 21
DAFTAR LAMPIRAN 1.
Jurnal harian sebagai karyawan harian lepas di Kebun Bangun Bandar PT. Socfin Indonesia 2. Jurnal harian sebagai pendamping mandor di Kebun Bangun Bandar PT. Socfin Indonesia 3. Jurnal harian sebagai pendamping asisten di Kebun Bangun Bandar PT. Socfin Indonesia 4. Struktur Organisasi Kebun Bangun Bandar PT. Socfin Indonesia 5. Stuktur Organisasi Divisi I Kebun Bangun Bandar PT. Socfin Indonesia 40 6. Peta Lokasi Kebun Bangun Bandar 7. Data produksi Kebun Bangun Bandar 5 tahun terakhir 8. Curah hujan 5 tahun terakhir 9. Luas areal tanaman menghasilkan Kebun Bangun Bandar PT. Socfin Indonesia 2016 10. Luas areal tanaman belum menghasilkan Kebun Bangun Bandar PT. Socfin Indonesia 2016 11. Luas seluruh tanaman kelapa sawit Kebun Bangun Bandar PT. Socfin Indonesia 2016 12. Tata guna lahan Kebun Bangun Bandar 2016
35 36 37 39
41 42 43 44 45 45 46
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Kelapa sawit merupakan salah satu komoditi hasil perkebunan yang mempunyai peran cukup penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia. Kelapa sawit juga salah satu komoditas ekspor Indonesia yang cukup penting sebagai penghasil devisa Negara sesudah minyak dan gas. Indonesia merupakan negara produsen dan eksportir kelapa sawit terbesar dunia. Selain peluang ekspor yang semakin terbuka, pasar minyak sawit dan minyak inti sawit di dalam negeri masih cukup besar (BPS, 2014). Industri kelapa sawit mempunyai peranan sebagai sumber lapangan pekerjaan dan meningkatkan pendapatan bagi masyarakat sekitarnya. Menurut data dari Ditjenbun (2013), Indonesia merupakan salah satu negara produsen kelapa sawit yang terus berkembang. Perkembangan luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia selama sepuluh tahun terakhir terus meningkat hingga mencapai 10,01 juta hektar pada tahun 2013 dan merupakan perkebunan kelapa sawit yang terluas di dunia. Perkembangan produksi minyak sawit CPO (crude palm oil) meningkat sejalan dengan luas areal. Tahun 2009 produksi CPO sebesar 21,39 juta ton, meningkat menjadi 27,78 juta ton pada tahun 2013 (BPS, 2014). Peningkatan produksi kelapa sawit selain dengan cara perluasan areal, dapat juga dilakukan dengan tindakan intensifikasi. Salah satu tindakan intensifikasi yang penting pada kelapa sawit adalah pemupukan. Pemupukan merupakan salah satu upaya untuk menyediakan unsur hara yang cukup guna mendorong pertumbuhan vegetatif tanaman dan produksi, ketahanan terhadap hama dan penyakit, serta dapat mengatasi persaingan unsur hara dengan gulma. (Sukmo, 2014). Kemampuan tanah dalam penyediaan unsur hara secara terus-menerus bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman kelapa sawit yang berumur panjang sangat terbatas. Terkait beberapa hal tersebut diperlukan manajemen pemupukan yang efektif dan efisien untuk melengkapi penyediaan unsur hara di dalam tanah sehingga dapat meningkatkan kesuburan tanah yang menyebabkan tingkat produksi tanaman menjadi relatif stabil (Pahan, 2011). Menurut Lubis (2008), pemupukan tanaman menghasilkan (TM) sangat penting diperhatikan baik jenis, dosis, waktu, cara dan penempatan pemupukan, karena biaya pemupukan sangat besar yaitu dapat mencapai 60% dari biaya perawatan. Sehingga dalam upaya peningkatan produktivitas tanaman kelapa sawit, diperlukan penggunakan pupuk secara efektif dan efisien dalam manajemen pemupukan. Tujuan Magang Kegiatan magang secara umum bertujuan untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa agar dapat memahami dan melaksanakan proses kerja secara nyata, serta meningkatkan pengetahuan tentang budidaya kelapa sawit dan kemampuan teknis lapangan serta manajerial dalam melaksanakan kegiatan pengelolaan kebun kelapa
2 sawit. Tujuan khusus dari kegiatan magang adalah mempelajari pengelolaan manajemen pemupukan tanaman kelapa sawit, mencakup efisiensi dan efektivitas pemupukan yang dilakukan oleh tenaga kerja pemupukan di perkebunan.
TINJAUAN PUSTAKA Tanaman kelapa sawit berasal dari benua Afrika. Delta Nigeria merupakan tempat dimana fosil tepung sari dari kata miosen yang bentuknya sangat mirip dengan tepung sari kelapa sawit sekarang. Spesies liar yang ada di Amerika diasumsikan keluar dari Afrika mengikuti perjalanan manusia pada zaman prasejarah (Pahan, 2011). Dunia botani mengklasifikasikan semua tumbuhan untuk memudahkan dalam identifikasi secara ilmiah. Tanaman kelapa sawit termasuk ordo monokotil. Bagian vegetatif kelapa sawit meliputi akar (radix), batang (caulis), dan daun (folium). Batang kelapa sawit tumbuh tegak lurus ke atas dan berbentuk slindris. Daun kelapa sawit bersirip genap dan bertulang sejajar. Akar keluar dari pangkal batang sangat banyak jumlahnya dan terus bertambah banyak dengan bertambahnya umur tanaman (Setyamidjaja, 2006). Menurut Sastrosayono (2003), kelapa sawit memerlukan persyaratan tertentu untuk tumbuh dan berproduksi optimal antara lain letak tinggi tempat dari atas permukaan laut, topografi dan iklim. Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dan berbuah pada lahan dengan ketinggian diatas 500 m diatas permukaan laut. Namun secara ekonomis tanaman kelapa sawit hanya akan menguntungkan bila ditanam di lahan dengan ketinggian maksimum 400 m di atas permukaan laut. Salah satu kegiatan penting yang berpengaruh dalam pertumbuhan kelapa sawit yaitu kegiatan pemeliharaan. Salah satu dari kegiatan pemeliharaan yang memerlukan perhatian intensif yaitu pemupukan. Pemupukan sangat bermanfaat untuk meningkatkan kesuburan tanah yang juga akan berdampak pada peningkatan produksi tanaman yang relatif stabil, serta meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan penyakit dan pengaruh iklim yang tidak menguntungkan. Pemupukan juga bermanfaat untuk melengkapi persediaan unsur hara di dalam tanah sehingga kebutuhan tanaman terpenuhi dan pada akhirnya tercapai daya hasil (produktivitas) yang maksimal. Pupuk juga menggantikan unsur hara yang hilang karena pencucian dan terangkut melalui produk yang dihasilkan (Sunarko, 2008). Praktik pemupukan memberi kontribusi yang sangat luas dalam meningkatkan produksi dan kualitas produk yang dihasilkan. Salah satu efek pupuk yang bermanfaat yaitu meningkatkan kesuburan tanah yang menyebabkan tingkat produktivitas tanaman menjadi relatif stabil serta meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan penyakit dan pengaruh iklim yang tidak menguntungkan. Pemupukan juga bermanfaat melengkapi persediaan unsur hara di dalam tanah sehingga kebutuhan tanaman terpenuhi dan pada akhirnya tercapai daya hasil (produktivitas) yang maksimal. Pupuk juga menggantikan unsur hara yang hilang karena pencucian dan terangkut melalui hasil panen (TBS) serta memperbaiki kondisi yang tidak menguntungkan atau mempertahankan kondisi
3 tanah yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan kelapa sawit (Setyamidjaja, 2006). Menurut Risza (1994), pemupukan memerlukan biaya yang sangat tinggi, maka perlu diterapkan pedoman pemupukan 5 tepat yakni tepat jenis, dosis, waktu aplikasi, cara dan tempat pemupukan. Tepat jenis pupuk berkaitan dengan unsurunsur yang harus diberikan seperti N, P, K, Mg, dan B, dalam berbagai jenis pupuk buatan seperti Urea, ZA (Zwavelzuur Amonium), RP (Rock Phosfate), TSP (Triple Super Phosfate), JRP (Jordan Rock Phosfate), CRP (China Rock Phosfate), CIRP (Chrismast Island Rock Phosfate), MOP (Muriate Of Potash), Kiserit, Dolomite, Borate, dan sebagainya. Unsur hara yang disediakan oleh pupuk tidak semua diserap oleh tanaman. Hal ini dapat disebabkan hilangnya pupuk akibat penguapan, pemupukan yang kurang efektif dan efisien serta faktor iklim di lapangan. Kekurangan unsur hara tersebut dapat menyebabkan tanaman mengalami defisiensi hara. Menurut Adiwiganda (2005), gejala defisiensi salah satu unsur hara dapat dideteksi secara visual pada daun. Kelainan pada daun mengindikasikan bahwa tanaman mengalami defisiensi unsur hara tertentu pada tingkat defisiensi yang cukup lanjut. Menurut Pahan (2011), persiapan pemupukan terbagi menjadi tiga yaitu persiapan pupuk, organisasi penguntilan dan persiapan lapangan. Karung bekas (bekas pembungkus pupuk) dikumpulkan oleh tim pengecer dan disusun di tempat untilan. Selanjutnya, karung tersebut diserahkan ke kantor afdeling guna memastikan jumlah untilan yang dibawa ke lapangan sekaligus mengecek apakah seluruh pupuk sudah ditabur dan tidak ada yang hilang. Diperlukan diagnosis kebutuhan pupuk yang tepat agar pupuk yang diberikan sesuai dengan yang dibutuhkan tanaman. Menurut Sunarko (2008), diagnosis kebutuhan pupuk dilakukan untuk mengetahui jumlah pupuk yang harus diaplikasikan. Hal tersebut penting untuk diperhatikan agar diperoleh hasil yang optimal. Diagnosis dapat dilakukan dengan menggunakan 3 metode, yaitu diagnosis secara kimia, diagnosis berdasarkan hasil percobaan pemupukan, dan diagnosis secara visual. Diagnosis secara kimia dilakukan dengan melakukan analisis tanah dan analisis daun. Diagnosis secara kimia lebih akurat dan ilmiah jika dibandingkan dengan diagnosis secara visual. Sastrosayono (2003) berkata bahwa metode diagnosis kebutuhan hara berdasarkan hasil percobaan pemupukan dilakukan dengan mengambil informasi dari blok-blok pengamatan yang ada di kebun, dengan pencatatan produksi yang dilakukan dengan sangat akurat. Diagnosis secara visual dilakukan dengan pengamatan langsung dengan memperhatikan kriteria perbandingan warna hijau daun dengan warna hijau yang baku (hijau gelap), adanya tanda dan gejala (symptom) defisiensi hara dan membandingkan pertumbuhan tanaman dengan plot tanaman yang tidak mendapat pemupukan (teknik widow).
4
METODE MAGANG Waktu dan Tempat Pelaksanaan kegiatan magang dimulai pada tanggal 9 Februari 2016 sampai dengan 8 Juni 2016. Kegiatan magang ini dilakukan di Kebun Bangun Bandar, PT. Socfin Indonesia yang terletak di Kecamatan Dolok Masihul, Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara. Metode Pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan magang terdiri atas dua aspek yaitu aspek teknis dan manajerial. Jadwal di kebun telah ditetapkan sebelumnya dan disetujui oleh pihak kebun. Pengamatan khusus kegiatan magang diperoleh dari kegiatan di lapangan dan pengumpulan data sekunder. Aspek teknis pelaksanaan magang yaitu penulis diposisikan sebagai karyawan harian lepas (KHL) selama satu bulan pertama. Pada aspek ini penulis melakukan seluruh kegiatan yang berkaitan dengan perawatan dan pemanenan kebun. Aspek manajerial pelaksanaan magang yaitu penulis diposisikan sebagai pendamping Mandor pada bulan kedua dan pendamping Asisten Kebun pada bulan ketiga dan keempat. Posisi sebagai pendamping mandor, penulis mempelajari kewenangan dan tanggungjawab sebagai seorang mandor tentang pengawasan dan koordinasi tenaga kerja yang dilakukan di kebun. Posisi sebagai pendamping Asisten Divisi, penulis dilibatkan dalam kegiatan manajerial tingkat divisi, misalnya menyusun rencana kerja divisi, melaksanakan rencana kerja yang telah disusun, mengawasi pelaksanaan pekerjaan yang telah dijadwalkan, dan mengevaluasi pekerjaan yang telah dilaksanakan. Secara khusus kegiatan magang diarahkan pada aspek pengamatan tentang manajemen pemupukan kelapa sawit yaitu dengan cara mengikuti seluruh rangkaian kegiatan yang berkaitan dengan pemupukan dan analisis seluruh proses manajemen distribusi pupuk dari gudang penyimpanan pupuk hingga diaplikasikan ke lahan. Penulis juga mempelajari tentang pengelolaan analisis daun, rekomendasi pemupukan, pengawasan tenaga kerja dan kegiatan pemupukan. Perolehan informasi juga diperoleh dengan cara melakukan wawancara pada beberapa staff dan karyawan di kebun terkait manajemen pemupukan. Pengamatan dan Pengumpulan Data Pengumpulan data yang akan dilakukan penulis yaitu pengumpulan data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh penulis ketika mengikuti kegiatan di lapangan, diskusi maupun wawancara dengan Mandor dan Asisten Divisi serta melalui pengamatan di kebun. Pengamatan yang dilakukan penulis terutama terhadap aspek-aspek yang berhubungan dengan pemupukan yaitu:
5 1. Ketepatan cara pemupukan Data ketepatan cara pemupukan diperoleh dengan mengamati cara pemupukan yang digunakan serta mengukur jarak pupuk yang terdekat dari batang tanaman, kemudian dibandingkan dengan standar perusahaan. Pengamatan dilakukan pada 3 blok dengan masing-masing blok dipilih 5 baris tanaman, yaitu baris 1, 3, 5, 7, dan 9, kemudian dari tiap baris diambil 10 tanaman contoh. Masing-masing blok memiliki tahun tanam kelapa sawit yang berbeda. 2. Ketepatan tempat pemupukan Data ketepatan tempat pemupukan diperoleh dengan mengamati tempat aplikasi di piringan atau di rumpukan U-Shape pada 3 blok dengan masingmasing blok diambil 50 pokok. Masing-masing blok memiliki tahun tanam kelapa sawit yang berbeda. 3. Ketepatan dosis pupuk Data ketepatan dosis untilan diperoleh dengan mengamati grup penguntil dengan 3 kali ulangan, masing-masing ulangan ditimbang 10 contoh untilan. Ulangan berupa tumpukan pupuk. Pengamatan ketepatan dosis aplikasi dilakukan pada 3 blok dengan blok diamati 3 orang penabur. Penabur diamati 3 kali ulangan. Pengamatan ketepatan dosis aplikasi dilihat dari jumlah pokok yang terpupuk dan realisasi dosis yang diaplikasikan pada tiap pokok dan dibandingkan dengan buku rekomendasi pemupukan dari Departemen Riset PT. Socfin Indonesia. 4. Ketepatan jenis pupuk Data ini diperoleh penulis dengan mengamati kebutuhan hara tanaman berdasarkan rekomendasi Departemen Riset PT. Socfin Indonesia dan pengamatan di lapangan kemudian membandingkan dengan standar kebun. 5. Ketepatan waktu pemupukan Data primer ini diperoleh dengan membandingkan waktu rekomendasi pemupukan dengan waktu realisasinya dan menganalisisnya berdasarkan curah hujan selama Maret–Juni 2016. 6. Defisiensi unsur hara Pengamatan ciri-ciri defisiensi tanaman kelapa sawit secara visual. Pengamatan dilakukan pada 72 pokok yang diambil secara acak dengan 3 kali ulangan/blok yang berbeda, total seluruh pokok yang diamati adalah 216 pokok. 7. Manajemen distribusi pupuk Pengamatan terkait rantai pemupukan mulai dari gudang hingga kebun, dan proses secara teknis di lapangan (bongkar muat, penguntilan, pengeceran, dan pelangsiran pupuk). 8. Kehilangan pupuk Pengamatan terkait kehilangan pupuk pada setiap tahap pemupukan mulai dari proses penerimaan pupuk di gudang, penguntilan pupuk, pemuatan untilan ke kendaraan untuk mengecer, pengeceran untilan ke lapangan, serta pelangsiran pupuk ke lapangan dan penaburan pupuk. Data sekunder diperoleh dari kantor administratif kebun yang terdiri atas kondisi umum kebun yang meliputi; sejarah dan perkembangan perusahaan, letak
6 administratif, iklim dan jenis tanah, topografi lahan dan areal konsesi, data curah hujan, data rekomendasi pemupukan kebun, standar dan target kebun yang meliputi; pemeliharaan, pemanenan, produksi, dan tenaga kerja, organisasi dan manajemen seperti; struktur organisasi, jumlah dan status karyawan, serta sarana dan prasarana kebun seperti; alat budidaya dan kelengkapan alat pelindung diri (APD). Analisis Data dan Informasi Seluruh data yang diperoleh di kebun akan diolah dengan metode kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif yaitu dengan menjabarkan seluruh informasi dan data yang telah diperoleh, kemudian dibandingkan melalui studi pustaka dan literatur. Analisis kuantitatif digunakan untuk mengolah data yang sifatnya numerik, seperti: nilai rata-rata dan persentase.
KEADAAN UMUM Profil Perusahaan PT. Socfin Indonesia bergerak dalam bidang perkebunan kelapa sawit dan karet. Pada awal lahirnya PT. Socfin Indonesia bernama PT. Socfin Medan S A (Societe Financiere des Caoutchoucs Medan Societe’ Anonyme) yang didirikan pada tahun 1930 berdasarkan akta notaris William Leo No. 45 tanggal 7 Desember 1930. Berdasarkan akta notaris tersebut, PT. Socfin Medan S A adalah perusahaan yang berkedudukan di Medan dan mengelola perkebunan di daerahSumatera Utara, Aceh Barat, Aceh Selatan dan Aceh Timur.
Letak Wilayah Administratif Kebun Bangun Bandar PT. Socfin Indonesia terletak di Desa Martebing, Kecamatan Dolok Masihul, Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara. Letak geografis Kebun Bangun Bandar berada pada koordinat 99˚04ʼ1,00ˮ BT dan 03˚21ʼ1,00ˮ LU. Perkebunan Bangun Bandar terletak ±70 kilometer dari Kota Medan. Batas-batas wilayah adiministratifnya adalah sebelah Timur berbatasan dengan Desa Bantan, sebelah Utara berbatasan dengan Pekan Dolok Masihul. Sebelah Barat berbatasan dengan PTPN III Kebun Silau Dunia, dan sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Dolok Sagala. Peta Kebun Bangun Bandar dan Peta Kebun Divisi I akan disajikan pada lampiran 6.
7 Keadaan Iklim dan Tanah Kondisi iklim di Kebun Bangun Bandar PT. Socfin Indonesia berdasarkan data curah hujan lima tahun terakhir (2011–2015) menurut Schmidt-Ferguson termasuk tipe iklim A yaitu sangat basah. Rata-rata curah hujan tahunan 2169,6 mm per tahun, dengan hari hujan rata-rata 127 hari per tahun dan mempunyai kisaran suhu 24–28ºC. Kondisi tanah di Kebun Bangun Bandar didominasi oleh tanah alluvial dan podsolik merah kuning 60–70% dan sebagian kecil tanah gambut. Data curah hujan dapat dilihat pada lampiran 8. Luas Areal dan Tata Guna Lahan Berdasarkan data Departemen Tanaman PT. Socfin Indonesia (Socfindo) tahun 2016, Kebun Bangun Bandar memiliki luas areal tanaman kelapa sawit 3 603,78 ha yang terbagi menjadi 4 divisi. Divisi I memiliki luas 1.063,98 ha, divisi II memiliki luas 920,07 ha, divisi III memiliki luas 1.054,94 ha, dan divisi IV memiliki luas 564,79 ha. Luas areal tanaman tersebut sudah merupakan luas areal tanaman menghasilkan dan belum menghasilkan. Luas areal dan tata letak guna lahan dapat di lihat pada lampiran 9, 10, 11, dan 12. Keadaan Tanaman dan Produksi Tanaman kelapa sawit yang ditanam Kebun Bangun Bandar PT. Socfin Indonesia adalah varietas Tenera yang merupakan persilangan dari varietas Dura dan varietas Psifera. Varietas Tenera yang ditanam Kebun Bangun Bandar merupakan hasil dari kebun sendiri yang diproduksi oleh Socfin Indonesia Seed Production and Labolatorium (SSPL). Jarak tanam kelapa sawit di Kebun Bangun Bandar 9 meter dengan menggunakan pola tanam segitiga sama sisi. Data produksi Kebun Bangun Bandar selama 5 tahun terakhir dapat dilihat pada Lampiran 7. Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan Kebun Bangun Bandar dipimpin oleh pengurus yang bertanggung jawab atas seluruh kegiatan perkebunan sesuai ketentuan PT. Socfin Indonesia. Bidang administrasi pengurus dibantu oleh Kepala Tata Usaha (KTU) sedangkan untuk menjalankan tugasnya dibantu oleh seorang Asisten Kepala yang membawahi empat orang asisten. Bidang pengolahan pabrik pengurus dibantu oleh Tekniker I dan Tekniker II dan dalam bidang pengawasan kualitas buah disetiap divisi pengurus dibantu oleh Mantri Recolte dan Mantri Tanaman. Asisten mengelola dan bertanggungjawab atas seluruh aset ditingkat divisi. Asisten dibantu oleh dua orang Mandor I yaitu Mandor I produksi dan Mandor I perawatan. Asisten divisi dibantu oleh krani keliling dalam bidang administrasi. Kebun Bangun Bandar mempunyai pekerja staf dan non staf. Pekerja staf terdiri dari Pengurus, Asisten Kepala (Askep), Asisten Divisi, Tekniker I dan
8 Tekniker II. Pekerja non staf terdiri dari karyawan harian tetap, mandor, dan pegawai. Kebun Bangun Bandar memiliki tenaga kerja dalam tingkat pendidikan mulai dari lulusan sekolah dasar sampai dengan lulusan perguruan tinggi. Jumlah tenaga kerja di Kebun Bangun Bandar sebanyak 725 orang baik pria maupun wanita dari seluruh divisi, pabrik dan kantor pengurus di kebun Bangun Bandar dangan perincian jumlah tenaga kerja di Divisi I sebanyak 176 orang, Divisi II sebanyak 140 orang, Divisi II sebanyak 166 orang dan Divisi IV sebanyak 86 orang.Stuktur organisasi kebun Bangun Bandar dapat dilihat pada Lampiran 4 dan struktur organisasi divisi I dapat dilihat pada Lampiran 5. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja di Afdeling I Kebun Bangun Bandar April 2016 Nomor 1 2 3 4 5
Status Pegawai Staf Pegawai Karyawan Tetap Karyawan Lepas On The Job Training Jumlah
Jumlah 1 6 8 161 3 179
Sumber : PT. Socfin Indonesia (2016)
HASIL DAN PEMBAHASAN Aspek Teknis Pembibitan Pembibitan adalah kegiatan lapangan yang harus dimulai sebelum penanaman. Tujuan pembibitan untuk menghasilkan bibit berkualitas tinggi yang harus tersedia pada saat penyiapan lahan telah selesai. Areal yang digunakan untuk pembibitan Kebun Bangun Bandar PT. Socfin Indonesia terletak pada lokasi yang strategis dan dekat dengan sumber air. PT. Socfin Indonesia memiliki unit pusat produksi kecambah kelapa sawit sendiri, yaitu Socfin Indonesia Seed Production and Labolatorium (SSPL) yang berlokasi di dalam Kebun Bangun Bandar PT. Socfin Indonesia. Benih yang diproduksi oleh SSPL adalah bibit Tenera yang merupakan hasil dari persilangan Dura x Psifera. PT. Socfin Indonesia hanya melepas 2 varietas unggul yaitu DxP Socfin Indonesia Lame dan DxP Socfin Indonesia Yangambi. Varietas terbaru unggulan PT. Socfin Indonesia adalah DxP Socfin Indonesia MT Gano yang dirilis pada agustus 2013. Varietas unggul Socfin Indonesia didistribusikan dalam bentuk kecambah dan bibit polibag kecuali DxP Socfin Indonesia MT Gano yang didistribusikan dalam bentuk kecambah saja. Pembibitan di Kebun Bangun Bandar menerapkan sistem dua tahap (double stage). Tahap pertama (pre nursery) kecambah di tanam terlebih dahulu dibawah naungan dalam polibag kecil selama 3 bulan. Seleksi di pre nursery dilakukan 2 tahap yaitu tahap pertama saat umur 1–1,5 bulan dan tahap kedua 2–2,5 bulan.
9 Tahap kedua (main nursery) bibit yang telah melewati tahap pre nursery di pindahkan ke polibag besar. Seleksi di main nursery dilakukan 4 tahap yaitu pada umur 4 bulan, 6 bulan, 8 bulan, dan sesaat bibit akan ditanam ke lapangan. Bibit yang siap ditanam ke lapangan pada saat berusia 12–18 bulan.
a
b
a. Pre nursery b. Main nursery Gambar 1. Pembibitan di Kebun Bangun Bandar Kegiatan pada saat menjadi KHL di pembibitan yang dilakukan penulis adalah mengamati fisiologis 9 klon varietas tenera bibit kelapa sawit yang dihasilkan Socfin dengan arahan asisten dan datanya diserahkan ke asisten. Ciri fisiologis yang diamati yaitu tinggi tanaman, lebar daun, dan jumlah pelepah. Cara mengukur dilakukan dengan menggunakan meteran dan mengambil 10 sampel tiap klon. Kastrasi Kastrasi merupakan kegiatan membuang bunga jantan dan bunga betina pada tanaman belum menghasilkan. Kastrasi bertujuan untuk mendorong pertumbuhan vegetatif, menghemat penggunaan unsur hara dan air, terutama pada daerah yang mempunyai curah hujan rendah. Kastrasi pertama kali dilakukan di Kebun Bangun Bandar pada saat tananam sudah menghasilkan bunga meskipun belum sempurna biasanya pada saat tanaman berumur 10 bulan setelah tanam atau tingkat bunga >50%. Kastrasi dilakukan setiap awal bulan. Kastrasi selektif dilakukan pada saat tanaman berusia 24 bulan (hanya membuang bunga betina) sedangkan bunga jantan dibiarkan menjadi tempat berkembangbiaknya kumbang penyerbuk (Elaeidobius cameronicus). Kastrasi dihentikan pada saat tanaman berusia 28–30 bulan atau 6 bulan sebelum panen perdana. Alat yang digunakan pada saat kastrasi adalah chisel dan dodos 8 cm. Chisel digunakan untuk bunga yang masih kuncup (bunga dompet) sedangkan dodos digunakan untuk bunga yang sudah terbuka, jantan atau betina yang telah menjadi tandan buah. Norma kastrasi 2,5–3 Ha per orang. Penunasan Penunasan merupakan kegiatan pemotongan pelepah yang tidak produktif seperti pelepah sengkleh (pangkal pelepah patah), kering, pelepah terserang hama dan penyakit dan pembersihan tumbuhan epifit (tumbuhan yang tumbuh di batang kelapa sawit). Alat yang digunakan seperti dodos, pisau egrek yang telah dipasang galah bambu (fiber), cakar tunas, batu asah, dan kampak. Sementara APD yang
10 diperlukan adalah kacamata pengaman (google), sepatu safety, helm, kotak P3K (yang dibawa oleh mandor saja). Tujuan pelaksanaan penunasan adalah memudahkan pemanen melihat kematangan buah serta memotong buah, meminimalkan kehilangan brondolan akibat tersangkut pada pangkal pelepah, memudahkan penyerbukan bantuan, serta memudahkan pengamatan tajuk dalam melakukan sensus serangan hama dan penyakit. Menjadi sumber bahan organik yang bermanfaat untuk meningkatkan kesuburan tanah. Memastikan jumlah daun pada tajuk harus tercukupi untuk suplai bahan makanan bagi pertumbuhan dan produksi kelapa sawit. Tunas pasir dilakukan sebelum panen perdana biasanya pada saat tanaman berumur 22–24 bulan. Tunas pasir dilaksanankan dengan membuang pelepah paling bawah 1–2 lingkar batang pertama yang biasanya sudah atau hampir kering. Tunas umum dilakukan setelah tanaman sudah menghasilkan dengan rotasi 9 bulan sekali. Tunas umum tahap awal biasanya dilakukan dengan sistem songgo 3 pada saat tanaman berumur dibawah 5 tahun. Tanaman dengan umur dibawah 12 tahun dilakukan sistem songgo 2 dan pada saat tanaman berumur 12 tahun ke atas dilakukan sistem songo 1. Rotasi tunas dilakukan secara rutin dengan setiap 9 bulan sekali dengan mempertahankan jumlah pelepah berdasarkan umur tanman. Menurut Instruksi Kerja PT. Socfin Indonesia ketentuan untuk mempertahankan jumlah pelepah dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Standar tunas pelepah berdasarkan umur tanaman Umur Tanaman (Tahun) 3–4 5–8 9–12 >12
Lingkaran/spiral pelepah
Sistem Songgo
7 6 5 4
3 3 2 1
Rotasi Tunas (Bulan) 9 9 9 9
Sumber: Wawancara dengan Mandar Penunasan Pengendalian Gulma A. Pengendalian gulma secara manual Kegiatan pengendalian gulma secara manual di Kebun Bangun Bandar yaitu bongkar tanaman pengganggu (BTP) yang meliputi babat gawangan, garuk piringan dan dongkel anak kayu. Alat yang digunakan untuk bongkar tanaman pengganggu adalah cangkul dan parang. Gulma yang dikendalikan meliputi Cidemia hirta, Colocasia sp, dan Curculigo vilosa. Karyaman yang bertugas pada kegiatan BTP yaitu ibu-ibu yang sedang hamil, ibu-ibu yang baru melahirkan, dan karyawan yang baru sembuh dari sakit. Prestasi kerja yang dihasilkan 1,5 ha HK-1. Rotasi untuk pengendalian gulma secara manual yaitu tiga bulan sekali dalam setahun. B. Pengendalian gulma secara kimiawi Pada lahan baru atau dalam keadaan belum ada tanaman (N0), pengendalian gulma dilakukan dengan herbisida dengan bahan aktif isopropitamina glifosate (merek Round up) dengan dosis sebesar 0,8 L ha-1. Aplikasi dilakukan dengan penyemprotan langsung gulma secara merata. Nozzle yang digunakan yaitu connus
11 dengan flowrate 60 ml detik-1. Satu gawangan disemprot oleh 3 tenaga semprot dengan basis kerja untuk penyemprotan gawangan N0 adalah 0,5 ha/HK. Pengendalian gulma pada tanaman belum menghasilkan (TBM) dan tanaman menghasilkan (TM) yaitu dengan melakukan penyemprotan piringan rintis. Penyemprotan pada TBM yaitu dengan menggunakan knapsack sprayer kapasitas 15 L. Herbisida yang digunakan untuk aplikasi pada TBM yaitu starane dengan dosis 2,1 L ha-1. Starane berfungsi untuk mengendalikan gulma daun lebar pada piringan dan jalan rintis. Hasil penyemprotan dapat dilihat pada 7 hari setelah aplikasi. Semprot piringan rintis dan TPH dilakukan dengan menggunakan micron herby. Jenis herbisida yang digunakan adalah Round up, Gramoxon, Dacomin dan Ally. Dosis yang digunakan untuk Round up murni adalah 1,8 L ha-1, Gramoxon 0,3 L ha-1, Dacomin 0,6 L ha-1, dan Ally 1,8 L ha-1. Namun sebelum aplikasi herbisida dicampur air terlebih dahulu dengan perbandingan 1:1. Penggunaan herbisida tergantung jenis gulma yang dikendalikan. Round up berfungsi untuk mengendalikan rumput seperti Otocloa nodosa dan Axonopus compressus. Gramoxon untuk mengendalikan gulma berkayu seperti Clidemia hirta, Melastroma affine dan Mimosa sp. Sedangkan Dacomin dan Ally untuk mengendalikan gulma berdaun lebar. Perbedaan antara keduanya terdapat pada sasaran jenis gulma yang dikendalikan. Dacomin untuk mengendalikan talastalasan seperti Colocasia sp, sedangkan Ally untuk mengendalikan Borreria alata. Pengendalian gulma secara kimiawi dilakukan oleh 11 orang tenaga semprot dimana satu orang bertugas untuk membawa air dibawah pengawasan mandor perawatan. Jumlah tenaga semprot tergantung oleh kerapatan dan luasan lahan. Prestasi kerja rata-rata penyemprot yaitu 5 ha HK-1. Sistem aplikasi herbisida pada piringan rintis adalah searah jarum jam. Pada pengamatan saat magang di lapangan masih terdapat penyemprot yang tidak menggunakan alat pelindung diri (APD) dengan lengkap serta penggunaan nozzle yang kurang akurat. Hal tersebut disebabkan hilangnya karet pada nozzle semprot sehingga air yang keluar pada penyemprotan kurang tepat dan terjadi kebocoran. Sensus Ulat Pemakan Daun Kelapa Sawit (UPDKS) Kegiatan sensus serangan UPDKS dibagi menjadi tiga sistem sensus, yaitu sensus normal (SN), sensus khusus (SK), dan sensus ulang (SU). A. Sensus normal Sensus yang diadakan secara rutin setiap bulan pada semua blok tidak tergantung pada ada atau tidaknya serangan UPDKS. Pengamatan dilakukan pada salah satu atau beberapa pokok di setiap titik sensus (TS). Satu TS sensus normal mewakili 100 pokok (0,7 ha). B. Sensus khusus Sensus yang dilakukan jika terdapat serangan yang diketahui dari sensus normal sebelumnya. Pengamatan dilakukan dengan menambah jumlah TS dengan cara jarak antar barisan sensus menjadi lima baris dan jarak antar pokok di dalam barisan sensus menjadi lima pokok. Satu TS sensus khusus mewakili 25 pokok (0,17 ha).
12 C. Sensus ulang Sensus yang diadakan setelah dilakukan pemberantasan. Sensus dilakukan 3 atau 4 hari setelah pengendalian (untuk pengendalian dengan cara semprot) dan setelah 7 hari pengendalian (untuk pengendalian dengan cara injeksi batang) bertujuan mengetahui tingkat keberhasilan pengendalian sebelumnya berdasarkan persentase kematian ulat. Jika setelah sensus ulang I keberhasilan pengendalian tidak mencapai 90%, maka perlu dilakukan sensus ulang II. Injeksi Batang Injeksi batang merupakan kegiatan penerapan insektisida dengan cara memasukkan insektisida melalui lubang pada batang kelapa sawit yang telah dibor dengan mesin bor. Tujuan injeksi yaitu untuk mengendalikan hama ulat pemakan daun seperti ulat api Famili Limacodidae, ulat bulu Famili Lymatridae, dan ulat kantong Famili Psychidae. Namun, ulat pemakan daun dominan menyerang pada tanaman menghasilkan (TM) yaitu dari Famili Lymatridae (Calliteara horsfieldii). Sebelum dilakukan aplikasi injeksi batang, perlu dilakukan sensus ulat terlebih dahulu untuk mengetahui jenis dan tingkat serangan ulat. Injeksi batang dilakukan pada tanaman menghasilkan (TM) berumur 6 tahun keatas (>N6) dan dijumpai telur ulat yang baru menetas hingga ulat berukuran ≤ 5mm. Insektisida yang digunakan saat injeksi batang adalah Startaine dosis 15 ml pokok-1. Pelaksanaan injeksi batang dimulai dengan menyetel mesin bor, membuat larutan dan penentuan hanca. Hanca injeksi batang dimulai dari collection road tembus ke jalan tengah atau jalan collection road tembus jalan collection road apabila blok tersebut hanya memiliki satu petak. Batang pokok dibor dengan ketinggian antara 0,4–1 meter dari permukaan tanah, membentuk sudut 45o ke arah bawah. Satu pokok 1–2 lubang, kemudian pasang corong dengan selang plastik yang dimasukkan ke dalam lubang dan masukkan larutan ke dalam corong, dan tunggu sampai semua larutan masuk ke dalam batang. Sifat dari insektisida Startaine adalah sistemik sehingga untuk melihat hasil dari injeksi batang membutuhkan waktu 3–4 hari. Jumlah tenaga kerja yang digunakan tergantung dari tingkat serangan ulat dan luas blok. Waktu yang diperlukan dalam pengeboran ± 5–6 detik pokok-1. Sistem organisasi tenaga kerja pada injeksi batang adalah berpasang-pasangan. Satu orang laki-laki bertugas untuk mengebor batang dan satu orang wanita bertugas mengisi larutan ke dalam batang. Pemupukan Secara Mekanis Beberapa hal yang harus dipersiapkan sebelum penebaran pupuk dengan menggunakan Fertilizer Spreader antara lain ; Bon pengeluaran pupuk dari gudang, persiapan areal blok aplikasi, tenaga kerja, traktor, dan Fertilizer Spreader. Pemupukan dilakukan secara mekanis apabila areal blok memenuhi kriteria sebagai berikut: areal tanaman kelapa sawit dengan tinggi tanaman > 3,5 meter, areal blok datar (0–8o) dengan luasan minimal 60% dan kerapatan pokok tanaman minimal 100 pokok ha-1. Areal yang bergelombang, terasan dan rendahan tidak dilakukan Fertilizer Spreader. Aplikasi pemupukan dengan menggunakan Spreader dimulai dengan menyiapkan pupuk di gudang pupuk sesuai rekomendasi, mandor harus memeriksa
13 jenis dan jumlah pupuk yang akan diaplikasikan. Pupuk dimuat ke dalam truk untuk diecer ke lahan. Pupuk yang diecer tidak dalam bentuk untilan tetapi masih dalam karung berukuran 50 kg, berbeda dengan aplikasi pupuk secara manual. Pengeceran pupuk harus dibawah pengawasan mandor untuk keamanan pupuk dan kemudahan spreader saat aplikasi. Pupuk yang telah diecer, dimasukkan ke dalam Emdek-350 atau hopper dengan kapasitas 500 kg, akan tetapi saat aplikasi di lahan pupuk yang dimuat sekitar 600 kg trip-1. Hopper dilengkapi dengan saringan besi yang berfungsi untuk menyaring pupuk yang berbentuk bongkahan dan adanya sampah. Pengisian pupuk dilakukan di dalam blok, agar jika terdapat tumpahan bisa dimanfaatkan oleh tanaman sekitarnya. Setelah pupuk dimuat, spreader siap dioperasikan mulai dari jalan rintis ke arah gawangan kiri kanan jalan rintis. Hasil penebaran berupa semburan pupuk yang merata ke arah gawangan tersebut. Satu kali aplikasi mampu memupuk 220 pokok dengan dosis 2,25 kg. Waktu yang dibutuhkan dalam satu kali aplikasi ± 28 menit. Terdapat kendala ketika Spreader dioperasikan di lapangan meliputi terdapatnya parit yang dalam pada jalan rintis, areal blok yang bergelombang sehingga menyulitkan spreader ketika melakukan pemupukan. Tim pemupukan secara mekanis meliputi satu orang sebagai operator, satu orang sebagai kernet dan satu orang sebagai pengisi pupuk. Operator wheel tractor dibantu oleh seorang kernet yang bertugas mengatur Flow control. Flow control berfungsi untuk mengatur dosis atau semburan pupuk yang dikeluarkan oleh deflector. Ketika pemupukan dilakukan dengan menggunakan Spreader, beberapa hal yang harus diperhatikan agar pemupukan lebih efisien diantaranya jenis pupuk, dosis pupuk, Flow control, RPM pada traktor dan gear pada traktor. Tidak semua pupuk dapat diaplikasikan dengan spreader, misalnya jenis pupuk yang berbentuk abu. Jenis pupuk yang diaplikasikan dengan spreader adalah pupuk yang mempunyai bentuk granular/butiran dan kristal. Dosis pupuk sangat berkaitan dengan Flow control, ketepatan dosis ditentukan oleh Flow control. Kecepatan traktor ketika beroperasi juga mempengaruhi ketepatan dosis sehingga perlu dilakukan pengaturan RPM. RPM adalah alat untuk mengatur kecepatan traktor. Batasan RPM yang digunakan saat pengoperasian traktor mulai dari 1.500 sampai dengan 1.750. Pemakaian pada traktor disesuaikan dengan kondisi areal, pada areal datar menggunakan gear H1 atau H2 sedangkan untuk areal bergelombang menggunakan gear L2 atau L3. Pemupukan kompos Kompos merupakan tandan buah yang telah melalui proses pemipilan (stripping), pengepresan, dan pembusukan. Pengangkutan kompos dilakukan satu hari sebelum aplikasi kompos. Hal tersebut bertujuan untuk mengurangi hilangnya kandungan hara akibat hujan dan kompos tidak terlalu panas saat diaplikasikan. Aplikasi kompos dilakukan secara manual dan mekanis. Aplikasi kompos dilakukan secara manual pada areal tanaman baru (N0), umur satu tahun (N1), dan umur dua tahun (N2) dengan menggunakan kereta sorong (angkong). Dosis yang diberikan tergantung dari umur tanaman. Dosis yang diberikan untuk tanaman baru (N0) yaitu ± 50 kg pokok-1 atau untuk lebih memudahkan pemahaman di lapangan yaitu satu kereta sorong (angkong) untuk satu pokok. Kompos diaplikasikan dengan cara melingkari tanaman secara merata dan harus satu lapis. Penebaran kompos harus satu lapis bertujuan untuk
14 menghindari berkembangbiaknya kumbang. Penebaran kompos berjarak ± 20 cm dari pangkal pokok. Dosis yang diberikan pada tanaman umur satu tahun (N1) dan dua tahun (N2) yaitu ± 100 kg pokok-1. Perbedaan keduanya yaitu pada penempatan penebaran kompos. Penebaran kompos pada umur tanaman satu tahun (N1) yaitu melanjuti batas luar aplikasi pada waktu N0 mengarah keluar piringan. Sementara pada umur tanaman dua tahun (N2), tempat penebaran kompos yaitu melanjuti batas luar aplikasi pada waktu N1 mengarah keluar piringan. Kompos diaplikasikan secara melingkar dan merata. Tenaga kerja dalam aplikasi kompos yaitu pemborong atau buruh harian lepas (BHL). Jumlah pemborong tergantung dari banyaknya kompos yang akan diaplikasikan. Hal tersebut bertujuan agar kompos yang ada di lapangan dapat selesai dikerjakan dengan cepat. Permasalahan yang ditemukan saat aplikasi kompos secara manual di lapangan yaitu kacang-kacangan (Mucuna bracteata) yang menutupi jalan rintis sehingga menghambat pengangkutan kompos dan jembatan penghubung (titi) yang tidak lengkap pada parit. Aplikasi kompos secara mekanis dilakukan pada tanaman menghasilkan (TM) dengan menggunakan pemuat (leoder) dan penebar (giltrap). Pemuat (leoder) berfungsi untuk memuat kompos ke penebar (giltrap). Penebar (giltrap) berfungsi untuk menebar kompos di gawangan mati. Kapasitas penebar (giltrap) adalah 6 ton, sehingga dibutuhkan 6 sampai 7 muatan oleh pemuat (leoder) untuk memenuhi kapasitas penebar (giltrap). Penebar (giltrap) mampu menebar kompos ± 55 pokok untuk setiap kali jalan dengan muatan 6 ton. Waktu yang dibutuhkan untuk satu kali jalan 5 sampai 6 menit tergantung dari kondisi areal. Kompos diaplikasikan secara merata satu lapisan di gawangan mati dengan lebar tebaran kompos ± 2 meter. Dosis aplikasi kompos yaitu 15 sampai 20 ton ha-1. Permasalahan yang sering ditemukan untuk aplikasi kompos secara mekanis yaitu terdapat parit yang dalam sehingga penebar (giltrap) harus mencari jalan lain untuk menyelesaikan hanca yang dibatasi oleh parit tersebut. Pemupukan Anorganik Penyimpanan pupuk Permintaan pupuk yang telah disepakati akan dikirim ke kebun dan disimpan di gudang PKS kebun. Penyimpanan pupuk di gudang bertujuan untuk menjamin bahwa pupuk tidak terkena air (bocor) dan terekspos sinar matahari langsung (panas). Pupuk terlebih dahulu ditimbang di jembatan timbang yang ada di PKS kebun, sehingga diketahui berapa jumlah pupuk yang masuk ke gudang dan akan disesuaikan dengan jumlah permintaan pupuk. Hasil timbang berat pupuk akan disesuaikan dengan jumlah pupuk yang diminta kebun kepada supplier. Mandor gudang melakukan pengecekan terhadap jumlah pupuk yang akan dimasukkan ke gudang. Perencanaan dan pengaturan dalam peletakan pupuk di gudang perlu dilakukan untuk mengefisienkan kapasitas gudang, perhitungan jumlah pupuk teliti dan mempermudah pada saat pengeluaran pupuk setiap jenisnya. Selain itu, penempatan tiap jenis pupuk juga harus dipisah seperti kieserite dan urea karena bersifat antagonis.
15 Penguntilan pupuk Penguntilan pupuk dilakukan apabila terdapat permintaan dari setiap divisi. Penguntilan bertujuan untuk menjamin agar pupuk yang diaplikasikan tepat dosis, pupuk tidak menggumpal, memudahkan dalam pelangsiran dan penebaran pupuk saat di lapang. Bobot untilan berbeda-beda untuk masing-masing pupuk tergantung dosis untuk masing-masing pupuk dan jumlah tanaman per pasar rintis. Tim penguntil membuat takaran untilan dari jeriken yang dipotong bagian atasnya. Takaran dibuat masing-masing untuk satu jenis pupuk dan satu jenis dosis. Pengawasan dan kalibrasi takaran perlu dilakukan untuk menjamin ketepatan dosis untilan. Kalibrasi takaran dilakukan dengan menimbang 3 kali sampel untilan menggunakan timbangan gantung yang disediakan oleh gudang pupuk. Apabila takaran sudah sesuai dengan dosis, maka takaran diberi label sesuai jenis dan dosis pupuk. Alat pelindung diri (APD) yang digunakan oleh penguntil berupa sarung tangan karet, sepatu pengaman, dan penutup hidung (masker). Tim penguntil diwajibkan menggunakan APD. Namun berdasarkan hasil pengamatan, masih banyak karyawan yang tidak menggunakan APD. Hal tersebut disebabkan oleh APD yang sudah tidak layak pakai, ketidaknyamanan yang dapat mengganggu aktifitas penguntilan, dan temperatur udara di dalam gudang yang tinggi. Kegiatan penguntilan dimulai dengan membuka karung pupuk lalu mencurahkan pada bagian tengah alas plastik (terpal) agar pupuk tidak terbuang ke lantai. Pupuk kemudian dimasukkan ke dalam takaran dengan menggunakan sekop, dipereskan hingga tepat batas takaran dan dimasukkan ke dalam karung untilan sesuai ukuran dosis untilan yang sudah ditentukan. Berdasarkan pengamatan pada saat penguntilan, pupuk yang dimasukkan ke dalam takaran langsung dicurahkan dari karung pupuk. Hal tersebut tidak sesuai dengan SOP Socfin Indonesia, seharusnya pupuk dimasukkan ke dalam takaran menggunakan sekop tidak dianjurkan dengan mencurahkan langsung dari karung ke takaran. Berdasarkan hasil wawancara di lapang, karyawan merasa proses penguntilan tidak efektif dan terkesan lebih lama selesai apabila menggunakan sekop. Pupuk yang telah dimasukkan ke dalam karung untilan diikat dengan potongan bekas lapis dalam karung pupuk. Hasil untilan dikalibrasi untuk menjamin ketepatan untilan pupuk dengan cara menimbang hasil untilan pupuk secara acak beberapa kali. Apabila terdapat untilan pupuk yang beratnya tidak sesuai dengan permintaan, maka untilan tersebut harus dilakukan penakaran kembali. Tumpukan untilan pupuk yang telah sesuai, diberi label untuk memudahkan dalam pengontrolan dan pengawasan yang meliputi: jenis pupuk, jumlah (kg), bobot per untilan, blok yang akan diaplikasikan serta tanggal penguntilan. Pengambilan pupuk Pengambilan pupuk dilakukan pagi hari setelah apel pagi selesai oleh mandor pemupukan di gudang pupuk. Tenaga bongkar muat pupuk dilakukan oleh 2–6 orang tenaga kerja tergantung dari jumlah permintaan pupuk oleh masingmasing divisi. Teknis untuk pengambilan pupuk yaitu menunjukkan bon SIR pemupukan yang telah ditanda tangani oleh asisten kebun, asisten kepala kebun, dan pengurus. Bon SIR pemupukan bertujuan untuk mengetahui jenis pupuk dan jumlah pupuk yang akan dikeluarkan untuk kegiatan pemupukan pada hari itu. Truk
16 ditimbang terlebih dahulu untuk mengetahui bobot truk sebelum pupuk dimuat ke dalam truk. Jumlah pupuk yang dikeluarkan dari gudang tergantung dari permintaan dari masing-masing divisi. Pengeceran pupuk Pengeceran pupuk merupakan kegiatan pengangkutan untilan pupuk dari gudang ke tempat aplikasi pupuk. Pengeceran dilakukan oleh 1–2 orang tenaga bongkar muat dengan menggunakan truk. Untilan pupuk yang akan diecer dari truk diletakkan di tempat pengumpulan hasil (TPH) dan disesuaikan dengan jumlah pokok per jalan rintis dan dosis per pokok. Satu jalan rintis terdapat dua baris pokok, dimana jumlah pokok per baris ± 26 pokok sehingga 1 TPH terdapat 6 baris dan 3 jalan rintis. Berdasarkan hasil pengamatan, untuk beberapa lokasi tertentu yang dianggap rawan, diberikan tenaga pengawas khusus (centeng) terhadap pupuk yang telah diecer. Pelangsiran pupuk Pelangsiran pupuk yaitu kegiatan distribusi untilan pupuk dari TPH ke setiap jalan rintis. Pelangsiran bertujuan untuk efisiensi waktu pemupukan dan mempermudah penebar dalam aplikasi. Menurut SOP Socfin Indonesia, pelangsiran pupuk dilakukan menggunakan kereta sorong yang disesuaikan dengan jumlah pokok per untilan sehingga dalam 1 tim pemupukan terdiri dari tukang langsir dan penebar. Namun, berdasarkan pengamatan, tidak terdapat tenaga khusus untuk pelangsiran saat pelaksanaan magang. Pelangsiran pupuk dikerjaan oleh penebar pupuk. Penebaran pupuk Jumlah pupuk yang ditebar harus sesuai dengan dosis rekomendasi perusahaan. Penebaran pupuk menggunakan takaran berupa mangkuk yang dikalibrasi ketepatan dosis per pokok oleh Mandor pupuk. Pengawasan dalam kalibrasi perlu diperhatikan untuk menjamin ketepatan dosis. Takaran pupuk berbeda-beda tergantung dari jenis dan dosis pupuk yang dibutuhkan. Sistem pemupukan di Kebun Bangun Bandar dilakukan blok per blok, artinya jenis pupuk N, P, dan K sudah selesai diaplikasikan selambat-lambatnya dalam interval waktu 2 minggu. Pemupukan untuk tanaman belum menghasilkan lebih diutamakan selanjutnya tanaman menghasilkan. Premi pemupukan Premi merupakan upah yang diperoleh oleh tim pemupuk jika mampu memupuk tanaman melebihi basis yang telah ditentukan. Basis yang diterapkan PT. Socfin Indonesia tergantung dari dosis yang diberikan per pokok. Dosis ≥ 1kg maka basis yang harus dicapai oleh pemupuk 400 kg HK-1, jika pemupuk melebihi basis maka diberikan premi yaitu 1 ton = Rp 10.000,00. Sementara dosis ≤ 1kg maka basis yang harus dicapai oleh pemupuk 5 ha HK-1, jika pemupuk melebihi basis maka akan diberikan premi yaitu 1 ha = Rp 5.000,00. Pengumpulan karung bekas pemupukan Tim pemupukan dilengkapi dengan tukang karung yang bertugas mengumpulkan karung bekas pupuk dan limbah tali plastik dan mengirimkannya
17 ke gudang kebun. Karung digulung per 10 karung untuk mempermudah perhitungan. Pengumpulan karung dilakukan untuk memeriksa apakah seluruh pupuk sudah ditebar dan tidak ada pupuk yang hilang. Karung bekas pupuk tersebut dapat digunakan kembali sebagai karung untilan dan alas brondolan. Pengamatan ketepatan dosis pupuk Pengamatan ketepatan dosis pupuk diperoleh melalui penguntilan pupuk di gudang dan jumlah takaran yang diaplikasikan pada tiap pokok tanaman. Pengamatan ketepatan dosis untilan dilakukan saat kegiatan penguntilan berlangsung di gudang. Data berikut diperoleh pada jenis pupuk NPK 12-12-17 dan Urea. Tabel 3. Ketepatan dosis untilan di Kebun Bangun Bandar Jenis Pupuk
Ulangan
NPK 12-12-17
1 2 3
Bobot untilan standar (kg) 15 15 15
Rata-rata 1 2 3
Urea
13,5 13,5 13,5
Rata-rata
Bobot rataan yang diamati (kg) 14,8 15,5 14,7 15,0 13,4 13,2 13,3 13,3
Ketepatan dosis (%) 99,2 96,2 98,1 99,6 99,3 98,2 98,8 98,8
Ketepatan dosis aplikasi pemupukan dilakukan pada 3 blok. Masing-masing blok dilakukan pengamatan terhadap 3 orang penebar yang berbeda. Pengamatan dilakukan dengan melihat langsung takaran yang diaplikasikan per pokok pengamatan ketepatan dosis aplikasi Borax dan NPK 15-15-15. Tabel 4. Ketepatan dosis aplikasi pemupukan di Kebun Bangun Bandar Blok
Jenis Pupuk
Dosis (kg tanaman-1)
52
Borax
0,1
53
Borax
0,1
54
Borax
0,1
Penebar
JP PTD PLD
PKD
I II III I II III I II III
72 38 72 17 72 25 72 33 72 29 72 57 72 29 72 36 72 40
17 9 8 17 12 6 16 10 14
27 46 39 23 31 9 27 26 18
I II III I II III I II III
72 72 72 72 72 72 72 72 72
31 18 25 18 9 12 15 21 18
9 9 12 7 15 21 12 10 17
Rata-rata 46
NPK 15-15-15
2,25
47
NPK 15-15-15
2,25
49
NPK 15-15-15
2,25
Rata-rata
Keterangan:
32 45 31 47 48 39 45 41 37
% TD 52,77 23,61 34,72 44,44 40,27 79,16 40,27 50,00 55,55 46,75 44,44 62,50 43,05 65,27 66,66 54,16 62,50 56,94 51,38 56,32
% LD 23,61 12,50 11,11 23,61 16,66 8,33 22,22 13,88 19,44 16,82 43,05 25,00 40,27 25,00 12,50 16,66 20,83 29,16 25,00 26,38
% KD 23,61 63,99 54,16 31,94 43,05 12,50 37,50 36,11 25,00 36,41 12,50 12,50 16,66 9,72 20,83 29,16 16,66 13,88 23,61 17,28
JP (jumlah pengamatan); %TD (persentase tepat dosis); PTD (pemupukan tepat dosis); %LD (persentase lebih dosis); PLD
18 (pemupukan lebih dosis); %KD (persentase kurang dosis); PKD (pemupukan kurang dosis). Pengamatan ketepatan waktu pemupukan Penentuan aplikasi pemupukan di Kebun Bangun Bandar berdasarkan hari dan curah hujan. Pengamatan ketepatan waktu pemupukan diperoleh dengan menganalisis waktu realiasi pemupukan dengan curah hujan selama bulan Februari sampai dengan Mei 2016. Berdasarkan SOP Socfin Indonesia, pada saat curah hujan rendah dan musim kering, maka aplikasi pupuk harus mempertimbangkan waktu aplikasi pupuk, jenis pupuk dan frekuensi curah hujan. Hubungan antara waktu aplikasi pupuk, jenis pupuk dan curah hujan adalah sebagai berikut : 1. Pupuk Urea dan ZA, segera hentikan aplikasi apabila tidak ada hujan dalam 3 hari berturut-turut. 2. Pupuk compuond/NPK, MOP/KCL, kieserite, pupuk mikro, segera hentikan apabila tidak ada hujan dalam 7 hari berturut-turut. 3. Pupuk Rock phospate/TSP dan dolomite dapat diaplikasikan dalam kondisi tidak ada hujan karena tidak ada resiko penguapan. 4. Pemupukan dapat dilanjutkan dengan curah hujan 25–50 mm atau 1 hari hjan degan curah hujan 50–80 mm. Dalam kurun waktu 7 hari berturutturut setelah hujan tersebut, pemupukan dapat terus dilaksanakan, tetapi apabila curah hujan >80 mm maka pemupukan dilaksanakan 2 hari kemudian. Selain itu, pengamatan ketepatan waktu dilakukan dengan membandingkan aplikasi pemupukan serta curah hujan pada bulan Februari sampai dengan Mei 2016 di Kebun Bandun Bandar divisi I selama kegiatan magang disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Ketepatan aplikasi waktu pemupukan Kebun Bangun Bandar 2016 Jenis Pupuk Urea Dolomite Kieserite Rock Posphate Borax NPK 12-12-17 NPK 15-15-15
Rencana Aplikasi Pemupukan Februari–April Januari–Maret Maret–April Januari–Maret Maret–April Februari–April April–Mei
Realisasi Aplikasi Pemupukan Februari–Mei Januari–Maret Maret–April Februari–Maret Maret–Mei Februai–Mei April–Juni
Pengamatan ketepatan jenis pupuk Penentuan ketepatan jenis pupuk dengan mengamati jenis pupuk yang direkomendasikan dengan realisasinya di lahan. Rekomendasi jenis pupuk yang akan diaplikasikan di Kebun Bangun Bandar disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Jenis pupuk yang digunakan di Kebun Bangun Bandar Divisi I tahun 2016 Jumlah Hara
Pupuk Tunggal
Pupuk Majemuk
Jenis Pupuk Urea Dolomite Kieserite Rock phospate Borax NPK 12-12-17 NPK15-15-15
Kandungan Hara 46% N 19-21% MgO, 30% CaO 26% MgO, 22% S 27% P205 11-12% B 12% N, 12% P, 17% K 15% N, 15% P, 15% K
19 Pengamatan ketepatan cara pemupukan Pengamatan ketepatan cara aplikasi pupuk diperoleh dengan mengamati cara penebaran saat aplikasi pupuk kemudian dibandingkan dengan SOP pemupukan SOCFIN INDONESIA. Penulis melakukan pengamatan ketepatan cara aplikasi pada pupuk Urea, NPK 12-12-17, dan Kieserit. Hasil pengamatan ketepatan cara disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Pengamatan ketepatan cara penebaran pupuk di Kebun Bangun Bandar Divisi I Blok
Tahun tanam
Jenis pupuk
49 50 65
2005 2005 2004
Urea Urea Urea
46 49 56
2007 2007 2007
NPK 12-12-17 NPK 12-12-17 NPK 12-12-17
52 53 54
2012 2012 2012
Kieserite Kieserite Kieserite
Dosis pupuk(kg tanaman-1) 1,25 1,25 1,25 Rata-rata 2,25 2,50 2,50 Rata-rata 0.7 0.7 0.7 Rata-rata
Jumlah tanaman
Tanaman tepat cara
50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
39 42 41 41 38 41 37 39 45 34 39 39
Tanaman tidak tepat cara 11 8 9 9 12 9 13 11 5 16 11 11
% Tepat cara 78,00 84,00 82,00 81,33 76,00 82,00 74,00 77,33 90,00 68,00 78,00 78,66
Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa rata-rata persentase ketepatan cara penebaran Urea adalah 81,33% , NPK 12-12-12 adalah 77,33% dan Kieserite adalah 78,66%. Pengamatan ketepatan tempat pemupukan Pengamatan ketepatan tempat pemupukan dilakukan pada tiga blok yang memiliki tahun tanam yang berbeda. Penulis melakukan pengamatan ketepatan tempat pemupukan pupuk NPK 12-12-17, Kieserite, dan Borax pada tiga blok berbeda. Masing-masing blok dipilih lima baris tanaman (baris 20, 40, 60, 80, 100) kemudian tiap baris diambil 10 pokok contoh sehingga total 50 pokok contoh per blok. Hasil pengamatan ketepatan tempat disajikan pada Tabel 8. Tabel 8. Pengamatan ketepatan tempat penebaran pupuk Blok
Tahun tanam
Jenis pupuk
Dosis (kg tanaman-1)
∑ tanaman
51 56 57
2000 2004 2004
Dolomit Dolomit Dolomit
1 1 1
50 50 50
61 64 66
2000 2010 2004
NPK 15-15-15 NPK 15-15-15 NPK 15-15-15
44 47 48
2005 2004 2004
RP RP RP
Rata-rata 1,75 50 1,75 50 1,75 50 Rata-rata 0,5 50 0,5 50 0,5 50 Rata-rata
Rataan jarak pupuk ke batas luar piringan pada baris contoh (cm) 20 40 60 80 100 86,4 92,5 83 78,9 81,5 84,3 81,4 90 98,9 103 77,1 72,9 76,6 83,5 101 93,5 99,4 101
94,3 94,1 106
101 97,8 101
103 101 89,8
96,3 98,1 94,4
86,4 84,3 77,1
92,5 81,4 72,9
83 90 76,6
78,9 98,9 83,5
81,5 103 101
Ratarata (cm) 84,46 91,52 82,30 86,03 97,64 98,04 98,50 98,06 84,46 91,52 82,30 86,09
20 Pengamatan defisiensi unsur hara Pengamatan defisiensi unsur hara dilakukan secara visual dengan melihat warna dan bentuk daun kelapa sawit berdasarkan gejala yang tercantum dari literatur menurut Pahan (2011). Pengamatan dilakukan pada tanaman belum menghasilkan (TBM) dan tanaman menghasilkan (TM). Defisiensi unsur hara yang diamati meliputi nitrogen (N), magnesium (Mg), besi (Fe), pospat (P), kalium (K), dan boron (B). Hasil pengamatan unsur hara di lapangan disajikan pada Tabel 9. Tabel 9. Hasil pengamatan difisiensi unsur hara Blok
TM
TBM
48 52 53 Total 55 60 61 Total
Tahun tanam 2012 2012 2012 2015 2015 2015
∑ pokok yang diamati 72 72 72 216 72 72 72 216
Defisiensi hara
∑ pokok defisiensi
N
P
K
37 43 50 130 28 31 24 83
7 4 12 23 6 4 13 23
3 1 2 6 0 0 1 1
23 12 31 66 8 3 7 18
Mg 1 3 2 6 9 17 8 34
B 25 12 10 47 2 28 3 33
Fe 0 0 0 0 0 1 1 2
Pemanenan Pemanenan kelapa sawit merupakan kegiatan utama dari budidaya tanaman kelapa sawit di Kebun Bangun Bandar. Manajemen kebun bertugas untuk memanen semua buah matang yang ada dan mengirimnya ke pabrik pada saat kualitas buah optimum untuk mendapatkan kualitas minyak dan inti sawit yang maksimum.
Kriteria matang TBS Kriteria matang TBS dapat diketahui berdasarkan jumlah brondolan yang jatuh disekitar piringan atau di pokok. Melalui berbagai hasil pengamatan dan pengujian di lapangan, kriteria matang panen yang diberlakukan di PT. Socfin Indonesia adalah satu brondolan per TBS pada areal perbukitan, lima brondolan per TBS di areal bergelombang, dan 10 brondolan per TBS di tanah datar. Brondolan yang dimaksud sebagai kriteria matang panen adalah brondolan normal dan segar yang sesuai dengan kriteria matang TBS. Kriteria matang panen yaitu fraksi 1, fraksi 2, fraksi 3, fraksi 4, dan fraksi 5, sedangkan untuk buah yang tidak boleh dipanen adalah buah dengan fraksi 00 dan fraksi 0, karena buah dengan fraksi 00 dan fraksi 0 memiliki kandungan minyak yang masih sedikit. Kadvelt panen Kadvelt adalah areal panen yang telah ditetapkan untuk satu hari panen. Penetapan seksi panen berdasarkan pembagian luas seluruh wilayah afdeling dan jumlah hari panen. Suatu luasan tertentu yang terdiri dari beberapa blok dimana pada satu seksi panen harus diselesaikan dalam satu hari. Penetapan seksi panen dilakukan pada tanaman menghasilkan (TM) dan membagi hanca panen kepada setiap pemanen sehingga mempermudah pekerjaan panen dan pengontrolan oleh Asisten dan Mandor Afdeling I menggunakan 5 seksi panen, setiap bagian ini disebut kadvelt. Pembagian seksi panen meliputi kadvelt I (Senin), kadvelt II
21 (Selasa), kadvelt III (Rabu), kadvelt IV (Kamis), dan kadvelt V (Jumat). Setiap seksi panen di Afdeling I mempunyai luas areal yang berbeda. Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh potensi produksi (ton ha-1) per blok, jumlah dan sebaran pokok produktif, kondisi topografi, dan posisi blok terhadap blok yang lain. Rotasi panen Rotasi panen merupakan selang waktu antara panen yang satu dengan panen berikutnya pada satu hanca panen. Kebun Bangun Bandar dalam setahun membagi rotasi panen menjadi 2 semester pada semester pertama (Januari-Juni) menggunakan rotasi 5/7 yang berarti dalam tujuh hari dilakukan pemanenan selama lima hari sedangankan pada semester kedua (Juli-Desember) menggunakan rotasi 6/7 yang artinya dalam tujuh hari dilakukan pemanenan selama enam hari. Angka kerapatan panen (AKP) Angka kerapatan panen merupakan langkah pertama yang dilakukan untuk menentukan taksasi produksi. Kegiatan taksasi produksi di Kebun Bangun Bandar dilakukan oleh Kerani AKP pada saat siang hari atau sore hari pada blok yang akan dipanen esok harinya. Tata cara penghitungan AKP yaitu menentukan blok sampel terlebih dahulu untuk setiap kapveld. Satu blok sampel dalam satu kapveld maksimal 50 ha dengan pohon yang diamati 3–5% dari jumlah pohon. Seluruh pohon dalam blok sampel kemudian diamati jumlah TBS yang siap panen pada setiap pohon. Pelaksanaan panen Kegiatan panen dilakukan pada pukul 07.00–14.00 WIB. Tandan yang telah memenuhi kriteria matang panen dapat dipanen (Gambar 2). Brondolan yang terdapat di piringan/gawangan dikutip bersih dan dimasukkan tersendiri dalam karung untuk dibawa ke tempat pengumpulan brondolan. Gagang TBS dipotong dengan bentuk “V” (cangkem kodok) dengan panjang maksimal 2,5 cm dari pangkal buah dan diberi kode mandor dan nomor pemanen. TBS disusun tegak dan rapi 5 tandan perbaris di tempat pengumpulan hasil (TPH). TBS dengan berat >30 kg dibagi menjadi 2 bagian, untuk memudahkan dalam proses perebusan di pabrik, sedangkan buah yang telah busuk, buah dibrondolkan dan tandan kosong diletakkan di pinggir TPH.
Gambar 2. Proses panen dengan egrek
22 Kegiatan pemanenan yang terdapat di Afdeling I Kebun Bangun Bandar memiliki sistem satu orang pemanen memiliki satu nomor potong buah yang berarti satu orang pemanen memiliki tugas menurunkan TBS, memotong pelepah, dan mengutip brondolan. Berdasarkan pengamatan selama di lapangan setiap pemanen memiliki tenaga bantuan, dengan sistem ini dapat mengefisiensikan waktu dan jumlah tandan yang dihasilkan karena terdapat satu orang pemanen bertugas menurunkan TBS sedangkan tenaga bantuan bertugas menyusun pelepah dan mengutip brondolan. TBS yang sudah di panen harus secepat mungkin diangkut dan diolah oleh pabrik. Tujuannya untuk menghindari buah tertinggal lama di lapangan maka ketersediaan alat transportasi diupayakan memadai. Hal tersebut dilakukan melalui koordinasi antara Kerani transpor dan petugas traksi. Alat panen Semua kebutuhan alat panen di Kebun Bangun Bandar disediakan perusahaan termasuk alat operasional panen maupun alat pelindung diri (APD). Alat operasional panen diareal tanaman muda (3–5 tahun) memerlukan alat chisel (dodos dengan lebar 8 cm), kampak, alat pikul kereta sorong, dan gancu. Panen di areal tanaman dewasa dan tua (>5 tahun) diperlukan alat kampak, galah egrek, dan alat pikul kereta sorong dan gancu. Pengangkutan Buah Setelah buah diperiksa oleh Mandor dan Kerani transportasi, buah yang sudah terkumpul di TPH kemudian diangkat ke dalam truk untuk dibawa ke PKS. Setiap truk yang masuk ke afdeling melapor ke Kantor Afdeling dan sewaktu mengangkat TBS dari TPH harus diikuti oleh Kerani transport, Kerani transpor mencatat jumlah TBS dalam formulir pengumpulan buah (PB.24) per tahun tanam per blok per mandoran dan per pemanen. Kapasitas truk yang dibenarkan masuk ke afdeling sesuai surat perjanjian. TBS diangkut ke PKS dilengkapi dengan surat pengantar TBS (PB.25.01/Berstempel CSPO) yang ditanda tangani oleh Kerani produksi dan Asisten afdeling. Truk yang mengangkut TBS harus dilengkapi jaring pengaman pengangkutan yang dipasang dengan benar untuk menghindari TBS jatuh di jalan. Saat pengangkutan buah biasanya terdapat dua orang pemuat di setiap truk. Pemuat ini bertanggung jawab atas muatan truk serta penyusunan TBS. Pengangkutan TBS dan brondolan biasanya dimulai pukul 11.00 WIB atau saat buah yang sudah dipanen sudah terkumpul di TPH dan sudah dapat dimuat ke dalam bak truk. Teknik pengangkutan yang dilakukan adalah pengambilan TBS dimulai dari jarak yang terjauh dari jalan utama dan semakin mendekat ke jalan utama kebun. Kapasitas satu truk angkut TBS adalah 6–7 ton. Aspek Manajerial Aspek manajerial merupakan kegiatan yang dilakukan ketika berstatus sebagai pendamping mandor dan pendamping asisten divisi. Kegiatan administrasi di kantor divisi dan teknis budidaya kelapa sawit secara langsung di lapangan.
23 Pendamping Mandor Perawatan Mandor perawatan merupakan orang yang mengawasi seluruh kegiatan yang berhubungan dengan perawatan tanaman seperti perawatan jalan, pemupukan, pengendalian gulma, pengendalian hama dan penyakit pada tanaman kelapa sawit. Mandor perawatan yang ada di Divisi I Kebun Bangun Bandar, PT. Socfin Indonesia disesuaikan dengan kebutuhan dan waktu pelaksanaan kegiatan. Mahasiswa melakukan beberapa kegiatan sebagai pendamping mandor perawatan seperti, pemupukan, penyemprotan hama kumbang tanduk (Oryctes rhinoceros), sensus hama UPDKS, pengendalian hama UPDKS, dan pembongkaran pokok tanaman yang terkena Ganoderma sp. Seorang mandor perawatan harus memastikan semua hal mengenai perawatan di lapangan harus berjalan sesuai dengan SOP Socfin Indonesia. Penyemprotan dengan mesin HPS (High Power Sprayer) adalah salah satu kegiatan yang harus diawasi dengan seksama oleh mandor perawatan, karena hasil dari penyemprotan adalah hal penting. Persentase kematian hama ulat setelah penyemprotan harus seoptimal mungkin, agar tidak adanya pengendalian yang sama untuk selanjutnya. Pendamping Mandor Panen Mandor produksi bertugas untuk memastikan semua pekerjaan berjalan sesuai aturan seperti buah matang harus dipanen, tidak ada buah mentah, tidak ada buah matang dan brondolan yang tertinggal di tempat pengumpulan hasil (TPH) maupun di ancak, mengawasi penyusunan pelepah di gawangan dan di potong menjadi dua. Mandor panen wajib mengisi buku laporan hasil yang diperoleh hari itu juga, memeriksa persen panen yang akan dipanen pada esok hari. Setiap pagi mandor panen menunjukkan buku potong buah kepada pemanen. Mandor panen mengadakan monitoring terhadap pekerjaan pemanen agar mutu buah dan ancak yang dihasilkan dalam kualitas baik dan bersih. Pemeriksaan mutu dan buah dilakukan pada saat pemanen selesai melaksanakan kegiatan potong buah. Pendamping Asisten Divisi Asisten bertanggung jawab penuh terhadap semua pelaksanaan kegiatan di tingkat divisi baik teknis di lapangan maupun administrasi kebun. Uraian kegiatan seorang asisten meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan. Perencanaan pekerjaan dituangkan dalam Rencana Kerja Bulanan (RKB) dan selanjutnya pada Rencana Kerja Harian (RKH). Pembuatan RKH bertujuan untuk memudahkan dalam pengalokasian tenaga kerja, sehingga seluruh kegiatan dapat berjalan baik dan lancar. Sebelum melaksanakan pekerjaan setiap hari, asisten harus memberikan pengarahan kepada setiap mandor lapangan ketika antrian pagi. Pembahasan Biaya pemupukan yang dibutuhkan pada tanaman kelapa sawit sebesar 60% dari biaya pemeliharaan. Biaya pemupukan yang tinggi mengharuskan perusahaan mengaplikasikan pupuk lebih efektif dan efisien. Untuk itu diperlukan suatu rekomendasi pemupukan yang lebih efektif dan efisien untuk meningkatkan
24 produksi (Sugiyono et al. 2005). Selain itu pemupukan juga dapat meningkatkan daya tahan tanaman terhadap penyakit karena tanaman tumbuh dan berkembang dengan normal (Harahap et al. 2005). Menurut Fauzi et al., (2008) dalam pemberian pupuk harus memperhatikan kunci keefektifan dan keberhasilan pemupukan diantaranya: ketepatan jenis pupuk, ketepatan dosis pupuk, ketepatan waktu pemupukan, ketepatan cara pemupukan dan ketepatan tempat pupuk diaplikasikan. Tepat Dosis Jumlah pupuk yang diberikan kepada tanaman kelapa sawit perlu mempertimbangkan adanya kehilangan hara melalui panen, pencucian, dan aliran air. Kebutuhan unsur hara dapat dipenuhi dengan upaya pemupukan dengan menggunakan dosis yang direkomendasikan oleh pusat penelitian berdasarkan hasil analisis daun dan tanah. Hasil analisis daun dan tanah tersebut digunakan sebagai acuan untuk menetapkan dosis pemupukan. Dosis adalah jumlah suatu jenis pupuk yang direkomendasikan per pokok. Rekomendasi pemupukan diperoleh dari hasil analisi daun dan tanah tahun sebelumnya. Dua hal yang menentukan ketepatan dosis aplikasi pupuk di Kebun Bangun Bandar adalah untilan dan aplikasi penebaran pupuk. Penulis mengamati ketepatan dosis untilan dengan mengambil sampel acak sebanyak 10 karung until sebanyak 3 kali pada tumpukan until. Pengamatan ketepatan dosis untilan dilakukan pada pupuk NPK 12-12-17 dan Urea. Setiap jenis pupuk memiliki bobot untilan yang berbeda-beda. Bobot untilan menyesuaikan dengan jumlah pokok setiap barisnya dengan tujuan untuk mempermudah penebar ketika aplikasi pupuk dan dosis yang diaplikasikan per pokok sesuai dengan dosis yang ditentukan. Berdasarkan hasil pengamatan pada Tabel 3, hasil rata-rata ketepatan dosis untilan pada pupuk NPK 12-12-17 adalah 99,6% dan pupuk Urea adalah 98,8%. Hasil rata-rata dosis untilan tersebut apabila dibandingkan dengan SOP kebun yaitu 95–100%, kedua pupuk tersebut menunjukkan bahwa dosis untilan di kebun Bangun Bandar sudah tepat. Namun masih terdapat kendala pada saat penguntilan pupuk yaitu takaran untilan tiap jenis pupuk yang tidak lengkap sehingga tenaga penguntil harus membuat takaran terlebih dahulu sebelum melakukan penguntilan pupuk. Hal tersebut menyebabkan waktu penguntilan menjadi kurang efisien. Ketepatan dosis aplikasi pemupukan dilakukan pada pupuk borax dan NPK 15-15-15. Pupuk Borax dilakukan di blok 52, 53, 54 dan pupuk NPK 15-15-15 dilakukan di blok 46, 47, 49. Takaran untuk aplikasi pemupukan yaitu mangkuk yang telah dikalibrasi sesuai dengan dosis yang akan diaplikasikan per pokok. Berdasarkan data pengamatan tepat dosis pada Tabel 4, diketahui bahwa rata-rata persentase ketepatan dosis pemupukan Kieserite untuk dosis 0,1 kg tanaman-1 sebesar 46,7%, persentase lebih dosis 16,82%, dan persentase kurang dosis sebesar 36,41%. Sedangkan rata-rata persentase ketepatan dosis pemupukan NPK 15-15-15 untuk dosis 2,25 kg tanaman-1 sebesar 56,32%, persentase lebih dosis 26,38%, dan persentase kurang dosis 17,28%. Apabila hasil rata-rata persentase tersebut dibandingkan dengan nilai standar kebun yaitu 95–100%, maka dapat dikatakan bahwa aplikasi pemupukan di Kebun Bangun Bandar belum memenuhi prinsip kaidah tepat dosis. Beberapa hal yang mempengaruhi ketidaktepatan dosis pemupukan yaitu kesalahan penggunaan alat takar, dan kehilangan pupuk saat distribusi.
25 Ketidaktepatan dosis ini terjadi karena kurangnya pengawasan terhadap penabur saat proses pemupukan sehingga penabur perlu diberi arahan tentang pentingnya ketepatan dosis pemupukan. Selain itu, ketidaktepatan dosis juga disebabkan hilangnya pupuk saat distribusi pupuk mulai dari gudang sampai ke lahan. Kehilangan pupuk tersebut disebabkan oleh tali pengikat untilan yang mudah lepas dan karung untilan yang berlubang, sehingga jumlah untilan pupuk menjadi tidak sesuai dengan dosis rekomendasi oleh asisten. Hal tersebut menyebabkan jumlah pupuk yang diaplikasikan di lahan menjadi tidak tepat. Upaya perbaikan dengan pengarahan tentang pentingnya tepat dosis, pengawasan langsung, serta pengecekan peralatan pemupukan perlu dilakukan agar pemupukan yang efektif dan efisien dapat terlaksana. Tepat Waktu Aplikasi pemupukan di Kebun Bandun Bandar dibagi berdasarkan hara pupuk yaitu pupuk majemuk dan tunggal. Pupuk tunggal dibagi menjadi dua kali aplikasi, aplikasi pertama dilaksanakan pada bulan Januari-April dan aplikasi kedua dilaksanakan pada bulan Juli-September. Sementara pupuk majemuk dibagi menjadi tiga kali aplikasi, aplikasi pertama dilaksanakan pada bulan JanuariFebruari, aplikasi kedua pada bulan April-Mei, dan aplikasi ketiga pada bulan JuliSeptember. Berdasarkan pengamatan aplikasi pupuk pada bulan Februari sampai Mei 2015, masih terdapat aplikasi pemupukan yang tidak sesuai dengan rencana waktu pemupukan. Jenis pupuk yang terlambat dalam pengaplikasiannya adalah urea, NPK 12-12-17, dan borax yang disebabkan tidak adanya ketersediaan pupuk dari gudang pupuk curah hujan yang rendah pada bulan Februari sampai dengan April. Sementara pada pupuk NPK 15-15-15, aplikasi pemupukan terlambat disebabkan penanaman kembali (replanting) yang terlambat karena terbatasnya ketersediaan bibit. Salah satu faktor yang mempengaruhi keefesienan dan keefektifan pemupukan adalah curah hujan. Pemupukan yang optimum dilakukan pada curah hujan 100–200 mm per bulan, dengan curah hujan minimum 60 mm per bulan dan maksimum 300 mm per bulan. Pada saat curah hujan 100–200 mm per bulan kondisi tanah dalam lembab tetapi tidak jenuh (kapasitas lapang) sehingga penyerapan unsur hara oleh akar menjadi lebih efektif. Kondisi ini biasanya terjadi pada awal dan akhir musim hujan. Tepat Jenis Jenis pupuk yang digunakan di Kebun Bangun Bandar adalah pupuk organik dan anorganik. Pupuk organik yang digunakan adalah kompos. Kompos merupakan tandan buah yang telah melalui pemipilan (stripping), pengeppresan, dan pembusukan. Bahan-bahan untuk pembuatan kompos adalah janjang Kosong, limbah cair (POME), solid, dan urea. Pupuk anorganik yang digunakan di kebun Bangun Bandar adalah pupuk tunggal dan majemuk. Jenis pupuk tunggal yang digunakan adalah urea, rock phospate, kieserite, dolomit, dan borax, sementara pupuk majemuk yang digunakan adalah NPK 12-12-17 dan NPK 15-15-15. Pupuk majemuk memiliki keunggulan dibandingkan dengan pupum tunggal, yaitu lebih praktis dalam pemesanan, transportasi, penyimpanan, dan aplikasi di lapangan
26 karena satu jenis pupuk majemuk mengandung keseluruhan atau sebagian besar hara yang dibutuhkan tanaman. Ketepatan jenis pupuk yang digunakan di Kebun Bangun Bandar diperoleh dengan cara membandingkan rencana dengan realisasi jenis pupuk di lapangan. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan secara visual, jenis pupuk yang diaplikasikan di lapangan sudah memenuhi tepat jenis yaitu sesuai dengan rekomendasi pemupukan kebun Bangun Bandar Tahun 2016. Tepat Cara Cara aplikasi pemupukan terdiri atas dua cara yaitu sistem dibenam (pocket) dan tabur langsung. Pemupukan dengan cara benam hanya dilakukan pada areal dengan curah hujan tinggi atau sering banjir. Pupuk diaplikasikan dengan cara dibenam pada dua tempat dengan menggunakan cangkul sedalam ± 20 cm, yaitu dekat rumpukan dan sebelah rintis. Cara pemupukan yang sering digunakan yaitu cara tebar. Cara tebar merupakan cara memberikan pupuk dengan menebar pupuk langsung ke tanah di sekeliling tanaman (Simatupang et al., 2010). Keunggulan dari cara tebar yaitu lebih praktis dan efisien dalam pengaplikasiannya. Salah satu faktor penting untuk menentukan jumlah unsur hara yang dapat diserap oleh akar tanaman adalah cara pemupukan. Syarat yang harus dipenuhi dalam ketepatan cara adalah pupuk harus ditebar merata di dalam atau di luar piringan (pupuk makro dan mikro kecuali Rock phospate), ditebar secara strip di pinggir rumpukan atau bahan organik (pupuk Rock phospate), tidak boleh menumpuk, tidak boleh menggumpal dan piringan harus bersih dari gulma. Pengamatan setiap jenis pupuk dilakukan pada tiga blok dengan masing-masing blok diambil sampel tanaman sebanyak 50 tanaman. Hasil pengamatan ketepatan cara dalam aplikasi pemupukan urea untuk dosis 1,25 kg tanaman-1 pada blok 49, 50, dan 65, aplikasi pemupukan NPK 12-1217 untuk dosis 2,5 kg tanaman-1 pada blok 46, 49, 56 dan aplikasi pemupukan kieserite untuk dosis 0,7 kg tanaman-1 pada blok 52, 53, 54 tertera pada Tabel 7. Berdasarkan hasil pengamatan ketepatan cara di lapang, rata-rata tanaman tepat cara dari ketiga jenis pupuk yang diamati adalah 40 tanaman dan tanaman tidak tepat cara adalah 10 tanaman. Berdasarkan hasil pengamatan ketepatan cara di lapangan, rata-rata tanaman tepat cara dari ketiga jenis pupuk yang diamati adalah 40 tanaman dan tanaman tidak tepat cara adalah 10 tanaman. Rata-rata persentase ketepatan cara pada pupuk Urea adalah 81,33%, NPK 12-12-17 adalah 77,33%, dan Kieserite adalah 78,66%, jika dibandingkan dengan SOP Socfinfo (95–100%), tingkat ketepatan yang didapatkan masih belum memenuhi kaidah tepat cara dan perlu ditingkatkan. Hal tersebut disebabkan pupuk yang masih berbentuk bongkahan dan penebaran pupuk yang menumpuk dan piringan yang masih banyak gulma. Pupuk yang berbentuk bongkahan disebabkan tenaga penguntil yang tidak menghancurkan bongkahan pupuk saat penguntilan dan pupuk yang telah diuntil tidak segera diaplikasikan, sehingga pupuk menjadi menggumpal. Menurut PPKS (2005), penebaran pupuk di gulma menyebabkan pupuk akan terbuang sia-sia. Pupuk yang berbentuk bongkahan disebabkan tenaga penguntil pupuk tidak menghaluskan terlebih dahulu pupuk yang berbentuk bongkahan pada saat penguntilan di gudang dan pupuk yang telah diuntil tidak segera diaplikasikan tetapi disimpan di gudang, sehingga menyebabkan pupuk
27 menggumpal. Setiap penebar mempunyai teknik yang berbeda, tergantung dari kondisi lapangan dan piringan. Apabila kondisi lapangan seperti jalan rintis ditutupi oleh LCC (legume cover crop) dan tajuk pelepah tanaman menutupi piringan, maka akan menyulitkan dalam penebaran pupuk. Tepat Tempat Tempat penebaran pupuk yang diaplikasikan sangat mempengaruhi jumlah pupuk yang dapat diserap akar tanaman. Faktor-faktor yang diperhatikan dalam penempatan pupuk adalah kerapatan akar dan sifat pupuk. Kerapatan akar yang tinggi terjadi pada daerah gawangan dan rumpukan daun-daun hasil tunasan. Pemberian pupuk di piringan masih dilakukan karena kemudahan untuk mengontrol dosis dan pelaksanaan pemupukan meskipun akar lebih banyak menyerap pupuk di areal gawangan. Tempat penebaran pupuk yang diterapkan di Kebun Bangun Bandar dibedakan berdasarkan umur tanaman, pupuk makro dan mikro yang dibutuhkan oleh tanaman. Data ketepatan tempat pemupukan diperoleh dengan mengamati tempat penebaran pupuk RP dan mengukur jarak tebaran pupuk kieserite dan dolomit dengan batas luar piringan, kemudian dibandingkan dengan SOP Socfin Indonesia. Aplikasi pemupukan RP ditebar secara strip di pinggir rumpukan RP yang disajikan pada Tabel 8, diketahui bahwa rata-rata tanaman yang tepat tempat penebarannya adalah 44 pokok dan tanaman yang tidak tepat tempat penebarannya adalah 6 pokok sehingga rata-rata persentase ketepatan tempat pemupukan RP adalah 87.93%. Apabila dibandingkan dengan SOP Socfin Indonesia (95–100%), tingkat ketepatan tempat pupuk RP yang didapatkan kurang baik karena masih ditemukan aplikasi RP yang ditebar di atas kompos. Tempat penebaran RP tidak diperkenankan ditebar di atas bahan organik (kompos) karena di atas kompos terlebih dahulu telah diaplikasikan pupuk urea. Jika RP ditebar di atas bahan organik (kompos) maka akan menyebabkan berkurangnya penyerapan hara oleh akar tanaman (Pahan 2011). Apabila tempat penebaran pupuk urea dan RP sama, maka waktu pengaplikasian pupuk urea harus dilakukan sekitar satu bulan sebelum pupuk RP diaplikasikan, dan jika pupuk RP diaplikasikan terlebih dahulu, maka pupuk urea diaplikasikan sekitar tiga bulan kemudian. Standar jarak penebaran pupuk yang telah ditetapkan oleh perusahaan adalah 100 cm dari batas luar piringan ke arah luar. Berdasarkan hasil pengamatan pada Tabel 8, diketahui bahwa rata-rata jarak penebaran pupuk dolomite adalah 86,03 cm dan NPK 15-15-15 adalah 98,06 cm. Terdapat perbedaan yang cukup tinggi pada jarak penebaran kedua pupuk tersebut yang disebabkan oleh bentuk pupuk diantara keduanya yang berbeda. Pupuk berbentuk butiran sehingga ketika aplikasi pupuk jarak penebaran lebih jauh daripada pupuk yang berbentuk serbuk. Namun, apabila dibandingkan dengan SOP pemupukan Socfin Indonesia (100 cm), tingkat ketepatan tempat pada pupuk dan yang didapatkan kurang baik. Hal tersebut diduga disebabkan waktu aplikasi pemupukan di lahan yang terlambat sehingga berpengaruh terhadap kerja penebaran dan terdapatnya gulma seperti nephrolepis biserrata yang menyebabkan jarak penebaran menjadi terhambat. Defisiensi Unsur Hara Tanaman Kekurangan atau defisiensi unsur hara tanaman dapat diketahui dari gejalagejala yang terlihat pada tanaman. Menurut Lubis (2008), tanaman yang mengalami
28 kekurangan unsur hara biasanya memperlihatkan gejalanya di lapangan sehingga akan lebih mudah mengetahui kekurangannya. Defisiensi unsur hara yang berlebihan dapat menurunkan produktifitas tanaman, bahkan dapat menyebabkan kematian. Pengamatan defisiensi unsur hara dilakukan secara visual terhadap gejala defisiensi hara yang tampak pada tanaman kelapa sawit di Afdeling I Kebun Bangun Bandar. Pengambilan pengamatan dengan membandingkan gejala defisiensi unsur hara yang tampak pada daun, batang dan gulma sekitar tanaman kelapa sawit yang mengalami defisiensi unsur hara. Pengamatan defisiensi hara dilakukan pada tanaman belum menghasilkan dan tanaman menghasilkan. Setiap pohon sampel yang teridentifikasi mengalami satu atau lebih defisiensi hara diasumsikan hanya mengalami satu defisiensi hara dengan gejala yang terlihat paling dominan. Hasil pengamatan visual defisiensi unsur hara yang disajikan pada Tabel 9 menunjukkan bahwa pada tanaman menghasilkan, dari 216 pokok yang diamati, terdapat 23 pokok yang mengalami defisiensi unsur hara nitrogen (N), 6 pokok mengalami defisiensi hara pospat (P), 66 pokok mengalami defisiensi hara kalium (K), 6 pokok mengalami defisiensi unsur hara mangesium (Mg), dan 47 pokok mengalami defisiensi unsur hara boron (B). Defisiensi hara yang dominan pada tanaman menghasilkan adalah unsur hara kalium (K). Defisiensi unsur hara yang dominan pada tanaman belum menghasilkan dari 216 pokok yang diamatai yaitu 23 pokok yang mengalami defisiensi unsur hara nitrogen (N), 1 pokok mengalami defisiensi hara pospat (P), 18 pokok mengalami defisiensi unsur hara kalium (K), 34 pokok mengalami defisiensi unsur hara magnesium (Mg), 33 pokok mengalami defisiensi unsur hara Boron (B), dan 2 pokok mengalami defisiensi unsur hara besi (Fe). Defisiensi hara B diduga terjadi karena adanya keterlambatan dalam aplikasi sehingga kandungan B dalam tanah rendah (tidak cukup) atau tidak tersedia bagi tanaman. Hasil dari pengamatan defisiensi unsur hara yang dilakukan secara visual dapat membantu dan mendukung untuk melihat kebutuhan tanaman atau status unsur hara secara langsung, namun masih bersifat tidak mutlak karena pengamatan yang dilakukan bersifat subyektif. Defisiensi unsur hara yang terjadi disebabkan kurang tepatnya dosis, waktu, cara dan tempat ketika aplikasi pemupukan di lapangan. Salah satu penyebab tanaman mengalami defisiensi hara adalah akibat dari pemupukan yang kurang tepat dan pengambilan sampel untuk analisa daun yang kurang tepat, misalnya pokok sampel yang terkena serangan penyakit dan hama, pokok sampel yang terdapat di pinggir parit tetap dilakukan pengambilan sampel daun sehingga dapat menyebabkan gejala defisiensi hara pada tanaman. Kehilangan Pupuk Sumber kehilangan pupuk dapat terjadi mulai dari penerimaan pupuk di gudang, penguntilan pupuk, pemuatan untilan ke kendaraan untuk mengecer, pengeceran untilan ke lapangan, serta tahap tersebut sangat sedikit. Kehilangan pupuk tersebut akan menimbulkan kerugian dalam hal biaya, ketepatan dosis pemupukan, serta berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman Berdasarkan hasil pengamatan kehilangan pupuk pada Tabel 10, diketahui bahwa rata-rata kehilangan pupuk di gudang sebesar 1,8 kg, kehilangan pupuk di transportasi sebesar 1,2 kg. Persentase total kehilangan pupuk sebesar 0,04% untuk
29 setiap kali pemupukan. Hal tersebut tidak sesuai dengan standar perusahaan yaitu 100%. Kehilangan pupuk tersebut disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya karung yang sudah tidak layak untuk penguntilan dan pengikatan untilan yang tidak kuat (bocor), selain itu juga karena lantai tempat untilan yang tidak diatas sehingga sisa-sisa pupuk yang tidak bisa disekop menjadi tertinggal atau tersapu. Pada saat pemuatan untilan ke kendaraan juga terjadi kehilangan pupuk. Pemuat umumnya melemparkan untilan ke dalam kendaraan sehingga sering menyebabkan karung untilan tersebut bocor sehingga pupuknya tercecer. Tabel 10 Pengamatan kehilangan pupuk di Kebun Bangun bandar Blok
Tahun tanam
46 47 48 49 50 67
2005 2003 2012 2005 2005 2004
Jumlah aplikasi pupuk (kg) 5440 7140 5940 9040 7240 4482 Rata-rata
Kehilangan Kehilangan pupuk di pupuk gudang (kg) tercecer (kg) 1,7 1,9 1,3 2,1 2,2 1,8 1,8
0,9 1,4 1,7 1,3 0,9 1,1 1,2
Persentase Total total kehilangan kehilangan pupuk (kg) pupuk (%) 2,6 0,04 3,3 0,04 3,0 0,05 3,4 0,03 3,1 0,04 2,9 0,06 3,0 0,04
Kehilangan pupuk juga terjadi pada saat penurunan pupuk dari kendaraan dengan cara dilemparkan ke tepi jalan TPH. Lemparan tersebut dapat menyebabkan terbukanya ikatan untilan dan pecahnya karung sehingga pupuk tercecer. Kehilangan pupuk tersebut dapat diminimalisir dengan adanya kontrol mandor terhadap penguntil untuk mengikat untilan dengan kuat, penggunaan karung yang tidak bocor, dan pemuatan untilan pupuk dengan lebih hati-hati.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Pemupukan di Kebun Bangun Bandar PT. Socfin Indonesia sudah memenuhi kriteria tepat jenis. Ketepatan dosis untilan di Kebun Bangun Bandar sudah sesuai dengan standar kebun, tetapi ketepatan dosis aplikasi di lapangan masih belum sesuai dengan rekomendasi. Prinsip ketepatan waktu, cara dan tempat masih belum berlangsung dengan baik. Gejala defisiensi hara N, P, K, Mg, B dan Fe yang terjadi kurang memperhatikan prinsip ketepatan dosis dan waktu pemupukan. Gejala defisiensi hara yang dominan pada TBM yang diamati secara visual adalah Boron, sementara pada TM adalah Kalium. Kehilangan pupuk terjadi pada saat penguntilan, pemuatan pupuk ke kendaraan, dan penurunan pupuk dari kendaraan.
30 Saran Pengawasan pada saat penguntilan pupuk dan kalibrasi kembali alat sebelum digunakan sebaiknya perlu ditingkatkan guna memenuhi kaidah tepat dosis. Selain itu, pengawasan ketika proses penguntilan dan distribusi pupuk dari gudang ke lapangan diperlukan untuk mengurangi hilangnya pupuk. Perencanaan dan pengawasan pemupukan harus ditingkatkan agar efisiensi dan efektifitas pemupukan dapat tercapai oleh pihak kebun.
31
DAFTAR PUSTAKA [BPS] Badan Pusat Statistik. 2014. Statistik kelapa sawit Indonesia 2014. http://www.bps.go.id [25 September 2015]. [Ditjenbun] Direktorat Jendral Perkebunan. 2013. Perkembangan luas areal perkebunan 2008-2013. http;//ditjenbun.deptan.go.id [27 September 2014]. Adiwiganda R. 2005. Pertimbangan Penggunaan Pupuk Majemuk pada Berbagai Kelas Kesesuaian Lahan di Perkebunan Kelapa Sawit. Pertemuan Teknis Kelapa Sawit PPKS 19-20 April 2005. Medan Fauzi Y., Widyastuti E., Satyawibawa I., dan Hartono R. 2008. Kelapa Sawit: Budidaya Pemanfaatan Hasil Limbah Analisis Usaha dan Pemasaran Edisi Revisi. Penebaran Swadaya, Jakarta. Harahap IY., Sutarta ES., Purba RY., Darlan NH. 2005. Peran pemupukan terhadap pertumbuhan dan kesehatan bibit kelapa sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit, editor. Prosiding Pertemuan Teknis Kelapa Sawit : Pemeliharaan Kesehatan Tanaman Kelapa Sawit melalui Pengendalian Terkini Hama, Penyakit, dan Gulma serta Aplikasi Pemupukan 13-14 September. Yogyakarta, Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan. Lubis AU. 2008. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Indonesia. Pematang Siantar: Pusat Penelitian Perkebunan Marihat. Novizan. 2007. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Agromedia Pustaka, Jakarta. Pahan I. 2011. Panduan Lengkap Kelapa Sawit (Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir). Penebar Swadaya, Jakarta. Risza S. 1994. KelapaSawit. Kanisius.Yogyakarta. Sastrosayono S. 2003. Budidaya Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka. Jakarta. Setyamidjaja D. 2006. Kelapa Sawit. Kanisius. Yogyakarta. Simatupang A. 2010. Pengaruh beberapa dosis pupuk organik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman terung (Solanum malongena L.). Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas ANDALAS. Padang. Sugiyono., Sutara ES., Darmosarkoro W., Santoso H., 2005. Peranan perimbangan K, Ca, dan Mg tanah dalam penyusunan rekomendasi pemupukan kelapa sawit dalam Sutarta ES, Siregar HH, Erningpraja L, Darnoko, Winarna, Yudanto BG, Listia E, editor. Prosiding Pertemuan Teknis Kelapa Sawit : Peningkatan Produktivitas Kelapa Sawit melalui Pemupukan dan Pemanfaatan Limbah PKS; 2005 Apr 19 20; Medan, Indonesia, Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan. Sukamto H. 2008. Kiat Meningkatkan Produktivitas dan Mutu Kelapa Sawit. Penebar Swadaya, Jakarta. Sukmo A. 2014. Manajemen pemupukan kelapa sawit di sungai cempaga estate, pt. windu nabatindo abadi, bumitama gunajaya agro group, kalimantan tengah. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Sunarko. 2008. Petunjuk Praktis Budidaya dan Pengolahan Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka, Jakarta. Yuniarko Y. 2009. Pengelolaan gulma pada perkebunan kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) tanaman menghasilkan di PT. Jambi Agro Wijaya, Bakrie Sumatra Pantation , Sarolangun, Jambi. Skripsi. Institut Pertanian Bogor.
32
33
LAMPIRAN
34
35 Lampiran 1. Jurnal harian sebagai karyawan harian lepas di Kebun Bangun Bandar PT. Socfin Indonesia Prestasi Kerja Tanggal
Kegiatan
10/02/2016
Penyerahan berkas
-
-
-
Kantor Besar
11/02/2016
Orientasi lapang
-
-
-
Kebun Afdeling 1
12/02/2016
Pembibitan
10 bibit
120 bibit
100 bibit
Areal pembibitan
13/02/2016
Pembibitan
10 bibit
120 bibit
100 bibit
Areal pembibitan
15/02/2016
Pemanenan
3 janjang
140 janjang
120 janjang
Blok 52
16/02/2016
Pemanenan
5 janjang
148 janjang
120 janjang
Blok 52
17/02/2016
10 kg
450 kg
400 kg
Blok 54
18/02/2016
Pemupukan kimia Penguntilan pupuk
10 kg
480 kg
400 kg
Gudang pupuk
19/02/2016
Pemanenan
3 janjang
138 janjang
120 janjang
Blok 58
20/02/2016
Pemupukan kimia
5 kg
450 kg
400 kg
Blok 56
22/02/2016
Pemanenan
4 janjang
150 janjang
120 janjang
Blok 53
23/02/2016
Pemanenan
5 janjang
138 janjang
120 janjang
Blok 53
24/02/2016
Pemanenan
5 janjang
150 janjang
120 janjang
Blok 63
25/05/2016
Semprot pestisida
-
64,8 ha
64,8 ha
Blok 57
26/02/2016
Pemanenan
4 janjang
140 janjang
120 janjang
Blok 59
27/02/2016
Pengomposan
-
480 kg
400 kg
Blok 60
29/02/2016
Pemupukan kimia
10 kg
450 kg
400 kg
Blok 61
01/03/2016
Pemupukan
-
550 kg
400 kg
Blok 64
02/03/2016
Pemupukan
-
550 kg
400 kg
Blok 64
03/03/2016
Pemupukan
-
450 kg
400 kg
Blok 66
04/03/2016
Pemupukan
-
550 kg
400 kg
Blok 65
05/03/2016
Pemanenan
5 janjang
138 janjang
120 janjang
Blok 50
06/03/2016
Libur
-
-
Rumah warga
07/03/2016
Pemanenan
5 janjang
140 janjang
400 janjang
Blok 56
08/03/2016
Pemanenan
5 janjang
138 janjang
122 janjang
Blok 56
09/03/2016
Libur
-
-
Rumah warga
10/03/2016
Pemanenan
5 janjang
122 janjang
Blok 62
Penulis
Karyawan
Standar
Lokasi
(Satuan/HK)
-
138 janjang
36 Lampiran 2. Jurnal harian sebagai pendamping mandor di Kebun Bangun Bandar PT. Socfin Indonesia Prestasi Kerja Penulis Tanggal
Kegiatan
Jumlah KH yang diawasi (orang)
Luas Areal yang diawasi (ha)
Lama kegiatan (jam)
Lokasi
11/03/2016
Mandor panen
9
40,68
7
Blok 62
12/03/2016
Mandor panen
10
32,74
Blok 49
14/03/2016
Mandor panen
12
34,75
7 7
15/03/2016
Mandor panen
11
40,68
7 9
Blok 52 Blok 62
16/03/2016
Krani potongbuah
11
34,75
17/03/2016
Cek mutu buah
11
-
18/03/2016
Mandor panen
10
40,68
19/03/2016
Mandor panen
12
34,75
20/03/2016
Libur
-
-
21/03/2016
Mandor pupuk
10
73,24
22/03/2016
Mandor pupuk
11
73,24
23/03/2016
Cek mutu buah
11
-
9
Pabrik
24/03/2016
Mandor panen
10
64,48
7
Blok 58
25/03/2016
Mandor panen
12
64,48
7
Blok 58
26/03/2016
Libur
-
-
-
Rumah warga
27/03/2016
Mandor semprot
12
61,77
7
Blok 48
28/03/2016
Mandor pupuk
11
40,95
Blok 61
29/03/2016
Bongkar tanaman
7
61,38
7 7
30/03/2016 31/03/2016 01/04/2016 02/04/2016 04/04/2016
9 7 7 7 7
7
Blok 52 Pabrik Blok 62 Blok 52 Rumah warga Blok 67 Blok 67
Blok 65
Mandor semprot Pengendalian injeksi Pengendalian injeksi
11
32,74
Blok 49
9
35,09
7
Blok 55
9
35,09
Blok 55
Pengambilan LSU Krani potong buah
7
40,68
7 7
Blok 62
9 9
34,34
Blok 64 7
05/04/2016
Mandor hama
11
25,42
Blok 53
06/04/2016
Mandor hama
13
25,42
7
Blok 53
07/04/2016
Mandor hama
12
25,42
7
Blok53
37 Lampiran 3. Jurnal harian sebagai pendamping asisten di Kebun Bangun Bandar PT. Socfin Indonesia Tanggal
Kegiatan
08/04/2016 09/04/2016 11/04/2016 12/04/2016 13/04/2016 14/04/2016 15/04/2016 16/04/2016 18/04/2016 19/04/2016 20/04/2016 21/04/2016 22/04/2016 23/04/2016 25/04/2016 26/04/2016 27/04/2016
Mengawasi panen Mengawasi panen Penyemprotan Mengawasi panen Mengawasi panen Mengawasi panen Mengawasi panen Mengawasi panen Mengawasi panen Mengawasi panen Penyemprotan Penyemprotan Bongkar tanaman Penyemprotan Mengawasi panen Pemupukan Pengendalian injeksi Pengendalian injeksi Mengawasi panen Mengawasi panen Libur Mengawasi panen Mengawasi panen Mengawasi panen Mengawasi panen Mengawasi panen Mengawasi panen Mengawasi panen Mengawasi panen Mengawasi panen Mengawasi transport Mengawasi transport Mengawasi transport Pengendalian injeksi Pengendalian injeksi Pengendalian injeksi
28/04/2016 29/04/2016 30/04/2016 01/05/2016 02/05/2016 03/05/2016 04/05/2016 07/05/2016 09/05/2016 10/05/2016 11/05/2016 12/05/2016 13/05/2016 14/05/2016 16/05/2016 17/05/2016 18/05/2016 19/05/2016 20/05/2016
Prestasi Kerja Penulis Jumlah Mandor Luas Areal Lama yang diawasi yang Diawasi Kegiatan (orang) (ha) (jam) 1 117,05 7 1 117,05 7 1 60,17 3 117,05 7 3 115,56 7 1 115,56 7 1 56,09 7 3 56,09 7 3 89,07 7 3 89,07 7 1 43,81 7 1 43,81 7 1 61,77 7 1 43,81 7 3 122,72 7 1 40,68 7 1 64,48 7
Lokasi Blok 66 dan 67 Blok 66 dan 67 Blok 52 dan 53 Blok 66 dan 67 Blok 67 dan 68 Blok 67 dan 68 Blok 50 dan 51 Blok 50 dan 51 Blok 62 dan 63 Blok 62 dan 63 Blok 66 Blok 66 Blok 48 Blok 66 Blok 47 dan 48 Blok 62 Blok 58
1
64,48
7
3 3 3 3 1 1 1 3 3 3 3 1
59,21 59,21 64,37 64,37 117,05 117,05 70,32 70,32 110,34 110,34 87,06 -
7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 9
Blok 58 Blok 49 dan 50 Blok 49 dan 50 Rumah warga Blok 51 dan 52 Blok 51 dan 52 Blok 66 dan 67 Blok 66 dan 67 Blok 54 dan 55 Blok 54 dan 55 Blok 56 dan 57 Blok 56 dan 57 Blok 59 dan 60 Pabrik
1
-
9
1
-
9
1
25,42
7
Pabrik Pabrik Blok 53 1
25,42
7
1
25,42
7
Blok 53 Blok 53
38 Lampiran 3. (Lanjutan)
Tanggal
Kegiatan
21/05/2016 23/05/2016 24/05/2016 25/05/2016 26/05/2016 27/05/2016 28/05/2016
Mengawasi panen Penyemprotan Penyemprotan Penyemprotan Krani potong buah Krani potong buah Mengawasi transport Mengawasi transport Mengawasi transport Mengawasi panen Mengawasi panen Mengawasi panen Administrasi Administrasi Administrasi Persiapan pulang
30/05/2016 31/05/2016 01/06/2016 02/06/2016 03/06/2016 04/06/2016 05/06/2016 06/06/2016 07/06/2016
Prestasi Kerja Penulis Jumlah Mandor Luas Areal Lama yang diawasi yang Diawasi Kegiatan (orang) (ha) (jam) 3 87,06 7 1 40,46 7 1 40,46 7 1 40,46 7 3 87,06 7 3 87,06 7 1 9
Lokasi Blok 59 dan 60 Blok 68 Blok 68 Blok 68 Blok 59 dan 60 Blok 59 dan 60 Pabrik
1
-
9 Pabrik
1
-
9
3 3 3 -
122,72 122,72 94,51 -
7 7 7 -
Pabrik Blok 47 dan 48 Blok 47 dan 48 Blok 48 dan 49 Kantor kebun Kantor kebun Kantor kebun -
39
Lampiran 4. Struktur Organisasi Kebun Bangun Bandar PT. Socfin Indonesia Pengurus
Mantri Recolte
Mantri tanaman
KTU
Mantrimantri
Karyawan
Asisten Kepala
Tekniker I
Asisten Divisi I II III IV
Tekniker II
Mandor I Produksi
Mandor I Perawatan
Mandormandor
Mandormandor
karyawan
karyawan
Krani Keliling
Opas Kantor
Mandor Pengolahan kepala Bengkel Umum kepala Bengkel Sipil kepala Bengkel Listrik kepaa Bengkel Motor kepala Kamar Mesin Mandor Boiler Krani Pabrik
Tukang-tukang
39
40
40
Lampiran 5. Stuktur Organisasi Divisi I Kebun Bangun Bandar PT. Socfin Indonesia
Asisten
Mandor I Perawatan
Mandormandor
Karyawan
Mandor I Produksi
Mandor Potong Buah
Krani Keliling
Krani Potong Buah
Karyawan
Opas Kantor
41
Lampiran 6. Peta Lokasi Kebun Bangun Bandar
41
42 42
Lampiran 7. Data produksi Kebun Bangun Bandar 5 tahun terakhir Kg TBS Bulan 2011 2012 2013 864.706 957.836 1.256.321 Januari Februari Maret April Mei Juni July Agustus September Oktober November Desember Total
913.779 1.173.794 1.127.388 1.265.616 1.105.265 1.145.121 1.049.076 1.157.755 1.028.891 977.970 1.012.348 12.821.708
1.034.894 1.027.696 1.074.116 1.157.076 1.246.700 1.284.223 1.039.482 1.223.306 941.273 1.108.043 1.211.028 13.305.673
1.131.087 1.190.277 1.176.674 1.180.411 1.352.693 1.314.165 984.381 785.922 1.200.470 1.306.597 1.313.600 14.192.598
2014 1.207.720
2015 1.075.887
2011 364
CPO (kg/ha) 2012 2013 2014 2015 375 454 429 364
1.225.047 1.111.475 1.323.191 1.149.790 1.310.801 1.306.849 1.433.206 916.020 1.262.818 990.689 1.243.393 14.482.999
1.175.422 1.346.490 1.580.422 1.455.345 1.471.064 1.604.657 1.870.292 1.589.630 1.548.232 1.254.071 1.322.544 17.294.056
385 494 475 533 465 482 442 488 433 412 426 5.399
405 402 420 453 488 503 407 479 368 434 474 5.209
409 430 425 426 469 475 356 284 434 472 474 5.127
435 397 395 455 470 534 408 492 465 497 464 542 509 632 325 537 448 532 352 424 441 447 5.140 5.846
43 Lampiran 8. Curah hujan 5 tahun terakhir 2011 Bulan CH HH (mm) January 123 12 February 102 6 March 367 15 April 134 8 May 171 8 June 211 13 July 240 9 August 365 16 September 301 14 October 348 20 November 134 10 December 185 11 Total 2681 142 BB 12 BK Keterangan : CH : Curah Hujan mm : Milimeter CH (mm) HH : Hari Hujan BB : Bulan Basah (>100 mm) BK : Bulan Kering (<60 mm)
2012 CH (mm) 47 51 159 364 256 56 277 210 258 162 312 115 2267 9 3
2013 HH 4 7 8 16 13 4 10 11 18 16 14 11 132
CH (mm) 173 52 58 324 170 84 166 325 158 412 218 234 2374 9 2
2014 HH 10 9 7 13 11 8 10 17 12 21 11 12 141
CH (mm) 47 47 88 37 274 32 120 174 274 210 296 229 1828 7 4
2015 HH 7 3 3 5 14 4 6 13 13 13 15 13 109
CH (mm) 98 36 14 48 452 81 98 187 199 85 342 58 1698 4 4
7 4 4 11 14 6 10 15 9 9 14 6 109
43
Klarifikasi iklim Scmidth-Ferguson 0 < Q < 14.3% = Tipe A (Sangat Basah) 14.3% < Q < 33.3% = Tipe B (Basah) 33.3% < Q < 60.0% = Tipe C (Agak Basah) 60.0% < Q < 100% = Tipe D (Sedang) 100% < Q < 167% = Tipe E (Agak Kering) 167% < Q < 300% = Tipe F (Kering)
HH
44 44
Lampiran 9. Luas areal tanaman menghasilkan Kebun Bangun Bandar PT. Socfin Indonesia 2016 Divisi I Divisi II Divisi III Blok Blok Blok Blok Tahun Luas Tahun Tahun Luas Luas (ha) Tanam (ha) Tanam Tanam (Ha) 58 1999 64,48 1988 55,75 8 1989 44,15 89 61 2000 26,03 39 1999 23,08 13 1989 51,55 70 47 2003 59,60 41 2000 47,34 14 1998 59,66 86 57 2003 2,43 38 2000 39,91 11 1990 41,81 91 65 2004 61,38 42 2002 38,30 15 1990 36,05 75 66 2004 43,81 35 2003 52,34 19 1990 38,98 80 67 2004 73,24 27 2003 79,13 20 1990 41,78 87 46 2005 40,06 40 2004 70,15 24 1990 37,32 93 49 2005 32,74 32 2004 38,83 16 1991 19,70 80 50 2005 26,47 33 2006 58,89 21 1991 22,48 77 47 2007 1,35 28 2006 79,56 22 1991 6,78 56 2007 11,72 34 2008 25,31 23 1991 41,81 68 2007 2,14 45 2010 17,88 7 2001 33,67 51 2008 31,16 30 2011 43,53 12 2004 0,95 62 2009 40,68 29 2011 42,36 9 2009 54,03 63 2009 48,39 36 2011 27,78 10 2010 81,32 64 2010 34,34 43 2013 48,81 17 2010 56,25 48 2012 61,77 37 2013 29,45 26 2011 40,35 52 2012 34,75 44 2013 23,25 12 2012 50,82 53 2012 25,42 45 99 2009 80,85 54 2012 35,23 100 2009 50,96 101 2011 34,50 102 2012 53,30 Total 757,19 841,63 979,07
Divisi IV Tahun Luas Tanam (Ha) 2008 27,62 2009 14,46 2009 49,79 2009 54,81 2010 16,14 2010 19,63 2010 13,45 2010 76,79 2012 16,87 2013 50,20
340,86
Luas Areal (Ha)
2918,77
45 Lampiran 10. Luas areal tanaman belum menghasilkan Kebun Bangun Bandar PT. Socfin Indonesia 2016 Divisi I Divisi II Divisi III Divisi IV Blok Blok Blok Tahun Blok Tahun Tahun Luas Luas Tahun Luas Lua(ha) Tanam Tanam (Ha) Tanam (Ha) Tanam (Ha) 46 2014 6,84 31 2014 78,42 25 2015 32,37 92 2014 50,01 57 2014 45,05 18 2016 43,50 90 2014 60,24 60 2015 31,06 82 2015 76,17 61 2015 40,95 70 2016 19,28 55 2015 35,09 87 2016 18,23 56 2016 53,48 59 2016 56,00 68 2016 38,32 Total 306,79 78,42 75,87 223,93
Luas Areal (Ha)
685,01
Lampiran 11. Luas seluruh tanaman kelapa sawit Kebun Bangun Bandar PT Socfin Indonesia 2016 Divisi Luas Areal (ha) I 1063,98 II 920,07 III 1054,94 IV 568,79 Total Seluruh 3603,78
45
46 46
Lampiran 12. Tata guna lahan Kebun Bangun Bandar 2016 Divisi I Divisi II Emplacement 23,60 2,85 Nursery 3,70 Bamboo 0,52 Effluent 4,31 PLN Line 5,82 RSPO (HCV) 9,15 4,82 Isolation Drainage 2,41 1,65 Total 43,17 15,66
Divisi III 4,72
0,25 4,97
Divisi IV
Total 31,17 3,70 0,52 4,31 5,82 14,22 4,06 63,80
47
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Medan, Sumatera Utara pada tanggal 15 Desember 1994 dari Ayah B. Gultom dan S. Sinaga. Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar pada tahun 2006 di SD Santo Thomas I Medan Sumatera Utara, menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SMP SUTOMO 1 Medan Sumatera Utara tahun 2009, menyelesaikan pendidikan sekolah menengah atas di SMA SUTOMO 1 Medan Sumatera Utara tahun 2012 dan melanjutkan pendidikan tinggi di Institut Pertanian Bogor pada Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian melalui jalur tulis SNMPTN. Selama menjalani pendidikan di IPB, penulis aktif di organisasi Himpunan Mahasiswa Agronomi (HIMAGRON) IPB. Penulis pernah mengikuti kuliah lapang dan kuliah kerja nyata berbasis profesi (KKN-P) di Desa Bagot, Kecamatan Sukahaji, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat.