MANAJEMEN PEMUPUKAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI BANGUN KOLING ESTATE, BUMITAMA GUNAJAYA AGRO, KALIMANTAN TENGAH
FITRI YANI NOOR MEDINA
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit di Bangun Koling Estate adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, September 2013 Fitri Yani Noor medina NIM A24090027
ABSTRAK FITRI YANI NOOR MEDINA. Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Bangun Koling Estate, Bumitama Gunajaya Agro, Kalimantan Tengah. Dibimbing oleh SUPIJATNO. Kegiatan magang dilaksanakan di Bangun Koling Estate (BKLE), Bumitama Gunajaya Agro, Kalimantan Tengah dari bulan Febriari sampai Juni 2013. Kegiatan magang bertujuan untuk menambah pengalaman dan mempelajari manajemen perkebunan kelapa sawit terutama yang berkaitan dengan manajemen pemupukan. Pengumpulan data dan informasi dilakukan dengan metode langsung dan tidak langsung. Pengamatan dilakukan terhadap efektivitas pemupukan yaitu ketepatan jenis pupuk, ketepatan waktu, ketepatan cara dan ketepatan dosis. Pengamatan juga dilakukan terhadap efisiensi pemupukan yaitu efisiensi tenaga kerja dan efisiensi biaya. Defisiensi hara tanaman di BKLE dari tahun 2011 ke tahun 2012 mengalami penurunan untuk defisiensi unsur N, K dan B dan terjadi sedikit peningkatan defisiensi unsur Mg dan Cu. Kata kunci: efektivitas pemupukan, efisiensi pemupukan, kelapa sawit, defisiensi hara
ABSTRACT FITRI YANI NOOR MEDINA. Fertilization Management of Palm Oil (Elaeis guineensis Jacq.) in Bangun Koling Estate, Bumitama Gunajaya Agro, Central Kalimantan. Supervised by SUPIJATNO. The internship was conducted at Bangun Koling Estate (BKLE), Bumitama Gunajaya Agro, Central Kalimantan during from Februari to Juni 2013. The internship activities aimed adding experience out and learn the management of palm oil plantation especially fertilization management. Collection of data and information carried out by the direct and indirect method. The observation was made is fertilizer effectineness that consist of type, time of application, method and dose of fertilzer. The observation of the efficiency of fertilizer consist of labor and cost efficiency. Nutrient deficiency in BKLE from 2011 until 2012 has decreased for N, K and B but a slight increase in Mg and Cu deficiency. Key words: fertilizer effectiveness, fertilizer efficiency, nutrient deficiency, palm oil
MANAJEMEN PEMUPUKAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI BANGUN KOLING ESTATE, BUMITAMA GUNAJAYA AGRO, KALIMANTAN TENGAH
FITRI YANI NOOR MEDINA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Agronomi dan Hortikultura
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
Judul Skripsi : Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Bangun Koling Estate Bumitama Gunajaya Agro, Kalimantan Tengah Nama : Fitri Yani Noor Medina NIM : A24090027
Disetujui oleh
Dr Ir Supijatno, MSi Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Agus Purwito, MSc Agr Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayahNya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Bangun Koling Estate, PT. Windu Nabatindo Abadi, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Selatan. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan Strata Satu (S1) dalam memperoleh gelar Sarjana Pertanian. Proses pembuatan skripsi ini tidak lepas dari berbagai pihak yang mendukung dan membantu baik langsung maupun tidak langsung. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Asep Mustopa dan Ibu Iis Cucu, serta kaka Adititya Ikhsan Nugraha atas doa, kasih sayang, perhatian, dukungan dan kepercayaan kepada penulis. 2. Dr Ir Supijatno, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, kritik dan saran yang membangun selama proses penyusunan skripsi. 3. Dr Ir Ade Wachjar, MS selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama proses kegiatan akademik di Departemen Agronomi. 4. Dr Ir Iskandar Lubis, MS dan Prof Ir Sudirman Yahya, MSc sebagai dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan ketika ujian skripsi 5. Bumitama Gunajaya Agro Grup, yang telah memberikan izin dan dukungannya untuk magang di Bangun Koling Estate, PT Windu Nabatindo Abadi 6. Bapak Khairul Ahmad SP. selaku Estate Manajer, K. Ikhwan SP. selaku Kasie, M.Nodrotunaim SP., Wildan Mahmud SP., Herman Wahyudi SP., Ferry Ramadhan SP., selaku pembimbing lapang dan Asisten di BKLE yang telah memberikan bimbingan dan bantuan selama penulis magang 7. Seluruh keluarga AGH 46, terutama: Gusti Reza Puspita, Nurul Fauziah, Amelia Rahmawati, Pryo Adi Lukito, Poetri Agustin, Astriyani Rosyad, Dian Pratiwi serta teman seperjuangan magang Annisa Effendi atas kebersamaan dan inspirasinya selama kuliah di Departemen Agronomi 8. Keluarga Besar Bangun Koling Estate atas bantuan, bimbingan serta kasih sayang terhadap penulis selama magang.
Bogor, September 2013 Fitri Yani Noor Medina
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR LAMPIRAN
iv
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan
2
TINJAUAN PUSTAKA
2
METODE MAGANG
5
Waktu dan Tempat
5
Pelaksanaan Magang
5
Pengumpulan Data dan Pengamatan
6
Analisis Data dan Informasi
7
KONDISI UMUM LOKASI MAGANG Letak Geografis dan Administratif
7 8
Keadaan Iklim dan Tanah
8
Luas Hak Guna Usaha (HGU) dan Tata Guna Lahan
8
Keadaan Tanaman dan Produksi
9
Struktur Organisasi dan Ketanagakerjaan
10
Fasilitas Kesejahteraan Karyawan
11
PELAKSANAAN MAGANG
12
Aspek Teknis
12
Aspek Manajerial
21
HASIL DAN PEMBAHASAN
23
Efektivitas Pemupukan
23
Efisiensi Pemupukan
28
Defisiensi Hara
31
SIMPULAN DAN SARAN
32
Simpulan
32
Saran
33
DAFTAR PUSTAKA
33
LAMPIRAN
35
RIWAYAT HIDUP
48
DAFTAR TABEL 1 Luas HGU dan tata guna lahan di BKLE 2 Populasi tanaman per tahun tanam di kebun BKLE 3 Produksi dan produktivitas TBS BKLE tahun 2009-2011 4 Jumlah staf dan non staf kebun BKLE 5 Alat-alat yang digunakan untuk panen beserta fungsinya 6 Realisasi pemupukan kebun BKLE tahun 2012 7 Rencana dan realisasi pemupukan berdasarkan kandungan unsur hara 8 Rekomendasi jenis dan waktu pemupukan tahun 2013 rotasi 1 BKLE 9 Realisasi jenis dan waktu pemupukan rotasi 1 BKLE 10 Ketepatan cara 8 orang penabur 11 Ketepatan dosis untilan 12 Ketepatan dosis per tanaman 13 Prestasi tenaga kerja penabur di BKLE untuk pupuk Urea dan MOP 14 Rata-rata prestasi kerja penabur berdasarkan klasifikasi lama bekerja 15 Rata-rata prestasi kerja penabur berdasarkan klasifikasi tingkat usia 16 Inefisiensi biaya yang di keluarkan untuk pupuk MOP, Urea dan RP
9 9 10 11 17 24 24 25 25 26 27 28 29 30 30 31
DAFTAR GAMBAR 1 Fasilitas kebun BKLE 2 Pengaplikasian tandan kosong 3 Cara pengambilan LSU 4 Proses penguntilan pupuk di gudang 5 Pelaksanaan pemupukan 6 Pelaksanaan panen 7 Pengendalian gulma 8 Defisiensi hara BKLE pada tahun 2011 dan 2012
12 13 14 15 16 18 19 31
DAFTAR LAMPIRAN 1 Peta areal statement BKLE 2 Data curah hujan BKLE Tahun 2008-2012 3 Peta sebaran jenis tanah di BKLE 4 Struktur organisasi BKLE 5 Peta status defisiensi hara di BKLE tahun 2011 6 Peta status defisiensi hara di BKLE tahun 2012 7 Jurnal kegiatan sebagai karyawan harian lepas 8 Jurnal kegiatan sebagai pendamping mandor 9 Jurnal kegiatan sebagai pendamping asisten
35 36 37 38 39 40 41 43 45
PENDAHULUAN Latar belakang Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tanaman penghasil minyak nabati yang memiliki produktivitas tinggi mencapai 4 ton ha-1 Crude Palm Oil (CPO) dan memiliki keunggulan lebih tinggi seperti umur ekonomis yang lebih panjang dan mudah berdaptasi dengan lingkungannya dibandingkan dengan tanaman penghasil minyak nabati lainnya seperti kedelai dan bunga matahari. Minyak kelapa sawit juga merupakan sumber bahan baku biodiesel yang dapat diperbaiki (renewable), sedangkan minyak bumi diperkirakan akan habis pada beberapa tahun mendatang. Penggunaan minyak kelapa sawit beraneka ragam, baik untuk industri pangan maupun non pangan (Pardamean 2011). Luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia pada tahun 2012 mencapai 9 juta ha dan merupakan perkebunan kelapa sawit terluas di dunia. Produksi tahun 2012 mencapai 23 juta ton CPO dengan produktivitas 3 571 kg ha-1 CPO dan menduduki posisi pertama di dunia melampaui Malaysia (Ditjenbun 2012). Poeloengan et al. (2003) menyatakan produktivitas tanaman yang tinggi pada perkebunan kelapa sawit tidak terlepas dari peranan pemupukan yang baik. Pemupukan merupakan upaya perawatan yang sangat penting pada tanaman kelapa sawit. Rencana produksi TBS yang optimal dan kualitas minyak yang baik merupakan tujuan dari pemupukan kelapa sawit. Biaya pemupukan tergolong tinggi, kurang lebih 30% dari total biaya produksi atau 40-60 % dari total biaya pemeliharaan. Biaya pemupukan yang tinggi tersebut menuntut pihak praktisi perkebunan untuk tepat menentukan jenis dan kualitas pupuk yang akan digunakan serta mengelolanya dengan baik. Pemupukan pada tanaman kelapa sawit harus dapat menjamin pertumbuhan vegetatif dan generatif yang normal sehingga dapat memberikan produksi Tandan Buah Segar (TBS) yang optimal serta menghasilkan minyak sawit mentah yang tinggi baik kuantitas maupun kualitas (Adiwiganda 2007). Pemupukan pada kelapa sawit dapat bermanfaat untuk meningkatkan kesuburan tanah yang menyebabkan tingkat produksi tanaman menjadi relatif stabil serta meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan penyakit dan pengaruh iklim yang tidak menguntungkan. Pemupukan bermanfaat melengkapi persediaan unsur hara di dalam tanah sehingga kebutuhan tanaman terpenuhi dan pada akhirnya tercapai daya hasil (produksi) yang maksimal (Pahan 2010). Andayani (2008) menyatakan pemberian pupuk yang tepat dapat meningkatkan produksi sampai pada produktivitas standar yang sesuai dengan kelas kesesuaian lahan. Pupuk yang biasa digunakan untuk kelapa sawit adalah pupuk urea atau ZA (unsur N), Rock Phosphate (RP) atau SP-36 (unsur P), Muriate of Potash (MOP) atau KCl (unsur K), Dolomit atau Kieserit (unsur Mg), dan (High Great Fertilization) HGF-Borat atau borat (unsur B). Pemupukan yang efektif dan efisien di pengaruhi oleh jenis dan dosis pupuk, cara pemberian pupuk, waktu pemupukan, tempat aplikasi, dan pengawasan dalam pelaksanaan pemupukan. Pemupukan merupakan salah satu faktor penting yang berperan untuk mencapai produktivitas yang tinggi, terutama
2 dalam memenuhi persyaratan unsur hara (Poeloengan et al. 2003). Aspek manajemen pemupukan penting untuk dipelajari agar sesuai dengan standar operasional baku yang dijalankan oleh suatu perusahaan sehingga penggunaan pupuk efektif dan efisien.
Tujuan Tujuan umum kegiatan magang yang dilakukan adalah mempelajari serta memperoleh pengalaman dan keterampilan bekerja secara nyata mengenai aspek teknis dan manajemen perkebunan tanaman kelapa sawit. Tujuan khusus yang dilakukan adalah untuk mempelajari dan menganalisis manajemen pemupukan tanaman kelapa sawit.
TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tanaman yang berasal dari Afrika Barat, budidayanya di Indonesia telah berkembang sangat pesat dan sekarang merupakan primadona penghasil devisa negara dari sektor pertanian sebesar 15.5 miliar US$ pada tahun 2011 (Ditjenbun 2012). Tanaman kelapa sawit berakar serabut tumbuh diseluruh pangkal batang mencapai 0.3-0.6 m diatas permukaan tanah. Kelapa sawit juga memiliki batang tegak lurus dan terlihat seragam, putaran letak daun jelas terlihat pada tanaman yang tingginya diatas satu meter. Daun kelapa sawit sering disebut pelepah yang mempunyai anak daun, jumlah anak daun ini tergantung dari umur tanaman, semakin dewasa semakin banyak anak daunnya sampai jumlah tertentu (Hakim 2007).
Syarat Tumbuh Kelapa Sawit Kelapa sawit termasuk tanaman daerah tropis yang tumbuh baik pada garis lintang 130 Lintang Utara dan 120 Lintang Selatan, terutama di kawasan Afrika, Asia, dan Amerika Latin. Tanaman kelapa sawit tumbuh baik pada curah hujan dengan kisaran 1 500–4 000 mm per tahun, curah hujan optimal 2 000–3 000 mm per tahun dengan jumlah hari hujan tidak lebih dari 180 hari per tahun. Pembagian hujan yang merata dalam satu tahunnya berpengaruh kurang baik karena pertumbuhan vegetatif lebih dominan daripada pertumbuhan generatif, sehingga bunga atau buah yang terbentuk relatif sedikit. Curah hujan yang terlalu tinggi kurang menguntungkan bagi penyelenggaraan kebun karena mengganggu kegiatan seperti pemeliharaan tanaman, kelancaran transportasi, pembakaran sisasisa tanaman pada pembukaan kebun, dan terjadinya erosi (Setyamidjaja 2006).
3 Pemupukan Pahan (2010) menyatakan bahwa penting melaksanakan diagnosis kebutuhan pupuk untuk mengetahui jumlah pupuk yang harus diaplikasikan agar mendapat hasil yang optimal. Metode empiris diperlukan untuk menentukan status hara di dalam tanah dan tanaman untuk memberikan pedoman yang efektif bagi praktek pemupukan, metode nya antara lain: 1. Diagnosis secara visual; Pengamatan langsung yang memperhatikan kriteria perbandingan warna hijau daun dengan warna hijau yang baku, adanya tanda dan gejala defisiensi hara, membandingkan pertumbuhan tanaman dengan plot tanaman yang tidak mendapat pemupukan. 2. Diagnosis secara kimia; Pengamatan dilakukan dengan menganalisis tanah dan analisis jaringan (daun). 3. Diagnosis berdasarkan hasil percobaan pemupukan; Pengamatan ini umumnya dilakukan oleh lembaga penelitian atau perusahaan pemerintah.
Fungsi Unsur Hara Sutarta et al. (2007) menyatakan bahwa unsur hara yang mendapat perhatian dalam pemupukan tanaman kelapa sawit meliputi N, P, K, Mg, Cu, dan B. Harahara tersebut diharapkan tersedia cukup dalam tanah. Ketersediaan hara dalam tanah yang rendah dapat berakibat tanaman mengalami gejala defisiensi hara. Tanaman memperoleh unsur hara dari beberapa sumber yaitu tanah, residu bahan organik, dan pupuk buatan yang tepat sehingga pelaksanaan pemupukan dapat efektif dan efisien, uraian peranan unsur hara tersebut adalah: 1. Nitrogen (N); Hara yang diperlukan dalam jumlah banyak dan berguna untuk pembentukan protein, sintesis klorofil, dan untuk proses metabolisme. Kekurangan N akan mengakibatkan pertumbuhan tanaman menurun, gejala kekurangan N ditandai oleh daun tua berwarna hijau pucat kekuningan. Sumber pupuk yang mengandung N adalah Urea atau ZA. 2. Posfor (P); Hara yang diperlukan dalam jumlah yang banyak dan diperlukan untuk pertumbuhan akar, serta meningkatkan mutu buah. Kekurangan unsur P menyebabkan tanaman tumbuh kerdil dengan pelepah yang pendek dan batang mempunyai bentuk meruncing serta daun berwarna keunguan. Sumber unsur hara P antara lain pupuk SP-18, RP, SP-36. 3. Kalium (K); Hara yang diperlukan dalam jumlah yang banyak dan berpengaruh terhadap jumlah dan ukuran tandan dan merupakan faktor yang penting dalam ketahanan tanaman terhadap serangan penyakit. Kekurangan unsur K dapat dilihat pada daun muda, gejalanya akan timbul bercak transparan lalu mengering juga dapat berasosiasi dengan beberapa penyakit. Sumber unsur hara K adalah pupuk KCl. 4. Magnesium (Mg) diperlukan dalam jumlah cukup banyak, berfungsi dalam proses fotosintesis. Kekurangan unsur Mg ditandai dengan gejala ujung daun tua nampak kekuningan jika terkena sinar matahari, sedangkan daun yang baru terbentuk umumnya tidak menunjukkan gejala tersebut. Sumber hara Mg adalah kapur dolomit.
4 5.
Tembaga (Cu) diperlukan dalam jumlah yang sedikit, berfungsi untuk membantu pembentukan klorofil serta sebagai komponen dalam pembentukan enzim tanaman. Kekurangan unsur Cu ditandai dengan gejala klorosis pada daun muda. Konsep Empat Tepat
Tanaman kelapa sawit umumnya menempati tanah-tanah yang bereaksi masam sampai agak masam. Tanah tanah tersebut memiliki tingkat kesuburan kimia yang rendah, tetapi kesuburan fisik umumnya cukup baik. Upaya pemupukan yang terus menerus menjadi satu keharusan karena kelapa sawit merupakan tanaman yang konsumtif, kekurangan salah satu unsur hara akan segera menunjukkan gejala defisiensi dan mengakibatkan pertumbuhan vegetatif terhambat serta produksi menurun. Pemupukan yang efektif dan efisien harus mengacu pada konsep 4T yaitu tepat jenis, tepat dosis, tepat cara dan tepat waktu pemupukan (Poeloengan et al. 2003). Pahan (2010) juga menguraikan konsep 4T tersebut sebagai berikut : Tepat jenis. Strategi dalam menentukan jenis pupuk harus mempertimbangkan teknis dan pertimbangan ekonomis. Secara teknis, strategi menentukan jenis pupuk sebaiknya dilakukan dengan cara: Memilih kombinasi jenis pupuk berdasarkan komposisi unsur hara utama dan unsur hara tambahan, memilih jenis pupuk berdasarkan sifat kelarutannya. Jenis pupuk yang sering digunakan pada perkebunan kelapa sawit yaitu pupuk urea atau ZA (unsur N), RP atau SP-36 (unsur P), MOP atau KCl (unsur K), Dolomit atau Kieserit (unsur Mg), dan HGF-Borat atau borat (unsur B). Tepat dosis. Pemupukan yang optimal adalah pemupukan yang sesuai dengan tepat dosis. Tepat dosis artinya pupuk harus diberikan sesuai dengan kebutuhan tanaman tidak berlebihan dan juga tidak kekurangan. Dosis pupuk yang berlebih tidak hanya membuat biaya pemupukan semakin tinggi, tetapi juga merugikan tanaman. Berdasarkan pengamatan beberapa kebun yang telah dilakukan oleh mahasiswa sebelumnya salah satunya juga di Tambusai Estate, rata-rata ketepatan dosis pemupukan masih di bawah 90% padahal seharus nya diatas 95% sehingga belum memenuhi prinsip kaidah ketepatan dosis (Hidayat 2012). Tepat Cara. Cara menempatkan pupuk yang akan diaplikasikan sangat mempengaruhi jumlah pupuk yang akan di serap akar tanaman. Aplikasi pupuk pada tanaman menghasilkan untuk kelapa sawit dibedakan atas sifat masingmasing seperti: (a) Nitrogen sebaiknya ditaburkan antara batang tanaman sampai ujung bokoran. (b) Phosphate dan Magnesium ditaburkan sekitar 25 cm dari tanaman sampai ujung bokoran. Namun apabila pupuk RP yang digunakan, tempat penaburan pupuknya adalah digawangan dipinggir rumpukan pelepah dan diatas gulma lunak yang tumbuh disana. (c) Kalium ditaburkan diujung bokoran. Cara penaburan pupuk harus praktis, tetapi tetap dijamin bahwa pupuk yang diberikan dapat mudah dijangkau oleh ujung akar tanaman, sedangkan tempat penaburan untuk beberapa jenis pupuk tertentu harus ditabur di piringan yang bersih dari gulma dan bebas dari genangan air. Pengamatan yang dilakukan mahasiswa sebelumnya dapat
5 diketahui bahwa rata-rata ketepatan cara dari penabur sudah diatas 80%. Hal ini menunjukkan cara pemupukan sudah dilaksanakan cukup tepat jika dibandingkan dengan standar perusahaan yaitu menabur dengan jarak rata-rata 50 cm dari pokok (Mahyudin 2011). Tepat Waktu. Waktu dan frekuensi pemupukan ditentukan oleh iklim (terutama curah hujan), sifat fisik tanah, logistik (pengadaan) pupuk, serta adanya sifat sinergis dan antagonis antar-unsur hara. Pengamatan yang telah dilakukan di beberapa perkebunan oleh mahasiswa sebelumnya di perkebunan Tambusai Estate masih kurang tepat karena ketika curah hujan tinggi (>300 mm) pada bulan November dan Desember tetap dilakukan pengaplikasian pupuk sehingga menyebabkan terjadinya pencucian, aliran air, dan erosi. Hal ini disebabkan oleh keterlambatan dalam pengadaan pupuk karena belum tersedianya pupuk di pasaran sehingga pemupukan disesuaikan dengan ketersediaan pupuk yang ada di gudang (Hidayat 2012).
METODE MAGANG Waktu dan Tempat Kegiatan magang dilaksanakan di Bangun Koling Estate (BKLE) PT Windu Nabatindo Abadi, Bumitama Gunajaya Agro, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah. Kegiatan magang dilaksanakan selama empat bulan dari Februari sampai Juni 2013.
Pelaksanaan Magang Metode magang yang digunakan adalah melaksanakan seluruh kegiatan yang berjalan di perusahaan, baik aspek teknis maupun manajerial pada berbagai tingkatan pekerjaan mulai dari Karyawan Harian Lepas (KHL), Pendamping Mandor sampai Pendamping Asisten Divisi. Kegiatan di lapangan sebagai KHL selama satu bulan, menjadi Pendamping Mandor selama satu bulan, dan menjadi pendamping Asisten Divisi selama dua bulan. Kegiatan sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL) dilaksanakan pada bulan pertama dan melaksanakan kegiatan di lapangan sesuai dengan kebutuhan kebun. Ketika menjadi KHL terlibat dalam kegiatan pemanenan, pemupukan, pengendalian gulma, pemeliharaan bibit, pemeliharaan jalan dan aplikasi Tandan Kosong. Kegiatan khusus yang dilakukan adalah mencatat prestasi kerja yang diperoleh mahasiswa dan karyawan, pengambilan contoh pemupukan MOP serta membuat catatan kegiatan tentang teknik budidaya yang dilakukan. Kegiatan sebagai Pendamping Mandor berlangsung pada bulan kedua. Kegiatan yang dipelajari adalah batas kewenangan dan tanggung jawab seorang Mandor. Kegiatan yang dilakukan adalah menyusun rencana kegiatan harian, menentukan jumlah tenaga kerja, mengawasi kegiatan yang dilakukan oleh KHL, mengarahkan karyawan, membuat laporan harian mandor, mengisi administrasi pada tingkat mandor dan mengabsen karyawan saat apel pagi. Kegiatan khusus yang dilakukan adalah pengambilan contoh pengamatan pada kegiatan
6 pemupukan HGFB, melakukan diskusi dengan Mandor, Asisten Divisi, Manager serta membuat catatan dari seluruh kegiatan yang telah dilaksanakan. Kegiatan magang sebagai Pendamping Asisten Divisi dilakukan pada dua bulan terakhir magang. Kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan kegiatan yang dilakukan oleh Asisten seperti membuat rencana kerja harian dan bulanan, melakukan manajerial tingkat divisi, mengarahkan kerja mandor, membuat laporan harian asisten, mengisi administrasi tingkat divisi, dan memeriksa mutu buah dan hanca. Kegiatan khusus yang dilakukan adalah pengamatan pemupukan urea, menganalisis manajemen pemupukan pada perkebunan kelapa sawit serta menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan pemupukan, kemudian dibandingkan dengan standar yang ada di perusahaan tersebut.
Pengumpulan Data dan Pengamatan Pengumpulan data dan informasi dilakukan pada saat kegiatan magang berlangsung yaitu pengumpulan data primer dan sekunder. Data primer adalah informasi yang didapatkan secara langsung melalui pengamatan di lapangan maupun diskusi dengan KHL, Mandor, Asisten Divisi dan Manager. Data ini meliputi ketepatan dosis, ketepatan cara, dan prestasi tenaga kerja. Data sekunder diperoleh dari laporan manajemen yang tersedia di kantor kebun. Data sekunder yang dikumpulkan adalah: (1) kondisi kebun yang meliputi letak georafis, keadaan iklim dan tanah, luas Hak Guna Usaha, keadaan tanaman, produksi, produktivitas, peta areal, jenis tanah dan topografi lahan, (2) organisasi dan manajemen, (3) sarana dan prasarana kebun, (4) rekomendasi dan realisasi pemupukan, (5) waktu pemupukan, (6) status defisiensi hara tanaman, (7) efisiensi tenaga kerja, dan (8) biaya pemupukan. Pengamatan dilakukan terutama terhadap aspek-aspek yang berhubungan dengan pemupukan yaitu efektivitas dan efisiensi pemupukan, cara pengamatannya yaitu: Efektivitas Pemupukan: 1. Tepat Jenis Pengamatan dilakukan terhadap realisasi jenis pupuk yang diaplikasikan di kebun pada tahun 2012 kemudian dibandingkan dengan rekomendasi pemupukan yang diberikan oleh Departemen Riset. 2. Tepat Waktu Pengamatan dilakukan terhadap realisasi waktu pemupukan yang diaplikasikan di lapangan kemudian dibandingkan dengan rekomendasi waktu pemupukan yang diberikan oleh Departemen Riset serta kondisi curah hujan pada bulan tersebut. 3. Tepat Cara Pengamatan dilakukan dengan mengukur jarak taburan per tanaman yang dilakukan oleh penabur pada Tanaman Menghasilkan (TM). Pengambilan contoh tanaman sampai pasar tengah terhadap 8 penabur dengan 3 kali ulangan sehingga diperoleh 405 tanaman untuk pupuk MOP, 398 untuk pupuk HGFB dan 401 tanaman untuk Urea.
7 4. Tepat Dosis Pengamatan dilakukan terhadap dosis untilan dan dosis per tanaman, pengamatan ketepatan dosis untilan pupuk di gudang dilakukan dengan penimbangan contoh 10 untilan pupuk yang dilakukan sebanyak tiga kali setiap selesai kegiatan penguntilan, sehingga diperoleh untilan sebanyak 30 untuk setiap jenis pupuk yaitu MOP, Borat dan urea. Pengamatan juga dilakukan terhadap ketepatan dosis per tanaman pada TM dengan menghitung jumlah taburan per tanaman. Pengambilan contoh tanaman dilakukan sampai pasar tengah terhadap 8 orang penabur dengan 3 kali ulangan sehingga diperoleh 396 tanaman untuk pupuk MOP, 409 pokok untuk Borat dan 390 pokok untuk Urea. Efisiensi Pemupukan: 1. Efisiensi Tenaga Kerja Pengamatan dilakukan terhadap prestasi tenaga kerja yang didapatkan penabur kemudian dibandingkan dengan standar perusahaan. Pengamatan juga dilakukan terhadap profil kerja 10 penabur yang dihubungkan dengan prestasi kerja yang didapatkan. 2. Efisiensi Biaya Pengamatan dilakukan terhadap kelebihan pupuk saat penguntilan kemudian dikalikan dengan dengan tonase realisasi pemupukan pada tahun 2012 dan dikalikan dengan harga pupuk.
Analisis Data dan Informasi Data primer dan sekunder yang dihasilkan dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif dengan metode analisis deskriptif, mencari rata-rata, presentase hasil pengamatan, dan menggunakan uji T-Student kemudian diuraikan secara deskriptif dengan membandingkan terhadap norma baku yang berlaku pada perkebunan kelapa sawit secara umum dan standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan kemudian dilakukan juga studi pustaka untuk membandingkannya.
KONDISI UMUM LOKASI MAGANG Bumitama Gunajaya Agro Grup adalah perusahaan kelapa sawit yang memiliki sepuluh area yang tersebar di Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Riau dan sedang membuka area yang kesepuluh di Aceh. Wilayah 4 terdapat dua anak perusahaan yaitu PT Windu Nabatindo Abadi Lestari yang terdiri dari tiga kebun yaitu Pelataran Agro Estate (PAGE), Selucing Agro Estate (SAGE), dan Serawak Damai Estate (SDME), sedangkan PT Windu Nabatindo Abadi terdiri dari Sungai Bahaur Estate (SBHE), Sungai Cempaga Estate (SCME), Bangun Koling Estate (BKLE) dan Sungai Mirah Agro Estate (SMAE). Penulis melakukan kegiatan magang di Bangun Koling Estate divisi 2.
8 Letak Geografis dan Administratif BKLE terletak di Desa Tumbang Koling, Kecamatan Cempaga Hulu, Kabupaten Kotawaringin Timur, Provinsi Kalimantan Tengah. Batas areal BKLE sebelah timur berbatasan dengan Sungai Cempaga Estate, sebelah barat berbatasan dengan PT TASK Kelapa Sawit, sebelah utara berbatasan dengan Sungai Mirah Agro Estate, dan sebelah selatan berbatasan dengan PT Sarana Sawit. Letak geografis BKLE yaitu pada koordinat diantara 112.01°-113.09°BT dan 1.45°-1.85°LS. Peta areal statement BKLE dapat dilihat pada Lampiran 1.
Keadaan Iklim dan Tanah BKLE memiliki dua musim yaitu musim kemarau dan hujan dengan puncak musim hujan pada tahun 2008-2012 terjadi pada bulan Desember dan puncak musim kemarau pada bulan Agustus. Rata-rata curah hujan selama 5 tahun terakhir adalah 3 773 mm per tahun dengan rata-rata hari hujan yaitu 141 hari per tahun dan memiliki jumlah Bulan Basah 11 bulan serta Bulan Kering 1 bulan, sehingga iklim di BKLE menurut klasifikasi Scmidt-Ferguson termasuk tipe iklim A (sangat Basah). Suhu rata-rata harian di BKLE yaitu 27°C dengan kisaran suhu 23-33 °C. Data curah hujan di BKLE tahun 2007-2012 dapat dilihat pada Lampiran 2. Jenis tanah di BKLE terdiri dari tanah inseptisol 64.7%, entisol 30.4%, histosol 7.11% dan ultisol 0.71% sehingga tanah yang dominan di BKLE adalah tanah inseptisol. Kesesuaian lahan untuk kelapa sawit di BKLE termasuk dalam kelas kesesuaian S3 dengan faktor pembatas tekstur tanah berpasir. Topografi mayoritas datar dengan tingkat kemiringan 0-8 %, sedikit daerah bergelombang dengan tingkat kemiringan 9-15 % dan berbukit dengan kemiringan 15-30 %. Peta jenis tanah di BKLE dapat dilihat pada dapat dilihat pada Lampiran 3.
Luas Hak Guna Usaha (HGU) dan Tata Guna Lahan BKLE mempunyai luas HGU sebesar 3 203 ha dengan rincian 2 530 ha sudah diusahakan yang terdiri dari 2 382 ha areal Tanaman Menghasilkan (TM) dan 147 ha areal Tanaman Belum Menghasilkan (TBM). BKLE mempunyai empat divisi, yaitu Divisi I seluas 813 ha, Divisi II seluas 641 ha, divisi III seluas 876 ha, dan Divisi VI seluas 200 ha. Areal yang ditanam di BKLE terdiri atas TM dengan tahun tanam 2006-2009 dan TBM dengan tahun tanam 2008-2011. BKLE mempunyai areal prasarana seluas 140 ha dan areal yang mungkin bisa ditanam yaitu seluas 178 ha. Luas areal dan tata guna lahan dapat dilihat pada Tabel 1.
9 Tabel 1 Luas HGU dan tata guna lahan di BKLE Uraian
Luas (ha)
A. Areal yang ditanam 1. Tanaman Menghasilkan (TM) Tahun Tanam 2006 Tahun Tanam 2007 Tahun Tanam 2008 Tahun Tanam 2009 2. Tanaman Belum Menghasilkan Tahun Tanam 2010 Tahun Tanam 2011 Tahun Tanam 2012 B. Areal Prasarana Emplasemen Jalan dan Jembatan C. Total Areal Prasarana TOTAL AREAL DIUSAHAKAN( I) = A+B+C
560 1 527 261 35 122 25 67 72 140 2 669
TOTAL AREAL MUNGKIN BISA DIUSAHAKAN( II)
178 53 303 356 3 203
A. Tanah Desa B. Bukit, Sungai, Lembah, Rawa, Tanah Tandus TOTAL AREAL TDK BISA DIUSAHAKAN( III) GRAND TOTAL = I+II+III Sumber: Data Kebun BKLE (2013)
Keadaan Tanaman dan Produksi Tanaman kelapa sawit yang ditanam di BKLE berdasarkan rekomendasi Departemen Riset BGA adalah varietas tenera dengan berbagai progeni. Jarak tanam yang digunakan di BKLE adalah 9.2 m x 9.2 m x 9.2 m, sehingga Satuan Pokok per Hektar (SPH) adalah 136 tanaman ha-1. Kondisi luasan blok yang bervariasi disebabkan oleh perbatasan hutan dan sungai yang mengakibatkan perbedaan SPH juga disebabkan adanya lahan rawa, dan serangan hama penyakit tanaman. Jumlah populasi tanaman di BKLE dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Populasi tanaman per tahun tanam di kebun BKLE Tahun Tanam 2006 2007 2008 2009 2010 2011 TOTAL
Luas Areal (ha) 560.06 1 526.55 261.05 34.63 122.33 25.01 2 529.65
Sumber: Data Kebun BKLE (2013)
Jumlah Tanaman 76 097 204 666 37 727 5 025 16 622 3 401 343 535
SPH (pkk ha-1) 136 134 145 145 136 136 136
10 BKLE mulai berproduksi pada tahun 2009 dengan tahun tanam mulai dari 2006. Produksi dan produktivitas kelapa sawit di kebun BKLE terus meningkat dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Produksi dan produktivitas TBS BKLE tahun 2009-2011 Tahun 2009 2010 2011 2012
Luas Lahan (ha) 2 264 2 348 2 348 2 382
Produksi (ton) 1 868 10 441 21 892 32 778
BJR 3.97 4.10 4.76 6.20
Produktivitas (ton ha-1) 0.83 4.45 9.33 13.76
Sumber: Data Kebun BKLE (2013)
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan Bumitama Gunajaya Agro Group memiliki salah satu anak perusahaan yaitu PT Windu Nabatindo Abadi (WNA). PT WNA dipimpin oleh seorang Kepala Wilayah yang bertanggung jawab kepada GMP (General Manajer Plantation). Kepala Wilayah akan dibantu Admin Wilayah, Departemen Support yang terdiri dari staf PAD (Public Affair Departement), staf GIS (Geographic Information System), Chief Keamanan, Estate manager, Mill manager, Kepala Tata Usaha (KTU), dan Kepala Traksi Wilayah. Bangun Koling Estate dipimpin oleh seorang Estate Manager (EM) yang dibantu oleh Kepala Administrasi (Kasi) dan tiga Asisten Divisi. Asisten Divisi dibantu oleh mandor I, kerani divisi, kerani panen, kerani transport, mandor perawatan, mandor panen, mandor Blok Spraying Sistem (BSS), mandor Blok Manuring Sistem (BMS), mandor tabur, mandor until dan mandor traksi. Kasi akan dibantu oleh accounting, kasier, admin tanaman, personalia, dan mantri tanaman. Seorang Estate Manager (EM) memiliki tanggung jawab untuk mengelola dan memimpin kebun dengan baik, menyusun anggaran tahunan dan bulanan yang meliputi produksi, area statement, sumber daya manusia dan biaya dengan dibantu oleh asisten divisi dan kepala administrasi. Seorang EM dalam kinerjanya akan bertanggung jawab langsung dengan Kepala Wilayah. Asisten Divisi memiliki tugas untuk merencanakan dan melaksanakan kegiatan teknis di lapangan di divisi masing-masing, meningkatkan produktivitas melalui pengembangan kompetensi dan karier sumber daya manusia di divisi, memonitoring semua kegiatan teknis di lapangan dan melaporkan kepada manajer kebun. Asisten divisi bertanggung jawab langsung dengan EM dan dalam menjalankan tugasnya akan dibantu oleh Mandor I, Mandor dan Kerani Divisi. Kasi yaitu orang yang bertanggung jawab dalam mengelola semua kegiatan administrasi di kebun. Kasi akan dibantu oleh karyawan di kantor kebun. Struktur organisasi BKLE dapat dilihat pada Lampiran 4. Sistem ketenagakerjaan BKLE mempunyai karyawan staf dan karyawan nonstaf. Karyawan staf yaitu Estate Manager (EM), Asisten Divisi, dan Kepala Administrasi sedangkan karyawan nonstaf yaitu pekerja langsung di lapangan dan
11 tidak langsung seperti Mandor, Kerani, dan lain-lain. Pekerja langsung terdiri dari Karyawan Harian Lepas (KHL) dan Karyawan Harian Tetap (KHT) dan bulanan. Data jumlah karyawan staf dan non staf di BKLE dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Jumlah staf dan non staf kebun BKLE No 1 2 3 4
Status Pegawai Staf Bulanan Karyawan Harian Tetap (KHT) Karyawan Harian Lepas (KHL) Indeks Tenaga Kerja (ITK)
Jumlah 5 14 283 64 0.14
Sumber: Data Kebun BKLE (2013)
Indeks tenaga kerja adalah hasil dari pembagian antara jumlah total tenaga kerja dan luas areal kebun, BKLE menerapkan 6 hari kerja dalam seminggu. Karyawan bekerja 7 jam untuk memenuhi satu Hari Kerja (HK), dan 5 jam pada hari jumat. Sistem pembagian gaji untuk karyawan non staf berbeda-beda sesuai golongan karyawan, yaitu: 1. Karyawan bulanan: tunjangan beras, fasilitas rumah, listrik dan air, gaji per bulan sesuai golongan dan kebijakan kebun, insentif tahunan, tunjangan hari tunjangan jamsostek dan biaya kesehatan. Karyawan harian tetap: tunjangan beras, fasilitas rumah dan listrik, gaji per 2. bulan sesuai UMR Rp 1 688 950,00 setiap bulan, insentif tahunan, tunjangan hari raya, tunjangan jamsostek dan biaya kesehatan. 3. Karyawan harian lepas: fasilitas rumah dan listrik, upah harian sebesar Rp 67 558,00 setiap hari dikalikan hari kerja, tunjangan hari raya, dan setelah 3 bulan diangkat menjadi karyawan harian tetap.
Fasilitas Kesejahteraan Karyawan Kesejahteraan karyawan yang disediakan di BKLE diantaranya adalah kantor kebun, kantor divisi, kantor traksi, rumah staf, rumah karyawan, peralatan kerja (termasuk Alat Pengaman Diri), poliklinik kebun, tempat penitipan anak, rumah BMS, rumah BSS, gudang pupuk, gudang kantor, masjid, bus sekolah, dan lapangan sepak bola. Sarana pendidikan di PT Windu Nabatindo Abadi terletak di Sungai Bahaur Estate berupa taman kanak-kanak dan sekolah dasar, oleh sebab itu diberikan fasilitas bus sekolah untuk mengantar dan menjemput tiap hari sekolah. Fasilitas kebun di BKLE dapat dilihat pada Gambar 1.
12
A
B
E
D
G
C
F
H
I
Gambar 1 Fasilitas kebun BKLE (A.Kantor BKLE; B.Kantor Divisi; C.Masjid; D.Kantor BMS; E.Traksi; F.Poliklinik Kebun; G.Gudang Pupuk; H.TPA; I. Perumahan Karyawan)
PELAKSANAAN MAGANG Aspek Teknis Pemupukan Organik Pupuk organik di BKLE hanya diaplikasikan berupa Tandan Kosong. Lokasi kebun BKLE yang jauh dari Pabrik Kelapa Sawit (PKS) sehingga tidak dilakukan aplikasi Wet Decanter Solid (WDS) maupun Palm Oil Mill Effluent (POME). Aplikasi Tandan Kosong di kebun BKLE tidak lagi menggunakan sistem borongan tetapi sudah menerapkan sistem satu kemandoran. Rata-rata 1 ton Tandan Kosong mengandung unsur hara utama sebanding dengan 8 kg urea, 2.9 kg RP, 18.3 kg MOP, dan 5 kg kieserit. Aplikasi Tandan Kosong dilakukan satu kali per tahun pada area yang sama dengan cara manual yaitu dengan cara diangkut dengan menggunkan dump truck dari PKS setelah mengantar TBS dan diletakan di depan jalur pasar pikul tempat akan diaplikasikannya Tandan Kosong. Secara administratif satu dump truck berisi sekitar 7 ton Tandan Kosong untuk satu jalur pasar pikul yang diaplikasikan sampai pasar tengah, tetapi setelah melakukan wawancara dengan kerani transportasi bahwa bobot Tandan Kosong yang dibawa oleh dump truck maksimal
13 berisi 4.5 ton. Dosis aplikasi yang seharusnya adalah ± 200 kg untuk satu tanaman menjadi ± 120 kg. Alat yang digunakan untuk aplikasi Tandan Kosong yaitu angkong dan gancu. Bobot 1 angkong adalah sekitar 60 kg yang berisi sekitar 20 Tandan Kosong sehingga 1 tanaman diperkirakan membutuhkan 2 angkong. Cara aplikasinya disusun satu lapis pada gawangan mati untuk menghindarkan berkembangnya hama Oryctes rhinoceros. Tenaga kerja yang dibutuhkan setiap harinya berjumlah 6 orang untuk 18 ton Tandan Kosong, sehingga prestasi kerjanya yaitu ± 3000 kg HK-1. Pengaplikasian Tandan Kosong dapat dilihat pada Gambar 2.
A
B
Gambar 2 Pengaplikasian tandan kosong (A. Pengambilan Tandan Kosong ke angkong; B. Pengaplikasian Tandan Kosong di lapangan) Pemupukan Anorganik Manajemen pemupukan kelapa sawit harus berjalan baik dan benar dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, serta pengawasan terhadap pekerjaan yang dilakukan agar pemupukan berjalan secara efektif dan efisien. Perencanaan pemupukan dimulai dari penentuan dosis rekomendasi oleh Departemen Riset, permintaan pupuk oleh Asisten koordinator pupuk, hingga pupuk masuk ke dalam gudang penyimpanan. Organisasi dalam pekerjaan pemupukan bertujuan agar karyawan dan mandor dapat menjalankan tugas masing-masing dengan benar sehingga pelaksanaan pemupukan di lapangan dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan yang telah direncanakan. Pengawasan pemupukan juga harus dilaksanakan dimulai dari sebelum pemupukan maupun setelah pemupukan berlangsung. Penentuan Dosis. Rekomendasi dosis pemupukan di BKLE diberikan oleh Departemen Riset BGA berdasarkan beberapa faktor seperti produksi TBS aktual, proyeksi produksi TBS, umur tanaman, status nutrisi tanaman, Leaf Sampling Unit (LSU), observasi lapangan, sejarah pemupukan, kesuburan tanah (Soil Sampling Unit), data curah hujan serta hasil percobaan pupuk. Faktor-faktor tersebut harus dianalisa dengan baik agar menjamin produksi TBS maksimum. LSU merupakan pertimbangan utama dalam penentuan dosis rekomendasi dan diambil satu kali dalam satu tahun untuk menentukan dosis tahun berikutnya. BKLE menerapkan 2 rotasi pemupukan yang dimulai pada bulan Januari untuk rotasi pertama dan bulan Juli untuk rotasi kedua, rekomendasi dosis per tanaman per blok dikeluarkan oleh Departemen Riset pada bulan Oktober. Berdasarkan rekomendasi tersebut Departemen Riset dan Plantation Operation menyiapkan buku program pemupukan untuk didistribusikan kepada Kepala Wilayah pada awal bulan Januari tahun berjalan. LSU atau Kesatuan Contoh Daun (KCD)
14 merupakan kegiatan rutin yang dilakukan satu tahun sekali pada bulan April-Juni untuk penentuan dosis rekomendasi tahun berikutnya. Alat yang digunakan untuk pengambilan LSU di BKLE adalah dodos, gunting, plastik, kuas, parang, cat, pensil, form LSU dan papan jalan. Beberapa ketentuan yang digunakan dalam penentuan pokok yang dijadikan sebagai contoh tanaman adalah: 1) Titik pengamatan diambil dari tanaman yang normal, homogen, dan tidak terkena penyakit tanaman. 2) Pengambilan contoh daun tidak boleh dilakukan pada saat hujan karena unsur hara tidak seimbang yang disebabkan oleh pencucian hara oleh air hujan sehingga dilakukan pengambilan contoh daun pada keesokan harinya. 3) Tanaman tidak terletak dipinggir jalan, apabila tanaman yang diamati mati atau terserang HPT maka KCD bergeser satu tanaman didepan atau di belakangnya. 4) Jumlah blok yang diamati adalah semua blok TM yang ada. 5) Sample daun yang digunakan untuk LSU adalah daun ke 17 karena penyerapan unsur hara paling tinggi sehingga dinilai dapat menggambarkan status hara pada tanaman dibanding daun yang lain. 6) Tanaman yang dipisahkan oleh sungai , KCD bergeser ke baris sebelahnya. Kegiatan LSU diawali dengan simulasi di kebun oleh Asisten riset kepada para pekerja yang akan melakukan sensus LSU. Pengambilan contoh diawali pada baris ketiga dari ujung blok lalu diberi tanda awal masuk (panah ke atas) kemudian dihitung lagi sebagai contoh pertama adalah tanaman ketiga dalam baris lalu di beri nomor pokok LSU (1/3) yang artinya tanaman sensus pertama baris ketiga. Pokok yang kedua berjarak 10 pokok dari KCD pertama dan baris berikutnya adalah 10 baris dari baris awal sensus dan diberi tanda (arah panah ke samping) sebagai penanda pindah baris. Pelepah ke 17 yang dipilih didodos dan dicari bagian tengah dari pelepah yang dicirikan dengan adanya pentil (rachis). Rachis ditemukan kemudian diukur dua jengkal ke arah pangkal pelepah dan pada pertengahan jengkal yang kedua diambil 12 daun, enam helai daun bagian kanan dan kiri lalu digunting. Daun yang akan dipakai digunting lagi 1 jengkal, jadi daun yang terpakai sekitar 20 cm pada bagian tengah lalu dibuang tulang daunnya. Pengambilan helaian daun bagian tengah karena permukaan helaian daun bagian tengah lebih luas serta penyerapan unsur hara lebih seimbang dibandingkan dengan bagian pangkal dan ujung daun. Lembaran daun dikumpulkan dalam plastik yang telah dilubangi sisinya sesuai dengan blok asal pengambilan daun. Cara pengambilan LSU dapat dilihat pada Gambar 3.
A
B
C
Gambar 3 Cara pengambilan LSU (A.Pengambilan pelepah ke 17; B.Pentil yang terletak di tengah pelepah; C.Daun yang dipakai untuk LSU)
Pengorganisasian Pemupukan. Organisasi pemupukan di BKLE yaitu menggunakan sistem BMS dimana pemupukan ditangani oleh satu divisi yaitu
15 Divisi II yang mengintegrasikan proses pengadaan pupuk, penguntilan pupuk, pengangkutan, pelangsiran, pengeceran sampai pengaplikasian pupuk di lapangan sehingga pupuk terjamin sampai ke setiap tanaman secara benar dan tepat. KKP (Kelompok Kerja Pemupukan) digunakan untuk mempermudah pengorganisasian pemupukan yang terdiri atas 2 orang penabur dan 1 orang pelangsir, BKLE memiliki 10 KKP. Tim BMS memiliki 3 mandor yaitu koordinator mandor BMS, mandor tabur dan mandor until. Penguntilan Pupuk. Penguntilan merupakan kegiatan pengemasan ulang pupuk yang berukuran 50 kg atau 25 kg menjadi lebih kecil dengan membagi pupuk menjadi beberapa bagian dari standar atau berat tertentu sesuai dengan kelipatan dosis per tanaman. Sebagai contoh pupuk urea dengan berat 50 kg untuk setiap until, diuntil menjadi 12 kg untuk 16 tanaman dengan dosis 0.75 kg untuk setisp tanaman. Tenaga kerja penguntil berjumlah dua orang dengan basis 3000 kg untuk setiap pekerja, jika melebihi basis maka setiap penguntil akan mendapatkan premi. Proses penguntilan pupuk di gudang dapat dilihat pada Gambar 4.
A
B
Gambar 4 Proses penguntilan pupuk di gudang (A. Penyimpanan pupuk di gudang; B. Proses penguntilan pupuk)
Pengangkutan. Kegiatan pengangkutan pupuk di gudang dilakukan oleh tenaga bongkar muat yang berjumlah 3-4 orang yang dilakukan pagi hari setelah apel pagi. Pengambilan pupuk dari gudang penyimpanan atas arahan dari koordinator Mandor BMS, pupuk yang dimuat merupakan pupuk yang telah diuntil. Pelangsiran. Pelangsiran merupakan kegiatan menurunkan untilan pupuk yang telah diangkut dari dump truck oleh tenaga bongkar muat dan di letakkan di depan pasar pikul. Pelangsiran pupuk di setiap pasar pikul dilakukan juga oleh tenaga bongkar muat pupuk pelangsiran pupuk diawasi dan diarahkan oleh satu mandor tabur. Norma kerja untuk pelangsir adalah 3 ton HK-1. Jumlah untilan pupuk per pasar pikul untuk pupuk urea berjumlah 2 until untuk dua jalur tanaman sampai pasar tengah. Untilan pupuk yang dilangsir dan simpan di pinggir Collection Road (CR) diusahakan tidak dibanting sehingga karung untilan tidak rusak, karung untilan tidak jatuh ke parit, ikatan karung untilan tidak lepas, dan karung untilan tidak robek untuk menghindari losses pupuk dari pelangsiran. Pengeceran. Pengeceran pupuk adalah memindahkan untilan pupuk dari CR kedalam pasar pikul dan disimpan di pokok ke 8 dan di pasar tengah atau tergantung perhitungan kelipatan dosis untilannya. Pengeceran pupuk di lapangan dilakukan oleh tenaga pengecer yang terdapat dalam setiap KKP, tenaga kerja pengecer adalah 1:2 dengan tenaga penabur. Pengeceran yang dilakukan adalah
16 dengan cara dipikul dari pinggir CR kedalam pasar pikul hingga pasar tengah. Norma kerja untuk tenaga pengecer dalah 3.5 ha HK-1. Penaburan Pupuk. Penaburan merupakan salah satu faktor penting dalam kegiatan pemupukan, keberhasilan kegiatan penaburan tergantung dari keterampilan dan pengalaman para penabur. Takaran pupuk yang digunakan berbeda-beda tergantung jenis dan dosis yang akan diberikan pada setiap pokok sesuai buku pedoman pemupukan yang telah diberikan. Penaburan pupuk untuk RP, Kieserit, MOP dan Urea di masing- masing blok di mulai dari tanaman pertama hingga pasar tengah dengan cara di tabur merata berbentuk “U shape” dengan jarak 100-150 cm, sedangkan untuk pupuk Borat ditabur merata mengelilingi pokok dengan jarak 50-100 cm dengan cara melingkar. Pupuk Palmo dan Chelated Zinkcoper ditugal empat lubang pada setiap pokok dengan jarak 50 cm. Norma kerja untuk penaburan pupuk adalah 3.5 ha HK-1. Pengawasan Pemupukan. Pengawasan pemupukan dilakukan oleh Asisten, Mantri Tanaman dan Mandor Pupuk untuk memastikan pemupukan berjalan dengan baik dan pokok telah terpupuk semuanya. Kesalahan-kesalahan yang sebisa mungkin tidak boleh terjadi dalam pemupukan adalah adanya untilan utuh yang tertinggal dalam blok, karung bekas untilan yang tertinggal dalam blok, pokok tidak terpupuk, pupuk tercecer pada pasar pikul, pokok yang tergenang tidak boleh terpupuk, dosis tidak merata, dan pupuk tidak boleh terkena pelepah dan Neprolephis. Pemeriksaan kualitas pemupukan ini bertujuan agar kinerja para karyawan dapat selalu ditingkatkan dan dapat menjadi evaluasi kedepannya jika terjadi kesalahan atau ketidak sesuaian dengan standar kebun yang telah ditetapkan. Pelaksanaan pemupukan di BKLE dapat dilihat pada Gambar 5.
A
B
C
Gambar 5 Pelaksanaan pemupukan (A.Pelangsiran pupuk; B.Pengeceran pupuk; C.Penaburan pupuk)
Panen Panen kelapa sawit merupakan kegiatan memotong buah masak, mengutip brondolan dan mengumpulkannya ke Tempat Pengumpulan Hasil (TPH), dari TPH akan diangkut ke Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dalam kondisi yang segar dan bersih untuk mencegah meningkatnya Asam Lemak Bebas (ALB) sehingga kualitas CPO tetap baik. Panen merupakan kegiatan yang paling penting dalam perkebunan kelapa sawit sehingga pengelolaan panen harus dilakukan dengan baik mulai dari persiapan panen, organisasi panen, pelaksanaan panen, pengawasan serta kegiatan di PKS.
17 Sarana Jalan. Kondisi areal jalan merupakan salah satu faktor untuk memperlancar kegiatan transportasi dari TPH ke PKS sehingga sarana jalan harus mendapat pemeliharaan yang baik agar tidak menghambat saat pengangkutan buah. Sarana jalan di BKLE dibagi menjadi 3 yaitu jalan utama (main road), jalan pengumpul (collection road), dan jalan bantu (tertiary road). Jalan utama merupakan jalan penghubung antara collection road dan akses jalan keluar masuk kebun, main road memiliki lebar jalan 12 meter dengan arah utara-selatan. Collection road adalah jalan untuk mengumpulkan buah yang telah di panen dan memiliki lebar jalan 7 meter dengan arah barat-timur. Jalan bantu yaitu jalan tambahan yang dibuat pada areal sulit untuk membantu pengangkutan buah. Peralatan Panen. Peralatan kerja panen yang digunakan berbeda menurut tinggi tanaman (umur tanam). Penggolongan alat kerja berdasarkan penggunaanya terbagi menjadi tiga bagian yaitu alat untuk memotong buah, alat untuk membawa buah (brondolan) ke TPH dan alat untuk bongkar muat buah dan brondolan. Berdasarkan pengamatan lapang di BKLE alat-alat yang digunakan saat panen dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Alat-alat yang digunakan untuk panen beserta fungsinya Alat Dodos Batu asah Sogrok Angkong Gancu Karung Goni Tojok Stempel
Fungsi Memotong pelepah dan TBS umur < 6 tahun Mengasah dodos supaya tajam Mengorek brondolan yang tersangkut di ketiak pelepah Mengangkut TBS dari piringan ke TPH Menarik tandan buah dan menyusun buah di TPH Wadah mengumpulkan brondolan dan sebagai alas brondolan pada TPH Memuat TBS dari TPH ke truk buah dan menyusunnya Cap sebagai identitas para pemanen
Pelaksanaan Panen. Pemanen memotong buah dengan mata dodos dan meletakkannya di piringan ke arah pasar tengah, para pemanen memotong rapat gagang buah atau membentuk huruf “V” supaya kualitas minyak yang terkandung dalam buah sawit tidak teserap oleh batangnya. Pemanen harus membersihkan atau memotong buah dan bunga jantan yang sudah busuk dan dibuang ke gawangan mati, pemanen juga harus mengorek semua brondolan yang tersangkut di ketiak pelepah. Pemanen juga menyusun pelepah di tengah gawangan mati dan melintang antara pokok sehingga membentuk huruf “U”, kemudian pemanen maju ke pokok berikutnya hingga selesai memotong 2 baris sampai pasar tengah. Pemanen memasukkan buah dan brondolannya ke dalam angkong untuk dibawa ke TPH, kemudian pemanen menyusun TBS secara teratur di TPH dengan kelipatan 5. Brondolan yang telah dikutip di kumpulkan dengan menggunakan alas karung kemudian diletakkan di samping susunan TBS, selanjutnya pemanen
18 memberikan nomor pada gagang sawit sesuai identitas masing-masing pemanen untuk memudahkan perhitungan buah oleh Kerani Panen. Organisasi Panen. Sistem organisasi panen yang digunakan di BKLE Divisi II adalah Block Harvesting System (BHS) dengan sistem hanca giring tetap yaitu setiap Mandor Potong Buah memiliki hanca tetap yang ditandai oleh pancang batas mandoran dan tenaga potong buah dalam mandoran tersebut digiring sesuai kebutuhan. BKLE Divisi II memiliki dua kemandoran. Setiap mandor dibantu oleh krani buah yang bertugas untuk menghitung jumlah buah yang dihasilkan oleh para pemanen dan dicatat dalam. Standar kerja pemanen yang ditetapkan untuk kebun BKLE adalah 3-4 ha HK-1 dengan basis 160 janjang. Pelaksanaan panen di BKLE dapat dilihat pada Gambar 6.
A
B
C
Gambar 6 Pelaksanaan panen (A.Pemotongan buah; B.Penyusunan di TPH; C.Pemberian nomor pemanen)
Kehilangan Hasil. Kehilangan hasil atau Losses fruit disebabkan oleh buah mentah dipanen, buah matang tetapi tidak dipanen, buah matang tinggal, brondolan tidak dikutip, buah matang yang sudah dipanen tetapi tidak dikumpulkan ke TPH, buah di TPH yang tidak diangkut ke PKS. Seluruh buah, brondolan, janjang masak yang tidak sampai ke loading ramp PKS yang biasanya jatuh di jalan saat proses pengangkutan. Terdapat 10 lokasi yang perlu diperhatikan di dalam mengurangi losses brondolan tinggal, yaitu: brondolan di ketiak pelepah, brondolan di batang, brondolan di piringan, prondolan di gawangan, prondolan di pasar rintis, brondolan di parit, brondolan di TPH, brondolan di jalan, brondolan di rumah-rumah serta brondolan di bak truk.
Pengawasan. Pengawasan panen dilakukan oleh Asisten, Mandor 1, Mandor Panen, Kerani Buah dan Mandor Transportasi. Tugas pengawasan panen yaitu aktif mengawasi pekerjaan panen sehingga semua buah layak potong harus terpanen, batang terpotong rapat (minimal 3 cm) tanpa terikut bagian tandan yang berisi buah. Semua buah yang sudah dipanen harus diangkut ke TPH, jangan ada yang tertinggal di piringan atau di pasar rintis. Buah mentah yang terlanjur dipanen tidak dibenarkan untuk ditinggal dalam blok, apalagi diperam. Semua brondolan harus dikumpulkan dan dibawa ke TPH dan semua buah serta brondolan harus terangkut ke PKS. Pengendalian Gulma Pengendalian gulma di BKLE dilakukan di 4 tempat yaitu di piringan, gawangan, pasar pikul, dan TPH. Gulma dominan yang ada di BKLE yaitu Imperata cylindrica, Mikania micranta, Ageratum conizoides, Melastoma
19 malabathricum, Kentosan (sawit liar), Stenochlaena palustris, Scleria sumatrensis dan Clidemia hirta. Pengendalian gulma yang dilakukan di BKLE secara manual, kimiawi dan biologi. Pengendalian Gulma Secara Manual. Kegiatan pengendalian gulma secara manual atau Babat Tanaman Pengganggu (BTP) dilakukan terhadap gulma yang tidak bisa dikendalikan secara kimiawi. Kegiatan BTP dilakukan pada gawangan, piringan dan simpukan dengan alat yang digunakan yaitu parang. Pengendalian gulma secara manual di gawangan merupakan kegiatan menebas gulma khususnya gulma anak kayu seperti Melastoma malabathricum. Gulma dominan yang dibabat pada piringan adalah LCC yang terlalu dekat dan merambat ke pokok dengan ketebalan gulma yang sudah tidak bisa lagi di semprot. Simpukan yang dibabat adalah yang menutupi piringan dan menghambat pokok mendapatkan sinar matahari. Pembabatan dilakukan dengan sistem hanca giring dengan berpindah dari gawangan yang telah dibabat ke gawangan lain yang belum dibabat. Norma kerja untuk BTP adalah 2 HK ha-1 jika ringan, 3 HK ha-1 jika sedang dan 4 HK ha-1 jika berat. Kendala yang sering dihadapi dalam pengendalian gulma secara manual adalah kondisi lahan dan topografi yang sulit untuk dilalui karena sebagian besar lahan rawa, tergenang air, dan curam sehingga menyulitkan karyawan dalam menyelesaikan target. Pengendalian Gulma Secara Kimiawi. Kegiatan Pengendalian gulma secara kimia di BKLE yaitu semprot SPPH (Semprot Piringan, Pasar Pikul, dan TPH) yang dilakukan oleh tim BSS. Tim BSS beranggotakan 28 orang penyemprot dan 1 orang tenaga pengairan. Tim BSS menggunakan satu unit TUS (Transportasi Unit Semprot) yang dilengkapi dengan tangki berkapasitas 3 000 liter air dan tempat duduk untuk para karyawan BSS. Standar prestasi kerja untuk pengendalian gulma secara kimia adalah 3.5 ha -1 HK . Kendala yang sering dihadapi oleh tim BSS adalah sulit untuk mencapai target ketika menyemprot pada blok yang kerapatan gulmanya tinggi dan tergenang, sehingga penyemprotannya kurang maksimal. Pengendalian gulma secara manual dan kimia di BKLE dapat dilihat pada Gambar 7.
A
B
Gambar 7 Pengendalian gulma (A.Pengendalian gulma secara manual; B.Pengendalian gulma secara kimia)
Pengendalian Gulma Secara Biologi. Pengendalian gulma secara biologi juga dilakukan di BKLE dengan melakukan penanaman kacangan penutup tanah dan pelestarian beberapa jenis gulma yang bermanfaat (gulma kelas C dan D).
20 Kacangan penutup tanah yang digunakan adalah jenis Mucuna bracteata (MB), karena jenis LCC ini mampu menekan pertumbuhan gulma secara optimal serta memiliki toleransi tinggi terhadap naungan, lebih mudah tumbuh, lebih tahan terhadap hama dan penyakit, serta mempunyai perakaran yang dalam sehingga lebih baik dalam mempertahankan erosi tanah. Jenis kacangan MB setelah beberapa tahun akan tumbuh sangat subur dan akan mengganggu pertumbuhan pokok sawit, sehingga jika kacangan sudah tumbuh besar kacangan tersebut di kendalikan dengan cara manual atau kimia. Pengendalian Hama Hama kumbang tanduk (Oryctes rhinoceros) sebagian besar berasal dari penyusunan Tandan Kosong yang tidak tepat (tidak satu lapis) sehingga menyebabkan perkembangan serangan. Kumbang tanduk menggerek pangkal pelepah yang lebih muda (bagian atas) kemudian meneruskan gerekan kearah bawah menuju titik tumbuh, akibatnya dapat mengganggu pertumbuhan vegetatif tanaman dan bisa menyebabkan batang busuk selanjutnya bisa menyebabkan pokok mati. Pengendalian diawali dengan sensus yang dilakukan pada setiap divisi dengan sample pohon secara acak, jika serangan hama diatas 5% baru diadakan pengendalian dengan menggunakan perangkap fetotrap yang menggunakan senyawa feromon yang menyerupai hormon yang dihasilkan kumbang jantan untuk menarik kumbang betina. Tingkat serangan hama kumbang tanduk pada bulan Maret di BKLE sekitar 2-3 % dari contoh pohon yang disensus sehingga belum diadakan pengendalian secara menyeluruh. Tiratabha mundella. Hama yang menyerang hampir di seluruh divisi di BKLE adalah hama Tiratabha mundella. Gejala serangan ditunjukkan oleh adanya gumpalan kotaran ulat dan remah-remah sisa makanannya yang terikat menjadi satu oleh benang-benang disekitar buah. Pada serangan berat dapat ditemukan buah yang berlubang pada pangkalnya. Tempat yang menjadi pilihan hama ini adalah daerah yang lembab karena disebabkan terlambatnya sanitasi dan kastrasi pokok. Pencegahan dan pengendalian diawali dengan melakukan sensus di TPH pada setiap divisi dengan menghitung peresentase jumlah tandan yang terserang, apabila kurang dari 5% dilakukan tindakan kontrol dan apabila serangan hama lebih dari 5% dilakukan tindakan penyemprotan insektisida dengan bahan aktif ciperin 50cc untuk setiap kap, selain itu juga dilakukan sanitasi dan kastrasi tanaman yang baik dan berkala. Pada bulan Maret tingkat serangan hama Tirathaba di BKLE mencapai 22-23 % sehingga harus dilakukan penyemprotan. Hama Tikus. Hama yang menimbulkan kerusakan karena mengerat beberapa bagian tanaman kelapa sawit. Pada TBM, tikus menyerang titik tumbuh dengan gejala serangan berupa bekas gerekan dan lubang-lubang pada pelepah putus. Pada TM, tikus memakan daging buah baik pada tandan muda maupun yang sudah matang. Selain itu juga tikus menyerang bunga betina dan bunga jantan. Seekor tikus dapat mengkonsumsi daging buah sekitar 4 gr setiap harinnya, sehingga kehilangan produksi mencapai 5% dari produksi normal. Langkah awal yang dilakukan untuk mengandalikan hama tikus adalah dengan melakukan sensus di TPH, jika lebih dari 5% maka dilakukan pengendalian dengan menggunakan rodentisida yaitu durat dengan dosis 0.7 kg ha-1 untuk satu
21 rotasi. Tingkat serangan hama tikus di BKLE bulan Maret mencapai 11-12 % sehingga perlu dilakukan pengendalian dengan menggunakan rodentisida. Perawatan Perawatan merupakan salah satu hal yang penting dilakukan dalam kegiatan perkebunan untuk menunjang produktivitas tanaman terutama untuk menunjang pertumbuhan pada lahan marjinal yang dominan ditemukan di kebun BKLE, selain perawatan langsung kepada tanaman perawatan yang dilakukan meliputi perawatan sarana dan prasarana, konservasi tanah dan air. Kegiatan perawatan yang dilakukan di BKLE diantaranya rawat jalan dan jembatan serta konsolidasi tanaman. Kegiatan rawat jalan dan jembatan adalah kegiatan memperbaiki dan menjaga jalan baik Main road, Collection road dan jembatan sehingga pengangkutan TBS dan transportasi kendaraan untuk keluar masuk kebun dapat berjalan dengan lancar. Kegiatan rawat jalan dan jemabatan yang dilakukan adalah membuang air jika dijalan tergenang karena air adalah penyebab utama kerusakan jalan, selain itu juga dilakukan penyusunan batu jika ada jalan yang rusak atau berlubang, juga dilakukan penyusunan kayu untuk menyangga jembatan. Standar kerja untuk kegiatan rawat jalan dan jembatan adalah 7 jam HK-1 yang dilakukan oleh 3 orang tenaga kerja. Kegiatan konsolidasi tanaman adalah pemeriksaan situasi blok per blok yang sudah ditanam untuk melihat kekurangannya kemudian dilakukan perbaikan. Bibit yang mati, abnormal, tumbang, dan terserang hama dan penyakit harus disisip. Selain itu dilakukan juga penegakan tanaman yang miring dan perbaikan teras yang rusak, pekerjaan konsolidasi ini mempunyai target 7 jam HK-1.
Aspek Manajerial Kegiatan magang yang dilakukan di BKLE tidak hanya menyangkut aspek teknis di lapangan tetapi juga aspek manajerial tingkat Staf dan Non Staf. Aspek manajerial tingkat tingkat staf yang dilakukan adalah sebagai Pendamping Asisten Divisi. Aspek manajerial tingkat Non staf yang dilakukan adalah sebagai Pendamping Mandor diantaranya yaitu sebagai Pendamping Mandor 1, Pendamping Mandor Pupuk, Pendamping Mandor Panen, Pendamping Mandor Semprot, Pendamping Mandor Perawatan, Pendamping Mandor Transport dan Krani Divisi. Pendamping Asisten Divisi Asisten Divisi bertanggung jawab langsung kepada Estate Manager untuk mengurus langsung kegiatan di Divisi. Selama menjadi Pendamping Asisten Kegiatan yang dilakukan adalah mengecek mutu hancak dan mutu buah, mengawasi kegiatan pemupukan, memeriksa Laporan Harian Asistem serta membantu membuat Rencana Kerja Bulanan. Pendamping Mandor 1. Mandor I bertugas untuk membantu Asisten dalam mengontrol dan mengawasi semua karyawan lapang dan mengkoordinasikan semua Mandor
22 dalam pembuatan program kerja serta melaporkannya kepada Asisten Divisi. Kegiatan yang dilakukan selama menjadi Mandor 1 adalah melakukan grading ulang buah yang ada di TPH, mutu hanca panen, mengawasi kerja panen dan mengawasi kerja pemupukan. Kegiatan Lain yang dilakukan adalah membuat Laporan Harian Mandor, mengecek laporan quality cek pupuk dan panen. Pendamping Kerani Divisi Kerani Divisi bertanggung jawab dalam menangani administrasi tingkat Divisi. Kegiatan yang dilakukan sebagai kerani divisi yaitu memasukan data Laporan Harian Mandor (LHM), memasukkan data premi karyawan, memasukkan data ke website Bumitama Plantation System (BPS) dan mengisi monitoring produksi harian di Kantor Divisi. Selain itu juga kegiatan yang dilakukan adalah merekap data Surat Pengiriman Buah (SPB), mengisi papan rencana kerja harian dan mengisi laporan harian asisten, menulis surat pengantar sakit, serta membantu dalam pembagian gaji karyawan. Pendamping Mandor Pupuk Selama menjadi pendamping mandor pupuk, kegiatan yang dilakukan adalah mengawasi pelaksanaan pupuk organik dan anorganik. Sebagai pendamping mandor pupuk tugas-tugas yang dialakukan antara lain mengetahui dosis pupuk setiap pokok, membuat rencana kerja harian, menghitung luasan blok yang akan dipupuk, menghitung jumlah tonase pupuk yang akan digunakan. Selain itu kegiatan yang dilakukan adalah membantu mengaabsen karyawan ketika apel pagi, pembagian hancak karyawan pada blok yang akan dikerjakan, mengawasi pelaksanaan penguntilan, mengawasi bongkar muat pupuk, serta melakukan quality cek pupuk untuk menilai kualitas taburan dari para penabur sehingga kinerja penabur dapat terukur serta membuat Laporan Harian Mandor. Pendamping Mandor Panen Saat menjadi Pendamping Mandor Panen, penulis mempelajari tugas-tugas mandor panen yaitu mengisi laporan pusingan panen, membantu membuat Rencana Kerja Harian tentang blok yang akan dipanen beserta luasannya. Selain itu melakukan juga pengawasan di lapangan seperti membagi hancak panen, pengawasan terhadap buah dan brondolan supaya tidak ada yang tertinggal, melakukan quality cek panen dan mengisi Laporan Harian Mandor. Pendamping Mandor Semprot Saat menjadi pendamping mandor semprot kegiatan yang dilakukan adalah membantu kalibrasi, mempersiapkan alat-alat semprot untuk diangkut ke truk Tim Unit semprot (TUS), membantu mencampur racun, mengabsen karyawan, melakukan pembagian hancak dan pengawasan terhadap mutu semprot. Selain melakukan pengawasan di lapangan, penulis juga membantu administrasi di kantor seperti membantu mengisi Laporan harian Mandor, membuat Rencana Kerja Harian dan mengetahui pembuatan bon permintaan bahan. Pendamping Mandor Perawatan Saat menjadi menjadi pendamping mandor perawatan kegiatan yang dilakukan adalah melakukan absen ketika apel pagi, melakukan pembagian
23 hancak, mengawasi rawat jalan, aplikasi Tandan Kosong, piringan manual, tebas gawangan serta mengisi Laporan Harian Mandor di Kantor Divisi. Pendamping Mandor Transport Saat menjadi Pendamping Mandor Transport kegiatan yang dilakukan adalah belajar mengisi Surat Pengantar Buah (SPB), mengarahkan sopir truk dan tenaga Bongkar Muat untuk mengangkut buah yang telah di grading dan dihitung oleh krani buah serta mengawasi tenaga Bongkar Muat buah yang mengangkut buah ke dalam dump truck, serta memberikan denda apabila tenaga BM melakukan kesalahan. Krani transportasi harus memastikan tidak ada buah dan brondolan yang tertinggal di TPH, apabila ada buah yang masih belum diangkut maka buah menjadi restan dan harus dilaporkan serta ditulis pada monitoring produksi harian. Selain itu sebagai Pendamping Mandor transport, penulis merekap dan merapikan Surat Pengantar Buah. Pendamping Kerani Panen Saat menjadi Pendamping Kerani Panen kegiatan yang dilakukan adalah melakukan grading buah yang ada di TPH agar tidak ada buah mentah atau Kurang Matang yang terangkut ke PKS. Jika ada buah mentah atau buah kurang matang saat di TPH, maka Kerani buah akan membelah nya untuk menandakan buah tersebut telah di grading. Selain itu kegiatan yang dilakukan adalah melakukan perhitungan buah yang ada di TPH lalu mencatatnya dalam Buku Penerimaan Buah, menghitung premi pemanen, mengisi daftar buah mentah, mengecek buah restant dan mencatat denda pemanen.
HASIL DAN PEMBAHASAN Pupuk adalah bahan yang diberikan kedalam tanah baik yang organik maupun anorganik dengan tujuan untuk mengganti kehilangan unsur hara dari dalam tanah dan bertujuan untuk meningkatkan produksi tanaman dalam lingkungan yang baik sehingga aplikasi pupuk berpengaruh sangat besar dalam menentukan efektivitas pemupukan. Pemupukan dikatakan efektif jika sebagian besar hara pupuk diserap oleh tanaman (Limbong 2011). Efektifitas pemupukan yang dianalisis di BKLE meliputi prinsip 4T yaitu tepat jenis, tepat waktu, tepat cara, dan tepat dosis
Efektivitas Pemupukan Tepat Jenis Poeloengan et al. (2003) menyatakan beberapa dasar pertimbangan yang digunakan dalam penentuan jenis pupuk antara lain adalah umur tanaman, gejala defisiensi hara, kondisi lahan dan harga pupuk. Aplikasi jenis pupuk yang digunakan di BKLE berdasarkan rekomendasi dari Departemen Riset yang telah dianalisis terlebih dahulu kandungan dan ketepatan unsur haranya. Jenis pupuk
24 yang digunakan adalah pupuk organik dan anorganik. Realisasi pemupukan kebun BKLE tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Realisasi pemupukan kebun BKLE tahun 2012 Rencana (kg)
Real Sem 1 (kg)
Real Sem 2 (kg)
Total Realisasi
Unsur Hara
Jenis Pupuk
N, P, K, Mg
Palmo 16
7 093
1 500
34 960
36 460
Realisasi (%) 514
N, P, K, Mg
Palmo 14
725 009
154 192
523 123
677 315
93
N, P, K
NPK 15:15:15
19 868
9 870
30 930
40 800
205
N, P, K
NPK 12:12:12
20 031
-
2. 00
2 100
10
N
Urea
216 771
83 785
130 332
214 117
99
P
RP Egypt
666 324
660 789
22 729
683 518
103
K
MOP
279 019
65 327
225 190
290 517
104
Mg
Kieserite
289 508
291 712
3 000
294 712
102
B
HGFB
65 369
33 089
30 660
63 749
98
Cu
C. Zincopper
33 424
7 767
10 922
18 689
56
2 322 415
1 308 030
1 013 947
2 321 977
99.98
TOTAL
Sumber: Data Kebun BKLE (2013)
Tabel 6 menunjukkan bahwa rencana pemupukan kebun telah terealisasi sebesar 99.98%, sehinga hampir 100% jenis pupuk tersebut teraplikasi di lapangan. Beberapa pupuk dalam aplikasi di lapang tidak sesuai dengan rencana tetapi pupuk itu digantikan oleh pupuk lain seperti Palmo 14 digantikan oleh palmo 16 dan NPK 12:12:12 digantikan oleh NPK 15:15:15. Penggantian suatu jenis pupuk dengan pupuk lainnya dapat dilakukan dengan memperhatikan kandungan unsur hara serta keseimbangan dan pengaruh bahan ikutannya (Sutarta et al. 2003). Rencana dan realisasi pupuk jika dilihat dari kandungan unsur hara dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Rencana dan realisasi pemupukan berdasarkan kandungan unsur hara Unsur Hara
Rencana (kg)
Realisai (kg)
Realisasi (%)
N
207 734.7
205 523.52
98.94
P2O5
361 223.2
366 765.7
101.53
K2O
275 431.5
281 339.9
102.14
MgO
180 803.3
180 229.94
99.68
B2O5
29 416.05
28 687.05
97.52
8 523.12
4 765.7
55.91
Cu
Tabel 7 menunjukkan rencana dan realisasi pemupukan dari setiap unsur hampir 100% telah terealisasi. Beberapa unsur hara ada yang kurang dari 100% dalam realisasi nya seperti unsur N, MgO, B2O5 dan Cu, hal ini disebabkan oleh
25 beberapa faktor diantaranya persediaan pupuk yang terlambat dikirim ke kebun dan waktu pengaplikasian yang sudah melewati dari periode pemupukan pada tahun tersebut sehingga diberhentikan pengaplikasiannya. Realisasi pemupukan di BKLE ada juga yang melewati 100% untuk unsur P2O5 dan K2O, hal ini dikarenakan kebijakan dari pihak kebun yang memberikan extra pupuk pada beberapa tanaman yang mengalami defisiensi unsur hara. Tepat Waktu PPKS (2005) menyatakan manfaat pemupukan yang optimum dilakukan pada saat curah hujan 100-250 mm per bulan, sedangkan curah hujan minimum 60 mm per bulan dan maksimum 300 mm per bulan. Rekomendasi jenis dan waktu pemupukan di BKLE dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Rekomendasi jenis dan waktu pemupukan tahun 2013 rotasi 1 BKLE Bulan Aplikasi Januari Februari Maret April
RP
HGFB
Jenis Pupuk Zincopper MOP
Urea
NPK
Dolomit
Sumber: Departemen Riset BGA (2013)
Tabel 8 menunjukkan rekomendasi pemupukan yang ditetapkan oleh Departemen Riset dan Tabel 9 merupakan pemupukan di BKLE yang terlambat dari rekomendasi yang seharusnya selesai dalam jangka waktu satu bulan untuk masing-masing jenis pupuk. Pemupukan RP yang seharusnya selesai pada bulan Januari menjadi tertunda penyelesaiannya sampai bulan April, demikian juga dengan pemupukan HGFB, Zincooper, MOP, Urea, NPK dan Dolomit terjadi keterlambatan dalam penyelesaian aplikasinya. Keterlambatan dalam pengaplikasian pupuk ini disebabkan oleh tenaga kerja yang kurang pada proses penguntilan juga penaburan dan disebabkan juga oleh curah hujan sangat tinggi sehingga menyebabkan keterlambatan dalam pengaplikasian pupuk. Curah hujan di BKLE sangat tinggi dengan rata-rata curah hujan pada tahun 2013 dari bulan Januari-April adalah 437 mm per bulan. Realisasi pemupukan serta Curah Hujan Januari-April 2013 di BKLE dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Realisasi jenis dan waktu pemupukan rotasi 1 BKLE Jenis Pupuk Bulan R Aplikasi RP HGFB Zincopper MOP Januari Februari Maret April Sumber: Kebun BKLE (2013)
Urea
NPK
Dolomit
Curah hujan (mm/bulan) 330 624 466 328
26
Tabel 9 menunjukkan curah hujan yang sangat tinggi dengan rata-rata 437 mm per bulan yang berpotensi menimbulkan losses tinggi melalui proses pencucian, aliran permukaan dan erosi. Adiwiganda (2007) menyatakan bahwa kesulitan pelaksanaan pemupukan tepat waktu diakibatkan terjadinya curah hujan yang sulit diprediksi yaitu kandungan air dalam tanah yang tidak sesuai dengan persyaratan untuk aplikasi pupuk. Pihak kebun juga mengatasi ketidaktepatan waktu dengan menambah tenaga kerja untuk menguntil dan menabur dari divisi lain sehingga diharapkan dengan adanya tenaga tambahan tersebut dapat mempercepat penyelesaian pemupukan dan mengejar ketertinggalan dari waktu yang telah ditetapkan. Masalah ketidaktepatan waktu tersebut dapat juga diatasi dengan menambah jumlah KKP dari tim BMS yang sebelumnya 8 KKP menjadi 10 KKP sehingga ketika hari tidak hujan dapat memupuk lebih dari target pada hari biasanya. Tepat Cara Cara menempatkan pupuk yang akan diaplikasikan sangat mempengaruhi jumlah pupuk yang dapat diserap akar tanaman. Penempatan/aplikasi yang tepat dapat meningkatkan kapasitas bawa (carrying capacity) pupuk dapat ditingkatkan. Peningkatan efisiensi pemupukan ini mencakup aspek upaya bagaimana pupuk itu lebih cepat sampai ke zona perakaran dan seminimum (Pahan 2010). Cara penaburan pupuk yang digunakan di BKLE untuk pupuk Urea, MOP dan Kieserit adalah 1.5-2 meter dari tanaman dengan cara “U-shape”, pupuk HGFB ditabur dengan jarak 0.5-1 meter dari tanaman dengan cara melingkar secara merata, pupuk RP ditabur merata di pelepah secara “U-shape”. Lubis (2008) menyatakan penebaran dengan radius 2 meter atau pada pelepah dan berbentuk “U-shape” dilakukan karena akar tertier dan kuarter yang aktif menyerap hara lebih banyak dibawah pelepah dan di gawangan mati dibanding pada piringan. Hasil pengamatan ketepatan cara aplikasi pupuk dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 Ketepatan cara 8 orang penabur Jenis Pupuk
Jumlah Pokok
Penabur ke1
2
3
4
5
Ketepatan cara (%) 6
7
8
......................%...................... MOP
405
HGFB 398
Urea
401
76 81 82 76 64 81 78 81 82
82 82 88 81 88 87 82 87 82
82
94
88
72
94
94
86
82
76
93
81
82
76
70
88
94
64
88
68
82
82
86
81
82
76
76
76
76
82
88
76 82 94 75
87 76 76 86
70 88 87 88
88 94 82 87
82 80 76 94
80 88 87 88
83
80
84.2
27 Tabel 10 menunjukkan ketepatan cara untuk masing-masing jenis pupuk sudah cukup baik yaitu diatas 80%, tetapi belum memenuhi standar dari perusahaan yaitu diatas 90%. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah adanya lahan rawa atau tergenang air, kacangan yang tebal atau melilit pokok dan gulma yang banyak menyebabkan taburan pupuk tidak merata. Para penabur juga lebih mementingkan target cepat tercapai sehingga mengesampingkan kualitas taburan pada tanaman. Tepat Dosis Pertimbangan yang digunakan dalam penentuan dosis pupuk diantaranya adalah hasil analisis daun dan tanah, realisasi produksi lima tahun terakhir, realisasi pemupukan sebelumnya, data curah hujan lima tahun terakhir, dan gejala defisiensi hara (Winarna et al. 2003). Hasil pengamatan ketepatan dosis untilan dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 Ketepatan dosis untilan Jenis Pupuk
MOP
HGFB
Urea
Dosis Ulangan Rekomendasi (kg) 1 2 3 1 2 3 1 2 3
14
Rata-rata Ketepatan Ketepatan Dosis Dosis (%) Untilan (kg) 14.6
104.3
12.3
13.3
108.4
12
12.3
102.1
Tabel 11 menunjukkan ketepatan dosis untilan untuk pupuk Urea dan MOP masih memenuhi standar kebun yaitu 100±5 % dari standar dosis rekomendasi yang ditetapkan, hal ini menunjukkan tenaga kerja penguntil sudah terlatih dalam menguntil pupuk dan sudah menggunakan takaran yang telah dikalibrasi untuk masing-masing jenis pupuk. Penguntilan juga diawasi oleh mandor until dan ada uji petik sebanyak 10 karung until setiap hari untuk ditimbang ulang sehingga dapat diketahui ketepatan dosis untilannya. Ketepatan dosis untilan HGFB yaitu 108.4%, melewati standar kebun yaitu 100±5 %, hal ini disebabkan oleh saat penguntilan HGFB belum adanya Mandor until sehingga proses penguntilan belum terlaksana dengan baik dan belum adanya takaran yang sesuai dengan dosis rekomendasi yaitu 12.3 kg. Hasil pengamatan ketepatan dosis per tanaman dapat dilihat pada Tabel 12.
28 Tabel 12 Ketepatan dosis per tanaman Jenis Pupuk
MOP
HGFB
Urea
Jumlah Pokok Diamati
132 134 130 137 136 136 129 130 131
Ulangan
1 2 3 1 2 3 1 2 3
Jumlah Pokok Terpupuk
123 125 120 137 130 134 120 124 125
Dosis Rekomendasi (kg)
1.75 1.75 1.75 0.06 0.06 0.06 0.75 0.75 0.75
Rata-rata Ketepatan Dosis (kg)
1.83 1.83 1.89 0.07 0.08 0.09 0.8 0.76 0.74
Ketepatan Dosis (%)
106
133
102
Tabel 12 menunjukkan persentase ketepatan untuk pupuk MOP dan HGFB melebihi standar kebun yaitu 100±5 %. Kelebihan dosis per tanaman untuk pupuk MOP sebagian besar disebabkan oleh kondisi areal yang tidak terpupuk karena lahan rawa atau tergenang dan ada tanaman yang mati, sehingga sisa pupuk ditabur ke tanaman lain yang mengakibatkan tanaman lain kelebihan dosis. Kelebihan dosis pupuk HGFB yang tinggi disebabkan oleh para penabur yang sulit mengkalibrasi alat taburnya dengan dosis rekomendasi HGFB yang terlalu kecil yaitu 0.06 kg, sehingga sebagian besar penabur melebihi dari dosis rekomendasi yang telah ditetapkan oleh Departemen Riset. Kelebihan dosis ini dapat menambah biaya pemupukan yang dikeluarkan oleh pihak kebun sehingga menjadi tidak efisien atau pemborosan. Efisiensi Pemupukan Poeloengan dan Erningpraja (1994) menyatakan keberhasilan suatu usaha perkebunan kelapa sawit tidak terlepas dari faktor efisiensi. Peningkatan efisiensi dapat dilakukan dengan usaha menekan biaya per satuan output serendah mungkin, tanpa mengurangi hasil maupun mutu yang dicapai. Salah satu alternatif tindakan efisiensi biaya pemupukan yang dapat dilakukan adalah meningkatkan efektivitas pemupukan di lapangan. Efisiensi pemupukan yang dianalisis di BKLE meliputi efisiensi tenaga kerja dan efisiensi biaya. Efisiensi Tenaga Kerja Penentuan jumlah tenaga kerja juga berpengaruh terhadap kegiatan efektivitas dan efisiensi pemupukan. Apabila tenaga kerja yang digunakan melebihi target yang telah ditetapkan maka dapat terjadi inefisiensi tenaga kerja atau pemborosan tenaga kerja sehingga berdampak pada boros nya pemberian upah kepada karyawan. Tenaga Kerja tabur yang digunakan di BKLE berjumlah 24 orang atau 8 KKP yang terdiri dari 16 orang penabur dan 8 orang pengecer. Pengawasan kegiatan pemupukan dilakukan oleh koordinator BMS dan mandor tabur yang dibantu oleh satu orang yang melakukan quality cek pemupukan untuk menilai kualitas dari penaburan pupuk. Prestasi tenaga kerja penabur di BKLE dapat dilihat pada Tabel 13.
29 Tabel 13 Prestasi tenaga kerja penabur di BKLE untuk pupuk Urea dan MOP Jumlah Pupuk (kg)
Jumlah HK
Output Luasan (ha HK-1) Bahan (kg HK-1) Standar Karyawan Standar Karyawan
Tanggal
Jenis Pupuk
Luas (ha)
Premi (Rp)
03/05/2013
Urea
62.96
7 177
14
3.5
4.4
400
512
15 000
04/05/2013
Urea
133.78
10 642
26
3.5
5.1
400
409
30 883
06/05/2013
Urea
120.41
12 122
18
3.5
6.6
400
757
58 558
07/05/2013
Urea
88.36
8 968
16
3.5
5.5
400
560
12 000
08/05/2013
Urea
115.93
11 280
21
3.5
5.5
400
537
32 953
11/05/2013
Urea
112.13
11 073
26
3.5
4.3
400
425
19 441
rata-rata
Urea
105.60
10 210
20
3.5
5.23
400
533
28 139
16/05/2013
MOP
90.58
21 534
21
3.5
4,3
700
1 025
50 000
17/05/2013
MOP
58.87
14 979
22
3.5
2.6
700
680
4 000
20/05/2013
MOP
82.98
18 774
21
3.5
3.9
700
894
15 713
21/05/2013
MOP
92.19
20 105
22
3.5
4.1
700
913
30 179
22/05/2013
MOP
39.19
11 000
9
3.5
4.3
700
1 222
25 492
rata-rata
MOP
72.762
17 278
19
3.5
3.84
700
946.8
2 5076
Sumber: Laporan Harian Mandor BMS BKLE (2013)
Berdasarkan data pada Tabel 13 dapat terlihat output yang dihasilkan oleh para penabur hampir setiap hari melebihi dari standar yang tetapkan oleh kebun kecuali untuk tanggal 17 Mei yang kurang dari standar. Hal ini menunjukkan bahwa mandor pupuk telah tepat mengatur tenaga kerja penabur, jika jumlah blok yang akan ditabur banyak maka tenaga kerja yang digunakan akan lebih banyak dan jika blok yang akan diaplikasikan sedikit maka tenaga kerja yang digunakan akan dikurangi dan akan dialihkan ke pekerjaan yang lain. Berdasarkan data dari tabel juga menunjukkan bahwa jika prestasi pekerja melebihi dari standar kebun maka para pekerja akan mendapatkan premi sesuai dengan output luasan (ha) karyawan yang diperoleh. Data pada Tabel 14 juga menunjukkan jika output luasan (ha) tidak memenuhi target (< 3.5 Ha HK-1) maka tidak akan memotong gaji para karyawan dengan syarat sudah memenuhi target waktu yaitu 7 jam kerja pada hari itu, sehingga dari data tersebut dapat menunjukkan bahwa pengaturan penggunaan tenaga kerja di BKLE telah efisien dan memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh kebun. Pengamatan juga dilakukan terhadap profil kerja 10 penabur berdasarkan klasifikasi lama bekerja dan usia yang dihubungkan terhadap hasil prestasi kerja tonase pemupukan urea. Data hasil pengamatan prestasi kerja berdasarkan klasifikasi lama kerja dapat dilihat pada Tabel 14.
30 Tabel 14 Rata-rata prestasi kerja penabur berdasarkan klasifikasi lama bekerja ∑ Tenaga Rata-rata Prestasi Lama Bekerja (tahun) Kerja Kerja (kg) >1 5 514.8a ≤1 5 503.6a a
Angka-angka yang diikuti oleh huruf sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% (uji t-student)
Tabel 14 menunjukkan hasil bahwa lama bekerja dari penabur tidak berbeda nyata terhadap prestasi kerja yang dihasilkan, meskipun penabur yang bekerja diatas 1 tahun memiliki prestasi kerja lebih tinggi. Hal ini disebabkan oleh prestasi kerja yang didapatkan pemupuk berdasarkan target yang telah ditentukan oleh mandor pupuk pada RKH yang telah disetujui oleh Asisten, sehingga semua pemupuk harus menyelesaikan target tersebut dengan jumlah tonase yang hampir sama oleh setiap penabur. Data hasil pengamatan prestasi kerja berdasarkan klasifikasi tingkat usia dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15 Rata-rata prestasi kerja penabur berdasarkan klasifikasi tingkat usia ∑ Tenaga Rata-rata Usia (tahun) Kerja Prestasi Kerja (kg) > 30 5 506.4 a ≤ 30 5 509.2 a a
Angka-angka yang diikuti oleh huruf sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% (uji t-student)
Tabel 15 menunjukkan hasil bahwa usia dari penabur tidak berbeda nyata terhadap prestasi kerja yang dihasilkan, meskipun penabur yang berusia ≤ 30 memiliki prestasi kerja lebih tinggi. Hal ini disebabkan oleh prestasi kerja yang didapatkan pemupuk tidak dipengaruhi oleh usia karena berdasarkan target yang telah ditentukan oleh mandor pupuk, sehingga semua pemupuk harus menyelesaikan target dengan jumlah tonase yang hampir sama oleh setiap penabur. Efisiensi Biaya Biaya yang dikeluarkan untuk pemupukan di BKLE pada tahun 2012 adalah Rp 12 572 743 083,00 jumlah tersebut 81% dari biaya pemeliharaan yang dikeluarkan oleh pihak kebun atau 56% dari total biaya produksi kebun. Biaya pemupukan digunakan untuk biaya upah tenaga kerja, pembelian material, alat kerja dan transportasi. Berdasarkan data pengamatan ketepatan dosis untilan yang dilakukan terjadi kelebihan dosis untilan untuk pupuk MOP sebesar 4.3%, pupuk Urea sebesar 2% dan HGFB 8.4% sehingga jika diaplikasikan di lapangan kelebihan pupuk tersebut akan menjadi losses. Kelebihan dosis berpengaruh terhadap biaya yang dikeluarkan oleh BKLE menjadi tidak efisien, tetapi efisiensi biaya yang dianalisis bukan dilihat dari segi output dan input biaya yang digunakan tetapi lebih melihat dari pengeluaran biaya pemupukan oleh BKLE sehingga penulis melakukan perhitungan losses biaya untuk jenis pupuk MOP, urea dan HGFB yang dikalikan dengan tonase realisasi
31 pemupukan pada tahun 2012 dan dikalikan dengan harga pupuk. Rincian inefisiensi pemupukan untuk pupuk MOP, Urea dan HGFB dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16 Inefisiensi biaya yang di keluarkan untuk pupuk MOP, Urea dan RP Realisasi Harga Pemupukan MOP Pupuk 2012 (Rp/kg) MOP 290 517 4 565 4.3 Urea 214 117 5 070 2 HGFB 7 383 8.4 63 749 TOTAL Sumber : Pengamatan Penulis dan Data Kebun BKLE 2013 Jenis Pupuk
% Kelebihan Dosis
Total Kerugian Estate (Rp) 57 027 035 21 713 513 39 535 345 118 275 892
Tabel 16 menunjukkan losses biaya yang dikeluarkan oleh BKLE cukup besar dan jika ditambah dengan jenis pupuk lain yang digunakan di BKLE maka losses biaya nya akan semakin besar. Hal ini disebabkan oleh ketidaktepatan dosis penguntilan akibat kurangnya pengawasan dari mandor until serta kurang disiplinnya karyawan. Defisiensi Hara Darmosarkoro (2003) menyatakan unsur hara yang mendapat perhatian dalam pemupukan tanaman kelapa sawit meliputi N, P, K, Mg, Cu, dan B. Ketersediaan hara tersebut dalam tanah yang rendah mengakibatkan tanaman mengalami gejala defisiensi hara. Tanaman yang mengalami gejala defisiensi hara umumnya menunjukkan gejala-gejala yang khas. Defisiensi hara dapat disebabkan oleh dosis pemupukan yang tidak sesuai dengan kebutuhan hara tanaman, selain itu juga disebabkan oleh kurang efektifnya pemupukan pada periode sebelumnya karena pupuk menguap, tercuci air dan piringan pada saat pemupukan masih belum bersih dari gulma sehingga pemupukan belum tepat sasaran. Grafik perubahan status defisiensi hara di BKLE dapat dilihat pada Gambar 8.
Sumber: Departemen Riset BGA
Gambar 8 Defisiensi hara BKLE pada tahun 2011 dan 2012
32
Gambar 8 menunjukkan status defisiensi hara berdasarkan luasan tanaman kelapa sawit yang berasal dari hasil analisis Departemen Riset BGA. Secara umum defisiensi hara tanaman kelapa sawit di BKLE terjadi penurunan dari tahun 2011 ke tahun 2012 kecuali untuk pupuk Cu dan Mg terjadi peningkatan luas area yang mengalami defisiensi unsur hara. Penurunan defisiensi hara yang sangat drastis terjadi pada unsur N, hal ini menunjukkan adanya penyerapan yang efektif oleh tanaman kelapa sawit yang dipupuk menggunakan unsur N dengan didukung oleh realisasi pemupukan N yang lebih dari 100% baik dari pupuk majemuk maupun tunggal. Unsur K dan B juga mengalami penurunan luasan defisiensi hara, hal ini menunjukkan penyerapan hara yang efektif dan didukung oleh ketepatan cara dan dosis yang cukup baik oleh para penabur. Berbeda dengan unsur Mg dan Cu yang mengalami peningkatan luasan areal defisiensi hara, hal ini menunjukkan kurang efektif nya tanaman dalam menyerap unsur hara Mg dan Cu. Hal tersebut disebabkan oleh pencucian hara karena curah hujan yang tinggi dan ditambah dengan realisasi pemupukan yang hanya 56% untuk pupuk Cu. Peta status defisiensi hara di BKLE tahun 2011 dapat dilihat pada Lampiran 5 dan tahun 2012 dapat dilihat pada Lampiran 6.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Kegiatan magang yang dilakukan dapat meningkatkan pengetahuan dan pengalaman tentang pengelolaan kelapa sawit melalui kegiatan teknis dan manajerial. Pupuk yang digunakan di BKLE telah memenuhi prinsip tepat jenis dengan realisasi pemupukan pada tahun 2012 adalah 99.98%, namun untuk prinsip tepat waktu belum tepat. Pemupukan di BKLE memiliki rata-rata ketepatan cara 83% untuk pupuk urea, 79.8% untuk pupuk HGFB dan 84.2% untuk pupuk Urea sehingga masih dibawah standar kebun yaitu >90%. Rata-rata ketepatan dosis untilan untuk pupuk MOP 104.3%, HGFB 108.4% dan Urea 102.1% sedangkan rata-rata ketepatan dosis per pokok untuk pupuk MOP 106%, HGFB 133% dan Urea 108.4 dari hasil pengamatan tersebut juga menunjukkan dosis yang diaplikasikan untuk setiap tanaman belum memenuhi prinsip tepat dosis. Penggunaan efisiensi tenaga kerja pupuk di BKLE telah efisien karena prestasi kerja yang diperoleh telah memenuhi target dari standar yang ditetapkan oleh kebun. Pemupukan di BKLE belum efisien dari segi biaya karena terdapat losses biaya atau inefisiensi biaya sebesar Rp 118 275 892,00 dari tiga jenis pupuk yang dianalisis. Defisiensi hara di BKLE dari tahun 2011 ke tahun 2012 mengalami penurunan untuk defisiensi unsur N, K, dan B dan terjadi sedikit peningkatan defisiensi unsur Mg dan Cu.
33 Saran Perencanaan pemupukan dan pengawasan pemupukan sebaiknya lebih ditingkatkan lagi agar pelaksanaan pemupukan dapat berjalan dengan baik. Simulasi dan penjelasan sebelum dilaksanakannya penaburan perlu dilakukan setiap hari oleh mandor agar penabur dapat selalu mengingat tata cara penaburan yang baik agar pelaksanaan pemupukan dapat berlangsung lebih efektif dan efisien. Pengawasan ketika penguntilan juga perlu ditingkatkan oleh Asisten dan Mandor untuk menjaga ketepatan dosis penguntilan
DAFTAR PUSTAKA Andayani D. 2008. Pengelolaan Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Tanaman Menghasilkan di PT Era Mitra Agro Lestari (BSP Group), Sarolangun, Jambi [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Adiwiganda R. 2007. Manajemen Tanah dan Pemupukan Kelapa Sawit. Di dalam: S. Mangoensoekarjo, editor. Manajemen Tanah dan Pemupukan Budidaya Tanaman Perkebunan.Yogyakarta (ID): Gajah Mada University Press. Darmosarkoro W. 2003. Defesiensi dan malnutrisi hara pada tanaman kelapa sawit. Di dalam: Darmosarkoro W, Sutarta EG, dan Winarna, editor. Lahan dan Pemupukan Kelapa Sawit. Medan (ID): Pusat Penelitian Kelapa Sawit. [Ditjenbun] Direktorat Jendral Perkebunan. 2012. Luas perkebunan dan poduksi kelapa sawit di Indonesia. [Internet]. [diunduh 2013 Juli 28]. Tersedia pada:http://www.ditjenbun.deptan.go.id. Hakim M. 2007. Teknis Agronomis dan Manajemennya (Tinjauan Teoritis dan Praktis). Di dalam: Lembaga Pupuk Indonesia, editor. Kelapa Sawit. Jakarta (ID): Lembaga Pupuk Indonesia. Hidayat Wahyu. 2012. Manajemen Pemupukan pada Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Tambusai Estate, PT. Panca Surya Agrindo, First Resources Ltd., Kabupaten Rokan Hulu, Riau [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Limbong RK. Manajemen Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Gunung Sari Estate, PT Ladangrumpun Suburabadi, Minamas Plantation, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Lubis A. U. 2008. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Indonesia. Medan (ID): Pusat Penelitian Marihat Bandar Kuala Pematang Siantar. Mahyudin syaharizan. Manajemen Pemupukan pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Buatan, PT. Inti Indosawit Subur, pelalawan, Riau [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Pahan I. 2010. Panduan Lengkap Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis dari Hulu Hingga Hilir. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Pardamean M. 2010. Sukses Membuka Kebun dan Pabrik Kelapa Sawit. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Poeloengan Z, Erningpraja L. 1994. Usaha-Usaha Peningkatan Efisiensi Pemupukan Tanaman kelapa Sawit. [Internet]. [diunduh 2013 September 1].
34 Tersediapada:http://www.pustaka.litbang.deptan.go.id/bptpi/lengkap/IPTAN A/fullteks/Puslitbangtri/pros15.pdf Poeloengan Z, Fadli ML, Winarma, Rahutomo S, Sutarta ES. 2003. Permasalahan pemupukan pada perkebunan kelapa sawit. Di dalam: Darmosarkoro W, Sutarta ES dan Winarna, editor. Lahan dan Pemupukan Kelapa Sawit. Medan (ID): Pusat Penelitian Kelapa Sawit. [PPKS] Pusat Penelitian Kelapa Sawit. 2005. Pemupukan Kelapa Sawit. Medan (ID): Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Sutarta ES, Rahutomo S, Darmosarkoro W, Winarma. 2003. Peranan unsur hara dan sumber hara pada pemupukan tanaman kelapa sawit. Di dalam: Darmosarkorom W, Sutarta ES dan Winarna, editor. Lahan dan Pemupukan Kelapa Sawit. Medan (ID): Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Setyamidjaja D. 2006. Panen Kelapa Sawit. Yogyakarta (ID): Kanisius. Winarna W, Darmosarkoro, Sutarta ES. 2003. Teknologi pemupukan tanaman kelapa sawit. Di dalam: Darmosarkoro W, Sutarta EG, dan Winarna, editor. Lahan dan Pemupukan Kelapa Sawit. Medan (ID): Pusat Penelitian Kelapa Sawit.
35 Lampiran 1 Peta areal statement BKLE
36
36 Lampiran 2 Data curah hujan BKLE tahun 2008-2012 2009 CH HH HH (mm) Januari 13 484 14 298.25 Februari 11 511 13 246 Maret 13 404 18 800.5 April 14 469.5 14 558 Mei 7 145.5 10 293 Juni 9 277.5 7 245 Juli 13 119 6 242 Agustus 17 439.8 1 17 September 12 271 2 26 Oktober 18 615 10 544 November 18 362.5 20 546.5 Desember 22 369.5 22 850.8 Jumlah 167 4468.30 137 4667.05 BK 0 2 BB 12 10 Sumber : Kantor Kebun Bangun Koling Estate Bulan
2008 CH (mm)
HH 16 13 16 11 15 18 15 12 13 16 18 12 175
2010 CH (mm) 471 285.5 318.5 198.5 437.1 464.75 414.75 201 532.25 427.75 404.25 363.75 4519.10 0 12
Keterangan : Rata-Rata BB = 11 bulan HH = Hari Hujan Rata-Rata BK = 1 bulan CH = Curah Hujan BB = Bulan Basah (>100 mm/bulan) BK = Bulan Kering (<60 mm/bulan)
HH 14 6 10 12 8 6 4 2 4 8 9 11 94
2011 CH (mm) 415.75 292 233.75 373 208.5 105 81 8.5 62.75 233.5 342 249.25 2605.00 2 10
Q=
2012 CH HH (mm) 110 9 14 156 11 134.5 16 206.35 12 302 4 97.5 12 250.5 7 271.6 5 134.5 12 422 15 469 17 459 134 3012.95 1 11
Rata-rata CH HH (mm) 355.8 13.2 11.4 298 13.6 378.25 13.4 361.07 10.4 277.22 8.8 237.5 12 221.45 10 187.58 7.2 205.3 12.8 448.45 16 344.85 16.8 458.46 141
3773.93 1 11
37 Lampiran 3 Peta sebaran jenis tanah di BKLE
Lampiran 4 Peta Status Defisiensi Hara di BKLE
37
38
38 Lampiran 4 Struktur organisasi BKLE
39 Lampiran 5 Peta status defisiensi hara di BKLE tahun 2011
Sumber: Departemen Riset BGA
39
40
40 Lampiran 6 Peta status defisiensi hara di BKLE tahun 2011
Sumber: Departemen Riset BGA
41 Lampiran 7 Jurnal harian kegiatan sebagai karyawan harian lepas Prestasi Kerja Tanggal
Uraian Kegiatan
11/02/2013
Pengumpulan data sekunder Pengumpulan data sekunder dan studi pustaka Pengumpulan data sekunder dan studi pustaka Membantu pembuatan presentasi Asisten Membantu pembuatan presentasi Asisten Membantu pembuatan presentasi Asisten Libur
12/02/2013 13/02/2013 14/02/2013 15/02/2013 16/02/2013 17/02/2013
Orientasi kebun dan 18/02/2013 Penguntilan pupuk MOP 19/02/2013 Pemupukan MOP 20/02/2013 Penguntilan pupuk MOP 21/02/2013 Pemupukan MOP 22/02/2013 Pemupukan MOP Aplikasi JJK dan Kunjungan 23/02/2013 ke PKS
Standar Penulis Karyawan Kebun ………….……….…Satuan/HK…...……… 7 Jam -
-
-
-
-
-
-
-
7 Jam
-
-
-
-
-
0.5 ton
3 ton
3 ton
1 ha
3.5 ha
3.5 ha
1 ton
3 ton
3 ton
1.5 ha
3.5 ha
3.5 ha
1.5 ha
3.5 ha
3.5 ha
1 ton
3 ton
3 ton
7 Jam 7 Jam 7 Jam 7 Jam
Lokasi Kantor Kebun
Pembimbing Lapang Herman SP, Wildan SP,
Kantor Kebun Wildan SP, Kantor Kebun Wildan SP, Kantor Kebun Wildan SP, Kantor Kebun Wildan SP, Kantor Kebun Kebun Div.III Blok M28 dan Gudang pupuk Kebun Div.III Blok M26 Gudang Pupuk Kebun Div.III Blok L30-L32 Kebun Div.III Blok L26 Kebun Div II dan SAGM
Wildan SP,
Wildan SP, Wildan SP, Wildan SP, Wildan SP, Wildan SP,
41
42
42 24/02/2013 Libur 25/02/2013 Babat Gulma 26/02/2013 Aplikasi JJK 27/02/2013 Kutip Brondolan 28/02/2013 01/03/2013 02/03/2013 03/03/2013 04/03/2013 05/03/2013
Rawat Jalan dan Panen Krani Divisi Krani Divisi Libur Perawatan Pembibitan Pembuatan Patok blok
06/03/2013 Pemanenan 07/03/2013 Penyemprotan TBM dan TM Studi Pustaka dan 08/03/2013 Membantu Pembagian Gajih 09/03/2013 Studi Pustaka 10/03/2013 Libur
-
-
-
-
1 ha
1 ha
1.5 ton
3 ton
3 ton
1 ha
2 ha
2 ha
7 Jam
7 Jam
7 Jam
7 Jam 7 Jam 7 Jam 7 Jam
7 Jam 7 Jam 7 Jam -
7 Jam 7 Jam 7 Jam -
1 janjang
160 Janjang
160 Janjang
Observasi
3.5 ha
3.5 ha
7 Jam
-
-
7 Jam -
-
-
Kebun Div II Blok M22 Kebun Div II Blok K17 Kebun Div II Blok L16, K16 Kebun Div II Blok K21 dan K22 Kantor Divisi 2 Kantor Divisi 2 Kebun Pembibitan Kantor kebun Kebun Div II Blok L18 Kebun Div II Blok P24-P26
Wildan SP, Wildan SP, Wildan SP, Wildan SP, Wildan SP, Wildan SP, Wildan SP, Wildan SP, Wildan SP, Wildan SP, Wildan SP,
Kantor Kebun Kantor Kebun -
Wildan SP,
43 Lampiran 8 Jurnal harian kegiatan sebagai pendamping mandor
Tanggal
11/03/2013
Uraian Kegiatan
Pendamping Untilan Pupuk
Mandor
Libur 13/03/2013 Meeting SPU 14/03/2013 Pemupukan Borat 12/03/2013
15/03/2013 16/03/2013 17/03/2013 18/03/2013 19/03/2013 20/03/2013 21/03/2013 22/03/2013 23/03/2013 24/03/2013 25/03/2013 26/03/2013 27/03/2013 28/03/2013 29/03/2013
Jumlah HK yang Diawasi (orang)
Pemupukan Borat Krani Divisi Libur Pembuatan Patok Blok Pembuatan Patok Blok Pembuatan Patok Blok Pembuatan Patok Blok Pembuatan Patok Blok Pembuatan Patok Blok Libur Pembuatan Patok Blok Pembuatan Patok Blok Pembuatan Patok Blok Pembuatan Patok Blok Libur
3
Prestasi Kerja Luas Areal yang Diawasi (ha) -
Lama Kegiatan (Jam) 7 Jam
10
23.09
-
26 -
92 -
Lokasi
Gudang Pupuk
Keterangan
Wildan SP,
Wildan SP, Wildan SP, Wildan SP,
7 Jam -
Kantor kebun Divisi 2 Blok L24 Divisi IV Blok P24-P26 -
7 Jam 7 Jam 7 Jam 7 Jam 7 Jam 7 Jam 7 Jam -
Kantor Divisi 2 Kantor kebun Kantor kebun Kantor kebun Kantor kebun Kantor kebun Kantor kebun -
Wildan SP, Wildan SP, Wildan SP, Wildan SP, Wildan SP, Wildan SP, Wildan SP,
7 Jam 7 Jam 7 Jam 7 Jam -
Kantor kebun Kantor kebun Kantor kebun Kantor kebun -
3 Jam 3 Jam
Wildan SP, Wildan SP, Wildan SP, Wildan SP,
43
44
44 30/03/2013
Pembuatan Patok Blok 31/03/2013 Libur Pendamping Krani 01/04/2013 Panen 02/04/2013 03/04/2013 04/04/2013 05/04/2013 06/04/2013 07/04/2013 08/04/2013 09/04/2013 10/04/2013
Mandor Panen Pendamping Mandor Transportasi Pendamping Mandor Transportasi Pendamping Mandor Aplikasi Jankos Pedamping Krani Divisi Libur Pendamping Mandor BSS Pendamping Mandor BSS Pendamping Mandor BSS
-
-
7 Jam -
30.45
7 Jam
20
46
7 Jam
3
17.21
7 Jam
3
24.48
7 Jam
Kantor kebun Kebun Divisi 2 Blok M20 Kebun Divisi 2 L17-L18 Kebun Divisi 2 K19 Kebun Divisi 2 K20
9
3
7 Jam
Divisi 2 M23
-
-
-
-
7 Jam -
26
92
7 Jam
26
102
7 Jam
26
98.48
7 Jam
Kantor Divisi 2 Kebun Divisi 1 L12-L15 Kebun Divisi 1 M13-M15 Kebun Divisi 1 N24-N26
-
Wildan SP, Wildan SP, Wildan SP, Wildan SP, Wildan SP, Wildan SP,
Wildan SP, Wildan SP, Wildan SP, Wildan SP,
45 Lampiran 9 Jurnal harian kegiatan sebagai pendamping asisten
Tanggal
Uraian Kegiatan
Jumlah Mandor yang Diawasi (orang)
Prestasi Kerja Luas Areal yang Diawasi (ha)
Lama Kegiatan (Jam)
Quality cek Panen
-
8
7 jam
Quality cek Panen 12/04/2013 13/04/2013 Krani Divisi 14/04/2013 Libur
-
10
7 jam
-
-
7 jam -
15/04/2013 Quality cek Pupuk
-
15
7 jam
Pengambilan daun LSU
-
-
5 jam
Kunjungan ke Riset Kunjungan ke Riset Supervisi Dosen Pendamping Asisten Libur Pendamping Asisten Pengamatan Pemupukan Urea Pendamping Asisiten Pengamatan Pemupukan Urea Pengamatan Pemupukan Urea
2 1
20 10
7 Jam 7 Jam 7 Jam
-
-
7 Jam
1
10
7 Jam
-
-
7 Jam
-
-
7 Jam
11/04/2013
16/04/2013 17/04/2013 18/04/2013 19/04/2013 20/04/2013 21/04/2013 22/04/2013 23/04/2013 24/04/2013 25/04/2013 26/04/2013
7 Jam
Lokasi
Keterangan
Kebun Divisi 2 Blok M23 Kebun Divisi 2 Blok K17 Kantor Divisi 2 Kebun Divisi 1 Blok M12-M14 Kebun Divisi 1Blok L11 Departemen Riset Departemen Riset Kebun SBHE L18-L17,K16,K17 -
Wildan SP,
K21-K24 L23
Wildan SP, Wildan SP,
L22-L20,L19,L23 K21-K24 ,K20
Wildan SP, Wildan SP, Wildan SP, Wildan SP, Wildan SP, Wildan SP, Wildan SP, Wildan SP,
Wildan SP, Wildan SP,
P21,P271,P27,P28 Wildan SP, P25,P26,J07
45
46
46 27/04/2013 Libur Pengamatan Penguntilan 28/04/2013 Urea Pengamatan Penguntilan 29/04/2013 Urea 30/04/2013 Pendamping Krani Divisi 01/05/2013 Pendamping Krani Divisi 02/05/2013 Pendamping Krani Divisi 03/05/2013 Pendamping Krani Divisi 04/05/2013 Pendamping Krani Divisi 05/05/2013 Libur 06/05/2013 Pendamping Asisten 07/05/2013 Pendamping Asisten 08/05/2013 Pendamping Asisten Libur Kenaikan Yesus 09/05/2013 Kristus 10/05/2013 Pendamping Asisten 11/05/2013 Pendamping Asisten 12/05/2013 Libur 13/05/2013 Pendamping Asisten 14/05/2013 Pendamping asisten 15/05/2013 Pendamping Asisten 16/05/2013 Pendamping asisten 17/05/2013 Pendamping asisten 18/05/2013 Pendamping Asisten 19/05/2013 Libur 20/05/2013 Pendamping Asisten
-
-
-
-
-
7 Jam
-
-
7 Jam
2 2 2
30 35 30
7 Jam 7 Jam 7 Jam 7 Jam 7 Jam 7 Jam 7 Jam 7 Jam
-
-
-
1 1 1 1 2 2 2 2 1 1
10 15 20 20 40 20 20 25 30 30
7 Jam 7 Jam 7 Jam 7 Jam 7 Jam 7 Jam 7 Jam 7 Jam 7 Jam
Wildan SP, L23 Wildan SP, L23 Kantor Divisi 2 Kantor Divisi 2 Kantor Divisi 2 Kantor Divisi 2 Kantor Divisi 2 -
Wildan SP, Wildan SP, Wildan SP, Wildan SP, Wildan SP,
K 20, K21 L22, L21 M 20, M21, M22
Wildan SP, Wildan SP, Wildan SP,
L19-L21 K15-K17 -
Wildan SP, Wildan SP,
K19-K22 L22-L23 L16-L18 M17-M20 M 14-M17 L15-L17 -
Wildan SP, Wildan SP, Wildan SP, Wildan SP, Wildan SP,
K21-K22
Wildan SP,
47
Tanggal 21/05/2013 22/05/2013 23/05/2013 24/05/2013 25/05/2013 26/05/2013 27/05/2013 28/05/2013 29/05/2013 30/05/2013 31/05/2013 01/06/2013 02/06/2013 03/06/2013 04/06/2013 05/06/2013 06/06/2013 07/06/2013 08/06/2013 09/06/2013 10/06/2013
Jurnal Kegiatan sebagai Pendamping Asisten di PT.Windu Nabatindo Abadi, Kebun Bangun Koling Estate Prestasi Kerja Pembimbing Jumlah Mandor Luas Areal Lama Uraian Kegiatan Lokasi Lapangan yang Diawasi yang Kegiatan (orang) Diawasi (ha) (Jam) Wildan SP, 1 15 7 Jam Pendamping Asisten L22-L24 Wildan SP, 1 15 7 Jam Pendamping Asisten L14-L17 Wildan SP, 1 30 7 Jam Pendamping Asisten K21-K23 Wildan SP, 1 20 7 Jam Pendamping Asisten M16-M18 Libur Wildan SP, Libur Wildan SP, Draft Skripsi Kantor Kebun Wildan SP, Draft Skripsi Kantor Kebun Wildan SP, Draft Skripsi Kantor Kebun Wildan SP, Draft Skripsi Kantor Kebun Wildan SP, Draft Skripsi Kantor Kebun Wildan SP, Draft Skripsi Kantor Kebun Wildan SP, Libur Wildan SP, Persentasi Kantor Kebun Wildan SP, Perpisahan Kantor Kebun Wildan SP, Membantu administrasi kebun Kantor Kebun Libur Administrasi Kebun Pembagian gaji Libur Kembali Ke Bogor
-
-
-
Kantor Kebun Kantor Kebun -
Wildan SP, Wildan SP,
47
48
RIWAYAT HIDUP Penulis bernama Fitri Yani Noor Medina dilahirkan di Bandung pada tanggal 16 Januari 1992. Penulis merupakan anak ke dua dari dua bersaudara, pasangan dari Bapak Asep Mustopa dan Ibu Iis Cucu. Penulis lulus dari TK AlQuran pada tahun 1997 lalu melanjutkan pendidikan di SDN Sukamanah 2 dan lulus pada tahun 2003. Kemudian pada tahun 2006 menyelesaikan studi di SMPN 1 Majalaya. Pada tahun 2009 penulis lulus dari SMAN 1 Majalaya. Pada tahun 2009 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) dan diterima sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam berbagai organisasi kemahasiswaan di lingkup kampus yaitu aktif dalam organisasi Century pada tahun 2010, aktif sebagai staff marketing Koperasi Agrohotplate Himpunan Agronomi pada tahun 2010, menjabat sebagai Kepala Divisi PSDM HIMAGRON IPB pada tahun 2011 dan menjabat sebagai Sekretaris Divisi Litbangtan HIMAGRON IPB pada tahun 2012 Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam berbagai kepanitiaan yang diselenggarakan di lingkungan IPB seperti Panitia Simulasi Bisnis Century IPB 2010, Farmer Field Day (FFD) 2010, Temu Keluarga Besar (TEGAR) Agronomi 2010, Pemilihan Raya (PPR) Fakultas Pertanian IPB tahun 2011, Pemira Himagron 2011 , Agrosportment 2011, Festival Tanaman 32, Masa Perkenalan Departemen (MPD) Agronomi dan Hortikultura Panen Raya 47, Agronomi Science Writing Center (ASWC) IPB 2012, IPB Art Contest (IAC) 2012 dan Festival Bunga dan Buah Nusantara 2013. Penulis juga meraih juara 1 Lomba Karya Tuilis Ilmiah INDEX IPB 2012 dan juara 5 Lomba Karya Tulis E-WEEK UNAIR 2012.