PEMANFAATAN DATA AGROKLIMATOLOGI UNTUK MENDUGA PRODUKSI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI BANGUN KOLING ESTATE, KALIMANTAN TENGAH
ANNISA
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
ii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pemanfaatan Data Agroklimatologi untuk Menduga Produksi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Bangun Koling Estate, Kalimantan Tengah adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk karya apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2013
Annisa NIM A24090083
ii
ABSTRAK ANNISA. Pemanfaatan Data Agroklimatologi untuk Menduga Produksi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Bangun Koling Estate, Kalimantan Tengah. Dibimbing oleh EDI SANTOSA. Kegiatan magang ini secara khusus bertujuan menduga produksi kelapa sawit dengan memanfaatkan data agroklimatologi. Kegiatan dilaksanakan di Bangun Koling Estate, PT Windu Nabatindo Abadi, Bumitama Gunajaya Agro, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah pada bulan Februari-Juni 2013. Analisis pendugaan produksi dilakukan menggunakan persamaan regresi linear berganda. Hasil analisis uji t-parsial terdapat lima variabel yang berpengaruh nyata terhadap produksi kelapa sawit, yaitu umur tanaman (pada 0 bulan sebelum panan (BSP)), curah hujan (6 BSP), suhu udara (24 BSP), kelembaban udara (18 dan 24 BSP) dan kecepatan angin (6 dan 18 BSP). Dari empat kombinasi model yang memungkinkan, kombinasi peubah dalam persamaan regresi linear berganda IV (PRLB IV) menghasilkan produksi duga tahunan dan rata-rata bulanan yang paling mendekati produksi aktual. Kata kunci: agroklimatologi, agronomi, kelapa sawit, pendugaan produksi, Kalimantan Tengah
ABSTRACT ANNISA. The Agroclimatology Data for Production Estimation of Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) in Bangun Koling Estate, Central Kalimantan. Supervised by EDI SANTOSA. The objective of this internship was to estimate oil palm production by using agroeclimatological data. Data was collected in Bangun Koling Estate, PT Windu Nabatindo Abadi, Bumitama Gunajaya Agro, East Kotawaringin, Central Kalimantan on February to June 2013. Data were analized by using multiple linear regression models. Results showed that among agroclimatological data there were five variables significantly determined oil palm production, i.e., plant age (month), rainfall on 6 months prior to harvest (MPH), air temperature on 24 MPH, relative air humidity on 18 and 24 MPH and wind speed on 6 and 18 MPH. From four possible multiple linear models, regression equation IV (MRLE IV) could be used to estimate annual and monthly production of oil palm in study site. Key words: agroclimatology, agronomy, oil palm, production estimation, Central Kalimantan
PEMANFAATAN DATA AGROKLIMATOLOGI UNTUK MENDUGA PRODUKSI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI BANGUN KOLING ESTATE, KALIMANTAN TENGAH
ANNISA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Agronomi dan Hortikultura
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
iv
Judul Skripsi : Pemanfaatan Data Agroklimatologi untuk Menduga Produksi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Bangun Koling Estate, Kalimantan Tengah Nama : Annisa NIM : A24090083
Disetujui oleh
Dr Edi Santosa, SP, MSi. Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Agus Purwito, MScAgr Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
Judul Skripsi : Pemanfaatan Data Agroklimatologi untuk Menduga Produksi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Bangun Koling Estate, Kalimantan Tengah Nama : Annisa : A24090083 NIM
Disetujui oleh
Dr Edi Santosa, SP, MSi.
Pembimbing
Tanggal Lulus:
o 1 20
vi
PRAKATA
Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayahNya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Pemanfaatan Data Agroklimatologi untuk Menduga Produksi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Bangun Koling Estate, Kalimantan Selatan. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan Strata Satu (S1) dalam memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan terima kasih pada Dr Edi Santosa SP, MSi selaku dosen pembimbing skripsi dan Dr Ir Rahmad Suhartanto MSi selaku dosen pembimbing akademik. Ir Adolf Pieter Lontoh, MSi dan Dr Herdhata Agusta selaku dosen penguji. Bumitama Gunajaya Agro Grup Wilayah III dan IV, Bapak Khirul Ahmad selaku manajer kebun, asisten divisi dan keluarga besar Bangun Koling Estate, PT Windu Nabatindo Abadi, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Pusat, Jakarta. Orang tua dan keluarga besar (Effendi K, Aminah, Zubaidah, Siti Fatimah, Nurul Huda, Maryama dan Muhammad Amru), karib kerabat (Irma Handasari, Netie Niki K, Mayang Sari, Resti Putri S, Reisha Septiani, Nur Wahyu S, Iwana Prewari P, RachmaEka, Selvia Oktaviani, Mega, Ajeng Aprilriyanti I, Erna Istiqamah), Husein Habib, dan keluarga besar Agronomi dan Hortikultura 46. Semoga karya tulis ini bermanfaat.
Bogor, Oktober 2013 Annisa
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan
1
TINJAUAN PUSTAKA
2
METODE MAGANG
4
Tempat dan Waktu
4
Metode Pelaksanaan
4
Pengamatan dan Pengumpulan Data
5
Analisis Data dan Informasi
6
KONDISI UMUM MAGANG
8
Letak Geografis Kebun
8
Keadaan Iklim dan Tanah
8
Areal Konsesi dan Tata Guna lahan
9
Keadaan Tanaman dan Produksi
10
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan
11
PELAKSANAAN MAGANG
12
Aspek Teknis
12
Aspek Manajerial
24
HASIL DAN PEMBAHASAN
26
Produksi Bangun Koling Estate
26
Curah Hujan
27
Kecepatan Angin, Suhu, Kelembaban Udara Penyinaran Matahari
28
Populasi dan Umur Tanaman
28
Kultur Teknis
29
Penentuan Nilai Produksi Duga
30
Persamaan Regresi Linear Berganda I
32
Persamaan Regresi Linear Berganda II
36
Persamaan Regresi Linear Berganda III
40
Persamaan Regresi Linear Berganda IV
44
viii
Pendugaan Produksi
48
KESIMPULAN DAN SARAN
49
Kesimpulan
49
Saran
50
DAFTAR PUSTAKA
50
LAMPIRAN
52
RIWAYAT HIDUP
70
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Jenis tanah di Bangun Koling Estate Topografi lahan kebun Bangun Koling Estate Luas HGU dan tata guna lahan di Bangun Koling Estate Komposisi asal bibit tanaman kelapa sawit di Bangun Koling Estate Populasi tanaman per tahun tanam di Bangun Koling Estate Produksi TBS kelapa sawit Bangun Koling Esatate 2009-2012 Pengelompokan pupuk berdasarkan cara aplikasi Komposisi kandungan nutrisi JJK Peralatan panen di Bangun Koling Estate Kriteria buah layak potong di Bangun Koling Estate Mutu TBS dan denda panen di Bangun Koling Estate Premi supervisi di Bangun koling Estate Hasil uji-t parsial peubah agroekologi terhadap produksi kelapa sawit tahun 2009-2012 di Bangun Koling Estate Kombinasi peubah untuk pendugaan produksi Sidik ragam untuk persamaan regresi linear berganda I dengan respon produksi (ton) Hasil produksi duga pendugaan produksi I dengan respon produksi (ton) Sidik ragam untuk persamaan regresi linear berganda Ia dengan respon produktivitas (ton/ha) Hasil produksi duga pendugaan produksi Ia dengan respon produktivitas (ton/ha) Nilai p-value, VIF dan Durbin Watson pada persamaan regresi linear berganda I dan Ia Sidik ragam untuk persamaan regresi linear berganda II dengan respon produksi (ton) Hasil produksi duga pendugaan produksi II dengan respon produksi (ton) Sidik ragam untuk persamaan regresi linear berganda IIa dengan respon produktivitas (ton/ha) Hasil produksi duga pendugaan produksi IIa dengan respon produktivitas (ton/ha)
9 9 10 10 11 11 17 18 20 22 23 23 31 31 32 32 34 34 36 36 36 38 38
24 Nilai p-value, VIF dan Durbin Watson pada persamaan regresi linear berganda II dan IIa 25 Sidik ragam untuk persamaan regresi linear berganda III dengan respon produksi (ton) 26 Hasil produksi duga pendugaan produksi III dengan respon produksi (ton) 27 Sidik ragam untuk persamaan regresi linear berganda IIIa dengan respon produktivitas (ton/ha) 28 Hasil produksi duga pendugaan produksi IIIa dengan respon produktivitas (ton/ha) 29 Nilai p-value, VIF dan Durbin Watson pada persamaan regresi linear berganda III dan IIIa 30 Sidik ragam untuk persamaan regresi linear berganda IV dengan respon produksi (ton) 31 Hasil produksi duga pendugaan produksi IV dengan respon produksi (ton) 32 Sidik ragam untuk persamaan regresi linear berganda IVa dengan respon produktivitas (ton/ha) 33 Hasil produksi duga pendugaan produksi IVa dengan respon produktivitas (ton/ha) 34 Nilai p-value, VIF dan Durbin Watson pada persamaan regresi linear berganda IV dan IVa 35 Pendugaaan produksi Bangun Koling Estate tahun 2013
40 40 40 42 42 44 44 44 46 46 48 49
DAFTAR GAMBAR 1 Grafik pola sisaan terhadap Y Duga 2 Grafik perbandingan produksi dan estimasi produksi BKLE pada kesesuaian lahan S2 3 Kondisi curah hujan dan produksi BKLE tahun 2012 4 Curah hujan bulanan di BKLE tahun 2007-2012 5 Umur tanaman dan produktivitas TBS di BKLE tahun 2009-2012 6 Losses panen akibat buah restan terhadap produksi BKLE 7 Perbandingan produksi aktual tahunan, produksi duga tahunan dan budget produksi PRLB I 8 Perbandingan produksi duga dan aktual bulanan PRLB I 9 Perbandingan produksi aktual tahunan, produksi duga tahunan dan budget produksi PRLB Ia 10 Perbandingan produksi duga dan aktual bulanan PRLB Ia 11 Perbandingan produksi aktual tahunan, produksi duga tahunan dan budget produksi PRLB II 12 Perbandingan produksi duga dan aktual bulanan PRLB II 13 Perbandingan produksi aktual tahunan, produksi duga tahunan dan budget produksi PRLB IIa 14 Perbandingan produksi duga dan aktual bulanan PRLB IIa 15 Perbandingan produksi aktual tahunan, produksi duga tahunan dan budget produksi PRLB III
7 26 27 28 29 30 33 33 35 35 37 37 39 39 41
x
16 Perbandingan produksi duga dan aktual bulanan PRLB III 17 Perbandingan produksi aktual tahunan, produksi duga tahunan dan budget produksi PRLB IIIa 18 Perbandingan produksi duga dan aktual bulanan PRLB IIIa 19 Perbandingan produksi aktual tahunan, produksi duga tahunan dan budget produksi PRLB IV 20 Perbandingan produksi duga dan aktual bulanan PRLB IV 21 Perbandingan produksi aktual tahunan, produksi duga tahunan dan budget produksi PRLB IVa 22 Perbandingan produksi duga dan aktual bulanan PRLB IVa
41 43 43 45 45 47 47
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Jurnal kegiatan magang Produksi kelapa sawit di Bangun Koling Estate 2009-2012 Data curah hujan Bangun Koling Estate Tahun 2007-2012 Data kecepatan angin, kelembaban udara penyinaran matahari dan suhu Stasiun BMKG Sampit, Kalimantan Tengah Pemupukan di Bangun Koling Estate Tahun 2009-2012 Data defisit air di Bangun Koling Estate 2007-2012 Peta areal statement Bangun Koling Estate Peta sebaran tanah di Bangun Koling Estate Struktur organisasi Bangun Koling Estate Produksi tahun 2009 persamaan regresi linear berganda I, Ia, II, IIa, III, IIIa, IV dan IVa Plot sisaan vs Y duga persamaan regresi linear berganda
53 58 60 61 63 64 65 66 67 68 69
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Kelapa sawit merupakan tanaman sumber minyak nabati, yang pada saat ini memiliki produktivitas tertinggi per satuan luas dibanding jenis tanaman lainnya. Tanaman kelapa sawit memiliki potensi minyak sekitar 6-7 ton ha-1 tahun-1 dengan masa ekonomis sekitar 30 tahun (Asmoro 2007). Semakin meningkatnya permintaan minyak sawit dunia untuk kebutuhan pangan (edible oil), kebutuhan industri (oleochemical) dan sumber energi (bahan bakar nabati) menghantarkan Indonesia sebagai penghasil kelapa sawit terbesar di dunia (Wahyono 2006). Kapasitas produksi sawit Indonesia sangat besar dan dapat ditingkatkan terutama dikaitkan dengan ketersediaan lahan, kesesuaian iklim, ketersediaan tenaga kerja, serta efisiensi biaya produksi perkebunan sawit per hektar yang cukup tinggi (KPPU 2008). Seiring dengan masuknya minyak sawit sebagai komoditas dunia, hal yang perlu dilakukan Indonesia adalah meningkatkan stabilitas produksi dan meningkatkan akurasi dalam pendugaan produksi. Pendugaan produksi kelapa sawit sangat diperlukan oleh internal perusahaan perkebunan kelapa sawit untuk perencanaan kebun seperti anggaran perusahaan, transportasi produksi, tenaga kerja, dan pengolahan di pabrik kelapa sawit. Akurasi pendugaan produksi kelapa sawit di lapangan bervariasi antar kebun dan antar musim. Pada saat ini, pendugaan produksi telah banyak dikembangkan seperti di Kalimantan Selatan (Sulistyo 2010). Sebagian besar pendugaan saat ini didasarkan pada sampling kebun. Akurasi dugaan produksi pada sistem tersebut dibandingkan dengan produksi aktual berkisar antara 70-80%. Pendugaan dianggap tepat jika maksimal deviasi antara pendugaan dan produksi aktual adalah 5-10%. Dengan demikian, akurasi dugaan tersebut masih perlu untuk ditingkatkan dengan cara mempertimbangkan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produksi. Pahan (2008) menyatakan bahwa variasi dalam faktor lingkungan, edafik, genetik tanaman dan manajemen dapat mempengaruhi kualitas pendugaan pada suatu kebun. Secara umum, kemampuan prediksi tersebut dapat dicapai apabila proses-proses dalam sistem produksi kelapa sawit dianalisis secara kuantitatif (Hazriani 2004). Pada kegiatan magang, dilakukan pengamatan secara khusus terkait dengan pendugaan produksi kelapa sawit terutama menggunakan data agronomi dan agroklimatologi.
Tujuan Tujuan umum dari pelaksanaan magang adalah untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam mempelajari dan memahami proses produksi kelapa sawit serta meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam pengelolaan kebun kelapa sawit dari berbagai tingkat pekerja. Tujuan khusus dari pelaksanaan magang adalah untuk mencari model pendugaan produksi kelapa sawit guna meminimalisasi gap (perbedaan) antara produksi aktual dengan produksi estimasi (pendugaan) kelapa sawit.
2
TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit menurut Mangoensoekarjo dan Tojib (2008) adalah termasuk dalam divisio Tracheophyta, sub divisio Pteropsida, kelas Angiospermae dan sub kelas Monocotyledonae. Selanjutnya kelapa sawit termasuk dalam ordo spadiciflorae (Arecales), famili Palmae (Arecacee), subfamili Cocoidae, genus Elaeis dan spesies Elaeis guineensis Jacq. Kelapa sawit berkembang biak dengan cara generatif. Buah sawit matang pada kondisi tertentu embrionya akan berkecambah menghasilkan tunas (plumula) dan bakal akar (radikula). Kelapa sawit yang sudah dewasa memiliki akar serabut yang membentuk anyaman rapat dan tebal. Sebagian akar serabut tumbuh lurus ke bawah/vertikal dan sebagian lagi tumbuh menyebar ke samping/horizontal (Sastrosayono 2003). Kelapa sawit memiliki batang yang tidak berkambium dan tidak bercabang. Batang berbentuk silinder dengan diameter 20-75 cm. Tanaman yang masih muda batangnya tidak terlihat jelas karena tertutup pelepah daun. Tinggi batang bertambah 25-45 cm per tahun hingga dapat mencapai ketinggian 24 m. Pertumbuhan batang tergantung genetik tanaman, kesuburan lahan dan iklim setempat (Fauzi et al. 2002).
Syarat Tumbuh Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan yang sangat toleran terhadap kondisi lingkungan yang kurang baik. Namun, untuk menghasilkan pertumbuhan yang sehat serta menghasilkan produksi yang tinggi dibutuhkan kisaran kondisi lingkungan tertentu (disebut syarat tumbuh kelapa sawit), sehingga aspek iklim sangat mempengaruhi pertumbuhan sawit (Sugiyono et al. 2007). Tanaman sawit tumbuh dengan baik pada suhu udara 27 °C dengan suhu maksimum 33 °C dan suhu minimum 22 °C. Curah hujan optimal untuk pertumbuhan adalah merata sepanjang tahun (dengan jumlah bulan kering kurang dari 3) berkisar 1 750-2 500 mm (Sugiyono et al. 2007). Menurut Sutarta et al. (2006) kelapa sawit tidak boleh mengalami defisit air. Jumlah bulan kering kurang lebih dari tiga bulan merupakan faktor pembatas pertumbuhan. Bulan kering dan curah hujan yang rendah menyebabkan terjadinya defisit air. Lama penyinaran matahari yang optimal adalah 6 jam per hari dan kelembaban nisbi pada kisaran 50%-90% (optimal 80%) (Sugiyono et al. 2007). Aspek iklim lainnya yang juga berpengaruh pada budidaya adalah elevasi, yaitu kurang dari 400 m dari permukaan laut (dpl) (Sutarta et al. 2006). Jenis tanah yang ideal adalah ultisols, entisols, inceptisols, andisols dan histosols. Kelapa sawit dapat diusahakan pada tanah yang memiliki tekstur agak kasar sampai halus yaitu antara pasir berlempung sampai liat masif. Tekstur tanah ideal adalah lempung berdebu, lempung liat berdebu, lempung berliat dan lempung liat berpasir. Kedalaman tanah yang baik adalah jika >100 cm. Kadar keasaman tanah
3
(pH) yang optimal berkisar antara pH 5.0-6.0, namun kelapa sawit masih toleran pada pH <5.0 (misal pada gambut 3.5-4.0) dan pH tanah >7.0, tetapi produktivitas tidak optimal. Kadar keasaman tanah dapat di perbaiki melalui tindakan pemupukan (kaptan, dolomit, fosfat alam) (Sugiyono et al. 2007).
Faktor yang Mempengaruhi Produksi Kelapa Sawit Tanaman berproduksi optimal jika dipelihara dengan baik. Pemeliharaan pada tanaman menghasilkan (TM) meliputi pengendalian gulma, penunasan pelepah, pengendalian hama penyakit, konservasi tanah dan air, pemupukan serta pemeliharaan jalan (Sutarta et al. 2006). Sugiyono et al. (2007) menyatakan kondisi iklim, tanah dan bentuk wilayah merupakan faktor lingkungan utama yang mempengaruhi keberhasilan pengembangan tanaman kelapa sawit, disamping faktor lainnya seperti bahan tanaman (genetis) dan perlakuan kultur teknis, serta iklim terutama curah hujan, jumlah bulan kering, panjang penyinaran dan kecepatan angin. Menurut Mangoensoekarjo dan Tojib (2008), untuk mencapai produksi yang tinggi diperlukan kombinasi faktor lingkungan, faktor genetik dan faktor budidaya. Sulistyo (2010) menyatakan faktor iklim (kelembaban udara, penyinaran matahari, curah hujan, hari hujan, defisit air), umur tanaman dan pemupukan merupakan faktor utama penentu dalam produksi. Mangoensoekarjo dan Tojib (2008) menyatakan bahwa perencanan produksi terdiri atas rencana tahunan dan prognosa yang dibuat dan disusun dari setiap blok, afdeling dan kebun menurut kelompok umur dan tahun tanam. Agar rencana produksi mencapai target dan tidak berbeda jauh dengan realisasi produksi perlu dilakukan evaluasi produksi selama 5 tahun terakhir yang bersumber dari produksi tahunan dan dilakukan sensus bunga betina untuk memperkirakan produksi yang dapat dipanen 6 dan 12 bulan kedepan.
Pendugaan Produksi Pendugaan (estimasi) merupakan studi dengan memanfaatkan terhadap data historis untuk menemukan hubungan pola yang sistematis untuk menduga nilai di masa yang akan datang (Rambe 2009). Rambe (2009) menambahkan hasil pendugaan produksi dapat dimanfaatkan sebagai penentuan kebijakan dan perencanaan kegiatan produksi pada perusahaan sehingga mendapatkan hasil yang maksimal. Jenis pendugaan dapat dibedakan berdasarkan waktu, ruang lingkup, dan metode yang digunakan. Pembagian menurut jangka waktu, pendugaan produksi dapat dikategorikan menjadi pendugaan jangka pendek dan pendugaan jangka panjang. Pendugaan jangka pendek di perusahaan biasa disebut sebagai taksasi harian panen yang berfungsi sebagai estimasi produksi setiap harinya. Pendugaan jangka panjang berfungsi sebagai dasar untuk menentukan estimasi produksi kebun atau perusahaan (Irfanda 2012). Jenis-jenis pendugaan kuantitatif menurut Rambe (2009) dibedakan menjadi metode berdasarkan analisa pola hubungan antara variable yang diperkirakan dengan variabel waktu (deret waktu/time series),
4
metode berdasarkan analisa pola hubungan antar variable lain selain waktu (korelasi atau sebab akibat/causal methods), dan metode gabungan antara variable waktu dan deret waktu (metode Smoothing, Box Jenkins, dan proyeksi tren dengan regresi).
METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan di Bangun Koling Estate, PT. Windu Nabatindo Abadi, Bumitama Gunajaya Agro Group, Kecamatan Cempaga, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah selama empat bulan mulai 10 Februari 2013 hingga 10 Juni 2013.
Metode Pelaksanaan Metode pelaksanaan magang adalah mempelajari dan melakukan semua kegiatan di lapangan sebagai karyawan harian lepas selama satu bulan. Satu bulan berikutnya sebagai pendamping mandor dan dua bulan terakhir sebagai pendamping asisten divisi. Pada satu bulan pertama penulis bekerja sebagaimana karyawan harian lepas (KHL). Pada bulan kedua penulis mendampingi mandor dan melaksanakan tugas sesuai instruksi dari asisten divisi. Penulis menjadi pendamping asisten divisi selama dua bulan terakhir (Lampiran 1).
Pengamatan dan Pengumpulan Data Pengumpulan data meliputi data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan lapangan melalui observasi dan wawancara dengan pihak yang bersangkutan. Data primer untuk laporan umum adalah hasil kegiatan selama menjadi KHL, pendamping mandor dan pendamping asisten. Data primer untuk pengamatan khusus diantaranya adalah pengukuran curah hujan. Pengumpulan data sekunder didapatkan melalui arsip kebun, hasil riset maupun Badan Meteorologi dan Geofisika. Data sekunder berupa data umum perusahaan seperti letak geografis kebun, tata guna lahan, luas areal konsesi (hak guna usaha/HGU) dan peta wilayah administrasi. Data sekunder untuk pendugaan produksi meliputi data parameter agronomi kuantitatif yang mempengaruhi hasil produksi meliputi: 1. Data produksi kelapa sawit Data produksi kelapa sawit meliputi data produksi (ton) dan produktivitas bulanan (ton ha-1) secara keseluruhan di Bangun Koling Estate mulai tahun 2009-2012 (Lampiran 2).
5
2.
3.
4.
5.
Data populasi tanaman kelapa sawit Data populasi tanaman kelapa sawit meliputi jumlah tanaman kelapa sawit pada tahun 2009-2012 untuk tahun tanam 2006, 2007, 2008, 2009, dan 2010 beserta luasan area tiap tahun tanam. Selain itu, diketahui pula jumlah tanaman sisipan pada tiap tahun tanam. Jumlah populasi tanaman rata-rata seluruh kebun (tanaman ha-1) diketahui dengan membagi total populasi tanaman kebun terhadap luas total kebun. Data rata-rata umur tanaman Bangun Koling Estate memiliki komposisi tanaman menghasilkan (TM) dengan tahun tanam 2006, 2007, 2008, 2009, dan 2010. Setiap tahun tanam memiliki tanaman sisipan yang ditanam pada tahun yang berbeda. Penghitungan rata-rata umur tanaman (RUT) untuk seluruh kebun yaitu dengan merata-rata umur tanaman pada tiap tahun tanam, lalu menghitung rataan umur tanaman dalam satu kebun. Nilai rataan dihitung dengan rumus: RUT = Contoh perhitungan: Pada tahun 2012 rataan umur tanaman kelaa sawit di Bangun Koling Estate (BKLE) untuk tahun tanam 2006 (560.06 ha) adalah 6 tahun, tahun tanam 2007 (1 526.55 ha) adalah 5.27 tahun, tahun tanam 2008 (261.05) adalah 5.13 tahun, tahun tanam 2009 (34.63 ha) adalah 5.09 tahun, tahun tanam 2010 (122.35 ha) adalah 4.94 tahun, dan tahun tanam 2011 (25.01 ha) adalah 4.90 tahun. Luas area TM BKLE adalah 2382.29 ha. Rataan umur TM di BKLE adalah: RUT = (560.06 x 3) + (1526.55 x 2.27) + (261.05 x 2.13) + (34.63 x 5.09) : 2382.29 = 5.1 tahun = 61 bulan Batasan peubah umur dalam persamaan regresi linier berganda yang digunakan adalah 61-132 bulan (Sulistyo 2010). Rata-rata umur tanaman kelapa sawit di BKLE pada tahun 2009-2012 telah sesuai dengan batasan umur tersebut. Data curah hujan dan hari hujan Data curah hujan dan hari hujan (tahun 2007-2012) merupakan hasil pengukuran yang dilakukan oleh pihak kebun menggunakan alat penakar hujan (ombrometer) yang berada di areal kebun dengan luas mulut penakar 100 cm2. Pengukuran curah hujan dilakukan sebanyak dua kali dalam sehari yaitu pukul 06.00 pagi dan 06.00 sore. Curah hujan (mm) diketahui dengan membagi volume air (ml) dengan luas mulut ombrometer (cm2). Satu hari dikatakan sebagai hari hujan apabila air yang terkumpul di ombrometer ≥0.5 mm. Data curah hujan BKLE 2007-2012 terdapat pada Lampiran 3. Data suhu udara, kelembaban udara, kecepatan angin, dan penyinaran matahari Data suhu udara (°C), kelembaban udara (%), kecepatan angin (knots), dan lama penyinaran matahari (%) merupakan data rata-rata bulanan dari tahun 2007-2012 yang diperoleh dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Pusat, Jakarta. Kemudian satuan untuk kecepatan angin diubah menjadi km/jam (1 knots= 1.852 km jam-1). Data iklim pada stasiun BMKG Sampit tersaji pada Lampiran 4.
6
6.
7.
8.
Data realisasi pemupukan Data realisasi pemupukan adalah data asli kebun terkait aplikasi pemupukan yang ada di kebun BKLE sesuai rekomendasi dari Departemen Riset BGA untuk wilayah 3 dan 4. Berdasarkan hasil evaluasi dari kebun dan riset didapatkan realisasi pemupukan di BKLE tiap tahunnya. Data rencana dan realisasi pemupukan BKLE 2009-2012 terdapat pada Lampiran 5. Defisit air Penghitungan defisit air dilakukan menggunakan metode Tailliez, yaitu dengan menghitung nilai keseimbangan air (neraca air) (Sulistyo 2010). Nilai keseimbangan air diperoleh dengan menjumlahkan curah hujan (mm) dengan cadangan awal air lalu dikurangi nilai evapotranspirasi. Nilai evapotranspirasi diasumsikan bernilai 150 mm bulan-1 apabila hari hujan ≤10 hari bulan-1 dan bernilai 120 mm bulan-1 apabila hari hujan >10 hari bulan-1. Asumsi lain adalah dengan melihat kemampuan air tanah dalam menyimpan air atau cadangan air dalam tanah maksimum 200 mm. Defisit air terjadi apabila nilai keseimbangan air <0 mm dan keseimbangan air terjadi apabila nilai keseimbangan air >0 mm. Apabila nilai keseimbangan air bernilai >200 mm, maka kelebihan air disimpan dalam tanah dengan asumsi cadangan untuk bulan berikutnya dengan nilai maksimum 200 mm. Jumlah defisit air tiap bulan dijumlahkan untuk memperoleh defisit air dalam setahun (mm/tahun). Data defisit air tersaji pada Lampiran 6. Data kelas kesesuian lahan Data kelas kesesuaian lahan merupakan dala laporan survei tanah Departemen Riset BGA pada tahun 2012.
Analisis Data dan Informasi Analisis data menggunakan model analisis regresi dengan asumsi bahwa peubah tak bebas (Y) yaitu nilai produksi kelapa sawit merupakan fungsi linier dari beberapa peubah bebas (βk, Xk) yaitu faktor agroklimatologi dan kegiatan kultur teknis, sehingga model regresi liner yang digunakan adalah model regresi linier berganda. Program komputer yang digunakan adalah Minitab 14. Bentuk umum model regresi linier berganda dengan k peubah penjelas (Walpole 1995) yaitu: Y = β0 + β1X1 + β2X2 + …. + βkXk + ε Keterangan : Y β0 β1, β2, …, βk X1, X2, …, Xk
= Peubah respon (produksi kelapa sawit) = Nilai variabel respon ketika prediktor bernilai nol = Parameter-parameter model regresi untuk variabel X1, X2, Xk = Peubah prediktor (iklim dan kultur teknis) ;k=1….n (jumlah peubah)
ε = Sisaan Uji t-parsial dilakukan untuk mengetahui adanya pengaruh tiap peubah terhadap produksi kelapa sawit. Hal ini dimaksudkan mempermudah menemukan kombinasi peubah yang tepat untuk meminimalkan perbedaan antara Y aktual dan
7
Y duga. Pengujian dilakukan pada 0 bulan sebelum panen (BSP), 6 BSP, 12 BSP, 18 BSP dan 24 BSP. Peubah yang berpengaruh nyata terhadap hasil produksi kelapa sawit digunakan dalam mencari bentuk persamaan regresi linier berganda dengan nilai produksi duga paling mendekati atau tepat dengan produksi aktual. Analisis regresi dilakukan dengan meregresikan tiap peubah (data bulanan) terhadap produktivitas aktual kebun 4 tahun terakhir (2009-2012) sehingga diperoleh nilai produksi duga bulanan yang dapat digunakan untuk menduga hasil produksi duga selama setahun. Beberapa asumsi dasar yang digunakan adalah: 1) inisiasi bunga betina sangat dipengaruhi oleh curah hujan 24 bulan sebelum panen, 2) Tanaman secara genetis seragam, 3) pemupukan dilakukan oleh pekerja dengan kualitas yang sama, 4) pemupukan menggunakan POME (limbah cair) atau JJK (TBS kosong) diaplikasikan merata, 5) data yang dimiliki kebun merupakan data faktual, dan 6) faktor lain selain yang dijadikan sebagai peubah ceteris paribus. Permasalahan yang sering muncul dalam regresi linear adalah terjadinya multikolinearitas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas yang menyebabkan asumsi-asumsi dalam persamaan regresi linear berganda tidak terpenuhi. Multikolinearitas dapat dideteksi dengan melihat nilai variance inflation factor (VIF) pada output minitab. Toleransi nilai VIF yang dapat diterima adalah <10. Batas toleransi ini tidak memberikan masalah serius pada multikolinearitas, sehingga masih mendapatkan koefisien parameter estimasi metode kuadrat terkecil yang terbaik. Autokorelasi dapat dideteksi dengan melihat nilai Durbin Watson (DW) pada output minitab. Nilai statistik DW berada pada kisaran 0-4, jika nilai DM mendekati 2 maka menunjukkan tidak adanya autokorelasi. Nilai DW kurang dari -2 menunjukkan adanya autokorelasi positif dan jika lebih dari 2 menunjukkan adanya autokorelasi negatif, sedangkan apabila nilai terletak antara -2 ≤ x ≤ 2 maka tidak terdapat autokorelasi (Santoso 2000). Heterokedastisitas dapat dideteksi dengan melihat grafik pola sebaran sisaan terhadap Y duga pada output Minitab 14. Gambar 1 merupakan bentuk grafik apabila terdapat pelanggaran heteroskedastisitas.
(a)
(b)
Gambar 1. Grafik pola sisaan terhadap Y Duga
8
(c)
(d)
Gambar 1. Grafik pola sisaan terhadap Y Duga
KONDISI UMUM LOKASI MAGANG
Letak Geografis Kebun Kebun kelapa sawit Bangun Koling Estate (BKLE) adalah salah satu kebun dari unit usaha yang dimiliki oleh PT Windu Nabatindo Abadi (WNA). PT WNA merupakan anak perusahaan PT Bumitama Gunajaya Agro (BGA) Grup. Kebun BKLE ini terletak di Desa Tumbang Koling, Kecamatan Cempaga Hulu, Kabupaten Kotawaringin Timur, Provinsi Kalimantan Tengah. Jumlah karyawan di BKLE adalah 380 karyawan terdiri atas 5 orang staf, 11 karyawan bulanan, 283 karyawan harian tetap (KHT), dan 48 karyawan harian lepas (KHL), sehingga indeks tenaga kerja (ITK) di BKLE adalah 0.15. Areal BKLE sebelah timur berbatasan dengan SCME (Sungai Cempaga Estate), sebelah barat berbatasan dengan PT. TASK Kelapa Sawit, sebelah utara berbatasan dengan SMRE (Sungai Merah Estate), dan sebelah selatan berbatasan dengan PT. Sarana Sawit. Letak geografis kebun BKLE terdapat pada 112.01 °BT113.09 °BT dan 1.45 °LS-1.85 °LS. Peta kebun BKLE dapat dilihat pada Lampiran 7. Keadaan Iklim dan Tanah Iklim tropis di Indonesia menyebabkan terdapat dua musim di BKLE, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Berdasarkan data curah hujan 2007-2012, musim hujan rata-rata terjadi pada bulan Oktober-Juli dan puncaknya terjadi pada bulan November-Desember. Musim kemarau terjadi antara bulan Juli-September. Curah hujan rata-rata per tahunnya sebesar 3 918 mm, sehingga menurut klasifikasi Schmidth-Ferguson termasuk tipe iklim A (sangat basah). Suhu di BKLE berkisar antara 26-28 °C. Rata-rata bulan kering 1.17 bulan dan rata-rata bulan basah 10.83 bulan. Secara umum terdapat empat jenis tanah pada BKLE, yaitu tanah entisol (pasir), tanah histosol (gambut), tanah inceptisol (kaolin), dan tanah ultisol (podzolik). Peta jenis tanah di BKLE tersaji pada Lampiran 8. Tanah inceptisol
9
dan entisol mendominasi sebagian besar kebun, sedangkan untuk histosol sebagian besar terdapat pada daerah rendahan. Komposisi jenis tanah disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Jenis tanah di Bangun Koling Estate Jenis tanah Luas (ha) Entisol (pasir) 982.67 Histosol (gambut) 179.84 Inceptisol (kaolin) 1 349.14 Ultisol (podzolik) 18.67
Persentase (%) 38.85 7.11 53.33 0.71
Sumber : Data Kebun BKLE (2012)
Topografi di BKLE didominasi oleh lahan yang datar (0-8%). Selain itu terdapat pula kondisi yang bergelombang (9-15%) dan berbukit (15-30%), sehingga BKLE memiliki kesesuaian lahan S3 (lahan marginal). Kelas S3 diusahakan untuk kegiatan budidaya dengan cara meningkatkan kesuburan tanah. Topografi lahan di BKLE tersaji pada Tabel 2. Tabel 2 Topografi lahan kebun Bangun Koling Estate Topografi Luas (ha) Persentase (%) Datar (0-8%) 2 484 98.18 Bergelombang (9-15%) 42 1.69 Berbukit (15-30%) 4 0.16 Sumber: Data Kebun BKLE (2012)
Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan Total areal konsesi BKLE sebesar 3 183.03 ha. Luas areal yang diusahakan adalah 2 529.65 ha dibagi menjadi 4 divisi, yaitu Divisi I, Divisi II, Divisi III, dan Divisi IV. Divisi I dan Divisi IV di bawah koordinasi satu asisten Divisi I memiliki luas sebesar 811.93 ha dan 200.18 ha. Divisi II memiliki luas 641.44 ha dan Divisi III sebesar 876.10 ha. Luas areal tanaman menghasilkan (tahun tanam 2006-2009) adalah sebesar 2 382.29 ha, sedangkan untuk tanaman belum menghasilkan (tahun tanam 2010-2011) adalah sebesar 147.36 ha. Areal selain TM dan TBM digunakan untuk emplasemen, jalan, dan jembatan dijelaskan dalam Tabel 3.
10
Tabel 3 Luas HGU dan tata guna lahan di Bangun Koling Estate No 1 2 3
Uraian Tanaman menghasilkan Tanaman belum menghasilkan Areal prasarana a. Emplasemen b. Jembatan 4 Areal yang mungkin bisa diusahakan a. Okupasi 5 Areal yang tidak bisa diusahakan a. Tanah desa b. Bukit, lembah, rawa, sungai, tanah tandus Total luas kebun
Luas (ha) 2 382.29 147.36
Total (ha) 2 382.29 147.36 139.51
67.10 72.41 157.89 157.89 355.97 53.00 302.97 3 183.03
Sumber : Data Kebun BKLE (2012)
Keadaan Tanaman dan produksi Tanaman yang diusahakan di BKLE berdasarkan Departemen Riset BGA adalah varietas tenera yang berasal dari progeni yang berbeda. Progeni yang digunakan diantaranya adalah Costarica, Lonsum, Lonsum 2, Marihat, Papua Nugini, dan Socfindo. Komposisi asal bibit yang ditanam di BKLE terdapat pada Tabel 4. Jarak tanam kelapa sawit yang digunakan di BKLE adalah 9.2 m x 9.2 m x 9.2 m sehingga didapat populasi 136 pohon ha-1. Kondisi luasan blok yang bervariasi disebabkan oleh perbatasan hutan dan sungai, serangan hama dan penyakit serta lahan rawa dan rendahan mengakibatkan heterogenitas stand per hectare (SPH). Tabel 4 Komposisi asal bibit tanaman kelapa sawit di Bangun Koling Estate Jenis bibit (Dura x Pisifera) Luas (ha) Persentase (%) ASD/Costarica 421.79 16.67 Lonsum 2 144.65 5.71 Lonsum 8.07 0.32 Papua Nugini 438.06 17.31 Marihat V 1 323.30 52.31 Socfindo 193.80 7.66 Sumber: Data Kebun BKLE (2012)
Penanaman pertama di BKLE adalah tahun 2006 dan berlanjut hingga 2011. Sebagian besar tanaman yang mati akibat faktor alam, hama, dan penyakit, sehingga tahun 2013 dilakukan tanam sisip. Pada Tabel 5 menunjukkan data tanaman di BKLE.
11
Tabel 5 Populasi tanaman per tahun tanam di Bangun Koling Estate Tahun Tanam 1. TM 2006 2007 2008 2009 2010 Sub total 2. TBM 2011 Sub total Total
Luas (ha)
Jumlah Pohon
SPH
560.06 1 526.55 261.05 34.63 122.35 2 504.64
75 066 207 072 34 813 4 676 16 015 337 642
134 136 133 135 131 135
25.01 25.01 2 529.65
3 323 3 323 340 965
133 133 135
Sumber: Data Kebun BKLE (2013)
Produksi TBS di BKLE terus mengalami peningkatan sejak awal produksi (2009) yaitu sebesar 1 868.31 ton tandan buah segar (TBS) hingga tahun 2012 sebesar 32 778.66 ton TBS (Tabel 6). Hal ini disebabkan oleh penambahan umur tanaman, luas areal TM kelapa sawit, perawatan yang intensif, kondisi iklim yang optimum, dan realisasi pemupukan yang sesuai rekomendasi. Hasil panen (TBS) diangkut ke pabrik kelapa sawit (PKS) yang terletak di Wilayah IV bernama Selucing Agro Mill (SAGM). Apabila terjadi kendala atau penumpukan pada SAGM, maka TBS diangkut ke PKS di Wilayah III bernama Pundu Nabatindo Mill (PNBM). Tabel 6 Produksi TBS kelapa sawit Bangun Koling Esatate 2009-2012 Tahun
Produksi (kg)
2009 2010 2011 2012
1 868 310.29 10 441 400.00 21 891 550.00 32 778 659.99
Jumlah buah (TBS) 470 984 2 544 210 4 615 760 5 282 681
BJR (kg/TBS) 3.97 4.10 4.74 6.20
Sumber : Data Kebun BKLE (2013)
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan BKLE dipimpin oleh seorang estate manager (EM) yang bertanggung jawab terhadap SDA, SDM, dan administrasi kebun. Estate manager dalam melaksanakan kerjanya dibantu oleh staf-staf kebun, yaitu kepala administrasi (kasie) dan asisten divisi. Kasie memiliki tim administrasi yang terdiri atas admin tanaman, mantri tanaman, akuntan, kasir dan personalia. Selain itu, kantor BKLE juga dibantu oleh kerani gudang dan mantri poliklinik kebun. BKLE memiliki tiga orang asisten divisi. Asisten divisi bertanggung jawab atas semua kegiatan yang ada di kebun yang dipimpinnya. Seorang asisten divisi
12
dibantu oleh mandor I, kerani divisi, mandor panen, kerani panen, kerani transport dan mandor perawatan. Khusus untuk divisi II ditambah mandor pupuk, mandor tabur, dan mandor until karena asisten divisi II adalah penanggung jawab BGA manuring system (BMS). Asisten Divisi III adalah penanggung jawab BGA spraying system (BSS), sehingga asisten dibantu mandor semprot (chemist). Rincian struktur organisasi kebun dapat dilihat di Lampiran 9. Sistem ketenagakerjaan di BKLE dibagi menjadi karyawan staf dan non staf. Perbedaan antara karyawan staf dan non staf terletak dari cara perekrutan karyawan. Karyawan staf direkrut oleh perusahaan langsung, sedangkan karyawan nonstaf direkrut oleh kantor kebun. Karyawan staf meliputi estate manager, asisten divisi, dan kepala administrasi. Karyawan non staf meliputi karyawan harian lepas (KHL), karyawan harian tetap (KHT) dan karyawan bulanan.
PELAKSANAAN MAGANG
Aspek Teknis Pengendalian Gulma Gulma merupakan tumbuhan yang keberadaanya mengganggu pertumbuhan tanaman utama. Adanya gulma melebihi batas ambang ekonomi pada budidaya tanaman kelapa sawit mengakibatnya diperlukan suatu pengendalian gulma (BGA 2011). Pengendalian gulma pada Bangun Koling Estate (BKLE) difokuskan pada piringan, pasar pikul/rintis, tempat pengumpulan hasil (TPH) dan gawangan. Pengendalian gulma secara kultur teknis dapat dilakukan dengan mempertimbangkan jarak tanam yang digunakan, sehingga ketika tanaman sudah tinggi dapat menaungi tanah dan menekan pertumbuhan gulma. Pengendalian secara biologi adalah dengan menanam tanaman penutup kacangan dengan konsep yang sama seperti kultur teknis, yaitu menaungi tanah untuk menekan pertumbuhan gulma. Pengendalian gulma secara kimia di BKLE secara menyeluruh dilakukan oleh tim BGA Spraying System (BSS). BSS merupakan program penyemprotan yang dilakukan secara terintegrasi dan terorganisir dari awal hingga akhir kegiatan penyemprotan. Tujuan dari dibentuknya tim BSS adalah untuk menghasilkan output pekerja yang maksimal, baik dari segi luasan (hancak semprot) maupun kualitas semprot. Tim BSS beranggotakan 28 perempuan yang tersebar di divisi I, II, dan III. Tenaga penyemprot diusahakan tidak berganti dengan tujuan mengembangkan profesionalisme dan tanggung jawab alat semprot yang digunakan (BGA 2011). Setiap pagi pekerja Divisi I dan III dijemput oleh transportasi unit semprot (TUS) dan dikumpulkan di Divisi II untuk melaksanakan “lingkaran pagi”. Pengendalian gulma secara kimia menggunakan alat semprot SA 15. SA 15 adalah alat semprot bertekanan dengan sistem pompa hidrolik dengan kapasitas 15 liter. Jenis nozel yang digunakan adalah vlv 100 (very low volume 100) dengan volume semprot 420 ml menit-1.
13
Berdasarkan cara kerja, herbisida dibagi menjadi herbisida sistemik dan herbisida kontak. Jenis herbisida sistemik adalah glifosat (merk dagang “Kleenup 480 SL”) berbahan aktif isopropyl amina glifosat 480 g l-1 atau setara dengan glifosat 356 g l-1. Herbisida kontak yang digunakan adalah jenis paraquat (merk dagang “Gramaxone”) berbahan aktif paraquat diklorida 276 g l-1 (setara dengan ion paraquat 200 g l-1). Selain itu larutan semprot juga ditambahkan metil metsufuron (merk dagang ”Meta Prima 20 WP”) berbahan aktif metil metsulfuron 20% sebagai herbisida pra dan purna tumbuh yang bersifat selektif. Paraquat digunakan untuk gulma berkayu dengan dosis 250 ml ha-1, sedangkan glifosat digunakan untuk gulma rumput dengan dosis 250 ml ha-1. Metil metsulfuron digunakan sebagai campuran dengan glifosat maupun paraquat dengan dosis 0.1 g ha-1. Jenis gulma yang tumbuh dominan di kelapa sawit diantaranya adalah Ageratum conyzoides L., Axonopus sp (Sw) P.Baeuv, Bamboo sp. Kunth., Borreria latifolia K.Schum, Clidemia hirta (L) D.Don., Cynodon dactylon (L) Pers., Erechtites valerianifolia (L) Expers., Melastoma malabatrichum L., Micania mikrantha Kunth, Ottochloa nodosa Kunth, Paspalum spp L., dan Scleria sumatrensis Retz. Hebisida yang akan diaplikasikan dicampurkan dengan air dan dipersiapkan hari sebelumnya. Hal ini bertujuan menyingkat waktu persiapan dan menjamin herbisida tercampur dengan air secara merata. Konsentrasi yang digunakan sekitar 0.5%, Rotasi penyemprotan untuk gawangan adalah 1 kali setahun, TPH dan pasar pikul adalah 2 kali setahun dan penyemprotan ilalang adalah 6-10 rotasi dalam setahun. Target dalam pengendalian gulma dalam sehari adalah 3.5 ha HK-1. Kendala yang sering dihadapi oleh tim semprot adalah sulitnya mencapai target ketika menyemprot pada blok yang banyak gulma dan jalan yang sulit dilalui (daerah rendahan). Salah satu alternatif dalam menghadapi kendala tersebut adalah pekerjaan semprot dilakukan semampu pekerja hingga jam kerja selesai walaupun tidak mencapai target. Hasil pada hari tersebut dicatat kekurangan jumlah ha HK-1 untuk diganti pada hari lain ketika mendapatkan blok yang ringan dan tidak terdapat banyak gulma. Kendala lain adalah nozel yang sudah tidak sesuai dengan volume semprotnya sehingga boros dalam pemakaian herbisida. Hal tersebut dapat diatasi dengan mengganti dengan sprayer dan nozel yang baru. Pengendalian gulma secara manual atau disebut juga sebagai babat tanaman pengganggu (BTP) merupakan salah satu pekerjaan dalam mengurangi hambatan pemanen untuk mengelilingi pohon saat panen. Babat gulma difokuskan pada piringan dan gawangan yang mengganggu pertumbuhan tanaman utama menggunakan parang. Gulma dominan yang dibabat pada piringan adalah LCC yang memanjat ke pohon. Gulma berkayu yang dibabat difokuskan pada semua tempat baik piringan, pasar pikul/rintis, gawangan maupun pasar mati, terutama adalah tumbuhan bambu yang tidak mati saat pengendalian secara kimia. Gulma pada gawangan yang dibabat adalah yang menutupi piringan dan menghambat tanaman kelapa sawit mendapatkan sinar matahari. Pekerjaan BTP dilakukan oleh enam orang karyawan perempuan dan ditargetkan menyelesaikan 0.5 ha HK-1 dalam 7 jam kerja. Kendala yang dihadapi dalam pekerjaan ini adalah keterbatasan alat yaitu hanya terdapat parang sehingga gulma berkayu hanya dapat ditebang dan tidak dapat didongkel sehingga gulma
14
cepat tumbuh kembali. Selain itu kurang disiplinnya karyawan, tebalnya gulma di gawangan, dan jalan yang sulit dilalui seperti daerah rendahan yang sering banjir menyulitkan karyawan dalam menyelesaikan target. Pengendalian Hama Kebun BKLE belum menerapkan early warning system, akan tetapi setiap terdapat adanya gejala serangan langsung dilakukan sensus hama. Sensus hama. Sensus hama adalah pendataan jumlah pohon yang terserang hama dalam suatu blok. Sensus hama dilakukan dilakukan dengan cara menghitung tingkat serangan hama pada baris/titik secara lebih detil diareal terserang hama. Sensus dimulai pada baris kesepuluh pohon kesepuluh dan dilanjutken ke pohon kesepuluh berikutnya, apabila telah mencapai collection road (CR) maka pindah baris ke sepuluh baris berikutnya. Hama tidak dikendalikan apabila serangan <5% dari total populasi pohon dalam satu blok. Pengendalian hama terpadu. Pengendalian hama terpadu adalah pengendalian hama yang bersifat preventif yaitu dengan menyediakan beneficial plant sebagai inang bagi hama tertentu. Beneficial plant adalah tanaman yang tumbuh atau ditanam di sekitar tanaman kelapa sawit yang bermanfaat dalam menekan pertumbuhan gulma dan tempat berkembangnya musuh alami bagi hama dan penyakit. Beneficial plant digunakan untuk mencegah hama ulat pemakan daun kelapa sawit (UPDKS). UPDKS diantaranya adalah ulat api (Setothosea asigna Van Eecke) dan ulat kantong (Metisa plana Walker). Beneficial plant yang ditanam di BKLE adalah Turnera sp L., dan Nephrolepis biserrata (Sw) Schott, tanaman ini selain sebagai penyedia makanan juga dapat sebagai inang predator dan parasitoid untuk mengendalikan hama UPDKS. Pengendalian hama secara kimia. Pengendalian secara kimia dilakukan apabila populasi hama sudah melebihi ambang ekonomi. Thirataba mundella Walker adalah hama yang menyerang bunga (jantan dan betina) dan buah sawit. Ciri dari buah yang terserang hama ini adalah terdapat lubang pada buah dan bercak putih pada buah akibat residu yang dikeluarkan oleh ulat. Pengendalian hama tersebut menggunakan bahan kimia Cyperin R dengan dosis 50 ml 15 l-1 dan dicampur dengan air. Larutan disemprotkan pada buah kelapa sawit yang terserang menggunakan alat semprot solo sprayer dengan jenis nozel biru. Leaf Sampling Unit (LSU) Leaf sampling unit atau kesatuan contoh daun merupakan salah satu kegiatan rutin tahunan di perkebunan kelapa sawit dan sangat penting dalam penentuan rekomendasi dosis pemupukan untuk tahun berikutnya. Kegiatan LSU dilaksanakan oleh Departemen Riset BGA untuk tanaman menghasilkan (TM). Kegiatan LSU diawali dengan pengambilan sampel daun di kebun, TM tiap blok. Pengambilan sample diawali pada baris ketiga dan pohon ketiga lalu diberi tanda awal masuk. Pada pohon ketiga diberi nomor pohon LSU per nomor baris (1/3) yang artinya pohon sensus pertama baris ketiga. Pohon selanjutnya berjarak 10 pohon dari baris pertama dan baris berikutnya adalah 10 baris dari baris awal sensus. Saat awal masuk, arah alur sensus, dan saat sensus dihentikan diberi tanda. Apabila tanaman sampel tepat pada tanaman belum menghasilkan, tanaman non valuer, tanaman sisip, dan tanaman sakit maka pengambilan sampel adalah pada satu tanaman di depan atau di belakang tetapi masih dalam satu baris.
15
Daun yang digunakan sebagai LSU adalah daun pada pelepah ketujuh belas. Pelepah ketujuh belas lalu didodos dan dicari bagian tengah pelepah yang dicirikan oleh adanya mata pancing. Setelah mata pancing ditemukan lalu diukur dua jengkal ke arah pangkal pelepah dan pada pertengahan jengkal yang kedua diambil enam daun bagian kanan dan kiri lalu digunting pada bagian pangkal daun. Pada daun digunting 1 jengkal (±20 cm) pada bagian tengah lalu dibuang tulang daunnya. Bagian lembaran daun tersebut yang digunakan sebagai sampel. Lembaran daun dikumpulkan dalam plastik yang telah dilubangi sisinya sesuai dengan blok asal daun lalu pada diberi kartu kuning sebagai label LSU (asal kebun, divisi, nama blok, nomor LSU, dan tanggal pelaksanaan). Kegiatan pengambilan sampel ini dimulai pukul 07.00 dan selesai pada pukul 12.00. Selanjutnya, sampel daun dikumpulkan dan dikirim ke Departemen Riset BGA. Apabila daun tidak langsung dikirim ke riset, maka plastik tidak diikat untuk menghindari daun menjadi busuk. Daun dianalisa kadar air, kandungan N, P, B, K, Ca, Mg, Cu, Zn, Mn, dan Fe. Daun yang telah sampai didata kembali sebagai monitoring LSU. Selanjutnya daun dicuci menggunakan kapas yang dicelupkan ke air destilata lalu dimasukkan ke dalam amplop coklat. Pada bagian depan amplop dituliskan label seperti yang terdapat pada label kuning. Setelah amplop ditutup rapat, daun dikeringkan dengan oven pada suhu 70 °C selama satu hari (24 jam). Setelah kering, daun digiling sampai menjadi bubuk halus. Bubuk daun tersebut lalu ditanur pada suhu 300-650 °C hingga menjadi abu. Abu diekstrak menjadi larutan abu dengan menambahkan HCl. Larutan tersebut dicampurkan dengan bahan lain dan diukur dengan spektrofotometer analisa kandungan N, P dan B. Kandungan K, Ca, Mg, Cu, Zn, Mn, dan Fe pada daun diukur menggunakan absorbtion atomic spectrophotometer. Pemupukan Anorganik Kegiatan pemupukan diawali dengan menentukan jenis dan dosis pupuk yang akan diaplikasikan berdasarkan rekomendasi, waktu pelaksanaan pemupukan, peralatan dan perlengkapan kerja yang digunakan, tenaga kerja yang dibutuhkan, persiapan lokasi, dan kelengkapan administrasi. Rekomendasi jenis dan dosis pupuk terdapat pada “buku kuning” yang diterbitkan Departemen Riset BGA. Setiap tahun buku kuning tiap kebun ataupun divisi berbeda berdasarkan hasil analisa kimia daun, status hara tanah dan LCC, curah hujan, proyeksi produksi, dan tahun tanam. Jenis pupuk yang diaplikasikan BKLE tahun 2013 adalah Urea (N), RP (P), MOP (K), Kieserit (Mg), HGFB (B), Chelatte Zincopper (Zn), NPK 15 (majemuk), NPK 12 (majemuk), dan Dolomit (Mg). Organisasi Pemupukan. Prinsip utama dalam pemupukan adalah setiap jenis pupuk yang diterima setiap pohon tanaman harus sesuai dengan dosis yang telah ditentukan dalam buku rekomendasi/program pemupukan. Biaya pemupukan anorganik sangat mahal yaitu 25–30% dari total biaya produksi (BGA 2011). Bangun Koling Estate menerapkan pemupukan terpusat pada tim khusus pupuk sesuai dengan prosedur standar operasional BGA yaitu BGA Manuring System (BMS). Sistem pemupukan tersebut memadukan metode penguntilan otomasi dengan mekanisme tim kerja pemupukan sehingga seluruh pupuk terjamin sampai ke tiap pohon kelapa sawit secara tepat. BMS dipimpin oleh seorang asisten koordinator dibantu koordinator BMS dan mandor pupuk.
16
Mekanisme pekerjaan BMS adalah tiap pemupuk memiliki hancak yang tetap pada tiap blok dan seksi, pergeseran hancak diatur dengan baik sehingga pelaksanaan pupuk berlangsung dengan cepat dan efisien. Pelaksanaan pemupukan terkonsentrasi dalam satu hancak pemupukan per kebun yang dikerjakan blok per blok dengan sasaran mutu pemupukan. Tim kerja pemupukan terdiri atas tenaga penguntil, pengecer, pelangsir, penabur, dan pengumpul karung. Penabur dan pelangsir pupuk kemudian dikelompokkan menjadi kelompok kerja pemupukan (KKP). Satu KKP terdiri atas dua penabur dan satu pelangsir. BKLE memiliki 8 KKP yang artinya terdapat 16 orang penabur dan 8 orang pelangsir. Tenaga pengecer dan pengumpul karung dijadikan satu tenaga yaitu tenaga bongkar muat pupuk (BMP). Tenaga BMP ini dapat pula menjadi penguntil apabila tidak ada jadwal pemupukan. Pelaksanaan Pemupukan. Teknis pemupukan di BKLE menggunakan disiplin aplikasi pupuk 5T, yaitu tepat dosis, tepat cara, tepat waktu, tepat jenis, dan tepat administrasi. Hal ini berkaitan dangan pemupukan yang efektif dan efisien. Pelaksanaan pemupukan diawali dengan pengambilan pupuk di gudang wilayah oleh mandor until sesuai dengan bon permintaan dan pengeluaran barang. Pupuk diangkut menuju gudang pupuk estate yang terletak di Divisi II dan III. Penguntilan Pupuk. Penguntilan adalah proses mengubah bobot pupuk sesuai takaran yang ada untuk memudahkan penabur dalam membawa pupuk di lahan. Keuntungan lainnya adalah lebih mudah dalam menghitung jumlah pohon yang sudah dipupuk. Penguntilan dilakukan di gudang pupuk dan dikerjakan oleh tenaga penguntil dengan mekanisme FIFO (first in first out). Pupuk diuntil sesuai dosis pemupukan dan maksimal 17 kg per untilan. Penguntilan menggunakan alat takar terbuat dari plastik ukuran bobot sesuai dengan jenis pupuk. Pupuk dimasukkan ke alat takar hingga tanda tera lalu dimasukkan kedalam karung. Karung untilan diikat dan ditumpuk 15 until per tumpuk. Setelah proses penguntilan selesai gudang dibersihkan kembali. Bobot untilan untuk pupuk MOP (Kalium) 14 kg, HGFB (Borat) 12.3 kg, Urea (Nitrogen) 12 kg, dan RP (fosfat) 12 kg. Prestasi kerja untuk penguntil pupuk adalah 3 ton HK-1 kecuali Urea, yaitu 2 ton HK-1. Lingkaran Pagi. Mandor pupuk melakukan lingkaran pagi bersama tim kerja pupuk, absensi karyawan, dan menyampaikan rencana kerja harian. Informasi yang disampaikan diantaranya jenis pupuk yang digunakan, kebutuhan pupuk (ton), blok-blok yang akan diaplikasikan, takaran yang digunakan (sesuai jenis pupuk), dan cara penaburan pupuk. Selain itu dilakukan pengecekan alat pelindung diri (APD) dan pemberian extra fooding berupa susu. Peralatan pemupukan, APD, dan extra fooding disediakan di rumah BMS yang terletak di emplasemen. Pengangkutan dan Pengeceran Pupuk. Pengangkutan dilakukan oleh tenaga BMP setelah apel pagi dilaksanakan. Pupuk yang diangkut sesuai dengan jumlah tonase yang dibutuhkan oleh blok yang akan dipupuk. Pengangkutan menggunakan light truck (LT). Untilan pupuk diletakkan pada CR dan tepat didepan pasar pikul dengan jumlah sesuai dengan dosis per pohon per setengah pasar pikul. Hal tersebut dikarenakan satu blok diapit oleh dua CR dan untuk memudahkan tenaga pelangsir dan penabur dalam kegiatan penaburan. Pupuk yang diecer harus habis diaplikasikan dan tidak boleh ada untilan yang tertinggal.
17
Setelah selesai mengecer pupuk, BMP akan mengumpulkan karung bekas untilan dan menggulungnya per 10 karung untuk dibawa kembali ke gudang pupuk. Pelangsiran Pupuk. Pelangsiran adalah kegiatan pemindahan untilan pupuk dari CR ke pasar pikul oleh satu orang laki-laki per KKP. Pelangsiran dilakukan dengan cara dipikul dan diletakkan di pinggir pohon pertama hingga ke pasar tengah dengan terlebih dahulu mengetahui dosis per pohon dan berat untilan. Dengan demikian, diketahui pada selang berapa pohon untilan itu akan diletakkan. Bekas karung untilan pupuk dibawa dan diletakkan ke jalan CR dan akan diambil oleh tenaga pelangsir. Penaburan Pupuk. Penaburan pupuk dilakukan oleh dua tenaga penabur per KKP. Penabur harus mangetahui dosis pupuk per pohon dan jenis takaran yang disesuaikan untuk masing-masing pupuk. Pemupukan Urea, RP, MOP, dan Kieserit menggunakan sistem tebar memebentuk huruf U atau mengikuti sistem penempatan pelepah daun yang disebut U-shape. Sistem tersebut menjadikan pupuk dapat mempercepat pelapukan pelepah yang disusun di gawangan mati. Selain itu juga akar tanaman yang aktif banyak dijumpai di bawah pelepah daun, sehingga pupuk cepat diserap oleh tanaman. Penempatan pupuk dijelaskan pada Tabel 7. Tabel 7 Pengelompokan pupuk berdasarkan cara aplikasi di Bangun Koling Estate Kelompok Jenis pupuk Aplikasi pupuk Zn, Borate, CuSO4, Melingkar dengan radius 0.5-1 m dari Mikro FeSO4 pangkal pohon Pada areal pasir dengan sistem pocket NPK 14 dan 16 (Palmo) Makro dekat dengan pangkal batang Berbentuk U shape radius 1.5-2 m dari Urea dan MOP Makro pangkal batang (dalam piringan) Berbentuk U shape radius >2 m dari RP/Guano Makro pangkal batang (luar piringan) Sumber : BGA (2011)
Pengawasan Kualitas Pemupukan. Kegiatan pengawasan (quality check) dilakukan oleh mandor pupuk dengan tujuan mengecek kesesuaian antara prosedur dan SOP pemupukan. Penilaian dilakukan terhadap hasil kerja per KKP. Hal yang diawasi diantaranya adalah kualitas taburan, dosis, pupuk tercecer, ada tidaknya untilan tertinggal, dan pohon yang tidak terpupuk. Hasilnya digunakan sebagai bahan evaluasi dalam meningkatkan kualitas kerja KKP. Premi Pemupukan. Premi yang digunakan yaitu premi tetap. Premi tetap Rp 400 000,00/bulan untuk mandor pupuk. Bagi karyawan diberlakukan premi apabila terdapat lebih basis. Karyawan akan mendapat extra fooding susu sebesar Rp 4 000,00 per hari. Prestasi kerja karyawan adalah 3.5 Ha HK-1. Lebih hektar akan dikenakan premi dengan perhitungan sebagai berikut: Rp 67 558
18
Pemupukan Organik Pupuk organik adalah pupuk yang bersumber dari bahan alami. Pada kebun kelapa sawit pupuk organik dapat berasal dari pembusukan pelepah, aplikasi janjang kosong (JJK), dan aplikasi palm oil mill effluent (POME) atau limbah cair. Pada BKLE, POME tidak dapat diaplikasikan karena jauhnya jarak PKS ke kebun. Aplikasi JJK merupakan salah satu upaya pemanfaatan limbah pabrik yang bermanfaat dalam konservasi tanah, terutama tanah berpasir atau lahan marginal yang terdapat di BKLE. Selain bermanfaat sebagai penambah unsur hara tanah (Tabel 8), JJK juga bermanfaat mengurangi erosi. janjang kosong dapat menyumbang beberapa unsur penting bagi kelapa sawit seperti N, P, K, Mg dan pupuk mikro, sehingga aplikasi janjang kosong dapat menghemat penggunaan pupuk anorganik. Tabel 8 Komposisi kandungan nutrisi TBS kosong (JJK) Kadar hara dalam JJK Sebanding dengan pupuk Unsur Hara -1 -1 (kg ha tahun ) per ton JJK N Nitrogen 5.4 8.0 kg Urea P Fosfor 0.4 2.9 kg RP K Kalium 35.3 18.3 kg MOP Mg Magnesium 2.7 5.0 kg Kieserit Sumber: BGA (2011)
Janjang kosong diaplikasikan setahun sekali untuk semua blok, terutama pada lahan berpasir. Aplikasi dilakukan secara manual oleh tenaga perawatan. Akan tetapi, pada bulan april aplikasi JJK dilakukan secara borongan dengan upah Rp 2 500 per pohon. Aplikasi TBS kosong diletakkan di CR pada satu pasar pikul. Secara administrasi satu truk memuat 7 ton JJK, tetapi pada kenyataannya ratarata mengangkut 4-5 ton per truk. JJK diaplikasikan untuk satu baris tanaman atau setara dengan 34 pohon. Dosis aplikasi JJK adalah 27 ton ha-1 atau ±200 kg pohon-1. Peralatan yang digunakan pengaplikasian adalah gancu, angkong, dan tandu. Tandu digunakan bagi karyawan yang tidak memiliki angkong. Hasil kalibrasi untuk satu angkong berisi JJK adalah 100 kg, sedangkan untuk tandu JJK adalah 50 kg. Dibutuhkan 2 angkong atau 4-5 tandu JJK untuk aplikasi per pohon. JJK disusun satu lapis di sekitar gawangan mati di dekat pohon sawit. Penyusunan satu lapis bertujuan untuk menghindarkan berkembangnya hama kumbang tanduk (Oryctes rhinoceros L.). Prestasi kerja karyawan pada aplikasi JJK adalah ±4.6 ton HK-1. Pengelolaan Tajuk Manajemen kanopi atau tajuk merupakan salah satu manajemen yang sangat diperhatikan dalam produksi kelapa sawit. Jumlah daun pada pohon sawit berpengaruh terhadap proses fotosintesis yang sangat menentukan pertumbuhan vegetatif pada tanaman belum menghasilkan (TBM) serta kualitas dan kuantitas buah pada tanaman menghasilkan (TM). Inti dari pengelolaan tajuk adalah menjaga pelepah produktif dengan mengurangi jumlah pelepah agar proses fotosintesis maksimal. Tujuan lain dari pengelolaan tajuk adalah mempermudah
19
pekerjaan panen, mengurangi tersangkutnya brondolan, dan menciptakan lingkungan yang bersih serta bebas dari hama dan penyakit. Corrective prunning. Pengelolaan tajuk di BKLE pada tanaman menghasilkan adalah corrective pruning. Corrective pruning dilakukan bersamaan dengan kegiatan potong buah oleh pemanen dengan tetap mengacu pada prinsip dasar jumlah pelepah produktif dipertahankan sesuai ketentuan (leaf area index). Pengelolaan tajuk yang dilakukan bersamaan dengan pekerjaan panen bermanfaat untuk mengurangi kebutuhan tenaga kerja khusus pruning juga dapat menambah pendapatan karyawan panen. Premi untuk corrective pruning adalah 1 100/pohon per semester (4 bulan) dan dibayarkan secara berkala. Saat melakukan corrective pruning, pelepah dipotong terlebih dahulu sebelum potong buah dan menyisakan jumlah pelepah sesuai aturan. Jumlah pelepah penyangga (songgo) untuk tanaman muda dan remaja (≤6 tahun) adalah sebanyak 48-56 pelepah (songgo 3) atau setara dengan 6-7 spiral. Sementara untuk tanaman diatas enam tahun adalah 40-48 pelepah (songgo 2) atau setara dengan 5-6 spiral. Pelepah dipotong menggunakan dodos rapat ke batang dengan bidang tunas membentuk tapak kuda yang membentuk sudut 30° terhadap batang. Corrective pruning juga dilakukan pada pohon yang tidak dipanen. Apabila tidak memungkinkan dipruning saat panen, maka pemeliharaan dilakukan pada hari minggu atau libur untuk menjaga kebersihan hancak panen. Panen Panen adalah suatu rangkaian pekerjaan potong buah dan transport buah ke pabrik kelapa sawit (PKS) pada hari yang sama dalam kondisi buah segar dan bersih. Pekerjaan potong buah meliputi buah yang sesuai dengan standar kematangan, mengutip brondolan, dan mengumpulkannya ke tempat pengumpulan hasil (TPH). Pekerjaan panen adalah pekerjaan eksploitasi produksi dengan memperkecil losses produksi. Pekerjaan transport adalah mengangkut buah dari TPH ke PKS. Inti dari pekerjaan panen adalah mengambil seluruh (eksploitasi) buah yang layak potong, mengumpulkannya ke TPH dan mengirimkan seluruhnya ke PKS pada hari yang sama dalam kondisi segar dan bersih secara efektif dan efisien (BGA 2011). Persiapan panen. Persiapan panen sangat berpengaruh pada keberhasilan pelaksanaan panen. Persiapan panen meliputi penetapan seksi panen, penetapan luas hancak kerja pemanen dan luas hancak kerja per kemandoran, penyediaan tenaga kerja, dan penyediaan sarana dan prasarana panen. Penetapan seksi panen adalah mengelompokkan blok-blok berisi tanaman menghasilkan yang harus diselesaikan dalam 6 hari kerja dalam seminggu. Seksi panen dibuat sedemikian rupa sehingga satu seksi dapat dipanen dalam satu hari, mempermudah pindah hancak antar blok, mempermudah pengawasan, pengangkutan TBS lebih efektif dan efisien, dan output pemanen tinggi. Prasarana dan sarana panen meliputi peralatan panen yang terdapat pada Tabel 9 dan akses jalan seperti main road (MR) dan collection road (CR). Selain itu, kondisi tanaman diusahakan bersih dari gulma pada piringan dan LCC yang sering memanjat dan menutupi tanaman sehingga menyulitkan pemanen. Selanjutnya adalah pembuatan pasar pikul, pasar tengah, titi panen, pasar kumis, dan tempat pengumpulan hasil (TPH).
20
Pasar pikul adalah jalan antar dua baris tanaman dengan lebar 1.2 m dan berfungsi sebagai jalan angkong menuju TPH. Pasar tengah adalah jalan yang berada di tengah blok memotong gawangan mati sebagai akses antar pasar pikul. Pasar tengah berfungsi mempermudah pengecekan oleh supervisi maupun asisten. Pasar kumis adalah jalan yang memotong ujung gawangan yang mengarah pada TPH dengan lebar jalan 1 m. Titi panen adalah akses pemanen untuk mengangkut buah menyebrang parit yang biasanya terbuat dari beton atau kayu balok. TPH adalah tempat mengumpulkan TBS yang telah dipanen. TPH berukuran 4 m x 6 m terdapat pada tiap tiga pasar pikul atau enam jalur tanaman. Permukaan TPH dibuat rata dan harus bersih dari gulma. Tiap TPH diberi keterangan nomor dan blok TPH berada. Tabel 9 Peralatan panen di Bangun Koling Estate No Nama alat Spesifikasi Penggunaan 1 Dodos Lebar mata 12-14 cm, lebar tengah 12 cm, Potong buah dan tebal tengah 0.5 cm, tebal pangkal 0.7 cm, pruning diameter gagang 4.5 cm, panjang total 200 cm 2 Angkong Merk ARTCO Pengangkut TBS yang dipanen ke TPH 3 Goni Karung pakai ulang Sebagai alas meletakkan brondolan di TPH 4 Batu asah Batu berbentuk persegi empat untuk Pengasah dodos dan pengasah pisau pisau egrek 5 Gancu Besi beton 3/8" dan panjang sesuai dengan Memuat dan kebiasaan setempat membongkar buah/TBS dari dan ke alat transport 6 Tojok Besi dengan panjang ± 1 m berbentuk huruf Memuat dan “T” dengan bagian tajam diujungnya membongkar buah/TBS dari dan ke alat transport Sumber : BGA (2011)
Sistem dan organisasi panen. Sistem organisasi panen di BKLE adalah Block Harvesting System (BHS) dan sistem kerja potong buah 1 (SKP-1). BHS adalah sistem panen yang penyelesaian kegiatan panen pada tiap hari kerja terkonsentrasi pada satu seksi tetap per kebun atau per divisi berdasarkan interval panen yang telah ditentukan. Pada SKP 1 pekerjaan potong buah (cutter), pengangkutan ke TPH (carrier), dan pengutipan brondolan (loose fruit picker) dikerjakan oleh satu orang. Sistem hancak yang diterapkan adalah sistem hancak giring tetap. Pada sistem hancak giring tetap setiap pemanen memiliki hancak yang menjadi tanggung jawabnya pada tiap blok dan pindah blok digiring oleh mandor. Pengorganisasian kegiatan panen dilakukan sebaik-baiknya agar kegiatan panen berjalan dengan efektif dan efisien sehingga meminimalkan losses produksi. Organisasi panen terdiri atas estate manager, asisten divisi, mandor I, dua mandor panen, dua kerani panen, satu mandor transport, dan 15-20 tenaga panen tiap kemandoran panen. Tiap tiga tenaga panen dikelompokkan menjadi 1 kelompok
21
kerja pemanen (KKP). KKP bertujuan untuk mengantisipasi ketidakhadiran salah satu pemanen, sehingga anggota yang lain bertanggung jawab untuk menyelesaikan hancak pemanen yang tidak hadir. Rotasi panen. Rotasi panen dikenal dengan pusingan panen adalah jumlah hari (interval) yang dibutuhkan untuk kembali ke areal/blok/seksi yang sudah dipanen sebelumnya. Penetapan kebijakan rotasi panen dan kriteria buah layak potong adalah kombinasi strategik dalam rangka mendapatkan persentase buah matang setinggi-tingginya, produktivitas potong buah yang tinggi, dan losses minimum (BGA 2011). Pusingan panen diusahakan 7 hari dengan 6 seksi panen. Rotasi yang terlalu lambat dapat menurunkan produktivitas pemanen karena waktu banyak tersita untuk mengutip brondolan. Rotasi terlalu cepat dapat mengakibatkan karyawan tidak siap borong, sehingga untuk mengejar siap borong, buah mentah dipanen dan menyebabkan biaya potong buah mengingkat dan output menurun. Interval panen yang terlambat dapat disebabkan oleh jumlah tenaga kerja yang berfluktuasi, rusak atau kurang memadainya sarana dan prasarana panen, hujan deras yang menunda waktu panen, dan kurang baiknya manajemen panen. Taksasi panen. Taksasi panen adalah perkiraan hasil panen esok hari yang dilakukan dengan mengalikan persentase kerapatan buah dengan jumlah populasi pohon (BGA 2011). Taksasi dilakukan oleh mandor panen sehari sebelum pelaksanaan panen. Jumlah luasan yang ditaksasi adalah 5% dari jumlah pohon produktif atau sekitar 200 pohon per blok. Sensus dimulai dari pohon terluar searah pasar rintis dan menghitung tandan masak yang akan dipanen esok hari pada tiap pohon. Persentase kerapatan buah diperoleh dengan menjumlahkan semua tandan masak hasil sensus dibagi dengan jumlah pohon produktif dikalikan 100%. Persentase kerapatan panen dijadikan pedoman untuk menentukan jumlah buah yang akan dipanen, jumlah tenaga kerja yang diperlukan agar hasil kerja panen efektif, dan jumlah unit transportasi yang dibutuhkan agar buah yang dipanen dapat semua terangkut ke PKS pada hari yang sama. Taksasi disebut akurat apabila hasilnya ±5%. a. Persentase kerapatan panen = b. Jumlah TBS panen = persentase kerapatan panen x luas panen x SPH c. Kebutuhan pemanen = d. Kebutuhan angkutan = Ket : SPH = jumlah pohon per hektar (136 pohon) BJR = berat tandan/janjang rata-rata Output pemanen = prestasi pemanen (TBS/HK) Pelaksanaan panen. Pelaksanaan panen diawali dengan lingkaran pagi oleh asisten, mandor, kerani, dan seluruh pekerja. Dalam lingkaran pagi mandor I akan menyampaikan rencana kerja harian meliputi blok yang akan dipanen. Setelah selesai, pemanen bersiap-siap dan berangkat menuju blok yang akan dipanen dipandu oleh mandor panen dan pada pukul 07.00 kegiatan panen dimulai. Satu pemanen memanen 1 ha dalam satu blok, sehingga satu KKP bertanggung jawab atas 3 ha. Apabila yang dipanen dalam satu hari 4 blok, maka tiap pemanen wajib menyelesaikan 4 ha.
22
Pemanen akan menyusuri hancak, mengitari pohon, dan menghitung jumlah brondolan yang jatuh di piringan. Apabila terdapat lebih dari 5 brondolan jatuh berarti buah sudah dalam fase matang dan dapat dipanen. Buah yang akan dipanen biasanya disanggah oleh pelepah, sehingga dilakukan pemotongan pelepah dengan tetap memperhatikan standar jumlah pelepah sehingga tidak terjadi over pruning. Pelepah lalu disusun di gawangan mati membentuk huruf “U”. Selanjutnya buah dipanen dan tangkai buah dipotong ±3 cm dari permukaan buah. Brondolan dikutip baik pada piringan, ketiak pelepah atau menyangkut di Nephrolepis bisserata (Sw) Schott. Buah dan brondolan lalu diangkut menggunakan angkong dan diletakkan di TPH. Buah disusun per lima baris dan brondolan dialasi dengan karung goni dan diberi stampel berisikan nomor pemanen. Buah yang terkumpul di TPH akan dihitung dan digrading oleh kerani panen sesuai dengan kriteria kematangan. Basis panen per hari ditentukan oleh tahun tanam dan BJR divisi. Kerani panen memberikan kertas kecil (doket) yang berisi keterangan panen per TPH. Doket digunakan oleh mandor transport untuk menghitung jumlah buah yang diangkut dan memudahkan dalam pembuatan surat pengantar buah (SPB). Kriteria buah layak potong (minimum ripeness standart). Kriteria buah layak potong adalah kriteria untuk menentukan tandan buah yang layak potong berdasarkan jumlah brondolan yang terlepas secara alami. Kriteria ini menjadi pedoman bagi pemanen dalam melakukan kegiatan panen (Tabel 10). Tabel 10 Kriteria buah layak potong di Bangun Koling Estate Kriteria Mentah (unripe) Kurang matang (under ripe) Matang (ripe)
Terlalu Matang (over ripe) Busuk/TBS kosong (empty bunch)
Standar 0 brondolan <2 brondolan/kg 2 brondolan/kg hingga 75% brondolan permukaan telah lepas >75%-90% brondolan telah lepas >90% brondolan telah lepas
Sumber : BGA (2011)
Pengangkutan buah ke PKS. Diperlukan waktu tempuh 2 jam dari BKLE ke PKS, sehingga pengelolaan transportasi sangat diperlukan dalam menjaga kualitas TBS yang dikirim. Oleh karena itu sistem kerja maupun organisasi dalam transportasi di perkebunan kelapa sawit adalah suatu pekerjaan yang sangat penting. Transportasi yang baik dapat menjaga kualitas CPO baik dengan FFA <3%, meminimalkan losses berkaitan dengan restan, kapasitas atau kelancaran pengolahan di pabrik, keamanan TBS di lapangan, dan biaya (Rp/kg TBS) transport yang minimal (BGA 2011). Quality check dan denda (sanksi) panen. Quality check sangat penting dalam menjaga kualitas buah dan tenaga kerja. Quality check dilakukan oleh seorang petugas khusus. Tugas quality check adalah memastikan tidak adanya buah tinggal, menilai kebersihan hancak pemanen, manajemen pelepah, dan jumlah brondolan tinggal sesuai format dari kebun. Selain quality check, dilakukan pula supervisi oleh mandor panen, mandor I, dan asisten dalam menjaga kualitas buah yang dikirim ke PKS, mengontrol fluktuasi panen, evaluasi
23
pelaksanaan kerja, dan menentukan denda bagi pemanen. Kriteria buah panen dan sanksi/denda bagi pemanen tersaji pada Tabel 11. Hasil quality check dan supervisi digunakan sebagai bahan evaluasi bagi pekerja panen. Sanksi diberikan kepada pekerja yang melakukan kesalahan dalam pelaksanaan panen. Tujuan dari sanksi/denda adalah memberikan pelajaran atas kekeliruan yang dilakukan pekerja. Selain itu sanksi/denda dapat meningkatkan disiplin kerja dan menerapkan azas keadilan. Tabel 11 Mutu TBS dan denda panen di Bangun Koling Estate No 1 2 3 4 5 6
Mutu panen dan mutu buah
Simbol atau kode
Saksi/denda
Satuan
Buah mentah Buah tidak layak potong di TPH (buah tidak sesuai kriteria) Buah masak tidak dipotong (buah tinggal) Brondolan tidak dikutip Gagang panjang (lebih dari 3cm rata-rata) Pelepah sengkleh (bukan alami)
BM BK
Rp 5 000 Rp 2 500
TBS TBS
BT
Skors
3 hari
TB GP
Rp 100 Rp 1 000
Butir TBS
PS
Rp 2 500
pohon
Sumber : wawancara staf (2013)
Sistem premi panen. Premi panen terdiri atas premi siap borong dan premi lebih borong. Premi siap borong merupakan premi tetap yang diperoleh pemanen apabila TBS yang diperoleh dapat mencapai basis. Premi siap borong yang berlaku di BKLE adalah sebesar Rp 8 500. Premi lebih borong adalah premi yang diberikan pada pemanen per TBS setelah dikurangi basis panen. Premi lebih borong disesuaikan dengan tahun tanam dan BJR blok yang dipanen. TBS dengan tahun tanam 2006 dan 2007 besar premi lebih borongnya adalah Rp 365 per TBS. TBS dengan tahun tanam 2008 dan 2009 besar premi lebih borongnya Rp 325 per TBS. Premi panen untuk supervisi dijelaskan pada Tabel 12. Tabel 12 Premi supervisi di Bangun koling Estate Supervisi Mandor I Mandor panen
Volume 2 Mandoran ≥3 mandoran < 15 TK 15-20 TK
Kerani panen Kerani transport
Perhitungan premi 125% x rata-rata premi mandor panen 150% x rata-rata premi mandor panen 125% x rata-rata premi pemanen 150% x rata-rata premi pemanen 125% x rata-rata premi pemanen 110% x rata-rata premi kerani panen
Sumber : pengamatan lapang (2013)
Administrasi panen. Kegiatan administrasi panen dilakukan setelah pekerjaan panen selesai. Administrasi panen selalu dimonitoring setiap harinya dengan tujuan mengevaluasi hasil kerja panen, bahan pertimbangan dalam perencanaan panen, dan sebagai alat bantu pada proses supervisi. Administrasi panen di BKLE diantaranya adalah membuat laporan harian mandor panen, laporan taksasi, daftar premi panen, dan laporan penerimaan buah. Administrasi
24
pada divisi (kinerja potong buah) meliputi absensi pemanen, output TBS, hancak selesai, pelepah tidak disusun, songgo 2, unripe, ripe, terkontaminasi, brondolan tinggal, dan tandan masak tinggal. Selain itu, kerani panen wajib mengisi notes hasil panen milik masing-masing pemanen.
Aspek Manajerial Pendamping Mandor Pelaksanaan kegiatan di kebun baik teknis maupun administrasi dilaksanakan oleh asisten divisi yang dibantu oleh mandor dan kerani divisi. Tugas utama mandor adalah mengatur kerja karyawan sesuai sesuai dengan standar perusahaan dan mensupervisi kerja karyawan. Administrasi yang perlu dilakukan tiap harinya adalah membuat laporan kerja harian dan mengisi buku monitoring harian. Laporan kerja harian meliputi absen karyawan dan jenis kerja yang dilakukan oleh karyawan. Monitoring harian berisi kemajuan kerja karyawan dan memonitor apakah hasil sudah memenuhi target kerja. Mandor I. Mandor satu bertugas untuk membantu asisten dalam mengkoordinasikan mandor-mandor dalam pengawasan kerja karyawan. Tugas utama mandor I adalah membuat perencanaan kerja atau rencana kerja harian bersama asisten kebun. Selain itu, menjaga pusingan agar tetap stabil (7 hari), pengawasan terhadap kegiatan panen, transportasi ke PKS, dan pemeriksaan terhadap kemungkinan adanya buah restan yang belum dikirim ke PKS merupakan tanggung jawab dari mandor I. Selama menjadi pendamping mandor I, penulis membantu mengawasi mandor perawatan dan pengecekan TBS restan. Kerani Divisi. Kerani divisi merupakan pengurus administrasi kebun tingkat divisi. Kerani divisi bertanggung jawab atas semua arsip kegiatan divisi dan menginput laporan harian ke website Bumitama Plantation System. Tugas bulanan dari kerani divisi adalah bersama asisten divisi membuat laporan bulanan asisten, merekap gaji karyawan serta membantu dalam pembayaran gaji karyawan. Selama membantu kerani divisi, penulis membantu segala sesuatu yang berhubungan dengan administrasi divisi. Mandor Panen. Tugas utama dari mandor panen adalah mengawasi dan mengevaluasi kerja pemanen. Selain itu, mandor panen betugas melakukan taksasi produksi untuk blok yang akan dipanen esok hari. Selama menjadi pendamping mandor panen penulis membantu dalam pembagian hancak panen, quality check panen, dan taksasi panen. Kerani Panen. Tugas utama dari kerani panen adalah mengurus administrasi kegiatan potong buah. Setelah buah dipanen dan dikumpulkan di TPH kerani akan menghitung jumlah buah yang dipanen dan melakukan grading. Kriteria grading adalah buah mentah, matang, lewat matang dan longstalk dan dicatat di buku penerimaan buah. Setelah digrading, kerani memberikan doket yaitu kertas kecil yang ditempel pada buah sebagai bukti buah telah melewati proses administrasi panen. Sore hari setelah kegiatan panen selesai kerani membuat laporan penerimaan buah, daftar penerimaan premi, dan mengisi buku saku pemanen. Selama mengikuti kerani panen, penulis membantu untuk menggrading TBS di TPH, membuat laporan penerimaan buah, membuat laporan premi, dan mengisi buku saku pemanen.
25
Kerani Transport. Kerani transport bertugas mengawasi tenaga bongkar muat memuat buah ke dalam truk dan mengawal unit truk masuk ke dalam blok yang dipanen buahnya. Setelah itu menjumlah semua buah yang diangkut oleh truk dengan memanfaatkan doket yang ditempelkan oleh kerani panen dan memastikan tidak ada buah dan brondolan yang tinggal. Selanjutnya mandor transport akan membuat surat pengantar buah (SPB) sebagai pengantar ke pabrik kelapa sawit (PKS). Kegiatan administrasi yang dilakukan adalah membuat laporan harian mandor dan daftar premi bagi tenaga bongkar muat. Selama mengikuti mandor transport, penulis mengawasi kerja tenaga bongkar muat dan memastikan tidak ada TBS dan brondolan yang tinggal. Mandor Pupuk. Mandor pupuk diberi kepercayaan untuk mengawasi kegiatan pemupukan mulai dari penguntilan, bongkar muat pupuk, hingga penaburan dan quality check pemupukan. Pada proses penguntilan mandor pupuk menentukan jumlah bobot per until sesuai dosis yang direkomendasikan oleh departemen riset. Pengawasan dalam gudang dibantu oleh mandor until. Selanjutnya mandor akan menghitung jumlah pupuk yang akan diaplikasikan ke lapang sesuai dengan luasan blok yang akan dipupuk. Setelah itu mengawasi proses pengangkutan dan pengeceran pupuk dari truk ke pasar pikul. Pembagian hancak dan pengawasan aplikasi pupuk dibantu oleh mandor tabur. Mandor pupuk wajib untuk melaporkan rencana kerja harian dipapan rencana kerja harian Kegiatan administrasi yang dilakukan adalah mengisi buku monitoring pemupukan, laporan harian mandor, dan mengisi buku atau peta realisasi pemupukan. Selama menjadi pendamping mandor pupuk penulis membantu dalam pengawasan penguntilan pupuk, kalibrasi takaran until, quality check, pengawasan pengeceran pupuk, dan membantu pembagian hancak pupuk. Mandor Semprot (Chemist). Mandor semprot berkewajiban mengawasi kegiatan pengendalian gulma secara kimia. Pengawasan diawali dengan mengawasi perawatan alat semprot, kelengkapan APD, penentuan dosis; konsentrasi; dan pencampuran racun semprot, pengaturan hancak dan menancapkan bendera sesuai hancak dibantu seorang tanaga pengairan, dan pengawasan kualitas semprot. Kegiatan administrasi semprot diantaranya adalah membuat laporan harian mandor dan membuat rencana kerja harian. Selama menjadi pendamping mandor semprot penulis membantu untuk mengkalibrasi nozel, menancapkan bendera sesuai hancak dan jumlah karyawan yang hadir, dan mengawasi kerja karyawan. Mandor Perawatan. Mandor perawatan bertugas mengawasi dan menggiring karyawan untuk membabat gulma manual dan rawat jalan. Saat lingkaran pagi mandor perawatan akan mengabsen karyawan dan menyampaikan rencana kerja harian. Selain perawatan, mandor perawatan juga mengawasi pengaplikasian janjang kosong. Mandor memastikan semua pohon diaplikasikan JJK dan sesuai dengan rekomendasi dosis per pohon. Kegiatan administrasi yang dilakukan adalah membuat laporan harian mandor dan mengisi buku monitoring perawatan dan aplikasi janjang kosong. Selama menjadi pendamping mandor perawatan penulis membantu mengawasi hasil kerja karyawan babat manual, pengontrolan rawat jalan, dan mengawasi karyawan aplikasi janjang kosong.
26
Pendamping Asisten Asisten divisi bertanggung jawab dan bertugas mengelola seluruh kegiatan divisi mulai dari kegiatan membuat buah hingga ke eksploitasi buah dengan tiga manajemen utama, yaitu water management, ground management, dan canopy management. Tugas administrasi asisten mencakup pembuatan rencana kerja tahunan (RKT) bersama estate manager, rencana kerja bulanan (RKB), dan pengecekan rencana kerja harian (RKH). Ketiga rencana kerja tersebut digunakan sebagai pedoman dalam mengatur pengeluaran biaya (budget) agar efektif dan efisien dan tidak terjadi over budget. Asisten divisi tidak hanya melakukan pengaturan dalam kegiatan operasional kebun. Pengarahan dan pembinaan terhadap sumber daya manusia sangat diperlukan untuk meningkatkan produktivitas karyawan serta memperhatikan kesejahteraan karyawan. Selama menjadi pendamping asisten, penulis dilibatkan dalam pembuatan rencana pengendalian ilalang di Divisi I, pengarahan terhadap karyawan semprot secara kimia (chemist), pembuatan papan nama blok kebun, mengikuti kegiatan social, dan olahraga di kebun.
HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Bangun Koling Estate Selama empat tahun berproduksi (2009-2012) produksi terus meningkat. Jenis kesesuaian lahan di BKLE menurut hasil riset Departemen Riset BGA adalah kelas S3. Perusahaan menggunakan standar produksi kelas 2 untuk mendongkrak prestasi produksi maksimal. Perbandingan antara produksi aktual, sensus, budget dan standar potensi marihat kelas S2 tersaji pada Gambar 2. 45000 40000 Produksi (ton)
35000 30000
Aktual
25000
Budget
20000
Sensus
15000
Std.Marihat S2
10000 5000 0 Th.2009
Th.2010
Th.2011
Th.2012
Gambar 2 Grafik perbandingan produksi dan estimasi produksi TBS di BKLE Produksi di BKLE mengalami peningkatan tiap tahunnya seiring dengan bertambahnya umur tanaman dan jumlah tanaman menghasilkan. Tidak tercapainya potensi produksi marihat S2 disebabkan oleh faktor iklim yang
27
berfluktuatif seperti kondisi curah hujan yang tidak merata, sehingga menyebabkan produksi per bulan juga berfluktuatif. Gambar 3 menjelaskan kondisi produksi per bulan disesuaikan dengan kondisi curah hujan pada tahun 2012. Pada grafik menunjukkan pengaruh curah hujan sangat mempengaruhi produksi. Curah hujan yang tinggi pada musim penghujan (Oktober-Desember) berdampak pada tingginya tonase TBS kirim, sedangkan curah hujan yang rendah pada bulan juni berakibat pada turunnya hasil tonase kirim. Kondisi iklim yang dinamis menyulitkan perusahaan dalam melakukan proyeksi produksi, sehingga mengakibatkan tidak tercapainya antara rencana dan realisasi dalam kegiatan produksi. Oleh sebab itu, pengkajian mengenai agroklimat yang bergerak secara dinamis tersebut dapat diutamakan sebagai tindak lanjut untuk memperoleh hasil pendugaan produksi yang akurat.
Ton
500 450 400 350 300 250 200 150 100 50 0
mm
5000 4500 4000 3500 3000 2500 2000 1500 1000 500 0
Produksi (ton) Curah Hujan (mm)
Bulan
Gambar 3 Kondisi curah hujan dan produksi BKLE tahun 2012 Curah Hujan Siregar et al. (2006) menyatakan persyaratan curah hujan minimum bagi tanaman kelapa sawit adalah 1 250 mm tahun-1 dan optimum apabila curah hujan 1 750-3 000 mm tahun-1 serta merata sepanjang tahun. Pola hujan di BKLE (Gambar 4) menunjukkan pola curah hujan yang bersifat unimodal, yaitu mempunyai satu puncak musim hujan. Akan tetapi, puncak musim hujan tidak tetap pada bulan tertentu. Rata-rata curah hujan tahun 2007-2012 menunjukkan bahwa musim hujan sangat mendominasi dengan rata-rata 10 bulan basah per tahun. Akan tetapi, ketika mencapai musim kemarau walaupun hanya terjadi ratarata 2 bulan per tahun mengakibatkan cadangan air sangat rendah sehingga menurunkan produksi. Harahap et al. (2007) menyatakan bahwa fluktuasi musim hujan dan musim kering dapat mempengaruhi penyebaran produksi dan menyebabkan fluktuasi produksi bulanan kelapa sawit yang sulit untuk diprediksi. Sulistyo (2010) menyatakan curah hujan pada Lag 5-6 bulan berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan penyerbukan (pollination) karena menyebabkan terganggunya aktifitas serangga penyerbuk Elaeidobius kamerunicus Faust. yang menyebabkan terbentuknya buah parthenocarpy dan false ripening. Hal tersebut berarti apabila curah hujan dan hari hujan tinggi (berkaitan dengan frekuensi kejadian hujan pada siang hari/intensitas matahari) pada 5 sampai 6 bulan sebelum panen, maka fruitset maupun fruit/bunch yang dihasilkan akan lebih rendah
28
Curah Hujan (mm)
dibandingkan bila pada saat curah hujan dan hari hujan yang rendah. Penyebaran curah hujan yang tidak merata juga dapat menimbulkan adanya bulan kering (curah hujan <60 mm bulan-1) meskipun jumlah curah hujan 2 000 mm tahun-1 sehingga terjadi defisit air dan menurunkan produksi TBS kelapa sawit. 900.0 800.0 700.0 600.0 500.0 400.0 300.0 200.0 100.0 -
mm
2007
2008
2009
2010 Tahun
2011
2012
Gambar 4 Curah hujan bulanan di BKLE tahun 2007-2012 Kecepatan Angin, Suhu, Kelembaban Udara, dan Penyinaran Matahari Faktor agroklimat berupa kecepatan angin berhubungan dengan penyerbukan kelapa sawit (anemophyli). Kecepatan angin yang sesuai dengan penyerbukan efektif adalah 5-6 km jam-1. Angin yang terlalu kencang akan menyebabkan tanaman baru menjadi miring, bahkan angin yang terlalu besar dapat merusak perkebunan kelapa sawit (Pahan 2008). Kecepatan angin pada BKLE pada tahun 2007-2012 berkisar antara 3.7-11.11 km jam-1. Suhu rata-rata di BKLE pada tahun 2007-2012 berkisar antara 27-28 °C dan kelembaban rata-rata 84%. Hal tersebut menunjukkan suhu dan kelembaban di BKLE sudah sesuai untuk tanaman kelapa sawit. Lama penyinaran matahari sangat berpengaruh terhadap proses fotosintesis dari tanaman. Lama penyinaran yang dibutuhkan untuk tanaman adalah 5-7 jam per hari (Setyamidjaja 2006). Lama penyinaran matahari di BKLE berkisar antara 55-80%. Populasi dan Umur Tanaman Bangun Koling Estate memiliki tanaman dengan ragam tahun tanam yaitu tahun 2006, 2007, 2008, 2009, 2010, dan 2011. Pada tahun 2013 tanaman dengan tahun tanam 2006-2010 telah menghasilkan, sedangkan tahun tanam 2011 masih TBM. Populasi tanaman di BKLE tiap tahunnya mengalami penurunan secara tidak signifikan hingga pada tahun 2013 jumlah populasi tanaman adalah 135 tanaman per ha. Penurunan dapat disebabkan oleh serangan tanaman oleh hama dan penyakit serta kelainan lain sehingga tanaman mati atau dimusnahkan. Selain itu, bencana alam seperti banjir, angin kencang, dan erosi menyebabkan tanaman roboh dan mati. Upaya kebun untuk menjaga populasi tanaman tetap stabil adalah dengan melakukan tanam sisip sejak tahun 2008.
29
Produktivitas (ton ha-1)
Umur tanaman berpengaruh terhadap produktivitas kelapa sawit. Pada kondisi normal, permulaan panen dapat dilakukan pada umur rata-rata tanaman 30 bulan sejak penanaman di lapangan (BGA 2011). Produktivitas akan cenderung meningkat seiring bertambahnya umur kelapa sawit. Produktivitas maksimal pada standar marihat adalah ketika tanaman berumur 13 tahun dan cenderung menurun sampai tanaman berumur 25 tahun (Lubis 2008). Rata-rata umur tanaman menghasilkan tahun 2013 adalah 5.4 tahun atau setara dengan 65 bulan. Gambar 5 menampilkan kenaikan produktivitas tanaman di BKLE seiring dengan bertambahnya umur tanaman. 16 14 12 10 8 6 4 2 0 0
1 2 3 4 Rata-rata umur tanaman menghasilkan (tahun)
5
Gambar 5 Umur tanaman dan produktivitas TBS di BKLE tahun 2009-2012 Kultur Teknis Kegiatan kultur teknis kelapa sawit di Bangun Koling Estate meliputi pengendalian hama dan penyakit, pengendalian gulma, pemupukan, dan panen. Hasil wawancara dengan staf kebun diketahui bahwa pengendalian hama di BKLE berjalan dengan baik dan tidak terjadi serangan besar sejak awal kebun didirikan. Pengendalian gulma di BKLE juga dapat dikatakan berjalan dengan baik sejak kebun ini didirikan. Kondisi tanah yang berpasir dan lebar tajuk pada area TM dapat menekan pertumbuhan gulma, sehingga hanya pengendalian gulma ringan (soft grass) dilakukan pada piringan dan TPH yang diharuskan dalam keadaan zero weed. Selain itu, adapun pertumbuhan gulma sedang maupun berat dapat diatasi dengan pengendalian rutin baik dengan pengendalian manual maupun chemist. Historis aplikasi pemupukan pada Lampiran 5 menunjukkan bahwa realisasi pemupukan di BKLE pada tahun 2009-2012 sudah sesuai dengan rencana kecuali pada tahun 2009 yang hanya terealisasi sebesar 73%. Hal ini dikarenakan kondisi lahan yang masih terdapat gulma sehingga menyulitkan pemupuk serta pasokan pupuk kurang memadai. Inti dari pekerjaan panen adalah memperkecil losses produksi, sehingga fokus dari kegiatan panen adalah memotong semua TBS masak, mengutip semua brondolan, dan mengantarkan ke PKS pada hari yang sama. Pengelolaan panen di BKLE termasuk dalam kategori baik, tampak pada hasil penilaian baik baik TBS maupun brondolan tinggal yang masih dalam batas toleransi perusahaan. Batas
30
TBS tinggal adalah tidak ada toleransi, sedangkan untuk brondolan adalah 30 butir ha-1. Masalah panen dari BKLE adalah buah restan yang disebabkan oleh jauhnya jarak tempuh ke PKS yaitu 21.28 km yang apabila diestimasikan dengan waktu adalah sekitar 2 jam. Selain jarak tempuh yang jauh, kondisi jalan yang licin dan rusak serta terjadi banjir luapan sungai menjadi tantangan tersendiri bagi BKLE untuk dapat mengirimkan hasil panen dengan tepat waktu. Hambatanhambatan tersebut mengakibatkan sulitnya mengirim buah ke PKS pada hari yang sama dan mengakibatkan buah restan. Gambar 6 menyajikan pengaruh buah restan terhadap produksi di BKLE pada tahun 2011-2012. Tingginya buah restan di lapang dapat menurunkan tonase produksi, sedangkan apabila jumlah buah restan rendah produksi akan meningkat. Akan tetapi sejak tahun 2012 telah dilakukan perbaikan akses jalan ke PKS seperti pembuatan jembatan dan pengerasan jalan, sehingga tampak pada tahun 2012 produksi dapat meningkat dan buah restan berkurang. 5000
Ton
4000 3000 Restan
2000
Produksi TBS 1000 0 2011
2012 Tahun
Gambar 6 Losses panen akibat buah restan terhadap produksi BKLE Kegiatan kultur teknis di BKLE seperti pengendalian hama dan penyakit, pengendalian gulma, pemupukan dan pengelolan panen telah berjalan dengan baik. Hambatan dapat diatasi dengan manajemen yang baik, sehingga dalam proses pendugaan produksi diasumsikan telah dilakukan dengan optimal. Penentuan Nilai Produksi Duga Proses pendugaan produksi kelapa sawit diawali dengan menganalisis faktor-faktor produksi baik agroklimat (curah hujan, jumlah hari hujan, kelembaban, kecepatan angin, lama penyinaran, defisit air) maupun kultur teknis (populasi tanaman per ha, pemupukan, umur tanaman) yang berpengaruh nyata terhadap hasil produksi. Selain itu terdapat pula faktor genetik maupun edafik yang dianggap tidak terlalu berpengaruh terhadap produksi disebabkan faktor tersebut dapat diatasi dengan kultur teknis yang baik. Pengujian faktor agroklimat dan kultur teknis dilakukan pada 0 bulan sebelum panen (BSP), 6 BSP, 12 BSP, 18 BSP, dan 24 BSP. Hasil uji t-parsial disajikan pada Tabel 13.
31
Tabel 13 Hasil uji-t parsial peubah agroklimatologi terhadap produksi kelapa sawit tahun 2009-2012 di Bangun Koling Estate No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Peubah
0 BSP Umur tanaman 0.000** Populasi 0.293 Pupuk 0.345 Curah hujan 0.304 Hari hujan 0.563 Suhu udara 0.080 Kelembaban udara 0.469 Kecepatan angina 0.441 Penyinaran matahari 0.770 Defisit air -
6 BSP
P-value 12 BSP 18 BSP 24 BSP
0.009** 0.145 0.682 0.506 0.018* 0.186 -
0.176 0.052 0.682 0.031* 0.104 0.441 -
0.324 0.244 0.104 0.052 0.024* 0.285 -
0.535 0.313 0.021* 0.003** 0.269 0.394 -
Keterangan : ** = sangat berbeda nyata pada α 1%, * = berbeda nyata pada α 5%, BSP = Bulan Sebelum Panen
Peubah populasi tidak mempengaruhi diduga karena jumlah rata-rata populasi tanaman ha-1 di kebun relatif stabil (Sulistyo 2010). Hal ini sesuai dengan populasi tanaman di kebun yang rata-rata 135 tanaman ha-1. Persentase pemupukan 2009-2012 yang rata-rata telah terealisasikan 100%, dapat menjelaskan tidak berpengaruhnya peubah pemupukan terhadap produksi. Hari hujan dan penyinaran matahari juga menjadi peubah yang tidak berpengaruh terhadap produksi. Hal ini dapat disebabkan oleh tidak adanya data penyinaran matahari pada bulan Juli tahun 2007 sehingga hasil uji-t parsial berbias. Selain itu, persentase penyinaran juga stabil. Rata-rata hari hujan di BKLE adalah 12 hari hujan dalam sebulan dan stabil untuk produksi kelapa sawit (Sunarko 2007). Hasil uji-t parsial (Tabel 13) menunjukkan bahwa peubah yang mempengaruhi terhadap produksi kelapa sawit adalah umur tanaman (0 BSP), curah hujan (6 BSP), suhu udara (24 BSP), kelembaban udara (12 dan 24 BSP), dan kecepatan angin (6 dan 18 BSP). Peubah yang berpengaruh nyata akan dikombinasikan dan digunakan dalam mencari model pendugaan menggunakan persamaan regresi linear berganda seperti terdapat pada Tabel 14. Tabel 14 Kombinasi peubah untuk pendugaan produksi Peubah BSP PRLB 1 PRLB 2 PRLB 3 Umur tanaman 0 V V V Curah hujan 6 V V V Suhu udara 24 V V V Kelembaban udara 12 V V 24 V Kecepatan angin 6 V V 18 V
PRLB 4 V V V
Keterangan : BSP = Bulan Sebelum Panen, PRLB = Persamaan Regresi Linear Berganda
V V
32
Persamaan Regresi Linear Berganda I Persamaan regresi linear berganda yang pertama merupakan kombinasi dari peubah umur tanaman (0 BSP), curah hujan (6 BSP), suhu udara (24 BSP), kelembaban udara (12 BSP), dan kecepatan angin (6 BSP). Persamaan yang diperoleh apabila produksi (ton) sebagai respon adalah sebagai berikut: Produksi = 6849 + 82.0 umur tanaman (0 BSP) – 0.039 curah hujan (6 BSP) – 346 suhu udara (24 BSP) + 21.2 kelembaban udara (12 BSP) – 83.9 kecepatan angin (6 BSP) Nilai p-value berdasarkan uji-F (Tabel 15) menyatakan bentuk persamaan regresi linear berganda I berpengaruh nyata terhadap produksi aktual pada taraf 5%. Perbandingan antara produksi aktual, produksi duga, dan budget produksi disajikan pada Tabel 16. Tabel 15 Sidik ragam untuk persamaan regresi linear berganda I dengan respon produksi (ton) Sumber keragaman Regresi Galat Total
DB 5 39 44
JK 47 683 019 6 088 640 53 771 659
KT 9 536 604 156 119
F 61.09
P 0.000
Tabel 16 Hasil produksi duga pendugaan produksi I dengan respon produksi (ton) Tahun 2009 2010 2011 2012
Produksi aktual th (a)
Produksi duga th (b)
Budget produksi th (c)
Produksi Produksi Selisih Selisih Selisih aktual duga bln (1) (2) (3) bln (d) (e ) (%) (%) (%)
1 868.31 1 792.40 1 120.19 207.59 298.73 -4.06 -40.04 43.91 10 441.40 10 282.57 14 759.54 870.12 856.88 -1.52 41.36 -1.52 21 891.55 22 602.82 15 193.32 1 824.30 1 883.57 3.25 -30.60 3.25 32 778.66 32 672.23 32 606.37 2 731.56 2 722.69 -0.32 -0.53 -0.32 Keterangan: produksi aktual Th = hasil produksi kebun per tahun (ton) produksi duga Th = hasil produksi dari persamaan regresi linear berganda per tahun (ton) produksi aktual bln = rata-rata hasil produksi kebun per bulan produksi duga bln = rata-rata hasil produksi dari persamaan regresi linear berganda per bulan (ton) budget produksi = estimasi kebun per tahun (ton) selisih 1 = ((b-a) : a) x 100% selisih 2 = ((c-a) : a) x 100% selisih 3 = ((e-d) : d) x 100%
Selisih antara produksi aktual dan duga tahunan sebagian besar sudah mencapai tingkat akurat yaitu sekitar 0-4%. Hal ini memenuhi syarat toleransi kesalahan suatu pendugaan produksi yaitu ±5% (BGA 2011). Selisih rata-rata produksi bulanan antara aktual dan duga sudah sesuai dengan toleransi pendugaan kecuali rata-rata produksi bulanan pada awal produksi yang memiliki jarak cukup besar yaitu 44%. Persamaan regresi linear berganda I memiliki belum akurasi pendugaan yang tinggi. Pada Gambar 7 menunjukkan grafik perbandingan antar produksi
33
aktual tahunan, produksi duga tahunan dan budget (estimasi kebun) dan grafik perbandingan produksi duga dan aktual bulanan (Gambar 8). Produksi duga baik tahunan maupun rata-rata bulanan sudah mendekati produksi aktual. Selain itu, nilai R2 persamaan regresi linear berganda I adalah 88.7 yang berarti 88.7% produksi dipengaruhi oleh variabel peubah PRLB I. 35000.00
Produksi (ton)
30000.00 25000.00 20000.00
Produksi Aktual Th (a)
15000.00
Produksi Duga Th (b)
10000.00
Budget Produksi Th(c)
5000.00 0.00 2009
2010
2011
2012
Tahun
Gambar 7 Perbandingan produksi aktual tahunan, produksi duga tahunan budget produksi PRLB I 5000
Produksi (ton)
4000 3000 produksi duga
2000
produksi aktual 1000 0 2009 -1000
2010
2011
2012
Tahun
Gambar 8 Perbandingan produksi duga dan aktual bulanan PRLB I Peubah pada persamaan regresi linear berganda I juga dikombinasikan dengan produktivitas (ton ha-1) sebagai respon. Berikut adalah persamaan regresi linear berganda dengan respon produktivitas kelapa sawit Produksi = 2.93 - 0.000062 curah hujan (6 BSP) - 0.162 suhu udara (24 BSP) + 0.0158 kelembaban udara (12 BSP) - 0.0449 kecepatan angin (6 BSP) + 0.0325 umur tanaman (0 BSP) Nilai p-value pada Tabel 17 menunjukkan bahwa uji-F pada persamaan regresi berganda I dengan respon produktivitas (PRLB Ia) berpengaruh nyata pada taraf 5%. Perbandingan antara produksi aktual, produksi duga, dan budget produksi disajikan pada Tabel 18.
34
Tabel 17 Sidik ragam untuk persamaan regresi linear berganda Ia dengan respon produktivitas (ton/ha) Sumber keragaman Regresi Galat Total
DB 5 39 44
JK 7.5353 1.1238 8.6591
KT 1.5071 0.0288
F 52.3
P 0.000
Tabel 18 Hasil produksi duga pendugaan produksi Ia dengan respon produktivitas (ton ha-1) Tahun
Produksi aktual th (a)
Produksi duga Th (b)
Budget produksi th (c)
Produksi aktual bln (d)
Produksi duga bln (e )
2009 2010 2011 2012
1.68 4.55 9.32 13.76
1.28 4.85 9.96 13.82
1.01 6.43 6.47 13.69
0.187 0.379 0.777 1.147
0.213 0.404 0.830 1.152
Keterangan: produksi aktual Th produksi duga Th produksi aktual bln produksi duga bln budget produksi selisih 1 selisih 2 selisih 3
Selisih Selisih Selisih (1) (2) (3) (%) (%) (%) -24.05 -40.04 13.93 6.52 41.36 6.52 6.85 -30.60 6.85 0.45 -0.53 0.45
= hasil produksi kebun per tahun (ton ha-1) = hasil produksi dari persamaan regresi linear berganda per tahun (ton ha-1) = rata-rata hasil produksi kebun per bulan = rata-rata hasil produksi dari persamaan regresi linear berganda per bulan (ton ha-1) = estimasi kebun per tahun (ton ha-1) = ((b-a) : a) x 100% = ((c-a) : a) x 100% = ((e-d) : d) x 100%
Pada PRLB Ia selisih antara produktivitas aktual dan duga tahunan maupun antara rata-rata produktivitas aktual dan duga bulanan belum mencapai tingkat yang akurat. Oleh sebab itu, PRLB Ia (Tabel 18) belum tepat digunakan untuk menduga produksi pada 3-4 bulan awal produksi kelapa sawit karena hasil produktivitas duga bulanan menjadi bernilai negatif. Pada tahun 2012 selisih produktivitas sebesar 0.45% baik bulanan maupun tahunan. Hal ini menunjukkan bahwa PRLB Ia tidak dapat digunakan pada tiga tahun awal produksi. Gambar 9 tampak grafik produksi duga tidak saling berhimpit dengan produksi aktual. Gambar 10 menunjukkan perbandingan produktivitas duga dan aktual bulanan dimana awal produksi duga bernilai negatif.
Produktivitas (ton ha-1)
35
16.00 14.00 12.00 10.00 8.00 6.00 4.00 2.00 0.00
Produksi Aktual Th (a) Produksi Duga Th(b) Budget Produksi Th (c)
2009
2010
2011
2012
Tahun
Gambar 9 Perbandingan produksi aktual tahunan, produksi duga tahunan dan budget produksi Ia
Produktivitas (ton ha-1)
2 1.5 1 produksi duga 0.5
produksi aktual
0 2009 -0.5
2010
2011
2012
Tahun
Gambar 10 Perbandingan produksi duga dan aktual bulanan PRLB Ia Pelanggaran asumsi metode kuadrat terkecil (MKT) pada regresi linear berganda berupa multikolinearitas tidak terdapat pada peubah di persamaan regresi linear berganda (PRLB) I dan Ia karena nilai variance inflation factor (VIF) peubah kurang dari 10 (Tabel 19). Nilai Durbin Watson pada PRLB I sebesar 0.807 dan 0.843 pada PRLB Ia menunjukkan tidak adanya pelanggaran MKT autokorelasi. Plot sisaan vs Y duga tidak membentuk pola yang khusus (Lampiran 11) sehingga dipastikan tidak terdapat pelanggaran MKT heterokedastisitas pada PRLB I dan Ia.
36
Tabel 19 Nilai p-value, VIF, dan Durbin Watson pada persamaan regresi berganda I dan Ia PRLB I PRLB IA Prediktor Koefisien P Koefisien P Konstanta 6 849.000 0.146 2.931000 0.147 Curah hujan (6 BSP) -0.039 0.926 0.000062 0.732 Suhu udara (24 BSP) -345.600 0.021 0.162440 0.012 Kelembaban udara (12 BSP) 21.170 0.543 0.015800 0.293 Kecepatan angin (6 BSP) -83.870 0.085 0.044930 0.033 Umur tanaman (0 BSP) 82.012 0.000 0.032461 0.000 Durbin Watson 0.807 0.843
linear VIF 1.8 1.4 1.2 1.6 2.1
Persamaan Regresi Linear Berganda II Peubah yang dikombinasikan dalam persamaan regresi linear berganda II (PRLB II) adalah umur tanaman (0 BSP), curah hujan (6 BSP), suhu udara (24 BSP), kelembaban udara (24 BSP), dan kecepatan angin (6 BSP). Persamaan yang diperoleh apabila produksi (ton) sebagai respon adalah sebagai berikut: Produksi = 11664 + 0.008 curah hujan (6 BSP) - 362 suhu udara (24 BSP) - 61.4 kecepatan angin (6 BSP) + 80.1 umur tanaman (0 BSP) - 32.0 kelembaban (24 BSP) Nilai p-value berdasarkan uji-F (Tabel 20) menyatakan bentuk persamaan regresi linear berganda II berpengaruh nyata terhadap produksi aktual pada taraf 5%. Perbandingan antara produksi aktual tahunan, produksi duga tahunan, ratarata produksi aktual bulanan, rata-rata produksi duga bulanan dan budget produksi disajikan pada Tabel 21. Tabel 20 Sidik ragam untuk persamaan regresi linear berganda II dengan respon produksi (ton) Sumber Keragaman Regresi Galat Total
DB 5 39 44
JK KT 47 763 651 9 552 730 6 008 008 154 051 53 771 659
F 62.01
P 0.000
Tabel 21 Hasil produksi duga pendugaan produksi PRLB II dengan respon produksi (ton) Tahun
Produksi aktual th (a)
Produksi duga th (b)
2009 2010 2011 2012
1 868.31 1 903.14 1 120.19 207.59 317.19 10 441.40 10 598.97 14 759.54 870.12 883.25 21 891.55 22 829.69 15 193.32 1 824.30 1 902.47 32 778.66 32 839.33 32 606.37 2 731.56 2 736.61 Keterangan: produksi aktual Th
Budget Produksi Produksi Selisih Selisih Selisih produksi aktual duga (1) (2) (3) th (c) bln (d) bln (e ) (%) (%) (%)
= hasil produksi kebun per tahun (ton)
1.86 -40.04 1.51 41.36 4.29 -30.60 0.19 -0.53
52.80 1.51 4.29 0.19
37
produksi duga Th produksi aktual bln produksi duga bln budget produksi selisih 1 selisih 2 selisih 3
= hasil produksi dari persamaan regresi linear berganda per tahun (ton) = rata-rata hasil produksi kebun per bulan = rata-rata hasil produksi dari persamaan regresi linear berganda per bulan (ton) = estimasi kebun per tahun (ton) = ((b-a) : a) x 100% = ((c-a) : a) x 100% = ((e-d) : d) x 100%
Selisih antara produksi aktual dan duga tahunan sebagian besar sudah mencapai tingkat akurat yaitu sekitar 0-4%. Persamaan PRLB II dapat dikatakan memenuhi syarat toleransi kesalahan suatu pendugaan produksi. Selisih rata-rata produksi bulanan antara aktual dan duga sudah sesuai dengan toleransi pendugaan kecuali rata-rata produksi bulanan pada tahun 2009 sebesar 52.80 %. Persamaan regresi linear berganda II memiliki akurasi pendugaan yang tinggi. Pada Gambar 11 menunjukkan grafik perbandingan antar produksi aktual, produksi duga dan budget produksi (estimasi kebun) tahunan. Gambar 12 menunjukkan grafik perbandingan produksi duga dan aktual bulanan. Pada grafik tampak produksi duga sudah mengikuti alur produksi aktual dan nilai R2 persamaan regresi linear berganda II adalah 88.8 yang berarti 88.8% produksi dipengaruhi oleh variabel peubah PRLB II. 35000.00
Produksi (ton)
30000.00 25000.00 20000.00 Produksi Aktual Th (a)
15000.00
Produksi Duga Th (b)
10000.00
Budget Produksi Th (c)
5000.00 0.00 2009
2010
2011
2012
Tahun
Gambar 11 Perbandingan produksi aktual tahunan, produksi duga tahunan dan budget produksi PRLB II 5000
Produksi (ton)
4000 3000 produksi duga
2000
produksi aktual
1000 0 2009 -1000
2010
2011
2012
Tahun
Gambar 12 Perbandingan produksi duga dan aktual bulanan PRLB II
38
Pada peubah pada persamaan regresi linear berganda II juga dikombinasikan dengan produktivitas (ton/ha) sebagai respon. Berikut adalah persamaan regresi linear berganda dengan produktivitas sebagai respon (PRLB IIa): Produksi = 5.54 - 0.000041 curah hujan (6 BSP) - 0.167 suhu udara (24 BSP 0.0143 kelembaban (24 BSP) - 0.0342 kecepatan angin (6 BSP) + 0.0313 umur tanaman (0 BSP) Nilai p-value pada Tabel 22 menunjukkan bahwa uji-F pada persamaan regresi berganda IIa dengan respon produktivitas (PRLB IIa) berpengaruh nyata pada taraf 5%. Perbandingan produksi aktual tahunan, produksi duga tahunan, rata-rata produksi aktual bulanan, rata-rata produksi duga bulanan dan budget produksi tersaji pada Tabel 23. Tabel 22 Sidik ragam untuk persamaan regresi linear berganda IIa dengan respon produktivitas (ton ha-1) Sumber Keragaman Regresi Galat Total
DB 5 39 44
JK 7.5302 1.1289 8.6591
KT 1.506 0.0289
F 52.03
P 0.000
Tabel 23 Hasil produksi duga pendugaan produksi PRLB IIa dengan respon produktivitas (ton ha-1) Tahun 2009 2010 2011 2012
Produksi Produksi Budget Produksi Produksi Selisih Selisih Selisih aktual th duga th produksi aktual duga bln (1) (2) (3) (a) (b) th (c) bln (d) (e ) (%) (%) (%) 1.68 4.55 9.32 13.76
Keterangan: produksi aktual Th produksi duga Th produksi aktual bln produksi duga bln budget produksi selisih 1 selisih 2 selisih 3
1.16 4.80 9.77 13.62
1.01 6.43 6.47 13.69
0.187 0.379 0.777 1.147
0.193 0.400 0.814 1.135
-31.10 5.61 4.76 -1.03
-40.04 41.36 -30.60 -0.53
3.35 5.61 4.76 -1.03
= hasil produksi kebun per tahun (ton ha-1) = hasil produksi dari persamaan regresi linear berganda per tahun (ton ha-1) = rata-rata hasil produksi kebun per bulan = rata-rata hasil produksi dari persamaan regresi linear berganda per bulan (ton ha-1) = estimasi kebun per tahun (ton ha-1) = ((b-a) : a) x 100% = ((c-a) : a) x 100% = ((e-d) : d) x 100%
Pada PRLB IIa selisih antara produktivitas aktual dan duga tahunan maupun antara rata-rata produktivitas aktual dan duga bulanan belum mencapai tingkat yang akurat. Selisih produksi tahunan tahun 2009 bernilai 31.10% akan tetapi nilai rata-rata duga bulanan telah memenuhi toleransi keakuratan pendugaan. Hal ini menunjukkan PRLB IIa dapat digunakan untuk menduga rata-rata produksi bulanan dan tahunan kecuali tahun pertama berproduksi. Persamaan regresi linear berganda IIa memiliki akurasi pendugaan yang tinggi. Pada Gambar 13 menunjukkan grafik perbandingan antar produksi aktual, duga dan budget (estimasi kebun) tahunan. Sedangkan Gambar 14 merupakan
39
Produktivitas (ton ha-1)
grafik perbandingan produksi duga dan aktual bulanan. Grafik menunjukkan produksi duga sudah mengikuti alur produksi aktual. Selain itu, nilai R2 persamaan regresi linear berganda IIa adalah 87.0 yang berarti 87% produksi dipengaruhi oleh variabel peubah PRLB IIa. Akurasi persamaan regresi linear berganda (PRLB) baik II maupun IIa dapat digunakan dalam menduga produksi kelapa sawit. Akan tetapi, persamaan belum tepat digunakan pada tahun pertama produksi. 16.00 14.00 12.00 10.00 8.00 6.00 4.00 2.00 0.00
Produksi Aktual Th (a) Produksi Duga Th (b) Budget Produksi Th (c)
2009
2010
2011
2012
Tahun
Gambar 13 Perbandingan produksi aktual tahunan, produksi duga tahunanndan budget produksi PRLB IIa
Produktivitas (ton ha-1)
2 1.5 1 produksi duga 0.5
produksi aktual
0 2009 -0.5
2010
2011
2012
Tahun
Gambar 14 Perbandingan produksi duga dan aktual bulanan PRLB IIa Pelanggaran asumsi metode kuadrat terkecil (MKT) pada regresi linear berganda berupa multikolinearitas tidak terdapat pada peubah PRLB II dan IIa karena nilai variance inflation factor (VIF) peubah kurang dari 10 (Tabel 24). Nilai Durbin Watson pada PRLB II sebesar 0.743 dan 0.769 pada PRLB IIa menunjukkan tidak adanya pelanggaran MKT autokorelasi. Plot sisaan vs Y duga (Lampiran 11) tidak membentuk pola yang berarti tidak terdapat pelanggaran MKT heterokedastisitas pada PRLB II dan IIa.
40
Tabel 24 Nilai p-value, VIF, dan Durbin Watson pada persamaan regresi berganda II dan IIa PRLB II PRLB IIA Prediktor Koefisien P Koefisien P Konstanta 11 664.000 0.030 5.538000 0.300 Curah hujan (6 BSP) 0.008 0.984 0.000041 0.351 Suhu udara (24 BSP) -362.200 0.017 0.166830 0.064 0.347 Kelembaban udara (24 BSP) -32.030 0.014280 0.656 Kecepatan angin (6 BSP) -61.350 0.240 0.034160 0.973 Umur tanaman (0 BSP) 80.108 0.000 0.034160 0.000 Durbin Watson 0.743 0.769
linear VIF 1.8 1.4 1.6 1.9 2.0
Persamaan Regresi Linear Berganda III Persamaan regresi linear berganda yang ketiga merupakan kombinasi dari peubah umur tanaman (0 BSP), curah hujan (6 BSP), suhu udara (24 BSP), kelembaban udara (12 BSP), dan kecepatan angin (18 BSP). Persamaan yang diperoleh apabila produksi (ton) sebagai respon adalah sebagai berikut: Produksi = 5068 + 0.349 curah hujan (6 BSP) - 294 suhu udara (24 BSP) + 86.4 umur tanaman (0 BSP) + 16.2 kelembaban udara (12 BSP) - 1.7 kecepatan angin (18 BSP) Nilai p-value berdasarkan uji-F (Tabel 25) menyatakan bentuk persamaan regresi linear berganda III berpengaruh nyata terhadap produksi aktual pada taraf 5%. Perbandingan antara produksi aktual, produksi duga, rata-rata produksi aktual bulanan, rata-rata produksi duga bulanan dan budget produksi disajikan pada Tabel 26. Tabel 25 Sidik ragam untuk persamaan regresi linear berganda III dengan respon produksi (ton) Sumber Keragaman Regresi Galat Total
DB 5 39 44
JK 47 544 478 6 227 181 53 771 659
KT 9 508 896 159 671
F 59.55
P 0.000
Tabel 26 Hasil produksi duga pendugaan produksi PRLB III dengan respon produksi (ton) Tahun
Produksi aktual th (a)
Produksi duga th (b)
2009 2010 2011 2012
1 868.31 1 511.41 1 120.19 10 441.40 11 154.85 14 759.54 21 891.55 22 276.12 15 193.32 32 778.66 33 049.95 32 606.37 Keterangan: produksi aktual Th produksi duga Th
Budget produksi th (c)
Produksi Produksi Selisih Selisih Selisih aktual duga bln (1) (2) (3) bln (d) (e ) (%) (%) (%) 207.59 870.12 1 824.30 2 731.56
251.90 929.57 1 856.34 2 754.16
-19.10 6.83 1.76 0.83
-40.04 41.36 -30.60 -0.53
21.35 6.83 1.76 0.83
= hasil produksi kebun per tahun (ton) = hasil produksi dari persamaan regresi linear berganda per tahun (ton)
41
produksi aktual bln produksi duga bln budget produksi selisih 1 selisih 2 selisih 3
= rata-rata hasil produksi kebun per bulan = rata-rata hasil produksi dari persamaan regresi linear berganda per bulan (ton) = estimasi kebun per tahun (ton) = ((b-a) : a) x 100% = ((c-a) : a) x 100% = ((e-d) : d) x 100%
Pada nilai selisih PRLB III baik untuk pendugaan produksi tahunan maupun rata-rata produksi bulanan tidak mamanuhi toleransi pendugaan pada dua tahun awal produksi. Akan tetapi, pada tahun-tahun berkiutnya persentase selisih makin mendekati 0. Hal ini berarti persamaan dapat digunakan ketika produksi kelapa sawit mulai stabil atau dua tahun setelah produksi. Persamaan regresi linear berganda III belum dapat dikatakan tepat untuk meramalkan produksi kelapa sawit baik tahunan maupun rata-rata bulanan. Grafik perbandingan produksi antara produksi aktual, duga dan budget produksi (Gambar 15) menunjukkan pada tahun 2010 titik produksi antara aktual dan duga tidak berhimpit. Grafik perbandingan produksi aktual dan duga bulanan terdapat pada Gambar 16. Nilai R2 persamaan regresi linear berganda III adalah 87.8 yang berarti 87.8 % produksi dipengaruhi oleh variabel peubah PRLB III. 35000.00 Produksi (ton)
30000.00 25000.00 20000.00 Produksi Aktual Th (a)
15000.00
Produksi Duga Th (b)
10000.00
Budget Produksi Th (c)
5000.00 0.00 2009
2010
2011
2012
Tahun
Gambar 15 Perbandingan produksi aktual tahunan, produksi duga tahunan dan budget produksi PRLB III 5000
Produksi (ton)
4000 3000 produksi duga
2000
produksi aktual
1000 0 2009 -1000
2010
2011
2012
Tahun
Gambar 16 Perbandingan produksi duga dan aktual bulanan PRLB III
42
Peubah pada persamaan regresi linear berganda III juga dikombinasikan dengan produktivitas (ton ha-1) sebagai respon. Berikut adalah persamaan regresi linear berganda dengan produktivitas sebagai respon produksi: Produksi = 2.24 + 0.000135 curah hujan (6 BSP) - 0.145 suhu udara (24 BSP) + 0.0144 kelembaban udara (12 BSP) - 0.0118 kecepatan angin (18 BSP) + 0.0345 umur tanaman (0 BSP) Nilai p-value pada Tabel 27 menunjukkan bahwa uji-F pada persamaan regresi berganda III dengan respon produktivitas (PRLB IIIa) berpengaruh nyata pada taraf 5%. Perbandingan produksi aktual tahunan, produksi duga tahunan, rata-rata produksi aktual bulanan, rata-rata produksi duga bulanan dan budget produksi tersaji pada Tabel 28. Tabel 27 Sidik ragam untuk persamaan regresi linear berganda IIIa dengan respon produktivitas (ton ha-1) Sumber Keragaman DB JK KT F P Regresi 5 7.4044 1.4809 46.03 0.000 Galat 39 1.2547 0.0322 Total 44 8.6591 Tabel 28 Hasil produksi duga pendugaan produksi PRLB IIIa dengan respon produktivitas (ton ha-1) Tahun 2009 2010 2011 2012
Produksi Produksi Budget Produksi Produksi Selisih Selisih Selisih aktual th duga th produksi aktual duga bln (1) (2) (3) (a) (b) th (c) bln (d) (e ) (%) (%) (%) 1.68 4.55 9.32 13.76
1.12 5.17 9.51 13.93
Keterangan: produksi aktual Th produksi duga Th produksi aktual bln produksi duga bln budget produksi selisih 1 selisih 2 selisih 3
1.01 6.43 6.47 13.69
0.187 0.379 0.777 1.147
0.186 0.431 0.793 1.160
-33.65 13.68 2.03 1.21
-40.04 41.36 -30.60 -0.53
-0.48 13.68 2.03 1.21
= hasil produksi kebun per tahun (ton ha-1) = hasil produksi dari persamaan regresi linear berganda per tahun (ton ha-1) = rata-rata hasil produksi kebun per bulan = rata-rata hasil produksi dari persamaan regresi linear berganda per bulan (ton ha-1) = estimasi kebun per tahun (ton ha-1) = ((b-a) : a) x 100% = ((c-a) : a) x 100% = ((e-d) : d) x 100%
Pada PRLB IIIa selisih antara produktivitas aktual dan duga tahunan maupun antara rata-rata produktivitas aktual dan duga bulanan belum mencapai tingkat yang akurat. Produksi tahunan memiliki persentase selisih yang sama dan sesuai toleransi pendugaan kecuali pada tahun 2009 sampai 2010, yaitu 33.65% dan 13.68% untuk produksi tahunan. Pada rata-rata produksi bulanan, hanya selisih pada tahun 2010 (13.68%) yang tidak sesuai toleransi pendugaan. Persamaan regresi linear berganda IIIa belum tepat digunakan dalam pendugaan produksi kelapa sawit. Nilai R2 persamaan regresi linear berganda IIIa adalah 85.5 yang berarti 85.5 % produksi dipengaruhi oleh variabel peubah PRLB
43
Produktivitas (ton ha-1)
IIIa. Hasil pendugaan PRLB IIIa memiliki hasil seperti PRLB III yaitu tidak dapat digunakan pada dua tahun awal produksi. Pada Gambar 17 menunjukkan grafik perbandingan antar produksi aktual, duga dan budget tahunan maupun bulanan (Gambar 18). Pada grafik terlihat titik antara produksi aktual maupun duga tahunan tidak saling berhimpitan. 16.00 14.00 12.00 10.00 8.00 6.00 4.00 2.00 0.00
Produksi Aktual Th (a) Produksi Duga Th (b) Budget Produksi Th (c)
2009
2010
2011
2012
Tahun
Gambar 17 Perbandingan produksi aktual tahunan, produksi duga tahunan dan budget produksi PRLB IIIa
Produktivitas (ton ha-1)
2 1.5 1 produksi duga 0.5
produksi aktual
0 2009 -0.5
2010
2011
2012
Tahun
Gambar 18 Perbandingan produksi duga dan aktual bulanan PRLB IIIa Pelanggaran asumsi metode kuadrat terkecil (MKT) pada regresi linear berganda berupa multikolinearitas tidak terdapat pada peubah PRLB III dan IIIa karena nilai variance inflation factor (VIF) peubah kurang dari 10 (Tabel 29). Nilai Durbin Watson pada PRLB III dan PRLB IIIa sebesar 0.701 dan 0.721 menunjukkan tidak adanya pelanggaran MKT autokorelasi. Plot sisaan vs Y duga (Lampiran 11) tidak membentuk pola yang berarti tidak terdapat pelanggaran MKT heterokedastisitas pada PRLB III dan IIIa.
44
Tabel 29 Nilai p-value, VIF, dan Durbin Watson pada persamaan regresi linear berganda III dan IIIa Prediktor Konstanta Curah Hujan (6 BSP) Suhu Udara (24 BSP) Kelembaban Udara (12 BSP) Kecepatan Angin (18 BSP) Umur Tanaman (0 BSP) Durbin Watson
PRLB III Koefisien P 5 068.00 0.300 0.35 0.351 -294.20 0.064 16.21 0.656 -1.69 0.973 86.36 0.000 0.701
PRLB IIIa Koefisien P 2.242000 0.294 0.000135 0.410 -0.145380 0.037 0.014420 0.367 -0.011760 0.590 0.034494 0.000 0.721
VIF 1.3 1.4 1.2 1.4 1.9
Persamaan Regresi Linear Berganda IV Persamaan regresi linear berganda yang keempat merupakan kombinasi dari peubah umur tanaman (0 BSP), curah hujan (6 BSP), suhu udara (24 BSP), kelembaban udara (24 BSP), dan kecepatan angin (18 BSP). Persamaan yang diperoleh apabila produksi (ton) sebagai respon adalah sebagai berikut: Produksi = 11973 + 0.274 curah hujan (6 BSP) - 344 suhu udara (24 BSP) + 82.6 umur tanaman (0 BSP) - 48.5 kelembaban (24 BSP) + 1.0 kecepatan angin (18 BSP) Nilai p-value berdasarkan uji-F (Tabel 30) menyatakan bentuk persamaan regresi linear berganda IV berpengaruh nyata terhadap produksi aktual pada taraf 5%. Perbandingan antara produksi aktual tahunan, produksi duga tahunan, ratarata produksi aktual bulanan, rata-rata produksi duga bulanan dan budget produksi disajikan pada Tabel 31. Tabel 30 Sidik ragam untuk persamaan regresi linear berganda IV dengan respon produksi (ton) Sumber Keragaman Regresi Galat Total
DB 5 39 44
JK 47 544 478 6 227 181 53 771 659
KT 9 508 896 159 671
F 59.55
P 0.000
Tabel 31 Hasil produksi duga pendugaan produksi PRLB IV dengan respon produksi (ton) Tahun
Produksi aktual th (a)
Produksi duga th (b)
2009 2010 2011 2012
1 868.31 1 682.06 1 120.19 10 441.40 10 790.15 14 759.54 21 891.55 22 463.36 15 193.32 32 778.66 32 807.21 32 606.37 Keterangan: produksi aktual Th produksi duga Th
Budget produksi th (c)
Produksi aktual bln (d)
Produksi duga bln (e )
207.59 280.34 870.12 899.179 1 824.30 1 871.947 2 731.56 2 733.934
Selisih Selisih Selisih (1) (2) (3) (%) (%) (%) -9.97 3.34 2.61 0.09
-40.04 41.36 -30.60 -0.53
35.05 3.34 2.61 0.09
= hasil produksi kebun per tahun (ton) = hasil produksi dari persamaan regresi linear berganda per tahun (ton)
45
produksi aktual bln produksi duga bln budget produksi selisih 1 selisih 2 selisih 3
= rata-rata hasil produksi kebun per bulan = rata-rata hasil produksi dari persamaan regresi linear berganda per bulan (ton) = estimasi kebun per tahun (ton) = ((b-a) : a) x 100% = ((c-a) : a) x 100% = ((e-d) : d) x 100%
Selisih pada persamaan regresi linear berganda IV (PRLB IV) menunjukkan hasil yang serupa seperti PRLB III dan IIIa, yaitu tidak dapat digunakan pada dua tahun awal produksi. Rata-rata produksi per bulan pada tahun 2010-2012 pun menunjukkan persentase selisih yang sama seperti produksi tahunan. Persamaan regresi linear berganda IV memiliki nilai R2 persamaan regresi linear berganda IV adalah 88.4 yang berarti 88.4% produksi dipengaruhi oleh variabel peubah PRLB IV. Pada Gambar 19 menunjukkan grafik perbandingan antar produksi aktual tahunan, produksi duga tahunan dan budget produksi serta produksi duga dan aktual bulanan pada Gambar 20. Pada grafik tampak pada dua tahun awal titik produksi duga tidak saling berhimpit dengan produksi aktual, akan tetapi tahun berikutnya berada pada titik yang berdekatan. 35000.00 Produksi (ton)
30000.00 25000.00 20000.00
Produksi Aktual Th (a)
15000.00
Produksi Duga Th (b)
10000.00
Budget Produksi Th (c)
5000.00 0.00 2009
2010 2011 Tahun
2012
Gambar 19 Perbandingan produksi aktual tahunan, produksi duga tahunan dan budget produksi PRLB IV 5000
Produksi (ton)
4000 3000 2000
produksi duga produksi aktual
1000 0 2009 -1000
2010
2011
2012
Tahun
Gambar 20 Perbandingan produksi duga dan aktual bulanan PRLB IV
46
Peubah pada persamaan regresi linear berganda IV juga dikombinasikan dengan produktivitas (ton/ha) sebagai respon. Berikut adalah persamaan regresi linear berganda dengan produktivitas sebagai respon: Produksi = 6.04 + 0.000096 curah hujan (6 BSP) - 0.166 suhu udara (24 BSP) 0.0235 kelembaban (24 BSP) - 0.0090 kecepatan angin (18 BSP) + 0.0323 umur tanaman (0 BSP) Nilai p-value pada Tabel 32 menunjukkan bahwa uji-F pada persamaan regresi berganda IV dengan respon produktivitas (PRLB IVa) berpengaruh nyata pada taraf 5%. Perbandingan produksi aktual, produksi duga dan budget produksi tersaji pada Tabel 33. Tabel 32 Sidik ragam untuk persamaan regresi linear berganda IVa dengan respon produktivitas (ton ha-1) Sumber keragaman Regresi Galat Total
DB 5 39 44
JK 7.4044 1.2547 8.6591
KT 1.4809 0.0322
F 46.03
P 0.000
Tabel 33 Hasil produksi duga pendugaan produksi IVa dengan respon produktivitas (ton ha-1) Tahun 2009 2010 2011 2012
Produksi Produksi Budget Produksi Produksi Selisih Selisih Selisih aktual th duga th produksi aktual duga bln (1) (2) (3) (a) (b) th (c) bln (d) (e ) (%) (%) (%) 1.68 4.55 9.32 13.76
1.10 4.94 9.47 13.65
Keterangan: produksi aktual Th produksi duga Th produksi aktual bln produksi duga bln budget produksi selisih 1 selisih 2 selisih 3
1.01 6.43 6.47 13.69
0.187 0.379 0.777 1.147
0.183 0.412 0.789 1.138
-34.82 8.62 1.54 -0.76
-40.04 41.36 -30.60 -0.53
-2.23 8.62 1.54 -0.76
= hasil produksi kebun per tahun (ton atau ton ha-1) = hasil produksi dari persamaan regresi linear berganda per tahun (ton atau ton ha-1) = rata-rata hasil produksi kebun per bulan = rata-rata hasil produksi dari persamaan regresi linear berganda per bulan (ton atau ton ha-1) = estimasi kebun per tahun (ton atau ton ha-1) = ((b-a) : a) x 100% = ((c-a) : a) x 100% = ((e-d) : d) x 100%
Pada PRLB IVa selisih antara produktivitas aktual dan duga tahunan maupun antara rata-rata produktivitas aktual dan duga bulanan telah mencapai tingkat yang akurat terutama pada tahun 2011 dan 2012. Selisih duga bulanan telah mendekati nilai akurat walaupun pada tahun 2010 nilainya sebesar 8.62%. Persamaan regresi linear berganda IVa memiliki akurasi pendugaan yang tinggi. Pada Gambar 21 dan Gambar 22 menunjukkan grafik perbandingan antar produksi aktual, duga dan budget tahunan maupun bulanan. Produksi duga sudah mengikuti alur produksi aktual.
47
Produktivitas (ton ha-1)
16.00 14.00 12.00 10.00 8.00
Produksi Aktual Th (a)
6.00
Produksi Duga Th (b)
4.00
Budget Produksi Th (c)
2.00 0.00 2009
2010
2011
2012
Tahun
Gambar 21 Perbandingan produksi aktual tahunan, produksi duga tahunan dan budget produksi PRLB IVa
Produktivitas (ton ha-1)
2 1.5 1 produksi duga produksi aktual
0.5 0 2009 -0.5
2010
2011
2012
Tahun
Gambar 22 Perbandingan produksi duga dan aktual bulanan PRLB IVa Pelanggaran asumsi metode kuadrat terkecil (MKT) pada regresi linear berganda berupa multikolinearitas tidak terdapat pada peubah PRLB IV dan IVa (Tabel 34) karena nilai variance inflation factor (VIF) peubah kurang dari 10. Nilai Durbin Watson pada PRLB IV sebesar 0.687 menunjukkan tidak adanya pelanggaran MKT autokorelasi. Plot sisaan vs Y duga (Lampiran 11) tidak membentuk pola yang berarti tidak terdapat pelanggaran MKT heterokedastisitas pada PRLB IV dan IVa.
48
Tabel 34 Nilai p-value, VIF dan Durbin Watson pada persamaan regresi linear berganda IV dan IVa Prediktor Konstanta Curah Hujan (6 BSP) Suhu Udara (24 BSP) Kelembaban Udara (24 BSP) Kecepatan Angin (18 BSP) Umur Tanaman (0 BSP) Durbin Watson
PRLB IV Koefisien P 11 793.000 0.036 0.274 0.456 -343.900 0.031 -48.490 0.129 0.980 0.984 82.634 0.000 0.687
PRLB IVa Koefisien P 6.037000 0.016 0.000096 0.550 0.165550 0.018 0.023520 0.093 0.009020 0.667 0.032331 0.000 0.712
VIF 1.3 1.5 1.3 1.3 1.9
Pendugaan Produksi Penentuan model pendugaan produksi yang lebih sesuai untuk menduga produksi kelapa sawit adalah dengan merata-ratakan selisih produksi antara PRLB II vs IV dan PRLB IIa vs IVa. Rata-rata selisih produksi tahunan II (1.96%) dan IIa (10.63%) lebih kecil dan mendekati produksi aktual dibanding PRLB IV(4%) dan IVa (11.44%). Akan tetapi, untuk rata-rata produksi duga bulanan PRLB IV (10.27%) dan IV (3.29%) lebih kecil selisihnya dibanding PRLB II (14.69%) dan IIa (3.69%). Nilai koefisien determinasi PRLB II dan IIa lebih unggul dibanding IV dan IVa. Akan tetapi nilai tersebut tidak berbeda jauh selisihnya. Persamaan dengan produksi rata-rata duga bulanan paling mendekati adalah PRLB IV, sehingga persamaan tersebut adalah yang lebih unggul untuk menduga produksi kelapa sawit di Bangun Koling Estate. Persamaan regresi linear berganda IV (PRLB IV) merupakan persamaan paling sesuai untuk menduga produksi maupun produktivitas kelapa sawit baik tahunan maupun rata-rata bulanan dibandingkan dengan PRLB I, II dan III. Secara keseluruhan model (PRLB I-IV), model tidak dapat digunakan untuk menduga pada 3-4 bulan awal produksi kelapa sawit karena hasil rata-rata produksi duga bulanan menjadi bernilai negatif (Lampiran 10). Kondisi tersebut diduga disebabkan oleh belum stabilnya produksi kelapa sawit. Pelanggaran metode kuadrat terkecil berupa autokorelasi, heteroskedastisitas dan multikolinearitas tidak terjadi pada seluruh kombinasi persamaan regresi linear berganda baik dengan respon produksi (ton) maupun produktivitas (ton/ha). Selain itu, koefisien determinasi dari PRLB IV adalah sebesar 88.4% untuk respon produksi dan 86.2% untuk produktivitas. Pendugaan menggunakan model regresi linear telah dilakukan sebelumnya oleh Santosa et al. (2011) di PT. Ladangrumpun Suburabadi, Kalimantan Selatan. Hasil produksi duga menyatakan bahwa hasil produksi kelapa sawit dipengaruhi oleh variabel umur tanaman, penyinaran matahari 18 bulan sebelum panen (BSP), pupuk 18 BSP, defisit air 24 BSP dan hari hujan 18 BSP. Hasil produksi duga menunjukkan selisih berkisar antara 1%-18% dan pada persamaan tersebut masih terdapat autokorelasi positif. Hermantoro dan Purnawan (2009) menggunakan model artificial neural network (ANN) untuk memprediksi produksi kelapa sawit
49
di PT. Sawit Sumbermas, Kalimantan Tengah, dengan prediksi produksi menggunakan tujuh parameter, diantaraya curah hujan, ketinggian dari permukaan laut, kemiringan, umur tanaman, batuan, solum dan keasaman tanah. Model terbaik yang dihasilkan adalah model 7-3-1 dengan koefisien determinasi (R2) training dan testing sebesar 99.98% dan 89.01%. Persamaan regresi linear berganda IV memiliki potensi untuk menduga produksi pada wilayah Kabupaten Kotawaringin Timur dengan kondisi kultur teknis yang baik dan kondisi tanah serta kesesuaian lahan yang mendekati hingga serupa dengan Bangun Koling Estate. Hal ini disebabkan data iklim yang digunakan adalah data iklim yang berasal dari stasiun badan meteorologi, klimatologi dan gefisika di Kabupaten Sampit. Oleh sebab itu, penggunaan model regresi juga berpotensi pada wilayah dengan kondisi iklim yang sama. Persamaan regresi linear IV juga digunakan untuk menduga produksi di Bangun Koling Estate pada tahun 2013 (Tabel 35). Tabel 35 Pendugaaan produksi Bangun Koling Estate tahun 2013 Bulan
Curah Suhu Kelembaban hujan udara udara (6BSP) (24BSP) (24BSP) Januari 250.50 26.30 84.00 Februari 271.60 26.60 83.00 Maret 134.50 26.30 85.00 April 422.00 26.30 86.00 Mei 469.00 27.20 83.00 Juni 459.00 27.00 80.00 Juli 330.00 26.00 82.00 Agustus 624.00 26.40 80.00 September 466.00 26.60 82.00 Oktober 329.00 27.20 82.00 November 459.00 26.90 84.00 Desember 200.00 26.30 87.00 Keterangan : BSP = Bulan Sebelum Panen
Kecepatan angin (18BSP) 9.26 9.26 9.26 7.41 3.70 5.56 5.56 3.70 5.56 5.56 5.56 7.41
Umur tanaman (bulan) 56.00 57.00 58.00 59.00 60.00 61.00 62.00 63.00 64.00 65.00 66.00 67.00
Produksi duga (ton) 3555.30 3588.98 3640.21 3751.24 3678.91 3974.92 4269.18 4389.88 4265.24 4103.90 4228.32 4302.71
Produktivitas duga (ton ha-1) 1.45 1.46 1.48 1.53 1.52 1.64 1.78 1.84 1.76 1.68 1.73 1.75
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Kegiatan magang yang telah dilakukan meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman kerja baik aspek teknis maupun manajerial dalam pengelolaan kebun kelapa sawit. Mahasiswa dapat memahami aplikasi teori dan praktek lapang secara bersinergi untuk menghasilkan produksi kelapa sawit yang secara maksimal. Analisis faktor iklim dan kultur teknis menghasilkan bahwa peubah umur tanaman, curah hujan, suhu udara, kelembaban udara dan kecepatan angin berpengaruh nyata terhadap produksi kelapa sawit di Bangun Koling Estate. Umur tanaman (0 BSP), curah hujan (6 BSP), suhu udara (24 BSP), kelembaban udara (24 BSP) dan kecepatan angin (6 BSP) dalam persamaan linear berganda IV (PRLB IV) menghasilkan rata-rata produksi bulanan dan produksi duga tahunan
50
paling baik. Hasil pendugaan menggunakan respon produktivitas (PRLB IVa) juga dapat digunakan dalam meramalkan produktivitas kelapa sawit tahunan maupun rata-rata bulanan, akan tetapi tidak dapat digunakan pada awal tahun berproduksi. Saran Model pendugaan pada PRLB IV perlu diuji lanjut untuk tahun berikutnya dan pada wilayah yang lebih luas atau pengujian untuk kebun yang berada di sekitar kebun yang diuji. Selain itu, diperlukan data historis agronomi yang lebih lengkap sehingga koefisien determinasi lebih mendekati 100%.
DAFTAR PUSTAKA Asmoro D. 2007. Penilaian kesesuaian lahan. Di dalam: Buana L, Siahaan D, dan Putra SA, editor. Budidaya Kelapa Sawit : Kultur Teknis Kelapa Sawit. Sumatra Utara (ID): Pusat Penelitian Kelapa Sawit Indonesia. hlm 1-8. [BGA] Bumitama Gunajaya Agro. 2011. Pedoman Teknis Agronomi Kelapa Sawit. Jakarta (ID): BGA Group Plantations. Fauzi Y, Widyastuti YE, Satyawibawa I, Hartono R. 2008. Kelapa Sawit. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Harahap IY, Winarna, Sutarta ES. 2007. Produktivitas tanaman kelapa sawit tinjauan dari aspek tanah dan iklim. Di dalam: Darmosarkoro W, Sutarta ES, Winarna, editor. Lahan dan Pemupukan Kelapa Sawit. Medan (ID): Pusat Penelitian Kelapa Sawit. hlm 246-268. Hazriani R. 2004. Hubungan antara ketersediaan air tanah dengan produksi tandan buah kelapa sawit di area PT. Sinar Dinamika Kapuas I Kab. Sintang [tesis]. Bogor (ID): Sekolah Pascasarjana IPB. Hermantoro, Purnawan RW. 2009. Prediksi produksi kelapa sawit berdasarkan kualitas lahan menggunakan model artificial neural nerwork (ANN). Agroteknose.4(2):1-6. Irfanda, M. 2012. Kajian Faktor Agroekologi untuk Pendugaan Produksi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Sei Air Hitam Estate, PT Perdana Inti Sawit Perkasa, Kab.Rokan Hulu, Riau [skripsi]. Bogor (ID): IPB. [KPPU] Komisi Pengawasan dan Persaingan Usaha Republik Indonesia. 2008. Evaluasi Kebijakan Perkebunan Kelapa Sawit [internet]. www.kppu.go.id/box/positioning_paper/sawit.pdf. [diunduh 11 Maret 2012]. Mangunsoekarjo S, Tojib AT. 2008. Manajemen budidaya kelapa sawit. Di dalam: Mangoensoekarjo S, Semangun H. editor. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Yogyakarta (ID): UGM Press. Pahan, I. 2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit : Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Depok (ID): Penebar Swadaya. Rambe MK. 2009. Pendugaan hasil produksi minyak kelapa sawit pada PT Perkebunan Nusantara III (Persero), Sumatera Utara [skripsi]. Medan (ID): USU.
51
Santosa E, Sulistyo H, Dharmawan I. 2011. Pendugaan produksi kelapa sawit menggunakan peubah agroekologi di Kalimantan Selatan. J Agron Indonesia. 39(3):193-199. Santoso S. 2000. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Jakarta (ID): Elex Media Komputindo. Siregar HH, Darian NH, Hidayat TC, Darmosakoro, Harahap IY. 2006. Hujan sebagai Faktor Penting untuk Perkebunan Kelapa Sawit. Medan (ID): Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Sugiyono, Harahap IY, Winarta, Koedadin AD, Purba A, Purba P. 2007. Penilaian kesesuaian lahan. Di dalam: Buana L, Siahaan D, Adiputra S, editor. Budidaya Kelapa Sawit:Kultur Teknis Kelapa Sawit. Sumatera Utara (ID): Pusat Penelitian Kelapa Sawit Indonesia. hlm 73-76. Sulistyo H. 2010. Identifikasi parameter agronomi untuk pengembangan taksasi produksi kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Angsana Estate, PT. Ladang Rumpun Suburabadi Minamas Plantation, Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Sunarko. 2007. Budidaya dan Pengolahan Kelapa Sawit. Jakarta (ID): Agromedia Pustaka. Sutarta ES, Siregar HH, Harahap IY, Sugiyono, Rahutomo R. 2006. Kebijakan pemerintah dalam industri kelapa sawit. Di dalam: Latif S, editor. Potensi dan Peluang Investasi Industri Kelapa Sawit di Indonesia. Sumatera Utara (ID): Pusat Penelitian Kelapa Sawit Indonesia. hlm 9-23. Wahyono T. 2006. Kebijakan pemerintah dalam industri kelapa sawit Di dalam: Latif S, editor. Potensi dan Peluang Investasi Industri Kelapa Sawit di Indonesia. Sumatra Utara (ID): Pusat Penelitian Kelapa Sawit Indonesia. hlm 9-23. Walpole RE. 1995. Pengantar Statistika. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama.
52
53 Lampiran 1 Jurnal kegiatan magang Tanggal 11/02/2013 12/02/2013 13/02/2013 14/02/2013 15/02/2013 16/02/2013 17/02/2013 18/02/2013 19/02/2013 20/02/2013 21/02/2013 22/02/2013 23/02/2013 24/02/2013 25/02/2013 26/02/2013 27/02/2013 28/02/2013 01/03/2013 02/03/2013 03/03/2013 04/03/2013 05/03/2013 06/03/2013 07/03/2013 08/03/2013 09/03/2013
Jurnal Kegiatan Sebagai karyawan harian lepas/tetap di PT.Windu Nabatindo Abadi, Kebun Bangun Koling Estate Prestasi kerja Uraian kegiatan Lokasi Penulis Karyawan Standar kebun ………….……….…Satuan/HK…...………………. Pengumpulan data sekunder dan studi pustaka 7 jam 7 jam 7 jam Kantor Kebun Pengumpulan data sekunder dan studi pustaka 7 jam 7 jam 7 jam Kantor Kebun Pengumpulan data sekunder dan studi pustaka 7 jam 7 jam 7 jam Kantor Kebun Membantu pembuatan presentasi 7 jam 7 jam 7 jam Kantor Kebun Membantu pembuatan presentasi 7 jam 7 jam 7 jam Kantor Kebun Membantu pembuatan presentasi 7 jam 7 jam 7 jam Kantor Kebun Libur Orientasi kebun dan grading TBS 7 jam 7 jam 7 jam Kebun Div.I Blok L10-L15 Orientasi kebun dan pencarian orang hilang 7 jam 7 jam 7 jam Kebun Div.I Blok K-N Penguntilan pupuk 0.5 ton 3 ton 3 ton Gudang Pupuk Pemupukan (BMS) 0.5 Ha 3.5 Ha 3.5 Ha Kebun Div.III Blok L30-L32 Pemupukan (BMS) 0.5 Ha 3.5 Ha 3.5 Ha Kebun Div.III Blok L26 Aplikasi JJK dan Kunjungan ke PKS 1 ton 4.7 ton 4.7 ton Kebun Div II dan SAGM Libur Babat Gulma (terbas) 0.25 Ha 0.5 Ha 0.5 Ha Kebun Div II Blok M22 Aplikasi JJK 1 ton 4.7 ton 4.7 ton Kebun Div II Blok K17 Pemanenan 1 jjg 160 jjg 160 jjg Kebun Div II Blok K-L16 Rawat jalan 7 jam 7 jam 7 jam Kebun Div II Blok K21-22 Pemanenan 1 jjg 115 jjg 115 jjg Kebun Div IV Blok P24 Krani Divisi 7 jam 7 jam 7 jam Kantor Div II Libur Perawatan bibit 4 jam 7 jam 7 jam Rawat Bibit Membuat mal master block dan membantu 7 jam 7 jam 7 jam Kantor Kebun pembagian gaji pekerja Pemanenan 1 jjg 160 jjg 160 jjg Kebun Div II Blok L18 Penyemprotan Gulma (BSS) 0.5 Ha 3.5 Ha 3.5 Ha Kebun Div IV P24-26 Membuat mal nama blok dan membantu 7 jam 7 jam 7 jam Kantor Kebun dan Kantor pembagian gaji karyawan Divisi Merampungkan mal master block 7 jam 7 jam 7 jam Kantor Kebun
Pembimbing K.Ikhwan K.Ikhwan K.Ikhwan Herman W Herman W Herman W Betty Betty Yustina T Yustina T Yustina T Khatniati Khatniati Khatniati A. Muhel Khatniati A. Muhel Eka Susanti M.Naim M.Naim A. Muhel Marianus M.Naim M.Naim
53
54 54
Lampiran 1.Jurnal kegiatan magang
Tanggal 11/03/2013 12/03/2013 13/03/2013 14/03/2013 15/03/2013 16/03/2013 17/03/2013 18/03/2013 19/03/2013 20/03/2013 21/03/2013 22/03/2013 23/03/2013 24/03/2013 25/03/2013 26/03/2013 27/03/2013 28/03/2013 29/03/2013 30/03/2013 31/03/2013 01/04/2013 02/04/2013 03/04/2013
Jurnal Kegiatan sebagai pendamping mandor di PT.Windu Nabatindo Abadi, Kebun Bangun Koling Estate Prestasi kerja Jumlah HK Luas areal Uraian kegiatan Lokasi Lama kegiatan yang diawasi yang diawasi (jam) (orang) (ha) Pengawasan pemupukan 2 5 Gudang pupuk Libur Nyepi Pengawasan Pemupukan Divisi II Blok K24 9 32 7 dan L22 Mengikuti SPU (Strategic Production Unit) 7 Kantor Kebun Pengawasan Pemupukan Divisi IV Blok P246 21 5 26 Sakit Libur Pembuatan mal master block 7 Kantor Kebun Pembuatan mal master block 7 Kantor Kebun Pembuatan mal master block 7 Kantor Kebun Pembuatan mal master block 7 Kantor Kebun Pembuatan mal master block 7 Kantor Kebun Pembuatan mal master block 7 Kantor Kebun Libur Pembuatan mal master block 7 Kantor Kebun Pembuatan mal master block 7 Kantor Kebun Pembuatan mal master block 7 Kantor Kebun Pembuatan mal master block 7 Kantor Kebun Libur Kenaikan Isa Al Masih Pembuatan mal master block dan membantu Kantor Kebun 7 membuat rencana pengendalian lalang Libur Pendamping mandor I 3 7 Divisi II Pengawasan panen Divisi II Blok K06, 5 10 7 L18 Pengawasan perawatan 4 2 7 Divisi II Blok K16
Pembimbing Yustina T Yustina T
Yustina T M.Naim M.Naim M.Naim M.Naim M.Naim M.Naim M.Naim M.Naim M.Naim M.Naim M.Naim Ardi J Hari P Khatniati
55
Lampiran 1.Jurnal kegiatan magang
Tanggal 04/04/2013 05/04/2013 06/04/2013 07/04/2013 08/04/2013 09/04/2013 10/04/2013 11/04/2013 12/04/2013 13/04/2013 14/04/2013 15/04/2013 16/04/2013 17/04/2013 18/04/2013 19/04/2013 20/04/2013 21/04/2013
Jurnal Kegiatan sebagai pendamping mandor di PT.Windu Nabatindo Abadi, Kebun Bangun Koling Estate Prestasi kerja Jumlah HK Luas areal Lama Uraian kegiatan Lokasi yang diawasi yang diawasi kegiatan (jam) (orang) (ha) Pengawasan aplikasi JJK Pengawasan panen Pengawasan panen Libur Pengawasan semprot (chemist) Izin Pengawasan semprot (chemist) Pengawasan panen Pengawasan panen Quality check panen Libur Quality check pupuk Leaf Sampling Unit (LSU) Mengunjungi Departemen Riset BGA Mengunjungi Departemen Riset BGA Supervisi Black Bunch Census (BBC) Libur
Pembimbing
5 15 15
1 30 30
7 5 7
Divisi II Blok M21 Divisi I Blok L12 Divisi I Blok M08-N08
Khatniati Usik Usik
9 12 13 16 5
30 30 30 30 5
7 7 7 5 7
Divisi I Blok L12-L15
Marianus T K.Ikhwan Marianus T Usik Usik Bayu
6 2 0 0 0 3
21 60 0 0 0 30
7 5 7 7 0 7
Divisi I Blok M10-14 Divisi I Blok K10-11 Laboratorium Kantor Riset Kanwil, SBHE, BKLE Divisi III Blok M24
Divisi III Blok N24-N27 Divisi IV Blok P24-P26 Divisi I Blok M08-10 Divisi I Blok M11-12
Khatniati Wildan M Wildan M Wildan M Wildan M Wildan M
55
56
56
Lampiran 1 Jurnal kegiatan magang
Tanggal 22/04/2013 23/04/2013 24/04/2013 25/04/2013 26/04/2013 27/04/2013 28/04/2013 29/04/2013 30/04/2013 01/05/2013 02/05/2013 03/05/2013 04/05/2013 05/05/2013 06/05/2013 07/05/2013 08/05/2013 09/05/2013 10/05/2013 11/05/2013 12/05/2013 13/05/2013 14/05/2013 15/05/2013 16/05/2013
Jurnal Kegiatan sebagai pendamping asisten di PT.Windu Nabatindo Abadi, Kebun Bangun Koling Estate Prestasi kerja Jumlah mandor Luas areal yang Lama kegiatan Uraian kegiatan Lokasi yang diawasi diawasi (ha) (jam) (orang) Kerani divisi Kerani divisi Kerani divisi Kerani divisi Kerani divisi Kerani divisi Libur Kerani divisi Kerani divisi Kerani divisi Draft Skripsi Kerani divisi Kerani divisi Libur Draft Skripsi Draft Skripsi Draft Skripsi Libur Kenaikan Isa Al Masih Draft Skripsi Draft Skripsi Libur Pendamping Asisten Pendamping Asisten Pendamping Asisten Pendamping Asisten
Pembimbing
-
-
7 7 7 7 7 7
Kantor Divisi I Kantor Divisi I Kantor Divisi I Kantor Divisi I Kantor Divisi I Kantor Divisi I
Murni S Murni S Murni S Murni S Murni S Murni S
-
-
7 7 7 7 7 7
Kantor Divisi I Kantor Divisi I Kantor Divisi I Kantor Estate Kantor Divisi I Kantor Divisi I
Murni S Murni S Murni S Wildan M Murni S Murni S
-
-
7 7 7
Kantor Estate Kantor Estate Kantor Estate
Wildan M Wildan M Wildan M
-
-
7 7
Kantor Estate Kantor Estate
Wildan M Wildan M
-
-
7 7 7 7
Kantor Estate Kantor Estate Kantor Estate Kantor Estate
K.Ikhwan K.Ikhwan K.Ikhwan K.Ikhwan
57
Lampiran 1. Jurnal kegiatan magang
Tanggal
17/05/2013 18/05/2013 19/05/2013 20/05/2013 21/05/2013 22/05/2013 23/05/2013 24/05/2013 25/05/2013 26/05/2013 27/05/2013 28/05/2013 29/05/2013 30/05/2013 31/05/2013 01/06/2013 02/06/2013 03/06/2013 04/06/2013 05/06/2013 06/06/2013 07/06/2013 08/06/2013 09/06/2013 10/06/2013
Jurnal Kegiatan sebagai pendamping asisten di PT.Windu Nabatindo Abadi, Kebun Bangun Koling Estate Prestasi kerja Jumlah mandor Luas areal yang Lama kegiatan (jam) Uraian kegiatan Lokasi yang diawasi diawasi (ha) (orang) Pendamping Asisten Pendamping Asisten Libur Pendamping Asisten Pendamping Asisten Pendamping Asisten Pendamping Asisten Pendamping Asisten Libur Waisak Libur Pengumpulan data sekunder Pengumpulan data sekunder Pengumpulan data sekunder Draft Skripsi Draft Skripsi Draft Skripsi Libur Pengumpulan data sekunder Pengumpulan data sekunder Pengumpulan data sekunder Libur Isra Miraj Draft Skripsi Draft Skripsi Libur Kembali ke Bogor
Pembimbing
-
-
7 7
Kantor Estate Kantor Estate
K.Ikhwan K.Ikhwan
-
-
7 7 7 7 7
Kantor Estate Kantor Estate Kantor Estate Kantor Estate Kantor Estate
K.Ikhwan K.Ikhwan K.Ikhwan K.Ikhwan K.Ikhwan
-
-
7 7 7 7 7 7
Kantor Estate Kantor Estate Kantor Estate Kantor Estate Kantor Estate Kantor Estate
K.Ikhwan K.Ikhwan K.Ikhwan K.Ikhwan K.Ikhwan K.Ikhwan
-
-
7 7 7
Kantor Estate Kantor Estate Kantor Estate
K.Ikhwan K.Ikhwan K.Ikhwan
-
-
7 7
Kantor Estate Kantor Estate
K.Ikhwan K.Ikhwan
57
58
58
Lampiran 2 Produksi kelapa sawit di Bangun Koling Estate 2009-2012 2009 Bulan
Jumlah TBS (jjg)
Tonase (kg)
2010 BJR (kg jjg-1)
Produktivitas (kg ha-1)
Jumlah TBS (jjg)
Tonase (kg)
BJR (kg jjg-1)
Produktivitas (kg ha-1)
Jan
0
0
0.00
0.00
114 735
453 530
3.95
197.57
Feb
0
0
0.00
0.00
94 815
368 440
3.89
160.51
Mar
0
0
0.00
0.00
122 525
461 840
3.77
201.19
Apr
7 723
20 610
2.67
18.56
157 863
624 200
3.95
271.92
Mei
19 980
60 730
3.04
54.68
170 416
684 070
4.01
298.00
Jun
23 509
86 830
3.69
78.18
166 893
652 820
3.91
284.39
Jul
35 562
134 740
3.79
121.31
199 519
772 400
3.87
336.48
Ags
47 410
184 930
3.90
166.50
289 309
1 207 140
4.17
525.87
Sept
66 131
267 310
4.04
240.67
246 859
1 037 090
4.20
451.79
Okt
74 321
310 140
4.17
279.23
339 116
1 351 470
3.99
588.75
Nov
88 248
375 730
4.26
338.29
311 313
1 361 070
4.37
592.93
Des
108 100
427 290
3.95
384.71
330 847
1 467 330
4.44
639.22
Jumlah
470 984
1 868 310
3.97
1 682.12
2 544 210
10 441 400
4.10
4 548.64
59
Lampiran 2 Produksi kelapa sawit di Bangun Koling Estate 2009-2012 (Lanjutan) 2011 Bulan
Jumlah TBS (jjg)
Jan
323 841
1 418 740
4.38
Tonase (kg)
BJR (kg jjg-1)
2012 Produktivitas (kg ha-1)
Jumlah TBS (jjg)
Tonase (kg)
BJR (kg jjg-1)
Produktivitas (kg ha-1)
604.32
389 084
18 87 490
4.85
792.30
Feb
238 116
1 134 310
4.76
483.17
312 105
17 30 110
5.54
726.24
Mar
315 555
1 479 090
4.69
630.03
365 814
19 26 420
5.27
808.64
Apr
366 492
1 713 460
4.68
729.86
359 877
19 30 120
5.36
810.20
Mei
411 552
1 911 400
4.64
814.17
372 782
23 16 450
6.21
972.36
Jun
363 158
1 739 470
4.79
740.94
305 366
18 50 320
6.06
776.70
Jul
416 705
1 970 910
4.73
839.52
350 435
22 32 630
6.37
937.18
Ags
390 904
1 909 970
4.89
813.56
427 259
27 01 730
6.32
1 134.09
Sept
439 957
2 115 930
4.81
901.29
644 538
40 09 270
6.22
1 682.95
Okt
416 148
2 075 550
4.99
884.09
667 867
44 10 590
6.60
1 851.41
Nov
427 177
2 111 380
4.94
899.36
576 315
39 50 430
6.85
1 658.25
Des
506 155
2 311 340
4.57
984.53
511 239
38 33 100
7.50
1 609.00
4 615 760
21 891 550
4.74
9 324.84
5 282 681
32 778 660
6.20
13 759.31
Jumlah
59
60
Lampiran 3 Data curah hujan Bangun Koling Estate Tahun 2007-2012 BULAN Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jumlah Rataan Bulanan
HH 13 16 15 19 10 14 12 6 1 13 12 19 150
2007 CH (mm) 232.6 467.9 349.5 698.0 201.6 162.5 235.9 680.0 12.0 489.0 327.0 382.0 4 238.00
13
353.17
HH 13 11 13 14 7 9 13 17 12 18 18 22 167
2008 CH (mm) 484.0 511.0 404.0 469.5 145.5 277.5 119.0 439.8 271.0 615.0 362.5 369.5 4 468.30
14
372.36
BK 1 BB 11 Sumber : Kantor Kebun Bangun Koling Estate
Keterangan : HH = Hari Hujan CH = Curah Hujan BB = Bulan Basah (>100 mm/bulan) BK = Bulan Kering (<60 mm/bulan
0 12
HH 14 13 18 14 10 7 6 1 2 10 20 22 137
2009 CH (mm) 298.25 246 800.5 558 293 245 242 17 26 544 546.5 850.8 4 667.05
HH 16 13 16 11 15 18 15 12 13 16 18 12 175
11
388.92
15
2 10
Rata-Rata BB = 10.83 bulan Rata-Rata BK = 1.17 bulan
2010 CH (mm) 471 285.5 318.5 198.5 437.1 464.75 414.75 201 532.25 427.75 404.25 363.75 4 519.10 376.59 0 12
HH 14 6 10 12 8 6 4 2 4 8 9 11 94
2011 CH (mm) 415.75 292 233.75 373 208.5 105 81 8.5 62.75 233.5 342 249.25 2 605.00
134
156 134.5 206.35 302 97.5 250.5 271.6 134.5 422 469 459 3 012.95
8
217.08
11
251.08
3 9
Q=
x 100 =
Tipe Iklim A = Sangat Basah
HH 9 14 11 16 12 4 12 7 5 12 15 17
2012 CH (mm) 110
1 11
x 100 = 10.77
3
Lampiran 4 Data kecepatan angin, kelembaban udara, penyinaran matahari dan suhu 2007-2012 Stasiun BMKG Sampit, Kalimantan Tengah 2007
2008
Bulan
Suhu (0C)
Kelembaban (%)
Penyinaran Matahari (%)
Kec.angin (km jam-1)
Suhu (0C)
Kelembaban (%)
Penyinaran Matahari (%)
Jan
26.50
85.00
62.00
5.556
26.80
82.00
52.00
Feb
26.40
86.00
49.00
5.556
26.50
85.00
Mar
26.70
84.00
55.00
5.556
26.20
Apr
26.80
87.00
47.00
3.704
26.60
Mei
27.30
84.00
66.00
5.556
Jun
26.70
86.00
59.00
2009 Suhu (0C)
Kelembaban (%)
Penyinaran Matahari (%)
7.408
26.50
85.00
38.00
7.408
41.00
9.26
26.50
84.00
49.00
7.408
90.00
48.00
5.556
26.70
85.00
52.00
5.556
88.00
61.00
5.556
27.20
85.00
54.00
7.408
26.70
86.00
72.00
7.408
27.50
83.00
69.00
5.556
5.556
26.50
84.00
65.00
7.408
27.20
82.00
69.00
7.408
Kec.angin (km jam-1)
Kec.angin (km jam-1)
Jul
26.30
85.00
0.00
7.408
26.00
85.00
52.00
9.26
26.30
82.00
76.00
9.26
Ags
26.00
83.00
61.00
7.408
26.40
84.00
65.00
9.26
26.90
80.00
69.00
9.26
Sept
26.40
83.00
71.00
7.408
26.80
85.00
66.00
9.26
27.30
80.00
43.00
11.112
Okt
26.60
85.00
62.00
7.408
27.00
85.00
46.00
7.408
27.00
83.00
57.00
7.408
Nov
26.60
85.00
60.00
7.408
27.00
86.00
52.00
5.556
27.10
84.00
51.00
7.408
Des
26.40
86.00
29.00
7.408
26.10
88.00
22.00
7.408
26.80
86.00
46.00
7.408
61
62 Lampiran 4 Data kecepatan angin, kelembaban udara, penyinaran matahari dan suhu 2007-2012 Stasiun BMKG Sampit, Kalimantan Tengah (Lamjutan) 2010
2011
Bulan
Suhu (0C)
Kelembaban (%)
Penyinaran Matahari (%)
Jan
26.70
84.00
37.00
Feb
27.50
82.00
Mar
27.10
Kec.angin (km jam-1)
2012
Penyinaran Kec.angin Matahari (km jam-1) (%)
Suhu (0C)
Kelembaban (%)
7.408
26.30
84.00
42.00
37.00
7.408
26.60
83.00
84.00
47.00
7.408
26.30
Penyinaran Kec.angin Matahari (km jam-1) (%)
Suhu (0C)
Kelembaban (%)
5.556
26.40
85.00
49.00
5.556
44.00
5.556
26.40
85.00
46.00
3.704
85.00
57.00
5.556
26.50
84.00
45.00
5.556
Apr
27.60
84.00
11.00
7.408
26.30
86.00
61.00
5.556
27.40
83.00
61.00
5.556
Mei
28.40
84.00
68.00
5.556
27.20
83.00
74.00
5.556
27.10
82.00
57.00
5.556
Jun
27.90
84.00
54.00
5.556
27.00
80.00
80.00
9.26
26.80
82.00
72.00
7.408
Jul
26.80
85.00
69.00
5.556
26.00
82.00
78.00
9.26
25.80
85.00
55.00
7.408
Ags
26.80
85.00
74.00
5.556
26.40
80.00
70.00
9.26
26.30
81.00
70.00
11.112
Sept
26.90
85.00
50.00
5.556
26.60
82.00
61.00
9.26
26.40
80.00
69.00
9.26
Okt
26.90
83.00
70.00
5.556
27.20
82.00
68.00
7.408
27.40
80.00
64.00
7.408
Nov
26.90
85.00
56.00
5.556
26.90
84.00
59.00
3.704
27.30
84.00
51.00
5.556
Des
26.50
82.00
55.00
5.556
26.30
87.00
42.00
5.556
26.80
87.00
20.00
3.704
5
Lampiran 5 Pemupukan di Bangun Koling Estate Tahun 2009-2012 Jenis pupuk Agroblend Chelated Zincopper Dolomit Guano HGFB Kieserit MOP NPK 12 NPK 15 Palmo 14 Palmo 16 Rock Phosphat Urea Julmah Persentase (%)
Rencana 0.00 1575.00 67114.00 219401.15 20045.29 0.00 131097.41 692942.80 65961.50 0.00 0.00 0.00 120491.46 1318628.60 73.05
2009 Realisasi 0.00 3754.48 42950.00 233855.86 11223.35 0.00 131231.50 340867.00 85095.70 0.00 0.00 0.00 114282.00 963259.89
Rencana 1264.20 31612.07 0.00 714129.00 47061.73 210390.79 412034.64 84479.28 0.00 409343.17 7643.58 0.00 275199.63 2193158.08 102.99
2010 Realisasi 6419.20 31671.15 0.00 755139.30 46532.52 210377.00 420460.00 81180.00 2121.60 421285.70 5996.00 0.00 277557.00 2258739.47
Rencana 0.00 35410.00 0.00 0.00 64345.00 261754.00 0.00 17379.00 0.00 570957.00 9952.00 642055.00 358245.00 1960097.00 94.22
2011 Realisasi 0.00 23387.00 0.00 0.00 62870.00 261251.00 0.00 7181.00 4080.00 8704.00 480230.00 659107.00 340041.00 1846851.00
Rencana 0.00 33423.75 0.00 0.00 65369.24 289507.51 279019.36 20031.00 19867.50 725008.57 7092.80 666324.14 216771.06 2322414.94 100.08
2012 Realisasi 2216.97 18689.17 0.00 0.00 63748.80 294712.00 290517.00 2100.00 40800.00 677315.00 36460.00 683518.20 214117.00 2324194.14
63
64
Lampiran 6 Data defisit air di Bangun Koling Estate 2007-2012 Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
2007 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2008 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Defisit Air (mm) 2009 2010 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 57 0 0 0 0 0 0 0
2011 0 0 0 0 0 0 0 55.5 87.3 0 0 0
2012 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
7
Lampiran 7 Peta areal statement Bangun Koling Estate
65
66
Lampiran 8 Peta sebaran tanah di Bangun Koling estate
9
Lampiran 9 Struktur organisasi Bangun Koling Estate
67
68
Lampiran 10 Produksi duga tahun 2009 persamaan regresi linear berganda I, Ia, II, IIa, III, IIIa, IV dan IVa Bulan April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
PRLB I -301.716 -269.886 -178.342 53.684 228.131 348.041 208.237 468.858 485.449
PRLB Ia -0.034 -0.016 -0.001 0.116 0.185 0.217 0.149 0.297 0.313
PRLB II -390.431 -283.638 -163.995 92.335 344.617 398.066 226.113 417.806 424.209
PRLB IIa -0.114 -0.050 -0.010 0.105 0.217 0.222 0.138 0.244 0.233
PRLB III -233.159 -414.281 -181.438 13.896 150.912 335.729 278.697 285.663 446.511
PRLB IIIa -0.004 -0.105 -0.011 0.086 0.121 0.231 0.203 0.195 0.280
PRLB IV -381.182 -394.267 -200.349 48.828 319.164 412.393 262.748 274.590 364.338
PRLB IVa -0.106 -0.110 -0.024 0.091 0.198 0.251 0.180 0.170 0.207
1
69
Lampiran 11 Plot sisaan vs Y duga persamaan regresi linear berganda (PRLB) I, Ia, II, IIa, III, IIIa, IV, IVa Plot sisaan vs Y duga
Plot sisaan vs Y duga
1500
0.6 0.5
1000
0.4 0.3 Sisaan
Sisaan
500
0
0.2 0.1 0.0 -0.1
-500
-0.2 -0.3
-1000 -500
0
500
1000
1500 Y duga
2000
2500
3000
3500
0.0
0.2
0.4
PRLB I
0.6
0.8 Y duga
1.0
1.2
1.4
1.6
PRLB Ia
Plot sisaan vs Y duga
Plot sisaan vs Y duga 0.5
1000 0.4 0.3 500 Sisaan
Sisaan
0.2
0
0.1 0.0 -0.1
-500
-0.2 -0.3 -500
0
500
1000
1500 Y duga
2000
2500
3000
3500
0.00
0.25
PRLB II
0.50
0.75 Y duga
1.00
1.25
1.50
PRLB IIa Plot sisaan vs Y duga
Plot sisaan vs Y duga 0.6
1500
0.5 0.4
1000
Sisaan
Sisaan
0.3 500
0.2 0.1 0.0
0
-0.1 -0.2
-500
-0.3 0
1000
2000 Y duga
3000
0.00
4000
0.25
PRLB III
0.50
0.75 Y duga
1.00
1.25
1.50
PRLB IIIa
Plot sisaan vs Y duga
Plot sisaan vs Y duga 0.5
1000
0.4 0.3
500 Sisaan
Sisaan
0.2
0
0.1 0.0 -0.1
-500
-0.2 -0.3 -500
0
500
1000
1500 Y duga
2000
PRLB IV
2500
3000
3500
0.0
0.2
0.4
0.6 Y duga
0.8
PRLB IVa
1.0
1.2
1.4
70
70 71
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Annisa, merupakan anak kedua dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Effendi Kemek dan Ibu Aminah. Penulis dilahirkan di Kota Bekasi, Provinsi Jawa Barat pada tanggal 14 Februari 1991. Penulis lulus dari TK Islam Al-Fajar pada tahun 1996 lalu melanjutkan pendidikan di SDN Kota Baru IX dan lulus pada tahun 2003. Kemudian pada tahun 2006 menyelesaikan studi di SMPN 13 Bekasi. Pada tahun 2009 penulis lulus dari SMAN 4 Bekasi. Pada tahun 2009 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) dan menyelesaikan tahun pertama di Tingkat Persiapan Bersama (TPB). Tahun 2010 penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam berbagai kepanitiaan yang diselenggarakan di lingkungan IPB seperti Panitia Pemilihan Raya (PPR) Fakultas Pertanian (Faperta) IPB tahun 2010 dan 2011, Faperta Forty Six Day (Fox Day) 2010 Faperta IPB, Agrosportment 2011 Himpunan Mahasiswa Agronomi (Himagron) IPB, Gebyar Pertanian 2011 Faperta IPB, IPB Art Contest (IAC) 2012 IPB. Penulis pernah menjadi juara I sprint putri tingkat Fakultas Pertanian tahun 2011 dan berartisipasi dalam olimpiade mahasiswa IPB (OMI) cabang lomba sprint tahun 2011 dan estafet tahun 2012. Selain itu, Penulis pernah bertanggung jawab sebagai Asisten Praktikum MK. Dasar-Dasar Agronomi tahun 2012 dan 2013.