PENGENDALIAN GULMA PADA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN BANGUN KOLING PT WINDU NABATINDO ABADI
BUDI YADHIKA SARJONO
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengendalian Gulma pada Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Bangun Koling PT Windu Nabatindo Abadi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Desember 2014 Budi Yadhika Sarjono NIM A24100003
ABSTRAK BUDI YADHIKA SARJONO. Pengendalian Gulma pada Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Bangun Koling PT Windu Nabatindo Abadi. Dibimbing oleh SOFYAN ZAMAN. Magang ini dilaksanakan di Bangun Koling Estate (BKLE) PT Windu Nabatindo Abadi (WNA) dari Maret sampai Juni 2014. Tujuan kegiatan ini adalah menambah pemahaman, keterampilan, dan pengalaman tentang usaha perkebunan kelapa sawit secara umum dan pengendalian gulma pada perkebunan kelapa sawit secara khusus. Data dan informasi dikumpulkan dengan metode langsung dan tidak langsung. Penulis mengamati dominansi gulma di pasar pikul BKLE dengan parameter pengamatan yang terdiri atas spesies, frekuensi, kerapatan, dan bobot basah biomassa. Pengamatan lain adalah gejala kerusakan penyemprotan kentosan 4 minggu setelah aplikasi. Data penilaian gulma dianalisis dengan menggunakan analisis nisbah jumlah dominansi (NJD), sedangkan penyemprotan kentosan dianalisis secara deskriptif. Pasar pikul BKLE didominasi oleh Nephrolepis biserrata, Ageratum conyzoides, Cyperus rotundus, dan Digitaria adscendens. Penyemprotan kentosan menyebabkan banyak kentosan yang mengalami kematian namun masih ada yang tetap tumbuh.
Kata kunci: dominansi gulma, kerusakan kentosan, nisbah jumlah dominansi, pasar pikul, piringan
ABSTRACT BUDI YADHIKA SARJONO. Weed Control of Oil Palm Plantation (Elaeis guineensis Jacq.) in Bangun Koling Estate of PT Windu Nabatindo Abadi. Supervised by SOFYAN ZAMAN. This intership was conducted at Bangun Koling Estate (BKLE) of PT Windu Nabatindo Abadi (WNA) from March to June 2014. The aim of this activity were to improve knowledge, skill, and experience about oil palm plantation in general and specifically about weed control of oil palm plantation. Collection of data and information was carried out by direct and indirect methods. The author observed weed domination in harvester path of BKLE with observation parameter consisting of species, frecuency, density, and biomass wet weight. Another observation was the damage symptom of voluntary oil palm seedlings (VOPs) spraying in the circle 4 weeks after application. The output of weed domination observation was analyzed with Summed Dominance Ratio (SDR), while VOPs spraying was analyzed descriptively. The harvester path of BKLE was dominated by Nephrolepis biserrata, Ageratum conyzoides, Cyperus rotundus, and Digitaria adscendens. VOPs spraying caused many VOPs dead but few keep growing. Key words: circle, harvester path, summed dominance ratio, VOPs damage, weed domination
2
PENGENDALIAN GULMA PADA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN BANGUN KOLING PT WINDU NABATINDO ABADI
BUDI YADHIKA SARJONO
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Agronomi dan Hortikultura
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
3
4
Judul Skripsi :Pengendalian Gulma pada Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Bangun Koling PT Windu Nabatindo Abadi Nama : Budi Yadhika Sarjono NIM : A24100003
Disetujui oleh
Ir Sofyan Zaman, MP Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Agus Purwito, MScAgr Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
5
PRAKATA
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melindungi dan melimpahkan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengendalian Gulma pada Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Bangun Koling PT Windu Nabatindo Abadi”. Skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian dan lulus di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini merupakan laporan hasil magang yang dilaksanakan selama empat bulan di perkebunan kelapa sawit Kebun Bangun Koling, PT Windu Nabatindo Abadi. Penulis mengucapkan terima kasih kepada keluarga penulis, Bapak Ir Sarjono Damanik, Ibu Rosnilawaty Alifia, Suci Aripurnami, dan Devita Sandra M. atas doa dan dukungan yang diberikan kepada penulis; Bapak Ir Sofyan Zaman, MP selaku dosen pembimbing skripsi dan Bapak Dr Ir Ahmad Junaedi, MSi selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan dan saran dalam proses magang dan akademik sampai dengan penyusunan skripsi ini; Bapak Dr Ir Herdhata Agusta dan Bapak Dr Willy Bayuardi Suwarno, SP MSi selaku dosen penguji. Keluarga besar Kebun Bangun Koling PT Windu Nabatindo Abadi, terutama Bapak Syahbudin selaku Manajer Kebun dan Bapak Gunawan Setiaji selaku Asisten Divisi 2 BKLE yang telah memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis. Teman-teman Agronomi dan Hortikultura angkatan 47 beserta semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam skripsi ini. Penulis amat senang menerima kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.
Bogor, Desember 2014 Budi Yadhika Sarjono
6
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Kelapa Sawit Gulma pada Perkebunan Kelapa Sawit Pengendalian Gulma METODE MAGANG Tempat dan Waktu Metode Pelaksanaan Pengamatan dan Pengumpulan Data Analisis Data dan Informasi KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG Letak Geografis dan Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah Luas Areal dan Tata Guna Lahan Keadaan Tanaman dan Produksi Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Aspek Manajerial HASIL DAN PEMBAHASAN Dominansi Gulma Teknik Pengendalian Gulma Faktor Penentu Keberhasilan Pengendalian Gulma Estimasi Biaya Pengendalian Gulma SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
vii viii viii 1 1 2 2 2 3 4 4 4 5 6 6 7 7 7 8 8 9 10 10 17 19 19 22 26 28 28 28 29 29 30 39
DAFTAR TABEL 1 Luas areal kebun dan tata guna lahan di BKLE 2 Populasi tanaman per tahun tanam di BKLE 3 Produksi dan produktivitas TBS BKLE tahun 2009-2013
8 9 9
7
4 Status dan jumlah karyawan BKLE tahun 2014 5 Nisbah jumlah dominansi gulma per tahun tanam 6 Nilai koefisien komunitas berdasarkan analisis vegetasi dari dua komunitas yang berbeda 7 Rekap anggaran biaya pengendalian gulma BKLE tahun 2014
10 20 21 28
DAFTAR GAMBAR 1 Kegiatan penyemprotan piringan, pasar pikul, & TPH 12 2 Rute atau jalur penyemprotan piringan, pasar pikul, dan TPH 13 15 3 Kegiatan penaburan pupuk rock phosphate 4 Kegiatan panen dengan dodos 17 5 Dendrogram jarak ketidaksamaan gulma berdasarkan analisis gerombol 22 6 Hasil semprot kentosan 4 minggu setelah aplikasi 26
DAFTAR LAMPIRAN 1 Peta Bangun Koling Estate, PT Windu Nabatindo Abadi 2 Data curah hujan 2009-2013 Bangun Koling Estate, PT Windu Nabatindo Abadi 3 Struktur organisasi Bangun Koling Estate, PT Windu Nabatindo Abadi 4 Jurnal harian sebagai karyawan harian lepas di Bangun Koling Estate, PT Windu Nabatindo Abadi 5 Rekomendasi dosis pupuk tahun 2014 di BKLE 6 Jurnal harian sebagai pendamping mandor di Bangun Koling Estate, PT Windu Nabatindo Abadi 7 Jurnal harian sebagai pendamping asisten di Bangun Koling Estate, PT Windu Nabatindo Abadi
31 32 33 34 35 36 37
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman kelapa sawit merupakan salah satu tanaman penghasil minyak nabati unggulan dan berpengaruh besar bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Indonesia memiliki potensi yang tinggi dalam memproduksi minyak kelapa sawit (MKS) karena Indonesia memiliki keunggulan komparatif berupa mikroklimat yang optimal untuk pertumbuhan tanaman kelapa sawit. Tingginya pertumbuhan industri kelapa sawit di Indonesia berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja dan penambahan devisa negara. Peningkatan pendapatan domestik bruto dan pertumbuhan penduduk dunia mengakibatkan peningkatan kebutuhan minyak nabati dunia. Minyak kelapa sawit, sebagai salah satu minyak nabati unggulan, merupakan bahan baku utama pembuatan minyak goreng pada industri minyak goreng dan bahan baku oleochemical utama pada industri makanan, industri shortening, dan industri farmasi (kosmetik), sehingga MKS memiliki nilai yang strategis. Data dari Kementrian Perindustrian (2012) menunjukkan bahwa penggunaan komoditi minyak kelapa sawit telah menduduki posisi tertinggi dalam pasar minyak nabati dunia sejak tahun 2004 yaitu mencapai sekitar 30 juta ton dengan pertumbuhan rata-rata 8% per tahun. Tingginya permintaan akan minyak kelapa sawit di dalam dan luar negeri merupakan indikasi pentingnya produksi minyak kelapa sawit yang optimal. Indonesia sebagai salah satu produsen MKS terbesar di dunia terus berusaha mempertahankan dan meningkatkan produksinya. Usaha ini terlihat dari peningkatan luas areal dan produktivitas perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Data dari Direktorat Jendral Perkebunan (2012) menunjukkan bahwa terjadi peningkatan luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia, dari 8 992 824 ha pada tahun 2011 menjadi 9 074 621 ha pada tahun 2012 dan terus meningkat. Produktivitas MKS adalah 3.53 ton/ha pada tahun 2011 dan meningkat menjadi 3.57 ton/ha pada tahun 2012. Tingginya pertumbuhan industri kelapa sawit merupakan hal positif yang perlu dipertahankan dan ditingkatkan lagi. Usaha untuk mempertahankan dan meningkatkan produktivitas tanaman dapat dilakukan melalui kegiatan pemeliharaan yang tepat. Salah satu unsur pemeliharaan kebun kelapa sawit pada periode tanaman menghasilkan (TM) adalah pengendalian gulma. Kehadiran gulma di perkebunan kelapa sawit dapat mengakibatkan penurunan kuantitas dan kualitas produksi tandan buah segar (TBS), gangguan terhadap pertumbuhan tanaman, peningkatan serangan hama dan penyakit, gangguan tata guna air, dan secara umum akan meningkatkan peningkatan biaya usaha tani (Pahan 2006). Pengendalian gulma menjadi topic penting yang penulis pilih untuk diamati sebagai bahan kajian tugas akhir magang karena pengendalian gulma memiliki pengaruh yang besar terhadap produksi TBS tanaman kelapa sawit.
2
Tujuan Tujuan umum kegiatan magang ini adalah meningkatkan pemamaham proses kerja secara nyata, meningkatkan kemampuan teknis lapangan, meningkatkan kemampuan manajerial dan analisis kegiatan di lapangan perkebunan kelapa sawit. Tujuan khusus kegiatan magang ini adalah meningkatkan pemahaman, keterampilan, dan pengalaman tentang pemeliharaan tanaman kelapa sawit terutama pengendalian gulma yang terdiri dari dominansi gulma, teknik pengendalian gulma, faktor penentu keberhasilan pengendalian gulma, dan estimasi biaya pengendalian gulma.
TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Kelapa Sawit Menurut Pahan (2006), dalam dunia botani, semua tumbuhan diklasifikasikan untuk memudahkan dalam identifikasi secara ilmiah. Metode pemberian nama ilmiah (Latin) ini dikembangkan oleh Carolus Linnaeus. Tanaman kelapa sawit diklasifikasikan sebagai berikut. Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermae : Monocotyledonae Ordo Famili : Arecaceae (dahulu disebut Palmae) Subfamili : Cocoideae Genus : Elaeis Spesies : 1. E. guineensis Jacq. : 2. E. oleifera (H.B.K) Cortes : 3. E. odora Tanaman kelapa sawit menghasilkan buah yang disebut tandan buah segar (TBS). Menurut Corley (2003) produktivitas tandan kelapa sawit meningkat dengan cepat dan mencapai maksimum pada umur tanaman 8-12 tahun, kemudian menurun secara perlahan-lahan sesuai dengan umur tanaman yang semakin tua hingga umur ekonomis 25 tahun. Adi (2010) menambahkan, kelapa sawit merupakan suatu tanaman yang menghasilkan minyak nabati sebagai hasil utamanya yang memiliki produktivitas paling tinggi dibandingkan tanaman penghasil minyak nabati lainnya. Tinggi pohon kelapa sawit dapat mencapai 24 meter. Buah dari kelapa sawit memiliki warna merah kehitaman pada kondisi telah matang. Daging dan kulit pada buah tersebut mengandung minyak yang dapat digunakan sebagai minyak goreng, peralatan kosmetik, bahan baku margarin, dan bahan baku minyak alkohol. Tandan buah segar akan menghasilkan minyak setelah diolah. Minyak yang berasal dari kelapa sawit terdiri atas dua macam. Pertama, minyak yang berasal dari daging buah (mesocarp) yang dihasilkan melalui perebusan dan pemerasan (press). Minyak jenis ini dikenal sebagai minyak sawit kasar atau
3
crude palm oil (CPO). Kedua, minyak yang berasal dari inti sawit, dikenal sebagai minyak inti sawit atau palm kernel oil (PKO) (Pardamean 2008).
Gulma pada Perkebunan Kelapa Sawit Gulma adalah tumbuhan yang tumbuhnya salah tempat. Sebagai tumbuhan, gulma selalu berada di sekitar tanaman yang dibudidayakan dan berasosiasi dengannya secara khas. Gulma mudah tumbuh pada tempat yang miskin nutrisi sampai yang kaya nutrisi. Umumnya, gulma mudah melakukan regenerasi sehingga unggul dalam persaingan dengan tanaman budi daya dalam hal perolehan ruang, cahaya, air, nutrisi, gas-gas penting, serta zat kimia (alelopati) yang disekresikan (Pahan 2006). Menurut Sembodo (2010), penggolongan gulma berdasarkan kesamaan responnya terhadap herbisida paling banyak digunakan bila dikaitkan dengan upaya pengendalian gulma. Kesamaan respon terhadap herbisida adalah sifat atau gejala umum yang ditunjukkan gulma tersebut apabila dikenai suatu jenis herbisida. Berdasarkan respon gulma terhadap herbisida, maka gulma dapat digolongkan menjadi: (1) gulma rumputan (grasses), (2) gulma golongan tekian (sedges), dan (3) gulma golongan berdaun lebar (broadleaves). Jenis-jenis gulma yang dominan yang terdapat di perkebunan dapat berbeda-beda jenisnya dari satu tempat ke tempat yang lainnya dan juga bergantung pada umur dari tanaman pokoknya (Sastroutomo 1990). Soedarsan et al. (1983) mencatat 8 jenis gulma penting pada pertanaman kelapa sawit yang terdiri dari 6 jenis rerumputan, 1 jenis gulma berdaun lebar, dan 1 jenis pakis. Jenis-jenis ini adalah I. cylindrica, A. compressus, Ottochloa sp., P. repens, P. conjugatum, D. adscendens, Mikania micrantha, dan Nephrolepis biserrata. Berdasarkan pengaruhnya terhadap tanaman perkebunan, gulma dibedakan menjadi gulma kelas A, B, C, D, dan E. Gulma kelas A adalah jenis-jenis gulma yang sangat berbahaya bagi tanaman perkebunan sehingga harus diberantas secara tuntas, contohnya Imperata cylindrica, Mikania sp., dan Mimosa sp.. Gulma kelas B adalah jenis-jenis gulma yang merugikan tanaman perkebunan sehingga perlu dilakukan tindakan pemberantasan atau pengendalian, contohnya Lantana camara, Melastoma malabathricum, dan Scleria sumatrensis. Gulma kelas C adalah jenis-jenis gulma atau tumbuhan yang merugikan tanaman perkebunan dan memerlukan tindakan pengendalian, namun tindakan pengendalian tersebut tergantung pada keadaan, misalnya ketersediaan biaya, atau mempertimbangkan segi estetika (kebersihan kebun), contohnya Axonopus compressus, Cyperus sp., dan Nephrolepis biserrata. Gulma kelas D adalah jenis-jenis gulma yang kurang merugikan tanaman perkebunan, namun tetap memerlukan tindakan pengendalian, contohnya Ageratum conyzoides, Cyrtococcum sp., dan Digitaria sp.. Gulma kelas E adalah jenis-jenis gulma yang pada umumnya bermanfaat bagi tanaman perkebunan karena dapat berfungsi sebagai pupuk hijau, contohnya Calopogonium sp., Centrosema pubescens, dan Pueraria sp. (Barus 2003).
4
Pengendalian Gulma Gulma merupakan penyebab utama kehilangan hasil tanaman budi daya lewat persaingan untuk cahaya, air, nutrisi, CO2, ruang dan lain-lainnya. Mungkin dengan adanya pengendalian yang terus-menerus akan dapat merusak tanaman karena sentuhan mekanik dan dengan sendirinya akan dapat mengurangi hasil dan demikian seterusnya. Kehilangan hasil tersebut dapat pula didekati dengan membandingkan hasil dari lahan bergulma dan bebas gulma (Moenandir 1993). Beberapa laporan menginformasikan pengaruh gulma pada perkebunan kelapa sawit dapat mengurangi produksi panen kelapa sawit. Mikania micrantha misalkan, dilaporkan dapat menurunkan produksi Tandan Buah Segar (TBS) sebesar 20% karena pertumbuhannya sangat cepat dan mengeluarkan zat allelopatik yang bersifat racun bagi tanaman. Pada tahun 2010, di Provinsi Jambi tercatat kerugian hasil pada komoditi kelapa sawit yang disebabkan oleh Mikania micrantha sebesar Rp 38 110 500,00 dengan luas serangan 757.5 ha, Imperata cylindrica sebesar Rp 59 971 500,00 dengan luas serangan 1 086 ha, Paspalum conjugatum sebesar Rp 43 416 599,00 dengan luas serangan 1 149.9 ha (Dirjenbun 2013). Menurut Pahan (2006), pengendalian/pemberantasan gulma di perkebunan kelapa sawit dilakukan pada dua tempat, yaitu di piringan dan gawangan (interrow). Ada tiga jenis gulma yang perlu dikendalikan, yaitu (1) ilalang di piringan dan gawangan, (2) rumput-rumputan di piringan, (3) tumbuhan pengganggu/anak kayu di gawangan, (4) gulma lainnya, yaitu keladi liar, dan pisang liar. Pengendalian gulma dilakukan dengan pendekatan konsep ambang ekonomi. Artinya, selama kerugian yang ditimbulkan oleh kehadiran gulma tersebut masih lebih kecil dari biaya yang harus dikeluarkan untuk pengendaliannya maka pengendalian tidak perlu dilakukan. Sembodo (2010) menambahkan, langkah awal sebelum dilakukan pengendalian gulma dalam suatu areal usaha tani yang luas seperti perkebunan, terlebih dahulu perlu dilakukan penilaian terhadap gulma yang ada. Tahapan penilaian gulma dalam suatu areal tertentu adalah survei primer (pendahuluan), penetapan contoh yang mewakili (sampling), pencatatan jenis dan parameter gulma, penilaian kondisi gulma, dan penetapan kebijakan pengelolaan gulma. Ada enam metode pengendalian gulma, yaitu preventif atau pencegahan, mekanik atau fisik, kultur teknis, hayati, kimia, dan terpadu.
METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang ini dilaksanakan di Kebun Bangun Koling PT Windu Nabatindo Abadi di Desa Tumbang Koling, Kecamatan Cempaga Hulu, Kabupaten Kotawaringin Timur, Provinsi Kalimantan Tengah pada 1 Maret sampai dengan 30 Juni 2014.
5
Metode Pelaksanaan Magang dilaksanakan dengan metode memberikan penulis tanggung jawab sebagai karyawan lapangan selama satu bulan, pembantu mandor selama satu bulan, dan pembantu asisten selama dua bulan, serta mempelajari administrasi dan pengumpulan data di kantor. Penulis mengikuti semua kegiatan yang ada di lapangan (kebun), baik yang bersifat teknis maupun administratif, bekerja seperti halnya karyawan perusahaan, di bawah pengawasan pembimbing lapangan, berdiskusi dengan para asisten mengenai semua aspek pengelolaan kebun, khususnya aspek budidaya tanaman, menerima tugas sebagai mandor atau melaksanakan kegiatan administrasi di bawah bimbingan asisten perusahaan, mempelajari administrasi kebun dengan bimbingan asisten administrasi, menyesuaikan variasi jadwal dan jenis kegiatan yang ditangani dengan kegiatan yang ada dilapangan, melakukan analisis deskriptif terhadap data dan informasi yang berhasil dikumpulkan, dan membahas permasalahan yang dihadapi baik dari aspek teknis maupun manajerial sehingga dapat memberikan rekomendasi perbaikan-perbaikan kepada perusahaan tempat magang. Penulis bertanggung jawab sebagai karyawan lapangan pada bulan pertama dan melaksanakan kegiatan di lapangan sesuai dengan kebutuhan kebun. Penulis terlibat dalam kegiatan pengendalian gulma, pemupukan, pemanenan, dan perawatan. Kegiatan khusus yang dilakukan adalah mencatat prestasi kerja penulis, karyawan, dan norma yang berlaku di perusahaan, serta diskusi dengan karyawan lapangan. Kegiatan sebagai pembantu mandor berlangsung pada bulan kedua. Kegiatan yang dipelajari adalah batas kewenangan dan tanggung jawab seorang Mandor. Sesuai dengan aspek agronominya, masing-masing mandor menentukan jumlah tenaga kerja, alat, dan bahan yang dibutuhkan untuk kegiatan esok hari, memeriksa kehadiran, mengorganisir dan mengawasi pelaksanaan di lapangan, membuat laporan harian mandor, mengisi administrasi pada tingkat mandor. Kegiatan khusus yang dilakukan adalah mencatat jumlah karyawan yang diawasi, luas areal pengawasan, dan lama pekerjaan, pengambilan contoh gulma di blokblok contoh untuk penilaian dominansi gulma, dan melakukan diskusi dengan Mandor. Kegiatan sebagai Pendamping Asisten Divisi dilakukan pada dua bulan terakhir magang. Kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan kegiatan yang dilakukan oleh Asisten seperti membuat rencana kerja harian dan bulanan, melakukan kegiatan manajemen tingkat divisi, mengarahkan kerja mandor, membuat laporan harian asisten, mengisi administrasi tingkat divisi, dan memeriksa pelaksanaan kegiatan di lapangan untuk setiap aspek agronomi. Kegiatan khusus yang dilakukan adalah mencatat jumlah mandor yang diawasi, luas areal pengawasan, dan lama pekerjaan, dan melakukan diskusi dengan asisten dan manajer.
6
Pengamatan dan Pengumpulan Data Penulis mengumpulkan data primer dan data sekunder selama kegiatan magang. Data primer adalah data yang diperoleh melalui pengamatan penulis secara langsung di lapangan yang meliputi penilaian gulma dan efektivitas penyemprotan kentosan. Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui pengamatan dan dokumentasi pihak lain, umumnya tersedia di kantor kebun, dan tidak diperoleh oleh penulis secara langsung di lapangan. Data sekunder yang dikumpulkan meliputi letak georafis dan administratif, keadaan iklim dan tanah, luas areal dan tata guna lahan, keadaan tanaman dan produksi, dan struktur organisasi dan ketenagakerjaan. Pengamatan penilaian gulma dilakukan pada 5 blok tahun tanam, yaitu 2006 (L20), 2007 (M21), 2008 (M23), 2009 (K15), dan 2010 (K14). Distribusi petak contoh yang digunakan adalah sampling beraturan, yaitu 20 petak contoh pada 4 pasar pikul di setiap blok, masing-masing pasar pikul diambil 5 petak contoh, dengan menggunakan metode kuadrat berukuran 50 cm x 50 cm. Penilaian gulma ini dilakukan untuk menentukan spesies gulma dominan melalui parameter frekuensi mutlak (FM), kerapatan mutlak (KM), dan bobot basah biomassa atau bobot basah mutlak (BBM). Penyemprotan kentosan di piringan diamati 4 minggu setelah aplikasi.
Analisis Data dan Informasi Data primer yang diperoleh dikelompokkan dan diolah lebih lanjut. Data penilaian gulma dianalisis dengan menggunakan analisis Nisbah Jumlah Dominansi (NJD), sedangkan penyemprotan kentosan dianalisis secara deskriptif. NJD dihitung dengan rumus (Fitriana et al. 2013): N KN (kerapatan nisbi) adalah nilai KM spesies gulma tertentu dibagi total KM semua jenis gulma. BBN (bobot basah nisbi) adalah nilai BBM spesies gulma tertentu dibagi total BBM semua jenis gulma. FN (frekuensi nisbi) adalah nilai FM spesies gulma tertentu dibagi total FM semua jenis gulma. NJD mengindikasikan kemampuan penguasaan sarana tumbuh yang ada oleh suatu jenis gulma tertentu. Tingkat kesamaan vegetasi gulma dari setiap blok dibandingkan dengan cara menghitung koefisien komunitas (KK) menggunakan indeks kesamaan BrayCurtis (Ludwig dan Reynolds 1988). KK dihitung dengan rumus:
Nilai W adalah jumlah individu terendah dari spesies gulma yang terdapat di 2 blok yang dibandingkan. Nilai a adalah jumlah semua individu dari spesies
7
gulma pada blok pertama, dan b adalah jumlah semua individu dari spesies gulma pada blok kedua. KK menunjukkan tingkat kesamaan antara 2 blok yang dibandingkan. Koefisien ketidaksamaan dari nilai KK dianalisis dengan analisis gerombol metode single-linkage dan ditampilkan dalam bentuk dendrogram. Data sekunder yang diperoleh dibandingkan dengan literatur hasil studi pustaka yang terkait dengan kegiatan magang dan norma yang berlaku di perkebunan kelapa sawit secara umum.
KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG PT Bumitama Gunajaya Agro (BGA) adalah grup perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit. PT Windu Nabatindo Abadi (WNA) adalah salah satu anak perusahaan dari BGA yang mengelola empat unit usaha, yaitu Selucing Agro Mill (SAGM), Sungai Bahaur Estate (SBHE), Sungai Cempaga Estate (SCME), dan Bangun Koling Estate (BKLE). BKLE terdiri atas 4 divisi. Penulis melakukan kegiatan magang di Divisi 2 BKLE. Tanaman tertua di BKLE adalah tahun tanam 2006 dan yang termuda adalah 2010. Progeni yang ditanam di BKLE terdiri atas Costa Rica, Papua New Guinea, Marihat V, dan Socfindo.
Letak Geografis dan Wilayah Administratif BKLE terletak di Desa Tumbang Koling, Kecamatan Cempaga Hulu, Kabupaten Kotawaringin Timur, Provinsi Kalimantan Tengah. Batas areal BKLE sebelah timur berbatasan dengan SCME, sebelah selatan berbatasan dengan PT SS, sebelah barat berbatasan dengan PT TASK, dan sebelah utara berbatasan dengan PT NKU. Letak geografis BKLE yaitu pada koordinat di antara 112.01°113.09°BT dan 1.45°-1.85°LS. Peta BKLE dapat dilihat pada Lampiran 1.
Keadaan Iklim dan Tanah Rata-rata curah hujan di BKLE sejak tahun 2009-2013 adalah 3 940.84 mm per tahun. Rata-rata hari hujan adalah 137.8 hari per tahun. Jumlah Bulan Basah adalah 11 bulan (September s.d. Juli) serta Bulan Kering 1 bulan (Agustus) sehingga iklim di BKLE menurut klasifikasi Scmidt-Ferguson termasuk tipe iklim A (Sangat Basah). Suhu rata-rata harian di BKLE yaitu 27 °C dengan kisaran suhu 23-33 °C. Curah hujan BKLE dapat dilihat pada Lampiran 2. Jenis tanah di BKLE terdiri dari tanah inseptisol 64.7%, entisol 30.4%, histosol 7.11%, dan ultisol 0.71% sehingga tanah yang dominan di BKLE adalah tanah inseptisol. Kesesuaian lahan untuk kelapa sawit di BKLE termasuk dalam kelas kesesuaian S3 dengan faktor pembatas tekstur tanah berpasir. Topografi mayoritas datar dengan tingkat kemiringan 0-8 %, sedikit daerah bergelombang dengan tingkat kemiringan 9-15 % dan berbukit dengan kemiringan 15-30 %.
8
Luas Areal dan Tata Guna Lahan Luas areal kebun BKLE adalah 3 183 ha dengan rincian 2 669 ha sudah diusahakan yang terdiri dari 2 505 ha areal Tanaman Menghasilkan (TM) dan 25 ha areal Tanaman Belum Menghasilkan (TBM). BKLE mempunyai empat divisi, yaitu Divisi I seluas 845 ha, Divisi II seluas 714 ha, dan Divisi III seluas 1 110 ha. Areal yang ditanam di BKLE terdiri atas TM dengan tahun tanam 2006-2010 dan TBM dengan tahun tanam 2011. BKLE mempunyai areal prasarana seluas 140 ha, areal yang bisa ditanam seluas 158 ha, dan areal yang tidak bisa ditanam seluas 356 ha. Luas areal dan tata guna lahan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Luas areal kebun dan tata guna lahan di BKLE Uraian I. Areal Diusahakan = A + B A. Areal Ditanam = 1 + 2 1. Tanaman Menghasilkan (TM) 1.1 Tahun Tanam 2006 1.2 Tahun Tanam 2007 1.3 Tahun Tanam 2008 1.4 Tahun Tanam 2009 1.5 Tahun Tanam 2010 2. Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) 2.1 Tahun Tanam 2011 B. Areal Prasarana = 3 + 4 3. Emplasemen 4. Jalan dan Jembatan II. Areal Bisa Ditanam = C C. Okupasi III. Areal Tidak Bisa Ditanam = D + E D. Tanah Desa E. Bukit, Sungai, Rawa, Pasir, dll Total Luas Areal Kebun = I + II + III Sumber: Kantor Kebun BKLE (2014)
Luas (ha) 2 669 2 530 2 505 560 1 527 261 35 122 25 25 140 67 72 158 158 356 53 303 3 183
Keadaan Tanaman dan Produksi BKLE menanam kelapa sawit varietas tenera dengan berbagai macam progeni. Jarak tanam yang digunakan adalah 9.2 m x 9.2 m x 9.2 m dengan Satuan Pokok per Hektar (SPH) adalah 136 tanaman per ha. Adanya batas-batas alam menyebabkan luasan blok di BKLE tidak semuanya baku 30 ha. Ada blok-blok yang luasannya lebih dari 30 ha dan ada yang kurang dari 30 ha. Jumlah populasi tanaman di BKLE dapat dilihat pada Tabel 2.
9
Tabel 2 Populasi tanaman per tahun tanam di BKLE Tahun Tanam Luas Areal (ha) Jumlah Tanaman 2006 0 560.06 075 514 2007 1 526.55 206 200 2008 0 261.05 034 107 2009 0 034.63 005 056 2010 0 122.35 013 254 2011 0 025.01 004 374 Total 2 529.65 338 505 Sumber: Kantor Kebun BKLE (2014)
SPH (pokok/ha) 135 135 131 146 108 175 134
Tanaman tahun tanam 2006 di BKLE mulai berproduksi pada tahun 2009. Produksi dan produktivitas kelapa sawit di kebun BKLE terus meningkat dari tahun ke tahun dan dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Produksi dan produktivitas TBS BKLE tahun 2009-2013 Tahun Luas TM (ha) Produksi (ton) BJR (kg) Produktivitas (ton/ha) 2009 0 560 01 868 3.97 00.83 2010 2 086 10 441 4.10 04.45 2011 2 347 21 892 4.76 09.33 2012 2 381 32 778 6.20 13.76 2013 2 503 38 963 7.52 15.56 Sumber: Kantor Kebun BKLE (2014)
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan BKLE dipimpin oleh seorang Estate Manager (EM) yang dibantu oleh Kepala Administrasi (Kasi) dan empat Asisten Divisi. Asisten Divisi dibantu oleh mandor I, kerani divisi, mandor semprot, mandor until, mandor pupuk, mandor panen, kerani panen, kerani transport, mandor perawatan, dan mandor traksi. Kasi dibantu oleh accounting, mantri, admin tanaman, kasir, personalia, dan kerani gudang. Seorang Estate Manager (EM) memiliki tanggung jawab untuk mengelola dan memimpin kebun dengan baik, menyusun anggaran tahunan dan bulanan yang meliputi produksi, areal statement, sumber daya manusia, dan biaya. Asisten Divisi memiliki tugas untuk merencanakan dan melaksanakan kegiatan teknis di lapangan di divisi masing-masing, meningkatkan produktivitas melalui pengembangan kompetensi dan karier sumber daya manusia di divisi, memonitoring semua kegiatan teknis di lapangan dan melaporkan kepada manajer kebun. Asisten divisi bertanggung jawab langsung kepada EM dan dalam menjalankan tugasnya akan dibantu oleh mandor I, mandor, dan kerani divisi. Kasi adalah orang yang bertanggung jawab dalam mengelola semua kegiatan administrasi di kebun. Kasi dibantu oleh karyawan kantor kebun. Struktur organisasi BKLE dapat dilihat pada Lampiran 3. Sistem ketenagakerjaan BKLE terbagi menjadi karyawan staf dan karyawan nonstaf. Karyawan staf terdiri atas Estate Manager (EM), Asisten
10
Divisi, dan Kepala Administrasi. Karyawan nonstaf terbagi menjadi karyawan Bulanan, Karyawan Harian Tetap (KHT), dan Karyawan Harian Lepas (KHL). Karyawan Bulanan terdiri atas pekerja tidak langsung seperti karyawan kantor kebun, mandor, dan kerani. KHT dan KHL terdiri atas pekerja langsung lapangan. Data jumlah karyawan staf dan non staf di BKLE dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Status dan jumlah karyawan BKLE tahun 2014 No Status Karyawan 1 Karyawan Staf 2 Karyawan Bulanan 3 Karyawan Harian Tetap (KHT) 4 Karyawan Harian Lepas (KHL) Indeks Tenaga Kerja (ITK) Sumber: Kantor Kebun BKLE (2014)
Jumlah 006 013 292 116 0.12
Indeks tenaga kerja adalah perbandingan antara jumlah total tenaga kerja dan luas areal kebun. BKLE menerapkan 7 jam kerja per hari dan 6 hari kerja per minggu. Karyawan bekerja 7 jam untuk memenuhi satu Hari Kerja (1 HK), kecuali hari Jumat 1 HK hanya 5 jam. Sistem pembagian gaji untuk karyawan non staf berbeda-beda sesuai status karyawan, yaitu: 1. Karyawan Bulanan: tunjangan beras, fasilitas rumah, listrik, air, gaji per bulan sesuai golongan dan kebijakan kebun, insentif tahunan, tunjangan hari raya, tunjangan jamsostek, dan tunjangan kesehatan. 2. Karyawan Harian Tetap: tunjangan beras, fasilitas rumah, listrik, air, gaji per bulan sesuai Upah Minimum Sektoral Kabupaten (UMSK) sebesar Rp 1 908 525,00 setiap bulan, insentif tahunan, tunjangan hari raya, tunjangan jamsostek, dan tunjangan kesehatan. 3. Karyawan Harian Lepas: fasilitas rumah, listrik, air, upah harian sebesar Rp 76 341,00 setiap hari dikalikan hari kerja, tunjangan hari raya, dan setelah 3 bulan diangkat menjadi karyawan harian tetap.
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Pelaksanaan kegiatan magang yang dilakukan terdiri dari aspek teknis dan aspek manajerial. Aspek teknis adalah kegiatan penulis bekerja aktif melakukan kegiatan teknis di lapangan sebagai karyawan lapangan. Aspek manajerial ialah kegiatan penulis bekerja aktif melakukan kegiatan pengawasan, evaluasi, perencanaan, dan administrasi sebagai mandor dan asisten. Asisten divisi sebagai pembimbing lapang memberikan arahan kepada penulis dalam melaksanakan kegiatan magang.
Aspek Teknis Pelaksanaan aspek teknis sehari-hari diawali dengan apel pagi. Apel pagi di BKLE terdiri atas apel pagi tahap 1 dan apel pagi tahap 2. Apel pagi tahap 1
11
berlangsung pukul 04.45-05.00 WIB berisi pengingatan atau pemastian kembali oleh asisten kepada para mandor tentang ada atau tidaknya perubahan rencana kerja harian (RKH) pada hari tersebut. Perubahan RKH dapat terjadi apabila saat apel cuacanya hujan atau ada sumberdaya yang tidak tersedia di luar perkiraan. Apel pagi tahap 2 berlangsung pukul 05.00-05.30 WIB berisi pemeriksaan kehadiran dan pengarahan oleh mandor per jenis kegiatan kepada karyawan lapangannya masing-masing tentang rencana kerja hari tersebut sesuai instruksi dari asisten saat apel pagi tahap 1. Setelah apel pagi tahap 2 selesai, karyawan lapangan bergegas sarapan dan berangkat ke lahan sehingga pukul 06.00 WIB pekerjaan sudah bisa dimulai. Jam kerja karyawan lapangan dimulai pukul 06.00 sampai dengan 13.30 WIB dengan jeda istirahat pukul 09.30-10.00 WIB. Karena semua tanaman kelapa sawit di lokasi penulis magang (divisi 2) statusnya adalah tanaman menghasilkan (TM), maka aspek teknis yang penulis lakukan selama kegiatan magang hanya terdiri dari 3 kegiatan rutin seperti pengendalian gulma, pemupukan, dan pemanenan. Jurnal harian sebagai karyawan lapangan dapat dilihat pada Lampiran 4. Pengendalian Gulma Pengendalian gulma di BKLE adalah salah satu kegiatan utama yang sangat penting karena berpengaruh langsung terhadap akses menuju pokok dan kelancaran kegiatan operasi secara umum. Kegiatan ini dilakukan secara kimiawi dan manual dengan fokus lokasi pengendalian pada piringan, pasar pikul, tempat pengumpulan hasil (TPH), dan gawangan mati. Gulma yang banyak ditemukan di BKLE adalah Ageratum conyzoides, Cyperus rotundus, Stenochlaena palustris, Melastoma malabathricum, kentosan, dan Scleria sumatrensis. Pengendalian gulma secara kimiawi. Salah satu tindakan pengendalian gulma dengan mempertimbangkan aspek biaya, tenaga kerja, dan waktu yang relatif rendah adalah dengan menggunakan herbisida (Monaco et al. 2002). Pengendalian gulma secara kimiawi di BKLE merupakan kegiatan pemeliharaan yang menelan biaya produksi terbesar kedua setelah pemupukan. Oleh karena itu, pelaksaannya diatur dalam sistem tersendiri yang disebut dengan Barcode Spraying System (BSS). Tim kerja semprot BSS di BKLE terdiri atas 28 tenaga penyemprot, 2 tenaga pengairan, 1 orang supir, dan 1 orang mandor. Satu tim kerja semprot BSS menangani seluruh divisi di BKLE. Rotasi semprot piringan, pasar pikul, dan TPH di divisi 2 dilakukan sebanyak 4 kali dalam setahun. Standar output semprotnya adalah 3 ha/HK. Tim kerja semprot BSS dilengkapi dengan 1 unit modifikasi truk dengan tangki berkapasitas 3000 liter. Masing-masing penyemprot dilengkapi dengan 1 unit knapsack sprayer semi-otomatis bertekanan konstan “SA15” yang dinomori sesuai nomor tenaga penyemprot, fan nozzle kuningan berjenis very low volume 200 l/ha “VLV200“, bendera kuning, dan parang. Bendera kuning digunakan sebagai tanda batas terakhir penyemprotan apabila larutan semprot habis sebelum pasar pikul selesai disemprot. Apabila hari hujan dan penyemprotan terpaksa harus dialihkan, maka parang digunakan untuk pengendalian gulma secara manual atau babat tumbuhan pengganggu (BTP). Alat pelindung diri yang digunakan oleh penyemprot terdiri atas sepatu boot, topi, masker, sarung tangan, rompi (perlak), dan kacamata. Penyemprotan piringan, pasar pikul, dan TPH dapat dilihat pada Gambar 1.
12
Gambar 1 Kegiatan penyemprotan piringan, pasar pikul, & TPH Tenaga pengairan dilengkapi dengan gelas ukur berkapasitas 1 liter untuk penakaran herbisida. Herbisida yang digunakan adalah glifosat “ROUN UP 486 SL”, metsulfuron methyl “AMIRON-M 20 WG”, dan parakuat “GRAMOXONE 276 SL”. ROUNDUP 486 SL adalah herbisida purna tumbuh yang bersifat sistemik berbentuk larutan, berwarna coklat kuning emas, dan digunakan untuk mengendalikan gulma rumput, berdaun lebar, dan teki. Bahan aktifnya adalah isopropil amina glifosat 486 g/l atau setara dengan glifosat 360 g/l. AMIRON-M 20 WG adalah herbisida pra dan purna tumbuh yang bersifat selektif, berbentuk butiran, berwarna putih yang dapat didispersikan dalam air untuk mengendalikan gulma rumput, berdaun lebar dan teki. Bahan aktifnya adalah Metsulfuron methyl 20%. GRAMOXONE 276 SL adalah herbisida purna tumbuh yang bersifat kontak non selektif, berbentuk larutan, berwarna hijau tua, dan digunakan untuk mengendalikan gulma rumput, berdaun lebar, dan teki. Bahan aktifnya adalah Paraquat diklorida 276 g/l atau setara dengan Ion parakuat 200 g/l. Penggunaan herbisida tersebut tergantung pada jenis gulma yang akan dikendalikan. Namun, umumnya bahan aktif yang sering digunakan untuk penyemprotan rutin piringan, pasar pikul, dan TPH adalah Glifosat 1% yang dicampur dengan Metsulfuron Methyl 0.05%. Pencampuran racun dilakukan di lahan sebelum penyemprotan dimulai. Tahap pertama pencampuran racun adalah membagi racun Glifosat baru bervolume 20 L menjadi 2 jerigen masing-masing 10 L. Tahap kedua adalah membuat larutan racun 250 gr Metsulfuron Methyl yang dicampur dengan air secukupnya dan diaduk merata. Tahap ketiga adalah memasukkan larutan Metsulfuron Methyl ke dalam jerigen berisi Glifosat 10 L. Tahap keempat adalah mengisi jerigen berisi campuran racun tersebut hingga 20 L dan diaduk merata. Dosis campuran racun adalah 200 ml per knapsack sprayer bervolume 15 L. Volume semprot efektif per ha untuk kegiatan semprot piringan, pasar pikul, dan TPH adalah 58.78 L atau setara dengan 4 knapsack sprayer per ha. Khusus untuk pengendalian kentosan dan ilalang (tidak rutin), bahan aktif yang digunakan adalah Paraquat 0,5% yang dicampur dengan Metsulfuron methyl 0,03%.
13
Mandor dilengkapi dengan pancang bendera berwarna merah sebagai tanda batas ancak penyemprotan. Pelaksanaan penyemprotan dimulai dengan pencampuran bahan oleh tenaga pengairan dan penancapan pancang bendera berwarna merah oleh mandor di sepanjang collection road (CR) blok yang akan disemprot. Setelah batas ancak masing-masing penyemprot terlihat dengan jelas, tenaga penyemprot langsung menuju ancak yang telah ditentukan sesuai dengan nomor urut tenaga penyemprot pada bendera merah. Penyemprotan pasar pikul dilakukan dengan cara 1 tenaga penyemprot untuk tiap 1 pasar pikul. Areal yang disemprot adalah piringan, pasar pikul, dan TPH. Tenaga penyemprot mengatur agar posisi nozel saat penyemprotan tetap stabil pada ketinggian 40 cm dari permukaan gulma. Penyemprotan gulma di piringan, pasar pikul, dan TPH dimulai dari CR menuju barisan pokok secara selang seling sampai piringan pada pasar pikul tersebut tersemprot semua. Mandor semprot menancapkan kembali bendera merah pada ancak berikutnya sementara tenaga pengairan mencampur kembali herbisida yang akan digunakan. Penyemprot yang sudah selesai menyemprot satu pasar pikul, dapat pindah ke pasar pikul selanjutnya sesuai nomor tenaga penyemprot yang terdapat di bendera merah sampai ancak pada hari tersebut selesai. Rute atau jalur penyemprotan piringan, pasar pikul, dan TPH dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2 Rute atau jalur penyemprotan piringan, pasar pikul, dan TPH Pengendalian gulma secara manual. Pengendalian gulma secara manual adalah kegiatan BTP menggunakan parang. Kegiatan BTP ini dilakukan apabila hujan turun dan/atau gulma sasaran tidak bisa dikendalikan secara kimiawi. Sasaran BTP adalah kacangan Mucuna bracteata (MB) yang merambat ke pokok sawit, kentosan (anakan sawit liar) di piringan, pasar pikul, dan TPH, serta anak kayu di gawangan mati seperti Chromolaena odorata (krinyuh), Clidemia hirta (haredong), Lantana camara (tahi ayam), dan Melastoma malabathricum (senduduk). Pembabatan kacangan MB dilakukan pada pokok kelapa sawit yang terlilit MB sehingga kekurangan penyinaran matahari untuk proses fotosintesis. Pembabat yang sudah menyelesaikan satu pasar pikul dapat berpindah ke pasar pikul selanjutnya sesuai dengan ancaknya pada hari tersebut. Pembabatan anak kayu dilakukan pada anak kayu yang berada di gawangan mati. Anak kayu ini juga merugikan bagi pertanaman kelapa sawit karena menghalangi penyinaran matahari untuk proses fotosintesis. Anak kayu yang berdiameter di bawah 10 cm
14
dibabat pada ketinggian < 15 cm dari permukaan tanah agar tanaman kelapa sawit mendapatkan penyinaran matahari yang optimal. Pembabat yang telah selesai membabat habis satu gawangan dapat berpindah ke gawangan selanjutnya sesuai dengan ancaknya pada hari tersebut. Standar kerja pengendalian gulma secara manual di BKLE adalah 0.5 ha per HK. Alat pelindung diri. Pengendalian gulma secara kimiawi menggunakan herbisida yang beracun bagi tubuh manusia. Herbisida yang terpapar ke tubuh dapat menyebabkan keracunan atau bahkan penyakit. Oleh karena itu tenaga semprot diharuskan menggunakan APD. Alat pelindung diri tersebut di antaranya adalah baju dan celana pelindung, sarung tangan karet, pelindung wajah dan kepala, sepatu boot, dan apron. Pemupukan Pemupukan adalah salah satu kegiatan utama pemeliharaan yang sangat penting karena pemupukan menelan biaya produksi terbesar dan berpengaruh langsung terhadap kuantitas dan kualitas buah yang dihasilkan. Oleh karena itu, pelaksanaanya diatur dalam sistem tersendiri yang disebut dengan Barcode Manuring System (BMS). Pupuk dapat dianggap sebagai bahan baku yang diolah oleh pokok kelapa sawit untuk menghasilkan buah. Pemupukan di BKLE dilakukan dengan metode untilan dan penaburan manual di piringan. Tim kerja pupuk BMS di BKLE terdiri dari 1 orang mandor BMS yang membawahi 1 mandor until, 1 mandor tabur, dan 1 supir light truck (LT). Mandor until membawahi 7 tenaga penguntil pupuk dan 4 tenaga muat-langsir. Mandor tabur membawahi 7 tenaga pengecer dan 14 tenaga penabur. Organisasi penaburan pupuk dilakukan dengan pembentukan kelompok kerja pupuk (KKP) yang terdiri dari 1 tenaga pengecer dan 2 tenaga penabur. Satu tim kerja pupuk BMS menangani seluruh divisi di BKLE. Pemupukan dilakukan 1 kali per tahun atau 2 kali per tahun tergantung unsur pupuknya. Pupuk yang diaplikasikan terdiri dari Urea (N), Rock Phosphate (P), Muriate of Potash (K), Kieserit (Mg), Zincopper (Cu), dan High Grade Fertilizer Borate (B). Dosis aplikasi masingmasing pupuk dapat dilihat pada Lampiran 5. Penguntilan pupuk. Penguntilan pupuk adalah pembuatan untilan pupuk dari goni berukuran 50 kg menjadi goni yang diisi sesuai dengan kebutuhan dan kemudahan operasional pemupukan di lapangan. Stok pupuk yang lama diprioritaskan untuk diuntil lebih dahulu. Proses penguntilan dimulai dengan pembukaan karung dan penuangan pupuk ke lantai until. Pupuk yang menggumpal dipecahkan dengan alat pemecah gumpalan. Pupuk yang sudah tidak menggumpal dimasukkan ke dalam takaran until masing-masing pupuk. Berat untilan untuk masing-masing pupuk berbeda-beda tergantung standar yang ditetapkan oleh perusahaan (biasanya 12-16 kg per untilan). Pupuk yang ada ditakaran diratakan “peres” dengan alat perata. Pupuk yang sesuai takaran dimasukkan ke dalam goni bekas dan diikat dengan tali yang terbuat dari goni bekas yang sudah rusak dan dipotong membentuk tali. Untilan disusun dan ditumpuk 15 until per tumpuk di atas pallet yang terbuat dari kayu. Untilan disusun teratur agar mudah untuk dihitung saat proses muat ke LT. Standar output penguntilan adalah 2.5 ton/HK. Pengangkutan dan pelangsiran untilan pupuk. Kegiatan ini dilakukan olen tenaga muat-langsir dan sopir LT. Proses pengangkutan dan pelangsiran
15
untilan pupuk dimulai dengan pemuatan untilan pupuk ke LT oleh tenaga muatlangsir saat karyawan lain apel pagi. Setelah pupuk selesai dimuat ke LT (dengan kapasitas maksimal yang diizinkan adalah 7 ton), sopir LT menjalankan LT menuju CR blok yang akan dipupuk. Setibanya di CR, sopir LT menghentikan kendaraan di setiap tempat peletakan pupuk. Pelangsiran pupuk dilaksanakan terus sampai semua TPP di blokyang piringannya akan dipupuk hari itu mendapat untilan yang cukup. TPP disediakan di setiap 3 gawangan atau 6 barisan. Artinya, setiap 3 gawangan atau 6 barisan terdapat satu TPP. Biasanya tenaga muat-langsir juga bertugas untuk mengumpulkan kembali karung bekas untilan dan menggulung per 10 karung untuk dikembalikan lagi ke gudang pupuk. Pengeceran pupuk. Pengeceran pupuk adalah mengecer untilan pupuk dari TPP ke sepanjang pasar pikul di dalam blok. Setiap KKP terdiri atas 1 pengecer dan 2 penabur. Pengeceran pupuk dilakukan dengan cara dipikul. Pengeceran dimulai dengan meninggalkan 1 untilan pupuk untuk aplikasi pertama oleh tenaga tabur (kondisi untilan sudah terbuka talinya). Untilan pupuk dibawa sesuai barisan tanaman ke dalam blok. Untilan pupuk diletakkan pada pokok dalam piringan sesuai dengan jumlah pokok per until. Bekas karung untilan pupuk dibawa dan diletakkan di jalan CR oleh pengecer, diambil dan dikumpulkan oleh tenaga muat-langsir. Penaburan pupuk. Penaburan pupuk adalah menabur pupuk dari untilan ke setiap piringan kelapa sawit. Penaburan dilakukan oleh dua orang penabur yang terdapat dalam 1 KKP. Penabur harus mengetahui dosis pupuk per pokok dengan menggunakan takaran yang disesuaikan untuk bobot masing-masing pupuk. Penaburan dimulai dengan penuangan pupuk dari untilan ke dalam ember tabur yang terbuat dari jerigen bekas herbisida yang sudah dimodifikasi. Penaburan pupuk dilakukan ke piringan sesuai arah barisan tanaman ke dalam blok. Goni untilan yang sudah kosong dibawa dan diletakkan ke CR untuk dikumpulkan oleh tenaga muat-langsir. Penaburan pupuk dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3 Kegiatan penaburan pupuk rock phosphate Panen Panen merupakan pekerjaan utama karena langsung menjadi sumber pemasukan uang bagi perusahaan melalui penjualan minyak kelapa sawit (MKS) dan inti kelapa sawit (IKS). Panen adalah kegiatan memotong tandan buah yang ada di pokok, mengutip brondolan yang ada di piringan, dan memindahkannya ke TPH oleh pemanen serta pengangkutannya ke PKS. Buah yang dipanen
16
diupayakan berada pada tingkat kematangan yang sesuai dan diantar ke pabrik sebanyak-banyaknya dengan cara dan waktu yang tepat tanpa menimbulkan kerusakan pada tanaman. Karena pentingnya kegiatan panen, maka pelaksanaan panen di BKLE diatur dalam Barcode Harvesting System (BHS). Sistem kerja potong buah yang dilaksanakan di BKLE adalah Sistem Kerja Potong Buah-1 (SKP-1). Pelepah dipotong dan dirumpuk, buah dipotong, brondolan dikutip, dan diangkut ke TPH, semuanya dilaksanakan oleh satu orang pemanen. Seksi dan pusingan panen. Seksi panen adalah kelompok blok yang harus dipanen di hari yang sama dan biasanya terdiri dari 5 blok. Kebun BKLE membagi seksi panen menjadi 6 seksi yang harus diselesaikan dalam waktu 6 hari kerja per minggu. BKLE Divisi II membagi seksi panen menjadi 6 seksi dengan luasan yang berbeda-beda. Seksi A dari blok K22-K24 dengan luasan 88.91 ha, seksi B dari blok L23-L21 dengan luasan 92.79 ha, seksi C dari blok M23-M19 dengan luasan 140.3 ha, seksi D dari blok L20-L17 dengan luasan 93.4 ha, seksi E dari blok K16-K18 dengan luasan 77.51 ha, dan seksi F dari blok K19-K21 dengan luasan 72.51 ha. Seksi panen mempengaruhi pusingan panen. Pusingan panen adalah interval waktu antara satu kegiatan panen dengan kegiatan panen selanjutnya pada ancak yang sama dan blok yang sama. Pusingan panen yang diterapkan di BKLE adalah 7 hari. Peralatan panen. Peralatan panen adalah alat-alat yang digunakan untuk melaksanakan panen. Peralatan panen digolongkan menjadi 3 bagian, yaitu alat untuk memotong TBS, alat untuk membawa TBS ke TPH, dan alat untuk memuat TBS dari TPH ke dump truck (DT). Berdasarkan tinggi tanaman, alat untuk memotong TBS dibagi menjadi 2, yaitu dodos dan egrek. BKLE menggunakan dodos sebagai alat potong buahnya karena tanaman kelapa sawit yang ada di BKLE umumnya belum mencapai tinggi 3 meter. Alat untuk membawa TBS ke TPH terdiri atas gancu dan angkong. Alat untuk memuat TBS dari TPH ke DT terdiri atas tojok dan goni bekas pupuk. Pelaksanaan Panen. BKLE Divisi 2 memiliki dua kemandoran panen. Masing-masing kemandoran terdiri atas 15 orang. Sistem pengancakan yang diterapkan adalah ancak giring tetap. Mandor panen menentukan ancak setiap pemanen. Satu ancak terdiri dari 4 baris yang berdekatan. Kegiatan potong buah diawali dengan memotong pelepah tua sehingga songgo diupayakan tetap berada pada kondisi optimum, yaitu songgo 3. Pelepah tua dirumpuk di gawangan mati. Buah dipotong dengan cara “dicuri”, sehingga tidak ada pelepah muda yang dipotong. Tangkai buah yang panjang dipotong rapat ke buah tapi tidak mengenai buah. Brondolan yang tersangkut di ketiak pelepah dikorek menggunakan gancu. Brondolan yang ada di piringan dikutip sampai bersih. Buah dan brondolan di keluarkan ke TPH, disusun rapi, dan diberi nomor pemanen. Kerani buah memeriksa kematangan buah, menghitung jumlah janjang, mencatatnya dalam buku penerimaan buah, dan menandai buah yang sudah dihitung dengan kupon kecil yang ditancapkan ke salah satu duri TBS. Basis borong minimal yang diterapkan di BKLE adalah 1270 kg per HK. Kelebihan borong dibayarkan sebagai premi. Kriteria mutu buah dan mutu ancak panen. Kriteria matang panen adalah ciri-ciri yang digunakan sebagai penanda bahwasannya suatu buah siap untuk dipanen. BKLE menerapkan ciri-ciri brondolan yang lepas sebagai kriteria matang panen. Buah dianggap matang dan layak untuk dipanen apabila terdapat
17
lebih dari 9 brondolan yang membrondol secara alami di piringan. Buah yang belum membrondol lebih dari 5 namun belum lebih dari 9 dianggap sebagai buah kurang matang. Buah yang belum membrondol 5 dianggap sebagai buah mentah. Buah yang membrondol lebih dari 20 dianggap buah terlalu matang. Buah yang hampir membrondol semua dianggap sebagai buah busuk. Ancak panen dianggap baik apabila pelepah disusun rapi di gawangan mati, tidak ada pelepah sengkleh, semua buah matang dan brondolan disusun rapi di TPH, tidak ada buah tinggal atau pun brondolan yang tidak dikutip. Panen dengan dodos dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4 Kegiatan panen dengan dodos
Aspek Manajerial Kegiatan manajerial terdiri dari pendampingan mandor dan pendampingan asisten. Penulis mendampingi mandor selama 1 bulan dan mendampingi asisten selama 2 bulan. Kegiatan manajerial dilakukan di lapangan dalam bentuk pengawasan dan pemeriksaan hasil kerja dan di kantor kebun dalam bentuk pelaporan hasil kerja secara administratif. Jurnal harian sebagai pendamping mandor dapat dilihat di Lampiran 6. Jurnal harian sebagai pendamping asisten dapat dilihat di Lampiran 7. Pendamping Mandor Mandor I. Mandor I adalah atasan langsung mandor-mandor di divisi dan bertanggung jawab langsung kepada asisten. Kegiatan utama Mandor I adalah membantu asisten dalam mengawasi semua mandor-mandor dan kerani agar pengawasan masing-masing kegiatan berjalan sebagaimana mestinya. Mandor I dianggap sebagai “tangan kanan” asisten dalam hal pengawasan dan pemeriksaan hasil kerja di lapangan. Kerani Divisi. Kerani Divisi adalah atasan langsung kerani-kerani di divisi dan bertanggung jawab langsung kepada asisten. Kegiatan utama Kerani Divisi adalah membantu asisten dalam mengumpulkan hasil pencatatan mandor-
18
mandor dan kerani-kerani agar tersusun rapi dan up to date. Kerani Divisi dianggap sebagai “tangan kanan” asisten dalam hal pengumpulan laporan hasil kerja di kantor kebun secara administratif. Kerani Divisi membantu asisten dalam merekap semua laporan harian mandor (LHM), membuat laporan harian asisten (LHA), menerbitkan bon permintaan barang, menginput HK, surat pengantar buah (SPB), kartu kerja mesin (KKM) ke dalam website Bumitama Plantation System (BPS), dan meng-update papan monitoring yang ada di kantor divisi setiap harinya. Mandor Panen. Mandor Panen adalah atasan langsung pemanen di divisi dan bertanggung jawab langsung kepada mandor I. Kegiatan utama Mandor Panen adalah membagi ancak pemanen, mengawasi pelaksanaan panen, memeriksa mutu ancak, dan melaporkannya secara secara tertulis pada laporan harian mandor (LHM) kepada kerani divisi. Mandor panen juga bertugas untuk selalu memonitor pusingan panen, membuat denda panen berdasarkan hasil pemeriksaan mutu ancak. Kerani Buah. Kerani Buah adalah karyawan yang bertanggung jawab langsung kepada kerani divisi. Kegiatan utama Kerani Buah adalah memeriksa mutu buah yang disusun di TPH, mencatatnya dalam buku penerimaan buah, dan melaporkannya secara administratif kepada kerani divisi. Kerani buah juga bertugas untuk membuat denda panen berdasarkan hasil pemeriksaan mutu buah. Kerani Transpor. Kerani Transpor adalah atasan langsung pemuat buah di divisi dan bertanggung jawab langsung kepada kerani divisi. Kegiatan utama Kerani Transpor adalah mengarahkan DT dan pemuat mengenai lokasi TPH yang buahnya siap untuk dimuat. Kerani transport juga bertugas untuk menuliskan surat pengantar buah (SPB) untuk sopir setelah kapasitas DT penuh (7.5 ton). Mandor Pupuk. Mandor Pupuk adalah atasan langsung penguntil, pemuat-langsir, pengecer, dan penabur pupuk di kebun dan bertanggung jawab langsung kepada mandor I. Kegiatan utama Mandor Pupuk adalah mengawasi penguntilan, pemuat-langsiran, pengeceran, dan penaburan agar berjalan sesuai rencana dan melaporkan prestasi kerja karyawannya secara tertulis pada LHM ke kerani divisi. Mandor pupuk juga melakukan uji petik terhadap untilan yang sudah selesai diuntil dan memeriksa mutu ancak penaburan pupuk. Mandor pupuk secara rutin mengisi buku monitoring pemupukan dan melihat buku rekomendasi pemupukan untuk mengetahui kebutuhan pupuk blok yang akan dipupuk esok hari. Mandor Semprot. Mandor Semprot adalah atasan langsung penyemprot dan pengairan di kebun dan bertanggung jawab langsung kepada mandor I. Kegiatan utama Mandor Semprot adalah mengawasi penyemprotan gulma agar berjalan sesuai rencana dan melaporkan prestasi kerja karyawannya secara tertulis pada LHM ke kerani divisi. Mandor semprot juga melakukan pemeriksaan mutu ancak penyemprotan gulma. Mandor semprot secara rutin mengisi monitoring realisasi penyemprotan yang ada di TUS setiap hari kerja. Pendamping Asisten Asisten divisi adalah staf yang bertugas mengelola divisinya secara teknis maupun administratif yang dimulai dari perencanaan sampai dengan evaluasi. Jam kerja asisten divisi adalah 7 jam per hari namun tanggung jawabnya adalah 24 jam per hari. Tanggung jawab ini meliputi operasional kebun maupun lingkungan
19
masyarakat. Tugas utama seorang asisten divisi adalah pengendalian biaya melalui pengendalian sumberdaya manusia yang efisien dan efektif. Keberhasilan seorang asisten dalam memimpin divisinya tercermin dari produksi TBS yang tinggi dan berkelanjutan dengan penggunaan HK yang terkendali. Penulis ikut aktif memonitor aktivitas mandor di masing-masing kegiatan. Asisten sebagai perwakilan perusahaan dituntut untuk ikut memikirkan inovasiinovasi yang semakin memajukan perusahaan. Inovasi ini berkaitan dengan cara pelaksanaan, penemuan alat-alat dan bahan-bahan yang lebih efisien dan efektif dalam menunjang operasional kebun. Asisten dalam praktek perencanaan membuat rencana kerja harian, rencana kerja bulanan, dan rencana kerja bulanan. Setiap kali ada inovasi cara baru, asisten melakukan simulasi di lapangan langsung dengan karyawan pelaksana. Asisten juga diharuskan untuk melakukan kontrol kerja jalan kaki dalam blok agar lebih memahami keadaan tanaman yang menjadi tanggung jawabnya.
HASIL DAN PEMBAHASAN Dominansi Gulma Nisbah Jumlah Dominansi Dominansi gulma di suatu pertanaman dapat diketahui melalui kegiatan penilaian gulma. Informasi mengenai gulma dominan yang diperoleh dari kegiatan penilaian gulma berpengaruh langsung terhadap pengambilan kebijakan pengendalian gulma khususnya mengenai cara, alat, dan bahan yang digunakan agar pengendalian gulma menjadi efisien dan efektif. Pengamatan penilaian gulma dilakukan pada 5 blok tahun tanam, yaitu 2006 (L20), 2007 (M21), 2008 (M23), 2009 (K15), dan 2010 (K14). Distribusi petak contoh yang digunakan adalah sampling beraturan, yaitu 20 petak contoh pada 4 pasar pikul di setiap blok, masing-masing pasar pikul diambil 5 petak contoh, dengan menggunakan metode kuadrat berukuran 50 cm x 50 cm. Penilaian gulma ini dilakukan untuk menentukan spesies gulma dominan melalui parameter frekuensi, kerapatan, dan bobot basah biomassa. Nisbah Jumlah Dominansi (NJD) adalah gambaran kemampuan suatu jenis gulma tertentu untuk menguasai sarana tumbuh yang ada. Tingginya persentase nilai NJD berpengaruh langsung terhadap tingginya dominansi suatu jenis gulma. NJD dihitung berdasarkan parameter frekuensi, kerapatan, dan bobot basah biomassa. Jumlah dominansi gulma per lokasi disajikan dalam Tabel 5.
20
Tabel 5 Nisbah jumlah dominansi gulma per tahun tanam NJD per Tahun Tanam (%) No Jenis Gulma 2006 2007 2008 2009 Rumput 1 Axonopus compressus 01.86 2 Centotheca lappacea 20.70 01.86 3 Cyrtococcum accrescens 01.97 4 Digitaria adscendens 01.62 04.69 08.32 5 Echinochloa colonum 10.35 02.95 01.07 6 Eleusine indica 7 Ottochloa nodosa 08.22 08.85 8 Paspalum commersonii 09.45 9 Pennisetum polystachyon 05.93 Subtotal 41.24 07.55 09.5 29.55 Teki 10 Cyperus rotundus 08.90 19.03 04.93 11 Fimbristylis milliacea 01.19 12 Scleria sumatrensis 01.33 0.55 Subtotal 10.09 20.36 05.48 Daun Lebar 13 Ageratum conyzoides 07.95 15.09 24.43 22.46 14 Asystasia intrusa 12.66 15 Borreria laevis 01.90 16 Borreria latifolia 02.69 05.37 17 Chromolaena odorata 02.15 18 Clibadium surinamense 01.94 19 Clidemia hirta 01.55 20 Erechtites valerianifolia 02.54 01.07 21 Hyptis brevipes 02.80 02.96 22 Hyptis rhomboidea 22.46 01.96 00.87 23 Kentosan 11.53 11.65 08.52 07.44 24 Ludwigia hyssopifolia 01.71 25 Melastoma malabathricum 02.09 09.77 14.09 01.12 26 Mikania micrantha 05.63 01.76 27 Mimosa pudica 02.54 28 Mucuna bracteata 06.21 03.62 29 Nephrolepis biserrata 21.97 06.78 05.32 30 Stenochlaena palustris 15.33 01.48 01.42 31 Synedrella nodiflora 01.29 32 Urena lobata 02.25 33 Subtotal 58.87 82.37 70.15 64.98 34 Total 100 100 100 100
2010
22.65 02.27
24.92 11.56 01.97 13.53 19.35 15.82 09.36
03.35 03.15
01.33 01.72 05.10
02.37 61.55 100
Hasil penilaian gulma pada Tabel 5 menunjukkan bahwa gulma yang paling dominan pada blok tahun tanam 2006 adalah Nephrolepis biserrata dengan NJD 21.97%. Gulma yang paling dominan pada blok tahun tanam 2007 adalah Hyptis rhomboidea dengan NJD 22.46%. Gulma yang paling dominan pada blok tahun tanam 2008 adalah Ageratum conyzoides dengan NJD 24.43%. Gulma yang
21
paling dominan pada blok tahun tanam 2009 adalah Ageratum conyzoides dengan NJD 22.46%. Gulma yang paling dominan pada blok tahun tanam 2010 adalah Digitaria adscendens dengan NJD 22.65%. Terdapat 4 gulma golongan daun lebar yang mendominasi dari 5 spesies gulma yang paling dominan pada 5 blok tersebut dan terdapat 1 golongan rumput yang juga mendominasi. Gulma golongan rumput yang jumlahnya tertinggi terdapat pada blok tahun tanam 2006 dengan jumlah 41.24%. Jumlah gulma golongan teki yang tertinggi terdapat pada blok tahun tanam 2008 dengan jumlah 20.36%. Jumlah gulma golongan daun lebar yang tertinggi terdapat pada blok tahun tanam 2007 dengan jumlah 82.37%. Koefisien Komunitas Koefisien komunitas adalah nilai yang menggambarkan kesamaan pola komunitas gulma antara satu areal dengan areal lain. Hasil penilaian dominansi gulma dijadikan dasar dalam membandingkan nilai kerapatan gulma sehingga diperoleh koefisien komunitasnya. Koefisen komunitas (C) dihitung berdasarkan 2W/(A+B)x100%; (W: Jumlah dari dua kuantitas terendah untuk jenis dari masing-masing spesies, A: Jumlah dari seluruh kuantitas pada komunitas pertama, B: Jumlah dari seluruh kuantitas pada komunitas kedua). Koefisien komunitas yang nilainya >70% menunjukkan bahwa vegetasi antara satu areal dengan areal lain relatif homogen (Santosa et al. 2009). Nilai koefisien komunitas dari 4 areal yang telah dilakukan analisis vegetasi disajikan dalam Tabel 6. Tabel 6 Nilai koefisien komunitas berdasarkan analisis vegetasi dari dua komunitas yang berbeda Komunitas 1 Komunitas 2 Nilai Koefisien Komunitas (%) TT06 TT07 29.83 TT06 TT08 28.25 TT06 TT09 27.66 TT06 TT10 09.28 TT07 TT08 57.29 TT07 TT09 33.76 TT07 TT10 35.19 TT08 TT09 47.69 TT08 TT10 47.93 TT09 TT10 54.38 Tabel 6 menunjukkan bahwa tidak ada hasil perhitungan nilai koefisien komunitas yang >70%. Hal ini menandakan bahwa komunitas gulma antar tahun tanam tidak homogen. Nilai koefisien komunitas terendah ditunjukkan oleh perbandingan antara tahun tanam 2006 dan 2010 dengan nilai 9.28%. Nilai koefisien komunitas tertinggi, namun tetap belum mencapai 70%, ditunjukkan oleh perbandingan antara tahun tanam 2007 dan tahun tanam 2008 dengan nilai 57.29%. Koefisien Ketidaksamaan Koefisien ketidaksamaan komunitas dapat dianalisis dengan analisis gerombol dan divisualisasikan dalam bentuk dendrogram. Semakin pendek jarak
22
yang terlihat di dendrogram, kesamaan vegetasi semakin tinggi. Semakin panjang jarak yang terlihat di dendrogram, kesamaan vegetasi semakin rendah. Komunitas gulma dibagi menjadi 4 kelompok yaitu A, B, C, dan D. Blok TT07 dan TT08 membentuk kelompok A karena memiliki jarak terpendek senilai 0.42. Blok TT09 dan TT10 membentuk kelompok B dengan jarak kedua terpendek senilai 0.45. Kelompok A dan B membentuk kelompok C dengan jarak ketiga terpendek senilai 0.52. Blok TT06 dan kelompok C membentuk kelompok D dengan jarak terjauh senilai 0.70. Dendrogram koefisien ketidaksamaan dapat dilihat pada Gambar 5. TT06 TT07
0.70
0.43 TT08 0.52 TT09 0.46 TT10 0
0.25
0.5 0 Koefisien Ketidaksamaan
0.75
1
Gambar 5 Dendrogram koefisien ketidaksamaan gulma berdasarkan analisis gerombol Menurut Palijama et al. (2012) keragaman gulma dipengaruhi oleh banyak faktor, beberapa di antaranya adalah kelembaban tanah dan intensitas cahaya. Kelembaban tanah pada pertanaman tahun tanam yang lebih tua relatif lebih lembab dibandingkan dengan pertanaman tahun tanam yang lebih muda. Intensitas cahaya yang diteruskan ke permukaan tanah pada pertanaman tahun tanam yang lebih tua juga relatif lebih sedikit. Hal ini disebabkan oleh penutupan tanah yang lebih luas oleh tajuk tanaman kelapa sawit tua. Penutupan ini menjaga suhu permukaan tanah tetap sejuk, penguapan berjalan lambat, tanah tetap lembab, sinar matahari yang sampai ke permukaan tanah relatif sedikit, dan pertumbuhan gulma tertekan. Hal ini berpengaruh terhadap koefisien ketidaksamaan antara gulma pada tahun tanam 2007 dengan 2008 dan 2009 dengan 2010. Gulma pada tahun tanam 2006 sudah sangat tertekan pertumbuhannya karena tajuk tanaman kelapa sawit yang sudah menutup sempurna.
Teknik Pengendalian Gulma Analisis Vegetasi Metode estimasi visual. Estimasi visual dilakukan berdasarkan pengamatan visual atau dengan cara melihat dan menduga parameter gulma yang
23
akan diamati, misalnya tingkat penutupan, kelimpahan, dan distribusi gulma. Peubah tersebut dikelompokkan dalam dominansi dan frekuensi. Perhitungan dapat dilakukan seperti contoh pada metode kuadrat. Cara ini berguna apabila vegetasi gulma yang diamati cukup merata dan seragam serta waktu yang tersedia terbatas. Karena metode ini lebih mengandalkan penaksiran secara visual, maka akan dijumpai beberapa kelemahan, yaitu pengamat berkecenderungan untuk menaksir lebih besar terhadap jenis gulma yang menyolok pandangan mata, misalnya karena warna daun atau bunga yang cerah atau tekstur daun yang besar atau lebar akan dinilai lebih dominan; pengamat berkecenderungan menilai jenis gulma yang sulit dikenali dan kurang menarik penampakannya dengan nilai taksiran yang lebih rendah, misalnya karena tekstur daunnya yang halus atau sempit dan kecil-kecil; dan hasil yang diperoleh kurang mewakili populasi yang diamati, baik jenis gulma maupun penyebarannya. Metode kuadrat. Kuadrat adalah ukuran luas yang dihitung dalam satuan kuadrat (m2, cm2, dan sebagainya). Dalam pelaksanaan di lapangan lebih sering digunakan bujur sangkar. Besaran atau peubah yang dapat diukur dengan menggunakan metode ini adalah kerapatan, dominansi, frekuensi, nilai penting, dan nisbah jumlah dominansi (NJD). NP dan NJD dapat dihitung berdasarkan dominansi dengan frekuensi, kerapatan dengan frekuensi, atau dominansi, kerapatan, dan frekuensi. Makin banyak peubah yang digunakan makin mendekati nilai kebenaran yang akan diduga. NJD menggambarkan kemampuan suatu jenis gulma tertentu untuk menguasai sarana tumbuh yang ada. Semakin besar nilai NJD maka gulma tersebut semakin dominan. Apabila nilai NJD diurutkan dari yang tertinggi hingga terendah, semua gulma harus diberi nomor urut walaupun nilai NJD-nya sama, maka urutan NJD tersebut menggambarkan komposisi jenis gulma yang ada pada areal pengamatan. Luasan Semprot dan Dosis Luasan semprot adalah luasan areal yang akan disemprot dan biasanya terdiri atas dua jenis luasan, yaitu luasan blanket dan luasan efektif. Dosis adalah jumlah bahan herbisida dalam liter atau kilogram tiap satuan luas tertentu (liter/ha atau kg/ha). Setiap jenis produk herbisida memiliki dosis rekomendasi dalam satuan per hektar blanket yang dianjurkan oleh formulatornya. Dalam aplikasi di lapangan, luas areal yang disemprot tidak selalu penuh satu hektar. Misalnya penyemprotan khusus di piringan, pasar pikul, dan TPH. Oleh karena itu, digunakan dosis tanaman (dosis efektif), yaitu dosis penggunaan herbisida sesuai dengan luas penyemprotan yang sebenarnya. Perbandingan antara luas tanaman dan luas total disebut spray factor. Untuk mencari dosis efektif, sebelumnya harus dihitung luas efektif yang akan disemprot. Sebagai contoh adalah sebagai berikut. Luas piringan = = 3.14 x 2 m x 2 m x 136 = 1 709.71 m2 Luas pasar pikul
= = = 938.4 m2
24
Spray factor
= = = 26.48 %
Dosis tanaman
= dosis anjuran x spray factor = 1.5 l/ha (setara 540 g glifosat per ha) x 26.48 % = 0.39 l/ha efektif
Rotasi semprot piringan, pasar pikul, dan TPH pada TBM (8 kali) di BKLE lebih banyak dibandingkan dengan TM (6 kali). Hal ini dipengaruhi oleh penutupan tanah oleh tajuk tanaman. Penutupan tanah oleh tajuk tanaman pada TBM umumnya masih kurang, sehingga banyak permukaan tanah yang langsung mendapat penyinaran matahari. Hal ini berpengaruh positif terhadap pertumbuhan gulma sehingga pada TBM kerapatan gulmanya sangat tinggi. Kerapatan yang tinggi berpengaruh kepada pemakaian rotasi semprot yang lebih banyak juga. Kalibrasi Alat Kalibrasi alat adalah penghitungan kebutuhan (volume) larutan per satuan luas (ha) sesuai dengan alat semprot yang digunakan. Hasil kalibrasi yang tepat berpengaruh terhadap efiensi biaya dan efektivitas pengendalian gulma. Kebutuhan larutan dipengaruhi oleh jenis alat semprot (sprayer), nozzle, kecepatan jalan penyemprot, kondisi gulma, dan topografi. Langkah-langkah kerja kalibrasi alat dilakukan sebagai berikut. 1. Flow rate larutan (output) semprotan (liter/menit) diukur dengan cara menampung larutan yang keluar dari nozzle selama satu menit pada gelas ukur. 2. Lebar semprotan (m) diukur dengan alat meteran. 3. Kecepatan jalan penyemprot (m/menit) diukur dengan alat meteran dan stopwatch. 4. Pengukuran (no. 1 – 3) diulang sebanyak tiga kali, kemudian diambil rata-ratanya. Berdasarkan hasil kalibrasi tersebut dapat dihitung volume larutan yang dibutuhkan. V= V = volume larutan (liter) F = flow rate larutan (liter/menit) W = kecepatan jalan penyemprot (m/menit) S = lebar semprotan (m) Contoh perhitungan: F = flow rate larutan adalah 1.6 liter/menit W = kecepatan jalan penyemprot adalah 48 m/menit S = lebar semprotan adalah 1.5 m V=
=
= 222 l/ha
25
Hasil penghitungan menunjukkan bahwa luasan piringan, pasar pikul, dan TPH pada areal 1 ha dengan jumlah pokok 136 adalah 2 648.11 m2. Luasan efektif (spray factor) yang disemprot adalah 26.48% dari luasan blanket. Volume semprot efektif dapat dihitung sebagai berikut. Volume semprot efektif = volume semprot blanket x spray factor = 222 l/ha x 26.48% = 58.78 l/ha Konsentrasi Konsentrasi adalah banyaknya herbisida (terlarut) dalam cc atau gram setiap liter air (pelarut) yang dinyatakan dalam persen. Kebutuhan herbisida per knapsack sprayer didasarkan pada konsentrasi yang dipakai. Konsentrasi diperoleh dengan cara membandingkan dosis efektif dengan volume semprot efektif. Berikut contoh penghitungan konsentrasi untuk penyemprotan piringan, pasar pikul, dan TPH dengan volume semprot efektif 58.78 l dan dosis efektif 1.58 l/ha. Konsentrasi = =
= 25.51%
Dosis herbisida per sprayer = konsentrasi x dosis efektif = 25.51% x 0.39 l/ha = 101.32 ml Hasil penghitungan menunjukkan konsentrasi sebesar 0.25%. Kebutuhan herbisida per knapsack sprayer berkapasitas 15 liter adalah 101.32 ml/knapsack sprayer. Semprot Kentosan Brondolan yang tercecer selama proses panen berkecambah dan tumbuh menjadi kentosan. Setidaknya ada 3 kerugian yang ditimbulkan oleh kentosan. Pertama adalah kehilangan hasil panen dalam bentuk brondolan. Kedua adalah gangguan yang ditimbulkan kentosan terhadap operasional pemupukan dan pemanenan. Ketiga adalah tambahan biaya yang harus dikeluarkan untuk memberantas kentosan. Herbisida yang digunakan untuk semprot kentosan di BKLE adalah GRAMOXONE 276 SL berbahan aktif Paraquat diklorida 276 g/l dan herbisidaAMIRON-M20 WG berbahan aktif Metsulfuron methyl 20%. Gejala kerusakan sudah dapat dilihat sehari setelah aplikasi karena sifat herbisida yang digunakan adalah herbisida kontak. Gejala kerusakan pada 2 MSA menunjukkan gejala kerusakan berupa kering seperti terbakar, namun pada 4 minggu setelah aplikasi, ternyata kentosan yang pada 2 MSA dianggap mati kering masih ada yang bertahan hidup. Adanya kentosan yang bertahan hidup ini salah satunya disebabkan oleh tidak sampainya larutan semprot ke titik tumbuh di dasar daun muda. Sehingga dasar daun muda yang tidak tersemprot tetap tumbuh. Hasil semprot kentosan 4 minggu setelah aplikasi dapat dilihat pada Gambar 6.
26
Gambar 6 Hasil semprot kentosan 4 minggu setelah aplikasi
Faktor Penentu Keberhasilan Pengendalian Gulma Faktor Lingkungan Curah hujan merupakan faktor yang tidak dapat dikendalikan oleh manusia. Curah hujan perlu mendapat perhatian karena pengaruhnya sangat besar terhadap hasil akhir pengendalian gulma. Curah hujan yang tinggi akan berpengaruh langsung terhadap cuaca. Cuaca yang harus dihindari adalah pada saat akan turun hujan, setelah hujan deras, cuaca terlalu panas dan angin kencang. Apabila cuaca hujan, maka cara dan hasil dari pengendalian yang dilakukan terpaksa disesuaikan. Kondisi ideal untuk aplikasi pengendalian gulma secara kimia adalah cuaca cerah yang tidak turun hujan 6 jam sebelum atau sesudah penyemprotan. Saat curah hujan tinggi dan hari hujan, pengendalian secara kimia akan sangat tidak efisien dan efektif. Ketidakefisienannya disebabkan oleh tercucinya herbisida yang disemprotkan dan sangat kecilnya kerusakan yang ditimbulkan oleh sisa herbisida yang disemprotkan. Kondisi yang kadang-kadang menyebabkan kehilangan herbisida yang tinggi adalah ketika penyemprotan dilakukan cuaca dalam keadaan cerah, namun segera setelah penyemprotan diselesaikan cuaca berubah menjadi hujan seketika. Selain hujan, cuaca yang terlalu panas atau pun ketika angin sedang kencang juga berpengaruh negatif terhadap pengendalian gulma secara kimia. Cuaca yang suhunya terlalu panas menyebabkan penyemprot merasa kepanasan dan mengurangi kinerja penyemprot sehingga penyemprotan menjadi terkesan asal-asalan. Angin yang bertiup kencang juga mengganggu pengendalian gulma secara kimia karena butir-butir larutan semprot ikut terbawa angin sehingga butirbutir larutan jatuh di lokasi lain yang tidak sesuai dengan keinginan penyemprot. Hal ini berdampak pada hasil semprot yang terlihat tidak merata dan relatif berbahaya bagi kesehatan penyemprot.
27
Faktor Manusia Kualitas sumber daya manusia adalah salah satu faktor utama yang menentukan keberhasilan pengendalian gulma di perkebunan. Pencapaian efiensi dan efektivitas dalam pengendalian gulma membutuhkan pengetahuan yang memadai mengenai berbagai aspek aplikasi herbisida, disiplin, serta kerja keras tenaga pelaksana. Manajer, asisten, dan mandor satu sebagai unsur pimpinan kebun terlibat langsung dalam proses aplikasi herbisida. Mereka semua harus ikut bertanggung jawab terhadap keberhasilan pekerjaan. Pembinaan mengenai aspek yang berkaitan dengan pelaksanaan aplikasi herbisida seperti pengenalan jenis-jenis gulma dan pengaruhnya terhadap tanaman perkebunan, pengetahuan tentang jenis, dosis, dan teknik aplikasi herbisida, pemakaian alat aplikasi yang tepat diberikan kepada semua unsur pimpinan tersebut. Pembinaan yang perlu diberikan kepada mandor lapangan dan karyawan penyemprotan, terutama mengenai masalah-masalah teknik, yaitu kalibrasi alat, cara mencampur, pemakaian dan perawatan alat aplikasi, serta masalah pengamanan dan keamanan kerja. Faktor Metode Umumnya metode pengendalian yang digunakan dalam pengendalian gulma adalah secara kimiawi dan manual. Pemilihan metode pengendalian disesuaikan dengan kondisi lingkungan. Pengendalian secara kimiawi memiliki kelebihan yang lebih besar dalam hal kerusakan gulma yang ditimbulkannya dibandingkan dengan pengendalian secara manual, namun juga membutuhkan biaya yang cukup mahal dan kondisi lingkungan yang ideal. Pengendalian secara manual memiliki kelebihan dalam hal keserbagunaannya, artinya bisa digunakan dalam segala kondisi cuaca. Faktor Alat Pengenalan alat semprot sangat diperlukan untuk memperoleh hasil pengendalian yang efektif. Alat semprot umumnya terdiri atas dua bagian, yaitu sprayer dan nozzle. Aplikasi herbisida tidak boleh menggunakan peralatan yang rusak, bocor, atau tidak berada dalam kondisi standar. Ketiga hal tersebut dapat menyebabkan proses pekerjaan terganggu, terjadinya pemborosan, dan kemungkinan akan membahayakan pelaksana penyemprotan. Pemeliharaan alat agar tetap prima setiap akan digunakan dilakukan dengan cara setelah digunakan dicuci bersih, diberi pelumas, dan tangki diisi dengan air bersih sebanyak seperempat volume tangki untuk menjaga agar kondisi tangki tetap lembap dan mencegah terjadinya kekeringan dan keretakan pada karet piston. Faktor Material Gulma sasaran yang akan dikendalikan menentukan herbisida yang digunakan. Kesesuaian herbisida dengan gulma sasaran berpengaruh besar terhadap efektivitas pengendalian. Kesesuaian herbisida dinilai berdasarkan cara kerja, waktu pemakaian, dan kombinasi bahan aktif. Berdasarkan cara kerjanya herbisida dibagi menjadi herbisida kontak dan herbisida sistemik. Berdasarkan waktu pemakaiannya herbisida dibagi menjadi herbisida pra tumbuh dan herbisida purna tumbuh. Berdasarkan kombinasi bahan aktifnya herbisida dibagi menjadi herbisida tunggal dan herbisida campuran. Selain kesesuaian herbisidanya,
28
konsentrasi yang digunakan juga sangat menentukan efisiensi. Konsentrasi optimal perlu diketahui agar penggunaan herbisida bisa ditekan sehemat mungkin namun tetap membunuh gulma sasaran.
Estimasi Biaya Pengendalian Gulma Pengendalian gulma adalah salah satu dari 3 kegiatan utama di perkebunan kelapa sawit. Karena sifatnya sebagai kegiatan utama yang rutin, pengendalian gulma memakan biaya pemeliharaan terbesar kedua setelah pemupukan. Kegiatan pengendalian gulma di BKLE dilakukan pada TBM dan TM. TBM memakan biaya lebih besar daripada tanaman TM karena pada tanaman TBM pertumbuhan gulma lebih banyak. Pengendalian gulma di BKLE dibagi menjadi 5 kegiatan, yaitu piringan, pasar pikul, & TPH manual, semprot piringan, pasar pikul, & TPH, gawangan manual, semprot gawangan, dan pemberantasan lalang. Komponen biaya pengendalian gulma di BKLE terdiri atas upah karyawan dan herbisida. Upah karyawan mewakili biaya pengendalian gulma dengan persentase 90.12% sedangkan herbisida hanya mewakili 9.88%. Rekap nggaran biaya pengendalian gulma BKLE tahun 2014 disajikan pada Tabel 7. Tabel 7 Rekap anggaran biaya pengendalian gulma BKLE tahun 2014 Tahun Tanam 2006 2007 2008 2009 2010 Total
Luas areal (ha) 0 560 1 527 0 261 0 035 0 122 2530
Rp/ha 543 474 543 474 543 474 543 474 543 474 Total
Biaya upah Total (Rp) 304 345 608 829 885 256 141 846 729 019 021 600 066 303 864 1 361 403 057
% 20.15 54.94 09.39 01.26 04.39 90.12
Rp/ha 59 577 59 577 59 577 59 577 59 577 Total
Biaya bahan Total (Rp) 33 363 601 90 975 392 15 549 821 02 085 225 07 268 498 149 215 537
% 2.21 6.02 1.03 0.14 0.48 9.88
Sumber: Kantor Kebun BKLE (2014)
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Penulis, melalui kegiatan magang ini, telah meningkatkan pemahaman proses kerja secara nyata, meningkatkan kemampuan teknis lapangan, meningkatkan kemampuan manajerial dan analisis kegiatan di lapangan perkebunan kelapa sawit. Berdasarkan hasil analisis vegetasi, gulma yang dominan di BKLE adalah Nephrolepis biserrata, Hyptis rhomboidea, Ageratum conyzoides, dan Digitaria adscendens. Berdasarkan nilai koefisien komunitas dari hasil analisis vegetasi, masing-masing areal memiliki vegetasi gulma yang tidak homogen. Pengendalian gulma di BKLE dilakukan dengan 2 metode yaitu pengendalian secara manual dan kimiawi. Pengendalian gulma manual adalah gawangan manual. Pengendalian gulma kimiawi yang rutin dilaksanakan adalah semprot piringan, pasar pikul, dan TPH. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan
29
pengendalian gulma adalah lingkungan, manusia, metode, alat, dan material. Kegiatan semprot kentosan pada salah satu divisi di BKLE kurang berjalan dengan baik. Hal tersebut ditandai dengan adanya kentosan yang belum terkendali pada waktu 4 minggu setelah aplikasi. Pengendalian gulma membutuhkan biaya yang relatif tinggi dengan persentase biaya upah mencapai 90.12% dan biaya herbisida mencapai 9.88%.
Saran Pengamatan untuk mengetahui tingkat kematian kentosan perlu diamati secara kuantitatif agar diketahui angka yang valid. Dominansi gulma tertentu perlu diteliti lebih lanjut, selain dibedakan berdasarkan tahun tanamnya, juga perlu diamati pengaruh jenis tanahnya.
DAFTAR PUSTAKA Adi P. 2010. Kaya dengan Bertani Kelapa Sawit. Yogyakarta (ID): Pustaka Baru Press. Corley RHV, Tinker PB. 2003. The Oil Palm. 4th ed. United Kingdom (GB): Blackwell Scientific. 562 p. Dirjenbun. 2012. Produksi, Luas Areal dan Produktivitas Perkebunan di Indonesia [internet]. [diunduh 2013 Nov 26]. Tersedia pada: www.deptan.go.id/Indikator/tabel-3-prod-lsareal-prodvitas-bun.pdf ________. 2013. Pengelolaan Gulma Pada Perkebunan Kelapa Sawit [internet]. [diunduh 2013 Des 10]. Tersedia pada: http://ditjenbun.pertanian.go.id/perlindungan/berita-196-pengelolaangulma-pada-perkebunan-kelapa-sawit.html Fitriana M, Parto Y, Munandar, Budianta D. 2013. Pergeseran Jenis Gulma Akibat Perlakuan Bahan Organik pada Lahan Kering Bekas Tanaman Jagung (Zea mays L.) J Agron Indonesia. 41(2): 118-125. Kemenperin. 2012. Prospek dan Permasalahan Industri Sawit [internet]. [diunduh 2013 Nov 26]. Tersedia pada: http://kemenperin.go.id/artikel/494/ProspekDan-Permasalahan-Industri-Sawit Ludwig JA, Reynold JF. 1988. Statistical Ecology: A Primer on Methods and Computing. New York (US): John Wiley & Sons Inc. 337 p. Moenandir J. 1993. Ilmu Gulma dalam Sistem Pertanian. Jakarta (ID): Raja Grafindo Persada. Monaco TJ, Weller SM, Ashton FM. 2002. Weed Science: Principles and Practices. 4th ed. United States of America (US): John Wiley & Sons. 671 p. Pahan I. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit: Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Palijama W, Riry J, Wattimena AY. 2012. Komunitas Gulma pada Pertanaman Pala (Myristica fragrans H) Belum Menghasilkan dan Menghasilkan di Desa Hutumuri Kota Ambon. Agrologia. 1(2):91-169.
30
Pardamean M. 2008. Panduan Lengkap Pengelolaan Kebun dan Pabrik Kelapa Sawit. Jakarta (ID): Agromedia Pustaka. Perdana E. 2009. Pengendalian Gulma Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Bukit Pinang, PT Bina Sains Cemerlang, Kabupaten Musi Rawas, Propinsi Sumatera Selatan [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Santosa E, Zaman S, Puspitasari ID. 2009. Simpanan Biji Gulma dalam Tanah di Perkebunan Teh pada Berbagai Tahun Pangkas. J Agron Indonesia. 37(1):46-54. Sastroutomo SS. 1990. Ekologi Gulma. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama. Sembodo DRJ. 2010. Gulma dan Pengelolaaanya. Yogyakarta (ID): Graha Ilmu. Soedarsan A, Basuki, Wirjahardja S, dan Rifai MA. 1983. Pedoman Pengenalan Berbagai Jenis Gulma pada Tanaman Perkebunan. Jakarta (ID): Dirjenbun.
31
Lampiran 1 Peta Bangun Koling Estate, PT Windu Nabatindo Abadi
32
Lampiran 2 Data curah hujan 2009-2013Bangun Koling Estate, PT Windu Nabatindo Abadi 2009 2010 2011 2012 2013 Rata-Rata CH(mm) HH(hari) CH(mm) HH(hari) CH(mm) HH(hari) CH(mm) HH(hari) CH(mm) HH(hari) CH(mm) HH(hari) Januari 298.25 14 471.00 16 415.75 14 110.00 9 330 14 325.00 13.4 Februari 246.00 13 285.50 13 292.00 06 156.00 14 624 17 320.70 12.6 Maret 800.50 18 318.50 16 233.75 10 134.50 11 466 15 390.65 14 April 558.00 14 198.50 11 373.50 12 206.35 16 329 14 333.07 13.4 Mei 293.00 10 437.10 15 208.50 08 302.00 12 459 13 339.92 11.6 Juni 245.00 07 464.75 18 105.75 06 097.50 4 260 09 234.60 8.8 Juli 242.00 06 414.75 15 081.75 04 250.50 12 427 15 283.20 10.4 Agustus 017.00 01 201.00 12 208.50 02 271.60 07 160 09 171.62 6.2 September 026.00 02 532.25 13 062.75 04 134.50 05 467 13 244.50 7.4 Oktober 544.00 10 427.75 16 233.55 08 422.00 12 498 09 425.06 11 November 546.50 20 404.25 18 342.25 09 469.00 15 243 07 401.00 13.8 Desember 850.80 22 363.75 12 249.25 11 459.00 17 637 16 511.96 15.6 BB 10 12 9 11 12 10.8 BK 02 00 1 01 0 01.2 Sumber: Kantor Kebun BKLE (2014) Bulan
Keterangan : BB = Bulan Basah (Curah Hujan > 100 mm) BK = Bulan Kering ( Curah Hujan <100 mm) CH = Curah Hujan HH = Hari Hujan
Perhitungan Tipe Iklim (Q) menurut Schmidt-Ferguson : Q = Rata-rata BK/Rata-rata BB X 100 % Q = 0.8/10.8 X 100 % Q = 7.41% (Tipe A/Sangat Basah)
Lampiran 3 Struktur Organisasi Bangun Koling Estate, PT Windu Nabatindo Abadi Lampiran 1Struktur Organisasi Bangun Koling Estate, PT Windu Nabatindo Abadi
STRUKTUR ORGANISASI BANGUN KOLING ESTATE SYAHBUDIN ESTATE M ANAGER
VACANT ASKEP
KANTOR KEBUN
ROBI FIRMAN HAKIKI
SHOHAFIN
GUNAWAN SETIAJI
ABDULLAH ISMAIL S
EKA SISWANTO
KASIE ADM INISTRASI
ASISTEN DIVISI 1
ASISTEN DIVISI 2
ASISTEN DIVISI 3A
ASISTEN DIVISI 3B
SECURITY
TRAKSI
DIVISI 1
DIVISI 2
DIVISI 3A
DIVISI 3B
FEBRI SETYO N
GULANDIA
ANTON R.A
M. YUNUS
ARDI JUNAIDI
MISRIYADI
ACCOUNTING
DANRU
M ANDOR TRAKSI
M ANDOR 1
M ANDOR 1
M ANDOR 1
MISRIYADI M ANDOR 1
RUKHIANI
SUHARDI B
SRI WAHYUNI S
MURNI SIMAMORA
EKA SUSANTI
RUSTI YULANDASARI
RUSTI YULANDASARI KRANI DIVISI
ADM . TANAM AN
SECURITY
KRANI TRAKSI
KRANI DIVISI
KRANI DIVISI
KRANI DIVISI
DIKI MARTA S
RUSLAN B
SUYANTO
MARTIN
AHMAD MUHEL
MUHILIN
PASIRAN
M ANTRI PRODUKSI
SECURITY
M EKANIK
M ANDOR PANEN
M ANDOR PANEN
M ANDOR PANEN
M ANDOR RAWAT
JAYENG PONCO N
HADI SUSANTO
ALIM
USIK
PETRUS JUDI
HAIRULLAH
M ANTRI TANAM AN
SECURITY
HLP. M EKANIK
M ANDOR PANEN
M ANDOR PANEN
M ANDOR PANEN
VACANT
MARCOPOLO
SUPRIADI
HENDRO
YUSTINA TEI
TONY SETYAWAN
M ANTRI HPT
SECURITY
DRIVER DT-027
M ANDOR BSS
M ANDOR BM S
M ANDOR PANEN
DEDI SETYAWAN
RONNY
SODIRIN
BAYU
HERNITA
VACANT
KRANI GUDANG
SECURITY
DRIVER DT-022
M ANDOR RAWAT
M ANDOR BM S
M ANDOR RAWAT
SRI TAMBAH
SYAIFULLAH
ADRIANUS N
BETTY
AFIF
VACANT
KASIR
SECURITY
DRIVER DT-017
KRANI PANEN
M ANDOR BM S
M ANDOR TP2A
HENNY RUSMANA
RUSLAN A
EDUARDUS AGUNG
AAN RUBIANTO
JAYENG SUKMONO G
RITA B
PERSONALIA
SECURITY
DRIVER DT-012
KRANI PANEN
M ANDOR TP2A
KRANI PANEN
RESTI KURNIATY
RIKSEN ARGA A.S
STEFANUS N
TOHIRIN
HATNIATI
SANTI K
ADM . RSPO
SECURITY
DRIVER DT-004
KRANI TRANSPORT
KRANI PANEN
KRANI PANEN
HINDRAS DWI K
OPIK
EKO PRASETYO
ERICSON
M ANTRI KLINIK
DRIVER LT-003
KRANI PANEN
KRANI TRANSPORT
AHMAD PRIANTO
FERDINANDUS
SEBASTIANUS M
DRIVER RANGER
DRIVER TT-001
KRANI TRANSPORT
ARIF WIHARJA DRIVER BS-003
33
34
Lampiran 4 Jurnal harian sebagai karyawan harian lepas di Bangun Koling Estate, PT Windu Nabatindo Abadi Tanggal
Uraian Kegiataan
01/03/2014 02/03/2014 03/03/2014 04/03/2014 05/03/2014 06/03/2014 07/03/2014 08/03/2014 09/03/2014 10/03/2014 11/03/2014 12/03/2014 13/03/2014 14/03/2014 15/03/2014 16/03/2014 17/03/2014 18/03/2014 19/03/2014 20/03/2014 21/03/2014 22/03/2014 23/03/2014 24/03/2014 25/03/2014 26/03/2014 27/03/2014
Perkenalan kebun Libur hari minggu Gawangan manual Semprot piringan, pasar pikul, & TPH Semprot piringan, pasar pikul, & TPH Gawangan manual Semprot kentosan Piringan, pasar pikul, & TPH manual Libur hari minggu Kutip brondolan Catat buah di TPH Cek dokumen untuk ISPO Cek dokumen untuk ISPO Cek dokumen untuk ISPO Cek dokumen untuk ISPO Libur hari minggu Muat langsir pupuk Pemasangan nomor dan pengecekan APAR Membantu kegiatan kantor kebun Until pupuk dan membuat sign board Until pupuk Sanitasi Libur hari minggu Pengairan Pengairan Membantu kantor kebun Muat langsir pupuk dan bibit
28/03/2014 29/03/2014 30/03/2014 31/03/2014
Sisip bibit Sensus sisip, monitoring level air, dan until pupuk Libur hari minggu Membantu kantor kebun
Penulis 6 jam 0.2 ha 7 jam 7 jam 1 gawangan 7 jam 3 ha 4 blok 7 jam 7 jam 7 jam 7 jam 7 jam 2.5 ton 7 jam 7 jam 7 jam 7 jam 7 jam 7 jam 7 jam 7 jam 2.3 ton pupuk & 53 bibit 50 bibit 7 jam 7 jam
Prestasi Kerja Karyawan 6 jam 0.4 ha 3 ha 3 ha 1 gawangan 8 baris 3 ha 4 blok 7 jam 7 jam 7 jam 7 jam 7 jam 2.5 ton 7 jam 7 jam 7 jam 2 ton 5 baris 7 jam 7 jam 7 jam 2.3 ton pupuk & 53 bibit 55 bibit 7 jam 7 jam
Standar 6 jam 0.4 ha 3 ha 3 ha 1 gawangan 8 baris 3 ha 4 blok 7 jam 7 jam 7 jam 7 jam 7 jam 2.5 ton 7 jam 7 jam 7 jam 2 ton 5 baris 7 jam 7 jam 7 jam 2.3 ton pupuk & 53 bibit 50 bibit 7 jam 7 jam
Lokasi Kantor kebun Blok K07 Blok K07 Blok O30 Blok K07 Blok K24 Blok K17 & K18 Blok K19-K22 Blok K20-K23 Kantor kebun Kantor kebun Kantor wilayah Kantor wilayah Divisi 1 Emplasemen utama Kantor kebun Gudang pupuk dan NKT Gudang pupuk Blok K14 Blok M19 Blok L8-L10 Kantor kebun Blok J07, M22, & L16 Blok M22 Blok M21-M22, tunggul air, & gudang pupuk Kantor kebun
40
Lampiran 5 Rekomendasi Dosis Pupuk Tahun 2014 di BKLE Jenis Tanah INCEPTISOL
Umur/ Tahun Tanam TT 1998-2010 overall
ULTISOL
ENTISOL
SPODOSOL
2,00
3,00
1,25
-
0,20
2,00
1,50
1,25
-
0,10
6,10
Rot 2
1,00
0,10
2,60
2,25
2,00
3,00
1,25
-
0,20
1,25
2,00
1,50
1,25
-
0,10
6,10
Rot 2
1,00
-
1,50
-
-
0,10
2,60
2,50
2,50
3,50
1,75
0,20
0,20
Rot 1
1,50
2,50
2,00
1,75
0,20
0,10
Rot 2
1,00
HISTOSOL
0,10
10,65 8,05 2,60
2,00
3,00
1,25
0,20
0,20
Rot 1
1,25
2,00
1,50
1,25
0,20
0,10
6,30
Rot 2
1,00
-
1,50
-
-
0,10
2,60
2,50
2,50
3,50
1,75
0,20
0,20
Rot 1
1,50
2,50
2,00
1,75
0,20
0,10
Rot 2
1,00
1,50
-
-
0,10
8,90
10,65 8,05 2,60
2,25
2,00
3,00
1,25
0,20
0,20
Rot 1
1,25
2,00
1,50
1,25
0,20
0,10
6,30
Rot 2
1,00
-
1,50
-
-
0,10
2,60
TT 1998-2010 overall
1,50
8,70
2,25
TT 2008-2010 Young
1,50
8,70
Rot 1
TT 1998-2007 Prime
TOTA L
1,25
TT 2008-2010 Young
(kg/pkk/thn)
MOP KIESERITEZINCOPPER HGFB
2,25
TT 1998-2007 Prime
RP
Rot 1
TT 1998-2010 overall
Jenis Pupuk UREA
8,90
1,75
1,75
4,50
-
0,20
0,20
Rot 1
1,00
1,75
1,50
-
0,20
0,10
4,55
Rot 2
0,75
-
1,50
-
-
0,10
2,35
-
1,50
-
-
Rot 3
-
-
8,40
1,50
35
41 36
Lampiran 6 Jurnal harian sebagai pendamping mandor di Bangun Koling Estate, PT Windu Nabatindo Abadi Tanggal 01/04/2014 02/04/2014 03/04/2014 04/04/2014 05/04/2014 06/04/2014 07/04/2014 08/04/2014 09/04/2014 10/04/2014 11/04/2014 12/04/2014 13/04/2014 14/04/2014 15/04/2014 16/04/2014 17/04/2014 18/04/2014 19/04/2014 20/04/2014 21/04/2014 22/04/2014 23/04/2014 24/04/2014 25/04/2014 26/04/2014 27/04/2014 28/04/2014 29/04/2014 30/04/2014
Uraian Kegiataan Gawangan manual Pembuatan TPH Perawatan jalan Piringan, pasar pikul, & TPH manual Cabut kentosan dan pendataan primer Libur hari minggu Muat langsir pupuk Muat langsir dan penaburan pupuk Libur pemilu Muat langsir pupuk dan pencatatan buah Muat langsir, pengeceran, dan penaburan pupuk Until dan muat langsir pupuk Libur hari minggu Panen Panen Pencatatan buah Pencatatan buah Libur keagamaan Pembuatan SPB Libur hari minggu Semprot piringan, pasar pikul, & TPH Semprot piringan, pasar pikul, & TPH Semprot piringan, pasar pikul, & TPH Semprot piringan, pasar pikul, & TPH Semprot piringan, pasar pikul, & TPH Bengkel Libur hari minggu Bengkel Klinik Kerja Mandor Panen Pembuatan struktur organisasi Traksi
Jumlah Karyawan yang Diawasi (orang) 3 4 3 2 3 19 20 33 7 4 3 8 16 7 29 26 28 27 29 3 5 -
Prestasi Kerja Luas Areal yang Diawasi (ha) 8.07 35.98 36.46 26.1 80.87 50.74 98.49 66.89 1 110.38 29.65 83.35 110.25 58.88 81 59 96 93 78 1 1 -
Lama Kegiatan (jam) 7 7 7 7 7 7 7 9 5 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 6 7 7 7
Lokasi Blok K15 Blok L20 Blok M21 Blok M23 Blok K14 & L29 Blok L22-24 Blok N31-32 Gudang pupuk, Blok K24, & L20-22 Blok L26-27 Gudang pupuk Blok K16-18 K17 K20-22 L19-21 M22-23 M19-M21 M22-M23 L18-20 Blok L21-23 Blok K16-18 Kantor traksi Bengkel traksi Blok K21-24 Kantor kebun
Lampiran 7 Jurnal harian sebagai pendamping asisten di Bangun Koling Estate, PT Windu Nabatindo Abadi Tanggal 01/05/2014 02/05/2014 03/05/2014 04/05/2014 05/05/2014 06/05/2014 07/05/2014 08/05/2014 09/05/2014 10/05/2014 11/05/2014 12/05/2014 13/05/2014 14/05/2014 15/05/2014 16/05/2014 17/05/2014 18/05/2014 19/05/2014 20/05/2014 21/05/2014 22/05/2014 23/05/2014 24/05/2014 25/05/2014 26/05/2014 27/05/2014 28/05/2014 29/05/2014 30/05/2014 31/05/2014
Uraian Kegiataan Libur hari buruh Until pupuk Supervisi dosen Libur hari minggu Pemupukan Panen Administrasi kantor divisi Panen Panen Perawatan Libur hari minggu Akunting Panen Panen Libur keagamaan Pemupukan Panen Libur hari minggu Panen Until pupuk Simulasi pemupukan Pemupukan Administrasi kantor divisi Pembuatan patok blok Libur hari minggu Kunjungan ke PKS Libur keagamaan Kunjungan ke PKS Libur keagamaan Pembuatan patok blok Pembuatan patok blok
Jumlah Mandor yang Diawasi (orang) 1 2 3 3 3 1 2 2 2 2 2 3 3 1 -
Prestasi Kerja Luas Areal yang Diawasi (ha) 1 48.7 68 114 55.94 19.7 66.43 30.45 67.19 149.72 212.34 1 1 -
Lama Kegiatan (jam) 7 7 7 7 7 5 7 7 7 7 5 7 7 7 7 7 5 6 7 7 5 6
Lokasi Gudang pupuk Kantor wilayah Blok L24-25 Blok 17-19 Kantor divisi 2 Blok K20-23 Blok K23-24 Blok K14-15 Kantor kebun Blok L20 & M20 Blok M20 Blok L21-22 Blok K7-L20 Blok K17-24 Gudang pupuk SCME Blok L16-17 Kantor divisi 2 Kantor kebun Pabrik Pabrik Kantor kebun Kantor kebun
37
38
Lampiran 7 Jurnal harian sebagai pendamping asisten di Bangun Koling Estate, PT Windu Nabatindo Abadi (lanjutan) Tanggal 01/06/2014 02/06/2014 03/06/2014 04/06/2014 05/06/2014 06/06/2014 07/06/2014 08/06/2014 09/06/2014 10/06/2014 11/06/2014 12/06/2014 13/06/2014 14/06/2014 15/06/2014 16/06/2014 17/06/2014 18/06/2014 19/06/2014 20/06/2014 21/06/2014 22/06/2014 23/06/2014 24/06/2014 25/06/2014 26/06/2014 27/06/2014 28/06/2014 29/06/2014 30/06/2014
Uraian Kegiataan Libur hari minggu Pembuatan patok blok Pembuatan patok blok Pembuatan patok blok Pembuatan presentasi Pembuatan presentasi Kunjungan ke riset Libur hari minggu Pembuatan presentasi Panen Panen Pemasangan patok blok Perbaikan makalah Panen Libur hari minggu Pemupukan Pemupukan Pemupukan Until pupuk Kunjungan dan presentasi wilayah Kunjungan dan presentasi wilayah Libur hari minggu Pemupukan Leaf sampling unit Pemupukan Perawatan Perawatan Pembuatan kokpit divisi Libur hari minggu Perpisahan
Jumlah Mandor yang Diawasi (orang) 3 3 3 1 1 1 1 1 1 2 1 1 -
Prestasi Kerja Luas Areal yang Diawasi (ha) 128.77 140.3 119.73 36.92 38.07 43.16 1 70.2 72.51 76.55 43.69 43.69 1 -
Lama Kegiatan (jam) 7 7 7 7 5 7 7 7 7 7 5 7 7 7 7 7 5 7 7 7 7 7 5 6 7
Lokasi Kantor kebun Kantor kebun Kantor kebun Kantor kebun Kantor kebun Kantor riset Kantor kebun Blok L20-23 Blok M19-23 Blok M19-23 Kantor kebun Blok K21-24 Blok P27-28 Blok 029-30 Blok 027-28 Gudang until Kantor wilayah Kantor wilayah Blok N26-27 Blok K19-21 Blok M16-17 Blok O27-28 Blok O27-28 Kantor kebun Emplasemen utama
39
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 28 Mei 1992 di Meulaboh dan merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Bapak Sarjono Damanik dengan Ibu Rosnilawaty Alifia. Pada tahun 2004 penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SD Negeri 1 Langsa. Selanjutnya, penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 16 Medan dan lulus pada tahun 2007. Penulis melanjutkan pendidikan di SMA Shafiyyatul Amaliyyah Medan dan lulus pada tahun 2010. Pada tahun yang sama, penulis diterima sebagai mahasiswa IPB pada program sarjana melalui USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) sebagai mahasiswa di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB. Penulis aktif di beberapa organisasi mahasiswa: Tahun 2010 sampai dengan 2012 sebagai anggota Div. Humas BKIM IPB, Tahun 2012/2013 sebagai anggota Div. Mibaorsen Himagron (Himpunan Mahasiswa Agronomi) Faperta IPB. Selain itu, penulis aktif dalam kegiatan organisasi mahasiswa daerah IMMAM (Ikatan Mahasiswa Muslim Asal Medan).