PENGENDALIAN GULMA KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN SEI AIR HITAM, PT. PERDANA INTI SAWIT PERKASA I, KAB. ROKAN HULU, RIAU
IKA SARITA ANGGRAENI
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengendalian Gulma Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Sei Air Hitam, PT. Perdana IntiSawit Perkasa I, Kab. Rokan Hulu, Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2015
Ika Sarita Anggraeni NIM A24080156
ABSTRAK IKA SARITA ANGGRAENI. Pengendalian Gulma Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Sei Air Hitam, PT. Perdana IntiSawit Perkasa I, Kab. Rokan Hulu, Riau. Dibimbing oleh HERDHATA AGUSTA dan SOFYAN ZAMAN. Magang ini dilakukan di Divisi 3 Kebun Sei Air Hitam (SAH) PT Perdana IntiSawit Perkasa I, First Resources Grup, Kab. Rokan Hulu, Riau mulai dari Februari 2012 sampai Mei 2012. Penulis berstatus sebagai karyawan harian lepas selama satu bulan, sebagai pendamping mandor selama satu bulan, dan sebagai pendamping asisten divisi selama satu bulan. Kegiatan magang ini bertujuan untuk memperluas pengetahuan dan keterampilan penulis tentang aspek teknis dan manajerial di perkebunan kelapa sawit terutama dalam kegiatan pengendalian gulma. Pengamatan yang dilakukan meliputi dominansi gulma: kerapatan, frekuensi, dan berat kering biomassa gulma; jenis dan dosis herbisida yang digunakan; dan kecepatan pertumbuhan kembali setelah aplikasi. Asystasia intrusa (Forssk.) Blume dan Centotheca lappacea (L.) Desv. merupakan gulma dominan di Kebun SAH. Pengendalian gulma dilakukan secara manual (babat dempes) dan kimia (campuran isopropilamina glifosat 0.16 L/ha dan metil metsulfuron dengan dosis 0.008 kg/ha). Secara umum, kegiatan pengendalian gulma di Kebun SAH sudah berjalan dengan baik, namun masih terdapat beberapa kendala di antaranya: kekurangan jumlah dan kualitas tenaga kerja, serta ketersediaan alat dan keterlambatan penyediaan dan penyaluran bahan. Kata kunci: Kelapa sawit, gulma, dominansi, pengendalian
ABSTRACT The apprentice was conducted at Division 3 Sei Air Hitam (SAH) Estate, PT Perdana IntiSawit Perkasa I, First Resources Group, Rokan Hulu Regency, Riau from Februari 2012 until Mei 2012. The assigment composed as field worker for one month, as accompanied foreman for one month, and as accompanied of division’s assistant for one month. This apprentice was aim to extend the knowledge and skill about technical and managerial aspects of palm oil plantation especially in weed control. The specifik observation were conducted weed dominance: density, frequency, and dry weight of weed biomass; herbicide’s type and dosage; and speed regrowth after application. Asystasia intrusa (Forssk.) Blume dan Centotheca lappacea (L.) Desv. were the dominant weeds in SAH Estate. Weed control was conducted in mechanically (chop off) and chemically way (combination of 0.16 L/ha isopropilamina glifosat and 0.008 kg/ha metil metsulfuron). Generally, weed control at SAH Estate have been performed well enough, however there were need some improvement for overcoming less still worker quantity and quality, tools availability and delays in supply and distribution of materials. Keywords: Palm oil, weed, dominance, control
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
PENGENDALIAN GULMA KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN SEI AIR HITAM, PT. PERDANA INTISAWIT PERKASA I, KAB. ROKAN HULU, RIAU
IKA SARITA ANGGRAENI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Agronomi dan Hortikultura
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PRAKATA Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberi rahmat dan petunjuk-Nya, sehingga penulisan skripsi dengan judul “Pengendalian Gulma Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Sei Air Hitam, PT Perdana IntiSawitPerkasa I, Kab. Rokan Hulu, Riau” yang merupakan hasil dari kegiatan magang ini dapat diselesaikan. Skripsi merupakan tugas akhir akademik yang harus diselesaikan mahasiswa untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Ucapan terima kasih penulis sampaikan atas bantuan dan pertolongan selama pelaksanaan magang dan proses penulisan skripsi ini kepada : 1. Dr Ir Herdata Agusta, MS dan Ir Sofyan Zaman, MP selaku pembimbing skripsi atas bimbingan dan saran yang diberikan. 2. Dr Ir Heni Purnamawati, MSc.Agr atas kesediaannya sebagai dosen penguji dan masukan-masukan yang diberikan. 3. Dr Ir Yudiwanti WEK selaku pembimbing akademik atas bimbingan yang diberikan selama pelaksanaan studi. 4. Dr Ir Ade Wachjar, MS selaku panitia magang yang telah mengusahakan tempat magang dan pelaksanaan magang tepat pada waktunya. 5. Pihak Manajemen PT Perdana IntiSawit Perkasa I atas ketersediaannya memberikan tempat magang dan bantuan selama mahasiswa magang di lapangan. 6. Keluargaku di Divisi 3: Bapak Rizali (Asisten Divisi) dan keluarga Ibu Ellys Jelija (Kerani Divisi) dan keluarga, Bapak Aan Samosir (Mandor Panen) dan keluarga, Bapak Budiman Sitohang (Mandor Panen) dan keluarga, Bapak Johan (Kerani Produksi) dan keluarga, Bapak Armalis (Kerani Produksi) dan keluarga, Bapak Bairun Saragih (Mandor Perawatan) dan keluarga, serta Bapak M. Zaenuddin (Mandor Pemupukan) dan keluarga atas pengalaman dan rasa kekeluargaan yang diberikan selama pelaksanaan magang. 7. Para staf Laboratorium PT Perdana IntiSawit Perkasa I atas keterbukaan dan ketersediaannya menerima mahasiswa magang. 8. Ibu Sumi dan Bapak Irawan yang telah memberi perhatian yang sangat besar selama magang. 9. Bapak, Mamak, dan adik-adikku Eri Anggriawan dan Andika Irawan atas doa dan motivasi yang tulus kepada penulis. 10. Rekan-rekan: Maharani Rahman, Munandar Irfanda, Dimas Guntur Julianto atas solidaritas dan persahabatan selama magang. 11. Tama, Dito, Nida, Nisa, Fardil, Arga, Andre, Riri, Susi, Mariski, Endah, dan semua teman-temanku Agronomi 45 atas kebersamaannya selama ini. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan. Bogor, Juni 2015
Ika Sarita Anggraeni
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
i
DAFTAR GAMBAR
i
DAFTAR LAMPIRAN
ii
PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan
1 1 1
TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Syarat Tumbuh Gulma Pengendalian Gulma
2 2 3 3 4
METODE MAGANG Waktu dan Tempat Metode Pelaksanaan Pengamatan dan Pengumpulan Data Analisis Data dan Informasi
5 5 5 6 7
KEADAAN UMUM KEBUN Letak Geografis dan Administratif Keadaan Topografi, Tanah, dan Iklim Luas Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan Kondisi Tanaman Struktur Organisasi Ketenagakerjaan Produksi
7 7 7 8 8 9 10 11
PELAKSANAAN MAGANG Pelaksanaan Teknis Lapangan Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit Pengendalian Hama Penanaman Tanaman Beneficial Plant Penunasan (Pruning Pelepah) Pemanenan Pemeliharaan Jalan Sensus Pokok dan Pemetaan Blok Pelaksanaan Manajemen Kebun
12 12 12 17 19 19 20 22 23 23
HASIL DAN PEMBAHASAN Gulma dan Permasalahannya di Kebun SAH PT PISP I Vegetasi Gulma Divisi 3 Kebun SAH PT PISP I
25 25 25
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunitas Gulma Organisasi Pengendalian Gulma Ketenagakerjaan Teknik Pengendalian Gulma Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengendalian Gulma Analisis Ekonomi Pengendalian Gulma
30 32 33 33 38 40
KESIMPULAN DAN SARAN
42
DAFTAR PUSTAKA
42
LAMPIRAN
44
DAFTAR TABEL 1 Komposisi areal tahun tanam per divisi 2 Data tenaga kerja Kebun Pertanaman Kelapa Sawit Kebun SAH 3 Data tenaga kerja Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Kebun SAH 4 Rekomendasi Pemupukan TM Kelapa Sawit di Kebun SAH 5 Jenis dan spesifikasi pupuk yang dianjurkan dalam rekomendasi pemupukan Kebun SAH Divisi 3 6 Kandungan unsur hara dalam 30 ton/ha tandan kosong 7 Kandungan unsur hara dalam 75 ton/ha limbah cair 8 Jumlah pelepah ditinggalkan di pokok sesuai umur tanaman 9 Kriteria matang panen kelapa sawit 10 Jumlah tenaga kerja panen Divisi 3 Kebun SAH 111 Penggolongan gulma di Divisi 3 Kebun SAH 12 Spesies gulma beserta NJD di pasar pikul blok sampel Divisi 3 Kebun SAH 13 Spesies gulma beserta NJD di gawangan blok sampel Divisi 3 Kebun SAH 14 Lokasi dan teknik pengendalian gulma di Divisi 3 Kebun SAH 15 Hasil analisis vegetasi di piringan blok sampel Divisi 3 Kebun SAH 16 Perubahan fisik/morfologis setelah aplikasi isopropilamina glifosat 0.48 L/ha dan metil metsulfuron dengan dosis 0.024 kg/ha di piringan
9 10 11 13 14 14 15 20 20 21 26 27
29 34 35
36
DAFTAR GAMBAR 1 Struktur organisasi tingkat Divisi Kebun SAH 2 Alat dan bahan serta cara pengaplikasian infus akar 3 Kalibrasi penguntilan, pengeceran pupuk, dan penaburan pupuk 4 Penemuan gumpalan pupuk urea di piringan pokok 5 Titik tanam Turnera subulata 6 Gupon (kandang burung hantu) 7 Perawatan bunga Turnera subulata 8 (a) Gulma di Sawit tahun tanam 2004 (b) Gulma di sawit tahun tanam 1993 9 Struktur organisasi pengendalian gulma 10 Tenaga kerja laki-laki dan perempuan untuk pengendalian gulma
11 Pengendalian manual gulma di piringan 12 Hasil penyemprotan 1 MSA – 2 MSA – 3 MSA – 4 MSA di piringan kelapa sawit
10 15 17 17 18 18 19 31 32 33 35 36
13 14 15 16 17
Pengendalian manual gulma di gawangan Pengendalian gulma dengan babat di bahu jalan Kondisi jalan berlubang Divisi 3 Penggunaan air parit yang kotor Persiapan dan aplikasi semprot tanpa APD
38 38 39 39 40
DAFTAR LAMPIRAN 1 Jurnal harian kegiatan magang KHL di Kebun SAH 2 Jurnal harian kegiatan magang pendamping mandor di Kebun SAH 3 Jurnal harian kegiatan magang pendamping asisten di Kebun SAH 4 Curah hujan PT Perdana IntiSawit Perkasa I tahun 2005 2010 5 Data total produksi kelapa sawit PT Perdana Inti Sawit Perkasa I tahun 2007 – 2010 6 Peta areal kerja PT Perdana IntiSawit Perkasa I 7 Peta realisasi dongkel anak kayu PT Perdana IntiSawit Perkasa I 8 Peta realisasi chemist piringan PT Perdana IntiSawit Perkasa I 9 Peta realisasi garuk piringan PT Perdana IntiSawit Perkasa I 10 Peta realisasi pasar pikul PT Perdana IntiSawit Perkasa I
45 46 48 49 50 51 52 53 54 55
PENDAHULUAN Latar Belakang Beberapa isu nasional seperti angka pengangguran yang cenderung tinggi, kemiskinan yang cenderung meningkat, kelangkaan energi, adanya kerusakan lingkungan, dan makin melemahnya sektor riil di Indonesia menjadikan kebijakan pembangunan pertanian yang fokus pada komoditas perkebunan diharapkan mampu berperan besar di bidang ekonomi, sosial, dan lingkungan. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) termasuk dalam komoditas prioritas utama untuk diunggulkan (Sunarko 2010). Kelapa sawit di Indonesia terus berkembang dari tahun ke tahun, baik itu pertambahan luas areal maupun peningkatan produksi. Data pada tahun 2013 menunjukkan luas areal kebun kelapa sawit adalah 10.45 juta ha dan pada tahun 2014 meningkat sebanyak 4.69% menjadi 10.95 juta ha. Data produksi tahun 2013 yaitu 27.78 juta ton dan pada tahun 2014 meningkat sebanyak 5.62% menjadi 29.34 juta ton (Direktorat Jenderal Perkebunan 2014). Indonesia merupakan produsen kelapa sawit terbesar kedua di dunia setelah Malaysia. Sebanyak 85% lebih pasar dunia kelapa sawit dikuasai oleh Indonesia dan Malaysia (Pahan 2011). Produktivitas tanaman kelapa sawit yang tinggi dapat dicapai dengan pemeliharaan yang intensif. Salah satu faktor utama yang berpengaruh dalam pertumbuhan dan produktivitas kelapa sawit adalah pengendalian gulma. Pengendalian gulma dimaksudkan untuk mengurangi terjadinya persaingan dengan tanaman pokok, memudahkan pelaksanaan pemupukan dan pemanenan, serta mencegah berkembangnya hama/penyakit tertentu. Lubis dan Widanarko (2011) menyatakan bahwa pengendalian gulma harus dilakukan secara benar supaya perusahaan tidak mengalami kerugian produksi akibat adanya persaingan antara gulma dengan tanaman kelapa sawit. Pahan (2011) menambahkan bahwa pengendalian gulma dilakukan dengan pendekatan konsep ambang ekonomis. Artinya, selama kerugian yang ditimbulkan oleh kehadian gulma tersebut masih lebih kecil dari biaya yang harus dikeluarkan untuk pengendaliannya maka pengendalian tidak perlu dilakukan. Pengendalian gulma di perkebunan kelapa sawit dilakukan pada 4 (empat) tempat, yaitu di piringan, gawangan, pasar pikul, dan bahu jalan. Pengendalian gulma dapat dilakukan secara mekanis, biologis, maupun kimiawi. Pengendalian mekanis yaitu dengan penggunaan alat-alat seperti cados (cangkul dodos) dan parang panjang. Pengendalian biologis dengan penggunaan tanaman atau organisme yang dapat menekan pertumbuhan gulma. Pengendalian kimiawi dengan penyemprotan herbisida maupun dengan wiping. Tujuan Tujuan umum kegiatan magang ini adalah menambah pengalaman, meningkatkan kemampuan teknis dan manajerial di perkebunan kelapa sawit, serta meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam memahami proses kerja secara
2 nyata. Tujuan khusus dalam kegiatan magang ini adalah mempelajari teknik dan efektifitas manajemen pengendalian gulma pada pertanaman kelapa sawit yang telah menghasilkan.
TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Menurut Suwarto dan Octavianty (2010) klasifikasi tanaman kelapa sawit adalah sebagai berikut: Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Liliopsida Ordo : Arecales Famili : Arecaceae Genus : Elaeis Spesies : Elaeis guineensis Asal tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) secara pasti belum bisa diketahui. Namun, ada dugaan kuat tanaman ini berasal dari dua tempat, yaitu Amerika Selatan dan Afrika (Guinea). Spesies Elaeis melanococca atau Elaeis oleivera diduga berasal dari Amerika Selatan dan spesies Elaeis guineensis berasal dari Afrika (Guinea) (Sastrosayono 2005). Kelapa sawit merupakan tumbuhan monokotil. Artinya, tanaman dari famili Arecaceae ini memiliki akar serabut. Radikula pada bibit tumbuh memanjang ke bawah selama enam bulan hingga mencapai 15 cm dan menjadi akar primer (Sunarko 2010). Batang kelapa sawit tumbuh tegak lurus ke atas. Batang berbentuk silindris dan berdiameter 40-60 cm, tetapi pada pangkalnya membesar. Pada ujung batang terdapat titik tumbuh yang membentuk daun-daun dan memanjangkan batang. Selama empat tahun pertama, titik tumbuh membentuk daun-daun yang pelepahnya membungkus batang sehingga batang tidak terlihat (Setyamidjaja 2010). Daun kelapa sawit membentuk susunan majemuk, bersirip genap, dan bertulang sejajar. Daun-daun ini membentuk satu pelepah yang panjangnya mencapai lebih dari 7.5-9 m (Suwarto dan Octavianty 2010). Tanaman kelapa sawit yang berumur tiga tahun sudah mulai dewasa dan mulai mengeluarkan bunga jantan dan bunga betina. Bunga jantan berbentuk lonjong memanjang, sedangkan bunga betina agak bulat. Tanaman kelapa sawit mengadakan penyerbukan silang (cross pollination). Artinya, bunga betina dari pohon yang satu dibuahi oleh bunga jantan dari pohon yang lainnya dengan perantaraan angin dan atau serangga penyerbuk (Sunarko 2007). Pahan (2011) mengatakan bahwa buah kelapa sawit digolongkan sebagai buah drupe, terdiri dari pericarp yang terbungkus oleh exocarp (kulit), mesocarp (yang secara salah kaprah biasanya disebut pericarp), dan endocarp (cangkang) yang membungkus 1-4 inti/kernel (umumnya hanya satu inti). Inti memiliki testa (kulit), endosperm yang padat, dan sebuah embrio.
3 Syarat Tumbuh Fauzi et.al (2007) mengatakan bahwa faktor iklim sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tandan kelapa sawit. Curah hujan optimum yang diperlukan tanaman kelapa sawit rata-rata 2 000 - 2 500 mm/tahun dengan distribusi merata sepanjang tahun tanpa bulan kering yang berkepanjangan. Sunarko (2010) menambahkan bahwa lama penyinaran matahari minimum 1 600 jam/tahun atau selama 5-7 jam/hari. Sementara itu, suhu optimum bagi kelapa sawit berkisar antara 27-29°C. Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, seperti podsolik, latosol, hidromorfik kelabu, alluvial, atau regosol. Akan tetapi, kemampuan produksi tanaman untuk setiap tanah berbeda-beda, tergantung sifat fisik dan sifat kimia tanah. Tanah yang mengandung unsur hara dalam jumlah besar sangat baik untuk pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman. Sementara itu, keasaman tanah menentukan ketersediaan dan keseimbangan unsur-unsur hara dalam tanah (Suwarto dan Octavianty 2010).
Gulma Sastroutomo (1990) mengatakan bahwa pakar-pakar ekologi cenderung melihat gulma sebagai tumbuhan yang mempunyai kemampuan khusus untuk menguasai lahan-lahan yang telah mengalami gangguan manusia, atau dalam bahasa ilmiahnya “gulma adalah tumbuhan pioner dari suksesi sekunder terutama pada lahan-lahan pertanian”. Sukman dan Yakup (2002) menyebutkan berbagai padanan kata untuk gulma dalam beberapa bahasa banyak berbeda, seperti Unkraut (Jerman), Onkruid (Belanda), mauvaise herbe (Perancis), malerbe (Italia), mala herba (Spanyol), dan Zasso (Jepang). Sementara dalam bahasa Indonesia diketahui sebagai rerumputan atau rumpai yang berarti tumbuhan yang berumput (grassy plants), herba (herb), tumbuhan pengganggu (noxious plants), dan akhirnya sekarang adalah gulma berarti tumbuhan yang tidak diinginkan. Pahan (2011) menambahkan bahwa gulma adalah tumbuhan yang tumbuhnya salah tempat. Sebagai tumbuhan, gulma selalu berada di sekitar tanaman yang dibudidayakan dan berasosiasi dengannya secara khas. Gulma mudah tumbuh pada tempat yang miskin nutrisi sampai yang kaya nutrisi. Umumnya, gulma mudah melakukan regenerasi sehingga unggul dalam persaingan dengan tanaman budi daya. Secara fisik, gulma bersaing dengan tanaman budi daya dalam hal perolehan ruang, cahaya, air, nutrisi, gas-gas penting, serta zat kimia (alelopati) yang disekresikan. Apabila dilihat dari struktur dan bentuk tanaman gulma, seringkali sangat membingungkan sehingga gulma dibedakan berdasarkan morfologi dan kehidupannya. Berdasarkan morfologi, gulma dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu (1) golongan berdaun lebar/broadleaves, termasuk di dalamnya golongan Dicotyledoneae atau paku-pakuan dan daun lebar, (2) golongan rumput (berdaun sempit)/grasses, yang merupakan tumbuhan dengan batang bulat atau agak pipih, umumnya berongga dan berdaun soliter/tunggal pada buku-buku yang memiliki tulang daun sejajar, (3) golongan teki (berakar menjalar dan berumbi)/sedges,
4 tumbuhan yang umumnya berbatang segitiga dan daun yang tersusun dalam tiga deretan, serta buah pipih berbentuk segitiga membuka (Arief 1994). Bila dilihat dalam kehidupan pertumbuhannya, gulma dibedakan atas tiga jenis, yaitu gulma semusim (annual), yaitu hidupnya mulai dari biji hanya kurang dari satu tahun. Gulma dua tahunan (biennial), yaitu hidupnya mulai dari biji hanya sampai dua tahun. Gulma tahunan (perennial), yaitu hidupnya mulai dari biji sampai lebih dari dua tahun (Arief 1994).
Pengendalian Gulma Pemberantasan gulma atau tanaman liar dalam arti sempit disebut penyiangan. Gulma yang tumbuh di sekitar bibit atau tanaman kelapa sawit perlu diberantas sebab dapat merugikan tanaman pokok, bahkan menurunkan produksi. Gulma menjadikan tanaman pokok berkompetisi dalam memperoleh air, unsur hara, cahaya, maupun CO2. Selain itu, gulma dapat berperan sebagai tanaman inang bagi hama dan penyakit (Fauzi et.al 2007). Suwarto dan Octavianty (2010) menyebutkan beberapa gulma yang umum ditemui pada areal pertanaman kelapa sawit, antara lain Imperata cylindrica (alang-alang), Axonopus compressus (rumput pahit), Cyperus rotundus (rumput teki), Mimosa invisa (kucingan), Mikania micrantha (mikania), dan Ageratum conyzoides (babadotan). Pengendalian gulma dilakukan pada piringan pokok, gawangan, dan pasar pikul atau pasar rintis. Rotasi pengendalian dilakukan 3-4 kali per tahun. Menurut Pahan (2011) pengendalian gulma pada prinsipnya merupakan usaha untuk meningkatkan daya saing tanaman pokok dan melemahkan daya saing gulma. Tidak ada satu pun metode/cara yang dapat mengendalikan semua spesies gulma secara tuntas di pertanaman. Suatu metode mungkin dapat menekan spesies-spesies tertentu, tetapi beberapa spesies yang lain justru mendapat pengaruh yang menguntungkan, baik langsung maupun tidak langsung. Pada dasarnya ada tiga cara pemberantasan gulma, yaitu secara mekanis (manual), kimiawi dan biologis. Pemberantasan secara mekanis adalah pemberantasan dengan menggunakan alat dan tenaga secara langsung. Alat yang digunakan antara lain sabit, cangkul, dan garpu. Pemberantasan mekanis dapat dilakukan dengan cara clean weeding atau penyiangan bersih pada daerah piringan dan selective weeding yaitu penyiangan untuk jenis rumput tertentu, seperti alang-alang, kerisan, teki. Pemberantasan gulma dengan cara ini dapat dilakukan 5-6 kali pada tahun pertama atau tergantung keadaan perkebunan (Fauzi et.al 2007). Pemberantasan gulma secara kimiawi dilakukan dengan menggunakan herbisida. Keuntungan cara kedua ini adalah penggunaan tenaga kerja yang relatif sedikit. Namun, cara ini dapat mengganggu organisme lain dan kelestarian alam (Fauzi et.al 2007). Suwarto dan Octavianty (2010) menambahkan beberapa herbisida yang dapat digunakan untuk pengendalian gulma adalah herbisida berbahan aktif glifosat (konsentrasi 2 l/500 l air), diuron, aminotriazol, florosipir, dan paraquat diklorida. Menurut Sunarko (2010) menyiang (wiping) berfungsi untuk mengendalikan lalang, gulma, dan anak kayu. Wiping dapat menggunakan
5 herbisida glifosat pada konsentrasi 0.5% dengan dosis 6-10 ml per hektar per rotasi. Biasanya seorang pekerja wiping menghabiskan empat liter larutan herbisida per hari kerja. Selain wiping, penyiangan perlu dilakukan di luar lalang (weeding). Berdasarkan sasarannya, weeding dibedakan menjadi tiga, yaitu (1) weeding gawangan, untuk mengendalikan pertumbuhan tanaman kacangan penutup tanah, (2) weeding piringan/bokoran, untuk menjaga kebersihan piringan dan daerah sekitar tanaman, dan (3) weeding jalan buah/jalan pikul, untuk memelihara atau merawat jalan buah agar transportasi buah tidak terhambat. Pemberantasan gulma secara biologi yaitu dengan menggunakan tumbuhtumbuhan atau organisme tertentu yang bertujuan untuk mengurangi pengaruh buruk dari gulma (Fauzi et.al 2007). Sembodo (2010) menambahkan bahwa organisme yang digunakan sebagai pemangsa gulma harus spesifik, sebisa mungkin yang bersifat monofag, sehingga tidak menyerang tanaman.
METODE MAGANG Waktu dan Tempat Kegiatan magang berlangsung selama 3 bulan, mulai dari Februari 2012 hingga Mei 2012. Magang dilaksanakan di Divisi 3 Kebun Sei Air Hitam, PT Perdana IntiSawit Perkasa I, First Resources Group, Desa Kepenuhan Baru, Kec. Kepenuhan, Kab. Rokan Hulu, Riau.
Metode Pelaksanaan Kegiatan magang ini merupakan suatu kegiatan praktik teknis di lapangan dan kegiatan manajerial di perkebunan. Selama satu bulan pertama, penulis berstatus sebagai karyawan harian lepas (KHL). Pekerjaan yang dilakukan meliputi pengendalian gulma secara manual (pembersihan piringan, gawangan, dongkel anak kayu dan babat bahu jalan), pengendalian gulma secara kimiawi (semprot gulma di piringan dan pasar pikul), pengendalian hama, perawatan bunga Turnera subulata, pemupukan, manajemen kanopi (tunas pokok dan sanitasi pelepah sengkleh), sensus pokok dan pemetaan blok, sensus berat janjang rata-rata dan kegiatan panen, serta pemeliharaan sarana pendukung yang meliputi pemeliharaan jalan dan saluran air. Satu bulan selanjutnya penulis berstatus sebagai pendamping mandor. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan bersangkutan dengan aspek manajerial seperti membagi hanca pekerja, mengawasi kerja karyawan, mengawasi pemakaian alat semprot dan herbisida, dan membuat laporan kerja harian mandor. Kemandoran yang diikuti meliputi kemandoran panen, kemandoran perawatan, kemandoran chemist, kemandoran pemupukan, dan kerani panen. Kegiatan selama satu bulan selanjutnya yaitu sebagai pendamping asisten divisi. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan antara lain: mengontrol buku absensi pekerja, mengontrol pekerjaan di lapangan, mengontrol ketersediaan bahan kimia, mengontrol ketersediaan
6 peralatan kerja, membuat rencana kerja divisi, membuat rencana kerja pengendalian gulma, dan membuat perencanaan pencapaian produksi. Penulis juga melakukan kunjungan ke pabrik kelapa sawit (PKS) di sela-sela kegiatan magang.
Pengamatan dan Pengumpulan Data Metode pengambilan data dilakukan secara langsung (data primer) dan tidak langsung (data sekunder). Data primer adalah informasi yang didapatkan secara langsung melalui pengamatan di lapangan maupun diskusi dengan KHL, mandor dan asisten kebun, sedangkan data sekunder digunakan untuk melengkapi informasi di lapangan dan diperoleh dari arsip laporan manajemen di kantor administrasi kebun maupun studi pustaka. Data primer yang dikumpulkan antara lain umur tanaman pokok; dominansi gulma: kerapatan, frekuensi, dan berat kering biomassa gulma; jenis dan dosis herbisida yang digunakan; dan kecepatan pertumbuhan kembali setelah aplikasi, hal ini berkaitan dengan keadaan vegetasi, teknik pengendalian gulma, dan kebutuhan alat dan bahan. Pengamatan vegetasi gulma yang dilakukan penulis di lapangan dilakukan dengan menggunakan metode kuadrat (bujur sangkar yang terbuat dari bambu berukuran 1 m x 1 m) pada 6 blok dengan 3 (tiga) tahun tanam yang berbeda; 20 sampel per blok (185.09 ha): 10 sampel untuk pasar pikul dan 10 sampel untuk gawangan. Pemanenan gulma setinggi permukaan tanah untuk menentukan kerapatan, frekuensi, dan berat kering biomassa gulma, selanjutnya dilakukan penghitungan persentase dominansi gulma menggunakan metode nisbah jumlah dominansi (NJD). 1. Kerapatan Mutlak (KM) = Jumlah individu spesies gulma tertentu dalam petak contoh 2. Kerapatan Nisbi (KN)
=
x 100%
3. Frekuensi Mutlak (FM)
= jumlah petak contoh yang berisi spesies tertentu
4. Frekuensi Nisbi (FN)
=
5. Berat Kering Mutlak (BKM)
= Berat kering total spesies tertentu dalam petak contoh
6. Berat Kering Nisbi (BKN)
=
7. Nilai penting
= KN + FN + BKN
8. Nisbah Jumlah Dominansi (NJD)
=
x 100%
x 100%
7 Pengamatan kecepatan pertumbuhan kembali setelah aplikasi dilakukan mulai dari satu minggu setelah pelaksanaan aplikasi penyemprotan. Pengamatan dilakukan sampai terlihat kembali adanya pertumbuhan gulma di tempat tersebut. Hasil pengamatan dicatat dan didokumentasikan untuk kemudian dilakukan pembahasan. Data sekunder yang dikumpulkan antara lain: (1) kondisi kebun, yang terdiri dari: peta areal, letak geografis, topografi lahan, jenis tanah, produksi dan produktivitas, iklim dan curah hujan, luas areal, tata guna lahan, jenis varietas, umur tanaman, komposisi dan populasi tanaman; (2) standar dan target kebun yang meliputi: pemeliharaan, pemanenan, produksi dan tenaga kerja; (3) organisasi dan manajemen yang meliputi: struktur organisasi, jumlah dan status karyawan; (4) sarana dan prasarana kebun.
Analisis Data dan Informasi Data primer dan data sekunder yang dihasilkan dianalisis secara kuantitatif dengan mencari rata-rata dan persentase hasil pengamatan prestasi kerja di kebun, lalu diuraikan secara deskriptif dengan membandingkan terhadap norma yang berlaku pada perkebunan kelapa sawit dan standar yang telah ditetapkan perusahaan.
KEADAAN UMUM KEBUN Letak Geografis dan Administratif PT Perdana IntiSawit Perkasa I merupakan perusahaan swasta di bawah naungan grup First Resources yang terletak di Desa Kepenuhan Barat, Kecamatan Kepenuhan Raya, Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi Riau. Lokasi perkebunan dapat dicapai dengan jalan darat dalam waktu 5–6 jam dari Kota Pekanbaru menuju ke Pasir Pangaraian hingga Kota Tengah. Lokasi perkebunan dengan kota terdekat berjarak 30 km. PT Perdana IntiSawit Perkasa I secara geografis berbatasan dengan kebun PT Panca Surya Agrindo sebelah utara dan barat, sebelah timur berbatasan dengan kebun plasma PIR-TRANS, dan sebelah selatan berbatasan dengan kebun masyarakat, Plasma KKPA.
Keadaan Topografi, Tanah, dan Iklim Berdasarkan data yang diperoleh dari arsip Badan Research First Resources, PT PISP I merupakan dataran aluvial dengan kemiringan lahan 1-3%. Jenis tanah yang dijumpai di kebun ini diklasifikasikan menjadi dua sub grup, yaitu Humic Dystrudepts dan Typic Dystrudepts. Jenis tanah didominasi oleh tanah mineral (aluvial) yang miskin unsur hara, terutama kation–kation basa seperti Ca, Mg, K dan Na. Kapasitas tukar kation (KTK) dan kejenuhan basa (KB) tanah umumnya sangat rendah sampai rendah.
8 Kondisi lahan Kebun Sei Air Hitam (SAH) tergolong kesesuaian lahan kelas S2 dengan faktor pembatas utama adalah tekstur tanah liat berdebu dan beberapa titik lahan yang rawan banjir. Berdasarkan klasifikasi kelas lahan, kebun SAH cukup sesuai untuk pengembangan kelapa sawit, namun harus diikuti dengan upaya-upaya untuk memperbaiki tingkat kesuburan tanah sehingga dapat memberikan dampak positif terhadap produktivitas tanaman kelapa sawit. Iklim di PT PISP I adalah tipe iklim A menurut Schmidth-Ferguson di mana iklim bersifat sangat basah dengan curah hujan rata-rata 2 711 mm/tahun (rata-rata enam tahun terakhir). Curah hujan rata-rata tahunan selama enam tahun terakhir (2005-2010) yaitu merata sepanjang tahun dengan rata-rata hari hujan per tahun 124 hari dan rata-rata curah hujan adalah 229 mm/bulan atau 2 299.57 mm/tahun disajikan pada Lampiran 4.
Luas Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan PT Perdana IntiSawit Perkasa I dibagi menjadi 3 areal, yaitu Kebun Inti dengan luas 2 467 ha dengan luas areal tanaman 2 379.16 ha, kebun plasma PIR seluas 8 694.27 ha, dan kebun plasma integrasi KKPA seluas 1 758.73 ha. Kebun inti terbagi menjadi 3 areal, yaitu Divisi 1 dengan luas 749.96 ha (25 blok), Divisi 2 dengan luas 770.86 ha (26 blok), dan Divisi 3 dengan luas 858.34 ha (28 blok). Pembukaan lahan dimulai dari tahun 1993 kemudian tahun tanam 1994, 1995, 1998, 2002 dan 2004, serta tanaman sisipan dengan tahun tanam 2008 dan 2010. PT PISP I memiliki pabrik pengolahan CPO (Crude Palm Oil) seluas 23.80 ha dengan kapasitas olah 60 ton/jam, pabrik ini berdekatan dengan Sungai Air Hitam yang berjarak sekitar 200 meter di sebelah utara lokasi pabrik. Kebun plasma yang berada di sebelah timur kebun inti memiliki luas 8 694.27 ha yang terdiri dari 5 satuan pemukiman (SP). Di mana masing-masing SP mempunyai luas areal sebagai berikut: PIR-Trans SP I sebanyak 535 KK seluas 1 066.1 ha; PIR-Trans SP II sebanyak 506 KK seluas 1 012.54 ha; PIRTrans SP III sebanyak 500 KK seluas 1 000 ha; PIR-Trans SP IV sebanyak 500 KK seluas 1 000 ha; dan PIR-Trans SP V sebanyak 380 KK seluas 760 ha. Kebun plasma integrasi SKPD desa Suka Maju Kecamatan Tambusai sebanyak 470 KK dengan luas 940 ha. Kebun plasma integrasi dan kebun KKPA Muara Nikum seluas 818.73 ha.
Kondisi Tanaman Varietas yang ditanam di Kebun SAH adalah varietas Tenera yang merupakan hibrida F1 dari persilangan Dura dengan Pisifera (D x P). Jarak tanam yang digunakan adalah 9.2 m x 9.2 m x 9.2 m sehingga populasi tiap hektar adalah 136 tanaman. Komposisi areal tahun tanam per divisi disajikan pada Tabel 1 berikut ini.
9 Tabel 1 Komposisi areal tahun tanam per divisi Tahun Tanam Divisi 1 2
3 Total
1993 1994 1995 1998 1999 2000 2002 2004 Jumlah ........................................................................ha.................................................................... 393.96 356 749.96 0 0 0 0 0 0 143.21 770.86 0 54.51 0 542.38 30.76 0 0 736.21 22.29 858.34 0 0 0 0 22.49 77.35 393.96 54.51 1235.42 22.29 542.38 30.76 22.49 77.35 2 379.16 Sumber: Kantor Divisi 1, 2, dan 3 PT PISP I
Struktur Organisasi Sistem organisasi yang dilakukan di Kebun SAH adalah sistem organisasi yang vertikal, di mana perintah dari atasan disampaikan kepada bawahan secara bertahap yang akhirnya sampai kepada pekerja, sedangkan pertanggungjawaban juga dilaksanakan oleh pimpinan terendah kepada atasan. Pimpinan tertinggi di Kebun SAH adalah General Manajer (GM) yang diangkat berdasarkan keputusan Direksi First Resources. Seorang GM dalam pelaksanaan tugasnya dibantu oleh seorang Humas Regional, seorang Kepala Personalia, seorang Kepala Tata Usaha (KTU), seorang Kepala Keamanan, dan seorang Asisten Kebun Inti serta seorang Asisten Kebun Plasma. General manajer bertanggung jawab langsung kepada direksi. Tugasnya adalah melaksanakan kegiatan direksi di unit usahanya dan dapat mengajukan, menyampaikan, memberi masukan, pendapat maupun saran kepada direksi, baik diminta maupun tidak diminta mengenai usaha peningkatan, perbaikan, atau penyempurnaan pengelolaan perusahaan. Asisten Kebun adalah seseorang yang bertanggung jawab dan memimpin di kebunnya. Tugas dan tanggung jawab asisten kebun meliputi beberapa fungsi manajemen yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, koordinasi dan pengendalian dalam mengelola kebun yang terdiri dari 3 divisi ini. Asisten kebun dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh 3 orang asisten divisi yang masingmasing memiliki mandor panen dan mandor pemeliharaan yang bertugas mengoordinasikan pekerjaan teknis di lapangan, serta seorang kerani divisi untuk pekerjaan administrasi. Asisten Divisi adalah seseorang yang bertanggung jawab dan memimpin di divisinya. Tugas dan tanggung jawab asisten divisi meliputi beberapa fungsi manajemen yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, koordinasi, dan pengendalian dalam mengelola kebun di tingkat divisi, baik teknis maupun administrasi. Asisten divisi dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh mandor panen dan mandor pemeliharaan yang bertugas mengoordinasikan pekerjaan teknis di lapangan, serta seorang kerani divisi untuk pekerjaan administrasi. Struktur organisasi tingkat divisi di Kebun SAH disajikan pada Gambar 1.
10 Asisten Divisi
Kerani Divisi
Mandor Panen
Pemanen
Mandor Pemeliharaan Petugas Pemeliharaan
Kerani Produksi -
Supir Pemuat
Gambar 1 Struktur organisasi tingkat Divisi Kebun SAH Kerani produksi bertugas membantu mandor panen dalam mencatat jumlah tandan yang dikeluarkan oleh masing-masing pemanen dari tiap mandoran dan juga melakukan grading di lapangan supaya buah yang diangkut ke pabrik benar-benar buah yang matang tidak ada buah mentah. Seorang kerani produksi dalam melaksanakan tugasnya, dibantu oleh seorang supir dan 2 orang pemuat.
Ketenagakerjaan Sistem ketenagakerjaan sesuai dengan kantor direksi, maka status kepegawaian di Kebun SAH dibagi atas Pegawai Bulanan Tetap (PBT) yang terbagi atas pegawai staf dan non staf, Karyawan Harian Tetap (KHT) dan Karyawan Harian Lepas. Berdasarkan data tenaga kerja bulan Maret 2012 jumlah karyawan Kebun SAH adalah 272 orang untuk kebun kelapa sawit dan 123 orang untuk Pabrik Kelapa Sawit (PKS). Data tenaga kerja kebun kelapa sawit disajikan pada Tabel 2 dan data tenaga kerja PKS disajikan pada Tabel 3. Tabel 2 Data tenaga kerja Kebun Pertanaman Kelapa Sawit Kebun SAH PBT KHT KHL Total Uraian Staf Non Staf L P L P L P L P L P General Manajer 1 1 Tata Usaha 1 6 1 1 1 2 9 3 Personalia Umum 1 2 8 3 9 5 Keamanan 1 23 1 25 Teknik Traksi 1 5 11 17 Land Application 1 4 3 8 Rayon A 1 1 2 Divisi 1 1 6 48 2 57
11
Tabel 1 Lanjutan Uraian Divisi 2 Divisi 3 Rayon B SP 1, 2, 3 SP 4, 5 DK 4 KKPA Muara Nikum 1 KKPA Muara Nikum 2 Integrasi Selatan Total per status Total Pekerja per Maret 2012
Staf L P 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17 0 17
PBT Non Staf L P 6 6
KHT
KHL
L P 49 55
L
1 1 1 1 59 2 178 4 61 182
Total
P
L P 56 62 1 1 2 3 1 1 1 4 4 7 10 2 264 8 12 272
Tabel 3 Data tenaga kerja Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Kebun SAH PBT KHT KHL Uraian Staf Non Staf L P L P L P L P Mill Manajer 1 Asisten PKS 1 TU/Kepala Timbangan 1 3 1 3 1 Laboratorium 2 2 7 1 Sortasi 1 1 11 1 Maintenance 2 6 15 Mill Compond 6 Proses Shift 1 dan 2 4 11 42 Total per status 12 0 23 1 84 3 0 0 Total Pekerja per Maret 2012 12 24 87 0
Total L 1 1 7 11 13 23 6 57 119 123
P
2 1 1
4
PT Perdana IntiSawit Perkasa I juga menyediakan fasilitas sosial dan pendidikan berupa sarana pendidikan (1 TK), sarana ibadah (2 masjid, 3 musholla, 1 gereja), sarana kesehatan (1 Poliklinik) dan sarana olahraga (1 lapangan futsal, 1 lapangan sepak bola, dan 1 lapangan bola voli).
Produksi Panen dan produksi merupakan hasil dari aktifitas kerja di bidang pemeliharaan tanaman. Baik dan buruknya pemeliharaan tanaman selama ini akan tercermin pada hasil panen dan produksi. Data produksi harian, bulanan, dan tahunan dipantau secara kontinyu dan intensif untuk mengetahui persentase realisasi (pencapaian target) produksi bulanan dan tahunan yang ditargetkan. Data
12 realisasi total produksi TBS Kebun SAH mulai tahun 2007 sampai dengan tahun 2010 disajikan pada Lampiran 5.
PELAKSANAAN MAGANG Pelaksanaan Teknis Lapangan Pengelolaan tanaman kelapa sawit yang ada di Kebun SAH adalah pengelolaan tanaman menghasilkan yang dibedakan menjadi dua yaitu pemeliharaan tanaman dan pemanenan. Pemeliharaan tanaman terdiri atas pemeliharaan yang berhubungan langsung dan tidak langsung dengan tanaman. Pemeliharaan yang langsung berhubungan dengan tanaman meliputi pemupukan, tunas pokok, pengendalian hama dan penyakit, serta pengendalian gulma. Pemeliharaan yang tidak berhubungan langsung dengan tanaman yaitu pemeliharaan sarana pendukung yang meliputi pemeliharaan jalan dan saluran air. Pelaksanaan magang dibagi menjadi tiga kategori, yaitu orientasi lapangan, pelaksanaan teknis lapangan, dan pelaksanaan manajemen kebun. Kegiatan lain yang dilakukan adalah diskusi dengan staf dan karyawan serta mempelajari administrasi kebun. Kegiatan orientasi lapangan dilaksanakan dengan menghadap manajemen kebun dan staf-stafnya.Tujuan orientasi adalah untuk menyosialisasikan kegiatan magang. Pelaksanaan magang sebagai karyawan dilakukan dengan mengikuti aktivitas fisik pemeliharaan tanaman menghasilkan seperti pemupukan, tunas pokok, pengendalian hama, panen, dan pemeliharaan jalan. Kegiatan pengendalian gulma sebagai aspek yang ditekankan dalam pelaksanaan teknis magang tidak dimasukkan ke dalam pelaksanaan teknis lapangan. Aspek ini dibahas khusus dalam Bab Hasil Pengamatan dan Pembahasan. Waktu efektif kerja selama 7 jam per hari kecuali hari Jumat selama 5 jam.
Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit Pemupukan merupakan kegiatan pemberian pupuk pada tanaman ataupun pada tanah dan substratnya. Pupuk yang digunakan pada pertanian modern bertujuan untuk mengoreksi tingkat kekurangan hara tanaman agar diperoleh nutrisi tanaman pada tingkat yang cukup, membantu tanaman dalam kondisi stres, mengelola tingkat kesuburan tanah yang optimum, meningkatkan produksi ataupun memperbaiki kualitas tanaman dan mendorong pertumbuhan tanaman. Pemupukan tanaman menghasilkan (TM) bertujuan untuk menyediakan unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan generatif sehingga diperoleh hasil yang optimal (Setyamidjaja 2010). Kegiatan pemupukan merupakan komponen biaya terbesar dari pemeliharaan tanaman sekitar 40-60%. Pupuk merupakan akhir dari kegiatan pemeliharaan yang hasilnya dapat dilihat enam bulan kemudian, karena itu pemupukan merupakan aspek penting dalam usaha memperoleh hasil yang tinggi.
13 Jumlah pupuk yang akan diberikan dan frekuensi pemberian pupuk pada TM didasarkan pada hasil analisa daun, produktivitas dan kesuburan tanahnya. Rekomendasi pemupukan kelapa sawit yang diberikan oleh badan research perkebunan untuk pemupukan di Kebun SAH disajikan pada Tabel 4.
No 1 2 3 4 5
Tabel 4 Rekomendasi pemupukan TM kelapa sawit di Kebun SAH Dosis Aplikasi (kg/pokok) Jenis Pupuk Aplikasi I Aplikasi II Kieseriete 0.89 0.65 Kalium 1 0.76 Nitrogen 3.17 Phosphore 0.59 Borate 0.00078 -
Administrasi Pupuk Pelaksanaan pemupukan dilaksanakan dengan sistem borong berdasarkan kesepakatan antara pemborong dan perkebunan dengan alur administrasi sebagai berikut: PB Divisi, Persetujuan GM, Gudang, Penguntilan, Aplikasi lapangan, Laporan Manajemen aplikasi. Upah harian yang diperoleh karyawan berdasarkan tonase pupuk yang telah dikerjakan dengan perincian penguntil Rp 20/kg dan bongkar muat Rp 6/kg. Upah untuk pemupukan dengan cara infus akar telah ditetapkan berdasarkan dosis aplikasi, yaitu Rp 700,00/pokok untuk defisiensi ringan, Rp 800,00/pokok untuk defisiensi sedang, dan Rp 900,00/pokok untuk defisiensi berat. Upah untuk tenaga kerja langsir tandan kosong adalah tenaga kerja dengan sistem borongan yang diketuai oleh ketua rombongan dengan pekerja laki-laki. Standar prestasi kerja perusahaan untuk aplikasi tandan kosong adalah 13 titik/HK atau 3 ton/HK. Pengupahan aplikasi tandan kosong adalah Rp 7 000,00/titik aplikasi.
Pelaksanaan Pemupukan Pemupukan dilaksanakan berdasarkan rekomendasi pemupukan badan research First Resources Group. Rekomendasi ditetapkan berdasarkan analisis kandungan unsur hara tanah dan kandungan unsur hara daun (analisa daun). Kegiatan pelaksanaan pemupukan menyangkut: jenis dan spesifikasi pupuk, dosis dan keperluan pupuk, cara pemberian, waktu dan frekuensi, kebutuhan tenaga kerja, alat angkut dan sistem pengawasan. Jenis dan spesifikasi pupuk. Jenis pupuk yang digunakan di Kebun SAH ada dua jenis yaitu pupuk organik dan anorganik. Pupuk organik dengan menggunakan limbah padat berupa tandan kosong dan limbah cair berupa Land Application (LA), sedangkan pupuk anorganik yang digunakan adalah jenis pupuk tunggal seperti Urea, RPH (Rock Posphate), MOP (Muriate of Potash), Kieseriete, dan FeSO4. Pupuk Urea yang mengandung unsur N berperan dalam proses fisiologi tanaman dan pembentuk utama protoplasma sel, protein, asam amino, amida, dan alkaloid, meningkatkan aktifitas metabolisme dan pertumbuhan tanaman yang
14 berpengaruh terhadap produksi tandan. Pupuk MOP yang mengandung unsur K berperan dalam proses fotosintesis, transpirasi unsur, katalisator proses biokimia, regulator dalam proses pembentukan. Pupuk RPH yang mengandung unsur P berperan sebagai komponen utama asam nukleat dalam pembentukan dan perkembangan akar, respirasi, kematangan buah, pertumbuhan dan produksi tandan. Pupuk Kieseriete yang mengandung unsur Mg berperan dalam proses pembentukan klorofil, pembentuk ikatan phospolipid dalam minyak. Pupuk FeSO4 yang mengandung unsur Fe berperan sebagai komponen pembentuk beberapa enzim tanaman, terlibat dalam proses pertumbuhan meristem atau titik tumbuh pada ujung akar, dan sebagai aktivator dalam proses biokimia dalam tanaman, seperti fotosintesis & respirasi. Jenis dan spesifikasi pupuk yang dianjurkan dalam rekomendasi pemupukan Kebun SAH Divisi 3 dicantumkan dalam Tabel 5. Tabel 5 Jenis dan spesifikasi pupuk yang dianjurkan dalam rekomendasi pemupukan Kebun SAH Divisi 3 No. Jenis Pupuk Spesifikasi Pupuk 1. Urea Kandungan N 46.48% Kieseriete Kandungan MgO 26.01% 2. Dolomit Kandungan MgO 20.04% MOP/Rusia Kandungan K2O 60.55% 3. MOP/Kanada Kandungan K2O 60.40% Tandan kosong yang merupakan produk dari pabrik kelapa sawit (PKS) setelah TBS diproses di sterilizer dan stripper kaya akan kandungan materi organik dan nutrisi bagi tanaman. Aplikasi tandan kosong dapat meningkatkan proses dekomposisi sehingga kandungan fisik, biologi, dan kimia pada tanah meningkat. Tandan kosong juga dapat meningkatkan peremajaan tanah yang penting untuk jangka waktu lama dalam rangka mempertahankan produksi TBS (Tandan Buah Segar) agar tetap tinggi (Pahan 2010). Tabel 6 Kandungan unsur hara dalam 30 ton/ha tandan kosong Kandungan Unsur Hara Unsur Kg Nitrogen N 300 Phosphore P2O5 30 Kalium K2O 360 Magnesium MgO 30 Kalsium Ca 35 Sumber : First Resources Research Centre (April 2012)
POME (Palm Oil Mill Effluent) adalah limbah cair dari hasil pengolahan PKS yang berasal dari proses sterilizer dan proses pemurnian minyak (clarifier). POME diaplikasikan pada blok – blok yang sudah ditentukan dan ditampung di kolam effluent treatment. Aplikasi POME sering disebut dengan Land Application (LA). Limbah cair mengandung banyak bahan organik yang dibutuhkan oleh
15 tanaman. Persentase kandungan unsur hara limbah cair tiap 75 ton/ha dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Kandungan unsur hara dalam 75 ton/ha limbah cair Kandungan Unsur Hara Unsur % Nitrogen N 0.16 Phosphore P2O5 0.08 Kalium K2O 0.52 Magnesium MgO 0.16 Sumber : First Resources Research Centre (April 2012)
Cara Pemupukan. Pemupukan dilakukan dengan dua cara, yaitu: 1) Urea, RPH, MOP, Kieseriete disebar secara merata pada daerah piringan dengan lebar piringan 2 m dari pangkal batang ke arah luar piringan. 2) FeSO4 diinjeksikan ke dalam pokok sawit dengan cara membungkus akar primer dengan plastik bening berisi campuran pupuk. Hal pertama yang harus dilakukan oleh pekerja sebelum melakukan penginfusan adalah mengamati pokok yang mengalami defisiensi Fe yang dapat dilihat dari pucuk muda yang berwarna kuning, semakin kuning pucuk maka semakin parah tingkat defisiensinya. Setelah menginfus pokok yang mengalami defisiensi pekerja wajib menandakan pokok tersebut dengan cara menuliskan bahan infus, tanggal aplikasi serta tingkat keparahan pada batang pokok.
Gambar 2 Alat dan bahan serta cara pengaplikasian infus akar 3) Tandan kosong diaplikasikan secara manual dengan cara dilangsir ke blokblok yang akan diaplikasikan dengan menggunakan truk, satu trip pengangkutan membawa ±6–7 ton tandan kosong. Aplikasi tandan kosong dilakukan setiap satu tahun sekali, dosis aplikasi tandan kosong per pokok adalah 230 kg/pokok atau setara dengan 30 ton/ha/tahun. Pertama kali pekerja harus melangsir tandan kosong ke pokok yang akan dipupuk dengan menggunakan angkong. Setiap pokok mendapat 200-250 kg tandan kosong.
16 Tandan kosong disusun di gawangan mati dalam baris dengan menggunakan gancu, tandan kosong disusun berbentuk persegi dengan ukuran 2 m x 2 m dan disusun sebanyak satu lapis untuk menghindari perkembangbiakan hama Oryctes rhynocheros yang menyukai tempat lembab. Selain diaplikasikan pada pokok kelapa sawit, tandan kosong juga diaplikasikan pada beneficial plant (Turnera subulata). 4) POME diaplikasikan ke lapangan dengan dosis 75 ton/ha/tahun. Limbah cair diaplikasikan dalam enam blok, yaitu blok D23, D24, D25, C25, C24, dan C23. Blok D masing-masing memiliki 63 longbed sementara blok C memiliki 54 longbed. Pelaksanaan aplikasi limbah dikoordinasikan dengan baik antara pihak kebun dan PKS. POME yang diaplikasikan disarankan mempunyai kandungan BOD 2 000 – 3 500 ppm, pihak laboratorium melakukan pengukuran parameter limbah, seperti BOD, COD, dan pH secara rutin di kolam pendingin, serta memantau kondisi sumur pantau yang berfungsi untuk memantau kemungkinan terjadinya pencemaran air tanah. Limbah POME di areal pertanaman ditampung dalam flat bed yang dialirkan dari kolam limbah dengan menggunakan pipa PVC atau baja dengan ukuran 8 inchi untuk pipa induk, 4 inchi untuk pipa primer, dan 2 inchi untuk pipa sekunder. Terdapat 28 flat bed/ha yang berukuran 20 m x 2 m x 0.8 m dengan volume 896 m3/ flat bed. Dosis aplikasi untuk flat bed sebesar 780 m3 effluent/hari, dengan rotasi pengisian flat bed 2 kali dalam setahun. Waktu dan Frekuensi Pemupukan. Frekuensi pemupukan dilakukan dua kali setahun untuk jenis pupuk Urea, MOP, dan Kieseriete, sementara Borate dan RPH hanya satu kali aplikasi dalam setahun. Waktu pemupukan dilaksanakan dari pukul 08.00 – 15.00 WIB atau 7 jam kerja efektif. Kapasitas Tenaga Kerja. Norma pemupukan 1 blok/HK untuk jenis pupuk Urea, MOP, RPH, Kieseriete, dan Borate. Hasil pengamatan lapangan menunjukkan prestasi tenaga kerja borongan di atas norma, karena pada sistem borong para pekerja mengejar prestasi kerja untuk mendapatkan pendapatan yang lebih tinggi. Distribusi pupuk. Distribusi pupuk tunggal dari gudang sentral ke gudang kebun dilakukan berdasarkan kebutuhan pupuk yang tertuang di dalam RUP pemupukan dan diperinci ke dalam berita acara pemupukan harian, berita acara pemupukan mingguan, dan berita acara pemupukan bulanan. Hasil pengamatan lapangan menunjukkan adanya keterlambatan penyaluran pupuk yang mengakibatkan ketersediaan dan aplikasi pupuk tidak sesuai dengan rekomendasi. Penggunaan pupuk yang ada di dalam gudang tidak sesuai dengan urutan pemberian pupuk, yaitu RPH, MOP, Urea, Kieseriete, dan Borate. Angkutan yang digunakan adalah mobil truk, untuk mendistribusikan pupuk ke lapangan dengan jumlah pupuk sesuai kebutuhan hari itu dan hanya dibawa dalam satu kali perjalanan, tidak beberapa kali langsir. Setiap angkutan pupuk dilengkapi dengan petugas bongkar muat sekaligus ecer yang bertugas untuk mengangkut dan mengecer pupuk ke blok yang akan diaplikasikan pupuk. Pengeceran pupuk dilakukan dengan menempatkan beberapa until pupuk dari ujung blok mengarah ke jalan sesuai dengan jumlah pokok dan dosis rekomendasi.
17 Pengeceran pupuk yang kurang teliti mengakibatkan kerusakan karung pupuk dan kehilangan pupuk. Pupuk yang telah diecer dipindahkan ke dekat piringan dan tidak diperbolehkan membuka untilan di saluran air.
Gambar 3 Kalibrasi penguntilan, pengeceran pupuk, dan penaburan pupuk Sistem Pengawasan. Pengawasan merupakan suatu kegiatan untuk mengontrol semua pekerjaan agar dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dan rencana yang telah ditetapkan. Tujuan pengawasan adalah untuk memastikan dosis pupuk, cara pemupukan sesuai dosis rekomendasi, dan tepat sasaran. Pengawasan yang kurang teliti mengakibatkan pemupukan tidak efektif seperti terlihat pada Gambar 4 di bawah ini di mana pupuk urea ditemukan masih menggumpal belum hancur seutuhnya di piringan sawit, pertumbuhan tanaman yang kerdil, produksi yang rendah pada blok dengan tahun tanam yang sama khususnya pada pohon yang jauh dari pasar pikul dan di daerah rendahan serta pinggir parit.
Gambar 4 Penemuan gumpalan pupuk urea di piringan pokok Penaburan pupuk di lapangan umumnya belum sesuai dengan rekomendasi dan takaran yang telah ditentukan. Hal ini mengakibatkan pokok pada blok-blok tertentu tidak terkena pupuk secara menyeluruh di piringannya, karena itu fungsi pengawasan perlu ditingkatkan pada saat pengeceran dan penaburan pupuk di lapangan. Pengendalian Hama Hama yang menyerang kelapa sawit di Kebun SAH yaitu hama ulat api (Setora nitens) dan tikus (Rattus sp.). Ulat api menyerang daun sehingga pada tingkat serangan tinggi pelepah tinggal lidinya saja. Tikus menyerang buah yang ditandai dengan adanya bekas gigitan pada buah. Selama tiga bulan kami memasuki blok per blok memang tidak tampak serangan berat hama. Hama tikus hanya sekali terlihat saat pemanen memanen buah. Tindakan pengendalian awal yang harus dilakukan dengan cara pengamatan global, pengamatan selektif, dengan melaksanakan sensus hama kemudian tindakan pengendalian hayati.
18 Pengendalian hayati hama ulat api dengan cara menanam Turnera subulata sebagai tanaman inang hama di bahu jalan sebelum parit yang melingkupi areal pertanaman kelapa sawit dapat dilihat pada Gambar 5.
Pertanaman kelapa sawit Blok D28
Keterangan:
= tanaman bunga ulat api
Gambar 5 Titik tanam Turnera subulata Predator seperti ular cobra dan ular gendang juga sebagai pengendalian hayati hama tikus di setiap areal pertanaman kelapa sawit, selain itu juga dikendalikan dengan burung hantu yang telah memiliki gupon (sarang burung hantu) berjumlah 18 sarang yang masing-masing terdapat pada blok C21, C22, C24, C26, C28, C30, C31, C32, C34, D34, D33, D31, D29, D27, D25, D23, D22, dan D21.
Gambar 6. Gupon (kandang burung hantu) Gupon adalah kandang burung hantu yang sengaja dibuat di dalam areal pertanaman kelapa sawit untuk mengendalikan hama tikus. Tikus (Rattus tiomanicus) merupakan hama yang paling utama di perkebunan kelapa sawit, tikus memakan mesokarp buah, baik tandan yang belum memasuki fase matang maupun tandan yang sudah memasuki fase matang. Salah satu tindakan untuk mengendalikan hama tikus secara biologis yang dilakukan di Kebun SAH adalah dengan penggunaan burung hantu (Tyto alba). Burung hantu (Tyto alba) termasuk golongan karnivora, burung ini memangsa tikus mulai dari sore hari hingga pagi hari. Jenis makanannya sangat spesifik yakni berbagai jenis tikus dengan daya konsumsi terhadap tikus mencapai 99.4%. Satu gupon dibuat untuk mencakupi ± 30 ha areal pertanaman, setiap blok diusahakan memiliki satu unit kandang burung hantu. Kandang burung hantu dibuat dengan menggunakan kayu dan tiang besi silinder sebagai penyangganya.
19 Penanaman Tanaman Beneficial Plant Tujuan utama tindakan pengendalian hama bukan untuk membasmi hama, tetapi untuk menurunkan populasi hama sampai pada tingkat yang tidak merugikan. Pengendalian secara kimia merupakan pilihan terakhir, apabila diperkirakan kerusakan akibat serangan akan menyebabkan kerugian penurunan produksi. Namun apabila kerusakan akibat serangan diperkirakan belum akan menurunkan produksi, maka tindakan pengendalian secara biologis lebih diprioritaskan, salah satu cara untuk mengendalikan hama ulat api adalah dengan menanam tanaman beneficial plant. Jenis tanaman beneficial plant yang ditanam di Kebun SAH adalah Turnera subulata sebagai lokasi hidup kumbang yang dapat membunuh larva ulat api. Penanaman T. subulata tersebut merupakan usaha pengendalian hama ulat api. Pertama–tama dilakukan kegiatan pembibitan T. Subulata dalam polybag yang ditanam dengan cara stek batang, setelah tanaman mulai berakar (± 3 minggu) tanaman mulai ditanam di sepanjang bahu jalan poros (Gambar 5) dalam piringan berdiameter ± 1.5 m. Perawatan bunga T. subulata adalah suatu kegiatan yang bertujuan merawat pertumbuhan bunga T. subulata sebagai tanaman inang dari hama ulat api. Piringan tempat tumbuh bunga harus bersih dari tanaman pengganggu selebar 1.5 m untuk kemudian dipupuk dengan menggunakan tandan kosong (Gambar 7). Kegiatan ini dilakukan oleh para pemanen yang bertugas sebagai pekerja harian pada hari itu.
Gambar 7 Perawatan bunga Turnera subulata
Penunasan (Pruning Pelepah) Penunasan atau pruning pelepah adalah pekerjaan membuang daun tua dan kering yang tidak produktif. Penunasan pada TM kelapa sawit bertujuan untuk membantu memudahkan pelaksanaan pemotongan buah, membantu penilaian kematangan buah, mengurangi penghalang pembesaran buah atau tandan, mengurangi kehilangan brondolan buah yang terjepit pada pelepah daun, dan mengurangi kelembaban serta pertumbuhan epifit sehingga mencegah timbulnya penyakit. Penunasan di Kebun SAH dilakukan dengan sistem 1 bulan menghabiskan 3 blok. Rotasi tunas yang terlambat mengakibatkan tunas gondrong dengan jumlah pelepah melebihi norma jumlah pelepah yang tinggal di batang. Jumlah pelepah yang seharusnya ditinggalkan sesuai dengan umur tanaman dapat dilihat pada Tabel 8.
20 Tabel 8 Jumlah pelepah ditinggalkan di pokok sesuai umur tanaman Umur Tanaman Jumlah Pelepah Daun (tahun) 3-5 48-56 5-10 46-48 >10 > 40 Sumber: Vademecum Budi Daya Karet dan Kelapa Sawit PTP X, 1992
Teknik pelaksanaan penunasan di Kebun SAH adalah dengan memotong pelepah mepet ke batang dengan bekas potongan miring ke bawah berbentuk tapak kuda. Pelepah daun yang telah ditunas dipotong di tanah menjadi dua bagian dan diletakkan pada gawangan mati. Alat yang digunakan adalah kampak yang terbuat dari besi.
Pemanenan Pekerjaan panen adalah memotong tandan matang, mengumpulkan, dan mengangkutnya ke pabrik. Tujuan pelaksanaan panen adalah untuk menghasilkan CPO dan PKO dengan ketentuan rendemen tinggi dan kandungan asam lemak bebas (ALB) rendah. Oleh karena itu, faktor-faktor teknis dan non teknis pelaksanaan panen diupayakan pada kondisi yang optimal. Kelapa sawit biasanya mulai berbuah pada umur 3-4 tahun dan buahnya menjadi masak 5-6 bulan setelah penyerbukan. Proses pemasakan buah kelapa sawit dapat dilihat dari perubahan warna kulit buahnya dari hijau pada buah muda menjadi merah jingga pada waktu buah telah masak. Pada saat itu, kandungan minyak pada buahnya telah maksimal. Jika telah matang, buah kelapa sawit akan lepas dari tangkai tandannya, hal ini disebut dengan membrondol. Kriteria Matang Panen. Kriteria matang panen merupakan indikasi yang dapat membantu pemanen agar memotong buah pada saat yang tepat. Secara umum kriteria matang panen adalah pada setiap kg TBS terdapat dua butir brondolan. Buah yang dapat dipanen adalah buah fraksi 1, 2 dan 3 dengan tingkat kematangan buah yang disajikan pada Tabel 9. Tabel 9 Kriteria matang panen kelapa sawit Fraksi Jumlah Brondolan Jatuh 00 Tidak ada, buah berwarna hitam 0 1 – 12.5% buah luar 1 12.5% - 25% buah luar 2 25% - 50% buah luar 3 50% - 75% buah luar 4 75% - 100% buah luar 5 Buah dalam ikut membrondol
Derajat Kematangan Sangat mentah Mentah Kurang matang Matang I Matang II Lewat matang I Lewat matang II
Sumber: Vademecum Budi Daya Karet dan Kelapa Sawit PTP X, 1992
Organisasi Panen. Pengorganisasian pelaksanaan panen diatur oleh mandor panen. Mandor panen membawahi pemanen dan bekerja sama dengan
21 Petugas Pencatat Hasil (Kerani Produksi), Pemuat, dan Supir angkut TBS. Tugas Kerani produksi adalah mencatat jumlah buah dan brondolan hasil panen tiap pemanen yang diangkut ke pabrik setiap hari dan menghitung buku produksi divisi. Pemuat bertugas untuk memasukkan TBS dari TPH (Tempat Pengumpulan Hasil) ke dalam truk buah dengan menggunakan dodos. Supir TBS yang bertugas membawa TBS dari hanca panen ke PKS dan menurunkannya di stasiun sortasi untuk kemudian dilakukan grading buah dari pihak pabrik. Jumlah tenaga kerja pemanen Divisi 3 disajikan pada Tabel 10. Tabel 10 Jumlah tenaga kerja panen Divisi 3 Kebun SAH No. Mandor Pemanen Kerani Produksi Pemuat 1. A 23 1 2 2. B 21 1 2 Total 44 2 4
Supir 1 1 2
Sumber: Kantor Divisi 3
a. b. c. d. e.
Alat Panen. Alat yang digunakan oleh pemanen adalah sebagai berikut: Chisel (dodos) dengan lebar mata dodos 11 cm untuk tahun tanam 2002-2010, sedangkan egrek (arit bergagang panjang) untuk tahun tanam 1995. Gerobak dorong (angkong) untuk mengangkut TBS dari pasar pikul ke TPH. Kapak untuk memotong tangkai TBS dan memotong pelapah. Gancu untuk mengangkat buah ke dalam angkong dan mengatur buah menjadi barisan yang rapi dan tersusun di TPH. Karung sebagai tempat brondolan.
Hanca dan Rotasi Panen. Hanca adalah luas areal yang menjadi tanggung jawab seorang pemanen yang harus dikerjakan dengan menggunakan sistem hanca tetap. Hanca tetap yang diterapkan di Kebun SAH ini berarti setiap pemanen telah memiliki areal panennya sendiri di masing-masing blok sesuai dengan rotasi panen sehingga tidak perlu berpindah-pindah hanca seperti pada sistem hanca giring. Rotasi panen adalah waktu yang diperlukan antara panen terakhir sampai panen berikutnya di tempat yang sama. Penentuan rotasi panen berdasarkan angka kerapatan panen (AKP). AKP adalah jumlah pohon yang dapat dipanen pada luasan tertentu. AKP yang umum dilaksanakan di kebun menggunakan rotasi 5/7 atau 6/7. AKP sangat penting dilakukan dan ketepatannya akan meningkatkan efisiensi di bidang pemakaian tenaga pemanen, angkutan, dan pelaksanaan tugas lainnya. AKP dilaksanakan oleh mandor panen sehari sebelum hanca dipanen, yang dihitung hanyalah buah yang telah matang saja. Setelah diketahui jumlah tandan yang akan dipanen esok hari maka mandor panen dapat memperhitungkan jumlah tenaga pemanen. Pelaksanaan Panen. Cara pemanenan buah sangat mempengaruhi jumlah dan mutu minyak yang dihasilkan. Pemanenan pada keadaan buah lewat matang akan meningkatkan ALB sehingga dapat menurunkan mutu minyak. Selain itu, buah yang terlalu masak lebih mudah terserang hama dan penyakit. Sebaliknya, pemanenan pada buah yang mentah akan menurunkan kandungan minyak walaupun ALB rendah.
22 Pelaksanaan panen di lapangan adalah sebagai berikut: 1) Panen dilaksanakan dengan cara menurunkan pelepah terlebih dahulu. Pemotongan pelepah mepet batang berbentuk tapak kuda membentuk sudut 15-30° ke arah dalam. 2) Gagang TBS dipotong mepet batang dengan menggunakan sistem “v” untuk meminimalkan gagang. Pemotongan gagang di bawah dengan kampak lalu tandan dibawa ke pasar pikul. 3) Pelepah yang berserakan di bawah dipotong menjadi dua bagian lalu diletakkan di gawangan mati. Butir-butir brondolan yang banyak terdapat di tanah harus dimasukkan ke dalam karung untuk mengurangi losis. 4) Buah-buah di pasar pikul diangkut ke TPH dengan menggunakan angkong. Tandan diberi nomor urut pemanen per mandoran. 5) Jika panen telah selesai di blok yang satu maka pemanen dapat maju ke blok selanjutnya namun masih dalam hanca panennya. Angkutan Panen. Pemeliharaan jalan yang tidak baik mengakibatkan jalan sulit dilalui oleh truk untuk mengangkut buah dari TPH ke PKS, sehingga terkadang banyak ditemukan buah sisa menginap di lapangan yang mengakibatkan mutu minyak rendah karena menginap sehari rata-rata meningkatkan ALB 0.4-0.5%. Brondolan menginap sehari rata-rata meningkatkan ALB 0.8-1.1%. Upaya untuk mengurangi jumlah buah menginap, penggunaan mobil hardtop (hitam manis) dan angkutan manual (angkong/gerobak) untuk mengangkut buah dari areal ke jalan punggung (poros blok) yang disebut transfer buah atau dengan istilah “ngepok buah” sangat efektif. Alat angkut panen yang digunakan untuk pengangkutan buah adalah truk TBS sebanyak dua buah dengan kapasitas 5 ton masing-masing truk. Tenaga kerja angkutan terdiri dari supir, kerani produksi, dan tenaga muat (pemuat). Alat bongkar muat menggunakan tojos, karung dan garukan untuk brondolan.
Pemeliharaan Jalan Pemeliharaan jalan merupakan kegiatan untuk menyediakan dan menciptakan kondisi jalan yang baik. Jalan yang baik adalah apabila kondisi saluran air dapat mengalir dengan baik sehingga bila hujan turun tidak terjadi genangan air di jalan. Kondisi jalan umumnya belum memenuhi standar baku. Struktur jalan tidak menggunakan blok design, batas antar blok tidak menggunakan jalan produksi tetapi menggunakan jalan punggung yang tidak teratur, lebar jalan sempit, dan belum diperkeras. Jenis tanah Podzolik kuning dengan ciri lengket jika basah dan keras mempengaruhi kondisi jalan. Curah hujan yang sedang tidak menentu (Lampiran 4), kondisi saluran air yang buruk, dan banyaknya lubang di jalan, mengakibatkan jalan licin dan sulit untuk dilalui. Pemotongan pelepah-pelepah sawit yang diletakkan pada badan jalan mungkin dapat menjadi solusi sesaat yang dapat digunakan untuk mengeluarkan buah ke pabrik. Kondisi jalan yang rusak ini mengakibatkan kegiatan pemeliharaan dan panen terhambat sehingga mempengaruhi produksi yang dihasilkan (Lampiran 5).
23 Pemeliharaan jalan dilakukan dengan cara manual dan mekanik. Cara manual dengan menggunakan tangan untuk meletakkan batu padas di atas jalan yang berlubang. Pelaksanaan pekerjaan dilaksanakan dengan sistem harian karena sulit untuk membuat ukuran hasil pekerjaan yang dihasilkan dan umumnya hasil pekerjaan bersifat sementara. Cara mekanik dengan menggunakan dozer untuk meratakan tanah dan greder untuk membuat saluran air dan membentuk badan jalan.
Sensus Pokok dan Pemetaan Blok Sensus pokok dan pemetaan blok merupakan kegiatan menghitung pokok dan mencatat setiap detail yang ada dalam suatu blok seperti TPH, titi panen, pokok terkena benalu, pokok terserang rayap, pokok tumbang, pokok sisipan, pokok abnormal, pokok mati, dan parit alam dengan rincian sebagai berikut: S : pokok sisipan tahun 2002 S2 : pokok sisipan tahun 2004 S3 : pokok sisipan tahun 2010 Tb : pokok tumbang X : pokok mati/titik tanam kosong R : serangan rayap B : benalu Ab : pokok abnormal Tp-btn : posisi titi panen beton Tp-ky : posisi titi panen kayu : parit alam :p : pokok terakhir dalam suatu baris Setelah didapat data-data tersebut dari masing-masing blok lalu data mentah dipindahkan ke Stepel Card (peta titik tanam) supaya dapat dilihat isi dan letak dari masing-masing blok.
Pelaksanaan Manajemen Kebun Pelaksanaan manajemen kebun berdasarkan jenjang tingkatan manajemen yang ada di divisi. Sebelum menjadi pendamping mandor, terlebih dahulu diberikan pengetahuan teknis lapangan dan pengalaman untuk menjadi mandor kemudian diberi kesempatan untuk menjadi mandor. Pelaksanaan manajemen selanjutnya adalah menjadi pendamping asisten divisi. Pendamping Mandor Mandor merupakan pegawai non staf yang berhubungan langsung dengan pekerja di lapangan. Mandor terdiri dari 2 tingkatan yaitu mandor panen dan mandor pemeliharaan. Mandor pemeliharaan terdiri dari mandor pemupukan dan mandor pengendalian gulma. Mandor panen dan mandor pemeliharaan bertanggungjawab kepada asisten divisi tentang hasil kerja yang dicapai.
24 Pendamping Mandor Panen. Mandor panen bertugas membagi hanca panen, memberikan instruksi dan pengarahan kepada pemanen dan mengevaluasi hasil kerja pemanen serta membuat laporan kerja. Kegiatan mahasiswa sebagai pendamping mandor panen dilakukan selama 5 hari. Kegiatan yang dilakukan adalah absensi karyawan, membacakan output hasil panen kemarin per pemanen, membagi hanca panen, mengawasi pelaksanaan panen di lapangan, membuat rencana kerja panen hari ini, dan membuat laporan kerja panen serta menghitung AKP untuk panen esok hari. Pendamping Mandor Pemupukan. Kegiatan mahasiswa sebagai pendamping mandor pemupukan dilakukan selama 2 hari. Kegiatan yang dilakukan adalah absensi karyawan, membagi hanca pekerja, mengawasi kerja dan hasil kerja pemupukan, dan membuat laporan kerja harian pemupukan. Pendamping Mandor Pengendalian Gulma. Kegiatan mahasiswa sebagai pendamping mandor pengendalian gulma dilakukan selama 9 hari. Kegiatan yang dilakukan adalah absensi karyawan, membagi hanca pekerja, mengontrol kerja dan hasil kerja karyawan, dan membuat laporan kerja harian pengendalian gulma. Pendamping Asisten Divisi Asisten divisi adalah pegawai staf kebun yang memimpin dan bertanggung jawab atas segala kegiatan yang ada di divisinya. Tugas dan tanggung jawab asisten divisi meliputi beberapa fungsi manajemen dalam mengelola kebun di tingkat divisi untuk kegiatan teknis dengan dibantu seorang kerani divisi untuk kegiatan administrasi di kantor divisi. Fungsi manajemen yang dilakukan oleh asisten divisi antara lain perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing)¸ pengarahan (actuating), koordinasi (coordinating), dan pengendalian (controlling). Fungsi perencanaan dilaksanakan dengan membuat rencana semua pekerjaan yang akan dilaksanakan di divisinya yang dituangkan dalam rencana kerja harian (RKH), dari rencana kerja tersebut dapat diketahui besarnya tenaga kerja, alat, bahan dan biaya yang dibutuhkan. Fungsi pengorganisasian dilaksanakan dengan memilih dan menentukan jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan sesuai prioritas dan menentukan volume pekerja pada pekerjaan yang ada. Fungsi pengarahan dijalankan oleh asisten divisi dengan memberikan instruksi dan pengarahan kerja serta memberikan motivasi kepada para mandor untuk selalu meningkatkan prestasi kerja. Fungsi koordinasi dilaksanakan asisten divisi dengan melakukan koordinasi antar jajaran staf dan non staf (mandor) mengenai pekerjaan di lapangan. Koordinasi pada jajaran staf dilakukan dengan mengadakan pertemuan dengan manajer kebun, asisten kebun, dan para asisten divisi lain, sedangkan koordinasi dengan jajaran mandor dilakukan pada sore hari di kantor divisi. Fungsi pengendalian dengan memeriksa secara rutin laporan kerja mandor dan absensi, mengontrol pekerjaaan di lapangan, mengoreksi kesalahan kerja dan memberi teguran kepada mandor dan karyawan serta memonitor pencapaian target kerja dan produksi. Evaluasi pembukuan dan rekapitulasi yang dibuat oleh kerani divisi dilakukan oleh asisten divisi sebelum dikirim ke kantor kebun dalam bentuk laporan bulanan asisten. Kegiatan mahasiswa sebagai pendamping asisten dilakukan selama 35 hari. Kegiatan yang dilakukan adalah membuat rencana kerja harian, memeriksa
25 absensi karyawan, mengontrol pekerjaan di lapangan, memonitor ketersediaan peralatan dan bahan serta pencapaian target kerja dan produksi.
HASIL DAN PEMBAHASAN Gulma dan Permasalahannya di Kebun SAH PT PISP I Gulma merupakan tumbuhan liar yang tumbuh secara alami pada waktu, tempat, dan kondisi yang tidak diinginkan manusia (Sukman dan Yakup 1991). Kehadiran gulma di sekitar tanaman budi daya tidak dapat dihindari, terutama bila tidak dilakukan kegiatan pemeliharaan. Sifat gulma secara umum antara lain: pertumbuhannya cepat, daya saing kuat dalam perebutan faktor-faktor kebutuhan hidup tanaman, toleransi terhadap lingkungan yang ekstrim kuat, perkembangbiakan secara generatif, vegetatif, maupun keduanya, media perkembangbiakan dapat melalui air, angin, hewan, manusia, serta memiliki masa dormansi yang lama (Rukmana dan Saputra 1999). Permasalahan gulma secara umum meliputi keragaman jenis gulma dengan sifat-sifat botani dan variasi jenis gulma antar areal. Permasalahan ini dapat ditinjau dari dua aspek yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya yaitu aspek budi daya dan ekonomi, karena budi daya merupakan proses yang diharapkan dapat memberikan keuntungan. Oleh karena itu, pengendalian gulma sebagai salah satu kegiatan budi daya harus mempunyai pertimbangan ekonomi. Tjitrosoedirdjo et al. (1984) menyatakan bahwa tujuan utama pengendalian gulma diarahkan kepada populasi gulma yang dapat merugikan pertanian. Keterampilan dan penguasaan kerja sangat menentukan keberhasilan pengendalian gulma. Pekerja di Kebun SAH secara umum memiliki keterampilan dan penguasaan kerja yang baik dalam pengendalian gulma. Hal ini dapat dilihat dari bersihnya setiap hanca yang telah dilakukan kegiatan pengendalian gulma, namun kurangnya tenaga kerja menyebabkan keterlambatan rotasi pengendalian. Pengawasan terhadap setiap pekerjaan khususnya pengendalian gulma mutlak diperlukan untuk dapat meningkatkan kualitas pekerjaan.
Vegetasi Gulma Divisi 3 Kebun SAH PT PISP I Klasifikasi atau penggolongan gulma diperlukan untuk memudahkan dalam mengenali atau mengidentifikasi gulma. Dasar pengelompokan suatu jenis gulma ditentukan menurut kebutuhan tertentu seperti Tabel 11 yang mengelompokkan gulma berdasarkan responnya. Penggolongan gulma di Divisi 3 Kebun SAH disajikan dalam Tabel 11 di bawah ini.
26 Tabel 11 Penggolongan gulma di Divisi 3 Kebun SAH No
Famili
Spesies
Nama Indonesia
Golongan Rumput 1 2 3
Poaceae
4 5 6
Axonopus compressus (Swartz) Beauv. Centotheca lappacea (L.) Desv. Cyrtococcum acrescens (Trin.) Stapf. Digitaria ciliaris (Retz.) Koel Eleusine indica (L.) Gaernt, Imperata cylindrica (Linn.) P. Beauv.
Rumput pait Jukut kidang, suket lorodan Rumput telor ikan, kretekan Rumput cakar ayam Rumput belulang Alang-alang
Golongan Teki 7 8
Cyperaceae
9
Cyperus brevifolius (Rottb.) Hassk. Cyperus kyllingia Endl. Scleria sumatrensis Reyz.
Jukut pendul Wudelan Kerisan
Golongan Daun Lebar 10
Acanthaceae
11 Asteraceae 12 13
Asteraceae
14
Blechnaceae
15
Capparidaceae
16
Costaceae
17
Dennsteadtiaceae
18
Dilleniaceae
19 20
Euphorbiaceae
21
Gleicheniaceae
22
Lygodiaceae
23
Asystasia intrusa (Forssk.) Blume Ageratum conyzoides L. Erechtites valerianifolia (Wolf). DC Mikania micrantha H.B.K. Stenochlaena palustris (Burm. F.) Bedd. Cleome rutidosperma DC. Costus speciosus Koenig. Nephrolepis biserrata Schott. Tetracera scandens (Linn.) Merr. Croton hirtus L'Herit. Euphorbia prunifolia Jacq. Gleichenia linearis Clarke. Lygodium sp. Clidemia hirta (L.) D.Don
Melastomataceae 24 25
Onagraceae
26
Oxalidaceae
27
Piperaceae
Melastoma affine D.Don. Ludwigia hyssopifolia Oxalis barrelieri L. Peperomia pellucida L.
Ganda rusa Bandotan, Wedusan Sintrong Sembung rambat, Mikania Akar paku, pakis udang Mamang ungu Pacing tawar Paku harupat Mempelas kasar kasapan Jarakan Patikan emas Pakis kurung Paku lygodium Harendong, Akar kala Senduduk, Senggani, Harendong Cacabean Calincing, belimbing tanah Tumpangan air, suruhan
27 Tabel 11 Lanjutan No
Famili
28 29 30
Rubiaceae
31 32
Solanaceae
33
Thelypteridaceae
Spesies
Nama Indonesia Kentangan, Rumput setawar
Borreria alata (Aubl.) DC, Borreria laevis (Lamk.) Griseb Borreria repens DC. Diodia sarmentosa Swartz. Solanum torvum Swartz. Cyclosorus aridus (Don.) Ching.
Rumput kancing ungu Bulu lutung Rumput kancing Takokak Pakis kadal
Sumber: Pengamatan penulis (2012)
Analisis vegetasi gulma adalah suatu cara untuk menentukan komposisi jenis vegetasi dari yang paling dominan hingga tidak dominan (Sembodo 2010). Tjitrosoedirdjo et al. (1984) telah terlebih dahulu mengatakan bahwa analisis vegetasi ditujukan untuk suatu evaluasi pengendalian gulma seperti: perubahan flora (shifting) akibat metode pengendalian tertentu, evaluasi percobaan herbisida (trial) untuk menentukan aktivitas suatu kombinasi herbisida terhadap jenis gulma di lapangan, dan juga evaluasi herba menahun. Moenandir (1993) mengatakan bahwa dalam pengendalian gulma spesies yang berada di lahan sangat menentukan pada tindakan yang akan diambil. Hasil pengamatan di lapangan menemukan adanya 26 spesies gulma yang tumbuh di pasar pikul seperti: Centotheca lappacea, Borreria alata, Asystasia intrusa, Axonopus compressus, Cyperus kyllingia, Tetracera scandens, Cyrtococcum acrescens, Stenochlaena palustris, Ageratum conyzoides, Digitaria ciliaris, dan gulma lainnya seperti yang penulis sajikan dalam Tabel 12 berikut ini.
No
1 2 3 4 5 6 7
Tabel 12 Spesies gulma beserta NJD di pasar pikul blok sampel Divisi 3 Kebun SAH PT PISP I Blok (Tahun Tanam) Spesies Ratagulma pasar D29 C31 D27 C25 D22 C21 rata pikul NJD 1995 1995 1995 1995 1998 2004 Centotheca lappacea Borreria alata Asystasia intrusa Axonopus compressus Cyperus kyllingia Tetracera scandens Cyrtococcum acrescens
30.42
64.13
29.94
71.96
35.00
52.04
47.25
23.80
0
6.00
0
1.87
18.50
8.36
16.50
7.27
10.61
4.49
5.53
3.90
8.05
4.75
7.10
11.12
0
7.68
9.10
6.63 5.13
0
0
0
0
15.88
0
0
0
0
0
4.56
0
4.00
12.69
0
0
0
0
0
3.51
28 Tabel 12 Lanjutan Spesies No gulma pasar D29 pikul 1995 Stenochlaena 8 palustris 1.47 Ageratum 9 conyzoides 0 Digitaria 10 ciliaris 2.47 Borreria 11 repens 1.82 Ludwigia 12 hyssopifolia 0 Cleome 13 rutidosperma 0 Clidemia 14 hirta 3.85 Borreria 15 laevis 0 Mikania 16 micrantha 0 Costus 17 speciosus 0 Gleichenia 18 linearis 0 Peperomia 19 pellucida 0 Solanum 20 torvum 0 Erechtites 21 valerianifolia 0 Oxalis 22 barrelieri 0 Croton hirtus 23 0 Diodia 24 sarmentosa 0 Euphorbia 25 prunifolia 0 Melastoma 26 affine 1.19
C31 1995
Blok (Tahun Tanam) D27 C25 D22 1995 1995 1998
C21 2004
Ratarata NJD
0
0
0
0
0
2.73
0
0
0
11.08
0
1.85
0
0
0
3.07
1.53
1.44
0
0
0
3.91
0
1.44
0
0
0
1.42
0
1.42
0
0
0
1.14
1.58
1.06
0
0
0
0
0
1.01
0
0
0
0
5.98
1.00
0
0
0
0
0
0.99
0
0
0
0
0
0.77
0
0
0
0
0
0.63
0
0
0
0
2.11
0.53
0
0
0
0
0
0.51
0
0
0
0
0
0.41
0 0
0 0
0 0
0 0
1.97 1.70
0.33 0.28
0
0
0
0
1.58
0.26
0
1.42
0
0
0
0.24
0
0
0
0
0.20 100
0 Total
Tabel 12 di atas menunjukkan bahwa Centotheca lappacea dengan NJD (Nisbah Jumlah Dominansi) rataan sebesar 47.25% merupakan gulma yang dominan di pasar pikul 6 blok sampel dengan 3 (tiga) tahun tanam yang berbeda, diikuti dengan Borreria alata (8.36%), Asystasia intrusa (8.05%), Axonopus
29 compressus (6.63%), dan Cyperus kyllingia (5.13%). Centotheca lappacea merupakan jenis gulma golongan rumput (grasses) yang mempunyai ciri utama batang berbentung silindris, beruas, dan berongga; tulang daun sejajar dengan tulang daun utama, daun oval bergelombang; bunga malai memiliki bulir yang banyak dan berakar serabut. Pengamatan juga dilakukan di gawangan masing-masing blok sampel dan ditemukan 25 spesies gulma seperti: Asystasia intrusa, Nephrolepis biserrata, Stenochlaena palustris, Centotheca lappacea, Clidemia hirta, Peperomia pellucida, Cyrtococcum acrescens, Borreria alata, Cyclosorus aridus, Lygodium sp., dan gulma lainnya seperti yang penulis sajikan dalam Tabel 13 berikut ini.
No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Tabel 13 Spesies gulma beserta NJD di gawangan blok sampel Divisi 3 Kebun SAH PT PISP I Blok (Tahun Tanam) RataSpesies gulma D29 C31 D27 C25 D22 C21 rata gawangan NJD 1995 1995 1995 1995 1998 2004 Asystasia intrusa 44.91 28.60 49.52 35.55 34.32 25.49 36.40 Nephrolepis biserrata 19.46 19.15 5.20 10.19 2.16 14.38 11.76 Stenochlaena palustris 14.39 24.41 10.48 3.19 9.46 5.33 11.21 Centotheca lappacea 1.58 3.43 7.07 12.03 3.11 19.76 7.83 Clidemia hirta 0 18.98 4.94 0 0 20.36 7.38 Peperomia pellucida 0 0 1.93 24.86 6.72 0 5.59 Cyrtococcum acrescens 7.27 0 8.81 3.93 7.98 0 4.67 Borreria alata 3.49 0 0 6.29 6.93 1.60 3.05 Cyclosorus aridus 0 0 2.05 0 10.02 0 2.01 Lygodium sp. 0 0 0 0 0 3.11 1.81 Gleichenia linearis 0 0 4.44 0 2.08 3.33 1.64 Mikania micrantha 0 0 0 0 1.81 1.84 0.96 Melastoma affine 0 0 1.25 0 0 3.03 0.71 Cleome rutidosperma 0 0 0 0 1.98 0 0.65 Digitaria ciliaris 0 0 0 0 3.49 0 0.58 Tetracera scandens 0 0 0 0 1.38 0 0.55 Borreria repens 0 0 0 0 1.00 0 0.51
30 Tabel 13 Lanjutan No
18 19 20 21 22 23 24 25
Spesies gulma gawangan Eleusine indica Cyperus brevifolius Scleria sumatrensis Axonopus compressus Cyperus kyllingia Imperata cylindrica Solanum torvum Ageratum conyzoides
D29 1995
Blok (Tahun Tanam) C31 D27 C25 D22 1995 1995 1995 1998
C21 2004
Ratarata NJD
0
0
0
0
0
0
0.49
0
0
0
0
2.64
0
0.44
0
0
0
0
0
0
0.43
0
0
0
0
0.97
0
0.39
0
0
0
0
1.95
0
0.32
0
0
0
0
0
1.77
0.30
0
0
0
0
1.00
0
0.17
0
0
0.99
0
0.16 100
0
0 Total
Tabel 13 di atas memperlihatkan bahwa Asystasia intrusa dengan NJD rataan sebesar 36.40% merupakan gulma yang dominan di gawangan 6 blok sampel dengan 3 (tiga) tahun tanam yang berbeda, diikuti dengan Nephrolepis biserrata (11.76%), Stenochlaena palustris (11.21%), Centotheca lappacea (7.83%), dan Clidemia hirta (7.38%) Asystasia intrusa merupakan jenis gulma golongan berdaun lebar (broadleaves) yang mempunyai ciri utama batang bercabang dan sukulen; daun oval hijau tua; bunga tunggal berwarna putih keunguan dan berakar tunggang.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunitas Gulma Faktor-faktor yang mempengaruhi komunitas gulma adalah kultur teknik, tanaman dan lingkungan. Faktor kultur teknik meliputi pengolahan tanah, pemupukan, dan diversifikasi. Faktor tanaman meliputi spesies atau varietas, waktu tanam, pola tanam, kerapatan tanaman dan umur tanaman. Faktor lingkungan meliputi iklim, tanah, dan organisme lain. Kultur Teknik. Campur tangan manusia dalam suatu pertanaman yang mempengaruhi komunitas gulma meliputi pengolahan tanah, pemupukan, dan diversifikasi. Pengolahan tanah pada prinsipnya melepaskan ikatan antara gulma dengan tempat tumbuhnya. Pengolahan tanah yang intensif dan penyiangan yang teratur dapat menekan spesies gulma yang kurang vigor. Pemupukan bertujuan untuk menaikkan daya dukung lahan, namun pemupukan bukan berarti dapat mengurangi gangguan gulma terhadap tanaman. Gulma membutuhkan unsur hara yang banyak sehingga mampu menyerap lebih banyak unsur hara daripada tanaman budi daya. Menurut Sukman dan Yakup
31 (1991) pada bobot kering yang sama, gulma mengandung kadar nitrogen dua kali lebih banyak daripada jagung. Diversifikasi tanaman dilakukan dengan cara menanam lebih dari satu jenis tanaman pada waktu tanam yang sama sehingga dapat menekan komunitas gulma karena lahan yang digunakan untuk ditanami akan semakin besar sehingga memperkecil ruang tumbuh gulma. Berdasarkan pengamatan di lapangan, Kebun SAH telah melakukan kegiatan pengolahan tanah, pemupukan, dan diversifikasi tanaman untuk menekan komunitas gulma. Pengolahan tanah di Kebun SAH dilakukan pada saat pembukaan lahan dan sebelum penanaman dengan menggunakan alat-alat mekanis. Pemupukan dilakukan secara intensif, baik pada TM maupun tanaman sisipan. Diversifikasi tanaman dilakukan dengan menanam LCC, namun baru diterapkan pada bahu jalan saja, seharusnya diterapkan juga pada gawangan. Tanaman. Faktor tanaman yang mempengaruhi komunitas gulma meliputi spesies atau varietas, waktu tanam, pola tanam, kerapatan tanaman, dan umur tanaman. Perbedaan spesies akan menentukan kemampuan bersaing karena perbedaan sistem fotosintesis, kondisi perakaran, dan keadaan morfologisnya. Spesies tanaman yang memiliki metabolisme efisien yaitu yang tergolong tanaman berjalur fotosintesis C4 lebih mampu menekan komunitas gulma. Pengaturan waktu tanam dengan membiarkan gulma tumbuh terlebih dahulu kemudian dikendalikan dengan praktik budi daya tertentu juga dapat dilakukan. Perubahan pola tanam menimbulkan perubahan populasi gulma, sebagai contoh pada padi sawah irigasi yang ditanami terus-menerus, Pistia stratiotes mungkin berkurang bila diselingi satu tahun dengan tanaman palawija atau sayuran karena matinya biji atau bibit dari Pistia stratiotes. Kerapatan suatu tanaman ditentukan oleh jarak tanam yang dibuat pada tanaman tersebut. Semakin lebar jarak tanam maka kerapatan populasi tanaman akan semakin kecil dan kerapatan gulma akan semakin besar. Pada umumnya, gulma terutama dari golongan rerumputan membutuhkan sinar matahari untuk pertumbuhannya. Oleh karena itu, pada pertanaman yang berjarak cukup lebar, gulma dapat tumbuh dengan baik. Semakin besar umur suatu tanaman, maka tanaman tersebut akan bertambah tinggi dan tajuknya telah menutup rapat sehingga memperoleh cahaya lebih banyak. Pada tanaman yang masih muda dan tajuknya belum tertutup rapat maka gulma tidak akan ternaungi dan akan memperoleh cahaya matahari yang banyak sehingga gulma dapat tumbuh dengan baik.
(a)
(b)
Gambar 8 (a) Gulma di sawit tahun tanam 2004 (b) Gulma di sawit tahun tanam 1993
32 Hasil pengamatan di lapangan diperoleh bahwa jarak tanam kelapa sawit di Kebun SAH cukup lebar (9.2 m x 9.2 m x 9.2 m) dan tidak teratur sehingga komunitas gulma meningkat. Selain itu gulma dapat tumbuh dengan baik pada areal TM yang terdapat pokok mati karena tidak adanya tajuk yang saling menutupi sehingga banyak cahaya matahari yang masuk dan memberikan energi pada gulma untuk terus berkembangbiak, sedangkan pada areal TM yang tajuknya telah saling menutup rapat tanpa ada pokok mati komunitas gulma tertekan karena tajuk saling menutup sehingga tidak ada cahaya matahari yang masuk. Lingkungan. Faktor lingkungan yang mempengaruhi komunitas gulma meliputi iklim, tanah dan organisme lain (biotik). Faktor iklim yang langsung berpengaruh terhadap komunitas gulma adalah curah hujan. Daerah dengan musim penghujan dan kelembaban yang tinggi, pertumbuhan gulma sangat cepat dan kerapatannya sangat tinggi. Faktor tanah yang berpengaruh adalah kelembaban tanah, aerasi, pH tanah dan unsur-unsur hara dalam tanah. Umumnya gulma mempunyai kemampuan untuk bersaing yang cukup tinggi pada semua jenis tipe tanah. Faktor biotik yang berpengaruh adalah tumbuh-tumbuhan dan hewan yang dapat membatasi pertumbuhan dan distribusi gulma. Menurut Sukman dan Yakup (1991) Lantana camara dapat mengendalikan pertumbuhan gulma yang berada di bawah tumbuhan tersebut. Kondisi iklim di Kebun SAH tergolong pada iklim sangat basah dengan curah hujan tinggi sehingga dapat mendukung pertumbuhan gulma. Meskipun tanah di Kebun SAH miskin unsur hara namun gulma tetap dapat tumbuh dan bersaing dengan baik. Organisasi Pengendalian Gulma Teknis pengendalian gulma di Kebun SAH diserahkan pada masingmasing divisi, namun evaluasi pekerjaan, penggunaan barang dan bahan kimia berada dalam koordinasi dengan asisten kebun dan general manajer. Asisten divisi sangat berperan dalam menentukan teknis pengendalian gulma di divisinya yang meliputi rencana kegiatan, pemakaian tenaga kerja, alat, herbisida, dan biaya. Dalam pelaksanaan pengendalian gulma, mandor pengendalian gulma berperan besar dalam keberhasilan pengendalian gulma di lapangan. Struktur organisasi pengendalian gulma di Kebun SAH unuk tingkat divisi disajikan pada Gambar 9. Asisten Divisi
Mandor Rawat Pengendalian Gulma
Tenaga Penyemprot
Kepala Rombongan
Pekerja Garuk Piringan Pekerja Babat Gawangan dan Bahu Jalan
Gambar 9 Struktur organisasi pengendalian gulma
33 Waktu kerja selama tujuh jam dimulai dari pukul 08.00-15.00 WIB diselingi waktu istirahat 30 menit untuk makan siang. Pengendalian gulma di Kebun SAH didominasi oleh tenaga kerja perempuan. Hal ini dimaksudkan agar kualitas kerja lebih baik karena pada umumnya tenaga kerja perempuan lebih teliti dan sabar serta lebih mudah dalam pengaturan pelaksanaan kerja. Tenaga kerja laki-laki biasanya digunakan untuk membabat bahu jalan dan gawangan (Gambar 10).
Gambar 10 Tenaga kerja laki-laki dan perempuan untuk pengendalian gulma
Ketenagakerjaan Seluruh pekerjaan pengendalian gulma dilaksanakan dengan sistem borong. Sistem borong baik untuk dilaksanakan jika didukung ketersediaan tenaga kerja yang cukup. Kenyataan di lapangan menunjukkan jumlah tenaga kerja sedikit sehingga mengakibatkan pelaksanaan pekerjaan terhambat. Sistem borong merupakan sistem penyerahan pekerjaan kepada pemborong di bawah pengawasan mandor. Pada sistem ini hubungan antara pihak manajemen dan pemborong hanya sebatas surat perjanjian borong dan tidak terdapat hubungan kerja yang terikat. Kondisi ini mengakibatkan pihak manajemen tidak mempunyai wewenang penuh terhadap pemborong dan pekerja. Pengendalian gulma merupakan aspek pemeliharaan yang paling penting untuk menghasilkan produksi, karena itu penetapan hubungan kerja yang jelas dengan pekerja dalam bentuk kontrak kesepakatan kerja waktu tertentu (KKWT) merupakan hal yang perlu untuk dipertimbangkan.
Teknik Pengendalian Gulma Tanaman perkebunan mudah dipengaruhi oleh gulma, terutama sewaktu masih muda. Apabila pengendalian gulma diabaikan sama sekali, maka kemungkinan besar usaha tanaman perkebunan itu akan rugi total. Pengendalian gulma yang tidak cukup pada awal pertumbuhan tanaman perkebunan akan memperlambat pertumbuhan dan memperpanjang masa sebelum panen (Tjitrosedirdjo et al. 1984). Kebun SAH telah menerapkan pengendalian gulma terpadu berupa pengombinasian pengendalian secara manual dan kimia. Pengendalian gulma secara manual dilakukan dengan mempertimbangkan ketersediaan dana yang ada, faktor lingkungan areal TM, dan faktor sosial. Pengendalian gulma secara kimia
34 dengan menggunakan herbisida dilakukan dengan mempertimbangkan nilai keefektifan dan keefisiensiannya. Herbisida adalah bahan kimia yang dapat menghambat pertumbuhan bahkan mematikan tumbuhan itu sendiri (Moenandir 1990) yang juga ditekankan kembali oleh Sembodo (2010). Pengendalian gulma di Kebun SAH diarahkan pada 4 tempat, yaitu piringan, pasar pikul, gawangan, dan bahu jalan dengan 3 pekerjaan utama dalam bentuk penyemprotan piringan dan pasar pikul, garuk piringan manual, serta babat gawangan dan bahu jalan seperti yang dapat dilihat pada Tabel 14 di bawah ini. Tabel 14 Lokasi dan teknik pengendalian gulma di Divisi 3 Kebun SAH PT PISP I Teknik PengendaManual Kimiawi lian Lokasi
Piringan
garuk piringan
Pasar pikul
-
Gawangan
babat dempes dongkel anak kayu (DAK)
Bahu jalan
babat dempes
Bionasa 480 SL (berbahan aktif isopropilamina glifosat) 0.48 L/ha Metafuron 20 WP (berbahan aktif metil metsulfuron) 0.024 kg/ha Bionasa 480 SL (berbahan aktif isopropilamina glifosat) 0.16 L/ha Metafuron 20 WP (berbahan aktif metil metsulfuron) 0.008 kg/ha -
-
Sumber: Pengamatan penulis, 2012
Bionasa 480 SL berbahan aktif isopropilamina glifosat 480 g/l merupakan herbisida sistemik purna tumbuh berbentuk larutan dalam air berwarna kuning jerami. Pemberian herbisida semacam ini merupakan tindak lanjut dari pengendalian tahap pertama untuk mendukung tercapainya tujuan pengendalian gulma secara tuntas (Moenandir 1988). Metafuron 20 WP berbahan aktif metil metsulfuron 20.05% merupakan herbisida pra dan purna tumbuh yang diformulasi dalam bentuk tepung halus yang mudah larut dalam air yang dapat mengendalikan gulma berdaun lebar, dan tekitekian pada tanaman padi dan tanaman perkebunan. Herbisida ini berspektrum luas dan termasuk herbisida yang bersifat selektif khususnya untuk gulma berdaun lebar, gulma berkayu dan pakis-pakisan.
35
Pengendalian Gulma di Piringan Pengendalian gulma di piringan dilakukan dengan dua cara, yaitu garuk piringan manual dan penyemprotan dengan herbisida seperti terlihat pada Tabel 14 di atas yang juga sesuai dengan kultur teknis dari PPKS (2007). Piringan pokok merupakan tempat jatuhnya brondolan yang mengindikasikan kematangan buah sehingga harus benar-benar bersih untuk memudahkan kegiatan pemanenan. Piringan pokok harus benar-benar bersih dari gulma agar pupuk yang disebarkan pada piringan tidak diserap oleh gulma. Garuk piringan manual dilakukan oleh 3 orang pekerja dalam luasan 1 ha yang dikerjakan mulai dari jam 07.00-14.00 selama 2 hari. Pengendalian secara kimia dengan menggunakan campuran bahan isopropilamina glifosat 0.48 L/ha dan metil metsulfuron dengan dosis 0.024 kg/ha.
Gambar 11 Pengendalian manual gulma di piringan
Kecepatan Pertumbuhan Kembali Setelah Aplikasi di Piringan. Penulis sedikit melakukan pengamatan mengenai kecepatan pertumbuhan kembali setelah aplikasi di piringan untuk mengetahui kebenaran yang sesungguhnya dan membandingkan dengan teori yang selama ini penulis telah baca dari buku-buku referensi. Hasil pengamatan analisis vegetasi yang dilakukan di piringan menunjukkan hasil bahwa gulma Asystasia intrusa, Centotheca lappacea, dan Stenochlaena palustris merupakan gulma yang dominan karena terdapat di semua petak sampel. Seperti terlihat pada Tabel 15 di bawah ini. Tabel 15 Hasil analisis vegetasi piringan blok sampel Divisi 3 Kebun SAH PT PISP I Spesies KM KN BKM BKN FM FN NP NJD Asystasia intrusa 67 72.04 20.77 46.02 5 31.25 149.32 49.77 Stenochlaena palustris 11 11.83 15.51 34.37 5 31.25 77.45 25.82 Centotheca lappacea 15 16.13 8.85 19.61 6 37.50 73.24 24.41 Total 93 100 45.13 100 16 100 300 100 Sumber: Pengamatan penulis, 2012
36
Gambar 12 Hasil penyemprotan 1 MSA – 2 MSA – 3 MSA – 4 MSA di piringan kepala sawit Gulma Asystasia intrusa paling mendominasi di piringan dengan NJD sebesar 49.77% seperti yang terlihat pada Tabel 15 sehingga penulis tampilkan gambarnya sebagai sampel. Perubahan yang terjadi pada gulma A. intrusa seperti terlihat pada Gambar 12 di atas menunjukkan kepada kita bahwa gulma tersebut telah muncul kembali pada minggu ke-4 setelah aplikasi. Kemunculan kembali tunas baru dari gulma tersebut diyakini sebagai regrowth (pertumbuhan kembali) karena tanaman baru muncul di tempat tanaman terdahulu mati. Sastroutomo (1990) menyatakan bahwa reproduksi vegetatif lebih tepat jika diartikan sebagai pertumbuhan kembali (regrowth) karena merupakan perkembangan dari jaringan meristem yang memang sudah ada pada akar atau batang. Bisa juga terjadi karena adanya masa dormansi biji. Sembodo (2010) menyatakan bahwa pada kondisi yang kurang menguntungkan biji gulma mampu bertahan hidup dalam jangka waktu yang lama dan akan kembali berkecambah bila lingkungan telah memungkinkan. Tabel 16 Perubahan fisik/morfologis setelah aplikasi isopropilamina glifosat 0.48 L/ha dan metil metsulfuron dengan dosis 0.024 kg/ha di piringan Spesies Gulma di Piringan
Perubahan Fisik/Morfologis 1 MSA
2 MSA
Asystasia intrusa
pangkal daun mulai menguning namun tegakan masih terlihat kokoh
Centotheca lappacea
sedikit warna kuning pada tepi daun dan ada beberapa bercak khlorosis
kuning pada pangkal daun mulai menyebar ke bagian tengah daun dan tegakan mulai layu hampir menyentuh tanah khlorosis bertambah dan tepi daun mulai berwarna ungu dan ada beberapa bagian yang mengering
3 MSA hampir seluruh permukaan daun menguning dan batang berwarna coklat, terkulai di atas tanah bercak khlorosis semakin banyak dan hampir memenuhi permukaan daun,
4 MSA sudah tumbuh tanaman baru namun masih kecil-kecil sekali
semakin mengering dan layu
37 Tabel 16 Lanjutan Spesies Gulma di 1 MSA Piringan
Stenochlaena belum terlihat palustris perubahan yang berarti
Perubahan Fisik/Morfologis 2 MSA
3 MSA tepi daun berwarna ungu dan mulai mengering
4 MSA
mulai timbul khlorosis pada daun
ujung daun berwarna coklat dan mengering
keseluruhan daun berwarna coklat, mengering, dan, ada sebagian yang menggulung
Tabel 16 di atas menunjukkan bahwa perpaduan isopropilamina glifosat 0.48 L/ha dan metil metsulfuron dengan dosis 0.024 kg/ha memiliki pengaruh terhadap perubahan fisik atau morfologis gulma yang hidup di piringan sawit. Hal ini sesuai dengan pendapat Moenandir (1988) bahwa glifosat dapat mempengaruhi pigmen sampai terjadi klorotik, pertumbuhan terhenti dan tumbuhan dapat mati. Perpaduan yang sempurna dengan metsulfuron berbentuk WP ini karena dapat diabsorbsi oleh akar dan dengan cepat ditranslokasikan ke dalam tubuh yang kemudian mengganggu proses fotosintetik.
Pengendalian Gulma di Pasar Pikul Pasar pikul terletak di antara 2 barisan tanaman yang dipakai untuk jalan buah, jalan kontrol, jalan pemupukan, dan jalan untuk sensus pokok. Kondisi jalan buah harus baik yaitu tidak menghalangi pekerjaan namun tidak perlu terlalu bersih dari gulma karena dapat mengurangi erosi. Pengendalian gulma di pasar pikul dilakukan secara kimia dengan menggunakan campuran bahan isopropilamina glifosat 0.16 L/ha dan metil metsulfuron dengan dosis 0.008 kg/ha. Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan beberapa gulma dominan di pasar pikul dengan urutan dominansi : Centotheca lappacea (47.25%); Borreria alata (8.36%); Asystasia intrusa (8.05%); Axonopus compressus (6.63%); dan Clidemia hirta (6.06%).
Pengendalian Gulma di Gawangan Pengendalian gulma di gawangan merupakan usaha untuk menekan pertumbuhan dan perkembangan segala jenis gulma yang tumbuh di gawangan. Pengendalian dilakukan secara manual, baik dengan babat dempes maupun dengan cara dongkel. Dongkel dilaksanakan dengan cara mencabut gulma sampai
38 ke akar-akarnya, sedangkan babat dempes dengan memotong gulma setinggi 5 cm dari permukaan tanah. Alat yang dipakai untuk membabat adalah parang panjang. Berdasarkan pengamatan di lapangan, kualitas pengendalian gulma secara manual dengan dongkel menunjukkan hasil yang lebih baik daripada babat dempes, karena gulma dicabut sampai ke akar-akarnya. Contoh gulma yang didongkel adalah Tetracera scandens seperti terlihat pada Gambar 13 berikut ini.
Gambar 13 Pengendalian manual gulma di gawangan Hasil pengamatan spesifikasi lapangan menunjukkan beberapa gulma dominan di gawangan dengan urutan dominansi : Asystasia intrusa (36.40%); Nephrolepis biserrata (11.76%); Stenochlaena palustris (11.21%); Centotheca lappacea (7.83%); dan Clidemia hirta (7.38%).
Pengendalian Gulma di Bahu Jalan Pengendalian gulma di bahu jalan (Gambar 14) dilakukan dengan cara manual (babat). Babatan yang dilakukan pada bahu jalan sepanjang 1 000 m dilakukan selama 2 hari yang dimulai dari pukul 07.00-17.00 sedangkan pada bahu jalan sepanjang 300 m dilakukan selama 1 hari yang dimulai dari pukul 07.00-14.00 dengan harga Rp 100/m.
Gambar 14 Pengendalian gulma dengan babat di bahu jalan
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengendalian Gulma Pengendalian gulma di perkebunan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: kondisi iklim, kondisi lapangan, ketersediaan alat dan bahan, serta kualitas sumber daya manusia. Faktor-faktor ini dapat menjadi penghambat atau pendorong dalam pelaksanaan pengendalian, karena itu, faktor-faktor ini harus dikelola untuk meminimalkan pengaruh negatif gulma. Faktor Iklim. Faktor iklim yang berpengaruh langsung adalah curah hujan. Hujan merupakan fenomena alam yang menguntungkan bagi tanaman,
39 tetapi merugikan juga karena mempercepat pertumbuhan gulma sehingga membutuhkan pengendalian yang intensif. Intensitas curah hujan yang tinggi pada bulan Januari-April (Lampiran 4) menghambat kegiatan pengendalian gulma secara kimia. Hal ini mengakibatkan adanya areal yang tertinggal atau belum dikerjakan. Kelembaban udara yang tinggi dan hujan yang turun setelah aplikasi semprot mempengaruhi kualitas semprotan dengan tingkat kematian yang rendah atau bahkan tidak memberikan hasil. Kondisi Lapangan. Kondisi lapangan yang mempengaruhi pengendalian gulma adalah kondisi lahan dan ketersediaan fasilitas pendukung seperti kondisi jalan, kondisi areal, dan topografi lahan. Hasil pengamatan lapangan menunjukkan kondisi jalan yang tidak baik, berlubang setinggi 46 cm seperti tampak pada Gambar 15 yang sulit dilalui mengakibatkan pengangkutan tenaga kerja ke lapangan, umumnya pekerja berjalan ke lapangan dan menghabiskan waktu cukup lama.
Gambar 15 Kondisi jalan berlubang Divisi 3 Alat dan Bahan. Ketersediaan alat dan keterlambatan penyediaan dan penyaluran bahan berpengaruh terhadap rencana kerja pengendalian. Hasil pengamatan lapangan menunjukkan jumlah dan kondisi peralatan terutama peralatan semprot kurang memadai. Selain itu ketersediaan air bersih di lapangan yang sedikit membuat pekerja harus mencari-cari sumber air dulu (Gambar 16) sehingga membuat target kerja tidak dapat dicapai.
Gambar 16 Penggunaan air parit yang kotor Sumber Daya Manusia. Faktor sumber daya manusia yang mempengaruhi keberhasilan pengendalian gulma adalah ketersediaan tenaga kerja dan kualitas tenaga kerja terutama keterampilan penggunaan dan perawatan alat. Sebagian besar pekerja di Kebun SAH berpendidikan rendah. Hal ini mengakibatkan rendahnya pemahaman tentang pentingnya proses kerja yang benar sehingga setiap pekerjaan membutuhkan pengawasan yang intensif. Pengetahuan biologis dan sifat gulma, cara aplikasi, pengaruh bahan kimia terhadap gulma merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh pekerja.
40
Gambar 17 Persiapan dan aplikasi semprot tanpa APD Gambar 17 di atas menunjukkan bahwa para pekerja di Kebun SAH ini tidak menggunakan alat pelindung diri (APD) selama proses penyemprotan herbisida berlangsung. Mereka beralasan bahwa penggunaan APD hanya membuat mereka menjadi sulit bergerak, padahal fungsi APD sendiri justru untuk melindungi mereka dari efek samping herbisida. Seperti yang kita ketahui, herbisida juga dapat menyebabkan keracunan bagi penggunanya. Bila memang mereka sedikit lebih pintar maka mereka akan mengerti betapa pentingnya penggunaan APD bagi diri mereka. Pengendalian gulma di lapangan memerlukan pengetahuan dan wawasan yang luas dari pengelola perkebunan. Pengendalian gulma harus dilaksanakan secara efektif dan efisien sehingga dihasilkan pengendalian gulma yang tepat sasaran dan biaya yang dikeluarkan dapat diminimalisir.
Analisis Ekonomi Pengendalian Gulma Pengendalian gulma secara manual membutuhkan tenaga kerja yang banyak dan biaya yang tinggi. Selain itu juga dapat mengakibatkan tumbuhnya gulma kembali lebih besar dan lebih cepat serta merangsang terjadinya ledakan populasi gulma. Namun pengendalian gulma secara manual dapat menyingkirkan sampahsampah pelepah dan pakis yang jatuh di piringan. Selain itu juga dapat memberikan lapangan pekerjaan untuk penduduk sekitar perkebunan. Pengendalian gulma secara kimiawi tidak saja menguntungkan karena mengurangi jumlah tenaga kerja untuk manual, juga hal-hal seperti: a) mengurangi erosi, b) mengurangi kerusakan akar, c) herbisida pre-emergence mampu mengendalikan gulma sejak awal, d) mampu mengendalikan gulma tahunan yang sulit diberantas dengan cara lain, dan e) meningkatkan efisiensi pada areal yang luas. Namun pengendalian secara kimia juga dapat menyebabkan kerugian bila tidak dilakukan secara benar. Dosis herbisida yang berlebihan dapat menyebabkan residu pada tanaman akibat bahan kimia yang terkandung dalam herbisida tersebut. Analisis ekonomi pengendalian gulma dilakukan pada pengendalian gulma di piringan kelapa sawit. Luasan yang digunakan dalam analisis ekonomi pengendalian gulma adalah 31 ha (1 blok). Pengendalian gulma di piringan kelapa sawit Kebun SAH PT PISP I dilaksanakan dengan kombinasi manual (1 rotasi) dan kimia (2 rotasi). Analisis ekonomi terhadap biaya pengendalian gulma dilakukan untuk mengetahui biaya yang lebih efisien antara pengendalian gulma secara kombinasi manual dan kimia per tahun dengan pengendalian gulma secara kimia selama 3 rotasi per tahun (tanpa kombinasi dengan manual). Analisis ekonomi pengendalian gulma hanya membandingkan biaya tenaga kerja dan
41 herbisida yang digunakan sedangkan biaya alat yang digunakan belum diperhitungkan. Pengendalian gulma di piringan kelapa sawit dengan kombinasi manual (1 rotasi) dan kimia (2 rotasi): Manual: Tenaga kerja untuk menyiang piringan dalam 1 blok = 4 HK/ha x 31 ha = 124 HK Biaya untuk menyiang piringan dalam 1 blok selama 1 tahun = 124 HK x Rp = Rp 50 000 = Rp 6 200 000 Kimia: Tenaga kerja yang dibutuhkan untuk menyiang piringan dalam 1 blok selama 1 tahun = 0.5 HK/ha x 31 ha x 2 rotasi = 31 HK Biaya tenaga kerja = 31 HK x Rp 15 000 = Rp 465 000 Kebutuhan glifosat dalam 1 blok = 13.49 l/tahun Biaya glifosat = 13.49 l x Rp 27 508/l x 2 rotasi = Rp 742 165.84 Kebutuhan metsulfuron dalam 1 blok = 1.01 kg/tahun Biaya metsulfuron = 1.01 kg x Rp 415 842.574 x 2 rotasi = Rp 840 002 Biaya untuk menyiang piringan kelapa sawit secara kimia dalam 1 blok selama 1 tahun = biaya TK + biaya bahan kimia = Rp 2 047 167.84 Total biaya pengendalian gulma di piringan kelapa sawit dengan kombinasi manual (1 rotasi) dan kimia (2 rotasi) = Rp 6 200 000 + Rp 2 047 167.84 = Rp 8 247 187.84 jadi biaya pengendalian gulma di piringan kelapa sawit dengan kombinasi manual (1 rotasi) dan kimia (2 rotasi) per hektar per tahun = Rp 8 247 187.84/31 ha = Rp 266 038.317
Pengendalian gulma di piringan kelapa sawit secara kimia (3 rotasi): Tenaga kerja yang dibutuhkan untuk menyiang piringan dalam 1 blok selama 1 tahun = 0.5 HK/ha x 31 ha x 3 rotasi = 46.5 HK Biaya tenaga kerja = 46.5 HK x Rp 15 000 = Rp 697 500 Kebutuhan glifosat dalam 1 blok = 13.49 l/tahun Biaya glifosat = 13.49 l x Rp 27 508/l x 3 rotasi = Rp 1 113 248.76 Kebutuhan metsulfuron dalam 1 blok = 1.01 kg/tahun Biaya metsulfuron = 1.01 kg x Rp 415 842.574 x 3 rotasi = Rp 1 260 003 Biaya untuk menyiang piringan kelapa sawit secara kimia dalam 1 blok selama 1 tahun = biaya TK + biaya bahan kimia = Rp 3 070 751.76 Jadi biaya untuk menyiang piringan kelapa sawit secara kimia dalam 1 blok per hektar per tahun = Rp 3 070 751.76/31 ha = Rp 99 056.508
42
KESIMPULAN DAN SARAN Kegiatan magang yang berlangsung di Divisi 3 Kebun SAH PT PISP I, Rokan Hulu, Riau selama 3 (tiga) bulan memberikan banyak manfaat bagi penulis. Hasil magang dapat meningkatkan keterampilan, wawasan, pengalaman, dan kemampuan teknis mengenai pengelolaan pengendalian gulma di perkebunan kelapa sawit. Manajemen pengelolaan gulma di Kebun SAH masih perlu ditingkatkan sehingga target produksi perusahaan dapat dicapai dengan baik. Faktor iklim, kondisi lapangan, alat dan bahan, serta sumber daya manusia di Kebun SAH mempengaruhi sebaran vegetasi gulma. Kondisi tanah lembab dan iklim sangat basah dengan curah hujan tinggi merupakan tempat yang optimum bagi gulma Asystasia intrusa (Forssk.) Blume dan Centotheca lappacea (L.) Desv., yang merupakan gulma paling dominan di Divisi 3 Kebun SAH. Pengendalian gulma secara manual dengan garuk piringan, babat dempes, dan dongkel anak kayu dipadukan dengan pengendalian secara kimia menggunakan Bionasa 480 SL berbahan aktif isopropilamina glifosat dan Metafuron 20 WP yang berbahan aktif metil metsulfuron merupakan metode yang efektif untuk mengendalikan gulma yang mendominasi di Divisi 3 Kebun SAH tersebut. Analisis ekonomi pengendalian gulma dilakukan untuk mengetahui biaya yang lebih efisien antara pengendalian gulma secara kombinasi manual dan kimia per tahun dengan pengendalian gulma secara kimia selama 3 rotasi per tahun (tanpa kombinasi dengan manual). Analisis ekonomi pengendalian gulma menunjukkan bahwa pengendalian gulma secara kimia dengan 3 rotasi di piringan sawit dapat menghemat biaya Rp 166 981.809 dari Rp 266 038.317 per tahun per hektar. Penelitian yang lebih lanjut dan komprehensif perlu dilakukan supaya ada pembaharuan inventarisasi gulma di Perkebunan Sei Air Hitam, agar bahan-bahan pengendalian gulma seperti herbisida dapat diaplikasikan tepat waktu, jenis, dan tempat. Perlu dilakukannya peningkatan pengetahuan mengenai penggunaan alat pengendalian gulma secara kimia bagi mandor pemeliharaan maupun petugas semprot dan juga perlu diadakan penelitian lanjutan pola penyebaran dan dominansi gulma pada perkebunan di tanah gambut dan tanah mineral kaitannya dengan metode pengendalian yang paling efektif.
DAFTAR PUSTAKA Arief A. 1994. Perlindungan Tanaman: Hama, Penyakit, dan Gulma. Cetakan Pertama. Surabaya (ID): Usaha Nasional. [Ditjenbun] Direktorat Jenderal Perkebunan. 2014. Statistik [Internet]. [diunduh 2015April 10]. Tersedia pada: http//www.ditjenbun.deptan.go.id. Fauzi Y, Yustina, Widyastuti YE, Satyawibawa I, Paeru RH. 2007. Seri Agribisnis Kelapa Sawit: Budi Daya Pemanfaatan Hasil dan Limbah,
43 Analisis Usaha dan Pemasaran. Edisi Revisi. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Lubis RE, Widanarko A. Buku Pintar Kelapa Sawit. Nofiandi, editor. Jakarta (ID): AgroMedia Pustaka. Moenandir J. 1988. Pengantar Ilmu dan Pengendalian Gulma (Ilmu Gulma – Buku I). Cetakan Pertama. Jakarta (ID): Citra Niaga Rajawali Pers. __________. 1990. Fisiologi Herbisida (Ilmu Gulma – Buku II). Edisi Pertama. Jakarta (ID): Rajawali. __________. 1993. Ilmu Gulma dalam Sistem Pertanian. Cetakan Pertama. Jakarta (ID): PT RajaGrafindo Persada. Pahan I. 2011.Panduan Lengkap Kelapa Sawit: Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Cetakan Kesembilan. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. [PPKS] Pusat Penelitian Kelapa Sawit. 2007. Kultur Teknis Kelapa Sawit. Buana dkk, editor. Medan (ID): Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Rukmana HR, Saputra US. 1999. Gulma dan Teknik Pengendalian. Yogyakarta (ID): Kanisius. Sastroutomo SS. 1990. Ekologi Gulma. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama. Sastrosayono S. 2005. Budi Daya Kelapa Sawit. Cetakan Keempat. Jakarta (ID): AgroMedia Pustaka. Sembodo DRJ. 2010. Gulma dan Pengelolaannya. Edisi Pertama. Yogyakarta (ID): Graha Ilmu. Setyamidjaja D. 2010. Seri Budi Daya Kelapa Sawit: Teknik Budi Daya, Panen, Pengolahan. Cetakan Kelima. Kanisisus. Yogyakarta (ID): Kanisius. Sukman Y, Yakup. 1991. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. Jakarta (ID): Rajawali Press. ________________. 2002. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. Edisi Revisi. Jakarta (ID): RajaGrafindo Persada. Sunarko. 2007. Budi Daya dan Pengelolaan Kebun Kelapa Sawit dengan Sistem Kemitraan. Cetakan Kedua. Jakarta (ID): AgroMedia Pustaka. _______. 2010. Budi Daya dan Pengelolaan Kebun Kelapa Sawit dengan Sistem Kemitraan. Cetakan Kedua. Jakarta (ID): AgroMedia Pustaka. Suwarto, Octavianty Y. 2010. Budi Daya 12 Tanaman Perkebunan Unggul. Cetakan Pertama. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Tjitrosoedirdjo S, Utomo IH, Wiroatmodjo J. 1984. Pengelolaan Gulma di Perkebunan. Jakarta (ID): PT. Gramedia.
44
LAMPIRAN
45
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 24 April 1990 dari ayah Sukari dan ibu Tarmika Pancawati. Penulis adalah putri pertama dari tiga bersaudara. Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Negeri 34 Jakarta dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan diterima di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian. Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten praktikum Pengendalian Gulma (S1) pada tahun ajaran 2010/2011 sampai tahun ajaran 2012/2013, asisten praktikum Dasar Agronomi (S1) pada tahun ajaran 2012/2013 dan 2013/2014, asisten praktikum Teknik Budidaya Tanaman (S1) pada tahun ajaran 2012/2013 dan 2013/2014. Penulis juga menjadi asisten praktikum Agronomi Umum (D3) pada tahun ajaran 2012/2013 sampai tahun ajaran 2014/2015, asisten praktikum Ekofisiologi Perkebunan (D3) pada tahun ajaran 2012/2013 sampai tahun ajaran 2014/2015, asisten praktikum Teknik Perkebunan (D3) pada tahun ajaran 2012/2013 sampai tahun ajaran 2014/2015, asisten praktikum Tanaman Perkebunan Utama (D3) pada tahun ajaran 2012/2013 sampai tahun ajaran 2014/2015, asisten praktikum Pengendalian Gulma (D3) pada tahun ajaran 2012/2013 sampai tahun ajaran 2014/2015, asisten praktikum Budidaya Tanaman Penyegar (D3) pada tahun ajaran 2012/2013 sampai tahun ajaran 2014/2015, asisten praktikum Tanaman Rempah dan Pemanis (D3) pada tahun ajaran 2012/2013 sampai tahun ajaran 2014/2015, asisten praktikum Manajemen Perkebunan (D3) pada tahun ajaran 2012/2013 sampai tahun ajaran 2014/2015, asisten praktikum Aneka Tanaman Perkebunan (D3) pada tahun ajaran 2012/2013 sampai tahun ajaran 2014/2015, dan asisten praktikum Tanaman Sela (D3) pada tahun ajaran 2012/2013 sampai tahun ajaran 2014/2015. Penulis juga pernah aktif sebagai staf Departemen Internal Himpunan Mahasiswa Agronomi tahun 2010 dan menjadi Bendahara Umum Himpunan Mahasiswa Agronomi tahun 2011. Bulan Februari-Mei 2012 penulis melaksanakan kegiatan magang di PT Perdana IntiSawit Perkasa I, Rokan Hulu, Riau dengan judul Pengendalian Gulma Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Sei Air Hitam, PT Perdana IntiSawitPerkasa I, Kab. Rokan Hulu, Riau.