MANAJEMEN PEMUPUKAN PADA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN BUATAN, PT INTI INDOSAWIT SUBUR, PELALAWAN, RIAU
SYAHARIZAN MAHYUDIN A24070154
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
RINGKASAN
SYAHARIZAN
MAHYUDIN.
Manajemen
Pemupukan
pada
Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Buatan, PT Inti Indosawit Subur, Pelalawan, Riau. (Dibimbing oleh SUDIRMAN YAHYA). Kegiatan magang bertujuan agar penulis dapat meningkatkan pengetahuan tentang budidaya tanaman kelapa sawit sekaligus pengolahannya, memperoleh pengalaman dan keterampilan kerja dalam pengelolaan kebun kelapa sawit baik teknis maupun manajerial. Tujuan khusus kegiatan magang ini adalah mempelajari manajemen pemupukan tanaman kelapa sawit, menganalisis faktorfaktor yang mempengaruhi efisiensi dan keefektifan. Kegiatan magang telah dilaksanakan di Kebun Buatan, PT Inti Indosawit Subur, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. Kegiatan magang dilaksanakan selama empat bulan mulai dari bulan Maret hingga bulan Juli 2011. Metode yang digunakan dalam kegiatan magang adalah bekerja langsung di lapangan sebagai pekerja harial lepas (PHL), pendamping mandor, dan pendamping asisten. Pengumpulan data dan informasi magang dilakukan dengan metode langsung dan tidak langsung dalam mencari data primer maupun data sekunder. Data primer merupakan informasi yang diperoleh secara langsung melalui pengamatan penulis di lapangan meliputi ketepatan jenis, ketepatan waktu, ketepatan dosis, ketepatan cara pemupukan, jumlah HK yang dipakai pada pemupukan, diskusi langsung dengan pekerja harian lepas (PHL) dan staf. Data sekunder tentang pelaksanaan teknis di lapangan adalah kondisi umum perusahaan, kondisi iklim, peta, kondisi tanaman, organisasi manajemen dan data produksi dari areal perkebunan tersebut, juga data yang terkait dengan pemupukan yang meliputi realisasi pemupukan kebun, dosis pemupukan kebun, dan data lainnya yang terkait. Baik data primer maupun data sekunder dianalisis dengan metode deskriptif dan kuantitatif. Pemupukan di Kebun Buatan dilaksanakan dengan sistem blok ke blok. Kelebihan dari pelaksanaan sistem tersebut adalah lebih efisien dari segi tenaga kerja, waktu, biaya dan mempermudah dalam pengawasan.
Pelaksanaan pemupukan di Kebun Buatan secara umum telah mengacu pada prinsip 4 T, yaitu tepat jenis, tepat dosis, tepat waktu, tepat cara dan tempat. Pemupukan dilakukan secara manual dengan metode pelangsiran pupuk ke dalam blok secara tuntas terlebih dahulu, baru dilanjutkan dengan penaburan yang dimulai dari tengah blok.
ABSTRACT
The apprenticeship was conducted at oil palm plantation of PT Inti Indosawit Subur,Pelalawan, Riau. This internship activity was conducted from March 1st to July 1st 2011. The internship was aimed to increase knowledge on the cultivation of oil palm both technical and managerial, particularity on the management of oil palm fertilization. The study was focused on, analyzis the factors that affect the efficiency and effectiveness of fertilization on palm oil production. Data was collected from primary and secondary source. Primary data were analized on the efficiency (time, and labor), and effectiveness (the right time, right dose, right type, and the right method. PT Inti Subur Indosawit, generally has been practicing an
efficient and effective fertilization management, by
considering the principle of 4 R (right kind, right dosage, right time , and right method) of fertilization.
Keyword : Efficiency, Effectiveness, Fertilization, Oil Palm Production
MANAJEMEN PEMUPUKAN PADA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN BUATAN, PT INTI INDOSAWIT SUBUR, PELALAWAN, RIAU
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
SYAHARIZAN MAHYUDIN A24070154
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
Judul
: MANAJEMEN
PEMUPUKAN
PADA
TANAMAN
KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN BUATAN,
PT
INTI
INDOSAWIT
PELALAWAN, RIAU Nama
: Syaharizan Mahyudin
NRP
: A24070154
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Prof Dr Ir Sudirman Yahya, MSc. NIP : 130 516 293
Mengetahui, Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB
Dr Ir Agus Purwito, MSc.Agr NIP 19611101 1987 03 1 003
Tanggal Lulus :
SUBUR,
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 19 September 1989 di Pekanbaru, Provinsi Riau. Penulis merupakan anak pertama dari pasangan Bapak Mahyudin dan Ibu Nurmailis. Tahun 2001 penulis lulus dari SDN 021 Rumbai, kemudian pada tahun 2004 penulis menyelesaikan studi di SLTPN 1 Bangko. Selanjutnya penulis lulus dari SMAN 1 Bangko pada tahun 2007. Pada tahun 2007 penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD) dari Pemerintah Daerah Kabupaten Rokan Hilir dan diterima sebagai mahasiswa di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Selama kuliah, penulis juga aktif dalam mengikuti kegiatan organisasi yang ada di lingkungan kampus yaitu di BEM A (Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Pertanian).
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah mencurahkan rahmat dan serta hidayahNya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik dan lancar. Skripsi ini merupakan tugas akhir penulis sebagai syarat untuk kelulusan S1 di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini merupakan hasil dari kerja dan analisis selama kegiatan magang yang telah dilaksanakan penulis selama empat bulan di perkebunan kelapa sawit tepat di Kebun Buatan, PT Inti Indosawit Subur, Pelalawan, Riau. Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak dan Ibu penulis serta seluruh keluarga besar atas doa dan dukungan yang diberikan kepada penulis 2. Prof Dr Ir Sudirman Yahya, MSc. selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan dukungan, bimbingan serta arahannya selama pelaksanaan magang dan penyusunan skripsi 3. Dr Ir Ahmad Junaedi, Msi. dan Ir Sofyan Zaman, MP selaku dosen penguji 4. Dr Ir Ketty Suketi, Msi. selaku pembimbing akademik yang telah membimbing penulis selama menjalankan studi 5. Ir Faisal, Ir Benjamin Basuki Yulianto S, Ir Victory Brahmana dan keluarga besar PT Inti Indosawit Subur, Pelalawan, Riau, terutama Bapak Dhanang Adi Purnomo dan Bapak Nirwan Ginting sebagai asisten di Afdeling I dan II yang telah memberi bimbingan dan masukan kepada penulis 6. Teman-teman magang seperjuangan (Tuan Guntur Pasaribu, Parulian Julio Alberto, dan Josia Dading Tambunan) dan AGH angkatan 44 beserta semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan dapat digunakan sebagaimana mestinya.
Bogor, September 2011
Penulis
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ...................................................................................... v DAFTAR GAMBAR ..................................................................................
vi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................
vii
PENDAHULUAN ...................................................................................... Latar Belakang ....................................................................................... Tujuan ...................................................................................................
1 1 2
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. Syarat Tumbuh Kelapa sawit ................................................................... Pemupukan .............................................................................................
3 3 3
METODE MAGANG .................................................................................. Tempat dan Waktu .................................................................................. Metode Pelaksanaan ............................................................................... Pengamatan dan Pengumpulan Data ....................................................... Analisis Data dan Informasi ....................................................................
6 6 6 6 7
KEADAAN UMUM ................................................................................... Letak Wilayah Administrasi ................................................................... Keadaan Iklim dan Tanah ....................................................................... Luas Areal dan Tata Guna Lahan............................................................. Keadaan Tanaman dan Produksi ............................................................. Struktur Organisasi Perusahaan dan Ketenagakerjaan .............................
8 8 8 9 9 10
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG ................................................ Aspek Teknis .......................................................................................... Pengendalian Gulma .......................................................................... Pemupukan ........................................................................................ Analisis Daun/LSU (Leaf Sampling Unit) ......................................... Pemanenan ........................................................................................ Penunasan .......................................................................................... Pemeliharaan Sarana dan Prasarana ................................................... Sensus Ulat Api ................................................................................. Sensus TO (Thinning Out) ................................................................. Aspek Manajerial .................................................................................... Karyawan Non Staf ............................................................................ Karyawan Staf ....................................................................................
12 12 12 15 20 21 26 27 29 30 31 31 34
PEMBAHASAN .......................................................................................... Pengelolaan Pupuk .................................................................................. Ketepatan Pemupukan dengan Prinsip Empat Tepat.................................
35 35 40
KESIMPULAN DAN SARAN..................................................................... Kesimpulan ............................................................................................. Saran ......................................................................................................
48 48 48
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................
49
LAMPIRAN.................................................................................................
50
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1. Produktivitas dan BJR TBS di Kebun Buatan PT IIS Tahun 2006-2010.....
9
2. Jumlah Staf dan Non Staf di PT Inti Indosawit Subur, Tahun 2010 ............
11
3. Kadar Unsur Hara dalam Janjangan Kosong ..............................................
16
4. Kadar Unsur Hara dalam Decanter Solid (DS)...........................................
18
5. Kadar Unsur Hara dalam Abu Janjang .......................................................
18
6. Premi Lebih Basis di Afdeling II tiap Blok ................................................
24
7. Fraksi Matang Buah...................................................................................
25
8. Kriteria Pemberian Sangsi pada Pemanen ..................................................
25
9. Data Pengamatan Penimbangan Sampel Untilan Pupuk ZA .......................
37
10. Prestasi Kerja Penabur .............................................................................
39
11. Kesesuaian Waktu Pemupukan ................................................................
41
12. Ketepatan Dosis Pupuk ............................................................................
42
13. Ketepatan Cara Penaburan Pupuk ............................................................
43
14. Jenis Pupuk yang Digunakan di PT Inti Indosawit Subur...........................
44
15. Rata-rata Produktivitas Tanaman di Kebun Buatan, PT IIS........................
47
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1. Pengendalian Gulma secara Manual.........................................................
13
2. Susunan Janjangan Kosong di antara Pokok.............................................
17
3. Pemberian POME di Lahan .....................................................................
19
4. Pemasangan Gorong-gorong dan Perbaikan Gorong-gorong ....................
28
5. Tanda Pokok yang Akan Dibongkar ........................................................
30
6. Kegiatan Penguntilan Pupuk di Gudang...................................................
36
7. Pengumpulan Karung Pupuk ...................................................................
40
8. Curah Hujan Januari-Mei 2011 ................................................................
41
DAFTAR LAMPIRAN Nomor 1.
Halaman
Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pekerja Harian Lepas (PHL) di PT Inti Indosawit Subur.................................................
51
Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pendamping Mandor di PT Inti Indosawit Subur ............................................................
53
Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pendamping Asisten di PT Inti Indosawit Subur.............................................................
55
Curah Hujan dan Hari Hujan di PT Inti Indosawit Subur, Pelalawan, Riau Periode 2007-2010 ..............................................
58
5.
Peta Sebaran Kelas Kesesuaian Lahan PT Inti Indosawit Subur...
59
6.
Peta PT Inti Indosawit Subur, Pelalawan, Riau .............................
60
7.
Struktur Organisasi Perusahaan di PT Inti Indosawit Subur..........
61
2.
3.
4.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu produsen minyak kelapa sawit atau Crude Palm oil (CPO) yang terbesar didunia. Berdasarkan data dari Departemen Pertanian (2011) produksi CPO Indonesia sampai tahun 2010 adalah sebesar 19 760 011 ton yang mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2008 (15 120 644 ton). Luas lahan kelapa sawit Indonesia tahun 2010 adalah sebesar 8 430 206 ha yang mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2008 (6 775 196 ha). Menurut Sutarta dan Winarna (2002) bahwa pemupukan dapat meningkatkan produksi yang beragam berkisar antara 60-92 persen. Beragamnya pengaruh pemupukan tersebut disebabkan oleh beragamnya jenis tanah, umur tanaman, kondisi iklim dan tingkat pengelolaan yang diterapkan oleh pekebun. Rahutomo et al. (2006) menyatakan bahwa pemupukan pada budidaya tanaman kelapa sawit bertujuan untuk mencapai produksi tandan buah segar (TBS) dan kualitas minyak yang optimal sesuai potensi tanaman. Produktivitas tanaman yang tinggi pada kelapa sawit memerlukan pemeliharaan yang intensif. Pemeliharaan pada perkebunan sawit meliputi pemupukan,
pemberantasan
gulma,
pemangkasan,
penjarangan,
dan
pemberantasan hama dan penyakit. Pemupukan sendiri merupakan faktor yang sangat mempengaruhi produktivitas kelapa sawit. Biaya pemupukan merupakan salah satu komponen biaya produksi yang besar. Pusat Penelitian Kelapa Sawit (2003) menyatakan bahwa kebutuhan pupuk per hektar di perkebunan kelapa sawit kurang lebih 24 % dari total biaya produksi atau sekitar 40-60 % dari total biaya pemeliharaan. Pentingnya pemupukan dan besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk kegiatan pemupukan, maka diperlukan manajemen pemupukan yang baik dalam aktivitas pemupukan mulai dari perencanaan sampai pengawasan pemupukan di lapangan. Salah satu indikator dari keberhasilan manajemen pemupukan yang baik dapat dilihat dari keefektifan dan efisiensi pemupukan yang dilakukan di lapangan. Oleh karena itu manajemen pemupukan sangat penting untuk dipelajari
2
agar kegiatan pemupukan dapat efektif dan efisien. Menurut Pusat Penelitian Kelapa Sawit (2003) beberapa hal yang harus diperhatikan agar pemupukan dapat efektif dan efisien adalah meliputi penentuan jenis pupuk, dosis pupuk, metode pemupukan, waktu dan frekuensi pemupukan, serta pengawasan mutu pupuk.
Tujuan Tujuan kegiatan magang : 1. Meningkatkan pengetahuan tentang budidaya tanaman kelapa sawit sekaligus pengolahannya, memperoleh pengalaman dan keterampilan kerja dalam pengelolaan kebun kelapa sawit baik teknis maupun manajerial. 2. Mempelajari manajemen pemupukan tanaman kelapa sawit, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keefektifan dan efisiensi pemupukan serta pengaruhnya terhadap produksi kelapa sawit.
3
TINJAUAN PUSTAKA Syarat Tumbuh Kelapa Sawit Kelapa sawit dapat tumbuh pada daerah tropika basah disekitar 120 LU dan 120 LS, pada ketinggian 0-500 m di atas permukaan laut (m dpl). Jumlah curah hujan yang baik adalah 2 000-2 500 mm/tahun, tidak memiliki defisit air, dan hujan agak merata sepanjang tahun. Tanaman kelapa sawit memerlukan suhu yang optimum sekitar 24-280C untuk tumbuh dengan baik. Meskipun demikian, tanaman masih bisa tumbuh pada suhu terendah 180C dan tertinggi 320C. Kelapa sawit dapat tumbuh pada pH 4.0-6.0 namun yang terbaik adalah pada pH 5.0-5.6, tanah yang mempunyai pH rendah dapat ditingkatkan dengan pengapuran namun membutuhkan biaya yang tinggi. Tanah dengan pH rendah ini biasanya dijumpai pada daerah pasang surut terutama tanah gambut (Lubis, 1992). Bentuk wilayah dan kondisi tanah sangat berpengaruh pada produktivitas kelapa sawit. Tanaman kelapa sawit tumbuh baik pada tanah gembur, subur, berdrainase baik, permeabilitas sedang, dan mempunyai solum yang tebal sekitar 80 cm tanpa lapisan padas. Tekstur tanah ringan dengan kandungan pasir 20-60 %, debu 10-40%, dan liat 20-50%. Tanah yang kurang cocok adalah tanah berpasir dan tanah gambut tebal. Topografi yang dianggap cukup baik untuk tanaman kelapa sawit adalah areal dengan kemiringan 0-150 (Fauzi et. al., 2008).
Pemupukan Pahan (2010) menyebutkan bahwa pemupukan kelapa sawit dilakukan pada tiga tahap perkembangan tanaman, yaitu tahap pembibitan, TBM (Tanaman Belum Menghasilkan), dan TM (Tanaman Menghasilkan). Menurut Setyamidjaja (2006) pemupukan tanaman muda sangat penting agar tanaman tumbuh subur dan sehat, sehingga dapat mulai berproduksi pada umur yang normal, yaitu 2.5-3 tahun. Dengan dilakukan pemupukan, maka tanaman akan memperoleh berbagai unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhannya baik unsur hara makro, sekunder maupun mikro. Pemupukan perkebunan kelapa sawit harus mengacu
4
pada konsep keefektifan dan keefisienan yang maksimum, maka perlu diperhatikan segi teknis dan segi manajerial pemupukan.
Teknis Pemupukan Kelapa Sawit Secara teknis, agar pemupukan efisien dan efektif perlu diperhatikan halhal berikut : jenis pupuk yang akan digunakan, waktu dan frekuensi pemupukan, cara penempatan pupuk, dan jumlah (dosis) pupuk. Jenis pupuk. Menurut PPKS (2003) jenis pupuk yang direkomendasikan oleh PPKS dalam setiap penyusunan rekomendasi pemupukan tanaman kelapa sawit adalah urea (pupuk N), RP atau SP 36 ( pupuk P), MOP (pupuk K), dan dolomit atau kiserit (pupuk Mg) serta kadang-kadang pupuk HGFB (pupuk B). Pupuk RP sebagai sumber hara P dan pupuk dolomit sebagai sumber Mg lebih diutamakan penggunaannya karena secara ekonomi lebih menguntungkan dan pengaruhnya terhadap tanaman tidak berbeda nyata dibanding pupuk SP 36 dan kiserit. Untuk lahan gambut jenis pupuk yang digunakan pada TBM (Tanaman Belum Menghasilkan) untuk kelapa sawit adalah Urea, RP, MOP, Dolomit, HGFB, dan CuSO4 sedangkan untuk TM (Tanaman Menghasilkan) adalah Urea, SP 36, MOP, dan Kiserit. Waktu dan frekuensi pemupukan. Menurut Adiwiganda (2007) waktu dan frekuensi pemupukan ditentukan oleh keadaan iklim terutama curah hujan dan hari hujan, sifat fisik tanah dan kondisi relief, dan proses pengadaan pupuk. Setyamidjaja (2006) menambahkan bahwa waktu pemberian pupuk pada TBM didasarkan kepada umur tanaman. Jadi, pemupukan tidak dilaksanakan pada patokan pemupukan pada awal atau akhir musim hujan. Pahan (2010) menyatakan bahwa manfaat pemupukan secara maksimal didapat pada bulan-bulan dengan curah hujan berkisar 100-250 mm/bulan. Pada masa ini, kondisi tanah cukup basah (tetapi belum jenuh), sehingga memudahkan terserapnya unsur hara oleh tanaman. Menurut Pahan (2010) pada jenis pupuk yang cepat larut dan mudah menguap seperti urea dan pupuk yang peka terhadap pencucian (MOP), frekuensi pemupukan sebaiknya dua kali setahun. Sementara frekuensi pemupukan pupuk
5
yang lambat larut seperti RP, TSP, kiserit, dan dolomit cukup satu kali setahun (kecuali pada TBM). Cara
penempatan
pupuk.
Menurut
Sastrosayono
(2003),
cara
menempatkan pupuk akan mempengaruhi jumlah pupuk yang diserap akar tanaman. Menurut PPKS (2003) penempatan pupuk juga berpengaruh terhadap hasil TBS. Cara pemupukan yang direkomendasikan oleh PPKS berdasarkan hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan adalah dengan cara menabur pupuk ( P, K, Mg) secara merata di piringan pada jarak 1.50 cm dari pangkal batang ke arah pinggir piringan, sedangkan pupuk N dianjurkan agar dibenam dalam tanah. Pada daerah perengan yang belum dilengkapi dengan tapak kuda, pemupukan dianjurkan dilakukan dengan cara dibenamkan (untuk seluruh jenis pupuk) pada beberapa lubang di sekitar pohon. Dosis pupuk. Menurut PPKS (2003) pertimbangan yang digunakan dalam penentuan dosis pupuk guna mengimbangi kekurangan hara dalam tanah meliputi 1) hasil analisis daun dan tanah, 2) realisasi produksi lima tahun sebelumnya, 3) realisasi pemupukan tahun sebelumnya, 4) data curah hujan selama minimal lima tahun sebelumnya, dan 5) hasil pengamatan lapangan yang meliputi gejala defisiensi hara, kultur teknis, dan panen.
6
METODE MAGANG
Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan di Kebun Buatan, PT Inti Indosawit Subur (PT IIS) yang berada di Kecamatan Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau yang dilaksanakan mulai dari 1 Maret sampai 1 Juli 2011.
Metode Pelaksanaan Cara kegiatan magang yang dilaksanakan selama kurang lebih empat bulan ini adalah dengan melaksanakan semua jenis berbagai pekerjaan yang ada di perkebunan pada umumnya. Secara khusus kegiatan magang lebih diarahkan pada aspek pemupukan kelapa sawit. Pada saat melakukan magang, mahasiswa bertanggung jawab sebagai pekerja harian lepas (PHL) selama satu bulan pertama, pendamping mandor pada bulan berikutnya, dan pendamping asisten selama dua bulan terakhir. Semua tahapan ini dilakukan secara berurutan yang hasil pekerjaanya dimasukkan ke dalam jurnal harian. Setiap jenis kegiatan yang dilakukan dilaporkan kepada dosen pembimbing, baik secara harian, mingguan atau bulanan dalam bentuk jurnal harian. Kegiatan penulis sebagai PHL, pendamping mandor, dan pendamping asisten dapat dilihat pada Lampiran 1, 2, dan 3.
Pengamatan dan Pengumpulan Data Dalam kegiatan magang ini didapatkan data primer (metode langsung) dan data sekunder (metode tidak langsung). Pengumpulan data primer dilaksanakan dengan pengamatan secara langsung di lapangan terhadap semua kegiatan teknis yang dilaksanakan, selain itu juga dari hasil diskusi dengan PHL dan staf. Data primer yang diperoleh dari hasil kegiatan teknis pemupukan di lapangan meliputi : struktur dan sistem organisasi pemupukan; aplikasi pemupukan mulai dari penguntilan pupuk, pengangkutan dan pengeceran pupuk ke lapangan, penaburan pupuk, pengumpulan karung bekas untilan pupuk,
7
keefektifan pemupukan yaitu tepat jenis, tepat waktu, tepat dosis, dan tepat cara dan tempat, serta dukungan dan hambatan dalam pemupukan. Data sekunder diperoleh dari studi literatur dan mempelajari laporan manajemen (arsip kebun, laporan bulanan, dan laporan tahunan) serta dari dokumentasi kebun. Jenis data yang diperoleh adalah sejarah dan kondisi umum perusahaan, kondisi iklim, peta, kondisi tanaman, organisasi dan manajemen, norma baku, dan data produksi dari areal kebun, serta data yang terkait dengan pemupukan yang meliputi, realisasi pemupukan kebun, dosis rekomendasi pemupukan kebun, dan data lainnya yang terkait.
Analisis Data dan Informasi Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis kuantitatif (menggunakan ukuran distributif seperti frekuensi dan persentase). Data kemudian diolah menurut kebutuhan penulisan dan selanjutnya hasil dari pendekatan statistik sederhana tersebut akan disajikan dalam bentuk narasi, tabel, grafik, dan diagram sesuai kebutuhan.
8
KEADAAN UMUM
Letak Wilayah Administrasi Wilayah perkebunan kelapa sawit Kebun Buatan, PT Inti Indosawit Subur (PT IIS) berada pada Desa Bukit Agung, Makmur, Delik dan Lalang Kabung, Kecamatan Pangkalan Kerinci dan Lubuk Durian, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. Lokasi perkebunan terletak antara 01o 40’-02o 15’ BT dan 0o 05’-0o 43’ LS. Perkebunan kelapa sawit ini terletak di pusat kota dan dilewati oleh jalan raya yang menghubungkan Provinsi Riau dengan Provinsi Jambi. Batas-batas lokasi kebun buatan PT Inti Indosawit Subur adalah sebelah utara berbatasan dengan Desa Kerinci Kanan, dan sebelah selatan berbatasan dengan Desa Pangkalan Kerinci.
Keadaan Iklim dan Tanah PT Inti Indosawit Subur mempunyai dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Puncak musim hujan terjadi pada bulan September dan Oktober, sedangkan puncak musim kemarau terjadi pada bulan Mei dan Juni. Rata-rata curah hujan selama empat tahun terakhir (2007-2010) adalah 2 251.5 mm/tahun dengan rata-rata hari hujan adalah 102 hari/tahun. Rata-rata bulan kering 1.25 bulan/tahun dan rata-rata bulan basah 9.75 bulan/tahun. Menurut klasifikasi Schmidth-Ferguson, iklim di PT Inti Indosawit Subur termasuk tipe iklim A. Keadaan curah hujan bulanan di PT Inti Indosawit Subur dapat dilihat pada Lampiran 4. Suhu rata-rata harian adalah 31oC kisaran 27oC-33oC per hari. Jenis tanah pada areal kebun adalah alluvial dan podsolik merah kuning. Pada wilayah datar agak berombak, bergelombang dan berbukit adalah podsolik merah kuning. Kedalaman tanah lebih dari 100 cm, tekstur tanah terdiri dari lempung liat berpasir, lempung berpasir dan lempung. Pada areal yang relatif datar, jenis tanahnya adalah alluvial. Kedalaman tanah lebih dari 100 cm, tekstur lempung berpasir sampai pasir. Adapun peta sebaran kelas kesesuaian lahan PT Inti Indosawit Subur dapat dilihat pada Lampiran 5.
9
Luas Areal dan Tata Guna Lahan Areal perkebunan kelapa sawit PT Inti Indosawit Subur terdiri dari kebun inti dengan luas 5 549 ha, kebun inti tersebut memilik enam afdeling yang terdiri dari Afdeling I dengan luas 881 ha, Afdeling II dengan luas 827 ha, Afdeling III dengan luas 904 ha, Afdeling IV dengan luas 1 112 ha, Afdeling V dengan luas 883 ha, dan Afdeling VI dengan luas 942 ha. Selain itu terdapat juga lahan kemitraan pola PIR-Trans, dengan luas 10 946 ha serta lahan KKPA (Kredit Koperasi Primer Anggota) yang terdiri dari dua afdeling yaitu Afdeling VII dengan luas 851 ha dan Afdeling VIII dengan luas 649 ha. Peta PT Inti Indosawit Subur dapat dilihat pada Lampiran 6.
Keadaan Tanaman dan Produksi Jenis tanaman kelapa sawit yang ditanam di Kebun Buatan, PT Inti Indosawit Subur adalah jenis Tenera yang dihasilkan oleh Balai Penelitian Perkebunan Marihat. Jarak tanam yang digunakan adalah 9.2 m x 9.2 m x 9.2 m dengan jarak antar barisan 7.96 m dan jarak dalam barisan 9.2 m sehingga populasi per hektarnya 136 pokok. Namun berdasarkan dari kondisi di lapangan, populasi tanaman rata-rata per hektar lebih rendah dari populasi yang seharusnya. Hal tersebut disebabkan oleh adanya tanaman yang mati karena terserang hama dan penyakit, kemiringan tempat, jarak tanam yang tidak teratur, dan sebagainya. Produktivitas dan bobot janjang rata-rata (BJR) TBS Kebun Buatan, PT Inti Indosawit Subur tahun 2006-2010 dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Produktivitas dan BJR TBS di Kebun Buatan PT IIS Tahun 2006-2010 Luas Produksi/tahun Produktivitas BJR Areal (ton/ha/th) (kg/tandan) Jumlah TBS Bobot TBS (ha) (tandan) (ton) 2006 5 549 6 583 304 129 094 480 22.73 19.61 2007 5 549 6 486 647 133 869 140 23.57 20.64 2008 5 549 6 348 920 140 089 790 24.67 22.07 2009 5 549 6 182 967 143 665 640 25.77 23.24 2010 5 549 5 376 461 126 851 010 22.84 23.59 Sumber : Kantor Besar Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur (2011) Tahun
10
Struktur Organisasi Perusahaan dan Ketenagakerjaan Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur merupakan salah satu anak perusahaan dari PT Asian Agri. PT Inti Indosawit Subur dipimpin oleh seorang General Manager yang bertanggung jawab kepada direksi atas pengelolaan unit usaha yang mencakup tanaman, pabrik, teknik, dan administrasi. Seorang General Manager dibantu oleh Manajer Kebun (Estate Manager), Manajer Pabrik (Mill Manager), Humas dan Kepala Tata Usaha (KTU). Estate Manager berperan untuk mengkordinasikan semua kegiatan di Afdeling, menjaga produksi dan mutu hasil tetap optimal, selain itu juga agar menjamin aplikasi perawatan, menjamin operasional kebun agar berjalan efektif, efisien, dan sesuai dengan prosedur sistem manajemen yang telah ditetapkan, serta menjamin ketersediaan sumberdaya manusia di unit organisasinya. Dalam menjalankan tugasnya, Estate Manager dibantu oleh Asisten kepala (Askep) yang bertugas
membantu dalam pengawasan kegiatan di setiap afdeling, Asisten
Kepala membawahi Asisten Afdeling. Asisten Afdeling bertanggung jawab langsung kepada Asisten Kepala, Estate Manager, dan General Manager atas pelaksanaan hasil kerja dari afdeling yang dipimpinnya. Struktur organisasi PT Inti Indosawit Subur dapat dilihat pada Lampiran 7. Dalam pelaksanaan kegiatan di tingkat afdeling, Asisten Afdeling bertanggung jawab untuk mengelola afdeling secara menyeluruh, baik dalam hal teknis di lapangan maupun di bidang administrasi afdeling. Pengelolaan teknis meliputi pemberian arahan dan instruksi kerja kepada kerani afdeling, mandor I, mandor, dan PHL, melakukan pengawasan dan pengontrolan terhadap pekerjaan dan mengevaluasi hasil kerja di lapangan. Kegiatan pengelolaan administrasi di kantor yang dilakukan oleh Asisten Afdeling meliputi pembuatan rencana kerja harian, bulanan, dan tahunan, memeriksa dan mengevaluasi laporan kerja mandor, laporan manajemen dan laporan lainnya, serta membuat bukti permintaan pengeluaran barang (BPPB). Dalam melaksanakan tugasnya Asisten Afdeling dibantu oleh mandor I, mandor I dibantu oleh beberapa mandor yang mengawasi langsung pekerjaan di lapangan. Mandor membuat laporan harian yang diserahkan kepada kerani afdeling yang bertugas di bagian adminstrasi di kantor Afdeling. Dalam
11
adminstrasi afdeling, kerani afdeling juga dibantu oleh seorang kerani keliling yang betugas memantau kesesuaian hasil kerja di lapangan dengan hasil laporan dari mandor. Kepala Tata Usaha (KTU) bertanggung jawab dalam bagian adminstrasi kebun. KTU dibantu oleh kepala gudang dalam hal pelaksanaan dan pengawasan administrasi di gudang. Status pegawai di kebun PT Inti Indosawit Subur terdiri atas karyawan tetap (SKU) dan pekerja harian lepas (PHL). Jumlah karyawan staf dan non staf di PT Inti Indosawit Subur dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Jumlah Staf dan Non Staf di PT Inti Indosawit Subur, Tahun 2010 No 1
2
Jabatan Staf General Manager Estate Manager Mill Manager Asisten Kepala Asisten Afdeling Asisten Quality Control (QC) Asisten Humas Asisten By Product Asisten Traksi KTU Non Staf Tenaga kerja tak langsung SKU B/H : - Traksi SKU B/H : - Kantor SKU B/H : - Afdeling
Jumlah 1 1 2 2 6 1 1 1 1 1
48 141 196
Tenaga Kerja langsung SKU B/H : - Panen 292 SKU B/H : - Pemeliharaan 616 Jumlah 1310 Sumber : Kantor Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur (2011)
12
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Kegiatan magang yang dilakukan mencakup aspek teknis dan aspek manajerial. Aspek teknis meliputi kegiatan pengendalian gulma (manual dan kimiawi), pemupukan, pemanenan, penunasan, pemeliharaan sarana dan prasarana, sensus ulat api, dan sensus TO. Pelaksanaan kerja di Kebun Buatan, PT Inti Indosawit Subur secara umum dilaksanakan 6 hari kerja dalam seminggu. Waktu hari kerja rata-rata selama 7 jam yang dimulai pada pukul 07.00 sd. 11.30 WIB, istirahat selama setengah jam ( 11.30 sd. 12.00 WIB), lalu dilanjutkan bekerja selama dua jam dari pukul 12.00 sd. 13.30 WIB. Penulis diwajibkan mengikuti muster morning (apel pagi) yang dimulai pukul 05.30 WIB bersama Asisten, mandor dan kerani, kemudian kegiatan dilanjutkan pada sore hari di kantor Afdeling pada pukul 16.00 sd. 18.00 WIB untuk melaksanakan kegiatan administrasi dan perencanaan kegiatan untuk esok hari.
Aspek Teknis Kegiatan magang dilaksanakan dengan berperan sebagai pekerja harian lepas (PHL) selama 1 bulan. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan mencakup pengendalian gulma, pemeliharaan sarana dan prasarana, pemupukan, taksasi panen dan pemanenan, penunasan, sensus ulat api, dan sensus TO. Sebelum melaksanakan kegiatan selalu diawali dengan muster morning (apel pagi) pada pukul 05.30 sd. 06.00 WIB, kemudian dilanjutkan dengan kerja di lapangan.
Pengendalian Gulma Gulma yang sering dijumpai di PT Inti Indosawit Subur di antaranya Dicrapnoteris linearis (pakis kawat), Stenochlaena palustris (pakis udang), Clidemia hirta (senggani betina), Melastoma malabathricum (senduduk), Setaria plicata (bambuan), Eleusine indica (lulangan), Asystasia coromandeliana, Mikania micrantha, Boreria alata, Boreria laevis, Chromolaena odorata
13
(putihan), Axonopus compressus (antalobang), Imperata cylindrica, dan Ageratum conyzoides. Metode pengendalian gulma yang dilakukan di perusahaan ini di antaranya meliputi pengendalian gulma secara manual dengan dongkel anak kayu (DAK), pengendalian secara biologi dengan susun janjangan kosong, dan pengendalian gulma secara kimia. Pengendalian gulma manual (dongkel anak kayu). Dongkel anak kayu (DAK) merupakan kegiatan mendongkel gulma yang berada di piringan maupun di gawangan tanaman kelapa sawit dengan menggunakan garu. Gulma atau anak kayu yang didongkel di antaranya adalah Clidemia hirta (senggani), Chromolaena odorata (putihan), Melastoma malabathricum (senduduk), kentosan (anak sawit), dan semua jenis tanaman berkayu lainnya yang tumbuh di piringan dan gawangan tanaman kelapa sawit. Kegiatan tersebut menghasilkan piringan yang bersih dari gulma sehingga mempermudah pemupukan dan menghindari persaingan antara tanaman kelapa sawit dengan gulma. Bersamaan dengan kegiatan DAK dilaksanakan penyusunan pelepah yang jatuh di piringan untuk diletakkan di gawangan mati dan di antara dua batang kelapa sawit, sehingga susunannya berbentuk huruf “U” dan berbentuk huruf “I” jika dekat jalan atau ada aplikasi janjangan kosong di lahan tesebut. Ukuran piringan adalah 2 m dari batang kelapa sawit. Kegiatan pengendalian gulma secara manual di lapangan dapat di lihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Pengendalian Gulma secara Manual Rotasi pengendalian gulma secara manual di PT Inti Indosawit Subur dilakukan tiga bulan sekali. Alat yang digunakan untuk pengendalian gulma
14
secara manual adalah parang dan garu. Kegiatan dongkel anak kayu dilakukan oleh penulis pada TM 17 di blok B90b. Sistem kerja yang digunakan adalah sistem berdasarkan hari kerja (HK) yang diperoleh, satu HK dinilai jika waktu yang dikerjakan dari pukul 07.30 sd. 13.30 WIB dan istirahat dari pukul 11.30 sd. 12.00 WIB, jika pekerja menyelesaikannya lebih awal dari waktu tersebut maka dinilai setengah HK. Norma yang digunakan untuk pengendalian gulma secara manual adalah satu jalan pikul untuk dua orang, sedangkan prestasi kerja penulis adalah setengah jalan pikul. Dari perolehan prestasi kerja, hasil kerja penulis masih di bawah prestasi kerja PHL. Hal ini disebabkan oleh alat yang digunakan dipinjam dari pekerja, cuaca yang sangat terik dan kemampuan fisik penulis. Pengendalian gulma secara kimiawi. Kegiatan pengendalian gulma secara kimia dilakukan di piringan, pasar pikul dan tempat pengumpulan hasil (TPH). Di perusahaan ini pelaksanaan pengendalian gulma secara kimiawi dilaksanakan oleh dua tim unit semprot (TUS) yang langsung dikepalai oleh Asisten Kepala dan membawahi dua orang mandor, yaitu : tim yang menggunakan alat semprot Controlled droplet applicator (CDA)/Micron herbi dan tim dengan alat semprot Knapsack sprayer (RB-15/Solo). Pengendalian dengan alat semprot CDA dilakukan dengan menggunakan herbisida yang sudah dilarutkan dalam tangki mobil dengan kapasitas 275 liter, lalu larutan herbisida dari tangki ini diecerkan ke dalam menggunakan
nozzle
tangki CDA kapasitas 10 liter yang
nomor tiga. Bahan Kimia yang digunakan untuk
penyemprotan dengan CDA adalah Bionasa dengan bahan aktif Glifosat konsentrasi 4 % yang dicampur Lindomin dengan bahan aktif 2.4 D konsentrasi 2 % dan selain itu juga menggunakan Biolon dengan bahan aktif Trychropir konsentrasi 0.5 %. Jenis gulma yang diberantas dengan alat ini adalah jenis Asystasia dan rumput-rumputan, sedangkan pengendalian dengan alat semprot Knapsack sprayer menggunakan herbisida yang sudah dilarutkan dalam tangki mobil dengan kapasitas 2 300 liter, lalu dimasukkan ke dalam tangki Knapsack sprayer kapasitas 15 liter yang menggunakan nozel VLV 200, bahan kimia yang digunakan untuk penyemprotan dengan Knapsack sprayer adalah Gramoxone
15
dengan bahan aktif paraquat konsentrasi 0.5 % yang dicampur Trapp dengan bahan aktif Methyl metsolfuron konsentrasi 0.03%, selain itu juga menggunakan herbisida bionasa dengan bahan aktif Glifosat konsentrasi 1 % yang dicampur Lindomin dengan bahan aktif 2.4 D konsentrasi 0.25 % serta herbisida Biolon dengan bahan aktif Trychropir konsentrasi 0.15 %. Jenis gulma yang diberantas dengan alat ini adalah gulma yang tergolong anak kayu,
pakis-pakisan dan
kentosan. Sebelum ke lapangan, terhadap para pekerja terlebih dahulu dilakukan penjelasan di gudang mengenai area yang akan disemprot. Sebelum ke lapangan, para pekerja menggunakan alat pengaman diri (APD). Kecepatan jalan penyemprotan harus diatur agar bahan yang digunakan tidak kurang dan tidak berlebih. Penyemprotan pada piringan dilakukan terhadap gulma yang berada di sekitar 2 m dari batang kelapa sawit. Penyemprotan di piringan ditujukan agar kondisi di sekitar piringan bersih dari gulma (sekitar 2 m dari batang kelapa sawit). Aplikasi herbisida untuk pengendalian gulma di pasar/jalan pikul dilakukan dengan lebar 1.5 m. Pengendalian gulma di tempat pengumpulan hasil (TPH) dilakukan dengan luas 3 m x 4 m dengan standar yang harus dipertahankan adalah tidak ada gulma, tidak ada anak sawit, tidak ada berondolan tertinggal dan tidak ada kotoran di TPH. Rotasi kegiatan penyemprotan gulma dengan Knapsack sprayer
dan
CDA adalah empat bulan, dan norma kerja yang digunakan untuk penyemprotan gulma dengan CDA adalah 5 ha/HK, sedangkan prestasi kerja penulis rata-rata adalah 1 ha/HK. Untuk norma kerja yang digunakan dalam penyemprotan gulma dengan Knapsack sprayer adalah 3 ha/HK, sedangkan prestasi kerja penulis adalah ½ ha/HK.
Pemupukan Pada PT Inti Indosawit Subur, kegiatan pemupukan menggunakan dua jenis pupuk, yaitu pupuk organik dan anorganik. Pemupukan organik dilakukan dengan menggunakan limbah berupa janjangan kosong, decanter solid (DS), abu janjang, dan palm oil mill effluent (POME)/land aplication (LA), sementara
16
pemupukan anorganik menggunakan pupuk tunggal (Dolomit, ZA, MOP, RP, dan Borax). Janjang kosong. Janjang kosong merupakan salah satu limbah dari pabrik minyak kelapa sawit (PMKS) yang dapat digunakan menjadi pupuk organik karena juga mengandung unsur hara yang diperlukan oleh tanaman kelapa sawit (Tabel 3), sehingga diharapkan dapat mengurangi dosis pupuk anorganik yang berarti dapat meningkatkan efisiensi biaya. Menurut Pahan (2008) janjangan kosong kaya akan kandungan materi organik dan hara bagi tanaman. Aplikasi janjangan kosong meningkatkan bahan organik tanah, sehingga sifat fisik, biologi, dan kimia tanah menjadi lebih baik. Janjangan kosong juga meningkatkan peremajaan tanah yang penting untuk jangka waktu lama dalam rangka mempertahankan produksi TBS agar tetap tinggi. Tabel 3. Kadar Unsur Hara dalam Janjangan Kosong Persentase Unsur Hara Per ton Janjangan dalam Janjangan Kosong Kosong sebanding dengan Pupuk Kisaran Rata-rata Nirogen (N) 0.32-0.43 0.37 8.00 kg Urea Fosfor (P) 0.03-0.05 0.04 2.90 kg RP Potassium (K) 0.89-0.95 0.91 18.30 kg MOP Magnesium (Mg) 0.07-0.10 0.08 5.00 kg Kiserit Sumber : Agricultural Policy Manual (APM) Asian Agri Group (2008) Hara Utama
Selain mengandung unsur hara, janjangan kosong juga dapat digunakan untuk menekan jumlah gulma yang terdapat di antara tanaman kelapa sawit. Menurut Pahan (2008) janjangan kosong juga efektif sebagai mulsa. Cara ini dapat menurunkan suhu tanah, mempertahankan kelembaban tanah, dan membantu mengurangi dampak yang kurang baik terhadap pertumbuhan tanaman serta produksi pada saat kemarau. Aplikasi janjangan kosong dilakukan dengan membuat satu lapis petakan janjangan kosong dengan lebar susunan delapan janjangan kosong dan panjang susunan 11 janjangan kosong atau kurang lebih 370 kg, dengan tandan buahnya menghadap ke atas. Pada pengaplikasian janjang kosong harus terdiri atas satu lapis janjangan kosong, karena jika terdapat dua lapis atau lebih maka kemungkinan akan berkembangbiaknya hama Oryctes rhinoceros. Petakan
17
janjangan kosong disusun rapi di gawangan mati yang terletak antar pokok tanaman kelapa sawit dengan jarak kurang lebih 2 m dari batang tanaman kelapa sawit. Alat yang digunakan untuk mengangkut janjangan kosong adalah angkong, sedangkan alat untuk menyusun janjangan kosong adalah gancu. Untuk membuat satu titik aplikasi janjangan kosong dibutuhkan kurang lebih tiga kali isian angkong, dimana satu angkong dapat memuat kurang lebih 30-35 janjangan kosong. Areal aplikasi janjangan kosong harus dipisahkan dari areal penempatan pelepah untuk memaksimalkan luasan areal yang diberi mulsa dan mencegah dijadikan tempat berkembangbiaknya Oryctes rhinoceros. Penulis melaksanakan kegiatan susunan janjangan kosong pada saat menjadi PHL pada TM. Rotasi janjangan kosong dilaksanakan setiap 12 bulan sekali pada areal yang sama. Basis untuk pekerjaan susun janjangan kosong adalah 10 petak. Pada saat melakukan kegiatan susun janjangan kosong penulis dapat melakukan susun janjangan kosong sebanyak enam petak. Susunan janjangan kosong di antara pokok kelapa sawit dapat di lihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Susunan Janjangan Kosong di antara Pokok Decanter solid. Decanter solid (DS) juga merupakan salah satu dari hasil limbah PMKS yang dapat dijadikan pupuk organik. Produk ini adalah hasil dari proses pengolahan TBS di PMKS yang memakai sistem decanter. Decanter digunakan untuk memisahkan fase cair (minyak dan air) dari fase solid sampai partikel-partikel terakhir.
18
Tabel 4. Kadar Unsur Hara dalam Decanter Solid (DS) Per ton Decanter Solid (DS) Hara Utama sebanding dengan Pupuk Nirogen (N) 10.3 kg Urea 0.472 Fosfor (P) 3.3 kg RP 0.046 0.304 Potassium (K) 6.1 kg MOP 0.070 Magnesium (Mg) 4.5 kg Kiserit Sumber : Agricultural Policy Manual (APM) Asian Agri Group (2008) Rata-rata Persentase Unsur Hara dalam Decanter Solid
DS mengandung unsur hara dan bahan organik yang tinggi. Pemberian DS pada tanaman kelapa sawit dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah dan dapat menurunkan kebutuhan pupuk anorganik secara keseluruhan. Kadar unsur hara dari decenter solid disajikan pada Tabel 4. DS yang dibungkus dengan karung goni diangkut dengan menggunakan angkong dan dibawa ke areal yang akan diaplikasi, satu angkong yang digunakan pekerja dapat memuat 7 until DS. DS di aplikasikan di antara dua pokok kelapa sawit dan disebar merata di atas rumpukan pelepah di antara dua pokok dengan dosis 5 until, di mana 1 until berisi 14 kg. DS diaplikasikan di lapangan hanya satu kali dalam setahun, interval antara dua rotasi DS yaitu ± 12 bulan. Basis tenaga kerja untuk aplikasi DS ini adalah 150 until/HK. Pada saat menjadi PHL untuk aplikasi DS, penulis dapat mengaplikasikan 30 until. Abu janjang. Abu janjang merupakan produk akhir pembakaran janjangan kosong pada Incenerator PMKS. Unsur hara yang terkandung dalam abu janjang berdasarkan analisis sampel diberikan pada Tabel 5. Tabel 5. Kadar Unsur Hara dalam Abu Janjang Unsur Hara Kandungan Hara (%) K2O 35.0-47.0 P2O5 2.5-3.5 MgO 4.0-6.0 CaO 4.0-6.0 Sumber : Agricultural Policy Manual (APM) Asian Agri Group (2008) Aplikasi abu janjang memiliki keuntungan yaitu : mengandung kalium (K) yang tinggi, hal tersebut dapat digunakan untuk mensubstitusi kelebihan biaya
19
pupuk MOP, sangat alkalis (pH : 12); sehingga dapat memperbaiki pH tanah terutama tanah masam, mengaktifkan pertumbuhan akar, meningkatkan ketersediaan hara tanah, dan aktivitas mikroorganisme tanah. Abu janjang diaplikasikan sekali dalam setahun dan dosisnya sesuai dengan rekomendasi dari Departemen R & D. Aplikasi abu janjang hampir sama dengan aplikasi pada pupuk anorganik yaitu disebar merata secara melingkar di piringan dengan jarak 50 cm dari pangkal pokok sampai batas luar piringan dan apabila ada aplikasi janjangan kosong maka pupuk ditabur di atas janjangan. Palm oil mill effluent (POME). POME adalah limbah cair yang mengandung bahan organik tinggi yang berasal dari pengolahan pabrik minyak kelapa sawit terutama dari sterilizer condensate (air kondensat dari rebusan), sludge (lumpur) dari klarifikasi, dan air buangan hydrocyclone. Sebelum diaplikasikan ke lahan, POME diolah terlebih dahulu agar sifat kimianya sesuai untuk aplikasi ke lahan yaitu BOD < 5000 mg/l, COD < 3000 mg/l dan pH 6.5-7.0 Setelah diolah maka POME dialirkan melalui pipa PVC ke flatbed yang berukuran 7 m x 1.5 m x 1 m dengan volume 3.5 m3/flatbed. Untuk 1 ha lahan terdapat kurang lebih 53 flatbed, namun tidak semua lahan diaplikasikan POME, tergantung dari kondisi lahan. Rotasi pengisian flatbed adalah tiga bulan sekali, dan rotasi perbaikan flatbed adalah enam bulan sekali, pemberian POME di lahan dapat di lihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Pemberian POME di Lahan Pemupukan anorganik. Rekomendasi jenis dan dosis pemupukan
di
PT Inti Indosawit Subur dikirim oleh Departemen R & D ke Grup Kebun setiap awal tahun. Rekomendasi tersebut diformulasikan berdasarkan hasil analisis
20
tanah, daun dan produksi. Pemupukan dilakukan dengan rotasi dua kali setahun. Tujuan dari pemupukan adalah untuk meningkatkan produksi untuk tanaman menghasilkan (TM). Pemupukan anorganik di PT Inti Indosawit Subur menggunakan pupuk tunggal (Dolomit, ZA, MOP, RP, dan Borax). Pada saat magang, penulis melakukan pengamatan kegiatan pemupukan pada fase TM. Prestasi kerja dari karyawan penabur adalah 26 until/HK, sementara prestasi kerja penulis pada saat memupuk adalah 8 until/HK, sedangkan standar perusahaan adalah 25 until/HK.
Analisis Daun/LSU (Leaf Sampling Unit) Kegiatan analisis daun merupakan kegiatan yang dilaksanakan setiap tahun yang bertujuan untuk mengetahui kondisi unsur hara dari jaringan tanaman yang dijadikan sebagai salah satu acuan atau pedoman dalam memformulasikan rekomendasi pemupukan tiap tahunnya untuk tiap blok. Peralatan dan bahan yang digunakan dalam analisis daun adalah egrek, pisau, kuas, cat dan kantong sampel yang telah diberi label. Pada kegiatan analisis daun yang dilakukan adalah pengambilan sampel daun dari tanaman kelapa sawit. Daun sampel adalah daun ke 17 dengan memotong pelepah daun (pada tanaman tinggi) atau dengan mengait pelepah daun (pada tanaman rendah), dari daun ke 17 diambil delapan helai anak daun yang terdapat di tengah pelepah (4 helai dari sisi kanan dan 4 helai dari sisi kiri), selain itu pangkal pelepah dari daun ke 17 diukur lebar dan tebalnya. Daun ke 17 adalah daun yang lurus ke bawah dengan daun ke 1 yang di antarai oleh daun ke 9 (sesuai urutan daun pada spiral yang tegak lurus : 1-9-17-25-33). Delapan helai anak daun yang telah diambil dibersihkan dengan kain yang telah dibasahkan dengan aquades, kemudian di potong menjadi tiga bagian yang sama. Sampel anak daun yang telah diambil dari 1 blok areal dikumpulkan dalam satu plastik menjadi satu leaf sampling unit (1 LSU) kemudian diberi label. Label LSU berisi tentang : nama kebun, nama blok, tahun tanam, luas blok, nomor daun, dan tanggal sampel. Pengambilan sampel daun di lapangan dilakukan mulai
21
pukul 07.00 WIB sd. 13.00 WIB. Setelah itu dikeringkan dengan oven lalu dikirim ke Departemen R & D. Penentuan sampel tanaman kelapa sawit yang akan diambil anak daun ke 17 adalah pertama-tama blok dibagi dua, lalu batang kelima dari batas blok dan batang ke lima yang membagi dua blok menjadi awal atau menjadi pokok awal dalam pengambilan sampel anak daun ke 17, setiap tanaman pertama dari baris pertama pada blok sampel diberi tanda cat merah berbentuk lingkaran dengan tulisan start LSU, setelah itu sampel daun ke 17 diambil setiap selang 10 pokok. Kalau pada saat pengambilan pokok sampel yang akan diambil terletak dekat jalan atau tepi parit maka pokok yang akan diambil adalah pokok sebelum pokok tersebut. Setelah sampai di ujung blok lalu bergeser 15 baris ke kanan, jika pada ujung blok tersisa lima pokok, maka yang menjadi pokok ke 10 adalah pokok kelima setelah bergeser 15 baris, demikian seterusnya. Pada setiap pokok yang menjadi sampel diberi tanda khusus berupa cat warna merah berbentuk lingkaran yang bertujuan untuk memudahkan dalam penentuan tanaman sampel pada tahun-tahun yang akan datang, selain itu pada tanaman pinggir jalan dimana baris terpilih, diberi tanda cat merah berbentuk garis vertikal sepanjang 15 cm dengan diberi tanda anak panah, anak panah ke bawah berarti jalur ke dalam, sedangkan anak panah ke atas berarti jalur ke luar. Pada saat mengambil sampel daun ke 17 juga dilakukan identifikasi defisiensi unsur hara pada daun di pokok yang menjadi sampel serta 8 pokok yang berdekatan dari pokok sampel, tingkat keparahan defisiensi unsur hara dibagi menjadi tiga bagian yaitu ringan, sedang dan berat. Dalam pelaksanaan kegiatan analisis daun, yang menjadi pelaksana dari kegiatan ini adalah PHL yang sudah dilatih sebelumnya oleh petugas dari Departemen R & D.
Pemanenan Pemanenan merupakan pemotongan buah kelapa sawit yang memenuhi kriteria matang untuk dipanen dari pohonnya, mengutip berondolan yang ada di lapangan dan menyusun tandan di tempat pengumpulan hasil (TPH) serta pengangkutan hasil ke pabrik. Di Kebun Buatan, PT Inti Indosawit Subur terdapat Standard Operating Procedure panen, yaitu: 1). Buah matang dipotong semua,
22
2). Buah mentah tidak ada, 3). Berondolan dikutip semuanya, 4). Buah disusun rapi dan cangkem kodok, 5). Pelepah disusun rapi di gawangan mati, 6). Pelepah sengkleh tidak ada, dan 7). Administrasi diisi dengan teliti dan tepat waktu.
Agar kegiatannya berjalan lancar sehingga didapatkan jumlah tandan buah segar matang yang optimum, biaya panen yang efisien dan mendapatkan hasil rendemen tinggi dan bermutu baik, perlu diperhatikan beberapa ketentuan umum. Di antaranya adalah melaksanakan penentuan kriteria panen, sistem dan rotasi panen, taksasi produksi, sistem upah (basis dan premi panen), alat panen, pelaksanaan panen, dan pengawasan panen. Kriteria panen. Kriteria tandan buah segar yang layak untuk dipanen (TBS) di Kebun Buatan, PT Inti Indosawit Subur adalah berdasarkan jumlah berondol yang terlepas dari tandannya dan jatuh ke tanah secara alami atau dengan istilah lain menghasilkan berondolan dalam jumlah tertentu. Buah dapat dipanen jika dipenuhi kriteria bahwa untuk tiap 1 kg bobot tandan terdapat 1 berondol lepas di piringan yang bukan berondolan parthenokarpi/berondolan muda karena serangan tikus/penyakit. Misalnya BJR (bobot janjang rata-rata) blok adalah 10 kg maka buah akan dipanen pada blok tersebut apabila berondol yang lepas ada 10 butir berondol di piringan, jika ada 9 berondolan saja, maka dianggap buah mentah. Sistem dan rotasi panen. Sistem panen yang dilaksanakan di PT Inti Indosawit Subur adalah sistem hanca tetap. Luas hanca pemanen rata-rata adalah 2-3 pasar/jalan pikul (1 jalan pikul kurang lebih 1.5 ha). Menurut (Pahan, 2010) sistem hanca tetap memiliki kelebihan yaitu : tanggung jawab karyawan terhadap hanca tinggi, kondisi areal relatif bagus karena kesalahan dapat dideteksi dengan mudah, dan penguasaan terhadap areal oleh karyawan tinggi, sehingga lebih mudah mencari solusi sendiri jika menemukan kesulitan kerja. Rotasi panen merupakan waktu yang diperlukan untuk melaksanakan panen dalam satu siklus panen yaitu waktu yang diperlukan antara panen terakhir sampai panen berikutnya pada tempat yang sama. Pada PT Inti Indosawit Subur rotasi panen yang standar dilakukan adalah 6/7 artinya kegiatan pemanen dilaksanakan dalam satu minggu untuk tiap afdeling. Namun pada saat kerapatan buah sangat rendah (low crop) rotasi panen dapat diperpanjang maksimal 10 hari.
23
Hal tersebut dilakukan agar kuantitas dan kualitas produksi dapat tercapai. Untuk menghindari keterlambatan rotasi/pusingan pada bulan-bulan libur panjang (misalkan hari raya), maka dapat dilakukan percepatan pusingan potong buah menjadi 5-6 hari. Dengan demikian pada saat setelah libur panjang, pusingan potongan buah di suatu blok masih bisa dipertahankan di bawah 10 hari. Rotasi panen sangat erat hubungannya dengan mutu buah. Rotasi panen yang terlalu cepat dapat berakibat terjadinya pemotongan buah mentah (untuk mengejar basis panen), karena kerapatan buah masak telah menurun. Taksasi produksi. Kegiatan taksasi produksi dilaksanakan minimal satu hari sebelum dilaksanakan pemanenan pada areal yang akan dipanen. Taksasi produksi bertujuan untuk mengetahui perkiraan jumlah TBS yang dapat dipanen dan
persentase
kematangan
TBS
yang
akan
dipanen
sehingga
dapat
memperkirakan jumlah tenaga pemanen yang diperlukan untuk esok hari. Taksasi produksi dilaksanakan oleh mandor panen dengan cara mengambil sampel 400 pokok secara acak pada areal yang akan dipanen esok hari. Selain itu pada Kebun Buatan, PT Inti Indosawit Subur juga dilaksanakan taksasi produksi (sensus BBC) setiap enam bulan sekali yang bertujuan untuk mengetahui target produksi yang harus dicapai untuk enam bulan ke depan. Kegiatan ini dilaksanakan setiap akhir bulan Juni dan akhir Desember. Sistem upah (basis dan premi panen). Basis panen adalah banyaknya jumlah tandan yang harus dipanen oleh pemanen dalam satu hari kerja, sedangkan premi adalah standar untuk membayar pemanen yang melebihi basis borong. Pada PT Inti Indosawit Subur, selain pemberian upah per HK juga terdapat pemberian premi. Ada dua jenis premi yaitu : premi basis panen yang diberikan apabila pemanen mendapatkan jumlah janjang yang dipanen sesuai basis, dan premi lebih basis yang diberikan jika pemanen, mendapatkan jumlah janjang yang melebihi dari basis. Di Kebun Buatan, PT Inti Indosawit Subur, Upah 1 HK adalah Rp. 49 360 untuk pemanen yang masih PHL dan Rp. 35 000 untuk pemanen yang sudah SKU, untuk premi siap basis besarnya adalah premi siap basis I jika pemanen mendapat 50 janjang adalah Rp. 7 000, premi siap basis II (100 tandan) adalah Rp. 16 000 dan premi siap basis III (150 tandan) adalah Rp. 25 000, sedangkan
24
untuk premi lebih basis besarnya berbeda untuk tiap blok berdasarkan rata-rata BJR di tiap blok tersebut. Tabel 6. Premi Lebih Basis di Afdeling II tiap Blok Blok Luas (ha) B89a 96 B89b 92 B90a 103 B90b 99 B90c 103 B90d 75 B91a 40 B91b 55 B91c 85 B91d 75 Sumber : Kantor Afdeling II (2011)
Premi Lebih borong (Rp.) 1 160 1 160 1 160 1 200 1 200 1 160 1 000 1 160 1 160 1 000
Kebutuhan tenaga pemanen. Kebutuhan tenaga pemanen yang akan dialokasikan setiap harinya adalah berdasarkan hasil sensus kerapatan kematangan buah yang dibandingkan dengan output rata-rata tenaga potong buah yang dapat dicapai setiap hari pada bulan berjalan. Mandor panen setelah menghancakan pemanen, melaksanakan sensus potong buah pada hanca yang akan dipanen besok. Rata-rata output tenaga panen yang terdapat pada Afdeling II adalah 60 TBS. Jumlah tenaga kerja = Pelaksanaan panen. Pemanenan TBS dilakukan dengan cara memotong tandan yang masak oleh pemanen. Alat panen yang digunakan untuk panen adalah egrek karena umur tanaman kelapa sawit yang terdapat di PT Inti Indosawit Subur rata-rata berumur 20 tahun ke atas. Selain egrek alat yang digunakan adalah gancu untuk mengangkat TBS oleh pemanen, angkong untuk membawa TBS ke TPH dan kapak untuk memotong cangkang TBS . Sebelum memanen TBS, hal yang pertama dilakukan terlebih dahulu adalah memotong pelepah yang menyangga tandan. Pemotongan pelepah harus merapat ke arah batang pohon seperti membentuk tapal kuda. Hal tersebut dilakukan agar berondolan tidak tersangkut di ketiak batang yang akan mengganggu dalam penentuan kematangan buah. Fraksi matang buah disajikan pada Tabel 7.
25
Tabel 7. Fraksi Matang Buah Umur Tanaman 2.5 – 3
BJR Berondolan Pedoman Panen (Kg) 3 ≥ 3 berondolan perjanjang Satu berondolan perjanjang setelah panen sebelum panen 4–5 6 ≥ 6 berondolan perjanjang Dua berondolan perjanjang setelah panen sebelum panen 6–9 10 ≥ 10 berondolan perjanjang setelah panen Dua berondolan perjanjang di 10 – 15 15 ≥ 15 berondolan piringan sebelum panen perjanjang setelah panen > 15 20 ≥ 20 berondolan Tiga berondolan perjanjang di perjanjang setelah panen piringan sebelum panen Sumber : Agricultural Policy Manual (APM) Asian Agri Group (2008) Setelah buah dipanen, maka pemanen pada saat di piringan harus memotong tangkai TBS menjadi seperti cangkam kodok atau berbentuk huruf “V” lalu menyusun TBS tersebut ke TPH dengan tangkainya di atas menghadap jalan, serta menuliskan nomor pemanennya pada tangkai tersebut dengan menggunakan krayon. Pengawasan panen. Hasil kegiatan panen yang dilakukan oleh pemanen dicatat oleh kerani buah pada buku kerani panen. Pada PT Inti Indosawit Subur, terdapat pemberian sangsi panen, yaitu denda terhadap pemanen yang melanggar kriteria panen. Kriteria pemberian sangsi yang diberikan terdapat pada Tabel 8. Tabel 8. Kriteria Pemberian Sangsi pada Pemanen Jenis Kesalahan (Pelanggaran) Potong buah mentah Gagang panjang tidak dipotong rapat Buah masak tinggal di pokok/tidak dipanen Buah mentah diperam di hanca Buah mentah tinggal di piringan/dihanca/parit Buah matahari / berondolan dipotong gagang Berondolan tidak dikutip bersih Pelepah tidak disusun rapi di gawangan Pelepah sengkleh Tidak siap borong
Denda Rp. 5 000/jjg Rp. 1 000/jjg Rp. 5 000/jjg Rp. 5 000/jjg Rp. 5 000/jjg Rp. 1 000/jjg Rp. 3 000/jjg Rp. 1 000/jjg Rp. 1 000/jjg • Denda di per-7 (dipotong jam kerja) • 3x berturut-turut diberi peringatan Sumber : Agricultural Policy Manual (APM) Asian Agri Group (2008)
26
Pada PT Inti Indosawit Subur, pengawasan kegiatan panen dilakukan oleh mandor panen, kerani panen, dan Asisten Afdeling yang disebut pemeriksaan hanca. Kegiatan pengawasan dilaksanakan setiap hari setelah selesai dilaksanakan panen. Selain itu, pengawasan dilakukan juga oleh polisi buah/quality control (QC) yang bertugas memberi penilaian terhadap afdeling berdasarkan keberadaan buah tinggal (di piringan atau di pokok), berondolan di piringan, tunas yang sengkleh, dan buah mentah di hanca yang baru siap panen. Pengawasan dari QC tersebut dilaksanakan sebanyak minimal enam kali untuk masing-masing afdeling dengan jadwal yang tidak ditentukan.
Penunasan Penunasan adalah kegiatan pemotongan pelepah untuk menjaga luasan permukaan daun (leaf area) yang optimum agar diperoleh produksi yang maksimum dan mempermudah panen serta mengurangi kehilangan hasil. Dalam mencapai tujuan penunasan dan tetap mempertahankan produksi yang maksimum, maka harus dihindari terjadinya over pruning dan under pruning. Over pruning adalah terbuangnya sejumlah pelepah produktif secara berlebihan yang akan mengakibatkan penurunan produksi. Penurunan produksi ini terjadi karena berkurangnya area fotosintesis dan pokok mengalami cekaman yang terlihat melalui : peningkatan gugurnya bunga betina, penurunan nisbah seks (peningkatan bunga jantan), dan penurunan bobot janjang rata-rata (BJR). Under pruning juga dapat menimbulkan dampak negatif terhadap produksi, karena unsur hara digunakan untuk pelepah yang berlebih, mengganggu proses panen, meningkatkan kehilangan hasil (buah tinggal dan berondolan tersangkut di ketiak), dan meningkatkan serangan penyakit Marasmius dan Tirathaba. Pada tanaman muda, pelepah yang harus disisakan adalah 48-56 pelepah, pada tanaman dewasa 40-48 pelepah, dan untuk tanaman tua 32-40 pelepah.
Sistem penunasan yang dilaksanakan di Kebun Buatan, PT Inti Indosawit Subur adalah sistem progresif. Sistem progresif adalah tunasan yang dilakukan oleh pemanen bersamaan dengan panen. Pada sistem ini pemanen bertanggung jawab terhadap kondisi pelepah di hancanya. Pada situasi kekurangan pemanen
27
dan program progresif pruning tidak dapat dilaksanakan maka perlu dibentuk satu kelompok penunas khusus. Pembentukan kelompok khusus ini dikarenakan program progresif tidak berjalan pada blok tersebut. Jumlah anggota dan keberadaan kelompok khusus ini tidak tetap, tergantung dari kebutuhan untuk dilaksanakan kegiatan penunasan di blok yang akan ditunas. Pada saat menjadi penulis menjadi PHL untuk kegiatan penunasan, penunasan dilaksanakan di blok B89a, anggota tunasan berjumlah 16 orang yang terdiri dari delapan orang sebagai penunas dan delapan orang sebagai kenek/penyusun pelepah, anggota tunasan ini adalah kelompok khusus yang dibentuk untuk melaksanakan penunasan, anggota kelompok khusus ini diambil dari PHL mandoran lain. Norma kerja dari kegiatan ini adalah minimal satu pasangan kerja (penunas dan kenek/penyusun pelepah) harus dapat menunas minimal 50 pokok dalam satu jalan pikul. Pada saat melaksanakan penunasan, penulis dapat menunas lima pokok.
Pemeliharaan Sarana dan Prasaran Kegiatan pemeliharaan sarana dan prasaran yang dilaksanakan di Kebun Buatan, PT Inti Indosawit Subur adalah pengelolaan KTA (konservasi tanah dan air) yaitu pemasangan gorong-gorong untuk mengalirkan air, perbaikan goronggorong yang tersumbat atau rusak (pecah) akibat terlindas mobil truk, selain untuk pengelolaan KTA, pemasangan dan perbaikan gorong-gorong juga bertujuan untuk pemeliharaan jalan di kebun. Jalan merupakan salah satu faktor yang menjadi pendukung berjalannya kegiatan transportasi di kebun, selain itu bagian sarana dan prasarana juga melaksanakan kegiatan rempesan yang juga bertujuan untuk pemeliharaan jalan. Pemasangan
gorong-gorong.
Gorong-gorong
berfungsi
untuk
mengalirkan air yang tergenang dalam parit agar tidak meluber ke jalan. Kegiatan pemasangan gorong-gorong juga dilakukan penulis di PT Inti Indosawit Subur. Norma kerja pemasangan gorong-gorong adalah 1 gorong/2 HK. Gorong-gorong yang digunakan ada dua macam, pertama yang terbuat dari campuran semen dan pasir yang dipasang pada jalan yang umumnya di jalan poros atau yang sering dilewati oleh mobil atau truk, dan yang kedua adalah terbuat dari pipa paralon.
28
Apabila jalan pada pada areal dibuat di lereng bukit, maka badan jalan dibuat dengan kemiringan 100 ke arah bukit. Pada setiap jarak ± 50 m atau di tempat-tempat yang cekung, dibuat rorak dengan ukuran 75 cm x 75 cm ke dalaman 1 m. Untuk mengalirkan air dari bukit yang ditampung di dalam rorak, maka dibuat gorong-gorong diameter 30 cm dan diletakkan 20 cm di atas dasar rorak. Setelah pemasangan gorong-gorong selesai, pada sisi jalan dibuat rumpukan karung yang berisi pasir. Hal ini berfungsi untuk menahan tanah yang terdapat di badan jalan jatuh ke bawah yang akan menyebabkan terjadi penyumbatan pada lubang gorong-gorong. Perbaikan gorong-gorong.. Kegiatan perbaikan gorong-gorong di PT Inti Indosawit Subur dilakukan dengan cara manual yaitu menggunakan cangkul dan parang. Norma kerja kegiatan perbaikan gorong-gorong adalah 3 gorong-gorong/2 HK. Perbaikan gorong-gorong yaitu kegiatan membongkar saluran gorong-gorong yang tersumbat dan kemudian memperbaikinya dengan membuang tanah yang menyumbat aliran air dari rorak ke ujung pipa tempat mengalirkan air ke luar, sehingga air parit dapat lancar mengalir keluar dari gorong-gorong. Pemasangan dan perbaikan gorong-gorong dapat di lihat pada Gambar 4.
(a) (b) Gambar 4. Pemasangan Gorong-gorong (a), dan Perbaikan Gorong-gorong (b) Rempesan. Kegiatan rempesan yaitu memotong cabang/pelepah yang menghalangi sinar matahari ke jalan agar jalan yang terkena hujan cepat kering. PHL yang menjadi anggota kegiatan rempesan terdiri dari tiga tim masing-masing tim terdiri dari tiga orang, yaitu seorang sebagai penunas dan dua orang sebagai penyusun pelepah ke gawangan mati.
29
Sensus Ulat Api Sistem pemantauan rutin sangat membantu pelaksanaan kebijakan pengendalian hama terpadu. Sistem sensus tetap meliputi deteksi dan penghitungan hama pada titik sensus. Skema dalam penentuan titik sensus (TS) adalah titik sensus pada seluruh titik sensus dimulai dari pokok keempat ditepi jalan kemudian setiap 10 pokok yakni TS 14, TS 24, TS 34, dan seterusnya, bila setelah TS terakhir masih tersisa > 4 pokok maka ditambahkan satu TS pada pokok terakhir, setiap TS terdiri dari tiga pokok yaitu pokok TS ditambahkan dua pokok di sampingnya, agar tidak terjadi over pruning akibat pemotongan pelepah karena sensus setiap bulan, maka TS dapat digeser maju atau mundur 1-2 tanaman. Setiap titik sensus yaitu pada setiap 10 tanaman sepanjang baris sensus harus diberi nomor pada pangkal pelepah yang telah ditunas rapi dengan cat dasar warna kuning dan tulisan berwarna biru. Pelaksana sensus ulat terdiri atas dua tim, yang masing-masing tim terdiri atas tiga orang, yaitu masing-masing sebagai penunas, pencatat jenis hama ulat api yang terlihat, dan penyusun pelepah ke gawangan mati. Pada baris keempat pokok keempat (TS4), tim sensus harus memulai menghitung hama pemakan daun. Penghitungan hama pemakan daun hanya pada satu pelepah contoh pada setiap pokok dari tiga pokok dengan ketentuan : pelepah yang menunjukkan gejala serangan baru dan pelepah yang memiliki populasi hama tertinggi. Sensus ulat api dilaksanakan setiap akhir bulan tanggal 20. Apabila semua blok telah selesai disensus maka Asisten Afdeling dan mantri hama dan penyakit langsung merekapitulasi dan menganalisis data hasil pengamatan. Data tersebut menjadi acuan apakah serangan ulat api sudah diambang populasi kritis atau tidak. Ambang populasi kritis diartikan sebagai rata-rata populasi larva sehat per pelepah. Ambang kritis untuk ulat api adalah lima ekor per pelapah. Jenis ulat api yang menjadi sasaran utama untuk penanggulangan adalah Setora nitens dan Thosea asigna yang menyerang pelepah muda dan Derna therna yang menyerang pelepah tua. Pengendalian ulat api dilakukan dengan
30
pengasapan, bahannya adalah polydor 4.6 liter yang dicampur solar 0.4 liter dalam 1 kap, umumnya 1 hari diperlukan 5 kap untuk 5 ha lahan pengendalian ulat api.
Sensus TO (Thinning Out) Sensus TO merupakan kegiatan untuk mendata dan menanda tanaman yang akan di bongkar. Ciri-ciri tanaman kelapa sawit yang akan di TO adalah tanaman jantan, tanaman yang mati karena terserang petir, dan tanaman yang tidak produktif lagi. Kegiatan ini juga sekaligus dilaksanakan untuk mendata jumlah tanaman yang ada dalam satu TPP (tempat peletakkan pupuk), sehingga data tersebut dapat digunakan sebagai salah satu faktor untuk penentuan dosis untilan pupuk tiap TPP. Pelaksana kegiatan sensus TO tiap afdeling suatu kebun diperlukan 2-3 tim sensus dengan prestasi kerja 5-7 ha/Hk. Setiap tim terdiri dari dua petugas, yaitu Petugas A (sebagai penghitung dan pencatat jumlah pokok) dan Petugas B (sebagai pembuat nomor dan pembawa cat) dan petugas pembuat administrasi lapangan (Petugas C). Bahan dan alat yang harus dipersiapkan dalam pekerjaan sensus, yaitu: triplek (hard cover), vulpen empat warna, formulir sensus, kuas, parang/sendok (alat pengerok), cat warna merah dan putih, tempat cat, map penyimpan files, tanda pokok yang akan dibongkar/thinning out dapat di lihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Tanda Pokok yang Akan Dibongkar Saat sensus, petugas menghitung dan mencatat status pokok berdasarkan tanda pada formulir sensus. Petugas berjalan di pasar rintis pada setiap TPP yang ada pada blok yang akan disensus dan arah berjalan menurut arah barisan. Petugas
31
A menyensus 2 baris pokok (baris 1 dan 2). Secara bersamaan petugas B membersihkan/”mengerok” pelepah pokok terluar pada barisan tersebut sebagai tempat pencatatan hasil sensus. Petugas A menyensus seluruh pokok dalam barisan tersebut dan memberitahukan jumlah pokok normal/hidup dan pokok mati/kosong ke petugas B. Petugas B berjalan secepatnya menuju pokok paling ujung, kemudian pelepah dibersihkan/dikerok dan ditulis jumlah pokok hasil sensus dan jumlah untilan dalam TPP tersebut. Seluruh hasil sensus diinformasikan dan dibawa ke kantor Afdeling.
Aspek Manajerial Karyawan Non Staf Pada magang bulan kedua setelah penulis berstatus sebagai PHL, selanjutnya penulis berstatus sebagai pendamping mandor. Mandor merupakan pengelola dan pengawas langsung terhadap kegiatan PHL di lapangan. Mandor bertanggung jawab terhadap hasil kerja yang dikelolanya dengan selalu berpedoman pada rencana kerja harian (RKH) yang telah ditetapkan bersama antara mandor dan Asisten Afdeling. Setiap sore hari setelah pulang dari lapangan, setiap mandor mengisi buku kerja mandor yang berisi daftar hadir pekerja setelah selesai kegiatan dan prestasi kerja yang diperolehnya pada hari itu. Selanjutnya mandor mengisi lembar attendance & gang activity yang berisi tentang kehadiran PHL dan jenis pekerjaan yang dilaksanakan pada hari itu. Selain itu juga mandor membuat rencana kerja harian yang akan dilaksanakan untuk keesokan harinya. Setiap pagi hari semua mandor mengikuti muster morning (apel pagi) bersama Asisten Afdeling untuk mendapatkan pengarahan tentang pekerjaan yang akan dilaksanakan. Setelah itu setiap mandor melakukan apel pagi bersama PHL untuk memberitahukan jenis kegiatan yang dilaksanakan dan metode kerjanya. Pada saat di lapangan, setiap mandor mengawasi pekerjaan secara langsung serta mengarahkan pekerja agar bekerja lebih efektif. Selesai dari lapangan, para mandor menghitung dan melaporkan hasil pekerjaan. Laporan tersebut meliputi prestasi kerja pekerja dan kualitas pekerjaan kepada Asisten Afdeling dalam bentuk buku kerja mandor dan lembar attendance & gang activity. Selain itu,
32
mandor juga mempunyai kewajiban mengurus pengambilan bahan dan mempersiapkan tenaga kerja. Mandor I. Posisi jabatan mandor I berada di bawah Asisten Afdeling. Mandor I adalah orang yang mengatur semua kegiatan teknis di lapangan. Tugas dan tanggung jawab seorang mandor I lebih luas dibandingkan dengan mandormandor lainnya. Mandor I mempunyai tugas untuk mengendalikan dan mengawasi semua jenis pekerjaan. Mandor I dapat menegur mandor lain jika terdapat kesalahan dalam melakukan pekerjaan. Mandor I berwenang untuk mengecek semua jenis kegiatan dan melaporkan masalah-masalah yang dihadapi kepada Asisten Afdeling. Kegiatan yang dilaksanakan penulis selama menjadi pendamping mandor yaitu sebagai pendamping mandor pupuk, mandor semprot, mandor panen, dan kerani panen. Semua mandor tersebut berada di bawah mandor I. Mandor pupuk. Tugas dari mandor pupuk adalah membuat perencanaan blok yang akan dipupuk atas persetujuan Asisten Afdeling, membuat permintaan bahan/bon gudang yang disetujui Asisten Afdeling, KTU dan Manajer Kebun, meminta kendaraan pengangkutan pupuk ke mandor transportasi, menghitung tenaga kerja yang hadir untuk menentukan luasan yang akan dipupuk. Selain itu, memimpin apel pagi untuk memberikan pengarahan kepada karyawan, mengawasi pengambilan pupuk di gudang, mengikuti dan mengawasi distribusi pupuk dari gudang ke lapangan, hingga pelaksanaan kegiatan pemupukan. Mandor semprot. Tugas mandor semprot adalah menentukan areal yang akan disemprot atas persetujuan Asisten Afdeling dan Asisten Kepala, melakukan apel pagi untuk memberikan pengarahan dan pengabsenan karyawan, mengawasi pekerjaan di lapangan dan mengawasi penggunaan herbisida. Mandoran semprot di PT Inti Indosawit Subur dikepalai oleh Asisten Kepala yang terdiri atas dua tim unit semprot (TUS) yang masing-masing tim dikepalai oleh mandor. Tim tersebut dibedakan berdasarkan alat semprot yang digunakan yaitu tim pertama menggunakan alat semprot CDA (Controlled Droplet Applicator) dan tim kedua menggunakan alat semprot Knapsack sprayer. Sebelum kegiatan di lapangan, mandor semprot melakukan apel pagi bersama karyawan, mengisi absen karyawan, mengecek kelengkapan alat pengaman diri (APD) karyawan, dan
33
mempersiapkan larutan yang akan disemprot. Pada saat di lapangan mandor bertugas mengawasi pekerjaan karyawan. Setelah selesai dari lapangan mandor memberikan laporan hasil kegiatan kepada Asisten Kepala dan Asisten Afdeling yang afdelingnya disemprot pada hari itu dan juga membuat rencana kerja harian (RKH) pada lembar RKH untuk kegiatan esok hari. Mandor panen. Di perusahaan ini, mandor panen terdiri atas tiga orang untuk setiap afdeling. Tugas mandor panen adalah membuat perencanaan areal seksi panen yang harus dipanen atas persetujuan Asisten Afdeling. Kemudian melakukan apel pagi dengan karyawan, sambil memberikan pengarahan tentang standar pelaksanaan panen dan juga mengingatkan kepada karyawan tentang keselamatan kerja. Pada saat itu dilakukan juga pengabsenan karyawan untuk mengetahui jumlah tenaga kerja pemanen. Setelah itu, mandor panen memberi hanca kepada masing-masing pemanen dan melaksanakan pengawasan panen di lapangan. Setelah pelaksanaan pemanenan, mandor panen melaksanakan kegiatan taksasi panen untuk memperkirakan jumlah TBS yang dapat dipanen esok hari agar sebelum panen esok hari dapat ditentukan berapa anggota karyawan yang dibutuhkan. Kerani buah. Tugas kerani buah adalah mencatat jumlah TBS yang dipanen oleh pemanen. Selain itu, kerani buah juga bertugas untuk mengawasi mutu buah yang ada di lapangan agar buah yang dipanen sesuai dengan kriteria matang panen yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Kerani buah mencatat data total buah yang dipanen oleh pemanen, selain itu juga mencatat total buah yang masak, buah mentah, buah busuk dan buah abnormal yang dipanen oleh setiap pemanen. Data yang telah didapatkan tersebut dicatat dalam buku kerani panen. Kerani buah berhak untuk menegur pemanen yang memanen buah tidak sesuai dengan kriteria matang yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Setelah selesai dari lapangan, maka kerani panen mengisi lembar premi potong buah harian untuk menentukan upah yang didapat oleh setiap pemanen. Upah tersebut ditentukan berdasarkan jumlah TBS yang dipanen oleh pemanen pada hari itu dan apabila pemanen memotong buah yang melebihi basis maka pemanen mendapat premi. Setiap pemanen yang melakukan kesalahan seperti
34
memotong buah mentah dan tidak mengutip berondolan di piringan maka dilakukan pemotongan terhadap upahnya pada hari itu.
Karyawan Staf Asisten Afdeling merupakan orang yang bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan dan hal-hal penting lainnya dalam suatu afdeling. Asisten bertanggung jawab kepada Asisten Kepala, Manajer Kebun dan GM. Asisten bertugas merencanakan dan mengkoordinasikan program kerja dan target bulanan sesuai program kerja afdeling. Selain itu juga mengevaluasi hasil-hasil kegiatan dan mengarahkan pemecahan masalah di tingkat afdeling, melakukan pengawasan dan penilaian terhadap kinerja dari masing-masing mandor, dan melakukan administrasi afdeling yang dibantu oleh kerani afdeling.
35
PEMBAHASAN Pahan (2008) menyebutkan bahwa pemupukan kelapa sawit dilakukan pada tiga tahap perkembangan tanaman, yaitu tahap pembibitan, TBM (Tanaman Belum Menghasilkan), dan TM (Tanaman Menghasilkan). Dengan dilakukan pemupukan, maka tanaman akan memperoleh berbagai unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhannya baik unsur hara makro, sekunder maupun mikro. Pemupukan dalam perkebunan kelapa sawit harus mengacu pada konsep keefisienan dan keefektifan yang maksimum, maka untuk itu perlu diperhatikan segi teknis dan segi manajerial pemupukan.
Pengelolaan Pupuk Pengadaan pupuk. Dalam pengadaan pupuk, PT Inti Indosawit Subur dikelola oleh Departemen Purchasing (Material Control) yang bertugas mengelola penyaluran pupuk ke kebun. Kebun mengajukan permintaan pupuk ke Departemen Purchasing dua bulan sebelum aplikasi pemupukan dilakukan. Pupuk yang diterima kebun disimpan ke dalam gudang pupuk. Gudang pupuk menjadi tempat penyimpanan dan sumber penyuplaian kebutuhan pupuk untuk tiap-tiap afdeling. Distribusi pupuk. Prosedur penyaluran jumlah pupuk ke tiap lahan afdeling adalah berdasarkan jumlah permintaan pupuk dari tiap afdeling, mandor pupuk membuat berita acara berupa bon bukti permintaan pemakaian barang (BPPB), yang berisi jumlah pupuk yang akan diuntil untuk aplikasi keesokan harinya, bon tersebut harus ditandatangani terlebih dahulu oleh mandor pupuk, Asisten Afdeling, Kepala Tata Usaha (KTU) dan Manajer Kebun. Bon permintaan tersebut dibuat rangkap tiga, masing-masing untuk kantor kebun, kantor Afdeling dan kantor gudang. Setelah bon diterima, kepala gudang memberitahukan ke mandor until pupuk untuk mengeluarkan jumlah pupuk yang akan diuntil berdasarkan jumlah permintaan yang ada di bon. Organisasi pemupukan. Kegiatan pemupukan di PT Inti Indosawit Subur dilaksanakan secara manual. Organisasi pemupukan terdiri atas penguntil pupuk, pelangsir, penabur, pengumpul karung dan mandor yang bertugas mengawasi dan
36
mengarahkan kegiatan pemupukan. Kegiatan pemupukan secara manual menggunakan takaran untuk tabur pupuk dan alat pengaman diri (APD) yang terdiri dari topi, masker, apron, sarung tangan dan sepatu boot. (1) Penguntilan pupuk Kegiatan penguntilan pupuk dilaksanakan di gudang pupuk di area khusus untuk penguntilan, dan penguntilan dilaksanakan sehari sebelum aplikasi pupuk ke lapangan. Kegiatan penguntilan bertujuan untuk memudahkan pengeceran pupuk ke setiap TPP (tempat peletakkan pupuk), dosis pupuk yang diterima setiap pokok sesuai dengan rekomendasi dan menghindari bongkahan pupuk sehingga dapat dipecahkan terlebih dahulu sebelum dimasukkan ke karung until. Alat-alat yang perlu disiapkan dalam penguntilan adalah takaran until yang dibuat dari dirijen yang telah dikalibrasi sesuai dengan masing-masing jenis dan dosis pupuk, karung eks goni, tali plastik untuk mengikat untilan, kayu yang dipakai sebagai alat untuk pemecah pupuk yang menggumpal, kayu yang permukaannya rata yang digunakan untuk meratakan pupuk hingga peres pada takaran, timbangan untuk mengecek bobot satu sampel per 10 untilan untuk memastikan bobotnya sesuai dengan dosis untilan dan papan tulis untuk mencatat jumah untilan yang perlu disediakan untuk tiap jenis pupuk, tiap blok, dan tiap afdeling sesuai rencana pemupukan. Kegiatan penguntilan dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Kegiatan Penguntilan Pupuk di Gudang Sistem penguntilan yang dilaksanakan adalah satu sak pupuk yang berisis 50 kg pupuk diecerkan menjadi 1 until untuk dosis 8 pokok. Keterampilan pekerja dalam penguntilan ini sangat diperlukan agar dosis pupuk tiap untilan tepat sehingga ketika diaplikasikan dosis pupuk yang diterima pokok sesuai dengan
37
rekomendasi. Penulis melakukan penimbangan sampel untilan pupuk ZA (Amonium Sulpahte) dengan standar bobot/until adalah 16 kg yang dilakukan pada tanggal 22-23 Maret 2011, data pengamatan dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Data Pengamatan Penimbangan Sampel Untilan Pupuk ZA Hari
Untilan ke -
ke -
1
1 2 3
16 16 17.5
2
3
4
5
6
7
8
9
10
................................................(kg)................................................ 17 18 16 17.5 16 16 16 18 16.5 16.2 16.2 16 16 16.4 16.4 15.4 16.5 15.6 16 15.9 14.9 15.5 14.6 15.5 15.8 15.8 16 Rata-rata
RataRata (kg)
Tepat Dosis (%)
16.70 16.07 15.75
95.80 90.29 98.43
16.17
94.84
Sumber : Pengamatan di lapangan (2011) Berdasarkan data dari pengamatan didapatkan bahwa persentase dari ketepatan untilan yang dilakukan oleh penguntil adalah 94.84 %. Hal ini menunjukkan bahwa tenaga kerja penguntil sudah cukup terlatih dalam menguntil pupuk sesuai dosis dan jenis pupuk yang akan diuntil. Tenaga kerja yang menjadi PHL dalam penguntilan adalah lima orang PHL, namun jumlah anggota penguntil itu tidak tetap tergantung dari jumlah pupuk yang akan diaplikasikan ke lapang untuk keesokan harinya. Norma kerja dalam kegiatan penguntilan adalah 1 500 kg/HK. (2) Pengangkutan dan pengeceran untilan pupuk Setelah pupuk selesai diuntil maka keesokan harinya pupuk diangkut dengan menggunakan dump truk untuk dibawa ke TPP (tempat peletakkan pupuk) di blok yang akan dipupuk, setelah sampai diblok yang akan diaplikasikan pupuk, maka pengecer pupuk menurunkan untilan pupuk ke tiap TPP dari atas kendaraan. Jumlah untilan yang diturunkan berdasarkan jumlah untilan yang tertulis di tanda TPP, tanda TPP tertulis di batang kelapa sawit yang terletak di pinggir jalan. Pada saat kegiatan pengangkutan dan pengeceran untilan pupuk, terdapat beberapa permasalahan yaitu : pada saat menaikkan dan menurunkan pupuk dari dump truk seringkali terjadi kebocoran untilan pupuk, sehingga dosis pupuk dalam untilan menjadi berkurang. Kebocoran yang terjadi disebabkan yaitu karena penguntil kurang mengikat untilan dengan kencang, karung untilan yang sudah tidak layak di gunakan/bocor dan kurangnya kehati-hatian penabur dalam
38
menaikkan untilan pupuk ke dump truk atau menurunkan untilan pupuk dari dump truk
ke TPP. Oleh karena itu kehati-hatian penabur dalam bekerja perlu
ditingkatkan, dan pengawasan oleh mandor until dan mandor pupuk juga harus diperketat agar tidak terjadi kebocoran pada karung untilan pupuk. Selain itu permasalahan lainnya adalah ketepatan waktu sampainya pupuk di lapangan, salah satu hal yang mempengaruhinya terlambatnya pupuk sampai di lapangan adalah karena transportasi untuk mengangkut pupuk yaitu dump truk terpuruk dijalan akibat jalan yang rusak, oleh karena itu perbaikan jalan yang rusak harus segera dilakukan. (3) Pelangsiran dan penaburan pupuk Pada PT Inti Indosawit Subur tidak memilik tenaga kerja khusus untuk melakukan pelangsiran pupuk ke dalam barisan tanaman, yang menjadi pelangsir pupuk ke dalam barisan tanaman adalah pemupuk sendiri. Pelangsiran pupuk dimulai dengan membawa untilan pupuk ke dalam blok sampai batas/rintis tengah atau batas alam seperti sungai atau parit dan pupuk diletakkan di tengah pasar/jalan pikul tiap selang 8 pokok tanaman sampai menuju ke collection road. Dengan tidak adanya tenaga kerja khusus pelangsir, hal ini cukup efisien sehingga biaya tenaga kerja dapat dikurangi, namun terdapat juga permasalahan yaitu apabila kondisi lahan yang akan dipupuk terlalu curam atau bergelombang, penabur yang harus melangsir untilan pupuk dengan kondisi lahan tersebut dapat mengalami cepat letih sehingga menyebabkan penabur tidak tepat takaran dalam menabur akibat kondisi yang sudah terlalu letih dan ingin cepat selesai. Oleh karena itu pada kondisi lahan yang curam/bergelombang tersebut perlu dibuat tangga agar memudahkan penabur dalam melangsir atau jika tidak memungkinkan untuk dibuat tangga pada kondisi lahan tersebut dapat diberikan tenaga kerja pelangsir khusus. Sistem penaburan pupuk di lapangan menggunakan sistem tunggal, artinya kegiatan pemupukan hanya dilakukan pada satu area blok saja dan tidak boleh ada kegiatan lain di blok tersebut pada hari yang sama. Pemupukan sudah menggunakan alat takar yang telah dikalibrasi dengan tepat. Dengan demikian unsur hara yang didapat masing-masing pokok bisa sesuai
39
dengan rekomendasi dosis per pokok. Alat tabur yang digunakan terbuat dari pipa PVC 7” untuk dosis > 1 kg dan permukaan takaran harus diratakan. Basis pupuk untuk tiap penabur perharinya adalah 400 kg/hari. Berikut disajikan prestasi kerja penabur pada Tabel 10. Tabel 10. Prestasi Kerja Penabur Hari ke -
Jenis Pupuk
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Jumlah Pupuk (kg) 6960 6400 6000 5740 6696 6000 6420 5832 6000 7572 6032 7888 5120 5454 9108 6858 7600 9050 7750 4500
ZA ZA ZA ZA Abu janjang Abu janjang Abu janjang Abu janjang Abu janjang ZA ZA ZA ZA ZA ZA ZA ZA MOP MOP MOP Rata-rata Sumber : Pengamatan di lapangan (2011)
HK 15 15 15 13 15 14 15 14 15 19 14 15 12 12 18 15 14 23 19 11
Prestasi kg/HK 464.00 426.67 400.00 427.67 446.40 428.57 428.00 416.57 400.00 398.53 430.86 525.87 426.67 454.50 506.00 457.20 542.86 393.48 407.89 409.09 439.54
Berdasarkan Tabel 10, rata-rata prestasi kerja penabur berdasarkan bobot pupuk yang diaplikasikan di lapangan yaitu 439,54 kg/HK, hal ini menunjukkan bahwa prestasi kerja penabur telah melebihi standar kebun (prestasi kerja). Tonase pupuk yang melebihi standar bervariasi tergantung dari jumlah tenaga kerja yang hadir, jumlah tonase pupuk yang diaplikasi, jenis dan dosis pupuk. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penggunaan tenaga kerja pemupuk di Kebun Buatan, PT Inti Indosawit Subur telah efisien sesuai dengan target yang diharapkan.
40
(4) Pengumpulan karung bekas untilan pupuk Setelah selesai pemupukan maka setiap pemupuk bertanggung jawab untuk mengumpulkan karung dari pupuk yang telah ditebar di lapangan, karung tersebut digulung tiap 10 lembar, tujuan dari pengumpulan karung adalah untuk memeriksa atau menyamakan jumlah pupuk yang diangkut dari gudang dengan jumlah karung yang ada di lapangan, selain itu juga untuk memastikan bahwa semua pupuk telah diaplikasikan ke lapangan. Setelah selesai digulung karung tersebut dibawa ke gudang untuk dikumpul dan digunakan lagi untuk penguntilan pupuk keesokan harinya. Selama penulis magang, penabur sudah melaksanakan sesuai dengan SOP, yaitu jumlah karung yang dikirim ke lapangan sama dengan jumlah karung yang dikembalikan ke gudang pupuk. Kegiatan pengumpulan karung dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Pengumpulan Karung Pupuk Ketepatan Pemupukan dengan Prinsip Empat Tepat Kegiatan pemupukan merupakan salah satu kegiatan yang penting dalam perkebunan kelapa sawit karena biaya yang diperlukan untuk material pupuk dan peralatan, upah penguntil dan pemupuk, dan biaya transportasi yang diperlukan agar kegiatan pupuk berjalan lancar. Selain itu, pupuk yang diaplikasikan di lapangan juga salah satu faktor utama yang mendukung pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa sawit. Menurut Pahan (2010) strategi pemupukan kelapa sawit yang baik harus mengacu pada konsep keefektifan dan efisiensi yang maksimum. Andayani (2008) menyebutkan untuk mencapai produktivitas optimal sangat perlu memperhatikan prinsip pemupukan yang tepat. Konsep empat tepat (4T) yaitu : tepat waktu aplikasi, tepat jenis, tepat dosis, dan tepat cara dan tempat, merupakan kunci untuk mencapai pemupukan yang efektif dan efisien.
41
Ketepatan waktu pemupukan. Waktu pelaksanaan pemupukan di Kebun Buatan, PT Inti Indosawit Subur, dilaksanakan dua kali aplikasi yaitu semester pertama (Januari-Juni) dan semester kedua (Juli-Desember). Jadwal waktu kegiatan aplikasi pemupukan tiap jenis pupuk terdapat di buku pedoman rekomendasi pemupukan tiap afdeling.
Salah satu faktor yang berhubungan
terhadap ketepatan waktu aplikasi pemupukan adalah curah hujan. Pengamatan waktu pemupukan Dolomit, Amonium Sulphate (ZA), Rock Phospate (RP), dan Muriate of Potash (MOP) dapat dilihat pada Tabel 11 dan kondisi curah hujan dapat dilihat pada Gambar 8. Tabel 11. Kesesuaian Waktu Pemupukan Jenis pupuk
Januari
Februari *
Dolomit ZA RP MOP Ket : * curah hujan < 60 mm
Realisasi Maret * *
April
Mei
Juni
** ** **
** curah hujan 60-300 mm *** curah hujan > 300 mm
mm
bulan Gambar 8. Curah Hujan Januari-Mei 2011 Agar unsur hara pupuk yang dapat diserap oleh tanaman dapat optimum maka pemupukan seharusnya dilakukan pada rata-rata curah hujan 60-300 mm/bulan. Hasil pengamatan penulis selama magang realisasi waktu pemupukan untuk jenis pupuk sudah cukup baik, namun aplikasi ZA pada bulan maret yang curah hujannya < 60 mm kurang baik. Hal ini karena pada kondisi curah hujan tersebut dapat menyebabkan
ZA berpotensi untuk menguap. Waktu dalam
42
realisasi pemupukan sendiri dipengaruhi oleh ketersediaan pupuk digudang, kondisi cuaca pada hari aplikasi, luas lahan yang akan dipupuk dan jumlah tenaga kerja yang ada. Ketepatan dosis pemupukan. Pengamataan ketepatan dosis dilakukan oleh penulis pada TM. Penulis mengambil lima sampel penabur (tiap penabur 10 sampel until). Setiap kali jalan, penabur membawa untilan pupuk yang berisi pupuk 16 kg untuk jenis pupuk ZA dan 8 kg untuk jenis pupuk MOP. Standar perusahaan yaitu 8 pokok per until. Hasil pengamatan ketepatan dosis pemupukan dari lima penabur disajikan dalam Tabel 12. Tabel 12.Ketepatan Dosis Pupuk Jenis Pupuk
Penabur ke 1 2 3 4 5 ...............pokok/until............... ZA B90c 8.20 7.90 8.00 7.70 7.80 B90a 8.30 7.80 7.90 7.70 8.40 B89a 8.20 7.90 8.10 8.30 7.80 MOP B89b 7.90 8.20 8.00 8.20 8.00 Rata-rata Sumber : Pengamatan di lapangan (2011) Blok
Rata rata
Ketepatan dosis (%)
7.92 8.02 8.06 8.06
98.98 99.75 99.25 99.25 99.30
Berdasarkan data pengamatan, diketahui bahwa rata-rata persen ketepatan dosis pemupukan secara umum adalah di atas 99 %. Hasil ini menunjukkan bahwa penggunaan dosis pemupukan, ketepatannya sudah mendekati dosis 100 %. Ketepatan cara pemupukan. Cara penaburan pupuk harus praktis, tetapi tetap dijamin bahwa pupuk yang diberikan dapat mudah dijangkau oleh ujung akar tanaman, sedangkan tempat penaburan untuk beberapa jenis pupuk tertentu harus ditabur di piringan yang bersih dari gulma dan bebas dari genangan air. Pengamatan ketepatan cara dilakukan oleh penulis dengan mengambil 10 sampel tanaman dari 5 orang penabur. Penulis mengamati ketepatan cara pada pemupukan ZA di blok B90c, RP di blok B90a, dan MOP di blok A90c dengan menghitung rata-rata jarak pupuk yang ditabur dari pokok kemudian dibandingkan dengan standar perusahaan (50 cm). Hasil pengamatan ketepatan cara penaburan oleh lima penabur contoh disajikan dalam Tabel 13.
43
Tabel 13. Ketepatan Cara Penaburan Pupuk Jenis pupuk
Penabur ke 1
2
3
4
5
.........................cm......................... 61.60 61.52 68.40 61.00 59.00 66.20 61.90 60.00 57.90 65.00 59.70 60.30 64.50 59.20 62.00 Rata-rata Sumber : Pengamatan di lapangan (2011) ZA RP MOP
RataRata (cm)
Ketepatan
62.30 62.20 61.14 61.88
80.25 80.39 81.78 80.80
cara (%)
Berdasarkan hasil pengamatan tepat cara, diketahui bahwa rata-rata ketepatan cara dari penabur sudah di atas 80 %. Hal ini menunjukkan cara pemupukan sudah dilaksanakan dengan cukup tepat. Ketepatan jenis pupuk. Aplikasi jenis pupuk yang digunakan di PT Inti Indosawit Subur adalah berdasarkan buku rekomendasi pemupukan yang diterbitkan oleh bagian Departemen R & D Asian Agri. Rekomendasi pemupukan dibuat berdasarkan hasil analisis tanah, daun dan produksi. Pupuk yang diaplikasikan berdasarkan rekomendasi pemupukan PT Inti Indosawit Subur pada tahun 2011 menggunakan pupuk tunggal yaitu Dolomit untuk memenuhi kebutuhan unsur Mg dan untuk meningkatkan pH tanah, ZA untuk memenuhi unsur N, MOP untuk memenuhi unsur K, RP untuk memenuhi unsur P, dan Borax untuk memenuhi unsur B. Nitrogen, unsur hara ini berperan penting untuk pertumbuhan vegetatif tanaman, antara lain untuk pembentukan protein, sintesis klorofil, dan untuk proses metabolisme. Kekurangan unsur N akan mengurangi efisiensi pemanfaatan sinar matahari dan ketidakseimbangan serapan unsur hara lainnya. Gejala defisiensi N yakni daun tua berwarna hijau pucat kekuning-kuningan, kecepatan produksi daun menurun, anak daun sempit dan menggulung. Beberapa penyebab kekurangan N ini antara lain karena berkurangnya proses mineralisasi N terutama pada tanah tergenang atau pada pH tanah asam di bawah empat, tidak cukup atau tidak efektifnya aplikasi nitrogen, selain itu juga karena tingkat persaingan tanaman yang tinggi terhadap gulma. Fosfor berperan penting dalam pertumbuhan akar selama tahap awal pertumbuhan tanaman dan meningkatkan daya absorbsi hara dari dalam tanah,
44
gejala kekurangan unsur P adalah tanaman tumbuh kerdil dengan pelepah pendek dan batang tumbuh meruncing, dan anak daun berwarna ungu pada alang-alang (Imperata cylidrica). Kalium merupakan unsur hara penting yang diperlukan untuk membantu proses fotosintesis pada daun dan metabolisme tanaman, menjaga keseimbangan Mg dalam tanaman, penting dalam menentukan jumlah dan pembentukan ukuran janjangan, serta penting dalam ketahanan tanaman terhadap serangan penyakit. Gejalah defisiensi unsur K yaitu pelepah daun tua pada bagian bawah berwarna kuning tua kecokelatan dan berbintik orange. Magnesium merupakan unsur hara penting yang dalam penyusunan klorofil yang berperan dalam proses fotosintesis. Gejala defisiensi unsur Mg yaitu tampak dari helai daun tua sebagian menguning dan sebagian lagi tetap berwarna hijau. Daun tampak berwarna kuning khususnya jika terkena sinar matahari. Boron berperan penting dalam merangsang kegiatan meristematik tanaman, sintesis gula dan karbohidrat, metabolisme asam nukleat dan protein. Gejala kekurangan unsur B pada tanaman kelapa sawit, yakni munculnya daun ikan, daun pancing, daun kecil dan daun sirip ikan, daun rapuh, dan berwarna hijau gelap. Berdasarkan hasil pengamatan, aplikasi jenis pupuk di PT Inti Indosawit Subur sudah tepat jenis sesuai dengan buku rekomendasi pemupukan yang diterbitkan oleh Departemen R & D. Jenis pupuk dan kandungan unsur hara yang digunakan di PT Inti Indosawit Subur disajikan pada Tabel 14. Tabel 14. Jenis Pupuk yang Digunakan di Kebun Buatan, PT Inti Indosawit Subur Jenis pupuk Kelembaban Kandungan Hara (%) Dolomit 1.0 % max 20-24 % MgO 30 % CaO Amonium Sulphate (ZA) 1.0 % max 21 % N 23-24 % S Muriate of Potash (MOP) 0.7 % max 60 % K2O Rock Phosphate (RP) 1.0 % max 28 % P2O5 Borax (NA2B4 O7. 5 H2O) 11-12 % B Sumber : Kemasan pupuk
45
Kehilangan pupuk. Sumber kehilangan pupuk dapat terjadi mulai dari penerimaan pupuk di gudang, penguntilan pupuk, pemuatan untilan ke kendaraan untuk mengecer, pengeceran untilan ke lapangan, serta pelangsiran pupuk ke lapangan dan penaburan pupuk, walaupun kehilangannya pada setiap tahap tersebut sangat sedikit. Kehilangan pupuk tersebut akan menimbulkan kerugian dalam hal biaya serta berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pada saat penguntilan, kehilangan pupuk sering terjadi akibat penggunaan karung yang tidak layak untuk penguntilan dan pengikatan untilan yang tidak kuat (bocor), selain itu juga karena lantai tempat untilan yang tidak dialas sehingga sisa-sisa pupuk yang tidak bisa disekop menjadi tertinggal atau tersapu. Pada saat pemuatan untilan ke kendaraan juga terjadi kehilangan pupuk. Pemuat umumnya melemparkan untilan ke dalam kendaraan sehingga sering menyebabkan karung untilan tersebut bocor, lalu pupuknya tercecer. Pada saat pengeceran pupuk, kehilangan pupuk terjadi saat untilan dari kendaraan dilemparkan ke tepi jalan tempat TPP. Lemparan tersebut dapat menyebabkan terbukanya ikatan untilan dan pecahnya karung sehingga pupuk tercecer. Kehilangan pupuk tersebut dapat diminimalisir dengan adanya kontrol mandor terhadap penguntil untuk mengikat untilan dengan kuat, penggunaan karung yang tidak bocor, pemuatan dan pengeceran untilan pupuk dengan hatihati. Faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan pemupukan. PPKS (2003) menyatakan bahwa kebutuhan pupuk per hektar di perkebunan kelapa sawit kurang lebih 24 % dari total biaya produksi atau sekitar 40-60 % dari total biaya pemeliharaan. Oleh karena itu, pemupukan harus dilakukan secara efektif dan efisien. Faktor penunjang kegiatan pemupukan di lapangan antara lain: 1). perencanaan yang dilakukan dengan cermat yaitu penentuan rekomendasi pupuk, dan penyediaan pupuk yang cukup, 2). organisasi kerja yang meliputi tenaga kerja dan trasportasi, 3). kontrol dan pengawasan. Kontrol terhadap pekerjaan pemupukan harus dilaksanakan secara seksama guna menghindari terjadinya kesalahan aplikasi di lapangan.
46
Ada beberapa hal yang sering menjadi kendala dan penghambat dalam pelaksanaan pemupukan di PT Inti Indosawit Subur, antara lain karena kondisi infrastruktur yang kurang baik, seperti jalan rusak sehingga kendaraan yang digunakan untuk pengeceran pupuk mengalami kesulitan melalui jalan tersebut. Hambatan juga terjadi karena topografi areal/blok yang bergelombang dan areal/blok yang berawa-rawa, ketidaksiapan lapangan untuk dilaksanakannya pemupukan, yaitu piringan belum siap dipupuk karena gulma belum dikendalikan, hambatan karena hujan lebat, sehingga blok yang akan dipupuk menjadi banjir dan jalan rusak. Selain itu ditemukan kesalahan yang dilakukan tenaga kerja pada saat berlangsungnya kegiatan pemupukan di lapangan, antara lain, penaburan pupuk di piringan yang tidak sesuai dengan standar perusahaan yaitu pupuk tersebar merata dipiringan, tipis serta tidak boleh ada bongkahan pupuk di piringan yang bersih dari gulma dan bebas dari genangan air, dan jarak sebar pupuk dari pokok adalah 50 cm. Hal yang menjadi kendala di atas perlu mendapat perhatian khusus karena dapat menimbulkan kerugian dan mempengaruhi keefektifan pemupukan. Misalnya pemupukan akan membutuhkan waktu yang lama, ada tanaman yang belum mendapatkan pupuk atau melebihi dosis yang diperlukan, dan kehilangan pupuk karena tercecer. Produktivitas. Pemupukan yang baik mampu meningkatkan produksi hingga mencapai produktivitas standar sesuai dengan kelas kesesuain lahannya (Sutarta et al., 2003). Pemupukan yang baik dapat dicapai jika manajemen pemupukannya telah efektif dan efisien. Produktivitas di Kebun Buatan, PT Inti Indosawit Subur dari lima tahun terakhir ( 2006-2010) yang dibandingkan dengan standar produksi kelapa sawit D x P di Indonesia berdasarkan kesesuaian lahan kelas S1 dan S2, dapat dilihat pada Tabel 15. Menurut PPKS (2005), produksi tanaman merupakan hasil interaksi berbagai faktor yaitu bahan tanaman, kondisi tanah, iklim (curah hujan, suhu, dan cahaya), kegiatan kultur teknis dan pengelolaan panen. Pemupukan merupakan salah satu faktor utama dalam kegiatan kultur teknis yang menentukan produktivitas tanaman.
47
Pada Tabel 15, dapat diketahui bahwa rata-rata produktivitas tanaman di Kebun Buatan, PT Inti Indosawit Subur pada lima tahun terakhir melebihi standar produktivitas TBS D x P pada lahan kesesuaian kelas S1 dan S2. Hal ini menunjukkan bahwa manajemen pemupukan di PT Inti Indosawit Subur sudah efektif yang mencakup 4 T, yaitu : tepat waktu, tepat jenis, tepat dosis, dan tepat cara dan tempat. Tabel 15. Rata-rata Produktivitas Tanaman di Kebun Buatan, PT IIS Tahun tanam
Produktivitas (ton/ha/tahun) SP ** RP * Tahun S1 S2 2006 2007 2008 2009 2010 22.80 23.37 22.79 24.66 22.27 23.18 1988 18.90 18.00 23.66 24.78 26.56 27.60 23.79 25.28 19.80 19.00 1989 23.14 24.06 24.83 26.12 22.96 24.22 21.90 21.00 1990 23.37 24.24 26.32 25.56 22.64 24.43 23.10 21,50 1991 Rata-rata 23.24 24.11 25.12 25.98 22.91 24.28 20.93 19.88 Sumber *) Rata-rata produktivitas (ton/ha/th) (Kantor Kebun Buatan, 2011) **) Standar produktivitas (ton/ha/th) Sumber : Pusat Penelitian Kelapa Sawit (Adiwiganda. R., et al., 1995)
48
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Pelaksanaan pemupukan di Kebun Buatan, PT Inti Indosawit Subur secara umum sudah sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) pemupukan yang baik. Hal tersebut dapat dilihat dari proses pelaksanaan pemupukan yang menggunakan metode penguntilan untuk mengemas pupuk dan dengan pelaksanaan sistem TPP. Alat takar pupuk yang baku dan dikalibrasi telah digunakan dengan baik sesuai dosis dan jenis pupuk. Pemupukan dilakukan dengan metode pelangsiran pupuk ke dalam blok secara tuntas terlebih dahulu baru dilanjutkan dengan penaburan pupuk dari tengah blok (jalan tengah). Dengan demikian pemberian pupuk pada tiap tanaman diharapkan dapat tepat sesuai dosis per pohon. Pelaksanaan kegiatan magang telah memberikan pengetahuan pada penulis dalam teknik budidaya tanaman kelapa sawit dan pengetahuan tentang pengelolaan pemupukan tanaman kelapa sawit. Penulis juga memperoleh pengalaman kerja dari berbagai posisi kerja, yaitu sebagai pekerja harian lepas (PHL), pendamping mandor, dan pendamping asisten.
Saran Walaupun pelaksanaan pemupukan di Kebun Buatan, PT Inti Indosawit Subur secara umum telah mengacu pada prinsip 4 T, beberapa hal memerlukan perbaikan, sebagai berikut : Peningkatan pengawasan pemupukan dan sistem pemupukan juga perlu ditingkatkan untuk memperlancar aplikasi pemupukan di lapangan, peningkatan pengawasan dimulai dari penguntilan, pelangsiran dan sampai aplikasi pupuk di lapangan. Selain itu, diperlukan demonstrasi kepada penabur dan penguntilan yang tepat dan pemupukan dengan curah hujan yang terlalu tinggi atau rendah perlu diperhatikan. Dalam pengadaan pupuk perlu diusahakan agar pupuk dapat diperoleh sesuai dengan waktu dari yang telah ditetapkan dalam rekomendasi, pembuatan tangga pada lahan yang curam atau bergelombang, pengendalian gulma sebelum aplikasi pemupukan dan perbaikan jalan yang rusak untuk melancarkan kegiatan transportasi.
49
DAFTAR PUSTAKA
Adiwiganda, R. 2007. Manajemen tanah dan pemupukan perkebunan kelapa sawit, hal. 19-118. Dalam S. Mangoensoekarjo (Ed.). Manajemen Tanah dan Pemupukan Budidaya Perkebunan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Departemen Pertanian. 2011. Basis data Pertanian. http://database.deptan. go. idbdspnewkom. asp. xls. [5 Agustus 2011]. Fauzi, Y., Y.E. Widyastuti, I. Satyawibawa, dan R. Hartono. 2008. Kelapa sawit: Budidaya, Pemanfaatan Hasil dan Limbah, Analisis Usaha dan, Pemasaran. Edisi revisi. Penebar Swadaya. Jakarta. 168 hal. Lubis, A.U. 1992. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Indonesia. Pusat Penelitian Kelapa Sawit Marihat. Pematang Siantar. Asian Agri Group. 2008. Agricultural Policy Manual (APM). Pahan, I. 2010. Panduan Lengkap Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Jakarta : Penebar Swadaya. PPKS. 2003. Budidaya Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan. 145 hal. Rahutomo, S., M.L. Fadili, dan E.S. Sutarta. 2006. Prediksi kebutuhann pupuk untuk perkebunan kelapa sawit di Indonesia hingga 2010. Buletin WARTA Pusat Penelitian Kelapa Sawit 14 (3) : 23-24. Sastrosayono, S. 2008. Budidaya Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka. Jakarta. 65 hal. Setyamidjaja, D. 2006. Kelapa Sawit. Kanisisus. Jakarta. 127 hal. Sutarta, E.S. dan Winarna. 2002. Upaya peningkatan efisiensi dan langkah alternatif pemupukan pada tanaman kelapa sawit. Bulletin WARTA Pusat Penelitian Kelapa Sawit 10 (2-3) : 23-32.
50
LAMPIRAN
Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pekerja Harian Lepas (PHL) di PT Inti Indosawit Subur Tanggal
Tiba di lokasi Briefing dan Orientasi Lapang Pemupukan Sebar Janjang Kosong (JJK) Dongkel Anak Kayu (DAK) Perbaikan gorong-gorong Penyemprotan Herbisida Penyemprotan Herbisida Pemanenan Taksasi Potong Buah Taksasi Potong Buah Sensus TO TO Pemupukan Simulasi LSU Dongkel Anak Kayu Penunasan Pemeliharaan Flatbed POME Pemupukan Pemupukan Pemupukan Penguntilan Pupuk Sensus Ulat Api Sebar DS
Prestasi Kerja Penulis Pekerja Standar ...…………….(satuan/HK)…………..... 7 until 32 until 25 until 3 titik 10 titik 10 titik ½ jalan pikul 1 jalan pikul 1 jalan pikul 1 gorong-gorong 1 gorong-gorong 1 ha 5 ha 5 ha ½ ha 3 ha 3 ha 5 TBS 66 TBS 50 TBS 50 batang/hari 50 batang/hari 8 until 50 until 25 until 1 jalan pikul 1 jalan pikul 1 jalan pikul 10 pokok 40 pokok 40 pokok 3 pasar 3 pasar 8 until 28 until 25 until 8 until 27 until 25 until 8 until 26 until 25 until 1500 kg 1500 kg 1500 kg 6 jalan pikul 6 jalan pikul 6 jalan pikul 30 karung 150 karung 150 karung
Lokasi Mess AALI Kantor besar PT IIS Blok B90c Blok B91c Blok B90b Blok B90c Blok C88c dan C89b Blok A90d Blok B90d Blok B89a Blok B89b Blok B90b Blok B89a Blok B90a Blok B90c Blok B91d Blok B90b Inti 19 Blok B90c Blok B90c Blok B90c Gudang Pupuk Blok B89b Blok B91d
60
28-02-2011 01-03-2011 02-03-2011 03-03-2011 04-03-2011 07-03-2011 08-03-2011 09-03-2011 10-03-2011 11-03-2011 12-03-2011 14-03-2011 15-03-2011 16-03-2011 17-03-2011 18-03-2011 19-03-2011 21-03-2011 22-03-2011 23-03-2011 24-03-2011 25-03-2011 26-03-2011 27-03-2011
Uraian Kegiatan
52
Lampiran 1. (Lanjutan) Tanggal 29-03-2011 30-03-2011 17-03-2011
Uraian Kegiatan Sensus Ulat Api Penunasan Pemanenan
Prestasi Kerja Penulis Karyawan Standar ...…………….(satuan/HK)…………..... 6 jalan pikul 6 jalan pikul 6 jalan pikul 10 pokok 50 pokok 50 pokok 5 TBS 58 TBS 50 TBS
Lokasi Blok B89b Blok B89a Blok B90b
53
Lampiran 2. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pendamping Mandor di PT Inti Indosawit Subur
Tanggal 01-04-2011 02-04-2011 04-04-2011 05-04-2011 06-04-2011 07-04-2011 08-04-2011 09-04-2011 11-04-2011 12-04-2011 13-04-2011 14-04-2011 15-04-2011 16-04-2011 18-04-2011 19-04-2011 20-04-2011 21-04-2011 23-04-2011 25-04-2011 26-04-2011 27-04-2011
Uraian Kegiatan Mengawasi Pemupukan Mengawasi Pemupukan Mengawasi Pemupukan Mengawasi Pemupukan Mengawasi Pemupukan Mengawasi Pemupukan Administrasi Mengawasi Pemupukan Mengawasi Pemupukan Mengawasi Pemupukan Mengawasi Pemanenan Mengawasi Pemanenan Mengawasi Pemupukan Mengawasi pemupukan Mengawasi Penyemprotan Herbisida Mengawasi Penyemprotan Herbisida Mengawasi Pemanenan Kerani Panen Kerani Panen Mengawasi Pemupukan Mengawasi Pemupukan Mengawasi Pemupukan
Prestasi Kerja Jumlah KHL Luas Areal yang Diawasi yang Diawasi (orang) (ha) 14 18 15 18 14 18 16 18 18 20 18 18 20 28 14 18 15 27 11 41 11 41,5 12 29 12 27 20 50 11 50 11 48 13 49,5 12 46 19 36 14 22 16 24
Lama Kegiatan (jam) 4 4 4 4 4 4 4 4 4 7 7 4 4 7 7 7 7 7 7 7 7
Lokasi Blok B90d Blok B89b Blok B89b Blok B89b Blok B89a & B89b Blok B89a Kantor Afdeling II Blok B90d & B90a Blok B90a Blok B90a Blok B91d Blok B91c Blok B90a Blok B90b Inti 44 Inti 14 Blok B89a Blok B90b Blok B89b Blok B91d Blok B91d Blok B89b
54
Lampiran 2. (Lanjutan)
Tanggal 28-04-2011 29-04-2011 30-04-2011 02-04-2011
Uraian Kegiatan Kunjungan ke PMKS II Kunjungan ke PMKS II Kunjungan ke PMKS II Kunjungan ke PMKS II
Prestasi Kerja Jumlah KHL Luas areal yang Diawasi yang Diawasi (orang) (ha) -
Lama kegiatan (jam) -
Lokasi PMKS II PMKS II PMKS II PMKS II
55
Lampiran 3. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pendamping Asisten di PT Inti Indosawit Subur
Tanggal 03-05-2011 04-05-2011 05-05-2011 06-05-2011 07-05-2011 09-05-2011 10-05-2011 11-05-2011 12-05-2011 13-05-2011 14-05-2011 16-05-2011 17-05-2011 18-05-2011 19-05-2011 20-05-2011 21-06-2011 23-06-2011 24-06-2011 25-06-2011
Uraian Kegiatan Mengawasi Pemanenan Mengawasi Pemanenan Mengawasi Pemanenan Mengawasi Pemanenan Mengawasi Pemanenan Mengawasi Pemanenan Mengawasi Pemanenan Mengawasi Pemanenan Mengawasi Pemanenan Mengawasi Pemanenan Mengawasi Pemanenan Mengawasi Pemupukan Mengawasi Penguntilan Mengawasi Penguntilan Mengawasi Pemanenan Mengawasi Pemanenan Mengawasi Pemanenan Mengawasi Pemupukan Mengawasi Pemupukan Mengawasi Pemupukan
Jumlah Mandor yang Diawasi (orang) 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 1 3 3 3 1 1 1
Prestasi Kerja Luas Areal yang Diawasi (ha) 108 134 134 103 128 147 147 154 151 152 128 18 151 129 148 20 21 20
Lama Kegiatan (jam) 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7
Lokasi Blok A91f & A91b Blok A91e & A90c Blok A91d & A91c Blok A91b & A91c Blok A91a & A90b Blok A90a & A90b Blok A91a & A91f Blok A90c & A91a Blok A91d & A91c Blok A91c & A91b Blok A91a & A90b Blok A90b & A90a Gudang Pupuk Gudang Pupuk Blok A91c & A91d Blok A91a & A91b Blok A90a & A90b Blok A90c Blok A90a Blok A91c
56
Lampiran 3. (Lanjutan)
Tanggal 26-05-2011 27-05-2011 28-05-2011 30-05-2010 31-05-2011 01-06-2011 03-06-2011 04-06-2011 06-06-2011 07-06-2011 08-06-2011 09-06-2011 10-06-2011 11-06-2011 13-06-2011 14-06-2011 15-06-2011 16-06-2011 17-06-2011 18-06-2011 20-06-2011 21-06-2011
Uraian Kegiatan Mengawasi Sensus Ulat Api Mengawasi Sensus Ulat Api Mengawasi Pemupukan Mengawasi Pemupukan Mengawasi Pemupukan Mengawasi Pemanenan Mengawasi Pemanenan Mengawasi Pemanenan Mengawasi Pemanenan Administrasi Administrasi Administrasi Administrasi Mengawasi Pemupukan Mengawasi Pemupukan Mengawasi Pemupukan Mengawasi Penguntilan Mengawasi Penguntilan Mengawasi Penguntilan Mengawasi Penguntilan Mengawasi Penguntilan Mengawasi Penguntilan
Prestasi Kerja Jumlah Mandor Luas Areal yang Diawasi yang Diawasi (orang) (ha) 1 1 1 18 1 20 1 22 3 152 3 153 3 127 3 149 1 18 1 20 1 20 1 1 1 1 1 1 -
Lama kegiatan (jam) 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7
Lokasi Blok A91e Blok A90c Blok A91a Blok A91d Blok A91f Blok A91d & A91c Blok A91a & A90b Blok A90b & A90a Blok A91f & A91e Kantor Afdeling 1 Kantor Afdeling 1 Kantor Afdeling 1 Kantor Afdeling 1 Blok A91e Blok A91b Blok A90b Gudang Pupuk Gudang Pupuk Gudang Pupuk Gudang Pupuk Gudang Pupuk Gudang Pupuk
57
Lampiran 3. (Lanjutan)
Tanggal 22-06-2011 23-04-2011 24-06-2011 25-06-2011 27-06-2011 28-06-2011 29-06-2011 30-06-2011 01-07-2011
Uraian Kegiatan Administrasi Administrasi Administrasi Administrasi Persiapan Presentasi Persiapan Presentasi Persiapan Presentasi Presentasi Pulang
Prestasi Kerja Jumlah KHL Luas areal yang Diawasi yang Diawasi (orang) (ha) -
Lama kegiatan (jam) 7 -
Lokasi Kantor Afdeling 1 Kantor Afdeling 1 Kantor Afdeling 1 Kantor Afdeling 1 Kantor Kebun Buatan
58
Lampiran 4. Curah Hujan dan Hari Hujan di PT Inti Indosawit Subur, Pelalawan, Riau, Periode 2007-2010 Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jumlah BB BK Keterangan :
2007 CH HH 255 114 136 355 160 127 169 169 223 168 265 162 2303 12 0 CH HH BB BK
2008 CH HH
2009 CH HH
13 7 8 10 10 8 8 8 11 7 11 8 109
91 6 141 8 240 6 160 5 260 9 355 13 232 10 37 3 58 6 282 8 40 5 35 6 209 5 240 11 207 11 178 9 415 12 80 4 242 13 398 11 77 8 363 15 142 6 240 11 2213 97 2509 104 8 9 2 2 = Curah Hujan = Hari Hujan = Bulan Basah (CH > 100mm) = Bulan Kering (CH < 60 mm)
Perhitungan Tipe Iklim (Q) menurut Schmidt-Ferguson Q = Rata-rata BK/Rata-rata BB X 100 % Q = 1,25/9,75 X 100 % = 12,82 % (Tipe A)
2010 CH HH 140 129 179 227 51 104 219 159 316 222 141 97 1981 10 1
12 6 10 9 6 7 12 6 10 4 8 8 98
Rata-rata CH HH 156,75 160,75 232,5 212,75 137,75 76,5 209,25 178,25 258,5 257,5 211,5 160,25
9,75 6 10 8 7,5 6,5 9 8,5 9,25 8,75 10,5 8,25
2251,5 9,75 1,25
102
Lampiran 5. Peta Sebaran Kelas Kesesuaian Lahan PT Inti Indosawit Subur
59
Lampiran 6. Peta PT Inti Indosawit Subur, Pelalawan, Riau
60
Lampiran 7. Struktur Organisasi Perusahaan di PT Inti Indosawit Subur
61
Garis Komando Garis Koordinasi