MANAJEMEN PENUNASAN PADA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT INTI INDOSAWIT SUBUR, KABUPATEN PELALAWAN, PROPINSI RIAU
PARULIAN JULIO ALBERTO A24070099
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
MANAJEMEN PENUNASAN PADA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT INTI INDOSAWIT SUBUR, KABUPATEN PELALAWAN, PROPINSI RIAU
PARULIAN JULIO ALBERTO A24070099
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
RINGKASAN
PARULIAN JULIO ALBERTO. Manajemen Penunasan pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di PT Inti Indosawit Subur, Kabupaten Pelalawan, Propinsi Riau. (Dibimbing oleh SUDIRMAN YAHYA). Kegiatan magang bertujuan menambah pengalaman dan keterampilan kerja dalam proses kerja nyata pengelolaan kebun kelapa sawit, meningkatkan pengetahuan tentang budidaya tanaman kelapa sawit baik teknis maupun manajerial, serta secara khusus mempelajari teknik pemeliharaan kelapa sawit yang baik melalui penunasan untuk mempertahankan jumlah pelepah optimum sesuai dengan umur tanaman kelapa sawit agar mendapat produksi maksimum. Kegiatan magang dilaksanakan selama empat bulan mulai dari bulan Maret hingga bulan Juli 2011 di PT Inti Indosawit Subur, Kabupaten Pelalawan, Propinsi Riau. Penulis pada saat melakukan kegiatan magang bekerja secara langsung sesuai dengan tingkat jabatan, yaitu sebagai karyawan harian lepas (KHL), pendamping mandor, sampai menjadi pendamping asisten Afdeling. Penulis bertanggung jawab sebagai KHL selama satu bulan pertama, pendamping mandor pada bulan berikutnya, dan pendamping asisten Afdeling selama dua bulan terakhir. Pengumpulan data dan informasi magang dilakukan dengan metode langsung dan tidak langsung dalam mencari data primer maupun data sekunder. Data primer merupakan informasi yang diperoleh secara langsung melalui pengamatan penulis di lapangan meliputi sistem penunasan, waktu dan sistem pembayaran, teknik penunasan, jumlah pelepah yang dipertahankan, jumlah bunga jantan dan bunga betina, serta diskusi langsung dengan KHL dan staf. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari literatur dan laporan manajemen mengenai kondisi umum perusahaan, kondisi iklim, peta, kondisi tanaman, organisasi manajemen dan data produksi dari areal perkebunan tersebut.
Baik data primer maupun data sekunder dianalisis dengan metode kualitatif dan kuantitatif, nilai rata-rata, persentase, dan perhitungan matematis sederhana lainnya. Secara khusus analisis data dilakukan dengan membandingkan kondisi penunasan antara kebun inti dan kebun plasma. Penunasan merupakan pemangkasan daun sesuai umur tanaman serta pemotongan pelepah yang tidak produktif (pelepah sengkleh, pelepah kering, dan pelepah terserang hama dan penyakit) untuk menjaga luasan permukaan daun (leaf area) yang optimum agar mendapat produksi yang maksimum. Tujuan utama penunasan adalah untuk menjaga sanitasi tanaman, memudahkan pemanenan, serta mencegah terjadinya kehilangan hasil melalui berondolan tersangkut di ketiak pelepah dan buah tinggal di pokok. Kebijakan PT Inti Indosawit Subur untuk penunasan di kebun inti adalah menggunakan sistem penunasan progresif, sedangkan untuk kebun plasma menggunakan sistem penunasan periodik dengan rotasi sembilan bulan sekali. Penunasan progresif adalah penunasan yang dilakukan oleh pemanen bersamaan dengan panen. Penunasan progresif dilakukan per blok dalam enam seksi wilayah, satu seksi ditunas setiap dua bulan sekali dalam satu tahun. Jika sistem penunasan progresif tidak berjalan dengan baik pada suatu blok, maka akan dibentuk organisasi kelompok/gang khusus tunas. Pelepah daun yang telah ditunas dipotong menjadi tiga bagian dan ditata dengan rapi di gawangan mati agar pelepah yang sudah kering dapat berfungsi sebagai mulsa bagi tanaman kelapa sawit.
MANAJEMEN PENUNASAN PADA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT INTI INDOSAWIT SUBUR, KABUPATEN PELALAWAN, PROPINSI RIAU
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
PARULIAN JULIO ALBERTO A24070099
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
Judul
: MANAJEMEN PENUNASAN PADA TANAMAN
KELAPA SAWIT (Elaesis guineensis Jacq.) DI PT INTI
INDOSAWIT
SUBUR,
PELALAWAN, PROPINSI RIAU Nama
: PARULIAN JULIO ALBERTO
NRP
: A24070099
Menyetujui, Dosen Pembimbing
(Prof. Dr. Ir. Sudirman Yahya, MSc) NIP 19490119 197412 1 001
Mengetahui, Ketua Departemen
(Dr. Ir. Agus Purwito, MSc.Agr) NIP 19611101 198703 1 003
Tanggal Lulus :……………
KABUPATEN
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 7 Agustus 1988 di Jakarta. Penulis merupakan anak kedua dari pasangan Bapak Tonggo Tambunan dan Ibu Arie Adriany Gultom. Penulis lulus dari SD Strada Bhakti Wiyata II Bekasi Barat pada tahun 2001. Tahun 2004 penulis menyelesaikan studi di SLTP Strada Bhakti Wiyata Bekasi Barat, kemudian melanjutkan studi ke SMAN 31 Jakarta dan lulus pada tahun 2007. Tahun 2007 penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI) di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa, penulis juga turut serta mengikuti aktivitas non akademik sebagai anggota Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK) IPB dan Himpunan Mahasiswa Agronomi (HIMAGRON) IPB.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan kegiatan magang dan penulisan skripsi dengan baik. Skripsi ini merupakan tugas akhir akademik sebagai syarat untuk menyelesaikan studi program sarjana di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini merupakan hasil dari kerja dan analisis selama kegiatan magang yang telah dilaksanakan penulis selama empat bulan di perkebunan kelapa sawit PT Inti Indosawit Subur, Pelalawan, Riau. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini penulis mendapatkan banyak bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1.
Bapak (Tonggo Tambunan) dan Ibu (Adriany Gultom) tercinta serta seluruh keluarga besar atas segala doa, dukungan, dan bantuan.
2.
Prof Dr. Ir. Sudirman Yahya, MSc. selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan dukungan, bimbingan, saran, serta nasihat selama pelaksanaan magang dan penyusunan skripsi.
3.
Dr. Ir. Hajrial Aswidinnoor, MSc selaku pembimbing akademik yang telah membimbing penulis selama menjadi mahasiswa di Departemen Agronomi dan Hortikultura.
4.
Dr. Ir. Ahmad Junaedi, MSi dan Dr. Ir. Eny Widajati, MS selaku dosen penguji ujian skripsi.
5.
Ir. Faisal selaku Estate Manager, Ir. Benjamin Basuki Yulianto S selaku Training Center Manager dan keluarga besar PT Inti Indosawit Subur, Pelalawan, Riau, terutama Bapak Nirwan Ginting selaku asisten di Afdeling II yang telah memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis.
6.
Alice, Josia Tambunan, Christopher, Syahrizan, Guntur, Elizabet Sagala, dan semua teman-teman AGH 44 atas segala bantuan, dukungan, dan saran. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan
dapat digunakan sebagaimana mestinya. Bogor, September 2011 Penulis
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR TABEL .......................................................................................
v
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................
vii
DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................
viii
PENDAHULUAN....................................................................................... Latar Belakang ................................................................................ Tujuan..............................................................................................
1 1 2
TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................. Kesesuaian Lahan untuk Kelapa Sawit ........................................... Daun Kelapa Sawit .......................................................................... Penunasan Tanaman Kelapa Sawit.................................................. Teknik Penunasan Tanaman Kelapa Sawit .....................................
3 3 3 4 6
METODE MAGANG ................................................................................. Tempat dan Waktu .......................................................................... Metode Pelaksanaan ........................................................................ Pengamatan dan Pengumpulan Data ............................................... Analisis Data dan Informasi ............................................................
7 7 7 8 8
KEADAAN UMUM ................................................................................... Letak Geografi................................................................................. Keadaan Iklim dan Tanah................................................................ Luas Areal dan Tata Guna Lahan .................................................... Keadaan Tanaman dan Produksi .....................................................
9 9 9 10 10
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG............................................... Aspek Teknis ................................................................................... Aspek Manajerial ............................................................................
13 13 31
PEMBAHASAN ......................................................................................... Sistem Penunasan ............................................................................ Waktu dan Sistem Pembayaran Penunasan ..................................... Teknik Penunasan ........................................................................... Jumlah Pelepah yang Dipertahankan ..............................................
34 35 37 40 42
KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... Kesimpulan...................................................................................... Saran ................................................................................................
51 51 52
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................
53
LAMPIRAN ................................................................................................
54
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1. Produktivitas dan BJR TBS di PT Inti Indosawit Subur Tahun 2006 - 2010 ......................................................................................
10
2. Jumlah Staf dan Non Staf di PT Inti Indosawit Subur, Tahun 2010
12
3. Persentase Unsur Hara dalam Janjangan Kosong ............................
18
4. Persentase Unsur Hara dalam Decanter Solid (DS) .........................
19
5. Jumlah Pelepah Dipertahankan per Umur Tanaman ........................
25
6. Fraksi Matang Buah .........................................................................
27
7. Alat-alat Panen .................................................................................
28
8. Premi Lebih Borong di Afdeling II Tiap Blok .................................
30
9. Parameter Denda Karyawan Potong Buah ......................................
31
10. Norma Prestasi Penunas Gang Tunas ..............................................
36
11. Waktu dan Sistem Pembayaran Penunasan Progresif Afdeling II ...
37
12. Data Losses Berondolan Tersangkut di Ketiak Pelepah ...................
38
13. Data Losses Buah Tinggal di Pokok.................................................
38
14. Hasil Pengamatan Teknik Songgo oleh Pemanen di Kebun Inti dan Kebun Plasma ...........................................................................
41
15. Jumlah Pelepah Dipertahankan per Umur Tanaman Sesuai SOP PT Inti Indosawit Subur ..........................................................
43
16. Data Persentase Jumlah Pelepah per Interval Pelepah di Blok B89a (Tahun Tanam 1989).............................................................
43
17. Data Persentase Jumlah Pelepah per Interval Pelepah di Blok B91d (Tahun Tanam 1991) .............................................................
43
18. Data Persentase Jumlah Pelepah per Interval Pelepah di Hamparan 20/Sumber Makmur (Tahun Tanam 1989) ....................
44
19 . Data Persentase Jumlah Pelepah per Interval Pelepah di Hamparan 94/Kerinci Sakti (Tahun Tanam 1991) ..........................
45
vi
20. Pengaruh Jumlah Pelepah terhadap Nisbah Seks dan Jumlah Tandan di Blok B89a (Tahun Tanam 1989) ....................................
46
21. Data Pengaruh Jumlah Pelepah terhadap Nisbah Seks dan Jumlah Tandan di Blok B91d (Tahun Tanam 1991) .......................
46
22. Pengaruh Jumlah Pelepah Terhadap Nisbah Seks dan Jumlah Tandan di Hamparan 94/Kerinci Sakti (Tahun Tanam 1991) .........
47
23. Pengaruh Jumlah Pelepah Terhadap Nisbah Seks dan Jumlah Tandan di Hamparan 20/Sumber Makmur (Tahun Tanam 1989) ...
47
24. Perbandingan Rata-rata Jumlah Pelepah Terhadap Produksi ..........
49
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1. Pemasangan Gorong-gorong ..............................................................
17
2. Pokok yang Harus Dirempes ..............................................................
16
3. Pemberian POME di Lahan ................................................................
20
4. Tanda Pokok yang akan di Thinning Out ...........................................
22
5. Pancang Hanca Gang Tunas...............................................................
37
6. Teknik Penunasan Songgo I ...............................................................
42
7. Bunga Kelapa Sawit (a. Jantan dan b. Betina) ...................................
47
8. Kondisi Pokok Kelapa Sawit (a. Overpruning dan b. Underpruning)
48
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL) di PT Inti Indosawit Subur ..................................................
55
2. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pendamping Mandor di PT Inti Indosawit Subur ..............................................................
57
3. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pendamping Asisten di PT Inti Indosawit Subur ..............................................................
59
4. Curah Hujan dan Hari Hujan di PT Tunggal Perkasa Plantations, Indragiri Hulu, Riau Periode 2007 - 2010 ......................................
62
5. Peta PT Inti Indosawit Subur, Pelalawan, Riau ..............................
63
6. Peta Satuan Peta Tanah dan Kesesuaian lahan di PT Inti Indosawit Subur, Pelalawan, Riau ......................................
64
7. Struktur Organisasi di PT Inti Indosawit Subur, Pelalawan, Riau ...
65
PENDAHULUAN
Latar Belakang Kelapa sawit adalah tanaman penghasil minyak nabati yang merupakan salah satu primadona tanaman perkebunan yang menjadi sumber penghasil devisa negara. Menurut Mangoensoekarjo dan Semangun (2000), potensi konsumsi dunia terhadap minyak kelapa sawit akan terus meningkat baik akibat pertambahan penduduk sebagai konsumen maupun akibat pertumbuhan global. Minyak nabati yang dihasilkan dari pengolahan buah kelapa sawit berupa minyak sawit mentah (CPO atau Crude Plam Oil) yang berwarna kuning dan minyak inti sawit (PKO atau Palm Kernel Oil) yang tidak berwarna (jernih). Menurut Lubis (1992), minyak kelapa sawit mempunyai kemampuan daya saing yang cukup kompetitif dibandingkan dengan minyak nabati lainnya, karena produktivitas per hektarnya cukup tinggi dan juga ditinjau dari aspek gizinya minyak kelapa sawit tidak mengandung kadar kolesterol yang tinggi. Kegiatan penangananan dan pemeliharaan pada kelapa sawit sangat penting untuk dilakukan agar hasil produksinya tetap maksimum. Salah satu kegiatan penanganan dan pemeliharaan kelapa sawit adalah penunasan, yaitu pemangkasan daun sesuai umur tanaman serta pemotongan pelepah yang tidak produktif (pelepah sengkleh, pelepah kering, dan pelepah terserang hama dan penyakit) untuk menjaga luasan permukaan daun (leaf area) yang optimum agar mendapat produksi yang maksimum. Penunasan dilakukan dalam rangka pengaturan jumlah pelepah yang harus ditinggalkan untuk tujuan pengaturan kapasitas produksi, walaupun pada prakteknya sangat ditentukan oleh manajemen panen buah (ketentuan songgo satu dan songgo dua). Dalam prakteknya, penunasan dapat dilakukan bersamaan dengan kegitatan panen (potong) buah atau pada waktu lain secara periodik. Jika penunasan tidak pada waktu panen, maka pemanen melakukan penunasan terhadap pelepah yang menjepit buah guna memudahkan potong buah, terutama pada pokok yang buah sudah tinggi (dengan alat panen egrek). Panen tanpa penunasan (curi buah) umumnya dapat dilakukan pada tanaman yang buahnya masih rendah (dengan alat panen dodos).
2
Tujuan Tujuan umum kegiatan magang ini adalah: 1.
Meningkatkan kemampuan professional dan keterampilan kerja dalam memahami proses kerja nyata pengelolaan perkebunan kelapa sawit.
2.
Meningkatkan kemampuan teknik budidaya dan manajerial pengelolaan perkebunan kelapa sawit.
Tujuan khusus kegiatan magang ini adalah mempelajari teknik pemeliharaan kelapa sawit yang baik melalui penunasan, untuk mempertahankan jumlah pelepah optimum sesuai dengan umur tanaman kelapa sawit agar mendapat produksi yang maksimum.
TINJAUAN PUSTAKA
Kesesuaian Lahan untuk Kelapa Sawit Kelapa sawit dapat tumbuh pada ketinggian 0 – 500 m di atas permukaan laut (m dpl) dengan curah hujan yang sesuai adalah 2 000 – 2 500 mm/tahun. Suhu optimum penanaman kelapa sawit berkisar antara 24 – 28 0C. Walaupun demikian, tanaman kelapa sawit masih dapat tumbuh pada suhu terendah 18 0C dan tertinggi 32 0C. Intensitas penyinaran kelapa sawit adalah 5 – 7 jam/hari dengan kelembaban ideal 80 – 90 %. Kelapa sawit dapat tumbuh pada pH 4.0 – 6.0, tetapi nilai pH yang optimum untuk penanaman kelapa sawit adalah 5.0 – 5.6. Tanah dengan pH rendah biasanya dijumpai pada daerah pasang surut terutama tanah gambut (Lubis, 1992). Produktivitas kelapa sawit sangat dipengaruhi oleh bentuk wilayah dan kondisi tanah. Perkebunan kelapa sawit dapat tumbuh baik pada tanah gembur, subur, berdrainase yang baik, permeabilitas sedang, dan mempunyai solum yang tebal sekitar 80 cm tanpa lapisan padas. Tanah yang kurang cocok untuk penanaman kelapa sawit adalah tanah berpasir dan tanah gambut tebal. Topografi yang dianggap cukup baik untuk tanaman kelapa sawit adalah areal dengan kemiringan 0 – 150 (Fauzi et. al, 2008).
Daun Kelapa Sawit Daun pertama yang keluar pada stadia bibit kelapa sawit adalah berbentuk lanceolate yang kemudian akan berkembang menjadi bifurcate dan terakhir berbentuk pinnate . Pada bibit kelapa sawit yang berumur 5 bulan akan dijumpai 5 lanceolate, 4 bifurcate dan 3 pinnate, sedangkan pada bibit yang berumur 12 bulan akan terdapat 5 lanceolate, 4 bifurcate, dan 10 pinnate. Pangkal pelepah daun (petiole) adalah bagian daun yang mendukung atau tempat duduknya anak/helaian daun yang terdiri atas rachis, tangkai daun (petiolus), duri (spine), helai anak daun (lamina), ujung daun (apex folium), lidi (nervatio), tepi daun (margo folium), dan daging daun (lintervenium).
4 Daun kelapa sawit memiliki rumus daun 1/8. Lingkaran atau spiralnya ada yang berputar kiri dan kanan tetapi lebih banyak yang berputar kanan. Produksi pelepah daun pada tanaman kelapa sawit dalam satu tahun dapat mencapai 20 – 30 pelepah. Panjang pelepah dapat mencapai 7.5 – 9.0 m pada tanaman dewasa. Setiap pelepah diisi oleh anak daun di kiri dan kanan rachis. Jumlah anak daun pada tiap sisi dapat mencapai 125 – 200. Anak daun yang di tengah dapat mencapai panjang 1.2 m. Pada satu tanaman dewasa terdapat 40 – 50 pelepah. Luas permukaan daun dapat mencapai 10 – 15 m2 pada tanaman dewasa yang berumur 10 tahun atau lebih. Daun yang masih muda belum membuka dan tegak berdiri. Daun mulai membuka dan tegak berdiri dalam waktu 2 tahun dan kedudukannya makin condong sesuai dengan umurnya. Daun akan cepat membuka pada tanah-tanah yang subur, sehingga akan makin efektif proses asimilasinya. Dalam satu bulan akan terbentuk dua sampai tiga pelepah daun pada tanaman produksi sedang, sedangkan pada tanaman yang berproduksi tinggi dalam waktu yang sama terbentuk tiga sampai empat pelepah daun. Untuk tanaman yang normal terdapat 45 sampai 55 pelepah daun, serta dapat juga sampai 60 pelepah jika tidak dipotong. Umur daun dari mulai terbentuk sampai tua adalah sekitar enam hingga tujuh tahun. Letak pelepah daun pada batang menurut garis spiral yang bergerak dari kanan atas ke kiri bawah. Letak daun pertama hampir tepat sejajar pada spiral daun ke-9, 17, 25, 33, dan seterusnya atau spiral lain daun ke-2, 10, 18, 26, 34 dan seterusnya. Pola ini berlaku untuk daun ke-3, 4, 5, dan seterusnya.
Penunasan Tanaman Kelapa Sawit Pengelolaan tajuk yang tepat merupakan aspek kunci maksimalisasi produksi kelapa sawit (Pahan, 2008). Efisiensi tajuk dapat mengubah radiasi sinar matahari menjadi karbohidrat. Kegiatan pengelolaan tajuk yang tepat dapat dilakukan melalui penunasan, yaitu pemangkasan daun sesuai umur tanaman serta pemotongan pelepah yang tidak produktif (pelepah sengkleh, pelepah kering, dan pelepah terserang hama dan penyakit) untuk menjaga luasan permukaan daun (leaf area) yang optimum agar mendapat produksi yang maksimum.
5 Penunasan dilakukan dalam rangka pengaturan jumlah pelepah yang harus ditinggalkan untuk tujuan pengaturan kapasitas produksi, walaupun pada prakteknya sangat ditentukan oleh manajemen panen buah (ketentuan songgo satu dan songgo dua). Penunasan berpengaruh terhadap status hara dalam daun. Kadar nitrogen dan kalium pada pelepah akan meningkat, tetapi magnesium akan menurun bila tunas pokok dilakukan secara berlebihan (Pahan, 2008). Implikasinya, bila ditemukan status N dan K lebih tinggi dan status Mg berkurang maka hal tersebut menunjukkan terjadinya penunasan yang berlebihan sebelum periode pengambilan contoh daun. Sampai saat ini belum diperoleh informasi tentang jumlah pelepah yang perlu dipertahankan terus menerus atau berbeda antara musim hujan dan kemarau agar tercapai jumlah pelepah optimum, untuk menyeimbangkan antara kapasitas fotosintesis bersih (termasuk untuk respirasi jaringan daun) dan pemenuhan permintaan transpirasi. Laju berbagai proses fisiologi tersebut sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan tumbuh, terutama keadaan iklim. Dengan demikian perlu pula diketahui kemungkinan adanya perbedaan tingkat penunasan atau pelepah optimum dengan berbedanya keadaan iklim antara lokasi perkebunan. Tujuan utama penunasan adalah untuk menjaga sanitasi tanaman, memudahkan pemanenan, serta mencegah terjadinya kehilangan hasil melalui berondolan tersangkut di ketiak pelepah dan buah tinggal di pokok. Dalam prakteknya, penunasan dapat dilakukan bersamaan dengan kegiatan panen (potong) buah atau pada waktu lain secara periodik. Jika penunasan tidak pada waktu panen, maka pemanen melakukan penunasan terhadap pelepah yang menjepit buah guna memudahkan potong buah, terutama pada pokok yang buah sudah tinggi (dengan alat panen egrek). Panen tanpa penunasan (curi buah) umumnya dapat dilakukan pada tanaman yang buahnya masih rendah (dengan alat panen dodos).
6 Teknik Penunasan Tanaman Kelapa Sawit Teknik penunasan pada tanaman menghasilkan (TM) kelapa sawit sering disebut dengan teknik songgo, yaitu hanya menyisakan beberapa pelepah dari tandan buah paling bawah sebagai penyanggah buah kelapa sawit. TM kelapa sawit memiliki tiga jenis teknik songgo, yaitu songgo satu, songgo dua, dan songgo tiga. Teknik songgo ini disesuaikan dengan umur TM kelapa sawit tersebut. Teknik songgo tiga, yaitu teknik yang hanya menyisakan tiga pelepah dari tandan buah paling bawah, dilakukan pada TM yang berumur 4 – 7 tahun. Teknik songgo dua, yaitu teknik yang hanya menyisakan dua pelepah dari tandan buah paling bawah, dilakukan pada TM yang berumur 8 – 14 tahun, sedangkan teknik songgo satu (menyisakan satu pelepah dari tandan buah paling bawah) dilakukan pada TM yang berumur di atas 15 tahun (Pahan, 2008). Teknik songgo dua sering dilakukan pada tanaman kelapa sawit untuk mendapatkan indeks luas daun (ILD) yang optimum. ILD adalah rasio luas daun terhadap luas lahan. ILD yang optimum pada tanaman kelapa sawit yaitu 5 – 7. Nilai ILD dipengaruhi oleh waktu penyinaran, suhu udara, kelembaban tanah, dan karakteristik genetik tanah (Pahan, 2008). ILD akan optimum jika pentupan tajuk optimum. Penutupan tajuk dianggap optimum jika lebih dari 80 % radiasi matahari yang datang dapat diserap oleh tanaman.
METODE MAGANG
Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan di PT Inti Indosawit Subur yang berada di Kecamatan Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan, Propinsi Riau yang dilaksanakan mulai dari tanggal 1 Maret sampai 1 Juli 2011. Metode Pelaksanaan Secara garis besar, metode pelaksanaan magang di lapangan adalah dengan melakukan seluruh pekerjaan di lapangan produksi dengan berbagai tingkat jabatan. Penulis bekerja langsung sesuai dengan tingkat jabatan, yaitu sebagai karyawan harian lepas (KHL), pendamping mandor sampai menjadi pendamping asisten Afdeling. Penulis pada saat melakukan kegiatan magang bertanggung jawab sebagai KHL selama satu bulan pertama, pendamping mandor pada bulan berikutnya, dan pendamping asisten Afdeling selama dua bulan terakhir. Secara khusus kegiatan magang akan lebih diarahkan pada aspek penunasan kelapa sawit. Pengumpulan data dan informasi yang diperlukan diperoleh dengan menggunakan dua metode, yaitu metode langsung untuk data primer dan metode tidak langsung untuk data sekunder. Pengumpulan data dengan metode langsung dilakukan melalui kerja dan pengamatan langsung di lapangan serta wawancara langsung dengan staf dan karyawan kebun. Pengumpulan data dengan metode tidak langsung dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder dari laporan manajemen (bulanan, triwulanan, semesteran, tahunan) yang merupakan arsip di kantor
kebun.
Metode
tidak
langsung
juga
dapat
mengumpulkan data dan informasi melalui studi pustaka.
dilakukan
dengan
8 Pengamatan dan Pengumpulan Data Data primer yang dikumpulkan selama magang difokuskan pada kegiatan penunasan, data kegiatan penunasan meliputi : sistem penunasan, waktu dan sistem pembayaran, teknik penunasan, jumlah pelepah yang dipertahankan, jumlah bunga jantan dan bunga betina, serta diskusi langsung dengan KHL dan staf. Untuk melengkapi informasi, selain pada kebun inti, pengamatan untuk kajian aspek penunasan juga dilakukan pada kebun plasma milik masyarakat. Data sekunder berupa kondisi umum dan data manajerial perusahaan. Data sekunder kondisi umum yang dikumpulkan dari perusahaan adalah letak geografis, topografi dan tanah, iklim dan curah hujan, luas areal dan tata guna lahan, dan produktivitas tanaman. Data sekunder manajerial yang dikumpulkan dari perusahaan adalah struktur organisasi dan ketenagakerjaan. Analisis Data dan Informasi Analisis yang akan dilakukan untuk mengolah data penunasan yang terdapat pada perkebunan kelapa sawit tersebut adalah dengan cara analisis kualitatif dan kuantitatif, nilai rata-rata, persentase, dan perhitungan matematis sederhana lainnya. Secara khusus analisis data dilakukan dengan membandingkan kondisi penunasan antara kebun inti dan kebun plasma.
KEADAAN UMUM
Letak Geografi Wilayah perkebunan kelapa sawit PT Inti Indosawit Subur berada pada Desa Bukit Agung, Makmur, Delik dan Lalang Kabung, Kecamatan Pangkalan Kerinci dan Lubuk Durian, Kabupaten Pelalawan, Propinsi Riau. Lokasi perkebunan terletak antara 01o 40’ – 102o 15’ BT dan 0o 05’ – 0o 43’ LS. Perkebunan kelapa sawit ini terletak di pusat kota dan dilewati oleh jalan raya yang menghubungkan Propinsi Riau dengan Propinsi Jambi. Batas-batas lokasi PT Inti Indosawit Subur adalah sebelah Utara berbatasan dengan Desa Kerinci Kanan, sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Pangkalan Kerinci, sebelah Barat berbatasan dengan Kota Pekanbaru, dan sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Indragiri Hilir. Keadaan Iklim dan Tanah Berdasarkan klasifikasi Schmidt and Ferguson (1951), areal perkebunan termasuk dalam tipe A. Curah hujan maksimum hujan terjadi pada bulan Februari dan curah hujan minimum pada bulan Agustus-September. Intensitas hujan tinggi (27 cm) dengan rata-rata curah hujan 3600 mm per tahun (berkisar antara 2 500 – 5 400 mm per tahun). Rata-rata hari hujan adalah 129 hari per tahun. Keadaan curah hujan bulanan di Inti Indosawit Subur dapat dilihat pada Lampiran 5. Suhu rata-rata harian adalah berkisar antara 27 – 33 oC. Jenis tanah pada areal kebun adalah alluvial dan podsolik merah kuning. Pada wilayah datar agak berombak, bergelombang dan berbukit adalah podsolik merah kuning. Tekstur tanah terdiri atas lempung liat berpasir, lempung berpasir dan lempung dengan kedalaman tanah lebih dari 100 cm. Pada areal yang relatif datar, jenis tanahnya adalah alluvial. Tekstur lempung berpasir sampai pasir dengan kedalaman tanah lebih dari 100 cm. Adapun peta satuan peta tanah dan sebaran kelas kesesuaian lahan PT Inti Indosawit Subur dapat dilihat pada Lampiran 7.
10 Luas Areal dan Tata Guna Lahan Areal perkebunan kelapa sawit PT Inti Indosawit Subur terdiri dari kebun inti dengan luas 5 549 ha, kebun inti tersebut memilik 6 Afdeling yang terdiri dari Afdeling I dengan luas 881 ha, Afdeling II dengan luas 827 ha, Afdeling III dengan luas 904 ha, Afdeling IV dengan luas 1 112 ha, Afdeling V dengan luas 883 ha, dan Afdeling VI dengan luas 942 ha. Selain itu, terdapat juga lahan kemitraan pola PIR - Trans, dengan luas 10 946 ha serta lahan KKPA (Kredit Koperasi Primer Anggota) yang terdiri dari 2 Afdeling yaitu Afdeling VII dengan luas 851 ha dan Afdeling VIII dengan luas 649 ha. Keadaan Tanaman dan Produksi Jenis Tanaman kelapa sawit yang ditanam di PT Inti Indosawit Subur adalah jenis Tenera yang dihasilkan oleh Lembaga Penelitian Perkebunan Marihat. Jarak tanam yang digunakan adalah 9.2 m x 9.2 m x 9.2 m dengan jarak antar barisan 7.96 m dan jarak dalam barisan 9.2 m sehingga populasi per hektarnya 136 pokok. Namun berdasarkan dari kondisi di lapangan, populasi tanaman rata-rata per hektar lebih rendah dari populasi yang seharusnya. Hal tersebut disebabkan oleh adanya tanaman yang mati karena terserang hama dan penyakit, kemiringan tempat, jarak tanam yang tidak teratur, dan sebagainya. Produktivitas dan bobot janjang rata-rata (BJR) TBS PT Inti Indosawit Subur tahun 2006 – 2010 dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Produktivitas dan BJR TBS di PT Inti Indosawit Subur Tahun 2006 - 2010 Tahun Luas Produksi Produktivitas BJR Areal (ton/ha) (kg/tandan) Jumlah TBS Bobot TBS (ha) (tandan) (ton) 2006 5 549 6 583 304 129 094 480 22.73 19.61 2007 5 549 6 486 647 133 869 140 23.57 20.64 2008 5 549 6 348 920 140 089 790 24.67 22.07 2009 5 549 6 182 967 143 665 640 25.77 23.24 2010 5 549 5 376 461 126 851 010 22.84 23.59 Sumber : Kantor Besar Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur (2011)
11 Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan Pada level manajemen kebun, PT Inti Indosawit Subur dipimpin oleh seorang manajer yang membawahi asisten kepala, asisten Afdeling, Kepala Tata Usaha (KTU), asisten traksi, asisten Quality Control (QC), asisten Humas, dan asisten by product. Asisten kepala membawahi asisten Afdeling dan mandor semprot, sementara asisten Afdeling membawahi mandor I dan kerani Afdeling, sedangkan asisten traksi membawahi kepala bengkel, mandor transport, dan kerani traksi. Estate Manager (manajer kebun) memiliki tugas dan tanggung jawab melaksanakan pengelolaan kebun secara menyeluruh sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan perusahaan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi dalam pelaksanaan manajemen teknis, manajemen tenaga kerja, serta manajemen keuangan kebun. Asisten kepala memiliki tugas untuk memimpin, mengarahkan, dan menegur para asisten Afdeling dan juga mandor semprot dalam melaksanakan kegiatan di lapangan. Asisten kepala juga dapat menggantikan tugas manajer jika manajer kebun tidak berada di unit usaha
serta
bertanggungjwab secara penuh kepada estate manager. Asisten Quality Control (QC) bertanggung jawab dalam melakukan pemeriksaan kualitas hanca dan mutu buah setiap Afdeling dalam kebun. Pemeriksaan kualitas hanca diantaranya tunasan sengkleh, berondolan, dan buah yang tinggal di tempat pengumpulan hasil (TPH), piringan, maupun jalan pikul, sedangkan pemeriksaan mutu buah meliputi buah mentah (unripe), buah busuk/janjangan kosong (empty bunch), buah lewat matang (overripe), dan buah tangkai panjang (long stalk). Asisten Afdeling memiliki tugas dan tanggung jawab memberikan arahan dan perintah kepada mandor I, mandor, dan kerani, melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap karyawan di lapangan, menyusun rencana kerja bulanan (RKB), memeriksa dan mengevaluasi laporan mandor dalam buku kerja mandor. Asisten traksi memiliki tugas dan tanggung jawab secara penuh terhadap sistem transportasi yang ada di kebun. Selain itu, mandor traksi juga mengatur kegiatan pengoperasian alat-alat berat yang digunakan kebun seperti: dozer dan excavator.
12 Asisten Humas memiliki tugas melaksanakan analisis dan penyiapan rancangan kebijakan pengelolaan informasi perusahaan dalam bidang hubungan masyarakat. Asisten by product memiliki tugas dan tanggung jawab terhadap pengelolaan limbah pabrik (janjangan kosong, Palm Oil Mill Effluent (POME), abu janjang, dan decanter solid). KTU bertanggung jawab dalam bagian administrasi kebun. Ketenagakerjaan di PT Inti Indosawit Subur terdiri atas karyawan staf dan non staf. Perbedaan ini berdasarkan jenis pekerjaan dan sistem pengupahan. Karyawan staf terdiri atas General Manager, Estate Manager (manajer kebun), asisten kepala, asisten Afdeling, KTU, asisten traksi, asisten Quality Control (QC), asisten Humas, dan asisten by product. Pemberian gaji berdasarkan golongan dan kebijakan yang dibuat oleh perusahaan. Karyawan non staf terdiri atas karyawan tetap Syarat Kerja Umum (SKU) dan karyawan harian lepas (KHL). Jumlah karyawan staf dan non staf PT Inti Indosawit Subur dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Jumlah Staf dan Non Staf di PT Inti Indosawit Subur, Tahun 2010 No 1
2
Jabatan
Jumlah
Staf General Manager Estate Manager Asisten Kepala Asisten Afdeling Asisten QC Asisten Humas Asisten By Product Asisten Traksi KTU Non Staf Tenaga kerja tak langsung SKU B/H : - Traksi SKU B/H : - Kantor SKU B/H : - Afdeling
48 141 196
Tenaga Kerja langsung SKU B/H : - Panen SKU B/H : - Upkeep Total SKU H/B + PHL
292 616 1293
Jumlah
1308
Sumber : Kantor Besar PT Inti Indosawit Subur (2011).
1 1 2 6 1 1 1 1 1
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
Mahasiswa pada saat melakukan kegiatan magang bertanggung jawab sebagai KHL selama satu bulan pertama, pendamping mandor pada bulan berikutnya, dan pendamping asisten Afdeling selama dua bulan terakhir. Kegiatan magang dilaksanakan di PT Inti Indosawit Subur dengan kegiatan yang dilakukan meliputi aspek teknis dan aspek manajerial. Aspek teknis meliputi kegiatan pemupukan (organik dan anorganik), pengendalian gulma (manual dan kimiawi), pengendalian hama dan penyakit (sensus ulat api), pemeliharaan sarana dan prasarana, sensus thining out, penunasan, dan pemanenan. Pelaksanaan kerja di PT Inti Indosawit Subur secara umum dilaksanakan selama enam hari kerja dalam seminggu dan penulis ditempatkan di Afdeling II dengan asisten Afdeling Ir. Nirwan Ginting. Waktu hari kerja rata-rata selama 7 jam, yang dimulai pada pukul 07.00 WIB sampai dengan pukul 14.00 WIB. Waktu istirahat/wolon dilakukan selama setengah jam dari pukul 11.30 WIB sampai dengan pukul 12.00 WIB. Selain itu, penulis diwajibkan mengikuti muster morning (apel pagi) yang dimulai pada pukul 05.30 WIB bersama asisten Afdeling, mandor, dan kerani. Kemudian, kegiatan dilanjutkan pada sore hari di kantor Afdeling mulai pukul 16.00 WIB sampai dengan pukul 18.00 WIB.
Aspek Teknis Pengendalian Gulma Pengendalian gulma dilakukan untuk mengurangi kompetisi antara gulma dengan tanaman utama dalam pemanfaatan unsur hara, mineral, CO 2, dan air. Pengendalian gulma juga mempermudah pengontrolan kerja dan menghindari serangan hama dan penyakit. Secara umum, pengendalian gulma di PT Inti Indosawit Subur difokuskan pada gulma di pringan, jalan pikul, dan tempat pengumpulan hasil (TPH). Pengendalian gulma manual (dongkel anak kayu). Dongkel anak kayu (DAK) adalah kegiatan menyiang tanaman dengan membongkar atau membuang hingga akarnya (mendongkel) sehingga diharapkan tidak tumbuh kembali di piringan maupun di gawangan. Alat yang digunakan untuk DAK adalah parang
14 (untuk membabat gulma berkayu) dan garu (untuk membersihkan piringan pelepah-pelepah yang terjatuh). Gulma-gulma yang didongkel antara lain adalah gulma-gulma yang umumnya berkayu seperti Climedia hirta, Melastoma malabatricum, Chromolaena odorata, dan Lantana sp. Pengendalian gulma ini selain berfokus terhadap gulma berkayu juga melakukan kegiatan pembersihan piringan dengan membersihkan pelepah-pelepah yang berada di sekitar piringan dengan menyusun secara letter “I” jika berada di dekat jalan raya dan menyusun secara letter “U” jika berada di daerah tanjakan. Rotasi dari kegiatan DAK ini adalah 3 bulan dengan prestasi kerja pekerja karyawan adalah dua jalan pikul (4 – 5 ha). Prestasi kerja penulis adalah satu jalan pikul. Pengendalian gulma kimiawi. Pengedalian gulma secara kimiawi yang dilakukan di PT Inti Indosawit Subur dikelola oleh Tim Unit Semprot (TUS) yang langsung dibawah tanggung jawab asisten kepala. Tim Unit Semprot (TUS) dibagi menjadi dua berdasarkan alat penyemprotan yaitu Knapsack sprayer (RB-15/Solo) dan Controlled Droplet Applicator (CDA). Tim Unit Semprot (TUS) dengan alat Knapsack sprayer (RB-15/Solo) terdiri dari satu unit kendaraan pengangkut tangki bahan kimia dan satu unit kendaraan pengangkut karyawan semprot, alat semprot RB-15/Solo berjumlah 20 unit yang dibagi menjadi 18 unit untuk operasional dan dua unit sebagai cadangan (jika terjadi kerusakan) dan telah diberi nomor urut sesuai nomor karyawan semprot. Tenaga semprot berjumlah 20 orang yang terdiri dari 18 orang penyemprot inti dan dua orang cadangan yang akan menggantikan bila tim inti ada yang sakit, haid, mangkir, dan sebagainya. Alat semprot Knapsack sprayer (RB-15/Solo) menggunakan bahan aktif Paraquat konsentrasi 0.50 % dengan merek dagang Gromoxon dan bahan aktif Methyl metsulfuron konsentrasi 0.03 % dengan merek dagang Trapp. Jenis bahan aktif ini bersifat sistemik yang berarti bekerja melalui jaringan di dalam tanaman. Gulma-gulma yang menjadi sasaran adalah pakis-pakisan dan kentosan yang terdapat pada piringan, pasar pikul, dan TPH. Kapasitas tangki semprot sebesar 15 liter. Prestasi kerja pada karyawan sebanyak 8 kap/orang atau ± 264 pokok sedangkan prestasi kerja penulis sebesar 3 kap atau ± 99 pokok.
15 Tim Unit Semprot (TUS) dengan alat semprot CDA terdiri dari satu unit kendaraan pengangkut tangki bahan kimia (truk + tangki 600 liter) dan satu unit kendaraan pengangkut karyawan semprot, 12 unit alat semprot (Micron Herbi Sprayer) yang dibagi menjadi 10 unit untuk operasional dan dua unit sebagai cadangan (jika terjadi kerusakan) dan telah diberi nomor urut sesuai nomor karyawan semprot. Alat semprot CDA biasa dikenal dengan nama micron herbi dan digunakan untuk Ultra Low Volume (ULV) dengan volume semprot rendah < 50 liter/ha. Hasil semprotannya menghasilkan butiran halus yang terkendali dengan ukuran seragam (± 250 mikron) dan konsentrasi herbisida yang tinggi. Kapasitas tangki dengan alat ini adalah 10 liter. Bahan aktif yang digunakan adalah Glifosat konsentrasi 4 % dengan merek dagang Bionasa dan bahan aktif 2.4D konsentrasi 2 % dengan merek dagang Lindomin. Gulma-gulma yang menjadi sasaran utama adalah Asystasia dan rumput-rumputan yang terdapat di jalan pikul, piringan dan TPH. Prestasi kerja karyawan sebanyak 5 ha/HK. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana. Kegiatan pemeliharaan sarana dan prasarana yang dilakukan di PT Inti Indosawit Subur merupakan kegiatan pengelolaan konservasi tanah dan air melalui pemasangan gorong-gorong (untuk mengalirkan air) dan rempesan pelepah. Pemasangan gorong-gorong. Gorong-gorong adalah salah satu sarana prasarana unit jembatan yang berfungsi untuk mengalirkan air agar jalan tidak tergenang air sehingga transportasi yang berkaitan dengan kegiatan operasional dapat berjalan dengan baik terutama untuk pengangkutan TBS. Gorong-gorong yang digunakan di Afdeling II PT Inti Indosawit Subur memiliki diameter sebesar 30 cm dengan panjang 4 m dan ditanam pada kedalaman 75 cm dari permukaan tanah kemudian ditimbun kembali dengan tanah agar tidak pecah bila dilewati kendaraan dan juga agar tidak tersumbat lumpur. Kemudian, pada bagian pangkal dari gorong-gorong dibuat rorak (tempat menampung air dari parit) dengan ukuran 75 cm x 75 cm, kedalaman 1 m, sedangkan pada bagian ujung lainnya dibuat parit yang berukuran 1 m2 untuk mengalirkan air ke saluran tempat pembuangan air. Bagian ujung kiri dan kanan di atas gorong-gorong yang telah tertimbun kemudian diletakkan karung goni yang berisi tanah sebanyak
16 ± 30 karung agar tanah tidak mudah longsor (Gambar 1). Prestasi kerja yang diperoleh untuk kegiatan ini adalah 1 unit/2 HK. Prestasi kerja karyawan adalah 1 unit/2 HK dan prestasi kerja penulis sama dengan prestasi karyawan.
Gambar 1. Pemasangan Gorong-gorong Rempesan pelepah. Kegiatan rempesan pelepah ini bertujuan untuk membuang pelepah yang tidak produktif pada tanaman pokok yang dapat menghalangi lajunya jalan kendaraan di sepanjang jalan koleksi (collection road). Selain itu, kegiatan merempes juga bertujuan agar sinar matahari yang masuk menerangi badan jalan semakin banyak dan jalan-jalan yang tergenang air menjadi cepat mongering. Tahapan rempesan pelepah antara lain: 1) Memotong pelepah yang menutupi jalan dan disisakan sekitar satu meter, 2) Pelepah yang berserakan di sepanjang jalan dipotong menjadi tiga bagian dan disusun dengan rapi di gawangan mati.
17
Gambar 2.Pokok yang Harus Dirempes Pemupukan Pemupukan kelapa sawit merupakan pekerjaan penambahan unsur hara secara efektif dan berimbang yang diberikan secara langsung ke tanaman maupun tidak langsung ke dalam tanah untuk mempertahankan kesuburan. PT Inti Indosawit Subur mensubstitusi sebagian pupuk anorganik dengan pupuk organik yang berasal dari by product pabrik minyak kelapa sawit (PMKS) seperti janjangan kosong, abu janjang, decanter solid, dan Palm Oil Mill Effluent (POME). Penggunaan by product pabrik sebagai pupuk organik signifikan dalam mengurangi biaya pemupukan, mempertahankan produksi TBS, peremajaan tanah, dan mengurangi polusi lingkungan. Janjangan kosong. Janjangan kosong merupakan tandan kosong dari pabrik minyak kelapa sawit (PMKS) yang berasal dari stasiun rebusan dan stasiun pemipilan. Janjangan kosong memiliki kandungan bahan organik yang berguna bagi tanaman. Saat pengaplikasian janjangan kosong, gawangan mati harus dibersihkan terlebih dahulu. Jika gawangan mati pada saat pengaplikasian janjangan kosong tidak dibersihkan dari gulma, maka pada saat penyerapan unsur hara, akar tanaman kelapa sawit tidak dapat menyerapnya secara keseluruhan.
18 Tabel 3. Persentase Unsur Hara dalam Janjangan Kosong
Hara utama Nirogen (N) Fosfor (P) Kalium (K) Magnesium (Mg)
Persentase unsur hara dalam janjangan kosong (%) Kisaran
Rata-rata
0.32 – 0.43 N 0.03 – 0.05 P2O5 0.89 – 0.95 K2O 0.07 – 0.10 MgO
0.37 N 0.04 P2O5 0.91 K2O 0.08 MgO
Per ton janjangan kosong sebanding dengan pupuk anorganik 8.00 kg Urea 2.90 kg RP 18.30 kg MOP 5.00 kg Kieserit
Sumber : Agricultural Policy Manual (APM) Asian Agri (2008)
Data-data pada Tabel 3 menunjukkan bahwa 1 ton decanter solid sebanding dengan 8.00 kg Urea, 2.90 kg RP, 18.30 kg MOP, dan 5.00 kg Kieserit. Kandungan unsur hara tertinggi pada decanter solid adalah kalium (K) dengan rata-rata persentase sebesar 0.91 % K2O. Aplikasi janjangan kosong dilakukan dengan membuat petakan janjangan kosong yang berukuran lebar 8 janjangan kosong dan panjang 11 janjangan kosong dengan bobot janjangan di petakan sebesar ± 370 kg. Pengaplikasian janjangan kosong dapat menggunakan angkong dan gancu. Satu angkong dapat memuat 30 – 35 janjangan kosong dimana bobot satu janjangan 20 % dari bobot janjangan sebelum diolah sehingga pada saat sekali membawa angkong, bobot yang dibawa sebesar 120 – 150 kg. Untuk satu ukuran janjangan kosong dibutuhkan 3 kali angkong sehingga total janjangan kosong di satu ukuran 90 – 105 janjangan kosong. Rotasi janjangan kosong dilaksanakan setiap satu kali dalam setahun pada areal yang sama, karena pada saat itu janjangan kosong sudah hancur berbentuk tanah. Norma kerja karyawan adalah 10 titik/hari dan norma kerja penulis 5 titik. Decanter solid. Decanter solid merupakan produk akhir dari pengolahan TBS dengan memakai sistem decanter yang akan menghasilkan padatan lumpur dan bersifat asam. Decanter solid diaplikasikan diantara dua pokok kelapa sawit dan disebar merata diatas rumpukan pelepah di gawangan mati dengan dosis empat until, dimana satu until berbobot 18 kg. Norma kerja karyawan untuk aplikasi decanter solid ini adalah 150 until per HK. Rotasi pengaplikasian decanter solid adalah satu kali dalam setahun. Prestasi kerja penulis untuk decanter solid adalah 24 until.
19 Tabel 4. Persentase Unsur Hara dalam Decanter Solid (DS)
Unsur hara utama
Rata-rata persentase hara dalam decanter solid (%)
Nirogen (N) Fosfor (P) Kalium (K) Magnesium (Mg)
0.47 N 0.05 P2O5 0.30 K2O 0.07 MgO
Per ton decanter solid (DS) sebanding dengan pupuk anorganik 10.30 kg Urea 3.30 kg RP 6.10 kg MOP 4.50 kg Kieserit
Sumber : Agricultural Policy Manual (APM) Asian Agri (2008)
Data-data pada Tabel 4 menunjukkan bahwa 1 ton decanter solid sebanding dengan 10.30 kg Urea, 3.30 kg RP, 6.10 kg MOP, dan 4.50 kg Kieserit. Kandungan unsur hara tertinggi pada decanter solid adalah nitrogen (N) dengan rata-rata persentase sebesar 0.47 %. Abu janjang. Abu janjang/bunch ash merupakan produk akhir pembakaran janjangan kosong (JJK) pada incenerator PMKS. Kandungan unsur hara tertinggi yang terkandung dalam abu janjang adalah K yaitu 35 – 47 % K2O, kemudian diikuti dengan kandungan unsur hara Mg dan Ca sebesar 4 – 6 % MgO dan CaO, dan P sebesar 2.5 - 3.5 % P2O5. Kandungan nutrisi abu janjang dari unsur hara K2O dapat mensubstitusi kelebihan biaya pupuk anorganik MOP sehingga perusahaan dapat menghemat biaya pemupukan. Palm Oil Mill Effluent (POME). Palm Oil Mill Effluent (POME) merupakan limbah cair yang mengandung bahan organik tinggi yang berasal dari pengolahan PMKS terutama dari steilizer condensate, sludge dari klarifikasi, dan air buangan hydrocyclone yang dapat digunakan sebagai pengganti pupuk anorganik, sebagai sumber air bagi tanaman terutama pada saat musim kering, dan juga dapat mengurangi polusi yang dapat ditimbulkan jika dibuang ke sungai. Aplikasi limbah cair dialirkan melalui pipa PVC dari pabrik ke flatbed yang berukuran 7 m x 1.5 m x 1 m dengan volume 3.5 m3/flatbed. Rata-rata untuk 1 ha lahan terdapat ± 53 flatbed. Rotasi pengisian flatbed adalah tiga bulan sekali. Layanan aplikasi limbah cair tetap harus dilakukan setiap enam bulan sekali setelah pengisian, agar kondisi tanah dari flatbed tetap baik dan juga bersih dari gulma.
20
Gambar 3. Pemberian POME di Lahan Pemupukan anorganik. Pemupukan anorganik yang ada di PT Inti Indosawit Subur terdiri atas pupuk Dolomit, ZA (Zwavelzuur ammonia), MOP (Muriate of Potash), RP (Rock Phosphate), dan HGFB (High Grade Fertilizer Borate). Aplikasi pemupukan di PT Inti Indosawit Subur berdasarkan rekomendasi dari Departemen R & D PT Asian Agri yang terletak di Tebing Tinggi. Rekomendasi tersebut diformulasikan berdasarkan beberapa faktor yaitu: produksi TBS, umur tanaman, status hara tanaman (analisis daun dan observasi lapangan), sejarah pemupukan, kesuburan tanah, data curah hujan, dan hasil percobaan pupuk. Dalam pengadaan pupuk, PT Inti Indosawit Subur bekerjasama dengan perusahaan penyedia pupuk, kemudian pupuk yang telah dibeli disimpan ke dalam gudang sentral. Gudang tersebut merupakan tempat penyimpanan bahan-bahan keperluan kebun yaitu herbisida dan pupuk. Prosedur penyaluran pupuk ke tiap Afdeling adalah berdasarkan jumlah permintaan pupuk dari tiap Afdeling. Prinsip 4T yaitu: tepat dosis, waktu, cara, dan tempat merupakan faktor yang sangat penting untuk diperhatikan dalam menentukan efisiensi pemupukan terutama pemupukan anorganik. Penguntilan pupuk menggunakan alat takar until pupuk yang telah dikalibrasi berdasarkan jenis dan dosis pupuk rekomendasi yang akan diaplikasikan. Tiap satu untilan berisi pupuk untuk dosis delapan pokok. Jumlah tenaga kerja penguntil pupuk di PT Inti Indosawit Subur adalah enam orang.
21 Norma kerja karyawan penguntil pupuk adalah 1 500 kg/HK sehingga jumlah bobot untilan pupuk untuk satu hari adalah sebesar 9 000 kg. Ketepatan penguntilan sangat dipengaruhi oleh penggunaan alat takar until, keterampilan tenaga kerja penguntil, dan kontrol mandor until pupuk. Selain itu, perlu juga dilakukan kontrol dengan menggunakan timbangan agar dosis pupuk sesuai dengan bobot untilan yang dibuat. Pengeceran pupuk dilakukan dengan mengangkut pupuk ke tempat peletakkan pupuk (TPP) dengan menggunakan dump truck. Pemuatan untilan ke dalam kendaraan dilakukan pada pagi hari ke TPP blok yang akan dipupuk pada hari itu juga. Mandor pupuk harus mengetahui dan memastikan untilan pupuk sudah diecer pada TPP, sesuai dengan jumlah untilan/TPP yang tertera pada pokok. Pelangsiran pupuk adalah membawa untilan pupuk yang berada di pinggir jalan ke dalam blok dan diletakkan setiap selang 8 pokok/baris. Penaburan pupuk pun dilakukan setelah pelangsiran untilan pupuk selesai. Penabur diberikan takaran pupuk yang sesuai untuk jenis dan dosis pupuk yang akan diberikan. Pupuk yang ditabur harus tersebar merata di piringan dan tidak menumpuk. Norma kerja pemupuk adalah 400 kg/HK dengan premi “mati” sebesar Rp 5 000.00 apabila melewati norma kerja pemupuk tersebut. Prestasi kerja penulis adalah delapan until. Karung bekas untilan yang telah ditabur dikumpulkan oleh para pemupuk ke gudang pupuk. Pekerjaan pengumpulan karung untilan pupuk penting dilakukan sebagai alat kontrol terhadap kehilangan pupuk di lapangan dan juga sebagai alat monitoring terhadap karung untuk penguntilan. Sensus Thinning Out (TO) Tiap afdeling suatu kebun memerlukan 2 – 3 tim sensus dengan prestasi kerja 5 – 7 ha/HK. Satu tim beranggotakan tiga petugas, yaitu Petugas A (sebagai penghitung dan pencatat jumlah pokok) dan Petugas B (sebagai pembuat nomor dan pembawa cat) dan Petugas C (sebagai petugas pembuat administrasi lapangan). Bahan dan alat yang harus dipersiapkan dalam pekerjaan sensus, yaitu: triplek (hard cover), pulpen 4 warna, formulir sensus, kuas, parang/sendok (alat pengerok), cat warna putih, tempat cat, dan map penyimpan files.
22 Saat sensus, petugas menghitung dan mencatat status pokok berdasarkan tanda pada formulir sensus. Ciri-ciri pokok yang akan di thinning out adalah pokok-pokok yang sudah tersambar petir, tidak berbunga lagi, dan yang sudah mati/tidak berproduksi lagi. Fungsi diadakan sensus thinning out adalah untuk menandakan pokok yang sudah mati/yang sudah tidak dapat berproduksi lagi dan digunakan sebagai rekomendasi jumlah untilan pupuk per TPP. Petugas berjalan di jalan pikul pada setiap TPP yang ada pada blok yang akan disensus dengan berjalan menurut arah barisan. Petugas A mensensus dua baris pokok (baris 1 dan 2). Secara bersamaan petugas B membersihkan/mengerok pelepah pokok terluar pada barisan tersebut sebagai tempat pencatatan hasil sensus. Petugas A menyensus seluruh pokok dalam barisan tersebut dan memberitahu jumlah pokok normal/hidup dan pokok mati/kosong ke petugas B. Apabila ditemukan pokok yang harus di thinning out, maka petugas B langsung mengecat pada pelepah tersebut, seperti yang disampaikan pada Gambar 4.
Gambar 4. Tanda Pokok yang akan di Thinning Out Kemudian, petugas B berjalan menuju pokok paling ujung untuk menuliskan jumlah pokok hasil sensus dan jumlah untilan dalam TPP pada pokok tersebut. Seluruh hasil sensus diinformasikan dan dibawa ke Afdeling. Jumlah TPP yang harus disensus thinning out adalah 25 – 27 TPP/hari.
23 Sensus Ulat Api Sensus ulat api merupakan salah satu bentuk pengendalian hama dan penyakit tanaman. Sistem pemantauan rutin sangat membantu pelaksanaan kebijakan pengendalian hama terpadu, yang memberi peluang perkembangan musuh alami sehingga memungkinkan terjadinya keseimbangan alami. Sistem sensus tetap meliputi deteksi dan penghitungan hama pada baris sensus (BS) setiap 10 baris pokok dan titik sensus (TS). Skema dalam penentuan TS adalah titik sensus pada seluruh titik sensus dimulai dari pokok keempat di tepi jalan kemudian setiap 10 pokok yakni TS 14, TS 24, TS 34, dan seterusnya, bila setelah TS terakhir masih tersisa > 4 pokok maka ditambahkan satu TS pada pokok terakhir, setiap TS terdiri dari tiga pokok yaitu pokok TS ditambahkan dua pokok di sampingnya, agar tidak terjadi over pruning akibat pemotongan pelepah karena sensus setiap bulan, maka TS dapat digeser maju atau mundur 1 – 2 tanaman. Setiap TS yaitu pada setiap 10 pokok sepanjang baris sensus harus diberi nomor pada pangkal pelepah yang telah ditunas rapi dengan cat dasar warna kuning dan tulisan berwarna biru. Dalam pelaksanaan sensus ulat terdiri atas 2 tim, yang masing–masing tim terdiri atas 3 orang, yaitu satu laki-laki sebagai penunas dan dua perempuan sebagai pencatat jenis hama ulat api yang terlihat dan sebagai penyusun pelepah di gawangan mati. Tim sensus ini harus menghitung hama pemakan daun. Penghitungan hama pemakan daun hanya pada satu pelepah contoh pada setiap pokok dari 3 pokok, dengan memperhatikan pelepah yang menunjukkan gejala serangan baru dan pelepah yang memiliki populasi hama tertinggi. Sensus ulat api dilaksanakan setiap akhir bulan, setiap tanggal 20. Apabila semua blok telah selesai disensus maka asisten Afdeling dan mantri hama dan penyakit langsung merekapitulasi dan menganalisis data hasil pengamatan. Ambang populasi kritis diartikan sebagai rata-rata populasi larva sehat per pelepah. Ambang kritis untuk ulat api adalah 5 ekor per pelapah. Jenis ulat api yang menjadi sasaran utama untuk penanggulangan adalah Setora nitens dan Setothosea asigna yang menyerang pelepah muda dan Darna trima yang menyerang pelepah tua. Pengendalian ulat api dilakukan dengan pengasapan dengan bahan aktif berupa Polydor dicampur Solar. Dalam satu kap
24 alat pengasapan mengandung 4.6 liter Solar dicampur 0.4 liter Polydor. Umumnya satu hari diperlukan 5 kap untuk 5 ha lahan pengendalian ulat api. Penunasan Penunasan merupakan pemangkasan daun sesuai umur tanaman serta pemotongan pelepah yang tidak produktif (pelepah sengkleh, pelepah kering, dan pelepah terserang hama dan penyakit) untuk menjaga luasan permukaan daun (leaf area) yang optimum agar diperoleh produksi yang maksimum. Tujuan utama penunasan adalah untuk menjaga sanitasi tanaman, memudahkan pemanenan, serta mencegah terjadinya kehilangan hasil melalui berondolan tersangkut di ketiak pelepah dan buah tinggal di pokok. Jika ingin mencapai tujuan penunasan dan tetap mempertahankan produksi yang maksimum, maka harus dihindari terjadinya over pruning dan under pruning. Over pruning adalah terbuangnya sejumlah pelepah produktif secara berlebihan yang akan mengakibatkan penurunan produksi. Penurunan produksi ini terjadi karena berkurangnya areal fotosintesis dan pokok mengalami stres yang terlihat melalui penurunan nisbah seks (penurunan jumlah bunga betina dan peningkatan jumlah bunga jantan), dan penurunan bobot janjang rata-rata (BJR). Tanaman yang mengalami kondisi under pruning atau tidak mengalami kegiatan penunasan yang baik dan teratur, juga dapat menimbulkan dampak negatif terhadap produksi, yaitu dapat mengganggu proses panen serta meningkatkan kehilangan hasil melalui berondolan tersangkut di ketiak pelepah dan buah tinggal di pokok. Dalam prakteknya, penunasan dapat dilakukan bersamaan dengan kegitatan potong buah atau pada waktu lain secara periodik. Kebijakan
PT Inti
Indosawit Subur adalah menggunakan sistem penunasan progresif. Penunasan progresif adalah penunasan yang dilakukan oleh pemanen dengan bersamaan dengan panen. Penunasan progresif dilakukan per blok dalam enam seksi wilayah, satu seksi ditunas setiap dua bulan sekali dalam satu tahun. Teknik penunasan yang dilaksanakan adalah dengan teknik songgo satu, yaitu hanya menyisakan satu pelepah dari tandan buah paling bawah. Pelepah daun yang telah ditunas dipotong menjadi tiga bagian dan ditata dengan rapi di gawangan mati agar pelepah yang sudah kering dapat berfungsi sebagai mulsa bagi tanaman kelapa
25 sawit. Biaya penunasan progresif per hektar sebesar Rp 108 000.00. Jumlah pelepah yang harus dipertahankan berdasarkan umur tanaman disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Jumlah Pelepah Dipertahankan per Umur Tanaman
3–4
Jumlah pelepah dipertahankan / pokok 58 – 64
5–8
48 – 54
2
9 – 14
40 – 46
2
>14
32 – 36
1
Umur tanaman (tahun)
Songgo 3
Sumber: Agricultural Policy Manual (APM) Asian Agri (2008)
Gang tunas. Gang tunas merupakan organisasi khusus yang dibentuk oleh perusahaan yang bertugas untuk membantu kegiatan penunasan agar kegiatan penunasan di setiap Afdeling dapat berjalan dengan baik. Setiap karyawan tunas menghanca satu jalan pikul (2 baris kiri kanan). Rata-rata jumlah total tenaga kerja gang tunas yang dibutuhkan di Afdeling II adalah 6 – 11 orang. Saat menjadi KHL untuk kegiatan penunasan, penulis ikut melaksanakan kegiatan penunasan yang dilaksanakan di blok B89a, anggota tunasan berjumlah 16 orang yang terdiri dari 8 orang laki-laki sebagai penunas dan 8 orang wanita sebagai penyusun pelepah. Tenaga kerja gang tunas ini dapat diambil dari KHL mandoran lain maupun anggota khusus yang didatangkan dari daerah lain. Norma kerja dari kegiatan ini adalah minimal satu pasangan pekerja (terdiri dari satu penunas dan satu penyusun pelepah) harus dapat menunas minimal 40 pokok dalam satu jalan pikul dengan pembayaran per pokok sebesar Rp 1 500.00. Selama melaksanakan kegiatan penunasan, penulis dapat menunas 5 pokok. Pemanenan Pemanenan merupakan kegiatan pengambilan buah kelapa sawit yang memenuhi kriteria matang panen dari pohonnya, mengumpulkan dan mengutip berondolan yang terjatuh di piringan atau gawangan, serta menyusun tandan buah matang di TPH, selanjutnya bersama-sama berondolannya dikumpulkan untuk diangkut ke pabrik. Tujuan utama kegiatan panen adalah untuk mendapatkan
26 rendemen minyak dan kernel yang tinggi dengan mutu minyak yang tinggi (kadar ALB yang rendah). Upaya yang dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut antara lain: menjalankan ketentuan panen yang baik seperti: sistem panen, kriteria buah matang, dan persentase berondolan; mengangkut hasil panen sesegera mungkin ke pabrik pengolahan TBS dengan menggunakan angkutan panen; dan melakukan pengolahan TBS secepat mungkin di pabrik. Standard Operating Procedure (SOP) panen di PT Inti Indosawit Subur, yaitu: 1) Buah matang dipotong semua, 2) Buah mentah tidak ada, 3) Berondolan dikutip semuanya, 4) Buah disusun rapi dan cangkem kodok, 5) Pelepah disusun rapi di gawangan mati, 6) Pelepah sengkleh tidak ada, 7) Administrasi diisi dengan teliti dan tepat waktu. Persiapan panen. Persiapan panen merupakan kegiatan yang penting dilakukan sebelum kegiatan panen berlangsung, agar perusahaan dapat mencapai produksi yang diinginkan. Kegiatan yang perlu dilakukan adalah perbaikan dan perawatan jalan poros, penyediaan tenaga kerja panen, pembagian seksi panen yang jelas, penyediaan alat-alat kerja dan lain-lain. Persiapan panen ini dilakukan secara bertahap sampai kegiatan panen berlangsung. Sistem panen. Sistem panen merupakan suatu ketentuan atau aturan yang membagi daerah atau wilayah dari masing-masing pemanen. Sistem panen yang dilaksanakan di PT Inti Indosawit Subur menggunaan sistem hanca tetap dimana setiap pemanen diberi hanca dengan dengan luas 3 ha. Jika ada pemanen yang tidak masuk ataupun persentase kematangan hasil taksasi produksi harian tinggi (membutuhkan banyak tenaga kerja), maka akan ada transfer anggota pemanen di antara masing-masing mandoran panen. Pemanen tetap harus bertanggung jawab menyelesaikan panen sesuai dengan luas yang telah ditentukan mandor panen. Apabila pemanen tidak bekerja, maka mandor panen harus dapat mencari penggantinya. Rotasi (pusingan) panen. Rotasi panen adalah lamanya waktu yang diperlukan antara panen yang satu dengan panen berikutnya di tempat yang sama. PT Inti Indosawit Subur menggunakan rotasi panen 6/7, yang artinya dalam satu minggu terdapat enam hari panen dan selang pemanenan dalam seksi yang sama
27 areal dibagi menjadi enam seksi. Namun seringkali rotasi panen berubah karena tergantung kondisi kerapatan buah. Kriteria matang panen. Kriteria matang panen merupakan indikasi yang dapat menolong pemanen agar memotong buah pada saat yang tepat. Kriteria matang panen yang dipakai di PT Inti Indosawit Subur yaitu berdasarkan jumlah berondolan yang terlepas dari tandannya dan jatuh ke tanah secara alami. Tabel 6 dapat digunakan sebagai acuan untuk memudahkan pemahaman terhadap kriteria matang panen tersebut. tersebut dianggap buah mentah. Tabel 6.Fraksi Matang Buah Umur tanaman (Tahun) 2.5 – 3
BJR (kg)
Setelah Panen
3
≥ 3 berondolan per Satu berondolan per janjang setelah panen janjang saat sebelum panen ≥ 6 berondolan per Dua berondolan per janjang setelah panen janjang saat sebelum panen ≥ 10 berondolan per Dua berondolan per janjang setelah panen janjang di piringan sebelum panen ≥ 15 berondolan per Dua berondolan per janjang setelah panen janjang di piringan sebelum panen ≥ 20 berondolan per Tiga berondolan per janjang setelah panen janjang di piringan sebelum panen
4–5
6
6–9
10
10 – 15
15
>15
20
Sebelum Panen
Sumber: Agricultural Policy Manual (APM) Asian Agri (2008)
Buah dapat dipanen jika terpenuhi kriteria “Untuk tiap 1 kg bobot tandan terdapat berondolan lepas di TPH yang bukan berondolan parthenokarpi atau berondolan muda karena serangan tikus atau penyakit”, misalnya bobot janjang rata-rata (BJR) blok adalah 24 kg maka buah yang dapat dipanen pada blok tersebut adalah buah dengan berondolan yang lepas sebanyak 24 berondolan, jika terdapat buah yang jumlah berondolannya kurang dari 24 berondolan, maka buah tersebut dianggap buah mentah. Peralatan panen. Penggolongan alat kerja dibagi menjadi 3 bagian, yaitu alat untuk memotong tandan buah segar (TBS), alat untuk membawa TBS ke TPH, dan alat untuk bongkar muat TBS. Pisau egrek, dodos, kapak, dan batu asah
28 merupakan alat yang digunakan untuk memotong TBS. Angkong, gancu, dan karung goni merupakan alat yang digunakan untuk membawa TBS ke TPH, serta tojok besi merupakan alat untuk bongkar muat TBS dari TPH ke PMKS (Tabel 7). Tabel 7. Alat-alat Panen No Nama alat Dodos Kecil Dodos Besar Pisau Egrek
Penggunaan/pemakaian Potong buah tanaman umur 3 s/d 4 tahun Potong buah tanaman umur 5 s/d 8 tahun Potong buah tanaman umur lebih dari 9 tahun (tinggi pohon > 3 m) Sebagai tempat atau wadah TBS dan berondolan untuk diangkut ke TPH Sebagai tempat atau wadah TBS dan berondolan untuk diangkut ke TPH Sebagai tempat atau wadah TBS dan berondolan untuk diangkut ke TPH Sebagai alat pemotong tangkai tandan yang panjang pada tanaman lebih dari 9 tahun Pengikat pisau egrek Pengasah dodos dan pisau egrek Gagang pisau egrek Sebagai gagang pisau egrek. Ebor Gold Pole lebih berat, keras, dan tahan lama serta digunakan pada pokok yang lebih rendah dibandingkan UltraLight Pole Memuat dan membongkar TBS dari dan ke alat transportasi Memuat dan membongkar TBS dari dan ke alat transportasi
Angkong Keranjang Goni eks pupuk Kapak
Tali Nilon Batu Asah Bambu Egrek Allumunium Pole a. Ebor Gold Pole b. Ultra-Light Pole
Gancu Tojok
Sumber: Agricultural Policy Manual (APM) Asian Agri (2008)
Pelaksanaan panen. Pelaksanaan panen di PT Inti Indosawit Subur dimulai dari muster morning antara pemanen dengan mandor panen yang dilaksanakan
di
lapangan
untuk
mengabsen
masing-masing
pemanen,
memberikan arahan untuk memperbaiki kualitas panen hari demi hari dan mengharuskan semua tandan matang harus dipanen dan tidak ada yang tertinggal, serta memeriksa alat pelindung diri (APD) masing-masing pemanen. Sistem panen yang digunakan adalah sistem hanca tetap per mandoran, sehingga para pekerja sudah mengetahui hancanya masing-masing. Kegiatan panen dimulai
29 dengan memotong pelepah yang menghalangi TBS yang akan dipanen dengan syarat minimal songgo satu (progressive pruning). Pelepah yang menopang tandan buah dipotong rapat ke batang, kemudian pelepah tersebut dipotong menjadi dua bagian disusun rapi memanjang searah barisan di gawangan mati dan di antara pohon dalam barisan membentuk U-shape. Semua TBS yang sudah dipanen disusun teratur di TPH dengan menggunakan angkong, kemudian tangkai tandan yang panjang dipotong rapat membentuk “cangkem kodok” dengan menggunakan kampak dan ditulis nomor pemanen. Semua berondolan dikutip bersih dan tidak boleh ada yang tertinggal baik yang berada di piringan dan gawangan dengan menggunakan karung goni bekas pupuk dan mengumpulkannya di TPH. Taksasi produksi. Taksasi produksi merupakan kegiatan menghitung jumlah tandan buah segar (TBS) yang akan dipanen. Taksasi produksi dilaksanakan sehari sebelum dilaksanakan kegiatan pemanenan. Taksasi produksi harian ini dilaksanakan oleh mandor panen dengan cara mengambil sampel 400 pokok secara acak pada areal yang akan dipanen esok hari. Perhitungan taksasi produksi harian di PT Inti Indosawit Subur ini dapat memperkirakan persentase kematangan buah suatu blok yang akan dipanen, jumlah janjang masak, bobot total buah matang, dan jumlah tenaga panen esok hari. PT Inti Indosawit Subur juga melaksanakan taksasi produksi setiap 6 bulan sekali (sensus produksi) yang bertujuan untuk mengetahui target produksi yang harus dicapai oleh perusahaan untuk enam bulan ke depan. Sensus produksi ini dilaksankan setiap akhir bulan Juni dan akhir Desember. Tenaga panen. Kebutuhan tenaga pemanen yang dialokasikan setiap harinya harus berpedoman kepada hasil sensus kerapatan buah yang dibandingkan dengan output rata-rata tenaga potong buah yang dapat dicapai setiap hari pada bulan
berjalan.
Setelah
menghancakan
para
pemanen,
mandor
panen
melaksanakan taksasi potong buah pada hanca yang akan dipanen besok. Kebutuhan tenaga kerja panen setiap Afdeling berbeda-beda, disesuaikan dengan luas TM Afdeling. Berikut ini adalah rumus untuk kebutuhan tenaga kerja panen di Afdeling II: Kebutuhan tenaga kerja panen Afdeling II =
30 Basis dan premi panen. Basis panen adalah batas minimum jumlah janjang masak yang harus dicapai pemanen untuk mendapatkan premi. Basis panen di PT Inti Indosawit Subur terdiri atas basis siap borong dan basis lebih borong. Basis siap borong adalah batas minimum yang harus didapat pemanen dalam satu hari kerja yaitu 50 tandan untuk hari Senin-Sabtu kecuali hari Jumat, sedangkan basis siap borong pada hari Jumat adalah 36 tandan, jika pemanen dapat memenuhi basis siap borong ini maka pemanen mendapat pembayaran HK sebesar Rp 35 000.00 untuk pemanen yang sudah mendapat SKU dan Rp 49 360.00 untuk pemanen yang belum mendapatkan SKU. Basis lebih borong adalah basis yang didapat pemanen jika pemanen dapat melewati basis siap borong. Basis ini didapat setiap tambahan 50 tandan dari basis siap borong. Premi panen adalah pembayaran yang diberikan kepada pemanen apabila pemanen mendapatkan basis. Premi terdiri atas premi siap borong dan premi lebih borong. Premi siap borong didapatkan jika pemanen mendapatkan basis siap borong dan basis lebih borong. Untuk basis siap borong pemanen mendapatkan premi sebesar Rp 7 000.00, sedangkan untuk setiap tambahan 50 tandan dari basis siap borong (basis lebih borong), pemanen mendapatkan tambahan premi siap borong sebesar Rp 9 000.00. Premi lebih borong didapatkan melalui perhitungan: jumlah tandan pemanen yang lebih dari basis siap borong dikalikan dengan premi lebih borong per blok. Perbedaan pembayaran pada premi lebih borong per blok ini berdasarkan rata-rata BJR setiap blok (Tabel 8). Tabel 8. Premi Lebih Borong di Afdeling II Tiap Blok Blok B89a B89b B90a B90b B90c B90d B91a B91b B91c B91d
Luas (ha) 96 92 103 99 103 75 40 55 85 75
Premi lebih borong (Rp)/janjang 1160 1160 1160 1160 1200 1160 1000 1160 1160 1000
Sumber: Agricultural Policy Manual (APM) Asian Agri (2008)
31 Sistem pengawasan dan denda. Sistem pengawasan dan pemeriksaan hasil panen di PT Inti Indosawit Subur dilaksanakan secara rutin setiap hari kerja. Parameter denda karyawan potong buah disajikan pada Tabel 9. Tabel 9. Parameter Denda Karyawan Potong Buah Jenis kesalahan (parameter) Potong Buah Mentah (A) Gagang Panjang tidak dipotong rapat Buah masak tinggal dipokok / tidak dipanen (S) Buah mentah diperam di hanca (M1) Buah mentah tinggal di piringan / di hanca / di parit Buah Matahari / berondolan di potong gagang (M3) Berondolan tidak dikutip bersih Pelepah tidak disusun rapi di gawangan Pelepah sengkleh Tidak siap borong
Denda Rp 5 000/janjang Rp 1 000 Rp 5 000 Rp 5 000 Rp 5 000 Rp 1 000/janjang Rp 3 000/pokok Rp 1 000/gawangan Rp 1 000/pokok - Denda di per-7 (dipotong jam kerja) - 3x berturut-turut diberi peringatan
Sumber: Agricultural Policy Manual (APM) Asian Agri (2008)
Aspek Manajerial Karyawan Non Staf Setelah penulis berstatus sebagai KHL, selanjutnya penulis berstatus sebagai pendamping mandor selama satu bulan. Mandor mempunyai peranan penting dalam pelaksanaan tugas di lapangan dan paling bertanggung jawab terhadap kualitas dan kuantitas setiap pekerjaan. Mandor bertugas mengawasi pekerjaan karyawan, memberikan arahan kepada karyawan, memberikan motivasi kepada karyawan serta menegur karyawan apabila karyawan melakukan kesalahan. Setiap pagi hari pada pukul 06.30 WIB, semua mandor mengikuti kegiatan muster morning (apel pagi) bersama asisten Afdeling untuk mendapatkan pengarahan tentang pekerjaan yang akan dilaksanakan serta melaporkan dan memberikan solusi terhadap permasalahan yang terjadi di lapangan. Setiap sore hari pada pukul 16.00 WIB, setiap mandor mengisi lembar attendance & gang activity yang berisi tentang data kehadiran KHL dan jenis pekerjaan yang
32 dilaksanakan pada hari itu. Selain itu, mandor juga harus membuat rencana kerja harian (RKH) yang akan dilaksanakan untuk keesokan harinya. Pendamping Mandor I. Mandor I bertugas untuk melakukan koordinasi secara langsung tehadap mandor ataupun karyawan di lapangan. Selama menjadi pendamping mandor I, penulis membantu memeriksa laporan mandor, mengawasi kegiatan yang dilakukan mandor dan karyawan di lapangan, serta melakukan pemeriksaan atas kemungkinan adanya buah restan ataupun berondolan yang tidak dikutip oleh pemanen pada blok-blok yang telah dipanen. Pendamping mandor pupuk anorganik. Prinsip 4T yaitu: tepat dosis, waktu, cara, dan tempat merupakan faktor yang sangat penting untuk diperhatikan dalam menentukan efisiensi pemupukan terutama pemupukan anorganik. Selama menjadi pendamping mandor pupuk, penulis bertugas mengawasi kegiatan pemupukan mulai dari pengeluaran pupuk dari gudang, penguntilan, pelangsiran hingga pengaplikasian di lapangan. Pelaksanaan pemupukan di PT Inti Indosawit Subur sudah berjalan dengan baik, meski masih terdapat beberapa kendala yang ditemui penulis di lapangan, seperti keefektifan jam kerja. Pemupukan biasanya dimulai setelah jam kerja lewat dari jam normal yaitu pukul 07.00 WIB. Hal ini karena kurangnya pengkoordinasian yang teratur antara pengangkut pupuk dan mandor sehingga pelangsiran pupuk terlambat yang mengakibatkan pupuk kadang-kadang belum ada di lapangan walaupun jam kerja telah dimulai. Pendamping mandor semprot. Secara umum, pengendalian gulma di PT Inti Indosawit Subur difokuskan pada gulma di pringan, pasar pikul, dan TPH. Pengendalian gulma secara kimiawi yang dilakukan di PT Inti Indosawit Subur dikelola oleh Tim Unit Semprot (TUS) yang langsung dibawah tanggung jawab asisten kepala. Tim Unit Semprot (TUS) dibagi menjadi dua berdasarkan alat penyemprotan yaitu knapsack sprayer dan Controlled Droplet Applicator (CDA). Alat semprot knapsack sprayer (RB-15/Solo) menggunakan bahan aktif Paraquat konsentrasi 0.50 % dengan merek dagang Gromoxon dan Methyl metsufuron konsentrasi 0.03 % dengan merek dagang Trapp, sedangkan alat semprot micron herbi sprayer menggunakan bahan aktif Glifosat konsentrasi 4 % dengan merek dagang Bionasa dan 2.4D konsentrasi 2 % dengan merek dagang Lindomin. Selama menjadi pendamping mandor semprot, penulis membantu mandor
33 menakar bahan atau obat yang akan diaplikasikan di lapangan dan mengawasi jalannya kegiatan penyemprotan. Pendamping kerani panen. Selama bertugas sebagai pendamping kerani panen, penulis membantu kerani mengecek buah dan berondolan yang telah disusun di TPH, memberikan cap/stempel buah yang sudah dicek, menghitung jumlah buah yang telah dipanen tiap pemanen dan menuliskannya di dalam buku penerimaan buah. Penulis bekerja hingga pemanen terakhir telah menyelesaikan hancanya. Setelah kembali ke kantor Afdeling, penulis membantu kerani membuat laporan potong buah dan menghitung jumlah premi yang didapat pada hari tersebut. Pendamping mandor panen. Penulis bersama dengan mandor panen mengawasi tenaga pemanen agar buah yang dipanen tidak ada yang tertinggal di pohon dan pelepah yang dipotong disusun rapi di gawangan mati. Selain itu, penulis bersama denga mandor juga melakukan taksasi produksi harian, yaitu kegiatan menghitung jumlah TBS yang akan dipanen esok hari. Permasalahan yang sering dijumpai adalah masih ada pemanen yang memanen buah kurang matang maupun buah mentah, berondolan yang tidak dikutip, dan juga masih adanya buah matang yang tertinggal di pohon akibat penunasan tidak berjalan dengan baik. Karyawan Staf Penulis berstatus sebagai pendamping asisten Afdeling pada bulan ketiga dan keempat dan penulis ditempatkan di Afdeling II. Asisten Afdeling bertanggung jawab dalam pengelolaan kebun yang dipimpinnya, tanggung jawab tersebut berupa pencapaian produksi yang maksimal, menyusun rencana kerja bulanan, melaksanakan program sesuai dengan rencana yang telah dibuat, membina karyawan untuk meningkatkan produktivitas kerja, dan melaksanakan program monitoring berkesinambungan terhadap setiap laporan mandor dan kerani. Selama menjadi pendamping asisten Afdeling, penulis melakukan pengawasan pekerjaan di lapangan serta membantu kegiatan administrasi di kantor Afdeling.
PEMBAHASAN
Kebijakan penunasan di PT Inti Indosawit Subur adalah mempergunakan sistem penunasan progresif. Penunasan progresif adalah penunasan yang dilakukan oleh pemanen dengan bersamaan dengan panen. Penunasan progresif dilakukan per blok dalam 6 seksi wilayah, satu seksi ditunas setiap dua bulan sekali dan pembayaran dilakukan pada awal bulan ketiga dalam satu tahun. Misalkan pada bulan Maret-April dilaksanakan penunasan progresif pada seksi A pada blok B91a dan B90d, maka kedua blok tersebut harus dapat diselesaikan pada bulan April dan pembayaran hasil tunasan progresif seksi A dibayarkan pada awal bulan Mei. Dalam pelaksanaan tunasan progresif, pemanen bertanggung jawab untuk mempertahankan jumlah pelepah sesuai dengan ketentuan dan menurunkan pelepah sengkleh dan kering. Pelepah daun yang telah ditunas dipotong menjadi tiga bagian dan ditata dengan rapi di gawangan mati agar pelepah yang sudah kering dapat berfungsi sebagai mulsa bagi tanaman kelapa sawit. Dalam setiap bulannya pohon kelapa sawit membentuk 1 – 3 pelepah baru yang dipengaruhi oleh umur, pertumbuhan tanaman, dan lingkungan dengan susunan kedudukan daunnya berbentuk spiral. Setiap spiral terdapat 8 daun per putaran spiral, ada yang ke arah kiri dan ada yang ke arah kanan, penyebabnya adalah faktor genetik. Pokok yang ditunas terlalu berlebihan/over pruning diukur berdasarkan jumlah pelepah per pokok lebih sedikit dibandingkan dengan ketentuan yang ditetapkan, sedangkan untuk pokok yang tidak tertunas/under pruning diukur berdasarkan jumlah pelepah per pokok lebih banyak dibandingkan dengan ketentuan yang ditetapkan sesuai dengan umur tanaman. Kualitas penunasan yang baik dalam suatu kebun dapat diperoleh dengan manajemen penunasan yang baik. Manajemen penunasan dapat berkaitan dengan sistem penunasan, waktu dan sistem pembayaran penunasan, teknik penunasan, serta jumlah pelepah yang dipertahankan.
35 Sistem Penunasan Sistem Penunasan Sistem penunasan di PT Inti Indosawit Subur terdiri atas sistem penunasan progresif dan juga sistem gang tunas. Sistem penunasan progresif. Penunasan progresif adalah penunasan yang dilakukan oleh pemanen bersamaan dengan panen. Penunasan progresif dilakukan per blok dalam enam seksi wilayah, satu seksi ditunas setiap dua bulan sekali dalam satu tahun. Sistem penunasan ini memiliki beberapa karakteristik, diantaranya sistem hanca panen tetap, pemanen bertanggungjawab penuh menunas hancanya sendiri, dan jumlah tenaga panennya harus cukup, sehingga rotasi panennya relatif akan stabil. Sistem penunasan ini pun memiliki beberapa kekurangan yaitu pendapatan pemanen dapat berkurang dan membutuhkan tenaga kerja panen yang banyak. Sistem penunasan progresif di Afdeling II PT Inti Indosawit Subur pada kenyataannya masih belum berjalan dengan baik karena kurangnya tenaga kerja pemanen, sehingga dapat mengakibatkan rotasi panen lebih lama. Berikut ini adalah perhitungan jumlah tenaga kerja panen Afdeling II: Kebutuhan tenaga kerja panen Afdeling II
= =
= 46 – 55 pemanen Keterangan:
6 = Jumlah seksi panen, (2.5 s/d 3) ha = luas hanca pemanen
Jadi, kebutuhan tenaga kerja panen di Afdeling II adalah 46 – 55 pemanen, tetapi tenaga kerja panen di Afdeling II hanya sebanyak 33 pemanen. Kekurangan tenaga kerja panen inilah yang mengakibatkan penunasan progresif di Afdeling II tidak dapat berjalan dengan baik. Oleh karena itu, kebijakan yang dilakukan PT Inti Indosawit Subur adalah membentuk suatu kelompok khusus tunas yang disebut gang tunas. Sistem gang tunas. Gang tunas merupakan organisasi khusus yang dibentuk oleh perusahaan yang bertugas untuk membantu kegiatan penunasan agar kegiatan penunasan di setiap Afdeling dapat berjalan dengan baik. Sistem
36 penunasan ini adalah sistem hanca giring, yaitu satu mandor tunas menggiring perpindahan penunas dari satu blok ke blok berikutnya dalam satu Afdeling. Norma prestasi kerja penunas gang tunas dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Norma Prestasi Penunas Gang Tunas Jenis tunas an Tunas Pasir Tunas Periodik
Umur tanaman (tahun) < 3 (1 – 2 bulan sebelum TM) 4 – 7 tahun ≥ 8 tahun
Norma prestasi (HK/ ha) 0.7 – 1.0 1.0 – 1.3 1.7 – 3
Sumber: Agricultural Policy Manual (APM) Asian Agri (2008)
Dalam memperhitungkan kebutuhan tenaga kerja gang tunas per hari dalam suatu Afdeling dapat dipergunakan rumus sebagai berikut: Kebutuhan tenaga kerja gang tunas = Keterangan:
9 bulan = Rotasi penunasan/tahun 25 hari = Hari Kerja/bulan
Berdasarkan rumus di atas, maka perhitungan kebutuhan tenaga kerja gang tunas per hari di Afdeling II adalah sebagai berikut : Diketahui: Luas Afdeling II = 827 ha Karena umur tanaman di Afdeling II ≥ 8 tahun, maka norma prestasi kerja penunas = 1.7 – 3 (hk/ha) Kebutuhan tenaga kerja gang tunas
= = 6 – 11 penunas/hari
Jadi, kebutuhan tenaga kerja gang tunas per hari di Afdeling II adalah 6 – 11 penunas. Tenaga kerja tunas dapat berasal dari KHL mandoran lain maupun anggota khusus yang didatangkan dari luar daerah. Tenaga tunas harus terlatih dan tidak boleh diganti-ganti dengan orang yang belum terbiasa menunas. Setiap penunas harus memasang nomor hanca (pancang hanca) di jalan pikul yang akan ditunas. Hal ini diperlukan untuk memudahkan pengontrolan oleh asisten Afdeling, mandor I, maupun mandor tunas. Sistem pembayaran gang tunas disesuaikan dengan pokok-pokok yang telah ditunas, dengan biaya per pokok sebesar Rp 1 500.00.
37
Pelepah
7
Nomor Penunas Arah Ancak
5
Tanggal Tunas
4
Bulan Tunas
Gambar 5. Pancang Hanca Gang Tunas
Waktu dan Sistem Pembayaran Penunasan Ketepatan waktu penunasan diukur berdasarkan penyimpangan dalam satuan bulanan selama satu tahun dan berkaitan dengan sistem pembayaran. Penunasan progresif di kebun inti PT Inti Indosawit Subur dilakukan per blok dalam 6 seksi wilayah pada masing-masing hanca pemanen, satu seksi harus ditunas setiap dua bulan sekali dan pembayaran dilakukan pada awal bulan ketiga dalam satu tahun. Waktu penunasan dan sistem pembayaran yang harus dilaksanakan di Afdeling II pada tahun 2011 disajikan pada Tabel 11. Tabel 11. Waktu dan Sistem Pembayaran Penunasan Progresif Afdeling II Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
Seksi A B C D E F
Blok B90d B91a B90a B89a B89a B90b B89b B90c B90c B91d B91b B91c
Keterangan Pembayaran tunas seksi F Pembayaran tunas seksi A Pembayaran tunas seksi B Pembayaran tunas seksi C Pembayaran tunas seksi D Pembayaran tunas seksi E
Sumber: Agricultural Policy Manual (APM) Asian Agri (2008)
Realisasi penunasan progresif di Afdeling II dilakukan pada bulan Maret 2011 dan diselesaikan pada bulan Mei 2011. Keterlambatan waktu penunasan progresif pada tahun 2011 ini disebabkan penunasan progresif pada tahun 2010 baru dapat diselesaikan pada bulan Februari 2011 yang berdampak pada jumlah pelepah yang
38 dipertahankan dan kehilangan hasil (losses). Pembayaran hasil penunasan progresif di kebun inti per hektar adalah sebesar Rp. 108 000.00, satu hanca pemanen biasanya seluas 3 ha, jadi pembayaran total yang didapat pemanen setiap seksi yang telah diselesaikan adalah sebesar Rp. 648 000.00. Waktu penunasan pada kebun plasma dilaksanakan setiap 9 bulan sekali dengan pembayaran sebesar Rp. 900 000.00/kavling. Keterlambatan waktu penunasan di kebun inti ini dapat berpengaruh terhadap kehilangan hasil (losses) melalui berondolan tersangkut di ketiak pelepah dan buah tinggal di pokok pada kedua blok pengamatan yaitu blok B89a dan B91d. Data losses berondolan tersangkut di ketiak pelepah dan buah tinggal di pokok dari 55 pokok sampel dapat dilihat pada Tabel 12 dan 13. Tabel 12. Data Losses Berondolan Tersangkut di Ketiak Pelepah Blok
∑ Berondolan tersangkut di ketiak pelepah
B89a B91d
2248 2402
Bobot total (kg) 24.73 26.42
∑ Pokok 55 55
Sumber : Data Primer
Berdasarkan data Tabel 12 dapat dilihat bahwa jumlah bobot berondolan tersangkut di ketiak pelepah di blok B89a adalah sebesar 24.73 kg, sehingga ratarata bobot berondolan tersangkut di ketiak pelepah/pokok adalah sebesar 0.45 kg. Jumlah bobot berondolan tersangkut di ketiak pelepah di blok B89a adalah sebesar 26.42 kg, sehingga rata-rata bobot berondolan tersangkut di ketiak pelepah/pokok adalah sebesar 0.48 kg. Tabel 13. Data Losses Buah tinggal di Pokok Blok
∑ Buah tinggal di pokok
Buah tinggal (%)
∑ Pokok
B89a B91d
1 3
1.80 5.45
55 55
Sumber : Data Primer
Berdasarkan data Tabel 13, blok B91d memiliki jumlah buah tinggal yang lebih banyak daripada B89a dari 55 pokok sampel. Blok B91d memiliki jumlah buah tinggal sebesar 3 buah dari 55 pokok sampel, sehingga persentase yang didapat sebesar 5.45 %, sedangkan B89a memiliki jumlah buah tinggal sebesar 1 buah dari 55 pokok sampel, sehingga persentase yang didapat sebesar 1.8 %.
39 Contoh perhitungan kerugian akibat kehilangan hasil (losses) produksi pada bulan April untuk Blok B89a dan bulan Mei untuk Blok B91d: Diketahui : Total pokok produktif :
Blok B89a: 12 478 pokok Blok B91d: 9 565 pokok
Bobot janjang rata-rata:
Blok B89a: 24.41 kg Blok B91d: 24.11 kg
Ekstraksi minyak dari berondolan/kg: CPO/kg : 33 % PKO/kg : 6 % Ekstraksi minyak dari TBS/kg: CPO/kg : 22 % PKO/kg : 4 % Harga jual minyak:
CPO = Rp. 9 000.00/kg PKO = Rp. 5 000.00/kg
Bobot berondolan tersangkut di ketiak pelepah/pokok: Blok B89a = 24.73 kg/55 pokok = 0.45 kg/pokok Blok B91d = 26.42 kg/55 pokok = 0.48 kg/pokok Kerugiannya: Bobot total berondolan tersangkut di ketiak pelepah: Blok B89a = 0.45 kg x 12 478 pokok = 5 615 kg Blok B91d = 0.48 kg x 9 565 pokok = 4 591.2 kg Setelah diekstraksi: 1. Kerugian dari CPO -
Blok B89a = 5 615 kg x 33 % = 1 852.95 kg CPO, maka kerugian keungannya: = Rp 9 000.00/kg x 1 852.95 kg = Rp 16 676 550.00/bulan.
-
Blok B91d = 4 591.2 kg x 33 % = 1 515.09 kg CPO, maka kerugian keuangannya: = Rp 9 000.00/kg x 1 515.09 kg = Rp 13 635 810.00/bulan.
2. Kerugian dari PKO -
Blok B89a = 5 615 kg x 6 % = 336.90 kg PKO, maka kerugian keuangannya: = Rp 5 000.00/kg x 336.90 kg = Rp 1 684 500.00/bulan.
40 -
Blok B91d = 4 591.2 kg x 6 % = 275.47 kg, maka kerugian keuangannya: = Rp 5 000.00/kg x 275.47 kg = Rp 1 377 350.00/bulan.
Jumlah total buah tinggal di pokok: Blok B89a = 1.80 % x 12 478 pokok = 225 buah Blok B91d = 5.45 % x 9 565 pokok = 521 buah Bobot total buah tinggal di pokok Blok B89a = 225 x 24.41 kg = 5 492.25 kg Blok B91d = 521 x 24.11 kg = 12 561.31 kg Setelah diekstraksi: 1. Kerugian dari CPO: -
Blok B89a = 5 492.25 kg x 22 % = 1 208.29 kg, maka kerugian keuangannya: Rp 9 000.00/kg x 1 208.29 kg = Rp 10 874 610.00/bulan.
-
Blok B91d = 12 561.31 kg x 22 % = 2 763.49 kg, maka kerugian keuangannya: Rp 9 000.00/kg x 2 763.49 kg = Rp 24 810 410.00/bulan.
2. Kerugian dari PKO: -
Blok B89a = 1 208.29 kg x 4 % = 48.33 kg, maka kerugian keuangannya: Rp 5 000.00/kg x 48.33 kg = Rp 241 650.00/bulan.
-
Blok B91d = 2 763.49 kg x 4 % = 110.54 kg, maka kerugian keuangannya: Rp 5 000.00/kg x 110.54 kg = Rp 552 700.00/bulan.
Teknik Penunasan Teknik penunasan yang harus dilaksanakan di PT Inti Indosawit Subur adalah teknik songgo satu, yaitu hanya menyisakan satu pelepah dari tandan buah paling bawah. Hal ini dikarenakan umur tanaman rata-rata yang ditanam di PT Indosawit Subur adalah di atas 15 tahun. Cara menunas di areal TM adalah pelepah dipotong rapat ke batang agar berondolan yang jatuh tidak tersangkut pada batang. Pokok yang pertumbuhannya kurang bagus atau kuning karena defisiensi hara, harus ditunas lebih hati-hati, cukup membuang daun yang kering saja, dan pokok yang
41 telah dipastikan abnormal tidak perlu ditunas karena pada akhirnya akan di thinning out. Tabel 14. Hasil Pengamatan Teknik Songgo oleh Pemanen di Kebun Inti dan Kebun Plasma Kebun Inti
Plasma
Blok B89a
Tahun tanam 1989
B91d
1991
Hamparan 20
1989
Hamparan 94
1991
Songgo 1 2 1 2 1 2 1 2 3
Persentase (%) 93.33 6.67 80.00 20.00 80.00 20.00 66.67 23.33 10.00
Sumber : Data Primer
Data Tabel 14 didapat dengan mengamati teknik songgo di Afdeling II (Blok B89a dan B91d) untuk kebun inti dan di satuan pemukiman (SP) II (Hamparan 20 dan 94) untuk kebun plasma, dengan jumlah sampel tanaman pada masing-masing blok pengamatan adalah 60 pokok dalam 3 hanca panen (masingmasing 20 pokok/hanca). Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa teknik penunasan di kebun inti masih lebih baik dibandingkan kebun plasma meskipun masih terdapat beberapa pokok yang belum songgo satu. Hal ini dapat dilihat dari persentase songgo satu di kedua blok kebun inti lebih besar dibandingkan dengan kebun plasma. Blok B89a (tahun tanam 1989) memiliki persentase songgo satu 93.33 %, dan songgo dua 6.67 %, sedangkan blok B91d (tahun tanam 1991) memiliki persentase songgo satu sebesar 80.00 % dan songgo dua sebesar 20.00 %. Hamparan 20 (tahun tanam 1989) memiliki persentase songgo satu sebesar 80.00 % dan songgo dua sebesar 20.00 %. Teknik penunasan pada Hamparan 94 masih terbilang belum baik, karena masih terdapat beberapa pokok dengan songgo tiga yaitu sebesar 10.00 %. Persentase songgo satu pada Hamparan 94 juga masih terbilang rendah dibandingkan blok-blok pengamatan yang lain, yaitu 66.67 % dan diikuti dengan persentase songgo dua yang cukup tinggi pula dibandingkan blok-blok pengamatan yang lain yaitu 23.33 %.
42 Ketidaktepatan dalam teknik penunasan progresif yang dilakukan oleh pemanen terurtama disebabkan ketidakterampilan pemanen dalam menunas songgo satu dan juga ketidaksempatan pemanen dalam menunas sambil memanen, sehingga masih banyaknya pelepah-pelepah gondrong (under pruning).
Gambar 6. Teknik Penunasan Songgo I Jumlah Pelepah yang Dipertahankan Kemampuan tanaman mempertahankan jumlah pelepah, selain ditentukan oleh faktor genetik, juga dapat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan tumbuh melalui pengaruhnya terhadap laju proses penuaan daun. Patah pelepah (sengkleh) yang sering terjadi diduga disebabkan kahat hara kalium dan cekaman kekeringan. Ketepatan jumlah pelepah yang dipertahankan ini merupakan faktor yang sangat penting dan dapat berpengaruh terhadap nisbah seks (perbandingan bunga jantan dan bunga betina) dan yang terutama berpengaruh terhadap kapasitas produksi kelapa sawit. Terbuangnya sejumlah pelepah produktif secara berlebihan (over pruning) mengakibatkan areal fotosintesis daun berkurang dan pokok menjadi stress, sehingga terjadi penurunan bunga betina dan peningkatan bunga jantan. Semakin banyaknya jumlah pelepah yang dipertahankan tidak sesuai dengan ketentuan (under pruning) dapat menyulitkan pemanen dalam memotong buah, sehingga dapat meningkatkan losses produksi melalui berondolan tersangkut di ketiak pelepah dan buah tinggal di pokok
43 Jumlah pelepah yang harus dipertahankan berdasarkan umur tanaman dari SOP PT Inti Indosawit Subur nomor AA-APM-OP-1100.13-RI adalah: Tabel 15. Jumlah Pelepah Dipertahankan per Umur Tanaman Sesuai SOP PT Inti Indosawit Subur Umur tanaman (tahun) 3–4 5–8 9 – 14 >14
Jumlah pelepah dipertahankan / pokok 58 – 64 48 – 54 40 – 46 32 – 36
Songgo 3 2 2 1
Sumber: Agricultural Policy Manual (APM) Asian Agri (2008)
Pengukuran ketepatan jumlah pelepah yang dipertahankan dapat dilakukan dengan cara pengamatan rata-rata jumlah pelepah yang dipertahankan, sehingga dapat menunjukkan nisbah seks (perbandingan bunga jantan dan bunga betina) dan jumlah tandan. Pengamatan ketepatan jumlah pelepah yang dipertahankan ini dilaksanakan di kebun inti dan kebun plasma PT Inti Indosawit Subur. Pemeriksaan pokok dilaksanakan secara sampling, yang diperoleh dari dua blok pengamatan dengan umur tanam yang paling berbeda di Afdeling II untuk kebun inti dan di satuan pemukiman (SP) II untuk kebun plasma. Data sampel pengamatan diambil dari 60 pokok dalam 3 hanca pada masing-masing blok pengamatan dengan jumlah pokok sampel per hanca sebesar 20 pokok. Berikut ini adalah data-data pengamatan di kebun inti dan kebun plasma: Kebun Inti Tabel 16. Data Persentase Jumlah Pelepah per Interval Pelepah di Blok B89a (Tahun Tanam 1989) Interval 27 – 31 32 – 36 37 – 41 42 – 46 47 – 51
Jumlah Pelepah (%) 25.00 36.67 26.67 5.00 6.67
∑ Pokok 15 22 16 3 4
Sumber : Data Primer
Berdasarkan data Tabel 16, dapat disimpulkan bahwa jumlah pelepah pada interval 32 – 36 pelepah memiliki nilai persentase tertinggi, yaitu 36.67 %, sedangkan interval 42 – 46 pelepah memiliki nilai persentase terendah, yaitu
44 5.00 %. Secara umum, penunasan di Blok B89a sesuai dengan SOP PT Inti Indosawit Subur, yaitu 32 – 36 pelepah. Penunasan pada blok B89a harus tetap dijaga untuk mencegah terjadinya over pruning dan under pruning. Tabel 17. Data Persentase Jumlah Pelepah per Interval Pelepah di Blok B91d (Tahun Tanam 1991) Interval 27 – 31 32 – 36 37 – 41 42 – 46 47 – 51
Jumlah Pelepah (%) 13.33 23.33 28.33 25.00 10.00
∑ Pokok 8 14 17 15 6
Sumber : Data Primer
Berdasarkan data Tabel 17, dapat disimpulkan bahwa jumlah pelepah pada interval 37 – 41 pelepah memiliki nilai persentase tertinggi, yaitu 28.33 %, sedangkan interval 47 – 51 pelepah memiliki nilai persentase terendah, yaitu 10.00 %. Secara umum penunasan di blok B91d masih belum sesuai dengan SOP PT Inti Indosawit Subur, yaitu 32 – 36 pelepah, karena masih banyak pokok yang under pruning. Oleh karena itu, penunasan di blok B91d harus lebih dijaga lagi sesuai dengan aturan yang telah ditentukan. Kebun Plasma Tabel 18. Data Persentase Jumlah Pelepah per Interval Pelepah di Hamparan 20/Sumber Makmur (Tahun Tanam 1989) Interval 27 – 31 32 – 36 37 – 41 42 – 46 47 – 51
Jumlah Pelepah (%) 16.67 35.00 30.00 18.33 0.00
∑ Pokok 10 21 18 11 0
Sumber : Data Primer
Berdasarkan data Tabel 18, dapat disimpulkan bahwa jumlah pelepah pada interval 32 – 36 pelepah memiliki nilai persentase tertinggi, yaitu 35.00 %, sedangkan interval 47 – 51 pelepah memiliki nilai persentase terendah, yaitu 0.00 %. Secara umum penunasan di Hamparan 20 sesuai dengan SOP PT Inti Indosawit Subur, yaitu 32 – 36 pelepah, tetapi penunasan di Hamparan 20 harus tetap dijaga, agar mencegah terjadinya over pruning dan under pruning.
45 Tabel 19. Data Persentase Jumlah Pelepah per Interval Pelepah di Hamparan 94/Kerinci Sakti (Tahun Tanam 1991) Interval 27 – 31 32 – 36 37 – 41 42 – 46 47 – 51
Jumlah Pelepah (%) 11.67 15.00 33.33 31.67 8.30
∑ Pokok 7 9 20 19 5
Sumber : Data Primer
Berdasarkan data Tabel 19, dapat disimpulkan bahwa jumlah pelepah pada interval 37 – 41 pelepah memiliki nilai persentase tertinggi, yaitu 33.33 %, sedangkan interval 47 – 51 pelepah memiliki nilai persentase terendah, yaitu 8.30 %. Secara umum penunasan di Hamparan 94 masih belum sesuai dengan SOP PT Inti Indosawit Subur, yaitu 32 – 36 pelepah, karena masih banyak pokok yang under pruning. Oleh karena itu, penunasan di Blok B91d harus lebih dijaga lagi sesuai dengan aturan yang telah ditentukan. Secara umum, tabel-tabel data persentase jumlah pelepah per interval jumlah pelepah baik di kebun inti maupun kebun plasma menunjukkan bahwa pada jumlah pelepah pada interval 32 – 36 di kebun inti, Blok B89a (tahun tanam 1989), dan di kebun plasma, Hamparan 20 (tahun tanam 1989), memiliki persentase yang lebih tinggi dibandingkan jumlah pelepah interval yang lain dengan persentase sebesar 36.67 % untuk blok B89a dan 35.00 % untuk Hamparan 20. Blok B91d (tahun tanam 1991) di kebun inti dan Hamparan 94 (tahun tanam 1991) di kebun plasma memiliki persentase yang tertinggi pada interval 37 – 41 sebesar 28.33 % (B91d) dan 33.33 % (Hamparan 94) diikuti dengan jumlah pelepah pada interval 42 – 46 sebesar 25.00 % (B91d) dan 31.67 % (Hamparan 94). Berdasarkan data Agricultural Policy Manual (APM) PT Inti Indosawit Subur, jumlah pelepah yang harus dipertahankan pada umur tanaman >14 tahun adalah 32 – 36 pelepah dan songgo satu. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan penunasan pada blok B89a di kebun inti dan Hamparan 20 di kebun plasma masih lebih baik dibandingkan dengan blok B91d dan Hamparan 94 karena memiliki persentase jumlah pelepah pada interval 32 – 36 dengan songgo satu yang lebih tinggi. Sebagian besar pokok tanaman pada blok B91d masih under prunning
46 (banyak pelepah gondrong) yang dapat menyulitkan pemanen dalam memotong buah (pokok tidak songgo satu), sehingga dapat meningkatkan losses produksi melalui berondolan tersangkut di ketiak pelepah dan buah tinggal di pokok. Jumlah pelepah yang dipertahankan juga dapat berpengaruh terhadap nisbah seks dan jumlah tandan di kebun inti dan kebun plasma. Hal ini dapat dilihat pada data Tabel 20 dan 21 untuk kebun inti serta Tabel 22 dan 23 untuk kebun plasma. Kebun Inti Tabel 20. Pengaruh Jumlah Pelepah terhadap Nisbah Seks dan Jumlah Tandan di Blok B89a (Tahun Tanam 1989) Interval 27 – 31 32 – 36 37 – 41 42 – 46 47 – 51
∑ Bunga Jantan ∑ Bunga Betina 3.07 2.90 2.05 2.91 2.25 3.25 1.67 3.67 2.00 2.75
∑ Tandan 2.00 2.64 2.75 3.30 3.25
∑ Pokok 15 22 16 3 4
Sumber : Data Primer
Tabel 21. Pengaruh Jumlah Pelepah terhadap Nisbah Seks dan Jumlah Tandan di Blok B91d (Tahun Tanam 1991) Interval 27 – 31 32 – 36 37 – 41 42 – 46 47 – 51
∑ Bunga Jantan ∑ Bunga Betina 2.88 1.90 2.00 2.88 2.47 2.84 2.13 2.90 2.17 2.33
∑ Tandan 1.50 2.96 3.00 2.80 3.00
∑ Pokok 8 14 17 15 6
Sumber : Data Primer
Berdasarkan data Tabel 21 dan 22 dapat dilihat bahwa semakin banyak jumlah pelepah per interval maka semakin banyak pula jumlah tandan. Penurunan nisbah seks (peningkatan jumlah bunga jantan yang diikuti dengan peningkatan gugurnya bunga betina) pada kedua blok tersebut terjadi pada interval jumlah pelepah 27 – 31. Ketentuan teknik penunasan berdasarkan jumlah songgo, terutama songgo satu cenderung berakibat over pruning untuk pokok yang bunga betina/tandan buahnya sedikit atau jarang, dengan teknik songgo ini penunas mengikuti posisi buah, bukan berpedoman pada jumlah pelepah yang harus dipertahankan. Terbuangnya sejumlah pelepah produktif secara berlebihan mengakibatkan areal fotosintesis daun berkurang dan pokok menjadi stres.
47 Penurunan nisbah seks juga berdampak pada penurunan produksi yang dapat dilihat pada rata-rata jumlah tandan yang terendah dibandingkan interval yang lain. Penunasan berlebihan pada pokok-pokok yang demikan akan memperparah kondisi fisiologi tanaman. Pada pokok yang produksinya rendah, seyogyanya diberlakukan penunasan berdasarkan jumlah pelepah, bukan teknik songgo. a
b
Gambar 7. Bunga Kelapa Sawit (a. Jantan dan b. Betina) Kebun Plasma Tabel 22. Pengaruh Jumlah Pelepah Terhadap Nisbah Seks dan Jumlah Tandan di Hamparan 94/Kerinci Sakti (Tahun Tanam 1991) Interval 27 – 31 32 – 36 37 – 41 42 – 46 47 – 51
∑ Bunga Jantan ∑ Bunga Betina 3.43 2.57 1.89 3.56 1.65 2.55 1.47 2.79 1.60 3.40
∑ Tandan 2.14 3.30 2.50 2.73 3.80
∑ Pokok 7 9 20 19 5
Sumber : Data Primer
Tabel 23. Pengaruh Jumlah Pelepah Terhadap Nisbah Seks dan Jumlah Tandan di Hamparan 20/Sumber Makmur (Tahun Tanam 1989) Interval 27 – 31 32 – 36 37 – 41 42 – 46 47 – 51
∑ Bunga Jantan 2.60 1.62 2.17 3.09 -
Sumber : Data Primer
∑ Bunga Betina 2.90 3.05 3.00 2.73 -
∑ Tandan 2.20 2.57 2.56 2.54 -
∑ Pokok 10 21 18 11 -
48 Berdasarkan data Tabel 22 dan 23 dapat dilihat bahwa pada Hamparan 94 (tahun tanam 1991) terjadi peningkatan jumlah bunga jantan yang cukup tinggi pada interval 27 - 31 yang disebabkan terjadinya over prunning, sedangkan pada Hamparan 20 (tahun tanam 1989) peningkatan jumlah bunga jantan yang cukup tinggi terjadi pada interval 42 – 46. Hal ini dapat disebabkan karena pokok mengalami stres yang dapat disebabkan pokok kekurangan air dan unsur hara (pemupukan tidak berjalan dengan baik). Selain itu, hal ini juga dapat disebabkan karena pokok mengalami stres naungan yaitu terlalu banyak jumlah pelepah yang dipertahankan sehingga pelepah yang terbawah tidak mendapat sinar matahari yang cukup dan mengakibatkan peningkatan jumlah bunga jantan yang diikuti dengan peningkatan gugurnya bunga betina. Penurunan nisbah seks pada Hamparan 20 (tahun tanam 1989) ini pun berdampak pada rata-rata jumlah tandan yang semakin menurun semakin bertambahnya jumlah bunga jantan, sedangkan pada Hamparan 94 (tahun tanam 1991) rata-rata jumlah tandan cenderung meningkat dengan bertambahnya jumlah interval pelepah. a
b
Gambar 8. Kondisi Pokok Kelapa Sawit (a. Under pruning dan b. Over pruning)
49 Tabel 24. Perbandingan Rata-rata Jumlah Pelepah Terhadap Produksi Kebun
Blok
Rata-rata Σ pelepah
Ulangan
Tanggal
Σ TBS
Bobot TBS (kg) 29 120 36 870 39 510 105 500
35.72
I II III
09-04-11 19-04-11 29-04-11
1 158 1 445 1 639 4 242 24.87
B91d (1991)
38.90
I II III
05-04-11 15-04-11 26-04-11
Total BJR Hamparan 20 (1989) Total BJR
29 600 31 270 51 260 112 130
36.87
I II III
23-05-11 03-06-11 13-06-11
1 239 1 440 2 350 5 029 22.29 1 599 2 208 1 852 5 659 21.95
39.68
I II III
21-05-11 01-06-11 11-06-11
1 214 2 957 1 603 5 774 15.25
20 370 36 250 31 415 88 035
B89a (1989) Total BJR Inti
34 370 48 615 41 215 124 200
Plasma Hamparan 94 (1991) Total BJR Sumber: Data Primer
Data Tabel 24 menunjukkan bahwa nilai BJR tahun tanam 1989 lebih besar dibandingkan BJR tahun tanam 1991. Blok pengamatan pada kebun inti menunjukkan bahwa blok B89a dengan rata-rata jumlah pelepah yang dipertahankan sebesar 35.72 (sesuai dengan ketentuan SOP) dari tiga ulangan pengamatan yang dilakukan menghasilkan jumlah tandan sebesar 4 242 tandan dengan bobot 105 500 kg, sehingga nilai BJR yang dihasilkan sebesar 24.87. Blok B91d dengan rata-rata jumlah pelepah yang dipertahankan sebesar 38.90 (tidak sesuai dengan ketentuan SOP) menghasilkan jumlah tandan total sebesar 5 029 dengan bobot 112 130 kg, sehingga nilai BJR yang dihasilkan sebesar 22.29. Hasil pengamatan pada kebun plasma menunjukkan bahwa Hamparan 20 dengan rata-rata jumlah pelepah yang dipertahankan sebesar 36.87 dari tiga ulangan pengamatan yang dilakukan, menghasilkan jumlah tandan sebesar 5 659 tandan dengan bobot 124 200 kg, sehingga nilai BJR yang dihasilkan sebesar 21.95. Hamparan 94 dengan rata-rata jumlah pelepah yang dipertahankan sebesar 39.68 (tidak sesuai dengan ketentuan SOP) mengahasilkan jumlah tandan
50 total sebesar 5 774 tandan dengan bobot 88 035 kg, sehingga nilai BJR yang dihasilkan sebesar 15.25. Secara umum, pokok-pokok pada tahun tanam 1991 memiliki jumlah TBS yang lebih tinggi dibandingkan dengan pokok-pokok pada tahun tanam 1989, tetapi pokok-pokok pada tahun tanam 1989 memiliki nilai BJR yang lebih tinggi dibandingkan pokok-pokok pada tahun tanam 1991. Hal ini dapat disebabkan karena semakin tua umur suatu tanaman maka semakin tinggi bobotnya, karena unsur hara yang diserap dan pasokan karbohidrat melalui fotosintesis pada tanaman yang lebih tua lebih dikhususkan untuk menunjang produksi buah daripada untuk pertumbuhan vegetatif tanaman. Nilai BJR pada kedua blok di kebun inti secara umum lebih tinggi dibandingkan dengan kebun plasma. Hal ini dapat disebabkan karena kegiatan pemeliharaan tanaman kelapa sawit pada kebun inti masih lebih baik dibandingkan kebun plasma. Pengelolaan tajuk dengan menjaga jumlah pelepah yang dipertahankan tetap optimal sangat penting untuk maksimalisasi produksi. Oleh karena itu, penentuan jumlah pelepah optimal yang harus dipertahankan harus tetap dijaga sesuai dengan umur tanaman. Sesuai dengan SOP umur tanaman >14 tahun, jumlah pelepah optimal yang harus dipertahankan sebesar 32 – 36 pelepah.
51
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Penunasan merupakan pemotongan pelepah yang tidak produktif (pelepah sengkleh, pelepah kering, dan pelepah terserang hama dan penyakit) untuk menjaga luasan permukaan daun (leaf area) yang optimum agar mendapat produksi yang maksimum. Tujuan penunasan adalah untuk menjaga sanitasi tanaman, memudahkan pemanenan, serta mencegah terjadinya kehilangan hasil panen melalui berondolan tersangkut di ketiak pelepah dan buah tinggal di pokok. Berdasarkan data, penunasan berlebihan, dengan jumlah pelepahnya di bawah 32, umumnya terjadi pada pokok-pokok yang nisbah seks bunga betina/jantannya rendah. Hal ini berkaitan penerapan teknik songgo dan tidak berdasarkan jumlah pelepah yang harus dipertahankan. Pada keadaan lain, semakin banyak jumlah pelepah yang dipertahankan pada umur tanaman > 14 tahun maka semakin besar pula kehilangan hasil melalui jumlah berondolan yang tersangkut di ketiak pelepah dan buah tinggal di pokok. Pengelolaan tajuk dengan menjaga jumlah pelepah yang dipertahankan tetap optimal sangat penting untuk maksimalisasi produksi. Untuk itu, penentuan jumlah pelepah optimal yang harus dipertahankan sesuai umur tanaman harus tetap dijaga seoptimal mungkin. Rata-rata umur tanaman yang ada di PT Inti Indosawit Subur adalah >14 tahun, sesuai dengan SOP PT Inti Indosawit Subur, untuk umur tanaman >14 tahun, jumlah pelepah optimal yang harus dipertahankan sebesar 32 – 36 pelepah.
Saran Perlu adanya pengawasan ketat yang harus dilakukan oleh mandor yang mengawasi kegiatan penunasan. Pelatihan dan simulasi terutama kepada pemanen dan anggota gang khusus tunas juga harus dilakukan, sehingga para pemanen dapat menunas secara benar sesuai dengan ketentuan jumlah pelepah yang harus dipertahankan. Rata-rata umur tanaman yang ada di PT Inti Indosawit Subur adalah >14 tahun, sehingga teknik penunasan yang harus dilakukan adalah teknik songgo satu dan jumlah pelepah yang harus dipertahankan sebesar 32 – 36 pelepah. Teknik songgo satu seyogyanya tidak diberlakukan pada pokok yang berproduksi rendah atau nisbah bunga betina/jantannya rendah, karena akan berakibat over pruning, disarankan menerapkan teknik berdasarkan jumlah pelepah yang dipertahankan.
DAFTAR PUSTAKA
Adiwiganda, R. dan Siahaan, M.M. 1994. Kursus Manajemen Perkebunan Dasar Bidang Tanaman. Lembaga Pendidkan Perkebunan Kampus Medan. Medan. 68 hal Asian Agri Group. 2008. Agricultural Policy Manual (APM). Deli Serdang, Medan. Fauzi, Y., Y. E. Widyastuti, I. Satyawibawa, dan R. Hartono. 2008. Kelapa sawit: Budidaya, Pemanfaatan Hasil dan Limbah, Analisis usaha dan Pemasaran. Edisi revisi. Penebar swadaya. Jakarta. 168 hal. Lubis, A. U. 1992. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) Di Indonesia. Pusat Penelitian Kelapa Sawit Marihat. Pematang Siantar. Mangoensoekarjo dan Semangun. 2000. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Gadjah Mada University. Yogyakarta. 605 hal. Pahan, I. 2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Jakarta : Penebar Swadaya. PPKS. 2003. Budidaya Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan. 145 hal. Sastrosayono, S. 2008. Budidaya Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka. Jakarta. 65 hal. Setyamidjaja, D. 2006. Kelapa Sawit. Kanisisus. Jakarta. 127 hal. Sunarko. 2007. Petunjuk Praktis Budidaya dan Pengolahan Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka. Jakarta. 70 hal. Wawan, P. 2011. Botani Kelapa Sawit. http://puputwawan.wordpress.com. [25 Juni 2011] Yahya, S. 1990. Budidaya Kelapa Sawit (Elaeis guinensis Jacq.). Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 52 hal.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL) di PT Inti Indosawit Subur Tanggal 28-02-2011 01-03-2011 02-03-2011 03-03-2011 04-03-2011 07-03-2011 08-03-2011 09-03-2011 10-03-2011 11-03-2011 12-03-2011 14-03-2011 15-03-2011 16-03-2011 17-03-2011 18-03-2011 19-03-2011 21-03-2011 22-03-2011 23-03-2011 24-03-2011 25-03-2011 26-03-2011 27-03-2011
Uraian Kegiatan Tiba di lokasi Briefing dan Orientasi Lapang Sebar Janjang Kosong (JJK) Pemupukan Perbaikan gorong-gorong Dongkel Anak Kayu (DAK) Penyemprotan Herbisida Penyemprotan Herbisida Pemanenan Taksasi Potong Buah Taksasi Potong Buah Taksasi Potong Buah Sensus TO Rempesan pelepah Pemanenan Dongkel Anak Kayu Penunasan Pemeliharaan Flatbed POME Pemupukan Pemupukan Pemupukan Pemanenan Sensus Ulat Api Hutan lindung (penyulaman)
Prestasi Kerja Penulis Pekerja Standar ...…………….(satuan/HK)…………..... 3 titik 10 titik 10 titik 6 until 26 until 25 until 1 gorong-gorong 1 gorong-gorong ½ jalan pikul 1 jalan pikul 1 jalan pikul 1 ha 5 ha 5 ha ½ ha 3 ha 3 ha 5 TBS 66 TBS 50 TBS 50 batang/hari 50 batang/hari 50 pohon 50 TBS 50 TBS 1 jalan pikul 1 jalan pikul 1 jalan pikul 10 pokok 40 pokok 40 pokok 3 pasar 3 pasar 8 until 28 until 25 until 8 until 27 until 25 until 8 until 26 until 25 until 60 TBS 50 TBS 6 jalan pikul 6 jalan pikul 6 jalan pikul 15 tanaman 30 tanaman 30 tanaman
Lokasi Mess AALI Kantor besar PT IIS Blok B91c Blok B91b Blok B90b Blok B90c Blok B90c Blok B89b Blok B91a Blok B89a Blok B89b Blok B89a Blok B90b Blok B89b Blok B91d Blok B91d Blok B90b Inti 19 Blok B90c Blok B90c Blok B90c Blok B90b TPP B91b Hutan Lindung Afd II 55
Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pekerja Harian Lepas (PHL) di PT Inti Indosawit Subur (Lanjutan) Tanggal 29-03-2011 30-03-2011 17-03-2010
Uraian Kegiatan Penguntilan pupuk Penunasan Hutan lindung (pembibitan)
Prestasi Kerja Penulis Karyawan Standar ...…………….(satuan/HK)…………..... 1500 kg 1500 kg 1500 kg 5 pokok 50 pokok 50 pokok 125 bibit 400 bibit 400 bibit tanaman tanaman tanaman
Lokasi Gudang pupuk Blok B89a Blok B91d
56
Lampiran 2. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pendamping Mandor di PT Inti Indosawit Subur
Tanggal 01-04-2011 02-04-2011 04-04-2011 05-04-2011 06-04-2011 07-04-2011 08-04-2011 09-04-2011 11-04-2011 12-04-2011 13-04-2011 14-04-2011 15-04-2011 16-04-2011 18-04-2011 19-04-2011 20-04-2011 21-04-2011 23-04-2011 25-04-2011 26-04-2011 27-04-2011
Uraian Kegiatan Mengawasi Pemanenan Mengawasi Pemanenan Mengawasi Pemanenan Mengawasi Pemanenan Mengawasi Pemanenan Mengawasi Penunasan Mengawasi Penunasan Mengawasi Penunasan Mengawasi Pemupukan Mengawasi Pemupukan Kerani Panen Kerani Panen Mengawasi Pemupukan Mengawasi pemupukan Mengawasi Penyemprotan Herbisida Mengawasi Penyemprotan Herbisida Mengawasi Pemanenan Mengawasi penguntilan pupuk Mengawasi Pemanenan Mengawasi Pemupukan Mengawasi Pemupukan Mengawasi Pemupukan
Prestasi Kerja Jumlah KHL Luas Areal yang Diawasi yang Diawasi (orang) (ha) 10 46 8 46 11 41 9 38 10 57 15 48 13 48 15 48 14 18 15 27 8 41 11 41 12 29 12 27 20 50 11 50 11 48 5 12 46 19 36 14 22 16 24
Lama Kegiatan (jam) 7 7 7 7 7 7 7 7 4 4 4 7 7 4 4 7 7 4 7 7 7 7
Lokasi Blok B89b Blok B89b Blok B91d Blok B91d Blok B91b Blok B89a Blok B89a Blok B89a Blok B90a Blok B90a Blok B91d Blok B91d Blok B90b Inti 44 Inti 14 Blok B89a Blok B90b Gudang pupuk Blok B89b Blok B91d Blok B91d Blok B89b 57
Lampiran 3. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pendamping Mandor di PT Inti Indosawit Subur (Lanjutan)
Tanggal 28-04-2011 29-04-2011 30-04-2011 02-04-2011
Uraian Kegiatan Kunjungan ke PMKS II Kunjungan ke PMKS II Kunjungan ke PMKS II Kunjungan ke PMKS II
Prestasi Kerja Jumlah KHL Luas areal yang Diawasi yang Diawasi (orang) (ha) -
Lama kegiatan (jam) -
Lokasi PMKS II PMKS II PMKS II PMKS II
58
Lampiran 4. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pendamping Asisten di PT Inti Indosawit Subur
Tanggal 03-05-2011 04-05-2011 05-05-2011 06-05-2011 07-05-2011 09-05-2011 10-05-2011 11-05-2011 12-05-2011 13-05-2011 14-05-2011 16-05-2011 17-05-2011 18-05-2011 19-05-2011 20-05-2011 21-05-2011 23-05-2011 24-05-2011 25-05-2011
Uraian Kegiatan Mengawasi Pemanenan Mengawasi Pemanenan Mengawasi Pemanenan Mengawasi Penunasan Mengawasi Penunasan Mengawasi Pemupukan Mengawasi Pemupukan Mengawasi Penguntilan pupuk Supervisi Mengawasi Pemupukan Mengawasi Pemanenan Mengawasi Penguntilan pupuk Mengawasi Penguntilan pupuk Mengawasi Pemupukan Mengawasi Pemupukan Mengawasi Pemanenan Adninistrasi Adninistrasi Administrasi Mengawasi Pemanenan
Prestasi Kerja Jumlah Mandor Luas Areal yang Diawasi yang Diawasi (orang) (ha) 3 130.5 3 140 3 117 1 96 1 96 1 18 1 59 1 1 23 3 95 1 1 1 29 1 27 3 111 1 50
Lama Kegiatan (jam) 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 5 5 5 7
Lokasi Blok B90c & B91d Blok B91b & A91c Blok B90d & B91a Blok B89a Blok B89a Blok B90b & B89b Blok B89b & B91d Gudang pupuk AALI Blok B90d Blok B91c & B91d Gudang pupuk Gudang pupuk Blok B90b Blok B90a Blok B90c & B90b Kebun Plasma Kebun Plasma Kebun Plasma Kebun Plasma
59
Lampiran 4. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pendamping Asisten di PT Inti Indosawit Subur (Lanjutan)
Tanggal 26-05-2011 27-05-2011 28-05-2011 30-05-2010 31-05-2011 01-06-2011 03-06-2011 04-06-2011 06-06-2011 07-06-2011 08-06-2011 09-06-2011 10-06-2011 11-06-2011 13-06-2011 14-06-2011 15-06-2011 16-06-2011 17-06-2011 18-06-2011 20-06-2011 21-06-2011
Uraian Kegiatan Mengawasi Pemanenan Pelatihan K3 Mengawasi Pemanenan Mengawasi Pemanenan Mengawasi Pemanenan Mengawasi Pemanenan Mengawasi Pemanenan Mengawasi Pemanenan Mengawasi Pemanenan Mengawasi Pemanenan Mengawasi Pemanenan Mengawasi Pemanenan Mengawasi Pemanenan Mengawasi Pemanenan Administrasi Mengawasi Pemupukan Mengawasi Penguntilan Pupuk Mengawasi Pemanenan Mengawasi Penguntilan Pupuk Mengawasi Penguntilan Mengawasi Penguntilan Mengawasi Penguntilan
Prestasi Kerja Jumlah Mandor Luas Areal yang Diawasi yang Diawasi (orang) (ha) 1 50 1 50 1 50 1 50 1 50 1 50 1 44 1 44 1 44 1 44 1 44 1 44 1 44 1 25 1 3 107.5 1 1 1 1 -
Lama kegiatan (jam) 7 4 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 5 7 7 7 7 7 7 7
Lokasi Kebun Plasma Kebun Plasma Kebun Plasma Kebun Plasma Kebun Plasma Kebun Plasma Kebun Plasma Kebun Plasma Kebun Plasma Kebun Plasma Kebun Plasma Kebun Plasma Kebun Plasma Kebun Plasma Kebun Plasma Blok B91d Gudang Pupuk Blok B89a & B90b Gudang Pupuk Gudang Pupuk Gudang Pupuk Gudang Pupuk
60
Lampiran 4. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pendamping Asisten di PT Inti Indosawit Subur (Lanjutan)
Tanggal 22-06-2011 23-04-2011 24-06-2011 25-06-2011 27-06-2011 28-06-2011 29-06-2011 30-06-2011 01-07-2011
Uraian Kegiatan Administrasi Administrasi Administrasi Administrasi Persiapan Presentasi Persiapan Presentasi Persiapan Presentasi Presentasi Pulang
Prestasi Kerja Jumlah KHL Luas areal yang Diawasi yang Diawasi (orang) (ha) -
Lama kegiatan (jam) 7 7 7 7 -
Lokasi Kantor Afdeling 2 Kantor Afdeling 2 Kantor Afdeling 2 Kantor Afdeling 2 Kantor Kebun Buatan
61
Lampiran 5. Curah Hujan dan Hari Hujan di PT Tunggal Perkasa Plantations, Indragiri Hulu, Riau Periode 2007 - 2010 Bulan
2007 CH 255 114 136 355 160 127 169 169 223 168 265 162 2 303
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jumlah Keterangan :
CH HH
HH 13 7 8 10 10 8 8 8 11 7 11 8 109
2008 CH 91 240 260 232 58 40 209 207 415 242 77 142 2 213
HH 6 6 9 10 6 5 5 11 12 13 8 6 97
2009 CH 141 160 355 37 282 35 240 178 80 398 363 240 2 509
2010 HH 8 5 13 3 8 6 11 9 4 11 15 11 104
CH 140 129 179 227 51 104 219 159 316 222 141 97 1 981
HH 12 6 10 9 6 7 12 6 10 4 8 8 98
= Curah Hujan = Hari Hujan
62
Lampiran 6.Peta PT Inti Indosawit Subur, Pelalawan, Riau
63
Lampiran 7. Peta Satuan Peta Tanah dan Kesesuaian lahan di PT Inti Indosawit Subur, Pelalawan, Riau.
64
Lampiran 8. Struktur Organisasi di PT Inti Indosawit Subur, Pelalawan, Riau
65