MANAJEMEN PEMANENAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN SEI BATANG ULAK, PT CILIANDRA PERKASA, RIAU
SAFITRI SRI REJEKI
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Manajemen Pemanenan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Sei Batang Ulak, PT Ciliandra Perkasa, Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, September 2013
Safitri Sri Rejeki NIM A24090183
ABSTRAK SAFITRI SRI REJEKI. Manajemen Pemanenan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Sei Batang Ulak, PT Ciliandra Perkasa, Riau. Dibimbing oleh AHMAD JUNAEDI. Kegiatan magang dilaksanakan di Kebun Sei Batang Ulak, PT. Ciliandra Perkasa, Kampar, Riau yang dimulai dari bulan Februari sampai Juni 2013. Kegiatan magang ini bertujuan untuk menambah pengetahuan, melatih keterampilan dan kemampuan kerja secara langsung di lapangan serta mendalami aspek pemanenan baik dalam aspek teknis, pengelolaan, menganalisis, maupun mengatasi masalah panen. Perencanaan panen harus dilakukan dengan baik dan teliti sehingga hasil produksi yang didapatkan juga bisa optimal. Permasalahan yang terjadi dalam pemanenan antara lain perencanaan panen, angka kerapatan panen (AKP), rotasi panen dan kriteria kematangan panen yang tidak sesuai. Perencanaan panen yang tidak akurat dapat menyebabkan taksasi dan realisasi yang didapat tidak sesuai, demikian pula penggunaan tenaga panen juga harus disesuaikan dengan kondisi buah yang ada di lapangan. AKP yang terlalu rendah disebabkan sedikitnya buah matang menyebabkan rotasi menjadi cepat yang dapat meningkatkan losses panen dan banyak pemanen memotong buah mentah karena pemanen harus mencapai basis kerja sebesar 900 kg serta luasan panen pun semakin lama semakin melebar. Kata kunci: angka kerapatan panen, rotasi panen, taksasi produksi
ABSTRACT SAFITRI SRI REJEKI. Harvest Management of Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) in Sei Batang Ulak Plantation, PT Ciliandra Perkasa, Riau. Supervised by AHMAD JUNAEDI. The internship program was conducted in Sei Batang Ulak Plantation, PT. Ciliandra Perkasa, Kampar, Riau from Februari to June 2013. This program was aimed to improve knowledge and field work skill, and also to understand the harvest aspect of oil palm on technical and managerial aspect. Harvest planning must be conducted well and precisely to gain optimal crop production. Some problems related with harvesting such as harvest planning, harvest density, harvest rotation, and under or over ripe of harvesting bunch fruit. An inaccurate harvest planning could cause unsuitable result between the prediction and the realization, and the use of harvesters must be suited with fruit condition in the field. Condition of less harvest density that was caused by the lack of ripe fruit, could imply the harvest rotation to be shorter. Shorter rotation could increase the losses during harvest and many of harvesters cut under ripe fruit to meet the standard basis of harvest of 900 kg and harvesting area could also become larger through the time. Keywords: harvest density rate, harvest rotation, yield estimation
MANAJEMEN PEMANENAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN SEI BATANG ULAK, PT CILIANDRA PERKASA, RIAU
SAFITRI SRI REJEKI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Agronomi dan Hortikultura
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
Judul Skripsi : Manajemen Pemanenan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Sei Batang Ulak, PT Ciliandra Perkasa, Riau Nama : Safitri Sri Rejeki NIM : A24090183
Disetujui oleh
Dr Ir Ahmad Junaedi, MSi Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Agus Purwito, MSc Agr Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul skripsi ialah Manajemen Pemanenan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Sei Batang Ulak, PT Ciliandra Perkasa, Riau. Terima kasih Penulis mengucapkan kepada Dr Ir Ahmad Junaedi, MSi selaku dosen pembimbing skripsi, dan Dr Ir Eny Widajati, MS selaku dosen pembimbing akademik dan dosen penguji serta Dr Ir Supijatno MS selaku dosen penguji yang telah banyak memberi saran. Penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Tintang Raya Tarigan selaku General Manager PT Ciliandra Perkasa, Bapak Hendri Agustin, Bapak Sabar H Purba, Bapak Syah Meinan Lubis, Bapak Jawoto, Ibu Sri, Tante Leli dan remaja masjid beserta staf maupun karyawan yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada kedua orang tua, seluruh keluarga dan kepada teman-teman Agronomi dan Hortikultura serta Socrates 46 (Aci, Santi, Icha, Husein, Bina, Anin, Azmi, Sukirman, Fajar, Wana, Jojo, Endro, Luki, Yan, Dira, Andri, Subhi, Ulil dan Bagindo) atas segala nasehat, doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi masyarakat maupun di bidang keilmuan. Bogor, September 2013 Safitri Sri Rejeki
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Magang
2
TINJAUAN PUSTAKA
2
Botani Kelapa Sawit
2
Syarat Tumbuh Kelapa Sawit
2
Panen
3
METODE MAGANG
4
KEADAAN UMUM
5
Letak Geografis dan Administratif
5
Keadaan Tanah dan Iklim
6
Luas Lahan, Keadaan Tanaman dan Produksi
6
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan
7
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
7
Aspek Teknis Aspek Manajerial PEMBAHASAN
7 17 19
Aspek Teknis Panen
19
Aspek Manajerial Panen
25
KESIMPULAN DAN SARAN
27
Kesimpulan
27
Saran
27
DAFTAR PUSTAKA
27
LAMPIRAN
29
RIWAYAT HIDUP
33
DAFTAR TABEL 1 Kriteria matang panen kelapa sawit 2 Produksi dan produktivitas tandan buah segar di Kebun Sei Batang Ulak tahun 2006-2012 3 Komposisi jumlah tenaga kerja di Kebun Sei Batang Ulak 4 Dosis pupuk anorganik kelapa sawit 5 Kriteria matang panen antara standar perusahaan dan realisasi oleh pemanen 6 Bobot janjang rata-rata perusahaan dengan standar PPKS berdasarkan tahun tanam 7 Hasil pengamatan angka kerapatan panen taksasi dan angka kerapatan panen realisasi 8 Hubungan antara rotasi panen, produksi dan luas panen 9 Pengaruh umur tanaman terhadap produksi tandan buah segar
3 6 7 9 19 20 21 22 24
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6
Proses penguntilan pupuk Pengendalian gulma secara manual Kandang burung hantu Proses pemotongan tandan buah segar Alat-alat pemanenan Dump truck
8 10 12 14 16 16
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4
Data curah hujan dari tahun 2007-2012 Luas lahan dan tata guna lahan Peta kerja Afdeling I Struktur organisasi Kebun Sei Batang Ulak
29 30 31 32
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu komoditi tanaman perkebunan yang menghasilkan minyak dan sebagai komoditi ekspor non migas yang dapat membantu perekonomian Indonesia sebagai devisa negara. Perkebunan kelapa sawit di Indonesia tahun 2009 mencapai 8.4 juta ha dan merupakan penghasil areal yang terluas di dunia. Demikian pula produksi minyak sawit Indonesia tahun 2010 mencapai 20.6 juta ton dan menduduki posisi pertama di dunia melampaui Malaysia (Ditjenbun 2011). Tanaman kelapa sawit memiliki tiga produk komersial yang dihasilkan, yaitu minyak sawit (CPO; Crude Palm Oil), inti sawit (PKO; Palm Kernel Oil) dan ampas sawit. CPO diperoleh dari mesokarp (sabut kelapa sawit) yang diolah lebih lanjut. Hasil pengolahan CPO selain dijadikan sebagai bahan baku minyak goreng, juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan, bahan industri, kosmetik, obat-obatan, dan sebagainya. Minyak kelapa sawit memiliki nilai jual yang sangat tinggi saat ini. Kebutuhan kelapa sawit memiliki korelasi positif dengan kebutuhan CPO, yaitu semakin tinggi kebutuhan CPO dunia maka semakin tinggi pula permintaan buah kelapa sawit. Dengan meningkatnya harga minyak mentah dunia, menjadikan CPO sebagai pilihan untuk bahan baku pembuatan bioenergi. Hal tersebut menyebabkan peluang industri pengolahan kelapa sawit (PKS) masih memiliki prospek sangat bagus untuk memenuhi kebutuhan pasar baik dalam maupun luar negeri (PPKS 2007). Panen dan produksi merupakan hasil dari aktivitas kerja di bidang pemeliharaan tanaman. Kelapa sawit dapat mulai dipanen pada umur 30 bulan. Kelapa sawit dalam keadaan normal 90 - 100% dari seluruh pokok sudah matang panen, artinya pokok-pokok kelapa sawit muda itu telah memiliki tandan-tandan yang siap untuk dipanen. Tandan yang cukup besar dan siap untuk diolah adalah yang padat isinya dan beratnya minimal 3 kg. Kriteria panen yang digunakan ada dua, yaitu dua brondolan, artinya sudah ada dua buah lepas dari tandannya atau jatuh ke piringan pohon jika berat brondolan dibawah 10 kg sedangkan untuk tandan yang beratnya lebih dari 10 kg, dipakai satu brondolan yang jatuh ke tanah. Kapasitas pemanen tergantung pada produksi/ha yang dikaitkan dengan umur tanaman, topografi areal, kerapatan pohon, dan insentif (Sunarko 2009). Pemanenan buah sawit yang tidak tepat umur mempengaruhi kualitas minyak yang dihasilkan. Selain kegiatan pemanenan, proses pasca panen juga sangat berpengaruh pada kualitas minyak sawit yang dihasilkan. Kualitas minyak sawit ditentukan oleh tinggi rendahnya kandungan asam lemak bebas (ALB). Penentuan saat panen mempengaruhi kandungan ALB minyak sawit yang dihasilkan. Saat buah mulai masak, kandungan minyak dalam mesokarp meningkat cepat. Setelah kadar minyak maksimal, buah akan lepas (brondol) dari tandannya. Asam lemak bebas (ALB) dalam buah akan terus meningkat sehingga dalam transportasinya pun harus cepat agar kandungan ALB tidak terlalu tinggi (Sastrosayono 2006).
2 Tujuan Magang Tujuan umum kegiatan magang ini adalah meningkatkan kemampuan dan pemahaman mahasiswa dalam aspek teknis dan manajemen di perkebunan kelapa sawit serta meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam pengelolaan kebun kelapa sawit dari setiap tingkat pekerja (KHL/ Karyawan Harian Lepas, pendamping mandor, dan pendamping asisten afdelling). Tujuan khusus magang ini adalah mengetahui dan mempelajari secara teknis dan manajerial kegiatan pemanenan kelapa sawit serta dapat berlatih menganalisis dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan pemanenan tersebut.
TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tanaman berasal dari Afrika Barat yang budidayanya di Indonesia telah berkembang sangat pesat dan sampai saat ini masih merupakan primadona penghasil devisa negara dari sektor pertanian. Taksonomi kelapa sawit menurut Lubis (1992) adalah sebagai berikut : Divisi : Tracheophyta Sub-divisi : Pteropsida Kelas : Angiospermae Sub-kelas : Monocotyledoneae Ordo : Cocoideae Famili : Palmae Genus : Elaeis Species : Elaeis guineensis Jacq. Kelapa sawit termasuk golongan berumah satu, jantan dan betina terpisah masing-masing, namun masih dalam satu pohon . Bunga tumbuh disetiap ketiak pelepah, potensinya dapat tumbuh jadi bunga betina atau jantan sangat tergantung dari faktor genetis, lingkungan, kesuburan tanah dan umur tanaman. Buah kelapa sawit juga berukuran sekitar 2-5 cm, berbentuk oval. Buah terdiri dari exocarp (kulit buah), mesokarp yakni bagian yang mengandung minyak, endocarp atau batok kelapa sawit, dan endosperm atau buah kelapa sawitnya yang disebut kernel (Hakim 2007). Syarat Tumbuh Kelapa Sawit Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah tropika basah di sekitar lintang utara-selatan 120 pada ketinggian 0-500 m di atas permukaan laut. Jumlah curah hujan yang baik adalah 2 000-2 500 mm tahun-1, tidak memiliki defisit air, hujan agak merata sepanjang tahun. Hal ini bukan berarti kurang dari 2000 mm tahun-1 tidak baik, karena kebutuhan efektif hanya 1 300-1 500 mm. Temperatur yang optimal bagi pertumbuhan kelapa sawit adalah 24-28oC, terendah 18oC dan tertinggi 32oC. Kelembaban 80% dan penyinaran matahari sebesar 5-7 jam hari-1.
3 Kecepatan angin 5-6 km jam-1 sangat baik untuk membantu proses penyerbukan (Fiantis 2004). Kelapa sawit dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah seperti podsolik, latosol, hidromorfik kelabu, regosol, andosol, organosol, dan aluvial. Sifat fisik tanah yang baik untuk kelapa sawit menurut Fiantis (2004), yaitu solum tebal ≥ 80 cm, tekstur ringan, dikehendaki memiliki pasir 20-60%, debu 10-40%, liat 2050%, perkembangan struktur baik, konsistensi gembur sampai agak teguh dan permeabilitas sedang, pH tanah 4.0-6.0 pH namun yang terbaik adalah 5.0-5.5 pH. Panen Panen merupakan salah satu kegiatan yang penting pada pengelolaan tanaman kelapa sawit. Selain bahan tanam dan pemeliharaan tanaman, panen juga merupakan salah satu faktor yang penting dalam peningkatan produksi. Menurut Mangoensoekarjo (2005), keberhasilan panen didukung oleh pengetahuan tentang persiapan panen, kriteria matang panen, rotasi panen, sistem panen, sarana panen, pengawasan panen dan pengangkutan tandan buah. Pemanenan buah sawit yang tidak tepat umur mempengaruhi kualitas minyak yang dihasilkan. Buah yang siap untuk dipanen adalah buah yang masak, bukan buah yang muda maupun buah yang lewat masak. Saat buah mulai masak, kandungan minyak dalam daging buah (mesokarp) meningkat cepat. Setelah kadar minyak maksimal, buah akan lepas (brondol) dari tandannya. Asam lemak bebas (ALB) dalam buah akan terus meningkat sehingga dalam transportasinya pun harus cepat agar kandungan ALB tidak terlalu tinggi (Sastrosayono 2006). Kriteria matang panen buah kelapa sawit disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Kriteria matang panen kelapa sawit Fraksi
Jumlah brondolan yang jatuh
Derajat kematangan
00
Tidak ada brondolan, buah berwarna hitam
Sangat mentah
0
Satu brondolan s/d. 12.5% buah luar
Mentah
1
12.5%- 25% buah luar
Kurang matang
2
25%-50% buah luar
Matang
3
50%-75% buah luar
Lewat matang
4
75%-100% buah luar
Busuk
5
Buah dalam ikut membrondol
Tandan Kosong
Sumber: Lubis 1992
Penanganan tandan buah segar (TBS) merupakan seluruh kegiatan yang dilakukan dari memetik buah sampai dengan pengolahan di tempat pengolahan kelapa sawit (PKS). Tujuan kegiatan ini adalah meningkatkan mutu TBS sehingga minyak yang dihasilkan memiliki mutu yang bagus. Penanganan TBS sangat dipengaruhi oleh kegiatan sistem potong buah yang dilakukan, seperti persiapan panen dan organisasi potong buah (PPKS 2007). Alat-alat kerja untuk potong buah yang akan digunakan berbeda berdasarkan ketinggian tanaman. Penggolongan alat kerja tersebut dibagi menjadi
4 tiga bagian, yaitu alat untuk memotong TBS, alat untuk bongkar muat TBS, dan alat untuk membawa TBS ke tempat pengumpulan hasil (TPH) (Pahan 2006). Alat angkut yang dapat digunakan dari kebun ke pabrik, diantaranya lori, traktor, gandengan atau truk. Pengangkutan dengan lori dianggap lebih baik dibanding dengan alat angkutan lain (Fauzi et al. 2008). Faktor yang menentukan pemanenan untuk mendapatkan kualitas dan kuantitas CPO dan PKO yang tinggi adalah rotasi panen. Rotasi panen sangat mempengaruhi kualitas TBS yang dihasilkan. Beberapa kesalahan yang terjadi dalam rotasi panen adalah meningkatnya buah mentah yang dipotong akan cenderung memepercepat siap borong dan memperlambat rotasi panen, buah masak yang siap panen masih tertinggal di pokok, buah masak yang tertinggal akan masuk rotasi panen berikutnya yang menyebabkan banyak buah yang sudah membrondol dan buah kelewat masak, persentase brondolan yang meningkat akan menyita waktu akan menurunkan hasil panen (TBS), dan ketepatan rotasi (tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat) juga mempengaruhi hasil TBS. Penyelesaian dari masalah rotasi panen ini adalah melakukan pemantauan pada daftar rotasi panen di kantor afdeling, informasi umur pokok dan kerapatan panen setiap blok, jumlah tenaga kerja, jumlah borongan, persentase siap borong, dan curah hujan (Pahan 2006). Rotasi penen adalah waktu yang diperlukan antara panen terakhir sampai panen berikutnya pada tempat yang sama. Perkebunan kelapa sawit di Indonesia pada umumnya menggunakan rotasi penen 7 hari, artinya satu areal panen dimasuki (diancak) oleh pemetik tiap 7 hari (Fauzi et al. 2008). Menurut Lubis (1992) panen kelapa sawit juga dipengaruhi oleh iklim sehingga dikenal panen puncak dan panen kecil.
METODE MAGANG Magang berlokasi di kebun kelapa sawit Sei Batang Ulak (SBU) yang dikelola oleh PT. Ciliandra Perkasa, First Resources Ltd., Desa Siabu, Kecamatan Salo, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Magang ini dilaksanakan selama empat bulan, berlangsung mulai bulan Februari sampai Juni 2013. Kegiatan magang yang dilakukan di Kebun SBU dibagi dalam tiga tahapan kegiatan sesuai dengan status pekerja, baik dari aspek teknis maupun aspek manajerial. Bulan pertama penulis bekerja sebagai karyawan harian lepas (KHL), jenis kegiatan yang dilakukan, yaitu mulai dari kegiatan pemeliharaan tanaman sampai pemanenan. Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan adalah pemupukan, penunasan, pengendalian gulma dan leaf sampling unit (LSU). Sedangkan untuk kegiatan pemanenan dilakukan pemungutan brondol dan penghitungan TBS di TPH. Bulan kedua penulis melakukan tahapan kegiatan sebagai pendamping mandor, baik mandor perawatan maupun mandor panen. Kegiatan yang dilakukan selama menjadi pendamping mandor meliputi pengisian buku mandor mengenai kegiatan yang akan dilakukan dan mengawasi para pekerja saat di lapang. Bulan ketiga dan keempat penulis melakukan kegiatan pada tahapan sebagai pendamping asisten. Kegiatan yang dilakukan meliputi penyusunan rencana kerja, mengawasi pelaksanaan kerja dan mengevaluasi hasil kerja. Jurnal harian dibuat setiap hari untuk memastikan kegiatan penulis selama pelaksanaan magang.
5 Pengamatan dilakukan untuk memperoleh data, baik data primer maupun data sekunder. Data primer diperoleh dari seluruh pekerjaan di lapangan produksi dengan melakukan pengamatan yang terbagi atas data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif dilakukan pengamatan pada tahap pemanenan, yaitu pengumpulan brondolan, dan kriteria kelas panen yang dilakukan pemanen. Pada kegiatan pengumpulan tandan ke TPH diamati ada atau tidaknya tandan afkir dan tandan mentah, kebersihan tandan dan brondolan. Pada kegiatan pengangkutan atau transportasi hasil diamati jenis angkutan dan ada atau tidaknya buah restan. Pada data kuantitatif pengamatan dilakukan pada produksi kelapa sawit, bobot janjang rata-rata (BJR), angka kerapatan panen, hanca panen, rotasi panen, dan kehilangan panen. Pengumpulan data sekunder diperoleh dari rekapitulasi di kantor kebun dari pengumpulan data dan informasi melalui studi pustaka. Data sekunder yang diperoleh seperti lokasi dan letak geografis kebun, keadaan tanah dan iklim (derajat keasaman tanah, jenis tanah, kesesuaian lahan, curah hujan, hari hujan, lama penyinaran, dan lain-lain), luas areal dan tata guna lahan, kondisi pertanaman, data realisasi produksi tandan buah segar, kandungan asam lemak bebas, norma/aturan kerja di lahan, serta struktur organisasi dan manajemen perusahaan. Data primer dan data sekunder yang diperoleh dari hasil pengamatan dianalisis secara deskriptif dan kuantitatif dengan cara mencari nilai rata-rata dan persentase yang kemudian dideskripsikan dengan pembanding norma baku yang berlaku di perusahaan serta menggunakan studi pustaka. Analisis kuantitatif menggunakan analisis statistik uji t-student yang digunakan untuk membandingkan suatu data yang diperoleh penulis. Pengamatan yang dilakukan adalah: (1) angka kerapatan panen (AKP) dilakukan selama enam hari pada enam blok contoh dengan jumlah pohon yang diamati 400 pohon dengan mengamati buah matang yang akan dipanen esok harinya, (2) pengamatan kriteria matang panen dengan menghitung jumlah brondolan yang jatuh di piringan sebelum tandan buah dipanen dan disesuaikan dengan ketentuan perusahaan serta menghitung jumlah tandan matang dan tandan mentah. Jumlah tenaga kerja yang diamati adalah 12 orang pada hari yang berbeda. Jumlah pohon yang diamati pada setiap pemanen adalah 15 pokok dengan 3 kali ulangan, (3) pengamatan rotasi panen dilakukan dengan menganalisis hubungan antara rotasi panen dengan pencapaian produksi panen selama 12 hari berturut-turut pada bulan April, (4) pengamatan produksi TBS Afdeling I yang akan dibandingkan dengan produksi standar PPKS berdasarkan tahun tanam dan standar kesesuaian lahan S-3. Perhitungan menggunakan uji t-student dengan software Minitab 14.
KEADAAN UMUM Letak Geografis dan Administratif Kebun Sei Batang Ulak merupakan kebun yang dimiliki dan dikelola oleh PT Ciliandra Perkasa yang masuk dalam First Resources Group. Areal perkebunan ini berlokasi di Desa Siabu, Kecamatan Salo, Kabupaten Kampar,
6 Provinsi Riau. Letak kebun secara geografis berada pada titik koordinat 1010 00’ 29” – 1010 44’ 52” BT dan 00 13’ 27” – 00 08’ 47” LU. Keadaan Tanah dan Iklim Topografi areal perkebunan kelapa sawit di Kebun Sei Batang Ulak PT. Ciliandra Perkasa adalah bergelombang hingga berbukit, jenis tanah mineral atau ultisol dengan standar kelas lahan S-3. Curah hujan di Kebun Sei Batang Ulak dari periode 2007 sampai periode 2012 sebesar 2 231-3 621 mm dengan rata-rata curah hujan sebesar 2 950.14 mm. Lama hari hujan rata-rata per tahunnya sebesar 175.14 hari dengan hari hujan terendah 154 hari pada tahun 2011 dan hari hujan terbesar 205 hari pada tahun 2008. Dari data curah hujan tersebut mengacu pada tipe iklim Schmidth-Ferguson, dapat disimpulkan bahwa Kebun Sei Batang Ulak memiliki curah hujan yang sesuai untuk pertumbuhan dan produksi kelapa sawit (lampiran 1). Luas Lahan, Keadaan Tanaman dan Produksi Luas areal kelapa sawit di Kebun Sei Batang Ulak sebesar 6 647.71 ha dengan luas lahan yang dapat ditanami kelapa sawit sebesar 6 481.54 ha. Luas areal tersebut dibagi menjadi 9 (sembilan) Afdeling dan satu pabrik pengolahan kelapa sawit (PKS) dengan kapasitas 60 ton jam-1 (Lampiran 2). Kebun Sei Batang Ulak menggunakan bibit kelapa sawit yang berasal dari varietas tenera, yaitu persilangan antara varietas dura dan varietas pisifera. Jenis yang digunakan adalah progeni dari papua new guinea (PNG) dan Marihat. Pola tanam yang digunakan adalah segitiga sama sisi 9.15 m dengan populasi rata-rata setiap hektarnya 132 pokok tanaman kelapa sawit. Jadi total tanaman kelapa sawit yang ditanam di Kebun Sei Batang Ulak sebanyak 861 245 pokok. Kebun Sei Batang Ulak memiliki produksi tandan buah segar yang cukup tinggi. Hal ini terjadi karena daya dukung yang besar, seperti varietas yang digunakan, iklim, perawatan dan pemeliharaan serta manajemen panen yang dilakukan. Data produksi dan produktivitas Kebun Sei Batang Ulak dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Produksi dan produktivitas tandan buah segar Kebun Sei Batang Ulak tahun 2006-2012 Periode 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Luas (ha) 5 964.49 6 254.49 6 481.54 6 481.54 6 481.54 6 481.54 6 481.54
Produksi (ton) 123 936 130 124 035 570 112 927 040 126 538 600 127 822 750 153 627 860 153 621 980
Produktivitas (ton/ha) 20.78 19.83 17.42 19.52 19.72 23.70 23.70
Sumber: Kantor Besar Kebun SBU (2013)
Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa produksi dan produktivitas selama tujuh tahun terakhir terus meningkat, namun pada tahun 2008 mengalami sedikit
7 penurunan, padahal luasan areal pada tahun 2008 sudah meningkat. Pada tahun 2012 juga sedikit mengalami penurunan produksi, namun produktivitas tetap stabil. Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan Kekuasaan tertinggi pada struktur organisasi kebun dipegang oleh general manager. General manager membawahi beberapa asisten kepala, beberapa asisten dan seorang kepala tata usaha. Tenaga kerja di Kebun Sei Batang Ulak terdiri dari karyawan staf dan non staf. Karyawan staf terdiri dari general manager, asisten kepala, asisten, kepala tata usaha dan kasi. Karyawan non staf terdiri dari PBT (pegawai bulanan tetap), KHT (karyawan harian tetap) dan KHL (karyawan harian lepas). Jumlah tenaga kerja di Kebun Sei Batang Ulak sampai dengan bulan Januari 2013 sebanyak 708 orang yang terdiri dari 20 orang staf, 624 orang non staf dan 64 orang KHL (Tabel 3). Perhitungan indeks tenaga kerja (ITK) di Kebun SBU, yaitu sebesar 0.11, sedangkan standar ITK sebesar 0.2. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah tenaga kerja di Kebun SBU masih kurang dari standar. Tabel 3 Komposisi jumlah tenaga kerja Kebun Sei Batang Ulak Jenis tenaga kerja Karyawan Staf
Karyawan Non Staf
Tingkatan karyawan General Manager Asisten Kepala Kepala Tata Usaha Kasi Asisten PBT KHT KHL
Jumlah
Jumlah (orang) 1 3 1 1 15 79 545 64 709
Sumber: Kantor Besar Kebun SBU (2013)
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Kegiatan teknis yang dilakukan di kebun selama magang, yaitu sebagai karyawan harian lepas (KHL). Pekerjaan di lapangan diawali dengan mengikuti apel pagi setiap hari kerja pukul 06.00 WIB. Apel pagi tersebut dilakukan absensi kehadiran dan pembagian hanca panen untuk setiap pemanen. Semua kegiatan dimulai pada pukul 07.00-12.00 WIB dan dilanjutkan kembali pada pukul 14.0016.00 WIB. Sedangkan untuk hari Jumat kegiatan dilakukan pada pukul 07.0011.30 dan dilanjutkan kembali 13.30-16.00. Pemupukan Pemupukan merupakan salah satu kegiatan pemeliharaan tanaman dengan pemberian hara tambahan yang sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kesuburan
8 tanah dan dapat menyebabkan produksi tanaman juga meningkat. Pertumbuhan dan perkembangan tanaman kelapa sawit sangat dipengaruhi oleh pemberian pupuk dan ketersediaan unsur hara didalam tanah. Manfaat pemupukan baru akan terlihat apabila unsur hara yang diberikan cukup tersedia bagi tanaman. Pupuk yang digunakan dalam perkebunan kelapa sawit adalah pupuk anorganik dan organik. Pupuk anorganik merupakan pupuk yang dikembangkan untuk menambah hara tanaman sehingga dapat memenuhi hara tanaman yang cukup tinggi. Pupuk organik merupakan pupuk yang bersumber pada tanaman itu sendiri, seperti penggunaan limbah padat maupun limbah cair. Dalam pelaksanaan pemupukan harus mengetahui dasar dari 5 T, yaitu tepat jenis, tepat dosis, tepat waktu, tepat cara dan tepat sasaran. Prinsip utama dalam penaburan pupuk adalah bahwa pemberian pupuk pada setiap pokoknya harus sesuai dengan dosis yang telah di rekomendasikan oleh buku rekomendasi setiap tahunnya. Dosis pemupukan yang dianjurkan merupakan hasil dari analisis daun dan analisis produksi. Penaburan pupuk urea, MOP dan Kieserit dilakukan di dalam piringan, sedangkan pupuk RPH dilakukan di luar piringan. Jenis dan jumlah pupuk yang diperlukan harus tersedia dikebun tepat pada waktunya. Untuk menjamin ketepatan dosis pemupukan di lapangan, pemupukan perlu dilakukan dengan sistem untilan. Sistem untilan merupakan metode aplikasi pupuk dengan membuat kemasan pupuk yang berukuran 50 kg menjadi kemasan pupuk yang yang diisi sesuai dengan kebutuhan dan kemudahan operasional pemupukan di lapangan (Gambar 1). Biasanya setiap untilan memiliki berat 10-15 kg pupuk atau dihitung dari dosis per pokok tanaman. Pelaksanaan penguntilan biasanya dilakukan di gudang pemupukan setiap afdelingnya atau di gudang bantu. Alat yang disiapkan pada saat penguntilan, yaitu terpal sebagai alas pupuk, pisau, takaraan pupuk, karung goni dan alat pemecah pupuk. Alat pelindung diri yang digunakan, yaitu sarung tangan, sepatu boot dan masker. Sebelum melakukan pengutilan, setiap mandor harus mengetahui kebutuhan pupuk yang dibututuhkan pada setiap aplikasi.
a. Penakaran pupuk b. Pemasukan pupuk kedalam karung Gambar 1. Proses penguntilan pupuk Pemupukan yang dilakukan di Kebun Sei Batang Ulak menggunakan sistem supply point dan sistem langsir, dimana pupuk dijatuhkan pada pasar nomor dua dari setiap tiga pasar sesuai dosis dan ada satu orang yang pelangsir atau pengangkut pupuk kedalam ancak tanaman dan dua orang penabur. Alat yang digunakan untuk penabur pupuk, yaitu ember, mangkok dan kain. Sedangkan alat pelindung diri yang dipakai, yaitu sarung tangan, masker, sepatu boot dan penutup
9 kepala/topi. Dosis pupuk anorganik yang digunakan Kebun Sei Batang Ulak sudah dikalibrasi dengan menggunakan mangkok yang dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Dosis pupuk anorganik kelapa sawit Urea
RPH
MOP
Dosis (kg phn-1)
Volume (mangkok)
Dosis (kg phn-1)
Volume (mangkok)
1.00
3.00
1.00
-
1.25
3.50
1.25
1.50
4.50
1.75 2.00
Dosis (kg phn-1)
Kieserite
Volume (mangkok)
Dosis (kg phn-1)
Volume (mangkok)
1.00
2.00
1.00
1.50
-
1.25
2.25
1.25
2.00
1.50
2.00
1.50
3.00
1.50
-
-
1.75
2.25
1.75
-
1.75
-
-
2.00
2.50
2.00
-
2.00
-
Sumber: Research and Development First Resources (2013)
Janjang kosong merupakan produk sampingan dari pengolahan TBS, kirakira 20% dari hasil pengolahan TBS. Pengaplikasian janjang kosong sangat efektif sebagai mulsa dalam mempertahankan kelembaban tanah dan menurunkan temperatur tanah. Penggunaan limbah padat atau biasa disebut janjang kosong untuk pemupukan diaplikasikan dengan cara meletakkan janjang kosong ditengah-tengah antar pokok tanaman kelapa sawit dengan membuat persegi berukuran 2m x 2m atau dengan dosis 300 kg per pokok atau 40 ton ha-1 pada tanaman menghasilkan (TM) dan tidak boleh bertumpuk. Janjang kosong dengan bobot 1 ton setara dengan 5 kg urea (N = 2.25 kg), 16 kg MOP (K2O = 9.69 kg), 1 kg RPH (P2O5 = 0.3 kg), 4 kg kieserit (MgO = 1.08 kg) dan hara lain. Janjang kosong diaplikasikan setiap satu tahun sekali secara terus menerus. Alat yang dibutuhkan dalam pekerjaan janjang kosong, yaitu angkong, dan gancu. Alat pelindung diri yang dipakai, yaitu sarung tangan, masker, dan sepatu boot. Limbah cair adalah air buangan pabrik yang menyebabkan pencemaran pada media penerima. Untuk mengatasi pencemaran, air limbah pabrik harus diproses dan dinetralisir sebelum dibuang ke lingkungan. Limbah PKS banyak mengandung senyawa anorganik dan organik. Senyawa organik lebih mudah mengalami pemecahan dibandingkan senyawa anorganik. Bahan-bahan organik dapat dirombak oleh bakteri, baik secara anaerobik maupun aerobik. Pada proses fermentasi anaerobik tugas utama bakteri, yaitu memecah berbagai macam senyawa organik kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana. Namun, perombakan harus dilanjutkan kembali dengan perombakan aerobik. Setelah dilakukan semua perombakan, maka limbah dapat dialiri ke lingkungan. Pemupukan dengan limbah cair itu sendiri menggunakan pipa yang dialirkan langsung dari pabrik pengolahan kelapa sawit. Setiap tempat aplikasi limbah cair memiliki kran yang dapat mengatur besarnya volume limbah yang dikeluarkan. Dosis aplikasi limbah cair pada tanaman kelapa sawit berkisar antara 7.15-15.00 cm atau 750-1 500 ton ha-1 tahun-1. Aplikasi limbah cair dapat di lakukan setiap hari secara benar baik dosis maupun dosisnya. Pengaplikasian dari
10 pemupukan menggunakan limbah padat maupun cair belum dilakukan secara menyeluruh karena terkendala kontur lahan yang berbukit. Pembayaran pekerjaan pemupukan anorganik diberikan tergantung pada jumlah tonase pemupukan yang dilakukan. Pemupukan anorganik menggunakan sistem borongan, jadi jumlah pupuk yang dikerjakan dikalikan Rp 125 lalu dibagi dengan jumlah pekerja. Untuk pekerjaan janjangan kososng dibayar berdasarkan berapa banyak pekerja dapat membuat petak janjangan kosong di pokok. Setiap petak janjangan kosong dibayar Rp 450 000 ha-1. Pengendalian Gulma Gulma adalah tumbuhan yang tumbuh ditempat yang salah atau yang tidak diharapkan. Pengendalian gulma pada prinsipnya merupakan usaha untuk meningkatkan daya saing tanaman pokok dan melemahkan daya saing gulma. Tidak harus semua gulma dimusnahkan tapi sebaiknya dikendalikan agar tidak ada persaingan hara antara tanaman pokok dengan gulma. Dongkel anak kayu (DAK) adalah metode pengendalian gulma secara manual, yaitu dengan memotong atau menebas tanaman pengganggu menggunakan parang dan cangkul. Gulma yang banyak dipotong atau ditebas, yaitu pisang-pisangan, keladi air, bambu, Lantana camara, Mikania micrantha, Clidemia hirta, Chromolaena odorata dll. Goloran merupakan pengendalian gulma secara manual untuk tanaman yang merambat, seperti sirih-sirihan (Gambar 2). Pengendalian gulma secara manual biasanya dikerjakan oleh karyawan harian lepas (KHL).
a. Pembabatan bambu b. Pembabatan sirih-sirihan Gambar 2. Pengendalian gulma secara manual Pemeliharaan piringan, gawangan, pasar pikul, dan TPH merupakan sarana yang terpenting dari produksi dan perawatan. Piringan merupakan tempat untuk menyebarkan pupuk dan juga tempat brondolan berjatuhan, sehingga piringan harus selalu bersih dari gulma. Gawangan memiliki fungsi yang hampir sama dengan piringan, tempat jatuhnya brondolan. Pasar pikul merupakan jalan untuk pengangkutan buah ke TPH dan menjalankan aktivitas operasional lainnya. Sedangkan TPH adalah tempat peletakan buah sebelum diangkut menggunakan dump truck. Pengendalian gulma yang dilakukan di Kebun Sei Batang Ulak untuk piringan, gawangan, pasar pikul dan TPH adalah dengan cara di semprot dengan menggunakan herbisida. Rotasi penyemprotan untuk gawangan, yaitu 3x dalam setahun, untuk piringan, pasar pikul dan TPH dilakukan 4x dalam setahun.
11 Penyemprotan biasanya dilakukan dengan sistem borongan, dimana penggunaan para pekerja diatur oleh mandor perawatan sesuai dengan luasan blok yang akan disemprot. Dosis yang digunakan berbeda-beda tergantung angka kerapatan gulma dan jenis gulma pada blok yang akan di semprot. Jenis gulma yang ada di Kebun Sei Batang Ulak, yaitu Cyperus kyllingia, Cyperus rotundus, Cyperus iria, Eleusine indica, Axonopus compressus, Imperata cylindrica, Paspalum conjugatum, Ageratum conyzoides, Fymbristylis sp. Nephrolepis biserrata, Gleichenia linearis, dan Cyclosorus aridus. Alat yang digunakan untuk melakukan penyemprotan adalah knapsack sprayer dengan kapasitas 15 l, dan nozzle polijet berwarna merah atau hitam yang digunakan harus sesuai dengan daerah yang akan disemprot. Alat pelindung diri harus selalu digunakan, seperti sepatu boot, mantel dan sarung tangan. Bahan yang digunakan untuk pemeliharaan piringan, yaitu campuran antara zenus dengan dosis 1.54 cc pokok-1 dan metafuron dengan dosis 0.07 g pokok-1. Bahan penyemprotan untuk pasar pikul menggunakan zenus dengan dosis 100 cc ha-1 dan metafuron dengan dosis 5 g ha-1. Bahan penyemprotan untuk TPH menggunakan campuran antara amyphosat dengan dosis 6 ml TPH-1 dan metafuron 0.2 g TPH-1. Bahan yang digunakan untuk penyemprotan gawangan, yaitu campuran antara zenus dengan dosis 0.25 l ha-1 dan garlon dengan dosis 0.15 gr ha-1. Bahan aktif jenis paraquat, yaitu zenus sedangkan bahan aktif yang sistemik, yaitu amyphosat dan metafuron. Sistem pembayaran yang dilakukan untuk pengendalian gulma secara manual tergantung pada jenis gulma yang didongkel. Biasanya pembayaran pengendalian gulma secara manual langsung masuk dalam premi pekerja tersebut. Pambayaran tersebut mengikuti anggaran setiap afdelingnya. Sistem pembayaran pengendalian gulma semprot untuk gawangan Rp 25 000 ha-1, piringan Rp 15 000 ha-1 dan pasar pikul Rp 10 000 ha-1. Pengendalian Hama dan Penyakit Pengendalian hama dan penyakit adalah metode pengendalian suatu kehidupan organisme pengganggu. Konsep pengendaliannya dimulai dari pengenalan dan pemahaman terhadap siklus hidup hama/penyakit itu sendiri. Hama yang sering menyerang tanaman kelapa sawit di Kebun Sei Batang Ulak diantaranya ulat api, tikus dan tupai. Sedangkan masalah penyakit yang ada di Kebun Sei Batang Ulak, yaitu penyakit busuk tandan buah (marasmius). Pengendalian hama ulat api dilakukan dengan cara membiarkan tanaman pakis tumbuh pada pokok sawit. Sedangkan pengendalian hama tikus dan tupai menggunakan burung hantu dan ular kobra sebagai predator. Penempatan kandang burung hantu dilakukan di gawangan yang ternaungi oleh pelepah kelapa sawit, akan tetapi tidak boleh bersinggungan dengan kandang (Gambar 3). Peletakkan kandangnya harus jauh dari jalan utama, agar tidak terlalu bising. Kepadatan jumlah kandang burung hantu berbeda-beda. Jika tanaman menghasilkan (TM) 57 tahun, satu kandang dapat mewakili 50-60 ha, sedangkan untuk tanaman menghasilkan (TM) diatas 7 tahun, satu kandang dapat mewakili 25-30 ha. Peletakkan ular kobra disebar dan dibiarkan hidup dikebun sebagai penyeimbang ekosistem.
12 Pengamatan untuk mengetahui distribusi, kepadatan, tingkat perkembangan burung hantu dan kondisi kandang burung hantu maka perlu dilakukan sensus. Sensus dilakukan tiga bulan sekali, meliputi kehadiran burung hantu dapat ditandai dengan adanya bulu-bulu, kotoran, bangkai tikus, jumlah telur, anak, anak dewasa dan dewasa.
Gambar 3. Kandang burung hantu Penyakit busuk tandan buah (marasmius) disebabkan oleh cendawan Marasmius palmivorus, yaitu cendawan saprofit yang umum hidup pada bermacam-macam bahan mati/sisa-sisa makanan. Pengendalian penyakit busuk tandan buah (marasmius) dilakukan secara teknis dengan membuang bunga dan buah yang busuk dan menurunkan tandan yang lewat masak. Penunasan Penunasan kelapa sawit merupakan kegiatan pemotongan pelepah kelapa sawit untuk memudahkan kegiatan pemanen dalam pemotongan TBS, menghindari tersangkutnya brondolan pada ketiak daun dan untuk menjaga metabolisme tumbuhan agar dapat menghasilkan produksi yang baik. Penunasan juga dapat berpengaruh terhadap status hara dalam daun. Selain itu,penunasan dilakukan untuk sanitasi tanaman sehingga menciptakan lingkungan yang tidak sesuai dengan perkembangan hama dan penyakit. Penunasan biasanya dilakukan 3 kali dalam setahun. Sistem penunasan di Kebun Sei batang Ulak ada dua, yaitu tunas periodik dan progresif. Tunas pokok secara periodik dilakukan dengan rotasi 9 (sembilan) bulan sekali sehingga dalam satu tahun menjadi 1.3 rotasi. Penunasan secara periodik dilaksanakan berdasarkan banyaknya produksi, jika buah sedang banyak maka yang digunakan adalah sistem periodik dengan menggunakan pekerja khusus penunasan. Tunas pokok secara progresif dilakukan secara langsung oleh tenaga pemanen (bukan pekerja tunas khusus) dan dilakukan bersamaan saat melakukan panen dengan tetap mengacu pada prinsip dasar jumlah pelepah produktif yang masih harus dipertahankan sesuai ketentuan. Penunasan progresif biasa digunakan pada saat buah sedang trek. Tajuk kelapa sawit yang terbentuk dalam setiap bulannya berjumlah 1-3 buah, tergantung umur dan pertumbuhan tanaman. Setiap tajuk kelapa sawit mendukung pembentukan kedudukan daun/pelepah yang susunannya mmbentuk spiral. Filotaksi daun memiliki rumus 3/8, artinya setiap mengelilingi 3 kali spiral terdapat sebanyak 8 daun. Perputaran spiral ada yang ke kanan ada juga yang ke
13 kiri tergantung dari genetik tanaman kelapa sawit tersebut. Pelepah kelapa sawit harus dipertahankan berdasarkan umur tanaman tersebut. Pelepah yang telah di potong harus disusun rapi di gawangan mati dengan lebar 2 m dan pelepah tidak boleh berada di piringan maupun di parit/sungai. Jika gawangan mati tidak berparit, maka pelepah tidak perlu di potong melainkan disusun memanjang searah barisan. Namun, jika gawangan mati berparit maka pelepah harus dipotong terlebih dahulu. Dalam penyusunan peletakkan pelepah pada gawangan mati diusahakan harus seragam agar tidak berserakan dan melebar. Leaf Sample Unit (LSU) Leaf sample unit (LSU) merupakan unit areal dimana contoh daun diambil dan dianalisa di laboratorium. Hasil analisa tersebut merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam penentuan rekomendasi dosis pemupukan pada areal tersebut. Pada pelaksanaan LSU, data yang diambil harus memiliki kondisi yang relatif seragam dalam hal umur tanaman, tipe tanah, tindakan agronomi, drainase, topografi dan bahan tanam yang digunakan. Pohon yang akan diambil sebagai pohon contoh harus memenuhi syarat, jika tidak memenuhi syarat harus mengambil pohon barisan depannya atau belakang. Pohon yang tidak memenuhi syarat sebagai pohon contoh, antara lain: 1. Pohon yang terletak dipinggir jalan, sungai/parit dan perumahan 2. Pohon sisipan 3. Pohon kerdil 4. Pohon steril 5. Pohon terserang hama dan penyakit 6. Pohon yang tumbuh miring dilahan datar 7. Pohon yang pelepah ke-17 tidak ada/ rusak 8. Pohon abnormal Pelaksanaan pengambilan contoh daun dilakukan dengan sistem “perhitungan tertentu” tergantung luas blok yang akan diambil contohnya. Pengambilan pohon contoh dilakukan antara pukul 07.00-12.00 WIB dan tidak pada saat hujan. Setiap blok minimal harus mengambil 25 pohon contoh. Blok yang bisa dilakukan LSU adalah blok yang memiliki luas diatas 10 ha. Baris yang pertama kali diambil contohnya adalah baris ketiga, pada pokok pertama baris ketiga harus diberi tanda panah keatas dan pelepah yang diambil sebagai pokok contoh, yaitu pokok tanaman nomor lima dalam baris. Pokok contoh tersebut diberi angka satu, karena sebagai pokok contoh pertama. Setiap contoh daun yang akan diambil adalah daun ke 17 dan diambil empat daun, dua dari sisi kanan dan dua dari sisi kiri yang diambil dari batang berbentuk seperti buntut kadal. Ambil daun dengan panjang kurang lebih 15 cm, kemudian dibersihkan menggunakan lap atau kain. Kemudian contoh pokok pohon berikutnya yang diambil mengikuti sistem yang digunakan, jika sistem yang digunakan 12 x 10, maka 10 tanaman selanjutnya diambil sebagai pokok contoh. Jika dalam satu baris sudah selesai maka harus mengambil baris nomor 12 berikutnya dan pokok yang terakhir diberi tanda panah ke kanan. Pengambilan pokok contoh dilakukan sampai mendapatkan contoh pokok yang dianjurkan. Penandaan pada pokok contoh dimaksudkan agar untuk LSU berikutnya tinggal mengikuti saja. Pembayaran untuk kegiatan LSU kali ini, yaitu Rp 3 000 ha-1.
14 Alat-alat yang diperlukan dalam pelaksanaan LSU, yaitu egrek, parang, kuas, plastik, cat minyak, formulir pengamatan LSU dan alat tulis. Formulir pengamatan digunakan untuk mengamati semua pokok tanaman kelapa sawit pada baris yang ditentukan oleh sistem yang digunakan. Formulir pengamatan pokok sawit berisi tentang keadaan pokok yang diamati, apakah pokok tersebut sehat atau sakit, mengalami defisiensi pupuk apa yang terlihat lebih dominan. Panen Pemanenan kelapa sawit merupakan proses pemotongan tandan buah segar (TBS) yang sesuai dengan kriteria matang panen dan mengantarkannya ke pabrik sebanyak-banyaknya dengan cara dan waktu yang tepat tanpa menimbulkan kerusakan pada tanaman (Gambar 4). Cara yang tepat akan mempengaruhi kuantitas produksi (ekstraksi), sedangkan waktu yang tepat akan mempengaruhi kualitas produksi (asam lemak bebas). Persiapan sebelum melakukan panen dilakukan untuk dapat menjamin tercapainya target produksi dengan biaya panen seminimal mungkin. Hal-hal yang dilakukan dalam mempersiapkan pelaksanaan pekerjaan panen, yaitu (1) persiapan kondisi areal, (2) penyediaan tenaga kerja, (3) pembagian ancak, dan (4) penyediaan alat-alat kerja. Kebutuhan tenaga potong buah harus mengacu pada kebutuhaan tenaga pada saat penen puncak. Jumlah tenaga potong buah dapat diperoleh dengan memperhitungkan faktor kerapatan buah. Apabila terjadi musim trek, yaitu musim dimana buah matang yang dapat dipanen sedikit, maka sebagian karyawan potong buah dialihkan pekerjaannya di penunasan. Biasanya, hal ini terjadi pada semester 1. Rotasi panen yang dibuat tiap afdelingnya disusun menjadi 6 hari atau biasa disebut dengan keveld. Kaveld merupakan luasan panen yang terdiri dari blokblok panen yang dibuat untuk mempermudah pindah ancak dari satu blok ke blok lain, mempermudah kontrol asisten dan mandor, serta transpor TBS lebih efisien. Setiap pemanen biasanya memiliki kemampuan panen hingga 3 ha.
a. Pemotongan TBS b. Pengutipan brondolan Gambar 4. Proses pemanenan tandan buah segar Perhitungan jumlah kebutuhan tenaga panen: Kebutuhan tenaga panen = A x B x C x D E
15 Keterangan: A = Luas Blok yang akan di panen B = Kerapatan panen C = Rata-rata berat buah (kg) D = Populasi tanaman/ha E = Kapasitas panen/HK Sistem penentuan ancak panen yang digunakan, yaitu ancak tetap. Ancak tetap adalah ancak yang telah ditetapkan oleh mandor untuk setiap pemanen. Kelebihan dari ancak tetap, yaitu tanggung jawab pemanen terhadap ancak tinggi dan kondisi areal relatif bagus karena kesalahan dapat dideteksi dengan mudah. Sedangkan kekurangan dari penggunaan ancak tetap, yaitu pelaksanaan potong buah tidak mengacu pada banyak atau sedikitnya buah karena luas ancak telah ditentukan, distribusi buah menyebar karena kekuatan karyawan berbeda, transpor kurang efektif karena buah lambat keluar/menyebar. Angka kerapatan panen (AKP) merupakan metode untuk memperkirakan banyaknya buah pada taksasi penen esok harinya. Pengambilan contoh AKP diambil 10% dari blok yang akan dipanen. Penghitungan AKP dapat dilihat dibawah ini: AKP = Jumlah tandan yang akan dipanen x 100 % Jumlah pohon contoh Efisiensi panen juga dilakukan setiap hari untuk mengetahui kehilangan panen. Pengambilan efisiensi panen dilakukan ada blok ynag telah dipanen pada hari itu juga. Cara pengambilan data efisiensi panen, yaitu dengan mengambil 3 ha luasan contoh dari luasan blok yang telah dipanen, kemudian hitung tandan yang dipanen dan berapa banyak brondolan yang tidak terkutip. Penghitungan efisiensi panen, sebagai berikut: EP = (A x B) + A x 100% CxD Keterangan: A = Brondolan yang tidak terkutip (kg) B = Tandan yang tertinggal C = Jumlah tandan yang dipanen D = Bobot janjang rata-rata berdasarkan tahun tanam Sebelum pemanen melakukan pemanenan, biasanya diadakan apel oleh mandor dan asisten pada pukul 06.00 WIB untuk selalu mengingatkan pemenen jangan memotong tandan mentah, brondolan harus bersih, brondolan harus ditaruh di dalam karung dan peletakkan TBS harus lima baris. Alat-alat yang digunakan untuk pemanenan kelapa sawit, yaitu pisau egrek, gagang pisau egrek (fiber), kapak, gancu dan angkong (Gambar 5). Sedangkan alat yang digunakan untuk bongkar muat TBS, yaitu tojok, goni, dan tali nilon. Kendaraan yang digunakan pada saat pengangkutan TBS, yaitu menggunakan dump truk (Gambar 6). Pemanen harus memanen buah yang matang dan hasil buah yang telah dipanen harus langsung dibawa ketempat pengumpulan hasil (TPH) dan diberi nomor potong setiap tandannya agar memudahkan proses penghitungan buah pada saat pengangkutan. Brondolan harus selalu dikutip dengan bersih dan dimasukkan ke dalam karung dan diletakkan disamping antrian TBS. Pelepah yang telah dipotong harus diletakkan pada gawangan mati, agar ancak tetap bersih.
16 Pengangkutan tandan kelapa sawit harus selalu didampingi kerani buah untuk dapat mencatat hasil janjang yang telah dipanen dan melihat kualitas janjang setiap pemanennya. Kerani buah hanya menerima dan mencatat TBS yang ada di TPH. TBS yang diangkut hanya TBS yang matang saja, namun keadaan di lapang TBS yang lewat matang masih bisa diangkut. Pengangkutan TBS harus di sertai dengan pengutipan brondolan di TPH, jadi TPH harus bersih dari brondolan. Pengangkutan TBS menggunakan dump truck mampu mengangkut TBS sebanyak 5-7 ton. Setiap pemuat biasanya memiliki kemampuan kerja hingga 15 ton orang-1.
a.
c.
b.
d. a) Pisau egrek, b) Kapak, c) Gancu, d) Angkong Gambar 5. Alat-alat pemanenan
Gambar 6. Dump truck Basis pekerjaan pemanenan di Kebun Sei Batang Ulak adalah 900 kg. Jika pemanen mendapatkan lebih dari 900 kg, maka pemanen mendapatkan upah lebih basis. Basis pertama 500 kg, basis kedua 500 kg dan basis ketiga semua sisa yang dipanen. Setiap basis memiliki perkalian rupiah yang berbeda, untuk basis pertama dikalikan Rp 30, lebih basis kedua Rp 35 dan sisanya dikalikan Rp 40, untuk insentif panen pokok tinggi ditambah Rp 3 000 dan jika ada yang memanen tandah mentah dikenakan denda Rp 10 000 tandan-1. Sedangkan basis untuk pemuat adalah 4 000 kg, lebih basis pertama 1 667 kg dikalikan Rp 4, lebih basis kedua 1 667 kg dikalikan Rp 5.5 dan lebih basis ketiga dikalikan Rp 7. Basis
17 untuk supir pengangkut TBS adalah 12 000 kg, lebih basis pertama 5 000 kg dikalikan Rp 2, lebih basis kedua 5 000 kg dikalikan Rp 3.5, dan lebih basis ketiga 5 000 kg dikalikan Rp 5, jika libur langsung dikalikan Rp 6.5. Contoh perhitungan premi pemanen untuk tahun tanam 1993: Tonase yang didapat = 3 450 kg Brondolan 10% = 345 kg Basis = 900 kg Jumlah premi
= tonase – basis – brondolan = 3 450 kg – 900 kg – 345 kg = 2 205 kg Brondolan = 345 kg x Rp 130 = Rp 44 850 Lebih basis I = 500 kg x Rp 30 = Rp 15 000 Lebih basis II = 500 kg x Rp 35 = Rp 17 500 Lebih basis III = (2 205 kg – lebih basis I – lebih basis II) x 40 = Rp 48 200 Insentif pokok tinggi = Rp 3000 Jumlah premi yang didapatkan = Brondolan + (lebih basis I + II + III) + insentif pokok tinggi = Rp 128 550 Aspek Manajerial Sei Batang Ulak membagi karyawan menjadi dua golongan yaitu staf dan non-staf. Staf terdiri atas General Manager, Senior Assistant (Asisten Kepala), Assistant Division (Asisten Afdeling) dan KTU dan Kasi. Karyawan non-staf terdiri dari PBT (pekerja bulanan tetap), KHT (karyawan harian tetap) dan KHL (karyawn harian lepas). KHT terdiri atas mandor, krani dan pekerja/karyawan. Sedangkan jabatan PBT hanya diberikan kepada mandor, krani atau sopir yang telah dipilih oleh perusahaan. Kegiatan manajerial yang dilakukan selama magang adalah sebagai pendamping mandor dan pendamping asisten dengan rincian sebagai berikut: Pendamping Mandor Mandor adalah karyawan non-staf yang jabatannya berada langsung dibawah asisten. Mandor bertanggungjawab di lapangan (aspek teknis), selain mandor juga terdapat krani yang membantu administrasi di tingkat afdeling. Apel ini dipimpin oleh masing-masing anggotanya dan asisten menambahkan apabila ada informasi lain, untuk para mandor dan krani dilakukan didalam kantor Afdeling. Apel pagi dimulai pukul 06.00 WIB di depan kantor Afdeling. Pekerjaan yang dilakukan dalam tahap ini adalah mendampingi mandor pemupukan, mandor penyemprotan, mandor panen, krani produksi, dan krani Afdeling. Mandor Pemupukan. Mandor Pupuk wajib mengadakan apel pagi, memberikan pengarahan teknis pemupukan, mengawasi pengeceran pupuk/supply point, mengawasi pelaksanaan pemupukan, mengecek pekerjaan yang telah dilaksanakan, mengisi buku mandor. Mahasiswa mengikuti pemupukan Urea yang dilakukan oleh 9 orang perempuan di blok D23 dan F32. Realisasi pemupukan
18 dilaporkan setelah kegiatan pemupukan dan dicatat dalam buku mandor serta dicatat dalam peta realisasi yang terdapat di kantor afdeling. Mandor Perawatan. Mandor perawatan bertugas untuk mengikuti apel pagi, mengisi absensi di buku mandor, dan mengarahkan karyawan pada tempat yang harus dikerjakan. Pekerjaan yang dilakukan oleh mandor perawatan antara lain: penyemprotan, babat manual, dan LSU (leaf sample unit). Mahasiswa mengikuti jenis pekerjaan penyemprotan dan LSU. Mandor Panen. Mandor Panen wajib memberikan arahan pada karyawan saat apel pagi dan bertanggung jawab membagi hanca, mengontrol hanca pemanen, mengisi buku mandor, memonitor taksasi potong tandan, koordinasi dengan krani produksi untuk pengecekan tandan, melakukan fieldcheck, mengorganisasikan karyawan, melakukan efisiensi panen, melakukan taksasi serta mengawasi dan menjaga rotasi panen. Kegiatan saat mengikuti mandor panen adalah mengontrol hanca pemanen (fieldcheck), melakukan taksasi dan mengawasi pekerjaan panen serta melakukan efisiensi panen. Krani Produksi. Tugas krani produksi atau krani buah adalah berkoordinasi dengan mandor panen untuk penyediaan unit, menghitung jumlah tandan, memeriksa mutu buah di TPH, mengisi form jumlah tandan yang dipanen, membuat laporan potong tandan (LPB) dan menyortasi tandan di TPH. Mutu buah dicatat dan jika ditemukan selain tandan matang atau TPH tidak bersih maka krani melaporkan kepada mandor panen dan mandor panen menegur karyawan pemanen. Tugas saat mengikuti krani produksi adalah mencatat jumlah tandan setiap pemanen, memeriksa mutu buah dan kondisi TPH dan membantu membuat LPB. Krani Afdeling. Tugas dan tanggung jawab krani afdeling adalah membuat laporan (harian, mingguan dan bulanan), membuat permintaan bahan/material yang dibutuhkan, membuat daftar hadir karyawan, mencatat seluruh kegiatan harian baik perawatan dan produksi, membuat dan merekap data produksi serta mengisi monitoring produksi dan biaya. Kegiatan selama mengikuti krani afdeling adalah membantu administrasi afdeling, memeriksa absensi, mengisi monitoring produksi dan biaya serta beberapa administrasi lainnya. Pendamping Asisten Afdeling Asisten afdeling bertanggung jawab langsung kepada asisten kepala dan General Manager. Asisten bertugas memimpin lingkaran pagi asisten, menjelaskan rencana kerja harian dan evaluasi pekerjaan sebelumnya, mengawasi seluruh kegiatan di kebun baik teknis maupun administrasi, mengelola seluruh pekerjaan yang ada di afdeling untuk mencapai target produksi, berwenang memberi izin (sakit, cuti, dan izin) dan bertanggung jawab secara penuh terhadap karyawannya. Kegiatan selama mendampingi asisten adalah mengawasi kegiatan pada setiap kemandoran, fieldcheck dengan asisten, mengawasi karyawan semprot, mengawasi karyawan babat manual, mengawasi pemupukan, melakukan grading dan mengontrol hasil produksi.
19
PEMBAHASAN Aspek Teknis Panen Kriteria Matang Panen Kriteria matang panen merupakan kematangan tandan secara fisiologis, yaitu tandan telah sempurna bentuknya dan kandungan minyaknya optimal. Kriteria panen dilihat pada banyaknya brondolan yang jatuh di piringan karena buah dengan kadar minyak maksimal akan lepas (membrondol) dari tandannya (Sastrosayono 2006). Menurut Pahan (2006) kriteria panen sangat penting dalam proses pemanenan, yaitu 1-2 brondolan kg -1 tandan. Kebun SBU menggunakan standar kematangan yang sama, yaitu 2 brondolan kg-1 tandan. Standar kriteria matang panen ini harus diterapkan oleh semua pemanen sehingga dapat mengurangi jumlah losses yang timbul, seperti tidak memotong buah yang masih mentah dan brondolan yang tidak terkutip. Tabel 5 menerangkan kesesuaian jumlah brondolan yang jatuh antara standar perusahaan dengan realisasi oleh para pemanen. Tabel 5 Kriteria matang panen antara standar perusahaan dan realisasi oleh pemanen Pemanen
Kriteria matang TBS
Tahun tanam
Standar*
Realisasi
Selisih
.....…..brondolan TBS-1….......
a
Persentase kesesuaian
Jumlah buah matang
.....(%).....
......(tandan).......
Jumlah buah mentah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1993 1993 1993 1993 1993 1993 1997 1997 1997 1997 1998
47 47 47 47 47 47 45 45 45 45 46
35 40 47 48 40 40 42 45 40 38 46
-12 -7 0 1 -7 -7 -3 0 -5 -7 0
74 85 100 102 85 85 93 100 89 84 100
37 30 40 35 34 29 28 30 30 30 30
1 0 0 1 0 1 0 0 2 0 0
12
1998
46
36
-10
78
31
1
(*) = BJR tahun tanam 1993: 23.7= 23.7*2= 47.4≈ 47 brondolan, BJR tahun tanam 1997: 22.3= 22.3*2= 44.6 ≈ 45 brondolan, BJR tahun tanam 1998: 23.8= 22.8*2= 45.6≈ 46 brondolan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan masih banyak pemanen yang tidak mengikuti standar kriteria matang panen dari perusahaan. Presentase kesesuaian berkisar antara 74–102%, pemanen yang memiliki kesesuaian 100% hanya tiga pemanen saja, untuk yang mendekati kesesuaian memiliki nilai diatas
20 90% dan 100% terdapat tiga pemanen, sedangkan sisanya tidak mengikuti standar yang diterapkan oleh perusahaan. Ketidaksesuaian tersebut terjadi karena banyak brondolan yang jatuh di ketiak pelepah, sehingga pada saat pemanen melakukan pemotongan tandan jumlah brondolan yang jatuh sudah melebihi standar kriteria matang panen dari perusahaan. Namun, jika dilihat dari jumlah buah matang dan buah mentah yang dipanen dapat dilihat bahwa pemanen yang tidak mengikuti jumlah brondolan yang ditentukan perusahaan tidak terdapat buah mentah yang dipanen. Sehingga jumlah brondolan yang jatuh dipiringan tidak dapat menentukan kematangan buah. Pemanen terkadang melihat tingkat kematangan secara visual dari perubahan warna kulit TBS kelapa sawit. Standar atau toleransi yang digunakan pemanen dalam memotong TBS, yaitu untuk buah mentah 0%, buah lewat matang 5%, dan buah yang matang sebanyak mungkin. Hasil pengamatan BJR perusahaan dengan standar pusat penelitian kelapa sawit (PPKS) berdasarkan tahun tanam dapat dilihat pada Tabel 6. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan antara BJR perusahaan dengan standar PPKS yang terjadi pada tahun tanam 1993 dan 1997 berbeda nyata pada taraf 5%, sedangkan BJR pada tahun tanam 1998 tidak berbeda nyata pada taraf 5%. Hal ini disebabkan perbedaan lingkungan, iklim maupun varietas yang digunakan sehingga BJR berbeda dan dapat mempengaruhi produksi. Tabel 6 Bobot janjang rata-rata perusahaan dengan standar PPKS berdasarkan tahun tanam Tahun Tanam 1993 1997 1998
Bobot janjang rata-rata kg-1 Perusahaan PPKS 24.2 29.8 22.3 24.8 22.4 23.3
Selisih
Uji-t
5.6 2.5 0.9
* * tn
Sumber: Kantor Besar Kebun SBU 2012 dan standar PPKS menggunakan kelas lahan S-3 a *: nyata pada taraf 5%, tn: tidak nyata pada taraf 5 %
Angka Kerapatan Panen Angka kerapatan panen (AKP) merupakan metode untuk memperkirakan banyaknya buah matang yang akan dipenen pada luasan tertentu. Kerapatan panen harus dilakukan karena untuk memperkirakan panen esok harinya baik dari produksi, kebutuhan pemanen, kebutuhan transportasi dan luasan yang akan dipanen (PPKS 2007). Kesalahan dalam menentukan nilai AKP akan berdampak pada hasil produksi yang akan dicapai, kelebihan atau kekurangan tenaga kerja maupun transportasi yang digunakan. Pelaksanaan kegiatan penentuan taksasi AKP di Kebun SBU dilakukan pada sore hari dengan mengambil blok contoh yang akan dipanen esok harinya. Luasan blok contoh pengamatan yang diambil adalah 3 ha atau 10% dari luasan blok contoh. Pengamatan untuk mengetahui buah yang matang dilihat dari jumlah brondolan yang jatuh di piringan dan disesuaikan dengan standar perusahaan, yaitu 2 brondolan kg-1 TBS. Tabel 7 menyajikan hasil pengamatan AKP taksasi yang dilakukan oleh penulis dan membandingkan dengan AKP realisasi.
21 Tabel 7 Hasil pengamatan angka kerapatan panen taksasi dan angka kerapatan panen realisasi Jumlah populasi (pokok)
Blok contoh
Jumlah pokok contoh (pokok)
Jumlah pokok matang (pokok)
AKP taksasi (%)
AKP realisasi (%)
E23-E26
14 763
E24
400
72
18.0
15.0
C21, D21, E21-E22
11 683
D21
400
57
21.0
16.0
D23-D28, F22-F23 F24-F28 E30, F29-F32
17 100 18 407 17 016
D25 F27 F31
400 400 400
57 44 31
13.0 13.0 10.7
10.0 10.5 11.0
D21-D22, E21-E25 Rata-rata
24 082 17 175
E21
400 400
40 50.2
7.80 14.0
6.8 11.5*
Blok panen
a
*: nyata pada taraf 5%
Hasil pengamatan menunjukkan nilai AKP yang didapat setiap blok contoh berbeda-beda. Nilai AKP taksasi yang didapat berkisar antara 7.8-21% dengan nilai AKP rata-rata 14%. Perbedaan antara nilai AKP antar blok bisa disebabkan karena umur tanaman yang berbeda, jenis varietas yang digunakan dan kondisi lingkungan tumbuh di masing-masing blok. Menurut Tobing (1992) nilai AKP yang berada dibawah 15 % menunjukkan bahwa produksi TBS di kebun tersebut tergolong rendah. Semakin tinggi nilai kerapatan panen, maka semakin besar potensi buah yang akan dipanen. Berdasarkan hasil uji-t yang dilakukan menunjukkan adanya perbedaan secara nyata pada taraf 5%. Selisih antara nilai AKP rencana dan AKP realisasi berkisar antar 0.3–5.0%. Selisih tersebut berada diatas standar maksimum yang ditentukan oleh perusahaan, yaitu < 5% dari nilai taksasi. Menurut Miranda (2009) perbedaan angka kerapatan panen disebabkan oleh tingkat ketelitian saat pengamatan masih rendah atau adanya kesalahan dari pemanen itu sendiri baik adanya pemanenan tandan yang belum memenuhi kriteria matang panen atau adanya buah matang tertinggal di pokok. Perbedaan antara nilai AKP taksasi dan realisasi dapat disebabkan oleh kurang telitinya mandor panen atau asisten ketika menghitung jumlah buah matang saat penentuan nilai AKP taksasi dan pengambilan contoh tanaman yang tidak mewakili keseluruhan blok. Penyimpangan dalam penentuan AKP realisasi pada semester I dapat disebabkan kondisi buah trek atau kondisi dimana sedikit buah matang yang dapat panen. Kondisi ini menyebabkan pemanen melewatkan blok yang harus dipanen karena dianggap tidak ada buah matang layak panen. Hal ini menyebabkan produksi berkurang dan nilai AKP realisasi lebih rendah dari AKP taksasi. Persiapan Panen Persiapan merupakan hal yang penting dan mendasar sebelum melakukan pemanenan sehingga pelaksanaan panen memiliki aturan atau pedoman. Persiapan yang matang akan mendukung kelancaran kegiatan pemanenan. Persiapan panen yang dilakukan di Afdeling I meliputi absensi, jumlah tenaga kerja, penentuan hanca panen, persiapan alat panen yang dibutuhkan (egrek, kapak, karung, ganco, angkong dan lain-lain), unit transportasi untuk memuat dan mengirim TBS ke
22 pabrik dan prasarana panen (pasar pikul, piringan, titi panen, pemeliharaan jalan dan TPH). Perusahaan juga menyediakan alat pelindung diri (APD) bagi pemanen, seperti helm, kaca mata, sepatu boot dan sarung tangan. Namun, pada kenyataannya tidak semua pemanen menggunakan APD dengan lengkap dengan alasan penggunaan APD tersebut justru mengganggu kegiatan pemotongan TBS. Rotasi Panen Rotasi panen merupakan waktu yang diperlukan antara panen terakhir dan panen berikutnya pada blok yang sama. Rotasi panen yang ditetapkan di Afdeling I Kebun SBU berdasarkan kaveld panen, yaitu 6/7 artinya dalam satu minggu terdapat enam hari panen sehingga ada enam kaveld panen. Rotasi panen terlambat akan menyebabkan buah terlalu masak bahkan bisa jadi janjang kosong. Apabila hal ini terjadi akan mengakibatkan jumlah brondolan meningkat, losses juga semakin tinggi akibat tidak dikutipnya brondolan secara bersih sehingga memperlambat penyelesaian panen dan dapat meningkatkan biaya panen. Menurut Suryono (2012) rotasi panen yang terlalu cepat mengakibatkan pemanen lebih cenderung untuk memotong tandan yang kurang matang karena tuntutan basis kerja. Basis kerja yang ditetapkan oleh standar perusahaan sebesar 900 kg. Hubungan antara rotasi panen dengan produksi di Kebun SBU dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Hubungan antara rotasi panen, produksi dan luas panen Taksasi
Realisasi
Pencapaian produksi
.........(hari).........
..(kg)..
..(kg)..
...(%)...
Luas panen rencana ...(ha)...
6/7
6/7
60 000
50 870
84.78
108.43
181.50
35
6/7
6/7
53 700
40 940
76.24
116.90
131.80
34
6/7 6/7 6/7 6/7 6/7
6/7 6/7 6/7 6/6 6/6
56 000 55 200 42 000 42 500 42 500
41 510 43 740 43 110 36 920 51 640
74.13 79.24 102.64 86.87 121.51
131.40 142.60 133.70 187.38 144.80
142.81 159.53 256.83 80.90 220.31
34 31 34 28 26
6/7
6/6
41 400
54 430
131.47
169.11
188.73
25
Rotasi Standar
Produksi
Realisasi
Luas areal dipanen ...(ha)...
...(orang)...
pemanen
6/7
6/6
44 900
52 320
116.53
161.72
205.33
31
6/7 6/7
6/6 6/6
51 200 56 400
44 850 46 600
87.59 82.62
120.28 147.90
180.70 169.11
26 27
6/7
6/5
51 300
39 210
76.43
129.60
186.98
27
93.53
141.15
175.37
30
6/7
6/5.3
49 758
tn
45 511
Sumber: KantorAfdeling I (satu) a tn: tidak nyata pada taraf 5 %
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan dapat diketahui bahwa rotasi panen selama dua belas hari pada bulan Mei 2013 menurun. Penurunan rotasi panen diakibatkan terjadinya trek buah atau sedikitnya buah yang matang sehingga pemanen mencari tambahan TBS ke blok panen atau kaveld berikutnya karena untuk memenuhi basis kerja sebesar 900 kg. Luasan panen semakin lama
23 semakin meningkat karena sedikitnya buah matang yang dapat dipanen sehingga para pemanen maju dengan cepat ke blok selanjutnya. Pengamatan terhadap hasil produksi antara rencana dan realisasi tidak berbeda nyata pada taraf 5%. Perencanaan yang dilakukan oleh asisten maupun mandor harus diteliti dan harus melihat kondisi lapangan karena perbedaan antara produksi taksasi dan produksi realisasi berbeda jauh. Menurut Pahan (2006), penyelesaian dari masalah rotasi panen ini adalah melakukan pemantauan pada daftar rotasi panen di kantor afdeling, informasi umur pokok dan kerapatan panen setiap blok, jumlah tenaga kerja, jumlah borongan, persentase siap borong, dan curah hujan. Tenaga Kerja Tenaga kerja panen merupakan hal yang terpenting dalam perkebunan kelapa sawit. Kegiatan pemanen akan terhambat dengan berkurangnya jumlah tenaga kerja panen yang akan mengakibatkan luasan panen lebih kecil dari pada yang targetkan oleh perusahaan. Kebutuhan tenaga kerja ini harus dihitung untuk mengetahui kecukupan tenaga kerja panen. Perhitungan penetapan tenaga kerja panen berdasarkan ketentuan perusahaan adalah: Kebutuhan tenaga kerja =
luas areal total (ha) total kaveld panen x norma panen (ha HK-1)
Contoh perhitungan kebutuhan tenaga kerja Afdeling I (Rumus I) Kebutuhan tenaga kerja = 717.57 ha = 39.86 ≈ 40 orang 6 kaveld x 3 ha HK-1 Perhitungan jumlah kebutuhan tenaga panen setiap hari: Kebutuhan tenaga panen = A x B x C x D E Keterangan: A = Luas blok yang akan di panen B = Kerapatan panen C = Rata-rata berat buah (kg) D = Populasi tanaman ha-1 E = Kapasitas panen HK-1 Contoh perhitungan jumlah pemanen Afdeling I (Rumus II) Kebutuhan tenaga pemanen = 123.71 ha x 0.14 x 24.2 kg x 132 tanaman/ha 1 750 kg HK-1 = 31.6 ≈ 32 orang pemanen Berdasarkan hasil penghitungan tenaga panen menggunakan rumus I, jumlah tenaga panen yang harus tersedia di Afdeling I berjumlah 40 orang. Jumlah tersebut tidak sesuai dengan jumlah tenaga panen yang ada di afdeling I, yaitu 37 orang yang terbagi ke dalam dua kemandoran. Sedangkan dengan menggunakan rumus II tenaga panen yang dibutuhkan sebanyak 32 orang. Perbedaan jumlah tenaga panen yang dibutuhkan disebabkan karena setiap harinya asisten selalu melakukan penentuan tenaga pemanen berdasarkan taksasi produksi yang akan dicapai dan luasan kaveld yang akan dipanen, sehingga penggunaan tenaga panen dapat dikurangi maupun ditambah tergantung taksasi dan luasan produksi. Perhitungan taksasi seperti ini sangat berpengaruh terhadap
24 produksi maupun output perusahaan. Permasalahan yang sering terjadi dalam tenaga panen adalah ketidakhadiran para pemanen baik izin, sakit maupun absen tanpa alasan.Permasalahan seperti ini dapat diatasi dengan sanksi yang telah diterapkan oleh perusahaan, yaitu jika ada tenaga kerja yang mangkir akan dikenakan surat peringatan (SP) dan jika sampai mendapatkan SP sampai tiga kali maka tenaga kerja tersebut di PHK (pemutusan hubungan kerja). Produksi Tandan Buah Segar Produksi TBS merupakan hasil dari aktivitas kerja di bidang pemeliharaan tanaman. Keberhasilan produksi TBS sangat tergantung terhadap beberapa faktor, diantaranya faktor lingkungan, faktor tanaman dan faktor budidaya. Pencapaian produksi yang tinggi dan berkualitas tidak terlepas dari bahan tanam yang digunakan, umur tanaman, pemanen dengan kapasitas kerjanya, peralatan yang digunakan untuk panen, kelancaran transportasi serta alat pendukung lainnya seperti organisasi panen yang baik, keadaan areal, dan insentif yang disediakan (Lubis 1992). Umur tanaman berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Semakin luas komposisi umur tanaman menunjukkan tingkat potensi produktivitasnya semakin beragam. Pengamatan mengenai pengaruh umur tanam terhadap produksi dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Pengaruh umur tanaman terhadap produksi tandan buah segar Tahun Produksi
Tahun tanam 1993 Perusahaan
1997
PPKS
Perusahaan -1
1998
PPKS
Perusahaan
PPKS
-1
...........................................ton ha tahun .......................................... 2007 2008 2009 2010 2011
27.6 24.6 24.3 23.2 26.4
2012
26.1
rata-rata
25.4
tn
29.5 28.5 27.0 26.0 25.0
20.7 19.6 22.2 20.6 25.1
28.0 29.0 30.0 30.0 29.5
17.1 13.2 15.7 14.8 17.4
27.0 28.0 29.0 30.0 30.0
24.0
24.4
28.5
18.4
29.5
26.6
22.1**
29.2
16.1**
28.9
Sumber: Kantor Besar Kebun 2013 a **: sangat nyata pada taraf 5%, tn= tidak nyata pada taraf 5%
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan menunjukkan bahwa tahun produksi dan tahun tanam 1993 tidak nyata pada taraf 5% terhadap standar PPKS, tahun produksi dengan tahun tanam 1997 dan 1998 sangat nyata pada taraf 5% terhadap standar PPKS. Menurut PPKS (2007) kelapa sawit mencapai produksi tertinggi pada umur tanaman 12-13 tahun. Namun, pada tabel di atas tidak menunjukkan hal yang demikian, mungkin dapat disebabkan karena kondisi lahan, bahan tanam maupun yang lainnya. Menurut Anwar dan Purba (2001) pencapaian produksi yang tidak sesuai disebabkan oleh faktor kultur teknis yang belum dilaksanakan secara optimal yang sebenarnya. Tahun tanam 1993 memiliki produksi yang paling tinggi dibandingkan dengan tahun tanam 1997 dan 1998. Tahun tanam 1997 dan 1998 memiliki hasil yang sedikit, hal ini disebabkan bahan tanam yang digunakan tidak semuanya
25 menggunakan varietas marihat tetapi menggunakan varietas PNG. Penyisipan tanaman kelapa sawit pada umur muda juga merupakan salah satu penyebab perbedaan hasil produksi. Lokasi penanaman tanaman pada tahun tanam 1998 berada di areal berbukit sehingga pemanenan tidak dilakukan setiap kali rotasi. Jenis tanah pada tanah mineral juga berpengaruh terhadap hasil produksi yang didapat. Menurut Koedadiri (2004) potensi kelapa sawit pada tanah ultisol di Indonesia tergolong agak rendah dan sering berada pada potensi produksi kelas lahannnya S-3. Aspek Manajerial Panen Manajemen adalah sebuah proses yang dilakukan untuk mewujudkan tujuan organisasi melalui rangkaian kegiatan berupa perencanaan, pengorganisasiaan, penggerakan dan pengawasan orang-orang serta sumber daya organisasi lainnya (Sule dan Saefullah 2008). Manajemen diperlukan sebagai upaya agar suatu kegiatan dapat berjalan efektif dan efisien. Fungsi-fungsi manajemen adalah serangkaian kegiatan yang dijalankan dalam manajemen berdasarkan fungsinya masing-masing dan mengikuti tahapan-tahapan tertentu dalam pelaksanaannya. Funsi-fungsi manajemen sebagaimana diterangkan oleh (Terry 2006) terdiri dari empat fungsi, yaitu: Perencanaan Panen Perencanaan merupakan susunan langkah-langkah secara sistematik dan teratur untuk mencapai tujuan organisasi atau memecahkan masalah tertentu. Perencanaan juga diartikan sebagai upaya memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia dengan memperhatikan segala keterbatasan guna mencapai tujuan secara efisien dan efektif. Perencanaan panen diawali dengan pembuatan rencana kerja tahunan (RKT). RKT didapatkan dari budget produksi tahunan. RKT tersebut dituangkan ke dalam rencana kerja bulanan (RKB) dan rencana kerja harian (RKH). Penyusunan RKB berdasarkan pada sebaran produksi yang sudah ditentukan. Penyusunan RKH panen dilakukan berdasarkan hasil perhitungan angka kerapatan panen (AKP) setiap harinya atau biasa disebut taksasi produksi. Taksasi produksi harian merupakan dasar untuk menentukan jumlah tenaga kerja serta jumlah biaya panen dan pengangkutan yang akan dilakukan. Dengan perencanaan tersebut dapat meningkatkan efisiensi biaya panen perusahaan. Namun, pada pelaksanaan di lapang, perencanaan yang dilakukan seringkali tidak melihat kondisi lapang secara langsung, sehingga perencanaan yang sudah dilakukan seringkali meleset jauh. Contoh perhitungan perencanaan panen Afdeling I Luas kaveld yang akan dipanen = 125 ha Populasi pokok = 132 pokok ha-1 Bobot janjang rata-rata (BJR) = 22 kg Angka kerapatan panen (AKP) = 1:6 = 16.6% Kapasitas pemanen = 1 750 kg Kapasitas mobil = 25 000 kg 5 trip-1
26 Taksasi yang didapat: 125 ha x 132 pokok = 16 500 pokok 16 500 pokok = 2 750 tandan x 22 kg = 60 500 kg = 60.5 ton 6 Tenaga pemanen yang didapat: 60 500 kg = 34.5 ≈ 35 pemanen 1 750 kg Kebutuhan truk pengangkut: 60 500 kg = 2.4 ≈ 2 unit (dilakukan penambahan trip) 25 000 kg Pengorganisasiaan Pengorganisasian diartikan sebagai kegiatan pembagian tugas-tugas pada orang yang terlibat dalam aktivitas organisasi, dengan kompetensi sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki. Kegiatan yang harus dilakukan meliputi, penempatan, pengkoordinasian, dan pemanduan untuk mencapai tujuan organisasi. Pengorganisasian panen dilakukan dengan pembagian tugas sesuai dengan kompetensi individu. Setiap Afdeling dipimpin oleh asisten Afdeling yang bertugas menyusun rencana kerja baik tahunan, bulanan maupun harian. Asisten Afdeling juga bertugas mengawasi semua kegiatan di Afdeling agar berjalan sesuai dengan yang direncanakan. Asisten Afdeling dibantu oleh mandor panen dalam mengawasi proses pemanenan dan mengecek kualitas buah yang dipanen. Pengorganisasiaan yang dilakukan dilapang sudah baik, asisten Afdeling dan mandor panen selalu mengawasi para pemanen di lapang, namun dalam pengecekan kualitas buah kadang-kadang tidak dihiraukan sehingga pemanenan buah mentah masih tetap ada. Penggerakan Perencanaan dan pengorganisasiaan yang baik kurang berarti bila tidak diikuti dengan pelaksanaan kerja organisasi yang bertanggung jawab. Untuk itu maka semua SDM yang ada harus dioptimalkan untuk mencapai visi, misi dan program kerja organisasi. Pelaksanaan kerja harus sejalan dengan rencana kerja yang telah disusun. Setiap pelaku organisasi harus bekerja sesuai dengan tugas, fungsi dan peran, keahlian dan kompetensi masing-masing SDM untuk mencapai visi, misi dan program kerja organisasi yang telah ditetapkan. Pemanenan dilakukan terhadap buah yang sudah matang panen sesuai dengan kriteria perusahaan. Semua brondolan yang jatuh harus dikutip dan dimasukkan ke dalam karung dan dikumpulkan ke TPH. Pelepah yang diturunkan pada saat panen harus disusun rapi di gawangan mati. Pengawasan Fungsi pengawasan dilakukan untuk memastikan seluruh rangkaian kegiatan yang telah direncanakan, diorganisasikan, dan diimplementasikan bisa berjalan sesuai dengan target yang diharapkan. Asisten Afdeling dan mandor panen bertugas mengawasi semua kegiatan yang berlangsung terutama kegiatan panen agar berjalan sesuai dengan yang diarahkan. Mandor panen bertugas mengawasi dan mengecek setiap pemanen yang termasuk dalam kemandorannya dan memastikan setiap pemanen melakukan kegiatan panen hingga selesai. Namun,
27 pada saat dilapang mandor hanya mengecek para pemanen di jalan saja tanpa mengecek ke dalam hanca. Pengawasan terhadap penghitungan AKP harus selalu dipantau karena pengambilan contoh hanca tidak mewakili keadaan buah dalam satu blok. Pengangkutan TBS harus tepat waktu dan tidak boleh ada buah yang restan.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kegiatan pemanenan di Kebun Sei Batang Ulak dilaksanakan berdasarkan standar perusahaan. Namun, dalam pelaksanaan di lapangan masih terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dan dibenahi. Permasalahan yang terjadi dalam pemanenan antara lain perencanaan panen, angka kerapatan panen (AKP), rotasi panen dan kriteria kematangan panen yang tidak sesuai. Perencanaan panen yang tidak akurat dapat menyebabkan taksasi dan realisasi yang didapat tidak sesuai, demikian pula penggunaan tenaga panen juga harus disesuaikan dengan kondisi buah yang ada di lapang. AKP yang terlalu rendah disebabkan sedikitnya buah matang sehingga untuk mencapai basis kerja sebesar 900 kg pemanen menambah luasan panen yang semakin lama semakin melebar dan menyebabkan rotasi menjadi cepat yang dapat meningkatkan losses panen karena banyak pemanen yang memotong buah mentah. Saran Sistem perencanaan panen dan pengawasan perlu ditingkatkan sehingga hasil dari taksasi maupun realisasi yang sudah dilakukan tidak terlalu meleset jauh dan kegiatan pemanenan dapat berlangsung secara optimal. Rotasi panen harus selalu dipantau jangan terlalu cepat karena akan banyak buah mentah yang akan dipanen dan rotasi jangan terlalu lama karena dapat menyebabkan buah terlewat matang bahkan busuk.
DAFTAR PUSTAKA Anwar S dan Purba P. 2001. Kesenjangan produksi pada tanaman kelapa sawit muda: suatu tantangan bagi pekebun kelapa sawit. Warta PPKS 9(2): 51-59. [Ditjenbun] Direktorat Jenderal Perkebunan. 2011. Lintasan 30 Tahun Pengembangan Kelapa Sawit [internet]. [diacu 2012 Maret 14]. Tersedia dari: http:// www.ditjenbun.deptan.go.id. Fauzi Y, Widyastuti YE, Satyawibawa I, dan Hartono R. 2008. Kelapa Sawit: Budidaya Pemanfaatan Hasil dan Limbah Analisis Usaha dan Pemasaran Edisi Revisi. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Fiantis D. 2004. Evaluasi kesesuaian lahan untuk kelapa sawit pada tanah vulkanik, kabupaten pasaman barat di sumatra barat. Jurnal Stigma 12(3):1921.
28 Hakim M. 2007. Dalam Lembaga Pupuk Indonesia (Ed). Kelapa Sawit. (ID): Jakarta. Lembaga Pupuk Indonesia. Koedadiri AD. 2004. Produktivitas kelapa sawit generasi pertama padatanah ultisol di beberapa eilayah perkebunan kelapa sawit di indonesia. Warta PPKS 12(2-3): 47-49. Lubis AU. 1992. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Indonesia. Medan (ID): Pusat Penelitian Perkebunan Marihat. Mangoensoekarjo S. 2005. Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit. Yogyakarta (ID): Universitas Gajah Mada. Miranda RR. 2009. Manajemen panen tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) di PT. Gunung Kemasan Estate, Minamas Plantation, Pulau Laut, Kalimantan Selatan [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Pahan I. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis dari Hulu Hingga Hilir. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. [PPKS] Pusat Penelitian Kelapa Sawit. 2007. Budidaya Kelapa Sawit. Medan (ID): Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Sastrosayono S. 2006. Budidaya Kelapa Sawit. Tanggerang (ID): Agromedia Pustaka. Sunarko. 2009. Budidaya dan Pengelolaan Kebun Kelapa Sawit dengan Sistem Kemitraan. Jakarta (ID): Agromedia Pustaka. Sule ET dan Saefullah K. 2008. Pengatur Manajemen. Edisi pertama. Jakarta (ID): Kencana Prenada Media Group. Suryono A. 2012. Pengelolaan pemanenan kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) di PT. Aneka Inti Persada, Pinang Sebatang Estate, Siak, Riau [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Terry GR. 2009. Prinsip-prinsip Manajemen. Jakarta (ID): Bumi Aksara. Tobing MOSL. 1992. Pemanenan dan Pengangkutan Hasil Panen Kelapa Sawit. Medan (ID): Lembaga Perkebunan Kampus Medan.
20
189
Desember
Total BB
BL
0
12
23
22 14 27 23 10 13 13 10 13 17 20
HH
205
301
366 266 147 287 276 134 274 248 328 165 330
CH
3 122
2007
0 Sumber: Kantor Besar Kebun Keterangan: HH: hari hujan (hari) CH: curah hujan (mm)
BK
23 17 11 16 17 8 17 14 16 11 19
HH
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November
Bulan
413
402 165 593 397 107 361 176 166 225 253 363
CH
180
22
24 16 21 14 15 8 9 14 5 16 16
HH
499
294 335 291 254 218 66 102 208 68 312 395
CH
0
2
10
3 042
2009
168
15
20 16 16 17 9 11 15 11 15 10 13
HH
Tahun
BB: bulan basah (bulan) BK: bulan kering (bulan)
0
0
12
3 621
2008
Lampiran 1 Data curah hujan dari tahun 2007 – 2012
272
314 372 281 166 129 172 249 154 330 206 321
CH
154
20
22 12 10 18 16 5 3 5 10 15 18
HH
274
438 185 119 242 201 50 79 101 112 167 263
CH
1
1
10
2 231
2011
155
13
13 13 16 16 16 3 8 7 13 17 20
HH
BL: bulan lembab (bulan)
0
0
12
2 966
2010
306
50 98 327 348 294 27 139 109 227 340 454
CH
2
1
9
2 719
2012
0
0
12
2 950.14
344.16
18.83 175.14
CH 310.67 236.83 293.00 282.33 204.16 135.00 169.83 164.33 215.00 240.50 354.33
HH 20.67 14.67 16.83 17.33 13.83 8.00 10.83 10.16 12.00 14.33 17.66
Rata‐rata
1
29
3.97 0.19 0.30 20.55
3.94 7.64 3.57 1.94 -
761.72
Total areal diusahakan
796.77
128.4 177.17 372.65 61.10 30.50 -
2
456.94 200.73 59.90 -
1
-TT 1993 -TT 1994 -TT 1995 -TT 1996 -TT 1997 -TT 1998 -TT 1999 -TT 2000 -TT 2001 -TT 2002 -TT 2003 -TT 2004 -TT 2005 B. Areal tidak ditanam 1. Jalan 2. Parit & Sungai 3. Bangunan 4. Areal Pabrik 5. Okupasi 6. Inclave
A. Lahan yang ditanam
Kelompok lahan
Lampiran 2 Luas lahan dan tata guna lahan
729.81
3.25 2.45 43.81 -
485.93 116.3 19.64 58.43
3
689.11
2.59 0.25 -
225.98 387.73 72.56 -
4
620.18
3.40 1.00 -
24.82 325.46 104.67 160.83 -
5
6
628.61
2.29 6.05 0.80 -
95.20 22.00 474.04 28.23 -
Aktual lahan per afdeling
801.69
1.15 3.43 1.97 11.6
625.40 158.14 -
7
754.67
2.35 5.53 0.47 -
35.30 76.99 512.33 121.7 -
8
865.15
0.98 1.70 -
236.1 94.3 345.17 186.90
9
6 647.71
23.92 22.84 41.51 45.75 32.15
680.54 682.70 177.17 1 660.41 2 026.12 411.07 160.83 72.56 1.,64 345.17 245.33
Total
30
Lampiran 3 Peta kerja Afdeling I
3
31
Lampiran 4 Struktur organisasi Kebun Sei Battang Ulak
4
32
33
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 21 Januari 1992 dari Bapak Bambang Suharto dan Ibu Tumirah. Penulis adalah putri ketiga dari empat bersaudara. Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Muhammadiyah 18 Jakarta dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan diterima di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian. Selama mengikuti perkuliahan di IPB, penulis aktif dalam kegiatan organisasi dan kepanitiaan, antara lain: anggota Gentra Kaheman tahun 2009/2010, anggota PSDM Himpunan Mahasiswa Agronomi dan Hortikultura (Himagron) 2010/2011, sekretaris Kominfo Himpunan Mahasiswa Agronomi dan Hortikultura (Himagron) 2011/2012, Kominfo Forum Keluarga Rohis Departemen (FKRD) tahun 2011/2012, Kepanitiaan Masa Perkenalan Departemen Agronomi dan Hortikultura (MPD) tahun 2011, Kepanitiaan Gebyar Pertanian tahun 2011 Bendahara Agrosportmen III tahun 2011, dan Bendahara Fieldtrip SOCRATES 46 tahun 2012 serta Kepanitiaan Festival Bunga dan Buah Nusantara (FBBN) dalam rangka Dies Natalis IPB ke-50 tahun 2013.