PEMANENAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN DOLOK ILIR, PTP NUSANTARA IV, MEDAN, SUMATERA UTARA
MUHAMMAD HAQIKI NOVIAR
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pemanenan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Dolok Ilir, PTP Nusantara IV, Medan, Sumatera Utara adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juli 2013
Muhammad Haqiki Noviar NIM A24080139
ABSTRAK MUHAMMAD HAQIKI NOVIAR. Pemanenan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Dolok Ilir, PTP Nusantara IV, Medan, Sumatera Utara. Dibimbing oleh ADOLF PIETER LONTOH. Kegiatan magang dilakukan di Kebun Dolok Ilir, PTP Nusantara IV, Medan, Sumatera Utara dari tanggal 13 Februari sampai dengan 13 Mei 2012. Kegiatan magang ini secara umum bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan tentang budidaya tanaman kelapa sawit dan secara khusus menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kelapa sawit. Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Kebun Dolok Ilir secara umum sudah menerapkan teknik budidaya kelapa sawit sesuai dengan SPO (Standar Prosedur Operasi) yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Berdasarkan persamaan regresi dengan menggunakan metode kuadrat terkecil, produksi TBS (Tandan Buah Segar) tidak dipengaruhi oleh laju penurunan jumlah tegakan. Nilai koefisien P-value yang dihasilkan dalam analisis adalah 87.4 %. Permasalahan utama adalah tingginya losis panen yang mempengaruhi produksi tanaman kelapa sawit. Kata kunci: Faktor produksi, Kelapa sawit, Kebun Dolok Ilir
ABSTRACT MUHAMMAD HAQIKI NOVIAR. Harvest Management of Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) at Dolok Ilir Estate, PTP Nusantara IV, Medan, Sumatera Utara. Supervised by ADOLF PIETER LONTOH. The internship program has been conducted at PTP Nusantara IV, Dolok Ilir Estate, Medan, Sumatera Utara from February 13 to May 13 2012. The purpose of this internship program is to learn oil palm cultivation and specifically to analyzes the factors that influence the production of palm oil. The data that has been collected consist of primary and secondary data. Dolok Ilir Estate generally have applied the technique of oil palm cultivation in accordance with standard operating procedures that have been established by the company. Based on the regression equation using the least squares method, the production of FFB (fresh fruit bunches) are not affected by the rate of decline in the number of stands. The coefficient of P-value generated in the analysis was 87.4%. The main problem is the loss of crop harvest that affecting the production of palm oil. Keywords: Determinant production factor, Oil palm, Dolok Ilir Estate
PEMANENAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN DOLOK ILIR, PTP NUSANTARA IV, MEDAN, SUMATERA UTARA
MUHAMMAD HAQIKI NOVIAR
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Agronomi dan Hortikultura
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
Judul Skripsi : Pemanenan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Dolok Ilir, PTP Nusantara IV, Medan, Sumatera Utara. Nama : Muhammad Haqiki Noviar NIM : A24080139
Disetujui oleh
Ir Adolf Pieter Lontoh, MS Pembimbing I
Diketahui oleh
Dr Ir Agus Purwito, MSc Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pemanenan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Di Kebun Dolok Ilir, PTP Nusantara IV, Medan, Sumatera Utara”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam penyusunan skripsi ini dan secara khusus penulis sampaikan kepada: Ir. Adolf Pieter Lontoh, MS. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan saran, bimbingan serta pengarahan selama penulisan skripsi. Bapak Erwin Juliawan selaku Asisten Divisi VI yang telah memberikan arahan dan masukan selama pelaksanaan magang. Bapak Ahmad Syukri Noviar dan ibu Elvina Lubis, serta seluruh keluarga besar. Semoga ini dapat menjadi persembahan yang terbaik. Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sampaikan satu per satu, yang telah membantu penulis selama perkuliahan dan magang. Semoga sekripsi ini dapat memberikan informasi dan manfaat yang berharga bagi para pembaca.
Bogor, Juli 2013
Muhammad Haqiki Noviar
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan
2
TINJAUAN PUSTAKA
3
METODE MAGANG
7
Tempat dan Waktu
7
Metode Pelaksanaan
7
Pengamatan dan Pengambilan Data
7
Analisis dan Informasi
8
KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG
9
Letak Geografi
9
Keadaan Iklim dan Tanah
9
Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan
9
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan
11
Keadaan Tanaman dan Produksi
12
Fasilitas Kesejahteraan dan Karyawan
12
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
14
Aspek Teknis
14
Aspek Menejerial
29
PEMBAHASAN
32
Curah Hujan
32
Realisasi Produksi dan RKAP
32
Laju Penurunan Jumlah Tegakan
33
Kapasitas Pemanen
34
Basis dan Premi Panen
35
SIMPULAN DAN SARAN
37
Simpulan
37
Saran
37
DAFTAR PUSTAKA
38
LAMPIRAN
39
RIWAYAT HIDUP
49
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Luas areal dan tata guna kebun Dolok Ilir Tingkatan dan jumlah karyawan di kebun Dolok Ilir Data produksi tandan buah segar Derajat kematangan buah (fraksi) Seksi panen Divisi VI kebun Dolok Ilir Deskripsi alat panen Perbandingan antara RKAP dan realisasi produksi Kapasitas pemanen di Divisi VI Perbandingan kapasitas pemanen karyawan tetap dengan karyawan harian lepas
10 11 12 21 24 25 33 34 35
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Pengendalian gulma secara kimiawi Kegiatan penunasan Peralatan kastrasi Kegiatan kastrasi Kegiatan pemupukan Sistem masuk hanca Kegiatan panen Peralatan panen Pengangkutan TBS
14 16 17 17 19 20 22 26 28
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Jurnal harian kegiatan magang sebagai karyawan harian Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping mandor Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping asisten Data curah hujan dan hari hujan 2005-2011 Peta Divisi VI kebun Dolok Ilir Data produktivitas 5 tahun terakhir dari setiap Afdeling Standar basis borong Laju penurunan jumlah tegakan Luas areal tanaman dan jumlah pokok Divisi VI (enam) Data rekomendasi pupuk oleh ARABIS
39 40 41 43 44 45 45 45 46 47
PENDAHULUAN Latar Belakang Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang menyumbangkan devisa negara dalam jumlah cukup besar. Produksi CPO (Crude Palm Oil) dari tahun 2006 ke tahun 2010 mengalami peningkatan menjadi 19 760 011 ton dari 17 350 848 ton (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2010). Prospek pengusahaan kelapa sawit di Indonesia sangat baik karena Indonesia memiliki berbagai keunggulan yang dapat menjadikan industri kelapa sawit Indonesia kompetitif di perdagangan dunia (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2007). Luas areal pengusahaan tanaman kelapa sawit di Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat. Pada tahun 2005 luas areal pengusahaan kelapa sawit di Indonesia mencapai 5 597 158 ha dan meningkat pada tahun 2010 menjadi 8 430 206 ha (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2010). Beberapa faktor yang mempengaruhi produktivitas kelapa sawit, yaitu iklim, topografi, kondisi tanah, bahan tanam, dan teknik budidaya tanaman. Selain itu umur tanaman, jumlah populasi per hektare, sistem penyerbukan, sistem koordinasi panen, sistem pengamanan produksi serta sistem premi panen juga berpengaruh terhadap produktivitas kelapa sawit (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2006). Panen dan pengolahan hasil merupakan rangkaian terakhir dari kegiatan budidaya kelapa sawit di lapangan yang berkaitan dengan kualitas minyak sawit. Panen bertujuan untuk mendapatkan rendemen minyak yang tinggi, asam lemak bebas yang rendah, serta memelihara kondisi tanaman agar tetap baik. Keberhasilan pemanenan akan menunjang pencapaian produktivitas tanaman. Kegagalan pemanenan akan menghambat pencapaian produktivitas tanaman kelapa sawit. Pemeliharaan tanaman yang sudah baku dan potensi produksi di tanaman yang tinggi, tidak ada artinya jika pemanenan tidak dilaksanakan secara optimal (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2007). Faktor-faktor yang menentukan keberhasilan pemanenan adalah persiapan panen, kriteria matang panen, sistem dan rotasi panen, ramalan produksi, pengawasan dan denda, kebutuhan tenaga kerja dan angkutan panen, basis dan premi panen, serta alat dan perlengkapan panen (Lubis, 2008). Oleh karena itu kegiatan pemanenan harus terorganisasi dengan baik karena merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting, baik untuk keberlanjutan pertumbuhan dan perkembangan tanaman kelapa sawit maupun untuk peningkatan produksi minyak sawit yang berkualitas.
2 Tujuan Kegiatan magang ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa dalam aspek budidaya tanaman kelapa sawit serta meningkatkan pengalaman mahasiswa dalam memahami proses kerja budidaya tanaman kelapa sawit secara nyata di lapangan. Tujuan secara khusus pada magang ini adalah untuk mempelajari manajemen pemanenan kelapa sawit di kebun Dolok Ilir, PTP Nusantara IV, Medan, Sumatera Utara.
3
TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) termasuk tumbuhan kelas Angiospermae, ordo Palmales, famili Palmae dan genus Elaeis. Pahan (2007) menambahkan ada beberapa species dalam genus ini antara lain Elaeis guineensis, Elaeis melanococca (Elaeis oleivera), dan Elaeis odora (tidak ditanam di Indonesia). Klasifikasi tanaman Kelapa Sawit adalah : Divisi : Tracheophyta Sub divisi : Pteropsida Kelas : Angiospermae Sub kelas : Monocotyledonae Ordo : Cocoidae Famili : Palmae (Aracaceae) Sub family : Cocoidae Genus : Elaeis Spesies : Elaeis guineensis Jacq. Tanaman kelapa sawit dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu bagian vegetatif dan bagian generatif. Bagian vegetatif kelapa sawit meliputi akar, batang dan daun, sedangkan bagian generatif yang merupakan alat perkembangan terdiri dari bunga dan buah (Purwanto, 2009). Sistem perakaran kelapa sawit merupakan sistem akar serabut yang terdiri atas akar primer, akar sekunder, akar tersier dan akar kuartener (Pahan, 2007). Kelapa sawit tumbuh tegak lurus dapat mencapai ketinggian 15 - 20 m dan tidak bercabang. Batang kelapa sawit tumbuh tegak dibungkus oleh pangkal pelepah daun (frond base). Batang mempunyai tiga fungsi utama yaitu: (1) sebagai struktur yang mendukung daun, bunga dan buah; (2) sebagai sistem pembuluh yang mengangkut air dan hara mineral dari akar ke atas serta hasil fotosintesis (fotosintat) dari daun ke bawah; (3) sebagai organ penimbunan zat makanan (Pahan, 2007). Daun kelapa sawit menyerupai daun kelapa. Daun kelapa sawit terdiri atas beberapa bagian yaitu: (1) kumpulan anak daun (leaflets) yang memiliki helaian (lamina) dan tulang daun (midrib); (2) rachis yang merupakan tempat anak daun melekat; (3) tangkai daun atau petiole yang merupakan bagian antara daun dan batang; serta (4) seludang daun atau sheath. Daun membentuk susunan satu pelepah yang panjangnya mencapai lebih dari 7.59 m. Jumlah anak daun di sekitar pelepah berkisar 200 - 400 helai. Produksi pelepah daun bergantung pada umur tanaman. Daun kelapa sawit biasanya muncul setiap 2 minggu, sehingga dalam keadaan optimum tanaman dewasa kelapa sawit memiliki 40 - 50 daun (Fauzi et al., 2008). Tanaman kelapa sawit berumah satu atau monoecious di mana bunga jantan dan betina berada dalam satu pohon. Tandan bunga terletak terpisah dan keluar dari ketiak pelepah daun. Bunga jantan berbentuk lonjong memanjang, sedangkan bunga betina agak bulat terbungkus oleh seludang
4 bunga. Pada umumnya tanaman kelapa sawit merupakan tanaman yang menyerbuk silang (Lubis, 1992). Buah sawit disebut juga fructus. Waktu yang diperlukan mulai dari penyerbukan sampai dengan buah matang siap dipanen kurang lebih 5 - 6 bulan. Buah kelapa sawit terdiri atas tiga lapisan, yaitu eksokarp yang merupakan bagian kulit buah berwarna kemerahan dan licin, mesokarp atau serabut buah yang mengandung minyak dengan rendemen yang tinggi serta endokarp atau cangkang pelindung inti (Fauzi et al., 2008).
Syarat Tumbuh Kelapa Sawit Kelapa sawit dapat tumbuh di daerah tropika basah (120 LU dan 120 LS), pada ketinggian 0 - 500 m di atas permukaan laut (m dpl). Jumlah curah hujan yang baik adalah 2 000 - 2 500 mm/tahun, tidak memiliki defisit air, hujan agak merata sepanjang tahun. Tanaman kelapa sawit memerlukan suhu yang optimum sekitar 24 - 28°C untuk tumbuh dengan baik. Meskipun demikian, tanaman masih bisa tumbuh pada suhu terendah 18°C dan tertinggi 32°C. Kelapa sawit dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah seperti podsolik, latosol, hidromorfik kelabu, regosol, andosol, organosol dan alluvial. Kelapa sawit dapat tumbuh pada pH 4.0 – 6.0 namun yang terbaik adalah pada pH 5.0 – 5.6, tanah yang mempunyai pH rendah dapat ditingkatkan dengan pengapuran namun membutuhkan biaya yang tinggi. Tanah dengan pH rendah ini biasanya dijumpai pada daerah pasang surut terutama tanah gambut (Lubis, 2008). Bentuk wilayah dan kondisi tanah sangat berpengaruh pada produktivitas kelapa sawit. Tanaman kelapa sawit tumbuh baik pada tanah gembur, subur, berdrainase baik, permeabilitas sedang dan mempunyai solum yang tebal sekitar 80 cm tanpa lapisan padas. Tekstur tanah yang ringan dengan kandungan pasir sekitar 20 - 60 %, debu 10 - 40 % dan liat 20 - 50 %. Tanah yang kurang cocok adalah tanah berpasir dan tanah gambut tebal. Topografi yang dianggap cukup baik untuk tanaman kelapa sawit adalah areal dengan kemiringan 0 - 150 (Fauzi et. al, 2008).
Persiapan Panen Hutabarat (1965) menyatakan bahwa keberhasilan panen sangat bergantung pada sarana penunjang dalam pemanenan seperti peralatan yang digunakan untuk panen, kelancaran transportasi dan penyediaan bahan tanaman yang tepat waktu serta didukung oleh faktor pendukung lainnya yang meliputi organisasi panen yang baik, keadaan areal dan insentif yang diberikan. Persiapan panen yang baik akan menjamin tercapainya target produksi dengan biaya panen seminimal mungkin.
5 Kriteria Panen Kelapa Sawit Setyamidjaja (2006) menyatakan bahwa suatu areal tanaman belum menghasilkan (TBM) dapat berubah menjadi tanaman menghasilkan (TM) dan mulai dapat dilakukan panen apabila 60% buah atau lebih telah matang panen. Kriteria umum untuk tandan buah dapat dipanen adalah berdasarkan jumlah brondolan yang terlepas dari tandannya dan jatuh ke tanah (piringan) secara alami (Tyas, 2008). Ciri tandan matang panen adalah sedikitnya ada 5 buah yang lepas/jatuh (brondolan) dari tandan yang beratnya kurang dari 10 kg atau sedikitnya ada 10 buah yang lepas dari tandan yang beratnya 10 kg atau lebih. Disamping itu ada kriteria lain tandan buah yang dapat dipanen apabila tanaman berumur kurang dari 10 tahun, jumlah brondolan yang jatuh kurang lebih 10 butir, jika tanaman berumur lebih dari 10 tahun, jumlah brondolan yang jatuh sekitar 15-20 butir. Mangoensoekarjo (2005) menyatakan bahwa waktu panen buah kelapa sawit sangat mempengaruhi jumlah dan mutu minyak yang dihasilkan. Waktu panen yang tepat akan diperoleh kandungan minyak maksimal, tetapi pemanenan buah kelewat matang akan meningkatkan asam lemak bebas (ALB), sehingga dapat merugikan karena sebagian kandungan minyaknya akan berubah menjadi ALB dan menurunkan mutu minyak. Sebaliknya pemanenan buah yang masih mentah akan menurunkan kandungan minyak, walaupun ALB-nya rendah.
Rotasi Panen Rotasi panen adalah selang waktu antara panen yang satu dengan panen berikutnya pada satu hanca panen. Rotasi panen erat hubungannya dengan kerapatan panen, kapasitas pemanen,dan keadaan pabrik. Rotasi panen merupakan salah satu faktor pembatas dalam menentukan produksi TBS, kualitas/mutu buah, mutu transport, pengolahan TBS di pabrik kelapa sawit (PKS) dan biaya eksploitasi (Pahan, 2007).
Kerapatan Panen Hal lain yang perlu diperhatikan pada waktu akan melakukan kegiatan panen adalah kerapatan panen. Kerapatan panen merupakan perkiraan jumlah pokok yang akan dipanen pada suatu blok dalam satu hari panen. Kerapatan panen yang tinggi biasanya terjadi pada bulan panen puncak dan sebaliknya, kerapatan panen yang rendah terjadi pada bulan panen trek atau rendah. Perhitungan kerapatan panen oleh mandor panen dilakukan sehari sebelum pelaksanaan panen dengan melakukan pengambilan contoh yaitu 15% dari luas blok yang dipanen. Pahan (2007) menyatakan bahwa kualitas minyak sawit yang dipanen ditentukan oleh tinggi rendahnya kandungan ALB, rendemen, dan kebersihan minyak kelapa sawit tersebut. Buah yang dipanen adalah buah yang mempunyai kandungan asam lemak bebas yang rendah dan rendemen
6 minyak yang tinggi. Hal ini dapat dicapai jika pemanenan tandan dilakukan pada kematangan buah yang optimum. Pengangkutan buah sawit ke PKS harus dilakukan setelah pemanenan pada hari yang sama agar keberlanjutan datangnya buah tetap terjamin dan mutu minyak tidak turun.
Pengangkutan TBS Pengangkutan dalam industri perkebunan kelapa sawit menempati posisi yang sangat menentukan dalam pencapaian mutu produksi. Oleh karena itu pengangkutan juga menempati urutan yang penting dalam sistem pemanenan kelapa sawit (Sutrisno dan Winahyu, 1991). Ada empat hal yang menjadi sasaran kelancaran transport buah; yaitu, menjaga agar asam lemak bebas (ALB) produksi harian 2-3%, kapasitas atau kelancaran pengolahan di pabrik, keamanan TBS di lapangan dan biaya transport (Rp/kg TBS) yang minimum. Menurut Setyamidjaja (2006) buah kelapa sawit yang sudah matang dan masih segar hanya mengandung 0.1% asam lemak. Buah-buah yang sudah memar atau pecah dapat mengandung asam lemak bebas sampai 50%, hanya dalam waktu beberapa jam saja. Oleh karena itu, pengangkutan tandan buah segar (TBS) sangat mempengaruhi kualitas dari TBS. Menurut Pahan (2007) pengangkutan TBS dan brondolan adalah kegiatan pengangkutan dari tempat penampungan hasil (TPH) ke pabrik kelapa sawit pada setiap hari panen. Pada prinsipnya TBS dan brondolan harus diangkut secepatnya ke PKS untuk diolah pada hari itu juga. Hal ini dilakukan supaya minyak yang dihasilkan tetap bermutu baik. Oleh karena itu, pengangkutan panen merupakan unsur yang sangat penting agar tandan dapat masuk segera ke pabrik untuk diolah pada hari panen.
7
METODE MAGANG Tempat dan Waktu Pelaksanaan magang dilakukan di Kebun Dolok Ilir, PTP Nusantara IV, Medan, Sumatera Utara. Adapun kegiatan magang berlangsung selama 3 bulan dari Februari 2012 sampai Mei 2012.
Metode Pelaksanaan Pelaksanaan magang pertama pada minggu ke-1 sampai ke-3 adalah bekerja sebagai karyawan harian lepas (KHL). Aspek teknis yang akan dilakukan selama adalah melakukan seluruh kegiatan yang ada di lapang menyangkut kegiatan budidaya sampai pengolahan hasil panen. Aspek manajerial yang dilakukan adalah pengisian jurnal harian, mencatat prestasi kerja, dan membuat draft laporan. Kegiatan magang kedua pada minggu ke-4 sampai ke-6 adalah bekerja sebagai pembantu mandor/mandor besar. Aspek teknis yang dilakukan adalah membuat perencanaan biaya dan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan, membuat perencanaan kebutuhan bahan (pupuk, pestisida) yang diperlukan, dan melakukan pengawasan terhadap karyawan. Aspek manajerial yang dilakukan adalah membuat jurnal dan laporan kegiatan yang berisikan waktu kegiatan, dan jumlah karyawan yang diawasi. Kegiatan magang ketiga pada minggu ke-7 sampai ke-12 adalah bekerja sebagai pembantu asisten/kepala afdeling. Kegiatan yang dilakukan diantaranya adalah mempelajari kegiatan di tingkat afdeling, membantu penyusunan rencana kerja dan anggaran perusahaan, membantu pembuatan laporan asisten, membantu pengelolaan dan pengawasan tenaga kerja yang menjadi tanggung jawabnya, melaksanakan analisis terhadap setiap kegiatan lapangan di tingkat afdeling, membuat jurnal kegiatan harian tingkat afdeling, serta penulisan laporan dan draft.
Pengamatan dan Pengumpulan Data Pengumpulan data yang dilakukan dalam kegiatan magang ini dengan menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer merupakan informasi yang diperoleh secara langsung melalui pengamatan di lapangan yang meliputi : 1. Sistem Panen Pengamatan mengenai sistem panen meliputi sistem hanca panen dan sistem operasional pemanen. Data dan informasi diperoleh dari observasi lapangan, diskusi atau wawancara. 2. Kebutuhan Tenaga Kerja Panen Data kebutuhan tenaga kerja dikumpulkan selama lima tahun terakhir dan dilakukan analisis kebutuhan tenaga kerja pemanen pada kegiatan panen.
8 3. Angka Kerapatan Panen Pengamatan dilakukan dengan mengambil pohon contoh sekitar 10% dari populasi tanaman dalam satu blok dengan memilih barisan tanaman secara acak. Pada setiap pohon dihitung jumlah tandan yang siap dipanen pada keesokan harinya. 4. Rotasi Panen Pengamatan dilakukan dengan cara melakukan wawancara dengan Mandor dan Asisten Kebun serta mencari penyebab utama terjadinya rotasi panen terlambat dengan mengamati tingkat absensi karyawan panen dalam lima bulan terakhir. 5. Kriteria Matang Panen Pengamatan dilakukan dengan cara mengikuti tiga orang pemanen dari tiga kemandoran. Kriteria matang panen didasarkan pada tingkat kematangan buah antara lain buah mentah, kurang matang, matang, lewat matang dan janjang kosong. 6. Sistem Pengawasan Panen, Basis dan Premi Panen Pengamatan dilakukan dengan melakukan wawancara dengan mandor dan asisten kebun terkait dengan organisasi dan sistem pengawasan yang dilakukan serta perhitungan premi yang diberikan kepada pemanen. 7. Sarana dan Prasarana Panen Pengamatan dilakukan dengan melakukan wawancara dengan asisten kebun. Selain itu, akan diamati secara langsung pada beberapa seksi atau blok panen yang berbeda terkait peralatan penunjang panen, kondisi jalan, dan kebersihan tempat penampungan hasil. Data sekunder diperoleh dari arsip laporan manajemen perusahaan yang berkaitan dengan keadaan umum perusahaan, keadaan lingkungan tumbuh (iklim dan tanah), kondisi tanaman (asal bahan tanaman, umur tanaman, tingkat pertumbuhan, dan produksi), manajerial (perencanaan, pengorganisasian dan evaluasi terhadap teknik budidaya yang dilakukan), tenaga kerja, serta sarana atau prasarana pendukung yang tersedia.
Analisis Data dan Informasi Seluruh data dan informasi yang diperoleh dari kegiatan magang dianalisis secara deskriptif dan kuantitatif menggunakan norma kerja yang berlaku dan sebagian dianalisis dengan menggunakan persamaan regresi dan uji t-student untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kelapa sawit berdasarkan data yang diperoleh dari perusahaan.
9
KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG Letak Geografi Secara geografis lokasi Kebun Dolok Ilir PTPN IV berada di Kabupaten Simalungun Kecamatan Dolok Batu Nanggar Kabupaten Serdang Bedagai Kecamatan Dolok Merawan yang berjarak 26 km dari Pematang Siantar dan 115 km dari Medan. Sebelah Utara berbatasan dengan Kebun Sibulan, Pabatu & laut Tador, sebelah Barat berbatasan dengan Dolok Merawan, sebelah Selatan berbatasan dengan Sinaksak – Pematang Siantar dan sebelah Timur berbatasan dengan Kebun Laras dan Kebun Bandar Betsy.
Keadaan Iklim dan Tanah Iklim di lokasi Kebun Dolok Ilir adalah iklim basah. Total curah hujan tahunan dari tahun 2005 - 2011 adalah sekitar 1 564 – 2 255 mm dengan total hari hujan 92 - 129 hari. Curah hujan tertinggi terjadi pada tahun 2005, dengan total curah hujan 2 255 mm. Curah hujan terendah pada tahun 2010 dengan total curah hujan 1 564 mm. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Maret 2009 sebesar 398 mm, sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan Februari 2008 sebesar 5 mm. Data curah hujan tahun 2005 sampai tahun 2011 dapat dilihat pada Lampiran 4. Kondisi lahan Kebun Dolok Ilir mempunyai topografi datar sebesar 82.37 %, bergelombang 6.26 %, dan rendahan/jurangan 11.37 %. Jenis tanahnya podsolik merah kekuningan dan tinggi dari permukaan laut 124.50 mdpl.
Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan Kebun Dolok Ilir dibangun di areal konsesi seluas 7 348.81 ha dengan luas areal hak guna usaha (HGU) 6 919.00 ha dan non HGU 429.81 ha. Areal konsesi terbagi menjadi areal tanaman menghasilkan (TM) seluas 6 520.00 ha, areal tanaman belum menghasilkan (TBM) seluas 282.00 ha, areal pembukaan baru seluas 117.00 ha, dan areal prasarana seluas 429.81 ha. Data mengenai luas areal dan tata guna lahan dapat dilihat pada Tabel 1.
10 Tabel 1 Luas areal dan tata guna lahan kebun Dolok Ilir Uraian Areal yang ditanam 1. Tanaman Menghasilkan - Tahun Tanam 1987 - Tahun Tanam 1988 - Tahun Tanam 1990 - Tahun Tanam 1992 - Tahun Tanam 1993 - Tahun Tanam 1994 - Tahun Tanam 1995 - Tahun Tanam 1996 - Tahun Tanam 1997 - Tahun Tanam 1998 - Tahun Tanam 1999 - Tahun Tanam 2000 - Tahun Tanam 2004 - Tahun Tanam 2008 TO-Penyisipan - Tahun Tanam 1997 - Tahun Tanam 1999 - Tahun Tanam 2008 - Belum disisip 2011 Jumlah areal TM 2. Tanaman Belum Menghasilkan - Tahun Tanam 2010 - Tahun Tanam 2011 Jumlah areal TBM 3. Tanaman Baru - Tahun Tanam 2012 Jumlah areal TB 4. Areal prasarana - Emplasmen - Kolam limbah - Lapangan golf - Jalur transmisi PLN - Areal jalan - Kanal - Hutan Lindung - Kuburan Jumlah areal prasarana Total areal keseluruhan Sumber : Kantor Besar Dolok Ilir (2012)
Luas (ha)
206 249 205 237 257 137 339 1 496 1 977 556 88 8 14 150 99 219 283 6 520 263 19 282 117 117 100.42 4.71 5.60 1.45 293.14 11.16 8.79 1.72 429.81 7 348.81
11 Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan Kebun Dolok Ilir merupakan salah satu unit usaha dari PTP Nusantara IV. Struktur organisasinya berdasarkan susunan garis dan staf dengan kekuasaan tertinggi adalah Dewan Direksi dan General Manager (GM) yang membawahi beberapa Manajer Kebun yang bertugas mengelola, mengorganisasikan dan mengendalikan kebun dalam rangka membangun dan merawat tanaman kelapa sawit. Untuk mencapai target produksi tandan buah segar yang merupakan kebutuhan bahan mentah Crude Palm Oil (CPO) yang telah ditetapkan dengan rencana dan standar teknis kerja yang berlaku. Tenaga kerja di kebun Dolok Ilir terdiri dari karyawan staf dan non staf. Tenaga kerja staf terdiri dari Manajer Kebun, Kadis Tanaman, Kepala Dinas Pengolahan (KDP), Kepala Dinas Tehnik (KDT), Kepala Tata Usaha (KTU) dan Asisten Divisi. Jumlah karyawan di kebun Dolok Ilir adalah 1 076 orang yang terdiri dari 14 orang staf dan 1 062 orang karyawan non staf. Indeks Tenaga Kerja (ITK) di kebun Dolok Ilir adalah 0.4. Adapun standar ITK untuk perkebunan kelapa sawit adalah 0.2 – 0.4. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah tenaga kerja di kebun Dolok Ilir sudah ideal. Tingkatan dan jumlah karyawan di kebun Dolok Ilir dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Tingkatan dan jumlah karyawan di kebun Dolok Ilir Tingkatan Karyawan Jumlah (orang) Karyawan staff - Estate Manager 1 - Kadis Tanaman 2 - KDP 1 - KDT 1 - KTU 1 - Asisten Divisi 8 Karyawan non staff - Asministrasi 72 - P.Keamanan 40 - Transport 20 - Tehnik 123 - Pengolahan 154 - Tanaman 635 - Sent Emplasemen 18 Jumlah 1 076 Indeks Tenaga Kerja 0.4 Standar ITK 0.2 – 0.4 Sumber : Kantor Besar Dolok Ilir (Desember, 2011)
12 Dalam bidang administrasi, Manajer Kebun (Estate Manager) dibantu oleh seorang kepala tata usaha (KTU). Dalam bidang pengelolaan pabrik, Manajer Kebun dibantu oleh seorang Kepala Dinas Pengolahan (KDP) yang bertugas mengawasi kegiatan yang ada di pabrik pengolahan kelapa sawit. Dalam bidang tehnik, Manajer Kebun dibantu oleh seorang Kepala Dinas Tehnik (KDT) yang bertugas melakukan perawatan terhadap mesin-mesin di pabrik kelapa sawit. Dalam bidang tanaman, Manajer Kebun dibantu dua orang Kepala Dinas Tanaman dengan masing-masing Kepala Dinas Tanaman membawahi empat orang Asisten Divisi. Setiap asisten mengelola satu divisi dan bertanggung jawab mengelola seluruh asset perusahaan tingkat divisi. Untuk kegiatan pengawasan terhadap tenaga kerja, asisten dibantu oleh tiga orang mandor yaitu mandor I / mandor besar, mandor panen dan mandor perawatan. Di bidang administrasi asisten dibantu oleh dua orang krani yaitu krani divisi dan krani panen.
Keadaan Tanaman dan Produksi Kebun Dolok Ilir dibagi menjadi delapan divisi areal pertanaman dengan variasi tahun tanam 1987 sampai tahun 2012. Total luas areal Divisi I, II, III, IV, V, VI, VII dan VIII berdasarkan data dari kantor besar per April 2012 berturut-turut 908.49 ha, 883.99 ha, 912.35 ha, 967.66 ha, 856.05 ha, 994.23 ha, 905.29 ha dan 920.75 ha. Varietas yang digunakan di Kebun Dolok Ilir adalah varietas Marihat dan Socfindo. Adapun jenis buah dari Varietas Marihat dan Socfindo yang digunakan adalah Tenera, yaitu hasil persilangan Dura x Pisifera. Populasi rata-rata dari total area yang ditanam adalah 133 tanaman/ha. Jarak tanam kelapa sawit yang digunakan 9.2 m x 9.2 m x 9.2 m dengan tata tanam segitiga sama sisi. Perusahaan memiliki target produksi yang ditetapkan untuk dicapai oleh masing-masing divisi. Data Produksi TBS di Kebun Dolok Ilir dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Data produksi tandan buah segar (TBS) tahun 2005 – 2010 RKAP Realisasi Real Selisih Tahun (ton/th) (ton/th) (ton/ha) (ton) (%) 2005 158.285 159.726 1.441 0.91 22.56 2006 171.606 159.367 -12.239 (7.13) 22.56 2007 177.344 149.299 -28.045 (15.81) 21.41 2008 162.615 156.652 -5.963 (3.67) 24.43 2009 165.744 151.263 -14.481 (8.74) 15.32 2010 129.198 117.899 -11.299 (8.75) 19.64 Sumber : Kantor Besar Dolok Ilir (Agustus, 2010); RKAP : Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan
13 Fasilitas Kesejahteraan Karyawan yang bekerja di PT. Perkebunan Nusantara IV mendapat fasilitas kesejahteraan di bidang sosial yaitu pendidikan (TK, SMP, TK Al qur’an, Madrasah Diniyah, Tsanawiyah dan Aliyah Al- Ihsan), agama ( Majelis Ta’lim dan Syiar Islam untuk umat Islam dan PHBK untuk umat Kristiani), koperasi, pramuka dan olahraga (bola kaki, volly, tenis dan bulu tangkis). Karyawan yang bekerja di PT. Perkebunan Nusantara IV juga diberi fasilitas rumah yang di bangun dalam satu kompleks perumahan karyawan untuk setiap divisi yang dilengkapi dengan bangunan rumah ibadah, poliklinik, sekolah dan pasar. Hubungan baik dengan masyarakat sekitar senantiasa terjalin melalui pemberian bantuan kemasyaakatan seperti : perbaikan jalan, bantuan keagamaan dan pendidikan (beasiswa anak SD, SMP, SMA), yang senantiasa mendapat persetujuan dari Direksi. Situasi pengamanan Dolok Ilir relatif kondusif namun masih ada upaya-upaya orang luar untuk mengganggu dan mencuri buah sawit. Untuk mengatasi hal tersebut agar tidak berkembang maka Kebun Dolok Ilir melakukan pengamanan secara terpadu yaitu : Internal : Centeng Afdeling dan Hansip / PAPAM Eksternal : Korem 022 / Kodim Simalungun, Polsek / Koramil Serbelawan dan Polresta Tebing Tinggi
14
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Pengendalian Gulma Semprot piringan. Tujuan pengendalian gulma umum di piringan mengurangi kompetisi unsur hara dan air, karena akar halus tanaman masih berada di sekitar piringan/tanaman, meningkatkan efisiensi pemupukan, mempermudah kontrol pelaksanaan panen dan aplikasi pemupukan, memudahkan pengutipan brondolan (menekan kehilangan hasil brondolan). Kegiatan semprot piringan dimulai dengan mandor menyebar karyawan pada hancanya masing-masing dimana setiap pekerja memiliki hanca dua pasar pikul untuk volume tanki 6 l. Penyemprot bergerak dari sisi collection road kemudian pindah ke pasar pikul sebelahnya yang kosong atau. Kegiatan semprot piringan menggunakan alat Micron Herbiside Sprayer (MHS). Sasaran kerja dari semprot piringan adalah semua piringan, pasar pikul, pasar tengah, kaki lima blok dan TPH. Hasil yang diharapkan dari kegiatan semprot piringan adalah tingkat kematian gulma sasaran di atas 90% dan hasil semprotan merata sesuai sasaran. Pengendalian gulma secara kimiawi dapat dilihat pada Gambar 1.
a
b
Gambar 1 Pengendalian gulma secara kimiawi; (a) Kegiatan semprot piringan, (b) Kegiatan semprot gawangan Semprot gawangan. Tujuan pengendalian gulma di gawangan adalah mengurangi kompetisi hara, air dan sinar matahari, mempermudah kontrol pekerjaan dari satu gawangan ke gawangan lain dan menekan populasi hama (terutama pada TBM). Kegiatan semprot gawangan dimulai dengan mandor menyebar karyawan pada hancanya masing-masing dimana setiap pekerja bergerak dari sisi collection road sampai dengan pasar tengah blok, yang kemudian pindah ke pasar pikul sebelahnya yang kosong. Kegiatan semprot gawangan menggunakan alat RB - 15 yang besar volume semprot berdasarkan ukuran nozzle. Sasaran kerja dari semprot gawangan adalah semua tumbuhan (gulma berdaun lebar) di gawangan yang berpotensi menjadi kompetitor dalam penyerapan hara dan menganggu aktivitas pekerja (panen, pemupukan dan aktivitas lainnya) kecuali Nephrolephis biserrata, Turnera subulata dan Casia cubanensis. Hasil yang diharapkan dari kegiatan semprot gawangan ini adalah tingkat kematian gulma di atas 90 % dan hasil semprotan merata sesuai
15 sasaran. Prestasi kerja standar karyawan 2.5 ha/HK. Kendala yang terjadi selama semprot gawangan adalah keteraturan dalam dosis herbisida, prestasi kerja karyawan yang sebenarnya masih dapat ditingkatkan, kegiatan tertunda akibat turunnya hujan, kerusakan alat semprot dan rusaknya unit angkut tangki semprot ditambah berkurangnya anggota tim semprot gawangan akibat dialihkan untuk kegiatan lain seperti sensus daun dan sensus produksi, serta kondisi lapangan yang bergelombang. Apabila terdapat kendala seperti hujan, maka mandor semprot gawangan akan mengganti kegiatan semprot gawangan kimiawi menjadi kegiatan pengendalian gulma manual. Pengendalian gulma secara manual. Pada kebun Dolok Ilir pengendalian gulma secara manual terdiri dari rawat piringan manual, gawangan manual dan dongkel anak kayu. Mekanisme pekerjaan ini adalah membersihkan gulma yang tumbuh disekitar tanaman, piringan dan gawangan. Kegiatan pengendalian gulma secara manual dimulai dari pencabutan gulma di sekitar tanaman yaitu gulma epifit dan kentosan yang tumbuh di batang, kemudian dilanjutkan dengan mencabut gulma di sekitar piringan. Hal ini bertujuan untuk memudahkan kegiatan pemupukan, pemanenan dan menghindari adanya gulma yang berpotensi sebagai tanaman inang hama dan penyakit. Setelah selesai di piringan dilanjutkan dengan membersihkan pasar pikul dan gawangan mati dengan cara memotong dan mendongkel jika ditemukan anak kayu dan kentosan dengan menggunakan alat cados untuk mengangkat anak kayu dan kentosan sampai ke akarnya. Jika telah sampai collection road berikutnya, pekerja memulai dari depan pasar pikul berikutnya. Gulma yang tumbuh dominan adalah Clidemia hirta, kentosan, Melastoma malabatrichum dan Chromolaena odorata. Prestasi kerja standar karyawan adalah 1 ha/HK.
Pengelolaan Tajuk Penunasan. Tujuan penunasan yang paling utama adalah untuk mempermudah pekerjaan potong buah (melihat dan memotong buah masak). Di samping itu, tujuan dari kegiatan ini adalah menghindari tersangkutnya brondolan di ketiak pelepah, memperlancar proses penyerbukan alami, menjaga kebersihan tanaman sehingga menciptakan lingkungan yang tidak sesuai bagi perkembangan hama dan penyakit dan untuk memperindah kondisi lapangan. Penunasan dilakukan 9 bulan sekali dengan memperhatikan jumlah pelepah yang harus tinggal di pokok. Tanaman dengan umur 3 tahun sudah dilakukan penunasan yang biasanya menyisakan 3 pelepah dibawah buah kelapa sawit atau sering disebut dengan songgoh 3. Aplikasi penunasan dengan songgoh 3 dilakukan hingga umur tanaman mencapai 5 tahun. Pada tanaman yang berumur 6-10 tahun menggunakan songgoh 2, dan tanaman yang berumur 11 dan seterusnya menggunakan songgoh 1. Kegiatan ini bertujuan untuk mempertahankan produksi buah yang maksimum, sehingga harus dihindari terjadinya over prunning. Over prunning adalah terbuangnya sejumlah pelepah yang produktif secara
16 berlebihan yang akan mengakibatkan penurunan produksi. Kegiatan penunasan dapat dilihat pada Gambar 2.
a
b
Gambar 2 Kegiatan penunasan; (a) Aplikasi penunasan, (b) Pokok yang telah mengalami penunasan Aplikasi dalam kegiatan penunasan ini terdiri dari pemotongan, pembersihan gulma yang menempel di batang sekaligus membersihkan piringan dan penyusunan pelepah yang berjarak 2 m dari batang. Dalam kegiatan penunasan, 1 orang karyawan diharuskan membawa 2 orang pembantu (kenek). Dua orang pembantu ini terdiri atas 1 orang perempuan dan 1 orang lak-laki yang masing-masing bertugas sebagai pembersihan gulma sekaligus piringan dan sebagai penyusun pelepah yang di potong. Alat yang digunakan yaitu egrek, cakar untuk membersihkan piringan dan parang untuk memotong pelepah menjadi 2 bagian sehingga memudahkan penyusunan di gawangan mati. Prestasi kerja yang ditetapkan untuk kegiatan ini dilihat berdasarkan umur tanaman. Dimulai dari tanaman yang berumur 3 tahun adalah 70 pokok/orang. kemudian semakin tua umur tanaman, maka basisnya pun akan menurun. Hal ini disebabkan dari tingkat kesulitan yang dialami oleh karyawan. Prestasi kerja yang diperoleh karyawan adalah 140 pokok/orang, sedangkan prestasi kerja yang diperoleh penulis adalah 40 pokok, sebab kegiatan ini memerlukan tenaga dan pengalaman. Kendala yang dihadapi adalah jika terjadi penunasan di lahan yang berteras. Hal ini akan mempersulit tenaga kerja karena memerlukan tenaga yang lebih dibandingkan dengan lahan rata. Kastrasi. Kastrasi adalah kegiatan pembuangan bunga pada tanaman kelapa sawit yang akan dilakukan pemanenan pertama. Menurut Padamean (2011), kastrasi merupakan pekerjaan membuang bunga kelapa sawit baik jantan maupun betina, pada tanaman belum menghasilkan. Pekerjaan tersebut dimulai sejak tanaman berumur 14 bulan dan berlangsung 10 – 12 bulan atau enam bulan sebelum panen. Tujuan dari kegiatan ini yaitu untuk menunjang pertumbuhan diameter batang kelapa sawit menjadi besar dan mempengaruhi produksi buah pada
17 panen pertama. Alat yang digunakan dalam kegiatan kastrasi yaitu chisel dan dodos kecil yang berukuran ±8 cm. Gambar alat kastrasi yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 3.
a
b
Gambar 3 Peralatan kastrasi; (a) Dodos kastrasi dan (b) Chisel Aplikasi kegiatan kastrasi dimulai dari persiapan alat dengan memastikan semua alat terpasang dengan baik. Semua bunga jantan dan betina dipotong menggunakan chisel dan jika sulit digunakan dodos sebagai alat potongnya, kemudian dikeluarkan dari ketiak daun dan dibuang ke gawangan. Prestasi kerja yang diperoleh karyawan adalah 3 ha/orang, sedangkan prestasi kerja yang diperoleh penulis adalah 0.5 ha. Kegiatan kastrasi dapat dilihat pada Gambar 4.
a
b
Gambar 4 Kegiatan kastrasi; (a) Hasil kastrasi, (b) Bunga kastrasi
Pemupukan Pemupukan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hara tanaman guna menunjang pertumbuhan untuk mencapai produksi yang optimal serta ketahanan terhadap hama dan penyakit. Pemupukan dilakukan dua kali setahun atau tiga kali setahun. Aplikasi pemupukan dua kali setahun dilakukan pada bulan Januari-April dan 6 bulan setelah aplikasi pertama, sedangkan aplikasi tiga kali setahun dilakukan pada bulan Januari-Februari, April-Mei dan Agustus-September. Hal ini terjadi karena adanya pengaruh frekuensi curah hujan yang sangat mendukung kegiatan pemupukan. Waktu pemupukan dilakukan pada pagi hari mengingat efektivitas tenaga kerja dan efektivitas penyerapan hara oleh tanaman yang lebih baik pada pagi hari. Pemupukan sedapat mungkin dilaksanakan blok per blok, artinya dalam satu blok diusahakan semua jenis pupuk harus sudah selesai
18 diaplikasikan kemudian pindah ke blok berikutnya. Pelaksanaan pemupukan lebih di prioritaskan pada blok-blok dengan 3 kali aplikasi. Pada saat curah hujan rendah dan musim kering, maka aplikasi pupuk harus mempertimbangkan frekuensi curah hujan dengan ketentuan: (a). pupuk harus dihentikan apabila 7 hari berturut-turut tidak terjadi hujan, (b). pemupukan dapat dilanjutkan segera apabila terdapat minimal 2 hari hujan degan curah hujan 25-50 mm atau 1 hari hujan dengan curah hujan 50-80 mm. Dalam kurun waktu 7 hari berturut-turut setelah hujan tersebut, pemupukan dapat terus dilaksanakan, tetapi apabila curah hujan > 80 mm maka pemupukan dilaksanakan 2 hari kemudian, (c). hubungan antara waktu aplikasi pupuk, jenis pupuk dan curah hujan, dipedomani sebagai berikut: untuk urea, segera hentikan apabila tidak ada hujan dalam 3 hari berturut-turut. Untuk KCl dan kieserite pemupukan segera dihentikan apabila tidak ada hujan dalam 7 hari berturut-turut. Untuk RP (Rock Phosphat) dan dolomite dapat diaplikasi karena tidak ada resiko terjadi penguapan. Pemupukan dilakukan secara manual dengan cara di tabur merata dari pangkal tanaman sampai ke ujung pelepah agar penyerapan maksimum. Aplikasi pemupukan dilakukan setelah penyiangan gulma pada piringan, dengan demikian harus direncanakan dengan baik jadwal penyiangan gulma dengan pemupukannya. Tahapan pelaksanaan pemupukan antara lain: 1). Dilakukan pengeceran di gudang pupuk dengan jatah 15 kg/karung. 2). Pengambilan pupuk dari gudang dan diangkut ke lahan dengan menggunakan truck yang diawasi oleh mandor dan centeng. 3). Pupuk diecer 1-2 karung per gawangan atau beberapa karung sesuai dengan jumlah pokok tiap baris. 4). Dua orang karyawan yang telah ditunjuk oleh mandor bertugas untuk melangsir pupuk ke gawangan agar pemupuk tidak jauh lagi mengambil pupuk. 5). Setiap gawangan dipupuk oleh satu orang dan masing-masing mendapat satu baris tanaman. 6). Pupuk ditabur secara merata di piringan (tidak dalam berbentuk gumpalan) dari pangkal batang. 7). Pemupukan biasanya dilakukan pada pagi hari mulai dari wilayah dengan topografi yang sulit. Norma kerja yang diterapkan dalam kegiatan ini adalah 400-450 kg/orang yang tergantung pada jenis pupuk, dosis/pokok, serta topografi lahan. Kendala yang dihadapi pada pemupukan tidak adanya kejujuran karyawan mulai dari pengecer dan penabur pupuk dalam aplikasi yang mengakibatkan sering terjadinya kehilangan pupuk yang disebabkan karyawan. Ketidakjujuran karyawan penebar pupuk menyebabkan dosis/pokok tidak merata dan adanya beberapa pokok yang tidak mendapat pupuk atau mendapat dosis sedikit. Gambar kegiatan pemupukan dapat dilihat pada Gambar 5.
19
a
b
Gambar 5 Kegiatan pemupukan; (a) Aplikasi pemupukan, (b) Hasil aplikasi Kegiatan pemupukan yang diikuti penulis adalah pemupukan KCl dan urea dengan dosis masing-masing per pokok yaitu 1.5 kg/pokok dan 1.3 kg/pokok. Prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan 400 kg/orang atau tergantung dari berapa ton pupuk yang telah diambil oleh asisten dari gudang. Prestasi kerja yang didapat oleh penulis hanya mencapai 15 kg. Kegiatan pemupukan ini harus diawasi secara ekstra ketat karena sering terjadi kehilangan pupuk di lahan.
Pemanenan Panen merupakan suatu kegiatan memotong tandan buah yang sudah matang kemudian mengutip tandan dan brondolan yang tercecer di dalam dan di luar piringan, selanjutnya menyusun tandan buah di tempat pengumpulan hasil (Risza, 1994). Baik dan buruknya pemeliharaan tanaman kelapa sawit akan tercermin dari pemanenan dan produksi (Lubis, 1992). Kegiatan pemanenan memerlukan teknik tersendiri untuk mendapatkan hasil yang berkualitas (Fauzi et al, 2008). Lubis (1992) menyatakan bahwa keberhasilan pemanenan dan produksi kelapa sawit sangat bergantung pada bahan tanam, tenaga pemanen, peralatan panen, kelancaran transportasi, organisasi pemanenan, keadaan areal dan insentif yang disediakan. Pusat Penelitian kelapa Sawit (2007) menambahkan bahwa keberhasilan panen didukung oleh pengetahuan pemanen tentang persiapan panen, kriteria matang panen, rotasi panen, sistem panen dan sarana panen. keseluruhan faktor tersebut merupakan kombinasi yang tak terpisahkan satu sama lain. Cara dan waktu panen dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas yang akan diperoleh. Oleh karena itu, pemanenan kelapa sawit harus dikelola dengan baik. Tugas seorang pemanen yaitu memotong buah yang matang dari pokok, mengutip berondolan dan mengumpulkannya ke TPH sebanyak mungkin dengan tetap memelihara dan menjaga keadaan tanaman yang dipanen.
Sistem panen. Sistem panen yang digunakan di kebun Dolok Ilir adalah sistem Block Harvesting System, yaitu sistem panen yang penyelesaian kegiatan panennya setiap hari kerja terkonsentrasi pada satu seksi tetap per kebun atau per divisi berdasarkan interval yang telah
20 ditentukan. Sistem BHS ini diperkuat dengan sistem pelaksanaan panen dengan hanca giring. Hanca panen adalah pembagian jatah luasan areal yang harus dipanen oleh satu orang tenaga potong buah (berdasarkan jumlah baris atau gawangan). Hanca giring adalah pemanen diberikan hanca per baris tanaman dan digiring bersama-sama pada hanca yang sama pada rotasi berikutnya. Sistem masuk hanca dapat dilihat pada Gambar 6.
1
2
Pasar tengah Gambar 6 Sistem masuk hanca
3
TPH
Kebun Dolok Ilir menggunakan sistem panen hanca giring. Pada sistem ini diharapkan buah cepat keluar sehingga mempercepat proses pengangkutan dan dapat meminimalkan kehilangan hasil produksi akibat buah tinggal. Adapun kelebihan hanca giring ini adalah : mudah dalam pembagian hanca harian, pencatatan hasil pekerjaan dan pencatatan pekerja yang melakukan kesalahan dapat dengan mudah dilakukan, mandor aktif melakukan pengawasan dan distribusi buah cukup teratur karena umumnya dimulai pada seksi yang sama. Kekurangan dari sistem hanca ini adalah sulit dikontrol dan areal kurang bersih. Dari sistem panen yang ada di atas, setiap karyawan masuk secara bersamaan ke dalam hanca yang telah ditentukan oleh mandor panen setiap hari pada saat check roll. Setiap karyawan yang telah menyelesaikan panen pada hanca sebelumnya yang tetap di kontrol oleh mandor panen. Penerapan sistem ini sangat baik untuk meningkatkan produktivitas akan tetapi membutuhkan kerja keras mandor panen karena membutuhkan pengawasan panen yang lebih efektif. Berikut beberapa hal yang selalu menjadi perhatian dalam pelaksanaan Block Harvesting System. 1. Penyelesaian hanca panen harus blok per blok secara menyambung kearah Collection Road atau searah dengan Main Road (timur – barat atau sebaliknya). 2. Seluruh mandoran panen dalam divisi harus melakukan potong buah pada seksi yang sama pada setiap harinya. 3. Dalam satu hari diupayakan 1 seksi selesai pada hari itu juga. 4. Tata batas hanca pemanen dan mandoran harus jelas. 5. Kegiatan panen dan pengutipan brondolan harus dimulai dan diakhiri dengan arah yang sama. Persiapan panen. Secara sistematis sebelum melangkah pada tahap pelaksanaan, proses perencanaan harus dilakukan secara detil. Kegiatan mencakup penetapan seksi panen, penetapan luas hanca kerja pemanen dan penetapan luas hanca kerja per mandoran. Persiapan panen merupakan
21 penyiapan areal yang akan di panen. Persiapan panen berkaitan dengan penyediaan tenaga kerja dan alat-alat panen yang diperlukan. Kegiatan awal lainnya dalam persiapan panen adalah pembuatan atau peningkatan mutu jalan, karena jalan merupakan faktor penunjang yang penting dalam pengangkutan hasil dari kebun ke PKS. Akses jalan yang perlu disiapkan untuk proses panen antara lain jalan penghubung (jalan utama), jalan produksi, pasar pikul, piringan, gawangan tanaman, pemasangan titi panen, pemeliharaan jalan dan pemeliharaan tempat penampungan hasil (Sunarko, 2009). Persiapan panen merupakan penyiapan areal yang akan dipanen. Persiapan yang baik akan memperlancar pelaksanaan panen. Kegiatan persiapan panen yang dilakukan pada kebun Dolok Ilir meliputi : tanaman telah berumur 30 bulan, 60 % pohon telah menghasilkan tandan matang panen, berat TBS rata-rata ≥ 3 kg, penentuan kebutuhan tenaga kerja, penetapan luas hanca kerja pemanen, peralatan panen (egrek, tojok, gancu, dodos dan kampak), transportasi untuk pengangkutan TBS dari TPH ke pabrik, sarana panen (pasar pikul, piringan, dan gawangan tanaman), pemeliharaan jalan dan pemeliharaan TPH. Kriteria matang panen. Kriteria matang panen adalah parameter yang digunakan oleh perusahaan dalam menentukan buah sudah layak panen atau belum. Tujuan utamanya adalah memotong semua janjang yang matang panen dengan mutu panen sesuai standar untuk memaksimalisasi perolehan minyak dengan Oil Extraction Rate (OER) dan kualitas minyak yang diolah. Ketentuan yang digunakan oleh Kebun Dolok Ilir untuk menentukan apakah buah sudah layak panen adalah ditentukan oleh buah yang memberondol (lepas) dari tandan sebanyak 5 brondolan per tandan dan tandan yang dipanen masuk fraksi panen 2 dan 3. Derajat kematangan buah dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Derajat kematangan buah (Fraksi) Fraksi Keterangan Brondolan 0 Mentah < 1 brondolan/kg TBS 1 Kurang Matang 12.5 - 25.5 % buah luar 2 Matang 1 25 - 50 % buah luar 3 Matang 2 50 - 75 % buah luar 4 Lewat matang 75 - 100 % buah luar 5 Lewat matang Buah bagian dalam ikut memberondol Sumber : Kebun Dolok Ilir (April 2012) Bila di pokok dijumpai tandan yang membrondol <5 butir, tandan belum boleh dipanen. Dengan tidak memanen tandan yang brondolannya <5 butir di piringan secara konsekuen maka komposisi kematangan buah yang dipanen sampai ke PKS akan sangat baik. Demikian juga mengenai jumlah pelepah di pokok dapat dipertahankan 48-56 helai karena pelepah baru
22 diturunkan setelah tandan matang. Kondisi seperti ini dalam jangka panjang sangat berpengaruh terhadap produksi. Menurut Mangoensoekarjo (2005), panen buah mentah akan merugikan perusahaan karena tanaman menjadi stres akibat pelukaan saat panen, menurunkan ekstraksi minyak dan mengakibatkan produktivitas minyak kelapa sawit pun akan menurun. Selain itu pengolahan inti kelapa sawit menjadi sulit karena tempurung buah yang mentah masih cukup keras. Kandungan minyak sawit meningkat dari tahap mentah ke matang dan menurun pada saat buah lewat matang. Cara panen. Cara panen yang sesuai dengan Standar Prosedur Operasi (SPO) PTP Nusantara IV adalah sebagai berikut: 1). Tandan yang telah memenuhi kriteria matang panen dipotong. 2). Pelepah dibawah tandan yang dipanen dipotong mepet (untuk tanaman dewasa) sedangkan pada tanaman muda (3-5 tahun) pelepah daun tidak dipotong karena yang dipotong hanya buahnya saja. 3). Pelepah dipotong menjadi 2 bagian dan disusun di gawangan mati (ditanah rata). Pada areal bergelombang, pelepah tidak dipotong dan disusun di sekitar tanaman sejajar dengan arah pasar panen agar berfungsi sebagai penahan erosi. 4). TBS disusun di tempat pengumpulan hasil (TPH), sedangkan brondolan yang di piringan/gawangan dikutip bersih dan dimasukkan tersendiri dalam karung untuk dibawa ke tempat pengumpulan brondolan. 5) Gagang TBS dibentuk “V” (cangkem kodok) dan diberi nomor pemanen. 6). Tandan Buah Segar (TBS) disusun 510 tandan per baris. Kegiatan panen dapat dilihat pada Gambar 7.
a
b
Gambar 7 Kegiatan panen; (a) Kegiatan panen menggunakan egrek, (b) Kegiatan panen menggunakan dodos Pelaksanaan panen merupakan sistem produksi di perkebunan kelapa sawit yang menghubungkan kebun dan pabrik kelapa sawit (PKS). Sasaran panen yakni memenuhi kebutuhan jumlah, mutu, dan waktu mendapatkan bahan baku pabrik kelapa sawit serta menekan kehilangan dan penurunan mutu hasil panen. Selain itu, sasaran panen juga untuk menjaga kelestarian tanaman dan mempertahankan produktivitas yang akan datang (Sunarko, 2009). Prinsip dasar dari kegiatan panen adalah memotong tandan buah matang, mengumpulkan TBS dan mengangkutnya ke pabrik untuk diolah menjadi minyak sawit yang berkualitas baik yaitu mendapatkan rendemen minyak yang tinggi dengan kadar asam lemak bebas (ALB) yang rendah.
23 Menurut Pardamean (2011), pelukaan pada buah diusahakan seminimal mungkin, baik waktu memotong, membawa ke tempat pengumpulan hasil (TPH), atau mengangkut ke truk. Pelukaan akan mempercepat peningkatan asam lemak bebas (ALB). Kandungan ALB pada buah yang belum dipotong sebesar 0.2 – 0.7% dan ketika buah jatuh ke tanah, kandungan ALB akan meningkat menjadi 0.9 – 1.0% setiap 24 jam. Dengan demikian, semakin cepat diangkut ke pabrik maka akan semakin baik. Rotasi panen. Pahan (2007) menyatakan rotasi panen adalah faktor yang paling mempengaruhi pekerjaaan panen. Rotasi panen yang cepat disebabkan oleh banyaknya hari libur yang digunakan sebagai hari kontanan, banyaknya karyawan yang lebih borong, dan jam kerja yang melebihi jam dinas. Hal ini akan merangsang pemanen memotong buah mentah sehingga biaya potong buah meningkat dan output pemanen menurun. Lama waktu antara panen yang sebelumnya dengan panen berikutnya disebut dengan rotasi panen. Rotasi panen menggunakan pembagian hanca pada setiap blok. Hal ini agar rotasi panen pada setiap blok menjadi lebih mudah. Rotasi panen yang digunakan di kebun Dolok Ilir adalah 5/7 dan 6/7. Rotasi panen 5/7 artinya terdapat lima seksi panen dan dipanen pada areal yang sama selang tujuh hari berikutnya. Pada semester I (Januari-Juni) digunakan sistem 5/7 karena pada bulan-bulan ini produktifitas kelapa sawit lebih rendah, sehingga diperlukan penjarangan dalam pemanenan. Pada semester II digunakan sistem 6/7, karena pada bulan ini produktifitas sawit meningkat. Perbandingan panen yang digunakan Kebun Dolok Ilir pada semester I dan semester II berbanding 43% : 57%. Seksi panen. Seksi panen merupakan penetapan daerah panen yang telah ditetapkan untuk satu hari panen. Penetapan seksi panen berdasarkan pembagian luas seluruh wilayah divisi dan jumlah hari panen. Dengan rotasi panen 5/7 maka setiap luas Tanaman Menghasilkan di divisi VI dibagi menjadi 5 bagian dan setiap bagian dipanen mulai hari Senin sampai Jumat. Setiap bagian ini disebut kapveld. Data pembagian seksi panen yang ada di divisi VI Kebun Dolok Ilir dapat dilihat pada Tabel 5. Setiap kapveld ini diatur berurutan/menyambung antara kapveld hari Senin ke Selasa dan hari berikutnya sampai hari Jumat. Selanjutnya kapveld hari Jumat harus menyambung dengan kapveld hari Senin. Hal ini dimaksudkan agar dapat diketahui bila ada kapveld yang tidak tembus (tidak terpanen) pada hari sebelumnya. Dengan kata lain pembagian kapveld harus diatur sedemikian rupa sehingga berurutan mulai dari kapveld I sampai kapveld V dan dari kapveld V ke kapveld I. Demikian juga dengan pembagian kapveld 6/7.
24 Tabel 5 Seksi panen Divisi VI Dolok Ilir Kapveld / seksi Tahun I (Senin) 1987 1987 1990 1998 1998 1992 1992 Jumlah II (Selasa) 1990 1988 1992 1993 Jumlah III (Rabu) 1998 1992 1988 1994 1992 1992 Jumlah IV (Kamis) 1988 1988 1994 1994 1992 1992 Jumlah V (Jumat) 1987 1987 1990 1999 1998 1998 1993 1993 Jumlah Total
Blok C D B B A A B C D C A E H C A D E B A B C G F B A A AK D C C B
Luas (Ha) 22 10 18 7 14 19 26 116 61 15 40 14 130 23 6 40 13 17 23 122 9 48 1 2 26 29 115 34 9 4 3 4 22 17 31 124 607
Peralatan panen. Alat-alat yang digunakan dalam kegiatan pemanenan yaitu dodos, egrek, kapak, gancu, angkong dan tojok. Masingmasing alat tersebut memiliki fungsi tersendiri. Dodos dan egrek berfungsi untuk memotong buah, kapak berfungsi untuk memotong gagang buah,
25 gancu dan angkong berfungsi untuk mengambil buah yang terjepit di pohon yang masih berumur 4 tahun dan angkong berfungsi untuk mengangkut buah yang telah di panen dari pasar rintis dan dikumpulkan di tempat pengumpulan hasil (TPH), tojok berfungsi untuk mengangkut buah dari TPH dan diangkut ke truk untuk diolah ke pabrik kelapa sawit (PKS). Rincian tentang alat-alat panen dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Deskripsi alat-alat panen No Nama Alat Kegunaan 1 Dodos Untuk memotong TBS umur 3-8 tahun 2 Harvesting Gagang untuk pisau Pole egrek 3 Pisau Alat untuk memotong egrek TBS
4
Angkong
5
Goni eks Pupuk
6
Gancu
7
Kapak
8
Tojok
Alat untuk mengangkut TBS dari pokok ke TPH Wadah untuk mengumpulkan brondolan sebelum diangkut ke PKS Alat untuk mengantrikan TBS dari pokok ke pasar rintis Alat untuk memotong gagang panjang dari TBS
Untuk memuat TBS dari TPH ke PKS
Keterangan Berbentuk tembilang, lebar mata 8-14. Sepotong besi aluminium dengan panjang 6-12 meter. Berbentuk seperti pisau arit dengan panjang pangkal 20 cm, panjangnya 45 cm dan sudut lengkung 135o. Kereta sorong beroda satu yang terbuat dari besi. Ukurannya berbeda-beda tergantung bobot pupuk yang bersangkutan (30-40 kg). Besi beton berdiameter 3/8 inchi dan panjang 0.5 meter. Besi beton bermata tembilang dengan diameter dan panjang besi sesuai dengan kebutuhan. Pipa galvanis/besi dengan ujung besi beton berbentuk lancip dengan panjang sekitar 1-1.5 meter.
Sumber : Kebun Bangun Bandar, April 2012 Semua kebutuhan alat panen disediakan perusahaan kecuali untuk pemanen tenaga pemborong. Pemanenan di areal tanaman muda (3-5 tahun) diperlukan alat chisel (dodos dengan lebar 8 cm), kampak dan alat pikul, kereta sorong atau sepeda, gancu dan goni. Pemanenan di areal tanaman dewasa dan tua (>5 tahun) diperlukan alat kampak, egrek, bambu/galah egrek, tali, alat pikul, kereta sorong atau sepeda, gancu dan goni. Untuk membentuk gagang V (cangkem kodok) diberikan kampak Tomasson (bentuk V). Peralatan panen dapat dilihat pada Gambar 8.
26
a
b
c
d
Gambar 8 Peralatan panen; (a) Gancu, (b) Dodos, (c) Kampak, (d) Egrek Taksasi produksi dan tenaga kerja panen. Taksasi produksi dan sensus buah sebenarnya memiliki maksud dan tujuan yang sama yaitu untuk mengetahui persentase buah matang yang dapat di panen. Yang membedakan taksasi dengan sensus buah adalah untuk taksasi dilakukan 1 hari sebelum dilakukan pemanenan untuk hari esok yang bertujuan untuk mengetahui berapa ton buah yang akan di panen sehingga dapat menentukan berapa tenaga kerja yang dibutuhkan untuk panen hari esok, sedangkan sensus buah dilakukan 4 bulan sekali yang bertujuan untuk mengetahui total ton buah selama 4 bulan kemudian. Cara aplikasi kegiatan taksasi produksi adalah pengambilan beberapa tanaman dan menghitung tandan buah yang siap dipanen untuk esok hari. Kriteria yang digunakan yaitu melihat warna buah dan banyak brondolan yang telah jatuh di piringan. Mandor panen biasanya melakukan kegiatan ini pada saat sore hari dengan mengambil sample sebanyak 140 tanaman (1 ha) dengan ketentuan baris keenam dari pinggir sebelah kiri, kemudian bagian tengah dan baris keenam dari pinggir sebelah kanan. Aplikasi kegiatan sensus buah adalah dilakukan untuk 1 blok dengan cara mengambil tanaman berkelipatan sepuluh di mulai dari pinggir sebelah barat ke arah sebalah timur. Setelah menentukan tanaman ke sepuluh dari pinggir, kemudian menentukan titik sensus dari sisi bagian selatan ke arah utara yang diambil pada tanaman ke sepuluh. Titik sensus tersebut sebagai titik pusat dan dikelilingi oleh 6 pokok yang lainnya dengan cara searah jarum jam. Selanjutnya menentukan berapa banyak tandan buah tiap pokok dengan kriteria warna masih hitam atau tandan buah masih muda. Pada tanaman ke sepuluh kedua titik sensus pertama diambil pada baris kelima dan titik sensus kedua pada baris yang sama kembali diambil dari bari ke sepuluh. Prestasi kerja untuk kegiatan sensus adalah 15 ha/orang dan biasanya dilakukan oleh 1 mandor yang membawahi 6 tenaga kerja yang dibagi menjadi 2 kelompok. Tugas dari masing orang adalah 1 orang yang
27 mencatat tandan buah dan dua orang yang bertugas menulis pokok dengan ketentuan : nomor pokok/semester/tahun/jumlah buah. Contoh perhitungan Angka Kerapatan Panen (AKP), taksasi produksi dan kebutuhan tenaga kerja panen : Misal Luas Kapveld I = 116 ha Populasi per hektar = 125 pokok/ha Pohon sampel dihitung = 510 pokok Dijumpai tandan matang = 85 tandan Berat janjang rata-rata (BJR) = 20 kg/tandan Prestasi rata-rata pemanen = 1 500 kg/hk Maka dapat dihitung sebagai berikut: AKP
= =
=6 Maka AKP = 1 : 6 Artinya, terdapat 1 tandan buah matang dari 6 pohon. Taksasi Produksi = Σ pokok/ha x populasi x AKP x BJR = 125 pokok/ha x 116 ha x (1 : 6) x 20 kg/tandan = 48 333.33 kg Kebutuhan Pemanen = = = 33 orang Artinya, (ha) recovery = 116 ha/33 orang = 3.5 ha/HK Jadi, dapat di simpulkan bahwa kebutuhan tenaga kerja potong buah pada kapveld I dengan luas areal 116 ha adalah 33 orang dengan masingmasing pemanen mendapatkan areal panen sebesar 3.5 ha. Pengangkutan tandan buah segar (TBS). Keberhasilan pencapaian produksi oleh suatu kebun dapat tercapai dengan baik bila pelaksanaan panen, proses pengangkutan tandan buah segar (TBS) dari tempat pengumpulan hasil (TPH) ke pabrik kelapa sawit (PKS) dan pengolahan TBS di PKS berjalan dengan baik. Pengangkutan TBS dari TPH ke pabrik dilakukan dengan menggunakan truk dengan kapasitas 5 ton. Pengangkutan TBS dilakukan oleh 4 tenaga kerja yang terdiri dari 1 orang supir dan 3 orang kenek yang bertugas mengangkut TBS beserta brondolan ke dalam truk. Pengangkutan TBS dapat dilihat pada Gambar 9.
28
a
b
Gambar 9 Pengangkutan TBS; (a) Gambar TBS di TPH, (b) Pemuatan TBS Kegiatan pengangkutan TBS ini sangat mempengaruhi kualitas minyak yang dihasilkan. Pengangkutan TBS biasanya harus dilakukan dalam 24 jam karena sangat mempengaruhi kadar asam lemak bebas. TBS yang telah lewat dari 24 jam biasanya dianggap sebagai buah restan dan memungkinkan kadar asam lemak bebas yang tinggi. Kendala yang dihadapi dalam kegiatan pengangkutan TBS yaitu jika terjadi hujan yang sangat berpengaruh terhadap proses pengangkutan. Sortasi Panen. Sortasi panen di Loading Ramp sifatnya hanya untuk pengecekan, apakah sortasi di TPH dilakukan dengan benar atau tidak. Hasil sortasi di Loading Ramp tidak dapat dijadikan dasar penentuan mutu buah karena hanya dilakukan secara acak. Pelaksanaan sortasi di Loading Ramp harus dilakukan dengan benar dan dilaporkan setiap hari oleh Kepala Dinas Pengolahan (KDP) kepada Manajer karena berdasarkan laporan tersebut permasalahan di afdeling dapat diketahui untuk segera dicari solusinya. Organisasi panen. Organisasi panen berperan penting dalam kegiatan pemanenan sehingga tandan buah yang dipanen untuk hari yang telah direncanakan dapat diselesaikan dengan baik. Pengorganisasian dan pengawasan terhadap organisasi panen yang baik dapat menjamin keberhasilan pelaksanaan panen. Personil yang terlibat dalam struktur organisasi panen sebenarnya sama dengan yang ada di kebun selama ini yaitu petugas yang menangani panen mulai dari Mandor Panen, Mandor I, Asisten Tanaman, Kadis Tanaman dan Manajer. Namun, untuk lebih mengefektifkan manajemen panen, perlu ditambah satu petugas yaitu Petugas Pemeriksa Buah (P2B). Jumlah P2B di Kebun sama dengan jumlah Mandor Panen. Seorang pemanen bertanggung jawab terhadap kebersihan panen dan pengutipan brondolan di piringan, mutu buah, susunan cabang/pelepah, tangkai cangkem kodok (V) dan menomori setiap tandan. P2B bertanggung jawab mengawasi (melakukan sortasi) buah di TPH, kebersihan brondolan di TPH, mutu buah panen di TPH, tangkai panjang/cangkem kodok dan membuat laporan mutu dan jumlah buah. Mandor panen bertanggung jawab terhadap kebersihan panen dan pengutipan brondolan di piringan/gawangan, susunan cabang/pelepah, membuat laporan panen harian, melaporkan situasi umum kondisi blok yang dipanen dan menghitung kerapatan panen untuk membuat rencana panen esok harinya. Mandor I, Asisten Tanaman dan
29 Kadis Tanaman bertugas membuat evaluasi dan rencana panen afdeling. Manajer bertanggung jawab terhadap konsistensi pelaksanaan panen, sortasi di Loading Ramp dan evaluasi dan rencana panen afdeling. Sistem basis dan premi. Sistem basis yang digunakan di kebun Dolok Ilir adalah berdasarkan kapasitas, tahun tanam yang berkaitan dengan produktivitas dan topografi. Semakin rendah produktivitas, semakin rendah basis borong dan semakin berbukit/curam topografinya semakin mahal premi panennya. Premi panen dan premi brondolan diberikan terpisah dengan nilai premi per kg yang berbeda. Kebijakan pemberian premi panen diberikan untuk meningkatkan pendapatan karyawan dan lebih memotivasi pemanen/petugas yang terkait dengan panen agar seluruh buah matang dilapangan terpanen. Sanksi atau denda. Pemberian sanksi atau denda di kebun Dolok Ilir untuk menjaga konsistensi pelaksanaan sistem panen agar menghasilkan mutu buah yang sesuai dengan kriteria matang panen. Pemberian denda dilakukan pada pemanen yang tidak memotong pelepah (cabang sengkleh) dan tidak disusun, buah mentah dipanen, kebersihan pengutipan brondolan di piringan/gawangan dan buah dipanen tidak dibawa ke TPH.
Aspek Manajerial Pendamping Mandor Status karyawan yang ada di Kebun Dolok Ilir terdiri dari dua yaitu: karyawan staf dan non-staf. Karyawan non-staf terdiri dari mandor yang dibantu oleh krani divisi. Mandor adalah karyawan yang bertugas untuk membantu jalannya kegiatan kebun baik itu kegiatan teknis maupun administratif. Setiap harinya mandor I memimpin pengarahan pagi pkl 05.30 WIB dengan mandor kegiatan dan didampingi oleh asisten divisi. Mandor I memberikan pengarahan terkait rencana kerja hari itu. Kemudian setelah seluruh karyawan berkumpul dan diabsen, karyawan berangkat ke hancanya masing-masing dengan kendaraan yang sudah ditentukan.
Krani Panen Tugas dari krani panen adalah membuat rencana panen dan permintaan kendaraan hari berikutnya, membuat laporan hasil panen dan TBS yang terangkut maupun yang tidak terangkut (restan) pada hari itu, mengarahkan pekerjaan angkutan TBS di afdeling dan melaksanakan tugas yang diberikan khususnya di bidang administrasi Produksi. Selama menjadi pendamping kerani buah, penulis melakukan kegiatan penerimaan buah di TPH dan penerimaan buah yang diangkut ke pabrik kelapa sawit (PKS).
30 Mandor Panen Tugas dan tanggung jawab mandor panen adalah mengikuti antrian pagi dengan asisten dan mandor-mandor lainnya, kemudian melaksanakan check roll pagi bersama karyawan di lapangan untuk pembagian hanca sekaligus mengabsen, melakukan pengecekan mutu buah dan hanca, memeriksa apakah setiap pemanen telah mendapatkan basis borong dan hancanya telah selesai. Bila basis borong belum tercapai sedangkan waktu kerja masih ada, maka oleh mandor panen dipindahkan hancanya untuk memenuhi basis borongnya. Selain itu mandor panen juga memeriksa peralatan yang digunakan sebelum dilakukan pengancakan dan memastikan pekerja telah menggunakan alat pelindung diri (APD). Kemudian pada sore hari mandor panen melakukan perhitungan persentase kematangan panen yang bertujuan menentukan rencana jumlah tenaga kerja potong buah dan taksasi produksi untuk esok hari dan memastikan semua seksi telah habis di panen pada 1 hari. Selama menjadi pendamping mandor potong buah, penulis mengikuti kegiatan persentase kematangan yang diambil dari sebagian atau mewakili seluruh wilayah yang akan di panen untuk esok hari.
Mandor Perawatan Mandor perawatan bertugas dan bertanggung jawab terhadap mutu dan out put pekerjaan. Mandor perawatan bertugas membantu asisten dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengontrolan pekerjaan perawatan tanaman dengan cara mengarahkan pekerjaan ke mandor-mandor harian secara lebih terperinci khususnya dalam pembagian tenaga kerja. Kemudian memastikan keselamatan pekerja dengan pengecekan kelengkapan dan keadaan alat kerja karyawan. Melaporkan kondisi maupun penyimpangan termasuk potensi terjadinya kerusakan tanaman atau keadaan lingkungan yang terlihat di lapangan kepada asisten.
Mandor I Pada dasarnya mandor I merupakan mandor yang membawahi seluruh mandor-mandor. Umumnya mandor I lebih difokuskan untuk pengawasan kegiatan potong buah, menjaga kualitas buah serta melakukan pengawasan untuk kegiatan administratif divisi. Tugas dan tanggung jawab seorang mandor I adalah wajib mengikuti antrian pagi setiap harinya, melakukan pemeriksaan terhadap kemungkinan adanya buah restan pada blok-blok panen satu hari yang lalu, termasuk pemeriksaan kebersihan pengutipan brondolan di TPH, monitoring proses evakuasi TBS ke PKS sampai dengan pengangkutan TBS yang terakhir, melakukan evaluasi atas laporan harian mandor panen, serta membuat rencana kerja harian untuk esok harinya didampingi oleh asisten divisi.
31 Mandor Pemupukan Mandor pemupukan bertanggung jawab terhadap jumlah untilan pupuk yang diangkut dari gudang pupuk sampai diaplikasikan ke pokok berdasarkan dengan dosis yang telah di tetapkan dalam pedoman pemupukan. Pada pagi hari mandor pupuk harus mengikuti kegiatan antrian pagi untuk menerima instruksi dan pengarahan dari asisten divisi yang kemudian disampaikan kepada para karyawan. Setelah selesai pemupukan, mandor pemupukan bertanggung jawab terhadap karung untuk sampai di gudang penyimpanan dan membandingkannya dengan jumlah karung sebelum di lakukan aplikasi. Hal ini bertujuan untuk mengurangi kecurangan yang akan terjadi pada saat aplikasi. Kemudian mandor pupuk juga bertanggung jawab terhadap kualitas penaburan pupuk di lapangan dan melaporkan kondisi/keadaan maupun penyimpangan yang terjadi di lapangan. Dalam hal ini penulis melakukan kegiatan pengecekan kualitas penaburan pupuk di lapangan dan menjadi pendamping asisten dalam menjaga untilan pupuk agar tidak terjadi kecurangan.
Mandor Penunasan Mandor tunas bertugas mengikuti kegiatan antrian pagi untuk mendapatkan tugas-tugas dari mandor I atau asisten kemudian mengintruksikan pada para pekerja dan memeriksa peralatan yang digunakan sebelum pengancakan. Mandor tunas bertanggung jawab terhadap mutu kerja tunasan dan melaporkan prestasi kerja kepada asisten. Dalam kegiatan ini penulis ikut serta mencoba melakukan kegiatan penunasan. Selain penunasan, mandor tunas juga bertanggung jawab pada kegiatan kastrasi yaitu kegiatan pemotongan seluruh bunga yang tumbuh sebelum dilakukannya panen pertama.
Asisten Divisi Tugas dan tanggung jawab seorang asisten divisi adalah memberikan instruksi kerja kepada mandor-mandor dan kerani-kerani setiap pagi (antrian pagi), mengkoordinasi mandor-mandor sesuai instruksi dan rencana kerja, menjamin terlaksananya sistem manajemen mutu dan lingkungan afdeling dan memastikan administrasi afdeling terlaksana sesuai ketentuan. Selain itu seorang asisten divisi juga bertugas untuk mengawasi disiplin tenaga kerja baik tenaga kerja sendiri maupun buruh harian lepas. Asisten bertanggung jawab penuh terhadap kegiatan operasional kebun selama 24 jam yang meliputi kegiatan di kebun maupun lingkungan masyarakat. Pada saat penulis menjadi pendamping asisten, penulis membantu asisten Divisi VI kebun Dolok Ilir dalam hal check-roll yang bertujuan untuk mengetahui target-target pekerjaan hari ini sudah tercapai. Selain itu penulis juga membantu asisten divisi dalam hal pemeriksaan hanca panen berdasarkan kualitas panen (kualitas hanca panen dan buah yang di panen). Tujuannya adalah untuk mengurangi persentase berondolan yang tertinggal di lapangan dan di potongnya buah mentah.
32
PEMBAHASAN Curah Hujan Pahan (2007) menyatakan bahwa jumlah curah hujan yang baik bagi kelapa sawit adalah 2 000 – 2 500 mm/tahun, tidak mempunyai defisit air dan hujan relatif merata sepanjang tahun. Kebutuhan tanaman kelapa sawit yang efektif adalah 1 300 - 1 500 mm/tahun. Karenanya jumlah curah hujan yang kurang dari 2 000 mm/tahun masih baik sepanjang tidak terdapat defisit air 250 mm. Curah hujan yang lebih dari 2 500 mm/tahun juga tetap baik selama hari hujan tidak lebih dari 180 hari dalam setahun. Hasil estimasi persamaan regresi curah hujan dan hari hujan terhadap produktivitas TBS adalah sebagai berikut : Produktivitas = 11,1 + 0,240 Ln X1 - 0,198 Ln X2 Dimana : X1 : curah hujan (CH) mm X2 : hari hujan (HH) hari Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan metode kuadrat terkecil, semua asumsi sudah terpenuhi sehingga pengujian parameter dapat dilakukan. Nilai P-value model yang diperoleh yaitu 0.435 lebih besar dari taraf nyata lima persen. Maka dapat diindikasikan bahwa curah hujan dan hari hujan selama 5 tahun dari tahun 2006 hingga 2010 tidak berpengaruh nyata terhadap produksi aktual TBS selama tahun tersebut. Curah hujan yang tidak berpengaruh terhadap produksi TBS di Kebun ini karena rata-rata curah hujan tahunan selama lima tahun terakhir sudah sesuai dengan kebutuhan dan syarat tumbuh kelapa sawit. Data curah hujan dan hari hujan dapat dilihat pada Lampiran 4.
Realisasi Produksi dan RKAP RKAP (Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan) merupakan kumpulan dari target produksi tiap unitnya. RKAP merupakan bagian integral dalam proses pengelolaan perusahaan. Oleh karena itu RKAP akan menjadi pedoman dan arah yang akan dicapai dalam periode satu tahun. Target produksi mencerminkan peningkatan kinerja kebun kelapa sawit dari tahun sebelumnya. Apabila perusahaan tidak berhasil mencapai target produksi dalam RKAP yang telah ditetapkan, berarti kinerja produksi perusahaan tersebut kurang memuaskan. Data perbandingan RKAP dengan realisasi produksi dapat dilihat pada Tabel 7.
33 Tabel 7 Perbandingan antara RKAP dengan realisasi produksi RKAP Realisasi Tahun (ton) (ton) 2005 158.285 159.726 2006 171.606 159.367 2007 177.344 149.299 2008 162.615 156.652 2009 165.744 151.263 2010 129.198 117.899 Rata-rata 160.799 149.034 Sumber : Kantor Besar Dolok Ilir (Agustus, 2010)
Selisih (%) 0.91 -7.13 -15.81 -3.67 -8.74 -8.75 -7.32
Berdasarkan Tabel 7 terlihat selisih rata-rata antara RKAP dengan realisasi produksi sebesar -7.32% yang artinya keseluruhan rata-rata realisasi produksi di kebun Dolok Ilir tidak mencapai RKAP yang ditargetkan oleh perusahaan. Hal ini diduga disebabkan oleh beberapa faktor seperti terlalu tingginya RKAP dan tingginya kehilangan panen.
Laju Penurunan Jumlah Tegakan Tujuan utama pembongkaran pokok yaitu untuk mengurangi intensitas serangan ganoderma. Penumbangan dilakukan sedemikian rupa sehingga arah robohnya sejajar dengan arah barisan. Pelepah-pelepah yang dipotong dari batang dikumpulkan pada lubang pangkal batang (dirumpuk) dan dibakar. Tujuannya untuk mengurangi/membunuh spora dari cendawan ganoderma. Hasil estimasi persamaan regresi laju penurunan jumlah tegakan terhadap produktivitas TBS adalah sebagai berikut : ln Y_1 = 3,40 - 0,058 ln X1_1 Dimana : X : Laju penurunan jumlah tegakan pohon Y : Produktifitas pada Afdeling VI Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan metode kuadrat terkecil, semua analisis terpenuhi sehingga uji parameter dapat dilakukan. Dari hasil pengujian didapat nilai p-value = 0.874 > α = 0,05. Artinya pada taraf nyata 5% X1 laju penurunan jumlah tegakan pohon tidak berpengaruh secara linear terhadap produktivitas pada Afdeling VI. Hal ini diduga ada variabel lain di luar laju penurunan jumlah tegakan yang memberikan dampak yang lebih signifikan kepada peningkatan produktivitas seperti umur tanaman, serangan hama dan penyakit, output pemanen dan pemeliharaan tanaman.
34 Kapasitas Pemanen Pemanenan merupakan kegiatan yang menentukan pencapaian produktivitas suatu unit kebun. Keberhasilan pemanenan akan menunjang pencapaian produktivitas tanaman (PPKS, 2007). Sebaliknya kegagalan pemanenan akan menghambat pencapaian produktivitas tanaman kelapa sawit. Pengelolaan tanaman yang sudah baku dan potensi produksi tanaman yang tinggi, tidak ada artinya jika pemanenan tidak dilaksanakan secara optimal. Kapasitas pemanen setiap harinya tergantung pada produksi/ha yang dipengaruhi oleh umur tanaman, topografi areal, kerapatan pohon, insentif yang disediakan dan musim yang dikenal sebagai musim panen puncak dan musim panen rendah (Lubis, 2008). Kapasitas pemanen divisi VI pada bulan Maret 2012 terdapat pada Tabel 8. Tabel 8 Kapasitas pemanen di Divisi VI, kebun Dolok Ilir Kemampuan Pemanen (kg) No. Pemanen Mandoran I Mandoran II 1 1490 2400 2 1720 2070 3 1370 1240 4 1490 2910 5 1150 950 6 1090 850 7 1 220 480 8 1210 820 9 2030 820 Rata-rata 1443.75 1393.33 Sumber : Hasil pengamatan penulis (2012) Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan uji t-student diperoleh nilai P = 0.93 > α = 0.05. Maka dapat diindikasikan kapasitas pemanen antara Mandoran I dan Mandoran II tidak berbeda nyata. Hal ini disebabkan oleh tenaga pemanen pada divisi VI kebun Dolok Ilir telah terdistribusi dengan baik antara pemanen yang terlatih dengan kurang terlatih. Pada mandoran I terlihat kemampuan rata-rata pemanen lebih tinggi dari pada mandoran II karena pemanen pemula di tempatkan di mandoran II. Untuk mengimbanginya, Asisten Divisi VI kebun Dolok Ilir menempatkan tenaga kerja pemanen yang handal di mandoran II untuk mendampingi pemanen pemula yang belum terlatih. Data perbandingan kapasitas pemanen karyawan tetap dengan karyawan harian lepas dapat dilihat pada Tabel 9.
35 Tabel 9 Perbandingan kapasitas pemanen karyawan tetap dengan karyawan harian lepas Kemampuan Pemanen (kg) No Pemanen Karyawan Tetap Karyawan Lepas 1 1490 1880 2 1720 2180 3 1370 1760 4 1490 2750 5 1150 1140 Rata-rata 1444 1942 Sumber : Hasil pengamatan penulis (2012) Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan uji t-student diperoleh nilai P = 0.007 < α = 0.05. Maka dapat diindikasikan bahwa kapasitas pemanen karyawan tetap dan karyawan lepas berbeda nyata pada taraf nyata 5%. Hal ini disebabkan oleh karyawan tetap sudah memiliki gaji pokok, sedangkan gaji yang diterima karyawan harian lepas berdasarkan kapasitas panen yang dimilikinya sehingga karyawan lepas lebih memiliki semangat yang tinggi untuk memanen buah dari pada karyawan tetap. Karyawan tetap mempunyai basis borong yang harus dipenuhi setiap harinya yaitu sebesar 800 kg dan apabila karyawan tetap sudah melebihi basis borongnya maka mereka akan mendapatkan premi panen sebesar yang sudah ditetapkan oleh perusahaan.
Basis dan Premi Panen Premi panen yang terjadi di perusahaan perkebunan Indonesia terdapat dua jenis yang umumnya dilaksanakan, yaitu premi panen berdasarkan jumlah janjang buah/TBS yang didapat dan premi panen berdasarkan jumlah berat (kg) buah/TBS yang didapat setelah ditimbang di pabrik/PKS sehingga diketahui bobot janjang rata-rata (BJR) (Pahan, 2007). Kebijakan ketetapan perhitungan premi yang dipakai di PTP Nusantara IV adalah pembayaran premi panen berdasarkan jumlah berat (kg) yang didapat. Premi panen diberikan apabila karyawan sudah memenuhi standar basis borong perusahaan, sedangkan kepada karyawan tidak tetap (Buruh Harian Lepas) tidak diberlakukan basis borong. Basis borong adalah batas minimum produksi yang harus dicapai oleh pemanen pada setiap hari tanpa diberi premi. Nilai premi panen TBS juga berbeda untuk karyawan tetap dan karyawan tidak tetap yaitu Rp 30.-/kg untuk karyawan tetap dan Rp 32.-/kg untuk karyawan tidak tetap. Sedangkan untuk brondolan Rp 100.-/kg untuk karyawan tetap dan Rp 110.-/kg untuk karyawan tidak tetap.
36
Rumus premi panen TBS : P K BB NP D
: Premi (Rp) : Kapasitas panen (kg) : Basis Borong (kg) : Nilai Premi (Rp/kg TBS) : Denda
Rumus premi brondolan : Pb Kb NPb
P = {(K – BB)NP} - D
Pb = Kb x NPb
: Premi brondolan (Rp) : Kapasitas (Jumlah brondolan yang dikumpulkan dalam kg) : Nilai Premi brondolan (Rp/kg brondolan)
Seorang pemanen tetap Divisi VI memperoleh kapasitas panen 1 490 kg TBS dan 150 kg brondolan. Dalam perhitungan premi, pemanen tersebut telah mencapai basis borong perusahaan sebesar 800 kg TBS dengan nilai premi panen TBS Rp 30/kg TBS dan nilai premi brondolan Rp 100/kg. Berikut ini adalah contoh perhitungan premi yang diperoleh oleh seorang pemanen dalam satu hari panen. Contoh perhitungan premi : Premi panen TBS = {(1 490 kg – 800 kg) x Rp 30.-/kg} – 0 = Rp 20 700.Premi brondolan = 150 kg x Rp 100.-/kg = Rp 15 000.Total premi
= Premi panen TBS + Premi brondolan = Rp 20 700.- + Rp 15 000.= Rp 35 700.-
Pada dasarnya penentuan denda dan pemberlakuan denda dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi jumlah buah mentah yang terpanen, dan meningkatkan kualitas panen. Namun, pemberlakuan sistem denda justru mengakibatkan pendapatan atau premi yang didapatkan pengawas akan ikut berkurang. Kondisi ini mengakibatkan pengawas sulit untuk memberikan denda kepada tenaga kerja panen yang melakukan kesalahan. Selain itu, sering terjadi kecurangan di tingkat supervisi/mandor yang berpengaruh pada ketidakefektifan pengawasan. Hal ini menjadi penunjang terjadinya ketidakefektifan pemberlakuan sistem denda.
37
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Pelaksanaan magang di kebun Dolok Ilir khususnya divisi VI sangat memberikan banyak manfaat kepada penulis. Manfaat yang secara langsung yang diperoleh penulis adalah bertambahnya pengetahuan serta keterampilan baik dari aspek teknis maupun manajerial dalam bidang perkebunan. Kebun Dolok Ilir secara umum sudah menerapkan teknik budidaya kelapa sawit sesuai dengan SOP (Standard Operating Procedures) yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Selama lima tahun terakhir, realisasi produksi di kebun Dolok Ilir tidak berhasil mencapai RKAP yang ditetapkan oleh perusahaan. Permasalahan utama di kebun Dolok Ilir adalah tingginya kehilangan panen yang mempengaruhi produksi tanaman kelapa sawit.
Saran Untuk menekan kehilangan panen di Kebun Dolok Ilir diperlukan pengelolaan panen yang lebih disiplin dengan pengawasan oleh mandor dan asisten yang lebih ketat. Pihak perusahaan perlu melakukan tindakan tegas terhadap pemanen yang menurunkan buah mentah dan tidak mengutip brondolan untuk meningkatkan hasil panen. .
38
DAFTAR PUSTAKA Direktorat Jenderal Perkebunan. 2010. Statistik Perkebunan Indonesia 20072010. Direktorat Jenderal Perkebunan, Depertemen Pertanian. Jakarta. Fauzi, Y., Y. E. Widyastuti, I. Setyawibawa, dan R. Hartono. 2008. Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta. 168 hal. Hutabarat, M. S. 1965. Masalah-masalah yang Menyangkut Efisiensi dan Premi Panen Kelapa Sawit. PPN-Aneka Tanaman IV. Medan. Lubis, A. U. 1992. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Indonesia. Pusat Penelitian Perkebunan Marihat - Bandar Kuala. Marihat Ulu. 435 hal. . 2008. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Indonesia. Pusat Penelitian Perkebunan Marihat - Bandar Kuala, Pematang Siantar - Sumut. 435 Hal. Mangoensoekarjo, S. dan H. Semangun. 2005. Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit. Gadjah Mada University Press. 605 Hal. Pahan, I. 2007. Panduan Lengkap Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta. 412 hal. _______. 2010. Panduan Lengkap Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta. 411 hal. Pardamean, M. 2011. Sukses Membuka Kebun dan Pabrik Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta. 300 hal. Purwanto, H. 2009. Pengelolaan Pemupukan pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Perkebunan PT Cipta Futura Plantation Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan. Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 80 hal. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. 2006. Potensi dan Peluang Investasi Industri Kelapa Sawit di Indonesia. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. 233 Hal. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. 2007. Budidaya Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan. 157 hal. Risza, S. 1994. Kelapa Sawit, Upaya Peningkatan Produktivitas. Kanisius. Yogyakarta. 129 hal. Setyamidjaja, D. 2006. Kelapa Sawit, Teknik Budidaya, Panen dan Pengolahan. Kanisius. Yogyakarta. 257 hal. Sunarko. 2009. Budidaya dan Pengelolaan Kebun Kelapa Sawit dengan Sistem Kemitraan. Agromedia Pustaka. Jakarta. 178 hal. Sutrisno, L. dan R. Winahyu. 1991. Kelapa Sawit : Kajian Sosial - Ekonomi. Aditya Media. Yogyakarta. 136 hal. Tyas, C. K. 2008. Pengelolaan Resiko Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Perkebunan Pantai Bonati Estate PT Sajang Heulang Minamas Plantation Kalimantan Selatan. Skripsi. Program Studi Agronomi. Bogor. 78 hal.
39
40
41
42
43 Lampiran 4 Data curah hujan dan hari hujan tahun 2005-2011 Bulan
2005 2006 2007 CH 173 67 93 Januari HH 8 7 5 CH 92 67 9 Februari HH 3 7 2 CH 10 78 106 Maret HH 2 6 4 CH 187 150 117 April HH 6 13 10 CH 152 362 183 Mei HH 7 17 14 CH 208 260 130 Juni HH 10 8 11 CH 202 153 135 Juli HH 9 10 16 CH 166 62 86 Agustus HH 7 7 12 CH 152 93 195 September HH 10 8 15 CH 393 263 177 Oktober HH 22 14 15 CH 352 204 280 November HH 13 16 16 CH 204 180 133 Desember HH 12 14 9 CH 2255 1939 1644 Total HH 107 127 129 Sumber : Kantor besar kebun Dolok Ilir (2012) Ket : CH : Curah hujan (mm) HH : Hari Hujan (hari)
Tahun 2008 2009 78 187 5 8 5 1 136 398 19 16 130 88 8 11 175 272 8 18 77 86 4 4 335 172 10 7 145 191 9 11 219 299 8 14 279 259 8 19 98 113 6 8 110 120 7 9 1787 2185 92 125
2010 2011 93 189 11 11 11 62 1 4 81 381 5 11 51 90 3 5 111 168 9 12 217 126 13 7 181 121 11 10 121 282 12 13 232 98 14 7 76 196 12 16 272 68 18 6 138 225 12 8 1564 2011 121 110
44 Lampiran 5 Peta Divisi VI kebun Dolok Ilir
45 Lampiran 6 Data produktivitas 5 tahun terakhir dari setiap Afdeling Produktivitas 2005 2006 2007 2008 2009 I 23.45 22.15 20.47 22.50 22.13 II 21.32 20.98 19.27 19.84 22.66 III 21.30 20.09 21.19 25.77 25.22 IV 21.35 22.37 22.13 23.88 23.56 V 20.44 20.17 21.40 25.29 24.50 VI 24.95 24.90 19.87 22.24 25.62 VII 24.18 24.41 20.72 22.01 24.10 VIII 24.08 25.63 23.51 24.47 26.07 Jumlah 22.56 22.56 21.13 23.41 24.43 Sumber : Kantor besar kebun Dolok Ilir (2012) AFD
RKAP Potensi % 2010 2010 24.25 28.17 86.08 23.48 29.23 80.33 26.12 28.26 92.43 25.61 28.10 91.14 27.17 27.72 98.02 26.57 23.27 114.18 27.02 26.93 100.33 27.09 26.08 103.87 25.94 27.23 95.26
Lampiran 7 Standar basis borong No Produktivitas (Ton Standar Basis Borong (Kg . TBS/Ha/Tahun) TBS/HK) 1 <8 250 2 08 – 12 400 3 12 – 18 550 4 18 – 23 700 5 23 – 25 750 6 >25 800 Sumber : Kantor besar kebun Dolok Ilir (2012) Lampiran 8 Laju penurunan jumlah tegakan Tahun 2006 2007 2008 I 49.399 47.958 46.175 II 80.556 76.867 68.842 III 68.509 67.259 56.337 IV 79.147 68.587 61.301 V 118.225 115.459 105.507 VI 98.927 94 83.854 VII 85.099 76.725 63.328 VIII 82.207 77.275 66.185 IX 83.078 80.356 74.179 Jumlah 745.147 704.720 675.636 % Turun -6.78 -5.43 -4.13 Sumber : Kantor besar kebun Dolok Ilir (2012) AFD
2009 46.284 68.842 56.337 61.301 105.507 83.854 63.328 66.185 67.878 619.407 -8.32
2010 75.282 63.773 81.672 84.459 75.644 63.555 69.178 69.527 0 583.092 -100
46 Lampiran 9 Luas areal tanaman dan jumlah pokok Divisi VI (enam) Tahun Tanam
Blok
1988 88A 88B 88C 88D Jumlah 1990 90A 90B 90C Jumlah 1992 92A 92B 92C 92D 92E 92F 92G 92H Jumlah 1993 93A 93B 93C Jumlah 1994 94A 94B 94C Jumlah 1998 98A 98B 98C 98D 98E Jumlah 1999 99AK Jumlah TM TBM
2010
Luas (Ha) Awal Mapping 58 48 12 9 53 40 19 15 142 112 4 4 20 18 67 61 91 83 21 19 33 26 47 40 22 17 25 23 30 29 30 26 8 6 216 186 15 14 36 31 22 17 73 62 14 13 1 1 2 2 17 16 16 16 7 7 25 23 4 4 26 23 78 73 3 2
Pokok (Ha) Awal Produktif 7 442 3 930 1 576 723 6 780 3 242 2 342 1 200 18 140 9 095 605 300 2 576 1 549 8 770 5 554 11 951 7 403 2 751 1 710 4 103 2 320 6 179 3 370 2 821 1 500 3 241 1 900 384 2 400 3 844 2 070 1 041 430 27 814 15 700 1 850 1 250 4 541 2 862 2 798 1 508 9 189 5 620 1 576 1 110 172 126 260 170 2 008 1 406 2 086 1 640 972 800 2 879 2 230 499 407 3 168 2 465 9 604 7 542 267 240
620
534
78 973
47 006
11
11
1 538
1 538
47
48
49
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 24 Mei 1991. Penulis merupakan anak kedua dari Bapak Ahmad Syukri Noviar dan Ibu Elvina Lubis. Tahun 2002 penulis lulus dari SD Negeri No.010041 Air Batu, Hengelo. Tahun 2005 penulis menyelesaikan pendidikan dari SMP Harapan 1 Medan dan pada tahun 2008 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Medan. Tahun 2008 penulis diterima menjadi mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD) IPB pada Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian Selama menjadi mahasiswa, penulis bergabung dalam Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan tergabung dalam Ikatan Mahasiswa Muslim Asal Medan (IMMAM). Skripsi magang yang disusun oleh penulis untuk meraih gelar Sarjana Pertanian diperoleh melalui pengalaman magang selama tiga bulan di Sumatera Utara yang berjudul “Pemanenan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Dolok Ilir, PTP Nusantara IV, Medan, Sumatera Utara” di bawah bimbingan Ir. Adolf Pieter Lontoh, MS.