Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor 5 November 2009 PENGELOLAAN PEMANENAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq. ) DI PERKEBUNAN UJAN MAS PT CIPTA FUTURA, MUARA ENIM, SUMATERA SELATAN. Harvest management of palm oil (Elaeis guineensis, Jacq) in Ujan Mas Plantation PT Cipta Futura, Muara Enim, South Sumatera. Wenny Widyawati1, Ade Wachjar2 1 Mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura Faperta IPB, A24050928 2 Staf Pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura Faperta IPB Abstract The apprentice was done in PT Cipta Futura Plantation, Ujan Mas Estate, Muara Enim, South Sumatera, from February 12th to June 12th 2009 . The main purpose of the apprentice is to learn the system of palm oil management, especially the technique of harvesting palm oil in the field and the office managerial. The data collected from this apprentice are secondary and primary data. Secondary data was collected from literature study and office documents, however, the primary data was collected through direct observation and taking labor work as samples. Based on observation can be concluded that the harvest quality in Afdeling 7 is still need to be increased. This way can be achieved by repressing the percentage of unripe fruit harvested from 2.38 to 0 % and the percentage of ripe fruit not harvested from 2.72 to 0 % according the harvest quality standard in PT Cipta Futura Plantation. Keyword: palm oil, harvest management, harvest quality. PENDAHULUAN Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang menyumbangkan devisa negara dalam jumlah cukup besar. Menurut Direktorat Jenderal Perkebunan (2009) produksi CPO sampai tahun 2009 mengalami peningkatan menjadi 19 440 291 dari 11 875 418 ton pada tahun 2007. Indonesia merupakan produsen minyak sawit kedua terbesar di dunia setelah Malaysia. Rata-rata produktivitas kelapa sawit mencapai 1.396 ton/ha/tahun untuk perkebunan rakyat dan 3.50 ton/ha/tahun untuk perkebunan besar. Produktivitas kelapa sawit tersebut dinilai cukup tinggi bila dibandingkan dengan komoditas perkebunan lain (Fauzi et al., 2008). Beberapa Faktor yang mempengaruhi produktivitas tanaman kelapa sawit antara lain faktor genetis (bahan tanam), penerapan kultur teknis, kondisi iklim, tanah serta bentuk wilayah (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2007). Penerapan kultur teknis mulai kegiatan pembukaan lahan sampai dengan kegiatan panen dan pasca panen kelapa sawit harus dilaksanakan dengan baik. Salah satu teknik budidaya yang sangat penting dalam pengusahaan kelapa sawit adalah kegiatan pemanenan. Pemanenan adalah pemotongan tandan buah segar dari pohon hingga pengangkutan ke pabrik (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2007). Pemanenan yang menghasilkan produksi merupakan hasil dari aktivitas kerja di bidang pemeliharaan tanaman. Baik dan buruknya pemeliharaan tanaman akan tercermin dari pemanenan dan produksi (Lubis, 1992). Kegiatan pemanenan memerlukan teknik tersendiri untuk mendapatkan hasil yang berkualitas (Fauzi et al., 2008). Lubis (1992) menyatakan bahwa keberhasilan pemanenan dan produksi kelapa sawit sangat bergantung pada bahan tanam dan kondisi tanaman, tenaga pemanen, peralatan panen, kelancaran transportasi, organisasi pemanenan, keadaan areal, insentif yang disediakan dan kondisi tanaman. Semua itu akan berlangsung dengan baik apabila perencanaan pemanenan dilakukan dengan baik. Secara umum tujuan kegiatan magang di perkebunan kelapa sawit adalah untuk menambah pengetahuan dan keterampilan serta untuk mendapatkan pemahaman mengenai proses kerja nyata secara langsung di lapangan perkebunan kelapa sawit dari
berbagai aspek pengelolaan. Sedangkan tujuan khususnya adalah mempelajari pengelolaan perkebunan kelapa sawit pada aspek pemanenan baik secara teknis di lapangan perkebunan maupun secara manajerial. METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan di Afdeling 7 Perkebunan Kelapa Sawit Ujan Mas PT Cipta Futura, Muara Enim, Sumatera Selatan, selama 4 bulan dari tanggal 12 Februari sampai dengan tanggal 12 Juni 2009. Metode Pelaksanaan Metode yang digunakan melaksanakan magang adalah melaksanakan seluruh kegiatan yang telah ditetapkan oleh kebun, baik aspek teknis di lapangan produksi maupun aspek manajerial pada berbagai tingkatan status karyawan mulai dari Karyawan Harian Lepas (KHL), pendamping mandor sampai dengan pendamping asisten afdeling. Pada pelaksanaan magang dilakukan juga pengamatan terhadap kegiatan yang menjadi topik utama yaitu pengelolaan pemanenan, dan pengumpulan data primer serta data sekunder. Parameter yang diamati berupa buah matang panen, buah mentah, buah tinggal di pokok, pengutipan brondolan, dan pemotongan gagang panjang. Teknik pengambilan sample untuk data primer adalah dengan menggunakan tenaga pemanen yang diambil secara acak pada lima kemandoran dalam satu afdeling. Dari masing-masing kemandoran akan ditentukan enam tenaga pemanen secara acak. Dengan demikian jumlah total dari sample yang akan diamati adalah 30 tenaga pemanen. Data primer dan data sekunder yang dihasilkan dianalisis secara kuantitatif dengan mencari rata-rata dan persentase hasil pengamatan lalu diuraikan secara deskriptif dengan membandingkan terhadap norma baku yang berlaku pada perkebunan kelapa sawit dan standar yang ditetapkan oleh perusahaan. KONDISI UMUM Letak Geografis dan Administratif PT Cipta Futura terletak di Kecamatan Ujan Mas dan Kecamatan Benakat, Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan. Kebun Ujan Mas berjarak 35 km dari
kota terdekat Muara Enim dan ± 218 km dari kota Palembang dengan jarak tempuh 3-4 jam. Kebun Ujan Mas sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Benakat dan Solar, sebelah selatan berbatasan dengan Kota Muara Enim, sebelah timur berbatasan dengan Desa Ulak Badung yang terletak di Kecamatan Ujan Mas dan sebelah barat berbatasan dengan PT Musi Hutan Persada (MHP) yang terletak di Kabupaten Lahat. Keadaan Topografi, Tanah dan Iklim Kebun Ujan Mas terletak pada dataran rendah dengan ketinggian ± 100 m di atas permukaan laut dengan suhu rata-rata Kebun Ujan Mas adalah 28 0 C. Topografi perkebunan datar, bergelombang hingga berbukit dengan derajat kemiringan lahan 7 – 9 persen. Secara umum, perkebunan kelapa sawit Ujan Mas didominasi oleh jenis tanah Podzolik Merah Kuning (PMK). Derajat kemasaman (pH) tanah berkisar antara 6.0 – 6.5. Curah hujan rata-rata tahunan selama 10 tahun terakhir (1999-2008) adalah 2 909 mm per tahun dengan 148.6 hari hujan, 10.1 bulan basah dan 1.9 bulan kering. Tata Guna Lahan Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Negara Agraria/Kepala BPN No.7/HGU/BPN/96 dengan status Hak Guna Usaha (HGU) selama 30 tahun. Areal yang ditanami seluas 7 219.31 ha (86.14 % dari luas Kebun Ujan Mas yang mencapai 8 381 ha). Luas yang dimanfaatkan untuk bangunan dan jalan seluas 334.97 ha (4 % dari luas total), tanah kosong seluas 80.52 ha (0.96 %), dan terdapat enclave seluas 746.20 ha (8.90 %). Perkebunan Ujan Mas dibagi menjadi empat afdeling yaitu Afdeling 1, Afdeling 6, Afdeling 7 dan Afdeling 8. Afdeling 7 memiliki luas lahan 1 885.17 ha yang terdiri atas areal TM seluas 1 857.43 ha, areal TBM 3 seluas 8.70 ha, areal TBM 2 seluas 4.98 dan areal TBM 1 seluas 15.36 ha. Lahan di perkebunan dibagi dalam blok dan petak. Blok yang terdapat di Afdeling 7 adalah sebanyak 19 blok. Luas rata-rata satu blok 100 ha yang dibagi dalam empat petak A, B, C, dan D sehingga ratarata luas per petak adalah 25 ha. Keadaan Pertanaman dan Produksi Tanaman kelapa sawit yang diusahakan di PT Cipta Futura merupakan kelapa sawit hasil persilangan antara Dura dan Psifera yang bibitnya berasal dari Lembaga Pusat Penelitian Marihat (LPPM), Bahlias Research Satation (BLRS) PT London Sumatra (Lonsum), Dami dan berasal dari PT Socfindo. Penanaman kelapa sawit dimulai sejak tahun 1992 yang dilakukan secara bertahap. Di Afdeling 7, penanaman kelapa sawit dimulai pada tahun 1993 di Blok 69 dan 70. Jarak tanam yang digunakan 9.25 m x 9.25 m x 9.25 m dengan tata tanam segitiga sama sisi. Populasi tanaman 135 pokok per ha, dimana lima pokok diasumsikan terpakai untuk jalan sehingga perusahaan menetapkan populasi rata-rata kelapa sawit per ha adalah 130 pokok. Setiap tahun afdeling akan selalu berusaha meningkatkan produktivitas tandan buah segar (TBS). Peningkatan produktivitas tersebut dapat dicapai dengan berbagai cara agar target panen terpenuhi. Produktivitas TBS Afdeling 7 dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Data Produksi dan Produktivitas TB Afdeling 7 Luas Produksi (ha) (ton) 2005 1 619.78 43 550 2006 1 619.78 32 709 2007 1 857.93 41 852 2008 1 857.93 37 108 Sumber : Kantor Afdeling 7 (2009) Tahun
Produktivitas (ton) 26.89 20.19 22.52 19.97
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan PT Cipta Futura Plantation adalah perusahaan kelapa sawit swasta milik keluarga. Bagian produksi kebun di perusahaan ini di pimpin oleh seorang chief magister yang diangkat berdasarkan keputusan direktur utama yang bertanggung jawab kepada direksi. Tenaga kerja di PT Cipta Futura terdiri atas tenaga kerja staf, tenaga kerja non staf dan tenaga kerja karyawan harian lepas (KHL). Pengelolaan kebun di tingkat afdeling dipimpin oleh assisten afdeling. Assisten afdeling merupakan karyawan staf yang memiliki tanggung jawab yang besar dalam melakukan pengelolaan keseluruhan kebun agar memperoleh hasil yang bermutu sesuai dengan standar yang telah ditetapkan perusahaan. Dalam menjalankan tugasnya asisten afdeling dibantu oleh supervisor afdeling yang membawahi supervisor perawatan dan supervisor panen. Setiap supervisor membawahi mandor yang berhubungan langung dengan lapangan pekerjaan dan membawahi KHL. Mandor di Afdeling 7 terdiri atas mandor pupuk, mandor panen, mandor semprot, mandor rawat jalan, mandor deteksi hama, dan mandor dongkel. Karyawan lain yang setingkat mandor dan berada dibawah supervisor adalah krani buah. KHL memiliki sistem pengupahan yang berbeda dengan karyawan non staf (personil) dan karyawan staf. KHL adalah karyawan yang bekerja dengan sistem borongan. Besarnya gaji yang diperoleh KHL yaitu RP 50 000,- disesuaikan dengan hari kerja dan prestasi kerja yang diperoleh. PELAKSANAAN MAGANG Pemanenan Panen merupakan tujuan akhir dari suatu usaha budidaya tanaman termasuk kelapa sawit untuk mendapatkan produksi. PT Cipta Futura selalu menetapkan target produksi yang harus dicapai oleh masing-masing afdeling. Untuk Afdeling 7 realisasi produksi untuk tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Realisasi Panen Afdeling 7 Tahun 2009 Target Realisasi Produksi Produksi (ton) (ton) Januari 3 777.41 2 371.49 Februari 2 930.06 2 125.39 Maret 3 402.79 2 815.53 April 3 318.06 4 288.76 Mei 3 554.43 4 258.18 Rata-rata 3 396.55 3 171.87 Sumber : Kantor Afdeling 7 (2009) Periode
Realisasi Panen (%) 62.78 72.54 81.86 129.26 119.80 93.98
Persiapan Panen Persiapan panen merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk menunjang kelancaran kegiatan panen. Persiapan panen yang harus dilakukan saat tanaman mulai beralih dari TBM ke TM meliputi pembuatan tempat pengumpulan hasil (TPH), pembuatan jembatan panen, penghitungan jumlah tenaga kerja panen, perawatan jalan serta perawatan pasar 2:1. Sedangkan persiapan panen pada areal TM yang rutin dilakukan adalah perawatan jalan agar bisa dilalui mobil pengangkut TBS, apel pagi pemanen yang dipimpin langsung oleh mandor dan supervisor panen serta kegiatan pembagian hanca panen. Untuk persiapan alat panen dilakukan oleh masing-masing pemanen sebagai tanggung jawabnya. Saat penulis melaksanakan kegiatan magang, penulis tidak melakukan persiapan panen pada areal peralihan dari TBM ke arela TM. Pelaksanaan Panen Kriteria matang panen yang diterapkan adalah apabila terdapat satu brondolan jatuh di piringan, maka tandan harus dipanen. Apabila tandan buah sawit telah
pemotongan gagang panjang di piringan. Standar untuk pemotongan gagang panjang minimal 3 cm dari pangkal buah membentuk huruf ”V” seperti mulut kodok. Pengamatan kualitas potong gagang panjang dapat dilihat pada Tabel 4.
berwarna merah namun belum ada satu pun brondolan maka tandan buah dianggap sebagai buah mentah. Pengamatan terhadap kualitas TBS yang dipanen dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Kualitas Panen TBS
Keman- Total TBS doran Sample
Mentah 0 brondolan (TBS) (%) 18 (2.3) 15 (1.9) 17 (1.9) 19 (2.6) 30 (3.2) 99
TBS Hasil Panen Matang >1 brondolan (TBS) (%) 769 (96.2) 761 (96.5) 865 (96.5) 690 (96.0) 895 (95.1) 3 978
1 799 2 789 3 896 4 719 5 941 Total 4 142 Rata828.8 19.8 (2.4) rata Sumber : Hasil Pengamatan (2009)
Tabel 4. Kualitas Potong Gagang Panjang TBS Gagang % Gagang Kemandoran Panjang Panjang (> 3 cm) 1 213 5 2.3 2 111 4 3.6 3 248 5 2.0 4 215 5 2.3 5 393 8 2.0 Total 1 180 27 12.3 Rata-rata 236 5.4 2.5 Sumber : Hasil Pengamatan Penulis (2009)
Busuk Berbau (TBS) (%) 12 (1.5) 13 (1.6) 14 (1.6) 10 (1.4) 16 (1.7) 65
796 (96.1)
13 (1.6)
Sensus buah merupakan kegiatan rutin mandor panen yang dilakukan pada tanggal 15 setiap bulannya. Parameter pengamatan sensus buah yang dilakukan terdiri atas beberapa kategori buah, yaitu buah bulan ke1, buah bulan ke-2, buah bulan ke-3, buah bulan ke-4, buah bulan ke-5 serta buah bulan ke-6. Sensus buah bertujuan untuk memperkirakan (taksasi) produksi yang dapat dipanen setiap bulan, hasil panen pada rotasi berikutnya, serta mengetahui angka kerapatan panen pada bulan tersebut sampai dengan enam bulan ke depan.
Jumlah TBS Sample
Terdapat tiga macam alat potong TBS yang digolongkan berdasarkan umur tanaman yaitu egrek, dodos dan kapak siam. Alat lain yang menunjang kegiatan panen adalah tojok, angkong, gancu, parang, batu asah, dan karung. TBS disusun rapi di TPH dengan jumlah minimal satu TPH lima TBS. TBS disusun dengan tangkai buah terangkat ke atas kemudian diberi nomor sesuai nomor pemanen. Selanjutnya brondolan dikutip bersih dan dimasukkan ke dalam karung eks-pupuk untuk dibawa ke TPH. Hasil pengamatan brondolan tertinggal dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Brondolan Tertinggal Berdasarkan Lokasi
Kemandoran
Brondolan tinggal Gawangan TPH
Piringan
Pelepah
(Buah)(%)
(Buah)(%)
(Buah)(%)
(Buah)(%)
(Buah)(%)
1 2 3 4
33(21.0) 44(22.3) 31(24.0) 35(23.5)
58(36.9) 67(34.0) 35(27.1) 41(27.5)
48(30.6) 65(33.0) 49(37.9) 51(34.2)
18(11.5) 21(10.6) 141(0.8) 22(14.8)
157(100) 197(100) 129(100) 149(100)
5 Total
24(19.8) 167
39(32.2) 240
42(34.7) 255
16(13.2) 91
121(100) 753
Rata-rata
33.4(22.14)
48(31.6)
51(34.1)
18.2(12.2)
Total
150.6(100)
Sumber : Hasil Pengamatan Penulis (2009)
Kegiatan pemanenan di Kebun Ujan Mas menggunakan sistem panen hanca tetap tetapi sistem tersebut dapat berubah menjadi sistem giring bergantung pada jumlah tenaga pemanen, kondisi buah pada hanca dan luas areal panen yang tersisa. Rotasi panen merupakan selang waktu yang diperlukan antara panen terakhir sampai dengan panen berikutnya pada tempat yang sama. Kebun Ujan Mas memiliki tiga sistem rotasi panen yaitu 2 rotasi (10/15), 3 rotasi (7/10), dan 4 rotasi (5/7). Rotasi optimum yang dapat dicapai oleh Afdeling 7 adalah pola dua rotasi dalam satu bulan dengan rumus rotasi 10/15. Luas areal panen di Afdeling 7 adalah 1 857.93 ha sehingga apabila menggunakan rumus 10/15 dengan hari kerja efektif dalam satu bulan 20 hari maka luas areal yang dipanen per hari adalah ± 185.79 ha. Apabila setiap regu panen mendapat areal panen per hari rata-rata 2.5 ha maka jumlah tenaga kerja yang diperlukan di Afdeling 7 adalah 74 HK. Pemotongan TBS diawali dengan menurunkan pelepah yang menyonggo tandan. Tujuannya adalah untuk memudahkan pemanenan dan agar tidak ada brondolan yang tertinggal di sela pelepah. TBS dipanen menggunakan alat panen yang sesuai dengan tinggi tanaman. TBS hasil dibawa ke TPH setelah dilakukan
Kualitas panen juga dapat dilihat dari ada tidaknya buah matang tinggal di pokok. Pengamatan buah tertinggal disajikan dalam Tabel 6. Tabel 6. Pengamatan Buah Tertinggal di Pokok TBS Tertinggal di Jumlah TBS Pokok (TBS/6 org) (TBS/org) 1 0.7 111.5 2 2.0 69.8 3 3.2 150.8 4 5.5 78.0 5 1.8 181.7 Rata-rata 2.6 118.4 Sumber : Hasil Pengamatan Penulis (2009). Kemandoran
Buah Tertinggal di Pokok (%) 0.6 2.9 2.1 7.1 1.0 2.7
Pengangkutan Hasil Panen Pengangkutan TBS panen merupakan hal terpenting dalam mencapai mutu minyak yang baik dengan kandungan ALB serendah mungkin. Adapun ALB minyak yang dihasilkan PT Cipta Futura tiga bulan terakhir (Maret-April) disajikan dalam Tabel 7.
Tabel 7. Kandungan ALB minyak PT. Cipta Futura Bulan ALB (%) Maret 1.84 April 1.84 Mei 1.92 Rata-rata 1.87 Sumber: Laboratorium Pabrik Kelapa Sawit, 2009.
Pengangkutan TBS dilakukan dengan menggunakan Dump truck. Transportasi afdeling merupakan tanggung jawab langsung krani buah sehingga supir dan pemuat berada di bawah pengawasan krani buah. Jalur angkut buah yang diberlakukan di Afdeling 7 adalah jalur acak. TBS harus diangkut ke PKS pada hari tersebut, tidak ada toleransi untuk TBS yang menginap di lahan kecuali pada hari hujan. Manajemen Panen Kegiatan panen dimulai dengan apel pagi yang dipimpin oleh mandor panen dan supervisor panen. Apel pagi berisi pengarahan mengenai kegiatan panen, evaluasi kegiatan panen sebelumnya, pengabsenan pemanen serta pembagian hanca. Pada siang harinya, supervisor dan mandor panen akan melakukan pengawasan atau inspeksi terhadap kualitas panen yang dilakukan. Inspeksi panen di PT Cipta Futura terdiri dari inspeksi harian, inspeksi bulanan dan inspeksi triwulan. Kegiatan inspeksi mengambil jalur blok secara acak dengan parameter yang diamati terdiri atas buah tinggal, buah mentah, pelepah sengkleh, dan brondolan tinggal. Administrasi panen bertujuan merekapitulasi hasil TBS, bobot TBS, bobot brondolan, serta jumlah tenaga kerja panen pada hari tersebut. Pemanenan harus melaporkan hasil panen hari tersebut kepada mandor dengan batas waktu paling lambat pukul 16.00. Laporan panen yang dibuat oleh mandor panen akan direkapitulasi per kemandoran untuk selanjutnya akan ditotal secara keseluruhan untuk melihat hasil panen dan upah kesuluruhan dalam satu hari. Sistem upah yang berlaku adalah sistem borongan. Upah yang berlaku dihitung berdasarkan jumlah TBS yang dipanen. Harga untuk semua TBS baik TBS dengan Berat Janjang Rata-rata (BJR) besar maupun kecil adalah sama. Afdeling 7 memiliki dua jenis BJR yaitu BJR 19 kg dan 8 kg. Sistem pengupahan terdiri atas basis dan premi. Basis merupakan upah pokok yang diberikan pada pemanen dengan harga Rp 400,- per TBS, jumlah basis maksimal adalah 75 tandan. Premi merupakan upah tambahan yang diberikan apabila hasil panen melampaui basis. Harga premi per TBS adalah Rp 1 500,-. Denda merupakan sanksi yang diberikan kepada pemanen akibat tindakan yang tidak memenuhi ketentuan yang telah disepakati.Untuk denda panen yang ada di PT Cipta Futura sangat tegas sehingga pelanggaran ketentuan sedikit saja akan dikenakan sanksi. PEMBAHASAN Hasil akhir yang selalu ingin dicapai PT Cipta Futura adalah kualitas dan kuantitas yang baik. Berdasarkan Tabel 1 produktivitas TBS tertinggi terjadi pada tahun 2005. Adanya peningkatan produksi disebabkan oleh tingginya curah hujan, yaitu sebesar 2805 mm/tahun dan tingginya angka kerapatan buah. Hal ini menyebabkan jumlah TBS melimpah dan bobot TBS total meningkat. Begitu juga dengan penurunan hasil panen pada tahun 2006 dapat disebabkan oleh curah hujan. Curah hujan rata-rata tahun 2006 sebesar 2 172 mm per tahun, lebih kecil dibandingkan curah hujan tahun 2005. Sunarko (2007) menyatakan bahwa curah hujan tahunan 2 500 mm atau lebih akan menghasilkan potensi
produksi sebesar 100 %, untuk curah hujan 2 000 – 2 500 mm potensi produksi yang dicapai sebesar 80 % dan curah hujan 1 500 atau kurang hanya memiliki potensi produksi 60 – 70%. Selain itu pada tahun 2006, penyebaran curah hujan tidak merata yaitu terdapat satu bulan kering dengan curah hujan 5 mm. Sesuai dengan pernyataan Siregar et al. (2006) tanaman kelapa sawit tumbuh baik pada areal dengan curah hujan yang merata sepanjang tahun artinya tidak terdapat perbedaan mencolok dari satu bulan ke bulan berikutnya dan tidak terdapat curah hujan bulanan yang di bawah 60 mm sehingga tanaman akan mengalami cekaman. Afdeling 7 pada tahun 2009 berusaha untuk meningkatkan produksi TBS yangdapat dicapai. Berdasarakan Tabel 2 realisasi produksi TBS yang dicapai Afdeling 7 untuk tiga bulan pertama tahun 2009 berada di bawah target yang ditetapkan perusahaan, tetapi dua bulan berikutnya produksi TBS yang dicapai berada di atas target sehingga realisasi produksi TBS sampai dengan bulan Mei sudah mencapai 15 859.35 ton atau 93.39 % dari target selama lima bulan sebesar 16 982.75 ton. Peningkatan realisasi produksi TBS dicapai dengan meningkatkan kualitas kerja panen dari seluruh aspek baik dari segi kualitas tenaga pemanen, mandor panen maupun organisasi panen secara keseluruhan. Sistem yang gunakan adalah sistem hanca tetap dimana setiap pemanen akan mendapat nomor hanca yang sesuai dengan nomor panen yang dimilikinya dan bersifat tetap. Akan tetapi, sistem panen tersebut dapat berubah menjadi sistem hanca giring pada keadaan tertentu. Sistem panen tersebut sudah cukup baik karena bersifat menyesuaikan keadaan tertentu. Berdasarkan rotasi panen, luas areal yang harus dipanen Afdeling 7 adalah sebesar 185.793 ha per hari. Bila dihitung kebutuhan tenaga panen secara kasar akan diperoleh jumlah kebutuhan pemanen sebanyak 74 orang. Jumlah pemanen yang tersedia di Afdeling 7 sebanyak 75 orang, secara teori seharusnya jumlah tersebut mencukupi untuk mencapai target yang ditetapkan. Akan tetapi pada kenyataannya, Afdeling 7 kekurangan tenaga pemanen terutama pada saat kerapatan buah yang tinggi sehingga kapasitas panen pun akan turun. Hal ini disebabkan tidak setiap hari jumlah tenaga pemanen mencapai 75 orang, karena selalu ada pemanen yang izin atau sakit setiap harinya. Rotasi di Afdeling 7 dipengaruhi oleh beberapa hal, di antaranya jumlah tenaga pemanen, tenaga kenek langsir dan kutip brondol dalam satu regu kerja, kondisi hanca, luas hanca panen, kondisi cuaca, waktu sampai di lapangan, waktu pembagian hanca, alat panen dan angka kerapatan panen. Faktor yang menentukan kualitas panen adalah buah matang dipanen, buah tertinggal di pokok, pengutipan brondolan, pemotongan gagang panjang, serta buah mentah yang terpanen. Kriteria matang panen yang digunakan di Afdeling 7 PT Cipta Futura adalah satu brondolan jatuh pada piringan maka TBS harus di panen. Alasan penggunaan kriteria tersebut karena satu brondolan di piringan berarti sudah ada lebih dari satu brondolan terlepas dari tandan sawit akan tetapi brondolan lainnya masih tertinggal di atas tandan atau tertahan pada pelepah yang menyonggonya. Mutu potong TBS di Afdeling 7 memiliki persentase buah matang yang dipanen sebesar 96.1 %, buah busuk 1.6 % dan buah mentah terpanen 2.4 % (Tabel 3). Mutu tersebut masih dibawah standar perusahaan karena untuk toleransi buah mentah terpanen adalah 0 % tetapi pada kenyataannya masih ada 2.4 % buah mentah. Panen buah mentah tersebut akan merugikan perusahaan. Menurut Fauzi et al. (2008), jika pemanenan dilakukan pada keadaan buah belum matang kadar minyak yang akan dihasilkan rendah serta menyulitkan pengolahan minyak di pabrik.
Besarnya persentase buah mentah terpanen ini dapat disebabkan oleh ketidaktelitian pemanen. Brondolan tidak dikutip di Afdeling 7 masih cukup banyak. Brondolan tertinggal paling banyak adalah brondolan pada gawangan sebesar 34.1 % (Tabel 5). Banyaknya brondolan tertinggal pada gawangan adalah ketidaktelitian tenaga pengutip brondolan serta banyak brondolan yang tidak terlihat jelas pada gawangan yang ditumbuhi banyak gulma. Brondolan yang diperbolehkan perusahaan adalah kurang dari 3 brondolan pada piringan sawit karena brondolan yang banyak tertinggal akan menyebabkan kerugian perusahaan. Menurut Pahan (2008) brondolan mempunyai kandungan minyak lebih dari 40 % sehingga brondolan harus dikutip bersih karena dapat menjadi salah satu penyebab losses yang cukup tinggi. Kategori lain yang dapat menentukan kualitas panen suatu afdeling adalah pemotongan gagang panjang. Pemotongan gagang panjang yang berlaku di Afdeling 7 adalah kurang dari 3 cm. Persentase gagang panjang berdasarkan hasil pengamatan (Tabel 4) adalah 2.5 % yang artinya setiap 100 TBS akan terdapat 2 atau 3 TBS yang ukuran pemotongan gagang panjangnya lebih dari 3 cm. Keadaan tersebut cukup baik di mana standar untuk gagang panjang adalah kurang dari 5 %. Bentuk pemotongan gagang panjang yang dianjurkan oleh perusahaan adalah potongan dengan bentuk mulut kodok atau berbentuk huruf “V”. Akan tetapi pada kenyataan di lapangan, pemotongan gagang panjang berbentuk rata. Hal ini masih dapat ditolelir terkait dengan kebiasaan para pemanen yang menganggap pemotongan rata lebih mudah daripada pemotongan dengan bentuk “V”. Faktor lain yang sangat menentukan kualitas suatu kegiatan panen adalah buah tertinggal. Buah tertinggal adalah buah yang telah matang tetapi tidak diturunkan dari pokok atau tidak terpanen. Persentase buah tertinggal pada Afdeling 7 cukup besar yaitu sebesar 2.7 % (Tabel 6) sedangkan standar yang ditetapkan perusahaan untuk buah tinggal di pokok adalah 0 %. Buah tertinggal di pokok tanaman dapat menyebabkan TBS lewat matang saat di panen sehingga kandungan ALB akan meningkat. Adanya brondolan tertinggal, gagang panjang, buah mentah, buah tertinggal akan menyebabkan kehilangan hasil atau losses. Secara umum, berdasarkan pengamatan di lapangan, penyebab terjadinya kehilangan (losses) terdiri dari tiga faktor yaitu faktor manusia, faktor tanaman, dan faktor alam. Pengangkutan TBS di Afdeling 7 akan terangkut ke pabrik pada hari yang sama kecuali saat hari hujan sehingga pengangkutan TBS dihentikan. Fauzi et al. (2008) menyatakan TBS harus segera diangkut ke pabrik untuk diolah yaitu maksimal 8 jam setelah panen. Baiknya sistem pengangkutan dapat dilihat dari rata-rata nilai ALB selama 3 bulan sebesar 1.87 % (Tabel 7). Kandungan ALB perusahan tersebut lebih kecil daripada ALB standar yang nilainya tidak boleh lebih dari 3 % (Pahan, 2008). Meski demikian masih terdapat kekurangan dalam pengangkutan buah ke pabrik. Beberapa kekurangan dalam kegiatan pengangkutan adalah faktor krani buah, faktor sopir, faktor pemuat, faktor pemanen, dan faktor eksternal.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Pengelolaan panen di Afdeling 7 dapat dilihat dari nilai TBS mentah terpanen, TBS tertinggal di pokok, TBS matang yang dipanen, brondolan tertinggal diberbagai lokasi, serta pemotongan gagang panjang. Berdasarkan rata-rata persentase TBS mentah terpanen dan TBS tertinggal di pokok masih dibawah standar yang ditetapkan oleh perusahaan. Untuk angka rata-rata persentase brondolan tertinggal paling tinggi dan gawangan. Pemotongan gagang panjang dengan sisa minimal gagang 3 cm sudah cukup sesuai tetapi bentuk potongan gagang belum sepenuhnya menyerupai mulut kodok atau huruf “V”. Jumlah tenaga kerja panen di Afdeling 7 masih belum mencukupi kebutuhan kebun. Saran Perlu adanya peningkatan kualitas kerja dari mandor dalam pengawasan dan pengarahan panen, serta peningkatan kualitas kerja terutama dari pemanen. Perlu adanya kerjasama yang baik antara mandor panen dan krani buah terkait pengorganisasian TBS di TPH dan tenaga yang dibawahinya sehingga kualitas panen secara keseluruhan dari mulai potong buah sampai dengan pengangkutan TBS ke PKS dapat lebih baik lagi. DAFTAR PUSTAKA Direktorat Jenderal Perkebunan. 2009. Statistik Perkebunan Indonesia 2007-2009 Komoditas Kelapa Sawit. Direktorat Jenderal Perkebunan Departemen Pertanian. Jakarta. Fauzi, Y., Y. E. Widyastuti, I. Setyawibawa, dan R. Hartono. 2008. Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta. 168 hal. Lubis, A. U. 1992. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jaqcuin.) di Indonesia. Pusat Penelitian Perkebunan Marihat – Bandar Kuala. Marihat Ulu. 435 hal. Pahan, I. 2008. Panduan Teknis Budidaya Kelapa Sawit. Indopalma Wahana Hutama. Jakarta. 92 hal. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. 2007. Budidaya Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan. 157 hal. Siregar, H. H., N. H. Darlan, dan Y. Pangaribuan. 2006. Peranan ilmu iklim pada masa kini dan mendatang bagi pertanaman kelapa sawit. Warta PPKS 14(2):21-29. Sunarko. 2007. Petunjuk Praktis Budidaya dan Pengolahan Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka. Jakarta. 70 hal.
DAFTAR PUSTAKA Direktorat Jendral Perkebunan. 2009. Statistik Perkebunan Indonesia 2007-2009. Direktorat Jendral Perkebunan Departemen Pertanian. Jakarta. Fauzi, Y., Y. E. Widyastuti, I. Setyawibawa, dan R. Hartono. 2008. Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta. 168 hal. Lubis, A. U. 1992. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jaqcuin.) di Indonesia. Pusat Penelitian Perkebunan Marihat – Bandar Kuala. Marihat Ulu. 435 hal. Pahan, I. 2008. Panduan Teknis Budidaya Kelapa Sawit. Indopalma Wahana Hutama. Jakarta. 92 hal. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. 2007. Budidaya Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan. 157 hal. Siregar, H.H, N. H. Darlan, dan Y. Pangaribuan. 2006. Peranan ilmu iklim pada masa kini dan mendatang bagi pertanaman kelapa sawit. Warta PPKS 14(2):21-29.
Sunarko. 2007. Petunjuk Praktis Budidaya dan Pengolahan Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka. Jakarta. 70 hal.