MANAJEMEN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN UJAN MAS, PT CIPTA FUTURA PLANTATION, KABUPATEN MUARA ENIM, SUMATERA SELATAN
OLEH
ROBBY PANGGABEAN A24052743
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
MANAJEMEN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN UJAN MAS, PT CIPTA FUTURA PLANTATION, KABUPATEN MUARA ENIM, SUMATERA SELATAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh
Robby Panggabean A24052743
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
RINGKASAN ROBBY PANGGABEAN. Manajemen Panen Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Ujan Mas, PT Cipta Futura Plantation, Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan. (Dibimbing oleh ADOLF PIETER LONTOH). Kegiatan magang bertujuan untuk memperoleh pengetahuan, pengalaman dan keterampilan kerja mahasiswa serta meningkatkan kemampuan profesional dalam memahami proses kerja nyata. Pada kegiatan magang penulis mengambil aspek manajemen panen. Kegiatan magang ini dilaksanakan di perkebunan kelapa sawit di Kebun Ujan Mas, PT Cipta Futura Plantation, Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan yang berlangsung selama empat bulan, mulai tanggal 12 Februari 2009 sampai dengan 12 Juni 2009. Metode magang dilakukan dengan dua cara, yaitu metode langsung (sebagai KHL, asisten mandor dan asisten afdeling) dan metode tidak langsung untuk memperoleh data primer dan data sekunder. PT Cipta Futura Plantation merupakan perusaan keluarga yang bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit dan termasuk jenis perusahaan besar swasta nasional (PBSN). Tenaga kerja panen di PT Cipta Futura Plantation menggunakan sistem borongan. Pelaksanaan panen dilakukan dengan sistem hanca tetap. Hukuman penalti untuk buah mentah terpanen dan buah masak tidak dipanen adalah upah basis dan premi tidak dibayar. Pelaksanaan aturan penalti sudah dijalankan dengan baik, akan tetapi tidak efektif dalam memperbaiki mutu hasil panen. Tercapainya target produksi kelapa sawit dipengaruhi oleh keahlian pemanen, kualitas alat, kondisi iklim dan kondisi topografi lapangan. Manajemen panen belum dilakukan dengan baik khususnya sensus buah dan perbaikan jalan rintis (jalan tengah).
Judul
: MANAJEMEN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN UJAN MAS, PT CIPTA FUTURA PLANTATION, KABUPATEN MUARA ENIM, SUMATERA SELATAN
Nama
: Robby Panggabean
NRP
: A24052743
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Ir. Adolf Pieter Lontoh, MS NIP : 19570711 198111 1001
Mengetahui, Plh Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB
Prof. Dr. Ir. Slamet Susanto, M.Sc NIP : 19610202 198601 1001
Tanggal Lulus : ...........................
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 12 April 1986 di kota Medan, Propinsi Sumatera Utara dari pasangan Ayahanda Irwan Panggabean dan Ibunda Eva Mutiara Hutauruk. Penulis adalah anak kedua dari empat bersaudara. Penulis masuk SD pada tahun 1992 di SD Prabhudi PWKI Medan dan lulus tahun 1998, kemudian melanjutkan studi ke SMP Khatolik Tri Sakti 1 Medan dan lulus pada tahun 2001. Penulis melanjutkan studi ke SMU Methodist 1 Medan dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun yang sama penulis diterima menjadi mahasiswa program sarjana I Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur USMI. Selama menjalani pendidikan di Institut Pertanian Bogor, penulis pernah aktif di berbagai organisasi kemahasiswaan. Pada tahun 2006 penulis sebagai fotografi di Komisi Literatur Persekutuan Mahasiswa Kristen (KOMLIT) PMKIPB, anggota Lensa Faperta, pengurus harian UKM Taekwondo. Tahun 2007 penulis mengajar sebagai Asisten Agama Kristen Protestan. Selain itu penulis juga turut aktif pada kepanitiaan beberapa kegiatan mahasiswa di dalam dan di luar kampus. Tahun 2008 penulis magang skripsi di PT Cipta Futura Plantation, Sumatera Selatan.
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis sampaikan kehadirat TuhanYesus Kristus yang telah memberikan
rahmat,
berkat
dan
karunia-Nya,
sehingga
penulis
dapat
menyelesaikan laporan magang yang berjudul “Manajemen Panen Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Ujan Mas, PT Cipta Futura Plantation, Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan” tepat pada waktunya. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Program Sarjana Satu, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada : 1. Ayahanda Irwan Panggabean dan Ibunda Eva Mutiara Hutauruk, kakak Ika Panggabean dan adik Rocky Panggabean dan Raja Panggabean. 2. Ir. Adolf Pieter Lontoh, MS selaku dosen pembimbing skripsi. 3. Prof. Dr. Ir. Bambang Sapta Purwoko, MSc selaku Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. 4. Dr. Ir. Hariyadi, MS dan Dwi Guntoro SP. MSi selaku dosen penguji. 5. PT Cipta Futura Plantation yang telah memberikan kesempatan magang. 6. The special one, Katrin “Katy” Purba yang telah memberikan banyak warna dalam hidup penulis. 7. Hulman Irvan Sitorus, PGT di kostan selama tiga tahun dan “gokil abis”. 8. Teman-teman seperjuangan AGH’42 yang telah membuka wawasan kepada penulis. 9. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis dalam penyusunan skripsi. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang memerlukan.
Bogor, Oktober 2009 Penulis
DAFTAR ISI Halaman PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Magang
1 2
TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Syarat Tumbuh Pemanenan Kelapa Sawit Persiapan Panen Ketentuan Panen Manajemen Panen
3 4 5 5 6 6
METODE MAGANG Tempat dan Waktu Metode Pelaksanaan Pengumpulan Data Analisis Data dan Informasi
7 7 9 9
KONDISI UMUM LOKASI MAGANG Letak Geografis Keadaan Iklim, Tanah, dan Topografi Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan Keadaan Tanaman dan Produksi Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan
10 10 11 11 12
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Aspek Manajerial
16 35
HASIL DAN PEMBAHASAN Manajemen Panen Sensus Buah Masak/Taksasi Produksi Rotasi Panen Tenaga Kerja Panen Pengawasan dan Pemeriksaan Kualitas Panen Sanksi/Denda Panen Kriteria Panen Kualitas Buah Kualitas Hanca Transportasi Panen
43 43 45 46 48 50 51 52 54 56
KESIMPULAN DAN SARAN
59
DAFTAR PUSTAKA
60
LAMPIRAN
61
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman Teks
1.
Jumlah Karyawan Kebun Afdeling VII Tahun 2009
14
2.
Jenis dan Jumlah Perumahan Kebun Afdeling VII
15
3.
Data Serangan Hama Ulat di Blok 94 A, B, C, D
26
4.
Data Inspeksi Harian Pupuk Tanggal 17 April 2009
30
5.
Jenis-jenis Alat Panen Beserta Fungsinya
32
6.
Jumlah Tenaga Kerja Panen (TK) per Kemandoran
37
7.
Data Sensus Buah Bulan Mei 2009
44
8.
Pengamatan Angka Kerapatan Panen (AKP) Kebun Afdeling VII
47
Data Inspeksi Harian Panen Tanggal 17 April 2009
49
9. 10.
Sanksi Panen yang Berlaku di Kebun Afdeling VII
50
11. Pengamatan Kualitas Buah Bulan Mei, Kebun Afdeling VII
52
Pengamatan Tangkai Panjang Kelapa Sawit
54
Pengamatan Berondolan Tertinggal di Luar TPH
54
Pengamatan Berondolan Tertinggal di TPH
55
12.
13.
14.
15.
Data Buah Tinggal (Restan) di TPH, Bulan Mei 2009
16.
Kadar ALB pada Bulan Maret, April dan Mei 2009
17.
56
Hubungan Fraksi, Kadar ALB dan Rendemen Minyak
Lampiran
57 58
1.
Jurnal Kegiatan Magang sebagai KHL
62
2.
Jurnal Kegiatan Magang sebagai Pendamping Mandor
65
3.
Jurnal Kegiatan Magang sebagai Pendamping Asisten
67
4.
Data Curah Hujan 2000 - 2009, PT Cipta Futura Plantation
69
5.
Data Ha Tanam Kebun Afdeling VII
70
6.
Blanko Data Muat Buah
71
7.
Blanko Surat Pengantar Buah (SPB)
72
8.
Blanko Bon Gudang
73
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman Teks
1.
Kegiatan Rawat Parit di Lahan Perluasan Blok 83P/X22
17
2. Kegiatan Pembuatan Tapak Timbun di Blok 95 D
18
3.
Kegiatan DAK pada Kelapa Sawit TBM di Areal Perluasan
19
4.
Kegiatan SJJK di Blok 107 D
20
5.
Semprot Pasar Pikul dan Semprot TPH di Blok 106 C
22
6.
Jenis – jenis Hama Ulat Api dan Ulat Kantong
23
7.
Kegiatan Kutip Ulat Api secara Manual Menggunakan Galah
24
8.
Mesin EPS serta Aplikasi Semprot dengan Stick Ditempel ke Galah 25
9.
Distribusi Pupuk Mulai dari Gudang Hingga Aplikasi di Lapangan
29
10.
Alat Kerja Panen
32
11.
Proses Kegiatan Potong Buah sampai Pengangkutan oleh Dump Truk
33
Lampiran 1.
Peta Lokasi Afdeling VII, Kebun Ujan Mas PT Cipta Futura
74
2. Struktur Organisasi Afdeling VII di PT Cipta Futura Plantation
75
3.
76
Jalur Deteksi Hama
PENDAHULUAN Latar Belakang Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) bukan tanaman asli Indonesia, namun perkembangan perkebunan kelapa sawit di Indonesia sangat pesat, baik dari segi perluasan areal maupun produksi. Hal ini ditunjang oleh kecocokan alam, tersedianya tenaga kerja dan ketersediaan lahan yang luas. Kelapa sawit adalah salah satu komoditi perkebunan yang menghasilkan devisa negara dari ekspor CPO (Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan, 2004). Data luas areal perkebunan kelapa sawit Indonesia tahun 2003 - 2007 pada umumnya menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan. Perkebunan Rakyat pada tahun 2003 seluas 1 854 400 ha dan pada tahun 2007 seluas 2 571 200 ha, Perkebunan Besar Negara pada tahun 2003 seluas 662 800 ha, tahun 2007 seluas 694 300 ha dan Perkebunan Besar Swasta tahun 2003 seluas 2 766 400 ha pada tahun 2007 seluas 3 058 800 ha. Sementara produksi Perkebunan Rakyat pada tahun 2003 sebesar 3 517 300 ton di tahun 2007 sebesar 5 811 000 ton, Perkebunan Besar Negara pada tahun 2003 sebesar 1 750 600 ton pada tahun 2007 sebesar 2 388 200 ton dan Perkebunan Besar Swasta pada tahun 2003 sebesar 5 172 900 ton dan tahun 2007 sebesar 8 691 400 ton. Sedangkan perkembangan volume dan nilai ekspor kelapa sawit Indonesia tahun 2002 - 2007 mengalami peningkatan. Untuk CPO pada tahun 2003 dengan volume ekspor sebesar 2 892 100 ton senilai US$ 1 062 215 dan pada tahun 2007 dengan volume
ekspor sebesar 5 701 300 ton senilai US$ 3 738 652 (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2008). Kelapa sawit memiliki keunggulan dibandingkan tanaman penghasil minyak nabati lainnya, yaitu : produktivitas minyak lebih tinggi, lebih tangguh terhadap perubahan musim serta pengolahan dan pemanfaatan yang luas baik di bidang pangan maupun non-pangan. Ketiga sifat unggul minyak sawit di atas, mampu menjamin daya saing minyak kelapa sawit (MKS) baik dalam hal harga, kontinuitas pengadaan dan keanekaragaman penggunaannya (Fauzi, Widyastuti, Satyawibawa dan Hartono, 2002). Berdasarkan kualitas, MKS memiliki keunggulan dibandingkan dengan minyak nabati lainnya. MKS memiliki kandungan β-karoten sebagai provitamin A yang terbukti sebagai anti kanker. MKS yang dihasilkan Indonesia merupakan minyak nabati termurah kedua di dunia setelah minyak kedelai yang dihasilkan Argentina dan Brazil. Keunggulan ini berpengaruh positif terhadap peningkatan permintaan minyak kelapa sawit ditambah dengan biaya produksi yang rendah dan harga jual yang cukup tinggi, maka MKS memiliki daya saing yang sangat tinggi terhadap minyak nabati lainnya. Potensi konsumsi dunia terhadap MKS akan terus meningkat sebagai akibat pertumbuhan penduduk dunia (Haska, 1997). Pemanenan merupakan hal yang sangat penting dalam kegiatan produksi tanaman. Pelaksanaan kegiatan pemanenan berpengaruh langsung terhadap kualitas minyak yang dihasilkan. Keberhasilan panen dan produksi sangat bergantung pada kondisi tanaman, pemanen dengan kapasiatas kerjanya, peralatan panen, kelancaran transportasi, serta faktor pendukung lainnya seperti organisasi panen yang baik, keadaan areal dan insentif yang disediakan. Pengelolaan yang kurang optimal terhadap faktor-faktor tersebut akan mempengaruhi hasil panen dan produksi yang dicapai (Lubis, 1992).
Tujuan Magang Tujuan umum pelaksanaan magang adalah: •
Memperoleh pengetahuan, pengalaman dan keterampilan kerja dalam budidaya tanaman kelapa sawit.
•
Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam memahami dan menghayati proses kerja nyata.
Tujuan khusus pelaksanaan magang adalah: •
Mempelajari dan menganalisis aspek manajemen panen di perusahaan perkebunan kelapa sawit.
•
Mempelajari permasalahan panen yang muncul serta memberikan upaya penyelesaian yang tepat di perusahaan perkebunan kelapa sawit.
•
Menganalisis
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
keberhasilan
dalam
pencapaian target produksi kelapa sawit.
TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Nama Elaeis guineensis Jacq. diberikan oleh Jacquin pada tahun 1763. Kata Elaeis (Yunani) berarti minyak, sedangkan kata guineensis dipilih berdasarkan keyakinan Jacquin bahwa kelapa sawit berasal dari Guinea (Afrika). Taksonomi kelapa sawit yang umum diterima sekarang adalah sebagai berikut: Divisi
: Spermatophyte
Subdivisi
: Angiosperme
Kelas
: Monocotyledoneae
Ordo
: Palmales
Famili
: Palmaceae
Genus
: Elaeis
Spesies
: Elaeis guineensis Jacq. Kelapa sawit diperkirakan berasal dari Afrika Barat dan Amerika Selatan.
Tanaman ini justru lebih berkembang di Asia Tenggara. Bibit kelapa sawit pertama kali masuk ke Indonesia pada tahun 1848 berasal dari Mauritius dan Amsterdam sebanyak empat tanaman yang kemudian ditanam di Kebun Raya Bogor dan selanjutnya disebarkan ke Deli, Sumatera Utara (Lubis,1992). Kelapa sawit termasuk tumbuhan monokotil. Batangnya tumbuh lurus, umumnya tidak bercabang dan tidak mempunyai kambium. Tanaman ini berumah satu atau monoecious, bunga jantan dan bunga betina terdapat pada satu pohon.
Bunga dapat menyerbuk silang atau menyerbuk sendiri. Tanaman kelapa sawit dapat dibagi menjadi bagian vegetatif dan generatif. Bagian vegetatif terdiri atas akar, batang dan daun. Sedangkan bagian generatif yang berfungsi sebagai alat perkembangbiakan adalah bunga dan buah (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005). Lubis (1992) berpendapat bahwa kelapa sawit mulai berbunga pada umur 12 - 24 bulan. Bunga termasuk monocious artinya bunga jantan dan betina terdapat pada satu pohon, namun tidak pada tandan yang sama. Tetapi ada juga ditemukan bunga jantan dan betina yang terdapat dalam satu tandan yang disebut bunga banci (hermaprodit). Penyerbukan kelapa sawit dapat dilakukan oleh angin, serangga dan bantuan manusia (Risza, 2006). Hasil penyerbukan kemudian akan menjadi buah yang nantinya akan dipanen untuk diolah atau sebagai bahan perbanyakan tanaman. Proses pembentukan buah matang memakan waktu sekitar enam bulan. Menurut Corley (1976), buah kelapa sawit terdiri dari tiga bagian, yakni : lapisan luar (exocarpium) yang disebut kulit luar, lapisan tengah (mesocarpium) yang disebut daging buah dan lapisan dalam (endocarpium) yang disebut cangkang yang melindungi 1 - 4 inti (kernel) yang mengandung minyak inti. Cangkang keras terdapat di antara inti dan daging buah. Biji sawit terdiri dari 3 bagian, yaitu kulit biji atau cangkang (spermodermis), tali pusat (furniculus) dan inti biji. Inti terdapat di dalam lembaga dan embrio yang merupakan calon tanaman baru.
Syarat Tumbuh Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tanaman yang dapat tumbuh dan berbuah baik pada ketinggian 0 - 500 m dpl (meter di atas permukaan laut). Curah hujan yang baik berkisar antara 2 000 - 2 500 mm/tahun, dengan hujan merata sepanjang tahun, tidak mengalami defisit air (tidak tergenang saat hujan dan tidak kekeringan saat kemarau). Suhu harian optimal antara 24 - 28 °C, kelembaban 80 % dan penyinaran matahari 5 - 7 jam/hari. Kecepatan angin yang baik adalah 5 - 6 km/jam untuk membantu proses penyerbukan (Lubis, 1992).
Kelapa sawit dapat tumbuh pada berbagai berbagai jenis tanah seperti podsolik, latosol, hidromorfik kelabu (HK), andosol, regosol, tanah alluvial, bahkan pada tanah gambut dengan syarat ketebalan tidak lebih dari 1 meter. Sifat fisik tanah yang baik untuk tanaman kelapa sawit adalah solum > 80 cm tanpa ada lapisan padas, tekstur lempung dengan komposisi 20 - 60 %, debu 10 - 40 %, liat 20 - 50 %. Konsistensi gembur dengan permeabilitas sedang sampai baik. Permukaan air tanah berada di bawah 80 cm, makin dalam makin baik (Rankine dan Fairhurst, 1998).
Pemanenan Kelapa Sawit Pekerjaan potong buah merupakan pekerjaan utama di perkebunan kelapa sawit karena langsung menjadi sumber pemasukan minyak kelapa sawit (MKS). Dengan demikian, tugas utama personil di lapangan yaitu mengambil buah dari pokok pada tingkat kematangan yang sesuai dan mengantarkannya ke pabrik dengan cara dan waktu yang tepat (pusingan potong buah dan transportasi) tanpa menimbulkan kerusakan pada tanaman. Hasil potong buah dikatakan baik jika komposisi buah/TBS normal/masak (N) sebesar 98 % dan buah mentah dan busuk (A+E) maksimum 2 % (Pahan, 2008). Tanaman kelapa sawit secara umum sudah mulai dialihkan dari tanaman belum menghasilkan menjadi tanaman menghasilkan setelah berumur 30 bulan. Namun di beberapa tempat sering terjadi lebih awal. Parameter lain yang sering digunakan dalam menentukan kategori tanaman menghasilkan adalah persentase jumlah pohon yang sudah berbuah matang panen yakni sebesar > 60 %. Pada keadaan ini rata-rata keadaan berat tandan sudah mencapi 3 kg dan pelepasan berondolan dari tandan lebih mudah (Risza, 2006). Menurut Mangoensoekarjo dan Semangun (2005), dalam melakukan pemanenan terlebih dahulu pemanen mengamati kematangan buah agar terhindar panen buah mentah. Tandan buah dipotong dengan menggunakan dodos (tanaman muda) dan egrek (tanaman tua). Pada pemanenan, pelukaan pada
buah saat
pemotongan perlu dihindari untuk mencegah naiknya kadar ALB (Asam Lemak
Bebas). Buah yang telah dipotong serta seluruh berondolan diangkut ke TPH. Kemudian dilakukan pemeriksaan hasil panen, baik di lapangan maupun di TPH. Pemeriksaan di lapangan meliputi tandan matang tidak dipanen, tandan dipanen tidak dikumpulkan dan berondolan tertinggal di pinggiran. Pemeriksaan di TPH meliputi tandan mentah dan susunan tandan. Setelah dikumpulkan di TPH, maka TBS akan diangkut ke pabrik pada hari panen bersangkutan dan dihindarkan TBS menginap di TPH.
Persiapan Panen Beberapa hal yang perlu dipersiapkan sebelum pelaksanaan pemanenan yaitu tanaman berumur 30 bulan di lapangan dan 60 % pohon telah memiliki buah yang berkembang baik, berat TBS > 3 kg. Persiapan panen yang harus dilakukan yaitu peningkatan/pengerasan jalan, pembukaan pasar panen dan TPH, pemasangan titi panen, perencanaan pengadaan panen, pengangkutan dan kesiapan pabrik menerima tandan (Lubis, 1992).
Ketentuan Panen Areal pertanaman kelapa sawit dinyatakan dapat dipanen jika (1) 60 % dari seluruh jumlah pohon yang hidup dalam areal tersebut sudah mencapai matang panen, (2) sebagian buah sudah memberondol secara alamiah dan (3) bobot rata-rata tandan buah sudah mencapai 3 kg (Yahya, 1990). Kriteria matang panen merupakan indikasi yang dapat membantu pemanen agar memotong buah pada saat yang tepat. Pada saat tersebut, kriteria umum yang banyak dipakai adalah berdasarkan jumlah berondolan (Fauzi et. al., 2002). Kriteria yang dapat digunakan untuk menentukan kelapa sawit tepat matang dengan kandungan minyak kelapa sawit mencapai maksimal adalah warna buah dan buah muda terlepas dari tandan (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005).
Manajemen Panen Menurut Handoko (1999), manajemen adalah rangkaian dari beberapa kegiatan yang dilaksanakan guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan orang lain. Lebih lanjut, manajemen
produksi adalah usaha-usaha pengelolaan secara optimal penggunaan sumber daya (faktor produksi) dalam proses transformasi bahan mentah dan tenaga kerja menjadi berbagai produk/jasa. Manajemen panen yang baik adalah manajemen yang dapat menciptakan keharmonisan di antara kegiatan panen, pengangkutan TBS dan pengolahan hasil di pabrik. Apabila ketiga kegiatan tersebut berlangsung dengan baik maka akan menciptakan kualitas dan kuantitas hasil yang tinggi.
METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan
magang
Departemen
Agronomi
dan
Hortikultura
IPB
dilaksanakan di Perkebunan PT Cipta Futura Plantation, Kebun Ujan Mas, Kabupaten Muara Enim, Sumatera
Selatan selama empat bulan yang
dilaksanakan pada tanggal 12 Februari sampai tanggal 12 Juni 2009.
Metode Pelaksanaan Metode yang digunakan pada kegiatan magang adalah metode langsung dan tidak langsung untuk memperoleh data primer dan data sekunder. Metode langsung yang digunakan adalah praktek kerja langsung di lapangan dengan turut bekerja aktif dalam pelaksanaan kegiatan teknis di lapangan atas izin perusahaan, melakukan wawancara dan diskusi. Metode tidak langsung dilakukan melalui pengumpulan data dari laporan harian, laporan bulanan, laporan tahunan dan arsip kebun. Pada dua bulan pertama penulis bekerja sebagai KHL (Karyawan Harian Lepas), kemudian satu bulan berikutnya menjadi pendamping mandor dan satu bulan berikutnya menjadi pendamping asisten afdeling. Ketika menjadi KHL, penulis bekerja bersama KHL lainnya dengan melakukan kegiatan budidaya, mulai dari pemeliharaan tanaman, pemanenan dan lainnya. Ketika menjadi
pendamping mandor mahasiswa melakukan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh seorang mandor. Peserta magang mempelajari tanggung jawab dan batas kewenangan seorang mandor. Contoh kegiatan seorang mandor adalah menentukan kebutuhan tenaga kerja, penentuan jumlah tenaga kerja, menentukan daerah atau blok mana yang akan dipanen, membuat pembagian hanca kepada pemanen, menghitung biaya panen per hari dan lain-lain. Sebagai pendamping asisten afdeling penulis belajar cara memimpin karyawan dan belajar aspek manajerial tingkat afdeling. Topik khusus yang dilaksanakan penulis dalam kegiatan magang adalah manajemen panen di kebun Afdeling VII. Pengamatan yang dilakukan selama menjadi asisten mandor dan asisten afdeling adalah pencatatan produksi, persiapan panen, kriteria panen, sistem dan rotasi panen, angka kerapatan panen (AKP), tenaga panen dan taksasi produksi. Berikut penjelasan dari pengamatan yang dilakukan penulis selama dua bulan melakukan pengamatan panen di kebun : •
Produksi. Pengamatan terhadap jumlah produksi dan mengevaluasi faktorfaktor yang mempengaruhinya seperti jenis dan umur tanaman, kondisi areal kebun dan tindakan kultur teknis yang diterapkan.
•
Persiapan panen. Pengamatan terhadap kegiatan yang dilakukan sebelum panen, seperti pembuatan jembatan pasar 2:1 dan pembuatan jalan angkong.
•
Kriteria panen. Pengamatan terhadap tingkat kematangan atau tingkat fraksi panen TBS yang siap dipanen. Kriteria diamati berdasarkan jumlah berondolan dan warna kulit buah.
•
Sistem panen. Pengamatan terhadap sistem panen yang diterapkan di kebun, yaitu sistem borongan. Mengevaluasi kelebihan dan kelemahan sistem panen tersebut sesuai dengan kondisi kebun.
•
Pusingan/Rotasi panen. Pengamatan terhadap lama waktu antara panen terakhir dengan panen berikutnya dalam satu seksi panen. Pengamatan dikaitkan dengan tingkat kematangan buah, tingkat produksi, luas hanca panen dan jumlah tenaga pemanen.
•
Angka kerapatan panen (AKP). Pengamatan dilakukan dengan mengambil pohon contoh sekitar 10 % dari populasi tanaman dalam satu blok dengan
memilih barisan tanaman secara acak. Pada setiap pohon dihitung jumlah tandan yang siap dipanen pada keesokan harinya. •
Tenaga panen. Pengamatan terhadap keefektifan pengaturan tenaga pemanen berdasarkan jumlah pemanen dan tercapainya basis panen.
•
Taksasi/sensus buah. Pengamatan terhadap cara-cara melakukan peramalan produksi untuk jangka waktu tertentu dan membandingkan hasil ramalan dengan produksi aktual yang diperoleh.
Pengumpulan Data Data primer diperoleh dengan melakukan pengamatan langsung di lapangan terhadap semua kegiatan yang berlangsung di perkebunan. Kegiatan yang berlangsung setiap hari ditulis dalam jurnal harian selaku BHL, pendamping mandor dan pendamping asisten afdeling. Pengamatan lapangan difokuskan pada kegiatan panen yaitu, kriteria panen, acak panen, sensus buah, pelaksanaan panen, melihat kerapatan panen dan pengawasan panen. Data sekunder diperoleh dari data rekapitulasi harian, bulanan, tahunan dan dari arsip kebun diantaranya peta lokasi kebun, luas hektar panen, data produksi tahunan dan struktur organisasi.
Analisis Data dan Informasi Hasil kegiatan pengamatan berupa data primer dan data sekunder dengan berbagai peubah maupun rekomendasi teknis yang diterapkan, dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif, persentase (%) dan nilai rata-rata yang digunakan sebagai bahan perbandingan dengan studi pustaka dan norma-norma baku tentang budidaya kelapa sawit.
KONDISI UMUM LOKASI MAGANG Letak Geografis Luas perkebunan PT Cipta Futura Plantation meliputi wilayah Kecamatan Ujan Mas dan Kecamatan Benakat, Kabupaten Muara Enim, Propinsi Sumatera Selatan. Transportasi masuk ke wilayah kebun dari Muara Enim dapat ditempuh dengan kendaraan dalam waktu dua jam dengan kondisi jalan yang agak rusak. Jarak antara kota Muara Enim dengan lokasi kebun kurang lebih 35 km. Jarak dari kota Palembang ke lokasi kebun kurang lebih 218 km. Berikut ini merupakan batas-batas wilayah Kebun Ujan Mas PT Cipta Futura Plantation : Utara
: berbatasan dengan Kecamatan Benakat
Selatan : berbatasan dengan Kecamatan Ujan Mas Barat
: berbatasan dengan PT Musi Hutan Persada (MHP)
Timur : berbatasan dengan Desa Peninggiran dan Desa Ulak Bandung
Keadaan Iklim, Tanah dan Topografi Pada Tabel Lampiran 4, berdasarkan iklim Schmidt – Fergusson keadaan iklim di PT Cipta Futura Plantation termasuk ke dalam tipe B (basah). Curah hujan rata-rata tahunan yang diperoleh selama 10 tahun terakhir (2000 - 2009)
adalah 152 mm/bulan atau 2 891 mm/tahun dengan hari hujan rata-rata sebanyak 13 hari/bulan atau 245 hari/tahun. Suhu rata-rata berkisar antara 28˚C. Jenis tanah di PT Cipta Futura Plantation adalah Podsolik Merah Kuning (PMK), dengan fraksi liat yang tinggi (90%). Tekstur tanah didominasi oleh liat berdebu dan berwarna merah kecoklatan, kedalaman efektif tanah > 20 cm. Kemasaman tanah (pH) berkisar antara 4.0-5.0. Tingkat kesuburan tanah adalah rendah sampai sedang. Keadaan topografi areal perkebunan sebagian besar merupakan hamparan tanah yang berbukit dengan derajat kemiringan antara 7 % 9% (lahan kelas II). Ketinggian tempat berkisar antara 50 - 100 m dpl (di atas permukaan laut).
Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Negara Agraria/Kepala BPN No. 7/HGU/BPN/1996 tentang pemberian Hak Guna Usaha (HGU); Luas areal di PT Cipta Futura Plantation adalah 8 381 ha, yang terdiri dari tanaman kelapa sawit seluas 6 846.24 ha (81.69% dari luas total), untuk pembibitan seluas 12.29 ha (0.15% dari luas total), tanaman karet seluas 360.78 ha (4.30% dari luas total). Total areal yang ditanami adalah seluas 7 219.31 ha (86.14% dari luas total). Bangunan dan jalan seluas 334.97 ha (4% dari luas total), tanah kosong seluas 80.52 ha (0.96% dari luas total), sedangkan enclave seluas 746.20 ha (8.90% dari luas total). Total areal yang tidak ditanami adalah seluas 1 161.69 ha (13.86% dari luas total). Peta Kebun Ujan Mas PT Cipta Futura Plantation tercantum pada Gambar Lampiran 1. Perusahaan PT Cipta Futura Plantation memiliki empat afdeling, yaitu Afdeling I, Afdeling VI, Afdeling VII dan Afdeling VIII. Afdeling I memiliki luas 809.80 ha, Afdeling VI memiliki luas 2 249.77 ha, Afdeling VII memiliki luas 885.17 ha dan Afdeling VIII memiliki luas 1 948 ha. Pada semua afdeling masih terdapat areal perluasan kecuali Afdeling I. Sebelum ditanami kelapa sawit, areal perkebunan ini merupakan areal hutan rakyat. Pada tahun 1991 dikembangkan menjadi perkebunan kelapa sawit.
Keadaan Tanaman dan Produksi Berdasarkan sumber bibit asalnya, tanaman kelapa sawit yang diusahakan oleh PT Cipta Futura Plantation Kebun Ujan Mas bermacam-macam varietasnya, yaitu diperoleh dari hasil persilangan antara Dura dan Pisifera yang berasal dari Lembaga Pusa Penelitian Marihat (LPPM), Bah Lias Research Station (BLRS) PT London Sumatera (Lonsum), Dami dan yang berasal dari PT Socfindo. Pola tanaman yang digunakan adalah berbentuk segitiga sama sisi dengan jarak tanam 9.25 m x 9.25 m x 9.25 m. Produksi tandan buah segar (TBS) di Afdeling VII selama 4 tahun terakhir mengalami fluktuasi. Produksi TBS pada tahun 2006 sebesar 33 943 ton, tahun 2007 mengalami peningkatan menjadi 41 852 ton. Tahun 2007 merupakan masa panen puncak (kerapatan buah tinggi). Pada tahun 2008 produksi TBS menurun menjadi 37 108 ton. Pada tahun 2009 (sampai bulan Mei) produksi TBS mencapai 15 859 ton (93.39% terealisasi dari target panen).
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan PT Cipta Futura Plantation merupakan perusahaan milik keluarga yang bergerak di bidang perkebunan, terutama kelapa sawit. Kegiatan administrasi dan hubungan eksternal dilaksanakan oleh kantor pusat yang terletak di Jakarta dan Palembang. Pada tingkat kebun, PT Cipta Futura Plantation dipimpin oleh seorang general manager. General manager diangkat berdasarkan keputusan direktur utama yang bertanggung jawab pada direksi. Tugas utama general manager adalah mengawasi semua kegiatan di bidang pertanaman, administrasi kebun, pengusahaan material, finansial, personalia dan pengamanan wilayah kebun termasuk seluruh harta kekayaan perusahaan. General manager dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh seorang manajer kebun yang bertanggung jawab atas pengelolaan dan pengembangan kebun secara efektif dan efisien sesuai dengan prosedur kerja yang ditetapkan. Manajer kebun dibantu oleh asisten afdeling/asisten kebun, asisten pabrik, dan kepala tata usaha. Struktur organisasi secara umum berdasarkan jabatan dalam ruang lingkup kebun Afdeling VII tertera pada Gambar Lampiran 2.
Asisten afdeling bertugas membuat program kerja tahunan yang meliputi RUKB (rencana uang kerja bulanan) dan RKH (rencana kerja harian). Selain itu asisten afdeling juga bertugas mengatur pekerjaan operasional setiap hari dan mengevaluasinya dalam apel pagi penentuan kerja, pemakaian alat dan bahan, blok yang akan dikerjakan dan jenis pekerjaan di blok tersebut, serta mengawasi setiap pekerjaan yang ada di lapangan. Sore harinya asisten memeriksa laporan hasil dari tiap mandor, pemakaian HK, pemakaian bahan, serta memotivasi karyawan. Laporan hasil semua pekerjaaan afdeling dilaporkan ke kantor pusat kebun PT Cipta Futura Plantation yang biasa disebut kantor G2. Asisten afdeling dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh seorang supervisor afdeling (senior supervisor) yang bertanggungjawab mengawasi setiap pekerjaan di lapangan, memeriksa data produksi dan realisasi kerja, inventarisasi alat, bahan dan kayawan, membuat program kerja, menentukan target realisasi per hari dan memberikan penilaian hasil kerja terhadap bawahan. Supervisor afdeling membawahi dua supervisor (first supervisor) yang terdiri dari supervisor panen (harvest supervisor) dan supervisor perawatan (up keep supervisor). Jabatan di bawah
supervisor
yang bertanggungjawab membantu
melaksanakan tugasnya adalah mandor. Tugas seorang mandor diantaranya adalah memeriksa kehadiran karyawan (absensi), memberi arahan kepada karyawan sebelum memulai kerja, apel pagi dengan asisten mengenai rencana kerja harian itu, mengevaluasi serta mengawasi pelaksanaan kerja agar cara dan hasil kerjanya sesuai dengan standar yang ditentukan (sesuai target). Di PT Cipta Futura Plantation, mandor dibagi menjadi enam bidang, yaitu mandor panen (panen 1 – panen 5), mandor pupuk, mandor hama dan penyakit tanaman, mandor herbisida, mandor weeding/mandor dongkel, serta mandor infrastruktur (rawat jalan, rawat parit dan tapak timbun). Krani buah bertugas mencatat total TBS yang diperoleh pemanen, mencatat jumlah TBS per blok pada blanko data muat buah sesuai dengan nomor pemanen (Tabel Lampiran 5) dan membawa blanko surat pengantar buah (SPB) yang akan diolah ke pabrik (Tabel Lampiran 6). Ketenagakerjaan di PT Cipta Futura Plantation terdiri dari karyawan staf, karyawan non-staf dan karyawan harian lepas (KHL). Pembagian ketenagakerjaan ini juga dibedakan berdasarkan tingkat pangkat, sistem pengupahan dan jabatan.
Karyawan staf adalah karyawan yang mempunyai pangkat mulai dari supervisor ke atas, sedangkan karyawan non-staf adalah karyawan yang mempunyai tingkat pangkat di bawah supervisor, dalam hal ini pangkat mandor dan pangkat operator. Untuk pemberian upah karyawan staf dan non-staf diberikan setiap bulan pada minggu pertama awal bulan. Besarnya upah yang diperoleh setiap karyawan staf dan karyawan non-staf berbeda-beda, tergantung pangkat karyawan. Pembagian upah karyawan staf maupun non-staf dilakukan melalui transfer ke rekening bank yang telah ditunjuk oleh perusahaan. Sistem penerimaan tenaga kerja dan pembagian upah baik karyawan staf ataupun non-staf diatur berdasarkan keputusan direksi. Karyawan Harian Lepas adalah karyawan yang bekerja dengan sistem borongan. Besarnya gaji yang diperoleh KHL berbedabeda, disesuaikan dengan hari kerja dan prestasi kerja yang diperoleh. Pemberian upah kepada KHL dilakukan di kantor afdeling yang biasanya diberikan pada minggu pertama setiap bulannya. Pada Tabel 1 disajikan data jumlah karyawan staf, non-staf dan KHL borongan yang ada di kebun Afdeling VII. Tabel 1. Jumlah Karyawan Kebun Afdeling VII Tahun 2009 No 1
2
Bagian
Jumlah
Karyawan Staf (bulanan) Asisten Afdeling
1 orang
Supervisor Afdeling
1 orang
Supervisor Panen
1 orang
Supervisor Pemeliharaan
1 orang
Jumlah
4 orang
Karyawan Non Staf (bulanan) Krani Afdeling
1 orang
Mandor Panen
4 orang
Mandor Infrastruktur
1 orang
Mandor Pemeliharaan
4 orang
Krani Buah
4 orang
Administrasi Afdeling
2 orang
Jumlah
16 orang
3
Karyawan Harian Lepas (borongan) Tenaga Kerja Pemanenan
75 orang
Tenaga Kerja Pemeliharaan
140 orang
Pemuat Buah
19 orang
Jumlah
234 orang
Total Karyawan
254 orang
Sumber : Kantor Kebun Afdeling VII, Kebun Ujan Mas, Tahun 2009
Untuk menciptakan kondisi yang nyaman bagi para karyawan di lingkungan perumahan (permanen atau camp), manajemen kebun membuat fasilitas tambahan seperti rumah ibadah, lapangan olahraga, koperasi dan perumahan karyawan. Dalam hal kelancaran transportasi baik di kebun atau di luar kebun, perusahaan menyediakan sarana angkutan berupa mobil tenda untuk anak sekolah dan dump truk. Pada Tabel 2 disajikan jenis dan jumlah perumahan kebun Afdeling VII. Tabel 2. Jenis dan Jumlah Perumahan Kebun Afdeling VII Blok 69 D
95 D
103 A
Jenis Perumahan
Jumlah
Camp Papan Rumah
38
Genset
1
Camp Papan Rumah
1
Gudang
1
Permanen Kantor
1
Rumah Asisten
1
Rumah Supervisor
3
Rumah Mandor
12
Rumah Operator
84
Genset
1
Gudang
1
Rumah Cadet*
24
Sumber : Kantor Administrasi Afdeling VII, Kebun Ujan Mas, Tahun 2009
Keterangan : *) =
Rumah yang khusus dipakai untuk calon karyawan non-staf yang sedang training di kebun Afdeling VII
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Aspek teknis adalah semua kegiatan yang dilaksanakan di lapangan dan menuntut aktivitas fisik. Aspek teknis yang penulis laksanakan di perusahaan PT Cipta Futura Plantation selama menjadi KHL adalah (1) rawat parit dan pembuatan parit, (2) pembuatan tapak timbun, (3) pemeliharaan tanaman, (4) pemupukan, (5) panen dan pruning.
Rawat Parit dan Pembuatan Parit Kegiatan rawat parit di PT Cipta Futura Plantation menggunakan alat sederhana seperti parang dan cangkul. Kegiatan rawat parit ini bertujuan agar saluran drainase kelapa sawit khususnya TM 1 tetap baik dan piringan di sekitar kelapa sawit tidak tergenang air. Kegiatan dalam rawat parit meliputi pencucian parit (menguras parit), pencucian gorong-gorong dan pendalaman parit. Pencucian parit dan gorong-gorong dilakukan dengan cara membersihkan parit dan goronggorong dari gulma, krokos (batu alam), sampah (plastik), akar mati dan pelepah yang masuk ke dalam parit dan gorong-gorong. Krokos harus diangkat dari dalam parit karena dapat menghambat aliran air ke gorong-gorong. Pelepah yang masuk ke dalam parit disusun dan ditumpuk di gawangan mati. Parit harus bersih dari
sampah dan gulma mulai dari bibir parit sampai 1,5 m dari pinggir parit. Ini bertujuan supaya sampah dan gulma yang disusun di pinggir parit tidak masuk ke dalam parit ketika hujan. Norma kerja kegiatan rawat parit adalah 20 m/HK. Prestasi kerja penulis dalam melaksanakan kegiatan rawat parit adalah 20 m/HK. Selain kegiatan rawat parit juga dilakukan kegiatan pembuatan parit dan sirip ikan. Sirip ikan adalah parit yang dibuat di pinggir/bibir jalan blok dan jalan petak. Tujuan dibuat sirip ikan adalah sebagai saluran pembuangan air dari badan jalan yang selanjutnya akan dialirkan ke gorong-gorong. Alat yang dipakai untuk pembuatan parit dan sirip ikan adalah cangkul, parang dan dodos. Standar ukuran parit di kebun Afdeling VII adalah 1.5 m x 1.5 m x 1 m. Lebar permukaan atas 1.5 m, kedalaman parit 1 m dan lebar permukaan bawah parit 1.5 m. Norma kerja pembuatan parit adalah 10 m/HK. Prestasi kerja penulis dalam pembuatan parit adalah 5 m/HK. Pada Gambar 1 dapat dilihat kegiatan rawat parit dan penampang melintang parit.
1.5m
1m
(a) Penampang melintang parit
(b) Rawat parit di lahan perluasan
Gambar 1. Kegiatan Rawat Parit di Lahan Perluasan Blok 83P/X12 Standar ukuran sirip ikan adalah 60 cm x 50 cm x 50 cm. Dengan lebar permukaan atas 60 cm, kedalaman 50 cm dan lebar dasar sirip ikan 50 cm. Sirip ikan berbentuk trapesium. Norma kerja pembuatan sirip ikan adalah 10 m/HK. Prestasi kerja penulis dalam kegiatan pembuatan sirip ikan adalah 8 m/HK.
Pembuatan Tapak Timbun Pembuatan tapak timbun bertujuan untuk mencegah pohon kelapa sawit tergenang air, khususnya pada daerah rendahan, daerah berdrainase buruk dan areal pasang surut. Tapak timbun juga berfungsi untuk menguatkan tegakan
pohon sawit agar kokoh, tidak mudah miring/doyong, memudahkan pemupukan kelapa sawit dan memperbaiki sistem drainase di sekitar perakaran sawit. Norma pembuatan tapak timbun adalah 1 pohon/HK. Prestasi kerja penulis dalam pembuatan tapak timbun adalah 0.4 pohon/HK. Tapak timbun dibuat dengan jari-jari 2 m diukur dari pohon kelapa sawit dan ketinggian timbunan kelapa sawit 0.5 m. Dengan jari-jari 1 m dari pohon kelapa sawit, timbunan tanah dibuat membentuk lingkaran penuh. Tapak timbun harus bebas dari tunggul-tunggul dan akar-akar. Permukaan tapak timbun harus dipadatkan dan datar. Hal ini bertujuan agar pohon kelapa sawit khususnya yang masih pendek (TM1, TM2 dan TM3) dapat berdiri tegak karena tanah sekitar perakaran selalu kering, mencegah daerah batang tercekik ketika tumbuh semakin besar, mengoptimalkan dalam penyerapan air, memperbaiki sistem drainase perakaran dan mencegah terjadinya erosi tanah di daerah perakaran. Pada Gambar 2 dapat dilihat proses pembuatan tapak timbun beserta penampang melintang berserta ukurannya.
0.5 m 1m
TANAH GALIAN
2m (a) Penampang melintang tapak timbun
(b) Pembuatan tapak timbun
Gambar 2. Kegiatan Pembuatan Tapak Timbun di Blok 95D
Pemeliharaan Tanaman Pengendalian
Gulma.
Gulma
menjadi
masalah
utama
dalam
pemeliharaan tanaman kelapa sawit. Jenis gulma utama yang umum dijumpai di PT Cipta Futura Plantation Afdeling VII adalah Melastoma malabatrichum (senduduk),
Clibadium
surinamensis
(putihan),
Axonopus
compressus
(antalobang), Chromolaena odorata (putihan), Mikania micrantha, Cyperus rotundus (teki), Borreria alata, Imperata cylindrica (alang-alang), Mimosa pudica
(puteri malu), Mimosa vigra (kalandra), Setaria plicata (bambuan), Eleusine indica (lulangan), Cyperus iria (teki), Cyperus digitarius (teki), Mimosa invisa (kucingan), Scleria sumatrenensis (kerisan), Clidema hirta (senggani betina), Asystasia intrusa (akar ruas-ruas), Borreria laevis dan rumput belidang. Intensitas serangan gulma yang paling tinggi berada pada tanaman fase TBM. Gulma yang paling sering mengganggu tanaman kelapa sawit fase TBM adalah Mikana micrantha. Gulma ini tumbuh melilit batang tanaman kelapa sawit. Pengendalian Gulma secara Manual. Pengendalian gulma secara manual di kebun Afdeling VII dilakukan melalui kegiatan dongkel anak kayu (DAK). Dongkel anak kayu adalah kegiatan pengendalian gulma yang dilakukan di areal piringan dan gawangan mati kelapa sawit. Semua jenis gulma berkayu harus dicabut sampai ke akarnya. Adapun anak kayu yang harus didongkel adalah teki, senggani, beludru, ekor kucing, jenis keladi, kentangan, telinga gajah, Asystasia, senggani betina, rumput belidang, senduduk, kentosan (anak sawit), putihan dan semua jenis tanaman berkayu lainnya. Kegiatan DAK menggunakan cangkul. Kegiatan dongkel terutama dilakukan pada tanaman yang masih TBM, di mana piringan dan sekitar gawangan harus dibersihkan dari gulma dan kacangkacangan. Piringan harus bersih dari semua jenis gulma dan kacangan sampai ujung pelepah kelapa sawit. Kacang-kacangan dan gulma yang melilit batang sawit seperti Mikania micrantha harus dipotong dari bagian bawah supaya gulma ini mati dan dikeluarkan dari piringan. Selain bersih dari gulma, piringan dan gawangan mati harus bersih dari sampah, baik itu sampah organik seperti pelepah tua, pelepah sengkleh, rumput kering, lalang kering, daun kering, hingga sampah anorganik seperti plastik/polybag. Anakan sawit (kentosan) yang ada di piringan dan di TPH harus di dongkel, karena akan menjadi gulma. Jumlah karyawan di kebun Afdeling VII yang bekerja di dalam kegiatan DAK berjumlah 15 orang/hari dalam satu kemandoran. Semua karyawan ini berstatus sebagai karyawan harian lepas (KHL). Kegiatan DAK dibagi 2 berdasarkan rotasinya, yaitu dongkel untuk tanaman sawit TBM yang dilakukan 3 bulan sekali, sedangkan dongkel untuk tanaman sawit TM dilakukan 6 bulan sekali (1 semester). Norma kerja kegiatan dongkel anak kayu dibagi 2, yaitu DAK untuk tanaman sawit di perluasan 8 HK/Ha dan DAK di tanaman sawit besar
(TM) 3.5 HK/Ha. Prestasi kerja penulis dalam kegiatan DAK adalah 0.3 Ha/5HK. Pada Gambar 3 dapat dilihat kegiatan dongkel anak kayu di areal perluasan.
Gambar 3. Kegiatan DAK pada Kelapa Sawit TBM di Areal Perluasan Pengendalian Gulma secara Biologi (Susun Janjang Kosong/SJJK). Janjang/tandan kosong selain berfungsi sebagai pupuk organik juga berfungsi sebagai pengendalian gulma secara biologi. Tandan kosong merupakan limbah padat hasil pengolahan tandan sawit yang berasal dari pabrik kelapa sawit (PKS). Tandan kosong diangkut dari pabrik dengan dump truck ke areal kebun afdeling dengan bobot satu tumpuk mencapai 3 - 4 ton. Tandan kosong disusun secara rapih satu lapis membentuk persegi panjang di antara barisan kelapa sawit. Tandan kosong yang disusun lebih dari satu tumpuk akan mendorong berkembangnya kumbang badak (Oryctes rhinoceros) di dalam tumpukan. Tandan kosong disusun dengan panjang 12 tandan dan lebar 10 tandan. Susunan tandan kosong tidak boleh mengenai piringan kelapa sawit dan tidak boleh menutup jalan pasar 2:1. Bagian tangkai tandan disusun menghadap pasar 2:1. Sedangkan untuk daerah yang tergenang air/rawa tidak boleh disusun tandan kosong. Alat yang digunakan dalam penyusunan tandan kosong adalah gancu, tojok dan angkong. Norma kerja susun tandan kosong adalah 3 ton/HK. Prestasi kerja penulis pada kegiatan SJJK adalah 2 ton/HK. Pada Gambar 4 ditampilkan kegiatan susun janjang kosong/SJJK di Blok 107D.
Gambar 4. Kegiatan SJJK di Blok 107D Pengendalian Gulma secara Kimia (Semprot Pasar Pikul/Pasar 2:1). Pasar 2:1 adalah jalan yang dipakai untuk kegiatan pemanenan khususnya langsir buah dari piringan ke tempat pengumpulan hasil (TPH) dan sebagi jalan untuk kegiatan pemupukan. Disebut pasar 2:1 karena jalan berada di antara dua baris tanaman kelapa sawit dengan satu jalan per pasar 2:1. Oleh karena itu sangat diperlukan pemeliharaan pasar 2:1. Penyemprotan pasar 2:1 menggunakan herbisida Smart 486 SL yang bersifat sistemik dengan bahan aktif isopropilamina glyphosate 486 gram/liter. Kegiatan semprot pasar 2:1 menggunakan knapsack sprayer dengan kapasitas tangki 15 l. Air yang digunakan untuk campuran bahan aktif diambil dari parit dan gorong-gorong di sekitar areal semprot yang airnya bersih dan bebas dari kotoran. Teknik penyemprotan dilakukan dengan menyemprot gulma secara merata di tengah-tengah pasar 2:1 dan semprotan diusahakan lurus dengan lebar semprotan 1.5 m - 2 m. Pada saat kegiatan semprot pasar 2:1 berlangsung, dilakukan juga penyemprotan 2 petak TPH berukuran 3 m x 4 m yang masingmasing berada di awal dan ujung pasar 2:1 mengikuti arah Utara - Selatan pasar. Penyemprotan memakai nozzle merah dengan lebar semprot 1.5 m - 2 m dan tongkat semprot diangkat setinggi ± 50 cm (setinggi lutut) agar lebar semprotan merata mengenai gulma sekitar pasar 2:1. Lalu pada saat kegiatan semprot berlangsung, tiap karyawan harus menyemprot pasar 2:1 secara bersamaan/tidak saling mendahului, agar kegiatan semprot berlangsung dengan lancar dan memudahkan dalam pengisian air dan bahan. Pasar 2:1 yang telah selesai disemprot harus diberi tanda berupa potongan pelepah supaya setiap karyawan yang baru memulai semprot pasar 2:1 dapat mengetahui batasan semprotnya. Alat-alat semprot harus dalam kondisi baik dan setelah knapsack dipakai harus dibersihkan dengan air parit/gorong-gorong yang bersih. Knapsack sprayer yang sudah selesai digunakan sebelum disimpan ke dalam gudang harus diisi air bersih minimal 3 l. Hasil kegiatan semprot wajib diperiksa satu minggu setelah
penyemprotan oleh asisten afdeling dan semprotan dikatakan berhasil jika gulma telah menguning dan mati dalam waktu satu minggu. Norma kerja semprot pasar 2:1 adalah 5 ha/HK. Prestasi kerja penulis pada kegiatan semprot pasar pikul adalah 3.17 ha/HK. Kendala-kendala yang dihadapi penuls dalam kegiatan semprot pasar 2:1 adalah kondisi topografi lahan yang bergelombang dan terdapat jurang yang cukup dalam dan ditumbuhi gulma yang harus disemprot. Kendala lainnya adalah sumber air yang cukup jauh lokasi semprot. Pada Gambar 5 dapat dilihat kegiatan semprot pasar 2:1 dan semprot di TPH.
Gambar 5. Semprot Pasar Pikul dan Semprot TPH di blok 106 C
Pengendalian Hama dan Penyakit Pengendalian hama dan penyakit bertujuan untuk melestarikan kualitas lingkungan, mengendalikan populasi dan serangan hama/penyakit, khususnya untuk meningkatkan produksi tanaman kelapa sawit. Pengendalian Hama. Hama yang sering menyerang tanaman kelapa sawit di antaranya adalah ulat api, ulat kantong, tikus, tupai, monyet, babi hutan dan rayap. Akan tetapi hama yang paling banyak menyerang tanaman kelapa sawit di kebun Afdeling VII adalah hama ulat api dan ulat kantong. Jenis ulat api yang paling banyak ditemukan adalah Setora nitens, Thosea asigna dan Darna trima. Jenis ulat kantong yang paling banyak menyerang tanaman kelapa sawit adalah Tirathaba dan Mahasena corbetti Tams. Akan tetapi serangan ulat kantong tersebut belum dalam tingkat yang merugikan karena populasi ulat kantong tergolong sedikit dibandingkan populasi ulat api. Ulat api dan ulat kantong
menyerang bagian pelepah khusunya helaian anak daun (lamina) muda atau daun yang sudah tua. Ciri-ciri daun yang diserang hama ulat api adalah timbul lubang pada lamina pelepah kelapa sawit. Sedangkan ciri-ciri daun yang diserang hama ulat kantong adalah muncul bercak daun menguning di sepanjang tulang anak daun (midrib). Sedangkan hama tikus menyerang tandan sawit. Serangan ulat api ditandai dengan helaian daun sawit bolong-bolong di sepanjang lamina. Pada Gambar 6 dapat dilihat contoh hama ulat api dan ulat kantong yang menyerang daun tanaman kelapa sawit di kebun Afdeling VII.
(a) Setora nitens
(b) Thosea asigna
(d) Darna trima
(c) Thosea bisura
(e) Tirathaba
Gambar 6. Jenis-jenis Hama Ulat Api dan Ulat Kantong Pengendalian Manual (Mekanis). Pengendalian hama secara manual atau mekanis adalah pengendalian hama yang dilakukan secara sederhana seperti mengutip ulat api, baik dengan tangan atau dengan galah dan kegiatan memburu tikus. Untuk pengutipan ulat api dilakukan pada tanaman yang masih muda (batang pendek). Pengutipan dilakukan dengan menggunakan sarung tangan, galah dilengkapi pengait dan botol. Untuk tanaman yang pendek, mengutip ulat api dapat langsung dikutip dari helaian anak daun (lamina). Untuk pohon yang cukup tinggi, menggunakan galah untuk menurunkan pelepah yang terdapat ulat api. Ulat api yang telah dikutip lalu dimasukkan ke dalam botol. Setelah kegiatan
kutip ulat api selesai dilakukan, kemudian di kantor kebun dilakukan penghitungan jumlah ulat api pada botol, lalu ulat api di dalam botol dibakar. Pengendalian hama tikus dilakukan dengan cara memburu tikus, baik yang ada di ketiak pelepah atau yang ada di gawangan mati. Tikus yang ditangkap dapat berupa tikus yang masih hidup, tikus mati, masih anakan atau sudah besar. Bagi yang mendapatkan tikus langsung diantar ke kantor untuk memperoleh imbalan Rp 1 000,-/ekor. Pada kegiatan pengendalian hama secara manual tidak ada norma baku kegiatan yang ditetapkan perusahaan. Kegiatan pengendalian hama secara manual dengan tangan dan menggunakan galah dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Kegiatan Kutip Ulat Api secara Manual Menggunakan Galah Pengendalian Kimiawi. Pengendalian kimiawi adalah pengendalian hama dengan menggunakan bahan kimia (insektisida). Insektisida yang dipakai adalah Decis 2.5 EC dengan bahan aktif deltametrin 25 gr/L dan Agristic (perekat) dengan bahan aktif alkilaril poliglikol eter 400ml/L. Untuk tanaman yang masih pendek, konsentrasi yang dipakai untuk masing-masing bahan adalah 6 ml/15 l air lalu dimasukan ke dalam knapsack sprayer. Penyemprotan ini memakai nozzle merah yang dibalik supaya jangkauan semprot menjadi jauh. Semprot dilakukan di seluruh pelepah dan semprotan harus mengenai permukaan bawah dan atas helai daun (lamina). Untuk pohon yang tinggi menggunakan konsentrasi masingmasing bahan sebesar 7 ml/15 l air. Alat yang dipakai untuk semprot pohon sawit yang tinggi adalah EPS (Engine Power Sprayer). EPS dilengkapi dengan drum (tempat campuran bahan), selang 200 m dan galah tempat menempelkan gagang stick sprayer. Semprot dimulai dari pelepah yang paling atas lalu turun ke pelepah bagian bawah. Semprotan dikatakan efektif, apabila selang waktu ±10 menit ulat api langsung mati dan berjatuhan dari
pelepah. Blok yang telah disemprot insektisida lalu dilakukan pengambilan sampel ulat api tiap baris tanaman secara acak. Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui populasi hama ulat api pada blok yang disemprot. Ciri-ciri dari ulat api yang terkena insektisida Decis adalah perut pecah (terburai), badan mengeriput, bagian mulut dan anus menghitam (terbakar) dan mengeluarkan cairan dari dalam tubuh. Pada Gambar 8 ditampilkan kegiatan semprot insektisida dengan menggunakan alat mesin EPS beserta alat pendukung lainnya.
Gambar 8. Mesin EPS serta Aplikasi Semprot dengan Stick Diikat ke Galah Deteksi Hama. Deteksi hama yang dilakukan di kebun Afdeling VII bertujuan untuk mengetahui tingkat serangan hama ulat api dan ulat kantong. Alat yang dipakai untuk kegiatan deteksi hama adalah bambu dengan pengait, botol tempat mengumpulkan ulat api dan ulat kantong, serta sarung tangan sebagai pelindung. Kegiatan deteksi hama merupakan kegiatan yang rutin dilakukan baik sebelum maupun sesudah penyemprotan hama ulat api dilakukan. Deteksi hama dibagi dalam tiga aksi, yaitu aksi ½, aksi 1/5 dan aksi 1/10. Di Afdeling VII memakai aksi 1/5 dan 1/10. Aksi 1/5 artinya kegiatan deteksi hama dilakukan setiap selang 5 baris pohon sawit. Untuk aksi 1/5 dilakukan pada areal sawit perluasan yang dominan ditanami pohon sawit yang masih pendek (TBM). Aksi 1/10 artinya kegiatan deteksi ulat api dilakukan setiap selang 10 baris pohon sawit. Aksi 1/10 dilakukan pada areal sawit dengan kondisi pohon sawit yang tinggi (TM). Berdasarkan tingkat serangan hama ulat api, dapat digolongkan berdasarkan banyak ulat api per pohon. Serangan kategori ringan jika ditemukan
1-5 ulat api/pohon, serangan kategori sedang jika ditemukan 6-10 ulat api/pohon dan serangan kategori berat jika ditemukan ulat api > 10 ulat api/pohon. Kegiatan deteksi hama tidak mempunyai standar atau norma kerja. Dari hasil deteksi hama kemudian dilakukan penghitungan jumlah ulat berdasarkan jenis ulat yang menyerang pohon sampel berdasarkan aksi yang dipakai. Berikut hasil pengamatan dan perhitungan penulis dari kegiatan deteksi hama di kebun Afdeling VII yaitu : Total JPSB
: 540 pohon
Total pohon sampel
: 73 pohon
Tabel 3. Data Serangan Hama Ulat di Blok 94 A, B, C, D Setora nitens (SN)
Thosea asigna (TA)
Darna trima (DT)
Mahasena corbetti Tams. (MC)
∑ Ulat
32
28
22
15
∑ pohon terserang
18
22
21
12
∑SN/pohon terserang
1.78
-
-
-
% SN
3.33
-
-
-
∑TA/pohon terserang
-
1.27
-
-
% TA
-
4.07
-
-
∑DT/pohon terserang
-
-
1.05
-
% DT
-
-
3.89
-
∑MC/pohon terserang
-
-
-
1.25
% MC
-
-
-
2.22
Jenis Ulat
Sumber : Data Pengamatan Lapangan, Maret 2009
∑ SN/pohon terserang = = =
∑ SN ∑ pohon terserang SN 32 18 1.78
∑ pohon terserang SN x 100% Total JPSB 18 = x 100% 540 = 3.33 Demikian rumus yang dipakai untuk perhitungan serangan hama ulat %SN =
lainnya. Pengendalian Penyakit. Pengendalian penyakit di PT Cipta Futura Plantation jarang dilakukan. Hal ini dikarenakan jarang ditemukan penyakit yang menyerang tanaman kelapa sawit dan tidak menimbulkan kerugian pada tingkat produksi. Penyakit yang jarang ditemukan di kebun Afdeling VII karena perusahan menggunakan bibit sawit bermutu dan bersertifikat, sehingga kegiatan pengendalian hama lebih diutamakan khususnya hama ulat api dan tikus karena tingkat serangannya sangat merugikan produksi TBS/Ha.
Pemupukan Pemupukan berfungsi untuk menyediakan unsur hara yang cukup untuk mendorong pertumbuhan vegetatif tanaman yang sehat dan meningkatkan produksi tandan buah segar (TBS) yang optimum dan bernilai ekonomi yang tinggi, serta meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan hama dan pemyakit. Pemupukan yang terdapat di PT Cipta Futura Plantation menggunakan dua jenis pupuk berdasarkan sumbernya, yakni pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik adalah pupuk yang bahan dasarnya berasal dari alam, seperti aplikasi janjang kosong. Pupuk anorganik adalah pupuk buatan yang bahan dasarnya menggunakan bahan kimia, seperti pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Pupuk organik yang dipakai berasal dari tandan kosong yang merupakan limbah padat sisa pengolahan pabrik kelapa sawit (PKS). Pupuk anorganik yang dipakai pada periode ini adalah pupuk tunggal yang terdiri dari pupuk MOP, CIRP, kieserite, ZA dan Urea. Data-data hasil analisis tanah dan analisis daun berasal dari PT Asian Agri. Data yang diperoleh menjadi dasar bagi PT Cipta Futura Plantation dalam memberikan rekomendasi dosis dan jenis pupuk yang tepat untuk setiap afdeling.
Distribusi Pupuk. Semua kegiatan distribusi pupuk dimulai dari gudang G2 yang merupakan kantor pusat administrasi kebun dan tempat penyimpanan pupuk dan penyimpanan bahan kimia lainnya seperti insektisida, herbisida dan bahan bakar operasional. Pupuk dapat didistribusikan ke setiap afdeling setelah mandor pupuk memberikan tanda bukti transaksi seperti bon gudang yang telah ditandatangani oleh manajer kebun dan asisten afdeling. Sebelum mengisi bon gudang terlebih dahulu mandor pupuk menghitung jumlah kebutuhan pupuk per luas tanam pada blok yang akan dipupuk dan jumlah tenaga pemupuk yang sudah diagendakan pada hari itu juga. Alat transportasi khusus untuk mengangkut pupuk tidak ada. Transporasi yang dipakai untuk mendistribusikan pupuk ke lapangan adalah dump truck yang dipakai untuk mengangkut TBS. Pelaksanaan Kegiatan Pemupukan. Pupuk yang telah diterima dari gudang G2 kemudian diangkut dengan kendaraan dump truck. Saat pengeceran, dump truck harus berjalan lambat agar pengerit dapat menjatuhkan karung pupuk tepat pada barisan tanaman yang telah ditentukan. Kendaraan yang dipakai untuk kegiatan pemupukan adalah dump truck dan traktor. Pemakaian traktor dikhususkan untuk melangsir pupuk pada areal dengan kondisi jalan rusak parah yang tidak memungkinkan untuk dilalui dump truck. Dalam kegiatan pengeceran pupuk, terlebih dahulu harus memperhatikan kondisi luas areal, umur tanaman dan jumlah tanaman pada blok yang dipupuk tanaman kelapa sawit. PT Cipta Futura Plantation mempunyai tiga macam cara mengecer pupuk, yaitu 1:2, 1:3 dan 1:4. Pengeceran 1:2 adalah pengeceran satu karung pupuk untuk pemakaian dua baris tanaman kelapa sawit. Pengeceran 1:3 adalah pengeceran satu karung pupuk untuk pemakaian tiga baris tanaman kelapa sawit. Begitu juga dengan pengeceran 1:4, satu karung pupuk untuk pemakaian empat baris tanaman kelapa sawit. Pengeceran 1:2 dilakukan jika barisan tanaman kelapa sawit yang akan dipupuk panjang. Pengeceran 1:3 dan 1:4 dilakukan jika panjang baris tanaman kelapa sawit yang akan dipupuk pendek. Pemberian pupuk dilapangan dilakukan dengan cara ditebar di pinggir gawangan mati. Saat menjadi KHL, penulis melakukan kegiatan pemupukan MOP (Muriate of Potash). Pupuk ditebar dengan mengunakan mangkuk OMO (mangkuk sabun krim) dengan kapasitas mangkuk sebesar 500 g. Dosis pupuk muriate of potash yang diberikan pada
setiap tanaman kelapa sawit adalah 1.5 kg/tanaman sawit (2.5 mangkuk OMO/tanaman). Pupuk yang menggumpal harus dipecahkan dan segera ditebar ke gawangan mati dan jika karung pecah saat kegiatan langsir pupuk maka pupuk harus dikeruk dan pupuk ditebar ke gawangan mati. Setelah kegiatan pemupukan selesai, seluruh karung pupuk harus dikumpulkan dan diikat dalam satu bundelan (1 bundelan = 10 karung pupuk). Jumlah karung bekas pupuk yang terkumpul harus sama dengan jumlah awal pengambilan pupuk dari gudang pupuk. Karung bekas pupuk disimpan di kantor kebun Afdeling VII, untuk keesokan harinya diantar ke gudang pupuk (G2). Norma kerja kegiatan pemupukan adalah 11 karung (550 kg)/HK. Prestasi kerja penulis dalam kegiatan pemupukan adalah 5 karung (250 kg)/HK. Berikut merupakan gambar kegiatan distribusi pupuk dan pelaksanaan pemupukan yang ditampilkan pada Gambar 9.
Gambar 9. Distribusi Pupuk Mulai dari Gudang Hingga Aplikasi di Lapangan Pengawasan
dan Pemeriksaan
Kualitas Pemupukan.
Kegiatan
pemupukan merupakan kegiatan pemeliharaan yang memerlukan biaya yang paling besar di PT Cipta Futura Plantation. Oleh sebab itu, diperlukan pengawasan yang terpadu mulai dari ketua regu pupuk, mandor pupuk (supervisor perawatan), supervisor afdeling, hingga asisten afdeling. Pengawasan kegiatan
pemupukan bertujuan untuk menjaga agar kegiatan pemupukan berlangsung dengan lancar dan untuk mencegah terjadinya pencurian bahan, baik yang dilakukan oleh karyawan sendiri maupun orang di luar lingkungan perusahaan. Pemeriksaan kualitas pemupukan dilakukan saat kegiatan inspeksi berlangsung, baik itu inspeksi harian, inspeksi mingguan, maupun inspeksi triwulan (setiap tiga bulan). Inspeksi pupuk dilakukan beberapa jam setelah kegiatan pemupukan selesai dilakukan. Petugas yang melakukan inspeksi pupuk berasal dari staff enterprise inspector. Apabila ditemukan ada satu gawangan mati yang tidak dipupuk, maka karyawan yang melakukan pemupukan di blok inspeksi akan dikenakan hukuman penalti (tidak digaji). Kegiatan inspeksi pemupukan rutin dilakukan di semua afdeling di PT Cipta Futura Plantaton. Pada Tabel 4 ditampilkan contoh data inspeksi harian pemupukan di seluruh afdeling di PT Cipta Futura Plantation.
Tabel 4. Data Inspeksi Harian Pupuk Tanggal 17 April 2009 Afd.
Blok Inspeksi
Pohon Inspeksi
Sub Standar
Tinggal
Kualitas (%)
Kuantitas (%)
VII I VI VIII
70 38 54 26
238 215 209 204
4 5 7 7
0 0 0 0
98.32 97.67 96.65 96.57
100.00 100.00 100.00 100.00
866
23
0
97.34
100.00
Cipta Futura
Sumber : Kantor Administrasi Kebun, 2009
Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa kualitas pemupukan di PT Cipta Futura Plantation masih belum mencapai kualitas yang diharapkan, yakni 100 %. Adapun penyebab utama terjadinya sub standar kerja pemupukan di semua afdeling yaitu pupuk ditebar di tengah gawangan mati, pupuk menumpuk di satu tempat, gumpalan pupuk tidak dipecah, pupuk ditebar mengenai piringan, pupuk di tebar di jalan angkong dan pupuk ditebar tidak pada susunan pelepah. Kualitas pemupukan yang paling baik adalah milik kebun Afdeling VII, dengan angka kualitas pemupukan sebesar 98.32 %.
Panen dan Pruning (Penunasan)
Sistem Panen. Sistem panen yang dipakai di PT Cipta Futura Plantation adalah sistem hanca tetap, artinya setiap pemanen mempunyai hanca sendiri yang menjadi tanggung jawabnya dan apabila dalam kegiatan potong buah pemanen mampu mengerjakan lebih dari satu hanca maka pemanen dapat pindah ke hanca yang lain dengan mempertimbangkan waktu, kondisi fisik, kondisi alat, topografi dan cuaca. Setiap pemanen mempunyai nomor panen yang disesuaikan dengan nomor hanca yang ada. Di Afdeling VII, setiap pemanen mempunyai hanca dengan luas 2.5 ha. Akan tetapi, luas hanca berbeda-beda setiap petaknya, tergantung dari umur tanaman. Untuk tanaman muda, biasanya buah yang dihasilkan jumlahnya banyak, berukuran kecil dan beratnya kurang. Pada tanaman yang sudah tua, buah yang dihasilkan jumlahnya cenderung semakin sedikit dan berukuran besar (buah batu), sehingga luas hanca untuk tanaman muda lebih luas dibandingkan tanaman yang sudah tua. Sistem Basis dan Premi Panen. Sistem upah yang berlaku di PT Cipta Futura Plantation adalah menggunakan sistem borongan. Meskipun setiap pemanen mempunyai hanca tetap, akan tetapi upah yang diperoleh tidak tetap setiap bulan. Jadi, pemanen dituntut untuk terus bekerja aktif dan sebaik mungkin untuk memperoleh upah yang tinggi. Upah yang diperoleh pemanen tergantung pada jumlah TBS yang diperoleh serta kegiatan pengutipan berondolan dan ungsi buah. Pengupahan diberikan berdasarkan basis dan premi yang diperoleh. Untuk basis, harga 1 (satu) TBS adalah sebesar Rp 400,- dengan jumlah tandan yang ditentukan sebesar 75 TBS. Premi panen adalah penghargaan yang diberikan kepada pemanen karena jumlah TBS yang diperoleh melebihi basis yang telah ditentukan dengan mutu buah sesuai dengan ketentuan panen. Untuk premi, harga 1 (satu) TBS adalah Rp 1 500,-, sehingga bila seorang pemanen dalam satu hari kerja memperoleh 250 TBS, maka upah yang diperoleh pemanen pada hari itu adalah sebagai berikut : Basis = 75 TBS x Rp 400,-
= Rp 30 000,-
Premi = (250 TBS - 75 TBS) x Rp 1 500,- = Rp 262 500,-+ Total upah
= Rp 292 500,-
Selain basis dan premi yang diperoleh, pemanen juga dapat memperoleh tambahan upah dari pengutipan berondolan. Harga berondolan per kg adalah Rp
65,-sehingga harga satu karung berondolan adalah Rp 1 755,-/27 kg. Karung yang dipakai adalah karung bekas pupuk yang diberikan pada pagi hari dari gudang simpan. Karung dikatakan penuh jika berondolan telah mencapai leher karung dan ditetapkan beratnya 27 kg. Karena standar harga berondolan per kg yang dianggap terlalu rendah, membuat pemanen menjadi malas dan tidak termotivasi untuk mengutip berondolan. Kegiatan kutip berondolan juga dianggap menghambat pekerjaan panen dan membuat kegiatan potong buah menjadi lebih lambat. Alat Kerja Panen. Alat-alat yang dibutuhkan untuk kegiatan panen disediakan oleh kantor Afdeling VII. Pembayaran atas alat panen ini dilakukan secara cicilan dari gaji bulanan pemanen. Alat-alat yang digunakan dalam kegiatan panen dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Jenis-jenis Alat Panen Beserta Fungsinya No.
Nama Alat
Kegunaan
1
Egrek
Untuk memotong pelepah dan tangkai buah pada saat panen, digunakan pada pohon sawit yang tinggi.
2
Dodos besar
Alat untuk pemanenan buah pada pohon sawit yang tidak terlalu tinggi. Mempunyai mata dodos dengan lebar 14 cm dengan diameter gagang ± 5 cm.
3
Dodos kecil
Alat untuk pruning dan kastrasi, terutama digunakan pada pohon sawit TBM, dengan lebar mata dodos ± 8 cm.
4
Angkong
Alat bantu pengeluaran TBS dari dalam lahan ke TPH.
5
Kampak
Alat pemotong tangkai TBS yang panjang.
6
Tojok
Untuk menaikan TBS ke dalam angkong atau menaikan TBS ke dump truck.
7
Batu asah
Sebagai alat asah untuk mata dodos dan pisau egrek.
8
Gancu
Untuk bongkar-muat TBS dari dump truck.
9
Karung
Sebagai tempat untuk mengumpulkan berondolan.
Sumber : Kantor Kebun Afdeling VII
Khusus untuk mata egrek, PT Cipta Futura Plantation mengimpor mata egrek dari Malaysia. Mata egrek Malaysia mempunyai kualitas yang lebih baik dibandingkan egrek buatan dalam negeri. Kelebihan egrek Malaysia yaitu
mempunyai kualitas mata egrek yang bagus, tajam, kuat dan tidak cepat patah. Pada Gambar 10 menampilkan alat kerja yang dipakai dalam kegiatan panen.
Gambar 10. Alat Kerja Panen (atas-bawah: angkong, kapak siam, egrek, karung, tojok, dodos) Pelaksanaan Panen. Kegiatan panen di kebun Afdeling VII ditetapkan selama 25 hari efektif dalam satu bulan. Biasanya satu hanca dikerjakan oleh satu orang pemanen. Pada kenyataanya karena kondisi tertentu satu hanca dikerjakan oleh 2 – 3 orang. Seorang pemanen biasanya dibantu oleh seorang kenek yang bertujuan mengangkut tandan ke TPH dan seorang pengutip berondolan. Dalam kegiatan potong buah, untuk pohon sawit yang tinggi menggunakan egrek, sedangkan untuk pohon sawit yang pendek (TM) menggunakan dodos. Kegiatan potong buah dimulai dengan pemotongan pelepah. Pelepah songgo 2 dipotong untuk mempermudah dalam menurunkan buah. Pelepah yang sudah dipotong lalu disusun rapih di gawangan mati untuk memperlancar proses kegiatan pengangkutan buah. Pelepah disusun mengikuti gawangan mati atau letter “I”. Sebelum TBS diangkut ke TPH, tangkai tandan dipotong dengan panjang 2 cm dari pangkal buah. Buah yang disusun di TPH harus disusun rapih dengan tangkai buah menghadap ke depan jalan dan diarahkan ke atas. Pada tangkai tandan diberi nomor pemanen untuk mempermudah krani buah dalam pencatatan buah dan mempermudah dalam proses pengecekan buah mentah. Prestasi kerja penulis pada kegiatan panen adalah 49 TBS/HK. Buah yang telah dipanen lalu diangkut dengan dump truck ke pabrik kelapa sawit. Proses pengangkutan ini dikawal oleh seorang krani buah dengan
mengisi surat tugas supir dan membawa SPB (surat pengantar buah) untuk dilakukan proses penimbangan di pabrik. Proses kegiatan panen hingga pengangkutan oleh dump truck yang selanjutnya akan dibawa ke PKS dapat di lihat pada Gambar 11.
(a) Kegiatan potong buah
(b) Buah disusun di TPH
(c) Pengangkutan TBS
Gambar 11. Proses Kegiatan Potong Buah sampai Pengangkutan oleh Dump Truk Selama kegiatan panen (potong buah), penulis menemukan beberapa kendala, yakni adanya alat panen yang rusak, seperti ban angkong bocor, egrek dan parang yang tidak tajam. Untuk itu diperlukan persiapan yang baik sebelum kegiatan panen, yaitu alat panen (egrek, dodos dan parang) harus di asah terlebih dahulu, agar keesokan harinya dapat dilakukan kegiatan potong buah tanpa ada hambatan. Semua komponen alat yang dipakai sangat berpengaruh terhadap kualitas kerja dan mutu hasil panen dalam kegiatan potong buah. Pruning (Penunasan/Pamangkasan). Kegiatan pemangkasan bertujuan untuk mempermudah kegiatan panen (memotong buah masak), sanitasi (kebersihan) tanaman untuk mencegah munculnya penyakit dan mencegah tersangkutnya berondolan di ketiak pelepah. Pemangakasan yang dilakukan di PT Cipta Futura Plantation menggunakan sistem songgo 2. Alat yang digunakan pada kegiatan pemangkasan adalah egrek. Pemangkasan dilakukan pada pelepah yang sudah tua, pelepah sengkleh (patah) dan pelepah yang terlalu banyak. Pemotongan pelepah harus rapat ke batang sawit, maksimal 2 cm. Hal ini untuk menjaga kebersihan pohon sawit dan mencegah buah sawit (kentosan) tumbuh diketiak pelepah yang telah dipotong. Pelepah yang telah dipangkas tidak boleh menutupi pasar 2:1 dan harus disusun rapih pada gawangan mati. Hal ini untuk
memperlancar pengangkutan TBS dan kegiatan semprot herbisida pada jalur pasar 2:1. Bagian pelepah yang menghadap pasar 2:1 adalah bagian ujung yang tidak berduri. Pasar 2:1 adalah istilah yang dipakai di lingkungan perusahaan, yang berarti pasar angkong atau pasat pikul. Bekas potongan pelepah pada batang sawit berbentuk tapal kuda atau membentuk huruf “V”. Untuk lahan datar, pelepah disusun membentuk huruf “I”. Untuk lahan lereng dan miring, pelepah disusun seperti tangga tepat di bawah pohon kelapa sawit dan mengikuti kondisi kontur lahan. Ada juga pemangkasan pelepah khusus dilakukan dipinggir jalan (jalan blok, jalan petak dan jalan poros). Pemangkasan dipinggir jalan bertujuan agar jalan tetap kering, mencegah genangan air dan mempercepat pengeringan jalan ketika musim hujan.
Aspek Manajerial
Pendamping Mandor Manajemen tingkat karyawan di perusahaan PT Cipta Futura Plantation dibedakan berdasarkan pangkat dan jabatannya. Berdasarkan pangkat, karyawan dibedakan menjadi karyawan staf dan karyawan non-staf. Yang termasuk karyawan staf adalah dimulai dari pangkat supervisor dan pangkat asisten. Karyawan non-staf adalah dimulai dari pangkat operator dan mandor. Berdasarkan jabatan, karyawan terdiri dari jabatan krani buah, krani administrasi, mandor panen, mandor pupuk, mandor herbisida, mandor dongkel, mandor hama dan penyakit, supervisor afdeling, supervisor panen, supervisor perawatan dan asisten afdeling. Manajemen tingkat karyawan meliputi pengelolaan di bidang administrasi dan menyangkut kegiatan kerja yang direncanakan dan dilaksanakan oleh asisten afdeling, supervisor, mandor dan krani. Untuk mempelajari aspek manajerial kebun tingkat karyawan, penulis berstatus sebagai mandor panen, mandor pupuk, mandor semprot, mandor pruning dan mandor SJJK. Mandor adalah karyawan yang mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk memberikan pengarahan kepada karyawan sebelum memulai kerja,
memeriksa kehadiran karyawan, mengawasi serta mengevaluasi pelaksanaan kerja agar cara serta hasil kerja sesuai dengan standar perusahaan. Secara teknis, pangkat mandor mempunyai tugas dan wewenang sebagai berikut : 1. Menguasai pekerjaan bawahannya 2. Melaksanakan perintah atasan 3. Memiliki disiplin dan loyalitas kerja yang tinggi 4. Memimpin bawahan dengan baik 5. Memiliki data program dan realisasi kerja Yang menjadi tanggung jawab seorang mandor adalah : 1. Pemakaian bahan 2. Pemakaian dan perawatan alat 3. Tenaga kerja 4. Dapat menghitung pemakaian biaya 5. Laporan hasil kerja harus akurat Setiap hari dilakukan apel pagi bagi karyawan staf dan karyawan non-staf setiap puku 05.30 WIB hingga pukul 06.00 WIB. Pada apel pagi, asisten afdeling berkesempatan memberikan pengarahan atau pemaparan kerja kepada seluruh mandor, krani buah, hingga bagian administrasi. Setelah selesai apel pagi, mandor memberikan pengarahan kepada karyawan mengenai pembagian tugas dan tanggung jawab serta lokasi kerjanya. Kerja dimulai pada pukul 07.00 WIB dengan waktu istirahat pada pukul 12.00 - 13.00 WIB dan pekerjaan berakhir pada pukul 15.00 WIB setiap hari (Senin sampai Sabtu). Mandor Panen. Mandor panen mempunyai tugas dan tanggung jawab yaitu mengikuti kegiatan apel pagi dengan seluruh karyawan staf dan non staf, melaksanakan apel pagi dengan karyawan panen sekaligus pembagian hanca di lapangan, memeriksa kehadiran pemanen (absensi), memastikan seluruh karyawan panen telah masuk ke hanca yang telah ditentukan, melakukan pemeriksaan mutu buah dan hanca, serta melaporkan hasil pemeriksaan mutu hanca kepada asisten afdeling. Mandor panen juga mempunyai tugas untuk mencari tenaga kerja panen apabila di kebun afdeling kekurang jumlah tenaga pemanen atau saat panen puncak (kerapatan buah tinggi).
Selain melakukan pengawasan di lapangan, penulis juga melakukan pencatatan hasil kegiatan panen (administrasi panen). Kegiatan administrasi panen dilakukan setiap hari pada pukul 15.00 WIB setelah selesai kegiatan panen. Kegiatan administrasi panen bertujuan untuk menyediakan data-data hasil kerja yang akurat setiap hari, sebagai bahan evaluasi kerja panen, sebagai bahan pertimbangan untuk kegiatan panen keesokan harinya, sebagai alat untuk pengambilan keputusan dari permasalahan kegiatan panen. Adapun kegiatan pencatatan administrasi panen yang dilakukan setiap hari adalah terdiri dari : •
Buku kontrol hanca, yang terdiri dari hanca-hanca di dalam blok yang akan di panen oleh karyawan panen. Hanca yang telah disusun oleh mandor panen akan dibagikan ke seluruh pemanen yang disesuaikan dengan kemampuan tiap pemanen. Buku kontrol hanca harus disesuaikan dengan rotasi panen serta target dan realisasi panen
•
Buku krani buah, merupakan buku yang berisi catatan blok panen hari ini, jumlah tandan yang dipanen, basis dan premi panen, serta berondolan (kg) dan buah langsir. Buku krani buah juga dapat dijadikan sebagai buku pengecekan absensi tenaga pemanen, kenek, serta kutip berondolan
•
Buku mandor panen, berisi catatan hasil rekapitulasi dari buku krani buah. Buku mandor panen berisi data TBS yang telah dipanen, basis, premi, buah ungsi/langsir, serta jumlah berondolan (Kg). Data di buku mador dapat dijadikan sebagai data baku untuk hasil kegiatan panen setiap hari dan sebagai dasar penghitungan pendapatan setiap pemanen. Penulis menjadi mandor panen di kebun Afdeling VII selama 22 hari kerja
pada tiga kemandoran, yaitu kemandoran 1, kemandoran 2 dan kemandoran 3. Kemandoran adalah suatu kelompok/regu kerja panen dimana seorang mandor memimpin dan mempertanggungjawabkan hasil kerja panen karyawannya. Jumlah RK atau pemanen pada tiga kemandoran sebanyak 47 orang tenaga panen. Pada kebun Afdeling VII terdapat lima kemandoran. Dengan jumlah tenaga kerja kelima kemandoran dapat dilihat pada Tabel 6 sebabai berikut. Tabel 6 Jumlah Tenaga Kerja Panen (TK) per Kemandoran Kemandoran
RK Kn Kb (Regu Kerja) (Kenek) (Kutip Berondolan)
TK (Tenaga Kerja)
Panen 1 Panen 2 Panen 3 Panen 4 Panen 5
16 17 14 10 18
13 11 10 7 15
2 7 3 2 7
31 35 27 13 40
TOTAL
75
56
21
152
Sumber : Kantor Kebun Afdeling VII, 2009
Mandor Pruning (Penunasan/Pemangkasan). Selama menjadi mandor pemangkasan penulis mengawasi kegiatan potong pelepah, baik itu pelepah kering, pelepah sengkleh dan pelepah yang lebih dari songgo 2. Pengawas untuk kegiatan pemangkasan adalah seluruh mandor panen dan yang menjadi karyawan pemangkasan adalah tenaga kerja panen. Sebelum ke lapangan, terlebih dahulu mandor panen memberikan pengarahan mengenai pelaksanaan teknis, pembagian hanca yang akan dipangkas dan prestasi kerja yang harus dicapai. Jumlah karyawan yang diawasi penulis selama menjadi mandor pruning adalah 6 orang, dengan prestasi kerja yang dicapai 2.64 Ha/6 HK. Dengan kata lain, pemanen berhasil melakukan pemangkasan sebanyak 343 pohon/6 HK. Kegiatan pemangkasan dilakukan pada saat satu rotasi panen telah selesai pada sisa hari yang ada pada akhir bulan. Besarnya upah yang diperoleh karyawan pruning/pangkas pelepah adalah Rp. 600,-/pohon. Mandor Susun Janjang Kosong/SJJK. Pada saat kegiatan apel pagi, mandor SJJK berkesempatan untuk memaparkan berbagai kendala dan permasalahan yang terjadi pada hari sebelumnya, untuk segera diambil jalan keluar pemecahan masalah tersebut. Setelah apel pagi, kemudian pukul 06.00 WIB, mandor janjang (tandan kosong) melakukan apel pagi bersama karyawan susun tandan kosong. Mandor SJJK memberikan penjelasan mengenai rencana kerja karyawan, mencatat jumlah karyawan yang hadir (absensi), menjelaskan peraturan kerja yang benar kepada karyawan. Kemudian mandor SJJK melakukan pengawasan di lapangan mulai dari awal hingga akhir kegiatan penyusunan tandan kosong, lalu mencatat jumlah tumpukan tandan kosong yang selesai disusun, serta mencatat sisa tumpukan tandan kosong di lapangan. Tandan kosong disusun berbentuk persegi panjang berjumlah 120 tandan (10 tandan x 12 tandan) dan tidak boleh disusun secara bertumpuk. Untuk
pengerjaannya, tandan kosong yang terlebih dahulu disusun adalah tandan kosong yang sudah lama tinggal di pinggir jalan, biasanya tandan kosong yang sudah lama ditandai dengan tumbuhnya jamur berwarna kuning, hingga tandan menjadi rapuh karena membusuk. Jumlah karyawan SJJK ada 12 orang dan dibagi menjadi 4 regu kerja (RK), dengan masing-masing RK terdiri dari 3 tenaga kerja. Norma kerja kegiatan susun tandan kosong adalah 3 ton/1 RK dengan satu tumpuk tandan dengan berat 3 ton berharga Rp. 30 000,-/3 ton. Akan tetapi, pendapatan untuk susun tandan kosong tergantung kemampuan dari karyawan SJJK, bisa saja melebihi standar HK. Prestasi kerja penulis selama menjadi mandor SJJK adalah mengawas KHL sebanyak 12 orang. Kendala yang dihadapi penulis selama menjadi mandor SJJK adalah posisi tandan kosong yang ditumpahkan sembarangan (tidak di depan TPH) oleh dump truck, sehingga menyulitkan karyawan SJJK untuk melangsir tandan kosong dan tandan yang disusun menjadi lebih sedikit karena tenaga karyawan yang cepat lelah. Kendala lainnya yaitu kondisi topografi yang bergelombang, sehingga karyawan kesulitan untuk melangsir tandan kosong pada lahan yang menanjak atau turunan. Mandor Semprot (Herbicide). Dalam apel pagi mandor semprot memaparkan seluruh rencana kerja semprot, sisa hektar semprot per blok, pemakaian bahan herbisida pada blok semprot, serta kendala yang terjadi pada kegiatan seprot pada hari sebelumnya. Kemudian pada pukul 06.00 WIB mandor semprot memaparkan rencana kegiatan semprot, mencatat jumlah tenaga kerja yang hadir (absensi), serta memperingatkan karyawan tentang peraturan kerja perusahaan. Sebelum ke lapangan, mandor semprot terlebih dahulu mengambil herbisida
ke gudang G-2, dengan memberikan bon herbisida yag telah
ditandatangani oleh asisten afdeling dan manajer kebun. Lalu herbisida dicampur dengan air bersih ke dalam jerigen dengan perbandingan 1:1. Bahan semprot kemudian dimasukkan ke dalam knapsack sprayer dengan konsentrasi 210 ml/15 l air. Mandor semprot membagi kerja karyawan semprot mulai dari batas blok semprot. Karyawan memulai kerja menyemprot gulma dengan tiap satu orang karyawan menyemprot satu pasar. Khusus semprot lain-lain, karyawan semprot
menyemprot seluruh gulma yang tumbuh di lahan sawit, baik di piringan, pasar 2:1, hingga gawangan mati. Herbisida yang dipakai pada kegiatan semprot lainlain adalah Smart 486 SL dengan bahan aktif isopropilamina glyphosate (racun sistemik) 486 g/l dan Glumaxone 276 SL dengan bahan aktif paraquat diklorida (racun kontak) 276 g/l. Untuk itu, karyawan semprot harus lebih teliti dalam menyemprot, karena tidak semua gulma dapat efektif disemprot dengan herbisida Smart ataupun herbisida Glumaxone. Contoh gulma yang dapat disemprot dengan herbisida Smart adalah gulma jenis rumput-rumputan, Mikania micrantha, krisan (belidang), ekor kucing, putri malu, Asystachia dan lain-lain. Gulma yang dapat disemprot dengan herbisida Glumaxone adalah gulma jenis pakis seperti pakis kawat dan pakis udang. Tanaman jenis kacang-kacangan tidak boleh disemprot. Akan tetapi jika populasi Mikania micrantha yang menutupi kacang-kacangan lebih besar, kacangan beserta M. micrantha harus disemprot habis. Jumlah karyawan semprot di kebun Afdeling VII ada 27 orang dan karyawan ini dibagi menjadi karyawan semprot herbisida Smart (22 orang), karyawan semprot herbisida Glumaxone (3 orang) dan karyawan pengoplos herbisida Smart (2 orang). Norma kerja semprot lain-lain adalah 0.5 Ha/HK, dengan biaya semprot lahan seluas 1 Ha adalah Rp. 100 000,-. Norma kerja untuk semprot circle adalah 1.5 Ha/HK serta norma semprot pasar 2:1 adalah 6 ha/HK. Upah yang diterima oleh pengoplos herbisida adalah sama dengan upah yang diterima oleh karyawan semprot. Prestasi kerja penulis selama menjadi mandor semprot dalam mengawasi KHL sebanyak 22 orang. Kendala yang dihadapi oleh penulis selama menjadi mandor semprot adalah kesulitan dalam mengawasi seluruh karyawan karena luas hektar semprot yang cukup luas dengan keadaan topografi yang bergelombang dan terdapat banyak gulma, membuat pengawasan hanya dilakukan terhadap beberapa kelompok saja dan pengawasan menjadi kurang efektif. Mandor Pupuk. Tugas dan tanggung jawab seorang mandor pupuk adalah mengikuti kegiatan apel pagi bersama asisten afdeling, supervisor, mandor-mandor, krani buah, serta pegawai administrasi. Saat apel pagi pada pukul 05.30 WIB, mandor pupuk mendapat kesempatan memberikan penjelasan
mengenai rencana kerja di blok yang akan dipupuk pada hari itu, hektar pupuk, jumlah pupuk yang diperlukan yang disesuaikan dengan jumlah tenaga tenaga kerja yang ada, serta kendala-kendala yang mungkin terjadi di lapangan. Selesai apel pagi, pukul 06.30 WIB mandor panen melakukan absen pagi, memberikan pengarahan kepada karyawan pupuk tentang blok yang akan dipupuk, serta mengingatkan
karyawan
supaya
melakukan
pemupukan
sesuai
standar
perusahaan. Pembuatan bon pupuk dibuat oleh mandor pupuk satu hari sebelum dilakukan pemupukan. Penulis menjadi mandor pupuk sebanyak dua kali dan pada saat itu dilakukan pemupukan rock phosphate (RP) jenis CIRP (Christmast Island Rock Phosphate). Pemupukan dilakukan di blok 68 C dan blok 68 B. Untuk blok 68 B diberikan pupuk dengan dosis 2.25 kg/pohon, sedangkan untuk blok 68 C diberikan pupuk dengan dosis 2 kg/pohon. Selesai pemupukan, karung pupuk harus dikumpulkan dan setiap 10 karung harus dibuat dalam satu bundelan. Bundelan karung pupuk harus disimpan di gudang kantor afdeling, sebelum keesokan harinya dikembalikan ke gudang G-2. Semua pohon pada blok yang akan dipupuk harus terpupuk dengan baik dan sesuai dengan standar perusahaan. Saat penulis menjadi mandor panen dan mandor semprot, dilaksanakan kegiatan pemupukan MOP, urea, kieserite dan ZA dengan periode waktu yang telah terjadwal. Adapun standar pemupukan yang benar di kebun Afdeling VII yaitu : •
Pupuk yang tumpah di pinggir jalan saat pengeceran harus dikeruk supaya meminimalkan kehilangan bahan
•
Pupuk harus ditebar di gawangan yang ada susunan pelepah
•
Pupuk ditebar di pinggiran susunan pelepah
•
Penebaran pupuk tidak boleh terkena 1 piringan pohon sawit Jika standar itu tidak terlaksana dengan baik di lapangan, maka karyawan
pupuk mendapatkan hukuman penalti berupa penghapusan upah 1 HK pada hari itu juga. Sanksi penalti juga berlaku untuk mandor pupuk. Mandor pupuk dapat terkena sanksi denda/penalti jika : •
Ditemukan blok yang dipupuk tidak sesuai standar perusahaan
•
Mandor pupuk melakukan kesalahan saat penulisan bon pupuk, sehingga pupuk yang diambil dari gudang G-2 berlebihan jumlahnya, sehingga pupuk banyak tertinggal di lapangan
•
Karung bekas pupuk tidak terkumpul seluruhnya (karung hilang) atau jumlah karung tidak sama dengan jumlah pengambilan pupuk di awal.
Pendamping Asisten Afdeling Asisten afdeling bertugas membuat program kerja tahunan yang meliputi RUKB (rencana uang kerja bulanan) dan RKH (rencana kerja harian). Selain itu asisten afdeling juga bertugas mengatur pekerjaan operasional setiap hari dan mengevaluasinya dalam apel pagi, penentuan rencana kerja, pemakaian alat dan bahan, blok yang akan dikerjakan dan jenis pekerjaan di blok tersebut, serta mengawasi tiap pekerjaan yang ada di lapang. Pada sore hari asisten memeriksa laporan hasil dari tiap mandor, pemakaian HK, pemakaian bahan, serta memotivasi karyawan. Asisten afdeling dalam menjalankan kegiatannya, dibantu oleh supervisor, mandor, krani, hingga karyawan administrasi. Asisten afdeling juga bertanggung jawab terhadap kondisi lingkungan kebun yang kondusif, baik itu kegiatan yang ada di kebun maupun di dalam lingkungan tempat tinggal karyawannya. Selama menjadi pendamping asisten afdeling, penulis mendapat tanggung jawab untuk mengawasi kegiatan semprot herbisida, panen, susun janjang kosong (SJJK), pemupukan dan pruning. Tugas penulis lebih mengarah kepada kemampuan manajerial, dimana penulis berfungsi sebagai pengawas kegiatan budidaya, menilai kualitas kerja karyawan dan berani mengambil keputusan untuk memberi sanksi bagi karyawan yang kerjanya belum sesuai standar perusahaan. Saat apel pagi, penulis mendapat kesempatan untuk memberikan masukan kepada asisten afdeling mengenai pengamatan atas permasalahan yang terjadi pada hari sebelumnya serta memberikan solusi yang tepat terhadap permasalahan yang terjadi.
HASIL DAN PEMBAHASAN Manajemen Panen Panen adalah suatu kegiatan yang paling penting di perkebunan kelapa sawit khususnya perkebunan PT Cipta Futura Plantation, karena kegiatan panen/potong buah langsung berhubungan dengan pengolahan hasil yang mendatangkan pemasukan/income bagi perusahaan. Dari hasil penjualan kelapa sawit yang di panen dan telah diolah di pabrik, dapat dipakai untuk membiayai seluruh kegiatan operasional kebun. Adapun kendala-kendala yang ditemukan dalam pengelolaan kegiatan panen di PT Cipta Futura Plantation khususnya kebun Afdeling VII adalah kekurangan tenaga kerja panen, perlu ditingkatkan pengawasan oleh mandor dan supervisor panen, kurang tepatnya penentuan sistem denda/penalti basis dan premi oleh perusahaan. Hal ini mengakibakan losses/kehilangan hasil tinggi, mutu buah dan mutu hanca yang tidak konsisten. Semua kendala ini akan mengakibatkan tingginya biaya panen dan menurunkan keuntungan perusahaan. Di dalam manajemen panen, diperlukan sistem kerja yang baik dalam mengatur karyawan maupun dalam pelaksanaan kegiatan panen di lapangan. Permasalahan yang ditemukan di dalam manajemen panen di perusahaan PT Cipta Futura Plantation adalah sensus buah masak, rotasi panen, tenaga kerja panen, pengawasan dan
pemeriksaan kualitas panen, sanksi/denda panen, kualitas buah dan kualitas hanca.
Sensus Buah Masak/Taksasi Produksi Tujuan dilaksanakan sensus buah adalah untuk mengetahui kerapatan buah dan jumlah TBS yang dapat dipanen pada rotasi panen berikutnya. Kegiatan sensus buah di kebun Afdeling VII dilaksanakan setiap satu bulan sekali pada tanggal 15. Sensus buah dilaksanakan oleh mandor panen. Terdapat enam kategori pelaksanaan sensus buah, yaitu bulan ke-1, bulan ke-2, bulan ke-3, bulan ke-4, bulan ke-5 dan bulan ke-6. Buah bulan ke-1 adalah buah yang dapat dipanen satu bulan kemudian. Bulan ke-2 adalah buah yang dapat dipanen 2 bulan kemudian, demikian seterusnya sampai bulan ke-6. Ciri-ciri buah bulan ke-1 yaitu buah telah memberondol sebagian dan kulit buah berwarna merah tua. Ciri buah bulan ke-2 yaitu buah berwarna merah kehitaman dan kusam. Ciri buah bulan ke-3 yaitu buah berwarna kehitaman dan duri mulai kisut. Ciri buah bulan ke-4 yaitu buah berwarna hitam kilat dan duri buah masih tegak, tajam dan berwarna hijau. Ciri buah bulan ke-5 yaitu bunga betina sudah mekar, berwarna jingga. Ciri buah bulan ke-6 yaitu bunga betina baru mulai pecah dari seludangnya (PT Cipta Futura Plantaton, 2006). Kebun Afdeling VII setiap bulan melakukan sensus buah dan salah satu contoh sensus buah yang dilakukan bulan Mei 2009 seperti tercantum pada Tabel 7. Tabel 7. Data Sensus Buah Bulan Mei 2009 Blok
Petak
Jumlah Pohon Contoh
1
66 68 83 83 95 95 103 104 104 106
A D P C AP C A B D A
32 26 25 19 23 24 23 27 27 25
5 14 9 3 6 6 6 3 3 6
2
Bulan Ke3 4
5
6
20 24 15 6 19 7 10 16 21 20
51 31 58 47 78 51 45 29 53 42
17 8 19 3 29 16 10 20 5 28
21 10 44 17 23 16 8 18 14 22
39 25 32 17 44 24 26 37 23 34
Total 153 112 177 93 199 120 105 123 119 152
106 107 107 108 108 108 109 109 109
B B C A B C C CP D
TOTAL
28 21 25 27 24 27 23 29 27
6 5 4 3 4 21 5
8 7 13 9 12 6 9 41 14
51 33 39 32 31 30 35 35 33
39 25 31 27 20 29 22 21 19
26 15 19 8 4 8 3 11 4
24 16 12 2 5 6 5 26 7
154 96 119 82 75 83 74 155 82
482
109
277
804
534
253
296
2 273
Sumber : Kantor Kebun Afdeling VII, Mei 2009
Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa pada bulan Mei, Blok 95 AP merupakan blok yang tersensus dengan kerapatan buah tertinggi, yaitu 199 buah dan jumlah pohon sebanyak 23 pohon. Secara umum, pohon sawit pada blok perluasan (P) dapat menghasilkan tandan paling banyak di banding pohon sawit tua. Dari total pohon sampel/pohon contoh yang disensus sebanyak 482 pohon diperoleh buah siap panen paling tinggi pada bulan ke-3, yaitu 804 TBS. Artinya dari 1 pohon sawit dapat dipanen 1 – 2 TBS. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah TBS yang akan di panen pada bulan ke-3 tergolong tergolong rendah. Sensus yang menunjukkan panen TBS paling sedikit adalah pada bulan ke-1. Akan tetapi pada kenyataanya data sensus buah tidak dipergunakan oleh kantor kebun. Hal ini disebabkan karena data TBS yang diperoleh dari hasil perhitungan sensus buah berbeda hasilnya dengan perolehan TBS di lapangan. Tidak akuratnya data yang diperoleh dari hasil sensus buah disebababkan karena jumlah pohon contoh yang diambil setiap blok jumlahnya tidak memenuhi kaidah pengambilan contoh, yaitu 10 % dari populasi tanaman. Sebagai contoh, pada Blok 66A total pohon ada 792 pohon, sedangkan pengambilan pohon contoh hanya 32 pohon. Seharusnya pohon contoh yang diambil sesuai kaidah 10 % ada 80 pohon dari total populasi pohon kelapa sawit.
Pengambilan contoh pohon juga tidak dilakukan di semua petak
pada blok di kebun Afdeling VII.
Rotasi Panen Rotasi panen digunakan untuk menentukan jumlah pemanen yang dibutuhkan pada kegiatan panen berikutnya dengan luasan tertentu. Penggunaan
rotasi panen dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu luas lahan (hektar panen), kerapatan buah masak dan jumlah pemanen. PT Cipta Futura Plantation mempunyai 4 metode rotasi panen, yaitu : •
1 rotasi (20/30), artinya: Dalam waktu satu bulan (30 hari) untuk menghabiskan 1 857.93 hektar panen (1 rotasi) memerlukan waktu 20 hari dengan waktu cadangan 10 hari.
•
2 rotasi (10/15), artinya: Untuk menghabiskan 1 rotasi panen dibutuhkan waktu 10 hari dengan waktu cadangan 5 hari.
•
3 rotasi (7/10), artinya: Untuk menghabiskan 1 rotasi panen dibutuhkan waktu 7 hari dengan waktu cadangan 3 hari.
•
4 rotasi (5/7), artinya: Untuk menghabiskan 1 rotasi panen dibutuhkan waktu 5 hari dengan waktu cadangan 2 hari. Saat ini kebun Afdeling VII menggunakan rotasi panen 10/15 (2 rotasi),
karena jumlah tenaga kerja panen yang ada berjumlah 75 orang dengan luas hektar panen sebesar 1 857.93 hektar. Untuk 2 rotasi (10/15) biasanya dilakukan pada saat buah masak sedikit, hektar panen luas dan jumlah pemanen sedikit. Rotasi 7/10 dilakukan pada saat buah masak banyak, hektar panen sedang dan jumlah pemanen sedang. Rotasi 5/7 dilakukan pada saat buah masak banyak, hektar panen sedikit dan jumlah pemanen banyak.
Tenaga Kerja Panen Tenaga kerja panen yang dihitung berikut ini adalah merupakan tenaga kerja potong buah sistem borongan yang dibutuhkan per hari dalam satu afdeling. Tenaga potong buah yang dipakai di kebun Afdeling VII adalah karyawan panen yang telah lama bekerja sebagai pemanen atau karyawan baru yang telah melalui tahap latihan (magang) selama dua bulan. Menurut Yahya (1990) untuk dapat menyelesaikan kegiatan panen suatu hanca panen dalam sehari, tenaga pemanen yang perlu disediakan dihitung dengan rumus sebagai berikut: Kebutuhan pemanen/hari = Keterangan:
AxBxCxD E
A = Luas hanca (ha) B = Kerapatan panen (tandan yang dapat dipanen : tanaman pohon) C = Berat tandan rata-rata (kg) D = Jumlah pohon per ha E = Kapasitas panen (kg) Berikut merupakan perhitungan kebutuhan tenaga kerja panen di kebun Afdeling VII. •
Luas hektar panen kebun Afdeling VII sebesar 1 857.93 ha yang terbagi ke dalam 10 seksi panen.
•
Luas rata-rata per seksi panen adalah 1 857.93 ha/10 seksi = 185.8 ha. Data pengamatan angka kerapatan panen disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8. Pengamatan Angka Kerapatan Panen (AKP) Kebun Afdeling VII Blok
(ha)
Total Populasi (pohon)
Total Pohon Contoh (pohon)
Jumlah Tandan Matang (tandan)
AK P (%)
31.87
4 143
420
138
33
Luas
109 D
Sumber : Data Pengamatan Lapangan, Juni 2009
AKP =
138 tandan 420 pohon
x 100%
= 33 %
Kapasitas tenaga pohon buah/HK adalah: = 2.5 ha x 130 pohon/ha x 33 % x 19 kg/tandan = 2037.75 kg/HK Jumlah tenaga kerja potong buah adalah : =
185.8 ha x 33 % x 19 kg/tandan x 130 pohon/ha 2 037.75 kg/HK
= 75 tenaga kerja potong buah Dari hasil perhitungan kebutuhan tenaga kerja potong buah di atas, jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan adalah 75 orang, sedangkan pada saat kegiatan
magang jumlah tenaga kerja yang tersedia ada 75 orang, sehingga dapat dikatakan kebun Afdeling VII tidak kekurangan tenaga kerja potong buah dan tenaga kutip berondolan (asumsi bahwa jumlah tenaga kerja kutip berondolan mengikuti jumlah tenaga kerja potong buah). Akan tetapi, pada kenyataan di lapangan, sangat sering terjadi kekurangan tenaga potong buah. Kekurangan tenaga kerja disebabkan oleh beberapa hal, yakni adanya karyawan yang izin, sakit atau mangkir, sehingga hampir setiap hari kebun Afdeling VII kekurangan tenaga kerja atau tidak mencapai jumlah ideal 75 orang. Kekurangan tenaga kerja potong buah mengakibatkan hanca atau seksi panen tidak selesai dalam satu hari, karena luasan hanca yang diberikan melebihi kapasitas kerja pemanen. Dengan demikian seksi panen yang telah ditetapkan tidak menjadi acuan lagi, karena blok seksi panen yang seharusnya sudah diselesaikan harus dikerjakan keesokan harinya. Kerugiannya adalah terjadi peningkatan biaya panen serta rotasi panen akan bertambah. Rotasi panen bertambah pada seksi panen yang bergeser hari panennya karena pemanen harus menyelesaikan hanca atau seksi panen sebelumnya dan baru diperbolehkan maju ke seksi berikutnya. Rotasi panen yang tinggi atau bertambah akan mengakibatkan banyaknya jumlah berondolan berjatuhan yang disebabkan banyaknya tandan lewat matang di pohon. Hal ini menyebabkan peluang kehilangan hasil menjadi lebih besar, yakni tandan matang tertinggal di pohon dan berondolan tidak dikutip menjadi sangat banyak. Kerugian lain akibat tingginya rotasi panen adalah rendahnya kualitas minyak yang diakibatkan penambahan asam lemak bebas (ALB) dari tandan lewat matang yang harus dipanen. Untuk itu, diperlukan pencarian tenaga kerja potong buah oleh mandor panen dan supervisor panen untuk menutupi kekurangan karyawan yang sering tidak hadir dan untuk mempersiapkan tenaga kerja jika suatu saat terjadi musim panen puncak. Dengan semakin banyak tenaga pemanen, diharapkan rotasi tetap selesai sesuai target dan dapat membatasi premi yang diperoleh karyawan potong buah.
Pengawasan dan Pemeriksaan Kualitas Panen Pengawasan panen bertujuan untuk menjaga agar kegiatan panen berlangsung dengan baik dan efisien. Pengawasan panen juga berguna untuk
mencegah dan memperkecil kerugian dalam kegiatan panen serta mencegah terjadinya kecurangan saat kegiatan panen berlangsung. Kegiatan pengawasan panen sebagai usaha untuk mencapai tujuan dan sasaran secara maksimal. Pengawasan panen dilakukan setiap hari oleh mandor panen dan supervisor panen, yang kemudian hasil pengawasan panen dilaporkan ke asisten afdeling. Adapun hal yang menjadi perhatian dalam pengawasan panen di kebun Afdeling VII adalah : 1. Buah mentah tidak dipanen untuk mengurangi kehilangan hasil (looses) baik minyak sawit maupun minyak inti sawit. 2. Tandan masak yang tertinggal di pohon atau tidak di panen menyebabkan buah akan membusuk. 3. Pruning/potong pelepah, baik pelapah tua, pelepah sengkleh dan jumlah pelepah > songgo 2. 4. Berondolan harus dikutip bersih untuk mencegah kehilangan hasil (CPO). 5. Pelepah yang dipangkas disusun dengan baik di gawangan mati. 6. Potong tangkai tandan buah sawit dengan ukuran ± 2 cm dari pangkal tandan. Pemeriksaan kualitas hasil panen dilaksanakan saat kegiatan inspeksi berlangsung yang dilakukan oleh manajer kebun, asisten afdeling, supervisor panen dan mandor panen. Kegiatan inspeksi di perusahaan PT Cipta Futura Plantation terdiri dari tiga kegiatan, yaitu inspeksi harian, inspeksi mingguan dan inspeksi triwulan. 1. Inspeksi harian dilakukan oleh mandor panen dan tim inspeksi. Yang di inspeksi adalah semua kegiatan khususnya kegiatan panen yang berlangsung pada hari itu juga. 2. Inspeksi bulanan dilakukan oleh supervisor afdeling dan tim inspeksi. Yang diinspeksi adalah semua kegiatan dalam satu afdeling khususnya blok yang telah dipanen dan selama satu bulan terakhir. 3. Inspeksi triwulan dilakukan oleh manajer kebun, staf enterprise inspector, asisten afdeling dan mandor panen sebagai pendamping selama kegiatan inspeksi berlangsung. Yang diinspeksi adalah semua kegiatan yang berlangsung selama tiga bulan terakhir.
Khusus inspeksi pemeriksaan kualitas panen terdiri dari kualitas buah, kualitas hanca yang terdiri dari penilaian kebersihan piringan dan TPH dalam beberapa blok yang diinspeksi. Kegiatan inspeksi ini dilakukan sebagai bahan koreksi/perbaikan mutu dalam kegiatan panen untuk hari berikutnya. Kegiatan inspeksi dilakukan secara rutin di semua afdeling di perusahaan PT Cipta Futura Plantation. Pada Tabel 9 dikemukakan data contoh inspeksi harian panen. Tabel 9. Data Inspeksi Harian Panen Tanggal 17 April 2009 Sub Standard Afd
Blok Inspeksi
Pohon Inspeksi
Mentah
Buah Tinggal
Kualitas (%)
Kuantitas (%)
VII
108
8
0
0
97.74
100
VI
1
9
0
0
97.08
100
VIII I
0 3
7 5
0 0
2 0
96.68 96.14
99.34 100
Cipta Futura 1256 4 29 Sumber : Kantor Administrasi Kebun, 2009
0
2
96.97
99.84
Tanpa Songgo
Berondolan
354
0
41/42
342
85 89/90
301 259
Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa kualitas panen keempat afdeling di PT Cipta Futura Plantation tidak ada yang mencapai 100%. Kualitas panen yang paling baik pada tanggal 17 April adalah kebun Afdeling VII dengan kualitas panen mencapai 97.74 %. Hal ini menunjukkan bahwa masih ditemukan pelanggaran panen di keempat afdeling. Pengawasan dari mandor panen dan supervisor panen harus lebih ditingkatkan dan dipertegas untuk mencapai kualitas hasil panen yang semakin baik. Pemberian sanksi berupa penalti kepada pemanen tidak akan mempengaruhi upah premi mandor panen.
Sanksi/Denda Panen Sanksi/denda diberikan jika ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh aturan perusahaan (kantor afdeling) dilanggar, khususnya pelanggaran pada kegiatan potong buah. Sanksi denda diberikan kepada semua karyawan, mulai dari KHL (pemanen borongan), karyawan non-staf hingga staf, yaitu pemanen, krani buah, mandor panen dan supervisor panen. Ketentuan-ketentuan tarif sanksi telah ditetapkan menurut situasi dan kebijaksanaan perusahaan. Sanksi-sanksi yang berlaku pada kegiatan panen di kebun Afdeling VII dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Sanksi Panen yang Berlaku di Kebun Afdeling VII Pelanggaran
Sanksi
Potong buah mentah
Semua basis, pemi dan berondolan hangus
Buah masak tidak dipanen
Semua basis, premi dan berondolan hangus
Berondolan tinggal (>3 berondol)
Masih basis = basis dan berondol hangus Lewat basis = premi dan berondol hangus
Pelepah sengkleh
1 pohon = potong 10 TBS
Tangkai panjang (>2 cm)
Potong 5 TBS
Tangkai tinggal di TPH
Potong 10 TBS
Pelepah sub standar
Potong 5 TBS
Buah gonjes
Potong 5 TBS
Buah tidak disusun rapi di TPH
Potong 5 TBS
Berondolan tinggal di TPH
Potong 5 TBS
Buah tanpa songgo
Potong 10 TBS
Sumber : Kantor Kebun Afdeling VII, 2009
Dari Tabel 10 sanksi yang telah ditetapkan oleh kebun Afdeling VII untuk karyawan potong buah dirasakan sangat memberatkan. Dari hasil wawancara terhadap 50 pemanen, hampir semua pemanen merasa dirugikan atas pemberian hukuman seperti tertera pada Tabel 10 di atas. Khususnya hukuman penalti habis atas basis dan premi untuk panen buah mentah dan buah masak tidak dipanen. Pemberian hukuman penalti ternyata tidak dapat mencegah atau mengurangi kehilangan hasil. Hal ini dapat dilihat dari data kualitas panen berupa kualitas hanca dan kualitas buah (Tabel 11, Tabel 12, Tabel 13 dan Tabel 14). Untuk kualitas hanca, masih ditemukan pelanggaran-pelanggaran, dapat berupa pelepah sengkleh, berondolan berserakan di gawangan mati, di piringan dan di TPH dan pelepah tidak disusun rapi. Pada kualitas buah masih ditemukan pelanggaran-pelanggaran, dapat berupa buah mentah terpanen, buah masak dan buah busuk tidak dipanen, serta tangkai buah tandan sawit masih panjang (> 2 cm). Dampak lainnya yang lebih merugikan yaitu pemanen lebih memilih untuk izin istirahat, meskipun masih sanggup untuk bekerja. Hal ini akan merugikan kebun ketika kerapatan buah tinggi. Untuk itu, diperlukan peninjauan kembali terhadap aturan penalti/sanksi di kebun Afdeling VII agar kepentingan kebun tidak berbenturan dengan keinginan karyawan potong buah sistem borongan.
Hasil wawancara terhadap 50 karyawan potong buah, mereka menginginkan penghapusan peraturan penalti habis terhadap upah basis dan premi yang berlaku di kebun Afdeling VII, atau dengan kata lain karyawan potong buah menginginkan peraturan pemberian penalti/denda panen mengikuti standar perusahaan PT Cipta Futura Plantation yaitu berupa penalti potong 15 TBS untuk penalti buat mentah terpanen dan buah masak tidak dipanen.
Kriteria Panen Berdasarkan peraturan PT Cipta Futura Plantation buah dikatakan sudah masak dan siap dipanen apabila buah telah memberondol (2 berondol/1 kg tandan) di TPH dan kulit buah berwarna merah dan merah kehitaman. Ada juga buah telah berwarna merah tetapi belum memberondol di piringan, kemungkinan berondolan jatuh di ketiak pelepah. Apabila hal ini terjadi dapat dilakukan pencungkilan buah untuk melihat apakah buah telah masak atau belum masak. Kegiatan pencungkilan kulit buah hanya berlaku untuk pohon kelapa sawit yang tinggi/pohon tua. Pencungkilan dilakukan dengan menggunakan egrek. Jika buah telah berwarna merah tetapi belum memberondol dan setelah dicungkil mesocarp berondolan masih berwarna putih, itu artinya buah masih mentah dan belum bisa dipanen. Untuk pohon sawit yang masih muda (TM1), tandan sawit dikatakan sudah layak dipanen apabila buah sawit telah memberondol.
Kualitas Buah Selain produksi yang tinggi, yang diharapkan dari kegiatan potong buah adalah kualitas buah yang tinggi juga. Pengamatan dilakukan terhadap kualitas buah yang dihasilkan oleh beberapa pemanen pada 5 blok dan kemandoran yang berbeda di kebun Afdeling VII. Kehilangan hasil produksi di kebun Afdeling VII masih tergolong tinggi, penyebabnya adalah tingginya pemanenan buah mentah, buah masak tinggal (di pohon maupun piringan), berondolan tidak dikutip (di piringan maupun di TPH), dan buah gonjes (terbelah). Penyebab buah tinggal adalah banyak pohon kelapa sawit di kebun Afdeling VII yang tinggi/sudah tua, sehingga menyulitkan pemanen untuk menurunkan buah, sedangkan egrek yang
dipakai tidak cukup panjang untuk menjangkau buah. Hasil pengamatan terhadap kualitas buah di kebun Afdeling VII dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Pengamatan Kualitas Buah Bulan Mei, Kebun Afdeling VII Buah Contoh
Buah mentah dipanen 0
Buah busuk + Buah matang tidak dipanen 0
108 B 107 D 103 A 81 A 94 B
140 176 189 135 97
2 1 2 1 2
11 3 4 6 2
Total Persentase (%)
737 100
8 1.09
26 3.53
Blok Contoh Standar
Sumber : Data Pengamatan Lapangan, Mei 2009
Berdasarkan Tabel 11 didapatkan persentase kualitas buah kebun Afdeling VII adalah buah mentah 1.09 %, buah matang dan busuk 3.53 %. Artinya setiap 100 buah yang dipanen terdapat 1 buah mentah terpanen dan 3 - 4 buah matang atau busuk yang tidak dipanen. Dengan demikian standar toleransi kualitas buah yang ditetapkan kebun Afdeling VII untuk tandan tertinggal maupun tandan masak tidak dipanen belum dapat dicapai. Standar toleransi kebun untuk kualitas buah yaitu tidak ada buah mentah yang dipanen dan buah masak tidak dipanen. Pemotongan buah mentah tidak boleh dilakukan karena akibat memotong buah mentah kebun akan mendapatkan kerugian yaitu kehilangan sebagian potensi produksi minyak kelapa sawit (MKS) sehingga produktivitas MKS menurun. Tandan sawit dikatakan tertinggal jika ditemukan adanya berondolan lepas alami satu atau lebih dari standar buah matang dan tandan tersebut tidak dipotong pada saat hari panen. Tandan tertinggal dapat pula terjadi pada saat tandan sudah dipanen tetapi tidak terangkut ke TPH, tetapi kasus ini jarang ditemukan. Tandan masak yang tertinggal terjadi karena pemanen tidak teliti pada saat memotong buah sehingga tidak melihat buah matang di samping gawangan mati, selain itu pemanen tergesa-gesa pada saat pengangkutan dari piringan menuju TPH karena mengejar waktu agar cepat mencapai basis. Penyebab utama terjadinya buah tinggal di pohon adalah karena banyaknya gulma pakis-pakisan (Nephrolepis
biserata) yang tumbuh pada batang dan pelepah bagian atas, sehingga buah yang sudah matang tertutupi oleh lebatnya gulma. Adapun kecenderungan pada saat rotasi tinggi, pemanen sudah tidak mampu lagi untuk memanen karena sudah kehabisan tenaga yang diakibatkan hanca yang diberikan terlalu luas, sehingga banyak buah yang sudah matang harus menginap di pohon. Dampak dari buah menginap di pohon adalah terjadi kenaikan asam lemak bebas (ALB) tandan. Selain pengamatan buah matang dan buah mentah, juga dilakukan pengamatan terhadap tangkai/gagang panjang. Gagang panjang pada tandan sawit perlu dipotong pendek (< 2 cm) sebelum TBS diangkut ke pabrik (PKS). Gagang tandan buah sawit yang terlalu panjang menyebabkan penambahan biaya bagi kebun dan pabrik, karena penambahan berat semu saat pengangkutan dan penyerap minyak sawit saat pengolahan sehingga mengurangi kuantitas CPO. Menurut Rankine dan Fairhurst (1998) gagang buah yang panjang dapat menyerap 0.25 %/kg CPO saat perebusan. Berikut data pengamatan tangkai panjang tandan sawit yang dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Pengamatan Tangkai Panjang Kelapa Sawit Blok/Petak
Jumlah Buah
Tangkai Panjang
Persentase Tangkai Panjang (%)
94 A, B, C 95 A, B, C, D
250 338
14 12
5.60 3.55
Rata-rata
294
13
4.42
Sumber : Data Pengamatan Lapangan, Mei 2009
Pada Tabel 12 dapat dilihat bahwa pada kebun Afdeling VII masih ditemukan panjang tangkai buah kelapa sawit yang panjangnya > 2 cm, dengan persentase tangkai panjang sebesar 4.42 %. Persentase tangkai panjang buah kelapa sawit sebesar 4.42 % akan mengakibatkan resiko kehilangan hasil (CPO) yang cukup tinggi, karena minyak sawit akan diserap serabut tangkai buah pada saat perebusan di pabrik kelapa sawit. Diperlukan pengawasan yang lebih serius oleh mandor panen serta konsistensi dalam menjalankan aturan penalti tangkai panjang buah kelapa sawit, yaitu potong 15 TBS.
Kualitas Hanca Kualitas hanca yang diamati terdiri dari jumlah berondolan tertinggal. Pengamatan dilakukan terhadap berondolan tertinggal di luar TPH (di pokok dan piringan yang dilakukan secara bersamaan). Hasil pengamatan berondolan tertinggal dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Pengamatan Berondolan Tertinggal di Luar TPH Kemandoran Standar
Berondolan tertinggal di luar TPH (<3 butir/pohon) (<3 butir/piringan)
1 2 3
0.7 0.5 0.6
1.7 1.45 1.1
Rata-rata
0.60
1.42
Sumber : Data Pengamatan Lapangan, Mei 2009
Berdasarkan Tabel 13 didapatkan rata-rata berondolan tertinggal di luar TPH Afdeling VII adalah 0.60 butir/pohon dan 1.42 butir/piringan, artinya terdapat 1 butir per pohon dan 1 - 2 butir berondolan per piringan tertinggal di dalam hanca tersebut. Hasil tersebut sudah memenuhi standar toleransi kebun yaitu < 2 butir per pohon atau per piringan. Banyaknya berondolan yang tertinggal terjadi pada saat rotasi panen tinggi sehingga jumlah berondolan banyak, sedangkan tenaga pengutip berondolan terbatas serta jam kerja sudah habis. Selain itu kondisi hanca yang kotor, banyak gulma dan becek/tergenang air membuat pengutip berondolan enggan untuk mengutip berondolan secara bersih. Selain pengamatan berondolan di luar TPH juga dilakukan pengamatan berondolan tertinggal di TPH. Berondolan tertinggal di TPH menjadi tanggung jawab supir dan pemuat buah yang menjadi pengawasan kerani buah. Pada Tabel 14 dikemukakan contoh pengamatan berondolan tertinggal di TPH. Tabel 14. Pengamatan Berondolan Tertinggal di TPH Blok Standar
Berondolan tertinggal di TPH (<5 butir/TPH)
68 A 68 B 68 C
2.2 3.1 3.4
68 D
4.5
Rata-rata
3.3
Sumber : Data Pengamatan Lapangan, Mei 2009
Berdasarkan Tabel 14 di atas didapatkan rata-rata berondolan tertinggal di TPH kebun Afdeling VII adalah 3.3 butir/TPH. Artinya terdapat 3 - 4 butir berondolan yang tertinggal di setiap TPH. Dengan demikian standar kualitas hanca untuk berondolan tertinggal di TPH sudah dapat dicapai. Berondolan tertinggal di TPH disebabkan karena kondisi TPH kotor dan tergenang air akibat hujan, kurangnya ketelitian dari pemuat buah saat pengangkutan tandan ke dump truck yang dilakukan saat jam kerja khususnya malam hari. Selain karena kehilangan hasil akibat berondolan tertinggal, kerugian lainnya yaitu berondolan yang tertinggal akan tumbuh menjadi anak sawit (kentosan). Kentosan ini menjadi gulma yang harus dikendalikan sehingga biaya pemeliharaan akan meningkat. Kehilangan produksi akibat berondolan tidak dikutip dapat diatasi dengan cara pengawasan yang ketat dari mandor terhadap kualitas hancanya, serta pemeliharaan hanca panen yang baik.
Transportasi Panen Dalam pengelolaan kebun kelapa sawit, faktor transportasi menjadi sangat penting. Kendaraan yang digunakan dalam kegiatan panen adalah dump truck dan traktor. Keterlambatan (restan) pengangkutan TBS ke pabrik akan mempengaruhi proses pengolahan, kapasitas olah dan mutu produk akhir (Pahan, 2008). Dump truck dan traktor yang dipakai di perusahaan PT Cipta Futura Plantation adalah milik perusahaan. Perusahaan tidak ada memakai alat transportasi sistem kontrak. Rotasi panen akan mempengaruhi kualitas TBS, kesegaran TBS dan kualitas berondolan. Pengamatan khusus dilakukan terhadap buah restan di lapangan. Buah restan di lapangan (TPH) disebabkan karena kurang baiknya sistem pengangkutan, kerapatan buah yang tinggi dan kondisi jalan yang rusak parah karena hujan pada hari sebelumnya. Pada Tabel 15 ditampilkan data buah tinggal di TPH pada Bulan Mei 2009. Tabel 15. Data Buah Tinggal (Restan) di TPH, Bulan Mei 2009
Blok
Buah Angkut (buah)
68 A, B, C, D 69 A, B, C Rata-rata
Buah Restan (buah)
% Buah Restan
8 609 10 426
495 344
5.75 3.30
9 517.50
419.50
4.52
Sumber : Data Pengamatan Lapangan
Dari Tabel 15 didapatkan bahwa persentase buah restan pada bulan Mei mencapai 4.52 %. Artinya buah restan di TPH cukup tinggi. Hal ini disebabkan karena intensitas hujan yang tinggi pada bulai Mei saat panen di Blok 68 A, B, C, D dan Blok 69 A, B, C. Curah hujan tinggi membuat jalan rintis menjadi rusak dan berlumpur, sehingga tidak bisa dilalui dump truck. Kondisi ini diperparah dengan lokasi blok panen yang jauh, sehingga dump truck banyak yang tidak beroperasi. Buah restan mengakibatkan peningkatan ALB pada minyak kelapa sawit. Masalah berikutnya akan muncul ketika dump truck mengantri di pabrik kelapa sawit untuk menumpahkan TBS ke loading ramp. Dump truck mengantri di pabrik disebabkan karena begitu banyak dump truck yang membawa TBS hasil panen pada hari itu ditambah dengan akumulasi sisa buah restan pada hari sebelumnya. Dampak dari mengantrinya dump truck adalah terjadi peningkatan kadar ALB minyak sawit. Penumpukan TBS bisa juga terjadi ketika pabrik kelapa sawit mengalami kerusakan yang berakibat pada peningkatan kadar ALB minyak kelapa sawit di pabrik. Pada Tabel 16 disajikan data ALB tiga bulan terakhir (Maret, April dan Mei 2009) sebagai berikut. Tabel 16. Kadar ALB pada Bulan Maret, April dan Mei 2009 Bulan
Minggu
ALB
Maret
01 - 07 08 - 14 15 - 21 22 - 28 01 - 07 08 - 14 15 - 21 22 - 28 01 - 07 08 - 14 15 - 21
1.55 2.14 2.08 1.57 1.8 2.41 1.57 1.63 1.53 2.14 2.08
April
Mei
Rata-rata ALB 1.84
1.84 1.92
22 - 28
-
Sumber : Data Kantor Administrasi 4C (PKS), Juni 2009
Dari Tabel 16 dapat diketahui bahwa rata-rata kadar ALB bulan Maret, April dan Mei berturut-turut adalah 1.84 %, 1.84 % dan 1.92 %. Pada bulan Mei khususnya pada tanggal 08 - 14 terjadi peningkatan kadar ALB menjadi 2.14 %. Peningkatan ALB bulan Mei disebabkan karena cukup banyak buah restan yang menginap di TPH maupun menginap di PKS akibat intensitas curah hujan yang tinggi saat hari panen sebelumnya. Secara umum terlepas dari adanya buah restan, kadar ALB pada bulan Maret, April dan Mei 2009 termasuk kategori ALB yang sangat baik untuk standar perdagangan minyak mentah kelapa sawit. Hal ini tidak terlepas dari kebijakan PT Cipta Futura Plantation yang memanen buah dengan kriteria matang panen jika buah memberondol minimal 2 berondol/TBS. Dengan kata lain perusahaan ini memanen buah sawit dengan rentang fraksi 0, fraksi 1 dan fraksi 2. Menurut Lubis (1992), buah yang dipanen dengan fraksi 0 sampai dengan fraksi 2 termasuk ke dalam buah kategori mentah, kurang matang, hingga matang 1. Berikut Tabel 17 yang menampilkan data fraksi, kadar ALB dan
rendemen
minyak (Lubis, 1992). Tabel 17. Hubungan Fraksi, Kadar ALB dan Rendemen Minyak Fraksi
Rendeman Minyak (%)
Kadar Asam Lemak Bebas (%)
0 1 2 3 4 5
16. 0 21.4 22.1 22.2 22.2 21.9
1.6 1.7 1.8 2.1 2.6 3.8
Sumber : A.U. Lubis (1992)
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Penulis memperoleh pengetahuan, pengalaman dan keterampilan dalam budidaya kelapa sawit selama magang di PT Cipta Futura Plantation. Sistem kerja karyawan harian lepas (KHL) di PT Cipta Futura Plantation menggunakan sistem borongan. Sistem pemberian upah KHL juga menggunakan sistem borongan. Produksi TBS di kebun Afdeling VII mengalami fluktuasi setiap tahun. Faktorfaktor yang mengurangi dan meningkatkan kehilangan hasil saat panen adalah rotasi panen terlambat, gulma pakis-pakisan (Nephrolepis biserrata) di pohon kelapa sawit, serta sarana transportasi panen yang tidak lancar. Diperlukan pemeliharaan tanaman yang lebih intensif, dalam hal ini pengendalian gulma. Tercapainya target produksi kelapa sawit dipengaruhi oleh keahlian pemanen, kualitas alat, kondisi iklim dan kondisi topografi lapangan. Manajemen panen belum dilakukan dengan baik khususnya sensus buah dan perbaikan jalan
rintis (jalan tengah). Pelaksanaan aturan penalti sudah dijalankan dengan baik, akan tetapi tidak efektif dalam memperbaiki mutu hasil panen.
Saran Perbaikan dan pemeliharaan sarana dan prasarana penunjang kegiatan panen khususnya pemeliharaan jalan blok (main road), jalan petak dan jalan bantu/rintis dilakukan secara rutin untuk memperlancar proses pengangkutan TBS dari lapangan menuju pabrik (PKS). Pemeliharaan jalan harus terus dilakukan khususnya pada musim hujan yang sering menimbulkan kerusakan jalan. Perlu dilakukan peninjauan kembali terhadap aturan hukuman penalti yang dirasakan sangat memberatkan pemanen, khususnya penalti habis basis dan premi untuk panen buah mentah dan buah matang tidak di panen. Perlu ditingkatkan kerja sama (teamwork) antara karyawan staf maupun karyawan non-staf, agar tercipta suasana kerja yang nyaman di kebun Afdeling VII. Perlu juga diberikan motivasi kepada seluruh karyawan agar semakin bersemangat dalam bekerja maupun dalam pencapaian target produksi.
DAFTAR PUSTAKA Corley. 1976. Oil Palm Research. Elsevier Scientific Publishing Company, p 97100. Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan, 2004. Statistik Perkebunan Indonesia 1999-2002, Kelapa Sawit (Oil Palm). Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan, Departemen Pertanian. Jakarta. 57 hal. Direktorat Jenderal Perkebunan. 2008. Statistik. Error! Hyperlink reference not valid.Agustus 2009]. Fauzi, Y. E. Widyastuti, I. Satyawibawa, R. Hartono. 2002. Kelapa Sawit : Budidaya, Pemanfaatan Hasil dan Limbah, Analisis Usaha dan Pemasaran. Edisi Revisi, Penebar Swadaya. Jakarta. 163 hal. Handoko, T. H. 1999. Manajemen. Edisi 2, Cetakan ke-15. BPFE - UGM. Yogyakarta. 412 hal. Haska, N. 1997. Prospek Kelapa Sawit Sebagai Komoditi Unggulan Indonesia. Direktorat Pengkaji Ilmu Kehidupan. BPPT Indonesia. 81 hal.
Lubis, A. U. 1992. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Indonesia. Pusat Penelitian Perkebunan Marihat. Pematang Siantar. 435 hal. Mangoensoekarjo, S dan H. Semangun. 2005. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 540 hal. Pahan, I. 2008. Kelapa Sawit. Manajemen Agribisnis dari Hulu Hingga Hilir. Cetakan Ke-4. Penebar Swadaya. Jakarta. 411 hal. PT Cipta Futura Plantation. 2006. Vademecum Budidaya Kelapa Sawit. Sumatera Selatan. Palembang. 88 hal. Rankine, I. dan T. Fairhurst. 1998. Buku Lapangan : Seri Tanaman Kelapa Sawit : Tanaman Menghasilkan. Oxford Graphic Printers Pte. Ltd. Singapore. 120 hal. Risza, S. 2006. Upaya Peningkatan Produktivitas Kelapa Sawit. Kanisius. Yogyakarta. 186 hal. Yahya, S. 1990. Budidaya Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.). Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 51 hal.
LAMPIRAN
Tabel Lampiran 1. Jurnal Kegiatan Magang sebagai KHL, 2009 Prestasi Kerja Tanggal
Uraian Kegiatan
Lokasi
Penulis Buruh Standar ….………….(satuan/HK)…………….
Keterangan
12-Feb 13-Feb
Rawat parit Rawat parit
20 m 20 m
20 m 20 m
20 m 20 m
83P/X12 83P/X12
Membersihkan parit, lebar = 1.5 m 1 HK = 20 m
14-Feb
Rawat parit
20 m
20 m
20 m
83P/X12
1 HK = 20 m
16-Feb
Rawat parit
20 m
20 m
20 m
83P/X12
1 HK = 20 m
17-Feb
Rawat parit
20 m
20 m
20 m
83P/X22
1 HK = 20 m
18-Feb
Rawat parit
20 m
20 m
20 m
93C
1 HK = 20 m
19-Feb
Buat parit
10 m
10 m
10 m
70P
Parit = Dalam 1 m ; Lebar 1.5 m
20-Feb
Susun janjang kosong/SJJK
0.6 ton
5 ton
3 ton
107D
21-Feb
Buat parit
5m
10 m
10 m
70P
1 HK = 10 meter
23-Feb
Buat parit (sirip ikan)
8m
10 m
10 m
82B
Melancarkan air yang tergenang
24-Feb
Susun janjang kosong/SJJK
2 ton
5 ton
3 ton
107D
25-Feb
Tanam bunga pukul delapan
160 tan
200 tan
200 tan
81
26-Feb
Susun janjang kosong/SJJK
1.2 ton
5 ton
3 ton
107D
27-Feb
Susun janjang kosong/SJJK
1.2 ton
5 ton
3 ton
104A, 107D
28-Feb
Buat tapak timbun
0.4 pohon
2 pohon
2 pohon
95D
2-Mar
Stek bunga pukul delapan
200 stek
200 stek
200 stek
94A
-
3-Mar
Buat bedengan bunga pukul delapan
50 m
-
-
68A, 69D
-
Menyusun 1 tumpuk (3 ton)/5 orang
JT = 40 cm. Tujuan : menarik kumbang predator ulat api Pengendalian gulma biologi Diameter 2 m, tinggi timbunan 50 cm
Tabel Lampiran 1. (Lanjutan) Prestasi Kerja Tanggal
Uraian Kegiatan
4-Mar
Buat bedengan bunga pukul delapan
5-Mar 6-Mar
Deteksi hama Susun janjang kosong/SJJK
7-Mar
Penulis Buruh Standar ….………….(satuan/HK)…………….
Lokasi
Keterangan
50 m
-
-
68A
34.64 Ha 2 ton
5 ton
3 ton
69A,B,C,D 106A
Bagi upah
-
-
-
94A
10-Mar
Deteksi hama
-
-
-
80A,B,C,D
11-Mar
Susun janjang kosong/SJJK
2 ton
5 ton
3 ton
106A
-
12-Mar
Susun janjang kosong/SJJK
2 ton
5 ton
3 ton
106A
-
13-Mar
Deteksi hama
-
-
-
93A,B,C,D,P
14-Mar
Deteksi hama
-
-
-
94A,B,C,D
16-Mar
Tanam bunga pukul delapan
340 tan
700 tan
68D, 69A
-
17-Mar
Panen
16 TBS
75 TBS
81A hanca 35
-
18-Mar
Panen
26 TBS
-
75 TBS
81A hanca 35
-
19-Mar
Pruning
0.42 Ha
-
2 Ha
81A hanca 35
20-Mar
Panen
20 TBS
-
75 TBS
93C hanca 7
-
21-Mar
Panen
29 TBS
-
75 TBS
93A
-
Pruning
0.58 Ha
-
2 Ha
93A
Pruning = 79 pohon
Pruning
49 TBS
-
75 TBS
94A hanca 47
Pruning
0.97 Ha
-
2 Ha
94A hanca 47
23-Mar
Jarak Tanam (JT) = 30 cm x 30 cm Aksi 1/5 = pohon sawit pendek Aksi 1/10 = pohon sawit tinggi
Ulat api = SN, TA, DT Ulat kantong = MC
Luas pruning = 56 phn/136 phn
Pruning = 133 pohon
Tabel Lampiran 1. (Lanjutan) Prestasi Kerja Tanggal
Uraian Kegiatan
Penulis
Buruh
Standar
Lokasi
Keterangan
….………….(satuan/HK)……………. 24-Mar
Panen Pruning
17 TBS 0.38 Ha
-
75 TBS 2 Ha
94A hanca 47 94A hanca 47
Pruning = 51 pohon
25-Mar
Susun janjang kosong/SJJK
1.2 Ton
-
3 Ton
107D
-
27-Mar
Susun janjang kosong/SJJK
1.2 Ton
-
3 Ton
106A
-
28-Mar
Semprot Insektisida (SOLO)
0.73 Ha
-
0.73 Ha
68AP, 68C
30-Mar
Semprot Insektisida (EPS)
0.54 Ha
-
-
94C
31-Mar
Semprot Insektisida (EPS)
1.5 Ha
-
-
94C
-
1-Apr
Semprot Insektisida (EPS)
1.75 Ha
-
-
94B
-
2-Apr
Semprot Insektisida (EPS)
1.92 Ha
-
-
69B
-
3-Apr
Semprot Insektisida (EPS)
1.81 Ha
-
-
69B
-
6-Apr
Semprot Insektisida (EPS)
1.67 Ha
-
-
69B
7-Apr
Semprot Insektisida (EPS)
1.97 Ha
-
-
69A
-
8-Apr
Semprot Insektisida (EPS)
2.03 Ha
-
-
69A
-
11-Apr
Pupuk MOP (Kalium)
250 kg
525 kg
250 kg
109C
Norma pupuk = 5sak x 50kg = 250 kg
13-Apr
Semprot Herbisida Smart
3.17 Ha
5 Ha
3.17 Ha
106C
Dosis Smart 210 ml/15 liter air
14-Apr
Dongkel anak kayu (DAK)
25 pohon
-
-
70P
Target 1 HK = 100 pohon Memakai 56 jerigen (± 20 liter)
Luas semprot = 1.67 Ha
Kendala = cuaca panas
Tabel Lampiran 2. Jurnal Kegiatan Magang sebagai Pendamping Mandor, 2009 Prestasi Kerja Penulis Tanggal
Uraian Kegiatan
Jumlah KHL yang Diawasi (Orang)
Luas Areal yang Diawasi (Ha)
Lama Kegiatan (Jam)
Lokasi
Keterangan
15-Apr 16-Apr 17-Apr
Panen Panen Panen
7 9 5
15 12 5
7 10 10
104 D 108 D 109 C
Ancak :16, 17, 18, 19; Hasil : 13 ton/7 HK Ancak : 18, 19, 20, 23; Hasil : 11.9 ton/9 HK Ancak :76, X75; Hasil : 16.4 ton/2 HK
18-Apr
Panen
4
5
10
66 C
Ancak : 1, 2; Hasil : 2.7 ton/2 HK
20-Apr
Pupuk CIRP
25
49.23
4
68 C, B
Dosis CIRP : 2 kg/ pohon dan 2.25 kg/ pohon Kebutuhan pupuk : 12 800 kg
21-Apr
Pupuk CIRP
29
53.27
5
68 A, P
Dosis CIRP : 2 kg/ pohon dan 2.25 kg/ pohon
69 D
Kebutuhan pupuk : 13 850 kg
22-Apr
Panen
9
25
10
82 B
Ancak : 56, 54, 52, 57, 59; Hasil : 16.6 ton/6 HK
23-Apr
Panen
4
7.5
11
80 A
Ancak : 18; Hasil : 2.73 ton/4 HK
24-Apr
Panen
4
7
11
81 B
Ancak : 32; Hasil : 3.04 ton/4 HK
25-Apr
Panen
14
40
10
95 B, A
27-Apr
Panen
11
20
10
102 P, 103 C
28-Apr
Panen
9
15
10
106 B, C
29-Apr
Panen
5
8
10
109 C
Ancak : 84, 83, 82; Hasil : 5.94 ton/5 HK
30-Apr
Panen
8
8
10
67 B, A
Ancak : 14, 13, 12; Hasil : 9.5 ton/8 HK
1-May
Panen
8
10
9
68 A
Ancak : 42, 43, 44; Hasil : 4.9 ton/8 HK
2-May
Pruning
6
10
8
70 P1
Ancak : 111; Hasil : 2.64 Ha/6 HK
Ancak : 90, 91, 83, 82; Hasil : 8.62 ton/9 HK Ancak : X3, X5, X6, X7; Hasil : 14 ton/11 HK Ancak : 18, 58; Hasil : 12.3 ton/9 HK
Tabel Lampiran 2. (Lanjutan) Prestasi Kerja Penulis Tanggal
Uraian Kegiatan
Jumlah KHL yang Diawasi (Orang)
Luas Areal yang Diawasi (Ha)
Lama Kegiatan (Jam)
Lokasi
Keterangan
4-May 5-May
Panen Ke PKS (Pabrik Kelapa Sawit)
10 -
7.5 -
10 -
81 A, 82 D -
Ancak : 34, 36, 43; Hasil : 4.5 ton/10 HK -
6-May
Panen
9
12.5
10
95 A
Ancak : 86; Hasil : 1.8 ton/9 HK
11-May
Panen
9
17.5
10
95 A
Ancak : 86; Hasil : 1.4 ton/9 HK
12-May
Panen
8
12
10
103 A
Ancak : 13, 12, 10 ; Hasil : 6.8 ton/8 HK
13-May
Panen
8
8
10
107 D, 106 A
Ancak : 74, 75, 27; Hasil : 4.7 ton/8 HK
14-May
Panen
8
8
10
108 B
Ancak : 48, 50, 53; Hasil : 4.4 ton/8 HK
15-May
Panen
11
12
10
108 B, 103 D
Ancak : 53, 55, 95; Hasil : 3.2 ton/11 HK
16-May
Panen
8
8
11
68 A, C
Ancak : 40, 28, 27; Hasil : 3.2 ton/8 HK
17-May
Panen
8
9
10
68 A, C
Ancak : 45, 40, 27; Hasil : 2.8 ton/8 HK
Tabel Lampiran 3. Jurnal Kegiatan Magang sebagai Pendamping Asisten, 2009 Prestasi Kerja Penulis Tanggal
Uraian Kegiatan
Jumlah Mandor yang Diawasi (Orang)
Luas Areal yang Diawasi (Ha)
Lama Kegiatan (Jam)
Lokasi
Keterangan
18-May
Pemanenan
4
20
10
53, 54, 55 (Afdeling 6)
Pembagian hanca tidak efektif, kerja pemanen tidak maksimal
19-May
SJJK
1
25
10
107 C
Jumlah karyawan = 12 orang. JJK selesai = 12 JJK
20-May
SJJK
1
25
10
107 C
Jumlah karyawan = 6 orang. JJK selesai = 7 JJK
22-May
SJJK
1
25
10
107 C
Jumlah karyawan = 39 orang. JJK selesai = 31 JJK
23-May
SJJK
1
25
10
107 C
Jumlah karyawan = 27 orang. JJK selesai = 18 JJK
25-May
Pemanenan
4
25
10
94 A
26-May
Semprot herbisida
1
10
10
83 P
Jumlah karyawan : 22 orang, 2 orang pengoplos
27-May
Semprot herbisida
1
9
10
83 P
Jumlah karyawan : 19 orang, 2 orang pengoplos
-
Herbisida Smart = 21 L ; Gramoxone = 6 L 28-May
Pemanenan
3
15
9
109 D
-
29-May
Pemanenan
3
25
10
108 B
-
30-May
Semprot herbisida
1
18
8
83 A, B
1-Jun
Pemanenan
4
15
10
68 C, B, A
2-Jun
Pemanenan
3-Jun
Krani Buah
3 4
14 27
8 5
81 A, B 83 P
Karyawan = 27 orang, 2 orang pengoplos Setiap truk mempunyai rute tertentu
Lampiran 3. (Lanjutan)
Tanggal
Uraian Kegiatan
Prestasi Kerja Penulis Jumlah Luas Areal Lama Mandor yang yang Kegiatan Diawasi Diawasi (Jam) (Orang) (Ha)
Lokasi
4-June
Panen
2
3
8
82 A
5-June
Panen
2
3
8
82 A
8-June
SJJK
1
25
8
107 C
9-June
Pupuk ZA
1
25
8
107 A
10-June
Pupuk ZA
2
25
8
108 A, B, C 109 A, B, C
Keterangan
Membuat jembatan pasar 2:1 sebanyak 3 buah Membuat jembatan pasar 2:1 sebanyak 2 buah Jumlah karyawan = 12 orang. JJK selesai = 10 JJK Dosis ZA = 1.5 kg/ pohon Kebutuhan pupuk = 36 900 kg (738 sak) Dosis ZA = 1.5 kg/ pohon Kebutuhan pupuk = 35 650 kg (713 sak)
Tabel Lampiran 4. Data Curah Hujan 2000 – Mei 2009, PT Cipta Futura Plantation 2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
Rata2 10 thn Terakhir
2009
Bulan Hari
mm
Hari
mm
Hari
mm
Hari
mm
Hari
mm
Hari
mm
Hari
mm
Hari
mm
Hari
mm
Hari
mm
Hari
mm
January
16
311
14
221
17
362
18
362
23
733
21
507
20
251
17
277
20
444
18
286
18
375
February
6
188
14
262
17
333
21
397
25
640
20
238
22
324
19
321
13
161
14
335
17
320
March
10
400
14
157
22
522
17
331
16
246
20
511
17
251
15
218
15
434
15
149
16
322
April
6
275
15
219
16
255
20
312
22
582
13
214
11
169
21
473
15
348
15
202
15
305
May
6
99
11
242
9
171
10
139
12
260
10
195
8
185
10
171
8
229
9
106
9
180
June
6
102
10
214
9
118
14
13
5
140
7
43
9
89
8
117
7
155
-*
-*
8
110
July
6
162
4
27
12
162
7
152
11
207
7
96
7
119
7
77
5
19
-
-
7
113
August
4
155
9
91
2
44
6
219
4
35
10
140
1
5
7
94
11
116
-
-
6
100
September
6
148
11
229
9
85
9
147
8
131
9
220
5
66
9
208
13
160
-
-
9
155
October
10
128
16
244
8
87
17
522
14
166
12
169
4
139
12
161
16
273
-
-
12
210
November
12
287
22
496
22
346
14
422
12
282
19
429
16
247
16
250
18
284
-
-
17
338
December
8
104
13
525
18
382
19
635
24
397
8
43
18
327
17
448
20
406
-
-
16
363
Total
96
2 359
156
2 805
138 2 172
158 2 815
161
3 029
71
1 078
152
2 891
153 2 927
161 2 867
172 3 651
176 3 819
BB
11
10
9
11
11
10
10
11
11
5
10.44
BK
1
2
3
1
1
2
2
1
1
0
1.56
Sumber : Kantor Besar Kebun, 2009
Keterangan = HH = Hari Hujan (Hari) ; CH = Curah Hujan (mm)
BK = Bulan Kering (<100 mm) BB = Bulan Basah (>100 mm)
* = Data curah hujan tidak tersedia(kegiatan magang sampai bulan Juni) Q
=
Rata-rata bulan kering
x 100 %
=
1.56
x 100 %
=
14.89 % (Menurut Schmidt – Ferguson , termasuk tipe iklim B = basah)
Rata-rata bulan basah
10.44
Tabel Lampiran 5. Data Ha Tanam Kebun Afdeling VII
Blok
TM Tanam Juli s/d Juni 07 Pokok Ha
TBM 3 Tanam Juli s/d Des 07 Pokok Ha
TBM 2 Tanam Jan s/d Juni 08 Pokok Ha
TBM 1 Tanam Juli s/d Juni 08 Pokok Ha
TBM 1 Tanam Juli s/d Des 08 Pokok Ha
66 A, B, C
3 600
27.69
185
1.42
-
-
-
-
-
-
67 A, B, C, D, P
7 701
59.22
-
-
-
-
-
-
-
-
68 A, B, C, D, AP
11 349
87.3
-
-
-
-
-
-
-
-
69 A, B, C, D
13 089
11.69
-
-
-
-
-
-
-
-
70 A, B, C, D, P
16 391
126.08
-
-
-
-
660
5.08
1 220
9.38
80 A, AP
4 061
31.25
546
4.2
-
-
-
-
-
-
81 A, B, C, D, DP
9 340
71.86
-
-
-
-
-
-
-
-
82 A, B, C, D
10 779
82.92
-
-
-
-
-
-
-
-
83 A, B, C, D, AP 93 A, B, C, D, DP 94 A, B, C, D 95 A, B, C, D, AP 102 A 103 A, B, C, D 104 A, B, C, D, AP 105 A 106 A, B, C, D 107 A, B, C, D 108 A, B, C, D, P 109 A, B, C, D, P
23 881 13 049 12 699 19 735 3 108 10 757 14 189 400 9 865 14 955 18 814 23 768
183.7 100.37 97.68 151.82 23.91 82.75 109.15 3.08 75.88 115.04 144.72 182.82
240 160 -
1.85 1.23 -
530 -
4.08 -
-
-
-
-
241 530
1 857.93
1 131
8.7
530
4.08
660
5.08
1 220
9.38
TOTAL TOTAL HA TANAM
1885.17
Tabel Lampiran 6. Blanko Data Muat Buah
DATA MUAT BUAH Tgl.
:
Truk BG :
Pukul
:
Pemuat
No.
Blok
TBS
Mentah
Sopir :
:
Afkir
Jumlah
Brondolan (Kg)
Tabel Lampiran 7. Blanko Surat Pengantar Buah (SPB)
PT Cipta Futura Plantation SURAT PENGANTAR BUAH Divisi : Tanggal
Diangkut dengan truk No. Pol. ............. Blok
HK
Ha
TBS
Rata2 Per TBS
Kg TBS
Brondolan
Supir : Total Kg
Tanda Afkir
Dibuat oleh
Diperiksa oleh
Krani Buah
Asisten Afdeling
Kg
Tabel Lampiran 8. Blanko Bon Gudang
BON GUDANG Minta : Banyaknya
No : Satuan
Yang Menerima.
Rincian
Asisten Afdeling.
Keterangan
Manager Kebun.
Gambar Lampiran 1. Peta Lokasi Afdeling VII, Kebun Ujan Mas, PT. Cipta Futura Plantation
Manager Kebun
Asst. Afdeling
Spv. Afdeling Spv. Panen
Spv. Perawatan
Mdr. Panen I
Krani Buah I
Mdr. Panen II
Krani Buah II
Mdr. Panen III
Krani Buah III
Krani Afdeling
Mdr. Dongkel Mdr. Panen IV
Krani Buah IV
Mdr. Panen V
Krani Buah V
Mdr. Hama dan Penyakit
Mdr. Infrastruktur
Mdr. Semprot
Gambar Lampiran 2. Struktur Organisasi Afdeling VII di PT Cipta Futura Plantation
Mdr. Pupuk
1 11
6
1
6
11
16
X
x
x
x
x
X
x
x
x
x
X
x
x
x
x
X
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
X
x
x
x
x
X
x
x
x
x
X
x
x
x
x
X
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
X
x
x
x
x
I
Gambar Lampiran 3. Jalur Deteksi Hama x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
X
x
x
x
x
X
x
x
x
x
X
II
III
Keterangan : -
X
-
I - IV
: tanaman sampel yang dideteksi : detektor ke-
-
1, 6, 11, …, 26
: nomor tanaman sampel yang dideteksi baik dalam kolom maupun dalam baris
IV