PENGELOLAAN PEMANENAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq. ) DI PERKEBUNAN UJAN MAS PT CIPTA FUTURA, MUARA ENIM, SUMATERA SELATAN
Oleh WENNY WIDYAWATI A24050928
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
RINGKASAN WENNY WIDYAWATI. Pengelolaan Pemanenan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq. ) di Perkebunan Ujan Mas PT Cipta Futura, Muara Enim, Sumatera Selatan. (Di bawah bimbingan ADE WACHJAR). Kegiatan magang dilaksanakan di Perkebunan Kelapa Sawit Ujan Mas PT Cipta Futura Plantation, Muara Enim, Sumatera Selatan, selama 4 bulan dari tanggal 12 Februari sampai dengan tanggal 12 Juni 2009. Tujuan kegiatan magang adalah menambah pengetahuan, melatih keterampilan, memperoleh pengalaman kerja secara langsung di lapangan produksi perkebunan kelapa sawit. Selain itu, untuk mempelajari teknik budidaya dan pengelolaan perkebunan kelapa sawit pada keadaan lapangan yang sesungguhnya serta secara khusus mempelajari pemanenan baik dari aspek teknis maupun pengelolaan, menganalisis dan mengatasi permasalahan yang dihadapi. Metode yang digunakan dalam pelaksanaan magang adalah melaksanakan seluruh kegiatan yang sedang berlangsung di perkebunan kelapa sawit baik secara teknis maupun secara manajerial pada berbagai tingkatan pekerjaan mulai dari karyawan harian lepas (KHL), pendamping mandor sampai dengan pendamping asisten afdeling. Selain itu, dilakukan juga pengambilan data primer dan data sekunder perusahaan. Data primer meliputi data kegiatan panen dengan pengamatan langsung di lapangan, sedangkan data sekunder merupakan data yang diperoleh dari studi literatur dan laporan manajemen perusahaan. Pada saat menjadi KHL penulis melaksanakan seluruh kegiatan yang ada di kebun. Saat menjadi pendamping mandor dan pendamping asisten afdeling penulis melakukan pengawasan kegiatan di tingkat KHL dan observasi TBS yang diperoleh pemanen. Produktivitas TBS di PT Cipta Futura sudah baik, hal tersebut ditandai dengan baiknya kondisi kebun dengan populasi tanaman yang optimum dan sistem pengelolaan teknik budidaya tanaman mulai dari kegiatan pemeliharaan sampai dengan pengangkutan TBS ke pabrik kelapa sawit. Kualitas panen ditentukan oleh brondolan tinggal, TBS matang yang dipanen, TBS tertinggal pada pokok, pemotongan gagang panjang, TBS mentah terpanen, serta pengangkutan TBS ke PKS. Secara umum, pengelolaan panen di
Afdeling 7 PT Cipta Futura sudah cukup baik dilihat dari nilai pemotongan gagang panjang, TBS matang yang dipanen, dan organisasi panen. Akan tetapi kualitas panen di Afdeling 7 tersebut belum seluruhnya sesuai dengan standar perusahan, masih terdapat 2.4 % TBS mentah, 2.7 % TBS tertinggal di pokok, dan brondolan tertinggal diberbagai lokasi yang jumlahnya masih di bawah standar yang ditetapkan oleh perusahaan. Nilai tersebut menggambarkan bahwa kualitas panen Afdeling 7 masih perlu ditingkatkan lagi.
PENGELOLAAN PEMANENAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq. ) DI PERKEBUNAN UJAN MAS PT CIPTA FUTURA, MUARA ENIM, SUMATERA SELATAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh Wenny Widyawati A24050928
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
Judul
: PENGELOLAAN PEMANENAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PERKEBUNAN UJAN MAS PT CIPTA FUTURA, MUARA ENIM, SUMATRA SELATAN
Nama
: WENNY WIDYAWATI
NIM
: A24050928
Menyetujui Dosen Pembimbing,
(Dr Ir Ade Wachjar, MS) NIP: 19550109 198003 1 008
Mengetahui : Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura,
(Dr Ir Agus Purwito, MSc) NIP: 19611101 198703 1 003
Tanggal lulus:
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 1 Juli 1987 di Bogor, Jawa Barat. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari seorang ayah yang bernama Didi Sukard dan ibu bernama Ice Winarsih. Penulis lulus dari SDN Cimanggu Kecil pada tahun 1999. Pada tahun 2002 penulis berhasil menyelesaikan pendidikan dari SMP Negeri 8 Bogor untuk selanjutnya masuk ke SMA Negeri 3 Bogor pada tahun yang sama dan lulus pada tahun 2005. Tahun 2005 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor dengan jalur USMI. Pada tahun 2006, saat penulis tingkat dua, penulis berhasil diterima di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB, yang merupakan angkatan pertama kurikulum mayor-minor. Selama di bangku SMP penulis aktif dalam kegiatan PMR SMP Negeri 8 Bogor. Saat menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam organisasi Himpunan Mahasiswa Agronomi (Himagron) masa jabatan 2007/2008 sebagai anggota divisi internal. Selain itu, penulis juga aktif dalam kepanitiaan kegiatan mahasiswa antara lain pada acara Festival Tanaman XXIX (Festa) tahun 2008, SAUNG TANI 07 pada masa orientasi Fakultas Pertanian Angkatan 43 pada tahun 2007, dan masa orientasi Departemen Agronomi dan Hortikultura tahun 2007. Penulis juga pernah mengikuti kegiatan magang liburan di Kebun Raya Bogor pada tahun 2007 dan pernah menjadi asisten praktikum pada mata kuliah Dasar-dasar Agronomi pada tahun akademik 2008/2009.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang karena rahmat, hidayah serta kekuatanNya lah penulis dapat menyelesaikan kegiatan magang dan penyusunan skripsi ini dengan baik. Karya ilmiah yang penulis susun berjudul “Pengelolaan Pemanenan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Perkebunan Ujan Mas PT Cipta Futura, Muara Enim, Sumatera Selatan”. Skripsi ini memberikan gambaran mengenai kegiatan magang yang penulis laksanakan dalam menyelesaikan tugas akhir sebagai salah satu syarat kelulusan di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Papa dan Mama serta kedua adik Donny Winardi dan Febri Gunardi yang tidak henti-hentinya memberikan kasih sayang, perhatian, doa dan dukungan baik moril maupun material. 2. Bapak Dr Ir Ade Wachjar MS, selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama kegiatan magang dan penulisan skripsi ini. 3. Bapak Ir Supijatno MS dan Dr Ir Iskandar Lubis MS, selaku dosen penguji skripsi. 4. Bapak Herry Tantiono selaku Enterprise Provost PT Cipta Futura Plantation, Muara Enim, Sumatera Selatan. 5. Bapak Sutan Hutasoit SP selaku asisten Afdeling 7 PT Cipta Futura Plantation, Muara Enim, Sumatera Selatan yang telah banyak membantu dalam pelaksanaan magang dan banyak memberikan pelajaran hidup serta ilmu dunia kerja perkebunan. 6. Semua pihak yang terlibat dalam membantu dalam penyusunan serta penyelesaian skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat berguna bagi yang memerlukan. Bogor, Desember 2009
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR TABEL.............................................................................................
vii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................
viii
DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................
ix
PENDAHULUAN............................................................................................. Latar Belakang.............................................................................................. Tujuan............................................................................................................
1 1 3
TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................... Botani Kelapa Sawit..................................................................................... Syarat Tumbuh Kelapa Sawit……................................................................ Pemanenan.....................................................................................................
4 4 5 6
METODE MAGANG........................................................................................ Tempat dan Waktu........................................................................................ Metode Pelaksanaan...................................................................................... Pengumpulan Data dan Informasi................................................................ Analisis Data dan Informasi..........................................................................
9 9 9 9 10
KONDISI UMUM.............................................................................................. Letak Geografis dan Administrasi................................................................ Keadaan Topografi, Tanah dan Iklim......................................................... Tata Guna Lahan........................................................................................... Keadaan Pertanamaman dan produksi......................................................... Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan.....................................................
11 11 11 12 13 14
PELAKSANAAN MAGANG........................................................................... Aspek Teknis................................................................................................. Perawatan Parit................................................................................. Pembuatan Parit................................................................................ Pembuatan Tapak Timbun............................................................... Penyusunan Janjang Kosong Kelapa Sawit.................................. Pengendalian Gulma......................................................................... Pengendalian Hama.......................................................................... Pemupukan....................................................................................... Pemanenan........................................................................................ Pruning (Penunasan/Pemangkasan)............................................ Aspek Manajerial.......................................................................................... Pendamping Mandor........................................................................ Pendamping Asisten Afdeling..........................................................
16 16 16 16 17 18 19 22 25 30 43 44 45 47
PEMBAHASAN................................................................................................. Persiapan Panen............................................................................................. Pelaksanaan Panen.........................................................................................
49 50 53
Penanganan Pasca Panen...............................................................................
57
KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................................... Kesimpulan.................................................................................................... Saran..............................................................................................................
60 60 60
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................
61
LAMPIRAN.......................................................................................................
62
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1.
Perkembangan Luas Areal dan Produksi TBS di Afdeling 7 PT Cipta Futura dari tahun 2005 – 2008................................................................... 14
2
Jumlah dan Posisi Tenaga Kerja di Afdeling 7 PT Cipta Futura Plantation Bulan Mei 2009...................................................................... 15
3.
Realisasi Panen di Afdeling 7 PT Cipta Futura Tahun 2009............................................................................................................ 30
4.
Pengamatan Kualitas Potong TBS di Afdeling 7....................................
5
Perbandingan Hasil Panen dan Hasil Sensus TBS di Afdeling 7 Bulan 32 Maret 2009.................................................................................................
6.
Alat-alat Panen TBS yang Harus Dimiliki Oleh Pemanen....................
35
7.
Pengamatan Kualitas Potong Gagang Panjang TBS di Afdeling 7......
37
8.
Pengamatan Brondolan Tertinggal di Afdeling 7.....................................
38
9.
Pengamatan TBS Tertinggal di Pokok di Afdeling 7...............................
38
10. Inspeksi Harian Panen di Afdeling 7 Bulan April 2009...........................
39
11. Jenis Kesalahan dan Sanksi Panen di Afdeling 7.....................................
40
12. Kandungan ALB pada Minyak Sawit di PT Cipta Futura.....................
42
13. Fraksi dan Derajat Kematangan TBS.......................................................
54
14. Rendemen dan ALB dari TBS yang Menginap di Lapangan................
58
32
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1.
Penampang Melintang Parit..................................................................
17
2.
Pembuatan Tapak Timbun....................................................................
18
3.
Penyusunan Janjangan Kosong (JJK).................................................
19
4.
Penyemprotan Gulma............................................................................ 20
5.
Dongkel Anak Kayu dan Pembuatan Bokoran.................................
6.
Beberapa Spesies Ulat Api.................................................................... 23
7.
Pengutipan Kepompong.......................................................................
24
8.
Penyemprotan Hama............................................................................
24
9.
Penanaman Bunga Pukul Delapan (Turnera subulata)...................
25
10.
Jalur Pokok Sample Analisis Daun....................................................... 26
11.
Pelangsiran Pupuk................................................................................
27
12.
Peralatan Pemupukan...........................................................................
28
13.
Denah Cara Aplikasi Pupuk pada Lahan............................................
29
14
Pemupukan Muriate of Potash (MOP)................................................
29
15.
Penghitungan Jumlah Karung...............................................................
30
16.
Jembatan pada Areal Tanaman Kelapa Sawit...................................
31
17.
Pengkodean Hanca Panen pada Tanaman Kelapa Sawit................
33
18.
Regu Kerja (RK) Panen........................................................................
34
19.
Kopelan Pelepah Pemanen.................................................................... 41
21
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
1
Halaman
Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian di Afdeling 7 PT Cipta Futura Plantation, Sumatra Selatan....................
63
Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Mandor di Afdeling 7 PT Cipta Futura Plantation, Sumatra Selatan..................
65
Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Asisten Afdeling di Afdeling 7 PT Cipta Futura Plantation, Sumatra Selatan..................................................................................................
66
Peta Areal Kerja Afdeling 7 Kebun Ujan Mas PT Cipta Futura Plantation..............................................................................................
68
Curah Hujan di PT Cipta Futura Plantation Muara Enim, Sumatera Selatan.................................................................................................
69
Struktur Organisasi Tingkat Afdeling 7 PT Cipta Futura Plantation..............................................................................................
70
7
Denah Jalur Deteksi Hama...................................................................
71
8
Contoh Blanko Deteksi Hama.............................................................
72
9
Contoh Blanko Bon Gudang................................................................
73
10
Luas Areal Tanam di Afdeling 7 PT Cipta Futura Plantation, Muara Enim, Sumatera Selatan, Tahun 2009..................................................
74
11
Data Sensus TBS Masak di Afdeling 7 Bulan Maret 2009.................
75
12
Luas dan Jumlah Hanca Panen Setiap Blok di Afdeling 7 PT Cipta Futura...................................................................................................
76
13
Contoh Blanko Laporan Kerja Mandor Panen...................................
77
14
Contoh Blanko Data Muat Buah..........................................................
78
15
Contoh Blanko Surat Pengantar Buah..................................................
79
16
Contoh Blanko Surat Tugas Sopir........................................................
80
2 3
4 5 6
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang menyumbangkan devisa negara dalam jumlah cukup besar. Produksi CPO sampai tahun 2009 mengalami peningkatan menjadi 19 440 291 ton dari 11 875 418 ton pada tahun 2007 (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2009). Prospek pengusahaan kelapa sawit di Indonesia sangat baik karena Indonesia memiliki berbagai keunggulan yang dapat menjadikan industri kelapa sawit Indonesia kompetitif di perdagangan dunia. Iklim tropika basah di Indonesia menjadi potensi besar untuk budidaya kelapa sawit. Selain itu Indonesia yang merupakan negara kepulauan yang terdiri atas pulau-pulau besar dan ribuan pulau kecil yang membentang di sekitar khatulistiwa, memiliki lahan yang cukup luas untuk pengembangan kelapa sawit (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2007). Luas areal pengusahaan kelapa sawit di Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat. Pada tahun 2005 luas areal pengusahaan kelapa sawit mencapai 5 597 158 ha dan meningkat pada tahun 2009 menjadi seluas 7 321 897 ha (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2009). Indonesia merupakan produsen minyak sawit kedua terbesar di dunia setelah Malaysia. Rata-rata produktivitas kelapa sawit untuk perkebunan rakyat di Indonesia mencapai 1.396 ton/ha/tahun dan produktivitas untuk perkebunan besar sebesar 3.50 ton/ha/tahun. Produktivitas kelapa sawit tersebut dinilai cukup tinggi bila dibandingkan dengan komoditas perkebunan lain (Fauzi et al., 2008). Teknik budidaya yang diterapkan di kebun terdiri atas kegiatan pembukaan lahan sampai dengan kegiatan panen dan penanganan pasca panen. Semua aspek teknik budidaya dalam pengusahaan tanaman kelapa sawit harus dilaksanakan dengan baik. Salah satu teknik budidaya yang sangat penting dalam pengusahaan kelapa sawit adalah kegiatan pemanenan. Pemanenan adalah pemotongan tandan buah segar dari pohon hingga pengangkutan ke pabrik (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2007). Pemanenan yang
2 menghasilkan produksi merupakan hasil dari aktivitas kerja di bidang pemeliharaan tanaman. Baik dan buruknya pemeliharaan tanaman kelapa sawit akan tercermin dari pemanenan dan produksi (Lubis, 1992). Kegiatan pemanenan memerlukan teknik tersendiri untuk mendapatkan hasil yang berkualitas (Fauzi et al., 2008). Keberhasilan pemanenan akan menunjang pencapaian produktivitas tanaman. Sebaliknya, kegagalan pemanenan akan menghambat pencapaian produktivitas tanaman kelapa sawit. Pemeliharaan tanaman yang sudah baku dan potensi produksi di tanaman yang tinggi, tidak ada artinya jika pemanenan tidak dilaksanakan secara optimal (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2007). Lubis (1992) menyatakan bahwa keberhasilan pemanenan dan produksi kelapa sawit sangat bergantung pada bahan tanam, tenaga pemanen, peralatan panen, kelancaran transportasi, organisasi pemanenan, keadaan areal, insentif yang disediakan, dan lain-lain. Selanjutnya Pusat Penelitian Kelapa Sawit (2007) menambahkan bahwa keberhasilan panen didukung oleh pengetahuan pemanen tentang persiapan panen, kriteria matang panen, rotasi panen, sistem panen, dan sarana panen. Keseluruhan faktor tersebut merupakan kombinasi yang tak terpisahkan satu sama lain. Kualitas panen perlu mendapat perhatian, karena kehilangan minyak dan penurunan
kualitas
sebagian
besar
terjadi
pada
kegiatan
pemanenan,
pengangkutan dan selama pengolahan di pabrik (Lubis, 1992). Menurut Hutabarat (1965) tandan buah yang dipanen disebut tandan buah segar (TBS). TBS kelapa sawit yang dapat dipanen ialah tandan yang dalam pengolahannya di pabrik menghasilkan rendemen minyak yang tinggi juga memiliki mutu minyak yang baik. Pernyataan yang sama diungkapkan juga oleh Pusat Penelitian Kelapa Sawit (2007) bahwa panen harus berorientasi terhadap kematangan buah yang optimum, buah mengandung minyak dan kernel yang optimum dengan kualitas baik, brondolan bersih, TBS tidak menginap dan pengangkutan ke pabrik lancar. TBS yang telah dipanen selanjutnya diangkut ke pabrik untuk diolah lebih lanjut menjadi minyak sawit. Pengangkutan TBS ke pabrik harus dilakukan pada
3 saat hari panen (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2007). TBS harus segera diangkut ke pabrik untuk diolah, paling lambat delapan jam setelah panen dilaksanakan (Fauzi et al., 2008). Ketepatan waktu pengangkutan dan pengolahan kelapa sawit berkaitan dengan kadar asam lemak bebas (ALB) yang terkandung dalam buah kelapa sawit. Meskipun tandan yang dipanen bermutu baik, tetapi apabila transportasi kurang baik, terlalu lama di perjalanan dan lama tertumpuk di pabrik otomatis akan menaikkan ALB, sedangkan ALB yang tinggi akan membutuhkan biaya yang lebih tinggi dalam proses pemucatan
(Lubis, 1992). Oleh karena itu
kegiatan pemanenan harus terorganisir dengan baik karena merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting, baik untuk keberlanjutan pertumbuhan dan perkembangan tanaman kelapa sawit maupun untuk peningkatan produksi minyak sawit yang berkualitas.
Tujuan Secara umum tujuan kegiatan magang di perkebunan kelapa sawit ini untuk menambah pengetahuan, melatih keterampilan, memperoleh pengalaman kerja secara langsung di lapangan produksi perkebunan kelapa sawit. Selain itu, untuk mempelajari teknik budidaya dan pengelolaan perkebunan kelapa sawit pada keadaan lapangan yang sesungguhnya serta secara khusus mempelajari pemanenan baik dari aspek teknis maupun pengelolaan, menganalisis dan mengatasi permasalahan yang dihadapi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab yang diberikan dalam kegiatan magang.
4
TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit termasuk famili Arecaceae (dahulu disebut Palmae), subfamili Cocoidae, genus Elaeis, dan spesies Elaeis guineensis Jacq (Lubis, 1992). Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) bukan merupakan tanaman asli Indonesia. Elaeis berasal dari Elaion berarti minyak dalam bahasa Yunani. Guineensis berasal dari Guinea (pantai barat Afrika), dan Jacq berasal dari kata Jacquin yang merupakan Botanist Amerika (Lubis, 1992). Spesies lain dari Elaeis adalah Elaeis oleifera dan Elaeis odora. Sistem perakaran kelapa sawit merupakan sistem akar serabut yang terdiri atas akar primer, akar sekunder, akar tersier dan akar kuarterner (Pahan, 2008a). Akar primer keluar dari pangkal batang dan menyebar secara vertikal ke bawah tanah. Dari akar primer muncul akar sekunder yang tumbuh horizontal ke samping dan dari akar sekunder tersebut tumbuh pula akar tersier dan akar kuarterner yang berada dekat dengan permukaan tanah (Lubis, 1992). Kelapa sawit tumbuh tegak lurus, dapat mencapai ketinggian 15 – 20 m dan tidak bercabang. Batang kelapa sawit tumbuh tegak dibungkus oleh pangkal pelepah daun (frond base). Batang mempunyai tiga fungsi utama yaitu: (1) sebagai struktur yang mendukung daun, bunga, dan buah; (2) sebagai sistem pembuluh yang mengangkut air dan hara mineral dari akar ke atas serta hasil fotosintesis (fotosintat) dari daun ke bawah; (3) kemungkinan juga berfungsi sebagai organ penimbunan zat makanan (Pahan, 2008a). Daun kelapa sawit menyerupai daun kelapa. Daun kelapa sawit terdiri atas beberapa bagian yaitu: (1) kumpulan anak daun (leaflets) yang memiliki helaian (lamina) dan tulang daun (midrid); (2) rachis yang merupakan tempat anak daun melekat; (3) tangkai daun atau petiole yang merupakan bagian antara daun dan batang; serta (4) seludang daun atau sheath. Daun membentuk susunan satu pelepah yang panjangnya mencapai lebih dari 7.5 – 9 m. Jumlah anak daun di
5 sekitar pelepah berkisar 200 – 400 helai. Produksi pelepah daun bergantung pada umur tanaman. Daun kelapa sawit biasanya muncul setiap 2 minggu sehingga dalam keadaan optimum tanaman dewasa kelapa sawit memiliki 40 – 50 daun (Fauzi et al., 2008). Tanaman kelapa sawit berumah satu atau monoecious di mana bunga jantan dan betina berada dalam satu pohon. Tandan bunga terletak terpisah dan keluar dari ketiak pelepah daun. Bunga jantan berbentuk lonjong memanjang, sedangkan bunga betina agak bulat terbungkus oleh seludang bunga. Pada umumnya tanaman kelapa sawit merupakan tanaman yang menyerbuk silang (Lubis, 1992). Buah sawit disebut juga fructus. Waktu yang diperlukan mulai dari penyerbukan sampai dengan buah matang siap dipanen kurang lebih 5 – 6 bulan. Buah kelapa sawit terdiri atas tiga lapisan, yaitu eksokarp yang merupakan bagian kulit buah berwarna kemerahan dan licin, mesokarp atau serabut buah yang mengandung minyak dengan rendemen yang tinggi serta endokarp atau cangkang pelindung inti (Fauzi et al., 2008). Berdasarkan tebal dan tipisnya cangkang, buah kelapa sawit digolongkan atas dura, psifera, dan tenera. Buah yang paling baik untuk dijadikan bibit kelapa sawit adalah jenis tenera yang merupakan hasil persilangan antara dura dan psifera. Tenera memiliki perbandingan sabut, tempurung, dan inti yang proporsional. Dura memiliki tempurung yang tebal sehingga sabut dan inti sangat kecil, sedangkan untuk psifera memiliki sabut yang besar sehingga inti amat kecil. Padahal bagian buah kelapa sawit yang dimanfaatkan tidak hanya sabutnya untuk menghasilkan crude palm oil (CPO), tetapi juga memanfaatkan bagian inti untuk menghasilkan kernel palm oil (KPO) yang berwarna putih.
Syarat Tumbuh Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit tumbuh baik pada ketinggian 0 – 500 m di atas permukaan laut. Suhu udara optimum 24 – 28 oC dengan suhu maksimal 32 oC dan suhu minimum 18 oC sepanjang tahun. Curah hujan tahunan optimum untuk
6 tanaman kelapa sawit adalah 2 000 – 2 500 mm dan merata sepanjang tahun (Fauzi et al., 2008). Lama penyinaran matahari yang optimal untuk tanaman kelapa sawit adalah 5 – 7 jam per hari dan kelembaban optimum 80 persen. Kecepatan angin 5 – 6 km per jam sangat baik untuk membantu proses penyerbukan (Fauzi et al., 2008). Kelapa sawit dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah seperti Podsolik, Latosol, Hidromorfik Kelabu (HK), Regosol, Andosol, Organosol, dan Alluvial (Lubis, 1992). Tekstur tanah yang paling ideal untuk kelapa sawit adalah lempung berdebu dan lempung liat berpasir, dengan kedalaman efektif tanah yang baik lebih dari 100 cm (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2007). Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh pada pH 4.0 – 6.0, tetapi terbaik pada pH 5.0 – 5.5 dengan kandungan unsur hara tanah tinggi (Lubis, 1992).
Pemanenan Pemanenan kelapa sawit adalah pemotongan tandan buah segar (TBS) dari pohon hingga pengangkutan ke pabrik. Urutan kegiatan pemanenan adalah pemotongan buah matang panen, pengutipan brondolan, pemotongan pelepah, pengangkutan hasil ke tempat pengumpulan hasil (TPH), dan pengangkutan hasil ke pabrik (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2007). Tanaman kelapa sawit secara umum sudah mulai dialihkan dari tanaman belum menghasilkan menjadi tanaman menghasilkan setelah berumur 30 bulan. Parameter lain yang sering digunakan dalam menentukan kategori tanaman menghasilkan adalah persentase jumlah pohon yang sudah berbuah matang panen mencapai lebih dari 60 persen. Pada keadaan tersebut berat tandan sudah mencapai tiga kilogram dan pelepasan brondolan dari tanaman lebih mudah. Pemanenan harus berorientasi terhadap kematangan buah yang optimum, buah mengandung minyak dengan kernel optimum dengan kualitas baik, brondolan bersih, buah tidak menginap, angkutan ke pabrik lancar (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2007).
7 Sebelum pemanenan harus dilakukan persiapan terlebih dahulu. Persiapan tersebut meliputi penyediaan tenaga kerja sesuai kebutuhan, peralatan, pengangkutan, data kerapatan panen, dan sarana panen. Peralatan panen tediri atas dodos, kampak, egrek, dan galah. Sarana panen meliputi pengerasan jalan, pembuatan jembatan panen, jalan panen (pikul), dan pembuatan tempat pengumpulan hasil (TPH). Persiapan pemanenan perlu dilakukan dengan baik dan tepat waktu agar pada saat panen dimulai, produksi dapat dikumpulkan (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2007). Menurut Lubis (1992) kriteria panen yang dipakai jika sudah ada dua buah (dua brondolan) lepas dari tandannya atau jatuh ke piringan pohon untuk tiap kilogram tandan. Selanjutnya Pusat Penelitian Kelapa Sawit (2007) menambahkan parameter yang digunakan dalam menentukan kriteria matang panen adalah perubahan warna dan membrondolnya buah dari tandan. Perubahan warna yang terjadi adalah dari hitam atau hijau kemudian berubah menjadi merah mengkilat atau orange. Tandan yang telah dipanen disimpan di TPH dan brondolan dikumpulkan serta dimasukkan ke dalam karung. Tandan di TPH disusun 5 – 10 tandan per baris, gagang tandan menghadap ke atas dan brondolan telah dimasukkan ke dalam karung. Pada pangkal gagang tandan ditulis nomor pemanen. Pelukaan buah diusahakan seminimal mungkin, baik waktu pemotongan TBS, pengangkutan ke TPH maupun pengangkutan ke truk serta menjaga buah tidak kotor karena tanah atau debu. Pelukaan akan mempercepat peningkatan ALB dari 0.2 – 0.7 % sebelum dipotong, kemudian akan naik sebesar 0.9 – 0.1 % setiap 24 jam ketika sudah di tanah, sehingga makin cepat diangkut ke pabrik akan semakin baik (Lubis, 1992). Pengangkutan dalam industri perkebunan kelapa sawit menempati posisi yang sangat menentukan dalam pencapaian mutu produksi. Oleh karena itu pengangkutan juga menempati urutan yang penting dalam sistem pemanenan kelapa sawit (Sutrisno dan Winahyu, 1991). Peran pengangkutan ke pabrik sangat penting agar TBS dapat masuk sesegera mungkin ke pabrik pada hari panen. Kebutuhan truk dapat diketahui
8 berdasarkan pencatatan dan pelaporan yang meliputi data jumlah TBS per TPH, jumlah dan nomor TPH serta nomor blok. Setelah itu buah diangkut ke pabrik kemudian diperiksa dan disortasi lalu ditimbang. Hasil sortasi dan penimbangan dilaporkan kepada kepala afdeling yang bersangkutan. Tanggung jawab dan kegiatan berakhir sampai pada pemeriksaan buah di pabrik (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2007).
9 METODE MAGANG
Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan di Perkebunan Kelapa Sawit Ujan Mas PT Cipta Futura Plantation, Muara Enim, Sumatera Selatan, selama 4 bulan dari tanggal 12 Februari sampai dengan tanggal 12 Juni 2009.
Metode Pelaksanaan Metode magang yang digunakan adalah melaksanakan seluruh kegiatan yang telah ditetapkan oleh kebun, baik aspek teknis di lapangan produksi maupun aspek manajerial pada berbagai tingkatan pekerjaan mulai dari karyawan harian lepas (KHL), pendamping mandor sampai dengan pendamping asisten afdeling. Kegiatan sebagai KHL berlangsung pada dua bulan pertama dengan melaksanakan semua kegiatan, yaitu pembuatan dan perawatan parit, pembuatan tapak timbun, penyusunan janjang kosong kelapa sawit, pengendalian gulma, pengendalian hama, pemupukan, pemanenan dan pruning. Seluruh kegiatan saat penulis menjadi KHL dapat dilihat pada Lampiran 1. Kegiatan sebagai pendamping mandor berlangsung selama satu bulan. Jenis pekerjaan selama menjadi pendamping mandor adalah mengawasi kegiatan dongkel anak kayu (DAK), pemupukan, pemanenan, serta bekerja pada bagian administrasi afdeling (Lampiran 2). Pada satu bulan terakhir penulis menjadi pendamping asisten afdeling. Kegiatan penulis selama menjadi pendamping asisten afdeling yaitu melakukan observasi TBS hasil panen di TPH (Lampiran 3). Pada pelaksanaan magang dilakukan juga pengamatan terhadap kegiatan yang menjadi topik utama yaitu pengelolaan pemanenan, dan pengumpulan data primer serta data sekunder.
Pengumpulan Data dan Informasi Data primer merupakan informasi yang diperoleh secara langsung melalui observasi lapangan dan kegiatan di kebun. Data primer berupa hasil pengamatan
10 khusus pada kegiatan panen pada beberapa unit contoh pengamatan. Sedangkan data sekunder diperoleh dari laporan manajemen mengenai keadaan umum perusahaan, letak geografi, keadaan tanah dan iklim, kondisi tanah dan produksi, luas areal dan tata guna lahan, serta organisasi dan manajemen, penerapan teknik budidaya dan peta kebun. Selain dari laporan manajemen, data sekunder juga diperolah dari studi pustaka. Sebagai objek pengamatan untuk mendapatkan data primer digunakan tenaga pemanen sebagai sampel yang diambil secara acak pada lima kemandoran dalam satu wilayah afdeling. Dari masing-masing kemandoran ditentukan enam tenaga pemanen sampel, sehingga tenaga pemanen sampel yang diamati seluruhnya berjumlah 30 orang tenaga pemanen. Pengamatan dilakukan terutama terhadap semua aspek yang berhubungan dengan pengelolaan pemanenan di lapangan produksi yang meliputi: (1)
Kriteria panen.
(2)
Rotasi panen, sistem panen dan tenaga kerja panen.
(3)
Tata cara pelaksanaan panen.
(4)
Kualitas panen dengan parameter pengamatan berupa buah matang panen, buah mentah, buah tinggal di pokok, pengutipan brondolan, dan pemotongan gagang panjang.
(5)
Upah dan denda panen.
(6)
Organisasi dan administrasi panen.
(7)
Pengangkutan TBS hasil panen.
Analisis Data dan Informasi Data primer dan data sekunder yang dihasilkan dianalisis secara kuantitatif dengan mencari rata-rata dan persentase hasil pengamatan lalu diuraikan secara deskriptif dengan membandingkan terhadap norma baku yang berlaku pada perkebunan kelapa sawit dan standar yang ditetapkan oleh perusahaan. Selain itu, penulis juga menjelaskan seluruh kegiatan kerja, baik yang telah ditetapkan oleh kebun, aspek teknis di lapangan produksi maupun aspek manajerial pada berbagai tingkatan pekerjaan mulai dari KHL sampai dengan asisten afdeling.
11
KONDISI UMUM
Letak Geografis dan Administratif PT Cipta Futura Plantation merupakan perusahaan kelapa sawit swasta milik keluarga yang terletak di Kecamatan Ujan Mas dan Kecamatan Benakat, Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan. PT Cipta Futura Plantation berjarak 35 km dari kota terdekat Muara Enim dan ± 218 km dari kota Palembang dengan jarak tempuh 3 – 4 jam. Sebelah utara Kebun Ujan Mas PT Cipta Futura Plantation berbatasan dengan Kecamatan Benakat dan Solar, sebelah selatan berbatasan dengan Kota Muara Enim, sebelah timur berbatasan dengan Desa Ulak Badung yang terletak di Kecamatan Ujan Mas dan sebelah barat berbatasan dengan PT Musi Hutan Persada (MHP) yang terletak di Kabupaten Lahat. Afdeling 7 PT Cipta Futura Plantation termasuk salah satu afdeling dengan batas sebelah timur adalah Desa Ulak Badung di Kecamatan Ujan Mas, sebelah barat berbatasan dengan Afdeling 6 dan Afdeling 8. Sebelah selatan berbatasan dengan Afdeling 1 dan sebelah utara berbatasan dengan PT Surya Bumi Agro Langgeng. Peta Afdeling 7 dapat dilihat pada Lampiran 4.
Keadaan Topografi, Tanah dan Iklim Kebun Ujan Mas terletak pada dataran rendah dengan ketinggian ± 100 m di atas permukaan laut. Topografi perkebunan dari mulai datar, bergelombang hingga berbukit dengan derajat kemiringan lahan 7 – 9 persen. Pada perkebunan ini terdapat beberapa tempat yang berawa dan termasuk daerah cekungan yang bila hujan deras akan tergenang termasuk di Afdeling 7. Secara umum, Perkebunan Ujan Mas didominasi oleh jenis tanah Podzolik Merah Kuning (PMK) dengan fraksi liat yang tinggi dan tekstur liat berdebu. Jika musim hujan tanah akan menjadi sangat licin yang menyebabkan mobil selip, sedangkan bila musim kemarau kondisi tanah akan sangat berdebu. Derajat kemasaman (pH) tanah berkisar antara 6.0 – 6.5.
12 Kebun Ujan Mas memiliki suhu rata-rata 28 0C. Curah hujan merata sepanjang tahun dengan rata-rata curah hujan selama 10 tahun terakhir (1999 2008) adalah 2 909 mm per tahun. Curah hujan terendah terjadi pada tahun 2006 yaitu 2 172 mm, sedangkan untuk curah hujan tertinggi adalah 3 824 mm terjadi pada tahun 2004. Jumlah hari hujan rata-rata 148.6 hari per tahun atau 12.4 hari per bulan. Berdasarkan klasifikasi Schmidth – Ferguson, tipe iklim di Perkebunan Ujan Mas termasuk dalam kategori iklim B (basah). Data selengkapnya mengenai curah hujan di Kebun Ujan Mas dapat dilihat pada Lampiran 5.
Tata Guna Lahan Luas total Kebun Ujan Mas mencapai 8 381 ha berdasarkan surat keputusan Menteri Negara Agraria/Kepala BPN No.7/HGU/BPN/96 dengan status Hak Guna Usaha (HGU) selama 30 tahun. Pembukaan lahan dimulai tahun 1990 dan penanaman pertama dimulai pada tahun 1992 seluas 19.79 ha dan perluasan lahan terus berlanjut sampai sekarang. Penggunaan lahan di Kebun Ujan Mas terdiri atas areal pertanaman untuk kelapa sawit seluas 6 846.24 ha (81.69 % dari luas total), areal pembibitan seluas 12.29 ha (0.15 % dari luas total), tanaman karet seluas 360.78 ha (4.30 % dari luas total). Total areal yang ditanami seluas 7 219.31 ha (86.14 % dari luas total). Luas yang dimanfaatkan untuk bangunan dan jalan seluas 334.97 ha (4 % dari luas total), tanah kosong seluas 80.52 ha (0.96 % dari luas total), dan terdapat enclave seluas 746.20 ha (8.90 % dari luas total). Perkebunan Ujan Mas dibagi menjadi empat afdeling yaitu Afdeling 1, Afdeling 6, Afdeling 7 dan Afdeling 8. Afdeling 1 memiliki luas 809.80 ha, Afdeling 6 memiliki luas 2 249.77 ha, Afdeling 7 memiliki kebun seluas 1 885.17 ha dan untuk Afdeling 8 seluas 1 948.28 ha. Afdeling 7 memiliki areal tanaman menghasilkan (TM) seluas 1 857.93 ha, areal tanaman belum menghasilkan (TBM) 3 seluas 8.70 ha, areal TBM 2 seluas 4.08 dan areal TBM 1 seluas 14.46 ha. Lahan di Perkebunan Ujan Mas dibagi ke dalam blok dan petak. Blok di Afdeling 7 sebanyak 20 blok. Luas
13 rata-rata satu blok adalah 100 ha dengan dibagi dalam empat petak A, B, C, dan D sehingga rata-rata luas per petak adalah 25 ha. Afdeling 7 merupakan afdeling percontohan yang terdiri atas fasilitas perumahan karyawan, sekolah, lapangan sepak bola, lapangan volly, lapangan bulu tangkis, dan koperasi.
Keadaan Pertanaman dan Produksi PT Cipta Futura Plantation bergerak dalam bidang perkebunan dengan komoditas utama kelapa sawit. Tanaman kelapa sawit yang diusahakan di perusahaan tersebut merupakan kelapa sawit hasil persilangan antara Dura dan Psifera yang bibitnya berasal dari Lembaga Pusat Penelitian Marihat (LPPM), Bahlias Research Satation (BLRS) PT London Sumatra (Lonsum), Dami dan berasal dari PT Socfindo. Jarak tanam kelapa sawit yang digunakan 9.25 m x 9.25 m x 9.25 m dengan tata tanam segitiga sama sisi. Populasi tanaman kelapa sawit standar ditetapkan 135 pokok per ha, akan tetapi lima pokok diasumsikan terpakai untuk jalan, maka perusahaan menetapkan populasi rata-rata kelapa sawit per ha adalah 130 pokok. Penanaman kelapa sawit dimulai sejak tahun 1992 yang dilakukan secara bertahap. Di Afdeling 7, penanaman kelapa sawit dimulai pada tahun 1993 di Blok 69 dan 70. Perusahaan memiliki target produksi yang ditetapkan untuk dicapai oleh masing-masing afdeling. Setiap tahun kepala afdeling akan selalu berusaha meningkatkan produktivitas panen. Peningkatan tersebut dapat dicapai dengan berbagai cara agar target panen terpenuhi. Produktivitas panen di Afdeling 7 dapat dilihat pada Tabel 1.
14 Tabel 1. Perkembangan Luas Areal dan Produksi TBS di Afdeling 7 PT Cipta Futura dari tahun 2005 – 2008 Produksi (ton) 2005 1 619.78 43 550 2006 1 619.78 32 709 2007 1 857.93 41 852 2008 1 857.93 37 108 Sumber : Kantor Afdeling 7 (2009) Tahun
Luas (ha)
Produktivitas (ton) 26.89 20.19 22.52 19.97
Produktivitas TBS di Afdeling 7 cenderung mengalami penurunan. Penurunan produktivitas tersebut dapat disebabkan oleh adanya penurunan curah hujan dan perluasan areal tanaman menghasilkan sehingga berpengaruh terhadap berat tandan yang dihasilkan.
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan PT Cipta Futura Plantation adalah perusahaan kelapa sawit swasta milik keluarga. Bagian produksi kebun di perusahaan ini dipimpin oleh seorang chief magister yang diangkat berdasarkan keputusan direktur utama. Chief magister bertanggung jawab kepada direksi. Tenaga kerja di PT Cipta Futura Plantation terdiri atas staf, non staf dan karyawan harian lepas (KHL). Pengelolaan kebun di tingkat afdeling dipimpin oleh asisten afdeling. Asisten afdeling merupakan karyawan staf yang memiliki tanggung jawab yang besar dalam melakukan pengelolaan kebun di afdelingnya agar memperoleh hasil yang tinggi dan bermutu sesuai dengan standar yang telah ditetapkan perusahaan. Dalam menjalankan tugasnya asisten afdeling dibantu oleh supervisor afdeling yang membawahi supervisor perawatan dan supervisor panen. Supervisor perawatan merupakan atasan dari para mandor perawatan. Mandor yang berada di bawah supervisor perawatan adalah mandor pupuk, mandor semprot, mandor hama dan penyakit, mandor dongkel, serta mandor rawat jalan. Supervisor panen merupakan supervisor yang membawahi mandor panen dan krani buah.
15 Mandor di Afdeling 7 terdiri atas mandor pupuk, mandor panen, mandor semprot, mandor rawat jalan, mandor deteksi hama dan penyakit, dan mandor dongkel. Karyawan lain yang setingkat mandor dan berada di bawah supervisor adalah krani buah. Struktur organisasi pada PT Cipta Futura dapat dilihat pada Lampiran 6. Di perusahaan ini sistem pengupahan KHL berbeda dengan karyawan non staf (personil) dan karyawan staf. KHL adalah karyawan yang bekerja dengan sistem borongan. Besarnya gaji yang diperoleh KHL yaitu Rp 50 000,- per hari yang disesuaikan dengan prestasi kerja yang diperoleh. Adapun jumlah keseluruhan tenaga kerja di Afdeling 7 dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Jumlah dan Posisi Tenaga Kerja di Afdeling 7 PT Cipta Futura Plantation Bulan Mei 2009 No
Bagian
Karyawan Staf : - Asisten Afdeling - Supervisor Afdeling - Supervisor Panen - Supervisor Pemeliharaan Jumlah 2. Karyawan Non Staf : - Mandor Panen - Krani Afdeling - Krani Buah - Mandor Pemeliharaan - Administrasi Afdeling Jumlah 3. Karyawan Harian Lepas : - Tenaga Kerja Pemanenan - Tenaga Kerja Pemeliharaan - Pemuat Buah - Supir Truk Jumlah Total Karyawan Sumber : Administrasi Afdeling 7
Jumlah (orang)
1.
1 1 1 1 4 4 1 4 4 2 15 75 140 19 20 254 273
16
PELAKSANAAN MAGANG
Aspek Teknis Perawatan Parit Perawatan parit bertujuan agar parit bersih dari gulma dan benda-benda lain yang dapat menghalangi kelancaran aliran air. Kedalaman parit harus memenuhi standar agar dapat menunjang kelancaran jalannya air. Perawatan parit pada kegiatan magang dilakukan pada kelapa sawit TM 1 di Blok 83 P. Alat yang digunakan untuk perawatan parit adalah dodos, cangkul, meteran dan parang. Perawatan parit dilakukan dengan cara membersihkan gulma-gulma yang ada pada tepi parit sejauh 1.5 m dari tepi parit. Dinding parit diratakan dengan menggunakan dodos serta lumpur yang ada pada dasar parit diangkat ke atas tepi parit yang telah bersih dari gulma. Kedalaman parit dibuat sampai mencapai tanah keras kurang lebih 1 m. Norma kerja untuk perawatan parit adalah 20 m/HK. Kegiatan rawat parit dilakukan penulis selama 7 hari kerja dengan prestasi kerja rata-rata 20 m/HK.
Pembuatan Parit Pembuatan parit di Kebun Ujan Mas dilakukan secara manual oleh tenaga manusia dengan menggunakan peralatan sederhana. Peralatan yang digunakan adalah cangkul, dodos, dan meteran. Standar ukuran parit di Kebun Ujan Mas adalah lebar permukaan atas parit 1.5 m, kedalaman parit 1 m, lebar permukaan bawah parit 1.5 m.
Norma kerja untuk pembuatan parit 10 m/HK. Kegiatan pembuatan parit
dilakukan penulis di Blok 70 perluasaan selama 3 hari kerja dengan prestasi kerja rata-rata 5 m/HK. Selain itu penulis juga melakukan pembuatan parit sirip ikan. Parit sirip ikan adalah parit pembuangan di pinggir jalan untuk membuang kelebihan air yang tergenang pada badan jalan. Parit sirip ikan memiliki ukuran lebih kecil dibandingkan dengan parit yang terdapat pada kebun kelapa sawit. Standar ukuran
17 parit sirip ikan adalah lebar permukaan atas 60 cm, kedalaman 50 cm, dan lebar dasar 50 cm, sehingga parit sirip ikan berbentuk trapesium. Penampang melintang parit dan parit sirip ikan disajikan pada Gambar 1. 1.5 m
60 cm
1m
50 cm
1.5 m
50 cm
(a) Parit
(b) Parit Sirip Ikan
Gambar 1. Penampang Melintang Parit Norma pembuatan sirip ikan adalah 10 m/HK. Kegiatan pembuatan sirip ikan dilakukan penulis selama satu hari kerja dengan prestasi kerja 8 m/HK.
Pembuatan Tapak Timbun Tapak timbun merupakan salah satu upaya perawatan tanaman kelapa sawit pada daerah rendahan dan daerah rawa dengan tujuan mencegah tanaman kelapa sawit (pokok) dari genangan air, memudahkan pemupukan tanaman, memperbaiki drainase di sekitar perakaran tanaman serta memperkokoh tanaman agar tidak doyong. Alat yang digunakan dalam pembuatan tapak timbun adalah cangkul, parang, serta potongan pelepah kelapa sawit. Tata cara dalam kegiatan pembuatan tapak timbun adalah menaikkan permukaan tanah di sekitar pokok tanaman dengan pola membentuk “kue donat”. Jari-jari bagian dalam tapak timbun yang membentuk cekungan berukuran 0.5 m diukur dari pokok kelapa sawit, sedangkan jari-jari dari pokok sampai dengan ujung timbunan terluar berukuran 2 m. Ukuran tinggi timbunan adalah 0.5 m. Kegiatan pembuatan tapak timbun dapat dilihat pada Gambar 2.
18
2 m 0,5 m X
(a) Tampak Atas Tapak Timbun
(b) Hasil Pembuatan Tapak Timbun
Gambar 2. Pembuatan Tapak Timbun Kegiatan pembuatan tapak timbun dilakukan pada daerah rendahan di Blok 95 perluasan. Norma pembuatan tapak timbun 2 tapak timbun/HK, sedangkan prestasi kerja penulis rata-rata 0.4 tapak timbun selama satu hari kerja.
Penyusunan Janjang Kosong Kelapa Sawit Aplikasi janjangan kosong (JJK) di Kebun Ujan Mas dilakukan secara manual pada areal TM di Blok 106, 107, 108. Pengangkutan JJK dari pabrik dilakukan dengan truk sekembalinya dari pabrik setelah mengantar TBS. JJK disusun membentuk huruf U pada gawangan kelapa sawit dengan cara membentuk lapisan kotak dengan jumlah 12 JJK untuk panjang ke bawah dan 10 JJK untuk lebar ke samping gawangan. Penyusunan JJK tidak boleh menutupi pasar hidup. JJK disusun mendatar bukan dalam posisi tegak, hal ini dimaksudkan untuk mempercepat dekomposisi dan pelapukan JJK. Pelaksanaan penyusunan JJK dapat dilihat pada Gambar 3. Susunan JJK tidak boleh lebih dari satu lapisan karena akan merangsang perkembangan kumbang Oryctes rhinoceros. Rotasi aplikasi JJK pada lahan yang sama minimal 1 tahun atau menunggu lapisan JJK pada lahan tersebut melapuk. Bobot rata-rata JJK yang diangkut dalam satu truk berkisar 3 – 3.5 ton. Dari satu truk tersebut dapat dihasilkan 4 – 5 lapisan janjangan. Satu lapisan JJK diaplikasikan pada tengah gawangan antara dua pokok sawit sehingga dosis JJK rata-rata yang aplikasikan berkisar 375 kg – 500 kg/pokok.
19
(a) Kegiatan Penyusunan JJK
(b) Hasil Penyusunan JJK
Gambar 3. Penyusunan Janjangan Kosong (JJK). Alat yang digunakan untuk mengangkut (melangsir) JJK dari tumpukan buangan truk ke dalam gawangan sawit adalah angkong. Alat lain yang digunakan adalah tojok atau gancu untuk menyusun dan meratakan JJK dalam lapisan. Prestasi kerja untuk karyawan janjangan adalah 5 ton/HK dengan besar upah yang diterima adalah Rp 10 000,-/ton. Sedangkan untuk prestasi kerja penulis dalam kegiatan penyusunan janjangan kosong adalah 3 ton/ HK.
Pengendalian Gulma Gulma merupakan tanaman pengganggu yang keberadaannya sangat merugikan tanaman pokok. Kompetisi gulma dengan tanaman kelapa sawit dapat terjadi baik pada piringan, pasar 2:1 maupun pada tempat pengumpulan hasil (TPH). Di Perkebunan Ujan Mas pengendalian gulma dilakukan dengan cara penyemprotan di pasar 2:1 dan TPH serta dongkel anak kayu (DAK). Penyemprotan pasar 2:1 dan TPH. Pasar 2:1 dan TPH merupakan sarana yang sangat penting di perkebunan kelapa sawit, terutama dalam kegiatan panen. Pasar 2:1 merupakan jalan pada gawangan kelapa sawit yang dapat dilalui oleh orang dan angkong (jalan setapak). Gulma pada pasar 2:1 berpengaruh terhadap kelancaran pengangkutan tandan dari piringan ke TPH. Gulma yang ada pada TPH dapat menyebabkan kurang jelasnya keberadaan tandan dan brondolan di TPH untuk diangkut oleh truk.
20 Penyemprotan gulma pada pasar 2:1 dan TPH menggunakan herbisida yang mengandung glifosat dengan merk dagang “Smart”. Dosis herbisida yang digunakan 250 ml/ha dengan konsentrasi 7 ml/l. Penyemprotan TPH dilakukan secara merata ke seluruh bagian TPH. Jumlah TPH standar setiap pasar adalah dua TPH yang terdapat pada bagian ujung-ujung pasar. Standar kerja penyemprotan pasar 2:1 dan TPH adalah 5 ha/HK. Prestasi kerja penulis adalah 3 ha/HK. Kegiatan penyemprotan pasar 2:1 dilakukan pada areal TM di Blok 107 C. Penyemprotan gulma yang dilakukan penulis disajikan dalam Gambar 4.
(a) Penyemprotan Pasar 2:1
(b) Penyemprotan TPH
Gambar 4. Penyemprotan Gulma Peralatan yang digunakan untuk penyemprotan pasar 2:1 dan TPH adalah knapscak sprayer Solo kapasitas 15 liter, masker sebagai pengaman agar larutan herbisida tidak terhirup, botol mineral bekas atau wadah yang dapat digunakan untuk mengambil air sabagai pelarut herbisida. Sebelum dilakukan penyemprotan harus dilakukan pengecekan knapscak sprayer untuk mengetahui apakah ada kebocoran atau kerusakan pada alat tersebut. Hasil penyemprotan pasar 2:1 dan TPH akan terlihat paling cepat empat minggu kemudian. Dongkel anak kayu (DAK). Dongkel anak kayu adalah kegiatan pengendalian gulma secara manual dengan cara mencabut semua gulma berkayu sampai ke akar-akarnya. Jenis gulma yang harus didongkel adalah jenis gulma berdaun lebar yang berkayu yaitu Clidemia hirta, Mikania micrantha, Chromolaena odorata dan Melastoma affine, gulma golongan rumput dan teki
21 yaitu Scleria sumatrensis, Cyperus sp., Fimbristilis sp., dan lain-lain. Selain gulma, tanaman kelapa sawit yang tumbuh liar atau disebut dengan kentosan juga harus dicabut agar tidak menyaingi tanaman kelapa sawit utama. Pada kegiatan DAK selain mencabut gulma berkayu yang ada pada gawangan kelapa sawit, juga membersihkan gulma yang terdapat pada piringan (membokor). Tujuan
pembersihan
bokoran
kelapa sawit
adalah
untuk
memudahkan kegiatan pemupukan terutama untuk kelapa sawit di areal TBM yang aplikasi pupuknya dilakukan di piringan serta memperlancar kegiatan panen pada areal TM. DAK dilakukan di areal TBM Blok 70 perluasan. Bokoran dibuka dengan lebar bokor sampai ujung daun terluar atau dengan jari-jari bokoran 2 m dari pokok sawit. Bokoran harus bersih dari gulma. Sedangkan kegiatan DAK dilakukan pada gawangan sebelah kanan pokok sawit. Peralatan yang digunakan untuk kegiatan DAK adalah cangkul, parang, sarung tangan. Kegiatan DAK dilakukan dengan sistem borongan dengan standar yang ditetapkan dalam satuan hektar. Prestasi penulis dalam kegiatan DAK sebanyak 5 pokok/HK selama satu hari kerja. Kegiatan DAK yang penulis lakukan dapat dilihat pada Gambar 5.
(a) Dongkel Anak Kayu
(b) Pembuatan Bokoran
Gambar 5. Dongkel Anak Kayu dan Pembuatan Bokoran Rotasi DAK pada areal TBM 1 tiga bulan sekali, pada areal TBM 3 enam bulan sekali, pada areal TM satu tahun sekali. Kegiatan DAK yang penulis lakukan hanya pada TBM, sedangkan pada TM tidak penulis lakukan karena rotasinya telah berlalu.
22 Pengendalian Hama Hama pada perkebunan kelapa sawit di antaranya babi hutan, tikus dan ulat. Hama-hama tersebut harus dikendalikan untuk menjaga produktivitas tanaman. Pengendalian tikus dilakukan dengan menggunakan musuh alami yaitu ular cobra dan burung hantu (Tyto alba). Ular cobra dan burung hantu sengaja dikembangbiakkan sebagai pemangsa tikus. Sarang burung hantu dibuat di blokblok tanaman. Sampai dengan bulan Juni 2009, jumlah sarang burung hantu di Afdeling 7 berjumlah 35 sarang burung. Keberadaan burung hantu selalu dikontrol oleh mandor panen untuk dilaporkan kepada asisten afdeling mengenai keberadaan dan populasinya dalam sarang. Pengendalian ulat di Kebun Ujan Mas dilakukan dengan beberapa cara yaitu pengendalian secara mekanis, kimiawi, dan hayati. Pengendalian secara mekanis. Pengendalian secara mekanis meliputi dua kegiatan yaitu pendeteksian hama dan pengutipan kepompong. Hama yang paling penting di perkebunan kelapa sawit adalah ulat api. Pendeteksian ulat api merupakan salah satu cara untuk mengetahui populasinya. Kegiatan deteksi hama tidak hanya mendeteksi ulat api, tetapi juga ulat kantong dan ulat lainnya. Peralatan yang digunakan untuk kegiatan deteksi hama terdiri atas galah panjang dengan pengait pada bagian ujungnya, alat tulis, dan botol air mineral bekas. Di Afdeling 7 Kebun Ujan Mas, spesies ulat api yang banyak ditemukan adalah Darna trima (DT), Setora nitens (SN), Tirathaba sp. (TB), dan Theosea asigna (TA). Jenis-jenis ulat tersebut dapat dilihat pada Gambar 6.
23
(a) Setora nitens
(b) Darna trima
(c ) Theosea asigna
(d) Tirathaba sp.
Gambar 6. Beberapa Spesies Ulat Api Pengamatan ulat api dilakukan pada baris ke-1, ke-10, ke-20, dan seterusnya. Dari setiap barisan dipilih pokok sampel dengan interval 1/10 untuk TM yaitu pokok ke-1, pokok ke-11, pokok ke-21 dan seterusnya. Sedangkan untuk kelapa sawit di petak perluasan, pokok sampel yang digunakan memiliki interval 1/5 yaitu pokok ke-1, pokok ke-6, pokok ke-11, dan seterusnya. Jalur deteksi hama dapat dilihat pada Lampiran 7. Semua pokok dalam barisan tetap dideteksi, tetapi data yang ditulis pada lembar deteksi hama adalah jumlah ulat yang ditemukan pada pokok sampel. Contoh blanko deteksi hama terdapat pada Lampiran 8. Pengendalian ulat api juga dapat dilakukan saat fase kepompong dengan melakukan pengutipan kepompong. Kepompong ulat api berbentuk bulat telur, berwarna coklat tua dan terdapat pada tempat-tempat yang lembab atau basah karena ulat cenderung akan membungkus diri menjadi kepompong pada tempat yang lembab dan kurang cahaya matahari. Kepompong banyak ditemukan pada bagian bawah akar kelapa sawit dan piringan pokok kelapa sawit ataupun pada bawah tumpukan pelepah pada gawangan mati sehingga perlu pengorekan untuk mengutipnya. Kegiatan kutip kepompong dapat dilihat pada Gambar 7.
24
(a) Kegiatan Pengutipan Kepompong (b) Hasil Pengutipan Kepompong Gambar 7. Pengutipan Kepompong Kegiatan pengutipan kepompong dilakukan penulis di Blok 95 Petak B dan C. Pengutipan kepompong dilakukan di blok yang terdeteksi terdapat populasi ulat api yang tinggi. Cara pengutipan kepompong dengan mengorek bagian bawah pokok sawit pada bagian akar dan piringannya serta pada bagian pasar mati di bagian bawah pelepah. Peralatan pada kegiatan pengutipan kepompong terdiri atas ember, gancu, dan potongan pelepah. Pengendalian secara kimiawi. Pengendalian hama secara kimiawi di Kebun Ujan Mas dilakukan dengan menyemprot hama menggunakan insektisida Decis dan Agristik sebagai perekatnya. Konsentrasi Decis dan Agristik yang digunakan masing-masing sebanyak 6 ml untuk 15 liter larutan atau 0.4 ml/l. Alat yang digunakan untuk penyemprotan hama adalah knapsack sprayer Solo dengan memakai nozzle warna merah yang dibalik. Penulis melakukan penyemprotan hama pada areal TBM di Blok 68 sehingga masih terjangkau menggunakan knapsack sprayer Solo. Penyemprotan hama dilakukan pada semua bagian pelepah kelapa sawit. Ulat api yang terkena semprot sebelumnya akan mengering, kisut, berwarna coklat dan akhirnya mati perlahan. Kegiatan penyemprotan hama penulis lakukan dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Penyemprotan Hama
25 Prestasi kerja penulis untuk penyemprotan hama seluas 0.8 ha, yang dilakukan selama satu hari kerja sedangkan norma kerja karyawan untuk penyemprotan hama 2 ha/HK. Pada areal kelapa sawit TM dengan pokok yang tinggi disemprot dengan menggunakan Engine Power Sprayer (EPS). Alat semprot tersebut dilengkapi dengan selang panjang serta galah untuk menggapai tajuk sawit yang tinggi. Insektisida yang digunakan Decis dan Agristik sebagai perekatnya dengan dosis masing-masing insektisida 7 ml untuk 15 liter larutan. Penulis tidak melakukan kegiatan penyemprotan hama kelapa sawit dengan menggunakan EPS. Pengendalian secara hayati. Pengendalian ulat api secara hayati dilakukan dengan memanfaatkan kumbang predator ulat api. Salah satu cara menarik kumbang predator adalah dengan penanaman bunga pukul delapan (Turnera subulata). Bunga Turnera subulata dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9. Penanaman Bunga Pukul Delapan (Turnera subulata) Penanaman dilakukan di lahan kosong di tepi tanaman kelapa sawit. Penulis melakukan penanaman bunga pukul delapan di Blok 68 dan 69. Alat yang digunakan adalah cangkul dan parang. Prestasi penulis dalam
kegiatan ini
sebanyak 200 polybag per HK dalam satu hari kerja sesuai dengan norma yang ditargetkan perusahaan. Penulis melakukan kegiatan penanaman bunga pukul delapan selama 3 hari kerja. Pemupukan Kebun Ujan Mas menggunakan beberapa jenis pupuk di antaranya ZA, Rock Phosphate (RP), Muriate of Potash (MOP), Kiserit, NPK, dan Borate. Pupuk NPK hanya diaplikasikan pada TBM. Setiap blok memiliki dosis pupuk
26 masing-masing yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan berdasarkan hasil analisis daun serta umur tanaman. Penetapan dosis pupuk di Kebun Ujan Mas dilakukan berdasarkan hasil analisis tanah dan daun yang bekerjasama dengan PT Asian Agri. Contoh daun yang dianalisis berasal dari pokok sampel yang telah ditetapkan (Gambar 10).
Gambar 10. Jalur Pokok Sampel Analisis Daun Contoh daun tersebut dikirim ke PT Asian Agri untuk dianalisis. Selanjutnya hasil analisis daun dikirimkan kembali ke PT Cipta Futura beserta rekomendasi dosis pupuk yang diperlukan oleh tanaman. Kegiatan pemupukan terdiri atas pelangsiran pupuk ke lahan, penaburan pupuk serta pengumpulan karung pupuk kosong. Pelangsiran pupuk. Pelangsiran pupuk adalah kegiatan mengangkut pupuk dari gudang dan menyusunnya di dalam truk sampai dengan mendistribusikannya ke lahan. Dalam pengadaan pupuk, Kebun Ujan Mas bekerjasama dengan perusahaan pupuk seperti PT Pupuk Sriwijaya (Pusri). Pupuk yang telah didatangkan oleh perusahaan disimpan dalam gudang pupuk di G2. Pengeluaran pupuk dari gudang memerlukan proses pengajuan dengan bon serta harus terdaftar dalam buku ekspedisi afdeling. Contoh blanko bon gudang tercantum pada Lampiran 9. Bon pupuk dibuat oleh mandor pupuk yang disetujui oleh asisten afdeling. Bon yang telah disetujui oleh asisten afdeling dibawa ke kantor kebun untuk disetujui oleh manejer kebun. Bon pupuk yang dibuat berisi pengajuan jumlah pupuk yang diambil. Jumlah pupuk yang diperlukan dihitung berdasarkan
27 rekomendasi dosis pupuk per pokok pada blok tersebut, luas blok serta jumlah pokok dalam blok tersebut berdasarkan hektar statement (Lampiran 10). Pengambilan pupuk dari gudang diawasi oleh petugas gudang dan mandor pupuk untuk memastikan jumlah pupuk yang diangkut dari gudang sama dengan jumlah pupuk yang tertulis pada bon pupuk. Pengangkutan pupuk ke dalam dump truck dilakukan oleh kelompok karyawan pengerit. Pupuk disusun di dalam truk secara rapi untuk memudahkan penghitungan karung yang telah masuk truk. Truk yang telah terisi pupuk langsung berangkat ke lahan untuk dilakukan pelangsiran. Pelangsiran pupuk didampingi oleh mandor pupuk untuk mengawasi di jalur mana saja pupuk akan dilangsir. Kegiatan pelangsiran pupuk dapat dilihat pada Gambar 11.
(a) Pengangkutan Pupuk ke Truk
(b) Pendistribusian Pupuk di Lahan
(c) Pupuk yang Telah Dilangsir Gambar 11. Pelangsiran Pupuk Kebun Ujan Mas memiliki beberapa pola pengeceran pupuk, yaitu 1:2, 1:3, dan 1:4. Pola 1:2 adalah pola untuk jalur pasar 2:1 yang panjang sehingga 1 sak pupuk untuk dua jalur atau satu pasar. Pola 1:3 dan 1:4 adalah pola untuk jalur pasar 2:1 yang pendek sehingga 1 sak pupuk digunakan untuk tiga jalur atau dua pasar dan empat jalur atau tiga pasar.
28 Penaburan pupuk. Cara pemupukan yang diterapkan di Kebun Ujan Mas saat ini berbeda dengan cara penaburan pupuk pada tahun sebelumnya. Cara pemupukan untuk TM diubah yang semula di piringan menjadi diaplikasikan di samping pelepah yang tersusun pada gawangan mati, sedangkan untuk aplikasi pupuk pada TBM tetap dilakukan di piringan pokok tanaman. Perubahan cara pemupukan pada TM tersebut berdasarkan hasil analisis tanah dan daun. Hasil analisis menyatakan bahwa mikroorganisme di sekitar piringan pokok sudah tidak aktif lagi sehingga pokok akan terus mengalami defisiensi walaupun telah dipupuk. Oleh karena itu perusahaan mengambil keputusan untuk mengubah cara aplikasi dari aplikasi di piringan menjadi di samping tumpukan pelepah. Penaburan pupuk terdiri atas beberapa kegiatan, yaitu pembukaan karung pupuk, pemecahan bongkahan pupuk yang menggumpal, pembersihan pupuk yang tercecer saat pelangsiran dari truk, pemindahan pupuk dari karung ke dalam ember serta penaburan pupuk. Alat yang digunakan dalam kegiatan pemupukan adalah ember dan mangkok “OMO” (Gambar 12).
Gambar 12. Peralatan Pemupukan Pupuk ditabur berdasarkan dosis per pokok tanaman yang telah dijelaskan oleh mandor. Pemupuk menaburkan pupuk dengan menggunakan mangkok takar yang telah distandarisasi oleh perusahaan. Bobot satu mangkok bergantung pada berat jenis pupuk yang digunakan. Sebagai contoh untuk pupuk RP (Rock Phosphate), 1 mangkok pupuk RP setara dengan 0.7 kg sehingga untuk dosis 2 kg/pokok akan setara dengan 2 ¾ mangkok pupuk. Pemupukan pada TM dilakukan dengan cara disebar merata di samping pelepah sepanjang gawangan mati yang tersusun seperti huruf “I” atau huruf “U”.
29 Pupuk disebar pada jarak 2 m dari batang sawit (tidak boleh ditabur di piringan) dan tidak boleh ditabur sampai di tengah pelepah. Setiap penabur pupuk harus memperhatikan batas taburan dari penabur lain yang memupuk barisan yang berhadapan dengannya sehingga tidak ada pokok yang tidak terpupuk. Dosis pupuk yang diaplikasikan pada tanaman harus sesuai dengan anjuran dan pupuk harus ditabur secara merata. Pupuk dalam satu karung diaplikasikan untuk dua jalur gawangan mati sampai batas tengah petak sedangkan untuk sisa areal yang belum teraplikasi akan dipupuk oleh penabur lain dari sisi petak yang saling membelakangi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 13. Taburan A x
x
x
x
x
Taburan B pokok sawit Pasar 2:1 (pasar hidup)
x
x
x
x
Taburan A
x Taburan B
Batas taburan Gambar 13. Denah Cara Aplikasi Pupuk di Afdeling 7 Kegiatan pemupukan yang dilakukan penulis menggunakan pupuk Muriate of Potash (MOP). Pemupukan MOP penulis lakukan di Blok 109 C dengan dosis pupuk 1.5 kg/pokok (Gambar 14). Berdasarkan hasil kalibrasi perusahaan, satu mangkok “OMO” untuk pupuk MOP memiliki berat 0.6 kg MOP sehingga untuk 1.5 kg MOP setara dengan 2.5 mangkok “OMO”. Prestasi kerja penulis dalam kegiatan pemupukan adalah 250 kg/HK atau 5 karung pupuk dengan netto per karung 50 kg. Sedangkan norma kerja yang berlaku untuk karyawaan penabur pupuk dihitung berdasarkan luas areal yang dikerjakan yaitu 2 ha/HK.
Gambar 14. Pemupukan Muriate of Potash (MOP)
30 Pengumpulan karung pupuk kosong. Karung pupuk yang telah kosong diberikan kepada kelompok karyawan pengerit untuk dihitung (Gambar 15). Jumlah karung pupuk kosong harus sama dengan jumlah pupuk yang diambil dari gudang pupuk. Karung-karung kosong tersebut untuk selanjutnya dibawa ke kantor afdeling dan akan dikembalikan keesokan harinya ke gudang pupuk bersamaan dengan pengambilan pupuk pada hari tersebut.
Gambar 15. Penghitungan Jumlah Karung Pemanenan Pemanenan merupakan kegiatan terpenting untuk mencapai target produksi yang telah ditetapkan. Kebun Ujan Mas menetapkan target produksi yang harus dicapai oleh masing-masing afdeling. Adapun target produksi dan realisasi produksi yang dapat dicapai di Afdeling 7 disajikan dalam Tabel 3. Tabel 3. Realisasi Panen di Afdeling 7 PT Cipta Futura Tahun 2009 Target Produksi Realisasi Produksi (ton) (ton) Januari 3 777.41 2 371.49 Februari 2 930.06 2 125.39 Maret 3 402.79 2 815.53 April 3 318.06 4 288.76 Mei 3 554.43 4 258.18 Sumber : Kantor Afdeling 7 (2009) Periode
Margin - 1 405.92 - 804.67 - 617.25 + 970.70 + 703.75
Realisasi Panen (%) 62.78 72.54 81.86 129.26 119.80
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan pemanenan yaitu persiapan panen, kriteria matang panen, sensus TBS dan taksasi panen, sistem dan tenaga kerja panen, rotasi panen, alat panen, pelaksanaan panen, pengawasan
31 panen, sistem upah dan denda panen, administrasi panen, serta pengangkutan hasil panen. Persiapan panen. Persiapan panen yang harus dilakukan saat tanaman mulai beralih dari TBM ke TM meliputi pembuatan tempat pengumpulan hasil (TPH), pembuatan jembatan panen, penghitungan jumlah tenaga kerja panen, perawatan jalan serta perawatan pasar 2:1. TPH dibuat di ujung pasar 2:1 yang berbatasan langsung dengan jalan. TPH dibuat dengan ukuran panjang 4 m dan lebar 3 m. Pembuatan jembatan dilakukan pada areal yang memiliki parit. Jembatan dibuat menggunakan kayu cerucuk atau kayu akasia (Gambar 16).
Gambar 16. Jembatan pada Areal Tanaman Kelapa Sawit Persiapan panen yang rutin dilakukan setiap kali panen adalah perawatan jalan, apel pagi pemanen yang dipimpin langsung oleh mandor dan supervisor panen serta kegiatan pembagian hanca panen. Sedangkan persiapan alat panen yang akan digunakan dipersiapkan oleh masing-masing pemanen sebagai tanggung jawabnya. Kriteria matang panen. Kriteria matang panen yang diterapkan di Afdeling 7 Kebun Ujan Mas yaitu apabila terdapat satu brondolan jatuh di piringan, maka tandan harus dipanen. Apabila tandan buah sawit telah berwarna merah tetapi belum ada satu pun brondolan maka tandan buah dianggap sebagai tandan mentah. Hasil pengamatan kualitas potong buah di Afdeling 7 PT Cipta Futura terlihat pada Tabel 4.
32 Tabel 4. Pengamatan Kualitas Potong TBS di Afdeling 7
Total TBS Sample
Mentah 0 Brondolan (TBS) (%) 1 799 18 (2.3) 2 789 15 (1.9) 3 896 17 (1.9) 4 719 19 (2.6) 5 941 30 (3.2) Total 4 142 99 Rata-rata 828.8 19.8 (2.4) Sumber : Hasil Pengamatan (2009)
Kemandoran
TBS Hasil Panen Matang Busuk >1 Brondolan Berbau (TBS) (%) (TBS) (%) 769 (96.2) 12 (1.5) 761 (96.5) 13 (1.6) 865 (96.5) 14 (1.6) 690 (96.0) 10 (1.4) 895 (95.1) 16 (1.7) 3 978 65 796 (96.1) 13 (1.6)
Sensus TBS dan taksasi produksi. Sensus TBS merupakan kegiatan rutin mandor panen yang dilakukan setiap tanggal 15. Sensus TBS bertujuan untuk mengetahui taksasi produksi setiap bulan, hasil panen pada rotasi berikutnya, serta mengetahui angka kerapatan panen pada bulan tersebut sampai dengan enam bulan ke depan. Data sensus TBS terdapat pada Lampiran 11. Pengamatan sensus TBS selalu dilakukan pada jalur tanaman yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Blok sampel dipilih secara acak. Untuk selanjutnya pada blok sampel tersebut dipilih juga jalur tanaman secara acak. Parameter pengamatan sensus TBS yang dilakukan terdiri atas beberapa kategori TBS, yaitu TBS bulan ke-1, TBS bulan ke-2, TBS bulan ke-3, TBS bulan ke-4, TBS bulan ke-5 serta TBS bulan ke-6. Hasil pengamatan penulis mengenai perbandingan panen aktual dan hasil sensus TBS pada Blok 108 dan 107 tercantum dalam Tabel 5. Tabel 5. Perbandingan Hasil Panen dan Hasil Sensus TBS di Afdeling 7 Bulan Maret 2009 Tanggal Panen
Blok
16 April 16 April
107 108
Jumlah TBS 3 602 4 940
Aktual Jumlah Pokok 14 987 18 849
Keterangan: AKP = Angka Kerapatan Panen
Sumber : Hasil Pengamatan (2009)
AKP (%) 24.03 26.20
Jumlah TBS 19 13
Sensus Jumlah Pokok 46 78
AKP (%) 41.30 16.67
33 Sistem panen dan tenaga kerja panen. Kegiatan pemanenan di Kebun Ujan Mas menggunakan sistem panen hanca tetap. Setiap regu kerja (RK) panen memiliki nomor panen masing-masing. Nomor tersebut akan menentukan hanca yang akan dipanen oleh pemanen setiap hari. Pemanen akan mendapat nomor hanca yang sama sesuai dengan nomor panen yang dimiliki dan bersifat tetap. Penomoran hanca pada blok panen dilakukan oleh mandor panen dengan luas rata-rata setiap hanca 2.5 ha dan jumlah pasar rata-rata 6 pasar per hanca (Gambar 17). Penomoran hanca pada areal TM dengan umur tanaman tua telah dilakukan sejak lama, sehingga penulis hanya melakukan pemberian nomor pada hanca di areal yang baru beralih dari TBM ke TM yaitu pada Blok 83 perluasan.
(a) Nomor Hanca Panen
(b) Pembuatan Hanca Panen
Gambar 17. Pengkodean Hanca Panen pada Tanaman Kelapa Sawit Pembagian hanca dilakukan oleh mandor panen setelah apel pagi. Sistem hanca tetap dapat berubah menjadi sistem giring bergantung pada jumlah pemanen, keadaan hanca dan keadaan TBS dan luas hanca panen sisa. Data luas dan jumlah hanca pada setiap blok di Afdeling 7 dapat dilihat pada Lampiran 12. Setiap regu panen di Kebun Ujan Mas idealnya terdiri atas tiga orang tenaga kerja dengan satu orang sebagai pemilik nomor panen yang bertugas sebagai pemotong TBS, satu orang sebagai kenek langsir yang mengeluarkan TBS hasil panen ke TPH, dan satu orang lagi sebagai pengutip brondolan untuk dikumpulkan dalam karung. Tenaga kerja dalam regu kerja panen serta tugasnya masing-masing dapat dilihat pada Gambar 18.
34
(a) Pemotong TBS dengan Egrek
(b) Pemotong TBS dengan Dodos
(c) Kenek Langsir
(d) Kutip Brondol
Gambar 18. Regu Kerja (RK) Panen Rotasi panen. Rotasi panen merupakan selang waktu yang diperlukan antara panen terakhir sampai dengan panen berikutnya pada tempat yang sama. Kebun Ujan Mas memiliki tiga sistem rotasi panen yaitu 2 rotasi (10/15), 3 rotasi (7/10), dan 4 rotasi (5/7). Rotasi 10/15, artinya 10 hari untuk panen satu rotasi dengan hari cadangan 5 hari panen sehingga dalam satu bulan terdapat dua kali panen pada blok yang sama. Pola 3 rotasi dengan rumus 7/10 terdiri atas tujuh hari panen dan tiga hari untuk cadangan hari panen. Rotasi 5/7 adalah pola rotasi yang memiliki waktu panen lima hari dengan cadangan hari panen sebanyak dua hari sehingga dalam satu bulan terdapat empat kali panen pada blok yang sama. Rotasi panen yang optimum yang dapat dicapai di Afdeling 7 adalah pola dua rotasi dalam satu bulan dengan rumus rotasi 10/15. Rotasi panen dapat menentukan jumlah regu panen yang diperlukan dalam satu hari panen. Berdasarkan hektar statement (Lampiran 10), luas areal panen di Afdeling 7 adalah 1 857.93 ha sehingga apabila menggunakan rumus 10/15 dengan hari kerja efektif dalam satu bulan 20 hari maka luas areal yang dipanen per hari adalah ± 185.79 ha. Apabila setiap regu panen mendapat areal panen per hari rata-rata 2.5
35 ha atau satu hanca maka jumlah tenaga kerja yang diperlukan di Afdeling 7 adalah 74 HK. Alat panen. Berdasarkan ketinggian tanaman kelapa sawit terdapat tiga macam alat potong TBS, yaitu egrek, dodos dan kapak siam. Egrek adalah alat potong TBS dengan bentuk mata pisau yang melengkung seperti arit tetapi memiliki gagang dari pipa panjang untuk mencapai pokok tanaman dengan ketinggian lebih dari 10 m. Dodos merupakan alat yang digunakan untuk panen pada areal TM dengan umur muda dengan tinggi tanaman 2 – 5 m. Sedangkan kapak siam dapat digunakan untuk memotong TBS pada tanaman yang memiliki ketinggian 5 – 10 m. Adapun alat-alat panen yang harus dimiliki oleh pemanen di Afdeling 7 disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Alat-alat Panen TBS yang Harus Dimiliki oleh Pemanen No.
Nama alat
Penggunaan
1
Egrek
Memotong TBS tanaman dengan ketinggian > 10 m
2
Dodos
Memotong TBS tanaman dengan ketinggian 2 – 5 m
3
Kapak
Memotong TBS dan gagang panjang
4
Angkong
Sebagai wadah untuk membawa TBS dan brondolan ke TPH
Gambar
36
Tabel 6. (Lanjutan) No.
Nama Alat
Penggunaan
5
Gancu
Memuat dan membongkar TBS dari dan ke alat transpor
6
Karung goni bekas pupuk
Wadah untuk menampung brondolan
7
Parang
Memotong gagang panjang
8
Tojok
Memuat dan membongkar TBS dari dan ke alat transpor
9
Batu asah
Pengasah egrek, dodos, kapak dan parang
Gambar
Sumber : Hasil pengamatan (2009) Pelaksanaan panen. Pelaksanaan panen yang tepat sangat mempengaruhi hasil yang diperoleh. Sebelum pemanen melaksanakan pemanenan di lapangan, pemanen mengikuti apel pagi yang dipimpin oleh mandor panen dan supervisor panen. Apel pagi berisi pengarahan oleh supervisor mengenai pelaksanaan panen dan evaluasi kegiatan panen hari sebelumnya serta berisi pembagian hanca panen yang dilakukan oleh mandor panen.
37 Pemotongan TBS diawali dengan menurunkan pelepah yang menyonggo tandan. Tujuan pemotongan songgo adalah untuk memudahkan pemanenan dan agar tidak ada brondolan yang tertinggal di sela-sela pelepah. Pelepah yang telah dipotong, disusun rapi di gawangan mati membentuk huruf “I” atau “U”. TBS dipanen menggunakan alat panen yang sesuai dengan tinggi tanaman. TBS yang telah dipanen selanjutnya dibawa ke TPH setelah dilakukan pemotongan gagang panjang di piringan. Ketentuan pemotongan gagang panjang harus membentuk huruf ”V” atau seperti mulut kodok, minimal 3 cm dari pangkal TBS. Pengamatan kualitas TBS berdasarkan pemotongan gagang panjang dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Pengamatan Kualitas Pemotongan Gagang Panjang TBS di Afdeling 7 Kemandoran
Jumlah TBS Sample
1 213 2 111 3 248 4 215 5 393 Total 1 180 Rata-rata 236 Sumber : Hasil Pengamatan Penulis (2009)
TBS Gagang Panjang (> 3 cm) 5 4 5 5 8 27 5.4
% Gagang Panjang 2.3 3.6 2.0 2.3 2.0 12.3 2.5
TBS yang telah dipanen dibawa ke TPH oleh kenek langsir. TBS di TPH disusun rapi dengan jumlah TBS minimal lima TBS tiap TPH. TBS di TPH disusun mendatar empat atau lima TBS dengan tangkai TBS menghadap ke arah jalan dan sedikit terangkat ke atas kemudian diberi nomor sesuai nomor pemanen. Brondolan yang terdapat pada piringan dan pasar 2:1 dikutip oleh tenaga pengutip brondol. Brondolan dimasukkan ke dalam karung bekas pupuk kemudian dibawa ke TPH untuk diangkut dengan truk bersama-sama dengan TBS yang telah tersusun di TPH. Brondolan yang ditolerir tertinggal sebanyak maksimum tiga TBS brondolan per pokok. Hasil pengamatan kualitas panen berdasarkan brondolan tertinggal dapat dilihat pada Tabel 8.
38 Tabel 8. Pengamatan Brondolan Tertinggal di Afdeling 7 Brondolan tinggal Pelepah Gawangan TPH Kemandoran Piringan (TBS)(%) (TBS)(%) (TBS)(%) (TBS)(%) 33(21.0) 58(36.9) 1 48(30.6) 18(11.5) 44(22.3) 67(34.0) 2 65(33.0) 21(10.6) 31(24.0) 35(27.1) 3 49(37.9) 141(0.8) 35(23.5) 41(27.5) 4 51(34.2) 22(14.8) 24(19.8) 39(32.2) 5 42(34.7) 16(13.2) Total 255 91 167 240 Rata-rata 33.4(22.1) 48(31.6) 51(34.1) 18.2(12.2) Sumber : Hasil Pengamatan Penulis (2009)
Total (TBS)(%) 157(100) 197(100) 129(100) 149(100) 121(100) 753 150.6(100)
Kualitas panen juga dapat dilihat dari banyaknya TBS matang tertinggal di pokok. Hasil pengamatan TBS tertinggal pada satu hari panen disetiap kemandoran dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Pengamatan TBS Tertinggal di Pokok di Afdeling 7
Kemandoran
Jumlah TBS Hasil Panen (TBS/org)
1 111.5 2 69.8 3 150.8 4 78.0 5 181.7 Rata-rata 118.4 Sumber : Hasil Pengamatan Penulis (2009)
Jumlah TBS Tertinggal di Pokok (TBS/org) 0.7 2.0 3.2 5.5 1.8 2.6
TBS Tertinggal di Pokok (%) 0.6 2.9 2.1 7.1 1.0 2.7
Penulis melakukan kegiatan panen saat menjadi KHL. Satu regu panen berjumlah lima tenaga kerja yang terdiri atas dua pemotong TBS, satu orang pelangsir TBS, dan dua orang pengutip brondolan. Panen dilakukan di Blok 81 A, 93 C, dan 94 D. Norma kerja karyawan panen borongan adalah 75 tandan yang merupakan total TBS basis. Pengawasan panen. Pada kegiatan panen di Afdeling 7 selalu berusaha untuk mencapai kualitas dan kuantitas yang optimum. Pengawasan panen di perusahaan terdiri atas inspeksi harian, inspeksi bulanan dan inspeksi triwulanan.
39 Inspeksi bulanan dilakukan oleh supervisor panen yang didampingi oleh tim inspeksi kantor kebun. Sedangkan untuk inspeksi triwulanan dilakukan oleh manajer kebun, manajer inspeksi kebun, asisten afdeling, serta satu orang mandor panen setiap tiga bulan di semua blok yang ada dalam satu afdeling. Untuk kegiatan inspeksi harian diambil jalur blok secara acak dengan parameter yang diamati terdiri atas TBS tertinggal, TBS mentah, brondolan tertinggal. Hasil inspeksi harian di Afdeling 7 PT Cipta Futura Plantation dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Inspeksi Harian Panen di Afdeling 7 Bulan April 2009
Tgl
Blok
Poko k
Brondol (buah)
13 95 338 5 15 106 384 4 17 108 352 8 18 67 326 5 Sumber : Kantor Afdeling 7 (2009)
Mentah (TBS) 0 0 0 0
Sub Standar TBS Tinggal (TBS) 0 1 2 0
Kualitas (%)
Kuantitas (%)
97.34 98.18 97.74 98.16
100 99.74 100 100
Sistem upah dan denda panen. Sistem upah yang berlaku di Kebun Ujan Mas adalah sistem borongan. Pemanen akan mendapat upah bergantung pada jumlah tandan yang diperoleh pada hari tersebut. Upah yang berlaku dihitung berdasarkan jumlah TBS. Harga untuk semua TBS, baik TBS dengan berat janjang rata-rata (BJR) besar maupun kecil adalah sama. Afdeling 7 menetapkan dua jenis BJR, yaitu BJR 19 kg untuk TBS pada TM dengan umur tanaman tua dan BJR 8 kg untuk TBS pada TM dengan umur muda. Sistem pengupahan terdiri atas basis dan premi. Basis merupakan upah pokok yang diberikan kepada pemanen dengan harga Rp 400, 00 per TBS, jumlah basis maksimal adalah 75 tandan. Premi merupakan upah tambahan yang diberikan kepada pemanen apabila hasil panen telah melebihi basis. Harga premi per TBS adalah Rp 1 500, 00. Pemanen juga mendapat upah dari pengutipan brondolan. Brondolan dimasukkan ke dalam karung bekas pupuk. Berat satu karung brondolan yang
40 ditetapkan oleh perusahaan adalah 27 kg. Berat tersebut sudah merupakan ketetapan berdasarkan hasil penimbangan oleh perusahaan. Satu kg brondolan diberi harga Rp 65, 00 sehingga apabila seorang pemanen memperoleh TBS dalam satu hari sebanyak 200 TBS dengan 5 karung brondolan, maka upah satu hari tersebut adalah sebagai berikut: Basis : 75 x Rp 400, 00
= Rp 30 000, 00
Premi : (200 – 75) x Rp 1 500, 00
= Rp 187 500, 00
Brondolan : (5 x 27 x Rp 65, 00)
= Rp
Total upah pemanen
= Rp 226 275, 00
8 775, 00
Denda merupakan sanksi yang diberikan kepada pemanen akibat tindakan yang tidak memenuhi ketentuan yang telah disepakati. Aturan dan disiplin yang diterapkan PT Cipta Futura sangat tinggi sehingga sedikit tindakan yang melanggar ketentuan akan dikenakan sanksi. Sanksi pemotongan upah dalam perusahaan dikenal dengan istilah pinalti. Tabel 11. Jenis Kesalahan dan Sanksi Panen di Afdeling 7 No.
Jenis Kesalahan
Sanksi
1
TBS matang tinggal di pokok
Pinalti semua upah baik basis maupun premi
2
TBS mentah dipanen
Pinalti semua upah baik basis maupun premi
3
TBS tinggal dipiringan
Pinalti semua upah baik basis maupun premi
4
Brondolan tidak dikutip
Pinalti premi dan brondolan (jika memiliki premi), bila tidak ada premi maka pinalti pada basis yang dimilikinya.
5
Terdapat potongan panjang di TPH
gagang Pinalti 5 TBS pada premi.
6 TBS tidak disusun di TPH Pinalti 5 TBS pada premi. Sumber : Kantor Kebun Afdeling 7 (2009). Administrasi panen. Administrasi panen bertujuan mencatat dan merekapitulasi hasil TBS, bobot TBS, bobot brondolan, serta jumlah tenaga kerja panen pada hari tersebut serta menghitung upah yang diterima setiap pemanen dan mengetahui total upah yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk kegiatan panen dalam satu hari.
41 Pemanenan di Afdeling 7 memiliki batas waktu kerja potong TBS pukul 15.00, selanjutnya pemanen harus melaporkan hasil panennya kepada mandor dengan batas waktu paling lambat pukul 16.00. Bila sampai dengan pukul 16.00 pemanen belum melapor maka mandor akan mengambil data hasil panen sesuai dengan jumlah TBS nya yang sudah terangkut truk. Laporan dari pemanen ditulis pada potongan pelepah dengan alat tulis berasal dari duri sawit, pelepah tersebut dikenal dengan nama kopelan pelepah. Kopelan pelepah dapat dilihat pada Gambar 19.
Gambar 19. Kopelan Pelepah Pemanen Kopelan pelepah berisi nomor pemanen, jumlah TBS per TPH, jumlah karung brondolan serta selesai tidaknya hanca yang dikerjakan. Kopelan pelepah disimpan di kantor afdeling sebagai bukti hasil panen yang diperoleh pemanen pada hari tersebut. Terdapat enam jenis administrasi panen yang direkap oleh mandor panen di Afdeling 7, yaitu buku laporan panen, buku rekapitulasi laporan panen, buku krani afdeling, blanko laporan mandor panen (Lampiran 13), buku mandor dan aloksi panen. Laporan panen selanjutnya diberikan kepada administrasi afdeling untuk diisikan pada lembar alokasi. Lembar alokasi merupakan lembar yang berisi ringkasan kerja afdeling selama satu hari. Lembar alokasi berisi semua kegiatan kerja yang dilakukan di afdeling, jumlah tenaga kerja per kegiatan kerja, blok per kegiatan kerja, upah masing-masing kegiatan kerja, hasil panen satu hari. Pengangkutan hasil panen. Pengangkutan TBS panen merupakan hal terpenting dalam mencapai mutu minyak yang baik dengan kandungan ALB
42 serendah mungkin. Kandungan ALB dalam minyak yang dihasilkan PT Cipta Futura tiga bulan terakhir disajikan dalam Tabel 12. Tabel 12. Kandungan ALB pada Minyak Sawit di PT Cipta Futura Bulan Maret April Mei Rata-rata Sumber: Laboratorium Pabrik Kelapa Sawit (2009)
ALB (%) 1.84 1.84 1.92 1.87
Pengangkutan TBS di Kebun Ujan Mas menggunakan dump truck dengan kapasitas angkut mencapai 5 – 6 ton. Dump truck yang terdapat di Afdeling 7 berjumlah 20 unit. Masing-masing dump truck telah memiliki sopir tetap bersama pemuatnya masing-masing. Pemuat merupakan tenaga kerja yang menaikkan TBS dari TPH ke dalam truk. Transportasi afdeling merupakan tanggung jawab krani buah sehingga sopir dan pemuat berada di bawah pengawasan krani buah. Apel pagi pemuat dipimpin langsung oleh krani buah. Apel pagi pemuat berisi pembagian jalur tanggung jawab TBS yang harus diangkut. Jalur angkut TBS yang diberlakukan di Afdeling 7 adalah jalur acak. Sopir bisa mengambil TBS di TPH pada jalur mana saja yang dilewatinya. Meskipun demikian setiap pemuat dan sopir memiliki jalur tanggung jawab dimana TBS dan brondolan di jalur tersebut harus bersih. Hal yang menjadi tanggung jawab sopir dan pemuat dalam mengangkut TBS adalah mencatat jumlah TBS yang diangkut beserta nomor pemanennya, mengutip bersih brondolan yang ada di TPH, tidak mengangkut TBS dengan gagang panjang yang belum dipotong, tidak mengangkut TBS mentah, dan menyusun rapi TBS di atas truk agar tidak jatuh saat di perjalanan. Pencatatan TBS tersebut ditulis di lembar data muat buah (Lampiran 14). Truk yang telah dipenuhi TBS siap diberangkatkan menuju ke pabrik kelapa sawit (PKS). Sebelum berangkat ke PKS, sopir truk harus terlebih dahulu melapor kepada krani buah mengenai jumlah TBS yang diangkut beserta nomor pemanen yang tertulis di lembar data muat TBS. Krani buah akan mencatatnya
43 dalam buku kontrol TBS. Selanjutnya sopir akan menerima lembar surat pengantar buah (SPB) sebagai bukti untuk mengirim TBS ke PKS. SPB tersebut berisi jumlah TBS beserta bobot TBS yang diangkut. SPB dapat dilihat pada Lampiran 15. Bobot TBS di afdeling dihitung oleh krani buah berdasarkan BJR afdeling. Di PKS, truk akan ditimbang untuk mengetahui bobot TBS sebenarnya yang diangkut. TBS harus diangkut ke PKS pada hari tersebut, tidak ada toleransi untuk TBS yang menginap di lahan kecuali pada hari hujan. Dengan demikian tidak ada batasan jam kerja bagi pengangkutan TBS. Pekerjaan dinyatakan selesai bila TBS hasil panen pada hari tersebut telah terangkut semua ke PKS. Untuk mengetahui apakah masih ada TBS yang tertinggal di lahan atau tidak dapat dilihat dari buku kontrol TBS yang dipegang krani buah. Buku kontrol TBS berisi jumlah TBS hasil dari pemanen serta jumlah TBS yang telah terangkut ke PKS berdasarkan laporan sopir.
Pruning (Penunasan/Pemangkasan) Kegiatan pruning atau penunasan merupakan kegiatan yang terpisah dari kegiatan pemanenan. Pruning dilakukan oleh pemanen pada waktu berbeda dengan waktu pemanenan TBS. Pruning biasa dilakukan dua hari berturut-turut pada akhir bulan bila rotasi panen untuk bulan tersebut telah terpenuhi. Kegiatan pruning dilakukan dengan rotasi tersendiri, yang penting dalam waktu satu tahun semua blok harus selesai dilakukan penunasan pelepah. Pruning dilakukan dengan sistem hanca tetap. Setiap pemanen akan mendapat hanca sesuai dengan nomor panen miliknya. Pruning adalah pemotongan pelepah pada pokok sawit hingga membentuk songgo dua. Tujuan pembuatan songgo dua adalah untuk memudahkan pemotongan TBS saat panen, agar tidak ada brondolan yang tertahan pada pelepah dan untuk sanitasi tanaman. Alat yang digunakan untuk pruning adalah egrek. Bentuk potongan antara pelepah dan batang dibuat seperti tapal kuda (± membentuk huruf “V”). Pruning dilakukan pada pelepah yang sudah tua, pelepah sengkleh, dan pelepah yang terlalu banyak untuk membentuk songgo dua. Pelepah
44 yang telah diturunkan harus disusun rapi di gawangan mati membentuk huruf “I” atau huruf “U”. Sistem upah untuk pruning di Afdeling 7 berdasarkan jumlah pokok sawit yang dipruning. Jumlah pokok itulah yang kemudian dilaporkan kepada mandor panen untuk dikonversi ke dalam luasan areal. Upah untuk pruning adalah Rp 600, 00 per pokok. Bila pemanen berhasil mengerjakan 100 pokok, maka: Luas areal pruning : 100/130 pokok/ha =0.77 ha Upah pruning
: 100 pokok x 600/pokok = Rp 60 000, 00
Perhitungan luas areal pruning yang dikonversi dari jumlah pokok berguna untuk mengetahui sisa areal yang belum dipruning.
Aspek Manajerial
Pada kegiatan magang di PT Cipta Futura, penulis tidak hanya melakukan kegiatan teknis di lapangan sebagai karyawan harian lepas (KHL), tetapi juga melakukan kegiatan yang berhubungan dengan aspek manajerial kebun. Tenaga kerja di PT Cipta Futura dibedakan menjadi tenaga staf dan tenaga non staf. Karyawan yang termasuk ke dalam tenaga staf meliputi supervisor, asisten afdeling sampai dengan manajer. Setiap tenaga staf dan non staf di PT Cipta Futura memiliki pangkat dan jabatan masing-masing. Supervisor adalah tenaga staf yang pangkatnya satu tingkat di atas mandor. Pangkat supervisor terdiri atas tiga tingkatan yaitu senior supervisor, 1st supervisor, dan 2nd supervisor. Supervisor berdasarkan jabatan dibedakan menjadi supervisor afdeling yang membawahi supervisor panen, supervisor perawatan dan supervisor administrasi. Supervisor afdeling berada langsung di bawah asisten afdeling. Tenaga non staf adalah tenaga kerja yang pangkatnya di bawah supervisor, yaitu mandor dan operator. Pangkat mandor terdiri atas tiga tingkatan yaitu senior mandor sebagai tingkatan teratas, 1st mandor dan 2nd mandor. Sama seperti pangkat mandor, pangkat operator juga memiliki tiga tingkatan yaitu senior operator, 1st operator dan 2nd operator.
45 Pendamping Mandor Jabatan mandor adalah tenaga non staf yang berhubungan langung dengan lapangan pekerjaan dan membawahi KHL. Penulis melakukan kegiatan sebagai pendamping mandor selama satu bulan. Jenis pekerjaan yang penulis awasi selama menjadi pendamping mandor adalah kegiatan dongkel anak kayu (DAK), pemupukan, pemanenan, serta bekerja pada bagian administrasi afdeling. Pendamping mandor dongkel anak kayu (DAK). Sebagai pendamping mandor DAK penulis lakukan selama 2 hari di Blok 70 P pada areal TBM. Saat menjadi pendamping mandor DAK penulis mengawasi jalur kerja setiap karyawan, mengecek ada tidaknya anak kayu yang tidak didongkel, lebar ukuran piringan kelapa sawit yang telah dibokor, serta menghitung jumlah pokok yang berhasil dibokor oleh setiap karyawan. Sama seperti mandor pekerjaan lain, mandor DAK juga bertugas membuat laporan harian setiap sore hari untuk diserahkan kepada kantor kebun. Laporan yang dibuat berisi luas areal yang telah dikerjakan, upah yang diterima setiap karyawan serta total pengeluaran perusahaan untuk kegiatan DAK hari tersebut. Pendamping mandor pupuk. Pemupukan yang penulis awasi adalah pemupukan Rock Phospate (RP) dengan merk dagang CIRP (Christmas Island Rock Phosphate). Penulis menjadi pendamping mandor pupuk selama enam hari kerja. Tugas pendamping mandor pupuk adalah mendampingi mandor memimpin apel pagi tenaga pemupuk. Pada apel pagi, selain berisi evaluasi pekerjaan hari kemarin, juga memberi pengarahan mengenai blok yang akan dipupuk, dosis pupuk per pokok dan jumlah karung pupuk yang harus diaplikasikan oleh masingmasing penabur. Setelah melakukan apel pagi penulis mendampingi mandor pupuk mengambil pupuk di gudang pupuk. Petugas kantor gudang akan memberi faktur yang berisi jumlah karung yang bisa diangkut oleh truk. Faktur tersebut selanjutnya diberikan kepada petugas jaga gudang pupuk yang mengawasi jalannya pengambilan pupuk ke dalam truk. Dalam kegiatan tersebut, penulis mengawasi penghitungan jumlah karung pupuk, mengkoordinasi karyawan pengerit pupuk untuk mengambil pupuk dengan jumlah yang tepat dan mengatur
46 tata letak karung dalam truk agar tidak mudah jatuh dalam perjalanan menuju lapangan. Pengawasan pemupukan di lapangan meliputi ketepatan aplikasi pupuk, ada tidaknya pokok yang tidak dipupuk, ketepatan dosis per pokok, ada tidaknya pupuk yang tidak diaplikasikan, ada tidaknya karyawan penabur yang kekurangan pupuk, serta mengawasi penghitungan karung kosong pupuk oleh karyawan pengerit. Pada kegiatan sebagai mandor pupuk, penulis diberi satu petak blok untuk mengawasi karyawan yang melakukan pekerjaan sub standar serta menegur karyawan yang salah. Laporan mandor pupuk dibuat oleh mandor setelah selesai kegiatan di lapangan. Laporan berisi luas areal total yang berhasil dipupuk, luas areal pemupukan masing-masing karyawan, serta jumlah upah yang diterima masingmasing karyawan pupuk. Penulis juga membantu membuat bon pupuk untuk pengambilan pupuk pada blok berikutnya. Pendamping mandor panen. Pekerjaan sebagai pendamping mandor panen merupakan jenis pekerjaan yang paling banyak penulis lakukan selama menjadi pendamping mandor. Selama penulis menjadi pendamping mandor panen, penulis diberi kepercayaan oleh mandor untuk mengawasi hanca panen. Jumlah hanca yang diawasi oleh penulis 4 – 7 hanca per hari atau berbeda-beda sesuai dengan luas areal panen dan jumlah tenaga kerja. Tugas menjadi pendamping mandor panen dimulai dengan mengikuti apel pagi yang dipimpin asisten afdeling, selanjutnya mendampingi mandor panen dalam memimpin apel pagi dengan para pemanen yang dilanjutkan dengan pembagian hanca. Pekerjaan awal setelah tiba di lapangan, penulis sebagai pendamping mandor panen melakukan pengecekan kehadiran pemanen pada hanca yang telah ditetapkan dan melakukan pengecekan apakah pemanen memanen di hanca yang telah ditentukan mandor panen sewaktu apel pagi atau tidak. Pengawasan terhadap kualitas panen dan hanca dilakukan pada siang hari, yaitu pemanen selesai melakukan pemanenan. Pengawasan tersebut meliputi
47 inspeksi terhadap TBS tertinggal, TBS mentah, brondolan tertinggal, penyusunan pelepah yang di pruning, serta pemotongan gagang panjang TBS. Setelah selesai melakukan pengawasan panen di lapangan, penulis membantu mandor panen membuat laporan panen harian dengan merekapitulasi secara keseluruhan untuk mengetahui total TBS, brondolan, dan upah pemanen dalam satu hari. Tugas sebagai pendamping mandor panen dinyatakan selesai bila laporan panen telah dilaporkan kepada kantor kebun melalui pesawat Handy Talky (HT). Selanjutnya laporan tersebut dimasukkan ke dalam lembar alokasi yang akan diserahkan ke kantor kebun sebagai dokumen laporan harian kebun. Administrasi kantor. Penulis ditempatkan di kantor afdeling untuk membantu bagian administrasi selama 3 hari. Tugas bagian administrasi afdeling yang paling sibuk adalah saat pagi hari dan sore hari. Pada pagi hari setelah usai apel pagi bersama asisten afdeling, bagian administrasi harus menyiapkan bon solar untuk bukti pemakaian solar sopir dan pengambilan solar yang diperlukan, menghitung jumlah tenaga kerja dari semua kegiatan kerja hari tersebut, mengukur pemakaian solar truk sebelum truk beroperasi, menyiapkan surat tugas sopir untuk hari tersebut (Lampiran 16), merekapitulasi kegiatan angkutan sopir sehari sebelumnya, menghitung ulang luas areal kerja dan upah yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk semua kegiatan kerja sehari sebelumnya, mengecek absensi karyawan, serta menyiapkan truk yang akan dipakai untuk mengantar karyawan ke lapangan dan yang digunakan untuk pengeritan pupuk dari gudang. Tugas bagian administrasi pada sore hari adalah mengorganisir truk untuk penjemputan karyawan dari lapangan, menghitung jumlah karyawan dari setiap kegiatan untuk disamakan dengan jumlah karyawan pada pagi hari, menerima laporan harian dari mandor setiap jenis pekerjaan untuk dibuat laporan ke dalam lembar alokasi yang akan diberikan ke kantor kebun.
Pendamping Asisten Afdeling Asisten afdeling merupakan jabatan tertinggi yang ada di kantor afdeling. Asisten afdeling memiliki tanggung jawab yang besar dalam mengelola seluruh
48 kegiatan di afdeling. Tugas dan tanggung jawab yang dilakukan asisten afdeling adalah memimpin apel pagi para personil pada pukul 05.30 – 06.00 WIB, mengevaluasi kendala yang terjadi pada hari kemarin, memberi pengarahan serta perintah kepada mandor mengenai tugas hari itu, mengawasi seluruh kegiatan afdeling setiap hari dan memeriksa serta mengevaluasi laporan seluruh kegiatan hari sebelumnya. Penulis menjadi pendamping asisten afdeling pada bulan keempat magang yaitu pada tanggal 15 Mei sampai dengan tanggal 10 Juni 2009. Kegiatan penulis sewaktu menjadi asisten afdeling adalah melakukan observasi TBS hasil panen yang ada di TPH. Observasi TBS adalah kegiatan penghitungan jumlah TBS hasil panen di TPH beserta nomor pemanennya. Kegiatan observasi dilakukan dengan berjalan kaki setiap hari mencari letak TBS yang ada pada hanca panen. TBS yang telah dihitung di check list dengan menggunakan arang ataupun tanah keras pada potongan gagang panjangnya. Tujuan kegiatan observasi TBS adalah untuk mengetahui kemampuan mandor panen dalam mengecek jumlah TBS panen dalam satu hari. Kemampuan tersebut dihitung dalam bentuk persentase antara jumlah keseluruhan TBS yang berhasil diobservasi dengan jumlah total panen hari tersebut. Selain itu, tujuan lain dari kegiatan observasi TBS adalah sebagai data tambahan bila terdapat selisih jumlah TBS laporan pemanen dengan jumlah TBS yang berhasil diangkut truk. Di samping melakukan kegiatan observasi TBS, penulis juga tetap mengawasi hanca panen dan mengadakan pemeriksaan kualitas panen pada hanca. Walaupun penulis telah menjadi pendamping asisten afdeling, tetapi tugas penulis sama dengan mandor panen yang berhubungan langsung dengan para pemanen. Pengawasan penulis saat menjabat sebagai pendamping asisten afdeling tetap pada tingkat KHL bukan pada tingkat mandor. Penulis juga dituntut untuk lebih aktif dan mencari kendala dalam setiap kegiatan yang diawasi sebagai saran untuk mandor yang bersangkutan untuk mengevaluasi kendala yang penulis paparkan.
49
PEMBAHASAN
Hasil akhir yang selalu ingin dicapai PT Cipta Futura adalah kualitas dan kuantitas minyak yang baik. Kualitas produksi kebun berhubungan dengan ketepatan waktu panen dan pelaksanaan panen yang memenuhi standar perusahaan. Sedangkan kuantitas produksi kebun berhubungan dengan jumlah TBS yang diperoleh. Keberhasilan pemanenan akan menunjang pencapaian produktivitas tanaman. Sebaliknya kegagalan pemanenan akan menghambat pencapaian produktivitas tanaman kelapa sawit. Pengelolaan tanaman yang sudah baku dan potensi produksi tanaman yang tinggi, tidak ada artinya jika pemanenan tidak dilaksanakan secara optimal (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2007). Berdasarkan Tabel 1 produksi TBS tertinggi terjadi pada tahun 2005 dan tahun 2007 dengan masing-masing memiliki bobot TBS sebesar 43 550 ton dan 41 852 ton. Adanya peningkatan produksi disebabkan oleh tingginya curah hujan dan tingginya angka kerapatan buah. Pada tahun-tahun tersebut, dari satu pokok tanaman kelapa sawit dapat dipanen 6 – 8 TBS. Hal tersebut menyebabkan jumlah TBS melimpah dan bobot TBS total meningkat. Adanya penurunan hasil panen pada tahun 2006 dapat disebabkan oleh curah hujan. Curah hujan tahun 2006 sebesar 2 172 mm per tahun, lebih rendah dibandingkan dengan curah hujan tahun 2005 dan 2007 yang mencapai 2 800 mm per tahun. Curah hujan dapat dilihat pada Lampiran 5. Sunarko (2007) menyatakan bahwa curah hujan tahunan 2 500 mm atau lebih akan menghasilkan potensi produksi sebesar 100 %, curah hujan 2 000 – 2 500 mm potensi produksi yang dicapai sebesar 80 % dan curah hujan 1 500 atau kurang hanya memiliki potensi produksi 60 – 70 persen. Selain itu pada tahun 2006, penyebaran curah hujannya tidak merata dan terdapat satu bulan yang curah hujannya hanya 5 mm. Sesuai dengan pernyataan Siregar, Darlan dan Pangaribuan (2006) tanaman kelapa sawit tumbuh baik pada areal dengan curah hujan yang merata sepanjang tahun artinya tidak terdapat perbedaan mencolok dari satu bulan ke bulan berikutnya dan tidak terdapat curah
50 hujan bulanan di bawah 60 mm sehingga tanaman tidak akan mengalami cekaman. Produktivitas atau produksi per ha di Afdeling 7 cenderung mengalami penurunan. Produksi pada tahun 2005 dan 2007 sama tingginya, akan tetapi terjadi perbedaan produktivitas yang cukup nyata. Lebih rendahnya produktivitas tahun 2007 terjadi karena adanya mutasi areal TBM ke TM. Mutasi tersebut menyebabkan luas areal panen tahun 2007 semakin luas akan tetapi TBS yang dihasilkan dari areal tersebut memiliki BJR yang lebih kecil sehingga nilai bobot produksi per ha akan semakin kecil. Pada tahun 2009, Afdeling 7 akan tetap berusaha mencapai kuantitas panen sesuai dengan target yang ditetapkan oleh perusahaan. Realisasi panen di Afdeling 7 pada tahun 2009 terus meningkat sampai akhirnya melebihi target yang ditetapkan pada bulan April dan Mei (Tabel 3). Menurut Lubis (1992) perbedaan hasil antara target dengan realisasi dapat disebabkan oleh beberapa hal di antaranya kurang akuratnya penentuan target, perubahan iklim, pemupukan tidak terlaksana, gangguan hama penyakit serta adanya hasil produksi yang tidak terangkut. Oleh karena itu, untuk mengurangi perbedaan selisih antara realisasi dan target yang harus dicapai, perlu lebih diperhatikan penyusunan target produksi apakah sebanding dengan kondisi di lapangan sehingga realisasinya sesuai dengan target yang ada. Persiapan Panen Sensus buah dan taksasi panen merupakan salah satu kegiatan penting dalam menentukan keberhasilan panen. Sensus buah yang dilakukan di Afdeling 7 berbeda dengan hasil TBS aktual panen yang diperoleh (Tabel 5). Pengamatan dilakukan pada Blok 107 dan 108. Persentase hasil panen aktual yang diperoleh di Blok 107 adalah 24.03 %, sedangkan di Blok 108 adalah 26.20 persen. Hasil tersebut sangat berbeda dengan hasil berdasarkan sensus buah pada bulan Maret yang dilakukan oleh mandor panen. Data sensus buah untuk Blok 107 adalah 41.30 %, sedangkan untuk Blok 108 adalah 16.67 persen. Perbedaan aktual dan sensus dapat disebabkan oleh TBS yang dipanen tidak sesuai kriteria matang panen, kurang akuratnya pengamatan dalam
51 penentuan umur panen buah oleh mandor saat dilakukan sensus buah karena penentuan umur panen buah bersifat subjektif. Sistem panen di Afdeling 7 menggunakan sistem hanca tetap dimana setiap pemanen akan mendapat nomor hanca yang sesuai dengan nomor panen yang dimilikinya dan bersifat tetap. Akan tetapi, sistem panen tersebut dapat berubah menjadi sistem hanca giring pada keadaan tertentu terkait kehadiran pemanen, angka kerapatan panen, serta tenaga kerja tambahan pada kenek langsir dan kutip brondol. Adanya pemanen yang tidak masuk kerja menyebabkan kosongnya hanca milik pemanen tersebut sehingga mandor panen harus menggiring pemanen lain untuk memanen pada hanca kosong tersebut agar target luas areal panen tetap dapat tercapai meskipun tenaga kerja kurang. Tenaga kerja idealnya terdiri atas pemotong buah atau pengegrek, pelangsir buah atau kenek langsir dan pengutip brondolan. Tidak semua pemanen memiliki tenaga tambahan tersebut sehingga pemanen yang tidak memiliki kenek langsir dan pengutip brondolan akan ditempatkan oleh mandor pada hanca yang jalurnya pendek atau ditempatkan pada hanca yang sudah diisi oleh pemanen lain yang sama-sama tidak memiliki tenaga tambahan. Sebaliknya, pemanen yang memiliki tenaga tambahan lengkap akan diberikan hanca tambahan selain hancanya sendiri. Rotasi panen yang dapat dicapai Afdeling 7 adalah dua rotasi dalam satu bulan dengan rumus 10/15 yang berarti dalam satu rotasi terdapat 10 hari panen dengan lima hari digunakan untuk hari cadangan panen. Akan tetapi, hari kerja di Kebun Ujan Mas dalam satu bulan adalah 25 hari sehingga satu rotasi hanya terdiri dari dua atau tiga hari cadangan panen bila areal panen belum terselesaikan dalam waktu 10 hari. Cara yang dilakukan untuk menjaga agar seluruh blok panen dapat terselesaikan dalam waktu 10 hari adalah dengan mengusahakan target penyelesaian masing-masing hanca yang dipanen dalam satu hari. Adanya hanca sisa menyebabkan kesulitan dalam pengawasan serta pengangkutan hasil panen.
52 Rotasi panen yang diharapkan dapat dicapai oleh afdeling adalah rotasi yang sedang karena rotasi yang panjang dapat menyebabkan kualitas dan kuantitas panen berkurang. Banyak buah yang akan lewat matang sehingga banyak brondolan yang jatuh di piringan akibatnya waktu panen untuk menyelesaikan satu hanca akan lebih lama serta akan meningkatnya kandungan ALB. Berdasarkan rotasi panen, luas areal yang harus dipanen Afdeling 7 adalah sebesar 185.793 ha per hari. Bila dihitung kebutuhan tenaga panen secara kasar akan diperoleh jumlah kebutuhan pemanen sebanyak 74 orang yaitu dengan cara membagi luas areal panen per hari dengan norma kerja umum pemanen yaitu seluas 2.5 ha per pemanen. Jumlah pemanen yang tersedia di Afdeling 7 sebanyak 75 orang, secara teori seharusnya jumlah tersebut mencukupi untuk mencapai target yang ditetapkan. Akan tetapi pada kenyataannya, Afdeling 7 kekurangan tenaga pemanen terutama pada saat kerapatan buah yang tinggi sehingga kapasitas panen pun akan turun. Hal tersebut disebabkan oleh tidak selalu terpenuhinya kehadiran seluruh tenaga pemanen yang mencapai 75 orang setiap hari, karena selalu ada pemanen yang izin atau sakit. Rotasi panen di Afdeling 7 dipengaruhi oleh beberapa hal di antaranya jumlah tenaga pemanen, tenaga kenek langsir dan kutip brondol dalam satu regu kerja, kondisi hanca, luas hanca panen, kondisi cuaca, waktu sampai di lapangan, waktu pembagian hanca, alat panen dan angka kerapatan panen. Adanya kenek langsir dan kutip brondol juga mempengaruhi kapasitas pemanen. Pemanen yang memiliki kenek langsir dan kenek brondol akan mampu menyelesaikan areal panen yang lebih luas dibandingkan dengan pemanen yang tidak mempunyai kenek langsir dan kutip brondol. Kondisi hanca dapat mempengaruhi rotasi panen karena kondisi hanca yang datar lebih cepat diselesaikan pemanen sehingga pemanen dapat memanen lebih dari satu hanca dan luas areal panen pun semakin besar. Hanca yang luas akan lebih lama dan kapasitas pemanen akan menurun sehingga menyebabkan rotasi panen terganggu.
53 Kondisi cuaca berpengaruh pada rotasi panen terutama dapat menurunkan kapasitas pemanen sewaktu di lapangan sehingga pekerjaan tidak terselesaikan dan rotasi panen akan semakin panjang. Waktu sampai di lapangan dan waktu pembagian hanca sangat penting diperhatikan karena semakin cepat pembagian hanca maka pemanen akan semakin cepat tiba di lapangan dan semakin besar kapasitas panennya. Selain itu, adanya alat panen yang rusak sewaktu di lahan menyebabkan terhentinya kegiatan panen sehingga kapasitas kerja pemanen satu hari akan berkurang dan rotasi terganggu.
Pelaksanaan Panen Kriteria matang panen yang digunakan di Afdeling 7 PT Cipta Futura Plantation mengacu pada jumlah brondolan yang lepas dari tandan. Satu brondolan jatuh pada piringan menandakan bahwa buah sudah matang dan harus dipanen meskipun warna tandan belum merah benar. Sebaliknya, bila tandan sudah berwarna merah sekali, tetapi belum ada satu pun brondolan yang lepas maka tandan tidak boleh dipanen dan masuk ke dalam kategori buah mentah. Menurut Lubis (1992) kriteria panen yang dipakai jika sudah ada dua buah lepas dari tandannya atau jatuh ke piringan pohon untuk tiap kilogram tandan. Selanjutnya Fauzi et al. (2008) menambahkan bahwa kriteria kelapa sawit yang siap dipanen bisa dilihat dari jumlah brondolannya, untuk tanaman kelapa sawit yang umurnya kurang dari 10 tahun, jumlah brondolan kurang lebih 10 butir dan tanaman yang umurnya lebih dari 10 tahun, jumlah brondolannya sekitar 15-20 butir. Terdapat lima fraksi matang panen yang dapat membantu menentukan kritaria matang panen dan saat yang tepat untuk memotong TBS. Fraksi dan derajat kematangan TBS dapat tercantum dalam Tabel 13.
54 Tabel 13. Fraksi dan Derajat Kematangan TBS Fraksi 00 0 1 2 3 4 5
Jumlah brondolan Tidak ada, buah berwarna hitam 1 – 12,5 % buah luar membrondol 12,5 – 25 % buah luar membrondol 25 – 50 % buah luar membrondol 50 – 75 % buah luar membrondol 75 – 100 % buah luar membrondol Buah dalam juga membrondol, ada buah yang busuk Sumber : Lubis (1992)
Derajat kematangan Sangat mentah Mentah Kurang matang Matang I Matang II Lewat matang I Lewat matang II
Kriteria panen sangat erat hubungannya dengan mutu potong TBS berdasarkan fraksinya. Mutu potong TBS di Afdeling 7 memiliki persentase TBS matang yang dipanen sebesar 96.1 %, TBS busuk 1.6 % dan TBS mentah terpanen 2.4 % (Tabel 4). Toleransi TBS mentah terpanen yang ditetapkan perusahaan adalah 0 %, tetapi pada kenyataannya persentase TBS mentah masih cukup besar. Besarnya persentase TBS mentah terpanen tersebut dapat disebabkan oleh ketidaktelitian pemanen. Panen TBS mentah tersebut akan merugikan perusahaan. Menurut Fauzi et al. (2008), jika pemanenan dilakukan pada keadaan tandan belum matang kadar minyak yang akan dihasilkan rendah serta menyulitkan pengolahan minyak di pabrik. Brondolan tidak dikutip di Afdeling 7 masih cukup banyak. Brondolan tertinggal yang paling banyak terdapat pada gawangan sebesar 34.1 % (Tabel 8). Tingginya
jumlah
brondolan
tertinggal
di
gawangan
disebabkan
oleh
ketidaktelitian tenaga pengutip brondolan serta banyak brondolan yang tidak terlihat jelas pada gawangan yang ditumbuhi banyak gulma. Toleransi brondolan yang diperbolehkan tertinggal adalah kurang dari tiga brondolan pada piringan sawit, karena brondolan yang banyak tertinggal akan menyebabkan kerugian perusahaan. Menurut Pahan (2008a) brondolan mempunyai kandungan minyak lebih dari 40 % sehingga brondolan harus dikutip bersih karena dapat menjadi salah satu penyebab losses yang cukup tinggi Kualitas kerja dari pemanen sebagai pemotong TBS, kenek langsir, kutip brondol dan pemuat TBS perlu ditingkatkan. Pemotong TBS berhubungan dengan
55 pengutipan brondolan yang tersangkut di pelepah pada pokok tanaman. Tenaga kerja kutip brondolan dan kenek langsir terkait dengan pengutipan brondolan yang tertinggal di piringan dan di gawangan. Sedangkan pemuat TBS berhubungan dengan pengutipan bersih brondolan yang ada di TPH saat melakukan pengangkutan TBS dari TPH ke dalam truk. Kategori lain yang dapat menentukan kualitas panen suatu afdeling adalah pemotongan gagang panjang. Pemotongan gagang panjang yang berlaku di Afdeling 7 adalah kurang dari 3 cm. Persentase gagang panjang berdasarkan hasil pengamatan (Tabel 7) adalah 2.5 % yang artinya setiap 100 TBS akan terdapat 2 atau 3 TBS yang ukuran pemotongan gagang panjangnya lebih dari 3 cm. Keadaan tersebut cukup baik di mana norma untuk gagang panjang adalah kurang dari 5 persen. Beberapa hal yang mempengaruhi pemotongan gagang panjang adalah ketajaman alat dan ketelitian dalam pemotongan gagang panjang. Alat potong baik kapak maupun parang harus dalam keadaan tajam sehingga pemotongan gagang panjang lebih mudah dan menghasilkan potongan yang rapi dan serapat mungkin dengan tandan. Pemotongan gagang panjang sebaiknya dilakukan di piringan bukan di TPH setelah TBS semua dilangsir. Pemotongan gagang panjang dapat dilakukan di TPH dengan syarat potongan gagang panjang dibuang pada gawangan mati. Hal tersebut bertujuan agar potongan gagang tidak ikut terangkut ke dalam truk saat pemuat mengangkut TBS. Gagang panjang sangat merugikan perusahaan karena merupakan penyebab losses yang tinggi. Gagang panjang yang ikut terolah di pabrik akan menyerap minyak yang dihasilkan sehingga menimbulkan kehilangan minyak. Bentuk pemotongan gagang panjang yang dianjurkan oleh perusahaan adalah potongan dengan bentuk mulut kodok atau berbentuk huruf “V”. Akan tetapi pada kenyataannya di lapangan, pemotongan gagang panjang berbentuk rata dengan sisa gagang panjang sangat rapat dengan tandan. Hal ini masih dapat ditolelir terkait dengan kebiasaan para pemanen yang menganggap pemotongan rata lebih mudah daripada pemotongan dengan bentuk “V”.
56 Faktor lain yang sangat menentukan kualitas suatu kegiatan panen adalah TBS tertinggal. TBS tertinggal adalah TBS matang tetapi tidak diturunkan dari pokok atau tidak terpanen. Persentase TBS tertinggal di Afdeling 7 cukup besar yaitu 2.7 % (Tabel 9) sedangkan norma yang ditetapkan perusahaan untuk TBS tinggal di pokok adalah 0 persen. Penyebab TBS tertinggal adalah ketidaksiapan alat panen, banyak pemanen yang membawa pipa egrek yang pendek tanpa membawa pipa sambungan untuk menjangkau pohon yang tinggi serta ketidaktelitian pemanen dalam mencari TBS terutama pada pokok yang berada di pinggir parit, pokok yang ada pada areal jurangan serta pokok yang disonggo banyak pelepah sehingga brondolan yang lepas dari tandan tidak terlihat akibat tersangkut pada pelepah. Adanya brondolan tertinggal, gagang panjang, TBS mentah, TBS tinggal akan menyebabkan kehilangan hasil atau losses. Secara umum, berdasarkan pengamatan di lapangan, penyebab terjadinya kehilangan (losses) terdiri atas tiga faktor yaitu faktor manusia, faktor tanaman, dan faktor alam. Faktor manusia berhubungan dengan tindakan pemanen dalam melaksanakan panen. Pada saat panen masih ada pemanen yang tidak melaksanakan perintah mandor dengan baik, masih ada pemanen yang memanen TBS mentah, masih ada brondolan yang tidak dikutip bersih, pemotongan gagang panjang yang tidak sesuai standar dan masih ada TBS tertinggal di pokok. Faktor alam yang mempengaruhi losses adalah hari hujan, kondisi lahan dan kondisi tanaman. Adanya hari hujan akan menghambat pengangkutan buah dari lahan ke pabrik, membuat kapasitas pemanen menjadi rendah. Kondisi lahan yang berupa areal rendahan atau jurangan menyebabkan pemanen cenderung enggan mencari TBS pada pokok di sekitar areal tersebut sehingga menyebabkan TBS tinggal di pokok. Ketinggian tanaman dan tanaman yang rimbun karena banyak pelepah yang menyonggonya. TBS pada pokok yang tinggi cenderung akan ditinggalkan pemanen karena pipa egrek yang dimiliki kurang panjang. Pokok yang disonggo oleh banyak pelepah menyebabkan pemanen tidak jelas mengamati brondolan
57 yang sudah lepas dari TBS sehingga cenderung terdapat TBS tertinggal tidak dipanen. Pengawasan panen dilakukan oleh mandor panen setiap hari. Mandor panen yang terdapat di Afdeling 7 berjumlah 4 orang untuk mengawasi 5 kemandoran. Pengawasan panen yang dilakukan di Afdeling 7 kurang mewakili seluruh hanca. Hal tersebut disebabkan oleh berbagai faktor, yaitu kurangnya tenaga pengawas atau mandor panen, kemampuan mandor panen dan luas areal panen. Jumlah mandor yang cukup akan meningkatkan luasan areal yang dapat diinspeksi sehingga hasilnya dapat lebih mewakili. Kemampuan mandor yang terbatas menyulitkan mandor untuk mengawasi seluruh hanca, sehingga inspeksi mandor hanya dilakukan pada beberapa pasar 2:1 saja. Selain itu, luas areal panen yang sempit akan lebih meningkatkan keakuratan pengawasan karena dengan begitu kapasitas pengawasan mandor per orang akan lebih besar. Bila dalam inspeksi ditemukan ketidaksesuaian dengan standar yang ada, maka pemanen yang bersangkutan akan dikenakan sanksi tegas oleh mandor panen. Sanksi dan jenis pelanggaran dapat dilihat pada Tabel 11. Peraturan yang diberlakukan perusahaan sangat bersifat tegas untuk memberi efek jera kepada pemanen yang melanggar agar tidak mengulangi kesalahan yang sama.
Penanganan Pasca Panen Pengangkutan dalam industri perkebunan kelapa sawit menempati posisi penting yang sangat menentukan dalam pencapaian mutu produksi (Sutrisno dan Winahyu, 1991). Pengangkutan TBS di Afdeling 7 tergolong baik karena buah dapat terangkut ke pabrik pada hari yang sama kecuali saat hari hujan sehingga pengangkutan TBS dihentikan untuk dilanjutkan esok harinya. Fauzi et al. (2008) menyatakan TBS harus segera diangkut ke pabrik untuk diolah yaitu maksimal 8 jam setelah panen. Pengangkutan TBS sangat berhubungan dengan kandungan ALB dan rendemen minyak yang ada pada buah. Tabel 14 menunjukan rendemen minyak dan kandungan ALB dalam TBS bila tidak segera diangkut.
58 Tabel 14. Rendemen dan ALB dari TBS yang Menginap di Lapangan Lama menginap (hari) 0 1 2 3 Sumber: Lubis (1992)
Rendemen minyak (%) 50.44 51.66 50.73 48.66
ALB (%) 3.9 5.01 6.09 6.90
Sistem pengangkutan yang baik di PT Cipta Futura dapat dilihat dari ratarata kadar ALB minyak selama tiga bulan yang hanya sebesar 1.87 % (Tabel 12). Kandungan ALB perusahan tersebut lebih kecil daripada ALB standar yang nilainya tidak boleh lebih dari 3 % (Pahan, 2008b). Meskipun demikian masih terdapat kekurangan dalam pengangkutan TBS ke pabrik. Beberapa faktor penyebab kekurangan dalam kegiatan pengangkutan tersebut adalah krani buah, sopir, pemuat, pemanen, dan faktor eksternal. Krani buah cenderung berpatokan pada bobot TBS dari pabrik yang dihitung saat truk dari afdeling masuk ke pabrik. Bila bobot TBS pabrik dan bobot TBS afdeling sudah sama maka TBS dianggap habis terangkut semua ke pabrik. Pada kenyataannya, masih ada TBS di TPH yang tidak terangkut meskipun jumlahnya tidak terlalu banyak, tapi kondisi tersebut menyebabkan TBS restan. Sopir sangat menentukan kualitas pengangkutan TBS ke pabrik. Hal yang harus diperhatikan oleh sopir adalah pencatatan jumlah TBS yang diangkutnya, jangan sampai ada TBS ataupun nomor pemanen yang tidak tertulis. Kadangkadang terdapat sopir yang malas mengangkut TBS sehingga jumlah truk yang beroperasi dalam mengangkut TBS semakin sedikit dan menyebabkan waktu pengangkutan TBS ke pabrik lebih lama. Pemuat bertugas memasukkan TBS yang telah tersusun rapi di TPH ke dalam truk. Kehilangan atau losses dapat terjadi saat pengangkutan oleh pemuat yaitu pengutipan brondolan yang tidak bersih ataupun ikut sertanya gagang panjang ke dalam truk. Pemanen tidak hanya menentukan baik tidaknya kualitas panen tapi juga mempengaruhi kualitas pengangkutan. Masih ada pemanen yang tidak
59 melaksanakan instruksi mandor untuk tidak menyimpan TBS di TPH yang jalannya tidak dapat dilewati oleh truk. Faktor eksternal yang dapat menghambat pengangkutan TBS adalah cuaca dan infrastruktur jalan. Kedua faktor tersebut sangat berhubungan, bila hari hujan, pengangkutan akan dihentikan karena jalan akan rusak dan tidak dapat dilewati truk sehingga menyebabkan terhambatnya pengiriman TBS ke pabrik.
60
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Tujuan magang di PT Cipta Futura secara umum telah tercapai. Penulis memperoleh pengetahuan, keterampilan dan pengalaman kerja secara manajerial maupun secara langsung di lapangan produksi perkebunan kelapa sawit. Produktivitas TBS di PT Cipta Futura sudah baik, hal tersebut ditandai dengan baiknya kondisi kebun dengan populasi tanaman yang optimum dan sistem pengelolaan teknik budidaya tanaman mulai dari kegiatan pemeliharaan sampai dengan pengangkutan TBS ke pabrik kelapa sawit. Kualitas panen ditentukan oleh brondolan tinggal, TBS matang yang dipanen, TBS tertinggal di pokok, pemotongan gagang panjang, TBS mentah terpanen, serta pengangkutan TBS ke PKS. Secara umum, pengelolaan panen di Afdeling 7 PT Cipta Futura sudah cukup baik dilihat dari nilai pemotongan gagang panjang, TBS matang yang dipanen, dan organisasi panen. Akan tetapi kualitas panen di Afdeling 7 tersebut belum seluruhnya sesuai dengan standar perusahan, masih terdapat 2.4 % TBS mentah, 2.7 % TBS tertinggal di pokok, dan brondolan tertinggal diberbagai lokasi yang jumlahnya masih di bawah standar yang ditetapkan oleh perusahaan. Saran Perlu adanya peningkatan kualitas kerja dari mandor dalam pengawasan dan pengarahan panen serta peningkatan kualitas kerja dari pemanen. Sensus buah perlu dilakukan dengan lebih baik. Mandor yang melakukan sensus buah sebaiknya membawa catatan hasil sensus pada bulan sebelumnya untuk lebih meningkatkan keakuratan data sensus buah. Perlu adanya kerjasama yang lebih baik antara mandor panen dan krani buah terkait pengorganisasian TBS di TPH dan tenaga yang dibawahinya sehingga kualitas panen secara keseluruhan dari mulai potong buah sampai dengan pengangkutan TBS ke PKS dapat lebih baik lagi.
61
DAFTAR PUSTAKA Direktorat Jenderal Perkebunan. 2009. Statistik Perkebunan Indonesia 2007 – 2009. Direktorat Jenderal Perkebunan, Departemen Pertanian. Jakarta. Fauzi, Y., Y. E. Widyastuti, I. Setyawibawa, dan R. Hartono. 2008. Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta. 168 hal. Hutabarat, M. S. 1965. Masalah-masalah yang Menyangkut Efisiensi dan Premi Panen Kelapa Sawit. Biro Effisiensi dan Ekonomi, PPN – Aneka Tanaman IV. Medan. 157 hal. Lubis, A. U. 1992. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jaqcuin.) di Indonesia. Pusat Penelitian Perkebunan Marihat – Bandar Kuala. Marihat Ulu. 435 hal. Pahan, I. 2008a. Panduan Lengkap Kelapa Sawit: Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta. 412 hal. . 2008b. Panduan Teknis Budidaya Kelapa Sawit. Indopalma Wahana Hutama. Jakarta. 92 hal. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. 2007. Budidaya Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan. 157 hal. Siregar, H. H., N. H. Darlan, dan Y. Pangaribuan. 2006. Peranan ilmu iklim pada masa kini dan mendatang bagi pertanaman kelapa sawit. Warta Pusat Penelitian Kelapa Sawit 14 (2) : 21-29. Sunarko. 2007. Petunjuk Praktis Budidaya dan Pengolahan Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka. Jakarta. 70 hal. Sutrisno, L. dan R. Winahyu. 1991. Kelapa Sawit : Kajian Sosial – Ekonomi. Aditya Media. Yogyakarta. 136 hal.
62
LAMPIRAN
63 Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian di Afdeling 7 PT Cipta Futura Plantation, Sumatra Selatan Tanggal
Uraian Kegiatan
12 Februari 2009 13 Februari 2009 14 Februari 2009 15 Februari 2009 16 Februari 2009 17 Februari 2009 18 Februari 2009 19 Februari 2009 20 Februari 2009 21 Februari 2009 22 Februari 2009 23 Februari 2009 24 Februari 2009
Rawat parit Rawat parit Rawat parit Libur Rawat parit Rawat parit Rawat parit Buat parit Susun janjang kosong Buat parit Libur Buat parit Deteksi hama
25 Februari 2009
4 Maret 2009
Tanam bunga pukul delapan Tanam bunga pukul delapan Susun janjang kosong Buat tapak timbun Libur Stek bunga pukul delapan Pembuatan bedengan untuk bunga pukul delapan Deteksi hama
5 Maret 2009 6 Maret 2009
Prestasi Kerja Penulis Karyawan Standar ..................(satuan/HK)................... 20 m 20 m 20 m 20 m 20 m 20 m 20 m 20 m 20 m 20 m 20 m 20 m 20 m 20 m 20 m 20 m 20 m 20 m 5m 10 m 10 m 0.6 ton 5 ton 3 ton 5m 10 m 10 m 8m 10 m 10 m 28.09 ha -
Lokasi Blok 83 P (x 12) Blok 83 P (x 12) Blok 83 P (x 12) Blok 83 P (x 12) Blok 83 P (x 22) Blok 93 C Blok 70 P Blok 107 Blok 70 P Blok 82 B Blok 109 A, B, C, D, P (168.56 ha)
160 tan
200 tan
200 tan
Blok 81
200 tan 1.2 ton 0.4 pokok 200 polybag
200 tan 5 ton 2 pokok 200 polybag
200 tan 3 ton 2 pokok 200 polybag
Blok 81 Blok 104 A, 107 D Blok 95 P -
46.3 m 24.23 ha
-
-
Susun janjang kosong Deteksi hama
3 ton 26.63 ha
5 ton -
3 ton -
7 Maret 2009 8 Maret 2009 9 Maret 2009
Bagi upah Libur Libur
-
-
-
Blok 69, 68 D Blok 66 A, B, C, D, P Blok 67 A, B, C, D, P Blok 68 D Blok 106 Blok 70 A, B, C, D, P (106,52 ha) -
10 Maret 2009
Deteksi hama
25.92 ha
-
-
11 Maret 2009 12 Maret 2009 14 Maret 2009
Susun janjang kosong Susun janjang kosong Deteksi hama
3 ton 3 ton 24.42 ha
5 ton 5 ton
3 ton 3 ton
16 Maret 2009
Menanam bunga pukul delapan Panen dan pruning Panen dan pruning Pruning Panen dan pruning Panen dan pruning
340 polybag 16 TBS 26 TBS 57 Pokok 20 TBS 29 TBS
400 polybag
400 polybag 75 TBS 75 TBS 75 TBS 75 TBS
26 Februari 2009 27 Februari 2009 28 Februari 2009 1 Maret 2009 2 Maret 2009 3 Maret 2009
17 Maret 2009 18 Maret 2009 19 Maret 2009 20 Maret 2009 21 Maret 2009
-
Blok 94 A
Blok 80 A, 80 P, 81 A, 81 B, 81 C, 81 D Blok 106 Blok 106 Blok 94 A, 94 B, 94 C, 94 D. Blok 68, 69 Blok 69 Blok 81 A hanca 35 Blok 81 A hanca 39 Blok 93 hanca 107 Blok 93 hanca 107
64
Lampiran 1. (Lanjutan) Tanggal 22 Maret 2009 23 Maret 2009 24 Maret 2009 25 Maret 2009 26 Maret 2009 27 Maret 2009 28 Maret 2009 29 Maret 2009 30 Maret 2009
Uraian Kegiatan
31 Maret 2009
Libur Panen dan pruning Panen dan pruning Susun janjang kosong Libur Susun janjang kosong Semprot hama Libur Menanan bunga pukul delapan Kutip kepompong
1 April 2009
Kutip kepompong
2 April 2009
Kutip kepompong
3 April 2009
Kutip kepompong
4 April 2009
Kutip kepompong
5 April 2009 6 April 2009
Libur Kutip kepompong
7 April 2009
Kutip kepompong
8 April 2009
Kutip kepompong
9 April 2009 10 April 2009 11 April 2009 12 April 2009 13 April 2009
Libur Libur Pemupukan Libur Semprot pasar 2:1
14 April 2009
Dongkel anak kayu
Prestasi Kerja Penulis Karyawan Standar ............(satuan/HK)............... 49 TBS 75 TBS 17 TBS 75 TBS 1.5 ton 5 ton 3 ton 1.5 ton 5 ton 3 ton 0.8 ha 2 ha 250 250 polybag polybag 313 kepompong, 50 pokok 91 kepompong, 80 pokok 256 kepompong, 80 pokok 296 kepompong, 86 pokok 281 kepompong, 53 pokok 301 kepompong, 53 pokok 316 kepompong, 44 pokok 331 kepompong, 44 pokok 5 karung 3 ha = 7.5 pasar 5 pokok
Lokasi Blok 94 hanca 47 Blok 94 hanca 47 Blok 107 Blok 107 Blok 68 Blok 69 Blok 94 B Blok 94 B Blok 94 B Blok 94 A Blok 94 A Blok 94 A Blok 94 A Blok 94 A Blok 109 C Blok 107 C Blok 70 P
65 Lampiran 2. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Mandor di Afdeling 7 PT Cipta Futura Plantation, Sumatra Selatan
Tanggal
Uraian Kegiatan
Prestasi Kerja Penulis Luas Areal Lama Jml KHL yang Kegiatan yang Diawasi Diawasi (jam) (orang) (ha) 4 10 13 3 7.5 13
15 April 2009 16 April 2009
Panen Panen
17 April 2009
Panen
4
10
13
18 April 2009
Panen
8
7.5
13
19 April 2009 20 April 2009 21 April 2009 22 April 2009
Libur Dongkel anak kayu Dongkel anak kayu Panen
13 30 4
1.09 2.61 10
11 11 13
23 April 2009 24 April 2009
Pupuk Pupuk
30 27
58.38 35.45
11 11
25 April 2009
Pupuk
31
50.53
11
26 April 2009 27 April 2009 28 April 2009 29 April 2009 30 April 2009
Libur Panen Panen Panen Panen
7 3 3 5
15 7.5 10 17.5
13 13 13 13
1 Mei 2009 2 Mei 2009 3 Mei 2009 4 Mei 2009 5 Mei 2009 6 Mei 2009 7 Mei 2009 8 Mei 2009 9 Mei 2009 10 Mei 2009 11 Mei 2009 12 Mei 2009
Panen Pruning Libur Panen Supervisi ke PKS Panen Panen Bagi upah Libur Libur Panen Pupuk
3 3 3 3 2 4 50
12.5 2.5 7.5 7.5 5 10 74.61
13 13 13 10 13 13 13 13
13 Mei 2009
Pupuk
33
48.74
13
14 Mei 2009
Pupuk
59
22.41
13
Lokasi
Blok 106 Blok 108 A, 108 B Blok 109 B, 109 C Blok 66 C, 66 B Blok 70 P Blok 70 P Blok 83 C, 83 D Blok 70 P Blok 80 A, 80 P Blok 81 B, 81 C, 81 DP Blok 104 D Blok 104 D Blok 109 C Blok 108 A, 108 B Blok 69 B Blok 70 A Blok 70 A PKS Blok 93 A Blok 95 B Blok 103 D Blok 103 A, 103 B, 103 C Blok 104 C, 104 D Blok 106 B
66 Lampiran 3. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Asisten Afdeling di Afdeling 7 PT Cipta Futura Plantation, Sumatra Selatan
Tanggal 15 Mei 2009 16 Mei 2009 17 Mei 2009 18 Mei 2009
19 Mei 2009
20 Mei 2009
21 Mei 2009 22 Mei 2009 23 Mei 2009 24 Mei 2009 25 Mei 2009 26 Mei 2009 27 Mei 2009 28 Mei 2009 29 Mei 2009 30 Mei 2009 31 Mei 2009 1 Juni 2009 2 Juni 2009 3 Juni 2009 4 Juni 2009 5 Juni 2009 6 Juni 2009 7 Juni 2009
Uraian Kegiatan Pengawas panen dan observasi TBS Pengawas panen dan observasi TBS Libur Administrasi
Pengawas panen dan observasi TBS (transfer ke Afdeling 6) Pengawas panen dan observasi TBS (transfer ke Afdeling 6) Libur Pengawas panen dan observasi TBS Pengawas panen dan observasi TBS Libur Pengawas panen dan observasi TBS Pengawas panen dan observasi TBS Pengawas panen dan observasi TBS Pengawas panen dan observasi TBS Pengawas panen dan observasi TBS Pengawas panen dan observasi TBS Libur Pengawas panen dan observasi TBS Pengawas panen dan observasi TBS Pengawas panen dan observasi TBS Pengawas panen dan observasi TBS Pengawas panen dan observasi TBS Bagi upah Libur
Prestasi Kerja Penulis Lama Luas Areal Jml KHL yang Diawasi yang Diawasi Kegiatan (jam) (ha) (orang)
Lokasi Blok 69 D, 69 C, 69 D Blok 70 D, 70 C, 70 Kantor afdeling (104 A)
12
69.67
13
20 -
56.87 -
13 13
16
52.5
13
21 -
72.5 -
13 -
25
94.42
13
16 -
87.61 -
13 -
21
102.41
13
24
97.38
13
26
75.88
13
29
123.91
13
22
112.19
13
21 -
75.42 -
13 -
18
120.77
13
13
118.14
13
Blok 109 CBA Blok 66 CBA, 67 DCB Blok 68 AB, 69 DCB Blok 69 DCBA, 68 A
12
28.64
13
Blok 83 A
13
40.8
13
Blok 93 DC
17 -
75.43 -
13 -
Blok 94 DCB -
Blok 55 A, 55 B
Blok 55 A, 55 B, 55 C Blok 83A, 83 B, 83 C, 83 D. Blok 93 A, 94 DCB Blok 95 B, 95 C, 95 D Blok 103 AB, 104 DC Blok 106 DCBA Blok 108 DCBA
67 Lampiran 3. (Lanjutan)
Tanggal
Uraian Kegiatan
8 Juni 2009 9 Juni 2009
Pengawas panen dan observasi TBS Administrasi
10 Juni 2009
Administrasi
Prestasi Kerja Penulis Jml KHL Luas Areal Lama yang Diawasi yang Diawasi Kegiatan (orang) (ha) (jam) 18 -
75.69 -
13 13
-
-
13
Lokasi Blok 95 DCB Kantor afdeling 7 (94 A) Kantor afdeling 7 (94 A)
68 Lampiran 4. Peta Areal Kerja Afdeling 7 Kebun Ujan Mas PT Cipta Futura Plantation
69 Lampiran 5. Curah Hujan di PT Cipta Futura Plantation Muara Enim, Sumatera Selatan 1999
Bulan
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
Rata-rata
CH
HH
CH
HH
CH
HH
CH
HH
CH
HH
CH
HH
CH
HH
CH
HH
CH
HH
CH
HH
CH
HH
Januari
396
14
311
16
221
14
362
17
362
18
733
23
507
21
251
20
277
17
444
20
386.4
18
Februari
189
15
188
6
262
14
333
17
397
21
640
25
238
20
324
22
321
19
161
13
305.3
17.2
Maret
306
14
400
10
157
14
522
22
331
17
246
16
511
20
251
17
218
15
434
15
337.6
16
April
3
1
275
6
219
15
255
16
312
20
582
22
215
13
169
11
473
21
348
15
285.1
14
Mei Juni
183
10
99
6
242
11
171
9
139
10
260
12
195
10
185
8
171
10
229
8
187.4
9.4
228
4
102
6
214
10
118
9
13
14
140
5
43
7
89
9
117
8
155
7
121.9
7.9
Juli Agustus September Oktober
53
2
162
6
27
4
162
12
152
7
207
11
96
7
119
7
77
7
19
5
107.4
6.8
56
4
155
4
91
9
44
2
219
6
35
4
140
10
5
0.67
94
7
116
11
95.5
5.7
51
5
148
6
229
11
85
9
147
9
131
8
220
9
66
5
208
9
160
13
144.5
8.4
472
18
128
10
244
16
87
8
522
17
166
14
169
12
139
4
161
12
273
16
236.1
12.7
November Desember
260
12
287
12
496
22
346
22
422
14
282
12
429
19
247
16
250
16
284
18
330.3
16.3
448
17
104
8
525
13
382
18
635
19
397
24
43
8
327
18
448
17
406
20
371.5
16.2
Total
2645
116
2359
96
2928
153
2868
161
3651
172
3823
176
2805
157
2172
142
2813
158
3027
162
2909
148.6
BB BK
8
11
10
9
11
11
9
9
12
11
10.1
4
1
2
3
1
1
3
3
-
1
1.9
Q=
Rataan BK (1.9)
Sumber : Kantor Kebun Oscar Keterangan : CH : Curah Hujan HH BB BK
: Hari Hujan : Bulan Basah (> 60 mm) : Bulan Kering (< 60 mm)
Rataan BB (10.1)
x 100 % = 18.81 %
Berdasarkan klasifikasi Schmidth-Ferguson Termasuk tipe iklim B (basah)
70 Lampiran 6. Struktur Organisasi Tingkat Afdeling 7 PT Cipta Futura Plantation Manager Kebun
Asst. Afdeling
Supv. Afdeling
Supv. Perawatan Supv. Panen
Mdr. Panen I
Krani Buah I
Mdr. Panen II
Krani Buah II
Mdr. Panen III
Krani Buah III
Mdr. Panen IV
Krani Buah IV
Mdr. Panen V
Krani Buah V
Krani Afdeling
Mdr. Dongkel
Mdr. Hama dan Penyakit
Mdr. Herbicide
Mdr. Infrastuktur
Mdr. Pupuk
71 Lampiran 7. Denah Jalur Deteksi Hama
1
1
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
X
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
X
-
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
X
x
x
x
x
X
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
X
x
x
x
x
X
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
I - IV
x
x
X
16
X
x
I Keterangan : -
11
X
11
6
6
: tanaman sampel yang dideteksi : detektor ke-
II
III
-
1, 6, 11, …, 26
X
X
X IV
: nomor tanaman sampel yang dideteksi baik dalam kolom maupun dalam baris
72 Lampiran 8. Contoh Blanko Deteksi Hama
PT. CIPTA FUTURA DETEKSI HAMA DIVISI
:
DETEKTOR : NB
NP
MC
BLOK
:
BULAN
:
AKSI
:
TANAM
:
TANGGAL : UK MP
CP
SN
TOTAL HA : UB DT DT
L TM RAT
JPSB
DETEKSI : RINGAN. Ulat 1-5 per pohon ; SEDANG, Ulat 6-10 per pohon ; BERAT > 10 per pohon. DETEKSI Row 1/10 pada areal tidak ada serangan : DETEKSI Row 1/5 serangan ringan : DETEKSI Row ½ serangan sedang-berat. Serangan Ringan > 5% deteksi 1x sebulan. Serangan tahun lalu, deteksi 1x 2 bulan. Serangan tidak ada lebih dari 2 tahun, deteksi @ 3 bulan. NB : Nomor Baris
NP : Nomor Pokok UK : Ulat Kantong
UB : Ulat Biasa
TM : Tirathaba
MC : Mahasena corbetti MP : Metisa plana SN : Setora nitens
CP
: Cremastopsyche pendula
DT : Darna trima
TA : Thosea asigna RAT : Tikus
JPSB : Jumlah Pokok Sebaris
Diperiksa oleh Asisten Divisi Manager
: Lim My Janto
: Sutan Hutasoit, SP
73 Lampiran 9. Contoh Blanko Bon Gudang Tanggal ……………… No. :………………………….
BON GUDANG Minta : Banyaknya
Model PB. Satuan
N a m a
Untuk : No. Rek
Yang Menerima
B a r a n g
P e r i n c i a n
Asisten
Manager
Manager Kepala
74 Lampiran 10. Luas Areal Tanam di Afdeling 7 PT Cipta Futura Plantation, Muara Enim, Sumatera Selatan, Tahun 2009 TM Blok
Jumlah Tanaman (pokok) 3 600 7 701 11 349 13 089 16 391 4 061 9 340 10 779 23 881 13 049 12 699 19 735 3 108 10 757 14 189 400 9 865 14 955 18 814 23 768
Luas (ha)
TBM Luas Diukur (ha) 29.37 59.19 90.95 107.80 124.46 32.35 78.97 87.50 181.46 107.36 103.87 160.38 23.91 84.77 113.11 3.08 78.66 106.03 132.35 169.95
66 27.69 67 59.22 68 87.30 69 100.69 70 126.08 80 31.25 81 71.86 82 82.92 83 183.70 93 100.37 94 97.68 95 151.82 102 23.91 103 82.75 104 109.15 105 3.08 106 75.88 107 115.04 108 144.72 109 182.82 Sub total 241 530 1 857.93 1 875.52 Sumber: Kantor Kebun Afdeling 7(2009)
Jumlah Tanaman (pokok) 185 1 880 546 530 240 160 -
1.42 14.46 4.20 4.08 1.85 1.23 -
Luas Diukur (ha) 1.42 15.13 4.20 4.08 1.85 1.23 -
3 541
27.24
27.91
Luas (ha)
Total Luas Areal Luas Luas Diukur (ha) (ha) 29.11 30.79 59.22 59.19 87.30 90.95 100.69 107.80 140.54 139.59 35.45 36.55 71.86 78.97 82.92 87.50 187.78 185.54 100.37 107.36 97.68 103.87 153.67 162.23 23.91 23.91 82.75 84.77 110.38 114.34 3.08 3.08 75.88 78.66 115.04 106.03 144.72 132.35 182.82 169.95 1 885.17
1 903.43
Keterangan: -
Luas Pengukuran: 1 903.43 ha
-
Luas TM: 1 857.93 ha
-
Total luasan yang ditanami: 1 885.17 ha
-
Areal TBM terdiri atas TBM 1, TBM 2 dan TBM 3, dengan luas TBM 1 sebesar 14.46 ha, TBM 2 seluas 4.08 ha dan TBM 3 sebesar 8.70 ha.
75 Lampiran 11. Data Sensus TBS Masak di Afdeling 7 Bulan Maret 2009 Jumlah Blok Petak Pokok 1 2 66 A 32 5 6 68 D 26 10 15 83 P 25 18 22 83 C 19 3 4 95 AP 23 4 35 95 C 24 3 7 103 A 23 3 18 104 B 27 4 16 104 D 27 4 18 106 A 25 1 9 106 B 28 9 15 107 B 21 7 107 C 25 2 12 108 A 27 2 4 108 B 24 2 4 108 C 27 1 5 109 C 23 1 4 109 CP 29 30 18 109 D 27 2 Total 482 75 221 Sumber : Kantor Kebun Afdeling 7(2009)
Bulan Ke3 30 55 86 28 29 32 33 25 37 33 39 25 45 19 18 23 22 86 34 669
4 24 20 34 14 18 21 14 21 16 26 20 10 27 26 21 19 31 16 19 397
5 9 11 18 11 13 11 11 8 5 20 19 6 13 12 5 7 9 12 6 206
6 40 14 27 14 50 16 20 23 28 35 46 25 18 11 6 9 15 34 8 439
Total 114 125 205 74 149 90 99 97 108 124 148 73 117 74 56 64 82 169 69 2037
76 Lampiran 12. Luas dan Jumlah Hanca Panen Setiap Blok di Afdeling 7 PT Cipta Futura Blok Luas Petak Luas Jumlah Blok Luas Petak Luas Jumlah blok petak hanca blok petak hanca 66 27.69 A 6.09 2 94 97.68 D 22.25 8 B 12.73 2 C 25.98 9 C 8.87 4 B 23.29 10 67 59.22 D 6.37 2 A 26.16 11 C 2.53 1 95 151.82 D 26.24 10 B 20.91 10 C 24.70 10 A 17.92 6 B 24.55 12 P 11.49 7 A 26.72 11 68 87.3 D 19.83 4 P 49.41 7 C 24.63 7 102 23.91 P 23.91 13 B 21.97 8 103 82.75 D 8.41 4 A 17.45 7 C 25.91 9 69 100.69 D 29.81 8 B 25.90 10 C 20.52 9 A 22.80 9 B 31.02 12 104 109.15 D 24.92 6 A 19.34 9 C 23.76 2 70 126.08 D 16.18 5 B 24.98 10 C 20.33 8 AP 35.49 4 B 20.36 8 105 3.08 P 3.08 1 A 10.83 7 106 75.88 D 10.78 2 P 58.38 18 C 18.85 8 80 31.25 A 26.17 5 B 22.41 9 P 5.08 1 A 23.83 9 81 71.86 D 26.75 5 107 115.14 D 23.69 11 C 8.97 4 C 23.56 11 B 14.81 6 B 23.27 13 A 21.33 8 A 44.58 13 82 82.92 D 12.48 5 108 144.72 D 32.03 8 C 15.97 7 C 25.91 9 B 32.57 10 B 39.82 19 A 21.90 10 A 32.27 10 83 183.7 D 24.83 10 P 14.69 4 C 23.22 11 109 182.82 D 31.87 11 B 17.75 8 C 34.63 11 A 28.62 6 B 34.80 15 P 89.28 29 A 42.76 13 93 100.37 D 22.48 2 P 38.76 21 C 18.32 7 B 32.32 8 A 16.09 6 P 11.16 23 Sumber : Kantor Afdeling 7(2009)
77 Lampiran 13. Contoh Blanko Laporan Kerja Mandor Panen Laporan Kerja Mandor Panen Mandor panen: Blok/ No. Petak Ancak
Total
Tinggal
Gonjes
Sengkleh
Buah tanpa songgoh
TGL:........................................... Brondol Ket.
78 Lampiran14. Contoh Blanko Data Muat Buah
Data Muat Buah Blok
No.
Total
Jumlah TBS
Brondolan
TBS Mentah
TBS Afkir
79
Lampiran 15. Contoh Blanko Surat Pengantar Buah
SURAT PENGANTAR BUAH
PT. Cipta Futura Plantation Divisi : Tanggal
Diangkut dengan truk No. Pol. ............. Blok
HK
Ha
TBS
Rata2 Per TBS
Kg TBS
Brondolan
Supir : Total Kg
Tanda Afkir
Dibuat oleh
Diperiksa oleh
Krani Buah
Asisten Divisi
Kg
80 Lampiran 16. Contoh Blanko Surat Tugas Sopir SURAT TUGAS Kepada Kendaraan : Nomor Polisi
No
:
Operator
:
Untuk Tanggal
:
Tugas
1 2 3 4 5 6 7 Koordinator Transportasi
Dari
Untuk