PENGOLAHAN TANDAN BENIH KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) MENJADI BENIH SIAP SALUR DI PT. BINA SAWIT MAKMUR, SUMATERA SELATAN
Oleh :
AGRY WIDYA PRADIPTA A24080070
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012
Pengolahan Tandan Benih Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Menjadi Benih Siap Salur di PT.Bina Sawit Makmur, Sumatera Selatan Processing of Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) Seed Bunch to Ready Ducts Seed in PT. Bina Sawit Makmur, South Sumatera 1
Agry Widya Pradipta1 Mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB \
Abstract The internship has been done at PT. Bina Sawit Makmur , South Sumatera for three months from February 2012 to May 2012. The internship covered activities concerning both technical and managerial aspect such a worker, foreman, and assistant. The purpose of this internship program was to improve technical and managerial skill. Primary data was all information obtained directly from observations in the field. Secondary data were collected from the official report of PT. Bina Sawit Makmur. The data was analyzed using descriptive method. PT. Bina Sawit Makmur was able to produce seeds on average 25,901,563 grains of seed per year. There was no difference in the percentage of white-shelled seed formation harvest bunches of 130-134, 135-139, 140 - 144, 145 to 149, and 150-154 days after pollination, the average percentage of white seed 7.48, 7.12, 7.18, 5.54, and 5.51%. The highest percentage of white seeds are harvested at age <130 days after pollination is 22.01%. White-shelled seed allegedly was not caused by genetic factors but is mainly harvested bunches are still not old enough. The weight of the bunches and seed production reaches its maximum at the age of 145-149 day after pollination. The weight of bunches affects the production of normal seeds. Germination produced by PT. BSM average of 75.79%.
RINGKASAN
AGRY WIDYA PRADIPTA. Pengolahan Tandan Benih Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Menjadi Benih Siap Salur
di PT. Bina Sawit
Makmur, Sumatera Selatan (Dibimbing oleh SUWARTO). Kegiatan magang dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan bulan Mei 2012 yang bertempat di PT. Bina Sawit Makmur, Kebun Surya Adi, Sumatera Selatan. Tujuan kegiatan magang ini adalah mempelajari proses pengelolaan produksi benih kelapa sawit di perkebunan dan meningkatkan keterampilan teknis dalam proses produksi benih berkecambah (germinated seed) kelapa sawit. Metode pelaksanaan yang digunakan pada kegiatan magang adalah metode langsung dan metode tidak langsung. Metode langsung yang dilakukan adalah melakukan praktik kerja langsung di lapangan. Metode tidak langsung yang dilakukan adalah pengumpulan data sekunder. Hasil analisis umur panen terhadap persentase benih putih menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan persentase terbentuknya benih bercangkang putih pada umur panen tandan 130 - 134, 135 - 139, 140 - 144, 145 - 149, dan 150 - 154 hari setelah penyerbukan, rata-rata persentase benih putih beruturut-turut 7.48, 7.12, 7.18, 5.54, dan 5.51 %. Persentase benih putih tertinggi terdapat pada umur panen < 130 hari setelah penyerbukan sebesar 22.01 %. Bobot tandan dan produksi benih normal mencapai maksimum pada umur 145-149 hari setelah penyerbukan. Produksi benih per tahun rata-rata 1 067 butir/tandan. Rata-rata jumlah tandan yang dipanen dalam satu hari oleh PT. Bina Sawit Makmur adalah 42 tandan dengan bobot rata- rata 16 kg. Persentase maksimum kecambah normal diperoleh pada saat seleksi ke-2 (13 hari setelah inkubasi) yakni sebesar 23.82 %. Hasil magang menunjukkan bahwa bobot tandan berpengaruh terhadap produksi benih normal. Semakin tinggi bobot tandan maka semakin tinggi produksi benih normal. Umur tandan benih berpengaruh terhadap produksi benih bercangkang putih. Semakin tua umur panen tandan maka semakin sedikit produksi benih bercangkang putih. Benih bercangkang putih diduga bukan disebabkan oleh faktor genetik yang selalu diturunkan oleh pohon induk.
PENGOLAHAN TANDAN BENIH KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) MENJADI BENIH SIAP SALUR DI PT. BINA SAWIT MAKMUR, SUMATERA SELATAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
AGRY WIDYA PRADIPTA A24080070
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012
Judul
: PENGOLAHAN TANDAN BENIH KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) MENJADI BENIH SIAP SALUR DI PT. BINA SAWIT MAKMUR, SUMATERA SELATAN
Nama
: AGRY WIDYA PRADIPTA
NIM
: A24080070
Menyetujui, Pembimbing
Dr. Ir. Suwarto, M.Si NIP. 19630212 198903 1 004
Mengetahui, Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Agus Purwito, MSc. Agr NIP. 19611101 198703 1 003
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat pada tanggal 15 Februari 1990. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara dari Bapak M. Ali Guntur, SP dan Ibu Iis Sripujiati. Pendidikan formal ditempuh penulis di SDN 17 Kayuagung-Sumatera Selatan (1996 – 2002), SMPN 1 Kayuagung-Sumatera Selatan (2002 – 2005), dan SMAN 1 Kayuagung-Sumatera Selatan (2005 – 2008). Penulis melanjutkan pendidikan tinggi di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) di tahun 2008. Selama menjadi mahasiswa penulis
mengikuti
kepanitian
pada
organisasi
kampus
seperti
panitia
AgroSportmen 2010. Selain itu penulis juga aktif pada Organisasi Mahasiswa Daerah (OMDA) yaitu IKAMUSI (Ikatan Keluarga Mahasiswa Sumatera Selatan) yang ada di Bogor.
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan kesempatan dan kekuatan serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengolahan Tandan Benih Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Menjadi Benih Siap Salur di PT. Bina Sawit Makmur, Sumatera Selatan”. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Dr. Ir. Suwarto M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak membantu dan mengarahkan penulis dalam penyelesaian skripsi. 2. Dr. Ir. Hajrial Aswidinnoor, MSc selaku dosen pembimbing akademik yang telah banyak memberikan masukan dan arahan dalam penyelesaian studi. 3. Dr. Ir. Abdul Qodir M.Si dan Dr. Desta Wirnas SP. M.Si selaku dosen penguji yang telah banyak memberi masukan dalam penyelasaian skripsi. 4. Ayahanda M.Ali Guntur SP. dan ibunda Iis Sripujiati, adik-adikku (Sri, Adit, dan Rafly) atas dukungan dan doanya pada setiap waktu. 5. Bapak Khusnu Martoyo selaku Head of Oil Palm Research yang telah memberikan kesempatan magang di bagian produksi benih. 6. Bapak Subardjo selaku Manager Produksi Benih atas bimbingan kepada penulis selama melaksanakan magang di PT.Bina Sawit Makmur. 7. Bapak Edwin Y.S., Bapak Budi Wahyono, Williyatno, dan Ibu Murni S.Simamora yang telah membimbing dan memberi masukan kepada penulis. 8. Bapak Rochimin, Ibu sutini, Ibu Sri, Mas Andri, Mas Haryono, dan Ibu Fauzia atas bantuannya selama penulis melakukan magang. 9. Seluruh staf dan karyawan PT. Bina Sawit Makmur yang ramah dan baik. 10. Teman-teman satu angkatan Agronomi dan Hortikultura (AGH) 45, atas kerjasama dan kebersamaannya dalam menjalani masa-masa perkuliahan. Penulis berharap semoga tulisan ini bermanfaat dan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan. Bogor, Oktober 2012
Penulis
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL .......................................................................................
ix
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................
x
DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................
xii
PENDAHULUAN ...................................................................................... Latar Belakang ........................................................................................ Tujuan .....................................................................................................
xii 1 2
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit....................................................... Benih ....................................................................................................... Pengadaan Bahan Tanam ........................................................................
3 3 4 4
METODE MAGANG ................................................................................. Waktu dan Tempat .................................................................................. Metode Pelaksanaan ................................................................................ Pengamatan dan Pengumpulan Data ....................................................... Analisis Data ...........................................................................................
14 14 14 14 15
KEADAAN UMUM ................................................................................... Sejarah PT. Bina Sawit Makmur ............................................................. Visi dan Misi Sampoerna Agro ............................................................... Letak Geografi atau Letak Wilayah Administratif .................................. Struktur Organisasi.................................................................................. Luas Areal dan Tata Guna Lahan............................................................ Produk dan Pelayanan .............................................................................
16 16 16 17 17 17 18
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG .............................................. Aspek Teknis ........................................................................................... Aspek Manajerial ....................................................................................
19 19 40
PEMBAHASAN ......................................................................................... Produksi Kecambah ................................................................................ Umur Tandan Benih ................................................................................ Bobot Tandan Benih ............................................................................... Perlakuan Tandan Benih ......................................................................... Perkecambahan .......................................................................................
43 43 44 47 50 52
KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... Kesimpulan ............................................................................................. Saran ........................................................................................................
56 56 56
viii DAFTAR PUSTAKA .................................................................................
57
LAMPIRAN ................................................................................................
59
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1. Persentase kelas fruit set....................................................................
10
2. Tata guna lahan untuk pohon induk betina .......................................
18
3. Hasil pengujian viabilitas tepung sari ...............................................
23
4. Hasil seleksi benih pada divisi persiapan benih ................................
31
5. Hasil seleksi kecambah pada divisi prosessing benih .......................
36
6. Produksi benih divisi persiapan benih per tahun ...............................
43
7. Produksi dan penjualan kecambah per tahun ....................................
44
8. Rata-rata bobot dan umur tandan ......................................................
50
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1. Proses pencacahan : (a) pencacahan dan (b) hasil pencacahan .......
27
2. Proses Pemipilan ..............................................................................
27
3. Proses pengupasan (a) mesin depericarper tampak samping, (b) mesin depericarper tampak atas, dan (c) benih hasil pengupasan .......................................................................................
28
4. Proses pembersihan benih dan perlakuan fungisida: (a) pembersihan, (b) pencucian, (c) bak perendaman fungisida, (d) bak perendaman disinfektan. ......................................................
29
5. Pengeringan benih di atas rak pengeringan ......................................
29
6. Seleksi benih : (a) benih normal, (b) benih kecil, (c) benih putih, dan (d) benih pecah ................................................................
31
7. Proses penandaan benih....................................................................
32
8. Perendaman benih: (a) bak perendaman dan (b) benih yang sedang direndam ...............................................................................
33
9. Proses pengeringan (a) pencucian dan perlakuan fungisida dan (b) penyebaran benih di rak pengeringan ...............................................
33
10. Proses pemanasan : (a) benih di dalam ruang pemanas dan (b) proses penganginan ....................................................................
34
11. Ruang inkubasi .................................................................................
35
12. Proses seleksi: (a) seleksi kecambah dan (b) penghitungan kecambah ..........................................................................................
37
13. Perkecambahan : (a) kecambah normal, (b) kecambah abnormal, (c) kecambah undifferent, dan (d) kecambah busuk........................
37
14. Pengepakan kecambah : (a) kantong kecambah dan (b) kardus pengepakan.....................................................................
38
15. Pengaruh umur tandan terhadap produksi benih ..............................
46
16. Korelasi bobot tandan dengan produksi benih normal ....................
47
xi 17. Hubungan umur tandan terhadap bobot tandan ..............................
49
18. Persentase kecambah pada setiap review .........................................
55
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1. Jurnal harian kegiatan magang ........................................................
60
2. Struktur organisasi ..........................................................................
73
3. Deskripsi varietas ............................................................................
74
4. Rencana penyerbukan .....................................................................
74
5. Hasil penerimaan tandan di divisi persiapan benih ........................
76
6. Contoh packing list pengiriman benih ke SPU ...............................
79
7. Contoh laporan harian mandor pembungkusan...............................
80
8. Conroh laporan harian mandor penyerbukan ..................................
80
9. Contoh laporan harian mandor panen .............................................
80
10. Data pohon induk yang menghasilkan benih putih dan benih normal .............................................................................................
81
11. Hasil uji-t pada taraf 5% dengan peubah umur panen tandan terhadap persentase benih putih. .....................................................
82
12. Curah hujan di Kebun Surya Adi ....................................................
84
PENDAHULUAN
Latar Belakang Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tanaman perkebunan yang sangat diminati. Daya tarik penanaman kelapa sawit terletak pada tingginya keuntungan yang diperoleh karena kelapa sawit sampai saat ini masih menjadi sumber minyak nabati utama. Tanaman kelapa sawit mampu
menghasilkan
minyak tertinggi persatuan luas dibandingkan dengan tanaman lainnya. Luas areal perkebunan kelapa sawit akan terus meningkat seiring dengan membaiknya harga CPO. Luas areal perkebunan di Indonesia diproyeksikan bertambah seluas 2.55 % per tahun. Pertumbuhan luas areal perkebunan kelapa sawit sampai tahun 2014 diperkirakan menjadi 8 987 000 hektar. Penambahan luas lahan menyebabkan permintaan benih kelapa sawit bermutu meningkat (Direktorat Jendral Perkebunan, 2010). Kebutuhan benih di Indonesia diperkirkan berkisar 150 juta benih per tahun untuk penanaman baru dan peremajaan tamanan dengan luas 750 000 hektar per tahun. Kebutuhan benih ini dapat terpenuhi setelah tahun 2009 dimana produsen benih dalam negeri bertambah menjadi 10 produsen dengan kapasitas produksi 251.5 juta kecambah per tahun (Sipayung dan Liwang, 2012). Pemilihan benih merupakan langkah yang penting dalam kegiatan budidaya tanaman terutama tanaman kelapa sawit. Benih merupakan bahan tanam yang berpengaruh terhadap pencapaian hasil produksi pada masa selanjutnya. Benih yang berkualitas baik dapat diperoleh melalui pengelolaan yang baik selama tahap produksi benih agar menghasilkan benih yang bermutu baik. Proses produksi benih kelapa sawit yang bermutu melalui tahapan yang cukup panjang dan memakan waktu yang lama. Proses produksi benih kelapa sawit bermutu diawali dengan penetapan pohon induk dimana dipilih pohon induk yang memiliki produktivitas tinggi serta memiliki pertumbuhan yang baik. Pohon induk yang telah terpilih dilakukan penyerbukan buatan. Tandan buah segar yang dihasilkan dari penyerbukan buatan dikecambahkan. Kecambah atau yang biasa di sebut germinated seed inilah yang diperjual-belikan oleh produsen-produsen benih. Pengetahuan lebih lanjut dalam proses produksi benih kelapa sawit
2 bermutu diperlukan agar pasokan benih dalam negeri tetap seimbang dengan permintaan pasar dalam negeri. Tujuan Tujuan umum dari kegiatan magang yang dilakukan adalah memperoleh pengalaman dan keterampilan bekerja nyata mengenai aspek teknis dan manajemen perkebunan kelapa sawit. Tujuan khusus kegiatan magang ini adalah mempelajari proses pengelolaan benih kelapa sawit di perkebunan dan meningkatkan keterampilan teknis dalam proses pengecambahan kelapa sawit.
TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit berasal dari Afrika, yaitu dari kawasan Nigeria di Afrika Barat. Tanaman kelapa sawit menyebar ke berbagai kawasan baru oleh usaha-usaha bangsa Portugis, Inggris, dan Belanda setelah Columbus menemukan benua Amerika dan terbukanya perjalanan ke kawasan Asia. Taksonomi kelapa sawit dapat diuraikan sebagai berikut : Divisi
: Spermathophyta
Kelas
: Angiospermae
Ordo
: Monocotyledonae
Famili
: Arecaceae
Sub Famili
: Cocoideae
Genus
: Elaeis
Spesies
: E. gueneensis Jacq. Tanaman kelapa sawit termasuk tumbuhan monokotil. Bagian vegetatif
kelapa sawit meliputi akar (radix), batang (caulis), dan daun (folium). Akar keluar dari pangkal batang sangat besar jumlahnya dan terus bertambah banyak dengan bertambahnya umur tanaman. Batang kelapa sawit tumbuh tegak lurus ke atas. Batang berbentuk slindris. Perakaran kelapa sawit terbagi menjadi akar primer, akar sekunder, akar tersier dan akar kuartener. Diameter akar primer berkisar antara 8 dan 10 mm, panjangnya dapat mencapai 18 m. Akar sekunder tumbuh dari akar primer, dengan diameter 2 - 4 mm. Akar tersier tumbuh dari akar sekunder yang berdiameter 0.7 - 1.5 mm dan panjangnya dapat mencapai 15 cm. Akar kuartener tumbuh dari akar tersier yang berdiameter 0.1 - 0.5 mm dan panjangnya sampai 1 - 4 mm. Secara alamiah (pertumbuhan di hutan), tinggi batang dapat mencapai 30 m, tetapi secara komersial dalam budidaya perkebunan jarang sekali tinggi tanaman kelapa sawit melebihi 15 – 18 m. Hal ini berhubungan dengan kemudahan pelaksanaan pemanenan buah dan pemeliharaan lainnya. Daun kelapa sawit bersirip genap dan bertulang sejajar. Panjang pelepah daun dapat mencapai 9 m, tergantung pada umur tanaman. Satu pohon kelapa sawit yang normal dan sehat umumnya terdapat 40 – 50 pelepah daun. Tanaman
4 kelapa sawit terdapat istilah “songgo dua”, yaitu daun yang tumbuh secara bertumpuk (Setyamidjaja, 2006). Benih Dalam konteks agronomi, benih dapat dipandang melalui empat macam tolak pemikiran (Sadjad, 1993) yaitu : 1. Batasan struktural Mendasarkan
pengertian
kepada
segi
anatomi
dari
biji.
Proses
pembentukan biji pada berbagai jenis tanaman tidak sama, baik disebabkan oleh faktor genetik maupun faktor lingkungannya. Ketidak sempurnaan dalam proses pembuahan bakal biji akan mengakibatkan terbentuknya biji yang tidak sempurna. 2. Batasan Fungsional Bertolak dari perbedaan antara fungsi benih dan biji. Disini benih adalah biji tumbuhan yang digunakan oleh manusia untuk tujuan penanaman atau budidaya. 3. Batasan agronomi Batasan benih sebagai sarana agronomi mendasarkan pengertian bahwa disamping penggunaan sarana produksi lainnya yang maju maka benih yang digunakan harus memiliki tingkat kekuatan tumbuh dan daya berkecambah yang tinggi sehingga mampu mencapai produksi secara maksimum. 4. Batasan teknologi Memberikan pengertian kepada benih sebagai suatu kehidupan biologi benih. Benih dengan tegasnya suatu tanaman mini yang tersimpan baik di dalam suatu wadah dan dalam keadaan istirahat. Batasan ini merupakan batasan teknologi yang membatasi bidang teknologi benih untuk tidak berbuat ceroboh dalam menangani benih. Pengadaan Bahan Tanam Inspeksi pohon induk jantan Inspeksi pohon jantan harian dilakukan untuk mengetahui keadaan tandan bunga jantan di setiap pohon jantan. Pohon jantan yang diamati adalah tandan bunga muda, tandan bunga yang akan dibungkus, tandan bunga yang sudah
5 dibungkus, tandan bunga yang akan dipanen, dan tandan bunga yang sudah dipanen. Pekerja yang telah berpengalaman dapat menduga apakah tandan bunga yang masih diselubungi seludang tersebut jantan atau betina dan juga dapat menduga berapa lama lagi bunga akan antesis (Hidayat, 2010). Pembungkusan bunga jantan Pembungkusan tandan bunga jantan dilakukan minimal 10 hari sebelum bunga antesis. Pembungkus yang digunakan sama seperti pada bunga betina tetapi ada sedikit modifikasi. Salah satu ujung sebelah atas pembungkus diberi lobang sebesar corong plastik untuk tempat penampungan tepung sari. Cara pembungkusan bunga jantan sama seperti pembungkusan bunga betina. Tangkai tandan bunga jantan dibersihkan kemudian dibalut kapas yang telah dicampur dengan insektisida tepung (2 - 3 g). Tandan bunga disemprot dengan insektisida untuk membunuh serangga kecil yang bersembunyi pada spikelet. Pembungkus disarungkan dan diikat menggunakan karet ban bekas di bagian bawah 8 - 10 lilitan. pangkal pelepah atau pembungkus diberi 2 - 3 butir racun tikus dan dilapisi dari luar dengan kawat kasa untuk menjaga agar pembungkus tidak rusak oleh serangan tikus, tupai dan lain-lain (Hidayat, 2010). Pemanenan bunga jantan Pemanenan bunga dilakukan apabila 60 - 70 % bunga telah antesis yang dapat diketahui dengan cara melihat bunga dari jendela yang terdapat pada pembungkus. Ciri-ciri bunga jantan yang telah antesis adalah bunga telah mengeluarkan tepung sari dan berbau adas wangi (Kurnila, 2009). Hidayat (2010) menyatakan pemanenan sebaiknya dilakukan pada jam 09.00 - 12.00. Tandan bunga jantan ini dipotong dan diturunkan dengan tali, kemudian di bawa ke laboratorium tepung sari. Penerimaan tandan bunga jantan dari lapang Tandan yang diterima dari lapang harus dilengkapi dengan pengantar panen dan label identitas tandan. Penerimaan dilakukan pada pukul 11.00 - 12.00.
6 Tandan dikondisikan di ruang ber-AC dengan suhu maksimal 22 0C selama 3 jam setelah dilakukan pemeriksaan terhadap dokumen (Saraswati, 2010). Pengumpulan tepung sari Tangkai tandan digantung dalam posisi di sebelah atas. Pembungkus tandan dipukul dengan menggunakan kayu tumpul dari segala arah. Tepung sari yang terlepas kemudian ditampung dalam kantung plastik yang kemudian diklip dan bagian luar plastik diolesi alkohol lalu diberi identitas sesuai dengan label tandan (Saraswati, 2010). Pengeringan tepung sari Plastik tepung sari dimasukkan ke dalam peti manipulasi yang dilengkapi dengan alat sterilisasi yang terdiri dari dua buah lampu masing-masing 1 000 watt yang dapat menghasilkan suhu 150 0C. Pemanasan dilakukan selama lima menit kemudian lampu dipadamkan dan ditunggu 45 menit sampai temperatur turun. Tujuan dimasukkannya tepung sari ke dalam peti manipulasi adalah untuk menghindari kontaminasi. Pengayakan dilakukan pada peti manipulasi untuk membersihkan kotoran-kotoran yang terbawa tepung sari. Ayakan yang digunakan yaitu memiliki kehalusan 8 - 10 mesh. Hasil ayakan diletakkan di atas kertas di dalam ayakan. Bagian bawah ayakan diberi silika gel sebanyak 100 200 g dan bagian atas ayakan diberi tutup kemudian disegel dengan plester plastik. Pengeringan tepung sari dilakukan selama tiga hari (Hidayat, 2010). Pengisian vial Semua alat-alat pengemasan (wadah ayakan) terlebih dahulu disterilisasi menggunakan alkohol lalu dimasukkan ke dalam peti manipulasi yang telah disterilisasikan terlebih dahulu. Tepung sari sebanyak 0.25 g dimasukkan ke dalam vial, kemudian vial diberi kapas secukupnya lalu ditutup. Setiap 2 - 4 vial kemudian dimasukkan ke dalam botol kaca kecil yang telah berisi 3 g silika gel aktif. Botol diberi identitas tepung sari dan ditutup dengan tutup karet. Botol kaca kemudian divacum pada tekanan 7 mmHg dan disegel dengan tutup aluminium.
7 Botol kaca tepung sari dimasukkan ke dalam freezer dengan suhu minimal -18 0C untuk menunggu pemakaiannya ke lapang (Saraswati, 2010). Pengujian viabilitas tepung sari Menurut Hidayat (2010) pengujian viabilitas tepung sari dilakukan secara sederhana dengan mengitung tepung sari yang tumbuh pada media khusus melalui mikroskop. Media yang digunakan dalam pengujian viabilitas yaitu: air destilasi 100 cc, sukrosa 8 %, dan borax 15 ppm. Media dan tepung sari diletakkan pada petridish, kemudian petridish ditutup dan disimpan dalam oven dengan suhu 38 0C selama 3 - 4 jam. Preparat tepung sari selanjutnya diamati di bawah mikroskop. Tepung sari yang hidup dan mati akan terlihat jelas di bawah mikroskop, kemudian dihitung dan dicari persentase tepung sari yang hidup. Persentase viabilitas = T / (T + M) x 100% T = tepung sari yang tumbuh M = tepung sari yang mati Tepung sari yang hidup dicirikan dengan adanya ekor sedangkan yang mati yaitu yang terlihat berwarna hitam. Penilaian terhadap viabilitas tepung sari dilakukan dalam dua tahap. Jika pada pemeriksaan pertama diperoleh viabilitas atau daya berkecambah > 70 % maka tepung sari dinilai baik dan layak digunakan sehingga langsung disimpan. Jika viabilitas < 70 % maka dilakukan pemeriksaan kedua. Apabila hasil rata-rata pada pemeriksaan pertama dan kedua diperoleh hasil > 70 % maka tepung sari dinilai baik dan dapat disimpan sedangkan jika hasilnya < 70 % maka tepung sari langsung diafkir (Kurnila, 2009). Pengujian kadar air tepung sari Alat dan bahan yang digunakan dalam pengujian kadar air tepung sari adalah botol timbang, tepung sari, timbangan dan oven. Botol atau wadah ditimbang terlebih dahulu (berat wadah a gram). Tepung sari dimasukkan ke dalam wadah yang sudah ditimbang (wadah + tepung sari b gram). Wadah dan tepung sari yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam oven selama 24 jam dengan suhu 105 ºC. Wadah dan tepung sari dikeluarkan dari oven setelah 24 jam dan ditimbang lagi (c gram).
8 Kadar air (%) = [(b-a)-(c-a)]/(b-a) x 100 % Bila KA > 4 % maka tepung sari tidak dapat digunakan untuk penyerbukan dan harus diafkir. Apabila < 4 % maka tepung sari dapat digunakan untuk penyerbukan (Saraswati, 2010). Inspeksi pohon induk betina Bahan tanaman yang digunakan di Indonesia pada saat ini adalah Tenera yaitu hasil persilangan antara Deli Dura terpilih dari kebun induk dengan Pisifera hasil pengujian. Lubis (1992) menyatakan bahwa di Marihat produksi per pokok Dura yang terpilih harus lebih dari 200 kg/pokok/tahun. Pada kebun induk Dura biasanya tiap persilangan ditanam sebanyak 75 - 135 pokok. Banyak pokok yang terpilih tergantung keragamannya, biasanya antara 25 - 70 pokok. Pisifera yang dipilih haruslah telah menunjukkan hasil yang baik pada uji coba dengan pasangannya dalam bentuk D x P atau D x T atau T x D. Penggunaan kombinasi Dura dan Pisifera haruslah ada ketentuan dari hasil pengujian Pisifera mana saja yang dapat dikawinkan dengan pokok ibu Dura tertentu dan skala perioritasnya. Hal ini disebut sebagai crossing plan. Pembungkusan bunga betina Tandan bunga betina yang berada pada ketiak pelepah daun mulai muncul 1 bulan sebelum antesis. Bunga harus dibersihkan lebih dahulu dengan membuang seludang dan membersihkan tangkai tandan (stalk) sebelum dibungkus. Pelepah daun dibengkokkan sedikit kebawah untuk mempermudah pekerjaan. Spikelet bunga yang berada di bagian bawah dibuang agar kantong pembungkus dapat lebih mudah disarungkan. Bunga kemudian disemprot dengan insektisida agar binatang kecil seperti semut, laba-laba dan lain-lain mati. Pembungkus bunga yang terbuat dari kanvas diberi jendela plastik kemudian disarungkan dan diikat di bagian bawah tangkai tandan setelah sebelumnya dibalut dengan kapas yang dibubuhi insektisida tepung. Sebagai pengikat dibalut dengan bekas ban mobil agar lentur. Bagian luar pembungkus disemprot kembali dengan insektisida untuk mengusir binatang kecil agar tidak masuk. Kanvas pembungkus berukuran 60 cm x 60 cm. Pekerjaan ini dilakukan selama 10 sampai 15 hari sebelum bunga
9 antesis. Tandan bunga yang telah di bungkus setelah 7 hari harus diperiksa untuk mengetahui apakah bungkusnya tetap baik dan mengetahui waktu antesis (Lubis, 1992). Penyerbukan Penyerbukan dilakukan bila 60 % dari bunga sudah antesis jadi tidak perlu menunggu 100 %, karena sisanya dalam 1 - 2 hari kemudian akan menyusul. Jendela plastik pada pembungkus dilap dengan alkohol kemudian dilubangi untuk memasukkan ujung botol semprot tepung sari setelah itu ditutup kembali dengan plester. Bunga diberi label aluminium yang bertuliskan nomor pohon, nomor serbuk, nomor Pisifera, tanggal bungkus/serbuk dan nama polinator diikatkan pada karet ban pengikat. Bunga yang telah diserbuki setelah 3 hari dilihat apakah perlu dilakukan penyerbukan ulang. Pembungkus dibuka setelah 15 hari, kemudian label aluminium ditancapkan diantara spikelet setelah bagian bawah dibengkokkan (Lubis, 1992). Pemanenan tandan benih Panen tandan benih dilakukan 4.5 - 5 bulan setelah penyerbukan. Kriteria lain yang digunakan untuk panen tandan benih apabila cangkang benih telah berwarna hitam. Kegiatan panen dilakukan pada pagi hari. Sebelum panen kondisi label diperiksa terlebih dahulu untuk memastikan label dalam kondisi baik dan benar. Tandan yang tidak mempunyai label, atau tidak sesuai dengan buku serbukan maka tandan benih tersebut diafkir (Kurnila, 2009).
Penerimaan tandan benih Penerimaan tandan merupakan proses serah terima tandan benih dari divisi pohon induk ke divisi produksi untuk dipersiapkan menjadi benih. Tandan yang datang dari lapang diperiksa surat pengantar panennya, kebenarannya, kelengkapan labelnya, dan ditimbang. Pemeriksaan meliputi kondisi label tandan tertancap kokoh diantara spikelet dan tidak melukai buah, identitas label harus sesuai
dengan
administrasi
panen
yaitu
nomor
penyerbukan,
tanggal
10 pembungkusan, tanggal penyerbukan, nomor pohon induk, nomor registrasi dan inisial pollinator (Hidayat, 2010). Pencincangan tandan, fermentasi dan pemipilan Pencincangan
merupakan
proses
pemisahan
spikelet
dari
stalk.
Pencincangan dilakukan di tempat khusus yaitu bak bersekat dengan satu sisi terbuka agar tiap persilangan tidak bercampur dengan yang lainnya. Bak ini berukuran panjang, lebar dan tingginya yaitu 1 m x 1 m x 0,6 m. Pencincangan dilakukan setelah tandan diperiksa, biasa dilakukan sehari setelah tandan diterima. Alat yang digunakan dalam pencincangan yaitu kampak. Pencincangan tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang karena kegiatan ini sangat beresiko dan berkaitan dengan tingkat kerusakan biji. Pencincangan harus dilakukan oleh pegawai yang sudah mahir mencincang untuk meminimalisir kerusakan biji (Hidayat, 2010). Pencincangan tandan dilakukan untuk mengetahui kualitas tandan. Tandan berkualitas tidak baik adalah tandan yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut : (1) tandan busuk, (2) tandan tanpa biji, (3) tandan yang fruit setnya < 20 % (pengamatan secara visual). Fruit set adalah persentase buah sempurna terhadap total buah yang terbentuk. Kelas fruit set disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Persentase kelas fruit set Kelas Fruit set
Persentase (%)
Kelas A
80 - 90
Kelas B
60 - 80
Kelas C
40 - 60
Kelas D
20 - 40
Kelas E
<20
Sumber : Divisi Produksi PPKS, Marihat (dalam Saraswati, 2010)
Tandan yang telah dicincang dikumpulkan dalam peti yang berukuran 60 x 60 x 40 cm untuk difermentasi selama 6-7 hari. Tujuan fermentasi adalah untuk memudahkan pemisahan buah dari spikelet dan mempercepat pelunakan daging buah (mesokarp). Proses ini dilakukan per tandan dan label identitas tetap disertakan. Tandan sedikit dibasahi selama proses fermentasi agar buah cepat
11 terlepas dari spikeletnya. Tandan hasil fermentasi selanjutnya dipipil untuk memisahkan berondolan dari tangkai buahnya (Saraswati, 2010). Menurut Hidayat (2010) ciri-ciri keberhasilan fermentasi yaitu: (1) banyak buah yang telah terlepas dari spikelet, (2) buah mudah lepas dari spikletnya, (3) daging buah memar dan mudah hancur, (4) spiklet layu, (5) diselimuti miselium dan baunya yang khas, dan (6) dikerubungi lalat kecil. Tandan hasil fermentasi selanjutnya dipipil. Pemipilan bertujuan memisahkan brondolan dari spikelet dengan menggunakan peti pemipil dan alat bantu skop besi. Peti ini memiliki tiga bagian yaitu ruang pemipil bagian atas, ayakan besi sebagai alas ruang pemipil, dan penampung buah hasil berondolan bagian bawah. Ayakan besi berfungsi untuk meloloskan buah hasil pemipilan dan menahan spikelet. Seluruh buah harus dipastikan terpisah dari spikelet untuk mengurangi tingkat kehilangan benih dalam proses. Buah hasil pemipilan dimasukkan ke dalam goni, satu goni untuk satu persilangan kecuali jumlah buah yang banyak digunakan dua goni dan goni tersebut digandengkan atau diikat (Hidayat, 2010).
Pengupasan dan seleksi benih Berondolan hasil pemipilan kemudian dimasukkan ke dalam mesin pengupas daging buah atau depericarper hingga buah terpisah dari bijinya secara sempurna. Depericarper terdiri dari 2 tipe, depericarper vertikal dimana ruang pengupasannya berbentuk bangun silinder-vertikal dengan kapasitas satu tandan selama 15 menit, dan depericarper horizontal dimana ruang pengupasannya berbentuk bangun hexagonal-horizontal dengan kapasitas 2 tandan selama 45 menit. Selama proses pengupasan disemprotkan air guna menghanyutkan daging buah yang terkupas, biji kecil, sampah, pasir dan kotoran lainnya (Saraswati, 2010). Seleksi benih dilakukan setelah benih ditiriskan selama 24 jam. Kegiatan seleksi ini dilakukan oleh divisi produksi benih bagian persiapan benih. Seleksi merupakan kegiatan pemilihan benih yang baik untuk dijadikan sebagai kecambah. Benih yang dianggap tidak layak untuk dikecambahkan akan diangap
12 sebagai benih afkir. Benih afkir adalah benih pecah, benih kecil dan benih putih (Kurnila, 2009). Pematahan dormasi Benih yang diterima dari persiapan benih diperiksa identitasnya yaitu: nomor persiapan benih, nomor penyerbukan, berat benih dan jumlah benih sebelum dilakukan proses pematahan dormansi siap dipatahkan dormansinya. Proses pematahan dormansi yang dilakukan di divisi produksi PPKS Marihat yaitu: perendaman I, pengeringan I, pemanasan, perendaman II, dan pengeringan II (Hidayat, 2010). Perendaman I dilakukan selama 7 hari di dalam bak yang airnya diganti setiap hari untuk menghilangkan jamur dan mengangkat partikel-partikel yang menempel di benih sekaligus untuk meningkatkan kadar air dari 14 % menjadi 17 - 18 %. Benih-benih tersebut kemudian dikeringanginkan pada rak-rak selama 24 jam sampai benih tidak kelihatan basah lagi. Rak yang berisi benih dilengkapi dengan identitas benih (label). Pengeringanginan dibantu dengan kipas angin. Benih selanjutnya dimasukkan ke dalam kantong plastik ukuran 30 x 60 cm rangkap dua (double) sebanyak 300 - 400 benih per kantong. Benih akan berada dalam ruang pemanas selama 50 - 60 hari dengan suhu 39 - 40 oC. Seminggu sekali kantong benih dikeluarkan dari ruang pemanas dan dibuka selama 3 - 5 menit agar mendapat tambahan oksigen. Benih direndam untuk yang kedua kalinya sebelum dikirim ke bagian perkecambahan. Lama perendaman berlangsung selama 3 hari dengan tujuan untuk menaikkan kadar air dari 18 % menjadi 23 %. Benih kemudian direndam kembali pada larutan mancozeb dengan dosis 2 g/l selama 3 menit untuk mencegah serangan jamur dan seterusnya dikeringanginkan selama 5 - 8 jam dalam rak-rak berkawat kasa dilengkapi label yang diikat benang rami dengan kapasitas 300 - 400 benih (Saraswati, 2010).
13 Perkecambahan Proses perkecambahan benih merupakan suatu rangkaian kompleks dari perubahan-perubahan morfologi, fisiologi dan biokimia. Tipe perkecambahan tanaman palmae merupakan hipogeal yaitu munculnya radikel diikuti dengan pemanjangan plumula, hipokotil tidak memanjang keatas permukaan tanah sedangkan kotiledon tetap berada di dalam kulit biji di bawah permukaan tanah (Sutopo, 2002). Benih yang diterima dari bagian penganginan selanjutnya dimasukkan ke dalam ruang perkecambahan dengan suhu 28 – 30 0C yang tersusun atas rak-rak dan ada juga yang menggunakan tray. Tiga hari kemudian benih disiram dengan larutan mancozeb dengan konsentrasi 0.1 – 0.2 % untuk mencegah serangan jamur dan supaya benih tidak terlalu kering (Saraswati, 2010). Pengemasan dan penyaluran kecambah Kecambah normal hasil pemilihan dimasukkan ke dalam kantong kemasan berukuran 26 cm x 30 cm yang berlabel PPKS. Setiap kantong berisi 150 kecambah. Kantong kemasan berisi kecambah disatukan berdasarkan kelompok atau varietasnya. Pengiriman kecambah dilakukan dengan cara memasukkan kantong kemasan ke dalam boks plastik berukuran 62 cm x 54 cm x 12 cm. Setiap boks berkapasitas 34 kantong kemasan kecambah atau 5,125 kecambah (Saraswati, 2010).
METODE MAGANG
Waktu dan Tempat Kegiatan magang dilaksanakan di PT. Bina Sawit Makmur Kebun Surya Adi Kecamatan Mesuji dan Kota Palembang Sumatera Selatan. Kegiatan magang dilaksanakan selama 3 bulan yang dimulai pada bulan Februari 2012 sampai dengan bulan Mei 2012. Metode Pelaksanaan Metode pelaksanaan yang digunakan pada kegiatan magang adalah metode langsung dan metode tidak langsung. Metode langsung yang dilakukan adalah melakukan praktik kerja langsung di lapangan dengan turut bekerja aktif dalam pelaksanaan kegiatan perusahaan seperti menjadi karyawan harian lepas (KHL), pendamping mandor dan penamping asisten afdeling/divisi. Metode tidak langsung yang dilakukan adalah pengumpulan data sekunder yang diperoleh dari laporan-laporan, arsip kantor dan pustaka yang terkait dengan kegiatan pengolahan tandan benih. Jurnal kegiatan magang dapat dilihat pada Lampiran 1. Pengamatan dan Pengumpulan Data Pengamatan yang dilakukan terutama terhadap semua aspek yang berhubungan dengan pengolahan tandan benih menjadi benih siap salur yang meliputi : 1.
Umur panen tandan benih Pengamatan yang dilakukan yakni mengamati umur panen tandan. Dengan
cara menghitung umur tandan dari awal penyerbukan sampai panen tandan benih. Pengamatan dilakukan sebanyak 3 ulangan. 2.
Jumlah tandan benih yang dipanen dalam satu hari Pengamatan yang dilakukan yakni menghitung jumlah tandan yang
dipanen dalam satu hari. Dilakukan pencatatan kelengkapan surat pengantar panen, kelengkapan label, pemeriksaan kesesuaian identitas label dengan administrasi panen yaitu nomor penyerbukan, tanggal pembungkusan tanggal penyerbukan, nomor pohon induk, nomor registrasi dan inisial pollinator pada saat
15 melakukan penghitungan jumlah tandan yang dipanen dalam sehari. Pengamatan dilakukan sebanyak 3 ulangan. 3.
Bobot tandan Pengamatan bobot tandan dilakukan dengan cara menimbang tandan
dengan menggunakan timbangan. Pengamatan dilakukan sebanyak 3 ulangan. 4. Tingkat serangan jamur pada pengeringan benih Pengamatan dilakukan pada benih hasil pembersihan dan pemberian fungisida yang dikeringkan di ruang pengering. Pengamatan dilakukan selama tiga hari. 5. Seleksi benih Pengamatan jumlah benih afkir dan benih normal dengan cara menghitung jumlah benih pecah, jumlah benih putih dan benih kecil. Pengamatan dilakukan sebanyak 3 ulangan Data sekunder berupa lokasi kebun, luas areal, kondisi iklim, kondisi lahan, produktivitas, struktur organisasi perusahaan, rekomendasi pelaksanaan teknis budidaya dan informasi-informasi penting lainnya yang dibutuhkan. Data sekunder diperoleh dari pengumpulan data di perkebunan seperti laporan harian, laporan bulanan, laporan tahunan, serta arsip kebun. Analisis Data Data primer maupun data sekunder dianalisis secara deskriptif dengan membandingkan fakta di lapangan dengan ketentuan yang berlaku di perkebunan. Analisis kuantitatif dilakukan dengan rata-rata dalam persen dan dilakukan uji-t.
KEADAAN UMUM
Sejarah PT. Bina Sawit Makmur PT. Bina Sawit Makmur (BSM) merupakan salah satu anak perusahaan PT. Sampoerna Agro tbk. yang bergerak di bidang pengembangan kelapa sawit di Indonesia. Perusahaan PT. BSM merupakan perkebunan swasta nasional yang terletak di Sumatera Selatan dan berkantor di Palembang. PT. BSM didirikan pada tahun 1992 dengan tujuan menghasilkan bahan tanaman kelapa sawit unggul. PT. BSM memiliki 225 famili dura sebagai bahan dasar tetua betina yang sebelumnya diseleksi di pusat-pusat keunggulan (center of excellent) kelapa sawit dunia pada kurun waktu 1920 – 1970, seperti material dura Dami-Papua Nugini, Chemara-Malaysia, Mardi-Malaysia, Harrison & Crossfield (sekarang Golden Hope - Malaysia), dan Socfin-Malaysia. Material genetik tetua jantan yang dimiliki oleh PT. BSM berjumlah 50 famili pesifera unggul dari origin Nigeria, Ekona, Ghana, Dami komposit, Yangambi, La Me, dan Avros. Tetua – tetua yang dimiliki oleh PT. BSM didatangkan dari Kostarika pada tahun 1996. Visi dan Misi Sampoerna Agro Visi Menjadi salah satu perusahaan terdepan yang bertanggung jawab di sektor agribisnis di indonesia. Misi 1. Mengembangkan tim manajemen profesional yang berintegritas tinggi dan didukung oleh sumber daya manusia yang terampil dan termotivasi. 2. Mencari dan mengembangkan peluang pertumbuhan yang menguntungkan di bisnis inti dengan tetap menjaga pengeluaran biaya secara ketat. 3. Terus berusaha mencapai kesempurnaan melalui inovasi, penelitian, dan pengembangan. 4. Ikut berpartisipasi dalam peningkatan kualitas hidup masyarakat sekitar perkebunan. 5. Menjaga dan mempromosikan standar lingkungan yang baku dalam segala aspek pengembangan, produksi, dan pengolahan.
17 Letak Geografi atau Letak Wilayah Administratif Lokasi produksi kecambah PT. BSM terbagi menjadi dua lokasi. Kebun benih dan persiapan benih terletak di Desa Surya Adi Kecamatan Mesuji Kabupaten Ogan Komering Ilir Sumatera Selatan sedangkan unit prosessing benih berada di Kota Palembang Sumatera Selatan. Keadaan Iklim dan Tanah Kelas lahan yang dimiliki oleh PT. BSM adalah kelas lahan S-3. Keadaan topografi lahan PT. BSM datar sampai bergelombang. Secara umum tanah di kebun PT. BSM adalah tanah Aluvial. Kebun PT. BSM memiliki distribusi curah hujan yang tidak merata sepanjang tahun. Berdasarkan data curah hujan tahun 2008 sampai 2011 rata-rata curah hujan yakni 2 588 mm/tahun dengan rata-rata hari hujan 132 hari per tahun. Kebun Surya Adi termasuk tipe iklim B dengan 9 bulan basah dan 2 bulan kering. Struktur Organisasi Direktur Research and Development (R&D) Sampoerna Agro dibantu oleh empat orang kepala penelitian dan satu orang sebagai Research Plan, Data Management and Analysis. Setiap kepala penelitian membawahi beberapa orang manajer yang bertanggung jawab langsung kepada kepala penelitian. Masingmasing manajer dibantu oleh beberapa asisten. Struktur organisasi R&D Sampoerna Agro dapat dilihat pada Lampiran 2. Luas Areal dan Tata Guna Lahan Luas hak guna lahan yang dimiliki PT. BSM adalah 548.8 ha dengan rincian penggunaan lahan pada Tabel 2. Total pokok seleksi dura yang dimiliki oleh PT. BSM adalah 3 523 pohon dan pisifera 86 pohon. PT. BSM hanya menggunakan tidak lebih dari 10 % untuk tetua betina dan jantan.
18 Tabel 2. Tata guna lahan untuk Pohon Induk Betina
Dura x Dura 1
Tahun tanam 1996
Dura x Dura 2 Dura x Dura 3 dan 4
1997 1998
70.70 29.80
9 251 3 934
Dura x Dura 5 dan 6
1999
14.10
1 705
Dura x Dura guard Dura x Dura guard
1998 2000
2.70 2.50
295 180
Tenera X Pisifera I
1996
13.5
1 754
Tenera X Pisifera II Tenera X Pisifera III
1999 1999
2.00 6.6
288 871
Tenera X Pisifera IV
2000
6.30
943
Dura X Pisifera Dura X Pisifera Komposit
1997 1998
276.40 20.60
36 090 2 039
Dura X Pisifera Guard
1999
2.20
224
Dura X Pisifera Guard
2000
2.70
463
529.8
35 943
Material
Total
Luas (Ha)
Jumlah pokok
79.70
10 387
Sumber : Rekomendasi pemupukan Kebun Surya Adi tahun 2011
Produk dan Pelayanan Produk yang dihasilkan PT. BSM yakni kecambah kelapa sawit unggul. Tahun 2004 PT. BSM melepas 5 varietas unggul dengan SK Menteri Pertanian Indonesia No. 435, 436, 437, 438, dan 439/Kpts/LB.320/7/2004, tanggal 21 Juli 2004 dan diberi nama berturut DxP Sriwijaya 1, 2, 3, 4, dan 5. Tahun 2007, juga dilepas varietas unggul DxP Sriwijaya 6 dengan SK Menteri Pertanian Indonesia No. 135/Kpts/SR.120/2/2007, tanggal 20 Februari2007. DxP Sriwijaya bercirikan produksi tandan tinggi, ekstraksi minyak tinggi ( 25 -27 %), indeks tandan tinggi, pertumbuhan meninggi lambat, adaptif pada lahan kering, serangan crown desease sangat rendah dan kontaminasi dura rendah (Lampiran 3). Layanan pemasaran dan purna jual yang menekankan kepuasan pelanggan merupakan komitmen dasar dari PT. BSM. Layanan purna jual yakni melakukan pemantauan terhadap keragaan bahan tanam dan menawarkan bantuan teknis yang terkait dengan pengelolaan bahan tanam di pembibitan dan di lapangan.
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Pemilihan Pohon Induk Divisi pemuliaan merupakan salah satu bagian dari penelitian kelapa sawit yang ada di PT. BSM kebun Surya Adi. Divisi pemuliaan memiliki peranan penting dalam kegiatan pemuliaan kelapa sawit. Tujuan program pemuliaan kelapa sawit yaitu untuk meningkatkan produksi, ukuran dan rendemen minyak kelapa sawit melalui perakitan varietas unggul. Menurut Lubis (2008) tujuan lain program pemuliaan yaitu mendapatkan varietas kelapa sawit yang pertumbuhan meningginya lambat, lebih toleran terhadap penyakit, toleran terhadap kondisi marginal, lebih respon terhadap pemupukan, bobot tandan tinggi, komposisi buah dan minyak lebih baik, stalk lebih pendek sehingga panen mudah, adaptasi baik dan lain-lain. Divisi pemuliaan memiliki beberapa kegiatan diantaranya program persilangan, pembibitan, pengamatan karakter vegetatif, pengamatan karakter generatif, dan analisis tandan. Metode pemuliaan yang digunakan di PT. BSM yakni metode Reciprocal Reccurent Selection (RRS). Melalui metode RRS dapat dilakukan perbaikan secara serentak daya gabung dari dua populasi dasar yaitu populasi dari grup Dura dan populasi dari grup Pisifera serta memungkinkan untuk melaksanakan eksploitasi persilangan terbaik dengan cepat. Hasil wawancara dengan asisten pemuliaan yakni pokok seleksi yang ada di kebun PT. BSM saat ini semuanya didatangkan dari Kostarika. Pohon seleksi yang didatangkan bukan jenis Dura dan Pisifera saja tapi hasil persilangan dari Dura X Pisifera juga didatangkan. Pengamatan dilakukan pada pokok D X P selama kurang lebih 10 tahun. Pengamatan yang dilakukan yakni pengamatan vegetatif, pengamatan generatif dan pengamatan crown deseases. PT. BSM saat ini sedang mengembangkan varietas semiklonal. Varietas semiklonal adalah varietas yang salah satu tetuanya dari benih dan yang satunya lagi berasal dari kultur jaringan. PT. BSM mengembangkan varietas semiklonal dengan pohon induk betina berasal dari benih dan pohon induk jantan dari kultur jaringan.
20
Pengelolaan Pohon Induk Betina dan Pohon Induk Jantan Pengelolaan pohon induk betina dan pohon induk jantan dilakukan oleh divisi kebun benih. Divisi kebun benih merupakan salah satu divisi di bagian produksi benih yang bertugas menghasilkan tandan benih yang baik dan benar untuk diproses lebih lanjut. Pembungkusan bunga betina. Bunga yang siap dibungkus adalah bunga yang telah memenuhi kriteria untuk dibungkus. Kriteria bunga yang siap untuk dibungkus yakni bunga dalam kondisi yang sehat, normal, pada pohon induk betina yang terseleksi, dan seludang bunga sudah membuka 5 - 15 % atau diperkirakan bunga akan reseptif dalam 8 - 15 hari. Bagian pangkal pelepah terlebih dahulu dilakukan sedikit pemotongan agar pelepah sedikit menurun sehingga terdapat ruang untuk melakukan pembungkusan. Duri yang terdapat pada pelepah dibersihkan. Seludang bunga dibersihkan sehingga seluruh bagian bunga terlihat. Pada bagian stalk dibalut dengan kapas yang diberi furadan, hal ini bertujuan untuk menghindari masuknya serangga ketika telah dibungkus. Bunga disemprot menggunakan insektisida yang bertujuan untuk membunuh serangga yang ada di dalam dan sekitar bunga. Bunga disemprot dengan larutan formalin konsentrasi 10 % untuk mematikan serbuk sari liar. Bunga dibungkus menggunakann terrylene polyester dengan posisi jendela berada tepat ditengah bagian depan. Pembungkus diikat menggunakan tali dari karet ban bekas pada dasar bunga sebanyak 3 kali lilitan. Dasar bunga dililitkan kembali kapas yang berisi furadan. Disekitar pembungkus disemprot insektisida dan formalin. Terakhir dilakukan penulisan nomor referensi, tanggal pembungkusan dan inisial petugas isolator. Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pembungkusan ± 15 menit. Petugas pembungkusan melakukan pembungkusan bunga betina sebanyak 5 - 11 bunga/HK tergantung kemampuan petugas pembungkusan. Pekerja juga bertugas membersihkan pohon seleksi dan mempersiapkan bahan-bahan pembungkusan. Kegiatan yang dilakukan mengikuti proses pembungkusan bunga betina yakni melakukan proses pembungkusan satu buah bunga betina.
21 Masalah
yang dialami dalam proses pembungkusan bunga betina
terutama untuk petugas yang belum berpengalaman yakni sulitnya menentukan bunga betina yang siap untuk dibungkus. Masalah ini disebabkan keadaan pohon induk betina yang sudah tinggi sehingga menyulitkan petugas untuk memanjat pohon induk betina dan melihat apakah pada pohon tersebut terdapat bunga betina yang siap dibungkus. Pihak perusahaan telah melakukan tindakan untuk mengatasi masalah tersebut yakni dengan pemasangan tangga pada pohon induk betina. Pembungkusan bunga jantan. Pembungkusan tandan bunga jantan dilakukan 8 - 15 hari sebelum bunga antesis. Pembungkus dan cara pembungkusan bunga jantan sama seperti pembungkusan bunga betina. Pohon induk jantan tidak mengeluarkan bunga jantan selama pelaksanaan magang di divisi kebun benih sehingga tidak ada kegiatan pembungkusan bunga jantan. Kegiatan yang dilakukan hanya perawatan pohon induk. Parit dibuat dipinggir piringan pohon induk jantan. Perlakuan tersebut dilakukan agar pohon induk jantan mengalami stres, sehingga pada pohon induk jantan muncul bunga jantan. Panen bunga jantan. Kegiatan panen dilakukan apabila bunga yang telah dibungkus telah antesis sebanyak 75 %. Ditandai dengan bau wangi yang keluar dari bunga dan adanya serangga penyerbuk yang mengerumuni bungkusan tandan. Standar lain panen yaitu bunga berumur 8 - 15 hari setelah pembungkusan, bunga dapat dipanen. Pemanenan tandan dilakukan secara hati-hati. Pemanenan tidak dijatuhkan tapi dipanggul. Pengamatan terhadap bunga yang akan dipanen dilakukan setiap hari terutama menjelang antesis. Pengeringan tandan bunga jantan. Tandan yang diterima dari lapangan diperiksa kondisinya. Tandan diafkir jika bunga jantan busuk, kering, abnormal, masa reseptif bunga jantan kurang dari 7 hari dan pembungkus rusak. Ciri-ciri tandan abnormal yakni jika pada tandan tersebut terdapat bunga betina. Tandan jantan yang kondisinya baik digantung di dalam pollen drying cabinet I dengan suhu 38 - 40 0C selama 6 sampai 24 jam. Tandan dikeluarkan dari kabinet lalu ditepuk-tepuk
dengan tangan. Salah satu sudut pembungkus digunting, lalu
22 serbuk tepung sari dimasukkan ke dalam amplop. Amplop yang telah berisi tepung sari dimasukkan ke dalam pollen drying cabinet II 38 - 40 0C selama 6 sampai 24 jam. Tepung sari selanjutnya diayak menggunakan ayakan kemudian diletakkan diwadah plastik yang telah diberi identitas tandan jantan. Tepung sari dimasukkan ke dalam desikator selama 24 jam. Kegiatan yang dilakukan selama melaksanakan magang dibagian Persiapan Tepung Sari yakni melakukan pengeringan tandan bunga jantan sebanyak satu buah tandan. Tepung sari yang dihasilkan sebanyak 62 g dengan viabilitas 95 %. Pengujian viabilitas dan penyimpanan tepung sari. Pengujian viabilitas tepung sari dilakukan secara sederhana dengan menghitung tepung sari yang tumbuh pada media khusus melalui mikroskop. Media yang digunakan untuk satu petridish pengujian viabilitas yaitu: air destilasi 20 ml, sukrosa 2.2 g, dan agar 0.1 g. Media dan tepung sari diletakkan pada petridish, kemudian petridish ditutup dan disimpan selama 20 jam. Preparat tepung sari selanjutnya diamati di bawah mikroskop. Tepung sari yang hidup dan mati akan terlihat jelas di bawah mikroskop. Tepung sari yang hidup dicirikan dengan bentuk yang memanjang seperti ekor dan bagian kepalanya tidak berwarna hitam. Tepung sari yang sudah mati tidak memiliki ekor dan bagian kepalanya berwarna hitam. Persentase tepung sari yang hidup dapat dihitung dengan rumus : Persentase viabilitas = T / (T + M) x 100% T = tepung sari yang tumbuh M = tepung sari yang mati Pengamatan dilakukan sebanyak tiga kali pada area yang berbeda-beda untuk satu kali perhitungan. Perhitungan dilakukan sebanyak dua kali untuk diambil rata-ratanya. Tepung sari yang memiliki viabilitas ≤ 50 % dimusnahkan sedangkan > 50 % disimpan. Pengujian viabilitas juga dilakukan untuk tepung sari yang akan digunakan. Ada dua wadah penyimpanan tepung sari yang digunakan yakni dengan menggunakan ampul film dan ampul kaca. Tepung sari dimasukkan kedalam ampul. Ampul yang telah berisi tepung sari kemudian dimasukkan ke dalam kotak plastik yang berisi silika gel. Kotak plastik disimpan di dalam freezer dengan suhu -15 0C sampai -25 0C.
23 Tepung sari yang diuji yakni tepung sari yang telah disimpan dan akan digunakan untuk penyerbukan. Hasil pengamatan viabilitas tepung sari selama kegiatan magang dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Hasil pengujian viabilitas tepung sari No. Referensi
Tanggal panen
Tanggal pengujian viabilitas
P02.006.11 P03.001.11 P03.014.11 P03.024.11 P09.001.11
28 – 03 – 2011 15 – 03 – 2011 25 – 03 – 2011 07 - 03 – 2011 16 – 09 – 2011
25 – 02 – 2012 25 – 02 – 2012 25 – 02 – 2012 04 – 03 – 2012 04 – 03 – 2012
Viabilitas (%) 92 83 80 78 84
Sumber : Data primer
Pengamatan viabilitas tepung sari sulit dilakukan karena masih menggunakan mikroskop cahaya yang tidak terintegrasi ke layar monitor. Penggunaan mikroskop tersebut menyulitkan dalam pengamatan tepung sari yang viabel dan tepung sari yang mati. Sulitnya melakukan pengamatan dapat diatasi dengan cara menggunakan mikroskop yang telah teringrasi ke layar monitor. Penggunaan mikroskop ini akan memudahkan pengamat dalam menghitung jumlah tepung sari viabel dan tepung sari yang mati. Hasil pengamatan viabilitas tepung sari menunjukkan bahwa tepung sari yang dikoleksi oleh PT. BSM viabilitasnya dari 78 – 92 %. Hasil tersebut menunjukkan tepung sari yang digunakan PT. BSM merupakan tepung sari dengan kualitas yang baik. Persiapan tepung sari. Tepung sari yang digunakan untuk dosis satu kali penyerbukan yakni 0.05 sampai 0.1 g sedangkan talkum powder sebanyak 2 g. Satu dosis tepung sari dimasukkan ke dalam tabung kaca. Tabung ditutup dengan sumbat karet yang sudah terdapat 2 tabung L yang ujungnya sudah ditutup dengan kapas. Pada tabung diberi label yang bertuliskan nomor pohon induk jantan yang digunakan. Petugas yang mempersiapkan tepung sari setelah apel pagi pukul 06.15 WIB langsung bekerja untuk mempersiapkan tepung sari karena tepung sari akan digunakan oleh polinator pada pukul 07.00 WIB. Satu pekerja setiap pagi biasanya mampu mempersiapkan tepung sari sebanyak 40 tabung tepung sari. Kegiatan yang dilakukan selama magang di bagian persiapan tepung sari yakni
24 mempersiapkan tepung sari untuk penyerbukan sebanyak 8 - 15 tabung setiap pagi. Kesulitan dalam mepersiapkan tepung sari yakni jumlah tepung sari yang dibutuhkan sangat kecil jadi membutuhkan ketelitian dalam melakukan penimbangan tepung sari. Boks manipulasi untuk mencampur tepung sari dan talkum powder tidak besar sehingga ruang gerak untuk melakukan penimbangan tidak bebas. Penyerbukan. Penyerbukan dilakukan apabila sebagian besar kepala putik telah membuka dan berwarna putih atau bila 65 % dari bunga sudah reseptif dan tidak perlu menunggu bunga reseptif sampai 100 % karena sisanya dalam 1 - 2 hari kemudian akan reseptif. Masa penyerbukaan telah lewat bila kepala putik telah berubah warnanya menjadi merah muda atau merah. Penyerbukan dapat dilakukan 2 kali apabila diperlukan penyerbukan ulang. Proses penyerbukan dimulai dengan pengecekan kondisi pembungkus. Tujuannya untuk mengetahui apakah ada serangga yang masuk ke dalam pembungkus. Jendela pada pembungkus disemprot menggunakan alkohol. Jendela pembungkus yang telah disemprot dilap menggunakan kapas dan dibuat lubang pada jendela menggunakan cutter. Kapas (tutup) pada lubang pipa penyemprot dibuka dan dimasukkan pada jendela pembungkus. Campuran tepung sari dan talkum powder disemburkan merata keseluruh bagian bunga. Lubang pada jendela pembungkus ditutup kembali dengan plester anti air. Pembungkus dibuka 21 hari setelah penyerbukan. Pemasangan label dilakukan setelah pembungkus dilepas, kawat label ditancapkan diantara spikelet. Pada kegiatan penyerbukan di PT. BSM terdapat kegiatan blank pollination yakni penyerbukan tanpa serbuk sari atau hanya menggukan bedak talkum. Blank pollination dilakukan sebanyak 1 % dari total keseluruhan penyerbukan. Penetapan blank pollination
dilakukan secara acak dan tanpa
sepengetahuan petugas penyerbukan. Blank pollination bertujuan untuk menguji sterilitas pada alat serbuk, proses pembungkusan dan proses penyerbukan. Kegiatan yang dilakukan selama magang di bagian penyerbukan yakni melakukan penyerbukan bunga betina sebanyak satu kali. Kegiatan lainnya yakni membuat rencana penyerbukan dengan membuat daftar
pohon-pohon induk
betina yang diperkiran akan reseptif pada keesokan harinya (Lampiran 4). Petugas
25 penyerbukan tidak memiliki batasan jumlah bunga yang harus diserbuk karena banyaknya penyerbukan tergantung pada jumlah bunga betina yang reseptif. Petugas harus tetap melakukan proses penyerbukan walaupun hari libur atau turun hujan karena masa reseptif bunga bentina hanya 1 – 2 hari saja. Penundaan penyerbukan akan menyebabkan fruit set yang terbentuk tidak akan maksimal. Kesulitan dalam proses penyerbukan terjadi jika pada pagi hari turun hujan. Kondisi lahan dan pohon induk betina yang licin akibat diguyur hujan menyebabkan petugas harus berhati-hati dan kesulitan dalam melakukan penyerbukan. Pemanenan tandan benih. Kegiatan panen merupakan kegiatan akhir pada divisi kebun benih. Tandan benih yang siap dipanen berumur antara 4.5 - 5 bulan atau 145 - 150 hari setelah penyerbukan. Pemanenan dilakukan dengan cara didodos atau dipanjat. Tandan yang abnormal dan fruit set dibawah 20 % diafkir dan dilaporkan dalam berita acara. Panen tandan benih dilakukan oleh dua tim. Setiap tim teridiri dari 2 orang. Satu orang bertugas sebagai pemanen dan satu orang lagi bertugas membungkus tandan dengan karung dan mengangkutnya menggunakan angkong ke pinggir jalan produksi. Panen menggunakan sistem hanca giring. Satu tim panen biasanya bisa memanen 20 – 40 tandan tergantung pada jumlah tandan yang siap dipanen di lahan. Kegiatan yang dilakukan selama mengikuti kegiatan pemanenan yakni memanen satu buah tandan dan mengankut ke mobil pick up. Jumlah tandan yang dipanen pada saat mengikuti kegiatan pemanenan adalah 38 tandan benih. Tandan dari lapangan diangkut menuju divisi persiapan benih dengan menggunakan mobil pick up. Masalah yang dihadapi pada proses pemanenan yakni sistem hanca yang digunakan yakni hanca giring dan tidak adanya petugas yang melakukan sensus tandan benih yang siap dipanen. Kedua hal tersebut menyebabkan petugas pemanen harus mengelilingi blok dan dalam satu hari bisa lebih dari satu blok yang harus dikelilingi oleh pemanen. Masalah tersebut dapat diatasi dengan cara memperkerjakan petugas untuk melakukan sensus. Petugas pemanen dapat langsung menuju pohon-pohon induk betina yang terdapat tandan yang siap
26 dipanen dan tidak perlu memeriksa satu persatu pokok induk jika ada petugas sensus panen.
Persiapan Benih Divisi persiapan benih bertugas mempersiapkan benih sebelum benih diproses untuk dikecambahkan. Kegiatan yang dilakukan oleh divisi persiapan benih yakni penerimaan tandan, pencacahan, pemipilan, pengupasan, perlakuan fungisida, pembersihan, pengeringan, penanganan (seleksi, penghitungan, dan pengemasan) benih, pemberian label identitas benih, dan penyimpanan benih. Penerimaan tandan. Kegiatan penerimaan tandan merupakan proses serah terima tandan benih dari lapangan yakni dari divisi kebun benih ke divisi persiapan benih untuk diolah menjadi benih. Tandan benih yang datang dari lapangan diterima untuk diperiksa kebenarannya. Pemeriksaan meliputi kondisi label tandan tertancap kokoh di antara spikelet, identitas label harus sesuai dengan data panen yaitu nomor referensi, tanggal pollinasi, tanggal pembungkusan, petugas pembungkusan, petugas penyerbukan, nomor pokok, nomor tepung sari yang digunakan. Tandan yang telah diperiksa identitasnya, kemudian ditimbang dan dicatat beratnya. Kegiatan yang dilakukan saat melakukan magang dibagian persiapan benih yakni melakukan pemeriksaan label, identitas tandan, dan penimbangan tandan. Hasil pengamatan penerimaan tandan pada hari pertama jumlah tandan yang diterima 45 tandan, hari kedua 41 tandan dan hari ketiga 41 tandan (Lampiran 5). Pencacahan. Pencacahan merupakan proses pemisahan spikelet dari stalk. Pencacahan dilakukan sehari setelah tandan diterima dari lapangan. Alat yang digunakan dalam pencacahan yaitu kampak, kaca mata pelindung, dan sarung tangan. Pencacahan dilakukan di tempat khusus yaitu bak bersekat dengan satu sisi terbuka. Penggunaan bak bersekat dilakukan untuk menjaga kemurnian benih agar tiap persilangan tidak bercampur dengan yang lainnya. Label tandan dikaitkan diboks penampung spikelet tandan. Pekerja pencacahan hanya membutuhkan waktu tidak lebih dari 10 menit. Pekerja melakukan pencacahan 20
27 tandan/HK. Proses pencacahan membutuhkan tingkat kehati-hatian yang tinggi (Gambar 1). Persentase buah rusak akan tinggi karena terkena kampak jika pencacahan tidak dilakukan dengan hati-hati. Kondisi fisik dan fisiologi pekerja sangat mempengaruhi hasil pencacahan.
(a)
(b)
Gambar 1. Proses pencacahan : (a) pencacahan dan (b) hasil pencacahan Pemipilan. Pemipilan merupakan proses pemisahan berondolan dengan spikelet. Pemipilan dilakukan untuk mempermudah proses selanjutnya. Proses pemipilan dilakukan secara manual yakni dengan menggunakan alat berupa pisau atau pukul kayu (Gambar 2). Pukul kayu digunakan saat tandan sudah sangat masak sehingga berondolan mudah lepas dari spikelet. Kegiatan yang dilakukan di bagian pemipilan yakni membantu pekerja melakukan pemipilan. Pekerja pemipil akan mengalami kesulitan dalam melakukan pemipilan jika spikelet yang harus dipipil belum benar-benar masak. Terkadang pekerja diliburkan atau dipindahkan ke bagian lain untuk menunggu spikelet menjadi lunak agar memudahkan proses pemipilan.
Gambar 2. Proses pemipilan Pengupasan. Berondolan yang telah terpisah dari spikelet selanjutnya dikupas daging buahnya dengan menggunakan mesin depericarper. Pengupasan bertujuan untuk menghilangkan mesokarp sehingga diperoleh benih kelapa sawit
28 yang sempurna. PT. BSM memiliki 3 mesin depericarper jenis vertikal. Proses pengupasan berlangsung kurang lebih 10 sampai 25 menit, tergantung jumlah dan tingkat kematangan berondolan. Satu hari kerja setiap unit depericarper mampu mengolah 20 tandan benih. Kecepatan putaran mesin depericarper yang digunakan yakni 1,450 rpm. Pengupasan dilakukan terpisah untuk setiap persilangan. Dipastikan pada mesin tidak ada benih yang tertinggal dari pengupasan sebelumnya. Kegiatan yang dilakukan selama magang di bagian pengupasan buah yakni membantu memasukkan buah ke dalam mesin dan mengeluarkan buah hasil pegupasan (Gambar 3) kemudian membawanya ke bagian pembersihan benih. Proses pengupasan mengalami kesulitan jika buah yang dikupas belum benarbenar masak karena membutuhkan waktu yang lebih lama untuk memprosesnya. Hasil dari pengupasan juga tidak bersih, masih terdapat serabut yang menempel pada benih jika buah yang dikupas belum benar-benar masak.
(a)
(b)
(c)
Gambar 3. Proses pengupasan : (a) mesin depericarper tampak samping, (b) mesin depericarper tampak atas, dan (c) benih hasil pengupasan. Pembersihan benih dan perlakuan fungisida. Pengupasan daging buah yang dilakukan oleh mesin depericarper tidak 100 % bersih, masih ada sisa serabut pada benih. Pembersihan sisa-sisa serabut yang masih ada pada benih dilakukan secara manual yakni dengan menggunakan alat pisau cutter. Benih yang telah benar-benar bersih selanjutnya dicuci dengan menggunakan deterjen. Konsentrasi deterjen yang digunakan yakni 0.05 %. Pencucian dengan deterjen bertujuan untuk menghilangkan minyak dan kotoran yang menempel pada benih. Benih yang telah dibersihkan direndam di dalam larutan desinfektan dengan konsentrasi 1.25 % selama kurang lebih 3 menit (Gambar 4). Tujuan perendaman pada desinfektan yakni untuk membunuh bakteri yang ada pada benih. Benih juga
29 direndam di dalam larutan fungisida mancozeb dengan konsentrasi 0.25 %. Peredaman dengan mancozeb berfungsi mencegah terjadi serangan jamur pada benih saat penyimpanan. Kegiatan yang dilakukan selama magang di bagian pembersihan benih yakni melakukan pembersihan benih sebanyak satu keranjang benih atau satu persilangan. Kegiatan lainnya yakni melakukan pencucian benih dengan deterjen dan perendaman benih di dalam larutan fungisida dan disinfektan. Pekerja diharuskan membersihkan benih dalam satu hari sebanyak 20 keranjang benih. Pekerjaan pembersihan benih ini akan mengalami kesulitan jika hasil dari pengupasan benih tidak sempurna, masih banyak serabut yang menempel pada benih.
(a)
(b)
(c)
(d)
Gambar 4. Proses pembersihan benih dan perlakuan fungisida: (a) pembersihan, (b) pencucian, (c) bak perendaman fungisida, (d) bak perendaman desinfektan. Pengeringan benih. Benih yang telah dibersihkan dan telah direndam dengan desinfektan dan mancozeb dimasukkan ke dalam ruangan pengeringan. Benih disusun diatas rak-rak yang terbuat dari kawat kasa (Gambar 5). Pengeringan benih dilakukan dengan menggunakan kipas angin dan pendingin ruangan AC (Air Conditioning) dengan suhu ± 22
0
C sebagai pengatur
kelembaban. Benih dikeringkan selama kurang lebih 24 jam.
Gambar 5. Pengeringan benih di atas rak pengeringan.
30 Kegiatan yang dilakukan selama magang di bagian pengeringan benih yakni melakukan proses pengeringan benih dengan cara menyusun benih di atas rak-rak. Benih dengan jumlah yang banyak penyusunannya dibagi menjadi dua rak agar pengeringan benih bisa merata. Selain melakukan kegiatan pengeringan, kegiatan lainnya yakni melakukan pengamatan terhadap serangan jamur. Hasil pengamatan menunjukkan hasil bahwa selama proses pengeringan setelah pembersihan benih tidak terdapat serangan jamur.
Penanganan dan penyimpanan benih. Benih yang telah kering diseleksi, dihitung jumlahnya, dikemas, dan pemasangan label identitas benih. Benih yang diafkir yakni benih kecil yang beratnya kurang dari 2 g, benih bercangkang putih, benih rusak, dan benih terserang jamur (Gambar 6). Benih dihitung dengan menggunakan alat bantu ram. Benih yang telah dihitung dikemas ke dalam plastik yang telah dilubangi sisinya. Satu kantong plastik berisi kurang dari 2 000 benih. Benih dipisah menjadi dua kantong plastik jika jumlah benih lebih dari 2 000 benih. Benih yang telah dihitung jumlahnya diberi label identitas benih dan label barcode. Benih yang telah dikemas kemudian dimasukkan ke dalam ruang penyimpanan sementara. Suhu ruang simpan dikontrol pada suhu 20 0C ± 2. Kelembaban udara di dalam ruang penyimpanan juga dikontrol dengan menggunakan dehumidifier. Kegiatan yang dilakukan yakni membantu dalam melakukan seleksi benih dan penghitungan benih. Satu hari melakukan seleksi sebanyak 5 - 10 hasil persilangan. Perusahaan mengeluarkan kebijakan yakni untuk benih bercangkang putih dan benih kecil yang bobotnya kurang dari 2 g dan lebih dari 1.5 g tidak diafkir tapi digunakan oleh internal perusahaan. Kebijakan ini diambil perusahaan karena tingginya produksi benih putih dan rendahnya produksi benih normal dengan bobot ≥ 2 g, sehingga sangat disayangkan jika benih putih dan benih normal yang bobotnya kurang dari 2 g dan lebih dari 1.5 g jika harus diafkir. Kebijakan ini menambah pekerjaan untuk pekerja karena pekerja harus menimbang satu persatu-satu benih yang diperkirakan berada pada selang tersebut. Pekerja harus lebih teliti untuk melakukan seleksi dan penghitungan sementara tidak ada premi untuk para pekerja. Kegiatan lainnya yakni melakukan
31 pengamatan terhadap jumlah benih normal, jumlah benih putih, dan jumlah benih kecil, dan benih rusak. Hasil pengamatan dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Hasil seleksi benih pada divsi persiapan benih Jumlah benih (butir/tandan)
No. Kode 03.590.12 03.591.12
Normal 2 934 1 537
Kecil 76 14
Putih 123 2
Rusak 14 7
Total 3 147 1 560
03.592.12
933
2
2
2
939
03.635.12
835
6
0
3
844
03.676.12
1 274
7
0
2
1 283
Total
7 513
105
127
28
7 773
Persentase
96.66
1.35
1.63
0.36
100
Sumber : Data primer
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa tingkat kerusakan dari kegiatan persiapan benih rendah. Tingkat kerusakan yang dihasilkan dibawah 1 % yakni sebesar 0.36 %. Hal ini mengindikasikan bahwa proses pengolahan benih di bagian persiapan benih telah dilakukan dengan baik dan sesuai prosedur yang telah ditetapkan perusahaan.
(a)
(b)
(c)
(d)
Gambar 6. Seleksi benih : (a) benih normal, (b) benih kecil, (c) benih putih, dan (d) benih pecah. Pengiriman benih ke unit prosessing benih. Pengiriman benih ke unit prosessing benih akan dilakukan setelah stok benih cukup dan ada permintaan benih dari unit prosessing benih. Jumlah benih yang dikirim setiap satu kali pengiriman kurang lebih sebanyak 225 000 butir. Packing list pengiriman benih terlebih dahulu dibuat sebelum benih dikirim dan sekaligus pemeriksaan ulang label benih. Benih dikirim setelah packing list dan pengecekan selesai.
32 Pengiriman menggunakan mobil boks yang dilengkapi AC dengan suhu yang sama seperti penyimpanan sementara yakni 20 0C ± 2. Mobil boks pengiriman disegel untuk mencegah terjadinya kecurangan selama pengiriman benih. Kegiatan yang dilakukan yakni membantu melakukan pembuatan packing list pengiriman (Lampiran 6). Prosessing Benih Benih yang diterima oleh divisi prosessig benih adalah benih yang telah diolah oleh divisi persiapan benih. Unit prosessing benih memproses benih menjadi kecambah siap salur. Penerimaan, penyimpanan, dan penandaan benih. Pemeriksaan dokumen pengiriman dilakukan saat penerimaan benih dari kebun. Dokumen pengiriman dicocokkan dengan nomor kotak benih, nomor referensi pada label identitas dan jumlah kantong benih. Benih disimpan di ruang penyimpanan dengan suhu 18 0C - 22 0C setelah proses pengecekan selesai. Benih terlebih dahulu diberi tanda dengan menggunakan mesin seed printing (Gambar 7) sebelum benih diproses. Penandaan benih bertujuan untuk mencegah terjadinya pemalsuan dan tertukarnya benih antar varietas. Kegiatan yang dilakukan pada saat magang yakni melakukan kegiatan penandaan benih dengan menggunakan mesin seed printing. Jumlah benih yang ditandai sebanyak lima kantong atau persilangan. Varietas yang diberi tanda yakni varietas Sriwijaya 1.
Gambar 7. Proses penandaan benih. Perendaman I. Perendaman I bertujuan untuk menaikkan kadar air benih menjadi 18 - 20 %. Pada perendaman I benih dipindah dari kantong plastik ke dalam kantong jaring dan direndam dalam bak perendaman selama tujuh hari (Gambar 8). Selama proses perendeman digunakan aerator agar selalu tersedia
33 oksigen untuk benih. Air rendaman diganti setiap hari untuk menghilangkan jamur dan partikel-partikel yang menempel pada benih. Kegiatan yang dilakukan selama magang yakni melakukan perendaman I sebanyak satu kali karena selama magang di bagian pematahan dormansi hanya ada satu kali proses perendaman I. Jumlah katong yang yang direndam sebanyak 64 kantong. Perendaman dilakukan pada tanggal 11 Mei 2012 dan diangkat pada tanggal 18 Mei 2012.
(b)
(a)
Gambar 8. Perendaman benih: (a) bak perendaman dan (b) benih yang sedang direndam. Pengeringan I. Benih dikeluarkan dari bak perendaman setelah benih direndam selama tujuh hari, kemudian dicuci bersih dengan menggunakan air. Benih yang telah dicuci bersih, kemudian dibilas dengan larutan hypocloride berkonsentrasi 0.15 %. Benih direndam di dalam larutan fungisida mancozeb dengan konsentrasi 0.15 % dan benomil 0.05 % selama tiga menit untuk mencegah kontaminasi jamur (Gambar 9). Benih dikeringanginkan selama 18 - 20 jam pada rak-rak pengeringan sampai tidak terlihat basah. Pengeringan dilakukan dengan bantuan kipas angin. Kegiatan yang dilakukan pada pengeringan I yakni menyiapkan larutan hypocloride dan membilas benih dengan larutan hypocloride. Kegiatan lain yakni melakukan penebaran benih ke atas rak-rak pengeringan benih.
(a)
(b)
Gambar 9. Proses pengeringan (a) pencucian dan perlakuan fungisida dan (b) penebaran benih di rak pengeringan.
34 Pemanasan. Benih disimpan dalam tray setelah benih cukup kering. Setiap tray diisi benih sebanyak 500 - 700 butir. Setiap persilangan dapat terbagi menjadi beberapa tray. Benih kemudian dimasukkan ke dalam ruang pemanas selama 40 - 60 hari pada suhu 38 - 40 o C (Gambar 10). Benih dikeluarkan dari ruang pemanas untuk dianginkan, diseleksi benih yang terserang jamur, dan penyemprotan aquades setiap minggu. Penyemprotan dilakukan agar KA benih tetap pada kisaran 18 - 20 %, sehingga enzim-enzim glukosa pada benih dapat aktif. Kegiatan pemanasan yang dilakukan selama magang sebanyak satu kali proses pemanasan. Kegiatan yang dilakukan yakni memindahkan benih dari rakrak pengeringan ke dalam tray. Tray diberi nomor urut tray dan nomor urut Prosessing. Tray yang telah diberi nomor urut dimasukkan ke dalam ruang pemanas. Kegiatan lainnya yang dilakukan yakni melakukan penganginan. Penganginan yang dilakukan sebanyak 10 - 20 tray. Kendala yang dihadapi pada kegiatan pemanasan yakni kelembaban udara di ruang pemanas yang rendah. Hal ini menyebabkan kadar air benih menurun. Wadah yang berisi air ditempakan ke dalam ruang pemanas untuk mengatasi masalah tersebut agar kelembaban di dalam ruangan tinggi.
(a)
(b)
Gambar 10. Proses pemanasan : (a) benih di dalam ruang pemanas dan (b) proses penganginan. Perendaman II. Perendaman II dilakukan sama seperti perendaman I, yang membedakan hanya lama perendaman yaitu hanya empat hari. Tujuan perendaman II adalah untuk menaikkan kadar air dari 18 % menjadi 22 – 24 %. Peningkatan kadar air ini dilakukan untuk mempermudah proses imbibisi pada benih. Tidak ada kegiatan perendaman II selama melakukan kegiatan magang di bagian pematahan dormansi.
35 Pengeringan II. Pengeringan II sama seperti pada pengeringan I. Benih dikeringkan dengan menggunakan kipas angin selama ± 3 jam sehingga secara visual tampak 1/3 basah, yaitu apabila digenggam terasa lembab namun air tidak sampai membasahi tangan. Benih kemudian disimpan kembali pada tray dan siap dikirim ke ruang inkubasi. Label benih harus selalu terpasang pada tray. Kegiatan yang dilakukan dalam proses pengeringan II yakni membilas benih dengan larutan hypocloride dan merendam benih dalam larutan fungisida. Selain itu juga melakukan penebaran benih ke rak-rak pengeringan dan melakukan pemindahan benih dari rak-rak ke dalam tray setelah ± 3 jam. Kegiatan lainnya yakni melakukan penimbangan bobot benih setelah pengeringan II dan penomoran tray kemudian membawa tray ke dalam ruangan inkubasi. Inkubasi benih. Benih yang secara visual telah tampak 1/3 basah hasil pengeringan II disusun di tray-tray lalu dimasukkan ke dalam ruang inkubasi (Gambar 11). Kondisi suhu ruang inkubasi dipertahankan pada kisaran 27 – 35 oC. Kisaran hari ke-3 sampai ke-7 setelah benih diinkubasi, benih dikeluarkan dari ruangan inkubasi lalu dilakukan penyemprotan benih dengan menggunakan larutan fungisida berkonsentrasi 0.1 %. Penyemprotan dilakukan untuk mencegah serangan jamur dan agar KA benih tetap pada kisaran 22 - 24 % selama berada di dalam ruang inkubasi. Seleksi dilakukan terhadap benih yang terserang jamur pada saat penyemprotan. Benih terserang jamur dipisahkan dan diafkir. Benih yang telah disemprot larutan fungisida dimasukkan kembali ke ruang inkubasi.
Gambar 11. Ruang inkubasi Kegiatan penyemprotan benih yang dilakukan selama magang sebanyak 15
tray.
Kendala
yang
terjadi
pada
proses
inkubasi
yakni
sulitnya
mempertahankan suhu ruang inkubasi. Suhu ruang inkubasi pada malam hari
36 dapat turun dibawah 27 0C. Sebab mesin pemanas ruangan masih manual, sehingga suhu ruang inkubasi harus terus dikontrol. Seleksi kecambah. Seleksi ke-1 dilakukan pada hari ke-9 setelah benih dimasukkan ke dalam ruang inkubasi. Seleksi ke- 2 dan seterusnya sampai seleksi ke-9 dilakukan setiap 4 ± 2 hari. Penyemprotan mancozeb 0.1 % menggunakan hand sprayer dilakukan setiap seleksi untuk mencegah kecambah kering dan serangan jamur (Gambar 12). Seleksi dilakukan untuk memisahkan kecambah normal, kecambah patah, kecambah abnormal, dan kecambah terserang jamur (Gambar 13). Kriteria kecambah normal yang diseleksi yakni (1) kecambah berbentuk T dilihat dari tempurung, (2) kecambah berwarna putih atau kuning gading dengan panjang radikula tidak lebih dari 20 mm, (3) tidak patah, tidak kerdil dan sehat (tidak terserang jamur atau busuk), (4) dapat dibedakan antara radikula dan plumula. Kriteria kecambah yang di afkir yakni (1) kecambah membentuk huruf U atau V dilihat dari tempurung, (2) kecambah patah atau kerdil, (3) kecambah terserang jamur. Kecambah normal hasil seleksi dimasukkan ke dalam kantong plastik. Satu kantong plastik berisi 100 kecambah. Kantong kemasan kecambah digembungkan supaya tersedia cukup oksigen untuk kecambah. Bagian atas kantong diikat kemudian diberi label benih dan barcode. Satu kantong hanya boleh satu varietas. Kantong kecambah yang telah berisi 100 kecambah dimasukkan ke dalam boks kardus. Satu boks berisi 26 kantong kecambah. Kegiatan seleksi dilakukan selama magang sebanyak 3 kali yakni pada seleksi 1, 5 dan 9 (Tabel 5). Kegiatan yang dilakukan pada proses seleksi yakni seleksi kecambah dengan kriteria 3 mm radikula dan 1 mm plumula. Tabel 5. Hasil seleksi kecambah divisi prosesing benih Tanggal seleksi
Seleksi ke-
14 – 05 – 2012
Jumlah kecambah
1
Normal 74 807
Abnormal 1 456
Jamur 2 978
15 – 05 – 2012
9
4 485
687
137
19 – 05 – 2012
5
35 217
9 175
100
Sumber : Data primer
37 Hasil seleksi kecambah dicatat diformulir seleksi kecambah dan label identitas benih. Kegiatan lainnya yakni membuat label identitas kecambah dan memasang label barcode yang sebelumnya telah dibuat oleh mandor seleksi pada kantong kecambah. Proses seleksi membutuhkan ketelitian yang tinggi sehingga pada bagian seleksi rata-rata pekerja wanita. Pekerja wanita dianggap lebih teliti dibandingkan pria.
(a)
(b)
Gambar 12. Proses seleksi: (a) seleksi kecambah dan (b) penghitungan kecambah.
(a)
(b)
(c)
(d)
Gambar 13. Perkecambahan : (a) kecambah normal, (b) kecambah abnormal, (c) kecambah undifferent, dan (d) kecambah busuk.
Pengemasan kecambah. Kecambah hasil seleksi akan dikemas jika ada permintaan pengiriman kecambah dari bagian pemasaran perusahaan. Kecambah yang belum dikemas disimpan di ruang penyimpanan kecambah kelapa sawit. Suhu ruangan di pertahankan pada kisaran 18 - 22 0C. Kecambah yang akan dikemas dikeluarkan dari katong. Kantong diisi dengan busa kurang lebih 1/3 kantong dan busa disemprot dengan fungisida mancozeb 0.1 %. Kecambah disemprot dengan fungisida mancozeb 0.1 % sebelum dimasukkan ke dalam kantong yang telah berisi busa. Penyemprotan fungisida bertujuan agar kecambah tidak terserang jamur dan agar kecambah tetap segar selama pengiriman.
38 Kecambah dimasukkan ke dalam kantong dengan bantuan corong plastik. Kecambah diletakkan ditengah-tengah kantong. Busa ditambahkan disekitar kecambah sampai kecambah terlindung penuh oleh busa. Kecambah disemprot lagi dengan fungisida sebelum kantong diikat. Kantong kecambah disusun di boks kardus yang telah ditulis nomor boks, jenis varietas, tanggal kirim, dan alamat pembeli. Boks yang telah berisi kantong kecambah ditimbang lalu diikat dengan tali straiper dan dipasang seal segel pada boks (Gambar 14). Pembuatan packing list, Germinated Seeds Delivery Letter, Berita Acara Serah Terima Kecambah, Delivery Order, dan sertifikat kecambah dilakukan setelah semua kecambah selesai dikemas. Kecambah siap dikirim setelah semua dokumen lengkap. Kegiatan yang dilakukan pada saat magang pada bagian pengemasan kecambah yakni membantu melakukan pengemasan kecambah dan melakukan penyusunan kantong kecambah yang telah dikemas ke dalam boks pengiriman.
(a)
(b)
Gambar 14. Pengepakan kecambah : (a) kantong kecambah dan (b) kardus pengepak.
Quality Control Quality control (QC) atau quality assurance (QA) merupakan divisi yang lingkup kerjanya melakukan pengawasan dan verifikasi proses pada hampir semua divisi yang dibawahi oleh unit produksi benih. Sasaran mutu dan verifikasi divisi quality control adalah kontrol pada setiap tahap proses produksi bahan tanam kelapa sawit. Kegiatan pengamatan hasil pembungkusan dilakukan oleh petugas QC setiap hari kerja. Kegiatan yang dilakukan yakni mengecek kondisi pembungkus, nomor referensi, dan kebersihan pohon induk betina. Sampel pengamatan sebanyak 10 % dari total pembungkusan. Hasil pengamatan pembungkusan saat
39 mengikuti kegiatan pengamatan bersama petugas QC semua sampel yang diamati dalam kondisi baik. Kegiatan pengamatan hasil penyerbukan dilakukan dengan sampel 10 % dari total penyerbukan. Hasil pengamatan menunjukkan terdapat satu hasil penyerbukan yang rusak dimasuki serangga, sehingga tandan tersebut harus diafkir. Petugas melakukan pengecekan bobot tandan dan nomor referensi pada proses pencacahan. Hasil pengecekan yang dilakukan bersama petugas QC menunjukkan bahwa tidak ada kesalahan dalam proses pencacahan tandan benih. Sampel pengamatan sebanyak 10 % dari total panen. Pengecekan
nomor
referensi,
konsentrasi
deterjen,
konsentrasi
desinfektan, konsentrasi fungisida, benih pecah, dan kebersihan benih dari mesokarp dilakukan oleh petugas QC pada saat proses pembersihan benih dan perlakuan fungisida. Hasil pengecekan masih terdapat benih yang belum bersih dari mesokarp. Pekerja mendapat teguran dari petugas QC agar lebih teliti dalam membersihkan mesokarp. Sampel pengecekan sebanyak 1 tandan benih setiap 20 tandan yang diproses. Pengecekan nomor dilakukan
referensi, lama pengeringan, dan kondisi benih
sebelum pengeringan benih. Hasil pengecekan menunjukkan lama
pengeringan benih yakni 18 - 20 jam. Hal ini masih sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan perusahaan. Kondisi benih yang dikeringkan sudah kering secara merata. Benih sudah dapat dikemas untuk selanjutnya dikirim ke Unit Prosessing Benih. Sampel pengecekan sebanyak 1 tandan benih setiap 20 tandan yang diproses. Petugas melakukan penghitungan ulang jumlah benih pada proses penanganan benih. Jumlah sampel penghitungan ulang sebanyak 1 kantong benih setiap pekerja penanganan benih. Kegiatan yang dilakukan yakni membantu petugas QC menghitung ulang benih hasil penghitungan pekerja. Hasil penghitungan ulang terdapat satu orang pekerja yang hasil hitungannya salah. Pekerja tersebut langsung mendapat teguran dari petugas QC agar lebih teliti. Pengecekan kondisi segel, packing list, penimbangan ulang kantong benih, dan penghitungan ulang jumlah benih dilakukan oleh petugas QC pada saat benih diterima dari kebun. Kegiatan yang dilakukan pada saat magang yakni
40 penghitungan ulang jumlah benih. Hasil penghitungan menunjukkan tidak ada selisih jumlah benih dengan hasil penghitungan di bagian persiapan benih dan prosessing benih. Sampel penghitungan ulang sebanyak 10 % dari total penerimaan benih. Benih sebelum diproses di unit prosessing benih terlebih dahulu dilakukan pengujian embrio. Pengujian embrio yang dilakukan pada saat magang 1 sampel. Hasil pengamatan menunjukkan semua embrio dalam sampel tersebut termasuk embrio normal. Sampel pengujian sebanyak 10 % dari total persilangan, setiap persilangan diambil 5 butir benih. Pengujian kadar air benih dilakukan setelah pengeringan I dan II. Pengamatan hasil penghitungan kadar air setelah pengeringan I dan II tidak dilakukan selama magang. Kegiatan yang dilakukan hanya pengambilan sampel dan proses pengovenan benih. Sampel pengujian sebanyak 10 % dari total persilangan, setiap persilangan diambil 10 butir benih. Petugas QC harus mengawasi dan mencatat jumlah benih dan kecambah afkir pada saat akan melakukan pemusnahan kecambah dan benih.
Aspek Manajerial Pendamping Mandor Mandor merupakan karyawan tingkat non staf yang bertugas membantu jalannya pekerjaan di lapangan dan administrasi di kantor. Mandor merupakan penghubung antara asisten divisi dengan karyawan yang bertugas langsung di lapangan. Mandor mempunyai peranan yang penting dalam pelaksanaan tugas di lapangan. Mandor bertugas mengatur karyawan yang dibawahinya. Mandor juga harus mempunyai pengetahuan tentang tugas yang akan dikerjakan oleh karyawannya, mulai dari prosedur pekerjaan, prestasi kerja, kondisi lapangan yang dihadapi. Selain itu mandor juga bertugas mencatat hasil pekerjaan pada hari tersebut. Mandor bertanggung jawab langsung kepada asisten divisi. Mandor wajib mengikuti kegiatan apel pagi pada pukul 05.45 WIB dan sudah harus berpakaian lengkap dan rapi setiap hari kerja. Kegiatan yang dilakukan selama magang sebagai pendamping mandor yakni menjadi pendamping mandor I yang merangkap sebagai mandor pembungkusan
41 dan penyerbukanasi, dan mandor panen. Kegiatan yang dilakukan pada saat bekerja sebagai mandor I setiap apel pagi melakukan absensi pekerja di divisi kebun benih. Pengawasan proses pembungkusan, penyerbukan dan pembersihan pokok seleksi juga dilakukan saat menjadi pendamping mandor I. Jumlah tenaga kerja penyerbukan dan pembungkusan yang diawasi masing-masing 11 orang. Kegiatan lainnya yakni melakukan pengawasan pada pelatihan pekerja pembungkusan sebanyak 6 orang. Sebagai pendamping mandor juga harus melakukan pembuatan rencana kerja pembungkusan dan penyerbukan serta membuat laporan harian hasil pembungkusan dan penyerbukan. Contoh laporan harian mandor pembungkusan dapat dilihat pada Lampiran 7. Contoh laporan harian mandor penyerbukan dapat dilihat pada Lampiran 8. Kegiatan yang dilakukan pada saat bekerja sebagai pendamping mandor panen yakni mengawasi pekerja yang melakukan pemanenan. Jumlah tim panen yang diawasi yakni 1 tim, satu tim terdiri dari dua orang. Mandor harus terus memotivasi pekerja agar pekerja tetap semangat dalam melakukan pemanenan, karena pada saat bertindak sebagai pendamping mandor tandan yang siap panen sedikit sehigga pekerja banyak yang bermalas-malasan. Kegiatan lainnya yakni harus melakukan serah terima tandan kepada divisi persiapan benih. Sama seperti pendamping mandor penyerbukan dan pembungkusan, sebagai mandor panen juga harus membuat laopran harian, rencana dan realisasi panen tandan benih. Contoh laporan harian mandor panen dapat dilihat pada Lampiran 9. Pendamping Asisten Suatu perkebunan biasanya terdiri dari manajer kebun, senior asisten, asisten dan kepala administrasi. Seluruh staf bertanggung jawab penuh selama 24 jam dalam menjaga dan mengelola kebun. Asisten adalah orang yang memimpin di suatu divisi yang terdapat dikebun. Asisten bertugas untuk mengelola divisi yang dipimpin yang dibantu oleh mandor. Asisten bertanggung jawab kepada manajer terhadap kondisi di dalam divisi yang dipimpin. Seorang asisten juga bertugas mengelola administrasi divisi dengan teratur. Asisten juga bertugas menyusun program, rencana kerja dan budget divisi yang dipimpinnya. Asisten juga harus mengetahui kondisi dan permasalahan yang dihadapi divisi yang dipimpin baik di lapangan, kantor, maupun keadaan sosial karyawan
42 yang dipimpin. Seorang staf harus mampu berpikir level kebun yakni mampu mengetahui kebijakan manajemen yang telah ditetapkan berupa visi dan misi perusahaan. Seorang asisten juga harus mampu membina hubungan yang baik dengan masyarakat agar pendirian kebun mampu memberikan dampak positif bagi masyarakat. Kegiatan yang dilakukan sebagai pendamping asisten antara lain melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kerja harian pembungkusan, penyerbukan, dan panen. Pengamatan terhadap kondisi lapang juga dilakukan saat menjadi pendamping asisten. Hasil kegiatan pengamatan kondisi pohon bersama asisten kebun benih yakni kondisi pohon induk betina di lapang cukup terawat meskipun pada beberapa pohon perlu perawatan. Pohon induk jantan yang diamati semuanya dalam kondisi terawat dengan baik. Kegiatan lainnya yang dilakukan selama menjadi pendamping asisten yakni mempelajari dan membantu kegiatan administrasi pada divisi kebun benih.
PEMBAHASAN
Produksi Kecambah Hasil pengolahan tandan menjadi benih pada PT. Bina Sawit Makmur (BSM) sudah cukup baik. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 6, hasil pengolahan tahun 2006 sampai 2010 rata-rata jumlah benih per tandan yang dihasilkan sebanyak 1 067 butir/tandan. Terjadi peningkatan produksi benih per tandan dari tahun 2006 – 2010. Peningkatan produksi disebabkan oleh pertambahan umur Pohon Induk Betina. Semakin dewasa umur Pohon Induk Betina maka produksi benih per tandan akan meningkat. Memurut Lubis (2008) pada tandan tanaman dewasa dapat diperoleh 600 – 2 000 buah tergantung pada besarnya tandan. Tabel 6. Produksi benih divisi persiapan benih per tahun Tahun produksi 2006 2007 2008 2009 2010 Rata-Rata
Tandan yang di proses (buah) 25 992 26 031 32 219 29 883 9 495 24 724
Jumlah benih yang dihasilkan (butir) 18 516 208 23 372 715 37 805 073 37 461 718 12 352 103 25 901 563
Jumlah Benih /Tandan (butir) 712 898 1 173 1 254 1 300 1 067
Sumber: Laporan produksi benih divisi persiapan benih
Sebagai salah satu produsen kecambah kelapa sawit bermutu PT. BSM sudah menghasilkan kecambah yang baik dan benar. Kecambah yang baik dan benar yakni kecambah yang mutu fisik dan fisiologisnya tinggi dan jelas identitas genetiknya. Tahun 2009 produksi kecambah PT. BSM mencapai 8 142 346 kecambah. Total kecambah yang dihasilkan lebih rendah dibandingkan pada tahun 2008 mencapai 24 576 117 kecambah siap salur. Penurunan produksi pada tahun 2009 seiring dengan terjadinya penurunan permintaan terhadap kecambah kelapa sawit sebagai akibat adanya krisis global yang menyebabkan turunnya harga TBS dan CPO sehingga terjadi penurunan penjualan kecambah karena animo menanam kelapa sawit pada saat itu turun (Tabel 7). Pengguna kecambah yang dihasilkan PT. BSM meliputi Perusahaan Swsta, Koperasi, Perorangan/Petani, CV dan internal perusahaan Sampoerna Agro
44 sendiri. Berdasarkan data penjualan tahun 2006 sampai 2011 penjual kecambah tertinggi pada tahun 2008 sedangkan pada tahun 2009 terjadi penurunan penjualan akibat adanya krisis global. Kecambah yang tidak terjual biasanya disimpan di ruangan penyimpanan kecambah kelapa sawit. Jika kecambah sudah tidak layak lagi (plumula dan radikula panjangnya telah lebih dari 20 mm) maka kecambah dimusnahkan menggunakan mesin cracker. Tabel 7. Produksi dan penjualan kecambah per tahun
Tahun
Umur Tanaman (Tahun)
Jumlah benih di proses (butir)
Jumlah kecambah dihasilkan (butir)
Perentase Kecambah (%)
Jumlah penjualan kecambah (butir)
2006 2007 2008 2009 2010 2011
12, 11, dan 10 13, 12, dan 11 14, 13, dan 12 15, 14, dan 13 16, 15, dan 14 17, 16, dan 15
20 010 833 23 796 015 38 428 873 10 239 918 21 798 489 19 227 404
10 123 176 15 212 513 24 576 117 8 142 346 12 022 838 15 156 806
50.59 63.93 63.95 79.52 55.15 78.83
9 677 730 15 158 692 22 735 111 5 893 705 9 733 424 12 635 531
Kecambah tidak terjual (butir) 445 446 53 821 1 841 006 2 248 641 2 289 414 2 521 275
Sumber : Laporan penjualan benih unit produksi benih
Persentase kecambah yang dihasilkan PT. BSM setiap tahunnya bervariasi. Bervariasinya persentase kecambah pertahun lebih disebakan oleh adanya proses pematahan dormansi yang dilakukan pada tahun ini sedangkan seleksi kecambah dilakukan pada tahun berikutnya. Proses pematahan domansi yang dilakukan pada akhir tahun (Oktober, November, dan Desember) akan diseleksi pada tahun berikutnya sehingga data kecambah masuk pada data kecambah pada tahun berikutnya bukan pada tahun proses pematahan dormansi. Hal ini yang mengakibatkan terjadinya variasi dalam persentase kecambah yang dihasilkan. Umur Tandan Benih Benih bercangkang putih dalam produksi benih akan diafkir atau dimusnahkan, tidak dilanjutkan pada proses produksi selanjutnya karena benih putih tidak disukai oleh pembeli. Menurut Lubis (2008) biji putih memiliki cangkang berwarna putih, lembut, poreus, tipis sangat mudah menghisap air tetapi juga sangat cepat kering, mudah dimasuki organisme, dan biji ini tidak baik untuk bibit.
45 Terdapat 46 pohon induk betina (Lampiran 10) pada hasil panen tahun 2011 yang menghasilkan tandan dengan benih bercangkang putih dan juga tandan dengan benih bercangkang coklat atau hitam. Adanya produksi benih bercangkang coklat/hitam dan benih bercangkang putih dalam satu pokok mengindikasikan bahwa munculnya benih bercangkang putih tidak diturunkan secara genetik, sebab jika warna cangkang adalah faktor genetik tentu dalam satu pohon tersebut akan selalu menghasilkan benih bercangkang putih dan tidak menghasilkan benih bercangkang coklat/hitam. Munculnya benih bercangkang putih lebih disebabkan oleh umur tandan benih yang lebih muda. Hidayat (2010) menyatakan bahwa terdapat beberapa pohon induk betina yang menghasilakan benih normal dan benih putih dalam satu pohon induk. Harley (1977) menyatakan bahwa derajat kemasakan buah kelapa sawit tidak berpengaruh terhadap persentase perkecambahn benih. Selanjutnya Sari (2005) menambahkan tingkat kemasakan 140, 145, 150, 155 dan 160 hari setelah penyerbukan tidak mempengaruhi viabilitas benih kelapa sawit. Sedangkan Lwin (2010) menyatakan tingkat kemasakan 147 hari setelah penyerbukan memiliki persentase kecambah optimum yakni 60.67 % dibandingkan dengan tingkat kemasakan 91, 105, 119, 133, dan 161 hari setelah penyerbukan dengan daya berkecambah berturut- turut 0 %, 0 %, 16.35 %, 34.16 %, dan 58.17 %. Tandan benih yang dipanen pada tahun 2011 menghasilkan 1 655 502 benih bercangkang putih atau sebesar 9.01 % dari total benih. Berdasarkan hasil panen tersebut dilakukan uji-t pada peubah umur tandan terhadap persentase benih bercangkang putih yang terbentuk (Lampiran 11). Hasil analisis menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata antara umur panen tandan < 130 hari setelah penyerbukan dengan umur panen 130 - 134, 135 - 139, 140 - 144, 145 - 149, 150 - 154, 155 - 159, 160 - 164, dan > 164 hari setelah penyerbukan terhadap persentase terbentuknya benih dengan warna cangkang putih. Persentase terbentuknya benih bercangkang putih pada umur panen tandan benih < 130 hari setelah penyerbukan lebih tinggi dibandingan dengan persentase benih putih pada umur panen tandan yang lain yakni rata-rata sebesar 22.01 %. Persentase benih bercangkang putih terendah terdapat pada umur panen tandan benih > 164 hari setelah penyerbukan yakni rata-rata sebesar 1.19 % . Tidak terdapat perbedaan
46 persentase terbentuknya benih bercangkang putih pada umur panen tandan 130 134, 135 - 139, 140 - 144, 145 - 149, dan 150 – 154 hari setelah penyerbukan, rata-rata persentase benih putih beruturut-turut 7.48, 7.12, 7.18, 5.54, dan 5.51 %. Tentu selain umur tandan faktor lain selain umur tandan seperti iklim, suhu, curah hujan juga mempengaruhi warna cangkang pada benih. Hasil penelitian Williyatno (2007) di PT. BSM menunjukkan bahwa pada tingkat kemasakan 140 hari setelah penyerbukan persentase benih putih
paling tinggi dibandingkan
Produksi Benih(Butir/tandan)
tingkat kemasakan 150, 155, dan 160 hari setelah penyerbukan. 1200 1000 800
Benih Normal
600
Benih Kecil
400 Benih putih
200 0
Umur tandan dipanen (Hari)
Gambar 15 . Pengaruh umur tandan terhadap produksi benih (Sumber: Hasil panen tandan benih 2011) Produksi benih normal mencapai maksimum pada umur tandan 145-149 hari setelah penyerbukan (HSP). Penurunan produksi benih normal terjadi secara perlahan setelah tandan berumur lebih dari 149 HSP (Gambar 15).
Hal ini
disebabkan setelah 149 hari benih telah melewati periode masak fisiologis. Banyak benih yang berada pada bagian bawah tandan telah memberondol karena telah lewat matang sehingga produksi benih per tandan menurun. Pahan (2010) menyatakan bahwa antesis bunga kelapa sawit dimulai dari bagian bawah lalu bergerak ke bagian atas sehingga keseragaman pembentukan buah menjadi tidak seragam. Benih bercangkang putih jumlahnya menurun dengan meningkatnya umur panen
tandan.
Hal
ini
terjadi
karena
semua
buah
telah
sempurna
perkembangannya. Semakin tua umur tandan maka semakin sedikit buah yang belum masak fisiologis. Sari (2005) menyatakan satu bulan setelah penyerbukan cangkang sudah terbentuk walaupun masih sangat lembut dan berwarna putih.
47 Pada bulan kedua cangkang sudah mulai agak keras dan menjadi keras pada bulan ketiga disertai dengan perubahan warna dari keputihan menjadi coklat muda. Warna cangkang berubah menjadi coklat tua pada saat bulan kelima. Ketebalan cangkang juga bertambah sesuai dengan bertambahnya umur buah. Berdasarkan analisis korelasi produksi benih kecil tidak dipengaruhi secara signifikan oleh perubahan umur tandan benih, karena p-value 0.178 dan nilai korelasinya -0.493. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa benih kecil bukan disebabkan oleh umur panen tandan. Hasil pengamatan umur panen tandan pada panen bulan Maret 2012 menunjukkan umur panen tandan benih rata-rata 145 HSP. Sari (2005) menyatakan panen untuk produksi benih dapat dilakukan mulai umur 145 - 150 hari setelah penyerbukan. Lubis (2008) menambahkan pada umur 146 hari setelah penyerbukan daging buah telah berwarna merah kekuningan, cangkang telah mengeras dan berwarna coklat tua, inti telah keras dan berkulit, dan embrio telah berkembang sempurna. Bobot Tandan Benih Berdasarkan pada pengamatan yang dilakukan terhadap bobot tandan yang di panen pada bulan Maret 2012, analisis regresi dan korelasi menunjukkan bahwa peningkatan bobot tandan terhadap produksi benih normal membentuk garis linier dengan persamaan: Y = 557.2 x - 289.5 dengan koefisien determinasi 0.934, nilai korelasi 0.967 dan p-value 0.033. Nilai kofesien korelasi yang tinggi mendekati 1 menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif yang kuat pada produksi benih normal terhadap peubah bobot tandan. Pada Gambar 16 dapat dilihat semakin tinggi bobot tandan maka akan semakin tinggi produksi benih normal yang
Produksi (Butir/tandan)
dihasilkan. 3000 2000 1000 0 <10
10-19
20-29
≥30
Bobot Tandan(Kg)
Gambar 16. Bobot tandan dan produksi benih normal (Sumber: Hasil panen tandan benih 2011)
48 Hasil pengamatan terhadap bobot tandan dan umur tandan pada hasil panen tandan benih pada bulan Maret 2012, rata- rata jumlah tandan per hari yang dipanen pada bulan Maret oleh PT. BSM adalah 42 tandan per hari. Jumlah tandan yang dipanen cukup rendah. PT. BSM seharusnya mampu memanen 60 80 tandan/hari. Rendahnya hasil panen dikarenakan ada musim kemarau pada saat penyerbukan dan perkembangan bunga yaitu pada bulan Juni sampai September (Lampiran 12). Tandan yang dipanen pada bulan Maret merupakan tandan yang dipenyerbukan pada bulan Oktober dan November dimana pada bulan tersebut merupakan akhir musim kemarau. Musim kemarau juga mempengaruhi pertumbuhan tandan. Bobot tandan yang dihasilkan rendah rata-rata 16 kg (Tabel 8). Seharusnya bobot tandan normal untuk pokok yang berumur 16 - 18 tahun adalah 20 kg. Tabel 8. Rata-rata bobot dan umur tandan Ulangan
Jumlah tandan
1 2 3 Rata - Rata
45 41 41 42
Umur panen tandan (Hari) 142 151 144 145
Rata–rata bobot tandan (kg) 14.9 13.9 19.5 16
Sumber : Data primer
Menurut Harahap dan Latif dalam Willyatno (2007) penurunan kadar air tanah yang disebabkan oleh periodik kering menyebabkan penurunan perolehan asimilat untuk pertumbuhan tandan buah. Riza (2010) menambahkan musim kemarau panjang menyebabkan defisit air yang menyebabkan penurunan produksi kelapa sawit secara drastis pada tahun tersebut dan tahun berikutnya, karena merusak perkembangan bunga sebelum antesis dan sesudah antesis. Selain faktor kekeringan karena musim kemarau, pemilihan bunga betina dan ketepatan waktu serta proses penyerbukan juga mempengaruhi bobot tandan. Pemilihan bunga betina yang baik dan sehat akan menghasilkan tandan dengan pertumbuhan yang bagus dan dengan bobot yang berat. Ketepatan waktu penyerbukan juga sangat mempengaruhi bobot tandan sebab jika waktu penyerbukan tepat pada saat bunga betina reseptif maka fruit set yang terbentuk
49 akan tinggi. Meningkatnya bobot tandan menyebabkan produksi benih juga akan meningkat. Proses penyerbukan harus sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan perusahaan agar proses penyerbukan berhasil. Keberhasilan penyerbukan ini akan meningkatkan produksi benih karena akan semakin banyak buah yang terbentuk. Jambak (2012) menyatakan menurunnya produksi diduga akibat beberapa hal salah satunya proses penyerbukan yang kurang sempurna (tidak merata).
Bobot (Kg/tandan)
25.0 20.0
Bobot tandan
15.0 Bobot stalk
10.0 5.0
Bobot spikelet
0.0
Umur Tandan (Umur)
Gambar 17. Hubungan umur tandan terhadap bobot tandan (Sumber: Hasil panen tandan benih 2011) Bobot tandan rata-rata mencapai maksimum pada umur tandan 145-149 hari setelah penyerbukan (HSP). Tandan telah mencapai bobot maksimal pada umur 145-149 HSP, hal ini menandakan bahwa tandan telah mencapai masak fisiologis (Gambar 17). Copeland dan McDonald (1985) menyatakan bahwa benih yang telah mencapai masak fisiologis mempunyai perkecambahan maksimum karena embrio sudah terbentuk sempurna dan berat kering cadangan makanan sudah maksimum. Lwin (2010) menambahkan benih kelapa sawit yang dipanen 147 hari setelah penyerbukan benih telah masak fisiologis yang ditandai dengan persentase kecambah mencapai maksimum. Tandan belum mencapai bobot maksimumnya pada umur tandan < 145 HSP karena pada umur tersebut tandan masih dalam masa perkembangan. Bobot tandan mulai menurun setelah tandan berumur lebih dari 149 HSP. Penurunan bobot tandan diduga karena tandan telah melewati fase masak fisiologis. Tandan
50 memasuki fase penuaan pada umur > 149 HSP dimana banyak buah yang telah memberondol yang menyebabkan penurunan bobot tandan. Bobot stalk tidak berkorelasi dengan umur tandan. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis korelasi, p-value 0.329 dan nilai korelasinya 0.368. Bobot stalk tidak mengalami kenaikan dan penurunan yang signifikan terhadap perubahan umur tandan. Menurut willyatno (2007), tingkat kemasakan buah 155 HSP dan 160 HSP mempunyai bobot buah lebih berat dibandingkan 140 dan 150 HSP. Perlakuan Tandan Benih Bahan tanam memiliki kontribusi input 7 - 8 % dari total investasi awal, namun kualitas dan karakteristiknya merupakan hal yang sangat menentukan dalam proses pertumbuhan dan produksi secara keseluruhan. Produksi benih memegang peranan penting dalam pengadaan bahan tanaman kelapa sawit. Diperlukan serangkaian proses produksi benih untuk menghasilkan benih yang baik dan benar. Pengolahan tandan benih merupakan salah kegiatan untuk mempersiapkan benih yang baik, sehingga benih siap diproses lebih lanjut yaitu dipatahkan
dormansinya
dan
dikecambahkan.
Tahapan
dalam
kegiatan
pengolahan tandan benih yang dilakukan di divisi persiapan benih yaitu: penerimaan tandan benih, pencacahan tandan benih, pemipilan, pengupasan, pembersihan benih, seleksi benih, penyimpanan sementara, dan pengiriman benih ke Divisi Unit Prosessing Benih. Secara rinci deskripsi dari setiap tahapan penyiapan benih telah disampaikan di bagian pelaksanaan magang. Tandan benih hasil panen diterima dari lapangan pada siang hari. Tandan benih yang diterima dari lapang langsung dilakukan pengecekan oleh petugas QC. Tandan yang diterima tidak lansung dicacah. Pencacahan dilakukan pada keesokan harinya. Kegiatan pencacahan masih dikerjakan secara manual yang memerlukan tenaga yang besar dan keahlian dari pekerja yang melakukannya, sehingga hasil pekerjaan dapat dipengaruhi oleh kondisi pekerja. Kondisi pekerja sangat berpengaruh terhadap tingkat kerusakan benih dari proses pencacahan. Pekerja pencacah tandan pada divisi persiapan benih berjumlah dua orang. Setiap orang mempunyai tugas masing-masing yakni satu orang bertugas mencacah tandan dan satu orang lagi bertugas menimbang tandan, mengumpulkan spikelet dan membawanya ke bagian pemipilan. Norma kerja yang ditetapkan perusahaan
51 yakni 20 tandan/HK. Bagi pekerja yang telah terampil mencacah 20 tandan per hari merupakan pekerjaan yang mudah dan tingkat kerusakan benih rendah. Masalah timbul jika pekerja yang terampil tidak masuk dan harus digantikan oleh pekerja yang tidak memiliki keahlian dalam proses pencacahan. Proses pencacahan akan berlansung lama dan hasil cacahan tidak sebaik pekerja yang telah terampil. Masalah juga terjadi pada saat panen tandan benih mencapai 80 - 100 tandan per hari. Jumlah panen yang tinggi menyebabkan pekerja sangat kewalahan melakukan pencacahan, meskipun telah menambah pekerja untuk melakukan pencacahan. Masalah ini dapat ditangani dengan penggunaan mesin perontok tandan. Divisi Persiapan Benih memiliki mesin perontok tandan akan tetapi tidak ada petugas ahli yang menguasi penggunaan mesin tersebut. Mesin tersebut juga belum efisien kinerjanya karena pihak perusahaan belum mengetahui kecepatan putaran mesin yang optimal untuk merontokkan buah dari tandan. Sehingga perusahaan sampai saat ini masih melakukan pencacahan secara manual. Spikelet yang telah terpisah dari stalk dipipil secara manual. Norma kerja yang ditetapkan oleh perusahaan yakni 20 tandan/HK. Kendala pada proses pemipilan yakni kesulitan dalam melepas buah dari spikelet jika buah tersebut belum benar-benar matang, sehingga proses pemipilan biasanya ditunda 1 - 2 hari hingga buah matang. Sebetulnya proses pemipilan tidak diperlukan lagi jika perusahaan menggukan mesin perontok tandan karena hasil dari mesin perontok tandan adalah buah yang telah terlepas dari spikelet. Buah masih sulit dilepas dari spikelet pada umur 140, 145, dan 150 hari setelah penyerbukan sedangkan buah yang berumur 155 dan 160 hari setelah penyerbukan lebih mudah dipisahkan dari spikelet (Sari, 2005). Dibutuhkan fermentasi selama ± 7 hari agar buah lebih mudah dilepaskan dari spikelet. Firdaus (2011) menyatakan fermentasi dilakukan selama 4 - 7 hari dengan tujuan fermentasi adalah untuk mempermudah pemisahan buah dari spikelet dan mempercepat pelunakan daging buah (mesokarp). Pengupasan buah dilakukan dengan menggunakan mesin depericarper. PT. BSM memiliki sebanyak tiga unit mesin depericarper tetapi yang beroperasi hanya 2 unit, satu unit lagi digunakan pada saat salah satu mesin mengalami kerusakan atau pada saat buah yang harus dikupas banyak. Norma kerja yang
52 ditetapkan oleh perusahaan 20 tandan/HK. Penetapan ini berdasarkan kemampuan mesin bekerja karena dalam satu hari kerja mesin hanya mampu mengupas 20 tandan. Proses selanjutnya yakni pembersihan sisa - sisa mesokarp yang masih menempel pada benih. Proses pembersihan akan berjalan dengan cepat jika hasil dari pengupasan hanya menyisakan sedikit mesokarp. Hasil dari proses pengupasan masih menyisakan serabut yang cukup banyak pada benih, sehingga harus dibersihkan secara manual menggunakan cutter. Sari (2005) menyatakan mesin depericarper tidak mampu membersihkan buah dari ujung spikelet akibatnya dibutuhkan waktu lama dalam proses pembersihan benih. Benih yang telah bersih dicuci dengan deterjen lalu direndam menggunakan larutan fungisida dan disinfectan. Benih dikeringkan di dalam ruangan pengering selama 18 - 20 jam. Benih yang telah kering diseleksi dan dikemas. Norma kerja untuk proses seleksi 10 tandan/HK. Pekerja seleksi semuanya perempuan karena pekerja perempuan lebih teliti dibanding pekerja laki – laki. Proses seleksi dilakukan secara manual hanya menggunakan alat bantu ram untuk menghitung jumlah benih. Pekerjaan ini membutuhkan ketelitian dan kepekaan pekerjanya. Sama seperti proses pencacahan tandan, proses seleksi juga dipengaruhi oleh kondisi pekerja. Ketepatan sortasi benih kelapa sawit menggunakan mesin sortasi dapat mencapai 84 % dengan kapasitas mesin 5 314 butir/jam (Haysim, 2007). Mesin pemilah atau sortasi benih seharusnya diadakan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas proses seleksi benih.
Perkecambahan Daya berkecambah (DB) benih memberikan informasi kepada pengguna benih akan kemampuan benih tumbuh normal menjadi tanaman yang berproduksi secara normal. Parameter yang digunakan dapat berupa persentase kecambah normal berdasarkan penilaian terhadap struktur pertumbuhan embrio yang diamati secara langsung. Bagi produsen benih kelapa sawit DB menggambarkan banyaknya kecambah yang dapat diproduksi dan akan dijual dalam bentuk germinated seed.
53 Kecambah kelapa sawit merupakan calon bibit kelapa sawit yang berasal dari benih yang telah melalui masa pematahan dormansi dan telah tumbuh plumula dan radikula. Kecambah yang diperjual-belikan merupakan kecambah yang baik dan benar berdasarkan hasil seleksi. Kecambah yang baik memiliki plumula dan radikula yang sehat dan tegap, tumbuh lurus, tidak cacat, tidak luka dan berwarna lebih kekuningan. Menurut Brahmana dan Chairani (1997) benih kelapa sawit termasuk benih yang sulit untuk ditumbuhkan karena memerlukan beberapa perlakuan sebelum plumula tumbuh. Secara alami, dibutuhkan waktu > 1 tahun dan daya berkecambah rendah (40%).
PT. Bina Sawit Makmur menerapkan proses pematahan dormansi benih untuk mempercepat perkecambahan benih kelapa sawit dan memperoleh persentase DB yang tinggi. Proses pematahan dormansi yang dilakukan di PT. BSM yakni perendaman I, pengeringan, perendaman II, inkubasi, seleksi, dan pengemasan kecambah. Proses pematahan dormansi dimulai dengan perendaman I. Peredaman I dilakukan selama 7 hari. Setiap hari dilakukan pergantian air. Proses perendaman I bertujuan untuk meningkatkan kadar air benih menjadi 18 – 20 %. Benih yang telah direndam selama 7 hari dikeringkan. Pengeringan I dilakukan diatas rak-rak pengeringan dengan bantuan kipas angin. Penggunaan kipas angin dalam pengeringan akan menghasilkan pengeringan yang tidak merata. Pengeringan yang tidak merata dapat terjadi jika jarak antara kipas angin dengan benih yang dikeringkan tidak seragam. Benih yang berada dekat dengan kipas angin akan lebih cepat kering dibandingkan benih yang jauh dari kipas angin. Jumlah benih per wadah pengeringan juga mempengaruhi pengeringan benih. Benih yang terlalu banyak jumlahnya per wadah pengeringan akan menumpuk sehingga hanya benih pada bagian atas yang kering sementara benih pada bagian bawah belum kering. Pengeringan yang tidak merata dapat menyebabkan kegagalan dalam proses pematahan dormansi. Silomba (2005) menyatakan benih yang terlalu basah akan rentan dengan serangan jamur sedangkan benih yang terlalu kering dapat menurunkan kadar air benih. Kadar air yang turun setelah pengeringanginan akan menurunkan manfaat dari perendaman yaitu untuk meningkatkan kadar air benih sampai kadar air yang diinginkan. Pengeringan yang terlalu kering saat sebelum masuk inkubasi dapat menyebabkan benih tidak dapat berkecambah. Chin dan Robert dalam Hasyim
54 (2007) menyatakan benih kelapa sawit termasuk kelompok benih rekalsitran yaitu benih yang tidak tahan disimpan dalam suhu dingin dibawah 50C dan akan mati apabila kadar airnya dibawah 12.5 %.
Proses pengeringan yang tidak merata dapat diatasi dengan penggunaan kipas dari berbagai arah. Penggunaan kipas angin dari beberapa arah diharapakan dapat mengeringkan benih lebih merata karena jarak benih dengan kipas lebih seragam. Pengadukan benih
secara berkala dengan merata juga dapat
mengeringkan benih secara merata. Benih yang telah kering dipindah ke dalam tray lalu dimasukkan ke ruang pemanas. Suhu ruang pemanas yang digunakan 38 - 40 0C. Pemanasan dilakukan selama 40 - 60 hari. Haryani (2005) menyatakan perlakuan pematahan dormansi yang efektif adalah perlakuan stratifikasi pada suhu 39 – 40 0C selama 60 hari. Selanjutnya Silomba (2006) menambahkan perlakuan perendaman I selama 7 hari dan perendaman II 3 hari dengan lama pemanasan 40 hari menghasilkan DB 85.33 % dan KCT 3.608 % per etmal. Lamanya proses pemanasan benih yang ditetapkan oleh PT. BSM tergantung pada kebutuhan kecambah. Pemanasan selama 40 hari dilakukan jika permintaan kecambah mendesak sehingga lama pemanasan dipersingkat. Tapi jika permintaan kecambah tidak mendesak maka lama pemanasan 60 hari. Pemanasan selama 60 hari merupakan waktu yang optimal untuk meningkatkan persentase kecambah. Martine et al. (2009) menyatakan pemanasan selama 60 hari menghasilkan persentase kecambah yang lebih tinggi dibandingkan pemanasan selama 40 dan 80 hari. Benih kembali direndam setelah proses pemanasan. Benih direndam selama 4 hari kemudian dikeringkan sampai sepertiga basah. Benih yang telah sepertiga basah dimasukkan ke dalam ruang inkubasi. Suhu ruangan inkubasi dipertahankan menggunakan pemanas pada kisaran 27 - 35 0C. Proses selanjutnya yakni seleksi kecambah. Proses seleksi kecambah yang diterapkan oleh PT. BSM yakni dengan metode seleksi ke-1 dilakukan 9 hari setelah benih masuk ruang inkubasi dan untuk seleksi-seleksi berikutnya berselang 4 hari. Daya berkecambah yang dihasilkan oleh PT. BSM rata-rata mencapai 75.79 %. Perentase untuk kecambah abnormal dan terserang jamur sangat rendah yakni rata-rata 4.09 % dan
55 1.37 %. Sementara benih yang tidak berkecambah sampai seleksi ke-9 rata- rata mencapai 18.75 %. Daya berkecambah yang dihasilkan lebih tinggi dibandingkan pengecambahan secara alami, dimana secara alami DB hanya mencapai 40 %. Pada seleksi ke-1 sudah bisa diperoleh kecambah normal akan tetapi persentasenya sangat rendah. Pada Gambar 18 dapat dilihat persentase kecambah normal tertinggi dapat diperoleh pada seleksi ke-2 yakni sebesar 23.82 %. Persentase kecambah normal yang dihasilkan mulai menurun setelah seleksi ke-2. Metode seleksi tersebut dapat mempercepat memperoleh kecambah normal, sehingga PT. BSM dapat dengan cepat memenuhi permintaan konsumen kecambah kelapa sawit. Perkecambahan tidak serempak karena dalam satu kali pemrosesan itu terdiri dari beberapa persilangan, dimana setiap persilangan itu memiliki tingkat kematangan yang berbeda-beda. Perbedaan tingkat kematangan ini berpengaruh terhadap kemampuan berkecambah benih. Benih yang berkecambah pada seleksi ke-1 atau ke-2 merupakan benih yang memiliki indeks vigor yang tinggi. Benih yang berkecambah di akhir seleksi merupakan benih
Kecambah Normal (%)
dengan indeks vigor yang lemah. 30 20 10 0 0
19
2 13
3 21 4 17
5 29 6 25 Seleksi
7 33
8 37
9 41
10
Gambar 18. Persentase kecambah normal pada setiap seleksi (Sumber: Laporan hasil seleksi SPU 2011 - 2012 )
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan PT. Bina Sawit Makmur memiliki sistem pengelolaan dan pengadaan bahan tanaman kelapa sawit yang sistematis, mulai dari pemuliaan tanaman, pengelolaan pohon induk, produksi benih hingga pemasaran. Setiap tahapan pengadaan bahan tanam dikontrol oleh satu divisi independen yaitu QC/QA untuk menjaga kualitas bahan tanaman yang dihasilkan baik dan proses pengadaannya sesuai dengan instruksi kerja yang telah ditetapkan. PT. Bina Sawit Makmur mampu memproduksi benih baik rata-rata 25 901 563 butir/tahun. Tidak terdapat perbedaan persentase terbentuknya benih bercangkang putih pada umur panen tandan 130 - 134, 135 - 139, 140 - 144, 145 - 149, dan 150 - 154 hari setelah penyerbukan, rata-rata persentase benih putih beruturutturut 7.48, 7.12, 7.18, 5.54, dan 5.51 %. Persentase benih putih tertinggi terdapat pada umur panen < 130 hari setelah penyerbukan yaitu 22.01 %. Bobot tandan dan produksi benih normal mencapai maksimum pada umur 145-150 hari setelah penyerbukan. Bobot tandan berpengaruh terhadap produksi benih normal. Benih putih diduga bukan disebabkan oleh faktor genetis tetapi lebih disebabkan panen tandan yang masih belum cukup umur. Daya berkecambah yang dihasilkan oleh PT. BSM rata-rata mencapai 75.79 %. Persentase maksimum kecambah normal diperoleh pada saat seleksi ke-2 yakni sebesar 23.82 %. Saran Pemanenan tandan benih sebaiknya dilakukan pada umur 145 - 149 hari setelah penyerbukan, pada saat sebagian benih pada tandan sudah berwarna coklat tua/hitam. Pengawasan terhadap seluruh pekerja dibagian pembungkusan dan penyerbukan lebih diperketat agar kecambah yang dihasilkan lebih terjaga kualitas dan kuantitasnya. Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk mengetahui faktorfaktor lain yang menyebabkan benih putih. Petugas pembungkusan harus berusaha memilih bunga betina sesuai kriteria yang telah ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA Brahmana, J. dan M. Chairani. 1997. Pengadaan dan Penyaluran Kecambah kelapa Sawit Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Prosiding Pertemuan Teknis Kelapa Sawit: 1-10. Direktorat Jendral Perkebunan. 2010. Luas areal dan produksi perkebunan seluruh indonesia menurut pengusahaan. http://ditjenbun.deptan.go.id [23 Desember 2010]. Firdaus, M. 2011. Identifikasi Karakter Vegetatif dan Generatif Hasil Persilangan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Marihat, Sumatera Utara. Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. 74 hal. Hartley, C.W. S. 1977. The preparation, storage and germination of seed. P.311328. In C. W. S. Hartley and R. H. V. Corley (eds). The Oil Palm (Elaeis guineensis). Longman. London and New York. Haryani, N. 2005. Pengujian Viabilitas Benih Selama Periode Konservasi dan Upaya Pematahan Dormansi untuk Mempercepat Pengecambahan Benih Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.). Skripsi. Departemen Budidaya pertanian, Fakultas Pertanian IPB. Bogor. 49 hal. Hasyim, M. 2007. Unjuk Kerja Mesin Sortasi Mutu Biji Kelapa Sawit. Skripsi. Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB. 51 hal.
Hidayat,T. 2010. Penyiapan Benih Kelapa Sawit dalam Pengadaan Bahan Tanam di Pusat Penelitian Kelapa Sawit Marihat, Sumatera Utara. Skripsi.Departemen Agronomi dan Hortikultura. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. 84 hal. Jambak, N. A. 2012. Metode Perbanyakan Bahan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Secara Konvensional dan Kultur Jaringan di Unit Usaha Marihat, Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Sumatera Utara. Skripsi.Departemen Agronomi dan Hortikultura. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. 79 hal. Kurnila, R. 2009.Pengendalian Mutu Produksi Benih Kelapa Sawit (Elais guineensis Jacq.) di Pusat Penelitian Kelapa Sawit Marihat, Sumatera Utara. Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. 72 hal. Lubis, A. U. 1992. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Indonesia. Pusat Penelitian Perkebunan Marihat. Pematang Siantar. 435 hal.
58 Lubis, A. U. 2008. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Indonesia. Edisi 2. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan. 348 hal. Lwin, N. M. 2010. Seed Maturity and Pollen Source Influence on Dura X Pisifera (Elaeis guineensis Jacq.) Seed Quality. Tesis. Master of Science, Universiti Putra Malaysia. Malaysia. 101 hal. Martine, B. M., K. K. Laurent, B. J. Pierre, K. K. Eugene, K. T. Hilaire, and K. Y. Justin. 2009. Effect of storage and heat treatment on the germination of oil palm (Elaeis guineensis Jacq.) seed. African Journal of Agricultural Research 4 (10) : 931-937. Pahan, I. 2010. Panduan Lengkap, Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit dari Hulu Hingga Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta. 411 hal. Riza, S. 2010. Masa Depan Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia. Kanisius. Yogyakarta. 256 hal. Sadjad, S. 1993. Dari Benih Kepada Benih. Grasindo. Jakarta. 142 hal. Saraswati, P. U. 2010. Produksi dan Pemasaran Benih Kelapa Sawit (Elais guineensis Jacq.) di Pusat Penelitian Kelapa Sawit Marihat, Sumatera Utara. Skripsi.Departemen Agronomi dan Hortikultura. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. 106 hal. Sari,
M. P. 2005. Studi Tingkat Kemasakan dan Metode Fermentasi dalam Hubungannya dengan Viabilitas Benih dan Kandungan Minyak Buah Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.). Skripsi. Departemen Budidaya pertanian, Fakultas Pertanian IPB. Bogor. 53 hal
Silomba, S. D. A. 2006. Pengaruh Lama Perendaman dan Pemanasan terhadap Viabilitas Benih Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jaqc.). Skripsi. Departemen Pemuliaan Tanaman dan Teknologi Benih. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. 41 hal. Sipayung, H. H., T. Liwang. 2012. Kunci sukses mendapatkan Benih Kelapa Sawit Unggul : Investasi yang Sering Terlupakan. Andi. Yogyakarta. 156 hal. Setyamidjaja, D. 2006. Kelapa Sawit. Kanisius. Yogyakarta. 127 hal. Sutopo, L. 2002. Teknologi Benih. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 273 hal. Williyatno, 2007. Pengaruh Tingkat Kemasakan dan Posisi Benih dalam Tandan Terhadap Viabilitas Benih Kelapa Sawit (Elaesis guineensis Jacq.). Skripsi. Departemen Pemuliaan Tanaman dan Teknologi Benih. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. 47 hal.
LAMPIRAN
60
Lampiran 1. Jurnal harian kegiatan magang No. 1
Tanggal 16/02/2012
2
17/02/2012
3
18/02/2012
4
20/02/2012
5
21/02/2012
Divisi/Lokasi
Upacara bulanan perusahaan Penjelasan dari asisten Kebun Benih dan seed preparaton mengenai proses produksi benih di PT.Bina Sawit Makmur Melihat proses pembungkusan bunga betina Penjelasan dari asisten Kebun Benih mengenai proses persiapan tepung sari dan diskusi mengenai proses penyiapan tepung sari Apel pagi Melihat proses pembungkusan bunga betina Apel pagi Melihat prose pembungkusan bunga betina Diskusi dengan Assten Kebun Benih mengenai pembungkusan bunga betina Melakukan analisis blank pollination Apel pagi Melihat proses pembungkusan bunga betina Pruning pada pokok pisifera
Kebun Benih
Kebun Benih Kebun Benih Quality Control
Kebun Benih
Pembimbing Bapak Khusnu Bapak Edwin Bapak Subardjo Bapak Budi Ibu Erwita Bapak Budi Bapak Herman Bapak Andri Ibu Sutini Ibu Sri
Bapak Budi Bapak Herman Bapak Budi Bapak Herman Bapak Rochimin
Bapak Budi Bapak Herman 60
Kegiatan Tiba dilokasi magang Penjelasan teknis mengenai pelaksanaan magang
61 Lampiran 1. Jurnal kegiatan magang (Lanjutan ) No. 6
Tanggal 22/02/2012
7
23/02/2012
8
24/02/2012
9
25/02/2012
10
27/02/2012
11
28/02/2012
Kegiatan Apel pagi Mempersiapkan bahan dan alat pelatihan asisten baru Mempelajari kegiatan admini7strasi dikantor Kebun Benih Apel pagi Melakukan pembungkusan bunga betina Pruning pada pokok dura Apel pagi Melakukan pembungkusan bunga betina Mempelajari administrasi di kantor Kebun Benih Apel pagi Menyiapkan tepung sari untuk penyerbukan Menguji viabilitas tepung sari Mempersiapkan media untuk pengujian viabilitas tepung sari Mengentri data pada log book Persiapan Tepung Sari Apel pagi Melakukan kegiatan penyerbukan Pembuatan rencana penyerbukan Mengawasi pelatihan pekerja pembungkusan Apel pagi Melakukan kegiatan penyerbukan Pembuatan rencana penyerbukan Mengawasi pelatihan pekerja pembungkusan
Divisi/Lokasi Kebun Benih
Pembimbing Bapak Budi
Kebun Benih
Bapak Budi Bapak Herman
Kebun Benih
Bapak Budi Bapak Herman Bapak Suryo Bapak Budi Bapak Andri Ibu Sutini Ibu Sri
Kebun Benih Persiapan Tepung Sari
Kebun Benih
Bapak Budi Bapak Aam Bapak Rumadi
Kebun Benih
Bapak Budi Bapak Aam Bapak Rumadi
61
62 Lampiran 1. Jurnal kegiatan magang (Lanjutan ) No 12
Tanggal 29/02/2012
13
01/03/2012
14
02/03/2012
15
03/03/2012
16
05/03/2012
17
06/03/2012
Kegiatan Apel pagi Melakukan kegiatan penyerbukan Pembuatan rencana penyerbukan Mengawasi pelatihan pekerja pembungkusan Apel pagi Melakukan kegiatan penyerbukan Pembuatan rencana penyerbukan Mempersiapkan untuk penyerbukan Apel pagi Mengikuti kegiatan panen tandan benih Mempelajari kegiatan administrasi dikantor Kebun Benih Apel pagi Menyiapkan tepung sari untuk penyerbukan Menguji viabilitas tepung sari Mengentri data pada log book Persiapan Tepung Sari Apel pagi Menyiapkan tepung sari untuk penyerbukan Mempelajari kegiatan administrasi di kantor Kebun Benih Apel pagi Menyiapkan tepung sari untuk penyerbukan Mempelajari kegiatan administrasi di kantor Kebun Benih
Divisi/Lokasi Kebun Benih
Pembimbing Bapak Budi Bapak Aam Bapak Rumadi
Kebun Benih
Bapak Budi Ibu Sutini Ibu Sri
Kebun Benih
Bapak Budi Bapak Sunaryo
Kebun Benih Persiapan Tepung Sari
Kebun Benih Persiapan Tepung Sari
Kebun Benih Persiapan Tepung Sari
62
Bapak Budi Bapak Andri Ibu Sutini Ibu Sri Bapak Budi Bapak Andri Ibu Sutini Ibu Sri Bapak Suryo Bapak Budi Bapak Andri Ibu Sutini Ibu Sri Bapak Suryo
63 Lampiran 1. Jurnal kegiatan magang (Lanjutan ) No 18
Tanggal 07/03/2012
Divisi/Posisi Kebun Benih Persiapan Tepung Sari
19
08/03/2012
Apel pagi Menyiapkan tepung sari untuk penyerbukan Mempelajari kegiatan administrasi di Persiapan Tepung Sari
Persiapan Tepung Sari
20
09/03/2012
Apel pagi Menyiapkan tepung sari untuk penyerbukan Mempelajari kegiatan administrasi di kantor Kebun Benih
Kebun Benih Persiapan Tepung Sari
21
10/03/2012
Membantu mempersiapkan tepung sari Mengentri data ke log book Persiapan Tepung Sari
Persiapan Tepung Sari
22
12/03/2012
23
13/03/2012
24
14/03/2012
Membuat pollinasi check Membuat dan mencetak label barcode Apel pagi Mengisi buku logbook penyerbukan Membuat penyerbukan check Apel pagi Mengisi buku logbook penyerbukan Membuat penyerbukan check
Kebun Benih Kebun Benih
Kebun Benih
Pembimbing Bapak Budi Bapak Andri Ibu Sutini Ibu Sri Bapak Suryo Bapak Budi Bapak Andri Ibu Sutini Ibu Sri Bapak Suryo Bapak Budi Bapak Andri Ibu Sutini Ibu Sri Bapak Suryo Bapak Budi Bapak Andri Ibu Sutini Ibu Sri Bapak Budi Bapak Suryo Bapak Budi Bapak Sutris Bapak Budi Bapak Sutris 63
Kegiatan Apel pagi Menyiapkan tepung sari untuk penyerbukan Mempelajari kegiatan administrasi di kantor Kebun Benih
64 Lampiran 1. Jurnal kegiatan magang (Lanjutan ) No 25
Tanggal 15/03/2012
26
16/03/2012
27
17/03/2012
28
19/03/2012
29
20/03/2012
30
21/03/2012
Divisi/Posisi Kebun Benih
Pembimbing Bapak Budi Bapak Willy
Kebun Benih Quality Control
Bapak Willy Bapak Rochimin Ibu Sutini Ibu Sri
Quality Control
Bapak Willy Bapak Rochimin
Kebun Benih Quality Control
Bapak Willy Bapak Joko
Persiapan Benih
Bapak Subardjo
Persiapan Benih
Bapak Subardjo
64
Kegiatan Apel pagi Melihat kegiatan diblok pisifera Membuat penyerbukan check Apel pagi Mengikuti kegiatan Quality Control mengecek blank pollination Mengentri data penyerbukan ke log book Menghitung rencana penyerbukan Apel pagi Mengecek tandan blank pollination Mengecek pengiriman polyester sebanyak 15 000 lembar Apel pagi Mengecek hasil pembungkusan dan penyerbukan Membuat penyerbukan check Menghitung rencana penyerbukan Apel pagi Penjelasan mengenai Persiapan Benih oleh asisten Persiapan Benih Melihat seluruh kegiatan Persiapan Benih Apel pagi Choping tandan benih Konsultasi dengan asisten Persiapan Benih mengenai pengamatan yang akan dilakukan Membantu kegiatan packing benih
65 Lampiran 1. Jurnal kegiatan magang (Lanjutan ) No 31
Tanggal 22/03/2012
32
24/03/2012
33
26/03/2012
34
27/03/2012
35
28/03/2012
Kegiatan Apel pagi Pencacahan tandan benih Pengamatan bobot tandan dan bobot stalk Membantu kegiatan packing Apel pagi Pencacahan tandan Pengamatan bobot tandan dan stalk Membuat packing list pengiriman benih Apel pagi Pencacahan tandan benih Pengamatan bobot tandan dan stalk Diskusi dengan manager Persiapan Benih mengenai produksi Supervisi dosen Apel pagi Penjelasan fungsi dan tugas mandor Persiapan Benih oleh asisten Kebun Benih Membantu mandor Kebun Benih membuat laporan harian dan rencana kerja Apel pagi Membantu mandor Kebun Benih mengawasi kegiatan bersih pokok seleksi dan panen tandan benih Membantu mandor Kebun Benih membuat laporan harian dan rencana kerja
Divisi/Posisi Persiapan Benih
Pembimbing Bapak Subardjo
Persiapan Benih
Bapak Subardjo
Persiapan Benih
Bapak Subardjo
Kebun Benih
Bapak Budi Bapak Aam Bapak Rumadi
Kebun Benih
Bapak Budi Bapak Aam Bapak Rumadi
65
66 Lampiran 1. Jurnal kegiatan magang (Lanjutan ) No 36
Tanggal 29/03/2012
37
30/03/2012
38
31/03/2012
39
02/04/2012
40
03/04/2012
41
04/04/2012
Kegiatan Apel pagi Membantu kegiatan administrasi di kantor Kebun Benih Menghitung rencana penyerbukan Studi pustaka terkait benih putih Apel dan senam pagi Membantu kegiatan di tepung sari preparation Melihat kegiatan dipenampungan limbah di Persiapan Benih Apel pagi Mempersiapkan tepung sari untuk penyerbukan Penyampaian tugas dan tanggung jawab asisten Kebun Benih Melakukan seleksi benih Melakukan penghitungan benih Melakukan packing benih Apel pagi Fruit removal Melakukan seleksi benih Melakukan penghitungan benih Melakukan packing benih Apel pagi Mempersiapkan tepung sari untuk penyerbukan Seleksi benih
Divisi/Posisi Kebun Benih Persiapan Benih
Pembimbing Bapak Budi Bapak Subardjo
Persiapan Benih
Bapak Subardjo
Kebun Benih
Bapak Budi
Persiapan Benih
Bapak Subardjo
Persiapan Benih
Bapak Subadjo
Persiapan Benih
Bapak Subardjo
66
67 Lampiran 1. Jurnal kegiatan magang (Lanjutan ) No 42
Tanggal 05/04/2012
43
07/04/2012
44
09/04/2012
45
10/04/2012
46
11/04/2012
47
12/04/2012
48
13/04/2012
49
14/04/2012
Divisi/Posisi Persiapan Benih
Pembimbing Bapak subardjo
Persiapan Benih
Bapak Subardjo Bapak Haryono
Persiapan Benih
Bapak Subardjo Bapak Haryono
Persiapan Benih
Bapak Subardjo Bapak Haryono
Seed Preparaiton
Bapak Subardjo Bapak Haryono
Persiapan Benih
Bapak Subardjo Bapak Haryono Bapak Subardjo Bapak Haryono
Persiapan Benih
Persiapan Benih
Bapak Subardjo Bapak Haryono
67
Kegiatan Apel pagi Seleksi benih Apel pagi Mempersiapkan tepung sari untuk penyerbukan Diskusi dengan mandor Persiapan Benih mengenai mesin pemipil tandan Apel pagi Seleksi benih Penghitungan benih depericarping Apel pagi Seleksi benih Penghitungan benih Packing benih Mebersihkan benih dan treatmen fungisida Apel pagi Mempersiapkan tepung sari untuk penyerbukan Seleksi benih Apel pagi Seleksi benih Apel dan senam pagi Pencacahan Seleksi benih Apel pagi Mempersiapkan tepung sari untuk penyerbukan Seleksi benih
68 Lampiran 1. Jurnal kegiatan magang (Lanjutan ) No 50
Tanggal 16/04/2012
51
17/04/2012
52
18/04/2012
53
19/04/2012
54
20/04/2012
55
21/04/2012
56
23/04/2012
Kegiatan Apel pagi Mempersiapkan tepung sari untuk penyerbukan Seleksi benih Penimbangan benih Penjelasan divisi Pemuliaan Upacara bulanan Membuat media pengujian viabilitas tepung sari Penerimaan tandan jantan Apel pagi Pembuatan packing list pengiriman benih ke SPU Seleksi benih Apel pagi Penjelasan mengenai pembibitan Pengayakan tepung sari Apel pagi Penjelasan mengenai Pemuliaan dan pembibitan Studi pustaka Apel pagi Seleksi benih Penimbangan bobot tandan Pembuatan packing list pengiriman benih ke SPU Apel pagi Diskusi dengan asisten genomic mengenai pemuiaan Studi pustaka
Divisi/Posisi Persiapan Benih Pemuliaan
Kebun Benih
Persiapan Benih
Kebun Benih Pemuliaan Pemuliaan
Kebun Benih
Pemuliaan
Pembimbing Bapak Subardjo Bapak Samuel Bapak Mario
Bapak Budi Bapak Andri Bapak Subardjo Bapak Haryono Bapak Andri Bapak Johan Bapak Samuel
Bapak Subardjo Bapak Haryono
Bapak Mario
68
69 Lampiran 1. Jurnal kegiatan magang (Lanjutan ) No 57
Tanggal 24/04/2012
58
25/04/2012
59
26/04/2012
60
27/04/2012
61
28/04/2012
62
30/04/2012
Kegiatan Apel pagi Seleksi benih Diskusi dengan manager Persiapan Benih mengenai penentuan waktu panen Apel pagi Mempersiapkan tepung sari untuk penyerbukan Persiapan kedatangan CEO Sampoerna Apel pagi Seleksi benih Packing benih Pembersihan benih Apel dan senam pagi Mempersiapkan tepung sari untuk penyerbukan Seleksi benih Packing benih Apel pagi Mempersiapkan tepung sari untuk penyerbukan Membuat packing list pengiriman benih ke SPU Seleksi benih Packing benih Apel pagi Pembershian benih Seleksi benih Packing benih
Divisi/Posisi Persiapan Benih
Kebun Benih
Pembimbing Bapak Subardjo
Bapak Budi
Persiapan Benih
Bapak Subardjo Bapak Haryono
Persiapan Benih Kebun Benih
Bapak Subardjo Bapak Budi Bapak Andri Bapak Haryono Bapak Budi Bapak Subardjo
Persiapan Benih Kebun Benih
Persiapan Benih
Bapak Subardjo Bapak Haryono
69
70 Lampiran 1. Jurnal kegiatan magang (Lanjutan ) No 63
Tanggal 01/05/2012
64
04/05/2012
65
05/05/2012
67
07/05/2012
68
08/05/2012
69
09/05/2012
70
10/05/2012
Divisi/Posisi Persiapan Benih
Pembimbing Bapak Subardjo Bapak Haryono
Kebun Benih
Apel pagi Mempersiapkan tepung sari untuk penyerbukan Membuat packing list pengiriman benih ke SPU Seleksi benih Apel pagi Diskusi dengan asisten Pemuliaan mengenai pemuliaan yang dilakukan oleh divisi Pemuliaan Diskusi dengan asisten Genomic Apel pagi Perjalanan menuju SPU palembang Apel pagi Penganginan benih Pengeringan benih I Apel sore Apel pagi Penganginan benih Pengangkatan benih setelah pengeringan I Apel sore
Kebun Benih Persiapan Benih
Bapak Budi Bapak Andri Ibu Sutini Ibu Sri Bapak Budi Bapak Subardjo Bapak Haryono
Pemuliaan
Bapak Mario Bapak Samuel
Unit Prosessing Benih
Ibu Murni Bapak Bayu
Unit Prosessing Benih
Ibu Murni Bapak Bayu 70
Kegiatan Apel pagi Pencacahan tandan benih Seleksi benih Packing benih Apel pagi Mempersiapkan tepung sari untuk penyerbukan Menghitung rencana penyerbukan
71 Lampiran 1. Jurnal kegiatan magang (Lanjutan ) No 71
Tanggal 11/05/2012
72
12/05/2012
73
14/05/2012
74
15/05/2012
75
16/05/2012
Divisi/Posisi Unit Prosessing Benih
Pembimbing Ibu Murni Bapak Bayu
Unit Prosessing Benih
Ibu Murni Bapak Romli Bapak Rudi
Unit Prosessing Benih
Ibu Murni Bapak Romli
Unit Prosessing Benih
Ibu Murni Bapak Romli Bapak Rudi
Unit Prosessing Benih
Ibu Murni Bapak Bayu Bapak Rudi 71
Kegiatan Apel pagi Pengeringan benih II Penganginan benih Perendaman benih I Apel sore Apel pagi Penjelasan dari mandor seleksi mengenai seleksi kecambah Pemusnahan benih afkir Penggilingan busa untuk packing kecambah Apel sore Apel pagi Seleksi kecambah review 1 Penyemprotan benih Apel sore Apel pagi Seleksi kecambah review 9 Diskusi dengan manager seed production mengenai benih putih Penjelasan dari mandor packing Apel sore Apel pagi Penganginan benih Packing benih Apel sore
72 Lampiran 1. Jurnal kegiatan magang (Lanjutan ) No 76
Tanggal 18/05/2012
78
19/05/2012
79
21-24/05/2012
Kegiatan Apel pagi Penganginan benih Penghitungan ulang pemisahan benih Packing benih Apel sore Apel pagi Pengujian embrio Seleksi benih review 5 Marking benih Apel sore Apel pagi Pembuatan laporan Apel sore
Divisi/Posisi Unit Prosessing Benih
Pembimbing Ibu Murni Bapak Bayu Bapak Rudi
Unit Prosessing Benih
Ibu Murni Bapak Romli Bapak wili
Unit Prosessing Benih
Ibu Murni Ibu Fauzia
72
73
Lampiran 2. Struktur organisasi PT. Bina Sawit Makmur
Research and Development Director
Head Advance & Join Research
Head Diversified Crop Research
Genomic Research
Sago Field Research
Microbe Research
Cash Crop Field Research
Head Oil Palm Research
Breeding Research Seed Produciton
Head Sustainability
Environmental Risk & Conservation QESHS
Agronomy Research Field Quality Assurance Integreted Laboratory 73
74 Lampiran 3. Deskripsi varietas Karateristik
SJ 1
SJ 2
SJ 3
SJ 4
SJ 5
SJ 6
14
13.4
14.4
12.0
13.7
13.0
27.9
25.5
26
23.6
26.1
25.6
26.3
27.2
26.3
27.2
26.3
27.7
391.6
445.7
413.3
478
397.6
435.3
56
64
59
68
57
62
575.4
550.6
608.6
558.8
528.2
583.2
135
135
Rerata jumlah tandan Rerata produksi TBS TM 3-8 (Ton/Ha) Rendemen (%) Tinggi tanaman umur 10 tahun (cm) Kecepatan meninggi (cm/tahun) Panjang pelepah (cm) Kerapatan tanaman (pokok/ha)
135
135 – 143
135 – 143
Lampiran 4. Rencana penyerbukan Tanggal
Nomor referensi
27 Februari 2012 27 Februari 2012 27 Februari 2012 27 Februari 2012 27 Februari 2012 27 Februari 2012 27 Februari 2012 27 Februari 2012 27 Februari 2012 27 Februari 2012 27 Februari 2012 28 Februari 2012 28 Februari 2012 28 Februari 2012 28 Februari 2012 28 Februari 2012 28 Februari 2012 28 Februari 2012 28 Februari 2012 29 Februari 2012 29 Februari 2012
C01.0755.12 C01.1245.12 C01.1247.12 C01.1897.12 C01.1917.12 C01.2021.12 C02.0186.12 C02.0274.12 C02.0423.12 C02.0483.12 C02.0696.12 C01.1299.12 C02.0076.12 C02.0320.12 C02.0425.12 C02.0814.12 C02.1009.12 C02.1260.12 C02.1261.12 C02.0095.12 C02.0096.12
Nomor Pohon Induk Betina 954/11 954/5 910/113 909/4 971/7 909/14 910/11 910/146 909/16 920/129 953/26 913/16 903/130 971/121 954/15 991/134 913/14 916/10 939/151 971/122 903/155
135
75 Lampiran 4. Rencana penyerbukan (Lanjutan) Tanggal
Nomor referensi
29 Februari 2012 29 Februari 2012 29 Februari 2012 29 Februari 2012 29 Februari 2012 29 Februari 2012 29 Februari 2012 29 Februari 2012 29 Februari 2012 29 Februari 2012 01 Maret 2012 01 Maret 2012 01 Maret 2012 01 Maret 2012 01 Maret 2012 01 Maret 2012 01 Maret 2012 01 Maret 2012 01 Maret 2012 01 Maret 2012 01 Maret 2012 01 Maret 2012 01 Maret 2012 01 Maret 2012 01 Maret 2012
C02.0800.12 C02.0805.12 C02.0807.12 C02.0910.12 C02.1136.12 C02.1205.12 C02.1340.12 C02.1567.12 C02.1762.12 C02.1768.12 C01.0384.12 C01.1796.12 C02.0088.12 C02.0317.12 C02.0502.12 C02.0718.12 C02.0824.12 C02.0911.12 C02.1007.12 C02.1032.12 C02.1048.12 C02.1199.12 C02.1769.12 C02.1878.12 C02.1883.12
Nomor Pohon Induk Betina 939/160 971/113 939/158 913/14 913/18 915/18 901/26 916/8 939/162 921/146 921/139 970/153 903/124 905/150 905/131 919/10 916/3 913/2 971/3 970/134 921/137 920/126 921/126 921/130 921/130
76 Lampiran 5. Hasil penerimaan tandan di Divisi Persiapan Benih No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43
Nomor Referensi C11.0383.11 C10.0306.11 C07.1285.11 C10.0398.11 C10.0332.11 C11.0389.11 C09.0966.11 C11.0449.11 C10.0307.11 C10.0355.11 C11.0388.11 C09.0272.11 C09.0517.11 C09.0350.11 C09.0452.11 C10.0626.11 C10.0625.11 C10.1230.11 C09.0445.11 C07.1522.11 C10.0309.11 C10.0806.11 C09.0968.11 C09.0053.11 C09.0774.11 C09.1002.11 C10.0495.11 C10.0807.11 C09.0967.11 C09.0127.11 C10.1272.11 C10.0801.11 C09.1075.11 C09.0936.11 C10.0350.11 C08.1763.11 C09.0960.11 C09.0976.11 C10.0349.11 C09.0131.11 C09.0999.11 C10.0346.11 C09.0136.11
Tanggal panen 21 Maret 2012 21 Maret 2012 21 Maret 2012 21 Maret 2012 21 Maret 2012 21 Maret 2012 21 Maret 2012 21 Maret 2012 21 Maret 2012 21 Maret 2012 21 Maret 2012 21 Maret 2012 21 Maret 2012 21 Maret 2012 21 Maret 2012 21 Maret 2012 21 Maret 2012 21 Maret 2012 21 Maret 2012 21 Maret 2012 21 Maret 2012 21 Maret 2012 21 Maret 2012 21 Maret 2012 21 Maret 2012 21 Maret 2012 21 Maret 2012 21 Maret 2012 21 Maret 2012 21 Maret 2012 21 Maret 2012 21 Maret 2012 21 Maret 2012 21 Maret 2012 21 Maret 2012 21 Maret 2012 21 Maret 2012 21 Maret 2012 21 Maret 2012 21 Maret 2012 21 Maret 2012 21 Maret 2012 21 Maret 2012
Bobot tandan 36.2 26.2 19.6 12.5 7.4 30.4 22.9 16.6 16.1 6.9 25.6 18.5 16.6 14.0 5.2 20.8 14.5 18.8 9.9 20.1 17.7 13.3 14.0 11.6 6.4 24.5 14.2 11.9 7.3 8.9 15.0 13.0 16.3 11.1 9.8 17.1 17.4 7.2 8.4 9.2 16.0 12.4 11.5
77 Lampiran 5. Hasil penerimaan tandan di Divisi Persiapan Benih (Lanjutan) No. 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87
Nomor referensi C10.1226.11 C08.1366.11 C10.0244.11 C10.0033.11 C10.0201.11 C10.0113.11 C10.0054.11 C10.0236.11 C10.0620.11 C10.0021.11 C09.0639.11 C10.0062.11 C09.0762.11 C10.0882.11 C09.0008.11 C10.0038.11 C09.0864.11 C10.0029.11 C10.0116.11 C10.1092.11 C08.1570.11 C09.0866.11 C09.0139.11 C10.0431.11 C10.0962.11 C10.0128.11 C08.1458.11 C10.0237.11 C10.0421.11 C10.0238.11 C10.0111.11 C10.0242.11 C10.0927.11 C09.0662.11 C10.0614.11 C10.1008.11 C10.0241.11 C10.0030.11 C10.0040.11 C10.0115.11 C09.1007.11 C09.0862.11 C10.0665.11 C10.0720.11
Tanggal panen 21 Maret 2012 21 Maret 2012 22 Maret 2012 22 Maret 2012 22 Maret 2012 22 Maret 2012 22 Maret 2012 22 Maret 2012 22 Maret 2012 22 Maret 2012 22 Maret 2012 22 Maret 2012 22 Maret 2012 22 Maret 2012 22 Maret 2012 22 Maret 2012 22 Maret 2012 22 Maret 2012 22 Maret 2012 22 Maret 2012 22 Maret 2012 22 Maret 2012 22 Maret 2012 22 Maret 2012 22 Maret 2012 22 Maret 2012 22 Maret 2012 22 Maret 2012 22 Maret 2012 22 Maret 2012 22 Maret 2012 22 Maret 2012 22 Maret 2012 22 Maret 2012 22 Maret 2012 22 Maret 2012 22 Maret 2012 22 Maret 2012 22 Maret 2012 22 Maret 2012 22 Maret 2012 22 Maret 2012 22 Maret 2012 24 Maret 2012
Bobot tandan 9.9 6.30 16.9 16.6 19.7 9.6 25.6 14.9 17.2 13.5 7.2 19.2 16.1 13.5 9.2 9.1 19.8 12.0 14.2 12.2 10.0 24.9 16.4 15.1 13.3 5.0 21.2 19.2 13.2 11.1 5.1 13.4 15.4 10.2 11.2 8.1 17.2 14.7 12.2 11.0 6.7 4.0 24.3 30.6
78 Lampiran 5. Hasil penerimaan tandan di Divisi Persiapan Benih (Lanjutan) No. 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127
Nomor referensi C11.0325.11 C09.0444.11 C08.1585.11 C10.1238.11 C10.0412.11 C10.0299.11 C10.0652.11 C11.0110.11 C10.0656.11 C09.1045.11 C10.0853.11 C10.0697.11 C10.0256.11 C09.1092.11 C10.0210.11 C10.0838.11 C09.0885.11 C09.1097.11 C10.0793.11 C10.0850.11 C10.0832.11 C11.0237.11 C09.1084.11 C09.0312.11 C10.0597.11 C10.0654.11 C10.0305.11 C10.0719.11 C10.0842.11 C09.0846.11 C11.0180.11 C09.0783.11 C09.0843.11 C09.1043.11 C10.0844.11 C10.0659.11 C10.0257.11 C09.1110.11 C10.0655.11 C10.0657.11
Tanggal panen 24 Maret 2012 24 Maret 2012 24 Maret 2012 24 Maret 2012 24 Maret 2012 24 Maret 2012 24 Maret 2012 24 Maret 2012 24 Maret 2012 24 Maret 2012 24 Maret 2012 24 Maret 2012 24 Maret 2012 24 Maret 2012 24 Maret 2012 24 Maret 2012 24 Maret 2012 24 Maret 2012 24 Maret 2012 24 Maret 2012 24 Maret 2012 24 Maret 2012 24 Maret 2012 24 Maret 2012 24 Maret 2012 24 Maret 2012 24 Maret 2012 24 Maret 2012 24 Maret 2012 24 Maret 2012 24 Maret 2012 24 Maret 2012 24 Maret 2012 24 Maret 2012 24 Maret 2012 24 Maret 2012 24 Maret 2012 24 Maret 2012 24 Maret 2012 24 Maret 2012
Bobot tandan 24.4 14.9 6.9 28.5 23.1 19.8 15.9 15.3 28.4 20.1 18.7 17.4 17.2 26.1 19.4 14.3 12.2 25.9 19.9 18.3 24.3 14.2 20.8 21.1 17.2 14.4 17.4 18.7 19.5 21.1 11.5 10.6 19.4 24.2 17.9 11.6 10.7 29.0 29.2 28.7
79
Lampiran 6. Contoh packing list pengiriman benih ke SPU
80 Lampiran 7. Contoh laporan harian mandor pembungkusan.
Lampiran 8. Contoh laporan harian mandor penyerbukan.
Lampiran 9. Contoh laporan harian mandor panen.
81 Lampiran 10. Data pohon induk yang menghasilkan benih putih dan benih normal Benih Putih No
Induk
Jantan
Tgl. Penyerbukan
Tgl. Panen
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46
901/62 910/4 910/178 910/139 910/127 916/55 921/17 921/11 921/134 921/145 929/71 950/22 950/119 950/18 950/59 950/27 950/118 950/29 950/95 950/84 950/23 972/50 976/16 976/16 979/70 979/123 979/100 981/122 981/36 982/61 988/40 988/8 988/2 989/6 989/13 989/29 990/52 990/52 991/39 992/10 993/11 994/20 994/18 994/23 994/51 994/40
352/4 320/59 320/59 320/59 320/59 320/59 352/4 328/5 305/43 320/59 301/32 320/103 320/59 320/59 324/1 356/98 320/59 356/98 301/32 301/32 305/43 356/98 320/71 301/32 352/4 320/59 301/32 321/45 321/45 301/32 328/5 328/5 320/59 320/97 301/32 301/32 320/71 307/77 320/68 320/59 320/59 320/68 320/97 320/71 320/59 320/59
28/12/2010 13/05/2011 27/05/2011 26/05/2011 11/06/2011 25/09/2010 12/03/2011 12/06/2011 02/06/2011 19/06/2011 12/06/2011 27/12/2010 19/05/2011 26/06/2011 17/03/2011 26/05/2011 22/05/2011 26/05/2011 23/06/2011 23/06/2011 10/06/2011 17/05/2011 26/04/2011 05/05/2011 22/12/2010 22/05/2011 11/06/2011 24/02/2011 13/06/2011 17/05/2011 29/05/2011 02/06/2011 26/06/2011 20/03/2011 17/03/2011 14/06/2011 24/04/2011 30/04/2011 29/01/2011 28/06/2011 25/05/2011 01/03/2011 11/03/2011 17/04/2011 02/06/2011 26/06/2011
09/06/2011 23/09/2011 03/10/2011 17/10/2011 21/10/2011 21/02/2011 06/07/2011 17/10/2011 03/10/2011 08/10/2011 01/11/2011 25/04/2011 22/09/2011 20/10/2011 13/07/2011 17/09/2011 22/09/2011 26/09/2011 13/10/2011 13/10/2011 03/11/2011 24/10/2011 09/09/2011 27/09/2011 07/05/2011 20/09/2011 14/10/2011 12/06/2011 11/10/2011 26/10/2011 19/09/2011 11/10/2011 11/10/2011 26/07/2011 18/07/2011 04/11/2011 19/09/2011 19/09/2011 16/07/2011 04/11/2011 19/09/2011 17/07/2011 18/07/2011 25/08/2011 13/10/2011 25/10/2011
Sumber : Panen tahun 2011
Benih Normal Umur Tandan (Hari) 163 133 129 144 132 149 116 127 123 111 142 119 126 116 118 114 123 123 112 112 146 160 136 145 136 121 125 108 120 162 113 131 107 128 123 143 148 142 168 129 117 138 129 130 133 121
Tgl. Penyerbukan
Tgl. Panen
22/04/2011 21/08/2010 10/05/2011 16/08/2010 06/05/2011 07/10/2010 17/04/2011 08/04/2011 26/06/2011 25/05/2011 12/06/2011 16/12/2010 20/07/2011 20/01/2011 15/02/2011 24/07/2011 03/05/2011 29/06/2011 26/06/2011 15/07/2011 26/06/2011 08/05/2011 30/03/2011 22/03/2011 06/12/2010 09/05/2011 28/05/2011 31/01/2011 01/05/2011 19/02/2011 22/05/2011 15/05/2011 13/07/2011 08/03/2011 12/07/2011 03/03/2011 07/04/2011 15/05/2011 18/01/2011 23/06/2011 22/05/2011 20/02/2011 05/03/2011 06/04/2011 22/05/2011 12/06/2011
23/09/2011 11/01/2011 24/09/2011 11/01/2011 03/10/2011 21/02/2011 23/09/2011 14/09/2011 08/11/2011 24/09/2011 01/11/2011 12/05/2011 26/11/2011 17/06/2011 28/06/2011 29/11/2011 12/09/2011 03/11/2011 25/10/2011 25/11/2011 03/11/2011 27/09/2011 05/08/2011 27/07/2011 26/04/2011 20/09/2011 14/10/2011 28/05/2011 05/09/2011 26/08/2011 07/10/2011 19/09/2011 18/11/2011 26/07/2011 30/11/2011 18/07/2011 19/08/2011 05/10/2011 01/07/2011 04/11/2011 19/09/2011 17/07/2011 17/07/2011 19/08/2011 13/10/2011 25/10/2011
Umur Tandan (Hari) 154 143 137 148 150 137 159 159 135 122 142 147 129 148 133 128 132 127 121 133 130 142 128 127 141 134 139 117 127 188 138 127 128 140 141 137 134 143 164 134 120 147 134 135 144 135
3 82 Lampiran 11. Hasil uji-t pada taraf 5% dengan peubah umur panen tandan terhadap persentase benih putih. Umur panen Persentase benih t-value tandan (hari) putih (%) < 130 22.01 2.55* 130 - 134 7.48 < 130 22.01 2.62* 135 - 139 7.12 < 130 22.01 2.64* 140 - 144 7.18 < 130 22.01 2.94* 145 - 149 5.54 < 130 22.01 2.79* 150 - 154 5.51 < 130 22.01 3.35* 155 - 159 3.48 < 130 22.01 3.40* 160 - 164 3.24 < 130 22.01 3.83* > 165 1.19 130 - 134 7.48 0.15tn 135 - 139 7.12 130 - 134 7.48 0.13tn 140 - 144 7.18 130 - 134 7.48 0.87tn 145 - 149 5.54 130 - 134 7.48 0.93tn 150 - 154 5.51 130 - 134 7.48 1.94tn 155 - 159 3.48 130 - 134 7.48 2.11* 160 - 164 3.24 Keterangan : * = berbedanyata , tn = tidak berbedanyata
Pr > |t| 0.0140 0.0117 0.0114 0.0052 0.0048 0.0017 0.0015 0.0004 0.8805 0.8959 0.3888 0.3554 0.0570 0.0392
833 Lampiran 11. Hasil uji-t pada taraf 5% dengan peubah umur panen tandan terhadap persentase benih putih (Lanjutan) Umur panen Persentase benih t-value tandan (hari) putih (%) 130 - 134 7.48 1.19* >165 1.19 135 - 139 7.12 -0.03tn 140 - 144 7.18 135 - 139 7.12 0.71tn 145 - 149 5.54 135 - 139 7.12 0.77tn 150 - 154 5.51 135 - 139 7.12 1.78tn 155 - 159 3.48 135 - 139 7.12 1.95tn 160 - 164 3.24 135- 139 7.12 3.41* >165 1.19 140 - 144 7.18 0.80tn 145 - 149 5.54 140 - 144 7.18 0.87tn 150 - 154 5.51 140 - 144 7.18 1.99* 155 - 159 3.48 140 - 144 7.18 2.19* 160 - 164 3.24 140 - 144 7.18 3.94* >165 1.19 145 - 149 5.54 0.02tn 150 - 154 5.51 145 - 149 5.54 1.14tn 155 - 159 3.48 Keterangan : * = berbedanyata , tn = tidak berbedanyata
Pr > |t| 0.0009 0.9762 0.4792 0.4455 0.0790 0.0554 0.0014 0.4249 0.3850 0.0496 0.0316 0.0003 0.9857 0.2564
3 84 Lampiran 11. Hasil uji-t pada taraf 5% dengan peubah umur panen tandan terhadap persentase benih putih (Lanjutan) Umur panen Persentase benih t-value tandan (hari) putih (%) 145 - 149 5.54 1.32tn 160 - 164 3.24 145 - 149 5.54 2.98* >165 1.19 150 - 154 5.51 1.22tn 155 - 159 3.48 150 - 154 5.51 1.42tn 160 - 164 3.24 150 - 154 5.51 3.40* >165 1.19 155 - 159 3.48 0.15tn 160 - 164 3.24 155 - 159 3.48 1.93tn >165 1.19 160 - 164 3.24 1.89tn >165 1.19 Keterangan : * = berbedanyata , tn = tidak berbedanyata
Pr > |t| 0.1914 0.0046 0.2247 0.158 0.0014 0.8787 0.0579 0.0652
Lampiran 12. Curah hujan di Kebun Surya Adi Tahun 2009 2010 2011
Jan Feb Mar 329 403 345 325 288 474 107 96 477
Apr 275 379 385
Curah hujan (mm) Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des 188 146 35 85 88 182 385 215 99 283 127 339 138 206 184 198 167 54 50 0 23 232 192 266
3