PRODUKSI DAN PEMASARAN BENIH KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PUSAT PENELITIAN KELAPA SAWIT MARIHAT, SUMATERA UTARA
PUTRI UTAMI SARASWATI A24052484
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
RINGKASAN PUTRI UTAMI SARASWATI. Produksi dan Pemasaran Benih Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Pusat Penelitian Kelapa Sawit Marihat, Sumatera Utara. (Dibimbing oleh MEMEN SURAHMAN). Kegiatan magang ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan bulan Juni 2009 yang bertempat di Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Unit Usaha Marihat, Sumatera Utara. Tujuan umum kegiatan magang ini adalah meningkatkan kemampuan profesionalisme mahasiswa melalui kegiatan teknis yang diikuti di lapangan dan melatih mahasiswa bertanggung jawab serta menghayati proses kerja secara nyata. Tujuan khusus kegiatan magang ini adalah menganalisis faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal yang dihadapi Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), merumuskan alternatif strategi yang dapat diterapkan oleh PPKS, dan mempelajari pengaruh panjang kecambah terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit di pre nursery. Metode yang dilaksanakan dalam kegiatan magang ini adalah metode langsung dan metode tidak langsung. Metode langsung meliputi : 1) bekerja secara aktif dalam kegiatan produksi benih di Satuan Usaha Strategis Bahan Tanaman (SUSBHT) PPKS, 2) wawancara dan diskusi dengan berbagai pihak untuk lebih memahami faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal yang dihadapi Pusat Penelitian Kelapa Sawit, dan 3) melakukan penelitian pengaruh panjang kecambah terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit di pre nursery. Metode tidak langsung meliputi : 1) pengumpulan data sekunder yang diperoleh dari laporan-laporan, arsip kantor dan pustaka yang terkait dengan kegiatan magang ini, 2) studi literatur untuk mencari informasi data-data yang dapat digunakan sebagai referensi dalam penyusunan skripsi. Hasil pelaksanaan magang menambah pengetahuan penulis tentang teknis produksi dan pemasaran benih kelapa sawit dan dalam prakteknya Pusat Penelitian Kelapa Sawit memiliki pengelolaan bahan tanaman yang baik, dimulai dari pengelolaan pohon induk, produksi benih hingga pemasaran terbukti dengan adanya sertifikat ISO 9001:2008. PPKS sebagai salah satu produsen benih sudah mampu memproduksi kecambah kelapa sawit secara optimal. Hal ini dapat dilihat
dari produksi benih kelapa sawit yang dihasilkan oleh PPKS pada tahun 2008 mencapai 51 juta kecambah dari target sebesar 40 juta kecambah. Hasil analisis matrik IFE PPKS yang menjadi kekuatan utama yaitu produk yang berkualitas dan teruji dan layanan purna jual dengan nilai sebesar 0.087 dengan rating skala 4. Sedangkan faktor kelemahan utama yaitu promosi belum maksimal dengan nilai 0.078 dengan rating skala 1.33. Hasil analisis matrik EFE PPKS yang menjadi peluang utama yaitu pertumbuhan permintaan benih nasional meningkat dengan nilai sebesar 0.156 dengan rating skala 3.67. Sedangkan faktor ancaman utama yaitu rawannya pemalsuan produk dengan nilai sebesar 0.159 dengan rating skala 3. Hasil Matrik IE menunjukkan bahwa posisi perusahaan berada pada sel 1 yaitu pertumbuhan (Growth) dan strategi yang dikembangkan adalah strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk. Hasil
analisis
matrik
SWOT
menghasilkan
12
strategi
yaitu
1) meningkatkan kapasitas produksi, 2) mengoptimalkan kemampuan SDM untuk mengembangkan teknologi baru dalam bentuk penelitian, 3) penambahan pohon induk aktif, 4) melayani permintaan konsumen sesuai dengan spesifikasi dan tepat waktu, 5) meningkatkan R & D untuk inovasi baru, 6) pengembangan produk asal kultur jaringan dan varietas yang tahan serangan Ganoderma sp. serta adaptif terhadap lingkungan, 7) mengusahakan pengembangan dan pelatihan SDM, 8) menjadi pemasar yang mendidik (memberikan informasi dan meyakinkan konsumen), 9) spesialisasi pekerjaan (peneliti tidak mengurusi bisnis), 10) membentuk kemitraan, 11) pengembangan program waralaba, dan 12) sosialisasi dampak pengunaan benih palsu ke petani. Kecambah asal Medan dengan perlakuan panjang kecambah berpengaruh nyata terhadap peubah tinggi bibit, diameter batang (9 MST), dan jumlah daun (6 dan 10 MST) dan tidak berpengaruh nyata terhadap daya tumbuh. Kecambah asal Marihat berpengaruh nyata terhadap peubah tinggi bibit (2 MST, 3 MST, 4 MST, 5 MST, dan 6 MST) dan jumlah daun (4 MST, 6 MST, 7 MST, dan 11 MST) dan tidak berpengaruh nyata terhadap diameter batang dan daya tumbuh. Perlakuan P3 (panjang kecambah 1-2 cm) memiliki laju pertumbuhan yang lebih tinggi dibanding dengan perlakuan P0 (kecambah muntup) saat di pre nursery.
PRODUKSI DAN PEMASARAN BENIH KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PUSAT PENELITIAN KELAPA SAWIT MARIHAT, SUMATERA UTARA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
PUTRI UTAMI SARASWATI A24052484
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
Judul
: PRODUKSI DAN PEMASARAN BENIH KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PUSAT PENELITIAN KELAPA SAWIT MARIHAT, SUMATERA UTARA
Nama
: PUTRI UTAMI SARASWATI
NIM
: A24052484
Menyetujui, Dosen Pembimbing
(Dr. Ir. Memen Surahman, MSc) NIP : 19630628 199002 1 002
Mengetahui, Ketua Departemen,
(Dr. Ir. Agus Purwito, MSc. Agr) NIP : 19611101 198703 1 003 Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Depok, Provinsi Jawa Barat pada tanggal 19 September 1987. Penulis merupakan anak pertama dari pasangan Muhammad Nursalim dan Dwi Tarwiyati. Tahun 1999, penulis lulus dari SD Negeri Kalibaru III Depok, kemudian pada tahun 2002 penulis menyelesaikan studi di SLTP PGRI 1 Cibinong. Selanjutnya penulis lulus dari SMA Negeri 1 Cibinong pada tahun 2005. Pada tahun 2005 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur SPMB. Selanjutnya tahun 2006 penulis diterima sebagai Mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB. Tahun 2007-2008 penulis aktif mengikuti Himpunan Mahasiswa Agronomi (HIMAGRON) sebagai anggota Departemen PSDM. Selain itu penulis ikut berpartisipasi menjadi panitia pada beberapa kegiatan kampus seperti Masa Perkenalan Fakultas, Masa Perkenalan Departemen, Festival Tanaman XXVIII, dan Festival Tanaman XXIX.
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberi kekuatan dan kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi magang yang berjudul Produksi dan Pemasaran Benih Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Marihat, Sumatera Utara ini merupakan prasyarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pertanian di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Selama melakukan magang dan menyusun skripisi ini, penulis telah banyak memperoleh dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih kepada : 1. Dr. Ir. Memen Surahman, MSc. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan pengarahan, bantuan, dan dukungan hingga akhir penyusunan skripsi ini. 2. Dr. Ir. Trikoesoemaningtyas, MSc. selaku pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama penulis melaksanakan studi di IPB. 3. Dr. Ir. Suwarto, MSi. dan Ani Kurniawati, SP., MSi. selaku dosen penguji, atas saran dan kritik untuk perbaikan skripsi ini. 4. Dr. Ir. A. Razak Purba, selaku Kepala Satuan Usaha Strategis Bahan Tanaman (SUSBHT) PPKS, telah memberikan kesempatan magang di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS). 5. Ir. Edy Suprianto, MSc. selaku Manager Breeeding Research and Development (BRD), atas bimbingan kepada penulis selama melaksanakan magang di PPKS Marihat. 6. Yabani, SP. dan Nanang Supena, SP., yang telah membimbing dan menyediakan pustaka kepada penulis. 7. Kedua orang tua tercinta atas kasih sayang, doa, dukungan baik moril maupun materil, nasihat, kesabaran, dan semangat yang diberikan kepada penulis. 8. Kedua adikku, Iqbal dan Hilal, Keluarga besar H.M. Djamal dan Djoni Suwarno, atas dukungan, nasihat dan doa yang diberikan kepada penulis.
9. Ety, Puji dan Sena yang telah menjadi sahabat terbaik penulis selama ini, atas semangat dan kebersamaan selama tujuh tahun ini, semoga tetap terjaga. 10. Ima, Muti, Diah, dan Sri Dewi yang telah menjadi sahabat penulis selama di IPB. Yuyun, Inten, dan seluruh teman-teman Agronomi dan Hortikultura 42 atas kebersamaan, bantuan dan semangatnya selama ini. 11. Rani Kurnila teman seperjuangan magang. 12. Pak Ruslan dan Ibu selaku penjaga Mess II PPKS, serta Lola dan Mitra, atas kebersamaan dan kasih sayang selama penulis melaksanakan magang. 13. Pihak-pihak yang telah membantu dalam kelancaran magang dan penulisan skripsi ini.
Bogor, Januari 2010
Penulis
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ........................................................................................
viii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................
ix
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................
x
PENDAHULUAN ....................................................................................... Latar Belakang ........................................................................................ Tujuan......................................................................................................
1 1 3
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. Botani Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) ....................................... Syarat Tumbuh Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) ......................... Jenis Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) .......................... Perkecambahan Benih Kelapa Sawit ....................................................... Produksi Benih ........................................................................................ Pemasaran ................................................................................................
4 4 6 7 8 9 10
METODE MAGANG .................................................................................. Waktu dan Tempat ................................................................................. Metode Pelaksanaan ................................................................................ Analisis Data ...........................................................................................
12 12 12 14
KEADAAN UMUM .................................................................................... Sejarah Berdirinya Pusat Penelitian Kelapa Sawit .................................. Sejarah Berdirinya Pusat Penelitian Kelapa Sawit Marihat ................... Lokasi Unit Usaha Marihat ..................................................................... Letak Geografis ...................................................................................... Kebun Produksi Benih ............................................................................ Struktur Organisasi .................................................................................. Sumber Daya Manusia ........................................................................... Sarana Penelitian .....................................................................................
20 20 21 22 22 22 24 25 25
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG ............................................... Produksi dan Pemasaran Benih Kelapa Sawit ......................................... Pemuliaan Kelapa Sawit .................................................................... Pengelolaan Pohon Induk dan Pohon Bapak ...................................... Persiapan Benih ................................................................................. Pematahan Dormansi .......................................................................... Perkecambahan Benih ......................................................................... Pengemasan Kecambah ..................................................................... Pemasaran dan Penyaluran Benih di PPKS ........................................ Pengaruh Panjang Kecambah Terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit di Pre Nursery ................................................................... Kondisi Umum .................................................................................... Rekapitulasi Sidik Ragam ...................................................................
27 27 27 29 36 39 41 42 42 46 46 46
PEMBAHASAN .......................................................................................... Produksi dan Pemasaran Benih Kelapa Sawit ......................................... Prospek Industri Benih Kelapa Sawit di Indonesia ................................ Analisis Internal dan Eksternal Produksi dan Pemasaran Benih Kelapa Sawit ................................................................................. Analisis Matrik IFE............................................................................. Analisis Matrik EFE ........................................................................... Analisis Matrik IE ............................................................................... Analisis Matrik SWOT ...................................................................... Pengaruh Panjang Kecambah Terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit di Pre Nursery ...................................................................
53 53 55
KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... Kesimpulan.............................................................................................. Saran ........................................................................................................
70 70 71
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................
72
LAMPIRAN ................................................................................................
74
57 57 61 64 65 68
DAFTAR TABEL Nomor 1.
Halaman
Produsen dan Kapasitas Produksi Benih Kelapa Sawit Di Indonesia ........................................................................................
2
2.
Perbedaan Tebal Cangkang Beberapa Varietas Kelapa Sawit ...........
8
3.
Lokasi dan Jumlah Pohon Induk dan Pohon Bapak Bulan Maret 2009...............................................................................
23
Kebun Produksi Benih Pusat Penelitian Kelapa Sawit Unit Usaha Marihat .............................................................................
24
5.
Perhitungan Daya Berkecambah Polen ...............................................
34
6.
Persentase Kelas Fruit Set ..................................................................
36
7.
Harga Beberapa Varietas Kecambah Kelapa Sawit di PPKS ............
45
8.
Rekapitulasi Sidik Ragam pada Setiap Peubah Pengamatan .............
47
9.
Rata-Rata Persentase Daya Tumbuh Bibit .........................................
49
10.
Rata-Rata Tinggi Bibit ........................................................................
50
11.
Rata-Rata Diameter Batang ................................................................
51
12.
Rata-Rata Jumlah Daun ......................................................................
52
13.
Produksi Kecambah Kelapa Sawit Di PPKS Tahun 2008 .................
53
14.
Luas Areal Kelapa Sawit Tahun 1980-2009 .......................................
55
15.
Ketersediaan Lahan untuk Perluasan Kelapa Sawit ...........................
56
16.
Matrik IFE PPKS ...............................................................................
60
17.
Matrik EFE PPKS ..............................................................................
63
18.
Matrik SWOT ....................................................................................
67
4.
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1.
Kelapa Sawit Jenis Dura, Pisifera, dan Tenera ..................................
8
2.
Sistem Pemasaran Sederhana .............................................................
11
3.
Kriteria Kecambah .............................................................................
13
4.
Matrik Internal-Eksternal ...................................................................
17
5.
Struktur Organisasi Pusat Penelitian Kelapa Sawit ...........................
26
6.
Skema Metode Pemuliaan RRS ..........................................................
27
7.
Seludang Bunga Betina Membuka 25 % ............................................
30
8.
Kegiatan Pembungkusan Bunga Betina .............................................
31
9.
Tepung Sari Hasil Pengayakan ...........................................................
33
10.
Tepung Sari dilihat dari Mikroskop ...................................................
34
11.
Proses Fermentasi Tandan Kelapa Sawit ...........................................
37
12.
Depericarper Horizontal dan Depericarper Vertikal ...........................
37
13.
Benih Kecil, Benih Putih, dan Benih Putih ........................................
38
14.
Benih yang telah di Bare Code PPKS.................................................
39
15.
Kecambah Normal dan Kecambah Abnormal ...................................
41
16.
Kecambah yang telah dikemas ...........................................................
42
17.
Jenis Kemasan Kecambah (Kemasan Kardus dan Kemasan Peti) .....
44
18.
Jumlah Kecambah yang Tersalur Tahun 2008 ...................................
54
19.
Histogram Penjualan Kecambah Berbagai Varietas Tahun 2008 .......
54
20.
Matrik IE PPKS .................................................................................
64
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1.
Jumlah Kecambah Tersalur Tahun 2008 ...........................................
75
2.
Jumlah Penjualan Kecambah Berbagai Varietas Tahun 2008 ...........
76
3.
Deskripsi Varietas Unggul Kelapa Sawit PPKS ................................
77
4.
Jurnal Magang di Pusat Penelitian Kelapa Sawit...............................
80
5.
Data Klimatologi Kebun Pembibitan PPKS Unit Usaha Marihat......
87
6.
Sidik Ragam Tinggi Bibit Kecambah Asal Medan .............................
87
7.
Sidik Ragam Diameter Batang Kecambah Asal Medan ....................
88
8.
Sidik Ragam Jumlah Daun Kecambah Asal Medan ...........................
88
9.
Sidik Ragam Tinggi Bibit Kecambah Asal Marihat ..........................
89
10.
Sidik Ragam Diameter Batang Kecambah Asal Marihat ...................
90
11.
Sidik Ragam Jumlah Daun Kecambah Asal Marihat ........................
91
12.
Analisis Matrik IFE PPKS ..................................................................
92
13.
Analisis Matrik IFE PPKS untuk 3 Responden .................................
93
14.
Rating Kekuatan dan Kelemahan Matrik IFE untuk 3 Responden .....
94
15.
Analisis Matrik EFE PPKS .................................................................
95
16.
Analisis Matrik IFE PPKS ..................................................................
98
17.
Analisis Matrik IFE PPKS untuk 3 Responden .................................
98
18.
Contoh Form Kuisioner ......................................................................
99
PENDAHULUAN Latar Belakang Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang menjadi sumber penghasil devisa bagi Indonesia. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Perkebunan (2008) kontribusi minyak sawit terhadap perolehan devisa negara meningkat, yakni dari 2.6 miliar dollar Amerika Serikat (AS) di tahun 2003 menjadi 10.62 miliar dollar AS tahun 2007 sebagai akibat dari peningkatan ekspor. Menurut Lubis (2008), minyak kelapa sawit mempunyai kemampuan daya saing yang cukup kompetitif dibanding minyak nabati lainnya, karena : a) produktivitas per-hektar cukup tinggi, b) ditinjau dari aspek gizi, minyak kelapa sawit tidak terbukti sebagai penyebab meningkatnya kadar kolesterol, bahkan mengandung beta karoten sebagai pro-vitamin A. Perkembangan luas areal dan produksi kelapa sawit di Indonesia meningkat pesat. Pada tahun 2005, luas areal perkebunan kelapa sawit 5 453 817 ha dengan total produksi CPO 11 861 615 ton. Jumlah ini meningkat pada tahun 2008, dimana luas areal perkebunan kelapa sawit menjadi 7 007 876 ha dengan produksi CPO 17 109 000 ton (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2008). Keberhasilan pengembangan kelapa sawit di Indonesia tidak terlepas dari ketersediaan bahan tanaman unggul dalam hal ini benih kelapa sawit. Pemilihan bahan tanaman yang tidak tepat akan menyebabkan kerugian, baik materi maupun waktu, karena benih kelapa sawit sulit dideteksi secara dini tetapi baru dapat diketahui setelah tanaman menghasilkan, yaitu ± 30 bulan setelah tanam. Sejalan dengan itu agar diperoleh produksi yang tinggi dan keuntungan yang maksimal maka harus digunakan varietas kelapa sawit yang unggul. Ciri-ciri varietas kelapa sawit yang unggul menurut Lubis (1993) adalah 1) berasal dari hasil pemuliaan serta telah diuji pada berbagai kondisi, 2) tersedia sebagai bahan tanaman dalam jumlah yang dibutuhkan, 3) berumur genjah, 4) memiliki produksi dan kualitas minyak yang tinggi, 5) responsif terhadap perlakuan yang diberikan, 6) memiliki umur ekonomis cukup panjang (25-30), 7) tahan terhadap penyakit
dan toleran terhadap stress lingkungan, 8) benih tersebut dihasilkan oleh pusat sumber benih kelapa sawit yang resmi ditunjuk pemerintah. Hingga tahun 2008 di Indonesia terdapat delapan produsen benih kelapa sawit yang secara resmi diakui oleh pemerintah Indonesia. Kedelapan produsen benih tersebut adalah Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), PT. Socfindo, PT. Lonsum Tbk, PT. Tunggal Yunus (Asian Agri Group), PT. Dami Mas Sejahtera (Sinar Mas Group), PT. Bina Sawit Makmur (Selapan Jaya Makmur), PT. Tania Selatan (Wilmar Group) dan PT. Bakti Tani Nusantara. PPKS dan PT. Socfindo adalah
produsen
dengan
kapasitas
produksi
paling
besar
yaitu
40 juta kecambah/tahun, PT. Bakti Tani Nusantara adalah produsen dengan kapasitas produksi terkecil yaitu 18 juta kecambah/tahun. Produsen dan kapasitas produksi benih kelapa sawit di Indonesia disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Produsen dan Kapasitas Produksi Benih Kelapa Sawit di Indonesia No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Produsen Benih PPKS Socfindo Lonsum Tunggal Yunus Dami Mas BSM Tania Selatan Bakti Tani Nusantara Bakrie Plantation* Sarana Inti Pratama* Sarana Ehsan Mekarsari* TOTAL
Kapasitas 2008 (juta) 40 40 18.5 25 21 24 3 10 30 18 20 181.5
* Calon Produsen Benih pada tahun 2009 Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan (2008).
Indonesia adalah produsen sekaligus konsumen benih kelapa sawit terbesar di dunia. Direktorat Jenderal Perkebunan (2008) menunjukkan produksi benih kelapa sawit dunia adalah sebagai berikut: Indonesia 170 juta, Malaysia 60 juta, Costa Rica 25 juta, Papua New Guinea 15 juta dan lain-lain 10 juta (Thailand, Kamerun dan Nigeria) sehingga total produksi benih kelapa sawit dunia sebesar 280 juta. Namun kebutuhan benih kelapa sawit dalam negeri saat ini
baru dapat dipenuhi 75 % dari keseluruhan jumlah permintaan benih. Hal ini dikarenakan kurangnya kapasitas produksi benih kelapa sawit di dalam negeri. PPKS sebagai salah satu lembaga penelitian yang mendapat mandat dari pemerintah, diharapkan dapat memenuhi kebutuhan benih kelapa sawit dalam negeri dengan cara terus meningkatkan kapasitas produksinya dan terus berupaya menghasilkan varietas-varietas baru sesuai dengan kebutuhan konsumen. Tujuan Tujuan umum kegiatan magang ini adalah : 1. Meningkatkan kemampuan profesionalisme mahasiswa melalui kegiatan teknis yang diikuti di lapangan. 2. Melatih mahasiswa bertanggung jawab dan menghayati proses kerja secara nyata. Tujuan khusus kegiatan magang ini adalah : 1. Menganalisis faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal yang dihadapi Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS). 2. Merumuskan alternatif strategi yang dapat diterapkan oleh PPKS. 3. Mempelajari pengaruh panjang kecambah terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit di pre nursery.
TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit diperkirakan berasal dari Afrika Barat dan Amerika Selatan. Tanaman ini lebih berkembang di Asia Tenggara. Bibit kelapa sawit pertama kali masuk ke Indonesia pada tahun 1848 yang berasal dari Mauritus dan Amsterdam sebanyak empat tanaman yang kemudian ditanam di Kebun Raya Bogor dan selanjutnya disebarkan ke Deli, Sumatera Utara (Lubis, 2008). Taksonomi dari tanaman kelapa sawit adalah sebagai berikut : Divisio
: Tracheophyta
Subdivisi
: Pteropsida
Kelas
: Angiospermae
Subkelas
: Monocotyledoneae
Ordo
: Cocoideae
Famili
: Palmae
Subfamili
: Cocoideae
Genus
: Elaeis
Species
: Elaeis guineensis Jacq.
Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam tanah dan respirasi tanaman, serta penyangga tegaknya pohon hingga umur tanaman 25 tahun. Sistem perakaran kelapa sawit yaitu akar serabut yang terdiri atas akar primer, sekunder, tersier, dan kuartier. Menurut Mangoensoekarjo dan Semangun (2005) diameter akar primer berkisar antara 8 dan 10 mm, panjangnya dapat mencapai 18 m. Akar sekunder tumbuh dari akar primer, dengan diameter 2-4 mm. Akar tersier tumbuh dari akar sekunder yang berdiameter 0.7-1.5 mm dan panjangnya dapat mencapai 15 cm. Akar kuartener tumbuh dari akar tersier yang berdiameter 0.1-0.5 mm dan panjangnya sampai 1-4 mm. Kelapa sawit merupakan tanaman monokotil yang batangnya tidak memiliki kambium dan umumnya tidak bercabang. Batang ini berfungsi sebagai penyangga tajuk dan menyimpan serta mengangkut bahan makanan. Batang
kelapa sawit berbentuk silinder dengan diameter 0.5 m pada tanaman dewasa. Tanaman yang masih muda, batangnya tidak terlihat karena tertutup oleh pelepah daun. Karena sifatnya yang heliotropi (menuju cahaya matahari) maka pada keadaan terlindung, tumbuhnya akan lebih tinggi, tetapi diameter (tebal) batang akan lebih kecil. Menurut Lubis (2008) perbedaan kecepatan tumbuh kelapa sawit tidak sama tergantung pada kondisi pada tahun tersebut seperti pupuk yang diberikan, umur, iklim, kerapatan tanam dan lain-lain. Produksi pelepah tergantung pada umur tanaman. Produksi pelepah daun pada tanaman selama setahun dapat mencapai 20-30 pelepah kemudian akan berkurang sesuai umur menjadi 18-25 pelepah atau kurang. Panjang pelepah daun dapat mencapai 9 m tergantung pada tipe varietasnya dan pengaruh kesuburan tanah. Pada tiap pelepah diisi oleh anak daun di kiri kanan tulang daun utama (rachis). Jumlah anak daun pada tiap isi dapat mencapai 125-200. Berat satu pelepah dapat mencapai 4.5 kg berat kering. Pada satu pohon dewasa dapat dijumpai 40-50 pelepah (Lubis, 2008). Tanaman kelapa sawit di lapangan mulai berbunga pada umur 12-14 bulan, tetapi baru ekonomis untuk dipanen pada umur 2.5 tahun. Pembungaan kelapa sawit termasuk monocious artinya bunga jantan dan bunga betina terdapat pada satu pohon tetapi tidak pada satu tandan yang sama. Namun terkadang dapat ditemukan dalan satu tandan bunga memiliki dua jenis kelamin yaitu jantan dan betina yang disebut dengan bunga hemaprodit. Bunga jantan ataupun bunga betina keluar pada ketiak pelepah daun. Satu tandan bunga jantan memiliki 100-250 spikelet yang panjangnya 10-20 cm dan diameter 1-1.5 m. Tiap spikelet berisi 500-1 500 bunga kecil yang akan menghasilkan tepung sari jutaan banyaknya. Tiap tandan bunga jantan akan dapat menghasilkan tepung sari sebanyak 40-60 gram. Satu tandan bunga betina memiliki 100-200 spikelet dan tiap spikelet memiliki 15-20 bunga betina. Pada tandan tanaman dewasa dapat diperoleh 600-2 000 buah tergantung pada besarnya tandan dan setiap pokok dapat menghasilkan 15-25 tandan/pokok/tahun pada tanaman muda dan pada tanaman dewasa atau tua berkisar 8-12 tandan. Menurut Mangoensoekarjo dan Semangun (2005) buah kelapa sawit termasuk jenis buah keras (drupe), menempel dan bergerombol pada tandan buah.
Proses pembentukan buah sejak saat penyerbukan sampai buah matang ± 5-6 bulan. Jumlah per tandan dapat mencapai 1 600 buah, berbentuk lonjong sampai membulat. Panjang buah 2-5 cm, beratnya sampai 30 gram. Bagian-bagian buah terdiri atas eksokarp (exocarp) atau kulit buah, mesokarp (mesocarp) disebut daging buah yang mengandung minyak sawit (CPO = Crude Palm Oil) dan biji. Eksokarp dan mesokarp disebut pericarp (pericarp). Biji terdiri atas endokarp (endocarp) atau cangkang, dan inti (kernel) yang mengandung minyak inti (PKO = Palm Kernel Oil), sedangkan inti sendiri terdiri atas endosperm (endosperm) atau putih lembaga dan embrio. Dalam embrio terdapat bakal daun (plumula), haustorium, dan bakal akar (radicula).
Syarat Tumbuh Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada suhu 27oC dengan suhu maksimum 33oC dan suhu minimum 22oC. Curah hujan rata-rata tahunan yang memungkinkan untuk pertumbuhan kelapa sawit adalah 1 250-3 000 mm yang merata sepanjang tahun, curah hujan optimal berkisar 1 750-2 500 mm. Lama penyinaran matahari optimal adalah 6 jam per hari dan kelembaban nisbi untuk kelapa sawit pada kisaran 50-90 % (optimal 80 %). Elevasi untuk pengembangan kelapa sawit adalah kurang dari 400 m dari permukaan laut. Tanaman kelapa sawit dapat diusahakan pada tanah yang memiliki tekstur agak kasar sampai halus yaitu antara pasir berlempung sampai lempung berliat (Buana, et.al., 2006). Sifat fisik tanah yang baik menurut Lubis (2008) untuk kelapa sawit adalah : 1. Solum tebal 80 cm (merupakan media yang baik bagi perkembangan akar sehingga efisien penyerapan hara tanaman akan lebih baik). 2. Tekstur ringan yang memiliki pasir 20-60 %, debu 10-40 %, dan liat 20-25 %. 3. Perkembangan struktur baik, konsistensi gembur sampai agak teguh dan permeabilitas sedang. 4. pH tanah yang terbaik pada 5-5.5. 5. Kandungan unsur hara tinggi.
Jenis Tanaman Kelapa Sawit Menurut Lubis (2008) varietas tandan kelapa sawit cukup banyak dan diklasifikasikan dalam berbagai hal. Misalnya dibedakan asal tipe buah, bentuk luar, tebal cangkang, warna buah dan lain-lain. Berdasarkan warna buah dikenal tiga varietas, yaitu sebagai berikut : 1. Nigrescens yaitu buahnya berwarna violet sampai hitam waktu muda dan menjadi merah-kuning (orange), sesudah matang. 2. Virescens yaitu buahnya berwarna hijau waktu muda dan sesudah matang berwarna merah-kuning (orange). 3. Albescens yaitu buah muda berwarna kuning pucat, tembus cahaya karena mengandung sedikit karoten. Baik nigrescens maupun virescens buahnya memiliki carpel tambahan (bersayap=mantled) atau dikenal sebagai Diwakka-wakka. Varietas yang dipakai pada tanaman komersial adalah nigrescens sedangkan varietas lainnya hanya dipakai pada program pemuliaan tanaman atau sebagai koleksi. Berdasarkan tebal tipisnya cangkang sebagai faktor homozigot tunggal yaitu Dura yang bercangkang tebal jika disilangkan dengan Pisifera yang bercangkang tipis jika keduanya disilangkan akan menghasilkan varietas baru yaitu Tenera. Skema persilangannya adalah : Dura x Dura
100 % Dura
Dura x Pisifera
100 % Tenera
Dura x Tenera
50 % Dura + 50 % Tenera
Tenera x Pisifera
50 % Tenera + 50 % Pisifera
Tenera x Tenera
25 % Dura + 50 % Tenera + 25 % Pisifera
Bahan tanaman kelapa sawit yang umum digunakan di perkebunan komersial merupakan benih hasil penyerbukan buatan antara pohon induk dura (D) dengan pisifera (P). Berkaitan dengan tingkat produktivitas minyak, kelapa sawit tipe tenera memiliki proporsi kandungan minyak di dalam mesokarp 30 % lebih tinggi dibandingkan dengan tipe dura. Hal ini dapat dipahami kerena persentase mesokarp per buah tipe tenera lebih tinggi dibandingkan dengan tipe dura, dan memiliki sifat heterosis (hybrid vigor) hasil persilangan dura x pisifera. Lain halnya dengan kelapa sawit tipe pisifera, meskipun persentase mesokarp per
buahnya sangat tinggi, tetapi karena sebagian besar memiliki sifat mandul betina (female steril), kelapa sawit tipe ini tidak digunakan sebagai bahan tanaman. Tabel 2. Perbedaan Tebal Cangkang beberapa Varietas Kelapa Sawit Cangkang (mm) 2-5 1-2.5 -
Pericarp (mm) 2-6 3-10 5-10
Varietas
Cangkang (%/buah) 25-50 3-20
Dura Tenera Pisifera
(a)
Mesokarp (%/buah) 20-65 60-90 92-97
(b)
Inti (%/buah) 4-20 3-15 3-8
(c)
Gambar 1. Kelapa Sawit Jenis (a) Dura, (b) Pisifera, dan (c) Tenera.
Perkecambahan Benih Kelapa Sawit Biji kelapa sawit terdiri dari sebuah embrio yang berada di dalam endosperma dan dikelilingi lapisan biji tipis yang disebut testa. Inti ini diseliputi oleh cangkang (pada dura dan tenera) yang memiliki lubang kecambah. Di antara embrio dan cangkang terdapat lapisan endosperma dan testa tipis yang disebut operkulum. Ketika kecambah mulai tumbuh, embrio keluar melalui lubang kecambah. Pada saat yang sama, ujung embrio bagian dalam (haustorium) memanjang dan menyerap endosperma. Selama beberapa minggu awal perkembangannya,
kecambah
bergantung pada
suplai
dari
endosperma,
kandungan utama berupa lemak (minyak inti) yang habis sekitar 80 % setelah 90 hari perkecambahan. Lemak yang diserap melalui haustorium ini akan diubah menjadi gula dan disalurkan ke akar dan tunas kecambah. Beberapa karbon pada benih akan digunakan untuk respirasi dan untuk pertumbuhan akar dan tunas (Williyatno, 2007). Benih kelapa sawit termasuk benih yang mengalami masa dormansi cukup lama sebelum berkecambah. Mangoensoekarjo dan Semangun (2005) menyatakan
bahwa ketika baru dipanen, benih kelapa sawit mengalami dormansi dan perkecambahan alami sangat jarang terjadi selama lebih dari beberapa tahun. Mangoensoekarjo dan Semangun (2005) juga berpendapat pemecahan dormansi dapat dilakukan dengan pemanasan benih pada suhu 40oC selama 80 hari. Prinsip pematahan kondisi dorman dengan pemanasan inilah yang diterapkan sekarang oleh instansi-insntansi penyedia kecambah kelapa sawit. Di samping pemecahan dormansi, kadar air juga berpengaruh terhadap perkecambahan benih kelapa sawit. Perlakuan panas yang diberikan pada saat kadar air benih cukup rendah dapat membantu perkecambahan dan selanjutnya perkecambahan akan segera terjadi setelah kadar air meningkat. Selain itu suplai oksigen harus terjamin. Kelapa sawit mempunyai tipe perkecambahan hypogeal artinya selama perkecambahan, kotiledon tetap tinggal di dalam kulit benih dan di dalam tanah tetapi plumula menembus permukaan tanah. Menurut Chairani (1991) ciri-ciri kecambah kelapa sawit yaitu 1) radikula berwarna kekuning-kuningan dan plumula berwarna keputih-putihan, 2) radikula lebih panjang dari plumula, 3) radikula dan plumula tumbuh lurus serta berlawanan arah, 4) panjang maksimum radikula adalah 5 cm dan plumula 3 cm.
Produksi Benih Produksi benih merupakan salah satu bidang kegiatan teknologi benih yang bertujuan untuk memperbanyak benih bermutu. Menurut Sutopo (2004) teknologi benih adalah suatu ilmu pengetahuan mengenai cara-cara untuk dapat memperbaiki sifat-sifat genetik dan fisik dari benih, yang mencakup kegiatan-kegiatan seperti pengembangan varietas, produksi benih, pengolahan, penyimpanan, pengujian dan sertifikasi. Benih bermutu dihasilkan melalui prosedur produksi benih yang berawal dari persiapan lahan yang menjamin bebas dari kontaminasi genetik, penyediaan benih sumber yang dijamin mutunya, sampai dengan pengolahan benih setelah dipanen, dan penanganannya hingga di tangan konsumen. Proses tersebut harus dilaksanakan sempurna dengan memperhatikan faktor lingkungan dan benih itu sendiri untuk menjamin benih
yang dihasilkan memiliki mutu tinggi dalam kualifikasi genetik, fisiologis, dan fisik. Produksi benih bermutu memerlukan keterampilan teknik yang tinggi dan kemapuan finansial yang memadai. Selama proses produksi benih, pemeliharaan kemurnian genetik dan spesifikasi mutu benih lainnya harus mendapat perhatian yang ketat. Lembaga atau perusahaan yang terlibat dalam pengadaan benih bermutu harus mampu memproduksi benih tersebut dengan menggunakan teknik produksi, penanganan dan pengendalian mutu yang dapat menjamin bahwa benih yang dihasilkannya benar-benar lebih baik daripada benih yang dihasilkan pekebun dan mendistribusikan benih tersebut hingga ke tangan pekebun. Untuk menjamin bahwa benih yang dihasilkan oleh produsen benih adalah benih unggul, maka pemerintah, berdasarkan kesepakatan produsen benih, sedang menyiapkan Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk benih kelapa sawit. Dalam rancangannya mengharuskan benih yang diproduksi mempunyai mutu genetik yang baik selama masa pengujian atau progeny test. Beberapa karakteristik penting yang menjadi standar kriteria seleksi menurut Buana et.al. (2006) antara lain : a. Produksi tandan buah segar (TBS) 150 kg/pohon/tahun dan atau 6 ton minyak (CPO + PKO)/ha/tahun yang dihitung dengan basis 136 pohon/ha, rata-rata selama 3 tahun produksi (umur 4-6 tahun dan 7-9 tahun setelah tanam). b. Rendemen pabrik 23 %, yang dihitung berdasarkan hasil rendemen laboratorium x 0.855. c. Pertumbuhan meninggi 80 cm/tahun, yang diukur setelah tanaman berumur 6 tahun setelah tanam
Pemasaran Pemasaran adalah suatu proses sosial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain (Kotler, 2004). Pemasaran pertanian mencakup segala
kegiatan dan usaha yang berhubungan dengan perpindahan hak milik dan fisik dari barang-barang hasil pertanian dari tangan produsen ke tangan konsumen, termasuk di dalamnya kegiatan-kegiatan tertentu yang menghasilkan perubahan bentuk dari barang yang ditujukan untuk lebih mempermudah penyalurannya dan memberikan kepuasan yang lebih tinggi kepada konsumennya (Limbong dan Sitorus dalam Gumilar, 2008).
Informasi
Industri (Kumpulan Penjual)
Barang/Jasa
Industri (Kumpulan Pembeli)
Uang
Komunikasi Gambar 2. Sistem Pemasaran Sederhana (Kotler, 2004). Gambar 2 memperlihatkan bahwa pertukaran merupakan konsep inti dari pemasaran mencakup perolehan produk yang diinginkan dari seseorang dengan menawarkan sesuatu sebagai gantinya. Terdapat lima persyaratan yang harus dipenuhi agar muncul potensi pertukaran diantaranya : 1. Sekurang-kurangnya ada dua pihak. 2. Masing-masing pihak memiliki sesuatu yang bernilai bagi pihak lain. 3. Masing-masing pihak mampu berkomunikasi dan menyerahkan sesuatu. 4. Masing-masing pihak bebas menerima atau menolak tawaran pertukaran. 5. Masing-masing pihak yakin bahwa bertransaksi dengan pihak lain merupakan hal yang tepat dan diinginkan.
METODE MAGANG Waktu dan Tempat Kegiatan magang ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan bulan Juni 2009 yang bertempat di Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Unit Usaha Marihat, Sumatera Utara.
Metode Pelaksanaan Metode yang dilaksanakan dalam kegiatan magang ini adalah metode langsung dan metode tidak langsung. Metode langsung meliputi : 1. Bekerja secara aktif dalam kegiatan produksi benih di Satuan Usaha Strategis Bahan Tanaman (SUSBHT) PPKS. 2. Wawancara dan diskusi dengan berbagai pihak (Kelompok Peneliti, Staf Produksi, Staf Lapangan, mandor lapangan dan pollinator) untuk lebih memahami produksi benih kelapa sawit. Kuisioner diberikan kepada tiga responden yaitu supervisor Divisi Produksi, supervisor divisi Pohon Bapak, dan supervisor Divisi BRD. Pemilihan responden ini didasarkan bahwa ketiga responden memiliki pengetahuan yang cukup tinggi terhadap internal dan eksternal perusahaan karena didukung oleh latar belakang pendidikan dan kerja sama yang erat diantara tiap-tiap manager. 3. Melakukan penelitian pengaruh panjang kecambah terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit di pre nursery. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui panjang radikula dan plumula yang terbaik untuk keseragaman pertumbuhan bibit di pembibitan. Percobaan ini dilaksanakan pada bulan Maret-Mei 2009 di kebun pembibitan Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Unit Usaha Marihat dengan mengunakan Rancangan Acak Lengkap berfaktor. Faktor tersebut adalah asal kecambah terdiri atas kecambah asal Medan dan Marihat, dan kriteria kecambah terdiri atas kecambah muntup (kecambah yang belum dapat
dibedakan antara plumula dan radikula), panjang kecambah (ujung plumula sampai ujung radikula) 0-0.5 cm, 0.5-1 cm, dan 1-2 cm. Kedua faktor dikombinasikan menjadi delapan kombinasi perlakuan. Terdapat tiga ulangan untuk setiap kombinasi perlakuan, sehingga terdapat 24 satuan percobaan. Setiap satuan percobaan terdiri atas 10 kecambah sehingga total keseluruhan dibutuhkan 240 kecambah. Bahan tanaman (kecambah) yang digunakan adalah varietas D x P Simalungun (SM-B) yang diproduksi di PPKS Medan dan PPKS Unit Usaha Marihat. Media tanam yang digunakan berupa tanah bagian atas (top soil) yang sebelumnya telah disaring yang kemudian dimasukkan dalam polibag warna hitam berdiameter 14 cm, tinggi 22 cm dan tebal 0.07 mm.
plumula
P0 P0
P1 P1
P2
P2
P3
P3
rradikula
Gambar 3. Panjang kecambah (ujung plumula sampai ujung radikula). P0) muntup, P1) 0-0.5 cm, P2) 0.5-1 cm, dan P3) 1-2 cm. Tanda panah hitam menunjukkan arah kecambah saat penanaman. Kecambah ditanam dengan plumula menghadap ke atas dan radikula ke bawah sedalam 2-3 cm dan kemudian ditutup kembali. Polibag yang telah ditanami kecambah kelapa sawit tersebut kemudian diletakkan di bawah naungan pembibitan beratap paranet warna hitam dengan intensitas naungan 60 %. Pemeliharaan bibit meliputi penyiraman, penyiangan, pemupukan dan pengendalian hama dan penyakit tanaman. Penyiraman dilakukan dua kali sehari (tergantung curah hujan yang turun) pagi dan sore hari. Penyiangan gulma dilakukan terhadap gulma yang tumbuh di polibag dan di sekitar polibag. Penyiangan dilakukan secara manual dan frekuensinya tergantung kepada kecepatan pertumbuhan gulma di lapangan. Pemupukan pertama dilakukan 4 minggu setelah tanam, kemudian pemberian selanjutnya dengan
interval 2 minggu sekali. Pupuk yang digunakan adalah pupuk Urea. Pemberian pupuk dengan penyemprotan melalui daun dengan konsentrasi 0.20 % untuk seratus bibit. Pengamatan terhadap peubah pertumbuhan dilakukan pada 5 tanaman contoh untuk setiap satuan percobaan yang diambil secara acak. Pengamatan dilakukan setiap satu minggu sekali selama 3 bulan. Peubah yang diamati adalah sebagai berikut : 1. Tinggi Bibit (cm) Tinggi bibit diukur dari permukaan tanah sampai pada ujung daun tertinggi. Pengukuran dilakukan mulai dari bibit berumur 2 MST sampai 12 MST. 2. Diameter batang Diameter batang diukur dari pangkal pelepah batang menggunakan caliper. Pengukuran dimulai dari bibit berumur 5 MST sampai 12 MST. 3. Jumlah daun (helai) Jumlah daun dihitung pada daun yang telah membuka sempurna. Penghitungan dari bibit berumur 4 MST sampai 12 MST. Metode tidak langsung meliputi : 1. Pengumpulan data sekunder yang diperoleh dari laporan-laporan, arsip kantor dan pustaka yang terkait dengan kegiatan magang ini. 2. Studi literatur untuk mencari informasi data-data yang dapat digunakan sebagai referensi dalam penyusunan skripsi, dengan menggunakan buku-buku yang terdapat di perpustakaan Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) dan perpustakaan Institut Pertanian Bogor.
Analisis Data Data Penelitian “Pengaruh Panjang Kecambah terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit di Pre Nursery” dianalisis dengan sidik ragam pada taraf nyata 5 %. Apabila terdapat pengaruh nyata pada peubah yang diamati maka akan dilanjutkan dengan menggunakan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf nyata 5 %.
Metode pengolahan dan pengumpulan data yang digunakan adalah dengan pendekatan konsep manajemen strategis. Data dan informasi yang terkumpul diolah dan dianalisa secara kualitatif dan kuantitatif untuk memperoleh alternatif strategi bagi perusahaan. Alat analisis yang digunakan adalah matrik IFE (Internal Factor Evaluation) dan matrik EFE (External Factor Evaluation). Sedangkan penyusunan strategi dilakukan dengan bantuan matriks IE dan matrik SWOT yang akan menghasilkan beberapa alternatif strategi. Analisis strategi produksi dan pemasaran benih kelapa sawit dilakukan melalui dua tahapan mulai dari tahap input sampai tahap pencocokan. 1. Tahap Input Alat analisis yang dipakai pada tahap ini adalah matrik EFE dan Matrik IFE. Matrik EFE digunakan untuk analisis faktor-faktor strategi eksternal untuk mengetahui kemungkinan peluang dan ancaman. Matrik IFE untuk analisis faktor-faktor strategi internal untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan perusahaan. Matrik EFE dan IFE dibuat berdasarkan lima tahapan yaitu : a) Membuat daftar faktor-faktor yang diidentifikasikan ke dalam lingkungan eksternal dan internal yang mencakup peluang, ancaman, kekuatan, dan kelemahan. b) Menentukan bobot masing-masing faktor tersebut dengan nilai 0 (tidak penting) sampai dengan 1 (penting). c) Menentukan bobot masing-masing faktor dengan nilai 1 sampai 4. Untuk matrik EFE, rating menunjukkan pengaruh masing-masing faktor terhadap kondisi perusahaan. Untuk matrik IFE, rating menunjukkan seberapa besar ancaman dan kelemahan perusahaan, semakin besar ancaman nilainya semakin kecil. d) Mengalikan masing-masing bobot faktor dengan rating untuk menentukan masing-masing skor. e) Menjumlahkan nilai skor dari masing-masing variabel untuk menentukan skor total. 2. Tahap Pencocokan
Alat analisis yang digunakan untuk memadukan faktor-faktor internal dan eksternal untuk menghasilkan berbagai alternatif rumusan strategi adalah Matrik SWOT dan Matrik Internal Eksternal. Kedua model ini digunakan, agar dapat memperoleh analisis yang lebih lengkap dan akurat. a) Matrik SWOT Matrik SWOT merupakan alat analisis yang dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matrik ini dapat menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategis yaitu : 1) Strategi SO (Strength, Opportunies) Menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang. 2) Strategi ST (Strength, Treaths) Menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman. 3) Strategi WO (Weaknesses, Opportunies) Menciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang. 4) Strategi WT (Weaknesses, Treaths) Menciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman. b) Matrik Internal Eksternal (IE) Nilai yang dihasilkan dari matriks IFE dan matriks EFE dimasukkan ke matriks IE untuk melihat strategi mana yang tepat untuk diterapkan. Jumlah skor bobot IFE berada pada sumbu x dan jumlah skor bobot EFE berada pada sumbu y, dengan jumlah skor bobot IFE sebesar 1.00 hingga 1.99 menggambarkan posisi internal yang lemah, skor 2.00 hingga 2.99 merupakan pertimbangan rata-rata, dan skor 3.00 hingga 4.00 adalah kuat. Begitu pula dengan sumbu y, jumlah skor bobot 1.00 hingga 1.99 adalah pertimbangan rendah, skor 2.00 hingga 2.99 menengah, dan skor 3.00 hingga 4.00 adalah tinggi. Model matrik IE disajikan pada Gambar 4.
Skor IFE Rata-rata
Kuat 4
4
Tinggi 3
Skor EFE Medium
3
2
1
1 GROWTH Konsentrasi melalui integrasi vertikal 4 STABILITY Hati-hati
2 GROWTH Konsentrasi melalui integrasi horizontal 5 GROWTH Konsentrasi melalui integrasi horizontal
3 RETRENCHMENT Turnaround
7 GROWTH Diversifikasi kosentrik
8 GROWTH Diversifikasi Konglomerat
9 RETRENCHMENT Bangkrut atau likuidasi
2
Rendah 1
Lemah
6 RETRENCHMENT Captive Company atau divestment
Gambar 4. Matriks Internal Eksternal (IE) (Rangkuti, 1997). Matrik Internal dan Eksternal ini digunakan untuk memperoleh strategi bisnis di tingkat korporat yang lebih detail. Matrik Internal Eksternal dapat mengidentifikasikan 9 sel strategi perusahaan, tetapi pada prinsipnya kesembilan sel itu dapat dikelompokkan menjadi tiga strategi utama, yaitu : a. Growth strategy yang merupakan pertumbuhan perusahaan itu sendiri (sel 1, 2, dan 5) atau upaya diversifikasi (sel 7 dan 8). Strategi pertumbuhan didesain untuk mencapai pertumbuhan, baik dalam penjualan, asset, profit atau kombinasi ketiganya. Hal ini dapat dicapai dengan cara menurunkan harga, mengembangkan produk baru, menambah kualitas produk atau jasa atau meningkatkan akses ke pasar yang lebih luas. Usaha yang dapat dilakukan adalah dengan cara meminimalkan biaya sehingga dapat meningkatkan profit. Cara ini merupakan strategi terpenting apabila kondisi perusahaan tersebut berada dalam pertumbuhan yang cepat dan terdapat kecenderungan pesaing untuk melakukan perang harga dalam usaha untuk meningkatkan pasar. Dengan demikian perusahaan yang belum mencapai critical mass (mendapat profit dari large-scale production) akan mengalami kekalahan, kecuali jika
perusahaan ini dapat memfokuskan diri pada pasar tertentu yang menguntungkan. Ada dua strategi dasar dari pertumbuhan pada tingkat korporat, yaitu konsentrasi pada satu industri atau diversifikasi ke industri lain. Berdasarkan hasil penelitian, perusahaan yang memiliki kinerja yang baik cenderung mengadakan konsentrasi, sedangkan perusahaan yang relatif kurang memiliki kinerja yang baik cenderung mengadakan diversifikasi agar dapat meningkatkan kinerjanya. Jika perusahaan tersebut memilih strategi konsentrasi, perusahaan dapat tumbuh melalui integrasi horizontal maupun vertikal, baik secara internal melalui sumber dayanya sendiri atau secara eksternal dengan menggunakan sumber daya dari luar. Jika perusahaan tersebut memilih strategi diversifikasi, perusahaan dapat tumbuh melalui konsentrasi atau diversifikasi konglomerat, baik secara internal maupun pengembangan produk baru, maupun eksternal melalui akuisisi. Pertumbuhan melalui konsentrasi dapat dicapai melalui integrasi vertikal dengan cara backward integration (mengambil alih fungsi supplier) atau dengan cara forward integration (mengambil alih fungsi distributor). Hal ini merupakan strategi utama untuk perusahaan yang memiliki posisi kompetitif pasar yang kuat dalam industri yang berdaya tarik tinggi. Agar dapat meningkatkan kekuatan bisnisnya atau posisi kompetitifnya, perusahaan ini harus melaksanakan upaya meminimalkan biaya dan operasi yang tidak efisien untuk mengontrol kualitas serta distribusi produk. Integrasi vertikal pada umumnya terdapat dalam industri perminyakan, kimia dasar, mobil serta produk yang memanfaatkan hasil hutan. Beberapa keuntungan dari integrasi vertikal ini adalah turunnya biaya serta meningkatnya koordinasi dan kontrol. Hal ini merupakan cara terbaik bagi perusahaan yang kuat dalam rangka meningkatkan competitive advantage di dalam industri atraktif. Konsentrasi melalui integrasi horizontal adalah suatu kegiatan untuk memperluas perusahaan dengan cara membangun di lokasi yang lain dan meningkatkan jenis produk serta jasa. Jika perusahaan tersebut berada dalam
industri yang sangat atraktif (sel 2), tujuannya adalah untuk meningkatkan penjualan dan profit dengan cara memanfaatkan keuntungan economic of scale baik di produksi maupun pemasaran. Sementara jika perusahaan ini berada dalam moderate attractive industry, strategi yang diterapkan adalah konsolidasi (sel 5). Tujuannya relatif lebih defensif, yaitu menghindari kehilangan penjualan dan kehilangan profit. Perusahaan yang berada di sel ini dapat memeperluas pasaar, fasilitas produksi, dan teknologi melalui akuisisi atau joint venture dengan perusahaan lain dalam industri yang sama. b. Stability strategy adalah strategi stabilitas. Perusahaan pada posisi ini berada dalam kondisi yang tetap, hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan pasarnya mulai melambat, sehingga perlu hati-hati jika pertumbuhan pasar justru menurun. c. Retrenchment strategy (sel 3, 6, dan 9) adalah usaha memperkecil atau mengurangi usaha yang dilakukan perusahaan.
KEADAAN UMUM
Sejarah Berdirinya Pusat Penelitian Kelapa Sawit Cikal bakal Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) didirikan pada 26 September 1916 oleh Algemeene Proefstation der AVROS (APA). AVROS (Alegemeene Vereniging Van Rubber Planters ter Oostkust van Sumatera) kemudian berubah nama menjadi Balai Penelitian Perkebunan Medan. Hasil-hasil penelitian APA cukup banyak dan sangat berguna bagi pengembangan perkebunan di Sumatera. Setelah Perang Dunia II sebagian besar perkebunan di Sumatera terlantar sehingga pada tahun 1952 diadakan penyatuan dengan “Deli Planters Vereniging”. Karena alasan politik dan ekonomi, Pemerintah Republik Indonesia melakukan nasionalisasi dan mengambil alih perkebunan-perkebunan milik Belanda. Pada tahun 1957 AVROS diambil alih dan diubah menjadi Gabungan Pengusaha Perkebunan Sumatera (GAPPERSU). Selanjutnya APA diganti dengan Balai Penelitian GAPPERSU yang dikenal dengan nama RISPA (Research Institute of the Sumatera Planters Association). Berdasarkan surat keputusan Menteri Pertanian No. 247/UM/57 tanggal 11 Desember 1957 ditetapkan bahwa RISPA ditempatkan di bawah Kementerian Pertanian RI yang pengelolaannya dilaksanakan oleh Badan Koordinasi Perkumpulan dan Organisasi Perkebunan. Pada tahun 1968 RISPA berubah menjadi Balai Penelitian Perkebunan Medan (BPPM) dengan pembinaan dan pembiayaannya diserahkan kepada Direksi PN Perkebunan I s/d IX sesuai dengan surat keputusan Menteri Pertanian RI No.353/Kpts/OP/12/1968 tanggal 20 Desember 1968. Pada tahun 1971 pembinaan Balai Penelitian Perkebunan Medan diserahkan kepada Dewan Pembina Balai Penelitian Perkebunan dan mendapat dana dari Cess sesuai dengan surat keputusan Menteri Pertanian RI No.503/Kpts/OP/12/1971 tanggal 5 Desember 1971.
RISPA mendapat biaya dari APBN pada bulan April 1976 dan mulai tahun 1978 pembinaan Balai Penelitian Perkebunan diserahkan kepada Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian RI berdasarkan surat keputusan Menteri Pertanian RI No.133/Kpts/OP/3/1978. Asosiasi Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Indonesia (AP3I) didirikan di Jakarta pada bulan November 1987. Balai-Balai Penelitian Perkebunan ditempatkan di bawah koordinasi AP3I. Sesuai dengan surat keputusan Ketua Dewan Pimpinan Harian AP3I No.084/Kpts/DPH/XII/92 tanggal 24 Desember 1992 tentang penataan pengelolaan unit pelaksana penelitian di Lingkungan AP3I, maka pada tanggal 4 Februari 1993 dibentuk Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) berkedudukan di Medan, yang merupakan gabungan dari Pusat Penelitian Perkebunan (Puslitbun) Medan, Puslitbun Marihat dan Puslitbun Bandar Kuala. Penggabungan ketiga Puslitbun tersebut dilakukan dalam upaya peningkatan efisiensi pengelolaan organisasi.
Sejarah Pusat Penelitian Kelapa Sawit Marihat Pusat Penelitian Kelapa Sawit Marihat dibentuk pada tanggal 6 Juni 1964 dengan nama Pusat Penelitian Aneka Tanaman Sumatra (PUPENAS) yang berkedudukan di Marihat. PUPENAS ditugaskan menangani penelitian aneka tanaman perkebunan seperti kelapa sawit, teh, cokelat, pinus dan lain-lain yaitu perkebunan yang berada di bawah BPU Aneka Tanaman. Guna menunjang perkembangannya maka berdasarkan instruksi Dirjen Perkebunan pada tahun 1967, semua pohon induk, material seleksi, kebun/blok pengujian dan usaha penyebaran bahan tanaman yang ada pada masing-masing unit diserahkan pengawasannya dan penguasaannya kepada PUPENAS. Pada tahun 1968 nama PUPENAS diganti menjadi MARIHAT RESEARCH STATION dan pembinaannya diserahkan kepada PNP I, II VI, dan VIII. Tetapi mulai tahun 1973-1992 pembinaannya dilakukan PTP VI dan PNP VII. Pada tahun 1981 sesuai dengan Surat Keputusan Dewan Penyantun & Pembina yang didasarkan pada instruksi Menteri Pertanian, nama Marihat Research Station diganti menjadi Pusat Penelitian Marihat yang disingkat dengan PPM.
Sesuai dengan surat keputusan Ketua Dewan Pimpinan Harian AP3I No. 084/Kpts/DPH/XII/92 tanggal 24 Desember 1992 tentang penataan pengelolaan unit pelaksana penelitian di Lingkungan AP3I, maka pada tanggal 4 Februari 1993 dibentuk Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) berkedudukan di Medan, yang merupakan gabungan dari Pusat Penelitian Perkebunan (Puslitbun) Medan, Puslitbun Marihat dan Puslitbun Bandar Kuala. Penggabungan ketiga Puslitbun tersebut dilakukan dalam upaya peningkatan efisiensi pengelolaan organisasi.
Lokasi Unit Usaha Marihat Unit Usaha Marihat terletak di Marihat, kabupaten Simalungun propinsi Sumatera Utara atau 135 km di sebelah selatan Medan. Pusat Penelitian Kelapa Sawit Marihat merupakan bagian dari Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan.
Letak Geografis Pusat Penelitian Kelapa Sawit Marihat mempunyai topografi lahan dengan ketinggian 369 m di atas permukaan laut, curah hujan rata-rata 3 331 mm/tahun dengan jumlah hari hujan rata-rata 184 hari/tahun dan kisaran suhu 20-29ºC. Jenis tanah Podzolik merah kuning dengan pH rata-rata 5-6. Berdasarkan kelas kesesuaian lahan maka kebun Unit Usaha Marihat termasuk ke kelas S1.
Kebun Produksi Benih Kebun produksi yang dimiliki Pusat Penelitian Kelapa Sawit bekerja sama dengan PTPN IV. Luas kebun produksi benih yang dimiliki adalah 137.28 ha dengan rincian 110.27 ha untuk pohon induk dan 27.01 ha untuk pohon bapak. Sedangkan jumlah pohon induk yang masih aktif di Unit Usaha Marihat hingga bulan Maret adalah 3 539 dan 153 pohon bapak. Lokasi untuk pohon induk Unit Usaha Marihat tersebar di beberapa lokasi yaitu Bah Jambi, Marihat, Balimbingan dan Dalu-Dalu. Lokasi dan jumlah pohon induk dan pohon bapak disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Lokasi dan Jumlah Pohon Induk dan Pohon Bapak Bulan Maret 2009 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 2 3
No 1
Pohon Induk Lokasi/Pos Tahun Tanam Bah Jambi Afd IV Pos I 1987 Kebun Marihat Bah Jambi Afd IV Pos II 1987 Bah Jambi Afd IV Pos III 1987 Bah Jambi Afd IV Pos IV 1987 Bah Jambi Afd IV Pos V 1988 Bah Jambi Afd III/93 1993 Bah Jambi Afd II/266 1989 Balimbingan Afd I/95 1995 Bah Jambi Afd IV/92 1992 Bah Jambi Afd VII/96 1996 Bah Jambi Afd VIII/2000A 2000 Bah Jambi Afd VIII/2000B 2000 Marihat Afd III/44 B Pos I 1986 Marihat Afd III/44 A Pos II 1986 Total Kebun Sei/Aek Pancur SP 86 DD 1986 SP 90 DD 1990 SP 91 DD 1991 AP 90 DD 1990 AP 02 S 1997 AP 04.05.07.08 S 1998 AP 10 S 1999 Sub Total Dura Deli SP 92 Dy 1992 SP 93 Dy 1993 AP 93 Dy 1993 Sub Total Dura Dumpy Total Sei/Aek Pancur Dalu-Dalu BLOK C 1992 BLOK I 1993 BLOK L 1993 Total Total Pohon Induk Pohon Bapak Lokasi/Pos Tahun Tanam Benoa VIII 83. 87 1974/77
Jumlah Pohon 164 184 218 399 219 182 59 155 144 88 433 356 230 183 3.014 21 42 6 45 165 921 491 1.691 14 69 782 865 2.556 105 351 69 525 6.095 Jumlah Pohon 118
2 3 4 1
Benoa VII 100 Bah Jambi VIII/2000 Bah Jambi II/92 Total Marihat AP II 84 Total Pohon Bapak
1976 2000 1992
23 8 4 153 46 199
1985
Sumber : Divisi Pohon Induk.
Selain untuk produksi kecambah/benih Unit Usaha Marihat juga memiliki kebun produksi komersil. Luas kebun yang dimiliki adalah 881 461 ha tetapi yang produktif hanya 548 567 ha. Lokasi kebun produksi yang dimiliki Unit Usaha Marihat disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Kebun Produksi Pusat Penelitian Kelapa Sawit Unit Marihat No
Kebun Produksi
Lokasi
Luas (ha)
Produktif (ha)
Keterangan
252 21
Dura, DD,DP DP/DD DT TT TP MK DxP
35
DP
1
Kalianta
Riau
2
Dalu-Dalu
Riau
3
Sijambu-Jambu
Sumatera Utara
4
Teluk Dalam
Sumatera Utara
40
5
Sumatera Utara
4.75
4.75
DP
Sumatera Utara
402.201
102.167
DP
7
Pulau Maria Padang Madarsyah Pargarutan
Sumatera Utara
45.86
8
Simirik
Sumatera Utara
4.58
6
Total
93.1 269.97 21
881.461
83.40
45
DP
4.58
DP
548.567
Sumber : Kantor Besar PPKS Marihat.
STRUKTUR ORGANISASI PPKS dipimpin oleh seorang Direktur yang dibantu oleh Kepala Bidang Penelitian, Kepala Biro Umum/SDM, Kepala Bidang Usaha dan Kepala Satuan Usaha Strategis (SUS). Kepala Bidang Penelitian membawahi tujuh kelompok penelitian yang masing-masing diketuai oleh seorang Ketua Kelompok Peneliti dan Kepala Urusan Penelitian. Kepala Biro Umum/SDM membawahi tiga urusan yaitu Urusan SDM dan Hukum, Urusan Akuntansi dan Keuangan, dan Urusan Rumah Tangga. Kepala Bidang Usaha membawahi Unit Usaha Marihat, Unit
Usaha Medan, Urusan Pengembangan Usaha dan Promosi, Urusan Pelayanan dan Konsultasi, serta Urusan Laboratorium dan Pelayanan. Sedangkan Kepala SUS membawahi semua bagian yang memproduksi, memproses, memasarkan dan mengawasi kecambah kelapa sawit. Di samping itu, Direktur dibantu oleh Kepala Urusan Satuan Pengawasan Intern (SPI) yang dalam tugasnya bertanggung jawab langsung kepada Direktur.
SUMBER DAYA MANUSIA Sebagai lembaga penelitian, PPKS didukung oleh 15 orang Doktor, 12 Magister dan 34 orang sarjana dengan berbagai spesialisasi. Para peneliti membentuk kelompok-kelompok peneliti (kelti) yaitu kelti Pemuliaan Tanaman, kelti Bioteknologi Tanaman, kelti Ilmu Tanah dan Agronomi, kelti Proteksi Tanaman, kelti Enjineering dan Lingkungan, kelti Pengolahan Hasil dan Mutu, dan kelti Sosial Ekonomi.
SARANA PENELITIAN Sebagai sarana pendukung pelaksanaan program penelitian, PPKS memiliki kebun percobaan, rumah kaca, stasiun klimatologi, pabrik kelapa sawit mini dan supermini, laboratorium kultur jaringan tanaman, laboratorium pemuliaan tanaman dan genetika, laboratorium analisis tanah, daun, dan pupuk, laboratorium proteksi tanaman, laboratorium oleopangan dan oleokimia, laboratorium pengujian mutu hasil perkebunan dan laboratorium penelitian teknologi limbah yang dilengkapi dengan peralatan modern.
STRUKTUR ORGANISASI Direktur
Ka. Bidang Penelitian
Pemuliaan Tanaman Bioteknologi Tanaman Tanah dan Agronomi Engineering dan Lingkungan Proteksi Tanaman Pengolahan Hasil Mutu Sosial Ekonomi
Ka. Biro Umum/ SDM
Ka. Bidang Usaha
Ka SUS Bahan Tanaman
Ka. Urusan SDM dan Hukum Ka. Urusan Akuntansi dan Keuangan Ka. Urusan Rumah Tangga
Ka. Unit Usaha Marihat Ka. Unit Usaha Medan Mgr. Pengembangan Usaha dan Promosi Mgr. Jasa dan Konsultasi Mgr. Laboratorium dan Pelayanan
Manager Breeding/ R & D Manager Pohon Induk Manager Produksi Manager QC/QA Manager Pemasaran dan Logistik
Gambar 5. Struktur Organisasi Pusat Penelitian Kelapa Sawit
Ka Urusan SPI
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG PRODUKSI DAN PEMASARAN BENIH KELAPA SAWIT
Pemuliaan Kelapa Sawit Program pemuliaan kelapa sawit memiliki tujuan utama untuk memperoleh individu-individu superior dalam hal produktivitas dan kualitas minyak. Tujuan jangka panjang lainnya adalah mendapatkan kelapa sawit yang memiliki perawakan kompak serta toleran terhadap penyakit dan kekeringan. Dalam melaksanakan program pemuliaan, PPKS mengadopsi metode Reciprocal Reccurent Selection (RRS) yang dikembangkan oleh IRHO (CIRAD, Perancis). Melalui metode pemuliaan RRS dapat dilakukan perbaikan secara serentak daya gabung dari dua populasi dasar yaitu populasi dari grup Deli (A) dan populasi dari grup Afrika (B). Selain itu, dengan metode RRS ini memungkinkan untuk melaksanakan eksploitasi persilangan terbaik dengan segera. Skema metode pemuliaan RRS disajikan pada Gambar 6.
Dura Group
DI D2 D3......
Pisifera/Tenera Group
Pengujian Progeni Studi GCA dan SCA D x P, D x T
Dura Terpilih Selfing/Crossing
P1 P2 P3 T1 T2...
Pisifera/Tenera Terpilih Selfing/Crossing Perbanyakan Klonal (Ortet)
Produksi Kecambah DxP Gambar 6. Skema metode pemuliaan RRS (Pamin, 1997).
Populasi Dasar Populasi dasar yang digunakan dalam pemuliaan kelapa sawit di PPKS terdiri atas dua populasi utama, yaitu populasi kelapa sawit yang memiliki jumlah tandan sedikit tetapi besar-besar (Group A) dan populasi kelapa sawit yang memiliki jumlah tandan banyak tetapi kecil-kecil (Group B). Group A yang digunakan adalah Dura Deli yang telah melalui seleksi yang cukup lama. Seleksi yang dilakukan terhadap Dura Deli di beberapa kebun telah menghasilkan populasi yang menjadi material induk, seperti Dura Marihat, Dura Dolok Sinumbah, Dura Tinjowan dan Dura Rispa. Selain itu terdapat juga Dura Gunung Bayu, Dabou, Socfin dan Dumpy Marihat yang merupakan hasil seleksi awal pada beberapa kebun yang berbeda. Group B yang digunakan sebagian besar hasil introduksi dari Zaire. Beberapa orijin hasil introduksi ini antara lain orijin Bangun, Bah Jambi, Dolok Sinumbah, Sungai Pancur (SP 540 T), Yangambi (LM 238 T, LM 239 T, LM 718 T, LM 432 T). Selain itu, terdapat pula orijin yang diintroduksi dari Pantai Gading seperti orijin Lame (LM 2 T, LM 7 T, LM 9 T, dan LM 14 T), Yocoboue, Nigeria (orijin Nifor), dan Kamerun (orijin Marihat). Dua group ini menjadi populasi dasar (base population) dalam pelaksanaan pemuliaan kelapa sawit. Dari populasi dasar yang telah diseleksi dilakukan suatu tahapan evaluasi melalui pengujian keturunan (progeny test) untuk menganalisis dan menentukan persilangan terbaik yang dilihat dari daya gabung umum dan daya gabung khusus dari tetua (progenitor) yang diuji. Berdasarkan informasi daya gabung tersebut dilakukan seleksi untuk menentukan tetua-tetua yang dapat dijadikan pohon induk untuk produksi benih. Selain untuk menentukan pohon induk, pada tahapan seleksi ini juga dilakukan pemilihan tetua yang akan direkombinasikan untuk mencari materi persilangan dengan potensi yang lebih baik yang akan digunakan pada siklus pemuliaan berikutnya. Melalui rekombinasi diharapkan dapat membentuk suatu populasi dasar baru dengan sifatsifat yang lebih baik dari populasi dasar sebelumnya. Proses pemuliaan yang panjang, yang dilakukan oleh PPKS menghasilkan sebelas varietas utama yang telah dilepas oleh PPKS. Varietas tersebut adalah DP AVROS, DP Bah Jambi, DP Dolok Sinumbah, DP La Me, DP Yangambi, DP
Sungai Pancur 1, DP Sungai Pancur 2, DP Langkat, DP Simalungun, dan dua varietas baru yaitu PPKS 540 dan PPKS 718, karakteristik dari varietas-varietas tersebut terdapat pada Lampiran 3. Saat ini program pemuliaan RRS yang sedang dijalankan oleh PPKS telah memasuki siklus III.
Pengelolaan Pohon Induk dan Pohon Bapak Pengelolaan pohon induk dan pohon bapak untuk produksi bahan tanaman dalam hal ini sebagai sumber benih untuk dikecambahkan dilakukan oleh Divisi Pohon
Induk. Kegiatan pada pohon induk meliputi:
inspeksi pohon,
pembungkusan, penyerbukan dan panen tandan benih. Kegiatan yang dilakukan pada pengelolaan pohon bapak meliputi, pembungkusan bunga jantan, penentuan identitas tepung sari dan panen bunga jantan yang akan diambil tepung sarinya.
Pohon Induk
Inspeksi pohon Inspeksi pohon (pohon yang diinspeksi berkisar 10-15 pohon/hari, 60-80 pohon/minggu/pollinator) induk dan bapak dikunjungi dan diperiksa paling lambat setiap minggu. Aktivitas inspeksi meliputi : 1) pemeriksaan bunga muncul yang dapat dikenali jenisnya dan pencatatan pohon-pohon yang tandan bunganya segera dibungkus, 2) pemeriksaan kondisi pembungkusan tandan bunga dan pencatatan pohon induk yang tandan bunganya akan dilakukan penyerbukan, 3) pencatatan pohon-pohon induk yang pembungkus tandannya telah saatnya dibuka dan yang akan dipanen tandan benihnya.
Pembungkusan Bunga Betina Tandan bunga betina yang berada pada ketiak pelepah daun mulai muncul satu bulan sebelum reseptif. Pembungkusan bunga betina dilakukan sekurangkurangnya 20 hari sebelum bunga reseptif/ujung seludang bunga masih tertutup dengan kondisi seludang pecah maksimal 25 %. Setelah seludang pecah baru
dapat ditentukan jenis kelaminnya. Tandan bunga jantan biasanya lebih ramping dan memanjang sedangkan yang betina lebih pendek dan besar.
Gambar 7. Seludang bunga betina membuka 25% Sebelum dibungkus harus dibersihkan terlebih dahulu yaitu dengan membuang seludang dan membersihkan tangkai tandan (stalk). Setelah dibersihkan dari sampah yang melekat kemudian disemprotkan insektisida di sekeliling tandan bunga dan di bagian dalam pembungkus (bagging). Selanjutnya tandan bunga dibungkus dengan bagging dan diikat di bagian bawah tangkai tandan setelah sebelumnya dibalut dengan kapas yang dibubuhi insektisida yang berfungsi untuk mencegah masuknya serangga dari arah tangkai tandan. Sebagai pengikat digunakan karet bekas ban mobil, pengikatan minimal 6-7 lilitan. Selanjutnya tandan yang telah dibungkus dilapisi dengan kawat kasa untuk menghindari hama tikus. Jika diperlukan (serangan berat) dapat diletakkan racun tikus pada ketiak pelepah di sekitar tandan yang dibungkus untuk mengendalikan serangan hama tikus. Alat yang digunakan utuk pembungkusan bunga adalah : 1) arit, 2) bagging, 3) kapas, 4) insektisida tabur dan cair (konsentrasi ringan), 5) tali ban karet, 6) racun tikus, dan 7) kawat kasa.
Penyerbukan Reseptif bunga ditandai dengan adanya bunga yang mekar pada spikelet dimana kepala putik berwarna putih kekuningan, sudah merekah dan memiliki cairan putih kekuningan. Penyerbukan dapat dilakukan pada saat bunga betina minimal 70 % telah mengalami antesis. Penyerbukan dilakukan pada pukul
08.00-11.00. Bila kepala putik telah kering (tidak berlendir) dan berubah warnanya menjadi merah/merah kehitaman berarti saat penyerbukan telah lewat. Sebelum penyerbukan, pembungkus diperiksa terlebih dahulu untuk memastikan tidak ada SPKS (Serangga Penyerbuk Kelapa Sawit) yang masuk. Jendela plastik dilap dengan alkohol kemudian dilubangi dengan paku untuk memasukkan ujung botol tepung sari. Tepung sari disemprotkan dari kedua sisi jendela
kemudian
lubang
ditutup
dengan
selotip.
Tandan
bunga
digoyang-goyangkan agar tepung sari menyebar rata jatuh di kepala putik. Setelah 15 hari kemudian tandan yang telah dibungkus dibuka. Label yang bertuliskan nomor penyerbukan, tanggal pembungkusan, tanggal penyerbukan, kode pohon induk, nomor registrasi dan inisial pollinator ditancapkan diantara spikelet dengan bantuan obeng.
Gambar 8. Kegiatan Pembungkusan Bunga Betina
Panen Pemanenan dilakukan 4.5-5 bulan setelah penyerbukan. Adapun kriteria panen PPKS adalah maksimal satu buah telah memberondol secara alami. Berondol yang ada di lapang tidak digunakan sebagai sumber benih dan tidak diangkut sebagai hasil panen.
Pohon Bapak Sebelum antesis bunga jantan harus dibungkus dengan pembungkus yang
sedikit berbeda bentuknya yaitu pada bagian bawahnya terdapat kantong plastik tempat penyaluran tepung sari. Bunga jantan harus dibungkus minimal 10 hari
sebelum antesis, biasanya pembungkusan dilakukan 10-15 hari sebelum panen. Bunga akan antesis (60-70 %) dapat diketahui dengan melihat bunga pada spikelet yang telah mengeluarkan tepung sari (maksimal 2/3 bagian spikelet) dan bau adas yang wangi. Pemanenan sebaiknya dilakukan pada jam 09.00-12.00. Tandan bunga jantan ini dipotong dan diturunkan dengan tali, kemudian di bawa ke laboratorium tepung sari.
Penerimaan tandan bunga jantan dari lapang Tandan yang diterima dari lapang harus dilengkapi dengan pengantar panen dan label identitas tandan. Penerimaan dilakukan pada pukul 11.00-12.00. Setelah dilakukan pemeriksaan terhadap dokumen, maka tandan dikondisikan di ruang ber-AC dengan suhu maksimal 22oC selama 3 jam.
Pengumpulan tepung sari Tangkai tandan digantung dalam posisi di sebelah atas. Kemudian dilakukan pemukulan bungkusan tandan dengan menggunakan kayu tumpul dari segala arah. Tepung sari yang terlepas kemudian ditampung dalam kantung plastik yang kemudian diklip dan bagian luar plastik diolesi alkohol lalu diberi identitas sesuai dengan label tandan.
Pengeringan tepung sari Tepung sari yang terkumpul kemudian dimasukkan ke dalam peti manipulasi (yang telah disterilisasikan) dan dilakukan pengayakan untuk membersihkan kotoran-kotoran yang tercampur dengan tepung sari. Hasil pengayakan ditampung dengan ayakan ukuran 80-100 mesh yang telah dilapisi kertas tipis, serta diberikan silica gel aktif 100-200 gram di bagian bawah ayakan. Kemudian ayakan ditutup dan disegel dengan selotip dan setelah minimal 1 x 24 jam dilakukan pengampulan tepung sari. Tepung sari hasil pengayakan dipasangi label sesuai dengan identitas tepung sari.
Gambar 9. Tepung sari hasil pengayakan. Pengisian vial tepung sari Semua alat-alat pengemasan (wadah ayakan) terlebih dahulu disterilisasi menggunakan alkohol lalu dimasukkan ke dalam peti manipulasi yang telah disterilisasikan terlebih dahulu. Tepung sari sebanyak 0.25 gram dimasukkan ke dalam vial, kemudian vial diberi kapas secukupnya lalu ditutup. Setiap 2-4 vial kemudian dimasukkan ke dalam botol kaca kecil yang telah berisi 3 gram silika gel aktif. Botol diberi identitas tepung sari dan ditutup dengan tutup karet. Botol kace kemudian divacum pada tekanan 7 mmHg dan disegel dengan tutup aluminium. Botol kaca tepung sari dimasukkan ke dalam freezer dengan suhu minimal – 18oC untuk menunggu pemakaiannya ke lapang.
Pengujian viabilitas tepung sari Bahan dan alat yang digunakan untuk pengujian viabilitas tepung sari adalah 1) media perkecambahan/sukrosa 8 %, 2) borax 15 ppm, dan 3) air bersih. Media dan tepung sari diletakkan pada dek gelas, kemudian dek gelas dan tepung dari tersebut disimpan dalam oven dengan suhu 38oC selama 3-4 jam. Setelah dipanaskan preparat tepung sari diamati di bawah mikroskop. Pengamatan meliputi jumlah kecambah tepung sari yang hidup dan mati. Kemudian dihitung persentase kecambah tepung sari yang hidup.
Tepung sari yang hidup
Gambar 10. Tepung sari dilihat dari mikroskop Tepung sari dinilai baik jika memiliki viabilitas > 70 %. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap lima tepung sari diperoleh daya berkecambah tertinggi dapat pada tepung sari BO 323 P sebesar 82.3 % dan daya berkecambah terendah terdapat pada tepung sari BO 104 P sebesar 79.4 %. Hasil pengamatan daya berkecambah polen disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Perhitungan Daya Berkecambah Polen No
Tepung Sari 1
Ulangan
DB (%) 1 2 3
BO 104 P Rata-rata
2
1 2 3
BO 713 P Rata-rata
3
1 2 3
BO 323 P Rata-rata
4
1 2 3
BO 484 P Rata-rata
5
1 2 3
BO 498 P Rata-rata
Sumber data : Hasil pengamatan
82.1 75 81 79.4 83.4 80.5 81.6 81.8 83.8 81.2 82 82.3 82.6 80 81.7 81.4 81.7 82.2 79 81.0
Pengujian kehampaan Pengujian kehampaan dilakukan dengan menggunakan alat suntik yang ditusukkan ke dalam botol kaca tepung sari. Apabila kolom udara dalam tabung suntik tersebut terhisap sampai 10 cc maka kehampaan tersebut masih dianggap baik. Sedangkan jika terhisap > 10 cc maka divakum kembali dan dilakukan tes viabilitas ulang.
Pengujian kadar air Alat dan bahan yang digunakan dalam pengujian kadar air tepung sari adalah botol timbang, tepung sari, timbangan dan oven. Botol atau wadah ditimbang terlebih dahulu (berat wadah a gram). Kemudian tepung sari ke dalam wadah yang sudah ditimbang (wadah + tepung sari b gram). Setelah ditimbang wadah + tepung sari dimasukkan ke dalam oven selama 24 jam dengan suhu 105 ºC. Setelah 24 jam wadah + tepung sari dikeluarkan dari oven dan ditimbang lagi (c gram). Kadar air (%) = [(b-a)-(c-a)]/(b-a) x 100 % Bila KA > 4 % maka tepung sari tidak dapat digunakan untuk penyerbukan dan harus diafkir. Apabila < 4 %, maka tepung sari dapat digunakan untuk penyerbukan.
Pencampuran tepung sari Untuk penyerbukan di lapang, tepung sari terlebih dahulu dicampur dengan tepung talkum, pencampuran dilakukan di dalam peti manipulasi. Setiap 1 unit tepung sari dapat dibagi untuk 1 sampai 4 bunga betina, lalu dimasukkan ke dalam botol serbuk yang telah berisi 4 gram talkum. Pencampuran dilakukan dengan cara dikocok-kocok dan botol serbuk dan pipa botol serbuk dalam keadaan tertutup selotip. Setiap botol yang telah berisi campuran tepung sari dan talkum, kemudian dilengkapi dengan label identitas yang akan dipasangkan pada tandan bunga betina. Persiapan ini dilakukan pada pagi hari yang kemudian siap dipakai untuk proses penyerbukan.
Persiapan Benih Penerimaan Tandan Tandan benih yang datang dari lapangan diterima di bagian persiapan benih untuk diperiksa kebenarannya. Pemeriksaan meliputi kondisi label tandan tertancap kokoh di antara spikelet dan tidak melukai buah, identitas label harus sesuai dengan advis panen yaitu nomor penyerbukan, tanggal pembungkusan, tanggal penyerbukan, kode pohon induk, nomor registrasi dan inisial pollinator. Tandan yang telah diperiksa identitasnya, kemudian ditimbang dan beratnya dicatat.
Pencincangan Tandan Selanjutnya tandan dicincang untuk mengetahui kualitasnya. Tandan berkualitas tidak baik adalah tandan yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut : 1) tandan busuk, 2) tandan tanpa biji, 3) tandan yang fruit setnya < 20 % (pengamatan secara visual). Fruit set adalah persentase buah sempurna terhadap total buah yang terbentuk. Kelas fruit set disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Persentase Kelas Fruit Set Kelas Fruit Set Kelas A Kelas B Kelas C Kelas D Kelas E Sumber data : Divisi Produksi PPKS, Marihat
Persentase (%) 80-90 60-80 40-60 20-40 < 20
Tandan dengan kelas E harus diafkir. Tandan dicincang untuk memisahkan antara buah dengan spikeletnya.
Fermentasi dan Pemipilan Tandan yang telah dicincang dikumpulkan dalam peti yang berukuran 60 x 60 x 40 cm untuk difermentasi selama 6-7 hari. Tujuan fermentasi adalah untuk memudahkan pemisahan buah dari spikelet dan mempercepat pelunakan daging buah (mesokarp). Proses ini dilakukan per tandan dan label identitas tetap
disertakan. Selama proses fermentasi dapat sedikit dibasahi agar buah cepat terlepas dari spikeletnya. Tandan hasil fermentasi selanjutnya dipipil untuk memisahkan berondolan dari tangkai buahnya.
Gambar 11. Proses Fermentasi Tandan Kelapa Sawit.
Pengupasan Berondolan hasil pemipilan kemudian dimasukkan ke dalam mesin pengupas daging buah atau depericarper hingga buah terpisah dari bijinya secara sempurna. Depericarper terdiri dari 2 tipe, depericarper vertikal dimana ruang pengupasannya berbentuk bangun silinder-vertikal dengan kapasitas satu tandan selama 15 menit, dan depericarper horizontal dimana ruang pengupasannya berbentuk bangun hexagonal-horizontal dengan kapasitas 2 tandan selama 45 menit. Selama proses pengupasan disemprotkan air guna menghanyutkan daging buah yang terkupas, biji kecil, sampah, pasir dan kotoran lainnya.
Gambar 12. Depericarper Horizontal dan Depericarper Vertikal
Seleksi Benih Setelah dikupas, benih dibawa ke ruang penirisan, benih ditiriskan selama 24 jam dengan suhu 20oC. Setelah itu benih dikirim ke bagian seleksi benih. Benih yang telah ditiriskan kemudian diseleksi untuk memperoleh benih yang baik dengan cara membuang benih yang kecil yang lolos dari kawat kotak pemilihan dengan ukuran lubang 1.2 x 1 cm, benih cacat, sampah serat dan membersihkan daging buah yang tersisa pada benih yang dianggap kurang bersih. Adapun yang dikatakan benih cacat dan harus diafkir adalah :
Benih pecah/terpotong hingga melukai bagian inti yang terjadi pada saat pencincangan dan pengupasan.
Terjadi akibat proses alamiah meliputi benih yang terlalu muda akibat pemotongan tandan tidak seragam yang dicirikan dengan benih berwarna putih.
a
b
c
Gambar 13. Benih Kecil (a), Benih Putih (b), dan Benih Pecah (c) Benih-benih baik dan terpilih dihitung dan ditimbang, selanjutnya benih tersebut dimasukkan ke dalam kantong plastik berlubang. Setiap kantong dilengkapi dengan label identitas dari lapangan dan label kertas (kuning) yang berisi data-data benih dari lapangan dan jumlah benih hasil seleksi. Kemudian benih hasil sortasi disimpan di ruang penyimpanan ber-AC suhu berkisar antara 20-25ºC, sebelum dikirim ke bagian pemecahan dormansi. Benih yang masuk ke dalam ruang penyimpanan tersebut dicatat pada daftar stok benih. Benih diletakkan atau disusun berdasarkan kelompok persilangannya di rak-rak penyimpanan. Benih berada di ruang penyimpanan hingga benih bersebut akan dikecambahkan. Sebelum dimasukkan ke ruang penyimpanan, benih yang telah kering dimasukkan ke ruang bare code dimana benih-benih tersebut akan diberi logo
PPKS. Tujuan pemberian logo ini adalah untuk menghindari terjadinya pemalsuan benih oleh pihak-pihak tertentu. Ruang bare code terdiri dari dua alat dengan kapasitas mesin 70 000 butir/hari.
Gambar 14. Benih yang telah di bare code "PPKS"
Pematahan Dormansi Benih yang diterima dari persiapan benih diperiksa identitasnya dengan mencocokkan nomor persiapan benih, nomor penyerbukan, jumlah benih, berat benih, setelah itu diberi kode urutan yang kemudian benih dimasukkan ke dalam jaring untuk proses perendaman I.
Perendaman I Perendaman dilakukan selama 7 hari di dalam bak yang airnya diganti setiap hari untuk menghilangkan jamur dan mengangkat partikel-partikel yang menempel di benih sekaligus untuk meningkatkan kadar air dari 14 % menjadi 17-18 %.
Pengeringanginan I Setelah 5-7 hari dalam bak perendaman, benih dikeluarkan dari kantong jaring dan dimasukkan ke dalam wadah yang terbuat dari kawat, kemudian dicelupkan
ke
dalam
larutan
fungisida
(dithane)
dengan
konsentrasi
0.1-0.2 % selama 3-5 menit untuk mencegah serangan jamur. Selanjutnya benih-benih tersebut dikeringanginkan pada rak-rak selama 24 jam sampai benih tidak kelihatan basah lagi. Setiap rak yang berisi benih
dillengkapi dengan identitas benih (label). Pengeringanginan dibantu dengan kipas angin.
Pemanasan Selanjutnya benih dimasukkan ke dalam kantong plastik ukuran 30 x 60 cm rangkap dua (double) sebanyak 300-400 benih per kantong. Kantong digembungkan supaya tersedia cukup oksigen. Kemudian kantong diikat dengan karet sehingga udara tidak keluar. Identitas benih tetap disertakan di dalam kantong. Benih akan berada dalam ruang pemanas selama 50-60 hari dengan suhu o
39-40 C. Seminggu sekali kantong benih dikeluarkan dari ruang pemanas dan dibuka selama 3-5 menit agar mendapat tambahan oksigen.
Perendaman II Sebelum benih dikirim ke bagian perkecambahan, maka benih direndam untuk yang kedua kalinya. Lama perendaman berlangsung selama 3 hari dengan tujuan untuk menaikkan kadar air dari 18 % menjadi 23 %.
Pengeringanginan II Setelah itu benih kembali direndam pada larutan dithane dengan dosis 2 g/l selama 3 menit untuk mencegah serangan jamur dan seterusnya dikeringanginkan selama 5-8 jam dalam rak-rak berkawat khasa dilengkapi label yang diikat benang rami dengan kapasitas 300-400 benih. Selanjutnya benih dimasukkan ke dalam kantong plastik berukuran 30 x 60 cm tebal 0.1-0.2 mm. Untuk benih-benih yang berasal dari persilangan yang sama diikat rapat menjadi satu beserta label identitasnya. Kemudian benih dikirim dan disusun di rak-rak perkecambahan benih yang ada di ruang perkecambahan.
Perkecambahan Benih yang diterima dari bagian penganginan selanjutnya dimasukkan ke dalam ruang perkecambahan dengan suhu 28-30oC yang tersusun atas rak-rak dan ada juga yang menggunakan tray. Setelah 3 hari, benih disiram dengan larutan dithane dengan konsentrasi 0.1-0.2 % untuk mencegah serangan jamur dan supaya benih tidak terlalu kering. Pada umumnya benih mulai berkecambah setelah 10-14 hari berada di ruang perkecambahan. Pada saat itu pemilihan kecambah pertama dapat dilakukan. Selanjutnya, seleksi dilakukan hingga maksimal 6 kali atau 6 minggu dalam ruang kecambah. Dalam memulai seleksi, kantong-kantong/tray plastik berisi benih yang berkecambah dikeluarkan dari ruang perkecambahan. Benih atau kecambah yang kering disiram dengan larutan fungisida (dithane) dengan konsentrasi 0.1-0.2 % dengan menggunakan hand sprayer bersamaan waktunya dengan pelaksanaan pemilihan kecambah. Dalam pemilihan kecambah akan dihasikan kecambah baik dan afkir, dengan kriteria sebagai berikut : Ciri kecambah normal adalah : 1) kecambah tumbuh sempurna, secara jelas dapat dibedakan antara plumula dan radikula, 2) plumula dan radikula tampak segar dengan panjang antar ujung maksimal 2 cm, 3) plumula dan radikula lurus berlawanan arah, 4) tidak berjamur. Sedangkan kriteria kecambah abnormal adalah : 1) tumbuh membengkok, 2) plumula dan radikula tumbuh searah, 3) layu dan berjamur dan 4) plumula dan radikula lebih dari 2 cm.
(A)
(B)
Gambar 15. (A) Kecambah Normal dan (B) Kecambah Abnormal
Pengemasan Kecambah Kecambah baik dan benar hasil pemilihan dimasukkan ke dalam kantong plastik berukuran 26 x 30 cm, tebal 0.05 mm, berwarna biru dan berlogo PPKS. Masing-masing kantong berisi 150 kecambah. Kantong kemasan kecambah digembungkan supaya tersedia cukup oksigen. Kemudian disatukan berdasarkan kelompoknya. Kantong kemasan kecambah dimasukkan ke dalam boks plastik berukuran 62 x 54 x 12 cm yang telah berisi busa sterofoam. Tiap boks plastik memuat 5 125 kecambah atau 34 kantong plastik kecambah. Busa sterofoam digunakan untuk mencegah kecambah dari kerusakan guncangan selama pengiriman ke Medan.
Gambar 16. Kecambah yang telah dikemas
Pemasaran Dan Penyaluran Benih di PPKS Divisi Pemasaran dan Logistik di PPKS merupakan Divisi yang bertugas menyalurkan bahan tanaman unggul produk PPKS berupa kecambah kepada konsumen. Sistem pemasaran yang dilakukan oleh PPKS adalah dengan cara menjual kecambah secara langsung kepada konsumen sehingga konsumen yang ingin membeli ataupun mengambil kecambah diharuskan datang sendiri ke PPKS, tidak melalui perantara.
Prosedur Pembelian Kecambah Konsumen yang akan membeli kecambah kelapa sawit baik perorangan ataupun perusahaan harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh PPKS. Syarat- syarat tersebut adalah bagi :
Konsumen Perorangan : Membuat surat permohonan kepada Direktur PPKS. Jumlah maksimal kecambah yang dapat dipesan adalah 5 000 butir. Apabila lebih dari 5 000 butir maka konsumen wajib menyertakan Surat Persetujuan Penyaluran Benih (SP2B) dari Dinas perkebunan (Disbun) setempat. Surat keterangan kepemilikan lahan dari Lurah / Kepala Desa setempat. Fotokopi KTP / SIM yang masih berlaku. Perusahaan Membuat surat permohonan kepada Direktur PPKS. Tidak ada batasan pemesanan. Melampirkan Surat Persetujuan Penyaluran Benih (SP2B) dari Dinas perkebunan (Disbun) setempat. Bagi perusahaan yang baru pertama kali memesan kecambah kelapa sawit ke PPKS, wajib melampirkan fotokopi Surat Hak Guna Usaha (HGU).
Prosedur Penyaluran Kecambah yang diterima dari Divisi Produksi Medan dan Marihat diletakkan di dalam ruang penyimpanan dengan suhu 19-200C. Waktu maksimal kecambah di dalam ruang penyimpanan adalah seminggu karena jika lebih dari seminggu kecambah akan bertambah panjang plumula dan radikulanya. Namun jika kecambah masih dalam keadaan baik, tidak berjamur ataupun busuk maka masih layak disalurkan. Kemasan kecambah baik dan benar per persilangan yang akan disalurkan ke konsumen dicatat kemudian disalin ke dokumen Daftar Persilangan. Dokumen lain yang menyertai adalah DO (Delivery Order) yang dikeluarkan oleh bagian administrasi Divisi Pemasaran dan Logistik dan surat pengantar yaitu surat berita acara serah terima kecambah dari Divisi Produksi kepada konsumen. Kantong-kantong kemasan kecambah baik dan benar yang telah berdokumen dimasukkan ke dalam peti pengiriman yang terbuat dari kayu/triplek berukuran 55 x 35 x 40 cm (kapasitas ± 5 125 benih) dengan berat ± 5 kg yang berlogo PPKS. Kantong-kantong kemasan ini disusun rapi di dalam peti/kotak yang dialasi ayakan serbuk gergaji pada bagian bawahnya. Bila dalam satu
peti/kotak terdiri dari 2 lapisan atau susunan kemasan kecambah, maka diantara lapisan disekat dengan papan triplek. Pada lapisan atas dari susunan kemasan kecambah ditaburi lagi ayakan serbuk gergaji, sehingga diharapkan kecambah akan tahan goncangan selama dalam pengangkutan. Pada setiap peti/kotak penyaluran tertulis nomor peti, jenis dan jumlah kecambah serta tanggal kirim, peti yang berisi kemasan kecambah ini diikat label dan segel tali plastik dan peti/kotak diberikan stiker QC. Selain stiker QC, di peti/kotak penyaluran juga terdapat stiker dari dari BBP2TP (Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan) yang menandakan kecambah yang berasal dari PPKS bebas dari karantina.
Gambar 17. Jenis kemasan kecambah (kemasan peti dan kemasan kardus). Setelah diberi stiker, peti kemudian ditimbang. Berat rata-rata peti berisi kecambah sekitar 35-39 kg. Kecambah baik dan benar yang telah berdokumen diserahkan ke konsumen sesuai dengan urutan pengambilan kecambah. Pada saat pengepakan, petugas penyalur memanggil konsumen untuk melihat proses pengepakan, sehingga konsumen dapat mengecek jumlah dan jenis kecambah yang dibelinya. Jadi jika terjadi kerusakan kecambah yang telah sampai di areal konsumen adalah bukan tanggung jawab PPKS. Oleh karena itu kepada semua konsumen PPKS diberikan refraksi (ekstra benih) 2.5 %. Harga benih yang berlaku untuk beberapa varietas saat ini tercantum dalam Tabel 7.
Tabel 7. Harga Beberapa Varietas Kecambah Kelapa Sawit di PPKS Varietas D x P LT-C D x P Yangambi D x P Avros D x P Lame D x P Sungai Pancur 2 D x P Marihat D x P Bah Jambi D x P PPKS 540 D x P PPKS 718 Dy x P (Dumpy) D x P SM-B
Harga/butir (Rp) 6,000 6,000 6,000 6,000 6,000 6,000 6,000 7,000 7,000 7,000 7,000
Sumber : Divisi Pemasaran dan Logistik PPKS
Benih yang tidak terjual dan tidak layak lagi untuk dipasarkan karena kecambah sudah terlalu panjang plumula-radikulanya sehingga dimusnahkan. Kegiatan pemusnahan kecambah tersebut dilengkapi dengan berita acara pemusnahan kecambah.
PENGARUH PANJANG KECAMBAH TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT DI PRE NURSERY
Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Unit Usaha Marihat yang terletak pada ketinggian 369 dpl. Selama penelitian berlangsung dari bulan Maret sampai dengan bulan Mei 2009, suhu udara rata-rata 25.20 oC dengan suhu maksimum berada pada bulan April, sedangkan suhu minimum terjadi pada bulan Maret. Curah hujan rata-rata pada saat penelitian 355.06 mm dengan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Maret dan terendah pada bulan April. Selama penelitian berlangsung dilakukan pengamatan terhadap organisme pengganggu tanaman (OPT). Hama yang ditemukan adalah spodoptera dan semut. Penyakit yang muncul adalah anthracnose. Penanganan hama secara manual dilakukan dengan pemeriksaan daun yang memperlihatkan gejala serangan hama dan secara kimia dilakukan penyemprotan menggunakan Decis dengan dosis 4 cc/liter.
Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa kecambah asal Medan dengan perlakuan panjang plumula-radikula berpengaruh nyata terhadap peubah tinggi bibit, diameter batang (9 MST), dan jumlah daun (6 dan 10 MST) dan tidak berpengaruh nyata terhadap daya tumbuh. Kecambah asal Marihat berpengaruh nyata terhadap peubah tinggi bibit (2 MST, 3 MST, 4 MST, 5 MST, dan 6 MST) dan jumlah daun (4 MST, 6 MST, 7 MST, dan 11 MST) dan tidak berpengaruh nyata terhadap diameter batang dan daya tumbuh. Rekapitulasi Uji F disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8. Rekapitulasi Sidik Ragam pada Setiap Peubah Pengamatan Peubah Daya Tumbuh Tinggi Bibit 2 MST 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST 9 MST 10 MST 11 MST 12 MST Diameter Batang 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST 9 MST 10 MST 11 MST 12 MST Jumlah Daun 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST 9 MST 10 MST 11 MST 12 MST
Medan Panjang Kecambah
KK (%)
tn
2.05
* ** ** ** * ** * ** ** ** *
20.07 11.36 3.87 4.16 4.32 3.04 3.60 3.08 3.51 3.52 3.99
tn tn tn tn * tn tn tn
4.09 4.21 4.80 4.00 4.96 5.63 3.73 3.37
tn tn ** tn tn tn ** tn tn
8.59 2.53 7.95 4.97 1.45 2.86 7.40 2.63 1.93
Keterangan : ** = Sangat nyata taraf 1%, * = Nyata pada taraf 5%, tn = Tidak Nyata
Tabel 8 Lanjutan. Rekapitulasi Sidik Ragam pada Setiap Peubah Pengamatan Peubah Daya Tumbuh Tinggi Bibit 2 MST 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST 9 MST 10 MST 11 MST 12 MST Diameter Batang 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST 9 MST 10 MST 11 MST 12 MST Jumlah Daun 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST 9 MST 10 MST 11 MST 12 MST
Marihat Panjang Kecambah
KK (%)
tn
2.05
** ** ** ** * tn tn tn tn tn tn
18.06 14.20 11.66 7.15 9.05 6.49 6.99 3.27 7.67 4.71 4.31
tn tn tn tn tn tn tn tn
10.33 8.26 9.87 8.11 5.21 4.71 5.45 4.62
** tn ** ** tn tn tn * tn
10.10 5.87 10.56 10.54 5.86 2.91 4.94 6.75 5.88
Keterangan : ** = Sangat nyata taraf 1%, * = Nyata pada taraf 5%, tn = Tidak Nyata
Daya Tumbuh Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan panjang kecambah tidak berpengaruh nyata terhadap daya tumbuh bibit. Rata-rata persentase daya tumbuh bibit disajikan pada Tabel 9.
Tabel 9. Rata-Rata Persentase Daya Tumbuh Bibit Asal Kecambah
Medan Marihat
Panjang Kecambah (cm) P0 P1 P2 P3 ……………………………….%....................................................... 100 98.33 100 100 100 100 100 98.33
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata pada uji DMRT 5%
Tinggi Bibit Kecambah asal Medan perlakuan P3 berbeda nyata terhadap perlakuan P0 pada peubah tinggi bibit saat berumur 2 MST sampai 12 MST. Bibit tertinggi terdapat pada perlakuan P3 dengan rata-rata tinggi 10.93 cm dan terendah terdapat pada perlakuan P0 dengan rata-rata tinggi 9.67 cm. Kecambah asal Marihat perlakuan P3 berbeda nyata terhadap perlakuan P0 pada peubah tinggi bibit saat berumur 2 MST sampai 6 MST. Bibit tertinggi terdapat pada perlakuan P3 dengan rata-rata tinggi bibit 6.69 cm sedangkan bibit terendah terdapat pada perlakuan P0 dengan rata-rata tinggi bibit 5.16 cm. Kecambah
asal
Medan
menghasilkan
pertambahan
tinggi
bibit
1.74 cm/minggu, lebih tinggi dibanding dengan kecambah asal Marihat yaitu 1.52 cm/minggu. Rata-rata tinggi bibit disajikan pada Tabel 10.
Tabel 10. Rata-Rata Tinggi Bibit Panjang Kecambah (cm) Medan P0 P1 P2 P3 Marihat P0 P1 P2 P3
Umur (MST) 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 …………………………………………………………cm…………………………………………………………… 0.48 b 0.46 b 0.61 ab 0.78 a
1.38 b 1.39 b 1.70 b 2.33 a
3.26 d 3.63 c 4.07 b 4.57 a
5.59 c 6.31 b 6.42 b 7.09 a
7.98 b 8.75 a 8.66 ab 9.23 a
9.67 c 10.63 ab 10.29 b 10.93 a
11.43 b 12.46 a 12.08 ab 12.68 a
12.10 c 13.25 b 14.02 ab 14.23 a
14.95 b 16.28 a 16.78 a 17.27 a
16.63 b 18.19 a 18.10 a 19.15 a
17.67 b 19.21 a 18.75 ab 20.11 a
0.35 b 0.40 b 0.53 b 0.77 a
0.70 c 0.79 bc 1.06 b 1.62 a
1.87 b 2.46 b 3.15 a 3.74 a
3.25 c 4.04 b 4.15 b 5.30 a
5.16 b 5.69 ab 6.24 a 6.69 a
7.21 7.83 7.96 8.65
8.88 9.35 9.25 9.78
10.80 10.84 10.86 10.87
11.93 12.18 12.19 12.82
13.02 14.13 14.16 14.24
15.18 15.73 15.84 16.52
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata pada uji DMRT 5 %.
Diameter Batang Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan kriteria kecambah berpengaruh nyata terhadap diameter batang pada 9 MST untuk kecambah asal Medan. Diameter batang tertinggi diperoleh pada perlakuan P3 meskipun tidak berbeda nyata dengan perlakuan P0. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan kriteria kecambah tidak berpengaruh nyata terhadap diameter batang untuk kecambah asal Marihat. Secara umum terjadi kecenderungan perlakuan P3 memiliki diameter batang tertinggi dibanding perlakuan lainnya. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin panjang kecambah menyebabkan diameter batang meningkat. Kecambah asal Medan menghasilkan pertambahan diameter batang 0.39 mm/minggu, lebih besar dibandingkan dengan pertambahan diameter kecambah asal Marihat yaitu 0.29 mm/minggu. Rata-rata diameter batang disajikan pada Tabel 11. Tabel 11. Rata-Rata Diameter Batang Panjang Kecambah (cm) Medan P0 P1 P2 P3 Marihat P0 P1 P2 P3
Umur (MST) 5 6 7 8 9 10 11 12 ……………………………mm……………………………. 3.00 3.40 3.73 4.07 4.3 ab 4.93 5.30 5.63 3.07 3.40 3.70 3.93 4.13 b 5.20 5.37 5.77 3.23 3.53 3.97 4.37 4.60 a 5.37 5.60 6.00 3.30 3.67 4.00 4.30 4.70 a 5.40 5.63 6.10 ……………………………mm……………………………. 2.80 2.98 3.49 3.79 4.00 4.55 4.63 4.75 2.85 3.50 3.61 3.84 4.03 4.60 4.76 5.00 3.17 3.35 3.68 3.91 4.15 4.60 4.79 5.00 3.40 3.65 3.84 4.05 4.31 4.73 4.85 5.08
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata pada uji DMRT 5%
Jumlah Daun Kecambah asal Medan perlakuan P3 berbeda nyata terhadap perlakuan P0 pada peubah jumlah daun saat berumur 6 MST dan 10 MST. Jumlah daun
terbanyak terdapat pada perlakuan P3 dengan rata-rata 2.93 helai dan jumlah terendah terdapat pada perlakuan P0 dengan rata-rata 2.27 helai. Kecambah asal Marihat perlakuan P3 berbeda nyata terhadap perlakuan P0 pada peubah jumlah daun saat berumur 4 MST, 6 MST, 7 MST dan 11 MST. Jumlah daun terbanyak terdapat pada perlakuan P3 dengan rata-rata 1.53 helai sedangkan jumlah terendah terdapat pada perlakuan P0 dengan rata-rata 0.93 helai. Rata-rata jumlah daun disajikan pada Tabel 12. Tabel 12. Rata-Rata Jumlah Daun Panjang Kecambah (cm) Medan P0 P1 P2 P3 Marihat P0 P1 P2 P3
Umur (MST) 4 5 6 7 8 9 10 11 12 …………………………………….helai……………………………… 0.87 1.00 1.20 b 1.83 1.97 2.00 2.27 b 2.83 2.93 0.93 1.00 1.40 b 1.97 2.00 2.00 2.4 b 2.90 3.00 1.00 1.00 1.80 a 1.90 2.00 2.00 2.87 a 2.90 3.00 1.00 1.06 1.93 a 2.00 2.00 2.07 2.93 a 3.00 3.00 …………………………………….helai……………………………… 0.2 c 0.93 0.93 b 1.23 b 1.77 1.93 2.00 2.07 b 2.63 0.8 b 1.00 1.13 b 1.73 a 1.93 2.00 2.10 2.40 a 2.80 0.8 b 1.00 1.17 b 1.83 a 1.93 2.00 2.13 2.43 a 2.80 1.0 a 1.00 1.53 a 1.87 a 2.00 2.00 2.20 2.47 a 2.87
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata pada uji DMRT 5%.
PEMBAHASAN
F T A Produksi Dan Pemasaran Benih Kelapa Sawit R Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) sebagai penghasil sekaligus T penyalur benih kelapa sawit unggul mampu menghasilkan 40 juta kecambah A setiap tahunnya. Produksi kecambah kelapa sawit di PPKS mengalami B E peningkatan dan penurunan setiap bulannya. Berdasarkan data produksi tahun L 2008 produksi tertinggi terjadi pada bulan Juli yaitu sebesar 4 967 953 butir. Produksi terendah terjadi pada bulan September yaitu sebesar 3 584 048 butir. L Tinggi rendahnya produksi kecambah tergantung pada pasokan benih dan minat a pasar. Pada tahun 2008 PPKS mampu memproduksi 51 903 565 kecambah. Data produksi kecambah kelapa sawit di PPKS tahun 2008 disajikan pada Tabel 13. m pi Tabel 13. Produksi Kecambah Kelapa Sawit tahun 2008 Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total Rata-rata
Jumlah 4,058,405 3,931,430 4,032,438 4,417,749 4,377,500 4,588,985 4,967,953 4,443,716 3,584,048 4,213,546 4,429,399 4,858,396 51,903,565 4,325,297
ra n T ab el 1. A n g ga ra
Sumber : Divisi Produksi
n Pemasaran Dan Penyaluran Benih di PPKS
Bi
ay Sistem pemasaran yang dilakukan PPKS adalah dengan cara menjual a .............................. bahan tanaman secara langsung kepada konsumen. Pengguna kecambah yang T dihasilkan PPKS meliputi Perusahaan Swasta, PTPN, Koperasi, Dinas ab Perkebunan, dll. Pada gambar 18 dapat dilihat jumlah terbesar kecambah tersalur el 2. R en ca
pada tahun 2008 adalah untuk perusahaan swasta dengan jumlah kecambah tersalur sebanyak 25 953 061 butir. Kecambah tersebut digunakan untuk pembukaan lahan baru dan replanting.
Gambar 18. Jumlah Kecambah yang Tersalur pada Tahun 2008 Saat ini PPKS telah menghasilkan 11 varietas dengan keunggulan masing-masing. Pada tahun 2008 penjualan varietas SM-B lebih tinggi dibanding 10 varietas lainnya sebesar 13 457 800 kecambah.
Gambar 19. Histogram Penjualan Kecambah berbagai Varietas tahun 2008
Prospek Industri Benih Kelapa Sawit di Indonesia
Laju pengembangan perkebunan kelapa sawit di Indonesia selama tiga tahun terakhir (2006-2008) mencapai 500 000 ha per tahun. Pada tahun 2006 luas lahan kelapa sawit sebesar 6 594 914 ha meningkat menjadi 7 007 876 ha pada tahun 2008. Luas areal kelapa sawit tahun 1980-2009 disajikan pada Tabel 14. Tabel 14. Luas Areal Kelapa Sawit Tahun 1980-2009. Tahun 1980 1990 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Luas Areal 290,000 1,126,000 2,026,000 2,250,000 2,922,000 3,561,000 3,902,000 4,158,079 4,713,535 5,067,058 5,283,557 5,284,723 5,453,817 6,594,914 6,766,836 7,007,876 7,135,331
Sumber : Departemen Pertanian (2009)
Peningkatan luas areal kelapa sawit diikuti dengan peningkatan permintaan benih. Permintaan benih kelapa sawit meningkat signifikan semenjak tahun 2007 yang mencapai 224 922 000 butir. Saat ini terdapat 11 produsen resmi benih kelapa sawit dengan kapasitas 180 juta butir.
Upaya Penanganan Perbenihan Kelapa Sawit Ke Depan Peningkatan kebutuhan benih sebagai akibat pengembangan areal baru kelapa sawit yang cukup tinggi ini diperkirakan hanya akan berlangsung beberapa tahun ke depan. Diperkirakan pada tahun 2020 lahan perkebunan kelapa sawit telah memenuhi batas maksimum. Sehingga, kebutuhan akan benih hanya sebatas
replanting saja. Menurut Taher dalam Susila (2005) telah mengidentifikasi ketersediaan lahan yang cocok untuk kelapa sawit mencapai sekitar 2 960 000 ha. Ketersediaan lahan untuk perluasan kelapa sawit disajikan pada Tabel 15. Tabel 15. Ketersediaan Lahan untuk Perluasan Kelapa Sawit Propinsi
Luas (Ha)
Jambi Kalimantan Tengah Kalimantan Timur Sulawesi Selatan Sulawesi Tengah Papua Barat Total
50,000 310,000 370,000 130,000 200,000 2,000,000 2,960,000
Di Sumatera Utara lahan tersedia untuk perluasan lahan umumnya pada status lahan kritis dengan kandungan hara yang rendah sehingga tidak potensial untuk pengembangan perkebunan kelapa sawit. Sehingga perluasan lahan terpusat di bagian Indonesia Timur. Jika perluasan dilakukan antara tahun 2006-2020, maka setiap tahun Indonesia harus melakukan perluasan sekitar 200 000-300 000 ha dengan kebutuhan benih sekitar 40 juta-60 juta butir. Selain itu, kebutuhan peremajaan sebesar 5 % dari total areal perkebunan. Sehingga total kebutuhan benih diperkirakan 120 juta-150 juta butir per tahun. Selanjutnya kebutuhan benih hanya diperlukan untuk peremajaan yang jumlahnya sekitar 100 juta kecambah per tahun. Untuk mengantisipasi kondisi tersebut, PPKS terus melakukan inovasi yaitu dengan menghasilkan benih sesuai permintaan konsumen. Salah satunya dengan mengembangkan program kultur jaringan.
Analisis Internal Dan Eksternal Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS)
A. Analisis Matrik IFE (Internal Factor Evaluation) Analisis internal PPKS terdiri dari faktor kekuatan dan kelemahan. Masing-masing faktor yang mempengaruhi dijelaskan sebagai berikut : a. Faktor Kekuatan Faktor kekuatan yang dimiliki PPKS adalah sebagai berikut : 1) Sumber Daya Manusia yang handal PPKS Marihat memiliki cukup banyak tenaga kerja yang tersebar dalam Satuan Usaha Strategis Bahan Tanaman dan kebun komersial. Jumlah keseluruhan tenaga kerja yang dimiliki oleh PPKS Marihat adalah sebanyak 734 orang yang terdiri dari 27 karyawan pimpinan dengan pendidikan Sarjana-Doktor, 263 karyawan pelaksana dan 444 karyawan PKWT/KHL dengan tingkat pendidikan yang beragam mulai SD-Sarjana. Pekerja di perusahaan ini memiliki kelebihan yaitu tingkat kedisiplinan, loyalitas, integritas dan kejujuran yang tinggi. Perusahaan cukup memeperhatikan kesejahteraan para karyawannya dengan memberikan berbagai fasilitas seperti fasilitas kesehatan, fasilitas kendaraan, perumahan karyawan dan juga fasilitas berupa pemberian telur dan susu. Karyawan di perusahaan juga memperoleh pendapatan lain di luar gaji pokok per bulan untuk karyawan pimpinan, karyawan pelaksana dan karyawan PKWT/KHL akan memperoleh IKUK (insentif kerja unit kerja) dan insentif produksi setiap bulannya jika target yang diberikan perusahaan tercapai. 2) Produk yang berkualitas dan teruji Produk yang dihasilkan PPKS berasal dari hasil penelitian pemuliaan yang berkesinambungan, terukur dan setiap varietas yang dilepas selalu dilakukan progeny test di lapangan. 3) Harga produk yang lebih kompetitif/pemberlakuan diskon Harga produk yang relatif lebih murah dibanding produsen benih lain. PPKS selain melayani permintaan dari kebun milik Negara, Swasta, Dinas
Perkebunan, juga memberikan alokasi produksi kecambahnya sebanyak 30 % untuk petani. Setiap petani yang membeli kecambah dari PPKS ≤ 2 000 butir akan diberikan diskon 10 %. 4) Citra dan reputasi Citra dan reputasi PPKS sebagai satu-satunya produsen benih milik pemerintah dan sebagai lembaga penelitian kelapa sawit merupakan salah satu kekuatan daya tarik tersendiri bagi konsumen. 5) Ketersediaan plasma nutfah Ketersediaan plasma nutfah dalam hal ini untuk calon pohon induk dan pohon bapak untuk produksi benih juga merupakan faktor kekuatan yang sangat mendukung. 6) Diversifikasi produk Selain kecambah, PPKS juga memproduksi bibit kelapa sawit yang berasal dari kultur jaringan dan benih kakao. Produk lainnya seperti Marihat Fungicide (MARFU-P) untuk pengendalian Ganoderma, Feromonas untuk pengendalian kumbang tanduk Oryctes rhinoceros, Kompos PALM BIONIC dari tandan kosong kelapa sawit sebagai penyubur tanah, Pakan ternak, dan Paket Teknologi Produksi Biodiesel Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Mini. 7) Layanan Purna jual Setiap konsumen yang membeli kecambah > 100 000 butir mendapatkan layanan purna jual gratis (mulai dari teknis budidaya sampai tanaman menghasilkan). PPKS juga membebaskan biaya kirim hingga ke bandara terdekat dimana kecambah tersebut ditanam. 8) Program waralaba PPKS membuka program waralaba untuk benih, bibit dan varietas. Program waralaba merupakan bentuk kerja sama dalam penggunaan hak atas kekayaan intelektualnya antara pewaralaba dan terwaralaba. Terwaralaba berhak menggunakan nama, merek usaha dagang, produk dan jasa dari pewaralaba dalam kurun waktu tertentu. Terwaralaba membayar kompensasi atas pemberian dan penggunaan hak atas kekayaan intelektual tersebut. Program ini dilakukan guna mempermudah petani pekebun yang jauh agar lebih mudah untuk mendapatkan benih unggul. Waralaba dibuka pada daerah
sentra pengembangan kelapa sawit, sehingga dengan demikian dampak penggunaan benih ilegitim (palsu) dapat dihindari. 9) Baiknya hubungan antara atasan dan bawahan Keberhasilan perusahaan tidak terlepas dari baiknya hubungan antara atasan dan bawahannya, karena keberhasilan manajemen dilakukan dengan mengunakan tenaga dan pikiran orang lain.
b. Faktor Kelemahan 1) Waktu produksi lama Untuk menghasilkan kecambah kelapa sawit diperlukan waktu ± 9 bulan (mulai penyerbukan hingga menjadi kecambah unggul), dikarenakan benih kelapa sawit mengalami dormansi, dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk mempercepat proses pematahan dormansi benih kelapa sawit. 2) Pengelolaan SDM cenderung generalis Untuk mendukung proses produksi dalam menghadapi persaingan, sumber daya manusia merupakan salah satu faktor penting. PPKS selain sebagai lembaga penelitian juga bergerak dalam bisnis kecambah sehingga ada beberapa SDM yang merangkap sebagai peneliti tetapi juga harus mengurusi bisnis sehingga tidak fokus pada satu pekerjaan. 3) Promosi belum maksimal Promosi yang terus-menerus diperlukan untuk mendapatkan konsumen lebih banyak lagi. Promosi bisa dilakukan melalui media komunikasi seperti jaringan komputer, media massa, dan televisi juga perlu dilakukan sebagai media promosi. 4) Lokasi kebun induk/bapak tidak satu hamparan Lokasi yang digunakan PPKS dalam hal produksi benih, sumber pohon induk dan pohon bapak tidak satu hamparan sehingga terkadang menyulitkan dalam hal pengontrolan. Hal ini disebabkan karena pihak PPKS tidak memiliki lahan sendiri dalam melakukan uji lapangan sehingga harus bekerja sama dengan PTPN IV. Matrik IFE PPKS disajikan pada Tabel 16.
Tabel 16. Matrik IFE PPKS Faktor Strategi Internal Kekuatan Sumber daya manusia yang handal Produk yang berkualitas dan teruji Citra dan reputasi Harga produk yang lebih kompetitif dan pemberlakuan diskon harga Ketersediaan plasma nutfah Diversifikasi produk Layanan purna jual Program waralaba Baiknya hubungan atasan dan bawahan Kelemahan Waktu produksi lama Pengelolaan SDM cenderung generalis Promosi belum maksimal Lokasi kebun Induk dan Bapak tidak satu hamparan TOTAL
Bobot
Rating Skor
0.081 4 0.087 4 0.077 4
0.32 0.35 0.31
0.076 0.085 0.079 0.087 0.077 0.079
3.67 3.33 3.33 4 3.67 3.67
0.28 0.28 0.26 0.35 0.28 0.29
0.063 0.070 0.078 0.061 1
2 2 1.33 2
0.13 0.14 0.10 0.12 3.21
Keterangan : Bobot masing-masing faktor dimulai dari 1 (paling penting) sampai 0.0 (tidak penting) berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap posisi stategis produksi bahan tanaman kelapa sawit. Rating masing-masing faktor dimulai dari 4(outstanding) sampai dengan 1 (poor) berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi PPKS. Faktor kekuatan mempunyai nilai positif dari 1 sampai 4 (sangat baik), sedangkan faktor kelemahan mempunyai nilai negatif, jika ancamannya besar sekali maka nilainya 1 dan jika kecil maka nilainya 4. Skor merupakan perkalian bobot dengan rating.
Berdasarkan hasil analisis matrik IFE pada tabel 16, yang menjadi faktor kekuatan utama PPKS adalah produk yang berkualitas dan teruji dan layanan purna jual dengan nilai sebesar 0.087 dengan rating skala 4, artinya bahwa faktor kunci tersebut merupakan kekuatan utama perusahaan. Dalam meningkatkan kualitas produk, PPKS selalu melakukan inovasi dengan cara menghasilkan berbagai produk sesuai dengan keinginan konsumen. Dengan adanya produk yang berkualitas dan teruji seperti 11 varietas unggul kelapa sawit yang memiliki keunggulan masing-masing varietas. Layanan purna jual merupakan salah satu bentuk pelayanan yang diberikan kepada konsumen yang telah menggunakan produk PPKS. Faktor yang menjadi kelemahan utama PPKS berdasarkan hasil identifikasi dari matrik IFE yaitu promosi belum maksimal dengan nilai 0.078
dengan rating skala 1.33, artinya bahwa faktor tersebut merupakan kelemahan utama perusahaan. Keterbatasan informasi tentang pemesanan kecambah unggul seringkali membuat pekebun mengambil jalan pintas, yaitu membeli benih liar dan benih palsu. Promosi yang dilakukan PPKS masih bersifat personal dengan konsumen yaitu setiap ada pembelian, pertemuan ataupun kegiatan lainnya, biasanya PPKS memberikan brosur yang berisi tentang produk-produknya untuk disebarkan ke konsumen. Cara promosi ini efektif bila dilakukan pada konsumen dari daerah Medan, tetapi untuk promosi ke luar daerah akan lebih baik dilakukan melalui media komunikasi seperti jaringan komputer, media massa, dan televisi juga perlu dilakukan sebagai media promosi. Hasil analisis matrik IFE PPKS yang meliputi faktor kekuatan dan kelemahan
diperoleh
nilai
skor
sebesar
3.21.
Total
nilai
tersebut
mengidentifikasikan bahwa perusahaan berada pada tingkat kuat dalam memanfaatkan kekuatan yang ada, sehingga dapat menutupi kelemahan yang dihadapi perusahaan dalam melakukan usaha produksi benih. B. Analisis Matrik EFE (External Factor Evaluation) Analisis eksternal produksi dan pemasaran benih PPKS terdiri dari faktor peluang dan ancaman. Masing-masing faktor yang mempengaruhi dijelaskan sebagai berikut : a. Faktor Peluang Faktor-faktor yang mempengaruhi peluang dalam produksi benih adalah sebagai berikut : 1) Pertumbuhan permintaan benih nasional meningkat Menurut Direktorat Jenderal Perkebunan (2008) permintaan akan benih kelapa sawit dalam negeri mencapai 239 921 000 benih sedangkan produksi dalam negeri benih kelapa sawit hanya 181 500 000 benih. Benih tersebut dibutuhkan selain untuk perluasan lahan juga untuk replanting. 2) Peningkatan luas areal kelapa sawit Peningkatan luas areal kelapa sawit juga merupakan peluang bagi produksi benih kelapa sawit. Menurut Direktorat Jenderal Perkebunan (2008) sejak
2007, luas perkebunan kelapa sawit Indonesia meningkat dari 6 766 836 ha pada 2007 menjadi 7 135 331 ha pada tahun 2009. 3) Munculnya teknologi baru Munculnya teknologi baru yang diterapkan dalam bentuk penelitian merupakan peluang yang sangat mendukung bagi pengembangan produk.
b. Faktor Ancaman 1) Bertambahnya jumlah produsen benih resmi Tingkat daya saing produk di dalam perdagangan bahan tanaman kelapa sawit tidak hanya ditentukan perbedaan harga, tetapi juga oleh aspek-aspek lain seperti kualitas dan pelayanan. Bentuk persaingan bervariasi, tetapi yang paling sering muncul adalah persaingan harga dan kualitas. Hingga tahun 2009 di Indonesia terdapat 11 produsen benih kelapa sawit yang secara resmi diakui oleh pemerintah Indonesia. Hal ini akan menyebabkan berkurangnya porsi benih yang tersalur dari masing-masing produsen benih. 2) Krisis global Krisis global diperkirakan akan berimbas pada lesunya permintaan benih sehingga PPKS membuat target produksi pada tahun 2009 yaitu 35 juta butir kecambah, menurun dari kapasitas produksi pada tahun 2008 yang mencapai 51 juta butir kecambah. 3) Rawan pemalsuan produk PPKS merupakan produsen benih unggul pertama dan terbesar di Indonesia sehingga sering dijadikan contoh bagi para pemalsu produk guna mengambil keuntungan bagi orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Keterbatasan biaya maupun informasi tentang pemesan kecambah unggul seringkali membuat pekebun mengambil jalan pintas, yaitu membeli benih liar dan benih palsu yang dapat mengakibatkan kerugian ekonomi yang berlanjut. 4) Pemerintah membuka kran impor benih Perkebunan kelapa sawit yang ada di Indonesia kebanyakan pemegang saham/pemiliknya berasal dari luar negeri, oleh karena itu mereka menginginkan penggunaan material dari Negara asal mereka. Misalnya dari
Malaysia, Papua Nugini, Thailand, Kamerun, dan Costa Rika. Para pengelola kebun diizinkan melakukan impor benih dengan perjanjian mereka tidak akan mengimpor yang varietasnya ada di Indonesia. Matrik EFE PPKS disajikan pada Tabel 17. Tabel 17. Matrik EFE PPKS Faktor Strategi Eksternal Peluang Pertumbuhan permintaan benih nasional meningkat Peningkatan luas areal kelapa sawit Munculnya teknologi baru Ancaman Bertambahnya jumlah produsen benih resmi Krisis finansial global Rawan pemalsuan produk Pemerintah membuka kran impor benih TOTAL
Bobot
Rating
Skor
0.156 3.67 0.139 3.33 0.154 3.33
0.57 0.46 0.51
0.142 0.150 0.159 0.144 1
0.47 0.40 0.48 0.38 3.27
3.33 2.67 3 2.67
Keterangan : Bobot masing-masing faktor dimulai dari 1 (paling penting) sampai 0.0 (tidak penting) berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap posisi stategis produksi bahan tanaman kelapa sawit. Rating masing-masing faktor dimulai dari 4(outstanding) sampai dengan 1 (poor) berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi PPKS. Faktor peluang mempunyai nilai positif dari 1 sampai 4 (sangat baik), sedangkan faktor ancaman mempunyai nilai negatif, jika ancamannya besar sekali maka nilainya 1 dan jika kecil maka nilainya 4. Skor merupakan perkalian bobot dengan rating.
Berdasarkan analisis matrik EFE pada tabel 17, yang menjadi faktor peluang utama adalah pertumbuhan permintaan benih nasional meningkat dengan nilai sebesar 0.156 dengan rating skala 3.67. Pertumbuhan permintaan benih kelapa sawit dipicu oleh peningkatan harga CPO yang luar biasa mulai tahun 2007, sampai dengan saat ini mengingat prospek pengembangan kelapa sawit ke depan sangat bagus, tidak saja untuk bahan baku minyak makan, oleokimia, tetapi juga digunakan sebagai bahan baku energi (biofuel). Sehingga memberikan peluang untuk terus memproduksi benih kelapa sawit Faktor yang menjadi ancaman perusahaan yang utama adalah rawannya pemalsuan produk dengan nilai sebesar 0.159 dengan rating skala 3. Faktor ini menunjukkan bahwa perusahaan dalam mengatasi ancaman sedang.
Hasil analisis matrik EFE PPKS yang meliputi faktor peluang dan ancaman
diperoleh
nilai
skor
sebesar
3.27.
Total
nilai
tersebut
mengidentifikasikan bahwa eksternal perusahaan berada pada tingkat tinggi dalam memanfaatkan peluang yang ada, sehingga dapat mengatasi ancaman yang dihadapi perusahaan dalam melakukan usaha produksi benih.
C. Analisis Matrik IE (Internal-Eksternal) Hasil analisis matrik IE berguna untuk mengetahui posisi perusahaan. Berdasarkan hasil analisis matrik IFE skor nilai yang diperoleh sebesar 3.21, artinya bahwa perusahaan mempunyai kekuatan yang kuat, sedangkan skor matrik EFE tergolong tinggi yaitu sebesar 3.27, artinya bahwa perusahaan dapat memanfaatkan peluang tinggi. Bila kedua hasil matrik digabung maka nilai tersebut berada pada koordinat (3.21;3.27), bila dipetakan dalam matrik IE, maka posisi perusahaan berada pada sel 1 yaitu strategi pertumbuhan (Growth) dan strategi yang dikembangkan adalah strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk. Strategi penetrasi pasar berusaha meningkatkan pangsa pasar untuk produk yang sudah ada di pasar melalui usaha pemasaran yang gencar. Strategi pengembangan produk berupaya meningkatkan penjualan dengan memperbaiki atau memodifikasi produk yang sudah ada. Matrik Internal-Eksternal PPKS disajikan pada Gambar 20. Skor IFE Kuat 4
4
Rata-rata 3
Lemah 2
1
1
2
3
3
4
5
6
2
7
8
9
Tinggi
Skor EFE Medium
Rendah 1
Gambar 20. Matrik IE PPKS
D. Analisis Matrik SWOT Berdasarkan
kekuatan,
kelemahan,
peluang,
dan
ancaman
dapat
diformulasikan alternatif strategi yang dapat diambil. Formulasi strategi ini dilakukan dengan menggunakan alat analisis SWOT. Adapun alternatif strategi tersebut sebagai berikut : 1. Strategi S-O Strategi S-O atau strategi kekuatan-peluang merupakan strategi yang menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk memanfaatkan peluang eksternal yang bertujuan untuk memperoleh keuntungan bagi perusahaan. Alternatif strategi S-O yang dapat dikembangkan adalah meningkatkan kapasitas
produksi,
mengoptimalkan
kemampuan
SDM
untuk
mengembangkan teknologi baru dalam bentuk penelitian dan penambahan pohon induk aktif. Meningkatkan kapasitas produksi benih kelapa sawit di dalam negeri melalui penambahan pohon induk aktif merupakan upaya mengantisipasi kebutuhan benih kelapa sawit ke depannya. 2. Strategi S-T Strategi S-T atau strategi kekuatan-ancaman merupakan strategi yang menggunakan kekuatan internal untuk menghindari ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan. Alternatif strategi S-T yang dapat dikembangkan adalah melayani permintaan konsumen sesuai dengan spesifikasi dan tepat waktu, meningkatkan R & D untuk inovasi baru, pengembangan produk asal kultur jaringan dan varietas yang tahan serangan Ganoderma sp. serta adaptif terhadap lingkungan. Salah satu sara untuk menghadapi persaingan dengan produsen benih kelapa
sawit
lainnya
adalah
dengan
meningkatkan
penelitian
dan
pengembangan (R & D) untuk inovasi baru yang menghasilkan benih sesuai permintaan konsumen seperti mengembangkan program kultur jaringan yang menghasilkan tanaman seragam dan toleran terhadap beberapa penyakit yang bersifat genetik dapat dilakukan secara mudah, misalnya crowm disease, genetic orange spott.
3. Strategi W-O Strategi W-O atau strategi kelemahan-peluang merupakan strategi yang bertujuan memperbaiki kelemahan dengan memanfaatkan peluang yang ada. Alternatif strategi W-O yang dapat dikembangkan adalah mengusahakan pengembangan dan pelatihan SDM, menjadi pemasar yang mendidik (memberikan informasi dan meyakinkan konsumen), dan spesialisasi pekerjaan (peneliti tidak mengurusi bisnis). 4. Strategi W-T Strategi W-T atau strategi kelemahan-ancaman merupakan strategi yang ditujukan untuk mengurangi kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal. Alternatif strategi W-T yang dapat dikembangkan adalah membentuk kemitraan, pengembangan program waralaba, dan sosialisasi dampak pengunaan benih palsu ke petani. Kemitraan dengan perusahaan-perusahaan perkebunan yang merupakan pasar potensial, hal ini untuk mempertahankan pasar yang ada serta memperluas pangsa pasar. Untuk mengatasi masalah penggunaan benih palsu, PPKS sebagai Pusat Penelitian Kelapa Sawit bekerja sama dengan berbagai pihak dapat mengembangkan program waralaba yang mempermudah petani pekebun yang jauh agar lebih mudah untuk mendapatkan benih unggul dan memberikan program penyuluhan kepada para pekebun mengenai dampak dari penggunaan benih liar dan benih palsu yang dapat menurunkan produksi minyak/ha sampai 50 %. Matriks SWOT produksi dan pemasaran benih kelapa sawit yang berisikan alternatif-alternatif strategi disajikan pada Tabel 18.
Tabel 18. Matrik SWOT IFE
EFE
Opportunities (O) 1. Pertumbuhan permintaan benih nasional meningkat 2. Munculnya teknologi baru 3. Meningkatnya perluasan lahan kelapa sawit
Threats(T) 1. Bertambahnya jumlah produsen benih resmi 2. Krisis finansial global 3. Rawan pemalsuan 4. Pemerintah membuka kran impor benih
Strength (S) Weakness (W) 1. SDM yang handal 1. Waktu produksi lama 2. Produk yang berkualitas 2. Pengelolaan SDM dan teruji cenderung generalis 3. Harga produk yang lebih 3. Promosi belum maksimal kompetitif dan 4. Lokasi kebun induk/bapak pemberlakuan diskon harga tidak satu hamparan 4. Citra dan reputasi 5. Ketersediaan plasma nutfah 6. Diversifikasi produk 7. Layanan purna jual 8. Program waralaba 9. Baiknya hubungan atasan dan bawahan Strategi S-O Strategi W-O 1. Meningkatkan kapasitas 1. Mengusahakan produksi (S 3.5 & O1.3) pengembangan dan 2. Mengoptimalkan pelatihan SDM (W2 & O2) kemampuan SDM dalam 2. Menjadi pemasar yang mengembangkan teknologi mendidik (memberikan baru dalam bentuk informasi dan meyakinkan penelitian (S1 & O2) konsumen) (W3 & O2) 3. Penambahan pohon induk 3. Spesialisasi pekerjaan aktif (S5 & O1.2.3) (peneliti tidak mengurusi bisnis) (W2 & O1) Strategi S-T Strategi W-T 1. Melayani permintaan 1. Membentuk kemitraan konsumen sesuai dengan (W3 & T1.2.3.4) spesifikasi dan tepat waktu 2. Pengembangan program (S2.3.5 & T1) waralaba (W3 & T1.2) 2. Meningkatkan R & D 3. Sosialisasi dampak untuk inovasi baru (S2.5 & penggunaan benih palsu ke T1.2.4) petani (W3 & T3) 3. Pengembangan produk asal kultur jaringan dan varietas yang tahan serangan Ganoderma sp. sertaadaptif terhadap lingkungan (S6 & T1.4)
Pengaruh Panjang Kecambah Terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit Di Pre Nursery Daya tumbuh bibit yang mencerminkan persentase kecambah yang berhasil tumbuh membentuk bibit pada media pembibitan. Dalam percobaan ini diketahui bahwa kriteria kecambah tidak mempengaruhi daya tumbuh bibit. Namun terlihat dari rata-rata persentase daya tumbuh bibit semakin rendah seiring dengan semakin panjang kecambah. Kecambah asal Marihat perlakuan P3 memiliki persentase terendah yaitu 98.33 % dibanding dengan perlakuan lainnya. Hal ini dikarenakan semakin panjang kecambah semakin besar resiko untuk kecambah patah ketika akan ditanam sehingga dapat menyebabkan kecambah menjadi luka dan mati, terbukti dengan dijumpai kecambah yang tidak tumbuh pada perlakuan P3 karena membusuk. Menurut Mangoensoekarjo dan Semangun (2005) bibit yang mati dan abnormal dapat timbul karena perlakuan atau lingkungan, antara lain karena kesalahan penanaman seperti terbalik, terlalu dalam atau tanah terlalu padat, tercampur batu atau kayu, kurang penyiraman atau tergenang, gangguan hama atau penyakit, kesalahan pemupukan dan jarak bibit yang terlalu rapat sehingga kekurangan matahari. Pertumbuhan merupakan hasil dari pembelahan sel dan pembesaran volume sel, dalam pembelahan membutuhkan energi yang sangat tinggi yang diperoleh dari proses respirasi. Hal ini sesuai dengan Gardner, et al. (1991) yang menyatakan munculnya semai memerlukan energi yang tinggi lewat respirasi cadangan makanan yang terdapat dalam biji. Laju respirasi tergantung pada ketersediaan substrat, yakni senyawa yang akan diuraikan (karbohidrat, lemak, protein). Biji kelapa sawit terdiri dari sebuah embrio yang berada di dalam endosperm. Selama beberapa minggu awal perkembangannya, kecambah bergantung pada suplai dari endosperm, kandungan utama berupa lemak (minyak inti). Cadangan makanan yang cukup sehingga proses respirasi berjalan dengan baik yang mengakibatkan laju pertumbuhan tinggi bibit, diameter batang dan jumlah daun tanaman lebih cepat. Perbedaan tinggi bibit disebabkan karena adanya perbedaan dalam kecepatan berkecambah atau muncul tunas dipermukaan tanah. Perlakuan P3 memiliki panjang plumula dan radikula lebih panjang daripada perlakuan lainnya
sehingga potensi untuk muncul ke permukaan lebih cepat. Semakin lambat kecepatan muncul kecambah dipermukaan tanah menyebabkan tinggi bibit semakin rendah. Tinggi bibit yang tertinggi diperoleh dari perlakuan P3, sedangkan tinggi bibit terendah pada perlakuan P0. Tanaman bersifat mencari cahaya (fototrop) untuk dapat menangkap cahaya yang digunakan untuk proses fotosintesis tanaman. Menurut Lubis (2008) fotosintesa dimulai pada umur 1 bulan yaitu ketika daun pertama telah terbentuk dan selanjutnya secara berangsur-angsur peranan endosperm sebagai suplai bahan makanan mulai tergantikan. Perlakuan P3 lebih cepat dalam proses pembentukan daun dibandingkan dengan perlakuan P0.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Pusat Penelitian Kelapa Sawit memiliki pengelolaan bahan tanaman yang baik, dimulai dari pengelolaan pohon induk, produksi benih hingga pemasaran terbukti dengan adanya sertifikat ISO 9001:2008. PPKS sebagai salah satu produsen benih sudah mampu memproduksi kecambah kelapa sawit secara optimal. Hal ini dapat dilihat dari produksi benih kelapa sawit yang dihasilkan oleh PPKS pada tahun 2008 mencapai 51 juta kecambah dari target sebesar 40 juta kecambah. Hasil analisis matrik IFE PPKS yang menjadi kekuatan utama yaitu produk yang berkualitas dan teruji dan layanan purna jual dengan nilai sebesar 0.087 dengan rating skala 4, artinya bahwa faktor kunci tersebut merupakan kekuatan utama perusahaan. Sedangkan faktor kelemahan utama yaitu promosi belum maksimal dengan nilai 0.078 dengan rating skala 1.33, artinya bahwa faktor tersebut merupakan kelemahan utama perusahaan. Hasil analisis matrik EFE PPKS yang menjadi peluang utama yaitu pertumbuhan permintaan benih nasional meningkat dengan nilai sebesar 0.156 dengan rating skala 3.67. Sedangkan faktor ancaman utama yaitu rawannya pemalsuan produk dengan nilai sebesar 0.159 dengan rating skala 3. Faktor ini menunjukkan bahwa perusahaan dalam mengatasi ancaman sedang. Industri benih kelapa sawit di Indonesia masih prospektif, diperkirakan sampai dengan tahun 2020. Permintaan benih kelapa sawit diperkirakan berkisar 120 juta-150 juta butir per tahun dengan perluasan sekitar 200 000-300 000 ha dengan kebutuhan peremajaan sebesar 5 % dari total areal perkebunan. Selanjutnya kebutuhan benih hanya diperlukan untuk peremajaan yang jumlahnya sekitar 100 juta kecambah per tahun. Berdasarkan hasil analisis matrik IFE skor nilai yang diperoleh sebesar 3.21, artinya bahwa perusahaan mempunyai kekuatan yang kuat, sedangkan skor matrik EFE tergolong tinggi yaitu sebesar 3.27, artinya bahwa perusahaan dapat memanfaatkan peluang tinggi, bila dipetakan dalam matrik IE menunjukkan bahwa posisi perusahaan berada pada sel 1 yaitu pertumbuhan (Growth) dan
strategi yang dikembangkan adalah strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk. Hasil analisis matrik SWOT menghasilkan 12 strategi alternatif yaitu 1) meningkatkan kapasitas produksi, 2) mengoptimalkan kemampuan SDM untuk mengembangkan teknologi baru dalam bentuk penelitian, 3) penambahan pohon induk aktif, 4) melayani permintaan konsumen sesuai dengan spesifikasi dan tepat waktu, 5) meningkatkan R & D untuk inovasi baru, 6) pengembangan produk asal kultur jaringan dan varietas yang tahan serangan Ganoderma sp. serta adaptif terhadap lingkungan, 7) mengusahakan pengembangan dan pelatihan SDM, 8) menjadi pemasar yang mendidik (memberikan informasi dan meyakinkan konsumen), 9) spesialisasi pekerjaan (peneliti tidak mengurusi bisnis), 10) membentuk kemitraan, 11) pengembangan program waralaba, dan 12) sosialisasi dampak pengunaan benih palsu ke petani. Kecambah asal Medan dengan perlakuan panjang kecambah berpengaruh nyata terhadap peubah tinggi bibit, diameter batang (9 MST), dan jumlah daun (6 dan 10 MST) dan tidak berpengaruh nyata terhadap daya tumbuh. Kecambah asal Marihat berpengaruh nyata terhadap peubah tinggi bibit (2 MST, 3 MST, 4 MST, 5 MST, dan 6 MST) dan jumlah daun (4 MST, 6 MST, 7 MST, dan 11 MST) dan tidak berpengaruh nyata terhadap diameter batang dan daya tumbuh. Perlakuan P3 (panjang kecambah 1-2 cm) memiliki laju pertumbuhan yang lebih tinggi dibanding dengan perlakuan P0 (kecambah muntup) saat di pre nursery.
Saran 1. Perusahaan diharapkan dapat mengimplementasikan keduabelas strategi alternatif dalam pengembangan bisnis produksi benih kelapa sawit. 2. Untuk mendapatkan pertumbuhan bibit kelapa sawit yang baik disarankan menggunakan benih sebagai bahan tanaman yang memiliki panjang plumula-radikula 1-2 cm. 3. Perlu dilaksanakan penelitian lanjutan pada tahap pembibitan utama untuk mengetahui keseragaman pertumbuhan bibit di pembibitan utama hingga siap untuk dipindah ke lapang.
DAFTAR PUSTAKA
F T Buana, L., D. Siahaan, dan S. Adiputra. 2006. Budidaya Kelapa Sawit. Pusat A Penelitian Kelapa Sawit. Medan. Sumatera Utara. 435 hal. R Chairani, M. 1991. Teknik pengadaan benih kelapa sawit bersertifikat. Berita T Pen.Perkeb. 2:57-70. A Darmawati. 2009. Formulasi Strategi Usaha Florist dan Dekorasi pada Susie B Flower di Bogor. Skripsi. Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis. E Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. 99 hal. L Direktorat Jenderal Perkebunan. 2008. Pendataan kelapa sawit tahun 2008 secara komprehensif dan objektif. URL.http:/ditjenbun.deptan.go.id/sekretbun. 13 Januari 2009. L a Direktorat Jenderal Perkebunan. 2008. Kondisi Perbenihan Kelapa Sawit. URL.http:/ditjenbun.deptan.go.id/sekretbun. 13 Januari 2009. m pi Gardner, F.P., R.B. Pearce dan R.L. Mitchel. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Terjemahan. H. Susilo. UI Press. Jakarta. 428 hal. ra n Gumilar, R. 2008. Analisis Pemasaran Salak (Kasus di Desa Cikondang, Kecamatan Cinaem, Kabupaten Tasikmalaya, Propinsi Jawa Barat). Skripsi. T Program Studi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian ab Bogor. 66 hal. Hartley. 1967. The Oil Palm. Longman. London. p 41-69
el
1. Kotler, P. and G. Amstrong. 2004. Dasar-Dasar Pemasaran. Terjemahan dari A Principles of Marketing. Penerjemah : B. Sarwaji. PT Indeks. Jakarta. 463 n hal. g Latif, S. 2006. Potensi dan Peluang Investasi Industri Kelapa Sawit di Indonesia. ga Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan. Sumatera Utara. 220 hal. ra Lubis, A. U. 1993. Pengadaan Benih Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis n Jacq.). Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan. 65 hal. Bi Lubis, A. U. 2008. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Indonesia. Edisi 2. ay Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Sumatera Utara. 362 hal.
a............................... Mangoensoekarjo dan H. Semangun. 2005. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. T Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 605 hal. ab el 2. R en ca
Pamin, K. 1997. Pengadaan dan penyaluran kecambah kelapa sawit Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Prosiding Pertemuan Teknis Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan. 10 hal. Rangkuti, F. 1997. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 19 hal. Risza, S. 1995. Upaya Peningkatan Produktifitas Kelapa Sawit. Kanisius. Yogyakarta. 186 hal. Setyamidjaja, D. 2006. Kelapa Sawit Tenik Budi Daya, Panen, dan Pengolahan. Kanisius. Yogyakarta. 127 hal. Susila, W. R. 2005. Peluang pengembangan kelapa sawit di Indonesia : perspektif jangka panjang 2025. Lembaga Riset Pekebunan Indonesia. Bogor. 19 hal. Sutopo, L. 2004. Teknologi Benih. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta. 238 hal. Williyatno. 2007. Pengaruh Tingkat Kemasakan dan Posisi Benih dalam Tandan terhadap Viabilitas Benih Kelapa Sawit. Program Studi Pemuliaan Tanaman dan Teknologi Benih, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. 47 hal.
F T A R T A B E L L a m pi ra
LAMPIRAN
n T ab el 1. A n g ga ra n Bi ay
a ................................. T ab el 2. R en ca
Lampiran 1. Jumlah Kecambah Tersalur Tahun 2008 Perusahaan
Januari Februari Maret Swasta 1,805,844 1,829,625 2,028,475 PTPN 1,186,554 1,054,274 461,184 Koperasi 127,100 123,340 81,692 Disbun 128,125 97,375 102 Waralaba 123,000 148,625 249,075 Perorangan 298,003 256,999 182,702 PPKS 10,250 16,000 CV 92,250 102,500 124,025 Total 3,760,876 3,622,988 3,143,255 Sumber : Divisi Pemasaran dan Logistik PPKS
Bulan April 2,558,462 507,375 116,593 70,724 350,550 218,136 11,000 243,940 4,076,780
Mei 2,479,749 410,000 89,687 20,500 362,850 261,110
Juni 2,183,250 687,906 72,262 64,575 370,742 286,590
Juli 2,862,250 687,906 72,262 64,575 370,742 286,590
191,674 3,815,570
172,454 3,837,779
172,454 4,516,779
Agustus 2,292,924 622,317 93,428 316,340 394,625 223,006 45,000 30,750 4,018,390
September 2,183,908 209,423 156,312 174,250 254,111 20,000 41,000 3,039,004
Oktober 2,176,924 817,335 38,950 304,425 251,125 238,969 25,000 15,375 3,868,103
November 2,032,085 916,099 76,362 393,036 363,875 137,131 27,675 3,946,263
Desember 1,549,505 1,282,053 215,106 563,236 348,500 113,049 40,590 300 4,112,339
Total 25,983,001 8,842,426 1,106,782 2,179,325 3,507,959 2,756,396 195,515 1,186,722 45,758,126
Lampiran 2. Jumlah Penjualan Kecambah berbagai Varietas tahun 2008 Varietas Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total
Yangambi SP2 SMB LTC LAME Dumpy Avros 1,010,269 66,317 1,156,349 108,985 174,882 574,090 663,603 748,746 32,102 1,177,884 242,770 207,222 712,939 484,311 603,256 53,606 1,070,277 152,242 173,609 532,603 398,655 1,057,139 202,026 1,054,367 142,181 149,360 660,787 603,829 958,944 71,339 1,061,163 208,586 101,883 634,217 533,614 928,234 122,487 1,009,251 297,515 92,998 542,206 663,767 1,217,714 54,004 1,148,244 214,839 28,187 915,243 666,885 1,275,380 80,885 960,815 156,220 83,536 614,183 570,127 610,383 34,235 757,166 283,425 71,718 570,612 455,405 741,431 51,250 1,234,580 578,100 78,596 436,229 536,414 903,658 1,537 1,214,974 605,963 130,174 268,037 563,942 858,651 4,830 1,612,730 416,150 54,250 367,045 559,239 10,913,805 774,618 13,457,800 3,406,976 1,346,685 6,828,191 6,699,791
Sumber : Divisi Pemasaran dan Logistik PPKS
PPKS 718
PPKS 540
67,650 89,154 138,625 66,875 77,900 138,374 47,661 133,660 105,456 156,574 35,082 232,162 10,575 245,487 14,216 197,287 21,665 236,313 13,719 225,455 532,549 1,721,341
Total BJ Mar 307 6,374 15,272 1,742 2,203 2,050 19,832 8,116
3,761,176 3,622,988 3,143,255 4,077,239 3,786,020 3,837,779 4,507,146 4,008,390 3,039,006 3,868,103 3,946,263 4,353,400 45,950,765
Lampiran 3. Deskripsi Varietas Kelapa Sawit Unggul PPKS 1. D X P Marihat Potensi Produksi TBS
: 31 ton/ha/tahun
Produksi TBS rata-rata
: 24-25 ton/ha/tahun
Potensi Hasil (CPO)
: 7.9 ton/ha/tahun
Produksi CPO rata-rata
: 6.0-6.3 ton/ha/tahun
Rendemen Minyak
: 23-25%
Produksi Minyak Inti
: 0.54 ton/ha/tahun
Kerapatan Tanaman
: 143 pohon/ha
Pertumbuhan Meninggi
: 0.6-0.7 m/tahun
2. Dy X P Sungai Pancur 1 Potensi Produksi TBS
: 32 ton/ha/tahun
Produksi TBS rata-rata
: 25-28 ton/ha/tahun
Potensi Hasil (CPO)
: 7.6 ton/ha/tahun
Produksi CPO rata-rata
: 6.5-7.3 ton/ha/tahun
Rendemen Minyak
: 23-26%
Produksi Minyak Inti
: 0.49 ton/ha/tahun
Kerapatan Tanaman
: 143 pohon/ha
Pertumbuhan Meninggi
: 0.4-0.55 m/tahun
3. D X P Sungai Pancur 2 Potensi Produksi TBS
: 30 ton/ha/tahun
Produksi TBS rata-rata
: 24-27 ton/ha/tahun
Potensi Hasil (CPO)
: 7.5 ton/ha/tahun
Produksi CPO rata-rata
: 6.2-6.8 ton/ha/tahun
Rendemen Minyak
: 23-25%
Produksi Minyak Inti
: 0.51 ton/ha/tahun
Kerapatan Tanaman
: 143 pohon/ha
Pertumbuhan Meninggi
: 0.65-0.85 m/tahun
4. D X P Bah Jambi Potensi Produksi TBS
: 32 ton/ha/tahun
Produksi TBS rata-rata
: 22-24 ton/ha/tahun
Potensi Hasil (CPO)
: 7.4 ton/ha/tahun
Produksi CPO rata-rata
: 5.7-6.2 ton/ha/tahun
Rendemen Minyak
: 23-26%
Produksi Minyak Inti
: 0.62 ton/ha/tahun
Kerapatan Tanaman
: 130 pohon/ha
Pertumbuhan Meninggi
: 0.65-0.85 m/tahun
5. D X P La Me Potensi Produksi TBS
: 36 ton/ha/tahun
Produksi TBS rata-rata
: 26-27 ton/ha/tahun
Potensi Hasil (CPO)
: 7.49 ton/ha/tahun
Produksi CPO rata-rata
: 5.9-7.0 ton/ha/tahun
Rendemen Minyak
: 22-27%
Produksi Minyak Inti
: 0.6 ton/ha/tahun
Kerapatan Tanaman
: 143 pohon/ha
Pertumbuhan Meninggi
: 0.55-0.7 m/tahun
6. D X P Langkat Potensi Produksi TBS
: 31 ton/ha/tahun
Produksi TBS rata-rata
: 27.5 ton/ha/tahun
Potensi Hasil (CPO)
: 8.3 ton/ha/tahun
Produksi CPO rata-rata
: 7.23 ton/ha/tahun
Rendemen Minyak
: 26.3%
Kerapatan Tanaman
: 143 pohon/ha
Pertumbuhan Meninggi
: 0.6-0.7 m/tahun
7. D X P AVROS Potensi Produksi TBS
: 30 ton/ha/tahun
Produksi TBS rata-rata
: 24-27 ton/ha/tahun
Produksi CPO rata-rata
: 5.5-7.0 ton/ha/tahun
Rendemen Minyak
: 23-26%
Produksi Minyak Inti
: 0.54 ton/ha/tahun
Kerapatan Tanaman
: 130 pohon/ha
Pertumbuhan Meninggi
: 0.6-0.8 m/tahun
8. D X P Yangambi Potensi Produksi TBS
: 39 ton/ha/tahun
Produksi TBS rata-rata
: 25-28 ton/ha/tahun
Potensi Hasil (CPO)
: 7.5 ton/ha/tahun
Produksi CPO rata-rata
: 5.8-7.3 ton/ha/tahun
Rendemen Minyak
: 23-26%
Produksi Minyak Inti
: 0.62 ton/ha/tahun
Kerapatan Tanaman
: 130 pohon/ha
Pertumbuhan Meninggi
: 0.6-0.75 m/tahun
9. D X P Simalungun Potensi Produksi TBS
: 33 ton/ha/tahun
Produksi TBS rata-rata
: 28.4 ton/ha/tahun
Potensi Hasil (CPO)
: 8.7 ton/ha/tahun
Produksi CPO rata-rata
: 7.53 ton/ha/tahun
Rendemen Minyak
: 26.5%
Kerapatan Tanaman
: 143 pohon/ha
10. D X P PPKS 540 Kandungan mesokarp yang sangat tinggi, hingga 91.3 % Potensi rendemen minyak tertinggi mencapai 30.6 % Potensi CPO tertinggi mencapai 9.1 ton/ha/tahun 11. D X P PPKS 718 Potensi CPO tertinggi mencapai 8.1 ton/ha/tahun
Lampiran 4. Jurnal Magang di Pusat Penelitian Kelapa Sawit Waktu
: 12 Februari – 12 Juni 2009
Penanggung Jawab
: Ir. Edi Supriyanto, MSc.
Mahasiswa
: Putri Utami Saraswati
Tanggal 12-02-09 13-02-09 14-02-09 16-02-09 17-02-09 18-02-09 & 19-02-09 20-02-09
Uraian Kegiatan Penjelasan mengenai teknis pelaksanaan magang dan penelitian yang diberikan kepada mahasiswa Konsultasi lebih lanjut mengenai penelitian yang diminta PPKS Marihat dan mencari literatur mengenai penelitian yang akan dilakukan Menyerahkan proposal penelitian Membuat surat permohonan permintaan kecambah varietas Simalungun Pengenalan beberapa divisi (BRD meliputi : Analisis Tandan, Crossing Plan, Vegetatif, Recording Data, Produksi, Kantor Besar) Divisi BRD Bagian Analisis Tandan Kegiatan di Analisis Tandan : menimbang tandan buah, mencincang, mengikir, dan soxhlet Kunjungan lapang ke kebun Mahanda untuk melihat proses pengambilan sampel tandan untuk di analisis
21-02-09
Kunjungan lapang ke kebun Bah Jambi. Kegiatan antara lain melihat proses pembungkusan bunga jantan untuk selfing, melihat tanaman yang dijadikan ortet, melihat tanaman hasil backcross Elaeis guineensis x Elaeis oleifera
Hasil Mendapatkan gambaran mengenai pelaksanaan magang dan penelitian Mendapatkan literatur yang dapat digunakan sebagai bahan untuk membuat proposal penelitian Proposal Penelitian Surat permohonan KKS Mengetahui divisi-divisi yang ada di SUS BHT Mahasiswa mengetahui kegiatan yang ada di divisi analisis tandan Mahasiswa dapat mempraktekkan cara pemisahan buah dari spikelet, mengikir daging buah dan prosedur melakukan analisis minyak Mahasiswa mengetahui salah satu kebun yang dalam tahap pengujian progeny, cara memanen buah serta teknik pengisian label. Mahasiswa mengetahui beberapa afdeling yang dijadikan sebagai kebun bapak dan induk, mengetahui alat dan bahan pembungkusan bunga mengetahui tanaman kelapa sawit yang baru diambil untuk dijadikan ortet dan tanaman backcross Elaeis guineensis x Elaeis oleifera
Lampiran 4 Lanjutan. Jurnal Magang di Pusat Penelitian Kelapa Sawit Tanggal Kegiatan 23-02-09 & Review divisi pohon induk 24-02-09 25-02-09 & 26-02-09
Review divisi produksi
27-02-09
Review divisi quality control
28-02-09
Menyiapkan polybag penanaman kecambah umtuk penelitian
02-03-09
Divisi Produksi bagian Persiapan benih
03-03-09
Divisi Produksi bagian Persiapan benih
04-03-09
05-03-09
Ke PPKS Medan untuk mengambil kecambah Dumpy dan Simalungun
Menanam kecambah penelitian Seleksi benih dan mengirim benih ke bagian pemecahan dormansi
Hasil Mahasiswa mengetahui tanaman yang dijadikan sebagai pohon induk yaitu dengan ciri-ciri pohonnya dicat dengan warna merah Mahasiswa mengetahui teknik pembungkusan, penyerbukan, dan pembukaan bungkusan bunga betina Mahasiswa mengetahui teknik pengolahan buah sampai menjadi biji Mahasiswa mengetahui teknik pemecahan dormansi Mahasiswa mengtahui teknik perkecambahan Mahasiswa mengetahui teknik melakukan verifikasi pada divisi produksi Mahasiswa mengisi polybag yang akan digunakan untuk penanaman kecambah untuk penelitian sebanyak 360 polybag Mahasiswa mengetahui cara pemeriksaan identitas tandan benih, cara penimbangan, pencincangan, fermentasi dan lama fermentasi, pengupasan daging buah serta cara penirisan Mahasiswa bisa melakukan proses seleksi benih yaitu dapat membersihkan serat yang masih menempel pada benih, dapat membedakan benih baik dengan yang diafkir, serta dapat menghitung jumlah benih baik Mahasiswa mengetahui teknik pemeriksaan tandan benih, teknik pencincangan dan lama fermentasi Mahasiswa mengetahui kebun Aek Pancur Mahasiswa mendapatkan kecambah varietas Dumpy sebanyak 120 butir dan Simalungun sebanyak 120 butir yang berasal dari medan Mahasiswa mengetahui cara penanaman kecambah sehingga dapat melakukan proses penanaman dengan baik
Lampiran 4 Lanjutan. Jurnal Magang di Pusat Penelitian Kelapa Sawit Tanggal Kegiatan 06-03-09
07-03-09 08-03-09 09-03-09
10-03-09
11-03-09
12-03-09
13-03-09
14-03-09 16-03-09
Seleksi Benih, Penirisan, Penyimpanan, Penamaan Benih Ke pembibitan untuk menyiram tanaman Penanaman kecambah Simalungun asal Marihat dan pemeliharaan tanaman yang ditanam sebelumnya Pemeliharaan tanaman penelitian Bagian pemecahan dormansi benih Kegiatan meliputi penganginan benih yang sudah dimasukkan ke dalam ruangan pemanas. Pemasangan label benih hasil perendaman pertama Memasukkan benih yang telah ditiriskan ke dalam tray dan meletakan di ruang pemanas Latihan pemeriksaan benih yang dikirim dari persiapan benih dan latihan menulis no urut benih sesuai dengan no urut surat pengantar pengiriman benih dari persiapan benih Penganginan Pemberian label benih hasil rendaman ke dua Penganginan Pengamatan penelitian Mengeluarkan benih yang sudah dipanaskan dari ruang pemanas Menulis label (No urut benih) di plastik kaca Memasukkan benih ke dalam jaring Melihat proses perendaman benih Melihat proses pengurutan label Mencoba memasukkan benang label Pengamatan penelitian 1 MST Kegiatan di bagian perkecambahan
Hasil Setelah melakukan seleksi benih dikirim ke ruang penirisan dan penyimpanan. Benih-benih tersebut dikelompokan berdasarkan kelompoknya. Dengan mengikuti kegiatan tersebut mahasiswa dapat mengetahui kelompok benih hasil seleksi. Mahasiswa mengetahui cara penanaman kecambah sehingga dapat melakukan proses penanaman dengan baik Tanaman bebas dari hama dan penyakit Mahasiswa dapat melakukan proses penganginan
Mahasiswa dapat mempraktekkan pemasangan label benih hasil perendaman pertama
Mahasiswa bisa memeriksa identitas benih yang diterima dari bagian persiapan benih serta dapat menulis urutan benih sesuai dengan urutan pada surat pengantar benih
Mahasiswa dapat mempraktekkan pemasangan label benih hasil perendaman kedua
Mahasiswa mengetahui proses perendaman benih
Belum ada yang muncul ke permukaan Kegiatan memilih kecambah
Lampiran 4 Lanjutan. Jurnal Magang di Pusat Penelitian Kelapa Sawit Tanggal Kegiatan 17-03-09
Memilih kecambah normal, mengikat kecambah yang sudah dihitung dan mencatat data perkecambahan yang perlu
18-03-09
Memilih kecambah dan diskusi dengan supervisor produksi
19-03-09
Ke pembibitan untuk pengamatan penelitian Memilih kecambah normal, mengikat serta melihat proses memasukkan box kecambah ke dalam mobil pengiriman ke PPKS Pusat
20-03-09
Memilih kecambah normal dan mengikat kecambah
21-03-09
Pengamatan dan mencatat data yang dibutuhkan pada divisi produksi
23-03-09
Kegiatan di divisi pohon induk
24-03-09
Melihat proses penyerbukan
25-03-09
Melihat proses pembungkusan bunga betina
26-03-09
Pengamatan 3 MST varietas D X P SM-B asal Medan
27-03-09
Kegiatan di divisi pohon induk
28-03-09
Pengamatan 3 MST varietas D X P SM-B asal Marihat
30-03-09
Kegiatan di divisi pohon induk
Hasil Mahasiswa dapat membedakan kecambah afkir dengan kecambah normal Mahasiswa bisa mengikat kecambah yang siap untuk dimasukkan ke box Mahasiswa mengetahui kriteria kecambah normal, abnormal dan busuk Mahasiswa mengetahui proses pengemasan hingga siap di kirim ke Medan Mahasiswa mengetahui kriteria kecambah normal, abnormal dan busuk Mendapat data kecambah yang tersalur pada tahun 2008 Mengetahui jumlah pohon induk di Kebun Bah Jambi pos 2 Mengetahui cara pengamatan pohon Mengetahui jumlah pohon induk di Kebun Bah Jambi pos 3 Mengetahui alat dan bahan unuk penyerbukan seperti paku, polen, alkohol dan kapas. Mengetahui proses penyerbukan Mengetahui jumlah pohon induk di Kebun Bah Jambi pos 5 Mengetahui alat dan bahan unuk pembungkusan seperti gunting, stepler, klerat, obeng, sevin, baygon, dan selotip. Mengetahui teknik pembungkusan Hampir 100% kecambah sudah muncul ke permukaan untuk semua taraf Mengetahui ciri-ciri bunga bandel Hampir 100% kecambah sudah muncul ke permukaan untuk semua taraf, hanya 1 pada P3 tidak tumbuh karena busuk Mengetahui jumlah pohon induk di kebun Bah Jambi tt 1992 Rata-rata 8 tandan/pokok/tahun.
Lampiran 4 Lanjutan. Jurnal Magang di Pusat Penelitian Kelapa Sawit Tanggal Kegiatan 31-03-09
Kegiatan di divisi pohon induk
01-04-09
Mengikuti kegiatan panen tandan benih
02-04-09
Pengamatan 4 MST varietas D X P SM-B asal Medan Kunjungan supervisi dari Departemen
03-04-09
Kegiatan di divisi Pohon induk bagian data base
04-04-09 06-04-09
Pengamatan 4 MST varietas D X P SM-B asal Marihat Kegiatan di pohon bapak
07-04-09
Mengikuti proses pencampuran tepung sari dan penentuan viabilitas polen
08-04-09
Mengikuti proses pengampulan dan proses penentuan viabilitas talkum
09-04-09
Pengamatan 5 MST varietas D X P SM-B asal Medan
10-04-09
Kegiatan di divisi Pohon induk bagian data base
11-04-09
Pengamatan 5 MST varietas D X P SM-B asal Marihat
13-04-09
Kegiatan di divisi BRD bagian Vegetatif
14-04-09
Kunjungan ke Kebun Dolok Sinumbah (kebun percobaan/pengujian) dan ke Plasma Nutfah E. oleifera asal Brazil
Hasil Mengetahui jumlah pohon induk di kebun Bah Jambi tt 2000 blok A. Mengetahui ciri-ciri tandan abnormal Mengetahui jumlah pohon induk di kebun Marihat tt 1986 pos 44 A. Mengetahui kriteria panen yang tepat.. Keliling divisi produksi Mengetahui poses penginputan data. Mencatat data Daun pertama sudah muncul Mengetahui kegiatan di pohon bapak Mengetahui teknis pencampuran tepung sari. Mengetahui mekanisme pengujian viabilitas tepung sari. Rata-rata polen yang di uji memiliki DB > 80 %, batas minimal DB adalah 70% Mengetahui mekanisme pengampulan dan penentuan viabilitas talkum. Dari hasil pengujian diperoleh persentase talcum tumbuh adalah 0 % Memulai pengukuran diameter Mengetahui poses penginputan data. Mencatat data Memulai pengukuran diameter Mengetahui cara pengukuran tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun, panjang pelepah, jumlah anak daun, panjang dan lebar anak daun Terdapat 21 persilangan. Ditanam Desember 2008. Luas ± 12 ha. Ciri-ciri E. oleifera asal Brazil adalah pertumbuhan cepat, aborsi tinggi, tahan terhadap penyakit, mutu minyak baik
Lampiran 4 Lanjutan. Jurnal Magang di Pusat Penelitian Kelapa Sawit Tanggal Kegiatan 15-04-09
Kegiatan di divisi BRD bagian Vegetatif
16-04-09
Pengamatan 6 MST varietas D X P SM-B asal Medan
17-04-09 18-04-09
Mencari data Pengamatan 6 MST varietas D X P SM-B asal Marihat
20-04-09
Kegiatan di divisi BRD bagian Crossing plant
22-04-09
Mengikuti proses perendaman benih D X T
23-04-09
Melihat ruang penyimpanan milik BRD
24-04-09
Diskusi
25-04-09
Pengamatan 7 MST varietas D X P SM-B asal Medan
27-04-09
Pengamatan 7 MST varietas D X P SM-B asal Marihat
28-04-09 29-04-09 30-04-09
Kegiatan di divisi BRD bagian penimbangan tandan Kegiatan di lab tepung sari Mengikuti proses penimbangan tandan di lapang
01-05-09
Pengamatan 8 MST varietas D X P SM-B asal Medan
02-05-09
Pengamatan 8 MST varietas D X P SM-B asal Marihat
04-05-09
Kegiatan di divisi Pemasaran & logistik
05-05-09
Kegiatan di divisi Pemasaran & logistik bagian penyaluran
06-05-09 07-05-09
Kegiatan di divisi Pemasaran & logistik bagian penyaluran Kegiatan di divisi Pemasaran & logistik bagian administrasi
Hasil Mengetahui cara pengukuran tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun, panjang pelepah, jumlah anak daun, panjang dan lebar anak daun Rata-rata pertambahan tinggi 2.3 cm, diameter 0.35 cm, jumlah daun 0.56 helai. Diperoleh data vegetatif backcross Melakukan pemupukan pertama Memperoleh gambaran kegiatan yang dilakukan di divissi crossing plant Benih D X T berada di dalam ruang pemanas lebih cepat dari benih DxP Terdapat benih D X D yang merupakan calon pohon induk, D X T yang merupakan calon pohon bapak. Mengetahui silsilah pohon induk Rata-rata pertambahan tinggi 1.72 cm, diameter 0.35 cm, jumlah daun 0.59 helai. Rata-rata pertambahan tinggi 1.96 cm, diameter 0.28 cm, jumlah daun 0.47helai. Memperoleh gambaran kegiatan bagian penimbangan tandan Mengukur kadar air Mengetahui kriteria panen Rata-rata pertambahan tinggi 1.78 cm, diameter 0.31 cm, jumlah daun 0.067 helai. Rata-rata pertambahan tinggi 1.40 cm, diameter 0.24 cm, jumlah daun 0.21 helai. Memperoleh gambaran kegiatan yang dikerjakan di divisi PemLog Melakukan stok opname sehingga mengetahui kecambah yang tersedia Mengetahui alur pengambilan kecambah Mengetahui proses/prosedur pembelian kecambah
Lampiran 4 Lanjutan. Jurnal Magang di Pusat Penelitian Kelapa Sawit Tanggal Kegiatan 08-05-09 Kegiatan di divisi Pemasaran & logistik bagian administrasi 13-05-09 14-05-09 15-05-09 16-05-09
Kegiatan di divisi Kultur Jaringan Pengamatan 10MST varietas D X P SM-B asal Medan Kegiatan di divisi kultur jaringan bagian pembibitan Mencari literatur Pengamatan10 MST varietas D X P SM-B asal Marihat Kegiatan di divisi kultur jaringan bagian pembibitan
18-05-09
Kegiatan di divisi Kultur Jaringan
19-05-09
Kegiatan di divisi Kultur Jaringan
21-05-09
Pengamatan 11 MST varietas D X P SM-B asal Medan
22-05-09
Mencari literatur
23-05-09
Pengamatan 11 MST varietas D X P SM-B asal Marihat
25-05-09 26-05-09 27-05-09
Studi Literatur ke Perpustakaan Medan Studi Literatur ke Perpustakaan Medan Membuat Laporan
28-05-09
Pengamatan 12 MST varietas D X P SM-B asal Medan
29-05-09
Membuat Laporan
30-05-09
Pengamatan 12 MST varietas D X P SM-B asal Marihat
01-06-09 s/d 09-06-09 10-06-09 11-06-09 12-06-09
Membuat Laporan Mengumpulkan laporan magang Mengambil sertifikat Pulang
Hasil Mengatahui alur pemasaran Memperoleh gambaran kegiatan yang dikerjakan di divisi kultur jaringan
Melakukan aklimatisasi planlet
Melakukan aklimatisasi planlet Mengetahui proses kultur jaringan kelapa sawit dari penentuan ortet hingga menjadi planlet Menanam eksplan Rata-rata pertambahan tinggi 1.69 cm, diameter 0.25 cm, jumlah daun 0.29 helai.
Rata-rata pertambahan tinggi 1.60 cm, diameter 0.14 cm, jumlah daun 0.23 helai.
Rata-rata pertambahan tinggi 0.91 cm, diameter 0.4 cm, jumlah daun 0.075 helai.
Rata-rata pertambahan tinggi 1.93 cm, diameter 0.2 cm, jumlah daun 0.4 helai.
Lampiran 5. Data Klimatologi Kebun Pembibitan PPKS Unit Usaha Marihat Bulan Maret April Mei
Suhu Min (°C) 21 21.5 21.5
Suhu Max (°C) 30.1 30.5 30.1
Suhu Rata-Rata (°C) 24.72 25.52 25.38
CH (mm) 403.8 308.6 352.8
HH (mm) 15 18 11
Sumber : Stasiun Klimatologi PPKS Unit Usaha Marihat tahun 2009
Lampiran 6. Sidik Ragam Tinggi Bibit Asal Medan Umur Sumber Tanaman Keragaman (MST) 2 Perlakuan Galat Total 3 Perlakuan Galat Total 4 Perlakuan Galat Total 5 Perlakuan Galat Total 6 Perlakuan Galat Total 7 Perlakuan Galat Total 8 Perlakuan Galat Total 9 Perlakuan Galat Total 10 Perlakuan Galat Total 11 Perlakuan Galat Total 12 Perlakuan Galat Total
F Hitung
JK
KT
3 8 11 3 8 11 3 8 11 3 8 11 3 8 11 3 8 11 3 8 11 3 8 11 3 8 11 3 8 11 3 8 11
0.1914 0.1087 0.3001 1.7675 0.2981 2.0656 2.8673 0.1809 3.0482 3.3942 0.5576 3.9518 2.3993 1.1177 3.5171 2.6083 0.7978 3.4061 2.6682 1.5368 4.2049 8.3379 1.3637 9.7016 8.9399 2.6201 11.5599 9.7540 3.2161 12.9701 9.3247 4.5806 13.9053
0.0638 0.0136
4.69*
0.0357
20.1717
0.5892 0.0373
15.81**
0.0010
11.3556
0.9558 0.0226
42.26**
0.0001
3.8735
1.1314 0.0697
16.23**
0.0009
4.1576
0.7998 0.1397
5.72*
0.0217
4.3179
0.8694 0.0997
8.72**
0.0067
3.0426
0.8894 0.1921
4.63*
0.0369
3.6039
2.7793 0.1705
16.30**
0.0009
3.0812
2.9799 0.3275
9.10**
0.0059
3.5063
3.2513 0.4020
8.09**
0.0083
3.5179
3.1082 0.5726
5.43*
0.0249
3.9964
Keterangan : ** = Nyata pada taraf 1 %, * = Nyata pada taraf 5 %
Pr
KK (%)
DB
Lampiran 7. Sidik Ragam Diameter Batang Asal Medan Umur Sumber Tanaman DB Keragaman (MST) 5 Perlakuan 3 Galat 8 Total 11 6 Perlakuan 3 Galat 8 Total 11 7 Perlakuan 3 Galat 8 Total 11 8 Perlakuan 3 Galat 8 Total 11 9 Perlakuan 3 Galat 8 Total 11 10 Perlakuan 3 Galat 8 Total 11 11 Perlakuan 3 Galat 8 Total 11 12 Perlakuan 3 Galat 8 Total 11
JK 0.0018 0.0013 0.0031 0.0015 0.0017 0.0032 0.0022 0.0027 0.0049 0.0027 0.0022 0.0049 0.0062 0.0039 0.0101 0.0041 0.0069 0.0110 0.0025 0.0033 0.0058 0.0041 0.0031 0.0072
KT
F Hitung
Pr
KK (%)
0.0006 3.53tn 0.0002
0.0681
4.0984
0.0005 2.26 tn 0.0002
0.1590
4.2056
0.0007 2.11 tn 0.0003
0.1767
4.8011
0.0009 3.26 tn 0.0003
0.804
4.0039
0.0021 4.28* 0.0005
0.0445
4.9589
0.2700
5.6343
0.0008 1.99 tn 0.0004
0.1936
3.7283
0.0014 3.48 tn 0.0004
0.0702
3.3686
0.0014 0.0009
1.57 tn
Keterangan : ** = Nyata pada taraf 1 %, * = Nyata pada taraf 5 %
Lampiran 8. Sidik Ragam Jumlah Daun Asal Medan Umur Sumber Tanaman DB Keragaman (MST) 4 Perlakuan 3 Galat 8 Total 11 5 Perlakuan 3 Galat 8 Total 11 6 Perlakuan 3 Galat 8 Total 11
JK 0.0367 0.0533 0.0900 0.0072 0.0053 0.0125 1.0500 0.1267 1.1767
KT
F Hitung
Pr
KK (%)
0.0122 1.83 tn 0.0067
0.2192
8.5947
0.0024 3.66 tn 0.0007
0.0632
2.5299
0.3500 22.11** 0.0158
0.0003
7.9472
Keterangan : ** = Nyata pada taraf 1 %, * = Nyata pada taraf 5 %
Lampiran 8 Lanjutan. Sidik Ragam Jumlah Daun Asal Medan Umur Sumber Tanaman DB Keragaman (MST) 7 Perlakuan 3 Galat 8 Total 11 8 Perlakuan 3 Galat 8 Total 11 9 Perlakuan 3 Galat 8 Total 11 10 Perlakuan 3 Galat 8 Total 11 11 Perlakuan 3 Galat 8 Total 11 12 Perlakuan 3 Galat 8 Total 11
JK 0.0492 0.0733 0.1225 0.0025 0.0067 0.0092 0.0100 0.0267 0.0367 0.8800 0.3000 1.1800 0.0425 0.0467 0.0892 0.0100 0.0267 0.0367
KT
F Hitung
Pr
KK (%)
0.0164 1.79 tn 0.0092
0.2272
4.9736
0.0008 1.00 tn 0.0008
0.4411
1.4494
0.0033 1.00 tn 0.0033
0.4411
2.8629
0.2933 7.82** 0.0375
0.0092
7.4480
0.0142 2.43 tn 0.0058
0.1404
2.6261
0.0033 3.48 tn 0.0033
0.4411
1.9353
Keterangan : ** = Nyata pada taraf 1 %, * = Nyata pada taraf 5 %
Lampiran 9. Sidik Ragam Tinggi Bibit Asal Marihat Umur Sumber Tanaman DB Keragaman (MST) 2 Perlakuan 3 Galat 8 Total 11 3 Perlakuan 3 Galat 8 Total 11 4 Perlakuan 3 Galat 8 Total 11 5 Perlakuan 3 Galat 8 Total 11 6 Perlakuan 3 Galat 8 Total 11 7 Perlakuan 3 Galat 8 Total 11
JK 0.3187 0.0688 0.3875 1.5399 0.1759 1.7158 6.0108 0.8555 6.8663 6.3983 0.7170 7.1153 3.9689 2.3170 6.2859 3.1535 2.1086 5.2621
KT
F Hitung
Pr
KK (%)
0.1062 12.35** 0.0086
0.0023
18.0655
0.5133 23.34** 0.0219
0.0003
14.2023
2.0036 18.74** 0.1069
0.0006
11.6579
2.1328 23.80** 0.0896
0.0002
7.1521
1.3229 4.57* 0.2896
0.0381
9.0499
1.0512 3.99 tn 0.2636
0.0522
6.4864
Keterangan : ** = Nyata pada taraf 1 %, * = Nyata pada taraf 5 %
Lampiran 9 Lanjutan. Sidik Ragam Tinggi Bibit Marihat Umur Sumber Tanaman DB Keragaman (MST) 8 Perlakuan 3 Galat 8 Total 11 9 Perlakuan 3 Galat 8 Total 11 10 Perlakuan 3 Galat 8 Total 11 11 Perlakuan 3 Galat 8 Total 11 12 Perlakuan 3 Galat 8 Total 11
JK 1.2422 3.4001 4.6423 0.0081 1.0083 1.0164 1.2844 7.0896 8.3740 3.0242 3.4297 6.4539 2.7353 3.7213 6.4566
KT
F Hitung
Pr
KK (%)
0.4141 0.97 tn 0.4250
0.4513
6.9987
0.0027 0.02 tn 0.1260
0.9954
3.2745
0.4281 0.48 tn 0.8862
0.7032
7.6659
1.0081 2.35 tn 0.4287
0.1484
4.7150
0.9118 1.96 tn 0.4652
0.1986
4.3119
Keterangan : ** = Nyata pada taraf 1 %, * = Nyata pada taraf 5 %
Lampiran 10. Sidik Ragam Diameter Batang Asal Marihat Umur Sumber Tanaman DB Keragaman (MST) 5 Perlakuan 3 Galat 8 Total 11 6 Perlakuan 3 Galat 8 Total 11 7 Perlakuan 3 Galat 8 Total 11 8 Perlakuan 3 Galat 8 Total 11 9 Perlakuan 3 Galat 8 Total 11 10 Perlakuan 3 Galat 8 Total 11
F Hitung
KT
0.0072 0.0079 0.0151 0.0074 0.0062 0.0136 0.0019 0.0104 0.0123 0.0011 0.0080 0.0091 0.0017 0.0037 0.0054 0.0005 0.0038 0.0043
0.0024 0.0009
2.41 tn
0.1421
10.3291
0.0025 0.0008
3.18 tn
0.0847
8.2577
0.0006 0.0013
0.48 tn
0.7050
9.8729
0.0004 0.0010
0.38 tn
0.7689
8.1151
0.0006 0.0005
1.25 tn
0.3539
5.2128
0.0002 0.0005
0.38 tn
0.7697
4.7141
Keterangan : ** = Nyata pada taraf 1 %, * = Nyata pada taraf 5 %
Pr
KK (%)
JK
Lampiran 10. Lanjutan Sidik Ragam Diameter Batang Asal Marihat Umur Sumber Tanaman DB Keragaman (MST) 11 Perlakuan 3 Galat 8 Total 11 12 Perlakuan 3 Galat 8 Total 11
F Hitung
Pr
KK (%)
JK
KT
0.0007 0.0054 0.0061 0.0018 0.0042 0.0060
0.0002 0.0007
0.37 tn
0.7765
5.4459
0.0006 0.0005
1.15 tn
0.3872
4.6225
Keterangan : ** = Nyata pada taraf 1 %, * = Nyata pada taraf 5 %
Lampiran 11. Sidik Ragam Jumlah Daun Asal Marihat Umur Sumber Tanaman DB Keragaman (MST) 4 Perlakuan 3 Galat 8 Total 11 5 Perlakuan 3 Galat 8 Total 11 6 Perlakuan 3 Galat 8 Total 11 7 Perlakuan 3 Galat 8 Total 11 8 Perlakuan 3 Galat 8 Total 11 9 Perlakuan 3 Galat 8 Total 11 10 Perlakuan 3 Galat 8 Total 11 11 Perlakuan 3 Galat 8 Total 11 12 Perlakuan 3 Galat 8 Total 11
JK
KT
F Hitung
1.0800 0.3600 72.00** 0.0400 0.0050 1.1200 0.0100 0.0033 1.0 tn 0.0267 0.0033 0.0367 0.5625 0.1875 11.84** 0.1267 0.0158 0.6892 0.7800 0.2600 8.43** 0.2467 0.0308 1.0267 0.0892 0.0297 2.38 tn 0.1000 0.0125 0.1892 0.0100 0.0033 1.00 tn 0.0267 0.0033 0.0367 0.0625 0.0208 1.92 tn 0.0867 0.0108 1.1492 0.3092 0.1030 4.12* 0.2000 0.0250 0.5092 0.0892 0.0297 1.11 tn 0.2133 0.0267 0.3025
Keterangan : ** = Nyata pada taraf 1 %, * = Nyata pada taraf 5 %
Pr
KK (%)
0.0001
10.1015
0.4411
5.8714
0.0026
10.5592
0.0074
10.5356
0.1456
5.8587
0.4411
2.9110
0.2044
4.9368
0.0485
6.7522
0.3986
5.8847
Lampiran 12. Analisis Matrik IFE PPKS. Responden 1 Faktor Strategi Internal A B C D E F G TOTAL
A 0 1 3 2 3 2 1 12
B 3 0 3 3 3 2 1 15
C 3 1 0 1 3 1 1 10
D 2 3 3 0 3 3 1 15
E 2 1 1 3 0 3 2 12
F 2 1 1 1 2 0 1 8
G 2 1 2 2 1 3 0 11
TOTAL 14 8 13 12 15 14 7 83
BOBOT 0.169 0.096 0.157 0.145 0.181 0.169 0.084 1
TOTAL 12 12 11 11 13 12 14 85
BOBOT 0.141 0.162 0.149 0.149 0.176 0.162 0.189 1
Lampiran 12 Lanjutan. Responden 2 Faktor Strategi Internal A B C D E F G TOTAL
A
B 2
1 1 2 2 2 3 11
1 2 2 2 2 11
C 2 2 2 2 2 3 13
D 2 2 2 2 2 2 12
E 2 3 1 2 2 2 12
F 2 2 3 2 2 2 13
G 2 2 3 1 3 2 13
Lampiran 12 Lanjutan. Analisis Matrik IFE PPKS. Responden 3 Faktor Strategi Internal A B C D E F G TOTAL
A 0 2 2 2 1 2 2 11
B 2 0 2 2 1 2 2 11
C 2 2 0 2 1 2 2 11
D 2 2 2 0 1 2 2 11
E 2 2 2 2 0 2 2 12
F 2 2 2 1 2 0 2 11
G 2 2 2 1 1 1 0 9
TOTAL 12 12 12 10 7 11 12 76
BOBOT 0.158 0.158 0.158 0.132 0.092 0.145 0.158 1
Lampiran 13. Analisis Matrik IFE PPKS untuk 3 Responden Faktor Strategi Internal Sumber daya manusia yang handal Produk yang berkualitas dan teruji Citra dan reputasi Harga produk yang lebih kompetitif dan pemberlakuan diskon harga Ketersediaan plasma nutfah Diversifikasi produk Layanan purna jual Program waralaba Baiknya hubungan atasan dan bawahan Waktu produksi lama Pengelolaan SDM cenderung generalis Promosi belum maksimal Lokasi kebun Induk dan Bapak tidak satu hamparan
Responden 1 Responden 2 Responden 3 Bobot Rata-Rata 0.084 0.079 0.081 0.081 0.078 0.091 0.093 0.087 0.078 0.079 0.073 0.077 0.075 0.066 0.089 0.076 0.078 0.091 0.085 0.085 0.078 0.075 0.085 0.079 0.081 0.079 0.100 0.087 0.078 0.075 0.077 0.077 0.078 0.085 0.073 0.079 0.075 0.069 0.046 0.063 0.075 0.069 0.066 0.070 0.078 0.072 0.085 0.078 0.068 0.069 0.046 0.061 1 1 1 1
Lampiran 14. Rating Kekuatan dan Kelemahan pada Matrik IFE PPKS untuk 3 Responden Faktor Strategi Internal Kekuatan Sumber daya manusia yang handal Produk yang berkualitas dan teruji Citra dan reputasi Harga produk yang lebih kompetitif dan pemberlakuan diskon harga Ketersediaan plasma nutfah Diversifikasi produk Layanan purna jual Program waralaba Baiknya hubungan atasan dan bawahan Kelemahan Waktu produksi lama Pengelolaan SDM cenderung generalis Promosi belum maksimal Lokasi kebun Induk dan Bapak tidak satu hamparan
Responden 1
Responden 2
Responden 3
Rating Rata-Rata
4 4 4 4 4 3 4 4 3
4 4 4 3 3 4 4 4 4
4 4 4 4 3 3 4 3 4
4 4 4 3.67 3.33 3.33 4 3.67 3.67
2 2 2 2
2 2 1 2
2 2 1 2
2 2 1.33 2
Lampiran 15. Analisis Matrik EFE PPKS. Responden 1 Faktor Strategi Eksternal A B C D E F G H I J K L M TOTAL
A 0 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 13
B 1 0 2 1 1 2 2 2 2 1 1 2 1 18
C 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 24
D 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 24
E 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 24
F 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 24
G 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 24
H 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 24
I J K L M TOTAL BOBOT 2 3 3 3 3 27 0.084 2 3 2 2 3 25 0.078 2 3 2 2 3 25 0.078 2 3 1 3 3 24 0.075 2 3 2 2 3 25 0.078 2 3 2 2 3 25 0.078 2 3 2 3 3 26 0.081 2 3 2 2 3 25 0.078 0 3 2 2 3 25 0.078 2 0 2 3 3 24 0.075 2 3 0 2 3 24 0.075 2 3 2 0 3 25 0.078 2 2 2 2 22 0.068 24 35 24 28 36 322 1
Lampiran 15 Lanjutan. Analisis Matrik EFE PPKS. Responden 2 Faktor Strategi Eksternal A B C D E F G H I J K L M TOTAL
A 0 2 2 1 2 1 1 1 2 1 2 1 1 17
B 2 0 2 2 2 1 2 1 1 2 1 2 1 19
C 2 2 0 2 3 1 2 2 2 2 1 2 2 23
D 3 3 3 0 3 1 2 2 2 2 2 2 2 27
E
F
2 2 2 2 0 2 1 1 2 2 1 2 2 21
2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 3 2 2 25
G 3 3 2 2 2 2 0 2 2 3 2 2 2 27
H I J K L M TOTAL BOBOT 3 2 1 2 2 1 25 0.079 3 2 2 2 3 3 29 0.091 2 2 1 2 3 2 25 0.079 2 1 1 2 2 2 21 0.066 2 2 3 2 3 3 29 0.091 3 2 3 2 3 3 24 0.075 2 2 3 2 3 3 25 0.079 0 2 3 2 3 3 24 0.075 2 0 3 3 3 3 27 0.085 3 2 0 1 1 1 22 0.069 1 2 2 0 2 3 22 0.069 2 2 2 2 0 2 23 0.072 2 2 2 2 2 0 22 0.069 27 23 26 24 30 29 318 1
Lampiran 15 Lanjutan. Analisis Matrik EFE PPKS. Responden 3 Faktor Strategi Eksternal A B C D E F G H I J K L M TOTAL
A 0 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 22
B 2 0 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 1 21
C 2 2 0 2 2 2 2 1 1 1 1 2 1 19
D 2 2 2 0 2 2 2 1 1 1 1 2 1 19
E 2 2 1 1 0 2 2 1 1 1 1 1 1 16
F 2 2 1 2 1 0 2 1 1 1 1 1 1 16
G 2 2 2 2 1 2 0 1 1 1 1 2 1 18
H I J K L M TOTAL BOBOT 1 2 1 2 2 1 21 0.081 2 2 2 2 2 2 24 0.093 1 1 1 2 2 2 19 0.073 2 2 2 2 2 2 23 0.089 1 1 1 3 3 3 22 0.085 2 2 2 2 1 1 22 0.085 2 2 3 2 2 3 26 0.100 0 2 3 2 1 3 20 0.077 1 0 3 2 2 3 19 0.073 1 1 0 1 1 1 12 0.046 1 1 1 0 2 3 17 0.066 2 2 1 2 0 3 22 0.085 1 1 1 1 1 0 12 0.046 17 19 21 23 21 27 259 1
Lampiran 16. Analisis Matrik EFE PPKS untuk 3 Responden Faktor Strategi Eksternal Pertumbuhan permintaan benih nasional meningkat Peningkatan luas areal kelapa sawit Munculnya teknologi baru Bertambahnya jumlah produsen benih resmi Krisis finansial global Rawan pemalsuan produk Pemerintah membuka kran impor benih TOTAL
Responden 1 Responden 2 Responden 3 Rating Rata-Rata 0.169 0.141 0.158 0.156 0.096 0.162 0.158 0.139 0.157 0.149 0.158 0.154 0.145 0.149 0.132 0.142 0.181 0.176 0.092 0.150 0.169 0.162 0.145 0.159 0.084 0.189 0.158 0.144 1.000 1.128 1.000 1.043
Lampiran 17. Rating Kekuatan dan Kelemahan pada Matrik EFE PPKS untuk 3 Responden Faktor Strategi Eksternal Peluang Pertumbuhan permintaan benih nasional meningkat Peningkatan luas areal kelapa sawit Munculnya teknologi baru Ancaman Bertambahnya jumlah produsen benih resmi Krisis finansial global Rawan pemalsuan produk Pemerintah membuka kran impor benih
Responden 1
Responden 2
Responden 3
Rating Rata-Rata
4 3 4
3 3 3
4 4 3
3.67 3.33 3.33
3 2 2 4
4 3 4 2
3 3 3 2
3.33 2.67 3 2.67
Lampiran 18. Contoh Form Kuisioner
FORMULASI STRATEGI PRODUKSI DAN PEMASARAN BENIH KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PUSAT PENELITIAN KELAPA SAWIT MARIHAT, SUMATERA UTARA
Oleh : PUTRI UTAMI SARASWATI A24052484
Dosen Pembimbing : Dr. Ir. MEMEN SURAHMAN, MSc.
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
1. Petunjuk kuisioner pembobotan terhadap peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan Produksi dan Pemasaran Benih Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Pusat Penelitian Kelapa Sawit Marihat Sumatera Utara.
Petunjuk Pengisian Pemberian nilai setiap variabel dilakukan berdasarkan atas perbandingan secara berpasangan (Paired comparison) antara dua faktor yang mempengaruhi perusahaan dalam industri. Metode tersebut digunakan untuk memberikan penilaian terhadap bobot setiap faktor penentu (strategis) internal dan eksternal. Cara membaca perbandingan dimulai dari variabel pada baris 1 terhadap kolom 1, lalu variabel baris 2 terhadap kolom 1 dan seterusnya secara konsisten. Untuk menentukan bobot setiap variabel digunakan nilai 1, 2, dan 3, yaitu : 1
= jika indikator (variabel) horizontal kurang penting dibandingkan dengan indikator vertikal.
2
= jika indikator (variabel) horizontal sama penting dibandingkan dengan indikator vertikal.
3
= jika indikator (variabel) horizontal lebih penting dibandingkan dengan indikator vertikal.
Contoh Pengisian : Faktor Strategi Eksternal A
A
B 2
C 2
D 2
E 2
F 2
G 2
2. Kuisioner pembobotan terhadap peluang dan ancaman Formulasi Strategi Usaha Produksi dan Pemasaran Benih Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Pusat Penelitian Kelapa Sawit Marihat Sumatera Utara.
Faktor Strategi Eksternal A B C D E F G
A
B
C
D
E
F
G
Keterangan : Peluang : A
= Pertumbuhan permintaan benih atau kecambah nasional meningkat
B
= Peningkatan luas areal kelapa sawit
C
= Munculnya teknologi baru
Ancaman : D
= Bertambahnya jumlah produsen benih resmi
E
= Krisis finansial global
F
= Rawan pemalsuan produk
G
= Pemerintah membuka kran impor
3. Kuisioner pembobotan terhadap kekuatan dan kelemahan Formulasi Strategi Usaha Produksi dan Pemasaran Benih Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Pusat Penelitian Kelapa Sawit Marihat Sumatera Utara.
Faktor Strategi Internal A B C D E F G H I J K L M
A B C D E
F
G H I
J
K L
Keterangan : Kekuatan : A
= Sumber daya manusia yang handal
B
= Produk yang berkualitas dan teruji
C
= Citra dan reputasi
D
= Harga produk yang lebih kompetitif dan pemberlakuan diskon harga
E
= Ketersediaan plasma nutfah
F
= Diversifikasi produk
G
= Layanan purna jual
H
= Program waralaba
I
= Baiknya hubungan atasan dan bawahan
Kelemahan : J
= Waktu produksi lama
K
= Pengelolaan SDM cenderung generalis
L
= Promosi belum maksimal
M
= Lokasi kebun Induk dan Bapak tidak satu hamparan
M
4. Kuisioner pemberian nilai rating terhadap peluang Formulasi Strategi Usaha Produksi dan Pemasaran Benih Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Pusat Penelitian Kelapa Sawit Marihat Sumatera Utara.
Petunjuk Pengisian Pemberian nilai rating berdasarkan atas kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan peluang yang ada. Pemberian nilai adalah sebagai berikut : 4
= jika kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan peluang sangat tinggi (respon superior)
3
= jika kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan peluang tinggi (respon di atas rata-rata)
2
= jika kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan peluang sedang (respon sama dengan rata-rata)
1
= jika kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan peluang rendah (respon kurang)
Pertanyaan Menurut Bapak/Ibu bagaimana kemampuan perusahaan dalam merespon peluang yang ada : No 1 2 3
Peluang Pertumbuhan permintaan benih atau kecambah nasional meningkat Peningkatan luas areal kelapa sawit Munculnya teknologi baru
4
3
2
1
3
2
1
Cara menjawab : tulis saja nilai ratingnya di dalam kotak Misal : No 1
Peluang Peningkatan luas areal kelapa sawit
4 4
5. Kuisioner pemberian nilai rating terhadap ancaman Formulasi Strategi Usaha Produksi dan Pemasaran Benih Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Pusat Penelitian Kelapa Sawit Marihat Sumatera Utara.
Petunjuk Pengisian Pemberian nilai rating berdasarkan atas kemampuan perusahaan dalam mengatasi ancaman yang ada. Pemberian nilai adalah sebagai berikut : 4
= jika kemampuan perusahaan dalam mengatasi ancaman sangat tinggi (respon superior)
3
= jika kemampuan perusahaan dalam mengatasi ancaman tinggi (respon di atas rata-rata)
2
= jika kemampuan perusahaan dalam mengatasi ancaman sedang (respon sama dengan rata-rata)
1
= jika kemampuan perusahaan dalam mengatasi ancaman rendah (respon kurang)
Pertanyaan Menurut Bapak/Ibu bagaimana kemampuan perusahaan dalam mengatasi ancaman yang ada : No 1 2 3 4
Ancaman Bertambahnya jumlah produsen benih resmi Krisis finansial global Rawan pemalsuan produk Pemerintah membuka kran impor benih
4
3
2
1
6. Kuisioner pemberian nilai rating terhadap kekuatan Formulasi Strategi Usaha Produksi dan Pemasaran Benih Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Pusat Penelitian Kelapa Sawit Marihat Sumatera Utara.
Petunjuk Pengisian Pemberian nilai rating berdasarkan atas kekuatan perusahaan dalam perusahaan. Pemberian nilai adalah sebagai berikut : 4
= jika faktor kekuatan tersebut merupakan kekuatan utama perusahaan (kekuatan mayor)
3
= jika faktor kekuatan tersebut bukan merupakan kekuatan utama perusahaan (kekuatan minor)
Pertanyaan Menurut
Bapak/Ibu
bagaimana
faktor-faktor
kekuatan
tersebut
mempengaruhi kondisi perusahaan : No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kekuatan Sumber daya manusia yang handal Produk yang berkualitas dan teruji Citra dan reputasi Harga produk yang lebih kompetitif dan pemberlakuan diskon harga Ketersediaan plasma nutfah Diversifikasi produk Layanan purna jual Program waralaba Baiknya hubungan atasan dan bawahan
4
3
7. Kuisioner pemberian nilai rating terhadap kelemahan Formulasi Strategi Usaha Produksi dan Pemasaran Benih Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Pusat Penelitian Kelapa Sawit Marihat Sumatera Utara.
Petunjuk Pengisian Pemberian nilai rating berdasarkan atas kelemahan perusahaan dalam perusahaan. Pemberian nilai adalah sebagai berikut : 2
= jika faktor kelemahan tersebut bukan merupakan kelemahan utama perusahaan
1
= jika faktor kelemahan tersebut merupakan kelemahan utama perusahaan
Pertanyaan Menurut
Bapak/Ibu
bagaimana
faktor-faktor
kelemahan
tersebut
mempengaruhi kondisi perusahaan : No 1 2 3 4
Kelemahan Waktu produksi lama Pengelolaan SDM cenderung generalis Promosi belum maksimal Lokasi kebun Induk dan Bapak tidak satu hamparan
2
1