i
PENYIAPAN BENIH KELAPA SAWIT DALAM PENGADAAN BAHAN TANAMAN DI PUSAT PENELITIAN KELAPA SAWIT (PPKS) MARIHAT, SUMATERA UTARA
TOPIK HIDAYAT A24062234
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
ii
RINGKASAN
TOPIK HIDAYAT. Penyiapan Benih Kelapa Sawit dalam Pengadaan Bahan Tanaman di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Marihat, Sumatera Utara. (Dibimbing oleh ISKANDAR LUBIS) Kegiatan ini dilaksanakan di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), Unit Usaha Marihat, Provinsi Sumatera Utara selama empat bulan yang dimulai dari tanggal 1 Maret 2010 sampai tanggal 9 Juli 2010. Tujuan magang ini adalah: (1) mempelajari penyiapan benih kelapa sawit, mulai dari penanganan tandan benih sampai menjadi benih, (2) melakukan evaluasi pengaruh waktu panen tandan benih kelapa sawit terhadap warna cangkang biji, dan (3) menentukan periode penyimpanan maksimal dari kecambah siap salur dan untuk mengetahui keragaan tumbuh bibit dari kecambah siap salur tersebut setelah melalui periode penyimpanan tertentu. Selama melaksanakan magang penulis mengikuti kegiatan di Divisi Pemuliaan dan Divisi Produksi khususnya persiapan benih. Evaluasi biji putih dilakukan pada data produksi selama tiga tahun, yaitu tahun 2007, 2008 dan 2009 di Divisi Produksi PPKS Unit Marihat. Tolok ukur yang diamati yaitu nomor pohon induk, tanggal penyerbukan, tanggal panen, dan umur tandan. Pengujian
daya
tumbuh
kecambah
berdasarkan
lama
penyimpanannya,
menggunakan rancangan acak lengkap dengan dua faktor. Faktor pertama adalah lama simpan kecambah terdiri atas lima perlakuan yaitu: tanpa penyimpanan (penyimpanan 0 minggu (P0)), penyimpanan 1 minggu (P1), penyimpanan 2 minggu (P2), penyimpanan 3 minggu (P3), dan penyimpanan 4 minggu (P4). Sedangkan faktor kedua adalah varietas yang terdiri dari dua varietas yaitu Langkat dan Simalungun. Tolok ukur yang diamati dalam pengujian ini yaitu kondisi umum kecambah, tingkat serangan jamur, persentase hidup bibit, tinggi bibit, jumlah daun, diameter batang, dan bibit abnormal. Hasil kegiatan magang yaitu penulis memperoleh pengalaman lapang, keterampilan kerja dan wawasan yang lebih luas di bidang pengadaan bahan tanaman khususnya produksi benih. Hasil evaluasi waktu panen tandan benih terhadap warna cangkang yaitu biji putih bukan merupakan karakter genetis yang selalu diturunkan oleh pohon induk, karena pohon induk yang sama dapat
iii
menghasilkan tandan berbiji putih dan biji normal tetapi lebih disebabkan oleh faktor teknis seperti waktu panen. Panen tidak tepat pada waktunya dapat mengakibatkan pemanenan tandan yang masih berbiji putih. Pemanenan tandan benih sebaiknya dilakukan pada umur lima bulan setelah serbuk, ketika seluruh biji pada tandan sudah berwarna coklat tua/hitam. Hasil pengujian daya tumbuh kecambah siap salur berdasarkan lama penyimpanannya yaitu penyimpanan menyebabkan kecambah memanjang, kering, terserang jamur, memperlambat pertumbuhan kecambah tersebut saat dibibitkan, dan bibit abnormal. Secara keseluruhan penyimpanan kecambah yang terbaik untuk pertumbuhan bibit adalah 0 – 1 minggu dan maksimal sampai 2 minggu.
i
PENYIAPAN BENIH KELAPA SAWIT DALAM PENGADAAN BAHAN TANAMAN DI PUSAT PENELITIAN KELAPA SAWIT (PPKS) MARIHAT, SUMATERA UTARA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
TOPIK HIDAYAT A24062234
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
ii
Judul : PENYIAPAN BENIH KELAPA SAWIT DALAM PENGADAAN BAHAN TANAMAN DI PUSAT PENELITIAN KELAPA SAWIT (PPKS) MARIHAT, SUMATERA UTARA Nama : TOPIK HIDAYAT NIM : A.24062234
Menyetujui : Pembimbing
(Dr. Ir. Iskandar Lubis, MS) NIP: 19610528 198503 1 002
Mengetahui : Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB
(Dr. Ir. Agus Purwito, MSc. Agr) NIP: 19611101 198703 1 003
Tanggal lulus :
iii
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Sukabumi, Provinsi Jawa Barat pada tanggal 28 Februari 1987. Penulis merupakan anak kelima dari lima bersaudara dari Bapak Sukarman dan Ibu Itit Hartini. Pendidikan formal ditempuh penulis di SDN I Kebon Jeruk, Cikembar-Sukabumi (1994 – 2000), SLTPN I Cikembar-Sukabumi (2000 – 2003), dan SMUN I Cibadak-Sukabumi (2003 – 2006). Penulis melanjutkan pendidikan tingginya di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) di tahun 2006. Selain mengikuti kegiatan perkuliahan, penulis terlibat di berbagai kegiatan di dalam dan luar kampus. Penulis pernah mengikuti berbagai kepanitian kegiatan yang diselenggarakan di lingkungan Kampus IPB seperti Kepanitiaan Masa Perkenalan Fakultas Pertanian tahun 2008 dan Kepanitiaan Masa Perkenalan Departemen AGH tahun 2008. Penulis juga aktif di dalam Unit Kegiatatan Mahasiswa Uni Konservasi Fauna (UKM-UKF) IPB dan terlibat dalam beberapa kepanitian acara yang diselenggarakan UKF. Pada tahun 2007 penulis mengikuti kegiatan pengembangan keluarga dan masyarakat yang diselerenggarakan oleh P2SDM IPB bekerja sama dengan Yayasan Damandiri. Penulis juga pernah melaksanakan magang pertanian organik tahun 2008 di OISCA Japan, Sukabumi Training Center. Selain itu penulis pernah menjadi salah satu mahasiswa penerima biaya penelitian dari Ditjen Perkebunan pada tahun 2010. Penulis mengakhiri masa studi di IPB dengan menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penyiapan Benih Kelapa Sawit dalam Pengadaan Bahan Tanaman di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Marihat, Sumatera Utara”. Penulisan ini terlaksana atas bimbingan Dr. Ir. Iskandar Lubis, MS.
iv
KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan kuliah di Departemen Agronomi dan Hortikultura Faperta, IPB dan menyelesaikan magang penelitian, serta menyusun skripsi dengan judul “Penyiapan Benih Kelapa Sawit dalam Pengadaan Bahan Tanaman di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Marihat, Sumatera Utara”. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada pemimpin umat yang selalu dirindukan, Rasulullah Muhammad SAW, yang menjadi teladan dan inspirasi penulis selama ini. Skripsi ini disusun sebagai tugas akhir strata S1 pada Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Selama kegiatan perkuliahan, magang, penulisan, dan penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada : 1. Dr. Ir. Iskandar Lubis, MS., selaku pembimbing skripsi dan pembimbing akademik yang telah membimbing penulis selama menjalani masa kuliah, saat magang hingga penulisan skripsi ini. 2. Ibunda dan Ayahanda tercinta, I. Hartini dan Sukarman, yang selalu memberi kasih sayang, kesabaran, nasihat, dukungan, dorongan, dan motivasi dalam menjalani dan memaknai perjuangan hidup kepada penulis. 3. Seluruh keluarga besar Sukarman, abang dan kakak, Inti Budianti, Suhenda, Firman K, Yuyun S, dan Linda N, yang selalu memberikan dukungan dan membantu penulis dalam menyelesaikan kuliah. 4. Ir. Edy Suprianto, MSc., selaku Manager Breeding Research and Development (BRD/Pemulian) PPKS Marihat yang telah membimbimg dan membantu penulis dalam melaksanakan magang dan penelitian. 5. Ibu Yurna Yenni, selaku Manager Produksi PPKS Marihat yang telah memberi kesempatan penulis melaksanakan magang di bagian produksi. 6. Nanang Supena, SP., selaku Supervisor Analisis Tandan dan Vegetatif yang telah banyak memberikan masukan kepada penulis dan menjadi teman sharing selama melaksanakan magang dan penelitian.
v
7. Yabani, SP., Nelson Sipayung, SP., dan Rudianto, SP., selaku Supervisor Divisi Produksi PPKS Marihat yang telah bersedia menjadi teman diskusi selama melaksanakan magang di bagian produksi. 8. Seluruh staf dan karyawan PPKS Marihat yang ramah dan baik. 9. Keluarga Bapak Rudianto, yang telah banyak membantu penulis diluar kegiatan magang dan menjadi orang tua angkat selama melaksanakan magang. 10. Keluarga Bapak Jefri, telah penulis anggap abang sendiri yang telah banyak membantu penulis saat tinggal di mess, susah dan senang bersama. 11. Zaenal, Mikolehi, Nazhri dan Putra, yang telah penulis anggap sebagai teman sekaligus saudara dalam perantauan. 12. Teman-teman satu angkatan Agronomi dan Hortikultura (AGH) 43, atas kerjasama, dukungan, dan semangatnya dalam menjalani masa-masa kuliah dan magang. Penulis menyadari akan segala kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, namun demikian penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihakpihak yang berkepentingan.
Bogor, Agustus 2010
Penulis
vi
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ............................................................................................ viii DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... ix PENDAHULUAN................................................................................................1 Latar belakang ..................................................................................................1 Tujuan ..............................................................................................................3 TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................................4 Botani dan Morfologi Kelapa Sawit ..................................................................4 Syarat Tumbuh Kelapa Sawit............................................................................6 Tipe Buah dan Tandan Kelapa Sawit.................................................................7 Benih Kelapa Sawit Sebagai Bahan Tanaman ...................................................8 METODE MAGANG ........................................................................................10 Tempat dan Waktu..........................................................................................10 Metode Pelaksanaan........................................................................................10 Metode umum .............................................................................................10 Metode khusus ............................................................................................10 Pengamatan dan Pengumpulan Data................................................................12 Analisis Data dan Informasi ............................................................................14 KEADAAN UMUM ..........................................................................................15 Sejarah Pusat Penelitian Kelapa Sawit Marihat ...............................................15 Visi – Misi PPKS............................................................................................16 Visi PPKS ...................................................................................................16 Misi PPKS...................................................................................................16 Struktur Organisasi .........................................................................................17 Lokasi Unit Usaha Marihat .............................................................................18 Letak Geografis ..............................................................................................18 Kebun Produksi Benih ....................................................................................19 PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG .......................................................21 Sistem Pengadaan Bahan Tanaman Kelapa Sawit di PPKS Marihat ................21 Pemuliaan kelapa sawit ...............................................................................21 Pengelolaan pohon induk dan pohon bapak .................................................24 Proses produksi benih..................................................................................30 Evaluasi Pengaruh Waktu Panen Tandan Benih Kelapa Sawit Terhadap Warna Cangkang Biji ......................................................................43 Pengujian Daya Tumbuh Kecambah Kelapa Sawit Siap Salur Berdasarkan Lama Penyimpanan ....................................................................46 PEMBAHASAN ................................................................................................57 Posisi PPKS sebagai Sumber Benih di Indonesia ............................................57 Penyiapan Tandan Benih Menjadi Benih.........................................................58 Capaian produksi benih ...............................................................................58 Efisiensi dan Efektivitas Sistem Kerja .........................................................59
vii
Evaluasi Pengaruh Waktu Panen Tandan Benih Kelapa Sawit terhadap Warna Cangkang Biji........................................................................62 Pengujian Daya Tumbuh Kecambah Kelapa Sawit Siap Salur Berdasarkan Lama Penyimpanan ....................................................................63 KESIMPULAN DAN SARAN...........................................................................67 Kesimpulan.....................................................................................................67 Saran ..............................................................................................................68 DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................69 LAMPIRAN.......................................................................................................71
viii
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1.
Kebun Produksi Pusat Penelitian Kelapa Sawit Unit Marihat ...................19
2.
Karakter Vegetatif dan Cara Pengamatannya............................................24
3.
Pengamatan Tinggi Tanaman Kelapa Sawit Berdasarkan Umur................24
4.
Kelas Fruitset Tandan Benih ....................................................................32
5.
Produksi Persiapan Benih Tahun 2005 – 2009..........................................38
6.
Produksi Kecambah Tahun 2005 – 2009 ..................................................42
7.
Data Lima Pohon Induk yang Menghasilkan Biji Putih dan Biji Normal Tahun 2007 .................................................................................45
8.
Data Lima Pohon Induk yang Menghasilkan Biji Putih dan Normal Tahun 2008 .................................................................................45
9.
Data Lima Pohon Induk yang Menghasilkan Biji Putih dan Biji Normal Tahun 2009 .................................................................................46
10.
Rata-rata Umur Tandan Berwarna Cangkang Normal dan Putih ...............46
11.
Rekapitulasi Sidik Ragam pada Setiap Peubah Pengamatan. ....................50
12.
Rata-rata Persentase Hidup untuk Setiap Penyimpanan dan Varietas....................................................................................................51
13.
Pengaruh Penyimpanan terhadap Tinggi Bibit, Jumlah Daun dan Diameter Batang ......................................................................................51
14.
Pengaruh Varietas terhadap Tinggi Bibit, Jumlah Daun dan Diameter Batang .....................................................................................52
15.
Interaksi Pengaruh Penyimpanan Kecambah dengan Varietas terhadap Tinggi Bibit ...............................................................................52
16.
Rata-rata Jumlah Daun untuk Setiap Penyimpanan dan Varietas...............54
17.
Interaksi Pengaruh Penyimpanan Kecambah dengan Varietas terhadap Diameter Batang ........................................................................54
18.
Gejala Bibit Abnormal pada Berbagai Perlakuan Peyimpanan..................56
ix
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1.
Struktur Organisasi Pusat Penelitian Kelapa Sawit ..................................20
2.
Skema Metode Pemuliaan RSS (Pamin, 1997) ........................................22
3.
Proses Penerimaan Tandan Benih: (a) diterima dari kebun pohon induk, (b) pengecekan label dan penimbangan, dan (c) label tandan benih ...........................................................................................31
4.
Proses Pencincangan Benih: (a) ruang pencincangan dan (b) pencincangan tandan benih ................................................................32
5.
Kelas Fruitset: (a) kelas fruitset A, (b) kelas fruitset B, (c) kelas fruitset C, dan (d) kelas fruitset D ...........................................................33
6.
Proses Fermentasi dan Pemipilan: (a) fermentasi dan (b) pemipilan ..........................................................................................34
7.
Proses Pengupasan Buah: (a) depericarper tipe horizontal, (b) depericarper tipe vertical, (c) pengupasan buah, dan (d) penirisan biji hasil pengupasan ..........................................................35
8.
Biji Afkir dan Kemasan Benih: (a) biji pecah, (b) biji putih, (c) biji kecil, (d) pengemasan benih baik siap simpan, dan (e) label identitas benih ...........................................................................37
9.
Penyimpanan Benih: (a) Penyimpanan benih di ruang stock dan (b) Barecode benih..................................................................................38
10.
Alur Penyiapan Benih di PPKS Marihat..................................................39
11.
Alur Pengadaan Bahan Tanaman di PPKS Marihat .................................43
12.
Jumlah Tandan Biji Putih per Varietas pada Produksi Tahun 2007, 2008 dan 2009...............................................................................45
13.
Kondisi Plumula dan Radikula pada Berbagai Periode Penyimpanan ..........................................................................................48
14.
Kondisi Umum Kecambah pada Penanaman Minggu ke-3 dan 4.............48
15.
Kecambah Kelapa Sawit yang Terkena Serangan Brown-Germ disease ....................................................................................................49
16.
Tingkat Serangan Jamur pada Berbagai Periode Penyimpanan ................49
17.
Persentase Bibit Abnormal pada Berbagai Perlakuan Penyimpanan ..........................................................................................55
18.
Rencana dan Potensi Produksi Kecambah Kelapa Sawit 2010 (Ditjenbun, 2010)....................................................................................57
19.
Ilustrasi Mesin Pencincang dan Pemipil (sketsa oleh penulis)..................61
20.
Ilustrasi mesin grading benih (sketsa oleh penulis) .................................61
x
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1.
Jurnal Mingguan Kegiatan Magang PPKS Marihat..................................72
2.
Varietas Unggul Kelapa Sawit PPKS ......................................................77
3.
Deskripsi Varietas Kelapa Sawit Unggul PPKS.......................................78
4.
Sidik Ragam Persentase Hidup, Jumlah Daun, Tinggi Bibit, dan Diameter Batang per Minggu Setelah Tanam (MST) ...............................80
5.
Pertumbuhan dan Perkembangan Komposisi Buah ..................................83
6.
Grafik Pertumbuhan Bibit pada 4 – 8 MST..............................................84
1
PENDAHULUAN Latar belakang Kelapa sawit (Elais guineensis Jacq.) merupakan salah satu komoditi primadona perkebunan yang memegang peran strategis dalam mendukung perkembangan kondisi sosial ekonomi di Indonesia. Bagi Indonesia, kelapa sawit menjadi tanaman perkebunan yang memiliki prospek cerah sebagai sumber penghasil devisa, pajak serta mampu menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat. Industri kelapa sawit di Indonesia saat ini berkembang sangat pesat dan diperkirakan masih akan berlangsung dalam tahun-tahun mendatang. Berbagai produk dapat dihasilkan dalam industri kelapa sawit dan dapat digunakan untuk keperluan pangan maupun non-pangan. Salah satu produk non-pangan yang paling diminati dalam kurun waktu terakhir ini adalah biodiesel yang dihasilkan dari minyak kelapa sawit. Menurut Mangoensoekarjo dan Semangun (2008), potensi konsumsi dunia terhadap minyak kelapa sawit akan terus meningkat baik akibat pertambahan penduduk sebagai konsumen maupun sebagai akibat pertumbuhan global. Menurut data Direktorat Jenderal Perkebunan (2009), pada tahun 2004, luas areal tanaman kelapa sawit di Indonesia adalah 5 284 723 ha dengan produksi sebesar 10 830 389 ton minyak sawit dan Indonesia mengekspor 8 661 647 ton minyak sawit. Jumlah ini meningkat pada tahun 2007 dimana luas areal tanaman kelapa sawit menjadi 6 766 836 ha dengan produksi 17 664 725 ton minyak sawit dan Indonesia mengekspor 11 875 418 ton minyak sawit. Pada tahun 2010 diperkirakan luas areal tanaman kelapa sawit menjadi 7 824 623 ha dengan produksi 19 844 900 ton minyak sawit. Negara tujuan ekspor kelapa sawit adalah Cina, India, Belanda, Singapura, Jerman, Spanyol, Malaysia, Vietnam, Italia, Meksiko dan negara tujuan ekspor minyak inti sawit antara lain Belanda, India, Spanyol, Italia dan Meksiko. Materi bahan tanaman yang digunakan dapat mempengaruhi produktifitas kelapa sawit. Produktifitas tanaman kelapa sawit akan meningkat sejalan dengan bertambahnya usia tanaman dan mencapai puncaknya ketika tanaman berusia 13
2
tahun. Sejak usia tersebut produktifitas akan mulai menurun hingga tiba saatnya untuk ditanam ulang (replanting) pada usia 25 tahun. Secara umum produktifitas rata-rata nasional perkebunan kelapa sawit Indonesia masih tergolong rendah, yaitu sekitar 3.4 ton CPO/ha/tahun. Produktifitas ini jauh dibawah potensi produksi bahan tanaman kelapa sawit unggul yang dihasilkan oleh produsen benih yaitu 7 – 10 ton CPO/ha/tahun. Dugaan sementara penyebab rendahnya produktifitas tersebut adalah akibat penggunaan benih palsu (Latif, 2006). Direktorat Perbenihan dan Sarana Produksi (2007) menyatakan bahwa saat ini di Indonesia terdapat delapan produsen benih kelapa sawit yang secara resmi diakui oleh pemerintah Indonesia. Produsen benih tersebut yaitu: Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan, PT. Socfin Indonesia, PT. London Sumateram, PT. Dami Mas Sejahtera, PT. Tunggal Yunus Estate, PT. Bina Sawit Makmur, PT. Tania Selatan, dan PT. Bakti Tani Nusantara. Kapasitas terpasang kedelapan produsen benih tersebut mampu mensuplai 141 000 000 kecambah pada tahun 2006 dan meningkat pada tahun 2009 sebanyak 215 002 017 kecambah. Peranan bahan tanaman kelapa sawit sebagai pemegang dalam keberhasilan produksi tanaman kelapa sawit tidak lepas dari ketelitian proses produksinya. Beberapa tahap seleksi yang dilakukan untuk memperoleh benih unggul bermutu akan mewujudkan produksi hasil kelapa sawit yang optimal. Pengawasan yang ketat sejak tahap awal produksi benih dapat mengurangi kerugian yang timbul di masa yang akan datang (Fransisca, 2008). Produsen benih kelapa sawit hendaknya berupaya meningkatkan penyediaan dan pelayanan benih unggul bermutu kepada masyarakat untuk mendukung pengembangan kelapa sawit di wilayah pengembangan, memenuhi permintaan masyarakat yang semakin meningkat dan untuk menghindari penggunaan benih palsu sehingga ada jaminan bagi masyarakat bagi tercapainya peningkatan produktifitas. Oleh karena itu pengelolaan produksi benih memegang peran penting dan perlu mendapatkan perhatian.
3
Tujuan a. Tujuan umum pelaksanaan magang ini adalah :
Meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan profesionalisme melalui kegiatan pengadaan bahan tanaman kelapa sawit (Elais guineensis Jacq.)
b. Tujuan khusus pelaksanan magang ini adalah :
Mempelajari penyiapan benih kelapa sawit, mulai dari penanganan tandan benih sampai menjadi benih.
Melakukan evaluasi pengaruh waktu panen tandan benih kelapa sawit terhadap warna cangkang biji.
Menentukan periode penyimpanan maksimal dari kecambah siap salur dan untuk mengetahui keragaan tumbuh bibit dari kecambah siap salur tersebut setelah melalui periode penyimpanan tertentu.
4
TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Kelapa Sawit Menurut Lubis (2008) Elaesis berasal dari kata Elaion berarti minyak dalam bahasa Yunani. Guineensis berasal dari Guinea (pantai barat Atrika), Jacq berasal dari nama Botanist Amerika Jacquin. Taksonomi dari kelapa sawit (Elais guineensis Jacq.) adalah: Divisi
: Tracheophyta
Subdivisi
: Pteropsida
Kelas
: Angiospermae
Subkelas
: Monocotyledoneae
Ordo
: Cocoideae
Famili
: Palmae
Subfamili
: Cocoideae
Genus
: Elaeis
Spesies
: Elais guineensis Jacq.
Kelapa sawit diperkirakan berasal dari Afrika Barat dan Amerika Selatan. Tanaman ini justru lebih berkembang di Asia Tenggara. Bibit kelapa sawit pertama kali masuk ke Indonesia tahun 1848 berasal dari Mauritus dan Amsterdam sebanyak empat tanaman yang kemudian ditanam di Kebun Raya Bogor dan selanjutnya disebarkan ke Deli Sumatera Utara (Lubis, 1992). Akar kelapa sawit merupakan akar serabut yang terbagi menjadi akar primer yang tumbuh ke bawah dan ke samping, akar sekunder yang merupakan cabang akar primer yang bercabang ke atas dan ke bawah, dan akar tertier yang merupakan cabang akar sekunder berupa bulu-bulu akar (pilus radicalis) yang banyak menyerap hara makanan dan berfungsi sebagai alat pernafasan. Akar kelapa sawit dapat berkembang hingga kedalaman ± 1 meter dengan daerah perakaran terdapat pada kedalaman ± 25 cm, sehingga permukaan air tanah diusahakan pada kedalaman 80 – 100 cm. Panjang akar yang tumbuh menyamping dapat mencapai 6 meter. Penyerapan unsur hara dan air dilakukan oleh akar kuartener (Risza, 1997).
5
Batang kelapa sawit tidak mempunyai cabang dan tidak mempunyai kambium. Jenis pertumbuhannya yaitu pertumbuhan primer, titik tumbuh berada pada ujung batang dan terus berkembang membentuk daun serta tinggi batang. Batang mencapai diameter 90 cm dengan ketinggian 12 meter. Menurut Hartley (1976) pertumbuhan batang sawit mencapi sebesar 0.3 – 0.6 m/tahun. Lubis (1992) mengemukakan bahwa batang sawit baru dapat terlihat setelah tanaman berumur empat tahun. Daun kelapa sawit terdiri dari tempat duduknya helaian daun (leaflet), helaian daun (lamina), lidi (nervatio), tangkai daun (petiole), dan duri (spine). Produksi pelepah daun pada tanaman selama setahun dapat mencapai 20 – 30 kemudian akan berkurang sesuai umur menjadi 18 – 25 atau kurang (Lubis, 1992). Kelapa sawit tumbuh tegak lurus dapat mencapai ketinggian 15 – 20 m. tanaman ini berumah satu (monoecious) dimana bunga jantan dan bunga betina terdapat pada satu pohon. Bunga jantan dan bunga betina terdapat masing-masing pada tandan bunganya dan terletak terpisah yang keluar dari ketiak pelepah daun. Tanaman ini dapat menyerbuk sendiri dan dapat menyerbuk silang (Lubis, 2008). Tetapi kadang-kadang dijumpai juga bunga jantan dan bunga betina terdapat pada satu tandan (infloresen) yang disebut bunga banci (hermaphrodite) (Latif, 2004). Penyerbukan kelapa sawit dapat dilakukan oleh angin, serangga, dan bantuan manusia (Risza, 1997). Lubis (2008) menyatakan bahwa tanaman kelapa sawit dilapangan mulai berbunga pada umur 12 – 14 bulan, tetapi baru ekonomis untuk dipanen pada umur 2.5 tahun. Menurut Corley (1976), buah kelapa sawit terdiri dari tiga bagian, yakni : lapisan luar (exocarpium/epicarpium) yang disebut kulit luar, lapisan tengah (mesocarpium) yang disebut daging buah, dan lapisan dalam (endocarpium) yang disebut cangkang yang melindungi 1 – 4 inti (kernel) yang mengandung minyak inti. Cangkang yang keras terdapat diantara inti dan daging buah. Biji sawit terdiri dari tiga bagian, yaitu kulit biji atau cangkang (spermodermis), tali pusat (fumiculus), dan inti biji. Inti terdapat di dalam lembaga atau embrio yang merupakan calon tanaman baru.
6
Syarat Tumbuh Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh pada suhu 270C dengan suhu maksimum 330C dan suhu minimum 220C. surah hujan rata-rata tahunan yang memungkinkan untuk pertumbuhan kelapa sawit adalah 1 250 – 3 000 mm yang merata sepanjang tahun, curah hujan optimal sekitar 1 750 – 2 500 mm. lama penyinaran matahari yang optimal adalah 6 jam per hari dan kelembaban nisbi untuk kelapa sawit pada kisaran 50 – 90% (optimal 80%) (Buana, Siahaan dan Adipura, 2003). Ketinggian (elevasi) dari permukaan laut yang optimal adalah 0 – 500 m. Pada elevasi yang lebih tinggi pertumbuhan akan terhambat dan produksi cenderung rendah, namun berkaitan dengan konteks perubahan iklim maka sampai dengan 850 m dpl tanaman kelapa sawit pada kondisi tertentu sudah sesuai dan layak dibudidayakan. Kecepatan angin 5 – 6 km/jam sangat baik untuk membantu proses penyerbukan. angin yang terlalu kencang akan menyebabkan tanaman baru doyong atau miring (Lubis, 2008). Menurut Lubis (2008) kelapa sawit dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah seperti podsolik, latosol, hidromorfik kelabu (HK), regosol, andosol, organosol dan alluvial. Sifat fisik tanah yang baik untuk kelapa sawit adalah : 1.
Solum tebal 80 cm. Solum yang tebal merupakan media yang baik bagi perkembangan akar sehingga efisiensi penyerapan hara tanaman akan lebih baik.
2.
Tekstur ringan, dikehendaki memiliki pasir 20 – 60%, debu 10 – 40%, dan liat 20 – 25%.
3.
Perkembangan struktur baik, konsistensi gembur sampai agak teguh dan permeabilitas sedang.
4.
pH tanah, kelapa sawit dapat dapat tumbuh pada pH 4.0 – 6.0 namun yang terbaik pada 5.0 – 5.5.
5.
Kandungan unsur hara tinggi. C/N mendekati 10 dimana C 1% dan N 0.1%. Daya tukar Mg = 0.4 – 1.0 me/100 gram. Daya tukar K = 0.15 – 0.20 me/100 gram. Perbandingan daya tukar Mg dan K berada pada batas normal.
7
Tipe Buah dan Tandan Kelapa Sawit Buah dan tandan kelapa sawit diklasifikasikan berdasarkan warna dan tebal cangkangnya sebagai berikut : 1.
Berdasarkan warna buah Lubis (2008) menyatakan bahwa warna buah maka dari spesies Elaesis
guineensis Jacq dikenal varitas :
Nigrescens yaitu buahnya berwarna violet sampai hitam waktu muda dan menjadi merah-kuning (orange) sesudah matang.
Virescens yaitu buahnya berwarna hijau waktu muda dan sesudah matang berwarna merah-kuning (orange).
Albescens yaitu buah muda berwarna kuning pucat mengandung sedikit karotein. Baik nigrescens maupun virescens terdapat buahnya yang memiliki carpet
tambahan (bersayap = mantled) atau dikenal sebagai Diwakka-wakka. Varitas lainnya ada yang disebut sebagai Elaeis idolatrica yaitu daunnya menyatu atau anak daunnya tidak memisah. Varitas yang dipakai pada tanaman komersil adalah nigrescens sedangkan varitas lainnya hanya dipakai dalam program pemuliaan tanaman atau sebagai koleksi. 2.
Berdasarkan tebal cangkang Setyamidjaja (2006) menyatakan kelapa sawit dapat dibedakan menjadi
tiga jenis berdasarkan tebal tipisnya cangkang, yaitu dura, tenera dan pisifera.
Dura yaitu memiliki ciri-ciri daging buah tipis, cangkang tebal (2 – 8 mm), inti besar, dan tidak terdapat cincin serabut. Persentase daging buah 35 – 60% dengan rendemen minyak 17 – 18%.
Tenera yaitu memiliki ciri tebal cangkang 0.5 – 4 mm, berserabut lebih banyak dibanding dura dan persentase daging buah 65 – 96%, rendemen 22 – 24%.
Pisifera yaitu tipe ini memiliki ciri-ciri daging buahnya tebal dan tidak memiliki cangkang atau sangat tipis kurang dari 0.5 mm.
8
Benih Kelapa Sawit Sebagai Bahan Tanaman Benih yang baik adalah benih penghasil tanaman yang bermutu, berproduksi tinggi dan memilki sifat sekunder yang baik atau unggul serta telah dilepas pemerintah secara resmi (Lubis, 1993). Pada UU No. 12 tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman dikatakan bahwa benih bermutu jika varietasnya benar dan murni serta mempunyai mutu genetis, mutu fisiologis dan mutu fisik yang tinggi sesuai dengan standar mutu pada kelasnya. Lubis (1993) menyatakan bahwa pengertian dilepas pemerintah adalah pernyataan diakuinya suatu hasil pemuliaan menjadi varietas unggul dan dapat disebarluaskan setelah memenuhi persyaratan yaitu silsilah, metode pemuliaan, hasil uji adaptasi, rancangan dan analisa percobaan, serta kesediaan benih dari varietas yang bersangkutan pada saat dilepas. Untuk kelapa sawit, varietas yang baik atau unggul yaitu:
Berasal dari pemuliaan serta telah diuji pada berbagai kondisi.
Tersedia sebagai bahan tanaman dalam jumlah yang dibutuhkan.
Umur genjah.
Memiliki produksi dan kualitas minyak yang tinggi.
Respon terhadap perlakuan yang diberikan.
Memiliki umur ekonomis cukup panjang (25 – 30 tahun).
Tahan terhadap hama penyakit dan toleran terhadap lingkungan (ekologi).
Benih tersebut dihasilkan oleh Pusat Sumber Benih kelapa sawit yang resmi ditunjuk pemerintah. Benih yang akan ditanam sebagai bahan tanaman haruslah jelas asal-
usulnya, yaitu dari Pusat Sumber Benih. Perlu juga diketahui jenis apa yang dianjurkan, bagaimana riwayat penemuannya, berapa potensi produksinya dan tindakan kultur teknis apa yang dianjurkan agar potensi tersebut dapat dicapai. Purba et al. (1997) menyatakan bahwa dalam produksi benih kelapa sawit digunakan metode Reciprocal Recurrent Selection (RRS). Melalui metode ini diperoleh tiga keuntungan, yaitu: (1) pemilihan tetua untuk memproduksi hibrida komersial didasarkan atas pengujian projeni, sehingga hanya hibridahibrida yang telah diuji yang disalurkan kepada konsumen; (2) skema seleksi memungkinkan untuk mengekploitasi sesegera mungkin persilangan-persilangan
9
terbaik dan perbaikannya dapat dilakukan melalui selfing tetua terpilih sehingga daya gabung khusus (Spesific Combining Ability / SCA) dapat diekploitasi secara optimal; dan (3) hibrida komersial dapat direproduksi menggunakan berbagai tipe persilangan dura di seleksi dura, dan berbagai persilangan tenera/pisifera di seleksi tenera. Setelah berakhirnya siklus seleksi, dimungkinkan untuk memproduksi benih dengan cara mereproduksi secara pasti persilanganpersilangan terbaik dari hasil-hasil pengujian, dan mengawinkan tetua yang mempunyai daya gabung umum (General Combining Ability / GCA) yang baik. Benih kelapa sawit termasuk benih yang sulit ditumbuhkan karena memerlukan beberapa perlakuan sebelum plumula tumbuh. Secara alami, dibutuhkan waktu ≥ 1 tahun dan daya kecambah rendah (40%). Dengan diterapkannya teknik perkecambahan, antara lain fermentasi, pemanasan, perendaman, dan perkecambahan masalah ini sudah dapat dipecahkan yaitu lama proses pertumbuhan ± 3 bulan dan persentase perkecambahan 75 – 80% (Brahma dan Chairani, 1997). Bahan tanaman yang digunakan di Indonesia pada saat ini adalah tenera yang merupakan hasil perkawinan antara dura Deli terpilih dengan pisifera hasil pengujian. Pada masa sebelum perang dunia II bahan tanaman yang digunakan adalah DxD, DxT/TxD dan DxP (Lubis, 2008). Brahma dan Chairani (1997) menyatakan bahwa benih sebagai bahan tanaman memegang peranan penting dalam pembangunan pertanian khususnya komoditi kelapa sawit. Pemilihan bahan tanam yang tidak tepat akan menyebabkan kerugian, baik secara materi maupun waktu, karena bibit kelapa sawit sulit dideteksi secara dini tetapi baru dapat diketahui setelah tanaman menghasilkan yakni ± 30 bulan setelah tanam.
10
METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), Unit Usaha Marihat, Provinsi Sumatera Utara selama 4 bulan yang dimulai dari tanggal 1 Maret 2010 sampai tanggal 9 Juli 2010.
Metode Pelaksanaan Metode yang digunakan selama pelaksanaan magang yaitu metode umum dan metode khusus. Metode umum 1.
Mengikuti orientasi perkenalan kegiatan-kegiatan PPKS Unit Marihat selama satu bulan.
2.
Bekerja secara aktif di Satuan Usaha Strategis Bahan Tanaman (SUSBHT) PPKS Unit Marihat selama tiga bulan.
3.
Wawancara dan diskusi dengan berbagai pihak di PPKS (Kelompok Peneliti, Staf Produksi, Staf Lapangan, Mandor Lapangan, dan Pollinator).
4.
Mengumpulkan data sekunder yang diperoleh dari laporan-laporan, arsip kantor dan pustaka yang diperlukan untuk menyusun laporan.
5.
Studi literatur untuk mencari informasi dan data yang dapat digunakan sebagai referensi dalam penyusunan laporan.
Metode khusus Metode khusus yang digunakan adalah melakukan dua evaluasi yang berkaitan dengan pengadaan bahan tanaman yaitu: 1. Evaluasi pengaruh waktu panen tandan benih kelapa sawit terhadap warna cangkang biji. Tujuan evaluasi ini yaitu untuk mengetahui penyebab terjadinya biji putih, apakah biji putih selalu diturunkan oleh induknya atau tidak dengan mengemukakan apakah terdapat pohon induk yang sama menghasilkan biji putih menghasilkan juga biji normal (coklat tua/hitam). Selain itu evaluasi ini
11
dilakukan untuk melihat pengaruh umur tandan setelah penyerbukan sampai panen terhadap warna biji. Evaluasi biji putih dilakukan pada data produksi selama tiga tahun, yaitu tahun 2007, 2008 dan 2009 di Divisi Produksi PPKS Unit Marihat. Masingmasing data produksi dihitung jumlah tandan berbiji putihnya, kemudian pada data tahun yang sama diamati apakah nomor induk lapang (nomor buku induk) yang menghasilkan tandan berbiji putih menghasilkan juga tandan berbiji normal. Selain itu dari setiap data produksi diambil contoh 70 persilangan yang menghasilkan tandan biji putih dan 70 persilangan tandan biji normal, diamati tanggal penyerbukan dan tanggal panennya. Kemudian umur tandan dihitung dengan cara mengurangkan tanggal panen oleh tanggal penyerbukan. Selanjutnya setiap warna biji dibandingkan berdasarkan umur tandannya menggunakan T-test. 2. Pengujian daya tumbuh kecambah kelapa sawit siap salur berdasarkan lama penyimpanan. Tujuan percobaan ini yaitu untuk mengetahui kemampuan tumbuh kecambah siap salur setelah melalui masa simpan tertentu dan untuk menentukan periode penyimpanan maksimal dari kecambah siap salur. Percobaan ini dilaksanakan pada bulan April – Juli 2010 di kebun pembibitan PPKS Unit Usaha Marihat dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap dua faktor. Faktor pertama adalah lama simpan benih terdiri atas lima taraf perlakuan yaitu: tanpa penyimpanan (penyimpanan 0 minggu (P0)), penyimpanan 1 minggu (P1), penyimpanan 2 minggu (P2), penyimpanan 3 minggu (P3), dan penyimpanan 4 minggu (P4). Sedangkan faktor kedua adalah varietas yang terdiri dari dua varietas yaitu Langkat dan Simalungun. Pengujian daya tumbuh dilakukan di Pre Nursery. Polibag yang digunakan yaitu berwarna hitam berdiameter 14 cm, tinggi 22 cm tebal 0.07 mm. setiap polibag ditanami satu kecambah. Polibag yang telah ditanami kecambah diletakkan di bawah naungan dengan intensitas naungan 60%. Pemeliharaan bibit meliputi penyiraman, penyiangan, pemupukan, dan pengendalian hama dan penyakit tanaman.
12
Setiap varietas terdapat lima taraf perlakuan, setiap taraf perlakuan menggunakan 150 butir kecambah, total kecambah yang digunakan yaitu 1500 butir. Masing-masing taraf perlakuan terdiri dari tiga ulangan. Setiap ulangan terdiri dari 10 tanaman contoh.
Pengamatan dan Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan melalui pengamatan lapangan terhadap pengadaan bahan tanaman yang berlangsung di PPKS meliputi: kondisi umum PPKS, pemuliaan tanaman, identifikasi tanaman induk, persilangan pohon induk, dan produksi benih hingga pengemasan kecambah. Data pengamatan lapangan difokuskan pada evaluasi pengaruh waktu panen tandan benih kelapa sawit terhadap warna cangkang biji dan pengujian daya tumbuh kecambah kelapa sawit siap salur berdasarkan lama penyimpanan. Data sekunder yang diperoleh dari lapang yaitu lokasi dan letak geografis, luas lahan, kondisi pertanaman dan produksi, kondisi produksi benih, organisasi, dan manajemen. Evaluasi pengaruh waktu panen tandan benih kelapa sawit terhadap warna cangkang biji dilakukan pada data produksi benih selama tiga tahun, yaitu tahun 2007, 2008 dan 2009. Kemudian dari setiap data produksi tersebut dihitung jumlah tandan yang berbiji putih dan dari setiap data produksi diambil contoh 70 persilangan yang menghasilkan tandan biji putih dan 70 persilangan tandan biji normal. Peubah yang diamati adalah: 1. Nomor pohon induk Nomor pohon induk diamati untuk mengemukakan apakah pohon induk yang menghasilkan biji putih bisa juga menghasilkan biji normal (hitam). 2. Tanggal penyerbukan Tanggal penyerbukan diamati untuk mengetahui kapan penyerbukan dilakukan. 3. Tanggal panen Tanggal panen diperlukan untuk mengetahui kapan tandan dipanen.
13
4. Umur tandan (hari setelah penyerbukan) Umur tandan diperoleh dengan cara mengurangkan tanggal panen oleh tanggal penyerbukan. Pengamatan yang dilakukan pada pengujian daya tumbuh kecambah kelapa sawit siap salur berdasarkan lama penyimpanan yaitu meliputi: 1. Kondisi umum kecambah (plumula dan radikula) setelah disimpan Pengamatan dilakukan secara visual untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada kecambah pada saat akan ditanam. 2. Tingkat (persentase) serangan jamur pada kecambah siap salur Pengamatan dilakukan pada saat serah terima kecambah (saat akan ditanam) dengan cara membandingkan jumlah kecambah yang terserang jamur dengan total jumlah kecambah yang diterima. 3. Persentase hidup bibit Persentase hidup bibit dihitung pada akhir pengamatan (8 MST) dengan cara membandingkan jumlah bibit yang tumbuh dengan total jumlah bibit yang ditanam. 4. Tinggi bibit Diukur dari pangkal batang di atas tanah sampai ujung daun tertinggi dengan menggunakan penggaris, diamati mulai dari 4 – 8 MST. 5. Jumlah daun Dihitung jumlahnya dari daun termuda sampai daun tertua. Daun termuda yang dihitung adalah daun yang sudah membuka sempurna, diamati mulai dari 4 – 8 MST. 6. Diameter batang Diukur dari pangkal batang dengan menggunakan caliper (jangka sorong), diamati mulai dari 4 – 8 MST. 7. Bibit abnormal Bibit diseleksi pada umur 8 MST dan dihitung jumlah dan persentase bibit abnormal dari setiap perlakuan dan varietas.
14
Analisis Data dan Informasi Seluruh data dan informasi yang diperoleh dari kegiatan penyiapan tandan benih menjadi benih dianalisis menggunakan statistik deskriftif dan perhitungan matematis sederhana seperti rata-rata dan persentase. Evaluasi pengaruh waktu panen tandan benih kelapa sawit terhadap warna cangkang biji menggunakan uji t. Sedangkan pengujian daya tumbuh kecambah kelapa sawit siap salur berdasarkan lama penyimpanan dianalisis dengan menggunakan uji F. Apabila terdapat pengaruh nyata pada peubah yang diamati maka akan dilanjutkan dengan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5% dengan bantuan SAS v6.12.
15
KEADAAN UMUM Sejarah Pusat Penelitian Kelapa Sawit Marihat Pusat Penelitian Kelapa Sawit Marihat sebelumnya adalah bernama Pusat Penelitian Perkebunan Marihat. Pusat Penelitian Perkebunan Marihat merupakan gabungan perusahaan-perusahaan Belanda yang diambil alih negara menjadi Perusahaan Perkebunan Negara (PPN) yang memiliki satu bagian penelitian yang terletak di Marihat. Bagian penelitian Marihat ini terus dilanjutkan walaupun telah terjadi reorganisasi tahun 1960 dan 1963 yang didasarkan jenis komoditi yang diusahakan sehingga terbentuklah PPN Karet, Gula, Tembakau, Serat dan Aneka Tanaman. Pada PPN Aneka Tanaman dimasukkan tanaman kelapa sawit, teh, kina, pinus, coklat, kapuk dan lain-lain. Badan Pengawas Urusan (BPU) melihat bahwa pekerjaan penelitian yang dilakukan oleh PPN Aneka Tanaman perlu diorganisir dengan baik agar terarah dan mencapai hasil maksimum. Atas prakarsa Ir. H. Suherlan, Direktur Teknik/Produksi BPU Aneka Tanaman maka melalui SE No.57/III/1007/AT/64 yang dikeluarkan pada tanggal 6 Juni 1964 dibentuklah Pusat Penelitian Aneka Tanaman Sumatera disingkat dengan PUPENAS berkantor di Marihat, Pematang Siantar (Sumatera Utara). Berdasarkan Dirjen Perkebunan dan BPU Aneka Tanaman masing-masing No.168/D/1967 tanggal 20 Desember 1967 dan No.26/III/1007/AT/67 tanggal 23 Desember 1967 maka semua pohon-pohon induk material seleksi, kebun/blok pengujian dan usaha-usaha penyediaan material tanaman yang ada di masingmasing unit diserahkan pengawasannya kepada PUPENAS. Hal ini merupakan titik tolak yang baik dan sangat menentukan perkembangan dari badan penelitian ini selanjutnya. Pada tahun 1968 nama PUPENAS diganti dengan Marihat Research Station (MRS) dan pembinaannya diserahkan kepada PNP I, II, VI, dan VIII. Tetapi mulai tahun 1973 – 1992 pembinaannya dilakukan PTP VI dan PNP VII. Pada tahun 1981 sesuai dengan Surat Keputusan Dewan Penyantun & Pembina yang didasarkan pada instruksi Menteri Pertanian, nama Marihat Research Station diganti menjadi Pusat Penelitian Marihat yang disingkat dengan PPM.
16
Berdasarkan
surat
keputusan
Ketua
DPH-AP31
No.084/Kpts/
DPH/XII/1992 pada 24 Desember 1992 dibentuklah Pusat Penelitian Kelapa Sawit disingkat dengan PPKS. PPKS merupakan gabungan dari tiga lembaga penelitian, yaitu Pusat Penelitian Perkebunan (Puslitbun) Medan, Puslitbun Marihat, dan Puslitbun Bandar Kuala. PPKS berada dalam koordinasi Lembaga Riset Perkebunan Indonesia (LRPI), Asosiasi Penelitian Perkebunan Indonesia yang anggotanya terdiri dari PT. Perkebunan Nusantara dan PT Rajawali Nusantara Indonesia. Dalam melaksanakan kegiatannya, PPKS dibina oleh Dewan Penyantun LRPI yang beranggotakan Direktur Jenderal Perkebunan, Kepala Badan Litbang Pertanian, Deputi Menteri Negara BUMN Bidang Agro Industri, Kehutanan, Kertas, Percetakan dan Penerbitan, dan Direktur Jenderal Industri Kimia, Agro dan Hasil Hutan yang mewakili pemerintah.
Visi – Misi PPKS Visi PPKS 1.
Menjadi world-class institution dalam penelitian kelapa sawit yang memainkan peranan penting pada pembangunan industri kelapa sawit nasional dan menjadi acuan perkelapasawitan internasional.
2.
Menjadi center of excellence yang dijadikan acuan dalam penentuan kebijakan pembangunan dan penanganan perkelapasawitan nasional.
3.
Menjadi institusi penelitian yang mengacu pada business research (hasil penelitiannya dapat dipasarkan secara bisnis dan mandiri dalam pembiayaan) dan menyediakan paket teknologi kelapa sawit yang bermanfaat.
Misi PPKS 1.
Mengembangkan teknologi unggul perkelapasawitan melalui penelitian yang efektif dan efisien dalam melakukan kegiatan pelayanan tepat sasaran.
2.
Menunjang pengembangan perkelapasawitan nasional melalui penyediaan produk dan jasa layanan, dan konsep/pemikiran penanganan masalah kelapa sawit.
17
3.
Mendorong pengembangan SDM, lapangan kerja dan pelestarian sumber daya alam/lingkungan.
4.
Menggali potensi usaha sendiri dalam kerangka institusi nirlaba yang memiliki badan hukum, untuk dapat mandiri dan sejahtera secara berkesinambungan.
Struktur Organisasi PPKS dipimpin oleh seorang direktur yang saat ini dipegang oleh Dr. Ir. Witjaksana Darmosarko. Dr. Ir. Witjaksana Darmosarkoro adalah direktur terpilih sesuai dengan SK RA APPI No. SK RA APPI No. 04/RA-APPI/II/2004 tanggal 30 November 2004. Dalam melaksanakan tugasnya, direktur dibantu oleh dua orang Kepala Bidang, yaitu Kepala Bidang Penelitian, Kepala Bidang Usaha dan satu orang Kepala Biro Umum/Sumberdaya Manusia, dan satu orang Kepala Satuan Usaha Strategis Bahan Tanaman. Bidang penelitian PPKS dibagi menjadi tujuh kelompok peneliti (Kelti), yaitu Kelti Pemuliaan, Bioteknologi Tanaman, Tanah dan Agronomi, Proteksi Tanaman, Enjinering Lingkungan, Pengolahan Hasil dan Nutrisi, dan Sosial Ekonomi. Koordinasi kegiatan penelitian di setiap Kelti dilakukan oleh seorang Ketua Kelti . Biro Umum/Sumberdaya Manusia mempunyai tiga urusan, yaitu Urusan Sumberdaya Manusia dan Hukum, Urusan Akuntansi dan Keuangan, serta Urusan Rumah Tangga. Urusan Satuan Pengawasan Intern (SPI) langsung berada di bawah koordinasi Direktur. SPI berfungsi untuk memantau administrasi dan keuangan serta kemajuan pelaksanaan penelitian, pengembangan dan pelayanan. Bidang Usaha terdiri dari empat unit usaha, yaitu Unit Usaha Marihat, Unit Usaha Medan, Manager Pengembangan Usaha dan Promosi, dan Manager Pelayanan dan Konsultasi. Unit Kebun Medan mengelola kebun percobaan yang terletak di Aek Pancur, Sei Pancur, Pagar Merbau, dan Bukit Sentang (Sumatera Utara), Betung (Sumatera Selatan), dan Parindu (Kalimantan Barat). Unit Kebun Marihat mengelola kebun percobaan yang terletak di Teluk Dalam, Pulau Maria, Pargarutan, Padang Bulan 17, Simirik, Sijambu-jambu, dan Padang Mandarsyah di Provinsi Sumatera Utara, serta Kalianta dan Dalu-dalu di Provinsi Riau.
18
Satuan Usaha Strategis Bahan Tanaman membawahi tiga manager yaitu Manager QC/R&D, Manager Pemasaran dan Logistik, dan Manager Produksi. Kepala Satuan Usaha Strategis Bahan Tanaman membawahi semua bagian yang memproduksi, memproses, memasarkan dan mengawasi kecambah kelapa sawit. Dengan struktur organisasi PPKS tersebut di atas diharapkan sasaran dan tujuan PPKS dalam mengemban visi dan misinya dapat tercapai sesuai dengan harapan banyak pihak. Struktur organisasi Pusat Penelitian Kelapa Sawit secara rinci dapat dilihat pada Gambar 1.
Lokasi Unit Usaha Marihat Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Marihat terletak di Marihat, Kabupaten Simalungan, Provinsi Sumatera Utara atau 135 km di sebelah selatan Medan. Areal kompleks termasuk dalam konsesi PTP Nusantara IV.
Letak Geografis Pusat Penelitian Kelapa Sawit Marihat mempunyai topografi lahan dengan ketinggian 369 meter di atas permukaan laut, curah hujan rata-rata 3 331 mm/tahun dengan jumlah hari hujan rata-rata 184 hari dan kisaran suhu minimum 200C dan maksimum 290C. jenis tanah podzolik dengan pH rata-rata berkisar antara 5.0 – 6.0. Berdasarkan kelas kesesuaian lahan maka kebun PPKS Marihat termasuk ke dalam kelas S1.
Sarana Penelitian dan Pelayanan Sarana penelitian dan pelayanan PPKS berasal dari sarana yang selama ini digunakan oleh Puslitbun Marihat dan Puslitbun Medan yang mencakup kebun percobaan, areal pembibitan, stasiun klimatologi, perpustakaan, laboratorium kultur jaringan, laboratorium analisis tandan, laboratorium tanah, daun, pupuk, dan lain-lain. Kegiatan pelayanan dimaksudkan sebagai upaya menyampaikan hasil-hasil penelitian ke pekebun agar dapat diterapkan bagi keberhasilan industri kelapa sawit. Pelayanan yang disediakan PPKS antara lain: survey kesesuaian lahan, studi kelayakan, evaluasi produksi, penyusunan rekomendasi pemupukan,
19
evaluasi pabrik kelapa sawit, amdal, dll. Selain itu secara rutin PPKS mengadakan training budidaya kelapa sawit dan pertemuan teknis kelapa sawit (PTKS) yang diikuti oleh staf perusahaan, petani, pekebun, per-bank-an, peneliti lain dll. Produk-produk PPKS antara lain: (1) bahan tanaman kelapa sawit unggul yang dihasilkan dari jenis DxP dan DyxP dengan produktifitas 7 – 8 ton CPO/ha/tahun, (2) biofungisida Marfu untuk penyakit ganoderma, (3) Feromonas untuk mengendalikan kumbang tanduk (Oryctes rhinoceros), (4) kompos Palm Bionic, (5) Frying Shortenig sebagai medium penggoreng, (6) teknologi industri kelapa sawit tanpa limbah, dan (7) publikasi dan jasa perpustakaan (Lubis, 2008).
Kebun Produksi Benih Kebun produksi yang dimiliki PPKS Marihat bekerja sama dengan PTPN IV. Luas kebun produksi benih yang dimiliki adalah 137.28 ha dengan rincian 110.27 ha untuk pohon induk dan 27.01 ha untuk pohon bapak. Jumlah pohon induk yang masih produktif hingga bulan Maret 2009 adalah 3 539 pohon dan pohon bapak 153 pohon. Lokasi kebun produksi benih unit Marihat adalah Bah Jambi, Balimbingan, Benoa, dan Dalu-dalu (Riau). PPKS Unit Marihat juga memiliki kebun produksi komersil. Lokasi kebun tersebut tersebut tersebar di beberapa daerah di Sumatera Utara dan Riau. Luas kebun komersil yang dimiliki adalah 881.46 ha tetapi yang produktif hanya 548.57 ha. Lokasi kebun produksi dan luas areal yang dimiliki PPKS Marihat dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Kebun Produksi Pusat Penelitian Kelapa Sawit Unit Marihat Sumatera Utara Sumatera Utara Sumatera Utara Sumatera Utara Sumatera Utara Riau
402.20
102.17
DP
7
Sijambu-jambu Teluk Dalam Pulau Maria Pargarutan Simirik Padang Madarsyah Kalianta
Luas (ha) 21.00 40.00 4.75 45.86 4.58
Riau
93.10
83.40
8
Dalu-Dalu
Riau
269.97
252.00
Dura, DD,DP DP/DD, DT TT MK
881.46
547.90
No 1 2 3 4 5 6
Sub station
Total Sumber : PPKS Marihat
Lokasi
Produktif (ha) 21.00 35.00 4.75 45.00 4.58
Keterangan DxP DP DP DP DP
20
Direktur
Ka. Bidang Penelitian
Ka. Biro Umum/SDM
Ka. Bidang Usaha
Pemuliaan Tanaman Bioteknologi Tanaman Tanah dan Agronomi Engineering dan Lingkungan Proteksi Tanaman Pengolahan Hasil Mutu Sosial Ekonomi
Ka. Urusan SDM dan Hukum Ka. Urusan Akuntansi dan Keuangan Ka. Urusan Rumah Tangga
Ka. Unit Usaha Marihat Ka. Unit Usaha Medan Mgr. Pengembangan dan Promosi Mgr. Jasa dan Konsultasi Mgr. Laboratorium dan Pelayanan
Ka. SUS Bahan Tanaman
Ka. Urusan SPI
Manager Breeding/ R & D Manager Pohon Induk Manager Produksi Manager QC/QE Manager Pemasaran dan Logistik
Gambar 1. Struktur Organisasi Pusat Penelitian Kelapa Sawit
20
21
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Sistem Pengadaan Bahan Tanaman Kelapa Sawit di PPKS Marihat Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) merupakan salah satu produsen bahan tanaman kelapa sawit terbesar di Indonesia. PPKS juga memiliki peran yang sangat besar dalam penyediaan bahan tanaman unggul. Bahan tanaman unggul dihasilkan melalui tahapan yang sistematis dan berkelanjutan diantaranya yaitu meliputi program pemuliaan, pemilihan pohon induk dan bapak, produksi benih, dan penyaluran kecambah. Satuan Usaha Strategis Bahan Tanaman (SUS-BHT) PPKS melibatkan lima divisi kerja yang berperan dalam menghasilkan bahan tanaman. Kelima divisi tersebut yaitu Divisi Breeding Research Development (BRD/Pemuliaan), Divisi Pohon Induk, Divisi Produksi, Divisi Pemasaran dan Divisi Quality Control/Quality Ansurance (QC/QA). Divisi QC/QA mempunyai tugas untuk memverifikasi setiap tahapan kegiatan pengadaan bahan tanaman apakah sesuai dengan instruksi kerja yang telah ditetapkan. Selama melaksanakan kegiatan magang, penulis mengikuti setiap kegiatan Divisi di SUS-BHT PPKS khususnya di bagian Persiapan Benih Divisi Produksi. Selain itu penulis melakukan evaluasi pengaruh waktu panen tandan benih terhadap warna cangkang biji dan melakukan pengujian daya tumbuh kecambah siap salur berdasarkan lama penyimpanan. Kegiatan penulis selama melaksanakan magang ditulis dalam jurnal mingguan yang dapat dilihat pada Lampiran 1. Pemuliaan kelapa sawit Program pemuliaan tanaman kelapa sawit dilakukan dengan mengikuti prosedur Reciprocal Recurrent Selection (RSS) yang dikembangkan oleh Institute de Recherches pour les Hulles et Oleagineux (IRHO). Prinsip metode pemuliaan RSS adalah memperbaiki secara serentak daya gabung dari dua populasi dasar yaitu populasi grup A (dura) dan grup B (pisifera, tenera). Grup A atau grup Deli merupakan jenis kelapa sawit yang menghasilkan tandan sedikit dengan tandan yang besar. Sedangkan grup B atau grup Afrika merupakan kelapa sawit yang menghasilkan banyak tandan tetapi berukuran lebih kecil. Selain itu, dengan
22
metode RSS memungkinkan untuk melaksanakan ekploitasi persilangan terbaik dengan segera. Saat ini program pemuliaan RSS yang sedang dijalankan oleh PPKS telah memasuki siklus III. Setiap siklus membutuhkan waktu 10 – 15 tahun. Skema metode pemuliaan RRS disajikan pada Gambar 2. Tujuan utama program pemuliaan adalah untuk meningkatkan produksi dan rendemen minyak kelapa sawit. Tujuan lainnya yaitu mendapatkan kelapa sawit yang pertumbuhan tingginya lambat, lebih toleran terhadap penyakit, respon terhadap pemupukan, tandan lebih berat, komposisi buah dan minyak lebih baik, stalk lebih pendek hingga panen lebih mudah, adaptasi baik dan lain-lain (Lubis, 2008). Pengujian dan pengamatan bahan tanaman dilakukan di beberapa kebun percobaan antara lain Kebun Marihat dan Kebun Bah Jambi PTPN IV, Kebun Tanjung Garbus PTPN II dan Kebun Rambutan PTPN III. Grup Dura
Grup Pisifera/Tenera
Pengujian Progeni
D1 D2 D3 …
Studi GCA dan SCA
P1 P2 P3 T1 T2 …
D x P, D x T
Dura Terpilih
Pisifera/Tenera Terpilih
Selfing/Crossing
Selfing/Crossing Perbanyak Klonal (Ortet)
Produksi Kecambah DxP Gambar 2. Skema Metode Pemuliaan RSS (Pamin, 1997)
23
Proses pemuliaan yang panjang yang dilakukan PPKS telah menghasilkan 11 varietas utama. Varietas tersebut yaitu: DP AVROS, DP Bah Jambi, DP Dolok Sinumbah, DP La Me, DP Yangambi, DP Sungai Pancur 1, DP Sungai Pancur 2, DP Langkat, DP Simalungun, dan dua varietas baru yaitu PPKS 540 dan PPKS 718. Nama-nama varietas yang dikeluarkan PPKS dan karakteristik dari varietasvarietas tersebut terdapat pada Lampiran 2 dan 3. Kegiatan pemuliaan meliputi crossing plan, pengamatan vegetatif dan analisis tandan. Kegiatan crossing plan yaitu melaksanakan rencana persilangan sesuai mating design yang telah disusun oleh Ka Kelti Pemuliaan/Senior Breeder, mengawasi pohon-pohon rencana seleksi (RS) terpilih, dan mencari bunga jantan untuk diambil pollennya dari pohon terpilih yang sudah terseleksi. Pengamatan vegetatif merupakan kegiatan yang dilakukan oleh Divisi BRD terhadap karakter vegetatif tanaman kelapa sawit yang diuji dan untuk melihat segregasi (penentuan kelamin). Karakter vegetatif yang diamati adalah tinggi tanaman, produksi daun, jumlah daun, panjang pelepah, jumlah anak daun, diameter batang, lebar dan panjang petiole. Analisis tandan merupakan kegiatan yang dilakukan Divisi BRD untuk menganalis persilangan DxP dan DxD/DxT. Analisis DxP dilakukan untuk pengujian keturunan sehingga didapatkan informasi persilangan mana yang akan dilepas menjadi varietas baru. Sedangkan analisis DxD/DxT dilakukan untuk mendapatkan informasi calon tanaman induk dan bapak yang selanjutnya akan digunakan dalam produksi benih. Tandan dianalisis untuk mengetahui informasi bobot tandan, bobot buah, jumlah buah per tandan, jumlah inti, persentase daging per buah, persentase inti per buah, kandungan minyak per buah dan per tandan. Metode analisis tandan yaitu mengambil tandan dari setiap kebun percobaan. Tandan yang akan dianalisis ditimbang dan dicincang untuk memisahkan buah dari spikelet, kemudian diambil 30 buah terdiri 10 buah bagian luar, 10 buah bagian tengah, dan 10 buah bagian dalam. Mesokarp dipisahkan dari bijinya, kemudian dicincang sampai halus. Mesokarp dikeringkan menggunakan oven kemudian dianalisis kandungan minyaknya. Sedangkan biji difermentasi selama 10 hari untuk melihat banyaknya inti yang terdapat di dalam biji.
24
Tabel 2. Karakter Vegetatif dan Cara Pengamatannya No Karakter vegetatif 1 Tinggi tanaman
2
Produksi daun
3
Jumlah daun
4
Panjang pelepah
5
Jumlah anak daun
6
Diameter batang
7
Lebar dan panjang petiole
Cara pengamatan Menggunakan egrek yang panjangnya sudah ditandai. Pengukuran tinggi dilakukan dari permukaan tanah (pangkal batang) sampai pangkal rachis. Menghitung pertambahan jumlah daun dari pengamatan sebelumnya. Menghitung jumlah pelepah yang ada saat pengamatan dengan menghitung jumlah spiral daun kelapa sawit kemudian dikalikan delapan. Mengukur dari anak daun rudimenter paling bawah sampai daun yang paling atas. Menghitung jumlah anak daun pada salah satu sisi pelepah daun ke-17. Menggunakan meteran, pengukuran dilakukan satu meter di atas permukaan tanah. Menggunakan caliper (jangka sorong).
Tabel 3. Pengamatan Tinggi Tanaman Kelapa Sawit Berdasarkan Umur
1–2
Dari permukaan tanah sampai daun ke4
3–4
9
>4
17
Umur tanaman (tahun)
Pengelolaan pohon induk dan pohon bapak Pohon induk dan pohon bapak untuk pengadaan bahan tanaman dikelola oleh Divisi Pohon Induk. Divisi ini berkewajiban menghasilkan tandan untuk bahan baku benih kelapa sawit yang unggul, baik dan benar. Kegiatan yang dilakukan dalam pengelolaan pohon induk yaitu: inspeksi pohon, pembungkusan, penyerbukan, dan panen tandan benih. Sedangkan dalam pengelolaan pohon bapak meliputi: pembungkusan bunga jantan, panen bunga jantan untuk diambil tepung sarinya, dan penentuan identitas tepung sari.
25
1.
Pohon Induk
a.
Inspeksi pohon Semua pohon induk dikunjungi atau diperiksa setiap minggu atau lebih
cepat bila terdapat banyak bunga yang akan diserbuk atau dipanen. Semua bunga yang terdapat pada pohon harus diperiksa. Setiap pollinator mempunyai buku khusus untuk inspeksi yang digunakan untuk mencatat setiap observasi yang dilakukan terhadap pohon, meliputi: jumlah bunga muda, jumlah bunga yang akan dibungkus, jumlah bunga yang akan diserbuk, jumlah bunga yang sudah dapat dibuka bungkusannya, dan jumlah tandan yang bisa dipanen. b. Pembungkusan bunga betina Pembungkusan dilakukan minimal 10 hari sebelum bunga anthesis. Ujung dari seludang bunga pada saat itu masih tertutup atau sedikit pecah dan bunga di dalam seludang masih berwarna putih dan membulat. Sebelum pembungkusan terlebih dahulu harus dilakukan pembersihan tangkai tandan (stalk) dan membuang seludang. Insektisida disemprotkan di sekitar tandan bunga dan di bagian dalam pembungkus. Setelah itu tangkai tandan dibalut dengan kapas yang telah dibubuhi insektisida untuk mencegah masuknya serangga, kemudian bunga dibungkus dan diikat bagian bawahnya menggunakan karet ban 6 – 7 lilitan. Tandan bunga yang telah dibungkus kemudian dilapisi kawat kasa untuk menghindari serangan tikus. Apabila diperlukan racun tikus diletakkan pada ketiak pelepah di sekitar tandan yang telah dibungkus. Alat dan bahan yang digunakan dalam pembungkusan bunga antara lain: (1) arit, (2) kapas, (3) insektisida tabur dan cair, (4) pembungkus (bagging), (5) tali karet ban, (6) kawat kasa, dan (7) racun tikus. Bunga yang telah dibungkus setiap hari diperiksa apakah sudah mulai anthesis, atau ada tidaknya gangguan kerusakan pada bungkus. Semua bunga yang dibungkus harus dilaporkan pada laporan harian pollinator. Pembungkusan jangan menggunakan pembungkus yang telah rusak, bocor, dan hindari pembungkus tertusuk duri. Bunga yang rusak, abnormal dan terlalu kecil tidak dibungkus. Proses pembungkusan jangan sampai melukai atau memotong cabang daun.
26
c.
Penyerbukan Penyerbukan dilakukan apabila sebagian besar kepala putik telah
membuka dan berwarna cream. Penyerbukan biasa dilakukan bila 60% dari bunga sudah anthesis sehingga tidak menunggu 100% karena sisanya dalam 1 – 2 hari kemudian akan dilakukan penyerbukan lanjutan. Penyerbukan dimulai dari spikelet yang berada pada dasar tandan. Bila kepala putik telah berubah warnanya menjadi pink atau merah berarti saat penyerbukaan telah lewat. Penyerbukan dilakukan 2 – 3 kali apabila diperlukan. Pengamatan dapat dilihat dari jendela plastik pada bagging. Proses penyerbukan dimulai dengan menyemprot kantong pembungkus bunga dengan insektisida untuk mengusir (mematikan) insek-insek yang mungkin mengganggu. Sebelum membuat lobang, pisau dan jendela dilap dengan alkohol dan kapas. Buka plester (tutup) lobang pipa penyemprot dan masukkan melalui lubang yang dibuat pada jendela. Angkat botol lebih ke atas dan semprot seluruh bunga dari segala arah dan goncang bungkusan agar tepung sari tersebar. Pekerjaan yang sama dilakukan pada jendela lainnya. Setelah selesai penyemprotan tepung sari, lobang kembali ditutup menggunakan plester plastik. Pembungkus dibuka 15 hari setelah penyerbukan saat kepala putik telah berwarna coklat-hitam. Apabila terlihat masih ada bunga yang belum berkembang segera dilaporkan untuk dicek lebih lanjut atau diafkir. Pemasangan label dilakukan setelah buka bungkusan, kawat label ditancapkan diantara spikelet. d. Panen tandan benih Pemanenan dilakukan apabila telah terdapat berondolan jatuh minimal satu buah. Tandan sudah dapat dipanen kurang lebih berumur 160 – 165 hari setelah penyerbukan (Lubis, 1993). Tandan yang berumur lebih dari enam bulan walaupun belum memberondol harus dipanen. Buah yang memberondol dikumpulkan pollinator ke dalam kantong plastik dan diletakkan dibawah pohon. Semua buah yang memberondol ke tanah agar dibuang jangan dimasukkan ke goni. Tandan yang dipanen dimasukkan ke dalam goni yang tidak bocor atau berlubang diikat dengan baik. Tandan yang menghasilkan biji kurang dari 300 setelah diperiksa di persiapan benih, pemakaiannya dipertimbangkan.
27
2.
Pohon Bapak Pohon bapak yang digunakan untuk produksi benih adalah pisifera yang
berasal dari persilangan terpilih T x T, T x P, P x P. pisifera yang digunakan adalah pisifera yang menunjukkan hasil yang baik pada kebun pengujian. a.
Inspeksi pohon bapak Inspeksi pohon bapak harian dilakukan untuk mengetahui keadaan tandan
bunga jantan disetiap pohon bapak. Pada pohon bapak yang diamati adalah tandan bunga muda, tandan bunga yang akan dibungkus, tandan bunga yang sudah dibungkus, tandan bunga yang akan dipanen, dan tandan bunga yang sudah dipanen. Pollinator yang telah berpengalaman dapat menduga apakah tandan bunga yang masih diselubungi seludang tersebut jantan atau betina dan juga dapat menduga berapa lama lagi bunga akan anthesis. b. Pembungkusan Pembungkusan tandan bunga jantan dilakukan minimal 10 hari sebelum bunga anthesis. Pembungkus yang digunakan sama seperti pada bunga betina tetapi ada sedikit modifikasi. Pada salah satu ujung sebelah atas diberi lobang sebesar corong plastik untuk tempat penampungan tepung sari. Cara pembungkusan bunga jantan sama seperti pembungkusan bunga betina. Tangkai tandan bunga jantan dibersihkan kemudian dibalut kapas yang telah dicampur dengan insektisida tepung (2 – 3 gram). Tandan bunga disemprot dengan insektisida guna membunuh binatang atau insek kecil yang bersembunyi pada spikelet. Pembungkus disarungkan dan diikat menggunakan karet ban bekas dibagian bawah 8 – 10 lilitan. Untuk menjaga agar pembungkus tidak rusak oleh serangan tikus, tupai dan lain-lain maka pada pangkal pelepah atau pembungkus diberi 2 – 3 butir racun tikus dan dilapisi dari luar dengan kawat kasa. c.
Pemanenan Bunga yang telah dibungkus diperiksa setiap hari untuk mengetahui
apakah ada kerusakan. Apabila terjadi kerusakan pembungkusan maka bunga tersebut diafkir. Selain itu, dari pengamatan harian dapat diketahui kapan tandan akan dipanen. Bunga jantan dapat dipanen apabila sudah 60 – 70% spikelet bunga
28
jantan telah anthesis. Tangkai tandan dipotong dibawah lilitan karet dengan hatihati untuk menghindari goncangan. Tandan yang telah dipotong diturunkan menggunakan tali. Pemanenan biasanya dilakukan pada jam 09.00 – 11.00 siang. 3.
Tepung sari Tepung sari yang rontok akan masuk ke dalam plastik penampungan
melalui corong yang telah dibuat pada pembungkus bunga. Tandan bunga jantan yang telah diterima dari lapangan segera dibawa ke laboratorium dan disimpan dengan posisi digantung selama 3 – 4 jam di ruangangan AC dengan suhu maksimal 220C agar tepung sari kering untuk diproses lebih lanjut. Setelah melewati waktu tersebut, bungkusan tandan dipukul-pukul. Tepung sari akan terlepas dari tangkai sari dan terkumpul pada plastik penampung kemudian diklip (stapler) dan bagian luar plastik diolesi alkohol 96% dan diberi label sesuai dengan identitas tandan. Plastik tepung sari dimasukkan ke dalam peti manipulasi yang dilengkapi dengan alat sterilisasi yang terdiri dari dua buah lampu masing-masing 1 000 watt yang dapat menghasilkan 1500C. Pemanasan dilakukan selama lima menit kemudian lampu dipadamkan dan tunggu 45 menit sampai temperature turun. Tujuan dimasukkannya tepung sari ke dalam peti manipulasi adalah untuk menghindari kontaminasi pada proses selanjutnya. Pada peti manipulasi dilakukan pengayakan untuk membersihkan kotoran-kotoran yang terbawa tepung sari. Ayakan yang digunakan yaitu memiliki kehalusan 8 – 10 mesh. Hasil ayakan diletakkan di atas kertas di dalam ayakan. Bagian bawah ayakan diberi silica gel sebanyak 100 – 200 gram dan bagian atas ayakan diberi tutup kemudian disegel dengan plester plastik. Pengeringan tepung sari dilakukan selama tiga hari. Pengisian vial tepung sari dilakukan di dalam peti manipulasi yang sebelumnya sudah disterilisasi. Semua alat pengemasan pun harus disterilisasi terlebih dahulu menggunakan alkohol. Setiap vial berisi tepung sari 0.25 gram atau disebut satu unit. Sebelum ditutup vial diberi kapas secukupnya, kemudian 2 – 4 vial/unit dimasukkan ke dalam botol kaca kecil berisi 3 gram silica gel. Botolbotol kecil ini kemudian dimasukkan ke dalam vakum bertekanan 7 mm/hg, selanjutnya botol disegel dengan tutup alumunium. Botol-botol ini disimpan
29
dalam freezer pada suhu -180C. Tepung sari diuji viabilitasnya sebelum disimpan. Apabila viabilitas di bawah 70% maka tepung sari tersebut diafkir. Pengujian viabilitas tepung sari dilakukan sederhana dengan mengitung tepung sari yang tumbuh pada media khusus melalui mikroskop. Media yang digunakan dalam pengujian viabilitas yaitu: air destilasi 100 cc, sukrosa 8%, dan borax 15 ppm. Media dan tepung sari diletakkan pada petridish, kemudian petridish ditutup dan disimpan dalam oven dengan suhu 380C selama 3 – 4 jam. Selanjutnya preparat tepung sari diamati di bawah mikroskop. Tepung sari yang hidup dan mati akan terlihat jelas di bawah mikroskop, kemudian dihitung dan dicari persentasenya tepung sari yang hidup. Persentase viabilitas = T / (T + M) x 100% T = tepung sari yang tumbuh M = tepung sari yang mati Dalam produksi benih perlu dilakukan pengujian kehampaan tepung sari. Pengujian kehampaan dilakukan dengan menggunakan alat suntik yang ditusukkan ke dalam botol kaca tepung sari. Apabila kolom udara dalam tabung suntik terhisap sampai 10 cc maka kehampaan tersebut masih dianggap baik. Sedangkan jika terhisap lebih dari 10 cc maka divakum kembali dan dilakukan tes viabilitas ulang. Pengujian kadar air dilakukan untuk mengetahui kadar air tepung sari apakah layak digunakan dalam penyerbukan. Bila kadar air diatas 4% maka tepung sari tidak dapat digunakan untuk penyerbukan dan harus diafkir. Setiap unit tepung sari dimasukkan ke dalam botol serbuk yang berisi tepung talkum sebanyak 4 gram, kemudian tepung sari dan talkum dicampurkan/diaduk. Talkum yang digunakan harus kering. Pencampuran dilakukan di dalam peti manipulasi. Lobang pipa botol serbuk ditutup solatip agar tepung sari tidak keluar atau terkontaminasi. Pencampuran dan pembotolan tepung sari dilakukan pada pagi hari dan harus sudah selesai pada pada pukul 09.00 agar siap digunakan pada proses penyerbukan.
30
Proses produksi benih Teknik produksi benih kelapa sawit pada prinsipnya yaitu setiap tahapan dalam produksi benih adalah untuk menjamin diperolehnya benih yang memenuhi kriteria persentase perkecambahan tinggi, pertanaman yang homogen dilapangan, dan legitimasi material yang dihasilkan (Purba et al., 1997). Divisi Produksi bertanggung jawab dalam proses pengolahan dan pengecambahan benih. Proses produksi benih dimulai dari penyiapan benih, pematahan dormansi sampai proses perkecambahan. 1.
Persiapan benih Unit persiapan benih merupakan bagian dari Divisi Produksi yang
bertanggung jawab mempersiapkan benih untuk diproses lebih lanjut. Sumber daya manusia pada unit persiapan benih adalah berjumlah 45 orang, dengan satu supervisor, 21 karyawan tetap, 13 karyawan harian lepas (KHL), dan 10 pegawai kontrak waktu tertentu (PKWT). Kegiatan persiapan benih meliputi: penerimaan tandan benih, pencincangan tandan, fermentasi, pemipilan, pengupasan buah, seleksi benih, penyimpanan stock dan pemberian logo PPKS (seed coding). Alur penyiapan benih dapat dilihat pada Gambar 10. a.
Penerimaan tandan Penerimaan tandan merupakan proses serah terima tandan benih dari divisi
Pohon Induk ke divisi Produksi untuk dipersiapkan menjadi benih. Tandan yang datang dari lapang diperiksa surat pengantar panennya, kebenarannya, kelengkapan labelnya, dan ditimbang. Pemeriksaan meliputi kondisi label tandan tertancap kokoh diantara spikelet dan tidak melukai buah, identitas label harus sesuai
dengan
administrasi
panen
yaitu
nomor
penyerbukan,
tanggal
pembungkusan, tanggal penyerbukan, nomor pohon induk, nomor registrasi dan inisial pollinator. Tandan yang diterima yaitu dalam kondisi terbungkus bagging, hal ini untuk menjaga kehilangan berondolan pada saat pengangkutan dari lapang dan untuk menghindari tercampurnya berondolan antar persilangan. Penimbangan dilakukan pada kondisi tandan masih terbungkus bagging, kemudian bobot
31
tertimbang dikurangi berat bagging yang telah disepakati yaitu 1 kg dan diperolehlah bobot tandan. Bobot tandan bervariasi tergantung tahun tanamnya, semakin bertambah umurnya semakin berat bobot tandannya. Penerimaan tandan benih di bagian persiapan benih dilakukan setiap hari Senin, Selasa, Rabu dan Kamis. Pada hari Kamis dikhususkan untuk tandan dari kebun Dalu-dalu dan hanya dilakukan dua minggu sekali. Tandan benih dibawa dari kebun pohon induk menggunakan truk. Penerimaan biasanya dilakukan pada pukul 11.00 WIB. Tandan benih yang diterima berjumlah 400 – 600 tandan setiap minggu. Tandan yang masuk dikumpulkan pada suatu ruangan untuk proses selanjutnya, kemudian dibiarkan selama satu malam dan diproses esok harinya.
a
b
c
Gambar 3. Proses Penerimaan Tandan Benih: (a) diterima dari kebun pohon induk, (b) pengecekan label dan penimbangan, dan (c) label tandan benih b. Pencincangan tandan Pencincangan merupakan proses pemisahan spikelet dari stalk. Dalam menjaga kemurnian benih dan agar tiap persilangan tidak bercampur dengan yang lainnya, pencincangan dilakukan di tempat khusus yaitu bak bersekat dengan satu sisi terbuka. Sisi ini digunakan pencincang untuk mencincang tandan, memasukkan dan mengeluarkan tandan benih dan hasil cincangan. Bak ini berukuran panjang, lebar dan tingginya yaitu 1 m x 1 m x 0,6 m. Pencincangan dilakukan setelah tandan diperiksa, biasa dilakukan sehari setelah tandan diterima. Alat yang digunakan dalam pencincangan yaitu kampak. Pencincangan tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang, karena kegiatan ini sangat beresiko dan berkaitan dengan tingkat kerusakan biji. Oleh karena itu, pencincangan dilakukan oleh pegawai yang sudah mahir mencincang dengan upaya meminimalisir kerusakan biji.
32
b
a
Gambar 4. Proses Pencincangan Tandan Benih: (a) ruang pencincangan dan (b) pencincangan tandan benih Pencincangan satu tandan benih biasanya memerlukan waktu 5 – 7 menit. Setelah selesai pencincangan, tandan dilihat kualitasnya dan diklasifikasikan berdasarkan fruitset-nya. Tandan berkualitas tidak baik dan harus diafkir memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1) tandan dengan fruitset < 20%, (2) tandan tanpa biji, (3) tandan busuk, dan (4) kondisi label tidak tertancap kokoh serta kawat label menembus/melukai daging buah. Tandan afkir dihitung jumlahnya dan dimusnahkan dengan cara dibakar serta dilengkapi berita acara (BA) pemusnahan. Fruitset adalah persentase buah sempurna yang terbentuk dalam satu tandan. Sedangkan kelas fruitset adalah pengkategorian yang berdasarkan pada penilaian kisaran persentase yang sudah ditetapkan. Kelas fruitset disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Kelas Fruitset Tandan Benih Kelas Fruitset
Persentase (%)
A
80 – 90
B
60 – 80
C
40 – 60
D
20 – 40
E
< 20
Sumber: Persiapan Benih, Divisi Produksi PPKS Marihat
33
a
b
c
d
Gambar 5. Kelas Fruitset: (a) kelas fruitset A, (b) kelas fruitset B, (c) kelas fruitset C, dan (d) kelas fruitset D Pada umumnya tandan benih dengan fruitset < 20% memiliki ciri-ciri seperti buah yang terbentuk tidak sempurna, sebagian besar buah-buah kecil dan tidak berisi. Fruitset tandan benih kurang dari 20% biasanya disebabkan oleh:
Kondisi bunga belum anthesis sepenuhnya atau lewat masa anthesis pada saat penyerbukan.
Penyebaran tepung sari tidak merata pada saat penyerbukan.
Bunga atau tandan terganggu saat pertumbuhan, seperti serangan hama dan penyakit.
Faktor genetis tanaman. Selesai pencincangan, spikelet dimasukkan ke dalam box keranjang plastik
berdasarkan
persilangan
masing-masing
untuk
proses
selanjutnya
yaitu
fermentasi. Satu box untuk satu tandan, kecuali bila tandannya besar dengan buah yang banyak lebih dari 50 kg maka tandan tersebut dibagi dalam dua box atau disebut buah gandeng. c.
Fermentasi dan pemipilan Fermentasi dilakukan untuk memudahkan pemipilan atau pemisahan buah
dari spikeletnya dan bertujuan agar daging buah sedikit memar sehingga mempermudah proses pengupasan daging buah oleh mesin pengupas atau depericarper. Fermentasi dilakukan dalam box keranjang plastik karena tidak berkarat dan tidak mudah rusak, serta umur ekonomisnya panjang. Setiap tandan yang telah dicincang disimpan pada satu box, kecuali untuk tandan yang besar dengan jumlah buah yang banyak digunakan dua box. Tandan difermentasi selama
34
4 – 7 hari dan dibasahi/disiram agar buah cepat terlepas dari spikeletnya. Penyiraman dilakukan minimal satu kali setiap minggu tergantung kondisi cuaca. Pada musim hujan penyiraman dikurangi karena kondisi fermentasi cenderung lembab dan dilakukan seperlunya. Sedangkan pada musim kemarau penyiraman sering dilakukan untuk mempercepat proses fermentasi.
a
b
Gambar 6. Proses Fermentasi dan Pemipilan: (a) fermentasi dan (b) pemipilan Ciri-ciri keberhasilan fermentasi yaitu: (1) banyak buah yang telah terlepas dari spikelet, (2) buah mudah lepas dari spikletnya, (3) daging buah memar dan mudah hancur, (4) spiklet layu, (5) diselimuti miselium dan baunya yang khas, dan (6) dikerubungi lalat kecil. Tandan hasil fermentasi selanjutnya dipipil. Pemipilan bertujuan memisahkan brondolan dari spikelet dengan menggunakan peti pemipil dan alat bantu skop besi. Peti ini memiliki tiga bagian yaitu ruang pemipil bagian atas, ayakan besi sebagi alas ruang pemipil, dan penampung buah hasil berondolan bagian bawah. Ayakan besi berfungsi untuk meloloskan buah hasil pemipilan dan menahan spikelet. Seluruh buah harus dipastikan terpisah dari spikelet untuk mengurangi tingkat kehilangan benih dalam proses. Buah hasil pemipilan dimasukkan ke dalam goni, satu goni untuk satu persilangan kecuali jumlah buah yang banyak digunakan dua goni dan goni tersebut digandengkan (diikat). d. Pengupasan buah Berondolan hasil pemipilan selanjutnya dikupas menggunakan mesin pengupas daging buah atau depericarper. Pengupasan bertujuan untuk menghilangkan mesokarp sehingga diperoleh biji kelapa sawit sempurna. Mesin yang digunakan untuk pengupasan berondolan ada dua tipe yaitu tipe horizontal dan tipe vertical:
35
Depericarper horizontal, mesin pengupas ini memerlukan waktu sekitar 45 menit untuk mengupas berondolan dengan kapasitas dua tandan. Benih hasil kupasan mesin ini baik dengan tingkat kerusakan kecil, namun waktu yang dibutuhkan cukup lama.
Depericarper vertical, disebut juga mesin turbo dapat mengupas berondolan 5 – 10 menit per tandan. Mesin ini sangat efisien dalam waktu karena dapat mengupas buah dengan cepat, tetapi apabila tidak hati-hati dalam penggunaannya akan meningkatkan tingkat kerusakan benih.
a
d
b
c
Gambar 7. Proses Pengupasan Buah: (a) depericarper tipe horizontal, (b) depericarper tipe vertical, (c) pengupasan buah, dan (d) penirisan biji hasil pengupasan PPKS lebih mengutamakan memakai depericarper vertical karena produksi yang tinggi membutuhkan mesin pengupas yang lebih cepat. Petugas pengupasan dituntut untuk lebih hati-hati, peka, teliti dan memerlukan perhatian ekstra dalam melakukan pengupasan, karena kelalaian dapat mengakibatkan tingkat kerusakan biji dalam mesin semakin tinggi. Petugas yang sudah mahir mampu menggunakan feeling-nya dalam melakukan pengupasan. Pengupasan dilakukan terpisah untuk setiap persilangan. Buah satu persilangan dikupas dalam satu mesin pengupas. Pada mesin dipastikan tidak ada biji yang tertinggal dari pengupasan sebelumnya. Biji hasil pengupasan direndam
36
selama satu menit dalam larutan Dithane untuk mencegah berkembangnya jamur dan mikroorganisme. Berat basah biji hasil pengupasan ditimbang. Kemudian biji dituang ke kawat penirisan dan disimpan 24 jam dalam ruangan bersuhu 20 – 250C. Hal ini dilakukan agar esok harinya biji yang akan diseleksi sudah kering. Sehingga memudahkan seleksi benih, karena dalam kondisi basah sulit membedakan biji putih dan biji normal. e.
Seleksi Benih Seleksi benih merupakan salah satu tahap untuk menjaga mutu benih.
Kegiatan seleksi benih yaitu memisahkan dan menghitung benih baik dan biji afkir. Untuk mengindari tercampurnya benih, setiap persilangan diseleksi terpisah. Seleksi dilakukan dengan hati-hati agar benih tidak tercampur antar persilangan. Benih disortasi menggunakan dua kotak saringan dengan ukuran 60 cm x 40 cm x 10 cm. Kotak pertama memiliki lubang 1.3 cm x 1.3 cm sehingga benih yang kecil akan jatuh ke kotak kedua yang memiliki saringan lebih rapat, sedangkan benih yang tertahan di kotak pertama kemudian disebut benih baik. Benih baik dibersihkan dari serabutnya dengan cara dikikis oleh cutter. Pembuangan serabut bertujuan untuk menjaga kebersihan benih dan menghindari timbulnya cendawan. Benih baik ditimbang dan dicatat jumlahnya, kemudian dimasukkan ke dalam kantong berlubang disertai identitasnya dan disimpan di ruang pengelompokan. Pada ruangan ini benih dari berbagai persilangan dikelompokkan sesuai varietas masing-masing dan dicatat dalam data pengolahan benih dimana setiap persilangan sudah teregistrasi. Sedangkan benih afkir dimusnahkan dengan cara dibakar di tempat khusus pemusnahan. Benih baik yaitu benih yang memiliki diameter ≥ 1.3 cm, berwarna coklat tua atau hitam, dan tidak cacat fisik. Biji afkir dibedakan ke dalam tiga jenis, yaitu:
Biji kecil Keriteria biji kecil yaitu biji berukuran < 1.3 cm yang lolos saringan. Bisa disebabkan oleh faktor genetis atau faktor morfologis dari pohon induk.
Biji pecah Biji pecah yaitu biji yang memiliki cacat fisik yang disebabkan oleh kegiatan fisik dalam proses penyiapan benih yaitu pencincangan dan pengupasan.
37
Biji putih. Biji putih bisa diakibatkan oleh pertumbuhan biji yang belum sempurna atau dipanen terlalu muda. Biji putih biasanya merupakan biji dalam. Warna biji dalam satu persilangan/tandan yang berwarna hitam < 50% akan diafkir.
a
d
b
c
e
Gambar 8. Biji Afkir dan Kemasan Benih: (a) biji pecah, (b) biji putih, (c) biji kecil, (d) pengemasan benih baik siap simpan, dan (e) label identitas benih f.
Penyimpanan benih Benih baik yang sudah dikelompokkan per varietas kemudian disimpan
dalam ruangan khusus yang disebut ruangan penyimpanan stock. Di dalam ruang penyimpanan stock benih disusun pada rak-rak penyimpanan sesuai varietasnya masing-masing. Ruang penyimpan stock berfungsi untuk menyimpan benih dalam jangka waktu lama dan menjaga viabilitas benih itu sendiri sampai benih tersebut akan dikecambahkan. Ruangan ini bersuhu 20 – 250C dan suhu rutin dikontrol tiga kali dalam sehari yaitu pada pukul 08.00, pukul 12.00, dan pukul 14.00 untuk menjaga agar suhu tetap stabil dan menjaga viabilitas benih. Selain itu, ruang penyimpanan stock memiliki rak penyimpanan benih sesuai varietasnya masingmasing yang berukuran panjang, lebar dan tingginya yaitu 8 m x 1 m x 3 m. Benih yang berada dalam ruang penyimpanan stock tercatat pada daftar stock benih.
38
a
b
Gambar 9. Penyimpanan Benih: (a) Ruang stock dan (b) Barecode benih Benih yang akan dikecambahkan dikeluarkan dari ruang penyimpanan stock harus sesuai varietas dan jumlahnya dengan surat permintaan benih. Benih yang akan disalurkan terlebih dahulu di-barecode atau lebih dikenal seed coding dengan barecode PPKS untuk menghindari dan mengatasi pemalsuan benih. g.
Capaian produksi benih Tabel 5 menunjukkan bahwa setiap tahun PPKS Marihat memproduksi
benih baik rata-rata 44 401 513 butir, dengan rata-rata 1 386 benih/tandan. Produksi benih baik tertinggi pada tahun 2005 yaitu sebanyak 50 835 900 butir dan terendah pada tahun 2007 yaitu 36 724 022 butir. Tabel 5. Produksi Persiapan Benih Tahun 2005 – 2009 Tahun Produksi 2005
Tandan Masuk 40 212
Tandan Afkir 1 411
Tandan Diproses 38 801
Biji Afkir 107 633
50 835 900
Rata-rata Benih/tandan 1 316
2006
32 238
543
31 695
127 741
42 428 992
1 345
2007
25 860
197
25 663
54 530
36 724 022
1 435
2008
31 303
290
31 013
63 602
43 514 789
1 407
2009
34 442
309
34 133
57 350
48 503 862
1 425
Rata-rata
32 811
550
32 261
82 171
44 401 513
1 386
Benih Baik
Sumber : Persiapan Benih, Divisi Produksi PPKS Marihat
Realisasi capaian produksi dilihat dari persentase tingkat kerusakan biji selama proses menjadi benih sampai dengan bulan Mei 2010. Jumlah biji yang diproses sampai dengan bulan Mei 2010 oleh unit persiapan benih sebanyak 16 201 023 butir dan jumlah biji yang pecah sebanyak 65 233 butir, sehingga persentase kerusakan adalah 0.40 %. 65 233 Kerusakan benih
=
x 100 % = 0.40% 16 201 023
39
Penerimaan Tandan Benih
Penghitungan, Timbang, dan Pengecekan Identitas
Fruitset < 20%, Pencincangan Tandan
Tandan tanpa biji, Tandan busuk, Kondisi label tidak
Fermentasi
tertancap atau kawat label menembus daging buah
Pemipilan
Afkir/Dimusnahkan Pengupasan buah & Penirisan Biji
Seed Grading
Biji Kecil, Biji Putih, Biji Pecah
Benih Baik Afkir/Dimusnahkan
Stock Seed
Barecoding Gambar 10. Alur Penyiapan Benih di PPKS Marihat
40
2.
Pematahan dormansi Benih kelapa sawit memiliki cangkang yang tebal dan keras yang
menyebabkan air dan udara sulit untuk masuk ke dalam benih, sehingga memerlukan proses pematahan dormansi untuk berkecambah. Benih yang akan dikecambahkan terlebih dahulu dipatahkan dormansinya. Sebelum proses pematahan dormansi dilakukan, benih yang diterima dari persiapan benih diperiksa identitasnya yaitu: nomor persiapan benih, nomor penyerbukan, berat benih dan jumlah benih. Setelah identitas benih benar kemudian benih siap dipatahkan dormansinya. Proses pematahan dormansi yang dilakukan di Divisi Produksi PPKS Marihat yaitu: perendaman I, pengeringan I, pemanasan, perendaman II, dan pengeringan II. a.
Perendaman I Perendaman bertujuan untuk menaikkan kadar air benih dari 14% menjadi
18%. Pada perendaman I benih dimasukkan ke dalam kantong jaring dan direndam dalam bak perendaman selama tujuh hari. Proses perendeman secara terus-menerus dibantu dengan hembusan udara dari aerator agar selalu tersedia oksigen untuk benih. Air perendaman yang digunakan yaitu air yang langsung dari mata air. Air diganti setiap hari untuk menghilangkan jamur dan partikelpartikel yang menempel pada benih. b. Pengeringan I Setelah direndam tujuh hari benih dikeluarkan dari kantong jaring kemudian benih direndam dalam larutan 0.2% Dithane M-45 selama tiga menit untuk menghindari kontaminasi jamur. Selanjutnya benih dikeringanginkan selama satu hari pada rak-rak pengeringan sampai tidak terlihat basah dengan bantuan kipas angin. Selama pengeringan benih dibolak-balik dengan tangan agar benih kering secara merata. c.
Pemanasan Setelah benih cukup kering, benih disimpan dalam tray berukuran 75 cm x
45 cm x 8 cm. Selanjutnya benih dimasukan ke dalam ruang pemanas selama 60 hari pada suhu 400C. Setiap minggu kantong benih dikeluarkan dan dibuka selama
41
3 – 5 menit agar kecambah mendapatkan oksigen dan diperciki air supaya tidak terlalu kering. d. Perendaman II Perendaman II dilakukan seperti perendaman I, tetapi lama perendaman tiga hari. Tujuan perendaman II yaitu untuk menaikkan kadar air dari 18% menjadi 22 – 24%. Peningkatan kadar air ini dilakukan untuk mempermudah proses imbibisi pada benih, karena pori-pori benih sudah merenggang oleh proses sebelumnya. e.
Pengeringan II Benih yang telah mendapatkan perlakuan perendaman II direndam dalam
larutan 0.2% Dithane M-45 selama tiga menit untuk mencegah kontaminasi jamur. Kemudian benih dikeringanginkan selama 5 – 8 jam pada rak-rak pengeringan. Untuk mempercepat keringnya benih biasanya dibantu dengan kipas angin. Selanjutnya benih kembali disimpan pada tray dan siap dikirim ke ruang pengecambahan. Label benih harus selalu terpasang pada kantong. 3.
Pengecambahan benih Benih yang telah dipatahkan dormansinya kemudian dimasukkan ke ruang
pengecambahan dan tray benih disusun. Ruang pengecambahan adalah ruangan biasa dengan pengaturan suhu 28 – 320C. Alat pengatur suhu adalah fan heater. Setelah tiga hari benih disiram dengan larutan Dithane 0.1 – 0.2% untuk mencegah serangan jamur dan benih tidak terlalu kering. Benih mulai berkecambah umumnya setelah 10 – 14 hari, kemudian pada saat itu dilakukan pengambilan pemilihan pertama. Setiap minggu benih pada tray diperiksa dan jika telah berkecambah dikeluarkan untuk dipilih. Pada saat itu dilakukan juga penyemprotan Dithane 0.1 – 0.2% menggunakan hand sprayer untuk mencegah kecambah kering dan serangan jamur. Pemilihan dilakukan maksimal sampai enam kali atau enam minggu. Dalam pemilihan kecambah akan dijumpai kecambah normal dan kecambah afkir.
42
Kriteria kecambah normal adalah sebagai berikut: 1.
Kecambah tumbuh sempurna dan secara jelas dapat dibedakan antara radikula dan plumula.
2.
Plumula dan radikula tumbuh lurus berlawanan arah.
3.
Plumula dan radikula tampak segar dengan panjang maksimal 2 cm.
4.
Tidak berjamur dan tidak patah. Sedangkan kriteria kecambah abnormal yaitu:
1.
Plumula dan radikula tumbuh searah atau tumbuh membengkok.
2.
Layu dan berjamur.
3.
Plumula dan radikula lebih dari 2 cm.
4.
Pengemasan dan penyaluran kecambah Kecambah normal hasil pemilihan dimasukkan kedalam kantong kemasan
berukuran 26 cm x 30 cm yang berlabel PPKS. Setiap kantong berisi 150 kecambah dengan harga Rp 6 000 – 7 000/kecambah. Kantong kemasan berisi kecambah disatukan berdasarkan kelompok atau varietasnya. Pengiriman kecambah dilakukan dengan cara memasukkan kantong kemasan ke dalam box plastik berukuran 62 cm x 54 cm x 12 cm. Setiap box berkapasitas 34 kantong kemasan kecambah atau 5 125 kecambah. Agar kecambah tahan guncangan dan untuk menghindari kecambah patah pada saat pengiriman maka ditambahkan busa sterofoam di dalam box dan diantara kantong tersebut. Penyaluran kecambah dilakukan oleh Divisi Pemasaran dan Logistik PPKS. PPKS melakukan sistem penjualan kecambah langsung kepada konsumen, Konsumen yang akan membeli kecambah diharuskan untuk datang sendiri langsung ke PPKS, sehingga tidak bisa melalui perantara. Tabel 6. Produksi Kecambah Tahun 2005 – 2009 No 1 2 3 4 5
Tahun 2005 2006 2007 2008 2009 Rata-rata
Benih Baik 50 835 900 42 428 992 36 724 022 43 514 789 48 503 862 44 401 513
Sumber: Divisi Produksi PPKS Unit Marihat
Produksi Kecambah (butir) 40 676 096 26 182 240 39 310 737 46 156 569 39 220 325 38 309 193
43
Alur pengadaan bahan tanaman dalam hal ini kecambah di PPKS Marihat dapat dilihat pada Gambar 11.
Divisi BRD/Pemuliaan
Pemuliaan Tanaman
Divisi Pohon Induk Pohon Induk
Pohon Bapak
Tandan Benih
Divisi Produksi
Persiapan Benih
Pematahan Dormansi Divisi QC/QA Pengecambahan
Kecambah
Divisi Pemasaran & Logistik
Penyaluran Kecambah
Gambar 11. Alur Pengadaan Bahan Tanaman di PPKS Marihat
Evaluasi Pengaruh Waktu Panen Tandan Benih Kelapa Sawit Terhadap Warna Cangkang Biji Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) adalah salah satu institusi yang ditunjuk pemerintah untuk menghasilkan benih unggul kelapa sawit bersertifikat. Merupakan institusi tertua dan terbesar dalam menghasilkan benih unggul karena PPKS memiliki berbagai koleksi pohon induk dan pohon bapak dari berbagai origin.
44
Pengadaan bahan tanaman kelapa sawit dilakukan melalui penyerbukan buatan yang dikerjakan oleh pollinator. Bahan tanaman yang digunakan di Indonesia saat ini adalah tenera yang merupakan hasil perkawinan antara dura Deli terpilih dengan Pisifera hasil pengujian. Pohon induk terpilih dipelihara untuk menghasilkan bunga yang siap diserbuki untuk menghasilkan tandan benih. Bunga betina muncul dari ketiak pelepah daun dan mulai muncul satu bulan sebelum anthesis. Pembungkusan bunga dilakukan 10 – 15 hari sebelum bunga anthesis yang dikerjakan oleh pollinator dan penyerbukan dilakukan apabila sebagian besar kepala putik telah membuka dan berwarna cream. Akhir-akhir ini masih sering dijumpai biji putih (white shell) pada tandantandan benih yang dipasok ke divisi produksi benih di PPKS. Pada tahun 2009 terdapat 95 persilangan (tandan) berbiji putih atau sekitar 0.27% dari tandan baik yang diproses. Biji seperti ini di afkir atau dimusnahkan, tidak dilanjutkan pada proses selanjutnya. Evaluasi ini dilakukan dalam upaya mengetahui penyebab terjadinya biji putih, apakah biji putih selalu diturunkan induknya atau tidak, dengan mengemukakan apakah pohon induk yang menghasilkan tandan berbiji putih menghasilkan juga biji normal (coklat tua/hitam) dan melihat pengaruh umur tandan setelah penyerbukan sampai panen terhadap warna biji. Hasil evaluasi Seluruh tandan biji putih pada tahun produksi 2007, 2008 dan 2009 menurut masing-masing varietas dicantumkan pada Gambar 12. Terlihat bahwa pada tahun 2007 terdapat 71 tandan biji putih dengan persilangan terbanyak yaitu Avros 35 persilangan, tahun 2008 terdapat 87 tandan biji putih dengan persilangan terbanyak yaitu Simalungun 33 persilangan, dan tahun 2009 terdapat 95 tandan biji putih dengan persilangan terbanyak yaitu Simalungun 36 persilangan.
45
40 35
35
33
36
Jumlah Tandan
30 25
2007 21
20 15 10 5
2008
18
15
12
11
10 5
12
3
2009
14 1111
6 2 0 0
0
0
2
00
22
100
0
Gambar 12. Jumlah Tandan Biji Putih per Varietas pada Produksi Tahun 2007, 2008 dan 2009 Tabel 7, 8 dan 9 menunjukkan bahwa pada tahun produksi yang sama terdapat pohon induk yang menghasilkan tandan berbiji putih menghasilkan juga tandan berbiji normal. Tabel 7. Data Lima Pohon Induk yang Menghasilkan Biji Putih dan Biji Normal Tahun 2007 Biji Putih
Biji Normal
1
BJ 1996 D
BO 319 P
11-11-06
26-03-07
Umur Tandan (hari) 135
2
BJ 3801 D
RIS 22-5 P
27-01-07
26-06-07
150
RIS 14-2 P
04-08-06
03-01-07
152
3
M 2064 D
BJ 208 P
07-11-06
04-04-07
148
BJ 237 P
08-08-06
04-01-07
149
4
BJ 5370 D
BO 361 P
26-02-07
17-07-07
141
BJ 5770 P
02-08-06
03-01-07
154
5
BL 0030 D
BO 299 P
11-05-07
26-09-07
138
BJ 5794 P
08-03-06
01-04-07
154
No
Induk
Bapak
Tgl. Serbuk
Tgl. Panen
Tgl. Serbuk
Tgl. Panen
BO 715 P
08-08-06
02-01-07
Umur Tandan (hari) 147
Bapak
Tabel 8. Data Lima Pohon Induk yang Menghasilkan Biji Putih dan Normal Tahun 2008 Biji Putih
Biji Normal
1
BJ 8275 D
BO 320 P
15-04-08
03-09-08
Umur Tandan (hari) 141
BO 320 P
14-08-07
03-01-08
Umur Tandan (hari) 142
2
BJ 8323 D
BO 746 P
07-07-08
03-12-08
149
BO 315 P
28-07-07
03-01-08
159
3
M 1779 D
BO 489 P
25-03-08
13-08-08
141
BO 315 P
06-08-07
03-01-08
150
4
BJ 5720 D
BO 299 P
30-04-08
16-09-08
139
BO 503 P
01-08-07
02-01-08
154
5
BL 0100 D
BO 505 P
05-06-08
08-10-08
125
BO 350 P
07-08-07
03-01-08
149
No
Induk
Bapak
Tgl. Serbuk
Tgl. Panen
Bapak
Tgl. Serbuk
Tgl. Panen
46
Tabel 9. Data Lima Pohon Induk yang Menghasilkan Biji Putih dan Biji Normal Tahun 2009 Biji Putih
Biji Normal
1
BJ 8341 D
BO 350 P
29-08-08
28-01-09
Umur Tandan (hari) 152
BO 350 P
11-08-08
07-01-09
Umur Tandan (hari) 149
2
BL 8619 D
BO 350 P
19-01-09
10-06-09
142
BO 350 P
04-08-08
07-01-09
156
3
BJ 3100 D
BO 489 P
15-09-08
02-02-09
140
BO 293 P
14-08-08
05-01-09
144
4
BJ 5126 D
BO 489 P
05-11-08
30-03-09
145
BO 489 P
15-08-08
05-01-09
143
5
BJ 5541 D
BO 411 P
06-09-08
06-01-09
122
BO 411 P
04-08-08
06-01-09
155
No
Induk
Bapak
Tgl. Serbuk
Tgl. Panen
Bapak
Tgl. Serbuk
Tgl. Panen
Tabel 10 menunjukkan bahwa setelah dilakukan uji t pada peubah umur tandan untuk setiap warna biji terdapat perbedaan yang nyata antara umur tandan biji normal dan biji putih. Rata-rata umur cangkang biji berwarna putih atau coklat muda yaitu 143.67 hari, sedangkan biji normal (coklat tua) yaitu 145.94 hari. Tabel 10. Rata-rata umur tandan berwarna cangkang normal dan putih Warna cangkang Normal Putih
n 210 210
Umur (hari setelah serbuk) 145.94a 143.67b
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji t 5%. n = jumlah tandan.
Pengujian Daya Tumbuh Kecambah Kelapa Sawit Siap Salur Berdasarkan Lama Penyimpanan Kecambah siap salur merupakan kecambah normal yang telah memenuhi kriteria seleksi. Kriteria kecambah normal yaitu: (1) tumbuh sempurna dan secara jelas dapat dibedakan antara radikula dan plumula, (2) plumula dan radikula tumbuh lurus berlawanan arah, (3) plumula dan radikula tampak segar dengan panjang maksimal 2 cm, (4) tidak berjamur, dan (5) tidak patah. Penyaluran kecambah dilakukan dengan sistem penjualan kecambah langsung kepada konsumen. Kecambah dikemas menggunakan kantong plastik dengan kapasitas 150 butir/kantong. Pada proses penyaluran diharapkan kecambah tiba pada konsumen tepat waktu dan cepat ditanam. Tetapi bisa saja kecambah
harus melalui periode penyimpanan sampai kecambah tersebut
ditanam di pembibitan. Penyimpanan tersebut dilakukan di dalam ruangan AC dengan suhu 18 – 250C.
47
Penyimpanan kecambah biasa dilakukan karena sebagai berikut : 1.
Konsumen menunda pembeliannya, sedangkan benih sedang diproses dan dikecambahkan.
2.
Konsumen menunda pengambilan kecambah yang telah dipesan.
3.
Konsumen yang telah mendapatkan kecambah tidak segera menanam kecambah di pembibitan.
4.
Pengiriman kecambah yang memakan waktu dan jarak. Pengaruh
penyimpanan
kecambah
dapat
menyebabkan
terjadinya
perubahan pada penampakan kecambah, serangan jamur, dan selanjutnya akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan organ bibit, seperti pada tinggi bibit, jumlah daun dan diameter batang. Kecambah yang telah melewati masa penyimpanan diharapkan memliki keragaan tumbuh yang sama dengan kecambah yang segera ditanam. Salah satu strategi mengatasi kerugian sebagai dampak negatif dari proses penyimpanan yang dialami kecambah siap salur adalah dengan menetapkan periode penyimpanan
maksimal.
Oleh
karena
itu
untuk
mengetahui
pengaruh
penyimpanan perlu dilakukan pengujian daya tumbuh kecambah siap salur berdasarkan lama penyimpanan. Tujuan percobaan ini yaitu untuk menentukan periode penyimpanan maksimal dari kecambah siap salur dan untuk mengetahui keragaan tumbuh bibit dari kecambah siap salur setelah melalui periode penyimpanan tertentu. Kecambah yang telah disimpan sesuai perlakuan penyimpanannya masingmasing kemudian ditanam dengan plumula ke atas dan radikula ke bawah sedalam 2 – 3 cm di tengah polibag dan kemudian ditutup kembali. Kecambah dengan radikula panjang maka kedalamannya disesuaikan. Penyiraman dilakukan menggunakan springkel otomatis sehari dua kali sehari pagi dan sore dengan air 0.25 – 0.50 liter/bibit. Penyiangan rumput yang tumbuh dalam dan sekitar polibag dilakukan dengan mencabut.
48
Hasil 1.
Kondisi plumula dan radikula kecambah Kondisi kecambah yang disimpan pada 0 – 4 minggu dapat dilihat pada
Gambar 13 dan 14. Semakin lama disimpan maka plumula dan radikula semakin panjang. Setiap minggu diperkirakan panjang kecambah bertambah 1 – 1.5 cm. Selain memanjang, semakin lama disimpan maka plumula dan radikula berwarna kuning-kecoklatan, kesegaran menurun, dan mengering.
Gambar 13. Kondisi Plumula dan Radikula pada Berbagai Periode Penyimpanan
Minggu ke-3
Minggu ke-4
Gambar 14. Kondisi Umum Kecambah pada Saat Penanaman Minggu ke-3 dan 4
49
2.
Tingkat serangan jamur pada kecambah siap salur Serangan jamur pada kecambah siap salur dapat dilihat pada Gambar 15.
Jamur berkembang pada bagian plumula dan radikula. Gambar 16 menunjukkan bahwa jamur mulai muncul pada kecambah setelah disimpan dua minggu. Tingkat serangan jamur tertinggi yaitu pada varietas Simalungun minggu ke-2 yaitu 46%.
Tingkat Serangan Jamur (%)
Gambar 15. Kecambah Kelapa Sawit yang Terserang Brown-Germ disease 50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0
46 Simalungun
39
Langkat 26 18
0 0
0 0
0
1
16
0 2
3
4
Penyimpanan (minggu)
Gambar 16. Tingkat Serangan Jamur pada Berbagai Periode Penyimpanan 3.
Rekapitulasi hasil sidik ragam Hasil sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 4. Hasil sidik ragam
menunjukkan bahwa penyimpanan tidak berpengaruh nyata terhadap persentase hidup bibit. Penyimpanan berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada 4 MST, tidak nyata pada 5 MST, dan berpengaruh sangat nyata pada 6 – 8 MST. Penyimpanan berpengaruh nyata terhadap jumlah daun pada 4 MST dan berpengaruh sangat nyata pada 5 – 8 MST. Penyimpanan berpengaruh nyata terhadap diameter batang pada 5 MST, berpengaruh tidak nyata pada 6 MST, dan sangat nyata pada 4, 7 dan 8. Varietas tidak mempengaruhi setiap peubah, kecuali
50
terhadap jumlah daun pada 5 MST berpengaruh nyata. Interaksi antara perlakuan penyimpanan dengan varietas berpengaruh terhadap tinggi bibit. Sedangkan interaksi penyimpanan dengan varietas pengaruhnya tidak nyata terhadap persentase tumbuh, jumlah daun, dan diameter batang kecuali pada 8 MST berpengaruh nyata. Rekapitulasi sidik ragam disajikan pada Tabel 11. Tabel 11. Rekapitulasi Sidik Ragam pada Setiap Peubah Pengamatan. Peubah
Periode Pengamatan (MST)
P
V
PxV
kk (%)
8
tn
tn
tn
1.54
4 5 6 7 8 4 5 6 7 8 4 5 6 7 8
* tn ** ** ** * ** ** ** ** ** * tn ** **
tn tn tn tn tn tn * tn tn tn tn tn tn tn tn
* * * ** * tn tn tn tn tn tn tn tn tn *
5.55 4.38 4.23 3.92 4.39 10.97 4.53 4.72 6.44 4.46 3.56 5.09 4.33 4.20 3.09
Persentase hidup Tinggi bibit
Jumlah daun
Diameter batang
Keterangan:
4.
MST P V * ** tn
: minggu setelah tanam : penyimpanan : varietas : berbeda nyata pada taraf 5% : berbeda sangat nyata pada taraf 1% : tidak nyata
Persentase hidup bibit Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan penyimpanan,
varietas dan interaksi perlakuan dengan varietas tidak berpengaruh terhadap persentase hidup bibit. Persentase hidup bibit tertinggi yaitu pada perlakuan P2 (penyimpanan 2 minggu) varietas Langkat dengan nilai 99.33% dan terendah pada perlakuan P4 (penyimpanan 4 minggu) varietas Simalungun dengan nilai 95.33%.
51
Tabel 12. Rata-rata Persentase Hidup untuk Setiap Penyimpanan dan Varietas Varietas Simalungun Langkat 5.
Penyimpanan (minggu) 0 1 2 3 4 -------------------- persentase hidup (%) ------------------98.67 97.33 96.67 98.67 95.33 98.67 98.67 99.33 96.67 97.33
Pengaruh penyimpanan, varietas dan interaksi penyimpanan dengan varietas terhadap peubah pertumbuhan bibit Tabel 13 menunjukkan bahwa penyimpanan berpengaruh nyata terhadap
peubah pertumbuhan, kecuali pada tinggi bibit umur 5 MST dan diameter batang umur 6 MST tidak berpengaruh nyata. Sedangkan Tabel 14 menunjukkan bahwa varietas tidak berpengaruh nyata terhadap peubah pertumbuhan, kecuali pada jumlah daun umur 5 MST berpengaruh nyata. Tabel 13. Pengaruh Penyimpanan terhadap Tinggi Bibit, Jumlah Daun dan Diameter Batang Peubah Tinggi bibit
Jumlah daun
Diameter batang
Umur (MST) 4 5 6 7 8 4 5 6 7 8 4 5 6 7 8
Uji F * tn ** ** ** * ** ** ** ** ** * tn ** **
0 7.14a 8.32 10.35a 12.43a 13.62a 1.09ab 1.26b 1.52a 1.72a 1.84a 0.294a 0.316a 0.328 0.342b 0.425a
Penyimpanan (minggu) 1 2 3 6.29b 6.58b 6.72ab 8.68 8.22 8.20 10.75a 9.73b 9.51b 12.07a 10.88b 10.52b 13.85a 12.07bc 11.75c 1.08ab 1.12a 1.15a 1.35a 1.27b 1.12c 1.53a 1.45a 1.32b 1.68a 1.55a 1.49b 1.77ab 1.73bc 1.61d 0.282b 0.251c 0.214e 0.293b 0.261c 0.284b 0.319 0.325 0.314 0.385a 0.355b 0.342b 0.427a 0.376b 0.359c
4 6.29b 8.07 9.71b 11.06b 12.51b 0.95b 1.13c 1.29b 1.50b 1.67cd 0.228d 0.287b 0.315 0.337b 0.373bc
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama menunjukan hasil yang tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%.
52
Tabel 14. Pengaruh Varietas terhadap Tinggi Bibit, Jumlah Daun dan Diameter Batang Peubah Tinggi bibit
Jumlah daun
Diameter batang
Umur (MST)
Uji F
4 5 6 7 8 4 5 6 7 8 4 5 6 7 8
tn tn tn tn tn tn * tn tn tn tn tn tn tn tn
Varietas Simalungun Langkat 6.59 6.62 8.22 8.38 9.89 10.13 11.30 11.49 12.74 12.78 1.09 1.07 1.26a 1.20b 1.44 1.41 1.59 1.59 1.71 1.74 0.255 0.253 0.287 0.289 0.316 0.324 0.347 0.357 0.389 0.395
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama menunjukan hasil yang tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%.
a.
Tinggi bibit Interaksi antara penyimpanan dengan varietas berpengaruh nyata terhadap
tinggi bibit seperti ditunjukkan pada Tabel 15. Bibit tertinggi pada umur 6 MST dari semua perlakuan adalah varietas Simalungun pada P1 yaitu 10.79 cm yang tidak berbeda nyata dengan P0 pada varietas yang sama dan P1 P2 pada varietas Langkat. Pada umur 8 MST, bibit yang tertinggi adalah varietas Simalungun pada P0 yaitu 14.16 cm yang tidak berbeda nyata dengan P1 pada varietas yang sama dan P1 pada varietas Langkat. Perlakuan P2 pada varietas Simalungun menghasilkan tinggi tanaman yang
terendah
dibandingkan
dengan
perlakuan
penyimpanan
lainnya.
Pertumbuhan P2 Simalungun terhambat diduga karena tingginya serangan jamur, serangan jamurnya tertinggi dibandingkan yang lainnya yaitu 46%.
53
Tabel 15. Interaksi Pengaruh Penyimpanan Kecambah dengan Varietas terhadap Tinggi Bibit Peyimpanan (minggu)
0 1 2 3 4 0 1 2 3 4
Umur (MST) 4 5 6 7 8 ----------------------------------- cm ------------------------------------Simalungun 7.08ab 8.39abc 10.59ab 12.94a 14.16a 6.35bc 8.74ab 10.79a 12.14b 13.90ab 6.11c 7.53d 8.95f 10.06e 11.23e 7.02ab 8.34abc 9.64de 10.60e 12.12cde 6.37bc 8.09bcd 9.49edf 10.76de 12.31cd Langkat 7.19a 8.25abc 10.11bcd 11.92bc 13.08bc 6.22c 8.62abc 10.71ab 12.01bc 13.79ab 7.06ab 8.91a 10.51abc 11.71bc 12.92bc 6.43bc 8.06bdc 9.38ef 10.44e 11.38ed 6.21c 8.04c 9.93cde 11.37dc 12.72c
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukan hasil yang tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%.
b. Jumlah daun Jumlah daun dipengaruhi oleh penyimpanan seperti ditunjukkan pada Tabel 13. Pada umur 5 MST, perlakuan P1 nyata lebih baik dibandingkan dengan perlakuan penyimpanan lainnya. Sedangkan pada umur 8 MST perlakuan P0 dan P1 nyata lebih baik dibandingkan dengan perlakuan penyimpanan lainnya. Selain itu pada umur 5 MST jumlah daun dipengaruhi oleh varietas, dimana varietas Simalungun lebih baik dibandingkan Langkat (Tabel 14). Kombinasi perlakuan penyimpanan dan varietas tidak berinteraksi terhadap jumlah daun. Namun dengan tujuan untuk melihat nilai pada setiap kombinasi perlakuan maka nilainya disajikan pada Tabel 16. Pada umur 8 MST, jumlah daun tertinggi yaitu varietas Langkat tanpa penyimpanan (P0) adalah 1.88 helai dan jumlah daun terendah masih varietas Langkat dengan penyimpanan 3 minggu (P3) adalah 1.60 helai. Rata-rata jumlah daun dari setiap perlakuan dan varietas dapat dilihat pada Tabel 16.
54
Tabel 16. Rata-rata Jumlah Daun untuk Setiap Penyimpanan dan Varietas Peyimpanan (minggu)
0 1 2 3 4 0 1 2 3 4
c.
Umur (MST) 4 5 6 7 8 ------------------------------- helai -----------------------------Simalungun 1.10 1.28 1.48 1.67 1.80 1.12 1.42 1.58 1.68 1.77 1.13 1.30 1.42 1.53 1.70 1.10 1.13 1.37 1.52 1.62 1.00 1.15 1.33 1.57 1.68 Langkat 1.08 1.23 1.55 1.78 1.88 1.05 1.28 1.48 1.68 1.78 1.10 1.23 1.48 1.57 1.77 1.20 1.12 1.27 1.47 1.60 0.90 1.12 1.25 1.43 1.65
Diameter batang Penyimpanan kecambah memberikan pengaruh yang nyata terhadap
diameter batang bibit. Tabel 13 menunjukkan bahwa pada umur 5 MST perlakuan P0 nyata lebih baik dibanding perlakuan penyimpanan lainnya. Sedangkan pada umur 8 MST perlakuan P0 dan P1 nyata lebih baik dibanding perlakuan lainnya. Perlakuan penyimpanan dengan varietas berienteraksi nyata terhadap diameter batang pada umur 8 MST. Tabel 17 menunjukkan bahwa pada umur 8 MST diameter terbesar adalah P0 Simalungun yaitu 0.433 cm yang tidak berbeda nyata terhadap P1 pada varietas yang sama dan P0, P1 pada varietas Langkat. 6.
Abnormalitas bibit Hasil
pengamatan
menunjukkan
bahwa
penyimpanan
kecambah
mempengaruhi pertumbuhan bibit. Pada Gambar 17 dapat dilihat bahwa persentase bibit abnormal tertinggi adalah P2 yaitu 8.67% untuk Simalungun dan 6.67% untuk Langkat, selanjutnya diikuti oleh P3, P4, P1, dan P0.
55
Tabel 17. Interaksi Pengaruh Penyimpanan Kecambah dengan Varietas terhadap Diameter Batang Peyimpanan (minggu)
0 1 2 3 4 0 1 2 3 4
Umur (MST) 4 5 6 7 8 ----------------------------------- cm ---------------------------------Simalungun 0.29 0.31 0.33 0.33 0.433a 0.29 0.30 0.32 0.39 0.428a 0.24 0.25 0.31 0.34 0.356d 0.22 0.28 0.30 0.34 0.354d 0.23 0.29 0.32 0.34 0.372cd Langkat 0.30 0.32 0.33 0.35 0.417ab 0.27 0.29 0.32 0.38 0.426a 0.26 0.27 0.34 0.37 0.396bc 0.21 0.28 0.33 0.35 0.364d 0.23 0.28 0.30 0.33 0.374cd
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukan hasil yang tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%.
10.00 8.67
Persentase abnormal (%)
9.00 8.00 6.67
7.00
6.00 5.33
6.00
4.00
4.00
Simalungun Langkat
2.67
3.00 2.00
5.33
4.67
5.00
1.33 1.33
1.00 0.00 0P0
1 P1
2 P2
3 P3
4 P4
Penyimpanan (minggu)
Gambar 17. Persentase Bibit Abnormal pada Berbagai Perlakuan Penyimpanan
56
Gejala dan jumlah bibit abnormal pada setiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 18. Apabila dilihat secara keseluruhan dari semua kecambah yang ditanam, gejala daun merumput lebih banyak dibanding gejala lainnya. Tabel 18. Gejala Bibit Abnormal pada Berbagai Perlakuan Peyimpanan Gejala Abnormal
Daun seperti rumput Daun menggulung Daun memutar Kerdil Pertumbuhan terhambat Titik tumbuh abnormal Jumlah Daun seperti rumput Daun menggulung Daun memutar Kerdil Pertumbuhan terhambat Titik tumbuh abnormal Jumlah Total
Penimpanan (minggu) 0 1 2 3 4 ------------------------- bibit ----------------------Simalungun 1 3 3 3 5 2 1 2 1 2 2 2 4 1 1 1 1 2 7 10 8 8 Langkat 1 4 6 2 1 1 2 6 1 1 1 1 1 3 2 1 2 4 13 9 6 4 11 23 17 14
57
PEMBAHASAN Posisi PPKS sebagai Sumber Benih di Indonesia Hasil pertemuan yang dilakukan pengusaha sumber benih kelapa sawit yang dipimpin oleh Direktur Jenderal Perkebunan pada tanggal 12 Februari 2010, menyepakati rencana produksi kecambah kelapa sawit sebesar 150 juta kecambah dari potensi produksi sebesar 215 juta kecambah (Ditjenbun 2010). PPKS memiliki proporsi terbesar dalam menyediakan kecambah kelapa sawit untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Rencana dan potensi detiap perusahaan sumber benih kelapa sawit di Indonesia dapat dilihat pada Gambar 18. 18 20
PT. Bakti Tani Nusantara 10
PT. Bina Sawit Makmur
30 15
PT. Tunggal Yunus Estate PT. Dami Mas Sejahtera
Rencana Produksi 20 20
Potensi Produksi
30 20
PT. London Sumatera
25 32
PT. Socfin Indonesia
40 35
PPKS
50
0
10
20 30 40 Produksi kecambah (juta butir)
50
60
Gambar 18. Rencana dan Potensi Produksi Kecambah Kelapa Sawit 2010 (Ditjenbun, 2010) Seperti ditunjukkan pada Gambar 18, bahwa PPKS memiliki potensi yang lebih tinggi dalam memproduksi kecambah kelapa sawit dibandingkan dengan sumber benih lain. Dengan potensi yang dimilikinya, PPKS merencanakan produksi kecambah yang lebih besar dibandingkan sumber benih lain. Pada tahun 2009 saja PPKS mampu memproduksi kecambah sebanyak 39 220 325 butir melampaui rencana produksi tahun 2010. Kecambahnya banyak diserap oleh perkebunan besar dan perkebunan rakyat dengan harga terjangkau yaitu Rp 6000 – Rp 7000/butir. Hal ini menjadi keunggulan bagi PPKS yang merupakan sumber benih pertama dan terbesar di Indonesia dengan pengelolaan yang baik mampu menghasilkan bahan tanaman secara optimal, dimana pada tahun 2009 PPKS Unit
58
Marihat saja dapat memproduksi benih sebanyak 48 503 862 butir dari target sebesar 30 146 499 butir. Pengelolaan yang baik terbukti dengan mendapatkannya sertifikasi mutu terhadap bahan tanaman produksi PPKS yaitu ISO 9001:2008 dari TUV Internasional.
Penyiapan Tandan Benih Menjadi Benih Produksi benih memegang peranan penting dalam pengadaan bahan tanaman kelapa sawit. Dalam upaya menyediakan benih yang baik diperlukan rangkaian proses produksi benih yang cermat dan teliti seperti proses penyiapan benih. Penyiapan benih adalah kegiatan mempersiapkan benih yang baik untuk diproses lebih lanjut yaitu dipatahkan dormansinya dan dikecambahkan. Tahapan dalam kegiatan penyiapan benih yang dilakukan di Divisi Produksi PPKS yaitu: penerimaan tandan benih, pencincangan tandan benih, fermentasi, pemipilan, pengupasan, seleksi benih, penyimpanan stock dan barecode. Secara rinci deskripsi dari setiap tahapan penyiapan benih telah disampaikan di bagian pelaksanaan magang. Capaian produksi benih Secara umum tidak terdapat masalah di dalam peroses produksi penyiapan benih di PPKS Marihat. Semua kegiatan produksi berjalan sesuai instruksi kerja yang berlaku. Selain itu dengan adanya sasaran mutu yang dikeluarkan oleh perusahaan maka proses produksi senantiasa berupaya meningkatkan kinerja dan mutunya. Hal ini dapat dilihat dari hasil pencapaian proses produksi Seksi Persiapan Benih terhadap sasaran mutu tahun 2010 yaitu menekan tingkat kerusakan biji selama proses menjadi benih maksimal 1.0% dari jumlah biji yang dipasok dari Divisi Pohon Induk. Sampai saat ini tingkat kerusakan biji pada persipan benih masih dibawah 1.0% yaitu 0.40%. Namun demikian, perlu langkah-langkah perbaikan untuk meningkatkan produksi dan kinerja karyawan. Jumlah produksi yang fluktuatif setiap tahunnya dikarenakan jumlah pasokan tandan dari pohon induk tidak sama setiap tahun Semakin tingginya jumlah tandan yang dipasok Divisi Pohon Induk maka tidak menutup kemungkinan semakin meningkatnya tingkat kerusakan biji pada proses
59
produksi benih. Kerusakan biji dalam penyiapan benih ditimbulkan oleh proses pencincangan dan pengupasan. Selama ini tingkat kerusakan dihitung di akhir kedua proses tersebut, sehingga tidak dapat ditentukan proses mana yang lebih besar menimbulkan kerusakan, apakah tingkat kerusakan pada pencincangan lebih besar dibandingkan pengupasan atau sebaliknya. Oleh karena itu, perlu dilakukannya análisis terhadap timbulnya tingkat kerusakan pada proses pencincangan dan pengupasan. Adanya pemisahan perhitungan tingkat kerusakan biji di masing-masing proses persiapan benih (pencincangan dan pengupasan) maka evaluasi terhadap kerusakan biji dan proses kerja dapat dilakukan dengan mudah, serta tingkat efektifitas dan efisiensi produksi benih pun akan lebih baik. Kegiatan penyiapan benih sangat memperhatikan mutu benih. Mutu benih merupakan input yang paling penting dalam pertanian, karena merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kemampuan tumbuh benih di lapang. Mutu benih yang semakin tinggi maka kemampuan benih untuk tumbuh di lapang juga tinggi. Mutu benih mencakup mutu genetik, fisik, dan fisiologis. Sadjad (1997) menyatakan bahwa mutu genetik adalah benih yang mempunyai identitas genetik yang murni dan mantap, dan apabila ditanam mewujudkan kinerja pertanaman yang homogen sesuai yang dideskripsikan oleh pemulianya. Mutu fisiologik adalah mutu benih yang ditentukan oleh viabilitas dan kadar air benih sehingga mampu menghasilkan tanaman yang normal. Sedangkan mutu fisik ditentukan oleh keseragaman benih. Kemurnian varietas sangat diperhatikan oleh PPKS dalam memproduksi benih, karena kemurnian varietas akan mempengaruhi mutu genetik dari benih tersebut. Hal ini dapat terlihat pada setiap tahap kegiatan penyiapan benih, benih dari setiap persilangan/tandan tidak boleh tercampur. Label identitas setiap persilangan benih yang diterima persiapan benih harus dalam kondisi melekat pada tandan tersebut dan akan dibawa terus di setiap tahapan penyiapan benih. Efisiensi dan Efektifitas Sistem Kerja Secara garis besar kegiatan penyiapan benih adalah mengolah tandan benih menjadi benih. Dengan demikian tahapan-tahapan dalam persiapan benih sangat berkaitan dengan perlakuan fisik. Kerusakan biji pada proses pengolahan
60
tandan benih menjadi benih ditimbulkan dari kegiatan pencincangan dan pengupasan, sehingga kegiatan ini sangat mempengaruhi mutu fisik benih. Kegiatan penyiapan benih di PPKS sudah cukup baik seperti telah dijelaskan sebelumnya, walaupun dalam teknis kegiatan penyiapan benih di Divisi Produksi PPKS masih dilakukan secara manual kecuali pengupasan buah menggunakan mesin. 1.
Pencincangan dan pemipilan Kegiatan pencincangan dan pemipilan masih dikerjakan manual yang
memerlukan tenaga yang cukup besar, membutuhkan energi lebih dan keahlian dari pekerja yang melakukannya. Dengan demikian hasil pekerjaan dapat dipengaruhi oleh kondisi pekerja, terutama untuk pencincangan yang berpengaruh terhadap tingkat kerusakan benih. Pekerja memegang peranan penting dalam melakukan setiap kegiatan penyiapan benih. Pembagian kerja di Persiapan Benih Divisi Produksi PPKS untuk pencincangan, pemipilan dan pengupasan dilakukan oleh 12 orang dan dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok pencincang, pemipil dan pengupas. Setiap kelompok bertanggung jawab terhadap tugasnya masing-masing. Setiap pekerja dari setiap kelompok masing-masing mengerjakan ± 30 tandan/hari. Dengan demikian pekerjaan yang dilakukan dalam setiap minggu (Senin – Jumat) oleh setiap kelompok adalah 600 tandan. Pencincangan dan pemipilan masing-masing dilakukan oleh empat orang pekerja. Apabila ada satu atau lebih pekerja yang tidak masuk kerja karena sakit atau alasan lainnya maka pekerjaan setiap kelompok akan berat. Setiap kelompok harus tetap menyelesaikan tugasnya untuk memproses 600 tandan setiap minggunya, karena tandan yang diterima pada minggu itu harus selesai diproses dalam waktu satu minggu. Oleh karena itu, perlu diadakannya mesin cincang dan pemipil tandan benih (secara mekanis) untuk melakukan proses pencincangan dan pemipilan. Dengan adanya mesin pencincang dan pemipil diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas dalam penyiapan benih, serta dapat meningkatkan mutu fisik benih. Pekerjaan tidak lagi tergantung terhadap tenaga/energi pekerja dan dapat mempersingkat waktu proses persiapan benih yang sebelumnya satu minggu bisa menjadi 2 – 3 hari.
61
a
b
c
a. Mesin Pencincang & pemipil b. Pemutar mesin c. Penampang mesin
Gambar 19. Ilustrasi Mesin Pencincang dan Pemipil (sketsa oleh penulis) 2.
Seleksi benih Seleksi benih sama seperti proses-proses sebelumnya masih dilakukan
secara manual dan sortasi dilakukan dengan kotak ayakan sederhana. Pekerja seleksi benih adalah perempuan, karena perempuan lebih peka dalam menyeleksi dibandingkan laki-laki. Pekerjaan ini membutuhkan ketelitian dan kepekaan pekerjanya. Kondisi pekerja dapat mempengaruhi seleksi benih, seperti ketidakhadiran pekerja, kondisi kesehatan pekerja (penglihatan dan ingatan dalam penghitungan benih). Oleh karena itu, perlu pengadaan mesin pemilah atau sortasi benih diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas seleksi benih, serta meningkatkan mutu benih. a b c d e
a. b. c. d. e. f.
Pintu masuk benih Ayakan lubang sedang Pintu keluar benih besar Ayakan lubang kecil Pintu keluar benih sedang Pintu keluar benih kecil
f
Gambar 20. Ilustrasi Mesin Grading Benih (sketsa oleh penulis)
62
Evaluasi Pengaruh Waktu Panen Tandan Benih Kelapa Sawit terhadap Warna Cangkang Biji Biji putih atau coklat muda dalam produksi benih akan diafkir atau dimusnahkan, tidak dilanjutkan pada proses produksi selanjutnya. Selain itu, biji putih tidak diminati konsumen karena warnanya. Menurut Lubis (2008), biji putih memiliki cangkang berwarna putih, lembut, poreus, tipis sangat mudah menghisap air tetapi juga sangat cepat kering, mudah dimasuki organisme, dan biji ini tidak baik untuk bibit. Cangkang biji merupakan organ yang berasal dari tanaman induk, sehingga diduga warna cangkang putih merupakan karakter genetis yang diturunkan oleh induknya. Hasil evaluasi yang dilakukan terhadap nomor induk lapangan dan nomor buku induk pada data produksi selama tiga tahun (2007 2009) menunjukkan bahwa terdapat pohon induk yang sama pada tahun yang sama menghasilkan tandan berbiji putih dan juga menghasilkan tandan berbiji normal. Dengan demikian, warna cangkang putih bukan merupakan karakter genetis yang selalu diturunkan oleh induknya, karena pohon induk yang pernah menghasilkan tandan biji putih tidak seterusnya akan menghasilkan biji putih, tetapi bisa juga tandan dari pohon induk tersebut berbiji normal. Jumlah tandan berbiji putih pada tahun 2009 lebih banyak dibanding tahun 2008 dan 2007, secara berurutan 95, 87 dan 71 tandan. Tinggi rendahnya jumlah tandan biji putih setiap tahunnya berbeda tergantung jumlah pasokan tandan benih yang diterima Divisi Produksi dari Divisi Pohon Induk. Semakin tinggi jumlah tandan benih varietas tertentu maka diduga semakin tinggi tandan berbiji putih pada varietas tersebut. Hasil evaluasi terhadap umur tandan menunjukkan bahwa hari setelah serbuk berpengaruh nyata terhadap warna cangkang biji. Terdapat perbedaan umur tandan (hari setelah serbuk) antara tandan yang berbiji putih dengan berbiji normal. Tandan biji putih lebih muda dibanding umur tandan biji normal. Umur tandan berbiji putih rata-rata pada 143.67 hari dan warna normal pada 145.94 hari. Lubis (2008) menyatakan bahwa warna cangkang biji berubah seiring pertumbuhan dan perkembangan komposisi buah kelapa sawit.
63
Cangkang biji berwarna putih merupakan salah satu tahap dari pertumbuhan dan perkembangan komposisi buah dan pada akhir tahap cangkang berwarna coklat tua atau hitam. Dapat dilihat pada Lampiran 5 mengenai hasil penelitian terhadap pertumbuhan dan perkembangan komposisi buah sejak satu bulan penyerbukan sampai matang (160 hari) yang dilakukan di Marihat. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa cangkang sudah berwarna coklat tua pada hari ke-139 setelah penyerbukan (Lubis, 2008). Namun perlu diketahui bahwa dalam perkembangannya warna cangkang pada hari ke-139 belum serempak berwarna coklat tua, sebaiknya pemanenan dihindari pada umur tersebut. Selanjutnya Lubis (2008) menyatakan bahwa panen tandan benih biasanya 5 – 6 bulan (150 – 180 hari) setelah anthesis ketika tandan sudah matang ditandai jika sudah ada 1 – 2 buah luar yang terlepas. Oleh karena itu, waktu panen tandan benih sangat berpengaruh terhadap warna biji dari tandan yang dipanen. Panen tidak tepat pada waktunya dapat mengakibatkan pemanenan tandan yang masih berbiji putih.
Pengujian Daya Tumbuh Kecambah Kelapa Sawit Siap Salur Berdasarkan Lama Penyimpanan Kecambah kelapa sawit adalah calon bibit kelapa sawit yang berasal dari benih yang telah melalui masa pematahan dormansi dan telah tumbuh plumula dan radikula ± 2 cm. Kecambah yang baik memiliki plumula dan radikula yang sehat dan tegap, tumbuh lurus, tidak cacat dan tidak luka. Radikula berukuran diameter lebih kecil dan berwarna lebih kekuningan dibandingkan dengan plumula. Hasil percobaan menunjukkan bahwa sampai penyimpanan empat minggu kondisi kecambah semakin memanjang, radikula dan plumula berwarna kuningkecoklatan, kesegaran menurun, dan mengering. Hal ini sesuai dengan pernyataan Lubis (2008) yaitu kecambah dapat bertahan 3 – 5 hari, jika lebih maka bakal akar dan bakal daun akan kepanjangan, kering dan busuk Serangan jamur biasa terlihat pada bagian sekitar plumula dan radikula kecambah. Gejala serangan jamurnya yaitu sebagai berikut:
64
Terlihat koloni-koloni jamur berwarna putih kekuningan atau biru-kehijauan dengan struktur pembawa spora yang jelas.
Infeksi ringan pada radikula dan plumula yang sedang berkembang berupa bintik-bintik coklat kehitaman Purba (2009) menyatakan bahwa gejala serangan jamur seperti ini disebut
Penyakit Tunas (Brown-Germ disease). Faktor-faktor penyebab penyakit tunas yaitu : (1) kadar air biji > 17%, (2) permukaan kulit biji kurang bersih, banyak serabut, dan (3) ruang pengecambahan kurang bersih dan terlalu lembab. Semakin lama penyimpanan tidak berarti semakin tinggi serangan jamur. Seperti pada periode penyimpanan minggu ke-3, varietas Simalungun tidak terserang jamur sedangkan varietas Langkat terserang. Selain itu, persentase kecambah yang terserang jamur pada minggu ke-2, 3 dan 4 berbeda-beda, tidak menunjukkan peningkatan. Hal ini dapat disebabkan oleh kondisi pada saat pengemasan kurang bersih atau terlalu lembab sehingga tingkat serangan berbedabeda pada setiap kantong kemasan. Melalui percobaan ini diketahui bahwa penyimpanan, varietas dan interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap persentase hidup kecambah di Pre Nursery. Rata-rata persentase hidup kecambah untuk setiap perlakuan > 95%. Semakin lama penyimpanan dapat menyebabkan kecenderungan persentase hidup bibit semakin menurun. Hal ini terjadi karena proses penyimpanan menurunkan kesegaran kecambah, timbul dan meningkatnya serangan jamur, plumula dan radikula memanjang sehingga sukar ditanam, dan hal ini dapat menyebabkan kecambah mati di pembibitan. Penyimpanan yang tidak berpengaruh terhadap persentase hidup kecambah bukan berarti kecambah yang hidup tersebut normal semua, karena penyimpanan akan meningkatkan resiko bibit abnormal. Penyimpanan kecambah berpengaruh terhadap pertumbuhan bibit. Peubah pertumbuhan bibit seperti jumlah daun, tinggi bibit, dan diameter batang semakin menurun seiring lamanya penyimpanan kecambah. Penyimpanan yang terbaik untuk pertumbuhan tinggi bibit pada varietas Simalungun yaitu penyimpanan 0 – 1 minggu dan untuk varietas Langkat yaitu penyimpanan 0 – 2 minggu. Penyimpanan terbaik untuk jumlah daun bibit pada varietas Simalungun dan
65
Langkat yaitu penyimpanan 0 – 2 minggu. Sedangkan penyimpanan terbaik untuk diameter batang pada varietas Simalungun dan Langkat yaitu penyimpanan 0 – 1 minggu. Selama
penyimpanan
kecambah
melakukan
metabolisme
dengan
menggunakan air dan pasokan metabolit dari cadangan makanan. Semakin lama penyimpanan maka air yang dipakai semakin tinggi dan penggunaan cadangan makanan meningkat. Sehingga mengakibatkan kesegaran kecambah menurun dan kecambah mengering. Kecambah yang belum berfotosintesis harus beradaptasi untuk dapat tumbuh baik dengan sisa cadangan makanan dan selanjutnya akan mempengaruhi pertumbuhan bibit tersebut. Grafik pertumbuhan bibit 4 – 8 MST dapat dilihat pada Lampiran 6. Menurut Mugnisjah (2007), pertumbuhan kecambah ditandai dengan bobot kering struktur embrio yang semakin berat dengan semakin tuanya umur kecambah. Sebaliknya, bobot organ cadangan makanan (endosperma dan kotiledon) semakin ringan, berakhir dengan habis atau tidak diperlukannya lagi cadangan makanan tersebut (kotiledon digugurkan oleh tanaman muda). Lubis (2008) menambahkan bahwa fotosintesis bibit kelapa sawit dimulai pada umur satu bulan, yaitu ketika daun pertama telah terbentuk dan selanjutnya secara berangsur-angsur peranan endosperm sebagai suplai bahan makanan mulai digantikan. Diduga bibit yang berasal dari kecambah yang telah mengalami penyimpanan, pada umur 0 – 1 bulan pertumbuhannya menggunakan sisa cadangan makanan yang telah terpakai kecambah selama penyimpanan. Dengan demikian, semakin lama penyimpanan maka akan mempengaruhi pertumbuhan bibit dan menyebabkan penurunan keragaan tumbuh bibit di pembibitan. Selain itu, kecambah yang tumbuh memanjang, kering, dan terserang jamur selama penyimpanan dapat mengakibatkan penurunan keragaan tumbuh bibit seperti jumlah daun, tinggi bibit, dan diameter batang. Penanaman kecambah yang terlambat atau terlalu lama disimpan termasuk sebagai kegiatan kultur teknis. Lubis (2008) menyatakan kultur teknis yang kurang baik dapat menimbulkan abnormalitas bibit. Hasil percobaan ini menduga abnormalitas bibit meningkat seiring lamanya penyimpanan. Hal ini dapat dilihat
66
dari persentase abnormalitas pada bibit yang berasal dari kecambah yang disimpan 2 – 3 minggu lebih tinggi dibandingkan bibit yang berasal dari kecambah yang disimpan 0 – 1 minggu. Penyimpanan menyebabkan kecambah bertambah panjang sehingga kecambah sulit ditanam dan mudah patah. Kondisi seperti ini dapat menyebabkan bibit abnormal. Selain itu, jamur pada kecambah dapat mempengaruhi pertumbuhan bibit dan menyebabkan bibit abnormal. Seperti pada penyimpanan dua minggu (P2), tingkat serangan jamur dan persentase abnormalitasnya tertinggi dibanding perlakuan lainnya.
67
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Pusat Penelitian Kelapa Sawit memiliki sistem pengelolaan dan pengadaan bahan tanaman kelapa sawit yang sistematis dan berkelanjutan, mulai dari pemuliaan tanaman, pengelolaan pohon induk, produksi benih hingga pemasaran. Setiap tahapan pengadaan bahan tanam dikontrol dan dicek oleh satu divisi independen yaitu QC/QA untuk menjaga kualitas bahan tanaman yang dihasilkan baik dan proses pengadaannya sesuai dengan instruksi kerja yang telah ditetapkan. PPKS Marihat mampu memproduksi benih baik rata-rata 44 401 513 butir/tahun. Produksi benih PPKS Marihat dapat memenuhi sasaran mutu tahun 2010 yaitu menekan tingkat kerusakan biji selama proses menjadi benih maksimal 1.0% dari jumlah biji yang dipasok dari Divisi Pohon Induk. Sampai bulan Mei 2010 tingkat kerusakan biji masih dibawah 1.0% yaitu 0.40%. Dalam kegiatan memproduksi benih, PPKS sangat memperhatikan mutu genetik, fisik dan fisiologis. Hal ini terlihat dari setiap tahapan kegiatan penyiapan benih yaitu menjaga kemurnian varietas, meminimalisir kerusakan biji, menjaga kebersihan benih, dan mempertahankan viabilitas benihnya. Masih ditemukannya tandan berbiji putih pada produksi benih disebabkan oleh pemanenan tandan benih yang dilakukan belum tepat waktunya, karena umur tandan biji putih lebih muda dibandingkan biji normal (coklat tua/hitam). Biji putih bukan merupakan karakter genetis yang selalu diturunkan oleh pohon induk, karena pohon induk yang sama dapat menghasilkan tandan berbiji putih dan biji normal tetapi lebih disebabkan oleh faktor teknis seperti waktu panen. Penyimpanan kecambah kelapa sawit dapat memperlambat pertumbuhan kecambah tersebut saat dibibitkan. Terjadi penurunan tinggi bibit, jumlah daun dan diameter batang pada bibit yang berasal dari kecambah yang telah melewati masa penyimpanan. Selain itu, semakin lama penyimpanan maka kecambah semakin memanjang, mengering, terserang jamur, dan abnormalitas bibit akan meningkat. Secara keseluruhan penyimpanan kecambah yang terbaik untuk pertumbuhan bibit adalah 0 – 1 minggu dan maksimal sampai 2 minggu.
68
Setelah melaksanakan kegiatan magang dan penilitian ini penulis memperoleh pengalaman lapang, keterampilan kerja dan wawasan yang lebih luas di bidang pengadan bahan tanaman khususnya produksi benih.
Saran Pusat
Penelitian
Kelapa
Sawit
(PPKS)
diharapkan
dapat
mengimplementasikan upaya peningkatan efisiensi dan efektifitas sistem kerja, antara lain: (1) analisis terhadap timbulnya tingkat kerusakan biji pada proses pencincangan dan pengupasan (pemisahan perhitungan kerusakan biji) untuk mempermudah evaluasi terhadap kerusakan biji, dan (2) pengadaan mesin pencincang dan pemipil, serta mesin grading benih. Pemanenan tandan benih sebaiknya dilakukan pada umur lima bulan setelah serbuk, pada saat seluruh biji pada tandan sudah berwarna coklat tua/hitam. Selain itu, pollinator hendaknya selalu mengamati/memeriksa warna biji sebelum panen dilakukan untuk mengantisipasi panen biji putih. Penelitian serupa perlu dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor lain yang menyebabkan biji putih. Kecambah siap salur sebaiknya segera ditanam, semakin cepat semakin baik. Apabila tidak memungkinkan untuk segera ditanam, maka penyimpanan kecambah sebaiknya sampai satu minggu setelah pengemasan dan maksimal sampai dua minggu, karena semakin lama penyimpanan akan menghambat pertumbuhannya di pembibitan. Untuk mencegah berkembangnya jamur dalam kemasan pada saat penyimpanan, diperlukan ruang dan kondisi pengemasan kecambah yang standar laboratorium, seperti petugas seleksi memakai baju lab, memakai masker, ruangan bersih dan tertutup untuk menghindari kontaminasi dari udara. Perlu dilakukannya penelitian lanjutan untuk mengetahui pengaruh penyimpanan terhadap pertumbuhan bibit di pembibitan utama.
69
DAFTAR PUSTAKA Brahmana. J dan M. Chairini. 1997. Pengadaan dan penyaluran kecambah kelapa sawit pusat penelitian kelapa sawit, hal. 1-10. Dalam K. Pamin, Z. Poeloengan, P. Purba, T. Hutomo, P.L. Tobing, dan M.L. Fadli (Eds.). Posiding Pertemuan Teknis Kelapa Sawit, Pengenalan Bahan Tanaman Kelapa Sawit. PPKS. Medan. Buana, L., D. Siahaan dan S. Adiputra. 2003. Kultur Teknis Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan. 215 hal. Corley. 1976. Oil Palm Research. Elseiver Scientific Publishing Company. Direktorat Jenderal Perkebunan. 2009. Statistik Perkebunan Indonesia 20082010. Sekretariat Direktorat Jenderal Perkebunan. Jakarta. 57 hal. Direktorat Jenderal Perkebunan. 2010. Penetapan rencana produksi dan harga kecambah kelapa sawit tahun 2010. http://ditjenbun.deptan.go.id/ penetapan rencana produksi dan harga kecambah kelapa sawit tahun 2010. [22 Agustus 2010] Direktorat Perbenihan dan Sarana Produksi. 2007. Ketersediaan benih kelapa sawit dalam negeri tahun 2006 – 2010. http:// direktorat perbenihan dan sarana produksi.go.id. [27 Maret 2009] Fransisca, A. 2008. Proses produksi benih tanaman kelapa sawit. http:// direktorat perbenihan dan sarana produksi. com. [27 Maret 2009] Hartley, C. W. S. 1976. The Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.). Longman. New York Latif, S. 2004. Variasi waktu antara pecah seludang dan antesis bunga kelapa sawit. Jurnal Penelitian Kelapa Sawit 12(2): 107-113. Latif, S. 2006. Kunci Keberhasilan Investasi Industri Kelapa Sawit. Dalam S. Latif (Ed.). Potensi dan Peluang Investasi Industri Kelapa Sawit di Indonesia. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan. Lubis, A.U. 1992. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Indonesia. Pusat Perkebunan Marihat. Pematang Siantar. 437 hal. Lubis, A.U. 1993. Pengadaan Benih Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.). Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan. 65 hal. Lubis, A.U. 2008. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Indonesia. Edisi 2. Pusat Perkebunan Marihat. Pematang Siantar. 362 hal.
70
Mangoensoekarjo, S. dan H. Semangun. 2008. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. UGM Press. Yogyakarta. 605 hal. Mugnisjah, W.Q. 2007. Teknologi Benih. Universitas Terbuka. Jakarta. 460 hal Pamin, K. 1997. Pengenalan Bahan Tanaman Kelapa Sawit. Editor K. Pamin, Z. Poeloengan, P. Purba, T. Hutomo, P.L. Tobing, dan M.L. Fadli (Eds.). PPKS. Medan. 64 hal. Purba, R.Y. 2009. Penyakit-penyakit Kelapa Sawit (Elais guineensis Jacq.) di Indonesia. Pusat Penelitiaan Kelapa Sawit. Medan. 86 hal. Purba, A.R., Akiyat, dan C. Muluk. 1997. Bahan tanaman kelapa sawit asal pusat penelitian kelapa sawit (PPKS), hal. 11-26. Dalam K. Panin, Z. Poeloengan, P. Purba, T. Hutomo, P.L. Tobing, dan M.L. Fadli (Eds.). Posiding Pertemuan Teknis Kelapa Sawit, Pengenalan Bahan Tanaman Kelapa Sawit. PPKS. Medan. Risza, S. 1997. Upaya Peningkatan Produktivitas Kelapa Sawit. Kanisius. Yogyakarta. 186 hal. Sadjad, S. 1997. Membangun Industri Benih dalam Era Agribisnis Indonesia. Grasindo. Jakarta. 164 hal. Setyamidjaja, D. 2006. Kelapa Sawit Tenik Budi Daya, Panen, dan Pengolahan. Kanisius. Yogyakarta. 127 hal.
71
LAMPIRAN
72
Lampiran 1. Jurnal Mingguan Kegiatan Magang PPKS Marihat No
Tanggal
1
01/03/10 - 05/03/10
Uraian Kegiatan -
2
08 /03/10 - 12/03/10
-
3
15/03/10 - 19/03/10
-
Tiba di PPKS Marihat, Sumatera Utara. Penjelasan mengenai teknis pelaksanaan magang. Penyampaian kegiatan umum PPKS. Pengenalan divisi BRD/ Pemuliaan, sub-divisi BRD/ Pemuliaan (Crossing Plan, Analisis Tandan, Vegetatif, Pembibitan). Senam pagi bersama dengan karyawan dan staf PPKS Marihat. Kunjungan lapang ke kebun pembibitan. Kegiatannya, melihat proses pembibitan, pemeliharaan, dan mempelajari kriteria bibit abnormal di Pre Nursery. Pengenalan Divisi Pohon Induk. Kunjungan ke kebun pohon induk Bah Jambi. Penjelasan mengenai pemanenan, pembungkusan, penyerbukan, dan pembukaan. Kunjungan ke kebun pohon bapak Bah Jambi. Melihat proses penyiapan tepung sari dari lapang sampai siap digunakan. Senam pagi bersama dengan karyawan dan staf PPKS Marihat. Pengenalan Divisi Produksi dan penjelasan mengenai pematahan dormansi dan pengecambahan. Pengenalan Divisi Kultur Jaringan Penjelasan mengenai proses Kultur Jaringan dari eksplan hingga planlet. Penjelasan dan pengenalan aklimatisasi, pre- nursery dan main nursery kultur jaringan. Upacara Bulanan PPKS Unit Marihat. Pengenalan dan penjelasan mengenai Divisi QC/ QA (Quality Control/ Quality Assurance).
Divisi/ Lokasi
Pembimbing
- Divisi BRD/ Pemuliaan - Pembibitan
Bpk. Yabani
- Divisi pohon induk - Divisi Produksi - Kebun Bah Jambi
Bpk.Yusran Pangaribuan
Bpk. Nanang Supena
Bpk. Rudianto Bpk. Nelson Sipayung Bpk. Yabani
-
Divisi kultur jaringan Divisi QC/ QA Divisi HPT Divisi Agronomi
Bpk. Taufik C Hidayat Bpk. Dicky Bpk. Hary Hidayat Bpk. Hasbullah Bpk. Rouletta Y. Purba
72
73
No
Tanggal
Uraian Kegiatan -
-
4
22/03/10 - 26/03/10
-
5
29/03/10 - 02/04/10
-
6
05/04/10 - 10/04/10
-
Pengenalan dan penjelasan mengenai Divisi HPT (Hama dan Penyakit Tanaman), pengenalan feromon kumbang tanduk, proses pembuatan marfu (Marihat Fungisida), pengenaalan Ganoderma sp, penjelasan cara aplikasi pestisida yang baik dan benar. Pengenalan dan penjelasan mengenai Divisi Agronomi, kunjungan ke stasiun Klimatologi, Marihat dan penjelasan singkat mengenai pengamatan vegetatif dan taksasi produksi. Diskusi mengenai tambahan penelitian dan laporan magang dengan pihak PPKS. Kunjungan dan Studi literatur ke perpustakaan PPKS, Marihat. Menyusun metode percobaan. Senam pagi bersama dengan karyawan dan staf PPKS Marihat. Diskusi magang di persiapan benih. Diskusi mengenai Treasure Machine untuk proses produksi benih. Konsultasi mengenai penelitian tambahan dengan pihak PPKS Marihat. Studi Literatur. Mengisi polybag untuk percobaan tambahan di Pembibitan. Senam pagi bersama karyawan dan staf PPKS Marihat. Mengikuti kegiatan penerimaan tandan. Diskusi mengenai hal-hal apa saja yang harus dilakukan dalam penerimaan tandan. Mengamati proses pencincangan tandan benih. Penyiapan kecambah untuk percobaan. Mengisi polibag.
Divisi/ Lokasi
Pembimbing
-
- Divisi BRD/ Pemuliaan. - Perpustakaan PPKS Marihat.
Bpk. Edy Suprianto
- Divisi Produksi - Divisi BRD/ Pemuliaan - Pembibitan - Perpustakaan
Bpk Nelson Sipayung
- Divisi produksi - Pembibitan
Bpk. Nelson Sipayung
Bpk. Nanang Supena
Bpk. Nanang Supena Bpk. Edy Suprianto Bpk. Risdianto
Bpk. Rudianto Bpk. Yabani Bpk. Risdianto
73
74
No
7
Tanggal
12/04/10 - 17/04/10
Uraian Kegiatan -
8
19/04/10 - 24/04/10
-
9
26/04/10 - 1/05/10
-
Senam pagi bersama karyawan dan staf PPKS Marihat. Pelaksanaan percobaan (Penanaman P0). Mengamati alur proses penyiapan benih Menimbang tandan benih Klasifikasi fraksi tandan Mengikuti fermentasi dan pemipilan buah kelapa sawit. Mengikuti proses pengupasan buah sawit menggunakan depericarper. Mengamati proses pengambilan benih hasil pengupasan yang telah dikering anginkan selama 24 jan untuk diseleksi Mengikuti kegiatan penyeleksian dan pemusnahan benih afkir. Studi literature dan mengikuti persentasi promosi alat baru pyrosequencing (sequencing DNA). Senam pagi bersama karyawan dan staf PPKS Marihat. Mengisi polibag. Penanaman P1. Upacara Bulanan PPKS Unit Marihat. Mengikuti pengelompokan benih berdasarkan kelompok/varietas. Peyimpanan benih ke ruang stock. Diskusi dan review persiapan benih. Review prores persiapan benih dan manajerialnya. Membantu penyusunan laporan bulanan seksi persiapan benih. Studi literatur produksi benih. Senam pagi bersama karyawan dan staf PPKS Marihat. Mengisi Polibag. Penanaman P2. Kunjungan Supervisi oleh Ibu Eny Widajaty (26 april – 27 april 2010).
Divisi/ Lokasi
Pembimbing
- Divisi Produksi - Divisi BRD - Perpustakaan PPKS Marihat. - Pembibitan
Bpk. Nelson Sipayung
- Divisi Produksi - Perpustakaan PPKS Marihat - Pembibitan
Bpk. Rahadim Purba
- Pembibitan - Divisi Produk
Bpk. Nanang Supen
Bpk. Edy Suprianto Bpk. Risdianto
Bpk. Nelson Sipayung Bpk. Risdianto
74
75
No
10
11
12
13
Tanggal
03/05/10 - 08/05/10
10/05/10 - 15/05/10
17/05/10 - 22/05/10
24/05/10 - 28/05/10
Uraian Kegiatan - Diskusi mengenai magang dan penelitian tambahan dengan supervise. - Review percobaan tambahan. - Diskusi teknis kerja persiapan benih. - Melengkapi data magang. - Senam pagi bersama karyawan dan staf PPKS Marihat. - Mengisi polibag. - Penanaman P3 - Evaluasi warna cangkang biji. - Pengambilan data produksi benih PPKS Marihat selama tiga tahun. - Menganalisis data biji putih dari data produksi benih selama tiga tahun. - Senam pagi bersama karyawan dan staf PPKS Marihat. - Mengisi polibag. - Penanaman P4 - Pengamatan P0 - Mengikuti pengenalan Sistem Informasi Produksi Kecambah (SIMPROCAM). - Merevisi database pohon-pohon tetua. - Senam pagi bersama karyawan dan staf PPKS Marihat. - Pengamatan P0 dan P1. - Studi literatur ke perpustakaan PPKS Marihat. - Mengolah data produksi biji putih. - Studi literatur - Senam pagi bersama karyawan dan staf PPKS Marihat. - Pengamatan P0, P1, dan P2 - Menghitung umur tandan berbiji putih. - Pengolahan data produksi tandan berbiji putih. - Presentasi hasil kemajuan magang dan penelitian - Senam pagi bersama karyawan dan staf PPKS Marihat. - Pengamatan P0, P1, P2, dan P3.
Divisi/ Lokasi - Perpustakaan PPKS Marihat.
Pembimbing Bpk. Risdianto Bpk. Rahadim Purba Bpk. Nelson Sipayung
- Ruang BRD - ADM Divisi Produksi
Bpk. Nelson Sipayung Bpk. Nanang Supena Bpk. Risdianto
- Ruang BRD - Perpustakaan - Pembibitan
Bpk. Nanang Supena
- Ruang BRD - Perpustakaan - Pembibitan
Bpk. Nanang Supena
- Ruang BRD - Perpustakaan - Pembibitan
Bpk. Nanang Supena
Bpk. Risdianto
Bpk. Risdianto
Bpk. Risdianto
75
76
No
Tanggal
14
31/05/10 - 04/06/10
15
16
17
18
19
07/06/10 - 11/06/10
14/06/10 - 18/06/10
21/06/10 - 25/06/10
28/06/10 - 02/07/10
02/07/10 - 15/07/10
Uraian Kegiatan -
Menyusun laporan evaluasi warna cangkang biji. Senam pagi bersama karyawan dan staf PPKS Marihat. Pengamatan P0, P1, P2, P3 dan P4. Seleksi bibit P0. Review hasil evaluasi warna cangkang biji.. Senam pagi bersama karyawan dan staf PPKS Marihat. Pengamatan P1, P2, P3 dan P4. Seleksi bibit P1. Mengumpulkan dan melengkapi data penunjang laporan. Merapihkan laporan magang dan penelitian. Penyiapan bahan presentasi hasil kemajuan magang dan penelitian. Senam pagi bersama karyawan dan staf PPKS Marihat. Pengamatan P2, P3 dan P4. Seleksi bibit P2. Presentasi hasil kemajuan magang dan penelitian. Merapihkan laporan magang dan penelitian. Senam pagi bersama karyawan dan staf PPKS Marihat. Pengamatan P3 dan P4. Seleksi bibit P3. Mengikuti kegiatan penanman kecambah di Pre-Nursery divisi produksi. Studi literatur ke perpustakaan PPKS Marihat. Pengolahan data percobaan. Senam pagi bersama karyawan dan staf PPKS Marihat. Pengamatan P4 dan seleksi bibit P4. Pengolahan data percobaan. Studi literatur ke perpustakaan PPKS Marihat. Menyerahkan laporan sementara hasil kegiatan magang dan penelitian. Senam pagi bersama karyawan dan staf PPKS Marihat.
Divisi/ Lokasi
Pembimbing
- Ruang BRD - Perpustakaan - Pembibitan
Bpk. Nanang Supena
- Ruang BRD - Perpustakaan - Pembibitan
Bpk. Nanang Supena
-
Bpk. Nanang Supena
Divisi Produksi Ruang BRD Perpustakaan Pembibitan
- Ruang BRD - Perpustakaan - Pembibitan
Bpk. Risdianto
Bpk. Risdianto
Bpk. Risdianto
Bpk. Edy Suprianto Bpk. Nanang Supena Bpk. Risdianto
- Ruang BRD - Perpustakaan - Pembibitan
Bpk. Nelson Sipayung Bpk. Rudianto Bpk. Yabani Bpk. Nanang Supena Bpk. Risdianto
- Ruang BRD - Perpustakaan
Bpk. Nanang Supena
76
77
Lampiran 2. Varietas Unggul Kelapa Sawit PPKS No
Varietas
1
Dy x P Sungai Pancur 1
Dura Dumpy x Psifera 450
No.584/Kpts/TP.240/8/1984
2
Dy x P Sungai Pancur 2
Dura Deli x Psifera 540
No.585/Kpts/TP.240/8/1984
3
D x P Dolok Sinumbah
Dura Deli x Psifera H5,EX5
No.312/Kpts/TP.240/4/1985
4
D x P Bah Jambi
Dura Deli x Psifera H5,EX5
No.313/Kpts/TP.240/4/1985
5
D x P Marihat/
Dura Deli x Psifera 424,968
No.314/Kpts/TP.240/4/1985
6
D x P AVROS
Dura Deli x Psifera SP 540 T_MA
No.315/Kpts/TP.240/4/1985
7
D x P Lame
Dura Deli x Psifera L2T, L7T, L9T, L14T
No.316/Kpts/TP.240/4/1985
8
D x P Yangambi
Dura Deli x Psifera L239T, L718T
No.317/Kpts/TP.240/4/1985
D x P Langkat
Dura Deli (cycle 2) x Psifera derived LM 239 T, RS 3 T, No.138/Kpts/TP.240/2/2003
9
10
Persilangan Dura x Psifera
Surat Keputusan Mentan
LM 718 T, LM 432 T, RS 8 T D x P Simalungun
Dura Deli (cycle 2) x Psifera derived RS 1 T, RS 3 T, RS 8 No.137/Kpts/TP.240/2/2003 T self
11
D x P PPKS – 540
PA 131 D self, (TI 221 D x GB 30 D) x RS 3 T self
No.371/Kpts/SR.120/7/2007
12
D x P PPKS – 718
DA 115 D x LM 718 T self
No.372/Kpts/ SR.120/7/2007
Sumber: PPKS Marihat
77
78
Lampiran 3. Deskripsi Varietas Kelapa Sawit Unggul PPKS 1. D x P Marihat Potensi produksi TBS Produksi TBS rata-rata Potensi Hasil (CPO) Produksi CPO rata-rata Rendemen minyak Produksi minyak inti Kerapatan tanaman Pertumbuhan Meninggi 2. Dy x P Sungai Pancur 1 Potensi produksi TBS Produksi TBS rata-rata Potensi Hasil (CPO) Produksi CPO rata-rata Rendemen minyak Produksi minyak inti Kerapatan tanaman Pertumbuhan Meninggi 3. Dy x P Sungai Pancur 2 Potensi produksi TBS Produksi TBS rata-rata Potensi Hasil (CPO) Produksi CPO rata-rata Rendemen minyak Produksi minyak inti Kerapatan tanaman Pertumbuhan Meninggi 4. D x P Bah Jambi Potensi produksi TBS Produksi TBS rata-rata Potensi Hasil (CPO) Produksi CPO rata-rata Rendemen minyak Produksi minyak inti Kerapatan tanaman Pertumbuhan Meninggi 5. D x P La Me Potensi produksi TBS Produksi TBS rata-rata Potensi Hasil (CPO) Produksi CPO rata-rata
: 31 ton/ ha/ tahun : 24-25 ton/ ha/ tahun : 7.9 ton/ ha/ tahun : 6.0-6.3 ton/ ha/ tahun : 23-25% : 0.54 ton/ ha/ tahun : 143 pohon : 0.6-0.7 m/ tahun : 32 ton/ ha/ tahun : 25-28 ton/ ha/ tahun : 7.6 ton/ ha/ tahun : 6.5-7.3 ton/ ha/ tahun : 23-26% : 0.49 ton/ ha/ tahun : 143 pohon/ ha : 0.4-0.55 m/ tahun : 30 ton/ ha/ tahun : 24-27 ton/ ha/ tahun : 7.5 ton/ ha/ tahun : 6.2.6.8 ton/ ha/ tahun : 23-25% : 0.51 ton/ ha/ tahun : 143 pohon/ ha : 0.65-0.85 m/ tahun : 32 ton/ ha/ tahun : 22-24 ton/ ha/ tahun : 7.4 ton/ ha/ tahun : 5.7-6.2 ton/ ha/ tahun : 23-26% : 0.62 ton/ ha/ tahun : 130 pohon/ ha :0.65-0.68 m/ tahun : 36 ton/ ha/ tahun : 26-27 ton/ ha/ tahun : 7.49 ton/ ha/ tahun : 5.9-7.0 ton/ ha/ tahun
79
Rendemen minyak : 22-27% Produksi minyak inti : 0.6 ton/ ha/ tahun Kerapatan tanaman : 143 pohon/ ha Pertumbuhan Meninggi : 0.55-0.7 m/ tahun 6. D x P Langkat Potensi produksi TBS :31 ton/ ha/ tahun Produksi TBS rata-rata : 27.5 ton/ ha/ tahun Potensi Hasil (CPO) : 8.3 ton/ ha/ tahun Produksi CPO rata-rata : 7.23 ton/ ha/ tahun Rendemen minyak : 26.3% Kerapatan tanaman : 143 pohon/ ha Pertumbuhan Meninggi : 0.6-0.7 m/ tahun 7. D x P Avros Potensi produksi TBS : 30 ton/ ha/ tahun Produksi TBS rata-rata : 24-27 ton/ ha/ tahun Produksi CPO rata-rata : 5.5-7.0 ton/ ha/ tahun Rendemen minyak : 23-26% Produksi minyak inti : 0.54 ton/ ha/ tahun Kerapatan tanaman : 130 pohon/ ha Pertumbuhan Meninggi : 0.6-0.8 m/ tahun 8. D x P Yangambi Potensi produksi TBS : 39 ton/ ha/ tahun Produksi TBS rata-rata : 25-28 ton/ ha/ tahun Produksi CPO rata-rata : 7.5 ton/ ha/ tahun Rendemen minyak : 23-26% Produksi minyak inti : 0.62 ton/ ha/ tahun Kerapatan tanaman : 130 pohon/ ha Pertumbuhan Meninggi : 0.6-0.75 m/ tahun 9. D x P Simalungun Potensi produksi TBS : 33 ton/ ha/ tahun Produksi TBS rata-rata : 28.4 ton/ ha/ tahun Potensi Hasil (CPO) : 8.7 ton/ ha/ tahun Produksi CPO rata-rata : 7.53 ton/ ha/ tahun Rendemen minyak : 26.5% Kerapatan tanaman :143 pohon/ ha 10. D x P PPKS 540 Kandungan mesokarp yang sangat tinggi, hingga 91.3% Potensi rendemen minyak tertinggi mencapai 30.6% Potensi CPO tertinggi mencapai 9.1 ton/ ha/ tahun 11. D x P PPKS 718 Potensi CPO tertinggi mencapai 8.1 ton/ ha/ tahun
80
Lampiran 4. Sidik Ragam Persentase Hidup, Jumlah Daun, Tinggi Bibit, dan Diameter Batang per Minggu Setelah Tanam (MST) Persentase hidup SK db P 4 P*ulangan 10 V 1 P*V 4 Galat 10 Umum 29
JK 17.86666667 28.00000000 4.80000000 20.53333333 22.66666667 93.86666667
KT 4.46666667 2.80000000 4.80000000 5.13333333 2.26666667
F hitung 1.60 1.24 2.12 2.26
Pr > F 0.2499 0.3724 0.1763 0.1343
4 MST Jumlah daun SK P P*ulangan V P*V Galat Umum
db 4 10 1 4 10 29
JK 0.13966667 0.07500000 0.00408333 0.03466667 0.14000000 0.39341667
KT 0.03491667 0.00750000 0.00408333 0.00866667 0.01400000
F hitung 4.66 0.54 0.29 0.62
Pr > F 0.0221 0.8302 0.6010 0.6591
Tinggi Bibit SK P P*ulangan V P*V Galat Umum
db 4 10 1 4 10 29
JK 3.01188667 1.62413333 0.00833333 1.97003333 1.34313333 7.95752000
KT 0.75297167 0.16241333 0.00833333 0.49250833 0.13431333
F hitung 4.64 1.21 0.06 3.67
Pr > F 0.0224 0.3849 0.8083 0.0435
Diameter Batang SK db P 4 P*ulangan 10 V 1 P*V 4 Galat 10 Umum 29
JK 0.02800820 0.00496967 0.00001763 0.00111420 0.00081767 0.03492737
KT F hitung 0.00700205 14.09 0.00049697 6.08 0.00001763 0.22 0.00027855 3.41 0.00008177
Pr > F 0.0004 0.0043 0.6523 0.0528
JK 0.22116667 0.02750000 0.02700000 0.01216667 0.03083333 0.31866667
KT F hitung 0.05529167 20.11 0.00275000 0.89 0.02700000 8.76 0.00304167 0.99 0.00308333
Pr > F 0.0001 0.5700 0.0143 0.4578
5 MST Jumlah Daun SK P P*ulangan V P*V Galat Umum
db 4 10 1 4 10 29
81
Tinggi Bibit SK P P*ulangan V P*V Galat Umum
db 4 10 1 4 10 29
JK 1.27442000 1.17806667 0.18252000 2.88291333 1.32266667 6.84058667
KT F hitung 0.31860500 2.70 0.11780667 0.89 0.18252000 1.38 0.72072833 5.45 0.13226667
Pr > F 0.0920 0.5708 0.2673 0.0136
Diameter Batang SK db P 4 P*ulangan 10 V 1 P*V 4 Galat 10 Umum 29
JK 0.00932567 0.00429033 0.00002803 0.00078713 0.00215433 0.01658550
KT F hitung 0.00233142 5.43 0.00042903 1.99 0.00002803 0.13 0.00019678 0.91 0.00021543
Pr > F 0.0137 0.1463 0.7258 0.4927
6 MST Jumlah Daun SK P P*ulangan V P*V Galat Umum
db 4 10 1 4 10 29
JK 0.30133333 0.07833333 0.00675000 0.04700000 0.04500000 0.47841667
KT F hitung 0.07533333 9.62 0.00783333 1.74 0.00675000 1.50 0.01175000 2.61 0.00450000
Pr > F 0.0019 0.1978 0.2487 0.0995
Tinggi Bibit SK P P*ulangan V P*V Galat Umum
db 4 10 1 4 10 29
JK 6.48651333 0.68493333 0.41536333 3.97875333 1.79593333 13.36149667
KT F hitung 1.62162833 23.68 0.06849333 0.38 0.41536333 2.31 0.99468833 5.54 0.17959333
Pr > F 0.0001 0.9278 0.1593 0.0129
Diameter Batang SK db P 4 P*ulangan 10 V 1 P*V 4 Galat 10 Umum 29
JK 0.00097153 0.00281767 0.00045630 0.00205820 0.00191700 0.00822070
KT F hitung 0.00024288 0.86 0.00028177 1.47 0.00045630 2.38 0.00051455 2.68 0.00019170
Pr > F 0.5188 0.2769 0.1539 0.0936
7 MST Jumlah Daun SK P P*ulangan V P*V Galat Umum
JK 0.27783333 0.04666667 0.00033333 0.05216667 0.10500000 0.48200000
KT F hitung 0.06945833 14.88 0.00466667 0.44 0.00033333 0.03 0.01304167 1.24 0.01050000
Pr > F 0.0003 0.8915 0.8621 0.3540
db 4 10 1 4 10 29
82
Tinggi Bibit SK P P*ulangan V P*V Galat Umum
db 4 10 1 4 10 29
Diameter Batang SK db P 4 P*ulangan 10 V 1 P*V 4 Galat 10 Umum 29
JK 15.99525333 1.35963333 0.27075000 5.95293333 1.99276667 25.57133667
KT F hitung 3.99881333 29.41 0.13596333 0.68 0.27075000 1.36 1.48823333 7.47 0.19927667
Pr > F 0.0001 0.7217 0.2708 0.0047
JK 0.00900187 0.00358900 0.00069120 0.00200347 0.00218833 0.01747387
KT F hitung 0.00225047 6.27 0.00035890 1.64 0.00069120 3.16 0.00050087 2.29 0.00021883
Pr > F 0.0086 0.2239 0.1059 0.1314
8 MST Jumlah Daun SK P P*ulangan V P*V Galat Umum
db 4 10 1 4 10 29
JK 0.19916667 0.03083333 0.00675000 0.01283333 0.05916667 0.30875000
KT F hitung 0.04979167 16.15 0.00308333 0.52 0.00675000 1.14 0.00320833 0.54 0.00591667
Pr > F 0.0002 0.8405 0.3106 0.7087
Tinggi Bibit SK P P*ulangan V P* Galat Umum
db 4 10 1 4 10 29
JK 20.86414667 2.74550000 0.00800333 7.05921333 3.13603333 33.81289667
KT F hitung 5.21603667 19.00 0.27455000 0.88 0.00800333 0.03 1.76480333 5.63 0.31360333
Pr > F 0.0001 0.5812 0.8763 0.0123
JK 0.02420913 0.00247633 0.00035363 0.00254687 0.00146300 0.03104897
KT F hitung 0.00605228 24.44 0.00024763 1.69 0.00035363 2.42 0.00063672 4.35 0.00014630
Pr > F 0.0001 0.2098 0.1511 0.0270
Diameter Batang SK db P 4 P*ulangan 10 V 1 P*V 4 Galat 10 Umum 29
83
Lampiran 5. Pertumbuhan dan Perkembangan Komposisi Buah Umur, setelah penyerbukan (bulan + minggu) = hari 1 30 1 1 37 2 2 44 3 3 51 2 60 2 1 67 2 2 74 2 3 87 3 90 3
1
97
3
2
104
3
3
111
3
4
118
3
5
125
3
6
132
3
7
139
3
8
146
3
9
153
3
10
160
Sumber : Lubis (2008)
Daging buah
Cangkang
Inti
Embrio
Putih kehijauan Putih kehijauan Putih kehijauan Putih kehijauan Putih kehijauan Putih kehijauan Putih kehijauan Putih kehijauan Putih kehijauan
Sangat lembut Masih lembut Masih lembut Mulai keras Mulai keras Agak keras Agak keras Keras Keras
Belum terlihat Berupa cairan Berupa cairan Berupa cairan Berupa cairan Seperti agar Seperti agar Putih lembut Mulai keras
Kuning kehijauan Kuning kehijauan Kuning kehijauan Kuning kehijauan Kuning kehijauan Kuning kehijauan Kuning kemerahan Merah kekuningan Merah kekuningan Merah kekuningan
Keras/coklat muda Keras/coklat muda Keras/coklat muda Keras/coklat muda Keras/coklat muda Keras/coklat muda Keras/coklat tua Keras/coklat tua Keras/coklat tua Keras/coklat tua
Keras
Belum terlihat Belum terlihat Belum terlihat Belum terlihat Belum terlihat Belum terlihat Belum terlihat Berupa garis putih Putih memanjang (± 1½ mm) Putih kuning (± 3 mm) Putih kuning (± 3 mm) Kuning/putih (± 3½ mm) Kuning/putih (± 3½ mm) Kuning/putih (± 3½ mm) Kuning/putih (± 3½ mm) Kuning/putih (± 3½ mm) Kuning/putih (± 3½ mm) Kuning/putih (± 3½ mm) Kuning/putih (± 3½ mm)
Keras Keras Keras/putih Keras sekali Keras sekali Keras sekali Keras/berkulit Keras/berkulit Keras berkulit
84
SMB
P0
1.6
P1
1.4
P2 P3
1.2
P4
1.0 4
2.0
SMB
P1
11
P2
9
P3
7
P1 P2
1.4
P3
1.2
P4
1.0
P4
5 6 7 8 Umur Bibit (MST)
15
5
LTC
P0
13
P1
11
P2
9
P3
7
P4
5 4
5
6
7
8
4
5
0.45 SMB
0.40 0.35 0.30 0.25 0.20 4
5 6 7 8 Umur Bibit (MST)
Keterangan: SMB = Simalungun LTC = Langkat
6
7
8
Umur Bibit (MST)
P0 P1 P2 P3 P4
Diameter Batang (cm)
Umur Bibit (MST)
Diameter Batang (cm)
P0
1.6
4
P0
13
LTC
1.8
5 6 7 8 Umur Bibit (MST)
15
Tinggi (cm)
Jumlah Daun (helai)
1.8
Tinggi (cm)
Jumlah Daun (helai)
Lampiran 6. Grafik Pertumbuhan Bibit pada 4 – 8 MST
0.45
LTC
0.40
P0 P1
0.35
P2
0.30
P3
0.25
P4
0.20 4
5 6 7 8 Umur Bibit (MST)