PEMANENAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DAN IDENTIFIKASI SERANGGA PENYERBUK DI PT. BINA SAINS CEMERLANG, MINAMAS PLANTATION, SUMATERA SELATAN
OLEH GERRY AFRIN H. ARIF A24052724
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
RINGKASAN
GERRY AFRIN H. ARIF. Pemanenan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) dan Identifikasi Serangga Penyerbuk di PT. Bina Sains Cemerlang, Minamas Plantation, Sumatera Selatan. Dibimbing oleh EDI SANTOSA dan MUNIF GHULAMAHDI. Kegiatan magang ini dilakukan dari tanggal 12 Februari – 12 Juni 2009 di Kebun Sungai Pinang Estate (SPE), PT. Bina Sains Cemerlang, Minamas Plantation, Sumatera Selatan. Kegiatan magang bertujuan untuk menambah pengalaman serta meningkatkan kemampuan teknis dan manajerial mahasiswa dengan melakukan proses kerja nyata. Metode yang digunakan pada kegiatan magang adalah metode langsung dan tidak langsung. Metode langsung adalah terlibat langsung di lapangan melalui kegiatan rutin perusahaan, wawancara, dan diskusi. Metode tidak langsung adalah dilakukan melalui pengumpulan laporan bulanan, laporan tahunan dan arsip kebun. Data sekunder diperoleh dari kebun. Data primer dikumpulkan melalui pengamatan langsung terhadap jumlah serangga penyerbuk Elaeidobius kamerunicus yang datang ke bunga jantan di divisi III SPE dan di divisi II BPE. Tanaman yang dijadikan sampel berjumlah 10 tanaman. Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa jumlah serangga yang datang ke tandan bunga jantan di divisi III SPE tidak berbeda dengan di divisi II BPE. Populasi E. kamerunicus paling banyak ditemukan di tandan bunga jantan pada jam 10.00-11.00 WIB. Data produksi menunjukkan bahwa produktivitas kelapa sawit di divisi III Sungai Pinang Estate (SPE) lebih tinggi dibandingkan divisi II Bukit Pinang Estate (BPE). Hal ini dapat disebabkan areal BPE yang bertopografi miring menyulitkan pemupukan. Selain itu di divisi II BPE pemanen tidak optimal dalam memanen buah karena arealnya yang miring. Buah yang telah masak banyak yang tidak terpanen karena pemanen lebih memilih meninggalkannya.
PEMANENAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)DAN IDENTIFIKASI SERANGGA PENYERBUK DI PT. BINA SAINS CEMERLANG, MINAMAS PLANTATION, SUMATERA SELATAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
OLEH GERRY AFRIN H ARIF A24052724
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
Judul
: PEMANENAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DAN DINAMIKA SERANGGA PENYERBUK DI PT. BINA SAINS CEMERLANG,
MINAMAS
PLANTATION,
SUMATERA
SELATAN. Nama
: Gerry Afrin H. Arif
NRP
: A24052724
Menyetujui,
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Edi Santosa, SP, MSi NIP : 19700520 199601 1 001
Dr. Ir. Munif Ghulamahdi, MS NIP : 19590505 198503 1 004
Drs. Siswandi, M.Si. Dr. Jaharuddin, MS.
NIP 19640629 199103 1 001
Mengetahui, NIP 19651102 199302 1 001
Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura
Dr. Ir. Agus Purwito, MSc. Agr NIP : 19611101 198703 1 003
Tanggal Lulus :……………….
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan YME yang telah memberikan kekuatan dan penyertaan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “Pemanenan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) dan Identifikasi Serangga Penyerbuk di PT. Bina Sains Cemerlang, Minamas Plantation, Sumatera Selatan”. Tugas akhir ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada mayor Agronomi dan Hortikultura. Berbagai kendala muncul selama penyusunan tugas akhir ini, namun bantuan, dukungan dan semangat dari orang-orang sekitar secara langsung ataupun tidak langsung berkontribusi besar dalam pembuatan tugas akhir ini. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada : 1. Dr. Edi Santosa, SP, MSi selaku pembimbing I dan Dr. Ir. Munif Ghulamahdi, MS selaku pembimbing II, yang telah memberikan nasehat, arahan dan bimbingan kepada penulis. 2. Dwi Guntoro, SP, MSi selaku dosen penguji yang telah memberikan nasehat, arahan dan bimbingan kepada penulis. 3. Ayah dan mama tercinta yang tak henti-hentinya memberikan dukungan moral dan spiritual dalam menyelesaikan tugas akhir ini. 4. Kak Merry, Bobby dan Icha untuk semua doa, nasehat dan dukungannya. 5. Novita Handayani, untuk doa, kasih sayang, semangat, motivasi dan kesabarannya menemani penulis. 6. Bapak Suparman selaku pembimbing lapang, Bapak Supri H. dan keluarga yang telah menyediakan tempat tinggal selama penulis melaksanakan magang. 7. Seluruh dewan direksi Minamas Plantation khususnya PT. Bina Sains Cemerlang yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas selama penulis mengikuti magang. 8. Teman-teman magang: Hulman, Riza, Eky, Ester dan Anton. Segala keluh kesah, keceriaan, gelak tawa, kesusahan adalah serangkaian perjuangan untuk mencapai asa.
9. Dosen-dosen Departemen Agronomi dan Hortikultura FAPERTA IPB, atas ilmu yang telah diberikan pada penulis. 10. Keluarga besar AGH 42 yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terimakasih atas persahabatan, kebersamaan dan keceriaan yang telah dilewati bersama. Semoga kebersamaan ini akan tetap terjaga. 11. Podjoker’s: Andrie, Mas Agus, Ali, Kokoh, Ichi, Jova, Anton untuk kebersamaan yang telah terjalin selama ini. 12. Semua pihak yang telah banyak membantu selama proses penyelesaian tugas akhir ini, yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Penulis berharap, semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Bogor, November 2009
Gerry Afrin H. Arif
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandung, Jawa Barat pada tanggal 18 Agustus 1986. Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara dari Bapak Arifin Arif dan Ibu Dedeh Rodiah. Pada tahun 1998 penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SDN Puspiptek. Penulis melanjutkan pendidikan ke SLTPN 4 Serpong dan lulus pada tahun 2001. Pada tahun 2004 penulis menyelesaikan pendidikan di SMUN 1 Serpong dan pada tahun 2005 penulis melanjutkan pendidikan di IPB melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Setelah satu tahun menjalani perkuliahan pada Tingkat Persiapan Bersama (TPB) IPB, pada tahun 2006 penulis masuk Program Mayor Agronomi dan Hortikultura dan Minor Ekonomi Pertanian.
DAFTAR ISI
Halaman PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Magang TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Agroekologi Kelapa Sawit Serangga penyerbuk kelapa sawit
1 1 3 4 4 4 6
METODE MAGANG Tempat dan Waktu Metode Pelaksanaan Pengumpulan Data Analisis Data dan Informasi Pengamatan Khusus
11 11 11 11 12 12
KONDISI UMUM LOKASI MAGANG
14
Sejarah dan Perkembangan Letak Geografis Keadaan Iklim, Tanah, dan Topografi Luas Areal dan Tata Guna Lahan Keadaan Tanaman dan Produksi Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan Fasilitas Kesejahteraan dan Karyawan PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Pelaksanaan Aspek Teknis Pemupukan Pengendalian Gulma Perawatan Jalan Penanaman Beneficial Plant Penunasan Panen Grading dan Hitung Buah Manual Pelaksanaan Aspek Manajerial Pendamping Mandor Pendamping Asisten HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Serangga Penyerbuk Kegiatan Panen
14 14 15 15 15 18 20 21 21 21 26 27 27 29 30 39 39 39 41 42 42 48
KESIMPULAN DAN SARAN
50
DAFTAR PUSTAKA
51
LAMPIRAN
52
DAFTAR TABEL Nomor
Teks
Halaman
1.
Data Luas Lahan Kelapa Sawit dan Produksi CPO
2.
Luas Areal dan Tata Guna Lahan
15
3.
Deskripsi potensi pertumbuhan dan produksi bahan tanaman Tenera asal Marihat dan Socfindo
16
4.
Populasi Tanaman Kelapa Sawit tiap Tahun Tanam di SPE
17
5.
Status dan Jumlah Karyawan di SPE
18
6.
Alat Panen Kelapa Sawit dan Kegunaannya
31
7.
Kriteria Matang Buah Kebun Sungai Pinang Estate
32
8.
Ketentuan Basis Borong dan Premi Lebih Borong Tahun 2009 Kebun Sungai Pinang Estate
35
9.
Parameter Penentuan Denda Pemanenan
37
10.
Karakter Agroekologi di Sungai Pinang Estate (SPE) dan Bukit Pinang Estate (BPE)
42
Rata-rata Jumlah Serangga Yang Datang ke Bunga Jantan di SPE dan BPE
43
Data Bobot Biji Buah Tandan Tanaman Tahun Tanam 2000 di Divisi III SPE dan Divisi II BPE
45
13.
Data produksi kelapa sawit di divisi III Sungai Pinang Estate (SPE)
46
14.
Data produksi kelapa sawit di divisi II Bukit Pinang Estate (BPE)
46
15.
Data Rekapitulasi Produksi Bulanan Divisi III Sungai Pinang Estate (SPE)
46
Data Riwayat Berat Janjang Rata-rata (BJR) divisi II Bukit Pinang Estate (BPE) tahun 2008/2009
47
Data Produksi Bulanan Sungai Pinang Estate Periode Januari-Mei 2009
48
11. 12.
16. 17.
1
Lampiran 1.
Jurnal harian kegiatan magang sebagai karyawan harian di kebun SPE divisi I PT Bina Sains Cemerlang, Minamas Plantation, Sumatera Selatan
53
2.
Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping mandor di kebun SPE divisi I PT Bina Sains Cemerlang, Minamas Plantation, Sumatera Selatan
56
3.
Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping asisten di kebun SPE divisi I, PT Bina Sains Cemerlang, Minamas Plantation, Sumatera Selatan 58
4.
Data curah hujan dan hari hujan tahun 2004-2008
62
DAFTAR GAMBAR Nomor
Teks
Halaman
1.
Penguntilan dan Untilan Pupuk HBFG
22
2.
Kegiatan Langsir Pupuk ke lahan
23
3.
Pemupukan pupuk HGFB di Piringan Tanaman Kelapa Sawit
4.
Aplikasi Janjangan Kosong di Gawangan Mati
25
5.
Petakan Bunga T. subulata putih dan bunga T. subulata kuning
27
6.
Kriteria Matang Buah
32
7.
Proses Grading di PKS dan alat hitung (teli)
38
8.
Grafik Jumlah Serangga Pada Bunga Jantan Tanaman di 2 lokasi
43
9.
E. kamerunicus betina dan E. kamerunicus jantan dan koloni E. kamerunicus di bunga jantan
44
` 24
Lampiran 1.
Peta lokasi kebun Sungai Pinang Estate
60
2.
Struktur Organisasi Sungai Pinang Estate, PT. Bina Sains Cemerlang 61
3.
Peta lokasi kebun di Sumatera Selatan
63
PENDAHULUAN Latar Belakang Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) adalah salah satu palmae yang menghasilkan minyak nabati, yang lebih dikenal dengan sebutan palm oil. Kelapa sawit adalah penghasil minyak nabati terbesar di dunia yaitu 2000-3000 kg/ha/tahun, dibandingkan dengan kelapa hanya mencapai 700-1000 kg/ha/tahun (Siregar, 2006). Data mengenai luas lahan kelapa sawit dan produksi CPO di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Data Luas Lahan Kelapa Sawit dan Produksi CPO Tahun 1980 1990 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
PR 6 291 659 739 813 891 1.041 1.167 1.561 1.808 1.854 2.220 2.356 2.549 2.565 2.565
Luas Lahan (000 Ha) PBN PBS Nasional 200 84 290 372 463 1.126 405 962 2.026 427 1.084 2.250 517 1.592 2.922 557 2.113 3.561 577 2.284 3.902 588 2.403 4.158 610 2.542 4.713 632 2.627 5.067 663 2.766 5.283 606 2.459 5.285 530 2.567 5.454 687 3.357 6.594 687 3.358 6.611 687 3.358 6.611
Produksi CPO (000 ton) PR PBN PBS Nasional 1 499 221 721 377 1.247 179 1.803 1.001 1.614 1.864 4.479 1.134 1.707 2.058 4.899 1.283 1.587 2.578 5.448 1.345 1.502 3.084 5.931 1.548 1.469 3.439 6.456 1.906 1.461 3.634 7.001 2.798 1.519 4.079 8.396 3.427 1.608 4.588 9.623 3.517 1.751 5.173 10.441 3.847 1.618 5.366 10.831 4.500 1.449 5.911 11.861 5.783 2.313 9.254 17.350 5.895 2.313 9.254 17.373 5.805 2.314 8.990 17.109
Sumber : Ditjenbun, 2009 Ket : PR : Perkebunan Rakyat ; PBN : Perkebunan Negara ; PBS : Perkebunan Swasta
Komoditas kelapa sawit merupakan komoditas perdagangan yang sangat menjanjikan. Pada masa depan, minyak sawit diyakini tidak hanya mampu menghasilkan berbagai hasil industri hilir yang dibutuhkan manusia seperti minyak goring, mentega, sabun, kosmetik, dan lain-lain, tetapi juga dapat menjadi substitusi bahan bakar minyak yang saat ini sebagian besar dipenuhi dengan
minyak bumi. Minyak sawit merupakan sumber bahan minyak nabati yang dapat diperbaharui (renewable) (Setyamidjaja, 2006). Laju perkembangan areal tanam kelapa sawit di Indonesia semakin pesat, sehingga memerlukan jumlah pupuk dan input produksi lain yang juga semakin pesat. Faktor yang mempengaruhi produktivitas kelapa sawit antara lain curah hujan, jenis tanah, pemupukan, umur tanaman, dan populasi tanaman. Faktor lain yang
mempengaruhi
produktivitas
adalah
penyerbukan.
Keberhasilan
penyerbukan akan meningkatkan fruit set buah tandan sehingga produksi juga meningkat. Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman monoecius, dimana bunga jantan dan bunga betina tumbuh secara terpisah pada satu tanaman. Masa masak kedua jenis bunga tersebut jarang bersamaan dalam satu pohon. Ini berarti bahwa proses pembuahan memerlukan tepung sari dari tanaman lainnya. Pada tanaman muda “sex ratio” (bunga betina/jantan) dapat mencapai 80-95% (ada kekurangan bunga jantan). Proses penyerbukan dapat terlaksana apabila ada perantara yang mampu memindahkan tepung sari dari satu tanaman ke tanaman lain yang mempunyai bunga betina yang sedang mekar atau “receptive”. Hasil penelitian membuktikan bahwa proses penyerbukan tersebut sebagian besar berlangsung dengan bantuan serangga dan sebagian kecil oleh angin (Siregar, 2006). Di Indonesia dan Malaysia, serangga penyerbuk kelapa sawit adalah Thrips hawaiiensis (Syed, 1981, Sipayung dan Soedharto, 1982) dan di Kamerun adalah Elaeidobius kamerunicus. Peranan E. kamerunicus sebagai penyerbuk kelapa sawit lebih baik karena sifatnya yang tahan terhadap perubahan iklim dibandingkan T. hawaiiensis yang populasinya sangat dipengaruhi cuaca bahkan di daerah Kalimantan, Sulawesi dan Irian Jaya tidak dijumpai. Sebelum diintroduksi serangga penyerbuk kelapa sawit (SPKS), penyerbukan pada kelapa sawit dibantu manusia (assisted pollination). Mangoesoekarjo dan Semangun (2003) menyatakan keberadaan SPKS menyebabkan penyerbukan bantuan manusia tidak diperlukan lagi karena SPKS dapat hidup dan berkembang biak secara alami di perkebunan kelapa sawit, tidak berdampak negatif, kualitas tandan meningkat dan panen dipercepat.
Di Malaysia, setelah pemanfaatan E. kamerunicus diperoleh peningkatan produksi tahunan minyak (CPO) dan inti masing-masing 2% dan 100% (Lubis dan Hutauruk, 1982). Berdasarkan pengamatan fruit set kelapa sawit di Sumatera Utara, pelepasan serangga meningkatkan produksi minyak dan inti yang setara dengan 40 milyar rupiah per tahun.
Tujuan Tujuan umum dari kegiatan magang meliputi : 1. Menambah pengalaman serta meningkatkan kemampuan teknis dan manajerial. 2. Meningkatkan keterampilan mahasiswa dengan melakukan proses kerja nyata. Tujuan khusus dari kegiatan magang adalah mengetahui pengelolaan panen dan mengidentifikasi serangga penyerbuk kelapa sawit.
TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) memiliki tinggi dapat mencapai 24 meter. Pertumbuhan batang kelapa sawit tidak terbatas selama masa hidupnya, tetapi menurut pertimbangan ekonomisnya hanya sampai berumur 25-35 tahun atau mencapai ketinggian 10-11 m (Lubis, 1992). Akar serabut tanaman kelapa sawit mengarah ke bawah dan samping. Selain itu juga terdapat beberapa akar napas yang tumbuh mengarah ke samping. Bunga jantan dan betina terpisah namun berada pada satu pohon (monoecious diclin) dan memiliki waktu pematangan berbeda sehingga sangat jarang terjadi penyerbukan sendiri. Bunga jantan memiliki bentuk lancip dan panjang sementara bunga betina terlihat lebih besar dan mekar. Bunga jantan berwarna kuning muda, berukuran kecil dan mekarnya dimulai dari pangkal tandan ke ujung tandan bunga. Setiap bunga jantan mengandung 600-1200 bulir bunga dan menghasilkan serbuk sari sekitar 40 gram/tandan. Tandan bunga betina berukuran panjang 24-45 cm. Jumlah bunga betina pada setiap tandan bunga bervariasi tergantung pada lokasi dan umur tanaman. Jumlah bunga betina di Sumatera adalah 6000 bunga betina/tandan bunga. Waktu yang diperlukan agar semua bunga betina mekar pada setiap tandan bunga adalah 3-5 hari. Pada waktu mekar, warna bunga putih kekuningan kemudian berubah menjadi kemerahan dan akhirnya menghitam, sedangkan kepala putik mengeluarkan cairan selama masa reseptive (Susanto et al., 2007). Penyerbukan kelapa sawit dapat dilakukan oleh angin, serangga dan bantuan manusia (Risza, 2006). Hasil penyerbukan kemudian akan menjadi buah yang nantinya akan dipanen untuk diolah atau sebagai bahan perbanyakan tanaman. Proses pembentukan buah matang memakan waktu sekitar 6 bulan.
Agroekologi Kelapa Sawit Keberhasilan
budidaya
agroekologis/lingkungan
dan
tergantung pengelolaan.
kepada
kultivar
Lingkungan
tempat
tanaman, tumbuh
(agroekologis) dapat direkayasa oleh manusia, namun memerlukan biaya yang
tidak sedikit. Dalam rangka pengembangan suatu komoditas tanaman, pertama kali yang harus dilakukan mengetahui persyaratan tumbuh dari komoditas yang akan dikembangkan kemudian mencari wilayah yang secara agroekologis sesuai. Kelapa sawit termasuk tanaman daerah tropis yang tumbuh baik antara garis lintang 12o Lintang Utara dan 12o Lintang Selatan, terutama di kawasan Afrika, Asia, dan Amerika Latin. Tanaman kelapa sawit menghendaki curah hujan 1.500 – 4.000 mm per tahun, tetapi curah hujan optimal yaitu 2.000 – 3.000 mm per tahun dengan jumlah hari hujan tidak lebih dari 180 hari per tahun. Suhu optimum untuk pertumbuhan kelapa sawit adalah 24º C – 28º C dengan suhu terendah 18º C dan tertinggi 32º C. Adapun ketinggian tempat optimum untuk kelapa sawit adalah 0 – 400 m di atas permukaan laut (dpl). Pada ketinggian tempat lebih dari 500 m dpl, pertumbuhan kelapa sawit akan terhambat dan produksinya pun akan rendah. Kelapa sawit menghendaki kelembaban udara sekitar 80% dan penyinaran matahari yang cukup. Kelapa sawit yang tidak mendapat sinar matahari cukup, pertumbuhannya akan lambat, produksi bunga betina menurun dan gangguan hama/penyakit meningkat. Lama penyinaran yang dibutuhkan oleh kelapa sawit adalah 5 – 7 jam/hari. Selain kelembaban dan suhu, kecepatan angin juga perlu diperhatikan karena sangat membantu proses penyerbukan bunga. Kecepatan angin optimal untuk kelapa sawit adalah 5-6 km/jam. Sifat fisik tanah solum > 80 cm tanpa ada lapisan padas, tekstur lempung atau liat dengan komposisi pasir 20 – 60 %, debu 10 – 40 %, liat 20 – 50 %. Konsistensi gembur sampai agak teguh dengan permeabilitas sedang sampai baik. Permukaan air tanah berada di bawah 80 cm, makin dalam makin baik. Sifat kimia tanah dapat dilihat dari tingkat keasaman dan komposisi hara mineralnya. Sifat kimia tanah mempunyai arti penting dalam menentukan dosis pemupukan dan kelas kesuburan tanah. Tanaman kelapa sawit tidak memerlukan tanah dengan sifat kimia yang istimewa sebab kekurangan suatu unsur hara dapat diatasi dengan pemupukan. Tanah yang mengandung unsur hara dalam jumlah besar sangat baik untuk pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman, sedangkan keasaman tanah menentukan ketersediaan dan keseimbangan unsur - unsur hara dalam tanah.
Kelapa sawit dapat tumbuh pada pH tanah antara 4,0 – 6,5 sedangkan pH optimum 5 – 5,5. Tanah yang memiliki pH rendah dapat dinaikkan dengan pengapuran tetapi membutuhkan biaya tinggi. Tanah yang memiliki pH rendah biasanya dijumpai pada daerah pasang surut terutama tanah gambut. Tanaman kelapa sawit tumbuh baik pada tanah yang memiliki kandungan unsur hara yang tinggi, dengan C/N mendekati 10 di mana C 1 % dan N 0,1 %. Daya tukar Mg dan K berada pada batas normal, yaitu Mg 0,4 – 10 me/100 gram, sedangkan K 0,15 – 1,20 me/100 gram. Kelapa sawit tumbuh pada tanah podsolik, latosol, hidromorf kelabu, Regosol, Andosol dan tanah alluvial, bahkan pada tanah gambut pun dapat tumbuh dengan syarat ketebalan gambut tidak lebih dari 1 meter.
Serangga Penyerbuk Kelapa Sawit Bunga kelapa sawit yang sedang mekar, baik itu bunga jantan maupun bunga betina sama-sama mengeluarkan bau yang menyengat. Bunga jantan yang sedang anthesis memiliki bau yang kebih kuat dibandingkan dengan bunga betina. Ini disebabkan oleh senyawa volatil yang dikeluarkan oleh bunga jantan lebih banyak. Senyawa volatil yang dihasilkan oleh bunga kelapa sawit pada umumnya diketahui sebagai kairomon. Senyawa volatil yang diproduksi dan dilepaskan oleh bunga kelapa sawit berfungsi untuk menarik serangga yang menguntungkan untuk reproduksi kelapa sawit, yakni agar serangga penyerbuk berkunjung dan menyerbuki kelapa sawit (Susanto et al., 2007). Feromon berfungsi sebagai atraktan (penarik), arestan (menghentikan pergerakan serangga), dan exitan yaitu senyawa yang merangsang serangga dalam seleksi inang. Serangga penyerbuk yang paling sering dijumpai dalam proses penyerbukan kelapa sawit
di Indonesia yaitu Elaeidobius kamerunicus yang
berasal dari Kamerun (Afrika) dan diintroduksi dari Malaysia ke Indonesia atas kerjasama antara Pusat Penelitian Marihat dengan PT. PP. London Sumatera dan tenaga ahli R. A. Syed pada tanggal 16 Juli 1982 dengan izin Menteri Pertanian RI sebanyak 4623 pupa, berkembang menjadi imago 508 ekor dan secara resmi dilepas bulan Maret 1983 (Lubis, 1992). Elaeidobius kamerunicus merupakan serangga yang mengalami metamorfosis sempurna yang berkembang dari telur
menjadi larva, kemudian kepompong dan akhirnya menjadi imago (Susanto et al., 2007). Klasifikasi biologinya adalah : Kingdom : Animalia Divisio
: Avertebrata
Kelas
: Insecta
Ordo
: Coleoptera
Famili
: Curculionidae
Genus
: Elaeidobius
Spesies
: Elaeidobius kamerunicus
Author
: Faust
Telur E. kamerunicus berwarna keputih-putihan, berbentuk lonjong dan kulitnya licin dengan ukuran panjang telur 0.65 mm dan lebar 0.40 mm. Telur diletakkan dengan oviposistor (alat peletak telur pada serangga) ke dalam lubang pada bagian luar tangkai sari bunga jantan yang anthesis. Lubang tersebut terjadi karena jaringan tangkai sari sebelumnya dimakan oleh kumbang. Jaringan yang membatasi lubang tersebut kemudian mengeras dan mengerut sehingga memberikan perlindungan bagi telur di dalamnya. Pada umumnya telur menetas 2-3 hari setelah diletakkan. Larva berkembang dalam tiga instar, yaitu larva instar pertama berwarna putih kekuningan berada di sekitar tempat peletakkan telur. Setelah 1-2 hari, larva menjadi larva instar kedua yang kemudian pindah ke pangkal bunga jantan yang sama. Jaringan bagian pangkal yang lunak merupakan bahan makanan larva tersebut. Sebelum semua bagian dari bunga habis dimakan (selama 1-2 hari), larva menjadi larva instar ketiga terus memakan pangkal tangkai sari sampai tinggal bagian atasnya saja (5-9 hari). Bagian yang tertinggal tersebut mengering, dan selanjutnya larva instar ketiga membuat sebuah lubang melalui periantium bunga jantan menuju ke tangkai sari bunga di sebelahnya. Larva instar ketiga berwarna kuning terang, dapat memakan lima sampai enam bunga jantan. Ukuran rata-rata kepala larva berturut-turut mulai instar pertama sampai dengan instar ketiga dengan panjang 0.29 mm, 0.46 mm dan 0.72 mm serta lebar 0.31 mm, 0.44 mm dan 0.56 mm.
Kepompong terbentuk di dalam bunga jantan yang terakhir dimakan. Sebelum menjadi kepompong, larva instar ketiga terlebih dahulu mengigit bagian ujung bunga jantan sehingga lepas. Dengan demikian terjadilah lubang yang kemudian menjadi tempat keluarnya kumbang. Sekitar 1 hari sebelum terbentuk kepompong, larva instar ketiga menjadi tidak aktif. Periode kepompong berlangsung dalam waktu 2-6 hari. Warna kepompong kuning terang dengan sayap yang mulai terbetuk dan berwarna putih. Perkawinan (kopulasi) terjadi pada siang hari antara 2-3 hari sesudah kumbang menjadi dewasa, akan tetapi ada juga yang berkopulasi lebih awal. Perbandingan jumlah kumbang jantan dan betina di lapangan adalah 1:2. Lama hidup kumbang betina dapat mencapai 65 hari dan kumbang jantan 46 hari. Dari hasil pengujian inang menunjukkan bahwa Elaeidobius kamerunicus hanya dapat makan dan berkembang biak dengan sempurna pada bunga jantan tanaman kelapa sawit sehingga tidak berbahaya bagi tanaman lain. Perkembangan telur hingga menjadi kumbang berkisar 8-21 hari untuk betina dan 9-24 hari untuk jantan (Lubis, 1992). Serangga Elaeidobius kamerunicus memiliki panjang 4 mm dan lebar 1.5 mm, serta berwarna cokelat kehitaman. Elaeidobius kamerunicus bersifat spesifik dan beradaptasi sangat baik pada tanaman kelapa sawit. Disamping itu serangga ini dapat beradaptasi pada musim hujan dan kering sehingga dapat memindahkan bunga tepung sari dengan kualitas yang sama baik pada tanaman muda maupun pada tanaman tinggi serta mencari dan mengenali bunga betina. Sesuai dengan sifatnya yang tahan terhadap perubahan keadaan iklim, Elaeidobius cenderung lebih suka pada keadaan basah (Siregar, 2006). Dalam proses penyerbukan, kumbang serangga penyerbuk kelapa sawit (SPKS) ini tertarik pada bau bunga jantan. Mereka hinggap pada bunga jantan sehingga serbuk sari akan melekat pada tubuhnya. Pada waktu kumbang hinggap pada bunga betina yang sedang mekar, serbuk sari yang melekat pada tubuhnya akan terlepas dan menyerbuki bunga-bunga betina (Lubis, 1992). Serangga ini sebagai pollinator memiliki keistimewaan berikut : ● Menghemat biaya yang besar terutama dalam tenaga kerja untuk penyerbukan apalagi pada daerah langka pekerja.
● Peningkatan produksi karena meningkatnya persentase buah jadi pada tandan dan sempurnanya tandan sehingga berat tandan makin bertambah 15-20%. Dengan makin banyaknya buah yang jadi maka persentase inti (kernel) yang dapat dihasilkan juga meningkat. ● Jika sebelumnya rendeman inti dipabrik hanya 4-5% maka dengan introduksi SPKS dapat ditingkatkan menjadi 6-7%. Peningkatan produksi ini perlu diimbangi dengan peningkatan pupuk sehingga stress tidak timbul. E. kamerunicus dapat dipindahkan dari berbagai fase tumbuh hidupnya seperti telur, larva, kepompong maupun kumbangnya (imago). Telur, larva dan kepompong dapat dipindahkan beserta tandan bunga jantan karena hidupnya berada di dalam bunga jantan. Tandan bunga jantan yang berisi telur, larva dan kepompong atau kumbang diletakkan pada bagian tengah daerah-daerah yang masih memiliki populasi E. kamerunicus rendah. Jumlah E. kamerunicus yang efektif untuk menyerbuki bunga betina adalah 20 000 kumbang per hektar. Populasi E. kamerunicus kurang dari 700 ekor per tandan bunga betina anthesis akan menyebabkan fruit set menjadi rendah. Fruit set adalah perbandingan/rasio buah yang jadi terhadap keseluruhan buah pada tandan termasuk buah yang partenokarpi/mantel. Fruit set yang baik pada tanaman kelapa sawit adalah diatas 75% (Susanto et al., 2007).
METODOLOGI Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan selama empat bulan dari tanggal 12 Februari sampai 12 Juni 2009, bertempat di PT. Bina Sains Cemerlang, Minamas Plantation, tepatnya di Desa Sungai Pinang, Kecamatan Muara Lakitan, Kabupaten Musi Rawas, Propinsi Sumatera Selatan.
Metode Pelaksanaan Kegiatan yang dilakukan selama pelaksanaan magang, yaitu kegiatan yang menyangkut aspek teknis dan aspek manajerial. Pada pelaksanaan kegiatan magang penulis memposisikan diri sebagai karyawan harian lepas (KHL) selama dua bulan, pendamping mandor selama satu bulan, dan pendamping asisten selama satu bulan. Metode pengambilan data adalah data sekunder dan data primer. Metode langsung yang dilakukan adalah praktik kerja langsung di lapangan dengan turut aktif dalam pelaksanaan kegiatan perusahaan, wawancara, dan diskusi. Pendekatan tidak langsung dilakukan melalui pengumpulan laporan bulanan, laporan tahunan dan arsip kebun.
Pengumpulan Data Pengumpulan data dan informasi dilakukan dengan mengumpulkan data primer dan data sekunder. Data sekunder diperoleh dari kebun meliputi lokasi dan tata letak geografis kebun, keadaan tanah dan iklim, luas areal dan tata guna lahan, kondisi pertanaman dan produksi, norma kerja di lapangan serta organisasi dan manajemen. Pengumpulan data primer dilakukan melalui pengamatan langsung terhadap jumlah serangga yang datang ke bunga jantan pada tanaman kelapa sawit dengan umur tanam yang berbeda.
Analisis Data dan Informasi Hasil dari kegiatan magang berupa data primer dan data sekunder dianalisis dengan norma-norma baku bagi setiap kegiatan yang berlaku. Seluruh data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan rata-rata, persentase, dan perhitungan matematis sederhana lainnya kemudian dibandingkan dengan standar kerja kebun.
Pengamatan Khusus Pengamatan dilakukan selama kegiatan magang dengan melakukan pengamatan terhadap perilaku dan efektivitas serangga penyerbuk. Cara pengamatan adalah mencari 2 lokasi dengan topografi yang berbeda yaitu kebun Sungai Pinang Estate (SPE) dan kebun Bukit Pinang Estate (BPE) untuk dijadikan bahan perbandingan. Tanaman yang dijadikan sampel berjumlah 10 tanaman per lokasi. Cara membedakan antara kumbang jantan dengan kumbang betina yaitu kumbang jantan memiliki moncong lebih pendek, berukuran lebih besar dan mempunyai bulu yang banyak pada sayapnya. Kumbang betina memiliki moncong lebih panjang, berukuran lebih kecil dan bulu pada sayap yang lebih sedikit dibandingkan kumbang jantan. Alat yang digunakan dalam pengamatan antara lain kantong plastik, pisau/cutter, dan larutan alkohol. Metode untuk menghitung jumlah serangga penyerbuk yang datang pada bunga jantan yaitu : 1. Mencari bunga jantan yang sedang anthesis kemudian membagi 1 tandan bunga menjadi 3 bagian : ujung, tengah dan pangkal. 2. Masing-masing bagian dipilih secara acak 3 spikelet bunga jantan. 3. Menangkap kumbang E. kamerunicus yang berada pada 3 spikelet bunga jantan tersebut dengan cara memasukkan 3 spikelet tersebut ke dalam kantong plastik. 4. Memotong ketiga spikelet bunga jantan tersebut dengan pisau/cutter yang tajam. 5. Mematikan kumbang E. kamerunicus dengan memasukkan larutan alkohol ke dalam kantong plastik yang telah berisi spikelet-spikelet bunga jantan,
lalu menghitung jumlah kumbang E. kamerunicus total dari ketiga spikelet bunga jantan tersebut. 6. Menghitung rata-rata jumlah kumbang E. kamerunicus dan hitung untuk per tandan bunga jantan dengan mengalikan jumlah spikelet bunga jantan keseluruhan.
KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG Sejarah dan Perkembangan PT Bina Sains Cemerlang merupakan perusahaan yang mengelola tiga unit usaha yaitu: Sungai Pinang Estate (SPE), Bukit Pinang Estate (BPE), dan Sungai Pinang Factory (SPF). Masing-masing melaksanakan operasional dengan manajemen terpisah. Ketiga unit usaha tersebut masih berada dalam satu induk perusahaan yaitu PT Minamas Gemilang. PT Bina Sains Cemerlang dirintis pada tahun 1990, saat itu merupakan hutan sekunder. Pada tahun 1991 dilakukan penanaman kelapa sawit seluas ± 1 104 ha, secara terus-menerus penanaman berlanjut mencapai luasan ± 6 892 ha. Sungai Pinang Estate mempunyai luasan lahan ± 3 698 ha dan selebihnya ditangani oleh Bukit Pinang Estate. Awalnya PT Bina Sains Cemerlang (BSC) memiliki nama PT Bina Sains Corporation, yang merupakan anak cabang dari perusahaan Salim Group. Pada tanggal 1 April 2001 berganti nama menjadi PT Bina Sains Cemerlang seiring dengan perpindahan aset perusahaan dari Salim Group ke pihak PT Minamas Gemilang yang merupakan anggota dari Kumpulan Guthrie Berhard (KGB), salah satu perkebunan swasta Malaysia. Kemudian pada tahun 2008, Minamas bergabung dengan perusahaan Sime Darby yang tergabung dalam Sime Darby Group.
Letak Geografi SPE merupakan salah satu dari dua unit kebun yang dikelola oleh PT BSC yaitu SPE dan BPE. Lokasi kebun ini berada di desa Sungai Pinang, Kecamatan Muara Lakitan, Kabupaten Musi Rawas, Propinsi Sumatera Selatan. Batas areal SPE adalah: sebelah Utara berbatasan dengan Desa Air Baluy, sebelah Selatan berbatasan dengan Transmigrasi SP XI, sebelah Barat berbatasan dengan PT Lonsum, dan sebelah Timur berbatasan dengan BPE. Aksesibilitas PT Bina Sains Cemerlang, bisa dilalui jalur darat dan udara. Jalur darat menuju tujuan pemberhentian bis terdekat di Lubuk Linggau dengan lama perjalanan ± 25 jam dari Bogor. Selanjutnya, menggunakan angkutan umum (nama angkutan daerah bernama “Taksi”) menuju kebun sekitar 2 jam. Jalur udara
menggunakan pesawat terbang dari Bandara Soekarno-Hatta (Jakarta) ke Bandara Sultan Mahmud Badaruddin (Sumatera Selatan), dilanjutkan menggunakan travel/bis menuju kebun dengan lama perjalanan 6-7 jam. Sebelum memasuki kebun akan melalui angkutan transportasi air yaitu ponton (sejenis rakit bertenaga diesel). Waktu yang diperlukan
1 jam dari ponton menuju kebun. Peta lokasi
tempat magang dapat di lihat pada Gambar Lampiran 1.
Keadaan Iklim dan Tanah Tanah di PT BSC termasuk jenis ultisol (podsolik merah kuning), pH tanah berkisar 4.5-6, tingkat kesuburan sedang dan tekstur tanah umumnya liat berpasir. Struktur tanah remah sampai gumpal dan konsistensi tanah gembur sampai agak teguh. Topografi lahan di PT BSC adalah landai hingga bergelombang dengan kemiringan 3-32 %. Untuk ketinggian tempat 90 m di atas permukaan laut, namun areal SPE topografinya relatif datar. SPE mempunyai iklim dengan curah hujan rata-rata 2 675 mm/tahun dan hari hujan 148.1 hari/tahun, bulan kering < 60 mm rata-rata 0.9 bulan/tahun dan bulan lembab (60100 mm) rata-rata 0.9 bulan/tahun. Berdasarkan klasifikasi Schimdth dan Ferguson SPE beriklim tipe A (sangat basah).
Luas Areal dan Tata Guna Lahan Sungai Pinang Estate (SPE) mempunyai luas hak guna usaha (HGU) 3 384 ha, namun memiliki luas areal yang dikuasai mencapai 3 698 ha. Hal ini disebabkan karena adanya areal okupasi seluas 283 ha dan land clearing pada tahun 2006 seluas 151 ha. Komposisi luas areal terdiri dari tanaman menghasilkan (TM) 2 982 ha, tanaman belum menghasilkan (TBM) 181 ha, luas land clearing 151 ha, prasarana 101 ha, lahan okupasi (lahan masih dalam sengketa) 283 ha. Data mengenai luas areal dan tata guna lahan dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Luas Areal dan Tata Guna Lahan Kelapa Sawit di Sungai Pinang Estate (SPE). Uraian A. Areal yang ditanam 1. Tanaman Menghasilkan -Tahun tanam 1991 -Tahun tanam 1992 -Tahun tanam 1993 -Tahun tanam 1994 -Tahun tanam 1995 -Tahun tanam 1996 -Tahun tanam 1997 -Tahun tanam 1998 -Tahun tanam 2000 2. Tanaman Belum Menghasilkan -Tahun Tanam 2005 -Tanaman Baru Total areal tanaman B Land Clearing (LC) -LC dalam proses Total areal tanaman + LC C. Prasarana -Emplasemen/Pondok -Pabrik -Jalan dan Jembatan Total Prasarana Total areal yang diusahakan D. Areal yang bisa tanam -Cadangan -Okupasi Total areal keseluruhan
Luas (ha)
1 104 669 102 450 51 137 126 335 8 194 49 3 163 28 3 253 27 14 60 101 3 354 0 344 3 698
Sumber: Kantor Besar SPE (Mei, 2009)
Keadaan Tanaman dan Produksi Tanaman kelapa sawit yang diusahakan di kebun Sungai Pinang adalah varietas Tenera Marihat, Tenera Socfindo dan Tenera Guthrie. Pada TM didominasi oleh varietas Tenera dari Marihat dan Socfindo, sedangkan pada TBM didominasi varietas Tenera dari Guthrie. Deskripsi mengenai karakteristik
varietas-varietas Tenera yang diusahakan di kebun Sungai Pinang disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Deskripsi potensi pertumbuhan dan produksi bahan tanaman Tenera asal Marihat dan Socfindo. PPKS
Socfindo
Marihat
Dura x Pisifera
3.20
4.83
0.53
0.05
3.04
n.a
6.12
5.01
26
31
30
24
12.0
18.6
17.0
13.0
6.7
8.5
24.3
27.4
5.9
4.2
143
143
Deskripsi A. Sifat Vegetatif 1. Tinggi tanaman pada umur 8 tahun (m) 2. Rata-rata kecepatan meninggi (m/tahun) 3. Lingkar batang (m) 4. panjang daun (m) 5. Produksi daun/tahun B. Produksi 1. Umur mulai dipanen (bulan) 2. Jumlah tandan/pohon/tahun 3. Rata-rata berat tandan (kg) 4. Produksi minyak (ton/ha/tahun) 5. Ekstraksi minyak (%) 6. Ekstraksi inti (%) C. Anjuran kerapatan tanaman/ha Sumber : Pahan, 2007 Ket : n.a : tidak ada data
Tanaman kelapa sawit yang ada di kebun SPE terdiri dari tanaman menghasilkan (TM) seluas 2982 ha dengan tahun tanam mulai dari tahun 19992000 dan tanaman belum menghasilkan (TBM) seluas 194 ha dengan tahun tanam
2006. Data populasi tanaman kelapa sawit tiap tahun di SPE disajikan dalam Tabel 4. Tabel 4. Populasi Tanaman Kelapa Sawit tiap Tahun Tanam di Sungai Pinang Estate (SPE). Divisi I Tahun tanam 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 2000 2005 Tanaman Baru Total
Luas Ha 451 350 51 137 11
1000
Divisi II Jumlah Tanaman
58630 45850 6630 18084 1474
130668
Luas Ha 575 218 25 100
126 41
1085
Divisi III Jumlah Tanaman 75325 28340 3275 12700
16506 5371
141517
Luas Ha 529
Jumlah Tanaman 68770
77
9856
283 8 194
37639 800 28906
49 1140
9512 155483
Sumber : Kantor Besar SPE (Mei, 2009)
Dari Tabel 4 jumlah tanaman/ha untuk SPE yaitu 128 tanaman/ha, jika dianalisis dari jarak tanam 9.2 mx 9.2 m x 9.2 m akan diperoleh populasi 136 tanaman/ha. Perbedaan disebabkan oleh adanya rawa- rawa dan sungai.
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan Sungai Pinang Estate dipimpin oleh seorang manager yang bertanggung jawab atas seluruh kegiatan meliputi pengelolaan dan perkembangan secara efektif dan professional sesuai ketentuan dari PT. Minamas. Estate Manager memiliki tanggung jawab dan wewenang untuk mengkoordinir kebun yang berada di bawah pengawasannya serta mengambil keputusan dalam kegiatan operasional. Senior asisten selain bertugas untuk mengelola sebuah divisi juga bertugas untuk mengelola traksi, poliklinik, panswakarsa dan gudang (bersama kasie) dan
mengkoordinasikan para asisten divisi. Senior asisten disebut juga asisten kepala (Askep). Asisten divisi adalah orang yang bertanggung jawab atas seluruh kegiatan di divisi yang dipimpinnya. Asisten bertanggungjawab langsung kepada Estate Manager. Dalam melaksanakan tugasnya, asisten dibantu oleh mandor dan krani divisi. Krani divisi bertugas mengurus seluruh kegiatan administrasi baik laporan kegiatan harian, laporan produksi dan bon permintaan barang di tingkat divisi. Kasie adalah orang yang bertanggung jawab mengurus segala kegiatan administrasi pada kebun tersebut dan bersama senior asisten bertugas mengelola gudang sentral. Kasie membawahi para karyawan kantor besar. Status dan jumlah karyawan di Kebun Sungai Pinang dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Status dan Jumlah Karyawan di SPE No 1 2 3 4 Total
Staf Estate Manager Sr. Asisten
Jumlah 1
No 1
1
2
Asisten Divisi/QA KTU/kasie
2
3
1 5
4
Non-Staf Jumlah SKU Bulanan 32 Kantor SKU Bulanan 20 Traksi SKU Bulanan 26 Divisi SKU Harian 422 501
Ket : SKU : Serikat Kerja Umum Sumber : Kantor Besar SPE (Mei, 2009)
Status karyawan di kebun Sungai Pinang terdiri dari karyawan staf dan karyawan non staf. Karyawan staf terdiri dari manager, senior asisten, asisten divisi dan kasie. Sedangkan karyawan non-staf terdiri karyawan bulanan kantor, karyawan bulanan traksi, karyawan bulanan divisi, dan karyawan harian. Jika dilihat dari Tabel 5 maka akan didapat indeks tenaga kerja (ITK) 0.15 HK/ha. Hal ini sudah baik, karena norma ITK kelapa sawit 0.25 HK/ha (Pahan, 2007).
Fasilitas Kesejahteraan dan Karyawan Fasilitas kesejahteraan karyawan merupakan salah satu faktor pendukung untuk karyawan. Fasilitas tersebut berupa rumah, air, listrik, sarana ibadah, sarana pendidikan, dan sarana olahraga. Fasilitas rumah yang diberikan terdiri dari perumahan staff, mess, dan perumahan karyawan. Rumah staff dan mess terletak di emplasmen, sedangkan rumah karyawan berada di sekitar kantor masing– masing divisi. Di divisi I dan II perumahan karyawan berada pada satu lokasi, sedangkan divisi III berada terpisah dari divisi I dan divisi II. Perumahan untuk staff dan mess merupakan jenis rumah permanen, sedangkan untuk perumahan karyawan adalah semi permanen dengan tipe dua rumah (G2), kecuali untuk mandor I dan krani divisi sebagian memiliki perumahan tipe satu rumah (G1). Fasilitas listrik dan air dikelola di masing – masing divisi. Di emplasmen, fasilitas listrik 24 jam sedangkan di divisi fasilitas listrik menyala 7 jam, pada hari minggu menyala selama 8 jam. Sarana olahraga terdapat di emplasmen berupa lapangan volly, bulu tangkis, sepak takraw, tenis dan tenis meja. Di masing – masing divisi juga terdapat fasilitas olahraga berupa lapangan bulu tangkis, lapangan volly, dan lapangan bola kaki. Sarana pendidikan di PT. BSC terdapat sekolah yang terdapat di Pondok I (Divisi I dan II) yang terdiri dari sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP), sedangkan untuk taman kanak – kanak (TK) dan penitipan bayi terdapat di emplasmen dan di masing–masing divisi. Sarana ibadah di perkebunan Sungai Pinang terdapat masjid di setiap divisi dan gereja di divisi I BPE (Bukit Pinang Estate). Tunjangan untuk karyawan berupa beras, tunjangan hari raya (THR), bonus, pengobatan, dan bantuan di bidang pendidikan (termasuk bis sekolah), sedangkan untuk karyawan lepas harian tidak mendapatkan tunjangan beras dan pengobatan. Upah untuk karyawan harian lepas adalah Rp 30 000/hari kerja. Selain mendapatkan upah, karyawan SKU juga mendapatkan jaminan sosial tenaga kerja (Jamsostek).
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
Aspek Teknis Pemupukan Prinsip utama dalam aplikasi/penaburan pupuk di perkebunan sawit adalah bahwa setiap tanaman menerima tiap jenis pupuk yang telah direkomendasikan oleh Departemen Riset. Biaya pemupukan mencapai 60% dari total biaya pemeliharaan, oleh karena itu ketepatan aplikasi adalah keharusan. Analisis contoh daun. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui status hara tanaman dengan cara mengambil contoh daun yang kemudian dianalisis oleh bagian riset sebagai rekomendasi pupuk yang akan diaplikasikan. Peralatan yang digunakan pada kegiatan pengambilan contoh daun adalah egrek, pisau, gunting, kantong plastik. Daun yang dijadikan sampel adalah daun ke-17 yaitu daun yang posisinya tepat berada dibawah daun ke 9 pada susunan filotaksis daun kelapa sawit. Daun yang ke 9 adalah daun yang letaknya dibawah daun pertama yaitu daun yang sudah membuka 100 %. Setelah menentukan daun ke-17 pada tanaman, kemudian pelepah dipotong menggunakan egrek. Daun yang diambil adalah daun yang terletak di daerah benjolan (pentil) pada tulang pelepah. Kemudian ambil 2 helai daun bagian kanan dan kiri, potong 1/3 dari ujung dan pangkal. Bagian tengah daun dipakai sebagai contoh setelah lidinya dibuang. Potongan kanan lidi dimasukkan ke dalam plastik putih dan bagian kiri dimasukkan ke dalam plastik hitam. Setiap plastik diberikan label, sebelumnya daun tersebut dipotong/dicacah menjadi kecil-kecil. Daun yang telah diambil kemudian dikirim ke kantor untuk segera dikeringkan menggunakan oven pada temperature 150° C selama 24 jam. Daun yang telah dikeringkan kemudian dikirim ke laboratorium untuk dianalisis. Daun ke-17 dipilih sebagai sampel karena merupakan indikator yang sensitif atas perubahan yang terjadi dalam status unsur hara. Sistem yang digunakan untuk pindah tanaman dan baris pada tiap blok berbeda-beda tergantung luasan bloknya, misalnya 12 x 9, 12 x 11, 10 x 8, 8 x 7. Sistem 12 x 11 artinya selang 12 antar tanaman dalam barisan kemudian jika baris telah habis maka bergeser sebanyak 11 baris ke kanan atau ke kiri.
Beberapa ketentuan mengenai tanaman yang dapat dijadikan titik sampel antara lain : -
Tidak yang terdapat di pinggir jalan.
-
Bila bersebelahan dengan tanaman mati maka ambil 1 tanaman yang ada di depan atau di belakangnya.
-
Bila tanaman bersebelahan dengan sungai maka geser 1 tanaman ke sebelahnya.
-
Bila tanaman TS adalah tanaman yang mati maka geser 1 tanaman ke depannya.
Kegiatan leaf sampling unit (LSU) selain melakukan pengambilan contoh daun, juga melakukan pengamatan visual terhadap gejala defisiensi unsur hara pada tanaman kelapa sawit. Untuk membantu pengamatan visual, setiap regu LSU diberikan foto referensi yang menunjukkan gejala-gejala pada tanaman kelapa sawit apabila terjadi difisiensi hara tertentu. Tenaga kerja untuk pengambilan contoh daun di divisi I adalah 3 regu yang terdiri dari 3 orang. Kendala yang terdapat pada kegiatan LSU antara lain kesalahan dalam menentukan daun ke-17 pada titik sampel dan faktor ketelitian serta kebersihan perlu dijaga sewaktu pengambilan contoh di lapangan seperti alat yang dipakai, plastik pembungkus, tidak terkena cat atau terkontaminasi pupuk, herbisida, insektisida dan setelah diambil agar diletakkan di tempat yang teduh. Penguntilan pupuk. Penguntilan adalah membuat (repacking) pupuk dari goni berukuran 50 kg menjadi goni yang diisi sesuai dengan kebutuhan untuk mempermudah kegiatan pemupukan di lapangan. Umumnya untilan berukuran 12 kg untuk 8 tanaman dengan dosis pupuk 1.5 kg/tanaman, namun ada juga untilan yang dibuat dengan ukuran 10 kg dan 14 kg per untilan tergantung dosis pupuk yang dibutuhkan. Penguntilan dilakukan untuk seluruh pupuk yang akan diaplikasikan (Urea, Kieserit, MOP, HGFB) kecuali pupuk RP dan Dolomit. Hal tersebut dimaksudkan untuk mengurangi biaya. Alat yang digunakan pada kegiatan penguntilan adalah takaran, eks-goni pupuk, dan tali pengikat. Setelah pupuk diuntil kemudian untilan disusun dengan rapi 10 until per tumpukan. Pupuk yang telah diuntil harus segera ditabur esok harinya agar tidak terjadi penggumpalan. Tenaga kerja untuk penguntilan pupuk di divisi I SPE berjumlah 4
orang dan 1 orang sebagai mandor. Gambar untilan pupuk HGFB dan kegiatan penguntilan pupuk HGFB dapat dilihat pada Gambar 1.
(a) (b) Gambar 1. Penguntilan (a) dan untilan pupuk HBFG (b)
Norma prestasi kerja untuk penguntilan pupuk adalah 1.5–2 ton/HK tergantung jenis dan dosis yang dibutuhkan. Prestasi penulis dalam kegiatan penguntilan yaitu 1.25 ton/HK. Beberapa masalah yang terdapat dalam kegiatan untilan adalah alat yang digunakan karyawan sebagai takaran yaitu mangkuk yang ukurannya tidak dapat dipastikan sehingga bobot antar untilan berbeda-beda. Penguntil menganggap satu mangkuk sama dengan 1 kg, misalnya untuk untilan dengan bobot 12 kg maka jumlah mangkuk yang dimasukkan sebanyak 12 kali. Variasi bobot untilan menyebabkan jumlah yang diaplikasikan untuk per tanaman tidak sesuai rekomendasi. Goni untuk untilan digunakan eks goni pupuk sebelumnya, tidak boleh menggunakan goni yang baru. Hal ini perlu karena jumlah goni bukaan baru adalah merupakan kontrol apakah jumlah kg atau sak yang dibuka sama dengan jumlah yang sudah diuntil. Ketika membuka goni pupuk, penguntil menggunakan gancu yang sebenarnya tidak boleh digunakan karena dapat merusak goni. Cara yang benar adalah dengan memotong tali jahitan goni. Jika terdapat gumpalan pada pupuk, terkadang penguntil enggan untuk memecahnya sehingga ketika diaplikasikan di lapangan banyak dijumpai pupuk yang masih menggumpal, dan berakibat penyebaran pupuk tidak merata. Eks goni pupuk yang digunakan untuk untilan pun banyak yang rusak/sobek sehingga pupuk yang telah dimasukkan
tumpah kembali. Hal tersebut menyebabkan makin tingginya kehilangan pupuk dan perubahan dosis di lapangan. Khusus untuk pupuk HGFB (Boron) untilan dibuat menggunakan plastik kecil karena dosis aplikasinya rendah yaitu 10 gram. Langsir pupuk. Langsir pupuk adalah kegiatan mengecerkan pupuk yang telah diuntil atau tidak dari gudang ke lapangan. Pelangsiran pupuk dilakukan menggunakan trailer tractor (jonder) atau truk. Pengeceran pupuk dari atas kendaraan harus ditangani oleh petugas terlatih dan diletakkan pada tempat pengeceran yang sudah ditentukan. Tumpukan untilan pupuk yang diecer sebaiknya diletakkan di tempat pengumpulan hasil (TPH) dan tidak diletakkan di jalan. Hal tersebut bertujuan untuk mempermudah pemupuk mengaplikasikan di lahan. Selain itu dapat mengurangi kehilangan pupuk.Tenaga kerja untuk langsir pupuk di berjumlah 2 orang. Kegiatan pelangsiran pupuk ke lahan dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Kegiatan langsir pupuk ke lahan
Pelaksanaan pemupukan. Pemupukan dilakukan dua kali per tahun yang terbagi menjadi dua semester. Aplikasi pemupukan dilakukan pada pagi hari pukul 07.30 – 12.00 WIB. Namun pemupukan dapat menjadi terlambat tergantung cepat
atau
tidaknya
truk
yang
melangsir
pupuk
di
lahan.
Dengan
mempertimbangkan efektivitas tenaga kerja dan sebisa mungkin dilakukan cepat untuk mengurangi pengaruh proses penguapan maka pemupukan dilakukan pada pagi hari. Ketika menjadi karyawan, penulis mengikuti kegiatan pemupukan menggunakan urea. Pemupukan dengan menabur pupuk di daerah gawangan mati atau piringan. Untuk pupuk HGFB dengan dosis yang kecil yaitu 110
gram/tanaman, pemupukan dilakukan dengan menabur pupuk di piringan. Alat yang digunakan pada kegiatan pemupukan adalah ember, mangkok, kain gendong. Kegiatan pemupukan pupuk HGFB di piringan tanaman kelapa sawit dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Pemupukan pupuk HGFB di piringan tanaman kelapa sawit
Tenaga kerja untuk kegiatan pemupukan berjumlah 11 orang terdiri dari karyawan SKU dan buruh harian lepas (BHL). Norma kerja pemupukan tergantung jumlah dan jenis pupuk yang akan diaplikasikan, namun untuk standar kebun adalah 500 kg/HK. Sedangkan prestasi kerja penulis yaitu 350 kg/HK. Aplikasi janjangan kosong. Selain dengan aplikasi pemupukan anorganik, dilakukan juga pemupukan dengan bahan organik yang merupakan limbah hasil pengolahan kelapa sawit (by product). Janjangan kosong adalah produk dari pabrik (PKS) setelah TBS diproses di sterilizer dan stipper yang kaya kandungan bahan organik dan nutrisi untuk tanaman. Pengangkutan janjangan kosong dari PKS ke lahan dilakukan dengan menggunakan kendaraan (truk) untuk kemudian diaplikasikan oleh karyawan. Bobot rata-rata sekali pengangkutan janjangan kosong dengan truk adalah 4 – 4.5 ton. Aplikasi janjangan kosong dilakukan dengan rotasi 1 kali per tahun. Metode aplikasi janjangan kosong di kebun Sungai Pinang adalah secara manual dengan menempatkan janjangan kosong membentuk petakan pada areal diantara tanaman dengan dosis aplikasi 250 kg/tanaman. Alat yang digunakan dalam kegiatan ini adalah angkong dan gancu. Selain janjangan kosong limbah yang dijadikan pupuk adalah solid (limbah padat). Untuk mengaplikasikan pupuk solid digunakan alat tambahan yaitu sekop. Standar kerja aplikasi janjangan kosong adalah 10 titik/HK, untuk prestasi penulis yaitu 8
titik/HK. Tata letak aplikasi janjangan kosong di gawangan dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Aplikasi janjangan kosong di gawangan mati antara 4 tanaman
Pengendalian Gulma Semprot Kentosan (VOPS). Pengendalian gulma pada prinsipnya merupakan usaha untuk meningkatkan daya saing tanaman pokok dan melemahkan daya saing gulma. Secara fisik, gulma bersaing dengan tanaman budidaya dalam hal perolehan ruang, cahaya, air, nutrisi, gas penting, zat kimia yang diekskresikan. Pada kegiatan ini, penulis melakukan kegiatan penyemprotan gulma anak sawit (VOPS). Kentosan bisa terjadi karena brondolan tidak dikutip dengan bersih. Bahan yang digunakan adalah Gramoxone dengan bahan aktif herbisida ini adalah glifosat. Konsentrasi bahan yang digunakan adalah 20 % dengan dosis 0.8 liter/ha. Prestasi kerja yang digunakan untuk kegiatan ini adalah 2-3 ha/HK. Dongkel
anak
kayu.
Dongkel anak
kayu
merupakan kegiatan
pengendalian secara selektif gulma-gulma berkayu dengan cara mencabut gulma sampai ke akarnya dan dibuang ke gawangan mati dengan posisi akar menghadap ke atas sehingga akar tidak menyentuh tanah. Kegiatan dongkel anak kayu dengan menggunakan alat yang disebut cados (cangkul dodos). Jenis gulma berkayu yang dikendalikan adalah Clidemia hirta, kentosan (anak sawit), Melastoma malabatrichum dan Chromolaena odorata (putihan). Norma kerja kebun untuk kegiatan adalah 0.5 ha/HK, prestasi kerja penulis yaitu 0.5 ha/HK.
Berantas tanaman pengganggu (BTP). BTP/tebas adalah kegiatan pengendalian gulma dengan cara membabat gulma sampai kandas pada permukaan tanah. Peralatan yang digunakan dalam kegiatan ini adalah parang dan batu asah. Norma kerja untuk jenis pekerjaan sama dengan kegiatan dongkel anak kayu yaitu 0.5 ha/HK. Prestasi kerja penulis sama dengan karyawan yaitu 0.5 ha/HK.
Perawatan Jalan Keadaan jalan dan jembatan akan berpengaruh terhadap proses pengangkutan produksi dari lokasi kebun sampai ke pabrik. Jalan yang rusak dapat menghambat kelancaran pengiriman buah yang telah dipanen. Kondisi jalan dengan tidak adanya genangan air pada saat hujan sehingga air dapat mengalir dan mempelancar pengangkutan buah terutama ketika musim hujan. Ketika mengikuti kegiatan rawat jalan, penulis melakukan pembersihan parit-parit dari sampah dan pelepahan yang dapat menggangu aliran air serta membuat penahan pada rorak agar air dapat masuk, caranya dengan memasukkan tanah ke dalam karung dan menimbunnya di mulut rorak.
Penanaman Beneficial Plant. Tanaman berguna (beneficial plant) adalah tanaman yang mempunyai unsur perangsang alamiah untuk menarik populasi musuh-musuh alami dari hama Setothosea asigna (ulat api) dan Metisa plana (ulat kantong) pada tanaman kelapa sawit. Tanaman ini dapat menyediakan madu/makanan bagi beberapa parasitoid dan predator dari hama, yang merupakan makanan tambahan penting untuk bertahan hidup dan berkembang biak. Tanaman ini juga menyediakan tempat berteduh yang mampu meningkatkan masa hidup predator ini lebih lama selama kondisi lingkungan yang buruk dan memastikan keberadaannya sepanjang waktu pada areal tanaman kelapa sawit. Tanaman yang termasuk beneficial plant adalah Euphorbia heterophylla (kate mas), Cassia cobanensis, Antigonon leptopus (airmata pengantin) dan Turnera subulata (bunga pukul empat). Dari keempat spesies tanaman diatas, jenis E. heterophylla adalah yang paling efektif, namun tanaman tersebut sulit untuk dikembangbiakkan karena
keterbatasan untuk mendapatkan bibit. Secara alamiah masa hidupnya pendek dan peka terhadap tanah yang kurus hara dan pH tanah yang masam. Tanaman berguna (beneficial plant) yang dikembangbiakkan di kebun Sungai Pinang adalah C. cobanensis, A. leptopus dan T. subulata karena tidak banyak mempunyai kelemahan. Ketika menjadi karyawan, penulis mengikuti kegiatan penanaman beneficial
plant
yaitu
Turnera
subulata.
Turnera
subulata
mudah
dikembangbiakkan yaitu dengan cara distek. Pembibitan T. subulata dilakukan dengan menggunakan polibag kecil (baby bag). Untuk sumber bibit berasal dari tanaman yang sudah besar. Cara penanaman T. subulata yaitu pertama membuat petakan (bet) yang berukuran 1x4 m untuk jumlah tanaman yang ditanam 40/bet. Kemudian membuat lubang tanam dan menanam bunga yang sebelumnya telah di langsir di lahan. Untuk petakan berikutnya dibuat dengan jarak 50 m tetapi pada sisi jalan yang berhadapan sehingga jarak antar petakan yang satu dengan lainnya dalam sisi jalan yang sama berjarak 100 m sepanjang sisi jalan main road dan sebagian collection road. Bunga T. subulata ditanam di sisi jalan karena bunga tersebut membutuhkan cahaya matahari yang penuh untuk pertumbuhannya dan tidak boleh ternaungi. Setelah semua bunga ditanam lalu disiram dengan air. Bunga agar tumbuh dengan baik dipupuk organik yaitu janjangan kosong. Selanjutnya, petakan dibersihkan dari rumput dan gulma-gulma serta merapikan tumpukan janjangan kosong yang telah diaplikasikan. Petakan bunga T. subulata di pinggir lahan dan jenis bunga T. subulata yang berwarna kuning dapat dilihat pada Gambar 5.
(a)
(b)
Gambar 5. Petakan bunga T. subulata putih (a) dan bunga T. subulata kuning (b)
Tenaga kerja untuk penanaman T. subulata berjumlah dua orang wanita dengan norma kerja 5 bet/HK. Prestasi kerja penulis sama dengan karyawan yaitu 5 bet/HK. Penunasan (pruning) Untuk mendapatkan produksi maksimum, kelapa sawit membutuhkan jumlah pelepah yang optimum yaitu 48-56 pelepah (tanaman muda) dan 40-48 pelepah (tanamn tua). Penunasan adalah kegiatan yang bertujuan mempertahankan pelepah produktif yang optimum, mempermudah pekerjaan panen dan memperkecil kehilangan hasil karena berondolan tersangkut di ketiak pelepah. Untuk mencapai tujuan penunasan dan tetap mempertahankan produksi yang maksimum perlu dihindari terjadinya over prunning. Over prunning adalah terbuangnya sejumlah pelepah yang produktif secara berlebihan yang akan mengakibatkan penurunan produksi. Untuk menghindari terjadinya over prunning, perlu dilakukan pelatihan dan simulasi pekerjaan, pengawasan yang ketat dan penggunaan alat yang tepat. Sistem penunasan yang digunakan di Sungai Pinang Estate adalah sistem songgo dua, yaitu meninggalkan dua pelepah di bawah tandan terbawah. Penunasan dilakukan dengan menggunakan sistem progresif pruning. Sistem progresif pruning adalah penunasan yang dilakukan secara bertahap dan terusmenerus sepanjang tahun bersamaan dengan pelaksanaan kegiatan panen buah. Kelemahan sistem progresif pruning adalah adanya resiko penunasan yang terlalu berat. Ketika kegiatan penunasan, penulis tidak mengikuti progresif pruning tapi penunasan tanaman pendek (sisipan). Alat yang digunakan pada kegiatan tersebut adalah dodos dan parang. Selain tanaman ditunas juga membersihkan pakis-pakis dan gulma lain yang tumbuh pada batang kelapa sawit. Penunasan dilakukan dengan memotong pelepah membentuk tapak kuda secara melingkar. Norma kerja kebun pada kegiatan ini adalah 12 tanaman/HK, sedangkan prestasi penulis sama dengan karyawan yaitu 12 tanaman/HK.
Panen Pengelolaan panen akan menghasilkan produksi yang optimal. Cara panen yang tepat akan mempengaruhi kuantitas produksi (ekstraksi), sedangkan waktu panen yang tepat (rotasi dan transport) akan mempengaruhi kualitas produksi (asam lemak bebas/ FFA). Persiapan panen. Persiapan panen yang baik akan menjamin tercapainya target produksi dengan biaya yang rendah. Kegiatan persiapan panen meliputi persiapan kondisi areal, penyediaan tenaga panen, pembagian seksi panen dan penyediaan alat-alat panen. Beberapa hal yang perlu dilakukan dalam mempersiapkan areal yaitu memperbaiki jalan dan jembatan (MR dan CR), membersihkan piringan, membuat tempat pengumpulan hasil (TPH), memasang titi panen, membuat jalan pikul untuk areal yang berbukit. Rotasi panen. Rotasi panen adalah lamanya waktu yang diperlukan antara panen yang terakhir sampai panen berikutnya pada hanca yang sama. Rotasi atau pusingan potong buah mempengaruhi transportasi, pengolahan, biaya potong buah, persentase buah mentah, kesempurnaan pengutipan brondolan, jangka waktu pengutipan brondolan dan kadar FFA. Sistem rotasi panen yang berlaku di Kebun Sungai Pinang Estate adalah 6/7 yang artinya terdapat enam seksi panen dan dipanen setelah 7 hari untuk pusingan atau rotasi normalnya. Namun, ada beberapa blok yang rotasinya sampai > 9 hari. Rotasi yang lambat disebabkan oleh tidak selesainya hanca yang dipanen pada satu hari sehingga harus mengulang besoknya akibatnya dari hal tersebut adalah buah akan over ripe atau busuk, sedangkan rotasi yang terlalu cepat membuka peluang pemanenan buah yang mentah. Sistem hanca panen. Sistem hanca panen yang digunakan di Kebun Sungai Pinang khususnya divisi I adalah hanca giring tetap. Pada sistem hanca giring tetap, pemanen mendapatkan hanca yang tetap dimana jika hancanya dalam satu blok telah selesai pemanen pindah ke hanca berikutnya sesuai dengan nomor hanca yang telah ditentukan. Jika terjadi kekurangan tenaga kerja panen, maka pemanen yang lain dapat mengambil hancanya. Hal ini agar semua hanca dalam satu seksi dapat terpanen dan selesai dalam satu hari.
Kelebihan dari sistem hanca giring tetap adalah penggunaan waktu menjadi lebih efisien karena mandor tidak terlalu sibuk untuk membagi hanca dan pemanen tidak banyak pindah, buah lebih cepat terangkut, lebih mudah dalam mencatat hasil pekerjaan, dan lebih mudah mengevaluasi apabila pemanen melakukan kesalahan. Apabila ada buah masak yang tidak terpanen maka pemanen tersebut harus kembali untuk mengambilnya. Organisasi Panen. Pengorganisasian panen dilakukan dengan baik supaya kegiatan panen dapat berjalan dengan lancar dan dapat mencapai target produksi. Organisasi panen diarahkan untuk mendapatkan produksi yang tinggi dengan kadar asam lemak bebas yang rendah. Organisasi panen terdiri dari pemanen, mandor panen, kerani buah dan mandor I. Umumnya seorang mandor panen membawahi sekitar 15-20 tenaga pemanen dan bertugas menentukan dan mengontrol ancak setiap pemanen. Krani buah bertugas untuk mencatat jumlah tandan yang dihasilkan oleh setiap pemanen dalam buku penerimaan buah (BPB), mengontrol kualitas buah serta menghitung jumlah buah yang diangkut ke PKS. Setiap mandor panen bertanggungjawab kepada mandor 1 dan selanjutnya mandor 1 bertanggungjawab kepada asisten afdeling. Organisasi panen yang diterapkan di Kebun Sungai Pinang Estate adalah sistem Block Harvesting System by Division of Labour-2 (BHS by DOL-2). BHS by DOL-2 adalah sistem organisasi panen dimana kegiatan panennya setiap hari terkonsentrasi pada satu seksi panen tetap dan berdasarkan interval yang telah ditentukan. Sistem ini menjelaskan bahwa proses potong buah sepenuhnya dikerjakan oleh seorang pemanen (cutter) sedangkan proses pengutipan brondolan dikerjakan sepenuhnya oleh pengutip brondolan (picker). Setiap harinya, para pemanen diharuskan sudah berkumpul di check roll pada pukul 06.30 WIB, seluruh pemanen sudah lengkap dengan peralatan panen beserta dengan APD (Alat Pelindung Diri) yang berupa helm dan sepatu serta dipastikan semuanya dalam keadaan baik. Sebelum bekerja, seluruh pemanen diabsen kehadirannya oleh mandor panen dan
kemudian diberikan pengarahan mengenai sistem
pengancakan, peraturan panen, dan kesiapan peralatan untuk mencapai hasil/output yang maksimal.
Pengawasan dan Pemeriksaan Kualitas Panen. Pengawasan panen dilakukan setiap hari oleh mandor panen, sedangkan untuk pemeriksaan kualitas hasil panen dilakukan oleh manajer, asisten, mandor I dan mandor panen dan krani buah. Selain itu, terdapat pula pengawas dari luar kebun yang mengawasi mutu panen, mutu buah yang dikirim ke Pabrik Kelapa Sawit (PKS). Pemeriksaan kualitas hasil panen terdiri dari kualitas buah dan kualitas ancak panen. Pemeriksaan dilakukan pada beberapa ancak dan tempat pengumpulan hasil (TPH). Hasil pemeriksaan manajer, asisten, mandor I dan mandor panen untuk mengetahui kualitas panen di lapangan, dan hasil pemeriksaan tidak dilaporkan sebagai unit laporan kebun tetapi sebagai bahan evaluasi untuk setiap harinya demi peningkatan produksi. Hasil yang dilaporkan sebagai unit laporan kebun berasal dari data hasil pemeriksaan Departemen Jaminan Mutu Buah (TQEM) yang nantinya digunakan sebagai salah satu pedoman perbaikan kinerja kebun. Peralatan panen. Peralatan panen yang digunakan disesuaikan dengan tinggi tanaman, sehingga alat kerja
pemanenan disediakan
kebun. Apabila
pemanen mengambil alat dari kebun, mereka harus membayar/membeli dengan cara mencicil dari gaji bulanan mereka. Alat-alat yang digunakan dalam kegiatan pemanenan disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6. Alat Panen Kelapa Sawit dan Kegunaannya No 1
Nama Alat Dodos Kecil
2
Dodos besar
3
Pisau egrek
4
Pipa Egrek
5
Kapak
6
Batu asah
7
Karet
8
Tojok
9
Gancu
10
Karung
11
Angkong
Fungsi/kegunaan Alat yang memiliki mata dodos dengan lebar ± 8 cm digunakan untuk penunasan pada TBM Alat yang memiliki mata dodos dengan lebar ± 14 cm dengan diameter gagang 5 cm digunakan untuk pemanenan pada pohon yang tidak terlalu tinggi Alat untuk pemotongan pelepah dan pemotongan tangkai buah pada saat panen dan digunakan pada tanaman tinggi Gagang pisau egrek yang terbuat dari allumunium pole Alat pemotong tangkai tandan yang terlalu panjang Alat asah untuk mata dodos dan pisau egrek Pengikat pisau egrek atau dodos dengan gagang kayu atau pipa Alat untuk pengangkutan TBS ke dalam angkong atau untuk menaikkan TBS ke dump truk Alat untuk memuat dan membongkar TBS dari dump truk Tempat atau wadah brondolan diangkut ke TPH Alat pengangkutan TBS dan brondolan ke TPH
Sumber : Kantor Besar SPE
Kriteria panen dan Kualitas Buah. Derajat kematangan buah menjadi salah satu faktor yang paling menentukan dalam kegiatan potong buah. Metode yang dapat digunakan untuk menentukan derajat kematangan buah adalah jatuhnya brondolan di piringan sebelum tandan dipotong. Di Kebun Sungai Pinang Estate, ciri tandan yang sudah siap untuk dipanen ditandai dari jatuhnya brondolan minimal 5 buah di piringan. Kriteria matang buah di Kebun Sungai Pinang Estate dapat dilihat pada Tabel 7 dan Gambar 6.
Tabel 7. Kriteria Matang Buah Kebun Sungai Pinang Estate Jumlah brondolan per janjang
Keterangan
0-4
Mentah
5-9
Kurang matang
>10
Matang
Sumber: Vademikum Minamas – Sime Darby, Mei 2009
(a)
(b)
(c) Gambar 6. Kriteria Matang Buah : Buah mentah (a), buah kurang matang (b) dan buah matang (c) Tenaga Kerja Panen (TKP). Perencanaan dan pengorganisasian tenaga kerja panen merupakan aspek penting untuk menjamin tandan buah segar (TBS) yang dipanen pada hari yang direncanakan dapat terlaksana dengan baik. Pemanen di Kebun Sungai Pinang diberi hanca dengan luasan 3 ha/HK. Tenaga kerja panen di divisi I SPE terdiri dari tiga mandoran dimana tiap mandoran berjumlah 15-20 orang pemanen. Pelaksanaan Panen. Tugas pemanen adalah memotong semua tandan masak dan tidak boleh tinggal di tanaman maupun di piringan, memotong cabang dan pelepah tanpa sengkleh, menyusun pelepah di gawangan mati dengan rapi,
mengumpulkan brondolan dalam karung, dan mengumpulkan TBS dan brondolan ke TPH. Pemotongan buah masak dimulai dengan pemotongan pelepah dengan rapat terhadap pokok tanaman atau yang dikenal dengan tapal kuda. Pelepah yang telah dipotong dan disusun di gawangan mati membentuk huruf I dengan rapi. Setiap tandan dipotong dengan sempurna dan tidak ada bagian buah yang tertinggal di batang atau brondolan yang tertinggal di batang (gonjes) dan semua tangkai dipotong rapat ke arah dalam (≤ 5 cm). TBS yang telah dipotong dan brondolan lalu diangkut ke TPH dan disusun rapi. Buah yang telah disusun diberi nomor pemanen. Manfaat pemberian nomor pemanen untuk mempermudah krani buah dan mandor buah untuk mengetahui kondisi buah yang telah terangkut dan posisi buah yang belum terangkut. Karyawan panen tidak ikut mengutip berondolan karena ada karyawan khusus untuk mengutip berondolan. Untuk tenaga pengutipan berondolan terdiri dari 1 orang sebagai mandor dan 25-30 tenaga pengutip. Kegiatan pengutipan berondolan dapat berjalan bersamaan dengan kegiatan panen atau tidak sama. Pengangkutan dan evakuasi TBS. Saat panen dimulai, krani buah berangkat ke lahan bersama truk dan kenek (pemuat) untuk mengangkut buah. Krani mulai melakukan pengecekan terhadap jumlah janjang yang didapat berdasarkan nomor pemanen di TPH. Selain menghitung jumlah tandan, krani juga melakukan pengecekan pada mutu buah, jika terdapat buah yang mentah maka buah dipisahkan (sortir) dan diberikan tanda di gagang agar buah tidak ikut terangkut ke truk. Jika buah mentah tersebut ikut terangkut ke pabrik, dan akan menyebabkan pengurangan tonase buah yang telah ditimbang. Hal tersebut akan merugikan karyawan dan kebun khususnya. Selain menggunakan truk untuk mengangkut buah ke pabrik dapat juga menggunakan wheel tractor. Penggunaan whell tractor lebih banyak digunakan untuk pengangkutan TBS dari Collection Road dan jalan kontur yang tidak dapat dilalui oleh ”dump truck” karena lebih fleksibel dengan kondisi jalan. Setelah buah diangkut dengan wheel tractor kemudian buah simpan diujung CR untuk kemudian diangkut dengan menggunakan truk.
Krani akan mencatat buah mentah dan memberikan sanksi kepada pemanen sesuai dengan nomor pemanen yang tertera di gagang. Untuk administrasi, krani melaporkan jumlah janjang yang dipanen dan denda pada laporan potong buah (LPB) yang setiap pagi setelah roll akan dilaporkan kepada asisten dan mandor I untuk kemudian di evaluasi. Sedangkan untuk laporan grading buah, asisten akan mendapatkan dari pihak PKS. Untuk berondolan akan diperiksa oleh mandor berondolan dan diangkut ke pabrik dengan menggunakan mobil pick up (ranger). Basis dan Premi panen. Kegiatan panen di Afdeling I menerapkan sistem basis borong. Basis borong adalah basis borong panen tandan buah segar yang ditetapkan berdasarkan kemampuan karyawan rata-rata (tandan/HK) selama jam dinas (7 jam untuk hari biasa dan 5 jam untuk hari jumat), bobot janjang rata-rata, potensi tanaman, umur tanaman, kerapatan tanaman dan topografi. Penentuan basis panen berdasarkan jumlah tandan bukan berdasarkan berat atau tonase. Basis borong adalah jumlah tandan yang harus diselesaikan dalam satu hari kerja oleh setiap pemanen. Premi panen merupakan penghargaan yang diberikan kepada pemanen karena jumlah TBS yang diperoleh melebihi basis yang telah ditentukan dengan mutu buah yang sesuai dengan ketentuan panen. Manfaat pemberian premi adalah untuk merangsang pemanen menghasilkan TBS sebanyak mungkin, artinya semakin banyak TBS yang dipanen semakin banyak tambahan uang yang akan diterima. Sistem pembayaran premi dilakukan pada saat gajian, hal ini tentunya sangat efektif untuk tujuan premi. Ketentuan basis borong
dan premi panen
disajikan pada Tabel 8. Jika pemanen mendapatkan mendapatkan buah sebanyak 82 janjang maka akan mendapatkan upah sebesar Rp 10 000, apabila lebih dari 82 maka tiap janjang dikalikan dengan Rp 500. Basis 1.5x diperoleh jika pemanen mendapatkan buah sebanyak 123 (82 x 1.5) maka akan memperoleh upah sebesar Rp 17 500 dan untuk janjang lebih dari 123 akan dikalikan dengan Rp 550/janjang. Selain kepada tenaga potong buah, premi juga diberikan kepada mandor panen, krani buah dan mandor 1. Berikut ini disajikan cara perhitungan premi potong buah satu hari.
Tabel 8. Ketentuan Basis Borong dan Premi Lebih Borong Tahun 2009 Kebun Sungai Pinang Estate. Basis 1 x
Basis 1.5 x
Basis 2 x
Tahun Basis Siap Lebih Basis Siap Lebih Basis Siap Lebih Tanam Borong Borong Borong Borong Borong Borong Borong Borong Borong (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
1991
82
10 000
550
123
17 500
550
164
21 750
550
1992
85
10 000
500
128
17 500
500
170
21 750
500
1993
90
10 000
500
135
17 500
500
180
21 750
500
1994
95
10 000
450
143
17 500
450
190
21 750
450
1997
130
10 000
350
195
17 500
350
260
21 750
350
1998
135
10 000
350
203
17 500
350
270
21 750
350
Sumber: Kantor Divisi I Sungai Pinang Estate, 2009
Seorang pemanen Divisi II panen di Blok D1 dengan tahun tanam 1991 dan mendapat 100 TBS. Dalam perhitungan premi, pemanen tersebut telah memperoleh upah basis borong dan premi lebih borong untuk blok dengan tahun tanam 1991 adalah Rp 550/jjg. Maka perhitungan upah tenaga panen dapat dilihat dibawah ini:
Upah Tenaga Potong Buah yang diperoleh adalah: Jumlah TBS yang dipanen 100 buah Premi Basis Borong
= Rp 10 000
Premi Lebih Borong
= (Jumlah jjg yang dipanen - jjg basis borong) x Rp jjg lebih borong = (100 - 82) x Rp 550/jjg = Rp 9900,-
Total Upah yang didapatkan = Rp 10 000 + Rp 9900 = Rp 19 900
Premi mandor panen
: 150% x Total Premi Seluruh Tenaga Panen Jumlah Tenaga Panen Actual Per Mandoran
Premi mandor I
: 150% x Premi Mandor Panen Jumlah Kemandoran Divisi
Premi Krani Buah
: 100% x Total Premi Seluruh Tenaga Panen Jumlah Tenaga Panen Actual Per Mandoran
Sanksi Panen. Tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan standar akan dikenai sanksi. Tujuan penerapan sanksi untuk menghindari kesalahan pekerjaan yang dilakukan tenaga kerja pemanenan yang menyebabkan kerugian bagi perkebunan. Selain itu untuk memberikan efek jera agar kesalahan tersebut tidak terulang kembali. Pemberian sanksi atau denda di Kebun Sungai Pinang Estate diberikan kepada tenaga kerja pemanen yang didasarkan pada data pemeriksaan yang ada di Buku Penerimaan Buah (BPB) yang dicatat oleh krani buah yang diperiksa ulang oleh mandor panen, mandor I dan asisten, sedangkan sanksi yang diberikan kepada pengawas didasarkan pada data hasil grading PKS. Sanksi juga diberikan kepada supervisi dalam bentuk pengurangan premi pada hari itu juga kecuali untuk kesalahan pencatatan. Parameter pemberian denda disajikan dalam Tabel 9. Kesalahan yang paling umum ditemukan dan dilakukan dalam kegiatan pemanenan yaitu buah masak tidak terpanen, tangkai buah tidak dipotong rapat (long stalk). Pendapatan yang rata-rata diperoleh oleh pemanen yang melakukan kesalahan adalah Rp 25 000/HK setelah dikurangi dengan sanksi. Namun pemberian sanksi masih belum berjalan baik karena terkadang krani buah yang melakukan pengecekan buah setelah panen tidak dapat memperhatikan kesalahan yang dilakukan oleh semua pemanen.
Tabel 9. Parameter Penentuan Denda Pemanenan No
Jenis Kesalahan
Denda (Rp)
1
Potong buah mentah (A)
5000/janjang
2
Buah masak tidak dipanen atau tinggal di pokok
5000/janjang
3
Buah dipotong dan tidak diangkut ke TPH
5000/janjang
4
Buah tidak diantrikan di TPH yang telah ditentukan
1000/janjang
5
Buah peraman di TP diakui sebagai pendapatan
3000/janjang
6
Tangkai buah tidak dipotong rapat (long stalk)
500/janjang
7
Cabang tidak disusun di gawangan mati
2000/cabang
8
Pelepah atau cabang dibuang ke parit
2000/cabang
9
Brondolan di ketiak pelepah tidak dibersihkan
2000/cabang
10
Buah busuk eks restan diantrikan di TPH
3000/janjang
Sumber : Kantor Divisi I Sungai Pinang Estate, 2009
Grading dan Hitung Buah Manual Ketika menjadi pendamping mandor, selama beberapa hari penulis mengikuti kegiatan grading dan hitung buah manual di pabrik. Hal tersebut dikarenakan timbangan di PKS mengalami kerusakan sehingga buah yang diangkut ke pabrik tidak dapat ditimbang otomatis. Grading TBS merupakan kegiatan pemeriksaan mutu buah di pabrik kelapa sawit (PKS) dengan tujuan sebagai kontrol terhadap mutu panen TBS di kebun. Pemeriksaan mutu buah harus senantiasa dilakukan untuk meningkatkan kualitas minyak yang dihasilkan. Pemeriksaan TBS di PKS dilakukan dengan mengambil sampel 100 tandan secara acak mewakili seluruh tandan untuk setiap truck atau angkutan. Staff Quality Ansurance (QA) akan mencatat asal kebun, divisi, blok, tahun tanam, jumlah janjang, tanggal panen, pusingan, tanggal pemeriksaan, nomor pemeriksaan dan nomor kendaraan. Buah yang telah dipilih secara acak diletakkan di lantai loading ramp, kemudian dibuat dalam kelompok kecil. Dari setiap kelompok kecil dilakukan pemeriksaan mengenai jumlah brondolan yang terlepas per janjang. Hasil pemeriksaan grading dicatat dalam laporan pemeriksaan mutu TBS.
Untuk kegiatan penghitungan buah manual menggunakan alat bantu yang disebut counter atau teli. Penghitungan buah manual hanya dilakukan terhadap truk bak mati saja tidak dump truk. Untuk dump truk penghitungan bobot buah dilakukan berdasarkan taksiran (perkiraan) oleh pihak pabrik dan asisten kebun. Setelah buah dihitung kemudian akan dikalikan dengan bobot janjang rata-rata (BJR) berdasarkan tahun tanam dan blok dimana buah tersebut diangkut. Namun terdapat kendala pada kegiatan penghitungan buah manual yaitu kesalahan menghitung buah terutama ketika buah jatuh banyak secara bersamaan. Hal tersebut tersebut menjadi masalah karena banyak para sopir yang tidak dapat menerima hasil penghitungan. Kegiatan proses grading buah di pabrik kelapa sawit (PKS) dan alat untuk menghitung buah manual dapat dilihat pada Gambar 7.
(a)
(b)
Gambar 7. Proses grading di PKS dan alat hitung counter (teli)
Aspek Manajerial
Pendamping Mandor Mandor besar bertugas mengawasi pelaksanaan pekerjaan di divisi, mengontrol kualitas pekerjaan, mengontrol kuantitas dan kualitas panen, membantu asisten dalam menyusun rencana operasional dan membantu seluruh aktivitas afdeling. Kegiatan penulis sebagai pendamping mandor besar dilakukan selama dua hari yaitu mengikuti apel pagi serta mengatur dan mengontrol kegiatan di lapangan dan membuat laporan kerja harian mandor. Pengawasan
mandor besar terhadap pelaksanaan pekerjaan lebih banyak untuk mengawasi kegiatan produksi (panen buah) yaitu 70 %, sedangkan untuk kegiatan perawatan hanya 20%. Kontrol pada kegiatan panen dilakukan dengan cara memeriksa kualitas hanca panen, memeriksa kualitas berondolan di TPH (tempat pengumpulan hasil) serta mengatur unit yang akan dipakai untuk mengangkut buah ke pabrik. Mandor besar bertanggung jawab atas ketersediaan unit untuk mengantar karyawan ke lokasi kerja, pengangkutan panen dan pekerjaan-pekerjaan lain di kebun. Mandor besar juga bertanggung jawab untuk memastikan kelancaran kerja berkaitan dengan ketersediaan alat dan bahan sehingga pekerjaan dapat dilakukan sesuai target yang ingin dicapai. Mandor Panen. Tugas dan tanggung jawab mandor panen adalah mengikuti check roll pagi dengan asisten dan mandor I, melaksanakan check roll pagi bersama karyawan untuk membagi ancak sekaligus mengabsen, melakukan pengecekan mutu buah dan ancak, mengecek apakah setiap pemanen telah mendapatkan basis borong dan ancaknya telah selesai. Bila basis borong belum tercapai sedangkan waktu kerja masih ada, maka lokasi dipindahkan hancanya untuk memenuhi basis borong. Selain mengawasi di lapangan, kegiatan administratif panen dilakukan setiap hari. Data-data yang disajikan haruslah akurat sebagai bahan untuk evaluasi kerja panen, dan sebagai referensi atau bahan pertimbangan untuk membantu dalam proses pengambilan keputusan akan masalah-masalah yang terkait dengan masalah potong buah, alat bantu supervisi dan data pendukung dalam pembuatan daftar pembayaran upah karyawan panen. Kegiatan administratif yang dilakukan oleh mandor panen dalam harian, mingguan, dan bulanan meliputi: Buku Kegiatan Mandor (BKM), berisi daftar pemanen, jenis pekerjaan yang dilakukan, pemakaian HK, dan luas yang dipanen. Lembaran Rotasi Potong Buah yang senantiasa menjadi acuan mandor dalam memperhitungkan alokasi tenaga kerja Laporan Potong Buah SKU berisi pendapatan yang diperoleh untuk setiap tenaga potong buah per harinya
Surat Pengantar Buah berisi keterangan mengenai blok yang dipanen, luas, tahun tanam, jumlah janjang yang dipanen serta jenis angkutan yang dipakai. Surat Pengantar Buah berguna apabila memasuki stasiun penimbangan Laporan rekapitulasi harian dan bulanan. Mandor pupuk. Tugas dan tanggung jawab mandor panen adalah mengikuti check roll pagi dengan asisten dan mandor I, melaksanakan check roll pagi bersama karyawan untuk membagi ancak sekaligus mengabsen, melakukan pengecekan kualitas pemupukan, mengecek apakah setiap karyawan telah menyelesaikan hancanya. Kualitas pemupukan yang dicek oleh mandor yaitu apakah pupuk disebar secara merata atau tidak, tepat sasaran, dan lain-lain. Mandor pupuk juga perlu mengetahui luas blok, dosis dan jenis pupuk serta jumlah tenaga yang dibutuhkan. Mandor pupuk melakukan pengawasan ketika pupuk dilangsir ke lahan. Mandor memastikan bahwa pupuk yang dilangsir tepat pada tempatnya dan jangan sampai jatuh ke parit atau saluran drainase. Jika pupuk telah selesai dilangsir kemudian mandor melanjutkan pengawasan terhadap kegiatan pemupukan. Selama kegiatan pemupukan mandor berada di jalan kontrol untuk mengawasi dan mengarahkan karyawan. Mandor memastikan seluruh pokok telah dipupuk dengan benar. Setelah aplikasi pupuk selesai, maka mandor melakukan pengecekan terhadap blok yang telah diaplikasikan dan mengarahkan karyawan untuk mengumpulkan dan membawa kembali karung pupuk tesebut.
Pendamping Asisten Asisten adalah pegawai staf kebun yang memimpin dan bertanggung jawab atas segala kegiatan yang ada di divisinya. Tugas dan tanggung jawab asisten meliputi beberapa fungsi manajemen dalam mengelola kebun baik secara teknis maupun administrasi. Fungsi manajemen yang dilaksanakan oleh asisten antara
lain
perencanaan,
pengorganisasian,
pengarahan,
koordinasi
dan
pengendalian. Fungsi perencanaan dilakukan dengan membuat rencana seluruh kegiatan yang akan dilaksanakan di divisi dalam laporan Rencana Kerja dan Anggaran
Perusahaan (RKAP) dan Surat Permintaan Modal Kerja (SPMK) pada laporan Rencana Operasional (RO) dan Rencana Kerja Harian (RKH). Dari kegiatan tersebut dapat diketahui besarnya tenaga kerja, alat dan bahan serta biaya operasional yang dibutuhkan. Fungsi pengorganisasian dilakukan dengan memilih dan menentukan jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan sesuai prioritas dan volume pekerja pada pekerjaan yang ada. Fungsi pengarahan dilakukan oleh asisten dengan memberikan instruksi dan pengarahan kerja serta memberikan motivasi kepada mandor untuk meningkatkan prestasi kerja. Fungsi koordinasi dilakukan dengan melakukan koordinasi antara jajaran staf dan non staf mengenai pekerjaan di lapangan. Sedangkan fungsi pengendalian yaitu memeriksa secara rutin laporan kerja mandor dan absensi, mengontrol pekerjaan di lapangan, mengoreksi kesalahan kerja dan memberikan teguran kepada mandor dan karyawan serta monitoring pencapaian target kerja dan produksi. Evaluasi pembukuan dan rekapitulasi yang telah dibuat oleh krani divisi dilakukan oleh asisten sebelum dikirim ke kantor besar dalam bentuk laporan bulanan asisten. Selama menjadi pendamping asisten, penulis melakukan pengawasan terhadap seluruh pekerjaan yang ada di divisi baik terhadap karyawan maupun mandor. Penulis ikut mengontrol bersama asisten divisi ke setiap blok yang ada pekerjaannya. Dalam hal ini asisten mengamati kualitas pekerjaan tersebut agar sesuai dengan pedoman kerja dan target yang ingin dicapai.
HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi serangga penyerbuk Pada kegiatan magang ini, penulis mengamati keterkaitan agroekologi dengan produktivitas kelapa sawit dalam kaitannya dengan serangga penyerbuk. Serangga penyerbuk (pollinator) yang diamati adalah Elaeidobius kamerunicus yang banyak dijumpai di lokasi magang. Pengamatan dilakukan pada tanaman yang tidak terlalu tinggi yaitu tanaman tahun 2000 di divisi III Sungai Pinang Estate (SPE) dan divisi II Bukit Pinang Estate (BPE) yang memiliki perbedaan topografi. Jumlah sampel tanaman yang diamati adalah 50 tanaman di setiap lokasi. Bunga yang diamati adalah bunga jantan yang telah anthesis karena kumbang E. kamerunicus tidak ditemukan pada bunga jantan yang belum anthesis. Tinggi tanaman kelapa sawit dengan umur tanam tahun 2000 yaitu sekitar 2 m. Secara umum areal SPE memiliki topografi yang relatif datar sedangkan areal BPE sebagian besar adalah tanah miring sampai sangat miring dengan perincian sebagai berikut : datar 304 ha (7 %), agak miring 581 ha (18 %), tanah miring 1 486 ha (47 %), dan sangat miring 889 ha (28 %) dari luas Hak Usaha Guna (HGU) dengan total 3 354 ha. Karakteristik dari agroekologi (lingkungan tempat tumbuh) di lokasi Sungai Pinang Esatate (SPE) dan Bukit Pinang Estate (BPE) dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Karakter Agroekologi di Sungai Pinang Estate (SPE) dan Bukit Pinang Estate (BPE). Faktor Agroekologi Curah Hujan Tinggi Tempat Jenis Tanah pH Tanah Tekstur Tanah Toporafi
SPE
BPE
2675 mm/tahun 90 m dpl Podsolik Merah Kuning 4.5 – 6 Liat berpasir
2615.3 mm/tahun 90 m dpl Podsolik Merah Kuning 4.5 - 6 Liat berpasir Miring - sangat miring
Relatif datar
Sumber : Kantor Besar SPE dan BPE, 2009
Selain mengamati jumlah serangga yang datang ke tandan bunga jantan pada tanaman tahun 2000 di divisi III SPE juga diamati jumlah serangga yang datang ke bunga jantan pada tanaman tahun 2000 di divisi II BPE. Data mengenai jumlah serangga yang datang ke bunga jantan tanaman tahun tanam 2000 di divisi III SPE dan divisi II BPE dapat dilihat pada Tabel 11 dan grafik jumlah serangga di bunga jantan dapat dilihat pada Gambar 8. Tabel 11. Rata-rata Jumlah Serangga yang Datang ke Bunga Jantan di 2 Lokasi. Jam Penangkapan jam 08.00 jam 09.00 jam 10.00 jam 11.00 jam 12.00
Rata-rata Jumlah Serangga/jam Divisi III SPE Divisi II BPE 694.7 ± 13.81 692.8 ± 29.10 2183.8 ± 34.08 2182.8 ± 24.23 3772.1 ± 43.89 3771.9 ± 48.75 3158.3 ± 19.22 3157.8 ± 21.30 803.6 ± 26.01 802.5 ± 24.47
Sumber : Pengamatan Lapangan, 2009
4000
Jumlah Serangga Datang
3500 3000 2500 Divisi III SPE
2000
Divisi II BPE
1500 1000 500 0 1
2
3
4
5
Jam Penangkapan
Gambar 8. Grafik Jumlah Serangga Pada Bunga Jantan di 2 Lokasi.
Dari grafik diatas dapat diketahui jumlah serangga yang datang ke tandan bunga jantan di divisi III SPE tidak berbeda dengan jumlah serangga yang datang pada bunga jantan di divisi II BPE. Populasi E. kamerunicus paling banyak ditemukan di tandan bunga jantan pada jam 10.00-11.00 WIB. E. kamerunicus
akan ditemukan dalam jumlah yang sedikit pada hari pertama bunga anthesis, tetapi jumlahnya akan meningkat pada hari kedua dan akan mencapai maksimum pada hari ketiga bertepatan dengan waktu mekarnya semua bunga. Kemudian jumlah kumbang akan menurun dengan cepat pada hari keempat dan kelima. Pada hari keenam sudah sedikit kumbang ditemukan pada tandan bunga jantan. Kumbang E. kamerunicus memakan benang sari bunga jantan yang sudah mekar. Kumbang E. kamerunicus jantan dapat membawa polen (serbuk sari) lebih banyak dibandingkan dengan kumbang betina. Hal ini disebabkan ukuran tubuh kumbang jantan yang lebih besar dibandingkan kumbang betina serta banyaknya bulu pada sayap kumbang jantan. Serangga ini dapat memindahkan bunga tepung sari dengan kualitas yang sama baik pada tanaman muda maupun pada tanaman tinggi serta mencari dan mengenali bunga betina. E. kamerunicus dapat mengenali bunga jantan dan bunga betina dari bau yang disebabkan oleh senyawa volatil yang dikeluarkan bunga kelapa sawit yang sedang mekar. E. kamerunicus betina dan E. kamerunicus jantan serta koloni E. kamerunicus di bunga jantan dapat dilihat pada Gambar 9.
(a)
(b)
(c) Gambar 9. E. kamerunicus betina (a), E. kamerunicus jantan (b) dan Koloni E. kamerunicus di bunga jantan.
Selain melakukan pengamatan terhadap jumlah serangga yang datang ke bunga jantan tanaman tahun 2000 di divisi III SPE dan divisi II BPE, penulis juga melakukan penghitungan pada bobot biji di setiap lokasi. Metode penghitungan bobot biji yaitu dengan menghitung bobot per 100 biji untuk tiap ulangan. Sampel yang digunakan sebanyak 5 tanaman dengan ulangan sebanyak 3 kali. Data bobot biji buah tandan tanaman tahun tanam 2000 di divisi III SPE dan divisi II BPE dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Data Bobot Biji Buah Tandan Tanaman Tahun Tanam 2000 di Divisi III SPE dan Divisi II BPE. Bobot biji (gram) Blok
Divisi III SPE
Rata-rata
Divisi II BPE
Rata-rata
I
II
III
13.422
13.385
12.786
12.117
13.268
13.064
13.219
12.864
12.548
13.187
12.962
13.265
12.647
13.128
13.386
12.918
13.121
13.010
11.675
11.327
11.184
11.843
11.448
11.338
12.096
11.215
11.739
11.122
10.845
11.280
10.983
11.566
11.882
11.544
11.280
11.485
Sumber : Pengamatan Langsung, 2009
Dari hasil penghitungan bobot biji diketahui bahwa bobot biji untuk tanaman tahun tanam 2000 di divisi III SPE lebih besar dibandingkan dengan bobot biji di divisi II BPE. Hal ini juga dapat dilihat dari data berat janjang ratarata (BJR) menunjukkan berat tandan buah di divisi III SPE lebih besar
dibandingkan berat tandan di divisi II BPE. Pemupukan yang kurang optimal dapat menyebabkan pembentukan buah oleh tanaman tidak dapat berlangsung dengan baik. Seperti telah disebutkan di atas, areal Bukit Pinang Esatate (BPE) yang sebagian besar memiliki topografi miring sangat menyulitkan karyawan untuk melakukan kegiatan pemupukan dengan maksimal. Unsur hara yang dibutuhkan tanaman menjadi sedikit sehingga buah yang dihasilkan tidak optimal. Tanaman kelapa sawit yang ditanam di divisi III SPE umumnya memiliki tahun tanam yang sama dengan tanaman yang ditanam di divisi II BPE. Produksi kelapa sawit divisi III SPE lebih besar dibandingkan dengan produksi divisi II BPE. Data mengenai produksi dan produktivitas kelapa sawit di divisi III SPE dan divisi II BPE dapat dilihat di Tabel 13 dan Tabel 14.
Tabel 13. Data produksi kelapa sawit di divisi III Sungai Pinang Estate (SPE). Blok
Tahun Tanam
Produksi (ton)
Luas (Ha) 2004/2005
Divisi III Total
2005/2006 2006/2007 2007/2008
1991
529
12362.76
12909.37
10138.19
13207.32
1993
77
1245.48
1329.83
1466.66
1432.03
1998
283
3704.85
3810.64
3626.22
4148.39
2000
8
77.08
70.47
73.54
95.82
897
17390.17
18120.31
15304.61
18883.56
19.39
20.20
17.06
21.05
Produksi/HA Sumber : Kantor Besar SPE, 2009
Tabel 14.Data produksi kelapa sawit di divisi II Bukit Pinang Estate (BPE). Tahun Tanam
Blok
Produksi (ton)
Luas (Ha)
2004/2005 2005/2006 2006/2007
Divisi II
2007/2008
1992
180
3650
3939
3167
4216
1993
601
11990
12279
10645
12815
1998
196
2467
2478
2256
2681
2000
109
962
1248
1199
1278
1086
19069
19944
17267
20990
17.56
18.36
15.90
19.33
Total Produksi/HA
Sumber : Kantor Besar BPE, 2009
Data mengenai rekapitulasi produksi bulanan divisi III SPE dan riwayat berat janjang rata-rata (BJR) divisi II BPE tahun 2008/2009 dapat dilihat pada Tabel 15 dan Tabel 16. Tabel 15. Data Rekapitulasi Produksi Bulanan Divisi III Sungai Pinang Estate (SPE). Tahun Tanam
Luas (Ha)
Tan. Produktif
1991 1993 1998 2000 Total Divisi III
529 77 283 8 897
68 852 9 838 35 800 1 062 115 552
Blok
Divisi III SPE
JJG Panen 362 306 51 863 244 755 8 289 667 213
Juli 2008 s/d April 2009 JJG Kg PKS BJR HK Kirim 362 306 8 152 320 22.50 5 409 51 863 97 124 18.73 628 244 755 3 318 910 13.56 2 194 8 289 98 92 11.93 60 667 213 12 541 390 18.80 8 291
Sumber : Sungai Pinang Factory (SPF), 2009 Ket : JJG : janjangan, PKS : Pabrik Kelapa Sawit, BJR : bobot janjang rata-rata
Kg/Ha 15 411 12 614 11 728 12 365 13 981
Tabel 16. Data Riwayat Berat Janjang Rata-rata (BJR) divisi II Bukit Pinang Estate (BPE) tahun 2008/2009.
Blok
Thn Tanam
Jul
Divisi II BPE
Actual Semester II 2009
Actual Semester I 2008
Luas (Ha)
Ags
Sep
Okt
Nop Des
Jan
Feb
Mar
s/d April
Apr
1992
180
18.7 19.4 19.2 19.1 18.1 19.0 19.5 19.5 19.4 18.8
19.0
1993
601
18.4 18.2 17.6 18.0 17.5 17.1 16.7 19.1 18.5 18.3
17.9
1998
196
9.1
8.8
8.9
8.6
8.5
8.8
8.9
9.5
9.1
8.9
8.9
2000
109
7.7
7.9
7.6
8.8
8.2
8.0
7.7
8.7
8.8
8.3
8.2
Sumber : Sungai Pinang Factory (SPF), 2009
Berdasarkan data produksi di atas, divisi III SPE memiliki produktivitas yang lebih besar dibandingkan dengan divisi II BPE. Hal ini dapat disebabkan karena beberapa faktor diantaranya areal BPE yang sebagian besar memiliki topografi miring sehingga agak menyulitkan ketika karyawan melakukan pemupukan. Oleh karena itu dosis pupuk yang diterima oleh tanaman tidak optimal dan berpengaruh terhadap produktivitas kelapa sawit. Tanaman pada areal yang relatif datar akan menerima pupuk lebih banyak dibandingkan tanaman pada areal yang miring. Karyawan memilih menjatuhkan pupuk dari atas daripada harus turun atau naik untuk memupuk seluruh tanaman. Selain itu, hal yang menyebabkan produktivitas di divisi II BPE lebih rendah yaitu ketika dilakukan kegiatan pemanenan. Karena arealnya yang miring, pemanen tidak optimal dalam memanen buah yang telah masak. Jika mereka memanen buah pada areal yang miring, dikhawatirkan tidak akan mendapatkan basis atau hanca panen. Dari hasil pengamatan dapat disimpulkan keadaan topografi tidak berpengaruh terhadap efektivitas serangga penyerbuk, tetapi hal tersebut mempengaruhi terhadap produktivitas kelapa sawit. Tingkat keberhasilan proses penyerbukan yang dibantu oleh serangga E. kamerunicus dipengaruhi juga oleh faktor lain yaitu pemupukan. Pemupukan yang optimal dan sesuai dengan rekomendasi dan keberhasilan penyerbukan oleh serangga E. kamerunicus yang tinggi maka buah yang dihasilkan akan lebih besar dan padat sehingga meningkatkan produksi kelapa sawit.
Kegiatan Panen Kegiatan panen merupakan salah satu pekerjaan yang penting dalam perkebunan kelapa sawit khususnya di Kebun Sungai Pinang Estate. Kendala utama dalam pengelolaan kegiatan panen di kebun Sungai Pinang adalah kurangnya tenaga kerja, lemahnya pengawasan oleh supervisor dan kurang tepatnya penetapan premi. Data produksi bulanan di Sungai Pinang Estate dari bulan Januari sampai bulan Mei 2009 dapat dilihat pada Tabel 17.
Tabel 17. Data Produksi Bulanan di Sungai Pinang Estate pada Periode JanuariMei 2009. Bulan
Taksasi
Realisasi (kg)
Persentase selisih (%)
Januari
2 405 457
1 660 590
-30.9
Februari
1 978 385
1 685 900
-14.7
Maret
1 625 183
1 078 780
-33.6
April
1 805 247
1 389 890
-23
Mei
1775 237
1 767 060
-46
Sumber : Kantor Besar Sungai Pinang Estate (Mei, 2009)
Sistem panen yang berlaku di divisi II Sungai Pinang Estate adalah sistem Block Harvesting System by Division of Labour-2 (BHS by DOL-2). BHS By DOL-2 adalah sistem organisasi panen dimana kegiatan panennya setiap hari kerja terkonsentrasi pada satu seksi panen tetap dan berdasarkan interval yang telah ditentukan. Sistem ini menjelaskan bahwa proses potong buah sepenuhnya dikerjakan oleh seorang pemanen (cutter) sedangkan proses pengutipan brondolan dikerjakan sepenuhnya oleh pengutip brondolan (picker). Sedangkan sistem organisasi panen yang berlaku adalah sistem panen ancak giring tetap. Selama penulis mengikuti kegiatan magang dan khususnya melakukan pengamatan pemanenan, terjadi pergantian organisasi panen. Sistem pengancakan panen yang sebelumnya dilakukan dengan cara tiga kemandoran masuk ancak bersama-sama dan pindah blok secara bersama-sama. Namun, terjadi pembaharuan oleh asisten
yang merubah sistem bagi ancak per mandoran, dimana untuk setiap hari pane yang sama, masing-masing kemandoran mendapat ancak 1 blok penuh dan masing-masing kemandoran mendapat tugas mengerjakan 2 blok/harinya. Keefektifan dalam pengawasan panen sangat berkaitan dengan penentuan premi pengawasan panen. Ketetapan premi dalam pengawasan panen dihitung dari total premi seluruh tenaga kerja panen yang hadir setiap harinya setelah dikurangi denda dari kesalahan yang dilakukan oleh tenaga kerja panen. Pada dasarnya penentuan denda dan pemberlakuan denda dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi dan meminimalisasikan jumlah buah mentah yang terpanen. Namun dengan adanya denda justru mengakibatkan pendapatan atau premi yang didapatkan pengawas akan ikut berkurang. Kondisi ini mengakibatkan pengawas sulit untuk menjatuhkan denda kepada tenaga kerja panen yang melakukan kesalahan. Selain itu banyak terjadi kecurangan-kecurangan lain yang terjadi di tingkat supervisi/mandor. Kondisi ini akan berakibat pada ketidakefektifan pengawasan sehingga tenaga kerja panen tidak mengikuti ketentuan yang diberlakukan kebun. Dampak dari kondisi ini adalah rendahnya kualitas buah yang dihasilkan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Pelaksanaan magang di Kebun Sungai Pinang Estate memberikan banyak manfaat kepada penulis. Manfaat yang secara langsung yang diperoleh penulis adalah bertambahnya pengetahuan serta ketrampilan baik dari aspek teknis maupun manajemen dalam bidang perkebunan. Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa jumlah serangga yang datang ke tandan bunga jantan di divisi III SPE tidak berbeda dengan jumlah serangga yang datang pada bunga jantan di divisi II BPE. Populasi E. kamerunicus paling banyak ditemukan di tandan bunga jantan pada jam 10.00-11.00 WIB. Berdasarkan data produksi divisi III SPE yang sebagian besar topografinya datar memiliki produktivitas yang lebih besar dibandingkan dengan divisi II BPE. Hal ini dapat disebabkan karena beberapa faktor diantaranya areal BPE yang sebagian besar memiliki topografi miring sehingga mempengaruhi kinerja karyawan saat melakukan pemupukan. Dalam kegiatan pemanenan juga tidak dapat berjalan dengan maksimal karena karyawan lebih memilih meninggalkan buah yang seharusnya dipanen. Saran Pentingnya peranan kumbang E. kamerunicus dalam proses penyerbukan kelapa sawit terutama dalam menjaga fruit set tetap tinggi mengharuskan para pelaku perkebunan untuk selalu menjaga kelestarian dan keseimbangannya di lapangan. Perlu ada kajian peranan serangga dan efektivitasnya pada kebun dengan genotipe kelapa sawit berbeda. Hal lain adalah dinamika serangga kaitannya dengan aplikasi bahan kimia terutama pestisida. Faktor-faktor di lapangan menunjukkan bahwa penyemprotan dengan bahan kimia dapat membunuh kumbang yang hidup di bunga jantan.
DAFTAR PUSTAKA Ditjetbun. 2009. Pendataan Kelapa Sawit. http://www.ditjetbun.deptan.go.id. [ 2 Agustus 2009]. Hutauruk, C. H, Sipayung, A dan Soedharto, Ps. 1982. Elaeidobius kamerunicus F. Hasil uji kekhususan inang dan peranannya sebagai penyerbuk kelapa sawit. Bull PPM. 3 (2): 7-21. Lubis, A. U. dan Hutauruk, C. H. 1982. Serangga penyerbuk kelapa sawit, Elaeidobius kamerunicus Fst di Semenanjung Malaysia dan Sabah (Laporan Kunjungan). Pusat Penelitian Marihat, Marihat Ulu-Pematang Siantar : 1-27. Lubis, A. U. 1992. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Indonesia. Pusat Penelitian Perkebunan Marihat, Pematang Siantar : 204-208. Mangoensoekarjo, S. dan Semangun, H. 2003. Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit. Kanisius. Yogyakarta. 186 hal. Pahan, I. 2007. Panduan Lengkap Kelapa Sawit: Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta. 412 hal. Risza, S. 2006. Upaya Peningkatan Produktivitas Kelapa Sawit. Kanisius. Yogyakarta. 186 hal. Setyamidjaja, D. 2006. Kelapa Sawit : Teknik Budidaya, Panen dan Pengolahan. Kanisius. Yogyakarta. 127 hal. Sipayung, A dan Soedharto Ps. 1982. Penelitian Laboratorium Serangga Penyerbuk Kelapa Sawit Elaeidobius kamerunicus Fst di Pusat Penelitian Marihat, Marihat Ulu-Pematang Siantar. Siregar, A. Z. 2006. Kelapa Sawit : Minyak Nabati Berprospek Tinggi. Universitas Sumatera Utara, Medan. Susanto, S, Rolettha Y. P dan Agus E. P. 2007. Elaeidobius kamerunicus : Serangga Penyerbuk Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. 52 hal. Syed, R. A. 1981. Pollinating Thrips of Oil in Weat Malaysia. Planter. 52 : 62-81.
LAMPIRAN
Tabel Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian di PT. Bina Sains Cemerlang, Musi Rawas, Sumatera Selatan Prestasi kerja Tanggal Uraian Kegiatan Penulis Buruh Standar Lokasi Keterangan ……………..(satuan/HK)……………. 12 Februari 2009 Pemupukan 450 kg 500 kg 500 kg D18, D19 pupuk Urea 13 Februari 2009 Pemupukan 450 kg 500 kg 500 kg D19, D20 pupuk Urea 14 Februari 2009 Pemupukan 450 kg 500 kg 500 kg D20, D21 pupuk Urea 15 Februari 2009 Libur Minggu 16 Februari 2009 Penguntilan 25 sak 30 sak 40 sak Gudang pupuk Urea 17 Februari 2009 Penguntilan 25 sak 30 sak 40 sak Gudang pupuk Urea 18 Februari 2009 Penguntilan 25 sak 30 sak 40 sak Gudang pupuk Urea 19 Februari 2009 Langsir pupuk E19, E20 pupuk Urea 20 Februari 2009 Penyemprotan 0,6 ha 0,6 ha 0,6 ha 107 D kentosan (VOVS) 21 Februari 2009 Penyemprotan 0,6 ha 0,6 ha 0,6 ha 70 P kentosan (VOVS) 22 Februari 2009 Libur Minggu 23 Februari 2009 Penanaman beneficial plant 5 bet 5 bet 5 bet 82 B bet = petakan, T. subulata 24 Februari 2009 Penanaman beneficial plant 5 bet 5 bet 5 bet 107 D Turnera subulata 25 Februari 2009 DAK (dongkel anak kayu) 0,5 ha o,5 ha 0,5 ha C15 gulma-gulma berkayu 26 Februari 2009 DAK (dongkel anak kayu) 0,5 ha o,5 ha 0,5 ha C15 gulma-gulma berkayu 27 Februari 2009 DAK (dongkel anak kayu) 0,5 ha o,5 ha 0,5 ha C15 gulma-gulma berkayu 28 Februari 2009 Pruning (tunas pokok) 12 pokok 12 pokok 12 pokok C16 tanaman kecil (sisipan) 1 Maret 2009 Libur Minggu 2 Maret 2009 Tunas pokok 12 pokok 12 pokok 12 pokok C16 tanaman kecil 3 Maret 2009 Tunas pokok 12 pokok 12 pokok 12 pokok C16 tanaman kecil 4 Maret 2009 Tunas pokok 12 pokok 12 pokok 12 pokok C16 tanaman kecil 5 Maret 2009 Tunas pokok 12 pokok 12 pokok 12 pokok C16 tanaman kecil 6 Maret 2009 Tunas pokok 12 pokok 12 pokok 12 pokok F23 tanaman kecil 7 Maret 2009 Tunas pokok 12 pokok 12 pokok 12 pokok F21 tanaman kecil 8 Maret 2009 Libur Minggu 9 Maret 2009 Libur Maulid Muhammad SAW 10 Maret 2009 Rawat jalan CR16, 17 membersihkan parit
Tabel Lampiran 1 (lanjutan) Tanggal 11 Maret 2009 12 Maret 2009 13 Maret 2009 14 Maret 2009 15 Maret 2009 16 Maret 2009 17 Maret 2009 18 Maret 2009 19 Maret 2009 20 Maret 2009 21 Maret 2009 22 Maret 2009 23 Maret 2009 24 Maret 2009 25 Maret 2009 26 Maret 2009 27 Maret 2009 28 Maret 2009 29 Maret 2009 30 Maret 2009 31 Maret 2009 1-Apr-09 2-Apr-09 3-Apr-09 4-Apr-09 5-Apr-09 6-Apr-09
Uraian Kegiatan Rawat jalan Rawat jalan Rawat jalan Rawat jalan Libur Benificial plant Janjangan kosong Janjangan kosong BTP BTP BTP Libur BTP LSU (leaf sampling unit) LSU (leaf sampling unit) LSU (leaf sampling unit) LSU (leaf sampling unit) LSU (leaf sampling unit) Libur LSU (leaf sampling unit) LSU (leaf sampling unit) LSU (leaf sampling unit) LSU (leaf sampling unit) Pemanenan Pemanenan Libur Pemanenan
Prestasi kerja Penulis Buruh Standar ……………..(satuan/HK)……………. 5 bet 5 bet 5bet 8 titik 8 titik 8 titik 8 titik 8 titik 8 titik 0,5 ha 0,5 ha 0,5 ha 0,5 ha 0,5 ha 0,5 ha 0,5 ha 0,5 ha 0,5 ha 0,5 ha 0,5 ha 0,5 ha 3 ha 3-4 ha 3 ha 3-4 ha 3 ha 3-4 ha
Lokasi
Keterangan
CR16, 17 MR V CR20, 21 MR IV C23 E21 E21 C23 C23 C23 C23 F19 F22 F25 E15 E20 D16 D17, C17 D19, C19 D21 E26-E21 E20-E15 F22-F19
membersihkan parit memasang rambu jembatan memasang rambu jembatan memasang rambu jembatan Minggu Turnera subulata
Minggu
Minggu
Mengangkat angkong Mengangkat angkong Minggu Mengangkat angkong
Tabel Lampiran 1 (lanjutan) Tanggal 7-Apr-09 8-Apr-09 9-Apr-09 10-Apr-09 11-Apr-09 12-Apr-09
Uraian Kegiatan Pemanenan Pemanenan Libur Libur Evakuasi TBS Libur
Prestasi kerja Penulis Buruh Standar ……………..(satuan/HK)……………. 3 ha 3-4 ha 3 ha 3-4 ha -
Lokasi
Keterangan
C23-C19 D18-D15 E20-E15 -
Mengangkat angkong Mengangkat angkong Pemilu Wafat Yesus Kristus Minggu
Tabel Lampiran 2. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Mandor di PT. Bina Sains Cemerlang, Musi Rawas, Sumatera Selatan Prestasi Kerja Tanggal 13-Apr-09 14-Apr-09 15-Apr-09 16-Apr-09 17-Apr-09 18-Apr-09 19-Apr-09 20-Apr-09 21-Apr-09 22-Apr-09 23-Apr-09 24-Apr-09 25-Apr-09 26-Apr-09 27-Apr-09 28-Apr-09 29-Apr-09 30-Apr-09 1-May-09 2-May-09 3-May-09 4-May-09 5-May-09 6-May-09 7-May-09
Uraian Kegiatan Pendamping mandor I Pendamping mandor I Pendamping mandor panen Pendamping mandor panen Pendamping mandor panen Pendamping mandor panen Libur Mandor panen Pendamping mandor panen Pendamping mandor panen Pendamping mandor panen Pendamping mandor panen Pendamping mandor panen Libur Mandor untilan Mandor untilan Kunjungan ke PKS Kunjungan ke PKS Kunjungan ke PKS Bertemu dosen Libur Pendamping mandor pupuk Pendamping mandor pupuk Kantor divisi Kantor divisi
Jumlah KH yang Diawasi (org)
Luas Areal yang Diawasi (ha) -
14 18 18 15 12 16 15 15 16 18 3 4 6 7 -
59 43 57 -
-
Lama Kegiatan (jam) 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 4 4 5 5 5 5
Lokasi
Keterangan
E26-E21
E20-E15 E20-E15
Minggu
E21-E22 D18-D15 C23-C19 Gudang Gudang PKS PKS PKS Mess C16-C17 C21-C22 Kantor Kantor
Minggu
Supervisi Minggu Pupuk Urea Pupuk Urea Administrasi Administrasi
Tabel lampiran 2 (lanjutan)
Tanggal 8-May-09 9-May-09 10-May-09 11-May-09
Uraian Kegiatan Pendamping mandor panen Libur Libur Pendamping mandor panen
Jumlah KH yang Diawasi (org) 15
Prestasi Kerja Luas Areal yang Diawasi (ha) 63 57
Lama Kegiatan (jam) 7 7
Lokasi F22-F19 D18-D15
Keterangan Waisak Minggu
Tabel Lampiran 3. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Asisten di PT. Bina Sains Cemerlang, Musi Rawas, Sumatera Selatan Prestasi Kerja Penulis Tanggal Uraian Kerja Lokasi Jumlah Mandor yang Luasan Areal yang Lama Kegiatan (jam) diawasi diawasi Keterangan 12-May-09 Sakit 13-May-09 Sakit 14-May-09 Grading/hitung manual 9 PKS Timbangan rusak 15-May-09 Grading/hitung manual 9 PKS Timbangan rusak 16-May-09 Grading/hitung manual 9 PKS Timbangan rusak 17-May-09 Libur Minggu 18-May-09 Grading/hitung manual 9 PKS Timbangan rusak 19-May-09 Grading/hitung manual 9 PKS Timbangan rusak 20-May-09 Alat berat 7 MR V Membersihkan rorak 21-May-09 Libur Kenaikan Yesus Kristus 22-May-09 Pengamatan 5 Divisi III 23-May-09 Pengamatan 5 Divisi III 24-May-09 Libur Minggu 25-May-09 Pengamatan 5 Divisi III 26-May-09 Pendamping asisten 7 27-May-09 Pendamping asisten 7 28-May-09 Probase 9 B3, 4 Divisi III 29-May-09 Probase 9 B3, 4 Divisi III 30-May-09 Pemupukan 7 E21 Tanaman kuning 31-May-09 Libur Minggu 1-Jun-09 Pengamatan 5 Divisi III 2-Jun-09 Pengamatan 5 Divisi III 3-Jun-09 Pengamatan 5 Divisi III 4-Jun-09 Pengamatan 5 Divisi III
Tabel Lampiran 3 (lanjutan) Tanggal 5-Jun-09 6-Jun-09 7-Jun-09 8-Jun-09 9-Jun-09 10-Jun-09 11-Jun-09 12-Jun-09
Uraian Kerja Pendamping asisten Pendamping asisten Libur Pengamatan Pengamatan Pengamatan Pengamatan Pendamping asisten
Prestasi Kerja Penulis Jumlah Mandor Luasan Areal Lama Kegiatan yang diawasi yang diawasi (jam) 7 7 5 5 5 5 7
Lokasi Keterangan
Divisi III Divisi III Divisi III Divisi III F17
Minggu
Membuat jalan bantu
Gambar Lampiran 1. Peta Lokasi Kebun Sungai Pinang Estate
Tabel lampiran 4. Data Curah Hujan dan Hari Hujan Tahun 2004-2008 2004 Bulan CH Januari 76 Februari 361 Maret 275 April 179 Mei 111 Juni 59 Juli 46 Agustus 11 September 123 Oktober 134 November 190 Desember 411 Jumlah 2276 BB 9 BL 0 BK 3 Sumber : Kantor Besar SPE, 2009
2005 HH 18 20 14 14 10 3 9 9 13 11 13 24 158
CH 242 130 373 153 135 56 150 177 119 344 237 172 2288
HH 13 7 17 9 7 6 9 10 8 12 11 9 118 11 0 1
Keterangan : BB = Bulan Basah ( >100 mm) BL = Bulan Lembab (60-100 mm ) BK = Bulan Kering (< 60 mm)
Tahun 2006 CH 335 195 256 83 93 73 50 30 74 0 105 191 1485 5 4 3
2007 HH 13 13 13 9 8 7 2 2 2 0 14 5 88
CH 297 226 251 223 168 113 135 109 150 260 140 343 2415
2008 HH 18 14 11 14 9 5 4 4 3 11 7 15 115
12 0 0
CH 297 189 202 185 113 213 132 113 75 152 290 391 2352
HH 14 9 11 13 7 7 7 6 3 12 13 15 117 11 1 0
Rata-rata CH HH 249,4 15,2 220,2 12,6 271,4 13,2 164,6 11,8 124 8,2 102,8 5,6 102,6 6,2 88 6,2 108,2 5,8 178 9,2 192,4 11,6 301,6 13,6 21 119,2 9,6 1 1,4
Q = Rata – rata BK x 100 % Rata – rata BB = 1.4/ 9.6 x 100 % = 14.58 % Jadi Menurut Scmidht dan Ferguson, tipe iklim untuk SPE adalah A
Gambar Lampiran 3. Peta Lokasi Kebun di Sumatera Selatan