MANAJEMEN PANEN DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) MUSTIKA ESTATE, PT. SAJANG HEULANG, MINAMAS, KALIMANTAN SELATAN.
Oleh SARIMANAH A34104035
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
MANAJEMEN PANEN DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) MUSTIKA ESTATE, PT. SAJANG HEULANG, MINAMAS, KALIMANTAN SELATAN.
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh SARIMANAH A34104035
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
LEMBAR PENGESAHAN
Judul
: MANAJEMEN PANEN DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) MUSTIKA ESTATE, PT. SAJANG HEULANG, MINAMAS, KALIMANTAN SELATAN
Nama Mahasiswa
: Sarimanah
NRP
: A 34104035
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Sudirman Yahya, MSc NIP : 130 516 293
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr. NIP : 131 124 019
Tanggal Disetujui
:
Tanggal Lulus
:
RINGKASAN
SARIMANAH. Manajemen Panen di Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Mustika Estate, PT. Sajang Heulang, Minamas, Kalimantan Selatan. (Di Bawah Bimbingan SUDIRMAN YAHYA). Kegiatan magang dilaksanakan pada tanggal 11 Februari 2008 hingga 11 Juni 2008 di perkebunan kelapa sawit Mustika Estate, PT. Sajang Heulang, Minamas, Kalimantan Selatan. Kegiatan magang secara umum bertujuan meningkatkan
kemampuan
dalam
memahami
dunia
kerja
profesional,
meningkatkan kemampuan teknis di lapangan serta meningkatkan kemampuan manajerial dan analisis kegiatan lapangan. Penulis melaksanakan berbagai macam kegiatan yang meliputi kegiatan teknis di pembibitan, persiapan tanam, penanaman, pemupukan, pengendalian gulma, perawatan jalan, melakukan analisis pemanenan serta mempelajari aspek manajerial kebun. Kegiatan tersebut terbagi menjadi tiga level pekerjaan yaitu karyawan harian lepas (KHL), pendamping mandor, serta pendamping asisten. Organisasi panen dan sistem panen telah terintegrasi namun belum seluruhnya dilaksanakan secara efektif. Kurangnya tenaga kerja panen dan ketidaktepatan dalam penghitungan premi pengawas panen mengakibatkan kurang efektifnya pengawasan sehingga kualitas buah dan kualitas hanca belum sesuai dengan standar yang ditetapkan. Oleh sebab itu diperlukan penambahan tenaga kerja panen yang sesuai dengan kebutuhan dan kapasitasnya, serta diperlukan perubahan ketetapan penghitungan premi pengawas panen sehingga kegiatan panen dan pengawasan dapat berjalan secara efektif.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandung Jawa Barat pada tanggal 30 November 1985. Penulis merupakan anak keempat dari empat bersaudara dari Bapak Rohanda (alm) dan Ibu E. Fatimah. Tahun 1998 penulis lulus dari SD Negeri Cipaheut, Bandung. Tahun 2001 penulis menyelesaikan pendidikan di SLTP Negeri 19 Bandung, dan pada tahun 2004 penulis lulus dari SMU Negeri 14 Bandung. Tahun 2004 penulis diterima menjadi mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Program Studi Agronomi, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif menjadi pengurus Himpunan Mahasiswa Agronomi (HIMAGRON) pada periode 2006 - 2007, dan tergabung dalam Perhimpunan Mahasiswa Bandung (PAMAUNG). Karya ilmiah yang dihasilkan penulis untuk meraih gelar Sarjana Pertanian diperoleh melalui pengalaman magang selama empat bulan di Kalimantan selatan yang berjudul ”Manajemen Panen di Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)
Mustika
Estate,
PT.
Sajang
Heulang,
Minamas,
Kalimantan Selatan ” di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Sudirman Yahya, MSc.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena dengan kekuatan dan kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Manajemen Panen di Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Mustika Estate, PT. Sajang Heulang, Minamas, Kalimantan Selatan”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut membantu sehingga laporan tugas akhir ini dapat penulis selesaikan, dan secara khusus penulis sampaikan kepada, •
Ibunda E. Fatimah dan Ayahanda Rohanda (alm.) tercinta, yang selalu ada untuk menguatkan dan memberikan motivasi serta kasih sayang yang tak terbatas kepada penulis.
•
Kakak-kakakku tercinta, Yati, Yeni, Yuyun, Chandra, Herman beserta keluarga yang selalu membimbing, mengajarkan, dan memberikan kebersamaan.
•
Prof. Dr. Ir. Sudirman Yahya, MSc. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan saran, bimbingan, serta pengarahan selama penulisan skripsi.
•
Dr. Ir. Haryadi, Ms. selaku dosen pembimbing akademik dan dosen penguji penulis.
•
Dwi Guntoro, SP., Msi. selaku dosen penguji.
•
Bapak Dodik Prayitno selaku Estate Manager Mustika, yang telah memberikan dukungan moral, nasihat, serta fasilitas selama penulis magang.
•
Seluruh Dewan Direksi Minamas Plantation, khususnya PT. Sajang Heulang, Mustika Estate yang telah memberi kesempatan dan fasilitas sehingga kegiatan magang dapat penulis laksanakan.
•
Bapak Slamet, Bapak Suwaryo, Bapak Trimiyatno dan Bapak Sumardi selaku Pembimbing Lapang penulis yang telah memberikan arahan dan masukan selama pelaksanaan magang.
•
Wahyu Frans E. Tampubolon, AMD. Yang selalu setia dan sabar menemani penulis. Tuhan selalu menyertaimu.
•
AKP H. Tampubolon, Ibu R. Simanjuntak, Liquica, Grace, dan Sunan. Terimakasih untuk doa dan bantuannya pada saat penulis kuliah.
•
Iptu Winarno, SosPol. dan keluarga, Bapak Hotlan Sibarani, Ibu Yossefa Situmorang, Suprapto, serta segenap karyawan Mustika Estate yang telah memberikan bantuan dan keceriaan selama penulis magang.
•
Teman-teman ma gang : Cindy, Agus, Camellia, Ardilles, Desri, Ardi, dan Rio. Segala keluh kesah, gelak tawa adalah rakitan perjuangan kita untuk mendapatkan asa.
•
Saras, Rika, Asti, Vivi, Mudi, Dhini, Enunk, Gita, Nandini, dan Harnani. Aku akan selalu ingat dengan kesebelasan dan kekompakan kita.
•
Teman-teman Agronomi 41, tetap semangat untuk memajukan pertanian Indonesia. Kepada semua pihak yang tak dapat penulis sampaikan satu persatu, yang
telah membantu penulis selama perkuliahan dan magang, semoga skripsi ini dapat memberikan informasi dan manfaat yang berharga bagi para pembaca dan semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu memberikan kekuatan dan kedamaian bagi kita semua.
Bogor, Agustus 2008
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman PENDAHULUAN ..................................................................................... Latar belakang ............................................................................... Tujuan.............................................................................................
1 1 3
METODOLOGI ....................................................................................... Waktu dan Tempat ......................................................................... Metode Pelaksanaan.......................................................................
4 4 4
KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG ............................................. Lokasi Kebun ................................................................................. Keadaan Topografi dan Tanah ....................................................... Keadaan Iklim ................................................................................ Kondisi Pertanaman dan Tata Guna Lahan .................................. Produksi dan Produktivitas............................................................. Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan......................................
6 6 6 7 7 8 9
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG ........................................... Aspek Teknis Pembibitan...................................................................................... Penanaman ..................................................................................... Pengendalian Gulma ...................................................................... Pemupukan ..................................................................................... Perawatan Jalan .............................................................................. Panen .............................................................................................. Aspek Manajerial Pendamping Mandor ...................................................................... Pendamping Asisten.......................................................................
11
HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ Panen Tenaga Kerja Panen ....................................................................... Pengawasan Panen dan Premi Pengawas ....................................... Kualitas Buah ................................................................................. Kualitas Hanca ...............................................................................
35
KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................
41
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................
43
LAMPIRAN ..............................................................................................
44
11 13 15 17 21 21 30 33
35 36 37 38
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman Teks
1. Tata Guna Lahan Kebun Mustika ..................................................
8
2. Produksi dan Produktivitas Kebun Mustika Tahun 2002 – 2007 ..
9
3. Rekomendasi Pupuk (An-organik) Tanaman Menghasilkan Kebun Mustika Tahun 2008 ...........................................................
18
4. Kriteria Matang Buah Kebun Mustika ...........................................
26
5. Ketentuan Frekuensi Pelaksanaan Pemeriksaan Mutu Buah dan Hanca ....................................................................
27
6. Ketentuan Basis Borong dan Premi Panen Tahun 2008 Hari Normal Kebun Mustika ..........................................................
28
7. Ketentuan Basis Borong dan Premi Panen Tahun 2008 Hari Jumat Kebun Mustika ............................................................
28
8. Parameter Penentuan Sanksi atau Denda Supervisi Panen ............
30
9. Pengamatan Angka Kerapatan Panen Divisi II ..............................
35
10. Pengamatan Kualitas Buah Divisi II ..............................................
37
11. Pengamatan Ekstraksi dan ALB Bulan April 2008 Divisi II .........
38
12. Pengamatan Brondolan Tertinggal di Luar TPH Divisi II .............
39
13. Pengamatan Brondolan Tertinggal di TPH Divisi II......................
39
14. Pengamatan Tandan Tertinggal Divisi II .......................................
40
Lampiran Nomor
Halaman
1. Jurnal Harian Magang Sebagai KHL .............................................
45
2. Jurnal Harian Magang Sebagai Pendamping Mandor....................
47
3. Jurnal Harian Magang Sebagai Pendamping Asisten ....................
48
4. Data Curah Hujan di Kebun Mustika Periode 1998-2008 .............
51
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman Teks
1. Penyiraman Tangan di Pembibitan ................................................
11
2. Alat Angkut Bibit ...........................................................................
12
3. Alat Semprot CDA .........................................................................
16
4. Letak Daun ke-17 dengan Spiral Kanan dan Kiri ..........................
18
5. Kegiatan Penguntilan Pupuk ..........................................................
19
6. Petakan Janjang Kosong.................................................................
21
7. Titi Panen Kayu..............................................................................
22
8. Alat Kerja Panen (Kampak, Gancu, Dodos, Egrek, Angkong, Karung, Ember, Cap/Stempel, Tojok, Pengeruk Brondolan) .........
24
Lampiran Nomor
Halaman
1. Peta Lokasi Kebun Mustika ...........................................................
50
2. Struktur Organisasi Kebun Mustika ...............................................
52
PENDAHULUAN
Latar Belakang Komoditi perkebunan mempunyai peranan besar dalam program pembangunan
khususnya
pembangunan
pertanian.
Sehubungan
dengan
peranannya dalam meningkatkan taraf hidup petani, menambah devisa negara, menciptakan lapangan kerja dan sekaligus berperan dalam usaha melestarikan sumber daya alam. Indonesia memiliki berbagai keunggulan yang dapat menjadikan industri kelapa sawit Indonesia kompetitif di perdagangan dunia baik dari segi luas lahan, kondisi iklim, serta pengadaan tenaga kerja. Kajian yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Kelapa sawit (PPKS) secara umum menunjukan bahwa investasi pada komoditi kelapa sawit sangat potensial baik pada industri hulu, yaitu perkebunan kelapa sawit untuk menghasilkan minyak kelapa sawit (MKS/Crude Palm Oil) dan minyak inti sawit (IKS/Palm Kernel Oil) maupun industri hilirnya yang terus berkembang. Berdasarkan peraturan menteri pertanian No.33 Permentan/OT.140/7/2006 tentang pengembangan perkebunan melalui Program Revitalisasi Perkebunan, sasaran pengembangan perluasan areal kelapa sawit dari tahun 2007 sampai dengan 2010 seluas 1 375 000 ha (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2006). Luas areal perkebunan kelapa sawit Indonesia pada tahun 2007 mencapai 6 611 000 ha dengan produksi minyak kelapa sawit mencapai 17 373 000 ton termasuk di dalamnya adalah perkebunan rakyat sebesar 2 565 000 ha dengan produksi 5 895 000 ton, perkebunan negara sebesar 687 000 ha dengan produksi 2 313 000 ton, dan perkebunan swasta 3 358 000 dengan produksi mencapai 9 254 000 ton (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2008). Usaha pencapaian produksi yang maksimal memerlukan kesinergisan antara kebijakan manajemen dan daya dukung lingkungan kebun. Kebijakan manajemen sangat terkait dengan visi dan misi perusahaan untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi, menghasilkan kualitas produk yang memenuhi standar dengan menggunakan biaya yang rendah. Namun upaya pencapaian produksi yang maksimal tidak akan tercapai jika tidak adanya daya dukung lingkungan seperti kesesuaian lahan, sumberdaya manusia yang handal, keadaan sosial,
infrastruktur, serta kondisi pemeliharaan tanaman. Kesinergisan di atas akan mempengaruhi setiap pergerakan manajemen dalam usahanya untuk mencapai sasaran
dengan
melakukan
strategi
manajemen
seperti
meningkatkan
produktivitas tenaga kerja dan lahan, mengur angi biaya operasional, memperbaiki kualitas produksi, serta meningkatkan efisiensi operasional secara keseluruhan. Pemeliharaan tanaman merupakan salah satu tindakan yang sangat penting dan menentukan masa produktif tanaman. Pembudidayaan tanaman, sejak persiapan lahan sampai hasil siap dipasarkan, perlu mendapat perhatian. Pemeliharaan kelapa sawit meliputi penyulaman, penanaman tanaman sela, pemberantasan gulma, pemangkasan, pemupukan, kastrasi, dan penyerbukan buatan. Kegiatan panen menjadi sangat penting karena hasil panen merupakan sumber pemasukan perusahaan yang menjamin berlangsungnya kegiatan operasional kebun lainnya. Menurut Pahan (2006), selama kegiatan panen dan pengangkutan tandan, asam lemak bebas (ALB) bisa naik dengan cepat yaitu dengan adanya luka- luka pada buah karena benturan mekanis atau yang dapat mempercepat proses hidrolisis serta meningkatkan proses oksidasi. Cara panen yang tepat akan mempengaruhi kuantitas produksi (ekstraksi), sedangkan waktu panen yang tepat akan mempengaruhi kualitas produksi (asam lemak bebas). Produksi MKS dan IKS per hektar di suatu kebun dapat menunjukan tingkat produksi yang dicapai jika kerugian kehilangan produksi minimal. Menurut Lubis (1992), keberhasilan panen dan produksi sangat tergantung pada bahan tanaman yang dipergunakan, manusia (pemanen) dengan kapasitas kerjanya, peralatan yang digunakan untuk panen, kelancaran transportasi serta faktor pendukung lainnya seperti organisasi panen yang baik, keadaan areal, serta insentif yang diberikan.
Tujuan Kegiatan magang secara umum bertujuan meningkatkan kemampuan dalam memahami dan menghayati dunia kerja profesional, meningkatkan kemampuan teknis di lapangan, meningkatkan kemampuan manajerial dan analisis kegiatan lapangan, serta mengenal dan mempelajari kultur dan sosial masyarakat perkebunan. Kegiatan magang secara khusus bertujuan untuk mempelajari manajemen panen kelapa sawit dan melakukan analisis hasil panen.
METODOLOGI
Waktu dan Tempat Kegiatan magang dilaksanakan pada tanggal 11 Februari 2008 sampai dengan 12 Juni 2008, di perkebunan kelapa sawit Mustika Estate, PT. Sajang Heulang, Minamas. Jalan Sibamban VI Desa Mustika, Kecamatan Kuranji, Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi Kalimantan Selatan.
Metode Pelaksanaan Metode pelaksanaan magang yang dilakukan penulis adalah praktek langsung dan tidak langsung. Praktek kerja langsung di lapangan dilakukan dengan turut aktif dalam pelaksanaan kegiatan kebun, wawancara, dan diskusi dengan mandor maupun dengan para staf. Melakukan kegiatan pencatatan prestasi kerja, alat dan bahan, dan data-data lain yang terkait dalam kegiatan. Praktek tidak langsung yang dilakukan melalui studi pustaka kebun (arsip kebun, laporan bulanan, dan laporan tahunan). Kegiatan teknis lapang yang penulis lakukan yaitu kegiatan di pembibitan, penanaman, pengendalian gulma, pemupukan, perawatan jalan, dan panen, yang diikuti selama dua bulan dan berstatus sebagai karyawan harian lepas (KHL). Aspek manajerial penulis dapatkan pada saat menjadi pendamping mandor dan pendamping asisten masing- masing selama satu bulan serta berkonsultasi dengan manajer selama pelaksaan magang. Jurnal harian kegiatan setiap jenjang pekerjaan disajikan pada Tabel Lampiran 1, 2, dan 3. Pengumpulan data dan informasi dilakukan dengan mengumpulkan data primer dan sekunder. Data sekunder yang diperoleh dari kebun meliputi kondisi umum kebun serta kondisi pertanaman dan produksi. Pengumpulan data primer dilakukan melalui pengamatan lapangan terhadap semua kegiatan yang berlangsung di lapangan. Pengamatan dipusatkan pada seluruh kegiatan panen yaitu persiapan panen, peralatan panen, rotasi panen, pelaksanaan panen, organisasi pelaksanaan, sistem penghancaan panen, kriteria matang panen dan kualitas panen, tenaga kerja panen, premi dan basis, serta sanksi atau denda panen. Data pengamatan diperoleh berdasarkan hasil pengamatan kerapatan panen, kualitas buah, dan kualitas hanca panen.
Pengamatan kerapatan panen dilakukan pada satu blok pertanaman dengan mengambil 10 % pohon contoh dari total populasi blok tersebut. Pengamatan dilakukan dengan mengambil 10 baris pohon contoh, tiap baris tanaman berjarak 10 baris. Hal ini bertujuan agar memperoleh pohon contoh sebesar 10 % yang dapat mewakili kondisi pohon dari total pohon di blok yang diamati. Pengamatan kualitas buah dilakukan pada 21 tenaga potong buah Divisi II yang terbagi menjadi 2 kemandoran yaitu dengan mengamati kematangan buah, dan gagang panjang di seluruh tempat pengumpulan hasil (TPH). Pengamatan kualitas hanca panen dilakukan pada 21 tenaga pengutip brondolan Divisi II yang terbagi menjadi 2 kemandoran, yaitu dengan mengamati jumlah brondolan tinggal (di pohon, piringan, jalan rintis, gawangan mati, serta TPH) dan tandan tertinggal.
KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG Lokasi Kebun Secara administratif kebun Mustika PT. Sajang Heulang Minamas terletak di Jalan Sibamban VI Desa Mustika, Kecamatan Kuranji, Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi Kalimantan Selatan. Berjarak ± 250 km dari Banjarmasin (arah Timur), lalu dari desa Betung (arah Utara) menuju kebun Mustika berjarak ± 25 km. Secara geografis kebun terletak pada koordinat 115º65’0” BT - 115º77’5” BT dan 3º46’7” LS - 3º56’1” LS dengan ketinggian 25 - 30 meter diatas permukaan laut. Lokasi kebun Mustika sebelah Utara berbatasan dengan Desa Tibarau Panjang, sebelah Barat berbatasan dengan Desa Giri Mulya, di sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Mustika, dan di sebelah Timur berbatasan dengan Desa Karang Mulya, Desa Bekarangan, dan Desa Binawarna. Peta lokasi kebun disajikan pada Gambar Lampiran 1.
Keadaan Topografi dan Tanah Berdasarkan hasil surve i tanah yang dilakukan oleh Minamas Research Centre (MRC) pada tahun 2006 memberikan informasi bahwa keadaan topografi kebun Mustika adalah datar sampai bergelombang dengan kemiringan lereng 0 17%. Kebun Mustika sebagian besar arealnya berada pada land form tektonik dengan bahan induk sedimen. Struktur tanah kebun Mustika adalah lempung liat berpasir dengan jenis tanah terbagi menjadi 4 ordo yaitu Ultisol, Alfisol, Oxisol, dan Inceptisol. Horison tanahnya terdiri dari horison kandik dan kambik. Jenisjenis tanah tersebut merupakan tanah yang mengalami pelapukan sangat lanjut, dengan kandungan oksida-oksida Al dan Fe yang relatif tinggi. Pencucian basabasa (Ca, Mg, K, dan Na) terjadi secara intensif, dan kandungan unsur N, P, dan K dalam tanah relatif rendah. Kemasaman (pH) tanah di kebun Mustika adalah 6.5, namun kesetimbangan unsur hara sangat rendah yaitu kandungan Ca sangat tinggi dan Mg sangat rendah sehingga diperlukan pemupukan Kieserit yang relatif tinggi. Hasil evaluasi kelas kesesuaian lahan, kebun Mustika adalah lahan kelas III.
Keadaan Iklim Berdasarkan data curah hujan tahun 1998 - 2007, menunjukan bahwa kebun Mustika memiliki rata-rata curah hujan tahunan sebesar 2 302 mm/tahun. Curah hujan pada tahun 2008 sampai dengan bulan April adalah 166 mm/bulan dengan jumlah hari hujan per bulan adalah 12 hari. Menurut Schmidt dan Ferguson, iklim di kebun Mustika termasuk tipe iklim B (basah), dengan suhu tahunan berkisar rata-rata 28ºC – 32ºC. Iklim kebun Mustika memiliki perubahan yang sangat ekstrim antara musim hujan dengan musim kemarau. Kondisi sebagian areal pada saat musim hujan selalu tergenang banjir sehingga aktivitas kebun khususnya pengangkutan terganggu. Jika musim kemarau suhu harian kebun meningkat dan kadang terjadi kekurangan air. Data selengkapnya mengenai curah hujan di Kebun Mustika disajikan pada Tabel Lampiran 4.
Kondisi Pertanaman dan Tata Guna Lahan Bahan tanam kelapa sawit yang umum digunakan di perkebunan komersial yaitu persilangan Dura x Pisifera (D x P) yang disebut Tenera. Tanaman kelapa sawit yang diusahakan di kebun Mustika adalah varietas Tenera Marihat, Tenera Socfindo, dan Tenera Guthrie. Populasi rata-rata dari total areal yang ditanam adalah 136 pokok/ha, dengan jarak tanam 9.2 m x 9.2 m x 9.2 m yaitu jarak dalam baris adalah 9.2 m, sedangkan jarak antar baris adalah 8 m. Perkebunan kelapa sawit kebun Mustika dibangun di areal konsesi seluas 5 079 ha dengan luas HGU 5 216 ha. Areal yang tertanami terbagi dalam 9 tahun tanam (1995, 1996, 1997, 1998, 1999, 2001, 2004, 2005, 2006). Kebun Mustika terbagi menjadi 4 divisi, yaitu Divisi I seluas 1 243 ha, Divisi II seluas 652 ha, Divisi III seluas 940 ha, dan Divisi IV seluas 1 002 ha. Luas kebun palsma KKPA seluas 16 000 ha (KKPA 1-5), koperasi yang didirikan bernama Koperasi Tuwuh Sari. Kondisi tata guna lahan kebun Musika disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Tata Guna Lahan Kebun Mustika Uraian
Luas areal per Region (Ha) Divisi II Divisi III Divisi IV Total
Divisi I
I. Areal yang diusahakan 1. Tanaman Menghasilkan (TM) TT. 1995 TT. 1996 TT. 1997 TT. 1998 TT. 1999 TT. 2001 Sub total TM 2. Tanaman belum menghasilkan (TBM) TT. 2004 TT. 2005 TT. 2006 Sub total TBM A. Tanaman Baru (TB) B. Pembukaan lahan (Land Clearing) C. Pembibitan D. Areal prasarana Emplasemen/pondok Jalan, jembatan Pabrik Total Areal Prasarana Total I II. Areal yang mungkin bisa diusahakan (extension) E. Cadangan F. Okupasi Total II III. Areal yang tidak dapat di Usahakan G. Tanah Desa
155 948 140 1 243
63 250 60 107 140 32 652
304 93 184 168 160 31 940
-
522 1 291 384 275 300 63 2 835
-
-
-
696 306 215 1 217
696 306 215 1 217 1 142 94 189 60 343 4 538
120 120 -
H. Bukit, Sungai, Lembah, Rawa, Tanah Tandus
421
Total III Luas seluruh areal
421 5 079
Sumber : Kantor besar kebun Mustika, 2008
Produksi dan Produktivitas Potensi produksi dan produktivitas di kebun Mustika dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu iklim setempat, populasi produktif per blok, homogenitas tanaman, dan luasan efektif per blok.
Kondisi sebagian lahan yang sering
tergenang serta banyaknya lahan yang berbatu berpengaruh pada homogenitas tanaman yang mengakibatkan potensi produktivitas kebun berada di bawah standard produktivitas Marihat yaitu menurut umur dan kelas lahan produktivitas Kebun Mustika (lahan kelas III) adalah 23 ton/ha untuk tahun tanam 1995-1996
dan 25 ton/ha untuk tahun tanam 1997-2001. Produksi dan produktivitas kebun Mustika selama periode enam tahun dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Produksi dan Produktivitas Kebun Mustika Tahun 2002 - 2007 Luas TM
2 835
Tahun 2002 2003 2004 2005 2006 2007
Produksi (Ton) 28 164 25 334 32 100 42 137 49 768 46 733
Produktivitas (Ton/ha) 9.93 8.94 11.32 14.86 17.55 16.48
Sumber : Kantor besar kebun Mustika, 2008
Berdasarkan Tabel 2, terjadi penurunan produksi pada tahun 2003 sebesar 10 % dari total produksi pada tahun 2002. Namun dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2006 terjadi peningkatan produksi setiap tahunnya. Penurunan produksi pada tahun 2007 sebesar 6 % dari total produksi tahun 2006 terjadi karena total aplikasi pemupukan tanaman pada tahun 2006 hanya mencapai 50 % dari total perencanaan. Hal ini tentu saja akan berdampak pada perubahan komponen produksi kelapa sawit ditahun berikutnya.
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan Perkebunan kelapa sawit Mustika Estate merupakan salah satu unit usaha perkebunan besar swasta asing Minamas. Struktur organisasinya berdasarkan susunan garis dan staf dengan jabatan tertinggi adalah Dewan Direksi dan General Manajer yang membawahi beberapa Manajer kebun. Manajer kebun Mustika dibantu oleh satu orang senior asisten, tiga orang asisten lapangan/divisi dan satu orang asisten administrasi. Manajer bertanggung jawab atas pengelolaan seluruh unit kebun yang terbagi kedalam beberapa divisi. Senior asisten bertanggung jawab terhadap satu divisi dan unit transportasi kebun (Traksi). Asisten divisi bertanggung jawab terhadap satu divisi dan membawahi langsung mandor-I dan krani divisi. Mandor-I membawahi langsung mandor panen dan mandor perawatan. Asisten administrasi/kepala krani menangani
seluruh kegiatan administrasi dan keuangan di tingkat kebun. Struktur organisasi kebun Mustika disajikan pada Gambar Lampiran 2. Tenaga kerja kebun Mustika terdiri dari karyawan staf dan non staf. Karyawan staf terdiri dari manajer dan asisten. Karyawan non staf terdiri dari serikat karyawan utama (SKU) dengan jumlah 467 orang dan karyawan harian lepas (KHL) 157 orang. Sistem pengupahan staf didasarkan pada ketentuan perusahaan, sedangkan SKU dan KHL berdasarkan upah minimum regional. Upah SKU yang diberikan adalah Rp 59 000,- termasuk di dalamnya adalah tunjangan sosial, sedangkan upah KHL adalah Rp 29 800,-. Upah yang diberikan berdasarkan jumlah jam kerja yang ditetapkan yaitu tujuh jam kerja kecuali hari jumat lima jam kerja. Upah diberikan dua kali dalam sebulan yaitu gajian kecil pada pertengahan bulan, dan gajian besar pada awal bulan. Fasilitas yang tersedia bagi karyawan antara lain mess dan perumahan, serta barak yang terdapat di setiap divisi, gedung pertemuan, gedung sekolah, poliklinik, mesjid, penitipan bayi, dan koperasi yang terdapat di setiap divisi. Selain itu disediakan juga sarana transportasi untuk anak-anak sekolah.
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
Aspek Teknis Pembibitan Kebun Mustika tidak memiliki areal pembibitan sendiri, tetapi pasokan untuk bibit diambil dari kebun sekitar yang masih dalam satu perusahaan (KKPA3). Jenis pembibitan di KKPA-3 yaitu pembibitan dua tahap (Double stage), yaitu terdapat pembibitan pendahuluan dan pembibitan utama. Polibag. Ukuran polibag pada pembibitan pendahuluan adalah 15 cm x 23 cm dengan ketebalan 0.1 mm, sedangkan pada pembibitan utama ukuran polibag yang digunakan adalah 40 cm x 50 cm dengan ketebalan 0.2 mm. Kedua ukuran polibag di atas berwarna hitam, tahan – UV (tahan lapuk), dan berlubang dengan susunan 4 baris berselang-seling yang terle tak 5 cm dari dasar polibag. Alih tanam bibit. Alih tanam di pembibitan KKPA-3 dari pembibitan pendahuluan ke pembibitan utama dilakukan pada bibit yang berusia 3 – 4 bulan. Alat bantu yang digunakan pada saat kegiatan ini adalah ponjo yaitu alat untuk membuat lubang tanam di dalam polibag. Caranya dengan memutar ponjo sehingga tanah pada bagian tengah akan masuk ke dalam pipa dan akan terbentuk lubang tanam pada polibag. Bibit pada polibag kecil dikeluarkan dengan menekan daerah pinggiran polibag agar bib it mudah dikeluarkan, bibit dibalikan dan polibag ditarik. Bibit ditanam dengan menggunakan tanah dari pembibitan utama untuk menutup lubang yang ada. Tanah kemudian ditekan sedikit dan dipadatkan sehingga bibit berdiri tegak dan leher bibit berada sekitar 2 cm di bawah bibit polibag. Bibit diatur di pembibitan utama dengan jarak tanam 0.9 m x 0.9 m x 0.9 m. Norma kerja alih tanam adalah 250 bibit/Hk, penulis hanya melakukan simulasi saja tanpa ada prestasi. Pemupukan. Aplikasi pupuk dilakukan pada saat alih tanam bibit yaitu pupuk majemuk SUMICOAT I dengan kandungan N-P-K-Mg : 19-8-12-2 + unsur mikro dengan dosis rekomendasi adalah 50 gram/pokok. Selain itu dilakukan pula pemupukan tambahan pada semua tahapan umur bibit yang menampakan gejala defisiensi ha ra spesifik yaitu kuning di sekitar daun dan bibit kerdil. Penulis melakukan kegiatan pemupukan tambahan pada bibit yang berumur 8 bulan.
Pupuk yang digunakan berupa pupuk Urea dan MOP yang kemudian dicampur dan diaplikasikan dengan dosis masing - masing adalah 50 gram/pokok. Prestasi penulis adalah 345 bibit/Hk. Penyiraman. Penyiraman bibit di pembibitan KKPA-3 dilakukan setiap hari. Kebutuhan air rata-rata untuk setiap bibit adalah 2 liter/pokok/hari pada umur 3 - 6 bulan dan 3 liter/pokok/hari pada umur 6 - 9 bulan atau sebatas polibag yang disisakan 3 cm dari permukaan atas tanah (± 5 detik/pokok). Penulis melakukan kegiata penyiraman pada bibit umur 8 bulan. Sistem penyiraman yang digunakan adalah sistem penyiraman tangan. Kegiatan penyiraman bibit menggunakan sistem penyiraman tangan dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Penyiraman Tangan di Pembibitan
Sistem irigasi yang digunakan yaitu sistem pengaliran ke atas dengan bantuan pompa sebagai tenaga pendorong aliran. Air ditarik dari waduk dan ditampung ditangki air lalu dialirkan dengan menggunakan pipa. Tidak ada prestasi pada pekerjaan ini, karyawan harus menyelesaikan pekerjaannya sampai semua pembibitan tersirami secara merata. Penulis melakukan penyiraman sebanyak 410 pokok. Pengendalian hama dan penyakit. Jenis penyakit yang menyerang pembibitan KKPA-3 adalah Antraknosa, bercak kulvularia, dan bibit bengkok. Pengendalian penyakit dilakukan dengan penyemprotan fungisida Dithane-M45 berbahan aktif Mankozeb 80 %, dengan konsentrasi 2 gram/liter, volume semprot
100-600 liter/ha. Bahan berbentuk tepung yang berwarna kuning ke abu-abuan. Alat yang digunakan adalah alat semprot knapsack SOLO 425 kapasitas 15 liter dengan tipe nozzle hollow cone berwarna hitam, drum, dan pengaduk kayu. Cara pengaplikasian adalah bahan dicampur dengan pelarut air di dalam satu drum kapasitas 240 liter yang dapat mengisi 16 knapsack, larutan diaduk lalu diisikan pada knapsack. Penyemprotan dilakukan pada seluruh daun selama ± 5 detik/bibit. Satu knapsack dapat menyemprot 250 bibit. Penyemprotan dilakukan satu minggu sekali dan lebih intensif jika sudah timbul gejala (seperti daun tampak mengering dari ujung pelepah). Norma kerja pada kegiatan ini adalah 5000 bibit/hk. Prestasi penulis adalah 250 bibit/hk. Kendala pada kegiatan ini adalah tidak digunakannya perlengkapan keselamatan karyawan berupa masker hidung, rompi dan sarung tangan karena alat perlengkapan yang diberikan sudah rusak dan hilang. Alat pompa berada dalam keadaan rusak seperti kebocoran knapsack sehingga memperlambat kerja karyawan dan bahan terbuang. Sanitasi pembibitan kurang diperhatikan seperti banyak air yang tergenang, dan banyak polibag yang miring. Pengangkutan bibit. Bibit diangkut menggunakan alat angkut traktor Atlantis DS 85 dengan kapasitas 250 bibit. Alat angkut bibit dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Alat Angkut Bibit
Masalah yang terjadi pada saat pengangkutan bibit dari pembibitan ke lapangan adalah pemindahan bibit tidak dilakukan secara hati- hati yaitu dengan mengangkat bibit pada bagian leher akar (collar), hal ini mengakibatkan bibit rusak. Penyusunan bibit di dalam alat angkut dilakukan dalam beberapa lapis atau ditumpuk, dan pada saat penurunan bibit dilakukan dengan cara dibanting sehingga bola tanah banyak yang pecah dan tanaman rusak.
Penanaman Pemancangan. Penulis melakukan pemancangan di Divisi IV pada areal seluas 1 ha. Setiap tim pancang terdiri dari 5 orang, yaitu 1 orang tukang teropong, 2 orang tukang pancang, dan 2 orang tukang tarik tali. Peralatan yang digunakan untuk pekerjaan pemancangan adalah tali dengan tanda jarak tanam menggunakan pita, alat ukur meteran, dan parang. Bahan yang digunakan adalah pancang (pancang utama dan anak pancang) yang tahan lama/kuat untuk titik tanam (diberi tanda bendera). Jarak tanam yang digunakan di kebun Mustika adalah 9.2 m x 9.2 m x 9.2 m, jarak dalam baris adalah 9.2 m, sedangkan jarak antar baris adalah 8 m. Populasi rata-rata tanaman adalah 136 pokok/ha dengan arah barisan tanaman adalah Barat - Timur. Pancang induk setinggi 2.5 meter, pada bagian atasnya diberi bendera putih. Batas - batas daerah/blok yang akan dipancang ditentukan dan ditetapkan dengan membuat sebuah titik sebagai patokan untuk memancang. Titik ikatan tersebut adalah salah satu dari titik pertemuan jalan pengumpul dan jalan utama. Tarik garis lurus dari titik tersebut dengan arah Utara-Selatan (0180°) lalu dipasang pancang kepala dengan jarak antar pancang 8 meter hingga batas areal atau blok yang akan dipancang. Garis tegak lurus arah Timur-Barat (90-270°) dibuat dari titi yang sama kemudian setiap jarak 100 meter ditancapkan pancang kepala. Areal yang lebarnya 100 meter terdapat 4 buah titik (A, B, C, D) dan pancang-pancang tersebut dipakai sebagai patokan untuk memasang pancang kepala dengan arah Utara - Selatan. Tali sepanjang 100 meter yang sebelumnya telah diberi tanda sesuai dengan panjang sisi segitiga ditarik dari pancang kepala A ke B arah Timur - Barat. Setiap tali yang bertanda dipasang anak pancang. Pemancangan dilakukan secara bergantian dengan barisan tanaman selanjutnya.
Norma prestasi memancang adalah 0.8 - 1.0 ha/HK, norma kerja penulis adalah 1.0 ha/HK. Pembuatan lubang tanam. Pembuatan lubang tanam dilakukan secara manual dengan menggunakan cangkul dan alat pengukur kedalaman yang dibuat secara sederhana. Ukuran lubang tanam yang digunakan di kebun Mustika adalah 60 cm x 60 cm x 60 cm. Tanah hasil galian dipisahkan antara top soil dan sub soil, bagian topsoil diletakan di sebelah selatan lubang dan subsoil di sebelah utara lubang secara teratur dan seragam. Dinding lubang tanaman harus tegak lurus dan tidak boleh berbentuk lain. Norma kerja pekerjaan melubang adalah 15 - 25 lubang/HK, norma kerja penulis adalah 2 lubang/HK. Penanaman. Alat dan bahan yang digunakan dalam penanaman adalah cangkul, pisau, dan pupuk Rock Posfat (RP). Penanaman harus dilakukan pada awal musim hujan, sehari sebelum penanaman, bibit harus diecer ke dalam blok bersama-sama dengan kantong yang berisi pupuk RP. Setelah lubang tanam ditimbun dan kedalamannya hanya sekitar 35 cm (sesuai tinggi tanah dalam polibag) ditabur secara merata pupuk RP dengan takaran 500 gram/lubang ke dalam dan dinding lubang. Polibag disobek dengan pisau yaitu 5 cm pada bagian bawah dan setengah dari ketinggian polibag dari bagian atas. Kemudian bibit diletakan dengan hati- hati ke dalam lubang. Polibag bekas bibit dililitkan pada bagian leher bibit untuk menghindari serangan tikus. Penimbunan dilakukan dengan menginjak tanah timbunan disisi bola tanah, sampai padat sehingga timbunan tanah tersebut persis sejajar dengan leher akar dan tanaman dapat berdiri tegak. Plastik dasar polibag dan plastik kantung bekas pupuk dikaitkan di atas bibit maksudnya sebagai tanda bahwa bibit telah selesai ditanam dan pupuk telah diaplikasikan. Norma kerja menanam adalah 20 - 30 pokok/HK, norma kerja penulis adalah 10 pokok/HK. Kesalahan-kesalahan yang terjadi pada penanaman kelapa sawit adalah bibit ditanam terlalu dalam atau terlalu dangkal, bibit ditanam miring, dan tanah timbunan kurang padat serta kurang diinjak sehingga bibit akan mudah roboh jika diserang hama ternak dan jika tertiup angin
Pengendalian Gulma Pengendalian lalang (Imperata cylindrica). Pertumbuhan lalang di Mustika terjadi secara sporadis (terpencar-pencar) sehingga efektif dikendalikan dengan metode spot-spraying. Peralatan yang digunakan adalah alat semprot kanapsack atau sprayer gendong “RB 15” dan nozzle yang digunakan adalah cone nozzle, VLV 100 artinya jumlah larutan yang keluar 100liter/ha. Herbisida yang digunakan adalah Eagle-IPA 480 AS dengan bahan aktif iso propil amino glifosat berwarna kuning keemasan seperti minyak yang bersifat sistemik. Konsentrasi yang digunakan adalah 0.8 %, dan dosis 0.1 liter/ha. Penyemprotan dilakukan pada ketinggian nozzle ± 0.4 m dari permukaan gulma, disemprot pada daerah yang ditemukan lalang saja. Kendala yang dihadapi pada kegiatan ini yaitu ketika penyemprot berada di tengah blok dan kehabisan herbisida yang dibawa dalam tangki (volume bahan yang dibawa hanya setengah dari kapasitas tangki saja yaitu 7 liter dengan tujuan mengurangi beban ketika berjalan), sehingga penyemprot harus berteriak keras memanggil pelangsir larutan herbisida yang sudah menunggu di mulut jalan rintis. Kendala lain adalah lamanya pemesanan herbisida, sehingga stok herbisida di gudang sama sekali tidak ada, sehingga rotasi menjadi tidak diatur. Rotasi kegiatan ini adalah 3 kali dalam setahun dengan norma kerja 3 - 4 ha/HK, penulis tidak mendapatkan prestasi karena pada saat kegiatan, penulis berstatus sebagai mandor. Semprot piringan, jalan rintis, dan TPH. Piringan, jalan rintis, dan TPH merupakan beberapa sarana yang terpenting dari produksi dan perawatan di kebun Mustika karena daerah tersebut merupakan akses utama ke pertanaman untuk panen, pengumpulan buah, pemupukan, penunasan, dan pemeriksaan. Peralatan yang digunakan pada pengendalian gulma tanaman menghasilkan (TM) adalah alat semprot CDA (Controlled Droplet Application) alat semprot ini digunakan untuk sistem aplikasi cairan dengan volume rendah (ULV) dengan kisaran antara 20 - 40 liter/ha blanket. Tipe nozzle yang digunakan adalah herbi blue warna kuning dan biru. Gambar alat semprot CDA dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Alat Semprot CDA
Bahan atau herbisida yang digunakan adalah campuran dari herbisida Eagle-IPA 480 AS untuk rumput-rumputan dan Starane 200 EC untuk gulma berdaun lebar dengan perbandingan bahan 4 : 1. Bahan aktif dari Starane adalah fluroksipir 200 gram/liter, merupakan cairan berwarna putih berbentuk pekatan yang bisa diemulsikan dengan air, dengan sifat bahan adalah purna tumbuh, yang sistemik dan selektif. Bahan aktif Eagle-IPA 480 AS adalah iso propil amino glifosat berwarna kuning keemasan seperti minyak yang bersifat sistemik. Kedua bahan dicampurkan dan dilarutkan dengan air. Konsentrasi Eagle-IPA AS yang digunakan adalah 2.5 % dengan dosis 0.2 liter/hektar. Kegiatan penyemprotan gulma di piringan, jalan rintis, dan TPH dilakukan juga di TBM. Herbisida yang digunakan adalah Basta-15 berbahan aktif ammonium glufosinat 150 ml/liter, dengan alat semprot knapsack RB 15, kapasitas 15 liter konsentrasi 0.1 % dengan mekanisme kerja yang sama seperti di tanaman menghasilkan. Jenis
gulma
yang
dikendalikan
adalah
Ageratum
conyzoides
(wedusan/babadotan), Nephrolepis biserrata (pakis kadal), Mikania micrantha (sembung kawat), Chromolaena odorata (putihan), Melastoma malabathricum (senduduk), Clidemia hirta (harendong), Lantana camara, Mimosa invisa Mart. (putri malu). Kendala yang dihadapi adalah ketika penyemprot berada di tengah blok dan kehabisan herbisida yang dibawa dalam tangki sehingga penyemprot harus berteriak keras memanggil pelangsir larutan herbisida yang sudah menunggu di
mulut jalan rintis, selain itu alat-alat yang digunakan telah banyak yang rusak sehingga penye mprotan terganggu dan membutuhkan waktu untuk memperbaiki akibatnya prestasi yang diharapkan tidak tercapai. Norma kerja kegiatan ini adalah 5 ha/HK, penulis tidak mendapatkan prestasi pada kegiatan di TM karena pada saat kegiatan penulis berstatus sebaga i mandor, namun pada saat di TBM prestasi penulis 3 ha/HK. Pembabatan dan sanitasi pokok. Pembabatan merupakan kegiatan pengendalian gulma di piringan yang dipersiapkan untuk peralihan tanaman dari TBM ke TM. Peralatan yang digunakan adalah parang babat dan batu asah. Tanaman penutup tanah disingkirkan dari dalam piringan dan batang kelapa sawit. Gulma dibabat kandas pada permukaan tanah lalu dibuang dari piringan. Norma kegiatan ini adalah 0.5 - 1 ha/HK atau 34 pokok. Penulis tidak memiliki prestasi karena pada saat kegiatan penulis berstatus sebagai mandor. Dongkel anak kayu. Pengendalian gulma anak kayu dilakukan dengan menggunakan cados (cangkul dodos) untuk mengangkat anak kayu sampai ke akarnya. Gulma yang tumbuh dominan adalah Clidemia hirta, kentosan (anak sawit), Melastoma malabatrichum, Ipomoea sp., dan Chromolaena odorata. Rotasi pekerjaan ini adalah 1 - 2 kali setahun. Jumlah karyawan untuk pengendalian gulma secara manual di divisi II adalah 12 orang. Norma kerja untuk jenis pekerjaan ini adalah 2.5 - 4 ha/HK. Prestasi penulis sama dengan prestasi karyawan yaitu 5 ha/HK.
Pemupukan Prinsip utama dalam aplikasi pupuk di kebun Mustika adalah bahwa setiap pokok harus menerima tiap jenis pupuk sesuai dosis yang telah direkomendasikan oleh Departemen Riset Minamas. Biaya pemupukan sangat tinggi yaitu mencapai 60% dari total biaya pemeliharaan, oleh karena itu ketepatan aplikasi adalah sesuatu yang sangat mutlak dilakukan. Pengambilan contoh daun. Kegiatan ini dilakukan dalam rangka mengetahui status hara tanaman dengan cara mengambil contoh daun untuk dianalisis status haranya sehingga akan didapatkan rekomendasi untuk setiap
pupuk an-organik yang perlu ditambahkan. Rekomendasi pemupukan tahun 2008 dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Rekomendasi Pupuk (An-organik) Tanaman Menghasilkan Kebun Mustika Tahun 2008 Jenis Pupuk Urea
Aplikasi 1 2 MOP 1 2 RP 1 Kieserit 1 HGFB 1 Dolomit 1 Catatan : Aplikasi 1 bulan Januari – Juni Aplikasi 2 bulan Juli – Desember
Dosis (Kg/Pokok) 1.25 1.00 1.50-1.75 1.50 1.00-1.25 sampai 1.50-1.75 0.75-1.00 0.10 1.25-1.39
Sumber : Kantor Besar Kebun Mustika, 2008.
Peralatan yang digunakan pada kegiatan pengambilan contoh daun adalah dodos/egrek, gunting, pisau. Bahan yang digunakan adalah kantong contoh yang diberi label, serta bolpoint. Contoh daun diambil dari 30 pokok untuk setiap blok dan daun yang diambil adalah daun ke-17. Letak daun ke-17 tanaman kelapa sawit dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Letak Daun ke-17 dengan Spiral Kanan dan Kiri
Identifikisai gejala defisiensi hara secara visual dilakukan bersamaan dengan pengambilan contoh daun. Gejala defisiensi hara yang ditemukan di kebun Mustika adalah gejala kekurangan unsur Boron yaitu daun muda menjadi kecoklatan, membengkok, tumbuh pendek sehingga ujung pelepah melingkar. Anak daun pada ujung pelepah muda berubah menjadi kecil seperti rumput atau tumbuh rapat, pendek, seolah-olah bersatu dan padat. Norma kegiatan pengambilan contoh daun adalah 2 blok/HK. Prestasi penulis adalah 1 blok/HK. Berikut merupakan gambar tahapan pengambilan contoh daun. Penguntilan pupuk. Seluruh pupuk yang akan diaplikasikan harus diuntil atau dibagi terlebih dahulu. Alat yang digunakan pada pekerjaan until adalah tong takaran, goni eks pupuk, dan tali pengikat. Setiap untilan berisi pupuk dengan bobot 16.5 kg. Untilan disusun antara 5 - 10 until per tumpuk. Pupuk yang sudah diuntil harus segera ditabur besok harinya agar tidak terjadi penggumpalan. Tenaga kerja until dibagi ke dalam kelompok kecil, yang masing- masing terdiri dari 3 orang. Kegiatan penguntilan pupuk dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Kegiatan Penguntilan Pupuk
Norma kerja pekerjaan until pupuk adalah 1 - 1.5 ton/HK. Prestasi penulis sama dengan karyawan yaitu 1.5 ton/HK. Kendala yang ditemukan pada pekerjaan until di kebun Mustika adalah tidak dilakukan penimbanganan secara acak dari untilan yang telah disusun sehingga bobotnya tidak dapat dipastikan sesuai dengan bobot yang telah ditentukan. Selain
itu takaran yang digunakan ukurannya tidak seragam dan volume tidak sesuai atau terjadi selisih bobot pupuk, hal ini akan mengakibatkan kehilangan pupuk dan perubahan dosis di lapangan. Pelaksanaan pemupukan. Pemupukan dilakukan dua kali setahun, yang terbagi kedalam dua semester. Aplikasi pemupukan dilakukan pagi hari pukul 07.00 – 12.00 WITA. Hal ini mempertimbangkan efektivitas tenaga kerja dan kerja pupuk itu sendiri yaitu pada pagi hari proses penguapan dapat ditekan seminimal mungkin. Pemupukan dilakukan dengan cara tabur manual dengan sistem pemupukan blok per blok. Untuk menghindari adanya kekeliruan dalam aplikasi pupuk di lapangan, di setiap divisi setiap harinya hanya dibenarkan menabur satu jenis pupuk saja. Penulis melakukan pengawasan kegiatan pemupukan dolomit. Penaburan pupuk ditabur secara merata (tidak membentuk gumpalan) di atas rumpukan pelepah atau di atas tumpukan janjang kosong tujuannya adalah untuk meningkatkan serapan hara dan mengurangi terjadinya kehilangan pupuk melalui aliran permukaan atau pencucian. Jumlah tenaga kerja penabur pupuk kebun Mustika adalah 40 orang. Prestasi kerja pemupuk secara manual adalah 2 - 3.5 ha/HK atau 350 - 500 kg/HK yang tergantung dari dosis pupuk per pokok, topografi lahan, serta keterampilan penabur. Tenaga kerja penabur pupuk dipilih dari tenaga kerja wanita yang kuat, sehat, dan cekatan karena penaburan pupuk dilakukan secara cepat. Aplikasi tandan kosong kelapa sawit. Tandan kosong yang diaplikasikan adalah limbah dari tandan buah sawit yang telah diolah di pabrik kelapa sawit. Pengangkutan dan aplikasi tandan kosong di kebun Mustika dilakukan oleh kendaraan yang mengangkut TBS sekembalinya dari PKS. Bobot tandan rata-rata yang diangkut adalah 5 - 6 ton. Cara aplikasi tandan kosong di kebun Mustika adalah secara manual, dengan menempatkan satu lapis tandan kosong pada areal di antara pokok dalam barisan TM. Tandan kosong yang diaplikasikan lebih dari satu lapisan akan mendorong berkembangnya kumbang Oryctes rhinoceros di dalam tumpukan. Aplikasi tandan kosong dibuat petakan 2 m x 2 m, yaitu ± 250 kg/pokok. Gambar petakan tandan kosong dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Petakan Tandan Kosong
Norma kerja aplikasi tandan kosong ini adalah 8 titik/HK, prestasi penulis sama dengan prestasi karyawan yaitu 8 titik/HK.
Perawatan Jalan Selama kegiatan magang, penulis mengikuti pekerjaan perawatan jalan. Urutan pekerjaannya adalah membuang genangan air dengan menggunakan mangkuk dan cangkul pada cekungan-cekungan yang terbentuk, genangan air disalurkan ke drainase dan parit di tepi jalan. Setelah itu ditimbun dengan batu, lalu bawah jalan digilas dan dipadatkan dengan menggunakan alat yang disebut grader. Tenaga kerja yang ditempatkan di pekerjaan ini adalah tenaga kerja yang sudah tua sehingga prestasi 3 km/HK sulit didapatkan. Selain itu batuan yang digunakan untuk menimbun masih belum tersedia sehingga pekerjaan ditunda dan menunggu untuk diangkut dari blok lain namun masih dalam areal kebun. Penulis tidak memiliki prestasi yang nyata karena selama kegiatan penulis tidak mengikuti sampai selesai, karena penulis diperbantukan pada pengangkutan batu.
Panen Persiapan panen. Kegiatan persiapan panen yang penulis ikuti adalah persiapan teknis di lapangan seperti pembuatan piringan, tempat pengumpulan hasil (TPH), dan persiapan titian panen. Pembuatan piringan secara manual yaitu dengan membersihkan piringan dari gulma dan tanaman kacangan di sekitar piringan (± 2 meter dari pokok) menggunakan parang dengan tujuan unt uk mendukung kegiatan pemeliharaan dan
panen yang efektif. Kegiatan pemeliharaan piringan adalah dengan penyemprotan herbisida yang dilakukan oleh tim semprot kebun. Kegiatan ini dapat mengurangi persen brondolan yang tertinggal karena tertutup gulma di piringan pada saat panen. Jika piringan bersih pengutip cenderung lebih semangat untuk melakukan pekerjaannya. Pembuatan TPH dengan rasio 2 : 1 sampai 3 : 1 artinya pada 2 – 3 jalan rintis terdapat 1 TPH. Tujuan dari pembuatan dan pemeliharaan TPH adalah agar mempermudah pengumpulan buah dan muat buah ke alat transport. Ukuran luasan TPH di divisi II adalah 3 m x 4 m, 4 m x 4 m, dan 4 m x 5 m. TPH dibersihkan dari semua jenis gulma dengan cara dicangkul, rata-rata waktu yang diperlukan untuk membuat satu TPH adalah 25 menit, prestasi kerja tenaga wanita adalah 7 10 TPH/HK. Persiapan dan ketersediaan titian panen sangat penting dilakukan karena menjadi akses utama di kebun Mustika mengingat di dalam blok kebun banyak terdapat rawa-rawa dan parit-parit drainase. Titian panen yang digunakan terbuat dari kayu ulin, kayu keras dengan ukuran lebar 0.5 m dan panjang disesuaikan dengan lebar parit yaitu 3 m dan 4 m sehingga titian panen mudah untuk dilewati serta kokoh. Contoh titian panen yang digunakan di kebun Mustika dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Titian Panen Kayu
Umur titian panen dapat mencapai 5 - 10 tahun. Rasio ketersediaan titian panen 6 : 1 dan mengarah 3 : 1 yaitu setiap 3 - 6 jalan rintis terdapat 1 titian panen.
Pemasangan titian panen dilakukan secara manual menggunakan tenaga manusia dan alat sederhana berupa cangkul. Pemasangan titian panen membutuhkan waktu sekitar 30 menit/titian panen. Rotasi panen. Rotasi panen (interval/umur) adalah lamanya waktu yang diperlukan antara panen terakhir sampai panen berikutnya pada hanca yang sama. Rotasi panen merupakan faktor pembatas dalam menentukan produksi TBS, kualitas buah, kualitas transport, pengolahan TBS di PKS, serta biaya eksploitasi. Sistem rotasi panen di kebun Mustika adalah rotasi 6/7 yaitu terdapat 6 seksi panen dan dipanen di seksi yang sama setelah 7 hari. Peralatan panen. Alat-alat kerja yang digunakan untuk kegiatan panen dibagi menjadi 3 bagian, yaitu alat untuk memotong TBS, alat untuk bongkar muat TBS, dan alat untuk membawa TBS ke TPH. Alat untuk memotong buah yaitu dodos, pisau egrek, kapak dan batu asah. Dodos berbentuk seperti tembilang dengan lebar mata 8 - 14 cm dan panjang mata 8 - 12 cm. Alat ini dipasang pada sepotong gagang besi atau kayu dengan panjang ± 1.5 meter, digunakan pada umur tanaman 3 - 8 tahun. Pisau egrek berbentuk seperti pisau arit dengan panjang pangkal 20 cm, panjang pisau 45 cm, dan sudut lengkung dihitung pada sumbu sebesar 135°. Gagang pisau egrek (harvesting pole) terbuat dari alumunium dengan panjang 6 - 12 meter. Alat untuk bongkar muat TBS yaitu gancu dan tojok atau tombak. Gancu terbuat dari besi beton dengan diameter 3/8 inci dengan panjang 0.5 meter, sementara tojok atau tombak terbuat dari pipa besi atau pipa galvanis dengan ujung besi beton lancip dan panjang sekitar 1 - 1.5 meter, merupakan alat khusus untuk muat buah ke dalam truk. Sedangkan alat untuk mengorek dan mengangkat brondolan ke TPH yaitu sogrokan, ember dan angkong, dan goni eks pupuk. Sogrokan adalah bambu kecil dan panjang yang disertai kait di ujung alat untuk mengorek brondolan diantara pelepah pokok. Angkong adalah kereta sorong satu roda yang digunakan sebagai tempat atau wadah buah yang akan dibawa ke TPH. Ember digunakan untuk tempat pengumpulan brondolan sementara, jika sudah penuh maka dipindahkan ke dalam angkong atau karung, selain itu ember digunakan sebagai takaran untuk penghitungan jumlah berat brondolan. Goni eks pupuk digunakan sebagai tempat atau alas brondolan dari piringan ke dan di TPH
serta ke alat transport, yang dilengkapi dengan tali nilon yang diikatkan di ujungnya. Cap atau stempel digunakan sebagai tanda identitas buah. Gambar alat kerja panen dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Alat Kerja Panen (Kampak, Gancu, Dodos, Egrek, Angkong, Karung, Ember, Cap/Stempel, Tojok, Pengeruk Brondolan) Organisasi panen. Kebun Mustika menggunakan sistem organisasi panen yang disebut dengan Block Harvesting System by Division of Labour-2 (BHS by DOL-2). BHS by Dol-2 adalah sistem organisasi panen yang kegiatan panennya setiap hari kerja terkonsentrasi pada satu seksi panen tetap berdasarkan interval yang telah ditentukan. Tenaga kerja panennya terdiri dari dua orang yaitu pemotong buah dan pengutip brondolan. Adanya spesialisasi kerja seperti di atas, luasan hanca panen tenaga potong buah lebih besar daripada penggunaan organisasi panen Non-Dol yaitu dari luasan 3 – 4 ha/HK menjadi 4 – 5.5 ha/HK. Pada BHS pemanen dan mandoran memiliki hanca yang tetap untuk setiap harinya sesuai dengan blok yang dipanen. Semua pemanen harus sudah tiba di hanca dan siap memotong buah pada pagi hari yaitu pukul 06.30, peralatan panen harus lengkap dan dipastikan dalam keadaan baik. Sebelum bekerja, seluruh pemanen diberi pengarahan baik untuk
penghancaan, peraturan panen, dan kesiapan peralatan agar dapat mencapai hasil maksimal, baik kuantitas maupun kualitas. Sistem hanca panen. Sistem hanca panen yang digunakan di kebun Mustika adalah hanca giring tetap (perpaduan antara hanca tetap dan hanca giring). Pada sistem hanca giring tetap pemanen dan mandor mendapatkan hanca panen tetap, jika hancanya telah selesai pemanen digiring oleh mandor untuk pindah ke hanca berikutnya sesua i dengan nomor hanca yang telah ditentukan. Jika terjadi kekurangan tenaga kerja panen karena terdapat pemanen yang tidak bekerja, maka pemanen yang lain dapat mengambil hancanya, hal ini agar semua hanca dapat terpanen dan satu seksi selesai satu hari, selain itu ditujukan untuk mempertahankan jumlah rotasi normal. Kelebihan dari hanca giring tetap adalah penggunaan waktu menjadi lebih efisien karena mandor tidak terlalu banyak menyediakan waktu untuk membagi hanca dan pemanen tidak terlalu banyak berpindah – pindah, buah lebih cepat terangkut, lebih mudah dalam mencatat hasil pekerjaan, dan lebih mudah mengetahui pemanen yang melakukan kesalahan. Beberapa hal penting yang harus selalu menjadi perhatian dalam pelaksanaan BHS di kebun Mustika yaitu meliputi : §
Setiap divisi hanya diperbolehkan mempunyai satu seksi harian per hari kerja (seksi harian per divisi).
§
Kebutuhan atau jumlah tenaga kerja antar seksi harus sama, sehingga kesempatan memperoleh pendapatan masing- masing pemanen antar seksi (output panen) relatif sama.
§
Flow seksi harian selaras pada tingkat divisi dan jika memungkinkan selaras pada tingkat kebun.
§
Seluruh mandoran panen dalam divisi harus melakukan potong buah pada seksi yang sama pada setiap harinya.
§
Dalam satu harinya diupayakan satu seksi panen selesai pada hari itu juga.
§
Tata batas hanca pemanen dan mandoran jelas.
§
Kegiatan panen dan pengutipan brondolan harus dimulai dan diakhiri dengan arah yang sama.
Kriteria panen dan kualitas buah. Di kebun Mustika ciri dari tandan sudah siap dipanen jika telah terdapat minimal 5 brondolan di piringan. Kriteria matang buah dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Kriteria Matang Buah Kebun Mustika Jumlah Brondolan Per Janjang 0- 4 5- 9 >10
Keterangan Mentah Kurang matang Matang
Sumber : Kantor Divisi II, 2008.
§
Gagang panjang dan potongan gagang. Gagang buah yang panjangnya lebih
dari 5 cm diukur dari permukaan buah sampai sisi potongan yang miring. Potongan gagang adalah hasil potongan gagang buah yang dilakukan oleh pemanen di TPH atau hanca yang terikut ke PKS. Toleransi yang diberikan oleh kebun dan PKS untuk potongan gagang adalah 5 %. §
Kesegaran. Buah segar adalah jika buah dari lapangan yang dikirim dan
diterima di PKS selambat- lambatnya kurang atau sama dengan 2 hari dari hari panen. Kesegaran tandan yang diharapkan > 95 % dari jumlah produksi. §
Buah sisa/restan adalah jika buah dari lapangan yang dikirim dan diterima di
PKS melebihi 24 jam dari hari panen dan ditandai dengan gagang tandan buah yang telah mengering dan berubah warna. Toleransi yang diberikan oleh kebun adalah 10 % dari jumlah produksi harian. §
Brondolan. Pemeriksaan terhadap kualitas dan kuantitas brondolan yang
dikirim ke PKS meliputi brondolan segar, kusam, busuk, dan sampah brondolan. Pengawasan dan pemeriksaan kualitas panen. Pengawasan panen dilakukan setiap hari oleh mandor panen. Sedangkan pemeriksaan kualitas hasil panen secara langsung dilakukan oleh manajer, asisten, mandor-I, mandor panen, dan krani buah yang seluruhnya adalah karyawan kebun, sela in itu terdapat pula pengawas luar kebun yang dikirim dari pabrik kelapa sawit (Departemen Jaminan Kualitas Buah) yang bertugas untuk mengawasi mutu panen dari setiap kebun pemasok. Pemeriksaan kualitas hasil panen terdiri dari kualitas buah dan kualitas hanca yang dilakukan pada beberapa hanca dan TPH, metode yang dilakukan
sama hanya berbeda pada frekuensi pelaksanaan yang dibedakan berdasarkan level pemeriksa. Ketentuan frekuensi pemeriksaan mutu buah dan hanca dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 5. Ketentuan Frekuensi Pelaksanaan Pemeriksaan Kualitas Buah dan Hanca Cek Kualitas No.
Pemeriksa
Satuan
Hanca (Jumlah Hanca)
Buah (Jumlah TPH)
1
Manajer
Check/Minggu
3
3
2 3
Asisten Mandor-I
Check/Minggu Check/hari
6 3
6 1
4
Mandor Panen
Check/hari
3
3
5
Krani Buah
Check/hari
-
Seluruh TPH
6
Departemen Jaminan Kualitas Buah
Check/10 hari
2
2
Sumber : Kantor Besar Kebun Mustika (SOP-Minamas), 2008.
Hasil pemeriksaan manajer, asisten, mandor-I, dan mandor panen hanya untuk mengetahui kua litas panen sesungguhnya yang ada di lapangan sehingga hasil pemeriksaan tidak dilaporkan sebagai laporan unit kebun tetapi sebagai bahan perbaikan setiap harinya. Hasil yang dilaporkan sebagai laporan unit kebun diambil dari hasil pemeriksaan Departemen Jaminan Kualitas Buah (Quality Assurance) dan juga sebagai dasar pedoman atas pembayaran terhadap pihak luar yang mengirim TBS ke PKS, dan sebagai salah satu jaminan kualitas buah yang akan diolah. Sistem basis dan premi. Sistem basis yang digunakan di kebun Mustika adalah basis borong yaitu jumlah tandan yang harus dipanen sebagai dasar untuk menghitung kelebihan tandan sebagai premi. Basis borong ditetapkan dengan pertimbangan : rata-rata kemampuan karyawan (tandan/HK) selama jam dinas (7 jam/hari kerja biasa dan 5 jam/hari untuk hari jumat), kondisi topografi areal yang akan dipanen (datar, bergelombang atau berbukit), dan kondisi tanaman. Penghitungan upah pembrondol adalah dengan mengalikan langsung antara jumlah kilogram brondolan dengan tarif Rp 80/kg. Selain basis borong, pada pekerjaan panen terdapat pula premi panen.
Premi basis borong adalah premi yang diberikan kepada pemanen pada saat jumlah tandan panen sama dengan atau lebih dari jumlah tandan basis borong yang telah ditentukan. Premi lebih borong adalah premi yang diberikan jika jumlah tandan telah melebihi basis borong P2. Besarnya premi basis borong (dinyatakan dalam Rp/tandan), nilainya berbeda untuk setiap tahun tanamnya tergantung bobot tandan rata-rata. Ketentuan basis dan premi panen dapat dilihat pada Tabel 6 dan Tabel 7 .
Tabel 6. Ketentuan Basis Borong dan Premi Panen Tahun 2008 Hari Normal Kebun Mustika Tahun Tanam
Basis Borong (Tandan) P0 P1 P2
Premi Basis (Rp) P0 P1 P2
Premi Lebih Borong (Rp/kg)
Kutip Brondolan (Rp/kg)
1995
126
144
162
2000
4000
6500
300
80
1996
140
160
180
2000
4000
6500
275
80
1997
154
176
198
2000
4000
6500
250
80
1998
168
192
216
2000
4000
6500
225
80
1999
182
208
234
2000
4000
6500
200
80
2001
196
224
252
2000
4000
6500
200
80
Sumber : Kantor Divisi II, Tahun 2008.
Tabel 7. Ketentuan Basis Borong dan Premi Panen Tahun 2008 Hari Jumat Kebun Mustika Tahun Tanam
Basis Borong (Tandan) P0 P1 P2
Premi Basis (Rp) P0 P1 P2
Premi Lebih Borong (Rp/kg)
Kutip Brondolan (Rp/kg)
1995
90
102
115
2000
4000
6500
300
80
1996
100
114
129
2000
4000
6500
275
80
1997
110
125
141
2000
4000
6500
250
80
1998
120
137
154
2000
4000
6500
225
80
1999
130
149
167
2000
4000
6500
200
80
2001
140
160
180
2000
4000
6500
200
80
Sumber : Kantor Divisi II, Tahun 2008.
Selain kepada tenaga potong buah, premi diberikan pula kepada mandor-I, mandor panen, krani buah, dan krani transport. Berikut ini disajikan contoh perhitungan premi satu hari panen. Seorang
pemanen Divisi II panen di blok tahun tanam 1995 dan
mendapat 200 TBS, sehingga basis borong P0 = 126 (Rp 2000), P1 = 144 (Rp 4000), dan P2 = 162 (Rp 6500), premi lebih borongnya adalah Rp 300/tandan. Maka perhitungan upah tenaga potong buah dan supervisi panen dapat dilihat di bawah ini.
Upah tenaga potong buah yang didapatkan hari itu adalah : Jumlah TBS 200 buah > P2 (162) Premi basis borong = (Rp 2000 + Rp 4000 + Rp 6500)
= Rp 12 500
Premi lebih borong = (200 – 162) x Rp 300
= Rp 11 400 +
Upah yang didapatkan
= Rp 23 900
Premi mandor panen = 150 % x total premi seluruh tenaga potong buah Jumlah tenaga potong buah kemandorannya
Premi mandor - I = 125 % x premi mandor panen Jumlah kemandoran divisi
Premi krani buah = 125 % x total premi seluruh tenaga potong buah Jumlah tenaga potong buah kemandorannya
Premi krani transport = 100 % x premi krani buah Jumlah kemandoran divisi
Sanksi atau denda. Pemberian sanksi di kebun Mustika diberikan kepada tenaga kerja panen yang didasarkan pada data pemeriksaan mandor panen dan krani buah dan diperiksa ulang oleh asisten, sedangkan sanksi yang diberikan kepada pengawas didasarkan pada data hasil grading PKS. Sanksi tersebut diberikan oleh asisten divisi.
Tenaga potong buah mendapatkan denda sebesar Rp 5000/tandan jika terdapat buah matang yang tertinggal dan jika memotong buah mentah. Denda diberikan kepada pengutip brondolan sebesar Rp 500/piringa n jika persen brondolan tertinggal di hancanya > 2 %. Sanksi yang diberikan kepada supervisi dikenakan dalam bentuk premi pada hari itu dikurangi atau dipotong 5 % nya kecuali untuk kesalahan pencatatan yang tidak sesuai atau tidak dilakukan pencatatan maka diberikan tindakan indisipliner. Parameter kesalahan yang menyebabkan denda supervisi disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8. Parameter Penentuan Sanksi atau Denda Supervisi Panen Denda atau Sanksi Supervisi No
Parameter
Mandor-I
Mandor
1 2 3 4 5
Mentah > 0 % Kurang matang > 5% Matang < 95 % Tandan kosong > 0 % Brondolan tinggal di dalam blok > 2 % Brondolan tinggal di TPH >20 butir Kesalahan tidak didendakan Pencatatan mutu buah tidak sesuai Restan karena tidak ada koordinasi Pengangkutan TBS tidak FIFO
ü ü ü
ü ü ü
6 7 8 9 10
Krani Buah ü ü ü
Krani Transport
ü ü
ü
ü
ü ü
ü
Sumber Data Hasil Grading PKS Hasil Grading PKS Hasil Grading PKS Hasil Grading PKS Buku pemeriksaan buah
ü
Buku pemeriksaan buah
ü
Buku pemeriksaan buah Buku penerimaan buah
ü
Laporan harian produksi
ü
Buku transport
Sumber : Kantor besar kebun Mustika, Tahun 2008.
Aspek Manajerial
Pendamping Mandor Karyawan tingkat non staf terdiri dari mandor yang dibantu oleh krani divisi dan krani buah. Mandor adalah karyawan yang bertugas membantu jalannya kegiatan kebun baik secara teknis ataupun administratif.
Setiap hari dilakukan lingkaran pagi pukul 05.30, pada kesempatan ini asisten memberikan pengarahan kepada seluruh mandor di divisinya mengenai pekerjaan yang akan dilakukan. Setelah itu setiap mandor memberikan pengarahan mengenai pekerjaan dan hanca masing- masing karyawan. Pekerjaan di mulai pukul 06.30 WITA dengan jeda (wolon) 30 menit antara pukul 09.30 10.00 dan diakhiri pada pukul 14.00 WITA pada hari normal dan pukul 12.00 WITA pada hari jumat. Mandor
perawatan.
Selama
menjadi
mandor
perawatan
penulis
mengawasi kegiatan pengendalian lalang, pengendalian gulma di piringan, TPH, dan jalan rintis. Rencana kerja pengendalian gulma dibuat oleh asisten divisi dan disetujui oleh manajer kebun. Rencana kerja meliputi lokasi, sarana dan prasarana, dosis dan konsentrasi, serta jenis herbisida. Krani divisi dengan mandor membuat bon permintaan dan pengeluaran barang yang telah direncanakan asisten untuk satu kali aplikasi yang ditujukan kepada krani administrasi. Bon ini diberikan minimal satu hari sebelum hari aplikasi. Mandor memberikan pengarahan kepada tenaga kerja mengenai pelaksanaan teknis dan prestasi yang harus dicapai. Jumlah karyawan yang diawasi penulis pada saat menjadi pengawas pengendalian lalang adalah 14 orang, dengan prestasi kerja yang didapat 3 - 4 ha/HK. Tenaga kerja pengendalian gulma secara kimia di piringan, TPH dan jalan rintis adalah 12 orang dengan prestasi kerja 5 ha/HK, dan jumlah tenaga kerja pengendalian gulma secara manual di piringan adalah 19 orang dengan prestasi kerja 0.5 - 1 ha/HK atau 34 pokok. Krani buah. Tugas krani buah adalah melakukan pengawasan kualitas buah. Tugas dan tanggung jawab krani buah adalah mengikuti lingkaran pagi dengan asisten dan mandor-I, memeriksa mutu buah dan brondolan, menghitung jumlah janjang dan brondolan yang telah di antrikan di TPH dan mencatatnya sebelum diangkut oleh angkutan buah. Membuat/mengisi catatan potong buah, laporan kutip brondolan dan laporan penerimaan buah yang diserahkan kepada kantor divisi dan kantor besar kebun. Penulis menjadi krani buah di divisi II, kemandoran I, dengan jumlah tenaga panen adalah 11 orang. Mandor panen. Tugas dan tanggung jawab mandor panen adalah mengikuti lingkaran pagi dengan asisten dan mandor-I, melaksanakan antrian pagi
dengan seluruh karyawan panen di lapangan, memeriksa seluruh perlengkapan kerja pemanen, memastikan seluruh karyawan telah masuk pada hanca masing – masing, mengawasi proses kegiatan potong buah dan pengutipan brondolan, melakukan pengecekan mutu buah dan hanca, memastikan hancak kerja selesai, melaporkan hasil pemeriksaan mutu hancak dan buah pada asisten. Kegiatan administrasi panen wajib dilakukan setiap hari dan akurat dengan tujuan tersajinya data-data hasil kerja pada hari tersebut, sebagai bahan dalam proses evaluasi hasil kerja panen, sebagai referensi/pertimbangan dalam proses perencanaan kegiatan panen, membantu kecepatan dalam pengambilan keputusan atas masalah- masalah yang terjadi dalam pengelolaan kegiatan panen, alat bantu dalam proses supervisi, data pendukung/bukti dalam pembuatan daftar pembayaran karyawan (upah dan premi), alat ukur tingkat efisiensi dan efektivitas pengelolaan organisasi panen. Adapun administrasi panen dalam kegiatan seharihari, mingguan dan bulanan yaitu meliputi : •
Buku kegiatan mandor (BKM), berisi daftar hadir pemanen, jenis pekerjaan yang dilakukan atau alokasi tenaga kerja, pemakaian HK dan luas yang dipanen. BKM ini terdiri dari dua buku yaitu untuk tanggal genap dan ganjil untuk memudahkan rekapitulasi kehadiran yang dilakukan oleh krani divisi setiap harinya.
•
Buku rotasi panen, merupakan catatan perhitungan potong buah atau rotasi panen. Setiap blok dapat dilakukan pemantauan jumlah rotasi untuk setiap kegiatan panen selain itu dapat digunakan sebagai data output luas yang didapat baik untuk permandoran ataupun perdivisi setiap harinya.
•
Format pemeriksaan mutu buah dan mutu hanca, pemeriksaan mutu buah dan mutu hanca dituliskan pada lembaran yang sama, yang berisi jumlah brondolan tertinggal, janjang tinggal, kondisi pokok, dan kualitas buah (kriteria matang panen). Setiap harinya mandor panen dan mandor-I melakukan pengecekan selanjutnya dilakukan rekapitulasi pemeriksaan mutu buah dan mutu hanca oleh mandor panen dan diserahkan kepada asisten divisi.
•
Laporan rekapitulasi produksi harian dan bulanan
Penulis menjadi mandor panen di Divisi II, kemandoran II, dengan jumlah tenaga panen adalah 20 orang yaitu 10 orang tenaga potong buah dan 10 orang tenaga pengutip brondolan.
Pendamping Asisten Tugas dan tanggung jawab asisten divisi adalah mengelola kegiatan divisi mulai dari kegiatan persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, panen sampai pada pengangkutan hasil panen. Asisten divisi juga bertugas mengelola administrasi divisi, pengendalian biaya divisi, serta melakukan pembinaan seluruh sumberdaya manusia di divisinya (supervisi, tenaga kerja dan lingkungan divisi). Dalam menjalankan tugasnya asisten dibantu oleh sumberdaya pendukung seperti supervisi/mandor dan krani divisi. Asisten bertanggung jawab penuh terhadap kebun selama 24 jam, yang meliputi semua pekerjaan yang ada di divisi maupun dalam lingkungan kemasyarakatan. Selama menjadi pendamping asisten, penulis diberikan tanggung jawab untuk melakukan pengawasan penanaman kelapa sawit. Penanaman tersebut merupakan penanaman pokok sisipan yang dilakukan di Divisi I, dengan lahan seluas 2 hektar. Urutan pekerjaan yang dilakukan adalah langsir bibit, ecer bibit, konsolidasi lubang tanam, penanaman, pembuatan larikan untuk menanam kacangan, dan penanaman kacangan. Jumlah bibit yang ditanam adalah 175 bibit varietas D x P Guthrie, dengan jarak tanam 9 m x 9 m x 9 m, dan ukuran lubang tanam 60 cm x 60 cm x 60 cm. Pupuk RP yang dibutuhkan sebagai pupuk dasarnya adalah sebanyak 49.5 kg (masing- masing untilan seberat 16.5 kg) dengan dosis 500 gram/lubang. Kacangan yang diperlukan sebanyak 10 kg/ha, merupakan campuran dari Pueraria javanica dan Calopogonium mucunoides, pada aplikasinya kacangan dicampur dengan pupuk RP. Jumlah tenaga kerja yang diawasi untuk setiap pekerjaan berbeda-beda. Langsir bibit sebanyak 4 orang tenaga kerja, ecer bibit 5 orang tenaga kerja, penanaman sebanyak 3 orang tenaga kerja, pembuatan larikan dan penanaman kacangan sebanyak 3 orang tenaga kerja. Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan seluruh pekerjaan di atas adalah 2 minggu. Setelah menyelesaikan pengawasan pelaksanaan teknis di atas, penulis mempelajari administrasi kantor yang terdiri dari laporan unit kebun (laporan
manajer), laporan keuangan, laporan persediaan, dan laporan bulanan akhir divisi. Pembuatan laporan di atas bermanfaat sebagai monitoring bulanan seluruh kegiatan kebun dan sebagai acuan penyusunan dan pembagian upah karyawan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Panen Kegiatan panen merupakan suatu pekerjaan penting di perkebunan kelapa sawit khususnya kebun Mustika. Kendala utama dalam pengelolaan kegiatan panen di kebun Mustika antara lain adalah kurangnya tenaga kerja panen, lemahnya pengawasan yang dilakukan oleh supervisi/mandor, dan kurang tepatnya penentuan sistem premi. Sehingga mengakibatkan mutu buah dan mutu hanca yang tidak konsisten, kehilangan hasil yang tinggi, pengawasan yang tidak efektif dan efisien, yang akan mengakibatkan tingginya biaya panen dan penurunan keuntungan perusahaan. Tenaga kerja panen. Tenaga kerja panen yang dihitung berikut ini adalah merupakan tenaga kerja potong buah sistem DOL-2 yang dibutuhkan per seksi panen per hari dalam satu divisi. Komponen kebutuhan tenaga kerja dihitung dari luasan area yang akan dipanen, angka kerapatan panen, bobot tandan rata-rata, populasi pohon per hektar, dan kapasitas pemanen per hari. Berikut merupakan penghitungan kebutuhan tenaga kerja potong buah Divisi II. •
Luas Divisi II 652 ha yang terbagi kedalam enam seksi panen. Luas rata – rata per seksi adalah 652 ha/6 seksi = 108.67 ha.
•
Data pengamatan angka kerapatan panen disajikan pada Tabel 9.
Tabel 9. Pengamatan Angka Kerapatan Panen Divisi II Blok C23
Tahun Tanam
Luas (ha)
Total Populasi (pohon)
Total Pohon contoh (pohon)
Jumlah Tandan Matang (Tandan)
AKP (%)
299
90
30
1996 22 2 992 Keterangan : AKP = Angka Kerapatan Panen Sumber : Data Pengamatan Lapangan, April 2008.
AKP = 90 tandan x 100 % = 30 % 299 pohon •
Kapasitas tenaga potong buah/ hk = 4 ha x 136 pohon/ha x 30 % x 16. 9 kg / tandan = 2 785 kg/hk
•
Jumlah tenaga kerja potong buah adalah = 108.67 ha x 30 % tandan/pohon x 16.9 kg/tandan x 136 pohon/ha 2 785 kg/hk = 27 tenaga kerja potong buah
Menurut perhitungan kebutuhan tenaga kerja potong buah di atas, tenaga kerja yang dibutuhkan adalah 27 orang, pada saat kegiatan magang jumlah tenaga kerja yang tersedia hanya 21 orang sehingga Divisi II kekurangan 6 orang tenaga kerja potong buah dan 6 orang tenaga pengutip brondolan (dengan asumsi bahwa jumlah tenaga kerja pengutip brondolan mengikuti jumlah tenaga kerja potong buah). Kurangnya tenaga kerja panen mengakibatkan hanca atau seksi panen tidak selesai dalam satu hari, karena luasan hanca yang diberikan melebihi kapasitas kerja pemanen. Dengan demikian seksi panen yang telah ditetapkan tidak menjadi acuan lagi, karena blok seksi panen yang seharusnya sudah diselesaikan harus dikerjakan keesokan harinya. Kerugiannya adalah terjadi peningkatan biaya panen serta rotasi panen akan bertambah. Rotasi panen bertambah pada seksi panen yang bergeser hari panennya karena pemanen harus menyelesaikan hanca atau seksi panen sebelumnya dan baru diperbolehkan maju ke seksi berikutnya. Rotasi panen yang tinggi atau bertambah akan mengakibatkan banyaknya jumlah brondolan yang disebabkan banyaknya tandan matang dan lewat matang di pohon. Hal ini mengakibatkan peluang kehilangan hasil yakni tandan matang tertinggal di pohon dan brondolan tidak dikutip menjadi sangat tinggi. Kerugian lain akibat tingginya rotasi panen adalah rendahnya kualitas minyak yang disebabkan penambahan asam lemak bebas dari tandan lewat matang yang harus dipanen. Menurut Lubis (1992), tandan lewat matang memiliki kadar asam lemak bebas yang tinggi yaitu 3.8 %. Pengawasan panen dan premi pengawas. Keefektifan pengawasan panen sangat berkaitan dengan penentuan premi pengawas panen. Ketetapan premi pengawas panen dihitung dari total premi seluruh tenaga kerja panen per hari setelah dikurangi denda dari kesalahan yang dilakukan tenaga kerja panen. Hal ini menyebabkan pengawas sulit untuk menjatuhkan denda kepada tenaga kerja panen yang melakukan kesalahan karena jika dilakukan pendendaan, premi yang
didapatkan pengawas akan ikut berkurang. Hal ini akan berakibat pada ketidak efektifannya pengawasan sehingga tenaga kerja panen tidak mengikuti ketentuan yang diberlakukan kebun. Dampak akhir dari masalah di atas adalah rendahnya kualitas buah dan kualitas hanca kebun. Kualitas buah. Penulis melakukan pengamatan terhadap kualitas buah yang dihasilkan oleh seluruh tenaga potong buah Divisi II. Hasil pengamatan kualitas buah Divisi II dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Pengamatan Kualitas Buah Divisi II Kemandoran
Gagang Panjang
Mentah
Kurang Matang
Matang
Busuk
Standar
(<5%)
( 0% )
(<5%)
( > 95 % )
( 0% )
1 2
3.87 3.35
0.11 0.02
0.71 1.27
92.96 94.46
5.28 4.24
3.61
0.07
0.99
93.71
4.76
Rata-Rata
Sumber : Data Pengamatan Lapangan, April 2008
Berdasarkan Tabel 10 didapatkan rata-rata kualitas buah Divisi II adalah gagang panjang 3.61 %, buah mentah 0.07 %, kurang matang 0.99 %, matang 93.71 %, busuk 4.76 %. Hasil di atas belum memenuhi standar toleransi yang ditetapkan kebun yaitu untuk buah mentah, buah matang, dan buah busuk atau janjang kosong. Gagang panjang pada tandan perlu dipotong pendek sebelum TBS diangkut ke pabrik. Gagang tandan buah sawit menjadi penambah biaya bagi kebun dan pabrik, karena penambah berat semu saat pengangkutan dan penyerap minyak saat pengolahan sehingga mengurangi perolehan CPO. Menurut Rankine dan Fairhurst (1998) gagang yang panjang dapat menyerap 0.25 %/kg CPO. Pemotongan buah mentah tidak boleh dilakukan karena akibat memotong buah mentah kebun akan mendapatkan kerugian yaitu kehilangan sebagian potensi produksi minyak kelapa sawit, sehingga produktivitas MKS menurun. Hal ini terjadi karena terdapat pengaruh pada seks rasio antara bunga jantan dan bunga betina, dimana bunga jantan lebih banyak daripada bunga betina diakibatkan karena tanaman stress akibat pelukaan pada saat panen. Selain itu rotasi panen
akan terganggu karena agar mencapai basis dengan cepat pemanen memotong tandan mentah tanpa menyelesaikan hancanya agar lebih cepat pulang. Faktor penyebab tingginya persen buah busuk di kebun Mustika adalah rotasi panen yang tinggi dan banyaknya buah sisa/restan karena kurang baiknya sistem pengangkutan, sarana transportasi, dan sering terjadi kerusakan pabrik pengolahan. Pemanenan buah bus uk berdampak pada peningkatan asam lemak bebas (ALB). Hal ini disebabkan rotasi panen akan mempengaruhi kualitas TBS, kesegaran TBS dan kualitas brondolan. Pengaruh tingginya rotasi panen dan buah sisa/restan terhadap kadar ALB dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Pengamatan Ekstraksi dan ALB Bulan April 2008 Divisi II Kebun Mustika
Parameter Ekstraksi minyak (%) ALB (%) Produksi Rata-rata/ Minggu (ton) Restan Rata-rata/minggu (ton) Restan dari produksi (%) Rotasi > 9 Hari (%)
Minggu II III
Rata-Rata
Standar
I
IV
> 25.00 %
23.41
22.80
22.10
23.33
22.91
< 3.00 %
3.94
4.31
4.46
4.21
4.23
-
35.20
40.80
24.34
37.50
34.46
-
17.10
9.40
51.10
17.00
23.65
< 10.00 %
48.58
23.00
21.00
45.00
34.40 15.70
Sumber Data : Kantor Divisi II, April 2008
Berdasarkan Tabel 11 dapat dilihat kadar ekstraksi minyak dan kadar ALB standar kebun Mustika sulit dicapai yaitu hanya berkisar 22.29 % dan 4.23 % hal ini dipengaruhi oleh rotasi > 9 hari yang tinggi yaitu 15.7%, serta persentase restan atau buah sisa rata-rata yang tinggi yaitu 34.40 % per minggu. Kualitas hanca. Kualitas hanca yang penulis amati terdiri dari jumlah brondolan tertinggal dan tandan tertinggal. Penulis melakukan pengamatan brondolan tertinggal di luar TPH (di pohon, piringan, gawangan, dan jalan rintis yang dilakukan secara bersamaan) selain itu penulis mengamati brondolan tertinggal di TPH. Hasil pengamatan brondolan tertinggal dapat dilihat pada Tabel 12 dan Tabel 13.
Tabel 12. Pengamatan Brondolan Tertinggal di Luar TPH Divisi II Kemandoran Standar 1 2 Rata-rata
Brondolan tertinggal di Luar TPH ( < 2 butir/tandan ) 1.96 3.15 2.56
( < 2 butir/pohon ) 2.16 3.88 3.02
Sumber : Data Pengamatan Lapangan, April 2008.
Berdasarkan Tabel 12 dan 13 didapatkan rata – rata brondolan tertinggal Divisi II adalah 2.56 butir/tandan dan 3.02 butir/pohon, artinya terdapat 2 – 3 butir per tandan dan 3 butir brondolan per pohon brondolan tertinggal di dalam hanca tersebut. Hasil tersebut belum memenuhi standar toleransi kebun yaitu < 2 butir per tandan atau per pohon. Banyaknya brondolan yang tertinggal terjadi pada saat rotasi tinggi sehingga jumlah brondolan banyak, sedangkan kapasitas pengutip serta jam kerja sudah habis. Selain itu kondisi hanca yang kotor dan becek membuat pengutip malas untuk mengutip brondolan secara bersih.
Tabel 13. Pengamatan Brondolan Tertinggal di TPH Divisi II Kelompok pemuat
Brondolan Tertinggal di TPH
Standar 1 2 3 Rata-rata
( < 20 butir/TPH ) 0.80 4.30 5.10 3.40
Sumber : Data Pengamatan Lapangan, April 2008.
Berdasarkan Tabel 13 di atas didapatkan rata-rata brondolan tertinggal di TPH Divisi II adalah 3.4 butir/TPH. Artinya terdapat 3 – 4 butir brondolan yang tertinggal di setiap TPH. Dengan demikian standar kualitas hanca untuk brondolan tertinggal di TPH sudah dapat dicapai. Brondolan tertinggal di TPH disebabkan karena kondisi TPH kotor atau tergenang, kurangnya ketelitian pekerja, serta pengangk utan buah ke alat angkut dilakukan pada malam hari. Selain karena kehilangan hasil akibat brondolan tertinggal dapat merugikan, brondolan yang tertinggal akan tumbuh menjadi anak sawit (kentosan/tukulan), kentosan ini menjadi gulma yang harus di kendalikan
akibatnya biaya
pemeliharaan akan meningkat. Kehilangan produksi akibat brondolan tidak dikutip dapat diatasi dengan cara pengawasan yang ketat dari mandor terhadap kualitas hancanya, serta pemeliharaan hanca panen yang baik. Tandan dikatakan tertinggal jika ditemukan adanya tandan dan brondolan lepas alami sama atau lebih dari standar buah matang dan tandan tersebut tidak dipotong pada saat hari panen. Tertinggalnya tandan dapat pula terjadi pada tandan yang sudah dipanen tetapi tidak terangkut ke TPH. Hasil pengamatan terhadap tandan tertinggal dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Pengamatan Tandan Tertinggal Divisi II
Kemandoran Standar
Jumlah tandan cek (tandan)
1 2 Rata-rata
Jumlah tandan tertinggal (tandan)
% Tandan tertinggal 0.00
357 260
3 2
0.84 0.77 0.81
Sumber : Data Pengamatan Lapangan, April 2008.
Berdasarkan Tabel 14 menunjukan bahwa banyaknya tandan tertinggal di Divisi II adalah 0.81 %, artinya setiap 100 tandan yang dipanen terdapat satu tandan yang tertinggal. Dengan demikian standar toleransi kualitas hanca untuk tandan tertinggal belum dapat dicapai. Tertinggalnya tandan terjadi karena tidak teliti pada saat memotong buah sehingga tidak terlihat buah matang di belakang pohon, selain itu pemanen tergesa- gesa pada saat pengangkutan dari piringan menuju TPH karena mengejar waktu agar cepat mencapai basis. Adapun kecenderungan pada saat rotasi tinggi, pemanen menyimpan buah di pokok karena dikhawatirkan buah akan sedikit pada rotasi panen berikutnya, namun terkadang pula pemanen sudah tidak mampu lagi untuk memanen karena sudah kehabisan tenaga yang diakibatkan hanca yang diberikan terlalu luas.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Pelaksanaan magang di kebun Mustika secara keseluruhan telah memberikan banyak manfaat kepada penulis. Manfaat yang dapat secara langsung penulis rasakan yaitu bertambahnya keterampilan dan pengetahuan baik aspek teknis ataupun kemampuan manajerial dalam pengelolaan kebun. Kegiatan panen mulai dari persiapan panen sampai angkut buah merupakan kegiatan yang sangat penting untuk diperhatikan. Interval dan rotasi panen harus tepat waktu yaitu < 9 hari, penghitungan kebutuhan jumlah tenaga kerja panen harus disesuaikan dengan kapasitasnya. Supervisi yang efektif, akses dalam blok, prasarana pane n yang lengkap, tepat, serta berkualitas harus tersedia agar memudahkan pada saat kegiatan panen. Organisasi panen dan sistem panen seperti sistem premi, sistem denda, serta sistem hanca telah terintegrasi namun belum dilaksanakan seluruhnya secara efektif. Berdasarkan penghitungan kebutuhan tenaga kerja panen, Divisi II kebun Mustika terjadi kekurangan tenaga kerja panen yaitu 6 orang tenaga potong buah dan 6 orang tenaga pengutip brondolan. Hal ini mengakibatkan hanca tidak selesai dalam satu hari
karena hanca yang harus diselesaikan terlalu luas, akibatnya
adalah menambah rotasi panen. Selain itu terjadi ketidaktepatan dalam ketentuan penghitungan premi pengawas panen yaitu dihitung dari premi bersih seluruh tenaga potong buah, hal ini mengakibatkan kur ang efektifnya dalam pengawasan panen sehingga salah satu akibatnya adalah kualitas buah dan kualitas hanca dari Divisi II kebun Mustika belum memenuhi standar panen yang telah ditetapkan kebun yaitu untuk kualitas buah adalah buah mentah (0.07 %), buah matang (93.71 %), buah busuk (4.76 %), sedangkan untuk kualitas hanca adalah jumlah brondolan tertinggal per tandan (2.56 butir/tandan) dan jumlah brondolan tertinggal per pohon (3.02 butir/pohon).
Saran Perlunya penambahan tenaga kerja panen divisi II, agar hasil kerja panen baik dari segi kualitas ataupun kuantitas hasil dapat tercapai. Ketetapan penghitungan premi panen supervisi sebaiknya dihitung dari premi kotor pemanen sebelum dikurangi sanksi atau denda pemanen, sehingga supervisi (mandor panen dan krani) akan lebih efektif dalam melakukan pengawasan dan pemberian sanksi. Namun perlu juga peningkatan pengawasan oleh asisten terhadap kinerja dari supervisi agar pengawasan dilakukan lebih efektif dan efisien.
DAFTAR PUSTAKA
Bangun, D. 2006. “Indonesian Palm Oil Industry”, Paper presented at the National Institute of Oilseed Products Annual Convention, Arizona, USA. http://www.oilseed.org/pdf/am_2006_materials/Bangun_Text.pdf Pamudji, M., et. all. 2004. Minamas Plantation (Plantation Operation) SOPManual Agronomic Practice-Oil Palm. Member of Kumpulan Guthrie Berhard. Minamas Research Center. 2006. Survei Tanah Semi Detil. Departemen Riset Minamas Plantation. Teluk Siak. Direktorat Jenderal Perkebunan. Pendataan kelapa sawit tahun 2008 secara komprehensif dan objektif. URL. http://ditjenbun.deptan.go.id/sekretbun. 26 Agustus 2008. Direktorat Jenderal Perkebunan. 2006. Statistik Perkebunan Indonesia 2003-2005. Kelapa Sawit (oil palm). Direktorat Jenderal Perkebunan. Departemen Pertanian. Jakarta. Lubis, A. U. 1992. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Indonesia. Pusat Penelitian Perkebunan Maarihat. Sumatera Utara. 453 hal. Pahan, I. 2006. Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta. 412 hal. Rankine, I. dan T. Fairhurst. 1998. Seri Tanaman Kelapa sawit Tanaman Menghasilkan.Volume : 3. Oxford Graphic Printers Pte. Ltd. Singapura.
LAMPIRAN
Tabel Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai KHL Tanggal
Kegiatan (satuan)
Prestasi Kerja (Satuan/HK) Penulis
Karyawan
Keterangan
Standar
12/2/2008
Survey Lahan
-
-
-
Divisi IV
13/2/2008
Penyemprotan (ha)
4
5
5
Divisi IV
14/2/2008
Penyemprotan (ha)
4
5
5
Divisi IV
15/2/2008
Survey Lahan
-
-
-
Divisi IV
16/2/2008
Analisis Daun (blok)
1
2
-
Divisi IV
18/2/2008
Analisis Daun (blok)
1
2
-
Divisi IV
19/2/2008
Pemancangan (ha)
1
-
1
Divisi IV
20/2/2008
Langsir Bibit
-
-
-
Divisi IV
21/2/2008
Membuat lubang Tanam (lubang)
2
-
15-25
Divisi IV
22/2/2008
Penanaman (pohon)
10
-
20-30
Divisi IV
23/2/2008
Pembibitan/wawancara
-
-
-
KKPA 3
25/2/2008
Pembibitan/Transplanting (bibit)
-
-
250
KKPA 3
26/2/2008
Pengendalian HPT Pembibitan (bibit)
250
-
5000
KKPA 3
27/2/2008
Pemupukan Bibit (bibit)
345
-
-
KKPA 3
Penyiraman Bibit
410
-
-
KKPA 3
-
-
-
KKPA 3
28/2/2008
Pembibitan/wawancara
29/2/2008
Survey Lahan Tergenang
1/3/2008
Gawangan Manual (ha)
3/3/2008
Survey Lahan TM
4/3/2008 5/3/2008
-
-
-
Divisi IV
0.5
0.5
0.5
Divisi II
-
-
-
Divisi II
Kutip brondolan
60
60
-
Divisi II
Kutip brondolan
48
96
-
Divisi II
Tabel Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai KHL (Lanjutan) Tanggal
Kegiatan
Prestasi Kerja (Satuan/HK) Penulis
10/3/2008
Pengerasan jalan (hk)
11/3/2008
Gawangan Manual (ha)
12/3/2008
Survey Lapang Tergenang
13/3/2008
Karyawan
Keterangan
Standar
1
1
1
Divisi II
0.5
0.5
0.5
Divisi II
-
-
-
Divisi II
Gawangan Manual (ha)
0.5
0.5
0.5
Divisi II
14/3/2008
Gawangan Manual (ha)
0.5
0.5
0.5
Divisi II
15/3/2008
Gawangan Manual (ha)
0.5
0.5
0.5
Divisi II
17/3/2008
Evakuasi Buah ke PKS
-
-
-
Divisi II
18/3/2008
Muat Buah
-
-
-
Divisi II
19/3/2008
Muat Buah
-
-
-
Divisi II
20/3/2008
Orientasi ke PKS
-
-
-
Divisi II
24/3/2008
Pemupukan JJK (titik)
8
8
8
Divisi II
25/3/2008
Until Pupuk (ton)
1.5
1.5
1.5
Divisi II
26/3/2008
Orientasi Pemupukan
-
-
-
Divisi II
273/2008
Cek Kualitas Hanca
3
3
3
Divisi II
Sumber : Kegiatan Lapangan, 2008.
Tabel Lampiran 2. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pendamping Mandor
Tanggal
02/04/2008 03/04/2008 04/04/2008 05/04/2008 07/04/2008 08/04/2008 09/04/2008 10/04/2008 11/04/2008 12/04/2008 14/04/2008 15/04/2008 16/04/2008 17/04/2008 18/04/2008 19/04/2008 21/04/2008 22/04/2008 23/04/2008 24/04/2008 25/04/2008 26/04/2008 28/04/2008 29/04/2008 30/04/2008
Kegiatan
Krani Buah Krani Buah Krani Buah Krani Buah Krani Buah Krani Buah Panen Panen Panen Panen Panen Panen Pengendalian Gulma Semprot Lalang Semprot Lalang Semprot Lalang Semprot Lalang Semprot Lalang Semprot Lalang MHS MHS MHS Piringan Manual Piringan Manual Piringan Manual
Jumlah KHL yang Diawasi (Orang)
Prestasi Kerja Penulis Luas Areal yang Diawasi (Ha)
22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 14 14 14 14 14 14 12 12 12 19 19 19
43 35 36 32 30 58 60 63 56 53 39 41 -
Lama Kegiatan
Keterangan
(Jam) 7 7 7 7 5 7 7 7 7 7 5 7 7 7 7 7 5 7 7 7 7 7 5 7 7
Divisi II, B31, B30 Divisi II, B29, B28 Divisi II, B27, B26, B25 Divisi II, B23, B24, C24 Divisi II, D23, D24 Divisi II, D31, D30, D29, D28 Divisi II, C31, C30 Divisi II, C29, C28 Divisi II, C27, C26 Divisi II, KK Divisi II, D25, E23, F23 Divisi II, D28, D27, D26 Divisi III Divisi III Divisi III Divisi III Divisi III Divisi III Divisi III Divisi III Divisi III Divisi III Divisi IV Divisi IV Divisi IV
Tabel Lampiran 3. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pendamping Asisten
Tanggal
2/5/2008 3/5/2008 5/5/2008 6/5/2008 7/5/2008 8/5/2008 9/5/2008 10/5/2008 12/5/2008 13/5/2008 14/5/2008 16/ 5/2008 17/5/2008 19/ 5/2008 20/ 5/2008 21/ 5/2008 22/ 5/2008 23/ 5/2008 24/ 5/2008 26/ 5/2008 27/ 5/2008
Kegiatan
Langsir Bibit Langsir Bibit Ecer Bibit Konsolidasi lubang Tanam dan Penanaman Ecer Bibit Konsolidasi lubang Tanam dan Penanaman Penanaman Pembuatan Rorak Penanaman Kacangan Pembuatan Rorak Penanaman Kacangan Pembuatan Rorak Penanaman Kacangan Administrasi Divisi Administrasi Divisi Administrasi Divisi Administrasi Divisi Administrasi Divisi Administrasi Kantor Administrasi Kantor Administrasi Kantor Administrasi Kantor Administrasi Kantor Administrasi Kantor
Prestasi Kerja Penulis Jumlah Karyawan Luas Area Yang dikontrol Yang diKontrol (Orang) (Ha) 5 2 4 2 3 2 3 2 3 2 3 2 5 2 4 2 3 2 3 2 -
Lama Kegiatan (Jam) 7 7 7 7 5 7 7 7 7 7 5 7 7 7 7 7 5 7 7 7 7
Tempat
Divisi I Divisi I KKPA 3 Divisi I Divisi I KKPA 3 Divis i I Divisi I Divisi I Divisi I Divisi I Divisi I Divisi I Divisi I Divisi I Divisi II Divisi II Divisi II Divisi II Divisi II Kantor Besar Kantor Besar Kantor Besar Kantor Besar Kantor Besar Kantor Besar
Tabel Lampiran 3. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pendamping Asisten (Lanjutan) Prestasi Kerja Penulis Tanggal
31/ 5/2008 2/6/2008 3/6/2008 4/6/2008 5/6/2008 6/6/2008 7/6/2008 11/ 6/2008
Kegiatan
Administrasi Kantor Mengambil Data sekunder Mengambil Data sekunder Mengambil Data sekunder Mengambil Data sekunder Mengambil Data sekunder Mengambil Data sekunder Pulang Ke Bogor
Sumber : Kegiatan Lapangan, 2008.
Jumlah Karyawan Yang dikontrol (Orang) -
Luas Area Yang diKontrol (Ha) -
Lama Kegiatan (Jam) 7 7 7 7 7 5 7 7
Tempat
Kantor Besar Kantor Besar Kantor Besar Kantor Besar Kantor Besar Kantor Besar Kantor Besar
Tabel Lampiran 4. Curah Hujan Mustika Estate Tahun 1998 – 2008
1998
Bulan HH
1999
mm
HH
2000
mm
HH
Tahun 2002
2001
mm
HH
mm
HH
2003
mm
HH
2004 mm
HH
2005
mm
HH
2006 mm
HH
2007 mm
HH
mm
Januari
19
334
8
192
17
409
16
370
16
219
15
309
18
256
16
218
15
142
20
230
Febuari
10
124
11
310
13
121
15
111
19
235
22
398
12
373
17
317
11
140
24
422
Maret
6
136
1
30
17
133
15
273
16
324
19
355
16
156
21
303
17
251
16
170
April
14
182
9
127
18
267
13
189
19
318
19
365
12
300
16
363
17
241
23
443
Mei
11
142
13
156
18
318
13
71
14
227
11
123
7
147
12
211
16
216
11
202
Juni
4
40
16
238
23
570
13
188
15
425
9
59
5
40
9
108
18
503
21
415
Juli
4
43
19
143
15
361
10
124
5
31
11
141
10
140
9
89
10
85
15
217
Agustus
0
0
18
562
12
143
1
2
4
56
7
50
0
0
5
108
4
33
11
100
September
0
0
18
187
13
148
8
116
1
1
4
81
7
91
2
13
3
22
5
151
Oktober
2
42
13
187
19
169
12
115
1
7
13
241
4
55
14
240
0
0
6
67
November
6
90
16
300
16
255
14
154
15
153
15
344
9
187
13
176
8
88
14
133
Desember
19
205
11
79
13
217
14
223
16
295
18
356
12
182
14
157
15
237
14
168
Total
95
1338
153
2511
194
3111
144
1946
141
2283
163
2822
112
2027
148
2303
134
1958
180
2718
8
111
13
200
16
259
12
162
12
190
14
235
9
169
12
192
11
163
15
227
Rata - rata
Keterangan : HH = Hari Hujan, Mm = mili meter Sumber : Kantor Besar Kebun Mustika
Menurut Schmidt dan Ferguson Q = Rata-rata Bulan Kering x 100 % = 2.8 x 100 % = 30.43 % Rata-rata Bulan Basah 9.2
Es Estate Manager
Senior Asisten
Kepala Administrasi
Asisten Divisi
Kantor Besar
Kepala Bengkel
Kerani Traksi
Mandor
Kepala Keamanan
Mandor Semprot
Kerani Divisi
Kepala Poliklinik
Kepala Gudang Gambar La mpiran 2. Struktur Organisasi Kebun Mustika Estate