PENGELOLAAN LIMBAH KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI BAHAUR ESTATE, BUMITAMA GUNAJAYA AGRO, KALIMANTAN TENGAH
DIAN PRATIWI
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengelolaan Limbah Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Sungai Bahaur Estate, Bumitama Gunajaya Agro, Kalimantan Tengah adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, September 2013 Dian Pratiwi NIM A24090006
ABSTRAK DIAN PRATIWI. Pengelolaan Limbah Kelapa Sawit (Elaeis gueneensis Jacq.) di Sungai Bahaur Estate, Bumitama Gunajaya Agro, Kalimantan Tengah. Dibimbing oleh SUPIJATNO. Magang dilaksanakan untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan teknis dan manajerial, serta memperoleh pengalaman dan keterampilan kerja. Tujuan khususnya yaitu mempelajari pengelolaan limbah cair dan tandan kosong sebagai pupuk organik. Aplikasi tandan kosong di Selucing Agro Estate menggunakan teknik mulsa dan di letakkan di sebelah pelepah membentuk huruf U (U-shape). Produksi pada lahan yang diaplikasikan tandan kosong belum berbeda nyata dengan lahan yang tidak diaplikasikan tandan kosong. Aplikasi limbah cair menggunakan sistem land application pada kolam datar. Air limbah dialirkan ke lahan menggunakan pipa dengan sistem kolam pada instalasi pengolahan air limbah. Aplikasi limbah cair belum berpengaruh nyata terhadap peningkatan produksi dan produktivitas kelapa sawit. Seluruh parameter limbah cair sesuai dengan Peraturan Gubernur No. 35 tahun 2007 dan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 28 tahun 2003, sehingga aktivitas Instalasi Pengolahan Air Limbah tidak berdampak negatif bagi lingkungan. Kata kunci: kolam datar, limbah cair, pupuk organik, tandan kosong
ABSTRACT DIAN PRATIWI. Waste Management of Palm Oil (Elaeis guineensis Jacq.) in Sungai Bahaur Estate, Bumitama Gunajaya Agro, Central Kalimantan. Supervised by SUPIJATNO. The internship is aimed to enhance the knowledge, technical and managerial skills and having work experience. The specific objective is to study the management of waste palm oil mill effluent and empty bunch as organic fertilizer. Application of empty bunch in Sungai Bahaur Estate uses mulching technique and placed next to midrib forming the letter U (U shape). Production of area that is applied by empty bunch has no differences been real with the land that is not applied by empty bunch. Application of palm oil mill effluent using land application system on flat bed. Waste were distributed by pipeline to the area. Application of palm oil mill effluent has not yet influenced the production and productivity of palm oil. All the samples of waste palm oil mill effluent are in complied to regulation no 35 in 2007 and no 28 in 2003 decision environment ministers, so the activity of the water treatment plant had no give negative impact to environment. Key words : empty bunch, flat bed, organic fertilizer, palm oil mill effluent
PENGELOLAAN LIMBAH KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI BAHAUR ESTATE, BUMITAMA GUNAJAYA AGRO, KALIMANTAN TENGAH
DIAN PRATIWI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Agronomi dan Hortikultura
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
Judul Skripsi : Pengelolaan Limbah Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Sungai Bahaur Estate, Bumitama Gunajaya Agro, Kalimantan Tengah Nama : Dian Pratiwi NIM : A24090006
Disetujui oleh
Dr Ir Supijatno, MSi Pembimbing Diketahui oleh
Dr Ir Agus Purwito, MSc Agr Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam magang yang dilaksanakan sejak bulan Februari sampai Juni 2013 ini ialah Limbah Kelapa Sawit, dengan judul Pengelolaan Limbah Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Sungai Bahaur Estate, Bumitama Gunajaya Agro, Kalimantan Tengah. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Supijatno, MSi selaku pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan saran, Dr Ir Eko Sulistyono, MSi dan Ani Kurniawati, SP MSi selaku dosen penguji, keluarga besar kebun Sungai Bahaur Estate (SBHE) dan Selucing Agro Estate (SAGE), Bumitama Gunajaya Agro yang telah memberikan banyak ilmu terkait segala aspek mengenai kelapa sawit khususnya limbah kelapa sawit. Di samping itu, penulis berterima kasih kepada orangtua serta keluarga besar yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil, teman-teman AGH 46 yang telah memberikan kritik dan saran, serta semua pihak yang telah memberikan dukungan dan membantu penulis selama melakukan kegiatan magang dan pembuatan karya ilmiah. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat
Bogor, September 2013 Dian Pratiwi
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR LAMPIRAN
v
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan
1
TINJAUAN PUSTAKA
2
Morfologi Kelapa Sawit
2
Ekofisiologi Kelapa Sawit
2
Limbah Pabrik Kelapa Sawit (PKS)
3
METODE MAGANG
5
Waktu dan Tempat
5
Pelaksanaan Magang
5
Pengamatan dan Pengumpulan Data
5
Analisis Data dan Informasi
6
KONDISI UMUM LOKASI MAGANG
7
Sejarah dan Perkembangan Perusahaan
7
Letak Geografis dan Administratif
7
Keadaan Iklim dan Tanah
7
Luas Hak Guna Usaha (HGU) dan Tata Guna Lahan
8
Keadaan Tanaman dan Produksi
8
Fasilitas Kebun
9
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan
9
PELAKSANAAN MAGANG Aspek Teknis
11 11
Penunasan
11
Pengambilan daun Leaf Sampling Unit (LSU)
11
Pemupukan
13
Pengendalian Gulma
14
Pengendalian Hama
15
Pemanenan
16
Pengolahan Tandan Buah Segar (TBS)
19
Pengelolaan Limbah
20
Aspek Manajerial
24
Pendamping Mandor
24
Pendamping Asisten
25
HASIL DAN PEMBAHASAN
25
Tandan Kosong (TKS)
26
Limbah Cair (POME)
28
Dampak Aplikasi POME terhadap Produksi
32
Dampak Aplikasi POME terhadap Kualitas Air
33
KESIMPULAN DAN SARAN
34
Kesimpulan
34
Saran
35
DAFTAR PUSTAKA
35
LAMPIRAN
37
RIWAYAT HIDUP
52
DAFTAR TABEL 1 Persentase unsur hara dalam satu ton Tandan Kosong (TKS) 3 2 Kesetaraan nilai unsur hara POME dengan pupuk anorganik dalam 4 100 ton limbah POME 3 Baku mutu limbah Palm Oil Mill Effluent (POME) 4 4 Luas Hak Guna Usaha (HGU) dan tata guna lahan di Kebun 8 Sungai Bahaur Estate (SBHE) 5 Produksi Tandan Buah Segar (TBS) di Divisi III Kebun 9 Sungai Bahaur Estate pada tahun 2009-2012 6 Komposisi jumlah tenaga kerja di Kebun Sungai Bahaur Estate (SBHE) 10 7 Peralatan panen di Kebun Sungai Bahaur Estate (SBHE) 17 8 Komposisi jenis limbah yang dihasilkan Pabrik Selucing Agro Mill 26 (SAGM) pada tahun 2012 9 Jumlah Tandan Kosong (TKS) yang teraplikasikan di Kebun 27 Selucing Agro Estate (SAGE) Divisi III pada tahun 2012 10 Perbandingan produksi Tandan Buah Segar (TBS) pada blok 27 aplikasi tandan kosong dengan blok tanpa aplikasi tandan kosong 11 Jenis-jenis kolam dan kapasitas masing-masing kolam 29 di Pabrik Selucing Agro Mill (SAGM) 12 Monitoring baku mutu air limbah Pabrik Selucing Agro Mill 30 (SAGM) pada tahun 2012 13 Luas blok aplikasi limbah POME yang disertai dengan jumlah 31 flat bed dan kran di Kebun Selucing Agro Estate (SAGE) 14 Perbandingan produksi Tandan Buah Segar (TBS) antara blok 32 aplikasi limbah POME dengan blok tanpa aplikasi limbah POME di Kebun Selucing Agro Estate (SAGE) tahun 2012 15 Hasil pemeriksaan kualitas air tanah pada Sumur Pantau (SP I, SP II, SP III) 34 di blok aplikasi limbah POME dan sumur penduduk
DAFTAR GAMBAR 1 Pengambilan daun LSU 2 Untilan pupuk (A), pengeceran pupuk (B) 3 Jenis herbisida yang digunakan (A), pengisian herbisida ke dalam knapsack solo (B), penyemprotan herbisida di piringan (C) 4 Peletakan TKS berbentuk U-shape (A), peletakan TKS di atas tumpukan pelepah (B) 5 Kolam Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) 6 Flat bed penampungan air limbah POME 7 Sumur pantau aplikasi limbah POME
12 14 15 21 22 23 33
DAFTAR LAMPIRAN 1 Jurnal harian kegiatan magang sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL) di Kebun SBHE PT Bumitama Gunajaya Agro 2 Jurnal harian kegiatan magang sebagai Pendamping Mandor di Kebun SBHE PT Bumitama Gunajaya Agro 3 Jurnal harian kegiatan magang sebagai Pendamping Asisten di Kebun SBHE PT Bumitama Gunajaya Agro 4 Peta tahun tanam Kebun Sungai Bahaur Estate (SBHE) 5 Peta jenis tanah Kebun Sungai Bahaur Estate (SBHE) 6 Hari hujan dan curah hujan di Kebun SBHE PT Bumitama Gunajaya Agro, Kalimantan Tengah, Periode 2009/2010/2011/2012/2013 7 Struktur organisasi Kebun Sungai Bahaur Estate (SBHE) 8 Alur distribusi Tandan Kosong (TKS) di Kebun Selucing Agro Estate (SAGE) 9 Organisasi ketenagakerjaan Tandan Kosong (TKS) di Kebun SAGE 10 Lay out effluent treatment Pabrik Selucing Agro Mill (SAGM) 11 Lay out land application limbah POME Pabrik Selucing Agro Mill (SAGM)
37 38 40 44 45 46 47 48 49 50 51
PENDAHULUAN Latar Belakang Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu tanaman penghasil minyak nabati yang sangat penting. Produksi minyak kelapa sawit per hektar merupakan produksi paling tinggi dibandingkan dengan seluruh tanaman penghasil minyak nabati lainnya (Pahan 2010). Kelapa sawit menyumbang minyak nabati terbesar di dunia yaitu 2 000-3 000 kg ha-1 (Irvan 2009). Peningkatan produksi nasional CPO terjadi seiring dengan peningkatan areal lahan untuk budidaya kelapa sawit. Luas areal perkebunan kelapa sawit tahun 2012 mencapai 9 juta ha. Produksi CPO kelapa sawit pada tahun 2012 mencapai 23 juta ton dengan produktivitas Crude Palm Oil (CPO) mencapai 3 571 kg ha-1 (Ditjenbun 2012). Devisa dari sektor perkebunan mencapai US$ 20 miliar pada tahun 2010 yang sebagian besar berasal dari kelapa sawit yaitu US$ 15.5 miliar (Ditjenbun 2011). Pengembangan industri kelapa sawit yang diikuti dengan pembangunan pabrik dapat menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan. Hal tersebut disebabkan oleh bobot limbah Pabrik Kelapa Sawit (PKS) yang harus dibuang semakin bertambah, sehingga perkebunan kelapa sawit melakukan pengelolaan terhadap limbah yang dihasilkan. Langkah tersebut merupakan upaya untuk mengurangi dampak negatif demi mewujudkan industri yang berwawasan lingkungan (Irvan 2009). Apabila dikelola dengan baik, limbah dapat memberikan dampak positif terhadap produksi Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit karena mengandung unsur hara yang cukup tinggi. Limbah padat yang dihasilkan Pabrik Kelapa Sawit (PKS) berupa Tandan Kosong (TKS) yang jumlahnya sekitar 23% per ton Tandan Buah Segar (TBS) (Susilawati 2012). TKS berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai pupuk organik. Potensi TKS sebagai pupuk berkaitan dengan materi TKS yang merupakan bahan organik dengan kandungan hara cukup tinggi. Limbah cair pabrik kelapa sawit yang dikenal dengan istilah POME (Palm Oil Mill Effluent) mempunyai kandungan bahan organik yang tinggi. Limbah POME memiliki kandungan hara yang dibutuhkan oleh tanaman kelapa sawit yaitu N, P, K, Mg (Pasaribu 2011). Aplikasi limbah POME di perkebunan kelapa sawit sebagai pupuk telah dilakukan pada Tanaman Menghasilkan (TM) di Indonesia. Aplikasi limbah POME memiliki keuntungan antara lain dapat berfungsi sebagai pupuk (Sutarta et al. 2003). Tujuan Tujuan umum kegiatan magang adalah meningkatkan pengetahuan, kemampuan teknis dan manajerial, serta memperoleh pengalaman dan keterampilan kerja. Tujuan khususnya adalah untuk mempelajari pengelolaan limbah cair dan limbah padat sebagai pupuk organik.
2
TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Kelapa Sawit Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) memiliki bagian vegetatif dan generatif yang khas. Bagian vegetatif tanaman kelapa sawit meliputi akar (radix), batang (caulis), dan daun (folium). Bagian generatifnya meliputi bunga (flos) dan buah (fruktus). Bunga kelapa sawit termasuk berumah satu. Pada satu batang terdapat bunga betina dan bunga jantan yang letaknya terpisah. Namun, seringkali terdapat tandan bunga betina yang mendukung bunga jantan (hermaprodite) (Setyamidjaja 2006). Buah kelapa sawit tersusun dari kulit buah yang licin dan keras (epicarp), daging buah (mesocarp) dari susunan serabut (fibre) dan mengandung minyak, kulit biji (endocarp) berupa tempurung berwarna hitam dan keras, daging biji (endosperm) yang berwarna putih dan mengandung minyak, serta lembaga (embrio) (Sunarko 2007). Berdasarkan variasi morfologis, buah kelapa sawit yang ada di lapangan berasal dari banyak varietas (Mangoensoekarjo 2007). Varietas kelapa sawit yang biasanya ditemukan di perkebunan kelapa sawit yaitu varietas Dura, Pisifera, dan Tenera. Pisifera mempunyai alela homozigot resesif sehingga tidak memiliki cangkang. Dura memiliki cangkang tebal yaitu 2-8 mm. Persilangan Dura dan Pisifera menghasilkan Tenera. Tenera memiliki cangkang yang tipis yaitu 0.5-4 mm dan dikelilingi cincin-cincin serat pada mesocarp nya. Varietas Tenera lebih disukai untuk penanaman komersial karena memiliki kandungan minyak lebih tinggi daripada Dura (Pahan 2010).
Ekofisiologi Kelapa Sawit Pencapaian hasil produksi kelapa sawit yang tinggi dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu faktor lingkungan, faktor genetik dan teknik budidaya (Saputra 2011). Faktor lingkungan dominan yang mempengaruhi kelapa sawit dalam konteks ekofisiologi yaitu faktor tanah (edafik) dan iklim yang meliputi intensitas cahaya matahari, temperatur, curah hujan, serta kelembaban udara. Kelapa sawit membutuhkan intensitas cahaya matahari yang cukup tinggi untuk melakukan fotosintesis kecuali kondisi juvenile di pre-nursery. Produksi Tandan Buah Segar (TBS) per tahun juga dipengaruhi oleh jumlah jam efektif penyinaran matahari. Kelapa sawit dapat tumbuh baik pada suhu 24-28 oC. Kebutuhan air untuk tanaman kelapa sawit di perkebunan komersial mencapai 1 950 mm tahun-1 (Pahan 2010). Rata-rata curah hujan optimal tahunan kelapa sawit berkisar 1 250-2 500 mm. Curah hujan di bawah 1 250 mm menyebabkan metabolisme tanaman kelapa sawit akan terganggu (Mangoensoekarjo 2007). Tanaman kelapa sawit membutuhkan curah hujan yang rata sepanjang tahun. Curah hujan yang tidak konstan dapat menurunkan produksi tanaman kelapa sawit. Pertumbuhan dan produksi terbaik kelapa sawit diperoleh pada ketinggian 0-100 mdpl. Tanaman kelapa sawit juga dapat berproduksi optimal pada ketinggian 0-500 mdpl, tetapi jika lebih dari 500 mdpl produksi kelapa sawit relatif rendah.
3 Klasifikasi pengusahaan kelapa sawit terbagi atas empat kelas yaitu kelas I (baik) dengan tanah yang mempunyai seluruh kriteria baik, kelas II (cukup baik) dengan tanah kriteria baik dan ≤ 2 kriteria kurang baik, kelas III (kurang baik) dengan tanah kriteria baik, 2-3 kriteria kurang baik dan 1 kriteria tidak baik, serta kelas IV (tidak baik) dengan tanah yang mempunyai > 2 kriteria tidak baik (Pahan 2010).
Limbah Pabrik Kelapa Sawit Limbah Padat (Tandan Kosong/TKS) Limbah TKS merupakan produk setelah Tandan Buah Segar (TBS) diproses di sterilizer dan stripper (Pahan 2010). Penanganan TKS yang dihasilkan Pabrik Kelapa Sawit (PKS) tidak lagi dilakukan pembakaran dengan incenator. Hal ini dilakukan untuk mengurangi pembuangan CO2 ke udara. TKS yang dihasilkan oleh Pabrik Kelapa Sawit (PKS) berkisar antara 200-220 kg atau 20-22 % dari setiap ton TBS yang diolah (Pasaribu 2011). Lembaga Riset Perkebunan Indonesia (2003) menyatakan bahwa TKS merupakan limbah pada Pabrik Kelapa Sawit (PKS) yang jumlahnya sekitar 23% dari TBS yang diolah. Tandan Kosong (TKS) memiliki manfaat sebagai pupuk kompos, pulp, papan partikel, dan energi (Irvan 2009). TKS kaya kandungan materi organik dan nutrisi bagi tanaman. Aplikasi TKS dapat meningkatkan proses dekomposisi tanah, meningkatkan peremajaan tanah dalam rangka mempertahankan produksi TBS agar tetap tinggi. Aplikasi TKS sesuai dalam memenuhi atau menggantikan sebagian pupuk anorganik, asalkan jumlah pasokan haranya sebanding dengan pupuk anorganik tersebut (Susilawati 2012). Persentase unsur hara dalam TKS dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Persentase unsur hara dalam satu ton Tandan Kosong (TKS) Unsur hara Nitrogen (N) Fosfor (P) Potassium (K) Magnesium (Mg)
Kadar Hara dalam TKS (kg ha-1 tahun-1) 5.4 0.4 35.3 2.7
Sebanding dengan pupuk per Ton TKS (kg) 8.0 Urea 2.9 RP 18.3 MOP 5.0 Kieserit
Sumber : SOP BGA (2012)
Aplikasi TKS ke lahan harus dilakukan sebaik mungkin sehingga manfaatnya sebagai pupuk organik dapat maksimal dan biaya aplikasi tidak terlalu mahal. TKS yang diangkut dari Pabrik Kelapa Sawit (PKS) harus segera diaplikasikan ke lahan. TKS maksimal menumpuk di Collection Road (CR) selama satu minggu semenjak diangkut, apabila dibiarkan terlalu lama maka dapat merusak kondisi jalan dan kandungan hara akan berkurang terutama unsur Kalium (K). Rata-rata kandungan K menurun 35% setelah satu bulan, 70% setelah tiga bulan dan 90% setelah enam bulan di lapangan. Setelah itu, terjadi penurunan yang melambat dengan lebih dari 99% penurunan setelah 10 tahun (Susilawati 2012).
4 Limbah Cair (Palm Oil Mill Effluent/POME) Limbah POME merupakan limbah sisa proses pembuatan minyak sawit yang berbentuk cair dari kegiatan industri minyak kelapa sawit. Parameter yang dijadikan indikator penilaian mutu limbah POME adalah pH, BOD (Biological Oxygen Demand), COD (Chemical Oxygen Demand), TDS (Total Dissolved Solid), temperatur, minyak dan lemak (Pasaribu 2011). Limbah POME mengandung bahan organik yang tinggi dan bermanfaat bagi tanaman. Kesetaraan nilai unsur hara POME dengan pupuk anorganik dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Kesetaraan nilai unsur hara POME dengan pupuk anorganik dalam 100 ton limbah POME Unsur Nitrogen (N) Fosfat (P) Kalium (K) Magnesium (Mg)
Nilai (kg) 50-67.5 9-11 100-185 15-32
Sumber: Data Kebun SBHE (2013)
Salah satu sistem aplikasi POME di lahan yaitu land application. Keuntungan aplikasi POME menggunakan sistem land application yaitu sebagai sumber kandungan unsur hara yang tinggi dan dapat digunakan sebagai pupuk organik, memperbaiki tekstur tanah, meningkatkan kesuburan tanah, sebagai sumber air tanaman, dan mengurangi polusi jika dibuang di badan sungai (Pasaribu 2011). Kualifikasi limbah POME yang diaplikasikan ke perkebunan yaitu limbah dengan BOD antara 3 500-5 000 mg L-1 (Sutarta et al. 2003). Baku mutu limbah POME dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Baku mutu limbah Palm Oil Mill Effkuent (POME) Parameter BOD (mg L-1) Minyak dan lemak (mg L-1) pH
Batas kepekatan < 3500 < 3000 6.0
Sumber: Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian (2006)
Blok yang dipilih untuk lahan aplikasi limbah POME yaitu blok-blok yang berjarak tidak terlalu jauh dari pabrik yang berkaitan dengan pemakaian instalasi dan kekuatan tekanan pompa (jarak maksimal 5 km dari pabrik), topografi tidak terlalu curam atau berbukit, dan tidak terlalu banyak areal rendahan sehingga penyebaran aplikasi dalam satu blok maksimal. Dosis aplikasi limbah POME yang ditetapkan yaitu 750 ton ha-1 setiap tahun dengan rotasi 3-4 kali dalam setahun (Susilawati 2012).
5
METODE MAGANG Waktu dan Tempat Kegiatan magang dilaksanakan di Sungai Bahaur Estate (SBHE) PT Windu Nabatindo Abadi, Bumitama Gunajaya Agro, Kota Waringin Timur, Kalimantan Tengah. Kegiatan magang dilaksanakan selama empat bulan dari Februari sampai Juni 2013. Pelaksanaan Magang Kegiatan magang dilaksanakan dengan mengikuti pekerjaan yang sedang berlangsung maupun tidak langsung di kebun. Kegiatan teknis dilakukan selama satu bulan sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL). Kegiatan teknis meliputi penunasan, pemupukan, pengendalian gulma, pengendalian hama, pemanenan, pengolahan Tandan Buah Segar (TBS), pengambilan daun Leaf Sampling Unit (LSU), dan pengelolaan limbah Tandan Kosong (TKS) dan POME. Jurnal harian sebagai KHL dapat dilihat pada Lampiran 1. Kegiatan manajerial sebagai Pendamping Mandor dilakukan selama satu bulan yang meliputi mandor I, mandor panen, mandor pupuk, mandor semprot, mandor aplikasi limbah POME dan mandor aplikasi limbah Tandan Kosong (TKS). Kegiatan yang dilaksanakan meliputi pengawasan kegiatan di kebun. Kegiatan sebagai Pendamping Mandor dapat dilihat pada Lampiran 2. Kegiatan manajerial sebagai Pendamping Asisten dilakukan selama dua bulan. Kegiatan yang dilaksanakan di kebun adalah mengevaluasi hasil kegiatan kebun dan kontrol kegiatan yang dilaksanakan di lahan. Kegiatan sebagai Pendamping Asisten dapat dilihat pada Lampiran 3. Aspek khusus pada kegiatan magang yang dilaksanakan mencakup pengelolaan limbah POME dan Tandan Kosong (TKS) dari hasil pengolahan Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit yang dilakukan oleh Pabrik Kelapa Sawit (PKS). Kegiatan yang dipelajari di lahan berkaitan dengan seluruh kegiatan yang berhubungan dengan penanganan dan pemanfaatan limbah kelapa sawit sebagai pupuk organik.
Pengamatan dan Pengumpulan Data Pengumpulan data dan informasi dalam kegiatan magang dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder dan data primer. Data sekunder dapat diperoleh melalui laporan manajemen, data perusahaan dan arsip perusahaan (bulanan atau tahunan). Data sekunder yang dikumpulkan antara lain data jumlah atau bobot Tandan Kosong (TKS) yang dihasilkan pabrik setiap bulan, bobot atau jumlah limbah POME yang dihasilkan pabrik tiap bulan, kualitas limbah POME (BOD, COD, Pb, Cd, Cu, dan pH), produksi Tandan Buah Segar (TBS) tahun 2012 pada blok yang diaplikasikan limbah Tandan Kosong (C010, C011, D009, D010) dan POME (C010, C011, B013), pengaruh limbah POME terhadap kualitas air sumur pantau (pada blok C010, C011, B013) dan sumur penduduk di sekitar blok aplikasi, serta data-data pendukung lainnya seperti sejarah dan perkembangan kebun, keadaan iklim dan tanah, letak geografis dan administratif,
6 luas Hak Guna Usaha (HGU) dan tata guna lahan, fasilitas kebun, struktur organisasi dan ketenagakerjaan, serta keadaan tanaman dan produksi. Data primer diperoleh melalui observasi lapangan maupun hasil wawancara dengan operator dan karyawan limbah POME dan TKS. Data pengamatan dipusatkan pada kegiatan pengelolaan limbah POME dan limbah TKS. Pengamatan pada pengelolaan limbah POME antara lain : 1. Metode aplikasi limbah POME Mengamati secara langsung metode aplikasi limbah POME serta mengamati alur distribusi limbah POME dan proses pengolahannya sampai diaplikasikan ke blok. 2. Luas blok aplikasi limbah POME Menghitung secara langsung luas blok yang diaplikasikan limbah POME. 3. Organisasi ketenagakerjaan aplikasi limbah POME Menghitung secara langsung jumlah tenaga kerja yang mengaplikasikan limbah POME. 4. Jumlah flat bed dan dosis aplikasi limbah POME Menghitung jumlah flat bed yang dapat menampung limbah POME di blok aplikasi dan dosis yang digunakan. Pengamatan pada pengelolaan limbah TKS antara lain : 1. Dosis aplikasi limbah TKS dan jumlah TKS setiap hektar Menghitung dosis TKS yang digunakan setiap tanaman kelapa sawit dan menghitung secara langsung jumlah TKS yang diaplikasikan setiap hektar. 2. Alur distribusi TKS Mengamati alur distribusi TKS mulai dihasilkan pabrik sampai diaplikasikan ke dalam blok. 3. Pengaturan atau peletakan TKS di blok aplikasi Mengamati secara langsung pengaturan atau peletakan TKS pada tanaman kelapa sawit. 4. Organisasi ketenagakerjaan TKS Menghitung secara langsung jumlah tenaga kerja yang mengaplikasikan limbah TKS serta dihitung jumlah limbah TKS yang dapat diaplikasikan.
Analisis Data dan Informasi Produksi tanaman kelapa sawit yang diaplikasikan limbah POME dan TKS dibandingkan dengan produksi tanaman yang tidak diaplikasikan limbah POME dan TKS kemudian diuji dengan menggunakan t-student pada taraf 5 %. Data dan informasi lainnya dianalisis dengan mengunakan nilai rata-rata dan persentase.
7
KONDISI UMUM LOKASI MAGANG Sejarah dan Perkembangan Perusahaan Bumitama Gunajaya Agro (BGA) merupakan perusahaan yang bergerak dibidang perkebunan dan pabrik kelapa sawit dengan komitmen mewujudkan kelapa sawit lestari (sustainable palm oil). Perusahaan BGA berawal dari pengusahaan perkebunan kelapa sawit berskala kecil di Kabupaten Kota Waringin Timur, Kalimantan Tengah yang dimulai pada tahun 1998. BGA mengakuisisi tiga perusahaan perkebunan kelapa sawit yakni PT Windu Nabatindo Lestari, PT Hati Prima Agro, dan PT Surya Barokah pada tahun 2001. PT Surya Barokah mengalami kebangkrutan pada tahun 2004, kemudian di take over dan diakuisi oleh BGA menjadi PT Windu Nabatindo Abadi (PT WNA). PT WNA menaungi empat kebun yaitu Sungai Bahaur Estate (SBHE), Bangun Koling Estate (BKLE), Sungai Cempaga Estate (SCME), dan Selucing Agro Estate (SAGE). PT WNA memiliki satu unit pabrik untuk mengolah kelapa sawit yaitu Selucing Agro Mill (SAGM) dengan kapasitas olah pabrik 60 ton jam-1.
Letak Geografis dan Administratif Secara geografis Kebun Sungai Bahaur Estate (SBHE) terletak pada koordinat 113.01-113.07 oBT dan 1.80-1.86 oLS. Batas wilayah SBHE sebelah barat dan utara berbatasan dengan Sungai Cempaga Estate (SCME), sebelah timur berbatasan dengan PT Bisma Darma Kencana, dan sebelah selatan berbatasan dengan Selucing Agro Estate (SAGE).
Keadaan Iklim dan Tanah Keadaan iklim Kebun SBHE menurut klasifikasi Schmidth-Ferguson termasuk tipe iklim A (sangat basah). Curah hujan selama empat tahun terakhir yaitu 3 542 mm tahun-1 dengan rata-rata hari hujan 137 hari tahun-1. Keadaan curah hujan di Kebun SBHE dapat dilihat pada Lampiran 6. Suhu rata-rata kebun SBHE adalah 27 oC dengan kisaran suhu 23-33 oC. Secara umum Kebun SBHE memiliki empat jenis tanah yaitu tanah inceptisol sebesar 60.28%, kaolin sebesar 19.86%, entisol sebesar 0.71%, dan ultisol sebesar 17.73%. Keadaan tanah di Kebun SBHE dapat dilihat pada Lampiran 5. Keadaan topografi Kebun SBHE mayoritas relatif datar dengan tingkat kemiringan 0-8 % dan sedikit daerah bergelombang dengan kemiringan 9-15 %. Kelas kesesuaian lahan Kebun SBHE termasuk kelas S3 (sesuai marjinal) dengan faktor pembatas utama tekstur tanah pasir berlempung. Pemanfaatan tanah berdasarkan kelas lahan ini untuk pengembangan kelapa sawit khususnya di SBHE harus diikuti dengan upaya perbaikan tingkat kesuburan tanah. Upaya yang telah dilakukan diantaranya penanaman LCC, pemupukan organik dan anorganik.
8
Luas Hak Guna Usaha (HGU) dan Tata Guna Lahan Luas Hak Guna Usaha (HGU) Kebun SBHE adalah 4 283.4 ha. Lahan kelapa sawit di Kebun SBHE hanya diusahakan untuk Tanaman Menghasilkan (TM) dengan luas 3 987.4 ha. Areal prasarana di Kebun SBHE seluas 181 ha yang diperuntukkan untuk emplasemen serta jalan dan jembatan. Luas areal yang mungkin bisa ditanam seluas 70 ha yang diperuntukkan untuk okupasi, sedangkan untuk areal yang tidak bisa ditanam yaitu 45 ha. Lahan ini tidak dapat digunakan karena merupakan areal berbukit terjal, sungai, rawa, dan pasir. Kebun SBHE memiliki lima Divisi, yaitu Divisi I seluas 734.2 ha, Divisi II seluas 700.4 ha, Divisi III seluas 664.9 ha, Divisi IV seluas 1184.2 ha, dan Divisi V seluas 884.9 ha. Luas areal dan tata guna lahan dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Luas Hak Guna Usaha (HGU) dan tata guna lahan di Kebun Sungai Bahaur Estate (SBHE) Uraian I. Areal Diusahakan A. Areal yang ditanam Tanaman Menghasilkan (TM) TOTAL AREAL DITANAM B. Areal Prasarana Emplasemen Jalan dan Jembatan TOTAL AREAL PRASARANA II. Areal mungkin bisa ditanam atau perluasan C. Okupasi TOTAL AREAL MUNGKIN BISA DIUSAHAKAN D. Bukit, Sungai, Lembah, Rawa, Tanah Tandus TOTAL AREAL TIDAK BISA DIUSAHAKAN GRAND TOTAL
Luas (ha)
3 987.4 3 987.4 42 139 181 70 70 45 45 4 283.4
Sumber: Data Kebun SBHE (2013)
Keadaan Tanaman dan Produksi Tanaman kelapa sawit yang diusahakan di SBHE adalah varietas Marihat yang dihasilkan oleh Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS). Tanaman kelapa sawit ditanam pada 12 tahun tanam yang berbeda yaitu tahun 1998-2010. Jarak tanam yang digunakan adalah 9.2 m x 9.2 m x 9.2 m dengan jarak tegak lurus antar baris adalah 7.97 m dan jarak dalam barisan 9.2 m sehingga rata-rata populasi tanaman setiap hektarnya 136 pohon. Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa populasi tanaman per hektarnya beragam. Keadaan tanaman kelapa sawit di Kebun SBHE termasuk Tanaman Menghasilkan (TM) yang terdiri dari kebun inti dan plasma dengan tingkat heterogenitas yang tinggi yaitu dalam satu blok
9 memiliki beberapa tahun tanam. Peta tahun tanam Kebun Sungai Bahaur Estate (lihat Lampiran 4). Kelapa sawit plasma terdapat di Divisi I, Divisi II, dan Divisi III dengan luas tanam yaitu 2 000.41 ha. Kelapa sawit inti terdapat di Divisi IV dan Divisi V dengan luas tanam yaitu 1 987.06 ha. Produksi Tandan Buah Segar Kebun SBHE Divisi III dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Produksi Tandan Buah Segar (TBS) di Divisi III Kebun Sungai Bahaur Estate pada tahun 2009-2012 Tahun Produksi 2009 2010 2011 2012
Produksi TBS (tandan) 4 372 208 4 958 546 7 093 901 7 109 951
Produksi TBS (kg) 45 781 830 54 834 731 71 756 880 83 620 370
Sumber : Data Kebun SBHE Divisi III (2013)
Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 5, produksi Tandan Buah Segar (TBS) di kebun SBHE Divisi III mengalami peningkatan yang signifikan dari tahun 2009 sampai tahun 2012.
Fasilitas Kebun Kebun SBHE menyediakan berbagai fasilitas untuk karyawan staf dan non-staf. Fasilitas yang tersedia di kebun yaitu inventarisasi bangunan dan infrastruktur (mess, perumahan, bangunan kerja dan umum, jalan, jembatan, sungai), fasilitas air bersih dan listrik, kendaraan (truk kebun dan bus sekolah), poliklinik, tempat ibadah (mesjid dan gereja), Tempat Penitipan Anak (TPA), kantor BMS dan BSS, gudang penyimpan bahan dan alat-alat kebun, serta gudang penyimpanan pupuk. Fasilitas yang disediakan bertujuan untuk meningkatkan kinerja karyawan agar lebih berproduktif. Kantor kebun merupakan pusat administrasi dan tempat berjalannya proses pencatatan dan informasi mengenai kebun yang dikelola. Kantor divisi digunakan sebagai sarana administrasi divisi.
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan Estate Manager (EM) memiliki atasan langsung Kepala Wilayah dan memiliki bawahan langsung Asisten Kepala Kebun, Asisten Divisi, dan Kepala Seksi Administrasi. Struktur organisasi Kebun SBHE dapat dilihat pada Lampiran 7. Seorang EM memiliki tugas-tugas dalam mengelola kebun, meliputi: 1) monitoring pelaksanaan pekerjaan operasional berdasarkan laporan dari divisi atau bagian dari unit kebun, 2) menyusun anggaran tahunan dan bulanan meliputi aspek area statement, produksi, kapital, SDM dan totalitas biaya, 3) mengadakan rapat kerja intern dengan Asisten Divisi dan Kepala Seksi (Kasie) beserta jajaran
10 di bawahnya secara periodik (minimal seminggu sekali) dalam upaya percepatan atau peningkatan kinerja. Asisten Kepala Kebun (Askep) memiliki atasan langsung Estate Manager dan memiliki bawahan langsung Asisten Divisi. Seorang Asisten Kepala Kebun memiliki tugas dalam mengelola kebun, diantaranya: 1) membantu manajer kebun dalam pengelolaan seluruh aspek pekerjaan agronomi, 2) mengelola seluruh aspek pekerjaan non agronomi untuk mendukung operasional kebun, 3) melaksanakan kunjungan secara periodik ke setiap divisi. Asisten Divisi memiliki atasan langsung Askep dan EM serta memiliki bawahan langsung Mandor I, Mandor dan Kerani. Tugas seorang Asisten Divisi meliputi: 1) membuat dan menjabarkan Rencana Kerja Tahunan (RKT) dalam bentuk Rencana Kerja Bulanan (RKB), 2) mengadakan rapat kerja intern dengan Mandor I, Mandor dan Kerani beserta jajaran di bawahnya dalam upaya peningkatan kinerja, 3) melaksanakan kunjungan langsung secara rutin pada setiap kemandoran di lapangan. Komposisi jumlah tenaga kerja di Kebun SBHE dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Komposisi jumlah tenaga kerja di Kebun Sungai Bahaur Estate (SBHE) Jenis Tenaga Kerja Karyawan staf
Karyawan non staf
Tingkatan Karyawan Manajer Kebun Asisten Kepala Asisten Divisi Kasie KHL KHT Pekerja Bulanan
Total Indeks Tenaga Kerja
Jumlah (orang) 1 1 5 1 196 443 53 700 0.17
Sumber : Data Kebun SBHE (2013)
Tenaga kerja di Kebun SBHE terdiri dari karyawan staf dan non-staf. Tenaga kerja staf delapan orang yang terdiri dari Manajer Kebun, Asisten Kepala kebun, Asisten Divisi dan Kasie. Karyawan non-staf terdiri dari Serikat Karyawan Utama (SKU) Bulanan dan Harian. Tenaga kerja karyawan Harian Lepas (KHL) yang bekerja di SBHE berjumlah 196 orang, karyawan Harian Tetap (KHT) berjumlah 443 orang dan karyawan bulanan berjumlah 53 orang, sehingga jumlah total tenaga kerja di kebun SBHE berjumlah 700 orang. Rasio pekerja di Kebun SBHE adalah 0.17 HK ha-1 dan hal tersebut termasuk kategori baik karena normal Indeks Tenaga Kerja (ITK) untuk perkebunan kelapa sawit adalah 0.2 HK ha-1. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah karyawan di Kebun SBHE telah memenuhi standar dari jumlah karyawan yang dibutuhkan untuk sebuah perkebunan kelapa sawit.
11
PELAKSANAAN MAGANG Aspek Teknis Penunasan Penunasan (pruning) adalah memelihara pelepah daun produktif dengan cara mengurangi jumlah pelepah yang kurang produktif sampai pada batas tertentu yang tidak mengganggu fotosintesis daun, sehingga pertumbuhan vegetatif dan generatif menjadi optimal. Tujuan penunasan adalah mempermudah pekerjaan potong buah, menghindari tersangkutnya brondolan pada ketiak pelepah, memperlancar proses penyerbukan alami dan untuk sanitasi (kebersihan) tanaman. Penunasan di Kebun SBHE menggunakan sistem tunas korektif (Maintenance Corective Pruning) yaitu kegiatan penunasan dilakukan bersamaan dengan kegiatan panen oleh tenaga pemanen itu juga (bukan oleh tim tunas khusus). Pemanen melakukan pruning pada saat melakukan panen atau setelah panen dengan ketentuan pruning selesai pada bulan yang sama. Kegiatan pruning dilakukan dengan sistem borongan. Pelepah yang di pruning adalah pelepah sengkleh yaitu pelepah yang patah tetapi tidak jatuh ke tanah dan pelepah yang menghalangi kegiatan pemanenan. Penunasan dengan sistem corective pruning dibayar dengan harga tunasan sebesar Rp 600.00 untuk setiap tanaman. Tenaga kerja mendapatkan upah dari hasil panen dan pruning. Upah akan diterima satu kali dalam sebulan. Kegiatan pruning terdiri dari empat seksi yaitu seksi A, B, C, D dengan jarak pruning setiap seksi yaitu 3 bulan. Biaya yang dikeluarkan oleh kebun untuk kegiatan pruning tiga kali rotasi adalah Rp 2 100.00 untuk setiap tanaman, tetapi biaya ini tidak dihabiskan seluruhnya. Penghematan biaya pruning dialokasikan untuk tanaman kelapa sawit dengan kondisi tanaman yang gondrong (under pruning). Tanaman over pruning dan under pruning dapat menurunkan produktivitas kelapa sawit dan kadar minyak sawit yang diperoleh. Pelepah yang telah di pruning disusun (dirumpuk) di gawangan mati dan di antara tanaman sehingga membentuk huruf U (U-shape). Pelepah daun tidak dipotong-potong melainkan langsung disusun saling tindih menindih dan diusahakan letaknya tidak berdekatan dengan piringan (circle) tanaman kelapa sawit. Tujuan peletakan pelepah adalah untuk meningkatkan unsur hara dan mengurangi kecelakaan kerja.
Pengambilan daun Leaf Sampling Unit (LSU) LSU merupakan kegiatan menentukan status hara Tanaman Menghasilkan (TM) kelapa sawit melalui jaringan daun. Hasil pengujian LSU bertujuan untuk penyusunan rekomendasi pemupukan setiap tahun serta dijadikan sebagai tolak ukur penampilan secara visual defisiensi hara dan kandungan hara tanaman kelapa sawit. Alat dan bahan yang digunakan dalam pengambilan contoh daun LSU adalah parang, gunting pruning, egrek atau dodos, clip board, kantong plastik transparan, cat dan tuas, label, serta alat tulis (pensil). Tanaman kelapa sawit yang diambil sebagai sampel daun disebut Titik Sampel (TS). Tanaman TS pertama terletak pada baris ketiga dan tanaman ketiga.
12 Persyaratan tanaman yang diambil sebagai sampel yaitu tidak berada di sisi jalan, bukan tanaman sisipan, tanaman normal dan sehat. Prosedur pengambilan LSU adalah menentukan blok sampel yang akan dianalisis yaitu blok homogen dan sehat. Blok yang diamati adalah semua blok TM kelapa sawit yaitu kurang lebih 4 526 blok dengan tahun tanam 1998-2010. Pengambilan daun LSU adalah 10% dari tanaman yang terdapat pada satu blok. Tanaman yang dijadikan sampel diberi tanda masuk kemudian ditandai dan diberi nomor. Tanda masuk berisi nomor tanaman dan nomor baris (nomor tanaman/nomor baris). Nomor tanaman berurutan sesuai abjad (1, 2, 3, 4, 5, dan seterusnya) sedangkan nomor baris selalu diakhiri angka 3 (3, 13, 23 dan seterusnya). Daun yang diambil adalah daun pelepah ke-17 atau daun pada fase perkembangan yang telah sempurna yaitu daun yang telah membuka penuh. Pelepah ke-17 menunjukkan perbedaan yang paling mencolok dalam tingkat kandungan hara N, P dan K. Pelepah ke-17 terdapat pada pelepah nomor 3 setelah pelepah 1 dan 9. Penentuan pelepah 1 yaitu pelepah yang paling dekat dengan tajuk, daunnya telah membuka sempurna, dan telah muncul duri-duri kecil. Pelepah ke-17 diturunkan dengan egrek atau dodos kemudian diraba. Sampel daun yang diambil adalah anak daun tengah, yaitu anak daun yang terletak dua jengkal ke bagian pangkal dari mata pancing. Mata pancing berbentuk tonjolan apabila diraba. Total jumlah daun yang diambil dalam satu tanaman sampel adalah 12 lembar daun yang terdiri dari enam lembar daun sebelah atas dan enam lembar daun sebelah bawah. Helaian daun yang diambil adalah 20-30 cm (1/3 dari helaian daun tengah atau jengkal kedua dari pangkal helaian daun). Pengambilan helaian daun bagian tengah karena permukaannya lebih luas serta penyerapan unsur hara lebih seimbang dibandingkan dengan bagian pangkal dan ujung daun. Helaian daun yang akan diuji dipotong dengan menggunakan gunting pruning kemudian lembaran daun dipisahkan dengan lidinya dan dimasukkan ke dalam kantong plastik transparan. Kantong plastik tempat sampel daun dilubangi untuk respirasi daun dan dikirim ke Departemen Riset pada hari yang sama dengan pengambilan sampel daun. Sampel daun langsung dikeluarkan di laboratorium dan di oven untuk mengeringkan daun. Sistem pengujian daun LSU di laboratorium menggunakan sistem VIVO yaitu sistem pengujian terlebih dahulu pada daun yang terlebih dahulu diolah. Pengambilan daun LSU dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar I Pengambilan daun LSU
13 Pemupukan Prinsip utama penaburan pupuk di perkebunan kelapa sawit adalah setiap tanaman kelapa sawit harus menerima tiap jenis pupuk sesuai dosis yang telah direkomendasikan oleh Departemen Riset melalui kegiatan LSU. Biaya yang dikeluarkan oleh Kebun SBHE untuk kegiatan pemupukan mencapai 60 % dari total biaya pemeliharaan. Oleh karena itu, ketepatan dan ketelitian aplikasi sangat penting dilakukan. Efektivitas dan efisiensi pemupukan ditentukan empat faktor yaitu jenis pupuk, dosis aplikasi, cara aplikasi dan waktu aplikasi. Pupuk yang digunakan di Kebun SBHE adalah pupuk organik yaitu aplikasi Tandan Kosong (TKS) dan pupuk anorganik yang terdiri dari Rock Phosphate (RP), Urea, MOP, dan Kieserit. Sistem pemupukan di Divisi I Kebun SBHE menggunakan Sistem Pemupukan Blok (Block Manuring System atau BMS) yaitu sistem pemupukan yang terkonsentrasi dalam 1-2 hanca pemupukan per kebun, dikerjakan blok per blok. Sistem pemupukan BMS diharapkan dapat mencapai target pemupukan yang baik dengan sasaran mutu pemupukan yang lebih baik. Organisasi pemupukan meliputi dua kemandoran. Jumlah tenaga penabur kemandoran satu adalah 13 orang, jumlah tenaga penabur kemandoran dua adalah 15 orang, sehingga jumlah total tenaga penabur adalah 28 orang (terdiri dari 9 Kelompok Kecil Penabur atau KKP). Tenaga kerja lainnya yaitu satu mandor penguntilan pupuk, lima orang penguntilan pupuk, satu supir truk pupuk, empat orang tenaga pelangsir sekaligus pengecer pupuk yang bertugas untuk meletakkan pupuk yang telah diuntil ke dalam truk sampai pengeceran pupuk di Collection Road (CR). Jumlah total tenaga kerja untuk pemupukan adalah 39 orang. Penguntilan Pupuk. Kegiatan penguntilan pupuk dilakukan di gudang pupuk dengan tujuan menjamin ketepatan dosis pemupukan dan mempermudah kegiatan penaburan pupuk. Sistem penguntilan pupuk adalah membuat untilan pupuk dari karung goni 50 kg menjadi karung goni yang diisi sesuai dengan kebutuhan pupuk. Untilan pupuk dalam satu goni adalah 12 kg (pupuk Urea) dan 14 kg (pupuk MOP). Pupuk yang telah diuntil dimasukkan dalam karung goni dan disusun (ditumpuk) rapi 10 untilan untuk setiap tumpukan dengan tujuan mempermudah perhitungan untilan pupuk. Pupuk yang telah diuntil segera ditabur sehingga tidak mengalami penguapan. Pengeceran Pupuk. Pengeceran pupuk merupakan kegiatan memuat pupuk yang telah diuntil ke dalam truk serta mendistribusikannya secara langsung ke blok pemupukan. Kendaraan pengangkutan pupuk menggunakan dump truck dengan kapasitas 7.5 ton atau 7 500 kg setiap truk. Pengeceran pupuk diletakkan di Collection Road (CR) dengan cara dilempar. Kendala pengeceran pupuk adalah kondisi jalan kurang bagus dan pelemparan pupuk kurang baik sehingga menyebabkan kehilangan pupuk. Masalah ini dapat diatasi dengan perbaikan jalan menggunakan laterit dan pengawasan yang lebih ketat terhadap pengeceran pupuk. Pelaksanaan Aplikasi. Pemupukan dilakukan blok per blok dengan tujuan aplikasi pupuk lebih baik, kegiatan pemupukan lebih terkonsentrasi dan memudahkan penabur melaksanakan kegiatan pemupukan. Pemupukan dilakukan oleh tenaga penabur yang tergabung dalam sembilan kelompok Kecil Penabur (KKP) yang berjumlah 28 orang. Penaburan pupuk dilakukan dengan cara menggendong karung goni yang telah berisi pupuk yang dikaitkan dengan kawat
14 agar tidak jatuh. Penabur pupuk menggabungkan dua untilan pupuk dalam satu karung untuk mempercepat waktu penaburan pupuk. Penaburan pupuk menggunakan takaran yang terbuat dari paralon yang dipotong dengan dosis pupuk 0.38 kg setiap takaran dan takaran mangkok plastik dengan dosis pupuk 0.19 kg setiap takaran. Dosis pupuk untuk satu tanaman kelapa sawit adalah 0.75 kg. Pupuk ditabur secara merata di piringan kelapa sawit membentuk huruf U (u shape) untuk pupuk Urea dan MOP, sedangkan pupuk RP ditabur di atas pelepah yang terletak diantara tanaman kelapa sawit atau ditabur di atas Tandan Kosong (TKS). Tenaga penabur harus mencapai target 4-5 ha. Kegiatan pemupukan berlangsung mulai pukul 06.00-13.00 WIB atau 7 jam HK-1. Apabila keadaan cuaca buruk tenaga penabur pupuk dialihkan menjadi tenaga kerja perawatan. Alat Pelindung Diri (APD) yang digunakan adalah sepatu boot, masker, pelindung kepala (topi), baju lengan panjang, apron (baju keselamatan), dan sarung tangan. Kegiatan pemupukan dapat dilihat pada Gambar 2.
A
B Gambar 2 Untilan pupuk (A), pengeceran pupuk (B)
Pengendalian Gulma Pengendalian gulma di Kebun SBHE difokuskan pada piringan (circle) kelapa sawit dan tidak menggunakan konsep bersih total dari gulma karena gulma bermanfaat sebagai tempat hidup dan cadangan makanan bagi pertumbuhan hama sehingga mengurangi serangan hama pada tanaman kelapa sawit. Gulma-gulma yang dimanfaatkan di Kebun SBHE antara lain Calopogonium mucunoides (kacangan penutup tanah), Mucuna bracteata (kacangan penutup tanah), Turnera ulmifolia, Cuscuta compressi (tali putri), Nephrolepis bisserata, Ageratum conyzoides (babadotan), Vertiveria zizanioides dan lain-lain. Pengendalian gulma di Kebun SBHE ada dua yaitu pengendalian gulma secara manual dan kimia. Pengendalian gulma secara kimia. Pengendalian gulma secara kimia di Divisi II Kebun SBHE dikenal dengan nama Tim Unit Semprot (TUS). Gulma yang dikendalikan berada di gawangan, piringan, dan pasar pikul. Tenaga kerja terdiri 20 orang tenaga semprot. TUS sudah memenuhi standar Alat Pelindung Diri (APD) yang lengkap yaitu masker, sarung tangan, sepatu boot, topi, dan apron. Standar penyemprotan yang ditetapkan yaitu 60 ha. Satu orang tenaga semprot mampu melakukan penyemprotan seluas 2 ha apabila kondisi blok sulit dilalui atau 3 ha apabila blok mudah dilalui. Hanca semprot hanya dilakukan sampai pasar tengah. Jenis herbisida yang digunakan adalah Kleenup 480 SL dengan bahan aktif isopropil amina glifosat 480 g L-1 yang setara dengan glifosat 356 g L-1. Herbisida Kleenup merupakan herbisida purna tumbuh bersifat sistemik berbentuk larutan
15 coklat muda untuk mengendalikan alang-alang dan gulma berdaun sempit. Campuran herbisida yang digunakan adalah Meta-prima 20 WG dengan bahan aktif Metil Metsulfuron 20%. Jenis hebisida ini adalah herbisida pra dan purna tumbuh bersifat selektif berbentuk glanular berwarna putih keabuan untuk mengendalikan gulma berdaun lebar dan sempit. Herbisida diisi ke dalam tangki dalam truk yang sekaligus digunakan untuk mengangkut tenaga semprot. Pengisian tangki dilakukan dua kali. Pengisian pertama, konsentrasi herbisida yang digunakan Kleenup 9.5 L, Meta-Primer 0.45 kg. Pengisian dua, konsentrasi herbisida yang digunakan Kleenup 5.5 L dan MetaPrimer 0.29 kg. Kebutuhan air yang diperlukan adalah 53 L ha-1. Kapasitas knapsack yaitu 15 L dengan pengisian rata-rata setiap knapsack 13-14 L. Jenis nozel yang digunakan nozel berwarna kuning. Satu knapsack mampu mengendalikan gulma sebanyak 24 tanaman kelapa sawit. Kegiatan pengendalian gulma secara kimia dapat dilihat pada Gambar 3.
A
B
C
Gambar 3 Jenis herbisida yang digunakan (A), pengisian herbisida ke dalam knapsack solo (B), penyemprotan herbisida di piringan (C)
Pengendalian gulma secara manual. Pengendalian gulma secara manual dilakukan menggunakan parang. Gulma yang dikendalikan terfokus pada gulma yang berada di piringan (circle) kelapa sawit. Pengendalian gulma termasuk perawatan manual yang khusus ditujukan untuk areal rendahan. Pengendalian gulma di Divisi I Kebun SBHE terdiri dari 29 orang tenaga kerja dengan rata-rata target satu Hari Kerja (HK) adalah 2 ha. Pencapaian target 2 ha bisa lebih apabila kondisi dan topografi blok tidak curam. Pengendalian gulma secara manual dilakukan dengan membabat gulma yang mengganggu tanaman kelapa sawit seperti tanaman LCC yang melilit tanaman kelapa sawit. Pengendalian gulma tidak menggunakan sistem premi.
Pengendalian Hama Tujuan utama tindakan pengendalian hama adalah menurunkan populasi hama sampai pada tingkat yang tidak merugikan secara ekonomi. Pengendalian hama di Kebun SBHE belum terlalu dikhususkan karena serangan hama masih berada dibawah tingkat yang dapat merugikan secara ekonomi. Pengendalian yang digunakan untuk mengendalikan hama ulat api adalah dengan menanam beneficial plant. Jenis beneficial plant yang digunakan adalah Turnera ulmifolia, Antigonom leptosus, dan Nephrolepis bisserata. Beneficial plant biasanya ditanam dipinggir jalan Main road (MR) dan Collection road (CR). Perawatan khusus untuk tanaman beneficial plant tidak ada. Penanaman Turnera ulmifolia dilakukan pada saat kondisi Tanaman Menghasilkan (TM).
16 Pengendalian hama kumbang badak adalah menggunakan perangkap yang mengandung feromon atau dikenal dengan istilah fero trap. Prinsip kerja fero trap adalah merangsang datangnya kumbang badak masuk ke dalam perangkap. Feromon dimasukkan ke dalam ember kemudian digantung dengan konsep tiang penyangga yang digunakan lebih tinggi dari tanaman kelapa sawit. Perangkap feromon cukup efektif untuk mengendalikan hama kumbang badak karena bau yang dikeluarkan oleh feromon cukup mampu merangsang datangnya kumbang badak. Penilaian keefektifan dilihat berdasarkan persentase keberhasilan pengendalian serangan hama yang dilakukan. Persentase pengendalian hama kumbang badak lebih efektif dengan menggunakan fero trap dibandingkan dengan penyemprotan insektisida.
Pemanenan Panen adalah kegiatan mengambil buah pada tingkat kematangan yang sesuai, mengutip brondolan, meyusun buah di Tempat Pengumpulan Hasil (TPH), serta mengantarkannya ke pabrik. Kunci sukses kegiatan panen adalah rotasi panen tepat waktu, jumlah pemanen cukup, kompetensi dan disiplin tenaga pemanen, supervisi yang efektif, sistem premi dan denda panen, sarana dan prasarana panen lengkap, sistem dan organisasi panen yang terintegrasi dan efektif. Rotasi panen. Rotasi panen adalah lamanya waktu yang diperlukan antara panen terakhir sampai panen berikutnya dalam areal panen atau hanca yang sama. Sistem rotasi panen di Kebun SBHE adalah rotasi 6/7 yaitu pemanen kembali ke blok setelah kurun waktu enam hari setiap minggunya. Pelaksanaan panen sering terkendala kondisi blok yang sulit (khususnya daerah rendahan) karena tanaman kelapa sawit dapat terendam banjir serta ketersediaan tenaga potong buah yang terbatas. Jumlah seksi potong buah disusun menjadi enam seksi (A, B, C, D, E, dan F). Rotasi panen salah satu faktor penentu yang berpengaruh terhadap keberhasilan kegiatan pemanenan. Rotasi panen harus dijaga agar tidak telambat atau tidak terlalu cepat sehingga buah tidak empty bunch (tandan kosong) dan agar pemanen tidak memotong buah mentah untuk memenuhi basis kerja. Persiapan dan Pelaksanaan Panen. Persiapan panen betujuan untuk menjamin tercapainya target produksi dengan biaya panen seminimal mungkin. Persiapan yang perlu dilakukan yaitu persiapan kondisi areal, penetapan seksi panen, penetapan luas hanca kerja pemanen dan mandoran, serta penyediaan peralatan kerja. Penetapan seksi panen berfungsi sebagai kerangka areal kerja yang harus diselesaikan dalam satu hari panen. Seksi panen dapat mempermudah pindah hanca dari satu blok ke blok lain, mempermudah kontrol oleh supervisi, transportasi TBS lebih efisien dan output pemanen lebih tinggi. Penetapan luas hanca mandoran berfungsi sebagai kerangka kerja tetap untuk mempertajam proses supervisi. Luas hanca tiap pemanen ditentukan berdasarkan output yang akan dicapai dan keadaan topografi. Setiap pemanen mendapatkan luas hanca 4-5 ha atau 8-10 pasar tembus. Kegiatan panen dilakukan pada pukul 06.00-13.00 WIB atau 7 jam HK-1. Jenis, spesifikasi dan kegunaan beberapa alat panen dapat dilihat pada Tabel 7.
17 Tabel 7 Peralatan panen di Kebun Sungai Bahaur Estate (SBHE) Nama Alat Dodos kecil
Spesifikasi Kegunaan Berbentuk tembikar dengan lebar Potong buah tanaman umur 3-4 mata 8 cm tahun
Dodos besar
Berbentuk tembikar dengan lebar Potong buah tanaman umur 5-8 mata 12-14 cm tahun
Pisau egrek
Panjang pangkal 20 cm, panjang Potong buah tanaman pisau 45 cm, dan berat 0.5 kg lebih dari 9 tahun
Angkong
Wadah tempat TBS dan Kereta sorong dengan satu roda brondolan untuk transport ke di depan TPH
Gancu
Panjang sesuai kebiasaan dan Memuat dan membongkar TBS terbuat dari besi beton 3/8 inchi dari dan ke alat transport
Karung goni Ukuran bekas pupuk pupuk
sesuai
dengan
brondolan jenis Wadah diangkut ke TPH
umur
untuk
Tojok
Berbentuk tombak terbuat dari besi Memuat TBS ke truk
Alat Pelindung Diri (APD)
Helm, sarung tangan, sepatu Melindungi diri dari kecelakaan boot, kaca mata kerja
Stempel
-
Sebagai identitas TBS yang diangkut (berisi nama kebun, nomor pemanen, dan divisi)
-
Sumber : Data Kebun SBHE (2013); tidak didefinisikan
Kriteria matang panen. Kriteria panen yang digunakan di Kebun SBHE yaitu pemotongan Tandan Buah Segar (TBS) dilakukan jika sedikitnya lima brondolan terlepas dari tandannya dan jatuh ke tanah (piringan) secara alami, brondolan buah tidak terlalu lengket pada tandan buah, serta buah berwarna kemerahan atau coklat kemerahan dan ripe buah 85 %. Istilah-istilah buah yang dipanen adalah buah matang (ripe), buah mentah (unripe), buah empty bunch, dan buah lewat matang (over ripe). Buah matang (ripe) adalah buah dengan sedikitnya lebih dari 10 brondolan yang lepas sampai di Tempat Pengumpulan Hasil (TPH). Pada saat grading, brondolan lepas sebanyak dua brondolan setiap kg sehingga apabila buah beratnya 3 kg maka brondolan yang lepas saat grading adalah enam brondolan dan warna buah kemerahan atau coklat kemerahan. Buah di kategorikan mentah (unripe) apabila jumlah brondolan yang terlepas sampai di TPH kurang dari 9-10 butir dan buah berwarna hitam. Empty bunch yaitu buah yang brondolan lepas alami lebih dari 95% dan belum ada tanda-tanda busuk pada
18 permukaan potong buah. Buah over ripe ditandai dengan jumlah brondolan yang terlepas yaitu kurang lebih 80%. Sistem dan organisasi panen. Sistem organisasi panen yang diterapkan di Kebun SBHE yaitu Block Harvesting System (BHS). BHS adalah sistem panen dengan kegiatan panen terkonsentrasi pada satu seksi panen tetap berdasarkan interval waktu yang telah ditentukan. Organisasi pelaksanaan kegiatan panen terdiri dari pemanen, mandor panen, kerani cek sawit (kerani buah). Jumlah tenaga pemanen di masing-masing divisi berbeda tergantung luasan kemandoran yang harus dipanen. Jumlah pemanen yang terdapat di Divisi 1 SBHE adalah 32 orang pemanen yang terdiri dari dua kemandoran. Tenaga pemanen terdiri dari delapan Kelompok Kecil Pemanen (KKP) yang terdiri dari empat orang setiap KKP. Buah yang telah dipotong biasanya memiliki gagang panjang pada pangkal buah dan harus dipotong kurang lebih 5 cm dari pangkal buah menggunakan dodos untuk mempermudah proses perebusan buah di Pabrik Kelapa Sawit (PKS). Buah kurang matang yang terpanen dibelah menggunakan dodos agar membrondol dan mempermudah pengolahan Tandan Buah Segar (TBS). Buah yang telah dipotong diangkut dan disusun rapi di Tempat Pengumpulan Hasil (TPH) menggunakan angkong. Pemungutan brondolan dilakukan oleh tenaga kerja harian khusus untuk mengumpulkan brondolan. Buah yang telah dipotong di berikan stempel berwarna merah atau hijau. Stempel berisi nomor pemanen, divisi, dan nama kebun. Buah yang terkumpul di TPH dihitung oleh kerani buah dan mutu hanca setiap pemanen diperiksa oleh mandor panen. Pengangkutan Tandan Buah Segar (TBS). Pengangkutan TBS yang telah dipanen merupakan salah satu faktor yang menjadi perhatian setiap perkebunan kelapa sawit. TBS yang telah dipanen harus segera diangkut sehingga tidak ada buah restan (buah yang tidak terangkut). Pengangkutan TBS di Kebun SBHE menggunakan dump truck dengan kapasitas 7 ton setiap truk. Tandan Buah Segar (TBS) dimuat oleh 2-4 orang tenaga Bongkar Muat (BM). Waktu yang dibutuhkan untuk satu kali pengangkutan TBS adalah kurang lebih 2 jam setiap truk. Rata-rata pengangkutan TBS ke pabrik adalah 3-4 kali dalam sehari (tergantung jarak kebun dan kondisi jalan). Kendala pengangkutan TBS adalah kurangnya tenaga BM yang menyebabkan keterlambatan pemasukan TBS ke dalam truk, kondisi jalan kurang bagus, dan antrian penerimaan buah pada saat penimbangan TBS di PKS. Sistem premi dan denda. Tenaga pemanen memperoleh premi apabila telah melebihi target panen yang telah ditetapkan yaitu 4 ha dalam waktu 7 jam HK-1. Setiap tenaga pemanen memperoleh upah sebesar Rp 67 558.00 per HK. Rata-rata basis yang harus dicapai oleh tenaga pemanen adalah 130. Apabila pemanen memperoleh basis, maka pemanen tersebut berhak memperoleh premi basis sebesar Rp 8 500.00. Tenaga pemanen yang melebihi basis akan memperoleh premi yang dihitung per jumlah tandan TBS yang dipanen. Jumlah tandan melebihi basis tersebut dikalikan dengan harga per tandan yaitu Rp 385.00 setiap tandan, sehingga upah yang diperoleh berasal dari penjumlahan upah HK, premi basis, dan premi tandan. Premi yang diperoleh oleh supir truk tergantung pada jumlah pengangkutan TBS per hari. Basis yang ditetapkan untuk truk adalah 14 ton, sehingga supir memperoleh premi setelah melakukan pengangkutan TBS sebanyak 2 kali dalam sehari.
19 Perusahaan menetapkan denda terhadap pelanggaran yang terjadi untuk memberikan pembelajaran atas kesalahan yang dilakukan. Salah satu denda yang diberikan kepada tenaga pemanen adalah denda tidak melakukan kastrasi buah busuk dan tidak mengumpulkannya di TPH. Denda yang dikenakan adalah Rp 5 000.00 setiap tandan. Denda bertujuan melatih pemanen untuk melakukan kastrasi buah busuk, karena buah busuk akan berpengaruh buruk terhadap produktivitas tanaman kelapa sawit.
Pengolahan Tandan Buah Segar (TBS) Tandan Buah Segar (TBS) yang telah dipanen di kebun-kebun yang terdapat di PT WNA seperti SBHE, SCME, BKLE, dan SAGE diolah di Pabrik Selucing Agro Mill (SAGM) dengan kapasitas olah 60 ton jam-1. Pabrik SAGM terdiri dari stasiun penerimaan buah, perebusan, pembantingan, pencacahan, pengempaan, pemurnian, dan stasiun nut kernel. Stasiun pendukung lainnya adalah stasiun pembangkit tenaga listrik, laboratorium, pengolahan air, bengkel, dan pengolahan limbah. Stasiun Penerimaan Buah. TBS yang diangkut oleh truk pertama kali diterima di stasiun penerimaan buah untuk ditimbang dan ditampung sementara di penampungan buah (loading ramp). Penimbangan TBS dilakukan dua kali untuk setiap angkutan TBS, yaitu pada saat angkutan masuk membawa TBS kemudian menuangkan TBS di loading ramp setelah itu truk kosong ditimbang kembali untuk mengetahui berat bersih TBS yang masuk pabrik. Loading ramp yaitu tempat menampung TBS sementara dengan tujuan mempermudah masuknya TBS ke dalam conveyor yang selanjutnya didistribusikan masuk ke Lori, Lori yang telah berisi TBS kemudian ditarik ke stasiun rebusan dengan menggunakan capstand. Sistem yang digunakan dalam loading ramp yaitu sistem VIVO yaitu TBS yang diolah terlebih dahulu adalah TBS yang masuk pertama kali. Kapasitas satu kali loading ramp yaitu 180 ton. Stasiun Perebusan (Sterilizer). Perebusan TBS bertujuan untuk menonaktifkan enzim-enzim penyebab hidrolisis minyak untuk mencegah meningkatnya FFA (Free Fatty Acid) atau ALB (Asam Lemak Bebas), mempermudah pemipilan brondolan pada thresher, mempermudah pengepresan, dan mempermudah pemecahan ripple nut. Perebusan TBS yaitu memanaskan buah dengan sistem uap pada temperatur kurang lebih 145 oC. Kapasitas rebusan di pabrik SAGM yaitu 25 ton. Siklus rebusan di Pabrik SAGM yaitu siklus drainase dengan tujuan mengurangi kadar air dan udara dengan cara membuka kran. Uap air akan berubah menjadi air dan dikeluarkan melalui pipa dan ditampung dalam kondensat bak. Pada proses perebusan limbah yang dihasilkan berupa air kondensat kemudian dialirkan ke kolam limbah. Pengambilan sampel POME dilakukan 2 jam sekali pada saat pengolahan. Stasiun Pembantingan (Threshing). Tandan buah yang sudah direbus dirontokkan atau dipisahkan dari tandannya. Pembantingan buah dilakukan dalam drum putar (rotary drum tresher) dengan kecepatan 23-25 rpm. Buah yang terpisah ditampung melalui conveyor dan dikirim ke stasiun pencacahan (digester) dan pengempaan (presser). Tandan kosong hasil pembantingan ditampung pada hopper melalui conveyor untuk dimuat ke truk.
20 Stasiun Pencacahan (digester) dan stasiun pengempaan (presser). Tujuan utama proses pencacahan adalah mempermudah terpisahnya daging buah dari biji. Digester terdiri dari tabung silinder yang berdiri tegak dengan pisau-pisau pengaduk di dalamnya yang terus berputar. Panas yang diperlukan untuk mempermudah proses pencacahan yaitu 90-95 oC. Proses pencacahan berlangsung selama 30 menit. Brondolan yang telah dicacah akan keluar berupa bubur dan langsung masuk ke alat pengempaan (screw press). Pengempaan bertujuan memisahkan minyak kasar (crude oil) dari daging buah (mesocarp). Massa yang keluar dari digester diperas dalam screw press pada tekanan 50-60 bar dengan menggunakan air pembilas. Suhu yang digunakan berkisar 90-95 oC. Stasiun pembantingan akan menghasilkan minyak kasar, ampas, dan biji. Stasiun Pemurnian (clarifer). Stasiun pemurnian bertujuan melakukan pemurnian minyak kelapa sawit dari kotoran-kotoran seperti padatan, lumpur, dan air. Prinsip pemurnian minyak dalam tangki pemisah adalah melakukan pemisahan berdasarkan berat jenis bahan sehingga campuran minyak kasar dapat terpisah dari air. Pada tahap ini dihasilkan dua jenis bahan yaitu crude oil dan sludge. Minyak kasar yang dihasilkan ditampung sementara dalam oil tank. Minyak kasar dialirkan menuju saringan getar (vibrating sreen) untuk menyaring kotoran berupa fiber, lumpur dan pasir. Minyak hasil saringan kemudian ditampung COT (Crude Oil Tank). Minyak kasar yang terkumpul di COT dipanaskan hingga temperatur 95 0C untuk memperbesar perbedaan berat jenis minyak, air dan sludge. Minyak yang sudah dipanaskan di COT selanjutnya dikirim ke tangki pengendap (Continous Setting Tank atau CST). CST berfungsi memisahkan minyak dan sludge dengan proses pengendapan. Minyak dari CST dikirim ke oil tank, sedangkan sludge dikirim ke sludge tank. Minyak kemudian dikirim ke vacuum dryer untuk dipanaskan hingga suhu 90-95 0C, vacuum dryer dilengkapi dengan vacum pump yang berfungsi memerangkap butiran air yang terpisah dari minyak murni. Minyak murni yang diperoleh kemudian dikirim ke storage tank dan air yang terperangkap ditampung pada hot well tank. Selain itu dilakukan pengutipan kembali minyak yang masih terikut dengan sludge di sludge tank dan minyaknya ditampung di recovery oil tank kemudian dikembalikan ke CST, sedangkan sisa lumpur dan air dibuang ke fat fit dan selanjutnya dialirkan ke kolam limbah. Stasiun Nut-Kernel. Stasiun Nut-Kernel bertujuan memisahkan campuran serabut dan biji sawit yang keluar dari screw press. Pemisahan inti dan serabut dilakukan secara pneumatic yaitu pemisahan dengan hisapan udara. Hasil pemecahan dari nut di ripple mill yang berupa kernel, cangkang dan kotoran halus akan dikirim ke LTDS 1 dan LTDS 2 untuk dipisahkan. Pemisahan pertama yaitu pemisahan kering dengan hisapan udara yang memanfaatkan perbedaan berat antara kernel dengan cangkang (LTDS 1 dan LTDS 2). Pemisahan kedua yaitu pemisahan basah dengan menggunakan hidrocyclon, pemisahan didasarkan perbedaan berat jenis antara kernel dan cangkang dengan cara pusingan dan bantuan gaya sentrifugal. Kernel yang sudah siap atau matang dikirim ke bulk silo untuk dikirim.
21 Pengelolaan Limbah Limbah padat (Tandan Kosong/TKS). Tandan Kosong (TKS) adalah limbah padat tandan kelapa sawit yang telah dipisahkan dengan buahnya (brondolan) dan berasal dari stasiun bantingan (tresher). Jumlah TKS yang dihasilkan Pabrik SAGM sekitar 19% dari jumlah TBS yang diolah atau 190 kg TKS dari setiap 1 ton TBS yang diolah. TKS diangkut melalui conveyor dan dikumpulkan di hopper sebelum diangkut dan diaplikasikan. Pengangkutan TKS menggunakan dump truck jenis Mitsubishi dengan kapasitas angkut 7 ton atau 7 000 kg setiap truk. Aplikasi TKS yang diamati adalah aplikasi TKS di Kebun Selucing Agro Estate (SAGE). TKS yang diangkut oleh truk kemudian ditumpuk di Collection Road (CR). Tumpukan TKS di CR yaitu 7 ton setiap tumpukan. TKS yang sudah ditumpuk diaplikasikan ke dalam blok dengan cara manual yaitu diecer menggunakan angkong dan gancu untuk pengaplikasiannya. Aplikasi TKS pada Tanaman Menghasilkan (TM) dengan dosis 200 kg setiap tanaman dan diletakkan diatas tumpukan pelepah. Satu tumpukan TKS dapat diaplikasikan pada 35 tanaman kelapa sawit, sehingga JJK yang dapat diaplikasikan adalah 27 ton ha-1 atau empat tumpukan setiap hektar (ha). Kapasitas angkut TKS yaitu 50-100 kg setiap angkong, sehingga untuk satu tumpukan TKS dibutuhkan 70-140 angkong setiap tumpukan atau 280-560 angkong setiap hektar (ha). Alur distribusi TKS dapat dilihat pada Lampiran 8. Tandan Kosong (TKS) hanya diaplikasikan satu kali dalam setahun dan harus kontinyu diaplikasikan kembali 12 bulan kemudian. Aplikasi TKS tidak harus diberikan setelah pemberian pupuk anorganik. Aplikasi TKS ditumpuk (disebar) satu lapis untuk menghindari perkembangan hama kumbang tanduk (Oryctes rhinoceros). Selain itu, TKS juga dapat diaplikasikan pada piringan kelapa sawit yang ditumbuhi gulma karena dapat menghambat pertumbuhan gulma dan diaplikasikan 1.5-2 m dari batang tanaman kelapa sawit. Peletakan TKS di lahan dapat dilihat pada Gambar 4.
U-shape
A
B
Gambar 4 Peletakan TKS berbentuk U-shape (A), peletakan TKS di atas tumpukan pelepah (B)
Kriteria areal yang cocok untuk aplikasi TKS yaitu TBM dan TM terletak dalam radius 10 km dari PKS, tanah datar sampai bergelombang, tanah mineral dan bertekstur ringan (berpasir), bukan daerah rendahan dan drainase harus baik, sarana jalan dan jembatan berfungsi baik, tidak ada parit yang mengelilingi blok, dan tidak banyak terdapat batang-batang melintang di areal yang akan diaplikasi. Limbah Cair (POME). Limbah POME merupakan produk sampingan proses pengolahan CPO yang berasal dari proses rebusan (strerilizer) dan proses pemurnian minyak (clarifier) yang seluruhnya di tampung sementara di fat pit
22 (kolam effluent treatment). Air limbah yang dihasilkan pabrik dimanfaatkan untuk pupuk organik. Air limbah diolah terlebih dahulu dengan sistem kolam di Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dan harus didahului dengan beberapa perlakuan. Perlakuan tersebut bertujuan menurunkan kandungan BOD (Biologycal Oxygen Demand) dan untuk menaikkan pH air limbah menggunakan metode kolam pendingin dengan memanfaatkan bakteri pengurai yang bekerja secara anaerob maupun aerob. Limbah POME diaplikasikan di Divisi III Kebun Selucing agro Estate (SAGE). Limbah POME dihasilkan di Pabrik SAGM sebesar 50% dari TBS yang diolah. Kolam limbah terletak kurang lebih 300 m dari lahan aplikasi limbah POME. Aplikasi limbah POME menggunakan sistem land application pada flat bed (kolam datar) yaitu sistem aplikasi limbah secara irigasi yang ditampung di dalam kolam-kolam dangkal dan datar dihubungkan dengan saluran parit untuk mengalirkan limbah dengan ketinggian yang relatif tidak sama dan mengikuti kemiringan tanah. Kolam Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di Pabrik SAGM dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5 Kolam Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Flat bed dibuat di gawangan mati yaitu gawangan yang berselingan dengan pasar rintis atau jalan panen, berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran rata-rata panjang 8 m, lebar 1 m, dan kedalaman 0.8 m. Panjang flat bed berbeda-beda tergantung panjang blok aplikasi limbah. Jarak antar flat bed dipisahkan oleh pematang dengan lebar 16 m. Jumlah flat bed yang terdapat di lahan aplikasi sebanyak 1 868 flat bed dengan rata-rata kapasitas 6.4 m3 setiap flat bed . Pengisian air limbah dalam flat bed yaitu 20 cm dari permukaan lahan agar air limbah tidak melimpah ke permukaan. Flat bed di blok aplikasi tidak diisi semua, flat bed paling ujung berjumlah dua buah pada setiap jalur dijadikan sebagai parit pengaman untuk mengantisipasi luapan limbah pada saat hujan. Pemantauan ada tidaknya dampak aplikasi limbah terhadap kualitas air tanah dilakukan dengan pembuatan sumur pantau. Flat bed yang digunakan untuk menampung air limbah di blok aplikasi dapat dilihat pada Gambar 6.
23
Gambar 6 Flat bed penampungan air limbah POME
Blok aplikasi limbah POME dipilih dari blok yang tidak terlalu jauh dari PKS (maksimal berjarak 5 km dari PKS), topografi tidak terlalu datar untuk memudahkan pengaliran limbah antar flat bed dan tidak terlalu banyak areal rendahan sehingga penyebaran aplikasi limbah dalam satu blok dapat dilakukan semaksimal mungkin. Lay out land application limbah POME Pabrik SAGM dapat dilihat pada Lampiran 11. Limbah POME yang diaplikasikan ke blok adalah limbah yang berasal dari kolam 6. Rata-rata pemompaan limbah yaitu 60 m³ jam-1 atau sekitar 60 ton jam-1. Limbah tersebut dialirkan ke flat bed melalui pipa-pipa berukuran 6 m yang diletakkan di dalam tanah untuk menghindari kebocoran pipa. Pipa yang digunakan ada tiga ukuran yaitu pipa utama diameter 6 inci, pipa cabang diameter 4 inci, dan pipa flat bed diameter 2 inci. Blok aplikasi limbah POME di Kebun SAGE ada tiga blok yaitu blok B013 (timur dan barat), C010 (timur dan barat), dan C011. Luas total blok aplikasi limbah yaitu 50.7 ha dengan jumlah flat bed sebayak 1 868 buah. Kegiatan aplikasi limbah POME dilakukan setiap hari dengan rotasi 4-5 kali dalam satu tahun. Pada saat melakukan kegiatan magang, aplikasi limbah POME dilakukan sesering mungkin dengan tujuan pelimpahan limbah pada flat bed. Rata-rata aplikasi limbah POME untuk pengisian flat bed yaitu 13 jam setiap hari dengan debit limbah 60 m3 jam-1, sehingga banyaknya limbah POME yang diaplikasikan yaitu 780 m³ setiap hari atau 18 720 m³ bulan-1 (224 640 ton tahun-1). Pelaksanaan aplikasi dan supervisi limbah POME merupakan kerja sama antara pihak kebun dan pabrik. Pihak kebun menginformasikan keadaan flat bed sebagai bahan pertimbangan pembukaan kran aliran limbah ke blok aplikasi dan perawatan flat bed tiga bulan sekali. Tenaga kerja yang bertugas di kebun berjumlah empat orang yang terdiri dari dua shift yaitu dua orang untuk shift siang dan dua orang untuk shift malam. Tenaga kerja diawasi oleh dua orang operator limbah yang bertugas melakukan pengecekan limbah setiap pagi dan malam. Tugas tenaga kerja aplikasi limbah POME adalah perawatan flat bed, pengisian flat bed dan pembersihan flat bed. Standar kerja yang ditetapkan untuk aplikasi limbah POME yaitu 7 jam HK-1 dan aplikasi di luar jam kerja untuk pekerja pabrik dan pekerja kebun dihitung sebagai lembur.
24 Aspek Manajerial Pendamping Mandor Mandor I. Tanggung jawab Mandor I yaitu melakukan koordinasi antar mandor, monitoring pekerjaan, memeriksa pusingan potong buah yang dibuat mandor panen dan buah hasil laporan kerani panen, mengatur angkutan TBS dan mengecek brondolan di TPH dan mutu hanca. Kerani Divisi. Tanggung jawab Kerani Divisi adalah membuat laporan (harian, mingguan dan bulanan), mengisi Buku Prestasi Kerja (BPK), membuat daftar hadir dan absensi karyawan saat lingkaran pagi serta merekapitulasi daftar absensi per tahapan, merekapitulasi pengangkutan Tandan Kosong (TKS), membuat BPB (Bon Permintaan Barang), dan membuat LHA (Laporan Harian Asisten). Mandor Pupuk. Tanggung jawab Mandor Pupuk adalah melaksanakan program Block Manuring System (BMS) yang telah dibuat, mengarahkan dan menentukan hanca karyawan, mengawasi dan mengontrol kualitas kerja karyawan, cek mutu kerja, koordinasi dengan bagian traksi untuk pengangkutan pupuk. Kegiatan yang diikuti sebagai pendamping Mandor Pupuk adalah mengawasi ketepatan pemupukan, monitoring pupuk mulai dari pengangkutan dari gudang, pengeceran, sampai pelangsiran pupuk. Mandor Chemist. Tanggung jawab Mandor Chemist adalah memberikan pengarahan dan penghancakan karyawan saat lingkaran pagi, melakukan kontrol dan cek mutu kerja, serta melakukan pemeriksaan Quality Check mutu semprot. Kegiatan yang diikuti sebagai pendamping Mandor Chemist adalah melakukan pemeriksaan Quality Check mutu semprot, mempersiapkan kebutuhan bahan serta mengawasi karyawan selama kegiatan penyemprotan berlangsung. Mandor Aplikasi Limbah POME. Tanggung jawab Mandor Aplikasi Limbah POME adalah membuat perencanaan pelaksanaan aplikasi limbah, mengatur dan mengawasi karyawan dalam pengaplikasian limbah, memeriksa dan memastikan kondisi pipa yang mengalirkan limbah dalam keadaan baik, dan pencatatan jumlah flat bed yang sudah teraplikasi serta lama aplikasi untuk pengisian siang dan malam hari. Mandor Aplikasi Tandan Kosong (TKS). Tanggung jawab Mandor Aplikasi Tandan Kosong adalah mengabsen tenaga aplikasi TKS saat lingkaran pagi, memberikan arahan kepada karyawan mengenai pelaksanaan teknis aplikasi TKS, menentukan blok aplikasi TKS dan melakukan pengawasan terhadap kinerja karyawan, membuat laporan di buku kegiatan mandor, mencatat jumlah TKS yang diangkut ke kebun maupun jumlah TKS yang diaplikasikan. Mandor Perawatan. Tanggung jawab Mandor Perawatan adalah memberikan pengarahan dan pembagian hanca saat lingkaran pagi, memastikan semua alat yang digunakan dalam kondisi baik dan siap pakai, mengontrol dan mengawasi pekerjaan karyawan. Kegiatan yang dilakukan sebagai pendamping Mandor Perawatan yaitu mengawasi karyawan yang bekerja saat rawat jalan dan perawatan piringan manual. Mandor Panen. Tanggung jawab Mandor Panen adalah memberikan pengarahan dan pembagian hanca saat lingkaran pagi, mengontrol pekerjaan karyawan dan meminimalkan kecelakaan kerja, membuat pusingan panen, koordinasi dengan kerani panen untuk pengecekan buah dan pengangkutan TBS,
25 serta melaporkan hasil pemeriksaan mutu buah dan mutu hanca kepada Asisten Divisi. Kegiatan yang diikuti saat menjadi pendamping Mandor Panen adalah mengawasi pemanen selama kegiatan panen berlangsung dan melakukan penilaian terhadap mutu hanca dan mutu buah pemanen. Kerani Panen. Tanggung jawab Kerani Panen adalah mengecek jumlah TBS dan mutu TBS per TPH dan mencatatnya ke dalam Buku Penerimaan Buah Kelapa Sawit (BPBKS), mencatat total buah (masak, mentah, dan kurang masak), serta membuat Laporan Potong Buah (LPB). Kerani Transport. Tanggung jawab Kerani Transport adalah membuat Surat Pengantar Buah (SPB), memastikan TBS yang dipanen terkirim seluruhnya ke PKS, mencatat jumlah tandan TBS yang dipanen pada hari tersebut, membuat Laporan Harian Mandor (LHM).
Pendamping Asisten Asisten Divisi mempunyai tanggung jawab yang besar dalam pengelolaan kegiatan teknis yang dilakukan di lahan yang meliputi pemberian arahan dan instruksi kepada supervisi dan karyawan, pengawasan dan pengontrolan terhadap seluruh pekerjaan dan mengevaluasi hasil kerja. Kegiatan pengelolaan administrasi yang dilakukan Asisten Divisi meliputi pembuatan rencana kerja (harian, bulanan dan tahunan), memeriksa dan mengevaluasi LHM serta laporan manajemen dan laporan lainnya yang ada di divisi, membuat Bon Permintaan dan Pengeluaran Barang (BPPB), memberikan surat izin berobat karyawan, serta merancang anggaran yang telah diterima terkait anggaran produksi dan perawatan kebun yang dijadikan sebagai acuan untuk target produksi semester dan bulanan.
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengurangan dampak negatif pabrik pengolahan kelapa sawit mengacu pada Undang-Undang nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH) dan Peraturan Pemerintah (Pardamean 2011). Jenis-jenis limbah yang dihasilkan terdiri dari limbah padat seperti Tandan Kosong (TKS), serabut (fiber), dan cangkang serta limbah cair yaitu Palm Oil Mill Effluent (POME). PT Windu Nabatindo Abadi (WNA) memiliki satu unit pabrik yaitu Selucing Agro Mill (SAGM) dengan kapasitas olah 60 ton jam-1. Persentase limbah POME yang dihasilkan oleh Pabrik SAGM paling tinggi dibandingkan dengan limbah lainnya seperti TKS (19 % dari TBS yang diolah), fiber (13 % dari TBS yang diolah), dan cangkang (0.15 % dari TBS yang diolah). Jumlah limbah yang dihasilkan pada tahun 2012 yaitu TKS sebesar 56 959.89 ton tahun-1, fiber sebesar 38 972. 55 ton tahun-1, cangkang sebesar 449. 68 ton tahun-1, dan POME sebesar 149 894.44 ton tahun-1. Limbah POME dan TKS dimanfaatkan kembali sebagai pupuk organik. Cangkang dan Fiber dimanfaatkan untuk bahan bakar di Pabrik SAGM dan sebagian cangkang dijual. Komposisi jenis limbah yang dihasilkan oleh Pabrik SAGM dapat dilihat pada Tabel 8.
26 Tabel 8 Komposisi jenis limbah yang dihasilkan Pabrik Selucing Agro Mill (SAGM) pada tahun 2012 Bulan / Tahun Januari /12 Februari/12 Maret/12 April/12 Mei/12 Juni/12 Juli/12 Agustus/12 September/12 Oktober/12 November/12 Desember/12 Total Persentase (%)
TBS yang diolah (ton) 17 726.769 18 831.532 20 661.189 22 147.721 24 728.359 21 081.671 24 005.489 23 227.819 32 537.057 33 401.896 30 902.441 30 536.936 299 788.88
Tandan kosong (ton) 3 368.09 3 577.99 3 925.63 4 208.07 4 698.39 4 005.52 4 561.04 4 413.29 6 182.04 6 346.36 5 871.46 5 802.02 56 959.89 19.00
Cangkang Fiber (ton) (ton) 2 304.48 26.59 2 448.09 28.25 2 685.95 30.99 2 879.20 33.22 3 214.69 37.09 2 740.62 31.62 3 120.71 36.01 3 019.62 34.84 4 229.82 48.81 4 342.25 50.10 4 017.32 46.35 3 969.80 45.81 38 972.55 449.68 13.00 0.15
POME (ton) 8 863.38 9 415.77 10 330.59 11 073.86 12 364.18 10 540.84 12 002.74 11 613.91 16 268.53 16 700.95 15 451.22 15 268.47 149 894.44 50.00
Sumber : Selucing Agro Mill (2013)
Tandan Kosong (TKS) Tandan kosong (TKS) adalah salah satu produk sampingan yang berasal dari stasiun bantingan (tresher). TKS yang dihasilkan Pabrik SAGM sebesar 19% dari jumlah TBS yang diolah atau sekitar 190 kg ton-1 dari setiap 1 ton TBS yang diolah. TKS dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik yang dapat menambah kekurangan unsur hara tanaman kelapa sawit. Pemanfaatan TKS dilihat dari segi ekonomis dapat meningkatkan keuntungan perusahaan melalui peningkatan produksi dan dari segi efektivitas dapat mengurangi pencemaran lingkungan. Limbah TKS dapat dimanfaatkan sebagai pupuk kompos, pupuk kalium, dan bahan serat (Pardamean 2011). TKS yang dihasilkan Pabrik SAGM didistribusikan ke kebun-kebun yang ada di PT Windu Nabatindo Abadi (WNA) seperti Kebun SAGE, SBHE, SCME, dan BKLE. Setiap kebun memperoleh TKS sesuai dengan anggaran biaya dan kebutuhan TKS yang telah ditetapkan oleh kebun masing-masing. Kandungan unsur hara dalam 1 ton TKS yaitu 8.00 kg Urea, 2.90 kg RP, 18.30 kg MOP, dan 5.00 kg Kieserit. Aplikasi TKS dapat meningkatkan proses dekomposisi sehingga kandungan fisik, biologi, dan kimia tanah meningkat. Selain itu, TKS juga meningkatkan peremajaan tanah yang penting untuk jangka waktu lama dalam rangka mempertahankan produksi TBS agar tetap tinggi. Alur distribusi TKS yaitu TKS yang dihasilkan di PKS dari stasiun pembantingan (tresher) kemudian diangkut ke blok aplikasi menggunakan Dump Truck dengan kapasitas 7 ton setiap truk. Pengisian TKS ke dalam truk menggunakan alat excavator dan loader kemudian diletakkan di Collection Road (CR) dan sesegera mungkin diaplikasikan. Eko, Fandi dan Heri (2011) menyatakan bahwa
27 kandungan K2O pada TKS sebesar 2.25% dengan kandungan air sebesar 29.42% sehingga dapat meningkatkan massa akar yang berpengaruh pada efektivitas penyerapan hara. Jumlah TKS yang teraplikasikan pada masing-masing blok di Kebun SAGE dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Jumlah Tandan Kosong (TKS) yang teraplikasikan di Kebun Selucing Agro Estate (SAGE) Divisi III pada tahun 2012 Blok aplikasi TKS C010 C011 D009 D010 Total
Luas blok (ha) 32.41 32.77 32.83 40.47 138.48
Luas teraplikasi TKS (ha) 1.56 5.72 1.40 4.00 12.68
Total TKS yang dapat teraplikasi (ton) 43.68 55.16 39.20 28.00 166.04
Sumber : Data Kebun SAGE Divisi III (2013)
Berdasarkan data pada Tabel 9, luas blok yang teraplikasikan TKS pada tahun 2012 yaitu 12.68 ha dengan total TKS yang teraplikasikan 166.04 ton atau sekitar 166 040 kg. TKS yang diaplikasikan pada tahun 2012 merupakan sisa TKS yang belum teraplikasi di tahun 2011. Secara keseluruhan rata-rata TKS yang teraplikasikan dari tahun 2011-2012 lebih kurang setengah dari luas keseluruhan blok. TKS yang diaplikasikan tahun 2012 sedikit karena tanaman sudah normal berdasarkan indikator secara visual yaitu tanaman sudah terlihat sehat dan hijau. Jumlah TKS yang dihasilkan Pabrik SAGM tahun 2012 yaitu 56 959.89 ton sedangkan TKS yang diaplikasikan ke Divisi III Kebun SAGE hanya 166.04 ton. Sisa TKS yang dihasilkan Pabrik SAGM didistribusikan ke kebun lain seperti SBHE, SCME, dan BKLE dengan total TKS yang diterima sesuai dengan permintaan masing-masing kebun (tergantung kondisi tanaman). Perbandingan produksi antara blok aplikasi TKS (C010, C011, D009, dan D010) dengan blok tanpa aplikasi TKS (B013, B014, D012, dan E012) dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 Perbandingan produksi Tandan Buah Segar (TBS) pada blok aplikasi tandan kosong dengan blok tanpa aplikasi tandan kosong Parameter Produksi TBS (janjang) Produksi TBS (kg) Produktivitas TBS (kg ha-1)
Blok aplikasi TKS 33 607a 148 912a 3 680a
Blok tanpa aplikasi TKS 34 043a 223 001a 835 098a
Sumber : Data Kebun SAGE Divisi III (2013); angka-angka diikuti huruf yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 %
Berdasarkan hasil analisis terhadap produksi TBS yang disajikan pada Tabel 10, produksi TBS pada blok yang diaplikasikan TKS tidak berbeda nyata dengan produksi TBS pada blok yang tidak diaplikasikan TKS dengan pemberian TKS tidak diaplikasikan pada keseluruhan blok aplikasi. Hal ini mengindikasikan
28 bahwa pemberian TKS ke blok aplikasi hanya berfungsi sebagai penambah kelembaban tanah pada blok yang diaplikasikan TKS. Pada umumnya TKS yang diaplikasikan di Kebun SAGE diperuntukkan untuk areal berpasir (C010, C011) sehingga dengan pemberian TKS yang tidak pada keseluruhan blok hanya mampu meningkatkan kelembaban tanah. Produksi TBS tidak berbeda nyata juga disebabkan oleh pemberian TKS yang tidak dilakukan secara kontinyu seperti yang terjadi pada tahun 2012. Aplikasi TKS tahun 2012 sedikit (sisa aplikasi tahun 2011) sehingga tidak terjadi peningkatan produksi secara nyata dibandingkan dengan blok tanpa aplikasi. Produksi dan produktivitas Tandan Buah Segar (TBS) pada blok tanpa aplikasi TKS lebih tinggi dibandingkan dengan blok aplikasi TKS. Hal ini disebabkan oleh jenis tanah yang berbeda, dimana blok aplikasi TKS merupakan areal tanah berpasir yang mengandung sedikit humus. Eko, Fandi dan Heri (2011) menyatakan bahwa subsitusi pupuk MoP dengan tandan kosong yang dikombinasikan dengan aplikasi pupuk MoP nyata meningkatkan pH tanah, C-organik, KTK tanah. Aplikasi TKS secara nyata dapat mensubsitusi pupuk MoP hingga 25% dengan peningkatan produksi mencapai 11.7% dari pemupukan standar kebun. Oleh karena itu, aplikasi TKS seharusnya dilakukan secara kontinyu seperti pemberian pupuk anorganik sehingga dapat meningkatkan produksi TBS kelapa sawit. Organisasi pengangkutan TKS di Kebun SAGE merupakan koordinasi antara pihak kebun dan Pabrik SAGM. Manajer Kebun berkoordinasi dengan Manajer Pabrik dalam hal jumlah TKS yang dapat diangkut. Pengelola Unit bertanggung jawab dalam hal penyediaan alat transportasi dan berkoordinasi dengan Asisten Divisi untuk peletakan TKS di blok aplikasi. Mandor TKS mengkoordinir pengaplikasian TKS di lapangan, membuat pancang untuk peletakan TKS di Collection Road (CR), mengontrol tenaga kerja dan mencatat prestasi kerja. Struktur organisasi pengangkutan TKS di Kebun SAGE dapat dilihat pada Lampiran 9. Tenaga kerja untuk aplikasi TKS tergantung jumlah TKS yang akan diaplikasikan ke blok aplikasi. Tenaga kerja yang dibutuhkan adalah tiga orang untuk areal sulit dan dua orang untuk areal normal. Rata-rata TKS yang dapat diaplikasi setiap hari adalah 3 500 kg dengan satu tumpukan TKS di Collection Road (CR) sebesar 7 000 kg. Sehingga dalam satu hari TKS yang dapat diaplikasikan 7 000-10 500 kg setiap hari. Pada tahun 2012, TKS yang diaplikasikan yaitu 166.04 ton, sehingga TKS dapat diaplikasikan dalam waktu 15-23 hari. Rata-rata TKS yang diaplikasikan adalah 27 ton ha-1 sehingga dalam satu hektar (ha) terdapat empat tumpukan TKS.
Limbah Cair (POME) Limbah POME yang diaplikasikan ke lahan merupakan limbah yang berasal dari kolam 6 yaitu kolam land application. Air limbah yang ditampung dalam kolam diusahakan tidak sampai terisi penuh dengan tujuan menghindari limpahan air limbah terutama saat hujan. Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit (LCPKS) yang dihasilkan pabrik sekitar 2.9-3.5 m3 dalam setiap ton CPO dan kaya akan senyawa karbon organik dengan kandungan Chemical Oxygen Demand (COD) lebih dari
29 40 g L-1 dan kandungan nitrogen sekitar 0.2 dan 0.5 g L-1 sebagai ammonia nitrogen dan total nitrogen (Nasution et al. 2010). Limbah POME yang dihasilkan Pabrik SAGM pada tahun 2012 yaitu sebesar 149 894.44 ton atau sekitar 50% dari setiap ton TBS yang diolah. Limbah yang dihasilkan pabrik memiliki BOD 5 000-10 000 mg L-1 dan pH yang rendah. Standar BOD yang ditetapkan untuk aplikasi ke perkebunan adalah 3 500-5 000 mg L1 dan pH 6 (Sutarta et al. 2003). Oleh karena itu, air limbah yang dihasilkan Pabrik SAGM diolah terlebih dahulu dengan kolam pendingin untuk menurunkan nilai BOD dan menaikkan pH air limbah. Spesifikasi kolam limbah di Pabrik SAGM dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 Jenis-jenis kolam dan kapasitas masing-masing kolam di Pabrik Selucing Agro Mill (SAGM) Nomor kolam Kolam 1 Kolam 2 Kolam 3 Kolam 4 Kolam 5 Kolam 6
Jenis kolam Cooling Pond Primary Anaerob Bactery Secondary Anaerob Anaerob Bactery Anaerob Bactery Land Application
Volume (m3) 20 408 22 184 33 812 36 581 36 581 27 852
Sumber : Selucing Agro Mill (2013)
Pengolahan limbah yang terjadi pada setiap kolam berbeda-beda. Limbah POME yang dihasilkan pabrik pertama kali ditampung dalam kolam 1 yaitu kolam Cooling Pond. Kolam 1 merupakan kolam pendinginan. Pada kolam ini terjadi proses pengendapan lumpur dan pendangkalan. Komposisi kolam 1 berupa sekam (60%), limbah (35%), dan sisa minyak (5%). Pada kolam 1 tidak terdapat aktivitas bakteri. Pencairan sekam yang terdapat pada kolam 1 dilakukan dengan penyuntikan bakteri dari kolam 6. Penyuntikan bakteri juga bertujuan untuk menurunkan suhu air limbah. Air limbah selanjutnya dialirkan ke kolam 2 yaitu kolam Primary Anaerob Bactery melalui proses under flow. Proses under flow dilakukan karena limbah yang ditampung di kolam nomor 1 masih mengandung minyak sehingga minyak harus dikutip kembali. Pada kolam 2 terjadi proses penguraian sekam, limbah dan minyak oleh bakteri anaerob. Sekam, limbah, dan minyak telah dapat dibedakan dengan jelas pada kolam 2. Setelah terjadi penguraian oleh bakteri, limbah kemudian dialirkan melalui pipa under flow ke kolam 3 yaitu kolam Secondary Anaerob. Kondisi sekam pada kolam 3 sudah berkurang, sekam belum terurai 100%. Pada kolam 3 bakteri aktif 75%. Reaksi bakteri terlihat membentuk gelembung-gelembung dalam kolam. Pada kolam ini terjadi pengaliran bakteri dari kolam 6 untuk menurunkan pH. Pada kolam 3 pH kolam mencapai 7, tetapi belum layak diaplikasikan ke lahan. Selanjutnya air limbah dialirkan ke kolam 4 dan kolam 5 yaitu kolam Anaerob Bactery. Pada kolam 4 bakteri aktif sebesar 80% sedangkan pada kolam 5 bakteri aktif 85%. Derajat kemasaman (pH) yang terdapat pada kolam 4 dan 5 yaitu 7. Pengaliran air limbah terakhir ditampung dalam kolam 6 yaitu kolam Land Application. Kolam 6 merupakan kolam yang menghasilkan limbah cair yang siap
30 untuk diaplikasikan. Kondisi kolam 6 sudah bebas sekam dan suhu kolam 0 oC. Kolam 6 berisi limbah murni. Pada kolam 6 terdapat pompa aplikasi dengan kapasitas 60 ton jam-1. Pipa untuk mengalirkan limbah diletakkan di dalam tanah agar tidak mudah bocor. Kolam 4 dan 6 dijadikan sebagai titik pemantauan kualitas air limbah. Lay out effluent treatment Pabrik SAGM dapat dilihat pada Lampiran 10. Pengolahan air limbah di Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dilakukan dengan monitoring air limbah setiap bulan. Monitoring baku mutu air limbah Pabrik SAGM pada tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12 Monitoring baku mutu air limbah Pabrik Selucing Agro Mill (SAGM) pada tahun 2012
Parameter
Satuan
BOD COD Pb Cu Cd pH TSS
mg L-1 mg L-1 mg L-1 mg L-1 mg L-1 mg L-1
Pergub No. 35 KEPMENLH No. tahun 2007 28 Tahun 2003 (kadar (kadar maksimum) maksimum) 5 000 5 000 10 000 * * * * * * * 6-9 6-9 12 500 *
Rata-rata hasil pengujian air limbah aplikasi 1 030.5 2 130.4 0.1 0.1 0.02 6.8 -
Sumber : Laboratorium Pengujian Komoditi dan Lingkungan (2012); *angka-angka tidak dipersyaratkan; - tidak dilakukan pengujian
Berdasarkan Tabel 12, semua parameter limbah masih berada di bawah baku mutu yang ditetapkan. Hal ini ditandai dengan nilai BOD tidak melebihi 5 000 mg L-1 dan nilai pH masih berada di antara pH 6-9. Hasil semua parameter monitoring baku mutu limbah POME di Pabrik SAGM sesuai dengan Peraturan Gubernur No. 35 tahun 2007 dan Keputusan Mentri Lingkungan Hidup No. 28 tahun 2003, sehingga aktivitas Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Pabrik SAGM tidak berdampak negatif bagi manusia dan lingkungan sekitar. Nilai BOD dengan nilai 1 030.5 mg L-1 (nilai BOD rendah) cukup baik untuk keamanan lingkungan apabila akan diaplikasikan karena air limbah yang dihasilkan sudah sangat cair (dengan standar kepekatan lebih kecil dari 3 500 mg L-1) sehingga cocok untuk air irigasi. Apabila dilihat dari segi kandungan bahan organiknya, limbah dengan nilai BOD 1 030.5 mg L-1 sangat miskin senyawa organik dan unsur hara bagi tanaman karena nilai BOD menunjukkan banyaknya bahan organik yang terkandung dalam limbah. Sutarta et al. (2003) menyatakan bahwa kualifikasi limbah POME yang diaplikasikan ke lahan yaitu limbah dengan BOD antara 3 500-5 000 mg L-1. Air limbah dengan BOD 1 030.5 mg L-1 yang diaplikasikan ke Kebun SAGE menyebabkan produksi TBS yang dihasilkan belum berbeda nyata dengan produksi pada blok yang tidak diaplikasikan limbah POME, tetapi bila dilihat dari segi lingkungan limbah tersebut aman diaplikasikan. Nilai BOD yang tinggi (lebih besar dari 5 000 mg L-1) sangat mencemari lingkungan karena oksigen yang
31 terlarut digunakan untuk merombak limbah, sehingga dapat membunuh organisme lain yang hidup di badan air yang sama-sama membutuhkan oksigen (Irvan 2009). Metode aplikasi limbah POME di Kebun SAGE menggunakan sistem land application pada flat bed. Departemen Riset melaksanakan survei kelayakan aplikasi POME meliputi lokasi, sistem dan dosis aplikasi. Syarat-syarat blok aplikasi POME adalah tidak terlalu jauh letaknya dari PKS (maksimal berjarak 5 km dari PKS), topografi tidak terlalu datar (sedikit bergelombang) dan tidak terlalu banyak areal rendahan. Blok untuk aplikasi limbah POME terletak di Divisi III Kebun SAGE yang letaknya sekitar 300 m dari pabrik yaitu blok B013, C010, dan C011. Luas blok yang diaplikasikan limbah yaitu 50.7 ha dengan jumlah flat bed sebanyak 1 868 buah dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13 Luas blok aplikasi limbah POME yang disertai dengan jumlah flat bed dan kran di Kebun Selucing Agro Estate (SAGE) Blok aplikasi POME B013 C010 C011 Total
Tahun tanam 2008 2007
Luas blok (ha) 41.76 32.41
Luas yang teraplikasi POME (ha) 23.3 14.3
2007
32.77 106.94
13.1 50.7
Jumlah flat bed 824 751
Volume (m3 flat bed-1 ) 6.4 6.4
Jumlah kran 45 47
293 1 868
6.4 19.2
17 109
Sumber : Data kebun SAGE Divisi III (2013)
Berdasarkan Tabel 13, luas blok yang diaplikasikan limbah POME adalah 50.7 ha atau sekitar 47.4% dari luas keseluruhan blok aplikasi dengan volume tampung flat bed 35 865.6 m3. Aliran air limbah pada masing-masing flat bed berbeda-beda tergantung topografi lahan dan jarak dari pompa aplikasi. Lama waktu pengisian flat bed adalah 10 menit setiap flat bed. Rata-rata pengisian flat bed yaitu 13 jam setiap hari dan debit limbah 60 m3 jam-1, sehingga limbah yang diaplikasi yaitu 780 m3 setiap hari atau 18 720 m3 bulan-1 (224 640 m3 tahun-1). Luas blok yang diaplikasikan limbah POME adalah 50.7 ha sehingga dosis aplikasi yang diperoleh setiap hektar (ha) yaitu 369.2 m3 setiap bulan atau 4 430.8 m3 setiap tahun. Rata-rata limbah yang dapat ditampung dalam flat bed yaitu 6.4 m3 setiap flat bed setinggi 0.8 cm dari permukaan flat bed untuk menghindari pelimpahan air limbah. Dosis aplikasi POME yang ditetapkan yaitu 750 ton ha-1 setiap tahun atau 250 ton ha-1 untuk setiap rotasi dengan rotasi 3 kali setahun dan nilai BOD 3 000-5 000 mg L-1 (Susilawati 2012). Aplikasi POME di Kebun SAGE dilakukan setiap hari dengan rotasi aplikasi 4-5 kali setiap tahun. Dosis yang digunakan juga lebih tinggi dibandingkan standar dosis yang telah ditetapkan karena nilai BOD limbah yang dihasilkan cukup rendah sehingga limbah tersebut sudah sangat cair (standar kepekatan lebih kecil dari 3 500 mg L-1) dan hanya berfungsi sebagai air irigasi. Susilawati (2012) menyatakan bahwa air limbah dengan BOD 626.7 mg L-1 cukup baik untuk keamanan lingkungan apabila akan diaplikasikan, tetapi apabila dilihat dari kandungan bahan organiknya limbah tersebut miskin
32 bahan organik dan unsur hara bagi tanaman karena nilai BOD menunjukkan banyaknya bahan organik yang terkandung di dalam limbah tersebut. Silalahi (2011) juga menyatakan bahwa air limbah dengan BOD lebih kecil dari 1 000 mg L-1 cukup baik dari segi keamanan lingkungan, tetapi pada dasarnya nilai BOD menunjukkan banyaknya bahan organik yang terkandung di dalam limbah. Limbah POME yang dihasilkan Pabrik SAGM pada tahun 2012 yaitu 149 894.44 ton. Dosis POME yang diaplikasikan adalah 224 640 m3 per tahun dengan luas blok yang diaplikasikan POME adalah 50.7 ha. Apabila dilihat dari standar dosis air limbah, diperoleh air limbah yang seharusnya dapat diaplikasikan yaitu 199 ha sedangkan kenyataan di lapang luas blok yang diaplikasikan limbah hanya 50.7 ha. Air limbah yang tidak tertampung pada flat bed dibuang ke badan sungai yang berada di sekitar blok aplikasi. Pembuangan air limbah ke badan sungai tidak menyebabkan pencemaran terhadap lingkungan karena nilai BOD air limbah yang dihasilkan sangat rendah (BOD 1 030.5 mg L-1) sehingga air limbah tidak mengganggu kehidupan organisme lain yang terdapat di badan sungai. Kegiatan aplikasi POME merupakan kerjasama antara pihak pabrik dengan kebun. Pihak kebun bertanggungjawab terhadap penyaluran POME ke setiap flat bed sesuai jadwal yang telah ditentukan, perawatan flat bed, pengaturan pembukaan serta penutupan kran. Pihak pabrik bertanggungjawab terhadap penyaluran POME dari pabrik ke blok-blok aplikasi melalui instalasi pipa-pipa POME, perencanaan pembangunan IPAL, pemasangan instalasi pompa atau pipa-pipa POME, pemeliharaan serta perbaikan pompa atau pipa apabila terjadi kerusakan, pengamatan dan pemantauan dampak yang mungkin terjadi akibat aplikasi limbah POME.
Dampak Aplikasi Limbah POME terhadap Produksi Limbah POME diaplikasikan ke lahan dengan tujuan meningkatkan produksi Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit. Perbandingan produksi antara blok aplikasi limbah POME (C010, C011, dan B013) dengan blok tanpa aplikasi limbah POME (B014, D010, dan E012) dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14 Perbandingan produksi Tandan Buah Segar (TBS) antara blok aplikasi limbah POME dengan blok tanpa aplikasi limbah POME di Kebun Selucing Agro Estate (SAGE) tahun 2012 Parameter Produksi TBS (janjang) Produksi TBS (kg) Produktivitas TBS (kg ha-1)
Blok aplikasi POME Blok tanpa aplikasi POME 25 358a 23 586a 106 192a 146 937a 2 977a 3 943a
Sumber : Data Kebun SAGE Divisi III (2013); angka-angka diikuti huruf yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 %
Berdasarkan hasil analisis terhadap produksi TBS yang disajikan pada Tabel 14, produksi dan produktivitas TBS pada blok yang diaplikasikan limbah POME tidak berbeda nyata dengan blok yang tidak diaplikasikan limbah POME
33 (dengan luas blok yang diaplikasikan POME 50.7 ha). Hal tersebut disebabkan oleh aplikasi limbah tidak diaplikasikan pada keseluruhan blok. Luas blok yang diaplikasikan limbah POME hanya 50.7 ha dari keseluruhan blok aplikasi. Hal ini dikarenakan aplikasi limbah POME membutuhkan biaya yang mahal dalam pembuatan pipa dan pengolahan air limbah di Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Selain itu, hal ini juga disebabkan oleh nilai BOD air limbah yang rendah yaitu 1 030.5 mg L-1 yang mengindikasikan bahwa kandungan bahan organik limbah tersebut miskin bahan organik dan unsur hara bagi tanaman karena nilai BOD menunjukkan banyaknya bahan organik yang terkandung di dalam limbah. Rendahnya nilai BOD dan sempitnya luas lahan yang teraplikasi limbah POME berdampak pada produksi Tandan Buah segar (TBS) kelapa sawit yang dihasilkan.
Dampak Aplikasi Limbah POME terhadap Kualitas Air Limbah POME yang diaplikasikan ke blok dapat menyebabkan pencemaran kualitas air sehingga diperlukan pemantauan kualitas air di lingkungan sekitar blok aplikasi limbah POME. Pemantauan tehadap kualitas air tanah bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya dampak aplikasi limbah POME terhadap kualitas air tanah, serta mencegah penurunan kualitas dan penggunaan air yang dapat mengganggu dan membahayakan kesehatan. Pemantauan kualitas air dilakukan dengan mengambil sampel air dari Sumur Pantau I, II dan III yang berada di blok aplikasi dan sumur penduduk. Lokasi sumur pantau berada pada ketiga blok aplikasi yaitu blok B013, C010, C011 yang berjarak kurang lebih 100 m dari flat bed dan lokasi sumur penduduk lebih kurang 1 000 m dari blok aplikasi. Sumur pantau pada blok aplikasi di Kebun SAGE dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7 Sumur pantau aplikasi limbah POME Hasil analisis sampel air dari sumur pantau dan sumur penduduk dibandingkan dengan baku mutu Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 Tahun 1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air. Hasil pemeriksaan kualitas air tanah pada sumur pantau dan sumur penduduk dapat dilihat pada Tabel 15.
34 Tabel 15 Hasil pemeriksaan kualitas air tanah pada Sumur Pantau (SP I, SP II, SP III) di blok aplikasi limbah POME dan sumur penduduk Hasil uji Parameter Uji pH Nitrat (NO3) Amoniak ((NH3-N) Kadmium (Cd) Tembaga (Cu) Sulfat (SO4) Klorida (Cl) Timbal (Pb) Seng (Zn)
Satuan mg L-1 mg L-1 mg L-1 mg L-1 mg L-1 mg L-1 mg L-1 mg L-1
SP I 2.64 2.473 0.01 < 0.012 0.028 32.53 17.484 <0.001 0.441
SP II 4.44 3.254 0.009 <0.012 0.022 3.399 29.14 <0.001 0.073
SP III 3.96 1.208 0.01 <0.012 0.025 1.742 6.799 <0.001 0.03
Sumur penduduk 6.5 0.703 <0.012 3.158 0.62 <0.001 0.253
Standar (kadar maksimum) 6.5-9 10 * 0.05 * 400 600 0.05 15
Sumber : Laboratorium Pengujian Komoditi dan Lingkungan (2012); *angka tidak dipersyaratkan; tidak dilakukan pengujian
Berdasarkan hasil uji pada Tabel 15, seluruh parameter hasil pengujian pada sumur pantau telah memenuhi standar baku yang telah ditetapkan kecuali pH. Kurangnya nilai pH pada sumur pantau disebabkan oleh kondisi tanah pada blok aplikasi POME yaitu tanah pasir (C010 dan C011) dan tanah marjinal (B013). Sumur penduduk yang dijadikan sampel menurut hasil analisis yang dilakukan cocok digunakan sebagai air bersih (untuk air minum) karena seluruh parameter uji telah memenuhi standar yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 Tahun 1990.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kegiatan magang telah mampu meningkatkan kemampuan mahasiswa baik teknis maupun manajerial di lapang, menambah pengalaman dan keterampilan kerja di lapang, serta menambah wawasan mengenai pengelolaan kebun kelapa sawit khususnya limbah kelapa sawit. Produk samping limbah yang dihasilkan Pabrik SAGM dimanfaatkan kembali ke lahan sebagai pupuk organik. Luas blok yang teraplikasikan TKS pada tahun 2012 yaitu 12.68 ha dari luas keseluruhan blok 138.48 (atau sekitar 19.16% dari luas keseluruhan blok aplikasi TKS). Total TKS yang dapat teraplikasikan yaitu 166.04 ton atau sekitar 166 040 kg (0.003% dari TKS yang dihasilkan Pabrik SAGM). Peningkatan produksi pada blok yang diaplikasikan TKS belum berpengaruh nyata dibandingkan dengan blok yang tidak diaplikasikan TKS. Pemberian TKS hanya mampu meningkatkan kelembaban tanah. Luas blok yang diaplikasikan limbah POME adalah 50.7 ha atau sekitar 47.4% dari luas keseluruhan blok aplikasi Limbah yang diaplikasikan 18 720 m3 bulan-1 (224 640 m3 tahun-1) dengan dosis aplikasi 369.2 m3 per ha setiap bulan
35 atau 4 430.8 m3 per tahun. Peningkatan produksi pada blok yang diaplikasikan POME belum berpengaruh nyata dibandingkan dengan blok yang tidak diaplikasikan POME. Parameter baku mutu limbah POME berada di bawah standar yang telah ditetapkan yaitu Peraturan Gubernur No. 35 tahun 2007 dan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 28 tahun 2003.
Saran Aplikasi TKS sebaiknya dilakukan secara kontinyu sehingga TKS dapat berpengaruh nyata terhadap produksi dan mampu mengurangi pemberian pupuk anorganik. Pengelolaan limbah POME limbah di Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) harus ditingkatkan sehingga dapat meningkatkan nilai BOD (3 500-5 000 mg L-1). Langkah yang harus dilakukan adalah perbaikan pengelolaan limbah POME mulai dari pengelolaan di kolam IPAL, perawatan kolam IPAL dan flat bed secara kontinyu, penambahan dan pelebaran flat bed.
DAFTAR PUSTAKA [Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian]. 2006. Pedoman Pengelolaan Limbah Industri Kelapa Sawit. Jakarta (ID) : Deptan. 81 hlm. [Dikjenbun]. 2011. Peranan Perkebunan Tetap Penting. [Internet]. [diunduh 2013 Jan 14]. Tersedia pada: http://ditjenbun.deptan.go.id. [Dikjenbun]. 2012. Karet dan Kelapa Sawit Masih Menjadi Andalan Devisa Subsektor Perkebunan. [Internet]. [diunduh 2013 jan 14]. Tersedia pada: http://ditjenbun.deptan.go.id. Ginting NE, Hidayat F, dan Santoso H. 2011. Subsitusi pupuk MoP dengan tandan kosong kelapa sawit pada perkebunan kelapa sawit di ultisol. Jurnal Penelitian Kelapa Sawit, 19 (1) : 11 - 21. Irvan H. 2009. Pengelolaan Limbah Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Sungai Pinang Estate, PT. Bina Sains Cemerlang, Minamas Plantation, Sime Darby Group, Musi Rawas, Sumatera Selatan [skripsi]. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor. Lembaga Riset Perkebunan Indonesia. 2003. Inovasi Teknologi Kompos Produk Samping Kelapa Sawit. [Internet]. [diunduh 2012 Mei 10]. Tersedia pada : http://peternakan.litbang.deptan.go.id. Mangoensoekarjo S. 2007. Manajemen Tanah dan Pemupukan Budidaya Perkebunan. Yogyakarta (ID) : Penerbit Gadjah Mada University Press. 407 hlm. Nasution AM, Yakob Z, Herawan T. 2010. Pengolahan limbah cair pabrik kelapa sawit dan penghasilan hydrogen menggunakan elektrokoagulasi. Jurnal Penelitian Kelapa Sawit, 18 (2) : 86 - 94. Pahan I. 2010. Manajemen Agribisnis dari Hulu ke Hilir. Bogor (ID) : Penerbit Swadaya. 411 hlm. Pardamean M. 2011. Sukses Membuka Kebun dan Pabrik Kelapa Sawit. Jakarta (ID) : Penerbit Swadaya. 300 hlm.
36 Pasaribu TGS. 2011. Pengelolaan Limbah Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur, Pelalawan, Riau [skripsi]. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor. Saputra RA. 2011. Evaluasi Metode Pemupukan pada Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Radang Seko Banjar Balam, PT Tunggal Perkasa Plantations, Indragiri Hulu, Riau [Skripsi]. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor. Setyamidjaja D. 2006. Kelapa Sawit Teknik Budidaya, Panen, Pengolahan.Yogyakarta (ID): Penerbit Kanisius. 127 hlm. Silalahi BM. 2011. Pengelolaan Limbah Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Angsana Estate, PT Ladangrumpun Suburabadi, Minamas Plantation Group, Kalimantan Selatan [skripsi]. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor. Sunarko. 2007. Petunjuk Praktis Budi daya & Pengolahan Kelapa Sawit. Jakarta (ID) : Penerbit PT Agromedia Pustaka. 70 hlm. Susilawati. 2012. Pengelolaan Limbah Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Teluk Siak Estate PT Aneka Intipersada, Minamas Plantation, Riau [skripsi]. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor. Sutarta ES, Darmosarkoro W, Purba P, Fadli L, Rahutomo S, dan Winarna. 2003. Teknologi pemupukan. Dalam Buana L, Siahaan D, dan Adiputra S (Eds.). Medan (ID).
1
Lampiran 1 Jurnal harian kegiatan magang sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL) di Kebun SBHE PT Bumitama Gunajaya Agro Tanggal 10 Februari 2013 11 Februari 2013 12 Februari 2013 13 Februari 2013 14 Februari 2013 15 Februari 2013 16 Februari 2013 17 Februari 2013 18 Februari 2013 19 Februari 2013 20 Februari 2013 21 Februari 2013 22 Februari 2013 23 Februari 2013 24 Februari 2013 25 Februari 2013 26 Februari 2013 27 Februari 2013 28 Februari 2013 01 Maret 2013
Uraian Kegiatan Persiapan tempat tinggal Orientasi kebun Pemupukan urea Penyemprotan herbisida Pemupukan RP Penguntilan pupuk Kantor estate Libur Akuisi buah tinggal kunjungan PKS dan lahan aplikasi POME Pengeceran pupuk Pemupukan MOP Penguntilan pupuk Kunjungan PKS dan pengolahan TBS Libur Aplikasi POME Aplikasi POME Kantor estate Kantor estate Aplikasi JJK
Prestasi Kerja (HK) Penulis Pekerja Standart (jam) (jam) (jam) 5 7 7 5 7 7 6 7 7 5 7 5 6 7 7
Lokasi
Pembimbing
Estate SCME div.1 SCME div.1 SCME div.2 SCME div.1 SCME div.1 SCME Estate SCME
M.Yusuf.H M.Yusuf.H M.Yusuf.H M.Yusuf.H M.Yusuf.H M.Yusuf.H M.Yusuf.H
div.3 SBHE PKS SAGM
5 7 3 5 5 7
7 4 7 7 -
7 7 7 5 -
div.1 SBHE div.1 SBHE Pabrik SAGM
M.Yusuf.H M.Yusuf.H M.Yusuf.H M.Yusuf.H M.Yusuf.H M.Yusuf.H
5 5 6 6 5
7 7 7 7 5
7 7 7 7 5
div.3 SAGE div.3 SAGE Estate SBHE Estate SBHE div.1 SCME
M.Yusuf.H M.Yusuf.H M.Yusuf.H M.Yusuf.H M.Yusuf.H 37
38
Tanggal 02 Maret 2013 03 Maret 2013 04 Maret 2013 05 Maret 2013 06 Maret 2013 07 Maret 2013 08 Maret 2013 09 Maret 2013
Prestasi Kerja (HK) Penulis Pekerja Standart (jam) (jam) (jam) 5 10 7
Uraian Kegiatan Pengangkutan laterit Libur Pengendalian gulma Pemanenan Aplikasi POME Pengendalian gulma (Chemist) Pemanenan Penyemprotan herbisida
5 5 6 4 4 7
7 7 7 7 7 7
7 7 7 7 5 7
Pembimbing Lokasi Kuwari PT WNL
M.Yusuf.H
div.1 SBHE div.1 SBHE div.3 SAGE div.1 SBHE div.1 SBHE div.2 SBHE
M.Yusuf.H M.Yusuf.H M.Yusuf.H M.Yusuf.H M.Yusuf.H M.Yusuf.H
Lampiran 2 Jurnal harian kegiatan magang sebagai Pendamping Mandor di Kebun SBHE PT Bumitama Gunajaya Agro
Tanggal 10 Maret 2013 11 Maret 2013 12 Maret 2013 13 Maret 2013 14 Maret 2013 15 Maret 2013 16 Maret 2013
Uraian kegiatan Libur Pengawasan penguntilan pupuk Pengawasan chemist Pengawasan pemupukan pengawasan limbah POME pengawasan pengangkutan JJK pengawasan JJK
Prestasi Kerja Penulis Jumlah KHL Luasan Lama yang diawasi area kegiatan (orang) (Ha) (Jam) 4 15 28 4 1 1
30 90 60 -
6 7 5 7 5 5
Lokasi
Pembimbing
div.1 SBHE div.1 SBHE div.1 SBHE div. 3 SAGE Pabrik SAGM Pabrik SAGM
M. Yusuf. H M. Yusuf. H M. Yusuf. H M. Yusuf. H M. Yusuf. H M. Yusuf. H
3
Tanggal 17 Maret 2013 18 Maret 2013 19 Maret 2013 20 Maret 2013 21 Maret 2013 22 Maret 2013 23 Maret 2013 24 Maret 2013 25 Maret 2013 26 Maret 2013 27 Maret 2013 28 Maret 2013 29 Maret 2013 30 Maret 2013 31 Maret 2013 01 April 2013 02 April 2013 03 April 2013 04 April 2013 05 April 2013 06 April 2013
Uraian kegiatan
Pengawasan pengambilan pupuk pengawasan pengeceran pupuk Pengawasan penguntilan pupuk pengawasan pengangkutan TBS Pengawasan pengangkutan laterit Libur Kantor div.1 SBHE Kantor estate Pengawasan muat JJK Kunjungan lembaga riset Pengawasan aplikasi limbah POME Notulensi rapat kebun Libur Pengawasan pruning pengawasan aplikasi POME Pengawasan aplikasi POME Penjelasan materi LSU Notulensi rapat kebun pengawasan aplikasi POME
Prestasi Kerja Penulis Jumlah KHL Luasan Lama yang diawasi area kegiatan (orang) (Ha) (Jam)
Pembimbing Lokasi
1 4 4 1 1
90 -
8 4 5 6 5
Gudang sentral wilayah div.2 SBHE div.1 SBHE Pabrik SAGM Kuwari
M. Yusuf. H M. Yusuf. H M. Yusuf. H M. Yusuf. H M. Yusuf. H
1 4 5
60 -
5 5 5 9 5 7
div.1 SBHE Estate SBHE Pabrik SAGM Metro PT WNL div. 3 SAGE Estate SBHE
M. Yusuf. H M. Yusuf. H M. Yusuf. H M. Yusuf. H M. Yusuf. H M. Yusuf. H
15 4 4 4
30 60 60 60
5 6 5 8 5 4
div. 3 SAGE div. 3 SAGE div. 3 SAGE Lembaga riset Estate SBHE div. 3 SAGE
M. Yusuf. H M. Yusuf. H M. Yusuf. H M. Yusuf. H M. Yusuf. H M. Yusuf. H
39
40
07 April 2013 Libur 08 April 2013 pengawasan aplikasi POME 09 April 2013 Kantor div. 3 SBHE
4 -
60 -
6 7
div. 3 SAGE div.3 SBHE
M. Yusuf. H M. Yusuf. H M. Yusuf. H
Lampiran 3 Jurnal harian kegiatan magang sebagai Pendamping Asisten di Kebun SBHE PT Bumitama Gunajya Agro
Tanggal
10 April 2013 11 April 2013 12 April 2013 13 April 2013 14 April 2013 15 April 2013 16 April 2013 17 April 2013 18 April 2013 19 April 2013 20 April 2013 21 April 2013 22 April 2013 23 April 2013
Uraian Kegiatan
Quality cek panen Quality cek panen Quality cek panen Quality cek panen Libur Pengamatan Limbah POME Pengamatan Limbah POME Pengamatan Limbah POME Pengamatan Limbah POME Pengamatan Limbah POME Pengamatan Limbah POME Libur Pengambilan daun LSU Pengambilan daun LSU
Prestasi Kerja Penulis Jumlah mandor yang Luasan Lama diawasi Area Kegiatan (Orang) (Ha) (Jam) 1 9 7 1 8 7 1 10 5 1 8 7 1 1 1 1 1 1
23. 30 14.3 13.1 23. 30 14.3 13.1
7 7 6 6 5 7
1 1
60 20
7 6
Lokasi
Pembimbing
div.1 SBHE div.1 SBHE div.1 SBHE div.1 SBHE
M. Yusuf. H M. Yusuf. H M. Yusuf. H M. Yusuf. H
div.3 SAGE div.3 SAGE div.3 SAGE div.3 SAGE div.3 SAGE div.3 SAGE
M. Yusuf. H M. Yusuf. H M. Yusuf. H M. Yusuf. H M. Yusuf. H M. Yusuf. H
div.3 SBHE blok C13,C12 M. Yusuf. H div.3 SBHE blok C11, C10 M. Yusuf. H
5
Tanggal
24 April 2013 25 April 2013 26 April 2013 27 April 2013 28 April 2013 29 April 2013 30 April 2013 01 Mei 2013 02 Mei 2013 03 Mei 2013 04 Mei 2013 05 Mei 2013 06 Mei 2013 07 Mei 2013 08 Mei 2013 09 Mei 2013 10 Mei 2013 11 Mei 2013 12 Mei 2013 13 Mei 2013
Uraian Kegiatan
Pengambilan daun LSU Draft skripsi Draft skripsi Draft skripsi Libur Draft skripsi Draft skripsi Pengambilan data sekunder POME Pengambilan data sekunder POME Pengamatan peletakan JJK Pengamatan distribusi JJK Libur Draft skripsi Pengambilan data sekunder POME Pengamatan aplikasi POME Pengamatan aplikasi POME Draft skripsi Draft skripsi Libur Kunjungan ke PKS
Prestasi Kerja Penulis Jumlah mandor yang Luasan Lama diawasi Area Kegiatan (Orang) (Ha) (Jam) 1 30 5 7 5 7
Pembimbing Lokasi
div.3 SBHE blok C08,C09 Kantor div.3 Kantor div.3 Kantor div.3
M. Yusuf. H M. Yusuf. H M. Yusuf. H M. Yusuf. H
-
5 6
7 6 6 6 5 6
Kantor div.3 Kantor div.3 Pabrik SAGM Pabrik SAGM div.3 SBHE Pabrik SAGM
M. Yusuf. H M. Yusuf. H M. Yusuf. H M. Yusuf. H M. Yusuf. H M. Yusuf. H
1 1 -
20 20 -
7 7 7 6 5 5
Kantor div.3 Pabrik SAGM div.3 SAGE div.3 SAGE Kantor div.3 Kantor div.3
M. Yusuf. H M. Yusuf. H M. Yusuf. H M. Yusuf. H M. Yusuf. H M. Yusuf. H
-
-
7
Pabrik SAGM
M. Yusuf. H 41
42
Tanggal Uraian Kegiatan
14 Mei 2013 15 Mei 2013 16 Mei 2013 17 Mei 2013 18 Mei 2013 19 Mei 2013 20 Mei 2013 21 Mei 2013 22 Mei 2013 23 Mei 2013 24 Mei 2013 25 Mei 2013 26 Mei 2013 27 Mei 2013 28 Mei 2013 29 Mei 2013 30 Mei 2013 31 Mei 2013 01 Juni 2013 02 Juni 2013
Pengamatan aplikasi POME Pengamatan aplikasi POME Pendamping asisten Pendamping asisten Pendamping asisten Libur Pengambilan data sekunder kebun Pengambilan data sekunder kebun Pendamping asisten Pendamping asisten Pendamping asisten Pendamping asisten Libur Administrasi kantor kebun Administrasi kantor kebun Administrasi kantor kebun Draft skripsi Draft skripsi Draft skripsi Libur
Prestasi Kerja Penulis Jumlah mandor yang Luasan Lama diawasi Area Kegiatan (Orang) (Ha) (Jam) 1 14 7 1 14 7 6 5 6
Pembimbing Lokasi
div.3 SAGE div.3 SAGE Kantor div.3 Kantor div.3 Kantor div.3
M. Yusuf. H M. Yusuf. H M. Yusuf. H M. Yusuf. H M. Yusuf. H
-
-
6 7 7 6 5 -
Kantor estate Kantor estate Kantor estate Kantor estate Kantor div.3 Kantor div.4
M. Yusuf. H M. Yusuf. H M. Yusuf. H M. Yusuf. H M. Yusuf. H M. Yusuf. H
-
-
7 7 7 6 5 6
Kantor estate Kantor estate Kantor estate Kantor div.3 Kantor div.3 Kantor div.3
M. Yusuf. H M. Yusuf. H M. Yusuf. H M. Yusuf. H M. Yusuf. H M. Yusuf. H
7
Tanggal
03 Juni 2013 04 Juni 2013 05 Juni 2013 06 Juni 2013 07 Juni 2013 08 Juni 2013 09 Juni 2013 10 Juni 2013
Uraian Kegiatan
Draft skripsi Draft skripsi Draft skripsi Draft skripsi Draft skripsi Administrasi kebun dan perpisahan kantor Perpisahan Pulang Ke Bogor
Prestasi Kerja Penulis Jumlah mandor yang Luasan Lama diawasi Area Kegiatan (Orang) (Ha) (Jam) 7 7 7 6 5 -
-
7 -
Lokasi
Pembimbing
Kantor div.3 Kantor div.3 Kantor div.3 Kantor div.3 Kantor div.3
M. Yusuf. H M. Yusuf. H M. Yusuf. H M. Yusuf. H M. Yusuf. H
Kantor estate div.3 SBHE -
M. Yusuf. H M. Yusuf. H
Keterangan : - tidak ada karyawan maupun mandor yang diawasi
43
44
1
Lampiran 4 Peta tahun tanam Kebun Sungai Bahaur Estate (SBHE)
Lampiran 5 Peta jenis tanah Kebun Sungai Bahaur Estate (SBHE)
45
46 3
Lampiran 6 Hari hujan dan curah hujan di Kebun SBHE PT Bumitama Gunajaya Agro, Kalimantan Tengah, Periode 2009/2010/2011/2012 Bulan HH Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total BB BK
20 9 9 9 7 6 5 1 2 12 15 19 114 -
Tahun Rata-rata tahunan 2009 2010 2011 2012 CH HH CH HH CH HH CH HH CH 348.0 19 356.5 13 324.0 10 370.5 15.5 336.0 202.5 14 326.0 5 104.0 17 492.5 11.3 215.0 203.0 17 267.7 11 282.0 15 256.5 13.0 242.5 292.0 18 312.0 9 240.0 15 644.0 12.8 372.0 213.0 16 291.0 12 276.0 12 341.0 11.8 280.3 270.0 13 431.0 5 124.0 7 139.0 7.8 241.0 280.0 16 473.0 9 142.0 12 282.0 10.5 294.3 21.5 15 293.0 1 45.0 8 254.0 6.3 197.3 32.0 16 531.0 2 135.0 3 30.0 5.8 65.7 405.0 11 337.0 20 478.5 12 479.0 13.8 407.0 235.0 14 521.0 11 489.0 12 265.0 13.0 377.5 297.5 9 209.0 17 354.0 18 477.0 15.8 346.7 2 799.5 178 4 348.2 115 2 993.5 141 4 030.5 137.4 3 375.3 10 12 11 11 2 0 1 1 -
Sumber : Data Kebun SBHE (2013); Keterangan : HH = Hari Hujan, CH = Curah Hujan; - tidak dihitung
Perhitungan : 1. Q = total BK/ total BB x 100 % = 9.09 % ; Berdasarkan klasifikasi Schmidth-Ferguson Sungai Bahaur Estate termasuk tipe iklim A yaitu tipe iklim basah; Tipe iklim A = < 14.3 %, Tipe iklim B = 14.3 - 33.3 %, Tipe iklim C = 33.3 - 60.0 %, BB > 100 mm bulan-1, BK < 60 mm bulan-1 2. HH tahunan = (114 + 178 + 115 + 141) / 4 = 137.0 hari tahun-1 , CH tahunan = (2 799 + 4 348 + 2 994 + 4 031) / 4 = 3 542 mm tahun-1
1
Lampiran 7 Struktur organisasi Kebun Sungai Bahaur Estate (SBHE) Estate manager (EM)
Kasie
Admin
Mantri tanaman
Askep
Accounting
Asisten divisi (I, II, III, IV, V)
Kasir
Kerani divisi
Mandor I
Kerani divisi Mandor panen
Mandor perawatan
Mandor pupuk
Kerani panen Kerani transport 47
48
Lampiran 8 Alur distribusi Janjang Kosong (JJK) di Kebun Selucing Agro Estate (SAGE)
JJK dihasilkan di Pabrik
JJK diangkut menggunakan dump truck
Peletakan JJK di blok aplikasi Pengangkutan JJK menggunakan angkong
49 Lampiran 9 Organisasi ketenagakerjaan Janjang Kosong (JJK) di Kebun SAGE
Manajer kebun
Manajer pabrik
Pengelola unit
Asisten divisi (kebun penerima)
Mandor JJK (aplikasi)
Keterangan :
Tenaga kerja (aplikasi)
alur organisasi ketenagakerjaan JJK
50 50 Lampiran 10 Lay out effluent treatment Pabrik Selucing Agro Mill (SAGM) 1. Kolam pendinginan (20.408 m3)
Blok aplikasi POME
2. Kolam anaerobik 1 (22.184 m3) 6. Kolam land application (27.852 m3)
3. Kolam anaerobik 2 (33.812 m3)
5. Kolam bakteri anaerob (36.581 m3)
4. Kolam bakteri anaerob (36.581 m3)
Keterangan :
Umpan bakteri Sirkulasi aliran air limbah Pompa aplikasi
51 Lampiran 11 Lay out land application limbah POME Pabrik Selucing Agro Mill (SAGM)
C011 B013
C010
C010
Kolam aplikasi atau kolam land application
Keterangan :
Aliran air limbah ke setiap blok aplikasi
52
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Ujunggading pada tanggal 31 Desember 1990 dari ayah Amaddani, Spd dan ibu Rafni, Spd. Penulis adalah putri kedua dari tiga bersaudara. Penulis berasal dari Ujunggading, Kecamatan Lembah Melintang, Kabupaten Pasaman Barat, Kota Padang, provinsi Sumatera Barat. Tahun 2004, penulis lulus dari SDN 14 Saroha dan pada tahun yang sama penulis diterima di SMPN 1 Lembah Melintang. Tahun 2007, penulis diterima di SMAN 1 Pasaman. Penulis aktif dalam kegiatan lomba tingkat SMA bidang mata pelajaran Biologi. Tahun 2009 penulis lulus dari SMAN 1 Pasaman dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui) Seleksi Masuk IPB dan diterima di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian.