1
MANAJEMEN PEMUPUKAN KELAPA SAWIT DI SUNGAI CEMPAGA ESTATE, PT. WINDU NABATINDO ABADI, BUMITAMA GUNAJAYA AGRO GROUP, KALIMANTAN TENGAH
ADI SUKMO
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2014
2
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit di Sungai Cempaga Estate, PT. Windu Nabatindo Abadi, Bumitama Gunajaya Agro Group, Kalimantan Tengah adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, November 2014 Adi Sukmo NIM A24100028
*
Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja dengan pihak luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait.
4
ABSTRACT ADI SUKMO. Fertilization Management of Oil Palm at Sungai Cempaga Estate, PT. Windu Nabatindo Abadi, Bumitama Gunajaya Agro Group, Kalimantan Tengah. Supervised by SUDIRMAN YAHYA. The Internship activities were carried out at the Sungai Cempaga Estate (SCME) in the month of March to June 2014. The internships generally aimed to increase knowledge, experience, and job skills on the management of oil palm plantations both technical and managerial. The specific objective of internship was to study the fertilizer management of oil palm plantations. Specific observation was carried out relating to the 4 right fertilization concept. Implementation of the on time concept in SCME had not been proper yet to the sequence of fertilization 2014. Moreover rainfall in SCME tended to fluctuate, although on time concept had generally done well. The weight of packet had been in right dose, however it was not 100% right for application dose per oil palm. Based on visually observation was found deficiency of nutrient Fe, yet applying there was no kind of fertilizers which contained of the nutrient. Based on one leaf sampling unit (LSU) 2013 and recommendation of BGA research department 2014, all kinds of fertilizer which were applied had already proper for needs of the plant. The right manners and places in SCME should be improved. Keywords: BGA, deficiency, effective, fertilizer, nutrients
ABSTRAK ADI SUKMO. Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit di Sungai Cempaga Estate, PT. Windu Nabatindo Abadi, Bumitama Gunajaya Agro Group, Kalimantan Tengah. Dibimbing oleh SUDIRMAN YAHYA. Kegiatan magang dilaksanakan di Sungai Cempaga Estate (SCME) pada bulan Maret−Juni 2014. Kegiatan magang secara umum bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, memperoleh pengalaman, dan keterampilan kerja dalam pengelolaan kebun kelapa sawit baik teknis maupun manajerial. Tujuan khusus kegiatan magang adalah mempelajari pengelolaan pemupukan tanaman kelapa sawit. Pengamatan khusus dilakukan terkait konsep 4 tepat pemupukan. Pelaksanaan konsep tepat waktu di SCME belum sepenuhnya sesuai dengan urutan pemupukan 2014. Curah hujan di SCME cenderung fluktuatif, namun secara umum konsep tepat waktu telah terlaksana dengan baik. Bobot karung untilan telah tepat dosis, namun untuk dosis aplikasi, ketepatannya masih belum 100% tepat. Berdasarkan pengamatan secara visual terdapat defisiensi unsur hara Fe, namun tidak ada jenis pupuk yang diaplikasi yang memiliki kandungan hara tersebut. Berdasarkan hasil kesatuan contoh daun (KCD) 2013 dan rekomendasi departemen riset BGA 2014, semua jenis pupuk yang diaplikasi telah sesuai dengan kebutuhan tanaman. Ketepatan cara dan tempat di SCME masih harus ditingkatkan. Kata kunci: BGA, defisiensi, efektif, pupuk, unsur hara
6
i
MANAJEMEN PEMUPUKAN KELAPA SAWIT DI SUNGAI CEMPAGA ESTATE, PT. WINDU NABATINDO ABADI, BUMITAMA GUNAJAYA AGRO GROUP, KALIMANTAN TENGAH
ADI SUKMO
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Agronomi dan Hortikultura
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2014
1
Judul Skripsi: Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit di Sungai Cempaga Estate, PT. Windu Nabatindo Abadi, Bumitama Gunajaya Agro Group, Kalimantan Tengah Nama : Adi Sukmo NIM : A24100028
Disetujui oleh
Prof Dr Ir Sudirman Yahya, MSc Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Agus Purwito, MScAgr Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
2
3
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberi kekuatan dan hidayah sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik. Tema yang dipilih dalam magang ini adalah pemupukan kelapa sawit, dengan judul Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit di Sungai Cempaga Estate, PT. Windu Nabatindo Abadi, Bumitama Gunajaya Agro Group, Kalimantan Tengah. Kegiatan magang dilaksanakan sejak bulan Maret 2014 hingga Juni 2014. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dalam penulisan skripsi ini. Secara khusus penulis ucapkan terima kasih kepada kedua orangtua tercinta Bapak Soebandi (Alm) dan Ibu Warsini yang selalu memberikan dukungan dan doa, serta tidak pernah lelah memberikan kasih sayang yang tulus kepada penulis. Terima kasih juga untuk ketiga kakak tercinta Nur Hasan, Dini Isbandini dan Nur Indah PS serta keponakan tersayang Farrel dan Febrio atas segala dukungan dan motivasi kepada penulis. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada Nicky Lintang, dan seluruh sahabat serta teman-teman AGH 47 yang telah memberikan dukungan kepada penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih atas bimbingan Bapak Prof Dr Ir Sudirman Yahya, MSc selaku dosen pembimbing skripsi, Bapak Romulus, SP dan Bapak Andi P Ginting, SHut selaku Asisten Divisi sekaligus pembimbing lapang yang telah memberikan banyak saran dan kritik membangun kepada penulis dan keluarga besar Bumitama Gunajaya Agro (BGA) Group yang telah memberikan banyak ilmu dan pengetahuan terkait kelapa sawit. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, November 2014
Adi Sukmo
4
5
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL .................................................................................................. vi DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. vi DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... vi PENDAHULUAN .................................................................................................. 1 Latar Belakang ............................................................................................... 1 Tujuan ............................................................................................................ 2 TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 2 Kebutuhan Hara Tanaman ............................................................................. 2 Pemupukan .................................................................................................... 3 Gejala Defisiensi Unsur Hara ........................................................................ 3 Diagnosis Kebutuhan Pupuk.......................................................................... 4 METODE MAGANG ............................................................................................. 4 Tempat dan Waktu ......................................................................................... 4 Metode Pelaksanaan ...................................................................................... 5 Pengamatan dan Pengumpulan Data ............................................................. 5 Analisis Data dan Informasi .......................................................................... 7 KEADAAN UMUM ............................................................................................... 7 Sejarah dan Perkembangan ............................................................................ 7 Letak Wilayah Administratif ......................................................................... 7 Keadaan Tanah dan Iklim .............................................................................. 8 Luas Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan .................................................... 8 Keadaan Tanaman dan Produksi ................................................................... 9 Fasilitas Kebun ............................................................................................ 10 Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan ................................................... 11 PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG ........................................................ 12 Aspek Teknis ............................................................................................... 13 Aspek Manajerial ......................................................................................... 29 HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 31 Konsep Pemupukan ..................................................................................... 31 Tepat Jenis ................................................................................................... 32 Tepat Dosis .................................................................................................. 32 Tepat Waktu................................................................................................. 34 Tepat Cara dan Tempat ................................................................................ 35 Defisiensi Unsur Hara Tanaman .................................................................. 36 SIMPULAN DAN SARAN .................................................................................. 37 Simpulan ...................................................................................................... 37 Saran ............................................................................................................ 37 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 37
6
DAFTAR TABEL
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Perkiraan unsur hara yang diambil oleh kelapa sawit (untuk populasi 148 pokok ha-1) Luas areal konsesi dan tata guna lahan di SCME Jumlah populasi tanaman SCME Produktivitas TBS SCME 2009-2013 Jumlah staf dan non-staf SCME Kriteria grading berdasarkan tingkat kematangan buah Komposisi kandungan unsur hara TKKS Ketepatan dosis untilan Rekomendasi dan realisasi aplikasi jenis serta dosis pupuk di SCME Pengamatan ketepatan dosis aplikasi pupuk urea Rencana dan aplikasi pemupukan di SCME dan curah hujan pada bulan Maret−Juni 2014 Ketepatan tempat penaburan pupuk Ketepatan tempat pemupukan RP SOP tepat cara dan tempat aplikasi pupuk Hasil pengamatan defisiensi unsur hara Kategori tingkat defisiensi unsur hara
2 8 9 9 11 13 16 20 21 21 24 24 25 23 25 26
DAFTAR GAMBAR
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Fasilitas SCME Kegiatan apel pagi Pemanenan buah Pengangkutan buah Penguntilan di gudang BMS Pelangsiran pupuk Pengeceran pupuk Tanaman bermanfaat dan rodentisida Pengisian larutan herbisida
10 12 14 15 19 19 20 27 28
DAFTAR LAMPIRAN
1 2 3 4 5 6 7 8
Jurnal kegiatan KHL Jurnal kegiatan mandor Jurnal kegiatan pendamping asisten Peta areal statement SCME Peta jenis tanah SCME Curah hujan SCME 2009-2013 Struktur organisasi SCME Blok defisiensi unsur hara
439 40 41 43 41 44 40 41
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan komoditas tanaman perkebunan unggulan dan memiliki luas lahan perkebunan yang besar di Indonesia. Lahan perkebunan ini tersebar luas di Indonesia. Menurut Kementerian Pertanian RI (2014) pada tahun 2013, luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah 10 010 824 ha dengan produksi Crude Palm Oil (CPO) 27 746 125 ton dan produktivitas CPO rata-rata 3.855 ton ha-1. Kelapa sawit berperan besar dalam pemasukan devisa bagi Indonesia. Kelapa sawit dapat diolah menjadi minyak sawit yang dikenal sebagai Crude Palm Oil (CPO) yang berasal dari daging buah (mesokarp) dan Palm Kernel Oil (PKO) yang berasal dari inti sawit. Menurut Pahan (2007) minyak kelapa sawit merupakan komoditas yang mempunyai nilai strategis karena merupakan bahan baku utama dalam pembuatan minyak makan. Permintaan minyak makan yang kuat merupakan indikasi pentingnya peranan komoditas kelapa sawit dalam perekonomian Indonesia. Peningkatan produksi dan produktivitas kelapa sawit masih bisa terus diupayakan. Menurut Adiwiganda (2007) terdapat beberapa proses dan faktor yang mempengaruhi produksi tanaman, salah satunya adalah tanah sebagai media tumbuh kelapa sawit. Tanah merupakan komponen dasar dalam pembangunan perkebunan. Pemahaman karakteristik tanah sangat diperlukan sebagai dasar dalam penentuan teknik budidaya yang akan dilakukan. Pada tanah yang kurang subur, salah satu upaya untuk meningkatkan kesuburan tanah adalah melalui pemupukan. Pemupukan merupakan suatu upaya untuk menyediakan unsur hara yang cukup bagi tanaman agar dapat tumbuh optimal, sehat, berproduksi secara maksimal, ekonomis, tahan serangan hama dan penyakit serta dapat mengatasi persaingan unsur hara dengan gulma. Unsur hara utama dalam pemupukan kelapa sawit adalah N, P, K, Mg, Cu, dan B. Dalam upaya peningkatan produktivitas tanaman kelapa sawit, diperlukan penggunakan pupuk secara efektif dan efisien dalam manajemen pemupukan. Manajemen pemupukan harus dibuat sebaik mungkin karena berkaitan dengan biaya, material pupuk dan tenaga kerja yang jumlahnya relatif besar. Menurut Poeloengan (2007), biaya pemupukan cukup tinggi, yakni antara 40−60% dari biaya pemeliharaan atau kurang lebih 30% dari total biaya produksi. Biaya pemupukan yang tinggi tersebut menuntut perusahaan untuk secara tepat menentukan jenis dan kualitas pupuk yang akan digunakan dan mengelolanya sejak pengadaan pupuk hingga aplikasinya ke lahan. Pemupukan akan dapat mencapai sasarannya jika pelaksanaan aplikasinya di lapangan telah mempertimbangkan jumlah unsur hara yang cukup dan berimbang, kualitas pupuk yang baik, jenis dan dosis pupuk telah sesuai dengan rekomendasi pemupukan, aplikasi berdasarkan pada kaidah 4 tepat; tepat dosis, tepat waktu aplikasi, tepat jenis pupuk dan tepat cara dan tempat aplikasi.
2 Tujuan Kegiatan magang secara umum bertujuan meningkatkan pengetahuan tentang budidaya tanaman kelapa sawit, memperoleh pengalaman dan keterampilan kerja dalam pengelolaan kebun kelapa sawit baik teknis maupun manajerial. Tujuan khusus kegiatan magang adalah mempelajari pengelolaan pemupukan tanaman kelapa sawit pada tanaman menghasilkan, dan menganalisis manajemen pemupukan tanaman kelapa sawit.
TINJAUAN PUSTAKA
Kebutuhan Hara Tanaman Menurut Pahan (2007) kebutuhan hara tanaman kelapa sawit sangat beragam, terutama bergantung pada potensi produksi (fungsi genetik dari bahan tanaman) dan faktor iklim. Daerah pada kondisi iklim yang kurang menguntungkan memiliki produktivitas tandan buah segar (TBS) yang lebih rendah dibandingkan pada kondisi iklim yang menguntungkan, walaupun serapan unsur hara di kedua tempat tersebut sama. Menurut Novizan (2007) agar penyerapan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman dapat optimal, jumlah salah satu unsur hara harus berada dalam keadaan seimbang dengan unsur hara yang lain karena selain jumlah unsur hara secara inividu, jumlah relatif salah satu unsur hara terhadap unsur hara yang lain juga berpengaruh pada ketersediaan unsur hara. Perkiraan unsur hara yang diambil oleh kelapa sawit pokok-1 tahun-1 untuk populasi 148 pokok ha-1 dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Perkiraan unsur hara yang diambil kelapa sawit (untuk populasi 148 pokok ha-1) N P K Mg Ca Komponen -1 --------------kg pokok -------------Bahan untuk pertumbuhan vegetatif 0.28 0.02 0.38 0.08 0.09 Pelepah yang ditunas 0.45 0.06 0.58 0.15 0.42 TBS (25 ton ha-1) 0.49 0.08 0.63 0.14 0.13 Bunga jantan 0.08 0.02 0.11 0.04 0.03 Total 1.30 0.18 1.70 0.41 0.67 Sumber: Pahan (2007)
Terdapat 16 unsur esensial minimum yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. 16 unsur tersebut adalah karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O), nitrogen (N), fosfor (P), potassium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg), sulfur (S), klor (Cl), boron (B), tembaga (Cu), mangan (Mn), besi (Fe), seng (Zn), dan molibdenum (Mo) (Redaksi AgroMedia 2007). Menurut Fauzi et al. (2012) dari 16 unsur esensial, unsur C, H, dan O diperoleh dari udara dan air (dalam bentuk CO2 dan H2O), sedangkan 13 unsur hara esensial lainnya diperoleh
3 dari dalam tanah dan secara umum digolongkan sebagai hara. Unsur hara makro (N, P, K, S, Ca, dan Mg) dibutuhkan tanaman dalam jumlah besar yang kandungan nilai kritisnya 2−30 g/kg bobot kering tanaman. Unsur hara mikro (7 unsur) dibutuhkan tanaman dalam jumlah relatif sedikit dengan kandungan nilai kritisnya 0.3−50 mg/kg bobot kering tanaman.
Pemupukan Salah satu tindakan perawatan kelapa sawit yang berpengaruh besar terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman adalah pemupukan. Pemupukan berpengaruh terhadap peningkatan kesuburan tanah yang menyebabkan tingkat produksi tanaman menjadi relatif stabil serta meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan penyakit dan pengaruh iklim yang merugikan. Pemupukan juga bermanfaat melengkapi ketersediaan unsur hara di dalam tanah untuk memenuhi kebutuhan tanaman. Menurut Risza (2014) pemupukan memerlukan biaya yang sangat tinggi, maka perlu diterapkan pedoman pemupukan 4 tepat yakni tepat jenis pupuk, tepat dosis pupuk, tepat waktu aplikasi pemupukan dan tepat cara pemupukan. Tepat jenis pupuk berkaitan dengan unsur-unsur yang harus diberikan seperti N, P, K, Mg, dan B, dalam berbagai jenis pupuk buatan seperti Urea, ZA (Zwavelzuur Amonium), RP (Rock Phosfate), TSP (Triple Super Phosfate), JRP (Jordan Rock Phosfate), CRP (China Rock Phosfate), CIRP (Chrismast Island Rock Phosfate), MOP (Muriate Of Potash), Kiserit, Dolomite, Borate, dan sebagainya. Magnesium merupakan salah satu unsur penting bagi produktivitas kelapa sawit. Menurut Kasno dan Nurjaya (2011) pupuk Kiserit nyata meningkatkan tinggi tanaman, diameter batang, dan bobot brangkasan basah dan kering tanaman kelapa sawit di pembibitan pada Ultisols dan Oxisols. Penambahan pupuk kiserit dapat meningkatkan kadar Mg dalam tanah dan tanaman. Peningkatan kadar Mg dalam tanah dapat meningkatkan kadar Mg dalam tanaman, selanjutnya dapat meningkatkan bobot brangkasan kering tanaman kelapa sawit.
Gejala Defisiensi Unsur Hara Menurut Adiwiganda (2007), gejala defisiensi salah satu unsur hara dapat dideteksi secara visual pada daun. Kelainan pada daun mengindikasikan bahwa tanaman mengalami defisiensi unsur hara tertentu pada tingkat defisiensi yang cukup lanjut. Menurut Darmosarkoro (2007) tanaman kelapa sawit yang mengalami defisiensi unsur hara menunjukkan gejala yang khas. Tanaman kelapa sawit yang mengalami defisiensi unsur hara N seluruh tajuknya menguning merata. Tanaman kelapa sawit yang mengalami kekurangan unsur hara K memiliki bercak kuning berkilat dan tembus cahaya pada anak daunnya. Gejala kekuningan tersebut terjadi pada pelepah yang tua atau pelepah yang terletak pada bagian tengah tajuk
4 tanaman. Gejala defisiensi unsur hara Mg pada tanaman kelapa sawit ditunjukkan dengan adanya gejala kekuningan yang merata pada anak daun jika daun terkena sinar matahari langsung. Gejala defisiensi unsur hara B pada tanaman kelapa sawit ditunjukkan pada anak daun pada ujung pelepah yang berkerut, daun zig-zag atau malformasi pada daun termuda, dan pelepah daun yang baru muncul memendek. Gejala defisiensi unsur hara Fe tampak pada ujung anak daun pada bibit kelapa sawit mengalami nekrosis dan tajuk bagian atas menguning. Gejala defisiensi unsur hara Cu tampak pada ujung anak daun yang mengalami nekrosis dan tanaman tumbuh kerdil.
Diagnosis Kebutuhan Pupuk Menurut Pahan (2007) diagnosis kebutuhan pupuk dilakukan untuk mengetahui jumlah pupuk yang harus diaplikasikan. Hal tersebut penting untuk diperhatikan agar diperoleh hasil yang optimal. Diagnosis dapat dilakukan dengan menggunakan 3 metode, yaitu diagnosis secara kimia, diagnosis berdasarkan hasil percobaan pemupukan, dan diagnosis secara visual. Diagnosis secara kimia dilakukan dengan melakukan analisis tanah dan analisis daun. Diagnosis secara kimia lebih akurat dan ilmiah jika dibandingkan dengan diagnosis secara visual. Selanjutnya menurut Pahan (2007), metode diagnosis kebutuhan hara berdasarkan hasil percobaan pemupukan dilakukan dengan mengambil informasi dari blokblok pengamatan yang ada di kebun, dengan pencatatan produksi yang dilakukan dengan sangat akurat. Diagnosis secara visual dilakukan dengan pengamatan langsung dengan memperhatikan kriteria perbandingan warna hijau daun dengan warna hijau yang baku (hijau gelap), adanya tanda dan gejala (symptom) defisiensi hara dan membandingkan pertumbuhan tanaman dengan plot tanaman yang tidak mendapat pemupukan (teknik widow).
METODE MAGANG
Tempat dan Waktu Kegiatan magang ini dilaksanakan di Sungai Cempaga Estate (SCME), PT. Windu Nabatindo Abadi, Bumitama Gunajaya Agro Group, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah. Luas areal konsesi 3 463 dengan luas areal tanam 3 165 ha dan kondisi tanah dominan berjenis Inceptisol. Magang dilaksanakan selama 4 bulan dimulai pada tanggal 1 Maret 2014−2 Juli 2014.
5 Metode Pelaksanaan Kegiatan magang yang dilakukan adalah melaksanakan seluruh kegiatan yang telah ditetapkan oleh pihak perkebunan/perusahaan berupa aspek teknis dan aspek manajerial. Aspek teknis dan aspek manajerial dilakukan pada berbagai tingkatan pekerjaan, mulai dari karyawan harian lepas (KHL), mandor sampai pendamping Asisten Divisi. Kegiatan sebagai KHL selama 1 bulan, sebagai mandor selama 1 bulan dan 2 bulan sebagai pendamping Asisten Divisi. Pada saat menjadi KHL, penulis bekerja bersama karyawan lainnya. Kegiatan yang dilakukan adalah bekerja sebagai karyawan dan melakukan pemeliharaan tanaman, seperti pemupukan, pengendalian gulma, dan pengendalian hama serta pemanenan. Data yang diambil ketika menjadi KHL adalah teknis budidaya terutama pemupukan dan membandingkan prestasi kerja antara karyawan, penulis dengan standar perusahaan. Jurnal kegiatan sebagai karyawan harian lepas dapat dilihat pada Lampiran 1. Kegiatan sebagai mandor dilaksanakan selama 1 bulan. Kegiatan yang dilakukan adalah pengawasan kegiatan dari karyawan serikat kerja unit (SKU), mencatat daftar hadir/mengabsen karyawan SKU, melaporkan prestasi kerja SKU, serta mengisi laporan harian mandor (LHM). Jurnal kegiatan sebagai mandor dapat dilihat pada Lampiran 2. Kegiatan sebagai pendamping Asisten Divisi dilakukan pada 2 bulan terakhir magang. Kegiatan yang dilakukan adalah mengikuti apel pagi, mengarahkan dan mengawasi kerja para mandor maupun karyawan, pengaturan unit keberangkatan karyawan ke lahan, mengawasi jalannya kegiatan di divisi, lahan dan di traksi serta melakukan kontrol dan evaluasi divisi. Aspek khusus yang diamati dalam kegiatan magang adalah mengamati pengelolaan pemupukan kelapa sawit terutama pada pedoman 4 tepat pada pemupukan, yaitu tepat jenis, tepat dosis, tepat waktu, tepat cara dan tempat. Jurnal kegiatan sebagai pendamping Asisten Divisi dapat dilihat pada Lampiran 3.
Pengamatan dan Pengumpulan Data Pengumpulan data yang akan dilakukan penulis yaitu pengumpulan data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh penulis ketika mengikuti kegiatan di lapangan, diskusi maupun wawancara dengan mandor dan Asisten Divisi serta melalui pengamatan di kebun. Pengamatan yang dilakukan penulis terutama terhadap aspek-aspek yang berhubungan dengan pemupukan yaitu : 1. Ketepatan cara pemupukan Data ketepatan cara pemupukan diperoleh dengan mengamati cara pemupukan yang digunakan serta mengukur jarak pupuk yang terdekat dari batang tanaman, kemudian dibandingkan dengan standar perusahaan. Pengamatan dilakukan pada 3 blok dengan masing-masing blok dipilih 5 baris tanaman, yaitu baris 1, 3, 5, 7, dan 9, kemudian dari tiap baris diambil
6
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
10 tanaman contoh. Masing-masing blok memiliki tahun tanam kelapa sawit yang berbeda. Ketepatan tempat pemupukan Data ketepatan tempat pemupukan diperoleh dengan mengamati tempat aplikasi di piringan atau di rumpukan U-Shape pada 3 blok dengan masingmasing blok diambil 72 pokok. Masing-masing blok memiliki tahun tanam kelapa sawit yang berbeda. Ketepatan dosis pupuk Data ketepatan dosis untilan diperoleh dengan mengamati grup penguntil dengan 3 kali ulangan, masing-masing ulangan ditimbang 10 contoh untilan. Ulangan berupa tumpukan pupuk. Pengamatan ketepatan dosis aplikasi dilakukan pada 3 blok dengan masing-masing blok diamati 3 orang penabur. Masing-masing penabur diamati 3 kali ulangan. Pengamatan ketepatan dosis aplikasi dilihat dari jumlah pokok yang terpupuk dan realisasi dosis yang diaplikasikan pada tiap pokok dan dibandingkan dengan buku rekomendasi pemupukan dari Departemen Riset BGA. Ketepatan jenis pupuk Data ini diperoleh penulis dengan mengamati kebutuhan hara tanaman berdasarkan rekomendasi Departemen Riset BGA dan pengamatan di lapangan kemudian membandingkan dengan standar kebun. Ketepatan waktu pemupukan Data primer ini diperoleh dengan membandingkan waktu rekomendasi pemupukan dengan waktu realisasinya dan menganalisisnya berdasarkan curah hujan selama Maret 2014−Juni 2014. Tenaga Kerja Data ini diperoleh penulis dengan mewawancarai tenaga penabur terkait upah, premi pemupukan, dan hari kerja yang diterapkan di kebun. Defisiensi unsur hara Pengamatan ciri-ciri defisiensi tanaman kelapa sawit secara visual. Pengamatan dilakukan pada 72 pokok yang diambil secara acak dengan 3 kali ulangan/blok yang berbeda, total seluruh pokok yang diamati adalah 216 pokok. Manajemen Distribusi Pupuk Pengamatan terkait rantai pemupukan mulai dari gudang hingga kebun, dan proses secara teknis di lapangan (bongkar muat, penguntilan, pengeceran, dan pelangsiran pupuk).
Data sekunder diperoleh dari kantor administratif kebun yang terdiri atas kondisi umum kebun yang meliputi; sejarah dan perkembangan perusahaan, letak administratif, iklim dan jenis tanah, topografi lahan dan areal konsesi, data curah hujan, data rekomendasi pemupukan kebun, standar dan target kebun yang meliputi; pemeliharaan, pemanenan, produksi, dan tenaga kerja, organisasi dan manajemen seperti; struktur organisasi, jumlah dan status karyawan, serta sarana dan prasarana kebun seperti; alat budidaya dan kelengkapan alat pelindung diri (APD).
7 Analisis Data dan Informasi Seluruh data yang diperoleh di kebun diolah dengan metode kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif yaitu dengan menjabarkan seluruh informasi dan data yang telah diperoleh, kemudian dibandingkan melalui studi pustaka dan literatur. Analisis kuantitatif digunakan untuk mengolah data yang sifatnya numerik, seperti nilai rata-rata dan persentase.
KEADAAN UMUM
Sejarah dan Perkembangan Bumitama Gunajaya Agro (BGA) Group adalah perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit. BGA Group adalah salah satu divisi usaha dari Harita Group. Seiring dengan pertambahan perusahaan baru, pada tahun 2004 dibentuk kelompok perusahaan yang dikelola manajemen PT Bumitama Gunajaya Agro. Perusahaan ini memiliki anak perusahaan yang berada di Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Riau. Anak perusahaan yang berada di Kalimantan Tengah yaitu PT Windu Nabatindo Abadi (WNA), PT Nabatindo Karya Utama (NKU) dan PT Windu Nabatindo Lestari (WNL). PT Windu Nabatindo Abadi mengelola 3 estate, yaitu Sungai Bahaur Estate (SBHE), Sungai Cempaga Estate (SCME), dan Bangun Koling Estate (BKLE). PT Windu Nabatindo Abadi mengelola 1 pabrik kelapa sawit yaitu Selucing Agro Mill (SAGM). Sungai Cempaga Estate (SCME) terdiri atas 4 divisi, tiap divisi memiliki luasan yang berbeda-beda dan dipimpin oleh Asisten Divisi. SCME memiliki kebun kelapa sawit yang berbeda jenis bibit dan umur tanamnya.
Letak Wilayah Administratif Sungai Cempaga Estate terletak di Desa Selucing, Kecamatan Cempaga Hulu, Kabupaten Kotawaringin Timur, Provinsi Kalimantan Tengah. Sebelah Timur berbatasan dengan Sungai Bahaur Estate, sebelah Barat berbatasan dengan Bangun Koling Estate, sebelah Utara berbatasan dengan PT Nabatindo Karya Utama, dan sebelah Selatan berbatasan dengan lahan warga Desa Selucing. Peta areal statement SCME dapat dilihat pada Lampiran 4.
8 Keadaan Tanah dan Iklim Kondisi lahan di SCME mempunyai topografi bergelombang 8−15%. Pada lahan SCME terdapat 3 jenis tanah, yaitu Inceptisol, Ultisol, dan Entisol dengan kelas kesesuaian lahan S2. Jenis tanah yang dominan pada SCME adalah Inceptisol. Peta jenis tanah dapat dilihat pada Lampiran 5. Berdasarkan data curah hujan tahun 2009-2013, Sungai Cempaga Estate memiliki rata-rata bulan kering sejumlah 0.8 dan bulan basah sejumlah 10.2. Sehingga berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Ferguson, areal perkebunan SCME termasuk dalam tipe iklim A (sangat basah). Rata-rata curah hujan sejak tahun 2009−2013 adalah 2 775.46 mm/tahun dengan rata-rata hari hujan adalah 128.4 hari/tahun. Data curah hujan di SCME tahun 2010−2014 dapat dilihat pada Lampiran 6.
Luas Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan Luas areal SCME adalah 3 463 ha. Areal untuk sarana dan prasarana terbagi menjadi areal untuk emplasment dan bangunan lainnya seluas 27 ha, serta untuk jalan dan jembatan 91 ha. Areal yang tidak bisa ditanam berupa bukit, sungai, rawa, dan pasir seluas 60 ha. Areal yang ditanam di SCME terdiri atas kelapa sawit dengan tahun tanam 2006−2010, 2013, dan 2014 dengan total luas areal adalah 3 165 ha. Luas areal konsesi dan tata guna lahan di SCME disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Luas areal konsesi dan tata guna lahan di SCME Total area kebun Uraian Jumlah Rata-rata Luas (ha) pokok pokok ha-1 Areal diusahakan Areal tanam TM 2006 737 102 121 139 2007 1 532 211 300 138 2008 481 64 923 135 2009 131 17 363 133 2010 192 27 202 142 TBM 2013 73 10 030 138 2014 19 2 661 136 Areal prasarana Emplasment dan 27 bangunan lainnya Jalan dan jembatan 91
9 Tabel 2 Luas areal konsesi dan tata guna lahan di SCME (lanjutan) Total area kebun Uraian Jumlah Rata-rata pokok Luas (ha) pokok ha-1 Areal yang tidak bisa ditanam Bukit, sungai, rawa, 60 pasir, dll Luas total areal konsesi 3 463 Sumber : Laporan bulanan manajer (2014)
Keadaan Tanaman dan Produksi Seluruh kebun yang dikelola SCME merupakan kebun inti. Bibit kelapa sawit yang digunakan di kebun SCME beragam, yaitu Sriwijaya, Costarica, Lonsum, dan Marihat (PPKS). Jumlah populasi tanaman di SCME dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Jumlah populasi tanaman SCME Divisi Luas Tanam (ha) Populasi (pokok) Rata-rata populasi ha-1 1 794 107 658 136 2 817 113 204 139 3 709 98 022 138 4 845 116 716 138 Rata-rata 137 Total 3 165 435 600 Sumber : Laporan bulanan manajer (2014)
Populasi pokok kelapa sawit ideal dalam 1 ha adalah 136 pokok dengan jarak tanam 9.2 m x 9.2 m x 9.2 m dan jarak baris 7.9 m. Jumlah pokok ha-1 di lapangan berbeda-beda, hal ini karena kondisi topografi lahan yang berbeda-beda dan adanya rawa atau sungai yang memotong lahan. Produktivitas TBS per tahun tanam di SCME dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Produktivitas TBS SCME 2009-2013 Tahun tanam 2006 2007 2008 2009 2010 Rata-rata
Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 -1 -----------------------------ton ha --------------------------5.49 11.60 20.45 26.44 25.47 7.68 16.53 21.14 22.30 7.09 14.97 19.03 8.42 13.45 8.10 5.49 8.95 15.94 20.89 21.29
Sumber : Data kantor kebun (2014)
10 Fasilitas Kebun Fasilitas kebun bertujuan menunjang kegiatan kerja dan kebutuhan hidup karyawan yang berada di kebun. SCME memiliki beberapa fasilitas antara lain: kantor estate, kantor divisi, kantor traksi, kantor BGA Manuring System (BMS) dan BGA Spraying System (BSS), masjid, mess, poliklinik, lapangan bola, lapangan voli dan bulutangkis, taman, stasiun solar, stasiun ombrometer, stasiun bongkar muat (BM) dan stasiun air bersih. Kantor estate merupakan pusat administrasi kebun. Kantor divisi merupakan tempat yang berkaitan dengan seluruh administrasi divisi, antara lain; pengisian laporan harian mandor, tempat rapat divisi, pengisian premi karyawan dan lainlain. Setiap kantor divisi dipimpin oleh seorang Asisten Divisi. SCME menyediakan perumahan yang memadai bagi semua karyawannya. Perumahan karyawan staf berada di kawasan kantor estate. Perumahan karyawan Divisi I dan II berada di kawasan yang berdekatan dengan kantor estate, sedangkan perumahan karyawan Divisi III dan IV berada di kawasan yang letaknya relatif jauh dengan kantor estate. Setiap divisi memiliki tempat penitipan anak (TPA) dan masjid. Selain itu, pihak kebun menyediakan sarana transportasi berupa bus sekolah untuk siswa (anak staf dan karyawan) yang sekolah di luar kawasan kebun. Fasilitas-fasilitas tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.
a
b
c
d
e
f
g
h
i
Gambar 1 Fasilitas SCME (a. Kantor Kebun; b. Perumahan staf; c. Stasiun air bersih; d. Lapangan olahraga; e. Masjid; f. Polibun; g. Gudang BMS; h. traksi; i. Stasiun solar)
11 Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan Sungai Cempaga Estate dipimpin oleh seorang Estate Manager (EM) yang dibantu oleh Kepala Seksi Administrasi (Kasie) dan 4 Asisten Divisi. Asisten Divisi dibantu oleh mandor I, kerani divisi, kerani panen, kerani transportasi, mandor perawatan, mandor panen, mandor pengendalian gulma secara kimiawi, mandor alat dan mandor pupuk. Kegiatan kantor dikelola oleh Kasie yang akan dibantu oleh accounting, kasir, admin tanaman, personalia, mantri tanaman, dan juga kerani divisi untuk memasukkan data harian. Struktur organisasi SCME dapat dilihat pada Lampiran 7. Sungai Cempaga Estate mempunyai karyawan staf dan karyawan non-staf. Karyawan staf yaitu Estate Manager (EM), Asisten Divisi, dan Kepala Seksi Administrasi, sedangkan karyawan non-staf yaitu pekerja langsung di lapangan, dan pekerja tidak langsung seperti mandor dan kerani. Pekerja tidak langsung terdiri atas karyawan harian lepas (KHL), karyawan harian tetap (KHT) dan karyawan bulanan, sedangkan pekerja langsung terdiri atas KHL dan KHT. Indeks tenaga kerja di SCME bernilai di bawah standar yang ditetapkan. Indeks tenaga kerja adalah pembagian antara jumlah total tenaga kerja dan luas areal konsesi kebun. Nilai ITK digunakan untuk menentukan batas kewajaran dari kebutuhan tenaga kerja dan luas areal kebun. Standar nilai indeks tenaga kerja yang ditetapkan untuk kebun SCME adalah 0.18. Saat ini nilai indeks tenaga kerja di SCME adalah yaitu 0.16. Jika angka kerapatan panen normal atau pusingan panen normal, jumlah tenaga kerja ini masih dapat memenuhi kebutuhan operasional kebun. Namun jika angka kerapatan panen atau pusingan panen tinggi, tenaga kerja yang bertugas untuk membantu pemanen dalam mengutip brondolan perlu ditambah. Data jumlah karyawan staf dan non-staf di SCME dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Jumlah staf dan non-staf SCME Status Pegawai Jumlah (orang) Staf 6 Bulanan 47 Karyawan Harian Tetap 367 Karyawan Harian Lepas 139 Total 559 Indeks Tenaga Kerja (ITK) 0.16 Sumber : Laporan bulanan manajer (2014)
Hari kerja di kebun SCME adalah 6 hari, dengan 7 jam kerja setiap hari kerjanya. Setiap karyawan memiliki sistem gaji yang berbeda berdasarkan statusnya. Perbedaan sistem gaji terletak pada jumlah gaji dan tunjangan yang didapatkan oleh karyawan. Ketentuan yang berlaku pada SCME untuk karyawan adalah sebagai berikut: 1. Karyawan bulanan: mendapat tunjangan beras, fasilitas rumah dan listrik gratis, gaji per bulan sesuai dengan golongan dan kebijakan kebun,
12 mendapatkan tunjangan JAMSOSTEK dari perusahaan dan tunjangan biaya kesehatan apabila sakit untuk berobat. 2. Karyawan harian tetap (KHT): mendapat tunjangan beras, mendapatkan fasilitas rumah dan listrik, gaji per bulan dihitung berdasarkan upah minimum serikat kerja (UMSK) Kotawaringin Timur yaitu Rp 1 908 525/bulan, selain itu karyawan mendapatkan tunjangan JAMSOSTEK dan fasilitas kesehatan apabila sakit. 3. Karyawan harian lepas (KHL): karyawan KHL tidak mendapatkan tunjangan beras dan JAMSOSTEK, namun tetap mendapatkan fasilitas rumah dan listrik, gaji yang diperoleh sesuai dengan prestasi kerja setiap hari yang akan diakumulasi setiap bulan. Karyawan harian lepas dapat direkomendsikan menjadi KHT apabila telah bekerja selama tiga bulan. Upah harian KHL adalah Rp 76 341 per HK yang nanti akan dikalikan sesuai jumlah hari kerja. Tunjangan beras diberikan terkait dengan setiap kehadiran yaitu 0.5 kg untuk karyawan, 0.3 kg untuk istri, dan 0.25 kg untuk anak (maksimal 2 orang anak). Karyawan yang tidak masuk kerja tidak diberikan tunjangan beras. Karyawan yang masuk 6 hari penuh dalam 1 minggu berhak mendapatkan tunjangan beras untuk hari minggu untuk karyawan, istri, dan anak.
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Kegiatan magang yang dilaksanakan di SCME mencakup aspek teknis dan aspek manajerial. Aspek teknis yang dilakukan meliputi kegiatan pemanenan, pemupukan, pengendalian hama, dan pengendalian gulma (manual dan kimiawi). Pelaksanaan kerja sebagai KHL, mandor, dan pendamping Asisten Divisi di SCME secara umum dilaksanakan 6 hari kerja dalam seminggu. Waktu kerja setiap hari rata–rata adalah 7 jam yang dimulai pada pukul 06.00–13.00 WIB. Pelaksanaan kegiatan magang di SCME yang dilakukan oleh penulis sebagai karyawan harian lepas (KHL), mandor, dan pendamping asisten kebun di divisi dilaksanakan setiap Senin−Sabtu mulai pukul 05.00 WIB. Penulis diwajibkan mengikuti apel pagi (Morning Muster) yang dimulai pukul 05.00 WIB bersama asisten, mandor, dan karyawan. Apel pagi dibagi menjadi 2 tahap, pada tahap pertama merupakan apel pagi yang hanya dihadiri mandor, kerani panen, dan Asisten Divisi. Sedangkan pada apel pagi tahap kedua melibatkan karyawan lapangan. Kegiatan apel pagi dapat dilihat pada Gambar 2.
a
b
Gambar 2 Kegiatan apel pagi (a. Apel pagi tahap I; b. Apel pagi tahap II)
13 Aspek Teknis Pemanenan Kriteria panen. Penulis menentukan kematangan buah (minimum ripeness standard) secara visual dengan melihat ciri-ciri khusus seperti perubahan warna buah dan jumlah jatuhnya brondolan buah secara alami. Tingkat kematangan buah menjadi dasar dalam penetapan kriteria grading. Kriteria tersebut berdasarkan pada standar operasional prosedur (SOP) agronomi BGA yang ditampilkan pada Tabel 6. Tabel 6 Kriteria grading berdasarkan tingkat kematangan buah Kriteria Jumlah/persentase brondolan Mentah (Unripe) 0 Brondolan Kurang matang (under ripe) < 2 brondolan kg-1 tandan-1 Matang (ripe) 2 brondolan kg-1 tandan-1 hingga 75% brondolan permukaan telah lepas dari tandan Terlalu matang (over ripe) > 75%−90% brondolan telah lepas dari tandan Busuk/tandan kosong > 90% brondolan telah lepas dari tandan (Empty Bunch) Sumber : SOP agronomi BGA (2013)
Selain brondolan, salah satu ciri buah yang telah matang (ripe) adalah perubahan warna buah. Buah kelapa sawit memiliki warna yang berbeda saat matang. Menurut Pahan (2007), pembagian tipe buah berdasarkan warna kulit buah dapat dikelompokkan menjadi 3 tipe, yaitu nigrescens, virescen, dan albescen. Buah nigrescens berwarna ungu hingga hitam pada waktu muda dan menjadi jingga kehitaman pada saat matang. Buah virescens berwarna hijau pada saat muda, dan berubah menjadi jingga kemerahan dengan ujung buah berwarna kehijauan pada saat matang. Buah albescens berwarna keputih-putihan saat muda dan berubah menjadi kekuning-kuningan dengan ujung buah berwarna ungu kehitam-hitaman pada saat matang. Penulis hanya menemukan buah tipe nigrescens dan virescens pada saat magang di SCME. Taksasi panen. Taksasi panen merupakan kegiatan harian yang dilakukan mandor panen untuk memperkirakan panen esok hari. Taksasi panen akan menghasilkan data dan informasi seperti angka kerapatan panen (AKP), perkiraan jumlah tenaga kerja dan rate transport yang diperlukan, serta tonase hasil panen. Taksasi panen dilakukan minimal 15% dari luasan suatu blok. Rata-rata luasan 1 blok adalah 30 ha, sehingga minimal dalam 1 blok dilakukan taksasi panen seluas 4.5 ha. Setiap harinya, rata-rata kegiatan panen dilakukan pada 6 blok. Sehingga, minimal total luasan taksasi dilakukan pada 27 ha. Pelaksanaan panen. Panen merupakan kegiatan yang utamanya adalah mengambil buah yang telah memenuhi kriteria panen untuk dikirimkan ke pabrik dan diolah lebih lanjut. Panen dilakukan dengan menggunakan dodos dan egrek. Pada 1 divisi, kegiatan pemanenan terdiri atas 3 kemandoran, yakni kemandoran A, B, dan C. Setiap kemandoran terdiri atas 13−14 tenaga pemanen, dan diatur
14 oleh seorang mandor panen. Namun jumlah ini dapat berubah, menyesuaikan dengan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan pada setiap hari panen. Sistem panen yang digunakan adalah sistem hanca giring tetap. Pada sistem ini, setiap karyawan telah ditentukan hanca masing-masing, namun hancanya dapat diubah sesuai dengan kebutuhan/kondisi kerapatan buah. Apabila telah menyelesaikan hancanya pada suatu blok, pemanen dapat berpindah ke blok selanjutnya untuk melakukan kegiatan panen di hancanya. Menurut Panggabean (2011), hanca panen adalah pembagian luasan yang harus dipanen oleh karyawan untuk setiap hari kerja. Apabila AKP tinggi, seorang pemanen dibantu oleh seorang karyawan wanita, yang bertugas khusus untuk mengutip brondolan, yang disebut gardan. Rotasi panen normal adalah 4 kali dalam sebulan dengan pusingan diupayakan maksimal 7 hari. Foto pelaksanaan panen dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3 Pemanenan buah Kutip brondolan. Brondolan merupakan buah kelapa sawit yang lepas dari tandannya. Brondolan sangat penting untuk dikutip, karena brondolan yang tidak dikutip merupakan kehilangan yang berpengaruh bagi produksi minyak sawit dan dapat tumbuh menjadi gulma (kentosan) di lahan. Brondolan yang jatuh di piringan, jalan pikul, maupun di sekitarnya diambil dan dimasukkan ke dalam karung kemudian dikumpulkan di TPH untuk diangkut ke pabrik. Terdapatnya brondolan di lahan adalah akibat kelalaian pemanen dan kesengajaan pemanen yang malas. Kelalaian tersebut dapat terjadi akibat tidak terlihatnya brondolan oleh pemanen ataupun gardan karena tertutup gulma atau legum cover crop (LCC). Oleh karena itu, kondisi piringan pokok kelapa sawit harus bersih. Pada saat di lahan, penulis masih menemukan beberapa blok yang piringannya tidak bersih dari gulma, LCC, ataupun sampah. Penulis berperan sebagai pengutip brondolan saat mendampingi pemanen sebagai gardan, dan saat membersihkan TPH dari brondolan sisa pengangkutan yang tercecer. Brondolan banyak yang tercecer di TPH akibat pengangkutan berlangsung malam hari, dan kondisi tepi jalan yang lembek akibat hujan, sehingga truk pengangkut hanya dapat berhenti di tengah jalan yang menyulitkan tim bongkar muat untuk menaikkan tandan buah segar (TBS) dan brondolan. Pada saat kegiatan, penulis berhasil mengumpulkan brondolan sebanyak 5 karung ukuran 50 kg pupuk Urea.
15 Penilaian mutu hanca panen. Penilaian mutu hanca adalah pengecekan kualitas panen pada blok yang telah dipanen dengan cara melihat kualitas pelepah yang ditunas, jumlah tandan yang dipanen, brondolan yang tidak dikutip, penyusunan pelepah berbentuk U-Shape, buah tinggal, pokok overpruning serta jumlah kontaminasi kotoran pada brondolan. Jumlah pelepah yang layak dipruning disesuaikan dengan ketentuan manajemen tajuk yaitu 46−48 pelepah yang dipertahankan untuk kelapa sawit umur 8−14. Selain itu, kegiatan mutu hanca juga bertujuan memastikan kondisi piringan bersih dari gulma. Perhitungan tandan hasil panen. Sebelum dimuat ke dalam truk, tandan buah yang telah dipanen dan diletakkan di TPH, dihitung terlebih dahulu oleh kerani panen. Jumlah kerani panen menyesuaikan dengan jumlah kemandoran yang ada. Satu kerani bertanggung jawab terhadap 1 kemandoran. Kerani bertanggung jawab untuk menghitung buah normal, buah busuk, dan buah kurang matang (KM). Kerani panen juga bertanggung jawab dalam memeriksa buah mentah yang ikut dipanen dengan melakukan grading. Buah yang kurang matang yang ikut terpanen harus dibelah menjadi 2 bagian sebagai tanda bahwa buah telah digrading. Jika pemanen memanen buah mentah, maka akan diberikan sanksi Rp 5000/tandan buah mentah. Pengangkutan buah ke pabrik. Kegiatan pengangkutan TBS dimulai dari kegiatan BM buah dari TPH ke truk pengangkut buah. Bongkar muat buah dilakukan oleh 3−4 tenaga BM, dan 1 orang supir truk. Buah yang dimuat tidak boleh melebihi kapasitas truk yaitu 7.5 ton. Buah yang dimuat dari TPH harus disusun rapi di atas truk agar memudahkan proses bongkar muat dan efisien tempat. Apabila buah telah dimuat, truk dipasang jaring agar buah tidak terjatuh di jalan saat proses pengangkutan. Tandan buah segar dari SCME diangkut ke PKS Selucing Agro Mills (SAGM). Sebelum dan sesudah muat buah ke pabrik, truk ditimbang terlebih dahulu bobotnya di jembatan timbang. Hal ini dilakukan untuk untuk memperoleh bobot bersih buah. Kendala dalam proses pengangkutan adalah jalan MR dan CR yang menjadi lembek setelah hujan akibat tidak terdrainase dengan baik, sehingga menyebabkan truk tidak dapat berjalan dengan baik. Foto pengangkutan buah dapat dilihat pada Gambar 4.
a
b
Gambar 4 Pengangkutan buah (a. Muat buah ke truk; b. Buah siap kirim) Pemupukan Leaf sampling unit (LSU). Leaf Sampling Unit adalah kegiatan pengambilan contoh daun yang dilaksanakan dalam satu unit areal tertentu untuk pengamatan kesatuan contoh daun yang dilakukan untuk memperoleh informasi status hara tanah. Tujuan kegiatan ini yaitu menentukan status hara tanaman
16 menghasilkan (TM) kelapa sawit yang tepat melalui analisis daun untuk penyusunan rekomendasi pemupukan tahunan yang dikeluarkan oleh Departemen Riset BGA. Data yang diambil pada LSU yaitu tinggi tanaman, diameter batang, jumlah pelepah, 3 daun dari sisi kiri dan 3 daun dari sisi kanan pelepah ke 17, serta jumlah daun. Pengambilan 3 daun dari sisi kiri dan 3 daun dari sisi kanan pelepah ke 17 dilakukan dengan ketentuan diambil pada jarak 2 jengkal dari mata pancing mengarah ke pangkal pelepah. Pokok yang pertama diambil datanya adalah pokok ke 5 pada baris ke 5. Pokok dalam baris yang selanjutnya dilakukan pengambilan data adalah pokok dengan interval 10 pokok, yakni ke 15, dan ke 25. Sementara untuk baris selanjutnya adalah baris dengan interval 10 baris, yakni ke 15, ke 25, ke 35, ke 45, dan seterusnya. Kegiatan LSU dilaksanakan oleh 2 tim LSU yang masing-masing terdiri atas 3 orang. Seorang karyawan ditugaskan khusus untuk memberi tanda pada pokok dengan menggunakan cat. Hal ini bertujuan agar contoh daun tidak terkontaminasi oleh cat. Sebelum memulai pengambilan contoh daun di setiap blok di divisi, tim LSU telah diberikan simulasi pengambilan daun oleh tim riset. Tim LSU akan mengambil contoh daun mulai pukul 07.00 hingga 13.00 WIB saat hari tidak hujan deras. Pelaksanaan LSU tahun 2014 dilaksanakan pada bulan Mei-Juni. Hasil pengamatan LSU di seluruh blok kebun akan disatukan dalam buku rekomendasi pemupukan BGA yang digunakan untuk tahun selanjutnya sebagai pedoman pemupukan. Aplikasi tandan kosong. Tandan kosong kelapa sawit (TKKS) adalah hasil limbah pabrik kelapa sawit yang berasal dari stasiun perebusan PKS. Prinsip penggunaan TKKS yaitu mengembalikan unsur hara yang telah digunakan dari dalam tanah. TKKS digunakan sebagai pupuk organik untuk tanaman kelapa sawit TBM dan TM. Kandungan unsur hara yang terkandung pada TKKS disajikan pada Tabel 7. Tabel 7 Komposisi kandungan unsur hara TKKS Unsur hara utama Nitrogen (N) Fosfor (P) Potassium (K) Magnesium (Mg)
Persentase unsur hara dalam tandan kosong Kisaran Rata-rata 0.32 – 0.43 0.37 0.03 – 0.05 0.04 0.89 – 0.95 0.91 0.07 – 0.10 0.08
Bobot pupuk tunggal ton-1 TKKS 8.00 kg Urea 2.90 kg RP 18.30 kg MOP 5.00 kg Kieserit
Sumber : Pahan (2007)
Manfaat TKKS yaitu untuk merangsang pertumbuhan akar tersier dan quarter. Pertumbuhan akar yang baik dapat meningkatkan optimalisasi penyerapan unsur hara yang lebih efektif. Penggunaan TKKS juga membantu mengurangi aliran permukaan dan menjaga kelembaban tanah. Menurut Ginting et al. (2011), aplikasi tandan kosong kelapa sawit secara nyata dapat mensubstitusi pupuk MOP hingga 25% dengan peningkatan produksi mencapai 11.7% dari pemupukan standar kebun.
17 Aplikasi TKKS sebaiknya langsung diaplikasikan ke lahan, karena apabila sudah terlalu lama ditumpuk di lahan akan membuat cendawan dan hama cepat berkembang. Standar dosis yang telah ditentukan untuk aplikasi TKKS adalah 200 kg TKKS per pokok. Penyusunan TKKS 1 lapis bertujuan untuk menghindari perkembangan kumbang badak (Orychtes rhinoceros) yang tumbuh pada keadaan lembab. Setelah TKKS disusun, karyawan kemudian menanam Neprolephis sp. di sela-sela tandan kosong. Tanaman ini bermanfaat sebagai slow growth cover crop yang menahan aliran air agar tidak terjadi erosi, serta menjaga kelembaban. Sistem pemupukan. Pelaksanaan pemupukan di SCME diatur oleh BMS. BMS mengatur proses pemupukan mulai dari permintaan/reservasi kebutuhan pupuk ke gudang sentral, penyimpanan pupuk, penguntilan, pelangsiran hingga pengaplikasian pupuk ke lahan. BMS dipimpin oleh seorang mandor BMS yang bertanggung jawab langsung kepada asisten koordinator BMS. Mandor BMS dibantu oleh 2 mandor tabur dan seorang mandor until. BMS menerapkan prinsip 6T (tepat dosis, tepat jenis, tepat waktu, tepat cara, tepat sasaran, dan tepat administrasi) dalam pemupukan. Tepat dosis adalah ketepatan jumlah dosis diaplikasikan pada pokok tepat sesuai dengan urutan pemupukan 2014 rekomendasi Departemen Riset BGA. Rekomendasi dosis pemupukan diformulasikan berdasarkan beberapa faktor seperti produksi TBS actual, proyeksi produksi TBS, umur tanaman, status tanaman, analisis hara daun (Leaf Sampling Unit), observasi lapangan, sejarah pemupukan, kesuburan tanah (Soil Sampling Unit), data curah hujan, dan hasil percobaan. Tepat jenis adalah ketepatan jenis pupuk yang diaplikasikan sesuai dengan kebutuhan tanaman dan yang direkomendasikan oleh Departemen Riset BGA. Tepat cara adalah ketepatan metode yang digunakan dengan jenis pupuk yang digunakan (ditabur atau dimasukan ke dalam lubang) yang dipengaruhi oleh kondisi dan topografi lahan. Tepat sasaran adalah pupuk yang diaplikasikan telah sesuai tempatnya yaitu di dalam piringan atau di luar piringan serta jarak taburan pupuk dari pokok yang tepat. Tepat waktu adalah pelaksanaan kegiatan pemupukan telah sesuai dengan intensitas curah hujan yang ada, serta kondisi cuaca. Tepat administrasi adalah ketepatan dalam pencatatan data pupuk di kantor. Pemupukan dilakukan blok ke blok untuk memudahkan pengontrolan dan pelangsiran pupuk. Jadwal pemupukan pada suatu blok telah direncanakan oleh mandor BMS dan diketahui oleh asisten koordinator BMS. Dalam 1 hari, pemupukan dapat dilakukan pada 3−5 blok. Hal ini bergantung pada jenis dan ketersediaan pupuk, kondisi cuaca, dan jadwal yang ditetapkan. Tenaga kerja pemupukan. Kegiatan penaburan pupuk di SCME terdiri atas 1 kemandoran yang terdiri atas 28 tenaga penabur. Total tenaga kerja pemupukan adalah 40 orang yang terdiri atas 4 orang tenaga bongkar muat, 8 orang tenaga penguntil, dan 28 orang penabur. Para karyawan penabur pupuk dibagi menjadi kelompok kecil penabur (KKP) yang terdiri atas 3 orang karyawan. Khusus tenaga bongkar muat, tugasnya merangkap sebagai pelangsir pupuk ke tempat peletakan pupuk (TPP). Apabila kegiatan pemupukan telah selesai karung dikumpulkan dan diangkut oleh 1 orang karyawan yang mengumpulkan karung ke gudang BMS. Hasil kerja standar dari karyawan penabur pupuk berbeda-beda. Hal ini bergantung pada dosis aplikasi pupuk. Hasil kerja standar untuk dosis 1−2 kg adalah 650 kg, dosis 0.5−1 kg adalah 420 kg, dan untuk dosis < 0.5 kg adalah 120
18 kg. Hasil kerja standar dari penguntil adalah 2000 kg, dan bongkar muat pupuk 4000 kg. Jika karyawan melebihi hasil kerja standar, maka karyawan berhak mendapatkan premi tetap dan premi lebih basis. Premi tetap yang didapatkan oleh penabur, bongkar muat maupun penguntil adalah Rp 4000. Perhitungan jumlah premi adalah sebagai berikut: (
)
(
) (
)
(
)
Penyimpanan pupuk. Manajemen penyimpanan pupuk di BGA terdiri atas 2 tempat yaitu gudang sentral dan gudang BMS. Gudang sentral menyimpan semua jenis pupuk yang dibutuhkan seluruh kebun, sedangkan gudang BMS adalah tempat penyimpanan pupuk yang diambil dari gudang sentral dan hanya menyimpan jenis pupuk yang akan diaplikasikan sesuai kebutuhan kebun masingmasing. Pemesanan jenis pupuk ke gudang sentral dilakukan oleh asisten koordinator BMS dengan diketahui oleh kerani gudang. Gudang sentral kemudian menindaklanjuti pemesanan, dan mengirimkan pupuk sesuai dengan jenis dan jumlah yang diminta oleh gudang BMS. Selain sebagai tempat penyimpanan, gudang juga sebagai tempat berlangsungnya kegiatan penguntilan pupuk dan quality check control bobot untilan. Penguntilan pupuk. Penguntilan di gudang BMS dipersiapkan untuk divisi 1, 2, 3, dan 4 yang dilakukan sesuai dengan jadwal pemupukan yang telah ditentukan dan ketersediaan pupuk di gudang. Penguntilan pupuk merupakan kegiatan pengemasan ulang pupuk berukuran 50 kg ke karung pupuk dengan bobot tertentu sesuai dengan kelipatan dosis per pokok kelapa sawit. Bobot tiap karung until berbeda-beda sesuai dengan jenis pupuk, contohnya pupuk Urea yang memiliki bobot until 10 kg, RP 16 kg, dan MOP 16.5 kg. Menurut SOP agronomi BGA, bobot maksimal 1 karung untilan adalah 17 kg. Takaran yang digunakan untuk menguntil pun berbeda-beda setiap jenis pupuk. Perbedaan bobot untilan bertujuan untuk mempermudah kegiatan pengeceran pupuk dari gudang ke lahan dan memastikan jumlah pupuk yang disediakan telah sesuai dengan dosis yang dibutuhkan. Menurut Candra (2012), penguntilan dilakukan untuk memudahkan pelangsiran pupuk ke lahan, menjamin pupuk yang diaplikasi tepat dosis, dan tidak menggumpal. Pada saat penguntilan, karyawan penguntil harus teliti dan memastikan karung untilan tidak robek dan rusak, serta mengikat karung dengan kuat agar tidak terjadi kehilangan pupuk saat kegiatan pengeceran dan penaburan akibat kebocoran. Karyawan penguntil juga diwajibkan menggunakan alat pelindung diri (APD) saat melakukan penguntilan. APD tersebut antara lain adalah masker, sarung tangan, celana, dan apron. Namun, pada saat pengamatan, penulis sering menemukan karung untilan yang bocor atau robek akibat gancu, dan karyawan yang tidak konsisten memakai APD. Kegiatan penguntilan dikontrol oleh seorang mandor until yang berperan dalam pengawasan prestasi kerja tenaga penguntil. Mandor juga berperan dalam kegiatan quality check control berupa uji petik dengan menimbang secara acak beberapa karung untilan dan melihat apakah untilan telah sesuai dengan rekomendasi atau tidak. Setiap minggunya, karyawan penguntil diberikan extrafooding berupa 1 kaleng susu setiap minggu. Hal ini
19 dilakukan untuk menetralkan racun yang ada pada tubuh karyawan penguntil dan menjaga kebugaran tubuh. Kegiatan penguntilan dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5 Penguntilan di Gudang BMS Pelangsiran pupuk. Pelangsiran pupuk merupakan kegiatan pengangkutan pupuk dari gudang menuju tempat peletakan pupuk (TPP) di suatu blok. Proses pelangsiran pupuk dimulai dengan pengangkutan pupuk oleh karyawan BM di gudang BMS. Kegiatan ini dimulai pada pukul 06.00 WIB. Pengambilan pupuk di gudang BMS menggunakan dump truck dengan kapasitas truk 7.5 ton. Karyawan bongkar muat akan memuat pupuk sesuai dengan kebutuhan jumlah untilan yang telah dihitung oleh mandor. Jumlah tenaga bongkar muat saat pengisian pupuk adalah 4 orang dengan waktu bongkar muat kurang lebih 30−40 menit. Setelah pupuk untilan termuat, truk akan langsung menuju ke lahan dan mulai melangsir untilan yang dilangsir melalui 2 sisi blok (Collection Road) pada setiap blok. Untilan pupuk diletakkan pada tempat peletakan pupuk (TPP). Setiap 3 jalan pikul terdapat 1 TPP. Jumlah pupuk untilan yang dilangsir disesuaikan dengan kebutuhan, berdasarkan bobot untilan, dosis aplikasi dan jumlah pokok yang akan diaplikasi. Kegiatan pelangsiran dapat dilihat pada Gambar 6.
a
b
Gambar 6 Pelangsiran pupuk (a. Pelangsiran pupuk; b. Untilan di TPP) Pengeceran pupuk. Pengeceran pupuk adalah kegiatan pengangkutan pupuk dari tempat peletakan pupuk (TPP) menuju pokok di dalam barisan tanaman kelapa sawit. Pengeceran bertujuan untuk mempermudah penabur saat membawa pupuk dari TPP menuju lahan. Pada saat pelaksanaan magang di lapangan, tidak ada tenaga khusus yang ditugaskan untuk melakukan pengeceran. Tugas mengecer pupuk untilan ini dirangkap oleh penabur pupuk. Hal ini dilakukan untuk mengurangi peluang tertinggalnya pupuk untilan di lahan. Berdasarkan pengalaman dan kondisi kebun, dengan adanya pengecer, peluang tertinggalnya pupuk untilan di kebun menjadi besar. Hal ini akibat jalan pikul yang terkadang bercabang dan berbelok-belok mengikuti kontur dan menyebabkan penabur kebingungan dan tidak melihat adanya pupuk untilan.
20 Akibatnya pemupukan menjadi tidak tepat sasaran. Penabur yang bertugas sekaligus sebagai pengecer dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7 Pengeceran pupuk Pengaplikasian pupuk. Kegiatan utama dari rangkaian pemupukan adalah pengaplikasian pupuk ke pokok kelapa sawit. Pengaplikasian pupuk didasarkan pada konsep 4 tepat, yaitu tepat jenis, tepat waktu, tepat dosis, tepat cara dan tempat. Setiap penabur pupuk diberi takaran pupuk atau biasa disebut cepuk. Ukuran cepuk berbeda-beda, sesuai dengan jenis pupuk dan dosis pupuk yang dibutuhkan setiap pokok. Takaran pupuk bobotnya beragam, mulai dari 1 kg, 0.625 kg, 0.75 kg, dan 0.05 kg sehingga apabila dosis RP yang disarankan adalah 2 kg maka penaburan untuk 1 pokok adalah 2 kali takaran 1 kg. Standar aplikasi tiap pokok adalah 2 kali taburan (2 cepuk). Sebelum digunakan di lahan, cepuk telah dikalibrasi dan dibandingkan dengan cepuk kontrol. Hal ini dilakukan agar pengaplikasian pupuk dapat tepat dosis. Selain ketepatan dosis, penaburan pupuk juga perlu memperhatikan ketepatan cara dan tempat pupuk ditabur. Pada saat pengaplikasian pupuk di lapangan, kelompok kecil penabur (KKP) telah dibagi batas hancanya masing-masing. Setiap hanca KKP dibatasi oleh bendera merah yang tercantum nomor KKPnya. Keuntungan dengan sistem ini yaitu antara penabur pupuk dapat saling membantu apabila target pupuk belum tercapai oleh anggota KKP dan apabila terdapat pokok yang tidak terpupuk atau penaburannya kurang tepat maka mandor dapat dengan mudah mengetahui penabur yang melakukan kesalahan tersebut. Pengamatan ketepatan dosis untilan. Pengamatan ketepatan dosis untilan dilakukan pada proses penguntilan pupuk di gudang BMS. Bobot standar pupuk Urea setiap untilannya adalah 10 kg, sedangkan pupuk MOP 16.5 kg. Hasil pengamatan dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Ketepatan dosis untilan Jenis Bobot untilan Ulangan pupuk standar (kg) 1 10 Urea 2 10 3 10 Rata-rata 1 16.5 MOP 2 16.5 3 16.5 Rata-rata
Bobot rataan yang diamati (kg) 9.98 10.15 10.81 10.32 16.90 16.18 16.47 16.51
Ketepatan dosis (%) 99.83 98.41 91.82 96.80 97.57 98.06 99.81 99.93
21 Setiap untilan ditimbang menggunakan timbangan digital. Setelah ditimbang, diperoleh data yang menunjukkan bahwa dosis untilan Urea rata-rata memiliki nilai rata-rata 10.32 kg dengan ketepatan 96.80%, sedangkan dosis untilan MOP rata-rata memiliki nilai rata-rata 16.51 kg dengan ketepatan 99.93%. Pengamatan ketepatan jenis pupuk. Penentuan tepat jenis berdasarkan pada kebutuhan hara tanaman. Data ini diperoleh dari hasil analisis defisiensi unsur hara secara visual dan disesuaikan dengan data defisiensi unsur hara hasil LSU 2013. Data blok yang mengalami defisiensi unsur hara dapat dilihat pada Lampiran 8. Rekomendasi dan realisasi aplikasi jenis serta dosis pupuk di SCME disajikan pada Tabel 9. Tabel 9 Rekomendasi dan realisasi aplikasi jenis serta dosis pupuk di SCME Dosis rekomendasi pokok-1 Jenis pupuk Jenis pupuk Kandungan Semester I Semester II rekomendasi aplikasi unsur hara --------------kg-------------1.25 1.00 Urea Urea N 2.00 RP RP P 1.50 1.50 MOP MOP K 1.25 Kieserite Kieserite Mg 0.10 0.10 HGFB HGFB B 0.40 0.60 NPK 15-15-15 NPK 15-15-15 N, P, K Sumber : Data kantor kebun (2014)
Pengamatan ketepatan dosis aplikasi pupuk. Pengamatan dilakukan pada 3 blok. Pada masing-masing blok penulis melakukan pengamatan terhadap 3 orang penabur untuk melihat ketepatan dari masing-masing penabur. Total pengamatan dilakukan pada 9 orang penabur. Pengamatan ketepatan dosis aplikasi pemupukan disajikan pada Tabel 10. Tabel 10 Pengamatan ketepatan dosis aplikasi pupuk urea Nama blok
Tahun tanam
Dosis rekomendasi pokok-1 (kg)
Penabur ke-
Bobot untilan (kg)
1.25
1
10
Rata-rata J016
2009
1.25
2
10
Rata-rata 1.25
3 Rata-rata
10
Pokok terpupuk 10.00 9.00 7.00 8.67 9.00 9.00 10.00 9.33 7.00 9.00 10.00 8.67
Realisasi dosis pokok-1 (kg) 1.00 1.11 1.43 1.18 1.11 1.11 1.00 1.07 1.43 1.11 1.00 1.18
Ketepatan dosis (%) 80.00 88.89 87.50 85.46 88.89 88.89 80.00 85.93 87.50 88.89 80.00 85.46
22 Tabel 10 Pengamatan ketepatan dosis aplikasi pupuk urea (lanjutan) Realisasi Dosis Bobot Nama Tahun Penabur Pokok dosis rekomendasi untilan -1 blok tanam keterpupuk pokok pokok-1 (kg) (kg) (kg) 11.00 0.91 1.25 1 10 12.00 0.83 10.00 1.00 Rata-rata 11.00 0.91 11.00 0.91 1.25 2 10 12.00 0.83 J171 2010 11.00 0.91 Rata-rata 11.33 0.88 13.00 0.77 1.25 3 10 12.00 0.83 10.00 1.00 Rata-rata 11.67 0.87 14.00 0.71 1.25 1 10 8.00 1.25 8.00 1.25 Rata-rata 10.00 1.07 10.00 1.00 1.25 2 10 9.00 1.11 J019 2007 9.00 1.11 Rata-rata 9.33 1.07 9.00 1.11 1.25 3 10 9.00 1.11 9.00 1.11 Rata-rata 9.00 1.11
Ketepatan dosis (%) 72.73 66.67 80.00 73.13 72.73 66.67 72.73 70.71 61.54 66.67 80.00 69.40 57.14 100.00 100.00 85.71 80.00 88.89 88.89 85.93 88.89 88.89 88.89 88.89
Setiap penabur diamati 3 ulangan berupa karung untilan. Setiap karung untilan diamati jumlah pokok yang terpupuk oleh penabur. Setelah menghabiskan 3 karung untilan, dicari rata-rata pokok yang terpupuk, dan rata-rata realisasi dosis, sehingga diperoleh rata-rata ketepatan dosis. Pengamatan ketepatan waktu aplikasi pemupukan. Pengamatan ini dilakukan dengan melihat waktu rekomendasi pemupukan dengan waktu realisasinya dan menganalisisnya berdasarkan curah hujan selama Maret−Juni 2014. Berdasarkan SOP agronomi BGA, hubungan antara aplikasi pupuk dengan curah hujan adalah sebagai berikut: 1) Curah hujan < 60 mm per bulan; Urea tidak tepat diaplikasikan karena memiliki potensi penguapan yang tinggi 2) Curah hujan > 300 mm per bulan: Pupuk yang mudah larut seperti Urea, ZA, MOP, CuSO4, ZnSO4 dan HGFB tidak tepat untuk diaplikasikan karena berpotensi kehilangan tinggi melalui proses pencucian, aliran permukaan dan erosi 3) Pupuk yang lambat larut (contoh: RP) dapat diaplikasikan pada curah hujan tinggi, walaupun kehilangannya 3−5% tetapi masih dapat terjadi lagi
23 kehilangan oleh aliran permukaan atau erosi tanah, terutama pada daerah miring 4) Pada umumnya, semua jenis pupuk diaplikasikan pada bulan dengan curah hujan cukup (60−300 mm), saat itu tanah cukup basah (tidak jenuh) sehingga memudahkan penyerapan unsur hara 5) Curah hujan > 300 mm per bulan tidak menjadi faktor pembatas dalam pelaksanaan pemupukan, jika suatu areal sudah dilakukan kegiatan konservasi tanah dan air secara maksimal. Rencana dan aplikasi pemupukan berdasarkan urutan pemupukan 2014 dan curah hujan pada bulan Maret−Juni 2014 di SCME selama penulis magang dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 Rencana dan aplikasi pemupukan di SCME dan curah hujan pada bulan Maret−Juni 2014 Bulan diamati
Jenis pupuk Urea
RP
MOP
Kieserite
HGFB
NPK 1515-15
Curah hujan (mm)
Maret
355
Aprill
165
Mei
225
Juni Keterangan:
260 : Waktu aplikasi, sesuai dengan rencana : Waktu rencana : Waktu aplikasi, tidak sesuai dengan rencana
Secara persentase, ketepatan waktu aplikasi pupuk jika dibandingkan urutan pemupukan adalah 55% aplikasi pupuk sesuai dengan rencana dan 20% aplikasi pupuk tidak sesuai dengan rencana. Penulis juga mengamati ketepatan waktu aplikasi pemupukan dibandingkan dengan curah hujan selama bulan Maret hingga Juni 2014. Pada bulan Maret hingga Juni 2014, curah hujan tinggi (> 300 mm) hanya terjadi pada bulan Maret yaitu 355 mm. Curah hujan di SCME relatif fluktuatif. Hal ini dapat dilihat dari historis curah hujan pada tahun 2009−2013, yang ditampilkan pada Lampiran 6. Namun, secara rata-rata, kondisi curah hujan tinggi hanya terjadi pada bulan Oktober, yaitu sebesar 350.72 mm. Pengamatan ketepatan cara dan tempat aplikasi pupuk. Ketepatan cara dan tempat aplikasi pupuk di SCME mengacu pada SOP yang telah ditetapkan oleh BGA. Penulis melakukan pengamatan ketepatan cara dan tempat pada pupuk Urea, MOP, dan RP. Ketepatan tempat atau jarak pemupukan dapat dilihat pada Tabel 12 dan 13.
24 Tabel 12 Ketepatan tempat penaburan pupuk Rataan jarak pupuk ke pokok pada jalur contoh Jenis Nama Tahun 1 3 5 7 9 pupuk blok tanam --------------------cm-------------------H23 2006 89.0 65.0 85.0 81.0 92.0 Urea H26 2007 65.0 65.0 103.5 64.0 54.0 H09 2008 54.0 65.5 69.1 63.8 59.7 Rata-rata total G24 2006 52.4 55.0 34.0 34.5 35.5 MOP G23 2007 65.2 80.2 61.1 51.0 54.7 J20 2008 81.6 137.6 64.9 83.3 90.9 Rata-rata total
Rata-rata (cm) 82.40 70.30 62.42 71.70 42.28 62.44 91.66 65.46
Berdasarkan Tabel 12, dapat diketahui bahwa rata-rata jarak taburan pupuk Urea dari batang pokok adalah 71.70 cm, sedangkan rata-rata jarak taburan pupuk MOP dari batang pokok adalah 65.46 cm. Jika dibandingkan dengan SOP agronomi BGA, rata-rata jarak taburan pupuk ini kurang baik, karena seharusnya pupuk ditabur pada jarak 150 cm dari pokok kelapa sawit. Pengamatan ketepatan tempat pada pupuk RP penulis amati dengan mengamati tempat taburan pupuk di piringan, gawangan, atau rumpukan pelepah, kemudian dibandingkan dengan SOP agronomi. Pengamatan dilakukan pada 72 contoh pokok kelapa sawit dengan 3 kali ulangan blok yang berbeda yaitu blok H10, H24, dan I29. Ketepatan tempat pemupukan RP dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13 Ketepatan tempat pemupukan RP Jumlah pokok menurut lokasi penebaran Susunan Susunan Ulangan/ ∑Pokok Susunan pelepah pelepah blok diamati Piringan Gawangan pelepah dan dan piringan gawangan H10 H24 I29 Total
72 72 72 216
59 64 37 160
0 0 1 1
13 8 34 55
0 0 0 0
0 0 0 0
Berdasarkan hasil pengamatan di atas, dapat diketahui bahwa 100% pokok telah terpupuk, dengan total 160 pokok dipupuk pada susunan pelepah, 1 pokok dipupuk pada piringan, dan 55 pokok dipupuk di antara susunan pelepah dan piringan. Jika dibandingkan dengan SOP agronomi BGA, hal ini kurang baik dan perlu diperbaiki. Seharusnya pupuk ditabur diantara susunan pelepah dan piringan. Berdasarkan SOP agronomi BGA pada Tabel 14 dapat diketahui bahwa semua jenis pupuk diaplikasikan dengan cara ditabur (broadcast) merata, yang membedakan adalah tempat dan jarak aplikasi dari pokok.
25 Tabel 14 SOP tepat cara dan tempat aplikasi pupuk Jenis pupuk Jarak dari pokok RP/Guano
> 2 Meter 1.5−2 Meter
Urea dan MOP NPK 16 dan 14 (Palmo)
Dekat pangkal batang
HGFB/Borate, Zn, CuSO4 dan FeSO4
0.5−1 Meter
Cara aplikasi Ditabur merata di antara susunan pelepah dan piringan berbentuk U Ditabur merata pada piringan berbentuk U Pada areal berpasir diaplikasi dengan sistem pocket Ditabur merata pada piringan berbentuk cincin
Sumber : SOP agronomi BGA (2013)
Pengamatan defisiensi unsur hara. Pengamatan defisiensi hara nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K), magnesium (Mg), besi (Fe) dan boron (B) diperoleh secara visual dengan melihat warna dan bentuk daun kelapa sawit berdasarkan ciri-ciri yang tercantum dari literatur menurut Pahan (2007). Hasil pengamatan disajikan pada Tabel 15. Tabel 15 Hasil pengamatan defisiensi unsur hara Blok I29 G23 H15 Total
Tahun tanam 2006 2006 2006
∑Pokok
diamati 72 72 72 216
∑Pokok defisiensi 62 62 68 192
N 0 0 0 0
Defisiensi hara (pokok) P K Mg Fe 0 51 2 9 1 50 6 5 0 48 15 0 1 149 23 14
B 0 0 5 5
Berdasarkan hasil pengamatan defisiensi hara di lapangan, dapat diketahui dari 216 pokok contoh yang diamati 192 pokok menunjukkan gejala defisiensi unsur hara. Jumlah pokok yang menunjukkan gejala defisiensi unsur hara berbeda-beda antara gejala defisiensi N, P, K, Mg, Fe, dan B. Berdasarkan pengamatan penulis gejala defisiensi unsur hara K adalah yang paling banyak ditemukan sebanyak 149 pokok sedangkan defisiensi unsur hara N tidak ditemukan. Setiap pokok yang mengalami defisiensi unsur hara memiliki tingkat defisiensi yang berbeda-beda, yakni ringan hingga sangat berat. Berdasarkan pengamatan penulis, gejala defisiensi unsur hara yang terlihat pada lapangan termasuk pada kategori ringan hingga sedang. Penulis hanya menemukan gejala defisiensi unsur makro pada pelepah tua (pelepah ke > 25), dan gejala defisiensi unsur mikro pada pada pelepah muda (pelepah 1−3). Kategori tingkat defisiensi hara menurut SOP agronomi BGA ditunjukkan pada Tabel 16.
26 Tabel 16 Kategori tingkat defisiensi unsur hara Gejala Defisiensi Terlihat Pada Jenis Unsur Hara Pelepah Ke > 33 > 25 Makro (N, K, Mg) > 17 < 17 1–3 1–9 Mikro (Cu, Fe, dan B) 1–17 > 17 dan atau tanaman kerdil
Kategori Defisiensi Ringan Sedang Berat Sangat Berat Ringan Sedang Berat Sangat Berat
Sumber : SOP agronomi BGA (2013)
Black bunch census. Kegiatan Black Bunch Census (BBC) adalah kegiatan pengecekan tandan buah yang berwarna hitam (Nigrescens) dan hijau (Virescens). Tujuan BBC adalah memperkirakan jumlah tandan yang akan dipanen pada periode panen berikutnya. Buah yang disensus adalah buah yang berumur 2−5 bulan, sedangkan buah yang berumur ≤ 1, dan > 5 bulan tidak disensus. Kriteria buah yang disensus dapat dilihat dari warna, ukuran buah, dan spiklet. Pada buah Nigrescens, buah yang berwarna hitam kemerahan dan merah tidak disensus. Pada buah Virescens, buah yang berwarna jingga tidak disensus. Buah hitam juga tidak seluruhnya disensus, buah hitam yang masih berumur 0−1 bulan tidak disensus. Buah berumur 1 bulan memiliki ciri-ciri yaitu: ukuran buah kecil, masih banyak terdapat duri hijau di bagian tandan, dan masih dibungkus oleh serabut tandan. Untuk memastikan pengamatan BBC dilakukan dengan benar, dilakukan simulasi BBC terlebih dahulu yang dihadiri oleh tim riset dan perwakilan anggota divisi yang akan menjadi tim BBC. Tim BBC terdiri atas 3 tim yang masingmasing memiliki 3 anggota BBC. Setiap anggota memiliki tugas, 1 orang sebagai penghitung, 1 orang sebagai pencatat di kertas formulir sensus, dan 1 orang sebagai pemberi tanda di pokok. Tanda tersebut berupa jumlah tandan, semester, serta tahun sensus yang ditulis berurutan dari atas ke bawah dan dipisahkan oleh garis mendatar. Semester sensus ditulis menggunakan angka romawi. Penentuan warna buah untuk sensus bersifat subjektif, pada saat simulasi diberikan foto warna buah dari umur 0 sampai > 5 bulan untuk menyamakan persepsi. Sensus hama. Sensus hama merupakan tindak lanjut dari hasil deteksi hama dini oleh mantri tanaman. Sensus dilakukan dengan cara menghitung tingkat serangan hama pada baris/titik secara lebih detail di areal terjadinya serangan hama. Sensus hama bermanfaat untuk memantau hama utama kelapa sawit, yaitu, hama tikus dan hama ulat pemakan daun kelapa sawit, seperti ulat api, ulat kantong, dan ulat bulu serta hama Tirathaba sp. Pengendalian hama. Pengendalian hama merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk menghindari menurunnya produktivitas kelapa sawit akibat serangan hama. Hama utama yang banyak ditemukan di perkebunan kelapa sawit antara lain adalah tikus, kumbang badak dan ulat api. Namun di SCME serangan hama ulat api tidak terlalu tinggi sehingga upaya yang dilakukan adalah upaya pengendalian preventif. Pengendalian hama secara preventif adalah dengan
27 melakukan antisipasi/pencegahan terhadap hama sebelum terjadi serangan. Pengendalian preventif yang dilakukan di kebun SCME adalah dengan cara menanam tanaman yang menjadi inang Sycanus sp. yang merupakan predator ulat api. Tanaman yang digunakan adalah Turnera subulata. Tanaman Turnera subulata ini ditanam mengeliling blok kebun, di pinggir Main Road (MR) dan Collection Road (CR).
a
b
Gambar 8 Tanaman bermanfaat dan rodentisida (a. Turnera subulata; b. Klerat) Pengendalian hama tikus di SCME dilakukan dengan cara melakukan aplikasi racun tikus berupa durat/klerat. Klerat merupakan racun tikus dengan bahan aktif Brodifakum 0.005%. Tikus tidak langsung mati ketika memakan klerat. Mekanisme kerja klerat adalah dengan membuat tikus menjadi dehidrasi. Ketika tidur minum air, racun klerat akan bekerja dan membuat tikus dehidrasi hingga membunuh tikus tersebut. Foto tanaman Turnera sp. dan racun tikus klerat dapat dilihat pada Gambar 8. Pengendalian Gulma Pengendalian gulma manual. Berdasarkan manfaatnya, vegetasi di SCME terdiri atas tumbuhan yang menguntungkan dan merugikan (gulma). Tumbuhan menguntungkan antara lain adalah Neprolephis biserata dan Turnera umnifolia. Jenis vegetasi ini tidak boleh dibuang karena dapat membantu mengendalikan hama, sedangkan gulma yang merugikan antara lain adaah kentosan, LCC yang merambat ke pelepah daun dan menutupi piringan, Melastoma malabatrichum, Asystasia intrusa, dan Ageratum conyzoides. Prinsip pengendalian gulma adalah menekan populasi gulma dengan batas ambang tertentu, bukan memberantas gulma hingga habis (Zero Weeds). Kegiatan pengendalian gulma manual dilakukan dengan cara menebas dan mencabut gulma. Gulma yang dikendalikan secara manual sebagian besar merupakan Mucuna bracteata yang merambat ke pelepah daun dan menutupi piringan. Gulma berkayu yang ada di sekitar gawangan mati, jalan pikul, jalan tengah dan di piringan juga dikendalikan. Pengendalian gulma kimiawi. Bagian yang bertugas dalam mengelola pengendalian gulma secara kimia di SCME disebut BGA Spraying System (BSS). BSS adalah sistem penyemprotan terintegrasi yang mengelola kegiatan pengendalian gulma kimiawi di semua divisi yang ada di estate. BSS terdiri atas karyawan pengendalian gulma kimiawi divisi yang bertugas khusus di 1 divisi, dan karyawan yang bertugas dalam kegiatan pengendalian gulma kimiawi di semua divisi. Namun, karyawan divisi dapat pula ikut bergabung dalam tim yang bertugas untuk pengendalian gulma kimiawi divisi lain. Karyawan yang bertugas
28 dalam kegiatan pengendalian gulma kimiawi di semua divisi tergabung dalam tim unit semprot (TUS). Karyawan TUS beranggotakan 25 orang, 24 orang sebagai penyemprot, dan 1 orang sebagai pencampur. TUS diatur oleh seorang mandor BSS. Sistem penyemprotan dilakukan pada satu blok dan akan pindah ke blok lainnya bila blok yang satu telah terselesaikan. Setiap kelompok kerja penyemprot (KKP) telah memiliki hanca kerja masing-masing. Setiap hanca dibatasi oleh bendera merah sebagai penanda batas hanca. Setiap KKP terdiri atas 4 orang karyawan, sehingga total TUS memiliki 6 KKP. Keuntungan sistem blok ini apabila terjadi kesalahan pada areal penyemprotan maka mudah ditemukan hanca penyemprot yang bermasalah. Tim unit semprot memiliki fasilitas truk yang membawa tanki berkapasitas 3500 liter. Truk ini sekaligus berfungsi sebagai alat transportasi bagi karyawan TUS. Menurut SOP, tanki ini berfungsi untuk pencampuran herbisida dan air, namun berdasarkan pengamatan di lapangan hal ini tidak dilakukan. Menurut Mandor BSS, pencampuran herbisida dan air di tanki akan menyebabkan kehilangan yang cukup signifikan akibat rembesan atau tetesan melalui selang. Sehingga pencampuran dosis herbisida dan air dilakukan di luar tanki dengan takaran herbisida yang telah ditentukan. Hasil kerja rata-rata penyemprot menurut SOP adalah 3.7 ha/HK. Namun Mandor BSS hanya menargetkan hasil kerja 3.4 ha/HK karena ingin lebih mengutamakan kualitas dibandingkan kuantitas. Kapasitas 1 knapsack adalah 15 liter. Konsentrasi glifosat yang digunakan adalah 75%, dengan dosis 150 ml untuk 1 knapsack (15 Liter). Larutan induk herbisida dibuat dengan mencampurkan 10 liter air, dengan 10 liter Roundup (perbandingan 1 : 1), dengan 500 gram metil sulfuron. Nozzle yang digunakan adalah berjenis VLV 100 dan VLV 200. Hasil aplikasi penyemprotan terlihat setelah 1 minggu aplikasi. Berdasarkan cara kerjanya, herbisida di SCME terdiri atas 2 jenis, yaitu sistemik dan kontak. Herbisida sistemik adalah herbisida yang cara kerjanya menghambat pertumbuhan gulma dengan cara merusak sistem metabolisme jaringan tumbuhan gulma secara bertahap. Ciri-ciri herbisida telah bereaksi dapat dilihat dari daun gulma yang layu perlahan-lahan lalu kering dan mati. Kisaran waktu herbisida sistemik untuk mengendalikan gulma sekitar 1 minggu setelah aplikasi. Jenis herbisida sistemik yang digunakan di SCME adalah glifosat dan Metil Metsulfuron. Herbisida glifosat digunakan untuk pengendalian gulma berdaun sempit jenis alang-alang seperti Imperata cylndrica dan Axonopus compresus yang berada di sekitar gawangan. Herbisida kontak digunakan untuk mengendalikan gulma berdaun lebar seperti Mucuna bracteata, Melastoma malabatrichum, Ageratum conyzoides. Aplikasi herbisida dilakukan dengan mencampur glifosat dan Metil Metsulfuron dengan air sesuai dengan dosis yang telah ditentukan.
Gambar 9 Pengisian larutan herbisida
29 Aspek Manajerial Manajemen Kebun Tingkat Non Staf Kegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan teknis di lapangan dan administrasi kebun. Kegiatan teknis di lapangan dilakukan oleh mandor, sedangkan kegiatan yang berhubungan dengan administrasi divisi dilakukan oleh kerani divisi. Untuk mempelajari aspek manajerial tingkat non staf, penulis bertugas sebagai mandor dan kerani. Mandor. Tugas utama sebagai mandor adalah melakukan pengawasan dan bertindak sebagai fasilitator karyawan, serta memastikan pekerjaan berlangsung dengan baik. Penulis berperan sebagai mandor di berbagai kegiatan, seperti panen, perawatan, pemupukan, dan pengendalian gulma secara kimiawi. Kegiatan yang dilakukan antara lain sebagai mandor I, sebagai mandor pupuk, mandor pengendalian gulma kimiawi, mandor panen, kerani panen, dan kerani transportasi. Mandor panen. Mandor panen memiliki tugas utama untuk mengarahkan dan membina karyawan agar dapat menghasilkan hasil kerja panen yang berkualitas, serta sebagai fasilitator karyawan jika mengalami masalah, seperti angkong yang rusak, atau tidak tersedianya karung untuk meletakkan brondolan. Selain itu, mandor panen juga bertanggung jawab dalam melakukan cek hanca dan mutu buah. Penulis berperan sebagai mandor panen untuk memeriksa mutu hanca dan membuat taksasi panen. Penulis juga bertugas untuk mengingatkan karyawan agar selalu mengutamakan kualitas buah selain kuantitas buah yang dipanen. Penulis juga mengingatkan pemanen jika terdapat buah tinggal atau terdapat pokok yang brondolannya belum dikutip. Mandor pupuk. Pada kegiatan pemupukan, penulis berperan sebagai mandor until dan mandor tabur. Mandor pupuk bertanggung jawab dalam pelaksanaan program BMS. Mandor tabur bertanggung jawab dalam pengaturan hanca penabur sesuai dengan KKP, cek daftar peralatan/perlengkapan ecer dan tabur pupuk, mengawasi kualitas pengeceran dan tabur pupuk, memastikan tidak ada karung yang tertinggal di dalam blok, dan berkoordinasi dengan mandor langsir/until tentang jumlah untilan pada TPP. Mandor until bertanggung jawab dalam memastikan kualitas untilan (tali, kondisi karung) dan pelangsiran pupuk, memastikan dan menghitung jumlah untilan pupuk yang telah diletakkan, melakukan pemeriksaan terhadap hasil langsiran dan melaporkan kepada asisten. Penulis berperan dalam pembagian batas hanca tim KKP dan memberikan pengarahan dan pengawasan kepada karyawan pupuk di gudang BMS maupun di lahan agar kualitas untilan dan pemupukan baik. Penulis juga melakukan pengecekan mutu hanca dan memastikan kegiatan pemupukan mulai dari penguntilan, pengangkutan, pengeceran, dan penaburan telah sesuai dengan SOP. Kegiatan mutu hanca juga memastikan tidak ada untilan tercecer dan karung tinggal. Selain melakukan pengawasan, penulis membantu dalam perhitungan prestasi kerja penabur dan perhitungan kebutuhan pupuk yang akan diaplikasikan ke lahan. Jumlah karyawan yang diawasi 28 penabur, 8 karyawan until, dan 4 karyawan angkut.
30 Mandor pengendalian gulma kimiawi. Mandor pengendalian gulma kimiawi bertanggung jawab dalam pengawasan kualitas kegiatan penyemprotan herbisida di lahan, mengawasi pencampuran bahan kimia setiap pagi, melakukan checklist persiapan dan perlengkapan semprot ke lahan, mengatur penghancakan karyawan semprot, melakukan pengawasan pekerjaan semprot, berkoordinasi dengan mandor I terhadap kelancaran penyemprotan, melakukan pemeriksaan hasil penyemprotan pada 2 minggu setelah semprot (MSS), melakukan checklist peralatan kerja setelah selesai penyemprotan, melakukan koordinasi dengan asisten dan mandor I dalam pembuatan RKH, menyelesaikan pelaporan kinerja penyemprotan dan melakukan kalibrasi terhadap alat semprot tiap minggu Penulis membantu mandor untuk memastikan penyemprot telah menggunakan alat pengaman diri (APD) seperti apron, sarung tangan, dan masker agar tidak terkena racun. Pada saat magang, karyawan pengendalian gulma selalu disiplin dalam penggunaan APD, namun terkadang APD yang digunakan oleh karyawan tidak sesuai dengan standar perusahaan. Hal ini karena APD yang akan digunakan sedang dicuci atau tertinggal di rumah, sehingga karyawan menggunakan APD lain yang tidak sesuai standar. Penulis membantu mandor untuk persiapan alat dan bahan yang dibutuhkan. Total tenaga kerja yang diawasi adalah 9 orang. Kerani transportasi. Kegiatan utama dari kerani transportasi adalah mencatat dan mengatur pengangkutan buah dari kebun ke pabrik. Kerani transportasi bertanggung jawab dalam mobilisasi ke blok seksi panen, memeriksa kemungkinan posisi restan dan melakukan cek mutu transportasi seksi kemarin bersama mandor 1, memeriksa kondisi jalan serta menentukan jenis kendaraan dan kebutuhan unit angkut buah, melakukan koordinasi dengan traksi untuk keperluan transportasi restan dan transprt hari ini, memastikan tenaga angkut buah tersedia cukup dan siap bekerja, mengerahkan unit angkut buah angkut buah ke areal panen, membuat laporan harian pengangkutan buah, melaporkan realisasi pengangkutan TBS ke asisten, mandor 1 dan kantor estate, pencatatan jumlah tandan yang dimuat setiap truk, dan tonase bobot buah setiap truk hasil timbangan pabrik. Kerani transportasi berkewajiban mengisi formulir surat pengantar buah yang berisi data antara lain jumlah tandan, nama blok, tahun tanam, divisi, tanggal, pabrik tujuan, nama supir/operator, nama karyawan bongkar muat, dan nomor polisi kendaraan yang digunakan untuk pengiriman buah. Surat pengantar buah tersebut terdiri atas 4 lembar, yaitu untuk kantor kebun, traksi (transportasi), kantor divisi, dan penerima (PKS). Kerani panen. Kegiatan utama dari kerani panen adalah menghitung jumlah buah yang dipanen oleh pemanen dan melakukan grading. Grading adalah kegiatan memeriksa buah yang dipanen, seperti buah mentah, buah kurang matang, buah matang dan buah busuk. Buah hasil panen yang baik adalah buah yang telah masuk dalam kriteria matang dan layak potong. Kerani panen bertanggung jawab mengisi buku penerimaan buah (BPB) setiap hari panen secara akurat dan menyerahkan kepada mandor panen setiap sore hari untuk disampaikan ke karyawan, memberikan penjelasan dan pengarahan tentang premi dan denda yang diperoleh tenaga panen, mengisi BPB secara akurat, mengisi dan memeriksa buku catatan potong buah tiap hari panen. Setiap pemanen memiliki nomor pemanen yang berbeda-beda. Buah yang telah dipanen diberikan stempel dengan warna tertentu untuk mempermudah kerani dalam menghitung buah. Kemandoran A dan C memiliki cap stempel
31 berwarna merah, sedangkan kemandoran B memiliki cap stempel berwarna hijau. Selain wajib memberikan stempel pada buah yang telah dipanen, pemanen wajib menata buah dengan rapi di TPH. Hal ini juga bertujuan untuk mempermudah kerani dalam menghitung buah. Setelah selesai menghitung buah di lahan, kerani panen wajib menulis laporan penerimaan buah (LPB) dan menulis perolehan premi pemanen di catatan pemanen. Manajemen Kebun Tingkat Staf Manajemen kebun tingkat staf dilakukan oleh Manajer, Asisten Divisi, dan Kepala Seksi Administrasi. Manajer bertanggung jawab pada seluruh kegiatan baik yang bersifat teknis maupun administratif. Manajer yang memberi instruksi pelaksanaan, mengkoordinasi, dan mengevaluasi seluruh kegiatan kebun. Manajer dibantu oleh Asisten Divisi yang bertanggung jawab mengelola divisi dan Kepala Seksi Administrasi yang bertanggung jawab pada seluruh administrasi kebun. Asisten Divisi melakukan pengawasan untuk seluruh kegiatan di lapangan, mengetahui setiap kendala di lapangan, dan mencari solusi setiap kendala yang ditemukan. Selama pendamping Asisten Divisi, penulis membantu asisten dalam pembuatan monitoring laporan harian mandor (LHM) dan memperbarui administrasi kantor divisi agar sesuai dengan Standard Administration Procedure (SAP) yang telah ditetapkan oleh perusahaan, membantu dalam pembuatan peta pengendalian gulma selektif, rencana kerja harian, dan mengawasi kegiatan di kebun apakah telah sesuai dengan SOP kebun. Pendamping asisten divisi. Kegiatan penulis selama menjadi pendamping Asisten Divisi yang dilaksanakan selama dua bulan yaitu membantu dalam pembuatan peta pengendalian gulma selektif, rencana kerja harian, dan mengawasi kegiatan di lahan telah sesuai dengan SOP kebun. Penulis juga mengikuti kegiatan kunjungan lahan membantu asisten dalam pembuatan monitoring LHM dan memperbarui administrasi kantor divisi agar sesuai dengan Standard Administration Procedure (SAP) yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Konsep Pemupukan Pemupukan merupakan proses penambahan unsur hara dan perbaikan struktur tanah serta penggantian unsur-unsur hara yang hilang diserap/diangkut oleh tanaman, tercuci atau tererosi. Tujuan pemupukan adalah agar tanaman dapat tumbuh subur dan seragam serta memberikan hasil yang optimum dan meningkatkan daya dukung dan kesuburan tanah. Biaya pemupukan sangat tinggi, sehingga efisiensi dan keefektifan pemupukan sangat penting. Untuk mewujudkannya perlu diterapkan pedoman pemupukan 4 tepat, yakni tepat jenis, tepat dosis, tepat waktu, tepat cara dan tempat (Risza 2014).
32 Tepat Jenis Beberapa dasar pertimbangan yang digunakan dalam penentuan jenis pupuk antara lain adalah umur tanaman, gejala defisiensi unsur hara, kondisi lahan dan harga pupuk (Poeloengan 2007). Penentuan tepat jenis diperoleh dari hasil analisis defisiensi unsur hara secara visual yang penulis amati di lapangan dan disesuaikan dengan data defisiensi unsur hara hasil analisis daun 2013, untuk menentukan unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Informasi status hara dari kebun diasumsikan sama dengan kondisi kebun saat kegiatan magang berlangsung yaitu pada tahun 2014 karena rekapitulasi status unsur hara dilaksanakan 1 tahun sekali oleh Departemen Riset BGA. Selain itu, penulis menentukan ketepatan jenis pupuk dengan mengamati jenis pupuk yang direkomendasikan Departemen Riset BGA dengan jenis pupuk yang diaplikasikan di lahan. Rekomendasi pemupukan dibuat setiap tahun dengan berdasarkan pada hasil analisis daun dan tanah, hasil pengamatan lapangan, pelaksanaan pemupukan sebelumnya, potensi produksi dan hasil percobaan pemupukan (Risza 2010). Aplikasi jenis pupuk yang digunakan SCME berdasarkan pada rekomendasi pemupukan 2014 yang dikeluarkan oleh Departemen Riset BGA. Jenis pupuk yang digunakan SCME selama penulis magang adalah pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Pupuk tunggal yang digunakan adalah Urea, Rock of Phospate (RP), Muriate of Potash (MOP), Kieserite, dan HGFB (High Grade Fertilizer Borate). Pupuk Majemuk yang digunakan adalah NPK 15-15-15. Berdasarkan data defisiensi hara tahun 2013 dapat diketahui bahwa kebun SCME mengalami beberapa defisiensi unsur hara, antara lain adalah defisiensi unsur N, P, K, Mg, dan B. Berdasarkan pengamatan visual penulis di kebun, SCME mengalami beberapa defisiensi unsur hara, antara lain adalah defisiensi unsur P, K, Mg, B dan Fe. Kandungan unsur hara pada jenis pupuk yang diaplikasikan di lahan hampir seluruhnya telah memenuhi kebutuhan tanaman sesuai konsep tepat jenis. Namun untuk defisiensi Fe, tidak ada jenis pupuk yang diberikan dan diaplikasikan ke lahan. Hal ini dapat terjadi karena defisiensi Fe tidak tercatat pada buku urutan pemupukan hasil dari pengamatan defisiensi unsur hara 2013 oleh Departemen Riset BGA. Selain itu, defisiensi Fe tidak termasuk dalam kategori berat (mencapai pelepah ke 17). Dengan demikian pihak manajemen BGA pun tidak mencantumkan kebutuhan pupuk Fe dalam program pemupukan. Pupuk NPK 15-15-15 khusus diaplikasikan pada TBM di SCME, sedangkan pupuk tunggal Urea, RP dan MOP diaplikasikan pada TM. Secara umum SCME telah memenuhi kaidah tepat jenis. Tepat Dosis Menurut Setyamidjaja (2006), untuk memenuhi kebutuhan unsur hara bagi tanaman kelapa sawit, maka pemupukan harus menggunakan dosis yang direkomendasikan oleh pusat penelitian berdasarkan hasil analisis daun dan tanah. Dengan analisis daun dan tanah, ketersediaan unsur-unsur hara di dalam tanah dan tanaman dapat diketahui dan dapat digunakan sebagai acuan untuk menetapkan dosis pemupukan. Dosis pemupukan dapat berbeda-beda antara bagian kebun, namun yang paling penting adalah kebutuhan tanaman terhadap unsur hara makro dan mikro harus terpenuhi agar pertumbuhan dan produksi kelapa sawit sesuai
33 dengan yang diharapkan. Menurut Adiwiganda (2007) Penentuan dosis pupuk didasarkan pada berbagai faktor yang meliputi jumlah unsur hara yang terbawa TBS sewaktu panen, yang terimmobilisasi dalam batang dan pelepah, dan yang difiksasi oleh tanah dan estimasi kehilangan unsur hara akibat aliran permukaan setelah pupuk diaplikasikan. Dosis pupuk tersebut dianggap sebagai dosis minimum (standar). Berdasarkan dosis standar tersebut, rekomendasi pupuk yang khusus dapat ditentukan dengan memperhitungkan faktor seperti kandungan hara tanah dan daun, target produksi TBS, dan gejala defisisensi unsur hara. Ketepatan dosis yang diamati penulis meliputi ketepatan dosis untilan dan dosis aplikasi penaburan pupuk di lahan. Pengamatan dosis untilan penulis lakukan pada pupuk Urea dan MOP. Hasil pengamatan dosis untilan Urea dan MOP yang disajikan pada Tabel 8 menunjukkan nilai ketepatan bobot untilan Urea adalah 96.80%, sedangkan MOP menunjukkan nilai 99.93%. Kedua nilai ini sudah cukup baik dan telah mencapai nilai standar ketepatan kebun yakni 95%. Sehingga bobot untilan pupuk dapat dikatakan telah tepat dosis dan para karyawan until telah mampu menguntil pupuk Urea dan MOP dengan tepat dan baik. Prestasi tenaga kerja penguntil sangat baik, rata-rata setiap harinya penguntil dapat menyelesaikan untilan lebih dari standar kerja 2000 kg/HK. Apabila lebih dari basis maka penguntil mendapatkan premi sesuai dengan tonase yang didapatkan. Selama kegiatan magang, ketersediaan pupuk di gudang BMS selalu tersedia, sehingga kegiatan pemupukan berjalan dengan lancar dan kegiatan penguntilan dapat dilakukan. Pengamatan ketepatan dosis penaburan pupuk, penulis lakukan pada pupuk Urea. Penulis mengamati ketepatan dosis pupuk Urea pada blok J016 tahun tanam 2009, J171 tahun tanam 2010, dan J019 tahun tanam 2007. Pada masing-masing blok penulis melakukan pengamatan terhadap 3 orang penabur untuk melihat ketepatan dari masing-masing penabur. Hasil pengamatan disajikan pada Tabel 10. Penulis mengamati jumlah pokok yang teraplikasi dari setiap karung until. Setiap penabur dilakukan sebanyak 3 kali ulangan (untilan). Nilai standar ketepatan dosis aplikasi adalah 85%. Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui bahwa penabur pada Blok J016 memiliki ketepatan dosis aplikasi ratarata 85.46% dan 85.93%, artinya dari dosis rekomendasi 1.25 kg pupuk pokok-1 penabur rata-rata telah menabur pupuk dengan dosis 1.07 kg dan 1.18 kg pokok-1. Penabur pada Blok J171 memiliki ketepatan dosis aplikasi rata-rata 73.13%, 70.71%, dan 69.40%, artinya dari dosis rekomendasi 1.25 kg pupuk pokok-1 penabur rata-rata telah menabur pupuk dengan dosis 0.91 kg, 0.88 kg dan 0.87 kg pokok-1. Penabur pada Blok J019 memiliki ketepatan dosis aplikasi rata-rata 85.71%, 85.93%, dan 88.89%, artinya dari dosis rekomendasi 1.25 kg pupuk pokok-1 penabur rata-rata telah menabur pupuk dengan dosis 1.07 kg dan 1.11 kg pokok-1. Nilai ini ketepatan dosis aplikasi pada blok J016 dan J019 telah memenuhi standar kebun, yakni 85%. Namun, untuk blok J171 belum memenuhi standar kebun. Perbedaan yang mencolok antara ketepatan dosis aplikasi pada blok J016 dan J019 dengan blok J171, antara lain dikarenakan kondisi tinggi pokok kelapa sawit di blok J171 yang masih tergolong rendah (tahun tanam 2010) dan pelepahnya menutupi jalan, sehingga menyulitkan penabur dalam berkonsentrasi dan bergerak. Akibatnya penabur terkadang tidak mengisi cepuk dengan penuh dan hanya memperkirakan taburan setiap pokok.
34 Hal-hal yang dapat menyebabkan ketidaktepatan dosis aplikasi pupuk antara lain adalah penabur yang tidak mengisi takaran pupuk (cepuk) dengan penuh, dan terkadang hanya mengira-ngira takaran saja. Taburan yang benar adalah taburan yang sesuai dengan takaran dan setiap pokok ditabur dengan 2 kali takaran. Takaran pupuk digunakan sesuai dengan jenis pupuk dengan dosis berbeda, untuk pupuk MOP dengan dosis 1.5 kg menggunakan takaran 0.75 kg sebanyak 2 kali. Takaran untuk pupuk RP dengan dosis 2 kg menggunakan takaran 1 kg sebanyak 2 kali, takaran untuk pupuk Urea dan Kieserite dengan dosis 1.25 kg menggunakan takaran 0.625 kg sebanyak 2 kali. Hal ini penting untuk diketahui penabur agar ketepatan dosis dapat tercapai. Ketepatan dosis masih dipengaruhi faktor subjektivitas, sehingga sangat penting untuk terus memberikan arahan dan kontrol bagi para penabur. Tepat Waktu Pemupukan harus dilakukan saat kondisi tanah tidak terlalu basah dan tidak terlalu kering atau berada dalam kisaran air tanah pada kapasitas lapangan. Kondisi ini biasanya berada pada awal dan akhir musim hujan (Adiwiganda 2007). Aplikasi pemupukan di kebun SCME terbagi atas dua semester yaitu semester I (Januari-Juni) dan Semester II (Juli−Desember). Pembagian semester bertujuan agar manajemen rotasi pupuk dapat terlaksana dengan efektif dan efisien. Tujuan pembagian semester juga untuk menghindari beberapa jenis pupuk yang sifatnya antagonis apabila diaplikasikan pada waktu yang bersamaan atau berdekatan. Waktu yang dibutuhkan tanaman untuk menyerap pupuk secara optimal adalah 2 bulan setelah aplikasi sehingga manajemen waktu sangat diperlukan untuk memastikan pupuk terserap efektif. Aplikasi pupuk pada blokblok defisiensi lebih didahulukan dibandingkan dengan blok-blok yang tidak mengalami defisiensi. Data defisiensi unsur hara dapat dilihat pada Lampiran 8. Pada saat magang, penulis melakukan pengamatan aplikasi pupuk pada bulan Maret hingga Juni 2014. Tabel 11 menunjukkan bahwa pelaksanaan aplikasi pupuk tidak selalu sama dengan waktu yang direncanakan. Secara persentase, ketepatan waktu aplikasi pupuk jika dibandingkan buku rekomendasi pemupukan adalah 55% aplikasi pupuk sesuai dengan rencana dan 20% aplikasi pupuk tidak sesuai dengan rencana. Ketidaktepatan waktu aplikasi ini dipengaruhi oleh ketersediaan jenis pupuk yang ada di gudang sentral. Menurut Adiwiganda (2007), keterlambatan waktu pemupukan merupakan kendala yang sering ditemukan di perusahaan-perusahaan sawit. Hal ini terutama diakibatkan oleh masalah transportasi pupuk ke kebun. Pelaksanaan pemupukan harus memperhatikan curah hujan, untuk menghindari kehilangan unsur hara pupuk. Curah hujan yang ideal untuk pemupukan adalah 60−200 mm per bulan (PPKS 2007). Pada kondisi seperti ini tanah cukup basah (tetapi belum jenuh), sehingga memudahkan terserapnya unsur hara. Pagi sampai siang hari adalah waktu yang tepat untuk aplikasi pemupukan kelapa sawit (Pahan 2007). Pelaksanaan kegiatan pemupukan di SCME dilaksanakan mulai dari pukul 06.00 pagi hingga pukul 13.00 siang dan apabila hari hujan maka kegiatan pupuk dialihkan ke kegiatan perawatan tebas manual. Curah hujan di SCME relatif fluktuatif. Hal ini dapat dilihat dari historis curah hujan pada tahun 2009−2013, yang ditampilkan pada Lampiran 6. Namun, secara
35 rata-rata, kondisi curah hujan tinggi hanya terjadi pada bulan Oktober, yaitu sebesar 350.72 mm. Pada saat magang, kondisi curah hujan tinggi hanya terjadi pada bulan Maret dengan curah hujan 355 mm. Kondisi seperti ini seharusnya tidak dilakukan kegiatan pemupukan karena akan mengakibatkan unsur hara hilang terbawa aliran air, pupuk yang terbawa air akan terbuang sia-sia dan dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan khususnya ekosistem air. Walaupun pada bulan Maret tetap dilakukan pemupukan, secara umum pemupukan dilakukan pada kondisi optimum, sehingga konsep tepat waktu dapat dikatakan telah terlaksana dengan baik. Tepat Cara dan Tempat Kualitas pemupukan ditentukan oleh 2 hal, yaitu kualitas pupuk dan kualitas aplikasi. Kualitas pupuk ditentukan oleh besarnya kadar air dan kandungan unsur hara utama dalam pupuk tersebut, sedangkan kualitas aplikasi penaburan pupuk di lapangan ditentukan oleh pengelolaan, organisasi kerja, cara pengaplikasian di lapangan serta administrasinya. Ketepatan cara dan tempat pemupukan sangat penting untuk diperhatikan. Cara pemupukan yang dapat dilakukan antara lain adalah penyebaran secara merata pada lingkar luar dan lingkar dalam batang kelapa sawit, penempatan pupuk pada piringan, pada larikan mengelilingi pokok dan pupuk dibenamkan dalam larikan, pemupukan dengan disemprotkan pada daun, dan melalui infus akar. Tempat pemupukan melalui tanah yang paling sesuai untuk penyebaran pupuk adalah pada jarak 2−2.5 m dari pangkal batang, karena pada jarak ini, terdapat banyak akar tersier dan kuarter yang efektif dalam menyerap air, udara, dan unsur hara dari dalam tanah. Kerapatan akar yang tinggi terjadi di daerah gawangan, yaitu tempat daun-daun hasil tunasan ditumpuk dan terdekomposisi. Namun, pengaplikasian pupuk di piringan dapat dibenarkan untuk memudahkan pelaksanaan pemupukan dan pengontrolan dosis (Fauzi et al. 2012). Pemupukan di SCME dilakukan secara manual yaitu dengan sistem tebar (broadcast) merata di piringan, berbentuk U untuk pupuk makro dan berbentuk cincin pada pupuk mikro. Berdasarkan pengamatan penulis, cara aplikasi pupuk yang dilakukan telah sesuai dengan rekomendasi dari Departemen Riset BGA yakni dilakukan dengan cara ditabur (broadcast). Aplikasi pupuk yang diamati penulis adalah aplikasi Urea, MOP, RP, Kieserite, NPK 15-15-15 dan HGFB. Pengamatan ketepatan tempat penulis amati dengan mengukur jarak tebaran pupuk Urea dan MOP terdekat dengan pokok dan mengamati tempat penaburan pupuk RP, kemudian dibandingkan dengan SOP agronomi BGA. Penulis melakukan pengamatan pada pupuk Urea dan MOP. Berdasarkan hasil pengamatan, dapat diketahui bahwa untuk aplikasi pupuk Urea, rata-rata jarak tebaran pupuk adalah 71.70 cm. Jika dibandingkan dengan SOP agronomi BGA (150 cm), tingkat ketepatan tempat yang didapatkan ini masih kurang baik. Untuk pupuk MOP, berdasarkan hasil pengamatan, dapat diketahui bahwa rata-rata jarak taburan pupuk dari batang pokok adalah 65.46 cm. Jika dibandingkan dengan SOP agronomi BGA (150 cm), tingkat ketepatan tempat yang didapatkan ini juga masih kurang baik dan harus ditingkatkan.
36 Penulis melakukan pengamatan ketepatan tempat pada pupuk RP. Hasil pengamatan dapat dilihat pada Tabel 13. Berdasarkan hasil pengamatan, ketepatan penabur dalam mengaplikasikan pemupukan RP masih kurang baik, yakni dari 216 pokok contoh yang diamati hanya 55 pokok yang diaplikasi sesuai SOP. Aplikasi tempat pupuk RP yang tepat sesuai dengan SOP agronomi BGA adalah di antara piringan dan rumpukan pelepah. Aplikasi pupuk RP ini bertujuan merangsang pertumbuhan akar tersier dan kuarter yang banyak terdapat pada daerah tersebut. Menurut Fauzi et al. (2012), kerapatan akar yang tinggi terjadi di daerah gawangan mati, yaitu tempat daun-daun hasil tunasan ditumpuk dan terdekomposisi. Pertumbuhan dan percabangan akar terangsang bila konsentrasi hara cukup besar terutama unsur nitrogen dan fosfor. Defisiensi Unsur Hara Tanaman Tanaman yang mengalami kekurangan hara biasanya memperlihatkan gejalanya di lapangan sehingga akan lebih mudah mengetahui kekurangannya (Lubis 2008). Pengamatan defisiensi unsur hara tanaman kelapa sawit penulis amati secara visual dengan memperhatikan gejala-gelaja defisiensi tanaman yang dapat dilihat melalui kondisi batang dan daun. Faktor yang mempengaruhi defisiensi adalah pelaksanaan pemupukan yang tidak tepat. Menurut Lubis (2008) fiksasi pupuk dan kehilangan (losses) perlu menjadi perhatian, karena berkaitan dengan penyerapan unsur hara oleh tanaman. Beberapa unsur hara akan terikat atau terfiksasi jika terjadi kontak dengan koloid tanah. Kehilangan juga penting diperhatikan terutama berkaitan dengan persaingan gulma, penguapan, dan pencucian. Pemupukan yang dilakukan kurang memperhatikan konsep tepat waktu, menjadi salah salah satu faktor yang menyebabkan defisiensi. Pemupukan yang dilaksanakan saat curah hujan tinggi dapat menyebabkan pupuk banyak hilang terbawa aliran air, akibatnya pupuk tidak terserap optimal sehingga tanaman masih banyak yang mengalami defisiensi unsur hara. Pengamatan pada Tabel 15 menunjukkan bahwa dari 216 pokok yang diamati, jumlah pokok yang mengalami defisiensi adalah 192 pokok dengan 1 pokok mengalami defisiensi unsur P, 149 pokok mengalami defisiensi unsur K, 23 pokok menunjukkan gejala defisiensi unsur hara Mg, 14 pokok mengalami defisiensi unsur hara Fe, dan 5 pokok mengalami defisiensi unsur B. Pengamatan defisiensi unsur hara secara visual merupakan pendukung dan alternatif untuk melihat status unsur hara secara langsung, namun hasilnya tidak bersifat mutlak karena bersifat subjektif. Penentuan dosis unsur hara dan status hara yang paling tepat adalah dengan analisis daun dan tanah dari laboratorium yang telah sesuai standar operational.
37
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Kegiatan magang di SCME banyak memberikan ilmu dan pengetahuan terkait budidaya kebun kelapa sawit, terutama pada aspek pengelolaan dan manajemen pemupukan. Kegiatan magang juga mampu membentuk dan meningkatkan softskill saat penulis diberikan tanggung jawab baik teknis maupun manajerial dalam bekerja. Pengamatan khusus terkait konsep 4 tepat pemupukan, ditemukan beberapa kendala yaitu pelaksanaan konsep tepat waktu belum sepenuhnya sesuai dengan urutan pemupukan 2014, terutama karena ketidaksediaan stok pupuk yang diminta di gudang sentral. Pemupukan di SCME dilakukan sepanjang tahun dengan memperhatikan historis curah hujan. Curah hujan di SCME cenderung fluktuatif, namun secara umum konsep tepat waktu telah terlaksana dengan baik. Bobot karung untilan dapat dikatakan telah tepat dosis, namun untuk dosis aplikasi, ketepatannya masih belum 100% tepat. Berdasarkan hasil LSU 2013 dan rekomendasi Departemen Riset BGA 2014, semua jenis pupuk yang diaplikasi telah sesuai dengan kebutuhan tanaman. Berdasarkan pengamatan secara visual terdapat defisiensi unsur hara Fe, namun tidak ada jenis pupuk yang diaplikasi yang memiliki kandungan hara tersebut. Ketepatan cara dan tempat di SCME masih rendah, terutama disebabkan akses jalan di dalam blok belum memadai.
Saran Sarana dan prasarana kebun perlu diperhatikan dengan sangat serius seperti kondisi MR dan CR yang membutuhkan manajemen drainase air yang baik. Pembuatan parit di tepi MR atau CR menuju ke dalam lahan akan menjadi solusi tepat untuk permasalahan ini. Akses jalan pikul juga harus diperhatikan, terutama berkaitan dengan kondisi gulma di jalan pikul. Karung pupuk yang robek ataupun berlubang karena digancu juga perlu diganti untuk mengurangi kehilangan pupuk. Simulasi terkait pemupukan yang tepat juga perlu dilakukan secara konsisten agar tenaga kerja memahami pentingnya aplikasi pupuk sesuai konsep 4 tepat pemupukan.
38
DAFTAR PUSTAKA
Adiwiganda R. 2007. Manajemen Tanah dan Pemupukan Budidaya Perkebunan. Mangoensoekarjo S, editor. Yogyakarta (ID): UGM Pr. Candra W. 2012. Studi Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Pada Tanaman Menghasilkan (TM) di Perkebunan Bangun Koling Estate, PT. Windu Nabatindo Abadi, Bumitama Gunajaya Agro Grup, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Darmosarkoro W. 2007. Lahan dan Pemupukan Kelapa Sawit Edisi 1. Witjaksana D, Edy SS dan Winarna, editor. Medan (ID): Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Fauzi Y, Widyastuti YE, Satyawibawa I, Paeru RH. 2012. Kelapa Sawit. Jakarta (ID) : Penebar Swadaya. Ginting EN, Hidayat F, Santoso H. 2011. Substitusi Pupuk MOP dengan Tandan Kosong Kelapa Sawit Pada Perkebunan Kelapa Sawit di Ultisol. J. Pen. Kelapa Sawit. 2011. 19(1): 11 – 21. Kasno A, Nurjaya. 2011. Pengaruh Pupuk Kiserit Terhadap Pertumbuhan Kelapa Sawit dan Produktivitas Tanah. Jurnal Littri 17(4): Hlm. 133 – 139. Kementerian Pertanian RI. 2014. Data Terkini Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Perkebunan di Indonesia [Internet]. [Diunduh 2014 Jul 11]. Tersedia pada: http://www.pertanian.go.id/Indikator/tabel-3-prod-lsarealprodvitas-bun.pdf. Lubis AU. 2008. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Indonesia Edisi 2. Medan (ID): Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Novizan. 2007. Petunjuk Pemupukan Yang Efektif. Lukito AM dan Astuti, editor. Jakarta (ID) : AgroMedia Pustaka Pahan, I. 2007. Panduan Lengkap Kelapa Sawit : Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Panggabean SM. 2011. Manajemen Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Di Pelantaran Agro Estate, PT. Windu Nabatindo Lestari, Bumitama Gunajaya Agro Grup, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Poeloengan. 2007. Permasalahan Pemupukan Pada Perkebunan Kelapa Sawit. Di dalam: Winarna, Darmosarkoro W, Sutarta ES, editor. Lahan dan Pemupukan Kelapa Sawit. Edisi ke 1. Medan (ID): Pusat Penelitian Kelapa Sawit. [PPKS] Pusat Penelitian Kelapa Sawit. 2007. Kultur Teknis Kelapa Sawit. Medan (ID): Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Redaksi AgroMedia. 2007. Petunjuk Pemupukan. Purwa DR, editor. Jakarta (ID) : PT AgroMedia Pustaka Risza S. 2014. Masa Depan Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia. Yogyakarta (ID): Kanisius. Setyamidjaja D. 2006. Seri Budidaya Kelapa Sawit. Yogyakarta (ID): Kanisius.
39
LAMPIRAN
Lampiran 1 Jurnal Kegiatan KHL Tanggal
Kegiatan
28 Februari 2014
2 Maret 2014 3 Maret 2014 4 Maret 2014
Tiba di lokasi magang Observasi pemupukan RP Libur (Minggu) Cross block Kutip brondolan
5 Maret 2014
Pemanenan
6 Maret 2014
Pemanenan
7 Maret 2014 8 Maret 2014 9 Maret 2014
11 Maret 2014
Aplikasi Klerat Cabut kentosan Libur (Minggu) Penguntilan pupuk Urea Kutip brondolan
12 Maret 2014
Pemanenan
13 Maret 2014 14 Maret 2014
Update data kantor Kutip brondolan
15 Maret 2014
Pemanenan
16 Maret 2014 25 Maret 2014 26 Maret 2014
Libur (Minggu) Pemupukan RP Kunjungan ke PKS Pengeceran pupuk Urea Penguntilan pupuk Urea Penguntilan pupuk Urea Libur (Minggu) Libur (hari raya Nyepi) Observasi pengendalian gulma kimiawi Observasi BSS-TUS Sensus hama Pengendalian gulma manual
1 Maret 2014
10 Maret 2014
27 Maret 2014 28 Maret 2014 29 Maret 2014 30 Maret 2014 31 Maret 2014 1 Aprill 2014 2 Aprill 2014 3 Aprill 2014 4 Aprill 2014
Penulis
Prestasi kerja Karyawan Standar (satuan/HK)
Lokasi
-
-
-
Estate SCME
7 jam
-
-
Divisi 2 SCME
7 jam 7 jam 9 tandan 14 tandan 7 jam 3 jam -
7 jam
Estate SCME Divisi 2 SCME Divisi 2 SCME
7 jam -
7 jam 115 tandan 115 tandan 7 jam -
1.5 ton
2.6 ton
2 ton
7 jam 18 tandan 7 jam 7 jam 18 tandan 400 kg 7 jam 60 untilan
7 jam
912 kg -
7 jam 115 tandan 7 jam 115 tandan 650 kg -
-
-
1.5 ton
2.5 ton
2 ton
1 ton
2.4 ton
2 ton
-
-
-
Gudang BMS SCME Gudang BMS SCME Estate SCME
-
-
-
Estate SCME
7 jam
-
-
Divisi 2 SCME
7 jam 5 jam
7 jam
7 jam
Divisi 3 SCME Divisi 2 SCME
5 jam
5 jam
5 jam
Divisi 2 SCME
196 tandan 213 tandan
214 tandan 7 jam 187 tandan
5 Aprill 2014
Update data kantor
7 jam
-
-
6 Aprill 2014
Libur (Minggu)
-
-
-
Divisi 2 SCME Divisi 2 SCME Divisi 2 SCME Divisi 2 SCME Estate SCME Gudang BMS SCME Divisi 2 SCME Divisi 2 SCME Divisi 2 SCME Divisi 2 SCME Divisi 2 SCME Estate SCME Divisi 1 SCME SAGM Divisi 3 SCME
Divisi 1 dan 2 SCME Estate SCME
40
Lampiran 2 Jurnal kegiatan mandor
Tanggal
Uraian kegiatan
17 Maret 2014 18 Maret 2014 19 Maret 2014 20 Maret 2014 21 Maret 2014 22 Maret 2014 23 Maret 2014 24 Maret 2014
Kerani panen Kerani panen Kerani panen Kerani panen Kerani panen Kerani panen Libur Kerani panen Mandor until BMS Mandor panen Libur (Pemilu) Kerani transportasi Mandor panen Mandor panen Libur (Minggu) Mutu hanca panen Mutu hanca panen Mutu hanca panen Simulasi BBC Libur (Wafat Yesus Kristus) Sakit Libur (Minggu) Recheck BBC Recheck BBC Recheck BBC Update data kantor Mutu buah Mutu buah Libur (Minggu) Update data kantor
7 Aprill 2014 8 Aprill 2014 9 Aprill 2014 10 Aprill 2014 11 Aprill 2014 12 Aprill 2014 13 Aprill 2014 14 Aprill 2014 15 Aprill 2014 16 Aprill 2014 17 Aprill 2014 18 Aprill 2014 19 Aprill 2014 20 Aprill 2014 21 Aprill 2014 22 Aprill 2014 23 Aprill 2014 24 Aprill 2014 25 Aprill 2014 26 Aprill 2014 27 Aprill 2014 28 Aprill 2014
Prestasi kerja penulis Jumlah Luas area KH Lama yang yang kegiatan diawasi diawasi (jam) (ha) (orang) 13 60 12 13 60 12 13 60 12 13 60 12 13 60 12 13 60 12 13 60 12
Lokasi
8
-
7
26 -
120 -
12 -
Divisi 2 SCME Divisi 2 SCME Divisi 2 SCME Divisi 2 SCME Divisi 2 SCME Divisi 2 SCME Estate SCME Divisi 2 SCME Gudang BMS SCME Divisi 2 SCME Estate SCME
9
-
15
Divisi 2 SCME
13 13 -
60 60 -
12 12 -
Divisi 2 SCME Divisi 2 SCME Estate SCME
9
27
8
Divisi 2 SCME
9
27
8
Divisi 2 SCME
9
27
8
Divisi 2 SCME
-
-
7
Divisi 2 SCME
-
-
-
Estate SCME
-
6 6 6
7 7 7
-
-
7
12 12 -
-
7 7 -
Estate SCME Estate SCME Divisi 2 SCME Divisi 2 SCME Divisi 2 SCME Divisi 1 dan 2 SCME Divisi 2 SCME Divisi 2 SCME Estate SCME
-
-
7
Divisi 2 SCME
41
Lampiran 3 Jurnal kegiatan pendamping asisten
Tanggal
Uraian kegiatan
29 Aprill 2014
1 Mei 2014 2 Mei 2014 3 Mei 2014 4 Mei 2014 5 Mei 2014 6 Mei 2014 7 Mei 2014 8 Mei 2014 9 Mei 2014 10 Mei 2014 11 Mei 2014 12 Mei 2014 13 Mei 2014 14 Mei 2014 15 Mei 2014 16 Mei 2014 17 Mei 2014 18 Mei 2014 19 Mei 2014 20 Mei 2014 21 Mei 2014
Klinik kerja mandor (Panen) Klinik kerja mandor (BMS dan BSS) Libur (Buruh Internasional) Land Clearing Supervisi Libur (Minggu) Pengendalian gulma kimiawi Simulasi LSU Pengendalian gulma kimiawi Mendampingi AQC panen Kunjungan lahan asisten Kunjungan lahan asisten Libur (Minggu) Pengendalian gulma manual Mendampingi AQC BBC Mendampingi riset fruit set Libur (Waisak) Kunjungan lahan asisten Mengawasi pemanenan Libur (Minggu) Mutu hanca panen Mengawasi pemanenan Refreshing BMS
22 Mei 2014
30 Aprill 2014
Prestasi kerja penulis Jumlah Luas mandor areal Lama yang yang kegiatan diawasi diawasi (jam) (orang) (ha) 7 -
-
7
1 1 1 12 12 1 12 3 3 -
10 7 10 793 793 30 793 180 6 180 -
5 7 7 7 7 3 7 7 7 3 7 7 7 7 7
Update data kantor
-
-
7
23 Mei 2014
Field Visit Manager
-
-
4
24 Mei 2014
Follow Up temuan AQC
-
-
7
25 Mei 2014 26 Mei 2014 27 Mei 2014 28 Mei 2014 29 Mei 2014 30 Mei 2014 31 Mei 2014
Libur (Minggu) Persiapan presentasi Libur (Isra Mi'raj) Persiapan presentasi Libur (Kenaikan Isa Al Masih) Meeting COE Tanam bibit HCV
-
-
7 7 4 3
Lokasi
BKLE SBHE Estate SCME Divisi 1 SCME Kantor Wilayah 4 Estate SCME Divisi 1 SCME Divisi 2 SCME Divisi 1 SCME Divisi 1 SCME Divisi 1 SCME Divisi 1 SCME Estate SCME Divisi 1 SCME Divisi 2 SCME Divisi 1 SCME Estate SCME Divisi 1 SCME Divisi 1 SCME Estate SCME Divisi 1 SCME Divisi 1 SCME Divisi 3 SCME Divisi 1 dan 2 SCME Divisi 2 SCME Divisi 1 dan 2 SCME Estate SCME Estate SCME Estate SCME Estate SCME Estate SCME Estate SCME Divisi 3 SCME
42
Lampiran 3 Jurnal kegiatan pendamping asisten (lanjutan)
Tanggal
Uraian kegiatan
1 Juni 2014 2 Juni 2014 3 Juni 2014 4 Juni 2014 5 Juni 2014 6 Juni 2014 7 Juni 2014 8 Juni 2014 9 Juni 2014 10 Juni 2014 11 Juni 2014 12 Juni 2014 13 Juni 2014 14 Juni 2014 15 Juni 2014 16 Juni 2014 17 Juni 2014 18 Juni 2014 19 Juni 2014 20 Juni 2014 21 Juni 2014 22 Juni 2014 23 Juni 2014 24 Juni 2014 25 Juni 2014 26 Juni 2014 27 Juni 2014 28 Juni 2014 29 Juni 2014 30 Juni 2014 1 Juli 2014
Libur (Minggu) Aplikasi tandan kosong Pemupukan NPK 15 Pengawasan panen Pengawasan pemupukan Pengawasan pemupukan Kunjungan Dept. Riset Libur (Minggu) Kunjungan lahan asisten Pengawasan pemupukan Presentasi kebun Kalibrasi buah restan Kalibrasi buah restan Pengawasan panen Libur (Minggu) Kunjungan lahan asisten Mendampingi AQC pupuk Update data kantor Persiapan presentasi Presentasi wilayah Presentasi wilayah Libur (Minggu) Kunjungan lahan asisten Aplikasi abu boiler Pemupukan Pemupukan Pemupukan Pemupukan Libur (Minggu) Perpisahan Kembali ke Bogor
Prestasi kerja penulis Jumlah Luas mandor areal Lama yang yang kegiatan diawasi diawasi (jam) (orang) (ha) 1 30 7 1 15 7 3 180 7 3 120 7 3 120 7 7 12 793 7 3 120 7 3 2 2 3 180 7 12 793 7 4 7 7 7 7 12 793 7 1 2 7 3 120 7 3 120 7 3 120 7 3 120 7 7
Lokasi
Estate SCME Divisi 3 SCME Divisi 1 SCME Divisi 2 SCME Divisi 2 SCME Divisi 2 SCME Dept. Riset BGA Estate SCME Divisi 1 SCME Divisi 2 SCME Estate SCME Divisi 2 SCME Divisi 2 SCME Divisi 2 SCME Estate SCME Divisi 1 SCME Divisi 2 SCME Divisi 2 SCME Estate SCME Kantor Wilayah Kantor Wilayah Estate SCME Divisi 1 SCME Divisi 2 SCME Divisi 2 SCME Divisi 2 SCME Divisi 2 SCME Divisi 2 SCME Estate SCME Estate SCME
43 Lampiran 5 Peta jenis tanah SCME
Sumber: Laporan bulanan manajer (2014)
Lampiran 4 Peta areal statement SCME
Sumber: Laporan bulanan manajer (2014)
43
44
Lampiran 6 Curah hujan SCME 2009-2013 Bulan 2009 2010 HH CH HH Januari 9 191 14 Februari 4 120 8 Maret 15 281 9 April 18 421 10 Mei 5 113 8 Juni 8 207 6 Juli 8 175 3 Agustus 8 232 2 September 12 190 2 Oktober 12 290 13 November 11 325 17 Desember 12 212 20 Total 122 2757 112 BB 12 BK 0 Keterangan: HH = Hari hujan CH = Curah hujan (mm) BK = Bulan kering (<60 mm) BB = Bulan basah (> 100 mm) Q = Nilai untuk menentukan batas-batas tipe iklim CH 178 115 330 228 190 100 62 51.1 35 407 259.5 434 2389.6 9 2
Tahun 2011 HH 14 11 17 15 15 15 16 12 14 16 15 12 172 CH 332 229 332.5 212 278 321 369 222.5 481.3 290 357 180 3604.3 12 0
2012 HH 11 8 11 14 9 5 6 1 6 18 14 13 116
CH 344 82 141 232.5 174.3 46.5 73 30 65 446.6 381.5 152 2168.4 7 2
2013 HH 11 15 11 12 10 6 12 5 7 10 9 12 120
(
CH 335 440 250 345 255 135 216 65 165 320 157 275 2958 11 0
Rataan
HH 11.8 9.2 12.6 13.8 9.4 8 9 5.6 8.2 13.8 13.2 13.8 128.4
1
CH 276 197.2 266.9 287.7 202.06 161.9 179 120.12 187.26 350.72 296 250.6 2775.46
)
Kerani Divisi
Lampiran 7 Struktur organisasi SCME
2
Mandor BSS
Kerani Gudang
Kerani Buah
Kerani Transport
45
41 46 Lampiran 8 Blok defisiensi unsur hara Blok
N
P
Status hara 2013 K B Mg
H051 H010 H012 H013 H071 I101 I013 J015 J016 J017 J181 J182 J020 G022 G023 G025 H016 H017 H018 H020 H021 H022 H023 H024 I016 I018 I019 I021 I023 I025 J023 J024
Cu
Blok H026 H027 H028 I027 I030 I031 J027 J028 J029 J030 J031 J032 K251 K0261 K028 K032 E024 E030 E031 F023 F024 F025 F026 F029 F030 F032 G027 G028 G029 G031 G032 H029 H030
Sumber: Peta defisiensi unsur hara SCME (2013) Keterangan: = Defisiensi = Optimum
N
P
Status hara 2013 K B Mg
Cu
42
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sampit pada tanggal 21 Januari 1992 dari bapak Soebandi (Alm) dan ibu Warsini. Penulis adalah putra kelima dari lima bersaudara. Penulis berasal dari Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur. Pada tahun 2004, penulis lulus dari SDN 7 Mentawa Baru Hulu Sampit dan pada tahun yang sama penulis diterima di SMPN 1 Sampit. Tahun 2007, penulis diterima di SMAN 1 Sampit. Penulis aktif dalam berbagai kompetisi olimpiade, cerdas cermat, dan karya tulis. Tahun 2010 penulis lulus dari SMAN 1 Sampit dan lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Selama kuliah, selain masih aktif dalam mengikuti lomba karya tulis, penulis juga aktif dalam berwirausaha.