MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PELANTARAN AGRO ESTATE, PT. WINDU NABATINDO LESTARI, BUMITAMA GUNAJAYA AGRO GRUP, KOTAWARINGIN TIMUR, KALIMANTAN TENGAH
S. MANAHAN PANGGABEAN A24070003
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
ABSTRACT
S. MANAHAN PANGGABEAN. Management of oil palm (Elaeis guineensis Jacq.) fertilization in Pelantaran Agro Estate, PT. Windu Nabatindo Lestari, Bumitama Gunajaya Agro Group, Kotawaringin Timur, Center Kalimantan. (Mentored by PURWONO). The apprenticeship in general aim to gain experience and skills of the author's work in the management of oil palm gardens both technical and managerial, as well as to study and improve the knowledge of the cultivation of oil palm plantations. Specific purpose studying and understanding the fertilizing management of plant oil palm. The internship is carried out in Pelantaran Agro Estate, Kotawaringin Timur, Central Kalimantan, for four months starting February 14 until June 14, 2011. The internship is carried out using the methods directly, namely by working directly on the field as a daily companion employee, a companion foreman, and escort the assistant division. Specific observation was done by taking the primary and secondary data is then analyzed, either descriptive analysis and quantitative analysis. Pelantaran Agro Estate (PAGE) is located in the village Pelantaran, district Cempaga, county Kotawaringin Timur, province of Central Kalimantan. The broad area that organised of the PAGE is 2 698 hectares. Geographical layout of the PAGE at coordinates between 112,95-113.01 0BT and 2.02-2.11 0LS. The average rainfall is 3 100 mm per year and average rainy days is 112 days per year. Fresh fruit bunch (TBS) production in 2009 is the 18 855 tonnes and increased production in 2010 of 26 952 tonnes with a total area of garden 2 698 hectares. The average productivity of TBS started TM (1-4) sequentially is 4.14, 13.13, 8.31 and 17.10 tons/ha/year. In general the management of the gardens on the PAGE have been implemented correctly in accordance with standard operating procedures (SOP). PAGE had implemented a programme of BMS (Manuring Block System), BSS (Block Spraying System), and BHS (Block Harvesting System) in oil palm cultivation techniques. The fresh fruit bunch on the PAGE have increased every year and the average productivity is not much different than standard productivity
on land class S3. Fertilization management in Pelantaran Agro Estate (PAGE) has generally been implemented in accordance with the standards of the fertilizing. The garden has been paying attention to the provisions and recommendations that have been recommended fertilizing and has been referred to the principle of 4 T (right time, right type, right dose, and right methods) in terms of achieving the effectiveness and efficiency of fertilization. However, in the use of labor yet efficient which certainly have an impact on the efficiency of the time and cost. Realization of fertilization has not been fully implemented in accordance with the recommendation. Constraints in the implementation of the fertilizing still found in the marshy and corrugated area.
RINGKASAN S. MANAHAN PANGGABEAN. Manajemen Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Pelantaran Agro Estate, PT. Windu Nabatindo Lestari, Bumitama Gunajaya Agro Grup, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah. (Dibimbing oleh PURWONO). Magang secara umum bertujuan untuk memperoleh pengalaman dan keterampilan kerja penulis dalam pengelolaan kebun kelapa sawit baik teknis maupun manajerial, serta untuk mempelajari dan meningkatkan pengetahuan tentang budidaya tanaman kelapa sawit. Tujuan khusus mempelajari dan memahami manajemen pemupukan tanaman kelapa sawit. Magang dilaksanakan di Pelantaran Agro Estate, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, selama empat bulan mulai 14 Februari sampai 14 Juni 2011. Magang dilakukan menggunakan metode secara langsung yaitu dengan bekerja secara langsung di lapangan sebagai Karyawan Harian Lepas, Pendamping Mandor, dan Pendamping Asisten Divisi. Pengamatan khusus dilakukan dengan mengambil data primer dan sekunder kemudian dianalisis, baik analisis deskriptif maupun analisis kuantitatif. Kebun kelapa sawit Pelantaran Agro Estate (PAGE) terletak di Desa Pelantaran, Kecamatan Cempaga Hulu, Kabupaten Kotawaringin Timur, Provinsi Kalimantan Tengah. Luas areal yang diusahakan di PAGE adalah 2 698 ha. Letak geografis PAGE pada koordinat antara 112,95-113.01 0BT dan 2.02-2.11 0LS. Rata-rata curah hujan 3 100 mm per tahun dan rata-rata hari hujan adalah 112 hari per tahun. Produksi TBS pada tahun 2009 adalah 18 855 ton dan mengalami peningkatan produksi pada tahun 2010 sebesar 26 952 ton dengan luas areal kebun 2 698 ha. Rata-rata produktivitas TBS di PAGE mulai TM (1-4) secara berurutan adalah 4.14, 8.31, 13.13, dan 17.10 ton/ha/tahun. Secara umum manajemen kebun di PAGE telah dilaksanakan dengan benar sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP). PAGE telah menerapkan program BMS (Blok Manuring System), BSS (Blok Spraying System), dan BHS (Blok Harvesting System) dalam teknik budidaya kelapa sawit. Produksi TBS di PAGE mengalami peningkatan setiap tahun dan rata-rata produktivitasnya tidak
jauh berbeda dengan standar produktivitas pada kelas lahan S3. Manajemen pemupukan di Pelantaran Agro Estate (PAGE) secara umum telah dilaksanakan sesuai dengan standar pemupukan yang benar. Pihak kebun telah memperhatikan ketentuan dan rekomendasi pemupukan yang telah dianjurkan serta telah mengacu pada prinsip 4 T (tepat waktu, tepat jenis, tepat dosis, dan tepat cara) dalam hal mencapai keefektifan dan efisiensi pemupukan. Namun dalam penggunaan tenaga kerja belum efisien yang tentunya berdampak pada efisiensi waktu dan biaya. Realisasi
pemupukan
belum
sepenuhnya
dilaksanakan
sesuai
dengan
rekomendasi. Kendala dalam pelaksanaan pemupukan masih ditemukan pada kondisi areal yang berawa dan bergelombang.
MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PELANTARAN AGRO ESTATE, PT. WINDU NABATINDO LESTARI, BUMITAMA GUNAJAYA AGRO GRUP, KOTAWARINGIN TIMUR, KALIMANTAN TENGAH
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
S. MANAHAN PANGGABEAN A24070003
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
Judul
: MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PELANTARAN AGRO
ESTATE,
PT.
WINDU
NABATINDO
LESTARI, BUMITAMA GUNAJAYA AGRO GRUP, KOTAWARINGIN
TIMUR,
KALIMANTAN
TENGAH Nama
: S. MANAHAN PANGGABEAN
NRP
: A24070003
Menyetujui, Pembimbing
Ir. Purwono, MS NIP. 19580922 198203 1 001
Mengetahui. Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura
Dr. Ir. Agus Purwito, MSc.Agr NIP. 19611101 198703 1 003
Tanggal Lulus : ..........................................
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Desa Dolok Saribu, Kec. Pagaran, Kab. Tapanuli Utara, Sumatera Utara pada tanggal 31 Juli 1990. Penulis merupakan anak pertama dari Bapak Jannus Panggabean dan Ibu Monika Togatorop. Tahun 2001 penulis menyelesaikan studi di SD No. 173389 Dolok Saribu, kemudian pada tahun 2004 penulis menyelesaikan studi di SMPN 1 Pagaran. Selanjutnya penulis lulus dari SMAN 1 Pagaran pada tahun 2007. Tahun 2007 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI. Selanjutnya, pada tahun 2008 penulis diterima di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian. Selama menjalani pendidikan di IPB, penulis juga aktif di organisasi mahasiswa antara lain: Komisi Kesenian PMK IPB (2009-2010) dan Organisasi Mahasiswa Daerah Siborongborong (20072010).
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nya sehingga kegiatan magang dan penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Penulisan skripsi ini berdasarkan hasil magang dengan judul Manajemen Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Pelantaran Agro Estate, PT. Windu Nabatindo Lestari, Bumitama Gunajaya Grup, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah dan dibuat sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pertanian. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ir. Purwono, MS yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama kegiatan penulisan skripsi magang ini. Kepada Dr. Ir. Ade Wachjar, MSc dan Ir. Supijatno, MSi selaku dosen penguji yang telah bersedia menguji penulis dan memberikan kritik serta saran dalam penyempurnaan skripsi ini. Kepada (Alm.) Prof. Dr. Ir. Sriani Sutjiprihati, MS yang telah memberikan bimbingan dan motivasi selama masa studi penulis. Kepada pihak Kebun Pelantaran Agro Estate yang telah memberikan bantuan dan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan magang. Kepada orang tua yang telah memberikan dukungan, baik moril maupun materil. Kepada teman-teman yang telah membantu dalam penulisan skripsi magang ini. Semoga skripsi ini dapat berguna bagi yang memerlukannya.
Bogor, Desember 2011
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR TABEL .......................................................................................
iv
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................
v
DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................
vi
PENDAHULUAN ...................................................................................... Latar Belakang ................................................................................... Tujuan ................................................................................................
1 1 2
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. Botani Kelapa Sawit .......................................................................... Pemupukan ........................................................................................
3 3 4
METODE MAGANG ................................................................................. Tempat dan Waktu ............................................................................. Pengumpulan Data ............................................................................. Analisis Data dan Informasi ..............................................................
8 8 9 10
KONDISI UMUM KEBUN ........................................................................ Letak Geografis ................................................................................. Keadaan Iklim dan Tanah .................................................................. Luas Hak Guna Usaha (HGU) dan Tata Guna Lahan ....................... Keadaan Tanaman dan Produksi ....................................................... Fasilitas Kebun .................................................................................. Stuktur Organisasi ............................................................................. Ketenagakerjaan dan Pengupahan .....................................................
11 11 11 12 12 13 14 15
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG .............................................. Aspek Teknis ..................................................................................... Aspek Manajerial ...............................................................................
17 17 38
PEMBAHASAN ......................................................................................... Pemupukan ........................................................................................ Efisiensi Tenaga Kerja ....................................................................... Gejala Defisiensi Hara ....................................................................... Hubungan Pemupukan dan Produktivitas Tanaman .......................... Hambatan dan Kendala Pemupukan ..................................................
41 41 45 46 47 48
KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... Kesimpulan ........................................................................................ Saran .................................................................................................. DAFTAR PUSTAKA .................................................................................
49 49 49 51
LAMPIRAN ................................................................................................
53
iv
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1. Jenis Tanah di PAGE ......................................................................
11
2. Luas HGU dan Tata Guna Lahan di PAGE ....................................
12
3. Komposisi Bibit Tanaman Kelapa Sawit di PAGE ........................
13
4. Produksi dan Produktivitas TBS di PAGE Tahun 2007 - 2010 ......
13
5. Jumlah Pekerja di PAGE Tahun 2011 ............................................
16
6. Rekomendasi Jenis dan Dosis Pupuk pada Tanaman Menghasilkan Kelapa Sawit di PAGE Tahun 2011. ...............................................
19
7. Ketepatan Dosis Untilan Pupuk HGFB ..........................................
24
8. Ketepatan Dosis Untilan Pupuk Rock Phospate .............................
24
9. Prestasi Tenaga Kerja Pemupuk .....................................................
25
10. Aplikasi Pemupukan Pelantaran Agro Estate 2011 .......................
43
11. Status Hara Daun di PAGE Tahun 2010 ........................................
46
12. Produktivitas TBS di PAGE Tahun 2007-2010 .............................
47
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1. Fasilitas Kebun di PAGE (a. Kantor Kebun; b. Kantor BSS dan BMS; c. TPA; d. Kantor Traksi);e. Masjid dan Perumahan) ..........
14
2. Gudang Pupuk dan Penguntilan .......................................................
20
3. Kegiatan Penguntilan Pupuk (a. Takaran Until; b. Penakaran Pupuk; c. Penyusunan Untilan) ...................................................
22
4. Kegiatan Pelangsiran Pupuk (a.Pemuatan Pupuk ke truk; b. Pengeceran Pupuk) ......................................................................
22
5. Kegiatan Pengeceran Pupuk ............................................................
23
6. Kegiatan Penaburan Pupuk Kieserit (a. Penaburan Pupuk di Piringan; b. Pupuk di Piringan) .......................................................
24
7. Grafik Ketepatan Cara Aplikasi Pupuk Kieserit pada Blok D04 .....
25
8. Aplikasi Janjang kosong (a.Pengangkutan JJK ke dalam Blok; b.Susunan JJK di dalam Blok) ........................................................
27
9. Gulma “Mengelambu” pada Kelapa Sawit ......................................
28
10. Kegiatan Pengendalian Gulma (a.Semprot Gawangan; b. Semprot Piringan .........................................................................
30
11. Kegiatan Panen (a. Memotong TBS; b. Menyusun TBS di TPH; c. TBS dan Brondolan di TPH) .......................................................
36
12. Grafik Curah Hujan Pelantaran Agro Estate Januari-Mei 2011 ....
43
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian Lepas..
54
2. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Mandor .......
56
3. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Asisten .......
58
4. Peta Pelantaran Agro Estate .............................................................
62
5. Data Curah Hujan di PAGE Tahun 2007-2010 ...............................
63
6. Struktur Organisasi di Pelantaran Agro Estate ................................
64
7. Realisasi Pemupukan di PAGE Berdasarkan Jenis Pupuk Tahun 2007-2010........................................................................................
65
8. Realisasi Pemupukan di PAGE Berdasarkan Total Pupuk Tahun 2007-2011........................................................................................
66
9. Peta Status Hara Daun di PAGE 2010 .............................................
67
10. Status Hara Pada Tanaman Kelapa Sawit ......................................
68
PENDAHULUAN
Latar Belakang Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) sebagai tanaman pendatang dari Afrika Barat ternyata budidayanya di Indonesia telah berkembang sangat pesat dan sampai saat ini masih merupakan penghasil utama devisa negara dari sektor pertanian. Lahan-lahan yang secara agronomis sesuai dan diperuntukkan penggunaan tanahnya bagi kelapa sawit telah memberikan dampak positif dalam perkembangan daerah dan peningkatan taraf hidup masyarakat (Adiwiganda, 2007). Kelapa sawit di Indonesia terus berkembang dari tahun ke tahun, baik itu pertambahan luas areal dan peningkatan produksi. Data pada tahun 2009 menunjukkan luas areal kebun kelapa sawit adalah 7.5 juta ha dan produksi CPO 18.6 juta ton. Pada tahun 2010 luas areal kebun meningkat menjadi 7.8 juta ha dan produksi CPO 19.8 juta ton (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2010). Produktivitas tanaman kelapa sawit yang tinggi dapat dicapai dengan pemeliharaan yang intensif. Salah satu faktor utama yang berpengaruh dalam pertumbuhan dan produktivitas kelapa sawit adalah pemupukan. Pemupukan merupakan pemberian unsur hara ke dalam tanah untuk menjaga keseimbangan hara yang dibutuhkan tanaman dan mengganti hara yang hilang terbawa hasil panen. Adiwiganda (2007) menyatakan bahwa pemupukan pada kelapa sawit secara rutin dan cukup serta berimbang menjadi lebih penting karena kemampuan dari kelapa sawit untuk mengabsorbsi unsur hara yang jauh di dalam tubuh tanah adalah rendah. Penyebaran feeding root (penyerapan akar) kelapa sawit terbatas pada 0-60 cm. Selain itu kondisi kesuburan tanah pada kedalaman 0-60 cm juga sangat dipengaruhi oleh variasi iklim yang cenderung menurunkan tingkat kesuburan tanah, baik dalam kondisi terlalu kering maupun terlalu basah. Menurut Poeloengan et al. (2003) pemupukan menjadi satu keharusan karena kelapa sawit tergolong tanaman yang sangat konsumtif. Kekurangan salah satu unsur hara akan segera menunjukkan gejala defisiensi dan mengakibatkan pertumbuhan vegetatif terhambat serta produksi menurun. Selanjutnya Adiwiganda (2007) menyatakan
2 bahwa upaya pemupukan pada tanaman kelapa sawit harus dapat menjamin pertumbuhan vegetatif dan generatif yang normal sehingga dapat memberikan produksi tandah buah segar (TBS) yang optimal serta menghasilkan minyak sawit mentah (CPO) yang tinggi baik kuantitas maupun kualitasnya. Keefektifan pemupukan adalah pemupukan yang berfungsi menambahkan unsur hara yang tersedia dalam jumlah sedikit di dalam tanah. Keefektifan pemupukan berhubungan dengan tingkat/persentase hara pupuk yang diserap tanaman. Efisiensi pemupukan adalah perhitungan takaran pupuk yang tepat. Takaran pupuk yang tepat dipengaruhi oleh hubungan antara sifat-sifat tanah dan produksi tanaman serta metode perhitungan takaran pupuk yang tepat. Keefektifan dan efisiensi pemupukan pada tanaman kelapa sawit yang belum optimal akan menghambat pertumbuhan vegetatif dan generatif kelapa sawit, produksi TBS tidak optimal dan kualitas serta kuantitas minyak mentah menurun. Hal ini terjadi karena dalam manajemen pemupukan terjadi penyimpangan di lapangan perkebunan kelapa sawit (Riwandi, 2002). Untuk mencapai keefektifan dan efisiensi pemupukan pada kelapa sawit maka manajemen pemupukan di lapangan harus diupayakan seoptimal mungkin, antara lain pemupukan kelapa sawit rutin dan cukup serta berimbang, jenis pupuk, dosis pupuk, waktu dan cara aplikasi pemupukan yang tepat, serta pengawasan pemupukan yang lebih tepat.
Tujuan Tujuan umum dari kegiatan magang ini adalah: 1.
Untuk memperoleh pengalaman dan keterampilan kerja penulis dalam pengelolaan kebun kelapa sawit baik teknis maupun manajerial.
2.
Untuk mempelajari dan meningkatkan pengetahuan tentang budidaya tanaman kelapa sawit. Tujuan khusus dari kegiatan magang ini adalah: Mempelajari dan memahami manajemen pemupukan tanaman kelapa
sawit.
TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) termasuk dalam Divisi Tracheophyta,
Sub-Divisi
Pteropsida,
Kelas
Angiospermae,
Sub-kelas
Monocotyledoneae, Ordo Cocoideae, Famili Palmae, Genus Elaeis, Species Elaeis guineensis Jacq. Klasifikasi tentang kelapa sawit beragam dengan parameter pembeda seperti misalnya tipe buah, bentuk luar, tebal cangkang, dan warna buah. Berdasarkan warna buah, kelapa sawit dibedakan menjadi tiga varietas yaitu (1) Nigrescens dicirikan oleh warna buah violet kehitaman waktu muda dan menjadi warna oranye jika matang, (2) Virescens dicirikan oleh warna buah muda hijau dan menjadi oranye jika sudah matang, dan (3) Albescens dicirikan oleh warna buah muda kuning pucat serta tembus cahaya dan jika masak umumnya berwarna kuning kemerahan. Varietas yang digunakan untuk pertanaman komersil adalah varietas yang berasal dari Nigrescens, sedangkan varietas lainnya digunakan untuk keperluan pemuliaan tanaman (Adiwiganda, 2007). Berdasarkan ketebalan cangkang dan daging buah, kelapa sawit dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu: (1) Dura memiliki cangkang tebal (3-5 cm), daging buah tipis, dan rendemen minyak 15-17 %, (2) Tenera memiliki cangkang agak tipis (2-3 cm), daging buah tebal, dan rendemen minyak 21-23 %, (3) Pisifera memiliki cangkang yang sangat tipis tetapi daging buahnya tebal dan bijinya kecil. Rendemen minyaknya lebih tinggi (lebih dari 23 %). Tandan buahnya selalu gugur sebelum masak sehingga minyak yang dihasilkan sedikit (Sunarko, 2007).
Syarat Tumbuh Tanaman kelapa sawit bisa tumbuh dan berbuah hingga ketinggian tempat 1 000 m di atas permukaan laut (dpl). Pertumbuhan dan produktivitas optimal akan lebih baik jika ditanam di lokasi dengan ketinggian maksimum 400 m dpl. Tanaman kelapa sawit sebaiknya ditanam di lahan yang memiliki kemiringan lereng 0-12 %. Kelapa sawit dapat tumbuh di berbagai jenis tanah, seperti tanah
4 podsolik, latosol, hidromorfik kelabu, regosol, andosol, dan alluvial. Tanah gambut juga dapat ditanami asalkan ketebalannya tidak lebih dari 1 m dan sudah tua (saphrik). Curah hujan ideal untuk tanaman kelapa sawit adalah 2 000 - 2 500 mm per tahun dan tersebar merata sepanjang tahun. Jumlah penyinaran rata-rata kurang dari 6 jam per hari dengan temperatur 22-23 % (Sunarko, 2007). Adiwiganda (2007) mengemukakan bahwa jika kandungan bahan kasar kurang dari 15 % dikatakan optimal untuk kelapa sawit. Kandungan bahan kasar 15-35 % sudah merupakan pembatas pertumbuhan perakaran dan daya pegang air. Tekstur tanah terbaik untuk kelapa sawit adalah lempung liat berpasir, liat berpasir, lempung liat berdebu dan lempung berdebu. Kemasaman (pH) tanah yang optimal pada tanah mineral adalah pada pH 5-6. Kelapa sawit masih toleran terhadap tanah gambut dengan pH 4-4.5.
Pemupukan Pemupukan pada tanaman kelapa sawit membutuhkan biaya yang sangat besar sekitar 30 % dari biaya produksi atau sekitar 60 % dari biaya pemeliharaan. Namun di pihak lain pemupukan mempunyai peranan yang sangat penting untuk menghasilkan pertumbuhan tanaman kelapa sawit yang sehat, serta menghasilkan produksi yang tinggi (Sugiono et al., 2005). Semakin meningkatnya biaya produksi, termasuk harga pupuk dan tenaga kerja menuntut semakin tingginya produktivitas tanaman
sehingga pengusahaan kelapa sawit diharapkan masih
dapat menghasilkan keuntungan perusahaan (Karsono et al., 2005). Pemupukan merupakan upaya untuk mencukupi ketersediaan hara bagi tanaman secara seimbang baik secara langsung maupun melalui perubahan fisik tanah (pH, lengas tanah, aerasi) dan perubahan biologi tanah (rhizobacteria) (Harahap et al., 2005). Penentuan jenis dan dosis pupuk dalam rekomendasi pemupukan tanaman kelapa sawit umumnya menggunakan beberapa bahan pertimbangan antara lain: hasil analisis tanah, hasil analisis daun, gejala kondisi hara dan kondisi tanaman di lapangan, produktivitas kelapa sawit, serta kondisi iklim terutama curah hujan (Sugiyono et al., 2005).
5 Analisis tanah dilakukan dengan Kesatuan Contoh Tanah (KCT) atau Soil Sampling Unit (SSU) di sekitar Kesatuan Contoh Daun (KCD). Jumlah contoh tanah sebanyak 25-50 % dari jumlah KCD. Pengambilan contoh tanah dilakukan dengan bor tanah sedalam 0-20 cm. Satu contoh tanah diambil di dalam piringan dan satu di luar piringan. Pengambilan contoh tanah dilakukan pada 3 titik yang tersebar dalam KCD. Pengambilan contoh daun dilakukan pada KCD atau LSU, yang mencerminkan keseragaman umur tanaman, tindakan kultur teknis, jenis tanah, topografi, dan drainase. Luas satu KCD adalah 20-30 ha. Pengambilan contoh daun dapat dilakukan dengan sistem terpusat atau sistem tersebar, dengan jumlah pohon sebanyak 30 pohon (Adiwiganda, 2007). Kegiatan analisis tanah dan daun dilaksanakan oleh perkebunan bekerja sama dengan pusat penelitian kelapa sawit. Pusat penelitian akan memberikan rekomendasi pemupukan bagi setiap bagian kebun dari perkebunan kelapa sawit tersebut sehingga dosis pemupukan dapat diaplikasikan secara lebih tepat (Setyamidjaja, 2006). Sugiono et al. (2005) mengemukakan bahwa analisis tanah mempunyai peranan yang sangat penting untuk menentukan jenis dan dosis pupuk. Berdasarkan analisis tanah tersebut dapat diketahui sifat kimia yang menjadi faktor pembatas pertumbuhan kelapa sawit. Perbaikan kesuburan tanah atau status hara tanah menjadi berimbang, serta bebas dari unsur hara yang bersifat racun seperti Al akan memberikan peluang tercapai produksi kelapa sawit yang tinggi. Prabowo (2005) menambahkan bahwa diagnosa daun hanya dapat menentukan status fisiologis satu jenis hara tertentu, yaitu apakah statusnya tergolong sangat tinggi, cukup, rendah, kahat, atau sangat kahat. Dosis pupuk yang dibutuhkan untuk mengatasi kekahatan yang dideteksi oleh sistem ini bergantung pada faktor tanah dan iklim yang berperan mempengaruhi efisiensi penyerapan hara dari pupuk. Riwandi (2002) menyatakan bahwa efisiensi pemupukan dapat dicapai bila perhitungan takaran pupuk yang tepat. Takaran pupuk yang tepat dipengaruhi oleh hubungan antara sifat-sifat tanah dan produksi tanaman serta metode perhitungan takaran pupuk. Tanaman kelapa sawit memerlukan tanah yang bersifat permeabel (mudah meloloskan, menyerap air dan udara), dengan lapisan tanah yang tebal,
6 serta kedalaman air tanah lebih dari 90 cm. Tanah yang mempunyai kedalaman air tanah <90 cm atau tergenang dalam waktu 14 hari dapat mengganggu pertumbuhan akar tanaman kelapa sawit. Umur tanaman menentukan dosis dan jenis pupuk yang digunakan dalam aplikasi pupuk. Pemupukan di areal TM dengan dosis yang tepat dan interval yang teratur dapat mencapai status hara tanah dan tanaman yang optimal untuk menghasilkan produktivitas yang optimal dan berkelanjutan. Hal yang perlu diperhatikan sebelum dilakukan pemupukan adalah keadaan infrastruktur blok yang akan dipupuk, seperti kondisi jalan, jembatan, alat transportasi, dan alat-alat lain seperti takaran pupuk. Blok yang akan dipupuk harus jelas karena perlakuan dosis tiap blok mungkin akan berbeda (Simatupang, 2010). Pemberian pupuk pada TM harus dilaksanakan dengan cara sebagai berikut: (a) Pupuk N ditabur secara merata pada piringan mulai jarak 50 cm dari pokok, (b) Pupuk P, K, dan Mg ditabur secara merata dari jari-jari 1 m hingga jarak 3 m dari pokok (0.75-1 m di luar piringan), (c) Pupuk B ditaburkan secara merata pada jarak 30-50 cm dari pokok (Setyamidjaja, 2006). Hasil pencatatan lapang tentang kehilangan unsur hara oleh PT. Sentana Adidaya Permana tahun 2004 adalah sebagai berikut: (1) Pada lahan kelas 1 kehilangan unsur hara di lapangan adalah 18 % N, 3 % P, 15 % K, dan 10 % Mg, (2) Pada lahan kelas 2 kehilangan unsur hara berkisar 30 % N, 8 % P, 20 % K, 15 Mg, dan (3) Pada lahan kelas 3 kehilangan unsur hara berkisar 40 % N, 10 % P, 30 % K, dan 20 % Mg (Adiwiganda, 2007). Kehilangan pupuk terjadi mulai dari penerimaan pupuk di gudang, pengambilan pupuk dari gudang ke tempat penguntilan, penguntilan pupuk, pemuatan untilan ke kendaraan untuk mengecer, pengeceran untilan ke lapangan, serta pelangsiran dan penaburan pupuk. Kehilangan pupuk tersebut akan menimbulkan kerugian dalam hal biaya serta berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Febriana, 2009). Aplikasi bahan organik sangat diperlukan untuk memperbaiki kesuburan tanah sekaligus diharapkan bahan organik tersebut dapat meningkatkan keefektifan pemupukan melalui peningkatan daya ikat tanah terhadap pupuk yang
7 diberikan. Tandan kosong sawit diaplikasikan dengan dosis 30-40 ton TBS/ha/tahun (Karsono et al., 2005). Salah satu kelemahan yang dijumpai di lapangan adalah belum meratanya pelaksanaan pemupukan di setiap areal, dimana tanaman di tengah blok maupun di pinggir areal kebun tidak memperoleh pupuk sebanyak tanaman di pinggir jalan yang mudah dijangkau. Selain itu, pengelolaan lahan yang selama ini dilakukan umumnya belum sesuai dengan standar, khususnya dalam hal pemupukan yang umumnya tidak tepat, baik jenis, dosis, cara, dan adanya serangan hama penyakit yang belum terkendali (Karsono et al., 2005). Tujuan manajemen aplikasi pupuk di perkebunan kelapa sawit adalah menciptakan kondisi kesuburan tanah yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan kelapa sawit sehingga dapat memberikan produksi yang ditargetkan sesuai dengan produktivitas kelas lahannya (Adiwiganda, 2007).
METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan di Kebun Pelantaran Agro Estate (PAGE), PT. Bumitama Gunajaya Agro Grup, Desa Pelantaran, Kec. Cempaga Hulu, Kab. Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah mulai
14 Februari sampai 14 Juni
2011.
Metode Pelaksanaan Kegiatan magang dilaksanakan selama empat bulan. Kegiatan magang meliputi kegiatan teknis di lapangan dan kegiatan manajerial, baik di kebun maupun di kantor kebun. Kegiatan yang dilakukan penulis pada waktu magang adalah bekerja langsung di lapangan. Kegiatan pertama adalah melaksanakan kegiatan sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL) selama satu bulan sesuai dengan kebutuhan kebun. Kegiatan yang dilakukan oleh penulis selama menjadi KHL meliputi: mengikuti kegiatan pemeliharaan dan panen, mengisi jurnal harian yang diketahui oleh pembimbing lapangan, mencatat prestasi kerja yang diperoleh penulis dan karyawan setiap kali mengikuti kegiatan, kemudian dibandingkan dengan norma kerja yang ditetapkan perusahaan. Jurnal harian penulis sebagai KHL dapai dilihat pada Lampiran 1. Pada bulan kedua penulis melaksanakan kegiatan sebagai pendamping mandor. Kegiatan yang dilakukan menyangkut aspek manajerial, penulis membuat perencanaan kebutuhan fisik dan biaya untuk pekerjaan yang akan dilakukan, membantu mengawasi kegiatan di lapangan, dan membantu pembuatan laporan harian mandor. Jurnal harian penulis sebagai pendampong mandor dapat dilihat pada Lampiran 2. Bulan ketiga dan keempat penulis diberikan tanggung jawab sebagai pendamping asisten divisi dengan tugas yang dilaksanakan meliputi: mempelajari kegiatan manajerial di tingkat divisi kebun, membantu penyusunan rencana kerja, pengelolaan dan pengawasan karyawan, membuat jurnal harian, dan membantu
9 pembuatan laporan asisten divisi. Jurnal harian sebagai pendamping asisten divisi dapai dilihat pada Lampiran 3. Aspek khusus yang diperdalam penulis adalah pengelolaannya mulai dari tahap analisis daun, rekomendasi pemupukan, aplikasi pupuk di lapangan, tenaga kerja dan pengawasan.
Pengumpulan Data Pengumpulan data yang dilakukan dalam kegiatan magang ini dengan menggunakan metode langsung (data primer) dan metode tidak langsung (data sekunder). Pengumpulan data primer dilakukan melalui pengamatan pada saat mengikuti kegiatan di lapangan yang berkaitan dengan aspek teknis. Data primer yang diperoleh dari pengamatan pada kegiatan pemupukan meliputi: 1.
Prestasi tenaga kerja Prestasi tenaga kerja pemupuk diamati berdasarkan bobot pupuk/HK kemudian dibandingkan dengan prestasi kerja yang ditetapkan kebun. Prestasi kerja berdasarkan bobot pupuk/HK yang diamati meliputi jenis pupuk, jumlah pupuk, dan jumlah tenaga kerja dalam satu pada satu blok.
2.
Ketepatan dosis pemupukan Ketepatan dosis diamati pada saat penguntilan. Pengamatan ketepatan dosis untilan dilakukan pada satu grup penguntil. Pengamatan dilakukan selama tiga hari dengan mengambil sampel 30 untilan. Untuk mengetahui ketepatan penguntilan dilakukan dengan menimbang bobot untilan kemudian dibandingkan dengan bobot standar per untilan yang ditetapkan oleh kebun.
3.
Ketepatan Cara Aplikasi Pengamatan ketepatan cara aplikasi pemupukan dilakukan pada dua baris tanaman yang dipilih dari aplikasi pupuk tiap penabur. Jumlah penabur yang diamati sebanyak 10 orang. Penentuan ketepatan cara didasarkan pada ketentuan jarak tabur dan kondisi penyebaran pupuk sesuai dengan standar kebun. Data sekunder diperoleh dari kebun berupa arsip perusahaan meliputi: (1)
Data kondisi kebun antara lain: areal, jenis lahan, topografi lahan, data curah
10 hujan empat tahun terakhir, dan data realisasi pemupukan empat tahun terakhir (2) Data kondisi tanaman antara lain asal bahan tanaman, populasi tanaman, umur tanaman, produksi dan produktivitas empat tahun terakhir, (3) Standar kebun meliputi: penanaman, pemeliharaan, pemanenan, dan tenaga kerja, (4) Organisasi dan manajemen seperti: srtuktur organisasi, jumlah dan status karyawan, dan (5) Sarana atau prasarana kebun.
Analisis Data dan Informasi Seluruh data dan informasi yang diperoleh dari kegiatan magang akan dianalisis dengan menggunakan nilai rata-rata dan persentase. Analisis data dan informasi menggunakan metode deskriptif membandingkan dengan standar dan aturan kerja dari setiap kegiatan serta studi pustaka yang berlaku pada budidaya kelapa sawit.
KONDISI UMUM KEBUN Letak Geografis Kebun kelapa sawit Pelantaran Agro Estate (PAGE) terletak di Desa Pelantaran, Kecamatan Cempaga Hulu, Kabupaten Kotawaringin Timur, Provinsi Kalimantan Tengah. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Pelantaran Bawah, sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Cempaga, sebelah utara berbatasan dengan Sungai Lintang Balang, dan sebelah selatan berbatasan dengan Desa Keruing. Letak geografis Kebun PAGE pada koordinat di antara 112.95-113.01 0
BT dan 2.02-2.11 0LS. Peta PAGE dapat dilihat pada Lampiran 4.
Keadaan Iklim dan Tanah Berdasarkan klasifikasi Schmidt and Freguson, areal perkebunan termasuk tipe iklim A. Rata-rata curah hujan 3 100 mm per tahun dan rata-rata hari hujan adalah 112 hari per tahun. Suhu rata-rata harian adalah 27 0C kisaran 23-33 0C. Data curah hujan di PAGE tahun 2007-2010 dapat dilihat pada Lampiran 5. PAGE terdapat 4 jenis tanah, yaitu ultisol (podsolik), inceptisol (Aluvial/Kaolin), histosol (gambut), dan entisol (pasir). Kondisi lahan kebun ini mempunyai topografi datar hingga bergelombang. Kelas lereng 0-8 % (datar) dan 9-15 % (begelombang). Berdasarkan kelas kesesuaian lahannya sebagian besar lahan di PAGE tergolong S3 sedangkan sebagian lagi masuk kedalam kelas lahan S2. Komposisi jenis tanah disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Jenis Tanah di PAGE Jenis Tanah Entisol (Pasir) Histosol (Gambut) Inceptisol (Aluvial/Kaolin) Ultisol (Podzolik) Sumber : Data Kebun PAGE (2011)
Luas (ha) 114 1 168 1 014 347
Persentase (%) 4.3 44.2 38.4 13.1
12 Luas Hak Guna Usaha (HGU) dan Tata Guna Lahan Luas areal Kebun PAGE adalah 2 951 ha terdiri atas 2 900.97 ha areal yang diusahakan dan 50.88 ha areal yang tidak bisa ditanam. Areal yang ditanam di PAGE terdiri atas TM 2004-2008 dan TBM 2010. Jumlah pokok per ha adalah berkisar dari 117-136 pokok. Luas HGU dan tata guna lahan di PAGE dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Luas HGU dan Tata Guna Lahan di PAGE Uraian Areal Diusahakan A. Areal Ditanam 1) TM 2004 2005 2006 2007 2008 2)TBM 2010 B. Areal Prasarana 1. Emplacement/bangunan lainnya 2. Jalan dan Jembatan Areal Tidak Bisa Ditanam C. Bukit, sungai, rawa, pasir, dll Luas Areal Kebun
Total Areal Kebun Ha Jlh Pokok Pokok/ha 2 900.97 357 193 2 801.16 357 193 128 2 698.27 343 200 127 740.20 100 150 135 485.90 64 538 133 611.86 77 645 127 822.34 95 835 117 37.97 5 032 133 102.88 13 993 136 102.88 13 993 136 99.81 17.00 82.81 50.88 50.88 2 951.85
Sumber : Data Kebun PAGE (2011)
Keadaan Tanaman dan Produksi Luas areal yang diusahakan di PAGE adalah 2 698 ha, yang terdiri atas tanaman menghasilkan tahun tanam 2004-2008. PAGE terdiri atas empat divisi. Luas areal Divisi I 816 ha, Divisi II 623 ha, Divisi III 790 ha, dan Divisi IV 469 ha. PAGE menggunakan bebarapa jenis bibit yang ditanam antara lain: ASD/Costarica, Marihat V, PPKS, Socfindo, dan PNG. Jarak yang tanam yang digunakan pada umumnya adalah 9.2 m x 9.2 m x 9.2 m dengan populasi per
13 hektar 136 pokok. Komposisi bibit yang digunakan kebun PAGE dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Komposisi Bibit Tanaman Kelapa Sawit di PAGE Luas (ha) 1 360 67 292 689 35
Jenis Bibit ASD/Costarica Marihat V PPKS PNG Socfindo
Persentase (%) 55.67 2.74 11.95 28.20 1.43
Sumber : Data Kebun PAGE (2011)
Produksi kelapa sawit yang dihasilkan di PAGE pada empat tahun terakhir mengalami peningkatan. Produksi tinggi apabila pemeliharaan dilakukan dengan tepat dan kondisi iklim mendukung tanaman untuk berproduksi. Perkembangan produksi di PAGE tahun 2007-2010 disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Produksi dan Produktivitas TBS di PAGE Tahun 2007 - 2010 Tahun Tanam 2004
2005
2006
2007
2008
Uraian Produksi (ton) Luas Panen (ha) Produktivitas (ton/ha) Produksi (ton) Luas Panen (ha) Produktivitas (ton/ha) Produksi (ton) Luas Panen (ha) Produktivitas (ton/ha) Produksi (ton) Luas Panen (ha) Produktivitas (ton/ha) Produksi (ton) Luas Panen (ha) Produktivitas (ton/ha)
2007 1 023.40 669.01 1.53 59.19 287.56 0.21
Tahun 2008 2009 6 504.82 10 973.38 741.01 740.20 8.78 14.82 2 052.62 3 901.76 486.76 485.90 4.22 8.03 3 848.46 611.86 6.29 131.15 822.33 0.16 0.46 37.97 0.01
2010 12 655.01 740.20 17.10 5 558.09 485.90 11.44 4 974.92 611.86 8.13 3 712.23 822.34 4.51 52.25 37.97 1.38
Sumber : Data Kebun PAGE (2011)
Fasilitas Kebun Fasilitas kebun bertujuan untuk menunjang kegiatan kerja dan kebutuhan hidup karyawan yang berada di kebun. PAGE memiliki beberapa fasilitas antara
14 lain: kantor kebun, kantor divisi di setiap divisi, kantor traksi, kantor BMS dan BSS, poliklinik, beberapa gudang bahan dan alat baik di kebun maupun di divisi, lapangan bola dan bulutangkis. Kantor kebun merupakan pusat administrasi kebun. Kantor divisi merupakan tempat yang berkaitan dengan seluruh administrasi divisi antara lain, pengisian laporan harian mandor, tempat rapat divisi, dan lain-lain. Setiap kantor divisi diatur oleh setiap asisten divisi, sedangkan kantor traksi diatur oleh asisten divisi juga yang lebih senior. PAGE juga menyediakan perumahan yang memadai bagi semua karyawannya. Untuk karyawan staf, perumahannya berada di kawasan kantor kebun. Untuk perumahan Divisi I dan IV berada dalam kawasan yang sama yaitu di kawasan kantor kebun, sedangkan Divisi II dan III berada di setiap divisi. Setiap divisi memiliki tempat penitipan anak (TPA) dan mesjid. Selain itu, pihak kebun menyediakan sarana transportasi berupa bus sekolah untuk siswa (anak staf dan karyawan) yang sekolah di luar kawasan kebun.
a
b
d
c
e
Gambar 1. Fasilitas Kebun di PAGE (a. Kantor Kebun; b. Kantor BSS dan BMS; c. TPA; d. Kantor Traksi);e. Masjid dan Perumahan)
Stuktur Organisasi Kebun PAGE dipimpin oleh seorang manajer. Manajer memiliki tugas memimpin dan mengelola kebun dengan baik. Manajer dibantu oleh empat orang asisten divisi dan satu orang kepala administrasi. Asisten bertugas dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan teknis lapangan di divisi masing-masing
15 yang dipertanggungjawabkan kepada manajer. Kepala administasi bertugas dalam semua hal yang berhubungan dengan kegiatan administrasi kebun. Asisten divisi dibantu oleh mandor I, mandor panen, mandor perawatan (chemist dan manual), krani panen, krani transport, dan krani divisi. Struktur organisasi kebun Pelantaran Agro Estate secara keseluruhan dapat dilihat pada Lampiran 6.
Ketenagakerjaan dan Pengupahan Tenaga kerja di Pelantaran Agro Estate terdiri atas pekerja staf dan nonstaf. Pekerja staf terdiri atas manajer, asisten, dan kepala administrasi, sedangkan pekerja nonstaf terdiri atas pekerja langsung yaitu tenaga kerja panen dan perawatan dan pekerja tidak langsung yaitu mandor, krani, dan lain-lain. Pekerja langsung adalah Karyawan Harian Tetap (KHT) dan Karyawan Harian Lepas (KHL). Tenaga kerja manual adalah KHL, sedangkan tenaga kerja panen dan perawatan chemist setelah tiga bulan kerja dilakukan pengangkatan menjadi KHT. Pekerja tidak langsung adalah pekerja bulanan, KHT, dan KHL. Proporsi tenaga kerja KHT dan KHL yang ditetapkan kebun PAGE adalah 70 KHT : 30 KHL. Pembagian gaji dilakukan sekali dalam satu bulan, tepat pada awal bulan. Besarnya gaji staf disesuaikan dengan kebijakan perusahaan sesuai dengan status jabatan dan golongannya. Gaji untuk KHT adalah Rp. 1 244 125,- per bulannya ditambah dengan beras (jumlah beras sesuai dengan tanggungan), sedangkan gaji KHL adalah jumlah hari kerja (HK) dikalikan dengan Rp. 49 765,-/HK. Untuk tenaga kerja panen selain upah tetap per bulan dan beras juga ditambah dengan premi panen setiap bulannya. Untuk tenaga kerja perawatan (TK semprot dan TK pupuk) ditambah premi kehadiran sebesar Rp. 2 500,- per harinya sedangkan perawatan manual tidak mendapatkan premi. Berdasarkan jumlah total tenaga kerja dibagi dengan luas areal kebun maka diperoleh HK/ha di PAGE adalah 0.16. Menurut Pahan (2008) perkebunan kelapa sawit memerlukan tenaga kerja 0.2 orang setiap ha nya atau HK/ha adalah 0.2. Data pekerja dan kebun PAGE Tahun 2011 dapat dilihat pada Tabel 5.
16 Tabel 5. Jumlah Pekerja di PAGE Tahun 2011 Uraian A. Staf 1. Manajer 2. Asisten 3. Kasie Jumlah Staf B. Non Staf 1. Pekerja Langsung 1). Panen
: KHT : KHL 2). Perawatan : KHT : KHL 2. Pekerja Tidak Langsung 1). Mandor : Bulanan : KHT : KHL 2). Krani : Bulanan : KHT : KHL 3). Lain-lain : Bulanan : KHT : KHL Jumlah Non Staf : Bulanan : KHT : KHL
Total Sumber : Data Kebun PAGE (2011)
Lakilaki
Perempuan
Total
1 4 1 6
-
1 4 1 6
80 70 13 60
50 81
80 70 63 141
12 8 1 5 3 3 3 14 7 20 118 141 285
3 2 1 5 2 54 86 142
12 8 1 5 6 3 5 15 12 22 172 227 427
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Leaf Sampling Unit (LSU) Leaf Sampling Unit adalah unit areal yang dipergunakan untuk tempat pengambilan contoh daun dari tanaman yang telah ditetapkan, dengan tujuan sebagai contoh yang cukup dan mewakili untuk mendapatkan informasi tentang kesuburan
tanah. Alat dan bahan yang dipersiapkan adalah cat merah, peta
blok/tanaman, parang, dan kuas. Pelaksanaan. Titik pengamatan dipilih dari tanaman kelapa sawit yang normal, sehat atau tidak terkena hama penyakit, dan homogen. Tanaman tidak dekat dengan pinggir jalan, parit atau bangunan. Penentuan tanaman contoh dihitung setiap 10 baris tanaman dimulai baris ketiga dari ujung blok tanaman di pinggir jalan utama. Pada baris tanaman ditentukan tanaman contoh pertama yaitu pokok ketiga, kemudian selang 10 tanaman untuk tanaman contoh kedua. Setiap tanaman contoh diberi tanda sebagai pohon pengamatan KCD. Tanda terdiri dari nomor pokok dan baris tanaman untuk menunjukkan tanda pengamatan KCD. Bila sampai ujung blok tidak sampai 10 baris tanaman, maka KCD berikutnya pindah 1-2 tanaman ke dalam blok, kemudian dihitung 10 baris tanaman dari tanaman terakhir, diberikan tanda sebagai pengamatan KCD, dan berikutnya sampai penandaan seluruh tanaman selesai dalam satu blok. Setiap baris yang ada KCD nya pada tanaman di pinggir jalan pada baris tersebut diberi tanda panah menggunakan cat merah pada pangkal pelepah. Tanda panah ke atas artinya sebagai tanda masuk ke dalam baris, sedangkan tanda panah ke kiri/kanan artinya sebagai tanda keluar dari dalam baris tersebut dan pindah ke 10 baris berikutnya. Jika titik KCD hilang karena tanaman terserang hama/penyakit atau tidak normal maka KCD dipindah berjarak dua tanaman dari KCD yang akan diganti. Pemberian tanda/nomor KCD dilakukan hanya sekali dan digunakan sampai tanaman mati atau diganti tanaman baru.
18 Pengambilan Contoh Daun Pengambilan contoh daun bertujuan untuk menentukan kondisi status hara yang dikandung tanaman dalam rangka untuk penyusunan rekomendasi pemupukan. Alat dan bahan yang dipersiapkan: gergaji atau pisau, kantong plastik, label, alat tulis, dan formulir pengamatan. Pengambilan contoh daun dilakukan pada pukul 07.00-12.00 WIB dan tidak dalam kondisi hujan. Pelaksanaan. Contoh daun diambil berdasarkan KCD yang telah ditetapkan. Pelepah no. 17 yang diambil sebagai contoh daun. Penghitungan pelepah no. 17 dihitung berdasarkan daun pertama (pucuk tajuk) yang telah membuka pertama. Daun pertama diberi tanda dengan cat merah. Pelepah no. 17 tersebut dipotong menggunakan gergaji atau pisau. Bagian tengahnya digunakan untuk pengambilan contoh daun. Caranya dengan meraba permukaan pelepah mulai dari ujung hingga ketemu atau terasa ada benjolan yang dinamakan “pentil” pada pelepah tersebut. Selanjutnya satu jengkal dari pentil diambil 12 anak daun, 6 anak daun masing-masing sebelah kiri dan kanan.Contoh daun dari setiap blok dimasukkan ke dalam kantong plastik dan diberi tanda dengan jelas. Satu plastik digunakan sebagai tempat contoh daun dari satu blok, tidak boleh digabung dari beberapa blok. Contoh daun dikirim ke bagian research untuk dilakukan persiapan penanganan contoh daun dan dianalisa di laboratorium.
Penanganan Contoh Daun Anak daun (12 helai) dijadikan satu dan dipakai bagian tengahnya sepanjang 20-30 cm. Lidi dari daun contoh diambil dan dibuang. Contoh daun tidak perlu dicuci tetapi di lap dengan kain basah. Daun yang sudah diambil contoh daunnya dipotong-potong 2 cm dan diletakkan di atas nampan pengeringan, kemudian diberi label dengan jelas. Contoh daun tersebut dikeringkan dalam oven selama 24 jam dengan suhu 60-65 0C. Setelah selesai pengeringan contoh daun digiling dengan alat penggiling daun dan dimasukkan ke dalam kantong plastik yang sudah diberi label. Contoh daun yang sudah dikeringkan dibagi dua, satu bagian dikirim ke Laboratorium Tanah dan sisanya disimpan sebagai cadangan. Contoh daun yang dikirim dan cadangannya harus diberi label yang jelas, selanjutnya dikirim ke laboratorium dengan segera.
19 Pengamatan yang dilakukan pada saat pengambilan contoh daun antara lain: pengamatan gejala defisiensi hara, ulat api dan ulat kantong. Pengamatan dilakukan dengan mengamati 6 pokok di sekitar pokok KCD (mata lima) dibantu dengan gambar panduan gejala defisiensi hara dari pihak research. Hasil pengamatan ditulis di form data yang telah disediakan oleh pihak research. Selain gambar panduan dan form data, pihak research juga melakukan simulasi terlebih dahulu.
Rekomendasi Pemupukan Rekomendasi pemupukan di Pelantaran Agro Estate (PAGE) didasarkan pada hasil analisis daun dan tanah, produksi, dan hasil pengamatan lapangan (gejala defiesiensi hara). Jenis pupuk yang dipakai di PAGE adalah pupuk organik (aplikasi janjang kosong) dan pupuk anorganik yaitu Urea, RP (Rock Phospat), MOP (Muriate of Potash), Kieserit, Chelated ZinCopper, dan HGF-B (High Grade Fertilizer Borate). Rekomendasi pemupukan di PAGE disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Rekomendasi Jenis dan Dosis Pupuk pada Tanaman Menghasilkan Kelapa Sawit di PAGE Tahun 2011. Tahun Tanam
Aplikasi
2004 2005 2006 2007 2008
Urea
MOP
1 2
1.13 1.00
1.50 1.41
1
1.03
1.46
2
0.90
1.31
1
1.03
1.48
2
0.83
1.43
1
1.03
2 1
Jenis dan Dosis Pupuk Chelated Kieserit RP Zin Copper 1.29 2.10 0.005 0.005
Total
0.100 0.100
6.126 2.513
2.10
0.030
0.100
5.928
-
-
0.030
0.100
2.345
1.07
1.90
0.013
0.100
5.593
-
-
0.013
0.100
2.378
1.42
1.12
1.95
0.021
0.100
5.644
0.80
1.22
-
-
0.021
0.100
2.145
0.75
1.25
1.00
1.75
-
0.100
4.850
-
-
-
0.100
2.100
2 0.75 1.25 Sumber : Kantor Kebun PAGE (2011)
1.21
HGFB
Realisasi Pemupukan Realisasi pemupukan di PAGE dihitung berdasarkan persentase setiap jenis pupuk dalam setiap tahun pemupukan maupun persentase semua jenis pupuk
20 yang telah diaplikasikan pada masing-masing tahun tanam kelapa sawit dari jumlah rekomendasi yang ditetapkan. Realisasi pemupukan di PAGE berdasarkan jenis pupuk disajikan pada Lampiran 7, sedangkan realisasi pemupukan di PAGE berdasarkan total pupuk dapat dilihat pada Lampiran 8. Penyimpanan Pupuk Penyimpanan pupuk bertujuan agar mutu dan keamanan pupuk tetap terjaga. PAGE mempunyai dua gudang pupuk yaitu di Divisi I dan Divisi III. Gudang pupuk di PAGE masih berupa bangunan dari kayu, namun memiliki ventilasi yang cukup. Lantai diberi kayu sebagai alas pupuk. Pupuk diletakkan di atas kayu supaya pupuk tidak lembab yang mengakibatkan pupuk membatu. Pupuk yang diletakkan diluar karena tidak muat di gudang ditutup menggunakan terpal yang tebal dan tidak bocor. Penyimpanan pupuk disusun rapi agar memudahkan melakukan perhitungan.
Gambar 2. Gudang Pupuk dan Penguntilan Tenaga Kerja Pemupukan Tenaga kerja pemupukan untuk tim BMS (Block Manuring System) 1 (untuk Divisi I dan II) berjumlah 23 orang terdiri dari 10 orang tenaga penabur, 5 orang tenaga pengecer, 2 orang tenaga bongkar muat, dan 6 orang tenaga penguntil. Tenaga pengecer dan penabur dibagi dalam 5 KKP (Kelompok Kecil Pemupuk). Setiap KKP terdiri atas 1 tenaga pengecer dan 2 orang penabur. Basis tenaga pengecer dan penabur adalah 500 kg/HK. Untuk 6 tenaga penguntil memiliki tugas masing-masing antara lain, 1 orang membuka sak dan menuangkan pupuk ke tempat penguntilan, 1 orang mengisi dua takaran untilan, 2 orang memindahkan pupuk dari takaran ke karung untilan, 1 orang mengikat
21 karung untilan, dan 1 orang lagi menyusun untilan dengan rapi. Basis tenaga kerja penguntil adalah 1 500 kg/HK. Tenaga kerja pengecer dan penabur tetap anggotanya dalam KKP. Apabila salah satu dari anggota KKP tidak bekerja maka akan digantikan oleh tenaga kerja penguntil. Tenaga kerja bongkar muat bergiliran setiap harinya dengan tenaga kerja penguntil. Apabila stok pupuk di gudang habis, maka seluruh tenaga akan dikerahkan ke lapang untuk pemupukan. Semua tenaga kerja pemupukan mendapat upah sebesar upah/HK ditambah premi Rp. 2 500,-.
Teknis Pemupukan BMS (Block Manuring System) adalah diharapkan aplikasi pupuk berpedoman kepada 5 T (Tepat Jenis, Tepat Dosis, Tepat Aplikasi, Tepat Waktu, Tepat Pelaporan). Pelaksanaan kegiatan pemupukan wajib dengan menggunakan sistem BGA Manuring System. Organisasi kerja penguntilan. Penguntilan merupakan kegiatan menakar ulang pupuk dari karung sak ke dalam karung-karung untilan dengan dasar pertimbangan bahwa pupuk yang telah diuntil pada saat aplikasi nantinya sesuai dengan dosis per pokok tanaman. Penguntilan bertujuan untuk menghindari pupuk yang menggumpal dalam karung sak dan memudahkan tenaga kerja bongkar muat dan pengecer membawa pupuk yang akan diaplikasikan. Pupuk yang akan diuntil terlebih dahulu adalah pupuk stok lama dan atau karung goninya rusak. Karung pupuk dibuka dengan menarik benang jahitannya, dilarang menggunakan pisau. Berat untilan tergantung pada jenis pupuk yang akan diaplikasikan. Pupuk RP dan kieserit berat tiap untilannya adalah 8.5 kg, sedangkan berat tiap untilan pupuk borat adalah 6.8 kg. Karung-karung untilan yang telah diikat disusun rapi dan teratur (10-15 susun) agar mudah dihitung pada saat dimuat. Untilan hari ini ditempatkan di belakang agar untilan hari sebelumnya diaplikasikan terlebih dahulu pada esok hari. Untilan ditutup rapat dengan menggunakan terpal dan dipastikan tidak bocor apabila turun hujan. Setelah selesai penguntilan, gudang until dibersihkan dan dirapikan.
22
a
c
b
Gambar 3. Kegiatan Penguntilan Pupuk (a. Takaran Until; b. Penakaran Pupuk; c. Penyusunan Untilan) Organisasi
kerja
pelangsiran.
Pelangsiran
merupakan
kegiatan
memindahkan pupuk yang telah diuntil dari gudang ke lapang. Tim tenaga kerja bongkar muat pupuk terdiri dari 2 orang. Kegiatan dimulai setelah apel pagi, tenaga bongkar muat mulai memindahkan untilan-untilan pupuk di gudang ke dalam truk. Pada saat dimuat, jumlah untilan dihitung sesuai dengan kebutuhan di lapang. Pelangsiran dilakukan dua kali kecuali pada hari Jumat. Kegiatan muat pupuk ke truk berlangsung selama 30-50 menit. Untilan pupuk ditempatkan pada setiap pasar pikul. Jumlah karung untilan disesuaikan dengan dosis per pokok dan jumlah pokok per setengah pasar (2 kali setengah baris) sehingga diketahui jumlah untilan yang dibutuhkan. Untilan pupuk diletakkan di pinggir CR (collections road) , diusahakan agar karung untilan tidak terbuang ke parit, karung sobek, dan ikatan karung untilan tidak lepas untuk menghindari hilangnya pupuk. Tenaga pelangsir juga bertugas mengumpulkan bekas karung untilan dan digulung rapi setiap 10 karung untilan. Pupuk yang telah dilangsir diusahakan habis ditabur pada hari itu juga. Apabila pupuk tidak habis ditabur karena kondisi hujan, maka pupuk dibawa kembali ke gudang untilan.
a
b
Gambar 4. Kegiatan Pelangsiran Pupuk (a.Pemuatan Pupuk ke truk; b. Pengeceran Pupuk)
23 Organisasi
kerja
pengeceran.
Pengeceran
merupakan
kegiatan
memindahkan untilan pupuk dari pinggir CR ke dalam blok atau baris tanaman. Perbandingan tenaga kerja pengecer dengan tenaga kerja penabur adalah 1:2. Pengeceran pupuk dalam baris tanaman dilakukan dengan cara dipikul dengan perbandingan satu pengecer dan dua penabur. Semua untilan dari tempat peletakan pupuk akan dipikul hingga pasar tengah dan ditempatkan disetiap selang beberapa pokok sesuai dengan kelipatan dosis per pokok dan berat untilan. Bekas karung untilan dibawa kembali keluar dan diletakkan di pinggir blok. Selanjutnya bekas karung akan dikumpulkan oleh tenaga pelangsir dan digunakan lagi untuk penguntilan berikutnya.
Gambar 5. Kegiatan Pengeceran Pupuk Organisasi kerja penaburan. Tenaga kerja penaburan terdiri dari 2 orang dalam satu KKP. Setiap penabur telah dipersiapkan takaran (sesuai dengan jenis dan dosis pupuk) dan gendongan until. Penaburan pupuk (untuk RP, kieserit, MOP, dan urea) di masing-masing blok dimulai dari pokok pertama hingga pokok terakhir pada pasar tengah (pokok 16 atau 17) tergantung jumlah pokok dalam satu baris. Penaburan pupuk Borat dimulai dari pokok pertama hingga pokok terakhir dalam baris. Pupuk urea ditabur merata di permukaan piringan, agar secara cepat dapat meresap ke tanah dan segera dapat direspon oleh tanaman. Pupuk RP, MOP & kieserite ditabur di piringan dengan bentuk “U” karena akar menyebar diluar piringan. Pemupukan dilakukan membentuk setengah lingkaran/“U” dimaksudkan atas pertimbangan untuk menghindari aplikasi pupuk di pasar rintis/pikul. Pupuk borat ditabur merata di permukaan piringan dengan jarak ± 100 cm dari pokok. Pupuk Chelated Zinkcoper ditugal empat lubang pada setiap pokok dengan jarak ± 50 cm dari pokok.
24
a
b
Gambar 6. Kegiatan Penaburan Pupuk Kieserit (a. Penaburan Pupuk di Piringan; b. Pupuk di Piringan)
Pengamatan Ketepatan Dosis Untilan Penulis melakukan pengamatan pada grup penguntil untuk mengamati ketepatan dosis untilan. Penulis melakukan penimbangan sampel untilan pupuk RP dan HGFB, data pengamatan disajikan pada Tabel 7 dan Tabel 8. Tabel 7. Ketepatan Dosis Untilan Pupuk HGFB TK (Orang) 6 6 6 Rata-rata
Bobot/Until (kg) 6.80 6.80 6.80
Rataan (kg) 6.63 6.36 6.29
Tepat Dosis (%) 97.50 93.52 92.50 94.50
Sumber : Hasil Pengamatan Lapang (2011)
Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh bahwa persentase rata-rata penguntilan pupuk HGFB adalah 94.50 %. Tabel 8. Ketepatan Dosis Untilan Pupuk Rock Phospate TK (Orang) 6 6 6 Rata-rata
Bobot/Until (kg) 8.50 8.50 8.50
Rataan (kg) 8.10 7.75 8.20
Tepat Dosis (%) 95.33 91.20 96.51 94.35
Sumber : Hasil Pengamatan Lapang (2011)
Berdasarkan hasil pengamatan penguntilan pupuk RP diperoleh hasil bahwa persentase rata-rata ketepatan dosis untilan adalah 94.35%.
25 Pengamatan Ketepatan Cara
95
Persentase (%)
90 85 80 75 70 65 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Rataan
Penabur
Gambar 7. Grafik Ketepatan Cara Aplikasi Pupuk Kieserit pada Blok D04 Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh hasil bahwa persentase rata-rata ketepatan cara oleh tenaga kerja penabur adalah 85 %.
Pengamatan Prestasi Tenaga Kerja Tabel 9. Prestasi Tenaga Kerja Pemupuk Tanggal
Jenis Pupuk
22/03/11 23/03/11 24/03/11 25/03/11 26/03/11 29/03/11 30/03/11 31/03/11 01/04/11 02/04/11
RP RP RP RP RP Kieserit Kieserit Kieserit Kieserit Kieserit
Dosis/ pokok (kg) 2 2 2 2 2 1.25 1.25 1.25 1.25 1.25
Standar (kg) 500 500 500 500 500 450 450 450 450 450
Jlh Pupuk (kg) 8500 8500 1 1000 5668 1 2470 7650 7650 7650 6394 7650
Jlh TK 17 17 21 14 23 18 17 17 18 17
Prestasi (kg/HK) 500.00 500.00 523.80 404.85 542.17 425.00 450.00 450.00 355.22 450.00
Sumber : Hasil Pengamatan Lapang (2011)
Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh hasil bahwa pada umumnya prestasi tenaga kerja pemupuk telah mencapai standar kerja kebun.
26 Aplikasi Janjang Kosong Janjang kosong merupakan salah satu jenis limbah padat industri kelapa sawit. Aplikasi janjang kosong bertujuan untuk konservasi tanah dan menyediakan beberapa unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Selain itu, janjang kosong berfungsi sebagai penutup tanah, mengurangi gulma dan penguapan (menjaga kelembapan tanah). Aplikasi janjang kosong di PAGE dilakukan secara manual. Aplikasi dilakukan di Divisi I. Janjang kosong diangkut menggunakan truk buah dari PKS setelah mengantar TBS. JJK dari truk diletakkan di pinggir jalan CR atau di parit berbentuk tumpukan. Satu truk berisi 7 ton JJK disusun satu tumpukan. Alat
yang
digunakan
untuk
aplikasi
JJK
adalah
gancu
dan
karung/angkong. Karung atau angkong digunakan untuk mengangkut JJK dari tumpukan ke dalam gawangan sedangkan gancu untuk menyusun JJK pada pasar mati. Tenaga kerja yang digunakan untuk aplikasi JJK ada 4 kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 3 - 4 orang dengan tugas masing-masing sebagai penyusun JJK ke angkong, mengangkut JJK ke dalam gawangan, dan penyusun JJK pada tanaman secara bergantian. Aplikasi JJK dilakukan dengan rotasi sekali setahun pada lahan yang sama. Dosis JJK per hektar adalah 27 ton, atau ± 200 kg per pokok (1 ha terdapat 136 tanaman). Jumlah JJK yang disusun pada satu pokok tidak ditentukan. Berdasarkan kalibrasi untuk bobot 1 angkong/karung adalah 50 kg. Jadi diperkirakan untuk setiap tanaman harus ada 4 angkong/karung JJK. JJK disusun satu lapis di sisi susunan pelepah berbentuk kotak untuk menghindari perkembangan kumbang badak (Orictes rhinoceros). Prestasi kerja untuk karyawan penyusun janjangan adalah 0.1 ha/HK atau ± 2 700 kg/ HK.
27
a
b
Gambar 8. Aplikasi Janjang kosong (a.Pengangkutan JJK ke dalam Blok; b.Susunan JJK di dalam Blok) Pengendalian Gulma Gulma merupakan tumbuhan yang tumbuh pada tempat dan waktu yang tidak diinginkan, yang dapat merugikan manusia. Pengendalian gulma bertujuan untuk mengurangi persaingan antara tanaman dengan gulma, memudahkan sanitasi dan pemeliharaan (pemupukan), serta menghindari pengaruh buruk bagi tanaman. Gulma dominan yang ditemukan di PAGE yaitu Chromolaena odorata (putihan), Stenochlaena palustris (kelakai), Neprolephis biserata (paku larat), Glichenia linearis (pakis kawat), Dicrapnotheris linearis (pakis kawat), Mikania micrantha (sambung rambat), Scleria sumatrensis (kerisan), dan kentosan (sawit liar). Kegiatan pengendalian gulma dilakukan secara manual dan kimiawi dengan sasaran gulma di piringan, gawangan mati, pasar pikul, dan TPH. Khusus pakisan (Neprolephis biserata) sengaja dibiarkan tumbuh pada gawangan mati dan pokok kelapa sawit. Hal itu dilakukan karena Neprolephis biserata pada saat mencapai umur tertentu akan kering dan mati dengan sendirinya. Selain itu, Neprolephis biserata berfungsi untuk mengurangi evaporasi yang terjadi pada tanah sehingga kelembapan tetap terjaga. Pengendalian secara manual. Kegiatan pengendalian gulma dilakukan secara manual yaitu piringan manual dan gawangan manual. Piringan manual merupakan kegiatan membersihkan gulma yang “mengelambu” atau menutupi tanaman kelapa sawit, gulma dan kotoran berupa brondolan busuk, pelepah kering yang ada di piringan. Prestasi kerja piringan manual adalah 0.5 ha/HK. Gawangan manual merupakan kegiatan menebang gulma khususnya gulma anak kayu yang tumbuh di gawangan mati maupun gawangan hidup. Gulma ditebas ± 30 cm dari
28 permukaan tanah. Prestasi kerja gawangan manual adalah 0.5 ha/HK. Piringan dan gawangan manual kebanyakan dilakukan pada areal tahun tanam 2006.
Gambar 9. Gulma “Mengelambu” pada Kelapa Sawit Pengendalian secara kimiawi. Kegiatan pengendalian gulma secara kimiawi yaitu semprot gawangan dan SPPH (Semprot Piringan, Pasar pikul, dan TPH). Metode yang dilakukan adalah sistem BSS (Blok Spraying System), yaitu penyemprotan yang dilakukan dari blok ke blok. Tim BSS terdiri dari 2 tim yaitu: tim BSS TUS dan tim BSS divisi. Tim BSS TUS adalah tim pengendalian gulma piringan, pasar pikul, dan TPH (SPPH) dengan menggunakan alat sprayer SA 15 dan nozel vlv 100/Deflaktor. Isi sprayer SA 15 adalah 15 l. Cara penyemprotannya adalah piringan disemprot pada jari-jari 2 m dengan posisi stik semprot di arah luar lingkaran. Pasar rintis, pasar tengah, pasar kumis, dan kaki lima parit/blok disemprot dengan lebar 1.2 m, serta semua TPH disemprot. Tim divisi adalah tim pengendalian gulma gawangan dan lalang dengan menggunakan alat Solo sprayer. Isi Solo sprayer adalah 13 liter. Cara penyemprotannya adalah gawangan disemprot secara selektif yaitu hanya gulma beranak kayu disemprot secara merata dan semua lalang cara spot dan merata. Pengancakan kerja tiap tenaga semprot adalah dua pasar. Apabila dalam kondisi berat ditumbuhi gulma, maka satu pasar disemprot oleh dua tenaga semprot. Mulai dari CR tembus ke CR sebelah, kemudian balik dari sisi CR sebelah ke CR semula. Selanjutnya pindah ke pasar berikutnya yang belum di semprot berdasarkan nomor urut penyemprot. Sebelum masuk ke dalam hancak bendera merah ditancapkan di CR sebagai tanda batas hancak. Pengendalian gulma secara kimiawi pada piringan dilakukan dengan menggunakan herbisida gifosat merek dagangnya “KLEENUP 480 SL” dan metil
29 metsulfuron merek dagangnya “Meta-Prima 20 WG”. Dosis bahan gifosat adalah 0.3 liter/ha, sedangkan metil metsulfuron adalah 0.016 kg/ha. Sebelumnya bahan gifosat telah dicampur dengan air 1:1. Demikian juga untuk bahan metil dilarutkan terlebih dahulu menggunakan air, kemudian dicampur dengan glifosat. Untuk TUS pencampuran bahan dilakukan di tangki truk. Jumlah air yang diisi ke tangki adalah 2 500 l, jumlah glifosat 9.86 liter dengan konsentrasi 0.39 %, dan jumlah metilnya 0.525 kg dengan konsentrasi 0.021 %. Semua bahan dicampur dalam tangki. Sasaran kerja semprot piringan adalah semua gulma di piringan, pasar pikul, pasar tengan, kaki lima, dan TPH. Pengendalian gulma pada gawangan dilakukan dengan menggunakan herbisida paraquat merek dagangnya “GRAMOXONE 276 SL”, metil metsulfuron merek dagangnya” Meta-Prima 20 WG” dan starlon. Dosis paraquat 0.20-0.23 liter, metil 0.02 kg, dan starlon 0.05-0.07 liter. Jenis dan dosis bahan yang digunakan berdasarkan kondisi dan komposisi gulma (persentase gulma dalam satu blok). Untuk pengendalian lalang menggunakan glifosat tanpa campuran bahan lain dengan perbandingan 1:1. Dosisnya adalah 0.4-0.42 liter/ha. Output untuk semprot lalang atau spot lalang adalah 5 ha/HK. Rotasi kerja semprot piringan yaitu 6 kali setahun (setiap 2 bulan). Semprot piringan dilakukan pada bulan Februari, April, Juni, Agustus, Oktober, dan Desember. Rotasi kerja semprot gawangan yaitu 2 kali setahun (setiap 6 bulan) dan dilakukan pada bulan Juni dan Desember. Prestasi kerja tenaga semprot piringan adalah 3 ha/HK sedangkan prestasi kerja tenaga semprot gawangan adalah 2 ha/HK. Prestasi kerja yang diperoleh tenaga semprot piringan dan gawangan kadang lebih atau kurang dari norma kerja 3 ha/HK dan 2 ha/HK. Hal ini disebabkan kondisi gulma (intensitas gulma) pada areal blok berat atau ringan. Apabila prestasi kerja lebih dari norma kerja, maka lebihnya akan dimasukkan pada prestasi kerja hari berikutnya.
30
a
b
Gambar 10. Kegiatan Pengendalian Gulma (b.Semprot Gawangan; b. Semprot Piringan Alokasi alternatif tenaga semprot bila terjadi hujan atau ketersediaan bahan tidak ada adalah: menanam MB (Mucuna bracteata), pekerjaan berantas kentosan, tanam Neprolephis/Tunera, piringan dam gawangan manual. Pekerjaan sekunder harus ditentukan dengan jelas agar alokasi HK tenaga semprot lebih efektif.
Pengendalian Hama dan Penyakit Pengendalian Hama. Hama yang terdapat di perkebunan PAGE antara lain tikus, kumbang tanduk (Orictes rhinoceros), ulat api (Tosea asigna), dan ulat kantong (Mahasena corbetti). Pengendalian dilakukan pada hama tikus dan kumbang badak karena dianggap telah mengganggu dan serangannya sudah mulai banyak. Tikus merusak bunga jantan, bunga betina, tandan buah segar, dan brondolan. Pengendalian untuk mencegah peledakan hama tikus yaitu dengan aplikasi rodentisida berupa Durat. Aplikasi durat dilakukan secara manual. Dosis durat untuk satu tanaman adalak satu biji. Durat diletakkan pada jarak ± 50 cm dari pokok dengan menghadap ke pasar pikul. Rotasi aplikasi durat dilakukan sekali setahun. Aplikasi durat dilakukan dua tahap. Aplikasi tahap pertama seluruh pokok kelapa sawit diaplikasikan. Aplikasi tahap kedua 4-7 hari setelah aplikasi pertama, untuk mengganti racun yang hilang. Aplikasi durat dilakukan dengan menggunakan sarung tangan sehingga di umpan durat tersebut tidak terdapat bau manusia sehingga tikus yang mempunyai insting cepat tanggap
31 terhadap bahaya tidak terpengaruh dengan bau manusia di umpan tersebut. Berat satu biji durat adalah 3.6 gram. Prestasi kerja untuk karyawan aplikasi durat 4.5-6 kg/HK. Kumbang tanduk (Orictes rhinoceros) telah menjadi hama utama di kebun PAGE. Kumbang tanduk menyerang pucuk yang mengakibatkan pucuk kelapa sawit patah. Selanjutnya, akibat bekas gerekan busuk dan akhirnya tanaman kelapa sawit bisa mati. Kumbang tanduk dikendalikan dengan menggunakan ferotrap. Ferotrap merupakan perangkap dengan menggunakan feromon dalam bentuk kemasan. Feromon diletakkan di dalam jerigen yang dibelah dan digantung pada ketinggian ± 2 m. Kelebihannya lebih efektif untuk kumbang tanduk karena posisi lubang ferotrap berada di samping. Ferotrap ditempatkan satu pada setiap blok tepat di pinggir jalan CR. Selain itu, untuk mencegah perkembangbiakan kumbang tanduk penyusunan JJK tidak boleh dari satu lapis. Serangan hama ulat api dan ulat kantung sangat kecil dan belum merugikan perkebunan. Pengendalian yang dilakukan adalah menanam Turnera subuleta (bunga pukul tujuh) dan Turnera ulmifolia (bunga pukul delapan) pada pinggir CR maupun MR. Pengendalian Penyakit. Penyakit yang banyak ditemukan di PAGE adalah busuk buah dan busuk pucuk. Pengendalian yang dilakukan yaitu melakukan pemangkasan pelepah (pruning), tandan yang lewat masak tidak dibiarkan berada di pohon, dan kastrasi dilakukan dengan tepat.
Panen Panen adalah suatu rangkaian pekerjaan potong buah dan transport buah ke PKS pada hari yang sama dengan kondisi buah yang segar dan bersih. Panen merupakan memotong seluruh buah yang layak potong, mengutip seluruh brondolan, mengangkut buah dari dalam blok kemudian mengumpulkannya ke TPH, dan selanjutnya mengangkut buah dari TPH ke PKS. Pengelolaan panen menekan losses seminimal mungkin harus dilakukan tanpa harus melihat faktor topografi lahan, kondisi areal tanaman, ketersediaan tenaga kerja dan sarana infrastruktur yang ada. PAGE menggunakan BHS (Block Harvesting System).
32 Persiapan Panen Prasarana Panen. Prasarana panen bertujuan untuk mendukung kegiatan pemanenan, mulai dari lapangan hingga ke PKS. Pembuatan prasarana panen meliputi: 1)
Pasar rintis, setiap 2 baris harus ada 1 pasar rintis dengan lebar 1.2 m. Pembuatan pasar rintis dengan cara kimia dan manual. Kondisi pasar rintis harus selalu bersih mulai dari piringan hingga TPH.
2)
Pasar tengah (pasar kontrol atau jalan asisten), setiap di tengah blok harus ada pasar/jalan yang memotong pasar rintis dengan kondisi bersih.
3)
Gawangan, pada areal baru dan tidak berteras, gawangan yang ditentukan sebagai pasar rintis harus bersih dari tunggul dan diratakan. Gawangan pada areal yang berlereng dibuat secara zig-zag untuk mencegah erosi tanah dan mempermudah pengangkutan buah.
4)
Pasar kumis, setiap blok dibuat pasar kumis yang memotong ujung gawangan mengarah ke TPH dengan lebar 1.2 meter.
5)
Titi panen, dibuat setelah pasar rintis tersedia dan dipasang sesuai dengan letak TPH. Penentuan jumlah dan panjang titi panen didasarkan data sensus detail blok yamg benar. Saat ini di sebagian blok telah dibuat titi panen beton.
6)
Tempat Pengumpulan Hasil (TPH), setiap 3 pasar rintis dibuat 1 TPH dengan ukuran 4 m x 6 m yang kondisinya harus dirawat tetap bersih. Kebutuhan tenaga panen. Kebutuhan tenaga kerja pemanenan ditentukan
berdasarkan luas seksi/kadvel panen untuk setiap hari panen. Standar norma yang digunakan di PAGE adalah 3-4 ha/HK. Tim pemanen divisi I berjumlah 43 orang, semuanya laki-laki sebagai pemotong, pengangkut, dan kutip brondolan. Tenaga panen dibagi dalam 10 KKP (Kelompok Kecil Pemanen). Setiap KKP terdiri 4-5 orang tenaga panen. Divisi I dibagi dalam dua kemandoran, setiap kemandoran terdiri dari 5 KKP. Apabila salah satu anggota dalam KKP tidak hadir, maka anggota yang lain membantu panen di hancak anggota yang tidak hadir. Alat panen. Alat-alat panen yang digunakan dalam pelaksanaan panen TBS antara lain, dodos, ganco/ganco kapak, tojok, angkong, karung, dan stempel. 1)
Dodos, untuk memotong tandan buah pada tanaman.
33 2)
Ganco/ganco kapak, untuk menarik tandan buah, mengangkut buah ke angkong, dan juga alat untuk menyusun tandan buah di TPH. Selain itu, ganco kapak digunakan untuk memotong tangkai tandan buah yang panjang.
3)
Tojok, mengangkut tandan buah dari TPH ke truk dan menyusun tandan buah di dalam truk.
4)
Angkong, sebagai wadah mengangkut tandan buah dari dalam blok ke TPH.
5)
Karung, sebagai wadah mengumpulkan brondolan di piringan dan sebagai alas brondolan di TPH.
6)
Stempel, digunakan sebagai cap tandan buah yang merupakan identitas tenaga panen (nomor pemanen). Biasanya distempel pada tangkai tandan buah.
Kriteria Panen Kriteria panen untuk tandan buah yang dapat dipanen adalah berdasarkan jumlah brondolan yang terlepas dari tandannya dan jatuh ke tanah (piringan) secara alami. Buah dapat dipanen jika dipenuhi kriteria sebagai berikut, untuk setiap 1 kg berat tandan harus terdapat 2 brondolan normal yang lepas (bukan brondolan parthenokarpi atau brondolan muda karena serangan tikus atau penyakit atau brondolan kering). Misalnya BJR (berat janjang rata-rata) salah satu blok sebesar 10 kg, maka buahnya dapat dikatakan matang panen apabila brondolan normal yang lepas sebanyak 20 butir (jatuh di piringan). Kebun PAGE menerapkan buah dapat dipanen apabila terdapat ≥5 brondolan terlepas secara alami dari tandan buah (BJR ± 8 kg) sebelum dipanen. Hal ini dimaksudkan bahwa setelah tandan buah dipotong dan jatuh ke piringan, maka diperkirakan brondolan yang lepas secara alami akan bertambah hingga lebih dai 18 brondolan.
Rotasi Panen Rotasi panen (interval/umur panen) merupakan faktor pembatas dalam menentukan produksi TBS, kualitas/mutu buah, mutu transport, pengolahan TBS
34 di PKS, serta biaya eksploitasi. Pusingan panen adalah waktu atau jumlah hari yang dibutuhkan untuk kembali panen pada blok yang sama. Rotasi panen ditetapkan 7 hari, paling panjang hingga 9 hari. Pusingan 7 hari berkaitan dengan persentase brondolan turun, produktivitas (kg/HK), biaya produksi, dan persentase buah mentah. Panen pada saat pusingan 7 hari, persentase brondolan normal, produktivitas (kg/HK) tinggi karena waktu tidak tersita hanya untuk mengutip brondolan, semakin tinggi produktivitas maka biaya produksi semakin kecil, persentase buah mentah turun karena tenaga panen telah siap borong. Rotasi yang terlalu panjang (>9 hari) akan menyebabkan brondolan meningkat sehingga mengakibatkan penurunan produktivitas karena banyak waktu tersita untuk mengutip brondolan. Hal ini mengakibatkan tenaga kerja panen tidak siap borong sehingga muncul perilaku memotong buah mentah atau kurang matang untuk mencapai siap borong. Produktivitas menurun akhirnya biaya produksi semakin besar. Apabila pusingan terlalu cepat, maka persentase buah mentah akan naik. Tenaga kerja panen akan memotong buah mentah untuk mengejar siap borong. Hal ini disebabkan kerapatan buah matang telah menurun. Akhirnya biaya produksi potong buah meningkat.
Seksi dan Hancak Panen Seksi panen. Seksi panen adalah pembagian luas areal panen yang ditargetkan selesai dipanen dalam satu hari. Satu seksi panen terdiri dari 4-5 blok di divisi I. Penetapan seksi panen dilakukan searah jarum jam atau berlawanan arah dan besarnya luas setiap seksi ditentukan berdasarkan perhitungan potensi produksi masing-masing blok sesuai hasil sensus produksi semester. Seksi panen dilakukan searah jarum jam di divisi I. Seksi panen disusun berdasarkan kebijakan pusingan panen sehingga: (1) Satu seksi harus selesai di panen 1 hari, (2) Mempermudah pindah ancak dari satu blok ke blok yang lain, (3) Mempermudah kontrol Asisten, Mandor I, dan Mandor Panen, (4) Transport TBS lebih efisien, (5) Out pemanen lebih tinggi. Seksi panen divisi I terdiri dari 6 seksi ,yaitu seksi A-F. Seksi A dimulai dari blok C11-C9 dan D10-D9 dengan luas 129.52 ha, seksi B dimulai dari blok C8-C7 dan D8-D6 dengan luas 160.48 ha, seksi C dimulai dari blok C -C5 dan
35 D5-D4 dengan luas 144.50 ha, seksi D dimulai dari C4-C2 dan D3-D2 dengan luas 190.48 ha, seksi E dimulai dari blok E3-E6 dengan luas 84.21 ha, dan seksi F dimulai dari blok E7-E8 dengan luas 88.78 ha. Hancak Panen. Hancak panen adalah pembagian luasan yang harus dipanen oleh tenaga kerja panen untuk setiap hari kerja. Sebelum menentukan luas hancak panen terlebih dahulu tentukan jumlah tenaga kerja pemanen (cutter), dengan pertimbangan utama: estimasi produksi (ton/ha) per seksi panen, output panen (kg/HK) yang diinginkan, luas panen (ha/HK) optimum yang dapat diselesaikan oleh pemanen, homogenitas tanaman dan kondisi topografi. Luasan hancak tenaga keja panen pada setiap blok rata-rata 1 ha (2 pasar). Pada setiap seksi, luasan yang harus dipanen 3-4 ha untuk setiap harinya.
Pelaksanaan Sistem Panen Sistem panen yang dilaksanakan di PAGE adalah pelaksanaan panen hanya terdiri dari pemanen saja sebagai pemotong, pengangkut tandan buah, dan kutip brondolan. Kegiatan panen secara lengkap mulai dari potong pelepah, potong buah masak, susun pelepah, potong gagang panjang, kutip brondolan, angkut buah dan brondolan ke TPH dilakukan oleh pemanen (tenaga kerja potong buah). Sistem panen mengggunakan sistem hancak giring tetap, yaitu sistem hancak dimana mandor potong buah yang satu dengan yang lain telah memiliki hancak yang tetap, sementara tenaga kerja potong buah pada dasarnya telah memiliki hancak yang tetap. Namun, hancaknya dapat diubah sesuai dengan kebutuhan/kondisi kerapatan buah (giring). Tenaga panen secara bersama-sama memanen dari blokke blok yang lain pada satu seksi panen setiap hari kerja. Pelaksanaan panen diupayakan serentak pada blok yang sama agar tidak terjadi kesalahan pencatatan buah oleh kerani panen dan transportasi lebih tertib dalam mengangkut buah. Krani panen mulai melakukan pencatatan buah setelah pemanen selesai menyusun buah di TPH dan memberi stempel pada buah sebagai identitas.
Setelah
selesai
pencatatan
buah,
selanjutnya
krani
transport
mengarahkan unit untuk mengangkut buah ke blok tersebut sehingga unit tidak sering berkeliling dalam blok yang sama.
36
a
b
c
a
Gambar 11. Kegiatan Panen (a. Memotong TBS; b. Menyusun TBS di TPH; c. TBS dan Brondolan di TPH) Penunasan (Prunning) Tunas pokok (prunning) adalah memelihara pelepah daun produktif dengan cara mengurangi jumlah pelepah yang kurang produktif sampai pada batas tertentu (48-56 pelepah umur 8 tahun dan 40-48 pelepah umur >8 tahun) yang tidak menyebabkan kemampuan fotosintesis di daun terganggu, sehingga pertumbuhan vegetatif dan generatif menjadi optimal. Selain itu, penunasan sangat menentukan pembentukan buah (kuantitas dan kualitas) yang akan dipanen. Tugas utama dalam melaksanakan penunasan adalah adalah menjaga jangan sampai terjadinya tunas pelepah yang berlebihan (over prunning) dan atau pemeliharaan pelepah yang terlambat (pokok gondrong). Penunasan bertujuan mempermudah pekerjaan potong buah (melihat dan memotong buah masak), menghindari tersangkutnya brondolan pada ketiak cabang, memperlancar proses penyerbukan alami, mempermudah pengamatan buah pada saat sensus produksi, melakukan sanitasi tanaman sehingga menciptakan lingkungan yang tidak sesuai bagi perkembangan hama dan penyakit. Pada tanaman muda (tunas pasir) mempermudah pemupukan, cuci rumput piringan, dan pengutipan brondolan. Pelantaran Agro Estate menggunakan sistem penunasan progresif (Maintenance Progressive Prunning). Penunasan progresif merupakan kegiatan
penunasan yang dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan sepanjang tahun, dilakukan bersamaan dengan kegiatan panen oleh pemanen tersebut (bukan oleh tim tunas khusus). Semua pelepah tua dan tidak berguna dibuang kecuali 2-3 pelepah yang menyangga tandan buah (songgo dua atau tiga). Keuntungan
37 penunasan progresif antara lain, biaya lebih rendah, penghematan tenaga kerja, pokok tidak stress, dan turn over rendah karena penambahan pendapatan. Alasan penggunaan sistem penunasan progresif adalah sebagai berikut : Mengintegrasikan pelaksanaan panen menggunakan Block Harversting System (BHS) dengan pemeliharaan tanaman/tunas pokok yang dilakukan oleh tenaga panen itu sendiri. Mengurangi kebutuhan tenaga kerja dengan tujuan untuk meningkatkan pendapatan tenaga kerja khususnya pemanen. Artinya, tidak menggunakan tenaga kerja khusus penunasan lagi. Pola penghancakannya sama dengan penghancakan panen menggunakan BHS sehingga pemeliharaan tanaman/tunas pokok dapat dilakukan bersamaan dengan kegiatan panen. Tugas dan tanggung jawab pemeliharaan pelepah (tunas progresif) yang dilakukan pemanen akan diberikan kompensasi berupa Premi Tunas dan dibayarkan secara berkala.
Organisasi Penunasan Progresif Pemanen setelah melaksanakan potong buah, pada pokok itu juga dilakukan pemeliharaan pelepah dengan mengacu pada prinsip-prinsip tunas pokok sesuai umur tanaman. Pemanen juga melaksanakan penunasan pelepah pada pokok-pokok yang tidak menjadi pokok panen pada hari itu. Pelaksanaan tunas pelepah secara progresif, bila memungkinkan dapat dilakukan secara langsung pada saat panen. Apabila tidak memungkinkan dapat dilakukan pada hari libur. Pengaturan pelaksanaan tunas progresif setiap hari harus dibimbing oleh mandor panen, agar tidak ada alasan bagi pemanen untuk tidak menyelesaikan hancak panen akibat pemanen melakukan tunas progresif.
Penyusunan Pelepah Cabang/pelepah daun disusun (dirumpuk) di gawangan mati dan di antara pokok sehingga membentuk huruf U. Cabang/pelepah daun tidak perlu dipotongpotong, melainkan langsung disusun saling tindih. Apabila di gawangan mati kebetulan terdapat parit yang memanjang searah barisan pohon, maka cabang/pelepah daun tersebut disusun di antara pokok dalam barisan (bila
38 diperlukan pelepah daun dapat dipotong-potong). Penyusunan pelepah daun pada areal berbukit harus disusun dengan arah memotong kemiringan lereng. Hal ini sekaligus bertujuan untuk melakukan konservasi tanah dengan cara mengurangi laju kecepatan air (run-off).
Aspek Manajerial Manajemen Kebun Tingkat Non Staf Kegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan teknis di lapangan dan administrasi kebun. Kegiatan teknis di lapangan dilakukan oleh mandor, sedangkan kegiatan yang berhubungan dengan administrasi divisi dilakukan oleh krani divisi. Untuk mempelajari aspek manajerial tingkat non staf, penulis bertugas sebagai pendamping mandor dan krani divisi.
Pendamping Mandor Pada saat magang penulis berstatus sebagai pendamping mandor antara lain mandor pupuk, mandor panen, mandor perawatan manual, mandor perawatan semprot, dan mandor (krani) transport. Pendamping mandor pupuk. Penulis menjadi pendamping mandor pupuk tim BMS 2 PAGE. Penulis melakukan pengawasan pada aplikasi pupuk anorganik. Selama menjadi pendamping mandor pupuk, penulis mempelajari tugas-tugas mandor pupuk antara lain mengetahui rekomendasi yang dikeluarkan, mengetahui luasan yang dipupuk, mengetahui rencana kerja harian yang telah dibuat oleh mandor, dan pengisian laporan. Mandor pupuk
melakukan
pengawasan mulai penguntilan, pelangsiran, pengeceran, dan aplikasi di lapangan. Pada saat pemupukan telah selesai, pada jam kedua mandor pupuk melakukan cek mutu hancak. Pendamping mandor panen. Selama menjadi pendamping mandor panen, penulis mempelajari tugas-tugas mandor panen antara lain harus mengetahui rotasi atau pusingan panen, kadvel yang dipanen, blok yang dipanen, jumlah tenaga kerja panen, dan cek mutu hancak pemanen. Mandor panen harus mengawasi seluruh kegiatan panen. Setiap hari mandor panen melakukan cek mutu hancak dan mutu buah milik pemanen. Mandor melakukan pengecekan
39 pada 1-2 orang pemanen setelah kegiatan panen dilakukan. Pada jam kedua (apel sore), mandor mengisi laporan harian mandor, mutu hancak, dan denda pemanen. Pendamping mandor semprot. Sebagai pendamping mandor, penulis melakukan pengawasan dan mengisi laporan harian mandor. Penulis juga mempelajari tugas-tugas mandor antara lain mengetahui pembuatan bon permintaan bahan, pembuatan rencana kerja harian semprot yaitu dosis, konsentrasi, prestasi kerja, luas yang disemprot dan kebutuhan tenaga semprot, mengetahui rotasi dan pusingan semprot. Pada saat pengawasan, penulis belajar untuk menentukan hancak setiap tenaga kerja semprot. Selain itu, penulis belajar melakukan pengisian papan monitoring produksi BSS dan laporan harian mandor. Pendamping mandor perawatan manual. Kegiatan yang harus diawasi oleh mandor manual antara lain perawatan emplacement, rawat jalan, aplikasi JJK, dan pembuatan pasar pikul timbun dalam satu hari. Penulis belajar tugastugas mandor untuk mengetahui pembagian tugas-tugas setiap karyawan manual, penentuan blok, dan pelaporan. Penulis juga melakukan pengawasan di lapangan. Pendamping mandor (krani) transport. Pada kegiatan sebagai pendamping mandor transport, penulis belajar tentang pengarahan unit dan tenaga kerja bongkar muat (TBM) buah ke lapangan, pengisian surat pengantar buah (SPB), dan pembuatan laporan. Pada pengisian SPB, penulis belajar bagaimana menentukan estimasi tonase TBS dan brondolan pada satu truk buah yang akan diangkut ke PKS.
Manajemen Kebun Tingkat Staf Manajemen kebun tingkat staf dilakukan oleh manager, asisten divisi, dan kepala seksi administrasi. Manajer bertanggung jawab pada seluruh kegiatan baik teknis maupun administratif. Manajer yang memberi instruksi pelaksanaan, mengkoordinasi, dan mengevaluasi seluruh kegiatan kebun. Manajer dibantu oleh asisten divisi yang bertanggung jawab mengelola divisi dan oleh kepala seksi administrasi yang bertanggung jawab pada seluruh administrasi kebun.
40 Asisten divisi melakukan pengawasan untuk seluruh kegiatan di lapangan, mengetahui setiap kendala di lapangan, dan mencari solusi setiap kendala yang ditemukan. Selama pendamping asisten divisi, penulis belajar tugas-tugas asisten untuk mengetahui pembuatan laporan harian asisten dan penyusunan Rencana Kerja Bulanan (RKB).
PEMBAHASAN Pemupukan Keefektifan dan efisiensi pemupukan ditentukan oleh pengelolaan pemupukan yang tepat. Pemupukan yang efektif dan efisien mengacu pada konsep 4T yaitu: tepat jenis, tepat dosis, tepat dan tepat cara. Tepat Jenis. Beberapa dasar pertimbangan yang digunakan dalam penentuan jenis pupuk antara lain: umur tanaman, gejala defisiensi hara, kondisi lahan dan harga pupuk (Poeloengan et al., 2003). Aplikasi jenis pupuk yang digunakan PAGE adalah berdasarkan buku rekomendasi pemupukan yang dikeluarkan oleh Departement Research BGA. Dasar penyusunan rekomendasi pemupukan adalah hasil analisa daun, jenis tanah, status hara, dan potensi produksi. Jenis pupuk yang digunakan PAGE pada tahun 2011 adalah pupuk tunggal. Pupuk tunggal yang digunakan antara lain: Rock Phospate untuk memenuhi kebutuhan unsur P, kieserit untuk memenuhi kebutuhan unsur Mg, urea untuk memenuhi unsur N, MOP (Muriate of Potash) untuk memenuhi kebutuhan unsur K, HGFB (High Grade Fertilizer Borate) untuk memenuhi kebutuhan unsur B, dan Chelated Zincoper untuk memenuhi kebutuhan unsur Zn dan Cu. Menurut PPKS (2003), biaya per unit hara dalam pupuk tunggal masih lebih rendah dibandingkan dengan pupuk majemuk atau jenis pupuk lainnya. Akan tetapi biaya aplikasi pupuk tunggal menjadi lebih mahal karena hanya satu jenis hara saja yang diaplikasikan pada setiap aplikasi pemupukan. Sutarta et al. (2003) menambahkan pupuk tunggal umumnya mengandung satu hara utama, walaupun beberapa pupuk tunggal juga mengandung hara lainnya tetapi biasanya dalam jumlah yang rendah. Selain itu, adanya pupuk tunggal memungkinkan aplikasi setiap unsur hara sesuai dengan yang diinginkan. Tepat Dosis. Penentuan dosis pemupukan PAGE berdasarkan buku rekomendasi pemupukan yang dikeluarkan oleh pihak research. Dasar penyusunan dosis pemupukan adalah hasil analisa daun, jenis tanah, status hara, dan potensi produksi. Adiwiganda (2007) mengemukakan bahwa dosis pupuk yang direkomendasikan didasarkan pada berbagai faktor antara lain: unsur hara
42 yang terbawa saat panen, unsur hara yang termobilisasi dalam batang dan pelepah, serta estimasi kehilangan unsur hara. Penulis melakukan penimbangan sampel sebanyak 30 karung until pada setiap penguntilan. Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh bahwa persentase ketepatan untilan yang dilakukan oleh penguntil memiliki rata-rata ketepatan 94.50 % untuk HGFB dan 94.50 % untuk RP (standar kebun adalah ≥90 %). Hal ini menunjukkan bahwa tenaga kerja penguntil sudah terlatih dalam menguntil pupuk sesuai dengan jenis dan dosis pupuk. Standar kerja dalam kegiatan penguntilan adalah 1 500 kg/HK. Pada aplikasi pupuk di lapangan sudah dilakukan dengan cukup tepat. Pelangsir meletakkan jumlah karung until sesuai dengan kelipatan dosis per pokok. Pupuk RP dengan dosis 2 kg/pokok, pelangsir meletakkan 8 karung until, kieserit dengan dosis 1.25 kg/pokok diletakkan 5 karung until, urea dengan dosis 1 kg/pokok diletakkan 4 karung until untuk dua baris tanaman sampai pasar tengah (jumlah 34 pokok), dan HGFB dengan dosis 0.1 kg/pokok diletakkan 1 karung until untuk dua baris tanaman penuh (jumlah 68 pokok). Selain itu, pengecer juga telah meletakkan karung until dalam baris tanaman sesuai dengan kelipatan dosis per pokok. Demikian juga untuk penabur telah menggunakan takaran sesuai dengan jenis dan pupuk yang diaplikasikan. Tepat waktu. Pemupukan di Pelantaran Agro Estate (PAGE) dilakukan dua kali aplikasi yaitu semester pertama (Januari-Juni) dan semester kedua (JuliDesember). Aplikasi pemupukan kebun PAGE dilakukan berdasarkan buku rekomendasi pemupukan 2011 yaitu untuk aplikasi pupuk RP dan kieserit dilakukan sekali dalam setahun pada semester pertama, sedangkan aplikasi pupuk urea, MOP, HGFB, dan Chelated Zincoper dilakukan dua kali dalam setahun. Urutan aplikasi pemupukan yang dilaksanakan yaitu RP-HGFB/Chelated Zincoper-kieserit-urea-MOP. Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap waktu aplikasi pemupukan adalah iklim (curah hujan). Adiwiganda (2007) menyatakan bahwa kesulitan pelaksanaan pemupukan tepat waktu adalah diakibatkan terutama oleh terjadinya deviasi iklim (curah hujan) yang sulit diprediksi yaitu kandungan air dalam tanah yang tidak sesuai dengan persyaratan untuk aplikasi pemupukan. Curah hujan
43 PAGE pada Januari-Mei 2011 dapat dilihat pada Gambar 12 dan waktu aplikasi pemupukan aplikasi pemupukannya dapat dilihat pada Tabel 10. 400 350 300 250 200 150 100 50 0
337 286 228
207 124
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Curah Hujan Januari-Mei 2011 (mm) Gambar 12. Grafik Curah Hujan Pelantaran Agro Estate Januari-Mei 2011 Tabel 10. Aplikasi Pemupukan Pelantaran Agro Estate 2011 Jenis Pupuk
Bulan Aplikasi Kebun PAGE Jan
Feb
RP HGFB C. Zinc Urea MOP Kieserit
R1
R1 R1 R1
Keterangan:
Mar
Apr
Mei
R1 R1
Juni
R1 R1
Juli
Agt
R2 R2
R2 R2
Sept
Okt
R2 R2
R2 R2
Nov
Des
R1 R1 aplikasi pupuk rotasi pertama R2 aplikasi pupuk rotasi kedua
Pemupukan yang optimum dilakukan pada saat curah hujan 100-200 mm/bulan dan minimum pada curah hujan 60 mm/bulan serta maksimun 300 mm/bulan. Jika terjadi kemarau dengan curah hujan kurang dari 60 mm/bulan maka pemupukan dihentikan dan dapat dilaksanakan pemupukan kembali jika sudah turun hujan 50 mm/10 hari. Namun jadwal aplikasi diatas dapat dilaksanakan dengan asumsi hanya faktor iklim yang menjadi faktor pembatas, sedangkan faktor lain seperti ketersediaan pemupukan, kesiapan lahan, dan ketersediaan tenaga kerja dapat dikendalikan. Berdasarkan hasil pengamatan penulis, rata-rata curah hujan tiap bulan di Pelantaran Agro Estate Januari-Mei 2011 yaitu 236 mm/bulan. Pada umumnya
44 waktu aplikasi pemupukan dilaksanakan pada saat curah hujan yang ideal untuk aplikasi per bulannya yaitu 60-300 mm/bulan. Namun waktu aplikasi pemupukan HGFB kurang tepat yaitu pada curah hujan 337 mm/bulan (>300 mm/bulan). Sesuai dengan rekomendasi dari research departement, bulan yang curah hujan lebih dari 300 mm/bulan aplikasi pupuk Urea, MOP, dan HGFB dihindari untuk meminimalisir pencuncian, aliran air, dan erosi. Pada areal yang konservasi tanah dan airnya telah dilaksanakan secara baik, faktor pembatas ini dapat ditiadakan. Tepat cara. Keefektifan dan efisiensi pemberian pupuk juga dipengaruhi oleh metode pupuk yang digunakan. Cara penaburan pupuk pada intinya diaplikasikan di daerah perakaran yang dominan menyerap hara. Cara dan tempat penaburan pupuk yang diaplikasikan berpengaruh terhadap persentasi pupuk yang diserap oleh tanaman. Cara penaburan yang dilakukan oleh PAGE adalah manual yaitu dengan ditebar secara merata pada piringan (broadcast) dan dibenam (pocket). Jenis pupuk yang ditebar adalah RP, Kieserit, Urea, MOP, dan HGFB dengan jarak tabur dari tanaman 1-3 m dari batang tanaman. Penyebaran pupuk pada tanaman menghasilkan (TM) berbentuk huruf “U” mengikuti susunan pelepah. Jenis pupuk yang dibenam adalah Chelated Zincoper pada jarak 50 cm dari pokok tanaman. Penulis melakukan pengamatan ketepatan cara pada aplikasi pupuk kieserit pada satu blok. Ketepatan cara diamati dari jarak taburnya dan kondisi penyebaran pupuk. Penulis mengamati 10 tenaga kerja penabur yang sama. Tanaman yang diamati adalah dua baris hingga pasar tengah untuk setiap penabur. Hasil pengamatan ketepatan cara aplikasi pupuk dapat dilihat pada grafik Gambar 7. Berdasarkan hasil pengamatan tepat cara, bahwa rata-rata ketepatan cara tenaga kerja penabur untuk pupuk kieserit sudah mencapai 85%. Hal ini menunjukkan bahwa cara aplikasi pupuk yang dilaksanakan sudah cukup tepat. Namun masih di bawah standar kebun yaitu ≥90%. Pelaksanan pemupukan sebenarnya sudah memperhatikan tempat dalam aplikasinya yaitu pada piringan, sudah memperhatikan kondisi penyebaran pupuk yaitu ditebar secara merata pada piringan, pupuk tidak menggumpal karena sudah dilakukan penguntilan terlebih dahulu, dan telah memperhatikan jarak tabur dengan mempertimbangkan
45 penyebaran akar yang aktif menyerap hara dalam tanah. Akan tetapi pada saat menjelang waktu kerja selesai, tenaga kerja penabur akan lebih mengutamakan target output tercapai duluan. Pada grafik Gambar 7 dapat dilihat juga bahwa tenaga kerja penabur memperoleh persentase ketepatan cara yang tidak merata. Hal ini disebabkan beberapa faktor antara lain: beberapa penabur dari awal kerja lebih mementingkan output/HK tercapai sehingga mengesampingkan penaburan secara tepat. Tenaga kerja penabur mengacu pada prinsip asalkan pupuk sudah tertabur pada tanaman. Tenaga kerja penabur yang masih baru dapat dikatakan belum memiliki kapasitas yang memadai jika dibandingkan penabur yang sudah lama. Selain itu disebabkan oleh faktor usia penabur.
Efisiensi Tenaga Kerja Penentuan jumlah tenaga kerja pemupuk berpengaruh penting terhadap kegiatan pemupukan. Perlu dilakukan penghematan tenaga kerja dengan menyusun organisasi kerja yang lebih efektif dan efisien serta melengkapi fasilitas lapangan. Adiwiganda (2007) menyatakan bahwa tenaga penabur pupuk harus memiliki kualitas dan kapasitas yang memadai. Tenaga kerja merupakan karyawan harian tetap (KHT), sehingga pengarahan kerja lebih mudah dilaksanakan. Basis untuk tiap tenaga kerja penabur adalah 450-500 kg/HK pada hari biasa (7 jam) kerja, sedangkan pada hari Jumat (5 jam) basis dikurangi yaitu 300-350 kg/HK sesuai dengan jenis dan dosis pupuk. Berdasarkan Tabel 9, ratarata prestasi tenaga kerja penabur berdasarkan bobot pupuk yang diaplikasikan di lapangan pada umumnya telah mencapai standar kebun. Khusus pada hari Jumat prestasi kerja dikurangi dari prestasi kerja hari biasa. Namun terkadang basis tidak tercapai sesuai dengan standar kebun seperti pada tanggal 29 Maret 2011. Hal ini disebabkan persediaan pupuk di gudang pada hari tersebut habis dan berakibat kepada tidak efisiennya penggunaan tenaga kerja, waktu dan biaya. Pemupukan menjadi lebih awal selesai dari waktu kerja biasa. Biaya pemupukan menjadi lebih besar. Sebagai contoh pada Tabel 10, dengan output/HK adalah 450 kg dan jumlah pupuk 7 650 kg maka jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan
46 seharusnya adalah 17 orang, bukan 18 orang. Dari segi waktu kerja lebih cepat selesai, sedangkan dari segi biaya akan bertambah satu HK. Pada pengamatan penulis saat pemupukan di lapangan, jika jam kerja digunakan dengan baik maka output yang dihasilkan bisa lebih besar daripada standar kebun.
Gejala Defisiensi Hara Darmosarkoro (2003) menyatakan bahwa unsur hara yang mendapat perhatian dalam pemupukan tanaman kelapa sawit meliputi N, P, K, Mg, Cu, dan B. Ketersediaan hara tersebut dalam tanah yang rendah mengakibatkan tanaman mengalami gejala defisiensi hara. Tanaman yang mengalami gejala defisiensi hara umumnya
menunjukkan
gejala-gejala
yang
khas.
Adiwiganda
(2007)
menambahkan bahwa gejala kekahatan atau defisiensi salah satu unsur hara dapat dideteksi secara visual pada daun. Berikut adalah status hara daun di PAGE tahun 2010 (Tabel 11). Tabel 11. Status Hara Daun di PAGE Tahun 2010 Kriteria
Status Hara Daun (%) N
Exses Tinggi Optimum Rendah Defisiensi
2 65 22 0 10
P2O5 0 46 52 0 2
K2O 0 13 29 0 58
MgO 15 50 33 2 0
Cu 2 53 29 11 5
B 1 58 38 1 2
Sumber : Data Departement Research BGA (2010)
Tabel 11 menunjukkan status hara daun berdasarkan luasan tanaman kelapa sawit. Secara umum status hara tanaman kelapa sawit di PAGE menunjukkan kondisi optimum-tinggi untuk unsur N, P, Mg, Cu, dan B. Namun tanaman kelapa sawit mengalami defisiensi hara lebih dari 50 % unsur K2O. Demikian juga dengan pengamatan visual di lapangan, banyak ditemukan tanaman yang mengalami gejala defisiensi hara K, khususnya areal tanah gambut dan tanah berpasir. Gejala defisiensi hara K disebabkan pemupukan K yang tidak efektif dan efisien di lapangan serta penggunaan pupuk kalium dengan mutu kurang baik. Selain itu defisiensi hara bisa disebabkan pemupukan yang tidak berimbang untuk setiap jenis pupuk dan realisasi pemupukan yang belum sesuai
47 dengan rekomendasi pemupukan. Akibatnya, akan menurunkan produksi dan prduktivitas tanaman kelapa sawit tahun berikutnya. Peta status hara daun di PAGE tahun 2010 dapat dilihat pada Lampiran 9 sedangkan standar status hara daun tanaman kelapa sawit yang digunakan oleh pihak research BGA dapat dilihat pada Lampiran 10.
Hubungan Pemupukan dan Produktivitas Tanaman Kelas kesesuaian lahan potensialnya adalah S3 (agak sesuai) memiliki dua faktor pembatas yaitu drainase terhambat dan pH antara 3.5 - 4.0. Kenaikan kelas kesesuaian lahan dapat dilakukan dengan perbaikan yaitu pembuatan parit-parit drainase dan pemupukan (PPKS, 2003). Salah satu faktor yang mempengaruhi produksi dan produktivitas kelapa sawit adalah pemupukan. Produktivitas kelapa sawit di PAGE mengalami peningkatan setiap tahunnya. Produktivitas TBS di PAGE dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Produktivitas TBS di PAGE Tahun 2007-2010 Tahun Rata-rata Produktivitas Tanam (ton/ha/tahun)* 4.14 1 8.31 2 13.13 3 17.10 4 Sumber : *) Data Kebun PAGE (2011),**) PPKS (2003)
Standar Produktivitas Kelas Lahan S3 (ton/ha/tahun)** 6.20 12.00 14.50 17.00
Berdasarkan data, produktivitas kelapa sawit pada umur TM 1 sampai TM3 masih dibawah standar produktivitas kelas lahan S3. Namun pada umur TM 4 produktivitasnya telah mencapai bahkan melebihi standar produktivitas. Ratarata produktivitas TBS di PAGE tidak jauh berbeda dengan standar produktivitas pada kelas lahan S3. Hal ini menunjukkan bahwa realisasi pemupukan di PAGE telah berjalan dengan baik sesuai dengan rekomendasi pemupukan sehingga dapat tercapai keefektifan dan efisiensi pemupukan.
Selain itu, pihak kebun telah
melakukan perbaikan yang menjadi faktor pembatas kelas kesesuaian lahan S3.
48 Hambatan dan Kendala Pemupukan Beberapa permasalahan yang ditemukan selama kegiatan pemupukan antara lain: 1.
Penyimpanan pupuk. Gudang penyimpanan pupuk khususnya pupuk yang telah diuntil belum memadai. Pupuk yang telah diuntil hanya ditutupi terpal. Pada saat hujan, pupuk akan terkena air hujan sehingga mengakibatkan pupuk membatu.
2.
Penguntilan. Takaran untilan yang digunakan belum dikalibrasi dengan tepat sesuai dengan jenis dan dosis pupuk. Untuk jenis pupuk yang sama kadang menggunakan takaran yang sama. Kurangnya pengawasan dalam kegiatan penguntilan. Uji petik atau penimbangan sampel untilan jarang dilakukan untuk mengontrol ketepatan dosis untilan.
3.
Pelangsiran dan pengeceran. Kesulitan dalam penentuan jumlah pupuk dengan tepat
dikarenakan jumlah pohon yang berbeda antara
rekomendasi dengan yang ada dilapangan sehingga pada saat pelangsiran maupun pengeceran pupuk di lapangan jumlah untilan kadang lebih atau kurang. Oleh karena itu perlu dilakukan sensus pokok secara rutin untuk menentukan jumlah tanaman dan kondisi blok. 4.
Penaburan. Masih terdapat pohon yang tidak teraplikasi khususnya ditengah baris tanaman. Pupuk sering tercecer di pasar pikul dan di TPH. Beberapa hal yang menjadi kendala dan penghambat dalam pelaksanaan
pemupukan antara lain:
masih ditemukan piringan yang bergulma pada saat
aplikasi pupuk, belum sepenuhnya dilakukan konservasi lahan khususnya lahan miring dan daerah genangan. Pada saat musim hujan akses jalan ke beberapa blok tidak dapat dilalui oleh truk mengakibatkan pemupukan pada blok tersebut tertunda. Pada lahan bergambut, jumlah titi panen yang kurang dan tidak layak menjadi kendala bagi tenaga kerja pengecer dan penabur masuk ke dalam blok.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Secara umum manajemen kebun di PAGE telah dilaksanakan dengan benar sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP) yang berlaku mulai dari kegiatan pemeliharaan sampai dengan panen. PAGE telah menerapkan program BMS (Blok Manuring System), BSS (Blok Spraying System), dan BHS (Blok Harvesting System) dalam teknik budidaya kelapa sawit yaitu suatu program yang dilaksanakan secara simultan dengan tenaga kerja yang terorganisir dengan jelas. Program tersebut diharapkan dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas kerja di kebun. Produksi TBS di PAGE mengalami peningkatan setiap tahun dan rata-rata produktivitasnya tidak jauh berbeda dengan standar produktivitas pada kelas lahan S3. Pihak kebun telah melakukan upaya perbaikan yang menjadi faktor pembatas lahan dimana sebagian besar tergolong pada kelas lahan S3. Manajemen pemupukan di Pelantaran Agro Estate (PAGE) secara umum telah dilaksanakan sesuai dengan standar pemupukan yang benar. Pihak kebun telah memperhatikan ketentuan dan rekomendasi pemupukan yang telah dianjurkan serta telah mengacu pada prinsip 4 T (tepat waktu, jenis, dosis, dan cara) dalam hal mencapai keefektifan dan efisiensi pemupukan. Namun dalam penggunaan tenaga kerja belum efisien yang tentunya berdampak pada efisiensi waktu dan biaya. Realisasi pemupukan belum sepenuhnya dilaksanakan sesuai dengan rekomendasi. Hal ini dapat diketahui pada tanaman kelapa sawit yang masih mengalami gejala defisiensi hara. Akibatnya akan terjadi penurunan produksi dan produktivitas kelapa sawit. Kendala dalam pelaksanaan pemupukan masih ditemukan pada kondisi areal yang berawa dan bergelombang.
Saran Manajemen
pemupukan
PAGE
lebih
ditingkatkan
lagi
dengan
meminimalisir ketidakefisienan yang terjadi pada setiap pemupukan, baik dari segi tenaga kerja, waktu, dan biaya. Penghematan tenaga kerja perlu dilakukan dengan menyusun organisasi kerja yang lebih efektif. Perbaikan infrastruktur
50 yaitu jalan melalui rawat jalan secara rutin terutama pada saat musim hujan. Perlu dilakukannya kalibrasi untuk menentukan target tenaga kerja pemupuk dan basis pemupukan setiap blok dilihat dari jenis dan dosis pupuk, luas areal, kondisi areal, tanaman, dan kesulitan infrastruktur. Dengan demikian dapat diketahui kebutuhan tenaga kerja yang tepat dan prestasi kerja yang tinggi. Selain itu, alat takaran yang digunakan dalam penguntilan dan penaburan perlu dilakukan kalibrasi secara berkala untuk mengontrol ketepatan dosis. Pengawasan dalam aplikasi pupuk merupakan tahap terakhir setelah tahap lainnya berjalan dengan baik dalam pelaksanaan pemupukan. Oleh karena itu, pengawasan perlu ditingkatkan mulai dari penguntilan pupuk, pelangsiran ke lapangan, pengeceran dalam baris tanaman, serta penaburan pupuk ke pokok. Mandor pupuk sebagai pengawas harus melihat seluruh areal dalam hingga pasar tengah. Selain itu, Asisten Divisi sebagai Asisten Koordinator BMS harus melakukan pengawasan dan pengecekan ke lapangan setiap hari. Dengan demikian, efektivitas dan efisiensi pemupukan dapat tercapai.
DAFTAR PUSTAKA Adiwiganda, R. 2007. Manajemen Tanah dan Pemupukan Kelapa Sawit. Dalam S. Mangoensoekarjo (Ed.). Manajemen Tanah dan Pemupukan Budidaya Tanaman Perkebunan. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Darmosarkoro, W. 2003. Defisiensi dan Malnutrisi Hara pada Tanaman Kelapa Sawit. Dalam W. Darmosarkoro, E.G. Sutarta, dan Winarna (Eds.). Lahan dan Pemupukan Kelapa Sawit. PPKS. Medan. Direktorat Jenderal Perkebunan 2010. Statistik. http//www.ditjenbun.deptan.go.id. [01 Agustus 2010]. Febriana, R. 2009. Pengelolaan Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Di Perkebunan PT. Sari Aditya Loka I (PT. Astra Agro Lerstari, Tbk), Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 98 hal. Harahap, I.Y., E.S. Sutarta, R.Y. Purba, dan N.H. Darlan. 2003. Peran Pemupukan Terhadap Pertumbuhan dan Kesehatan Bibit Kelapa Sawit. Prosiding Pertemuan Teknis Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan. Hal 63-75. Karsono, J. Sijabat, dan E.S. Sutarta. 2005. Pemeliharaan Kesehatan Tanaman Kelapa Sawit Melalui Optimalisasi Pemupukan dan Pengendalian Hama Penyakit (Pengalaman unit Adolina, PT. Perkebunan Nusantara IV). Prosiding Pertemuan Teknis Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan. Hal 169-182. Pahan, I. 2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta. 411 hal. Poeloengan, Z., M.L. Fadli, Winarna, S. Rahutomo, dan E.S. Sutarta. 2003. Permasalahan Pemupukan pada Kelapa Sawit. Dalam W. Darmosarkoro, E.G. Sutarta, dan Winarna (Eds.). Lahan dan Pemupukan Kelapa Sawit. PPKS. Medan. PPKS. 2003. Potensi dan Peluang Kelapa Investasi Industri Kelapa Sawit di Indonesia. PPKS. Medan. Prabowo, N.E. 2005. Penggunaan Diagnosa Daun Untuk Rekomendasi Pemupukan Kelapa Sawit. Prosiding Pertemuan Teknis Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan. Hal 57-65. Riwandi. 2002. Rekomendasi pemupukan kelapa sawit berdasarkan analisis tanah dan tanaman. Akta Agrosia 5(1):27-34.
52 Setyamidjaja, D. 2006. Kelapa Sawit. Kanisius. Yogyakarta. 127 hal. Simatupang, S. 2010. Manajemen Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Di Perkebunan PT. Sari Aditya Loka I (PT. Astra Agro Lerstari, Tbk), Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi. Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 86 hal. Sugiono, E.S. Sutarta, W. Darmosarkoro, dan H. Santoso. 2005. Peranan Pengembangan K, Ca, dan Mg Tanah dalam Penyusunan Rekomendasi Pemupukan Kelapa Sawit. Prosiding Pertemuan Teknis Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan. Hal 43-65. Sunarko. 2007. Petunjuk Praktis Budi Daya dan Pengolahan Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka. Jakarta Selatan. 70 hal. Sutarta, E.S., S. Rahutomo, W. Darmosarkoro, dan Winarna. 2003. Peranan Unsur Hara dan Sumber Hara pada Pemupukan Kelapa Sawit. Dalam W. Darmosarkoro, E.G. Sutarta, dan Winarna (Eds.). Lahan dan Pemupukan Kelapa Sawit. PPKS. Medan.
LAMPIRAN
54
Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian Lepas di Divisi I Pelantaran Agro Estate, PT Windu Nabatindo Lestari, Bumitama Gunajaya Agro Grup, Kalimantan Tengah
Orientasi Kebun
Penulis -
Presatasi Kerja Karyawan -
Standar -
15 Februari 2011
Orientasi Kebun
-
-
-
16 Februari 2011 17 Februari 2011 18 Februari 2011 19 Februari 2011
Panen (Mengutip Brondolan) Pembuatan No TPH Pembuatan No TPH Pembuatan No TPH
1 Ha 26 TPH 28 TPH 32 TPH
6 Ha 34 TPH 26 TPH 52 TPH
3 Ha 43 TPH 31 TPH 43 TPH
20 Februari 2011 21 Februari 2011
Libur Pembuatan No TPH
37 TPH
38 TPH
43 TPH
22 Februari 2011
Pembuatan No TPH
45 TPH
22 TPH
43 TPH
23 Februari 2011 24 Februari 2011 25 Februari 2011 26 Februari 2011 27 Februari 2011 28 Februari 2011 01 Maret 2011
Pembuatan No TPH Pembuatan No TPH Pembuatan No TPH Pembuatan No TPH Libur Pembuatan No TPH Pembuatan No TPH
30 TPH 30 TPH 26 TPH 49 TPH 45 TPH 48 TPH
42 TPH 43 TPH 26 TPH 49 TPH 54 TPH 29 TPH
43 TPH 43 TPH 31 TPH 43 TPH 43 TPH 43 TPH
Tanggal
Uraian Kegiatan
14 Februari 2011
Lokasi
54
PT. Windu Nabatindo Lestari Divisi I PT. Windu Nabatindo Lestari Divisi I Blok C8 dan C7 Blok D7 Blok E9 dan E10 Blok D10, E9 dan E10 Blok E6, E7, E8, dan E9 Blok E5, E6, dan E7 Blok C2 dan C3 Blok C2 dan C3 Blok C2 Blok C2, C3, C4 Blok C5 dan C6 Blok C5, C6 dan C7
55
Tanggal
Uraian Kegiatan
02 Maret 2011 03 Maret 2011 04 Maret 2011 05 Maret 2011 06 Maret 2011 07 Maret 2011 08 Maret 2011
Pembuatan No TPH Pemupukan (Pupuk Mikro) Panen (Mengutip Brondolan) Libur Libur Pengawas Penyemprotan Piringan Pengawas Penyemprotan Piringan Pengawas SPPH (Semprot Piringan, Pasar pikul, dan TPH) Pengawas Piringan Manual Pengawas Piringan Manual Mandor Gawangan Manual Libur
09 Maret 2011
10 Maret 2011 11 Maret 2011 12 Maret 2011 13 Maret 2011
Penulis 35 TPH 0,3 Ha 1,5 Ha -
Presatasi Kerja Karyawan 43 TPH 1 ha 3 Ha 2 ha
Standar 43 TPH 2 ha 2.1 Ha 2 ha
-
2 ha
2 ha
Blok C7 dan C8 Blok E4 Blok D2 dan D3 Blok C9 dan C10 Blok C9 dan C10
-
2.75 ha
3 ha
Blok C3 dan C6
-
0.4 ha 0.2 ha 0.38 ha -
1 ha 0.7 ha 1 ha -
Blok C4 Blok C4 Blok C11 -
Lokasi
55
56
Lampiran 2. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Mandor di Divisi I Pelantaran Agro Estate, PT Windu Nabatindo Lestari, Bumitama Gunajaya Agro Grup, Kalimantan Tengah Presatasi Kerja Penulis Tanggal
Uraian Kegiatan
Jumlah KHL yang Diawasi (orang)
Luas Areal yang Diawasi (ha)
Lama Kegiatan (jam)
17
13.75
10
Blok C14
4
-
10
Gudang Pupuk
9
35.75
10
Blok C6, C5, D6, dan D5
17
32.07
10
Blok C12 dan C13
8
36.99
8
Lokasi
18 Maret 2011
Pemupukan RP (Rock Phosphat) Penguntilan RP (Rock Phosphat) Panen Pemupukan RP (Rock Phosphat) Panen
19 Maret 2011
Panen
9
30.88
10
20 Maret 2011
Libur Pemupukan RP (Rock Phospat) Pemupukan RP (Rock Phospat) Pemupukan RP (Rock Phospat)
-
-
-
Blok C3, C2, D3, dan D2 Blok D2, D3, E3, E4, E5, dan E6 -
14
31.78
10
Blok C09 dan C10
17
39.82
10
Blok G16
17
34.20
10
Blok G16 dan G17
20
78.43
10
Blok D7, D6, D5, C6, dan C5
14
21.78
10
Blok C8
23
58.68
10
Blok B14, B15
-
-
-
14 Maret 2011 15 Maret 2011 16 Maret 2011 17 Maret 2011
21 Maret 2011 22 Maret 2011 23 Maret 2011 24 Maret 2011 25 Maret 2011 26 Maret 2011
Pemupukan RP (Rock Phospat) Pemupukan RP (Rock Phospat) Libur
-
56
27 Maret 2011
Panen
57
Presatasi Kerja Penulis Tanggal
Uraian Kegiatan
Jumlah KHL yang Diawasi (orang)
Luas Areal yang Diawasi (ha)
28 Maret 2011 29 Maret 2011
Panen Panen
19 18
84.23 44.40
Lama Kegiatan (jam) 10 10
30 Maret 2011
Panen
19
64.76
10
31 Maret 2011 01 April 2011 02 April 2011 03 April 2011 04 April 2011 05 April 2011
Pemupukan Kieserit Pemupukan Kieserit Pemupukan Kieserit Libur Semprot Gawangan Perawatan Manual
17 18 17 13 11
43.40 39.27 45.54 23.2
10 10 10 10 10
06 April 2011
Pendamping Krani Transport
4
-
10
07 April 2011 08 April 2011 09 April 2011 10 April 2011
Perawatan Manual Semprot Gawangan Semprot Gawangan Libur Semprot Pasar Pikul dan TPH (SPPH) Semprot Pasar Pikul dan TPH (SPPH) Aplikasi Durat
11 13 12 -
5 22.10 28.30 -
10 10 10 -
Blok E3, E4, E5, dan E6 Blok E7, E8, E9, dan E10 Blok C11, C10, C9, D10, dan D9 Blok E7, E8, dan E9 Blok E10 dan E9 Blok D10 dan E9 Blok C7 Blok D6 Blok C11, C10, C9, D10, dan D9 Blok D2 Blok C9 Blok C10 -
21
63
10
Blok D2 dan D3
22
66
10
Blok D4
4
30
10
Blok C5,C6, dan C4
11 April 2011 12 April 2011 13 April 2011
Lokasi
57
58
Lampiran 3. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Asisten di Divisi I Pelantaran Agro Estate, PT Windu Nabatindo Lestari, Bumitama Gunajaya Agro Grup, Desa Pelantaran, Kecamatan Cempaga Hulu,Kabupaten Kota Waringin Timur, Kalimantan Tengah Tanggal
14 April 2011 15 April 2011
16 April 2011 17 April 2011 18 April 2011 19 April 2011
Uraian Kegiatan Uji Aplikasi Pupuk Cair (Bio-Trent Sawit) Kuliah Umum PAMA XI Tentang Kegiatan Menjelang Panen Kuliah Umum PAMA XI Tentang Kegiatan Menjelang Panen Libur Pemupukan Borat Kuliah Umum PAMA XI Tentang Kegiatan Panen
Presatasi Kerja Penulis Jumlah Mandor Luas Areal yang yang Diawasi Diawasi (ha) (orang)
Lama Kegiatan (jam)
Lokasi
1
13
10
Blok D7
-
-
8
PNLC (Pundu Learning Center)
-
-
8
PNLC (Pundu Learning Center)
1
95.41
10
-
-
8
20 April 2011
Pemupukan Borat
1
132.16
10
21 April 2011
Krani Buah
-
-
11
22 April 2011 23 April 2011 24 April 2011
Libur Administrasi Divisi Libur
-
-
10 -
Blok D6,D7, dan D9 PNLC (Pundu Learning Center) Blok E11, E12, F11, dan F12 Blok C11, C10, C9, D10, dan D9 Kantor Kebun -
58
59
Tanggal
25 April 2011 26 April 2011 27 April 2011 28 April 2011 29 April 2011 30 April 2011 01 Mei 2011 02 Mei 2011 03 Mei 2011 04 Mei 2011 05 Mei 2011 06 Mei 2011 07 Mei 2011 08 Mei 2011 09 Mei 2011
10 Mei 2011
Uraian Kegiatan Pengawas Piringan Manual dan Tebas Gawangan Panen Administrasi Divisi Pemupukan Kieserit Pemupukan Kieserit Sensus Pokok Libur Pengawas Pembuatan Bendungan Air Simulasi LSU (Leaf Sampling Unit) Pemasangan Batas KKP (Kelompok Kecil Pemanen) Sensus Pokok SPPH (Semprot Pasar Pikul dan TPH) Pemasangan Batas KKP (Kelompok Kecil Pemanen) Libur Panen Menyusun RKB (Rencana Kerja Bulanan) dengan Asisten
Presatasi Kerja Penulis Jumlah Mandor Luas Areal yang yang Diawasi Diawasi (ha) (orang)
Lama Kegiatan (jam)
Lokasi
-
3
10
Blok D10
1 1 1 -
28.28 39.70 43.20 5 -
10 10 10 10 5 -
Blok E5 Kantor Kebun Blok D2 dan D3 Blok F8 dan F9 Blok C10 -
-
-
10
Blok E9 (Camp)
-
2.50
9
Blok D8
-
191.95
10
Blok D2-D7, C2-C5
-
5
5
Blok C10
10
Blok D7 dan C8
1 -
42.55
10
Blok C6-C9
1
80.20
10
Blok C8-7,D8-6 Kantor Divisi
-
-
10
59
60
Presatasi Kerja Penulis Tanggal
Uraian Kegiatan
Jumlah Mandor yang Diawasi (orang)
Luas Areal yang Diawasi (ha)
Lama Kegiatan (jam)
Lokasi
-
-
10
Kantor Divisi
1 1 1 -
2 64.76 80.20 72.25 -
4 5 10 10 10 11
Blok E3-E6 Blok B14 Blok C11-9, D9-D10 Blok C8-7,D8-6 Blok C6-C5 da D5-D4 Blok C4-C2 dan D3
-
-
5
Kantor Kebun
-
-
7
Kantor Kebun
-
-
-
23 Mei 2011
Panen
1
64.80
10
24 Mei 2011 25 Mei 2011
Aplikasi JJK Test I oleh Asisten Pemupukan Chelated Zincoper Check Cross Blok Pemupukan Chelated Zincoper
1 -
0.3 -
10 2
Blok E9-E10 dan D10D9 Blok D6 Kantor Divisi I
1
39.30
10
Blok C3
-
4
5
Blok B1
1
39.60
10
Blok C5
-
-
-
-
12 Mei 2011 13 Mei 2011 14 Mei 2011 15 Mei 2011 16 Mei 2011 17 Mei 2011 18 Mei 2011 19 Mei 2011 20 Mei 2011 21 Mei 2011
26 Mei 2011 27 Mei 2011 28 Mei 2011 29 Mei 2011
Libur
60
22 Mei 2011
Menyusun RKB (Rencana Kerja Bulanan) dengan Asisten Krani Panen Check Cross Blok Panen Libur Panen Libur Panen Krani Panen Rapat Evaluasi RKB, LBA, dan PDO Rapat Evaluasi RKB, LBA, dan PDO Libur
11 Mei 2011
61
Tanggal
30 Mei 2011 31 Mei 2011 01 Juni 2011 02 Juni 2011 03 Juni 2011 04 Juni 2011 05 Juni 2011 06 Juni 2011 07 Juni 2011 08 Juni 2011 09 Juni 2011 10 Juni 2011 11 Juni 2011 12 Juni 2011 `13 Juni 2011 14 Juni 2011
Uraian Kegiatan Pemupukan Chelated Zincoper Pemupukan Chelated Zincoper Penguntilan Pupuk Urea Libur Check Cross Blok Administrasi Divisi Libur Pemupukan Chelated Zincoper (rotasi kedua) Pengawas Piringan Manual Pemupukan Urea Pemupukan Urea Ujian Administrasi Divisi Libur Presentasi Kunjungan
Presatasi Kerja Penulis Jumlah Mandor Luas Areal yang yang Diawasi Diawasi (ha) (orang)
Lama Kegiatan (jam)
Lokasi
1
50.80
10
Blok C6 dan C8
1
14.83
10
Blok E3
1 -
4 -
7 5 10 -
Gudang Until Blok C6 Kantor Divisi -
1
12.89
10
Blok E4
1 1 -
3 39.40 39.70 -
10 10 10 3 10 -
Blok C9 Blok D4 Blok D3 Kantor Divisi Kantor Divisi -
61
62
Lampiran 4. Peta Pelantaran Agro Estate
63
Lampiran 5. Data Curah Hujan di PAGE Tahun 2007-2010 Bulan
Tahun 2007 HH
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Okt Nov Des Total BB BK
14 10 10 15 10 9 7 1 5 5 10 7 103
2008 MM 202 273 458 467 278 300 157 20 150 167 233 92 2797 10 1
HH 6 4 11 19 0 13 6 10 9 9 13 15 115
2009 MM 100 57 339 652 0 215 155 232 155 140 197 219 2461 10 2
HH 14 10 14 13 6 3 3 0 2 10 17 12 104
Rata-rata
2010 MM 457 188 374 367 239 122 85 0 90 475 424 382 3203 11 1
HH
MM
12 10 9 11 12 6 13 13 9 12 16 2 125
497 265 285 299 288 73 495 304 418 499 494 30 3947.625 10 1
HH 11.50 8.50 11.00 14.50 7.00 7.75 7.25 6.00 6.25 9.00 14.00 9.00 111.75
MM 314.00 195.75 364.00 446.25 201.25 177.50 223.00 139.00 203.25 320.25 337.16 180.75 3102.16
Sumber: Data Kebun PAGE (2011)
Q= x 100 = x 100 % = 12.19 % Berdasarkan klasifikasi Schmidth-Fergusson termasuk tipe iklim A Tipe Iklim A = 0.5 % - 14.3 %
63
B = 14.33 % - 33.3 %
Keterangan: BB = Bulan Basah BK = Bulan Kering
64
Lampiran 6. Struktur Organisasi di Pelantaran Agro Estate
Estate Manager
Asisten Divisi I
Mantri Tanaman
Mandor I
Asisten Divisi II
Krani Divisi
Asisten Divisi III
Kepala Gudang
Kepala Keamanan
Admin Tanaman
Mandor Panen
Mandor Perawatan
Mandor Pupuk
Mandor Semprot
Krani Panen
Asisten Divisi IV
Accounting
Kepala Seksi Administrasi
Kepala Klinik
Kasir
Operator Komputer
Krani Transport
Mandor Traksi 64
65
Lampiran 7. Realisasi Pemupukan di PAGE Berdasarkan Jenis Pupuk Tahun 2007-2010 Tahun Pemupukan Rencana (Ton) 176.36
2007 Realisasi (Ton) 225.67
128
Rencana (Ton) 426.45
2008 Realisasi (Ton) 376.64
88
Rencana (Ton) 345.19
2009 Realisasi (Ton) 348.99
RP
151.17
168.05
111
426.89
330.68
77
388.36
409.44
105
MOP
276.26
189.35
69
462.92
413.99
89
454.30
457.31
101
721.12
580.09
80
Kiserit
75.58
69.24
HGFB
22.59
32.55
92
192.74
168.02
87
245.30
244.63
100
338.37
120.00
35
44
42.26
45.17
107
29.51
29.68
101
50.23
47.17
94
NPK 12-12-17-2
530.96
500.60
94
638.32
519.17
81
428.10
371.14
87
16.70
8.40
50
NPK 15-15-6-4
83.20
102.25
123
129.06
57.65
45
18.96
22.99
121
CuSO4
5.89
7.33
124 0.65
2.02
308
17.37
6.78
39
1.00
0.74
74
863.65
847.95
98
Jenis Pupuk
UREA
%
ZinCopper
%
% 101
Guano
SD Oktober 2010 Rencana Realisasi (Ton) (Ton) 555.74 296.50
Dolomite Total 1322.00 1 295.04 Sumber: Data Kebun PAGE (2011)
% 53
5.50 98
2 319.31
1,913.35
82
1 927.08
1 890.95
98
2 546.80
1 906.35
75
65
66
Lampiran 8. Realisasi Pemupukan di PAGE Berdasarkan Total Pupuk Tahun 2007-2011 Tahun Pemupukan
2004
Rencana (Ton) 619.78
2007 Realisasi (Ton) 553.94
2005
320.74
2006
381.49
Tahun Tanam
2007
89
Rencana (Ton) 853.33
2008 Realisasi (Ton) 747.22
229.95
72
535.02
314.45
82
%
196.70
88
Rencana (Ton) 619.42
2009 Realisasi (Ton) 665.12
481.22
90
396.04
416.95
305.96
73
514.00
378.96
74
%
2008 Total 1 322.00 1 295.04 Sumber: Data Kebun PAGE (2011)
98
2 319.31
1 913.35
82
107
Rencana (Ton) 881.07
2010 Realisasi (Ton) 681.44
387.66
98
546.40
426.52
78
375.43
347.81
93
532.64
376.72
71
502.76
459.84
91
569.19
402.22
71
33.42
30.52
91
22.57
19.46
86
1 927.08
1 890.95
98
2 551.86
1 906.35
75
%
% 77
66
67
Lampiran 9. Peta Status Hara Daun di PAGE 2010
68
Lampiran 10. Status Hara Pada Tanaman Kelapa Sawit Umur tanaman < 6 tahun
Hara Defisiensi
Umur tanaman > 6 tahun
Rendah
Optimum
Tinggi
Excess
Defisiensi
Rendah
Optimum
Tinggi
Excess
N (%)
< 2,50
2,50 - 2,59
2,60 - 2,80
2,81 - 3,10
> 3,10
< 2,30
2,30 - 2,39
2,40 - 2,80
2,81 - 3,00
> 3,00
P (%)
< 0,15
0,15 - 0,159
0,16 - 0,19
0,20 - 0,25
> 0,25
< 0,14
0,14 - 0,149
0,15 - 0,18
0,19 - 0,25
> 0,25
K (%)
< 1,00
1,00 - 1,09
1,10 - 1,30
1,31 - 1,80
> 1,80
< 0,75
0,75 - 0,89
0,90 - 1,20
1,21 - 1,60
> 1,60
Mg (%)
< 0,20
0,20 - 0,29
0,30 - 0,45
0,46 - 0,70
> 0,70
< 0,20
0,20 - 0,24
0,25 - 0,40
0,41 - 0,70
> 0,70
Ca (%)
< 0,30
0,30 - 0,49
0,50 - 0,70
0,71 - 1,00
> 1,00
< 0,25
0,25 - 0,49
0,50 - 0,75
0,76 - 1,00
> 1,00
26,00 - 40,00
> 40 > 15,00
< 8,00
8,00 - 14,00
15,00 - 25,00
26,00 - 40,00
> 40
< 3,00
3,00 - 4,99
5,00 - 8,00
8,01 - 15,00
> 15,00
B (mg/kg) < 8 8,00 - 14,00 15,00 - 25,00 Cu (mg/kg) <3 3,00 - 4,99 5,00 - 8,00 Sumber: Departement Research BGA (2011)
8,01 - 15,00
68