1
MANAJEMEN PEMANENAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI BANGUN KOLING ESTATE PT WINDU NABATINDO ABADI, BUMITAMA GUNAJAYA AGRO GROUP, KOTAWARINGIN TIMUR, KALIMANTAN TENGAH
ILHAM KURNIAWAN A24120114
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
2
3
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Manajemen pemanenan kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Bangun Koling Estate, PT Windu Nabatindo Abadi, Bumitama Gunajaya Agro Group, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka.
Bogor, November 2016
Ilham Kurniawan NIM A24120114
4
5
ABSTRAK ILHAM KURNIAWAN. Manajemen Pemanenan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Bangun Koling Estate PT. Windu Nabatindo Abadi, Bumitama Gunajaya Agro Group, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah. Dibimbing oleh ADOLF PIETER LONTOH. Kegiatan magang dilakukan di Bangun Koling Estate PT. Windu Nabatindo Abadi yang terletak di Desa Tumbang Koling, Kecamatan Cempaga Hulu, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah dari bulan Februari hingga Juni 2016. Kegiatan magang dilaksanakan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan kerja, menambah pengalaman serta mempelajari kegiatan budidaya kelapa sawit secara teknis dan manajerial. Pengamatan yang diamati meliputi angka kerapatan panen dan estimasi produksi, kebutuhan tenaga kerja, kapasitas panen, alat panen dan alat pelindung diri, mutu buah, transportasi buah dan kehilangan hasil. Manajemen panen sudah berlangsung secara baik, tetapi perlu ditingkatkan agar didapatkan hasil yang optimal. Evaluasi yang harus dilakukan yaitu metode taksasi belum menggambarkan hasil realisasi panen, penggunaan alat pelindung diri perlu ditingkatkan, kapasitas panen yang masih kurang dari basis yang ditetapkan, kehilangan hasil yang terdapat di lapang masih belum sesuai standar perusahaan yang meliputi mutu hancak dan mutu tempat pengumpulan hasil (TPH) . Kata kunci: kelapa sawit, manajemen, pemanenan
ABSTRACT ILHAM KURNIAWAN. Management Harvesting Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) In Bangun Koling Estate PT. Windu Nabatindo Abadi, Bumitama Gunajaya Agro Group, Kotawaringin East, Central Kalimantan. Supervised by ADOLF PIETER LONTOH. This internship was conducted in Bangun Koling Estate PT Windu Nabatindo Abadi located at Tumbang Koling village, Cempaga Hulu district, Kotawaringin Timur regencey, Central Kalimantan Province from February to June 2016. This internship aimed to enhance knowledge, improve working skill, for experiences and also to learn about techniques and management of palm oil cultivation. Variables of observation consist of harvest density figures and production estimation, need of labor, the capacity of harvesting, harvesting equipments and personal protective equipments, fruit quality, transportation and yield losses. Management of palm oil harvesting was good but it still needs to be improved some aspects to obtain optimal production results. Evaluation should be done the method of taxation does not describe actual results harvest, the use of personal protective equipment needs to be improved, the capacity of the harvest that is still less than the base set, yield losses contained in the field still does not meet company standards that include quality of Shelf and quality point of collecting place. Keywords: harvesting, management, palm oil
6
7
MANAJEMEN PEMANENAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI BANGUN KOLING ESTATE PT WINDU NABATINDO ABADI, BUMITAMA GUNAJAYA AGRO GROUP, KOTAWARINGIN TIMUR, KALIMANTAN TENGAH
ILHAM KURNIAWAN A24120114 Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Agronomi dan Hortikultura
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
8
10
11
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga tugas akhir ini dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam penulis sampaikan kepada nabi besar Rasullulah Muhammad SAW, atas segala perjuangan untuk mencapai sebuah kebenaran. Judul yang dipilih dalam magang yang dilaksanakan sejak 5 Februari hingga 5 Juni 2014 adalah Manajemen Pemanenan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Bangun Koling Estate (BKLE) PT Windu Nabatindo Abadi, Bumitama Gunajaya Agro Group, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah. Pada kesempatan ini penulis ini mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ir. Adolf Pieter Lontoh, M.S. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan ilmu, arahan, masukan, dan saran. 2. Ir. Megayani Sri Rahayu, M.S. selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan motivasi serta masukan selama perkuliahan. 3. Dr. Ir. Supijatno, M.Si. dan Prof. Dr. Ir. M. A. Chozin, M. Agr. selaku dosen penguji dalam sidang akhir penulis yang telah memberikan saran dan kritik yang membangun terhadap skripsi penulis 4. Kedua orang tua tercinta Syahrudin dan Elly Syahrudin serta Keluarga Penulis atas segala doa dan dukungan yang diberikan. 5. Bapak Sutikno selaku Estate Manager BKLE serta Bapak Eka Siswanto, Bapak Agustiono Sitohang dan Bapak Shohafin selaku Asisten Divisi BKLE yang telah membimbing, membantu, memberikan masukan kepada penulis selama kegiatan magang berlangsung. 6. Seluruh staf dan pekerja Bangun Koling Estate yang telah menerima penulis dengan sangat baik, membantu, dan memberikan masukan. 7. Teman - teman di Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB angkatan 49 dan seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tugas akhir ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, November 2016
Ilham Kurniawan
xii
xiii
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan
2
TINJAUAN PUSTAKA
2
Botani Kelapa Sawit
2
Syarat Tumbuh Kelapa Sawit
3
Pemanenan Kelapa Sawit
3
METODE
4
Tempat dan Waktu Magang
4
Metode Pelaksanaan
4
Pengamatan dan Pengumpulan Data
5
Analisis Data dan Informasi
6
KEADAAN UMUM
6
Letak Geografis dan Letak Wilayah Administratif
6
Keadaan Iklim dan Tanah
6
Luas Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan
7
Keadaan Tanaman dan Produksi
7
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan
8
HASIL DAN PEMBAHASAN
9
Aspek Teknis
10
Aspek Manajerial
29
Pembahasan
31
KESIMPULAN DAN SARAN
36
Kesimpulan
36
Saran
36
DAFTAR PUSTAKA
36
LAMPIRAN
39
xiv
xv
DAFTAR TABEL 1. Luas areal dan tata guna lahan BKLE 2. Jumlah populasi tanaman di BKLE tahun 2016 3. Produksi dan produktivitas panen TBS di BKLE tahun 2011 - 2015 4. Jumlah tenaga kerja di BKLE pada April 2016 5. Ketetapan songgo berdasarkan umur tanaman 6. Rekomendasi pemupukan anorganik BKLE tahun 2015 7. Taksasi produksi dan produksi realisasi Divisi 2 BKLE 8. Seksi panen dalam satu rotasi di Divisi 2 BKLE 9. Penggunaan APD pemanen di Divisi 2 BKLE 10. Jenis alat panen beserta spesifikasi dan kegunaannya 11. Kapasitas panen di Divisi 2 BKLE 12. Uji t-student rata - rata kapasitas panen terhadap standar perusahaan 13. Uji t-student umur pemanen dan lama kerja terhadap rata - rata jumlah janjang per hari 14. Kriteria mutu buah berdasarkan tingkat kematangan buah 15. Mutu buah di Divisi 2 BKLE 16. Uji t-student mutu buah rata - rata terhadap standar perusahaan 17. Kehilangan hasil pada mutu ancak 18. Kehilangan hasil pada mutu TPH 19. Uji t-student kehilangan hasil rata - rata terhadap standar perusahaan 20. Hasil pengamatan transportasi buah Divisi 2 BKLE
7 8 8 9 12 15 20 22 22 23 23 24 24 25 26 26 27 27 27 28
DAFTAR GAMBAR 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Kegiatan pengendalian gulma secara kimia di BKLE Kegiatan di gudang pupuk BKLE Kegiatan pemupukan di BKLE Pengendalian hama di BKLE Kotak hatch and carry di BKLE Kegiatan pemanenan di BKLE Kegiatan muat buah ke dump truck
13 16 17 18 19 19 28
DAFTAR LAMPIRAN 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Jurnal harian sebagai karyawan harian lepas Jurnal harian sebagai pendamping mandor Jurnal harian sebagai pendamping asisten Divisi Peta areal statement berdasarkan tahun tanam BKLE tahun 2016 Data curah hujan bulanan di BKLE tahun 2011-2015 Struktur organisasi BKLE tahun 2016 Riwayat hidup
40 41 42 45 46 47 48
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Komoditi perkebunan memiliki prospek yang bagus sebagai sumber perolehan devisa maupun pajak salah satunya yaitu kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq). Kelapa sawit juga memiliki arti penting bagi Indonesia karena mampu menciptakan lapangan pekerjaan untuk masyarakat. Perkebunan kelapa sawit telah menyebar ke berbagai wilayah Indonesia dengan luas areal yang semakin bertambah setiap tahun. Luas areal mencapai 10.956.231 ha pada tahun 2014 dengan produktivitas CPO rata - rata 3,6 ton ha-1 (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2015). Peningkatan hasil produksi kelapa sawit dapat dilakukan melalui kegiatan perluasan areal pertanaman, rehabilitasi kebun yang sudah ada atau intensifikasi. Beberapa faktor yang mempengaruhi produktivitas kelapa sawit yaitu iklim, topografi, kondisi tanah, bahan tanam, teknik budidaya tanaman, umur tanaman, jumlah populasi per ha, sistem penyerbukan, sistem koordinasi panen, sistem pengamanan produksi serta sistem premi panen (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2006). Budidaya kelapa sawit terdiri atas beberapa kegiatan yaitu pembukaan lahan, penanaman kelapa sawit, pemeliharaan tanaman dan pemanenan. Semua aspek teknik budidaya dalam pengusahaan tanaman kelapa sawit harus dilaksanakan dengan baik. Salah satu teknik budidaya yang sangat penting dalam pengusahaan kelapa sawit adalah kegiatan pemanenan. Pemanenan adalah pemotongan tandan buah segar dari pohon hingga pengangkutan ke pabrik (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2006). Kegiatan panen ini membutuhkan teknik khusus untuk mendapatkan hasil yang berkualitas. Hasil panen utama dari kelapa sawit adalah buah kelapa sawit yang berupa tandan buah segar (TBS). TBS diolah di pabrik kelapa sawit untuk mendapatkan minyak nabati. Kegiatan panen terdiri dari persiapan sebelum panen, pelaksanaan panen, evaluasi panen, serta pengangkutan buah. Persiapan panen yang baik akan memperlancar pelaksanaan panen. Persiapan ini meliputi ketersediaan tenaga kerja, peralatan, pengangkutan, pengetahuan tentang kerapatan panen dan sarana panen (Fadli et al., 2006). Pelaksanaan panen yaitu kegiatan penurunan buah dari pohon dengan menggunakan kriteria panen yang berlaku. Kriteria panen merupakan salah satu faktor yang dapat membantu pemanen untuk menentukan buah layak panen. Pelaksanaan panen perlu memperhatikan beberapa kriteria tertentu sebab tujuan panen kelapa sawit adalah untuk mendapatkan rendemen minyak yang tinggi dengan kualitas minyak yang baik (Fauzi et al., 2008). Evaluasi panen sangat dibutuhkan dalam kegiatan pemanenan. Kegiatan panen yang baik disertai dengan evaluasi terhadap mutu panen. Evaluasi mutu panen dilakukan untuk memperhitungkan potensi kehilangan hasil dan mencegah terjadinya kehilangan hasil. Evaluasi terhadap mutu panen terdiri dari evaluasi mutu ancak dan mutu buah. Pengangkutan buah dibagi menjadi dua, yaitu pengangkutan dari piringan ke tempat pengumpulan hasil (TPH) dan pengangkutan dari TPH ke pabrik. Kegiatan pengangkutan harus dilakukan secepat mungkin untuk menghindari pencurian buah di lapangan dan peningkatan
2 asam lemak bebas. Asam lemak bebas yang tinggi akan mempengaruhi kualitas minyak kelapa sawit (Andoko dan Widodoro, 2013). Keberhasilan panen akan menunjang pencapaian produktivitas tanaman kelapa sawit sebab potensi produksi yang tinggi juga tidak ada artinya jika pengelolaan hasil tidak dilakukan secara optimal. Tujuan Kegiatan magang ini secara umum bertujuan meningkatkan kemampuan dan pemahaman mahasiswa baik secara teknis maupun manajerial dalam pengelolaan perkebunan kelapa sawit. Secara khusus kegiatan magang ini bertujuan untuk mempelajari manajemen pemanenan di perkebunan kelapa sawit.
TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) bukan tanaman asli Indonesia. Tanaman ini sebagai tanaman pendatang dari Afrika Barat (Mangoensoekarjo, 2007). Kelapa sawit termasuk dalam subfamili Cocoideae merupakan tanaman asli Amerika Selatan. Genus Elaeis mempunyai tiga spesies yaitu E. guineensis Jacq, E. oleifera (HBK) Cortes, dan E. odora W (Pahan, 2008). Ketebalan kulit buah kelapa sawit dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis yang telah dikenal seperti Dura, Pisifera, Tenera, Marco carya, dan Diwikka - wakka (Fauzi et al., 2006) Tanaman kelapa sawit tergolong tanaman monokotil. Akar tanaman kelapa yang membentuk akar primer, sekunder, sawit berjenis serabut tersier dan kuarter. Akar primer tumbuh 45° vertikal dari batang dan mampu tumbuh sedalam 1,5 m, akar sekunder tumbuh horizontal dari akar primer dan mampu tumbuh hingga 6 m, sedangkan akar tersier tumbuh dari akar sekunder dan berada dekat dengan permukaan tanah (Hadi, 2004). Batang kelapa sawit berbentuk silinder sekitar 10 cm pada tanaman muda hingga 75 cm pada tanaman tua (Effendi dan Agus, 2011). Susunan daun kelapa sawit majemuk, bersirip genap dan bertulang sejajar (Fauzi et al., 2006). Daun membentuk pelepah yang panjangnya mencapai lebih dari 7,5 - 9 m dengan jumlah anak daun 250 - 400 helai per pelepah. Kelapa sawit merupakan tanaman berumah satu atau monoecious, yaitu bunga jantan dan bunga betina terdapat pada satu pohon tetapi tidak pada tandan yang sama. Bunga jantan dan betina juga sering dijumpai pada satu tandan (hermafrodit). Secara botani, buah kelapa sawit digolongkan sebagai buah drupe, terdiri atas pericarp yang terbungkus oleh exocarp (kulit), mesocarp, dan endocarp (cangkang) yang membungkus 1 - 4 inti atau kernel (umumnya hanya satu). Inti memiliki testa (kulit), endosperm yang padat dan sebuah embrio (Pahan, 2008).
3 Syarat Tumbuh Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh optimum dengan curah hujan 2.000 - 2.500 mm per tahun, tidak memiliki defisit air, serta hujan yang merata sepanjang tahun. Temperatur yang optimal bagi tanaman kelapa sawit yaitu 24 - 28° C, terendah 18° C dan tertinggi 32° C, kelembaban 80% dan penyinaran matahari 5 - 7 jam per hari. Elevasi dari permukaan yang optimum untuk pertumbuhan kelapa sawit yaitu 0 - 500 m. Kecepatan angin 5 - 6 km per jam, sangat baik untuk membantu proses penyerbukan. Angin yang terlalu kencang akan menyebabkan tanaman baru doyong atau miring (Lubis, 1992). Lubis (1992) menyatakan bahwa tanaman kelapa sawit dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah seperti podsolik, latosol, hidromofik kelabu (HK), regosol, andosol, organosol dan alluvial. Pahan (2008) berpendapat bahwa lahan yang baik untuk tanaman kelapa sawit harus mengacu tiga faktor yaitu lingkungan, sifat fisik tanah dan kesuburan tanah. Tingkat keasaman (pH) yang optimum untuk tanaman kelapa sawit adalah 5,0 - 5,5. Kiswanto et al (2005) menambahkan tentang kemiringan lahan pertanaman kelapa sawit sebaiknya tidak lebih dari 15°. Pemanenan Kelapa Sawit Produksi kelapa sawit sangat erat hubungannya dengan proses pemanenan. Teknik pemanenan sangat mempengaruhi kualitas minyak kelapa sawit yang akan dihasilkan. Pekerjaan panen adalah memotong tandan matang, mengumpulkaan dan mengangkutnya ke pabrik untuk seterusnya diolah untuk mendapatkan rendemen minyak yang tinggi, asam lemak bebas rendah serta memelihara kondisi tanaman tetap baik (Lubis, 1992). Keberhasilan panen dan produksi sangat tergantung pada bahan tanaman yang digunakan, peralatan yang digunakan untuk panen, pemanen dengan kapasitas kerjanya, kelancaran transportasi, serta faktor pendukung lainnya seperti organisasi panen yang baik dan keadaan areal. Tanaman belum menghasilkan secara umum dapat dialihkan menjadi tanaman menghasilkan setelah mencapai umur 30 bulan dan ditandai dengan persentase jumlah pohon yang sudah berbuah matang panen > 60% dengan berat tandan rata - rata 3 kg (Risza, 2010). Pemanenan kelapa sawit perlu memperhatikan beberapa ketentuan umum agar TBS yang dipanen sudah matang, sehingga minyak kelapa sawit yang dihasilkan bermutu (Setyamidjaja, 2006). Kriteria matang panen merupakan alat bantu bagi pemanen dalam menentukan buah yang layak potong. Tingkat kematangan buah kelapa sawit dapat diketahui dari perubahan warna buah. Sunarko (2007) berpendapat buah kelapa sawit yang berwarna hijau akan berubah warna menjadi merah atau oranye yang menandakan bahwa minyak sawit yang terkandung didalamnya telah maksimal dan buah akan lepas dari tandannya. Ciri tandan yang sudah matang dan siap dipanen yaitu sudah ada 2 brondolan lepas dari tandannya atau jatuh ke piringan untuk setiap kg tandan. Persiapan panen yang baik adalah tercapainya target produksi dengan biaya panen seminimal mungkin. Hal-hal yang perlu disiapkan dalam pelaksanaan panen adalah tenaga kerja, peralatan panen, pengangkutan, pengetahuan tentang kerapatan panen, dan sarana panen (Roosita, 2007).
4 Peralatan yang digunakan oleh para pemanen terdiri dari alat panen serta alat pelindung diri. Alat panen yaitu alat bantu yang digunakan oleh pemanen untuk mempermudah dalam pekerjaan pemotongan buah atau panen. Alat panen terdiri dari egrek, dodos, gancu dan angkong. Peralatan lainnya yang digunakan pemananen adalah alat pelindung diri (APD). Penggunaan APD berfungsi untuk meminimalkan terjadinya kecelakaan kerja di lapang. Jalan merupakan faktor penunjang dalam pemanenan untuk pengumpulan produksi mulai dari pohon sampai ke pabrik. Jalan yang diperlukan untuk pemanenan diantaranya jalan utama, jalan produksi, jalan kontrol dan jalan pikul (Efendi dan Agus, 2011). Proses pengangkutan dalam panen terbagi menjadi dua, yaitu recovery dan evacuation (Mangoensoekarjo et al., 2003). Recovery mencakup kesiapan panen dan pengangkutan panen dari tanaman menuju tempat pengumpulan hasil (TPH), sedangkan evacuation merupakan pengangkutan TBS dari TPH ke pabrik dengan unit transportasi. Tandan buah segar yang telah dipanen harus segera diangkut untuk menghasilkan rendemen minyak yang tinggi serta kadar asam lemak bebas < 3% (Sunarko, 2007).
METODE Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan di Divisi 2 Bangun Koling Estate PT Windu Nabatindo Abadi, Bumitama Gunajaya Agro Group, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, yang dilakukan selama empat bulan dimulai dari 5 Februari 2016 sampai 5 Juni 2016. Metode Pelaksanaan Metode pelaksanaan yang digunakan adalah melaksanakan seluruh kegiatan yang sudah dilaksanakan di perusahaan, baik dengan metode langsung maupun tidak langsung yang bertujuan memperoleh data primer dan sekunder. Metode langsung adalah praktek kerja langsung ke lapang (untuk mendapatkan data), wawancara dan diskusi. Metode tidak langsung dilakukan melalui pengumpulan laporan bulanan, laporan tahunan dan arsip kebun. Kegiatan magang pada bulan pertama adalah bekerja langsung sebagai karyawan harian lepas (KHL), menjadi pendamping mandor pada bulan kedua, menjadi pendamping asisten divisi pada bulan ketiga dan keempat. Selama kegiatan berlangsung prestasi kerja dicatat pada jurnal harian. Kegiatan yang dilakukan sebagai KHL adalah mengikuti pekerjaan yang sudah ditentukan waktunya oleh perkebunan seperti pengendalian gulma, pengendalian hama dan penyakit, pemupukan hingga pemanenan. Kegiatan yang dilakukan sebagai pendamping mandor adalah menyusun rencana kegiatan harian, menentukan jumlah tenaga kerja, memimpin apel pagi, mengawasi kegiatan yang dilakukan oleh KHL, mengarahkan karyawan, membuat laporan harian mandor dan mengisi administrasi pada tingkat mandor. Mandor yang membimbing selama magang adalah mandor 1, mandor panen, mandor perawatan, mandor pupuk, mandor BSS, krani divisi, krani panen dan krani transpor. Kegiatan yang dilakukan sebagai
5 pendamping asisten divisi (dibawah bimbingan asisten yang ditunjuk) antara lain memimpin karyawan pada apel pagi serta membuat rencana kerja harian dan bulanan. Pengamatan dan Pengumpulan Data Data yang didapatkan dalam kegiatan magang yaitu data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan dari pengamatan secara langsung pada praktik kerja di lapangan, ataupun dengan wawancara kepada pekerja yang bertugas di lapangan maupun kantor kebun. Data sekunder diperoleh dari perkebunan meliputi lokasi dan letak geografis kebun, keadaan tanah dan iklim, luas areal dan tata guna lahan, peta wilayah, peta kebun dan struktur organisasi perusahaan. Pengamatan yang dilakukan adalah: 1. Angka Kerapatan Panen dan Estimasi Produksi Kerapatan panen merupakan salah satu peubah yang sangat penting dalam penentuan taksasi produksi untuk keesokan harinya. Pengamatan dilakukan sebanyak tiga kali ulangan dan dilakukan pada setiap blok panen dalam satu seksi panen. Kerapatan panen dapat diketahui melalui taksasi produksi yang ditentukan. Jumlah buah matang Kerapatan panen x 100% Jumlah tanaman yang diamati 2. Kebutuhan Tenaga Panen Pengamatan kebutuhan tenaga panen harian dilakukan berdasarkan wawancara dengan asisten divisi serta pengamatan langsung dengan mengamati jumlah pemanen yang ada. Jumlah tenaga panen lalu dibandingkan dengan jumlah tenaga panen ideal sesuai standar perusahaan. 3. Alat panen dan Alat pelindung diri (APD) Data alat panen diambil berdasarkan pengamatan secara langsung di lapang dan mencatat seluruh alat bantu yang digunakan pemanen tersebut. Pengamatan APD dilakukan terhadap seluruh pemanen dengan ulangan berupa kemandoran panen. 4. Kapasitas panen Pengamatan dilakukan terhadap 30 orang pemanen pada tiga kemandoran selama satu rotasi panen dengan tujuan membandingkan pada tingkat usia dan lama bekerja. 5. Mutu buah. Pengamatan mutu buah dilakukan selama dua rotasi panen dalam satu seksi panen. Jumlah buah yang diamati adalah 100 tandan per satu seksi panen. 6. Kehilangan Hasil (losses) Pengamatan dilakukan dengan cara mengamati mutu ancak dan mutu TPH, kemudian dibandingkan dengan standar perusahaan. 8. Transportasi buah Pengamatan yang diamati adalah jumlah buah yang dikirim, waktu muat, waktu tempuh ke PKS, kecepatan rata - rata, berat muatan dan jumlah pekerja.
6 Analisis Data dan Informasi Analisis yang digunakan dalam mengolah data yang diperoleh dari kegiatan magang di perkebunan kelapa sawit adalah analisis secara deskriptif dan kuantitatif. Analisis deskriptif digunakan untuk mencari nilai rata-rata dan persentase yang kemudian dideskripsikan dengan pembanding norma baku dan standar yang berlaku di perusahaan ataupun melalui studi pustaka. Analisis kuantitatif dilakukan dengan uji t-student menggunakan software Minitab 16. Uji t-student digunakan untuk membandingkan suatu data yang diperoleh. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan uji t-student pada taraf 5% untuk pengolahan data deskriptif kuantitatif. Rumus yang digunakan sebagai berikut: t-hitung =
SP =
Keterangan: x1, x 2 : nilai tengah pengamatan contoh 1 dan 2 , : ragam pengamatan contoh 1 dan 2 n1 , n2 : jumlah contoh 1 dan 2 Sp : simpangan baku gabungan Nilai berbeda nyata apabila thit > ttabel dan tidak berbeda nyata apabila thit < ttabel diperoleh dari nilai sebaran t pada taraf 5% dan db (n1+n2-2) (Walpole, 1997).
KEADAAN UMUM Letak Geografis dan Letak Wilayah Administratif Bangun Koling Estate (BKLE) PT Windu Nabatindo Abadi terletak di Desa Tumbang Koling, Kecamatan Cempaga Hulu, Kabupaten Kotawaringin Timur, Provinsi Kalimantan Tengah. Secara geografis BKLE masuk ke dalam Waktu Indonesia Barat (WIB) dengan letak geografis berada di antara 112,01o - 113,09o Bujur Timur dan 1,45o - 1,85o Lintang Selatan (Lampiran 4). BKLE secara administratif berbatasan sebelah Utara dengan Sungai Mirah Minting Estate (SMME), sebelah Timur dengan Sungai Cempaga Estate (SCME), sebelah Barat dengan PT Tunas Agro Subur Kencana (PT TASK) dan sebelah Selatan dengan perkebunan masyarakat. Keadaan Iklim dan Tanah Data curah hujan 2011 - 2015 menunjukkan bahwa rata - rata curah hujan di BKLE adalah 3.145 mm per tahun dengan rata - rata hari hujan 115 hari per tahun dengan 10 bulan basah dan 1,2 bulan kering (Lampiran 5). Berdasarkan sistem klasifikasi iklim Schmidth - Ferguson, BKLE termasuk kedalam tipe iklim A (sangat basah) dengan nilai Q = 12%. Kondisi topografi di BKLE yaitu tergolong datar dengan keadaan tanah yang dominan adalah jenis tanah Inseptisol, selain itu di BKLE terdiri atas jenis tanah Ultisol, Inseptisol, Entisol, dan Hitosol. BKLE termasuk pada kelas S3 pada kesesuaian lahan dengan faktor pembatas tekstur tanah berpasir.
7 Luas Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan BKLE memiliki luas areal sebesar 3.025,3 ha, terbagi ke dalam 2 areal, yaitu areal yang diusahakan dan areal tidak dapat ditanam. Areal yang diusahakan, terdiri dari areal pertanaman kelapa sawit seluas 2.529,8 ha dengan tahun tanam 2006 sampai 2011 dan areal prasarana berupa emplasemen seluas 67,1 ha serta jalan dan jembatan 72,4 ha (Tabel 1). Pada areal pertanaman BKLE memiliki 3 Divisi, Divisi 1 memiliki luas 811,93 ha, Divisi 2 memiliki luas 860,29 ha, dan Divisi 3 memiliki luas 857,43 ha. Areal yang tidak bisa ditanam memiliki luas 356 ha meliputi tanah desa, bukit, sungai, rawa dan pasir. Tabel 1. Luas areal dan tata guna lahan BKLE Uraian I Areal diusahakan A. Areal ditanam TM 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Jumlah B. Areal Prasarana Emplasemen/ bangunan lainnya Jalan dan jembatan Jumlah II. Areal tidak bisa ditanam Tanah desa Bukit, sungai, rawa, pasir dll Jumlah Total luas areal kebun
Luas (ha)
560,1 1.526,6 261,1 34,6 122,4 25 2.529,8 67,1 72,4 139,5 53 303 356 3.025,3
Sumber: Data Kebun BKLE (2016)
Keadaan Tanaman dan Produksi BKLE termasuk areal kebun inti, yang menggunakan bibit kelapa sawit varietas tenera yang berasal dari progeni Merihat, Socfindo, Costa Rica, Lonsum dan Papua New Guinea. Jarak tanam yang digunakan adalah 9,2 m x 9,2 m x 9,2m dengan stand per ha (SPH) 136 tanaman. Pada kenyataannya SPH di lapang bervariasi (Tabel 2), ini disebabkan tidak semua area dalam blok dapat ditanami dan tidak semua tanaman dapat tumbuh dengan baik. Jumlah populasi tanaman di BKLE dapat dilihat pada Tabel 2.
8 Tabel 2. Jumlah populasi tanaman di BKLE tahun 2016 Divisi
Luas tanam (ha)
1 2 3 Rata-rata Total
811,93 860,29 857,43
Populasi (tanaman) 106.889 114.883 108.467
2.529,65
330.239
SPH (tanaman per ha) 132 134 127 131
Sumber: Data Kebun BKLE (2016)
BKLE mulai berproduksi pada tahun 2009. Produksi dan produktivitas kelapa sawit di BKLE (2011 - 2015) menunjukkan peningkatan pada setiap tahun (Tabel 3). Tabel 3. Produksi dan produktivitas panen TBS di BKLE tahun 2011 - 2015 Tahun
Luas TM (ha)
BJR (kg)
Produksi (ton)
Produktivitas (ton haֿ־ˡ)
2011
2.347
4,76
21.892
9,33
2012
2.381
6,20
32.779
13,76
2013
2.414
7,52
38.963
16,14
2014
2.505
8,29
50.110
20,01
2015
2.510
9,75
58.031
23,12
Keterangan: TM = tanaman menghasilkan, BJR = berat janjang rata - rata. Sumber: Data Kebun BKLE (2016)
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan Struktur organisasi di BKLE dipimpin oleh seorang estate manager yang dibantu oleh kepala administrasi dan tiga asisten divisi. BKLE terbagi menjadi tiga divisi, setiap divisi dipimpin oleh seorang asisten divisi dibantu oleh mandor 1, krani divisi, mandor panen, krani panen, mandor perawatan, mandor BSS (BGA Spraying System), mandor BMS (BGA Manuring System) dan krani transpor. Kepala administrasi dibantu oleh mantri, admin tanaman, kasir, personalia dan krani gudang. Estate manager memiliki tanggung jawab terhadap kebun yang dikelolanya. Estate manager memiliki tugas yaitu seperti mengelola dan mempimpin estate, menyusun anggaran tahunan dan bulanan yang meliputi produksi, biaya, areal statement dan sumber daya manusia. Asisten divisi bertanggung jawab kepada estate manager dalam pekerjaannya. Asisten divisi memiliki tugas yaitu merencanakan dan melaksanakan kegiatan teknis di lapangan, mengontrol dan memonitoring semua kegiatan teknis di lapang dan melaporkan kepada estate manager. Kepala administrasi adalah orang yang bertugas untuk mengelola semua kegiatan administrasi yang ada di kebun. Kepada administrasi bekerja di kantor kebun dan dibantu oleh karyawan kantor kebun. Struktur organisasi BKLE dapat dilihat di Lampiran 6.
9 Ketenagakerjaan di BKLE terdiri dari karyawan staf dan karyawan non staf. Karyawan staf terdiri dari estate manager, asisten divisi dan kepala administrasi. Karyawan nonstaf terdiri dari karyawan bulanan, karyawan harian tetap (KHT) dan karyawan harian lepas (KHL). Data jumlah karyawan staf dan non staf dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Jumlah tenaga kerja di BKLE pada April 2016 No 1 2 3 4
Status Karyawan Staf Pekerja tetap bulanan Pekerja tetap harian Pekerja tidak tetap Total tenaga kerja
Laki - laki Perempuan Jumlah ············ (orang) ············ 5 5 12 6 18 115 71 186 89 23 102 306
Sumber : Data Kebun BKLE (2016)
Indeks tenaga kerja adalah sebuah perbandingan antara jumlah total tenaga kerja dengan luasan areal kebun. Indeks tenaga kerja di BKLE yaitu 0,10 dengan menerapkan 7 jam kerja per hari (kecuali hari jumat 5 jam kerja per hari) dan 6 hari kerja per minggu. Standar ITK untuk perkebunan kelapa sawit adalah 0,16 - 0,2 orang per ha. Hal ini menunjukkan bahwa ITK BKLE masih dibawah ITK standar perkebunan kelapa sawit yang ada. Sistem pembagian gaji dan tunjangan bulan yang didapatkan pekerja memiliki proporsi yang berbeda - beda. Karyawan di BKLE pun diberikan fasilitas yang sama dari pihak kebun meliputi rumah, listrik, air, poliklinik, lapangan olahraga, sekolah, bus sekolah, masjid dan tempat penitipan anak (TPA).
HASIL DAN PEMBAHASAN Pelaksanaan kegiatan magang di BKLE terbagi dua aspek kegiatan yaitu aspek teknis dan aspek manajerial. Aspek teknis adalah kegiatan yang dilakukan sebagai karyawan lapangan. Kegiatan aspek teknis yang dilakukan meliputi pengendalian gulma secara manual dan kimiawi, pengendalian hama, leaf sampling unit (LSU), soil sampling unit (SSU), pemupukan, black bunch cencus (BBC), hatch hand carry, penunasan pelepah dan pemanenan. Aspek manajerial adalah kegiatan yang dilakukan sebagai pengawas, evaluasi, perencanaan dan administrasi sebagai mandor dan asisten. Asisten divisi pembimbing memberikan pengarahan pada setiap kegiatan magang yang dilakukan. Aspek teknis dan aspek manajerial dilakukan dengan bekerja aktif sebagai karyawan harian, pendamping mandor dan pendamping asisten. Waktu yang ditetapkan sebagai hari kerja di perusahaan yaitu Senin - Sabtu pukul 06.00 - 13.30 WIB dan terdapat waktu istirahat selama 30 menit pada pukul 10.00 - 10.30 WIB. Kegiatan kebun dimulai dengan mengikuti apel. Apel dilakukan pada pagi hari dan sore hari. Apel pagi bertujuan untuk memberi pengarahan kerja kepada setiap karyawan dan untuk mengisi daftar kehadiran karyawan. Apel pagi terdapat dua tahap. Apel pagi tahap pertama berlangsung pada pukul 04.45 - 05.00 WIB yang dihadiri asisten divisi, mandor 1, mandor
10 panen, mandor perawatan, mandor BSS, krani panen dan krani transpor. Apel pagi tahap kedua dihadiri oleh seluruh pekerja lapang, setelah apel pagi tahap pertama selesai. Apel sore dilakukan pada pukul 15.00 - 16.30 WIB. Apel sore dilakukan untuk melakukan kegiatan administrasi (pembuatan laporan) dan mengevaluasi pekerjaan yang dilakukan pada hari tersebut. Apel sore dihadiri oleh asisten divisi, mandor 1, mandor panen, mandor perawatan, mandor BSS, krani panen, krani transpor dan krani divisi. Aspek Teknis Leaf Sampling Unit (LSU) Leaf Sampling Unit (LSU) adalah kegiatan pengambilan contoh daun untuk mengetahui tingkat ketersediaan hara pada tanaman tersebut. Hasil dari LSU dapat menjadi rekomendasi pupuk yang akan diberikan selama satu tahun kedepan. Alat yang harus dipersiapkan yaitu egrek, pisau atau cutter, meteran atau alat ukur, cat, format LSU, plastik dan alat tulis. Kegiatan LSU dilakukan oleh tiga orang tenaga kerja yaitu satu orang bertugas mengambil pepelah daun dengan menggunakan egrek, satu orang mengambil contoh daun dan satu orang mencatat hasil sensus. Prosedur yang dilakukan dalam LSU ini yaitu tanaman yang dijadikan contoh harus normal dan tidak terserang penyakit. Pengambilan contoh daun dilakukan dengan norma 1 tanaman setiap 1 ha untuk blok dengan luasan 30 ha, sedangkan blok yang luasan > 30 ha maka dilakukan dengan norma 1 tanaman setiap 1,5 ha. Tanaman contoh diambil dengan pola diagonal dari Selatan - Timur menuju Utara - Barat atau sebaliknya disesuaikan kondisi lapang. Baris contoh menggunakan kelipatan 4, dimulai dari baris ke 4, 8, 12, 16, 20, dst. Satu baris contoh hanya terdapat satu tanaman (misalnya baris tanaman ke 4, sampel pada pokok ke 4; baris tanam ke 8, sampel pada pokok ke 5, dst.). Pengambilan contoh daun pada tanaman contoh dilakukan dengan mengambil pelepah nomor 17 (pada TM) atau nomor 9 (TBM) yang dipotong menggunakan egrek. Pelepah selanjutnya dibagi menjadi tiga bagian, bagian ujung dan pangkal dibuang lalu sisakan bagian tengah. Tiga anak daun dari setiap sisi bagian tengah pelepah tersebut diambil. Anak daun tersebut dipisahkan dengan lidinya dan diambil hanya bagian tengahnya saja dengan panjang 20 - 30 cm. Pengukuran vegetatif tanaman dilakukan hanya 20% dari total tanaman contoh, yaitu pada tanaman contoh 5, 10, 15, 20, 25 dan 30. Pengukuran vegetatif tanaman yang dilakukan adalah perhitungan jumlah pelepah, pengukuran lebar daun dan tebal petiole pelepah ke 17 (pokok TBM pelepah ke 9), pengukuran tinggi pokok (dari permukaan tanah sampai pelepah terakhir), panjang dan lebar anak daun, diameter batang dan jumlah helai daun. Setelah selesai, contoh daun diantar ke kantor divisi yang kemudian akan diambil oleh Departemen Riset. Pengamatan LSU dilakukan di blok K23 dengan luasan 30,53 ha dengan tiga pekerja. Standar prestasi yang diberikan oleh pekerja yaitu 10 ha per HK. Prestasi kerja pekerja realisasi adalah 10,17 ha. Soil Sampling Unit (SSU) Soil sampling unit (SSU) adalah kegiatan pengambilan sampel tanah untuk mengetahui persentase unsur hara yang terdapat ditanah tersebut. Kegiatan SSU
11 ini berterkaitan terhadap dosis pemberian pupuk pada pertanaman kelapa sawit. Kegiatan SSU dilakukan sebanyak satu kali dalam satu tahun. Selain LSU, kegiatan SSU sangat penting untuk dilakukan karena antara LSU dan SSU ada suatu keterkaitan terhadap pemberian dosis pupuk yang tepat. Prosedur yang dilakukan dalam SSU ini yaitu pertama memilih blok contoh pertahun tanam disetiap divisi. Divisi 2 memiliki 5 tahun tanam yaitu tahun tanam 2006, 2007, 2008, 2009 dan 2010, berarti pada Divisi 2 dipilih 5 blok dengan tahun tanam tersebut. Alat yang digunakan untuk pengambilan contoh tanah ini yaitu bor tanah, plastik dan pelabelan. Pengambilan contoh tanah pada setiap blok dilakukan dengan menetukan 3 jalur pertanaman kelapa sawit yaitu 3 jalur, jalur sampel pertama dan kedua berada 3 jalur terluar blok dari main root (MR) dan satu jalur sampel berada di jalur tengah blok. Pada satu jalur diambil 3 titik pengambilan sampel tanah yaitu pada antara baris ke 3 dan ke 4 tanaman kelapa sawit, titik kedua yaitu pada baris tengah atau pasar tengah tanaman, dan titik ketiga yaitu pada antara baris ke 3 dan ke 4 terakhir. Contoh tanah yang diambil pada setiap titik yaitu dengan kriteria tanah dengan kedalaman 0 - 30 cm dan 31 - 60 cm, setiap contoh tanah dimasukan kedalam plastik berbeda sesuai kriteria kedalaman tanahnya dan diberikan label. Setelah semua sampel tanah terkumpul maka aduk sampai merata pada masing masing kriteria kedalamannya, kemudian ambil sekitar 1 kg tanah tersebut pada masing - masing kriteria kedalaman untuk dilakukan pengujian. Setelah pengambilan sampel ini dilakukan sampel akan diambil oleh Departemen Riset. Penunasan Pelepah Penunasan pelepah adalah kegiatan pemeliharaan pelepah produktif dengan cara mengurangi jumlah pelepah sampai pada batas tertentu yang tidak menyebabkan terganggunya kemampuan daun melakukan fotosintesis secara optimal (BGA, 2010). Henson dan Dolmat (2003) menyatakan produksi juga berpengaruh terhadap perkembangan pelepah dalam hal penyerapan cahaya, sehingga kegiatan mempertahankan jumlah pelepah optimum penting dilakukan. Tujuan penunasan adalah untuk mempermudah pekerjaan potong buah, menghindari tersangkutnya brondolan pada ketiak pelepah, memperlancar proses penyerbukan alami, menghindari penguapan yang berlebihan pada musim kemarau dan sanitasi. Over pruning dan under pruning harus dihindari guna tercapainya tujuan penunasan dan produksi optimum. Over pruning dapat menyebabkan peningkatan gugurnya bunga betina, penurunan seks rasio (peningkatan bunga jantan) dan penurunan bobot janjang rata-rata (BJR), sedangkan under pruning dapat menyebabkan terganggunya pelaksanaan potong buah. Penunasan di BKLE menerapkan jumlah kecukupan pelepah sesuai ketentuan songgo dua dan songgo tiga (Tabel 5) yaitu dengan jumlah pelepah 40 - 48 dan 48 - 56. Hal ini sesuai dengan pernyataan Gromikora et al. (2014) bahwa produksi TBS terbaik diperoleh dengan mempertahankan jumlah pelepah sebanyak 49 - 56. BKLE dalam kegiatan penunasan juga menerapkan sistem progresif pruning yaitu penunasan yang dilakukan sepanjang tahun bersamaan dengan kegiatan panen. Penunasan dibayar dengan harga Rp 600 per tanaman dan
12 dibayarkan tiga bulan sekali sebagai premi. Premi tidak akan dibayarkan oleh pihak perusahaan apabila masih terdapat over pruning dan under pruning di lapang. Tabel 5. Ketetapan songgo berdasarkan umur tanaman Songgo 3 2
Umur TM 1 - TM 4 > TM 4
Jumlah pelepah (pelepah) 48 - 56 40 - 48
Sumber: SOP BGA (2016)
Penyusunan pelepah setelah pruning disusun diantara tanaman dalam baris dan di tengah gawangan mati. Penyusunan pelepah pada areal yang datar disusun membentuk huruf U (U - shape) dengan lebar 1,5 m dan dipastikan tidak ada pelepah dipiringan, pasar rintis dan parit atau sungai. Penyusunan pelepah pada areal berbukit disusun secara zig - zag diletakkan diantara barisan tanaman. Keuntungan dari penyusunan pelepah tersebut yaitu dapat menekan pertumbuhan gulma di tengah gawangan, sebagai bahan pupuk organik, menjaga struktur tanah dari erosi dan mempertahankan kelembaban sehingga merangsang pertumbuhan akar (BGA 2010). Pengendalian Gulma Pengendalian gulma merupakan salah satu kegiatan pemeliharan yang sangat penting dilakukan dalam pelaksanaan pembudidayaan tanaman. Pengendalian gulma dilakukan untuk mengurangi persaingan antara gulma dengan tanaman yang dibudidayakan dalam memperebutkan air tanah, cahaya matahari, unsur hara, udara, ruang tumbuh. Gulma dominan yang ada di BKLE adalah Asystasia intrusa, Ageratum conyzoides, Nephrolepis biserrata, Stenochlaena palustris dan kentosan. Pengendalian gulma di BKLE dilakukan secara manual dan kimia pada piringan, pasar pikul, gawangan mati, serta tempat pengumpulan hasil (TPH). Pengendalian gulma secara manual. Pengendalian gulma secara manual dilakukan dengan menggunakan alat seperti parang, cados, dan arit untuk mengendalikan gulma yang tumbuh di piringan, pasar pikul, gawangan mati, gulma yang merambat ke tanaman kelapa sawit dan dongkel anak kayu. Pengendalian gulma secara manual dipimpin oleh mandor perawatan. Mandor memberikan pekerjaan kepada para karyawan dengan mengunakan metode ancak giring. Prestasi yang ditetapkan perusahaan untuk jenis pekerjaan pengendalian gulma adalah 1 ha per HK untuk kondisi gulma yang ringan dan 0,5 ha per HK untuk kondisi gulma yang berat. Pengamatan dilakukan pada blok N24 di divisi 2 BKLE dengan jenis pekerjaan membersihkan kentosan, membersihkan pasar pikul, piringan, dan membersihkan tanaman Mucuna bracteata yang melilit tanaman kelapa sawit. Kegiatan pengendalian gulma secara manual dilakukan oleh pekerja wanita dengan prestasi kerja 0,8 ha per HK, output yang didapatkan para pekerja itu tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan dengan kondisi gulma yang ringan, penyebabnya adalah kondisi cuaca yang tidak mendukung atau hujan deras saat pekerjaan berlangsung. Pengendalian gulma secara kimia. Pengendalian gulma secara kimia di BKLE dikelola oleh tim BGA Spraying System (BSS). BSS dipimpin oleh seorang asisten divisi dibantu oleh seorang mandor. Jumlah tenaga pengendalian gulma
13 secara kimia adalah 21 orang yang terbagi atas 7 kelompok kerja, 1 kelompok kerja terdiri dari 3 orang. Alat yang digunakan dalam pengendalian gulma secara kimia yaitu adalah sprayer semi - otomatis SA15 dengan kapasitas 15 l dengan nozel jenis VLV 100. Herbisida yang digunakan oleh tim BSS terdiri dari bahan aktif glifosat 486 g lֿ־ˡ, metil metsulfuron 20% dan agristick. Alat pelindung diri (APD) yang digunakan yaitu apron, helm, kacamata, masker, sarung tangan, dan sepatu boot. Pengendalian gulma secara kimia dilakukan untuk mengendalikan gulma pada daerah piringan, pasar rintis dan TPH dengan menggunakan herbisida berbahan aktif glifosat dengan dosis 0,2 l ha-1 dicampur dengan herbisida berbahan aktif metil metsulfuron 0,025 g ha-1, serta ditambahkan agristick apabila kondisi lapang basah. Kegiatan tenaga kerja pengendalian gulma secara kimia diawali dengan mengikuti apel pagi dilanjutkan dengan pengecekan peralatan semprot serta APD. Tenaga kerja diantar ke lapang dengan menggunakan truk unit semprot (TUS). Setiba di lapang, alat semprot diisi dengan larutan herbisida sesuai dengan dosis yang telah ditentukan lalu dicampurkan air bersih yang ada di TUS. Tenaga pengairan selain bertugas menakar herbisida ke alat semprot juga bertugas membagi ancak tenaga semprot. Pengendalian gulma diareal pasar rintis dilakukan dengan lebar 1,2 - 1,5 m, diareal piringan dilakukan dengan jari - jari 2 m dari tanaman, dan seluruh areal TPH. Jika larutan habis sebelum ancak selesai maka tenaga semprot wajib menandakannya dengan menancapkan bendera kuning sebagai tanda batas. Kegiatan pengendalian gulma secara kimia dapat dilihat pada Gambar 1. Pengamatan terhadap pengendalian gulma secara kimia dilakukan di blok K16 dan K17 dengan jenis pekerjaan penyemprotan piringan, pasar rintis dan TPH. Herbisida yang digunakan berbahan aktif glifosat dicampur dengan metil metsulfuron dan agristick. Prestasi kerja tenaga kerja penyemprot yaitu 3 ha per HK.
a) b) c) d)
a
b
c
d
Apel pagi tim BSS Persiapan berangkat ke lapang tim BSS Pengisian air kedalam sprayer Kegiatan penyemprotan di lapang
Gambar 1. Kegiatan pengendalian gulma secara kimia di BKLE
14 Pemupukan Kemampuan lahan dalam penyediaan unsur hara secara terus - menerus bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman kelapa sawit yang berumur panjang sangatlah terbatas. Keterbatasan daya dukung lahan dalam penyediaan hara ini harus diimbangi dengan penambahan unsur hara melalui pemupukan (Pahan 2008). Pemukukan adalah kegiatan pemenuhan unsur hara tanaman guna menghasilkan produksi yang optimal pada tanaman. Tanaman untuk pertumbuhan dan berkembangbiak membutuhkan zat hara makro N, P, K, Mg dan Ca serta unsur mikro lainnya seperti B, Cl, S, Zn, Cu dan lain-lain. Dengan adanya pemupukan tanaman akan tercukupi ketersediaan unsur hara yang dapat membuat tanaman tersebut memproduksi buah secara maksimal dan tidak rentan terserang hama dan penyakit. Kegiatan pemupukan di Bumitama Gunajaya Agro (BGA) didasarkan pada 7T yaitu tepat dosis, tepat waktu, tapat aplikasi, tepat jenis, tepat sasaran, tepat administrasi, dan tepat aman. Pemupukan di BGA terdiri dari pemupukan organik dan pemupukan anorganik. Pupuk organik berasal dari limbah - limbah pabrik kelapa sawit yaitu dalam bentuk cair dan padatan. Pemupukan di BKLE dalam pemupukan organik menggunakan pengaplikasian limbah pabrik dalam bentuk padatan berupa janjang kosong (JJK). Penggunaan JJK berasal dari sisa TBS yang diolah di PKS, produksi JJK yaitu 20 - 21% dari TBS. Aplikasi JJK sangat bermanfaat ditanah berpasir dapat sebagai mulsa untuk meningkatkan daya menampung air tanah, dan pada tanah yang mempunyai kemiringan atau lereng bermanfaat untuk mencegah erosi. JJK mengandung unsur hara utama N, P, K dan Mg. Satu ton JJK rata - rata mengandung unsur hara 5 kg urea, 1 kg TSP, 16 kg MOP, 4 kg Kieserite. Aplikasi JJK di BKLE menggunakan dosis 300 kg per tanaman menghasilkan dalam satu tahun. JJK diaplikasikan dengan cara yaitu JJK harus segera diangkut dari PKS ke lapangan maksimum satu minggu setelah dihasilkan oleh PKS. JJK diangkut dari PKS ke lapangan dengan dump truck, lalu ditumpuk di collection road (CR). Tumpukan JJK di CR diangkut dengan angkong ke dalam barisan tanaman untuk diaplikasikan kesetiap tanaman. Pemberian JJK diberikan secara merata satu lapis disekitar tanaman kelapa sawit. JJK hanya diaplikasikan satu kali dalam satu tahun pada setiap bloknya. Dasar pemberian pupuk anorganik di BGA yaitu berdasarkan hasil analisis daun, kesuburan tanah, potensi produksi tanaman dan pengamatan tanaman, curah hujan, sejarah pemupukan, umur tanaman, serta berbagai hasil percobaan yang dilakukan Departemen Riset. Dosis dan jenis pupuk anorganik disusun oleh Departemen Riset setiap tahunnya dan rekomendasi pemupukannya disusun berdasarkan blok pertahun tanam. Pemupukan anorganik di BKLE dikelola oleh BGA Manuring System (BMS). BMS dipimpin oleh satu asisten koordinator dalam satu kebun. Tenaga kerja pemupukan terdiri dari mandor koordinator, mandor until, mandor tabur, tenaga until pupuk, tenaga ecer pupuk, tenaga tabur pupuk dan tenaga bongkar muat pupuk. Rekomendasi pemupukan anorganik BKLE tahun 2016 yang digunakan yaitu urea, Rock Phosphate (RP), Muriate of Potash (MOP), Kieserite dan Borate (Tabel 6).
15 Tabel 6. Rekomendasi pemupukan anorganik BKLE tahun 2015 Tahun Aplikasi tanam 2006 I II III 2007 I II III 2008 I II III 2009 I II III 2010 I II III 2011 I II III
Urea
RP
MOP
Kieserite
Borate
59.030 37.340 56.020 163.330 100.500 148.480 18.030 16.690 21.680 4.380 2.320 3.490 10.020 6.670 10.020 2.400 1.600 2.400
130.720
112.040 93.380 12.030 301.470 253.510 90.720 50.060 45.080 32.350 6.960 5.810 3.580 20.040 16.720 4.780 3.980 -
16.980
7.470
23.950
20.120
1.610
3.340
336.050
34.930
8.130
23.390
5.580
-
470
-
1.330
-
320
Sumber: Data Kebun BKLE (2016)
Peralatan yang digunakan untuk penguntilan pupuk yaitu serokan, takaran until yg telah dikalibrasi, karung untuk untilan, pisau untuk memotong tali karung pupuk, bodem atau pemukul, perata, timbangan serta APD, sedangkan peralatan yang digunakan untuk penaburan pemupukan anorganik yaitu kendaraan angkut dan lansir pupuk, angkong, takaran aplikasi pupuk, gendongan penampung pupuk dan APD. APD yang digunakan tenaga until dan tenaga penabur yaitu terdiri dari appron, kacamata pelindung, masker, sepatu boots dan sarung tangan. Penguntilan pupuk. Pekerjaan penguntilan pupuk dimulai setelah melakukan apel pagi, yang diawali dengan mempersiapkan alat kerja yang dibutuhkan dan melakukan pengecekan terhadap perlengkapan penguntilan pupuk, setelah itu membuat catatan pada papan yang berisi data pekerjaan penguntilan yang dilakukan pada hari tersebut (Gambar 2). Pupuk lama diutamakan untuk segera diuntil supaya tidak menumpuk dirumah until. Pupuk yang masih terdapat didalam karung terlebih dahulu dihaluskan dengan menggunakan alat palu kayu, selanjutnya karung pupuk dibuka dengan cara menarik benang bukan menyobek, ini bertujuan supaya karung dapat dipergunakan kembali. Selanjutnya pupuk di hamparkan diatas alas. Pupuk ditakar sesuai volume yang telah ditentukan dengan menggunakan takaran untilan, diratakan dengan mengggunakan kayu, kemudian masukan ke dalam karung untilan yang sudah disediakan dan diikat menggunakan tali. Setelah penguntilan selesai maka karung until ditumpuk dengan rapi sesuai blok aplikasinya. Sebelum dimuat ke dump truk, pada untilan diambil contoh secara acak untuk dilakukan penimbangan untuk memastikan kesesuaian volume. Pengamatan dilakukan pada saat penguntilan pupuk MOP dengan bobot satu untilan adalah 12 kg untuk 8 tanaman. Tenaga penguntil pupuk berjumlah 9 orang. Norma kerja standar yang ditetapkan adalah 1.500 kg per HK.
16
a
b
c
a. Tabel pencatatan untilan b. Penyusunan untilan c. Penguntilan pupuk Gambar 2. Kegiatan di gudang pupuk BKLE Pelansiran pupuk. Pelansiran pupuk dilakukan oleh tenaga kerja bongkar muat. Pelansir pupur bertugas untuk menaikkan untilan pupuk dari rumah BMS ke trasportasi pupuk (dump truk), yang selanjutnya dilansir pada salah satu collection road (CR) blok yang akan diaplikasikan sesuai dengan jumlah untilan yang dibutuhkan. Tenaga bongkar muat dalam kegiatan pelansiran berjumlah 3 orang dengan norma kerja tenaga 4.000 kg per HK. Pengeceran dan penaburan pupuk. Tenaga pengecer dan penabur pupuk dibagi kedalam kelompok kerja, dalam satu kelompok kerja terdiri dari 2 orang penabur dan 1 orang pengecer. Tenaga pengecer bertugas untuk mengambil dan membawa untilan pupuk dari CR ke dalam blok yang kemudian diecer sesuai dengan titik ecer untilan tersebut. Kegiatan pengeceran dan penaburan pupuk tercantum pada Gambar 3. Penaburan pupuk dilakukan di ancak masing - masing pada setiap tanaman secara berurutan sesuai pembagian ancak yang diberikan oleh mandor tabur. Sebelum pengaplikasian pemupukan harus dipastikan piringan tanaman bersih atau bebas dari gulma agar penyerapan pupuk oleh tanaman kelapa sawit dapat optimum. Pupuk urea disebar di luar piringan dalam radius 1 m dari batang sampai batas luar piringan, sedangkan pupuk TSP, MOP, Kieserite, Dolomite disebar di luar piringan mulai dari batas lingkaran sampai 1,5 m ke arah luar (3,5 m dari batang). Areal dengan kondisi berlereng atau miring dan dekat dengan parit hanya ditabur setengah lingkaran untuk mencegah run off. Karung bekas pemupukan harus dikumpulkan oleh tenaga pengecer setelah pelaksanaan pemupukan selesai, karung bekas pemupukan yang sudah terkumpul digulung tiap 10 karung untuk memudahkan penghitungan, selanjutnya dibawa kegudang dengan administrasi yang dapat dipertanggung jawabkan. Kegiatan pemupukan selesai semua takaran yang dipakai oleh tenaga penabur pupuk dikumpulkan oleh tenaga pengecer untuk dibawa ke gudang sehingga dapat digunakann kembali untuk rencana pemupukan selanjutnya. Bila terjadi hujan pada waktu pemupukan, maka pupuk yang masih ada ditutup dengan terpal, sedangkan bila sampai jam kerja usai kondisi masih hujan maka sisa pupuk yang berada di lapangan dibawa kembali ke gudang atau tetap berada di lapangan dengan diberi tenaga pengamanan. Pengamatan dilakukan pada aplikasi MOP di blok K23 dan K24 divisi 2 BKLE dengan dosis 1,5 kg per tanaman dengan norma kerja dari tenaga tabur pupuk adalah 650 kg per HK.
17
a
b
a. Pengeceran pupuk anorganik b. Penaburan pupuk anorganik Gambar 3. Kegiatan pemupukan di BKLE. Pengendalian Hama Pengendalian hama adalah salah satu aspek yang perlu dilakukan untuk mendapatkan hasil produksi yang optimal. Serangan hama yang terdapat di BKLE yaitu hama tikus, kumbang tanduk (Oryctes rhinoceros), Tirathaba mundella dan rayap. Pengendalian hama yang dilakukan di BKLE yaitu pengendalian hama Tirathaba mundella dan hama tikus. Ulat perusak tandan (Tirathaba mundella) adalah salah satu ulat perusak yang sangat merugikan. Serangan Tirathaba mundella dapat menyebabkan buah busuk dan berat tandan berkurang. Pada tahap yang serius akan menigkatkan ALB (asam lemak bebas) dalam minyak. Serangan Tirathaba mundella lebih banyak dijumpai pada tanah gambut dan tanah pasir, terutama pada kawasan semak dan lembab. Cara pengendalian Tirathaba mundella yaitu sanitasi semua tandan busuk terlebih dahulu, lakukan penyemprotan selektif bila > 5% tanaman terserang dan berhenti semprotan bila semua tandan terlihat kilat, lakukan penyemprotan selektif pada buah terserang Tirathaba mundella menggunakan Bacillus thuringiensis (dipel WP dosis 1 g l-1 air) setiap dua minggu dan penyemprotan dilakukan melingkari seluruh buah pada tanaman kelapa sawit (Gambar 4). Pengendalian hama yang kedua di BKLE Divisi 2 yaitu hama tikus. Tikus pada tanaman menghasilkan akan merusak atau memakan mesokarp buah (daging buah) baik pada tandan muda maupun tandan yang sudah matang. Pengendalian hama tikus dilakukan dengan 2 cara di BKLE yaitu dengan memelihara musuh alami tikus yaitu Tyto alba (burung hantu) dan dengan pengaplikasian racun tikus. Pengembangan burung hantu dilakukan untuk mengandalikan hama tikus dengan cara membuat membuat rumah burung hantu (Gambar 4). Pemeliharaan musuh alami dipilih Tyto alba karena sepasang burung hantu mampu mengkonsumsi tikus rata - rata 3.000 - 3.650 ekor tikus per tahun, selain itu tidak membahayakan bagi pekerja dikebun dibandingkan ular. Pengendalian tikus yang kedua dilakukan apabila serangan sudah > 5% yaitu dengan pengaplikasian racun tikus rodentisida antikoagulan, berupa umpan siap pakai berbentuk blok segiempat, berwarna hijau kebiru - biruan, dengan bahan aktif brodifakum 0,005%. Cara pengaplikasian racun tikus yaitu aplikasi dilakukan blok demi blok, 1 butir per tanaman, letakkan dalam piringan tanaman, ganti racun setiap 4 atau 5 hari.
18
a
b
a. Pengendalian hama Tirathaba mundella b. Rumah burung hantu Gambar 4. Pengendalian hama di BKLE Black Bunch Cencus (BBC) Black Bunch Cencus (BBC) memiliki tujuan yaitu untuk mengetahuhi atau mengestimasi produksi selama empat bulan kedepan. BBC dilakukan dengan menghitung semua janjang yang ada di tanaman kelapa sawit dari contoh yang sudah ditentukan. Peralatan yang digunakan adalah cat warna putih, kuas, tongkat dengan pengait, format sensus dan alat tulis. Sensus BBC dilakukan di semua blok dengan mengambil sampel baris kelipatan sepuluh yang dimulai dari arah timur. Pada tanaman pertama disetiap baris awal masuk diberi tanda tapak jalan pada pelepahnya untuk memudahkan pengecekan oleh asisten. Penghitungan janjang dipermudah dengan penggunaan tongkat dengan pengait untuk menandai awal dimulai perhitungan janjang agar data yang didapatkan lebih akurat dan tepat. Kriteria janjang yang masuk hitungan yaitu buah yang telah pecah seludangnya hingga matang tetapi belum membrondol. Hasil perhitungan harus dituliskan di pelepah tanaman contoh dan di format sensus. Pemeriksaan dilakukan oleh asisten divisi setelah sensus dilakukan dengan memeriksa 4 baris secara acak pada tanaman yang telah di sensus, jika terjadi kesalahan lebih besar dari 5% maka sensus harus dilakukan ulang. Hatch and Carry Hatch and Carry merupakan teknik perpaduan antara introduksi atau pengembangan serangga penyerbuk Elaedobius camerunicus dan polinasi buatan, dengan pengunaan metode ini diharapkan fruitset yang didapatkan meningkat. Cara pengembangan serangga penyerbuk yaitu pilih dan potong bunga jantan berisi larva Elaeidobius camerunicus yang sudah berumur 2 minggu, masukkan potongan bunga jantan tersebut kedalam kantong yang dapat masuk udara, bawa ketempat atau areal dimana akan dikembangkan Elaeidobius camerunicus (Gambar 5), setelah 2 hari kumbang Elaeidobius camerunicus akan muncul kepermukaan jaring jaring di kotak hatch and carry yang kemudian jaring tersebut di ambil dan digantikan dengan jaring baru oleh mandor panen, kantung jaring yang berisi kumbang Elaeidobius camerunicus disimpan di kantor divisi dan diberikan polen ke kumbang Elaeidobius camerunicus sebagai vitamin kumbang tersebut. Pada keesokan harinya mandor panen membawanya ke tempat apel dan memberikannya kepada para pemanen untuk dilepaskan.
19
Gambar 5. Kotak hatch and carry di BKLE Pemanenan Panen merupakan induk dari kegiatan budidaya tanaman kelapa sawit. Panen merupakan titik awal dari produksi dan terkait dari teknis budidaya (Lubis dan Widanarko, 2011). Kegiatan pemanenan terdiri dari memotong buah yang sudah matang, mengutip seluruh brondolan, pengangkutan buah ke TPH, penyusunan buah dan brondolan di TPH (Gambar 6).
a. b. c. d.
a
b
c
d
Pemotongan buah matang Pengutipan brondolan Pengangkutan buah ke TPH Penyusunan buah dan brondolan
Gambar 6. Kegiatan pemanenan di BKLE Persiapan panen. Persiapan panen adalah kegiatan yang dilakukan sebelum memulai kegiatan panen, persiapan panen terdiri dari perhitungan angka kerapatan panen, estimasi produksi, organisasi panen, tenaga panen serta penentuan ancak pemanen dan rotasi panen. 1. Angka kerapatan panen dan estimasi produksi Angka kerapatan panen adalah perbandingan antara buah matang dengan jumlah tanaman pada luasan contoh yang akan dipanen. Angka kerapatan panen didapatkan dari kegiatan taksasi panen yang dilakukan satu hari sebelum panen.
20 Angka kerapatan panen akan mengketahui estimasi produksi yang akan didapatkan. Kegiatan taksasi dilakukan oleh mandor panen, dalam melakukan taksasi yang pertama dilakukan adalah menentukan baris contoh yang akan disensus, menghitung jumlah buah matang disetiap tanaman contoh serta mencatatnya kedalam format taksasi yang sudah tersedia. Pengamatan dilakukan sebanyak 3 seksi panen (Tabel 7). Tabel 7. Taksasi produksi dan produksi realisasi Divisi 2 BKLE Rencana
Aktual
AKP (%)
Produksi (janjang)
Produksi (kg)
AKP (%)
Produksi (janjang)
Produksi (kg)
Varian produksi (%)
140,30
16,15
3.243
32.430
18,37
3.688
41.010
26,46
2
164,39
15,01
3.321
33.525
17,60
3.893
37.270
11,17
3
119,73
13,62
2.281
26.805
13,94
2.334
27.060
0,95
Seksi panen
Luas (ha)
1
Varian produksi adalah selisih dalam perbandingan antara produksi rencana dengan produksi aktual. Berikut contoh perhitungan varian produksi: Produksi aktual (kg) - Produksi rencana (kg) X 100% Produksi rencana (kg) 37.270 kg - 33.525 kg Varian Produksi X 100% 11.17% 33.525 kg Varian Produksi
2. Organisasi panen Organisasi panen dipimpin oleh asisten divisi. Supervisor ditugaskan untuk memudahkan dalam pembagian tugas dan pekerjaan di lapang dalam kegiatan pelaksanaan panen. Supervisor terdiri dari mandor 1, krani divisi, mandor panen, krani panen dan krani transpor. Mandor 1 bertugas untuk membantu asisten memonitoring kegiatan panen di lapang, membuat rekapitulasi taksasi produksi, membuat rencana kerja harian (RKH) pada setiap hari untuk esok hari, memeriksa dan merekapitulasi laporan harian mandor, memeriksa mutu ancak dan mutu buah, mengkoordinasikan alokasi unit transport. Krani divisi bertugas mengurus semua kegiatan administrasi yang berada di Divisi. Mandor panen bertugas mencatat kehadiran pekerja, memastikan peralatan pemanen, mengawasi kegiatan panen, memeriksa mutu ancak dan mutu buah pemanen, melakukan taksasi produksi, membuat laporan harian mandor (LHM). Krani panen bertugas menghitung dan memeriksa mutu buah disetiap TPH kemandorannya masing - masing yang dicatat di buku penerimaan buah, membuat laporan penerimaan buah dan mengisi laporan premi pemanen, serta berkoordinasi dengan krani transpor terkait pengiriman buah ke pabrik. Krani transpor bertugas mencatat kehadiran tenaga kerja bongkar muat, mengatur unit transport, menghitung buah yang dimuat ke truk muat, membuat surat pengantar buah, memastikan semua buah dan brondolan terkirim ke PKS sebelum pukul 24.00 WIB dan tidak ada buah restan. 3. Kebutuhan Tenaga panen Faktor yang harus diperhatikan dalam produksi kelapa sawit adalah tenaga kerja. Tenaga kerja panen adalah salah satu aspek yang dapat menunjang produksi
21 pada suatu kebun. Kekurangan tenaga panen akan menyebabkan produksi yang dihasilkan tidak maksimal, sedangkan kelebihan tenaga kerja akan meningkatkan biaya produksi. Tenaga pemanen di divisi 2 BKLE terdapat pada 3 kemandoran yaitu kemandoran A dengan pemanen 16 orang, kemandoran B dengan pemanen 15 orang dan Kemandoran C dengan pemanen 15 orang. Penetapan tenaga kerja di BKLE divisi 2 tidak ditentukan dengan perhitungan taksasi panen melainkan dihitung dari budget per tahun sesuai dengan kondisi buah yang ada di lapang (buah sedikit, buah normal dan panen raya). Perhitungan tenaga kerja (TK) panen dapat dilihat sebagai berikut: Ditetapkan data produksi 8 bulan sebelumnya: Produksi terendah 17 ton, Produksi tertinggi 90 ton, Produksi rata - rata = 50 ton Luas seksi panen per hari = 143,38 ha Output yang pernah dicapai = 1.514 kg Target per hari = 116 ton Ketetapan dalam kondisi buah sesuai dengan budget per tahun yaitu =6 Keadaan buah sedikit Keadaan buah normal =9 Keadaan panen raya = 12 Maka kebutuhan pemanen yaitu 58.000 kg 6 Keadaan buah sedikit = x 116.000 kg = 58.000 kg= = 38 TK 1.514 kg 12
Keadaan buah normal
Keadaan buah banyak
9 x 116.000 kg = 87.000 kg = 12 12 = x 116.000 kg =116.000 kg= 12
=
87.000 kg 1.514 kg 116.000 kg
1.514 kg
= 57 TK = 76 TK
4. Ancak panen Ancak pemanen adalah luasan areal yang diberikan kepada setiap pemanen dan menjadi tanggung jawab pemanen. Ancak panen harus dibagi rata pada setiap kemandoran dan setiap pemanen yang disesuaikan dangan kontur atau topografi blok yang ada. Sistem ancak yang digunakan di Divisi 2 BKLE yaitu mengunakan sistem ancak giring tetap. Setiap kemandoran memiliki kelompok kecil panen (KKP) yang terdiri dari 4 - 5 orang, pembuatan KKP ini bertujuan untuk ketika salah satu pemanen tidak hadir maka ancak pemanen yang tidak hadir tersebut menjadi tanggung jawab KKP tersebut yang dibagi secara merata. 5. Rotasi dan Pusingan Rotasi panen adalah jumlah frekuensi masuk dalam kegiatan potong buah tuntas pada areal per blok per seksi yang sama. Rotasi panen berkisar antara 4,5 - 5 kali perbulan. Seksi panen adalah luas areal yang harus diselesaikan dalam satu hari. Pembagian seksi di divisi 2 BKLE yaitu terdapat 6 seksi panen dalam 6 hari kerja per minggu (Tabel 8).
22 Tabel 8. Seksi panen dalam satu rotasi di Divisi 2 BKLE Seksi Panen A
Hari Senin
B
Selasa
C
Rabu
D
Kamis
E
Jumat
F
Sabtu
Blok K07, K14, K15, K16, K17, K18, K19, K20 K21, K22, K23, K24 L22, L23, L24, L25, L26 L21, L20, L19, L18, L17 M19, M20, M21, M22, M23 M24, M25, M26, N25, N24
Luas (ha) 159,24
119,79 140,70 164,39 140,30 136,95
Sumber : Data Kebun BKLE (2016)
Pusingan panen adalah jumlah hari atau interval yang dibutuhkan untuk masuk ke blok yang sudah dipanen sebelumnya. Pusingan standar yang sudah di tetapkan BGA adalah 6/7. Pusingan yang terlalu lama akan menurunkan produktivitas pemanen kerena terlalu banyak brondolan yang harus dikutip sehinngga waktu yang dibutuhkan lebih lama, sedangkan pusingan yang terlalu cepat akan membuka potensi pemanen menurunkan buah mentah atau kurang matang yang disebabkan buah yang sedikit. 6. Alat pelindung diri dan alat panen Alat Pelindung Diri (APD) wajib selalu digunakan oleh setiap pekerja. Penggunaan APD berfungsi untuk meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja. Penggunaan APD pada pekerja pemanen Divisi 2 dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Penggunaan APD pemanen di Divisi 2 BKLE Penggunaan APD (%)
Kemandoran Jumlah pemanen
Sepatu boot
Helm
Kacamata
A
16
81,25
31,25
0,00
B
15
86,67
20,00
0,00
C
15
80,00
13,33
0,00
82,64
21,53
0,00
Rata-rata
Pelaksanaan panen yang baik ditentukan oleh alat panen yang tersedia dengan baik. Perusahaan telah menyediakan alat - alat untuk menunjang pelaksanaan panen sesuai standar dan dibagikan pada setiap pemanen. Setiap alat panen yang disediakan oleh perusahaan memiliki spesifikasi dan kegunaanya masing - masing (Tabel 10).
23 Tabel 10. Jenis alat panen beserta spesifikasi dan kegunaannya No Jenis 1. Dodos
Spesifikasi Lebar mata 14 cm, lebar tengah 7 cm dan panjang 18 cm. Panjang pangkal 20 cm, panjang pisau 45 cm, sudut lengkung 135 derajat.
2.
Egrek
3.
Angkong
4.
Gancu
5.
Kapak
6.
Karung
7.
Tojok
Kegunaan Untuk potong buah pada tanaman berusia 5 - 8 tahun. Untuk potong buah pada tanaman berusia di atas 9 tahun. Untuk mengangkut buah dari kebun ke TPH. Besi beton yang melengkung Untuk menaikan TBS ke dan meruncing di ujungnya. angkong. Untuk memotong tangkai buah atau membuang buah parthenocarpy. Untuk alas brondolan di TPH Besi pipa yang runcing di Untuk mengangkat TBS ke ujungnya dan terdapat truk. pegangan seperti huruf T di pangkalnya.
Sumber: SOP Panen BGA (2016) Pengawasan dan evaluasi panen. Pengawasan panen harus dilakukan agar pelaksanaan dan hasil panen sesuai dengan target perusahaan. Evaluasi panen akan memberikan penilaian tentang kualitas pelaksanaan dan hasil panen. 1. Kapasitas Panen Kapasitas panen adalah kemampuan pemanen dalam menurunkan buah dalam satu hari panen. Prestasi dan penghasilan pemanen dapat diukur melalui pencapaian kapasitas panen dan basis. Pemanen divisi 2 memiliki kapasitas panen yang berbeda. Pengamatan dilakukan terhadap 30 pemanen untuk melihat kapasitas panen per hari dan pencapaian basis pada setiap pemanen (Tabel 11). Hasil rata - rata kapasitas panen kemudian dilakukan uji t-student terhadap standar perusahaan (Tabel 12). Tabel 11. Kapasitas panen di Divisi 2 BKLE Kapasitas pemanen (janjang per HK) 25/4
26/4
27/4
28/4
29/4
30/4
Rata - rata Janjang per HK
Rata-rata pencapaian basis (%)
Rata-rata
90
110
136
90
95
68
98
-
Basis
128
128
128
128
91
128
-
-
Pencapaian basis (%)
70
86
106
70
104
53
-
81
24 Tabel 12. Uji t-student rata - rata kapasitas panen terhadap standar perusahaan Jumlah janjang per HK No
P - value Rata - rata
Standar perusahaan
1
98,89
128
0,000**
2
95,07
91
0,402tn
Keterangan: Standar 128 janjang berlaku pada hari Senin, Selasa, Rabu, Kamis dan Sabtu, Standar 91 janjang berlaku pada hari Jumat, tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5%, ** =sangat berbeda nyata pada taraf 5%
Pada pengamatan kapasitas panen dilakukan uji t-student pada taraf 5% dengan peubah usia dan lama kerja (Tabel 13). Pada peubah usia dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu usia ≤ 30 tahun dan usia > 30 tahun dengan ulangan tiga waktu pengamatan. Peubah berikutnya dilakukan terhadap kapasitas pemanen pada lama waktu telah bekerjanya pemanen yaitu ≤ 3 tahun dan > 3 tahun. Tabel 13. Uji t-student umur pemanen dan lama kerja terhadap rata-rata jumlah janjang per hari Rata - rata jumlah janjang per HK
Peubah Umur pemanen ≤ 30
114,0
>30
109,0
≤3
102,6
>3
93,9
Lama kerja
t - hitung
P - value
-0,60
0,556tn
1,54
0,135tn
Keterangan: tn = tidak berbeda nyata pada uji-t taraf 5%
2. Basis dan Premi Panen Basis panen merupakan batas minimal yang harus dicapai seorang pemanen untuk mendapatkan hari kerja (HK). Basis yang ditetapkan oleh BGA adalah basis janjang, basis waktu dan basis ancak. Basis waktu diselesaikan apabila telah menyelesaikan pemanenan sesuai dengan waktu kerja yang telah ditentukan perusahaan. Basis ancak dianggap selesai apabila buah yang ada pada ancak pemanen yang menjadi tanggung jawabnya telah diselesaikan. Basis janjang diselesaikan apabila pemanen telah telah memanen buah dengan jumlah yang telah ditentukan oleh perusahaan. Pemanen akan mendapatkan HKnya apabila sudah menyelesaikan minimal 2 basis tersebut. Standar basis di BGA ditentukan oleh produksi per blok, BJR, topografi blok, upah pemanen dan upaya peningkatan output. Janjang yang dibutuhkan pemanen untuk mencapai basis yaitu 128 janjang per HK dan untuk hari jumat 91 janjang per HK. Premi siap borong perhari sebesar Rp 5.000,00 untuk basis waktu dan ancak, Rp 8.500,00 untuk basis waktu, ancak dan janjang. Premi lebih borong ditentukan dari BJR panen pada blok tersebut. Upah yang didapatkan pemanen per hari adalah penjumlahan dari upah pokok, premi siap borong dan premi lebih borong.
25
BKLE Divisi 2 menerapkan denda bagi pemanen yang melakukan kesalahan dan merugikan perusahaan. Denda bagi pemanen meliputi tidak mencapai minimal 2 basis, buah matang yang tidak dipanen, brondolan yang tidak dikutip. Denda tidak mencapai 2 basis maka upah pokok akan disesuaikan sesuai jam kerja. Denda untuk tidak memanen buah matang atau yang sering disebut buah yang tidak terpanen adalah Rp 5.000,00 per janjang dan untuk brondolan yang tidak dikutip adalah Rp 100,00 per butir. 3. Mutu Buah Kegiatan panen yang baik adalah dengan melakukan evaluasi panen. Evaluasi panen yang dilakukan yaitu pegamatan terhadap mutu buah yang dihasilkan dalam satu seksi panen. BGA sangat memperhatikan mutu buah disetiap estate dan divisinya untuk memperoleh oil extraction rate (OER) sebesar 25,5%. Pemeriksaan mutu buah menjadi hal yang wajib di BGA, pemeriksaan mutu buah yang dilakukan di BGA yaitu sebanyak 2 kali untuk memastikan buah yang dihasilkan sesuai standar yang telah ditetapkan perusahaan. Pemeriksaan mutu buah dilakukan di TPH oleh krani panen setiap divisi dan di pabrik oleh tim pemeriksa mutu buah dari Departemen Agronomy Quality Control (AQC) pada setiap hari. Pemeriksaan mutu yang dilakukan oleh AQC yaitu dengan pengambilan contoh 100 janjang secara acak pada salah satu dump truk pada setiap hari dan melakukan pemeriksaan mutu buah secara total dilakukan pada salah satu dump truk setiap divisi. Pemeriksaan mutu buah secara total dilakukan 3 - 4 kali dalam satu bulan. Kriteria mutu buah berdasarkan tingkat kematangan buah telah dibuat secara rinci dalam SOP (Tabel 14). Kriteria yang telah ditentukan perusahaan terkait mutu buah yang dihasilkan yaitu buah mentah (unripe) 0%, buah kurang matang (under ripe) < 8%, buah masak (ripe) > 85%, buah terlalu masak (over ripe) < 7% dan janjang kosong (empty bunch) 0%. Tabel 14. Kriteria mutu buah berdasarkan tingkat kematangan buah Kriteria
TPH dan loading ramp PKS
Mentah (Unripe)
0 berondolan
Kurang matang (Under ripe)
< 2 berondolan/kg
Matang (Ripe) Terlalu matang (Over ripe)
2 berondolan/kg hingga 75% berondolan permukaan telah lepas > 75% - 90% berondolan telah lepas
Janjang kosong (Empty bunch)
> 90% berondolan telah lepas
Sumber: SOP Panen BGA
Hasil pengamatan mutu buah di TPH pada satu seksi panen selama 2 rotasi panen dengan pengambilan contoh 100 janjang dikemukakan pada Tabel 15.
26 Tebel 15. Mutu buah divisi 2 BKLE Pengamatan
Mutu Buah (%) Under Ripe Over Ripe
Ripe
Unripe
1
85
0
9
6
0
2
85
0
11
4
0
3
82
0
14
4
0
4
80
0
9
11
0
5
85
0
13
2
0
6
89
0
6
5
0
7
89
0
9
2
0
8
90
0
8
2
0
9
88
0
5
7
0
86,1
0
9
4,9
0
Rata - rata
Empty bunch
Pada pengamatan mutu buah dilakukan uji t-student pada taraf 5% terhadap standar perusahaan (Tabel 16). Mutu buah yang diuji meliputi ripe, under ripe, dan over ripe. Tabel 16. Uji t-student mutu buah rata - rata terhadap standar perusahaan Mutu buah
Rata - rata
Standar perusahaan
P - value
86,1
85
0,456tn
Under ripe
9
8
0,213tn
Over ripe
7
7
0,054tn
Ripe
Keterangan: tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5%
4. Kehilangan hasil (losses). Kehilangan hasil (losses) adalah salah satu kerugian yang akan didapatkan oleh perusahaan dalam suatu produksi. Produksi yang maksimal hanya akan dicapai jika kerugian atau kehilangan hasil dapat diminimalkan (Pahan, 2006). Kehilangan hasil di lapang bersumber dari buah mentah, buah masak yang tidak dipanen, brondolan yang tidak dikutip, buah yang sudah dipanen tidak diangkut ke TPH, buah yang di TPH tidak diangkut atau terlambat ke PKS dan buah atau brondolan yang dicuri (BGA). Kegiatan menurunkan kehilangan hasil perlu dilakukan dengan memberikan arahan dan melakukan pengawasan pada saat apel pagi maupun pada saat pelaksanaan panen. Hasil pengamatan yang dilakukan terhadap kehilangan hasil yaitu melalui pemeriksaan mutu ancak (Tabel 17) dan mutu TPH (Tabel 18).
27 Tabel 17. Kehilangan hasil pada mutu ancak Pengamatan
Tanaman dicek
Janjang dipanen
Buah tinggal
1 2 3 4 5 6 7 8 9 Rata - rata
576 469 672 630 546 487 402 588 518 511,93
121 89 132 84 74 58 64 93 7 83,07
0 0 4 2 0 1 0 4 0 0,93
Buah Tinggal per ha
Brondolan tinggal
180 103 145 95 120 97 101 124 82 105,07
0,00 0,00 0,81 0,43 0,00 0,28 0,00 0,93 0,00 0,52
Brondolan Tinggal per ha
42,50 29,87 29,35 20,51 29,89 27,09 34,17 28,68 21,53 29,29
Tabel 18. Kehilangan hasil pada mutu TPH Pengamatan
TPH yang dicek
Brondolan tinggal
1 2 3 4 5 6 7 8 9 Rata - rata
10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
20 17 5 5 28 11 35 9 41 19
Rata-rata brondolan tinggal per TPH 2,0 1,7 0,5 0,5 2,8 1,1 3,5 0,9 4,1 1,9
Pada pengamatan kehilangan hasil dilakukan uji t-student pada taraf 5% terhadap standar perusahaan (Tabel 19). Kehilangan hasil yang dilakukan uji t-student meliputi brondolan per ha, buah tinggal per ha, brondolan per TPH Tabel 19. Uji t-student kehilangan hasil rata - rata terhadap standar perusahaan Kehilangan hasil Brondolan per ha Buah tinggal per ha Brondolan per TPH
Rata - rata 29,29 0,61 1,90
Standar perusahaan 25 0 3
P - value 0,085tn 0,060tn 0,036*
Keterangan: tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5%, * = berbeda nyata pada taraf 5%
5. Transportasi panen Manajemen transportasi merupakan salah satu faktor penting dalam mengumpulkan dan mengangkut hasil panen menuju pabrik dengan kerusakan sekecil mungkin. Menurut Suryono (2012) faktor - faktor yang mempengaruhi kelancaran transportasi TBS adalah organisasi potong buah, kondisi jalan, jenis alat transportasi, perawatan kendaraan transportasi, pengoperasian kendaraan transportasi dan kelancaran pengolahan di pabrik. Kegiatan transportasi di BGA
28 dikelola oleh bagian transportasi produksi dan reparasi (TRAKSI). Traksi bertugas mengatur semua transportasi yang ada di kebun, pemeliharaan dan perbaikan alat, alokasi kendaraan dan alat berat, dan sebagai pendukung serta membuat, memperbaiki dan merawat jalan. Transportasi panen dilakukan dengan menggunakan kendaraan dengan jenis kendaraan dump truk dengan kapasitas 7.500 kg, kegiatan transportasi dimulai ketika buah sudah dikeluarkan semua oleh pemanen dan diletakkan di TPH, kemudian krani transpor berkoordinasi kepada krani panen buat untuk pengangkutan buah dari TPH ke dump truk (Gambar 7). Buah yang sudah diberi tanda dan diperiksa mutu buahnya oleh krani panen harus segera dimuat ke dump truk dan dikirim ke pabrik untuk mendapatkan mutu buah yang baik. Tenaga kerja yang digunakan untuk transportasi yaitu terdiri dari satu krani transpor, satu pengemudi dan 2 - 3 tenaga bongkar muat (BM). Buah dan brondolan yang ada di TPH harus diangkut semua ke PKS tanpa ada yang tercecer. Pengiriman buah ke PKS harus disertai surat pengantar buah (SPB). SPB dibuat oleh krani transpor. Pada Satu SPB terlampir 4 lembar yang setiap lembarnya harus terdapat barcode, lampiran ini diberikan kepada pihak pabrik, kebun, divisi dan krani transpor.
Gambar 7. Kegiatan muat buah ke dump truck Transportasi pengiriman buah di divisi 2 BKLE menggunakan 2 unit dump truck pada panen normal. Tenaga bongkar muat terdapat 2 kelompok dalam satu kelompok terdapat 3 orang. Jarak antara PKS dengan divisi 2 yaitu 2 km. Pengamatan dilakukan terhadap waktu muat TBS ke dump truk berkapasits 7.500 kg, jumlah buah yang dikirim, waktu yang dibutuhkan untuk tiba ke PKS, kecepatan rata-rata, jumlah tenaga bongkar muat, serta tonase yang dimuat (Tabel 20). Tabel 20. Hasil pengamatan transportasi panen di Divisi 2 BKLE Ulangan
Janjang dikirim (janjang)
Waktu muat (menit)
Waktu tempuh ke PKS
Kecepatan rata - rata (km per jam)
Berat muatan (kg)
Tenaga BM
1
691
115
10
15
7.290
3
2
631
87
6
17
6.520
3
3
664
95
9
17
6.318
3
Rata - rata
662
99
8,33
16,33
6.709
3
29 Aspek Manajerial Kegiatan manajerial yang dilakukan selama kegiatan magang yaitu sebagai pendamping mandor dan pendamping asisten divisi. Pendampingan sebagai mandor dilakukan selama satu bulan dan sebagai pendamping asisten divisi selama dua bulan. Kegiatan yang dilakukan yaitu meliputi pengawasan dan pemeriksaan hasil kerja karyawan selama di lapang, serta pembuatan pelaporan hasil kerja secara administratif. Jurnal harian sebagai pendamping mandor dapat dilihat di Lampiran 2. Jurnal harian sebagai pendamping asisten divisi dapat dilihat di Lampiran 3. Pendamping Asisten Divisi Salah satu tenaga kerja staf di divisi adalah asisten. Asisten divisi bertugas untuk mengelola dan bertanggung jawab terhadap seluruh pekerjaan dan karyawan di divisi baik dalam kegiatan operasional maupun administrasi. Tugas tugas administrasi yang dilakukan oleh asisten yaitu pembuatan laporan bulanan asisten (LBA), rencana kerja mandor (REKAM), rencana kerja bulanan (RKB) dan laporan pertanggung jawaban lainnya. Tugas dalam hal teknis yang dilakukan asisten antara lain mengontrol kegiatan di lapang meliputi melakukan pengecekan mutu ancak dan mutu buah, selain itu dalam tugas di lapang asisten dibantu oleh seorang mandor 1. Kegiatan yang dilakukan dalam kegiatan magang selama menjadi pendamping asisten divisi meliputi evaluasi lapang, mengontrol kegiatan di lapang, melakukan taksasi, pengawasan terhadap mandor dan karyawan, mengikuti kegiatan - kegiatan simulasi bersama Departemen Riset dan Departemen Agronomy Quality Control, dalam hal administrasi meliputi kegiatan pembuatan rencana kerja mandor (REKAM) setiap bulannya, dan rencana kerja bulanan (RKB). Pendamping Mandor Mandor 1. Mandor 1 adalah atasan yang mengontrol dan memberi arahan kepada semua mandor yang ada, meliputi mandor panen, mandor perawatan, krani panen dan krani transpor serta bertanggung jawab kepada asisten divisi. Kegiatan yang dilakukan mandor 1 adalah memimpin apel pagi untuk memberikan arahan kepada mandor dan karyawan, memastikan semua jenis pekerjaan di lapang berlangsung sebagai mestinya, membantu para mandor dalam menyelesaikan permasalahan yang ada di lapang ketika pekerjaan berlangsung, membuat rencana kerja harian dsb. Kegiatan yang dilakukan dalam kegiatan magang selama menjadi pendamping mandor satu adalah mengawasi pekerjaan panen, perawatan, melakukan rekapitulasi taksasi, dan pembuatan rencana kerja harian Krani divisi. Krani divisi memiliki tugas yaitu mengurus seluruh kegiatan yang berkaitan dengan administrasi divisi, mengumpulkan seluruh laporan harian mandor (LHM), laporan penerimaan buah dan premi panen dari krani panen, membuat laporan harian asisten (LHA), menerbitkan bon permintaan barang, memasukan semua data administrasi ke kartu kerja mesin (KKM) kedalam website Bumitama Plantation System (BPS), bertanggung jawab untuk membantu pembayaran gaji karyawan dan memperbarui papan monitoring yang ada di kantor divisi setiap harinya. Kegiatan yang dilakukan dalam kegiatan magang
30 selama menjadi pendamping krani divisi yaitu membantu memperbarui data papan monitoring di kantor divisi, membantu dalam pembagian pembayaran gaji karyawan di divisi. Mandor panen. Mandor panen di BKLE terdiri dari tiga kemandoran yaitu kemandoran A, kemandoran B dan kemandoran C. Jumlah tenaga penen yang diawasi setiap mandor panen yaitu 15 - 16 orang perkemandoran. Tugas dari mandor panen yaitu diawali dengan pengisian daftar hadir pekerja pada saat apel pagi, membagi ancak pemanen, mengawasi dan membina karyawan panen agar pemanen bekerja sesuai SOP perusahaan, melakukan taksasi potong buah untuk panen dihari selanjutnya, melakukan pemerikasaan mutu ancak terkait losses pemanen dan membuat laporan harian mandor pada saat apel sore. Mandor panen harus selalu berkoordinasi dengan mandor 1 apabila terdapat masalah di lapang yang tidak bisa diatasi. Kegiatan yang dilakukan dalam kegiatan magang selama menjadi pendamping mandor panen yaitu melakukan pengisian daftar hadir pekerja ketika mandor panen tidak masuk bekerja, mengawasi kegiatan pemanenan, melakukan taksasi produksi, melakukan pemeriksaan mutu ancak dan membuat laporan harian mandor. Krani panen. Krani panen bertugas langsung di lapang dalam hal perhitungan buah yang dipanen oleh pemanen yang dicatatkan pada buku penerimaan buah. Krani penen di BKLE terdiri dari 3 orang pekerja yang bertanggung jawab terhadap kemandorannya masing - masing, selain itu krani panen harus selalu berkoordinasi kepada mandor panen dan krani transpor. Koordinasi dengan mandor panen yaitu dalam hal pelaporan mutu buah pemanen nya, apabila ditemukan buah mentah atau buah kurang matang yang abnormal maka krani panen wajib langsung melaporkan kepada mandor panennya untuk ditindaklanjuti, sedangkan koordinasi kepada krani transpor yaitu dalam hal pengangkutan buat di TPH. Krani panen juga memiliki kewajiban dalam melakukan pelaporan administrasi saat apel sore, yaitu pembuatan laporan potong buah, mengisi daftar peremi, mengisi buku penerimaan buah dan mengisi buku pemanen. Kegiatan yang dilakukan dalam kegiatan magang selama menjadi krani panen yaitu pemeriksaan mutu buah di TPH, menghitung janjang di TPH serta membuat laporan krani panen. Mandor perawatan. Mandor perawatan di BKLE Divisi 2 bertugas mengawasi dan mengarahkan pekerja untuk merawat ancak - ancak pemanen yang bermasalah serta melakukan sensus dan pengendalian hama. Mandor perawatan harus selalu berkoordinasi dengan mandor 1 terkait pengalokasian tenaga kerja pada setiap harinya. Pada apel sore mandor perawatan membuat laporan terkait kerja yang dilakukan pada hari itu, yang kemudian meloporkan laporan tersebut kepada krani Divisi. Kegiatan yang dilakukan dalam kegiatan magang selama menjadi mandor perawatan adalah melakukan pengisian daftar hadir pekerja, mengawasi kegiatan perawatan dan membuat laporan harian mandor. Krani transpor. Krani transpor bertugas untuk menghitung buah yang terangkut dan mengawasi terangkutnya semua buah di TPH ke truk. Krani transpor dibantu oleh tenaga kerja bongkar muat serta supir truk, selain itu krani transpor harus selalu berkoordinasi kepada krani panen untuk memastikan buah yang diangkut telah siap untuk dikirim ke pabrik yang telah diperiksa oleh krani panen serta menyamakan jumlah buah yang dihitung oleh krani panen dengan buah yang dikirim ke pabrik. Krani transpor bertanggung jawab dalam
31 administrasi pelaporan tugasnya, seperti membuat surat pengantar buah dan melaporkannya kepada krani divisi. Kegiatan yang dilakukan dalam kegiatanmagang selama menjadi krani transpor adalah mengawasi kegiatan muat TBS ke dalam dump truck dan turut membuat surat pengantar buah (SPB). Mandor pengendalian gulma kimia (mandor BSS). Mandor pengendalian gulma kimia atau yang disebut BSS (BGA Spraying system) ditanggung jawabkan kepada satu orang untuk mengendalikan gulma secara kimia dalam satu estate. Mandor BSS di lapang dibantu oleh pelansir air dan supir. Tugas mandor BSS yaitu dimulai dipagi hari saat apel pagi melakukan pengisian daftar hadir pekerja, membagi ancak penyemprot, melakukan pengawasan, melihat keadaan lapang untuk memperhitungkan kebutuhan herbisida yang akan digunakan, memeriksa hasil penyemprotan, bertanggung jawab terhadap herbisida yang digunakan dan membuat laporan mandor pada apel sore. Kegiatan yang dilakukan dalam kegiatan magang selama menjadi mandor BSS yaitu melakukan pengisiian daftar hadir pekerja pada apel pagi, melakukan pengawasan terhadap kegiatan penyemprotan di lapang, serta membuat laporan harian mandor. Mandor pupuk (mandor BMS). Mandor pupuk terdiri dari mandor koordinator, mandor tabur, dan mandor until, ketiga mandor pupuk ini bertanggung jawab kepada asisten koordinator pupuk. Mandor koordinator bertugas mengkoordinasikan kerja di lapang antara kegiatan penaburan pupuk dan di lapang. Mandor tabur bertugas membagi ancak kerja tiap KKP, menghitung dan memastikan jumlah untilan yang disediakan penguntil sesuai dengan rencana kerja harian (RKH), melakukan pemeriksaan mutu pemupukan, melakukan pengawasan terhadap kualitas penabur pupuk, membuat laporan harian mandor (LHM) untuk melaporkan prestasi kerja tenaga pemupukan. Mandor until pupuk bertugas menyiapkan untilan sesuai RKH yang dibutuhkan dan berkoordinasi dengan mandor tabur untuk kebutuhan untilan pada tiap titik peletakan untilan. Kegiatan yang dilakukan dalam kegiatan magang selama menjadi pendamping mandor pupuk yaitu mengawasi semua pekerja pemupukan dari pekerjaan untilan, pekerjaan tabur, lansir pupuk dan melakukan pengecekan terhadap hasil pemupukan.
Pembahasan Angka Kerapatan Panen dan Estimasi Produksi Taksasi produksi adalah salah satu kegiatan yang harus dilakukan dalam persiapan panen, dengan melakukan taksasi produksi maka dapat diketahui angka kerapatan panen dan jumlah produksi yang akan dihasilkan pada hari panen. Berdasarkan pada Tabel 7 didapatkan nilai AKP berkisar antara 13% 18% dan persentase varian produksi yang berbeda - beda. Pada ulangan 1 dan ulangan 2 didapatkan persentase varian produksi yang cukup tinggi yaitu 26,46% dan 11,17%, sedangkan pada ulangan 3 didapatkan persentase varian produksi yang kecil yaitu 0,95%. Pada ulangan 1 yaitu taksasi yang biasa dilakukan oleh mandor satu dan mandor panen dengan menggambil tanaman contoh sebanyak 4 pasar rintis didapatkan hasil varian produksi yang tinggi. Hasil persentase varian produksi yang tinggi salah satunya disebabkan oleh pengambilan tanaman contoh yang sedikit, sehingga hasil taksasi tidak menggambarkan hasil realisasi
32 panen. Pada ulangan ke 2 yaitu taksasi dilakukan dengan mengambil tanaman contoh sebanyak 10% dari luasan blok panen dengan contoh jalur acak. Hasil taksasi pada ulangan 2 masih didapatkan persentase varian produksi yang tinggi yang berarti hasil taksasi pada ulangan 2 belum menggambarkan hasil realisasi panen. Pada ulangan 3 dilakukan taksasi dengan mengambil tanaman contoh sebanyak 10% yang mewakili blok panen per kemandoran yaitu dengan melakukan taksasi 4 jalur perkemandoran. Hasil yang didapatkan pada ulangan ke 3 sangat baik yaitu dengan persentase varian yang kecil sehingga hasil taksasi dapat menggambarkan hasil produksi realisasi. Menurut Miranda (2009) perbedaan hasil dalam estimasi dan realisasi dapat disebabkan oleh tingkat ketelitian saat pengamatan masih rendah atau adanya kesalahan dari pemanen itu sendiri baik pemanenan tandan yang belum memenuhi kriteria matang panen atau buah matang tertinggal di tanaman. Varian produksi tinggi yang biasa didapatkan oleh divisi 2 BKLE dapat diantisipasi yaitu dengan melakukan taksasi per blok panen per kemandoran utuk mendapatkan varian produksi yang kecil, sehingga hasil taksasi dapat menggambarkan hasil produksi realisasi. Kebutuhan Tenaga Panen Tenaga kerja adalah salah satu faktor penting dalam kegiatan panen. Tenaga kerja panen akan mempengaruhi produksi yang dapat dicapai dan jumlah biaya yang perlu dikeluarkan. Tenaga panen yang berlebih akan meningkatkan biaya produksi yang harus dibayarkan perusahaan kepada pekerja. Kebutuhan tenaga panen di divisi 2 BKLE adalah 38 orang pada kondisi buah sedikit, 57 orang pada kondisi buah normal, dan 76 orang pada kondisi buah banyak. Kebutuhan tenaga kerja panen di BGA dilihat berdasarkan produksi 8 bulan sebelumnya, kemudian ditentukan terhadap kondisi buah di lapangan termasuk sedikit, normal atau panen raya. Pada saat kegiatan magang berlangsung kondisi buah di lapang berada pada kondisi buah sedikit tenaga panen yang tersedia yaitu 47 orang, jumlah tenaga kerja di divisi 2 tergolong berlebih. Tenaga panen yang berlebih dimaksudkan untuk mengantisipasi adanya pemanenan yang mengalami ketidakhadiran. Permasalahan ketidakhadiran meliputi sakit, cuti, mangkir dll. Selain itu, menurut Fadli et al. (2006) kelebihan tenaga panen dapat digunakan untuk kegiatan penunasan atau pemeliharaan lainnya. Tenaga panen yang kurang pada saat panen raya dapat ditutupi dengan penggunaan sistem kerja potong buah 2 (SKP 2). SKP 2 terdiri dari satu orang yang bekerja untuk memotong buah dan mengangkut buah ke TPH dan satu orang yang bekerja untuk mengutip brondolan (helper panen) (BGA 2010). Penggunaan helper panen berasal dari tenaga perawatan. Alat Pelindung Diri dan Alat Panen Alat pelindung diri (APD) adalah alat persiapan panen yang harus disediakan oleh perusahaan dengan tujuan untuk memperkecil kecelakaan saat bekerja. Berdasarkan pengamatan terdapat 3 jenis APD yang harus digunakan oleh pekerja pemanen yaitu terdiri dari sepatu boot, helm dan kacamata. Ketersediaan APD di BKLE divisi 2 belum berjalan sepenuhnya, karena perusahaan baru menyediakan sepatu boot dan helm saja, sedangkan untuk kacamata belum tersedia oleh perusahaan. Pengamatan dilakukan terhadap semua
33 pekerja. Penggunaan sepatu boot 82,64% dan penggunaan helm hanya 21,53%. Keadaan ini menunjukan bahwa kurangnya kesadaran pemanen terhadap keselamatan kerja. Menurut Suma’mur (1996) APD yang digunakan memiliki fungsi masing masing, helm berfungsi untuk melindungi kepala dari benturan benda keras seperti tertimpa TBS atau pelepah. Sepatu boot berfungsi menghindari tertusuk duri atau melindungi dari tertusuk alat panen dan kacamata berfungsi melindungi mata dari partikel - partikel kecil yang dapat masuk ke mata seperti serbuk sari bunga jantan kelapa sawit. Hasil wawancara didapatkan alasan utama pemanen tidak menggunakan APD, yaitu ketidaknyamanan penggunaan APD saat bekerja bagi mereka. Solusi terhadap permasalahan penggunaan APD yaitu perlu dilakukan penyuluhan tentang pentingnya penggunaan APD oleh perusahaan untuk para pekerja. Penggunaan APD ini dapat menguntungkan bagi perusahaan dan pekerja. Keuntungan yang didapatkan perusahaan adalah berkurangnya biaya yang dikeluarkan untuk biaya pengobatan saat terjadi kecelakaan kerja, sedangkan keuntungan bagi pekerja yaitu berkurangnya resiko kecelakaan kerja. Alat - alat dalam kegiatan potong buah memiliki fungsinya masing masing (Tabel 10). Penggolongan alat kerja panen dibagi menjadi tiga bagian yaitu alat untuk memotong TBS, alat untuk bongkar muat TBS dan alat untuk membawa TBS ke TPH (Pahan, 2008). Alat untuk memotong buah terdiri dari dodos dan egrek. Dalam SOP BGA penggunaan dodos digunakan untuk panen pada tanaman kelapa sawit berusia 5 - 8 tahun dengan ketinggian kurang dari 6 m, sedangkan penggunaan egrek digunakan pada tanaman kelapa sawit berusia 9 tahun ke atas dengan ketinggian lebih dari 6 m. Alat untuk membawa TBS ke TPH terdiri dari angkong, gancu, kapak dan karung. Alat untuk bongkar muat TBS yaitu tojok. Permasalahan yang terdapat di lapang terkait alat panen di divisi 2 BKLE, yaitu permasalahan terhadap alat potong buat, dodos yang disediakan perusahaan memiliki kualitas yang rendah dan mudah rusak, sehingga para pemanen harus mengeluarkan biaya lebih untuk membeli dodos dengan kualitas yang terbaik supaya dapat menunjang pekerjaannya. Egrek belum tersedia secara keseluruhan hanya tersedia sebagian saja sehingga ketika pemanen memasuk blok - blok dengan tanaman kelapa sawit tinggi maka waktu pemanenan akan semakin lama dikarena ketersediaan egrek yang terbatas. Pemanen secara bergantian menggunakan egrek. Permasalahan yang terdapat pada alat pengankutan TBS ke TPH yaitu ban angkong yang bocor saat evakuasi buah sedang berlangsung, sehingga pemanen sulit untuk mengeluarkan buah dari dalam blok. Karung untuk alas brondolan terkadang tidak berstandar atau tidak berjahit dan jumlahnya yang terbatas, sehingga pemanen kesulitan untuk menaburkan brondolan hasil kutipannya. Kendala yang sering ditemui pada alat panen tersebut dapat diatasi dengan penyediaan alat potong buah yang memiliki kualitas baik oleh perusahaan, sehingga pemanen mudah dan nyaman dalam melakukan pemotongan buah. Permasalahan pada alat pengangkutan TBS ke TPH dapat diantisipasi dengan melengkapi terlebih dahulu alatnya sebelum memulai pekerjaan. Kapasitas Panen Menurut Nugraha (2013) kelancaran kegiatan panen tidak hanya dipengaruhi oleh ketersediaan jumlah tenaga panen, keterampilan setiap tenaga panen juga berpengaruh terhadap produksi sebuah perusahaan kelapa sawit.
34
Jumlah TBS yang dipanen dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya umur, tingkat pendidikan dan lama kerja. Pengamatan kapasitas panen dilakukan terhadap 30 pemanen dalam satu rotasi. Rata - rata pemanen divisi 2 memiliki kapasitas panen 98 janjang per HK. Pencapaian terhadap kapasitas panen masih belum memenuhi standar perusahaan, pencapaian basis rata - rata mencapai 81%. Standar yang dibuat perusahaan terhadap kapasitas panen basis borong yaitu 128 janjang per HK kecuali pada hari jumat 91 janjang per HK. Hasil uji t-student (Tabel 12) menunjukkan bahwa rata - rata kapasitas panen untuk hari Senin, Selasa, Rabu, Kamis dan Sabtu sangat berbeda nyata dengan standar perusahaan 128 janjang per HK. Hal ini menunjukkan bahwa rata - rata kapasitas panen tersebut belum sesuai dengan standar perusahaan 128 janjang per HK. Rata - rata kapasitas panen untuk hari Jumat tidak berbeda nyata dengan standar perusahaan 91 janjang per HK artinya rata - rata kapasitas panen tersebut telah sesuai standar perusahaan. Pengujian uji t-student selanjutnya dilakukan untuk mengetahui perbedaan rata - rata kapasitas pemanen pada kelompok umur dan lama kerja. Hasil uji t-student didapatkan tidak berbeda nyata pada dua peubah tersebut (Tabel 13). Pada peubah umur pemanen rata - rata kapasitas panen umur ≤ 30 tahun yaitu 114 janjang per HK sedangkan umur > 30 tahun yaitu 109 janjang per HK. Pada peubah lama kerja pemanen rata - rata kapasitas panen ≤ 3 tahun yaitu 102,6 janjang per HK sedangkan > 3 tahun yaitu 93,9 janjang per HK. Berdasarkan hasil uji t-student peubah umur tidak berpengaruh terhadap produktivitas pemanen. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Trismiaty et al. (2008) yaitu umur dan tingkat pendidikan tidak berpengaruh nyata terhadap produktivitas pemanen. Hasil uji t-student pada peubah lama kerja pemanen tidak berpengaruh nyata terhadap produktivitas pemanen. Hal ini tidak sesuai dengan Trismiaty et al. (2008) yang menyatakan bahwa lama kerja mempengaruhi produktivitas pemanen. Hasil yang didapatkan berbeda dengan literatur karena pengamatan yang dilakukan hanya mengamati lama kerja pemanen yang dimulai dari masuk kerja di BKLE. Mutu buah Pengamatan mutu buah di divisi 2 BKLE dilakukan pada satu seksi panen disetiap TPH secara acak, contoh diambil 100 janjang dan dilakukan selama dua rotasi panen. Berdasarkan Tabel 16 didapatkan hasil uji t-student pada mutu buah ripe, under ripe dan over ripe tidak berbeda nyata. Hasil yang didapatkan memiliki arti bahwa mutu buah BKLE divisi 2 telah memenuhi standar perusahaan yang berlaku. Perusahan memiliki standar yang harus dicapai pada mutu buah yaitu buah mentah (unripe) 0%, buah kurang matang (under ripe) < 8%, buah masak (ripe) > 85%, buah terlalu masak (over ripe) < 7% dan janjang kosong (empty bunch) 0%. Pengawasan terhadap mutu buah telah dilakukan dengan baik oleh BKLE divisi 2 karena mutu buah yang dihasilkan telah sesuai dengan standar perusahaan. Menurut Siahaan dan Erningpraja (2005), untuk menjamin perolehan TBS yang berkualitas, pengawasan mutu panen perlu dilakukan secara intensif dan reguler. Pengawasan tersebut antara lain rotasi panen dan pemanenan TBS pada tingkat kematangan yang optimal. Penanggulangan yang paling baik dalam mutu buah yaitu dengan kontrol yang sesering mungkin di TPH dan ancak panen (Pahan 2008).
35 Kehilangan Hasil (Losses) Kehilangan hasil adalah salah satu hal yang sangat dihindari karena dengan adanya kehilangan hasil maka akan menyebabkan kerugian pada perusahaan. BGA dalam menanggulangi dan mencegah kehilangan hasil membentuk Departemen Agronomy Quality Control (AQC). Salah satu tugas AQC adalah memastikan atau mengecek keadaan lapang berupa mutu ancak dan mutu TPH apakah masih terdapat losses atau tidak. AQC melakukan pengecekan mutu ancak dan mutu TPH 2 - 3 kali dalam sebulan. Berdasarkan uji t-student pada perbandingan kehilangan hasil brondolan per ha dan buah masak yang tidak dipanen per ha terhadap standar perusahaan didapatkan hasil yang tidak berbeda nyata, sedangkan pada uji t-student terhadap kehilangan hasil brondolan di TPH didapatkan hasil yang berbeda nyata. Hasil ini memiliki arti bahwa kehilangan hasil yang berada di lapang masih belum sesuai standar yang telah ditetapkan perusahaan. Standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan yaitu untuk buah masak yang tidak dipanen harus tidak ada, untuk brondolan tinggal atau yang tidak dikutip harus berjumlah 25 butir per ha serta untuk brondolan tinggal di TPH harus berjumlah minimal 3 butir per TPH. Menurut Lubis (2008) pemeriksaan kebersihan di lapang sangat perlu dilakukan supaya tidak adanya ancak yang tertinggal atau tandan matang yang tertinggal. Pemecahaan masalah terhadap losses tersebut bisa diatasi dengan pemberlakuan sanksi dan denda yang ketat sehingga pemanen akan lebih teliti dalam bekerja, selain itu perlunya pemberian insentif berupa hadiah bagi pemanen terbaik yang memiliki jumlah losses yang sedikit sehingga para pekerja dapat saling bersaing dalam menjadi yang terbaik. Insentif yang akan diberikan tersebut dapat berasal dari pembayaran denda pemanen. Trasportasi Buah Kegiatan terakhir dalam pemanenan yaitu trasportasi buah dari TPH ke PKS. Menurut Alfiah dan Susanto (2015), salah satu faktor eksternal yang menyebabkan peningkatan kadar ALB yang relatif tinggi dalam minyak kelapa sawit adalah keterlambatan dalam pengumpulan dan pengangkutan buah. Perawatan jalan adalah salah satu faktor penting dalam pengangkutan buah, semakin baik kondisi jalan maka akan semakin cepat buah sampai ke pabrik. Pengangkutan buah dari TPH ke PKS di BKLE divisi 2 menggunakan 2 unit dump truck dengan kapasitas 7.500 kg. Pabrik yang dituju dalam pengantaran buah adalah Sungai Cempaga Mill (SCMM). Berdasarkan pengamatan yang dilakukan waktu muat rata - rata yaitu 99 menit dengan waktu tempuh rata - rata adalah 8,33 menit. Tonase dalam pengiriman selalu kurang dari kapasitas dump truck yaitu dengan rata - rata 6.709 kg karena pada ketinggian buah pada dump truk yaitu hanya dilakukan susun 1 dengan mengejar target pengiriman buah secepatnya ke PKS, selain itu dengan memuat kurang dari 7.500 kg dapat meminimalisir kerusakan alat angkut dan jalan. Tenaga kerja bongkar muat telah sesuai dengan standar perusahaan yaitu 3 pekerja, berkurangnya pekerja bongkar muat dari standar maka waktu muat buah akan semakin lama. Kendala yang terdapat pada kegiatan transportasi panen adalah pertama penggunaan unit secara bergantian untuk kegiatan lain seperti pengangkutan pupuk anorganik atau pengangkutan pupuk organik, sehingga kegiatan muat buah dimulai terlambat dari jadwal seharusnya. Kendala kedua masih terdapatnya
36 kondisi jalan yang rusak, sehingga pengantaran buah ke PKS terhambat. Hal ini dapat dihindari dengan pembuatan jadwal penggunaan unit sehingga dapat dialokasikan pada waktunya dan kondisi buah yang dikirim ke pabrik tidak mengalami restan, perawatan jalan harus dilakukan secara rutin. Secara keseluruhan kegiatan transportasi di divisi 2 BKLE sudah terlaksana dengan baik.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kegiatan magang memberikan pengetahuan dan pengalaman baik secara teknis maupun manajerial dalam mengelola perkebunan kelapa sawit. Manajemen pemanenan kelapa sawit di divisi 2 BKLE sudah berjalan cukup baik, tetapi masih terdapatnya SOP yang belum diterapkan oleh pekerja. Pada metode taksasi harian yang biasa dilakukan para mandor belum dapat menggambarkan produksi realisasi. Kebutuhan tenaga panen sudah sesuai SOP perusahaan. Penggunaan alat pelindung diri yang masih sangat rendah. Persentase kapasitas panen yaitu 81% dalam mencapai basisnya. Mutu buah yang dihasilkan telah sesuai SOP perusahaan. Kehilangan hasil yang terdapat di lapang masih belum sesuai standar perusahaan yang meliputi mutu ancak dan mutu TPH. Transportasi buah sudah berjalan cukup baik. Saran Pengawasan semua kegiatan pemanenan dari persiapan panen sampai evaluasi panen perlu ditingkatkan. Insentif perlu diberikan berupa pemberian penghargaan serta penyediaan alat panen dan alat pelindung diri yang berkualitas kepada para pemanen agar produktivitas pekerja meningkat.
DAFTAR PUSTAKA Alfiah C. dan Susanto W. H. 2015. Penanganan pascapanen kelapa sawit (penyemprotan CaCl2 dan kalium sorbat terhadap mutu crude palm oil). J Pangan dan Agroindustri. 3(1): 61 - 72. Andoko A. dan Widodoro. 2013. Berkebun Kelapa Sawit “Si Emas Cair”. Agro Media Pustaka, Jakarta. Bumitama Gunajaya Agro. 2010. Pedoman Teknis Agronomis Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.). BGA Group Plantations, Jakarta. Direktorat Jenderal Perkebunan. 2014. Perkembangan luas areal perkebunan 2010-2015 [internet]. [diunduh 2015 Des 29]. Tersedia pada:http://ditjenbun.deptan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/Luas_Areal_Esti masi_2015.pdf Effendi R.L. dan Agus W. 2011. Buku Pintar Kelapa Sawit. Agro media, Jakarta.
37 Fauzi Y., Widyastuti Y.E., Satyawibawa I., dan Hartono R. 2008. Kelapa Sawit: Budidaya Pemanfaatan Hasil dan Limbah Analisis Usaha dan Pemasaran Edisi Revisi. Penebar Swadaya, Jakarta. Fadli., M. Lukman., E. S. Sutarta., W. Darmosarkoro., P. Purba., E. N. Ginting. 2006. Seri Buku Saku 22: Panen Pada Tanaman Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit Oil Palm Research Institute, Medan. Hal 51. Gromikora N., Yahya S., dan Suwarto. 2014. Permodelan pertumbuhan dan produksi kelapa sawit pada berbagai taraf penunasan pelepah. J. Agron. Indonesia. 42 (3): 228 - 235. Hadi M. M. 2004. Teknik Berkebun Kelapa Sawit. Adicita, Yogyakarta. Henson I.E. and Dolmat M.T. 2003. Physiological analysis of an oil palm density trial on a peat soil. J. Oil Palm. 15:1 - 27. Kiswanto, Purwanta J.H., dan Wijayanto B. 2008. Teknologi Budi Daya Kelapa Sawit. Agro Inovasi, Bandar Lampung. Lubis A.U. 1992. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Indonesia. Pusat Penelitian Perkebunan Marihat, Medan. Lubis R.E., dan Widanarko A. 2011. Buku Pintar Kelapa Sawit. Agomedia Pustaka, Jakarta Mangoensoekarjo S. dan Semangun H. 2008. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Mangoensoekarjo, Soepadiyo dan Haryono S. 2003. Manajemen agrbisnis kelapa sawit. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Miranda RR. 2009. Manajemen panen tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di PT Gunung Kemasan Estate, Minamas Plantation, Pulau Laut, Kalimantan Selatan [skripsi]. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Nugraha Y.P. 2013. Manajemen panen kelapa sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) di Kebun Sei Air Hitam, PT Perdana Inti Sawit Perkasa I, Riau [skripsi]. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Pahan I. 2008. Kelapa Sawit: Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir CetakanII. Penebar Swadaya, Jakarta. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. 2006. Budidaya Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan. Risza S. 2010. Masa Depan Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia. Kanisius, Yogyakarta. Roosita. 2007. Panduan Penyusunan dan Pemeriksaan Dokumen UKL-UPL Perkebunan Kelapa Sawit. Deputi Tata Lingkungan Kementerian Negara Lingkungan Hidup, Jakarta. Setyamidjaja D. 2006. Kelapa Sawit, Teknik Budi Daya, Panen, dan Pengolahan. Kanisius, Yogyakarta. Siahaan D dan Erningpraja L. 2005. Penerapan good agriculture practice dan good manufacture practice dalam meningkatkan mutu dan keamanan pangan minyak kelapa sawit. J. Penelitian Kelapa Sawit. 13(3): 109 - 118. Suma’mur P.K. 1996. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. PT Toko Gunung Agung, Jakarta. Sunarko. 2007. Petunjuk Praktis Budi Daya dan Pengolahan Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka, Jakarta.
38 Suryono A. 2012. Pengelolaan pemanenan kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di PT Aneka Intipersada Pinang Sebatang Estate, Kabupaten Siak, Riau[skripsi]. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Trismiaty, Listyani, dan Mubaraq T.Z. 2008. Manajemen tenaga kerja kelapa sawit di PT Perkebunan III (Persero) Kebun Aek Nabara Selatan Labuhan Batu Sumatera Utara. Buletin Ilmiah Instiper. 15(1):15 - 23. Walpole R.E. 1993. Pengantar Statistika. Edisi ke-3. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
39
LAMPIRAN
40 Lampiran 1. Jurnal harian sebagai karyawan harian lepas Tanggal 05/02/2016 06/02/2016 07/02/2016 08/02/2016 09/02/2016
10/02/2016
11/02/2016 12/02/2016 13/02/2016 14/02/2016 15/02/2016 16/02/2016 17/02/2016 18/02/2016 19/02/2016 20/02/2016 21/02/2016 22/02/2016 23/02/2016 24/02/2016
25/02/2016 26/02/2016 27/02/2016 28/02/2016
Uraian kegiatan Tiba di lokasi magang Orientasi kebun Libur Libur Kutip brondolan di TPH Kutip brondolan di TPH Helper panen Helper panen Orientasi potong buah Libur Perbaikan jalan CR Pemasangan 5 titi panen Pengendalian gulma manual Pengendalian gulma manual Pengendalian gulma manual Pengendalian gulma manual Libur Pengendalian gulma kimia Pengendalian gulma kimia Pengendalian hama Tirathaba sp Until pupuk Tabur pupuk Helper panen Libur
Penulis -
Prestasi kerja Karyawan Standar -
Lokasi Kantor kebun
5 jam
-
-
BKLE divisi 2
4 jam
-
-
L23 - L22
4 jam
-
-
L21 - L20
2 ha 2 ha 9 janjang 7 jam
3,5 ha 3,5 ha 128 janjang 7 jam
3,5 ha 3,5 ha 128 janjang 7 jam
7 jam
7 jam
7 jam
L23 dan M24
0,2 ha
0,5 ha
0,5 ha
N24
0,4 ha
0,7 ha
1 ha
N25
0,5 ha
0,5 ha
0,5 ha
N25
0,5 ha
0,7 ha
1 ha
N25
1 ha
3 ha
3 ha
M08 - M10
1 ha
3,2 ha
3 ha
L08 - M10
1,5 ha
3,5 ha
3 ha
L18
1 ton 300 kg 2 ha -
2,5 ton 750 kg 3,5 ha -
2,5 ton 750 kg 3,5 ha -
K07 - K20 K24;L26 - L24 L23 - L19 K24
Gudang pupuk M20 - M23 K21 - K23 -
41 Lampiran 2. Jurnal harian sebagai pendamping mandor Jumlah karyawan diawasi (orang) -
Luas areal diawasi (ha) -
Lama kegiatan (jam) 7 7 7 2
L21 - L20 M19 - M20 M24 - M25 PKS
-
-
2
PKS
-
-
2
PKS
9 10 15 3
190 60
7 7 7 7 7
Gudang pupuk Gudang pupuk -
Tanggal
Uraian kegiatan
29/02/2016 01/03/2016 02/03/2016 03/03/2016
06/03/2016 07/03/2016 08/03/2016 09/03/2016 10/03/2016 11/03/2016 12/03/2016
Krani panen Krani panen Krani panen Pemeriksaan mutu buah di PKS Pemeriksaan buah di PKS Pemeriksaan mutu buah di PKS Libur Mandor until pupuk Mandor until pupuk Libur Mandor tabur pupuk Mandor 1 Mengawasi SSU
13/03/2016 14/03/2016 15/03/2016
Mandor 1 Mandor rawat Mandor rawat
9 8
16/03/2016
Mandor rawat
8
04/03/2016 05/03/2016
140 7,2
Lokasi
7 7
L24 - L19 K14, K15, L16, L17, L18 L22 – L26 N24 N24
7
N24
7
L19
M25 M25 K08 - K10 K24 K10 - K12 L08, L09,L10 L11, L12 K7, K16-K20 K21-24, L26 L25 - L20 L19 - L17, M19 - M20 M21 - M25
6,4
17/03/2016
3
6,4 10
18/03/2016 19/03/2016 20/03/2016 21/03/2016 22/03/2016 23/03/2016 24/03/2016 25/03/2016 26/03/2016 27/03/2016 28/03/2016 29/03/2016 30/03/2016
Mandor rawat (pengendalian Tirathaba sp) Mandor rawat Mandor rawat Libur Mandor BSS Sensus bunga Mandor BSS Mandor BSS Libur Mandor BSS Mandor 1 Mandor 1 Mandor panen Mandor panen
5 6 16 17 15 13 15 13
51 52 45 39 159 152 59 46
7 7 7 2 7 7 7 7 7 7 7
31/03/2016
Mandor panen
13
46
7
4 3
42 Lampiran 3. Jurnal harian sebagai pendamping asisten divisi Jumlah mandor diawasi (orang) -
Luas areal diawasi (ha) -
Lama kegiatan (jam) 2
L22
-
-
4
10 1 1 1
210 46 50 36
7 4 7 7 7
Mengawasi LSU Libur Menyusun Rekam panen Mengawasi sensus BJR Mengawasi sensus BJR Menyusun Rekam Perawatan Mengawasi sensus BJR Aplikasi Klerat Libur Kontrol lapang
1 -
66 -
7 4
1
114
7
1
100
7
-
-
4
1
98
5
3 6
140
7 7
Pengawasan aplikasi klerat Pengambilan data transportasi panen Pengambilan data transportasi panen Simulasi BBC Simulasi BBC Libur Kontrol lapang Cross cek sensus BBC Cross cek sensus BBC
1
97
7
-
-
5
Kantor kebun L26 - L20 L23 K07, K16 K17, K18 K14, K15, K19 K20, K21 Kantor divisi M19 M22 M23 M26 Kantor divisi K17, K18, K19 Divisi 1 M19 M23 K07, K16, K17, K18 Divisi 2
-
-
5
Divisi 2
7 -
159 -
5 5 7 7
SAGE BKLE K07-K20 Divisi 2
-
-
4
K07, K14, K15, M29
Tanggal
Uraian kegiatan
01/04/2016
Sensus bunga betina dan buah Pembagian gaji karyawan Libur Kontrol lapang Simulasi LSU Mengawasi LSU Mengawasi LSU Mengawasi LSU
02/04/2016 03/04/2016 04/04/2016 05/04/2016 06/04/2016 07/04/2016 08/04/2016 09/04/2016 10/04/2016 11/04/2016 12/04/2016 13/04/2016 14/04/2016 15/04/2016 16/04/2016 17/04/2016 18/04/2016 19/04/2016 20/04/2016 21/04/2016 22/04/2016 23/04/2016 24/04/2016 25/04/2016 26/04/2016 27/04/2016
Lokasi
43 Lampiran 3. Jurnal harian sebagai pendamping asisten divisi (lanjutan)
Tanggal
Uraian kegiatan
Jumlah mandor diawasi (orang) -
Luas areal diawasi (ha) -
Lama kegiatan (jam)
28/04/2016
Input data BBC
29/04/2016
Cross cek sensus BBC Input data BBC
-
-
4
-
-
5
Libur Cross cek sensus BBC Cross cek sensus BBC Kontrol lapang
-
-
4
Kantor kebun L25, L26
-
-
5
M24, M25
6
136
7
-
-
5
1
-
5
7 1 -
140 110 -
7 7 7 7 4
1 -
114 -
7 5
18/05/2016 19/05/2016
krani panen Kontrol panen BSS Krani panen Simulasi kriteria v-cut dan serangan Tirathaba sp Libur BSS Pembuatan REKAM Simulasi pupuk Kontrol lapang
M24 - M26, N24 - N25 Kantor kebun K23 - K24, L22 - L26 L19 - L21 M19 - M23 L19 - L21 K07 - K20 SCMM
7
92
5 5
20/05/2016 21/05/2016
Kontrol lapang Kontrol lapang
7 7
159 201
5 5
22/05/2016 23/05/2016 24/05/2016
Libur Krani panen Krani panen
-
-
7 7
30/04/2016 01/05/2016 02/05/2016 03/05/2016 04/05/2016 05/05/2016 06/05/2016 07/05/2016 08/05/2016 09/05/2016 10/05/2016 11/05/2016 12/05/2016 13/05/2016 14/05/2016
15/05/2016 16/05/2016 17/05/2016
Libur Libur Membantu pembagian gaji Libur Krani transport
5
Lokasi Kantor kebun L19, L20
L27 - L29 Kantor Divisi K21 - K24 M26, N24, N25 K07 - K20 K21 - K24, L24 - L26 L17 - L23 L17 - L20
44 Lampiran 3. Jurnal harian sebagai pendamping asisten divisi (lanjutan) Jumlah mandor diawasi (orang) -
Luas areal diawasi (ha) -
Lama kegiatan (jam)
-
4
Tanggal
Uraian kegiatan
25/05/2016
Krani panen
26/05/2016
Pembuatan REKAM perawatan Cek BBC
-
Pembuatan REKAM BSS Libur Persiapan presentasi Pengawasan aplikasi Racumin Pengawasan aplikasi Racumin Persiapan persentasi Persiapan persentasi Presentasi kegatan magang Kegiatan magang selesai
-
-
4
1
-
7
1
-
7
-
-
5
-
-
-
27/05/2016 28/05/2016 29/05/2016 30/05/2016 31/05/2016 01/06/2016 02/06/2016 03/06/2016 04/06/2016 05/06/2016
7
4
Lokasi M19 M23 Kantor divisi L22 dan M23 Kantor divisi M19 M21 M22 M23 Kantor kebun -
Lampiran 4. Peta areal statement berdasarkan tahun tanam Bangun Koling Estate tahun 2016
45
Keterangan : BB = Bulan basah (curah hujan > 100 mm) BL = Bulan lembab (curah hujan 60-100 mm) BK = Bulan kering (curah hujan < 60 mm) CH = Curah hujan HH = Hari hujan
HH 12 14 17 12 12 4 5 1 0 6 12 12 107
2015
Rata-rata CH HH CH 200 12 254 367 11 334 341 13 317 388 13 339 370 11 354 139 7 181 147 8 190 13 5 105 0 5 142 140 8 267 249 810 298 228 13 364 2.582 115,8 3.145,2 10 10 2 1,2 0 0,8
% (Tipe A / Sangat basah)
1,2 x 100% 10 Q
= 12
Rata - rata BK x 100% Rata - rata BB Q
Perhitungan tipe iklim (Q) menurut Schmidt - Ferguson:
Lampiran 5. Data curah hujan bulanan di Bangun Koling Estate tahun 2011 - 2015 2011 2012 2013 2014 Bulan HH CH HH CH HH CH HH CH Januari 14 416 9 110 14 330 11 214 Februari 6 292 14 156 17 624 6 233 Maret 10 234 11 135 15 466 13 407 April 12 373 16 206 14 329 11 400 Mei 8 209 12 302 13 459 11 431 Juni 6 105 4 98 9 260 10 301 Juli 4 81 11 251 15 427 3 46 Agustus 2 9 7 272 9 160 5 71 September 4 63 4 135 13 467 2 46 Oktober 8 234 12 422 9 498 3 43 November 9 342 15 469 7 243 9 185 Desember 11 249 17 459 16 637 11 245 Jumlah 94 2.605 132 3.013 151 4.900 95 2.622 BB 9 11 12 8 BK 1 0 0 3 1 BL 2 0 1 Sumber : Kantor wilayah WNA
46
KRANI TRANSPOR
KRANI TRANSPOR
KRANI PANEN B
KRANI PANEN B
KRANI PANEN C
KRANI PANEN A
KRANI PANEN A
DRIVER RANGER
KRANI PANEN C
MANDOR RAWAT
MANDOR RAWAT
MANTRI KLINIK
MANDOR PANEN C
MANDOR PANEN B
MANDOR PANEN A
KRANI DIVISI
MANDOR 1
DIVISI 2
ASISTEN DIVISI 2
MANDOR BSS
MANDOR PANEN C
MANDOR PANEN B
MANDOR PANEN A
KRANI DIVISI
MANDOR 1
DIVISI 1
ASISTEN DIVISI 1
MANDOR BMS
DRIVER DT
PERSONALIA
MANTRI HPT
MANTRI PRODUKSI
MANTRI TANAMAN
MANTRI ESTATE
ESTATE MANAGER
ADM. RSPO
HLP. MEKANIK
KASIR
KRANI TRAKSI
MEKANIK
SECURITY
MANDOR TRAKSI
TRAKSI
KERANI GUDANG
TANAMAN
DANRU
ACCOUNTING
ADM.
SECURITY
KANTOR KEBUN
KASIE ADMINISTRASI
Lampiran 6. Struktur organisasi Bangun Koling Estate tahun 2016
KRANI TRANSPOR
KRANI PANEN C
KRANI PANEN B
KERANI PANEN A
MANDOR RAWAT
MANDOR PANEN C
MANDOR PANEN B
MANDOR PANEN A
KRANI DIVISI
MANDOR 1
DIVISI 3
ASISTEN DIVISI 3
47
48 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Tangerang, Banten pada tanggal 24 Januari 1995. Penulis merupakan anak pertama dari Bapak Syahrudin dan Ibu Elly Syahrudin. Penulis memulai pendidikan di Taman kanak - kanak Masjid Agung Al - Jihad Ciputat, kemudian menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SDN 6 Ciputat dan lulus pada tahun 2006, kemudian melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama di MTsN 3 Pondok pinang dan lulus pada tahun 2009. Penulis menyelesaikan pendidikan Menengah Atas di MAN 4 Pondok Pinang dan lulus pada tahun 2012. Melalui jalur SMPTN Undangan pada tahun 2012, penulis di terima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian. Selama pendidikan di IPB, penulis aktif dalam berbagai kegiatan kepanitiaan dan organisasi. Tahun 2013 dan 2014 penulis menjabat sebagai wakil ketua UKM sepak bola dan tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Agronomi (HIMAGRON) sebagai anggota departemen eksternal. Kegiatan yang diikuti selama menjadi mahasiswa IPB adalah UKM sepak bola, Agrosportment V, VI, VII dan VIII, Olimpiade mahasiswa IPB, dan Festival Buah dan Bunga Nusantara (FBBN) pada tahun 2014 dan 2015.