MANAJEMEN PEMANENAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI GUNUNG SARI ESTATE, PT LADANGRUMPUN SUBURABADI, MINAMAS PLANTATION, TANAH BUMBU, KALIMANTAN SELATAN
MIDIAN ROMEO SIREGAR A24070161
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
ABSTRACT
MIDIAN ROMEO SIREGAR. Harvesting Management of Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) in Gunung Sari Estate, PT Ladangrumpun Suburabadi, Minamas Plantation, Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan. (Mentored by ADE WACHJAR). Internship activities aim to acquire knowledge, practice skill and gain work experience both technical and managerial aspects in the field at various level jobs. In addition internship activities aim to studying and analyzing the problems in the management of harvesting in order to provide effective and efficient input in harvesting activities. Internship activities carried out in Gunung Sari Estate, PT Ladangrumpun Suburabadi, Tanah Bumbu, South Kalimantan from February 2011 until June 2011. The method used in this internship is direct and indirect methods. Direct method to obtain primary data done by working in the field according to the existing hierarchy in the estate and interviews with employees and staff of the estate. While the indirect method were conducted to obtain primary data supporting secondary data in the form of estate management reports (daily, monthly, and yearly), study of literature, and other sources. In studying specific aspects of harvesting, the authors made the observation of criteria ripe harvest, the calculation yields a number density (AKP) and the production assessed, observation of fresh fruit bunches (FFB) is not harvested and quality of loose fruit quotation, and observations the cutting losses of loose fruit from long stalk. Average of productivity FFB in Gunung Sari Estate is 20.84 tonnes/ha, including good category. Productivity of FFB is good, because it is supported by a good estate conditions with optimum plant population and crop management techniques ranging from maintenance activities to the transport of FFB to palm oil mills (PKS) has done well.
Harvesting quality is determined by the quality of the harvested FFB, FFB lags on the plant, cutting up the long stalk, lags loose fruit, and transportation of FFB to PKS. In general, harvesting management in Gunung Sari Estate is fairly well seen from the cutting of long stalk, harvesting organizations, and transportation management. But the quality of the harvesting in Division 2 Gunung Sari Estate is not thoroughly meet the standards set by the company. Observation of the quality from fruit harvested in Division 2 indicates there are unripe fruit 0.7 % (standard 0%), ripe fruit (ripe) 88.11 % (standard> 95%), and empty fruit bunch 8.9 % (standard 0%). Observation of FFB show that there are 2.46% FFB lags on the plant per small group of harvesters (KKP) and lags loose fruit 2.55% per FFB. Observation of quality loose fruit quotation shows the percentage lag loose fruit in the cyrcle of plant is highest 52.95 % and 42.67 percent in plant. Value illustrates that the harvesting quality in Gunung Sari Estate Division 2 is still needs to be improved. The strategy should be drawn to improve the performance of harvesters in Gunung Sari Estate Division 2, is the normalization of crop rotation to maintain the quality of the harvesting, harvester performance oversight and regulatory penalties should be increased. Cleaning the cyrcle of plant needs to be done to facilitate quoting loose fruit harvesters. In addition, the training necessary to practice the skill of harvester in cutting up the long stalk to minimize losses. Transportation management needs to be improved again so that the percentage of leftover fruit may be reduced.
RINGKASAN
MIDIAN ROMEO SIREGAR. Manajemen Pemanenan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Gunung Sari Estate, PT Ladangrumpun Suburabadi, Minamas Plantation, Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan. (Dibimbing oleh ADE WACHJAR). Kegiatan magang bertujuan untuk memperoleh pengetahuan, melatih keterampilan dan mendapatkan pengalaman kerja baik aspek teknis maupun manajerial di lapangan pada berbagai taraf pekerjaan. Selain itu kegiatan magang bertujuan mempelajari dan menganalisis permasalahan dalam pengelolaan pemanenan agar dapat memberikan masukan yang efektif dan efisien dalam kegiatan pemanenan. Kegiatan magang dilaksanakan di Gunung Sari Estate, PT Ladangrumpun Suburabadi, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan mulai bulan Februari 2011 sampai Juni 2011. Metode yang digunakan dalam magang ini adalah metode langsung dan metode tidak langsung. Metode langsung dilakukan untuk mendapatkan data primer dengan cara bekerja di lapangan sesuai jenjang jabatan yang ada di kebun dan wawancara dengan para karyawan dan staf kebun. Sedangkan metode tidak langsung dilakukan untuk mendapatkan data sekunder pendukung data primer berupa laporan manajemen kebun (laporan harian, laporan bulanan, dan tahunan), studi pustaka, dan sumber lainnya. Dalam mempelajari aspek khusus pemanenan, penulis melakukan
pengamatan kriteria matang panen, perhitungan angka
kerapatan panen (AKP) dan taksasi produksi, pengamatan tandan buah segar (TBS) tidak terpanen dan kualitas kutip brondolan, dan pengamatan losses brondolan akibat pemotongan gagang panjang. Produktivitas TBS di Gunung Sari Estate rata-rata 20.84 ton/ha, termasuk kategori baik. Produktivitas TBS yang baik, karena didukung oleh kondisi kebun yang baik dengan populasi tanaman yang optimum dan pengelolaan teknik budidaya tanaman mulai dari kegiatan pemeliharaan sampai dengan pengangkutan TBS ke pabrik kelapa sawit (PKS) sudah dilakukan dengan baik. Kualitas panen ditentukan oleh mutu TBS yang dipanen, TBS tertinggal pada pokok, pemotongan gagang panjang, brondolan tinggal, dan pengangkutan
TBS ke PKS. Secara umum, pengelolaan panen di Gunung Sari Estate sudah cukup baik dilihat dari nilai pemotongan gagang panjang, organisasi panen, dan manajemen pengangkutan. Akan tetapi kualitas panen di Divisi 2 Gunung Sari Estate belum seluruhnya memenuhi standar yang ditetapkan oleh perusahaan. Hasil pengamatan terhadap mutu buah panen di Divisi 2 menunjukkan terdapat buah unripe (mentah) sebanyak 0.7 % (standar 0 %), buah ripe (matang) 88.11 % (standar > 95 %), dan buah empty bunch (janjang kosong) 8.9 % (standar 0 %). Hasil pengamatan TBS tinggal menunjukkan terdapat TBS tinggal sebesar 2.46 % per kelompok kecil pemanen (KKP) dan brondolan tinggal 2.55 % per TBS. Hasil pengamatan kualitas kutip brondolan menunjukkan persentase brondolan tinggal di piringan paling tinggi 52.95 % dan di pokok 42.67 persen. Nilai tersebut menggambarkan bahwa kualitas panen di Divisi 2 Gunung Sari Estate masih perlu ditingkatkan. Strategi yang perlu disusun untuk meningkatkan kinerja pemanen di Divisi 2 Gunung Sari Estate, yaitu meliputi normalisasi rotasi panen untuk menjaga mutu dan kualitas panen, pengawasan terhadap kinerja pemanen dan peraturan denda perlu ditingkatkan. Pembersihan piringan perlu dilakukan untuk memudahkan pemanen mengutip brondolan. Di samping itu perlu dilakukan pelatihan untuk melatih keterampilan pemanen dalam memotong gagang panjang untuk meminimalisasi losses. Manajemen pengangkutan perlu ditingkatkan lagi agar persentase buah restan dapat dikurangi.
MANAJEMEN PEMANENAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI GUNUNG SARI ESTATE, PT LADANGRUMPUN SUBURABADI, MINAMAS PLANTATION, TANAH BUMBU, KALIMANTAN SELATAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Midian Romeo Siregar A24070161
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
Judul
:’MANAJEMEN PEMANENAN KELAPA SAWIT
‘‘(Elaeis guineensis Jacq.) DI GUNUNG SARI ‘’ESTATE, PT LADANGRUMPUN SUBURABADI, ‘’TANAH BUMBU KALIMANTAN SELATAN Nama
: MIDIAN ROMEO SIREGAR
NRP
: A24070161
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr Ir Ade Wachjar, MS NIP. 19550109 198003 1 008
Mengetahui, Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Dr Ir Agus Purwito, MSc. Agr NIP. 19611101 198703 1 003
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Padang Sidempuan, Provinsi Sumatera Utara pada tanggal 19 Maret 1989. Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara, anak dari pasangan Bapak Partomuan Siregar dan Ibu Helde Risma Sitompul. Tahun 2001 penulis lulus dari SD Budi Mulia Pematangsiantar, kemudian melanjutkan pendidikan ke SLTP Budi Mulia Pematangsiantar dan lulus pada tahun 2004.
Penulis menyelesaikan
pendidikan
di
SMA Budi
Mulia
Pematangsiantar pada tahun 2007. Pada tahun yang sama penulis diterima di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) Selama
menjadi
mahasiswa
penulis
aktif
di
berbagai
organisasi
kemahasiswaan. Tahun 2008/2009 penulis menjabat sebagai ketua Organisasi Mahasiswa Daerah Ikatan Mahasiswa Siantar dan Sekitarnya (Omda Ikanmass) dan sebagai Bendahara Asrama Sylvalestari. Tahun 2009/2010 penulis menjabat sebagai Koordinator di Komisi Literatur Persekutuan Mahasiswa Kristen (Komlit PMK), dan sebagai Koordinator Hubungan Luar dan Alumni Asrama Sylvalestari.
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan anugerah yang telah diberikan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi dengan judul “Manajemen Pemanenan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Gunung Sari Estate, PT Ladangrumpun Suburabadi, Minamas Plantation, Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan”, disusun oleh penulis sebagai tugas akhir untuk mendapatkan gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Bapak Dr Ir Ade Wachjar, MS atas bimbingan dan pengarahannya selama ini. 2. Bapak Ir Supijatno, MSi dan Ibu Dr Ani Kurniawati, SP MSi atas masukan dan saran selama menguji penulis. 3. Bapak Mulyo Joko (Manajer Gunung Sari Estate) dan Bapak Ir Syafrizal Taher (Senior Asisten Divisi 2 Gunung Sari Estate) dan karyawan di Divisi 2 Gunung Sari Estate atas bimbingan dan arahannya selama penulis melaksanakan magang. 4. Direksi PT Ladangrumpun Suburabadi, Minamas Plantation. 5. Bapak, Mama, Kakak, dan Adek tercinta di Pematangsiantar. 6. Teman-teman seperjuangan magang: Rano, Brury, Winda, dan Walad. 7. Teman-teman di Asrama Pinus (Asrama Sylvalestari dan Asrama Sylvasari), Omda Ikanmass, dan Komisi Literatur PMK IPB. 8. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penyusunan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang memerlukannya.
Bogor, Desember 2011
Penulis
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ........................................................................................... vii DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... ix PENDAHULUAN .......................................................................................... 1 Latar Belakang .................................................................................... 1 Tujuan .................................................................................................. 2 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. Botani Kelapa Sawit ............................................................................ Syarat Tumbuh .................................................................................... Penunasan Tanaman Menghasilkan .................................................... Persiapan Panen ................................................................................... Kriteria dan Cara Panen ...................................................................... Rotasi Panen ........................................................................................ Organisasi Potong Buah dan Kerapatan Panen ...................................
3 3 4 5 5 5 6 7
METODE MAGANG ..................................................................................... 9 Tempat dan Waktu ............................................................................... 9 Metode Pelaksanaan ............................................................................ 9 Pengumpulan Data dan Informasi ....................................................... 9 Analisis Data dan Informasi ................................................................ 10 KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG .................................................... Letak Geografis .................................................................................... Keadaan Iklim dan Tanah ................................................................... Luas Areal dan Tata Guna Lahan ........................................................ Keadaan Tanaman dan Produksi ......................................................... Fasilitas Kesejahteraan Karyawan ...................................................... Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan ...........................................
11 11 11 13 13 14 16
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG .................................................. Aspek Teknis ........................................................................................ Perbaikan Infrastruktur ............................................................. Pengendalian Gulma ................................................................. Aplikasi Janjang Kosong (JJK) ................................................ Aplikasi Limbah Cair Kelapa Sawit ......................................... Pengambilan Contoh Daun ....................................................... Pemupukan ............................................................................... Pengendalian Hama dan Penyakit ............................................ Penunasan (Prunning) .............................................................. Pemanenan dan Produksi ..........................................................
18 18 18 19 23 25 26 27 32 36 37
Aspek Manajerial ................................................................................. 49 Pendamping Mandor ................................................................ 49 Pendamping Asisten ................................................................ 52 PEMBAHASAN ............................................................................................. Penetapan Target ................................................................................. Kriteria Matang Panen ......................................................................... Kualitas Tenaga Kerja Pemanen .......................................................... Penanganan Pasca Panen .....................................................................
54 54 55 57 59
KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................... 61 Kesimpulan .......................................................................................... 61 Saran .................................................................................................... 61 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 62 LAMPIRAN ..................................................................................................... 63
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1. Daftar Satuan Peta Lahan (SPL) di Gunung Sari Estate ........................... 12 2. Populasi Tanaman Kelapa Sawit Berdasarkan Tahun Tanam di Gunung Sari Estate.................................................................................... 14 3. Produksi dan Produktivitas TBS di Gunung Sari Estate Tahun 2005 - 2010 .............................................................................................. 14 4. Jumlah Karyawan di Gunung Sari Estate ................................................. 17 5. Target dan Realisasi Produksi yang Dapat Dicapai di Divisi 2 Gunung Sari Estate pada Bulan Januari – Mei 2011 ................................ 37 6. Hasil Pengamatan Kualitas Potong Buah di Divisi 2 Gunung Sari Estate ................................................................................................. 39 7. Hasil Pengamatan Losses Brondolan Akibat Pemotongan Gagang Panjang di Divisi 2 Gunung Sari Estate ...................................... 41 8. Rekapitulasi Hasil Pengamatan Kualitas Kutip Brondolan ...................... 42 9. Pengamatan Brondolan Tinggal per TBS dan per Pokok Panen .............. 43 10. Hasil Pengamatan TBS Tidak Terpanen di Divisi 2 Gunung Sari Estate ................................................................................................. 43 11. Premi Siap Borong, Basis Borong, dan Lebih Borong Berdasarkan Divisi, Tahun Tanam dan BJR di Gunung Sari Estate .............................. 44 12. Kejadian Buah Restan di Divisi 2 Gunung Sari Estate Bulan Januari – Mei 2011................................................................................... 47 13. Jumlah Hari Kerja (HK), Jumlah Pemanen, Rotasi, dan Curah Hujan di Divisi 2 pada Bulan Januari - Mei 2011..................................... 55 14. Standar Kematangan (Ripeness Standard) Buah ...................................... 56 15. Rendemen Minyak dengan Kadar ALB Menurut Tingkatan Fraksi Tandan Buah Segar (TBS) ............................................................. 56 16. Rendemen dan ALB dari TBS yang Menginap di Lapangan ................... 59
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1. Perawatan Jalan: a. Rawat Jalan Manual, b. Rawat Jalan dengan Menggunakan Grader .............................................................................. 19 2. Kegiatan Dongkel Anak Kayu (DAK) ...................................................... 21 3. Pengaplikasian Janjang Kosong di Lahan: a. Pendistribusian JKK dan b. Penyusunan JJK ............................................................................. 24 4. Pengangkutan Pupuk Menggunakan Dump Truck .................................... 30 5. Penaburan Pupuk Menggunakan Bin dan Takaran ................................... 32 6. Pertumbuhan Antigonon leptopus pada Tiang Rambatan ......................... 33 7. Pengendalian Kumbang Tanduk (Oryctes rhinoceros): a. Alat Pherotraps, b. Pemasangan Pherotraps di Lapangan .................... 35 8. Alat-alat Panen: a. Kapak dan Karung Bekas, b. Egrek dan Angkong, c. Karung G bag, d. Gancu........................................................................ 38 9. Pengangkutan Tandan Buah Segar ........................................................... 47
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1. Jurnal Kegiatan Magang Sebagai Karyawan Harian Lepas di Gunung Sari Estate, PT Ladangrumpun Suburabadi, Minamas Plantation, Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan .......................................................... 64 2. Jurnal Kegiatan Magang Sebagai Pendamping Mandor di Gunung Sari Estate, PT Ladangrumpun Suburabadi, Minamas „Plantation, Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan .......................................................... 65 3. Jurnal Kegiatan Magang Sebagai Pendamping Asisten di Gunung Sari Estate, PT Ladangrumpun Suburabadi, Minamas „Plantation, Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan .......................................................... 66 4. Peta Wilayah Gunung Sari Estate ............................................................. 68 5. Keadaan Curah Hujan dan Hari Hujan di Gunung Sari Estate Tahun 2002-2010 ................................................................................................. 69 6. Struktur Organisasi Gunung Sari Estate Tahun 2011 ............................... 70 7. Format Pemeriksaan Hancak dan Mutu Buah di TPH .............................. 71 8. Blanko Rekapitulasi Taksasi Potong Buah di Divisi 2 ............................. 73 9. Blanko Surat Pengantar Buah ................................................................... 74
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas perkebunan andalan di Indonesia saat ini. Menurut Pardamean (2008) komoditas kelapa sawit cocok dikembangkan di Indonesia, baik berbentuk pola usaha perkebunan besar maupun skala kecil untuk petani pekebun. Tanaman kelapa sawit lebih tahan menghadapi berbagai kendala dan masalah dibandingkan tanaman lain. Mangoensoekarjo dan Semangun (2005) menyatakan bahwa komoditas kelapa sawit memiliki peluang bisnis yang besar dan dapat menciptakan lapangan kerja yang mengarah kepada kesejahteraan masyarakat dan sebagai sumber devisa negara. Kelapa sawit merupakan sumber minyak nabati yang penting. Kelapa sawit dapat diolah menjadi minyak sawit yang dikenal sebagai Crude Palm Oil (CPO) dan Palm Kernel Oil (PKO). Crude Palm Oil dan Palm Kernel Oil dapat diolah menjadi bermacam-macam produk lanjutan dengan bermacam-macam kegunaan seperti minyak goreng, mentega, sabun, kosmetika, dan obat. Selain itu, minyak kelapa sawit dapat menjadi substitusi bahan bakar minyak yang saat ini sebagian besar dipenuhi dari minyak bumi (Setyamidjaja, 2006). Indonesia merupakan produsen kelapa sawit terbesar di dunia. Pada tahun 2003 luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia mencapai 5 283 557 ha dengan produksi CPO sebesar 10 440 834 ton dan pada tahun 2009 meningkat menjadi 7 534 581 ha dengan produksi CPO sebesar 20 202 641 ton (Badan Pusat Statistik, 2010). Potensi perkebunan kelapa sawit memiliki peranan yang sangat besar bagi pemasukan devisa negara dan peningkatan pendapatan petani Indonesia. Pemanenan merupakan hal yang sangat penting dalam kegiatan produksi tanaman kelapa sawit. Pelaksanaan kegiatan pemanenan kelapa sawit berpengaruh langsung terhadap kualitas minyak yang dihasilkan. Kualitas minyak yang dihasilkan bergantung pada kriteria panen buah yang layak dipanen. Menurut Pahan (2008) pelaksanaan pemanenan akan berjalan normal bila dikelola dengan baik. Oleh karena itu, kegiatan panen kelapa sawit harus dilakukan dengan sebaik–baiknya agar diperoleh target produksi dengan kualitas yang memenuhi
2 permintaan pasar. Keberhasilan panen dan produksi sangat bergantung pada bahan tanam yang digunakan, manusia (pemanen) dengan kapasitasnya, peralatan yang digunakan untuk panen, kelancaran transportasi serta faktor pendukung lainnya seperti organisasi panen yang baik, keadaan areal, insentif yang disediakan, dan lain-lain (Lubis, 2008). Pelaksanaan pemanenan kelapa sawit yang tepat meliputi penentuan kriteria panen, penyebaran dan rotasi panen, penyediaan tenaga kerja yang terampil, teknis panen, pengumpulan hasil dan pengawasan serta pengangkutan panen.
Tujuan Kegiatan magang secara umum bertujuan untuk memperoleh pengetahuan, melatih keterampilan dan mendapatkan pengalaman kerja dari aspek teknis dan manajerial di lapangan pada berbagai taraf pekerjaan. Tujuan khusus dari kegiatan magang adalah mempelajari dan menganalisis permasalahan dalam pengelolaan pemanenan agar dapat memberikan masukan yang efektif dan efisien dalam kegiatan pemanenan.
3
TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Klasifikasi tanaman kelapa sawit yang dikutip dari Lubis (2008) adalah sebagai berikut: Divisi
: Tracheophyta
Sub divisi
: Pteropsida
Kelas
: Angiospermae
Sub kelas
: Monocotyledonae
Ordo
: Cocoidae
Famili
: Palmae
Sub family
: Cocoidae
Genus
: Elaeis
Spesies
: Elaeis guineensis Jacq
Elaeis berasal dari Elaion yang berarti minyak dalam bahasa Yunani. Guineensis berasal dari kata Guinea (Pantai Barat Afrika). Jacq berasal dari nama botanist Amerika yaitu Jacquin (Lubis, 2008). Tanaman kelapa sawit berakar serabut. Perakarannya sangat kuat karena tumbuh ke bawah dan ke samping membentuk akar primer, sekunder, tertier, dan kuarter (Fauzi et al., 2008). Akar primer tumbuh ke bawah di dalam tanah sampai batas permukaan air tanah. Akar sekunder, tertier, dan kuarter tumbuh sejajar dengan permukaan air tanah bahkan akar tertier dan kuarter menuju ke lapisan atas atau ke tempat yang banyak mengandung zat hara. Batang kelapa sawit tumbuh tegak lurus (phototropi) dibungkus pelepah daun (frond base) (Lubis, 2008). Batang berbentuk silinderis berdiameter 0.5 m pada tanaman dewasa. Bagian bawah umumnya lebih besar disebut bongkol batang atau bowl. Pada tanaman yang masih muda batangnya tidak terlihat karena tertutup oleh pelepah daun. Daun kelapa sawit mirip kelapa yaitu membentuk susunan daun majemuk, bersirip genap, dan bertulang sejajar (Fauzi et al., 2008). Daun-daun membentuk satu pelepah yang panjangnya mencapai 7.5 - 9 m. Jumlah anak daun di setiap pelepah berkisar antara 250 - 400 helai.
4 Tanaman kelapa sawit di lapangan mulai berbunga pada umur 12–14 bulan, tetapi baru ekonomis untuk dipanen pada umur 2.5 tahun (Lubis, 2008). Dari setiap ketiak pelepah daun akan keluar satu tandan bunga jantan atau betina. Sex diferensiasi terjadi 17–25 bulan sebelum anthesis dan setelah anthesis membutuhkan waktu 5–6 bulan baru matang panen. Secara visual tandan bunga jantan atau betina baru dapat diketahui setelah muncul dari ketiak pelepah daun yaitu 7–8 bulan sebelum matang. Bunga betina setelah dibuahi akan berkembang pada spikelet. Karena kondisi terjepit maka buah yang terletak di bagian dalam akan lebih kecil dan kurang sempurna bentuknya dibandingkan dengan yang terletak di bagian luar (Lubis, 2008). Kematangan buah dibedakan atas matang morfologis dan matang fisiologis. Matang morfologis adalah kematangan buah yang telah sempurna bentuknya serta kandungan minyak optimal. Matang fisiologis adalah kematangan buah yang sudah lebih lanjut yaitu telah siap untuk tumbuh dan berkembang biasanya satu bulan sesudah matang morfologis.
Syarat Tumbuh Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah tropika basah kawasan khatulistiwa di sekitar 12 derajat Lintang Utara–Selatan dengan kelas iklim Af dan Am baik menurut sistem klasifikasi Koppen maupun sistem klasifikasi Schmidth–Ferguson. Jumlah curah hujan yang baik (optimum) untuk tanaman kelapa sawit adalah 2 000 - 2 500 mm/tahun, tidak memiliki defisit air, hujan agak merata sepanjang tahun (Lubis, 2008). Kelapa sawit dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, seperti Podsolik, Latosol, Hidromorfik Kelabu (HK), Regosol, Andosol, Organosol, dan Alluvial (Lubis, 2008). Tanah gambut juga dapat ditanami kelapa sawit asalkan ketebalan gambutnya tidak lebih dari satu meter dan sudah tua (saphrik). Sifat tanah yang perlu diperhatikan untuk budidaya kelapa sawit yaitu sifat fisik tanah (kedalaman tanah, tekstur, dan struktur tanah) dan sifat kimia tanah (kandungan unsur hara). Kelapa sawit dapat tumbuh dan berbuah hingga ketinggian 1 000 meter di atas permukaan laut (dpl) dan sebaiknya ditanam di lahan yang memiliki kemiringan lereng 0-120 atau 21 persen. Sebenarnya lahan yang kemiringan
5 lerengnya 13-250 masih bisa ditanami kelapa sawit, tetapi pertumbuhannya kurang baik (Sunarko, 2008)
Penunasan Tanaman Menghasilkan Penunasan (prunning) kelapa sawit adalah pembuangan daun–daun tua atau daun yang tidak produktif pada tanaman kelapa sawit (Fauzi et al., 2008). Tujuan penunasan adalah mempermudah pekerjaan potong buah (melihat dan memotong buah masak), menghindari tersangkutnya brondolan pada ketiak buah, dan memperlancar proses penyerbukan alami. Selain itu, penunasan dilakukan untuk sanitasi (kebersihan) tanaman sehingga menciptakan lingkungan yang tidak sesuai bagi perkembangan hama dan penyakit (Pahan, 2008). Untuk mencapai tujuan penunasan dan tetap mempertahankan produksi maksimum maka harus dihindari terjadinya over prunning. Over prunning adalah terbuangnya
sejumlah
pelepah
produktif
secara
berlebihan
yang
akan
mengakibatkan penurunan produksi. Untuk mendapatkan produksi yang maksimum diperlukan jumlah pelepah optimum, yaitu 48-56 pada tanaman muda dan 40-48 pada tanaman tua (Pahan, 2008).
Persiapan Panen Keberhasilan panen sangat bergantung pada bahan tanam yang digunakan, tenaga kerja pemanenan, peralatan panen yang digunakan, kelancaran transportasi, organisasi panen yang baik, sistem panen yang terkoordinasi, keadaan areal, dan insentif yang diperoleh (Lubis, 2008). Persiapan panen yang baik akan menjamin tercapainya target produksi dengan biaya panen seminimal mungkin. Hal-hal yang perlu dilakukan di dalam mempersiapkan pelaksanaan pekerjaan potong buah, yaitu persiapan kondisi areal, penyediaan tenaga kerja potong buah, pembagian seksi potong buah, dan penyediaan alat-alat kerja (Pahan, 2008).
Kriteria dan Cara Panen Buah kelapa sawit menjadi matang sekitar 6 bulan setelah terjadinya polinasi (penyerbukan) dan fertilisasi (pembuahan). Kematangan buah adalah
6 aspek yang pengaruhnya paling menonjol terhadap kuantitas dan kualitas minyak. Buah yang tepat matang diartikan sebagai buah yang memberikan kuantitas dan kualitas minyak maksimal (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005). Kriteria matang panen merupakan indikasi yang dapat membantu pemanen agar memotong buah pada saat yang tepat. Kriteria matang panen ditentukan pada saat kandungan asam lemak bebas atau free fatty acid (ALB atau FFA) minimal. Panen harus dilaksanakan pada saat yang tepat karena akan menentukan tercapainya kuantitas dan kualitas minyak sawit yang dihasilkan. Pemanenan yang dilakukan sebelum proses pembentukan minyak selesai akan mengakibatkan hasil minyak mentah kurang dari semestinya. Sedangkan pemanenan yang melewati proses pembentukan minyak akan merugikan karena akan banyak buah yang terlepas dari tandan. Pada buah yang lewat masak, sebagian kandungan minyaknya akan berubah menjadi ALB atau FFA yang akan mengakibatkan penurunan mutu minyak kelapa sawit. Pada saat ini, kriteria umum yang banyak dipakai adalah pada setiap kilogram tandan buah segar (TBS) terdapat dua brondolan (Fauzi et al., 2008). Berdasarkan tinggi tanaman, ada tiga cara panen yang umum dilakukan oleh perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Untuk tanaman yang tingginya 2–5 m digunakan cara panen membungkuk dengan alat dodos, sedangkan tanaman yang tingginya 5–10 m dipanen dengan cara berdiri dan menggunakan alat kampak siam. Cara egrek digunakan untuk tanaman yang tingginya lebih dari 10 m dengan alat arit bertangkai panjang.
Rotasi Panen Rotasi panen adalah waktu yang diperlukan antara panen terakhir sampai panen berikutnya pada tempat yang sama. Rotasi panen dianggap baik bila buah tidak lewat matang, yaitu dengan menggunakan sistem 6/7. Artinya, dalam satu minggu terdapat 6 hari panen dan masing-masing ancak panen diulangi (dipanen) 7 hari berikutnya (Fauzi et al., 2008). Pemotongan buah dilakukan dengan selang waktu (rotasi) sekitar 5–10 hari, bergantung pada umur tanaman. Pada tanaman yang berumur kurang dari 5 tahun, pemotongan buah dilakukan 5 hari sekali, sedangkan untuk tanaman yang
7 berumur 5–6 tahun, pemotongan buah dilakukan 10 hari sekali (Sastrosayono, 2003). Tanaman yang berumur 6 – 15 tahun memiliki tandan buah besar–besar sehingga proses masaknya buah lebih lama. Pada tanaman yang berumur di atas 15 tahun, pemotongan buah dilakukan 7 hari sekali. Selang waktu pemotongan buah menjadi lebih cepat karena tandan buah yang dihasilkan tanaman kelapa sawit yang sudah berumur lebih dari 15 tahun mulai mengecil, sehingga proses masaknya buah lebih cepat.
Organisasi Potong Buah dan Kerapatan Panen Seksi potong buah sebaiknya terorganisir agar blok yang akan dipanen setiap hari menjadi terkonsentrasi (tidak terpencar–pencar). Selain itu harus dihindari adanya potongan–potongan ancak panen agar satu seksi selesai pada satu hari. Hal ini bertujuan untuk mempermudah kontrol pekerjaan, meningkatkan efisiensi transportasi buah, dan memudahkan pengaturan keamanan produksi (Pahan, 2008). Sistem pengancakan potong buah secara umum dibagi dua yaitu sistem giring dan sistem tetap (Fauzi et al., 2008). Pada sistem giring, apabila suatu ancak telah selesai dipanen, pemanen pindah ke ancak berikutnya yang telah ditunjuk oleh mandor. Sistem ancak giring memudahkan pengawasan pekerjaan para pemanen dan hasil panen lebih cepat sampai di tempat pengumpulan hasil (TPH) dan pabrik. Sisi negatif sistem ancak giring adalah adanya kecenderungan pemanen akan memilih buah yang mudah dipanen sehingga ada tandan buah atau brondolan yang tertinggal karena pemanenannya menggunakan sistem borongan. Sedangkan, sistem ancak tetap sangat baik diterapkan pada areal perkebunan yang sempit, topografi berbukit atau curam, dan dengan tahun tanam yang berbeda. Pada sistem ancak tetap pemanen diberi ancak dengan luas tertentu dan tidak berpindahpindah. Hal tersebut menjamin diperolehnya TBS dengan kematangan yang optimal. Rendemen minyak yang dihasilkannya pun tinggi. Kelemahan sistem ancak tetap adalah buah lebih lambat keluar sehingga lambat juga sampai ke pabrik. Kerapatan panen adalah sejumlah angka yang menunjukkan tingkat kerapatan pohon matang panen di dalam suatu areal (Fauzi et al., 2008). Tujuan
8 perhitungan kerapatan panen adalah untuk memperkirakan produksi. Penentuan kerapatan panen dilakukan satu hari sebelum pelaksanaan panen di areal yang akan dipanen. Penentuan kerapatan panen sangat penting dilakukan untuk menentukan jumlah tenaga kerja dan kebutuhan sarana pengangkutan hasil panen.
9
METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan di Gunung Sari Estate, PT Ladangrumpun Suburabadi, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan mulai bulan Februari 2011 sampai Juni 2011. Metode Pelaksanaan Kegiatan magang yang dilaksanakan penulis adalah kegiatan teknis di lapangan dan kegiatan manajerial baik di perkebunan maupun di kantor. Kegiatankegiatan tersebut dilakukan sesuai dengan waktu dan jadwal yang ditentukan oleh pihak perkebunan. Kegiatan yang dilakukan oleh penulis adalah sebagai karyawan harian lepas (KHL) selama satu bulan (Lampiran 1), kemudian sebagai pendamping mandor selama satu bulan (Lampiran 2) dan sebagai pendamping asisten selama dua bulan (Lampiran 3). Kegiatan teknis di lapangan yang dilakukan penulis meliputi kegiatan pemeliharaan dan kegiatan pemanenan. Kegiatan pemeliharaan meliputi kegiatan perbaikan infrastruktur, pengendalian gulma, pengaplikasian janjang kosong, pengaplikasian Palm Oil Mill Efluent (POME), pemupukan organik dan anorganik, pengendalian hama dan penyakit, penunasan (prunning). Kegiatan panen meliputi persiapan panen, pelaksanaan panen, dan pengangkutan tandan buah segar (TBS).
Pengumpulan Data dan Informasi Pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis meliputi pengambilan data primer dan data sekunder. Data primer merupakan informasi yang diperoleh secara langsung baik melalui pengamatan yang dilakukan oleh penulis di lapangan maupun diskusi langsung dengan KHL, mandor dan asisten kebun. Data primer yang diambil, yaitu: perhitungan angka kerapatan panen dan taksasi produksi, kriteria matang panen (kualitas potong buah), losses akibat pemotongan gagang
10
panjang, pengamatan TBS tidak terpanen dan pengamatan brondolan tertinggal. Berikut adalah rincian pengumpulan data primer oleh penulis: 1. Pengamatan kriteria matang panen, Pengamatan dilakukan dengan mengamati mutu buah sesuai kriteria matang panen yang diterapkan di Divisi 2. Pengamatan dilakukan di masing-masing kemandoran dengan mengambil 15 TPH sampel perkemandoran. 2. Perhitungan angka kerapatan panen (AKP) dan taksasi produksi, Pengamatan dilakukan dengan mengambil 10% pokok sampel dari total populasi dalam satu blok yang diambil secara acak. 3.
Pengamatan tandan buah segar tidak terpanen dan kualitas kutip brondolan, Pengamatan dilakukan dengan mengamati kualitas kerja pemanen (cutter) dan pembrondol (picker). Masing-masing kemandoran diambil sebanyak 2 kelompok kecil pemanen (KKP). Satu KKP terdiri atas 3 orang pemanen. Satu pemanen diikuti oleh satu orang pembrondol.
4. Pengamatan losses brondolan akibat pemotongan gagang panjang Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah brondolan yang terikut dalam potongan gagang panjang oleh pemanen. Pengamatan dilakukan di masing-masing kemandoran. Masing-masing kemandoran diambil 19 TPH sampel. Data sekunder diperoleh dari data kebun yang diberikan oleh kasie administrasi kebun dan studi pustaka. Data sekunder yang diperoleh yaitu data curah hujan, produksi dan historis produksi, struktur organisasi, ketenagakerjaan, dan peta areal. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan metode deskriptif kualitatif.
Analisis Data dan Informasi Analisis data dan informasi yang dilakukan oleh penulis adalah analisis deskriptif dan analisis kuantitatif. Hasil pengamatan yang berupa data primer dan data sekunder dianalisis secara perbandingan antara realitas di lapangan dengan norma kerja dan standar operasional prosedur (SOP) yang dimiliki oleh perkebunan. Hasil pengamatan secara kuantitatif menggunakan ukuran distribusi persen dan ukuran pemusatan rata-rata.
11
KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG
Letak Geografis Gunung Sari Estate (GSE) adalah salah satu kebun kelapa sawit di bawah manajemen dari PT Ladangrumpun Suburabadi (PT LSI). PT Ladangrumpun Suburabadi merupakan salah satu anak perusahaan dari PT Minamas Gemilang, di bawah Sime Darby Group. PT Ladangrumpun Suburabadi terdiri atas Angsana Estate (ASE) dan Pabrik Kelapa Sawit Angsana (Angsana Factory). Gunung Sari Estate terletak di Desa Bayansari, Kecamatan Angsana, Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi Kalimantan Selatan dengan jarak ± 200 km dari Banjarmasin. Secara geografis, GSE berbatasan dengan ASE di sebelah utara, di sebelah timur berbatasan dengan KKPA 1 Blok C Desa Persiapan Makmur, di sebelah selatan berbatasan dengan KKPA 1 Desa Purwodadi dan Desa Bayansari, dan di sebelah barat berbatasan dengan PT Buana Karya Bakti (BKB) dan KKPA1. Gunung Sari Estate terdiri atas tiga divisi, yaitu Divisi 1, Divisi 2, dan Divisi 3. Selama kegiatan magang, penulis melakukan semua kegiatan di Divisi 2. Sebelah utara Divisi 2 berbatasan dengan ASE; sebelah timur berbatasan dengan KKPA Desa Persiapan Makmur, Desa Persiapan Makmur dan KKPA Sebamban Kampung; sebelah selatan berbatasan dengan Blok D Desa Bayansari; dan sebelah barat berbatasan dengan Divisi 1 GSE. Secara Geografis GSE terletak pada koordinat diantara 115033‟34” 115039‟46” Bujur Timur dan 3041‟27” - 3037‟40” Lintang Selatan dengan ketinggian ± 15 m di atas permukaan laut (dpl). Peta wilayah GSE dapat dilihat pada Lampiran 4.
Keadaan Iklim dan Tanah Rata-rata curah hujan tahunan GSE dalam kurun waktu sembilan tahun terakhir (2002-2010) adalah 2 528 mm dengan jumlah curah hujan rata-rata 159 hari. Data curah hujan selama sembilan tahun terakhir dapat dilihat pada Lampiran 5. Curah hujan tertinggi umumnya terjadi pada bulan Juni (rata-rata 346 mm), sedangkan curah hujan terendah biasa terjadi pada bulan September (rata-
12
rata 110 mm). Rata–rata jumlah bulan basah (BB) dan bulan kering (BK) berturut–turut yaitu 8.66 dan 2.22 bulan. Menurut kelas iklim Schmidth-Ferguson, keadaan iklim di GSE termasuk dalam tipe iklim B, yaitu daerah basah dengan vegetasi hutan hujan tropika. Berdasarkan hasil analisis tanah yang dilakukan oleh Minamas Research Centre (MRC) pada tahun 2006, jenis tanah di GSE tergolong ke dalam ordo Oxisol dengan seri tanah MM-18 Petroferric Hapludox dan MM-19 Plinthic Hapludox. Ciri-ciri seri tanah MM-18 Petroferric Hapludox adalah memiliki regim kelembaban Udik (tidak pernah kering selama 90 hari kumulatif setiap tahun pada kedalaman 10-19 cm dari permukaan tanah) dan pada kedalaman 125 cm terdapat kontak petroferik (lapisan hasil akumulasi sesquioksida atau Fe-oksida yang mengeras seperti batu). Ciri-ciri MM-19 Plinthic Hapludox adalah memiliki regim kelembaban Udik (tidak pernah kering selama 90 hari kumulatif setiap tahun pada kedalaman 10 – 90
cm dari permukaan tanah) dan pada
kedalaman 125 cm mempunyai 1 horison yang mengandung plintit (karatankaratan besi yang telah mengeras seperti kerikil) sebesar 0.5 volumenya atau kontinyu. Satuan peta lahan (SPL) merupakan hasil overlaping antara jenis tanah dengan topografi lahan. Satuan peta lahan merupakan satuan unit terkecil dari lahan yang memiliki jenis tanah dan topografi/ kemiringan lereng sama. Satuan peta lahan di GSE terdiri dari 3 SPL dengan deskripsi seperti yang tercantum pada Tabel 1. Tabel 1. Daftar Satuan Peta Lahan (SPL) di Gunung Sari Estate SPL
Seri Tanah
Lereng (%)
1
MM-18
2 3
Luas ha
%
3–8
912
35
MM-18
8–15
584
22
MM-19
3–8
1 121
43
Sumber: Departemen Riset Minamas Plantation (2006) Hasil evaluasi kelas kesesuaian lahan pada masing-masing Satuan Peta Lahan (SPL) di GSE menunjukkan bahwa kelas lahan pada SPL 1 dan SPL 2
13
tergolong ke dalam kelas S3 (kurang sesuai/moderately suitable). Sedangkan kelas lahan pada SPL 3 tergolong ke dalam kelas S2 (sesuai/suitable). Luas Areal dan Tata Guna Lahan PT Ladangrumpun Suburabadi (PT LSI) tercatat sebagai Badan Hukum berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia tanggal 26 Nopember 1998 Nomor C-632.HT.03.02.Th. 1998 dan SK Kepala BPN No. 9-XI–2000 Tanggal 11 April 2000. Total luas areal Hak Guna Usaha (HGU) PT LSI adalah 6 082 ha dengan luas areal yang sudah tertanam seluas 5 604 ha. PT Ladangrumpun Suburabadi (PT LSI) terdiri atas Angsana Estate (ASE), Gunung Sari Estate (GSE), dan Angsana Factory (ASF). Total luas GSE adalah 2 832.602 ha. Penggunaan lahan tersebut terdiri atas areal pertanaman seluas 2 571.348 ha, areal Pabrik Angsana Mini Factory (AMF) 37.657 ha, areal jalan, jembatan dan parit 95.03 ha, dan daerah okupasi seluas 120 ha. Gunung Sari Estate terdiri atas tiga divisi yaitu Divisi 1, Divisi 2, dan Divisi 3. Luas divisi 1 adalah 918.144 ha, Luas Divisi 2 dan 3 berturut-turut 1 061.268 ha dan 853.190 ha. Penulis melaksanakan kegiatan magang di Divisi 2 yang memiliki total luas lahan yang ditanami 990.321 ha. Keseluruhan luas lahan yang ditanami merupakan tanaman menghasilkan (TM) dengan tahun tanam 1995 dan 1996. Dalam pengaturan blok cara lama, Divisi 2 memiliki 34 blok yang masing-masing memiliki rata-rata luas 30 ha. Untuk pengaturan blok cara baru, Divisi 2 memiliki 15 blok baru, satu blok merupakan penggabungan dari 2 atau 3 blok yang lama dengan luas perblok 66 ha. Pengaturan blok yang baru digunakan untuk memudahkan dalam administrasi.
Keadaan Tanaman dan Produksi Tanaman kelapa sawit yang diusahakan di Perusahaan PT Ladangrumpun Suburabadi merupakan hasil persilangan dari kelapa sawit Dura dan Psifera. Bibit yang digunakan berasal dari Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) dan PT Socfindo.Tanaman kelapa sawit ditanam dengan jarak tanam 9.2 m x 9.2 m x 9.2 m dengan pola tanam berbentuk segitiga sama sisi dengan standar populasi
14
136 pokok/ha. Populasi tanaman berdasarkan tahun tanam (1995, 1996, dan 1998) berkisar 129-131 dengan rata-rata 130 pokok/ha. Perubahan jumlah populasi tanaman disebabkan oleh serangan penyakit yang mengakibatkan tanaman mati, roboh, tersambar petir dan terkena longsor. Populasi tanaman kelapa sawit berdasarkan tahun tanam yang ada di Gunung Sari Estate terlihat pada Tabel 2. Tabel 2. Populasi Tanaman Kelapa Sawit Berdasarkan Tahun Tanam di Gunung Sari Estate Divisi 1 Tahun Tanam
Divisi 2
Divisi 3
Total
Luas (ha)
Pokok/ ha
Luas (ha)
Pokok/ ha
Luas (ha)
Pokok/ ha
Luas (ha)
1995 1996
86
133
594 396
129 130
356
127
1998
678
133
-
-
461
129
Total
764
133
990
129
817
128
594 838 1 139 2 571
Pokok/ ha
Jumlah Pokok
129 129
76 601 107 981
131
149 431
130
334 013
Sumber: Kantor Besar GSE (Mei, 2011) Rata-rata jumlah pokok tanaman kelapa sawit di Gunung Sari Estate perhektar yaitu 130 pokok. Tanaman kelapa sawit di GSE ditanam pada beberapa tahun tanam, yaitu pada tahun 1995 (594 ha), tahun tanam 1996 (838 ha), dan tahun tanam 1998 (1 139 ha). Produksi dan produktivitas TBS di Gunung Sari Estate tahun 2005 - 2010 disajikan pada pada Tabel 3. Tabel 3. Produksi dan Produktivitas TBS di Gunung Sari Estate Tahun 2005 – 2010
Tahun
Produksi (ton)
2006 58 541 2007 53 175 2008 52 809 2009 43 680 2010 59 697 Sumber: Kantor Besar GSE (Mei, 2011)
Produktivitas TBS (ton/ ha)
Berat Janjang RataRata (kg)
22.77 20.68 20.54 16.99 23.22
14.55 15.13 16.18 21.17 19.15
Fasilitas Kesejahteraan Karyawan Gunung
Sari
Estate
(GSE)
memberikan
fasilitas-fasilitas
untuk
kesejahteraan para karyawannya. Fasilitas tersebut berupa rumah, air, listrik,
15
sarana ibadah, poliklinik, penitipan anak, sarana pendidikan, balai karyawan dan sarana olah raga. Fasilitas rumah yang diberikan adalah perumahan staf dan perumahan karyawan. Perumahan staf terletak di emplasmen, sedangkan perumahan karyawan terletak di sekitar kantor divisi masing-masing. Rumah staf merupakan bangunan permanen, sedangkan rumah karyawan adalah bangunan semi permanen. Rumah karyawan terdiri atas dua tipe: tipe satu pintu (G1) untuk mandor 1, kerani divisi dan mantri, sedangkan tipe dua pintu (G2) untuk karyawan pada umumnya. Fasilitas listrik dan air dikelola oleh masing-masing divisi. Perumahan staf dikelola oleh emplasmen dengan aliran listrik selama 24 jam, sedangkan perumahan di divisi mendapatkan aliran listrik selama 7 jam untuk hari biasa dan 8 jam untuk hari libur. Fasilitas sarana ibadah yang diberikan berupa masjid di masing-masing divisi dan gereja di Divisi 2. Sarana olahraga yang ada di emplasmen adalah lapangan voli, bulutangkis, tenis, tenis meja, bilyard, kolam renang anak, dan berbagai macam permainan untuk anak-anak, sedangkan sarana olah raga yang ada di masing-masing divisi adalah lapangan voli dan lapangan bola. Sarana pendidikan yang difasilitasi oleh kebun adalah Play Group dan Sekolah Menengah Pertama (SMP), sedangkan SD menginduk pada SD kebun Angsana Estate. Selain itu, kebun juga memberikan fasilitas penitipan anak yang ada di masing-masing divisi. Selain memberikan fasilitas-fasilitas umum, kebun juga memberikan tunjangan-tunjangan kepada karyawannya, yaitu: tunjangan uang makan dan kendaraan bagi staf serta tunjangan beras bagi karyawan tetap (SKU). Selain itu, kebun juga memberi tunjangan pendidikan dengan membebaskan biaya sekolah, fasilitas bus sekolah, tunjangan kesehatan gratis ke poliklinik atau rumah sakit, tunjangan hari raya (THR) dan bonus akhir tahun. Upah pokok untuk karyawan SKU sesuai dengan upah minimum regional (UMR) yaitu Rp 1 260 000,-/ bulan atau sekitar Rp 45 040,-/ hari. Selain itu, karyawan staf dan non staf juga mendapatkan asuransi jaminan sosial tenaga kerja (Jamsostek) dan dana pensiun.
16
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan Gunung Sari Estate (GSE) dipimpin oleh seorang estate manager (EM) yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan dan perkembangan kebun yang dipimpinnya. Estate manager memiliki wewenang untuk mengkoordinir kebun yang dikelolanya serta mengambil setiap keputusan kegiatan operasional kebun. Estate manager dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh staf-staf kebun, yaitu kepala administrasi (kasie), senior asisten yang merangkap menjadi asisten divisi, dan asisten divisi. Kasie bertanggung jawab terhadap semua urusan administrasi kebun dan bersama dengan senior asisten bertugas mengelola gudang. Kasie membawahi para karyawan kantor besar. Senior asisten bertugas untuk mengelola traksi dan divisinya. Bila estate manager sedang tidak bertugas di kebun maka senior asisten bertugas untuk memimpin kebun. Asisten divisi menjalankan tugasnya di divisi yang dipimpinnya. Struktur organisasi Gunung Sari Estate dapat dilihat pada
Lampiran 6.
Senior asisten biasa disebut asisten kepala (askep) bertugas untuk mengelola emplasmen, traksi dan gudang (bersama dengan kasie) serta mengorganisasi para asisten divisi. Selain itu, askep juga menjadi penanggung jawab sementara kebun apabila estate manager sedang tidak berada di kebun. Asisten divisi bertanggung jawab terhadap semua kegiatan, baik kegiatan administrasi maupun kegiatan operasional yang ada di divisi yang dipimpinnya. Dalam melaksanakan tugasnya, asisten divisi dibantu oleh mandor dan kerani divisi. Mandor bertugas mengorganisasi dan mengawasi kinerja karyawan kebun, sedangkan kerani divisi bertugas mengurus seluruh kegiatan administrasi di lapangan. Status karyawan di GSE terdiri atas karyawan staf dan karyawan non staf. Karyawan staf meliputi estate manager, kasie, senior asisten dan asisten divisi, sedangkan karyawan non staf meliputi karyawan kantor besar, karyawan traksi, karyawan divisi dan karyawan harian. Keadaan karyawan yang ada di GSE terlihat pada Tabel 4. Indeks tenaga kerja atau perbandingan antara jumlah tenaga kerja dengan luas lahan di GSE sesuai dengan kaidah yang berlaku yaitu 0.2 tenaga kerja/ hektar.
9
Tabel 4. Jumlah Karyawan di Gunung Sari Estate
No.
Status Karyawan
Divisi Kantor Traksi Total Besar 1 2 3 Jumlah L P L P L P L P L P L P ............................................................................orang.....................................................................
Staf: 1. Manager 2. Kasi 3. Senior Asisten 4. Asisten Divisi 1 Non staf: 1. a. Mandor 1 1 b. Mandor 6 c. Pekerja langsung Perawatan 20 Panen 46 d. Pekerja tidak langsung SKU B 2 SKU H 9 2. Borongan Total 84 Sumber: Kantor Besar GSE (Mei, 2011)
1 1
0 0
1 1 1 1
0 0 0 0
1 1 1 1
0
1 0
0 0
1
0
0 0
1 9
0 0
1 6
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
3 21
0 0
3 21
20 2
21 41
71 42
25 49
15 11
0 0
0 0
0 0
0 0
60 140
78 50
172 191
0 3
2 9
0 4
3 7
0 4
11 15
0 0
5 14
3 15
23 56
3 28
26 80
25
83
117
92
30
26
0
19
18
303
190
494
17
18
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
Aspek Teknis
Perbaikan Infrastruktur Perkebunan kelapa sawit menghasilkan produk dalam bentuk tandan buah segar (TBS) yang bersifat bulk. Untuk mengeluarkan TBS dari dalam blok ke tempat pengumpulan hasil (TPH) dan mengangkutnya ke pabrik pengolahan, mutlak diperlukan jaringan jalan yang dapat memenuhi beberapa persyaratan dan manfaat. Jaringan jalan tersebut yaitu pasar tikus, rintis tengah, collection road (CR) dan main road (MR). Collection road merupakan jalan yang lurus dengan baris tanaman dan jalan panen yang digunakan pemanen untuk mengumpulkan TBS. Collection road mempunyai panjang 800 - 1 000 m, bergantung pada kondisi di lapangan dengan arah utara - selatan. Main road berfungsi sebagai jalan utama bagi beberapa jalan koleksi lainnya yang merupakan rute pengangkutan utama untuk mengangkut TBS ke pabrik. Main road memiliki panjang 300 - 400 m (arah timur-barat), bergantung pada kondisi lapangan. Semua badan jalan harus berbentuk seperti batok tengkurap/punggung kerbau (cambering), agar tidak terjadi genangan air pada permukaan. Jalan yang lurus sebaiknya juga dibuat cambering dan seimbang pada kedua sisinya. Selama kegiatan magang, penulis melakukan perawatan jalan dan tunas pasar. Rawat jalan. Sebagian besar konstruksi jalan di GSE terbuat dari tanah. Jalan yang terbuat dari tanah sangat rentan dan mudah rusak bila terkena air dan sering dilalui oleh kendaraan khususnya truk pengangkut TBS. Selama magang penulis melakukan rawat jalan terhadap jalan yang rusak. Rawat jalan dilakukan secara manual. Alat-alat yang digunakan adalah hammer, cangkul, dan angkong. Inti dari pekerjaan ini adalah menguras air yang tergenang di jalan dan menimbunnya dengan batu sehingga menjadi rata. Prestasi kerja karyawan untuk rawat jalan tidak tentu karena bergantung pada tingkat keparahan jalan. Rata-rata prestasi karyawan 2 m/HK. Prestasi penulis yaitu 2 m/HK.
19
Tunas pasar. Tunas pasar merupakan kegiatan membuang pelepah tanaman kelapa sawit yang menjorok ke jalan. Tujuan tunas pasar adalah mengurangi hambatan penyinaran sinar matahari ke permukaan jalan akibat dihalangi oleh pelepah kelapa sawit sehingga dapat memperlama penyinaran matahari pada jalan yang berakibat jalan cepat kering bila basah. Aturan dalam tunas pasar adalah penunasan dilakukan seperlunya, hanya memotong pelepah yang menghalangi masuknya sinar matahari (jangan sampai over prunning). Prestasi kerja karyawan untuk rawat jalan tidak tentu karena bergantung pada banyaknya pokok yang akan ditunas. Rata-rata prestasi karyawan 60 m/HK. Selama menjadi karyawan penulis bertugas sebagai penyusun pelepah disebabkan oleh keterbatasan alat. Kegiatan perawatan jalan dapat dilihat pada Gambar 1. a
b
Gambar 1. Perawatan Jalan: a. Rawat Jalan Manual, b. Rawat Jalan dengan „Menggunakan Grader Pengendalian Gulma Gulma adalah tumbuhan yang tumbuh pada waktu, tempat, dan kondisi yang tidak diinginkan manusia. Pada umumnya, gulma mudah melakukan regenerasi sehingga timbul persaingan dengan tanaman yang dibudidayakan dalam hal perolehan ruang, cahaya, air, dan nutrisi. Gulma juga mensekresikan zat kimia (alelopati) yang dapat merugikan tanaman yang dibudidayakan. Oleh karena itu, penting dilakukan pengendalian gulma untuk meningkatkan daya saing tanaman pokok dan melemahkan daya saing gulma. Pengendalian gulma harus memperhatikan teknis pelaksanaan di lapangan (faktor teknis), biaya yang diperlukan (faktor ekonomis), dan kemungkinan dampak negatif yang ditimbulkannya.
20
Pengendalian gulma di GSE dilakukan pada piringan dan gawangan. Tidak semua gulma harus diberantas karena tanah yang gundul (bebas dari vegetasi) mendorong terjadinya erosi yang sangat merugikan. Jenis gulma yang harus tetap dipertahankan di gawangan yaitu pakis Nephrolepis bisserata, Cassia cobanensis, Euphorbia sp, Turnera subulata. Gulma-gulma tersebut dapat berfungsi sebagai inang musuh alami hama-hama kelapa sawit (beneficial plant). Oleh karena itu, keberadaan gulma-gulma tersebut harus dijaga. Jenis gulma dominan yang ditemukan di GSE adalah Imperata cylindrica, Sceliria sumatrensis, Mikania micrantha, Borreria alata, Ottochloa nodosa, Melastoma affine, dan Ageratum conyzoides. Pengendalian gulma di GSE meliputi pengendalian gulma secara manual dan kimia. Teknik pengendalian gulma yang dilaksanakan bergantung pada jenis dan kerapatan gulma, cuaca, topografi lahan, ketersediaan tenaga kerja serta alat dan bahan. Pengendalian gulma di GSE dilakukan dengan rotasi 1 kali pengendalian gulma secara manual dan 3 kali pengendalian gulma secara kimia. Pengendalian gulma secara manual. Pengendalian gulma secara manual adalah pengendalian gulma yang dilakukan dengan menggunakan alat seperti cados (cangkul dodos), arit, parang, dan garukan. Pengendalian gulma secara manual ini untuk mengendalikan gulma yang ada di piringan, pasar rintis, dan gawangan. Kelebihan pengendalian gulma secara manual yaitu dapat dilakukan kapan saja, tidak terpengaruh waktu dan cuaca serta hasil dapat langsung diketahui sehingga lebih mudah dalam melakukan pengawasan. Sedangkan kelemahan pengendalian gulma secara manual adalah terjadi kerusakan akar tanaman atau pelukaan yang disebabkan oleh penggunaan alat, tanah menjadi cekung sehingga pada waktu hujan dapat menyebabkan genangan air dan memperbesar peluang erosi pada tanah miring. Pengendalian gulma secara manual di GSE dilakukan oleh tenaga kerja harian. Pengendalian gulma manual di GSE yang pernah diikuti penulis yaitu pekerjaan dongkel anak kayu (DAK). Tidak ada ketentuan yang jelas mengenai prestasi kerja pada kegiatan ini karena karyawan ditugaskan untuk membersihkan beberapa blok yang dianggap semak. Norma kerja kegiatan ini adalah 2 ha/HK. Prestasi penulis adalah 1 ha/HK. Kegiatan dongkel anak kayu (DAK) dapat dilihat pada Gambar 2.
21
Gambar 2. Kegiatan Dongkel Anak Kayu (DAK) Pengendalian gulma secara kimia. Pengendalian gulma secara kimia adalah pengendalian gulma dengan cara menyemprotkan herbisida yang telah dilarutkan dengan air pada gulma sasaran. Jenis herbisida yang digunakan di GSE adalah herbisida sistemik dengan merk dagang Prima Up dengan bahan aktif Isopropilamina glifosat 480 g/l berbentuk cair berwarna kuning keemasan, Kenlon dengan bahan aktif Triklopir butoksil etil eter 480 g/l berbentuk cair berwarna kuning bening, dan Starane dengan bahan aktif Fluroksipir 200g/l yang berbentuk cair berwarna ungu. Keuntungan pengendalian gulma secara kimia adalah dapat mengurangi penggunaan tenaga kerja dan dapat mengurangi pelukaan tanaman akibat penggunaan alat. Kelemahannya yaitu sangat bergantung pada cuaca, menyebabkan keracunan pada tanaman, dan adanya pengaruh samping pada penyemprot. Pengendalian gulma secara kimia di GSE dilakukan dengan sistem Block Spraying System (BSS). BSS adalah sistem pekerjaan yang dikerjakan blok per blok dengan metode penyemprotan yang lebih baik, supervisi lebih fokus dan produktivitas penyemprot yang lebih tinggi. Peralatan dan perlengkapan yang digunakan oleh tim BSS adalah: (a) dua unit kendaraan roda empat (truk tim semprot kebun dan micron herby sprayer) yang masing-masing truk dilengkapi tangki berisi air sebagai pelarut, (b) 10-15 unit alat semprot (RB-15) untuk TSK dan 8-10 unit alat semprot untuk MHS, dan selang air untuk mengisi air. Keuntungan penggunaan unit semprot yaitu penghematan pengggunaan tenaga
22
supervisi, supervisi lebih baik, mobilitas unit semprot yang tinggi, kualitas pencampuran herbisida lebih baik karena pengisian air dilakukan di traksi/sumur dan dapat dikontrol oleh asisten serta pengorganisasian kerja lebih mudah. Berdasarkan cara kerjanya, tim semprot kebun dengan sistem BSS dibagi menjadi dua yaitu: tim semprot MHS untuk mengendalikan gulma di piringan, pasar rintis dan tempat pengumpulan hasil (TPH) serta tim semprot TSK untuk mengendalikan gulma di gawangan. (1) Penyemprotan gulma piringan, pasar rintis, dan TPH Tim semprot piringan, pasar rintis dan TPH menggunakan alat semprot CDA (Controlled Droplet Application). Di pasaran, alat CDA dikenal dengan nama Micron Herbi. Alat semprot Micron Herbi digunakan untuk sistem aplikasi cairan dengan volume rendah (ultra low volume). Tipe nozel yang digunakan adalah nozel warna kuning. Alat Micron Herbi mempunyai kapasitas 5 atau 10 l/knapsack. Herbisida yang digunakan adalah campuran Prima Up dan Starane dengan perbandingan 4 : 1. Konsentrasi campuran yang digunakan setelah dilakukan kalibrasi adalah 3.1%, artinya ada 31 ml herbisida dalam 1 liter air. Jenis gulma dominan yang ada di Divisi 2 adalah Axonopus compressus, Cytrococcum arescens, Eleusine indica, dan Paspalum conjugatum. Tim semprot piringan, pasar rintis dan TPH terdiri atas sembilan orang karyawan tetap perempuan. Penyemprotan piringan dilakukan secara selektif, artinya bila saat penyemprotan ditemukan piringan yang masih bersih sesuai standar, maka piringan tersebut dapat ditinggalkan. Kendala yang sering dihadapi adalah kerusakan pada alat semprot dan cuaca yang tidak menentu. Standar prestasi karyawan adalah 5 ha/HK. Prestasi karyawan bergantung pada kondisi lahan. Bila kondisi lahan bersemak, prestasi karyawan akan menurun dan sebaliknya. Prestasi karyawan rata-rata 5 ha/HK. Prestasi kerja penulis lebih kecil yaitu 1 ha/HK disebabkan keterbatasan alat, penulis melakukan penyemprotan ketika karyawan sedang istirahat. (2) Penyemprotan gulma gawangan Pengendalian gulma gawangan adalah membersihkan gulma anak kayu yang merugikan tanaman dan menyulitkan kegiatan lain yang ada di gawangan,
23
piringan, pasar rintis dan TPH. Gawangan harus bebas dari anak kayu, pakispakisan (yang merugikan), keladi liar, pisang liar, bambu liar, kerisan, dan kentosan. Jenis gulma dominan yang ada di gawangan antara lain: Melastoma sp., Chromolaena odorata, dan gulma berkayu lainnya. Penyemprotan gulma di gawangan menggunakan alat semprot punggung semi-otomatis RB 15 dengan kapasitas 15 l, dengan sistem aplikasi cairan volume rendah (ultra low volume). Tipe nozel yang digunakan adalah nozel cone warna putih. Herbisida yang digunakan untuk penyemprotan gulma di gawangan adalah Prima Up dan Starane dengan konsentrasi 0.33%, Kenlon dan Metaprima dengan konsentrasi 0.02%. Rotasi penyemprotan gawangan tiga kali dalam setahun. Penyemprotan gulma di gawangan dilakukan oleh tim penyemprot yang terdiri atas 12 orang karyawan tetap wanita dan satu orang mandor dilengkapi dengan satu unit kendaraan roda empat (truk) untuk membawa tangki air, peralatan dan karyawan. Kendala-kendala yang sering dihadapi tim penyemprot gawangan adalah terjadinya kerusakan pada alat kerja seperti pada nozel dan pompa knapsack dan keadaan cuaca yang tidak menentu. Penyemprotan dilakukan block by block dengan standar prestasi kerja sebesar 3 ha/HK. Prestasi kerja karyawan rata-rata 3 ha/HK, sedangkan prestasi kerja penulis lebih kecil yaitu 1 ha/HK.
Aplikasi Janjang Kosong (JJK) Aplikasi janjang kosong di lapangan dapat menambah unsur organik untuk tanah. Aplikasi janjang kosong akan meningkatkan penyerapan air dan daya menyimpan air tanah, memperbaiki struktur tanah, memacu pertumbuhan akar, dan dapat juga menjadi mulsa. Janjang kosong banyak mengandung unsur-unsur makro yang diperlukan oleh tanaman, seperti N, P, K, dan Mg serta mengandung unsur hara B, Cu, Zn, Fe, dan Mn. Pengaplikasian JJK di GSE mengikuti dosis yang dianjurkan oleh Minamas Research Centre (MRC). Dosis JJK perhektar yaitu 75 ton, diaplikasikan sebanyak ± 550 kg di antara dua pokok dalam satu baris. Aplikasi janjang kosong di GSE, dilakukan pada blok-blok tertentu. Penyusunan dilakukan di areal datar sampai bergelombang untuk memudahkan
24
pelangsiran dan penyusunan janjang. JJK diangkut oleh dump truck dari pabrik kelapa sawit (PKS), kemudian diletakkan di pinggir petak. Tumpukan JJK tersebut akan dilangsir oleh pekerja untuk disusun di gawangan antar pokok kelapa sawit. JJK disusun rapi berbentuk persegi dengan lebar 10 buah janjangan ke samping gawangan dan panjang 12 buah janjangan ke arah pasar rintis. Penyusunan JJK dibuat satu lapis agar tidak menjadi media hidup bagi hama kumbang tanduk (Oryctes rhinoceros). Pengaplikasian JJK di blok harus dilakukan sesegera mungkin setelah diangkut dari PKS agar hara yang terkandung tidak tercuci di jalan. Di samping itu JJK juga dapat merusak jalan karena JJK menyerap air. Alat-alat yang digunakan untuk mengaplikasikan JJK adalah angkong, gancu, dan atau tojok. Kendala yang sering dialami untuk mengaplikasikan JJK di lapangan adalah bentuk lahan yang bergelombang sehingga menyulitkan karyawan dan dosis pemupukan yang tidak teratur kadang lebih besar atau lebih kecil dari dosis yang direkomendasikan. Kegiatan pengaplikasian dan penyusunan JJK dapat dilihat pada Gambar 3.
a
b
Gambar 3. Pengaplikasian Janjang Kosong di Lahan: a. Pendistribusian JJK, „dan „b. Penyusunan JJK Pengaplikasian JJK dilakukan oleh karyawan harian lepas (borongan) sesuai dengan Surat Perjanjian Kerja (SPK) dengan perusahaan. Upah untuk karyawan dihitung berdasarkan target prestasi kerja. Basis yang harus dicapai oleh karyawan adalah 5 ton/HK, dengan upah Rp 7 000,-/ton. Prestasi kerja karyawan adalah 7 ton/HK, sedangkan prestasi kerja penulis 2.5 ton/HK.
25
Aplikasi Limbah Cair Kelapa Sawit Selain janjang kosong, GSE juga memanfaatkan limbah cair kelapa sawit atau Palm Oil Mill Effluent (POME) sebagai salah satu pupuk organik untuk membantu memberi tambahan hara bagi tanaman, menyediakan tambahan air dan memperbaiki sifat-sifat tanah. POME yang diaplikasikan di GSE memiliki biological 0xygen demand (BOD) ≤1 000 ppm, kadar BOD sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan oleh komisi penilai AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) daerah setempat. BOD adalah kebutuhan oksigen hayati yang diperlukan untuk merombak bahan organik. Semakin tinggi nilai BOD air limbah, maka daya saingnya dengan mikroorganisme atau biota yang terdapat pada kolam penampung limbah akan semakin tinggi. POME memiliki kadar BOD yang sangat tinggi, rata-rata berkisar 25 000 - 30 000 ppm. Kadar BOD yang sangat tinggi ini dapat mengubah keadaan normal air dan untuk pengembalian ke kolam penampung limbah harus dilakukan pengolahan terlebih dahulu. Pembuatan flatbed untuk aplikasi POME di kebun dilakukan pada gawangan mati/gawangan yang berselingan dengan jalan panen, berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran panjang 3.2 m, lebar 2.4 dan kedalaman efektif 0.3 m, sehingga volume per flatbed adalah 2.304 m3, setara dengan 2.304 ton. Jumlah flatbed sesuai rekomendasi departemen riset adalah ± 150-160 flatbed/ha. Dosis aplikasi POME berdasarkan anjuran departemen riset adalah 750 ton/ha/tahun dengan rotasi 3 kali setahun. Rata-rata jumlah flatbed di GSE adalah 109 flatbed/ha dengan volume aktual flatbed ± 2.3 ton/ flatbed. Perbedaan jumlah flatbed per ha dan volume per flatbed tersebut disebabkan oleh topografi GSE yang
umumnya
bergelombang
yaitu
antara
3–20%
dan
jenis
tanah
Oxisol, yang bertekstur pasir sehingga memilik daya jerap air yang tinggi serta dipengaruhi oleh pendangkalan flatbed karena endapan lumpur POME. Pengaplikasian POME dari kolam limbah ke flatbed dalam blok dilakukan mulai jam 07.00–16.00 WITA. Pengaplikasian dilakukan oleh satu orang karyawan. Aplikasi POME harus diawasi secara ketat untuk mencegah terjadinya limpasan POME dari blok aplikasi ke parit/sungai. Untuk menghindari pendangkalan dan kerusakan flatbed maka secara periodik selama tiga bulan sekali dilakukan rehabilitasi atau pengurasan lumpur endapan POME kemudian
26
dibuang ke kanan kiri flatbed di luar piringan untuk menghindari kebocoran flatbed, sedangkan usaha antisipasi untuk mencegah luapan POME antara lain pembuatan parit isolasi dan tanggul pengaman di akhir jalur flatbed. Karyawan yang bekerja pada aplikasi POME bertugas untuk mengatur dan menjaga aliran POME yang dipalikasikan serta membersihkan flatbed
dari
sampah dan pelepah sawit yang menghambat aliran POME. Standar prestasi kerja karyawan POME adalah 7 jam/HK, sedangkan supervisi yang dilakukan di luar jam kerja dihitung sebagai lebih borong dengan upah Rp 7 116,- /jam.
Pengambilan Contoh Daun Pengambilan contoh daun atau leaf sampling unit (LSU) merupakan faktor kunci dalam penentuan dosis rekomendasi pupuk. Pengambilan sampel daun dilakukan pertama kali pada tanaman umur 3 tahun dan selanjutnya dilakukan sekali setahun untuk setiap LSU. Pengambilan contoh daun tahun ini bertujuan untuk menentukan rekomendasi pemupukan tahun depan. Pengambilan sampel daun dilakukan di Blok LSU, setelah pemupukan terakhir dengan Urea, TSP, MOP, Kieserite, dan abu janjang selesai dilakukan minimal 2–3 bulan sebelumnya. Aplikasi kaptan, dolomite, janjang kosong ataupun solid tidak mempengaruhi jadwal pengambilan sampel daun. Alat-alat yang digunakan dalam pengambilan sampel daun, yaitu: kantong plastik hitam dan putih, cat biru, kertas label, parang, gunting, galah bambu, egrek, buku notes dan pena. Pengambilan sampel daun di GSE dilakukan pada tanggal 14–19 April 2011. Tiap divisi memiliki dua tim LSU yang terdiri atas 3 orang di masing-masing tim. Prestasi kerja tim LSU adalah 90 ha/tim. Pengambilan daun dilakukan dari pagi hari hingga selesai pada kondisi cuaca yang cerah, bila terjadi hujan pengambilan daun harus ditunda. Pada satu areal LSU harus diusahakan keseragaman dalam umur tanaman, jenis bibit, jenis tanah, keadaan topografi, drainase, dan tindakan kultur teknis yang dilakukan. Pohon sampel ditentukan dengan pola sistem tertentu, misalnya sistem 12 x 11, berarti untuk setiap 12 pokok antar baris dalam satu blok diambil satu pohon sampel pada pokok ke-11 pada baris tersebut. Daun yang digunakan sebagai contoh adalah pelepah daun ke-17 karena merupakan pelepah daun yang
27
paling peka terhadap unsur hara. Pelepah daun ke-17 diegrek dan diturunkan, kemudian tiga helai anak daun sebelah kanan dan sebelah kiri pada pelepah jarum (peralihan anak daun muda dan tua) dalam salah satu pelepah dipotong daunnya sepanjang ± 25 cm. Contoh daun yang sudah dipotong ± 25 cm dibuang lidinya dan dipisahkan menjadi dua sub sampel (A dan B). Satu sub sampel terdiri atas helai daun dari sisi kanan lidi dan sub sampel lainnya dari helai daun sisi kanan lidi. Anak daun sebelah kanan dan kiri dipisahkan pada tempat yang berbeda, kemudian daun dipotong dengan ukuran 2-3 cm. Potongan sampel daun dikeringkan selama ± 5-7 jam pada suhu 80 0C. Daun dikatakan kering apabila sudah rapuh dan mudah dipatahkan dan warna masih nampak hijau. Daun yang telah dioven kemudian dikirim ke MRC untuk dianalisis sebagai bahan penentuan rekomendasi pemupukan. Dalam pengambilan pohon sampel perlu diperhatikan bahwa pohon yang ada di pinggir jalan, bangunan, bersebelahan dengan pohon mati, pohon steril atau yang terserang penyakit, dan tumbuhnya abnormal tidah boleh diambil sebagai pohon sampel. Apabila pohon sampel termasuk dalam kriteria tersebut maka yang menjadi tanaman contoh bergeser dua tanaman ke depan atau ke belakang. Selama pengambilan sampel daun, pertumbuhan vegetatif meliputi tinggi tanaman, panjang pelepah, lebar pelepah, dan tebal pelepah juga diamati. Selain itu juga dilakukan pengamatan visual terhadap defisiensi hara. Tiap tim diberi foto tentang defisiensi hara untuk mempermudah pengamatan. Kendala-kendala yang dihadapi dalam pengambilan contoh daun adalah belum terampilnya tim sensus dalam menentukan pelepah ke-17, faktor ketelitian dalam pengukuran dan pengamatan tanaman yang tinggi sesuai dengan umur tanaman sehingga menyulitkan pengambilan pelepah. Standar prestasi kerja karyawan yang ditetapkan oleh perusahaan adalah 30 ha/HK sesuai dengan tingkat kerapatan sampel yang diambil dan kriteria yang diukur. Prestasi kerja karyawan dan penulis yaitu 30 ha/HK.
Pemupukan Pemupukan adalah upaya untuk menyediakan unsur hara yang cukup secara berkala dan berimbang baik secara langsung pada tanaman maupun tidak
28
langsung ke dalam tanah. Pemupukan pada tanaman kelapa sawit bertujuan untuk mendorong pertumbuhan vegetatif tanaman, produksi tandan buah segar (TBS) secara maksimum dan ekonomis serta meningkatkan ketahanan terhadap hama dan penyakit. Pemupukan di Gunung Sari Estate (GSE) dimulai dengan kegiatan perencanaan pemupukan. Perencanaan pemupukan harus dilakukan dengan sebaik-baiknya karena berhubungan langsung dengan penyediaan biaya, material pupuk dan tenaga kerja yang digunakan. Perencanaan pemupukan di GSE dibagi menjadi tiga tahap yaitu: rencana kerja tahunan (RKT), rencana kerja bulanan (RKB) dan rencana kerja harian (RKH). Rencana kerja tahunan (RKT) digunakan untuk mengetahui besarnya biaya operasional berdasarkan: jenis dan dosis pupuk yang digunakan, jumlah tenaga kerja, peralatan dan perlengkapan serta ekstra fooding dalam satu tahun. Rencana kerja bulanan (RKB) digunakan untuk menentukan jenis dan jumlah pupuk yang akan diaplikasikan, persiapan lapangan dan persiapan peralatan dan perlengkapan pemupukan, ekstra fooding pada bulan tersebut. Rencana kerja harian (RKH) digunakan untuk menentukan jumlah tenaga kerja yang digunakan, kesiapan unit transpor untuk karyawan dan pengeceran pupuk dan pembuatan bon permintaan pupuk untuk blok yang akan dipupuk. Perencanaan pupuk tersebut meliputi jenis dan dosis pupuk yang akan diaplikasikan, waktu pelaksanaan pemupukan, peralatan dan perlengkapan kerja yang digunakan, tenaga kerja yang dibutuhkan, kesiapan blok-blok yang akan dipupuk dan hal-hal administrasi dalam pemupukan. Seksi pemupukan dibuat terlebih dahulu oleh mandor pupuk sebagai rencana pergiliran waktu pelaksanaan pemupukan pada tiap blok untuk setiap jenis pupuk, berdasarkan interval waktu aplikasi masing-masing jenis pupuk. Jenis dan dosis pupuk yang akan diaplikasikan ditetapkan berdasarkan rekomendasi pemupukan dari Departemen Riset Minamas, yaitu Minamas Research Centre (MRC). Rekomendasi pemupukan tersebut disusun atas dasar hasil analisis hara daun, status hara tanah, jenis tanah, dan LCC, curah hujan serta proyeksi produksi (balance sheet) yang dilakukan setiap tahun. Jenis pupuk yang digunakan di GSE periode 2010-2011 adalah NK Blend, Kieserit, Rock Phosphat, dan HGFB.
29
Sistem aplikasi pemupukan yang digunakan di GSE adalah Block Manuring System (BMS), yaitu sistem pemupukan yang terkonsentrasi dalam hancak pemupukan per kebun, dikerjakan blok per blok dengan sasaran mutu pemupukan yang lebih baik, supervisi lebih fokus dan produktivitas yang lebih tinggi. Mekanisme pelaksanaan BMS adalah hancak pemupuk tetap tiap blok dan setiap tanaman diketahui pemupuknya dan pergeseran ancak diatur sedemikian rupa sehingga berlangsung cepat dan efisien. Organisasi pemupukan tim BMS meliputi tim pengecer pupuk, penabur pupuk dengan tujuan untuk meningkatkan produktivitas pemupukan. Kegiatan pemupukan dimulai dengan persiapan blok yang akan dipupuk. Persiapan tersebut meliputi persiapan piringan yang harus dalam keadaan bersih dan persiapan sarana lain seperti jalan dan jembatan pada main road dan collection road, pasar rintis untuk menunjang kelancaran transportasi dan pelaksanaan aplikasi pupuk di lapangan. Blok-blok yang akan dipupuk diusahakan berada dalam satu hamparan sehingga mempermudah pengawasan pelaksanaan pemupukan, mobilisasi pengecer dan penabur. Pengeceran pupuk. Kendaraan pengangkut pupuk dari gudang sentral ke lapangan, sehari sebelum pemupukan harus sudah dipastikan kesiapannya. Pada pukul 06.30 WITA, mandor pupuk melakukan antrian pagi dengan para pengecer pupuk untuk memberikan informasi mengenai jenis pupuk, kebutuhan jumlah pupuk (tonase) dan blok-blok yang akan diaplikasi. Setelah antrian pagi dengan mandor pupuk, pengecer pupuk mulai memuat pupuk dari gudang sentral ke dalam kendaraan. Pada pukul 07.00 WITA, pengecer selesai memuat pupuk ke kendaraan, sehingga pukul 07.30 WITA pupuk sudah berada di lapangan. Pengeceran pupuk dari atas kendaraan harus dilakukan dengan baik dan diletakkan pada tempat pengeceran yang sudah ditentukan. Tumpukan pupuk yang diecer harus diletakkan di tempat pengumpulan pupuk (TPP) yang terdapat pada collection road (CR) yaitu pada sisi timur dan barat blok. Tiap TPP mewakili enam jalur tanaman atau tiga pasar rintis. Jumlah pupuk tiap TPP mewakili enam jalur tanaman atau tiga pasar rintis. Jumlah pupuk tiap TPP ditentukan berdasarkan dosis pupuk/pokok. Tenaga yang dipakai sebagai pengecer pupuk adalah empat
30
orang karyawan tetap laki-laki dengan standar kerja 2 ton/HK dan sisa tonase pupuk dianggap sebagai lebih borong dengan upah Rp 6 159/ton. Jika kondisi infrastruktur blok yang akan dipupuk kurang memadai seperti jalan kurang baik, jembatan rusak atau blok berbatasan dengan sungai maka pengeceran dapat dilakukan hanya pada satu titik saja. Pupuk yang telah diecer di lapangan harus terjamin aman dari pencurian, pembuangan atau disembunyikan di gawangan/parit. Oleh karena itu, ada seorang karyawan yang bertanggung jawab terhadap keaman pupuk, sekaligus merangkap sebagai tenaga pengumpul eks goni pupuk dari pengecer pupuk. Pupuk yang telah diecer di lapangan harus selesai ditabur seluruhnya pada hari tersebut. Apabila pupuk tidak selesai ditabur karena hujan atau keadaan lainnya, maka sisa pupuk tersebut harus dibawa kembali ke gudang divisi. Gambar pengangkutan pupuk dapat dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Pengangkutan Pupuk Menggunakan Dump Truck Untuk mengatasi masalah-masalah yang muncul dalam hancak pemupukan pada suatu blok, maka dibentuk satuan tugas pemupukan yang disebut kelompok kecil pemupuk (KKP). Masalah-masalah yang sering muncul dalam hancak pemupukan adalah areal kebun yang berbukit, kondisi barisan tanaman yang tidak lurus, barisan dalam satu rintis tidak tembus karena berbatasan dengan sungai, jurang, atau palung. Selain itu juga karena jumlah tanaman dalam satu baris tanaman bervariatif. Sebelum melakukan kegiatan pemupukan, tim pemupuk diingatkan untuk menggunakan alat pelindung diri (APD) yaitu baju lengan panjang, apron, sarung
31
tangan, sepatu boot, topi dan masker untuk kesehatan dan keselamatan tim pemupuk. Selain itu pemupuk juga diberikan ekstra fooding. Alat-alat yang digunakan dalam pemupukan adalah bin pupuk dan takaran pupuk. Bin pupuk yang digunakan sebagai tempat pupuk yang akan ditabur, sedangkan takaran adalah alat untuk menabur pupuk. Takaran terbuat dari plastik melamin yang sudah dikalibrasi terlebih dahulu disesuaikan dengan jenis dan dosis pupuk. Kegiatan pemupukan di GSE dimulai pada pagi hari dengan kondisi cuaca yang cerah. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan kegiatan pemupukan adalah jenis dan dosis pupuk, persiapan blok yang akan dipupuk, sarana dan prasarana (jalan, jembatan, titi pasar rintis), alat-alat yang digunakan (APD, takaran, dan bin) serta alat transportasi untuk karyawan dan pengeceran pupuk ke lapangan. Penaburan pupuk. Setelah menempati hancak pemupukan, masing-masing penabur di tiap KKP mulai membuka karung pupuk kemudian memasukkan pupuk ke dalam bin pupuk. Tiap penabur biasanya memupuk dua jalur tanaman (1 pasar rintis). Penaburan pupuk pada tanaman menghasilkan di atas rumpukan pelepah, berbentuk “U”
(U shape front stacking). Penaburan pupuk harus
dilakukan secara merata dan tipis. Apabila ditemukan pupuk yang menggumpal maka pupuk harus dihancurkan. Sistem pemupukan di GSE tidak menggunakan pelangsir pupuk, pemupuk keluar masuk blok untuk mengisi bin pupuk. Penaburan pupuk dimulai dari tanaman yang terdekat dari collection road timur menuju ke pasar tengah. Setelah selesai, penabur pindah ke collection road barat. Umumnya jumlah blok yang akan dipupuk disesuaikan dengan jumlah karyawan pupuk yang ada saat pemupukan hari tersebut. Oleh karena itu, tiap antrian pagi, mandor pupuk akan mengabsen kehadiran karyawannya untuk menentukan jumlah blok dan tonase pupuk yang akan diaplikasikan pada hari tersebut. Tenaga kerja yang digunakan sebagai tim pupuk (penabur) adalah karyawan SKU. Standar pemupukan untuk berbagai jenis pupuk di GSE yaitu: NK blend (600 kg/HK), Rock Phospate (400 kg/HK), Kieserit (400 kg/HK), HgFB (7 ha/HK). Gambar penaburan pupuk menggunakan bin dan takaran dapat dilihat pada Gambar 5.
32
Gambar 5. Penaburan Pupuk Menggunakan Bin dan Takaran Pengumpulan karung bekas pupuk. Karung bekas pupuk dikumpulkan oleh seorang penabur pupuk yang khusus dipekerjakan sebagai pengumpul dan pembersih pupuk yang tercecer di jalan (collection road). Karung bekas pupuk dikumpulkan dan digulung setiap 10 lembar karung. Hal tersebut dilakukan untuk memudahkan pengawasan kembali jumlah pupuk yang dibawa ke lapangan, selain itu juga untuk pemeriksaan apakah seluruh pupuk sudah ditabur dan tidak ada pupuk yang hilang. Gulungan karung eks pupuk tersebut dibawa oleh pengumpul ke sudut blok untuk memudahkan pengambilan karung eks pupuk oleh pengecer pupuk. Kemudian karung bekas pupuk tersebut diletakkan di gudang dan ditata rapi.
Pengendalian Hama dan Penyakit Hama adalah pengganggu pada tanaman kelapa sawit yang disebabkan oleh serangga dan atau mamalia yang dapat menurunkan hasil dan secara ekonomis merugikan manusia. Penyakit adalah faktor pengganggu tanaman kelapa sawit yang disebabkan oleh jamur, bakteri, atau virus yang secara ekonomis dapat menurunkan hasil. Hama dan penyakit yang menyerang tanaman kelapa sawit dapat menimbulkan kerusakan berat hingga kematian pada tanaman sehingga perlu dilakukan pemberantasan dan pengendalian hama dan penyakit tersebut. Pemberantasan adalah pemusnahan semua populasi hama dan penyakit yang ada di areal pertanaman, sedangkan pengendalian adalah mengurangi, menekan hama dan penyakit sampai ambang batas ekonomi yang tidak merugikan.
33
Hama dan penyakit yang menyerang kelapa sawit di GSE terbilang masih di bawah batas ambang ekonomi yang berarti tidak merugikan secara ekonomi sehingga hanya dilakukan pengendalian. Pengendalian hama dan penyakit di GSE dilakukan dengan menggunakan pendekatan konsep pengendalian hama terpadu yaitu penggunaan beneficial plants dan burung hantu (Tyto alba). Beneficial plants. Menurut Minamas Plantation Indonesia (2008), beneficial plants (tanaman berguna) adalah tanaman yang mempunyai unsur perangsang alamiah untuk menarik populasi musuh-musuh alami dari ulat api dan ulat kantong pada tanaman kelapa sawit. Beneficial plants dapat menyediakan madu/makanan bagi beberapa parasitoid dan predator dari hama, yang merupakan makanan tambahan penting untuk bertahan hidup dan berkembang biak. Tanaman ini juga menyediakan tempat berteduh yang mampu meningkatkan masa hidup predator ini lebih lama selama kondisi lingkungan yang buruk, yang memastikan kehadirannya sepanjang waktu pada areal tanaman kelapa sawit. Pertumbuhan Antigonon leptopus dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Pertumbuhan Antigonon leptopus pada Tiang Rambatan Percobaan dari bagian proteksi tanaman Minamas Research Center (MRC), menunjukkan bahwa penanaman beneficial plant secara benar dan berkelanjutan dapat mengatasi serangan hama yang serius (kronis). Penggunaan beneficial plant ini diharapkan dapat mengurangi penggunaan bahan kimia sebagai pengendali hama. Terdapat empat spesies tanaman yang efektif dalam menekan serangan hama perusak daun pada tanaman kelapa sawit secara alami, yaitu Euphorbia heterophylla, Cassia cobanensis, Antigonon leptopus dan Turnera subulata.
34
Euphorbia heterophylla adalah jenis tanaman yang paling efektif dalam mengendalikan serangan hama dibandingkan dengan ketiga jenis tanaman lainnya.
Akan
tetapi,
jenis
tanaman
Euphorbia
heterophylla
sulit
dikembangbiakkan karena sulit untuk mendapatkan bibit yang cukup. Secara alamiah, jenis tanaman Euphorbia heterophylla memiliki masa hidup yang pendek dan peka terhadap pH tanah yang masam. Sedangkan ketiga jenis yang lain tidak banyak memiliki kelemahan. Di GSE ketiga jenis tanaman ini paling banyak digunakan. Pengendalian tikus (Rattus tiomanicus) dengan burung hantu (Tyto alba). Tikus (Rattus tiomanicus) adalah salah satu hama paling utama di kelapa sawit dan dapat menyebabkan kerusakan yang berat, baik pada tanaman menghasilkan maupun tanaman belum mengahasilkan. Serangan tikus yang paling sering terjadi adalah pada tanaman menghasilkan. Buah matang ataupun masih mentah akan dimakannya. Selanjutnya, brondolan dibawa ke semak-semak penutup tanah dan rumpukan pelepah. Walaupun hanya sebagian brondolan yang dimakan, tetapi akan menambah jumlah losses secara total dari semua brondolan yang dikumpulkan. Jika tidak terkontrol populasi tikus akan meningkat tajam dari < 60–300 ekor per ha dalam periode 6 bulan atau kurang. Dalam kondisi tersebut 5–15% tanaman dapat mati dari luas areal yang terserang. Perkembangan populasi tikus dapat mencapai 600–1 500 ekor per ha, dapat meningkatkan losses sampai 30% atau lebih dari luas areal yang terserang. Ada tiga jenis tikus yang biasa menyerang perkebunan kelapa sawit, yaitu Rattus tiomanicus, Rattus rattus diardii dan Rattus argentiventer. Salah satu tindakan pengendalian tikus yang dilakukan oleh GSE adalah secara biologis dengan penggunaan burung hantu (Tyto alba). Burung hantu (Tyto alba) termasuk golongan burung buas/karnivora yang memakan mangsanya dalam kondisi hidup. Jenis makanannya sangat spesifik yakni berbagai jenis tikus dengan daya konsumsi terhadap tikus mencapa 99.4%. Upaya pemeliharaan burung hantu sebagai predator alami tikus di GSE dimulai dengan pembuatan kandang di dalam blok. Kandang berfungsi sebagai pemikat atau tempat karantina burung hantu agar beradaptasi dengan daerah yang baru. Lokasi penempatan kandang harus strategis yaitu diusahakan berdekatan
35
dengan pohon-pohon besar atau pada areal di sekitar emplasmen dan diusahakan jauh atau membelakangi lampu penerangan serta aman dari gangguan manusia, agar burung hantu tidak mudah mengalami stres. Pembuatan nest box atau BOB (Barn Owl Box) mewakili luas areal ± 20 hektar. Jumlah BOB yang ada di Divisi 2 adalah 31 BOB. Pengendalian kumbang tanduk (Oryctes rhinoceros). Pengendalian kumbang tanduk lebih dititikberatkan pada usaha pencegahan yang dapat menghambat perkembangan larva. Hama kumbang tanduk sering ditemukan berkembang biak di dalam batang/tunggul kelapa sawit yang telah lapuk. Pengendalian kumbang tanduk di GSE dilakukan dengan metode pengendalian secara fisik dengan cara pemasangan pherotraps. Pengendalian hama dengan menggunakan pherotraps di lapangan dapat dilihat pada Gambar 7.
a
b
Gambar 7. Pengendalian Kumbang Tanduk (Oryctes rhinoceros): a. Alat Pherotraps, b. Pemasangan Pherotraps di Lapangan Pherotraps dilakukan dengan cara trapping (perangkap) menggunakan sex pheromone (spesifik hanya untuk pengendalian serangga O. rhinoceros). Pada skala komersial (± 5 000 ha kelapa sawit), penggunaan metode pherotraps selain pengendaliannya efektif juga biaya pengendaliannya lebih murah atau dapat dihemat ± 76% bila dibandingkan metode kimiawi.Pemasangan pherotraps di GSE dilakukan dengan model pitfall trap (lubang perangkap). Pemasangan pherotraps yaitu 1 unit trap/10 ha karena serangan kumbang tanduk di GSE cukup ringan. Pada kenyataannya di lapangan pengendalian dengan metode pitfall trap banyak mengalami gangguan oleh manusia, yakni sering terjadinya pencurian baik ember plastik maupun kayu yang digunakan untuk alat trapping di lapangan.
36
Penunasan (Prunning) Penunasan pelepah adalah
pembuangan pelepah daun sebagai upaya
pemeliharaan pelepah daun produktif dengan cara mengurangi jumlah pelepah yang kurang produktif sampai pada batas tertentu yang tidak menyebabkan terganggunya kemampuan fotosintesis di daun terganggu, sehingga pertumbuhan vegetatif dan generatif menjadi optimal. Pelepah daun kelapa sawit merupakan pabrik minyak CPO, dimana proses fotosintesis sangat menentukan pembentukan buah (kuantitas dan kualitas) yang akan dipanen. Penunasan bertujuan mempermudah pekerjaan potong buah, menghindari tersangkutnya brondolan pada ketiak pelepah, memperlancar proses penyerbukan alami, mempermudah pengamatan buah pada saat sensus produksi, melakukan sanitasi, dan pada tanaman muda (tunas pasir) mempermudah pemupukan. Sistem penunasan yang digunakan di GSE adalah sistem penunasan progresif. Penunasan pokok progresif adalah kegiatan penunasan pokok yang dilakukan oleh pemanen bersamaan dengan kegiatan panen. Semua pelepah atau daun sangga yang tua dan tidak berguna dibuang kecuali tiga pelepah yang menyangga tandan buah (songgo tiga). Jumlah seluruh pelepah yang tetap dipertahankan berkisar 48-56 pelepah tiap pokok (6-7 lingkar) pada tanaman berumur 8 tahun dan 40-48 pelepah tiap pokok (5-6 lingkar) pada tanaman berumur > 8 tahun. Pelepah dipotong rapat ke batang dengan bekas potongan miring ke luar (ke bawah) membentuk tapak kuda yang membentuk sudut 300 dengan garis horizontal dan merupakan jarak bidang tebasan dengan pangkal harus lebih kecil dari 5 cm. Jumlah pelepah/pohon akan mempengaruhi pertumbuhan akar, bobot tandan dan produksi tandan buah segar (TBS). Pelepah yang telah ditunas diletakkan di gawangan mati dengan posisi duri menghadap ke bawah. Pada areal bergelombang, pelepah disusun searah kontur atau tegak lurus dengan arah lereng yang bertujuan untuk mengurangi erosi. Penunasan dilakukan sekaligus pada saat panen buah, tetapi pada kondisi tertentu dapat diadakan waktu penunasan khusus yang tidak bersamaan dengan kegiatan panen. Pembayaran penunasan dilakukan 4 bulan sekali dengan upah penunasan sebesar Rp 255,-/pokok. Pada praktiknya pemanen hanya akan menunas pokok yang ada buahnya ketika memanen buah, sedangkan pokok yang tidak dipanen
37
tidak ditunas. Oleh karena itu pembayaran upah penunasan akan dibayarkan ketika semua pokok ditunas seluruhnya pada ancak yang dipanen.
Pemanenan dan Produksi Pemanenan merupakan kegiatan pemotongan tandan buah segar dari pohon hingga diangkut ke pabrik. Kegiatan pemanenan merupakan kegiatan yang sangat penting karena merupakan sumber pendapatan perusahaan melalui penjualan Crude Palm Oil (CPO) dan Palm Kernel Oil (PKO). Gunung Sari Estate menerapkan target produksi yang harus dicapai masing-masing divisi. Adapun target produsi dan realisasi produksi yang dapat dicapai di Divisi 2 disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Target dan Realisasi Produksi yang Dapat Dicapai di Divisi 2 ,,Gunung Sari Estate pada Bulan Januari - Mei 2011 Periode
Produksi TBS Potensi
Target
Realisasi
.........................(kg)............................... Januari 1 632 150 1 871 910 1 690 672 Februari 1 530 140 1 476 060 1 411 920 Maret 1 632 150 1 480 510 2 118 900 April 2 040 180 1 633 860 2 214 410 Mei 2 142 190 1 869 610 2 341 900 Sumber: Kantor Divisi 2 GSE (2011)
Realisasi Realisasi terhadap terhadap Potensi Target ...............(%)................ 103.59 90.32 92.27 95.65 129.82 143.12 108.54 135.53 109.32 125.26
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pemanenan yaitu persiapan panen, angka kerapatan panen (AKP) dan taksasi produksi, kriteria matang panen, sistem panen dan tenaga kerja pemanen, rotasi panen, pelaksanaan panen, pengawasan panen, sistem upah dan denda panen, administrasi panen, dan pengangkutan hasil panen. Persiapan panen. Persiapan panen merupakan kegiatan yang akan menunjang keberhasilan panen. Adapun persiapan panen yang dilakukan meliputi pembuatan TPH, pembuatan titi panen dan jembatan panen, perawatan pasar rintis, pembersihan piringan, serta perawatan dan perbaikan jalan. Selain melakukan persiapan di lapangan, perlu juga dilakukan persiapan alat panen untuk mempermudah pemanenan serta memperoleh kualitas panen yang
38
baik. Peralatan panen yang digunakan di Gunung Sari Estate meliputi egrek, angkong, gancu, kapak, serta karung (G bag) untuk mengumpulkan brondolan. Egrek digunakan untuk memotong TBS pada pohon yang sudah tinggi lebih dari 5 m atau pada tanaman kelapa sawit yang biasanya sudah berumur lebih dari 9 tahun. Angkong merupakan alat angkut untuk membawa TBS dan brondolan ke TPH, sedangkan gancu berupa besi yang menyerupai mata kail dengan salah satu ujungnya runcing dan digunakan untuk mengangkut TBS. Kapak digunakan untuk memotong tangkai panjang atau memudahkan pemanen dalam menyusun pelepah. Gambar alat-alat panen yang digunakan di GSE dapat dilihat pada Gambar 8.
a
b
c
d
Gambar 8. Alat-alat Panen: a. Kapak dan Karung Bekas, b. Egrek dan Angkong, c. Karung G bag, d. Gancu Angka kerapatan panen (AKP) dan taksasi produksi. Pengamatan terhadap angka kerapatan panen dilakukan setiap hari untuk dapat mentaksasi produksi besok hari. Pada saat melaksanakan magang, penulis melakukan taksasi buah bersama mandor panen. Angka kerapatan panen dihitung dengan menggunakan pohon sampel. Pohon sampel diambil sebanyak 10% dari total populasi pada satu blok. Pengambilan pokok sampel ditentukan dengan memilih jalur secara acak pada blok sampel. Angka kerapatan panen digunakan untuk menghitung taksasi
produksi.
Taksasi produksi
adalah kegiatan
untuk
memperkirakan produksi TBS kebun yang akan dihasilkan pada periode pemanenan tersebut yang dapat digunakan untuk memperkirakan produksi,
39
jumlah tenaga kerja panen dan alat pengangkutan yang dibutuhkan untuk mengangkut TBS. Pada saat melaksanakan magang penulis melakukan taksasi di Blok F 27. Berikut ini merupakan contoh perhitungan persentase kerapatan panen di Blok F 27 Divisi 2: Pokok sampel
: 400 pokok
Jumlah TBS matang : 131 tandan BJR
: 20.49 kg
Total pokok produktif : 3 806 pokok =
AKP
Jumlah TBS Matang pokok sampel
× 100 %
= 131/400 x 100% = 33% Perkiraan produksi
= AKP x BJR x Total pokok produktif = 0.33 x 20.49 x 3 806 = 25 540 kg (25.5 ton)
Berdasarkan perhitungan di atas, maka diperkirakan produksi yang keluar dari Blok F27 adalah 25.5 ton. Dengan demikian jumlah truk yang dibutuhkan jika kemampuan rata-rata angkut buah 8 ton TBS per tripnya adalah 3 truk (3 trip). Kriteria matang panen. Kriteria matang panen yang diterapkan di Divisi 2 GSE yaitu apabila terdapat lima brondolan atau lebih yang jatuh di piringan, maka tandan harus dipanen. Pada saat magang penulis melakukan pengamatan mengenai kualitas potong buah di Divisi 2. Hasil pengamatan kualitas potong buah di Divisi 2 GSE terlihat pada Tabel 6. Tabel 6. Hasil Pengamatan Kualitas Potong Buah di Divisi 2 Gunung Sari ,Estate Mandoran
Total TBS Sampel
A 551 B 301 C 479 Total 1 331 Rata–rata
Buah Hasil Panen (TBS) Buah Hasil Panen (%) Un- Under Empty Un- Under Empty Ripe Ripe ripe Ripe Bunch ripe Ripe Bunch ..................(TBS)................... .....................(%).................... 4 8 510 31 0.73 1.45 92.56 5.63 1 1 272 27 0.33 0.33 90.37 8.97 5 25 390 58 1.04 5.22 81.42 12.11 10 34 1 172 116 0.70 2.33 88.11 8.90
Sumber: Hasil Pengamatan (Maret, 2011)
40
Sistem panen dan tenaga kerja pemanen. Sistem panen yang berlaku di Divisi 2 GSE adalah sistem hanca giring tetap per mandoran. Setiap pemanen mempunyai hanca yang tetap. Pembagian hanca dilakukan oleh mandor panen setelah apel pagi. Sistem hanca tetap dapat berubah menjadi sistem giring bergantung pada jumlah pemanen, keadaan hanca, kerapatan TBS, dan luas hanca sisa panen. Komponen kebutuhan tenaga kerja dihitung dari luasan areal panen dalam satu divisi, kemampuan rata-rata pemanen per hari, dan rotasi atau pusingan panen yang digunakan. Kemampuan rata-rata pemanen mengacu pada kegiatan panen selama satu hari kerja atau setara dengan 7 jam. Berikut ini adalah contoh perhitungan tenaga kerja panen yang ada di Divisi 2: Luasa areal panen
= 990 ha
Kemampuan pemanen
= 3.8 ha
Seksi panen
= 6/7
Kebutuhan tenaga panen
=
Luas areal panen Seksi panen x kemampuan panen
= 6 seksi
990 ha x 3.8 ha /hari /pemanen
= 44 pemanen per hari Berdasarkan perhitungan di atas, tenaga kerja pemanen yang dibutuhkan adalah 44 orang. Akan tetapi jumlah tenaga pemanen yang ada di Divisi 2 saat bulan Mei adalah 41 orang. Hal ini menunjukkan tenaga panen efektif untuk setiap harinya belum terpenuhi. Untuk mengatasi hal tersebut, mandor mengambil kebijakan dengan memerintahkan pemanen yang sudah tuntas hancanya agar membantu pemanen lain yang belum tuntas. Keputusan ini berjalan efektif karena pemanen termotivasi dengan adanya premi lebih basis borong. Rotasi panen. Rotasi panen adalah selang waktu yang diperlukan antara panen terakhir sampai dengan panen berikutnya pada tempat yang sama. Gunung Sari Estate memiliki sistem rotasi 6/7, artinya rotasi yang memiliki waktu panen enam hari dalam satu minggu sehingga dalam satu bulan terdapat empat kali panen pada blok yang sama. Pelaksanaan panen. Pelaksanaan panen di Divisi 2 diawali dengan apel pagi yang diikuti oleh mandor panen, krani panen, dan pemanen. Pada apel pagi
41
tersebut dilakukan pengabsenan pemanen, pengarahan untuk panen hari itu, evaluasi hasil kerja hari sebelumnya, dan terakhir dilakukan pembagian hanca panen. Setelah apel pagi, pemanen langsung menuju hancanya untuk melakukan panen. Sistem panen yang berlaku di Divisi 2 adalah menggunakan BHS by DOL 2 (Block Harvesting System by Division on Labour), yaitu terdiri atas pemanen (cutter) dan pembrondol (picker). Pemanen bertugas menurunkan buah, menyusun pelepah, dan mengangkut TBS ke TPH. Pembrondol bertugas untuk mengutip brondolan dan mengangkut brondolan ke TPH. Standar operasional prosedur pemanenan di Divisi 2 adalah pertama memotong pelepah yang menyangga tandan, kemudian pelepah tersebut disusun di gawangan mati. Pemotongan pelepah yang menyangga tandan dilakukan rapat ke pokok. Hal tersebut bertujan agar tidak ada buah yang tersangkut pada ketiak pelepah di kemudian hari. Pelepah yang telah terpotong disusun di gawangan mati membentuk huruf “I” atau huruf “U” (U shape frond stacking). Setelah pelepah penyangga dipotong, tandan kemudian dipanen dengan menggunakan eggrek. Tandan yang sudah terpanen dipotong gagang panjangnya di piringan atau di TPH dan potongannya dibuang di gawangan mati. TBS yang mempunyai gagang panjang dipotong serapat mungkin dengan buah, tetapi tidak sampai melukai atau menyebabkan terpotongnya brondolan atau terikut ke gagang panjang. Selama menjadi pendamping mandor penulis mengamati hasil losses brondolan akibat pemotongan gagang panjang. Hasil pengamatan disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Hasil Pengamatan Losses Brondolan Akibat Pemotongan Gagang ,Panjang di Divisi 2 Gunung Sari Estate Mandoran Jumlah TPH
Losses Brondolan (buah)
A 19 B 19 C 19 Total 57 Rata-rata Sumber: Hasil Pengamatan (2011)
114 64 230 408
Jumlah TBS (tandan) 220 250 410 880
Brondolan/TBS 0.52 0.26 0.56 0.45
42
Selesai pemotongan gagang panjang TBS, pemanen dan pembrondol mengumpulkan buah dan brondolan di TPH. Tandan disusun dengan gagang menghadap ke atas arah jalan. Pemanen membuat catatan jumlah TBS dan jumlah karung brondolan. Pencatatan jumlah TBS harus berdasarkan tiap TPH yang diisi pada panen hari itu untuk memudahkan pengontrolan pengangkutan. Disamping itu juga digunakan sistem KKP (Kelompok Kecil Pemanen) yang bertujuan untuk saling membantu menyelesaikan hanca antar pemanen, bila ada pemanen yang berhalangan hadir. Satu KKP biasanya terdiri atas tiga sampai empat orang pemanen. Pada saat melaksanakan magang penulis melakukan pengamatan terhadap kualitas kutip brondolan berdasarkan KKP di piringan, pokok dan pasar rintis. Format pemeriksaan hancak dan mutu buah di TPH dapat dilihat pada Lampiran 7. Hasil pengamatan kualitas kutip brondolan dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Rekapitulasi Hasil Pengamatan Kualitas Kutip Brondolan
KKP
Brondolan Tinggal PiringPasar Pokok an Rintis ...............(buah).......... 129 53 29 79 28 0 195 56 23 59 80 2 39 116 1 55 61 7
Total
KKP 1 211 KKP 2 107 KKP 3 274 KKP 4 141 KKP 5 156 KKP 6 123 Rata92.67 65.67 10.33 168.67 rata Sumber: Hasil Pengamatan (April, 2011)
Persentase Brondolan Tinggal PiringPoPasar an kok Rintis ...................(%).............. 61.14 25.12 13.74 73.83 26.17 0 71.17 20.44 8.39 41.84 56.74 1.42 25.00 74.36 0.64 44.72 49.59 5.69 52.95
42.07
4.98
Gunung Sari Estate menetapkan standar brondolan tertinggal 2 buah brondolan per TBS. Standar brondolan tertinggal ini bertujuan untuk meminimalisasi losses. Penulis juga melakukan pengamatan brondolan tinggal per pokok berdasarkan jumlah pembrondol (picker) dalam KKP. Hasil pengamatan dapat dilihat pada Tabel 9.
43
Tabel 9. Pengamatan Brondolan Tinggal per TBS dan per Pokok Panen PemBrondolan Tinggal brondol Jml Total dalam Piringan Pokok Pasar TBS KKP Rintis ..............(buah)................ KKP 1 129 53 29 211 60 KKP 2 79 28 0 107 81 KKP 3 195 56 23 274 73 KKP 4 59 80 2 141 80 KKP 5 39 116 1 156 62 KKP 6 55 61 7 123 50 Total 406 Rata–Rata Sumber: Hasil Pengamatan (April, 2011)
Jumlah Pokok Panen 55 74 67 72 55 46 369
Brondolan Tinggal (%) Per Per TBS Pokok ........(%)......... 3.25 3.84 1.32 1.45 3.75 4.09 1.76 1.96 2.52 2.84 2.46 2.67 2.55
2.81
Standar buah matang tidak dipanen di Gunung Sari Estate adalah 0 %. Pada saat melaksanakan magang, penulis melakukan pengamatan terhadap jumlah TBS tidak terpanen. Hasil pengamatan disajikan pada Tabel 10. Tabel 10. Hasil Pengamatan TBS Tidak Terpanen di Divisi 2 Gunung Sari „Estate KKP
Total TBS Dipanen
Buah Matang Tidak Dipanen
.............................(TBS)............................. KKP 1 60 1 KKP 2 81 0 KKP 3 73 1 KKP 4 80 1 KKP 5 62 4 KKP 6 50 2 Total 406 9 Rata-rata/ KKP 1.5 Sumber: Hasil pengamatan (April, 2011)
% Buah Matang Tidak Dipanen 1.67 0 1.37 1.25 6.45 4 14.74 2.46
Pengawasan panen. Pengawasan panen di GSE terdiri atas pengawasan harian dan bulanan. Pengawasan harian dilakukan oleh krani panen, mandor panen, mandor 1, asisiten, dan manager. Pengawasan bulanan dilakukan oleh staf quality control (QC) dari kantor general manager (GM) yang didampingi oleh mandor atau asisten kebun.
44
Sistem upah dan denda panen. Di GSE ada dua jenis basis panen yang diterapkan yaitu siap borong dan basis borong. Siap borong adalah jumlah tandan yang harus diselesaikan dalam satu hari kerja (7 jam) oleh setiap pemanen. Basis borong adalah batas minimal TBS yang harus diperoleh seorang pemanen dalam satu hari kerjanya. Basis borong berbeda-beda menurut tahun tanam (umur tanaman), berat janjang rata-rata (BJR), dan jumlah jam kerja. Selisih antara siap borong dan basis borong adalah premi bagi pemanen. Apabila pemanen mampu mencapai basis tugas pada hari itu, maka selain mendapat premi TBS pemanen juga mendapat premi tambahan. Premi panen adalah suatu insentif atau penghargaan yang diberikan perusahaan bagi pemanen yang telah melakukan tugas dengan baik sesuai dengan ketentuan perusahaan, premi yang diberikan kepada pemanen adalah premi siap borong dan premi lebih borong. Premi siap borong adalah premi yang diberikan kepada pemanen pada saat jumlah janjang panen sama dengan atau lebih dari jumlah janjang basis borong yang telah ditentukan. Besarnya premi basis borong dinyatakan dalam Rp/HK. Ketentuan basis borong dan lebih borong yang berlaku di GSE dapat terlihat pada Tabel 11. Tabel 11. Premi Siap Borong, Basis Borong, dan Lebih Borong Berdasarkan Divisi, Tahun Tanam dan BJR di Gunung Sari Estate 2010/2011 ddfva Div
1 2 3
TT
96 98 95 96 96 98
BJR Mei 2010
BB (Jjg)
Premi LB (Rp/Jjg)
21.52 19.03 19.50 18.80 17.53 14.99
75 95 70 75 85 105
350 325 425 350 325 300
Basis Borong P0
P1
P2
.........Jjg.......... 105 120 135 133 152 171 98 112 126 105 120 135 119 136 153 147 168 189
Premi Siap Borong P0
P1
P2
...............Rp................ 2 000 4 000 7 500 2 000 4 000 7 500 2 000 4 000 7 500 2 000 4 000 7 500 2 000 4 000 7 500 2 000 4 000 7 500
Kutip Brondolan Premi BB LB (kg/ HK) (Rp/kg) 225 225 225 225 225 225
100 100 100 100 100 100
Keterangan : BB = Basis Borong P0 = Basis Borong 0 P1 = Basis Borong 1 P2 = Basis Borong 2 Sumber: Kantor Besar GSE (Mei, 2011) Premi lebih borong adalah premi yang diberikan kepada pemanen pada saat pemanen mendapat jumlah janjang panen yang lebih dari jumlah janjang basis borong yang telah ditentukan. Besarnya premi lebih borong dinyatakan dalam
45
Rp/janjang. Pemberian premi panen bertujuan memotivasi pemanen untuk memperoleh hasil yang tinggi sesuai dengan tata tertib panen. Pada tanaman kelapa sawit dengan tahun tanam 1996 untuk mencapai P0, P1, dan P2 berturut-turut dibutuhkan 105, 120, dan 135 janjang. Untuk premi basis borongnya bila mencapai P0 adalah sebesar Rp 2 000,-, mencapai P1 sebesar Rp 4 000,-, dan mencapai P2 sebesar Rp 7 500,- sehingga total bila pemanen mencapai basis P2 adalah sebesar Rp
13 500,-. Untuk pembrondol basis
borongnya adalah 225 kg (Rp 100,-/kg). Contoh perhitungan premi: Seorang pemanen mendapatkan TBS sebanyak 150 janjang, panen dilaksanakan di blok E 28 dengan tahun tanam 1996 pada hari Selasa, premi lebih borong Rp 350,-/janjang, premi basis borong untuk P2 sebesar Rp 13 500,-. Maka premi
yang
didapatkan
pemanen
pada
hari
tersebut
adalah:
Premi = Total janjang – P 2 = 150 janjang – 135 janjang = 15 janjang Pemanen mendapatkan premi basis borong 15 janjang x Rp 350/janjang = Rp 5 250,-. Total pemanen tersebut mendapatkan premi yaitu Rp 5 250,- + Rp 13 500,-. = Rp 18 750,-. Denda merupakan sanksi yang diberikan kepada pemanen akibat tindakan yang tidak memenuhi ketentuan yang telah disepakati. Pada saat penulis melaksanakan magang peraturan denda yang sering dikenakan pada pemanen adalah bila pemanen memanen buah mentah dan adanya buah tinggal, dendanya yaitu Rp 5 000,-/janjang. Administrasi panen. Administrasi panen sangat penting bagi perusahaan. Kegiatan administrasi panen meliputi kegiatan merekapitulasi hasil panen setiap harinya, yaitu merekap jumlah TBS dan brondolan yang dipanen beserta administrasi pengangkutannya. Selain itu, juga dihitung jumlah tenaga kerja yang digunakan beserta upah yang harus dibayar oleh perusahaan. Kegiatan pemanenan di lapangan setiap hari berlangsung hingga pukul 14.00 WITA. Pada pukul 14.00 pemanen diharapkan sudah mencapai basis dan menyelesaikan hancaknya serta melapor ke mandor panen. Akan tetapi bila belum
46
selesai, pemanen tersebut diharuskan untuk mencapai basis dan menyelesaikan hancaknya. Mandor panen bertugas untuk membuat taksasi potong buah dan buku kegiatan mandor (BKM). Buku kegiatan mandor berisi laporan daftar hadir pemanen dan luas blok yang dipanen. Laporan potong buah dan notes potong buah diisi oleh kerani panen. Laporan potong buah berisi laporan hasil masingmasing pemanen, yaitu berisi nomor pemanen, TBS dan karung brondolan yang berhasil dikumpulkan. Kemudian data tersebut direkap pada pay roll yang berisikan jumlah TBS dan brondolan panen pada hari itu, premi, dan denda. Kemudian laporan tersebut diserahkan ke kerani divisi untuk direkap dan dilaporkan ke kantor besar. Blanko rekapitulasi taksasi potong buah di Divisi 2 dapat dilihat pada Lampiran 8. Pengangkutan tandan buah segar. Faktor transportasi dalam pengelolaan panen kelapa sawit memiliki peran yang cukup penting. Pengangkutan TBS dan brondolan merupakan kegiatan penanganan hasil panen yang terdiri atas dua tahap, yaitu pengangkutan dari hanca ke TPH, dan pengangkutan dari TPH ke PKS. Pengangkutan dari hanca ke TPH dilakukan oleh pemanen (cutter), sedangkan pengangkutan TBS dan brondolan ke PKS dilakukan oleh bagian transportasi. Pengangkutan TBS bertujuan mengirimkan TBS dan brondolan ke pabrik dalam keadaan baik melalui penanganan secara hati-hati dan menjaga jadwal pengiriman TBS secara tepat, sehingga minyak yang dihasilkan berkualitas baik dan PKS berjalan secara optimal. Kegiatan transpor buah merupakan mata rantai dari tiga faktor yaitu panen, pengangkutan dan pengolahan. Ketiga faktor tersebut merupakan faktor terpenting dan saling mempengaruhi. Efisiensi pengangkutan TBS akan tercapai apabila unit angkutan memuat TBS secara maksimal dengan waktu yang seefisien mungkin. Kegiatan pengangkutan harus terorganisasi dengan baik agar dapat berjalan dengan lancar. Pengangkutan TBS di Divisi 2 GSE dilakukan oleh mandor transpor, sopir dan pemuat yang bekerja sama dengan mandor dan krani panen. Mandor transpor bertugas mengawasi jalur pengangkutan hasil panen yang sudah ditentukan oleh krani panen. Krani panen bertugas mencatat jumlah buah dan memberitahu kepada krani transpor mengenai tempat hanca yang dipanen dan
47
berkoordinasi mengenai penempatan buah oleh pemanen. Dalam prakteknya di lapangan masih terjadi kelalaian oleh tenaga kerja maupun kondisi lapangan yang mengakibatkan buah tidak terangkut ke PKS di hari yang sama (buah restan). Kejadian buah restan di Divisi 2 GSE selama bulan Januari–April 2011 dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Kejadian Buah Restan di Divisi 2 Gunung Sari Estate Bulan ,,Januari–Mei 2011 Restan Bulan Bobot Buah Jml Hari Restan (kg) Restan Januari 101 920 9 Februari 20 780 2 Maret 73 400 6 April 76 030 2 Mei 44 760 6 Sumber: Kantor Divisi 2 GSE (Mei, 2011)
(kg/ hari restan) 11 324.4 10 390 12 233.3 38 015 7 460
Jml Hari Hujan (hari) 18 13 20 16 15
Curah Hujan (mm) 203 53 221 238 165
Pemuat dan sopir truk merupakan satu tim yang bertugas mengangkut TBS dan brondolan dari lapangan hingga sampai di PKS. Divisi 2 menggunakan dump truck
sebagai unit pengangkutan. Dump truck tersebut berkapasitas antara 6
sampai 8 ton. Gambar pengangkutan TBS menggunakan dump truck dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9. Pengangkutan Tandan Buah Segar
48
Pengaturan unit pengangkutan di Divisi 2 diatur oleh mandor transpor dan dibagi sesuai dengan jalur yang terdapat di blok panen. Setiap pagi, mandor transpor melaksanakan apel pagi bersama para pemuat. Kegiatan apel pagi tersebut diisi dengan pengarahan dan evaluasi kerja para pemuat. Pada apel pagi juga dibagikan jalur dimana para pemuat harus bertanggung jawab untuk mengangkut hasil panen yang ada. Pemuat mulai melakukan pengangkutan setelah pembagian jalur selesai, yaitu dengan cara mendatangi TPH-TPH yang ada di jalurnya. Tempat penampungan hasil (TPH) yang didatangi untuk mengangkut TBS adalah TPH yang sudah dicek oleh krani panen. Krani panen menghitung jumlah buah dan brondolan yang ada di TPH, memisahkan buah mentah dan memotong gagang panjang (bila ada). Tandan buah segar dan brondolan yang memenuhi kriteria kemudian dimuat ke dalam truk oleh pemuat dengan menggunakan tojok besi serta karung untuk memuat brondolan di atas truk. Brondolan yang tercecer harus dikutip hingga bersih. Oleh karena itu, pemuat juga diharuskan membawa pengki untuk mengutip brondolan hingga bersih. Apabila truk telah penuh, truk menuju pos surat pengantar buah (SPB) untuk membuat SPB agar muatan dapat diantar ke pabrik untuk diolah. Sampai di PKS, truk bermuatan ditimbang, lalu truk menuju loading ramp untuk membongkar muatan dengan menuangkan (dump) langsung dari truk. Setelah selesai mengantar buah ke PKS, truk kembali melakukan kegiatan muat buah. Blanko surat pengantar buah dapat dilihat pada Lampiran 9. Administrasi pengangkutan. Pada kegiatan pengangkutan hasil panen di Gunung Sari Estate khususnya di Divisi 2, setelah truk pengangkut bermuatan penuh, truk menuju pos SPB untuk membuat SPB (Surat Pengantar Buah). Surat pengantar buah dibuat berdasarkan laporan dari krani panen mengenai jumlah janjang yang diangkut. Mandor transpor akan mengkonversikan jumlah janjang dan karung brondolan dari laporan krani panen ke dalam bobot TBS. Bobot TBS diperoleh dengan mengalikan jumlah janjang yang diangkut dengan BJR (Bobot Janjang Rata-rata). Setelah bon SPB terisi, bon tersebut diberikan kepada sopir pengangkut untuk diserahkan kepada pos timbangan di pabrik sebelum truk bisa mengeluarkan muatannya di loading ramp.
49
Aspek Manajerial Pendamping Mandor Karyawan yang ada di Gunung Sari Estate dibagi menjadi dua, yaitu karyawan staf dan non–staf. Karyawan non–staf terdiri atas mandor yang dibantu oleh krani divisi. Mandor bertugas untuk membantu jalannya kegiatan kebun, baik kegiatan teknis maupun administratif. Mandor memberikan pengarahan terhadap karyawan mengenai rencana kerja pada hari tersebut dalam check roll pagi. Karyawan berangkat ke ancaknya masing–masing dengan kendaraan yang sudah ditentukan setelah diabsen oleh mandor. Pekerjaan dimulai pukul 07.00 WITA dengan waktu istirahat antara pukul 10.30 – 11.00 WITA. Jam kerja berakhir pukul 14.00 WITA pada hari biasa dan pukul 12.00 WITA pada hari jumat. Pendamping mandor 1. Mandor 1 adalah mandor yang membawahi seluruh mandor-mandor kegiatan. Di Divisi 2 GSE mandor 1 lebih fokus dalam pengawasan untuk kegiatan potong buah per kemandorannya, menjaga kualitas buah serta melakukan pengawasan untuk kegiatan administratif divisi. Setiap hari kerja mandor 1 mendampingi asisten memimpin check roll pagi pukul 06.00 WITA. Mandor 1 menyusun rencana kerja harian sesuai arahan asisten divisi. Tugas dan tanggung jawab seorang mandor 1 adalah wajib melakukan check roll pagi setiap harinya, melakukan pemeriksaan terhadap kemungkinan adanya buah restan pada blok–blok panen pada hari panen sebelumnya, memeriksa kebersihan pengutipan brondolan di TPH, mengawasi proses pengangkutan TBS ke PKS sampai dengan pengangkutan TBS yang terakhir, melakukan evaluasi atas laporan harian mandor panen, melakukan taksasi produksi, serta membuat rencana kerja harian. Mandor panen.Tugas dan tanggung jawab mandor panen adalah mengikuti check roll pagi dengan asisten dan mandor 1, melaksanakan check roll pagi bersama karyawan untuk membagi ancak sekaligus mengabsen, melakukan pengecekan mutu buah dan ancak, mengecek apakah setiap pemanen telah mendapatkan basis borong dan menyelesaikan ancaknya. Apabila pemanen telah mendapatkan basis borong sementara ancak panen belum selesai, mandor panen mewajibkan pemanen untuk menyelesaikan ancaknya. Apabila pemanen sudah
50
menyelesaikan ancaknya, tetapi pemanen belum mendapatkan basis borong maka mandor panen akan menambahkan ancak untuk pemanen. Mandor panen melakukan kegiatan administrasi panen setiap hari. Kegiatan administrasi yang dilakukan oleh mandor adalah melakukan taksasi harian dan mengisi buku kegiatan mandor (BKM). Data yang disajikan haruslah akurat sebagai bahan untuk evaluasi kerja panen dan sebagai referensi atau bahan pertimbangan untuk membantu dalam proses pengambilan keputusan dari masalah– masalah yang terkait dengan masalah potong buah, alat bantu supervisi dan data pendukung dalam pembuatan daftar pembayaran upah karyawan panen. Krani panen. Setiap hari krani panen mengikuti kegiatan check roll bersama asisten. Krani panen bertugas mencatat jumlah tandan buah dan brondolan yang telah terkumpul di TPH masing–masing pemanen dan masing– masing blok pertahun tanam dan mengisikannya dalam notes potong buah (NPB), memeriksa kualitas TBS (buah unripe, under ripe, ripe, over ripe, dan empty bunch) agar tidak terikut masuk ke pabrik. Krani panen berkoordinasi dengan mandor transpor dalam hal pengangkutan TBS dan berkoordinasi dengan mandor panen dalam hal kinerja pemanen di lapangan. Kegiatan administrasi yang dilakukan oleh krani panen adalah mengisi notes potong buah, notes buah pemanen dan pay roll. Notes buah atas nama pemanen berisi jumlah premi ataupun denda yang diterima oleh pemanen. Pay roll merupakan laporan yang berisi jumlah TBS dan premi yang diperoleh oleh pemanen sebagai laporan ke kantor besar. Penulis menjadi pendamping krani panen di tiga kemandoran selama empat hari. Mandor perawatan. Mandor perawatan diisi oleh dua orang mandor di Divisi 2 GSE. Mandor perawatan bertugas terhadap seluruh kegiatan perawatan. Tugas mandor perawatan adalah mengikuti check roll divisi untuk mendapatkan pengarahan mengenai pekerjaan perawatan bergantung keperluan. Mandor perawatan Divisi 2 GSE menangani perawatan jalan, tunas pasar dan aplikasi janjang kosong (JJK). Mandor perawatan bertugas memastikan jalan dapat dilalui oleh kendaraan angkut dalam evakuasi buah dan transportasi karyawan. Tugas sehari-harinya mandor rawat jalan melihat kondisi jalan yang dalam waktu dekat akan dilalui oleh alat transportasi dan melaporkan kepada asisten
51
apabila terdapat jalan yang tidak layak untuk dilalui untuk kemudian diperbaiki. Mandor perawatan juga mengamati kondisi jalan yang dinaungi oleh banyak pelepah kelapa sawit, bila banyak pelepah yang menaungi jalan maka mandor perawatan akan melaporkan kepada asisten. Tugas pengaplikasian janjang kosong secara khusus dilakukan oleh satu orang mandor. Tugas mandor janjang kosong adalah membuat surat perjanjian kerja (SPK) dengan karyawan borongan. Mandor JJK bertugas mengawasi pekerjaan karyawan borongan dan mengawasi pengangkutan JJK dari pabrik kelapa sawit (PKS) ke lahan Divisi 2 GSE. Kegiatan administrasi mandor perawatan adalah membuat rekapitulasi hasil pekerjaannya dan mengisi buku kegiatan mandor (BKM). Mandor pupuk. Mandor pupuk merupakan satu–satunya mandor pupuk yang terdapat di GSE. Mandor pupuk bertanggung jawab mengawasi seluruh kegiatan pemupukan di ketiga divisi GSE. Tugas harian mandor pupuk adalah mengikuti check roll untuk mendapatkan pengarahan dari asisten dan mengetahui apakah pada hari tersebut akan ada pemupukan atau tidak serta mendapatkan masukan atas kegiatan pemupukan sebelumnya. Mandor meminta persetujuan asisten untuk mengeluarkan pupuk dari gudang untuk diaplikasian di lahan. Mandor pupuk juga bertugas mengawasi pekerjaan kenek pupuk yang mengangkut pupuk dari gudang ke lahan. Mandor pupuk membagi komposisi karyawan untuk tenaga penabur dan pemungut karung. Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya mandor pupuk dibantu oleh mandor perawatan dari Divisi 1 GSE sampai kegiatan selesai. Kegiatan administrasi yang dilakukan oleh mandor pupuk adalah kegiatan administratif harian, mingguan, dan bulanan yang meliputi buku kegiatan mandor (BKM), laporan rekapitulasi kegiatan harian dan bulanan mandor dan buku perkembangan realisasi pemupukan. Mandor Tim Semprot Kebun (TSK) dan mandor Micron Herbi Sprayer (MHS). Mandor Tim Semprot Kebun (TSK) dan mandor Micron Herbi Sprayer (MHS) merupakan salah satu mandor rayon yang terdapat di GSE. Mandor TSK dan MHS bertanggung jawab mengawasi seluruh kegiatan penyemprotan gulma di ketiga divisi GSE. Tugas harian mandor TSK adalah mengikuti check roll
52
untuk mendapatkan pengarahan dari asisten dan mengetahui apakah pada hari tersebut akan ada penyemprotan atau tidak serta mendapatkan masukan atas kegiatan penyemprotan sebelumnya. Mandor meminta persetujuan asisten untuk mengeluarkan bahan semprot dari gudang untuk diaplikasian di lahan. Mandor TSK dan MHS bertugas membagi area kerja (pengancakan) penyemprot, mengawasi pemakaian bahan aktif, melaporkan ke asisten jika ada alat yang rusak, dan mengawasi kinerja penyemprot. Kegiatan administrasi yang dilakukan oleh mandor TSK dan MHS adalah kegiatan administratif harian, mingguan, dan bulanan yang meliputi buku kegiatan mandor (BKM), laporan rekapitulasi kegiatan harian dan bulanan mandor dan buku perkembangan realisasi penyemprotan. Mandor transpor. Tugas dan tanggung jawab mandor transpor adalah mengikuti check roll pagi dengan asisten dan mandor 1, melaksanakan check roll pagi bersama karyawan untuk membagi blok atau daerah kerja sesuai dengan laporan mandor panen. Mandor transpor berkoordinasi dengan mandor traksi di kantor besar mengenai jumlah armada yang dibutuhkan untuk mengangkut TBS dari lahan ke blok. Mandor transpor juga berkoordinasi dengan krani panen dalam hal kesiapan TBS (jumlah TBS dan bloknya) untuk diangkut. Mandor transpor juga bertugas mengawasi kinerja kenek pengangkut TBS, mengawasi kebersihan jalur bekas pengangkutan TBS, dan mengawasi bila ada buah restan. Mandor transpor melakukan kegiatan administrasi panen setiap hari. Kegiatan administrasi yang dilakukan oleh mandor transpor adalah mengisi surat pengantar buah (SPB) dan mengisi buku kegiatan mandor (BKM). Data yang disajikan haruslah akurat sebagai bahan untuk evaluasi kerja transpor dan sebagai referensi atau bahan pertimbangan untuk membantu dalam proses pengambilan keputusan dari masalah–masalah yang terkait dengan pengangkutan buah, alat bantu supervisi dan data pendukung dalam pembuatan daftar pembayaran upah kenek pengangkut TBS.
Pendamping Asisten Asisten bertugas mengelola divisi baik secara teknis maupun administratif mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengontrolan, dan
53
evaluasi. Dalam melaksanakan tugas sehari-harinya asisten dibantu oleh mandor dalam teknis kegiatan di lapangan dan krani divisi dalam hal administrasi. Tujuan utama asisten divisi adalah produksi selain juga pemupukan, perawatan jalan, dan pengendalian gulma secara kimia dalam kegiatan perawatan. Asisten bertanggung jawab dalam seluruh kegiatan di divisi baik teknis di kebun maupun keseharian karyawan. Asisten bertanggung jawab penuh terhadap kegiatan operasional kebun selama 24 jam yang meliputi kegiatan di kebun maupun lingkungan masyarakat. Penulis menjalankan kegiatan sebagai pendamping asisten selama dua bulan dengan fokus lebih pada pengawasan dan koreksi terhadap kegiatan pemanenan. Penulis melakukan pengawasan kegiatan harian secara langsung dan memberikan koreksi langsung terhadap kualitas pekerjaan sesuai dengan pendoman kerja di GSE. Dalam kegiatan administrasi penulis tidak banyak diberi tanggung jawab. Penulis hanya membantu asisten dalam membuat rencana kerja harian dan bulanan.
54
PEMBAHASAN Penetapan Target Tanaman kelapa sawit siap dipanen ketika berumur 30 bulan. Apabila memasuki tahap menghasilkan, tanaman akan terus berproduksi hingga umur 25 tahun. Pada periode tanaman menghasilkan, perlu dilakukan perencanaan panen yang rutin agar produksi yang dihasilkan sesuai dengan potensi produksi tanaman. Perencanaan panen dilakukan setiap tahun, semester, dan harian. Dasar perencanaan panen adalah potensi produksi. Penentuan target tahunan mengacu pada standar produksi yang berdasarkan pada umur tanaman dan kelas lahan. Data produksi selama beberapa tahun terakhir juga dijadikan dasar bagi penentuan target selama setahun. Target satu tahun didistribusikan pada bulan Januari– Desember dan dikelompokkan antara semester 1 dan semester 2. Target semester disusun setiap enam bulan. Untuk menetapkan target per semester dilakukan sensus buah dan bunga. Produksi TBS ditentukan oleh jumlah bunga yang kemudian berkembang menjadi buah. Proses perkembangan dari bunga menjadi buah membutuhkan waktu sekitar 5-6 bulan. Dengan menghitung jumlah TBS dapat diketahui produksi untuk enam bulan ke depan. Pengamatan dilakukan dengan mengambil 10-15% pokok sampel dari jumlah pokok produktif berdasarkan tahun tanam masing-masing divisi. Pengamatan dilakukan dua kali dalam setahun yaitu pada bulan Desember dan Juni. Berdasarkan pada Tabel 5 terlihat bahwa Divisi 2 rata–rata mampu mencapai potensi produksi kecuali pada bulan Februari, yang hanya mencapai 92.27% dari potensi produksi yaitu 1 411 920 kg. Tidak tercapainya potensi produksi diakibatkan oleh seringnya pemanen tidak dapat menyelesaikan hancaknya atau tidak mencapai basis pada hari panen. Disamping itu jumlah hari kerja (HK) pada bulan Februari cukup rendah dibanding bulan lain yaitu 1 429 HK dengan jumlah HK siap borongnya 1 010 kg/HK. Tidak tercapainya potensi produksi pada bulan Februari juga dapat diakibatkan oleh rendahnya persentase kematangan buah. Rendahnya persentase kematangan buah diakibatkan oleh rendahnya curah hujan pada bulan Februari, yaitu 53 mm dengan jumlah hari hujan 13 hari. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 13.
55
Tabel 13. Jumlah Hari Kerja (HK), Jumlah Pemanen, Rotasi, dan Curah „,Hujan di Divisi 2 pada Bulan Januari - Mei 2011 Jumlah HK Kapasitas Jml Luas HK Bulan Pemanen (kg Pema- Rotasi HK (ha) Siap TBS/HK) nen Kerja Borong Jan 990 1 596 1 277 1 059 38 3.17 Feb 990 1 429 1 010 988 39 2.64 Mar 990 1 774 1 422 1 234 40 3.03 April 990 1 746 1 488 1 268 40 3.10 Mei 990 1 837 1 386 1 275 41 3.89 Sumber: Kantor Besar GSE (2011)
Jml Curah hari Hujan hujan (mm) (hari) 18 203 13 53 20 221 16 238 15 165
Tidak selesainya hancak pada hari panen menyebabkan rotasi menjadi terlambat. Rotasi panen pada bulan Februari belum mencapai standar yakni rotasi 6/7 atau minimal 4 kali dipanen pada satu bulan. Rotasi panen pada bulan Februari
termasuk
terlambat
yaitu
2.64.
Kurangnya
tenaga
pemanen
mengakibatkan tidak optimalnya penggalian potensi produksi. Pada bulan Februari jumlah tenaga pemanen yang tercatat di Divisi 2 adalah 39 orang sementara standar jumlah pemanen di Divisi 2 adalah 44 orang, sehingga masih kekurangan 5 orang tenaga pemanen. Dengan menambah tenaga pemanen diharapkan mampu meningkatkan efisiensi untuk mencapai potensi produksi yang telah ditetapkan. Menurut Lubis (2008) keberhasilan dalam pencapaian produksi sangat dipengaruhi oleh bahan tanam yang digunakan, tenaga panen dengan kapasitas kerjanya, kelancaran transportasi serta faktor pendukung lainnya yakni keadaan areal dan organisasi yang efektif. Kurangnya tenaga kerja pemanen akan mengakibatkan panen tidak tuntas karena luas areal panen melebihi kemampuan rata-rata pemanen. Rotasi panen juga menjadi tinggi akibat pengulangan panen pada hanca yang belum tuntas akibatnya jumlah buah lewat matang bertambah dan berpotensi menjadi kehilangan produksi. Kriteria Matang Panen Penentuan kriteria matang panen sangat penting dilakukan, agar pemanen memotong tandan buah yang tepat. Secara teori, tandan buah yang ideal untuk dipanen adalah pada saat kandungan minyak maksimal dalam daging buah dan kandungan asam lemak bebas yang serendah mungkin.
56
Kriteria matang panen di Divisi 2 mengikuti Minimum Ripeness Standard (MRS) atau kriteria matang panen berdasarkan jumlah brondolan yang lepas secara alami dari tandan buah yang matang yaitu sekurang-kurangnya terdapat lima brondolan per janjang di piringan sebelum panen. Kriteria matang panen yang berlaku di Divisi 2 dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Standar Kematangan (Ripeness Standard) Buah Batas Toleransi Unripe (Mentah) 0 - 4 brondolan lepas/ janjang 0% Under Ripe (Kurang Matang) 5 - 9 brondolan lepas/ janjang < 5% Ripe (Matang) ≥ 10 brondolan lepas/ janjang > 95% Empty Bunch(Janjang Kosong) > 95 % brondolan lepas/ janjang 0% Longstalk (Gagang panjang) panjang gagang > 5 cm 0% Old Bunch (Buah Restan) Lebih dari 48 jam 0% Sumber: Manual Referensi Agronomi Minamas Plantation Indonesia (2008) Jenis Buah
Kriteria
Tujuan penerapan kriteria matang buah adalah agar diperoleh tandan buah segar (TBS) yang layak olah dengan kandungan ALB serendah mungkin. Kandungan asam lemak bebas (ALB) buah juga dipengaruhi oleh kualitas buah saat dipanen. Oleh karena itu terdapat kriteria matang panen yang dibedakan menjadi beberapa fraksi. Pada setiap tingkatan fraksi kematangan buah memiliki rendemen minyak dan kandungan ALB yang berbeda, seperti yang disajikan pada Tabel 15. Tabel 15. Rendemen Minyak dengan Kadar ALB Menurut Tingkatan Fraksi „‟Tandan Buah Segar (TBS) Fraksi Buah
Rendemen Minyak Kadar Asam Lemak Bebas ..............................................(%)......................................... 0 16.0 1.6 1 21.4 1.7 2 22.1 1.8 3 22.2 2.1 4 22.2 2.6 5 21.9 3.8 Sumber: Lubis (2008)
57
Dari Tabel 15, panen pada fraksi 0 akan merugikan karena rendemen minyaknya masih rendah, sedangkan pada fraksi 4 dan 5 juga merugikan karena memiliki kadar ALB yang tinggi. Pada saat menjadi pendamping krani panen, penulis melakukan pengamatan terhadap kualitas potong buah di Divisi 2. Hasil pengamatan dapat dilihat pada Tabel 6. Dari hasil pengamatan kualitas potong buah di Divisi 2, total buah unripe yang dipanen adalah 0.7 %, buah under ripe 2.33 %, buah ripe 88.11 %, dan buah empty bunch 8.9 %. Pemanenan buah unripe merupakan salah satu sumber losses. Persentase pemanenan buah unripe di atas standar, hal ini terjadi karena sebagian pemanen kurang memahami instruksi mandor mengenai buah yang boleh dipanen dan terkadang untuk memenuhi basis, pemanen memanen buah unripe. Oleh karena itu, perlu diberikan peraturan yang jelas bagi pemanen supaya tidak terjadi pemanenan buah mentah yang merugikan perusahaan. Kualitas TBS hasil panen yang baik yaitu pada fraksi 2 dan 3 (buah ripe). Persentase buah ripe masih di bawah standar yaitu 88.11, sementara persentase empty bunch tinggi yaitu 8.90. Tingginya persentase empty bunch yang dipanen menunjukkan bahwa rotasi panen yang dilakukan terlambat. Terlambatnya rotasi panen disebabkan oleh banyaknya tenaga pemanen yang tidak masuk kerja, banyaknya libur, atau karena cuaca yang buruk. Pemanenan buah empty bunch akan merugikan perusahaan berdasarkan kandungan minyak serta kandungan ALBnya.
Kualitas Tenaga Kerja Pemanen Tenaga kerja pemanen yang terdaftar di Divisi 2 Gunung Sari Estate pada bulan Mei tahun 2011 adalah 83 orang (41 cutter dan 42 picker). Pengontrolan tenaga kerja pemanen perlu dilakukan untuk mengetahui kualitas kerja pemanen apakah sudah sesuai dengan Standar Operasional Procedure (SOP) panen yang ditetapkan oleh perusahaan dan agar produksi yang terealisasi dapat sesuai dengan rencana tahunan kebun. Pengontrolan tenaga kerja panen dilakukan dengan mengamati kualitas dan kuantitas kerja pemanen. Pengamatan kualitas kerja pemanen yang dilakukan penulis yaitu pengamatan persentase buah matang tidak
58
dipanen. Pengamatan dilakukan dengan mengambil dua kelompok kecil pemanen (KKP) dari setiap mandoran. Pada Tabel 10, dapat dilihat bahwa persentase buah matang tidak dipanen masih di atas standar yang ditetapkan oleh Gunung Sari Estate yaitu 2.46 % per KKP. Standar buah matang tidak dipanen di Gunung Sari Estate adalah 0 %. Tingginya persentase buah matang tidak dipanen disebabkan oleh kelalaian pemanen, pemanen kadang kurang teliti dalam melihat buah matang di pokok. Faktor lain yang mempengaruhi adalah keadaan pokok dan keadaan areal. Pada pokok yang tunasannya tidak baik, brondolan buah biasanya tersangkut di pelepah sehingga pemanen akan kesulitan dalam menentukan kematangan buah tersebut. Keadaan areal yang berpalung akan menyulitkan pemanen dalam memanen buah. Pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa jumlah brondolan yang terbuang akibat pemotongan gagang panjang adalah 0.45 brondolan per TBS. Persentasenya memang tidak terlalu besar tapi ini merupakan sumber losses dan perlu diwaspadai. Menurut Pahan (2008) produksi yang maksimal hanya dapat dicapai jika losses produksi minimal. Oleh karena itu perlu ditingkatkan keterampilan pemanen dan pengontrolan oleh mandor panen dalam memotong gangang panjang. Dari Tabel 8 terlihat bahwa persentase brondolan tinggal di piringan paling tinggi yaitu 52.95 %. Tingginya persentase brondolan tinggal di piringan disebabkan oleh kelalaian pembrondol dan kondisi piringan kurang baik yaitu banyak ditumbuhi gulma sehingga menyulitkan pembrondol dalam mengutip brondolan. Persentase buah tinggal di pokok juga tinggi yaitu 42.67 %. Brondolan tinggal di pokok disebabkan oleh kelalaian pemanen (cutter). Pemanen tidak mengutip brondolan yang tertinggal di bawah janjang panen dan brondolan yang tercecer akibat penggancuan dan pengangkutan mamakai angkong. Dari hasil pengamatan pada Tabel 9 brondolan yang tertinggal per TBS masih di atas standar yang ditetapkan di Gunung Sari Estate yaitu 2.55 % artinya terdapat 2.55 brondolan per TBS. Oleh karena itu perlu dilakukan peningkatan pengawasan panen untuk meminimalkan kehilangan panen.
59
Penanganan Pasca Panen Pengelolaan hasil panen secepat mungkin bertujuan agar diperoleh minyak dengan kualitas dan kuantitas yang tinggi. Buah restan adalah buah yang tidak sempat dibawa ke pabrik pada hari itu juga yang disebabkan oleh jumlah kendaraan kurang atau karena jalan rusak sehingga tidak bisa dilalui. Secara umum, pada musim penghujan, produksi meningkat, tetapi jalan mengalami banyak kerusakan sehingga menyebabkan tingginya jumlah buah restan. Buah yang telah selesai dipanen harus diangkut segera ke pabrik. Kejadian buah restan di Divisi 2 GSE selama bulan Januari–April 2011 dapat dilihat pada Tabel 12. Kejadian buah restan terbanyak terjadi pada bulan Januari yaitu sebanyak 9 kali dengan rata-rata 11 324.4 kg/ hari restan. Faktor utama penyebab terjadinya buah restan pada bulan Januari adalah tingginya curah hujan yang menyebabkan jalan rusak sehingga tidak bisa dilalui oleh truk pengangkut buah. Faktor lain penyebab terjadinya buah restan adalah kurangnya truk pengangkut buah dan kenek tukang angkut buah. Sementara untuk kg/ hari restan paling tinggi adalah di bulan April yaitu 38 015 kg/ hari restan. Keterlambatan pengangkutan TBS ke PKS (restan) akan mempengaruhi proses pengolahan, kapasitas olah, dan mutu produk akhir. Semakin lama TBS menginap di lapangan akan menurunkan rendemen minyak dan meningkatkan kadar ALB. Pengaruh Keterlambatan pengangkutan TBS ke PKS terhadap kualitas TBS dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Rendemen dan ALB dari TBS yang Menginap di Lapangan Lama Menginap (hari) 0 1 2 3 Sumber: Lubis (2008)
Rendemen Minyak (%) 50.44 51.66 50.73 48.66
ALB (%) 3.90 5.01 6.09 6.90
Untuk menuntaskan panen satu hari, terkadang pemanen membutuhkan waktu yang lebih lama, sehingga pengangkutan harus dilaksanakan hingga malam. Proses pengangkutan buah pada malam hari tidak dapat berjalan efektif karena kendala waktu dan tenaga tukang muat. Hal ini menyebabkan buah tidak
60
habis pada hari tersebut. Untuk mengatasi hal ini maka mandor panen harus memastikan bahwa pemanen yang telah selesai panen tidak langsung pulang namun terlebih dahulu membantu pemanen lain yang belum menuntaskan ancak panennya.
62
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kegiatan magang yang berlangsung di Gunung Sari Estate, PT Ladangrumpun Suburabadi, Kabupaten Tanah Bumbu selama 4 bulan memberikan banyak manfaat bagi penulis. Penulis dapat meningkatkan keterampilan dan kemampuan teknis mengenai pengelolaan kelapa sawit. Selama menjadi pendamping mandor dan asisten, penulis dapat mempelajari manajemen perusahaan dalam mengelola tanaman dan karyawan harian. Secara umum, pengelolaan panen di Gunung Sari Estate sudah cukup baik dilihat dari nilai pemotongan gagang panjang, organisasi panen, dan manajemen pengangkutan. Akan tetapi kualitas panen di Divisi 2 GSE belum seluruhnya memenuhi standar yang ditetapkan oleh perusahaan. Mutu buah hasil panen di Divisi 2 masih perlu ditingkatkan. Berdasarkan hasil pengamatan mutu buah panen di Divisi 2 masih terdapat buah mentah sebanyak 0.7 % (standar 0 %), buah ripe 88.11 % (standar >95 %), dan buah empty bunch 8.9 % (standar 0 %). Losses TBS dan brondolan kelapa sawit di Divisi 2 masih tergolong di atas standar yang ditetapkan perusahaan. Pengamatan TBS tinggal didapatkan hasil 2.46 % per KKP dan brondolan tinggal 2.55 % per TBS. Hasil pengamatan losses brondolan akibat pemotongan gagang panjang diperoleh hasil 0.45 brondolan/ TBS. Hasil pengamatan kualitas kutip brondolan didapatkan hasil persentase brondolan tinggal di piringan paling tinggi 52.95 % dan di pokok 42.67 %.
Saran Perlu disusun strategi untuk meningkatkan kinerja panen di Divisi 2 GSE yang meliputi normalisasi rotasi panen untuk menjaga mutu dan kualitas panen, pengawasan terhadap kinerja pemanen dan peraturan denda perlu ditingkatkan. Pembersihan piringan sebaiknya dilakukan untuk memudahkan pemanen mengutip brondolan. Disarankan untuk dilakukan pelatihan untuk melatih keterampilan pemanen dalam memotong gangang panjang untuk meminimalisasi losses.
62
DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik. 2010. Statistik Kelapa Sawit Indonesia 2009. Badan Pusat Statistik. Jakarta. 85 hal. Fauzi, Y, E.W. Yustina, S. Iman, dan H. Rudi. 2008. Kelapa Sawit: Budi Daya Pemanfaatan Hasil dan Limbah Analisis Usaha dan Pemasaran. Penebar Swadaya. Jakarta. 168 hal. Lubis, A. U. 2008. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) di Indonesia. Edisi 2. Pusat Penelitian Kelapa Sawit Marihat. Medan. 362 hal Mangoensoekarjo, S. dan H. Semangun. 2005. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. 605 hal. Minamas Plantation Indonesia. 2008. Buku Pedoman Teknis Kelapa Sawit (Standar Operating Procedure Manual Agronomic Practice). Minamas Plantation. Jakarta. 738 hal. Pahan, I. 2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta. 411 hal. Pardamean, M. 2008. Panduan Lengkap Pengelolaan Kebun dan Pabrik Kelapa Sawit. PT Agromedia Pustaka. Jakarta. 226 hal. Sastrosayono, S. 2003. Budi Daya Kelapa Sawit. PTAgromedia Pustaka. Jakarta. 66 Hal. Setyamidjaja, D. 2006. Kelapa Sawit. Kanisius. Yogyakarta. 127 hal. Sunarko, 2008. Petunjuk Praktis Budi Daya dan Pengolahan Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka. Jakarta. 70 hal.
62
LAMPIRAN
64
Lampiran 1. Jurnal Kegiatan Magang Sebagai Karyawan Harian Lepas di Gunung Sari Estate, PT Ladangrumpun Suburabadi, Minamas Plantation, Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan Tanggal
Uraian Kegiatan
Prestasi Kerja (satuan/HK) Penulis
Karyawan
Standar
Lokasi
14/02/2011
Tiba di PT. LSI
-
-
-
Mess Angsana
15/02/2011
Libur Maulid Nabi
-
-
-
Rumah Staf
16/02/2011
Orientasi di Divisi 2 GSE
-
Kantor Divisi 2
17/02/2011
Pemanenan
15 jjg
100 jjg
135 Jjg
Blok E28-E27
18/02/2011
Pemanenan
25 jjg
126 jjg
126 Jjg
Blok E19-E20
19/02/2011
Pemanenan
30 jjg
135 jjg
126 Jjg
Blok G21
20/02/2011
Libur
21/02/2011
Semprot Gawangan (TSK)
1 ha
22/02/2011
Kutip Brondolan
23/02/2011
-
-
-
-
-
-
4 ha
3 ha
Blok F25
150 kg
350 kg
225 kg
Blok H20-H21
Kutip Brondolan
225 kg
250 kg
225 kg
Blok H19-H20
24/02/2011
Leaf Sampling Unit (LSU)
30 ha
30 ha
30 ha
Blok E24-E25
25/02/2011
Aplikasi JJK
2.5 ton
7 ton
5 ton
Blok E19
26/02/2011
Rawat Jalan
5m
5m
27/02/2011
Libur
28/02/2011
Dongkel Anak Kayu (DAK)
1 ha
01/03/2011
Rawat Jalan
02/03/2011
-
-
Blok E19-E18
-
-
2 ha
-
Blok I22
5m
5m
5m
Blok G19
Semprot Piringan (MHS)
1 ha
5 ha
5 ha
Divisi 1
03/03/2011
Rawat Jalan
10 m
10 m
-
Blok F25
04/03/2011
Rawat Jalan
8m
8m
-
Blok F 26
05/03/2011
Libur Nyepi
-
-
-
-
06/03/2011
Libur
-
-
-
-
07/03/2011
Pemanenan
39 jjg
135 jjg
08/03/2011
Dongkel Anak Kayu (DAK)
1 ha
2 ha
-
Blok H22
09/03/2011
Tunas Jalan
120 m
120 m
-
Blok F27
10/03/2011
Tunas Jalan
120 m
120 m
-
Blok F27
11/03/2011
Dongkel Anak Kayu (DAK)
1 ha
2 ha
-
Blok G22
12/03/2011
Semprot Gawangan (TSK)
1 ha
5 ha
5 ha
Blok G22
13/03/2011
Libur
14/03/2011
Semprot Gawangan (TSK)
1 ha
5 ha
135 Jjg
5 ha
Blok F13-F14
Blok F21-F22
65
Lampiran 2. Jurnal Kegiatan Magang Sebagai Pendamping Mandor di Gunung Sari Estate, PT Ladangrumpun Suburabadi, Minamas „Plantation, Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan
Tanggal
Uraian Kegiatan
15/03/2011
Pengawasan MHS
16/03/2011
Prestasi Kerja Penulis Luas Jumlah Lama Areal HK yang Kegiyang Diawasi atan Diawasi (orang) (jam) (ha)
Lokasi
7
60
7
Blok E29-30
Pengawasan Pemanenan
10
30
7
Blok F27
17/03/2011
Pengawasan Pemanenan
13
30
7
Blok F28
18/03/2011
Aplikasi POME
1
30
5
Blok H20
19/03/2011
Pengawasan Pemanenan
12
14
7
Blok F25
20/03/2011
Libur
-
-
-
21/03/2011
Cek Mutu Buah (Krani panen)
-
-
7
Blok E21-22
22/03/2011
Cek Mutu Buah (Krani panen)
-
-
7
Blok BG18
23/03/2011
Cek Mutu Buah (Krani panen)
-
-
7
Blok G21
24/03/2011
Cek Mutu Buah (Krani panen)
-
-
7
Blok H21
25/03/2011
Pengendalian Hama
26/03/2011
Pengawasan Pemanenan
27/03/2011
-
-
-
5
Blok E20-E21
11
31
7
Blok F26
Libur
-
-
-
28/03/2011
Pengawasan Pemupukan
9
30
7
Blok E28-27
29/03/2011
Pengawasan Pemanenan
8
30
7
Blok E23
30/03/2011
Pengawasan Rawat Jalan
3
-
7
AMF
31/03/2011
Pengawasan Aplikasi JJK
11
-
7
Blok E21
01/04/2011
Pengawasan Pemupukan
19
58
5
Blok E19-E20
02/04/2011
Pengawasan Pemupukan
20
58
7
Blok E20-E24
03/04/2011
Libur
-
-
-
-
04/04/2011
Pengawasan Pemupukan
25
61
7
Blok E24-E26
05/04/2011
Sensus Jembatan
-
-
-
Blok E24-E28
06/04/2011
Sensus Jembatan
-
-
-
Blok E18-E23
07/04/2011
Pengawasan Pemupukan
20
-
5
Blok E24-E28
08/04/2011
Pengawasan Pemupukan
22
-
7
Blok F28-E27
09/04/2011
Pembuatan Nama Pemanen
-
-
-
K. Divisi 2
10/04/2011
Libur
-
-
-
11/04/2011
Pembuatan Nama Pemanen
-
-
-
K. Divisi 2
12/04/2011
Pengawasan MHS
8
30
-
I21
13/04/2011
Simulasi LSU
-
-
-
Blok B22-23
14/04/2011
Administrasi Divisi
-
-
-
K. Divisi 2
-
-
66
Lampiran 3. Jurnal Kegiatan Magang Sebagai Pendamping Asisten di Gunung Sari Estate, PT Ladangrumpun Suburabadi, Minamas „Plantation, Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan Prestasi Kerja Penulis Jumlah Luas HK Areal Lama yang yang KegiDiawasi diawasi atan (orang) (ha) (jam)
Tanggal
Uraian Kegiatan
Lokasi
15/04/2011
Pengawasan Pengambilan LSU
3
90
7
Blok E21-E23
16/04/2011
Rawat Jalan
4
-
7
Blok H20
17/04/2011
Libur
-
-
-
18/04/2011
Administrasi Kebun
-
-
7
K. Divisi 2
19/04/2011
Administrasi Kebun
-
-
7
K. Divisi 2
20/04/2011
Administrasi Kebun
-
-
7
K. Divisi 2
21/04/2011
Administrasi Kebun
-
-
7
K. Divisi 2
22/04/2011
Libur Paskah
-
-
-
-
23/04/2011
Pemasangan Tanda K3
-
-
7
Jembatan Div 2
24/04/2011
Libur
-
-
-
-
25/04/2011
Pengawasan Pemupukan
8
49
7
Blok E40-E41
26/04/2011
Pemasangan Nama Pemanen
-
-
7
Blok F28-F24
27/04/2011
Pembuatan Nama Pemanen
-
-
7
K. Divisi 2
28/04/2011
Supervisi Dosen
-
-
-
K. Besar GSE
29/04/2011
Pengawan TSK
7
30
5
I22
30/04/2011
Meeting Asisten dan Mandor
-
-
-
K. Divisi 2
01/05/2011
Libur
-
-
-
02/05/2011
Administrasi Kebun
-
-
7
K. Divisi 2
03/05/2011
Pengawasan Pupuk
-
-
7
Gudang Sentral
04/05/2011
Pemasangan Nama Pemanen
-
-
7
Blok F28-F24
05/05/2011
Pemasangan Nama Pemanen
-
-
7
Blok E28-E27
06/05/2011
Pembuatan Tanda K3
-
-
5
Traksi GSE
07/05/2011
Pemasangan Tanda K3
-
-
4
Jembatan div 2
08/05/2011
Libur
-
-
-
09/05/2011
Pengarahan Kepada Pemanen
-
-
4
Blok G21-G22
10/05/2011
Pengawasan MHS
8
63
7
Blok F25-F26
11/05/2011
Pengawasan Pemanenan
13
61
7
Blok G21-G22
12/05/2011
Pengawasan Pemanenan
12
63
7
Blok F24-F23
13/05/2011
Pengawasan Pemanenan
14
73
5
Blok E28-E24
14/05/2011
Pengawasan Pemanenan
13
56
7
Blok G20-G21
15/05/2011
Admnistrasi Kantor Besar
-
-
-
K. Besar GSE
16/05/2011
Libur
-
-
-
-
17/05/2011
Libur
-
-
-
-
18/05/2011
Pengawasan Kenek
3
-
5
-
-
-
Blok I21-I22
67
Lampiran 3. (Lanjutan)
Tanggal
Uraian Kegiatan
Prestasi Kerja Penulis Jumlah Luas HK Areal Lama yang yang KegiDiawasi diawasi atan (orang) (ha) (jam)
Lokasi
19/05/2011
Percobaan Pengendalian Kentosan
3
6
5
Blok F22-F21
20/05/2011
Administrasi Kantor Besar
-
-
-
K. Besar GSE
21/05/2011
Pengawasan Pemanenan
11
43
7
Blok F26-F24
22/05/2011
Libur
-
-
-
-
23/05/2011
Orientasi di PKS Angsana
-
-
-
PKS Angsana
24/05/2011
Orientasi di PKS Angsana
-
-
-
PKS Angsana
25/05/2011
Administrasi Kantor Divisi
-
-
-
K. Divisi 2
26/05/2011
Pengeceran Antigonon
2
MR
-
Divisi 2
27/05/2011
Pengawasan Pemanenan
6
15
5
Blok H18
28/05/2011
Administrasi Kantor Besar
-
-
-
K. Besar GSE
29/05/2011
Libur
-
-
30/05/2011
Administrasi Kantor Divisi
-
-
7
K. Divisi 2
31/05/2011
Administrasi Kantor Divisi
-
-
7
K. Divisi 2
01/06/2011
Pembuatan Laporan
-
-
7
K. Divisi 2
02/06/2011
Pembuatan Laporan
-
-
7
K. Divisi 2
03/06/2011
Pengecetan Batas Blok
-
-
5
Traksi Lama
04/06/2011
Pengecetan Batas Blok
-
-
7
Traksi Lama
05/06/2011
Libur
-
-
06/06/2011
Pengambilan Data
-
-
7
K. Besar GSE
07/06/2011
Pembuatan Laporan
-
-
7
K. Divisi 2
08/06/2011
Pembuatan Laporan
-
-
7
K. Divisi 2
09/06/2011
Pengambilan data
-
-
7
K. Besar GSE
10/06/2011
Perbaikan Laporan
-
-
5
K. Divisi 2
11/06/2011
Perbaikan Laporan
-
-
7
K. Divisi 2
12/06/2011
Libur
-
13/06/2011
Administrasi Kantor Divisi
-
-
7
K. Divisi 2
67
Lampiran 4. Peta Wilayah Gunung Sari Estate
Keterangan: Batas Kebun
Batas Afdeling
69
67
Lampiran 5. Keadaan Curah Hujan dan Hari Hujan di Gunung Sari Estate Tahun 2002-2010 2002
Bulan
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
Rata–rata
2010
HH 11
CH 164
HH 13
CH 367
HH 16
CH 389
HH 12
CH 379
HH 8
CH 178
HH 6
CH 76
HH 17
CH 568
HH 15
CH 435
HH 8
CH 127
HH 12
CH 298
Agust
19
384
13
343
12
299
0
0
12
243
4
31
7
306
18
397
3
18
10
225
Sept
11
121
15
222
10
178
3
56
7
27
2
25
7
95
10
261
2
6
7
110
Okt
13
282
12
193
10
242
3
94
12
197
0
0
8
92
15
220
10
253
9
175
Nov
8
242
4
45
4
165
6
119
12
111
6
73
10
168
17
222
18
316
9
162
Des
14
521
7
75
6
57
11
200
12
146
15
230
7
31
14
104
19
414
12
198
Jan
2
22
4
48
12
379
9
157
13
109
14
167
10
181
17
201
19
414
11
186
Feb
2
32
2
47
0
0
18
379
13
149
18
311
12
108
15
207
15
328
11
173
Maret
0
0
3
212
3
56
20
475
16
215
15
241
11
130
13
266
21
452
11
227
April
2
22
11
360
3
94
18
310
12
234
15
283
16
278
8
114
16
312
11
223
Mei
8
88
9
223
6
119
15
363
7
61
8
378
11
325
12
225
16
239
10
225
Juni
14
269
16
443
11
200
6
76
19
772
17
655
9
291
2
16
21
396
13
346
Total
104
2 147
109
2 578
93
2 178
121
2 662
439
2 424
120
2 470
125
2 573
156
2 668
168
3 056
159
2 528
Ratarata BB
9
179
9
215
8
182
10
222
12
204
10
206
10
214
13
222
14
255
11
211
Juli
BK
7
8
8
8
10
7
9
11
10
9
4
3
3
2
1
3
1
1
2
2
Q = Rataan BK (2.22)/Rataan BB (8.66) × 100% = 25,64 % Berdasarkan klasifikasi Schimidth-Ferguson Termasuk tipe iklim B (Basah) Tipe Iklim A= 0.5% - 14%, iklim B= 14.3% - 33.3% 69
Keterangan: CH : curah hujan HH : hari hujan BB : bulan basah (>100 mm) BK : bulan kering (<60 mm) Sumber: Kantor Besar GSE (Mei, 2011)
67
Lampiran 6. Struktur Organisasi di Gunung Sari Estate Tahun 2011 Estate Manager
Senior Asisten/ Asisten Div 2
Kepala Bangunan
Asisten Divisi 1
Asisten Divisi 3
Mandor 1
Ka.Administrasi/ Kasie
Kepala Gudang
Kepala Poliklinik
Kepala Keamanan
Kepala Bengkel Mandor Traksi Karyawan Gudang
Krani Traksi
Mandor Panen
Mandor Perawatan
Mandor Transport
Karyawan Administrasi
Mandor Traksi
Mantri/ Perawat
Krani Divisi
Satpam
Pembantu Krani 70
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
Lampiran 7. Format Pemeriksaan Hancak dan Mutu Buah di TPH PT LADANGRUMPUN SUBURABADI Gunung Sari Estate FORMAT PEMERIKSAAN HANCAK DAN MUTU BUAH DI TPH Kebun : .................. Pusingan Divisi : .................. Seksi Panen Blok/Ha/TT : .................. Pemeriksa: ......................... Kemandoran Tanggal/Bln : .................. Pemanen No Brs 1
No Pkk
Jjg Panen
Pkk Panen
Pir
2
3
4
5
Brondolan/ Buah Lepas Psr Gaw Pkk Rts Mati 6
7
8
Buah Tinggal TTL
N
R
Brd Hitam/Pkk
9
10
11
12
: .................. : .................. : .................. : ..................
Kondisi Pokok PS
OP
PG
SP
13
14
15
16
Susunan Pelepah “U” Shape 17
1 2 3 4 5 6 .... ....
: ..................Jjg : ..................Jjg : ..................Jjg/Jjg Pnn : ..................Jjg/Pkk Pnn : ..................Brd/ pkk
Total Pokok dipanen : ................Pkk
71
A. Mutu Hancak Total janjang dipanen Total buah masak tidak dipanen % Buah Masak Tidak dipanen % Buah Masak Tidak dipanen % Brondolan Hitam/ pokok
Lampiran 7. (Lanjutan) Total
Brd/ Jjg
Brd/ Pkk Pnn
Keterangan Kondisi Blok Cek (diisi oleh Pengecek):
Piringan Pokok Pasar Rintis Gawangan Mati Total B. Mutu Buah No/ Nama Pemanen
Blok: unripe
No TPH
Jumlah Jjg cek
Ao Jjg
Under Ripe
A* %
Jjg
%
Jjg
%
Ripe Normal Jjg
%
Over Ripe
Empty Bunch
Jjg
Jjg
%
%
Abnormal/ Dimakan Tikus Jjg %
Long Stalk Jjg
%
Kontaminasi/ kebersihan Brondolan Jjg %
Total
Diperiksa Oleh
(......................................) Estate Manager
72
(............................................) EM/ Sr. Asst/ Asst/ Mdr I/Mdr
Diketahui Oleh,
Lampiran 8. Blanko Rekapitulasi Taksasi Potong Buah di Divisi 2 PT.LADANGRUMPUN SUBURABADI GUNUNG SARI ESTATE REKAPITULASI TAKSASI POTONG BUAH Divisi Tgl
: II (Dua) Divisi
Mandor Panen
Blok
Tahun Tanam
Luas (Ha)
Jumlah Pokok
Kematangan (%)
Jml Janjang
BJR (kg)
Taksasi Produksi (kg)
Paraf
73
Lampiran 9. Blanko Surat Pengantar Buah MINAMAS PLANTATION PT. LADANGRUMPUN SUBURABADI Unit Usaha : GSE
SURAT PENGATAR BUAH NO. SEAL AFDELING
NO. SERIAL SPB NO. KENDARAAN NO. TRIP Jam Keluar Lapangan Jam Tiba di Pabrik
TANGGAL PENGANTARAN KATEGORI JJG
TGL PANEN
PUSINGAN POT.BUAH
TAHUN TANAM
SEKSI
BLOK
JANJANG
BRONDOL EST (kg)
BJR (kg)
ESTIMASI TONNASE
G
M
Rp.
TBS
RESTAN JUMLAH PENGESAHAN KRANI BUAH/ Ast. Afd.
PENERIMA
PENGANGKUT
74