STUDI PEMUPUKAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) PADA TANAMAN MENGHASILKAN (TM) DI PERKEBUNAN BANGUN KOLING ESTATE, PT.WINDU NABATINDO ABADI, BUMITAMA GUNAJAYA AGRO GRUP, KOTAWARINGIN TIMUR, KALIMANTAN TENGAH
WILLY CANDRA A24080132
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012
Study of Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) Fertilization on Mature Plant in Bangun Koling Estate, PT.Windu Nabatindo Abadi, Bumitama Gunajaya Agro Group, Kotawaringin East, Central Kalimantan Abstract The internship was done in Bangun Koling Estate, Bumitama Gunjaya Agro for three months beginning on 13 Februari 2012 to 13 Mei 2012. The internship covers activity concerning both technical and manajerial aspect such as worker, foreman, and as an assistant.The purpose of this internship program is to improve technical and managerial skill. The data were gained are primary data (direct method) and secondary data (indirect method). Primary data are all information which was gained directly from observation by the writer on the field covering accuracy of variety, accuracy of time, accuracy of dosage, accuracy of fertilization method, accuracy of fertilization where, deficiency ditermined by direct discussion with labors and staff about palm oil. Secondary data was gained from office garden files, oscar office files, and literary study. The secondary data gained were climate data, productivity, fertilizer recommendation and realization, organization structure and matters pertain to man power. From the data gathered then it is analyzed by using descriptive method. Based on the observation, fertilization in plantation of Bangun Koling Estate in general has fulfilled the accuracy of fertilization method and accuracy of variety precises. Key words :Oil Palm, accuracy of fertillization, dosage, time.
RINGKASAN
WILLY CANDRA. Studi Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada Tanaman Menghasilkan (TM) di Perkebunan Bangun Koling Estate, PT.
Windu
Nabatindo
Abadi,
Bumitama
Gunajaya
Agro
Grup,
Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah (Dibimbing oleh SUDRADJAT). Kegiatan magang mempunyai tujuan untuk memperoleh pengalaman kerja, keterampilan teknis dan manajerial pada perusahaan perkebunan kelapa sawit. Selain itu tujuan khusus magang yaitu memperdalam pengetahuan mahasiswa dalam penanganan permasalahan dan teknik budidaya kelapa sawit khususnya pada aspek manajemen pemupukan, sehingga dapat meningkatkan efesiensi dan efektivitas pemupukan pada tanaman menghasilkan kelapa sawit. Magang dilaksanakan di perkebunan Bangun Koling Estate, PT. Windu Nabatindo Abadi, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah pada bulan FebruariMei 2012. Studi ini dilaksankan selama tiga bulan dari tanggal 13 Februari sampai 13 Mei 2012. Metode yang digunakan dalam studi ini yaitu secara langsung dan tidak langsung. Metode langsung dilakukan untuk mendapatkan data primer dengan bekerja secara langsung di lapangan sesuai dengan jenjang jabatan yang ada di kebun. Selain itu juga dengan wawancara kepada karyawan lapangan dan staf kebun. Metode tidak langsung dengan mendapatkan data sekunder kebun dan arsip kebun berupa laporan harian, bulanan, dan tahunan. Pengamatan secara khusus yaitu dengan mengambil data primer dan sekunder kemudian dianalisis baik secara deskriptif maupun kuantitatif. Kebun Bangun Koling Estate (BKLE) terletak di desa Tumbang Koling, Kecamatan Cempaga Hulu, Kabupaten Kotawaringin Timur, Provinsi Kalimantan Tengah. Letak geografis kebun BKLE yaitu pada koordinat diantara 112.01°113.09°BT dan 1.45°-1.85°LS. Luas areal kebun yang diusahakan yaitu 2530 ha. Iklim pada kebun BKLE menurut klasifikasi Schmidth-Ferguson termasuk tipe iklim A (sangat basah). Rata-rata curah hujan selama lima tahun terakhir adalah 4 099 mm/tahun dengan rata-rata hari hujan yaitu 145 hari per tahun. Produksi
TBS kebun BKLE mengalami peningkatan sejak tahun 2009 dari 1 868 ton TBS hingga tahun 2011 menjadi 21 892 ton TBS. Berdasarkan hasil studi yang dilakukan di kebun BKLE terhadap manajemen dan keefektifan pemupukan diperoleh hasil untuk tingkat ketepatan dosis, ketepatan waktu, dan ketepatan tempat masih belum sesuai rekomedasi pemupukan dan belum mencapai standar kebun. Walaupun untuk ketepatan dosis untilan pupuk sudah mencapai standar kebun. Kriteria ketepatan jenis dan ketepatan cara sudah tercapai sesuai SOP yang telah ditetapkan perusahaan. Realisasi pemupukan di kebun ini belum sepenuhnya dilakukan sesuai dengan rekomendasi, hal ini dapat diketahui dengan masih cukup banyak tanaman yang mengalami defisiensi hara. Dalam penggunaan tenaga kerja pemupukan masih belum efisien sehingga berdampak pada menurunnya efesiensi biaya dan waktu.
STUDI PEMUPUKAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) PADA TANAMAN MENGHASILKAN (TM) DI PERKEBUNAN BANGUN KOLING ESTATE, PT.WINDU NABATINDO ABADI, BUMITAMA GUNAJAYA AGRO GRUP, KOTAWARINGIN TIMUR, KALIMANTAN TENGAH
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
WILLY CANDRA A24080132
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012
Judul
: STUDI PEMUPUKAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) PADA TANAMAN MENGHASILKAN
(TM)
DI
PERKEBUNAN
BANGUN
KOLING ESTATE, PT. WINDU NABATINDO ABADI, BUMITAMA GUNAJAYA AGRO GRUP, KOTAWARINGIN
TIMUR,
KALIMANTAN
TENGAH Nama
: WILLY CANDRA
NIM
: A24080132
Menyetujui, Pembimbing
Dr Ir Sudradjat, MS NIP. 19541120 198003 1 003
Mengetahui, Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Dr Ir Agus Purwito, M. Sc. Agr. NIP. 19611101 198703 1 003
Tanggal Lulus:
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Willy Candra dilahirkan di Banyumas, Provinsi Jawa Tengah pada tanggal 5 Maret 1989. Penulis anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Kismo dan Ibu Dasminah. Tahun 2002 penulis lulus dari SDN 2 Darmaji, kemudian pada tahun 2005 menyelesaikan studi di SMPN 2 Purwokerto. Selanjutnya penulis lulus dari SMAN 1 Purwokerto pada tahun 2008. Pada tahun 2008 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur USMI. Kemudian penulis diterima di IPB sebagai mahasiswa Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian pada tahun 2009. Selama
menjadi
mahasiswa
penulis
aktif
diberbagai
organisasi
kemahasiswaan. Pada tahun 2010 menjabat sebagai Ketua Masa Perkenalan Departemen Agronomi dan Hortikultura dan staff divisi PSDM Himpunan Mahasiswa Agronomi (HIMAGRON) IPB. Tahun 2011 menjabat sebagai Ketua Festival Tanaman XXXII (FESTA XXXII) sekaligus pada tahun itu sebagai Ketua Divisi Litbangtan Himpunan Mahasiswa Agronomi (HIMAGRON) IPB. Penulis juga sebagai Ketua Divisi Kesekretariatan KOPERASI AGROHOTPLATE HIMAGRON tahun 2011. Penulis aktif dalam kepanitiaan yang diselenggarakan di lingkungan IPB seperti Agrosportment 2011 HIMAGRON IPB, Farmer Field Day (FFD) 2010 IPB, Temu Keluarga Besar 2009 (TEGAR) Departemen Agronomi dan Hortikultura, up grading 2011 HIMAGRON IPB. Penulis juga sebagai Asisten Praktikum MK. Dasar-Dasar Agronomi tahun 2011 dan MK Ekologi Pertanian tahun 2011.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Studi Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada Tanaman Menghasilkan (TM) di Perkebunan Bangun Koling Estate, PT.Windu Nabatindo Abadi, Bumitama Gunajaya Agro Grup, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah” dengan baik dan tepat waktu. Skripsi ini disusun oleh penulis sebagai salah satu syarat bagi penulis untuk dapat menyelesaikan program studi strata satu di Departemen Agronomi dan Hortikultura Institut Pertanian Bogor. Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tidak lepas dari dukungan semua pihak yang telah membantu baik langsung maupun tak langsung. Penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Orang tua tercinta atas doa, kasih sayang, perhatian, dukungan, dan kepercayaan kepada penulis. 2. Bapak Dr. Ir. Sudradjat, MS selaku pembimbing skripsi karena telah membantu
memberikan
bimbingan,
arahan
dan
saran
dalam
menyelesaikan skripsi. 3. Bapak Dr.Ir Hariyadi, MS dan Dr. Ir. Eko Sulistyono, MSi selaku dosen pembimbing akademik dan dosen penguji. 4. Bapak Sutikno, SP (Asisten Divisi II), Bapak Turmudzi (Asisten Divisi III), Bapak Najamudin, SP (Asisten Divisi I), Bapak Khairul Ahmad, SP (Estate Manager), dan Bapak Khairul Ikhwan, SP (Kasie) selaku pembimbing lapangan dan manajerial yang telah membimbing selama menjalani magang. 5. Keluarga besar kebun Bangun Koling Estate dan PT. Bumitama Gunajaya Agro. Bogor, Juli 2012
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR TABEL ............................................................................... DAFTAR GAMBAR ........................................................................... DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ PENDAHULUAN ..................................................................................... Latar Belakang .................................................................................. Tujuan ................................................................................................ TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. Botani Kelapa Sawit .......................................................................... Syarat Tumbuh ........................................................................................ Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit .................................................... METODE MAGANG ................................................................................ Waktu dan Tempat ............................................................................ Metode Pelaksanaan .......................................................................... Pengamatan dan Pengumpulan Data ...................................................... Analisis data dan Informasi ............................................................... KEADAAN UMUM .................................................................................. Letak Wilayah Administratif ............................................................. Keadaan Iklim dan Tanah ................................................................. Luas Hak Guna Usaha (HGU) dan Tata Guna Lahan ........................... Keadaan Tanaman dan Produksi ....................................................... Fasilitas Kebun ........................................................................................ Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan .......................................... PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG .............................................. Pelaksanaan Teknis .......................................................................... Pengendalian Hama, Penyakit Tanaman, dan Gulma …….......... Pemupukan ...........……………………………………………… Aplikasi Janjang Kosong Kelapa Sawit ……………………….... Pemanenan TBS …...............................………………………. Perawatan Jalan dan Piringan Manual ………………................ Kegiatan Stimulasi Kebun (Field Visit) ……………………....... Penggunaan Bor Biopori ……………………………………...... Kegiatan Sekat Air, Monding, dan Siltpit ….............………….. Penunasan ……..………………………………………………… Aspek Manajerial .............................................................................. Karyawan Non-Staf …………...………………………………... Karyawan Staf …………………………………………………... PEMBAHASAN ..................................................................................... Konsep Pemupukan ...................................................………..
viii ix x 1 1 2 3 3 3 4 7 7 7 8 10 11 11 12 13 13 15 16 19 19 19 23 33 34 39 40 41 41 42 43 43 46 47 47
Prestasi Tenaga Kerja Pemupuk ……………………………........ Hambatan dan Upaya Peningkatan Keefektifan Pemupukan ........ Defisiensi Tanaman ...........................………………………………. Biaya Pemupukan dan Cost/Ha Pemupukan .............................. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. Kesimpulan .............................................................................. Saran ....................................................................................... DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ LAMPIRAN ...............................................................................................
54 55 57 57 58 58 58 60 62
DAFTAR TABEL
Nomor
1.
Halaman
Kisaran Dosis Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit Menghasilkan pada Tanah Mineral .................................................................................................. 6
2.
Jenis Tanah Kebun BKLE ................................................................................ 12
3.
Topografi Lahan Kebun BKLE ........................................................................ 12
4.
Luas HGU dan Tata Guna Lahan di BKLE .................................................... 13
5.
Komposisi Bibit Tanaman Kelapa Sawit di BKLE .......................................... 14
6.
Populasi Tanaman per Tahun Tanam di Kebun BKLE.................................... 14
7.
Produksi dan Produktivitas TBS Kebun BKLE Tahun 2009-2011.................. 15
8.
Jumlah Staf dan Non Staf Kebun BKLE .......................................................... 17
9.
Ketepatan Dosis Untilan Pupuk RP ................................................................. 30
10. Ketepatan Dosis Untilan Pupuk HGFB ............................................................ 30 11. Ketepatan Dosis Pupuk MOP di Lapangan ...................................................... 31 12. Prestasi Tenaga Kerja Pemupuk ....................................................................... 32 13. Pengamatan Gejala Defesiensi Hara Kebun BKLE ......................................... 32 14. Pengamatan Ketepatan Tempat Pemupukan RP .............................................. 33 15. Komposisi Kandungan Nutrisi JJK .................................................................. 34 16. Peralatan Panen Kebun BKLE ......................................................................... 36 17. Realisasi Pemupukan Kebun BKLE Tahun 2011 ............................................ 48 18. Rencana Aplikasi Pemupukan kebun BKLE ................................................... 51 19. Realisasi Aplikasi Pemupukan BKLE Bulan Januari-April 2012 .................... 51 20. Profil Pemupuk dan Prestasinya ....................................................................... 55
DAFTAR GAMBAR
Nomor
1.
Halaman
Fasilitas Kebun BKLE (a. TPA; b. Kantor BSS; c. Kantor Traksi; d.Perumahan Karyawan; e. Kantor Divisi II; f. Kantor Kebun; g. Masjid; h. Gudang dan Kantor BMS; i. Polibun) ....................................................................................... 16
2.
Pengendalian Gulma Secara Manual (a. Tebas Gawangan; b. Babat Piringan dan Garuk Kacangan) ....................................................................................... 21
3.
Pengendalian Gulma Secara Kimia pada Piringan ............................................ 22
4.
Pentil sebagai Acuan Pengambilan Anak Daun .................................................... 25
5.
Penyimpanan Pupuk di Gudang BMS .................................................................. 26
6.
Penguntilan Pupuk di Gudang BMS ..................................................................... 27
7.
Pelangsiran Pupuk di Jalan CR ............................................................................. 28
8.
Penaburan Pupuk RP............................................................................................ 29
9.
Grafik Pengamatan Ketepatan Aplikasi Pemupukan RP Blok L23 ...................... 31
10. Aplikasi Janjang Kosong TBS ............................................................................. 34 11. Curah Hujan BKLE Bulan Januari-April 2012 .................................................... 51
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1.
Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Karyawan Harian Lepas .......... 63
2.
Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pendamping Mandor ............... 65
3.
Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pendamping Asisten ................ 67
4.
Peta Kebun Bangun Koling Estate (BKLE) .............................................. 71
5.
Data Curah Hujan Kebun BKLE Tahun 2007-2011 ................................. 72
6.
Peta Jenis Tanah ........................................................................................ 73
7.
Struktur Organisasi Kebun Wilayah 4 ..................................................... 74
8.
Struktur Organisasi BKLE ........................................................................ 75
9.
Peta Status Hara Pada Tanaman Kelapa Sawit Kebun BKLE ................ 76
10. Biaya Pemeliharaan TM Kebun BKLE Tahun 2011 ................................ 77
PENDAHULUAN
Latar Belakang Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan komoditas tanaman perkebunan unggulan di Indonesia. Prospek pengembangan tanaman kelapa sawit di Indonesia ini masih prospektif. Tanaman ini merupakan salah satu penghasil devisa non migas terbesar bagi negara kita. Pada sektor perkebunan, kelapa sawit merupakan komoditas ekspor yang berperan penting dalam pembangunan perekonomian negara. Volume ekspor minyak kelapa sawit menunjukan data yang terus meningkat setiap tahunnya. Ekspor minyak kelapa sawit pada tahun 2008 mencapai 18,141,006 ton dengan nilai US$ 14,110,229 dan pada tahun 2010 mengalami peningkatan dengan volume ekspor 20,615,958 ton dengan nilai US$ 12,626,595 (Ditjenbun, 2011). Minyak sawit merupakan produk perkebunan yang memiliki prospek cerah karena seiring dengan berjalannya waktu, industri-industri yang berbasis bahan baku produk kelapa sawit meningkat pesat. Peningkatan produksi minyak sawit sejalan dengan pertambahan luas areal perkebunan kelapa sawit dan produksi tandan buah segarnya. Data menunjukan pada tahun 2008 terdapat 7,363, 847 ha luas areal kelapa sawit dengan produksi CPO sebesar 18,141,006 ton dan tahun 2010 meningkat menjadi 8,430,027 ha dengan produksi CPO 20,615,958 ton (Ditjenbun, 2011). Produktivitas yang sesuai dengan standar kelas lahan kelapa sawit dapat dicapai melalui kegiatan pemeliharaan. Menurut Febriana (2009) pemeliharaan tanaman meliputi kegiatan pengendalian gulma, pemeliharaan piringan, pemeliharaan pasar pikul, pemeliharaan Tempat Pengumpulan Hasil (TPH), pemeliharaan gawangan, pemupukan, serta pengendalian hama dan penyakit tanaman. Pemupukan sendiri merupakan faktor yang sangat mempengaruhi produktivitas kelapa sawit. Kemampuan tanah dalam penyediaan unsur hara secara terus-menerus bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman kelapa sawit yang berumur panjang sangatlah terbatas. Keterbatasan daya dukung lahan dalam penyediaan hara harus diimbangi dengan penambahan unsur hara yang dilakukan melalui
2
pemupukan. Pemupukan merupakan salah satu upaya untuk menyediakan unsur hara yang cukup guna mendorong pertumbuhan vegetatif tanaman dan produksi, serta ketahanan terhadap hama dan penyakit. Pemupukan pada perkebunan kelapa sawit dapat dibagi menjadi dua yaitu, pemupukan
pada
tanaman
belum
menghasilkan
(TBM)
dan
tanaman
menghasilkan (TM). Perbedaan pemupukan ini didasarkan pada tujuan pemupukannya. Pemupukan pada TBM lebih ditujukan untuk memacu pertumbuhan vegetatifnya, sedangkan pemupukan pada TM ditujukan untuk mendukung pertumbuhan generatif. Secara umum pemupukan bermanfaat menyediakan unsur hara di dalam tanah sehingga kebutuhan tanaman terpenuhi dan produksi yang maksimal dapat tercapai (Qomar, 2010). Pemupukan dapat meningkatkan kesuburan tanah yang menyebabkan tingkat produksi tanaman menjadi relatif stabil (Pahan, 2010). Selain itu, pemupukan sangat bermanfaat dalam melengkapi persediaan unsur hara di dalam tanah sehingga kebutuhan tanaman terpenuhi. Pemberian pupuk dilakukan dua kali setahun, yaitu pada awal musim hujan dan akhir musim hujan. Dosis pupuk ditentukan berdasarkan umur tanaman, jenis tanah, kondisi penutup tanah, kondisi visual tanaman. Waktu pemupukan ditentukan berdasarkan jadwal umur tanaman. Peningkatkan produktivitas tanaman dapat dilakukan dengan pemupukan yang efektif dan efisien dalam manajemen pemupukan. Manajemen pemupukan yang baik meliputi penentuan jenis pupuk, dosis pupuk, metode pemupukan, waktu pemupukan, frekuensi pemupukan, dan pengawasan mutu pupuk.
Tujuan Kegiatan magang ini secara umum bertujuan untuk meningkatkan kemampuan profesional mahasiswa sesuai kompetensinya agar dapat memahami dan melaksanakan proses kerja secara nyata, meningkatkan pengetahuan tentang budidaya kelapa sawit dan kemampuan teknis lapangan serta manajerial dalam melaksanakan kegiatan pengelolaan kebun kelapa sawit. Selain itu, tujuan khusus dari kegiatan magang ini adalah mempelajari manajemen pemupukan tanaman kelapa sawit, mencakup efisiensi dan efektivitas pemupukan yang dilakukan oleh tenaga kerja pemupukan di perusahaan ini.
1
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah tanaman perkebunan berupa pohon batang lurus dari kelas Angiospermae, ordo Monocotyledonae, famili Arecaceae, dan genus Elaeis (Mangoensoekarjo, 2007). Nama latin kelapa sawit Elaeis berasal dari elaion yang berarti minyak, guineensis berasal dari kata guinea berarti Pantai Barat Afrika, dan Jacq yang merupakan botanis Amerika pemberi nama latin kelapa sawit. Batang kelapa sawit tidak memiliki cabang dan kambium dengan tipe pertumbuhan primer. Titik tumbuhnya berada pada ujung batang. Tinggi maksimum kelapa sawit yang ditanam di perkebunan mencapai 18 meter, sedangkan yang tumbuh di alam mencapai 30 meter. Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap hara dalam tanah dan respirasi tanaman. Perakarannya sangat kuat karena tumbuh ke bawah dan ke samping membentuk akar primer, sekunder, tersier, dan kuarter. Akar primer tumbuh hingga perbatasan air tanah, sedangkan akar sekunder, tersier, kuarter tumbuh sejajar dengan permukaan air tanah bahkan akar tersier dan kuarter menuju lapisan atas yang mengandung banyak zat hara. Daun kelapa sawit membentuk susunan daun majemuk, bersirip genap, dan bertulang daun sejajar. Daun membentuk pelepah yang panjangnya mencapai lebih dari 7.5 – 9 meter, dimana jumlah anak daun 250 – 400 helai per pelepah.
Syarat Tumbuh Faktor iklim berpengatuh terhadap pertumbuhan dan produksi kelapa sawit. Kelapa sawit dapat tumbuh pada daerah tropis basah (12°LU – 12°LS) dengan ketinggian 0 – 500 meter dpl. Curah hujan yang baik bagi kelapa sawit adalah 2000 – 2500 mm/tahun dengan hujan yang agak merata dan tidak memiliki defisit air. Suhu optimum bagi kelapa sawit berkisar 24 – 28 °C, namun masih dapat tumbuh pada suhu terendah 18 °C dan tertinggi 32 °C (Setyamidjaja, 2006).
4 Tanaman kelapa sawit tumbuh baik pada tanah gembur, subur, tekstur ringan, berdrainase baik, permeabilitas sedang, dan mempunyai solum yang tebal sekitar 80 cm tanpa lapisan padas. Kemiringan yang paling baik untuk areal pertanaman kelapa sawit adalah 0 - 15°. Kelapa sawit tumbuh baik pada pH 5.0 – 5.6, tetapi tanaman ini masih dapat tumbuh pada pH 4.0 – 6.0.
Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit Manajemen pemupukan yang baik pada kelapa sawit harus mengacu pada konsep efektivitas dan efisiensi. Tujuan dari manajemen aplikasi pupuk di perkebunan kelapa sawit yaitu menciptakan kondisi kesuburan tanah yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan kelapa sawit sehingga dapat memberikan produksi yang ditargetkan sesuai dengan produktivitas kelas lahannya (Adiwiganda, 2007). Menurut Andayani (2008) pemupukan merupakan upaya untuk menyediakan unsur hara yang cukup untuk mendorong peertumbuhan vegetatif tanaman dan produksi tandan buah segar (TBS) secara maksimum dan ekonomis, serta untuk ketahanan terhadap hama dan penyakit. Pemberian pupuk yang tepat dapat meningkatkan produksi untuk mencapai produtivitas standar yang sesuai dengan kelas kesesuaian lahan.
Kegunaan unsur hara Jenis dan kegunaan unsur hara penting dalam kegiatan pemupukan di perkebunan kelapa sawit. Pengetahuan ini bertujuan untuk meningkatkan ketepatan baik jumlah, saat pemupukan, dan efektivitas pupuk terhadap produksi tanaman. Beberapa unsur hara yang penting bagi kelapa sawit, antara lain: 1.
Nitrogen (N), unsur hara ini diperlukan dalam jumlah banyak dan berguna bagi
pertumbuhan
tanaman,
pembentukan protein, sintesis klorofil.
Kekurangan unsur N mengakibatkan pertumbuhan tanaman menurun dan produksi daun juga menurun. Gejala kekurangan N adalah pertumbuhan terhambat dan daun tua berwarna hijau pucat kekuningan. Sumber pupuk yang mengandung N adalah Urea atau ZA. 2.
Phospor (P), merupakan unsur hara yang diperlukan dalam jumlah banyak, berperan dalam proses transfer energi sebagai penyusun ADP/ATP maupun
5 penyusun kode genetik tanaman, memperkuat perakaran dan batang tanaman, serta meningkatkan mutu buah. Kekurangan P menyebabkan tanaman tumbuh kerdil dan daun berwarna keunguan. Sumber unsur hara P antara lain pupuk SP-18, rock phosphat, SP-36. 3.
Kalium (K), unsur ini juga diperlukan dalam jumlah banyak, penting untuk penyusunan minyak, pengaktifan enzim, mengangkut hasil fotosintesis dan mempengaruhi jumlah dan ukuran tandan. Kekurangan unsur K akan terjadi pada daun tua karena K diangkut ke daun muda. Gejalanya akan timbul bercak transparan, lalu megering. Sumber unsur hara K adalah pupuk KCl.
4.
Magnesium (Mg), diperlukan dalam jumlah cukup banyak, berfungsi dalam proses fotosintesis, respirasi tanaman, dan pengaktifan enzim. Kekurangan unsur Mg ditandai dengan gejala ujung daun tua nampak kekuningan jika terkena sinar matahari, sedangkan daun yang terlindung tidak terjadi hal tersebut. Sumber hara Mg adalah kapur dolomit.
Ketepatan pemupukan Pupuk adalah sumber hara utama yang menentukan tingkat pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa sawit. Oleh sebab itu, pemupukan perlu dilakukan secara efisien dan efektif karena biaya yang di butuhkan dalam pemupukan tidaklah sedikit. Menurut Darmosarkoro (2003) biaya pemupukan kurang lebih 24% dari total biaya produksi atau sekitar 40-60% dari total biaya pemeliharaan. Pemupukan yang efektif dan efisien harus memperhatikan 5T yaitu tepat dosis, tepat cara, tepat waktu, tepat jenis, dan tepat tempat. Tepat dosis. Pemupukan yang optimal adalah pemupukan yang sesuai dengan kebutuhan tanaman (tepat dosis). Tepat dosis artinya pupuk harus diberikan sesuai dengan kebutuhan tanaman tidak berlebihan dan juga tidak kekurangan. Dosis pupuk yang berlebih tidak hanya membuat biaya pemupukan semakin tinggi, tetapi juga merugikan tanaman. Beberapa kisaran dosis pemupukan tanaman kelapa sawit menghasilkan pada tanah mineral dapat dilihat pada Tabel 1.
6
Tabel 1. Kisaran Dosis Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit Menghasilkan pada Tanah Mineral Kelompok Umur (tahun) 3–8 9 – 13 14 – 20 21 – 25
Jenis dan Dosis Pupuk (kg/pohon) Urea 2 2.75 2.5 1.75
SP-36 1.5 2.25 2 1.25
MOP 1.5 2.25 2 1.25
Kieserite 1 1.5 1.5 1
Sumber: Lubis (2008)
Tepat waktu. Pemupukan yang efektif dilakukan pada saat tanah mengandung cukup air yaitu pada awal musim hujan atau akhir musim hujan. Biasanya pemupukan di lakukan dua kali dalam setahun. Waktu pemupukan harus disesuaikan dengan keadaan tanaman dan juga curah hujan. Pagi sampai siang hari adalah waktu yang tepat untuk aplikasi pemupukan pada kelapa sawit (Qomar, 2010). Tepat jenis. Jenis pupuk yang sering digunakan pada perkebunan kelapa sawit yaitu pupuk urea atau ZA (unsur N), rock phosphate atau SP-36 (unsur P), MOP atau KCl (unsur K), Dolomit atau Kieserit (unsur Mg), dan HGF-Borat (unsur B). Pupuk yang digunakan harus sesuai dengan kebutuhan tanaman kelapa sawit. Tepat cara dan tempat. Aplikasi pupuk pada tanaman menghasilkan untuk kelapa sawit dibedakan atas sifat masing-masing seperti : (a) Nitrogen sebaiknya ditaburkan antara batang tanaman sampai batas bokoran. (b) P2O5 dan MgO (Phosphate dan Magnesium) ditaburkan sekitar 25 cm dari tanaman sampai ujung bokoran. Namun apabila Rock phosphate yang digunakan, tempat penaburan pupuknya adalah disekitar gawangan di pinggir rumpukan pelepah dan diatas gulma lunak yang tumbuh disana. (c) K2O (Kalium) ditaburkan diujung bokoran.
METODE MAGANG
Waktu dan Tempat Kegiatan magang ini dilakukan selama tiga bulan dimulai dari tanggal 13 Februari 2012 sampai dengan 13 Mei 2012 di Bangun Koling Estate, PT Windu Nabatindo Abadi, Bumitama Gunajaya Agro (BGA) Grup, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah.
Metode Pelaksanaan Kegiatan magang yang dilaksanakan meliputi seluruh kegiatan aspek teknis di lapangan dan aspek manajerial baik di kebun maupun di kantor. Kegiatan yang dilaksanakan antara lain penulis sebagai karyawan harian lepas (KHL), pendamping mandor, pendamping asisten divisi. Kegiatan pada tiga minggu pertama adalah melaksanakan kegiatan sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL) dan melaksanakan semua kegiatan di lapangan sesuai dengan kegiatan kebun. Sebagai KHL penulis melaksanakan kegiatan penanaman, pemupukan, pengendalian gulma, sanitasi, panen, dan pengangkutan tandan buah segar sampai dengan pabrik pengolahan kelapa sawit. Jurnal harian sebagai KHL dapat dilihat pada Lampiran 1. Selama tiga minggu selanjutnya, kegiatan magang dilaksanakan sebagai pendamping mandor. Penulis mempelajari kewenangan dan tanggung jawab seorang mandor. Jurnal kegiatan harian sebagai pendamping mandor dapat dilihat pada Lampiran 2. Pada enam minggu terakhir sebagai pendamping asisten/kepala divisi. Sebagai pendamping asisten divisi penulis belajar cara-cara manajerial tingkat divisi, misalnya menyusun rencana kerja divisi, melaksanakan rencana kerja yang telah disusun, mengawasi pelaksanaan pekerjaan yang telah dijadwalkan, mengevaluasi pekerjaan yang telah dilaksanakan. Jurnal harian sebagai pendamping asisten divisi dapat dilihat pada Lampiran 3. Metode yang dilakukan secara khusus untuk aspek pemupukan pada kelapa sawit yaitu mengamati dan menganalisis proses manajemen distribusi pupuk dari gudang penyimpanan pupuk sampai dengan pekerja atau karyawan di
8 lapang. Selain itu juga mempelajari pengelolaan analisis daun, rekomendasi pemupukan, aplikasi pupuk di lapangan, tenaga kerja dan pengawasan.
Pengamatan dan Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode langsung (data primer) dan metode tidak langsung (data sekunder). Data primer adalah informasi yang didapatkan secara langsung melalui pengamatan di lapangan maupun diskusi dengan KHL, mandor dan asisten kebun. Ada beberapa indikator yang harus diamati secara detail oleh penulis agar pemupukan pada perusahaan tersebut efektif dan efisien. Kemudian dibandingkan dengan standar yang ada di perusahaan tersebut. Data ini meliputi ketepatan dosis dan jenis pupuk yang diberikan, ketepatan cara pemupukan, jumlah HK yang dipakai pada kegiatan pemupukan, dan pengamatan gejala kekurangan hara tanaman. Data sekunder yang dikumpulkan meliputi: (1) data kondisi kebun, meliputi peta areal, jenis tanah, topografi lahan, kondisi populasi tanaman, produksi dan produktivitas, data curah hujan, serta data rekomendasi pemupukan kelapa sawit; (2) standar dan target kebun meliputi: pemeliharaan, pemanenan, produksi, dan tenaga kerja; (3) organisasi dan manajemen seperti: struktur organisasi, jumlah dan status karyawan, dan (4) sarana dan prasarana kebun. Data primer yang diamati penulis dengan metode sampling secara acak (Simple Random Sampling) adalah: a.
Ketepatan dosis pemupukan Data diperoleh dengan mengambil 60 contoh pokok pada beberapa tempat disesuaikan dengan standar dosis rekomendasi pupuk yang ditetapkan oleh perusahaan. Data tersebut diambil dari tiga blok sebagai ulangan.
b.
Gejala defisiensi hara Pengamatan dilakukan dengan menggunakan 330 pokok contoh pada beberapa tempat dengan melaksanakan pengamatan visual dari gejala defisiensi hara yang muncul pada tanaman contoh pada perusahaan tersebut.
c.
Ketepatan tempat pupuk ditebar Pengamatan dilakukan pada 60 pokok pada beberapa tempat kemudian dibandingkan dengan ketentuan yang ditetapakan perusahaan. Sebelumnya
9 dilakukan pengamatan terlebih dahulu terhadap jumlah pokok terpupuk dan tidak terpupuk pada tempat tersebut. Data tersebut diambil dari tiga blok sebagai ulangan. Selain data di atas, data yang diamati adalah mengenai tenaga kerja pemupukan yaitu : a.
Ketepatan dosis untilan pupuk Pengamatan ketepatan dosis untilan dilakukan pada empat orang penguntil yang dilakukan selama empat hari dengan mengambil sample sebanyak 30 untilan. Ketepatan untilan dilakukan dengan menimbang kembali bobot untilan, kemudian dibandingkan dengan standar bobot untilan yang telah ditetapkan oleh kebun.
b.
Aplikasi dan waktu pemupukan Data diperoleh dengan mengambil 15 penabur untuk diamati ketepatan cara menabur pupuknya, lalu disesuaikan dengan standar perusahaan dan dibandingkan dengan pustaka. Untuk ketepatan waktu pemupukan dengan mengamati waktu realisasi pemupukan kemudian menganalisis berdasar data curah hujan.
c.
Efisiensi tenaga kerja Data primer ini penulis peroleh dengan menghitung prestasi kerja pemupuk berdasar bobot pupuk/HK dan dibandingkan dengan standar kerja yang diterapakan oleh perusahaan. Prestasi kerja berdasar bobot pupuk/HK yang diamati meliputi jenis pupuk, jumlah pupuk, dan jumlah tenaga kerja dalam satu blok.
d.
Manajemen dan distribusi pemupukan di lapangan Data ini diamati secara pengamatan visual dari gudang pupuk (HK, waktu sampai ke blok, kebutuhan angkut setiap truk, bobot pupuk), distribusi mandor di blok (HK, waktu pelangsiran pupuk pada blok, bobot pupuk, jumlah tenaga kerja), dan pekerja (HK, jumlah tenaga kerja, kebutuhan pupuk, waktu).
10
Analisis Data dan Informasi Semua data dan informasi yang diperoleh selama kegiatan magang dianalisis secara deskriptif dan kuantitatif dengan menggunakan perhitungan matematis yang meliputi nilai rata rata dan standar deviasi, uji korelasi, persentase, ataupun perhitungan matematis sederhana lainnya. Data disajikan dalam bentuk grafik, tabel, dan diagram sesuai dengan kebutuhkan. Setelah itu, data dan informasi tersebut dibandingkan dengan standar dan aturan kerja dari setiap kegiatan yang berlaku.
KONDISI UMUM LOKASI MAGANG
PT Windu Nabatindo Abadi adalah perusahaan perkebunan kelapa sawit yang mengelola tiga unit usaha, yaitu Sungai Bahaur Estate (SBHE), Sungai Cempaga Estate (SCME), Bangun Koling Estate (BKLE). Untuk masing-masing unit melakukan kegiatan sistem operasional dengan manajemen yang terpisah, namun ketiga unit usaha ini masih berada dalam satu induk perusahaan, yaitu PT Bumitama Gunajaya Agro (BGA). Ketiga unit usaha tersebut mempunyai satu pabrik pengolahan kelapa sawit yaitu Selucing Agro Mill (SAGM) yang terletak tidak jauh dari masingmasing estate. Pabrik ini yang mengolah tandan buah segar kelapa sawit menjadi produk Crude Palm Oil (CPO). Sebelumnya kebun ini bernama Tumbang Koling Estate, tetapi karena ada perbedaan arti nama kebun maka pada tahun 2009 berubah nama menjadi Bangun Koling Estate.
Letak Geografis dan Administratif Kebun kelapa sawit Bangun Koling Estate (BKLE) adalah salah satu kebun dari unit usaha yang dimiliki oleh PT Windu Nabatindo Abadi (WNA). PT WNA merupakan anak perusahaan PT Bumitama Gunajaya Agro (BGA) Grup di daerah Kalimantan Tengah. Kebun BKLE ini terletak di desa Tumbang Koling, Kecamatan Cempaga Hulu, Kabupaten Kotawaringin Timur, Provinsi Kalimantan Tengah. Batas areal BKLE sebelah timur berbatasan dengan Sungai Cempaga Estate (SCME), sebelah barat berbatasan dengan PT TASK Kelapa Sawit, sebelah utara berbatasan dengan PT Nabatindo Karya Utama (NKU), dan sebelah selatan berbatasan dengan PT Sarana Sawit. Kebun BKLE terletak pada koordinat diantara 112.01°-113.09°BT dan 1.45°-1.85°LS. Peta Kebun BKLE dapat dilihat pada Lampiran 4.
12 Keadaan Iklim dan Tanah Iklim di kebun BKLE menurut klasifikasi Schmidth-Ferguson termasuk tipe iklim A (sangat basah). Daerah ini memiliki dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan. Pada bulan Juli dan bulan September adalah puncak dari musim kemarau sedangkan bulan April dan bulan Oktober puncak dari musim hujan berdasarkan data curah hujan dari tahun 2007-2011. Rata-rata curah hujan selama 5 tahun terakhir adalah 4,099 mm/tahun dengan rata-rata hari hujan yaitu 145 hari per tahun. Suhu rata-rata harian adalah 27 °C dengan kisaran 23-33°C. Rata-rata bulan kering 0.8 bulan/tahun dan rata-rata bulan basah 10.8 bulan/tahun. Keadaan curah hujan di BKLE tahun 2006-2011 dapat dilihat pada Lampiran 5. Secara umum kebun ini memiliki 4 jenis tanah, yaitu tanah entisol, tanah gambut, tanah inceptisol, dan tanah ultisol. Tanah yang dominan pada kebun BKLE adalah tanah inceptisol. Tanah ini berwarna beraneka ragam tergantung jenis bahan induknya. Komposisi jenis tanah disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Jenis Tanah Kebun BKLE Jenis Tanah Entisol (Pasir) Histosol (Gambut) Inceptisol (Kaolin) Ultisol (Podzolik)
Luas (ha)
Persentase (%)
982.67 179.84 1,349.14 18.67
38.85 7.11 53.33 0.71
Sumber : Data Kebun BKLE (2012)
Keadaan topografi lahan ini mayoritas relatif datar dengan tingkat kemiringan 0-8% dan sedikit daerah bergelombang dengan tingkat kemiringan 915% serta daerah berbukit dengan kemiringan 15-30%. Untuk lebih jelasnya keadaan topografi lahan dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Topografi Lahan Kebun BKLE Topografi Datar (0%-8%) Bergelombang (9%-15%) Berbukit (15%-30%)
Luas (ha) 2,484 42 4
Persentase (%) 98.18 1.69 0.16
Sumber: Data Kebun BKLE (2012)
Berdasarkan kelas kesesuaian lahan kebun BKLE termasuk dalam lahan kelas S3. Artinya tanah di kebun ini apabila dimanfaatkan untuk budidaya kelapa sawit harus diimbangi dengan upaya meningkatkan kesuburan tanah. Hal ini dapat
13
dilakukan dengan cara penanaman LCC (Legum Cover Crop), pemupukan yang efektif dan efisien, dan aplikasi bahan organik sehingga dapat meningkatkan produktifitas tanaman kelapa sawit.
Luas Hak Guna Usaha (HGU) dan Tata Guna Lahan Luas HGU kebun BKLE adalah 3,203 ha, dengan rincian 2,530 ha sudah diusahakan yang terdiri dari 2,087 ha tanaman menghasilkan (TM) dan 443 ha tanaman belum menghasilkan (TBM). Kemudian untuk areal prasarana seluas 140 ha dan areal yang mungkin bisa ditanam yaitu seluas 178 ha. Kebun ini memiliki empat divisi , yaitu Divisi I seluas 813 ha, Divisi II seluas 641 ha, divisi III seluas 876 ha, dan Divisi VI seluas 200 ha. Luas areal dan tata guna lahan dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Luas HGU dan Tata Guna Lahan di BKLE Uraian
Luas (ha)
I. Areal yang diusahakan A. Areal yang ditanam Tanaman Menghasilkan (TM) Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) TOTAL AREAL DITANAM B. Areal Prasarana Emplasemen Jalan dan Jembatan TOTAL AREAL PRASARANA II. Areal mungkin bisa ditanam/perluasan C. Okupasi TOTAL AREAL MUNGKIN BISA DIUSAHAKAN D. Tanah Desa E. Bukit, Sungai, Lembah, Rawa, Tanah Tandus TOTAL AREAL TDK BISA DIUSAHAKAN GRAND TOTAL
2,087 443 2,530 67 73 140 178 178 53 303 356 3,203
Sumber: Data Kebun BKLE (2012)
Keadaan Tanaman dan Produksi Kebun BKLE mempunyai sumber tanaman kelapa sawit yang berkualitas. Varietas kelapa sawit yang ditanam pada kebun ini yaitu ASD/Costarica, Marihat V, Socfindo, PNG, Lonsum, Lonsum 2. Bibit yang paling banyak ditanam yaitu
14
varietas Marihat V. Komposisi bibit yang ditanam di kebun BKLE dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Komposisi Bibit Tanaman Kelapa Sawit di BKLE Jenis bibit
Luas (ha)
Persentase (%)
421.79 144.65 8.07 438.06 1,323.3 193.8
16.67 5.71 0.32 17.31 52.31 7.66
ASD/Costarica Lonsum 2 Lonsum PNG Marihat V Socfindo Sumber: Data Kebun BKLE (2012)
Jarak tanam yang digunakan yaitu 9.2 m x 9.2 m x 9.2 m dengan jarak antar baris 7.97 m dan jarak dalam baris 9.2 m sehingga populasi dalam 1 ha 136 tanaman. Namun fakta di lapangan menunjukan bahwa terdapat jarak tanam yang berbeda-beda pada satu blok dan populasi yang berbeda-beda juga pada setiap satu hektar. Hal ini di akibatkan karena kondisi lahan yang tidak memungkinkan untuk ditanami, adanya lahan rawa, dan serangan hama penyakit tanaman. Jumlah populasi tanaman di kebun BKLE dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Populasi Tanaman per Tahun Tanam di Kebun BKLE Tahun Tanam 2006 2007 2008 2009 2010 2011 TOTAL
Luas Areal (ha)
Populasi
560.06 1,526.55 261.05 34.63 122.33 25.01 2,529.65
76,097 204,666 37,727 5,025 16,622 3,401 343,535
Satuan Pokok/Ha (pkk/ha) 136 134 145 145 136 136 136
Sumber: Data Kebun BKLE (2012)
Kebun ini mulai berproduksi pada tahun 2009 karena tahun tanam pertama adalah tahun 2006. Produksi dan produktivitas kelapa sawit di kebun BKLE untuk 3 tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 7.
15
Tabel 7. Produksi dan Produktivitas TBS Kebun BKLE Tahun 2009-2011 Tahun
Luas Lahan (ha) 2,264 2,348 2,348
Produksi (ton) 2009 1,868 2010 10,441 2011 21,892 Sumber: Data Kebun BKLE (2012)
Jumlah Janjang (JJR) 470,984 2,544,210 4,602,846
BJR 3.97 4.10 4.76
Produktivitas (ton/ha) 0.83 4.45 9.33
Dari data diatas terlihat bahwa produksi tandan buah segar meningkat setiap tahunnya. Data menunjukan bahwa kebun BKLE terus mengalami peningkatan produksi dari 1 868 ton TBS pada tahun 2009 menjadi 21 892 ton TBS pada tahun 2011. Hal tersebut karena peningkatan adanya luas areal dan pemeliharaan tanaman yang efektif meliputi kegiatan pengendalian gulma, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit. Selain itu juga peningkatan produksi akibat dari bertambahnya areal TM yang ada di kebun BKLE.
Fasilitas Kebun Fasilitas yang dimiliki oleh kebun BKLE yaitu kantor kebun, kantor divisi, poliklinik, Tempat Penitipan Anak (TPA), kantor Blok Manufaring System (BMS) dan Blok Spraying System (BSS), beberapa gudang bahan dan alat-alat kebun, masjid, lapangan sepak bola, lapangan voli, dan lapangan bulutangkis. Semua fasilitas yang ada di kebun BKLE bertujuan untuk memenuhi kebutuhan karyawan guna meningkatkan kinerja karyawan. Kantor kebun berfungsi untuk pusat administrasi kebun. Kantor divisi sebagai tempat administrasi masingmasing divisi, misalnya sebagai tempat rapat divisi. Divisi kebun dipimpin oleh seorang asisten divisi. Kebun BKLE juga menyediakan perumahan untuk semua karyawannya. Perumahan untuk karyawan staff dan Divisi II terletak di sekitar kantor kebun sedangkan untuk karyawan Divisi I, III, dan IV ada di setiap divisi masing-masing. Pihak kebun menyediakan bus untuk antar jemput putra-putri karyawan yang sekolah. Beberapa fasilitas yang tersedia di kebun BKLE dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
16
a
b
c
d
e
f
g
h
i
Gambar 1. Fasilitas Kebun BKLE (a.TPA; b. Kantor BSS; c. Kantor Traksi; d. Perumahan Karyawan; e. Kantor Divisi II; f. Kantor Kebun; g. Masjid; h. Gudang dan Kantor BMS, i. Polibun)
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan PT Windu Nabatindo Abadi (WNA) merupakan salah satu unit usaha dari PT Bumitama Gunajaya Agro Grup (BGA Grup). PT WNA dipimpin oleh seorang Kepala Wilayah yang bertanggung jawab kepada GMP (General Manajer Plantation). Seorang Kepala Wilayah akan dibantu Admin Wilayah untuk melaksanakan kegiatannya, Departemen Support yang terdiri dari staf PAD (Public Affair Departement), staf GIS (Geographic Information System), Chief Keamanan, Estate manager, Mill manager, Kepala Tata Usaha (KTU), dan Kepala Traksi Wilayah. Struktur organisasi PT WNA wilayah IV dapat dilihat pada Lampiran 6. Kebun Bangun Koling Estate dipimpin oleh seorang Estate Manager (EM) yang dibantu oleh Kepala Administrasi (Kasie) dan tiga Asisten Divisi. Asisten Divisi akan dibantu oleh mandor I, kerani divisi, kerani panen, kerani transport,
17
mandor perawatan, mandor panen, mandor chemis (semprot), mandor pupuk, dan mandor mekanik. Bagian kantor yaitu Kasie akan dibantu oleh
accounting,
kasier, admin, personalia, dan mantri tanaman. Seorang Estate Manager (EM) memiliki tanggung jawab untuk mengelola dan memimpin kebun dengan baik, menyusun anggaran tahunan dan bulanan yang meliputi produksi, sumber daya manusia, dan biaya yang dibantu oleh asisten divisi dan kepala administrasi. Seorang EM dalam kinerjanya bertanggung jawab langsung dengan Kepala Wilayah. Asisten Divisi memiliki tugas untuk merencanakan dan melaksanakan kegiatan teknis di lapangan di divisi masing-masing, meningkatkan produktivitas melalui pengembangan kompetensi dan karier sumber daya manusia di divisi. Selain itu juga memonitoring semua kegiatan teknis di lapangan dan melaporkan kepada manajer kebun. Asisten divisi bertanggung jawab langsung kepada EM dan dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh mandor I, mandor dan kerani divisi. Kepala Administrasi
yaitu orang yang bertanggung jawab dalam
mengelola semua kegiatan administrasi di kebun. Dalam tugasnya dibantu oleh karyawan di kantor kebun. Struktur organisasi kebun Bangun Koling Estate (BKLE) dapat dilihat pada Lampiran 7. Kebun BKLE mempunyai karyawan staf dan karyawan non staf. Karyawan staf yaitu Estate Manager (EM), Asisten Divisi, dan Kepala Administrasi sedangkan karyawan non staf yaitu pekerja langsung di lapangan dan tidak langsung seperti mandor, kerani, dan lain-lain. Pekerja langsung terdiri dari Karyawan Harian Lepas (KHL), Karyawan Harian Tetap (KHT) dan Karyawan Bulanan. Data jumlah karyawan staf dan non staf di kebun BKLE dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Jumlah Staf dan Non Staf Kebun BKLE No 1 2 3 4
Status Pegawai Staf Bulanan Karyawan Harian Tetap (KHT) Karyawan Harian Lepas (KHL) Indeks Tenaga Kerja (ITK)
Sumber: Data Kebun BKLE (2012)
Jumlah 5 14 199 180 0.16
18
Hari kerja setiap minggu adalah enam hari dengan 7 jam kerja, sedangkan hari jumat hanya 5 jam kerja. Indeks tenaga kerja adalah hasil dari pembagian antara jumlah total tenaga kerja dan luas areal kebun. Pada kebun BKLE diperolah hasil HK/ha yaitu 0.16. Menurut Pahan (2010) perkebunan kelapa sawit memerlukan HK/ha atau tenaga kerja sebanyak 0.2 orang setiap ha nya. Sistem pembayaran gaji untuk karyawan berbeda-beda tergantung pada statusnya. Perbedaan terletak pada jumlah gaji dan tunjangan yang didapatkan dari perusahaan. Ketentuan yang berlaku pada kebun BKLE untuk karyawan adalah sebagai berikut : 1. Karyawan Bulanan: mendapatkan tunjangan beras, mendapat fasilitas rumah dan listrik, gaji per bulan sesuai dengan golongan dan kebijakan kebun, mendapatkan tunjangan JAMSOSTEK dari perusahaan dan tunjangan biaya kesehatan apabila sakit untuk berobat. 2.
Karyawan Harian Tetap (KHT): mendapatkan tunjangan beras, mendapatkan fasilitas rumah dan listrik, gaji per bulan dihitung sesuai dengan UMR perusahaan yaitu Rp 1,456,000 per bulan, mendapatkan tunjangan JAMSOSTEK dan fasilitas biaya kesehatan apabila sakit.
3.
Karyawan Harian Lepas (KHL): tidak mendapatkan tunjangan beras dan tunjangan JAMSOSTEK, mendapatkan fasilitas rumah dan listrik, gaji yang didapatkan per bulan yaitu jumlah upah harian sebesar Rp 58,240 per HK dikalikan hari kerja, setelah bekerja tiga bulan KHL dapat diangkat menjadi karyawan KHT.
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
Kegiatan magang yang dilakukan terdiri dari aspek teknis dan aspek manajerial. Aspek teknis yaitu melakukan kegiatan teknis di lapangan selama menjadi karyawan harian. Aspek manajerial yaitu melakukan kegiatan sebagai supervisor untuk mempelajari manajerial dan sistem administrasi kebun. Dalam pelaksanaan magang selalu diarahkan oleh manajer kebun, asisten divisi, kasie kebun, mandor I, krani divisi, mandor pupuk, mandor chemist (semprot), mandor perawatan, mandor panen, dan krani panen.
Pelaksanaan Teknis Penulis melakukan kegiatan teknis dengan menjadi Karyawan Harian Lepas (KHL), pendamping mandor, dan pendamping asisten. Pelaksanaan kegiatan dimulai dari mengikuti apel pagi pukul 04.45 WIB. Pada apel pagi dijelaskan untuk kegiatan hari itu dimasing-masing kemandoran dengan terlebih dahulu melakukan absensi. Apel dipimpin oleh asisten divisi atau mandor I. Semua pekerjaan selesai pada pukul 13.25 WIB dengan waktu untuk istirahat antara pukul 10.00-10.30 WIB. Pekerjaan teknis yang dilakukan penulis meliputi pemupukan, pengendalian hama/penyakit
dan gulma, aplikasi janjang kelapa
sawit, dan pemanenan.
Pengendalian Hama, Penyakit Tanaman dan Gulma Pengendalian Hama Kegiatan pengendalian hama penting dilakukan untuk meningkatkan produktivitas tanaman kelapa sawit dan sanitasi kebun. Pengendalian hama dilakukan dengan menggunakan pestisida nabati untuk mengendalikan ulat api. Kebun BKLE menanam tanaman Turnera ulmifolia dan Neprolephis biserata untuk mengendalikan ulat api. Tanaman ini adalah inang bagi predator hama ulat api. Tanaman Turnera ulmifolia ditanam disepanjang jalan utama dan jalan antar blok. Pengendalian kumbang tanduk dilakukan dengan cara membuat perangkap
20
yang disebut dengan ferotrap. Perangkap ini dipasang di jalan antar blok. Di dalam perangkap ini terdapat bahan kimia yang disebut feromond yang dapat menarik kumbang tanduk jantan datang karena aroma bahan kimia ini seperti zat yang dikeluarkan kumbang tanduk betina, sehingga merangsang kumbang jantan masuk ke dalam perangkap. Pengendalian Gulma Gulma yang banyak ditemukan di kebun BKLE adalah Mikania micranta, Chromolaena
odorata,
Ageratum
conizoides,
Dicrapnotheris
linearis,
Neprolephis biserata, Melastoma malabathricum, dan Clidemia hirta. Khusus untuk gulma Neprolephis biserata dibiarkan hidup pada gawangan mati dan pokok kelapa sawit. Hal ini bertujuan untuk mengurangi tingkat evaporasi pada tanah sehingga kelembaban tetap terjaga. Pengendalian gulma manual. Pengendalian gulma dengan cara manual dilakukan di gawangan dan piringan. Alat yang digunakan yaitu parang dan golok. Kegiatan pengendalian gulma secara manual di gawangan dilakukan dengan cara membabat atau menebas gulma anak kayu yang ada pada gawangan mati ataupun gawangan hidup. Standar kerja pengendalian gulma secara manual di gawangan adalah 2 HK setiap gawangan (1 ha). Pembabatan dilakukan dengan sistem ancak giring, pembabat akan berpindah dari gawangan yang telah dibabat ke gawangan lain yang belum selesai. Gulma ditebas ± 20 cm dari permukaan tanah. Prestasi kerja gawangan manual 0.5 ha/HK. Kegiatan piringan manual adalah membersihkan gulma yang terdapat pada piringan pokok dan mengutip brondolan hitam agar tidak tumbuh menjadi kentosan serta menarik kacangan yang menutupi tanaman kelapa sawit. Prestasi kerja untuk piringan manual yaitu 0.5 ha/HK. Kegiatan pengendalian gulma manual umumnya dilakukan pada tanaman yang baru menghasilkan, karena pada kondisi ini tanaman memerlukan banyak perawatan dan keadaan piringan yang harus bersih. Kegiatan pengendalian gulma manual dilakukan pada blok M 20 di divisi II. Pembabatan gulma dan piringan manual dilakukan kurang maksimal karena kurangnya tenaga kerja. Selain itu kondisi lahan dan topografi yang sulit untuk dilalui tenaga kerja karena sebagian besar tergenang air, lahan yang penuh rawa,
21 dan lahan yang curam. Di bawah ini adalah gambar kegiatan pengendalian gulma secara manual yang dilakukan karyawan kebun BKLE.
b
a
Gambar 2. Pengendalian Gulma Secara Manual. (Gambar a. Tebas Gawangan; Gambar b. Babat Piringan dan Garuk Kacangan) Pengendalian gulma dengan menggunakan
kimia. Metode ini
menggunakan herbisida, aplikasinya dengan cara disemprotkan langsung pada gulmanya secara merata. Penyemprotan dilakukan pada TBM dan TM kelapa sawit. Pengendalian gulma dilakukan pada gawangan, piringan, TPH, dan pasar pikul. Bahan herbisida yang digunakan untuk pengendalian di gawangan adalah Meta-prima 20 WP (metil metsulfuron) sedangkan pada piringan menggunakan KLEENUP 480 SL (glifosat). KLEENUP 480 SL adalah herbisida purna tumbuh yang bersifat sistemik berbentuk larutan, berwarna coklat muda, digunakan untuk mengendalikan alangalang pada pertanaman kelapa sawit, dan lahan tanpa tanaman serta gulma berdaun sempit. Bahan aktifnya yaitu isopropil amina glifosat 480 g/l atau setara dengan glifosat 356 g/l. Meta-prima 20 WP adalah herbisida pra dan purna tumbuh yang bersifat selektif, berbentuk butiran berwarna putih keabuan yang dapat didispersikan dalam air untuk mengendalikan gulma berdaun lebar, sempit, dan teki pada kelapa sawit. Bahan aktifnya adalah metil metsulfuron 20%. Herbisida ini digunakan untuk mengendalikan Ageratum conyzoides, Clidemia hirta, Synedrella nudiflora, dan Colopogonium mucunoides. Metode pengendalian gulma yang dilakukan di kebun BKLE adalah sistem Blok Spraying System (BSS), yaitu penyemprotan dari blok satu ke blok yang lain. Tim semprot menggunakan TUS (truk untuk semprot) yang memiliki tangki berkapasitas 2,000 liter air. Tim BSS TUS kebun BKLE memiliki 30
22
tenaga kerja dan 2 tenaga pengairan atau pembawa herbisida yang dibagi menjadi 10 Kelompok Kecil Penyemprot (KKP) dan digunakan untuk satu estate. Alat sprayer yang digunakan adalah SA-15 dengan nozel VLV 100 dan VLV 200. Kapasitas sprayer ini yaitu 15 liter. Nozel VLV 100 memiliki flow rate 400-430 ml/menit untuk semprot piringan dan semprot semak sedangkan VLV 200 memiliki flow rate 900-915 ml/menit untuk semprot gawangan. Warna nozel memiliki lebar semprot yang berbeda-beda. Nozel merah memiliki lebar semprot 2 meter dengan flow rate 2,475 ml/menit, nozel biru lebar semprot 1.5 meter dengan flow rate 1,630 ml/menit, nozel hijau lebar semprot 1 meter dengan flow rate 900 ml/menit, nozel kuning lebar semprot 0.5 meter dengan flow rate 680 ml/menit. Penyemprotan piringan, pasar pikul, dan gawangan menggunakan nozel warna merah, hijau, dan biru. Warna biru digunakan untuk semprot alang-alang. Contoh perhitungan volume semprot nozel hijau dengan kecepatan jalan 48 meter/menit adalah: ,
Volume semprot = =
. ,
/ /
= 187,500 ml/menit = 187.5 l/menit
Perlengkapan yang dibutuhkan untuk penyemprot adalah bendera batas ancak, topi, sarung tangan, masker, baju semprot, kacamata, sepatu boot, dan rompi. Peralatan ini sangatlah berguna untuk kesehatan penyemprot karena menggunakan bahan kimia yang berbahaya bagi tubuh. Namun pada kenyaatannya banyak tenaga penyemprot yang kurang memperhatikan alat kelengkapan diri tersebut sehingga mengganggu keamanan penyemprotan.
Gambar 3. Pengendalian Gulma Secara Kimia pada Piringan
23 Pengendalian gulma pada piringan, pasar pikul dan TPH dilakukan dengan menggunakan herbisida glifosat (merek dagang KLEENUP 480 SL) dan metil metasulfuron (merek dagang Meta-prima 20 WG). Dosis glifosat adalah 0.3 liter/ha sedangkan metil metsulfuron adalah 0.016 kg/ha. Sebelumnya glifosat sudah dicampur dengan air 1:1 dan metil metsulfuron juga dicampur dengan air 1:10, kemudian dicampur dengan glifosat. Biasanya dosis yang digunakan untuk glifosat 100 cc dan meta prima 30 cc yang diencerkan sesuai dengan volume kap 15 liter. Tangki diisi penuh sehingga dalam satu tangki semprot dapat mengisi hingga 126 kali kap yang bervolume 15 liter. Standar prestasi kerja untuk penyemprotan piringan adalah 3 ha/HK dan untuk semprot gawangan 2 ha/HK. Rotasi kerja semprot yaitu 4 kali setahun.
Pemupukan Pengambilan contoh daun (LSU) Leaf Sampling Unit (LSU) adalah satu unit areal yang digunakan sebagai pengambilan contoh daun dari tanaman yang telah ditetapkan sebagai pokok pengamatan Kesatuan Contoh Daun (KCD) dengan tujuan sebagai contoh yang cukup serta mewakili untuk informasi kesuburan tanah
dan perlakuan yang
diberikan dalam suatu luasan blok. Kegiatan ini bertujuan untuk menentukan status hara tanaman kelapa sawit pada tanaman menghasilkan dalam rangka penyusunan program pemupukan tahunan yang dilakukan oleh Departemen Riset Bumitama Gunajaya Agro Group, menentukan pelepah ke 1 dan 17 dengan tepat yang merupakan tempat pengambilan sample daun dan rachis yang benar. Beberapa ketentuan yang digunakan dalam penentuan pokok yang dijadikan sebagai tanaman contoh adalah: 1. Titik pengamatan diambil dari tanaman yang normal, homogen, dan tidak terkena penyakit tanaman. 2. Selain itu tanaman juga tidak terletak dipinggir jalan dan bangunan. 3. Apabila pokok yang diamati mati maka KCD bergeser satu pokok ke depannya.
24 4. Jumlah blok yang diambil sebagai blok KCD adalah seluruh blok TM yang ada. 5. Jumlah tanaman yang diambil sebagai sampel dalam satu blok /KCD adalah 1 % dari total pokok blok/KCD. Penentuan contoh tanaman diambil dari baris ketiga dari ujung blok tanaman di pinggir jalan utama dan dihitung setiap 10 baris tanaman. Tanaman contoh pertama mulai dari pokok ketiga kemudian selang 10 tanaman sebagai contoh tanaman kedua. Apabila sampai ujung blok tidak sampai 10 baris tanaman maka KCD selanjutnya pindah1-2 tanaman ke dalam blok, kemudian dihitung 10 baris tanaman dari tanaman terakhir. Kemudian tanaman diberi tanda dengan cat biru pada pangkal pelepah untuk semua pengamatan KCD sampai seluruh tanaman dalam satu blok selesai agar tahun berikutnya tidak terjadi kesalahan, tanda tersebut digunakan sampai tanaman diremajakan. Apabila tanaman contoh mati maka KCD adalah tanaman yang letaknya dua pohon di depannya. Kemudian tanaman diberi tanda panah (arah ke atas) artinya memasuki jalur pokok sampel pada pokok pertama jalur masuk dan tanda panah ke arah samping (sesuai arah perpindahan jalur sampel) artinya tanda keluar dari baris tersebut dan pindah ke baris berikutnya pada pokok terakhir saat keluar jalur sampel.
Penanganan contoh daun Sebelum mengambil daun yang digunakan untuk dianalisis dilakukan pengamatan gejala defisiensi (N, K, Mg, B dan Cu) atau kondisi abnormal lainnya pada tanaman saat pengambilan sampel di lapangan dengan ketentuan sebagai berikut : a) Nilai 0 : apabila tanaman di sekitar pokok KCD tidak terdapat tanaman yang mengalami defisiensi, b) Nilai 1 : apabila tanaman disekitar pokok KCD terdapat 1-2 tanaman yang defisiensi, c) Nilai 2 : apabila tanaman disekitar pokok KCD terdapat 3-4 tanaman yang defisiensi, d) Nilai 3 : apabila tanaman disekitar pokok KCD terdapat 5-6 tanaman yang defisiensi. Pengambilan contoh daun dilakukan antara pukul 07.00 s.d 12.00 WIB dan tidak sedang hujan. Pengambilan contoh daun ditentukan pada pelepah ke 17 dengan cara menghitungnya berdasarkan daun pertama (pucuk tajuk) yang telah membuka seluruhnya (100%). Kemudian pelepah ke 17 tersebut diambil dengan
25
egrek/parang/gergaji. Bagian tengah pada pelepah itu digunakan sebagai pengambilan contoh daun. Untuk mengetahui bagian tengahnya dengan cara meraba permukaan pelepah sampai ketemu bagian yang dinamakan “pentil” pada pelepah itu. Selanjutnya satu jengkal dari bagian pentil diambil 12 anak daun yang masing-masing 6 helai daun dari sebalah kanan dan kiri. Contoh dari masingmasing blok dimasukan kedalam kantong plastik dan diberi tanda atau label yang jelas. Plastik dari masing-masing blok jangan sampai tercampur dengan blok lain. Contoh daun dikirim ke bagian research untuk dilakukan analisis.
Gambar 4. Pentil sebagai Acuan Pengambilan Anak Daun Bagian sampel anak daun yang diambil untuk dianalis di laboratorium adalah 1/3 bagian lembar anak daun ke arah pangkal atau kira-kira diiambil 20 cm. Sampel daun jangan sampai kotor karena jatuh ke tanah atau kena cat. Lidi dari sampel daun dilepaskan dari helaian daun dan dibuang. Apabila sampel daun belum dikirim ke laboratorium karena hari libur, maka sampel tersebut jangan di tutup rapat di dalam plastik, kalau cuaca cerah, untuk menghindari proses fermentasi, sampel di jemur atau dioven selama 24 jam dengan suhu 6065°C. Setelah dikeringkan, sampel daun kemudian digiling (dihancurkan) menggunakan alat penggiling daun, selanjutnya dimasukkan kedalam kantong plastik dan diberi label dengan jelas. Sampel daun setiap KCD dibagi menjadi 2 bagian; satu bagian untuk dikirim ke laboratorium tanah dan satu bagian lagi disimpan sebagai file (pertinggal) dan disimpan pada tempat yang kering dan dingin (suhu ruangan 25 °C). Lama penyimpanan file (pertinggal) adalah dua tahun, setelah itu baru dapat dibuang, hal ini untuk mengantisipasi
apabila terjadi kesalahan analisa
(perhitungan) oleh pihak laboratorium, maka dapat dilakukan analisa kembali
26
dengan menggunakan file (pertinggal) yang ada. Kemudian seluruh sampel daun yang telah digiling (dihancurkan) diberi label,
dimasukkan kedalam kantong
plastik besar dan ditutup dengan rapat, di pack (bungkus) dengan rapi untuk dikirim. Sebelumnya harus pastikan bahwa kolom pada blangko isian LSU terisi semua dengan data yang di ambil di lapangan.
Penyimpanan Pupuk Pupuk yang akan diaplikasikan ke lapangan terlebih dahulu disimpan di gudang pupuk. Pada kebun BKLE terdapat dua gudang yaitu di divisi II dan divisi III. Gudang ini masih dibuat dari kayu namun sirkulasi udara dalam ruangan sudah cukup. Pupuk yang diletakan di dalam gudang diberi alas dari kayu agar tidak lembab. Lantai untuk gudang pupuk disemen agar tidak mudah lembab juga. Pupuk ditata rapi di dalam gudang agar memudahkan dalam pengangkutan.
Gambar 5. Penyimpanan Pupuk di Gudang BMS
Tenaga Kerja Pemupukan Jumlah tenaga kerja tim pemupukan adalah 32 orang yang terdiri dari 7 orang penguntil pupuk, 4 orang tenaga bongkar muat, 7 orang tenaga pengecer, dan 14 orang tenaga penabur. Pada kebun BKLE tenaga penabur dan pengecer dibagi menjadi 7 Kelompok Kecil Pemupuk (KKP) yang digunakan untuk satu estate. Satu KKP terdiri dari 1 tenaga pelangsir dan 2 tenaga penabur. Satu anggota KKP tetap menjadi satu tim kecil. Apabila salah satu dari anggota KKP tidak bekerja maka diganti oleh tenaga kerja penguntil. Tenaga kerja bongkar muat selalu bergantian dengan tenaga penguntil dalam hal pembagian kerja. Selain sebagai bongkar muat pupuk, tenaga kerja bongkar muat juga berkewajiban mengumpulkan kembali karung pupuk yang tececer di jalan Collection Road (CR)
27
dan melipatnya per 10 karung dan diletakkan di gudang pupuk kembali. Jika tidak ada pupuk yang diuntil maka semua tenaga kerja akan dikerahkan di lapangan.
Sistem Teknis Pemupukan Teknis pemupukan di kebun BKLE menggunakan disiplin aplikasi pupuk 5T (Tepat Dosis, Tepat Cara, Tepat Tempat, Tepat Waktu, Tepat Jenis dan Administrasi). Penguntilan pupuk. Kegiatan penguntilan dilakukan untuk memudahkan dalam pelangsiran pupuk ke lapang, menjamin agar pupuk yang diaplikasikan tepat dosis, dan menjamin agar pupuk tidak menggumpal. Penguntilan pupuk adalah kegiatan menakar kembali pupuk dari karung sak ke dalam karung untilan agar pupuk yang diapalikasikan tepat dosis sesuai rekomendasi perusahaan. Pupuk yang diuntil didahulukan pupuk yang stok lama. Berat untilan untuk masingmasing pupuk berbeda-beda tergantung standar yang ditetapkan oleh perusahaan. Pupuk RP dan MOP berat tiap untilannya adalah 16 kg, sedangkan pupuk borat berat tiap untilan10 kg. Karung-karung untilan disusun teratur agar mudah untuk dihitung saat bongkar muat. Prestasi kerja untuk penguntil pupuk RP dan Borat adalah 2 ton/HK. Contoh perhitungan kebutuhan pupuk RP adalah: Pemupukan pada blok K16 (tahun tanam 2007, luas 26.59 ha, dan jumlah pokok 3,042 ). Pupuk diuntil menjadi 16 kg/untilan. Artinya tiap untilan untuk 8 pokok tanaman karena dosisnya 2 kg/pokok. Kebutuhan pupuk yaitu = 3,042 x 2 kg= 6,084 kg. Jumlah pupuk dibutuhkan = 6,084 kg: 50 kg/karung = 122 karung. Jumlah untilan pupuk yang dibutuhan 6,084 kg : 16 kg/untilan =380 untilan.
Gambar 6. Penguntilan Pupuk di Gudang BMS
28 Pengambilan pupuk di gudang. Kegiatan ini dilakukan olen tenaga bongkar muat. Biasanya pengambilan pupuk dilakukan pagi hari ketika apel pagi dan dilakukan oleh 2-4 orang. Teknis pengambilan pupuk terlebih dahulu harus mengetahui berapa ton untuk kegiatan pupuk pada hari itu. Setelah itu dimuat ke dump truck. Kapasitas truck maksimal adalah 7 ton. Jumlah pupuk yang diaplikasikan tiap hari berbeda-beda tergantung tenaga kerja yang ada. Waktu yang diperlukan untuk bongkar muat pupuk ke dump truck adalah 30-45 menit. Norma kerja untuk tenaga bongkar muat yaitu 4 ton/HK. Pelangsiran pupuk. Pelangsiran pupuk adalah kegiatan memindahkan pupuk dari gudang ke tempat aplikasi dengan menggunakan drump truck. Kegiatan ini dilakukan oleh tenaga bongkar muat sebanyak 2 orang. Untilan pupuk yang telah dimasukan ke dalam truck ditempatkan pada pasar pikul. Jumlah untilan yang diletakan disesuaikan dengan dosis per pokok dan jumlah pokok per setengah pasar pikul (dua kali untuk mencari tembusan pasar pikul) yang ada pada blok tersebut sehingga kita mengetahui jumlah untilan yang dibutuhkan. Untilan diletakan di jalan Collection Road (CR) kemudian oleh tenaga pelangsir pupuk diletakan dipasar pikul. Untilan pupuk jangan sampai diletakkan di parit dan pengikat karung untilan jangan sampai lepas untuk menghindari pupuk tercecer di jalan. Tenaga pelangsir pupuk juga akan mengumpulkan kembali bekas karung untilan dan menggulung per 10 karung untuk di bawa ke gudang lagi. Pupuk yang telah dilangsir harus habis diaplikasiakan pada hari itu juga dan jangan sampai ada untilan pupuk yang tertinggal di lahan.
Gambar 7. Pelangsiran Pupuk di Jalan CR Pengeceran pupuk. Kegiatan pengeceran pupuk adalah memindahkan untilan pupuk dari pinggir jalan Collection Road (CR) ke dalam blok. Setiap satu KKP memiliki satu pengecer. Perbandingan pengecer dan penabur pupuk yaitu
29 1:2. Pengeceran pupuk dilakukan dengan cara dipikul atau menggunakan angkong dan diletakkan di pinggir pokok sampai dengan pasar tengah, dengan terlebih dahulu mengetahui dosis per pokok dan berat untilan sehingga kita mengetahui pada selang berapa pokok untilan itu akan diletakan. Bekas karung untilan pupuk dibawa dan diletakkan di jalan CR dan diambil oleh tenaga pelangsir. Penaburan pupuk. Penaburan pupuk dilakukan oleh dua orang tenaga dalam satu KKP. Penabur harus mengetahui dosis pupuk per pokok dan takaran yang disesuaikan untuk bobot masing-masing pupuk. Metode pemupukan RP, MOP, dan kieserite menggunakan sistem tebar membentuk huruf U atau mengikuti sistem penempatan pelepah daun yang disebut U-shape. Tujuan dari penggunaan sistem ini agar pupuk dapat memepercepat pelapukan pelepah yang disusun di gawangan mati. Selain itu juga akar tanaman yang aktif
banyak
dijumpai dibawah tumpukan pelepah daun. Pemupukan borate dilakukan melingkari pokok dan diaplikasikan di piringan dengan jarak 5-8 cm dari pokok sawit. Pupuk Chelated Zinkcoper diaplikasikan dengan cara ditugal empat lubang pada setiap pokok sawit dengan jarak 45-50 cm dari pokok.
Gambar 8. Penaburan Pupuk RP Pengawasan kualitas pemupukan. Kegiatan pengawasan dilakukan oleh mandor pupuk dan asisten divisi dengan tujuan untuk memastikan kegiatan pemupukan sudah berjalan sesuai dengan SOP pemupukan kebun BKLE. Hasil dari pengawasan ini digunakan sebagai bahan evaluasi dan upaya untuk memperbaiki kinerja pemupukan kebun BKLE. Premi Pemupukan. Premi yang dilakukan di kebun BKLE yaitu premi tetap dan premi hari libur. Premi tetap Rp 400,000/bulan untuk mandor pupuk dan Rp 2,500/hari untuk karyawan. Premi hari libur Rp 45,000/hari hadir untuk
30 mandor pupuk dan Rp 36,670 untuk karyawan pupuk. Selain itu juga karyawan akan mendapat extra fooding berupa susu satu kaleng untuk 6 hari.
Pengamatan Ketepatan Dosis Untilan Kegiatan di lapangan yang penulis amati adalah ketepatan dosis saat menguntil pupuk di gudang. Penulis menimbang kembali sampel untilan yang telah diuntil oleh pekerja yaitu pupuk Rock Phospate (RP) dan Borate. Data yang didapatkan dapat dilihat pada Tabel 9 dan Tabel 10. Tabel 9. Ketepatan Dosis Untilan Pupuk RP ∑ TK (orang)
Bobot/Until (kg)
Bobot Rataan (kg)
Ketepatan Dosis (%)
4
16
15.5
96.8
4
16
15.8
98.7
4
16
15.7
98.1
4
16
15.5
96.8 97.6
Rata-rata Sumber: Hasil Pengamatan Lapang (2012)
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan diperoleh persentase ratarata ketepatan dosis penguntilan pupuk RP yaitu 97.6%. Tabel 10. Ketepatan Dosis Untilan Pupuk HGFB ∑ TK (orang)
Bobot/Until (kg)
Bobot Rataan (kg)
Ketepatan Dosis (%)
2
10
9.5
95
5
10
9.7
97
5
10
9.3
93
4
10
9.8
98
Rata-rata
95.7
Sumber: Hasil Pengamatan Lapang (2012)
Hasil pengamatan ketepatan dosis untilan pupuk HGFB diperoleh bahwa persentase rata-rata sebesar 95.7%. Pengamatan ketepatan dosis pemupukan MOP Ketepatan dosis aplikasi di lapangan penting karena tanaman kelapa sawit akan mengalami defesiensi hara apabila kekurangan unsur hara yang dibutuhkan.
31
Dibawah ini hasil pengamatan terhadap ketepatan dosis aplikasi pupuk MOP yang dilakukan di tiga blok. Tabel 11. Ketepatan Dosis Pupuk MOP di Lapangan Blok/
∑ pokok diamati
Dosis/pokok
Dosis tidak
% dosis
Ulangan
(pohon)
(kg)
sesuai (pohon)
tidak sesuai
1
60
1.25
9
15
85
2
60
1.25
12
20
80
3
60
1.25
8
13.33
86.67
Rata-rata
9.67± 2.08
% tepat dosis
83.89
Sumber: Hasil Pengamatan Lapang (2012)
Hasil pengamatan diperoleh untuk rata-rata ketepatan dosis pemupukan di lapangan sebesar 83.89% dari rekomendasi yang telah ditetapkan untuk per pokok tanaman. Pengamatan Ketepatan Aplikasi Pemupukan RP Aplikasi penaburan pupuk berpengaruh terhadap persentasi pupuk yang diserap oleh tanaman. Penulis melakukan pengamatan ketepatan aplikasi pupuk RP pada satu blok. Ketepatan diamati dari kondisi penyebaran pupuk dan jarak taburnya. Hasil pengamatan terhadap ketepatan aplikasi dapat dilihat pada gambar dibawah ini. 100
Persentase
95 90 85 80 75
Tenaga Penabur Sumber: Pengamatan Lapang (2012)
Gambar 9. Grafik Pengamatan Ketepatan Aplikasi Pemupukan RP Blok L23 Gambar diatas menunjukan bahwa rata-rata ketepatan aplikasi pupuk RP yang penulis amati mempunyai nilai ketepatan sebesar 93%.
32 Pengamatan Prestasi Tenaga Kerja Pemupuk Prestasi tenaga kerja pemupuk sangat berpengaruh terhadap tingkat efesiensi pemupukan. Semakin efisien dalam kegiatan pemupukan maka dapat meningkatkan kualitas pemupukan dari tenaga kerja. Hasil pengamatan terhadap prestasi tenaga kerja dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Prestasi Tenaga Kerja Pemupuk Jenis
Dosis/pokok
Jumlah pupuk
Standar
Tenaga kerja
Prestasi
Tanggal
pupuk
(kg)
diaplikasi (kg)
(kg)
(orang)
kerja (kg/HK)
21/02/12
RP
2 kg
10,000
600
15
666.67
23/02/12
RP
2 kg
10,000
600
15
666.67
24/02/12
RP
2 kg
8,117
600
15
541.13
05/03/12
MOP
1.25 kg
4,000
550
7
571.42
07/03/12
MOP
1.25 kg
4,534
550
9
503.77
08/03/12
MOP
1.25 kg
4,793
550
9
532.55
Sumber: Hasil Pengamatan Lapang (2012)
Berdasarkan pengamatan penulis terhadap prestasi kerja tenaga penabur diperoleh rata-rata untuk pemupukan RP sesuai dengan standar kebun tetapi untuk pemupukan MOP ada yang belum sesuai dengan standar kebun. Pengamatan Gejala Defesiensi Hara Ketersediaan hara dalam tanah yang rendah dapat mengakibatkan tanaman mengalami defesiensi hara. Apabila tanaman mengalami defesiensi hara akan mengurangi hasil produksi buah yang dihasilkan. Di bawah ini tabel hasil pengamatan gejala defesiensi hara pada kebun BKLE. Tabel 13. Pengamatan Gejala Defesiensi Hara Kebun BKLE Ulangan
∑ pokok
∑ pokok
diamati
defesiensi
(pohon)
(pohon)
Defesiensi Hara (pohon) N
P
K
Mg
B
1
330
245
124
24
63
2
32
2
330
273
95
14
103
32
29
3
330
271
139
25
82
7
18
Total
990
789
358
63
248
41
79
119.33±22.3
21±6.08
82.67±20.00
13.67±16.07
26.33±7.37
36.16
6.36
25.05
4.14
7.98
Rata-rata %
79.69
Sumber: Pengamatan Lapang (2012)
33
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh penulis terhadap gejala defesiensi hara diperoleh jumlah persentase tanaman terdefesiensi pada kebun BKLE yaitu sebanyak 79.69%. Pengamatan Ketepatan Tempat Pemupukan Rock Phospate Pengamatan ketepatan tempat dilakukan untuk mengetahui tingkat kemerataan pupuk dan lokasi tempat pupuk ditebar. Lokasi penebaran dapat mempengaruhi tingkat keefektifan penyerapan unsur hara oleh tanaman. Hasil pengamatan dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Pengamatan Ketepatan Tempat Pemupukan RP Ulangan
Jumlah Pengamatan (pohon)
Distribusi pupuk
Lokasi penebaran
Terpupuk (pohon)
Tidak terpupuk (pohon)
Susunan Pelepah (pohon)
Piringan (pohon)
Gawangan (pohon)
Susunan Pelepah dan Gawangan (pohon)
Susunan Pelepah dan Piringan (pohon)
1
60
59
1
43
3
4
2
7
2
60
58
2
41
1
7
4
5
3
60
60
0
52
0
1
3
4
Total
180
178
3
136
4
12
9
16
98.8
1.2
76.7
2.3
6.7
5.2
9.1
%
Sumber: Pengamatan Lapang (2012)
Hasil pengamatan terhadap ketepatan tempat untuk pemupukan RP yaitu sebanyak 76.7% telah sesuai pada tempatnya yaitu disusunan limbah pelepah.
Aplikasi Janjang Kosong Kelapa Sawit Aplikasi janjang kosong (jangkos) bertujuan untuk konservasi tanah, menurunkan temperatur tanah, mempertahankan kelembaban tanah, mengurangi losses nutrisi melalui proses pencucian dan aliran permukaan atau menjaga terjadinya erosi tanah, dan menambah unsur hara pada tanaman kelapa sawit karena sebagai pupuk organik.
Selain itu dapat meningkatkan efektifitas
pemupukan dan sumber hara tambahan terutama kalium. Janjang kosong merupakan hasil limbah dari pabrik pengolahan kelapa sawit yang berasal dari stasiun perebusan dan stasiun pemipilan. Komposisi nutrisi yang terkandung dalam janjang kosong sawit disajikan pada tabel 15.
34
Tabel 15. Komposisi Kandungan Nutrisi Janjang Kosong Sawit Unsur Hara
Kadar Hara dalam JJK
Sebanding dengan Pupuk
(kg/ha/tahun)
per Ton JJK
N
Nitrogen
5.4
8.0 kg Urea
P
Phosphorus
0.4
2.9 kg RP
K
Kalium, Potasium
35.3
18.3 kg MOP
2.7
5.0 kg Kieserit
Mg Magnesium Sumber: SOP BGA (2012)
Rata-rata 1 ton JJK mengandung unsur hara utama sebanding dengan 8 kg urea, 2.9 kg RP, 18.3 kg MOP, 5 kg kieserit. Cara aplikasi janjang kosong di kebun BKLE dilakukan secara manual pada Divisi II. JJK diangkut dari PKS setelah mengantar TBS dan diletakan di pinggir jalan Collection Road (CR). Satu truk berisi sekitar 7 ton JJK. Alat yang digunakan untuk aplikasi yaitu tandu dan gancu. Tenaga kerja yang digunakan untuk satu tumpukan atau 7 ton JJK yaitu 2 orang. Aplikasi JJK dilakukan dengan rotasi 1 tahun sekali pada lahan yang sama. Dosis aplikasi JJK yaitu 27 ton/ha atau ± 200 kg/pokok ( 1 ha 136 pokok). Berdasar kalibrasi untuk bobot 1 tandu adalah 50 kg sehingga 1 pokok diperkirakan di butuhkan 4-5 tandu. Aplikasinya disusun pada sisi susunan pelepah berbentuk kotak atau di gawangang mati. Penebaran JJK satu lapis untuk menghindarkan berkembangnya hama Oryctes rhinoceros. Prestasi kerja untuk aplikasi JJK yaitu ±3,000 kg/HK.
Gambar 10. Aplikasi Janjang Kosong TBS
Pemanenan TBS Panen adalah kegiatan dari mulai pemotongan TBS, pengutipan brondolan, pemotongan pelepah, pengangkutan tandan dan brondolan ke TPH, dan
35 pengangkutan tandan dan brondolan ke PKS. Faktor yang menentukan keberhasilan panen adalah kesiapan sarana dan prasarana, kriteria kematangan tandan, dan manajemen panen (rotasi, sistem panen). Pada kebun BKLE ini menerapkan sistem BHS (Block Harvesting System). Persiapan panen Persiapan panen dimulai dari kondisi prasarana dari lapangan sampai dengan ke pabrik pengolahan. Sarana jalan yang memadai akan meningkatkan kinerja karyawan sehingga produksi akan tetap meningkat. Selain itu yang harus diperhatikan adalah: 1. Pasar pikul, jalan ini dibuat dengan interval 2 baris tanaman 1 jalan pikul dan lebar 1.2 m. Jalan pikul harus tetap dalam kondisi bersih agar proses pengangkutan TBS dari piringan pohon ke TPH berjalan baik. Pembuatan jalan ini dengan menggunakan manual atau mekanik. 2. Titi panen, beton atau kayu yang digunakan pemanen untuk menyebrang parit dalam mengangkut buah dari piringan ke TPH. 3. Pasar tengah, jalan di tengah-tengah blok yang memotong jalan pikul untuk mempermudah pengecekan oleh asisten. Jalan ini harus selalu dalam kondisi bersih. 4. Pasar kumis, jalan yang memotong ujung gawangan untuk mengarah ke TPH dengan lebar 1.2 m. 5. TPH (Tempat Pengumpulan Hasil), setiap 3 pasar pikul dibuat 1 TPH dengan ukuran 4 m x 6 m. Tempat ini harus selalu bersih dan sebaiknya dibuat secara permanen. Peralatan panen Peralatan yang digunakan dalam kegiatan panen dapat dilihat pada Tabel 16.
36 Tabel 16. Peralatan Panen Kebun BKLE No
Alat
Fungsi
1
Dodos
memotong TBS umur < 6 tahun
2
Egrek
memotong TBS umur > 6 tahun
3
Angkong (Kereta
mengangkut TBS dari piringan ke TPH
buah) 4
Gancu
menarik tandan buah dan menyusun buah di TPH
5
Karung
wadah mengumpulkan brondolan dan sebagai alas brondolan pada TPH
6
Tojok
memuat TBS dari TPH ke truk buah dan menyusunnya
7
Stempel
cap sebagai identitas pemanen
Sumber: Hasil Pengamatan Lapang (2012)
Tenaga pemanen Kebutuhan tenaga panen tergantung pada keadaan topografi, kerapatan panen, luas kebun, dan umur tanaman. Standar yang diterapkan pada kebun BKLE yaitu 3-4 ha/HK. Tenaga pemanen di Divisi II dari dua kemandoran yaitu 40 orang yang dibagi menjadi 10 KKP (Kelompok Kecil Pemanen) dengan anggota 4 orang. Kriteria Matang Panen Parameter yang digunakan dalam menentukan kriteria matang panen adalah perubahan warna dan membrondolnya buah dari tandan. Kriteria matang panen yaitu: 1. jumlah buah yang membrondol per tandan, untuk tandan >10 kg (2 brondolan/kg tandan) dan tandan < 10 kg (1 brondolan/kg tandan) 2. tandan yang dipanen masuk fraksi 1, 2, dan 3 3. pada areal yang bergelombang 5 brondolan/tandan agar kehilangan brondolan dapat ditekan. Pada kebun BKLE menerapakan buah yang dapat dipanen jika terdapat ≥ 5 brondolan terlepas secara alami dari tandan. Brondolan yang lepas akan bertambah saat buah yang dipanen jatuh ketanah. Ketentuan di TPH minimal buah
37 sudah membrondol 6. Pada kenyataan di lapangan ada buah yang mentah, kurang matang, dan terlalu matang ketika dipanen. Selain itu juga banyak dijumpai buah abnormal yang sering disebut buah batu. Oleh karena itu diperlukan pengalaman dan
kriteria
matang
buah
yang
baik
bagi
pemanen
sehingga
dapat
mengidentifikasi buah normal dan abnormal serta kualitas panen menjadi bagus. Rotasi Panen Rotasi panen atau pusingan panen adalah lamanya waktu yang diperlukan antara panen yang satu dengan panen berikutnya pada ancak panen yang sama di blok yang sama. Rotasi panen mempengaruhi mutu buah, transportasi, biaya potong buah, dan pengolahan TBS. Rotasi panen yang sesuai dengan perkembangan buah dan diterapkan pada kebun BKLE adalah 7 hari. Pusingan 7 hari berkaitan dengan presentase brondolan jatuh, biaya produksi, dan produktivitas. Ketika dilakukan rotasi 7 hari maka produktivitas tinggi karena waktu tidak habis untuk mengutip brondolan dan prensentasi buah mentah rendah sehingga dapat menurunkan biaya produksi. Rotasi panen tergantung kerapatan buah dan kapasitas pemanen. Apabila rotasi panen tidak dilakukan secara tepat dan disiplin sehingga terlambat panen akan menyebabkan tanaman terserang Marasmius sp. Ancak Panen dan Seksi Panen Ancak panen adalah areal dengan luasan tertentu yang harus selesai dipanen pada hari itu. Luas ancak panen ditentukan oleh jumlah tenaga kerja dan disesuaikan dengan jam kerja. Luasan ancak tenaga kerja pemanen pada setiap blok rata-rata 1 ha (2 pasar) sehingga setiap seksi luasan yang harus dipanen 3-4 ha setiap hari. Pada kebun BKLE dilakukan sistem panen ancak giring tetap per mandoran, artinya menyelesikan panen dengan menggiring pemanen ancak demi ancak secara bersambung yang diatur oleh mandor panen. Keuntungan sistem ini yaitu jumlah tenaga kerja dapat diatur, manajemen pelaksanaan panen berdasar presentase kerapatan panen, tidak ada persaingan antar mandor dan mandor aktif mengawasi. Tapi kerugiannya yaitu tanggung jawab karyawan sangatlah kecil yaitu hanya ancak masing-masing.
38
Seksi panen yaitu pembagian luasan areal ang ditergetkan untuk dipanen dalam waktu satu hari. Satu seksi panen yaitu empat blok pada divisi II. Seksi panen tergantung dari potensi produksi pada blok tersebut yang dilakukan pada sensus produksi semester. Seksi panen mempermudah dalam pengontrolan asisten atau mandor dan mempermudah perpindahan ancak dari blok yang satu dengen blok berikutnya. Pada divisi II seksi panen dibagi menjadi 6 seksi dengan luasan yang berbeda-beda. Seksi A dari blok K22-K24 dengan luasan 88.91 ha, seksi B dari blok L23-L21 dengan luasan 92.79 ha, seksi C dari blok M23-M19 dengan luasan 140.3 ha, seksi D dari blok L20-L17 dengan luasan 93.4 ha, seksi E dari blok K16-K18 dengan luasan 77.51 ha, dan seksi F dari blok K19-K21 dengan luasan 72.51 ha. Kerapatan panen Kerapatan panen adalah jumlah pohon yang tandannya dapat dipanen dari luasan tertentu. Angka kerapatan panen bermanfaat untuk peramalan produksi esok hari, jumlah pemenen, alat angkut dan rencana pengolahan TBS. Pelaksanaan panen Panen yang dilakukan di kebun BKLE untuk setiap pemanen mulai dari pemotongan buah dari tandan, kutip brondolan, dan pengangkutan tandan ke TPH. Selain itu pemanen juga langsung memotong pelepah yang tidak berfungsi menyusun pelepah, dan potong gagang panjang. TBS harus tersusun rapi di TPH, sedangkan brondolan yang telah dikumpulkan di dalam karung diletakkan di sebelah TBS. Tandan disusun menurut baris yakni 5-10 tandan per baris dengan tangkai menghadap kearah jalan. Setelah itu akan diperiksa dan di grading oleh krani panen sebelum diangkut ke PKS oleh krani transport. Dalam melakukan kegiatan panen sebaiknya pemangkasan pelepah jangan terlalu berat karena akan berpengaruh menurunkan produksi buah. Pemangkasan pelepah sebaiknya mempertahankan jumlah pelepah 48-56 pelepah setiap pohon. Kondisi piringan pokok harus bersih dari gulma agar memudahkan pemanen saat mengutip brondolan. Selain itu dalam pengutipan brondolan harus memperhatikan brondolan yang jatuh di ketiak pelepah dan mengutipnya, jika tidak dikutip akan menjadi sarang penyakit.
39
Pelaksanaan panen dilakukan serentak di blok yang sama agar mempermudah dalam pengecekan buah. Tenaga pemenen melakukan kegiatan panen dari blok satu ke blok yang lain secara bersama-sama pada seksi masingmasing setiap hari. Pengangkutan panen ke PKS Pengangkutan buah (TBS dan brondolan) dari TPH ke pabrik harus segera dilakukan pada hari buah panen. Operasi pengangkutan selalu saling mendukung dengan operasi panen. Pengangkutan TBS dari TPH ke PKS menggunakan dump truck. Pengangkutan TBS tidak boleh melebihi kapasitas yang ditentukan oleh perusahaan yaitu maksimal buah yang diangkut bobotnya 7.5 ton/dump truck. Kegiatan Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit (PKS) Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit untuk kebun BKLE yaitu Selucing Agro Mill (SAGM). Letaknya kira-kira 2 jam dari kebun BKLE. Sebelum buah diolah menjadi CPO terlebih dahulu dilakukan kembali grading di PKS dengan tujuan sebagai kontrol terhadap mutu panen TBS. Tandan buah yang overrape akan meningkatkan kadar asam lemak bebas karena mempunyai kadar asam lemak yang tinggi, sedangkan tandan mentah menurunkan kadar ekstraksi karena kandungan minyak yang ada belum mencapai maksimal. Sebagai sample PKS akan menagmbil 100 tandan secara acak dari drump truck untuk grading. Ketika penulis mengikuti kegiatan ini TBS dari kebun BKLE untuk tingkat ripe nya sebesar 89%. Nilai ini cukup tinggi karena minimal standar yang di tetapkan oleh perusahaan untuk tingkat ripe nya sebesar 87%. Setelah dilakukan grading barulah buah di masukan kedalam pabrik pengolahan untuk diolah menjadi CPO.
Perawatan Jalan dan Piringan Manual Rawat jalan merupakan kegiatan memperbaiki dan menjaga infrastruktur agar semua kegiatan dapat berjalan lancar. Kegiatan yang dilakukan di kebun BKLE adalah membuat parit disamping kanan kiri jalan, memperbaiki jembatan yang rusak, membersihkan jalan yang tergenang air agar cepat kering, menimbun jalan yang sering membuat truck tergelincir dengan menggunakan kayu atau pasir,
40 dan menimbun jalan yang berlubang dengan tanah atau pasir. Pekerjaan rawat jalan dilakukan dengan standar 7 jam /HK. Apabila rawat jalan di satu tempat selesai makan akan dilanjutkan ke tempat berikutnya yang perlu di perbaiki lagi. Pada Divisi II kebun BKLE mempunyai tenaga kerja rawat jalan sebanyak 4 orang. Rawat jalan dilakukan secara manual dan mekanis. Perbedaan disini adalah apabila menggunakan cara manual akan membutuhkan tenaga kerja yang banyak, biaya tenaga kerja lebih murah, butuh waktu yang lama untuk menyelesaikan pekerjaan, dan jalan rusak dapat langsung diperbaiki. Jika menggunakan cara mekanis membutuhkan tenaga kerja yang lebih sedikit, pekerjaan cepat selesai, biaya yang dikeluarkan lebih banyak, dan sulit memperbaiki pada jalan-jalan yang medannya susah dilewati. Masalah yang sulit untuk diatasi di kebun BKLE yaitu kondisi jalan yang kurang memadai sehingga perlu ditimbun laterit agar tanah menjadi keras sehingga akses pekerjaan menjadi lebih cepat dan lancar. Piringan manual adalah membersihkan gulma dan pelepah yang ada pada piringan kemudian membuangnya ke gawangan mati. Pekerjaan ini dilakukan oleh tenaga perawatan. Selain itu pekerjaan piringan manual pada TM juga dilakukan garuk brondolan hitam, tarik kacangan, dan cabut kentosan. Tenaga kerja untuk piringan manual yaitu 8 orang wanita. Tiap orang berkewajiban membersihkan 3-4 pasar pikul atau 0.5 ha/HK dan memenuhi 7 jam/HK.
Kegiatan Simulasi Kebun (Field Visit) Field visit adalah kegiatan dalam pemeriksaan hancak panen dan mutu buah di TPH bersama dengan asisten divisi dan mandor. Kegiatan ini dilakukan pada setiap divisi secara bergantian. Pemeriksaan dilakukan pada blok dimana tempat buah dipanen. Kegiatan dimulai dari memeriksa buah tinggal, kutip brondolan, grading mutu buah, pelepah sengkleh, pelepah U-shape, dan over pruning. Field visit bertujuan untuk meninjau langsung dan memeriksa mutu buah di lapangan karena terkadang masih ada buah mentah dan buah kurang matang yang ikut terangkut ke PKS. Dengan adanya kegiatan ini menumbuhkan jiwa malu pada pekerja
41
apabila diketahui banyak orang sehingga akan ada tindakan perbaikan, mengurangi kehilangan buah sehingga kualitas buah tetap terjaga, dan menerapkan disiplin bekerja pada karyawan.
Penggunaan Bor Biopori Bipori adalah alat yang digunakan untuk membuat lubang sedalam ± 100 cm dengan tujuan sebagai resapan air. Tanaman sawit memerlukan drainase yang baik untuk mengoptimalkan pertumbuhannya. Salah satu solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah pembuatan lubang resapan biopori. Lubang biopori berfungsi untuk menjaga jumlah air tanah tetap tersedia pada musim kemarau, efektivitas drainase pada lahan saat musim penghujan dan dapat digunakan sebagai media pembuatan kompos. Aplikasi lubang biopori yaitu pada kanan dan kiri pokok sejajar dengan baris tanaman atau untuk satu pokok ada dua lubang biopori jaraknya 4-5 meter dari pokok. Tenaga kerja yang melakukan kerja bor biopori pada divisi II kebun BKLE adalah satu orang. Standar yang ditetapakan yaitu dalam 1 HK mendapatkan 68 lubang biopori.
Kegiatan Sekat Air, Monding, dan Siltpit Sekat air yaitu membendung air yang ada di parit jalan dan membuat arus airnya menggunakan paralon agar arus air dapat dikontrol dan mengurangi tingkat terkikisnya tanah dan mencegah erosi. Selain itu juga bisa sebagai sumber air untuk penyemprotan agar tidak perlu mengisi air di truck BSS. Cara menimbunnya menggunakan karung yang sebelumnya diisi dengan tanah atau pasir dan diikat secara kuat kemudian menyusunnya di parit jalan sampai air dapat terbendung. Tenaga untuk sekat air yaitu 3 orang. Standar yang ditetapkan untuk kegiatan ini yaitu 2-3 sekat/HK. Monding adalah kegiatan menimbun atau membumbun tanaman kelapa sawit yang tumbuh miring agar tanaman menjadi lebih kuat perakaranya sehinga tidak tumbang. Tenaga untuk pekerjaan ini yaitu 2 orang. Jika diborongkan standar yang ditetapkan yaitu Rp 20,000/pokok.
42
Siltpit yaitu membuat lubang dengan panjang 400 cm lebar 40 cm dan dalamnya 60 cm diantara dua pokok tanaman sawit. Fungsi dari siltpit yaitu untuk konservasi tanah dan air. Selain itu juga mencegah erosi pada tanaman kelapa sawit di areal berbukit/lereng, mendapatkan atau menampung air serta mencegah pupuk terbawa oleh air. Standar yang diterapkan oleh perusahaan yaitu 0.3 ha/HK atau kalau diborongkan yaitu Rp 20,000/lubang.
Penunasan (Prunning) Penunasan pelepah merupakan upaya untuk menjamin jumlah pelepah yang optimum dipohon, kebersihan tanaman, fotosintesis, dan pembentukan bunga betina. Tujuan dari kegiatan ini untuk keseimbangan fisiologis tanaman, sanitasi, memperlancar penyerbukan, memudahkan panen, menghindarkan brondolan tersangkut di pelepah. Pemangkasan sebaiknya dilakukan 10-12 bulan sekali. Jumlah pelepah yang tinggal dipohon 48-56 pelepah (6-7 lingkar) untuk umur 8 tahun dan 40-48 pelepah untuk umur > 8 tahun (5-6 lingkar). Pemotongan pelepah saat panen seminimal mungkin dan dipotong mepet ke batang dengan bekas potongan miring ke luar berbentuk tapak kuda dengan sudut 30°. Jumlah pelepah akan berpengaruh terhadap pertumbuhan akar, bobot tandan, dan produksi TBS. Penyusunan pelepah yang dilakukan di kebun BKLE menggunakan sistem U-shape. Pelepah disusun berbentuk huruf “U” dan di letakkan di sekitar pokok tanaman, yang berfungsi untuk menjaga iklim mikro di sekitar pokok tanaman, mengurangi penguapan sehingga kebutuhan air tetap terjaga, dan mencegah erosi. Penunasan dilakukan tiap pekerja berkewajiban menunas 2 pasar pikul sekitar 4 baris tanaman 30-40 pokok. Alat yang digunakan dodos dan parang. Pruning dilakukan secara borongan dan pruning harian yang dihitung per HK. Pruning harian bertugas 1 pekerja menunas 30 pokok dan upah dibayarkan hanya berupa HK. Pruning borongan dilakukan setelah pruning harian dihari kerja atau hari libur dan upah yang dibayar per pokok yang dikerjakan untuk TM diberi premi Rp 700 dan TBM Rp 1,500.
43
Aspek Manajerial
Manajemen Tingkat Non Staf Kegiatan manajerial yang penulis lakukan yaitu 3 minggu sebagai pendamping mandor dan 6 minggu sebagai pendamping asisten. Penulis mengikuti semua kegiatan yang dilakukan baik di lapangan maupun di kantor kebun meliputi pengawasan di lapangan dan administrasi di kantor kebun.
Pendamping Mandor Selama menjadi pendamping mandor penulis mengikuti kegiatan dalam pengawasan di lapangan yaitu sebagai mandor pupuk, krani divisi, mandor chemist, mandor panen, mandor I, mandor perawatan, krani buah, dan krani transportasi. Mandor I Mandor I bertugas untuk mengontrol dan mengawasi semua karyawan lapang dan melaporkan ke asisten divisi. Mandor I membantu asisten divisi dalam mengontrol pekerja di lapangan dan bertanggung jawab untuk mengkordinasikan semua mandor dalam pembuatan program kerja. Selain itu juga membuat RKH (Rencana Kerja Harian), merakapitulasi buku saku mandor, memeriksa absensi lapang dan kator divisi, membantu asisten divisi dalam pembuatan Lembar Harian Asisten (LHA), mengawasi ketepatan program kerja dan prestasi kerja, dan memeriksa buah hasil laporan kerani panen. Administrasi kewajiban yang dilakukan mandor I adalah mengisi laporan harian mandor, melakukan rekapitulasi taksasi potong buah, mengisi format pemeriksaan aplikasi pupuk, mutu semprot, mutu buah dan mutu tansportasi. Krani Divisi Sebagai kerani divisi penulis mempelajari dan memasukan semua data Laporan Harian Mandor (LHM) per divisi, memasukan data premi semua karyawan divisi, monitoring stok gudang, menginput data ke website Bumitama Plantation System (BPS), melayani pengeluaran bahan yang dibutuhkan oleh
44
mandor, dan mengabsen semua karyawan lapang ketika apel pagi. Selain itu juga menginput data Surat Pengiriman Buah (SPB) dan Kartu Kendaraan (KKD). Kerani divisi adalah seorang yang mengurus bagian administrasi tingkat divisi. Setiap pagi hari mengisi papan rencana kerja harian dan mengisi laporan harian asisten serta membantu dalam pembayaran gaji karyawan. Mandor Panen Selama menjadi mandor panen penulis mempelajari tugas-tugas mandor panen misalnya mengetahui rotasi dan pusingan panen, blok yang dipanen, mengecek mutu hancak panen, dan jumlah tenaga kerja pemenen. Mandor panen harus mengawasi semua kegiatan panen di lapangan. Mandor panen mengecek mutu hancak dan mutu panen dari pemanen setelah kegiatan panen dilakukan. Setelah itu pada jam kedua mandor panen mengikuti apel sore, membuat laporan harian mandor, membuat denda pemanen dan mutu hancak panen. Selain mengawasi kegiatan lapang, kegiatan administratif panen yang dilakukan setiap hari harus tepat karena sebagai bahan evaluasi dalam proses pengambilan keputusan misalnya masalah denda panen, alat bantu supervisi, dan masalh potong buah. Mandor Pupuk Penulis melakukan pengawasan terhadap tenaga penabur, tenaga bongkar muat pupuk, dan tenaga untilan pupuk ketika menjadi mandor pupuk tim BMS BKLE. Penulis mengawasi dalam pemupukan organik maupun pemupukan anorganik. Selain itu juga mengisi buku monitoring pemupukan dan mengecek kualitas dan hancak pemupukan, mengetahui rekomendasi pemupukan untuk blok yang akn dipupuk, mengetahui luasan blok yang dipupuk, mengetahui rencana kerja harian dan menulis laporan harian mandor pupuk. Adapun kegiatan administratif harian yang dilakukan mandor pupuk adalah membuat laporan rekapitulasi kegiatan pemupukan untuk luas yang dipupuk, blok yang dipupuk, jumlah pupuk yang diaplikasi. Selain itu juga mengisi buku atau peta perkembangan realisasi pemupukan.
45 Mandor Chemist Mandor chemist memiliki kewajiban untuk mengawasi kegiatan semprot di lapangan diantaranya memeriksa mutu semprot dan alat-alat semprot agar tetap terawat. Selain itu juga mengisi LHM, mengisi rencana kerja harian semprot dan realisasi kerja semprot setiap hari. Penulis ikut beperan dalam mengawasi dan menyiapkan alat-alat serta bahan semprot sebelum dibawa ke lapangan. Penulis mengawasi tenaga kerja sebanyak 18 orang dalam penyemprotan. Mandor ini juga harus memperhatikan keselamatan kerja penyemprot dengan cara menggunakan APD. Krani Buah Kerani panen harus melakukan grading buah yang ada di TPH dan membaca stempel pemanen setiap hari sebelum diangkut ke PKS oleh kerani transportasi. Kerani buah mencatat hasil pemeriksaan buah dalam buku penerimaan buah, mengisi daftar premi pemanen, menghitung jumlah tandan dan brondolan yang diangkut ke drump truck, mengisi daftar buah mentah, mengecek buah restant, dan mencatat kesalahan dan denda pemanen. Ketika menjadi pendamping krani buah penulis melakukan grading buah di TPH dan mencatat hasil pemeriksaan buah di TPH. Krani Transportasi Ketika menjadi krani transportasi penulis belajar dalam mengisi Surat Pengantar Buah (SPB), mengawasi kegiatan karyawan yang memuat buah ke dalam dump truck, mengarahkan unit dan tenaga bongkar muat buah ke lapangan kemudian membuat laporan sebelum buah dibawa ke PKS. Krani transportasi harus memastikan tidak ada buah dan brondolan yang tertinggal di TPH. Apabila dump truck tidak bisa masuk ke jalan karena kondisi jalan rusa, maka oleh karyawan panen buah akan dilangsir manual ke tempat yang bisa dump truck itu bisa melewatinya.
46 Manajemen Tingkat Staf Manajemen tingkat staf yaitu manager, kepala seksi administrasi, dan asisten divisi. Manager bertanggung jawab atas seluruh kegiatan teknis maupun administrasi. Manager dibantu oleh asisten divisi bertanggung jawab dalam mengelola perkembangan divisi dan kegiatan lapangan dan seorang kepala seksi administrasi yang bertanggung jawab dalam hal seluruh administrasi kebun.
Pendamping Asisten Asisten divisi berkewajiban dalam hal mengelola divisi dalam hal teknis dan administratif dari perencanaan sampai dengan evaluasi. Dalam prakteknya di lapangan akan dibantu oleh mandor dan administrasi akan dibantu oleh kerani divisi. Asisten divisi bertanggung jawab penuh dengan operasional kebun selama 24 jam dari kegiatan kebun maupun lingkungan masyarakat. Tugas di lapangan yang utama yaitu produksi buah agar tetap tinggi, pemupukan yang efektif dan efisien, pengendalian gulma, perawatan jalan, dan perawatan kebun. Selama menjadi pendamping asisten divisi penulis menjalankan lebih dari satu bulan dengan fokus pada kegiatan pengawasan dan koreksi serta mencari solusi ketika ada masalah terutama pada kegiatan pemupukan. Pendamping asisten turut dalam hal pengawasan kegiatan harian secara langsung dan koreksi terhadap hasil kualitas kegiatan sesuai dengan pedoman kerja kebun BKLE. Penulis juga ikut belajar dalam hal pembuatan rencana kerja bulanan, mengawasi kegiatan pemupukan, mengikuti simulasi Field Visit, mengikuti simulasi pemupukan BMS. Dalam kegiatan administrasi penulis juga membantu mengabsen karyawan ketika apel pagi, membuat rencana kerja harian, melakukan taksasi produksi, dan membantu kegiatan pembagian uang ketika gajian.
PEMBAHASAN
Konsep Pemupukan Keefektifan pemupukan berkaitan dengan tingkat hara pupuk yang diserap tanaman. Pupuk dikatakan efektif jika sebagian besar hara pupuk diserap tanaman. Efesiensi pemupukan berkaitan dengan hubungan antara biaya dengan tingkat produksi yang dihasilkan. Efisiensi pemupukan terkait dengan tindakan rekomendasi pemupukan dan manajemen operasional. Peningkatan keefektifan dan efisiensi pemupukan dapat dicapai melalui perbaikan manajemen operasional dan rekomendasi pemupukan. Kehilangan hara pupuk dapat terjadi melalui penguapan, pencucian, aliran permukaan karena erosi. Keefektifan dan efisiensi pemupukan dipengaruhi beberapa faktor penting dalam pemupukan dan juga kualitas dari pemupukan itu sendiri. Kualitas pemupukan dibagi menjadi dua yaitu kualitas pupuk yang ditentukan oleh jumlah kandungan unsur hara utama didalam pupuk tersebut dan kualitas teknik penaburan pupuk di lapangan yang berkaitan dengan pengelolaan dan organisasi kerja serta administrasinya. Menurut Fauzi et al., (2008) dalam pemberian pupuk harus memperhatikan kunci keefektifan dan keberhasilan pemupukan diantaranya: ketepatan jenis pupuk, ketepatan dosis pupuk, ketepatan waktu pemupukan, ketepatan cara pemupukan dan ketepatan tempat pupuk diaplikasikan.
Tepat Jenis Pemilihan jenis pupuk disarankan agar hati-hati mengingat banyak jenis pupuk di pasar dengan berbagai bentuk dan komposisi hara. Jenis pupuk yang digunakan di perkebunan kelapa sawit adalah pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik yang dipakai adalah limbah dari kebun dan limbah dari proses pengolahan kelapa sawit. Limbah yang berasal dari kebun yaitu sisa-sisa tanaman pelepah dan daun kacangan yang ditumpuk di gawangan mati. Limbah pengolahan kelapa sawit yaitu jenjang kosong kelapa sawit. Jenjang kosong ini dari pabrik pengolahan kelapa sawit dikembalikan lagi ke lahan sebagai pupuk
48 organik. Jenjang kosong ini diaplikasikan di antara pokok tanaman di sela-sela gawangan pelepah mati berbentuk U-shape antar pokok tanaman. Pupuk anorganik adalah pupuk buatan yang mengandung garam mineral dan digunakan sesuai umur tanaman. Pupuk ini terdiri dari pupuk mikro dan pupuk makro. Pupuk makro adalah pupuk yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang banyak sedangkan pupuk mikro dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang sedikit. Pada tanaman menghasilkan (TM) pupuk makro yang digunakan adalah pupuk MOP, RP, Urea, Palmo, dan Kiesrite sedangkan pada pupuk mikro digunakan pupuk Borate. Realisasi pemupukan kebun BKLE tahun 2011 dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 17. Realisasi Pemupukan di Kebun BKLE Tahun 2011 Nama Palmo 14 Palmo 16 NPK 15:15:15 NPK 12:12:12 Urea Rock Phosphate MOP Kanada Kieserit HGF-Borate Chelated Zincopper MOP Jerman Total % Teralisasi
Rencana (kg) Realisasi (kg) 570,957 8,704 9,952 480,230 0 4,080 17,379 7,181 358,245 340,041 642,055 659,107 554,123 557,791 261,754 261,251 64,345 62,870 35,410 23,387 6,686 0 2,520,906 2,404,642 95.39%
Sumber: Data Kebun BKLE (2012)
Dari data diatas dapat diketahui bahwa rencana pemupukan kebun terealiasi sebesar 95.39%. Ada beberapa pupuk yang dalam aplikasi di lapang tidak sesuai dengan rencana tetapi pupuk itu digantikan oleh pupuk lain seperti Palmo 14 dan Palmo 16, MOP Kanada dan MOP Jerman, serta NPK15:15:15 dan NPK 12:12:12. Selain itu kenyataan di lapangan menunjukan bahwa pupuk yang diberikan sering diganti dengan jenis lainnya dengan alasan ketidaktersediaan pupuk di pasar atau pertimbangan lain. Penggantian suatu jenis pupuk dengan pupuk lainnya dapat dilakukan dengan memperhatikan kandungan unsur hara serta keseimbangan dan pengaruh bahan ikutannya (Sutarta et al., 2003).
49 Penggantian jenis pupuk yang telah dianjurkan dengan jenis pupuk lain perlu dikonsultasikan dengan PPKS guna mendapatkan pertimbangan secara teknis. Jenis pupuk yang digunakan di kebun BKLE pada tahun 2011 adalah pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Pupuk tunggal yang digunakan adalah Urea untuk memenuhi kebutuhan N, MOP untuk memenuhi kebutuhan K, RP untuk memenuhi kebutuhan P, Kieserit untuk memenuhi kebutuhan Mg, HGFB (High Grade Fertilizer Borate) untuk memenuhi kebutuhan B, dan Chelated Zincoper untuk memenuhi kebutuhan Zn dan Cu. Pupuk majemuk yang digunakan yaitu Palmo 14, Palmo 16, NPK 12:12:12, dan NPK 15:15:15. Pupuk majemuk memiliki keunggulan dibandingkan dengan pupuk tunggal, yaitu lebih praktis dalam pemesanan, transportasi, penyimpanan, dan aplikasi di lapangan karena satu jenis pupuk majemuk mengandung keseluruhan atau sebagian besar hara yang dibutuhkan tanaman (Poeloengan et al., 2003). Namun harga pupuk majemuk tegolong lebih mahal dan saat aplikasi di lapangan biasanya tanaman lebih memerlukan salah satu unsur hara dalam jumlah yang lebih besar atau sedikit dibanding kandungan hara pada pupuk majemuk.
Tepat Dosis Pertimbangan yang digunakan dalam penentuan dosis pupuk adalah hasil analisis daun dan tanah, realisasi produksi lima tahun sebelumnya, realisasi pemupukan sebelumnya, data curah hujan lima tahun sebelumnya, dan hasil pengamatan di lapangan seperti gejala defesiensi hara (Winarna et al., 2003). Penentuan dosis pemupukan di kebun BKLE berdasarkan buku rekomendasi pemupukan dari pihak riset BGA yang sebelumnya dilakukan analisis daun dan analisis tanah terlebih dahulu. Penulis mengamati ketepatan dosis untilan dan ketepatan dosis pemupukan di lapangan. Ketepatan dosis untilan dengan mengambil sampel sebanyak 30 karung until pada setiap untilan. Berdasarkan hasil pengamatan bahwa persentase hasil rata-rata ketepatan dosis untilan yang dilakukan oleh tenaga penguntil untuk pupuk RP yaitu 97.6% dan pupuk HGFB yaitu 95.7% (standar kebun ≥95%). Hal ini menunjukan bahwa tenaga penguntil pupuk sudah mengetahui ketepatan dosis untuk jenis pupuk yang berbeda-beda. Selain itu tenaga penguntil pupuk sudah
50 terlatih dan profesional dalam hal ketepatan dosis walaupun belum sampai 100%. Standar kerja untuk tenaga penguntil pupuk yaitu 2,000 kg/HK. Penulis menghitung ketepatan dosis pemupukan di lapangan dengan mengamati pemupukan MOP. Sample yang diambil sebanyak 60 pohon dengan tiga ulangan. Sampel diambil setiap baris pada kelipatan sebelas dengan mengambil 6-7 pohon per baris. Hasil pengamatan menunjukan bahwa ketepatan dosis rata-rata untuk pemupukan MOP yaitu 83.89% (standar kebun ≥90%). Nilai ini cukup tinggi namun masih dibawah standar kebun. Hal ini karena penabur masih menggunakan takaran pupuk yang sama untuk berbagai jenis pupuk yang berbeda. Selain itu juga mereka kurang mengetahui tentang dosis pupuk per pokok. Pelaksanaan pemupukan sebenarnya sudah memperhatikan kondisi areal pemupukan, mengetahui jarak pemupukan dari pokok, dan sebaran pupuk. Akan tetapi, tenaga penabur lebih memperhatikan dan mengutamakan target output yang tercapai. Mereka kurang memperhatikan dosis yang digunakan dan cara penaburan pupuk yang baik. Tenaga penabur hanya mengacu pada prinsip bahwa pupuk harus tertabur pada tanaman. Oleh karena itu ketepatan dosis pupuk MOP di lapangan untuk kebun BKLE kurang memenuhi prinsip tepat dosis pemupukan.
Tepat Waktu Waktu pemupukan ditentukan oleh iklim, sifat fisik, tanah, logistik pupuk, serta adanya sifat sinergis dan antagonis antar unsur hara (Pahan, 2010). Kegiatan pemupukan di kebun BKLE dibagi menjadi dua semester yaitu semester I (Januari-Juni) dan semester II (Juli-Desember). Berdasarkan buku program pemupukan tahun 2012 pada kebun BKLE aplikasi pemupukan RP dan kieserite dilakukan sekali setahun dan pada semester I, sedangkan apliaksi pemupukan MOP, Urea, HGFB, Palmo, dan Chelated Zinkcoper dilakukan dua kali setahun. Urutan aplikasi pemupukan kebun BKLE yaitu RP-HGFB-Chelated ZinkcoperPalmo-Kieserite-MOP-Urea. Penetapan waktu aplikasi pupuk didasarkan pada pola curah hujan (Winarna, 2003). Menurut Adiwiganda (2007) menyatakan bahwa kesulitan pelaksanaan pemupukan tepat waktu diakibatkan terjadinya curah hujan yang sulit diprediksi yaitu kandungan air dalam tanah yang tidak sesuai dengan persyaratan
51 untuk aplikasi pupuk. Data curah hujan Januari-April 2012 dapat dilihat pada Gambar 11, rencana waktu aplikasi pemupukan pada Tabel 18, dan realisasi pemupukan bulan Januari-April 2012 pada Tabel 19. 250
mm
200
206.9
150
156
100
134.5
110
50 0 Januari
Februari
Maret
April
Bulan Gambar 11. Curah Hujan BKLE Bulan Januari-April 2012 Tabel 18. Rencana Aplikasi Pemupukan kebun BKLE Bulan Aplikasi Pupuk Kebun BKLE
Jenis Pupuk
Jan
RP
Feb
Mar
Apr
Mei
Juni
Juli
Agt
Sept
Okt
Nov
Des
1xaplikasi (R1)
HGFB
R1
R2
C.Zinc
R1
R2
Palmo
R1
R2
MOP
R1
R1
R2
R2
Urea
R1
R1
R2
R2
Kieserite
1xapksi(R1)
Keterangan: R1 aplikasi rotasi I R2 aplikasi rotasi II
Tabel 19. Realisasi Aplikasi Pemupukan BKLE Bulan Januari-April 2012 Jenis Pupuk RP HGFB Palmo MOP
Bulan Aplikasi Pupuk Kebun BKLE Jan Feb 1xaplikasi (R1) R1
Mar
Apr
R1 R1
Sumber: Pengamatan Lapang (2012)
Waktu pemupukan yang optimal dilaksanakan pada saat curah hujan antara 100-250 mm/bulan dengan batas minimal curah hujan 60 mm/bulan dan maksimal 300 mm/bulan. Aplikasi pemupukan diusahakan untuk setiap semester
52 selesai dalam waktu dua bulan untuk memberikan keseimbangan hara di dalam tanah sehingga unsur hara tersebut akan mudah diserap oleh tanaman. Aplikasi pupuk urea pada musim kemarau (curah hujan <100mm/bulan) sebaiknya tidak dilakukan karena memiliki potensi penguapan yang tinggi. Sebaliknya pada kondisi curah hujan lebih dari 250 mm/bulan aplikasi pupuk urea, MOP, RP, HGFB, dan kieserit juga sebaiknya tidak dilakukan karena menyebabkan kehilangan tinggi melalui proses pencucian. Hasil pengamatan yang dilakukan oleh penulis rata-rata curah hujan bulan Januari-April 2012 yaitu 151.85 mm/bulan. Sesuai rekomendasi rotasi pemupukan di kebun BKLE dengan curah hujan tersebut tepat untuk aplikasi pupuk RP, HGFB, MOP, dan Palmo. Dalam kondisi curah hujan yang optimal untuk pemupukan dapat mengurangi tingkat kehilangan pupuk akibat pencucian, erosi, dan aliran air. Aplikasi pemupukan dilakukan pada pagi hari mengingat keefektifan tenaga kerja dan penyerapan hara oleh tanaman lebih baik, serta mengurangi penguapan pupuk akibat panas. Berdasarkan Tabel 19 realisasi pemupukan di BKLE mengalami ketidaktepatan dari rencana aplikasi pemupukan. Hal ini terjadi pada beberapa aplikasi pemupukan seperti RP, HGFB, dan Palmo. Aplikasi pupuk tersebut megalami kemunduran dari rencana pemupukan karena hari hujan dan keterlambatan datangnya pupuk ke gudang kebun akibat keterbatasan alat transportasi dan stok gudang sentral yang tidak selalu tersedia. Sebaliknya pada pupuk MOP diaplikasikan lebih cepat karena pemupukan ini menggunakan stok pupuk tahun kemarin yang masih ada di gudang kebun. Oleh karena itu ketepatan waktu pemupukan kebun BKLE berdasarkan curah hujan dapat dikatakan tepat waktu namun secara teknis di lapangan masih belum memenuhi prinsip ketepatan waktu.
Tepat Cara dan Tempat Pada umumnya ada tiga cara aplikasi pupuk yaitu secara manual, mekanis, dan aplikasi melalui udara. Metode yang umum digunakan oleh perkebunan dalam aplikasi pemupukan adalah cara tebar (broadcast) dan dibenam (pocket). Pada dasarnya cara pemupukan yang efektif yaitu bagaimana pupuk itu lebih
53 cepat sampai ke zona perakaran dan seminimum mugkin hilang karena penguapan dan aliran permukaan. Pemupukan di kebun BKLE dilakukan secara manual yaitu dengan sistem tebar dan dibenamkan. Pupuk Chelated Zinkcoper dan Palmo pada areal berpasir diaplikasikan dengan cara dibenamkan dengan jarak 50 cm dari pokok tanaman. Pupuk urea, kieserit, dan MOP diaplikasikan dengan ditebar berbentuk U-shape dengan radius 1.5-2 m dari pangkal pokok (arah dalam piringan) dan pupuk RP berbentuk U-shape dengan ditebar radius >2 m dari pangkal pokok (arah luar piringan). Pupuk HGFB daplikasikan tebar disekeliling pokok dengan radius 0.5-1 m dari pangkal pokok. Penebaran dengan radius 2 m atau pada pelepah dan berbentuk U-shape dilakukan karena akar tertier dan kwarter yang aktif menyerap hara lebih banyak terdapat dibawah pelepah di gawangan mati dibanding pada piringan (Lubis, 2008). Pengamatan yang dilakukan oleh penulis untuk menghitung ketepatan cara/aplikasi pada pemupukan RP didasarkan pada kondisi penyebaran pupuk di piringan, pupuk diecer, pokok yang dipupuk, dosis/takaran pupuk, untilan tinggal, dan karung tinggal. Penulis mengamati 15 penabur pada satu blok. Tanaman yang diamati yaitu tiga baris sampai pasar tengah untuk masing-masing penabur. Berdasarkan hasil pengamatan rata-rata ketepatan aplikasi tenaga penabur untuk pupuk RP adalah 93%. Hal ini menunjukan bahwa tenaga kerja penabur cukup tepat dalam kegiatan aplikasi pupuk yang dilakukan karena standar kebun ≥90%. Tenaga penabur telah mengetahui dan memperhatikan aplikasi pada piringan dan kondisi kemerataan pupuk pada pirirngan. Hasil pengamatan ketepatan aplikasi dapat dilihat pada Gambar 9. Berdasarkan pengamatan penulis pada penempatan aplikasi pupuk RP terdapat 1.2% pokok pengamatan tidak terpupuk dan 98.8% pokok pengamatan terpupuk. Pokok yang tidak terpupuk berada di sekitar pasar tengah. Hal ini karena takaran pupuk yang digunakan tidak dikalibrasi dan hanya mengandalkan perkiraan sehingga ketepatan dosis pupuk yang diaplikasikan pada tiap pokok menjadi tidak rata dan tidak sampai pasar tengah. Selain itu juga karena piringan yang kotor dan tertutup oleh gulma serta kacangan membuat pokok tidak terpupuk.
54 Pada pengamatan penempatan aplikasi pupuk RP terlihat bahwa 2.3% pupuk ditebar di piringan, 6.7% ditebar di gawangan, 5.2% ditebar di susunan pelepah dan gawangan, 9.1 % ditebar di susunan pelepah dan piringan, serta 76.7% (standar kebun ≥95%) pupuk telah ditebar tepat di susunan pelepah. Artinya ketepatan penempatan pupuk masih cukup rendah. Hal ini karena kurangnya arahan dari asisten dan mandor pupuk serta tidak adanya perhatian dari penabur pupuk dalam penebaran menjadi sebab kesalahan dalam penempatan lokasi pemupukan.
Prestasi Tenaga Kerja Pemupuk Prestasi tenaga kerja pemupuk adalah kemampuan seorang pemupuk dalam melakukan pekerjaan penaburan pupuk, dilihat dari output yang dihasilkan. Standar untuk setiap tenaga penabur adalah 550-600 kg/HK pada hari normal kerja (7 jam) sedangkan pada hari jumat 350-400 kg/HK sesuai dengan jenis pupuk dan dosis pupuk yang digunakan. Hasil pengamatan penulis berdasarkan Tabel 12 rata-rata untuk pemupukan RP prestasi tenaga penabur dari bobot yang diaplikasikan telah mencapai standar kebun. Akan tetapi, pada pengamatan hari jumat tanggal 24 Maret 2012 tenaga penabur pupuk tidak mencapai standar kebun. Hal ini karena pada tanggal tersebut output pemupukan distandarkan pada hari normal (7 jam) untuk mengejar target pemupukan RP, agar bulan Maret selesai dan mengurangi persediaan pupuk di gudang pupuk. Prestasi tenaga kerja penabur untuk aplikasi pupuk MOP masih dibawah standar kebun kecuali pada tanggal 5 Maret 2012. Hal ini disebabkan oleh jumlah tenaga penabur yang berlebih. Sebagai contoh pada tanggal 7 Maret 2012 dengan output/HK adalah 550 kg dan jumlah pupuk 4,534 kg maka tenaga kerja yang dibutuhkan seharusnya 8 orang saja. Hal ini berakibat pemupukan lebih cepat selesai tetapi dari segi biaya akan bertambah. Selain itu juga kurang efisiennya tenaga kerja dalam mengatur jam kerja, padahal jika mereka menggunakan jam kerja dengan baik output yang dicapai akan lebih besar dari standar kebun. Penulis juga melakukan pengamatan terhadap sepuluh orang tenaga penabur untuk mengetahui output penabur pupuk berdasarkan umur, lama bekerja
55 sebagai penabur pupuk, dan pendidikan. Data diperoleh dari data sekunder jumlah aplikasi pupuk oleh tenaga pemupuk dalam seminggu dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20. Profil Pemupuk dan Prestasinya Nama
Umur
Pemupuk
(tahun)
Pendidikan
Lama
Prestasi
Bekerja
kerja
(tahun)
(kg/HK)
ST Dev
Hernita
39
SD
6
786.9
218.50
Rukhayah
40
SD
6
786.6
218.50
Misnah
31
SMP
1
786.9
218.54
Supriatin
35
SMA
1
825.2
210.29
Suharni
38
SMP
1
825.2
210.29
Sutimah
43
SD
6
835.1
197.28
Siti Rahma
29
SMP
2
835.4
197.15
Mahni
31
SD
1
851.8
204.62
Aswi
40
SD
4
851.9
204.57
Riska
21
SMA
0.5
858
209.79
Sumber: Data Kebun (2012)
Data diuji dengan uji korelasi antara umur dengan prestasi, tingkat pendidikan dengan prestasi, lama bekerja dengan prestasi. Hasil menunjukan bahwa tidak terdapat korelasi yang nyata antara pengaruh umur, tingkat pendidikan, dan lama bekerja terhadap prestasi yang dicapai penabur pupuk. Dari hasil ini menunjukan bahwa kualifikasi tenaga penabur pupuk relatif merata.
Hambatan dan Upaya Peningkatan Keefektifan Pemupukan Pemupukan merupakan kegiatan yang sangat penting karena berbanding lurus dengan produksi buah. Jika pemupukan dilakukan tidak sesuai prosedur yang ada, maka akan berakibat menurunnya produktivitas kelapa sawit. Dalam kaitannya dengan kegiatan pemupukan di kebun BKLE terdapat beberapa hambatan diantaranya adalah: a. Gudang penyimpanan pupuk yang kurang memadai sehingga ketika hujan turun akan menyebabkan pupuk yang telah diuntil membatu. Sebaiknya dibuat gudang pemupukan yang sesuai standar penyimpanan pupuk dan
56 dipisahkan antara pupuk yang telah diuntil dengan pupuk yang belum diuntil agar mudah dalam perhitungan kebutuhan pupuk dan stok pupuk digudang. b. Takaran untilan dan takaran penabur yang digunakan untuk berbagai macam jenis pupuk menyebabakan tidak tepatnya dosis untilan dan penaburan. Hal ini karena tidak adanya pengawasan pada kegiatan penguntilan pupuk dan jarang sekali dilakukan penimbangan sampel untilan oleh tenaga penguntil. Perlu adanya pengawasan dalam ketepatan bobot untilan dan sering dilakukan kalibrasi takaran agar sesuai dosis yang direkomendasikan. c. Pelangsir dan pengecer pupuk cukup sulit menentukan jumlah untilan pupuk dengan benar karena perbedaan jumlah pokok antara rekomendasi dengan di lapangan sehingga untilan pupuk tidak sesuai. Oleh karena itu perlu dilakukan sensus pokok yang rutin untuk mengetahui jumlah tanaman dan kondisi blok yang ada. d. Penabur pupuk kurang memperhatikan ketepatan dosis per pokok sehingga masih ada pokok tidak terpupuk dan pupuk tercecer di pasar tengah. Sebaiknya sebelum kegiatan pemupukan, dilakukan penjelasan tentang pentingnya ketepatan dosis kepada penabur agar mereka menyadari bahwa selain bekerja juga harus dituntut kualitas pemupukan. e. Kurangnya simulasi dari mandor atau asisten tentang aplikasi pemupukan yang benar kepada penabur. Oleh karena itu perlu dilakukan simulasi terlebih dahulu sebelum pemupuk masuk ke blok oleh asisten atau mandor pupuk. Oleh karena itu, upaya dalam meningkatkan keefektifan pemupukan dapat dilakukan dengan cara pengaturan transportasi yang baik, penyediaan tenaga kerja yang cukup, akses atau prasarana jalan yang baik, pemupukan dengan berpedoman pada prinsip 5T, pengawasan atau supervisi yang baik, penerapan reward dan punishment yang adil. Apabila upaya diatas dapat dijalankan maka efektivitas pemupukan dapat tercapai.
57 Defisiensi Tanaman Ketersediaan hara dalam tanah yang rendah dapat berakibat tanaman pemupukan tanaman kelapa sawit adalah N, P, K, Mg, Cu, dan B. Masing-masing unsur hara tersebut diharapkan tersedia cukup dalam tanah. Faktor penyebab defesiensi yaitu jumlah pupuk yang diberikan tidak mencukupi, genangan air, aplikasi pupuk yang buruk, dan perkiraan efesiensi pemupukan yang tidak tepat. Menurut Adiwiganda (2007) menyatakan bahwa defisiensi salah satu unsur hara dapat dideteksi secara visual pada daun tanaman kelapa sawit. Pengamatan yang dilakukan oleh penulis secara visual terhadap gejala defisiensi hara yaitu sebanyak 36.16% mengalami defisiensi unsur N, 25.05% mengalami defisiensi unsur K, 7.98% mengalami defisiensi unsur B, 6.36% mengalami defisiensi unsur P, dan 4.14% mengalami defisiensi unsur Mg. Gejala defesiensi N disebabkan oleh berkurangnya mineralisasi N pada tanah dan tidak cukupnya atau tidak efektifnya aplikasi nitrogen. Selain itu juga aplikasi pemupukan yang tidak sesuai dengan rekomendasi yang telah ditentukan. Dampaknya yaitu menurunnya produksi tanaman kelapa sawit pada tahun berikutnya. Peta status hara daun kebun BKLE dapat dilihat pada Lampiran 8.
Biaya Pemupukan dan Cost/Ha Pemupukan Menurut Adiwiganda (2002) biaya pemeliharaan tidak kurang dari 50 % adalah biaya pemupukan dari biaya pengadaan, transportasi, dan pengawasan. Pemupukan pada tanaman kelapa sawit membutuhkan biaya yang sangat besar sekitar 30% terhadap biaya produksi atau sekitar 60% terhadap biaya pemeliharaan. Berdasarkan data yang diperoleh bahwa biaya pemupukan kebun BKLE untuk tahun 2011 tanaman menghasilkan sebesar Rp 10,496,352,201 dan biaya pemeliharaan tanaman menghasilkan sebesar Rp 15,306,286,506. Total cost/ha untuk kegiatan pemupukan adalah Rp 5,030,337. Artinya bahwa rata-rata untuk kegiatan pemupukan dalam 1 ha membutuhkan biaya sebesar Rp 5,030,337. Secara umum untuk biaya pemeliharaan tanaman menghasilkan pada tahun 2011 dapat dilihat pada Lampiran 10.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Pelaksanaan magang sudah sesuai dengan tujuan, terutama pada aspek khusus pemupukan. Manajemen pemupukan pada kebun Bangun Koling Estate (BKLE) secara umum dilakukan sesuai dengan SOP yang telah ditetapakan oleh PT. Bumitama Gunajaya Agro pada setiap masing-masing kegiatan dari pemeliharaan sampai dengan panen. Dalam mencapai produksi yang optimal harus memperhatikan prinsip pemupukan 5T (Tepat Dosis, Tepat Jenis, Tepat Cara, Tepat Waktu, Tepat Tempat). Ketepatan jenis dan ketepatan cara di kebun BKLE secara umum sudah berlangsung dengan baik. Ketepatan dosis untilan sudah sesuai dengan standar kebun tetapi dalam aplikasi di lapangan masih belum tercapai sesuai dengan rekomendasi. Kriteria ketepatan waktu belum berlangsung secara baik karena terjadi kemunduran jadwal pemupukan akibat belum tersedianya pupuk di gudang kebun. Aplikasi pupuk disesuaikan dengan pola curah hujan. Kriteria ketepatan tempat juga belum sesuai dengan SOP yang telah ditetapkan oleh kebun. Realisasi pemupukan belum sepenuhnya dilakukan sesuai rekomendasi, hal ini dapat diketahui masih cukup banyak tanaman yang mengalami defesiensi hara. Penggunaan tenaga kerja pemupukan masih belum efisien sehingga berdampak pada menurunnya efesiensi pemupukan. Dari hasil uji korelasi menunjukan pengaruh umur, pendidikan, dan lama bekerja sangat lemah pengaruhnya terhadap prestasi yang dicapai pemupuk.
Saran Siklus pemupukan di kebun BKLE perlu ditingkatkan kembali dalam hal teknis pemupukan untuk mengurangi ketidakefisienan waktu, tenaga kerja, dan biaya yang dikeluarkan. Perlu disusun strategi untuk meningkatkan efesiensi pemupukan sehingga tercapainya realisasi pemupukan, kualiatas pemupukan, dan mengoptimalkan konsep pemupukan 5T. Selain itu perlu dilakukan kalibrasi terhadap target tenaga pemupukan dan disesuaikan dengan dosis, jenis pupuk, dan kondisi areal, serta keadaan infrastruktur. Pendataan dan kalibrasi secara
59 terkontrol terhadap alat-alat dan perlengkapan kesehatan bagi tenaga pemupuk seperti takaran untilan, takaran penabur, dan APD harus dilakukan secara rutin. Kegiatan pengawasan pemupukan dari Asisten Divisi sebagai koordinator BMS harus dilakukan setiap hari agar dapat mengurangi tingkat kesalahan dalam kegiatan pemupukan.
DAFTAR PUSTAKA
Adiwiganda, R. 2007. Manajemen Tanah dan Pemupukan Kelapa Sawit. Dalam S. Mangoensoekarjo (Eds.). Manajemen Tanah dan Pemupukan Budidaya Tanaman Perkebunan. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. . 2002. Field management on fertilizer application at oil palm plantation. Seminar on Fertilizer Management for Oil Palm, Organized by PT Sentana Adidaya Pratama, Canadian Potash Exporter (Canpotex), Potash and Phosphate Institut (PPI) and Indonesian Oil Palm Research Institut (IOPC). Bali. P. 40. Andayani, D. 2008. Pengelolaan Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Tanaman Menghasilkan di PT Era Mitra Agro Lestari (BSP Group), Sarolangun, Jambi. Skripsi. Program Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 70 hal. Darmosarkoro, W. 2003. Defesiensi dan Malnutrisi Hara pada Tanaman Kelapa Sawit. Dalam W. Darmosarkoro. E.G Sutarta, dan Winarna (Eds). Lahan dan Pemupukan Kelapa Sawit. PPKS. Medan. Ditjenbun. 2011. Ekspor Produk Kelapa Sawit Terus Naik. http://ditjenbun.deptan.go.id/index.php/component/content/article/36news/203-ekspor-produk-kelapa-sawit-terus-naik.html [30 Januari 2012]. Ditjenbun. 2011. Luas Perkebunan dan Produksi Kelapa Sawit di Seluruh Indonesia. www.ditjenbun.deptan.go.id/index.php/ teknikbudidaya.html. [ 30 Januari 2012]. Fauzi, Y., E. Widyastuti, I. Satyawibawa, dan R. Hartono. 2008. Kelapa Sawit: Budidaya Pemanfaatan Hasil Limbah Analisis Usaha dan Pemasaran Edisi Revisi. Penebar Swadaya. Jakarta. 168 hal. Febriana, R. 2009. Pengelolaan Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Perkebunan PT Sari Aditya Loka I (PT Astra Agro Lestari, Tbk.), Kabupaten Merangin, Propinsi Jambi. Skripsi. Program Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 97 hal. Lubis, A. U. 2008. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Indonesia , Edisi 2. Pusat Penelitian Marihat Bandar Kuala Pematang Siantar. 362 hal.
61
Mangoensoekarjo, S. 2007. Manajemen Tanah dan Pemupukan Budidaya Perkebunan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 408 hal. Pahan, I. 2010. Panduan Lengkap Kelapa Sawit Managemen Agribisnis Dari Hulu Hingga Hilir. Jakarta: Penebar Swadaya. Poeloengan, Z., M.L. Fadli, Winarna, S. Rahutomo, dan E.S. Sutarta. 2003. Permasalahan Pemupukan pada Kelapa Sawit. Dalam W. Darmosarkoro, E.G. Sutarta, dan Winarna (Eds). Lahan dan Pemupukan Kelapa Sawit. PPKS. Medan Qomar, T.R. 2010. Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Tanaman Menghasilkan di Angsana Estate, PT Ladangrumpun Suburabadi, Minamas Plantation, Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan. Skripsi. Program Sarjana, Institut Pertanian Bogor. 80 hal. Setyamidjaja, D. 2006. Kelapa Sawit Pengolahan.Yogyakarta:Kanisius
Teknik
Budidaya,
Panen,
dan
Sutarta, E.S., S. Rahutomo, W. Darmosarkoro, dan Winarna. 2003. Peranan Unsur Hara dan Sumber Hara pada Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit. Dalm W. Darmosarkoro, E.G. Sutarta, dan Winarna (Eds). Lahan dan Pemupukan Kelapa Sawit. PPKS. Medan. Winarna, W. Darmosarkoro, dan E.S Sutarta. 2003. Teknologi Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit. Dalam W. Darmosarkoro, E.G. Sutarta, dan Winarna (Eds). Lahan dan Pemupukan Kelapa Sawit. PPKS. Medan.
13
LAMPIRAN
63
Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL) Tanggal
Uraian Kegiatan
Prestasi Kerja Penulis (satuan/HK) Penulis
Karyawan
Lokasi
Standar
13 Februari 2012
Orientasi Lapang
Divisi III
14 Februari 2012
Orientasi Lapang
Divisi II dan III
15 Februari 2012
Field Visit (Panen)
Blok O30
16 Februari 2012
Mengutip Brondolan (Panen)
17 Februari 2012
Cek Brondolan Jatuh dan Simulasi
2 ha
6 ha
3 ha
Blok M28, M24 Divisi II
LSU 18 Februari 2012
Perawatan Manual
7 jam
7 jam
7 jam
Blok M20
19 Februari 2012
LIBUR
20 Februari 2012
Piringan Manual
7 jam
7 jam
7 jam
Blok M20
21 Februari 2012
Pemupukan RP
22 Februari 2012
Aplikasi Jangkos
23 Februari 2012
Pemupukan RP
Blok K17,K18
24 Februari 2012
Pemupukan RP
Blok k18,K19
25 Februari 2012
Pemupukan RP
Blok L23,M23
26 Februari 2012
LIBUR
27 Februari 2012
Penguntilan Pupuk Borate
Blok K16,L16,K17 3 ton
7 jam
7 ton
7 jam
7 ton
7 jam
Blok M22, M23
Gudang Pupuk
64
Tanggal
Uraian Kegiatan
Prestasi Kerja Penulis (satuan/HK) Penulis
Karyawan
Standar
Lokasi
28 Februari 2012
Penguntilan Pupuk Borate
7 jam
7 jam
7 jam
Gudang Pupuk
29 Februari 2012
Semprot Piringan (BSS)
1.5 ha
3 ha
3 ha
Blok L22,L23
1 Maret 2012
Semprot Piringan (BSS)
1.8 ha
3 ha
3 ha
Blok L20,L21
2 Marte 2012
Pemupukan Borate
Blok K20,K21
3 Maret 2012
Pengambilan Data Sekunder
Kantor Kebun
4 Maret 2012
LIBUR
65 Lampiran 2. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pendamping Mandor Tanggal
Uraian Kegiatan
Prestasi Kerja Penulis
Lokasi
Jumlah KHL yang
Luas Areal yang
Lama Kegiatan
diawasi (orang)
diawasi (ha)
(Jam)
32.18
7
Blok L22,L21
5
Kantor Kebun
5 Maret 2012
Mandor Pupuk (MOP)
15
6 Maret 2012
Pengambilan Data Sekunder
7 Maret 2012
Mandor Pupuk (MOP)
15
14.51
7
Blok M19
8 Maret 2012
Mandor Pupuk (MOP)
9
24.48
7
Blok K20
9 Maret 2012
Mandor pupuk (RP)
18
67.4
8
Blok M20,M21
6
Kantor Kebun
7
Blok K14
7
Gudang Pupuk
14 Maret 2012 Krani Divisi
10
Kantor Kebun
15 Maret 2012 Krani Divisi
10
Kantor Kebun
16 Maret 2012 Krani Divisi
10
Kantor Kebun
17 Maret 2012 Krani Divisi
7
Kantor Kebun
7
Blok L22,L21
10 Maret 2012 Pengambilan Data Sekunder 11 Maret 2012 LIBUR 12 Maret 2012 Aplikasi Jangkos
10
13 Maret 2012 Mandor Until Pupuk (Borate)
4
18 Maret 2012
LIBUR
19 Maret 2012
Krani Transportasi
3
11.64
66
Tanggal
Uraian Kegiatan
Prestasi Kerja Penulis
Lokasi
Jumlah KHL yang
Luas Areal yang
Lama Kegiatan
diawasi (orang)
diawasi (ha)
(Jam)
20 Maret 2012 Membantu Administrasi Kebun
8
Kantor Kebun
21 Maret 2012 Membantu Administrasi Kebun
8
Kantor Kebun
22 Maret 2012 Membantu Administrasi Kebun
7
Kantor Kebun
7
Gudang Pupuk
23 Maret 2012 LIBUR 24 Maret 2012 Mandor Until Pupuk (Borate) 25 Maret 2012 LIBUR
4
67
Lampiran 3. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pendamping Asisten Tanggal
Uraian Kegiatan
Prestasi Kerja Penulis Jumlah Mandor yang diawasi (orang)
Lama Kegiatan (jam) 9
Kantor Kebun
7
Gudang Pupuk
28 Maret 2012 Proses Pengolahan CPO (PKS)
9
PKS SAGM
29 Maret 2012
Administrasi Kebun
7
Kantor Kebun
30 Maret 2012
Pemupukan RP
2
62.15
8
K07 dan K14
31 Maret 2012
Pemupukan RP
2
87.40
8
M08, M09, N09
1 April 2012
LIBUR
2 April 2012
Pemupukan RP
2
91.50
9
K 11, K12, K13
3 April 2012
Pengambilan Data Sekunder
7
Kantor Divisi II
4 April 2012
Administrasi BMS
1
7
Kantor BMS
5 April 2012
Pemupukan RP
2
9
K28, M28, M29
6 April 2012
LIBUR
7 April 2012
Administrasi Kantor BMS
1
7
Kantor BMS
8 April 2012
LIBUR
9 April 2012
Administrasi Kantor BMS
1
7
Kantor BMS
26 Maret 2012
Traksi Gudang
27 Maret 2012
Penguntilan Pupuk RP
Luas Areal yang diawasi (ha)
Lokasi
1
88.70
68
Tanggal
Uraian Kegiatan
10 April 2012
Pemupukan RP
11 April 2012
Administrasi Kantor BMS
12 April 2012
Prestasi Kerja Penulis Jumlah Mandor yang diawasi (orang) 2
Lama Kegiatan (jam) 7
Blok M26
7
Kantor BMS
Krani Divisi
9
Kantor Kebun
13 April 2012
Krani Divisi
7
Kantor Kebun
14 April 2012
Review Pengamatan Magang
7
Kantor Divisi II
15 April 2012
1
Luas Areal yang diawasi (ha) 28.50
Lokasi
LIBUR
16 April 2012
Supervisi Dosen
5
Metro Pundu
17 April 2012
Pengambilan Data Sekunder
7
Kantor Divisi II
8
Kantor Kebun
18 April 2012
Melengkapi Administrasi Kantor Kebun
19 April 2012
Review Pengamatan Magang
8
Kantor Divisi III
20 April 2012
Pengambilan Data Sekunder
7
Kantor Kebun
21 April 2012
Administrasi Klinik Kebun
5
Klinik Kebun
6
Kantor BMS
22 April 2012 LIBUR 23 April 2012 Administrasi Kantor BMS
69
Tanggal
Uraian Kegiatan
Prestasi Kerja Penulis Jumlah Mandor yang diawasi (orang)
Luas Areal yang diawasi (ha)
Lokasi Lama Kegiatan (jam) 7
24 April 2012
Review BSS
Kantor BSS
25 April 2012
Review BSS
7
Kantor BSS
26 April 2012
Presentasi
3
Kantor Kebun
27 April 2012 Field Visit
8
Blok L 23
28 April 2012 Administrasi Kantor Kebun
7
Kantor Kebun
30 April 2012 Review Pengamatan Magang
6
Kantor Kebun
1 Mei 2012
Review Pengamatan Magang
6
Kantor Kebun
2 Mei 2012
Review Pengamatan Magang
6
Kantor Divisi II
3 Mei 2012
Review Pengamatan Magang
7
Kantor Divisi II
4 Mei 2012
Pengambilan Data Sekunder
4
Kantor Kebun
5 Mei 2012
Pengambilan Data Sekunder
4
Kantor Kebun
6 Mei 2012
LIBUR
7 Mei 2012
Review Draf Skripsi
5
Kantor Kebun
8 Mei 2012
Ujian
2
Kantor Kebun
29 April 2012 LIBUR
70
Tanggal
Uraian Kegiatan
Prestasi Kerja Penulis Jumlah Mandor yang diawasi (orang)
Luas Areal yang diawasi (ha)
Lokasi Lama Kegiatan (jam) 8
9 Mei 2012
Administrasi Kebun
Kantor Kebun
10 Mei 2012
Administrasi Kebun
9
Kantor Kebun
11 Mei 2012
Administrasi Kebun
6
Kantor Kebun
12 Mei 2012
Administrasi Kebun
9
Kantor Kebun
13 Mei 2012
LIBUR
71
Lampiran 4. Peta Kebun Bangun Koling Estate (BKLE)
72 Lampiran 5. Data Curah Hujan Kebun BKLE Tahun 2007-2011 TAHUN 2007
BULAN
2008
2009
2010
Rata-Rata
2011
HH
MM
HH
MM
HH
MM
HH
MM
HH
MM
HH
MM
JANUARI
13
232,6
13
484,0
14
298,3
16
471,0
14
415,8
14
380,3
PEBRUARI
16
467,9
11
511,0
13
246,0
13
285,5
6
292,0
12
360,5
MARET
15
349,5
13
404,0
18
800,5
16
318,5
10
233,8
14
421,3
APRIL
19
698,0
14
469,5
14
558,0
11
198,5
12
373,0
14
459,4
MEI
10
201,6
7
145,5
10
293,0
15
437,1
8
208,5
10
257,1
JUNI
14
162,5
9
277,5
7
245,0
18
464,8
6
105,0
11
251,0
JULI
12
235,9
13
119,0
6
242,0
15
414,8
4
81,0
10
218,5
AGUSTUS
6
680,0
17
439,8
1
17,0
12
201,0
2
8,5
8
269,3
SEPTEMBER
1
12,0
12
271,0
2
26,0
13
532,3
4
62,8
6
180,8
OKTOBER
13
489,0
18
615,0
10
544,0
16
427,8
8
233,5
13
461,9
NOVEMBER
12
327,0
18
362,5
20
546,5
18
404,3
9
342,0
15
396,5
DESEMBER
19
382,0
22
369,5
22
850,8
12
363,8
11
249,3
JUMLAH
150
4.238
167
4.468
137
4.667
175
4.519
94
2.605
17 145
443,1 4.099
BK
1,0
-
2,0
-
BL BB
11,0
12,0
10,0
Keterangan: BK= MM < 60 mm, BL= MM 60-100 mm, BB= MM > 100 mm Q=
100% →Q =
, ,
100%
7,4%
Menurut klasifikasi Schmidt Ferguson tipe iklim kebun BKLE termasuk kelas A
12,0
1,0
0,8
2,0
0,4
9,0
10,8
73 Lampiran 6. Struktur Organisasi Kebun Bangun Koling Estate
74
Lampiran 7. Peta Jenis Tanah Kebun BKLE
75 Lampiran 8. Peta Status Hara Daun Kebun BKLE
76 Lampiran 9. Struktur Organisasi Kebun Wilayah IV
77
Lampiran 10. Biaya Pemupukan TM Tahun 2011