MANAJEMEN PANEN KELAPA SAWIT DI PT. SOCFIN INDONESIA, PERKEBUNAN BANGUN BANDAR, SERDANG BEDAGAI, SUMATERA UTARA
SAMUEL ANHARA SIHOMBING A24080134
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012
RINGKASAN SAMUEL ANHARA SIHOMBING. Manajemen Panen Kelapa Sawit di PT Socfin Indonesia, Perkebunan Bangun Bandar, Serdang Bedagai, Sumatera Utara. (Dibimbing oleh AHMAD JUNAEDI). Kegiatan
magang
secara
umum
bertujuan
untuk
meningkatkan
kemampuan teknis dan manajerial, menambah pengalaman dan memperluas wawasan bagi penulis dalam proses kerja secara nyata yang diterapkan di perkebunan. Secara khusus kegiatan magang bertujuan untuk mengikuti kegiatan teknik budidaya kelapa sawit khususnya aspek pemanenan kelapa sawit di perkebunan dan mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta mengikuti kegiatan dan melaksanakan peran manajerial khususnya dalam aspek pemanenan. Kegiatan magang dilaksanakan selama 3 bulan mulai dari bulan Juni hingga bulan September 2012 di Kebun Bangun Bandar, PT Socfin Indonesia, Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara. Penulis pada saat melakukan kegiatan magang bekerja langsung sesuai dengan tingkat jabatan, yaitu sebagai karyawan harian lepas (KHL), pendamping mandor sampai menjadi pendamping asisten divisi. Penulis bertanggung jawab sebagai karyawan harian lepas (KHL) selama satu bulan pertama, pendamping mandor pada bulan berikutnya, dan pendamping asisten selama satu bulan terakhir. Selama menjadi KHL penulis melakukan kegiatan pengendalian gulma, pemupukan, tunas pasir, kastrasi, dan pemanenan. Selama menjadi pendamping mandor, penulis ikut dalam mengawasi kegiatan pemupukan, pengendalian gulma, kastrasi, tunas pasir, dan pemanenan. Sedangkan pada saat menjadi pendamping asisten divisi penulis melakukan kegiatan pengawasan terhadap mandor pemupukan, pengendalian gulma, pengendalian hama, pemanenan, dan kastrasi. Penulis juga belajar dalam hal mengurus administrasi kebun khususnya administrasi pemanenan. Penulis melakukan kegiatan aspek khusus pemanenan. Pemanenan terdiri dari 3 kegiatan utama, yaitu persiapan panen, pelaksanaan panen, dan pengawasan panen. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam kegiatan persiapan panen adalah
tenaga kerja pemanen, peralatan panen, rotasi panen, taksasi panen, dan kriteria matang panen. Tahap pelaksanaan panen harus diperhatikan oleh pemanen dalam melakukan pemanenan. Hal ini bertujuan untuk menghindari kehilangan produksi dalam pemanenan. Teknis panen yang harus dilakukan yaitu pemanen harus memperhatikan jumlah brondolan yang jatuh di piringan untuk mengetahui TBS yang akan dipanen, kemudian memotong beberapa pelepah yang menyanggah TBS (progressive pruning). Tahap pengawasan panen dilakukan untuk meminimalisir losses panen dan meningkatkan produktivitas pemanen. Untuk meminamilisir losses panen dapat dilakukan melalui kegiatan pengawasan dan denda bagi pemanen, sedangkan untuk meningkatkan produktivitas pemanen dapat dilakukan melalui pemberian premi kepada pemanen. Pengamatan mengenai sumber losses berdasarkan tahun tanam diketahui bahwa pada tahun tanam 1986 terdapat kondisi pokok dan kondisi areal yang belum sesuai dengan ketetapan perusahaan sehingga memungkinkan terjadinya buah mentah terpanen, buah matang yang tidak terpanen dan brondolan yang tertinggal. Rotasi panen yang lambat (>7 hari) yang terjadi di kebun Bangun Bandar dapat memicu terjadinya losses dan buah busuk. Rotasi panen yang tinggi ini terjadi karena banyaknya perpindahan karyawan dan absensi karyawan. Pengamatan berdasarkan kriteria matang panen berdasarkan Lubis (2008) didapat bahwa buah matang normal sebesar 98,09% yang masih hampir mendekati dengan ketetapan perusahaan sebesar 100%.
MANAJEMEN PANEN KELAPA SAWIT DI PT. SOCFIN INDONESIA, PERKEBUNAN BANGUN BANDAR, SERDANG BEDAGAI, SUMATERA UTARA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Samuel Anhara Sihombing A24080134
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012
Judul
: MANAJEMEN PANEN KELAPA SAWIT
DI PT. SOCFIN INDONESIA, PERKEBUNAN BANGUN BANDAR, SERDANG BEDAGAI, SUMATERA UTARA Nama
: SAMUEL ANHARA SIHOMBING
NIM
: A24080134
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Ahmad Junaedi, M.Si NIP : 19681101 199302 1 001
Mengetahui, Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Dr Ir Agus Purwito, MSc.Agr. NIP 19611101 1987 03 1 003
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Lima Puluh, Provinsi Sumatera Utara pada tanggal 12 Agustus 1990. Penulis merupakan anak pertama dari pasangan Bapak Irianto Sihombing dan Ibu Pinta Tua Adelina Pakpahan. Penulis lulus dari SD Methodist 8 Medan pada tahun 2002. Pada tahun 2005 penulis menyelesaikan studi di SMP Santa Thomas 4 Medan, kemudian melanjutkan studi ke SMAN 1 Matauli Pandan dan lulus pada tahun 2008. Tahun 2008 penulis diterima sebagai mahasiswa di Program Studi Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Beasiswa Utusan Daerah (BUD) dengan sponsorship PT. Socfin Indonesia. Selama mengikuti perkuliahan di IPB, penulis aktif sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Agronomi (HIMAGRON). Selain itu, penulis juga aktif sebagai anggota UKM Tenis Lapangan, Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK), dan Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI).
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas Berkat dan Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai tugas akhir akademik untuk menyelesaikan studi program sarjana di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Hasil dari kegiatan magang yang telah dilaksanakan penulis selama 3 bulan di perkebunan kelapa sawit Bangun Bandar PT. Socfin Indonesia, Serdang Bedagai, Sumatera Utara. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini penulis mendapatkan banyak bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Kedua orang tua tercinta, Bapak (Irianto Sihombing) dan Ibu (Pinta Tua Adelina Pakpahan) serta seluruh keluarga besar atas segala doa, dukungan dan bantuan yang diberikan kepada penulis selama kegiatan magang sampai penulisan skripsi. 2. Bapak Dr. Ir. Ahmad Junaedi, M.Si selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan dukungan, bimbingan, saran serta nasihat selama pelaksanaan magang dan penyusunan skripsi. 3. Bapak Dr. Ir. Purwono. MS selaku pembimbing akademik yang telah memberikan dukungan dan nasihat selama perkuliahan. 4. Bapak Ir. Frans Tambunan selaku Pengurus kebun, Ir Hugo Napitupulu selaku Asisten Kepala (Askep) dan keluarga besar kebun Bangun Bandar PT. Socfin Indonesia, Serdang Bedagai, Sumatera Utara. 5. Bapak Fienry Yusril selaku asisten di Afdeling IV dan Bapak M. Iqbal Sadiqi selaku asisten di Afdeling II yang telah memberi bimbingan dan masukan kepada penulis. 6. Deny Kristianto Sihombing, Ruth Elisabeth Sihombing dan Lidya Nathasia Sihombing selaku adik penulis yang telah memberikan bantuan, dukungan serta doanya. 7. Rosiantim Lydia Septi yang telah memberikan dukungan dan perhatian dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Penghuni Guru Perdesi Kos (Gusto, Ryanda, Anstain, Christopher, Christian, Nando, Berto, Radi, Yodi, Lerry, Elbie), teman- teman Asbak’ 45, dan temanteman Agronomi dan Hortikultura angkatan 45 beserta semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Desember 2012
Penulis
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL........................................................................................... xi DAFTAR GAMBAR......................................................................................
xii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xiii PENDAHULUAN .........................................................................................
1
Latar Belakang ...................................................................................
1
Tujuan ................................................................................................
2
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................
3
Botani Kelapa Sawit ..........................................................................
3
Syarat Tumbuh Kelapa Sawit ............................................................
5
Pemanenan Kelapa Sawit ................................................................... 5
METODE MAGANG .................................................................................... 9 Tempat dan Waktu Pelaksanaan .......................................................
9
Metode Pelaksanaan .......................................................................... 9 Pengamatan dan Pengumpulan Data ................................................. 9 Analisis Data dan Informasi .............................................................. 12
KEADAAN UMUM ...................................................................................... 13 Sejarah Perusahaan ...........................................................................
13
Letak Wilayah Administratif ............................................................
14
Keadaan Iklim dan Tanah .................................................................
15
Luas Areal Konsesi dan Tatat Guna Lahan ......................................
15
Keadaan Tanaman dan Produksi........................................................ 16 Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan.......................................... 18 Fasilitas Kebun................................................................................... 21
PELAKSANAAN TEKNIS MAGANG ........................................................ 22 Aspek Teknis ......................................................................................
22
Aspek Manajerial ................................................................................
40
PEMBAHASAN ............................................................................................
45
Persiapan Panen...................................................................................
45
Pelaksanaan Panen ..............................................................................
53
Pengawasan panen...............................................................................
55
KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 63 Kesimpulan.........................................................................................
63
Saran...................................................................................................
63
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................
64
LAMPIRAN...................................................................................................
66
DAFTAR TABEL Nomor 1.
Halaman
Jenis Tanaman, Luas Areal dan Lokasi Perkebunan yang Diusahakan PT Socfindo, Sumatera Utara ......................................
14
2.
Tata Guna Lahan Perkebunan Bangun Bandar ................................ 16
3.
Jumlah Populasi Tanaman Kelapa Sawit Berdasarkan Tahun Tanam pada Setiap Divisi Perkebunan Bangun Bandar ................ 17
4.
Produksi TBS, CPO, dan PK Perkebunan Bangun Bandar..............
18
5.
Jumlah Staf dan Non Staf Perkebunan Bangun Bandar ..................
20
6.
Kandungan Nutrisi pada Bahan Kompos ........................................
29
7.
Pembagian Seksi Panen Divisi II Perkebunan Bangun Bandar .......
34
8.
Kriteria Matang TBS Perkebunan Bangun Bandar
.....................
36
9.
Parameter Denda Karyawan Potong Buah ......................................
39
10. Hubungan Rotasi Panen terhadap Losses dan Mutu Buah .............
48
11. Pengamatan Kematangan Panen pada Divisi II ...............................
49
12. Data Mutu Buah per Kemandoran Divisi II
.................................
51
13. Rekapitulasi Data Pengamatan Mutu Buah pada Divisi II ..............
52
14. Hasil Pengamatan TBS Tinggal di dalam Ancak di Kemandoran B Divisi II ........................................................................................ 55 15. Jumlah Brondolan yang Tidak Dikutip di Kemandoran B ..............
56
16. Total Losses Berdasarkan Tahun Tanam (1986, 1998, 2000) di Blok Divisi II.................................................................................... 57 17. Pengamatan Kondisi Tanaman Tahun Tanam 1986 .....................
58
18. Basis dan Premi Lebih Basis Pemanen di Divisi II .........................
60
19. Hasil Pengamatan Kinerja Kerja Pemuat ......................................... 62
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1.
Gulma Melastoma malabathricum ..................................................
23
2.
Gulma Clidemia hirta ......................................................................
23
3.
Gulma Chromolaena odorata .........................................................
23
4.
Gulma Lantana sp ............................................................................ 23
5.
Cara Penyemprotan Gulma di Piringan ...........................................
6.
Alat Controlled Droplet Applicator (CDA) ..................................... 26
7.
Kegiatan Pemupukan .......................................................................
28
8.
Peletakan Tandan Buah Segar (TBS) di TPH .................................
37
9.
Alat Egrek ........................................................................................
46
25
10. Angkong ........................................................................................... 46 11. Gancu ...............................................................................................
47
12. Pisau Egrek ......................................................................................
47
13. Hasil Pengamatan Mutu Buah pada Divisi II ..................................
52
14
54
Teknis Pelaksanaan Pemanenan.......................................................
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1.
Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL) di PT Socfindo Perkebunan Bangun Bandar, Dolok Masihul, Serdang Bedagai, Sumatera Utara..................................... 67
2.
Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pendamping Mandor di PT Socfindo Perkebunan Bangun Bandar, Dolok Masihul, Serdang Bedagai, Sumatera Utara.................................................... 68
3.
Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pendamping Asisten Divisi di PT Socfindo Perkebunan Bangun Bandar, Dolok Masihul, Serdang Bedagai, Sumatera Utara..................................... 69
4.
Peta Kebun Bangun Bandar.............................................................. 72
5.
Peta Tanah Perkebunan Bangun Bandar........................................... 73
6.
Curah Hujan Perkebunan Bangun Bandar........................................
74
7.
Struktur Organisasi Perkebunan Bangun Bandar.............................
75
8.
Formulir Pemeriksaan Mutu TBS dan Pemeriksaan Ancak.............
76
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) sebagai tanaman penghasil minyak sawit dan inti sawit merupakan salah satu primadona tanaman perkebunan yang menjadi sumber penghasil devisa nonmigas bagi Indonesia. Cerahnya prospek komoditi minyak kelapa sawit dalam perdagangan minyak nabati dunia telah mendorong pemerintah Indonesia untuk memacu pengembangan areal perkebunan kelapa sawit. Pada tahun 2005 luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia mencapai 5 597 158 ha dan mengalami peningkatan pada tahun 2010 menjadi seluas 8 430 206 ha (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2010). Prospek pengusahaan kelapa sawit di Indonesia sangat baik, karena Indonesia memiliki berbagai keunggulan yang dapat menjadikan industri kelapa sawit indonesia kompetitif di perdagangan dunia (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2007). Hal tersebut dapat dibuktikan dari produksi CPO pada tahun 2010 yang mengalami peningkatan 2 409 163 ton (13,9%) dibandingkan tahun 2006 yaitu dari 17 350 848 menjadi sebesar 19 760 011 ton (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2010). Berkembangnya subsektor perkebunan kelapa sawit di Indonesia tidak lepas dari adanya kebijakan pemerintah yang memberikan berbagai insentif, terutama kemudahan dalam hal perijinan dan bantuan subsidi inventasi untuk pembangunan perkebunan rakyat dengan pola PIRBun dan pembukaan wilayah baru untuk areal perkebunan besar swasta. Teknik budidaya yang diterapkan di perkebunan kelapa sawit terdiri dari kegiatan pembukaan lahan, penanaman kelapa sawit, pemeliharaan tanaman dan pemanenan kelapa sawit. Semua aspek teknik budidaya dalam pengusahaan tanaman kelapa sawit harus dilaksanakan dengan baik. Salah satu teknik budidaya yang sangat penting dalam pengusahaan kelapa sawit adalah kegiatan pemanenan. Pemanenan adalah pemotongan tandan buah segar dari pohon hingga pengangkutan ke pabrik (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2007). Kegiatan panen ini memerlukan teknik tersendiri untuk mendapatkan hasil yang berkualitas. Hasil panen utama dari kelapa sawit adalah buah kelapa sawit. Pelaksanaan panen tidak
2
dilakukan secara sembarang, perlu memperhatikan beberapa kriteria tertentu, sebab tujuan panen kelapa sawit adalah untuk mendapatkan rendemen minyak yang tinggi dengan kualitas minyak yang baik (Fauzi et al., 2008). Keberhasilan pemanenan dapat menunjang pencapaian produktivitas tanaman kelapa sawit, sebaliknya kegagalan pemanenan dapat menghambat pencapaian
produktivitas.
Faktor-faktor
yang
menentukan
keberhasilan
pemanenan adalah persiapan panen, kriteria matang panen, sistem dan rotasi panen, ramalan produksi, pengawasan dan denda, kebutuhan tenaga kerja dan angkutan panen, basis dan premi panen, serta alat dan perlengkapan panen (Lubis, 1992). Kegiatan pemeliharaan tanaman yang sudah baku dan potensi produksi di tanaman yang tinggi, tidak ada artinya jika pemanenan tidak dilaksanakan secara optimal (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2007). Tujuan Kegiatan magang yang dilakukan memiliki tujuan umum untuk meningkatkan kemampuan teknis dan manajerial, menambah pengalaman dan memperluas wawasan bagi penulis dalam proses kerja secara nyata. Tujuan secara khusus pada kegiatan magang kali ini yaitu mengikuti kegiatan teknik budidaya kelapa sawit khususnya aspek pemanenan kelapa sawit di perkebunan dan mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta mengikuti kegiatan dan melaksanakan peran manajerial khususnya dalam aspek pemanenan.
3
TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Dalam
ilmu
botani,
semua
tumbuhan
diklasifikasikan
untuk
mempermudah identifikasi secara ilmiah. Hartley (1967) menyatakan bahwa kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) termasuk tumbuhan kelas Angiospermae, ordo Cocoideae, famili Palmae, dan genus Elaeis. Menurut Pahan (2010), ada beberapa spesies dalam genus ini antara lain Elaeis guineensis, Elaeis melanococca (Elaeis oleivera) dan Elaeis odora (tidak ditanam di Indonesia). Klasifikasi tanaman Kelapa Sawit menurut Lubis (1992) adalah : Kingdom
: Plantae
Divisi
: Tracheophyta
Sub divisi
: Pteropsida
Kelas
: Angiospermae
Sub kelas
: Monocotyledonae
Ordo
: Cocoideae
Famili
: Palmae
Genus
: Elaeis
Spesies
: Elaeis guineensis Jacq. Kelapa sawit merupakan ordo Cocoideae yang paling besar habitusnya.
Organ tanaman kelapa sawit dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu bagian vegetatif dan bagian generatif. Bagian vegetatif kelapa sawit meliputi akar, batang dan daun, sedangkan generatif yang merupakan alat perkembangbiakan terdiri dari bunga dan buah (Purwanto, 2009). Sistem perakaran kelapa sawit merupakan sistem akar serabut yang menyebar secara merata pada sekitar permukaan tanah. Meskipun demikian, ada juga akar yang menyebar ke bawah (vertikal). Luas perakaran ini biasanya sejalan dengan luas proyeksi tajuk. Akar tanaman kelapa sawit terdiri atas akar primer, akar sekunder dan akar kuartener (Pahan, 2010). Batang tanaman kelapa sawit tumbuh tegak lurus ke atas dan dapat mencapai ketinggian 15-20 m dan tidak bercabang. Batang kelapa sawit tersebut dibungkus oleh pangkal pelepah daun (frond base). Fungsi batang bagi tanaman
4
tersebut adalah: (1) sebagai struktur yang mendukung daun, bunga dan buah; (2) sebagai sistem pembuluh yang mengangkut air, hara dan mineral dari akar ke atas serta hasil fotosintesis (fotosintat) dari daun ke bawah; (3) berfungsi sebagai organ penimbunan zat makanan (Pahan, 2010). Pada umur ekonomis, tinggi batang bisa mencapai 15-18 meter. Pertumbuhan tinggi tanaman berbeda-beda, tergantung dari varietas dan tipenya (Setyamidjaja, 2006). Pelepah daun kelapa sawit tersusun majemuk menyirip, terdiri atas berbagai bagian, yaitu : (1) kumpulan anak daun (leaflets) yang memiliki helaian (lamina) dan tulang daun (midrid); (2) rachis yang merupakan tempat anak daun melekat; (3) tangkai daun atau petiole yang merupakan bagian antara daun dan batang; serta (4) seludang daun atau sheath. Daun membentuk susunan satu pelepah yang panjangnya mencapai dari 7.5-9 m (Lubis, 1992). Oleh karena itu pada tanaman dewasa pada kerapatan yang tinggi, intensitas cahaya yang kurang akan menyebabkan umur daun berkurang dimana faktor intensitas cahaya inilah sangat berpengaruh pada jumlah daun kelapa sawit (Pahan, 2010). Jumlah anak daun di sekitar pelepah berkisar 200–400 helai. Produksi pelepah daun bergantung pada umur tanaman. Daun kelapa sawit biasanya akan muncul setiap dua minggu, sehingga dalam keadaan optimum tanaman dewasa kelapa sawit memiliki 40-50 pelepah (Fauzi et al., 2008). Tanaman kelapa sawit memiliki bunga jantan dan bunga betina yang berada dalam satu pohon sehingga disebut tanaman berumah satu atau monoecious. Tandan bunga terletak terpisah dan keluar dari ketiak pelepah daun. Bunga jantan berbentuk lonjong memanjang, sedangkan bunga betina agak bulat terbungkus oleh seludang bunga. Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman yang menyerbuk silang (Lubis, 1992). Buah sawit disebut juga fructus. Waktu yang diperlukan mulai dari penyerbukan sampai buah matang siap dipanen kurang lebih 5-6 bulan. Menurut varietas tanaman kelapa sawit yang umum dibagi menjadi tiga tipe yaitu pisifera, dura, dan tenera. Varietas yang sekarang ini digunakan secara komersial untuk menghasilkan rendemen minyak yang tinggi pada setiap perkebunan di Indonesia adalah varietas tenera. Buah kelapa sawit terdiri atas tiga lapisan, yaitu eksokarp yang merupakan bagian kulit buah berwarna kemerahan dan licin, mesokarp atau
5
serabut buah yang mengandung minyak dengan rendemen yang tinggi serta endokarp atau cangkang pelindung inti (Fauzi et al., 2008). Syarat Tumbuh Kelapa Sawit Kelapa sawit dapat tumbuh pada ketinggian 0-500 m di atas permukaan laut ( dpl). Jumlah curah hujan yang baik adalah 2 000-2 500 mm/tahun, tidak memiliki defisit air, hujan agak merata sepanjang tahun. Suhu optimum untuk pertumbuhan tanaman kelapa sawit agar dapat tumbuh dengan baik adalah sekitar 24-28 oC. Tanaman kelapa sawit masih bisa tumbuh pada suhu terendah 18oC dan tertinggi 32 oC. Kelapa sawit dapat tumbuh pada pH 4,0 – 6,0 namun yang terbaik adalah pada pH 5,0-5,6. Tanah yang mempunyai pH rendah dapat ditingkatkan dengan pengapuran namun membutuhkan biaya yang tinggi. Tanah dengan pH rendah biasanya dapat dijumpai pada daerah pasang surut terutama tanah gambut (Lubis, 1992). Tanaman kelapa sawit tumbuh baik pada tanah gembur, subur, berdrainase baik, permeabilitas sedang, dan mempunyai solum yang tebal sekitar 80 cm tanpa lapisan padas. Tekstur tanah ringan dengan kandungan pasir 20-60%, debu 10-40%, dan tanah liat 20-50%. Tanah yang kurang cocok adalah tanah berpasir dan tanah gambut tebal. Topografi yang dianggap cukup baik untuk tanaman kelapa sawit adalah areal dengan kemiringan 0-15o (Fauzi et al., 2008). Pemanenan Kelapa Sawit Pekerjaan panen adalah pekerjaan utama di perkebunan kelapa sawit karena langsung menjadi sumber pemasukan uang bagi perusahaan melalui penjualan Minyak Kelapa Sawit (MKS) dan Inti Kelapa Sawit (IKS) (Pahan, 2010). Pemanenan kelapa sawit adalah pemotongan tandan buah segar (TBS) dari pohon hingga pengangkutan ke pabrik. Sasaran utama pekerjaan panen yaitu mencapai produksi TBS per hektar yang tinggi, biaya per kg yang rendah, dan mutu produksi yang baik berupa asam lemak bebas (ALB/ FFA) yang rendah. Cara yang tepat akan mempengaruhi kuantitas produksi (ekstrasi), sedangkan waktu yang tepat akan mempengaruhi kualitas produksi (Pahan, 2010).
6
Kegiatan panen meliputi pelaksanaan pemanenan berupa pemotongan TBS, pengutipan berondolan, dan pemotongan pelepah. Pada saat pemotongan TBS, pelukaan buah diusahakan seminimal mungkin, baik waktu pemotongan TBS, pengangkutan ke Tempat Pengumpulan Hasil (TPH) maupun pengangkutan ke dump truck serta menjaga buah tidak kotor karena tanah atau debu. Pelukaan dapat mempercepat peningkatan ALB dari 0,2 - 0,7% sebelum dipotong, kemudian akan naik sebesar 0,9 - 1% setiap 24 jam ketika sudah di tanah, sehingga semakin cepat diangkut ke pabrik akan semakin baik (Lubis, 1992). Pengutipan berondolan harus dilakukan karena berondolan tersebut yang diolah menjadi MKS. Pemotongan pelepah tidak disarankan untuk tanaman yang masih rendah (panen dengan dodos). Untuk tanaman tinggi (panen dengan egrek) pelepah harus dipotong untuk mencegah tersangkutnya berondolan dan menghindarkan kesulitan pemanenan atau tunas berikutnya. Tahapan selanjutnya adalah pengangkutan. Pengangkutan dalam industri perkebunan kelapa sawit menempati posisi yang sangat menentukan dalam pencapaian mutu produksi. Pengangkutan juga menempati urutan yang penting dalam sistem pemanenan kelapa sawit (Sutrisno dan Winahyu, 1991). Tandan yang telah dipanen disimpan di TPH dan brondolan dikumpulkan di dalam karung agar dapat mudah diangkut oleh pengangkut panen. Tandan di TPH disusun 5-10 tandan per baris, gagang tandan dipotong menjadi cangkem kodok dan pada pangkal gagang tandan yang telah dipotong ditulis nomor pemanen dan jumlah TBS yang telah dipanen untuk mengetahui siapa yang melakukan pemanenan, dan berapa jumlah TBS yang dipanen dalam satu TPH. TBS sesegera mungkin diangkut ke pabrik pada hari panen. Kebutuhan dump truck dapat diketahui berdasarkan pencatatan dan pelaporan yang meliputi data jumlah TBS per TPH, jumlah dan nomor TPH, serta nomor blok. Setelah itu buah diangkut ke pabrik kemudian diperiksa dan disortir lalu ditimbang. Hasil sortasi dan penimbangan dilaporkan kepada kepala Divisi yang bersangkutan. Tanggung jawab dan kegiatan berakhir sampai pada pemeriksaan buah di pabrik (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2007). Hasil produksi kelapa sawit yang sangat komersial adalah minyak kelapa sawit, minyak kernel kelapa sawit, dan bungkil inti sawit (Hartley, 1967). Sebagai
7
minyak atau lemak, minyak kelapa sawit adalah suatu trigliserida, yaitu senyawa gliserol dengan asam lemak. Minyak sawit berwarna merah jingga karena kandungan karotenoida, berkonsistensi setengah padat pada suhu kamar, kadar asam lemak bebas yang rendah, bau dan rasanya cukup enak (Siregar, 2005). Jumlah dan mutu minyak sawit yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh cara pemanenan buah. Pada buah lewat matang akan meningkatkan ALB. Panen yang tepat waktu akan mencapai sasaran untuk mendapatkan kandungan minyak yang paling maksimal dan kadar ALB yang rendah. Tanaman kelapa sawit secara umum sudah dapat dipanen setelah 30 bulan dari Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) menjadi Tanaman Menghasilkan (TM). Pemanenan harus berorientasi terhadap kematangan buah yang optimum, buah mengandung minyak dengan kernel optimum dengan kualitas baik, brondolan bersih, buah tidak menginap, angkutan ke pabrik lancar (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2007). Kegiatan pemanenan harus memperhatikan tahapan-tahapan agar mendapatkan kualitas dan hasil panen yang diinginkan dan menjadi faktor penentu keberhasilan panen (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2006). Tahapan pertama, adalah persiapan panen yang meliputi persiapan kondisi areal, penyediaan tenaga panen, pembagian seksi panen, dan penyediaan alat-alat kerja. Persiapan pemanenan perlu dilakukan dengan baik dan tepat waktu agar pada saat panen dimulai, produksi dapat dikumpulkan (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2006). Persiapan areal panen berhubungan dengan adanya mutasi dari TBM menjadi TM yang dalam keadaan normal terjadi pada tahun ketiga sesudah tanaman ditanam. Kebutuhan tenaga potong buah dapat diperoleh dengan memperhitungkan umur tanaman dan kerapatan buah. Pembagian seksi panen disusun menjadi enam seksi, yaitu A,B,C,D,E, dan F sehingga rotasi panen perbulan bervariasi 3,5-4,5 kali. Peralatan panen terdiri atas dodos, kampak, egrek dengan galahnya, angkong, keranjang, gancu, tojok, dll. Sarana panen meliputi, pengerasan jalan, pembuatan jembatan panen, jalan panen (pasar pikul), dan pembuatan Tempat Pengumpulan Hasil (TPH) (Pahan, 2010). Tahapan kedua, memperhatikan kriteria matang panen. Menurut Pusat Penelitian Kelapa Sawit (2006) parameter yang digunakan dalam menentukan kriteria matang panen adalah perubahan warna dan membrondolnya buah dari
8
tandan. Kriteria matang panen yang biasa dijadikan patokan di perkebunan kelapa sawit adalah bila warna tandan sudah berubah dari warna hijau menjadi kehitaman, kemudian berubah menjadi warna merah mengkilat/ orange. Kriteria selanjutnya adalah jika sudah ada dua berondolan (buah yang lepas dari tandannya) untuk tiap kilogram tandan yang beratnya lebih dari sepuluh kilogram atau satu buah berondolan untuk tiap kilogram tandan yang beratnya kurang dari sepuluh kilogram. Tahapan ketiga, adalah memperhatikan manajemen panen (sistem penen dan rotasi panen). Menurut Pusat Penelitian Kelapa Sawit (2006), sistem panen atau biasa disebut ancak penen merupakan areal dengan luas tertentu yang harus selesai dipanen pada hari pelaksanaan panen. Sistem ancak panen yang secara umum diterapkan di perkebunan adalah ancak tetap dan ancak giring. Sistem ancak giring adalah ancak panen dan pemanen tidak tetap, dengan keuntungan tandan cepat sampai di TPH dan dengan kerugian sulit dikrontol, dan kemungkinan tandan/ brondolan tertinggal dan pelepah tidak ditunas. Sistem ancak tetap adalah ancak panen dan pemanen tetap, dengan keuntungan areal mudah dikontrol, dan dengan kerugian tandan lambat sampai di TPH. Rotasi panen adalah waktu yang dibutuhkan antar panen yang terakhir dan panen berikutnya di tempat yang sama. Rotasi panen tergantung dari kecepatan buah matang. Menurut Pahan (2010), rotasi panen merupakan faktor yang paling mempengaruhi pekerjaan panen. Rotasi panen juga dapat mempengaruhi transport, pengolahan, biaya potong buah, persentase buah mentah, kesempurnaan pengutipan brondolan dan kadar asam lemak bebas (FFA) (Hutagaol, 2009). Rotasi panen biasanya menggunakan simbol 6/7 yang artinya enam hari kerja dengan interval 7 hari, sehingga dalam satu bulan setiap seksi dipanen sebanyak 4 kali (Miranda, 2009). Umumnya rotasi dengan menggunakan sistem tersebut masih sesuai dan buah tidak lewat matang.
9
METODE MAGANG Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kegiatan magang dilaksanakan selama tiga bulan, terhitung mulai tanggal 25 Juni 2012 sampai 25 September 2012. Magang bertempat di PT. SOCFIN INDONESIA Perkebunan Bangun Bandar, Kecamatan Dolok Masihul, Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara. Metode Pelaksanaan Kegiatan magang dilaksanakan dalam tiga tahap. Tahap pertama yaitu bekerja sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL) selama tiga minggu. Kegiatan yang dilakukan adalah melakukan pekerjaan yang biasa dilakukan KHL antara lain melakukan pemeliharaan dan pemanenan tanaman kelapa sawit. Tahap kedua dilakukan tiga minggu berikutnya yaitu sebagai pendamping mandor. Salah satu tugas sebagai pendamping mandor adalah membantu mandor dalam mengawasi beberapa pekerja sesuai pekerjaannya masing-masing. Tahap ketiga yaitu bekerja sebagai pendamping asisten divisi selama enam minggu terakhir. Beberapa kegiatan yang dilakukan sebagai pendamping asisten antara lain membantu asisten dalam melakukan rencana kegiatan harian dan menyampaikan rencana kegiatan harian pada saat antrian pagi di kantor divisi. Kegiatan teknis yang dilakukan oleh penulis selama kegiatan magang yaitu mengikuti kegiatan rutin dari perusahaan yang ada di lapangan. Kegiatan manajerial yang dilakukan juga mengikuti kegiatan rutin dari perusahaan lokasi magang. Jurnal kegiatan magang dapat dilihat pada Lampiran 1-3. Pengamatan dan Pengumpulan Data Data yang diamati dan dikumpulkan adalah data primer dan sekunder. Data primer didapatkan dari bekerja dan pengamatan langsung di lapangan, wawancara dan diskusi langsung dengan staf dan karyawan perkebunan. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mengumpulkan data dan informasi yang mendukung pelaksanaan magang dan pengamatan yang dilakukan. Data
10
sekunder yang mendukung antara lain kondisi iklim lapangan, kondisi lahan, luas areal dan tata guna lahan, kondisi tanaman dan produksi, infrastruktur kebun, struktur organisasi, peraturan/norma baku teknik budidaya dari perusahaan. Data sekunder diperoleh dari laporan manajemen kebun, laporan tahunan kebun, dan arsip kebun lainnya. Data primer yang dikumpulkan dan diamati sesuai dengan aspek khusus yaitu pemanenan kelapa sawit. Kegiatan atau peubah yang diamati meliputi : 1.
Persiapan Panen Kegiatan persiapan panen yang perlu dilakukan yaitu persiapan kondisi areal, penyediaan tenaga potong buah, pembagian seksi potong buah, dan penyediaan alat-alat kerja. Pengamatan dilakukan dengan mengamati seluruh kegiatan persiapan panen di Perkebunan Bangun Bandar.
2.
Peralatan Panen Pengamatan mengenai peralatan yang digunakan dalam melakukan kegiatan pemanenan kelapa sawit.
3.
Rotasi Panen Rotasi panen merupakan waktu yang diperlukan antar panen yang terakhir dengan panen berikutnya di tempat yang sama. Data rotasi panen diperoleh dari pengamatan secara langsung di lapangan yang terbagi dari beberapa seksi panen.
4.
Taksasi Panen Taksasi merupakan kegiatan memprediksi hasil produksi yang didapatkan ketika melakukan pemanenan. Taksasi panen dilakukan dengan cara mengambil 5% dari jumlah pokok yang akan dipanen.
5.
Kriteria Matang Panen Kriteria matang panen dapat diamati berdasarkan jumlah berondolan dan berat TBS dengan tingkat kematangan buah antara lain buah mentah, matang, dan lewat matang. Pengamatan dilakukan dengan mengamati TBS yang siap dipanen. Penulis melakukan pengamatan di Divisi II dengan mengambil sampel lima pemanen di tiga mandoran (mandor A, B, C). Satu pemanen diambil lima TPH dimana di setiap mandoran diambil tiga ulangan (tiga blok yang berbeda-beda).
11
6.
Kehilangan Produksi (Losses) Pengamatan dilakukan dengan menghitung hilangnya hasil produksi yang tidak sesuai dengan taksasi panen. a. Pengamatan TBS tinggal di dalam ancak panen Pengamatan dilakukan dengan mengambil tiga orang pemanen (nomor pemanen 5, 16, 23) pada kemandoran B sebagai sampel. Pengamatan dilakukan dengan mengikuti kegiatan panen di blok 27 selama satu hari untuk satu pemanen dan dilakukan satu kali pengamatan untuk setiap pemanen. b. Pengamatan jumlah brondolan tidak dikutip Pengamatan dilakukan dengan mengambil lima sampel pemanen dengan mengikuti kegiatan panen selama satu hari untuk sati pemanen dan hanya dilakukan satu kali pengamatan untuk setiap pemanen. c. Pengamatan kehilangan panen berdasarkan tahun tanam Pengamatan dilakukan dengan mengambil lima sampel pemanen pada setiap tahun tanam, masing-masing satu blok kebun. d. Pengamatan kehilangan produksi pada keadaan tanaman Pengamatan dilakukan dengan mengambil sampel tiga pemanen dari satu kemandoran dengan mengikuti kegiatan panen selama satu hari. jumlah tanaman yang diamati berkisar 60-70 tanaman.
7.
Basis dan Premi Panen Pengamatan dilakukan dengan melakukan wawancara terhadap mandor dan asisten kebun terkait dengan organisasi dan sistem pengawasan yang dilakukan serta perhitungan premi yang diberikan kepada pemanen apabila melewati basis yang telah ditetapkan oleh perkebunan.
8.
Pengangkutan Tandan Buah Segar Pengamatan dilakukan dengan mengikuti kendaraan pengangkutan panen. Selain itu, diamati secara langsung pada beberapa seksi atau blok panen yang berbeda terkait tempat pengumpulan hasil (TPH) dan pengangkutan hasil panen ke pabrik kelapa sawit (PKS).
12
Analisis Data dan Informasi Pengolahan data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dan kuantitatif terhadap data primer dan sekunder. Data primer yang diperoleh dari hasil pengamatan langsung dengan berbagai peubah atau rekomendasi teknik yang diterapkan. Data sekunder didapatkan dari dokumentasi yang dimiliki perusahaan. Analisis data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dan kuantitatif terhadap data primer dan sekunder. Data primer dan sekunder dianalisis dengan metode analisis deskriptif, persentase (%) dan nilai rata-rata.
13
KEADAAN UMUM Sejarah Perusahaan PT Socfin Indonesia (disingkat PT. Socfindo) berdiri sejak tahun 1926 dengan nama Socfin Medan SA (Societe Financiere Des Caunthous Medan Societe Anoyme). Didirikan berdasarkan Akte Notaris William Leo No. 45 tanggal 7 Desember 1930 yang berkedudukan di Medan yang mengelola perusahaan perkebunan di Provinsi Sumatera Utara dan Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). Pada tahun 1960 pemerintah Republik Indonesia menjalin hubungan kerja sama dengan investor- investor yang berasal dari Belgia yang bergabung dalam Plantation North Sumatra dengan maksud untuk mendirikan suatu perusahaan patungan yang diberi nama Socfin Medan SA yang berorientasi pada hasil kerja dari suatu area perkebunan yang berkedudukan di kota Medan (Sumatera Utara) dengan kawasan yang mencakup daerah perkebunan khususnya Sumatera Utara dan Aceh. Berdasarkan keputusan Presiden Republik Indonesia No.6 tahun 1965 dengan instruksi- instruksi yang ada memutuskan bahwa SOCFIN Medan SA, Belgia yang dinyatakan sebagai suatu perusahaan perkebunan yang berada di bawah pengawasan Pemerintah Republik Indonesia. Berdasarkan keputusan yang dikeluarkan Pemerintah Republik Indonesia tahun 1968 di Jakarta No. E368/Pers/6/94/KPTS/OP/8/1968 SOCFIN Medan SA berubah nama menjadi PT. Socfin Indonesia (PT. Socfindo), yaitu perusahaan patungan yang berkedudukan di kota Medan dengan mengadakan perbandingan modal yaitu, (a). Plantation North Sumatra, Belgia 60 % dan (b). Pemerintah Republik Indonesia 40%. Pada tanggal 31 Desember 2001 sejalan dengan privatisasi beberapa BUMN oleh pemerintah RI telah terjadi perubahan kepemilikan saham PT. Socfindo yaitu, (a). Plantation North Sumatra, Belgia 90 % dan (b). Pemerintah Republik Indonesia 10%. PT. Socfindo berkantor pusat di Jl. KL Yos Sudarso No. 106 Medan. Wilayah perkebunannya berada di dua provinsi, yaitu Sumatera Utara dan Nanggroe Aceh Darussalam. Komoditas tanaman yang diusahakan adalah kelapa sawit dan karet dengan total luas areal 48 091,04 ha yang terdiri dari 38 480,4 ha luas areal kelapa
14
sawit dan 9 610,64 ha luas areal tanaman karet. Jenis tanaman, luas areal dan lokasi kebun yang diusahakan PT.Socfindo disajikan pada Tabel 1 :
Tabel 1. Jenis Tanaman, Luas Areal dan Lokasi Perkebunan yang Diusahakan PT Socfindo, Sumatera Utara Komoditas Kelapa Sawit
Provisnsi NAD
Sumatera Utara
Kabupaten
Perkebunan
Kejuruan Muda
Sei Liput
3 659.58
Aceh Singkil
Lae Butar
4 440.56
Darul Makmur
Seumanyam
4 473.01
Nagan Raya
Seunagan
4 581.99
Serdang Bedagai
Mata Pao
2 263.86
Serdang Bedagai
Bangun Bandar
3 335.64
Batu Bara
Tanah Gambus
3 725.50
Asahan
Padang Pulo
1 187.59
Asahan
Aek Loba
8 658.79
Labuhan Batu
Negeri Lama
2 153.88
Jumlah Karet
Luas Areal (ha)
38 480.40 Sumatera Utara
Serdang Bedagai
Tanjung Maria
1 224.98
Serdang Bedagai
Tanah Besih
1 367.98
Batu Bara
Lima Puluh
1 794.85
Labuhan Batu Utara
Aek Pamienke
3 822.72
Labuhan Batu Utara
Halimbe
1 400.11
Jumlah
9 610.64
Jumlah Besar
48 091.04
Sumber : Departemen Tanaman PT Socfindo, 2012
Letak Wilayah Administratif Perkebunan Bangun Bandar adalah salah satu perkebunan PT. Socfindo yang membudidayakan tanaman kelapa sawit berlokasi di Kecamatan Dolok Masihul, Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara. Perkebunan Bangun Bandar terletak kurang lebih 70 kilometer dari Kota Medan. Batas- batas wilayah administratif nya adalah sebelah Utara berbatasan dengan Pekan Dolok Masihul, sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Dolok Sagala. Sebelah Timur berbatasan
15
dengan Desa Bantan, sebelah Barat berbatasan dengan Perkebunan Silau Dunia PTPN III. Perkebunan Bangun Bandar terletak di antara 30 15’ 25”- 30 19’ 46” LU dan 980 57’ 50”- 990 4’ 19”BT. Peta Perkebunan Bangun Bandar disajikan dalam Lampiran 4. Topografi lahan Perkebunan Bangun Bandar adalah lembahan, datar hingga berbukit dengan ketinggian tempat 0-200 m dpl. Perkebunan Bangun Bandar terdiri dari empat Divisi yang semuanya terletak di Kecamatan Dolok Masihul, Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara. Keadaan Iklim dan Tanah Keadaan tanah Perkebunan Bangun Bandar didominasi oleh tanah aluvial dan podzolik merah kuning (PMK) dengan derajat kemasaman tanah (pH) 4-6. Peta Tanah Kebun Bangun Bandar dapat dilihat pada Lampiran 5. Perkebunan Bangun Bandar memiliki dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan. Berdasarkan data curah hujan dari tahun 2002-2011, puncak musim kemarau adalah bulan Januari sampai April dan puncak musim hujan adalah bulan September sampai Desember. Dari data curah hujan tersebut, Perkebunan Bangun Bandar memiliki hari hujan rata-rata sebesar 130 hari hujan/ tahun dengan curah hujan rata-rata sebesar 2 330 mm/ tahun.
Menurut Schmidth dan Ferguson
Perkebunan Bangun Bandar masuk ke dalam tipe iklim A, yaitu sangat basah dan bervegetasi hutan tropika. Data curah hujan dan hari hujan disajikan pada Lampiran 6. Suhu harian rata-rata dapat ditentukan oleh ketinggian suatu tempat. Perkebunan Bangun Bandar dengan ketinggian tempat berkisar antara 75-150 m dpl memiliki suhu rata-rata tahunan berkisar antara 22-35 0C dengan tingkat kelembaban rata- rata tiap bulan 84%. Luas Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan Berdasarkan data Departemen Tanaman PT. Socfindo tahun 2012, Perkebunan Bangun Bandar mempunyai Hak Guna Usaha (HGU) dengan total luas lahan 3 400,93 ha. Luas areal yang digunakan untuk areal penanaman adalah 3 335,64 ha dan luas areal yang digunakan untuk sarana prasarana yaitu seluas
16
65,29 ha. Luas areal dan tata guna lahan Perkebunan Bangun Bandar dapat dilihat pada Tabel 2 : Tabel 2. Tata Guna Lahan Perkebunan Bangun Bandar. Penggunaan Tanaman Menghasilkan (TM) Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) Tanaman Baru (TB) Program Tahun 2012 Emplacement/ Pabrik Pembibitan kelapa Sawit Anak Sungai Hutan Bambu Jalur PLN Parit Isolasi Areal Konservasi Jumlah
Luas (ha) 2 160.40 897.49 277.75 35.97 4.27 4.97 0.60 6.72 4.69 8.07 3 400.93
Sumber : Departemen Tanaman PT. Socfindo (Agustus, 2012)
Perkebunan kelapa sawit Bangun Bandar terbagi atas 4 divisi, yaitu Divisi I seluas 1 068,94 ha, Divisi II seluas 922,44 ha, Divisi III seluas 835,33 ha, dan Divisi IV seluas 508,93 ha. Keadaan Tanaman dan Produksi Tanaman kelapa sawit yang dibudidayakan di Perkebunan Bangun Bandar adalah varietas Tenera, hasil dari persilangan Dura dan Pisifera yang dihasilkan sendiri oleh PT. Socfindo. Perkebunan Bangun Bandar memiliki pola tanam segitiga sama sisi dengan jarak tanam 9 m x 9 m x 9m dengan kerapatan populasi rata-rata 142 tanaman/ ha. Namun, berdasarkan kondisi yang terdapat di lapangan, populasi tanaman per hektar dapat berbeda daripada populasi yang sebenarnya. Hal tersebut disebabkan oleh adanya penyisipan tanaman, penebangan pokok mati, dan pokok yang tidak bernilai (non valuer), dan pokok yang terserang penyakit Ganoderma,sp. Jarak tanam yang tidak teratur, rubuh, dan tersambar petir dapat menyebabkan populasi tanaman per hektarnya tidak sama. Populasi tanaman kelapa sawit dan luas pertanaman pada setiap divisi Perkebunan Bangun Bandar dapat dilihat pada Tabel 3.
17
Tabel 3. Jumlah Populasi Tanaman Kelapa Sawit Berdasarkan Tahun Tanam pada Setiap Divisi Perkebunan Bangun Bandar Divisi I Tahun Tanam 1984 1986 1989 1990 1991 1992 1996 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Total Ratarata
Luas (ha) 48.95 34.17 103.23 94.90 25.78 88.66 62.03 178.43 97.18 24.28 31.16 89.07 34.34 156.76 1068.94
Jumlah Pokok 4633 3194 11188 11534 3040 9324 7962 24149 13832 3619 4832 12264 4828 21729 136128
127
Divisi II Luas (ha) 48.81 52.70 81.35 55.75 23.08 87.25 38.30 131.47 108.98 138.45 25.31 17.88 113.11 922.44
Jumlah Pokok 3967 4204 8438 6657 2626 11150 4616 16275 14960 21396 3795 2494 15106 115684
Divisi III Luas (ha) 231.23 195.94 90.77 33.67 0.95 54.03 81.32 96.60 50.82 835.33
125
Jumlah Pokok 25872 22543 9851 3839 121 7726 11093 13517 7267 101829
122
Divisi IV Luas (ha) 27.62 250.97 125.67 34.50 70.17 508.93
Jumlah Pokok 3941 35116 17637 4360 9128 70182
138
Sumber : Kantor Besar Perkebunan Bangun Bandar (Agustus, 2012)
Perkebunan Bangun Bandar memiliki pabrik pengolahan kelapa sawit yang sudah ada sejak tahun 1926. Pabrik tersebut dapat mengolah TBS menjadi CPO dan PK. Kapasitas maksimum pengolahan pabrik tersebut adalah 25 ton TBS/ jam. Produksi TBS, CPO, dan PK yang dihasilkan oleh Perkebunan Bangun Bandar pada tahun 2008-2011 dapat dilihat pada Tabel 4.
18
Tabel 4. Produksi TBS, CPO, dan PK Perkebunan Bangun Bandar Tahun
Luas (ha)
2008 2009 2010 2011
2526.56 2479.43 2446.17 2374.63
Produksi (ton) TBS CPO 51 196.68 12 284.90 56 270.79 13 205.29 53 628.01 12 721.79 52 884.94 12 821.71
PK 2 409.13 2 662.52 2 418.29 2 525.85
Produktivitas (ton/ ha) TBS CPO PK 20.26 4.86 0.95 22.70 5.33 1.07 21.92 5.20 0.99 22.27 5.40 1.06
Sumber : Perkebunan Bangun Bandar, 2012
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan Pelaksanaan pekerjaan di Perkebunan Bangun Bandar dipimpin oleh seorang Pengurus yang bertanggung jawab kepada Group Manager. Pengurus memimpin seluruh kegiatan yang dilakukan di lapangan, pabrik, dan administrasi. Dalam kegiatan di lapangan dan pabrik Pengurus dibantu oleh Asisten Kepala (Askep), Asisten Divisi, Tekniker I (Kepala Pabrik), dan Tekniker II. Dalam bidang administrasi Pengurus dibantu oleh seorang Kepala Tata Usaha (KTU). Tugas Pokok (job description) dari Pengurus meliputi : (1) Pengurus memiliki tugas dan kewajiban untuk menyusun anggaran tahunan yang meliputi prediksi produksi, rencana kerja, kebutuhaan tenaga kerja dan kebutuhan biaya dengan berpedoman kepada tuntutan Management dan disesuaikan dengan kebutuhan lapangan dan pabrik; (2) Pengurus melaksanakan pekerjaan sesuai intruksi Management dan Budget yang telah disetujui Management dengan mengoptimalkan kerja sama dengan seluruh Staf, Pegawai, dan karyawan; (3) Pengurus mengontrol produksi, pengolahan, pemeliharaan lapangan dan pabrik berdasarkan standar mutu kerja perusahaan. Asisten Kepala (Askep) memiliki tugas untuk mengkordinir asisten dalam hal penyebaran tenaga kerja, membantu Pengurus dalam hal penyusunan anggaran (budget) tahunan, pengamanan kebun, dan mengontrol pekerjaan asisten divisi dalam hal produksi, perawatan tanaman, dan administrasi divisi, serta melakukan perbaikan terus-menerus di kebun. Askep juga bertugas untuk mengambil alih pekerjaan apabila Pengurus dan Asisten Divisi sedang cuti. Askep dalam kinerjanya bertanggung jawab kepada Pengurus.
19
Asisten Divisi memiliki tugas untuk membuat rencana kerja harian, bulanan, dan laporan bulanan. Asisten Divisi juga memiliki tugas untuk memberikan instruksi kerja kepada mandor-mandor, mantri-mantri dan kranikrani setiap pagi (antrian pagi), mengawasi pelaksanaan dan disiplin kerja di lapangan sesuai dengan instruksi dan rencana kerja yang telah direncanakan, serta mengawasi mutu dan output setiap jenis pekerjaan di lapangan. Selain itu tugas Asisten Divisi juga menjamin hasil produksi sampai ke pabrik dan bertanggung jawab terhadap keamanan di divisinya. Asisten Divisi dibantu oleh mandor I (produksi dan perawatan), kerani keliling, kerani buah (bunch recorder), kerani transport (opas kantor). Mandor I produksi membawahi mandor panen dan mandor tunas. Mandor I perawatan membawahi mandor pupuk, mandor semprot, mandor Bongkar Tanaman Pengganggu (BTP), dan mandor kastrasi (apabila ada tanaman belum menghasilkan). Dalam hal administrasi Asisten Divisi dibantu oleh kerani keliling. Proses pengolahan di pabrik dipimpin oleh seorang Tekniker-I yang bertanggung jawab atas seluruh aktivitas di pabrik, seperti mengendalikan/ mengawasi proses pengolahan, dan mengendalikan/ mengawasi pemeliharaan mesin-mesin dan bangunan pabrik. Dalam kinerjanya Tekniker-I dibantu oleh Tekniker-II yang mempunyai tugas membantu Tekniker-I dalam mengendalikan/ mengawasi
proses
pengolahan
di
pabrik,
mengendalikan/
mengawasi
pemeliharaan mesin-mesin dan bangunan pabrik, dan mengendalikan administrasi produksi, tenaga kerja, transport, dan gudang. Seorang Tekniker-II dibantu oleh krani pabrik, mandor transport, dan operator- operator mesin yang ada di pabrik. Seorang KTU bertanggung jawab terhadap pelaksanaan administrasi keuangan bulanan dan tahunan kebun, membuat laporan penerimaan dan pengeluaran (cash flow) kebun, dan mengumpulkan data-data untuk penyusunan anggaran biaya (budget) kebun. Dalam kinerjanya seorang KTU dibantu oleh beberapa pegawai dan karyawan kantor besar Perkebunan Bangun Bandar. Struktur organisasi Perkebunan Bangun Bandar dapat dilihat pada Lampiran 7. Sistem ketenagakerjaan Perkebunan Bangun Bandar mempunyai pekerja staf dan non staf. Pekerja staf terdiri dari Pengurus, Asisten Kepala (Askep), Asisten Divisi, Tekniker-I dan Tekniker-II. Sedangkan pekerja non staf terdiri dari
20
Karyawan Harian Tetap (KHT), mandor dan pegawai. Data jumlah pekerja staf dan non staf pada Perkebunan Bangun Bandar dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Jumlah Staf dan Non Staf Perkebunan Bangun Bandar No 1 2 3 4 Jumlah Luas Areal (ha)
Status Pekerja Staf Pegawai Mandor ( Pegawai) Karyawan Harian Tetap (KHT)/ Buruh
Indeks Tenaga Kerja (ITK)
Jumlah 6 13 32 502 553 3 335.64 0.17
Sumber : Kantor Perkebunan Bangun Bandar, 2012
Indeks Tenaga Kerja (ITK) Perkebunan Bangun Bandar adalah 0,17 berasal dari hasil dari pembagian total tenaga kerja dengan luas areal yang berarti 0,17 orang/ ha. Menurut Pahan (2010) perkebunan kelapa sawit memerlukan tenaga kerja 0,2 tenaga kerja setiap hektarnya. Pekerja di Perkebunan Bangun Bandar memiliki 6 hari kerja setiap minggunya dengan total jam kerja 40 jam/ minggu yang terdiri dari jam kerja setiap harinya untuk 1 HK yaitu 7 jam/ hari, kecuali hari Jumat yaitu 5 jam/ hari. Waktu kerja setiap harinya adalah pukul 06.30-14.00 (dengan waktu istirahat pukul 09.00-09.30), sedangkan untuk hari Jumat waktu kerjanya adalah pukul 06.30-12.00 (dengan waktu istirahat pukul 09.00-09.30). Sistem pembayaran dan jumlah upah pekerja di Perkebunan Bangun Bandar berbeda- beda pada setiap jabatan pekerja. Pekerja staf menerima upah pada akhir bulan setiap bulannya, sedangkan untuk pekerja non staf menerima upah dua kali dalam sebulan, yaitu upahan besar (tanggal 5 tiap bulannya) dan upahan kecil (tanggal 19 tiap bulannya). Selain itu, pekerja staf maupun non staf mendapatkan bonusan pada setiap tahunnya. Untuk upah yang dibayarkan, upah pekerja staf perkebunan sepenuhnya ditentukan oleh Payroll Departement PT. Socfindo, sedangkan untuk pekerja non staf pembayaran upah berbeda-beda tergantung pada tingkat golongannya. Perbedaan terletak pada jumlah upah dan
21
tunjangan yang ditetapkan oleh PT. Socfindo. Ketentuan pembayaran upah yang dilakukan oleh perusahaan adalah : Mandor/ Pegawai: 1) Mendapatkan upah terendah (golongan I/1) sebesar Rp 1 278 000,00/ bulan dan mendapatkan upah tertinggi (golongan VIII/10) sebesar Rp 2 689 400,00/ bulan ditambah dengan premi apabila pekerjaan melebihi dari output yang telah ditentukan oleh perusahaan 2) Mendapatkan tunjangan beras, 3) mendapat fasilitas rumah dan listrik, 4) Mendapatkan tunjangan JAMSOSTEK dan tunjangan biaya kesehatan apabila sakit. Karyawan Harian Tetap: 1) Upah minimal per bulan dihitung sesuai dengan UMR perusahaan yaitu Rp 1 210 000,00/ bulan ditambah dengan premi apabila pekerjaan melebihi dari output yang telah ditentukan oleh perusahaan, 2) Mendapatkan tunjangan beras, 3) Mendapatkan fasilitas rumah dan listrik, 4) mendapatkan tunjangan JAMSOSTEK dan fasilitas biaya kesehatan apabila sakit. Fasilitas Kebun Untuk kegiatan operasional, Perkebunan Bangun Bandar mempunyai Pabrik Kelpapa Sawit (PKS), satu unit kantor pengurus untuk mengelola kegiatan administrasi yang dilengkapi dengan komputer dan sistem Aplikasi Harvest, kantor divisi pada setiap divisi, gudang pupuk, gudang material, dan gudang pembantu di setiap divisi. Untuk meningkatkan produktivitas pekerja dalam bekerja, Perkebunan Bangun Bandar menyediakan fasilitas kesehatan (Poliklinik), olahraga (lapangan sepak bola, voli, tenis, dan bulu tangkis), kerohanian (Masjid dan Gereja), Tempat Penitipan Anak (TPA) dll.
22
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Pelaksanaan kegiatan magang yang dilakukan oleh penulis adalah aspek teknis dan manajerial. Aspek teknis yang dilakukan penulis berupa pembibitan, pemeliharaan tanaman (penunasan, kastrasi, pemupukan, dan pengendalian gulma), penanaman tanaman menguntungkan (benefical plants) dan pemanenan TBS. Sedangkan untuk aspek manajerial yang dilakukan penulis adalah kegiatan sebagai supervisor untuk mempelajari administrasi dan manjerial kebun. Dalam melaksanakan aspek manajerial, penulis dibimbing oleh pengurus, askep, asisten divisi, mandor-mandor, mantri- mantri dan krani-krani. Kegiatan yang dilaksanakan penulis berada di Divisi II dan Divisi IV Perkebunan Bangun Bandar. Waktu kerja penulis setiap harinya adalah sesuai dengan waktu yang ditentukan oleh perusahaan, yaitu selama 7 jam dan diwajibkan mengikuti antrian pagi bersama asisten dan mandor. Waktu kegiatan pelaksanaan dimulai pada pukul 06.00-14.00 setiap harinya. Aspek Teknis
Pemeliharaan Tanaman Pengendalian Gulma Gulma merupakan tumbuhan pengganggu yang tidak dikehendaki pertumbuhannya. Pengendalian gulma bertujuan untuk menghilangkan persaingan antara tumbuhan yang diusahakan dengan gulma, sanitasi, memudahkan perawatan, memudahkan pemanenan dan menghilangkan pengaruh buruk bagi tanaman yang diusahakan. Jenis gulma terdiri dari 3 yaitu rumput-rumputan, tekitekian dan tanaman kayu. Pengendalian gulma terdiri dari pengendalian gulma secara manual dan kimiawi. Pengendalian gulma di perkebunan kelapa sawit umumnya terfokus pada 3 tempat, yaitu di piringan, pasar pikul dan TPH. Hal ini dikarenakan bahwa ketiga tempat tersebut memiliki peranan masing-masing. Piringan sebagai tempat penyebaran pupuk dan tempat jatuhnya tandan buah serta brondolan, sedangkan di pasar pikul sebagai jalan pengangkutan buah ke TPH dan
23
di TPH sebagai tempat pengumpulan TBS ataupun brondolan sebelum diangkut ke Pabrik Kelapa Sawit (PKS). Pengendalian gulma secara manual. Metode pengendalian gulma secara manual yang terdapat pada Perkebunan Bangun Bandar meliputi kegiatan: (1). Pencangkulan gulma dari piringan pokok Tanaman Baru (TB) dan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM), (2). Pencabutan dan pembabatan secara manual gulma berkayu yang berada di gawangan dan piringan Tanaman Menghasilkan (TM). Alat yang digunakan untuk pengendalian gulma secara manual adalah cangkul dan parang. Jenis gulma berkayu yang ada di Perkebunan Bangun Bandar,
yaitu:(1).
Chromolaena
odorata
(putihan),
(2).
Melastoma
malabathricum (senduduk atau senggani), (3). Lantana sp (bunga tahi ayam), (4). Clidemia hirta (harendong atau akar kala), dan (5). Tukulan (anak sawit liar) yang terdapat pada gawangan dan piringan. Jenis-jenis gulma tersebut dapat dilihat pada Gambar 1-4.
Gambar 1. Melastoma malabathricum
Gambar 3. Chromolaena odorata
Gambar 2. Clidemia hirta
Gambar 4. Lantana sp.
24
Pembabatan dilakukan oleh karyawan harian tetap dengan cara membabat habis gulma anak kayu tersebut sampai ke akarnya dengan sistem ancak giring dengan ancak 1 gawangan untuk 1 orang. Perusahaan menetapkan basis karyawan untuk pengendalian gulma secara manual ini adalah 1 ha/HK. Penulis melakukan pengendalian gulma secara manual di TM 1 Blok 89 Divisi IV. Prestasi penulis adalah 0,7 ha/HK (2 gawangan) dan masih di bawah output yang telah ditentukan. Hal ini disebabkan oleh banyaknya gulma kayu di lapangan, alat yang digunakan dipinjam dari pekerja, cuaca yang sangat terik dan kemampuan fisik penulis. Pengendalian Gulma Kimiawi (Penyemprotan Gulma). Pengendalian gulma secara kimiawi merupakan pengendalian gulma rumput-rumputan, tekitekian, dan gulma berkayu. Pengendalian gulma secara kimiawi dilakukan dengan penyemprotan di gawangan dan piringan, pasar rintis (pasar pikul), dan TPH. Metode yang dilakukan oleh Perkebunan Bangun Bandar yaitu dengan sistem penyemprotan pada suatu blok yang dilakukan oleh 6 orang tenaga penyemprot dan seorang tenaga pelangsir herbisida yang diawasi oleh seorang mandor. Metode yang digunakan untuk penyemprotan di gawangan yaitu menggunakan herbisida yang aplikasinya dengan cara disemprotkan langsung pada gulma yang ada di gawangan. Penyemprotan di gawangan dilakukan pada TBM dan TM kelapa sawit. Alat yang digunakan untuk penyemprotan di gawangan adalah Knapsack Sprayer GS 15 dengan kapasitas 15 liter/tangki. Tipe nozzel italic yang digunakan adalah tipe kancing dengan kalibrasi 400 cc/menit. Bahan herbisida yang digunakan untuk semprot gawangan yaitu herbisida merek Roundup 486 SL berbahan aktif
Isopropilamina glifosat 486 g/l atau setara
dengan glifosat 356 g/l dengan konsentrasi 1 % dan Bimaron 80 WP memiliki bahan aktif Diuron 80 % dengan konsentrasi 0,2 %. Basis penyemprotan yang ditetapkan oleh perusahaan adalah 2 ha/HK atau 12 tangki/HK, hal ini tergantung oleh banyak sedikitnya gulma di gawangan tersebut. Penulis melakukan pekerjaan penyemprotan gawangan di blok 99 Divisi IV dengan output 1,5 ha/HK dalam 12 tangki. Penyemprotan di piringan, pasar pikul dan TPH memiliki tujuan untuk mengefektifkan pemupukan, mempermudah pengutipan brondolan di piringan dan TPH, serta mempermudah pengangkutan TBS ke TPH. Penyemprotan dilakukan
25
dengan menggunakan Knapsack Sprayer
GS 15 dan Controlled Droplet
Applicator (CDA)/ Micron Herbi. Cara penyemprotan di piringan dapat dilihat seperti pada Gambar 5.
Gambar 5. Cara Penyemprotan Gulma di Piringan
Penulis melakukan kegiatan penyemprotan dengan Knapsack Sprayer di Blok 93 Divisi IV. Herbisida yang digunakan, yaitu (1). Roundup 486 SL dengan konsentrasi 1% dan Gramoxone (bahan aktif paraquat) dengan konsentrasi 0,5 %. Jenis gulma yang diberantas dengan alat ini adalah gulma yang tergolong rumputrumputan, anak kayu,
pakis-pakisan dan kentosan. Basis yang ditentukan
perusahaan adalah 2,5 ha/HK atau 12 tangki/HK, sedangkan prestasi penulis adalah ½ ha/HK. Kurangnya prestasi kerja dari penulis adalah karena kurangnya peralatan yang diperlukan untuk melakukan kegiatan seperti alat semprot dan APD selain itu juga karena penulis mendapatkan ancak dengan topografi berbukit. Penyemprotan gulma dengan alat semprot CDA dilakukan pada tanaman Taruna (umur tanaman 5-20 tahun) dengan kapasitas 10 liter/tangki. Alat semprot CDA tersebut dilengkapi 2 buah nozzel di sebelah kiri dan kanan, baterai dan dinamo sebagai motor penggeraknya. Alat semprot CDA dapat dilihat seperti pada Gambar 6.
26
Gambar 6. Alat Controlled Droplet Applicator (CDA)
Herbisida yang digunakan dalam CDA antara lain (1). Roundup 486 SL dengan konsentrasi 1% + Dacomin 865 SL berbahan aktif 2,4D-Dimetil amina dengan dosis 1 liter/ha. Jenis gulma yang dikendalikan dengan alat CDA adalah jenis Asystasia, rumput-rumputan dan gulma anak kayu. Basis yang ditentukan oleh perusahaan adalah 6 ha/HK atau 6 tangki/HK, tergantung dari banyak sedikitnya gulma tersebut di lapangan. Penulis melakukan kegiatan penyemprotan dengan menggunakan alat semprot CDA pada tanaman TM 9 blok 28 Divisi II. Prestasi penulis adalah 4 ha/HK. Sedangkan prestasi karyawan rata-rata adalah 5 ha/HK. Hal ini disebabkan oleh dinamo CDA yang mudah rusak, sehingga harus diperbaiki terlebih dahulu. Sistem pengambilan herbisida untuk penyemprotan di gawangan ataupun penyemprotan piringan, pasar pikul dan TPH dilakukan pagi hari setelah antrian pagi. Asisten divisi menentukan kalibrasi herbisida yang akan digunakan, kemudian mandor melakukan pencampuran di kantor Divisi, dan selanjutnya di bawa oleh tukang langsir air ke lapangan dengan menggunakan gerobak motor viar. Alat Perlengkapan Diri (APD) yang dibutuhkan untuk tenaga penyemprot
27
adalah topi, sarung tangan, masker, baju semprot, kacamata, sepatu boot, dan rompi. Peralatan ini sangatlah berguna untuk kesehatan penyemprot yakni melindungi dari bahan kimia yang berbahaya bagi tubuh. Pada kenyaatannya banyak tenaga penyemprot yang kurang memperhatikan alat kelengkapan diri tersebut sehingga mengganggu keamanan saat melakukan penyemprotan. Pengendalian Hama Hama merupakan organisme pengganggu tanaman yang dibudidayakan, dan harus dikendalikan agar tidak merugikan tanaman budidaya. Salah satu hama yang sangat mengganggu tanaman kelapa sawit adalah Oryctes rhinoceros yaitu sejenis kumbang yang merusak tanaman muda dengan cara melubangi pangkal batang dan memakan bagian pucuk. Jika kerusakan sangat parah, tanaman menjadi rusak dan dapat menjadi kerdil jika mengalami serangan berulang kali. Pengendalian harus segera dilakukan setiap hari selama 3 minggu setelah bibit ditanam di lapangan. Untuk aplikasi selanjutnya dilakukan sesuai dengan sensus yang dilakukan oleh mantri hama. Periode kritis serangan ini bagi tanaman kelapa sawit adalah sampai tanaman memasuki umur 3 tahun di lapangan. Metode pengendalian yang dilakukan oleh Perkebunan Bangun Bandar adalah dengan menyemprotkan pestisida merek Santador berbahan aktif Lamda Sihalotrin 25 gr/l dengan dosis
45 cc/ha dicampur dengan Agristick sebagai perekat pestisida
berbahan aktif Alkilaril Poliglikol Eter 400 ml/l dengan dosis 8cc/ha. Pengendalian dilakukan menggunakan alat semprot Knapsack Sprayer GS15 dengan cara disemprotkan ke dalam pupus batang selama 3 detik. Basis yang ditetapkan oleh perusahaan adalah 7 ha/HK atau 7 tangki/HK. Penulis melakukan kegiatan pengendalian hama ini pada tanaman TBM 2 dengan prestasi penulis 5 ha/HK. Hal ini disebabkan oleh perlengkapan APD yang dipakai penulis tidak lengkap dan topografi lahan yang berbukit. Pemupukan Pertumbuhan dan perkembangan tanaman kelapa sawit sangat dipengaruhi oleh pemberian dan ketersediaan unsur hara dalam tanah. Tanah tidak dapat memenuhi seluruh kebutuhan unsur hara yang diperlukan oleh tanaman kelapa
28
sawit. Untuk memenuhi kebutuhan unsur hara tersebut dilakukan program pemupukan. Pemupukan merupakan kegiatan yang sangat penting dan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi atau hara pada tanaman, sehingga dapat menunjang pertumbuhan tanaman baik vegetatif maupun generatif agar dapat menghasilkan produksi yang optimum. Pencapaian pertumbuhan tanaman yang optimal dapat terjadi dengan memenuhi seluruh kebutuhan unsur-unsur hara dalam kondisi yang seimbang. Pemupukan terdiri dari pemupukan organik dan pemupukan anorganik. Kegiatan pemupukan yang dilakukan dapat dilihat seperti pada Gambar 7.
Gambar 7. Kegiatan pemupukan
Pemupukan Organik. Penggunaan pupuk organik pada Perkebunan Bangun Bandar berupa pupuk kompos yang masih dalam tahap percobaan. Tujuan utama dalam penggunaan pupuk kompos adalah memanfaatkan kembali limbah Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dan mengurangi penggunaan pupuk anorganik di lapangan. Bahan dasar dalam membuat pupuk kompos terdiri dari Empty Fruit Bunch (EFB), solid, ashes dust dan pome. Seluruh bahan tersebut dicampur ke dalam bunker yang terdapat di Perkebunan Bangun Bandar.
29
EFB berasal dari tandan kosong yang sudah mengalami pengolahan lebih lanjut dengan menggunakan alat empty bunch press yang terdapat di pabrik pengolahan kelapa sawit. Solid berasal dari endapan CPO yang berbentuk lumpur. Ashes dust merupakan abu kernel yang berasal dari pengolahan kernel kelapa sawit. Sedangkan pome merupakan limbah cair yang merupakan produk terakhir dari pengolahan kelapa sawit dan sebagai nutrisi pengaktifan bakteri. Kandungan nutrisi dari keempat bahan tersebut dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Kandungan Nutrisi pada Bahan Kompos Bahan Utama I. Padatan EFB Solid Ashes Dust II. Cairan Pome
N (%)
Kandungan Nutrisi P (%) K (%)
Mg (%)
0.58 1.83 -
0.05 0.70 1.38
0.94 1.27 5.34
0.06 0.26 2.23
0.05
0.01
0.22
0.03
Sumber : Departemen Tanaman PT Socfindo, 2012
Perkebunan Bangun Bandar memiliki 6 bunker yang berguna sebagai tempat pemindahan kompos. Pemindahan tersebut bertujuan untuk mempercepat aerasi (penguapan) dan memecah bahan-bahan tersebut supaya pome dapat diserap. Waktu yang diperlukan dalam pembuatan kompos adalah 33 hari, dengan 8-9 kali pemindahan pada 6 bunker tersebut. Aplikasi kompos ke lapangan dilakukan dengan menggunakan cara mekanis dan manual. Alat yang digunakan dalam aplikasi kompos secara mekanis adalah spreader, sedangkan secara manual menggunakan angkong. Dosis kompos yang diaplikasikan untuk Tanaman Baru (TB) adalah 7 ton/ha. Sedangkan untuk Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) dan Tanaman Menghasilkan (TM) 15 ton/ha. Setelah kompos terbentuk, maka diharapkan dapat mengurangi penggunaan pupuk anorganik sebanyak 40%. Pemupukan Anorganik. Pemupukan anorganik merupakan pemberian pupuk kimia kepada tanaman kelapa sawit. Perencanaan kegiatan pemupukan
30
direkomendasikan oleh Departemen Tanaman PT. Socfindo. Rekomendasi tersebut berupa jenis dan dosis pupuk yang akan diaplikasikan. Rekomendasi disusun berdasarkan analisa daun. Pekerjaan pemupukan anorganik terdiri dari (1).Penguntilan
pupuk,
(2).Pelangsiran
pupuk,
(3).Pengeceran
pupuk,
(4).Penaburan pupuk, dan (5).Pengumpulan karung bekas. Tujuan dari penguntilan pupuk adalah untuk mempermudah dalam penaburan pupuk di lapangan, karena sudah diuntil sesuai dengan dosis pupuk yang akan diberikan. Kegiatan penguntilan dilakukan dengan cara 1 karung goni pupuk 50 kg dibagi menjadi beberapa dosis yang digunakan (seperti 8 kg, 12 kg, 15 kg, dan lain-lain) untuk 8 pokok. Penguntilan pupuk dilakukan paling lambat tiga hari sebelum melakukan pemupukan dan dilakukan di gudang pupuk yang terdapat di pabrik Perkebunan Bangun Bandar. Penguntilan pupuk dikerjakan oleh karyawan masing- masing divisi. Basis yang ditetapkan oleh perusahaan dalam penguntilan pupuk adalah 2 ton/HK. Setelah pupuk diuntil, pupuk dimuat ke dalam truck yang akan dilangsir ke lapangan. Pekerjaan memuat pupuk ke dalam truck dilakukan oleh pekerja yang akan melakukan pengeceran pupuk di lapangan. Jumlah pupuk yang dimuat harus sesuai dengan kebutuhan pupuk di lapangan. Waktu untuk memuat pupuk dan pelangsiran pupuk adalah pukul 05.30-07.00. Pengeceran pupuk dilakukan oleh karyawan dengan menggunakan sepeda motor pribadi milik karyawan pengecer pupuk. Penaburan pupuk dilakukan oleh penabur pupuk di lapangan yang dipimpin mandor pupuk. Waktu penaburan pupuk dimulai pukul 07.30-12.00. Basis yang ditetapkan oleh perusahaan dalam melakukan pemupukan adalah 500 kg/HK. Setelah penaburan pupuk selesai, karung bekas pupuk tersebut dikumpulkan lagi oleh pekerja yang mengecer pupuk tersebut untuk mengetahui kesesuaian jumlah pupuk yang ditabur dengan jumlah pupuk semula. Secara teknis dalam pelaksanaannya kegiatan pemupukan dilaksanakan dengan prinsip kerja 4T (tepat jenis, tepat dosis, tepat cara dan tepat waktu). Penulis melakukan kegiatan penaburan pupuk pada tanaman TBM 3 di blok 93 Divisi IV. Jenis pupuk yang digunakan adalah pupuk ZA dengan dosis 2,25 kg/ pokok. Jumlah pupuk yang akan ditabur adalah 6 000 kg dengan jumlah untilan
31
333 until. Penulis melakukan penaburan sebanyak 1 000 kg/HK. Cara pemupukan yang dilakukan adalah 1 until yang berisi 18 kg pupuk digunakan untuk 8 pokok dan pupuk ditabur di piringan kelapa sawit. Menurut pengamatan penulis, pada kenyataannya, dalam pelaksanaan pemupukan terdapat ketidakjujuran dari penabur pupuk. Kecurangan tersebut berupa mengaplikasian pupuk menurut dosis per pokok tidak merata atau tidak sesuai dengan ketetapan yaitu 8 pokok sehingga menyebabkan beberapa pokok tidak dipupuk. Hal ini disebabkan oleh topografi lahan yang berbukit sehingga sulit dijangkau oleh pengecer pupuk. Tunas Pasir Kegiatan tunas pasir hanya dilakukan 1 kali saja selama hidupnya kelapa sawit, yaitu pada tanaman berumur 2,5 tahun setelah ditanam di lapangan. Kegiatan ini berupa pemotongan pelepah sebanyak 1-2 lingkaran pertama (maksimum 15 cm dari tanah), kegiatan ini diharapkan TBS dapat menjadi songgo 3. Setelah dipotong, pelepah tersebut dipotong 2 dan disusun ke gawangan mati. Tujuan utama kegiatan ini adalah
memudahkan pemanenan ketika
tanaman tersebut sudah dimutasikan ke TM. Tujuan berikutnya adalah memperlancar penyerbukan alami, menghindari tersangkutnya berondolan di pelepah, menjaga kebersihan dan keindahan lapangan. Alat yang digunakan dalam melaksanakan tunas pasir adalah dengan menggunakan dodos, parang untuk memotong pelepah, dan garukan untuk menyapu pelepah yang berada di piringan. Basis dalam kegiatan tunas pasir adalah 70 pokok/HK dengan premi Rp 575,00/pokok. Penulis melakukan kegiatan tunas pasir di blok 93 Divisi IV dengan prestasi penulis 50 pokok/HK. Prestasi penulis masih dibawah pekerja, hal ini disebabkan oleh alat yang digunakan penulis dipinjam dari pekerja dan kemampuan fisik penulis yang harus mengeluarkan banyak tenaga. Kastrasi Kastrasi adalah pemotongan atau pembuangan bunga jantan dan bunga betina yang masih muda pada tahap pembungaan awal. Menurut Departemen Tanaman PT. Socfindo (2011), kastrasi dilakukan pada Tanaman Belum
32
Menghasilkan (TBM), yaitu pada umur 10-24 bulan setelah ditanam di lapangan dan dihentikan sampai 6 bulan sebelum panen. Hal ini dilakukan karena bunga muda umumnya masih kecil dan belum sempurna, sering gugur atau aborsi, bunga seperti ini tidak menguntungkan bila dipertahankan. Kastrasi dapat dimulai jika 25 % dari tanaman telah berbunga. Alat yang digunakan dalam kegiatan kastrasi adalah chisel dan dodos kecil. Cara memotongnya, bunga dipotong tanpa melukai batang kelapa sawit dan pangkal pelepah daun. Dalam melaksanakan kastrasi harus dijaga agar pelepah daun tidak terluka atau terpotong. Manfaat kastrasi adalah merangsang pertumbuhan vegetatif, mendapatkan buah dengan berat yang seragam, mengurangi kemungkinan serangan hama dan penyakit. Kastrasi dihentikan setelah tanaman berumur 24 bulan, sehingga panen perdana dapat dilakukan pada saat tanaman berumur 30 bulan. Pekerja melakukan kegiatan kastrasi dengan basis 3 ha/HK. Penulis melakukan kegiatan kastrasi pada Blok 101 Divisi IV dengan basis 2 ha/HK. Prestasi penulis masih dibawah pekerja, hal ini disebabkan karena topografi lahan yang berbukit sehinnga menyulitkan penulis dalam melaksanakan kastrasi. Pemanenan Pemanenan merupakan kegiatan pemotongan TBS hingga pengangkutan ke PKS. Keberhasilan panen akan menunjang pencapaian produktivitas pokok, keberhasilan panen didukung manajemen panen yang baik meliputi persiapan panen, kriteria matang panen, angka kerapatan panen, sistem panen, rotasi panen, sistem upah (basis panen, premi panen, dan denda panen). Penulis melakukan kegiatan panen di divisi II Perkebunan Bangun Bandar.
Persiapan Panen Persiapan panen merupakan kegiatan yang harus diperhatikan sebelum melakukan pemanenan TBS. Persiapan yang dilakukan dengan tepat, dapat menunjang keberhasilan panen. Kegiatan persiapan panen yang dilakukan berupa pembagian seksi potong buah, penyediaan tenaga kerja pemanen, penyiapan alat kerja panen dan penetapan ancak pemanen.
33
Penjelasan kegiatan persiapan panen dilakukan setiap antrian pagi oleh masing-masing kemandoran. Dalam antrian pagi juga dijelaskan mengenai kriteria buah matang, agar tidak terjadi kesalahan dalam pemanenan. a). Seksi potong buah. Seksi potong buah atau sering disebut juga dengan rotasi panen merupakan pembagian luasan panen yang akan dipanen pada setiap divisi. Rotasi panen dapat ditentukan dari jumlah luasan Tanaman Menghasilkan (TM). Pengerjaan untuk luas areal panen dibagi menjadi 6 hari sesuai dengan proporsi jam kerjanya sehingga diharapkan rotasi panen 6/7 dan output pemanen yang diharapkan menjadi lebih tinggi serta pengangkutan TBS ke PKS tidak mengalami gangguan. Luas panen rata-rata per mandoran setiap harinya di Divisi II masingmasing adalah 47 ha, 41 ha, dan 42 ha. Pada kenyataannya di lapangan, panen sering terkendala sehingga rotasi panen tidak sepenuhnya 6/7. Hal ini disebabkan oleh tenaga kerja pemanen tidak sesuai dengan yang sudah ditentukan, dan adanya libur nasional seperti Hari Raya Idul Fitri, serta terjadi panen rendah (trek buah), dan lain-lain. Mengatasi hal ini, biasanya pemanen diperintahkan untuk memasuki kembali seksi panen tersebut pada keesokan harinya. Pembagian rotasi panen di Perkebunan Bangun Bandar terbagi menjadi 6 seksi, yaitu A, B, C, D, E, F pada setiap mandoran. Pembagian seksi potong buah Divisi II terdiri dari 3 mandoran, sehingga setiap mandoran masing-masing memiliki enam seksi potong buah. Hal ini disebabkan oleh luasan panen yang akan dipanen, seluas ± 800 ha. Menurut Pahan (2010), jumlah mandoran per divisi 800-1 000 ha maksimum 3 mandoran. Jadwal pembagian seksi panen Divisi II di Perkebunan Bangun Bandar dapat dilihat secara rinci dalam Tabel 7.
34
Tabel 7. Pembagian Seksi Panen Divisi II Perkebunan Bangun Bandar Seksi Mandor A A B C D E F Total Mdandor B A B C D E F Total Mandor C A B C D E F Total Total Besar
Blok
Tahun Tanam
Luas (ha)
Pokok/ ha
Ʃ Pokok
37 37 38 31 31 39 39 44 44 45
1984 1984 2000 1992 1992 1998 1998 1986 1986 1986
47.66 1.15 47.34 47.66 33.69 13.00 42.75 5.00 22.18 25.52 285.95
93 93 134 104 104 121 121 95 95 82
4 432 107 6 344 4 957 3504 1 573 5 173 475 2 107 2 093 30 765
42 41 40 40 40 33 33 32 32
2000 1999 2003 2003 2003 2004 2004 2004 2004
39.91 23.08 18.80 41.85 18.48 23.37 15.46 26.40 43.75 251.10
121 120 129 129 129 147 147 136 136
4 829 2 770 2 425 5 399 2 384 3 435 2 273 3 590 5 950 33 055
34 34 28 28 28 27 27 35 35 45
2006 2006 2006 2006 2006 2003 2003 2002 2002 2008
42.40 37.16 5.24 42.40 11.25 31.15 21.19 21.21 17.09 25.31 254.40 791.45
156 156 157 157 157 125 125 125 125 151
6 614 5 797 823 6 657 1 766 3 894 2 649 2 651 2 136 3 822 36 809 100 629
Sumber : Kantor Divisi II Perkebunan Bangun Bandar, 2012
35
b). Sistem panen Sistem panen yang dilaksanakan di Divisi II Perkebunan Bangun Bandar berbeda-beda untuk masing-masing umur tanaman. Pada tanaman taruna (8-20 tahun) menggunakan sistem ancak giring tetap per mandoran, sedangkan pada umur tanaman tua (>21 tahun) menggunakan sistem ancak tetap. Perbedaan sistem panen ini dikarenakan adanya perbedaan pokok yang akan dipanen. Pada tanaman taruna pokok yang akan dipanen belum terlalu tinggi, sedangkan pada tanaman tua pokok yang akan dipanen sudah terlalu tinggi, sehingga disesuaikan terhadap pemanen yang memiliki alat panen sesuai dengan ketinggian pokok tersebut. c). Tenaga Kerja Panen Tenaga kerja panen merupakan SDM yang paling penting perannya dan sangat dibutuhkan oleh perusahaan. Tenaga panen Divisi II Perkebunan Bangun Bandar merupakan Karyawan Harian Tetap (KHT) khusus aspek pemanenan. Kebutuhan tenaga kerja pada setiap mandoran berbeda-beda, disesuaikan dengan luasan yang akan dipanen pada hari tersebut. Pengaturan tenaga panen juga disesuaikan dengan keadaan produksi di lapangan. Pada saat musim produksi tinggi seperti setelah liburan nasional dengan rotasi panen yang terlambat, dapat digunakan tenaga bantuan yang diambil dari mandoran lainnya (perawatan) atau menggunakan istri serta saudara pemanen untuk mengutip brondolan. Pada saat musim produksi rendah, mandor panen dapat mengalihkan tugas pemanen untuk melaksanakan kegiatan tunas. Jumlah tenaga kerja panen dapat dihitung secara harian dengan menggunakan taksasi harian yang dilaksanakan setiap harinya oleh mandor panen. d). Kriteria matang panen Kriteria matang panen yang dipakai di Perkebunan Bangun Bandar yaitu jumlah brondolan yang terlepas dari tandannya dan jatuh ke piringan secara alami atau dengan istilah lain menghasilkan brondolan dalam jumlah tertentu. Ketetapan TBS yang siap dipanen untuk Perkebunan Bangun Bandar adalah 4 brondolan yang jatuh ke piringan pada seluruh umur Tanaman Menghasilkan (TM).
36
TBS yang mengalami penyakit Parthenokarpi,sp. dan TBS busuk tetap harus dipanen agar tidak mempengaruhi produksi pada rotasi berikutnya. Kriteria matang buah perkebunan Bangun Bandar dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Kriteria Matang TBS Perkebunan Bangun Bandar Jumlah Brondolan Lepas 0-4 4-9 > 10
Keterangan Mentah Matang Lewat Matang
Sumber : Kantor Perkebunan Bangun Bandar, 2012
e). Taksasi produksi Taksasi produksi merupakan perkiraan jumlah TBS yang akan dipanen. Taksasi panen yang dilaksanakan di Perkebunan Bangun Bandar terdiri dari 2 bagian, yaitu taksasi kwartalan (4 bulanan) dan harian. Taksasi kwartalan dilakukan melalui sensus buah yang dilakukan oleh mandor sensus buah. Tujuan dari kegiatan sensus buah ini adalah untuk mengetahui perkiraan jumlah TBS yang akan dipanen dalam periode 4 bulan. Penentuan titik perhitungan sensus buah adalah pada baris kelipatan 10 dan pokok kelipatan 10, dari titik sampel tersebut diambil 7 pokok yang akan disampel. Taksasi harian digunakan untuk meramal besarnya produksi harian yang tercemin pada Angka Kerapatan Panen (AKP). AKP ini berfungsi untuk mengetahui rencana kegiatan harian dalam hal pemanenan, selain itu dapat digunakan untuk mempermudah dalam pengaturan dan pelaksanaan kegiatan panen untuk esok harinya. Taksasi panen dilakukan oleh mandor panen. Taksasi panen yang dilakukan oleh mandor panen divisi II Perkebunan Bangun Bandar adalah dengan cara melakukan taksasi 5% dari jumlah pokok yang akan dipanen.
Pelaksanaan panen Kegiatan panen di divisi II Perkebunan Bangun Bandar dimulai pada saat antrian pagi pukul 06.00-06.15 di kantor divisi antara mandor panen, mandor I produksi, dan asisten divisi. Asisten divisi memberi pengarahan pada mandor panen mengenai blok yang akan dipanen, jumlah tenaga kerja pemanen,
37
Standard Operating Procedure (SOP) selama memanen, dan evaluasi kerja pemanen hari kemarin. Kemudian pada pukul 06.30 mandor panen memberi pengarahan kepada pemanen di lapangan. Pengarahan tersebut berupa pembagian ancak panen yang akan dipanen, memeriksa kehadiran pemanen, dan memastikan para pemanen sudah memiliki alat panen serta sudah menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) berupa kaca mata, sarung tangan, helm, dan sepatu boot. Teknis panen yang harus dilakukan yaitu pemanen harus memperhatikan jumlah brondolan yang jatuh di piringan untuk mengetahui TBS yang akan dipanen, kemudian memotong beberapa pelepah yang menyanggah TBS (progressive pruning). Pelepah tersebut harus dipotong dan disusun di gawangan mati. Pemanen diwajibkan untuk memotong semua TBS yang masak tanpa terkecuali, TBS yang sudah dipanen harus dibuat “cangkem kodok” dengan cara memotong gagang tandan tersebut dengan rapat. TBS tersebut dibawa ke TPH dengan menggunakan angkong dan disusun 5-10 TBS per baris, lalu TBS tersebut diberi nomor panen sesuai nomor pemanen dan jumlah TBS yang dipanen. Setelah pemanen menyusun TBS di TPH, pemanen harus mengutip berondolan yang tertinggal di ketiak pelepah, batang, piringan, dan gawangan dengan menggunakan karung goni eks pupuk dan mengumpulkannya di samping susunan TBS di TPH. Para pemanen wajib menyelesaikan ancaknya masing-masing pada setiap hari, sehingga ancak mandoran dan rotasi panen dapat terjaga dengan baik. Peletakan TBS di TPH disajikan pada Gambar 8.
Gambar 8. Peletakan Tandan Buah Segar (TBS) di TPH
38
Pengawasan Panen Sistem pengawasan ditujukan untuk memeriksa kualitas panen yang sudah dipanen dan mengurangi losses panen yang terjadi pada setiap harinya. Sistem pengawasan yang diterapkan di Perkebunan Bangun Bandar berupa pemeriksaan mutu TBS dan pemeriksaan ancak panen yang dilakukan oleh asisten divisi, mandor 1 produksi, mandor panen, dan mantri panen (rekolte). Sistem pengawasan tersebut dilakukan pada siang hari, ketika pemanen telah selesai melaksanakan pemanenan TBS. Pemeriksaan mutu TBS yang dilakukan yaitu pencatatan jumlah (1).Buah normal yang dipanen, (2).Buah mentah yang dipanen, (3).Buah busuk yang dipanen. Pemeriksaan mutu TBS dilakukan melalui pemeriksaan mutu buah yang telah dikirim pemanen ke TPH dengan cara memeriksa minimal 10 TPH. Untuk pemeriksaan ancak yang dilakukan berupa pencatatan (1).Buah mentah yang telah dipanen, kemudian disembunyikan/ diperam di gawangan, (2).Buah matang yang tidak dipanen, (3).Buah matang tinggal di piringan/ pasar rintis, (4).Berondolan yang terikut pada potongan gagang, (5).Berondolan yang dibuang ke gawangan/lain-lain, (6).Berondolan yang sangkut di ketiak cabang, dan (7).Pelepah yang tidak dipotong pada saat pelaksanaan panen (cabang sengkleh). Sistem pemeriksaan ancak dilakukan dengan sampel 6 gawangan yang dipanen oleh 3 orang pemanen. Formulir pemeriksaan mutu TBS dan pemeriksaan ancak dapat dilihat pada Lampiran 8. Pemeriksaan mutu TBS juga dilakukan oleh kerani buah dengan cara mencatat dan memeriksa buah sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Pencatatan tersebut berupa jumlah buah yang dipanen, buah yang masak atau normal (N) dan buah mentah (A) yang dilakukan pada saat kerani buah menerima buah dari pemanen yang sudah ada di seluruh TPH. Perkebunan Bangun Bandar juga menerpakan sanksi/ denda panen apabila pemanen melanggar kriteria panen. Kesalahan yang dilakukan pemanen adalah memotong buah mentah, tidak mengutip brondolan di piringan, buah masak yang tidak dipanen. Kesalahan tersebut dapat diminimalisir dengan melakukan pengawasan yang ketat baik di TPH maupun di ancak panen. Pemberian denda dilaksanakan setiap harinya berdasarkan pemeriksaan mutu buah dan pemeriksaan
39
ancak panen. Pemberian denda tersebut berlaku untuk seluruh umur tanaman. Hal ini dilakukan agar menjaga mutu buah tetap optimal dan mengurangi losses panen setiap harinya. Denda yang diterapkan di Kebun Bangun Bandar jika melakukan kesalahan dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Parameter Denda Karyawan Potong Buah Jenis Kesalahan (Parameter) Potong Buah Mentah (A) Buah masak tinggal dipokok / tidak dipanen (S) Buah mentah diperam di ancak (M1) Buah mentah tinggal di piringan / di ancak / di parit Brondolan tidak dikutip bersih (>3 buah )
Denda Rp 3 000,00/jjg Rp 3 000,00/jjg Rp 3 000,00/jjg Rp 3 000,00/jjg Rp 75,00/buah
Sumber : Departemen Tanaman PT. Socfindo, 2012
Pengangkutan Tandan Buah Segar Pengangkutan TBS merupakan kegiatan terakhir dalam peaksanaan kegiatan panen. Pengangkutan memiliki peranan penting dalam kegiatan pemanenan, sehingga TBS dan brondolan yang telah dipanen dapat segera tiba di PKS dan langsung diolah. Perencanaan pengangkutan panen sangat penting untuk diperhatikan agar mencapai mutu buah yang baik sehingga didapat rendemen minyak yang tinggi. Pengangkutan TBS tersebut berupa pengangkutan TBS ke TPH dengan menggunakan alat bantu angkong dan pengangkutan dari TPH ke PKS menggunakan dump truck (DT). Truck yang disediakan untuk mengangkut TBS tersebut 1 buah untuk masing-masing divisi. Mekanisme pengangkutan TBS di Perkebunan Bangun Bandar pertama sekali berangkat pukul 08.00 WIB saat sebagian TBS sudah keluar ke TPH dan langsung diantar ke PKS. Umumnya kapasitas satu unit transport dump truck dapat mengangkut 5 ton TBS dan waktu yang dihabiskan dalam satu kali pengangkutan adalah 4 jam . Pada saat pengangkutan supir dump truck mengambil file docket (berisi catatan jumlah TBS yang dipanen) yang telah disediakan oleh kerani buah di TPH. Kemudian file docket tersebut diserahkan kepada petugas stasiun penerimaan buah di PKS. Hal ini ditujukan untuk mengetahui jumlah dan berat
40
TBS yang dipanen. Petugas stasiun penerimaan buah melaporkan jumlah berat TBS yang telah masuk ke PKS kepada asisten divisi, mandor I produksi, mandor panen, dan kerani buah. Pengangkutan dilakukan dengan mendatangi semua TPH dalam blok yang dipanen. TBS dimasukkan ke dalam dump truck oleh tenaga pemuat buah dengan menggunakan tojok besi dan menggunakan gancu untuk menyusun TBS di dalam dump truck. Biasanya, jumlah pemuat buah terdiri dari 3 orang dan disediakan oleh masing-masing divisi. Basis kerja pemuat buah adalah 4 ton/HK, dengan premi Rp 1 070,00/ton. Aspek Manajerial Kegiatan manajerial yang dilakukan penulis yaitu sebagai pendamping mandor selama tiga minggu dan pendamping asisten divisi selama enam minggu. Kegiatan manajerial ini dilakukan penulis di Divisi II dan Divisi IV Perkebunan Bangun Bandar. Pendamping Mandor Mandor merupakan pengelola dan pengawas langsung terhadap kegiatan KHT di lapangan. Selain dalam hal mengatur dan mengawasi kerja KHT, mandor juga harus dapat memberikan motivasi positif kepada KHT agar kinerja KHT meningkat dan bekerja sesuai dengan standar operasional perusahaan. Mandor bertanggung jawab terhadap hasil kerja yang dikelolanya dengan selalu berpedoman pada Rencana Kerja Harian (RKH) yang telah ditetapkan bersama antara mandor dan asisten divisi. Setiap pagi hari semua mandor mengikuti antrian pagi bersama asisten divisi untuk mendapatkan pengarahan tentang pekerjaan yang akan dilaksanakan, penjelasan tentang teknik aplikasi pekerjaan yang sesuai dengan ketentuan perusahaan (SOP) dan melaporkan masalah yang dihadapi. Setelah itu di lapangan, setiap mandor melakukan menyampaikan jenis pekerjaan dan teknis pekerjaan kepada KHT di lapangan. Mandor mengawasi pekerjaan secara langsung dan membantu pekerja apabila ada kendala di lapangan, serta memberikan pengarahan kepada pekerja agar bekerja lebih efektif. Setelah pekerjaan selesai di lapangan, mandor melaporkan hasil kerja yang meliputi
41
prestasi dan kualitas pekerjaan kepada asisten divisi dalam bentuk buku kerja mandor. Selama menjadi pendamping mandor, penulis mengikuti kegiatan pengawasan di lapangan diantaranya kegiatan pendamping mandor I, mandor panen, kerani panen, dan mandor perawatan yang terdiri dari mandor pupuk, pengendalian gulma, pengendalian hama, tunas, dan kastrasi. Penulis juga mengikuti kegiatan manajerial terkait administrasi divisi dengan menjadi pendamping kerani keliling. Mandor I. Mandor I adalah orang yang mengatur seluruh kegiatan teknis di lapangan. Divisi II Perkebunan Bangun Bandar memiliki 2 mandor I, yaitu mandor I atas (Produksi) dan mandor I bawah (Perawatan). Mandor I produksi membawahi mandor panen, dan mandor tunas. Sedangkan mandor I perawatan membawahi mandor pupuk, pengendalian gulma, pengendalian hama, dan kastrasi. Mandor I memiliki tugas dan tanggung jawab terhadap hasil kerja yang diperoleh oleh mandor. Mandor I dapat menegur mandor-mandor bawahannya dan KHT jika terdapat kesalahan dalam melakukan pekerjaan. Mandor I berwenang untuk mengawasi semua jenis kegiatan dan melaporkan masalahmasalah yang dihadapi kepada asisten Divisi. Selama penulis menjadi pendamping Mandor I, kegiatan yang dilakukan yaitu mengawasi kegiatan mandor panen, pemupukan, penunasan, pengendalian hama, dan pengendalian gulma. Mandor Panen. Tugas dari mandor panen yaitu membuat perancanaan areal yang akan dipanen atas persetujuan asisten divisi, memberikan pengarahan tentang standar pelaksanaan panen, dan mengingatkan karyawan tentang keselamatan pekerja. Kemudian mandor panen melakukan pembagian ancak kepada pemanen, melakukan pengabsenan tenaga pemanen, dan melakukan pengawasan di lapangan berupa memeriksa mutu TBS yang dipanen, memeriksa ancak panen, dan mengatasi kendala- kendala yang dihadapi oleh para pemanen, seperti kerusakan alat panen. Ketika mandor panen melakukan pemeriksaan ancak menemukan buah matang yang belum dipanen, dan berondolan banyak tinggal, maka mandor panen berhak memerintahkan pemanen kembali ke ancaknya masing-masing untuk
42
mengurangi losses panen. Apabila, mandor panen melakukan pemeriksaan ancak menemukan masalah-masalah tersebut dan pemanen sudah pulang, maka mandor panen berhak langsung mengenakan denda kepada pemanen tersebut. Mandor panen tidak boleh meninggalkan lapangan sebelum pemanen selesai memanen TBS. Setelah pelaksanaan panen selesai, mandor panen melakukan taksasi panen untuk hari esoknya. Taksasi panen bertujuan untuk mengetahui perkiraan jumlah TBS yang akan dipanen, dan jumlah tenaga kerja pemanen yang dibutuhkan. Selama penulis menjadi mandor panen, penulis mengawasi pekerjaan karyawan panen, memeriksa mutu TBS yang dipanen, dan melakukan pemeriksaan ancak panen. Penulis juga melakukan taksasi panen di sore hari setelah pemanen selesai memanen. Kerani Buah. Tugas kerani buah adalah menerima buah yang sudah ada di TPH. Buah yang diterima oleh kerani buah ditulis dalam bentuk file doc dan dimasukkan ke dalam lembar collection sheet. Data yang dimasukkan ke dalam file doc berupa blok yang dipanen, tahun tanam, nomor TPH , dan jumlah TBS yang dipanen. File doc tersebut diletakkan di atas tumpukan TBS. Sedangkan yang dimasukkan ke dalam collection sheet terdiri dari jumlah buah yang dipanen, nomor pemanen, nomor TPH, Jumlah buah yang dipanen, jumlah buah normal, dan jumlah buah mentah. Penulis juga membantu kerani buah dalam mengerjakan laporan potong buah, menghitung premi panen. Pada akhir bulan penulis membantu kerani buah tutup buku, yaitu menghitung jumlah premi yang didapatkan oleh pemanen selama satu bulan. Mandor Pupuk. Mandor pupuk memiliki tugas dan tanggung jawab atas prestasi kerja pemupukan di lapangan. Tugas tersebut berupa melaksanakan arahan asisten divisi pada saat antrian pagi mengenai lokasi yang akan dipupuk, jumlah tenaga pengecer dan penabur pupuk yang dibutuhkan, dosis pupuk yang akan ditabur, dan cara pemupukan yang akan dilaksanakan. Setelah selesai antrian pagi, mandor pupuk langsung menuju ke gudang pusat untuk mengawasi kegiatan pemuatan pupuk yang telah diuntil ke dalam dump truck. Setelah selesai pemuatan
43
pupuk, mandor pupuk mengikuti dan mengawasi distribusi pupuk dari gudang ke lapangan. Pada saat di lapangan, mandor pupuk memerintahkan kepada supir dump truck tersebut agar mengecer pupuk di depan ancak yang akan dipupuk agar memudahkan pelangsir pupuk dalam melangsir pupuk. Mandor pupuk juga harus memperhatikan kelengkapan alat memupuk dan APD yang digunakan oleh penabur pupuk. Kemudian mandor pupuk mengawasi pelaksanaan pemupukan di lapangan. Hal ini bertujuan agar pupuk yang ditabur sesuai dengan dosis dan cara pemupukan yang telah ditentukan. Setelah pemupukan selesai, mandor pupuk memerintahkan kepada pelangsir pupuk untuk mengumpulkan karung bekas yang telah digunakan dalam pemupukan dan dikembalikan ke gudang pusat. Prestasi kerja pemupukan harus dilaporkan kepada asisten divisi. Penulis melakukan kegiatan sebagai mandor pupuk di divisi IV Perkebunan Bangun Bandar. Jumlah karyawan yang diawasi penulis saat menjadi pendamping mandor pupuk adalah 9 orang yang terdiri dari 3 pelangsir dan 6 penabur. Pengawasan pemupukan dilakukan sampai kegiatan pemupukan selesai hingga pukul 12.00. Pada saat menjadi pendamping mandor pupuk, penulis menemukan kecurangan yaitu berupa adanya pupuk yang ditabur tidak sesuai dengan dosis yang telah ditentukan. Hal ini sering terjadi disebabkan oleh areal yang bertopografi berbukit. Mandor Semprot. Sama seperti mandor-mandor lainnya, mandor semprot juga melaksanakan arahan dari asisten divisi pada saat antrian pagi. Mandor semprot di divisi II Perkebunan Bangun Bandar terdiri dari 2 yaitu mandor semprot dengan menggunakan alat semprot knapsack sprayer dan alat semprot CDA. Mandor semprot melaksanakan pencampuran herbisida yang sudah dikalibrasi oleh asisten divisi untuk diantar ke lapangan. Mandor semprot juga bertugas untuk mengecek alat semprot yang akan digunakan di lapangan dan memastikan APD sudah digunakan oleh penyemprot. Pada saat di lapangan mandor bertugas mengawasi pekerjaan karyawan agar penyemprotan dapat ditujukan sesuai dengan yang direncanakan. Setelah selesai dari lapangan mandor memberikan laporan hasil kegiatan kepada asisten divisi. Penulis menjadi pendamping mandor semprot dengan alat semprot
44
knapsack sprayer di Divisi IV sedangkan menggunakan alat semprot CDA di divisi II Perkebunan Bangun Bandar. Kegiatan yang dilaksanakan penulis yaitu apel pagi dengan karyawan, dan mengawasi pekerjaan karyawan. Pendamping Asisten Divisi Asisten divisi merupakan pimpinan pada setiap divisi. Asisten divisi bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan dan pekerja yang terdapat di divisi masing-masing. Asisten divisi bertanggung jawab kepada asisten kepala dan pengurus kebun. Tugas dari seorang asisten divisi di PT. Socfindo di lapangan adalah merencanakan dan mengkoordinasikan program kerja harian dan bulanan. Selain itu, asisten divisi juga melakukan pengawasan, penilaian, dan evaluasi terhadap kinerja dari masing-masing mandor. Dalam menyelesaikan administrasi, asisten divisi dibantu oleh kerani keliling. Selama menjadi pendamping asisten penulis mengikuti kegiatan – kegiatan asisten seperti menyampaikan Rencana Kerja Harian (RKH), mengawasi mutu ancak dan mutu buah pada tiap kemandoran panen, mengawasi kegiatan pemupukan, melakukan pemeriksaan ancak bersama asisten divisi, mengisi lembar biaya dan produksi panen, menginput data yang diminta oleh pengurus kebun, dan kegiatan administrasi lainnya.
45
PEMBAHASAN Kegiatan panen merupakan salah satu kegiatan budidaya kelapa sawit yang paling penting. Cara panen yang tepat sangat mempengaruhi kuantitas produksi dan waktu yang tepat mempengaruhi kualitas produksi. Dengan demikian, diharapkan kegiatan panen dilakukan dengan tepat dan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan sehingga dapat meminimalisasi losses panen. Permasalahan secara umum yang sering dijumpai dalam pengelolaan kegiatan panen di Perkebunan Bangun Bandar yaitu terjadinya kehilangan produksi (losses), mutu buah yang belum sesuai dengan ketetapan perusahaan serta permasalahan dalam proses pengangkutan TBS ke PKS. Hal ini dapat disebabkan karena sistem panen yang belum diterapkan dengan baik, rotasi panen yang tidak dijaga, pelaksanaan taksasi produksi yang belum tepat serta kurang efektifnya pengawasan dari Asisten divisi, Mandor I dan mandor panen.
Persiapan Panen Kegiatan persiapan panen dilakukan pagi hari pada saat antrian pagi. Antrian pagi dilakukan oleh asisten divisi, mandor I produksi dan mandor panen. Asisten divisi memberi pengarahan kepada mandor I produksi dan mandor panen meliputi kebutuhan tenaga kerja, penetapan seksi potong buah, penetapan ancak permandoran panen, dan kesiapan peralatan panen yang akan digunakan oleh pemanen. Selain itu, dijelaskan juga mengenai kriteria buah matang yang akan dipanen. Setelah melaksanakan antrian pagi, masing-masing mandor panen langsung menuju ke lapangan dan melakukan antrian pagi bersama pemanen. Hal yang disampaikan oleh mandor panen kepada pemanen adalah pembagian ancak panen, mengecek persiapan alat panen, dan memastikan pemanen telah menggunakan Alat Pelindung Diri (APD). I.1 Peralatan Panen Peralatan panen merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam pemanenan kelapa sawit. Peralatan yang kurang memadai dapat menyebabkan
46
losses panen. Peralatan panen yang digunakan di divisi II Perkebunan Bangun Bandar yaitu (1). Pisau Egrek, untuk pemotongan TBS tanaman berumur >9 tahun dengan ketinggian pokok >2 meter; (2) Bambu egrek dan Allumunium Pole, sebagai gagang pisau egrek; (3). Tali nilon, untuk pengikat pisau egrek; (4). Angkong, untuk tempat atau wadah TBS dan brondolan yang akan diangkut ke TPH; (5). Kapak, sebagai alat pemotong tangkai tandan yang panjang; (6). Gancu, berfungsi sebagai alat penyusunan TBS di TPH; (7). Goni eks pupuk, untuk mengumpulkan brondolan ; (8). Tojok, sebagai alat muat buah ke dalam dump truck pengangkut buah. Selain peralatan panen yang telah disebutkan diatas, pemanen
diwajibkan
menggunakan
Alat
Pelindung Diri
(APD)
untuk
meminimalisir kecelakaan kerja pemanenan. APD yang digunakan oleh pemanen adalah (1). Helm, (2). Sarung tangan, (3). Sepatu boot, (4). Kaca mata. Berdasarkan hasil pengamatan penulis, peralatan panen yang digunakan oleh pemanen banyak yang tidak sesuai dengan kebutuhan di lapangan. Sebagai contoh pada saat pelaksanaan panen di tanaman yang sudah tinggi, egrek yang digunakan pemanen tidak dapat mencapai TBS yang akan dipanen. Selain itu APD yang digunakan oleh pemanen tidak lengkap, hal ini dikarenakan APD tersebut dapat mengganggu aktifitas dan kecepatan pemanen dalam melaksanakan pemanenan. Alat-alat panen yang digunakan di Perkebunan Bangun Bandar dapat dilihat pada Gambar 9-12.
Gambar 9. Alat egrek
Gambar 10. Angkong
47
Gambar 11. Gancu
Gambar 12. Pisau egrek
I.2 Rotasi Panen Rotasi panen atau pusingan panen merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam pemanenan kelapa sawit. Rotasi panen berfungsi untuk menentukan tempat yang akan dipanen, jumlah produksi TBS, mutu buah, dan pengolahan TBS di PKS. Rotasi panen yang berlaku di divisi II Perkebunan Bangun Bandar adalah 6/7. Berdasarkan praktik langsung penulis di lapangan, terjadi ketidaksesuaian rotasi panen yang berlaku. Ketidaksesuaian tersebut berupa rotasi panen yang cepat (< 7 hari) dan rotasi panen lambat (>7 hari). Penulis melakukan pengamatan rotasi panen dengan data yang tersaji dalam Tabel. Rotasi panen yang lambat disebabkan oleh tingkat kehadiran pemanen yang rendah, hari libur nasional (Hari Raya Idul Fitri) dan tidak selesainya ancak panen saat itu sehingga harus dilanjutkan esok harinya. Akibat dari rotasi panen yang lebih lambat adalah TBS yang dipanen banyak yang sudah tua. Rotasi panen yang lebih cepat disebabkan oleh angka kerapatan panen rendah, dan untuk mengejar target rotasi panen setelah hari liburan nasional kembali normal. Akibat dari rotasi panen yang cepat adalah banyaknya buah mentah yang dipanen untuk memperoleh basis panen yang ditetapkan oleh perusahaan.
48
Selain dapat mempengaruhi mutu buah, rotasi panen yang bertambah lambat (≥ 10 hari) juga dapat mengakibatkan terjadinya kehilangan produksi (losses). Dapat dilihat pada Tabel 10, rotasi panen selama 11 hari yang terjadi di Blok 35 juga mengakibatkan brondolan yang tertinggal di piringan dan pasar pikul lebih banyak jika dibadingkan dengan rotasi panen selama 9 dan 10 hari sebesar 162 brondolan dan 98 brondolan.
Tabel 10. Hubungan Rotasi Panen Terhadap Losses dan Mutu Buah
Blok 33 35 28
Rotasi 9 11 10
M 95.79 95.03 95.28
Mutu Buah (%) LM BSK 3.16 1.05 3.81 1.16 3.58 1.14
Losses (buah) BrP* BrL** 151 72 162 98 143 65
Sumber : Data Pengamatan Lapangan (2012) Keterangan : M
: Matang
LM
: Lewat matang
BrL
: Brondolan di pasar pikul
BSK
: Busuk
*
: 10 pokok diamati
BrP
: Brondolan di piringan
**
: Sepanjang 1 TPH (3 gawangan)
Berdasarkan data di atas, diketahui bahwa rotasi panen yang paling lama terjadi yaitu di Blok 35 selama 11 hari. Rotasi yang lambat ini mempengaruhi mutu buah yaitu sebesar 3,81 % buah lewat matang dan 1,16 % buah busuk yang persentasenya lebih besar daripada rotasi panen 9 dan 10 hari. Terjadinya rotasi panen yang lambat di Perkebunan Bangun Bandar disebabkan beberapa hal, yaitu: (1) Jumlah tenaga kerja kurang (persentase kehadiran karyawan rendah); (2) Banyaknya hari libur; (3) Tidak selesainya ancak pemanen. Buah yang dipotong cenderung terlalu matang (over ripe) dan busuk/janjangan kosong (empty bunch). Permasalahan yang pernah terjadi di Perkebunan Bangun Bandar yaitu meningkatnya rotasi (pusingan) panen terutama di Divisi II. Rotasi panen mencapai >8 hari sehingga diambil solusi cepat dengan mengambil bantuan yang disebut “gardang” yang berfungsi untuk mengutip brondolan karena sebelumnya tenaga bantuan ini tidak ada. Tenaga bantuan tersebut umumnya adalah karyawan
49
harian lepas (KHL) yang ditransfer dari anggota mandoran lain atau dapat menggunakan istri atau saudara pemanen. I.3 Taksasi Panen Taksasi panen merupakan kegiatan yang dilakukan sebelum melakukan pemanenan. Tujuan dari taksasi panen adalah untuk meperkirakan jumlah TBS yang sudah siap untuk dipanen, memperkirakan jumlah tenaga kerja pemanen yang dibutuhkan, dan memperkirakan jumlah berat TBS yang diperoleh. Kegiatan taksasi panen di divisi II Perkebunan Bangun Bandar dilaksanakan oleh mandor panen pada sore hari setelah seluruh pemanen selesai melakukan pemanenan. Taksasi panen ini tertuang dalam Angka Kerapatan Panen (AKP). Taksasi panen dilakukan dengan cara mengambil 5 % dari jumlah pokok yang akan dipanen. Sebagai contoh, pada saat magang berlangsung penulis melakukan pengamatan taksasi produksi harian secara langsung di Divisi II pada seksi yang berbeda-beda (A, B, C, D, E, F) pada mandoran B. Pokok sampel yang diamati sebesar 5% dari total pokok produktif dan dilakukan secara acak. Pengamatan dilakukan penulis bersama dengan mandor panen. Hasil pengamatan taksasi produksi harian pada Divisi II disajikan di Tabel 11.
Tabel 11. Pengamatan Kematangan Panen pada Divisi II
Seksi A B C D E F
Blok 42 41 40 40 40 33 33 32 32
Luas (ha) 39.91 23.08 18.80 41.85 18.48 23.37 15.46 26.40 43.75
Tanaman Produktif
Tanaman Sampel
Tanaman Sampel Dipanen
241 138 121 270 119 172 114 180 298
94 56 51 102 40 71 42 78 123
4 829 2 770 2 425 5 399 2 384 3 435 2 273 3 590 5 950
Sumber : Data Pengamatan Lapangan, 2012
Angka Kerapatan Panen (%) 39 41 42 38 34 41 37 43 41
50
Dapat dilihat pada Tabel 11, bahwa persentase kematangan panen yang didapat berbeda-beda. Angka kerapatan panen (AKP) berkisar antara 34-43 %. Perbedaan nilai kerapatan panen tersebut dapat dipengaruhi oleh iklim, umur tanaman dan tempat/lokasi. Umumnya umur tanaman berpengaruh terhadap potensi pokok untuk berproduksi. Kegiatan taksasi ini dilaksanakan pada 2 mandoran panen yang berbeda yaitu di mandor B (seksi A, B, E dan F) serta di mandor C (seksi C dan D). Contoh Perhitungan Tenaga Kerja Panen blok 42 (2000), luasan panen 39,91 ha dengan jumlah pokok 4 829 taksasi pokok yang akan dipanen 5 %, dan basis panen 75 TBS serta AKP 39 %, maka tenaga kerja yang dibutuhkan adalah : Taksasi 5% x jumlah pokok =5% x 4829 pokok =242 pokok (121 pokok/ ha) •
Jumlah TBS yang ditaksasi =Jumlah pokok taksasi x AKP =121 pokok x 39% =47 TBS
•
Jumlah TBS untuk seluruh luasan =Luas x Jumlah TBS yang ditaksasi =39,91x 47 TBS = 1876 TBS
•
Jumlah tenaga kerja pemanen yang dibutuhkan (diharapkan setiap pemanen dapat memanen 2 basis panen) =Jumlah TBS seluruh luasan / 2 basis panen =1876 TBS / 150 TBS = 12 orang
I.4 Kriteria Matang Panen Dalam pelaksanaan panen, para pemanen harus memperhatikan kriteria TBS yang sudah siap untuk dipanen. Hal ini ditujukan untuk menghindari terjadinya buah mentah yang dipanen sehingga dapat menyebabkan losses panen. Ketentuan kriteria matang panen yang ditetapkan oleh Perkebunan Bangun Bandar adalah 4 brondolan yang telah jatuh ke piringan (berondol 4).
51
Bedasarkan pengamatan penulis di lapangan (secara visual) terdapat perbedaan yang jelas antara buah matang dan buah mentah seperti (1). Jumlah yang membrondol dimana buah mentah belum ada yang membrondol, sedangkan buah matang, jumlah yang membrondol sesuai dengan ketetapan perusahaan, yaitu 4 berondolan; (2). Warna buah mentah umumnya berwarna hitam kemerahan, sedangkan buah matang berwarna merah jingga mengkilat; (3). Seludang duri buah mentah masih terbungkus oleh seludang duri disekitarnya yang berwarna hijau, sedangkan buah matang umumnya tidak dibungkus oleh seludang lagi dan duri sudah berwarna cokelat kehitaman. Pada saat melakukan kegiatan magang, penulis melakukan pengamatan kriteria mutu buah menurut ketetapan perusahaan. Penulis melakukan pengamatan di Divisi II dengan mengambil sampel 5 pemanen di 3 mandoran (mandor A, B, C). Setiap pemanen diambil 5 TPH dimana di setiap mandoran diambil 3 ulangan (3 blok yang berbeda-beda). Hasil pengamatan mutu buah per mandoran di Divisi II dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Mutu Buah per Kemandoran Divisi II Jumlah TBS (Tandan) Persentasi TBS (%) Umur Lewat Mandoran Blok Tanaman Lewat Dipanen Matang Mentah Matang Mentah Matang (Tahun) Matang (%) Mandor A 39 14 974 961 7 6 98.66 0.72 0.62 (Hasyim) 37 28 310 296 6 8 95.48 1.94 2.58 44 26 422 408 6 8 96.68 1.42 1.90 Rata – rata 569 554 6 9 96.94 1.36 1.70 Mandor B 42 12 823 811 9 3 98.55 1.09 0.36 (Bahrum) 40 9 1023 1011 8 4 98.83 0.78 0.39 41 13 504 494 4 6 98.02 0.79 1.19 Rata – rata 783 772 7 4 98.47 0.88 0.65 Mandor C 45 4 1786 1768 11 7 98.99 0.62 0.39 (Miswadi) 28 6 1309 1291 12 6 98.62 0.92 0.46 34 6 1508 1492 7 9 98.94 0.46 0.60 Rata – rata 1534 1517 10 7 98.85 0.67 0.48 Sumber : Hasil Pengamatan Lapangan, 2012
52
a). Buah Mentah
b). Buah Matang
c). Buah Lewat Matang Gambar 13. Hasil Pengamatan Mutu Buah pada Divisi II
Penulis
merekapitulasi
data
persentase
kematangan
buah
untuk
keseluruhan mandoran. Hasil pengamatan mutu buah untuk keseluruhan mandoran dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Rekapitulasi Pengamatan Mutu Buah pada Divisi II Kemandoran/Standard
Matang (%)
Mentah (%)
Lewat Matang (%)
A B C Rata – rata (A, B, C) Standard
96.94 98.47 98.85 98.09 100
1.36 0.88 1.30 0.97 0
1.70 0.65 0.48 0.94 0
Sumber : Hasil Pengamatan Lapangan, 2012
53
Persentase rata-rata mutu buah di Divisi II adalah 98,09% buah matang normal, 0,97% buah mentah, 0,94% buah lewat matang. Bedasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa persentase buah matang belum memenuhi standar yang ditetapkan oleh perusahaan yaitu sebesar 100%. Hal ini dapat disebabkan antara lain: (1) Pedoman panen yang ditetapkan oleh perusahaan tidak dilaksanakan oleh pemanen, sehingga mengakibatkan terpotongnya buah mentah atau kurang matang; (2) Saat melaksanakan panen di suatu blok terdapat ancak pemanen yang tidak selesai, sehingga saat kembali lagi ke lokasi yang sama mengakibatkan adanya buah lewat matang atau busuk. Buah mentah yang terpanen tidak dibenarkan oleh perusahaan untuk diangkut dan dikirim ke PKS karena dalam proses pengolahannya memerlukan waktu yang lebih lama dan biaya eksploitasi yang tinggi. Menurut Mangoensoekarjo (2005), panen buah mentah dapat merugikan perusahaan karena tanaman menjadi stress akibat pelukaan saat panen, menurunkan ekstrasi minyak dan mengakibatkan produktivitas minyak kelapa sawit akan menurun. Jika buah mentah dan buah kurang matang terbawa ke PKS maka pengolahan di pabrik memerlukan waktu yang lama ± 85-95 menit dan menurunkan % OER (Oil Extraction Rate). Pemotongan buah mentah, buah busuk tidak dibenarkan untuk diangkut dan dikirim ke PKS. Pelaksanaan Panen Cara panen untuk tanaman yang masih rendah menggunakan alat dodos, sedangkan untuk tanaman yang sudah tinggi menggunakan alat egrek yang bertangkai panjang. Cara panen di Divisi II menggunakan egrek. Sebelum tandan dipotong, pelepah daun yang menyangga buah dipotong lebih dahulu. Bekas potongan pada pelepah lengkung menyerupai tapak kuda, yaitu dengan potong miring ke luar. Tandan buah dipotong pada gagangnya sependek mungkin (mepet). Standar panjang janjang setelah dipotong di PT. Socfin Indonesia adalah 2 cm (membentuk cangkam kodok). Tandan buah diletakkan di pinggir pasar pikul. Buah yang lepas (brondolan) dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam karung. Tandan buah dikumpulkan di TPH, disusun 5 tandan per baris, dan
54
ganggangnya menghadap ke atas. Brondolan disatukan dan dimasukkan ke dalam karung. Kenyataan dilapangan menunjukkan masih ada terdapat buah yang tidak disusun rapi di TPH dan tangkai panjang. Pelaksanaan panen dapat dilihat pada Gambar 14.
(a)
(b)
(c) (d) Gambar 14. Teknis pelaksanaan panen. (a) Pemanenan TBS (b).Pengangkutan TBS ke TPH (c) Cangkem Kodok (d). Penyusunan TBS di TPH Pemanenan dilakukan setengah pasar terlebih dahulu dan pengangkutan TBS ke TPH juga diangkut setengah pasar ke TPH kiri dan setengah pasar ke TPH kanan. Pemanenan dilakukan oleh seorang pemanen yang dibantu oleh seorang helper. Helper tersebut bertugas untuk mengutip berondolan dan mengangkut TBS ke TPH. Pemanen yang tidak memilki helper akan mengangkut TBS nya sendiri.
55
Pengawasan Panen Kehilangan Produksi (Losses) Kehilangan produksi (losses) merupakan salah satu faktor yang menyebabkan tidak tercapainya kuantitas dan kualitas produksi yang optimal. Sumber losses yang umumnya sering terjadi di lapangan, yaitu :1). Buah mentah yang terpanen, 2). Buah masak tertinggal di pokok, 3). Buah masak tertinggal di piringan/gawangan (tidak diangkut ke TPH), 4). Brondolan tidak dikutip dan 5). Brondolan di tangkai panjang. Pengawasan dan pengontrolan tenaga kerja panen perlu dilakukan untuk memperkecil losses yang terjadi dan mengetahui apakah kinerja tenaga kerja panen sudah sesuai dengan Standar Operational Producure (SOP). Saat melaksanakan kegiatan panen, terdapat beberapa kejadian buah tinggal di dalam ancak, seperti buah matang tidak dipanen, pemanen tidak mengeluarkan buah karena lupa ataupun terlewat. Hal tersebut dapat merugikan bagi pemanennya sendiri dan bagi pihak perusahaan. Pengamatan dilakukan dengan mengambil 3 orang pemanen (nomor pemanen 5, 16, 23) pada kemandoran B sebagai sampel. Pengamatan dilakukan dengan mengikuti kegiatan panen di blok 27 selama 1 hari untuk 1 pemanen dan hanya dilakukan 1 kali pengamatan untuk setiap pemanen. Persentase data pengamatan TBS
yang tinggal
ancak panen terdapat
pada Tabel 14.
Tabel 14. Hasil Pengamatan TBS Tinggal di Dalam Ancak di Kemandoran B Divisi II No. Pemanen 11 16 18 Total Rata-rata
TBS Panen (tandan) 138 162 174 474 158
TBS Tinggal (tandan) Pokok Piringan Gawangan 3 3 4 10 3.33
1 0 0 1 0.33
0 1 1 2 0.67
Sumber : Hasil Pengamatan Lapangan, 2012
Persentase TBS tinggal (%) Pokok Piringan Gawangan 2.17 1.85 2.30 6.32 2.11
0.72 0 0 0.72 0.24
0 0.62 0.57 1.19 0.40
56
Penulis juga melakukan pengamatan mengenai jumlah brondolan yang tidak dikutip. Umumnya pada saat melakukan panen, tenaga pemanen terkadang lalai dalam mengutip brondolan, sehingga terdapat brondolan tinggal di piringan dan di pasar pikul. Kehilangan brondolan juga sering terjadi saat pemanen hendak membuat cangkem kodok atau huruf “V”.
Pengamatan dilakukan dengan
mengambil 5 pemanen (9, 12, 18, 24, dan 27) pada kemandoran B sebagai sampel. Pengamatan dilakukan dengan mengikuti kegiatan panen selama 1 hari untuk 1 pemanen dan dilakukan 1 kali pengamatan untuk setiap pemanen. Data jumlah brondolan yang tidak dikutip disajikan pada Tabel 15. Tabel 15 . Jumlah Brondolan yang Tidak Dikutip di Kemandoran B Brondolan Tinggal (Buah) No. Pemanen
Piring -an*
Pasar Pikul**
9 12 18 24 27 Rata-rata
27 35 24 33 41 32
11 26 15 28 30 22
Potongan Tangkai 8 14 7 11 17 11.4
Total
46 75 46 72 88 65.4
Persentase terhadap Total Brondolan Tinggal (%) Piringan* Pasar PotongPikul** an Tangkai 58.7 46.7 52.2 45.8 46.6 48.9
23.9 34.7 32.6 38.9 34.1 33.6
17.4 18.6 15.2 15.3 19.3 17.5
Sumber : Hasil Pengamatan Lapangan (2012) Keterangan :
* : Brondolan di piringan yang diamati yaitu 10 pokok yang dipanen ** : Brondolan di pasar pikul yang diamati sepanjang dalam 1 TPH (3 gawangan)
Data Tabel 15 menujukkan bahwa persentase terhadap total brondolan tinggal paling banyak terdapat di piringan dibandingkan yang terdapat di pasar pikul maupun di potongan tangkai. Pengamatan yang dilakukan di potongan tangkai berdasarkan jumlah brondolan yang ikut terbuang saat pemanen memotong TBS. Penulis juga melakukan pengamatan faktor losses berdasarkan tahun tanam yang berbeda-beda (1986, 1998, 2000) di Divisi II. Penulis mengambil 5 pemanen (Nomor pemanen 1, 2, 4, 17, dan 29) pada kemandoran A. Setiap tahun tanam diamati 1 blok (Blok 44, 39, dan 38) dan diamati saat kegiatan panen sedang berlangsung pada blok tersebut. Setiap pemanen diamati satu kali
57
pengamatan. Kehilangan produksi (losses) yang terjadi di Divisi II disajikan pada Tabel 16. Tabel 16. Total Losses Berdasarkan Tahun Tanam (1986, 1998, 2000) di Blok Divisi II Faktor 1. 2.
1986
Blok 1998
2000
3 6
5 4
3 3
1
2
1
4.
Buah Mentah (tandan) Buah Masak tinggal di pokok (tandan) Buah Masak tidak diangkut ke TPH (piringan/gawangan) (tandan) Brondolan di piringan (buah)*
85
62
43
5. 6. 7.
Brondolan di pasar pikul (buah)** Brondolan tertinggal di TPH (buah) Brondolan di potongan tangkai (buah)
72 28 32
98 26 25
65 33 27
3.
Sumber : Hasil Pengamatan Lapangan, 2012 Keterangan :
*
: Brondolan di piringan yang diamati yaitu 20 pokok yang dipanen.
**
: Brondolan di pasar pikul yang diamati sepanjang 1 TPH (3 gawangan)
Berdasarkan Tabel di atas, buah masak tinggal di pokok paling banyak ditemukan pada areal tanaman tahun tanam 1986. Buah masak tinggal di pokok dapat disebabkan karena tanaman tersebut terlalu tinggi sehingga menyebabkan alat panen yang digunakan pemanen tidak dapat mencapai TBS tersebut. Jumlah brondolan yang tidak terkutip di piringan dan pasar pikul juga ditemukan paling banyak pada tahun 1986. Hal ini dapat disebabkan karena banyaknya gulma yang tumbuh di sekitar piringan dan pasar pikul, sehingga pemanen menjadi malas untuk mengutip brondolan. Berdasarkan pengamatan di lapangan, faktor yang menyebabkan terjadinya kehilangan produksi (losses), yaitu faktor tenaga kerja, faktor alat panen, faktor lahan dan faktor keadaan tanaman. Faktor tenaga kerja yang dapat menyebabkan hal ini terjadi karena kurangnya kedisiplinan dan ketelitian dari pihak pemanen sendiri. Ketidakdisiplinan yang sering dijumpai seperti memotong buah mentah, brondolan yang tidak dikutip seluruhnya dan tidak membuat buah cangkem kodok. Selain itu, masih ditemukan juga ketidaktegasan dari para
58
mandor panen ataupun kerani buah untuk memberikan denda kepada pemanen yang melakukan pelanggaran. Faktor alat panen juga dapat menyebabkan banyaknya losses panen terutama untuk pokok tua yang tanamannya sudah terlalu tinggi sehingga pemanen sering melewati pokok yang alat panennya tidak dapat mencapai TBS tersebut. Faktor lahan merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kehilangan produksi. Contohnya adalah kondisi lahan yang banyak ditumbuhi semak (gulma) di daerah piringan ataupun pasar pikul, sehingga pemanen terkadang lalai untuk masuk ke lahan untuk mengutip brondolan. Selain itu, pemanen dapat menggunakan kondisi piringan dan gawangan mati yang tidak bersih untuk menyembunyikan brondolan ataupun buah mentah yang tidak sengaja dipanen. Faktor keadaan tanaman juga dapat menyebabkan kehilangan produksi. Faktor keadaan tanaman yang dapat menyebabkan kehilangan produksi seperti tanaman under pruning ataupun masih adanya pelepah sengkleh. Penulis juga melakukan pengamatan berdasarkan kondisi tanaman pada areal tahun tanam 1986 pada blok 44 dan 45. Penulis mengambil sampel 3 pemanen dari setiap kemandoran A. Pengamatan dilakukan dengan mengikuti kegiatan panen selama 1 hari untuk setiap pemanen. Setiap pemanen diamati satu kali pengamatan dan jumlah tanaman yang diamati berkisar 60-70 tanaman. Hasil pengamatan kondisi tanaman pada tahun tanam 1986 dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Pengamatan Kondisi Tanaman Tahun Tanam 1986
Blok
44
45
Pemanen 1 2 3 1 2 3
Jumlah Tanaman
Kondisi Tanaman Pelepah Under Pruning Sengkleh ..........................tanaman........................... 64 12 13 68 15 5 70 11 8 66 21 9 62 26 25 68 14 12
Sumber : Hasil pengamatan (2012)
59
Berdasarkan Tabel di atas, menujukkan kondisi tanaman yang paling banyak terjadi yaitu masih terdapatnya pelepah sengkleh. Pelepah sengkleh umumnya disebabkan karena banyaknya pelepah-pelepah tua yang tidak ditunas sehingga menjadi kering dan busuk yang dapat menghambat kegiatan panen. Tanaman yang under pruning (gondrong) juga dapat menyebabkan pemanen malas untuk memanen karena banyaknya pelepah yang harus ditunas terlebih dahulu sebelum melaksanakan kegiatan panen. Selain itu, kedua kondisi pokok ini juga dapat menyebabkan tersangkutnya brondolan di ketiak pelepah. Basis dan premi panen Basis panen adalah ketentuan batas minimum TBS yang dipanen oleh pemanen dalam 1 HK. Basis panen tersebut telah ditentukan oleh Departemen Tanaman PT. Socfindo. Penentuan basis panen berbeda-beda pada setiap umur tanaman yang akan dipanen. Semakin tua umur tanaman, maka basis TBS yang akan dipanen akan semakin rendah. Hal ini disebabkan oleh Berat Janjang Ratarata (BJR) TBS yang semakin tinggi dan tingkat kesulitan pemanen dalam memanen TBS di pokok yang tinggi. Basis panen yang ditetapkan pada setiap harinya sama. Khusus hari Jumat, basis panen ditetapkan 5/7 dari basis panen hari biasa, hal ini disebabkan oleh pada hari Jumat waktu dinas para pemanen adalah 5 jam, berbeda dengan hari biasa yaitu 7 jam Premi merupakan reward apabila dapat memanen TBS lebih dari basis yang ditentukan. Premi tersebut diberi kepada KHT panen, kerani buah, mandor panen, dan mandor I produksi. Dengan adanya premi tersebut, diharapkan seluruh pekerja yang terlibat dalam pemanenan tersebut, dapat lebih meningkatkan produktivitas untuk memanen TBS melebihi dari basis yang telah ditentukan, mengurangi terjadinya losses panen, dan meningkatkan pendapatan. Premi yang diberikan berbeda-beda menurut tingkat pekerjaannya. Premi yang diberikan kepada pemanen adalah premi lebih basis. Basis dan premi lebih basis yang diberikan kepada KHT panen disajikan pada Tabel 18.
60
Tabel 18. Basis dan Premi Lebih Basis Pemanen di Divisi II
Umur Tahun Luasan Blok (tahun) Tanam (ha) 4 6 8 8 9 9 10 12 12 13 14 20 26 26 28
45 28 32 33 27 40 35 38 42 41 39 31 44 45 37
2008 2008 2004 2004 2003 2003 2002 2000 2000 1999 1998 1992 1986 1986 1984
BJR (kg)
25.31 58.89 70.15 38.83 52.34 79.13 38.30 47.34 39.91 23.08 55.75 81.35 27.18 25.52 48.81
7.44 8.55 14.51 14.39 16.65 16.13 18.87 17.31 17.56 19.37 18.91 20.63 16.50 17.30 19.45
Basis TBS (Biasa) 200 160 130 130 90 90 80 75 75 70 65 40 40 40 40
Premi (Rp) 1 2 Basis Basis 160 250 190 295 220 340 220 340 260 405 260 405 310 480 380 590 380 590 400 620 430 670 570 885 650 1010 650 1010 650 1010
Basis TBS (Jumat) 143 115 93 93 65 65 58 54 54 50 47 29 29 29 29
Premi (Rp) 1 2 Basis Basis 160 250 190 295 220 340 220 340 260 405 260 405 310 480 380 590 380 590 400 620 430 670 570 885 650 1010 650 1010 650 1010
Sumber : Kantor Perkebunan Bangun Bandar, 2012
Jika seorang pemanen di Divisi II panen di Blok 35 umur tanaman 10 tahun dengan basis 80 TBS dapat memperoleh 140 TBS, maka perhitungan premi pemanen adalah sebagai berikut Contoh perhitungan premi pemanen di Divisi II, yakni : Nomor pemanen
: 12
Hari / Tanggal
: Senin/ 27 Agustus 2012
Jumlah TBS yang dipanen
: 140 TBS
Basis Panen
: 80 TBS
Premi Lebih 1 Basis
: Rp 310,00
Jumlah Premi
: (Jlh TBS yg dipanen – TBS basis borong) x Rp jjg lebih basis (140 – 80) x 310 Rp 18 600,00
61
Apabila pemanen dapat memanen TBS mendapatkan 2 basis atau lebih, pada kondisi yang sama dari contoh diatas, maka perhitungan premi sebagai berikut : Nomor pemanen
: 15
Hari / Tanggal
: Senin/ 27 Agustus 2012
Jumlah TBS yang dipanen
: 180 TBS
Basis Panen
: 80 TBS
Premi Lebih 2 Basis
: Rp 480,00
Jumlah Premi
: (Jlh TBS yg dipanen – TBS basis borong) x Rp jjg lebih basis (180 – 80) x 480 Rp 48 000,00
Berdasarkan premi yang ditentukan oleh perusahaan, premi yang diterima oleh mandor panen sebesar 12% dari jumlah premi pemanen, kerani buah menerima 10% dari premi pemanen, dan mandor I produksi menerima premi sebesar 1,5 kali dari premi mandor panen. Pengangkutan Tandan Buah Segar Kegiatan pengangkutan harus terorganisasi dengan baik sehingga dapat berjalan dengan lancar. Sistem pengangkutan yang dilaksanakan di Divisi II Perkebunan Bangun Bandar memiliki 3 orang KHT tukang muat buah. Basis ketiga tukang muat buah terssebut adalah 12 ton/HK. Selesai apel pagi bersama kerani buah, supir dan pemuat bersiap untuk memulai pengangkutan TBS. Dump truck mendatangi setiap TPH di setiap jalurnya. Kemudian para pemuat buah mengangkut TBS dan brondolan di setiap TPH yang berada di jalurnya. Brondolan yang tercecer juga harus dikutip bersih, sehingga para pemuat membawa penggaruk untuk mengutip brondolan. Penulis juga melakukan pengamatan terhadap kinerja pemuat. Penulis melakukan pengamatan 3 tukang muat buah sebanyak 2 kali pengangkutan dump truck di 2 blok yang berbeda dan tahun tanam yang berbeda. Hasil pengamatan disajikan pada Tabel 19.
62
Tabel 19. Hasil Pengamatan Kinerja Kerja Pemuat
Blok
Pengangkutan ke-
27 34 Total Rata- rata
1 2
Brondolan Tinggal (buah) 225 347 572 286
TBS Muat (tandan) 308 578 886 443
Waktu Angkut (menit) Aktual
Efektif
134 166 300 150
120 120 240 120
Sumber : Hasil Pengamatan Lapangan (2012)
Berdasarkan data Tabel diatas dapat dilihat bahwa rata-rata kehilangan brondolan tinggal dalam satu trip sebanyak 286 brondolan. Hal ini dapat disebabkan karena belum ditetapkannya denda bagi pemuat buah sehingga pemuat buah kurang bertanggung jawab. Waktu angkut dalam 1 trip juga melebihi waktu efektif yang ditetapkan perusahaan. Waktu yang dibutuhkan ± 120 menit untuk satu trip. Kurangnya pengawasan yang ketat oleh mandor dan kerani buah dapat menyebabkan hal ini terjadi. Mekanisme pengirimannya yaitu bila dump truck sudah penuh, dump truck menuju PKS untuk mengantarkan TBS. Sesampai di PKS, dump truck beserta TBS ditimbang di stasiun timbangan. Lalu dump truck menuju ke tempat tuangan buah (Loading Ramp) untuk segera diolah. Sebelum diolah, Staf Tekniker II yang berada di PKS melakukan pemeriksaan terhadap mutu buah. Setelah selesai mengantar buah ke PKS, dump truck kembali ke stasiun timbangan untuk mengetahui berat TBS yang telah diangkut dump truck tersebut. Dump truck melanjutkan kembali kegiatan muat buah sampai trip terakhir. Berat TBS yang telah diketahui, lalu diinformasikan dalam bentuk formulir penerimaan buah kepada asisten divisi, mandor I produksi, mandor panen, dan kerani buah untuk dimasukkan ke dalam buku biaya dan produksi. Pengaturan yang baik perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya buah restan. Selain itu, kondisi jalan yang buruk atau tergenang air dapat mempengaruhi kegiatan pengangkutan buah. Pada musim hujan, jalan di divisi II Perkebunan Bangun Bandar umumnya tergenang air, sehingga jalan menjadi licin dan berlumpur.
63
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Secara keseluruhan manajemen panen di Perkebunan Bangun Bandar PT. Socfindo sudah berjalan dengan baik. Walaupun demikian masih terdapat beberapa masalah yang perlu mendapatkan perhatian. Permasalahan yang sering terjadi di Perkebunan Bangun Bandar yaitu terjadinya kehilangan produksi (losses), rotasi yang lambat (> 7 hari) dan mutu buah yang belum sesuai dengan ketetapan perusahaan. Losses berdasarkan tahun tanam paling banyak terjadi pada areal tahun tanam 1986 seperti tandan buah matang (TBS) yang tertinggal di pokok ataupun buah mentah terpanen dan tertinggalnya brondolan. Sistem pemeliharaan dan perawatan kurang diperhatikan dengan baik terutama pada tahun tanam 1986 sehingga masih banyak ditemukan gulma di sekitar piringan dan di pasar pikul. Di Perkebunan Bangun Bandar khususnya Divisi II sering mengalami rotasi panen yang lambat (> 7 hari) yaitu 9, 10, dan 11 hari sehingga memicu terjadinya losses dan buah busuk. Rotasi panen yang tinggi ini terjadi karena banyaknya perpindahan karyawan dan ketidakhadiran karyawan. Berdasarkan kriteria matang buah diketahui bahwa mutu buah yang didapatkan sebesar 98,09% untuk buah matang normal yang hampir mendekati ketetapan perusahaan. Saran Kegiatan
pemeliharaan
sebaiknya
ditingkatkan,
karena
sistem
pemeliharaan dan perawatan yang kurang baik dapat meningkatkan terjadinya kehilangan produksi (losses). Sumber losses di lapangan perlu diperhatikan lagi dengan memberikan pengawasan yang lebih ketat oleh mandor ataupun asisten divisi. Pemberian denda panen yang lebih tegas perlu diberikan kepada pemanen yang melakukan pelanggaran panen. Selain itu, penulis menyarankan untuk melakukan pelatihan untuk tenaga kerja pemanen, sehingga didapatkan jumlah output panen yang tinggi dan rotasi panen tetap terjaga.
64
DAFTAR PUSTAKA Adisewojo, R.S. 1982. Bercocok Tanam Kelapa sawit (Camellia sinensis). Sumur bandung. Bandung. 224 hal. Departemen Pertanian Direktorat Jenderal Perkebunan. 1993. Manual PIR Perkebunan Kelapa sawit. Departemen Pertanian. Jakarta. 49 hal. Direktorat Jendral Perkebunan. 2010. Statistik Perkebunan Indonesia 2007-2010. Direktorat Jenderal Perkebunan, Departemen Pertanian. Jakarta. Fauzi, Y., Y. E. Widyastuti, I. Setyawibawa, R. Hartono. 2008. Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta. 168 hal. Hartley, C.W.S. 1967. The Oil Palm. Associated Companies, branches, and Representatives throuhout the World. London. Hlm. 609. Hutagaol, E. 2009. Manajemen Panen Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Sungai Pinang Estate, PT. Bina Sains Cemerlang Minamas Plantation, Musi Rawas, Sumatera Selatan. Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 64 hal. Lubis, A. U. 1992. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Indonesia. Pusat Penelitian Perkebunan Marihat-Bandar Kuala. Marihat Ulu. 435 hal. Miranda, R. R. 2009. Manajemen Panen Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di PT. Gunung Kemasan Estate, Minamas Plantation, Pulau Laut, Kalimantan Selatan. Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 79 hal. Pahan, I. 2010. Panduan Lengkap Kelapa Sawit: Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Jakarta : Penebar Swadaya. 412 hal. Purwanto, H.2009. Pengelolaan Pemupukan pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di perkebunan PT Cipta Futura Plantation Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan. Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 80 hal. Pusat Penelitian Kelapa sawit. 2006. Petunjuk Kultur Teknis Tanaman Kelapa sawit. Pusat Penelitian Kelapa sawit. Bandung. 151 hal. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. 2007. Budidaya Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan. 157 hal. Setyamidjaja, D., 2006. Seri Budi Daya Kelapa Sawit Teknik Budidaya, Panen dan Pengolahan. Kanisius. Yogyakarta. 127 hal.
65
Siregar, I.M. 2005. Minyak Sawit. di dalam: Mangoensoekarjo S dan Semangun H,penyunting. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Yogjakarta: Gadjah Mada University Press. 321 hal. Sutrisno, L. Dan R. Winahyu. 1991. Kelapa Sawit : Kajian Sosial – Ekonomi. Aditya Media. Yogyakarta. 136 hal.
66
LAMPIRAN
Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL) di PT Socfindo Perkebunan Bangun Bandar, Dolok Masihul, Serdang Bedagai, Sumatera Utara
Tanggal 25-6-2012 26-6-2012 27-6-2012 28-6-2012 29-6-2012 30-6-2012 02-7-2012 03-7-2012 04-7-2012 05-7-2012 06-7-2012 07-7-2012 09-7-2012 10-7-2012 11-7-2012 12-7-2012 13-7-2012 14-7-2012
Uraian Kegiatan Tiba di Perkebunan Bangun Bandar Orientasi Lapang Orientasi Lapang Pengendalian Gulma (rerumputan) Pemanenan Kelapa Sawit Pemanenan Kelapa Sawit Pengendalian Gulma (piringan kelapa sawit) Pengendalian Gulma (piringan kelapa sawit) Pengendalian Hama Pemupukan (pupuk ZA) Pemanenan Kelapa Sawit Pemanenan Kelapa Sawit Pemanenan Kelapa Sawit Pengendalian Gulma (rerumputan) Penanaman Rumput Vertiver Pengendalian Gulma (rerumputan) Pemupukan (pupuk kompos) Pemanenan Kelapa Sawit
Penulis
Prestasi Kerja Karyawan
Standar
1,48 ha/hk 208 TBS/hk 204 TBS/hk 2,67 ha/hk 1,84 ha/hk 6,3 ha/hk 450 kg/hk 174 TBS/hk 210 TBS/hk 207 TBS/hk 0,75 ha/hk
1,56 ha/hk 272 TBS/hk 357,5 TBS/hk 3,18 ha/hk 2,15 ha/hk 6,3 ha/hk 600 kg/hk 310 TBS/hk 330 TBS/hk 414 TBS/hk 0,85 TBS/hk
2,5 ha/hk 157 TBS/hk 220 TBS/hk 2,5 ha/hk 2,5 ha/hk 7 ha/hk 500 kg/hk 157 TBS/hk 220 TBS/hk 220 TBS/hk 1 ha/hk
0,76 ha/hk 0,6 ton/hk 210 TBS/hk
0,805 ha/hk 1,5 ton/hk 333 TBS/hk
1 ha/hk 1,5 ton/hk 220 TBS/hk
Lokasi Kantor Pengurus Divisi IV Divisi IV Blok 99, Div IV Blok 100, Div IV Blok 99 & 100, Div IV Blok 101, Div IV Blok 80, Div IV Blok 101, Div IV Blok 87, Div IV Blok 91 & 93, Div IV Blok 99 & 100, Div IV Blok 99, Div IV Blok 101, Div IV Blok 102, Div IV Blok 101, Div IV Blok 89. Div IV Blok 100, Div IV
67
Lampiran 2. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pendamping Mandor di PT Socfindo Perkebunan Bangun Bandar, Dolok Masihul, Serdang Bedagai, Sumatera Utara
Tanggal 16 -7-2012 17 -7-2012 18 -7-2012 19 -7-2012 20 -7-2012 21 -7-2012 23 -7-2012 24 -7-2012 25 -7-2012 26 -7-2012 27 -7-2012 28 -7-2012 30 -7-2012 31 -7-2012 01 -8-2012 02 -8-2012 03 -8-2012 04 -8-2012 05-8-2012
Uraian Kegiatan Pemanenan Kelapa Sawit Penguntilan Pupuk Pemanenan Kelapa Sawit Pemanenan Kelapa Sawit Pemanenan Kelapa Sawit Pemanenan Kelapa Sawit Pemupukan (pupuk Borax) Pemupukan (pupuk Za) Pekerjaan Dongkel Kayu Penanaman Kelapa Sawit Pemupukan (pupuk Za) Pemanenan Kelapa Sawit Kegiatan Tunas Pasir Pemupukan (pupuk Za) Pemupukan (pupuk Za) Kastrasi Pemupukan (pupuk Za) Kastrasi Pemanenan Kelapa Sawit
Jumlah Karyawan yang diawasi (orang) 22 2 13 17 18 17 5 7 12 3 8 16 5 8 8 4 9 2 10
Prestasi Kerja Luas Areal yang diawasi (ha) 80,85 4 ton 27,62 54,81 50,96 80,85 34,5 14,88 4,8 900 bibit 19 80,85 2,14 19,8 19 11,5 17,3 6 42
Lama Kegiatan (jam) 7 4 7 7 5 7 7 5,5 7 6 5 7 7 6 6 7 4,5 7 7
Lokasi Blok 99, Div IV Gudang pupuk Blok 89, Div IV Blok 91, Div IV Blok 100, Div IV Blok 99, Div IV Blok 100, Div IV Blok 70, Div IV Blok 80, Div IV Lokasi Pembibitan Blok 93, Div IV Blok 99, Div IV Blok 93 Petak 3, Div IV Blok 93 Petak 4, Div IV Blok 91 Petak 4, Div IV Blok 101, Div IV Blok 91 Petak 1, Div IV Blok 102, Div IV Blok 70 & 93, Div IV
68
Lampiran 3. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pendamping Asisten Divisi di PT Socfindo Perkebunan Bangun Bandar, Dolok Masihul, Serdang Bedagai, Sumatera Utara
Prestasi Kerja Tanggal
06-8-2012 07-8-2012 08-8-2012 09-8-2012 10-8-2012 11-8-2012 12-8-2012 13-8-2012 14-8-2012 15-8-2012 16-8-2012 17-8-2012 s/d 22-8-2012
Uraian Kegiatan Penanaman Kelapa Sawit Pemupukan (pupuk Za) Taksasi Panen Pemupukan (pupuk Za) Taksasi Panen Pengendalian Gulma Taksasi Panen Periksa Ancak Panen Taksasi Panen Pengurusan Administrasi Kebun Penghitungan Produksi Kelapa Pemanenan Kelapa Sawit Sensus Buah Kuartal III 2012 Pemanenan Kelapa Sawit Supervisi Rapat Pengurus, Askep, dan Asisten Kebun Sensus Produksi Buah Kuartal III 2012 Administrasi Kebun (Produksi dan Biaya) Pemanenan Kelapa Sawit & Periksa Hanca Pengurusan Administrasi Divisi Pemanenan Kelapa Sawit & Periksa Hanca Libur Hari Raya Idul Fitri
Jumlah Mandor yang diawasi (orang) 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Luas Areal yang diawasi (ha)
Lama Kegiatan (jam)
1,5 19 2,78 19 11,4 7 4 10 5 14
2 5 2 7 3 7 5 7 3,5 1,5 3,5
2
3
1
22
1
14
1
54,81
3,5 5 7 1,5 5 2 4,5
Lokasi Blok 102, Div IV Blok 86, Div IV Blok 91, Div IV Blok 86, Div IV Blok 89, Div IV Blok 80, Div IV Blok 99, Div IV Blok 99, Div IV Blok 93 & 70, Div IV Kantor Div IV Blok 70, Div IV Blok 86 & 93, Div IV Blok 89, Div IV Blok 89 & 91, Div IV Kantor Pengurus Kantor Pengurus Blok 70 & 86, Div IV Kantor Div IV Blok 70, Div IV Kantor Div IV Blok 91, Div IV
69
23-8-2012 24-8-2012 27-8-2012
28-8-2012
29-8-2012 30-8-2012 31-8-2012 01-9-2012 03-9-2012 04-9-2012 05-9-2012 06-9-2012 07-9-2012 08-9-2012 10-9-2012
Pemanenan Kelapa Sawit 1 Pemanenan Kelapa Sawit 1 Pengurusan Administrasi Kebun Pemanenan Kelapa Sawit 1 Taksasi Panen 1 Pengurusan Administrasi Kebun Pemanenan Kelapa Sawit & Pemeriksaan Hama Pengurusan Administrasi Kebun Pemanenan Kelapa Sawit 2 Pengurusan Administrasi Kebun Pengurusan Administrasi Kebun Pemanenan Kelapa Sawit 1 Pengurusan Administrasi Kebun Pemanenan Kelapa Sawit 2 Pengendalian Gulma 1 Sensus Ulat 1 Mencari Data Kebun Pemanenan Kelapa Sawit 1 Mencari Data Kebun Pemanenan Kelapa Sawit 2 Pengendalian Gulma 1 Taksasi Panen 1 Pengendalian Gulma 1 Taksasi Panen 1 Pemupukan 1 Taksasi Panen 1 Pemupukan 1 Taksasi Panen 1 Pengurusan Administrasi Kebun Pemanenan Kelapa Sawit 2
19 26
7 7
26,17 2
4 1 2,5 4
39,91 10 4 11 4 17 3 16 4
2 4,5 2,5 2 4,5 1,5 5 5 2 1,5 5 1,5 3,5 7 3 7 3 7 3 7 3
25
5
76
55,79 32 18 4 27,18
Blok 28, Div II Blok 34, Div II Kantor Div II Blok 27, Div II Blok 27, Div II Kantor Div II Blok 27, Div II Kantor Div II Blok 33 & 35, Div II Kantor Div II Kantor Div II Blok 39, Div II Kantor Div II Blok 32, Div II Blok 28, Div II Blok 29, Div II Kantor Pengurus Blok 44, Divisi II Kantor Pengurus Blok 42, Divisi II Blok 29, Div II Blok 27, Div II Blok 40, Div II Blok 28, Div II Blok 36, Div II Blok 29, Div II Blok 39, Div II Blok 30, Div II Kantor Div II Blok 29, Div II 70
11-9-2012 12-9-2012 13-9-2012 14-9-2012 15-9-2012 17-9-2012 18-9-2012 19-9-2012 20-9-2012 21-9-2012 22-9-2012 24-9-2012 25-9-2012
Pengurusan Administrasi Kebun Pemanenan Kelapa Sawit Pengurusan Administrasi Kebun Pemanenan Kelapa Sawit Mencari Data Kebun Pemanenan Kelapa Sawit Rapat Pengurus, Askep, dan Asisten Kebun Pengurusan Administrasi Divisi Pengurusan Administrasi Divisi Pemanenan Kelapa Sawit & Periksa Hanca Pemanenan Kelapa Sawit & Pemeriksaan Hama Pemanenan Kelapa Sawit & Periksa Hanca Pengendalian Gulma Pemanenan Kelapa Sawit & Periksa Hanca Pengendalian Gulma Mencari Data Kebun Mencari Data Kebun Mencari Data Kebun Persiapan Pulang Persiapan Pulang
1
12
7
1
15
7
1
14
7
1 1
11 11
7 7
1 1 1 1
16 10 13 17
7 3 7 3
Kantor Div II Blok 41, Div II Kantor Div II Blok 19, Div II Kantor pengururs Blok 23, Div II Kantor pengururs Kantor Div II Kantor Div II Blok 33, Div II Blok 32, Div II Blok 27, Div II Blok 26, Div II Blok 47, Div II Blok 48, Div II Kantor pengurus Kantor pengurus Kantor pengurus
71
Lampiran 4. Peta Kebun Bangun Bandar
72
Lampiran 5. Peta Tanah Kebun Bangun Bandar
73
Lampiran 6. Data Curah Hujan Kebun Bangun Bandar Tahun 2002-2011
BULAN
2002 HK
2003
CH
HK
2004
CH
HK
2006
2005
CH
HK
CH
2007
2008
2009
2010
2011
Rata-Rata
HK
CH
HK
CH
HK
CH
HK
CH
HK
CH
HK
CH
HK
CH
JANUARI
8
154
13
241
8
98
9
105
5
93
7
144
5
84
6
114
6
101
12
123
8
126
PEBRUARI
5
173
13
234
8
256
2
44
7
53
2
32
0
0
2
84
3
64
6
102
5
104
MARET
5
132
9
63
10
166
4
46
7
69
4
24
18
272
15
259
10
161
15
367
10
156
APRIL
6
130
7
88
9
76
3
131
13
159
12
329
7
150
12
215
7
96
8
134
8
151
MEI
11
103
11
264
10
132
8
148
16
350
19
378
13
159
12
239
9
131
8
171
12
208
JUNI
10
191
9
134
11
81
8
190
10
276
9
126
6
163
5
96
14
258
13
211
10
173
JULI
9
107
12
207
12
169
13
283
7
91
11
260
12
206
8
217
15
222
9
240
11
200
AGUSTUS
9
72
9
195
6
137
7
169
15
262
13
187
12
175
8
115
14
246
16
365
11
192
SEPTEMBER
17
245
16
350
17
309
11
225
13
226
15
243
16
357
14
318
13
199
14
301
15
277
OKTOBER
10
328
19
624
18
318
25
340
18
505
16
209
14
339
11
252
11
218
20
348
16
348
NOVEMBER
16
278
8
181
12
137
17
177
17
251
14
275
12
290
13
218
17
286
11
136
14
223
DESEMBER
10
101
11
173
13
92
15
270
14
303
8
82
12
135
7
155
12
233
11
185
11
173
116
2014
137
2754
134
1971
122
2128
142
2638
130
2289
127
2330
113
2282
131
2215
143
2683
130
2.330
JUMLAH BK
0
0
0
2
1
2
1
0
0
0
0,6
BL
1
2
4
0
3
1
1
2
2
0
1,6
BB
11
10
8
10
8
9
10
10
10
12
9,8
Keterangan: BK= MM < 60 mm, BL= MM 60-100 mm, BB= MM > 100 mm 𝑅𝐴𝑇𝐴−𝑅𝐴𝑇𝐴 𝐵𝐾
0,6
Q = 𝑅𝐴𝑇𝐴 −𝑅𝐴𝑇𝐴 𝐵𝐵 × 100%→Q = 9,8 × 100% = 6,12%
74
Menurut klasifikasi Schmidt Ferguson tipe iklim kebun BKLE termasuk kelas A
Lampiran 7. Struktur Organisasi
Pengurus
Askep
Asisten Div. I - III
Mantri Recolte
Tekniker 1
KTU
Mantri Tanaman Mandor I - Produksi
Mandor I Perawatan
Tekniker 2 Krani Keliling
Mantri Mantri Mandor Pot. Buah
Karyawan
Mandor Mandor
Krani Krani
Karyawan
Kepala Keamanan
Kepala Poliklinik
Opas Kantor Opas Kantor
Karyawan
Krani Gudang
Pembantu Gudang
Satpam/ centeng
Krani Pabrik
Mandor Pengolaha n
Kepala Bengkel Umum
Mandor Transport
Kepala Bengkel Motor
Krani Krani
Tukang Tukang
Karyawan
Supir, operator
Tukang Tukang
Paramedis Karyawan
Kenek
75
Lampiran 8. Formulir Pemeriksaan Mutu TBS dan Pemeriksaan Ancak
76