PRODUKSI BIOMASSA KELAPA SAWIT DI KEBUN SEI AIR HITAM, FIRST RESOURCES ROKAN HULU, RIAU
GUSTIA KUSUMA WARDANI
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
ii
iii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Produksi Biomassa Kelapa Sawit di Kebun Sei Air Hitam, First Resources Rokan Hulu, Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal dan dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dai bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor
Bogor, September 2013
Gustia Kusuma Wardani A24090126
iv
ABSTRAK GUSTIA KUSUMA WARDANI. Produksi Biomassa Kelapa Sawit di Kebun Sei Air Hitam, First Resources Rokan Hulu, Riau. Dibimbing oleh EDI SANTOSA. Kegiatan magang dilaksanakan untuk meningkatkan wawasan dan kemampuan profesionalisme dalam pengelolaan perkebunan kelapa sawit, selain itu magang secara khusus bertujuan untuk mempelajari produksi biomassa tanaman kelapa sawit guna menghitung produktivitas kebun. Kegiatan magang dilaksanakan di Kebun Sei Air Hitam, PT Perdana Inti Sawit Perkasa 1, Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi Riau pada bulan Februari-Juni 2013. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan cara deskriptif. Selama kegiatan, produktivitas tenaga kerja lebih rendah dibandingkan dengan pekerja yang ada di perusahaan, namun demikian, masih pada batas yang sesuai standar perusahaan. Teknik budidaya hingga panen telah diterapkan perusahaan dengan baik. Guna meningkatkan produktivitas pekerja, perlu adanya tambahan wawasan melalui kegiatan pembimbingan dan pembinaan yang lebih intensif. Analisis biomassa menunjukkan bahwa biomassa pada tanaman sample 1 yaitu 382.32 kg bobot kering atau 1 317.34 kg bobot basah. Tanaman sample2 memiliki bobot kering 659.44 kg atau 2 083.05 kg bobot basah. Dari konversi, diketahui tiap satu hektar tanaman kelapa sawit menghasilkan biomassa76.75 ton bobot kering atau245.81 ton bobot basah. Kata kunci: akar, biomassa kelapa sawit, produksi, tajuk
ABSTRACT GUSTIA KUSUMA WARDANI. Biomass Production of Oil Palm at Sei Air Hitam Estate, First Resources Rokan Hulu, Riau. Supervised by EDI SANTOSA. Internship was conducted in order to improve skill and professionalism in oil palm production, and to study biomass production by the oil palm plantationexcludingfresh bunch weight. Internship was conducted at Sei Air Hitam Estate, PT Perdana Inti Sawit Perkasa 1, Rokan Hulu, Riau Province in Sumatera for four months from February to June 2013. Destructive sampling were carried out for data of leaf, stem and root. Data were analized by using descriptive analysis. Total biomass for sample 1 was382.32 kg dry weight or1 317.34 kg fresh weight. Sample number 2 had biomass659.44 kg dry weight or2 083.05 kg of fresh weight. On average from one ha of oil palm plantationproduced76.75tons dry weight or245.81 tons of fresh weight of biomass. Key words: biomass of oil palm, production, roots, upper ground
v
PRODUKSI BIOMASSA KELAPA SAWIT DI KEBUN SEI AIR HITAM, FIRST RESOURCES ROKAN HULU, RIAU
GUSTIA KUSUMA WARDANI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Agronomi dan Hortikultura
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
2
Judul Skripsi :Produksi Biomassa Kelapa Sawit di Kebun Sei Air Hitam, First Resources Rokan Hulu, Riau Nama : Gustia Kusuma Wardani NIM : A24090126
Disetujui oleh
Dr Edi Santosa. SP MSi. Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Agus Purwito. MSc Agr Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
3
PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberi kekuatan dan hidayah sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi dengan aspek khusus Produksi Biomassa Kelapa Sawit di Perkebunan Kelapa Sawit yang dilaksanakan di PT Perdana Inti Sawit Perkasa (PT PISP1), Kebun Sei Air Hitam. First Resources, Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi Riau.Penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Syawaludin dan Ibu Nursidah,orang tua tercinta yang selalu memberi dukungan secara moril maupun materil, serta kakak Willy, Adek, dan Adhyt tercinta. 2. Bapak Dr. Edi Santosa, SP MSi. selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, arahan, dorongan petunjuk selama pelaksanaan magang dan penyusunan skripsi. 3. Ibu Dr. Desta Wirnas, SP MSi. selaku pembimbing akademik yang telah membimbing penulis selama menjalani studi di Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB. 4. Bapak Atmojo Sri Winahyu, SP. selaku General Manager, dan Bapak Syaful Azmi selaku Asisten Kepala dan Bapak kepala administrasi PT PISP1. 5. Bapak Agus S.P Barus, SP. selaku asisten dan pembimbing lapang selama kegiatan magang berlangsung. 6. Seluruh keluarga besar PT PISP1 dan First Resources yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan kegiatan magang skripsi selama empat bulan. 7. Teman magang Willy Monika, Bagindo Edo, Yan Pratama, Nur Cayha D, dan Kodrat.Sahabat-sahabat Ami, Yuyun, Tiara, Nuje, Amel, Indah, Lia, Nurul, Ayii, Pipi, Samin, Endro, Mbullo serta teman-teman Agronomi dan Hortikultura SOCRATES 46. Semoga skripsi ini dapat membantu dan berguna bagi yang memerlukan. Bogor, September 2013
Gustia Kusuma Wardani
4
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan
2
TINJAUAN PUSTAKA
2
Botani Kelapa Sawit
2
Faktor Produksi Kelapa Sawit
3
Produksi Biomassa
5
METODE MAGANG
6
Waktu dan Tempat
6
Metode Pelaksanaan
6
Pengamatan dan Pengumpulan Data
6
Analisis Data dan Informasi
7
KONDISI UMUM KEBUN
8
Profil Perusahaan
8
Lokasi Perusahaan
8
Keadaan Iklim dan Tanah
9
Luas Areal dan Tata Guna Lahan
9
Keadaan Tanaman dan Produksi
10
Organisasi dan Ketenagakerjaan
11
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
13
Aspek Teknis
13
Pemupukan
19
Aspek Manajerial
22
PENGAMATAN ASPEK KHUSUS
24
PEMBAHASAN
30
SIMPULAN DAN SARAN
31
Simpulan
31
5
Saran
31
DAFTAR PUSTAKA
32
LAMPIRAN
33
RIWAYAT HIDUP
39
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Kriteria jenis kelas tanah untuk pengusahaan kelapa sawit 5 Data produksi tahun 2007-2012 di kebun inti Kebun Sei Air Hitam 10 Populasi tanaman kelapa sawit berdasarkan tahun tanam di Kebun Sei Air Hitam 11 Jumlah staf dan non staf di Kebun Sei Air Hitam, PT Perdana Inti Sawit Perkasa 1 12 Seksi panen Afdeling II di Kebun Sei Air Hitam 15 Kriteria matang panen buah kelapa sawit di Kebun Sei Air Hitam 15 Bobot biomassabatang kelapa sawit tanaman sample 25 Rata-rata bobot biomassapelepah kelapa sawit tanaman sample 26 Rata-rata bobot biomassa anak daun kelapa sawit tanaman sample 27 Rata-rata bobot biomassa akar kelapa sawit tanaman sample 28 Bobot biomassa setiap tanaman sample kelapa sawit 29 Rata-rata bobot biomassa satu tanaman kelapa sawit 29 Rata-rata bobot biomassa tanaman kelapa sawit per Ha 29 Produksi dan produktivitas tanaman kelapa sawit tahun tanam 1995 dan 2000 pada tahun 2007-2012 pada Kebun Inti Kebun Sei Air Hitam 30
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6 7
Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi tanaman kelapa sawit Cara pengangkutan TBS ke TPH Kegiatan infus akar yang dilakukan pekerja Sample batang kelapa sawit yang telah dioven Sample pelepah kelapa sawit yang telah dioven Penampilan Sampleanak daun kelapa sawit yang telah dioven Sample akar kelapa sawit yang telah dioven
4 16 20 25 26 27 28
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5
Jurnal harian kegiatan magang sebagai karyawan harian lepas di Kebun Sei Air Hitam, PT Perdana Inti Sawit Perkasa 1, Rokan Hulu,Riau 33 Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping mandor di Kebun Sei Air Hitam, PT Perdana Inti Sawit Perkasa 1, Rokan Hulu,Riau 34 Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping asisten di Kebun Sei Air Hitam, PT Perdana Inti Sawit Perkasa 1, Rokan Hulu, Riau 35 Peta areal statemen Kebun Sei Air Hitam 37 Keadaan curah hujan di Kebun Sei Air Hitam dari tahun 2007-2012 38
0
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Peningkatan kebutuhan terhadap minyak sawit dan turunannya semakin meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dunia. Pada saat ini, peningkatan kebutuhan minyak sawit tidak hanya untuk konsumsi pangan tetapi juga mulai berkembang untuk pengembangan biodiesel. Biodisel adalah bahan bakar minyak untuk kendaraan bermotor atau mesin-mesin dengan menggunakan bahan minyak hasil ekstraksi dari tumbuhan. Meningkatnya ancaman kelangkaan BBM asal fosil, membuat permintaan minyak sawit sebagai biodiesel semakin meningkat. Disisi lain, ada tuntutan global agar setiap usaha yang berkaitan dengan pemanfaatan sumberdaya alam dapat menerapkan prinsip-prinsip usaha ramah lingkungan yang salah satunya menggunakan indikator emisi karbon. Hal tersebut karena peningkatan konsentrasi karbon di atmosfer menjadi salah satu masalah lingkungan yang serius melalui mekanisme global warming. Global warming utamanya ditentukan oleh emisi gas CO2, metana (CH4), dan nitrous oksida (N2O) atau yang lebih dikenal dengan sebutan gas rumah kaca (GRK). Gas-gas kelompok GRK tersebut secara alamiah keluar dari organisme melalui respirasi, dekomposisi, gunung meletus, pembakaran batubara, bahan organik atau pembakaran hidrokarbon. Perkembangan kelapa sawit dapat menjadi sarana untuk menurunkan gas rumah kaca, terutama CO2. CO2 yang digunakan dalam fotosintesis, pada gilirannya akan disimpan oleh tanaman dalam bentuk biomassa. Semakin besar bobot biomassa dengan demikian tinggi jumlah CO2 yang disimpan oleh tanaman. Perhitungan biomassa pada tanaman kelapa sawit secara akurat dapat diketahui dengan teknik destruktif, yaitu mengukur secara langsung. Namun sesuai dengan situasi dan kondisi di lapangan, penghitungan biomassa juga dapat dilakukan secara tidak langsung menggunakan persamaan alometrik. Dengan demikian jika jumlah karbon yang tersimpan dalam tubuh tanaman hidup (biomassa) pada suatu lahan dapat diukur, maka dapat diketahui banyaknya CO2 di atmosfer yang diserap oleh tanaman kelapa sawit (Sutaryo 2009). Secara umum untuk memproduksi minyak sawit per ha yaitu 3 - 6 ton, membuang emisi karbon 70 - 100 ton CO2 setara dengan 19 - 27 metrik ton karbon per hektar per tahun. Atau setiap 1 ton minyak sawit melepaskan 9 ton karbon ke udara. (http://news.mongabay.com). Selisih karbon dihasilkan dalam perkebunan kelapa sawit merupakan karbon stok yang dalam hal ini direpresentasikan oleh biomassa tanaman. Dalam perdagangan global, karbon stok dapat diperjual-belikan, dipertukarkan dengan upaya mengurangi polusi yang dihasilkan oleh industri tertentu. Konsep dasar perhitungan karbon stok adalah siklus karbon yang dalam hal ini diwakili oleh biomassa tanaman kelapa sawit. Sementara itu, kelapa sawit sebagai tanaman penghasil minyak sawit merupakan primadona perkebunan sebagai sumber devisa non migas bagi Indonesia. Nilai ekspor minyak sawit Indonesia selama tahun 1990-2008 tumbuh rata-rata 16.43 persen, tertinggi terjadi pada tahun 2002, yaitu sebesar 88.54 persen (Efendi 2009). Oleh karena nilai ekonomi dan sosial perkebunan kelapa
2
sawit yang tinggi, isu negatif emisi karbon dari kebun kelapa sawit tersebut perlu untuk ditelaah dengan baik. Hingga saat ini, telaah berkaitan dengan karbon stok pada kelapa sawit masih relatif terbatas. Pada pelaksanaan magang, aspek yang dikaji adalah kaitan manajemen produksi kelapa sawit dengan aspek khusus produksi biomassa tanaman kelapa sawit. Tujuan Tujuan mahasiswa dalam melakukan magang adalah: 1. Memperoleh pengalaman dan meningkatkan wawasan dalam pengelolaan perkebunan kelapa sawit, 2. Meningkatkan kemampuan profesionalisme mahasiswa melalui kegiatan teknis dan manajerial yang diikuti di lapangan, 3. Melatih mahasiwa bertanggung jawab dalam proses kerja nyata di perkebunan, 4. Mempelajari dan menganalisis manajemen produksidi perusahaan perkebunan kelapa sawit. Selain tujuan tersebut, melalui kajian aspek khusus selama magang penulis juga mempelajari produksi biomassatanaman kelapa sawit yang dihasilkan oleh perkebunan kelapa sawit.
TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit memiliki respon yang baik terhadap kondisi lingkungan hidup dan perlakuan agronomi yang diberikan. Seperti tanaman budidaya lainnya, kelapa sawit membutuhkan kondisi tumbuh yang baik agar potensi produksinya dapat maksimal (Lubis 1992). Taksonomi kelapa sawit yang dikutip Mangoendoekarjo dan Semangun (2008) adalah sebagai berikut: Devisi Tracheophyta, Anak Devisi (Subdevisi) Ptropsida, Kelas Angiospermae, Anak Kelas (Subkelas) Monocotyledoneae, Bangsa (Ordo) Spadiciflorae (Arecales), Suku (Familia) Palmae (Aracaceae), Anak Suku (Subfamilia) Cocoideae, Marga (Genus) Elaeis dan Jenis (Spesies) Elaeis guineensis Jacquin. Nama Elaeis guineensis diberikan oleh Jacquin pada tahun 1763 berdasarkan pohon-pohon kelapa sawit yang tumbuh di Martinique, kawasan Hindia Barat, Amerika Tengah. Kata Elaeis (Yunani) berarti minyak, sedangkan kata guineensis dipilih berdasarkan keyakinan Jacquin bahwa kelapa sawit berasal dari Guinea (Afrika) (Mangoensoekarjo dan Semangun 2008). Tanaman kelapa sawit berakar serabut. Perakarannya sangat kuat karena tumbuh ke bawah dan ke samping membentuk akar primer, sekunder, tertier dan kuarter. Akar primer tumbuh ke dalam tanah sampai batas permukaan air tanah. Akar sekunder, tersier, dan kuarterner tumbuh menuju ke lapisan ataspermukaan atau di dalam air. Penyebaran akar terkonsentrasi pada tanah lapisan atas (Fauzi et al. 2008).
3
Pembengkakan batang (bole) terjadi karena internoda (ruas batang) dalam masa pertumbuhan awal tidak memanjang, sehingga pangkal-pangkal pelepah daun tebal berdesakan. Bongkol batang kelapa sawit membantu memperkokoh posisi pohon pada tanah agar dapat berdiri tegak. Percabangan jarang sekali terjadi. Ujung batang (apex) berbentuk kerucut (conical), diselimuti oleh daundaun muda yang masih kecil dan lembut. Pada ujung batang terdapat meristem batang (apical meristem) (Mangoensoekarjo dan Semangun 2008). Daun kelapa sawit menyerupai daun kelapa yang membentuk susunan daun majemuk, bersirip genap, dan bertulang sejajar. Daun terdiri atas tangkai daun (petiole) yang pada kedua tepinya terdapat dua baris duri (spines). Tangkai daun bersambung dengan tulang daun utama (rachis), yang jauh lebih panjang dari tangkai dan kiri kanan nya terdapat anak-anak daun (pinnata). Tiap anak daun terdiri atan tulang anak daun (lidi) dan helai daun (lamina). Jumlah anak daun dapat mencapai 250-300 helai per daun. Jumlah produksi daun adalah 30-40 daun per tahun pada pohon-pohon yang berumur 5-6 tahun, setelah itu produksi daun menurun menjadi 20-25 daun per tahun (Mangoensoekarjo dan Semangun 2008). Kelapa sawit dapat tumbuh dan berbuah baik pada ketinggian 0-500 m di atas permukaan laut (dpl.). Curah hujan yang baik berkisar antara 2 000-2 500 mm/tahun dengan curah hujan merata sepanjang tahun, sehingga tidak mengalami defisit air. Suhu harian optimal antara 24-28 ºC, kelembaban 80 % dan penyinaran metahari 5-7 jam/hari (Lubis 1992). Faktor Produksi Kelapa Sawit Kelapa sawit menghasilkan minyak kelapa sawit (CPO- crude palm oil) dan inti kelapa sawit (Kernel oil). Menurut Mangoensoekarjo dan Sumangun (2008) buah kelapa sawit termasuk jenis buah keras (drupe), menempel dan bergerombol pada tandan buah. Jumlah ber tandan dapat mencapai 1 600, berbentuk lonjong sampai membulat. Panjang buah berkisar 2-5 cm dan beratnya mencapai 30 g. Bagian-bagian buah terdiri atas eksokarp (kulit buah), mesokarp (sabut) dan biji. Eksokarp dan mesokarp disebut perikarp sedangkan biji terdiri atas endokarp (cangkang) dan inti (kernel). Inti (kernel) terdiri atas endorperm atau putih lembaga dan inti. Bagian-bagian buah yang menghasilkan minyak adalah mesokarp dan inti. Buah kelapa sawit mencapa kematangan (siap untuk panen) sekitar 5-6 bulan setelah penyerbukan. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi tanaman kelapa sawit dapat dilihat pada Gambar 1.
4
Jenis tanah dan kelas
Genetik (Tanaman) Edafik (Tanah)
Ketinggian muka air tanah Ketersediaan air Kesuburan tanah Curah hujan Hari hujan
Faktor Produksi Kelapa Sawit
Kecepatan angin Klimatologi
Cahaya matahari Kelembaban Suhu Pengendalian gulma
Kultur Teknis
Pemeliharaan pohon HPT Serangga penyerbuk Pemupukan Irigasi
Gambar 1 Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi tanaman kelapa sawit (diolah dari berbagai sumber) Salah satu faktor yang mempengaruhi produksi kelapa sawit adalah faktor iklim (Gambar 1). Menurut Pahan (2010), tanaman kelapa sawit membutuhkanintensitas cahaya matahari yang tinggi untuk melakukan fotosintesis. Pada kondisilangit cerah di daerah zona katulistiwa, intensitas cahaya matahari bervariasi antara 1410J/cm²/hari (pada bulan Juni dan Desember) sampai 1540 J/cm²/hari (pada bulan Maret danSeptember). Kecepatan angin 5-6 km/jam sangat baik untuk membantu penyerbukan kelapa sawit. Kebutuhan air untuk tanaman kelapa sawit di perkebunan komersial adalah sekitar 1950 mm per tahun. Selain faktor iklim, faktor edafik juga mempengaruhi produksi tanaman kelapa sawit. Menurut Pahan (2010) lahan yang optimal untuk kelapa sawit harus mengacu pada 3 faktor yaitu lingkungan, sifat fisik lahan dan sifat kimia lahan atau kesuburan tanah. Kriteria keadaan tanah untuk pengusahaan kelapa sawit disajikan pada Tabel 1.
5
Tabel 1 Kriteria jenis kelas tanah untuk pengusahaan kelapa sawit
< 12 > 75
Kriteria kurang baik 12 – 23 37.5 – 75
> 23 < 37.5
< 75
75 - 37.7
< 37.5
lempung berpasir perkembangan sedang Teguh
pasir berlempung atau pasir perkembangan lemah/masif sengat teguh
Permeabilitas
lempung atau liat perkembangan kuat gembur sampai agak teguh Sedang
Keasaman (pH) Tebal gambut (cm)
4.0 - 6.0 0 – 60
3.2 - 4.0 60 – 150
Keadaan tanah Lereng ( % ) Kedalaman solum tanah (cm) Ketinggian muka air (cm) Tekstur Struktur Konsistensi
Kriteria baik
cepat atau lambat
Kriteria tidak baik
sangat cepat atau sangat lambat < 3.2 > 150
Sumber: Pangudijatno dan Purba (1987) dalam Pahan (2012)
Produksi kelapa sawit juga dipengaruhi oleh faktor kultur teknis. Teknik budidaya yang benar akan mendapatkan produksi yang maksimal. Pemilihan bibit unggul untuk pengusahaan tanaman kelapa sawit juga berpengaruh pada produksi kelapa sawit. Produksi Biomassa Bagian terbesar dari karbon yang berada di atmosfer adalah gas karbon dioksida (CO2), metan (CH4) dan kloroflorokarbon (CFC). Gas-gas tersebut adalah gas rumah kaca yang berperan dalam pemanasan global (Yulianti 2009). Cadangan karbon pada ekosistem teresterial (daratan) terbagi menjadi karbon diatas permukaan dan karbon di bawah permukaan atau dalam tanah. Karbon di atas permukaan tanah meliputi biomassa pohon, biomassa tumbuhan bawah (semak belukar berdiameter < 5 cm, tumbuhan menjalar dan gulma), nekromassa (bagian pohon atau tanaman yang sudah mati) dan serasah (bagian tanaman yang gugur berupa daun dan ranting). Karbon bawah permukaan meliputi biomassa akar dan bahan organik tanah (sisa tanaman, hewan dan manusia yang mengalami dekomposisi) serta hamparan lahan gambut (Hairiah dan Rahayu 2007). Kandungan karbon dalam biomassa pada waktu tertentu dikenal dengan istilah cadangan karbon (carbon stock) (Noor’an et al. 2010). Biomassa didefinisikan sebagai total jumlah materi hidup di atas permukaan pada suatu pohon dan dinyatakan dengan satuan ton berat kering per satuan luas (Brown 1997). Secara umum, untuk menghasilkan 1 ton CPO membutuhkan 5 ton tandan buah segar (TBS). Secara rata-rata, dalam memproses 1 ton TBS menghasilkan 0.23 ton janjang kosong (JJK) dan menghasilkan 0.65 ton limbah cair sawit (POME) (Stichnothe dan Schuchardt 2011).
6
METODE MAGANG Waktu dan Tempat Kegiatan magang dilaksanakan selama empat bulan dari 11 Februari 2013 hingga 10 Juni 2013 bertempat di PT Perdana Inti Sawit Perkasa 1, Kebun Sei Air Hitam (SAHE), First Resources, Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi Riau, Sumatera. Metode Pelaksanaan Penulis turut bekerja aktif selama kegiatan magang berlangsung baik dalam pelaksanaan teknis di lapangan bersama asisten afdeling. Asisten afdeling sebagai pembimbing,mendampingi penulis pada saat wawancara depan buruh dan pemanen serta saat diskusi terbuka bersama mandor. Selama kegiatan magang penulis juga melakukan pendalaman informasi dari laporan harian, laporan bulanan, laporan tahunan dan arsip kebun. Selama kegiatan magang penulis bekerja sebagai karyawan harian lepas (KHL) selama dua bulan, pendamping mandor selama satu bulan dan pendamping asisten afdeling selama satu bulan. Kegiatan yang berlangsung setiap hari ditulis dalam jurnal harian (Lampiran 1, 2 dan 3). Kegiatan yang dilakukan oleh penulis selama menjadi KHL adalah melaksanakan aspek teknis yaitu pembibitan, pemupukan, pengendalian gulma, pengendalian hama dan penyakit, perawatan tanaman, serta pemanenan tanaman kelapa sawit. Pekerjaan yang dilakukan penulis pada saat bertugas sebagai pendamping mandor adalah melaksanakan aspek manajerial meliputi apel pagi, pengawasan KHL, menghitung prestasi kerja KHL, merencanakan kebutuhan bahan dan bahan operasional, serta membuat laporan kerja mandor. Pada bulan keempat penulis diberi kesempatan sebagai pendamping asisten afdeling. Kegiatan yang dilakukan pada kesempatan tersebut antara lain membantu mengawasi dan mengontrol mandor serta karyawan, membuat laporan asisten afdeling, mempelajari pembuatan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP), serta mempelajari manajerial tingkat kebun dan membuat jurnal harian. Pengamatan aspek khusus dilakukan secara simultan dengan kegiatan magang dan dijadwalkan sehingga tidak mengganggu tujuan utama kegiatan magang. Pengamatan dan Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan meliputi data khusus dan data umum. Data khusus merupakan data primer yang dikumpulkan melalui sampling di lapangan, wawancara dan pengamatan. Pengamatan di lapangan meliputi menghitung bobot kering bagian tanaman kelapa sawit dengan cara mengambil sample tanaman contoh kelapa sawit yang berada di beberapa blok yang berbeda. Bagian tanaman kelapa sawit yang diamati bahan keringnya adalah akar, batang, pelepah, daun. Sampel destruktif tersebut kemudian digunakan sebagai
7
asumsi dasar untuk melakukan alometri biomassa seluruh kebun. Sebagai data pendukung, diukur tinggi batang, diameter batang dan jumlah pelepah untuk satu hektar tanaman/blok contoh. Pengambilan sample dilakukan pada dua tanaman contoh. Sample pertama dilakukan di Blok A29 dengan tahun tanam 2000. Sample kedua dilakukan di Blok B25 dengan tahun tanam tanaman 1995. Teknik pengambilan sample sama dengan teknik pengambilan sample pada tahap pertama. Kedua tanaman sample merupakan tanaman yang tumbuh di lingkungan hidup yang sama, dengan kondisi tanah dan kelembaban yang sama, sehingga tidak terjadi perbedaan karakter diantara dua sample tanaman tersebut. Sebagai data pendukung, yaitu mengukur tinggi batang, diameter batang dan jumlah pelepah untuk satu hektar tanaman dilakukan di Blok B25. Proses pengambilan sample dilakukan dengan cara menebang tanaman. Bagian batang dibagi menjadi tiga bagian yaitu bawah, tengah dan atas. Kemudian diambil sample dari masing-masing bagian. Bagian pelepah diambil sample dari pelepah bawah, tengah dan atas. Dari setiap sample pelepah diambil tiga helai daun yang terbagi menjadi tiga bagian yaitu daun bawah, tengah dan atas. Setiap helai daun diambil tiga sample yaitu bagian daun bawah, tengah dan atas. Sementara pengambilan sample akar dilakukan dengan cara menggali lubang dengan ukuran 30x30x30 cm di jarak 1 meter dari tanaman. Semua sample ditimbang untuk mendapatkan bobot basah. Pengovenan untuk mendapatkan bobot kering sample dilakukan di laboratorium PKS. Semua sample dioven pada suhu 102ºC. Lama waktu pengovenan berbeda-beda untuk setiap sample. Sample batang memerlukan waktu 4x24 jam pengovenan untuk mendapatkan bobot kering yang konstan. Sample pelepah memerlukan waktu 3x24 jam dan untuk sample daun dan akar memerlukan waktu 2x24 jam. Data umum merupakan data sekunder yang telah dikelola oleh pihak perusahaan. Data sekunder antara lain berupa data produksi harian, bulanan, tahunan dan arsip administrasi perusahaan. Data meliputi luasan afdeling, data lingkungan, data tanah, pemeliharaan kebun (pemupukan, PHT, pengendalian gulma, dll), data SDM, data pabrik, data produksi dan sebagainya. Data sekunder digunakan untuk mendukung dan melengkapi data primer serta untuk mempelajari sistem manajemen produksi dalam perkebunan kelapa sawit. Analisis Data dan Informasi Analisis data menggunakan analisis deskriptif. Data lalu dibandingkan dengan pustaka dan literatur, serta norma-norma standar budidaya kelapa sawit dan standar operasional perusahaan.
8
KONDISI UMUM KEBUN Profil Perusahaan First Resources adalah salah satu produsen minyak sawit yang tercepat pertumbuhannya di Indonesia. Perusahaan beroperasi di Sumatera dan Kalimantan, mengelola 132 251 hektar (ha) perkebunan kelapa sawit dan sembilan pabrik kelapa sawit per 31 Desember 2011 dan memproduksi 452 113 ton minyak sawit mentah (CPO) pada 2011. Visi perusahaan agribisnis adalah fokus pada kelapa sawit. Misi adalah meningkatkan nilai pemegang saham melalui pertumbuhan dan profitabilitas, menjadi perusahaan pilihan karyawan yang memiliki tim berkinerja tinggi untuk menunjang keunggulan bisnis, menjadi produsen yang efisien dengan tingkat produktivitas tertinggi dan biaya produksi terendah, serta menjadi perusahaan yang bertanggung jawab terhadap lingkungan dan sosial. Nilai-nilai perusahaan adalah memandu perilaku, tindakan dan keputusan, loyalitas, integritas, ketekunan, pantang menyerah dan kepedulian. Selain perkebunan, pabrik kelapa sawit dan lahan cadangan, perusahaan juga memiliki fasilitas pengolahan yang terdiri dari kilang minyak, pabrik fraksinasi, pabrik biodiesel dan fasilitas penunjang lainnya seperti pusat belajar dan pusat penelitian. Produk utama perusahaan adalah CPO dan inti sawit. Melalui fasilitas pengolahan perusahaan, juga memproduksi produk olahan berbasis kelapa sawit seperti metil ester (biodiesel), RBD olein dan RBD stearin. Perusahaan melayani pasar domestik dan internasional, menyuplai ke penyuling minyak sawit, pedagang, broker, dan penghancur biji sawit. Pada 2011, First Resources memiliki 11 802 karyawan tersebar di Sumatera, Kalimantan, Jakarta dan Singapura. Kantor pusat perusahaan berada di Jakarta. First Resources terdaftar di Bursa Efek Singapura pada bulan Desember tahun 2007. Per 31 Desember 2011, pemegang saham utama dari First Resources adalah Eight Capital Inc, (68%) dan In_nite Capital Fund Limited (6%), dengan kepemilikan publik sebesar (26%). Fasilitas yang disediakan oleh PT PISP yaitu sarana umum dan perorangan berupa perumahan staf, perumahan di afdeling dan perumahan karyawan pabrik (PKS) yang dilengkapi sarana air bersih dan listrik, tempat peribadatan, poliklinik, lapangan olahraga, dan sarana kendaraan antar jemput sekolah. Lokasi Perusahaan Kebun Sei Air Hitammerupakan perkebunan kelapa sawit milik PT Perdana Inti Sawit Perkasa 1 (PT PISP 1). PT PISP 1 terletak di Desa Kepenuhan Barat, Kecamatan Kepenuhan, Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi Riau. Lokasi perkebunan dapat dicapai dengan jalan darat 5 – 6 jam dari kota Pekanbaru menuju ke Pasir Pengaraian hingga Kota Tengah.
9
Secara administratif batas–batas kebun inti PT PISP 1 yaitu sebelah Utara berbatasan dengan kebun PT Panca Surya Agrindo, sebelah Timur berbatasan dengan kebun plasma PIR-TRANS, sebelah Selatan berbatasan dengan kebun Plasma KKPA dan sebelah Barat berbatasan dengan kebun PT Panca Surya Agrindo. Peta areal kerja kebun inti PT PISP dapat dilihat pada Lampiran 4. Keadaan Iklim dan Tanah Curah hujan rata–rata tahunan selama 6 tahun terakhir (2007 – 2012) yaitu merata sepanjang tahun dengan jumlah hari hujan pertahun rata-rata 127 hari dan rata– rata curah hujan adalah 240 mm/ bulan. Rata-rata bulan basah (BB) selama 6 tahun terakhir yaitu 11.67 bulan, sedangkan bulan kering (BK) sebanyak 0.33 bulan. Menurut klasifikasi iklim oleh Schmidt–Ferguson, keadaan iklim di Kebun Sei Air Hitam termasuk dalam tipe iklim A yaitu sangat basah dengan curah hujan rata-rata 2 882.21 mm/tahun (rata-rata 6 tahun terakhir) (PISP1 2012). Data curah hujan ditampilkan pada Lampiran 5. Kebun Sei Air Hitam memiliki jenis tanah yang tergolong ke dalam ordo entisol, hasil dari endapan sungai dan diklasifikasikan menjadi dua sub grup yaitu Humic Dystrudepts dan Typic Dystrudepts. Jenis tanah didominasi oleh tanah mineral (aluvial) yang miskin unsur hara, terutama kation–kation basa seperti Ca, Mg, K dan Na (PT PISP1 2012). Kondisi lahan Kebun Sei Air Hitam seluas 2 476 ha dengan kemiringan 13%. Derajat kemasaman tanah (pH) Kebun Sei Air Hitam adalah 4.37-5.12. Suhu rata-rata tahunan berkisar antara 28-31ºC. Kebun Sei Air Hitam tergolong ke dalam kelas S2 (sesuai/suitable) dengan faktor pembatas utama adalah tekstur tanah liat berdebu dan beberapa titik lahan yang rawan banjir. Berdasarkan klasifikasi kelas lahan, Kebun Sei Air Hitam cukup sesuai untuk pengembangan kelapa sawit, namun harus diikuti dengan upaya untuk memperbaiki tingkat kesuburan tanah (PT PISP1 2012). Luas Areal dan Tata Guna Lahan Kebun Sei Air Hitam merupakan kebun dengan pola PIR-TRANS dan Plasma kredit koperasi primer kepada anggota (KKPA) dengan luas kebun inti mencapai 2 467 ha dengan luas areal tanaman untuk tanaman menghasilkan (TM) 2 376.28 ha, kebun plasma PIR seluas 8 694.27 ha dan kebun plasma integrasi KKPA sebanyak 1 758.73 ha. PT PISP 1 memiliki pabrik pengolahan Crude Palm Oil (CPO), dengan kapasitas 60 ton/jam. Areal kebun inti dibagi menjadi 3 afdeling, yaitu Afdeling I (755.06 ha), yang terbagi atas 25 blok, Afdeling II (770.86 ha) terbagi atas 26 blok dan Afdeling III (858.34 ha) terdiri atas 28 blok. Pembukaan lahan dimulai dari tahun 1993 dengan tahun tanam 1994, 1995, 1998, 2002 dan 2004, serta tanaman sisipan dengan tahun tanam 2008 dan 2010. Pola kemitraan PIR-Trans merupakan pola pengembangan perkebunan rakyat dengan menggunakan perusahaan besar sebagai inti dan sekaligus sebagai pelaksana pengembangan kebun plasma. Kebun Plasma yang dikontrol oleh PT PISP dibangun dengan pola PIR-Trans terdiri dari 5 Satuan Pemukiman (SP)
10
dengan luasan total 8 694.27 ha. Dengan komposisi PIR-Trans SP I sebanyak 535 KK seluas 1 066.1 ha, PIR-Trans SP II sebanyak 506 KK seluas 1 012.54 ha, PIRTrans SP III sebanyak 500 KK seluas 1 000 ha, PIR-Trans SP IV sebanyak 500 KK seluas 1 000 ha, PIR-Trans SP V sebanyak 380 KK seluas 760 ha. Pola kemitraan KKPA merupakan pola kemitraan perusahaan inti dan petani dalam wadah koperasi untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan anggota melalui kredit jangka panjang dari bank. Perusahaan inti membangun dan mengembangkan kelembagaan petani sebagai wadah pembinaan dan bimbingan bagi para petani peserta mengenai budidaya dan manajemen perkebunan kelapa sawit. Kebun plasma integrasi dan kebun KKPA terdiri atas 2 lokasi yaitu kebun Integrasi SKPD Desa Sukamaju Kecamatan Tambusai sebanyak 470 KK dengan luas 940 ha dan kebun plasma integrasi KKPA Muara Nikum seluas 818.73 ha. Keadaan Tanaman dan Produksi Tanaman kelapa sawit yang diusahakan di Kebun Sei Air Hitam adalah varietas D x P Marihat (Tenera). Jarak tanam yang digunakan 9.35 m x 9.35 m x 9.35 m dengan jarak antar barisan 8.09 m dan jarak dalam barisan 9.35 m sehingga populasi tanaman per ha yaitu 132 tanaman. Namun kenyataan di lapangan menunjukkan adanya perbedaan jumlah tanaman perhektar yaitu ±128 tanaman, dikarenakan terdapat jarak tanam yang berbeda–beda. Hal ini disebabkan pada saat penanaman dilakukan oleh pihak kontraktor. Selain itu populasi tanaman yang tidak sesuai disebabkan oleh serangan hama dan penyakit dan lahan rawa. Populasi tanaman berdasarkan tahun tanam serta produksi dan produktivitas kelapa sawit di Kebun Sei Air Hitam dapat dilihat pada Tabel 2 dan Tabel 3. Tabel 2 Data produksi tahun 2007-2012 di kebun inti Kebun Sei Air Hitam
1993 1994
2007 12 295 161 17 035 640
2008 11 836 156 14 861 602
Produksi (kg) 2009 2010 10 912 246 10 404 980 15 784 254 14 237 224
2011 11 958 773 16 262 017
2012 12 019 773 16 351 201
1995 1998
35 895 619 1 956 689
33 807 960 1 736 351
33 602 657 1 944 939
31 964 207 393 617
37 500 273 498 873
37 752 731 573 749
1999 2000
930 334 274 299
1 001 209 421 070
1 044 198 414 370
1 229 421 492 077
1 364 629 555 467
1 400 216 748 280
2002 2004
211 908 -
473 734 114 178
969 368 458 330
488 095 1 302 669
493 970 1 749 588
532 865 1 915 901
total
68 599 650
64 252 260
65 130 362
60 512 290
70 383 590
71 294 717
Tahun tanam
Sumber: Kantor Kebun. PT. Perdana Inti Sawit Perkasa 1
11
Tabel 3 Populasi tanaman kelapa sawit berdasarkan tahun tanam di Kebun Sei Air Hitam Tahun tanam 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 Sub Total
Kebun inti Kebun plasma Luas Jumlah Jumlah Luas (Ha) (Ha) tanaman tanaman 398.96 50552 542.38 69241 1235.52 156819 668.98 88305 1409.66 186075 2574.34 339813 22.29 2605 736.31 97193 54.51 6935 124.00 16368 30.76 3859 398.41 52590 42.00 5544 22.49 2786 77.35 8676 -
Kebun KKPA Luas Jumlah (Ha) tanaman 48.69 6427 48.62 6418 205.83 27170 175.59 23178 44678 340.00
2384.26
818.73
301473
5953.7
785888
107871
Sumber: Kantor Kebun. PT. Perdana Inti Sawit Perkasa 1
Organisasi dan Ketenagakerjaan Perkebunan kelapa sawit PT Perdana Intisawit Perkasa 1 (PT PISP 1) merupakan salah satu unit usaha dari PT First Resources (First Resources Group). Struktur organisasi dan penempatan personil disesuaikan dengan pangkat, jenis dan volume pekerjaan. Berdasarkan susunan garis dan struktur organisasi PT PSIP, kekuasaan tertinggi dipegang oleh chief executive officer (CEO), sedangkan operasional perusahaan dikepalai oleh general manager (GM), yang membawahi langsung mil manager, humas regional (HR), serta field manager (FM). General Manager (GM) memiliki wewenang untuk memutuskan kebijakan operasional kebun dan pabrik dalam rangka melaksanakan rencana kerja, juga menandatangani surat/dokumen/perjanjian kerja serta bertanggung jawab terhadap satu wilayah kebun yang terdiri dari kebun inti, plasma PIR dan plasma KKPA. Wilayah kebun inti dikepalai oleh seorang field manager, yang membawahi tiga field assistant (FA) untuk masing-masing afdeling, field assistant land application (FA LA), dan technical assistant (TA). Kebun plasma PIR dan integrasi KKPA dikepalai oleh satu field manager, yang membawahi enam field assistant untuk masing–masing satuan wilayah. Bagian pabrik (PKS), dikepalai oleh mill manager, yang membawahi asisten kepala pabrik, yang dibantu oleh assisten laboratorium, assisten perawatan, assisten proses dan assisten sortasi, GM dibantu oleh humas regional, dan membawahi langsung assisten HR, kepala tata usaha (KTU), kepala timbangan, kepala gudang, dan kepala satpam.
12
Komposisi ketenagakerjaan SAHE terdiri atas karyawan staf, karyawan non staf dan karyawan borongan/Surat Perintah Kerja Lokal (SPKL). Karyawan staf terdiri atas general manager, mill assistance, asisten kebun dan pabrik, kepala tata usaha, dan kepala satpam. Karyawan non staf terdiri atas pegawai bulanan tetap (PBT), karyawan harian tetap (KHT) serta karyawan SPKL. Karyawan SPKL digunakan untuk membantu tenaga perawatan di kebun dan kegiatan lainnya selain kegiatan panen, angkut buah dan administrasi kebun. Misalnya tenaga chemist (penyemprotan), pemupukan, infus akar, pengangkutan tandan kosong (tankos), babat gulma, garuk piringan dan sebagainya. Tenaga SPKL ini dibayar secara borongan dan diketuai oleh seorang kepala rombongan, kepala rombongan diawasi oleh mandor perawatan. Jumlah karyawan staf dan non staf Kebun Sei Air Hitamdapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Jumlah Staf dan Non Staf di Kebun Sei Air Hitam, PT Perdana Inti Sawit Perkasa 1 No 1 2 3 4 5
Status Pegawai Karyawan Staf Karyawan Non Staf Karyawan Bulanan Tetap (KBT) Karyawan Harian Tetap (KHT) Karyawan KHL Total
Jumlah (orang) Laki-laki Perempuan 29 82 262 10 383
3 7 2 12
Sumber: Kantor Pusat PT. PISP 1
Pada tingkat kebun, Kebun Sei Air Hitam dipimpin oleh seorang field manager (FM) yang disebut asisten kepala (askep) yang bertugas memimpin operasional bidang tanaman dan non tanaman. Field Manager (FM) dibantu oleh field assistant (asisten kebun) untuk masing–masing kebun (Afdeling), asisten aplikasi limbah dan asisten teknik. Asisten limbah bertugas untuk mengatur penempatan aplikasi limbah baik cairmaupun padat di lapangan, asisten limbah dibantu oleh mandor dan karyawan. Asisten teknik bertugas di bengkel untuk memperbaiki mesin, truk, dan peralatan-peralatan kebun lainnya. Field Assistant (FA) bertugas untuk menyusun dan menyerahkan rencana anggaran kerja afdeling (harian, bulanan, tahunan) kepada atasan untuk dievaluasi. Dalam melaksanakan pekerjaannya, seorang field assistant dibantu oleh kerani afdeling, kerani produksi, mandor panen dan mandor perawatan. Kerani afdeling bertugas membantu field assistant dalam menyusun dan melaporkan hasil pekerjaan di lapangan serta administrasi afdeling. Kerani produksi bertugas dalam melaporkan dan mengawasi kualitas TBS. Mandor (panen dan perawatan) bertugas mengawasi kegiatan pemeliharaan dan perawatan agar sesuai dengan standar mutu dan norma yang telah ditentukan perusahaan. Jam kerja per hari yang berlaku adalah 7 jam kerja, dalam seminggu terdapat 6 hari kerja dan pada hari Sabtu hanya diberlakukan 5 jam/hari. Baik KBT, KHT maupun KHL mendapat tunjangan dari perusahaan. Adapun jenis tunjangan yang diberikan adalah sebagai berikut:
13
Karyawan Bulanan Tetap (KBT) dan Karyawan Harian Tetap (KHT): 1. Tunjangan beras (pekerja = 15 kg/bulan, istri = 9 kg/bulan, anak = 7.5 kg/bulan) maksimal jumlah anak yang diberi tunjangan adalah 3 anak 2. Tempat tinggal dan listrik 3. Tunjangan kesehatan (askes) apabila sakit bebas biaya untuk berobat 4. Upah per bulan sesuai golongan dan struktur upah bulanan Karyawan Harian Lepas (KHL) : 1. Tidak mendapat tunjangan beras dan pelayanan kesehatan 2. Tempat tinggal dan listrik 3. Upah perbulan sesuai dengan jumlah hari kerja
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Kegiatan teknis yang dilakukan penulis adalah sebagai karyawan harian lepas (KHL). Kegiatan di lapangan diawali dengan mengikuti apel pagi setiap hari kerja pukul 06.00 WIB. Pada apel pagi tersebut dilakukan pengecekan karyawan dan pembagian ancak panen untuk setiap pemanen. Namun tidak semua pemanen mendapatkan ancak panen, tergantung pada hasil taksasi produksi, kebutuhan pemanen, dan kondisi pemanen itu sendiri. Bagi pemanen yang tidak mendapatkan ancak panen dialihkan untuk kegiatan penunasan kelapa sawit, babat gulma, perawatan bunga ulat api, serta sensus tanaman. Semua kegiatan kerja dilakukan mulai pukul 07.00 WIB hingga pukul 12.00 WIB, dan dilanjutkan kembali pada pukul 14.00 WIB hingga pukul 17.00 WIB. Pemanenan Panen merupakan satu kegiatan utama yang penting pada pengelolaan tanaman kelapa sawit menghasilkan. Keberhasilan panen akan menunjang pencapaian produktifitas tanaman, sebaliknya kegagalan panen akan menghambat pencapaian produktivitas tanaman kelapa sawit. Pemanenan kelapa sawit adalah pemotongan/turunnya tandan buah kelapa sawit yang sudah matang (tingkat kematangan yang sesuai dengan yang telah ditetapkan) dari pohonnya dan akan diangkut ke pabrik pengolahan dengan cara dan waktu yang tepat (pusingan panen dan transpor) tanpa menimbulkan kerusakan pada tanaman (Pahan 2010). Panen dan produksi kelapa sawit merupakan hasil dari aktivitas kerja dibidang pemeliharaan tanaman, baik dan buruknya pemeliharaan tanaman selama tindakan budidaya akan tercermin dari panen dan produksi tanaman (Lubis 1992). Kualitas TBS (Tandan Buah Segar) merupakan salah satu faktor penting untuk mendapatkan hasil CPO yang maksimal. Mutu tandan buah segar (TBS) yang baik merupakan suatu standar produk produksi yang dihasilkan melalui proses panen yang dilaksanakan oleh karyawan panen. Kualitas dan kuantitas minyak sawit yang dihasilkan bergantung pada tingkat kematangan buah saat dipanen. Panen adalah serangkaian kegiatan yang dimulai dari memotong buah sesuai dengan kriteria matang panen, mengutip brondolan dan mengumpulkan serta
14
menyusun Tandan Buah Segar (TBS) di Tempat Pengumpulan Hasil (TPH). Panen harus menghasilkan TBS pada tingkat kematangan yang optimum, sehingga potensi produksi minyak dan inti sawit dapat dicapai. Tujuan panen adalah untuk memperoleh produksi minyak kelapa sawit secara maksimum dengan asam lemak bebas serendah mungkin <3% dan kuantitas rendemen >23%. Panen dilaksanakan dengan mengacu kepada biaya serendah mungkin, tetap mempertahankan produksi jangka menengah atau jangka panjang secara berkala, memanen semua buah matang pada tingkat yang optimum yaitu pada saat tandan buah segar (TBS) mengandung minyak dan karnel yang tinggi, memanen buah matang dan mengutip brondolan, mengutip brondolan dalam waktu 24 jam. Langkah-langkah tersebut dimaksudkan untuk mengurangi kandungan asam lemak bebas di dalam minyak sawit mentah. Persiapan Panen. Persiapan panen yang baik akan menjamin tercapainya target produksi dengan biaya panen seminimal mungkin. Hal yang perlu dilakukan dalam mempersiapkan panen adalah persiapan kondisi areal, penyediaan tenaga kerja, pembagian seksi panen dan menyediakan alat-alat panen (Pahan 2010). Pada awal tahun sebelum dilakukan kegiatan panen dibuat penetapan seksi panen yaitu pengelompokan blok-blok panen per hari, dengan pertimbangan luasan blok, jam kerja, dan arah panen (searah jarum jam) dengan tujuan bila ada panen yang belum terselesaikan pada hari kemarin maka jarak panen tidak terlalu jauh. Bahan pertimbangan yang lain yaitu jumlah rotasi panen/tahun dan umur pusingan normal, juga hasil identifikasi blok dalam hal luas areal blok, potensi produksi (ton/ha) per blok, jumlah dan sebaran tanaman produktif, kondisi topografi, posisi blok terhadap blok lain, jam kerja dalam satu minggu sesuai ketentuan pemerintah, sehingga seksi panen dibagi menjadi enam seksi. Pertimbangan antara seksi satu dengan yang lain dalam hal luas areal per seksi serta potensi produksi (ton/ha). Rotasi panen. Rotasi panen adalah selang waktu antara panen yang satu dengan panen berikutnya pada satu ancak panen yang sama. Rotasi panen tergantung pada kerapatan panen (produksi), kapasitas pemanen dan keadaan pabrik. Tujuan rotasi adalah untuk mencapai produksi yang maksimal. Kapasitas pemanenan setiap harinya tergantung pada produksi per ha yang dikaitkan dengan umur tanaman, topografi areal, kerapatan pohon, insentif yang disediakan dan musim yang dikenal sebagai musim panen puncak dan musim panen rendah (Lubis 1992). Rotasi yang digunakan oleh SAHE yaitu 6/7 hari, yang artinya pemanenan kelapa sawit dilakukan selama 6 hari dalam waktu 7 hari. Seksi panen. Seksi panen yaitu pembagian blok untuk dilaksanakan pemanenan. Menurut Pahan (2010) Seksi panen harus disusun sedeikian rupa sehingga blok yang akan dipanen setiap hari menjadi terkonsentrasi (tidak terpencar-pencar). Selain itu, juga harus dihindari adanya pemotongan ancak panen agar satu seksi panen selesai pada satu hari. Untuk Afdeling II luas areal yang di panen seluas 770.86 Ha, 26 blok dan terbagi atas 6 seksi. Pembagian seksi panen disajikan pada Tabel 5.
15
Tabel 5 Seksi panen afdeling II di Kebun Sei Air Hitam Seksi I II III IV V VI
Luas (Ha) 129.36 Ha 127.37 Ha 116.89 Ha 130.69 Ha 134.36 Ha 132.19 Ha
Blok (blok A 30-A 33) (blok A 26-A 29) (blok A 22-A 25) (blok B 21-B 25) (blok B 26-B 29 ½ ) (blok B 30 ½ -B 34)
Kriteria Panen. Kriteria panen yang digunakan di Kebun Sei Air Hitam adalah tingkat fraksi 2 dan 3 dengan jumlah berondolan 25-50% dan 50-75% atau pada tingkat kematangan 1 dan matang 2. Kriteria matang panen dapat dilihat pada Tabel 6 Tabel 6 Kriteria matang panen buah kelapa sawit di Kebun Sei Air Hitam Fraksi OO O I II III IV V
% Jumlah berondolan Tidak ada, buah masih hitam 1-12.5 12.5-25 25-50 50-75 75-100 100/Tankos
Derajat kematangan
%
Rendemen (%)
Sangat mentah
-
-
Mentah Kurang matang Matang I Matang II Lewat Matang I Lewat Matang II
0 <5 >90 <90 <5 0
16.00 21.40 21.10 22.20 22.20 21.90
Sistem panen. Dalam melaksanakan pemanenan Kebun Sei Air Hitam menggunakan Block Harvesting System (BHS) dengan sistem pengawasan panen Structure Block Supervision (SBS). Hal ini dilakungan dengan tujuan untuk mempermudah pengawasan. Jumlah tenaga panen per mandoran berkisar pada 2025 orang. Mandor panen bertugas menentukan ancak setiap pemanen. Ancak panen yang diterapkan biasanya yaitu ancak giring murni, ancak tetap, dan ancak girik tetap per mandoran (Pahan 2010). Ancak giring murni adalah ancak yang dimana para pemanen bekerja pada ancak yang tidak menetap, sehingga dalam satu blok dapat terdiri dari beberapa pemanen. Ancak tetap adalah ancak yang dimana para pemanen sudah mendapatkan ancak pribadi dan sudah menetap. Dengan demikian, dalam satu blok tersebut sudah ada yang bertanggung jawab atas ancaknya masing-masing. Ancak giring tetap permandoran adalah ancak yang dapat digiring/dipindah oleh mandor dalam satu wilayah kemandoran. Ancak panen yang diterapkan di Kebun Sei Air Hitam ada dua, yaitu ancak giring tetap dan ancak tetap. Ancak giring tetap adalah ancak yang dimana para pemanen bekerja pada ancak yang tidak menetap, sehingga dalam satu blok dapat terdiri dari beberapa pemanen. Ancak giring tetap dapat digiring/dipindah oleh mandor
16
dalam satu wilayah kemandoran, sedangkan ancak tetap adalah ancak yang dimana para pemanen sudah mendapatkan ancak pribadi dan sudah menetap. Dengan demikian, dalam satu blok tersebut sudah ada yang bertanggung jawab ancaknya masing-masing. Kerapatan panen. Angka kerapatan panen merupakan persentase sebaran tanaman yang dapat dipanen pada suatu seksi yang bertujuan untuk memperkirakan buah yang akan dipanen dan kebutuhan truk pada hari itu. Kegiatan penghitungan angka kerapatan panen dilakukan sehari sebelum dilaksanakannya pemanenan pada areal yang akan dipanen. Perhitungan dilakukan oleh mandor dengan mengamati tanaman sampel yang dipilih secara acak atau minimal 10% dari luasan areal yang akan dipanen. Taksasi Panen/Hari. Taksasi panen/hari diperkirakan dari AKP dengan target panen berdasarkan jumlah blok yang menjadi target panen dengan mengetahui jumlah tanaman secara keseluruhan. Contoh perhitungan: Panen yang ditargetkan sebanyak 5 blok Luas areal 156.52 ha. TT 1995 Jumlah Tanaman/ha = 126/ha AKP = 1: 4 atau 0.25 BJR = 24 Kg /
Maka perkiraan taksasi = .
= ∶ = 118 329.12 kg Pengangkutan TBS ke TPH. Buah yang telah dipanen diletakkan dipinggir piringan arah jalan rintis dan gagang TBS panjang harus dipotong mepet dalam bentuk ‘V’ sebelum diangkut ke tempat pengumpulan hasil (TPH). TBS disusun rapi di TPH dan brondolan ditumpuk sesuai dengan takaranberalaskan goni bekas pupuk, diletakkan terpisah dari tandan buah. Pengurus kebun harus menentukan bahwa telah terdapat sistem pengawasan panen yang memadai dilapangan dan pemeriksaan yang cukup untuk pencatatan janjang yang terletak di TPH.
Gambar 2 Cara pengangkutan TBS ke TPH Pengangkutan TBS ke PKS. Pengangkutan TBS ke pabrik kelapa sawit (PKS) adalah pengiriman TBS dan brondolan ke pabrik dalam keadaan baik melalui penanganan secara hati-hati, dan menjaga jadwal pengiriman dan jumlah buah secara tepat sehingga PKS dapat bekerja secara optimal. Angkut TBS ke PKS merupakan sistem kerja berorientasi mulai dari penentuan taksasi, panen, dan
17
angkut. TBS yang sudah dipanen harus segera diangkut ke PKS pada hari yang sama, guna mendapat mutu minyak yang baik. Proses pengangkutan dimulai dari pengecekan TBS yang dilakukan oleh kerani produksi, kemudian dimuat ke dalam truk oleh pemuat, truk yang digunakan adalah truk yang berkapasitas 5-6 ton. Waktu yang dibutuhkan untuk satu trip pengiriman TBS ke PKS adalah 10-15 menit, tergantung pada kondisi jalan pada hari itu. Kendala yang dihadapi saat proses pengangkutan TBS ke PKS adalah kondisi jalan yang licin pada musim penghujan dan jalan bergelombang pada saat musim kemarau. Jumlah Trip Pengangkutan. Jumlah trip pengangkutan TBS dapat diketahui dari jumlah taksasi panen pada hari tersebut dan kemampuan atau kapasitas angkut truk. Contoh : Taksasi panen = 118 329.12 Kg Kemampuan angkut = 5 500 kg Maka jumlah trip pada hari itu
= =
. .
= 21.51 = 22 Trip Sistem Upah. Pembuatan dan penetapan sistem premi panen harus berdasarkan pada biaya potong buah per kg TBS sesuai anggaran tahun berjalan dan sistem premi sebelumnya. Pertimbangan penetapan basis untuk setiap pemanen ditentukan berdasarkan rata-rata kemampuan seorang karyawan pemanen TBS selama 7 jam per hari kerja, keadaan tanaman dalam blok-blok yang akan dipanen (tanaman tua yang sudah tinggi, tanaman muda yang masih rendah, kondisi tempat, dll) serta spesifik stempat (Pahan 2010). Basis panen merupakan batas minimal tandan yang harus dipanen oleh seorang pemanen untuk 1 hari kerja (HK). Basis panen selain ditentukan berdasarkan tinggi tanaman dan topografi, ada juga berdasarkan pada bobot janjang rata-rata (BJR) yang dikelompokkan pada golongan panen yang berlaku pada semua kebun. Dan basis yang digunakan di Kebun Sei Air Hitam adalah 1000 kg atau 1 ton. Output panen adalah rata-rata tonase yang diperoleh oleh pemanen dalam satu hari untuk mencapai budget produksi. Contoh perhitungan -
Premi panen untuk tahun tanam 1994
Realisasi
: Tandan BJR Total Hasil Basis Brondolan HI H2 H3
= 125 Tandan = 24 Kg = 125 x 24 Kg = 1000 Kg = 150 x 120 = 500 x 25 = 500 x 30 = 850 x 35 Total
= 3000 Kg = Rp 18000 = Rp 12000 = Rp 15000 = Rp 29750 + = Rp 74750
18
-
Premi Mandor Panen
Premi Mandor = (Tonase – (∑ HK x basis)) x 2.75 – denda Jika dalam satukemandoran terdapat 10 pemanen dengan output rata-rata mencapai 2 750 kg dengan total denda yang didapat Rp 15 000, maka premi mandor adalah: (27 500 kg – 10 000) x 2.75 – 15 000 = Rp 33 125 -
Premi Pemuat
Seorang pemuat memiliki prestasi kerja sebesar 13 000 kg, maka premi yang dia peroleh pada hari itu adalah: Realisasi = 13 000 kg Basis = 4 000 kg Premi 1 = 1 667 x 3 = 5 834.5 Premi 2 = 1 667 x 3.5 = 5 001 Premi 3 = 5 666 x 5 =28 330 + Total Premi = Rp 39 165.5 -
Premi Kerani Produksi
Jika diketahui tonase panen pada hari itu sebesar 188 392 kg, maka premi kerani produksi pada hari tersebut adalah: Premi Kerani Produksi
=
x 1.2
=
x 1.2
= 113 035.2 Efisiensi dan Losses Panen. Produksi maksimal hanya dapat dicapai jika kerugian (losses) produksi minimal. Kerugian (losses) panen adalah kehilangan hasil panen pada hari itu dikarenakan beberapa sebab seperti buah matang tidak dipanen, brondolan di piringan yang tidak dikutip, buah atau brondolan dicuri, buah di TPH tidak terangkut ke pabrik kelapa sawit (PKS) (Pahan 2010). Kerugian (losses) juga dapat terjadi karena stamina pemanen yang mulai menurun pada sore hari sehingga mengakibatkan pemanen tidak fokus dalam mencari buah matang di tanaman. Contoh perhitungan: Pada suatu hari pengecekan losses oleh mandor panen, ditemukan 2 tandan buah yang tidak dipanen, dan 20 kg brondolan yang tertinggal di piringan. Jika hasil panen pada hari itu sebanyak 120 tandan dengan BJR sebesar 24 kg, maka Losses dan Efisiensi panen pada hari tersebut adalah: Losses
= =
Efisiensi
( ( ( (
) ) ( ) ) (
) )
= 0.023 x 100% = 2.3 % = 100 % - 2.3 %= 97.7 %
x 100%
x 100%
19
Pemupukan Jenis pupuk. Pemupukan di Kebun Sei Air Hitam dilakukan berdasarkan analisis daun dan analisis tanah yang dilakukan sekali setahun. Analisis dilakukan oleh bagian Research and Development (R&D) perusahaan. Kebun Sei Air Hitam menggunakan dua jenis pupuk, yaitu pupuk organik dan anorganik. Pupuk organik yang digunakan adalah limbah berupa janjangan kosong dan Palm Oil Mill Effluent (POME)/Land Application (LA), sedangkan untuk pupuk anorganik menggunakan pupuk tunggal yaitu Urea, Rock Phosphate, MOP, dan Kiesrite. Pupuk Urea dengan (46% N) diberikan dengan dosis 1.5 kg/tanaman, pupuk Rock Phosphate (RPh) (30% P2O5) diberikan dengan dosis 1.25 kg/tanaman, pupuk MOP/KCl (60% K2) diberikan dengan dosis 1.5 kg/tanaman dan pupuk Kiesrite (27% MgO) diberikan dengan dosis 1.5 kg/tanaman. Penguntilan. Penguntilan adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk membagi pupuk menjadi beberapa bagian atau beberapa until. Fungsi dari penguntilan adalah agar setiap tanaman mendapatkan dosis yang sama, mempermudah proses pengeceran dilapangan, mempermudah dalam proses penaburan, mempermudah dalam pengangkutan pupuk. Kegiatan penguntilan harus dilakukan setiap hari dan sesuai dengan penaburan pupuk keesokan harinya. Berat satu untilan tergantung pada dosis pupuk yang akan diberikan. Satu untilan berisi 6-10 kg pupuk. Karena proses penguntilan masih dilakukan secara manual, masih terdapat kesalahan dalam menakaran untilan, ketidak tepatan jumlah untilan, dan pupuk yang tumpah pada saat proses penguntilan. Suplay point. Suatu kegiatan yang dilakukan untuk mempermudah pelangsiran pupuk ke pasar pikul. Suplay point pupuk dilakukan dengan cara melangsir pupuk dari gudang menuju lokasi pemupukan dan menumpukkan karung pupuk pada jalan koleksi. Suplay point dilakukan sesuai dengan jumlah pelangsir dan penabur pupuk pada saat pemupukan. Adapun kegunaannya adalah agar pupuk yang diberikan pada setiap tanaman mendapat dosis yang sama, memudahkan dalam hal mentukan jumlah pupuk yang akan diuntil pada keesokan harinya, dan untuk mengetahui apakah pupuk yang digunakan berlebih atau kurang. Pelangsiran pupuk. Pelangsiran pupuk dilakukan untuk mempermudah penaburan pupuk dalam 1 pasar di setiap piringan. Pelangsiran pupuk dilakukan bersamaan dengan proses penaburan pupuk pada hari itu. Hal yang harus diperhatikan dalam pelangsiran pupuk adalah peletakkan karung pupuk harus sesuai dengan dosis yang telah ditetapkan, pupuk diletakkan dipasar pikul, dan pastikan seluruh tanaman mendapatkan pembagian pupuk yang sama rata. Penaburan pupuk. Kegiatan yang dilakukan untuk memberikan pupuk pada setiap tanaman sesuai dengan dosis yang telah ditetapkan. Hal yang harus diperhatikan dalam penaburan pupuk adalah piringan harus bersih dari gulma, pupuk tidak boleh mengenai tanaman, pupuk tidak boleh mengenai tunggul/anakan kayu yang berada di sekitar piringan, penaburan pupuk harus merata dan mengelilingi piringan berbentuk huruf U, karung bekas pupuk dikutip dan dikumpulkan di setiap ujung pasar. Tenaga kerja yang digunakan sebagai pengecer, pelangsir, dan penabur pupuk adalah karyawan borongan dengan standar kerja 8 ha/HK dengan upah
20
sesuai dengan dosis per pemupukan. Daftar dosis pemupukan per tanaman beserta upah yang dibayar adalah sebagai berikut: 1. Dosis 0 - 0.5 kg = Rp 6 000 2. Dosis 0.5 - 0.75 kg = Rp 8 000 3. Dosis 0.75 - 1 kg = Rp 12 000 4. Dosis 1 - 1.5 Kg = Rp 13 500 5. Dosis 1.5 kg dst = Rp 15 000 Untuk upah anggota pupuk bagian penabur, pelangsir, pemuat, transpor sertamandor adalah sebagai berikut : Until : Rp 20/kg Pemuat : Rp 6/kg Mandor : Rp 8/kg Transport : Rp 2/kg Mandor pupuk bertugas mengawasi dan mengamati proses pemupukan hingga selesai kegiatan. Setelah selesai melakukan kegiatan pemupukan setiap penabur diharuskan meletakkan karung bekas pupuk di pinggir jalan yang akan dikumpulkan serta dibawa kembali ke gudang oleh pelangsir. Infus akar. Infus akar merupakan kegiatan yang dilakukan untuk penambahan unsur hara mikro terhadap tanaman yang mengalami defisiensi Fe. Beberapa faktor yang mengakibatkan tanaman mengalami defisiensi Fe adalah: 1) tanah ber pH tinggi, 2) pemberian posfor secara berlebihan, 3) tanah yang terus menerus ditanami dengan dosis pupuk yang tinggidan 4) tanah pasir yang bereaksi masamtelah mengalami pencucian berat. Ciri-ciri tanaman yang terdefisiensi Fe adalah tanaman dengan daun menguning, pupus daun putus, dan pertumbuhan tanaman lambat. Dalam memastikan kegiatan infus akar ini berjalan sesuai dengan realisasi, maka diberi tanda gejala pada tanaman yang mengalami defisiensi Fe. Mandor perawatan harus memastikan bahwa dosis yang diberi sesuai dengan gejala. Prosedur kegiatan infus akar yaitu: 1) pekerja mengamati tanaman yang terserang gejala defisiensi dengan cara melihat daun muda yang menguning, 2) pekerja mencari akar yang masih produktif untuk melakukan injeksi infus akar. Untuk tingkat defisiensi dibagi menjadi tiga kategori yaitu ringan, sedang dan berat. Kategori ringan dosis yang diberikan adalah 6 ml/tanaman, kategori sedang diberikan dosis 12 ml/tanaman dan kategori berat diberikan dosis 18 ml/tanaman. Cairan infus terdiri atas 1 kg larutan FeSO4 ditambah 3 liter air dan 0.66 g asam sitrat. Kegiatan infus akar di Kebun Sei Air Hitam dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3 Kegiatan infus akar yang dilakukan pekerja
21
Infus akar dilakukan oleh tenaga kerja borongan yang terdiri dari beberapa tim. Setiap tim terdiri dari dua sampai tiga orang. Setiap tim memiliki ancak masing-masing pada blok yang telah ditentukan oleh mandor. Setiap tim yang terdiri dari dua orang mendapat basis 180 tanaman, dan tim yang terdiri dari tiga orang memiliki basis 250 tanaman. Upah yang diberikan kepada pekerja sesuai dengan tingkat defisiensi yang diperoleh. Untuk kategori ringan Rp 700/tanaman,kategori sedang upah diberikan sebesar Rp 800/tanaman dan berat Rp 900/tanaman. Kedala yang terjadi dalam kegiatan infus akar adalah sulitnya para pekerja menemukan akar yang masih benar-benar produktif, sehingga pekerja melakukan pekerjaan dengan memilih sembarang akar. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pengawasaan dari mandor perawatan. Pengendaliaan Gulma Pengendalian gulma utamanya dilakukan menggunakan herbisida (chemis). Chemis adalah pengendalian gulma dengan cara penyemprotan areal atau blok yang telah ditentukan. Chemis dilakukan pada piringan, pasar pikul,pasar tengah, dan TPH. Chemis bertujuan untuk: 1) membersihkan piringan dari gulma yang dapat mengganggu kelangsungan hidup tanaman kelapa sawit, 2) mempermudah pelaksanaan panen dan pengangkutan buah ke TPH, 3) penempatan pupuk yang sesuai dengan yang diharapkan, 4) mempermudah pengawasan dan kegiatan perawatan yang lainnya, 5) membersihkan TPH agar TBS dan brondolan dapat tersusun dengan rapi dan benar sesuai ketentuan serta 6) mengurangi adanya losses. Alat semprot yang biasanya digunakan tenaga kerja dalam kegiatan chemis adalah tipe Solo dan tipe Micron Herbi 4. Tipe Solo digunakan untuk menyemprot piringan dan pasar pikul, memiliki kapasitas 15 liter air per tangki. Namun, saat ini penggunaan tipe Solo jarang dilakukan karena tidak efisien waktu dan tenaga kerja, tipe Solo bersifat manual. Tipe Micron Herbi lebih efisien karena menggunakan battery. Waktu yang diperlukan untuk aplikasi satu Ha adalah 40-45 menit. Pembayaran upah untuk chemis tipe Solo adalah Rp 15 000 Ha-1 untuk aplikasi pada piringan dan Rp 75 000 Ha-1untuk aplikasi pada pasar pikul. Jika menggunakan tipe Micron Herbi, upah yang diberikan adalah sebesar Rp 8000 Ha-1 untuk aplikasi pada piringan dan Rp 4 500 Ha-1 untuk aplikasi pada pasar pikul. Dosis herbisida yang diberikan untuk aplikasi pada piringan adalah 0.25 l Ha-1 untuk Nufosat, dan 12.5 gHa-1 untuk Metafuron. Dosisaplikasi pada pasar pikul adalah 0.15 l Ha-1 untuk Nufosat, dan 7.5 gHa-1 untuk Metafuron. Metafuron digunakan sebagai bahan campuran. Setiap bahan kimia yang digunakan dalam chemis dilaporkan ke kantor kebun atau gudang, dengan mengisi kartu gudang bahan kimia. Bukti permintaan dan pengeluaran bahan kimia diminta oleh Field Asissten, diperiksa oleh Field Manager, diketahui oleh KTU, disetujui oleh General Manager, dan dikeluarkan oleh Kepala Gudang, serta diterima oleh Mandor Perawatan. Herbisida yang digunakan di Kebun Sei Air Hitam adalah herbisida sitemik. Sistemik adalah cara kerja pestisida yang proses kematiannya secara
22
menyeluruh (sampai akar). Keuntungan jenis herbisida ini adalah gulma dapat mati secara menyeluruh, mulai dari akar sampai ke batang. Penunasan Kelapa Sawit Penunasan tanaman kelapa sawit merupakan perawatan langsung terhadap tanaman kelapa sawit. Penunasan dilakukan dengan rotasi 1 tahun sekali dengan sistem songgo 1 pada tanaman tinggi yaitu satu pelepah di bawah tandan buah, dan songgo 2 pada tanaman rendah yaitu 2 pelepah dibawah tandan buah. Tujuan dari penunasan adalah untuk meningkatkan produksi TBS, mempermudah proses pemanenan, mengurangi brondolan yang tersisip di pelepah, dan mengurangi resiko kecelakaan kerja. Penunasan pada tanaman kelapa menghasilkan (TM) adalah pemotongan pelepah dengan memperhitungkan jumlah pelepah yang dipertahankan. Jumlah optimal yang dipertahankan pada tanaman muda adalah 48-56 pelepah. Kegiatan penunasan yang dilakukan di Kebun Sei Air Hitam tidak dilakukan bersamaan dengan kegiatan panen. Masing-masing pemanen memiliki ancak tetap yang harus diselesaikan dalam jangka waktu tertentu. Kegiatan penunasan juga dilakukan oleh pemanen yang tidak mendapatkan ancak panen atau mendapatkan pengalihan pekerjaan dari panen ke pekerjaan harian. Biasanya kegiatan penunasan dilakukan pada sore hari setelah pemanen pulang dari kegiatan panen. Pembayaran upah tunasan diberikan sebesar Rp 1 000/tanaman (tanaman tinggi) dan Rp 750/tanaman (tanaman rendah). Aspek Manajerial Selama kegiatan magang, penulis bekerja sebagai KHL, pedamping mandor dan pendamping field assistant dalam melaksanakan aspek manajerial di Afdeling II. Kegiatan yang berhubungan dengan aspek manajerial yang dilakukan oleh penulis selama kegiatan magang meliputi memberikan arahan pada apel pagi, diskusi dengan mandor dan field assistant, memberikan motivasi kepada pemanen, pengawasan kegiatan panen, pupuk, chemis, dan pengangkutan TBS ke PKS, serta menyampaikan permasalahan yang dialami oleh pemanen kepada field assistant. Pendamping mandor Mandor adalah karyawan yang bertugas mengawasi kegiatan karyawan harian lepas (KHL) dan surat perintah kerja lokal (SPKL) di lapangan. Kegiatan yang dilakukan penulis selama menjadi pendamping mandor adalah sensus tanaman, penyemprotan gulma (chemis), pemupukan, infus akar, dan pemanenan. Mandor panen. Bertugas mengawasi kegiatan panen agar mencapai kualitas dan target produksi yang ditetapkan perusahaan. Bertanggung jawab atas semua kegiatan pemanenan yang dilakukan oleh karyawan harian lepas (KHL) pemanen. Kegiatan yang dilakukan penulis selama menjadi pendamping mandor adalah mengawasi kegiatan pemanenan dilapangan, menghitung angka kerapatan panen dan sensus tanaman.
23
Kendala yang ditemukan penulis dalam melaksanakan kegiatan sebagai pendamping mandor panen adalah sulitnya mengatur dan memberi arahan kepada pemanen. Beberapa pemanen bekerja tanpa mengikuti SOP yang telah ditentukan perusahaan, terutama tidak menggunakan alat pelindung diri (APD) saat kegiatan panen. Mandor perawatan. Bertugas dalam mengawasi kegiatan perawatan agar mencapai kualitas dan target norma yang ditetapkan perusahaan. Mandor perawatan terdiri dari mandor pemupukan, mandor chemis dan mandor infus akar. Kegiatan yang penulis lakukan selama menjadi pendamping mandor perawatan adalah, apel pagi untuk mendapatkan instruksi atasan mengenai kualitas pekerjaan serta perintah yang diberikan, memeriksa ketersediaan alat dan bahan yang dibutuhkan untuk keperluan kerja satu hari, mengawasi pekerja, mengarahkan pekerja dalam kegiatan perawatan dilapangan. Kendala yang ditemukan penulis dalam kegiatan menjadi pendamping mandor perawatan adalah kurangnya komunikasi antara mandor dengan pekerja. Sehingga pemberian tugas secara langsung yang seharusnya diberikan oleh mandor kepada pekerja tidak dapat dilakukan secara optimal. Hambatan komunikasi dari mandor ke pekerja secara langsung ini disebabkan oleh pekerja yang belum bisa menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Pekerja hanya menggunakan bahasa daerah (Nias) yang tidak bisa dimengerti oleh mandor. Pekerja pupuk dikepalai oleh satu orang kepala rombongan yang juga berasal dari Nias namun sudah bisa menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Kepala rombongan bertanggung jawab untuk memberikan arahan kepada pekerja. Komunikasi antar pekerja dan mandor masih terbatas mandor kepada kepala rombongan, selanjutnya kepala rombongan akan menyampaikan instruksi dari mandor kepada pekerja. Di sini kepala rombongan mendapat persen upah dari pekerja dan tidak mendapatkan upah secara langsung dari peruhasaan. Krani produksi Kerani produksi atau yang biasa disebut dengan kerani panen adalah karyawan yang membantu field assisten dalam kegiatan pengumpulan dan pengangkutan TBS dari lapangan ke PKS/loading ramp. Kerani panen juga membantu mandor panen dalam pengecekan buah dari hasil potong pada hari tersebut. Kerani panen bertugas mencatat hasil panen setiap pemanen di TPH dan membuat laporan angkutan TBS serta mengarahkan proses pengangkutan TBS ke PKS. Kegiatan yang dilakukan penulis selama menjadi pendamping kerani panen adalah: mengecek buah di TPH, menghitung jumlah produksi pemanenan dan mencatat total TBS yang telah dipanen, melaporkan ke mandor panen terkait buah mentah atau kurang matang yang dipanen, mengumpulkan bon pengangkutan dan melaporkan ke kantor kebun sebagai arsip. Kendala yang ditemukan penulis selama menjadi pendamping kerani panen adalah waktu pengiriman buah ke PKS yang fluktuatif. Hal ini dapat disebabkan oleh kondisi jalan yang rusak dan juga kondisi mobil pengangkut buah yang sering mengalami gangguan. Pengecekan kualitas hasil panen beberapa kali menemukan buah mentah, namun buah tersebut tidak diangkut ke TPH melainkan disembunyikan di gawangan mati di antara pelepah oleh pemanen.
24
Pendamping Field Assistant Field assistant sebagai pemimpin di afdeling bertanggung jawab merencanakan, mengorganisasikan, serta mengendalikan sumber daya yang ada untuk pemeliharaan tanaman. Field assistant juga bertanggung jawab penuh terhadap kondisi afdeling selama 24 jam baik kegiatan kebun maupun kemasyarakatan. Field assistant bertugas membuat program kerja tahunan serta bulanan, jenis pekerjaan, blok tempat dilaksanakan pekerjaan dan melakukan pengawasan terhadap semua kegiatan di afdeling. Kegiatan yang dilakukan oleh penulis selama menjadi pendamping field assistant yaitu : memimpin apel pagi, mengecek hasil kerja di lapangan, mengawasi setiap kegiatan di afdeling khususnya mengecek pemanenan, pengangkutan buah, monitoring TBS, kegiatan perawatan di lapangan. Selama kegiatan menjadi pendamping field assistant, kendala yang ditemukan dalam mengawasi kerja mandor adalah mandor yang belum mampu bersikap tegas dalam menyikapi kesalahan yang dilakukan oleh KHL. Mandor masih cenderung lemah dan terkesan belum dapat menindak lanjuti karyawan yang melakukan penggaran atau kesalahan pada waktu pelaksanaan kegiatan kerja di lapangan. Hal ini dapat dilihat dari masih banyaknya karyawan yang tidak memakai alat pelindung diri (APD) saat melakukan kegiatan panen buah. Dalam peraturan perusahaan karyawan harus menggunakan APD dalam setiap kegiatan budidaya kelapa sawit yang dilakukan di perusahaan. Jika terdapat karyawan yang tidak menggunakan APD, maka akan dikenakan sanksi. Selain peraturan penggunaan APD, pelanggaran lain yang sering terjadi di Kebun Sei Air Hitam yang masih luput dari pengawasan mandor adalah pencurian buah, yaitu buah kurang matang yang sengaja dipanen oleh karyawan untuk meningkatkan basis panen dan untuk mendapatkan upah premi yang lebih besar. Dengan demikian, perlu adanya upaya manajemen untuk meningkatkan kemampuan mandor dalam manajemen tenaga kerja.
PENGAMATAN ASPEK KHUSUS Aspek khusus terkait produksi biomassa kelapa sawit didasarkan pada pengukuran destruktif. Sesuai dengan kebijakan yang diberikan oleh perusahaan, diperkenankan untuk melakukan penebangan pada 2 buah pohon sawit yang sedang berproduksi. Pelaksanaan sesuai dengan metode yang diajukan yaitu dengan mengambil sampling bagian tanaman, kemudian dilakukan koreksi untuk menduga satu pohon secara utuh. Karena pertimbangan teknis, pengamatan terhadap TBS tidak dilakukan dalam pengamatan ini, dan untuk menduga biomassa TBS menggunakan referensi pustaka yang ada. Biomassa tanaman pada aplikasinya memungkinkan untuk menduga stok karbon pada tanaman kelapa sawit. Biomassa didefinisikan sebagai total jumlah produksi di atas permukaan pada suatu pohon dan dinyatakan dengan satuan ton berat kering per satuan luas (Brown 1997). Biomassa kelapa sawit terbentuk melalui proses fotosintesis. Karbondioksida (CO2 ) dan air (H2O) diubah menjadi karbohidrat (CH2O) dengan menggunakan radiasi matahari yang diserap melalui klorofil di dalam kloroplas hijau daun (Pahan 2010). Fotosintesis adalah proses
25
pembuatan energi atau zat makanan/glukosa yang berlangsung atas bantuan cahaya matahari dengan menggunakan zat hara/mineral, CO2 dan air. Fotosintesis merupakan salah satu cara asimilasi karbon, hal ini dikarenakan pada proses fotosintesis karbon bebas akan diikat sehingga menjadi gula. Persamaan yang terjadi dalam proses fotosintesi adalah 6H2O + 6CO2 + cahaya → C6H12O6 (glukosa) + 6O2.Pengamatan biomassa akar dilakukan secara sampling dan tidak dilakukan penggalian secara keseluruhan. Untuk pendugaan biomassa satu tanaman kelapa sawit, dilakukan sampling tanaman kelapa sawit seperti batang, daun, pelepah, dan akar. Pengambilan sample untuk pendugaan biomassa pada satu tanaman kelapa sawit dilakukan pada pohon tahun tanam 2002 (sampel 1) dan 1995 (sample 2). Kedua tanaman sample diambil dari lingkungan tumbuh yang hampir sama, termasuk jenis tanah dan kondisi lingkungan lain yang sama. Tanaman sample diambil dari Blok yang berbeda, yaitu Blok A29 (sampel 1) dan B25 (sampel 2). Umur tanaman sample 1 adalah 11 tahun dan umur tanaman sample 2 adalah 18 tahun. Kedua tanaman sample adalah tanaman kelapa sawit Tenera dari Marihat (Dura x Psifera). Tinggi total tanaman sample 1 adalah 12 meter dan sample 2 adalah 16 meter (Tabel 7) Biomassa Batang Pengamatan batang dilakukan sampling pada 3 titik yang mewakili batang tua, batang sedang dan batang muda, yang posisinya secara berturut-turut sekitar ¼ dari batang, 2/4 dan 1/4 dari total batang masing-masing sampel (Gambar 4). Hasil pengamatan menunjukkan terdapat perbedaan antara sampel 1 dengan sampel 2 (Tabel 7). Tabel 7 Bobot biomassa batang kelapa sawit tanaman sample
Bobot basah Bobot kering
Tanaman sample
Tinggi batang (m)
Tan 1 Tan 2 Tan 1 Tan 2
4 9 4 9
Batang atas 86.73 171.60 19.35 48.00
Bobot (kg) Batang Batang tengah bawah 126.59 112.19 256.00 87.00 27.17 24.36 56.57 20.40
Keterangan: Tan 1: sampletanaman 1, Tan 2: sample tanaman 2
Gambar 4 Sample batang kelapa sawit yang telah dioven
Total 325.51 514.60 70.88 124.97
26
Tabel 7 menunjukkan bahwa tanaman sample 1 dengan tinggi batang 4 meter dan bobot basah batang 325.51 kg mengasilkan bobot kering/biomassa sebesar 70.88 kg. Tanaman sample 2 dengan tinggi batang 9 meter dan bobot basah 514.60 kg menghasilkan bobot kering/biomassa sebesar 124.97 kg. Biomassa Pelepah Biomassa pelepah dilakukan pada 2 tanaman sample, dengan mengkelaskan pelepah kedalam 3 katagori daun pelepah yaitu daun bawah, tengah dan atas. Penentuan jumlah bawah, tengah dan atas didasarkan pada penampilan fisik pelepah. Daun pelepah bawah adalah yang telah berkembang sempurna, berumur tua dan berwarna hijau gelap pada setiap anak daunnya. Daun tengah adalah daun yang sudah membuka sempurna, tetapi masih memiliki warna hijau muda. Pelepah daun atas adalah mulai dari daun kuncup hingga daun-daun muda. Dari setiap posisi daun, lalu diambil satu daun untuk sampling. Setiap daun pelepah sample dibagi menjadi 3 posisi yaitu bagian pelepah bawah, tengah dan atas. Semua sample dioven selama 3x24 jam pada suhu 102 ºC (Gambar 5). Tabel 8 menunjukkan bobot biomassa pelepah tanaman sample 1 dengan jumlah pelepah 27 adalah 42.28 kg. Bobot biomassa tanaman sample 2 dengan jumlah pelepah 35 adalah 131.12 kg. Bobot kering pelepah diperoleh dari penjumlahan bobot kering pelepah bawah, tengah dan atas. Tanaman sample 1 memiliki pelepah bawah sebanyak 8 buah, pelepah tengah sebanyak 13 buah dan pelepah atas sebanyak 6 buah. Tanaman sample 2 memiliki pelepah bawah sebanyak 10 buah, pelepah tengah sebanyak 19 buah dan pelepah atas sebanyak 6 buah. Tabel 8 Rata-rata bobot biomassa pelepah kelapa sawit tanaman sample
Berat Basah Berat Kering
Tanaman sample
Jumlah pelepah
tan 1 tan 2 tan 1 tan 2
27 35 27 35
Pelepah atas 26.37 52.44 7.62 14.68
Bobot (kg) Pelepah Pelepah tengah bawah 67.37 51.21 201.66 104.49 20.04 14.61 79.63 36.82
Keterangan: Tan 1: sampletanaman 1, Tan 2: sample tanaman 2
Gambar 5 Sample pelepah kelapa sawit yang telah dioven
Total 144.95 358.59 42.28 131.12
27
Biomassa Daun Sample anak daun diambil dari setiap sample pelepah dengan kategori pelepah dan posisi anak daun pada pelepah sama dengan pengambilan sampel untuk daun (pelepah), yaitu bawah, tengah dan atas. Sample anak daun dioven selama 2x24 jam dengan suhu 102 ºC (Gambar 6). Dalam pengukuran, anak daun dipotong melintang sehingga termasuk midrib anak daun. Tanaman sampel 1 dengan jumlah pelepah 27 dimana terdiri atas total 8 pelepah bawah memiliki jumlah anak daun rata-rata 292 helai, total 13 pelepah tengah memiliki rata-rata 286 helai anak daun dan total 6 pelepah atas dengan jumlah anak daun rata-rata 296 helai. Tanaman sampel 2 dengan jumlah pelepah keseluruhan 35 buah terdiri atas 10 pelepah bawah dengan jumah anak daun rata-rata 320 helai, 19 pelepah tengah dengan anak daun rata-rata 326 helai dan 6 pelepah atas dengan jumlah rata-rata anak daun 292 helai. Tabel 9 menunjukkan bahwa bobot biomassa anak daun tanaman sample 1 dengan bobot basah 44.02 kg menghasilkan bobot kering 18.46 kg. Tanaman sample 2 memiliki bobot total biomassa anak daun sebesar 56.94 kg bobot kering dari 125.97 kg bobot basah. Tabel 9 Rata-rata bobot biomassa anak daun kelapa sawit tanaman sample
Tanaman Jumlah sample pelepah Bobot basah Bobot kering
tan1 tan2 tan1 tan2
27 35 27 35
Anak daun pelepah atas 13.28 19.82 5.46 8.65
Bobot (kg) Anak daun Anak daun pelepah pelepah tengah bawah 17.94 12.80 73.70 32.45 7.55 5.45 33.42 14.87
Total 44.02 125.97 18.46 56.94
Keterangan: Tan 1: sampletanaman 1, Tan 2: sample tanaman 2
Gambar 6 Penampilan sample anak daun kelapa sawit yang telah dioven
28
Biomassa Akar Pengambilan sample pada akar dilakukan dengan menggali lubang dengan ukuran 30x30x30 cm di piringan pada jarak 0.5 meter dari batang. Sebagai catatan, jari-jari piringan adalah 2 meter. Posisi tersebut diharapkan mewakili bobot akar keseluruhan tanaman dengan perhitungan konversi bobot akar tanaman = ((3.14x4)/0.09) x bobot sampel akar. Akar yang diperoleh dioven pada suhu 102 ºC dengan waktu 2x24 jam (Gambar 7). Tabel 10 menunjukkan hasil pengovenan diperoleh bahwa bobot biomassa dan konversi dari tanaman sample 1 yaitu 155.99 kg berat kering dari 376.43 kg bobot basah. Tanaman sampel 2 diperoleh bobot biomassa sebesar 147.25 kg berat kering dari 336.67 kg berat basah. Mengingat dinamika perkembangan akar erat kaitannya dengan jenis tanah, tindakan budidaya dan muka air tanah, maka pendugaan bobot akar tersebut perlu diterapkan dengan prinsip sesuai dengan lokalita. Yang menarik adalah, bobot akar dari hasil pengukuran menunjukkan bahwa tanaman sampel 2 yang pada peubah biomassa bagian atas tanah lebih besar dari tanaman sampel 1, memiliki bobot akar yang lebih rendah. Tabel 10 Rata-rata bobot biomassa akar kelapa sawit tanaman sample Bobot keseluruhan
Tanaman sample tan 1
Bobot (kg) 376.43
tan 2
336.67
tan 1
155.99
tan 2
147.25
Berat basah
Berat kering
Keterangan: Tan 1: sampletanaman 1, Tan 2: sample tanaman 2
Gambar 7. Sample akar kelapa sawit yang telah dioven Perhitungan Bobot Biomassa Tanaman Dari perhitungan bobot biomassa per bagiantanaman, maka dapat diperoleh bobot biomassa untuk satu tanaman sample seperti disajikan pada Tabel 11. Bobot biomassa untuk tanaman sample 1 yaitu 382.32 kg bobot kering dari
29
total bobot basah 1 317.34 kg. Tanaman sampel 2 menunjukkan total biomassa yang lebih besar yaitu 659.44 kg berat kering atau 2 083.05 kg berat basah. Pada kedua tanaman sampel, daun dan akar memiliki proporsi biomassa lebih dari 50% biomassa tanaman kelapa sawit. Proporsi bagian biomassa kemudian diikuti oleh biomassa batang dan biomassa pelepah. Secara rata-rata, bobot biomassa kelapa sawit diluar bobot TBS adalah 1.2 ton bobot basah atau 0.6 ton bobot kering (Tabel 12). Tabel 11 Bobot biomassa setiap tanaman sample kelapa sawit Bobot keseluruhan
Tanaman sample
Batang
Pelepah
tan 1 tan 2 tan 1 tan 2
325.51 514.60 70.88 124.97
144.95 358.59 42.28 131.12
Berat basah Berat kering
Bobot (kg) Anak daun 470.46 873.19 113.16 256.10
Akar
Total
376.43 336.67 155.99 147.25
1 317.34 2 083.05 382.32 659.44
Keterangan: Tan 1: sampletanaman 1, Tan 2: sample tanaman 2 Tabel 12 Rata-rata bobot biomassa 1 tanaman kelapa sawit per Ha Bobot keseluruhan Berat basah Berat kering
Batang 1 113.63 270.25
Pelepah 347.98 126.93
Daun 122.10 55.18
Akar 336.67 147.25
Jumlah (kg) 1 920.37 599.61
Perhitungan bobot biomassa untuk 1 Ha tanaman kelapa sawit dilakukan dengan cara mengukur rata-rata diameter batang, tinggi batang dan jumlah pelepah pada 1 Ha tanaman kelapa sawit. Pengambilan sample penulis lakukan di Blok B25 dimana populasi tanaman adalah 128 tanaman Ha-1. Blok B25 merupakan Blok yang sama dengan lokasi tempat pengambilan sample untuk tanaman 2. Sehingga dengan demikian, penulis menduga berat basah dan berat kering untuk setiap sample sama dengan sample tanaman 2. Dari perhitungan diperoleh bobot biomassa tanaman kelapa sawit per Ha adalah 76.75 ton berat kering dari 245.81 ton berat basah (Tabel 13). Tabel 13 Rata-rata bobot biomassa tanaman kelapa sawit per Ha Bobot tanaman (kg) Berat basah
Populasi per Ha
1 920.37
Bobot keseluruhan (ton) 245.81
128 Berat kering
599.61
76.75
Dari analisis bobot biomassa dapat diketahui seberapa besar tanaman dapat menyerap hara dari tanah. Selain itu juga dapat diketahui seberapa besar efesiensi pemupukan yang dilakukan di perkebunan kelapa sawit. Selain serapan hara,
30
bobot biomassa juga dipengaruhi oleh umur tanaman. Perbedaan bobot biomassa dapat dilihat dari tanaman sample yang berbeda umur tanam, yaitu tanaman sample 1 dengan umur tanaman 13 tahun dan tanaman sample 2 dengan umur tanaman 18 tahun. Dari hasil analisis bobot biomassa, kedua tanaman sample memiliki perbedaan bobot yang cukup besar. Produksi tanaman kelapa sawit juga dipengaruhi oleh umur tanaman, semakin tua umur tanaman semakin tinggi produksi tandan buah segar yang dihasilkan. Semakin besar biomassa tanaman, maka produksi tanaman juga akan meningkat. Pendugaan stok karbon menggunakan pendekatan biomassa dapat dilakukan berdasarkan hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Penelitian Yulianti (2009) menunjukkan bahwa berdasarkan hasil konversi dari biomassa dengan menggunakan kandungan karbon dari dimensidimensi kelapa sawit diperoleh karbon biomassa kelapa sawit pada kisaran antara 0.7-16.43 ton Ha-1. Akumulasi karbon biomassa terbesar terdapat pada batang kecuali pada tanaman kelapa sawit muda dimana karbon biomassa terakumulasi pada pelepah. Hubungan antara umur tanam kelapa sawit dengan karbon biomassanya menunjukkan pola sigmoid yaitu terjadi peningkatan secara perlahan pada awal pertumbuhan kemudian akan terus meningkat dan pada umur tertentu cenderung tidak mengalami perubahan lagi (konstan).
PEMBAHASAN Dalam potensi produksi dan produktivitas tanaman harus mampu memenuhi semua asumsi-asumsi agronomi dan fisiologi, dimana tanaman mampu beradaptasi terhadap lingkungan sebagai tempat tumbuhnya serta mendapat cukup pasokan hara dan air tanpa ada gangguan hama dan penyakit. Salah satu faktor pembatas produksi tanaman adalah radiasi sinar matahari yang digunakan sebagai sumber energi dalam proses fotosintesis (Pahan 2010). Seperti yang telah dijelaskan, biomassa kelapa sawit terbentuk dari proses fotosintesis. Dengan demikian produksi dan produktivitas tanaman dipengaruhi oleh besar kecilnya biomassa tanaman tersebut. Berikut produksi dan produktivitas tanaman 1995 dan 2000 pada tahun 2007-2012 di kebun inti Kebun Sei Air hitam (Tabel 14). Tabel 14 Produksi dan produktivitas tanaman kelapa sawit tahun tanam 1995 dan 2000 pada tahun 2007-2012 pada Kebun Inti Kebun Sei Air Hitam Tahun 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Total
1995 Produksi (ton) 35 895.62 33 807.96 33 602.66 31 964.21 37 500.27 37 752.73 210 523.45
2000 -1
Produktivitas (ton ha ) 29.05 27.36 27.20 25.87 30.35 30.56 170.39
Sumber: Data Kantor Kebun Sei Air Hitam
Produksi (ton) 274.30 421.07 414.37 492.08 555.47 748.28 2 905.56
Produktivitas (ton ha-1) 8.92 13.69 13.47 16.00 18.06 24.33 94.46
31
Dari tabel 14 dapat dilihat perbedaan produktivitas antara tanaman kelapa sawit tahun tanam 1995 dan 2000. Tanaman kelapa sawit akan meningkatkan produksinya sehingga semakin tua tanaman kelapa sawit akan terus meningkat pula produktivitasnya. Menurut Stichnothe dan Schuchardt (2011) secara umum untuk menghasilkan 1 ton CPO membutuhkan 5 ton tandan buah segar (TBS). Dengan demikian dari data yang diperoleh dari kantor kebun Sei Air Hitam data produktivitas tanaman selama enam tahun terakhir yaitu tahun 2007-2012 menunjukkan bahwa tanaman kelapa sawit dengan tahun tanam 1995 (tanaman sample 2) dengan produktivitas 170.39 ton ha-1selama enam tahun telah menghasilkan 34.08 ton CPO ha-1. Tanaman kelapa sawit dengan tahun tanam 2000 (tanaman sample 1) dengan total produktivitas selama enam tahun yaitu sebesar 94.46 ton telah menghasilkan 18.89 ton CPO ha-1. Dari perhitungan biomassa tanaman sample 2 memiliki bobot biomassa yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman sample 1. Hal ini diperoleh karena tanaman sample 2 memiliki umur yang berbeda 5 tahun dari tanaman sample 1. Ukuran tanaman yaitu tinggi batang dan jumlah pelepah pada tanaman sangat mepengaruhi perbedaan total produksi biomassa. Jumlah pelepah (daun) kelapa sawit juga akan memperngaruhi produksi tandan buah segar tanaman kelapa sawit. Pelepah berperan penting dalam proses fotosintesis pembuatan makanan untuk tanaman kelapa sawit.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Dari hasil magang yang telah penulis laksanakan di Kebun Sei Air hitam, dapat dikatakan bahwa produktivitas di Kebun Sei Air Hitam sudah baik, dengan teknik budidaya yang cukup baik. Namun dalam hal manajerial, masih perlu ada peningkatan terutama kaitannya dengan pembinaan SDM. Pembinaan SDM dalam hal teknik panen dan pasca panen sangat menentukan kualitas sawit yang dihasilkan. Dari aspek khusus pengamatan biomassa, biomassa tanaman kelapa sawit pada sampel 1 dan 2 lebih dari 50% berasal dari biomassa anak daun dan akar. Secara keseluruhan, bobot biomassa untuk tanaman sample 1 yaitu 382.32 kg bobot kering atau 1 317.34 kg bobot basah, sedangkan tanaman sample 2 memiliki 659.44 kg bobot kering atau 2 083.05 kg bobot basah. Berdasarkan asumsi yang diajukan, bobot biomassa tanaman kelapa sawit per ha adalah 76.75 ton berat kering atau 245.81 ton berat basah. Tanaman yang lebih tua umurnya memiliki biomassa lebih besar dibandingkan dengan tnaman yang lebih muda. Saran Secara umum diketahui bahwaproduksibiomassa dapat digunakan untuk menilai produktivitas kebun kelapa sawit, oleh karena itu perlu dilakukan kajian lebih mendalam biomassa utamanya proporsi daun dan akar tanaman kelapa sawit pada jenis tanah dan lingkungan tumbuh yang berbeda.
32
DAFTAR PUSTAKA Brown S. 1997. Estimating Biomass and Biomass Change of Tropical Forests: A Primer. Rome (IT): Food and Agriculture Organization of The United Nations.134 p. Efendi R. 2009. Faktor-Faktor Penentu Ekspor Minyak Kelapa Sawit (Crude Palm Oil) Indonesia. http://jurnal.fe-unsyiah.org/wpcontent/uploads/2011/11/v8.3.7.-Rustam-Effendi.pdf. [7 Maret 2012] Hairiah K, Rahayu S. 2007. Pengukuran Karbon Tersimpan Di Berbagai Macam Penggunaan Lahan. Bogor (ID): World Agroforestry Centre-ICRAF. South East Asia. Fauzi Y, Widyastuti Y, Setyawibawa I, Hartono R. 2008. Kelapa Sawit. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. 168 hal. Lubis AU. 1992. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Indonesia. Bandar Kuala. Pematang Siantar (ID): Pusat Penelitian Marihat. 435 hal. Mangoensoekarjo S, Sumangun H. 2008. Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit. Yogyakarta (ID): Gajah Mada University Press. 605 hal. Mongabay.com. 2012. Indonesia lost 8.8m ha of forest in the 2000s. generating 7 billion tons of CO2. http://news.mongabay.com/2012/1202-indonesiaghg-emissions.html. [4 Desember 2012] Noor’an RF, Purwaningsih S, Rustami A, Subagyo P. 2010. Pengukuran dan Pendugaan Stok Karbon Tipe Ekosistem Hutan Dipterocarapaceae di KHDTK Labanan Kab. Berau Kalimantan Timur. Samarinda (ID): Balai Besar Penelitian Dipterokarpa. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Kementrian Kehutanan. Pahan I. 2010. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Ed ke-5. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. 412 hal. PT PISP1. 2012. Laporan Tahunan Kantor Kebun PT Perdana Inti Sawit Prkasa 1 Kebun Sei Air Hitam. Riau (ID): Kantor Kebun PT PISP1. Stichnothe H, Schuchardt F. 2011. Life cycle assessment of two palm oil production systems. Biomass and Bioenergy.35 (9): 3976-3984. Sutaryo D. 2009. Penghitungan Biomassa: Sebuah Pengantar untuk Studi Karbon dan Perdagangan Karbon. Bogor (ID): Wetlands International Indonesia Programme. Yulianti N. 2009. Cadangan Karbon Lahan Gambut dari Agroekosistem Kelapa Sawit PTPN IV Ajamu. Kabupaten Labuhan Batu Sumatera Utara. Tesis.. Bogor (ID): Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. 97 hal.
33 Lampiran 1 Jurnal harian kegiatan magang sebagai Karyawan Harian Lepas di Kebun Sei Air Hitam, PT Perdana Inti Sawit Perkasa 1, Rokan Hulu, Riau
Tanggal
Uraian kegiatan
Lokasi (Blok)
Prestasi kerja Penulis
Karyawan
Standar
12/02/2013
Pemupukkan
0.5 Ha
5 Ha
4 Ha
A30
13/02/2013 14/02/2013
Chemis Pamel Jalan
0.5 Ha 1.5 km
4 Ha
3 Ha 1 km
B28 A26-A23
15/02/2013 16/02/2013
Pemanenan Pemanenan
0.5 Ha 0.5 Ha
6 Ha 6 Ha
3 Ha 3 Ha
B23 B27-B29
17/02/2013 18/02/2013
Libur Pemanenan
0.5 Ha
6 Ha
3 Ha
B34-B29
19/02/2013 20/02/2013
Pemanenan Sensus Tanaman
0.5 Ha 3 Blok
6 Ha
3 Ha
A33-A29 Kebun KKPA
21/02/2013 22/02/2013
Presentasi Kegiatan Grading Buah
23/02/2013 24/02/2013 25/02/2013 26/02/2013 27/02/2013 28/02/2013 01/03/2013 02/03/2013 03/03/2013 04/03/2013 05/03/2013 06/03/2013 07/03/2013 08/03/2013 09/03/2013 10/03/2013
4 Blok
Kantor Kebun B26-B29
Grading Buah Libur Pemanenan Pemanenan Pemupukkan Pemanenan Administrasi Administrasi Libur Administrasi Administrasi Administrasi Mengajar
4 Blok
B33-B31
Pemanenan Kunjungan Laboratorium Libur
0.5 Ha
0.5 Ha 0.5 Ha 0.5 Ha 0.5 Ha
6 Ha 6 Ha 5 Ha 6 Ha
6 Ha
3 Ha 3 Ha 4 Ha 3 Ha
3 Ha
A33-A30 A29-A25 B30-B31 B25-B28 Kantor Rayon Afdeling II Afdeling II Afdeling II Afdeling II SMKN 2 Kepenuhan B28-B29 PKS
34 Lampiran 2 Jurnal harian kegiatan magang sebagai Pendamping Mandor di Kebun Sei Air Hitam, PT Perdana Inti Sawit Perkasa 1, Rokan Hulu, Riau Prestasi Kerja Penulis Tanggal
Uraian Kegiatan
11/03/2013 12/03/2013 13/03/2013 14/03/2013
Kerani produksi Libur Kerani produksi Kegiatan bersama
15/03/2013
Kegiatan bersama
16/03/2013
Kegiatan bersama
17/03/2013 18/03/2013 19/03/2013 20/03/2013 21/03/2013 22/03/2013 23/03/2013
Libur Mandor panen Mandor panen Sensus Tanaman Sensus Tanaman Sensus Tanaman Kegiatan bersama
24/03/2013
Libur
25/03/2013 26/03/2013
Sensus Tanaman Sensus Tanaman
27/03/2013 28/03/2013 29/03/2013 30/03/2013
Mandor perawatan Sensus Tanaman Mandor panen Kegiatan bersama
31/03/2013 01/04/2013
Libur Supervisi
02/04/2013
04/04/2013 05/04/2013 06/04/2013
Mandor perawatan Mandor perawatan Kunjungan Lab Mandor panen Kegiatan bersama
07/04/2013
Libur
03/04/2013
Jumlah KHL yang diawasi (orang)
Lama kegiatan (jam)
Lokasi
2
5
B33-B29
2
5
A34-A30 Lapangan Bola Lapangan Bola Lapangan Bola
4 4 4 4 4
B33-B29 B29-B26 A28 A28-A27 A27 Lapangan Bola
4 4
A27 A25
6
3
A27
1
7 4
B25 B25-B28 Lapangan Bola
1 1
Luas Areal yang diawasi (Ha)
6 6
6
6
Kantor Kebun B26
7
4
B32-B33
1
4
PKS B21-B25 Lapangan Bola
35
Lampiran 3 Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping asisten di Kebun Sei Air Hitam, PT Perdana Inti Sawit Perkasa 1, Rokan Hulu, Riau Prestasi kerja penulis Tanggal
Uraian kegiatan
08/04/2013 09/04/2013
Pengawasan panen Pengawasan pemupukan Grading buah Grading buah Pengambilan sample Pengovenan sample Libur Pengamatan sample Pengamatan sample Pengamatan sample Pengawasan panen Pengawasan panen Pengawasan panen Libur Pengambilan data Pengambilan data Pengawasan pemupukan Pengawasan chemis Pengambilan data Pengambilan data Libur Pengawasan panen Pengawasan chemis Grading buah Grading buah Pengambilan sample Pengovenan sample Libur Pengamatan sample Pengamatan sample Pengamatan sample Pengawasan panen Pengawasan pemupukan Pengambilan data Libur
10/04/2013 11/04/2013 12/04/2013 13/04/2013 14/04/2013 15/04/2013 16/04/2013 17/04/2013 18/04/2013 19/04/2013 20/04/2013 21/04/2013 22/04/2013 23/04/2013 24/04/2013 25/04/2013 26/04/2013 27/04/2013 28/04/2013 29/04/2013 30/04/2013 01/05/2013 02/05/2013 03/05/2013 04/05/2013 05/05/2013 06/05/2013 07/05/2013 08/05/2013 09/05/2013 10/05/2013 11/05/2013 12/05/2013
Jumlah mandor yang diawasi (orang) 2 1
Luas areal yang diawasi (ha)
Lama kegiatan (jam)
15 20
5 6
B30-B33 B25
7 7
A23-A27 A21-A23 A29 Lab. PKS
2 2
2 2 2
15 10 10
Lokasi
5 5 5
Lab. PKS Lab. PKS Lab. PKS A21-A24 B21-B24 B25-B29 B25 B25 A25
1
25
6
1
20
5
A33 B25 B25
2 1 2 2
15 20
5 5 4 5
B29-B33 A24 A23-A27 A21-B23 B25 Lab. PKS
2 1
10 25
6 5
Lab. PKS Lab. PKS Lab. PKS A21-A24 A30 B25
36
Lampiran 3 (lanjutan) Prestasi kerja penulis Tanggal
13/05/2013 14/05/2013 15/05/2013 16/05/2013 17/05/2013 18/05/2013 19/05/2013 20/05/2013 21/05/2013 22/05/2013 23/05/2013 24/05/2013 25/05/2013 26/05/2013 27/05/2013 28/05/2013 29/05/2013 30/05/2013 31/05/2013 01/06/2013 02/06/2013 03/06/2013 04/06/2013 05/06/2013 06/06/2013 07/06/2013 08/06/2013 09/06/2013 10/06/2013 11/06/2013
Uraian kegiatan
Kunjungan pabrik Kunjungan pabrik Kunjungan pabrik Kunjungan pabrik Kunjungan pabrik Kunjungan pabrik Libur Penulisan laporan Penulisan laporan Penulisan laporan Penulisan laporan Penulisan laporan Penulisan laporan Libur Administrasi Presentasi hasil magang Persiapan perpisahan GM Perpisahan GM PT PISP1 Perpisahan dengan staff Persiapan kepulangan Libur Perpisahan dengan warga Perjalanan ke Pekanbaru Kegiatan di Learning Center Kegiatan di Learning Center Kegiatan di Learning Center Kegiatan di Learning Center Libur Libur Pulang ke rumah
Jumlah mandor yang diawasi (orang)
Luas areal yang diawasi (ha)
Lama kegiatan (jam)
6 6 6 6 6 6
Lokasi
PKS PKS PKS PKS PKS PKS Perumahan staff Perumahan staff Perumahan staff Perumahan staff Perumahan staff Perumahan staff Kantor kebun Kantor kebun Perumahan staff Perumahan staff Perumahan staff Afdeling II
Afdeling II Pekanbaru Pekanbaru Pekanbaru Pekanbaru Pekanbaru
Pekanbaru
37
Lampiran 4 Peta areal statemen Kebun Sei Air Hitam
B
A
Keterangan:
A: Lokasi pengambilan tanaman sample 1 B : Lokasi pengambilan tanaman sample 2 dan tanaman sample Ha
38
38
Lampiran 5 Keadaan curah hujan di Kebun Sei Air Hitam dari tahun 2007-2012 2007 HH Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agus Sept Okt Nov Des Total Rataan Bulanan
6 7 7 9 10 5 9 5 12 10 5 11
2008 CH 199 190 228 307 218 83 156 90 156 226 95 200
HH 10 9 15 10 7 10 8 8 8 10 4 16
2009 CH 165 190 522 250 180 299 485 305 325 370 190 187.5
HH 13 8 14 10 6 3 3 12 7 8 10 19
2010 CH 203.5 218 356 246 151 60 80 264 183 237 257 330
HH 13 7 10 8 9 10 7 4 11 9 12 11
2011 CH 303 180 209 143 96 209 133 86 188 128 123 156
HH 17 8 11 15 11 8 6 12 9 11 19 20
2012 CH 321 173.67 251.42 222.58 178.99 152.17 58.63 229.96 135.25 166.08 429.67 492.67
HH 10 12 12 13 7 4 15 8 15 50 21 15
Rata-rata CH 213.83 300.15 259.03 391.67 551.23 41.8 332 477 234.98 533.99 457.31 531.84
HH 11.50 8.50 11.50 10.83 8.33 6.67 8.00 8.17 10.33 16.33 11.83 15.33
CH 234.22 208.64 304.24 260.04 229.20 140.83 207.44 241.99 203.71 276.85 258.66 316.34
96
2148
115
3 468.5
113
2 585.5
111
1954
147
2812.39
182
4324.84
127.33
2882.21
8
179
9.58
289.04
9.42
215.46
9.25
162.83
12.25
234.34
15.17
360.40
10.61
240.18
Sumber : Kantor administrasi Kebun Sei Air Hitam Keterangan : HH : Hari hujan (hari) CH : Curah hujan (mm)
39
RIWAYAT HIDUP Gustia Kusuma Wardani, lahir di Pekanbaru, 1 Agustus 1991. Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Syawaluddin dan Ibu Nursidah. Pendidikan formal yang dijalani penulis di mulai dari TK Nurul Islam Muaro Sentajo pada tahun 1996-1997,pendidikan dilanjutkan di SD Negeri 021 Pulau Komang Sentajo selama 6 tahun, kemudian melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 3 Teluk Kuantan selama 3 tahun. setelah lulus di Sekolah Menengah Pertama penulis melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Teluk Kuantan dan lulus pada tahun 2009. Pendidikan Strata 1 dilanjutkan oleh penulis di Institut Pertanian Bogor melalui jalur BUD (Beasiswa Utusan Daerah) Provinsi Riau pada tahun 2009. Penulis masuk di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian. Kegiatan di luar perkuliahan juga diikuti oleh penulis, seperti kegiatan kepanitiaan yang diselenggarakan oleh Departemen Agronomi dan Hortikutura. yaitu Agrosportment III. Selain itu penulis juga aktif di dalam organisasi mahasiswa daerah (OMDA) Riau di Bogor, dan OMDA Kabupaten Kuantan Singingi di Bogor.