i
PENGELOLAAN LAHAN GAMBUT DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI KEBUN TELUK BAKAU, PT BHUMIREKSA NUSA SEJATI, MINAMAS PLANTATION, RIAU
JASTRI MEY SARAGIH A24090150
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
ii
iii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengelolaan Lahan Gambut di Perkebunan Kelapa Sawit di Kebun Teluk Bakau, PT Bhumireksa Nusa Sejati, Minamas Plantation, Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Januari 2014 Jastri Mey Saragih NIM A24090150
4
5
ABSTRAK JASTRI MEY SARAGIH. Pengelolaan Lahan Gambut di Perkebunan Kelapa Sawit di Kebun Teluk Bakau, PT Bhumireksa Nusa Sejati, Minamas Plantation, Riau. Dibimbing oleh HARIYADI. Kegiatan magang dilaksanakan di kebun Teluk Bakau Estate, PT Bhumireksa Nusa Sejati (BNS), Kalimantan Selatan dengan tujuan umum mengetahui dan mengikuti praktek perusahaan dalam mengelola lahan gambut untuk tanaman kelapa sawit, serta dengan tujuan khusus mempelajari sistem pengelolaan tata air perkebunan. Kegiatan dilaksanakan selama 4 bulan mulai Februari – Juni 2013. Pada umumnya sasaran ketinggian air di Perkebunan PT BNS adalah 25 – 50 cm di bawah permukaan tanah. Sistem drainase di PT BNS terdiri atas kanal utama, kanal cabang, kanal cabang baru, kanal kolektor, parit kolektor, parit tengah, dan field drain. Upaya-upaya untuk mempertahankan ketinggian air antara lain membuat water zoning, memasang piezzometer, pintu air, over flow gate, pintu air parit tengah, pembuatan emergency gate, pemasangan spillway, perawatan kanal, dan pembuatan peta dan standar operasional prosedur sistem pengelolaan tata air. Analisis regresi linier sederhana dilakukan untuk menduga pengaruh curah hujan terhadap ketinggian air. Kajian menunjukkan bahwa curah hujan berpengaruh nyata (P value = 0.014) terhadap ketinggian air. Kenaikan 1 % curah hujan akan menaikkan ketinggian air 0.06893% di bawah permukaan tanah. Analisis regresi linier berganda dilakukan untuk menduga pengaruh curah hujan dan ketinggian air terhadap produksi. Kajian menunjukkan curah hujan dan ketinggian air tidak berpengaruh nyata terhadap produksi. Secara keseluruhan ketinggian air di Kebun Teluk Bakau terkontrol dengan baik. Secara keseluruhan kondisi sistem drainase baik dan dapat dilalui kendaraan air. Sistem pengelolaan tata air dikelola dengan baik. Kata kunci: drainase, ketinggian air, pengelolaan tata air, Riau
ABSTRACT Internship was conducted at the Teluk Bakau Estate, PT Bhumireksa Nusa Sejati (BNS), Riau in order to follow the practise of the company in managing peatland for oil palm crop, as well as to study the water management system of estates. Activity was carried out for 4 months from February to June 2013. Target of water level at PT BNS plantation commonly is in range 25 to 50 cm below the ground surface. Drainage system in PT BNS consists of main canals, branch canals, new branch canals, collection canals, collection trenches, middle trenches, and field drain. The efforts to maintaining the water level are building up water zoning, installing piezzometers, water gates, over flow gates, water flows, building up emergency gates, installing spillway, treating canals, and making maps and standard operational procedure of water management system. Simple linear regression analysis was used to estimate the effect of rainfall to water level. Result showed that the rainfall significantly (p value = 0.014) affected the water level. Increasing 1% of the rainfall would increase the water level by
6
0.06899% below the ground surface. Multiple linear regression analysis was used to estimated the effect of rainfall and water level to production. Results showed that the rainfall and the water level did not affect the production. Most of the water levels at Teluk Bakau Estate are controlled well. Most of the drainage system conditions are good and can be passed by conveyance of water. Water management system is managed well. Keywords: drainage, Riau, water level, water management
7
PENGELOLAAN LAHAN GAMBUT DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI KEBUN TELUK BAKAU, PT BHUMIREKSA NUSA SEJATI, MINAMAS PLANTATION RIAU
JASTRI MEY SARAGIH A24090150 Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Agronomi dan Hortikultura
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
8
9
Judul Skripsi : Pengelolaan Lahan Gambut di Perkebunan Kelapa Sawit di Kebun Teluk Bakau, PT Bhumireksa Nusa Sejati, Minamas Plantation, Riau Nama : Jastri Mey Saragih NIM : A24090150
Disetujui oleh
Dr Ir Hariyadi, MS Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Agus Purwito, MScAgr Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
10
11
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Skripsi merupakan syarat kelulusan S1 di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Skripsi merupakan hasil dari kerja dan analisis selama kegiatan magang yang dilaksanakan selama empat bulan di perkebunan kelapa sawit Kebun Teluk Bakau, PT Bhumireksa Nusa Sejati, Minamas Plantation, Riau Terima kasih penulis ucapkan kepada kepada kedua orang tua, Bapak Jamansur Saragih, Ibu Murni Br Perangin Angin, Abang Jon Iman Tuah Bremanda Saragih, kakak-kakakku yang tercinta, dan seluruh keluarga besar atas doa dan dukungan yang diberikan kepada penulis, Bapak Dr Ir Hariyadi, MS selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan dukungan, bimbingan serta arahannya selama pelaksanaan magang dan penyusunan skripsi. Bapak Dr Ir Supijatno, MSi dan Bapak Dr Ir Ade Wachjar, MS selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan saran dan masukan dalam penyusunan skripsi. Ibu Dr Ir Yudiwanti Wahyu E. K, MS selaku pembimbing akademik yang telah membimbing penulis selama menjalankan studi. Bapak Mohamad Faozi Toan selaku Manajer Kebun Teluk Bakau dan Bapak Kamsul Effendi selaku Manajer Kebun Mandah, dan keluarga besar PT Bhumireksa Nusa Sejati, Kebun Teluk Bakau, Minamas Plantation, Riau, terutama Bapak Bistha Senior Asisten Divisi I dan Bang Suryadi selaku Asisten Divisi II yang telah memberi bimbingan dan masukan kepada penulis. Terima kasih juga untuk teman-teman seperjuangan, Warkop AGH 46, Agrolina, AGH angkatan 46, KPP 46, PARMASI 46, IMKA 46, dan Parsamosir 46, beserta semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Januari 2014 Jastri Mey Saragih
12
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Kriteria Lahan Gambut Sifat dan Ciri Lahan Gambut Perkebunan Kelapa Sawit di Lahan Gambut METODE Waktu dan Tempat Pelaksanaan Magang Pengamatan dan Pengumpulan Data Analisis Data dan Informasi KEADAAN UMUM Letak Geografi Keadaan Iklim dan Tanah Luas Areal dan Tata Guna Lahan Keadaan Tanaman dan Produksi Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Persiapan Lahan Peremajaan (Replanting) Penanaman Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Pemanenan Pengaturan Ketinggian Air Aspek Manajerial HASIL DAN PEMBAHASAN Pengelolaan Tata Air Sistem Drainase Water Zoning Pengaruh Curah Hujan terhadap Ketinggian Air Pengaruh Curah Hujan dan Ketinggian Air terhadap Produksi KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
vii vii viii 1 1 1 2 2 3 4 5 5 5 6 6 7 7 7 8 8 8 10 10 10 16 23 24 26 29 32 32 33 36 37 39 40 40 40 40 43 64
13
DAFTAR TABEL 1. 2. 3. 4.
Anjuran pemupukan untuk tanaman kelapa sawit di lahan gambut 5 Norma Ketenagakerjaan Kebun Teluk Bakau, PT BNS 9 Mutu tanam di lahan peremajaan 19 Kriteria Panen di Kebun Teluk Bakau Berdasarkan Jumlah Brondolan yang Lepas dari Tandan 25
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Kegiatan sensus pokok 11 Pancang utama 11 Pre lining dan pancang mata tiga untuk pembongkaran pokok 12 Proses pembongkaran pokok 13 Parit CECT 13 Layout blok sebelum peremajaan dan setelah peremajaan 14 Layout petak A blok peremajaan 15 Compacting, cambering, gawangan sebelum cambering dan sesudah cambering 16 Pancang tanam 17 Alat berat pelubang tanam, bibit dan lubang tanam, sketsa alat pembuat lubang, lubang tanam tampak samping, tampak atas 17 Aplikasi RP dan lubang tanam yang tergenang air 18 Penanaman yang baik, pokok miring, piringan rata, dan tanaman menguning akibat pecahnya bola tanah saat menanam 19 Lubang tanam normal dan lubang tanam terlalu dekat parit field drain 20 Posisi pokok normal dan pokok terancamg longsor 20 Penyemprotan hama dan takaran dan pelumas knapsack sprayer 20 Hasil penanaman pakis, M. bracteata umur 2 bulan, campuran kacangan Pj dan Mc umur 2 minggu 22 Pemupukan dan hasil pemupukan 23 Serangan hama kumbang tanduk, tunas tumbuh kembali pasca penyerangan, pherotrap kumbang tanduk, penanaman beneficial plant, bedengan beneficial plant, pembibitan beneficial plant 24 Potong buah, pengangkutan TBS menggunakan bargas 26 Piezzometer di km 5 26 Pintu air 27 Over flow gate dan water gate 27 Spillway 28 Pencucian kanal dengan menggunakan bargas lumut 28 Grafik hubungan ketinggian air dengan hasil TBS (TM 14) di 33 KUT 34 Kanal kolektor 34 KCB 35 KCB baru 35 Parit tengah 36
14
31 Field drain 32 Bendungan KCB dan bendungan kolektor 33 Grafik hubungan curah hujan dengan ketinggian air di bawah permukaan tanah periode Januari 2012 – Mei 2013 34 Grafik ketinggian air dan curah hujan periode januari 2012 – Mei 2013 35 Grafik ketinggian air dan curah hujan (Januari 2010 – Mei 2011), dan produktivitas (Januari 2012 – Mei 2013)
36 37 38 38 39
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Peta wilayah Kebun Teluk Bakau PT BNS, Riau 45 Curah hujan 2008-2012 Kebun Mandah PT BNS, Riau 46 Produksi Lima Tahun Terakhir Kebun Teluk Bakau PT BNS 47 Struktur organisasi Kebun Teluk Bakau PT BNS, Riau 48 Rekomendasi Dosis Pemupukan di Lahan Peremajaan Divisi I Kebun TBE, PT BNS 49 Peta Sistem Water Zoning PT BNS, Riau 50 Peta posisi piezzometer/water level PT BNS, Riau 51 Peta bendungan Water Zoning PT BNS, Riau 52 Peta posisi pintu air dan spill way PT BNS, Riau 53 Peta posisi ombrometer PT BNS, Riau 54 Peta water management Kebun Mandah PT BNS, Riau 55 Jurnal harian sebagai karyawan harian lepas (KHL) di PT BNS Kebun Teluk Bakau, Riau 56 Jurnal harian sebagai pendamping mandor di PT BNS Kebun Teluk Bakau, Riau 57 Jurnal harian sebagai pendamping asisten di PT BNS Kebun Teluk Bakau, Riau 58 Ketinggian Air Kebun TBE Tahun 2010 60 Ketinggian Air Kebun Teluk Bakau Tahun 2011 61 Ketinggian Air Kebun Teluk Bakau Tahun 2012 62 Ketinggian Air Kebun Teluk Bakau Tahun 2013 63
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan buah kelapa sawit meningkat tajam seiring meningkatnya kebutuhan CPO dunia, seperti yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir ini terutama sejalan dengan peningkatan kebutuhan untuk industri turunan dan pengembangan bio energy sebagai alternatif bahan bakar (Yanuar 2011). Peningkatan permintaan terhadap produksi kelapa sawit tersebut di samping menguntungkan juga menjadi tantangan bagi negara Indonesia sebagai salah satu negara pengekspor kelapa sawit karena perlu peningkatan produksi kelapa sawit untuk memenuhi kebutuhan tersebut sedangkan lahan subur untuk pertanian kelapa sawit semakin terbatas. Perluasan lahan kelapa sawit pada lahan marjinal seperti lahan gambut adalah solusi penting dalam meningkatkan produksi kelapa sawit di Indonesia. Lahan gambut merupakan lahan yang potensial untuk tanaman kelapa sawit. Menurut Winarna (2007) produksi kelapa sawit pada lahan gambut mencapai 27 ton/ha/tahun, sehingga tidak kalah jika dibandingkan dengan produksi kelapa sawit pada jenis tanah lain. Menurut Suryana et al. (2007) produktivitas rata-rata kelapa sawit Indonesia sebesar 20.25 ton/ha/tahun. Menurut Noor (2010) luas lahan gambut di Indonesia 15 juta ha. Menurut Sabiham dan Sukarman (2012) 9 juta ha sesuai syarat untuk pertanian. Namun yang sudah dibuka dan dikembangkan baru 0.5 juta ha untuk tanaman pangan yang dikelola oleh para transmigran serta 1.2 juta ha untuk perkebunan khususnya kelapa sawit. Oleh karena itu sangat diperlukan upaya-upaya optimalisasi sumber daya lahan gambut untuk perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Budidaya kelapa sawit pada lahan gambut selalu melibatkan pengelolaan tata air, pemadatan tanah, dan pemupukan, dan jika ketiga faktor tersebut tidak dikelola dengan baik, kelestarian lahan gambut akan terancam. Di samping faktor agronomi tanaman, pengelolaan tata air merupakan faktor paling kritis terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman. Pengelolaan tata air yang buruk akan berpengaruh secara signifikan terhadap penurunan produksi. Level air yang terlalu rendah akan meningkatkan laju subsiden dan risiko kecelakaan kebakaran gambut. Drainase yang buruk akan menyebabkan kondisi kering tak balik (irreversible). Oleh karena itu pengelolaan tata air adalah syarat awal keberhasilan pengelolaan lahan gambut untuk budidaya kelapa sawit (Melling dan Hatano 2010). Menurut Hatano et al. (2010) level air merupakan faktor penting dalam menentukan regulasi emisi gas rumah kaca pada tanah gambut. Level air yang semakin rendah akan meningkatkan emisi CO2 dan N2O, sedangkan kondisi banjir akan menghasilkan emisi CH4. Oleh karena itu level air diusahakan pada kisaran 50-75 cm di bawah permukaan tanah.
Tujuan Tujuan umum magang untuk meningkatkan kemampuan penulis dalam mempelajari dan memahami proses produksi kelapa sawit di lahan gambut serta dapat bekerja secara nyata pada perusahaan perkebunan kelapa sawit. Tujuan
2
khusus yaitu mempelajari pengelolaan tata air dalam upaya meningkatkan produksi dan mempertahankan kelestarian lahan gambut. Kemudian menganalisis pengaruh curah hujan terhadap ketinggian air, dan menganalisis pengaruh curah hujan dan ketinggian air terhadap produksi kelapa sawit.
TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Kriteria Lahan Gambut Pengertian lahan gambut berdasarkan rumusan semiloka nasional pemanfaatan lahan gambut berkelanjutan di Bogor tanggal 28 Oktober 2010 ialah sebagai suatu area yang ditutupi endapan bahan organik dengan ketebalaan >50 cm yang sebagian besar belum terlapuk secara sempurna dan tertimbun dalam waktu lama serta mempunyai kandungan C-organik >18% (Sabiham dan Sukarman 2012). Dalam klasifikasi tanah (soil taxonomy), tanah gambut dikelompokkan ke dalam ordo hitosol (histos dari bahasa Yunani = jaringan) atau sebelumnya dinamakan organosol yang mempunyai ciri dan sifat yang berbeda dengan tanah jenis tanah mineral umumnya (Noor 2001). Kriteria lahan gambut untuk kebun kelapa sawit harus memenuhi Peraturan Menteri Pertanian (PERMENTAN) Nomor 14/Permentan/PL.110/2/2009 Tahun 2009, yaitu: 1. Berada pada kawasan budidaya Kawasan budidaya dimaksud dapat berasal dari kawasan hutan yang telah dilepas dan/atau areal penggunaan lain (APL) untuk usaha budidaya kelapa sawit. 2. Ketebalan lapisan gambut kurang dari 3 (tiga) meter Lahan gambut yang dapat digunakan untuk budidaya kelapa sawit: (1) dalam bentuk hamparan yang mempunyai ketebalan gambut kurang dari 3 (tiga) meter; (2) dan proporsi lahan dengan ketebalan gambutnya kurang dari 3 (tiga) meter minimal 70% (tujuh puluh persen) dari luas areal yang diusahakan. 3. Lapisan tanah mineral di bawah gambut Substratum menentukan kemampuan lahan gambut sebagai media tumbuh tanaman. Lapisan tersebut tidak boleh terdiri atas pasir kuarsa dan tanah sulfat masam. 4. Tingkat kematangan gambut Areal gambut yang boleh digunakan adalah gambut matang (saprik) dan gambut setengah matang (hemik) sedangkan gambut mentah dilarang untuk pengembangan budidaya kelapa sawit. 5. Tingkat kesuburan tanah Tingkat kesuburan tanah dalam kategori eutropik, yaitu tingkat kesuburan gambut dengan kandungan unsur hara makro dan mikro yang cukup untuk budidaya kelapa sawit sebagai pengaruh luapan air sungai dan/atau pasang surut air laut (Departemen Pertanian 2009).
3
Sifat dan Ciri Lahan Gambut Topografi Topografi lahan gambut tropik pada umunnya berbentuk kubah (dome). Dari pinggir ke arah tengah makin mendekati puncak kubah, permukaan lahan makin meningkat dengan kemiringan 0.1 %. Perbedaan tinggi permukaan di lahan gambut berhubungan erat dengan ketebalan gambut. Informasi perbedaan tinggi permukaan (topografi) ini penting dalam rencana jaringan tata air, termasuk penentuan dimensi ukuran saluran dan arah saluran. Dengan demikian, kekeringan akibat pengatusan berlebihan atau banjir pada saat musim hujan dapat dihindari (Noor 2001). Iklim Anasir penting iklim di kawasan gambut tropik adalah curah hujan, suhu, dan kelembapan. Curah hujan di lahan gambut dan rawa umumnya cukup tinggi , yakni antara 2 000 – 4 000 mm per tahun. Curah hujan bulanan rata-rata > 200 mm dengan bulan basah antara 6 – 11 bulan yang jatuh antara bulan September hingga bulan Mei. Suhu permukaan gambut hampir tetap. Jika keadaan tertutup hutan, suhu gambut berkisar 27.50 C – 29.00 C dan jika keadaan terbuka berkisar 40.00 C – 42.50 C. Suhu yang tinggi pada keadaan terbuka akan merangsang aktivitas mikroorganisme sehingga perombakan gambut dipercepat dan intensif, sehingga mempercepat terjadi degradasi lahan (Noor 2001). Tata Air Lahan gambut dalam keadaan alami selalu basah dan sebagian secara permanen dalam keadaan tergenang air. Sifat dan keadaan tata air lahan gambut dipengaruhi oleh perilaku pasang surut sungai/laut, iklim, dan topografi. Menurut pengaruh luapan pasang yang terjadi, sebagian lahan gambut berada di wilayah terluapi secara langsung oleh pasang dan sebagian lepas dari pengaruh pasang (Noor 2001). Sifat Fisik Tanah Gambut Kawasan gambut umumnya membentuk kubah sehingga ketebalan gambut mendekati tepi air atau pingir (sungai) makin tipis. Daur ulang (recycling) hara ke lapisan atas sangat sedikit dan terbatas. Oleh karena itu, pertumbuhan tanaman perkebunan di lahan gambut tebal lebih baik daripada tanaman semusim (Noor 2001). Lapisan bawah gambut dapat berupa lapisan lempung marin atau pasir. Gambut yang terhampar di atas pasir kuarsa mempunyai kesuburan lebih rendah dibandingkan dengan yang berada di atas lapisan lempung marin. Lapisan lempung marin umumnya mengandung pirit (FeS2) sehingga jika lapisan atas gambut ini terkuras habis, misalnya akibat budidaya yang intensif atau terbakar, maka dapat terbentuk tanah sulfat masam (Andriesse dalam Noor 2001). Penurunan muka tanah (subsidence) yang terjadi di tanah gambut sangat tergantung pada intensitas kegiatan budidaya dan pengatusan. Besar kecilnya amblesan dipengaruhi oleh tingkat kematangan gambut, umur reklamasi, dan ketebalan lapisan gambut. Amblesan dapat ditekan dengan mempertahankan muka air tanah.
4
Gambut memiliki berat volume rendah, porositas tinggi, dan daya tambat air (water holding capacity) sangat tinggi. Gambut di Indonesia rata-rata memiliki berat volume antara 0.07 sampai 0.27 g/cm3, porositas berkisar 83.62 sampai 95.13 persen dan kandungan air dapat mencapai 1 272 persen. Semakin menurun BV tanah gambut akan diikuti secara linear oleh peningkatan porositas tanah dan kandungan air tanah kapasitas jenuh. Pori-pori tanah dalam keadaan tergenang akan diisi oleh air, sehingga semakin tinggi porositas tanah maka akan semakin tinggi air yang akan ditambat pada tanah gambut. Karena berat volume gambut yang rendah maka daya dukung (bearing capacity) tanah gambut juga rendah. Daya hantar air (hydraulic conductivity) tanah gambut ke arah vertikal sangat rendah sedangkan ke arah lateral relatif tinggi. Selain itu, gambut memiliki sifat kering tak balik sehingga perlu pengelolaan yang baik terutama pengelolaan muka air tanah (Barchia 2006). Sifat Kimia Tanah Gambut Tanah gambut sebagian besar bereaksi masam sampai sangat masam dengan pH < 4. Kandungan N total tinggi tetapi tidak tersedia bagi tanaman, karena rasio C/N yang tinggi juga sehingga tanaman bersaing dengan mikroorganisme. Kandungan unsur hara Mg tinggi, sementara P dan K rendah. Kandungan unsur hara mikro terutama Cu, B, Zn sangat rendah. Daya sangga (buffering capacity) air tinggi. Oleh karena itu perlu ameliorasi tanah gambut untuk mengatasi tingginya kemasaman tanah dan buruknya kesuburan tanah yang merupakan dua faktor pembatas dalam meningkatkan produktivitas lahan gambut (Barchia 2006).
Perkebunan Kelapa Sawit di Lahan Gambut Pengelolaan tata air merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam pengusahaan lahan gambut. Pengelolaan tata air pada lahan gambut sebaiknya dengan mempertahankan muka air tanah 50 cm – 70 cm dari permukaan tanah. Hal ini dikmaksudkan untuk mempertahankan gambut agar tidak kering dan mudah terbakar. Untuk mempertahankan muka air tanah dapat dilakukan dengan membuat pintu air (Barchia 2006). Beberapa perkebunan besar telah menerapkan pemupukan berdasarkan umur tanaman. Anjuran pemupukan untuk tanaman kelapa sawit di lahan gambut disajikan pada Tabel 1. Emisi CO2 dari lahan gambut diperkirakan sekitar empat kali emisi dari lahan mineral karena luas lahan gambut yang hanya sekitar 12% dari total luas daratan Indonesia. Hal ini disebabkan tingginya cadangan karbon lahan gambut dan mudahnya karbon tersebut teremisi apabila dilakukan deforestasi, drainase serta pembakaran (Agus 2010). Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa emisi CO2 lahan gambut yang masih hutan (hutan gambut, hutan gambut sekunder), lebih tinggi daripada emisi CO2 lahan gambut yang sudah dijadikan pertanian (sawah, kelapa sawit). Bahkan emisi CO2 dari perkebunan kelapa sawit gambut lebih rendah dari emisi CO2 sawah gambut maupun hutan gambut. Bahkan hasil studi Melling et al. (2007) mengungkapkan bahwa secara netto perkebunan kelapa sawit di lahan gambut
5
dalam (deep peat land) bukan sumber emisi maupun penyerap CO2 (bila dikoreksi emisi CO2 dari dekomposisi dan respirasi mikroorganisme yang secara alamiah ada di lahan gambut). Rataan emisi CO2 55 ton/ha/tahun lebih rendah daripada emisi hutan gambut tropis 78.5 ton/ha/tahun (Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia 2013). Tabel 1 Anjuran pemupukan untuk tanaman kelapa sawit di lahan gambut Umur tanaman (bulan) Awal/lubang 1 3 6 9 12 16 20 24 28 32 Jumlah
Urea 100 200 350 350 500 500 750 750 1 000 1 000 5 500
RP 250 500 750 1 000 1 000 3 500
Jenis Pupuk (g/pohon) MOP Dolomit CuSO4 150 250 250 500 500 750 1 000 1 000 1 500 6 000
350 150 250 250 250 500 500 500 750 3 500
15 100 200 250 250 815
ZnSO4 15 15
HGFborate 20 30 30 100
Keterangan: RP = Rock Phosphate MOP = Moriate of Potash Sumber: Suandi dan Chan dalam Noor (2001)
METODE Waktu dan Tempat Kegiatan magang dilaksanakan selama 4 bulan dari Februari – Juni 2013 di Kebun Teluk Bakau Estate, PT Bhumireksa Nusa Sejati, Minamas Plantation, Kecamatan Pelangiran, Kabupaten Indragilir Hilir, Riau.
Pelaksanaan Magang Kegiatan magang dilakukan pada tiga tingkat jabatan. Selama satu bulan pertama penulis berperan sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL). Pekerjaan yang dilakukan penulis sebagai KHL meliputi penanaman, pemeliharaan, pengendalian hama penyakit tanaman, dan pemanenan. Selama bulan kedua penulis berperan sebagai pendamping mandor. Tugas sebagai pendamping mandor antara lain mengawasi pekerjaan beberapa KHL agar sesuai instruksi perusahaan. Penulis berperan sebagai pendamping mandor I, mandor panen, mandor penanaman, mandor pemupukan, mandor chemist, mandor perawatan, dan kerani panen. Selama dua bulan yaitu bulan ketiga dan keempat, penulis berperan sebagai
6
pendamping asisten. Kegiatan penulis sebagai pendamping asisten yakni memimpin seluruh kegiatan mandor di divisi dan mengevaluasi kegiatan kontraktor dalam mempersiapkan lahan peremajaan. Selain bekerja langsung layaknya karyawan perusahaan, penulis juga melakukan pengambilan data sebagai bahan penelitian terhadap aspek khusus yang diamati. Data yang diperoleh berupa data primer maupun data sekunder. Data primer diperoleh dengan pengamatan dan wawancara secara langsung di lapangan, sedangkan data sekunder diperoleh dari arsip perusahaan.
Pengamatan dan Pengumpulan Data Pengumpulan data dan informasi menggunakan metode langsung untuk data primer dan metode tidak langsung untuk data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung ke lapangan seperti aktif dalam kegiatan di kebun, wawancara dan diskusi langsung dengan karyawan kebun, mandor dan asisten divisi. Pengamatan utama pengumpulan data primer dan informasi adalah kegiatan pengelolaan tata air seperti sistem drainase Kebun Teluk Bakau, water zoning Kebun Mandah, dan pengaturan ketinggian air Kebun Teluk Bakau. Pengumpulan data sekunder dan informasi dilakukan dengan mengumpulkan data dari laporan manajemen (bulanan, triwulanan, semesteran, tahunan) yang merupakan arsip di kantor kebun dan studi pustaka seperti kondisi umum lokasi seperti letak geografis dan keadaan lingkungan perkebunan. Data sekunder lain adalah data produksi perusahaan selama 5 tahun terakhir, ketinggian air 5 tahun terakhir, dan curah hujan 5 tahun terakhir. Analisis Data dan Informasi Kegiatan peremajaan, pemeliharaan, pengendalian hama penyakit tanaman, pemanenan, dan pengelolaan tata air di lahan gambut dijelaskan dan dianalisis secara narasi. Pengaruh curah hujan terhadap ketinggian air dianalisis dengan uji regresi linier sederhana menggunakan Software Minitab 14. Uji regresi sederhana ini dilakukan untuk menduga nilai ketinggian air berdasarkan curah hujan. Nilai ketinggian air merupakan peubah tak bebas (Y) yang nilainya dipengaruhi oleh curah hujan yang bertindak sebagai peubah bebas (X). Model yang digunakan adalah model Gomez dan Gomez (1995). Model persamaan yang digunakan dalam analisis ketinggian air sebagai berikut: Y = α + βX Keterangan: Y : Ketinggian air α : Konstant titik potong Y, merupakan nilai perkiraan bagi Y ketika Y = 0 (garis Y memotong sumbu X) β : Koefisien regresi atau peubah rata-rata Y untuk setiap satu unit peubahan (naik atau turun) pada variabel X X : Curah hujan Kemudian pengaruh curah hujan dan ketinggian air terhadap produksi dianalisis dengan uji regresi linier berganda menggunakan Software Minitab 14.
7
Uji regresi berganda ini dilakukan untuk menduga nilai produksi berdasarkan curah hujan dan ketinggian air. Nilai produksi merupakan peubah tak bebas (Y) yang nilainya dipengaruhi oleh curah hujan (X1) dan ketinggian air (X2) yang bertindak sebagai peubah bebas. Model yang digunakan adalah model Gomez dan Gomez (1995). Model persamaan yang digunakan dalam analisis produksi sebagai berikut: Y = α + β1X1 + β2X2 Y : Produksi α : Konstant titik potong Y, merupakan nilai perkiraan bagi Y ketika Y = 0 (garis Y memotong sumbu X) β1, β2 : Koefisien regresi atau peubah rata-rata Y untuk setiap satu unit peubahan (naik atau turun) pada variabel X, dengan menganggap variabel independen lainnya konstan X1 : Curah hujan X2 : Ketinggian air
KEADAAN UMUM Letak Geografi Lokasi Kebun Teluk Bakau, PT Bhumireksa Nusa Sejati, Minamas Plantation secara administratif terletak di Kecamatan Pelangiran, Kabupaten Indragiri Hilir, Propinsi Riau. Perjalanan ke Kebun Teluk Bakau dari Batam pertama-tama melalui darat dari bandara Hang Nadim Batam menuju Pelabuhan Sekupang selama 30 menit, kemudian melalui laut menuju Pelabuhan Sungai Guntung menggunakan kapal fery selama 2 - 4 jam, dan kemudian menggunakan speed boat menuju Kebun Teluk Bakau kurang lebih selama 30 menit. Kebun Teluk Bakau juga dapat ditempuh dari Pekanbaru melalui Tembilahan, Ibu Kota Kabupaten Indragiri Hilir, melalui sungai menggunakan speed boat selama 4 - 6 jam. Peta Kebun Teluk Bakau terdapat pada Lampiran 1.
Keadaan Iklim dan Tanah Kondisi iklim di Kebun Teluk Bakau berdasarkan data curah hujan lima tahun terakhir menurut Schmidt-Ferguson termasuk tipe iklim A yaitu daerah sangat basah dengan rata-rata curah hujan tahunan 2 125 mm/tahun (>2 000 mm/tahun). Data curah hujan disajikan pada Lampiran 2. Jenis tanah di areal Kebun Teluk Bakau, PT. Bhumireksa Nusa Sejati tergolong tanah organik atau tanah gambut dengan kandungan tanah histosol 100 %. Jenis tanah gambut memiliki struktur fisik yang remah dan mudah terjadi erosi atau abrasi pada tepi kanal di jalur transportasi yang terkena ombak. Kedalaman tanah gambut di Kebun Teluk Bakau berkisar 2-3 m. Derajat kemasaman (pH) tanah di Kebun Teluk Bakau <4 yang menunjukkan bahwa tanah gambut di Kebun Teluk Bakau merupakan tanah dengan kemasaman yang tinggi dengan kesesuaian lahan kelas S3. Topografi di Kebun Teluk Bakau memiliki areal yang datar dengan kemiringan 0 – 8 %.
8
Luas Areal dan Tata Guna Lahan Luas areal Kebun Teluk Bakau sampai Mei tahun 2013 adalah 4 085 ha yang terdiri atas areal tanaman menghasilkan (TM) seluas 3 073.18 ha, areal pembibitan (nursery) seluas 20 ha, areal LC dan peremajaan (replanting) yang sedang dikerjakan seluas 400.01 ha, areal yang tidak ditanami (prasarana) seluas 394.81 ha, dan areal okupasi seluas 197 ha. Kebun Teluk Bakau dibagi menjadi 4 divisi, yaitu Divisi I (1 029.93 ha) yang terbagi atas 8 blok, Divisi II (1 032.92 ha) terbagi atas 8 blok dan Divisi III (1 114.13 ha) terdiri atas 6 blok, dan Divisi IV (908.02 ha) terdiri atas 6 blok. Peta dan tata guna lahan dapat dilihat pada Lampiran 1.
Keadaan Tanaman dan Produksi Tanaman kelapa sawit di Kebun Teluk Bakau secara umum adalah tanaman menghasilkan (TM) dengan tahun tanam 1993 - 1996. Bibit kelapa sawit yang ditanam di Kebun Teluk Bakau berasal dari Socfindo, Guthrie Research, dan Marihat. Pola tanam kelapa sawit yang digunakan dalam penanaman adalah segitiga sama sisi dengan jarak tanam 9 m x 9 m x 9 m (populasi efektif 142 pokok/ha). Bibit tanaman kegiatan peremajaan berasal dari Socfindo dan Marihat. Jarak tanam di peremajaan adalah 7.93 m x 7.93 m x 7.93 m. Data produksi TBS lima tahun terakhir dapat dilihat pada Lampiran 3.
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan Struktur organisasi Kebun Teluk Bakau terdiri dari seorang manajer kebun yang memimpin dan bertanggung jawab terhadap semua kegiatan di unit kebun. Manajer kebun membawahi seorang senior asisten, tiga asisten divisi, dan seorang kepala tata usaha. Senior asisten memimpin sebuah divisi dan memiliki wilayah kerja seluruh divisi. Asisten divisi bertanggung jawab atas pekerjaan di setiap divisi. Kepala tata usaha bertugas memimpin kegiatan administratif di kantor besar. Struktur organisasi Kebun Teluk Bakau dapat dilihat pada Lampiran 4. Situasi ketenagakerjaan di Kebun Teluk Bakau dibagi menjadi karyawan staf/pimpinan dan karyawan non staf. Karyawan staf terdiri dari manajer kebun, asisten kepala, asisten divisi, dan kepala tata usaha (KTU) sedangkan karyawan non staf terdiri dari mandor, pemanen, pemelihara, karyawan kantor dan traksi, dan keamanan, perawat, dan pembantu rumah tangga (Tabel 2). Standard ITK untuk perkebunan kelapa sawit adalah 0.16-0.2. Menurut Pahan (2012) nilai ITK untuk perkebunan kelapa sawit sebesar 0.2. Nilai ITK Kebun Teluk Bakau adalah 0.18. Nilai tersebut sudah memenuhi tingkat standard tenaga kerja untuk perkebunan kelapa sawit.
9
Tabel 2 Norma ketenagakerjaan Kebun Teluk Bakau, PT Bhumireksa Nusa Sejati Uraian Karyawan Staf Manajer Kebun Senior Asisten - Asisten Divisi KTU Kasie Karyawan non-Staf Mandor Pemanen Pemelihara Kantor Kebun Traksi Keamanan, Perawat, dan Pembantu Rumah Tangga Total Luas TM dan TBM ITK
Jumlah (orang) 1 1 3 1 0 36 192 247 53 40 55 629 3 493.19 ha 0.18
Pengelolaan Kebun Tingkat Staf Pengelolaan kebun dilakukan oleh manajer kebun dibantu oleh asisten kepala, asisten divisi dan kepala seksi. Estate manager mengelola kebun mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi dalam pelaksanaan manajemen teknis, manajemen tenaga kerja, serta manajemen keuangan kebun. Asisten kepala mempunyai tugas untuk menggantikan tugas manajer jika tidak berada di lokasi, serta memimpin sebuah divisi, bagian traksi, klinik, gudang, dan keamanan. Asisten kepala langsung bertanggung jawab kepada estate manager. Asisten kepala bertugas untuk memimpin, mengarahkan dan menegur para asisten dalam melaksanakan kegiatan di lapangan. Asisten divisi mempunyai tugas untuk membuat program kerja divisi, mengkoordinasikan pekerjaan mandor-mandor tanaman dalam menjalankan peraturan perusahaan, mengevalusi hasil kerja mandor I, kerani divisi, mandor perawatan, mandor panen, kerani panen serta membantu estate manager dalam pengawasan dan pelaksanaan teknis di lapangan. Asisten dibantu oleh seorang mandor I dalam pelaksanaan kegiatan lapangan. Pelaksanaan administrasi asisten dibantu oleh kerani divisi. Kepala seksi bertugas memimpin kegiatan yang dilaksanakan di kantor besar, menyusun, dan melaporkan secara tertulis kegiatan administratif yang bersifat umum, teknik budidaya, produksi, tenaga kerja, maupun hal-hal pendukung yang berasal dari luar kebun. Pengelolaan Kebun Tingkat Non Staf Karyawan kebun tingkat non staf adalah kepala gudang, mandor I, mandor panen, kerani divisi, mandor perawatan dan kerani panen. Kepala gudang bertugas untuk mengatur keluar masuk barang, bahan, dan alat yang dibutuhkan kebun serta mencatat jumlah barang yang tersedia. Kepala gudang dalam melakukan aktivitasnya dibantu oleh beberapa karyawan gudang.
10
Mandor I bertugas membantu asisten divisi dalam mengawasi kegiatan sehari-hari di lapangan. Setiap divisi mempunyai seorang mandor I yang membawahi beberapa mandor seperti mandor perawatan, mandor panen, dan kerani buah. Kegiatan yang dilakukan mandor I adalah mengawasi kegiatan yang dilakukan mandor dan karyawan agar rencana yang telah ditetapkan berjalan dengan baik. Selain itu, mandor I juga dapat menegur dan memberikan sanksi kepada mandor dan karyawan yang tidak melaksanakan pekerjaan sesuai rencana. Kerani divisi bertugas melakukan kegiatan administratif seperti laporan produksi, laporan penggunaan HK, laporan penggunaan bahan, laporan hancak dan laporan-laporan lainnya serta setiap hari melaporkan pasca panen ke kantor besar. Kerani divisi dalam melakukan tugasnya berkoordinasi dengan mandor dan kerani buah. Kerani divisi juga membantu asisten untuk membagikan gaji dan jatah beras pada karyawan. Mandor panen bertugas untuk mengabsensi karyawan, memberikan instruksi pekerjaan, mengatur hanca karyawan, mengawasi pekerjaan, memberikan petunjuk teknis, mengawasi pekerjaan dan melaporkan hasilnya dalam buku kerja mandor. Seorang mandor harus dapat meningkatkan hasil kerja karyawan agar dapat mencapai target yang diinginkan. Kerani buah bertugas untuk mencatat, menghitung jumlah TBS, brondolan yang dipanen, menyeleksi TBS di TPH, membuat premi potong buah setiap hari panennya dan mengatur transportasi buah dari TPH ke collection point (CP). Laporan dimasukkan dalam buku laporan panen harian setiap divisi yang selanjutkan dilaporkan ke kantor besar.
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Persiapan Lahan Peremajaan (Replanting) Tahap-tahap pelaksanaan persiapan lahan peremajaan di Kebun Teluk Bakau antara lain: (1) sensus pokok yang akan ditumbang, (2) penetapan raja lining, (3) pre lining, (4) pembongkaran pokok, (5) pembuatan parit (6) compacting dan cambering, dan (7) penataan areal konservasi. (1) Sensus pokok yang akan ditumbang. Beberapa bulan sebelum pembongkaran dilakukan sensus pokok pada blok yang akan dibongkar. Sensus pokok adalah menghitung jumlah pokok hidup (H) dan pokok mati (M) sehingga perusahaan dapat mengetahui total biaya pembongkaran pokok. Alat-alat yang harus dibawa oleh karyawan penyensus pokok adalah buku, alat tulis, dan cat berwarna merah. Pelaksanaan sensus dilakukan baris per baris dan pada setiap pokok pertama dan terakhir ditulis hasil sensus (H dan M) dalam baris tersebut dengan menggunakan cat berwarna merah. Penulisan dilakukan pada pelepah kering dan masih menempel di pokok dan menghadap ke arah KCB (Gambar 1). Kemudian hasil sensus tersebut ditulis pada buku dan diserahkan kepada mandor untuk direkapitulasi.
11
Gambar 1 Kegiatan sensus pokok (2) Penetapan pancang utama. Pancang utama adalah sebuah titik yang menjadi patokan untuk memancang seluruh daerah/blok yang akan dipancang. Titik pancang utama adalah salah satu titik pertemuan collection motorcycle road dengan main motorcycle road. Pemancangan harus memenuhi sistem mata lima. Pancang utama pada PT BNS disebut raja lining (Gambar 2). Pembuatan pancang uatama sudah dilaksanakan ketika penulis sampai di tempat magang sehingga penulis tidak sempat mengamati proses pelaksanaannya sehingga penulis hanya mengamati hasilnya saja. Pancang utama juga berguna sebagai patokan penataan kembali jaringan jalan yang sudah ada agar sesuai dengan kebutuhan areal peremajaan. Jaringan jalan yang ditata kembali adalah pasar rintis (path), jalan pengumpul sepeda motor (collection motorcycle road), dan jalan utama sepeda motor (main motorcycle road). Jalan pengumpul dan jalan utama sepeda motor dirancang hanya untuk dapat dilewati sepeda motor karena di PT BNS pegangkutan TBS dari lahan ke pabrik kelapa sawit (PKS) menggunakan transportasi air. Jalan pengumpul sejajar dengan kanal cabang (KCB) dan tegak lurus dengan jalan utama dengan lebar 6 m. Jalan utama sejajar dengan kanal utama (KUT) atau arah utara – selatan dan lebar 8 m. Sedangkan pembuatan path termasuk dari kegiatan compacting dan cambering.
Gambar 2 Pancang utama (3) Pre lining, yaitu pemancangan awal yang dilakukan sebelum tanaman ditumbang. Kegiatan ini dilakukan sebelum tanaman ditumbang agar tanaman tetap bisa dipanen ketika dilakukan pemancangan. Pancang pada pre lining akan menjadi patokan pembuatan parit CECT dan parit field drain. Ujung pancang CECT diberi warna merah sedangkan ujung pancang field drain diberi warna biru. Pancang mata tiga adalah pancang penunjuk arah bagi operator alat berat dalam pembuatan parit (Gambar 3).
12
Gambar 3 Pre lining (kiri) dan pancang mata tiga untuk pembongkaran pokok (kanan) (4) Pembongkaran pokok. Pembongkaran pokok terdiri atas penumbangan, chiping, dan pembongkaran dan pencacahan bonggol/perakaran (Gambar 4). Tanaman ditumbang terlebih dahulu sejajar dengan arah barisan kemudian dilakukan chiping atau pencincangan. Chiping adalah pencincangan batang pokok sawit ke bentuk irisan-irisan dengan tebal maksimal 10 cm agar terurai lebih cepat oleh mikroorganisme. Setelah itu dilakukan pembongkaran akar kemudian dicacah. Sisa pokok yang telah dibongkar harus dirumpuk rapi sejajar dengan barisan berdasarkan pancang pre lining untuk memudahkan operator excavator lainnya dalam pelaksanaan kegiatan selanjutnya yaitu pembuatan parit. Akar harus dibongkar untuk mengurangi intensitas serangan ganoderma yang menyebabkan busuk pangkal batang. Kegiatan pembongkaran pokok diborongkan kepada kontraktor dengan biaya Rp 65 000/H dan Rp 20 000/M (untuk gali bonggol/perakaran pokok mati). Pembongkaran pokok dilakukan alat berat dengan prestasi kerja (PK) 21 – 23 pokok/jam. Capaian PK ini jauh lebih tinggi dibandingkan di tanah mineral (11 – 13 pokok/jam) karena pokok digambut lebih lunak dan lebih rendah (tinggi rata-rata ≤12 m). (5) Penataan kembali blok untuk kegiatan peremajaan. Blok-blok lama harus ditata ulang agar sesuai dengan kebutuhan kegiatan peremajaan. Penataan kembali merupakan bagian dari inovasi ke arah yang lebih baik. Dalam pelaksanaannya Kebun Teluk Bakau menggunakan jasa kontraktor. Kegiatankegiatan penataan kembali blok antara lain pembuatan kanal cabang baru, parit tengah, CECT, dan field drain. Kanal cabang baru (KCB baru) dahulunya merupakan parit tengah yang membagi blok dua bagian yang sama, namun diubah menjadi KCB baru untuk akses jalan kendaraan air pengangkut TBS dan logistik ke tengah blok. Parit KCB baru memiliki ukuran lebar permukaan atas 4 m, kedalaman 3 m, dan lebar permukaan bawah 3 m (4 m x 3 m x 3 m). Prestasi kerja pembuatan KCB baru adalah 20 m/BU artinya 20 meter per jam oleh alat berat (excavator) dengan biaya kontrak Rp 55 000/m. Terkadang pembuatan parit KCB baru terlalu lebar dari ukuran yang ditentukan sehingga dapat mengurangi populasi tanaman per hektar (SPH). Oleh karena itu kegiatan pembuatan KCB baru perlu diawasi secara langsung di lapangan. Parit tengah atau parit kontrol adalah parit sekunder untuk drainase blok yang memiliki ukuran 1 m x 1 m x 0.8 m. Parit tengah sejajar dengan KCB baru. Kombinasi parit tengah dan KCB baru membagi blok menjadi empat bagian
13
(petak A, B, C, D) yang dahulunya hanya dua bagian yang dipisahkan oleh parit tengah. Hal ini dilakukan agar pasar pikul lebih pendek sehingga evakuasi TBS ke TPH lebih efisien. Water flow dibuat di setiap pertemuan antara parit tengah dengan kanal kolektor untuk mempertahankan ketinggian muka air tanah. Prestasi kerja pembuatan parit tengah adalah 50 m/BU dengan biaya kontrak Rp 9 000/m.
(a)
(b)
(d) (c) Gambar 4 Proses pembongkaran pokok: penumbangan pokok (a), chipping (b), hasil chipping (c), dan pembongkaran akar (d) Parit CECT (Close Ended Conservation Trenches) adalah parit tempat dirumpukkan sisa tanaman hasil pembongkaran pokok yang sudah kering (Gambar 5) untuk mengurangi intensitas serangan hama kumbang tanduk (Oryctes rhinoceros) dan rayap (Coptotermes curvignathus). Sisa-sisa tanaman diupayakan agar tergenang air sehingga kumbang tanduk tidak dapat bertelur pada sisa-sisa tanaman tersebut. Genangan air juga mencegah sisa-sisa tanaman menjadi sumber makanan bagi rayap. Ukuran parit CECT adalah l.2 m x 1.2 m x 1.8 m. Parit CECT dibendung pada kedua sisinya agar tidak mencemari air kanal. Prestasi kerja pembuatan CECT 49 m/BU dengan biaya kontrak Rp 18 000/m.
Gambar 5 Parit CECT
14
Field drain adalah parit untuk drainase lahan dan sering disebut sebagai parit tersier. Ukuran field drain adalah 1 m x 0.8 m x 0.8 m. Rasio parit CECT dan field drain masing-masing terhadap baris tanaman adalah 1:4 dan dibuat selang-seling. Artinya dalam 4 baris tanaman terdapat 1 parit CECT dan 1 parit field drain. Jarak parit CECT ke field drain 14 m sehingga jarak parit CECT ke parit CECT berikutnya 28 m demikian juga dengan jarak field drain ke field drain berikutnya juga 28 m. PK pembuatan field drain 55 m/BU dan biaya kontrak Rp 6 250/m. Perbedaan blok sebelum peremajaan dan setelah peremajaan dapat dilihat pada Gambar 6. Layout petak blok dapat dilihat pada Gambar 7. U
Sumber. Pengamatan di lapangan (2013)
Gambar 6 Layout blok sebelum peremajaan (kiri) dan setelah peremajaan (kanan)
15 U
Sumber: Pengamatan di lapangan
Keterangan:
Arah jalan perawatan tanaman Pokok tanaman kelapa sawit
Gambar 7 Layout petak A blok peremajaan (6) Compacting dan cambering. Satu gawangan di lahan peremajaan diapit oleh satu parit CECT dan satu parit field drain. Compacting adalah proses pemadatan tanah gawangan agar tanah semakin padat (Gambar 8a). Daya sanggah tanah yang rendah dari tanah gambut dapat menyebabkan pohon mudah rebah dan menurunkan produksi. Setelah drainase, pemadatan merupakan faktor yang sangat kritis terhadap kesuksesan budidaya kelapa sawit di lahan gambut. Pemadatan akan meningkatkan kerapatan lindak tanah sehingga mengurangi tingkat pencucian pupuk, meningkatkan pasokan hara (hara per volume gambut meningkat), dan akar lebih kuat mencengkram tanah sehingga rebahnya tanaman dapat dikurangi. Cambering salah satu inovasi PT BNS dalam mencegah tergenangnya air di gawangan. Cambering adalah proses pembubunan gawangan hidup atau pasar rintis (path) sehingga berbentuk cembungan agar air hujan mengalir dari gawangan ke CECT dan field drain sehingga air tidak tergenang pada path (Gambar 8b). Saat Compacting dan cambering juga dilakukan pembersihan gawangan dari sisa tanaman yang masih tertinggal. Compacting dan cambering dilakukan bersamaan oleh satu alat berat dengan PK compacting 1 350 m/BU dan PK cambering 89 m/BU.
16
(a)
(b)
(c)
(d)
Gambar 8 Compacting (a), cambering (b), gawangan sebelum cambering (c) dan sesudah cambering (d) Penanaman Penanaman di lahan peremajaan kebun TBE dilakukan dengan urutan (1) pemancangan pancang tanam, (2) pembuatan lubang tanam, (3) pemupukan lubang tanam, (4) penanaman pokok, dan (5) Penyemprotan pestisida awal setelah tanam. (1) Pemancangan pancang tanam. Pemancangan pancang tanam– selanjutnya akan disebut pemancangan saja–dilakukan tim pancang yang terdiri atas 5 orang, yaitu 1 orang tukang teropong, 2 orang tukang pancang, dan 2 orang tukang tarik tali merangkap tukang pancang. Pancang tanam ada dua jenis, yaitu pancang kepala dan anak pancang. Pertama-tama pancang kepala dipancang di sepanjang sisi utara dan selatan blok oleh 1 orang. Jarak antar pancang kepala yang kelak menjadi jarak antar baris tanaman adalah 7 m. Kemudian diikuti pemancangan anak pancang oleh 4 orang yang dilakukan secara simultan dari satu baris ke baris selanjutnya. Jarak anak pancang yang kelak menjadi jarak dalam baris tanaman adalah 7,93 m. Populasi menjadi 180 pokok/ha tetapi karena ada saluran drainase, CECT, dan KCB maka realisasi di lapangan hanya 174 pokok/ha. Pola tanam ini lebih rapat daripada pola tanam kelapa sawit di tanah mineral (143 pokok/ha) karena kesuburan tanah gambut yang rendah dan topografi yang datar. Dengan pola tanam yang lebih rapat, produktivitas kelapa sawit dapat dimaksimalkan. Kemudian antisipasi terhadap penurunan produksi akibat pengurangan populasi karena serangan hama rayap dan penyakit ganoderma atau karena pokok doyong. Serangan hama rayap dan ganoderma di tanah gambut sangat tinggi. Pemancangan dilakukan dengan menggunakan tali yang diberi tanda simpul merah dan biru (Gambar 9). Tali direntangkan dari pancang kepala utara
17
ke pancang kepala selatan. Jarak antar simpul merah dengan biru adalah 7 m sehingga jarak antar simpul merah ke merah berikutnya 14 m. Pada baris pertama anak pancang akan dipancang pada simpul warna merah kemudian pada baris kedua dipancang pada simpul warna biru kemudian pada baris ketiga kembali dipancang pada simpul warna merah dan demikian seterusnya secara bergantian sehingga pola tanam akan membentuk pola tanam segitiga sama sisi 7.93 m x 7.93 m x 7.93 m. Pemancangan dilakukan buruh kontraktor dengan PK 1.7 ha/HK.
Gambar 9 Pancang tanam (2) Pembuatan lubang tanam. Rendahnya daya sanggah tanah gambut mengakibatkan pokok doyong di lahan gambut sangat tinggi. Tanaman menghasilkan (TM) di Kebun Teluk Bakau sebagian besar doyong. Pokok doyong mengakibatkan produksi turun dan proses pemeliharaan menjadi lambat sehingga berdampak pada pembengkakan biaya pemeliharaan. Oleh karena itu PT BNS menerapkan teknologi lubang tanam dengan sistem hole in hole.
(a)
(b)
(c)
(d) (e) Gambar 10 Alat berat pelubang tanam (a), bibit dan lubang tanam (b), sketsa alat pembuat lubang (c), lubang tanam tampak samping (d), tampak atas (e)
18
Hole in hole merupakan lubang tanam bertingkat yang terdiri atas lubang atas dan lubang bawah. Lubang atas lebih luas berbentuk persegi sedangkan lubang bawah lebih sempit berbentuk lingkaran (Gambar 10). Pembuatan lubang tanam juga diborongkan kepada kontraktor. Prestasi kerja (PK) pembuatan lubang tanam 0.9 ha/BU. (3) Pemupukan lubang tanam. Jenis pupuk yang digunakan adalah Rock Phosphate (RP) yang bertujuan untuk merangsang pertumbuhan akar dengan dosis 500 gram/lubang tanam. Dalam pengaplikasiannya karyawan menggunakan takaran yang sudah dikalibrasi. Penggunaan pupuk RP dibandingkan TSP (Triple Super Phosphate) dikarena RP mengandung cukup banyak kalsium (Ca) yang dapat mengurangi kemasaman gambut. Oleh karena itu penggunaan RP lebih tepat. Prestasi kerja karyawan dan penulis adalah 3.5 ha/HK. Kendala yang dihadapi adalah tergenangnya lubang tanam akibat tingginya level air oleh air hujan sehingga saat lubang tanam dikuras pupuknya ikut terbuang (Gambar 11).
Gambar 11 Aplikasi RP (kiri) dan lubang tanam yang tergenang air (kanan) (4) Penanaman pokok. Bibit ditanam pada lubang bawah. Jika lubang terlalu dalam maka ditimbun atau sebaliknya jika terlalu dangkal maka digali atau jika tergenang air maka dikuras terlebih dahulu. Kemudian great polybag dikoyak dengan pisau lalu bibit diletakkan dengan hati-hati ke dalam lubang. Setelah itu lubang ditimbun dan dipadatkan hingga leher akar persis sejajar dengan permukaan tanah lubang bawah sehingga piringan akan berbentuk cekung ke dalam. Mutu tanam dikategorikan baik harus memenuhi: (1) piringan cekung (tidak rata), (2) tanaman tidak miring/tegak, (3) tanaman tidak tercekik, (4) timbunan padat, dan (5) akar tanaman tidak timbul. Norma kerja penanaman adalah 40 pokok/HK dengan premi Rp 2000/pokok. Rata-rata PK karyawan 65 pokok/HK dan penulis 16 pokok/HK. Kesalahan-kesalahan yang harus dihindari pada penanaman kelapa sawit antara lain: (1) bibit ditanam terlalu dalam sehingga tanaman tercekik, (2) bibit ditanam terlalu tinggi sehingga akar timbul, (2) bibit ditanam miring, (3) tanah pada great polybag (bola tanah) pecah dan dibuang. Kesalahan penanaman yang ditemukan penulis di lapangan selang 1 sampai 2 minggu setelah tanam yaitu tanaman yang menguning akibat saat penanamannya bola tanah pecah (Gambar 12d). Penulis melakukan pengamatan terhadap mutu tanam di lahan peremajaan. Dari 756 tanaman contoh penulis menemukan 96.18 % tanaman baik (Gambar 11a), 3.43 % tanaman miring (Gambar 12b), 0.26 % piringan rata (Gambar 12c), dan tidak ada akar timbul dan timbunan tidak padat, maka mutu tanam masih dalam kategori tinggi. Hasil ini dilaporkan pada mandor dan segera dilakukan perbaikan. Hasil pengamatan dapat diihat pada Tabel 3.
19
(a)
(b)
(c) (d) Gambar 12 Penanaman yang baik (a), pokok miring (b), piringan rata (c), dan tanaman menguning akibat pecahnya bola tanah saat menanam (d) Tabel 3 Mutu tanam di lahan peremajaan Kriteria Miring Rata Tercekik Akar timbul Tidak Padat Baik Jumlah
Jumlah (pokok)
Persentase 26 2 1 0 0 727 756
3.43 % 0.26 % 0.13 % 0.00 % 0.00 % 96.18 % 100%
Sumber: Pengamatan di lapangan (2013)
Kendala-kendala yang ditemukan di lapangan adalah lubang tanam yang terlalu dekat dengan parit field drain atau CECT sehingga jika hujan datang maka tanaman akan tergenang oleh air (Gambar 13). Selain itu pokok tergenang juga akibat kedalaman permukaan yang air yang sangat dangkal (di bawah 20 cm) dan ini terdapat pada pokok-pokok yang terletak di pinggir KCB. Jika ini berlangsung lama maka mengakibatkan stres pada tanaman. Untuk itu lubang yang tergenang cukup parah dilakukan penanaman tapak timbun agar pokok tidak tergenang, sedangkan pokok yang sudah terlanjur ditanam dilakukan pendongkrakan pokok dan tanahnya sampai piringan tidak tergenang lagi. Pendongkrakan diusahakan seminimal mungkin mengganggu perakaran tanaman. Pada lahan peremajaan juga terdapat pokok sawit yang rawan longsor terutama pada sisi KCB baru (Gambar 14) sehingga perlu pembuatan pagar kayu yang terbuat dari batang kelapa agar pokok sawit tidak tumbang.
20
Gambar 13 Lubang tanam normal (kiri) dan lubang tanam terlalu dekat parit field drain (kanan)
Gambar 14 Posisi pokok normal (kiri) dan pokok terancamg longsor (kanan) (5) Penyemprotan insektisida awal setelah tanam. Setelah bibit ditanam segera pada sore harinya dilakukan penyemprotan insektisida untuk melindungi daun tanaman dari serangan ulat api, ulat kantong, dan Apogonia sp. Insektisida yang digunakan bermerk dagang Decis 25 EC yang merupakan insektisida racun kontak dan lambung berbentuk pekatan, berwarna kuning jernih, dan berbahan aktif deltametrin 25 g/l. Konsentrasi aplikasinya adalah 0.4 % dengan volume semprot 135 ml/pokok. Kemudian insektisida bermerk dagang Capture 50 EC yang merupakan insektisida racun kontak dan lambung berbentuk pekatan, berwarna kuning pekat, dan berbahan aktif cypermethrin 50 g/l. Selain fungsi di atas insektisida ini memiliki fungsi tambahan melindungi tanaman dari serangan kumbang tanduk (Oryctes rhinocerous). Konsentrasi aplikasinya 1.6 % dengan volume semprot 135 ml/pokok. Penyemprotan menggunakan knapsack sprayer kapasitas 12 atau 15 liter.
Gambar 15 Penyemprotan hama (kiri) dan takaran dan pelumas knapsack sprayer (kanan)
21
Cara penyemprotannya ialah menyemprot kedua sisi pangkal batang dan pangkal pucuk untuk melindungi tanaman dari serangan kumbang tanduk kemudian menyemprot seluruh permukaan daun untuk melindungi tanaman dari hama pemakan daun (Gambar 15). Kegiatan ini dilakukan setelah jam kerja yakni dari jam 14.00-15.30 dengan premi Rp 20 000/orang. Norma kerja kegiatan ini 2.3 ha/orang dan PK penulis 1,7 ha. Pemeliharaan Pemeliharaan di lahan peremajaan terdiri atas: (1) penanaman tanaman penutup tanah, (2) pemupukan, dan (3) pengendalian gulma. (1) Penanaman tanaman penutup tanah. Lahan gambut tidak boleh dibiarkan terbuka terlalu lama karena dapat mepercepat proses oksidasi tanah sehingga proses dekomposisi tanah semakin cepat. Akibatnya lahan bisa mengalami subsiden yang lebih cepat. Selain itu tanaman penutup tanah di lahan gambut juga berfungsi untuk menjaga kelembapan tanah dan menekan pertumbuhan gulma. Oleh karena itu setelah bibit ditanam, lahan segera ditanami tanaman penutup tanah. Tanaman penutup tanah yang digunakan adalah pakis/neprolephis, Mucuna bracteata (Mb), dan campuran Pueraria javanica (Pj) dengan Calopogonium mucunoides (Cm). Pakis selain tanaman penutup tanah juga sering dimanfaatkan oleh Sycanus sp (predator ulat api) untuk meletakkan telurnya. Sedangkan manfaat lain kacang-kacangan (Mb, Pj, dan Cm) adalah menghasilkan bahan organik dan dapat mengikat unsur nitrogen dari udara untuk tanaman kelapa sawit. Neprolephis ditanam di antara jarak dalam baris tanaman. Jarak tanam Neprolephis dari pokok sawit adalah 3 m sedangkan jarak tanam Neprolephis adalah 0.6 m x 0.6 m (Gambar 16a). Prestasi kerja karyawan dan penulis adalah 0.6 ha/HK. Setiap di tengah jarak dalam baris tanaman ditanami satu bibit Mb. Jarak tanam Mb dari parit 60 cm (Gambar 16 b). Sebelum ditanam lubang tanam diberi pupuk NPK atau urea dengann dosis 10 g/lubang. Neprolephis dan Mb tidak boleh ditanam pada blok yang sama karena akan menimbulkan persaingan. Prestasi kerja karyawan 1 ha/HK dan penulis adalah 1 ha/HK. Penanaman benih kacang-kacangan yang terdiri dari campuran Pj dan Cm memerlukan pupuk dan bakteri Rhizobium agar tumbuh dengan baik. Benih kacang-kacangan yang terdiri dari 3 kg Pj/ha dan 3 kg Cm/ha dicampur dengan pupuk sumicoat 6 kg dan RP 12 kg sebagai penyedia unsur hara sehingga perbandingan kacang-kacangan dengan pupuk sumicoat dan RP adalah 1 : 1 : 2. Kemudian campuran tersebut diberi bakteri Rhizobium untuk meningkatkan daya fiksasi nitrogen pada kacang-kacangan. Untuk 10 kg campuran benih Pj dan Cm dipakai 50 g Rhizobium yang dilarutkan dalam 0.25 L air. Benih ditanam di sepanjang path dengan jarak 2 m dari pokok sawit (Gambar 16c). Alur tanam benih dibuat masing-masing dua baris di sepanjang kiri dan kanan path dengan jarak tanam 50 cm dan kedalaman 2 – 3 cm. Untilan kebutuhan benih ialah 4 kg/hong (sudah termasuk pupuk).
22
(a) (b) (c) Gambar 16 Hasil penanaman pakis (a), M. bracteata umur 2 bulan (b), campuran kacangan Pj dan Mc umur 2 minggu (c) Pemupukan. Pemupukan awal dilakukan 6 MST dengan pupuk NPK 65 dan pupuk cair FeSO4. Pupuk NPK 65 ditabur melingkari pokok dengan radius 20 cm. Fungsi pupuk NPK 65 adalah untuk pertumbuhan vegetatif tanaman, perkembangan akar, dan meningkatkan daya tahan tanaman terhadap hama dan penyakit tanaman. Dosis pupuk NPK 65 adalah 350 g/pokok dengan PK karyawan dan penulis 2.9 ha/HK. Tanaman yang belum diberi pupuk NPK 65 akibat piringannya tergenang air diberi tanda dan akan diberi pupuk ketika piringannya sudah mengering. piringannya tergenang air tidak boleh ditaburi pupuk dan diberi tanda Konsentrasi pupuk cair FeSO4 0.33 % dan volume semprot 135 ml/pokok dengan PK karyawan 3.7 ha/HK sedangkan penulis 1.7 ha/HK. Fungsi pupuk FeSO4 adalah untuk meningkatkan jumlah klorofil daun dan daya tahan tanaman. Saat memasukkan larutan pupuk FeSO4 ke dalam knapsack sprayer, larutan disaring menggunakan saringan tambahan dua lapis kain kasa agar butiranbutiran kecil pupuk FeSO4 yang belum terlarut sempurna tidak ikut masuk ke dalam tangki knapsack sprayer. Hal ini dilakukan untuk mencegah butiran-butiran kecil pupuk menempel pada daun yang bisa menyebabkan kegosongan pada daun. Rekomendasi dosis pemupukan lahan peremajaan dapat dilihat pada lampiran 5. Pengendalian gulma. Pengendalian gulma bertujuan untuk mengurangi kompetisi hara, air dan sinar matahari, menekan populasi hama, dan mempermudah kegiatan pemeliharaan. Pengendalian gulma di lahan peremajaan dilakukan secara kimia dan manual. Pengendalian gulma secara kimia yang diikuti oleh penulis adalah penyemprotan gulma berdaun lebar. Herbisida yang digunakan bermerk dagang Starane 290 EC yang merupakan herbisida purna tumbuh yang sistemik dan selektif, berbentuk pekatan, berwarna coklat tua, dan berbahan aktif fluroksipir metil heptil ester 295 g/l dengan konsentrasi 0.15 %. Knapsack sprayer yang digunakan berkapasitas 19-20 liter dan Nozelnya diberi sarung plastik yang terbuat dari kotak sabun colek agar radius pola semprotan nozelnya merata dan tidak terlalu lebar. Prestasi kerja kayawan 2.5 ha/HK tergantung kondisi kerapatan gulma. Pengendalian gulma secara manual yang diikuti oleh penulis adalah konsolidasi dan mencabut rumput. Konsolidasi dilakukan minimal 4 MST untuk membersihkan piringan dari gulma dengan menggunakan cangkul. Selain itu konsolidasi juga bertujuan untuk memperbaiki piringan dan menegakkan tanaman yang miring. Norma kerja konsolidasi 1.2 ha/HK sedangkan PK penulis 0.4 ha/HK. Kegiatan mencabut rumput juga dilakukan tetapi hanya terhadap gulma
23
berdaun lebar dengan menggunakan parang dan garpu. Kegiatan mencabut kentosan juga dilakukan. Terkadang kegiatan cabut kentosan dan mencabut rumput sekaligus dilakukan oleh 1 orang karyawan. Kedua kegiatan ini dilakukan jika kegiatan chemist (penyemprotan secara kimia) terhalang oleh hujan. Prestasi kerja mencabut kentosan adalah 0.5 – 0.7 ha/HK. Jenis-jenis gulma yang dominan di lahan peremajaan adalah Paspalum conjugatum, Cyperus iria (rumput matahari), Clibadium surinamenses (narong), Micania micrantha (rumput saudagar), Melastoma malabatrichum (saduduk/senggani), Borreria latifolia (rumput staren), dan kentosan.
Gambar 17 Pemupukan (kiri) dan hasil pemupukan (kanan) Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Pengendalian hama dan penyakit tanaman (HPT) di lahan peremajaan dilakukan secara kimia, biologis, dan manual. Pengendalian HPT secara kimia menggunakan insektisida dengan konsentrasi dan dosis yang sama dengan penyemprotan awal setelah tanam tersebut di atas. Jika serangan meningkat maka konsentrasi ditingkatkan dua atau tiga kali lipat. Rotasi chemist peremajaan adalah sekali dua minggu. Norma kerja chemist peremajaan 1 044 pokok/HK atau 6 ha/HK sedangkan PK penulis 4 ha/HK. Hama-hama yang menyerang tanaman di areal peremajaan antara lain Apogonia sp., Oryctes rhinoceros, dan belalang. Apogonia sp. atau kumbang malam menyebabkan daun berlubang-lubang karena lapisan epidermis anak daun terkikis atau dimakan seluruhnya. Apogonia sp. aktif dan mencari makan pada malam hari. Pada waktu siang kumbang ini beristirahat di dalam lapisan tanah sedalam sekitar 2 cm atau bersembunyi di antara gulma yang ada di sekitar area peremajaan. Kerusakan pada tanaman yang telah berumur lebih dari satu tahun bisa diabaikan. Umumnya serangan Apogonia sp. di lapangan akan berkurang dengan sendirinya bila tanaman penutup tanah sudah menutupi areal penanaman dengan sempurna. Oryctes rhinoceros atau kumbang tanduk merupakan hama utama di areal peremajaan. Kumbang tanduk menyerang pangkal pucuk sawit. Gejala serangan kumbang tanduk ialah menguning dan mengeringnya pucuk sawit (Gambar 18a) kemudian terdapat lubang bekas gerekan kumbang tanduk pada pangkal pucuk sawit. Kumbang tanduk terkadang ditemukan pada lubang gerekan tersebut. Serangan kumbang tanduk sangat merugikan karena memperlambat pertumbuhan vegetatif tanaman. Pucuk sawit yang telah terserang segera dicabut agar pucuk penggantingya tetap tumbuh normal (tegak atau tidak menyamping) (Gambar 18b). Kemudian mengambil kumbang tanduk secara manual dari lubang penggerekannya jika ada.
24
Belalang merupakan hama pemakan daun. Gejala serangannya ialah terdapat defoliasi (kehilangan daun) yang dimulai dari tepi anak daun. Terkadang serangannya hanya menyisakan tulang anak daun. Pengendalian hama secara biologis dengan menanam tanaman bermanfaat/beneficial plant. Beneficial plant yang ditanam adalah Turnera subulata, Casia cobanensis, dan Antigonon leptopus (Gambar 18e). C. cobanensis ditanam pada bedeng yang berukuran 280 cm x 120 cm dengan jarak tanam 30 cm x 30 cm. A. leptopus ditanam pada bedeng yang berukuran panjang x lebar (250 cm x 100 cm) dengan jarak tanam 70 cm x 25 cm. Setiap lubang tanamnya ditancapkan cabang pohon akasia sebagai tempat A. leptopus merambat. T. subulata ditanam pada bedeng yang berukuran 180 cm x 90 cm dengan jarak tanam 30 cm x 30 cm. Rasio C. cobanensis, A. leptopus, dan T. subulata terhadap luas lahan adalah 60 % : 20 % : 20 %. Pembibitan beneficial plant termasuk pohon pulai dan pohon buta dibuat di areal emplasement untuk memudahkan pemeliharaan dan pengangkutan (Gambar 18f). Pengendalian hama secara manual yaitu mengambil kumbang tanduk yang terdapat pada lubang gerekan pada pangkal pucuk sawit yang sekaligus dilakukan oleh karyawan yang sedang melakukan semprot hama. Pengendalian secara jebakan (pherotrap) yaitu memasang pherotrap kumbang tanduk (Gambar 18c) dengan rasio terhadap luas lahan 1 : 2 ha. Jebakan dibuat sedemikian rupa dan diberi hormon pemikat kemudian digantung pada tiang kayu.
(a)
(b)
(c)
(d) (e) (f) Gambar 18 Serangan hama kumbang tanduk (a), tunas tumbuh kembali pasca penyerangan (b), pherotrap kumbang tanduk (c), penanaman beneficial plant, (d) bedengan beneficial plant (e), pembibitan beneficial plant (g) Pemanenan Pemanenan merupakan kegiatan yang menentukan dalam pencapaian produktivitas suatu unit kebun. Panen adalah memotong semua tandan masak panen dengan rotasi panen kurang dari sembilan hari, mutu panen yang sesuai
25
standar, mengutip seluruh brondolan (loose fruit), serta mengirimkan seluruh TBS dan brondolan yang dipanen ke PKS selambat-lambatnya dalam waktu 24 jam. Sistem panen yang digunakan di Divisi I Kebun Teluk Bakau adalah sistem Block Harvesting System (BHS). Sistem BHS merupakan program implementasi pengerjaan kegiatan panen yang terkonsentrasi pada satu seksi yang harus diselesaikan dalam satu hari. Kriteria matang panen merupakan indiksasi yang dapat membantu pemanen agar memotong TBS pada saat yang tepat. Berikut merupakan kriteria matang panen di Kebun Teluk Bakau. Tabel 3 Kriteria panen di kebun teluk bakau berdasarkan jumlah brondolan yang lepas dari tandan Jumlah brondolan lepas dari tandan Tingkat kematangan 0–5 Buah Mentah ( Un Ripe ) 6–9 Buah Mengkal (Under Ripe ) > 10 Buah Masak ( Ripe ) > 70% Buah terlalu Masak ( Empty Bunch ) Sumber: Kantor Besar Kebun Teluk Bakau
Rotasi panen adalah jumlah hari yang diperlukan pemanen untuk kembali ke seksi panen awal pada kegiatan panen. Sistem BHS membagi divisi menjadi 6 seksi panen. Sehingga membentuk rotasi panen 6/7 yang artinya terdapat enam hari kerja dan kembali ke seksi panen awal pada hari ke-7. Seksi-seksi kemudian dibagi menjadi beberapa hanca tetap untuk memudahkan pengawasan. Pelaksanaan kegiatan panen dimulai dengan apel pagi pukul 06.00 WIB oleh pemanen dengan mandor panen. Mandor memeriksa kehadiran pemanen dan memberi pengarahan pekerjaan mengenai kegiatan yang akan dilakukan pada hari itu dan menyampaikan hasil evaluasi hasil kegiatan panen hari sebelumnya. Pelaksanaan panen di Kebun Teluk Bakau mengikuti kaidah Sapta Disiplin Potong yang berisi: (1) Buah matang dipanen semua, (2) Tidak memanen buah mentah, (3) Seluruh brondolan dikutip bersih, (4) Pelepah disusun rapi dan dirumpukkan di gawangan berbentuk “U”, (5) buah diantrikan dan disusun rapi di TPH dan diberi tanda, (6) Pelepah sengkleh tidak ada, dan (7) Administrasi dikerjakan secara benar dan segera. Kutip brondolan dilakukan oleh tim pengutip brondolan yang sebagian besar terdiri dari KHL sehari setelah potong buah pada seksi yang sama. Pengangkutan TBS dari TPH ke PKS menggunakan transportasi air. Proses pengangkutan terbagi menjadi dua pekerjaan, yaitu pengangkutan TBS dari TPH ke Collection Point (CP) dengan menggunakan bargas (Gambar 19b) berkapasitas ± 6.3 ton dan pengangkutan TBS dari CP ke PKS menggunakan ponton (sejenis kapal) berkapasitas ± 15 ton.
26
(a) (b) Gambar 19 Potong buah (a), pengangkutan TBS menggunakan bargas (b) Pengaturan Ketinggian Air Ketinggian air di lapangan harus dijaga agar tidak kekeringan di musim kemarau atau kebanjiran di musim hujan. Kebanjiran akan menghambat proses pemanenan sehingga memperlambat rotasi panen. Kondisi ini menyebabkan kehilangan (losses) akibat buah tinggal atau busuk. Kekeringan menyebabkan ketinggian air di kanal rendah atau bahkan kering sama sekali sehingga tidak bisa dilewati kendaraan air pengangkut TBS. Kondisi ini menyebabkan kehilangan akibat TBS tidak terangkut (restan). Upaya-upaya pengaturan ketinggian air (Water Level Control) antara lain memasang piezzometer, membuat pintu air, over flow gate, emergency gate, spillway, membuat peta water zoning, dan merawat kanal secara berkala Pemasangan piezzometer. Piezzometer merupakan alat pengukur ketinggian air yang terbuat dari pipa paralon yang berdiameter 3 inchi, panjang 2 meter, dan dilengkapi skala (Gambar 20). Piezzometer dipasang di titik tertentu pada bendungan, KUT, KCB, emplasemen, pintu air, over flow gate, emergency gate, spillway, dan pabrik. Sasaran ketinggian air yang terbaca pada masing-masing piezzometer berbeda-beda bergantung posisi ditempatkannya piezzometer. Pada umumnya sasaran ketinggian air pada hulu lebih rendah daripada hilir. Seperti piezzometer di km 5 kebun TBE yang merupakan hilir memiliki sasaran ketinggian air 40 cm sampai 60 cm dpt, sedangkan di km 18 kebun RSE yang merupakan hulu memiliki sasaran ketinggian air 50 sampai 80 cm dpt. Hal ini ditujukan untuk mencegah kekeringan pada kebun yang berada di hulu atau kebanjiran pada kebun yang berada di hilir akibat perbedaan topografi. Informasi ketinggian air yang terbaca pada piezzometer dilaporkan setiap hari ke kantor besar kebun TBE melalui radio. Data ketinggian air menjadi acuan pengaturan ketinggian air.
Gambar 20 Piezzometer di km 5
27
Pemasangan pintu air (water gate). Pintu air adalah alat untuk mengatur ketinggian air dengan cara membuka dan menutup aliran air (Gambar 21). Pintu air pada umunya ditempatkan di setiap hilir kanal yang menuju ke luar wilayah water zoning ataupun ke luar wilayah perkebunan. Setiap pintu air dilengkapi piezzometer. Perkebunan PT BNS memiliki 1 pintu air perbatasan water zoning dan 4 pintu air perbatasan dengan masyarakat. Pintu air perbatasan masyarakat akan membuang kelebihan air ke sungai atau laut.
Gambar 21 Pintu air Pemasangan over flow gate. Over flow gate adalah alat untuk mengatur ketinggian air dengan cara menahannya pada ketinggian tertentu dan bersifat tetap (Gambar 22). Jika air berlebih, secara otomatis air akan mengalir melalui over flow gate. Over flow gate terdapat di titik tertentu pada perbatasan dengan okupasi. Pemasangan pintu air parit tengah (water flow). Pintu air parit tengah dipasang di setiap pertemuan parit tengah dengan kanal atau parit kolektor. Gunanya untuk mengatur ketinggian air di tengah blok. Pembuatan emergency gate. Emergency gate merupakan pintu darurat untuk mencegah banjir pada kebun. Emergency gate dapat berupa kanal maupun pintu air yang menghubungkan kebun dengan sungai atau laut.
Gambar 22 Over flow gate (kiri) dan water gate (kanan) Pemasangan spillway. Spillway merupakan pintu air utama yang berfungsi untuk mengatur ketinggian air di KUT (Gambar 23). Spillway juga berfungsi untuk mencegah penetrasi air laut ke KUT sehingga kadar garam pada KUT tetap sangat rendah untuk digunakan pabrik untuk mengolah TBS. Spillway terletak di km 0.45 sebelah barat KUT dan berbatasan langsung dengan sungai. Spillway memiliki 8 pintu air yang menggunakan drat. Spillway dilengkapi piezzometer dengan sasaran ketinggian air 25 cm sampai 40 cm dpt.
28
Gambar 23 Spillway Perawatan kanal. Semua sistem drainase kebun harus tercatat secara administrasi baik jumlah maupun panjangnya. Hal ini ditujukan untuk memudahkan kegiatan perawatan kanal. Setiap tahunnya diadakan pencucian kanal 30 % dari total keseluruhan. Tujuan pencucian kanal antara lain untuk mengoptimalkan fungsi kanal baik untuk tanaman maupun kendaraan air, memperlancar sirkulasi air untuk menekan pertumbuhan gulma air terutama lumut (Bryophyta sp.), dan mencegah terganggunnya kipas baling-baling kendaraan air. Pencucian kanal dapat dilakukan secara mekanik dan manual. Pencucian kanal secara mekanik menggunakan excavator long arm untuk KUT dan short arm untuk KCB dan kanal kolektor. Pencucian dilakukan dengan cara penggalian kembali sedimentasi dari dasar kanal ke luar secara periodik. Kegiatan ini dilakukan saat kondisi air cukup dan kanal tidak boleh digali terlalu dalam (melebihi kedalaman awal) karena dapat menimbulkan longsor. Excavator long Arm (PC>200/seri 9) memiliki PK 3 meter/BU untuk KUT, Excavator short arm (PC 200/seri 7) memiliki PK 5 meter/BU untuk kanal kolektor, dan Excavator short arm (PC 200/seri 7) memiliki PK 10 meter/BU untuk KCB.
Gambar 24 Pencucian kanal dengan menggunakan bargas lumut Pencucian kanal secara manual menggunakan bargas lumut (Gambar 24), cangkul, dan parang. Bargas lumut merupakan kendaraan air yang dikhususkan untuk kegiatan pencucian kanal. Setiap divisi memiliki minimal 1 unit bargas lumut dan dioperasikan oleh 3 orang pekerja – satu sebagai operator (supir) dan dua orang lagi sebagai helper (kernet). Bargas lumut memiliki PK bergantung pada kondisi kerapatan gulma pada kanal. Yang perlu dibersihkan dari kanal adalah lumut, eceng gondok (Eichhornia crassipes), dan sampah, sedangkan tanaman sarung buaya (Ischaemum timorense) perlu dikendalikan pertumbuhannya dengan cara dibabat. Semak-semak di tepi kanal juga dibersihkan dengan cara dibabat.
29
Pencucian kanal secara biologis dilakukan dengan cara memelihara ikan kowan (Tenenepharyngodon idellus) pada kanal-kanal sebagai pemakan lumut atau algae (Tallophyta sp.). Cara ini masih perlu pengembangan lebih lanjut oleh departemen R & D Minamas Plantation. Pencucian kanal secara kimia tidak dilakukan karena dapat mengancam kehidupan biota air dan lingkungan. Pembuatan peta dan SOP (Standard Operational Procedure) sistem pengelolaan tata air. Perkebunan PT BNS memiliki peta umum sistem pengelolaan tata air dan setiap kebun kecuali kebun TBE memiliki peta detail sistem pengelolaan tata air kebun masing-masing. Peta umum hanya mengambarkan kanal-kanal, water zoning (Lampiran 6), posisi piezzometer (Lampiran 7), bendungan (Lampiran 8), pintu air dan spillway (Lampiran 9), dan pengukur curah hujan (ombrometer) (Lampiran 10), sedangkan peta detail termasuk menggambarkan arah aliran air dan muara outlet air (Lampiran 11). Pemetaan ini memudahkan pengawasan dan penanganan yang tepat waktu. Ruang lingkup SOP meliputi kegiatan pemeriksaan, pengukuran, pencatatan, perawatan, dan evaluasi terhadap pengelolaan tata air. Tujuan pembuatan SOP antara lain: (1) untuk memonitor ketinggian air di kebun sehingga dapat dipertahankan pada kondisi optimum bagi tanaman, (2) mengumpulkan data-data yang akurat dan terpadu yang berhubungan dengan pengelolaan tata air, (3) apabila ada masalah dengan ketinggian air maka cepat diketahui dan dilakukan usaha-usaha perbaikan, (4) menciptakan koordinasi antar kebun maupun PKS dalam penanganan pengelolaan tata air PT BNS.
Aspek Manajerial Pendamping Mandor Peremajaan (Replanting) Mandor peremajaan memimpin lingkaran pagi dengan karyawan penanam pokok tanaman pada jam 06.00 WIB, memberi pengarahan serta mengabsensi, mengecek cangkul sebagai alat tanam, dan mengecek Alat Pelindung Diri (APD) kerja setiap karyawan penanam. Mandor peremajaan bertugas mengawasi tim penanam agar mutu tanam terjaga. Karyawan yang mutu tanamnya buruk akan ditegur dan diberi sangsi jika perlu oleh mandor dan diperintahkan untuk segera memperbaikinya kembali. Mandor peremajaan juga bertanggung jawab terhadap kegiatan penyisipan dan logistik bibit dari areal pembibitan ke areal peremajaan. Mandor peremajaan melaporkan hasil kerja dalam buku kegiatan mandor (BKM) dan buku prestasi kerja dan membuat buku monitoring jumlah bibit yang telah ditanam dan disisip. Pendamping Mandor Pemeliharaan Mandor pemeliharaan memimpin lingkaran pagi dengan karyawan pemeliharaan pada jam 06.00 WIB, memberi pengarahan serta mengabsensi, mengecek alat pemeliharaan sesuai dengan kegiatan hari tersebut (cangkul atau parang) dan mengecek Alat Pelindung Diri (APD) kerja setiap karyawan penanam. Mandor pemeliharaan mengawasi kegiatan konsolidasi, penanaman tanaman penutup tanah, dan perawatan sisi kanal. Mandor pemeliharaan melaporkan hasil kerja dalam buku kegiatan mandor (BKM) dan buku prestasi
30
kerja dan membuat buku monitoring penggunaan bahan jika menggunakan bahan seperti benih atau bibit kacang-kacangan. Pendamping Mandor Semprot (Chemist) Mandor chemist memimpin lingkaran pagi dengan karyawan semprot pada jam 06.00 WIB, memberi pengarahan serta mengabsensi tenaga semprot, mengatur dan mengecek alat semprot untuk masing-masing penyemprot, mengecek Alat Pelindung Diri (APD) kerja setiap karyawan semprot. Pada saat di lapangan penulis mengawasi pencampuran bahan dan memastikan racun sesuai dosis di gudang divisi, mengarahkan dan mengawasi penuh pekerjaan semprot di lapangan dan membawa sabun untuk cuci tangan.. Selesai menyemprot, seluruh alat semprot dan bahan sisa dicuci bersih dan disimpan di gudang divisi. Limbah bahan beracun berbahaya (B3) seperti botol, galon tempat racun dikumpulkan ke gudang Limbah B3. Hasil kerja dilaporkan dalam buku kegiatan mandor (BKM) dan buku prestasi kerja dan membuat buku monitoring pemakaian bahan dan peta ealisasi kerja. Pendamping Mandor Pupuk Mandor membuat lingkaran pagi dengan karyawan pupuk pada jam 06.00 WIB untuk memberi pengarahan serta mengabsensi tenaga pemupukan kemudian melaporkannya kepada asisten. Mandor pupuk bertanggung jawab dalam mengatur dan membagikan takaran pupuk yang standar dan sesuai dosis pupuk yang akan ditabur pada masing-masing pemupuk. Pekerjaan yang dilakukan di kebun merupakan tanggung jawab semua pihak sehingga mandor wajib mengecek Alat Pelindung Diri (APD) seperti: Sepatu, sarung tangan, dan topi pada setiap karyawan pemupukan. Pelaksanaan di lapangan mandor melakukan pengawasan penuh pada pekerjaan pupuk dengan memastikan penaburan pupuk dilakukan secara benar. Mandor membawa sabun untuk cuci tangan tim pupuk. Selesai pemupukan, seluruh alat kerja ( ember dan takaran ) dicuci bersih dan disimpan di gudang divisi. Limbah bahan B3, seperti karung kemasan pupuk serta plastik dikumpulkan ke gudang limbah B3 dan dilaporkan pada kerani gudang untuk dicatat. Mandor pupuk melaporkan hasil kerja dalam buku kegiatan mandor (BKM) dan buku prestasi kerja dan membuat buku monitoring pemakaian bahan dan peta realisasi kerja. Pendamping Mandor Panen Mandor membuat lingkaran pagi dengan pemanen pada jam 06.00 WIB untuk memberi pengarahan serta mengabsensi tenaga panen. Setiap mandor mengecek alat kerja yang digunakan apakah dalam kondisi baik dan dilengkapi dengan alat pelindung serta mengecek Alat Pelindung Diri (APD) setiap karyawan panen. Tanggung jawab mandor mengarahkan dan mengawasi penuh pekerjaan karyawan panen di lapangan dengan memastikan buah matang seluruhnya dipanen dengan menjaga jumlah pelepah yang harus dipertahankan yaitu umur tanaman lebih dari 10 tahun 48 pelepah dan umur tanaman kurang dari 10 tahun 56 pelepah. Selain itu, memastikan TBS yang dipanen minimal 5 brondol yang lepas di piringan. Seluruh TBS dan Brondolan yang dihasilkan dari blok seluruhnya diantrikan di TPH tanpa ada yang tertinggal dengan disusun rapi dan diberi nomor pemanen yang jelas.
31
Administrasi panen oleh mandor panen dengan mencatat nomor hancak yang dikerjakan oleh setiap karyawan dan mengevaluasi hancak panen pada hari itu juga merupakan bukti hasil kegiatan yang akan dilaporkan. Jika dalam pemeriksaan terdapat kesalahan yang terjadi pada hancak panen yang diperiksa, maka karyawan panen yang bersangkutan harus segera di panggil dan ditegur untuk memperbaiki kesalahan yang telah dilakukan. Jika sudah diperingatkan berkali-kali namun tidak ada perubahan pada karyawan tersebut maka dilakukan teguran secara tertulis berupa surat peringatan ( SP ) I, II dan III yang ditanda tangani oleh asisten dan diketahui manajer kebun dan SPSI. Mandor memberikan instruksi dan memastikan seluruh alat yang dipakai oleh karyawan dibersihkan dan ditutup kembali apabila pekerjaan panen telah selesai. Mandor panen melaporkan hasil kerja dalam buku kegiatan mandor (BKM) dan buku prestasi kerja dan menulis luasan (ha) yang dipanen hari ini pada blanko pusingan potong buah serta jumlah tenaga kerja yang digunakan.. Selain itu, untuk memperlancar kegiatan pemanenan dalam timnya mandor panen membuat daftar rencana perawatan, penggantian alat–alat kerja, APD pada tim panen dan melatih tenaga kerja baru baik teknis maupun non-teknis. Pendamping Mandor I Mandor I memiliki tugas dan tanggung jawab melaporkan hasil seluruh kegiatan di lapangan kepada asisten. Kegiatan penulis saat menjadi mandor I mengikuti atau memimpin apel pagi dengan para mandor apabila asisten tidak dapat hadir serta memimpin apel K3 setiap hari sabtu di divisi. Selain itu, membantu asisten dalam membuat Rencana Kerja Harian untuk esok hari dari pekerjaan pemeliharan maupun pemanenan. Penulis melakukan pengawasan kegiatan mandor dan karyawan agar rencana kerja harian (RKH) yang telah ditetapkan berjalan dengan baik. Penulis saat mendapatkan tugas sebagai mandor I juga dapat menegur dan memberikan sanksi kepada mandor dan karyawan yang tidak melaksanakan pekerjaan sesuai rencana. Pengawasan dengan melakukan pengecekan mutu hancak pada kegiatan panen juga dilakukan oleh penulis saat menjadi mandor I dengan mengambil lima pemanen setiap hari panen. Untuk membangun kerja sama, komunikasi, menularkan improvment dan menyelesaikan masalah maka penulis mengikuti field day. Field day merupakan aktivitas yang dilakukan dilapangan/blok untuk sharing pendapat dan menyelesaikan permasalahan. Pendamping Kerani Buah Kerani buah bertugas untuk mencatat, menghitung jumlah TBS, brondolan yang dipanen, menyeleksi TBS di TPH, membuat premi potong buah setiap hari panennya dan mengatur transportasi buah dari TPH ke colection point (CP). Kerani buah bertanggung jawab untuk membagikan notes potong buah yang telah diisi dengan lengkap, baik premi maupun dendanya dan memeriksa mutu buah. Kerani buah membuat surat pengantar (SP) buah yang dikirim ke CP/PKS dan mencatat nomor SP dan kendaraan yang mengangkutnya. Melaporkan hasil kerja dalam buku Penerimaan Buah (PB) dan Notes potong buah secara rutin. Merekap produksi per blok dan membuat laporan premi harian panen ke kantor divisi. Kerani buah merangkap menjadi mandor transportasi. Mandor transportasi
32
bertugas mengatur kegiatan setiap operator bargas termasuk bargas lumut dalam melaksanakan pencucian kanal. Pendamping Asisten Kegiatan penulis saat menjadi pendamping asisten divisi bersifat teknis di lapangan dan administrasi di kantor. Kegiatan yang dilakukan sebagai pendamping asisten adalah memimpin apel pagi, mengarahkan serta mengawasi kerja karyawan dan para mandor di lapangan. Penulis juga membantu membuat RKH (Rencana Kerja Harian) dan bersama dengan asisten melakukan pemeriksaaan ke lapangan meliputi kegiatan penggunaan alat berat (excavator), pemupukan sesuai dengan pedoman BMS (Block Manuring System) , penanaman beneficial plant, pemantauan hasil chemist, pengontrolan hama dan penyakit dan kegiatan pemanenan, serta mengikuti kegiatan “Field day”.
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengelolaan Tata Air Pengelolaan tata air (water management) merupakan proses perencanaan yang sistematis dalam mengorganisasikan dan mengatur pembuangan air melalui permukaan tanah seperti saluran drainase, dan mempertahankan level air pada kisaran yang optimum bagi pertumbuhan tanaman. Sistem pengelolaan tata air harus mampu membuang kelebihan air permukaan maupun sub-permukaan dengan cepat pada musim hujan dan dapat menahan air selama mungkin pada musim kemarau (Melling dan Hatano 2010). Perkebunan PT BNS keseluruhannya adalah tanah gambut (peat soil) dengan kedalaman 3 m sampai 5 m dan ketinggian antara 2.0 m sampai 4.5 m di atas permukaan laut (dpl). Terendah adalah km 00 dengan ketinggian 2.0 m dpl dan tertinggi adalah km 15 Kebun Mandah Estate (MDE) dengan ketinggian 4.5 m dpl. Data tersebut menunjukkan adanya perbedaan ketinggian yang cukup nyata yaitu 2.5 meter sehingga apabila tidak ada pengelolaan tata air, walaupun banjir di km 00 (hilir), bisa kekeringan di Kebun MDE (hulu). Di samping itu, satusatunya sumber air perkebunan PT BNS adalah hujan karena tidak ada sumber air seperti pegunungan, sedangkan sumber air seperti sungai mengandung kadar garam yang tinggi. Oleh karena itu sistem pengelolaan air (water management) sangat diperlukan. Air yang terlalu sedikit atau terlalu banyak pada zona perakaran kelapa sawit akan berdampak kurang baik terhadap penyerapan unsur hara dan hasil TBS. Sebagian besar perakaran kelapa sawit terkonsentrasi di 50 cm lapisan atas tanah gambut. Oleh karena itu zona tersebut tidak boleh jenuh air (Melling dan Hatano, 2010). Hubungan ketinggian air terhadap hasil TBS dapat dilihat pada Gambar 25.
33
TBS (ton/ha/tahun)
30 25 20 15 10
5 0 +25 - 25
25 - 50 50 - 75 75 - 100 (PT BNS) Ketinggian air (cm dpt)
>100
Gambar 25 Grafik hubungan ketinggian air dengan hasil TBS (TM 14) di kebun gambut di Riau, Sumatera, Indonesia (Huan et al. 2012) Gambar 25 menunjukkan bahwa produksi TBS maksimum akan tercapai pada ketinggian air di 50 cm sampai 75 cm di bawah permukaan tanah (dpt), namun pada umumnya sasaran ketinggian air di PT BNS adalah pada 25 sampai 50 cm dpt karena air sistem drainase dimanfaatkan untuk prasarana transportasi dan pengolahan TBS di pabrik. Dengan demikian penurunan ketinggian air yang drastis pada musim kemarau tidak akan menghambat kegiatan transportasi dan pengolahan TBS di pabrik. Dalam satu minggu di musim kemarau ketinggian air dapat mengalami penurunan sebesar 4 cm. Sistem Drainase Prinsip dasar dari suatu sistem drainase yaitu menyekap air, kemudian mengumpulkannya, dan akhirnya dibuang keluar areal. Dengan demikian, drainase harus dirancang dalam bentuk jaringan yang memanfaatkan topografi dan mengalirkan kelebihan air berdasarkan gaya berat. Merancang sistem drainase yang baik harus mengacu pada peta topografi dan bukan berdasarkan visual saja (Pahan 2012). Sistem jaringan drainase PT BNS merupakan rekomendasi dari tim research and development (R & D) Mimanamas Plantation yang telah melakukan survey dan pengamatan. Perkebunan PT BNS memiliki sistem drainase yang berbeda dengan sistem drainase lahan gambut di perkebunan kelapa sawit pada umumnya karena di perkebunan ini sistem drainasenya selain dimanfaatkan untuk pembuangan air juga dimanfaatkan untuk prasarana transportasi air. Sistem drainase perkebunan ini terdiri atas kanal utama (KUT), kanal kolektor, kanal cabang (KCB), kanal cabang baru (KCB baru), parit tengah, dan field drain. Kanal-kanal dimanfaatkan untuk prasarana transportasi air sehingga ukurannya lebih luas sedangkan parit tengah dan field drain hanya sebagai saluran pembuangan air. Sistem drainase dapat dilihat pada Gambar 5. Kanal Utama (KUT). Kanal utama merupakan saluran pembuangan akhir sistem drainase sebelum dialirkan ke luar wilayah perkebunan dan terletak di
34
tengah wilayah perkebunan (Gambar 26). Kanal utama juga merupakan prasarana tranportasi TBS dari kebun ke pabrik kelapa sawit (PKS) dan akses keluar masuk perkebunan. Kanal utama langsung bermuara ke sungai sehingga pada muara KUT dipasang pintu air yang disebut spill way agar ketinggian air di KUT tetap terjaga sehingga dapat dilewati kendaraan air. Ukuran KUT ialah 12 m x 4 m x 8 m. Kanal utama dilengkapi jembatan penyeberangan. Sisi KUT Divisi I Kebun Teluk Bakau belum sepenuhnya tertutupi tanaman sarang buaya sehingga masih terancam erosi oleh ombak akibat kendaraan air terutama speed boat yang melintas. Oleh karena itu perlu pemeliharaan tanaman sarang buaya di sepanjang sisi KUT. Kondisi KUT Divisi I Kebun Teluk Bakau baik dan bisa dilalui kendaraan air. Artinya populasi gulma air (lumut dan eceng gondok) tidak mengganggu baling-baling kendaraan air dan kanal utama juga terbebas dari sampah.
Gambar 26 KUT Kanal Kolektor. Kanal kolektor adalah drainase pengumpul air dari KCB dan mengalirkannya ke KUT melalui KCB tertentu yang topografinya lebih rendah (Gambar 27). Kanal kolektor juga merupakan prasarana transportasi TBS dan logistik dari KCB sebelum ke KUT. Sebagian kanal kolektor merupakan batas hamparan blok kebun dengan wilayah luar. Ukuran kanal kolektor ialah 6 m x 3 m x 2 m dan sejajar dengan KUT. Kanal kolektor dilengkapi jembatan penyeberangan ke daerah okupasi. Kondisi kanal kolektor Divisi I Kebun Teluk Bakau baik dan bisa dilalui bargas namun masih ada dalam kondisi buruk tapi bisa dilalui bargas. Artinya populasi gulma air di titik tertentu pada kanal kolektor mengganggu baling-baling bargas. Konsumsi bahan bakar oleh bargas semakin boros sehingga mengurangi efisiensi biaya, laju bargas makin melambat sehingga mengurangi efisiensi waktu, bahkan pada kondisi tertentu dapat merusak mesin bargas. Oleh karena itu penggunaan bargas lumut masih perlu dimaksimalkan lagi.
Gambar 27 Kanal kolektor
35
Kanal Cabang (KCB). Kanal cabang merupakan drainase penghubung Kanal kolektor dengan KUT (Gambar 28). Hanya KCB tertentu yang berhubungan langsung dengan KUT sedangkan KCB lainnya dibendung untuk memperlambat aliran air sehingga air lebih lama di dalam blok. Kanal cabang juga merupakan prasarana transportasi pengangkut TBS dari TPH dan logistik ke TPH. Ukuran KCB ialah 4 m x 3 m x 3 m dan tegak lurus dengan KUT. Kanal cabang dilengkapi jembatan penyeberangan. Masing-masing operator bargas Divisi I Kebun Teluk Bakau memiliki satu KCB yang menjadi tanggung jawabnya. Operator tersebut bertangung jawab atas kondisi KCB-nya. Kondisi KCB Divisi I Kebun Teluk Bakau baik dan bisa dilalui bargas namun masih ada dalam kondisi buruk tapi bisa dilalui bargas. Hal ini disebabkan masih ada operator bargas lalai dalam menjaga kebersihan KCB yang menjadi tanggung jawabnya. Oleh karena itu asisten dan mandor I tetap mengingatkan, memantau, mengevaluasi, dan menegur para operator bargas dalam menjaga kebersihan KCB.
Gambar 28 KCB Kanal Cabang baru (KCB baru). Kanal cabang baru merupakan kanal yang dibangun di antara dua KCB yang berdekatan dengan ukuran 4 m x 3 m x 3 m dan sejajar dengan KCB (Gambar 29). Kanal cabang baru dibangun pada area replanting untuk memudahkan akses pengangkutan TBS dari TPH dan logistik ke tengah blok. Kanal cabang baru untuk sementara tidak dihubungkan langsung degan KUT karena dapat mempengaruhi ketinggian air di dalam blok sehingga perlu penelaahan lebih lanjut. Kanal cabang baru dilengkapi jembatan penyeberangan. Kondisi KCB baru Divisi I Kebun Teluk Bakau baik dan bisa dilalui bargas.
Gambar 29 KCB baru Parit tengah. Parit tengah atau pada umumnya disebut parit sekunder adalah drainase pengumpul air dari field drain dan mengalirkannya ke kanal
36
kolektor atau parit kolektor (Gambar 30). Parit tengah sejajar dengan KCB dan berukuran 1 m x 1 m x 0.8 m. Parit tengah dilengkapi titi berupa balok beton. Kondisi parit tengah Divisi I Kebun Teluk Bakau baik. Artinya tidak dangkal dan terbebas dari gulma air dan sampah.
Gambar 30 Parit tengah Field drain. Field drain atau pada blok sebelum replanting disebut parit tersier adalah drainase dalam blok dan bermuara ke parit tengah (Gambar 31). Ukuran field drain ialah 1 m x 0.8 m x 0.8 m. Rasio field drain terhadap baris tanaman adalah 1 : 4. Artinya setiap empat baris tanaman terdapat satu field drain. Kondisi field drain Divisi I Kebun Teluk Bakau baik. Artinya tidak dangkal dan terbebas dari gulma air dan sampah.
Gambar 31 Field drain Water Zoning Water zoning adalah kawasan yang dikelompokkan berdasarkan topografi dan elevasi yang relatif sama untuk pengelolaan tata air. Masing-masing kebun di PT BNS memiliki water zoning kecuali kebun TBE karena merupakan hilir. Luas, jumlah, dan posisi water zoning tertera pada peta water zoning pada lampiran 6. Air water zoning akan mengalir ke KUT TBE melalui KCB tertentu dan kemudian dialirkan ke hilir KUT yang terletak di km 00. Tujuan pembuatan water zoning adalah mengurangi percepatan aliran air sehingga air kanal pada musim kemarau tidak cepat turun. Aliran air diperlambat dengan cara membuat bendungan di sekeliling water zoning dan mengalirkannya hanya melalui kanal-kanal tertentu sehingga air kanal pada water zoning keluar secara perlahan. Jika musim hujan, air yang berlebih dalam water zoning akan dialirkan melalui pintu air yang langsung mengarah ke laut atau sungai.
37
Bendungan water zoning terdiri atas bendungan KCB dan bendungan kolektor (Gambar 32). Bendungan KCB terletak pada KCB sedangkan bendungan kolektor terletak pada kanal kolektor. Bendungan merupakan tanggul penahan air yang berfungsi untuk menahan air kanal di water zoning sehingga tanaman tidak kekeringan dan kanal dapat dilewati kendaraan air. Perkebunan PT BNS memiliki 85 buah bendungan yang terkoordinasi untuk menciptakan water zoning yang baik. Bendungan yang terdapat pada km 0.5 bagian barat KUT atau biasa disebut bendungan km 0.5 merupakan bendungan utama PT BNS. Bendungan km 0.5 menjadi bendungan terakhir sistem drainase perkebunan yang berfungsi untuk menahan air di hilir KUT sebelum dibuang ke laut sehingga secara tidak langsung bendungan km 0.5 berfungsi sebagai penahan air seluruh sistem drainase perkebunan. Oleh karena itu bendungan km 0.5 dianggap sebagai urat nadi PT BNS. Bendungan km 0.5 dilengkapi pintu air utama atau biasa disebut spillway. Kondisi bendungan-bendungan Kebun Mandah dan bendungan km 0.5 baik. Bendungan-bendungan Kebun Mandah dan bendungan km 0.5 tidak meluap, tidak longsor, tidak bocor, dan bebas sampah.
Gambar 32 Bendungan KCB (kiri) dan bendungan kolektor (kanan) Pengaruh Curah Hujan terhadap Ketinggian Air Curah hujan merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam pengaturan ketinggian air di lahan gambut. Hubungan antara curah hujan dengan ketinggian air dapat dilihat pada Gambar 33. Peramalan pengaruh curah hujan terhadap ketinggian air dapat dijelaskan pada model berikut ini: Level air = -46.52 + 0.06893 curah hujan Hasil analisis regresi linier sederhana menunjukkan nilai signifikan 0.014 (< 0.05) yang artinya curah hujan berpengaruh nyata terhadap ketinggian air pada taraf 5%. Kenaikan 1 % curah hujan akan menaikkan ketinggian air 0.06893% di bawah permukaan tanah. Model ini dapat digunakan untuk menduga ketinggian air berdasarkan curah hujan yang telah diukur sehingga upaya-upaya untuk mencegah banjir atau kekeringan dapat dilakukan. Menurut Harahap et al. (2010) terdapat korelasi positif yang tinggi antara curah hujan dengan ketinggian air. Ketinggian air akan turun pada musim kemarau dan naik pada musim kemarau.
38
Gambar 33 Grafik hubungan curah hujan dengan ketinggian air di bawah permukaan tanah periode Januari 2012 – Mei 2013 Nilai R2 sebesar 33.8 % yang artinya curah hujan berpengaruh sebesar 33.8% terhadap kenaikan ketinggian air dari permukaan tanah. Sekitar 66.2% kenaikan dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dianalisis dalam model. Faktor lain yang diduga berpengaruh besar terhadap kenaikan ketinggian air adalah pintu air dan bendungan. Terhambatnya aliran air melalui pintu air akibat penuh dengan lumut dan sampah akan menaikkan ketinggian air pada musim hujan. Pintu air dan bendungan yang bocor atau rusak akan menurunkan ketinggian air pada musim kemarau. Ketinggian air dari permukaan tanah (cm) CH (mm)
Gambar 34 Grafik ketinggian air dan curah hujan periode januari 2012 – fgfgfgfgfgfMei 2013
39
Gambar 34 menunjukkan bahwa pada Desember 2012 ketinggian air sebesar 24 cm dpt melebihi batas maksimal ketinggian air. Hal ini mengindikasikan bahwa kapasitas sistem pintu air dalam membuang kelebihan air belum dapat mengimbangi curah hujan yang tinggi (>200 mm) dari bulan Oktober sampai Desember dalam waktu 24 jam. Jika dilihat data per harinya, bahkan 8 hari berturut-turut dalam bulan Desember ketinggian air di atas 18 cm dpt. Meskipun demikian, secara keseluruhan ketinggian air di kebun TBE terkontrol dengan baik terutama pada musim kemarau ketinggian air tidak lebih rendah dari batas minimum. Penambahan kapasitas pintu air dalam membuang air dan pembuatan pintu darurat banjir diharapkan dapat mengatasi kelebihan air pada curah hujan yang tinggi (>200 mm).
Pengaruh Curah Hujan dan Ketinggian Air terhadap Produksi Curah hujan mengakibatkan ketinggian air berfluktuatif. Pengelolaan tata air mengupayakan curah hujan dan fluktuasi ketinggian air tidak berdampak pada produksi kelapa sawit. Grafik curah hujan, ketinggian air, dan produksi dapat dilihat pada Gambar 35. CH (mm); Produksi (x 10 kg TBS/ha)
Ketinggian air (cm dpt) 0
450
-5
400 350
-10
300
-15
250 -20 200 -25
150
-30
100
-35
50
-40
0
Ketinggian air
CH
Produksi
Gambar 35 Grafik ketinggian air dan curah hujan (Januari 2010 – Mei 2011), dan produktivitas (Januari 2012 – Mei 2013) Hasil analisis regresi linier berganda menunjukkan nilai signifikansi curah hujan dan ketinggian air terhadap produktivitas sebesar 0.649 dan 0.591. Artinya curah hujan dan fluktuasi ketinggian air tidak berpengaruh nyata terhadap produktivitas. Hal ini menunjukkan sistem pengelolaan tata air di kebun TBE dikelola dengan baik. Produksi kebun TBE ialah 17886 kg TBS/ha/tahun yang terdiri atas TM 18 – 20. Produksi ini tergolong kelas III pada lahan mineral. Menurut Dja’far et al. dalam Hardjowigeno (1996) produksi kelapa sawit pada lahan mineral dapat dikelompokkan sebagai: kelas I>24 ton TBS ha/tahun, kelas
40
II 19 – 24 ton TBS/ha/tahun, kelas III 13 – 18 ton TBS/ha/tahun, dan kelas IV ≤ 12 ton TBS/ha/tahun. Produksi kelapa sawit pada tanah gambut umumnya adalah 12 – 18 ton TBS/ha/tahun. Produksi maksimum umumnya tercapai pada umur 15 tahun, kemudian menurun seperti halnya pada tanah mineral.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kegiatan magang memberikan banyak manfaat terhadap penulis berupa peningkatan keterampilan dan kemampuan teknis mengenai proses produksi kelapa sawit di lahan gambut. Penulis juga dapat bekerja nyata pada perusahaan perkebunan kelapa sawit. Pada umumnya sasaran ketinggian air di perkebunan PT Bhumireksa Nusa Sejati adalah 25-50 cm di bawah permukaan tanah. Secara keseluruhan ketinggian air di Kebun Teluk Bakau terkontrol dengan baik terutama pada musim kemarau ketinggian air tidak lebih rendah dari batas minimum. Sistem drainase di PT Bhumireksa Nusa Sejati terdiri atas KUT, KCB, KCB baru, kanal kolektor, parit tengah, dan field drain. Secara keseluruhan kondisi sistem drainase baik dan dapat dilalui kendaraan air. Sistem pengelolaan tata air dikelola dengan baik. Produksi kebun TBE ialah 17886 kg TBS/ha/tahun yang terdiri atas TM 18 – 20. Produktivitas ini tergolong kelas III (12 – 18 ton TBS/ha/tahun) pada lahan mineral.
Saran Perlu dilakukan analisis pengaruh kondisi pintu air terhadap ketinggian air dan analisis pengaruh ketinggian air terhadap laju subsidensi. Seluruh operator excavator perlu diberi pengarahan dan senantiasa diawasi dan dievaluasi dalam pembuatan parit agar parit terutama parit CECT dan field drain tidak terlalu dekat dengan baris tanaman yang dapat mengakibatkan tergenangnya pokok tanaman. Pembuatan KCB baru yang terlalu lebar dari ketentuan oleh operator excavator juga perlu diantisipasi agar tidak mengurangi areal penanaman. Pokok-pokok di samping KCB baru yang rawan longsor sebaiknya diberi pagar pencegah longsor yang terbuat dari batang kelapa agar pokok tidak tumbang.
DAFTAR PUSTAKA Agus F. 2010. Cadangan, emisi, dan konservasi karbon pada lahan gambut. Bogor (ID): Balai Penelitian Tanah. http://www.balittanah.litbang.deptan.go.id. [2012 Mar 19] Barchia MF. 2006. Gambut: Agroekosistem dan Transformasi Karbon. Yogyakarta (ID): Gajah Mada University.
41
Dja’far, Abbas BS, Angkat J. 1989. Komperatif produktivitas tanah gambut dengan tanah mineral terhadap produksi kelapa sawit. Di dalam: Prosiding Seminar Tanah Gambut untuk Perluasan Pertanian. Di dalam Hardjowigeno, S.1996. Pengembangan Lahan Gambut untuk Pertanian Suatu Peluang dan Tantangan. Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor (ID): Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Departemen Pertanian Republik Indonesia. 2009. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 14/Permentan/PL.110/2/2009 Tahun 2009. http://ppvt.setjen.deptan.go.id. [diunduh 2013 Okt 9] Gomez KA, Gomez AA. 1995. Prosedur Statistik untuk Penelitian Pertanian Edisi Kedua. Sjamsuddin E, Baharsjah JS, penerjemah. Jakarta (ID): UI press. Terjemahan dari: Statistical Procedures for Agricultural Research Harahap IY, Hidayat TC, Lubis ES, Pangaribuan Y, Sutarta ES. 2010. The dynamical water table depth in oil palm plantation and its region. In: Siahaan D, editor. Proceedings International Oil Palm Conference 2010: Environment & Social Economics; 2010 Jun 1-3; Yogyakarta, Indonesia. Medan (ID): Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS). Hatano R, Inoue T, Yamada H, Sato S, Darung U, Limin S, Limin A, June T, Suwardi, Sumawinata B et al. 2010. Soil greenhouse gases emissions from various land uses in tropical peatlands in Indonesia. In: Suwardi, Hatano R, Sumawinata B, Darmawan, Limin S, Nion YA, editor. Proceeding of Palangkaraya International Symposium & Workshop On Tropical Peatland; 2010 Jun 10-11; Palangkaraya, Indonesia. Bogor (ID): Integrated Field Environmental Science - Global Center of Excellent (IFES-GCOE) Indonesian Liaision Office Bogor Agricultural Uiversity Palangkarya University Hokkaido University. p. 47-54. Huan PLK, Lim SS, Parish F, Suharto R, editor. 2012. RSPO Manual On Best Management Practices (BMPs) for Existing Oil Palm Cultivation On Peat. Kuala Lumpur (MY): RSPO (Roundtable on Sustainable Palm Oil). Huan LK, Wahyudi H. 2010. Management of leaning and fallen palms planted on tropical peat. In: Siahaan D, editor. Proceedings International Oil Palm Conference 2010: Agriculture; 2010 Jun 1-3: Yogyakarta, Indonesia. Medan (ID): Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS). Melling L dan Hatano, R. 2010. Sustainable utilization of tropical peatland for oil palm plantation. In: Suwardi, Hatano R, Sumawinata B, Darmawan, Limin S, Nion YA, editor. Proceeding of Palangkaraya International Symposium & Workshop On Tropical Peatland; 2010 Jun 10-11; Palangkaraya, Indonesia. Bogor (ID): Integrated Field Environmental Science - Global Center of Excellent (IFES-GCOE) Indonesian Liaision Office Bogor Agricultural Uiversity Palangkarya University Hokkaido University. p. 1941. Noor M. 2001. Pertanian Lahan Gambut : Potensi dan Kendala. Yogyakarta (ID). Penerbit Kanisius. Noor M. 2010. Lahan Gambut. Yogyakarta (ID): Gajah Mada University Press. Pahan I. 2012. Panduan Lengkap Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Bogor (ID): Penebar Swadaya.
42
Risza S. 2010. Masa Depan Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Sabiham S. 2006. Pengelolaan lahan gambut Indonesia berbasis keunikan ekosistem. Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Pengelolaan Tanah. Fakultas Pertanian IPB. Bogor. Sabiham S dan Sukarman. 2012. Pengelolaan lahan gambut untuk pengembangan kelapa sawit di indonesia. Jurnal Sumberdaya Lahan. ISSN 1907-0799:5566. http://www.researchgate.net. [diunduh 2014 Feb 27] Setiadi B. 1999. Teknologi Pemanfaatan Lahan Gambut untuk Pertanian. Dalam Setiadi B dan Nugrahadi D. Masalah dan Prospek Pemanfaatan Gambut. Dalam Barchia, MF. 2006. Gambut: Agroekosistem dan Transformasi Karbon. Yogyakarta (ID): UGM press. Sunarto. 2007. Petunjuk Praktis Budidaya & Pengolahan Kelapa Sawit. PT AgroMedia Pustaka. Jakarta. Suryana A, Didiek HG, Luqman E, Bambang D, Budiman H, Ambar K. 2007. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Kelapa Sawit Edisi Kedua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian. Jakarta. http://www.litbang.deptan.go.id. [diunduh 2014 Feb 20] Winarna. 2007. Lahan gambut saprik paling potensial untuk kebun sawit. http://balittanah.litbang.deptan.go.id. [diunduh 2014 Feb 25] Yanuar. 2011. Ekspor Kelapa Sawit Terus Naik. http://ditjenbud.deptan.go.id. [diunduh 2013 Okt 9]
43
LAMPIRAN
44
45
Lampiran 1 Peta wilayah Kebun Teluk Bakau PT BNS, Riau
(93.52 ha) (2 407.05ha) (325.89 ha) (241.71 ha) (400.1 ha) Total Areal Tanaman :
3 473.19 ha
46
46
Lampiran 2 Curah hujan 2008-2012 Kebun Mandah PT BNS, Riau Bulan Januari Pebruari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total Rata-rata BB BK
2008 HH (hari) CH (mm) 10.00 134.00 4.00 90.00 12.00 532.00 10.00 115.00 11.00 147.00 8.00 151.00 9.00 126.00 9.00 221.00 10.00 246.00 16.00 265.00 13.00 252.00 14.00 176.00 126.00 2 452.00 10.50 204.33 11 1
2009 2010 2011 2012 HH (hari) CH (mm) HH (hari) CH (mm) HH (hari) CH (mm) HH (hari) CH (mm) 4.00 108.50 12.00 127.00 15.00 398.80 5.00 71.00 7.00 58.00 7.00 149.50 5.00 71.70 10.00 136.00 14.00 310.40 11.00 110.00 19.00 173.00 11.00 125.40 15.00 153.50 12.00 156.00 18.00 218.20 19.00 168.70 18.00 224.50 14.00 147.50 14.00 133.90 16.00 195.00 11.00 111.00 19.00 167.50 16.00 114.90 11.00 120.90 12.00 107.50 14.00 114.70 9.00 90.10 10.00 186.00 10.00 139.50 14.00 411.60 10.00 159.00 9.00 99.40 11.00 114.00 9.00 145.90 11.00 101.80 10.00 135.00 16.00 233.50 10.00 121.74 14.00 222.90 19.00 227.10 20.00 175.50 16.00 248.90 19.00 252.90 15.00 275.40 12.00 201.50 15.00 142.80 15.00 316.50 13.00 203.70 150.00 1 937.40 153.00 2 043.14 165.00 2 253.70 148.00 1 943.60 18.75 242.18 19.13 255.39 20.63 281.71 74.00 971.80 11 12 12 12 1 0 0 0
Keterangan : BB = Bulan Basah (Curah Hujan > 100 mm) BK = Bulan Kering ( Curah Hujan < 60 mm) CH = Curah Hujan HH = Hari Hujan
Perhitungan Tipe Iklim (Q) menurut Schmidt-Ferguson : Q = Rata-rata BK/Rata-rata BB X 100 % Q = 0.4/11.6 X 100 % Q = 3.44 % (Tipe A)
47
Lampiran 3 Produksi Lima Tahun Terakhir Kebun Teluk Bakau PT BNS Bulan
2009 TBS
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember Jumlah
5 840 044 5 159 596 3 105 091 5 057 000 4 727 260 5 770 833 29 659 824
2010 TBS/ha
1 667 1 473 886 1 444 1 349 1 647 8.466
TBS TBS/ha 4 890 076 1 396 4 176 982 1 192 4 739 770 1 353 5 119 795 1 461 5 761 118 1 645 6 113 203 1 745 5 475 359 1 563 4 268 331 1 218 3 845 344 1 098 4 574 435 1 306 4 124 741 1 177 4 684 015 1 337 57 773 169 16 49
Produksi TBS (kg) 2011 TBS TBS/ha 3 824 437 1 092 3 384 776 966 4 753 441 1 357 4 445 088 1 269 5 050 664 1 442 4 671 593 1 334 5 465 368 1 565 5 471 163 1 566 5 931394 1 698 6 263 304 1 793 4 756 421 1 362 3 729 966 1 068 57 747 615 16 512
2012
2013
TBS TBS/ha 4 920 169 1 409 4 026 921 1 153 4 243 433 1 222 4 454 866 1 283 4 743 750 1 366 5 163 168 1 487 5 719 342 1 861 4 294 642 1 397 5 630 433 1 832 4 823 032 1 569 5 244 316 1 706 4 693 469 1 527 57 957 541 17 812
TBS TBS/ha 5 105 438 1 661 3 976 845 1 294 3 387 253 1 102 3 968 958 1 291 3 562 339 1 159
20 000 833
6 507
47
48
48
Lampiran 4 Struktur organisasi Kebun Teluk Bakau PT BNS, Riau
49
Lampiran 5 Rekomendasi Dosis Pemupukan di Lahan Peremajaan Divisi I Kebun TBE, PT BNS Dosis Pupuk ( kg/pokok ) Umur Dengan Tanaman LCC Tanpa Tanaman LCC Tanaman (Bulan) NPK NPK HGF NPK NPK HGF RP CuSO4 ZnSO4 ZnCu MOP RP CuSO4 ZnSO4 ZnCu 15-15-15 Borate 44 65 Borate 44 Lubang tanam 0.50 0.50 2 0.30 0.35 5 0.50 0.65 6 0.07 0.07 8 0.80 0.90 12 1.20 1.30 16 1.40 1.55 18 0.08 0.08 20 1.80 0.10 2.00 0.10 24 2.00 2.20 28 3.50 3.50 29 0.10 0.05 0.10 0.05 32 3.50 3.50 33
MOP
2.00
49
50
Lampiran 6 Peta Sistem Water Zoning PT BNS, Riau
51
Lampiran 7 Peta posisi piezzometer/water level PT BNS, Riau
52
Lampiran 8 Peta bendungan Water Zoning PT BNS, Riau
53
Lampiran 9 Peta posisi pintu air dan spill way PT BNS, Riau
54
Lampiran 10 Peta posisi ombrometer PT BNS, Riau
55
Lampiran 11 Peta water management Kebun Mandah PT BNS, Riau
55
56
56
Lampiran 12 Jurnal harian sebagai karyawan harian lepas (KHL) di PT BNS Kebun Teluk Bakau, Riau Tanggal 12/02/2013 13/02/2013 14/02/2013 15/02/2013 16/02/2013 18/02/2013 19/02/2013 20/02/2013 21/02/2013 22/02/2013 23/02/2013 25/02/2013 26/02/2013 27/02/2013 28/02/2013 01/03/2013 02/03/2013 04/03/2013 05/03/2013 06/03/2013 07/03/2013 08/03/2013 09/03/2013 11/03/2013 12/03/2013 13/03/2013 14/03/2013 15/03/2013 16/03/2013
Uraian kegiatan Perkenalan kebun Penanaman Penanaman Training sampling daun Penanaman Compacting & cambring Pembuatan lubang Pemupukan RP Konsolidasi Persentasi Produk CAS Penanaman pakis Penyemprotan FeSO4 Penyemprotan pestisida Penanaman M. Bracteata Penyemprotan FeSO4 Pemupukan NPK 65 Pemupukan NPK 65 Pembuatan CECT Penumbangan pokok Panen Panen Panen Penanaman kecambah PN Konsolidasi PN (timbun bb) Libur nasioanal Klasifikasi & seleksi PN Pre lining Konsolidasi MN Filling gb
Keterangan: ** per jam oleh alat berat (excavator)
Penulis 25 pokok 25 pokok 25 pokok 4 ha 0,4 ha 1,1 ha 400 pokok 400 pokok 1 ha 400 pokok 2 karung 2 karung 1 ha 1 ha 0.7 ha 2500 bb 43200 bb 10800 bb 100 gb 1100 gb 300 gb
Prestasi Kerja/HK Karyawan 65 pokok 65 pokok 65 pokok 1, 2 ha** 158 lubang** 4 ha 1 ha 1,1 ha 800 pokok 800 pokok 1 ha 800 pokok 3.5 karung 3.5 karung 49 m** 21 -23 pokok** 3.5 ha 3.5 ha 2.3 ha 2500 bb 43200 bb 10800 bb 200 gb 1333 gb 350 gb
Lokasi Standar 40 pokok 40 pokok 40 pokok 150 lubang** 4 ha 1 ha 1 ha 800 pokok 800 pokok 1 ha 800 pokok 3.5 karung 3.5 karung 45 m** 19 pokok** 3.5 ha 3.5 ha 2.3 ha 2500 bb 43200bb 10800 bb 200 gb 1333 gb 300 gb
D003C D003C D003C Divisi II D003D D002A D003D D003D D003B D003A D003A D003A D003B D003C D003B D003A D003B E001 Blok 02-13 E003 E003 E004 Divisi II Divisi II Divisi II Divisi II Divisi II Divisi II
57
Lampiran 13 Jurnal harian sebagai pendamping mandor di PT BNS Kebun Teluk Bakau, Riau Tanggal 18/03/2013 19/03/2013 20/03/2013 21/03/2013 22/03/2013 23/03/2013 25/03/2013 26/03/2013 27/03/2013 28/03/2013 29/03/2013 30/03/2013 01/04/2013 02/04/2013 03/04/2013 04/04/2013 05/04/2013 06/04/2013 08/04/2013 09/04/2013 10/04/2013 11/04/2013 12/04/2013 13/04/2013 15/04/2013 16/04/2013 17/04/2013 18/04/2013 19/04/2013 20/04/2013
Uraian Kegiatan Pengawasan panen Pengawasan sensus pokok Rekap data sensus pokok Pengawasan kutip brondolan Pengawasan pemupukan Pengawasan pemupukan Pengawasan pemupukan Pengawasan pemupukan Pengawasan pemupukan Pengawasan pemupukan Libur nasional Kerani buah Pengawasan semprot hama Pengukuran lahan Pengawasan semprot gulma Pengukuran lahan Pengukuran lahan Pengukuran lahan Pengukuran lahan Pengendalian hama rayap Pengukuran lahan Field day Pengukuran lahan Pengukuran lahan Kerani divisi Water management Pengukuran lahan Pengawasan semprot gulma Pengawasan pemupukan Pengawasan panen
Jumlah KH yang Diawasi (orang) 12 5 14 3 6 5 5 6 5 4 4 2 4 8 12
Prestasi Kerja Penulis Luas Areal yang Diawasi (ha) 47 46 84 5 18 15 15 18 15 95 20 10 18 10 24 46
Lama Kegiatan (jam) 7 7 7 5 7 7 7 7 7 7 7 9 7 7 5 7 7 7 7 7 5 7 7 5 7 7 5 7
Lokasi Blok 05-13 Blok 03-14 Kantor 04-15 & 04-14 D002C D002C D002D Blok 02-12 Blok 02-12 Blok 02-12 03-13 & 03-14 Blok 02-12 D002 D003A D003A & B D002C & D D002A & B D002C Blok 05-12 D002D Blok 05-12 D001A & B D001C & D Kantor divisi Km 00 Blok 01-12 Blok 02-12 Blok 01-12 Blok 03-14
57
58
58
Lampiran 14 Jurnal harian sebagai pendamping asisten di PT BNS Kebun Teluk Bakau, Riau Tanggal 22/04/2013 23/04/2013 24/04/2013 25/04/2013 26/04/2013 27/04/2013 29/04/2013 30/04/2013 01/05/2013 02/05/2013 03/05/2013 04/05/2013 06/05/2013 07/05/2013 08/05/2013 09/05/2013 10/05/2013 11/05/2013 13/05/2013 14/05/2013 15/05/2013 16/05/2013 17/05/2013 18/05/2013 20/05/2013 21/05/2013 22/05/2013 23/05/2013 24/05/2013
Uraian kegiatan Pengawasan penanaman Pengawasan penanaman Pengawasan penanaman Pengawasan panen Pengawasan panen Pengawasan lansir bibit Pengawasan lansir bibit Pengawasan pemeliharaan Pengawasan pemeliharaan Pengawasan pemeliharaan Pengawasan pemeliharaan Pengawasan pemeliharaan Pengawasan penyemprotan Pengawasan penyemprotan Pengawasan penyemprotan Libur nasional Pengawasan pemupukan Pengawasan pemupukan Pengawasan pemupukan Pengawasan pemupukan Pengawasan pemupukan Pengawasan pemupukan Pengawasan pemupukan Pengawasan pemupukan Pengawasan pemupukan Pengawasan pemupukan Pengawasan pemupukan Pengawasan transplantasi bibit Rekapitulasi data pengukuran parit
Prestasi kerja penulis Jumlah mandor yang diawasi Luas lahan yang diawasi 1 6 1 5 1 4.5 2 46 2 50 1 1 2 84 2 5 2 18 2 15 2 15 1 18 1 15 1 16 1 18 1 15 1 15 1 18 1 15 1 15 1 18 1 15 1 18 1 15 1 15 1 -
Lama kegiatan 7 7 7 7 5 7 7 7 7 7 5 7 7 7 7 5 7 7 7 7 7 5 7 7 7 7 7 5
Lokasi D003D D003D D003B D003A D003A D003A D003B D003C D003A D003A D003B D003C E001 E001 E001 D003 D003 D003 D003 D003 D003 D003 D003 D001 D001 D001 Divisi II Kantor Kebun
59
Lampiran 14 lanjutan jurnal harian sebagai pendamping asisten di PT BNS Kebun Teluk Bakau, Riau Tanggal 25/05/2013 27/05/2013 28/05/2013 29/05/2013 30/05/2013 31/05/2013 01/06/2013 03/06/2013 04/06/2013 05/06/2013 06/06/2013 07/06/2013 08/06/2013 10/06/2013
Uraian kegiatan Libur nasional Pengamatan Water management Pengamatan Water management Pengamatan Water management Pengawasan Water management Pengawasan Water management Pengamatan Water management Pengamatan Water management Pengamatan Water management Libur nasional Pengawasan penanaman benefical plant Pengawasan penanaman benefical plant Pengawasan panen Persentasi
Prestasi kerja penulis Luas lahan yang Jumlah mandor yang diawasi diawasi 1 1 1 1 2 47 -
Lokasi Lama kegiatan 7 7 7 7 5 7 7 7 7 5 7 -
KM 00 Kebun Mandah Kebun Mandah Kebun Mandah Kebun Mandah Kebun Mandah Kebun Mandah Kebun Mandah D001 D001 E005 Kantor Manajer
59
60
60
Lampiran 15 Ketinggian Air Kebun TBE Tahun 2010 Tanggal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 Rata-rata
Jan -30 -31 -31 -32 -40 -40 -35 -40 -31 -32 -32 -36 -36 -31 -29 -29 -30 -33 -33 -30 -35 -33 -35 -34 -35 -35 -35 -37 -40 -41 34,0333
Feb -40 -40 -40 -40 -40 -40 -43 -43 -42 -44 -44 -40 -40 -40 -40 -40 -40 -39 -32 -30 -30 -30 -30 -30 -30 -32 -32 -30
-37,1786
Ketinggian Air Kebun Teluk Bakau Tahun 2010 [cm di bawah permukaan tanah (dpt)] Apr Mei Jun Jul Agust Sept Okt -30 -29 -25 -16 -5 -25 -25 -30 -29 -25 -19 20 -25 -31 -26 -29 -29 -12 18 -25 -31 -21 -32 -32 -14 -3 -32 -33 -21 -32 -27 -14 -4 -35 -37 -20 -32 -28 -16 -8 -20 -39 -24 -31 -27 -16 2 -22 -37 -26 -31 -21 -18 -5 -24 -42 -26 -27 -20 -22 -3 -27 -42 -24 -27 -26 -22 -5 -27 -40 -24 -30 -20 -25 -15 -29 -42 -24 -30 -25 -24 -22 -34 -46 -20 -30 -26 -18 -24 -40 -41 -21 -23 -25 -23 -26 -35 -40 -25 -22 -25 -25 -26 -30 -40 -27 -25 -23 -28 -24 -31 -40 -26 -25 23 -27 -12 -35 -40 -26 -27 -25 -29 -6 -30 -40 -20 -27 -27 -30 -4 -33 -41 -27 -27 -27 -34 -4 -36 -37 -27 -27 -27 -32 -1 -39 -38 -27 -27 -27 -30 -5 -44 -39 -27 -27 -23 -20 -9 -43 -36 -27 -25 -24 -20 -16 -36 -36 -27 -30 -19 -20 -17 -33 -30 -28 -30 -15 -22 -12 -20 -36 -29 -30 -16 -23 -25 -19 -31 -29 -32 -20 -19 -30 -28 -34 -29 -33 -20 -23 -31 -34 -30 -29 -27 -22 -26 -36 -36 -22 -26 -24 -31,1333 -25,5667 -28,2258 -22,4333 -22,3548 -11,6774 -30,9 -37,0345 Mar -35 -35 -39 -39 -37 -37 -37 -37 -37 -35 -35 -34 -29 -27 -25 -30 -31 -21 -31 -26 -30 -30 -31 -32 -32 -21 -22 -25 -25 -29
Nov
Des -35 -35 -35 -30 -34 -27 -20 -20 -23 -21 -27 -30 -32 -32 -35 -37 -37 -28 -28 -15 -15 -16 -27 -29 -31 -34 -31 -31
-28,3929
-35 -38 -38 -30 -37 -42 -42 -39 -39 -42 -44 -38 -35 -43 -45 -27 -33 -35 -35 -38 35 -35 -37 -38 -37 -39 -42 -43 -44 -43 -43 -36,1613
61
Lampiran 16 Ketinggian Air Kebun Teluk Bakau Tahun 2011 Tanggal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 Rata-rata
Jan -40 -40 -37 -34 -37 -41 -40 -40 -37 -39 -35 -34 -30 -32 -30 -35 -37 -36 -38 -36 -35 -37 -35 -38 -40 -38 -13 -8 10 27 31 -29,1613
Feb 27 23 20 26 14 6 4 -5 -10 -15 -21 -26 -24 -24 -23 -29 -31 -32 -32 -35 35 -37 -37 -36 -36 -38 -39 -39
-14,7857
Ketinggian Air Kebun Teluk Bakau Tahun 2011 [cm di bawah permukaan tanah (dpt)] Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sept Okt -41 -38 -20 -34 -34 -44 -41 -40 -41 -32 -25 -34 -37 -42 -41 -41 -41 -37 -29 -35 -37 -43 -43 -41 -42 -33 -27 -36 -35 -42 -40 -41 -45 -31 -30 -36 -36 -35 -40 -32 -45 -31 -32 -26 -38 -36 -40 -33 -45 -30 -30 -26 -33 -37 -43 -32 -45 -38 -32 -26 -28 -37 -43 -36 -45 -35 -32 -33 -30 -37 -43 -35 -45 -31 -35 -32 -37 -42 -43 -35 -45 -34 -36 -34 -37 -42 -45 -35 -45 -34 -35 -34 -30 -42 -45 -28 -45 -35 -36 -35 -34 -42 -47 -30 -45 -35 -36 -30 -35 -43 -48 -29 -45 -35 -36 -32 -39 -43 -47 -35 -45 -36 -37 -24 -34 -40 -48 -35 -40 -32 -36 -30 -33 -40 -49 -35 -40 -32 -34 -31 -35 -40 -49 -35 -40 -34 -34 -32 -34 -40 -50 -37 -33 -35 -34 -32 -36 -42 -50 -34 -30 -35 -35 -36 -38 -40 -50 -32 -25 -35 -35 -36 -40 -35 -50 -32 -24 -25 -36 -36 -39 -36 -45 -30 -27 -24 -37 -37 -40 -41 -44 -32 -30 -21 -27 -36 -40 -40 -44 -36 -30 -25 -25 -36 -36 -39 -43 -34 -34 -29 -30 -36 -37 -39 -35 -34 -34 -31 -32 -38 -40 -36 -34 -35 -27 -35 -38 -41 -38 -34 -38 -26 -35 -37 -41 -40 -39 -38 -36 -43 -39 -38,8065 -31,8667 -32,5484 -33,2667 -36,3548 -39,963 -44 -34,6774
Nov -41 -26 -24 -26 -26 -33 -34 -36 -36 -38 -39 -32 -35 -25 -26 -28 -33 -34 -38 -40 -39 -31 -32 -28 -28 -31 -32 -31 -29 -18 -31,6333
Des -14 -10 -13 -21 -22 -29 -29 -33 -37 -38 -36 -37 -39 -36 -37 -41 -41 -30 7 17 12 6 1 -4 23 20 14 14 6 -1 -6 -14
61
62
62
Lampiran 17 Ketinggian Air Kebun Teluk Bakau Tahun 2012 Tanggal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 Rata-rata
Jan -36 -36 -49 -54 -60 -60 -63 -69 -70 -71 -71 -71 -71 -71 -72 -73 -74 -74 -74 -71 -68 -70 -74 -76 -76 -77 -78 -79 -82 -83 -85 -68,9677
Feb -86 -83 -83 -83 -83 -85 -86 -88 -90 -92 -93 -95 -97 -98 -97 -97 -95 -90 -88 -76 -74 -68 -68 -69 -73 -74 -76 -74 -71
-83,8621
Ketinggian Air Kebun Teluk Bakau Tahun 2012 [cm di bawah permukaan tanah (dpt)] Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sept Okt -71 -79 -56 -67 -90 -75 -95 -83 -67 -69 -59 -70 -93 -80 -96 -83 -73 -69 -61 -72 -93 -80 -96 -80 -74 -63 -65 -74 -93 -83 -97 -81 -76 -65 -67 -72 -93 -85 -97 -82 -77 -65 -70 -72 -93 -78 -72 -74 -69 -67 -70 -76 -94 -79 -71 -75 -68 -61 -71 -77 -92 -80 -74 -67 -68 -63 -70 -77 -90 -81 -75 -68 -69 -67 -73 -78 -89 -85 -75 -66 -72 -69 -70 -80 -86 -86 -70 -67 -72 -50 -69 -81 -85 -88 -71 -67 -70 -51 -59 -83 -84 -89 -75 -69 -71 -57 -57 -82 -84 -90 -72 -67 -74 -61 -61 -84 -70 -92 -74 -66 -77 -59 -61 -84 -68 -93 -76 -70 -76 -61 -64 -85 -68 -97 -78 -66 -77 -58 -66 -87 -72 -99 -82 -69 -79 -63 -69 -90 -74 -100 -84 -52 -80 -65 -71 -90 -69 -100 -84 -51 -80 -61 -66 -91 -61 -100 -85 -56 -82 -54 -67 -92 -65 -100 -86 -60 -76 -54 -64 -93 -67 -101 -86 -63 -69 -58 -59 -94 -70 -100 -89 -67 -66 -56 -54 -95 -69 -102 -91 -69 -67 -59 -52 -93 -67 -95 -92 -70 -68 -61 -55 -89 -76 -95 -90 -72 -70 -66 -58 -91 -79 -95 -82 -74 -71 -66 -61 -91 -75 -97 -80 -78 -73 -57 -62 -75 -97 -81 -73 -79 -65 -75 -96 -70 -72,9355 -61,8 -63,6129 -83,1034 -79,3226 -90,9032 -82,5333 -69,5161
Nov -72 -73 -72 -72 -55 -53 -58 -62 -52 -47 -52 -54 -59 -62 -56 -65 -61 -61 -60 -57 -60 -49 -49 -53 -59 -60 -58 -53 -48 -53 -58,1667
Des -62 -57 -58 -45 -49 -51 -52 -53 -48 -35 -34 -37 -33 -32 -39 -38 -40 -45 -43 -50 -54 -56 -60 -59 -64 -66 -67 -66 -68 -71 -69 -51,6452
63
Lampiran 18 Ketinggian Air Kebun Teluk Bakau Tahun 2013 Tanggal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 Rata-rata
Jan -26 -36 -34 -34 -36 -38 -38 -41 -44 -45 -45 -45 -48 -48 -49 -50 -51 -52 52 -52 -53 -54 -56 -57 -59 -61 -62 -63 -65 -65 -66 -46
Feb -67 -67 -68 -69 -69 -65 -65 -64 -64 -49 -45 -42 -42 -33 -28 -29 -29 -28 -27 -27 -21 -21 -25 -29 -25 -29 -27 -29
-42
Mar -30 -31 -32 -34 -36 -39 -41 -44 -44 -46 -48 -50 -50 -53 -54 -55 -57 -58 -59 -59 -56 -57 -50 -38 -34 -28 -27 -24 -23 -23 -27 -42
Ketinggian Air Kebun Teluk Bakau Tahun 2013 [cm di bawah permukaan tanah (dpt)] Apr Mei Jun Jul Agust Sept Okt -27 -30 -20 -29 -25 -28 -20 -31 -19 -34 -24 -35 -26 -33 -28 -32 -29 -27 -32 -29 -26 -30 -27 -29 -29 -30 -30 -32 -30 -32 -29 -33 -27 -34 -29 -27 -30 -28 -32 -28 -34 -28 -35 -26 -37 -31 -39 -29 -40 -27 -39 -27 -37 -28 -33 -30 -29 -31 -30 -38 -34 -30 -30
Nov
Des
63
64
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Purba Dolok, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara pada tanggal 3 Mei 1991. Penulis merupakan anak ketujuh dari tujuh bersaudara dari Bapak Jamansur Saragih Alm. dan Ibu Murni Br Perangin Angin. Pada tahun 2003 penulis lulus dari SD Negeri 091354 Purba Dolok, kemudian pada tahun 2006 penulis menyelesaikan studi di SLTP Swasta Methodist 1 Medan, kemudian pada tahun 2008 mutasi sekolah dari SMA Swasta HKBP Serbelawan dan lulus dari SMA Methodist 1 Medan pada tahun 2009. Pada tahun 2009 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui seleksi nasional SNMPTN sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian. Selama di IPB, penulis mengikuti beberapa organisasi dan kepanitiaan. Tahun 2010 penulis menjabat sebagai anggota divisi dana dan usaha (danus) pada kepanitiaan kebaktian awal tahun persekutuan mahasiswa Kristen (KATA PMK), dan menjabat sebagai ketua pada acara penyambutan mahasiswa Karo, dan menjabat sebagai anggota divisi peralatan dan perlengkapan (perkap) pada kepanitiaan retret PMK angkatan 47. Tahun 2011 penulis menjabat sebagai staff departemen Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM) pada himpunan mahasiswa agronomi dan hortikultura (Himagron), dan menjabat sebagai wakil koordinator bagian pembinaan (wakorbin) pada komisi pembinaan pemuridan (KPP) PMK, dan juga menjabat sebagai ketua pada unit kegiatan mahasiswa organisasi mahasiswa daerah (UKM OMDA) parsadaan mahasiswa Simalungun (PARMASI), dan diberi amanah sebagai penanggung jawab kontingen olahraga dan seni Agronomi dan Hortikultura di acara SERI-A, dan menjabat sebagai staff logistik dan transportasi (logstran) pada kepanitiaan SERI-A dan kepanitiaan masa perkenalan departemen (MPD) serta kepanitiaan fortysix day (Fox Day), dan menjadi kepala divisi perkap pada acara retret KPP 47. Tahun 2012 penulis kembali menjadi staff PSDM pada Himagron, dan menjabat sebagai staff acara pada kepanitiaan Agrosportment III, dan dipercaya sebagai penanggung jawab kontingen seni dan olahraga AGH 46 pada acara Agrosporment III, dan menjadi ketua pada acara retret KPP 48, dan menjadi kepala divisi danus pada kepanitiaan retret PMK angkatan 49. Tahun 2013 menjadi staff logstran merangkap menjadi staff penyediaan sarana pameran pada kepanitiaan Festival Bunga dan Buah Nusantara (FBBN) yang diselenggarakan oleh HIMAGRON dan bekerja sama dengan Kementrian Pertanian, BUMN, dan IPB. Organisasi lainnya yang diikuti penulis adalah UKM OMDA Ikatan Mahasiswa Karo (IMKA), dan Parsamosir. Penulis juga aktif pada grup pecinta alam Agrolina AGH 46.